Soal : Beritahukan kepadaku tentang sifat-sifat yang mustahil, yang mana Allah tidak mempunyai sifat tersebut pada Dzat-Nya?

Jawab : Sifat mustahil bagi Allah Ta’ala -sifat yang tidak mungkin Allah mempunyai sifat tersebut adalah: Tiada, baru, binasa, menyamai dengan makhluk, butuh pada selain-Nya Maha Suci Allah, adanya sekutu, lemah, sesuatu terjadi tanpa kehendak-Nya, bodoh dan lain-lain. Allah tidak mungkin mempunyai sifat-sifat tersebut, sebab itu adalah sifat yang mengurangi (derajat ketuhanan-Nya) sedang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mungkin mempunyai sifat, kecuali sifat kesempurnaan.

 

Soal: Beritahukan kepadaku tentang beberapa hal yang boleh dilakukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala (atau ditinggalkan-Nya)?

Jawab : Ialah Dia menjalankan hal-hal yang mungkin atau meninggalkannya, seperti menjadikan manusia kaya atau fakir, sehat atau sakit dan lain-lain.

 

Soal: Apakah yang dimaksud dengan istiwa’ dalam firman Allah: Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di Arasy?

Jawab : Maksud kalimat tersebut, adalah bersemayam yang layak dengan keagungan Allah Yang Maha Belas Kasih, Maha Agung dan Maha Tinggi. Jadi, bersemayam tersebut sudah jelas, tapi caranya tidak diketahui (kita tidak mengerti). Kebersemayaman Allah di atas arasy, tidak sebagaimana bertempatnya manusia di atas kapal. punggung binatang atau ranjang. Barang siapa yang mempunyai gambaran seperti itu, maka termasuk orang yang terpengaruh dengan prasangka (tanpa dasar ilmu). Karena dia telah menyerupakan sang Pencipta dengan makhluk-Nya.

Padahal, menurut akal yang sehat dan dalil naqli (dalil dari Al-Quran dan hadis) telah dinyatakan, bahwa Allah tidak menyerupai dengan sesuatu.

Dzat Allah tidak menyerupai dengan sesuatu dari makhluk-Nya, begitu juga apa yang disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga tidak sama dengan apa yang disandarkan kepada makhluk.

 

Soal : Apakah dua tangan, beberapa mata atau sesamanya disandarkan kepada Allah Yang Maha Suci?

Jawab : Sungguh telah ada dalam Kitab Suci yang mulia kata “tangan” disandarkan kepada Allah dalam firman-Nya: “Tangan Allah di atas tangan mereka (lawan kaum muslimin).” Begitu juga kalimat: Dua tangan (disandarkan kepada-Nya) dalam firman Allah Yang Maha Suci: “Wahai, iblis! Apa yang mencegahmu untuk bersujud terhadap apa (Adam) yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku?”

Begitu juga kata “Mata” dalam firman-Nya: “Dan bersabarlah (hai, Muhammad) dalam menunggu ketetapan-Ku, sesungguhnya engkau dibawa pengawasan beberapa mata-Ku.” (Kalimat tersebut disandarkan kepada Allah diperkenankan), tapi tidak diperkenankan menyandarkan (sesuatu) kepada-Nya, kecuali yang telah disandarkan oleh Allah untuk diri-Nya dalam Kitab Suci yang diturunkan atau disandarkan oleh Nabi-Nya yang diutus.

 

Soal : Apakah yang dimaksud dengan perkataan “Tangan” di sini?

Jawab : Maksud “tangan” di sini, adalah tangan yang layak dengan keagungan dan kemahasucian Allah. Begitu juga “beberapa mata”. Sesungguhnya setiap yang disandarkan kepada Allah Yang Maha Suci, tidak sama dengan yang disandarkan pada salah satu makhluk-Nya.

Barang siapa yang punya kepercayaan, bahwa Allah mempunyai tangan atau mata sebagaimana tangan atau mata salah satu makhluk-Nya, maka dia salah paham (terpengaruh dengan salah dugaannya tanpa dasar ilmu), karena dia menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal tiada sesuatu yang menyerupai Allah.

 

Soal: Kalimat istiwa’ dua tangan dan beberapa mata (diartikan secara harfiah saja) menurut pendapat siapakah?

Jawab : Pendapat tersebut adalah pendapat kebanyakan ulama salaf (misalnya Imam Malik, Syafi’i, Ishak bin Rahaweh, Ats-Tsauri, Al-Laits bin Sa’ad dan Imam Ahmad).

Kebanyakan ulama khalaf (ulama mutaakhirin) menafsiri istiwa’ dengan menguasai, tangan dengan nikmat dan kekuasaan, mata dengan penjagaan dan pemeliharaan.

Penafsiran sedemikian ini didasarkan perkiraan kebanyakan mereka, bahwa kalimat-kalimat tersebut bila tidak ditakwil atau diartikan secara harfiah saja, akan memberikan dugaan penyerupaan Allah dengan makhluk.

Sungguh dua golongan tersebut telah sepakat, bahwa orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, adalah sesat. Ulama yang lain memberikan jawaban: Bisa membuat penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya ini, bila akal dan dalil naqli tidak menunjukkan bahwa Allah Maha Suci, Jadi, orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya itu dari perkiraannya sendiri (yang perlu diluruskan).

 

Soal : Bagaimanakah cara kita menentukan sesuatu, lalu kita katakan: Tentang caranya, tidak diketahui?

Jawab : Hal tersebut tidak aneh Sesungguhnya kita telah mengetahui bahwa diri kita mempunyai banyak sifat, misalnya ilmu (mengetahui), kuasa dan berkehendak.

Namun kita tidak mengetahui. bagaimanakah sifat tersebut bersemayam pada diri kita. Bahkan kita mendengar dan melihat tapi kita tidak mengetahui bagaimanakah kita mendapatkan pendengaran dan penglihatan itu.

Kita berbicara, tapi kita tidak mengerti bagaimana pembicaraan tersebut keluar dari kita. Bila hal itu telah kita ketahui. maka sungguh banyak hal yang kita tidak mengetahuinya.

Hal sedemikian ini amat banyak (kita tidak bisa menghitungnya) Bila yang sedemikian ini terbatas pada apa yang disandarkan kepada kita, maka bagaimanakah keadaannya untuk menilai sesuatu yang disandarkan kepada Allah Yang Maha Suci?

 

Soal: Manakah di antara dua pendapat tersebut yang lebih rajih?

Jawab : Pendapat ulama salaf yang lebih rajih, sebab ia lebih selama (terhadap akidah kita) dan lebih kukuh (berdasarkan dalil, memang begitulah pemahaman para sahabat Nabi saw.).

Adapun pendapat khalaf, diperkenankan digunakan dalam keadaan darurat (bila dalam keadaan biasa tidak diperkenankan) Contohnya Bila dikhawatirkan sebagian manusia akan terjerumus ke jurang penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya, bila kalimat-kalimat tersebut tidak ditakwil, maka kalimat tersebut boleh ditakwil menurut bahasa yang masyhur.

 

 

 

 

Soal: Apakah malaikat itu?

Jawab : Malaikat adalah jisim yang halus (bukan seperti kita yang ini), diciptakan dari cahaya. Mereka-tidak makan dan minum Mereka adalah hamba-hamba (Allah) yang mulia, tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan dan mere menjalankan apa yang diperintah.

 

Soal: Apakah manusia bisa melihat malaikat?

Jawab : Selain para nabi, manusia tidak bisa melihat malaikat di saat mereka berupa bentuk asli (tidak menjelma berupa manusia atau lainnya). Sebab mereka adalah jisim yang halus.

Begitu juga manusia tidak dapat melihat hawa. Padahal hawa memenuhi angkasa, karena hawa adalah amat lembut. Namun. bila malaikat itu menjelma menjadi bentuk jisim yang kasar seperti manusia, mereka akan melihat malaikat.

Adapun para nabi bisa melihat malaikat dalam bentuk yang asli, adalah suatu keistimewaan khusus bagi mereka untuk menerima beberapa masalah agama dan hukum syarak. Tidak dianggap aneh juga bila terdapat beberapa jisim yang tidak bisa dilihat dengan mata.

Dalam keadaan biasa, terdapat hal-hal yang mudah dicerna akal pikiran dan menghilangkan kesamaran. Sesungguhnya di depan kita banyak benda yang hidup atau tidak, tapi mata kita tidak dapat melihatnya. Seandainya tiada mikroskop, niscaya kita punya perkiraan bahwa benda-benda itu tiada, baik berupa zat maupun bekasnya.

Begitu juga tidak heran, bila sebagian orang diberi keistimewaan untuk melihat beberapa benda yang tidak mampu ditangkap oleh mata. Perbedaan kekuatan penglihatan atau kelemahannya, adalah sebagai hikmah (yang bisa diambil pelajaran) bagi orang yang berakal.

 

Soal: Apakah tugas para malaikat?

Jawab : Di antara tugas malaikat, menjadi utusan-utusan antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dan beberapa nabi dan rasul-Nya, seperti Malaikat Jibril a.s. Ada juga yang menjaga pada beberapa hamba Allah (Raqib dan Atid). Ada yang menulis perbuatan manusia yang jelek atau baik. Ada yang diserahi surga dan kenikmatannya. Ada yang diserahi neraka dan siksaannya. Ada yang membawa arasy. Ada yang bertugas untuk memberikan maslahat dan manfaat kepada manusia dan sebagainya dari apa yang mereka diperintahkan.

 

 

 

 

Soal : Bagaimanakah cara beritikad (percaya) terhadap kitab-kitab suci Allah Ta’ala?

Jawab : Saya beritikad, bahwa Allah Ta’ala mempunyai beberapa kitab suci yang diturunkan kepada beberapa nabi-Nya, yang menjelaskan tentang perintah, larangan, janji dan ancaman-Nya. Itulah firman Allah yang sesungguhnya (tidak bohong). Dia berfirman tanpa diketahui bagaimana caranya berfirman. Lalu diturunkan sebagai wahyu.

Di antara kitab-kitab suci-Nya, adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.

 

Soal : Bagaimanakah cara kamu beriktikad pada Taurat?

Jawab : Saya percaya, bahwa Taurat adalah salah satu kitab.suci dari beberapa kitab suci Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Musa sebagai Nabi yang diajak bicara oleh Allah. Hal itu untuk menjelaskan beberapa hukum syarak, akidah yang benar, yang diridai oleh Allah dan memberi kabar gembira akan kedatangan seorang Nabi dari anak turun Ismail.

Itulah Nabi kita (Muhammad saw.), di sana terdapat isyarat, bahwa dia akan membawa syariat baru yang menunjukkan ke desa perdamaian.

 

Soal : Bagaimanakah itikad para ulama yang alim terhadap Taurat yang sekarang berada di ahli kitab (Yahudi)?

Jawab : Iktikad para ulama yang alim ialah, sesungguhnya kitab Taurat yang ada sekarang ini telah ditemukannya perubahan (yang dilakukan oleh pendeta mereka).

Sebagian tandanya, adalah di dalamnya tidak menyebutkan surga, neraka, keadaan hari kebangkitan, makhluk dikumpulkan dan balasan, Padahal masalah tersebut termasuk perkara terpenting yang disebut dalam Kitab Suci Ilahi.

Begitu juga, Kitab tersebut menyebut wafat Musa a.s. di bab akhir. Padahal Musa yang dituruni Taurat.

 

Soal : Bagaimanakah kepercayaanmu terhadap kitab Zabur?

Jawab : Aku beriktikad, bahwa kitab Zabur adalah salah satu kitab suci Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diturunkan kepada Sayidina Dawud a.s.

Isinya adalah beberapa doa, zikir, nasihat dan hikmah. Di dalamnya tidak tercantum hukum syarak. Sebab Nabi Dawud a.s. diperintahkan untuk mengikuti syariat Nabi Musa.

 

Soal : Bagaimanakah kamu beriktikad pada kitab Injil?

Jawab : Aku beriktikad, bahwa Injil adalah salah satu kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Isa Al-Masih, untuk menjelaskan beberapa kenyataan (kebenaran yang dilupakan) dan berdakwah kepada orang-orang untuk mengesakan kepada Sang Pencipta dan menghapus sebagian hukum Taurat yang cabang (bukan yang pokok), untuk disesuaikan dengan keadaan dan memberikan kabar gembira atas tampaknya pamungkas para nabi, (Nabi Muhammad saw.).

 

Soal : Bagaimanakah iktikad ulama yang alim terhadap Injil yang beredar sekarang ini?

Jawab : Iktikad mereka adalah, Injil yang beredar sekarang terdapat empat naskah yang disusun oleh empat orang. Sebagian mereka tidak menjumpai Nabi Isa Al-Masih sama sekali. Mereka itu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Injil masing-masing di antara mereka, selalu bertentangan antara yang satu dengan lainnya. Umat Nasrani juga punya Injil selain empat ini, namun setelah Isa alaihis salam diangkat ke langit dengan jarak lebih dari dua ratus tahun, mereka bersepakat untuk tidak menggunakan selain empat Injil itu, demi menghindari banyaknya pertentangan.

 

Soal : Bagaimanakah kepercayaanmu terhadap Al-Quran?

Jawab : Aku percaya, bahwa Al-Quran adalah kitab yang paling mulia, yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi-Nya yang termulia, Muhammad saw.

Al-Quran adalah akhir kitab suci yang diturunkan (ke bumi). Ia memansukh seluruh kitab suci sebelumnya. Hukum di dalamnya akan kekal sampai hari Kiamat. Tidak mungkin mengalami perubahan.

Al-Quran merupakan tanda kenabian Muhammad terbesar, karena ia sebagai mukjizat yang paling agung.

 

Soal: Karena apakah Al-Quran Karim sebagai mukjizat terbesar?

Jawab : Al-Quran sebagai mukjizat terbesar, karena ia adalah tanda (kenabian) yang rasional (yang bisa dimengerti oleh akal) yang akan kekal sampa! kapan pun. Al-Quran di setiap saat bisa disaksikan dengan mata pikiran (bagi seseorang yang merenungi isinya akan bertambah beriman dan semakin percaya, bahwa Alguran bukan buatan Nabi Muhammad).

Mukjizat selain Quran akan lenyap dengan sendirinya. Jadi. bekasnya telah tiada. kita hanya mendengar beritanya.

Segi kemukjizatan, Al-Quran adalah bahasanya yang amat indah, fasih dan balig, penuh dengan sastra yang sulit diraih oleh manusia dengan segala macam kemampuannya.

Nabi saw. telah menantang dengan Al-Quran kepada bangsa Arab asli, yang terkenal dengan lidah yang fasih dan kesusastraan yang amat tinggi, keterangannya lebih jelas dibanding bangsa lain. Di saat penurunan Al-Quran, bangsa Arab telah mencapai kesusastraan dan pembicaraan yang praktis, sulit akan melukiskannya.

Di kalangan mereka, Rasul menetap selama dua puluh tiga tahun. Beliau menantang mereka dengan Al-Quran secara sungguh-sungguh. Beliaulah yang sengaja memperdengarkan Al-Quran kepada mereka, lalu memberikan semangat, agar mereka bisa melawan (membuat hal yang sama dengan Al-Quran) terkadang Rasul Muhammad minta kepada mereka untuk membuat satu surah Al-Quran (saja, tidak perlu seluruh surab di dalamnya) Mereka diperkenankan untuk minta pertolongan dengan orang yang mereka kehendaki, baik manusia atau jin.

Terkadang Rasul menyatakan, bahwa mereka tidak akan mampu melakukannya, mereka tidak mampu untuk terjun ke dalam tantangan tersebut, sekalipun mereka berjiwa penantang (tidak mau kalah dengan orang lain, apalagi ditantang), mereka suka fanatisme ke golongan (dan dia akan memalukan golongannya bila tidak mampu melakukannya).

Ternyata, mereka tidak mampu sampai pada yang terakhir. Mereka pindah dari perlawanan dengan perkataan, pada perlawanan dengan pedang. Pindah menghadapi dengan lidah pada perlawanan dengan gigi (konfrontasi fisik).

Bila bangsa Arab saat itu tidak mampu, maka Arab yang lam lebih tidak mampu dalam mengerjakan tantangan ini. Sungguh telah lewat masa seribu tiga ratus tahun hingga saat ini, namun satu pun di antara sastrawan tiada yang mampu, mereka menyerah.

Hal itu sebagai bukti, bahwa Al-Quran bukan perkataan manusia, tapi firman Sang Pencipta kekuatan dan kemampuan. Ia diturunkan untuk membenarkan Rasul dan firman-Nya. Segi ini saja sudah cukup membuat (musuh-musuh Al-Quran) lemah.

Sungguh terdapat beberapa segi lagi selain di atas, yaitu:

 

  1. Al-Quran memberitakan tentang beberapa hal yang gaib, lalu . tampak sebagaimana dikabarkannya.
  2. Al-Quran tidak bosan didengarkan.
  3. Al-Quran mencakup ilmu yang tidak terdapat di kalangan bangsa Arab dan Ajam.
  4. Al-Quran memberitahukan terhadap kenyataan masa lalu dan keadaan beberapa umat. Padahal orang yang dituruni Alquran adalah ummi tidak bisa membaca dan menulis, karena : beliau sudah cukup dengan wahyu dan agar segi mukjizatnya lebih layak diterima.

 

 

 

 

Soal : Bagaimanakah keyakinanmu terhadap para utusan Allah Ta’ala?

Jawab : Aku berkeyakinan, bahwa Allah Ta’ala mempunyai beberapa utusan yang diutus dengan membawa rahmat dan karunia, untuk memberikan kabar gembira kepada orang yang berbuat baik mendapatkan pahala dan memberikan peringatan kepada orang yang berbuat jahat mendapatkan siksaan. Menerangkan apa yang dibutuhkan manusia dari beberapa hal yang maslahat terhadap agama mereka dan dunianya.

Para rasul juga menjelaskan mengenai suatu hal yang dapat mencapai derajat tinggi bagi manusia. Para rasul diperkuat dengan beberapa tanda kenabian yang nyata dan beberapa mukjizat yang terang. Permulaan mereka adalah Adam, sedang yang terakhir adalah Nabi kita, Muhammad saw.

 

Soal : Apakah pengertian Nabi?

Jawab : Nabi adalah manusia yang diberi wahyu syarak, sekalipun tidak diperintahkan untuk menyampaikannya (kepada manusia). Bila diperintahkan untuk menyampaikan kepada mereka, maka dinamakan Rasul.

Setiap Rasul adalah Nabi, bukan sebaliknya.

 

Soal : Berapakah jumlah para nabi?

jawab : Secara pasti, tidak diketahui jumlah mereka (karena amat banyak. Allah tidak menceritakan seluruhnya pada Nabi). Dalam Al-Quran yang mulia, nama mereka yang disebut hanya dua puluh lima orang, yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Luth, Ismail, Ishag, Ibrahim, Ya’gub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa dan Muhammad saw. Mereka adalah juga para rasul.

 

Soal: Apakah mukjizat itu?

Jawab : Mukjizat adalah perkara yang luar biasa (dan tidak masuk ala yang ditampakkan kepada seorang yang mengaku menjadi Nab yang sesuai dengan pengakuannya, di mana orang-orang yang ingkar kepadanya tidak mampu melakukan sesamanya.

 

Soal: Apakah hikmah mukjizat ditampakkan kepada para nabi?

Jawab : Hikmat mukjizat ditampakkan kepada para nabi, untuk menunjukkan kebenaran pengakuan mereka (bahwa mereka utusan Allah yang membawa ajaran-Nya).

Sebab, setiap pengakuan yang tidak disertai dalil, tidak akan didengar. Juga sebagai perbedaan antara mereka (para nabi) dan orang-orang yang mengaku menjadi nabi (nabi palsu).

Mukjizat tersebut menduduki firman Allah Ta’ala: “Hamba-Ku benar tentang apa yang diakui.” (Pengakuannya adalah benar).

 

Soal: Bagaimanakah penjelasan kalau mukjizat itu menjadi bukti kebenaran para nabi dan sebagai pengganti dari firman Allah: “Pengakuan hamba-Ku adalah benar”

Jawab: Tentang mukjizat demi menunjukkan kebenaran para nabi, adalah bisa dilihat pada contoh di bawah ini:

Kalau seseorang berdiri pada suatu pertemuan, di mana seorang raja besar yang bijaksana hadir di sana dan ketika itu ia mengatakan: “Hai, sekalian manusia, sesungguhnya saya sebagai utusan baginda raja, untuk saudara-saudara sekalian, dan saya sebagai orang kepercayaan beliau di antara kalian. Saya diutus oleh beliau untuk menyampaikan titahnya kepada saudara-saudara. Beliau juga mengerti apa yang saya katakan ini, mendengar apa yang saya ucapkan dan beliau melihat kepada saya. Sebagai bukti kebenaran saya ialah, apabila saya minta beliau untuk berbuat sesuatu yang menyalahi kebiasaan, tentu beliau akan mengabulkan permintaan saya.

Kemudian orang itu membuktikan: Baginda, jika Tuan membenarkan pengakuan hamba ini, maka saya harap Baginda berbuat sesuatu yang menyalahi kebisaan, yaitu berdiri tiga kali berturut-turut. Ternyata baginda raja mengerjakannya.

Dengan demikian orang-orang pun meyakini, kalau orang itu memang benar dalam perkataannya. Perbuatan baginda raja yang menyalahi kebiasaannya itu, sebagai ganti dari sabda beliau: “Pengakuan orang itu adalah benar.” Dan tidak ada seorang pun yang merasa ragu kalau orang itu adalah utusan baginda raja.

Para nabi itu telah mengaku diutus oleh Allah kepada manusia dan Dia mengetahui pengakuan mereka, mendengar dan melihat (gerak-gerik mereka).

Bila mereka minta kepada Allah Ta’ala untuk menampakkan mukjizat-mukjizat yang manusia tidak mampu menjalankannya, maka Allah menolong mereka dan memberikan kekuasaan mereka untuk melakukannya.

Hal itu, sebagai tindakan nyata yang membenarkan kepada mereka secara perbuatan (yang dilihat), laksana pembenaran dengan lidah, bahkan lebih dari itu. Hal itu yang membuat mereka dibenarkan dalam mengaku sebagai Rasulullah.

Mengapa demikian! Sebab Allah Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan Maha Kuasa tidak akan membenarkan kepada orang yang bohong.

Lebih dari itu, di samping mukjizat tersebut, sifat dan keadaan mereka telah tersohor amat baik dan sempurna.

 

Soal : Apakah perbedaan antara mukjizat dan sihir?

Jawab : Pada permulaan penglihatan sihir luar biasa, tapi bisa ditandingi. Sebab, ia berjalan atas dasar sebab-sebab. Orang yang mengetahui dan mau menjalankannya akan mampu melakukan hal itu.

Adapun mukjizat, adalah sesuatu yang luar biasa secara hakiki, dan tidak bisa ditandingi. Maka, bagi seorang penyihir tidak akan mampu melakukan sebagaimana para nabi, misalnya menghidupkan orang mati dan tongkat menjadi ular. Oleh karena itu, para ahli sihir Fir’aun beriman kepada Musa ketika tongkat Musa menjadi ular dengan sungguh dan menelan beberapa tongkat dan tali mereka. Sebab mereka tahu, bahwa hal ini ida akan bisa dilakukan melalui sihir, Sihir datang dari nafsu yang selalu memerintah kejelekan, yang akan menjadi fenomena kerusakan. Sedang mukjizat bersumber dari jiwa yang suci (tidak punya niat jahat), yang akan menjadi fenomena kebaikan dan bimbingan (pada jalan yang lurus).

 

Soal : Apakah perbedaan antara mukjizat dan keramat?

Jawab : Keramat adalah sesuatu yang luar biasa, yang akan tampak 4 tangan seorang waliyullah Tapi tidak disertai pengakuan menjadi nabi.

Sedang mukjizat, adalah sesuatu yang keluar disertai pengakuan menjadi Nabi. ,

Seorang wali, ialah orang yang arif billahi dan sifat-sifat-Nya, selalu menjalani taat secara kontinu, menghindari kemaksiatan dan kejelekan, tidak mengikuti kelezatan dan syahwat (beberapa hal yang disenangi syahwatnya, yang dilarang oleh agama). Keramat diberikan kepada seorang waliyullah sebagai penghormatan dari Tuhannya, sebagai isyarat diterima dan didekatkan kepada-Nya. Keramat itu laksana mukjizat di tangan Nabi, dimana wali tersebut termasuk umatnya.

Seorang wali tidak akan diangkat menjadi wali, kecuali mengakui kebenaran risalah Rasul dan tunduk pada perintah Allah dengan sungguh. Bila dia menyatakan berdiri sendiri dan tidak ikut kepada Rasul, maka keramat tidak akan dimilikinya, dan dia tidak akan menjadi wali Allah Yang Maha Pemurah, tapi menjadi musuh-Nya dan wali setan (yakni menjadi kekasih setan).

 

Hal itu sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya kepada Nabi kita, Muhammad saw., tentang hak beberapa kaum yang mengaku, bahwa mereka adalah senang kepada Allah. “Katakanlah (hai, Muhammad): ‘Bila kamu sekalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, kalian akan dicintai Allah dan dosa kalian akan diampuni. ‘Dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Katakanlah: ‘Taatlah kepada Allah dan Rasul, Maka, bila kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S. Ali Imran: 31-32)

 

Soal : Sifat apakah yang wajib bagi para nabi as ?

Jawab : Mereka diwajibkan mempunyai empat sifat: Berkata benar. terpercaya, menyampaikan ajaran Allah dan cerdik.

Maksud berkata benar di sini, adalah kabar yang mereka sampaikan itu sesuai dengan kenyataan. Jadi, sama sekali mereka tidak akan berkata bohong.

 

Maksud terpercaya bagi mereka, adalah keadaan lahir dan batin mereka terpelihara dari melakukan apa yang tidak meridakan Allah, yang telah memilih mereka di antara seluruh makhluk

Maksud tabligh, adalah mereka menjelaskan kepada manusia apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menjelaskan dengan cara terbaik Jadi, sedikit pun mereka tidak akan menyimpan (sekalipun kelihatannya membahayakan kepada dirinya).

Maksud cerdik, adalah mereka yang paling cerdik dan tanggap (pada sesuatu)

 

Soal : Apakah sifat mustahil bagi para nabi? .

Jawab : Bagi para nabi a.s. mustahil mempunyai empat sifat: Bohong, durhaka, menyimpan ajaran Allah atau pelupa.

Begitu juga mustahil bagi mereka, setiap sifat yang menurut pandangan manusia termasuk aib, sekalipun tidak dosa, seperti pekerjaan yang terhina, nasab yang jelek atau tidak sesuai dengan hikmah diutusnya, seperti tuli dan bisu.

 

Soal : Bila sifat durhaka mustahil bagi para nabi a.s., maka bagaimanakah Adam memakan buah pohon yang dilarang?

Jawab : Sesungguhnya Adam memakan buah pohon yang dilarang, karena lupa.  Allah Ta’ala berfirman: “Sungguh Kami telah memerintah kepada Adam dahulu, lalu dia lupa dan tidak Kami dapatkan kemauan yang sungguh.” (Q.S. Thaha: 115).

Orang yang lupa tidak durhaka dan tidak akan disiksa. Adapun Adam dinyatakan durhaka dalam firman Allah: “Adam durhaka kepada Tuhannya, lalu dia sesat. Lantas dipilih dan Allah menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.” (Q.S. Thaha: 121-122).

 

Hal itu karena kelihatannya Adam menyalahi perintah Allah karena lupa yang timbul kurang perhatian. Kedurhakaan yang dikarenakan lupa ini tidak dianggap durhaka, tapi dianggap maksiat bagi Adam, karena tingkatannya yang mulia dan agung.

Kesalahan kecil akan dianggap besar bagi orang besar. Adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengambil tindakan kepada Adam, lalu diturunkan ke dunia ini dan pengakuan Adam atas dosa itu, dia selalu membaca istigfar agar derajat bertambah tinggi dan pahalanya akan bertambah banyak.

Apa yang telah dialami oleh para nabi daripada dosa dan maksiat, hendaknya dikiaskan terhadap dosa Adam dan ditafsiri seperti itu. Sesungguhnya ia adalah dianggap dosa, karena derajat mereka yang tinggi dan dianggap maksiat, dikarenakan ketaatan mereka yang sempurna.

Jadi, bukan seperti dosa orang-orang selain mereka, sebab dosa dan maksiat itu mereka alami adakalanya karena menakwil (suatu perintah atau larangan Allah), atau karena lupa dan tiada unsur kesengajaan.

Mereka mengakui dosa dan banyak membaca istighfar, karena mereka banyak makrifat kepada Tuhannya, sangat wara’ dan takwa, dan agar mereka bertambah mendapat pahala, pcn. kedekatan kepada Allah dan derajat yang tinggi, yang mereka pegang.

 

Soal : Sifat apakah yang boleh (jaiz) dimiliki para nabi?

Jawab : Boleh jadi para nabi a.s. mempunyai sifat kemanusiaan yang tidak membuat derajat mereka yang tinggi menjadi tercela, seperti makan, minum lapar, haus, panas, dingin, letih, istirahat, sakit dan sehat. Begitu Juga berdagang atau bekerja yang tidak terhina, sebab mereka, adalah manusia. Apa yang dialaminya, juga dialami oleh para nabi, selama tidak membuat derajat mereka tercela.

 

Soal : Apakah hikmah penyakit dan penderitaan yang menimpa pada para nabi a.s.?

Jawab : Hikmah penyakit dan penderitaan menimpa kepada para nabi, padahal mereka makhluk (manusia) terbaik dan terhindar dan cela, agar pahala mereka bertambah besar dan ketabahan serta kesabarannya akan tampak dalam taat kepada Allah Ta’ala.

 

Begitu juga, agar manusia (umatnya) mengambil teladan kepada mereka, bila tertimpa cobaan dan penderitaan. Manusia akan mengetahui, bahwa dunia ini adalah tempat cobaan dan ujian, bukan tempat kemuliaan dan kebaikan (seterusnya). Juga agar seseorang tidak memandang mereka sebagai Tuhan, bila melihat mukjizat yang cemerlang di tangannya.

Orang itu akan mengetahui, bahwa hal itu atas kehendak Allah Ta’ala dan diciptakan-Nya, bukan orang lain. Para nabi, sekalipun derajatnya tinggi, dan posisinya agung, tapi tetap sebagai hamba yang lemah, tidak bisa menolak bahaya atau menarik kemanfaatan.

 

Soal : Apakah kesimpulan yang wajib kita yakini terhadap para nabi a.s.?

Jawab : Kita berkeyakinan, bahwa para nabi itu mempunyai sifat-sifat yang baik, terhindar lahir-batin, perbuatan dan perkataannya dari perkara yang tercela. Sesungguhnya mereka juga mengalami beberapa sifat kemanusiaan yang tidak sampai mengurangi derajat mereka yang tinggi.

Sesungguhnya Allah memilih mereka atas seluruh manusia di dunia. Mereka diutus kepada manusia, agar manusia mengetahui perintah dan larangan Allah. Mereka tidak berbeda dalam masalah agama, sebab beliau adalah pokok, karena berkaitan dengan masalah akidah yang tidak boleh berubah atau bertentangan.

Para nabi itu berbeda tentang sebagian hukum agama, karena ia cabang, dan berkaitan dengan perbuatan yang harus disertai hikmah yang berbeda bagi setiap bangsa, baik dari segi zaman, tempat, keadaan dan watak

 

Soal : Berapakah sifat keistimewaan Nabi kita saw. yang melebihi, dari seluruh nabi?

Jawab : Nabi kita saw. mempunyai keistimewaan di antara seluruh nabi dengan tiga keistimewaan: 1. Beliau adalah Nabi yang paling utama. 2. Beliau diutus kepada seluruh manusia. 3. Beliau adalah pamungkas para nabi, maka tiada Nabi setelahnya.

 

Soal Mengapa Nabi kita saw. menjadi pamungkas para nabi?

Jawab ” Nabi kita menjadi pamungkas para nabi, sebab hikmah para nabi diutus adalah untuk berdakwah kepada manusia, agar menyembah kepada Allah, menunjukkan mereka ke jalan yang benar dalam masalah kehidupan dunia dan akhirat, memberitahukan kepada mereka tentang masalah gaib yang tidak bisa dilihat dan beberapa hal yang tidak bisa dijangkau dengan akal, menerangkan beberapa dalil yang pas, dan menghilangkan segala kesamaran ajaran yang batil.

Sungguh syariat beliau yang cemerlang ini telah menerangkan seluruh masalah di atas dengan cara yang lebih sempurna dan cocok untuk seluruh umat di setiap masa, tempat dan keadaan.

Jadi, manusia sepeninggal Rasul Muhammad sudah tidak memerlukan Nabi lagi. Sebab, kesempurnaan telah mencapai titik batasnya.

Dari sinilah tampak rahasia Rasul Muhammad diutus ke seluruh manusia. Beliaulah yang paling sempurna akhlak dan penciptaan tubuhnya.

 

Soal : Bagaimanakah Nabi kita (Nabi Muhammad) dikatakan pamungkas para nabi, padahal Isa diturunkan di akhir zaman?

Jawab : Sesungguhnya Isa alaihi salam turun di akhir zaman dan berhukum dengan syariat Nabi kita, bukan syariatnya. Sebab, syariatnya telah dihapus dengan syariat Nabi kita dan karena waktunya telah lewat, di mana menjalankan syariat tersebut masih cocok.

Jadi, Isa a.s. akan menjadi khalifah Nabi kita, wakil dalam melaksanakan syariatnya dalam umat ini. Hal itu termasuk yang menunjukkan dengan jelas, bahwa nabi kita adalah pamungkas para nabi a.s.

 

Soal : Sebutkan kepadaku mukjizat-mukjizat Nabi kita, Muhammad saw.?

Jawab : Sesungguhnya mukjizat Nabi kita saw. adalah banyak. Di antaranya adalah Al-Quran yang mulia. Ia adalah tanda kenabiannya yang paling agung, paling bagus dan cemerlang. Sebelumnya telah diterangkan segi yang menakjubkan dari Al-Quran. Ia adalah tanda kenabiannya yang kekal, sebab orang yang diberinya adalah pamungkas para nabi.

Di antara mukjizat Nabi kita, adalah air memancar dari jari-jarinya di waktu bepergian, ketika haus telah memuncak dan tiada air (di kalangan para sahabatnya), kecuali sedikit, lalu Nabi kita meletakkan tapak tangannya yang mulia pada air itu. Akhirnya, air itu bertambah banyak, sehingga orang-orang yang hadir mengambil untuk keperluannya, bahkan masih lebih. Hal Sedemikian ini tidak sekali, tapi beberapa kali.

Di antara mukjizatnya adalah makanan sedikit menjadi banyak, hingga cukup dimakan orang banyak. Hal ini terjadi beberapa kali dan lainnya, sebagaimana yang disebut dalam kitab Dalailun Nubuwah.

 

Soal  : Bagaimanakah sejarah Nabi kita saw.?

Jawab : Sudah menjadi ijmak para ulama, bahwa sejarah kehidupan Nabi kita adalah yang terbaik secara mutlak. Orang kafir pun telah mengetahui hal itu. Bagaimana tidak (begitu), dia bagaikan matahari di siang bolong (sejarah kehidupan Rasul selalu mencurangi umat, dapat dibuat teladan bagi mereka yang menginginkan mencari rida Penciptanya).

Para ahli sejarah telah menyebutkan, bahwa Rasul Muhammad adalah manusia yang paling mulia nasabnya dan kedudukannya paling tinggi. Beliau menyambung kerabat (yang memutuskan), suka membantu orang yang sangat menderita, banyak menanggung beban, sabar, selalu memaafkan kesalahan orang (selama tidak diharamkan), dan belas kasih. Beliau tidak membalas kecuali hak Allah atau hak manusia diabaikan.

Rasul banyak diam untuk merenungi rahasia kerajaan langit, dan memang perkataannya selalu dibuat pedoman umatnya yang semasa dengan beliau atau sesudahnya. Oleh karena itu, beliau banyak berbicara.

Bila berbicara, beliau selalu menggunakan perkataan yang padat (penuh isi dan praktis). Maksudnya, kalimatnya sedikit tapi mencakup beberapa (banyak) pengertian dari hikmah yang indah. Keterangannya jelas. Di suatu saat, beliau bergurau. Tapi dalam berguraunya selalu benar.

Beliau yakin, bahwa Allah akan memeliharanya di setiap saat. Beliau maju di saat orang-orang yang gagah berani mundur. Beliau tetap (tidak mundur) di saat bencana menimpanya. Beliau sangat rendah diri (tidak sombong, baik perkataan atau perbuatannya).

Dalam keadaan rendah diri dan selalu senyum, wibawanya tetap terjaga, tiada seorang pun yang mempunyai karisma seperti yang beliau miliki. Seseorang di antara sahabat-sahabatnya tiada yang tahan memandang wajahnya. Mereka di majelis beliau selalu memelihara adab yang baik, seolah di kepala mereka terdapat burung (hingga mereka tidak berani bergerak, khawatir burungnya terbang).

Seseorang di antara para sahabatnya tidak akan berani memutus pembicaraan orang lain. Di majelis beliau, cela orang tidak akan disebut. Sejak kecil, kaum musyrik memberi julukan padanya sebagai “Al-Amin” (orang yang terpercaya).

Setelah Rasul mengaku menjadi Nabi, kaum musyrik tidak menjumpai suatu cela pada diri beliau, padahal mereka sangat benci dan musuh kepadanya. Beliau mengajari ilmu hikmah dan hukum kepada mereka. Beliau selalu mengajak ke surga.

Orang yang mengikuti jejak Rasul akan sempurna keutamaan ilmiah dan amaliahnya. Sedang orang yang tidak mengikutinya, tidak akan memiliki keutamaan-keutamaan tersebut. Sungguh Allah telah menampakkan agama-Nya melebihi seluruh agama. Nama harumnya telah kekal di lidah orang yang cocok atau yang menentangnya sepanjang masa.

Orang yang mau menelaah dalam kitab sejarahnya, yang mengandung akhlak yang agung dan cemerlang, akan mengetahui: bahwa beliau adalah makhluk terbaik di seluruh dunia, baik sifat lahiriah atau batiniah.

 

 

 

 

Soal : Apakah hari Akhir dan apa pengertian beriman padanya?

Jawab : Hari Akhir adalah hari yang sangat besar bencana di dalamnya, di mana anak-anak akan beruban. Saat itu manusia akan bangkit dari kuburnya, lalu dikumpulkan di suatu tempat untuk dihisap, lalu mereka akan mendapat kenikmatan atau siksaan.

Iman pada hari Akhir, adalah membenarkannya dan di suatu saat harus terjadi, begitu juga apa yang telah diterangkan dalam, Al-Quran dan hadis tentang hari tersebut.

 

Soal. : Apakah yang kamu yakini tentang hari Akhir dan apa yang berkaitan dengannya?

Jawab : Pertama saya berkeyakinan, bahwa pertanyaan di kubur yang benar, begitu juga kenikmatan atau siksaannya. Lalu seluruh makhluk akan dikumpulkan. Sesungguhnya makhluk ini akan dikembalikan seperti semula, lalu dihisap dan amal perbuatan nya ditimbang.

Begitu juga kitab catatan amal akan diberikan. Ada Kalanya diterima dengan tangan kanan atau tangan kiri, lalu kita percaya pada jembatan (di atas Jahanam), kaum muslim akan dimasukkan -Surga sebagai desa kenikmatan-, dan orang-orang kafir akan dimasukkan ke neraka -sebagai desa siksaan yang amat pedih.

 

Soal : Bagaimanakah iktikadmu tentang pertanyaan dalam kuburan, kenikmatan dan siksaan di dalamnya?

Jawab : Aku beriktikad, bahwa bila mayat diletakkan di kuburan, rohnya dikembalikan ke tubuhnya, sekiranya dia bisa memahami percakapan dan menjawab, kemudian dua malaikat datang. lalu bertanya kepadanya tentang Tuhan, Nabi, agama yang dipeluknya, beberapa kewajiban yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan.

Bila mayat itu termasuk orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh, akan bisa menjawab tanpa takut atau bingung.

Lantas Allah membuka penglihatannya, lalu salah satu pintu surga dibuka, lalu dia mendapatkan kenikmatan yang agung. Dikatakan kepadanya: “Ini balasan orang yang di dunianya menetapi jalan yang lurus.”[1]

Bila mayat itu kafir atau munafik, akan bingung dan tidak mengerti apa yang harus dibuat menjawab, lalu disiksa dengan siksaan yang sangat. Penglihatannya dibuka, lalu salah satu pintu Jahanam dibuka dan beberapa macam siksaan diberikan kepadanya, lantas dua malaikat berkata kepadanya: “Ini balasan orang yang kufur terhadap Tuhannya dan mengikuti hawa nafsu.”[2]

 

Soal: Bila binatang buas memakan manusia, dan dia berada dalam perutnya kalau dia jatuh ke laut lalu dimakan ikan-ikan, apakah dia ditanya, disiksa atau mendapat kenikmatan?

Jawab : Ya, setiap orang yang meninggal dunia ditanya, kemudian disiksa atau diberi kenikmatan, Tiada perbedaan antara orang yang ditanam dalam kuburan, dalam perut binatang buas atas di tengah laut, Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui lagi Maha Waspada.

 

Soal : Bila mayat dikembalikan rohnya, lalu ditanya, kemudian disiksa atau mendapat kenikmatan, maka mengapa manusia tidak melihat hal itu sedikit pun?

Jawab : Sesungguhnya Allah telah menghalangi penglihatan mereka hingga tidak melihat hal itu, untuk memberikan cobaan kepada mereka, agar tampak antara orang yang beriman dan orang yang tidak beriman dari kalangan orang yang ragu (terhadap hal itu). Seandainya manusia melihatnya, niscaya mereka akan beriman secara keseluruhan dan tiada perbedaan di antara manusia yang baik dan jahat, antara yang hina dan mulia.

 

Soal : Adakah contoh yang mudah dipaham untuk masalah ini?

Jawab : Ya, ada contohnya, misalnya orang tidur yang bermimpi Sesuatu yang menggembirakan, mendapat kenikmatan, sesuatu yang menyusahkan atau yang membuat sakit. Sedang orang yang berada di sampingnya, yang melihatnya tidak mengetahui mimpi itu dan tidak merasakannya.

Begitu juga mayat di kuburan yang ditanya, lalu menjawab, merasakan kenikmatan atau disiksa, tapi seseorang yang hidup tidak mengetahuinya.

 

Soal : Bagaimanakah beriktikad bahwa tubuh makhluk dikumpulkan dan sesungguhnya makhluk dikembalikan sebagaimana diciptakan semula?

Jawab : Hendaknya kita percaya, bahwa setelah manusia mati seluruhnya, lantas Allah menghidupkan lagi kepada mereka, sebagaimana penciptaan yang pertama (di kala mereka hidup di dunia), lalu mereka bangkit dari kuburnya, lalu dikumpulkan ke satu tempat yang dinamakan Al-Mauqif.

 

Soal : Bagaimanakah kamu beriktikad terhadap hisab?

Jawab : Aku percaya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah mengumpulkan manusia di Mahsyar, masing-masing akan dihisab, lalu Allah minta pengakuan mereka terhadap apa yang dilakukan, baik yang buruk atau yang baik (mereka pun mengakui perbuatannya).

Bagi mereka yang mengingkari, maka anggota tubuhnya akan bersaksi, akhirnya kejelekan mereka akan tampak, lalu mereka tidak punya alasan untuk membela diri, akhirnya ada alasan untuk menyiksa mereka. Allah swt. berfirman:

“Barang siapa yang berbuat kebaikan sekecil zarah, akan melihat (balasannya) dan barang siapa yang berbuat kejelekan sekecil zarah, akan melihat balasannya.”

 

Soal : Bagaimanakah iktikadmu terhadap timbangan amal dan pemberian buku catatan amal?

Jawab : Aku percaya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah menghisab manusia dan mereka telah mengakui atas apa yang dilakukan, maka perbuatan mereka ditimbang agar masing-masing bisa diketahui ukuran perbuatannya.

Barang siapa yang kebaikannya melebihi atas kejelekannya, maka buku catatan amalnya diberikan dengan tangan kanannya dan akan mendapat kebahagiaan yang agung. Barang siapa yang kejelekannya berkurang daripada kebaikannya, maka buku catatannya diberikan dengan tangan kirinya, lalu dia akan merugi dengan sungguh.

 

Soal : Bagaimanakah kamu percaya pada jembatan (di atas Jahanam)?

Jawab : Jembatan tersebut terbentang di atas Jahanam, manusia akan melewatinya. Tumit orang-orang mukmin yang taat akan teguh (tidak tergelincir) sampai ke surga. Di antara mereka ada yang berjalan laksana kilat (karena sangat cepat). Ada yang melewatinya seperti kuda yang baik (dan larinya cepat). Ada yang lambat jalannya (bahkan ada yang merangkak).

Tumit orang-orang kafir dan orang-orang mukmin yang durhaka akan tergelincir, lalu mereka terjerumus ke neraka. Bagi orang yang berbahagia akan dipermudah jalannya oleh Allah, yang menerbangkan burung di udara.

 

Soal : Adakah orang yang memberikan syafaat pada hari itu?

Jawab : Ya, ada, Para nabi, wali, ulama yang menjalankan ilmunya, serta orang-orang yang mati syahid.

 

Soal : Kepada siapakah, orang-orang yang diberi izin untuk memberikan syafaat?

Jawab : Mereka memberikan syafaat kepada sebagian kaum mukmin yang durhaka.

 

Soal : Apakah seseorang (mukmin) bisa memberikan syafaat kepada seseorang yang kafir?

Jawab : Seseorang dari para nabi tidak mampu memberikan syafaat (kepadanya) lebih-lebih orang lam. Dia tidak bisa mohon kepada Allah untuk seseorang dari orang kafir, karena mereka telah mengetahui, bahwa orang kafir itu jelas mendapat siksaan. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan memberikan izin tentang hal itu. Allah swt. berfirman: “Siapakah yang dapat memberi syafaat tanpa seizin-Nya?” (Q.S. al-Baqarah: 255).

Dalam firman-Nya yang lain: “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah felah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya.” (Q.S. Thaha: 109).

 

Soal : Apakah Telaga Kautsar yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Nabi kita saw. dengan isyarat firman-Nya: “Sesungguhnya Kami memberimu Telaga Kautsar?”

Jawab : Kautsar adalah sungai di surga yang “airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu Barang siapa yang minum dari airnya sekali saja, maka tidak akan haus selamanya.

 

Soal : Bagaimanakah hukum seorang mukmin yang taat setelah hisab?

Jawab : Hukum orang mukmin yang taat setelah dihisab, adalah masuk surga selamanya dengan merasakan kenikmatannya yang enak.

 

Soal : Bagaimanakah hukum orang kafir atau munafik setelah hisab?

Jawab : Hukum orang kafir atau munafik setelah dihisab adalah masuk neraka selamanya dan mengalami siksaan terus-menerus.

 

Soal : Bagaimanakah hukum seorang mukmin yang bermaksiat setelah hisab?

Jawab : Hukum orang mukmin yang durhaka setelah hisab, apabila Allah mengampuninya, dimasukkan ke surga selamanya mulai pertama. Bila tidak diampun, akan disiksa di neraka sesuai dengan dosanya, lalu dikeluarkan (dengan syafaat, sekalipun dosanya belum habis), lalu dimasukkan ke surga selamanya (setelah dimandikan di surga dan kehitaman kulitnya menjadi putih).

 

Soal : Apakah surga itu?

Jawab : Surga adalah tempat kenikmatan yang kekal, di dalamnya terdapat hal yang disenangi hati, enak dipandang mata dan terdapat hal yang belum pernah dilihat mata (di dunia), belum didengar telinga dan tidak terlintas di hati manusia.

 

Soal : Apakah Jahanam itu?

Jawab : Jahanam adalah tempat siksa yang kekal, di dalamnya terdapat segala macam siksaan yang belum pernah terlintas di akal.

[1] Rasul pernah bercerita tentang fitnah kubur, lalu beliau bersabda: “Seseorang di antara kamu didatangkan, lalu dikatakan: ‘Bagaimanakah pengetahuanmu tentang laki-laki ini (Nabi Muhammad)?’ Seorang mukmin akan menjawab: ‘Dia adalah Muhammad -utusan Allah yang datang kepada kita dengan membawa bukti nyata dan petunjuk. Kami mengabulkan dan menaatinya (jawaban itu diulang tiga kali).’ Dikatakan kepadanya: Tidurlah. Sesungguhnya kami telah mengetahui, bahwa kami beriman, tidurlah dengan baik.’ Adapun orang munafik atau yang masih ragu, akan menjawab: ‘Aku tidak mengerti. Aku mendengar manusia berkata Sesuatu, lalu aku ikut mengatakannya’.” (H.R. Muslim dalam kitab sahih-nya, Juz 2, hlm. 624 dalam kitabul kusuf).

[2] Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam kitab Sahih-nya, Rasul bersabda:

“Sesungguhnya seseorang di antara kamu bila mati, maka tempat duduknya diperlihatkan pada tiap pagi dan sore. Bila termasuk Ahlul Jannah, maka termasuk surga. Bila termasuk ahli neraka, maka ahli neraka, lalu dikatakan kepadanya: ‘Ini tempat dudukmu hingga kamu dibangkitkan oleh Allah pada hari Kiamat’.” (Tafsir Ibnu Katsir juz 4/82).

Soal : Bagaimanakah beriktikad terhadap qadha dan qadar?

Jawab : Kita yakin, bahwa seluruh perbuatan hamba, baik yang ikhriyari (disengaja), seperti berdiri, duduk, makan dan minum atau tidak disengaja, seperti jatuh. Itu terjadi dengan kehendak dan takdir Allah di zaman azali dan Allah telah mengetahuinya sebelum terjadi.

 

Soal : Bila Allah Ta’ala yang menciptakan seluruh perbuatan hamba apakah dia berarti dipaksa untuk melakukan seluruh perbuatannya. Sedang orang yang dipaksa tidak berhak menerima pahala dan siksaan?

Jawab : Tidak, seorang hamba tidak termasuk orang yang dipaksa. Sebab, dia punya kehendak sendiri (iradah juziyah di bawah kehendak Allah). Dia mampu mengarahkannya pada kebaikan atau kejelekan. Dia punya akal untuk membedakan antara keduanya.

Bila dia mengarahkan kehendaknya pada kebaikan, maka kebaikan itu dapat diraihnya dan dia diberi pahalanya, karena kebaikan yang dilakukan dengan kehendaknya itu

Bila kehendak itu diarahkan pada kejelekan, lalu dia menjalankannya, maka dia disiksa, karena kejelekan tersebut dilakukan dengan kehendaknya.

 

Soal : Berilah contoh kepadaku yang mudah dipahami, yang menjelaskan bahwa seorang hamba tidak dipaksa atas perbuatannya!

Jawab : Setiap manusia akan mengetahui, bahwa dia tidak dipaksa atas perbuatannya. Hal itu karena dia bisa membedakan antara tangan yang bergerak ketika menulis dan tangan yang bergerak ketika gemetar.

Sesungguhnya tangan yang bergerak ketika menulis, akan dinisbahkan pada dirinya. lalu dia berkata: “Aku menulis dengan ikhtiarku (aku dengan sengaja melakukannya).”

Sedang tangan yang bergerak karena gemetar, maka tidak disandarkan pada dirinya, dan tidak berkata: “Aku menggerakkan tanganku”. tapi berkata: “Sesungguhnya hal itu terjadi bukan atas kehendakku.”

 

Soal : Apakah kesimpulan dari contoh itu?

Jawab : Kesimpulannya, sesungguhnya tiap-tiap manusia mengerti dengan berpikir sedikit, bahwa perbuatannya terdapat dua bagian: Satu bagian dengan ikhtiyar dan kehendaknya, seperti makan, minum dan memukul kepada Zaid dan lain-lain.

Satu bagian lagi tanpa disengaja, seperti jatuh (dari atas).

 

Soal: Apakah akibat atas perbuatan hamba yang disengaja?

Jawab : Perbuatan-perbuatan hamba yang disengaja, bila baik mendapat pahala dan bila jelek mendapat siksa. Adapun perbuatannya yang tidak disengaja, maka tidak mendapat apa-apa.

 

Soal : Bila seorang manusia memukul orang lain dengan zalim karena permusuhan atau melakukan sesamanya daripada perbuatan jahat dan kemaksiatan, lalu beralasan bahwa hal itu terjadi karena takdir, apakah alasannya itu dapat diterima?

Jawab : Alasan takdir dari seorang hamba tersebut tidak dapat diterima, baik di sisi Allah atau makhluk-Nya, karena dia punya kehendak, kekuasaan, hak memilih dan akal.

 

Soal: Sebutkan kepadaku kesimpulan dari pembahasan ini!

 

Jawab : Bagi seseorang yang sudah mukalaf, diwajibkan mempunyai kepercayaan, bahwa seluruh perbuatan dan perkataan dan gerakannya, baik yang baik atau yang jelek, adalah dengan iradat Allah dan takdir-Nya serta dengan ilmu-Nya.

Tapi kebaikan memperoleh keridhaan-Nya dan kejelekan tidak mendapatkan keridhaan-Nya.

Sesungguhnya bagi hamba mempunyai kehendak dalam melakukan perbuatan yang disengaja. Dia mendapat pahala kebaikan yang dijalankan dan siksaan atas kejelekannya. Sesungguhnya dia tidak punya alasan dalam melakukan kejelekan dan sesungguhnya Allah tidak akan zalim terhadap hamba-hamba-Nya.

 



Soal: Apakah diperbolehkan berbicara tentang Dzat Allah Ta’ala dengan akal?

Jawab : Tidak diperkenankan berbicara Dzat Allah Ta’ala dengan akal. Sebab akal tidak mampu untuk mengerti Dzat Sang Pencipta Subhanahu wa Ta’ala. Maka, setiap apa yang terlintas di hatimu sesungguhnya Allah tidak begitu. ,

 

Soal : Bila akal tidak mampu mengetahui Dzat Allah Ta’ala, maka bagaimana bisa sampai mengetahui Allah. Padahal mengetahui Allah diwajibkan atas setiap orang?

Jawab : Sesungguhnya mengenal Allah Ta’ala bisa dihasilkan dengan mengetahui beberapa sifat-Nya, seperti wujud, terdahulu, kekal, tidak sama dengan makhluk, berdiri sendiri, Maha Esa, hidup, ilmu. kuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan berfirman.

 

Soal: Bagaimanakah kita mengenal Allah Ta’ala, padahal kita tidak melihat-Nya dengan penglihatan kita?

Jawab : Kita mengetahui keberadaan Allah Ta’ala dan seluruh sifat-Nya dengan bekas kemahakuasaan-Nya yang tampak pada kita, dari makhluk-makhluk yang kukuh, yang indah, dan yang tidak bisa dijangkau dengan akal, seperti langit dan segala yang terdapat padanya, seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang.

Begitu juga bumi dan apa yang dikandungnya, seperti beberapa tambang, pohon-pohon, dan lain-lain, misalnya beberapa hewan termasuk manusia yang diciptakan dalam bentuk terbaik yang mempunya! kesempurnaan dan keutamaan yang mempunyai keistimewaan dengan akal.

Sesungguhnya orang yang memandang bangunan, akan mengetahui ada yang membangunnya. Barang siapa yang melihat kitab akan tahu, bahwa ia ada penulisnya, sekalipun tidak melihat penulis tersebut atau tidak mendengar bertanya. Begitulah orang yang melihat alam yang kukuh nan indah, akan tahu bahwa Ia ada yang mewujudkan yang terdahulu, Maha Mengetahui, Maha Berkehendak, Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

 

Soal  : Apakah masalah di atas punya perumpamaan pada makhluk, yakni apakah dalam makhluk ada sesuatu yang kita yakini wujudnya, tapi kita tidak melihatnya?

Jawab : Ya, ada, yaitu seperti roh. Kita tidak menyatakan keberadaan roh, sekalipun kita tidak menyaksikannya. Kita melihat keberadaannya dari bekasnya, sekalipun kita tidak melihat dengan mata kepala, kita tidak bisa mengerti roh dengan akal pikiran.

Begitu juga Allah Ta’ala, sekalipun kita tidak melihat-Nya dengan mata kita, kita tidak bisa mengerti Dzat-Nya dengan pikiran kita, kita bisa memutuskan Dzat-Nya yang punya sifat kesempurnaan karena kita melihat bekas ciptaan-Nya yang Indah, sebagai bukti secara nyata atau perkataan.

 

Soal : Apakah diperbolehkan membahas hakikat roh dan mencari dzatnya?

Jawab : Tidak diperbolehkan, sebab akal tidak akan mampu mengerti tentang hakikat roh. Mencarinya sama dengan membuang waktu.

Hal ini membuktikan akal manusia yang pendek. Sesungguhnya ja tidak mampu mengerti tentang hakikat rohnya. Padahal roh itu makhluk dan tidak keluar dari padanya, agar harapan untuk mengerti hakikat Penciptanya terputus, di mana Dia tidak mempunyai tandingan.

 

Soal : Apakah bisa melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mata?

Jawab : Melihat Allah dengan mata, adalah mungkin menurut akal dan akan terjadi di surga bagi orang-orang mukmin, menurut dalil nagli.

Sesungguhnya Allah adalah maujud. Dan setiap hal yang maujud bisa dilihat. Allah Ta’ala berfirman: “Wajah orang-orang mukmin pada hari ini berseri-seri dan mereka melihat pada Tuhannya.” (Q.S. Al-Qiyamah: 22-23).

Mereka melihat kepada Allah dengan mata, tanpa (mengetahui) bagaimana caranya pada hari Kiamat. Orang-orang kafir tidak bisa melihat-Nya, agar bertambah sedih dan menyesal.

 

Soal : Benarkah ada penyakit yang disebabkan pandangan mata?

Jawab : Ya. hal itu karena sebagian jiwa bila melihat sesuatu dengan pikiran baik dan kagum. maka orang yang dilihatnya itu tertimpa penyakit, dan akan menderita Namun jiwa yang sedemikian ini amat sedikit.

Oleh karena itu, tidak layak bagi manusia untuk menyibukkan pikirannya pada hal tersebut, lalu menyandarkan apa yang dideritanya pada mata (yang memandang) atau sihir, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan kaum perempuan. Sebab hal yang sedemikian ini terlalu gegabah.

 

Soal: Bagaimanakah mata bisa mempengaruhi (bisa membuat sakit orang yang dipandang), padahal ia anggota manusia yang lembut dan tidak berhubungan langsung dengan yang dilihat (tidak bersentuhan) dan tiada sesuatu yang keluar dari padanya apa yang dihubungi?

Jawab : Tiada yang menghalangi sesuatu yang lembut, yang mempunyai pengaruh kuat dan tidak disyaratkan bersentuhan dalam hal mempengaruhi ini.

Sesungguhnya kita melihat sebagian manusia yang punya kekuasaan dan kedudukan, bila melihat kepada seseorang dengan pandangan marah, terkadang orang yang dilihat ini menjadi bingung atau kacau pikiran. Bahkan terkadang menjadi binasa. Padahal orang tersebut tidak menguasainya dan antara penguasa yang melihat dan orang yang dilihat, tidak terjadi hubungan atau sentuhan. Besi magnet bisa menarik besi, sekalipun tidak bersentuhan dan tiada sesuatu yang keluar dari padanya, yang membuat pengaruhnya keluar.

Bahkan perkara yang lembut (terkadang) lebih besar bekasnya (pengaruhnya) daripada perkara yang tebal (besar).

Sesungguhnya perkara besar itu timbul dari kemauan dan niat dan keduanya termasuk perkara maknawi (tidak bisa dilihat atau didengar), Oleh karena itu, tidak aneh bila mata berpengaruh kepada orang yang dilihat sekalipun lembut, dan tidak berhubungan langsung padanya serta tiada sesuatu yang keluar dari padanya.

 

Soal: Umat siapakah yang paling utama setelah para nabi a.s ?

Jawab : Umat yang paling utama setelah para nabi, adalah umat Muhammad dan yang paling utama di antara mereka. adalah para sahabat yang mulia Merekalah yang berkumpul dengan Nabi kita saw., beriman padanya, dan mengikuti ajaran Alguran yang diturunkan kepadanya. Adapun yang paling utama lagi adalah empat khalifah.

 

Soal : Apakah Isra dan Mikraj itu?

Jawab : Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari mesjid Mekah (Masjidil Haram) ke Masjidil Agsha, di Qudus, pada waktu malam. Hal ini telah diterangkan dengan nash Al-Quran yang mulia.

Mikraj adalah perjalanan Nabi saw. pada malam itu dari Masjidil Agsha ke beberapa langit, dan beliau berkumpul dengan para malaikat dan para nabi untuk menghormat mereka (dengan kedatangan beliau) dan untuk memuliakan beliau. Hal itu telah diterangkan dalam hadis-hadis yang sahih.

Hal itu perkara yang mungkin, yang telah diberitakan oleh Nabi yang selalu berkata benar, jadi harus dinyatakan sebagaimana lahiriah lafal hadis (tidak usah ditakwil). Bagi Allah yang menerbangkan burung di udara, hal itu tidak dianggap aneh dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang dalam satu menit, bisa melewati jarak yang tidak bisa ditempuh manusia dalam seratus tahun, untuk mengangkat kekasih-Nya yang telah dipilih atas seluruh manusia ke langit dalam sesaat. Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Waspada atas segala sesuatu.

 

Soal : Apakah doa berguna untuk orang yang berdoa dan yang didoakan. Apakah sedekah orang yang hidup bisa sampai pada mayat bila dihadiahkan kepadanya?

Jawab : Sesungguhnya sedekah, adalah perkara yang dianjurkan (dan disenangi Allah). Berdoa dan merendah kepada Allah, adalah perkara yang dicari (dituntut). Keduanya bermanfaat di sisi Allah untuk orang yang hidup dan mati.

 

Soal : Apakah kenikmatan surga itu nikmat rohani atau secara fisik, begitu juga siksaan neraka dan bagaimanakah caranya. Apakah keduanya itu selamanya atau terputus?

Jawab : Sesungguhnya surga memuat dua kenikmatan rohani dan jasmani. Nikmat rohani, seperti merasakan kenikmatan membaca tasbih, ibadah dan melihat kepada Allah Ta’ala, lalu Allah memberitahukan keridaan-Nya kepada mereka. Nikmat jasmani, seperti tubuh merasakan enak ketika makan, minum dan bersetubuh. Api neraka juga mengandung siksaan rohani dan jasmani. Kenikmatan dan siksaan di surga dan neraka selamanya, tidak akan putus. Penghuninya akan kekal, sedang surga dan neraka telah ada sekarang.

 

Soal: Apakah seorang wali akan mencapai derajat nabi dan apakah bisa sampai ke suatu keadaan yang ajaran agama tidak berlaku padanya?

Jawab : Seorang wali tidak akan mencapai derajat salah seorang Nabi. Selama seseorang punya akal, maka tidak akan mencapai suatu keadaan, di mana perintah dan larangan agama gugur bagi dia, lalu dia diperkenankan berbuat segala sesuatu. Barang siapa yang punya iktikad demikian. maka kufur. Begitu juga (kufur) orang yang punya perkiraan, bahwa syariat punya batin yang bertentangan dengan lahirnya. Itulah yang dinamakan hakikat, lalu dia menakwil nas-nas yang qathi (nas yang jelas pengertiannya dan tidak boleh ditakwil). lalu diartikan tidak sesuai dengan lahiriah lafal, sebagaimana orang yang punya perkiraan, bahwa malaikat adalah kekuatan akal, sedang setan adalah kekuatan praduga jelek.

 

Soal ; Apakah mujtahid itu dan siapakah orang-orang yang berijtihad, yang telah disepakati untuk diikuti?

Jawab : Mujtahid ialah orang yang menguasai sebagian besar kaidah syarak dan nas-nasnya, yang terlatih sekiranya dia mempunyai kemampuan untuk mengetahui maksud syariat (Allah atau Nabi).

Orang-orang yang berijtihad adalah banyak. Namun para mujtahid yang telah disepakati untuk diikuti dan pendapat mereka dipegangi, adalah empat, yaitu Abu Hanifah -Nu’man bin Tsabit, Malik bin Anas, Muhammad bin Idris Asy-Syaft’i dan Imam Ahmad bin Hanbal r.a.

Para ulama memilih bertaqlid kepada orang empat ini, bukan mujtahid-mujtahid lainnya dari kalangan orang yang telah mencapai derajat rjtihad, karena banyak masalah yang telah mereka putuskan (dengan dalil hadis atau Al-Quran) karena mereka spesialis untuk itu, hingga jarang sekali masalah-masalah yang belum mereka terangkan hukumnya.

Selain itu, karena mazhab mereka dibawa kepada kita dengan jalan fawatur (banyak yang membawa), maka layaklah untuk mengikuti seorang yang tertentu di antara mereka, kecuali karena darurat. Bila tidak, maka akan mendatangkan pada talfig (percampuran antar mazhab) yang akan mengeluarkan dari jalan yang lurus.

 

Soal : Mengapa para mujtahid berbeda pendapat dalam sebagian masalah?

Jawab : Sesungguhnya para mujtahid tidak berbeda pendapat dalam ajaran pokok agama atau-kebanyakan cabang-cabangnya. Mereka hanya berbeda pendapat dalam masalah furu’, karena tiada ketetapan nas yang jelas.

Sebab, masalah-masalah yang kecil itu tidak bisa dihitung. dan mudah berbeda pendapat di dalamnya. Jadi. masing-masing mereka mencurahkan segala kemampuannya untuk menentukan hukumnya dari kitab Al-Quran dan hadis sesuai dengan pendapat yang mereka miliki.

Barang siapa yang benar di antara mereka, maka mendapat dua pahala. Barang siapa yang keliru, maka mendapat satu pahala, karena dia berupaya untuk menampakkan yang benar sesuai dengan kemampuannya. Sedang perbedaan pendapat umat, adalah rahmat untuk mereka, karena ia hanya berselisih tentang masalah cabang. Perbedaan di situ akan membuat kemudahan bagi manusia, dan mereka tidak terjerumus dalam kesulitan. Bila seseorang terpaksa, maka melakukan yang paling mudah. Bila tidak demikian, maka melakukan yang lebih hati-hati, lebih layak dan lebih tampak benarnya.

 

Soal : Apakah tanda-tanda kiamat?

Jawab : Tanda-tanda kiamat (tanda yang menunjukkan kiamat sangat dekat), adalah beberapa perkara: Di antaranya adalah Dajal Dia seorang laki-laki yang bermata satu. Dia keluar untuk meremehkan agama dan menghindari ilmu. Dia mengaku menjadi Tuhan dan menampakkan beberapa keajaiban, lalu diikuti oleh orang yang punya keimanan dan keyakinan lemah.

Di antaranya adalah seekor binatang yang muncul dari bumi, yang memberitahu manusia tentang apa yang di wajahnya. Barang siapa yang beriman, maka diberinya tanda yang bisa diketahui bahwa dia beriman. Barang siapa yang kafir, maka diberinya tanda yang diketahui bahwa dia kafir. Dia berbicara kepada manusia tentang keadaan mereka.

Di antara tanda kiamat lagi adalah matahari terbit dari arah terbenamnya (barat) pada suatu hari. Di saat itu, pintu tobat ditutup dan tidak diterima tobat dari siapa pun.

Di antaranya Ya’juj dan Ma’juj yang keluar (ke bumi). Mereka adalah sekelompok manusia yang sering berbuat kerusakan di atas bumi pada masa lalu. Ketika Dzul Qarnain telah sampai kepada mereka, lalu tetangga mereka mengadukan kepadanya, lalu Dzul Qarnain kasihan terhadap keadaan mereka.

Adapun jalan menuju mereka, adalah jalan di antara dua gunung, lalu beliau membangun pagar yang tinggi dari besi, lalu timah cair dituangkan, hingga menjadi pagar yang kukuh halus, tidak mudah ditembus atau naik di atasnya.

Bila waktu keluar mereka telah tiba, maka pagar ini akan terbuka dengan sebab apa pun, lalu mereka akan menyebar di atas bumi, maka beberapa kerusakan akan sering terjadi di mana-mana dari sepanjang dan selebar bumi. Lantas penduduk bumi menyerahkan urusan mereka kepada Tuhan untuk menghilangkan kejahatan dan bahaya Ya’juj dan Ma’juj, lalu Allah membinasakan dan menghabiskan mereka dengan menghapus bekasnya.

Di antaranya adalah Nabi Isa turun, yaitu ketika di kalangan kaum muslimin banyak fitnah dan cobaan terus-menerus, lalu Nabi Isa memerintah urusan umat ini, lalu melenyapkan segala macam bencana yang menimpa mereka dan membunuh Dajal, Jalu menyelamatkan manusia dari kemurkaan hawa nafsu dan beberapa bencana.

 

Soal : Siapakah orang yang berbahagia?

Jawab : Orang yang berbahagia, ialah seorang mukmin yang saleh, yang menunaikan hak Allah dan manusia, yang mengikuti syariat lahir dan batin, yang menghindari gemerlap kemewahan dunia ini. Dialah orang yang bahagia dan mendapat surga di akhirat serta diridai oleh Allah.

Kita memohon kepada Allah, agar memberikan taufik kepada kita untuk melakukan hal tersebut dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang menempuh jalan yang baik. Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala amal saleh bisa ditunaikan dengan sempurna, Juga atas Nabi-Nya yang paling mulia dan yang paling suci kehormatannya.