Kitab Akhlaq Lil Banat Juz 2 Dan Terjemah [PDF]

segala puji bagi Allah yang menghususkan kita dengan memakain akhlak dan adab yang mulia, dan menjahui lawannya yang menyebabkan celaka dunia dan hari kembali, dan sholawat serta salam untuk pemilik akhlak yang agung dengan nash kitab, dan untuk keluarganya dan sahabatnya yang mengikuti nya, lalu mereka bahagia bersama beliau karena sangan dekat.

wa bakdu, ini adalah juz kedua dari kitabku akhlak lil banat, dalam cetakannya yang kedua, aku berikan kepada para pendidik anak-anak putri, yang dari ibu dan bapak, guru putra dan guru putri, setelah aku kehilangan manuskiripka dari cetakan pertama sejak waktu yang lama, maka kebutuhan itu mendesak, dan para pelajar terus menerus meminta cetakannya.

dan aku hadirkan dalam perhaiasan yang indah , dan susunan yang baru, yang berbeda dengan cetakan yang lama, karena melihat kabaikan yang menarik/

dan aku berharap mereka menerima dengan baik, sehingga aku mendapatkan harapan dan permintaan, seperti perolehan cetakan yang lewat.

dan para pengurs madrasah telah menerimanya dengan baik, dan mereka memasukkan kedalam kurikulum sekolahan mereka untuk para pelajar putri, karena mereka melihat beberapa harapan, untuk memperbaiki akhlak yang telah rusak, dan adab yang telah hancur, apalagi di kelompok wanita.

dan hanya kepada Allah aku meminta, agar menyebarkan kemanfaatan kitab ini, wanita-wanita kita yang mereka sangat butuh kepada kitab ini, dan agar Allah menjadikan ikhlas karena wajahNya, dan menolongku mengeluarkan juz ketiga, dalam waktu dekat, sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengabulkan doa.

1. wahai putri yang mulia, sesungguhnya Akhlaq yang mulia adalah sebab kebahagiaamu di dunia dan akhira, tuhanmu meridhoimu dan menambah imanmu, dan memasukkanmu ke sorganya, dan melapangkan rizkimu, dan memberkahi umurmu dan amalmu, Allah berfirman: sungguh bahagia oran yang membersikan jiwa, dan merugi orang yang mengotori jiwa. dan nabi SAW bersabda: kebanyakan sesuatu yang memasukkan orang kedalam sorga adalah takwa allah dan husnul khuluq. dan beliau juga bersabda: orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. dan beliau juga bersabda. sesungghuhnya orang mukmin dengan baik akhlaknya dapat memperoleh derajat orang yang puasa dan yang sholat malam. dermawan adalah husnul khuluq. dan orang bijak berkata: sumber rizki itu dalam luasnya akhlaq, dan dengan akhlaq yang baik keluargamu dan seluruh manusia mencintaimu, dan kamu hidup bersama mereka dalam keadaan dicintai dan dimuliakan.

2. adapun akhlaq yang jelek adalah pokok celakamu di dunia dan akhirat, yang dapat mengurangi imanmu, dan tuhanmu marah kepadamu, dan memasukkan kamu kedalam neraka, dan menyempitkan rizkimu, dan mencabut keberkahan dari umurmu, dan amalmu. dan  dalam hadis: akhlaq yang buruk adalah kejelekan. dan orang bijak berkata: siapa yang jelek akhlaqnya maka sempit rizkinya, dan menyiksa dirinya. ahli syair berkata:

jika kamu tidak menganggap lebar akhaq sautu kaum, kota-kota yang laur akan menyepitkamu

dan dengan akhlaq yang buruk keluargamau akan membencimu, dan seluruh manusia, dan kamu hidup di antara mereka dalam keadaan terhina dan rendahan.

3. maka berakhlaklah mulai dari kecilmu dengan akhlak yang mulia, dan adab yang baik, agar kamu tumbuh besar dengan akhlak tersebut, dan kam terbiasa ketika besarmu, seperti ucapan hakim, barang siapa tumbuh besar menetapi sesuatu, maka ia akan tua menetapi sesuatu tersebut. tetapi kamu harus memaksa dirimu dulu, sampai akhlak baik menjadi tabiaat yang tetap didirimu, adapun jika kamu besar dan terbiasa dengan akhlak buruk maka sangat sulit membersihkanmu dan memperbaikimu, dan mungkin tidak terjadi sama sekali. seperti ucapan syair:

terkadang adab memberi manfaat anak-anak ketika kecil , dan adab tidak memberi manfaat mereka setalah itu

sesungguhnya tangkai ketika kau tegakkan maka akan tegak, dan jika mau meluruskan cabang tidak akang lemas

4. dan ketahuilah bahwa pemudi tidak dianggap di antara masyarakan dengan kecantikan wajahnya, dan banyak pakaian dan perhiasannya, tetapi dengan akhlaknya dan baik pendidikannya. apa yang faidah cantik bersama jeleknya diri dan buruknya akhlak. karena dikatakan: kecantikan wajah bersama jeleknya diri, seperti lentera di kuburan orang majusi. apa faidah di banyaknya perhiasan dan pakaian bersama jeleknya adab. sair berkata:

jangan kau lihat pakaian seseorang, jika kau ingin mengetahui seseorang maka lihatlah pada adab.

kayu dupa jika tidak menyebar wanginya, maka manusia tidak dapat memberdakan antra kayu dupa dan kayu bakar.

begitu juga ilmu dan pengetahuan , tidak bermanfaat bersama jeleknya akhlaq, dan dalam hadis, sesungguhnya manusia yang paling berat siksanya adalah orang alim yang allah tidak memberi manfaat ilmunya. pemudi yang terpelajar jika berubah akhlaknya dan rusak prilakunya, maka tidak disukai manusia, lebih dari orang yang bodoh, karena ia sudah belajar, tetapi tidak mengamalkan ilmunya, maka ia tidak memiliki alasan akan hal tersebut.

5. maka kamu wajib memerhatikan membersikan akhlakmu, lebih dari perhatianmu untuk menghasilkan ilmu dan pengetahuan, dan ini adalah juz kedua dari kitab akhlak lil banat, maka pelajarilah dengan dalam dan perhatian, lalu lakukan apa yang ada didalamnya, agar kamu mendapatkan manfaat seperti kau mendapat manfaat dengan juz pertama, dan dengan hal tersebut kamu menjadi insyaallah wanita sholihah yang dibersihkan, yang bahagia di dunia dan akhirat, amin ya rabbal alamin.

Wahai anak perempuan yang beradab, Allah ta’ala telah menganugerahkan banyak nikmat untukmu; telah mewujudkanmu setelah tiada, menunjukanmu pada agama islam, yang merupakan nikmat yang paling agung, memberimu pendengaran, penglihatan, lisan, dua tangan dan dua kaki, serta menjadikanmu manusia sempurna, sebagaimana firman Allah: “Yang telah menciptakanmu kemudian menyempurnakanmu”, Allah juga berfirman: “Telah kami ciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna”, Allah juga telah memberimu kesehatan dan kesejahteraan, meletakkan belas kasih di hati kedua orangtuamu untukmu agar mereka mendidikmu dengan didikan yang sempurna, membuatmu mencintai gurumu sehingga dia mengajarimu sesuatu yang berfaedah bagi agamamu dan duniamu, dan banyak lagi nikmat Allah ta’ala yang tidak terhitung, sebagaimana firman Allah ta’ala: “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah maka tidak akan mampu untuk menghitungnya”.

Maka hendaknya kamu bersyukur pada tuhanmu atas semua nikmat-Nya; dengan mentaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan mengagungkan-Nya di dalam hatimu, agar kamu tidak melakukan keburukan meskipun dalam keadaan sendiri. Dalam sebuah hadist disebutkan: “Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada”. Dan hendaknya kamu lebih mencintai tuhanmu daripada kedua orangtuamu atau dirimu sendiri, dan juga mencintai semua malaikat-Nya, utusan-Nya, para nabi-Nya, serta hamba-hamba-Nya yang sholeh, karena Allah juga mencintai mereka.

Ketahuilah sesungguhnya tuhanmu lebih berbelas kasih kepadamu daripada kedua orang tuamu maupun orang lain. Dalam sebuah hadist: “Dalam sebuah peperangan seorang anak laki-laki berdiri untuk dilelang, pada hari itu merupakan musim panas, kemudian seorang perempuan melihatnya dari sebuah tenda dan menghampirinya, dan sahabat-sahabatnya mengikutinya, kemudian ia mengambil anak laki-laki itu dan mendekapnya, kemudian ia menyandarkan punggungnya di sebuah sungai, dan meletakkan anak laki-laki itu di atas perutnya untuk melindunginya dari panas. Perempuan itu berkata: “anakku, anakku”, orang-orangpun menangis, dan meninggalkan urusannya. Kemudian datanglah Rasulullah Saw, semua orangpun berdiri dan menceritakan kejadian itu pada Rasulullah Saw, beliapun senang atas belas kasih mereka, kemudian beliau memberi kabar gembira, beliau berkata: “Apakah kalian takjub dengan kasih sayang wanita ini kepada anaknya?”, mereka menjawab: “iya”, beliau berkata; “Sesungguhnya Allah Ta’ala lebih belas kasih terhadap kalian semua melebihi belas kasih wanita ini kepada anaknya”, kemudian orang-orang pun pergi dengan perasaan bahagia.

Dan wajib juga bagimu untuk menggantungkan hatimu pada tuhanmu, memohon pertolongan pada-Nya di segala kebutuhanmu, dan pasrah pada-Nya di segala urusanmu, Allah berfirman: “Dan berpasrahlah pada Allah jika kalian adalah orang-orang yang beriman”. Dalam sebuah hadist periwayatan Ibn Abbas disebutkan: Sesungguhnya Nabi berkata padanya: “Wahai pemuda! Akan aku ajarkan padamu beberapa hal: Jagalah (agama) Allah, maka Allah akan menjagamu, jagalah (agama) Allah, maka kam akan mendapati Allah ada di sisimu. Jika kamu meminta, maka memintalah pada Allah, jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah! Jika suatu kaum sepakat untuk memberimu suatu kemanfaatan, sesungguhnya mereka tidak akan memberimu apapun kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu, dan jika mereka sepakat untuk mencelakaimu, maka mereka tidak akan bisa mencelakaimu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran itu pun telah kering”.

Ketahuilah! Jika telah tertanam dalam hatimu rasa takut pada Allah, maka akan ada setiap kebaikan darimu, dan kamu pun terjaga dari segala keburukan dan mara bahaya, sehingga kamu tidak akan mampu untuk meninggalkan ketaatan, atau melakukan maksiat, karena kamu selalu diawasi oleh Allah di setiap tempat, sebagaimana kisah yang akan datang tentang seorang guru dan murid, juga semua perbuatanmu merupakan perbuatan shaleh, dan budi pekertimu baik. Sebaliknya, jika rasa takut pada Allah hilang dari hati, maka seseorang akan menjadi lebih hina dan lebih buruk dari hewan, melakukan segala sesuatu yang diinginkan hawa nafsunya, tidak peduli dan tidak malu atas apa yang dilakukan kedua tangannya.

Ketahuilah pula! Bahwa mensyukuri nikmat merupakan sebab bertambahnya nikmat itu, sebagaimana mengingkari nikmat merupakan sebab hilangnya nikmat itu. Allah ta’ala berfirman: “Jika kalian bersyukur maka sungguh akan aku tambah, dan jika kalian kufur, sesungguhnya siksaanku sangatlah pedih”. Seorang penyair berkata:

“Jika kalian dalam sebuah kenikmatan maka jagalah, sesungguhnya maksiat dapat menghilangkan kenikmatan”.

Jika kamu mentaati tuhanmu, dan mensyukuri nikmatnya, maka Allah akan menambah keutamaan dan anugerah-Nya padamu, menjagamu dari semua mara bahaya, memberimu apa yang kamu inginkan, menanamkan rasa cinta kepada tuhanmu, serta membuat para makhluq mencintaimu, sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh akan Allah tanamkan rasa cinta kepada mereka”, maksutnya, Allah mencintainya, dan manusia pun mencintainya. Dalam sebuah hadist disebutkan: “Bahwa sesungguhnya ketika Allah ta’ala mencintai seorang hamba, Allahakan memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Bahwa Alla mencitai si fulan, maka cintailah dia!”, maka malaikat Jibril pun mencintainya, kemudian malaikat Jibril berseru di langit: “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia!”, maka penduduk langit pun turut mencintainya, dan Allah membuatnya diterima oleh penduduk bumi.

Nabi Muhammad SAW. adalah orang yang paling bertakwa pada Allah, dan yang paling mampu menegakkan hak Allah ta’ala. Nabi mendirikan sholat malam sampai bengkak kedua kakinya, sayyidah Aisya pun berkata: “Wahai Rasulullah, bukankah dosa-dosamu yang telah lampau dan yang akan datang telah diampuni?”, Rasulullah menjawab: “Bukankan aku seorang hamba yang bersyukur?”. Dalam keadaan sholat, terdengar suara gemuruh hatinya seperti bunyi gemuruh sebuah kendi karena takut pada Allah. Rasulullah selalu mengingat Allah di setiap waktu, dalm sebuah hadist disebutkan: “Sesungguhnya kedua mataku terpejam, tapi hatiku tidak tertidur”. Ketika Rasulullah mendapatkan sesuatu yang disukainya, beliau berucap: “Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmatnya menjadi sempurna amalan-amalan shalih”, dan ketika beliau menghadapi sesuatu yang dibencinya, beliau berkata: “Segala puji bagi Allah di setiap keadaan”. Ketika Rasulullah hendak melakukan sesuatu, beliau berkata: “Ya Allah, tuntunlah, dan pilihkanlah (jalan) untukku”. Ketika Rasulullah makan, beliau berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita makan dan minum, dan telah menjadikan kita termasuk orang Islam”. Ketika Rasulullah minum, beliau berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini tawar dan menyegarkan dengan rahmatnya, dan tidak menjadikannya air ini asin dan pahit karena dosa-dosa kita”, dan dzikir-dzikir lain yang selalu beliau baca di setiap keadaannya. Demikian ini menunjukkan kebergantungan hati Rasulullah pada Allah, ketawakkalannya pada Allah, serta keikhlasannya dalam melayani (agama) Allah.

Sayyidah Khodijah, istri Rasulullah, merupakan teladan dalam ketakwaan, dan ketaatan; beliau takut pada Allah, dan tidak maksiat pada-Nya, serta tidak pernah meninggalkan kewajibannya, sehingga Allah ta’ala pun mencintainya. Dalam sebuah hadist disebutkan: Malaikat Jibril datang pada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, Khadijah datang dengan membawa wadah berisi lauk pauk, makanan, dan minuman, jika dia mendatangimu katakan sampaikan padanya sebuah salam dari tuhannya, dan dariku, dan berilah kabar gembira tentang rumah di surga yang terbuat dari permata, tidak ada suara gaduh dan kepayahan di dalamnya”. Al-qashab: permata, al-shakhab: suara keras, al-nashab: kelelahan. Sayyidah Khadijah menjawab: “Allah yang maha memberi keselamatan, dari-Nya sebuah salam, dan untuk Jibril sebuah salam”.

Sayyidah Khadijah memiliki akhlaq yang unggul, kesempurnaan ketaatan kepada suaminya, Rasulullah. Dalam melayaninya, beliau membantu Rasulullah menyebarkan agama Islam, meringankan beban yang didapat dari kaumnya, dan sabar dalam menghadapi berbagai cobaan karena Rasulullah, beliau merupakan orang pertama yang masuk Islam dan beriman pada Rasulullah, beliau tinggal bersama Rasulullah selama dua puluh empat tahun dengan tentram, senang, dan bahagia, dan beliau merupakan istri Rasulullah yang paling utama. Dari Sayyidah Aisya berkata: “Ketika Rasulullah teringat pada Sayyidah Khadijah, beliau tidak akan bosan untuk memujinya, dan memintakan ampun untuknya”.

Sayyidah Fathimah memiliki akhlaq yang begitu agung, terdidik di sisi ayahnya dengan didikan yang luhur, tumbuh sebagai seorang wanita salehah, takut pada Allah dalam keadaan sendiri maupun terang-terangan, mengejar ridla Allah sekuat tenaganya, dan mendirikan shalat sampai bengkak kedua kakinya. Karena itu, beliau adalah putri tercinta Rasulullah, dan pemimpin para wanita umat ini, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadist. Beliau merupakan wanita yang lemah lembut dan penuh belas kasih; mencintai orang-orang miskin, membantu orang yang membutuhkan, penuh perhatian dalam mendidik purta-putranya, ikhlas pada suaminya, dan sangat pemalu. Suatu ketika ayahnya, Rasulullah bertanya padanya: “Hal terbaik apa yang dimiliki seorang wanita?”, beliau menjawab: “Tidak melihat seorang lelaki, dan lelaki tidak melihat padanya”, maka Rasulullah pun memeluknya (senang dan bahagia dengan jawaban baiknya) dan berkata: “Sebuah keturunan memiliki sifat mulia sebagaimana nenek moyangnya”. Sayyidah Fathimah adalah anak yang patuh pada ibunya, semasa hidup maupun sepeninggal ibunya. Dalam sebuah hadist: Beliau bertanya pada Rasulullah: “Wahi Rasulullah, di mana ibuku?”, Rasulullah menjawab: “Di sebuah rumah yang terbuat dari permata”, beliau bertanya lagi: “Dari permata ini?”, “Bukan, melainkan dari permata, batu yakut, dan berlian”. Beliau sibuk mengurus kesibukan rumahnya sendiri; menumbuk biji-bijian dengan penumbuk sampai kasar kedua tangannya, menyapu rumah sampai berdebu pakaiannya, menyalakan api di bawah tungku sampai kusam bajunya (agak menghitam), dan memberi minum dengan kendi sampai beliau terkena bahaya kerenanya, akan tetapi beliau sabar, sampai suatu ketika beliau sedang hamil, beliau sangat kelelahan, karena ketika membuat roti, perut beliau terkena ujung tungku. Maka suaminya menyuruhnya untuk pergi ke rumah ayahnya, dan meminta seorang pelayan untuknya, kemudian beliau pergi ke rumah ayahnya, dan melihat sebuah jamaah bersama ayahnya sedang berbincang, beliau pun merasa malu, dan kembali pulang. Rasulullah pun mengetahui bahwa putrinya datang karena suatu kebutuhan, maka beliau pergi menemuinya, ternyata Sayyidah Fathimah sudah berselimut dan hendak tidur. Rasulullah pun bertanya padanya tentang kebutuhannya, maka Sayyidina Ali memberitahukan tentang maskud sayyidah Fathimah, kemudian Rasulullah berkata pada keduannya: “ Maukah aku ajarkan sesuatu yang lebih baik daripada seorang pelayan? Ketika hendak tidur, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh tiga kali, dan bertakbirlah tiga puluh empat kali”. Sayyidah Fathimah berkata: “Aku ridla dengan Allah dan Rasulullah” tiga kali.

Kemudian Rasulullah mengirimkan seorang pelayan padanya untuk melayaninya, yang diberi nama Fiddlah. Pada suatu hari, Rasulullah hendak menemui sayyidina Ali, ternyata beliau menemukan sayyidina Ali dan sayyidah Fathimah sedang menumbuk di alat penumbuk, Rasulullah pun bertanya: “Siapa yang lelah di antara kalian berdua?”, sayyidina Ali menjawab: “Fathimah, wahai Rasulullah”, Rasulullah berkata: “Berdirilah, wahai anakku”, beliau pun berdiri, dan Rasulullah duduk di tempatnya bersama sayyidina Ali, dan membantunya menumbuk biji-bijian.

Di antara wanita luhur nan saleha adalah sayyidah Aisya, putri sayyidina Abu Bakr. Beliau banyak melakukan shalat, berpuasa, dan menangis karena takut padda Allah. Beliau juga sering bersedekah, sampai suatu ketika beliau pernah bersedekah tujuh puluh ribu dirham, padahal baju beliau sudah banyak robekan. Suatu ketika beliau pernah mendapatkan uang seratus ribu dirham, maka beliau pun membagikan semua uang itu, yang pada saat itu beliau sedang berpuasa, pelayannya bertanya padanya: “Apakah engkau memiliki sesuatu untuk membeli sedirham daging untukmu berbuka puasa?”, beliau menjawab: “Jika kamu tadi mengingatkanku, maka akan aku lakukan”.

Beliau adalah wanita yang sangat pemalu, dan sederhana. Beliau pernah berkata: “Aku memasuki rumah makam Rasulullah dan makam ayahku dengan tidak berbaju lengkap, kataku: Beliau adalah suami dan ayahku. Namun ketika sayyidina Umar dimakamkan, demi Allah aku tidak pernah memasuki rumah itu kecuali dengan baju yang sangat tertutup, karena malu pada sayyidina Umar”. Maka lihatlah rasa malunya terhadap lelaki lain, meskipun lelaki itu di dalam kubur.

Beliau adalah seorang ahli fikih dan hadist, beliau banyak meriwayatkan hadist, dan merupakan pembesar para sahabat. Para sahabat bertanya kepadanya tentang berbagai permasalahan, kemudian beliau menjawabnya dari balik tabir. Rasulullah sangat mencintainya dan sering memujinya. Dalam suatu hadist disebutkan: “Keutamaan sayyidah Aisya dibanding para perempuan lain itu seperti keutamaan bubur daripada makanan lain”. Dalam hadist juga disebutkan: “Wahai Aisyah! Malaikat membacakan salam untukmu”, beliau pun menjawab: “Waalaihissalam, warahmatullahi, wabarokatuh”.

Ada seorang guru yang lebih mencintai seorang murid daripada teman-temannya, mereka pun heran dan berkata: “Kenapa guru ini lebih mencintai murid ini daripada kita?”, maka guru itu pun ingin menunjukkan kepada mereka sebab dari hal itu, kemudian ia memberi seekor ayam ke setiap muridnya, dan menyuruh mereka untuk pergi sendiri ke suatu tempat untuk menyembelih ayam itu tanpa ada yang melihatnya. Mereka pun melaksanakan perintah guru itu kecuali seorang murid itu, dia malah mengembalikan ayam itu, dan gurunya pun bertanya: “Kenapa kamu tidak menyembelih ayam itu sebagaimana yang dilakukan teman-temanmu?”, dia menjawab: “Karena aku tidak mampu menyendiri di suatu tempat yang tidak terlihat oleh siapa pun, karena Allah melihatku di setiap tempat”, guru itu berkata pada murid-muridnya: “Lihatlah  murid ini! Dia takut pada Allah, dan tidak melupakan-Nya di manapun dia berada, oleh karena itu aku lebih mencintainya daripada kalian, dan tidak diragukan bahwa ketika dewasa ia akan menjadi golongan dari orang-orang saleh, yang taat kepada tuhannya di setiap saat.

Ketahuilah! Sesungguhnya Nabi Muhammada memiliki hak agung yang harus kamu penuhi, dan haknya merupakan hak yang paling agung setelah hak Allah, dan beradab kepadanya merupakan hal yang paling harus dan wajib dilakukan. Nabi Muhammada adalah nabi yang paling utama, yang datang dengan membawa agama Islam, yang dengan perantaranya kamu bisa mengenal tuhanmu, membedakan antara halal dan haram, dan antara yang baik dan buruk.

Sesungguhnya kamu tidak akan mampu membalas jasa Nabi Muhammad, maka hendaknya kamu sangat mencintainya, dan ahli baitnya, para sahabat, dan seluruh umatnya. Dalam sebuah hadist disebutkan: “ Cintailah Allah yang telah memberimu nikmatnya, dan cintailah aku karena cinta pada Allah, dan cintailah ahli bait karena cinta kepadaku”. Dalam hadist lain disebutkan: “Jagalah para sahabat untukku, jangan jadikan mereka sasaran kalian sepeninggalku. Barang siapa yang mencintai mereka, maka karena cintaku ia mencintai mereka, dan barang siapa yang membenci mereka, maka karena membenciku ia membenci mereka”. Dalam hadist lain disebutkan: “Tidaklah sempurna iman seseorang sampai ia mampu mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.

Wajib pula bagimu untuk mentaati semua perintahnya, sebagaimana firman Allah: “Apa pun yang dibawa Rasulullah pada kalian ambillah (patuhilah), dan apa yang ia larang jahuilah!”, “Barang siapa yang taat pada Rasulullah maka ia juga taat pada Allah”. Di antara perilaku taat pada Rasulullah adalah dengan menolong agama Islam, baik melalui ucapan maupun perilaku, dan dengan menghidupkan sunnah-sunnahnya, serta meneladani akhlaqnya, dalam sebuah hadist disebutkan: “Barang siapa menghidupkan sunnah-sunnahku, berarti ia mencintaiku, barang siapa mencintnaiku, maka ia akan bersamaku di surga”. Dan juga dengan membaca salawat kepadanya, sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman berselawatlah dan bacalah salam kepada Nabi” khususnya pada malam dan hari Jumat, sebagaimana dalam hadist: “Perbanyaklah memebaca selawat kepadaku di hari Jumat, dan malam Jumat. Barang siapa yang melakukannya, maka aku akan menjadi saksi dan pemberi syafaat untuknya di hari kiamat”.

Dalam sebuah hadist diceritakan: Bahwa Tsauban, budak yang telah dibebaskan Rasulullah sangan mencintai Rasulullah, dan sangat tidak sabar bertemu Rasulullah, maka suatu hari ia mendatangi Rasulullah, dan wajahnya telah berubah, tampak ia sedang bersedih, maka Rasulullah bertanya padanya: “Apa yang membuatmu begini?”, is menjawab: “Wahai Rasulullah, aku tidak lapar, dan juga tidak sakit, hanya saja jika aku tidak melihatmu, aku sangat menderita sampai aku menemuimu, kemudian aku teringat akhirat, dan aku sangat takut tidak bisa lagi melihatmu, karena engkau akan diangkat bersama para nabi, sedangkan aku, jika pun masuk surga, kedudukanku akan sangat rendah, jauh dari kedudukanmu, adapun jika aku tidak masuk surga, maka aku tidak akan mampu melihatmu selamanya”, maka turunlah firmah Allah: “Barang siapa yang taat pada Allah dan Rasulullah, maka ia akan bersama orang-orang yang Allah beri nikmat; yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh, mereka adalah sebaik-baik teman”.

  1. Sesungguhnya Nabi SAW. adalah teladan yang baik bagi kaum muslimin, baik perkataan-perkataan beliau, perbuatan-perbuatannya, peri hidup bahkan juga dalam ibadahnya.

 

Allah Ta’ala telah berfirman : “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik untuk dirimu” (Al Ahzab : 21).

 

Maka wajib bagimu untuk meneladani dan mengikuti beliau supaya engkau memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, dan memperoleh kemuliaan lahir dan batin.

 

  1. Sesungguhnya termasuk akhlak Nabi SAW. adalah berkata jujur. Nabi SAW. tidak pernah berdusta, baik dalam keadaan sungguh-sungguh maupun pada waktu bersenda gurau.

 

Sifat ini telah termasyhur pada beliau sejak masa kecilnya dan disaksikan sendiri baik oleh lawan-lawan beliau, lebih-lebih oleh kawannya sendiri. Di awal masa kenabiannya beliau naik di bukit shafa dan mengundang suku-suku kaumnya dengan suara yang lantang. Ketika mereka berkumpul, Nabi.SAW. berseru kepada mereka : “Jika aku beritahu-kalian bahwa ada pasukan berkuda di lembah yang akan menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku ?”

 

Maka dengan serentak mereka pun menjawab: “Kami tidak pernah mendengar darimu, kecuali perkataan yang benar.”

 

Nabi SAW. dikenal dengan sifatnya yang bertanggung jawab sehingga tersohor di antara kaumnya dengan gelar Muhammad Al-Amien (yang jujur).

 

Ketika kaum Quraisy memperbaiki bangunan Ka’bah, mereka berselisih paham tentang siapa yang paling berhak meletakkan Al-Hajarul Aswad di tempat semula, sampai sampai mereka saling mengancam untuk berperang. Sampai akhirnya mereka sepakat bahwa orang yang pertama kali masuk pintu masjid, Itulah yang berhak memutuskan.

 

Ketika mereka tahu Rasulullah orangnya yang kali pertama masuk pintu masjid, betapa gembira hati mereka dan mereka sama berkata, “Inilah dia orang yang jujur, kita semua rela ia menjadi penengah.” Maka Rasulullah pun lalu meletakkan batu itu di atas selembar kain seraya berkata, “Hendaknya setiap pimpinan Suku memegang ujung masing-masing kain.”

 

Akhirnya mereka sepakat dengan pendapat Nabi SAW. Nabi yang bersama-sama mereka angkat batu itu, baru kemudian meletakkan Al-Hajarul Aswad di tempat semula dan hilanglah semua perselisihan.

 

Banyak orang Quraisy menitipkan barang berharga di kediaman Rasulullah. Ketika beliau hendak hijrah ke Madinah,yang paling menjadi fikirannya adalah siapa orang yang mewakilinya untuk mengembalikan semua titipan itu kepada pemiliknya. Maka beliau lalu memerintahkan Sayyidina Ali r.a. untuk melakukannya. Kata Rasulullah kepadanya, “Jangan tinggalkan Makkah hingga engkau selesai melaksanakan tanggung jawab.”

 

Dalam hadits: “Demi Allah, sesungguhnya akulah orang yang jujur di langit dan di bumi.”

 

  1. Menepati janji juga menjadi akhlak Rasulullah SAW. Abdullah bin Abil Hamsaa’ berkata, “Pernah aku menjual sesuatu kepada Nabi SAW. sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan masih ada sisa baginya. Maka aku berjanji untuk . membawanya kepada beliau di tempat yang telah ditentukan.

 

Ternyata aku lupa. Dan baru teringat setelah 3 hari kemudian. Ketika aku datang, ternyata beliau masih berada di tempatnya.”

 

Maka beliau berkata, “Wahai anak muda, engkau telah. memberatkanku. Aku di sini selama 3 hari menantimu.” Begitu pula sifat tawadhu’ (rendah hati) maka sering Rasulullah duduk bersama para sahabat-sahabatnya dimana pun beliau mendapati majlis itu berada dan berbaur berjalan di antara mereka serta tidak minta tempat khusus diantara sahabatnya.

 

Maka sewaktu Nabi SAW. memasuki Makkah bersama 10.000 prajuritnya beliau duduk diatas untanya sambil – menundukkan kepala menatap pelana untanya karena. merendahkan diri dan takut kepada Allah.

 

Dan juga ketika Nabi SAW. menunaikan haji pada Haji Wada’ bersama 100.000 sahabatnya, beliau menaiki unta yang pelananya sudah usang dan di atasnya dilapisi alas yang – harganya cuma 4 dirham, padahal waktu itu beliau sudah menguasai Jazirah Arab.

 

Pernah diserahkan harta yang banyak kepadanya, tapi beliau nafkahkan semuanya di jalan Allah. Dan waktu berhaji beliau menyembelih 100 ekor unta.

 

Dalam suatu perjalanan yang panjang, Rasulullah memerintahkan para sabahat. menyiapkan seekor kambing. Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, aku yang menyembelihnya.” Yang lain berkata, “Aku yang mengulitinya.” Yang lain lagi berkata, “Aku nanti yang memasaknya.”

 

Jawab Rasulullah SAW., “Aku nanti yang mengumpulkan kayu untuk membakarnya.” Maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, biarlah kami yang bekerja mencukupimu.”

 

Nabi SAW. berkata, “Aku tahu bahwa kalian melayani aku, tapi aku tidak suka diistimewakan oleh kalian. Sesungguhnya Allah SWT. tidak suka bila diantara hambaNya diistimewakan di antara teman-temannya.”

 

Di antara sifat tawadhu’ Nabi SAW. ialah, apabila melewati anak-anak kecil, beliau memberi salam kepada mereka dan tidak berkenan seseorang berdiri dari duduknya untuk menyambutnya. Beliau menambal bajunya, memperbaiki sandalnya, memerah susu kambingnya, menyapu rumahnya, dan melayani keluarganya.

 

Nabi SAW. membawa sendiri barang yang dibelinya dari pasar. Melihat hal itu sahabatnya bersimpati, “Berikan barang itu kepadaku biar aku yang membawanya.” Maka jawab beliau, “Pemilik barang lebih berhak untuk membawanya.”

 

  1. Dan termasuk di antara akhlak Nabi SAW. yang lainnya ialah sifat sabar, tenggang rasa dan pemaaf. Ketika beliau sedang shalat di dekat Ka’bah dan sekelompok orang Quraisy sedang duduk di majelis mereka. Salah seorang dari mereka berkata, “Tidakkah kalian lihat orang yang riya’ (mencari pujian) ini ! siapa di antara kalian yang sanggup ke tempat pembantaian unta si Fulan, ambil kotoran, darah dan isi jerohannya, lalu bawa kemari dan tunggu sampai ia sujud, lalu letakkan ia di antara kedua pundaknya ?” Maka bangkitlah orang yang paling sengsara di antara mereka, Ugbah bin Abi Mu’aith. Ketika Nabi SAW. sujud, dia letakkan kotoran itu di antara kedua pundaknya sehingga Nabi SAW. tetap bertahan sujud. Mereka pun tertawa dengan keras sampai masing masing mereka saling bersandar kepada yang lainnya. Begitu Sayyidatina Fatimah (putri Nabi) yang masih kecil itu tahu tentang kejadian itu, bergegaslah dia ke tempat Nabi SAW. yang tetap sujud, dia mengambil jerohan itu dan dilemparkannya kearah mereka. Dia maki mereka dan dia do’akan mereka agar binasa.

 

Setelah beliau diangkat menjadi Nabi, beliau tinggal di Makkah selama 13 tahun. Nabi SAW mereka ganggu dengan berbagai macam gangguan. Mereka melempari dengan batu hingga sandalnya berlumuran darah.

 

Akan tetapi Nabi SAW. masih tetap juga mendo’akan mereka, “Ya Allah, berilah kaumku petunjuk, karena mereka belum tahu.”

 

Nabi SAW. mereka lempari sampai patah gigi gerahamnya dan mereka lukai mukanya serta mereka jatuhkan.ke dalam lubang. Akan tetapi beliau masih memaafkan mereka dan tidak mendo’akan kebinasaannya.

 

Begitu pula Nabi SAW. memaafkan wanita Yahudi yang, mencoba menghidangkan: daging kambing beracun supaya ‘peliau memakannya, dan peristiwa lain.

 

Ketika sukses menaklukkan Makkah, beliau maafkan . penduduknya, sedang mereka sudah menyangka Rasulullah akan membalas atas perlakuan mereka dengan membunuh mereka atau dengan cara lainnya.

 

  1. Diantara kesabaran Nabi SAW. ialah beliau di didik dalam hidup sederhana di rumah pamannya Abu Thalib, dan merasa puas dengan apa yang diterimanya, tidak suka berebut makanan dengan teman-temannya. Telah disaksikan sendiri seperti yang oleh pengasuhnya Ummu Aiman. Dan ketika Allah memberinya kekayaan, beliau malah menjauhi kesenangan duniawi dan hanya mengambil sekedar kebutuhan.

 

Maka Rasulullah tidur di atas selembar tikar yang tiada – sesuatu apa pun di bawahnya. Dengan bantal yang terbuat dari kulit berisi sabut, dan pakaian yang terbuat dari wool yang tebal, dan hanya makan kurma dan gandum. Sering selama sebulan, dua bulan keluarganya tidak menyalakan api. Mereka cukup makan kurma dan air saja. Bahkan beliau terbiasa tidur dalam keadaan lapar dan paginya beliau niati berpuasa.

 

Untuk menjaga dari lapar, Nabi SAW. mengikat batu pada perutnya dan kalau Rasulullah dibawakan harta yang banyak, beliau tidak menyimpan sedikitpun untuk dirinya. Bahkan sewaktu beliau wafat baju besinya masih tergadai pada seorang Yahudi hanya untuk membeli 30 sha’ gandum. (Ukuran 1 sha’ = 2,5 kg, jadi 30 sha’ = 75 kg).

 

Seandainya Nabi SAW. ingin bersenang-senang di dunia, niscaya beliau sanggup melakukannya. Akan tetapi beliau lebih-lebih memilih hidup zuhud, (zuhud artinya : meninggalkan kesenangan duniawi dan memilih kesenangan akhirat dan sabar).

 

  1. Di antara akhlak Nabi SAW. yang lain adalah rasa malu dan menjaga penglihatan. Rasa malu Rasulullah lebih besar dibanding rasa malunya gadis dalam pingitan sekalipun. Apabila Nabi SAW. tidak menyukai sesuatu, hal itu dapat diketahui pada wajahnya.

 

Beliau tidak pernah berbicara dengan seseorang tentang sesuatu yang tidak disukainya dan tidak sekali-kali menatap wajah lawan bicaranya. Jika sampai kepadanya tentang ucapan seseorang yang tak disukainya, beliau tidak lalu mengatakan : “kenapa si Fulan mengatakan begitu.” Akan tetapi beliau hanya berkata, “Kenapa orang-orang suka melakukan dan mengatakan begitu ?”

 

Rasulullah melarang perbuatan-perbuatan itu dan tidak menyebut pelakunya. Beliau pantang dari menyebutkan siapa yang tidak berkata baik.

 

Rasulullah SAW. juga sangat memelihara kehormatan diri dan qana’ah/merasa cukup. Sehingga tangan beliau tidak pernah menyentuh tangan wanita seorangpun yang bukan ‘ mahramnya. Beliau reta dengan pakaian dan makanan seadanya, “ tidak meminta yang tidak ada, apalagi mencobanya, tetapi bila Rasulullah suka, beliau makan dan jika tidak berkenan cukup ditinggalkannya tanpa menyuruh orang lain membencinya.

 

Dan akhlak Rasulullah yang lain adalah sifat pemberani, inilah yang merangsang beliau untuk masuk kancah perang karena dekatnya beliau dari musuh.

 

Disamping itu beliau teguh dalam membela prinsip dalam menunaikan kewajiban serta tidak memperdulikan hambatan-hambatan yang berat dan gangguan-gangguan yang besar.

 

Dalam membela agama, beliau sering diganggu begitu pula keluarga dan para sahabatnya oleh para musuh sehingga . beliau menyuruh mereka hijrah ke Habasyah. (Ethiopia), sampai dua kali.

 

Pernah beliau di masukkan oleh kaum kafir Quraisy ke dalam Asy-Syi’ib (perkampungan yang besar) selama 3 tahun. Maka putuslah makanan dan tidak sampai kepada mereka, kecuali secara sembunyi sehingga mereka hanya makan dedaunan.

 

  1. Kedermawanan dan kemurahan hati. Nabi SAW. tidak pernah menghardik orang yang meminta sesuatu darinya. Apabila tidak mendapatkan sesuatu untuk diberikan, beliau berjanji untuk memberinya di lain waktu. |

 

Pernah suatu hari kepadanya dibawakan uang sebanyak 90.000 dirham. Belum sampai beliau duduk uang sudah dibagikannya. Kemudian datang seorang peminta. Maka Nabi SAW. berkata kepadanya, “Berhutanglah, nanti kami yang akan melunasi hutangmu itu.”

 

Pada suatu hari Nabi SAW. memberikan kambing yang banyak kepada seorang laki-laki sampai jumlahnya menutupi celah antara dua gunung. Kemudian ia pulang kepada kaumnya dan berkata, “Masuklah kalian semua dalam Islam, karena Muhammad memberi suatu pemberian sebagai orang yang tidak takut miskin.”

 

Nabi SAW. sangat belas kasih dan sayang Kepada: semua makhluk. Sebagaimana firman Allah Ta’ala : “Dan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam” (Al-Anbiyaa’ : 107).

 

Di antara kasih sayang Nabi SAW. ialah pada suatu saat ketika beliau sedang shalat dan ia menggendong Umamat di atas pundaknya seorang cucu perempuannya dari putrinya Zainab. Apabila sedang sujud beliau meletakkan sang cucu dan pada waktu berdiri beliau menggendongnya lagi.

 

Diceritakan Anas bin Malik r.a. Mempunyai seorang saudara laki-laki bernama Abu ‘Umair. Ia mempunyai teman bermain seekor burung kecil berparuh merah. Pada suatu hari burung itu mati Pada saat Nabi SAW. masuk dan melihat anak Itu sedang bersedih.

 

Beliau bertanya, “Kenapa dia ?” Dikatakan kepada beliau, “Burungnya mati.”

 

Nabi SAW. berkata, “Hai Aba ‘”Umair, apa yang dilakukan si burung Nughair ?”

 

  1. Setia, menepati janji, silaturrahim dan bergaul dengan baik. Apabila Nabi SAW. mendapat hadiah, beliau berkata, “Bawalah itu kepada si Fulanah, karena ia adalah teman Khadijah dan ia mencintai Khadijah.”

 

Pada suatu hari ketika Nabi SAW. sedang duduk datang ayahnya (suami ibu susunya). Maka beliau gelarkan selembar bajunya dan duduklah sang ayah di atasnya. Kemudian datang pula ibu susunya, maka digelarnya bajunya yang lain pada sisi yang lain, sehingga sang ibu duduk di atasnya. Kemudian datang menyusul kepadanya saudaranya sesusuan. Maka berdirilah Rasulullah SAW. dan mendudukkannya di hadapannya.

 

Nabi SAW. sangat menghormati pamannya Al-Abbas sebagaimana hormat beliau terhadap ayah dan ibunya sendiri.

 

Beliau selalu tersenyum kepada para sahabatnya dan menghormati semua teman duduknya. Apabila tidak berjumpa dengan salah seorang sahabatnya selama 3 hari, beliau akan menanyakannya. Jika sedang pergi, beliau mendo’akan keselamatannya. Tapi jika ada di rumah, beliau mengunjunginya. Dan jika sakit beliau menjenguknya.

Wahai putri tercinta ! telah engkau ketahui betapa – besarnya cinta ayah dan ibumu kepadamu dan bagaimana kepayahan serta penderitaan yang mereka alami dalam mendidikmu dengan sabar dan gembira kedua orang tuamu membesarkanmu. Maka wajib bagimu membalas kebaikan ini dengan kebaikan, engkau kerjakan semua yang dapat engkau lakukan untuk berbakti kepada mereka. Meskipun demikian engkau akan tetap memandang betapa besar jasa mereka juga mengakui betapa engkau tidak dapat menunaikan hak. hak mereka dengan sepenuhnya. Sebab engkau itu harus menunaikan Kewajiban-kewajiban ini :

 

  1. Engkau cintai kedua orang tuamu dengan tulus dan menghormati mereka dengan amat sangat. Engkau per. lakukan keduanya dengan sikap yang dapat menggembirakan mereka dan menghindari sikap apa pun yang mengecewakan mereka. Engkau dengarkan nasihat-nasihat keduanya dan sesegera mungkin engkau patuhi perintah-perintah mereka dan memenuhi segala apa yang mereka perlukan serta membiasakan berjabatan tangan dengan mereka setiap pagi dan sore. Hendaknya engkau menghadap kedua orang tuamu dengan wajah tersenyum dengan berdo’a agar mereka panjang umur dalam keadaan baik-baik, sehat dan tercapai segala keinginan mereka. Engkau do’akan pula agar Allah membalas keduanya dengan sebaik-baik balasan atas didikan mereka yang baik.

 

  1. Hendaklah engkau sadari bahwa adanya ayah dan ibumu adalah nikmat yang besar, barokah serta rahmat atas dirimu yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Engkau nikmati dengan memandang keduanya dengan pandangan yang menyenangkan, karena hal itu terdapat pahala yang besar.

 

Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits: “Tidaklah seseorang memandang kepada ayah ibunya dengan pandangan kasih sayang, melainkan karena Allah menetapkan baginya pahala haji yang diterima.”

 

Hendaknya engkau jabat tangan mereka setiap hari dan selalu bermusyawarah dengan keduanya mengenai urusan”urusanmu, engkau masukkan kegembiraan pada mereka dan engkau tunaikan keperluan-keperluan mereka, ayah ibumu akan mendo’akan kebaikan atas dirimu. Betapa besar nikmat nikmat seperti ini ! Dan alangkah banyaknya pahala ini !

 

Maka seorang anak perempuan benar-benar tidak mengetahui besarnya nikmat dengan adanya ayah ibunya, kecuali bila ia sudah kehilangan mereka (meninggal dunia). Waktu itulah ia rasakan kerugian yang besar dan kesedihan yang sangat mendalam atas perpisahannya dengan mereka.

 

  1. Hendaklah ia gunakan tata krama terhadap ayah ibunya dalam setiap waktu. Maka janganlah sampai membelakangi mereka dan jangan memanggil mereka dengan namanya. Jangan tertawa di hadapan ayah ibu bila tidak pada tempatnya atau dengan suara keras. Jangan lihat mereka dengan pandanganmu yang tajam, jangan berdusta kepada mereka, memaki mereka atau berbicara dengan perkataan yang buruk terhadap mereka, dan jangan engkau keraskan suaramu melebihi suara mereka.

 

Sebab Allah Ta’ala telah berfirman : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya dengan perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu dihadapan mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah do’a: wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil” (Al-iIsraa’ : 23, 24).

 

  1. Hendaklah engkau selalu berusaha mendapat ridha ayah ibumu dengan bersungguh-sungguh dalam mempelajari pelajaran-pelajaranmu dan pergi setiap hari ke sekolah serta memelihara buku-buku, pakaian dan semua peralatanmu dengan mengaturnya di tempat-tempatnya, dan janganlah sampai engkau merusakkan atau menghilangkannya. Hendaklah engkau kerjakan pekerjaan rumah dan di luarnya yang dapat menggembirakan mereka berdua. Janganlah engkau suka mengganggu salah seorang saudara laki-lakimu, saudara perempuanmu atau kepada pelayan sekalipun. Janganlah engkau bertengkar dengan anak-anak perempuan tetanggamu atau teman-temanmu di sekolah.

 

  1. Apabila engkau minta sesuatu dari ayah ibumu, janganlah memintanya di hadapan orang-orang. Dan jika ia tidak mengabulkan permintaanmu, maka diamlah, karena ia lebih tahu tentang maslahatmu (kebaikanmu).

 

Janganlah engkau marah atau menggerutu atau bermuka cemberut ataupun mendesak mereka untuk meloloskan permintaanmu. Apabila engkau duduk di depan mereka, maka duduklah dengan sikap yang baik. Janganlah meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lain dan jangan duduk di saat mereka berdiri, juga jangan sampai engkau berjalan mendahului mereka. Apabila salah satu dari keduanya memanggilmu, maka segeralah menjawabnya dan jangan menangguhkan atau berpura-pura seakan-akan tidak mendengarnya atau merasa bosan karena panggilan berulang-ulang dan waspadalah engkau dengan memaki ayah seseorang atau ibunya yang menyebabkan ia memaki ayah ibumu.

 

Dalam hadits: “Termasuk dosa besar adalah Bila Seseorang memaki ayah ibunya.”

 

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang memaki ayah ibunya sendiri.”

 

Nabi SAW. menjawab, “Ya, bila ia memaki ayah seseorang, lalu orang itu membalas memaki ayahnya, dan ia memaki ibu orang itu, lalu orang itu membalas memaki ibunya.”

 

  1. Apabila engkau sudah besar, perhatikanlah ayah. Ibumu sedapat mungkin, baik dengan hartamu bila engkau mempunyai harta, atau dengan memenuhi keperluankeperluan mereka dan mengerjakan urusan-urusan rumah, seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan lantai dan lain-lain. Jadikan baktimu.kepada ibumu lebih besar daripada kepada ayahmu, karena dalam mengasuhmu ia lebih besar belas kasihnya dan lebih sengsara daripada ayahmu.

 

Apabila salah satu atau kedua-duanya meninggal! dunia, wajiblah anak perempuan berbakti kepada mereka dengan berdo’a dan memohonkan ampun, bersedekah untuknya serta membaca Al-Qur’an dan yang hadiah pahalanya peruntukkan ruh mereka.

 

Dalam hadits : “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW., “Wahai Rasulullah, apakah aku masih bisa berbakti kepada kedua orang tuaku manakala mereka sudah wafat ?

 

Rasulullah SAW. menjawab, “Ya”, menshalatkan kedua orang tuanya, memohonkan ampun bagi mereka, melaksanakan wasiat mereka, menghormati teman mereka, menyambung kekeluargaan yang hanya bisa melalui jalur kedua orang tua.”

 

  1. Apabila engkau berbakti kepada ayah ibumu, maka engkau akan peroleh ridha Allah dan pahala-Nya yang besar sehingga engkau hidup bahagia di dunia dan akhirat.

 

Dalam hadits dikatakan : “Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua dan murka Allah adalah akibat murka kedua orang tua.”

 

Dalam hadits yang lain : “Berbakti kepada ayah ibu lebih utama daripada shalat sunnah, sedekah, puasa, haji dan umrah serta jihad di jalan Allah.”

 

Dan itu akan menjadikan anak-anakmu akan berbakti kepadamu di masa mendatang. Sebagaimana yang tersebut dalam hadits : “Berbaktilah kamu kepada ayahmu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu.”

 

Adapun durhaka kepada ayah ibu, maka itu termasuk dosa terbesar. Sabda Nabi SAW.: “Sebesar-besar dosa adalah menyekutukan Allah dan durhaka kepada ayah ibu.”

 

Sabda Nabi SAW. yang lain: “Takutlah kalian akan mendurhakai kedua orang tua, karena bau surga akan tercium dari jarak 1000 tahun. Demi Allah, anak yang durhaka dan pemutus hubungan kekeluargaan tidak akan dapat mencium bau itu.”

 

Rasulullah SAW. bersabda pula : “Terkutuklah mereka yang durhaka kepada kedua orang tuanya.”

 

  1. Apabila engkau bersalah kepada ayah ibumu, maka segeralah mohon maaf selama keduanya masih hidup. Kalau tidak, maka engkau akan sangat menyesal. Berjanjilah kepada dirimu bahwa engkau tidak akan mengulangi lagi kesalahan itu. Karena hukuman atas kedurhakaan segera dilaksanakan di dunia, terutama setelah kedua orang tua wafat.

 

Dalam hadits: “Semua dosa Allah menangguhkan hukumannya sesuai kehendak-Nya hingga nanti hari kiamat, kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua. Karena Allah melangsungkannya di saat si pelaku masih hidup dan sebelum ia mati.”

 

Suatu hari datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW. minta dibai’at untuk dapat hijrah.

 

la berkata, “tidaklah aku datang kepadamu, melainkan . Setelah aku membuat kedua orang tuaku menangis.” Maka Nabi SAW. berkata, “Kembalilah kepada mereka dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka -menangis.”

 

  1. Tiada sesuatu yang dapat lebih menggembirakan ayah ibu daripada melihat putri mereka yang menyenangkan hati, berbakti, taat, sopan santun dan cerdas. Begitu juga . sebaliknya, tiada sesuatu yang lebih menyedihkan hati mereka daripada melihat putri mereka yang pendurhaka, pembangkang, tidak sopan lagi bebal (bodoh). Maka berusahalah agar engkau menjadi anak perempuan yang menyenangkan hati kedua orang tua dan mintalah do’a dari mereka supaya engkau dapat mencapai puncak cita-citamu.

 

Dalam hadits dikatakan: “Do’a orang tua kepada anaknya laksana do’a Nabi terhadap umatnya.”

  1. Sayyidina Ismail putra Nabi Ibrahim a.s. adalah seorang yang sangat bakti kepada kedua orang tuanya. Ketika mencapai umur 13 tahun, Ibrahim ayahnya berkata kepadanya, “Wahai anakku sesungguhnya dalam tidurku, aku telah bermimpi menyembelihmu. Coba pikirkan bagaimana pendapatmu !” Ia menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya “Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (Ash-Shaffaat : 102).

 

Maka Nabi Ibrahim lalu mematuhi perintah Tuhannya dan hendak menyembelih putranya. Dalam suasana yang mencekam itu, Sayyidina Ismail teringat akan ibunya. Dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku ikatlah aku erat-erat agar tidak goyah dan lepaskan bajuku supaya tidak terkena darahku sehingga apabila ibuku melihatnya akan menambah . kesedihannya. Sampaikan salamku kepada ibuku. Jika ayah hendak mengembalikan bajuku kepada ibu, maka lakukanlah, karena hal itu akan dapat menghibur hatinya dan sebagai kenangan kepada anaknya.”

 

Setelah itu Nabi Ibrahim lalu menelungkupkan Ismail disampingnya dan menindihkan sebilah pisau pada tenggorokannya, akan tetapi hal itu tidak menjadikan Ismail terpengaruh. Dengan kekuasaan-Nya. Allah segera menggantinya dengan seekor domba dari surga, yang kemudian Nabi Ibrahim menyembelihnya.

 

Maka perhatikanlah wahai putri tercinta ! bagaimana bakti dan kesabaran Sayyidina Ismail! Dan bagaimana kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap perintah Tuhannya! Begitu juga keteguhan beliau dalam menghadapi ujian yang nyata ini.

 

  1. Sayyidina Ali Zainal Abidin r.a. adalah seorang yang banyak berbakti kepada ibunya sampai salah seorang sahabatnya berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu. Tapi mengapa kami tidak pernah melihat engkau makan bersama dengannya ?” Beliau menjawab, “Ya, karena saya khawatir tanganku mendahului mengambil makanan yang telah dilihat dan hendak dirasakannya sehingga akupun mendurhakainya.”

 

  1. Suatu ketika datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW., lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, disini ada seorang anak muda yang hampir meninggal. Dikatakan kepadanya, ucapkanlah : Laa ilaha illallah. Namun ia tidak dapat mengucapkannya. Nabi SAW. berkata, Bukankah ia telah mengucapkan dimasa hidupnya ?” Orang-orangpun menjawab, “Benar.” Maka Nabi SAW. pun bertanya, “Apa kiranya yang menghalangi dia untuk mengucapkan kalimah itu menjelang kematiannya ?” Kemudian Rasulullah SAW. berdiri yang kemudian kami ikuti bersama-sama dibelakangnya dan pergi mendatangi anak muda itu.

 

Sesampai di tempat pemuda itu Nabi SAW. berkata, “Wahai anak muda ucapkanlah: Laa ilaha illallah.” Maka anak muda itu menjawab, “Aku tidak kuasa mengucapkannya.”

 

Nabi SAW. lalu bertanya, “Mengapa ?”

 

Anak muda itu menjawab, “Sebab aku telah durhaka kepada ibuku.” Nabi SAW. bertanya, “Apakah ia masih hidup ?” anak muda itu menjawab, “Ya.”

 

Nabi SAW, kemudian memerintahkan para sahabatnya, “Datangkan dia kesini.”

 

Maka hadirlah ibunya.

 

Kemudian Nabi SAW. berkata, “Bagaimana pendapatmu seandainya api sudah dinyalakan, lalu dikatakan kepadamu, jika engkau tidak juga memberi maaf kepadanya, ku lempar dia ke dalam api ini ?”

 

Perempuan itu menjawab, “Jika demikian aku maafkan dia.”

 

Nabi SAW. berkata, “Jadikanlah Aliah Ta’ala dan kami sebagai saksi bahwa engkau telah meridhainya.”

 

Maka perempuan itu berkata, “Ya Allah, aku jadikan Engkau dan Rasul-Mu sebagai saksi, bahwa aku telah meridhai putraku.”

 

Kemudian Nabi SAW. berkata, “Wahai anak ucapkanlah : Laa ilaha illallah.”

 

Maka anak muda itu segera bisa mengucapkan : Laa ilaha illallah.

 

Rasulullah SAW. berkata, “Segala puji bagi Allah yang menyelamatkannya dengan perantaraanku dari api neraka.”

 

Wahai putri yang tercinta ! renungkanlan kisah ini agar engkau ketahui bahwa durhaka kepada kedua orang tua menyebabkan pada akhir yang buruk (Su’ul Khatimah). Semoga Allah melindungi kita darinya.

 

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Algamah.seorang laki-laki yang shalih, banyak mengerjakan shalat dan puasa juga mengeluarkan sedekah, tetapi semua itu tidak berguna baginya hanya karena durhaka pada ibunya dia mendurhakai perintah-perintahnya dan hanya menuruti istrinya serta melebihkannya diatas ibunya.

 

Dalam hadits disebutkan: “Ada tiga macam perbuatan dosa yang apabila dilakukan, amalan shalih tidak berguna karenanya, yaitu menyekutukan Allah, durhaka ‘ pada kedua orang tua dan Iari dari peperangan.”

 

  1. Ada seorang anak muda Yahudi melayani Nabi SAW., lalu sakit. Maka Nabi SAW. datang menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya, dan berkata kepadanya, “Masuklah agama Islam.” Mendengar itu, anak itu memandang kepada ayahnya yang juga berada di sampingnya.

 

Ayahnya berkata, “Taatilah Abal Qasim (Nabi).” Kemudian anak itu masuk Islam. Maka keluarlah Nabi seraya berkata, “Segala puji bagi Allah: yang telah menyelamatkan dia dari api neraka.”

 

Lihatlah bagaimana bakti anak ini kepada ayahnya, sekalipun sudah menjelang ajalnya. Dengan itu Allah memberinya taufik masuk Islam di hari akhir umurnya. Maka ia pun menjadi penghuni surga. Dari kisah ini engkau dapat mengetahui bahwa: bakti kepada kedua orang tua menyebabkan penghujung yang baik. (Husnul Khatimah)

 

  1. Haiwah bin Syuraih seorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Ia tidak pernah menentang perkataan ibunya walau termasuk ulama besar yang mempunyai banyak murid. Pada suatu hari datang sang ibu kepadanya di saat ia sedang mengajar. Kemudian sang ibu berkata kepadanya, “berdirilah wahai Haiwah, berikan gandum ini kepada ayam.” Maka ia : pun tidak merasa keberatan dan tidak berlambat-lambat. Ia tinggalkan mengajarnya dan segera mematuhi perintahnya.

 

  1. Dan di antara orang-orang yang berbakti terhadap orang tua terdapat Dzarr bin Umar Al-Hamdani. Di antara bakti . dia kepada sang ayah pada siang hari ia tidak pernah berjalan bersama ayahnya, melainkan mengambil posisi di belakangnya. Dan tidak pada waktu malam, melainkan ia berada di depan untuk melindungi sang ayah dari mara bahaya. Tidak pernah ia naik atap, bila sang ayah berada dibawahnya.

Sesungguhnya orang-orang yang paling dekat kepadamu sesudah ayah ibumu adalah saudara-saudaramu laki-laki dan perempuan. Maka amalkanlah tata krama ini supaya engkau mendapat ridha Allah, dan ridha kedua orang tuamu serta hidup bersama mereka dalam keadaan senang dan bahagia :

 

  1. Engkau hormati mereka dalam setiap waktu dan keadaan, dan kau cintai mereka dengan cinta yang tulus.

 

Sesungguhnya Engkau dan mereka berasal dari satu keturunan. Mereka mencintaimu dan mengharapkan kebahagiaanmu. Maka hendaklah engkau selalu bersama mereka dalam keselarasan dan kebersatuan. Hindarilah halhal yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran dengan tidak mengindahkan omongan orang-orang yang suka dengki dan mengadu-domba, dan jangan mengurangi hak-hak orang tua. Dan hendaklah engkau maafkan mereka apabila mereka kurang memenuhi hak-hakmu.

 

  1. Hendaklah engkau khususkan saudaramu yang lebih tua dengan lebih memuliakan dan menghormati, serta menganggapnya seperti kedua orang tuamu. Engkau amalkan nasihat-nasihat mereka dan tidak membantah perintah-perintah mereka.

 

Dalam hadits: “Hak saudara-saudara yang lebih tua atas adik mereka seperti hak seorang ayah terhadap anaknya.”

 

  1. Hendaklah engkau kasihi saudara laki-lakimu dan saudara perempuanmu yang masih kecil dan engkau perlakukan mereka dengan kasih sayang dan kebaikan seperti perlakuan kedua: orang tuamu kepadamu, yaitu engkau bahagiakan mereka dan tidak engkau ganggu.

 

Dalam hadits dikatakan : ” Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah rumah yang diberi nama “Darul farah (rumah kebahagiaan)” yang tidak dimasuki oleh Seorangpun, kecuali oleh mereka yang membahagiakan anak-anak kecil.”

 

  1. Hendaklah engkau tolong saudara-saudaramu yang laki-laki maupun perempuan dengan sekuat tenagamu.

 

Rasulullah SAW. bersabda : “Perumpamaan dua saudara itu adalah laksana dua tangan, yang satu membersihkan yang lainnya.”

 

Engkau selalu mengalah dari mereka dan sabar menghadapi mereka. Apabila mereka bersalah, engkau ingatkan kesalahan mereka dengan halus dan lemah lembut, karena perkataan yang halus bisa enak kedengarannya, sedangkan perkataan yang kasar akan berakibat sebaliknya, dapat menumbuhkan kecemasan serta putusnya hubungan.

 

Hindarilah pertengkaran atau saling memaki atau juga mengadu-domba di antara mereka, dan janganlah engkau bergurau tentang sesuatu yang tidak layak dengan mereka atau mengambil barang mereka dengan tanpa perSetujuannya, begitu juga memutuskan hubungan dengan mereka ataupun berburuk sangka kepada mereka.

 

  1. Saudaramu laki-laki adalah tangan kananmu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada Nabi Musa mengenai Saudaranya Nabi Harun a.s. : “Kami akan membantumu ‘ dengan saudaramu” (Al Qashash: 35).

 

Saudara laki-laki bagimu adalah senjata yang dapat . melindungi diri dari musuh-musuhmu di medan kehidupan. Sebagaimana kata penyair :

 

Sesungguhnya orang yang tak punya saudara laki-laki adalah seperti orang yang pergi berperang tanpa senjata.

Diceritakan bahwa seorang laki-laki mempunyai beberapa orang anak. Ketika ajal sudah mendekatinya, ia pun memanggil mereka dan memberinya masing-masing seikat tombak lalu menyuruh mereka untuk mematahkannya.

 

Maka satu persatu mereka berusaha mematahkannya dengan sekuat tenaga, namun tidak berhasil. Kemudian lakilaki itu melepaskan ikatan tombak tersebut dan memberinya masing-masing sebatang tombak. Maka mereka pun berhasil mematahkannya dengan mudah. Kemudian ia berkata kepada mereka, “Perumpamaan kalian adalah seperti ikatan ini. Jika kalian bersatu dan berkumpul, musuh tidak akan berhasil mengalahkan kalian. Tapi jika kalian berselisih dan bercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kalian sebagaimana tombak-tombak yang sudah teriepas ikatannya ini kalian akan dapat mematahkannya tanpa susah payah”

 

Kemudian ia mengalunkan sya’ir :

 

Persatulah kalian hai anak-anakku bila musibah menimpa dan jangan bercerai-berai

Tombak-tombak yang berkumpul jadi satu akan sulit dipatahkan dan bila sudah terpisah-pisah – mudahlah ia dipatahkan satu demi satu

  1. Sesungguhnya orang-orang yang paling dekat denganmu sesudah ayah ibumu dan saudara-saudaramu adalah para kerabatmu baik mereka laki-laki ataupun perempuan.

 

Dalam hadits : “Saudara perempuan ibu (Bibi) itu sederajat dengan ibu, kedudukan saudara laki-laki dari ayah (Paman) seseorang adalah setara dengan ayahnya, putra saudara perempuan dari suatu kaum adalah termasuk diantara mereka.” :

 

Mereka mempunyai hak-hak sama besar atas dirimu yang wajib engkau perlakukan kepada mereka.

 

  1. Hal itu engkau laksanakan dengan cara memperlakukan mereka seperti perlakuanmu terhadap saudara-saudaramu. Maka engkau hormati orang yang. lebih tua di antara mereka dan engkau kasihi anak-anak ke cil mereka.

 

Engkau bersikap hangat pada saat bertemu mereka dengan wajah yang cerah dan tersenyum. Dan berbicara dengan mereka secara baik tanpa menunjukkan kesombongan dan kebanggaan.

 

Apabila mereka menyuruhmu melakukan sesuatu, maka patuhilah dan jangan membantah. Jadilah engkau wanita yang mudah akhlaknya. Apabila mereka membutuhkan sesuatu, maka segeralah menolongnya dengan sekuat tenaga.

 

  1. Janganlah engkau berhenti mengunjungi mereka dari waktu ke waktu, terutama pada waktu-waktu yang tepat seperti hari-hari raya dan hari-hari bahagia lainnya atau disaat musibah dan peristiwa lain yang menyedihkan datang menimpanya. Bila diantara kerabatmu yang laki-laki atau perempuan sakit, segeralah pergi kerumahnya untuk menjenguknya seraya mendo’akan agar mereka lekas sembuh. Apabila ia berpulang ke rahmatullah, segeralah pergi ke rumahnya untuk mendo’akannya agar mendapat rahmat dan ampunan, dan untuk berta’ziah (Menyatakan bela sungkawa/berduka cita) dan menghibur anak-anak dan keluarganya serta menolong kesusahan mereka.

 

Dengan demikian mereka para kerabatmu akan senang terhadapmu, karena engkau gembira di kala mereka gembira “dan berduka karena mereka ditimpa susah. Mereka pun akan: tahu bahwa engkau seorang anak perempuan yang terdidik dan mau menunaikan kewajiban-kewajibannya terhadap para kerabatnya.

 

  1. Bersatulah dengan kerabatmu dan hindarilah segala sesuatu yang menyebabkan putusnya hubungan dan permusuhan.

 

Waspadalah untuk tidak mendengar omongan perempuan yang suka mengadu-domba, karena ia hanya ingin memisahkanmu dari mereka.

 

Maafkan mereka bila mereka berbuat jahil kepadamu. Janganlah engkau mendendam lantaran periakyan yang buruk itu.

 

Bilamana Allah memberi mereka kenikmatan, nampakkan kegembiraanmu karenanya dan jangan mendengki kepadanya.

 

.Apabila engkau berbudi dengan tata krama itu, maka sudah barang tentu engkau akan hidup bersama para kerabatmu dalam keadaan rukun dan sejahtera, tenteram dan bahagia.

 

Sebab kebahagiaan manusia tergantung pada kebahagiaan keluarga dan kerabatnya. Mereka bagaikan sayap seekor burung.

 

Sebagaimana kata penyair :

 

Ketahuilah wahai putra paman, | manusia adalah sayap (bagi yang lainnya) dapatkah burung elang terbang tanpa sayap?

 

  1. Allah telah memerintahkan agar berbuat baik kepada para kerabat dan mengaitkan mereka dengan ayah ibu. Disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :

 

“Dan Sembahlah Allah dan janganlah kamu mensekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah . kepada. ibu bapak dan sanak kerabat” (An-Nisaa’: 36).

 

Dalam firman Allah Ta’ala yang lain: “Dan penuhilah hak sanak kerabat” (Al-israa’: 27).

 

Dalam hadits dikatakan : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung hubungan kekeluargaannya.” yakni berbuat baik kepada sanak kerabatnya.

 

Dan seorang anak perempuan yang mau berbuat baik kepada sanak kerabatnya, maka Allah akan melapangkan rezekinya dan memanjangkan umurnya.

 

Dalam hadits : “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan kerabatnya.”

 

Dan Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Se-‘ bagaimana yang dikatakan dalam hadits : “Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW. Ia berkata, “Wahai Rasulullah aku telah melakukan dosa besar. Apakah aku bisa bertaubat?”

 

Nabi SAW. bertanya, “Apakah engkau mempunyai seorang ibu?”

 

Orang itu menjawab, “Tidak.” Nabi SAW. bertanya lagi, “Apakah engkau mempunyai seorang bibi?” Orang itu menjawab, “Ya.”

 

Kemudian Nabi SAW. berkata, “Berbaktilah kepadanya.” –

 

  1. Adapun anak perempuan yang suka berbuat jahat kepada sanak kerabatnya dan senang mengganggu mereka, maka ia akan mendapat kebalikan dari itu semua dan terhalang baginya dari masuk surga. Sebagaimana dalam

 

hadits : “Seorang pemutus hubungan kerabat tidak akan : dapat masuk surga.”

 

Allah juga akan segera menghukumnya di dunia, sedangkan di akhirat nanti, siksa baginya jauh lebih keras dan lebih dahsyat lagi.

 

Sebagaimana dalam hadits disebutkan : “Tidaklah suatu dosa yang hukumannya lebih pantas disegerakan oleh Allah terhadap pelakunya di dunia ini di samping hukuman lain yang disimpan Allah untuknya di akhirat, daripada dosa kezhaliman dan pemutusan hubungan kekeluargaan.”

 

  1. Bilamana kerabatmu berbuat jahat kepadamu hendaklah engkau sabar dalam menanggapinya dan balaslah kejahatan mereka dengan kebaikan.

 

Dalam hadits : Ada seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, aku punya kerabat yang memutuskan hubungan denganku, tetapi aku tetap menyambung mereka. Aku tetap berbuat baik kepada mereka, walaupun mereka berbuat jahat kepadaku. Dan aku selalu bersikap sabar terhadap mereka, sedangkan mereka tidak juga menghiraukan aku.”

 

Maka Rasulullah SAW. berkata, “Jika benar apa yang engkau katakan, maka seakan-akan engkau memberi makanan abu panas kepada mereka. Engkau selalu mendapat pertolongan dari Allah dalam menghadapi mereka selama engkau dalam keadaan itu.”

  1. Disebutkan dalam hadits : bahwa Abu Talhah AlAnshary r.a. adalah orang Anshar yang paling kaya akan . pohon kurma di Madinah. Harta yang paling dicintainya adalah Biruha’ (kebun kurma) yang menghadap masjid.

 

Suatu ketika Rasulullah SAW. masuk kebun milik Abu Talhah dan minum air segar yang ada disitu. Tatkala turun ayat : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Ali Imran: 92).

 

Abu Talhah datang kepada Rasulullah SAW. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta’ala telah menurunkan kepadamu ayat : “Kamu sekali-kali tidak . Sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu ‘ menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”

 

Sedangkan hartaku yang paling kucintai adalah Biruha’. Dan sesungguhnya sedekahku ini adalah sedekah karena Allah Ta’ala yang aku harapkan kebaikannya dan menjadi, tabungan pahala di sisi Allah.

 

Maka pergunakanlah ia wahai Rasulullah, sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Allah kepadamu.”

 

Kemudian Rasulullah SAW. berkata, “Bagus, itulah harta yang beruntung, itulah harta yang beruntung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Dan aku berpendapat agar engkau membagikannya diantara para kerabatmu.”

 

Maka Abu Talhah berkata, “Wahai Rasulullah.Aku akan melakukannya.” ‘

 

Maka Abu Talhah membagikannya kepada para kerabat dan putra-putra pamannya.

 

 

KISAH LAIN

 

  1. Sayyidatina Maimunah binti Al-Harits r.a. mempunyai seorang sahaya perempuan, ketika memerdekakannya ia tidak minta izin dahulu kepada Nabi SAW.

 

Ketika Nabi SAW. datang ke rumahnya, Maimunah berkata, “Wahai Rasulullah tahukah Anda, bahwa aku telah merdekakan sahaya perempuanku?”

 

Nabi SAW. bertanya, “Apakah itu sudah engkau lakukan?”

 

Maimunah menjawab, “Ya.”

 

Nabi SAW. berkata, “Seandainya ia engkau berikan kepada paman-pamanmu, niscaya. pahalamu akan menjadi “lebih besar.”

 

KISAH LAIN

 

Di saat para sahabat radhiyallahu ‘anhum sedang duduk di dekat Nabi SAW., tiba-tiba beliau berkata, “Janganlah ada yang duduk bersama kami orang yang telah memutus hubungan kekeluargaan.” Maka kala itu berdirilah seorang anak muda dari majelis itu, lalu segera mendatangi bibinya untuk minta maaf. Rupanya ia barusan bertengkar dengan bibinya.

 

Maka setelah bibinya memberi maaf kepadanya, anak muda itu kembali ke majelis semula.

 

Rasulullah SAW. lalu berkata, “Sesungguhnya rahmat itu tidak akan turun kepada suatu kaum yang disitu terdapat pemutus hubungan kekeluargaan.”

  1. Engkau wajib memperlakukan pelayan-palayanmu secara baik, dengan berbicara lemah lembut kepadanya apabila engkau menginginkan sesuatu darinya.

 

Janganlah engkau mengganggunya dengan umpatan yang kasar, membentaknya ataupun bersikap sombong kepadanya. Dengan lemah lembut, engkau tunjukkan kesalahannya bila terbukti ia bersalah lalu engkau maafkan. Karena telah dimaklumi bahwa manusia adalah tempat kesalahan dan kelupaan.

 

  1. Apabila engkau memanggil pelayanmu, sedang ia tidak menjawabnya dengan segera atau engkau menyuruhnya melakukan sesuatu, dan ia lambat mengerjakannya, maka janganlah segera menegurnya. Mungkin saja ia tidak mendengar suaramu atau ia lagi sibuk. Jadilah engkau seorang yang lapang dada. Engkau bersabar atas kesalahan kesalahan yang dilakukan para pelayan, karena biasanya mereka belum terdidik.

 

Dan memaafkan mereka bila mereka telah memecahkan gelasmu.

 

Dalam hadits dikatakan : “Janganlah kalian memukul sahaya perempuanmu hanya karena memecahkan gelasmu, sebab gelas itu juga mempunyai ajal seperti ajalmu.”

 

Apabila pelayan memuaskan dalam melayanimu, maka jangan lupa berterima kasih kepadanya atas kebaikannya dan beri dia imbalan atas kebaikan itu.

 

Sebab Allah Ta’ala telah berfirman : “Tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan (pula)” (Ar-Rahman : 60).

 

  1. Janganlah engkau tunjukkan rahasia rumahmu kepada pelayan agar tidak ada keinginan padanya untuk mencuri, dan jangan pula mengandalkannya dalam setiap keadaan. Hendaklah engkau berhati-hati kepadanya dengan menghindari duduk bersama untuk bergurau dan berbicara yang tidak ada gunanya. Supaya engkau tidak meniru tabiatnya dan tidak jatuh derajatmu disisinya, dan agar ia tidak berani kepadamu serta tidak berkurang santunnya terhadap dirimu.

 

Adapun duduk bersama untuk suatu keperluan seperti menasihatinya atau mengajarinya urusan-urusan agama, maka hal itu tidak menjadi soal, bahkan ia adalah perbuatan yang dituntut.

 

  1. Janganlah engkau menganiaya pelayan wanita dengan memaksanya melakukan pekerjaan yang di luar kemampuannya, atau menangguhkan pembayarannya, atau bahkan sengaja tidak memberinya upah sama sekali.

 

Dalam hadits disebutkan : “Berikan upah kepada: pekerjamu sebelum kering keringatnya.”

 

Janganlah engkau tangguhkan pembayaran upah yang ja patut memperolehnya.

 

Dalam hadits : “Menganiaya buruh dengan tidak memberi upahnya termasuk dosa besar.”

 

Janganlah engkau memukul pelayan tanpa dasar yang hak. Sebab ada dalam hadits : “Barangsiapa memukulkan cambuk secara aniaya, ia akan dibalas sama pada hari kiamat.”

  1. Rasulullah SAW. tidak pernah membentak seorang pelayan pun. Sahabat Anas bin Malik r.a. berkata, “Selama . 10 tahun aku melayani Nabi SAW. sama sekali beliau tidak pernah berkata “uff (cih)” kepadaku . Dan beliau tidak pernah mengolok atas sesuatu yang aku lakukan dengan : kenapa engkau melakukannya? Dan sesuatu yang aku tinggalkan : kenapa tidak engkau kerjakan? Jika aku dipersalahkan oleh istri-istrinya, beliau berkata : biarkan dia, sesungguhnya ini terjadi sesuai takdir Allah.”

 

  1. Diriwayatkan suatu ketika Imam Ali karromallahu wajhahu memanggil seorang sahayanya, namun ia tidak segera menjawabnya, maka beliau memanggilnya untuk kedua dan ketiga kalinya. Namun sahaya itu tidak juga menjawabnya. Kemudian beliau datangi sendiri. Ternyata dilihatnya sahaya itu sedang berbaring. Kemudian Imam Ali bertanya, “Wahai anak, tidakkah engkau mendengar panggilanku?” Sahaya itu menjawab, “Ya.” Imam Ali bertanya lagi,” Mengapa engkau tidak menjawab ketika aku memanggilmu?” Sahaya itu menjawab, “Karena aku merasa aman dari hukumanmu sehingga aku bermalas-malasan.”

 

Maka Imam Ali berkata, “Pergilah! engkau bebas merdeka karena Allah.”

 

3. Diriwayatkan dari Qais bin “Ashim : bahwa pada suatu hari di saat ia sedang duduk santai di rumahnya, tiba tiba datang kepadanya seorang sahaya perempuan dengan membawa alat pemanggang daging yang panas dan masih ada dagingnya. Tiba-tiba alat itu terjatuh dan menimpa anak sang majikan hingga meninggal. Maka sahaya itu pun cemas. Melihat itu Gais berkata kepadanya, “Engkau tidak usah merasa takut! Kemudian Gais memaafkannya sekalian membebaskannya karena Allah Ta’ala.”

1..Engkau wajib berakhlak baik terhadap tetanggatetanggamu, karena mereka mempunyai hak yang besar atas dirimu.

 

Allah Ta’ala berfirman : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, sanak kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh” (An-Nisaa’ : 36).

 

Disebutkan dalam hadits : “Bergaullah yang baik dengan tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang muslim sejati.”

 

Dalam hadits lain : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.”

 

  1. Maka hormatilah para tetanggamu dan berhati-hatilah supaya tidak mengganggu mereka baik dengan memusuhi mereka, bersikap sombong kepada mereka, atau mencaci maki atau bahkan mengolok-olok mereka. Janganlah pula mengganggu mereka dengan mengeraskan suaramu, terutama pada saat-saat mereka tidur dan ketika ada yang sakit di antara mereka atau dengan mengintip mereka dari atap rumah, dari lubang-lubang dinding atau dari lubanglubang pintu dengan tujuan untuk mengetahui keadaan mereka atau untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu memata-matai” (Al-Hujurat : 12).

 

Dalam hadits diriwayatkan : “Barangsiapa mendengarkan pembicaraan sekelompok orang sedang mereka tidak menyukainya. Pada hari kiamat nanti akan dituangkan timah panas dalam kedua ‘telinganya.”

 

  1. Apabila engkau mempunyai kelebihan makanan, maka kirimkanlah kepada tetangga-tetanggamu dan mulailah dengan yang terdekat.

 

Dalam hadits : Dari Aisyah r.a., ia berkata, “Aku berkata : Wahai Rasulullah, aku mempunyai dua tetangga. Kepada yang manakah aku memberi hadiah?”

 

Nabi SAW. menjawab, “Kepada yang terdekat pintunya dirimu.”

 

Apabila engkau membuat kuah, maka janganlah” mengganggu mereka dengan bau makanan dari pancimu, kecuali bila engkau mengambilkan sebagian untuk mereka.

 

Dalam hadits lain : “Tidaklah beriman (sempurna) denganku barangsiapa yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangga disampingnya lapar, sedangkan ia mengetahuinya.”

 

Dalam hadits lain lagi dikatakan : “Wahai wanitawanita muslim, janganlah seorang tetangga perempuan meremehkan tetangganya, walaupun dengan menghadiahkan kuku kambing.” (kikil kambing/dengkil).

 

  1. Ketahuilah, bahwa tetangga itu terbagi menjadi 3 macam sebagaimana dalam hadits : “Seorang tetangga mempunyai satu hak, seorang tetangga lagi mempunyai dua hak dan seorang tetangga yang lain lagi mempunyai tiga hak.

 

Adapun tetangga yang mempunyai tiga hak ialah tetangga muslim, yang masih ada hubungan kerabat, ia mempunyai hak tetangga, hak Islam dan ikatan kerabat. Adapun yang mempunyai dua hak ialah tetangga muslim saja, ia mempunyai hak tetangga dan hak Islam.

 

Adapun yang mempunyai satu hak, ia adalah tetangga musyrik.”

 

  1. Mengganggu tetangga adalah dosa besar. Nabi SAW. bersabda : “Tidak akan masuk surga barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.”

 

Jika engkau merasa terganggu oleh para tetangga yang jahat, maka sabariah atas gangguan mereka. Janganlah engkau dekati perangai mereka yang buruk, supaya engkau selamat dari kejahatan-kejahatan mereka.

 

Dan hindarilah bergaul dengan anak-anak perempuan mereka supaya engkau tidak tertular watak mereka yang buruk sehingga menjadi jahat seperti mereka.

 

Sebagaimana kata penyair :

 

Bila engkau meniru akhlak yang rendah maka tidak berbeda antara engkau dan orang yang kau tiru

  1. Di zaman Rasulullah SAW. ada seorang perempuan yang amat tekun beribadah, siang hari ia berpuasa dan malamnya ia isi dengan shalat, tetapi sayang ia berakhlak buruk. la suka mengganggu semua tetangganya dengan lisannya. Maka orang-orang mengadukan perihal perempuan tersebut kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW. bersabda, “Tiada padanya kebaikan. Dan ia termasuk penghuni neraka.”

 

  1. Mujahid berkata, “Ketika aku sedang berada di rumah Abdullah bin Umar kulihat sahayanya sedang menguliti seekor kambing.”

 

Kemudian Abdullah berkata kepada sahayanya itu, “Wahai anak, apabila selesai mengulitinya, mulailah engkau berikan ke tetangga kita yang Yahudi itu.” Ia ucapkan kalimat itu berkali-kali. Maka aku heran dan berkata kepadanya, “Sampai berapa kali engkau katakan itu ?”

 

Abdullah menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah SAW. selalu mewasiati kami mengenai tetangga, hingga Kami khawatir beliau akan menjadikannya mewarisi kami.”

 

  1. Ada seorang mengeluh tentang banyaknya tikus yang ada di rumahnya. Maka dikatakan kepadanya, “Bagaimana seandainya engkau pelihara kucing ?” Orang itu menjawab, “Aku khawatir suara kucing itu membuat tikus-tikus pada lari ke rumah para tetangga, sehingga aku jadi senang musibah mereka sedangkan aku tidak suka hal itu menimpa diriku sendiri.”

 

  1. Imam Abu Hanifah rahimahullah mempunyai seorang tetangga yang amat pendengki. Ia suka mengganggu dan menggunjing beliau. Akan tetapi Imam Abu Hanifah tetap sabar menghadapinya. Apabila beliau lewat di depannya, beliau memberi salam kepadanya, walau orang itu tidak sudi membalas salamnya. Maka orang-orang pun menegur beliau yang begitu tabah dan sabar dalam menghadapi tetangganya. Namun beliau hanya berkata, “Sesungguhnya mereka para tetangga itu mempunyai hak.”

Wahai putri yang santun ! sebagaimana hak kedua orang tuamu terhadapmu yang sangat besar yang telah memelihara tubuh dan menjaga dirimu dari api dunia, begitu pula gurumu. la mempunyai jasa yang besar atas dirimu. Ia telah memeliharamu dari api akhirat. Ia mengarahkan jiwamu, mendidik akhlakmu dan menerangi pikiranmu serta mengajarimu ilmu yang berguna. Wahai putri yang setia! oleh sebab itu engkau wajib mencintai dan menghormatinya, menyenangkan hatinya serta memperlakukannya dengan tata krama-tata krama ini :

 

  1. Hendaklah engkau Ikuti nasihat-nasihat gurumu, patuh akan segala perintah-perintah yang diberikannya bukan lantaran takut hukuman, tapi demi memenuhi kewajiban dengan hati yang ikhlas, sebagaimana orang sakit yang menyerah pada nasihat sang dokter yang mau berbelas kasih.

 

Engkau terima pelajaran-pelajaran yang diberikan gurumu kepadamu dengan pengertian yang baik, ucapan terima kasih dan perasaan senang. Hendaklah pula engkau bersikap rendah hati terhadapnya, mencari pahala serta kemuliaan dengan jalan berbakti kepadanya, dan selalu merasa bahwa gurumu amat berjasa kepadamu sedang engkau tidak pernah dan tak akan mampu membalasnya, walau bagaimanapun baktimu kepadanya.

 

Waspadalah dari sikap yang menentangnya, membantahnya atau pun bersikap sombong kepadanya.

 

Dalam hadits dikatakan : “Bukanlah termasuk akhlak orang mukmin sikap mencari muka (mencari pujian) kecuali dalam hal menuntut ilmu.”

 

Sayyidina Ali karromallahu wajhahu pernah berkata, “Aku adalah budak dari orang yang telah mengajariku satu huruf. Jika mau ia boleh menjualnya, boleh pula membebaskannya dan jika minat ia pun boleh memperbudaknya.”

 

Adapun sifat sombong dan membangkang, keduanya menyebabkan manusia tidak mendapat ilmu. Sebagaimana kata penyair :

 

Ilmu itu menerangi pemuda yang sombong sebagaimana banjir membinasakan tanah yang tinggi

 

2, Murid yang sopan dan rendah hati akan mudah mendapatkan ilmu dan memanfaatkannya. Sebaliknya murid yang tidak sopan dan sombong, jika ia mendapat ilmu, maka ia tidak, akan mendapat manfaat darinya baik untuk dirinya maupun bagi orang lain. Bahkan ia bisa membahayakan dirinya menambah kesombongan dan memperburuk prilakunya.

 

Dalam hadits : “Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk yang diperolehnya, maka ia pun semakin jauh dari Allah.”

 

Di antara nasihat-nasihat para guru adalah engkau berniat menuntut ilmu untuk mendapat ridha Allah dan kemaslahatan negeri akhirat, menghidupkan agama dan : berguna bagi kaum muslimin.

 

Engkau berniat demikian sebagai rasa syukurmu atas nikmat akal dan kesehatan badan yang telah diberikan. Janganlah engkau bertujuan belajar hanya untuk mendapat “pujian dan kedudukan di mata orang banyak atau untuk mengumpulkan kekayaan, dunia semata.

 

Dalam hadits diriwayatkan : “Barangsiapa menuntut ilmu untuk menyaingi orang-orang yang bodoh atau untuk menarik perhatian orang lain kepada dirinya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.”

 

Di antara nasihat-nasihat para guru yang lain ialah engkau harus berusaha sungguh sungguh dalam menuntut ilmu. Engkau hafalkan semua pelajaranmu dan siap mengulanginya di rumah. Janganlah engkau bermalasan karena pemudi yang malas jauh dari kebaikan. Sebagaimana kata penyair :

 

Tuntutlah ilmu dan jangan malas betapa jauh jarak kebaikan itu dari orang yang malas.

 

Janganlah engkau membuang waktu dengan percuma, karena waktu adalah permata berharga yang teramat mahal nilainya, apabila telah lewat, ia tidak akan kembali untuk selama-lamanya. Hendaklah engkau perhatikan kebersihan semua buku dan alat-alatmu yang lain serta mengaturnya di tempatnya. Hendaklah engkau senantiasa datang ke sekolah setiap hari pada jam yang telah ditentukan dan jangan terlambat, kecuali karena alasan yang benar.

 

Hendaklah engkau mendengarkan pelajaran-pelajaran yang diberikan gurumu dengan hati yang penuh perhatian supaya engkau dapat memahaminya dengan cepat dan tidak lelahkan para gurumu dengan banyak mengulang. Maka lakukanlah nasihat-nasihat yang berguna ini.

 

  1. Termasuk tata krama terhadap guru adalah engkau berdiri menyambutnya bila engkau sedang duduk, demi menghormati dan mengagungkan kehadirannya. Janganlah engkau duduk dulu hingga ia mengizinkan engkau untuk duduk. Jika beliau sudah mengizinkan maka duduklah engkau dengan sopan. Janganlah engkau mendahuluinya bicara atau memutuskan pembicaraannya atau juga menyuruh dan melarang kepada seseorang di hadapannya.

 

Apabila engkau tidak memahami suatu masalah, maka termasuk tata krama adalah engkau ajukan kepadanya pertanyaan dengan lembut dan hormat. Pertama kali engkau angkat jarimu dan jangan bicara sebelum ia izinkan engkau bicara.

 

Apabila ia bertanya kepadamu tentang sesuatu hal, hendaklah engkau berdiri dan menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang baik. Dan jangan suka mendahului menjawab apabila ia mengajukan pertanyaan kepada orang lain.

 

  1. Hendaklah engkau memberi salam kepada gurumu setiap hari di sekolah dan menjabat tangannya serta menghadapinya dengan wajah yang penuh tersenyum. Hendaklah engkau rajin mengunjunginya di rumahnya, terutama pada saat hari raya atau bila ia terkena sakit dengan tidak lupa menanyakan kesehatannya serta mendo’akan agar ia lekas sembuh. Hendaklah engkau bantu dia untuk memenuhi semua keperluannya dan bermusyawarahlah dengannya mengenai urusan-urusanmu dan lakukan apa yang telah disarankannya kepadamu.

 

Janganlah engkau memanggil gurumu dengan sebutan namanya, tetapi dengan kata ibu guru. Dan jangan berjalan di depannya atau membelakanginya dengan punggungmu. Janganlah engkau duduk di tempatnya atau mengambil bukunya tanpa seizinnya dan jangan pula banyak bicara kepadanya maupun menyebarkan rahasianya.

 

Jangan engkau menggunjing seseorang di hadapannya dan jangan katakan kepadanya si fulanah mengatakan berbeda dari perkataan sang guru.

 

  1. Apabila gurumu bertanya kepadamu tentang suatu masalah, sedang engkau tidak memahaminya, janganlah malu untuk berterus terang kepadanya tentang hal yang sebenarnya, supaya engkau tidak berdosa karena berdusta dan tidak dapat memahami masalah itu karena tidak berterus terang.

 

Janganlah engkau marah bila ia menegurmu, tetapi diam dan gembiralah atas teguran itu, karena ia tidak menegurmu, melainkan karena besar cintanya padamu supaya engkau laksanakan kewajiban-kewajibanmu dan bila engkau sudah besar nanti engkau pun akan merasakan terima kasih atas tegurannya itu.

 

Termasuk salah besar apabila engkau menyangka bahwa gurumu membencimu dengan lantaran tegurannya kepadamu. Tidaklah akan berburuk sangka kepada guru, kecuali murid yang tak tahu malu dan tak berilmu.

 

6. Termasuk kesetiaan kepada gurumu apabila engkau tidak melupakan kebaikan dan jasa-jasanya, walaupun engkau telah keluar atau ia yang keluar dari sekolah. Dan termasuk kesetiaan yang lain adalah setelah sang guru meninggal si murid mendo’akan rahmat dan ampunan baginya, engkau bacakan Al-Qur’an dan engkau sedekahkan harta dengan menghadiahkan pahalanya kepada ruhnya, karena pahalanya akan sampai kepada sang guru yang telah meninggal sebagaimana tersebut dalam hadits.

  1. Imam Asy-Syafi’i sangat menghormati gurunya yaitu Imam Malik rahimahullah (semoga Allah merahmati keduanya) hingga ia berkata, “Aku selalu membuka kertas di hadapan Imam Malik dengan sangat hati-hati karena segan kepadanya supaya beliau tidak mendengar suaranya.”

 

  1. Ar-Rabi’ bin Sulaiman sangat menghormati gurunya, Imam Asy-Syafi’i dan berkata, “Demi Allah, aku tidak berani minum air sementara Imam Asy-Syafi’i memandang kepadaku karena aku segan kepadanya.”

 

Demikian pula Imam Syafi’i ia sangat mencintainya. Dan pernah berkata kepadanya , “Wahai Rabi’, andaikata aku mampu memberimu makanan ilmu, niscaya aku beri kamu makanan itu.”

 

  1. Pernah suatu ketika Harun Ar-Rasyid menyerahkan kedua putranya Al-Amin.dan Al-Ma’mun pada seorang guru yang sangat alim yang bernama Al-Kisaa’iy. Pada suatu hari gurunya berdiri untuk keluar dari rumah kedua anak itu. Maka mereka pun berlomba dan saling berebut untuk mengambilkan sandal sang guru dan menyerahkan kepadanya. Kemudian keduanya berdamai dengan masing-masing menyerahkan satu sandal. Mendengar kejadian itu Ar-Rasyid, mengirim orang untuk memanggil Al-Kisaa’iy, lalu Ar-Rasyid bertanya, “Siapa orang yang paling mutia ?”

 

Al-Kisaa’iy menjawab, “Amirul mukminin.”

 

Ar-Rasyid berkata, “Tidak ! orang yang paling mulia adalah Orang yang anak-anak Amirul mukminin berlomba untuk mengambilkan sandalnya.” Mendengar itu sang guru merasa risi (tidak enak) menyangka dirinya telah bersalah. Dan hendak mencegah kedua anak itu agar tidak berbuat seperti itu lagi. Tetapi Ar-Rasyid berkata, “Seandainya engkau Inencegah mereka, tentulah aku akan menegurmu dengan Keras, karena mereka tidak melakukan sesuatu yang menjatuhkan derajat mereka. Bahkan perbuatan itu menambah kemuliaan mereka. Aku telah menghadiahi. mereka atas tata krama mereka sebanyak 20.000 dinar dan bagimu kuberikan 10.000 dirham atas pendidikanmu yang baik terhadap mereka.” .

 

  1. Diceritakan bahwa Harun Ar-Rasyid mengutus salah seorang anaknya kepada Al-Ashma’iy untuk mengajarinya ilmu dan tata krama.

 

Pada suatu hari sang khalifah melihat Al-Ashma’iy berwudhu dan membasuh kakinya sementara putra khalifah menuangkan air di atas kakinya. Maka khalifah menegur AlAshma’iy atas perbuatan itu dengan perkataannya : “Sesungguhnya aku mengutusnya kepadamu supaya engkau mengajari dan mendidiknya. Tetapi kenapa engkau tidak menyuruhnya menuangkan air dengan salah satu tangannya dan tangan yang lain untuk membasuh kakimu ?”

Engkau wajib memperhatikan tata krama persahabatan dengan semua murid yang belajar di satu sekolah denganmu, . terutama murid-murid sekelas denganmu, sebab ikatan belajat dapat mempersatukan engkau dengan mereka. Karenanya mereka mempunyai hak-hak yang melebihi teman-temanmu lainnya. Maka laksanakanlah tata krama-tata krame sebagai berikut :

 

  1. Hendaklah engkau hormati mereka yang lebih tua darimu dan engkau sayangi mereka yang lebih muda darimu. Hendaklah engkau saling membantu dengan mereka dalam usaha menjaga ketertiban dan ketenangan pada saat jam belajar atau pada waktu istirahat. Usahakan umtuk menyenangkan hati sang guru sedapat mungkin. Dengan cara menunaikan kewajiban-kewajiban seperti menghafal semua pelajaran, giat dalam menuntut ilmu, menyediakan semua kitab dan buku tulis serta semua alat-alat belajar, dan memelihara keselamatannya dari bahaya kerusakan dengan cara menjaga kebersihannya dari kotoran, serta hadir setiap hari ke sekolah dengan teratur sebelum waktu belajar dimulai.

 

Hendaklah engkau atau salah seorang diantara temanmu bisa menggantikan tugas guru pada saat sang guru berhalangan hadir jika hal itu memungkinkan, agar pelajaran tidak terhenti dan suasana kelas tidak kacau. Tentu saja gurumu akan gembira sekali bila engkau dapat memelihara ketertiban kelas.

 

  1. Termasuk tata krama pula adalah apabila engkau menyukai kebaikan teman-temanmu sebagaimana engkau menyukainya untuk dirimu sendiri.

 

Sebagaimana dalam hadits : “Tidaklah beriman (sempurna) seseorang dari kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

 

  1. Hendaklah engkau berlapang dada dengan mereka dalam segala urusan, memperlakukan mereka dengan lemah lembut dan menghadapi mereka dengan wajah cerah dan murah senyum.

 

Engkau bantu mereka untuk mendapatkan kebutuhankebutuhan mereka dan engkau jaga hal-hal yang dapat menimbulkan pertikaian dan kebencian.

 

Maka janganlah kikir kepada mereka bila mereka meminjam sesuatu darimu dan jangan bersikap sombong terhadap mereka, apalagi mendengki mereka, mendustai mereka atau bahkan’ mengadu domba di antara mereka.

 

Janganlah engkay menyempitkan tempat-tempat duduk mereka, merusakkan alat-alat mereka atau menyembunyikan sebagiannya. Begitu pula engkau berburuk sangka kepada mereka, menakut-nakuti mereka, gembira atas musibah yang menimpa mereka, berdebat dengan mereka secara tidak sopan dan menimbulkan kejengkelan hati, banyak bergurau dengan mereka bukan pada tempatnya atau pun memalingkan mukamu dari mereka. Semua perbuatan tersebut sangat dilarang, karena dapat menimbulkan pertengkaran dan dendam, pemutusan hubungan dan permusuhan.

 

  1. Allah Ta’ala berfirman : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)” (Lukman : 18).

 

Juga dalam hadits-hadits disebutkan : “Penyakit mana pula yang lebih berbahaya dari sifat kikir.”

 

“Janganlah kamu bersikap sombong, karena kesombongan itu yang menyebabkan iblis tidak mau sujud kepada Adam.”

 

“Janganlah kamu bersifat dengki,. sebab salah seorang putra Adam membunuh saudaranya akibat rasa dengki.”

 

“Sifat dengki adalah sumber segala dosa.”

 

“Janganlah kamu suka berdusta, sesungguhnya berdusta itu menjauhkan diri dari iman.”

 

“Janganlah kamu menaruh prasangka karena prasangka adalah perkataan yang paling menipu.”

 

“Sejahat-jahat kamu adalah orang-orang yang setiap kali berjalan ia mengadu domba dan memecah belah di antara para kekasih.”

 

“Janganlah kamu menakut-nakuti orang muslim, karena menakut-nakuti mereka adalah kedzaliman besar.”

 

“Barangsiapa memandang kepada seorang muslim dengan pandangan yang menimbulkan ketakutan yang tidak pada tempatnya, maka Allah akan membuatnya takut pada hari kiamat.”

 

“Barangsiapa mengganggu seorang muslim, maka ia pun telah mengganggu aku (Nabi Muhammad). Dan siapa yang mengganggu aku, berarti ia pun telah mengganggu Allah.”

 

“Janganlah engkau mendebat saudaramu, janganlah bergurau dengannya dan jangan menjanjikan sesuatu, lalu engkau mengingkarinya.”

 

“Janganlah engkau menampakkan kegembiraan atas musibah yang menimpa saudaramu sehingga Allah mengasihinya dan berbalik menimpakan cobaan atas dirimu.”

 

  1. Termasuk juga tata krama apabila engkau do’akan mereka di saat mereka tidak hadir. Dalam hadits disebutkan : “Do’a seorang muslim bagi saudaranya yang tidak hadir adalah mustajab. Di dekat kepalanya berdiri malaikat yang bertugas. Setiap kali ia medo’akan kebaikan bagi saudaranya, berkatalah malaikat yang ditugaskan untuknya : Amin, dan engkau mendapat balasan serupa.”

 

Hendaklah engkau menerima alasan mereka bila mereka mengemukakan alasan kepadamu atas kekeliruan mereka. :

 

Dan mendamaikan di antara mereka bila terjadi perselisihan. Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (Al-Hujuraat : 10).

 

Hendaklah engkau berlomba dengan teman-temanmu dalam menghafal pelajaran dan memahami masalah-masalah demi mengamalkan firman Allah Ta’ala : “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang-orang berlomba-lomba” (Al-Muthaffifin : 26).

 

Hendaklah pula engkau menolong teman-temanmu yang lemah dalam belajarnya dan jangan engkau membanggakan diri terhadap mereka, karena lebih mudah menghafal dan cepat mengerti.

 

Hendaklah engkau adakan pembahasan Ilmiah dengan mereka pada waktu senggang (luang), karena semua itu bisa menyenangkan hati gurumu.

 

Termasuk tata krama lainnya ialah, jangan engkau marah kepada temanmu bila ia tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru kepadanya dan jangan pula mengejeknya. Namun patutlah engkau mendengarkan jawaban guru supaya bertambah pemahamanmu tentang masalah itu dan guru serta teman-temanmu ikut senang terhadap perkembanganmu.

 

  1. Apabila engkau kerjakan tata krama-tata krama ini terhadap semua teman-temanmu, maka tidaklah diragukan bahwa mereka akan mencintai dan menghormatimu serta berusaha menolongmu, melindungi dari bahaya yang mengancammu.

 

Mereka menganggapmu benar-benar sebagai teman setia mereka. Mereka senang karena berteman denganmu dan engkau pun bahagia karena berteman dengan mereka.

 

Sebaliknya apabila engkau tinggalkan tata krama-tata krama ini, maka mereka akan menjadi musuhmu “dan tidak suka berjumpa denganmu.

 

Maka engkau pun akan sendirian di antara mereka dan kesepian bagaikan burung yang patah sayapnya.

 

  1. Wahai murid yang santun ! apabila engkau dapati di | antara teman-temanmu seorang murid yang nakal, suka membangkang terhadap perintah guru-gurunya dan tidak menunaikan kewajiban-kewajibannya, maka hendaklah engkau menjauhinya supaya wataknya yang jahat tidak menular kepadamu sehingga menjadikan engkau seperti dia.

 

Sungguh benar seorang penyair yang telah berkata :

 

Sesungguhnya tabiat itu mecuri tabiat dan barang siapa berteman dengan orang jahat, ia pun akan tertular

 

Orang-orang akan mengenal baik dan jahatnya engkau dengan hanya melihat temanmu. Dalam hadits dikatakan :

 

“Hindarilah teman yang buruk, karena dengannya engkau dapat dikenal.”

 

Seorang penyair berkata :

 

Janganlah engkau bertanya akan seseorang tetapi tanyailah tentang temannya.

Setiap orang itu akan meniru sifat orang yang menjadi temannya.

 

  1. Apabila engkau telah keluar dari sekolah, maka termasuk hak-hak persahabatan adalah jangan engkau melupakan teman-temanmu. Akan tetapi patutlah engkau pelihara ikatan-ikatan persahabatan itu dan mengingat kembali hari-hari ketika masih menjadi murid. Engkau utamakan mereka di antara teman-temanmu lainnya dengan menambah kebajikan, kebaikan dan penghormatan.

 

Demikianlah seharusnya kesetiaan yang dilakukan oleh kaum yang mulia.