Apa yang dikatakan ulama’ agama tentang seorang yang tekena cobaan, dan ia tahu bahwa jika cobaan itu terus maka rusak dunia dan akhiratnya, dan ia telah berusaha menolak cobaan dengan segala cara, tapi cobaan itu tidak bertambah kecuali semakin menyala dan sulit, maka apa cara menolaknya? dan apa jalan utnuk menghilangkannya?
As Syekh Al Imam Al Alim Sayikhul Islam Muftil Firoq matahari agam Abu Abdillah Muhammad ibn Abi Bakr ibn Ayyub Imam madrash al Jauziyah di damskus ra. Menjawab:
Segala puji bagi Allah. tetap di shohih al Bukhori dari hadis Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Allah menurunkan obat.
Dan dalam shohih Muslim dari hadis jabir ibn Abdillah ia berkta: Rasulullah bersabda: setiap penyakit memiliki obat, jika tekena cobaan obat penyakti maka ia akan sembut dengan idzin Allah.
Dan dalam musnad Imam Ahmad dari hadis Usamah ibn Syuraik dari Nabi saw. beliau bersabda: sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Allah menurunkan kesembuhan, mengetahui orang yang mengetahui, dan tidak tahu orang yang tidak tahu.
Dan dalam suatu lafad: sesungguhnya Allah tidak menaruuh penyakit kecuali Allah menaruh kesembuhan atau obat, kecuali satu penyakit. para sahabat bertanya: wahai rasulullah apa itu? beliau menjawab: tua. Imam tirmidzi berkata: ini hadis hasan sohih.
Dan ini mencakup penyakit-penyakit hati, ruh dan badan dan obat-obatnya.
Dan Nabi saw. menjadikan bodoh adalah penyakit dan obatnya adalah bertanya pada ulama’.
Abu dawud meriwayatkan di sunnahnya dari hadis jabir Ibn Abdillah ita berkata: kami pernah keluar dalam perjalanan, lalu salah seorang di antara kami terkena batu, dan melukai di kepalanya, lalu ia bermimpi keluar mani. lalu bertanya kepada teman-temannya. ia berkata: apakah kalian memandangku ada kemurahan bertayammum. mereka menjawab: kami tidak mendapati kamu memiliki kemurahan, dan kamu mampu menggunakan air. lalu ia mandi. lalu mati. dan ketika kita sampai kepada rasulullah kami memberi kabar akan hal tersebut, beliau bersabda: mereka telah membunuhnya, semoga Allah membunuh mereka, hendaknya mereka bertanya ketika tidak mengetahui, sesungguhnya obat orang yang bodoh adalah bertanya, sesungguhnya ia cukkup bertayammud atau memeras pada lukanya dengan kain, lalu mengusapnya, dan membasuh seluruh jasadnya.
Allah memberi kabar bahwa bodoh adala obat dan obatnya adalah bertanya.
Dan Allah memberi kaebar bahwa Al quran adalah obat Allah berfirman: jika kami menurunkan alquran dengan bahasa selain bahasa arab maka mereka akan mengatakan andaikan saja ayat-ayatnya di perinci, apalah ajam ataukah bahasa rab, katakan al quran bagi orang-orang yang beriman aadalah petunjuk dan oba.
dan Allah berfirman: dan kami turunkan dari alquran seuatu yang sesuatu tersebut adalah obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. min dalam ayat ini untuk menerangkan jinis, bukan untuk tab’id (sebagian) karena sesungguhnya al Quran semuanya adalah obat seperti firman Allah dalam ayati lain. Quran adalah obat bagi hati dari penyakit bodoh, keraguan, dan dugaan. Allah tidak menurunkan dari langit satupun obat yang lebih umum dan lebih bermanfaat dan lebih agung dan lebih bisa menghilangkan penyakit daripada al Quran.
dan ada di dua kitab shohih dari hadis abi sa’id beliau berkata: sekelompok sahabat nabi bernah berangkat dalam perjalanan sampai mereka sampa pada suatu daerah dari daerah arab, lalu mereka mita jamua, tapi mereka enggan untuk menjamu, lalu pemimpin daerah tersebut tekene bisa, dan mereka berusah dengan segala usaha, tapi tidak memberi manfaat sedikit pun, maka sebagian penduduk berkata: andaikan kalian mendatangi kelompok itu yang tinggal di sini, barangkali mereka memiliki sesuatu. lalu penduduk tersebut mendatangi sahabat, dan berkata: wahai kelompok, sesungguhnya pemimpin kami terkena bisa, dan kami telah berusaha degan segala sesutu tapi tidak memberi manfaat, apakah di antara kalian memiliki seuatu. sebagian sahabat berkata: ya, demi Allah saya bisa mengobat, tapi demi Allah kami minta jamuan tapi kalian tidak menjamu, maka aku tidak mengobati keucuali kalian memberi kami hadiah, maka mereka bersepakan terhadap sepotong kambing. lalu sahabat itu bergegas meniup pemimpin dan membada alhamdulillah robbil alamin. maka seakan-akan ia bangkit lepas dari tali, dan bergegas berjalan, dan tidak ada penyakti. lalu mereka memberikan hadiah yang mereka sepakati. lalu sebgaian mereka berkata: bagilah, maka berkata orang yang mengobati: kami tidak melakukan sampi kita datang kepada Nabi saw. lalu kita memberi tahu kepada beliau yang terjadi, lalu kami melihat apa yang beliau perintahkan. lalu mereka sampai kepada nabi saw dan meceritakan kepada beliau hal tersebut. lalu nabi berkata: apa yang membuat kamu tahu bahwa fatihah adalah obat?. lalu beliau berkata: kalian benar , bagilah dan beri aku bagian bersama kalian.
Maka nabi disini mendahulukan obat ini dalam penyakit ini, dan menghilangkan penyakit sampai tidak ada, hal tersebut adalah obat yang paling mudah, jika seorang hamba dapat mengobati dengan fatihah maka ia akang melihat efek yang menakjubkan dalam mengobat.
dan aku menetap di mekkah beberapa waktu yang aku terkena penyakit, dan aku tidak menemukan dokter dan obat, maka aku mengobati diriku dengan fatiha, lalu aku melihat efek yang menkjubkan, dan aku menceritakan hal tersebut kepada orang yang meresakan sakit dan kebanyakan mereka sembuh dengan cepat.
tapi di sini ada sesuatu yang penting untuk di mengerti, yaitu bahwa dzikir, ayat dan doa yang dibuat obat dan dibuat menghilangkan penyakti adalah bermanfaat dan menyembuhkan, tetapi menuntuk menerimanya tempat , dan kekuatan iyan orang yang melakukan dan pemberian bekasnya. maka jika obat tidak memberi efek maka karean lemahnya orang yang mengobati atau karena tidak menerimanya orang yang diobati, atau ada pencegah yang mempegaruhi obat bisa bekerja, seperti halnya dalam penyakit dan obat yang terlihat. maka tidak mengefeknya terkadang karena tidak menerimanya tubuh pada obat tersebut, dan terkang karena adan penghalang yang menghalangi efek obat, karena tubuh jika mengambil obat dengan sempurna maka kemanfaatan tubuh tergantuh penerimaan tersebut. begitu juga hati jika mengambil obat dengan penerimaan sempurna,. maka orang yang mengobati memiliki diri yang bekerja dan niat yang memberi efek yang dapat menghilangkat penyakit.
begitu juga doa, karena di antara sebab yang palign kuat dalam menolak kejelekan dan hasilnya yang dicari, dan terkadang efeknya mundur, kemungkina karena lebahnya doa sendiri, seperti doa yang tidak disukai Allah karena di situ ada sejenis permusuhan, atau karena lemahnya hati dan tidak menghadapnya hati kepada Allah, dan terkumpulnya hati ketika waktu doa. maka hal tersebut seperti busur panah yang lentur sekali, maka anak panah keluar dengan lemah, ada kalanya keren adanya penghalang dari dikabulkannya doa seperti makan perkara haram, dzolim, karat osa dalam hati dan benyaknya lupa dan pengangguran.