Ketahuilah, bahwa bab-bab tashrif ada 35 bab, enam di antaranya untuk tsulatsi mujarrad.

Yang sama dengan wazannya ialah   dan tandanya ialah ‘ain fi’ilnya maftuh (bertanda fathah) pada fi’il maadhi dan bertanda dhommah dalam fi’il mudhaari’. Pada umumnya bentuk fi’il ini merupakan fi’il muta’addi dan kadangkadang fi’il lazim.

Contoh ffi’il muta’addi seperti:   (Zaid menolong Amru)

Contoh fril lazim seperti:   (Zaid keluar).

 

Fi’il muta’addi ialah fi’il (perbuatan) fa’il (pelaku) yang meluas kepada maf ul bihi (objek penderita). Sedangkan fi’il lazim ialah ffi’il (perbuatan) fa’il (pelaku) yang tidak meluas kepada maf ‘ul bihi (objek penderita), tetapi terjadi pada dirinya sendiri.

 

 

Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah ‘ain fi’ilnya bertanda fathah dalam fi’il maadhi dan bertanda kasroh dalam fi’il mudhaari’. Pada umumnya penggunaan /fi’il ini adalah sebagai ffi’il muta ‘addi dan kadang-kadang fi ‘il lazim.

Contoh fi ‘il muta ‘addi seperti:   (Zaid memukul Amru).

Contoh fi’il lazim seperti:   (Zaid duduk).

 

 

Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah ‘ain fi’ilnya bertanda fathah dalam fi’il maadhi dan mudhaari’ dengan syarat ‘ain fi ‘ilnya atau Jaamnya salah satu dari huruf| huruf halg yang berjumlah enam:  dan  Pada umumnya fr’il ini digunakan sebagai fr’il muta’addi dan kadang-kadang fi’il lazim.

Contoh fi’il muta’addi seperti:   (Zaid membuka pintu).

Contoh fi’il lazim seperti:   (Zaid pergi).

 

 

Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah “ain fi’ilnya bertanda kasroh dalam fi’il maadhi dan bertanda fathah dalam fi’il mudhaar?’. Penggunaan bentuk fi’ilnya juga pada umumnya adalah sebagai fril muta’addi dan kadang-kadang fr’il lazim.

Contoh fi’il muta’addi seperti:   (Zaid mengetahui masalah itu).

Contoh fi’il lazim seperti:   (Zaid takut).

 

Yang sama dengan wazannya ialah  Tandanya ialah “ain fi’ilnya bertanda dhommah dalam fi’il maadhi dan fril mudhaari’. Penggunaan fi’il ini hanya sebagai fi’il lazim. Seperti:   (Zaid menjadi baik).

 

Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah ‘ain fi’ilnya bertanda kasroh dalam fi’il maadhi dan fi’il mudhaari’. Penggunaan bentuk fi’ilnya juga pada umumnya adalah sebagai fi’il muta’addi dan kadang-kadang fi’il lazim.

Contoh fi’il muta’addi, seperti:   (Zaid mengira Amru seorang yang mulia).

Dan contoh fi’il lazim, seperti:   (Zaid menjadi pewaris).

 

Dan dua belas bab di antaranya adalah untuk fi’il yang lebih dari Tsulaatsi, yaitu tiga macam: Macam pertama: yang ditambahkan padanya satu huruf pada fi’il tsulaatsi, yaitu tiga bab:

 

 

Bab pertama:   Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan hamzah pada awalnya.

 

Fiil ini pada umumnya digunakan sebagai fi’il muta’addi dan kadangkadang sebagai fi’il lazim.

Contoh fi’il muta’addi seperti:   (Zaid menghormati Amru).

Dan contoh fi’il lazim seperti:   (Orang itu berada di pagi hari).

 

 

Bab kedua:   Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan satu huruf di antara  dan   dari jenis fi’ilnya. Penggunaannya adalah untuk menunjukkan banyak. Kadang-kadang terdapat pada fi’il, seperti:   (Zaid melakukan tawaf di Kakbah). Kadang-kadang terdapat pada fa’il, seperti   dan bisa juga terdapat pada maful seperti:  (Zaid menutup pintu).

 

Bab ketiga:  Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fril maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan Alif antara  dan  Penggunaannya adalah untuk perbuatan antara dua pihak pada umumnya. Kadang-kadang berlaku untuk satu orang.

Contoh perbuatan bersama antara dua pihak seperti:

Contoh untuk satu orang seperti:  

Macam kedua: yaitu yang ditambahkan dua huruf pada fi’il rsulatsi dan terdiri dari lima bab.

 

 

Bab pertama:   Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan hamzah dan nuun pada awalnya. Penggunaan bentuk fi’il itu untuk menunjukkan muthawa’ah. Arti muthawa’ah ialah terjadinya akibat dari sesuatu perbuatan yang menimpa maful.

 

Seperti:          (Aku pecahkan kaca, maka pecahlah kaca itu). Pecahnya kaca adalah akibat dari terjadinya pemecahan yang dilakukan pelaku terhadap kaca.

 

 

Bab kedua:   . Yang sama wazannya adalah seperti   (berkumpul). Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan hamzah pada awalnya dan taa’ antara dan 

 

Penggunaan bentuk fi’il itu juga untuk muthawa’ah seperti:   (Aku kumpulkan unta itu, maka berkumpullah unta itu).

 

 

Bab ketiga:   Yang sama dengan wazannya ialah   (menjadi merah). Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan hamzah pada awalnya dan huruf dari jenis Laam fi’ilnya pada akhirnya.

 

Penggunaan bentuk fi’il ini adalah untuk meningkatkan makna fi’il lazimnya. Ada yang mengatakan untuk menunjukkan warna dan aib.

Contoh warna seperti:   (Zaid menjadi merah (mukanya)).

Contoh aib seperti:   (Zaid kehilangan satu matanya).

 

Bab keempat:   Yang sama wazannya adalah seperti   . Tandanya ialah fi’il maadinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan satu huruf lain dari jenis “Ain fi’ilnya antara  dan dan penggunaan bentuk fril ini untuk takalluf. Arti takalluf ialah menghasilkan sesuatu yang dicari sedikit demi sedikit. Seperti:   (Aku mempelajari ilmu), yakni satu masalah habis satu masalah.

 

 

Bab kelima:   . Yang sama wazannya adalah seperti   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan Alif antara   dan Penggunaan bentuk fi’il ini adalah untuk perbuatan bersama antara dua orang atau lebih.

Contoh perbuatan bersama antara dua orang seperti: ,  (Zaid menjauh dari Amru).

Contoh perbuatan bersama antara dua orang atau lebih seperti:   (Orang-orang itu saling berdamai).

 

Macam ketiga: Fi’il yang ditambahkan tiga huruf pada Tsulatsi dan terdiri dari empat bab.

 

Bab pertama :   Yang sama wazannya adalah seperti  Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan Hamzah, Siin dan Taa’ pada awalnya. Penggunaan bentuk fi’il ini pada umumnya adalah sebagai fi’il muta’addi dan kadang-kadang fril lazim.

Contoh muta’addi seperti:   (Zaid mengeluarkan harta).

Contoh fi’il lazim seperti:   (Tanah liat itu menjadi keras).

Ada yang mengatakan: Untuk meminta perbuatan seperti:   yakni aku minta ampun dari Allah .

 

 

Bab kedua:   Mauzunnya (yang sama dengan wazannya) ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan hamzah pada awalnya dan satu huruf lain dari jenis “Ain fi’ilnya dan Waawu di antara   dan   Penggunaan bentuk fi’il ini adalah untuk meningkatkan fi’il lazim, karena dikatakan:  apabila tumbuh di atas muka bumi. Dan dikatakan:   apabila banyak tanaman di muka bumi.

 

 

Bab ketiga:  . Yang sama dengan wazannya adalah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan hamzah pada awalnya dan dua waawu antara  dan  Penggunaan bentuk fi’il ini juga untuk meningkatkan fi’il lazim, karena l . . . dikatakan:   apabila unta itu berjalan cepat. Dan dikatakan:  apabila unta itu berjalan dengan sangat cepat.

 

Bab keempat:   Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan hamzah pada awalnya dan Alif antara   dan   dan satu huruf lain dari jenis Laam fi’ilnya pada akhirnya. Penggunaan bentuk fr’il ini untuk meningkatkan fr’il lazimnya. Akan tetapi bab ini lebih dalam artinya dari bab   , karena dikatakan:   apabila ia mempunyai warna merah. Dan dikatakan:   apabila ia mempunyai warna merah yang sangat. Dan dikatakan: 253  apabila ia mempunyai warna merah lebih banyak lagi.

 

Satu bab lagi untuk   seperti  Yang sama wazannya adalah seperti  Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari empat huruf dan semua hurufnya asli. penggunaan bentuk Fi’ilnya pada umumnya adalah sebagai fi’il muta’addi dan kadang-kadang fi’il lazim. ,

Contoh muta’addi adalah seperti:   (Zaid menggelindingkan batu).

Contoh fi’il lazim seperti:

 

Enam bab lainnya untuk digolongkan  dan enam bab ini   disebut

 

 

Bab pertama:  . Yang sama dengan .  . wazannya ialah   Tandanya ialah pil maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan Waawu antara Ari) dan   . Penggunaan bentuk fi’il ini untuk fi’il lazim seperti:

 

 

Bab kedua:   Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fril muidhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan Yaa’ antara   dan  . Penggunaan bentuk fi’il ini adalah sebagai fi’il muta’addi saja, seperti:   (Zaid mengobati hewan itu).

 

Bab ketiga:   Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fril maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan Waawu antara   dan   Penggunaan bentuk fi’ilnya juga sebagai fi’il muta’addi.

Contoh:  (Zaid membaca Al-Our’an dengan suara keras).

 

Bab keempat:   Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan Yaa’ antara   dan

 

Penggunaan bentuk fi’il ini adalah sebagai f”il lazim.

Contoh:  (Zaid muncul).

 

Bab kelima:   . Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan satu huruf dari jenis Laam fi’ilnya pada akhirnya.

 

Penggunaan bentuk fr’il ini adalah sebagai fr’il muta’addi saja.

Contoh:   yakni Zaid memakai jilbab (baju lapang).

 

Bab keenam:  Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari empat huruf dengan tambahan Yaa’ pada akhirnya. Penggunaan bentuk fi’il ini adalah sebagai fi’il lazim saja.

Contoh:   yakni berbaring di atas punggungnya. Keenam bab ini digolongkan sebagai Ruba’iy. Maksudnya ialah kesamaan dari kedua masdarnya, yakni mulhag dan al-mulhaq bihi.   Tiga bab darinya adalah untuk yang melebihi Ruba’iy mujarrad dan ada dua macam.

 

Macam pertama : Yaitu yang ditambahkan padanya satu huruf pada Ruba’iy mujarrad dan hanya ada satu bab. Wazannya:   Yang sesuai dengan wazannya ialah  Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya. Penggunaan bentuk fr’il ini adalah untuk muthawa’ah.

Contoh:   (Aku menggelindingkan batu itu, maka batu itu menggelinding).

 

Macam kedua: Fi’il yang ditambahkan padanya dua huruf untuk Ruba’iy dan ada dua bab:

 

Bab pertama:   Yang sama dengan wazannya ialah  . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan Hamzah pada awalnya dan Nuun antara  dan   yang pertama. Penggunaan bentuk fril ini adalah untuk muthawa’ah pula.

Contoh:   (Aku gabungkan unta-unta itu, maka berkumpullah unta itu).

 

 

Bab kedua:   Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan Hamzah pada awalnya dan satu huruf lain dari jenis Laam yang kedua pada akhirnya. Penggunaan bentuk fi’il ini untuk meningkatkan fril lazimnya, karena dikatakan:   apabila rambut kulitnya berdiri. Dan dikatakan  apabila rambut kulitnya berdiri dengan sangat.

 

Lima bab darinya adalah seperti

 

Bab pertama:   Yang sama dengan wazannya ialah Wara   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan satu huruf lain dari jenis Laam Fi’ilnya pada akhirnya. | penggunaan bentuk fi’il ini adalah sebagai fril lazim.

 

Bab kedua:   . Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan Waawu antara   dan  . Penggunaan bentuk fril ini adalah sebagai fi’il lazim. Contoh:   (Zaid memakai kaus kaki).

 

Bab ketiga:   . Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan Yaa’ antara   dan Penggunaan bentuk fi’il ini adalah sebagai fi’il lazim. Contoh:

 

 

Bab keempat:  Yang sama dengan wazinnya .   dari ialah   . Tandanya ialah fril maadhinya terdiri   lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan Waawu antara   dan   Penggunaan bentuk fril ini adalah sebagai fi’il lazim. .Contoh:

 

 

Bab kelima:   Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari lima huruf dengan tambahan Taa’ pada awalnya dan Yaa’ pada akhirnya. Penggunaan bentuk fi’il ini adalah sebagai fi’il lazim.

Contoh:   , yakni berbaring di atas punggungnya. Yakni sesungguhnya penggolongan dalam fi’il-fi’il ini adalah dengan tambahan selain Taa’ misalnya. Penggolongannya dalam   adalah dengan mengulangi Baa’ Sedangkan Taa’ masuk dengan arti muthawa’ah sebagaimana halnya pada   karena ilhaag-nya tidak terjadi di awal kata, tetapi di tengah dan akhirnya sebagaimana dijelaskan dalam Syarah Al-Mufashshal.   Dan dua bab untuk yang menyamai  

 

Bab pertama:   Yang sama dengan wazannya ialah   Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan Hamzah pada awalnya dan Nun antara   dan   dan satu huruf lain dari jenis Laam fi’ilnya pada akhirnya. Penggunaan bentuk fi’ilnya untuk meningkatkan fi’il lazimnya, karena dikatakan:   apabila dadanya menonjol keluar. Dan dikatakan:   apabila dadanya menonjol keluar dan punggungnya masuk dengan sangat.

 

 

Bab kedua:   Yang sama dengan wazannya ialah   . Tandanya ialah fi’il maadhinya terdiri dari enam huruf dengan tambahan Hamzah pada awalnya dan Nun antara   dan  pada akhirnya. Penggunaan bentuk fi’ilnya untuk fi’il lazim.

Contoh:   Kemudian, ketahuilah bahwa fi’il yang terbatas dalam bab-bab ini ada yang Tsulatsi mujarrad saalim ( ).

Contoh:   Adapun Tsulatsi mujarrad yang tidak saalim. Contoh:  

 

Atau Ruba’iy mujarrad saalim ( ). Contoh: AP

Atau Ruha’iy mujarrad yang tidak saalim. Contoh:  ,

Atau Tsulatsi mazid fihi saalim ( ). Contoh:

 Atau Tsulatsi mazid yang tidak saalim. Contoh:

Atau Ruba’iy mazid fihi salim ( ). Contoh:

 Atau Ruba’iy mazid yang tidak salim. Contoh:  

 

Macam-macam ini disebut:

Macam-macam yang delapan. 

 

Ketahuilah, bahwa setiap fi’il ada yang sahih, yaitu fr’il yang sebagai ganti Faa’, “Ain dan Laamnya tidak terdapat huruf illat, yaitu Waawu, Yaa’, Alif dan Hamzah dan tadh’if. Contoh:  Atau fi’il mu’tall, yaitu yang terdapat sebagai ganti Faa’-nya salah satu huruf illat. Contoh:  dan  Atau fi’il ajwaf, yaitu yang sebagai ganti “Ain-nya terdapat salah satu huruf illat. Contoh:  dan  Atau fi’il naaqish, yaitu yang sebagai ganti Laam-nya terdapat salah satu huruf illat. Contoh:   dan 

 

Atau fi’il lafif, yaitu yang terdapat padanya dua huruf illat. Lafif ada dua macam: Pertama:  (Lafif maqrun) yaitu fi’il yang sebagai ganti “Ain dan Laam-nya terdapat dua huruf illat. Contoh:  Kedua:   (Lafif mafruq), yaitu yang sebagai ganti Faa’ dan Laam-nya terdapat dua huruf illat. Contoh: 

 

Atau mudha’af, yaitu yang “Ain dan Laam-nya dari jenis yang sama. Contoh:  . Asalnya   . Harakat   yang pertama dibuang, kemudian dimasukkan dalam   yang kedua. Jdgham ialah memasukkan salah satu dari dua huruf yang sama jenisnya dalam huruf yang lain. Jdgham ada tiga macam:

 

Macam pertama: Wajib. Yaitu dua huruf yang sama jenisnya mutaharrik, atau huruf pertama sukun dan huruf kedua mutaharrik. Contoh:

 

Macam kedua: Boleh. Yaitu huruf pertama dari dua huruf yang sama jenisnya mutaharrik dan huruf yang kedua sukun disebabkan sukun yang menjadi harakat pada   yang kedua. Contoh:  . Asalnya   . Harakat Daal yang pertama dipindahkan ke Miim, kemudian Daal yang kedua diberi harakat dengan fathah atau dhommah atau dengan kasroh, karena sukunnya bukan asli.

 

Macam ketiga: Terhalang. Yaitu huruf pertama dari dua huruf yang sama jenisnya mutaharrik (berharakat) dan yang kedua sukun dengan sukun yang asli. Contoh:   Atau Mahmuz, yaitu yang salah hurufnya yang asli hamzah. Contoh:   dan   dan  . Bilamana hamzah adalah pengganti Faa’-nya, maka dinamakan Mahmuzul Faa’ (  ) dan apabila menggantikan ‘Ainnya dinamakan Mahmuzul “ain ( ). Dan apabila sebagai ganti Laam-nya dinamakan Mahmuzul laam (  ).

 

Macam-macam ini dinamakan macam-macam yang tujuh dan dikumpulkan dalam bait ini.