Segala puji bagi Allah Yang Maha Pemberi, yang memerintahkan kepada kita untuk menghiasi diri kita dengan budi pekerti yang baik.

 

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada pemberi suri-tauladan, yang menganjurkan kita mengikuti perintah-perintah Al-Qur’an. Junjungan kita sayyidina Muhammad dan keluarga serta para sahabatnya yang mempunyai kecerdasan otak, mereka beruntung dan selamat karena usaha pendekatan mereka terhadap Allah.

 

Kemudian: inilah jilid ke tiga dari kitab Al-akhlaq Lil Banaat (Bimbingan Akhlak Bagi Putri-Putri Anda), dimana banyak yang sangat butuh kepadanya, dengan banyaknya permintaan-permintaan yang telah masuk.

 

Maka saya mohon kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung, semoga manfaat kitab ini dapat meluas merata, dan dapat memberikan penawar rasa haus bagi pembacanya.

 

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala seSuatunya, dan Maha menerima do’a.

 

Pengarang: Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja

 

Surabaya, 1 Dzul Qi’dah 1400 H.

 

 



Wahai putri tercinta!

 

(1) Sesungguhnya Allah menciptakan manusia di dunia ini lebih mengutamakannya dari hewan ialah dengan memberinya ia akal dan agama, lisan dan akhlak.

 

Islam telah menjadikan akhlak yang baik pada bidang perhatian yang tertinggi dan mengharuskannya atas perseorangan dan masyarakat, demi lurusnya kehidupan individu juga masyarakat.

 

Diri manusia akan merugi bila ia berakhlak buruk. Manusia rusak sebagian besar amalnya bila ia menjadi pendusta dan pendengki, jahat, suka riya’ (menonjolkan diri) dan sebagainya.

 

Begitu pula masyarakat mereka akan terkena dampak tersebarnya akhlak yang rusak ini, sehingga hidup mereka selalu saling bermusuhan dan bertengkar, saling berkelahi dan berperang.

 

(2) Islam sangat memperserukan untuk berakhlak baik yang dapat menimbulkan kenikmatan dan kebahagiaan, dan memperingatkan terhadap akhlak yang buruk yang menyebabkan kebinasaan dan kesengsaraan.

 

Islam menganjurkan dua cara untuk melindungi diri dari kerusakan akhlak.

 

Pertama : Mengharamkan tiga sumber kejahatan, yaitu khamar (minuman keras), judi dan zina.

Kedua : Mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemunkaran).

 

(3) Manusia sangat membutuhkan akhlak dalam kondisi yang bagaimanapun. Jika ia tidak berakhlak, maka mati lebih patut baginya daripada hidup, sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i r.a.:

 

Tidaklah Allah memberikan manusia suatu karunia yang lebih utama daripada akal dan tata krama. Keduanya membuat seorang pemuda menjadi hidup bila ia tak memilikinya, maka lebih baik mati baginya.

 

(4) Nabi SAW. telah menyatakan bahwa tujuan diutusnya beliau kepada umat manusia adalah untuk menyebarkan akhlak mulia. Maka beliau bersabda: “Sebenarnya aku diutus ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

 

Tuhan memujinya karena beliau berakhlak baik. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki budi pekerti yang agung” (Al-Qalam:4).

 

Nabi SAW. mengibaratkan hubungan akhlak yang baik dengan agama sebagaimana hubungan antara wadah dengan isinya. Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya akhlak itu wadah agama.”

 

(5) Banyak hadits yang menerangkan anjuran berakhlak mulia antara lain:

 

“Sesungguhnya Allah menghiasi Islam dengan tata krama mulia dan amal-amal yang baik.”

“Berbahagialah orang yang ikhlas hatinya untuk iman lagi bersih, lisannya suka berkata benar, jiwanya tenang dan akhlaknya lurus.”

“Kemulian iman diperoleh bila orang-orang sudah merasa aman darimu, sedangkan kemuliaan Islam diperoleh bila orang-orang selamat dari lisan dan tanganmu.”

“Tidaklah masuk surga orang yang berakhlak buruk.”

“Akhlak yang baik mampu mencairkan dosa-dosa, seperti halnya air mencairkan salju. Akhlak yang buruk merusak amal sebagaimana cuka merusak madu.”

“Akhlak yang baik menimbulkan keberuntungan sedangkan akhlak yang buruk menimbulkan kesialan.”

 

(6) Seorang bijak berbicara tentang akhlak terpuji, bahwa, “la adalah perbendaharaan rezeki.” Seorang yang lain berkata, “Barang siapa buruk akhlaknya, sempitlah rezekinya ia pun menyiksa dirinya. Maka ia pun selalu hidup bersama orang-orang dalam lumuran fitnah dan permusuhan, pertengkaran dan perselisihan.”

 

Bumi yang lapang terasa sempit baginya, sebagaimana kata seorang penyair:

Demi hidupmu, tidaklah negeri menjadi sempit lantaran banyak penghuninya tetapi akhlak masyarakatlah yang membuatnya sempit

 

Yang lain berkata:

 

Bila akhlak manusia tidak menjadi lapang maka negeri yang luas menjadi sempit

 

Syaugi seorang penyair kesohor berkata:

 

Bangsa-bangsa tetap hidup selama mereka berakhlak Bila akhlak mereka lenyap, maka mereka pun binasa

 

la berkata pula:

 

Tidaklah makmur bangunan suatu kaum apabila jiwa mereka roboh.

 

(7) Maka bersungguh-sungguhlah untuk menghasilkan akhlak yang baik supaya engkau bahagia di dunia dan ‘ akhirat. Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya akhlak ini berasal dari Allah. Maka siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya Allah mengaruniainya akhlak yang baik. Dan siapa yang Allah menghendaki keburukan baginya, maka Allah berikan kepadanya akhlak yang buruk.”

 

Penyair Mesir Hafizh Ibrahim berkata:

 

Bila engkau dikaruniai akhlak terpuji maka

Pembagi rezeki telah memilihmu

Manusia ini ada yang berharta dan ada yang berilmu, serta ada pula yang berakhlak mulia.

 

(8) Perhatikanlah pendidikan akhlakmu lebih banyak daripada perhatianmu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

 

Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat nanti adalah orang alim yang tidak diberi manfaat oleh Allah dengan ilmunya.”

 

Presiden Mesir yang dulu Sa’ad Zaghlul Pasya berkata, “Kami tidak memerlukan banyak ilmu, tetapi membutuhkan banyak akhlak mulia.”

 

(9) Apa gunanya kamu memiliki ilmu dan kekayaan, baju: dan rupa yang bagus bila akhlak dan adabmu buruk? Al-Mutanabbi berkata:

 

Bukanlah rupa pemuda yang bagus merupakan kemuliaan baginya bila perbuatan dan akhlaknya tidak baik

 

Di’bil berkata:

Wajah-wajah mereka yang tampan bukanlah kebagusan apabila akhlak mereka buruk

 

(10) Dengan apa kiranya hati ayah dan ibu bangga terhadap putra dan putrinya?

 

Apakah karena luasnya pengetahuan dan bahasa yang beragam? atau terampilnya berbagai macam sulaman serta kepandaian menjahit, walau akhlak dan adat kebiasaannya rusak serta suka menyia-nyiakan shalat dan kewajiban?

 

Sekali-kali tidak! sesungguhnya yang pertama kali menyenangkan mereka dan menyejukkan hati mereka adalah bila mereka melihat putri-putri mereka berpegang pada agama, taat dan tunduk kepada Tuhan dan Nabi mereka, mengenal hak-hak ayah dan ibu serta kemanusiaan. Mereka jalankan kewajibannya terhadap setiap orang dan dapat memberi manfaat kepada diri mereka sebelum keluarga dan bangsa mereka. Kemudian orang tua pun merasa gembira ketika melihat darah daging mereka terpelajar dan berpendidikan, mengerti urusan-urusan dunia dan agama.

 

(11) Biasakanlah dirimu dengan akhlak yang baik sejak kecil supaya menjadi watak dan tabiat di masa tuamu nanti. Seorang bijak berkata, “Barangsiapa terbiasa dengan sifat tertentu dimasa muda, ia pun akan membawa sifat itu di masa tua.”

 

Apabila engkau abaikan dirimu dan kau ikuti hawa nafsumu hingga terbiasa dengan akhlak yang buruk, maka akan sulit sekali bagimu menerima pendidikan di masa tua. Adalah suatu yang sangat melelahkan melatih orang yang tua renta dan merupakan penyiksaan apabila mendidik seekor srigala.

 

Imam Al-Bushiri rahimahullah berkata:

 

Nafsu itu seperti anak bayi, yang bila kau biarkan akan terbiasa suka menyusu, dan jika kau sapih, maka ia pun berhenti menyusu.

 

(12) Di sini saya persembahkan kepadamu serial ketiga dari kitab “Bimbingan Akhlak” dengan harapan semoga mendapat sambutan baik, dengan suka membacanya dan memiliki niat yang tulus untuk mengamalkan isinya, sebagaimana yang telah engkau laksanakan pada bagian pertama dan kedua.

 

Dengan demikian, Insya Allah akhiakmu akan terdidik, hidupmu akan bahagia dan engkau pun selamat dari fitnahan zaman, bala tentara syaitan serta mendapat ridha Tuhan Yang Maha Pengasih. Kepada Allah kita mohon pertolongan.

 

Pengarang: Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja

 

 

 

 

 

Dalam berjalan mempunyai tata krama. Wahai putri tercinta! engkau wajib mengamalkannya agar selamat dari gangguan dan hidup terhormat di antara masyarakat.

 

  1. Engkau dahulukan kaki kirimu ketika keluar dari rumah sambil mengucapkan: “Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah aku berlindung denganMu supaya tidak sesat dan tersesatkan oleh orang, tergelincir atau digelincirkan orang, tidak menghiraukan atau pun tidak dihiraukan orang, menganiaya atau dianiaya orang.”

 

Hendaklah engkau berjalan untuk manfaat bagi dirimu atau untuk orang lain dan jangan berjalan untuk maksiat atau untuk mengganggu orang, karena kakimu merupakan amanat seperti halnya anggota tubuhmu yang lain.

 

la akan menjadi saksi atas perbuatan-perbuatanmu di hari kiamat nanti. Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (An-Nuur:24).

 

  1. Hendaklah engkau berjalan sedang-sedang saja, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan” (Lugman:19).

 

Nabi SAW. bersabda: “Berjalan cepat menghilangkan keindahan sikap orang mukmin.” Dalam suatu riwayat yang lain: “Kecantikan wajah”.

 

Tidaklah mengapa berjalan cepat bilamana hal itu untuk Suatu keperluan yang penting. Dalam hadits: “Nabi SAW. melakukan shalat Ashar, kemudian beliau berjalan cepat dan masuk rumah. Orang-orang merasa takut karenanya. Maka. beliau berkata: aku teringat sedikit emas yang ada di tempat kami. Maka aku tidak ingin ia menghalangi aku sehingga aku suruh sahabat membagikannya.”

 

  1. Janganlah engkau berjalan dengan satu sandal. Sebab dalam hadits disebutkan: “Janganlah seseorang dari kamu berjalan hanya dengan satu sandal, tapi pakailah kedua-duanya atau lepaskan kedua-duanya.”

 

Jangan pula menghentakkan kaki atau sandalmu ke bumi. Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kamu berjalan dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman:18).

 

Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan mencapai setinggi gunung” (Al-Israa’:37).

 

Janganlah engkau berlenggang ke kanan dan ke kiri dan jangan pula mengayunkan kedua tangan dengan sombong sambil membanggakan diri.

 

Dalam hadits dikatakan: “Ketika Nabi SAW. melihat Abi Dujanah berjalan dengan angkuh di antara dua barisan pasukan di Uhud. Beliau berkata : sesungguhnya ini adalah sikap berjalan yang dibenci Allah, kecuali di tempat ini.”

 

Dalam hadits lain: “Di saat seorang laki-laki sedang berjalan dengan mengenakan pakaian yang dibanggakannya sambil menguraikan rambutnya dan bersikap sombong pada waktu berjalan, tiba-tiba Allah menenggelamkannya. Maka ia pun terbenam di bumi hingga hari kiamat.”

 

  1. Janganlah engkau menoleh tanpa keperluan atau bergerak dengan gerakan-gerakan yang tidak layak, terutama berbuat menyerupai laki-laki.

 

Rasulullah SAW. telah melaknat orang-orang perempuan yang meniru laki-laki, begitu pula sebaliknya laki-laki yang meniru perempuan.

 

Janganlah engkau dengan sengaja memandang ke jendela-jendela dan pintu-pintu atau memandang muka orangorang yang lewat atau yang berkendaraan, terutama kepada laki-laki yang bukan mahrammu.

 

Memperhatikan mereka itu haram hukumnya, karena bisa menanamkan syahwat dalam hati dan menumbuhkan pikiran-pikiran buruk, kemudian menyebabkan maksiat zina yang termasuk dosa besar. Semoga Allah melindungi kita darinya.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (An-Nuur: 31).

 

Janganlah engkau berjalan di antara dua orang laki-laki. Sebab telah disebutkan dalam hadits tentang larangan bagi laki-laki untuk berjalan di antara dua orang perempuan. Maka begitu pula sebaliknya, agar perempuan tidak hendak menyentuh laki-laki yang bukan mahramnya atau memandang kepadanya.

 

  1. Apabila engkau melihat sekelompok anak perempuan sedang bertengkar, maka termasuk tata kramamu adalah engkau damaikan mereka bila engkau sanggup, sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)” (Al-Hujuraat: 10).

 

Dan sesuai dengan sabda Nabi SAW.: “Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu amalan yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?.”

 

Para sahabat menjawab “ya.”

 

Nabi SAW. berkata: “(ia adalah) Mendamaikan orang-orang yang berselisih. Karena kerusakan hubungan diantara sesamamu itu bisa mencukur. Aku tidak mengatakan mencukur rambut, tetapi mencukur (membinasakan) agama.”

 

Apabila engkau tidak sanggup mendamaikan, maka jauhilah mereka dan jangan bersekutu dengan mereka apalagi menontonnya.

 

Begitu pula apabila engkau berjumpa orang-orang perempuan yang sedang bergurau atau berbicara yang tidak pantas dan dapat mengganggumu dengan kata-kata mereka, maka berpalinglah dan jangan pedulikan mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, merekapun berpaling darinya” (Al-Qashash: 55).

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Pengasih itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, maka mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (Al-Furqan: 63).

 

Seorang Penyair berkata: Orang yang bodoh bicara kepadaku dengan perkataan yang buruk sedang aku tak suka menjawabnya la semakin menambah kebodohan dan aku menambah kebijaksanaan Seperti kayu gaharu yang bila di bakar semakin harum.

 

  1. Hendaklah engkau mengucapkan salam kepada anak-anak perempuan yang kau jumpai meskipun engkau tidak mengenal mereka.

 

Dalam hadits disebutkan: “Seorang laki-laki bertanya . kepada Rasulullah SAW.: amalah manakah yang terbaik. dalam Islam?

 

Nabi SAW. menjawab: engkau beri makan orang Jain, engkau sampaikan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal dan engkau temui dia dengan muka yang cerah.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Janganlah engkau sedikitpun meremehkan kebaikan, walau hanya dengan menemui saudaramu dengan muka berseri.”

 

Ketika berjumpa dianjurkan pula untuk berjabatan tangan.

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Tidaklah dua orang muslim bertemu, lalu berjabatan tangan, melainkan diampuni dosa mereka sebelum keduanya berpisah.”

 

Apabila engkau berjalan dengan orang perempuan yang lebih tua darimu, maka tempatkanlah dia di sebelah kananmu dan mundurlah sedikit darinya. Janganlah engkau suka seseorang berjalan di belakangmu dan membenci seseorang yang berjalan di depanmu, karena itu adalah sifat mereka yang sombong.

 

  1. Hendaklah engkau berjalan di sebelah kanan supaya selamat dari bahaya kendaraan-kendaraan.

 

Engkau jauhi tempat-tempat yang licin supaya tidak tergelincir atau di mana terdapat batu-batu dan kotoran-kotoran supaya tidak tersandung atau terkotori bajumu.

 

Janganlah engkau berjalan di jalanan yang sempit dan kotor, walau lebih dekat ke tujuanmu, karena mungkin saja engkau akan mencium bau yang busuk di situ atau melihat pemandangan-pemandangan yang buruk.

 

Atau terkadang jalanan penuh sesak sehingga menundamu untuk sampai ke tujuanmu dengan cepat. Maka janganlah lewat di jalan yang sesak. Bilamana terpaksa, maka jagalah buku-buku atau uang yang ada padamu supaya tidak hilang dan hindarilah tabrakan.

 

  1. Janganlah engkau berjalan sambil meletakkan kedua tanganmu di pinggang, karena itu adalah perbuatan orang-orang yang sombong, perilaku iblis serta perbuatan umat Yahudi dalam sembahyang mereka.

 

Dalam hadits: “Rasulullah SAW. melarang orang Shalat sambil bertolak pinggang.” Beliau mengkhususkan shalat, karena perbuatan itu dalam shalat lebih buruk daripada lainnya.

 

Janganlah engkau makan atau bernyanyi sambil berjalan, sambil mengeraskan suara, sambil bersiul, ataupun berhenti di jalan hanya ingin melihat hal-hal yang tidak perlu bagimu dan mengganggu orang berjalan. Semua itu” bertentangan dengan tata krama pada waktu berjalan.

 

Apabila engkau bertemu temanmu, janganlah bergurau dengannya dan jangan pula menghentikannya, kecuali untuk suatu keperluan.

 

Apabila engkau berjumpa seorang perempuan yang lemah, maka tolonglah dia. Bila berjumpa orang perempuan yang tersesat, maka bimbinglah dia. Bila engkau bertemu perempuan yang buta, maka tunjukkan jalan kepadanya, atau tuntunlah dia ke tujuannya.

 

Dalam hadits: “Barangsiapa menuntun orang yang buta 40 langkah, wajiblah surga baginya.”

 

Apabila engkau hendak menyeberang ke sisi yang lain, maka janganlah terburu-buru dan lihatlah dulu kanan dan kiri supaya engkau selamat dari bahaya.

 

(9) Engkau tidak boleh membuang hajat di tengah jalan, sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang tidak berakhlak sedikitpun dan tidak memperhatikan kesehatan umum.

 

Banyak hadits yang melarang melakukan itu.

 

Dalam hadits: “Barangsiapa mengganggu perjalanan orang muslim, wajiblah ia mendapat laknat/kutukan dari mereka.”

 

Perbuatan itu sangat mengganggu perjalanan orang. Sebaliknya dianjurkan darimu untuk menyingkirkan gangguan dari jalan.

 

Nabi SAW. bersabda: “Iman itu terdiri dari 70 cabang lebih.

 

Yang paling utama adalah ucapan: Laa ilaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.”

 

Nabi SAW. bersabda pula: “Aku melihat seorang laki laki masuk surga hanya sebab menebang sebatang pohon di tengah jalan karena mengganggu kaum muslimin.”

 

  1. Apabila engkau hendak memasuki rumah, maka dahulukan kaki kananmu dan bacalah do’a yang terdapat dalam hadits: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu sebaik-baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar.

 

Dengan nama Allah, kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar, dan kepada Allah Tuhan kami, kami bertawakkal.”

 

Dalam hadits: “Apabila engkau masuk kepada keluargamu, maka berilah salam supaya menjadi barokah atas dirimu dan penghuni rumahmu.”

 

Apabila engkau tidak menemukan seseorang di dalamnya, maka katakanlah: “Assalaamu’alaina wa’alaa’ibaadillahiis shaalihiin.” Artinya: “Semoga salam atas kami dan hamba-hamba Allah yang shalih.”

 

Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya, salam yang ditetapkan dari sisi Allah yang diberi berkat lagi baik” (An-Nuur: 61).

Anak perempuan dapat diketahui apakah ia seorang anak yang beradab atau tidak beradab, dengan gerakangerakan dan diamnya.

 

Maka bila engkau duduk, wajiblah engkau mengikuti hasihat-nasihat ini:

 

  1. Hendaklah engkau duduk dengan cara yang baik. Duduklah dengan tegak dan tenang. Janganlah membungkukkan kepala atau badanmu, jangan mengulurkan kedua kakimu dan jangan pula membunyikan jari-jarimu, begitu pula jangan mempermainkan, mengaitkan atau menggunting kuku di hadapan orang banyak.

 

Apabila engkau duduk di atas kursi, maka janganlah meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain dan jangan menggerakkannya.

 

Apabila engkau ingin memanggil seseorang, maka janganlah menunjuk kepadanya dengan jari atau kepalamu, tetapi panggillah dia dengan suaramu yang halus agar tidak mengganggu orang yang hadir.

 

Janganlah engkau bergurau dengan cara yang tidak pantas atau tertawa tanpa alasan, atau juga banyak bergurau dan tertawa.

 

Dalam tafsir disebutkan bahwa ketika sebagian sahabat radhiyallahu “anhum banyak bergurau turunlah firman Allah Ta’ala: “Belumlah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (Al Hadiid: 16).

 

Janganlah engkau berbicara dengan suara keras, menggunjing seseorang, memakinya atau menyebar luaskan rahasianya.

 

Nabi SAW. bersabda: “Majelis-majelis itu harus disertai dengan amanat.”

 

Janganlah engkau berbicara dusta guna memancing orang-orang yang hadir untuk tertawa.

 

Dalam hadits disebutkan: “Celakalah orang yang menceritakan suatu cerita dengan berbohong supaya orang-orang tertawa. Celakalah baginya, celakalah baginya.”

 

  1. Hendaklah engkau perhatikan suasana majelis.

 

Apabila merupakan majelis gembira, maka ikutlah bergembira dengan para hadirin yang lain. Begitu pula sebaliknya.

 

Janganlah engkau tertawa di majelisnya orang-orang berduka, atau bersedih di saat orang-orang berada dalam majelis gembira. Ini tidak sesuai dengan perasaan lagi tidak pantas.

 

Hendaklah engkau melapangkan tempat bagi siapapun yang hendak duduk, sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah di dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu” (Al-Mujaadilah: 11).

 

Hendaklah engkau perlakukan teman-teman dudukmu secara baik. Engkau tersenyum kepadanya, mendengarkan perkataannya dan tidak mengganggunya.

 

Engkau hormati setiap orang yang hadir di majelis, terutama ayah ibumu juga gurumu.

 

Apabila datang orang yang lebih tua darimu, maka berdirilah untuk menghormatinya, dahulukanlah ia di majelis dan mundurlah sedikit darinya.

 

Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi SAW. memerintahkan kepada orang-orang Anshar r.a.: “Berdirilah untuk menyambut pemimpinmu.” yakni Sa’ad bin Mu’adz r.a.

 

Datang seorang tua yang sudah lanjut usia hendak menemui Nabi SAW., agaknya orang-orang sedikit lambat memberi tempat untuknya.

 

Maka Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah termasuk golonganku, siapa yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua.”

 

Apabila engkau memasuki suatu majelis, maka berilah salam kepada para hadirin perempuan dan berjabat tanganlah dengan mereka. Mulailah dengan mereka yang di sebelah kahan. Apabila engkau hendak keluar, maka berilah salam pula.

 

Nabi SAW. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu tiba di suatu majelis, maka berilah salam dan bila akan berdiri, hendaklah pula ia memberi salam. Tidakkah salam yang pertama lebih patut dilakukan daripada yang terakhir.”

 

  1. Janganlah engkau menyuruh seseorang berdiri dari tempatnya, karena perbuatan itu haram.

 

Disebutkan dalam hadits: “Janganlah seseorang dari kamu menyuruh seseorang berdiri dari majelisnya, kemudian ia duduk di situ, tetapi lapangkanlah tempatmu.”

 

Apabila seseorang berdiri dari tempatnya, lalu engkau duduk di tempat itu, kemudian ia ingin kembali ke situ, maka janganlah mencegahnya, karena ia lebih berhak atas tempat duduknya yang pertama.

 

Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu berdiri dari suatu majelis, kemudian ia kembali ke majelis itu, maka ia lebih berhak atasnya.”

 

Janganlah engkau memisahkan duduk antara dua orang perempuan, kecuali dengan izin mereka. Dan apabila engkau masuk dalam suatu majelis yang khusus bagi mereka yang ada di tempat itu, maka janganlah mengganggu mereka dengan mendesak mereka, dan bila engkau mendapati tempat yang lapang, maka duduklah di tempat itu.

 

Janganlah engkau duduk di tengah lingkaran. Dalam hadits disebutkan: “Orang yang duduk di tengah lingkaran itu terkutuk (dilaknat).”

 

Hal itu disebabkan bila ia duduk di tengahnya dan membelakangi sebagian dari mereka dengan punggungnya, maka ia pun telah mengganggu mereka sehingga mereka memaki dan melaknatnya.

 

  1. Hendaklah engkau duduk sesuai dengan kemampuan sambil menghadap kiblat. Dalam hadits disebutkan: “Sebaik-baik majelis adalah yang menghadap kiblat.”

 

Hendaklah engkau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghadiri majelis-majelis kebaikan yang mana engkau akan mendapat faedah dalam urusan-urusan agama dan duniamu.

 

Hindarilah majelis-majelis yang buruk atau majelis-majelis tak berguna, yang tidak disebut nama Allah di dalamnya.

 

Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah suatu kaum berdiri dari suatu majelis di mana orang-orang tidak menyebut nama Allah, melainkan mereka berdiri seperti meninggalkan bangkai keledai dan majelis itu akan menimbulkan penyesalan atas mereka di hari kiamat.”

 

Hendaklah engkau menjauhi majelis-majelis yang terdapat kemunkaran, seperti halnya permainan judi atau terdapat khamar/minuman keras di situ.

 

Dalam hadits disebutkan: “Nabi SAW. melarang duduk di majelis hidangan, yang ada orang minum khamar di tempat itu.”

 

Apabila engkau tidak menemukan teman duduk perempuan yang shalihah, maka hendaklah engkau menyendiri, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.: “Tinggal sendirian lebih baik dari pada duduk berteman dengan yang jahat, dan teman yang baik lebih baik daripada menyendiri.”

 

Janganlah engkau masuk majelis rahasia sedangkan engkau tidak diundang. Sehingga orang-orang yang hadir tidak marah kepadamu, karena engkau dianggap memata-matai mereka.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedang mereka tidak menyukainya, maka pada hari kiamat nanti akan dituangkan timah cair ke kedua telinganya.”

 

  1. Hendaklah engkau duduk di tempat yang terdekat denganmu dan jangan memaksakan duduk di tengah majelis. Sebab Nabi SAW. sendiri tidak punya tempat duduk khusus dari para sahabatnya, karena beliau duduk di mana pun ada tempat duduk kosong.

 

Begitu pula yang dilakukan sahabat-sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ketika mereka hendak duduk.

 

Apabila engkau duduk di masjid, maka berniatlah untuk i’tikaaf supaya engkau mendapat pahala. Bersikaplah sopan di dalamnya dan jangan bermain atau berteriak, atau mengganggu seseorang yang sedang shalat.

 

Sibukkan dirimu dengan membaca Al-Qur’an dan berdzikir atau membaca shalawat Nabi SAW.

 

Janganlah bicara urusan duniawi di dalam masjid, apalagi hal-hal yang diharamkan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Akan terjadi di akhir zaman nanti, suatu kaum yang membicarakan urusan mereka di masjid-masjid, sedang Allah tidak butuh kepada mereka.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Berbicara di dalam masjid dapat menghabiskan pahala amal kebaikan, Sebagaimana hewan memakan rumput.”

 

Janganlah melangkahi bahu orang-orang yang sudah duduk berbaris, kecuali bila engkau menemukan tempat yang kosong di baris depan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa melangkahi bahu orang-orang pada hari Jum’at, maka ia telah membuat jembatan menuju jahannam.”

 

Para ulama berkata, “Sesungguhnya pengharaman melangkahi bahu orang-orang adalah bersifat umum untuk semua majelis, karena perbuatan itu mengganggu orangorang yang duduk dan merendahkan mereka.”

 

  1. Jauhilah kebiasaan-kebiasaan buruk pada waktu engkau duduk.

 

Maka janganlah memasukkan jarimu ke dalam telinga, ke dalam hidung atau pun ke dalam mulutmu.

 

Jangan mengeluarkan sisa makanan diantara gigigigimu dan jangan membuang ingus dengan tanganmu, tetapi bersihkanlah dengan sapu tangan yang bersih sambil menutup hidung tanpa mengeraskan suara.

 

Apabila engkau batuk, maka letakkan sapu tanganmu di atas mulutmu supaya air ludahmu tidak bertebaran keluar.

 

Apabila engkau menguap, maka tahanlah sekuat tenagamu dengan meletakkan tangan kirimu pada mulut atau dengan menutup kedua bibirmu.

 

Jika engkau tidak sanggup, maka tutuplah mulutmu dengan punggung telapak tangan kirimu dan jangan menimbulkan suara.

 

Nabi SAW. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia letakkan tangan di atas mulutnya, karena syaitan masuk waktu ia menguap.”

 

Dalam hadits lain: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Maka apabila seseorang dari kamu menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin dan jangan mengatakan: “Hah, hah,” karena hal itu termasuk perbuatan syaitan yang mentertawainya.

 

Para ulama berkata, “Karena bersin menunjukkan ringannya badan dan kegiatan, sedangkan menguap biasanya menunjukkan-badan yang berat dan penuhnya perut, sehingga menimbulkan kemalasan. Maka Nabi SAW. mengaitkannya dengan syaitan, karena syaitan menyukainya.”

 

  1. Apabila engkau bersendawa’ (mengeluarkan bunyi dan udara dari kerongkongan sehabis makan kenyang atau bersin), maka letakkanlah tanganmu atau sapu tangan di atas mulutmu supaya tidak bertebaran air ludahmu dan mengganggu orang karena sendawamu.

 

Janganlah mengeraskan suara ketika bersendawa.

 

Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu bersendawa atau bersin, maka janganlah mengeraskan suara, karena syaitan menyukai bersendawa atau bersin dengan suara keras.”

 

Apabila engkau bersin, ucapkanlah Alhamdulillah. Telah disebutkan dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu bersin, hendaklah ia mengucapkan: Alhamdulillah.

 

Dan hendaklah saudara atau temannya menjawabnya: Yarhamukallah (semoga Allah mengasihimu).

 

Apabila temannya mengatakan: Yarkamukallahu, maka orang yang bersin sunnah menyahuti: Yahdiikumullahu wa yushlihu baalakum (semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu dan memperbaiki hatimu).

 

Apabila seorang anak yang belum baligh bersin di dekatmu, lalu mengatakan: Alhamdulillahi robbil ‘alamien, maka jawablah: Baarokallahu fiika ya ghulaam (semoga Allah memberkatimu wahai anak kecil).”

 

Demikianlah disebutkan dalam hadits.

 

  1. Janganlah engkau duduk di jalanan. Sebab Nabi SAW. telah melarang kita untuk melakukan itu. Apabila harus dilakukan, maka berilah jalanan itu haknya, yaitu seperti yang disebutkan dalam hadits: “Menjaga pandangan (dari yang terlarang), mencegah gangguan, menjawab salam, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan munkar.”

 

Apabila engkau berdiri dari tempat duduk, maka bacalah do’a yang diriwayatkan dari Nabi SAW.: “Subhanakallahumma wa bihamdika, Asyhaduan laa ilaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika” (Maha Suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu).

 

Barangsiapa mengucapkan itu diampunilah dosanya yang terdapat di majelis itu.

  1. Wahai putri tercinta! apabila engkau ingin berbicara pertama kali engkau harus pertimbangkan perkataanmu itu dalam hati. Apabila pantas, maka ucapkanlah. Kalau tidak, maka diamlah supaya engkau selamat dari keburukan keburukan lisan yang besar.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah ia mengucapkan suatu perkataan melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf: 18).

 

Disebutkan dalam hadits: “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan perkataan yang tidak jelas dan terang, sehingga menyebabkannya tergelincir ke dalam neraka lebih jauh dari pada jarak antara Timur dan Barat.”

 

Disebutkan pula dalam hadits: “Cobaan/ujian itu disebabkan oleh ucapan. Andaikata seorang laki-laki menjelekkan seorang laki-laki yang lain dengan menuduhnya menyusui anjing, maka ia sendiri akan menyusuinya.”

 

Dalam hadits lain dikatakan: “Bukankah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka dengan muka mereka, itu adalah sebagai korban dari lidah-lidah mereka?”

 

Dalam hadits disebutkan pula: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia berkata yang baik atau hendaklah ia diam.”

 

Seorang Penyair berkata:

 

Timbanglah perkataanmu jika engkau berbicara karena ucapan itu menampakkan aib dari keaiban si pembicara.

 

Berbicaralah sesuai dengan keperluan supaya tidak terlalu banyak bicara. Sebab dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa banyak bicaranya, maka ia pun banyak kesalahannya, dan barangsiapa banyak kesalahannya, ia pun banyak dosanya. Sedangkan barangsiapa banyak dosanya, maka api neraka akan menimpanya.”

 

Janganlah engkau bicarakan semua apa yang engkau dengar. Dalam hadits disebutkan: “Cukuplah manusia berdosa bila ia menceritakan semua apa yang didengarnya.”

 

  1. Bicaralah sesuai dengan suasananya. Janganlah engkau menceritakan hal-hal yang dapat menertawakan dalam suasana duka dan janganlah pula menceritakan hal-hal yang menyedihkan dalam suasana gembira. Jangan menyebutkan hal-hal yang menjijikkan pada waktu makan dan jangan pula membahas suatu cacat badaniah di saat orang yang memiliki cacat itu hadir di dalam majelis tersebut, supaya ia tidak merasa malu atau tersinggung perasaannya.

 

Berhati-hatilah pada waktu berbicara supaya tidak keluar air liurmu atau bertebaran ludah dari mulutmu.

 

Jangan sering memberi isyarat dengan kepala atau tanganmu. Apabila engkau ditanya tentang sesuatu, maka jawablah dengan ucapan, bukan dengan menggerakkan kepala atau kedua bahu.

 

Apabila orang lain ditanya, jangan terburu engkau menjawabnya… Berbicaralah dengan suara yang sedang sehingga dapat didengar oleh orang yang diajak bicara, karena suara yang sangat keras dapat mengganggu pendengarnya dan menunjukkan kekasaran dan kedunguan si pembicara, sedangkan suara yang pelan tidak dapat di dengar oleh orang yang diajak bicara.

 

Janganlah engkau terburu-buru pada waktu berbicara, supaya jelas dan dapat dipahami serta engkau pun akan selamat dari kesalahan ucap.

 

Adalah Nabi SAW. berbicara dengan suara yang jelas dan mudah dipahami oleh setiap orang yang mendengarnya.

 

Janganlah memonopoli (menguasai) pembicaraan untuk dirimu sendiri, tetapi berilah waktu kepada teman dudukmu dari pembicaraan itu.

 

  1. Apabila salah seorang anak perempuan berbicara kepadamu, maka dengarkanlah perkataannya dan hadapkanlah mukamu kepadanya.

 

Jangan engkau memutus bicaranya, tetapi tunggulah sampai ia selesai berbicara. Apabila engkau tidak memahami perkataannya, maka janganlah engkau katakan: “Bagaimana?” “Apa yang engkau katakan?” “Aku tidak paham perkataanmu!” akan tetapi pakailah ungkapan-ungkapan yang halus seperti: “Tolong ulangi perkataanmu.”

 

Apabila engkau berbicara kepada salah seorang anak perempuan, sedang ia tidak paham dengan perkataanmu, maka janganlah engkau marah.

 

Ulangilah perkataanmu untuk kedua dan ketiga kalinya sampai ia memahaminya. Sebab Nabi SAW. apabila berbicara suatu masalah beliau mengulanginya sampai tiga kali hingga dapat dimengerti.

 

Apabila engkau meminta sesuatu dari seorang anak perempuan, jangan katakan kepadanya: lakukanlah begini dan berikanlah ini, karena itu termasuk perkataan yang kasar.

 

Akan tetapi katakanlah: tolong lakukan ini, atau aku minta tolong agar engkau sediakan itu.

 

Apabila seorang perempuan memanggilmu, terutama Gurumu atau ibumu atau pun ayahmu, maka jawablah segera dengan perkataan: “Labbaik / ya.”

 

Tidak seorang pun yang lebih baik akhlaknya dari pada Rasulullah SAW. sedangkan apabila seorang sahabatnya memanggil beliau pasti menjawab: “Labbaik / ya !”.

 

Jangan katakan : mau apa kamu?, atau ingin apa kamu? Karena perkataan itu termasuk ucapan yang kasar.

 

  1. Jika hadir di dalam majelis orang yang lebih tua daripadamu, maka janganlah mendahuluinya dalam berbicara.

 

Nabi SAW. telah berkata kepada Abdurrahman bin Sahl r.a. “Diamlah, engkau masih belum dewasa.” Ketika ia hendak berbicara tentang suatu masalah, sedangkan ia yang termuda di antara hadirin lainnya.

 

Apabila engkau berbicara dengannya, gunakanlah kata-kata keagungan dan penghormatan, seperti: Anda atau Saudari.

 

Ketahuilah, bahwa penghormatan kepada orang tua telah dijanjikan balasan umur panjang bagi anak muda.

 

Sebagaimana dalam hadits: “Tidaklah seorang anak muda menghormati orang tua karena usianya, melainkan Allah mentakdirkan baginya orang yang akan menghormatinya ketika ia mencapai usia itu.”

 

Apabila seorang anak perempuan menceritakan suatu cerita kepadamu atau mengkhabarimu tentang sesuatu berita, janganlah engkau menghancurkan perasaannya dengan perkataanmu, “Aku telah mendengar cerita ini atau berita ini.” Akan tetapi bersikapiah diam, seakan-akan engkau belum mengetahui itu sebelumnya.

 

  1. Begitulah pula jika ia keliru dalam menceritakan atau menyampa kan berita itu, maka janganlah mentertawakannya.

 

Jangan pula menyalahkannya dengan keras lagi kasar seperti teguranmu kepadanya: “Perkataanmu itu tidak benar.” Akan tetapi tunjukkanlah kesalahannya secara halus sambil mengatakan, “Barangkali begini, menurut perkiraanku begini.” Jika ia tidak menerima teguranmu, maka biarkan dia dalam keadaannya.

 

Janganlah engkau bertengkar dengannya, walau engkau di pihak yang benar.

 

Dalam hadits disebutkan “Barangsiapa meninggalkan perdebatan sedang ia di pihak yang benar, baginya didirikan sebuah rumah dalam surga yang tertinggi.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Janganlah engkau mendebat saudaramu dan jangan pula bergurau dengannya. Janganlah engkau menjanjikan sesuatu kepadanya, lalu engkau mengingkarinya.”

 

Jika engkau bersalah, lalu diingatkan oleh seorang anak perempuan, maka terimalah peringatannya dengan gembira dan senang hati. Berterima kasihlah kepadanya atas nasihatnya. Jangan sampai engkau tidak mau menerima kebenaran, karena sikap itu merupakan kesombongan. Dalam hadits disebutkan: “Kesombongan itu adalah tidak mau menerima kebenaran.”

 

  1. Termasuk tata krama dalam berbicara adalah engkau hindari kata-kata yang kotor, caci maki dan pelaknatan.

 

Dalam hadits: “Bukanlah orang mukmin apabila suka memaki, suka melaknat maupun juga berkata keji dan kotor.”

 

Hendaklah engkau hindari melakukan ghibah (pergunjingan), dusta dan mengadu domba.

 

Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (Al-Hujuraat: 12).

 

Dalam hadits disebutkan: “Betapa besar khianatnya apabila engkau kabarkan suatu berita kepada saudaramu lalu ia mempercayaimu sedang engkau mendustainya.”

 

Dalam hadits yang lain: “Tidaklah masuk surga orang yang suka melakukan namimah (mengadu domba).”

 

Janganlah bersumpah dengan nama Allah, walaupun engkau berkata benar. Sebab Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah sebagai sasaran bagi sumpah-sumpahmu” (Al-Baqarah: 224).

 

Janganlah engkau bicara dengan kebodohan. Bilamana engkau ditanya tentang sesuatu yang tidak engkau ketahui, maka jangan malu untuk mengatakan: Allahu A’lam (Allah yang lebih tahu), atau saya tidak tahu.

 

Jawaban itu tidak akan merendahkan derajatmu, bahkan menaikkan kedudukanmu di sisi Allah dan masyarakat, karena hal itu menunjukkan kekuatan agamamu dan kesucian hatimu.

 

Dengan begitu engkau mendapat pahala ilmu. Itulah sebabnya Asy-Sya’bi rahimahullah berkata, “Aku tidak tahu adalah separuh dari ilmu.”

 

  1. Berhati-hatilah pula dalam berbicara untuk tidak menyiarkan rahasia, dan tidak bergurau dengan tidak sewajarnya, karena hal itu dapat menimbulkan dendam.

 

Janganlah banyak tertawa atau tertawa keras serta jangan pula bermuka cemberut.

 

Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci orang yang suka cemberut di hadapan saudara-saudaranya.”

 

Janganlah bersikap sombong, angkuh, dan suka membanggakan diri.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa” (An-Najm: 32).

 

Janganlah kamu suka mengejek seseorang dengan meniru perkataan dan perbuatannya, menyindir aib yang ada padanya atau menjelekkannya dengan julukan yang tidak pantas.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolokolokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolokOlokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk” (Al-Hujuraat: 11).

 

Apabila seorang perempuan bodoh mengganggumu dengan ucapannya maka janganlah menanggapinya. Sebagaimana kata penyair:

 

Bila orang bodoh berbicara, janganlah engkau jawab lebih baik kau diam daripada menjawabnya

Aku diamkan orang bodoh, maka ia mengira aku tak mampu menjawab, padahal aku mampu

 

  1. Wahai putri tercinta! ketahuilah, bahwa manusia berakal makan adalah untuk hidup, karena makan itu hal yang di wajibkan untuk kesehatan badannya. Jika ia tidak makan, pastilah ia mati.

 

Kebalikannya adalah orang bodoh. la hidup untuk makan sehingga keinginannya hanya mengisi perut saja sebagaimana binatang.

 

Maka engkau tidak boleh berlebih-lebihan makan demi mematuhi firman Allah “azza wa jalla: “Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan” (Al-A’raaf: 31).

 

Hendaklah engkau amalkan adab-adab pada waktu makan, yaitu:

 

  1. Hendaklah kamu berniat untuk menjadi kekuatan dalam melakukan ketaatan dan beribadah, supaya mendapat pahala atas niat itu.

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan yang diniatkannya.”

 

Janganlah engkau makan hanya bertujuan untuk sekedar merasakan kenikmatan dan kelezatan, sehingga engkau makan di setiap waktu, dan memasukkan makanan di atas makanan yang lain.

 

Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya termasuk perbuatan melampaui batas, apabila engkau makan segala yang engkau sukai.”

 

Akan tetapi makanlah pada waktu-waktu tertentu di saat engkau ingin makan. Makanlah makanan yang ada dan jangan tanyakan yang tidak ada.

 

Janganlah engkau makan sampai kekenyangan, akan tetapi berhentilah walau engkau masih menyukainya, karena terlalu kenyang dapat mengganggu kesehatan serta menyebabkan sifat bebal (bodoh).

 

Nabi SAW. telah melarang hal itu dengan sabdanya: “Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi sebuah wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam makan beberapa suap yang mampu menegakkan sulbinya (tulang punggung). Bilamana harus mengisi perut maka ia isi sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk napasnya.”

 

Nabi SAW pernah bersabda: “Seburuk-buruk umatku adalah mereka yang makan-makanan yang nikmat, sehingga tubuh mereka tumbuh karenanya, sedang keinginan mereka hanyalah beragamnya makanan dan pakaian dan mereka berbicara tidak keruan.”

 

Nabi SAW. bersabda pula: “Janganlah kamu sekalian makan terlalu kenyang, karena kekenyangan itu merusak agama, menimbulkan penyakit dan menyebabkan malas beribadah.”

 

  1. Hendaklah engkau memelihara kebersihan dengan mencuci kedua telapak tanganmu pada sebelum dan sesudahnya makanmu.

 

Dalam hadits dikatakan: “Wudhu (mencuci kedua telapak tangan) sebelum makan adalah menolak kemiskinan, dan sesudahnya dapat mencegah kegilaan atau sejenisnya.”

 

Hendaklah kamu makan dengan tanganmu yang kanan.

 

Dalam hadits: “Hendaklah seseorang dari kamu makan dengan tangan kanannya dan minum dengan tangan kanannya pula, mengambil dengan tangan kanannya dan memberi juga dengan tangan kanannya.

 

Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kiri pula, memberi dengan tangan kirinya mengambil juga dengan tangan kirinya.”

 

Hendaklah pertama kali engkau ucapkan: Bismillahir Rahmaanir Rahiim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang)

 

Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu makan, hendaklah ia menyebut nama Allah.

 

Jika ia lupa pada awalnya, hendaknya ia mengucapkan: Bismillah awwalahu wa aakhirahu (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).”

 

Janganlah engkau mengotori tangan dan bajumu dengan makanan. Janganlah menumpahkan kuah atau meletakkan tulang-tulang di atas soprah. Jangan banyak. minum pada waktu makan, karena hal itu dapat menghambat : pencernaan makanan.

 

Janganlah meniup makanan dan minuman.

 

Dalam hadits disebutkan: “Meniup dalam makanan itu menghilangkan barokah.”

 

Terdapat pula larangan menghembus dalam minuman.

 

Janganlah engkau minum dari mulut kendi, karena bisa membuatnya berbau busuk dan mungkin sekali di dalamnya terdapat kotoran atau hewan yang tidak kau lihat.

 

Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki minum dari mulut sebuah kendi, lalu merayap seekor ulat yang masuk ke dalam perutnya. Jangan bernapas atau bersendawa dengan gelas masih dimulut atau minum dari bagian gelas yang retak.

 

Telah disebutkan dalam hadits tentang larangan yang mengatakan bahwa ia adalah tempat duduk syaitan.

 

  1. Jangan pula engkau makan atau minum sambil berdiri. Karena perbuatan itu juga tidak diperbolehkan.

 

Dalam hadits dikatakan: “Janganlah engkau makan sambil berjalan.”

 

Para dokter pun telah melarangnya, karena usus besar (tempat pencernaan) tidak siap untuk menerima makanan dalam keadaan berjalan.

 

Ya, mereka para dokter menyuruh untuk bergerak setelah makanan menetap di dalam perut.

 

Sebagaimana dalam peribahasa Arab: “Makanlah pada waktu siang dan beristirahatlah, dan makanlah pada waktu malam lalu berjalanlah.”

 

Maka berjalanlah sebelum tidur, walaupun seratus langkah, karena berjalan termasuk penyebab terbesar dalam melancarkan pencernaan dan waktu malam biasanya diliputi ketenangan. Maka kita harus bergerak pada waktu itu.

 

Sebaliknya waktu siang adalah waktu bergerak dan Cukup untuk pencernaan.

 

Janganlah engkau tinggalkan makan siang atau makan malam. Sebab dalam hadits disebutkan: “Meninggalkan makan siang dapat menyebabkan sakit, sedangkan meninggalkan makan malam dapat menyebabkan lekas tua.”

 

Dalam hadits lain: “Makanlah pada waktu malam walaupun hanya segenggam kurma.”

 

Hendaklah engkau makan pagi sebelum keluar dari rumahmu. Seorang bijaksana berkata kepada putranya, “Wahai anakku, janganlah keluar dari rumah sehingga engkau makan terlebih dulu, karena dengan itu akalmu bisa tetap terjaga dan hilanglah segala kebodohan.”

 

  1. Termasuk adab adalah jangan engkau minum atau bicara sementara makanan masih berada di mulutmu. Jangan mengusap kedua bibirmu dengan lidah sesudah makan dan minum, tetapi usaplah dengan kain pembersih (serbet).

 

Janganlah minum air dengan sekali teguk tanpa bernapas, tetapi minumlah sekali teguk, lalu kemudian bernapas di luar gelas.

 

Dalam hadits disebutkan: “Teguklah air dengan kuat dan jangan meneguknya sekaligus (tanpa bernapas), karena penyakit hati itu disebabkan tegukan sekaligus.”

 

Rasulullah SAW. apabila minum air dalam gelas, beliau bernapas tiga kali. Dalam setiap napas beliau mengucapkan Alhamdulillah (memuji Allah Ta’ala) dan mengucap syukur setelah selesainya.

 

Janganlah engkau makan sambil telungkup di atas perut. Sebab telah disebutkan hadits tentang larangan melakukan hal itu. Jangan pula makan sambil terlentang atau bersandar di bantal, karena perbuatan itu menimbulkan kesombongan dan banyak makan serta merupakan kebiasaan penguasa yang sombong.

 

Janganlah makan sambil bersandar di salah satu sisi badanmu, karena perbuatan itu mengganggu kesehatan, ia menghalangi kelancaran masuknya makanan ke dalam usus besar sehingga menjadikan ia lemah.

 

Dalam hadits dikatakan kadang-kadang Rasulullah SAW. berlutut untuk makan dan terkadang duduk di atas punggung kedua telapak kakinya. Kadang-kadang pula beliau menegakkan kakinya yang kanan dan duduk di atas kakinya yang kiri.”

 

Nabi SAW. bersabda, “Aku tidak pernah makan sambil bersandar, karena sesungguhnya aku adalah seorang hamba biasa. Aku makan sebagaimana hamba makan dan duduk sebagaimana hamba duduk.”

 

Janganlah engkau makan makanan yang panas, tetapi sabarlah sampai ia menjadi dingin sedikit untuk mudah mengambilnya.

 

Disebutkan dalam hadits: “Janganlah engkau makan makanan panas, karena ia menghilangkan barokah.”

 

Hendaklah engkau kecilkan suapan dan mengunyah makanan dengan baik karena itu membantu pencernaan.

 

Jangan mengambil makanan lain sebelum menelan yang ada di mulutmu, karena hal itu menunjukkan kerakusan terhadap makanan.

 

  1. Apabila engkau selesai makan, cucilah kedua tangan dan bibirmu dengan baik yaitu dengan menggunakan sabun, kemudian keringkanlah keduanya dengan kain pembersih (serbet) yang bersih dari salah satu sisinya. Kemudian bersihkan sisa-sisa makanan di sela gigi-gigimu dengan tusuk gigi.

 

Dalam hadits: “Semoga Allah merahmati orangorang dari umatku yang mau membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi pada waktu mereka berwudhu dan setelah ia makan.”

 

Setelah membersihkan gigi hendaklah engkau berkumur. Sebab mungkin saja dalam mulut keluar darah yang dapat menajisi mulut. Mengenai hal ini terdapat atsar dari ahlil bait alaihimus salam (keluarga Nabi SAW.) sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitabnya Al-lhya’.

 

Syukurilah nikmat Allah Ta’ala dalam hatimu atas makanan yang telah diberikan-Nya kepadamu. Dan saksikanlah bahwa makanan adalah kenikmatan pemberian-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika hanya kepada-Nya saja kamu benar-benar menyembah” (An-Nahl: 114).

 

Dalam hadits disebutkan: “Sesungguhnya Allah ridha kepada hamba yang telah makan lalu mau memuji-Nya atas makanan itu, dan habis minum lalu memuji-Nya atas minuman tersebut.”

 

Nyatakan rasa syukurmu dengan lisanmu seraya mengucapkan, “Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) yang telah memberiku makanan ini, dan memberikannya sebagai rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku.”

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa mengatakan hal itu, diampuni semua dosa-dosanya yang terdahulu.”

 

Bacalah pula do’a, “Segala puji bagi Allah berupa pujian yang banyak lagi baik dan mendapat berkat tidak terbatas dan tiada berhenti, dan selalu dibutuhkan, wahai Tuhan kami.

 

Ya Allah berkatilah kami atasnya dan berilah kami makanan yang lebih baik darinya.”

 

Kecuali sesudah minum susu, maka katakanlah, “Ya Allah, berkatilah kami olehnya dan tambahilah kami darinya.” Karena tiada yang lebih mencukupi sesuatu makanan dan minuman selain susu.

 

Ucapkanlah sehabis minum air: “Segala puji bagi Allah yang menjadikannya tawar dan segar dengan rahmat-Nya, dan tidak menjadikannya asin sekali sampai pahit karena dosa-dosa kami.”

 

Adapun kalau sehabis makan, maka bacalah: “Aul huwallahu Ahad” (surat Al-Ikhlash) dan “Li iilaafi Quraisyin” (surat Quraisy).

 

 

 

 

  1. Sunnah bagimu untuk tidak menyendiri pada waktu makan. Maka makanlah engkau bersama keluargamu atau tamu-tamumu.

 

Dalam hadits disebutkan: “Adalah Rasulullah SAW. tidak makan sendirian.” Disebutkan pula dalam riwayat yang lain: “Berkumpullah untuk memakan yang kalian miliki, niscaya bagi kalian makanan itu diberkati.”

 

“Sebaik-baik makanan adalah yang dimakan oleh banyak orang.”

 

Apabila engkau makan bersama orang lain, maka pakailah adab-adab berikut ini di samping adab-adab yang telah lalu.

 

Janganlah engkau cepat-cepat duduk atau memulai makan sebelum orang perempuan yang lebih tua (umurnya) darimu atau lebih tinggi kedudukannya daripadamu. Kecuali bila engkau orang yang diikuti dan diteladani, karena engkau sebagai tuan rumah. Maka patutlah engkau memulai makan supaya para hadirin tidak lama menunggu.

 

Janganlah duduk berlama-lama di depan hidangan sehingga engkau menjadi orang terakhir yang berdiri dari tempat itu dan nampak seperti orang yang serakah dan tamak, kecuali bila engkau menjadi tuan rumah, maka dianjurkan bagimu melakukan itu.

 

Dalam hadits disebutkan: “Adalah Nabi SAW. apabila makan bersama orang banyak, beliau menjadi orang terakhir yang makan”

 

Janganlah terburu berdiri atau berhenti makan, walaupun engkau masih tetap berada di depan hidangan, supaya orang-orang di sebelahmu tidak merasa malu dan segera berhenti makan mengikutimu.

 

Dalam hadits: “Apabila makanan telah dihidangkan, maka janganlah ada seseorang yang lalu berdiri, walaupun ia sudah merasa kenyang, sehingga orang-orang selesai makan, karena perbuatan Itu dapat membuat malu teman duduknya, sedangkan mungkin Ia masih menyukal makanan itu.”

 

  1. Hendaklah di dalam majelis Itu engkau memilih tempat yang pantas bagimu, lalu duduk dengan sopan, dan tidak mempermainkan alat-alat makan, jangan engkau sering menoleh ataupun bergerak dan jangan pula mendesak orang yang ada disebelahmu.

 

Termasuk adab apabila engkau mengkhususkan salam dan bertanya tentang keadaan orang yang duduk di dekatmu dalam majelis itu.

 

Hal itu dimaksudkan untuk menimbulkan kegembiraan kepadanya serta menghilangkan rasa sepi dan jemunya.

 

Termasuk adab pula adalah jangan engkau duduk menghadap ke pintu kamar laki-laki. Jangan pula dengan sengaja engkau memandang aneka makanan dan wajah orang-orang yang sedang makan.

 

Jangan mengulurkan tangan ke arah makanan yang jauh darimu, tetapi ambillah makanan yang terdekat darimu. Kecuali buah-buahan, maka tidaklah mengapa engkau mengambil buah yang engkau sukai.

 

Dalam hadits: “Seusai makan Nabi SAW. mengelilingkan buah-buahan kepada para sahabatnya. Maka ditanyakan kepadanya tentang hal itu. Beliau menjawab: bukankah buah-buahan itu satu macam?” Makanlah buah-buahan itu sebiji demi sebiji dan jangan makan dua biji sekaligus. Telah tersebut dalam sebuah hadits tentang larangan melakukan hal itu, kecuali atas izin temanmu.

 

Janganlah menarik makanan dari hadapan temanmu ke arah dirimu dan jangan memakannya untuk dirimu sendiri tanpa menawari temanmu.

 

Apabila engkau makan pisang misalnya, jangan engkau letakkan kulitnya di hadapan orang lain, sehingga menimbulkan sangkaan bahwa engkau tidak makan apa-apa. Ini nerupakan dusta.

 

Dan jangan melemparkan kulitnya di jalanan supaya idak menyebabkan orang lain tergelincir.

 

Dan usahakan jangan menimbulkan suara waktu mengunyahnya hi, terutama bila engkau menikmati sesuatu makanan, karena hal itu menunjukkan sifat keserakahan.

 

  1. Apabila engkau tidak dapat menahan ludah atau ingus, maka menjauhlah dari majelis.

 

Janganlah mengeluarkan suara keras di saat meludah atau mengeluarkan ingus. Begitu pula apabila engkau berbicara, maka bicaralah dengan perkataan yang sesuai dengan suasana.

 

Disebutkan dalam hadits bahwa Nabi SAW. menanyakan kuah kepada keluarganya. Mereka menjawab, “Kami hanya mempunyai cuka.”

 

Maka beliau menyuruh mengambilnya, lalu memakannya seraya berkata, “Sebaik-baik kuah adalah cuka, sebaik-baik kuah adalah cuka.”

 

Janganlah engkau menyebut sesuatu yang menjijikkan atau bercerita tentang yang menyedihkan pada saat makan berlangsung, karena hal itu tidak sesuai dengan adab.

 

Janganlah makan dari atas talam atau dari tengah makanan. Dalam hadits dikatakan: “Makanlah dari sekitar

 

pinggiran talam dan jangan makan dari tengahnya, karena barokah turun di tengahnya.”

 

  1. Termasuk adab pula: jangan engkau menyentuh suatu makanan dengan tanganmu, tetapi ambillah dengan sendok, kecuali bila makan bersama-sama dalam satu talam. Maka hal itu tidak mengapa, akan tetapi makanlah bagian yang ada di depanmu. Jangan mengibaskan tangan dalam talam dan jangan pula mendahulukan kepala ketika engkau memasukkan suapan ke dalam mulutmu. Apabila engkau mengeluarkan sesuatu dari mulutmu, maka palingkan wajahmu dari makanan dan ambillah dengan tangan kirimu.

 

Roti yang engkau patahkan dengan gigimu, janganlah engkau celupkan sisanya ke dalam kuah. Begitu pula, jika engkau mengambil sesuatu dari dalamnya, lalu engkau letakkan dalam piring atau mulutmu, maka janganlah mengembalikannya ke tempatnya semula supaya orang lain tidak merasa jijik dengannya.

 

  1. Janganlah engkau bersendawa di hadapan seseorang, tetapi palingkanlah wajahmu darinya. Bersendawalah dengan pelan.

 

Janganlah mencium makanan dengan hidungmu. Nabi SAW. telah melarang hal itu dengan sabdanya: “Janganlah kamu mencium makanan seperti yang dilakukan hewan buas.”

 

Apabila seseorang menawarkan makanan kepadamu, sedang engkau tidak menyukainya, maka jangan menampakkan ketidaksukaanmu kepadanya, apalagi engkau mencelanya atau mengatakannya: aku tidak menyukainya. Akan tetapi kemukakanlah alasan kepadanya dengan ungkapan yang halus, seperti perkataan: aku harap engkau maafkan aku atau terima kasih banyak bagimu atau yang semacam itu.

 

Telah dikemukakan bahwa Nabi SAW. sama sekali tidak pernah mencela makanan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Orang-orang menghidangkan biawak panggang kepada Rasulullah SAW. Beliau mengulurkan tangan ke arah makanan itu. Mereka para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah ia adalah daging biawak.” Maka beliau lalu mengangkat kembali tangannya. “

 

Khalid bin Walid r.a. berkata, “Wahai Rasulullah apakah biawak itu haram? “Nabi SAW. menjawab, “tidak,” tetapi ia tidak terdapat di negeri kaumku, sehingga aku tidak menyukainya.”

 

  1. Apabila engkau mencuci kedua tanganmu, maka janganlah lalu mengibaskannya supaya percikan airnya tidak mengenai orang yang hadir.

 

Apabila engkau makan di tempat seseorang, maka do’akanilah dia seusai makan dan ucapkanlah: “Ya Allah, perbanyaklah kebaikannya, berkatilah dia dengan rezeki yang Engkau berikan kepadanya, mudahkanlah dia melakukan kebaikan dengan rezeki itu dan puaskanlah dia dengan rezeki yang Engkau berikan kepadanya serta jadikanlah kami dan dia sebagai orang-orang yang bersyukur.”

 

Dalam hadits: “Nabi SAW. berbuka puasa di rumah Sa’ad bin Ubadah r.a. Kemudian Nabi SAW. berdo’a dan mengucapkan: “Orang-orang yang puasa berbuka di tempatmu, dan orang-orang yang shalih memakan makananmu sedangkan para malaikat mendo’akan kalian semuanya.”

 

Nabi SAW. makan di rumah Abdullah bin Busr r.a. kemudian berkata:

 

“Ya Allah, berkatilah mereka dengan rezeki yang Engkau berikan kepada mereka dan ampunilah dosa-dosa mereka serta kasihilah mereka.”

 

Apabila engkau menghadiri jamuan makan, maka janganlah mengambil sesuatu makanan yang kau bawa pulang ke rumahmu, itulah yang dinamakan suatu kekeliruan, kecuali bila si pemiliki rumah mengizinkan atau engkau ketahui keridhaannya, maka hal itu tidak mengapa.

 

Ketika itu ambillah mana yang engkau inginkan atau yang disetujui teman-temanmu.

 

Janganlah engkau menghadiri walimah (perjamuan makan) jika engkau tidak diundang, sehingga menjadi tamu yang tak diundang.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa berjalan untuk menghadiri jamuan makan sedang ia tidak diundang, maka iapun berjalan sebagai orang fasik (berbuat jahat) dan makan makanan haram.”

 

  1. Wahai putri! patutlah engkau memperhatikan kunjunganmu kepada para kerabatmu, karena hal itu berarti menjalankan silaturrahmi. Di samping itu perhatikan pula untuk mengunjungi teman-teman wanitamu agar tetap terjalin hubungan saling mencinta dengan mereka.

 

Dalam hadits: “Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka dua malaikat menyerunya: Berbahagialah engkau dan amanlah perjalananmu serta akan engkau tempati sebuah rumah di surga nanti.”

 

  1. Hendaklah engkau jalankan adab-adab dalam berkunjung sebagaimana berikut ini, yaitu:

 

Hendaklah engkau minta izin terlebih dahulu sebelum masuk, dengan berdiri di depan pintu luar rumah, supaya tidak melihat orang yang ada di dalamnya.

 

Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya minta izin itu diharuskan, demi menjaga pandangan.”

 

Disunnahkan bagimu untuk memberi salam, kemudian meminta izin dengan berkata, ” Assalamu’alaikum, bolehkah saya masuk?”

 

Apabila pintu telah terbuka, maka menghadaplah ke sisi kanan atau kiri. Disebutkan dalam hadits: “Adalah Rasulullah SAW. apabila beliau mendatangi pintu rumah seseorang tidaklah beliau menghadap pintu dari depannya, tetapi dari sisi kanan atau kirinya.

 

Kemudian beliau mengatakan: Assalamu’alaikum, Assalamu’alaikum.”

 

Hal itu disebabkan rumah-rumah pada waktu itu tidak memakai tabir/tirai.

 

  1. Bilamana pintunya tertutup, maka ketuklah dengan pelan. Jika ada bel, maka bunyikanlah tanpa mengejutkan dan ‘ tanpa keras-keras. Allah telah mengajari kita adab-adab untuk minta izin, yaitu dalam firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin” (An-Nuur: 27, 28).

 

  1. Minta izin itu bisa dilakukan sampai tiga kali. Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu minta izin sampai tiga kali sedang ia tidak diberi izin, maka hendaklah ia pulang.”

 

Jika dikatakan kepadamu: siapa kamu? atau siapa yang di pintu? maka jawablah dengan menegaskan namamu. Jangan menjawab: saya, atau temanmu, dan yang semacam itu. Kecuali apabila pemilik rumah sudah mengenal suaramu, maka tidaklah mengapa kalau begitu.

 

Dalam hadits Mi’raj disebutkan : Ketika Jibril minta dibukakan pintu langit, dikatakan kepadanya,” Siapa ini?”

 

Jibril menjawab, “Jibril.”

 

Sahabat Jabir r.a. berkata: Suatu ketika aku mendatangi Nabi SAW., lalu kuketuk pintu.

 

Nabi SAW. berkata, “Siapa ini?”

 

Aku menjawab, “Aku.”

 

Maka Nabi SAW. berkata, “Aku, aku.” Nampaknya beliau tidak menyukai jawaban itu.

 

Pernah pula seorang laki-laki mengetuk pintu seorang ulama’. Orang alim itu berkata, “Siapa?”

 

Orang itu menjawab, “Saya.”

 

Maka orang alim itu berkata, “Aku tidak mengenal seorang pun dari saudara-saudara kami yang bernama saya.”

 

Apabila dikatakan kepadamu pemilik rumah sedang tidak ada, maka janganlah marah dan berburuk sangka bahwa ia tidak suka menemuimu.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali sajalah,” maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (An-Nuur: 28).

 

Setiap keluarga yang tinggal dalam satu rumah ada kalanya masing-masing mempunyai kamar khusus. Maka wajiblah meminta izin untuk memasukinya.

 

Janganlah seseorang membuka kamar orang lain tanpa seizin pemiliknya, sekalipun orang terdekat dengannya, sebagaimana ayah dan ibunya.

 

Dalam hadits disebutkan: “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW.: “Apakah aku harus minta izin untuk masuk ke kamar ibuku?”

 

Nabi SAW. menjawab, “Ya”.

 

Dia berkata, “Aku tinggal bersamanya dalam satu rumah.”

 

Nabi SAW. berkata, “Mintalah izin untuk masuk kepadanya.”

 

Orang itu berkata, “Aku melayaninya.”

 

Rasulullah SAW. menjawab, “Mintalah izin kepadanya. Apakah engkau suka melihat ibumu dalam keadaan telanjang?”

 

Orang itu menjawab, “Tidak.”

 

Nabi SAW. berkata, “Kalau begitu, mintalah izin kepadanya.”

 

  1. Termasuk tata krama dalam berkunjung adalah engkau berkunjung pada waktu yang sesuai, bukan waktu makan atau tidur ataupun pada waktu bekerja, supaya orang perempuan yang kau kunjungi tidak merasa berat dan tidak membenci kunjunganmu.

 

Berkunjunglah yang tidak terlalu sering. Jangan berkunjung setiap hari atau dalam hari-hari yang berdekatan supaya ia tidak jemu dengan kedatanganmu.

 

Termasuk tata kramanya pula adalah jangan engkau terlalu jarang berkunjung kepadanya supaya tidak menimbulkan kesepian dan pemutusan hubungan.

 

Dalam hadits: “Berkunjunglah kadang-kadang supaya dengannya dapat menambah kecintaan.”

 

Janganlah berkunjung terlalu lama, terutama bila orang yang dikunjungi sedang sibuk atau bersiap untuk keluar atau juga akan makan, kecuali bila hal itu atas permintaannya, maka tidaklah mengapa kalau begitu.

 

  1. Hendaklah engkau berpakaian yang bersih, berpenampilan yang bagus lalu duduk di tempat yang pantas. Jangan mendahului orang yang lebih tua umur atau kedudukannya.

 

Jangan mempermainkan buku-buku dan surat-surat yang terdapat di ruang tamu, alat-alat, bunga-bunga atau juga yang lainnya. Jangan mengambil sesuatu tanpa seizin tuan rumah.

 

Apabila menemukan sepucuk surat janganlah lalu membacanya karena sifat ingin tahu.

 

Dalam hadits dikatakan: “Barangsiapa membaca surat saudaranya tanpa seizinnya, maka ia seakan-akan mengintai dalam neraka.”

 

Jangan meludah di atas lantai atau permadani, tetapi lakukanlah di tempat membuang ludah atau di manapun yang pantas.

 

Hendaklah engkau ikut serta merasakan suka dan dukanya orang yang dikunjungi.

 

Dan mintalah izin darinya bila ingin pulang. Jika ia mengizinkannya, tapi keburu datang tamu yang lain, maka tinggallah sebentar dan jangan langsung keluar, supaya tamu yang lain itu tidak menyangka engkau pulang karena dia, dan engkau tidak suka bertemu dengannya. Kecuali bila engkau tergesa-gesa, maka beritahulah dia apa sebab engkau pulang dan kemukakan alasan kepadanya.

 

  1. Apabila seorang perempuan mengunjungimu, maka Sambutlah dia dengan wajah cerah dan penuh gairah seraya berkata, “Ahlan wa Sahlan wa Marhaban/ Selamat datang.”

 

Jabatlah tangannya dengan keadaan engkau sangat gembira atas kunjungannya. Kemudian dudukkan dia di tempat yang pantas dengannya serta bertanyalah kepada dia tentang kesehatannya dan kesehatan keluarganya. Lalu berbicaralah dengannya dengan suara yang lemah lembut dan sopan serta wajah yang berseri-seri.

 

Berdirilah untuk melayani tamumu sendiri. Allah Ta’ala telah memuji Sayyidina Ibrahim a.s. dengan firman-Nya: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (Adz-Dzaariyaat: 24).

 

Mereka itu dimuliakan karena Ibrahim melayani sendri kepadanya dan menyuruh istrinya sebagai pelayan untuk menyegerakan mengeluarkan hidangan.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang” (Huud: 69).

 

“Maka ia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar)” (Adz-Dzaariyaat: 26).

 

Dalam hadits: “Pada suatu hari datang utusan Raja Najasyi (Raja Habasyah di Ethiopia) kepada Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW. berdiri melayani mereka. Maka sahabat-sahabatnya berkata, “Wahai Rasulullah kami yang mencukupimu. Nabi SAW. menjawab, “Jangan.”

 

Mereka dulu memuliakan sahabat-sahabatku maka aku ingin membalas budi baik mereka.”

 

Imam Asy-Syafi’i datang kepada Imam Malik rahimahumallahu, lalu Imam Malik menyuguhkan makanan kepadanya. Dan beliau sendiri yang menuangkan air dengan kedua tangannya sambil berkata, “Janganlah engkau heran terhadap apa yang engkau lihat. Melayani tamu adalah wajib.”

 

  1. Suguhkaniah kepada tamumu makanan dan minuman yang Sesuai dengannya dengan seadanya, tanpa memaksakan diri Sehingga engkau tidak merasa berat atas kedatangannya.

 

Jangan engkau katakan, “Maukah aku hidangkan makanan kepadamu?” Akan tetapi suguhkanlah hidangan terlebih dulu. Jika ia suka biar dimakannya. Kalau tidak, maka angkatlah makanan itu.

 

Sahabat Salman Al-Farisi r.a. berkata, “Rasulullah SAW. menyuruh kami untuk tidak memaksakan diri menyediakan makanan yang tidak ada kepada tamu kami, dan menyuruh kami menyuguhkan makanan yang ada pada kami.”

 

Janganlah engkau membatasi dalam menghormati tamumu.

 

Dalam hadits disebutkan: “Rasulullah SAW. pernah singgah pada seorang laki-laki yang memiliki unta dan sapi yang banyak, namun ia tidak menjamunya sebagaimana seorang tamu. Kemudian beliau singgah pada Seorang perempuan yang mempunyai beberapa ekor kambing. Perempuan itu pun menyembelih seekor kambing untuknya.

 

Nabi SAW. berkata: lihatlah kedua orang tadi. Sesungguhnya akhlak ini di tangan Allah. Barangsiapa yang dikehendaki Allah diberi akhlak yang baik, ia pun akan melakukannya.”

 

Dalam hadits lain: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya.”

 

Dalam riwayat lain: “Aku dan orang-orang yang bertakwa dari umatku bebas dari sikap memaksa diri.” Seorang Penyair berkata :

 

Wajah ceria manusia lebih baik daripada hidangan

Maka bagaimana dengan orang yang menyuguhkan makanan sambil tertawa

 

  1. Disunnahkan bagimu menganjurkan tamu agar giat untuk makan. Dalam hadits yang panjang riwayat dari Abi Hurairah r.a. disebutkan bahwa Nabi SAW. menyuruh memanggil ahli Shuffah (Faqir miskin yang tinggal di masjid Nabi). Ketika mereka datang, Nabi SAW. membuat mereka kenyang dengan segelas susu yang disuguhkannya.

 

Abu Hurairah r.a. menceritakan hadits itu hingga ia . berkata: Rasulullah SAW. berkata kepadaku, “Tinggal aku dan kamu.”

 

Aku berkata, “Engkau benar, wahai Rasulullah.”

 

Rasulullah SAW. lalu berkata, “Duduk dan minumlah.” Aku pun duduk dan minum. Nabi SAW. berkata lagi, “Minumlah.” Maka aku pun terus minum dan beliau selalu berkata kepadaku, “Minumlah,” hingga aku berkata, “Tidak demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran. Aku tidak menemukan jalan untuk memasukannya.”

 

Kemudian Nabi SAW. berkata, “Berikan kepadaku.” Kemudian aku memberinya gelas. Maka beliau memuji Allah dan menyebut nama-Nya kemudian baru meminum sisanya.

 

  1. Apabila seseorang datang kepadamu untuk mengunjungimu, janganlah engkau bersembunyi darinya dan menyuruh pelayan perempuanmu berkata kepada tamu bahwa engkau sedang tidak ada di rumah atau engkau lagi tidur. Ini bukan akhlak yang baik. Perbuatan ini haram karena merupakan dusta. Engkau harus menemui tamumu. Jika engkau merasa payah, maka tahanlah kepayahan itu.

 

Kalau sekiranya tamumu minta izin untuk pulang, janganlah terburu-buru mengizinkannya, tetapi tahanlah ia lebih lama, kecuali bila ia mendesakmu meminta izin. Maka izinkan ia pulang dan antarkan dia sampai ke pintu rumah atau ke jalan, sambil menunjukkan penyesalan atas ketergesaannya dan berterima kasih atas kunjungannya serta mengharap agar ia sering berkunjung.

 

Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya termasuk sunnah adalah apabila seseorang keluar mengantar tamunya menuju pintu rumah.”

 

  1. Dianjurkan bagimu menjenguk perempuan yang sedang Sakit, terutama bila ia masih kerabatmu, gurumu ataupun temanmu.

 

Apabila engkau mendengar salah seorang dari mereka sakit, maka segeralah engkau menjenguknya untuk mengetahui keadaannya dan menghibur hatinya sambil mendo’akannya supaya lekas sembuh.

 

Dalam hadits disebutkan: “Kewajiban seorang muslim atas orang muslim yang lain ada lima yaitu: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan dan mendo’akan orang yang bersin.”

 

Dalam hadits lain: “Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim lainnya pada waktu pagi, melainkan ia dido’akan oleh 70.000 malaikat sampai sorenya, dan jika ia menjenguknya pada waktu sore, maka ia dido’akan oleh 70.000 malaikat sampai pagi harinya, dan di surga nanti ia akan mendapatkan buah yang siap petik.”

 

Sebelum menjenguk orang sakit, engkau harus bertanya lebih dulu, apakah ia bisa menerima tamu atau tidak? supaya tidak memberatkan baginya. Apabila ia sanggup menemui, maka segeralah menjenguknya. Tapi apabila ia tidak kuasa atau penyakitnya jenis penyakit menular, maka cukuplah engkau memberi salam kepadanya dan mendo’akannya agar lekas sembuh. Tanyakanlah selalu tentang kesehatannya kepada salah seorang dari keluarganya.

 

  1. Termasuk tata krama berkunjung adalah, engkau hanya duduk sebentar saja di hadapan si sakit, supaya ia tidak merasa payah atau kesal karena. menemuimu, kecuali Dila ia senang atas keberadaanmu, maka hal itu tidaklah mengapa.

 

Dari sahabat Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Termasuk sunnah Rasulullah SAW adalah mempercepat duduk dan tidak bersuara keras pada waktu menjenguk orang sakit.”

 

Dalam hadits: “Waktu untuk menjenguk orang sakit adalah waktu antara dua perahan susu unta.”

 

Seorang Ulama Sufi bernama Sariyyu As-Saqathiy Rahimahullah berkata, “Aku sakit di kota Thursus. Kemudian sekelompok orang datang menjengukku, mereka duduk berlama-lama hingga membosankanku. Setelah itu mereka meminta do’a dariku. Maka kuangkat tanganku seraya berdo’a, “Ya Allah, ajarilah kami bagaimana cara menjenguk orang sakit.”

 

Termasuk adab pula, jangan menanyakan keadaannya dengan perkataan yang singkat apabila ia tidak keberatan menjawabnya.

 

Kalau berat, cukuplah engkau tanyakan siapa yang merawatnya dan ajukan pertanyaanmu dengan suara yang sedang, karena suara yang sangat pelan bisa menimbulkan rasa takut di hatinya, sedangkan suara yang keras mungkin saja bisa membuatnya lebih gelisah dan memperparah penyakitnya.

 

Letakkan tanganmu di atas dahi atau tangannya. Dalam hadits: “Kesempurnaan menjenguk orang sakit apabila seseorang dari kamu meletakkan tangan di atas dahinya, atau di atas tangannya sambil bertanya kepadanya, bagaimana oa?”

 

Dalam suatu riwayat: “Bagaimana keadaanmu pada waktu pagi?”, atau “Bagaimana keadaanmu pada waktu sore?” f

 

Orang yang sakit menjawab, “Aku dalam keadaan baik, Alhamdulillah.”

 

Apabila engkau melihat perubahan pada warnanya atau kelemahan badannya, maka jangan tunjukkan kegelisahanmu atas hal itu, supaya’ia tidak takut dan tidak terkejut yang dapat menambah sakitnya.

 

Akan tetapi berilah ia semangat hidup dan do’akan dia Dari sahabat Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Termasuk sunnah Rasulullah SAW adalah mempercepat duduk dan tidak bersuara keras pada waktu menjenguk orang sakit.”

 

Dalam hadits: “Waktu untuk menjenguk orang sakit adalah waktu antara dua perahan susu unta.”

 

Seorang Ulama Sufi bernama Sariyyu As-Saqathiy Rahimahullah berkata, “Aku sakit di kota Thursus. Kemudian sekelompok orang datang menjengukku, mereka duduk berlama-lama hingga membosankanku. Setelah itu mereka meminta do’a dariku. Maka kuangkat tanganku seraya berdo’a, “Ya Allah, ajarilah kami bagaimana cara menjenguk orang sakit.”

 

Termasuk adab pula, jangan menanyakan keadaannya dengan perkataan yang singkat apabila ia tidak keberatan menjawabnya.

 

Kalau berat, cukuplah engkau tanyakan siapa yang merawatnya dan ajukan pertanyaanmu dengan suara yang sedang, karena suara yang sangat pelan bisa menimbulkan rasa takut di hatinya, sedangkan suara yang keras mungkin saja bisa membuatnya lebih gelisah dan memperparah penyakitnya.

 

Letakkan tanganmu di atas dahi atau tangannya. Dalam hadits: “Kesempurnaan menjenguk orang sakit apabila seseorang dari kamu meletakkan tangan di atas dahinya, atau di atas tangannya sambil bertanya kepadanya, bagaimana oa?”

 

Dalam suatu riwayat: “Bagaimana keadaanmu pada waktu pagi?”, atau “Bagaimana keadaanmu pada waktu sore?”

 

Orang yang sakit menjawab, “Aku dalam keadaan baik, Alhamdulillah.”

 

Apabila engkau melihat perubahan pada warnanya atau kelemahan badannya, maka jangan tunjukkan kegelisahanmu atas hal itu, supaya’ia tidak takut dan tidak terkejut yang dapat menambah sakitnya.

 

Akan tetapi berilah ia semangat hidup dan do’akan dia 4. Disunnahkan bagimu untuk membangkitkan selera makannya.

 

Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW. menjenguk seorang laki-laki Anshar. Kemudian Nabi SAW. berkata, “Makanan apa yang engkau sukai?” Orang itu menjawab, “Aku suka roti gandum.” Kemudian seorang lakilaki berdiri, lalu pergi dan datang membawa sepotong roti. Maka Nabi SAW. memberinya makanan itu. Kemudian Nabi SAW. berkata, “Apabila orang yang sakit di antara kamu menyukai sesuatu, hendaklah ia memberinya makanan itu.” Disunnahkan pula mendo’akannya dengan do’a yang diriwayatkan dari Nabi SAW. yaitu: “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung. Tuhan Pemilik “Arsy Yang Agung, agar menyembuhkanmu.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang masa ajalnya, lalu mengucapkan do’a tadi dihadapannya sebanyak 7 kali, maka Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.”

 

Disunnahkan pula bagimu untuk meminta do’a darinya. Disebutkan dalam hadits: “Jenguklah orang-orang sakit dan suruhlah mereka mendo’akan kamu, karena do’a orang sakit itu mustajab dan dosanya diampuni.”

 

 

 

  1. Termasuk adab orang sakit adalah bersabar atas penyakit yang dideritanya. Maka ia tidak boleh menggerutu (gelisah/cemas) dan tidak boleh banyak mengeluh, tetapi ridha dengan penyakit yang telah ditakdirkan Allah kepadanya supaya ia mendapat pahala yang banyak.

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Tidaklah orang mukmin yang menderita kepayahan maupun penyakit, kesusahan dan kesedihan, gangguan dan keresahan, bahkan duri yang mengenai kakinya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan semua itu,”

 

Hendaklah ia berdo’a kepada Allah supaya dirinya lekas sembuh. Sebagaimana dalam hadits: “Seorang laki-laki mengeluh kepada Nabi SAW. atas rasa sakit yang dialami badannya. Maka Rasulullah SAW. berkata kepadanya letakkan tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit dan ucapkan: Bismillah (tiga kali). Dan katakan (tujuh kali): aku berlindung dengan Keperkasaan dan Kekuasaan Allah dari kejahatan apa yang aku rasakan dan aku takuti.”

 

  1. Hendaklah ia menggunakan obat yang berfaedah untuk kesehatannya. Dalam hadits: “Berobatlah kamu sekalian, karena tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah menurunkan obat baginya.”

 

Hendaklah ia berkeyakinan bahwa kesembuhan itu berasal dari Allah, bukan dari obat.

 

Sebagaimana dikatakan Allah Ta’ala ketika menceritakan tentang Nabi-Nya Ibrahim a.s.: “Dan apabila aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku” (AsySyu’ara:80).

 

Janganlah sampai ia meninggalkan shalat selama menderita sakit atau menunda pada waktu sesudahnya.

 

Hendaklah ia shalat menurut kemampuannya. Nabi SAW. berkata kepada sayyidina Imran bin Hushain r.a. yang menderita penyakit bawasir (penyakit di dubur): “Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak sanggup, maka sambil duduk. Jika tidak sanggup maka shalatlah di atas sisi tubuhmu. Jika tidak sanggup lagi maka shalatiah sambil berbaring. Allah tidak memaksa seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya.”

 

Perempuan yang sakit boleh menjama’ (menggabung) antara shalat Zhuhur dan Ashar, baik taqdim (dimajukan) maupun ta’khir (diakhirkan).

 

Demikian pula antara Maghrib dan Isya”, bila ia merasakan penyakit itu dalam Takbirotul Ihram pada kedua waktu itu dan ketika mengucap salam dari yang pertama dan di antara keduanya.

 

Jika ia tidak sanggup berwudhu, maka hendaklah meminta orang lain untuk membantunya berwudhu.

 

Jika tidak ada yang membantunya, ia boleh bertayammum. Hendaklah ia berhati-hati sekali terhadap najis karena najis adalah masalah yang berat. Janganlah menggampangkannya/menganggap ringan sebagaimana yang biasa dilakukan sebagian orang sakit.

 

Janganlah ia meninggalkan puasa ramadhan bila ia mampu atau kalau tidak kuasa, boleh mengqodhonya (menggantinya) segera setelah ia sembuh.

 

  1. Bila ia sudah sembuh, hendaklah ia banyak bersyukur kepada Allah atas kesembuhannya dan mohon kepada Allah agar diberi panjang umur dalam ketaatan kepada-Nya disertai perlindungan dan keafiatan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Mohonlah pengampunan dan kesehatan kepada Allah, karena tiada seorang pun yang diberi sesuatu sesudah keyakinan, yang lebih baik selain daripada sehat walafiat.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Sebaik-baik kamu sekalian adalah yang terpanjang umurnya dan terbaik amalannya.”

 

Hendaklah ia mengingat kebaikan orang-orang yang melayani dan menjenguknya pada waktu ia masih sakit.

 

Sebab ia pun patut berterima kasih kepada mereka dan berkunjung ke rumah-rumah mereka sesuai dengan kemampuannya.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.”

 

Hendaklah ia menepati apa-apa yang dijanjikannya kepada Allah pada waktu masih sat-itnya, yang berupa taubat dan melakukan amal-amal shalih.

 

Telah disebutkan dalam hadits, bahwa Nabi SAW. menjenguk Khawwaat bin Jubair r.a. pada waktu sakitnya, lalu berkata kepadanya, “Wahai khawwaat, apakah sehat badanmu.?

 

Aku menjawab, Dan badanmu, wahai Rasulullah.”

 

Nabi SAW. berkata, “Tepatilah apa yang telah engkau janjikan kepada Allah.”

 

Aku berkata, “Aku tidak menjanjikan apa-apa kepada Allah ‘azza wa jalla.” Nabi SAW. berkata, “Benar, sesungguhnya tidaklah seseorang hamba sakit, melainkan ia telah berjanji melakukan kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla. Maka tepatilah apa yang engkau janjikan kepada Allah.”

 

Apabila engkau mendengar berita tentang kematian seseorang, disunnahkan bagimu mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi Roji’uun, wa innaa ilaa Robbina Iamunqalibuun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, dan sesungguhnya kepada Tuhan kita, kita akan kembali.

 

Ya Allah, tulislah dia di sisi-Mu termasuk golongan Orang yang berbuat baik dan sampaikan buku catatan amalannya di ‘Illiyyin. Dan gantilah Ia untuk keluarganya di antara orang-orang yang masih hidup. Jangan Engkau haramkan kami pahalanya dan jangan timbulkan fitnah pada kami setelah ia tiada.”

 

Kemudian pergilah kepada keluarganya guna melakukan takziyah untuk meringankan kesedihan mereka dan menghiburnya atas musibah yang menimpa mereka serta engkau sebutkan kepada mereka tentang banyaknya pahala kesabaran.

 

Engkau larang mereka menyesal, dengan menunjukkan akibat penyesalan yang dapat menghilangkan pahala dan menyebabkan dosa.

 

Engkau katakan, semoga Allah memberi kalian pahala yang besar dan memberi hiburan yang lebih baik kepada kalian serta mengampuni dosa orang yang meninggalkanmu. Kepunyaan Allah apa yang diambil-Nya dan :milik-Nya pula apa yang telah diberikan-Nya, sedangkan segala sesuatu di sisi-Nya mempunyai masa tertentu.

 

Demikianlah kehidupan ini dan inilah akhir dari setiap makhluk hidup. “Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian” (Ali Imran: 185).

 

Dalam hadits disebutkan: “Tidaklah seorang mukmin melakukan takziyah kepada saudaranya yang tertimpa musibah, melainkan Allah ‘azza wa jalla memakaikan padanya pakaian kemuliaan di hari kiamat.”

 

  1. Hendaklah engkau ikut berduka cita dengan keluarga si mayit dalam merasakan kesedihan mereka. Maka janganlah engkau menampakkan kegembiraan di hadapan mereka dengan memakai pakaian yang mewah atau tertawa atau tersenyum atau bahkan bergurau dengan orang lain.

 

Janganlah banyak bicara atau berbicara tentang keadaan yang meninggal dunia selama belum dimulai oleh keluarga dan kerabatnya. Saat itu pujilah semua kebaikannya dan sebutkan amal-amalnya yang baik. Janganlah engkau sebutkan keburukan-keburukannya. Nabi SAW. telah bersabda: “Sebutlah kebaikan-kebaikan orang yang mati di antara kamu dan jangan menyebutkan keburukan-keburukan mereka.”

 

Dianjurkan bagimu untuk melakukan takziyah sebelum dan sesudah penguburannya serta makruh hukumnya sesudah tiga hari, karena memperbarui kesedihan.

 

Kecuali apabila pelaku takziyah atau orang yang menerima takziyah tidak ada di rumah, sehingga masa takziyah berlangsung hingga ia datang.

 

Hendaklah engkau membantu keluarga si mayit sesuai dengan kemampuanmu. Berusahalah sebisanya untuk mengikuti shalat jenazah, karena hal itu termasuk kewajiban sebagian orang muslim atas muslim lainnya, baik laki-laki maupun perempuan dan hal itu mempunyai keutamaan yang besar.

 

Dalam hadits: “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga ia dapat menshalatinya, maka ia telah mendapat pahala satu qirath.

 

Barangsiapa menghadirinya hingga ia dikubur, maka ia pun telah mendapat dua qirath.” Ada yang mengatakan, “Apakah dua qirath itu?”

 

Nabi SAW. menjawab, “Seperti dua gunung besar.” Adapun mengantarkan jenazah, maka ini dilakukan khusus oleh orang-orang laki-laki dan berhukum makruh atau haram atas para wanita, bila hal itu menimbulkan kerusakan/fitnah.

  1. Apabila seorang perempuan mengalami kematian Salah seorang kerabatnya ataupun temannya, maka ia harus bersabar dan tabah.

 

Hendaklah ia mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa . Ilaihi roji’uun. Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik darinya.”

 

Ummu Salamah r.a. berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku mengatakan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah SAW. kepadaku.

 

Maka Allah mengganti yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah SAW.”

 

Dalam hadits lain disebutkan: “Apabila anak hamba Allah meninggal dunia, Allah Ta’ala berfirman kepada para malaikat-Nya,” Kalian mencabut nyawa anak hambaKu?”

 

Mereka menjawab, “Ya.”

 

Allah berfirman, “Kalian mencabut buah hatinya?”

 

Mereka menjawab, “Ya.”

 

Allah berfirman, “Apa yang dikatakan oleh hambaKu?”

 

Mereka menjawab, la memuji-Mu dan mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’uun.”

 

Maka Allah Ta’ala berfirman, “Bangunkanlah bagi hamba-Ku sebuah rumah di surga dan namakanlah dia Baitul Hamdi (Rumah Pujian).”

 

  1. Hindarilah dengan sangat dari meratapi mayit dengan menyebut kebaikan-kebaikannya disertai tangis dan suara yang keras, karena hal ini menunjukkan tidak adanya keridhaan atas keputusan dan takdir Allah dan perbuatan itu termasuk haram.

 

Begitu pula haram menampar pipi, mencakar muka, merobek pakaian dan memukul dada.

 

Dalam hadits disebutkan: “Rasulullah SAW. berlepas diri dari perempuan yang meratap-ratap dengan suara keras dan yang mencukuri rambutnya serta yang merobek-robek bajunya pada waktu tertimpa musibah.”

 

Adapun tangisan tanpa meratap-ratap dan tiada berSuara keras, maka itu tidak haram.

 

Dalam hadits disebutkan: “Ketika Rasulullah SAW. diberitahu bahwa anak laki-laki dari putrinya Zainab r.a. meninggal dunia, maka air mata Rasulullah SAW. basah berlinang.

 

Kemudian Sa’ad bin “Ubadah r.a. berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah apakah ini?”

 

Nabi SAW. menjawab, “Ini adalah rahmat yang diletakkan Allah dalam hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.”

 

  1. Apabila temanmu lulus dalam ujian atau datang dari bepergian, atau sembuh dari penyakit ataupun bergembira karena sesuatu sebab, maka bagimu dianjurkan untuk mengunjungi dan memberi ucapan selamat kepadanya atas kebahagiaan yang dimilikinya, supaya ia bertambah gembira dan semakin mencintaimu karena engkau ikut bergembira dengannya.

 

Allah Ta’ala telah memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dengan firman-Nya: “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dan keridhaan dari-Nya serta surga yang didalamnya mereka memperoleh kenikmatan yang kekal” (At-Taubah: 21).

 

Ketika diturunkan kepada Nabi SAW. ayat: “SeSungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang” (Al-Fath:1-2).

 

Sepulang beliau dari Hudaibiyah, Nabi SAW. berkata, “Telah diturunkan kepadaku sebuah ayat yang lebih aku sukai dari segala yang ada di muka bumi.”

 

Kemudian beliau membacakannya dihadapan para sahabat. Maka mereka sama berkata, “Wahai Rasulullah selamat bagimu” (Al-hadits).

 

Nabi SAW. memberi kabar gembira kepada Sayyidah Khadijah r.a. tentang sebuah rumah untuknya di surga nanti, yang terbikin dari mutiara, tiada suara ribut di situ dan tiada kepayahan.

 

Nabi SAW. bertanya kepada Ubay bin Ka’ab r.a., “Ayat mana dalam Kitabullah yang paling agung?”

 

Ubay menjawab, “Ayat Kursi.”

 

Nabi SAW. berkata, “Wahai Abal Mundzir selamat atas pengetahuanmu.”

 

Pada saat Rasulullah SAW. berkhutbah di hari terakhir dari bulan Sya’ban, beliau berkata, “Wahai sekalian manusia, kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, di mana terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan” (Al-Hadits).

 

Ini adalah dalil bahwa dianjurkan mengucapkan selamat atas datangnya bulan Ramadhan dan hari Raya.

 

  1. Ketika engkau memberi kabar gembira kepada teman-temanmu, engkau harus menghadapinya dengan wajah yang penuh senyum dan jiwa yang diliputi kegembiraan.

 

Saat ia datang dari bepergian engkau ucapkan kepadanya segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanmu, atau segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan aku denganmu. Atau selamat datang, ataupun kalimat lain yang semacam itu.

 

Ketika ia pulang dari haji, engkau katakan: semoga Allah menerima hajimu dan mengampuni dosa-dosamu serta mengganti ongkos pergimu, atau semoga hajimu termasuk haji mabrur dan amalmu diterima-Nya, semoga pula perdaganganmu tidak akan rugi.

 

Ketika mengucapkan selamat atas perkawinan: semoga Allah memberi berkah atasmu dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.

 

Ketika bayi lahir engkau ucapkan: semoga Allah memberkatimu dengan bayi itu dan hendaklah engkau syukuri Tuhan yang telah memberikannya. Semoga ia lekas besar dan berbakti kepadamu.

 

Sebagai jawaban temanmu kepadamu, ia hendaklah berkata: semoga Allah memberi berkah bagimu dan membalasmu dengan kebaikan pula, semoga Allah mengaruniaimu sepertinya.

 

Pada waktu memberi selamat atas kedatangan bulan Ramadhan, engkau katakan: bulan yang diberkati.

 

Dan pada waktu hari Raya engkau katakan: Minal A’idin wal Faaizin, semoga kita termasuk orang-orang yang kembali suci dan beruntung, dengan ridha Tuhan sekalian alam, setiap tahun kalian selalu dalam kebaikan.

 

  1. Ketahuilah, bahwa bepergian itu ada kalanya wajib, Seperti pergi haji ke Baitullah yang suci dan menuntut ilmu yang wajib. Ada kalanya bepergian itu sunnah seperti berziarah ke makam Nabi SAW. para wali dan orang-orang yang shalih, atau berziarah kepada ayah bunda, para famili ataupun kepada teman-teman. Dan ada kalanya bepergian itu mubah seperti bepergian untuk berdagang atau melihat pemandangan alam.

 

  1. Apabila engkau hendak bepergian, maka shalatlah istikharah (minta petunjuk dari Allah) terlebih dahulu dan mintalah izin kepada ayah dan ibu serta gurumu. Apabila lapang dadamu untuk bepergian dan mereka memberi izin kepadamu, maka mulailah mengembalikan barang-barang milik orang lain kepada pemiliknya. Mungkin saja engkau mengambil sesuatu barang tanpa seizin pemiliknya, maka engkau mengembalikan kepada pemiliknya. Kemudian engkau kembalikan barang-barang titipan dan barang pinjaman itu serta melunasi hutang-hutang yang masih engkau tanggung.

 

Hendaklah engkau siapkan nafkah/belanja orang-orang yang wajib engkau beri nafkah dan engkau siapkan pesan yang sekiranya engkau sampaikan.

 

Engkau siapkan bekal yang halal lagi baik. Mohonlah ampun kepada Tuhanmu dari segala maksiat dan dosa, dan mintalah pertolongan dari-Nya dalam perjalananmu.

 

  1. Kemudian pilihlah seorang teman yang baik yang dapat membantumu dalam berbuat kebaikan dan bisa meringankan kepayahan dalam perjalanan.

 

“Pilihlah teman sebelum bepergian.” Sebagaimana disebutkan dalam hadits. :

 

Nabi SAW. melarang seseorang bepergian seorang diri, dan bersabda: “Satu pengendara adalah syaitan dan dua pengendara adalah dua syaitan, sedangkan tiga orang berarti sudah rombongan.”

 

Rasulullah SAW. bersabda: “Tidak halal/diharamkan bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir bepergian sehari semalam kecuali disertai mahramnya.”

 

Kemudian berpamitlah kepada ayah ibumu dan guru-gurumu,, teman-temanmu dan tetangga-tetanggamu. Mintalah maaf dari mereka dan juga setiap orang yang pernah mengadakan hubungan denganmu dalam suatu urusan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu akan bepergian, maka hendaklah ia berpamitan kepada saudara-saudaranya, karena Allah Ta’ala memberi berkah pada do’a mereka baginya.”

 

Ucapkanlah do’a yang telah diriwayatkan: “Aku titipkan kamu kepada Allah yang tiada hilang titipan-Nya.”

 

Disunnahkan bagi yang mukim/menetap untuk mengantarkan orang yang hendak bepergian dan mendo’akannya dengan do’a yang diriwayatkan, yaitu: “Aku titipkan agama, amanat dan amalmu yang penghabisan kepada Allah.

 

Semoga engkau selalu dalam lindungan dan penjagaan-Nya. Semoga Allah membekalimu dengan takwa dan mengampuni dosamu dan juga semoga Allah mengarahkanmu kepada kebaikan di manapun engkau berada.”

 

Shalatiah dua rakaat ketika engkau hendak keluar dari rumahmu. Engkau baca dalam raka’at pertama: Qul yaa ayyuhal kaafiruun, dan rakaat kedua: Qul huwallahu Ahad.

 

Apabila selesai mengucapkan salam, bacalah: Ayat Kursi.

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Barangsiapa membaca Ayat Kursi sebelum keluar dari rumahnya, ia tidak akan mengalami gangguan sampai ia pulang.” Patutlah ia membaca pula surat: Li iilafi Quraisyin. Sebagian ulama mengatakan: surat tersebut dapat menjaga keamanan dari setiap gangguan.

 

  1. Apabila engkau berdiri di pintu rumahmu, maka bacalah do’a keluar rumah sebagaimana yang telah dijelaskan yang telah lalu mengenai adab-adab dalam perjalanan, yaitu:

 

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu, agar tidak tersesat atau disesatkan orang, atau tergelincir atau digelincirkan orang, atau berbuat zhalim atau dizhalimi orang, atau bersikap bodoh atau dibodohi orang, atau menganiaya orang lain dan dianiaya mereka.”

 

Dahulukan kaki kirimu pada saat engkau keluar rumah. Apabila engkau sudah tegak di atas kendaraan bertakbirlah tiga kali, kemudian ucapkanlah: “Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami” (Az-Zukhrut: 13, 14).

 

“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu kebajikan, ketakwaan dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini.

 

Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah untuk kami jarak yang jauh.

 

Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan pengganti keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kepayahan dalam perjalanan, dari pemandangan yang menyedihkan serta dari keadaan buruk yang menimpa harta, keluarga dan anak-anak kami.”

 

Apabila engkau kembali pulang, bacalah do’a terdahulu dan tambahkanlah di dalamnya: “Kami pulang, kami bertaubat, kami beribadah dan memuji syukur kepada Tuhan kami.” Demikian yang tersebut dalam hadits.

 

Apabila engkau takut kepada manusia atau lainnya, maka ucapkanlah: “Ya Allah, kami jadikan Engkau sebagai lawan mereka dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka.”

 

Apabila engkau merasa takut kepada syaitan, maka ucapkanlah adzan, karena bila ia mendengarnya, maka syaitan akan lari dan mundur.

 

Jadilah engkau contoh dari akhlak yang baik dalam perjalananmu. Engkau hormati orang yang lebih tua dan engkau sayangi anak kecil. Engkau utamakan orang lain melebihi dirimu dengan menempatkannya pada tempat yang sesuai baginya, terutama bila ia seorang yang lemah, sakit atau orang yang telah lanjut usia. Engkau perlakukan semua temanmu dengan perlakuan yang baik. Maka engkau berbicara kepada mereka dengan lemah lembut dan engkau penuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

 

Janganlah engkau kikir dengan makanan atau yang lainnya terhadap mereka. Jangan bertengkar dengan mereka atau melakukan perbuatan yang mengganggu mereka. Jangan pula engkau mengganggu pengemudi kendaraan dengan banyak berbicara, berbantahan ataupun bertengkar.

 

  1. Dianjurkan bepergian pada hari Kamis.

 

Dalam hadits dikatakan: “Jarang Rasulullah SAW. keluar untuk bepergian, kecuali pada hari Kamis.”

 

Dan hendaklah perjalanan itu dilakukan pada waktu menginjak siang.

 

Dalam hadits: “Ya Allah, berkahilah umatku di pagipagi benar.”

 

Apabila engkau telah menyelesaikan pekerjaanmu, segeralah pulang. –

 

Telah disebutkan dalam hadits: “Bepergian itu adalah sebagian dari siksa.

 

la mencegah seseorang diantara kamu dari makan, minum dan tidur.

 

Maka apabila seseorang dari kamu telah menyelesaikan keperluannya, hendaklah ia segera pulang kepada keluarganya.”

 

Apabila engkau melihat kotamu, maka ucapkanlah: “Ya Allah, jadikanlah ketenangan bagi kami di kota ini dengan rezeki yang baik.”

 

Dan ucapkaniah: “Kami pulang, kami bertaubat, kami beribadah dan kami bersyukur kepada Tuhan kami,” sampai engkau memasuki kota.

 

Apabila engkau masuk rumahmu, maka ucapkanlah: “Kami kembali, kami kembali dan kami bertaubat kepada Tuhan kami, tanpa meninggalkan dosa pada kami.”

 

Hendaklah engkau pulang pada waktu siang. Dalam hadits: “Adalah Rasulullah SAW. sehabis bepergian tidak mendatangi keluarganya pada waktu malam. Beliau mendatangi mereka pada waktu pagi atau sorenya.”

 

Sebelum engkau memasuki rumahmu, shalatiah dua raka’at di masjid terdekat bila ada waktu. Ini pun tersebut dalam sunnah. Juga di sunnahkan bagimu membawa hadiah untuk keluargamu, karena mata orang-orang memperhatikan orang yang baru datang dari bepergian. Maka dianjurkan kepadamu untuk menggembirakan mereka. Bahkan tersebut dalam hadits: “Bahwa jika tidak membawa apa-apa, hendaklah ia letakkan sebuah batu di dalam keranjangnya.”

 

  1. Saat engkau memakai baju dianjurkan bagimu untuk berniat menutup aurat yang Allah telah memerintahkan kepadamu untuk menutupinya, supaya engkau mendapat pahala atas niatmu itu. Dan berniatlah pula mensyukuri nikmatnya berpakaian. Sebab Allah Ta’ala telah mengaruniakan kenikmatan itu seperti yang tersebut dalam firman-Nya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan” (Al-A’raaf: 26).

 

Dan dalam ayat lain: “Dan Dia (Allah) jadikan bagimu pakaian untuk melindungimu dari panas” (An-Nahl: 81).

 

  1. Hendaklah engkau memulai berpakaian dengan tangan yang sebelah kanan. Dalam hadits: “Apabila kamu hendak memakai baju atau berwudhu, maka mulailah dengan yang sebelah kanan.”

 

Setelah mengucapkan basmalah katakanlah: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu segala kebaikannya dan kebaikan badan yang memakainya.

 

Dan aku berlindung dengan-Mu dari keburukannya dan keburukan badan yang memakainya. Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakalan Ini dan memberikannya sebagai rezeki untukku tanpa daya dan kekuatan dariku.”

 

Janganlah engkau membuka auratmu tanpa keperluan. Bilamana perlu melakukannya bacalah do’a yang telah diriwayatkan dan ia merupakan do’a penutup pandangan jin terhadap aurat manusia, yaitu: “Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain Dia.”

 

Dan apabila hendak melepaskan pakaian, mulailah dengan lengan bajumu yang sebelah kiri.

 

  1. Engkau memakai bajumu yang baru, maka sedekahkanlah bajumu yang lama.

 

Nabi SAW. bersabda: “Barangsiapa memakai baju baru, lalu mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian untuk menutupi auratku dan berhias dengannya dalam hidupku,” lalu kemudian ia mengambil bajunya yang lama, dan menyedekahkannya, maka ia dalam pemeliharaan dan lindungan Allah ‘azza wa jalla, dan berada di jalan Allah sewaktu hidup dan sesudah matinya.”

 

  1. Sesuaikanlah dirimu dengan memakai pakaian yang kuat dan layak, sebagaimana kedudukan wanita-wanita terhormat dengan segala kehormatan dan kemuliaan mereka.

 

Janganlah suka mengumpulkan berbagai macam pakaian dan selalu mengikuti model terbaru, mengenakan berbagai variasi dalam potongan dan susunannya, serta memilihnya dari warna-warna yang mencolok, menarik dan dapat menimbulkan fitnah, apalagi sampai meniru gaya wanita-wanita Barat yang kafir dan fasik. Semoga Allah melindungi kita.

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa memakai baju untuk ketenaran di dunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya baju kehinaan di hari kiamat, lalu men yalakan api padanya.”

 

Dalam hadits lain dikatakan: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia pun termasuk golongan mereka.” Seorang penyair berkata :

 

Keindahan itu bukanlah pada baju yang menghiasinya sesungguhnya keindahan itu letaknya pada ilmu dan kesopanan

 

  1. Hendaklah engkau berpenampilan bagus dan berbaju bersih, karena manusia yang bagus penampilannya dan bersih bajunya, akan mempunyai kejiwaan yang baik, menyukai ketertiban dan kerapian.

 

Adapun orang yang mengabaikan pakaiannya, maka ia pun akan mengabaikan semua urusannya dan tidak mempunyai perasaan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” Yakni mempunyai perbuatan-perbuatan yang baik dan sempurna sifat-sifat-Nya.

 

Nabi SAW. berpesan kepada sekelompok orang, maka beliau berkata, “Sesungguhnya kalian akan pergi kepada saudara-saudara kalian, maka rapikanlah kendaraan dan pakaianmu. Sehingga kamu tampak berkepribadian baik diantara mereka semua.”

 

Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW. hendak keluar dari rumah menuju para sahabat. Maka beliau merapikan dulu surban dan rambutnya. Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah mengapa engkau lakukan hal itu?

 

Beliau menjawab, “Benar, sesungguhnya Allah Ta’ala menyukai hamba-Nya yang berhias untuk saudara-saudaranya bila ia hendak keluar menjumpai mereka.”

 

Perhatikanlah kebersihan pakaianmu dan jagalah supaya tidak lekas kotor, terutama kalau terkena tanda-tanda yang sulit dihilangkan seperti tinta atau minyak. Peliharalah jangan sampai pakaianmu itu robek atau cepat usang/ruSak. Bila basah oleh keringat biarkan ia terkena udara. Jika sudah kering, maka lipatlah dengan halus dan letakkan di tempat yang khusus sambil menyebut nama Allah Ta’ala.

 

Dalam hadits dikatakan: “Apabila engkau melipat bajumu, sebutlah nama Allah Ta’ala agar tidak dipakai jin pada waktu malam harinya, sedangkan engkau memakainya pada siangnya, sehingga ia menjadikan cepat usang.”

 

  1. Janganlah engkau meniru gaya orang laki-laki dalam berpakaian, sebagaimana yang biasa dilakukan para perempuan yang tidak tahu malu, ia memakai celana milik orang laki-laki sehingga banyak orang menyangkanya sebagai seorang laki-laki pula, padahal :ia perempuan. Lebih-lebih apabila ia meniru gerak langkah laki-laki pada setiap berjalannya dengan rambut yang dipendekkan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Rasulullah SAW. melaknat orang laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan orang perempuan yang memakai pakaian laki-laki.”

 

Janganlah pula engkau beriebih-lebihan memakai kain dari sutera dan emas, karena perbuatan itu haram.

 

  1. Disunnahkan bagimu untuk memakai baju putih. Telah disebutkan dalam hadits: “Pakailah bajumu yang putih, karena ia sebaik-baik bajumu.”

 

Janganlah memakai baju yang basah, kemudian engkau keluar dan terkena angin, karena hal itu membahayakan kesehatan.

 

Dan jangan pula memakai baju yang terbalik atau kotor atau robek atau yang terlepas kancingnya, karena hal itu tidaklah pantas bagimu, dan dikhawatirkan badanmu akan terbuka keluar.

 

Pilihlah pakaian yang sedang ukurannya, karena bila terlalu besar ia akan menunjukkan pemandangan yang membosankan, sedang baju yang sempit dapat membahayakan tubuh, karena ia menekan anggota badan dan menghambat sirkulasi darah, di samping itu ia dapat menampakkan bentuk tubuh yang tiada pantas bagimu.

 

Pakailah baju yang baik pada waktu shalatmu dengan mukena (rukuh shalat) yang putih bersih sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang Indah di setiap (memasuki) masjid” (Al-A’raat: 31) yaitu pada waktu shalat dan thawaf.

 

Apabila mukenamu kotor, gantilah dia dengan yang lain dan jangan memakainya untuk shalat, terutama bila timbul bau busuk darinya.

 

 

  1. Tidur adalah kebutuhan bagi manusia, karena ia berfungsi mengembalikan kekuatan yang hilang pada saat dipakai bekerja.

 

Waktu terbaik untuk tidur adalah malam hari, karena waktu itu penuh ketenangan. Semalam saja tidak tidur dapat membahayakan kesehatan, karena bisa mencegah seseorang dari tidur yang cukup bagi istirahatnya dan menyebabkan sulitnya pencernaan, akibatnya: kelemahan tubuh, sakit kepala dan terserang penyakit-penyakit otak. Tidur disiang hari tidaklah bisa menggantikan pentingnya tidur malam. Maka tidurlah di awal malam supaya engkau bisa bangun pagi-pagi benar. Janganlah engkau tidur terlalu lama, karena hal itu menyebabkan kelemahan dan kemalasan, serta mencegah gairah kerja dan menghilangkan waktu sia-sia.

 

Bagi anak muda cukup baik tidur delapan jam sehari semalam, dan jangan langsung tidur setelah selesai makan malam, karena hal itu bisa menimbulkan mimpi-mimpi yang mengejutkan. Bahkan la bisa menjadikan orang sukar tidur, disamping bisa menyebabkan kerasnya hati.

 

Dalam hadits disebutkan: “Cairkanlah makananmu dengan menyebut nama Allah dan melekukan shalat.

 

Jangan tidur dalam keadaan kenyang sehingga. menjadikan kerasnya hatimu.”

 

Seusai makan, paling sedikit tiduriah dua jam dan janganlah tidur, kecuali engkau telah menjalankan kewajiban-kewajiban yang berupa shalat dan membaca wirid. Apabila ada tertinggal sebagian darinya, maka kerjakanlah pada waktu engkau ingat. Dalam hadits dikatakan: “Barangsiapa tidur dengan meninggalkan shalat witir karena lupa, maka hendaklah ia kerjakan shalat itu waktu ia teringat.”

 

  1. Pakailah baju yang khusus untuk tidur, dan sebaiknya ia baju yang tidak sempit supaya bisa beristirahat dengan baik. Lepaskanlah baju sehari-harimu dan letakkan pada tempatnya, agar mudah bagimu untuk mengambilnya waktu pagi.

 

Kemudian kibaslah/kebutlah tempat tidurmu. Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu pergi ke tempat tidurnya, maka hendaklah ia mengibaskan/membersihkan kain penutup kasurnya (sprei atau selimut), karena ia tidak tahu apa-apa yang ada di dalamnya.” Yakni mungkin saja ada serangga yang mengganggu dan merayap di tempat itu.

 

Berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan sambil menghadap kiblat dan bersyukurlah kepada Tuhanmu yang telah menyelamatkanmu sepanjang hari dan memberimu taufik dalam menjalankan kewajibanmu. Mintalah kepada Allah Ta’ala agar melindungi tidurmu dan menyelamatkan dirimu dari segala bentuk gangguan.

 

Hendaklah engkau berhati tenang, kosong dari bayangan pikiran yang macam-macam supaya tidurmu nyaman. Bersihkan hatimu dari dendam dan dengki terhadap sesama muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Berniatlah untuk melakukan kebaikan bila engkau bangun nanti dan mohonlah ampun atas dosa-dosamu seraya mengucapkan: “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tiada Tuhan selain Dia, yang Hidup kekal dan berdiri sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya (tiga kali).

 

Dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa mengucapkannya ketika hendak tidur, maka Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.”

 

Kemudian bacalah: “Dengan nama-Mu ya Tuhanku, kuletakkan tubuhku dan dengan nama-Mu jua aku mengangkatnya. Jika Engkau ambil nyawaku, maka rahmatilah dia. Dan jika Engkau melepaskannya, maka lindungilah dia, sebagaimana Engkau melindungi hamba-hambamu yang shalih.

 

Ya Allah, lindungilah aku dari siksa-Mu pada hari di mana Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu (tiga kali).”

 

Kemudian tiuplah kedua telapak tanganmu (hembusan lembut tanpa mengeluarkan ludah) dan bacalah: “Qul huwallahu Ahad, Qul A’udzu birobbil falaq dan Qul A’udzu birobbin Naas. Kemudian usapkanlah kedua telapak tanganmu itu pada bagian tubuhmu yang dapat kamu capai, dimulai dengan kepala dan wajah serta bagian depan dari tubuh. Demikianlah yang disebutkan dalam hadits.

 

Kemudian ucapkanlah: Subhanallah (33 kali), Alhamdulillah (33 kali), Allahu Akbar (33 kali). Lalu ayat Kursi dan “Aamanar Rasuulu” sampai akhir surat Al-Baqarah. Telah disebutkan dalam hadits akan besarnya pahala bagi siapa yang mau membaca itu.

 

  1. Hendaklah engkau tidur dengan terus berdzikir dan dalam keadaan berwudhu supaya ruhmu naik ke “Arsy dan ditulis dalam keadaan shalat, sampai engkau bangun.

 

Hendaklah juga engkau akhiri saat jagamu dengan kebaikan. Dalam hadits disebutkan: “Apabila manusia hendak tidur, malaikat dan syaitan memperebutkannya. Malaikat berkata: Ya Allah akhirilah dia dengan kebaikan. Syaitan berkata: Akhirilah dia dengan keburukan. Maka Jika ia menyebut nama Allah Ta’ala, kemudian ia tidur, malaikatlah yang menjaganya sepanjang malam.”

 

Akhirilah do’a-do’amu dengan do’a ini: “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku mohon perlindungan punggungku kepada-Mu, dengan harap dan rasa takutku kepada-Mu.

 

Tiada tempat berlindung dan tiada tempat menyelamatkan diri dari-Mu, kecuali kembali kepada-Mu. Aku beriman dengan Kitab-Mu yang sudah Engkau turunkan dan Nabi-Mu yang telah Engkau utus.”

 

Jika engkau baca do’a itu dan kebetulan engkau mati di malam itu, maka engkau telah mati dalam keadaan fitrah (suci dan bersih dari dosa-dosa kecil). Jika engkau hidup sampai pagi, maka engkau berada dalam kebaikan. Demikianlah yang tersebut dalam hadits. Setelah itu bacalah surat Al-Kaafiruun, lalu tidurlah seusai membacanya, karena ia membebaskan dari syirik sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.

 

  1. Janganlah tidur di atas perutmu, karena itu tidak sesuai dengan adab dan bisa menyesakkan pernafasan serta menyebabkan mimpi-mimpi yang mengejutkan.

 

Dalam hadits disebutkan: “Sesungguhnya ini adalah bentuk tidur yang dibenci Allah.”

 

Janganlah pula engkau tidur di atas punggungmu, supaya engkau tidak hanyut dalam tidurmu atau mengkhayalkan kejadian-kejadian yang menakutkanmu atau nanti akan terasa olehmu seakan-akan ada sesuatu yang berat menindih dadamu.

 

Janganlah menutupi wajahmu pada waktu tidur, hal itu bisa menyebabkan sakit paru-paru, karena hanya menghirup udara yang pengap lagi buruk.

 

Hindarilah hawa dingin dengan menutup jendela jendela dan mengenakan selimut yang sanggup menghangatkan badan, supaya selamat dari pilek, gangguan perut dan penyakit influenza yang menular serta sakit pada persendian.

 

Hal itu disebabkan panas badan berkurang selama dalam tidur karena kurangnya gerak, sedangkan kedinginan dapat mempengaruhi dan mengganggu kesehatan.

 

  1. Janganlah membiarkan api dalam keadaan menyala waktu engkau hendak tidur. Dalam hadits disebutkan: “Jangan kamu biarkan ada api di rumah-rumah kamu ketika kamu tidur.”

 

Pada suatu malam sebuah rumah di Madinah terbakar dan reruntuhannya menimpa penghuninya. Ketika Rasulullah SAW. diberitahu tentang keadaan mereka, beliau yersabda: “Sesungguhnya api ini adalah musuh bagi kalian. Apabila kalian tidur, maka padamkanlah api.”

 

Janganlah engkau tidur pada waktu-waktu yang terlarang bagi kita untuk tidur.

 

Disebutkan dalam hadits: “Barangsiapa tidur sebelum waktu akhir shalat Isya’, maka semoga Allah tidak menidurkan kedua matanya. Barangsiapa tidur selesai shalat Ashar, lalu hilang akalnya, maka janganlah ia menyalahkan siapa-siapa selain dirinya sendiri. Tidur pada waktu pagi sesudah shalat shubuh dapat menjauhkan rezeki, sedangkan tidur pada waktu Dhuha bisa menyebabkan kebodohan, kebebalan/kedunguan.”

 

 

  1. Apabila engkau bangun dari tidur, hendaklah yang pertama kali terlintas di hati dan lisanmu adalah dzikir/ingat kepada Allah Ta’ala, supaya masa jagamu engkau mulai dengan kebaikan, sebagaimana engkau mengakhirinya.

 

Dalam hadits disebutkan: “Saat tidur syaitan membuat tiga ikatan di belakang kepala seseorang darimu . la memukul di atas setiap ikatan seraya berkata, tetaplah di tempatmu, malam masih panjang, dan tidurlah lagi!

 

Jika ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala, terlepaslah satu ikatan itu. Apabila ia berwudhu, terlepaslah satu ikatan kedua dan ketika Ia melakukan shalat, terlepaslah seluruh ikatan itu. Maka ia pun berubah bergairah dan berjiwa baik. Kalau tidak, ia akan menjadi bernaluri jahat lagi malas.”

 

Berusahalah engkau untuk bangun sebelum terbitnya fajar, agar bisa shalat Shubuh di awal waktu.

 

Dalam hadits disebutkan: Rasulullah SAW. ditanya: “Amal manakah paling utama?” Beliau menjawab: “Shalat pada awal waktunya.”

 

Waspadalah sedapat mungkin agar engkau jangan sampai bangun terlambat. Menunda shalat dari waktunya dengan tanpa alasan yang nyata termasuk dosa besar. Allah Ta’ala berfirman: “Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. Yaitu mereka yang lalai dari shalatnya” (AlMaa’uun: 4,5).

 

Nabi SAW. bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang menunda shalat dari waktunya.”

 

Disebutkan pula hadits bahwa seorang laki-laki di kabarkan kepada Nabi SAW. dan dikatakan, “Ia tidur hingga pagi sampai tidak mengerjakan shalat.” Maka Nabi SAW. bersabda, “Syaitan telah mengencingi telinganya.”

 

Barangsiapa yang demikian sifatnya, maka ia tidak akan bisa menerima kebaikan dan nasihat serta tidak akan terpengaruh olehnya.

 

  1. Di sunnahkan bagimu ketika bangun dari tidur untuk bersiwak/memakai sikat gigi, kemudian membaca do’a-do’a ini: “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikannya, kepada-Nya kami dibangkitkan. Segala puji bagi Allah yang mengembalikan rohku kepada jasadku dan memberikan kesehatan pada tubuhku serta mengizinkan aku menyebut nama-Nya. Segala puji bagi Allah yang menCiptakan tidur dan terjaga. Segala puji bagi Allah yang membangkitkan aku dalam keadaan selamat dan sempurna.

 

Aku bersaksi bahwa Allah menghidupkan orang mati dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi-Nya segala puji-pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.

 

Tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, ya Allah, segala puji bagi-Mu, aku mohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosaku dan aku mohon rahmat-Mu.

 

Ya Tuhanku, tambahlah ilmuku. Jangan sesatkan hatiku setelah Engkau memberiku petunjuk. Berilah rahmat kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” –

 

Lalu engkau pandangi langit seraya membaca akhir surat Ali Imran: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang berakal.” dibaca hingga akhir surat.

 

Apabila engkau tidak hafal do’a-do’a dan ayat-ayat tersebut, maka tidaklah mengapa engkau ucapkan sambil membaca, sampai engkau dapat menghafalnya karena seringnya membaca dan mengulanginya.

 

  1. Kemudian pakailah bajumu dan bacalah do’a yang telah disebutkan pada bab adab berpakaian: “Bismillahir Rahmanir Rahiim. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan tubuh yang memakainya. Dan aku berlindung dengan-Mu dari keburukannya dan keburukan tubuh yang memakainya.

 

Segala puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian ini dan memberikannya sebagai rezeki untukku tanpa daya dan kekuatan dariku.”

 

Kemudian pergilah ke kamar kecil dengan mengenakan sandal dan kepala tertutup. Dahulukan kaki sebelah kiri ketika masuk dan kaki yang kanan ketika keluar. Jangan lupakan do’a-do’a yang bersumber dari Nabi SAW. pada saat itu dan ketika selesai berwudhu.

 

Kemudian kerjakan shalat sunnah Qobliyah Shubuh dua rakaat dan sertakan pula niat shalat sunnah karena Wudhu. Setelah itu bacalah do’a Fajar sebagaimana yang tersebut dalam hadits, dan awalnya: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu rahmat dari sisi-Mu.”

 

Dan kerjakan shalat Shubuh secara berjama’ah lalu bacalah “Wirdul Lathif” yang tersohor, hasil susunan: Al-Imam Al-Habib Abdullah Al-Haddad r.a.

 

Beliau telah berhasil mengumpulkannya dari hadits-hadits yang sahih (benar). Maka bacalah selalu wirid itu, karena besar manfaatnya di dunia dan akhirat.

 

 

  1. Apabila engkau ingin melakukan sesuatu yang engkau tidak tahu akibatnya dan tidak mengerti apakah lebih baik ditinggalkan atau dilakukan, maka termasuk adab adalah engkau meminta pilihan dari Tuhanmu Allah SWT.

 

Nabi SAW. bersabda: “Termasuk kebahagiaan anak Adam Adalah meminta pilihan kepada Allah, dan termasuk kesengsaraannya adalah meninggalkan istikharah (minta pilihan) kepada Allah Ta’ala.”

 

Di sunnahkan bagimu melakukan shalat istikharah. Engkau baca pada raka’at pertama: Qul yaa ayyuhal kaafiruun, dan pada raka’at kedua: Qul huwallahu Ahad.

 

Telah disebutkan dalam hadits: Adalah Rasulullah SAW. mengajari kami melakukan istikharah dalam semua urusan, seperti mengajarkan bacaan surat dari Al-Gur’an.

 

Beliau bersabda: “Apabila seseorang dari kamu hendak menjalankan sesuatu urusan, maka seyogyanya ja shalat dua raka’at selain shalat fardhu. Lalu hendaklah ia mengatakan:

 

“Ya Allah, aku mohon pilihan kepada-Mu dengan pengetahuan ilmu-Mu dan mohon keputusan dengan kekuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkau maha mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Engkau jua yang mengetahui hal-hal yang gaib.

 

Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan keperluanmu) membawa kebaikan dalam agamaku, penghidupan dan akibat urusanku, maka takdirkanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku, lalu berkatilah aku di dalamnya.

 

Dan jika Engkau tahu bahwa urusan ini membawa keburukan bagi agamaku, penghidupan dan akibat urusanku, maka jauhkanlah ia dariku dan hindarkanlah aku dari padanya, takdirkan kebaikan bagiku di mana pun aku berada, dan jadikan aku ridha dengannya.” Hadits riwayat Bukhari.

 

  1. Termasuk tata krama pula: engkau harus bermusyawarah dengan ayah dan ibumu serta gurumu tentang hal itu, dan juga bersama orang-orang yang bisa memberikan pendapat dan nasihatnya kepadamu.

 

Allah telah menyuruh Nabi-Nya SAW. untuk melakukan musyawarah. Allah berfirman: “Dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu” (Ali mran:159), padahal beliau itu berakal sempurna, dan Allah Ta’ala telah menjamin petunjuk baginya.

 

Allah Ta’ala berfirman ketika memuji para sahabat radhiyallahu ‘anhum: “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” (Assyuura: 38).

 

Dalam hadits disebutkan: “Tidaklah sia-sia siapa yang melakukan istikharah, dan tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah”

 

Dalam hadits lain dikatakan pula: “Musyawarah itu pelindung dari penyesalan dan pengaman terhadap celaan.”

 

Seorang penyair berkata:

 

Bermusyawarahlah dengan orang selainmu bila engkau mengalami kesulitan pada suatu hari, walaupun engkau orang yang suka memberi nasihat

 

Mata itu melihat yang dekat dan yang jauh dan tidak akan mampu melihat dirinya, melainkan dengan cermin

 

  1. Apabila engkau diberi nasihat, hendaklah engkau mengamalkannya. Dalam hadits disebutkan: “Mintalah nasihat dari orang yang berakal dan jangan engkau menentangnya supaya nantinya engkau tidak menyesal.”

 

Apabila seseorang meminta petunjuk kepadamu, maka termasuk amanat, adalah engkau berikan petunjuk kepadanya untuk menjalankan yang terbaik baginya.

 

Dalam hadits: “Penasihat itu memikul amanat.” Dalam hadits lain: “Sesungguhnya termasuk kewajiban Seorang muslim kepada muslim lainnya, adalah menasihatinya bila ia diminta nasihat.”

 



Wahai putri yang terbina :

 

  1. Sesungguhnya hijab adalah nikmat dan karunia dari Allah. Oleh sebab itu Allah Ta’ala mewajibkannya atas kaum wanita, karena ia menyimpan banyak maslahat (kepentingan) dan hikmah, di antaranya hijab bisa menjaga akhlak dan agama.

 

Wanita yang memelihara hijabnya akan berpegang pada agamanya. la hidup tetap mengamalkan akhlak yang baik dan tidak berubah. Ia hidup dalam keadaan selalu tercinta dan terhormat di mata masyarakat.

 

Sebaliknya bila ia melepas hijabnya, maka ia pun leluasa melakukan perbuatan-perbuatan yang di haramkan Allah, dan tidak lagi peduli dengan apa yang dilakukannya sendiri, tidak takut kepada Allah, dan tidak malu kepada orang banyak.

 

Sebagaimana tersebut dalam hadits: “Apabila engkau tidak lagi merasa malu, maka lakukanlah apa saja yang engkau inginkan.”

 

Akhlaknya menjadi buruk. Ia menyukai kesombongan dan perkataan keji serta senang menghina orang lain, tidak bersikap rendah hati, tidak mau menyampaikan amanat, hidup hina dan dibenci di tengah masyarakat.

 

  1. Ketahuilah bahwa aurat wanita ketika melakukan shalat adalah seluruh badannya, kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Sedangkan di luar shalat, dan di hadapan taki-laki yang bukan mahramnya, maka ia wajib pula menutupi Wajah dan kedua telapak tangannya. Adapun aurat wanita di antara mahramnya sendiri lalah antara pusat dan lutut.

 

  1. Wanita yang terpelihara selalu memakai hijab dan tidak mudah meninggalkannya di hadapan siapa pun, walau di depan para kerabatnya sekalipun. Dia tidak peduli dengan pergaulan wanita-wanita yang tidak tahu malu, karena keteguhannya dalam melaksanakan perintah agama dan penjagaan dirinya dari cela dan aib.

 

la pun puas dan rela dengan yang sedikit dan dengan hanya apa saja yang ada, serta tidak memaksakan diri mencari yang tidak ada.

 

Adapun wanita yang bertabarruj, maka ia memandang kepada berbagai macam barang, karena ia suka pergi ke pasar-pasar dan toko-toko. la mengamati. berbagai macam pakaian dan makanan, lalu memaksa suaminya untuk membelinya, atau kalau perlu dengan jalan haram sekalipun.

 

la tidak perduli dengan nasihat apa pun, dan suaminya bisa binasa melalui tangannya, sebagaimana yang banyak tersebut dalam hadits.

 

HADITS-HADITS TENTANG HIJAB

 

  1. Dari Ummi Salamah r.a., dia berkata, “Saat aku berada di tempat Rasulullah SAW. dan di tempat itu juga ada Maimunah. Kemudian datanglah Ibnu Ummi Maktum, yaitu setelah kami disuruh memakai hijab.”

 

Maka Nabi SAW. berkata, “Bersembunyilah darinya.”

 

Kami berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah ia seorang uta yang tidak melihat dan mengetahui kami?” Nabi SAW. berkata, “Apakah kalian berdua buta? Bukankah kalian melihatnya?” H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi, ria berkata, hadits ini hasan sahih.

 

  1. Dari “Uqbah bin Amir r.a.: bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah kalian masuk ke tempat orangorang perempuan.” Seorang laki-laki Anshar berkata, “Bagaimana pendapat anda dengan kerabat suami?”

 

Nabi SAW. menjawab, “Kerabat suami itu bisa membinasakan.” H.R. Bukhari dan Muslim. Yang dimaksud kerabat suami adalah, seperti saudara suami laki-laki (ipar), sutra saudaranya dan putra pamannya.

 

  1. Dari Abi Hurairah r.a.: Rasulullah SAW. bersabda: “Dua macam orang ahli neraka yang tidak pernah aku lihat yaitu 1. Kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor sapi dan menggunakannya untuk memukul orang-orang. 2. Dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi bagaikan telanjang (tidak berjilbab), jalannya berlenggang dan menarik perhatian, rambut kepala mereka (sanggulnya) seperti punuk unta yang miring letaknya. ,

 

Mereka tidak akan masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal bau surga bisa tercium dari jarak yang sekian jauh.” yakni sejauh 40 tahun perjalanan sebagaimana tersebut dalam satu riwayat. (H.R. Muslim).

 

  1. Dari Ibnu Mus’ud r.a hahwa Nabi SAW barsatida , “Allah melaknat (mengutuk) wanita-wanita yang merajah badan dan yang minta dirajah badannya, wanita yang menyuruh orang lain untuk menipiskan alisnya dan wanita yang memangur giginya (meratakan gigi) demi kecantikan serta wanita-wanita yang mengubah ciptaan Allah.”

 

Seorang perempuan berkata kepada Ibnu Mas’ud mengenai hal ini. Maka Ibnu Mas’ud menjawab,” Kenapa aku tidak melaknat orang yang telah dilaknat Rasulullah SAW. sedangkan hal itu sudah tercantum dalam Kitabullah.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah” (Al-Hasyr: 7). (H.R. Bukhari dan Muslim).

 

  1. Dari ibnu Umar r.a.: “bahwa Rasulullah SAW. melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan wanita yang minta disambungkan rambutnya, serta wanita yang merajah badan dan wanita yang dirajah badannya.” ana

 

  1. Sayyidah Fatimah r.a. adalah seorang wanita yang sangat pemalu. Pada suatu hari, ayahnya yaitu Rasulullah SAW. berkata kepadanya, “Apakah yang paling baik bagi wanita?”

 

Fatimah menjawab, “Bila Ia tidak melihat seorang lakilaki dan seorang laki-laki tidak menatapnya.”

 

Maka sang ayah memeluknya karena gembira atas jawabannya yang baik, seraya berkata,” Keturunan yang sebagian berasal dari sebagian yang lainnya.”

Disebutkan pula hadits: “Shalat seorang wanita dalam kamarnya itu lebih utama daripada shalat dia di dalam rumah, dan shalat wanita di tempat pingitan itu lebih utama daripada shalat dia di dalam rumahnya. Maka shalat wanita di setiap tempat yang lebih tersembunyi itu bisa bernilai lebih utama, karena bisa terhindar dari fitnah.”

 

  1. Telah bernilai sahih sebuah riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, “Seandainya Rasulullah SAW. melihat apa yang telah dilakukan oleh para wanita saat ini, niscaya beliau melarang mereka masuk ke masjid-masjid, sebagaimana telah dilarangnya wanita-wanita bani Israil.” Riwayat ini disebutkan tidak lama sesudah Rasululiah wafat.

 

Nabi bersabda: “Apabila seorang wanita telah melakukan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan Ramadhan serta mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga.”

 

Sampai di sini selesailah buku ini.

 

Wallahu a’alam bish shawaab. Hanya Dialah yang emberi hidayah dan taufik menuju jalan yang paling lurus.

 

Semoga Allah SWT. melimpahkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. juga keluarga serta para sahabatnya.

 

Walhamdu lillahi Robbil Alamien.