Al-Aqidah al-Tahawiyah al-Imam al-Tahawi

MATAN AL-AQIDAH ATH-THAHAWIYAH

 

Al-Allamah Hujjatul Islam Abu Ja’far al-Warraq ath-Thahawi  -di Mesir-berkata,

 

1.”Ini adalah penjelasan akidah Ahlus Sunah wal Jama’ah berdasarkan madzhab para ulama fikih agama ini: Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-Kufi, Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Anshari, dan Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani —semoga Allah meridhati mereka semua-, berikut apa yang mereka yakini dari pokok-pokok agama ini dan mereka anut sebagai agama bagi Tuhan alam semesta.”

 

  1. “Kami mengatakan tentang tauhid kepada Allah dengan yakin akan taufik Allah, ‘Sesungguhnya Allah adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya’.”

 

  1. “Tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya.”

 

  1. “Tidak ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya. “

 

  1. “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia.”

 

  1. ” Maha dahulu tanpa permulaan, Maha abadi tanpa berkesudahan.”

 

  1. “Dia tidak akan fana dan tidak akan punah.”

 

  1. “Tidak akan terjadi kecuali apa yang Dikehendaki.”

 

  1. “Tidak dijangkau oleh angan-angan dan tidak pula oleh nalar (daya pikir manusia).”

 

  1. “Tidak serupa dengan makhluk.”

 

  1. “Maha hidup dan tidak akan mati.”

 

  1. “Maha mengurusi makhluk-Nya terus-menerus, dan tidak pernah tidur.”

 

  1. “Maha Pencipta tanpa membutuhkan (ciptaan-Nya), Maha Pemberi rezeki tanpa pernah kekurangan.”

 

  1. “Maha mematikan tanpa ‘takut’ (pada mereka).”

 

  1. “Maha membangkitkan kembali (makhluk yang telah Dia matikan) tanpa kesulitan.”

 

  1. “Dia tetap dan senantiasa dengan sifat-sifat-Nya sebagai yang Qadim, sebelum penciptaan (yang dilakukan)Nya.”

 

  1. Allah sedikit pun tidak bertambah (Sifat-Nya) dengan keberadaan mereka, yang sebelum keberadaan mereka memang bukan Sifat-Nya.”

 

  1. “Dan sebagaimana Dia dengan Sifat-sifat-Nya adalah azali, maka Dia senantiasa dengan sifat-sifat-Nya tersebut abadi selamanya.”

 

  1. “Bukan setelah menciptakan makhluk, Allah mendapat nama al-Khaliq (Pencipta).”

 

  1. “Bukan pula karena membuat makhluk (al-Bariyah) Allah mendapatkan nama al-Bari (Pencipta).”

 

  1. “Allah (telah) memiliki Sifat Rububiyah semenjak makhluk yang bertuhan belum ada, dan memiliki sifat mencipta sebelum ada ciptaan (makhluk).”

 

  1. “Sebagaimana Allah (menyandang Nama) Maha menghidupkan yang telah mati, setelah Dia menghidupkan, Allah telah berhak menyandang nama ini sebelum menghidupkan mereka, demikian pula Dia berhak menyandang Nama Yang Maha mencipta sebelum menciptakan mereka.”

 

  1. “Semua itu adalah karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

  1. “Dan segala sesuatu fakir (butuh) kepada-Nya.”

 

  1. “Dan segala perkara bagi-Nya adalah mudah.”

 

  1. “Allah tidak butuh kepada sesuatu pun.”

 

  1. “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11).

 

  1. “Allah menciptakan makhluk dengan Ilmu-Nya.”

 

  1. “Dan telah menetapkan segala ketetapan takdir bagi mereka.”

 

  1. “Dan menetapkan ajal bagi mereka.”

 

  1. “Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya sebelum Dia menciptakan mereka.”

 

  1. “Mengetahui apa yang mereka perbuat sebelum Dia menciptakan mereka.”

 

  1. “Memerintahkan mereka untuk taat kepada-Nya dan melarang mereka dari berbuat maksiat terhadap-Nya.”

 

  1. “Segala sesuatu berjalan (terjadi) dengan takdir-Nya.”

 

  1. “Kehendak-Nya pasti terlaksana, tidak ada kehendak bagi hamba-hamba kecuali yang dikehendaki Allah bagi mereka. Maka apa yang Ia kehendaki bagi mereka, pasti terjadi, dan apa yang tidak Ia kehendaki bagi mereka, pasti tidak akan terjadi.”

 

  1. “Dia memberikan hidayah bagi siapa saja yang Ia kehendaki, kemudian memberikan perlindungan dan keaftatan sebagai suatu karunia, dan menyesatkan siapa saja yang Ia kehendaki, dan menghinakan serta memberikan cobaan sebagai suatu keadilan.”

 

37? “Semua makhluk hanya berkutat di dalam kehendak-Nya; antara karunia dan keadilan-Nya.”

 

  1. “Dia Maha tinggi dari lawan-lawan dan tandingan-tandingan.”

 

  1. “Tidak ada yang dapat menentang ketentuan-Nya, tidak ada yang dapat menolak hukum-Nya, dan tidak ada yang dapat mengalahkan perintah-Nya.”

 

  1. “Kita beriman dengan semua itu, dan kita yakin bahwasanya semua itu adalah dari sisi-Nya.”

 

  1. “Dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba pilihan, Nabi-Nya yang terpilih, dan Rasul-Nya yang diridhai.”

 

  1. “Beliau juga penutup para nabi, Imam orang-orang yang bertakwa, penghulu para rasul, dan kekasih Tuhan alam semesta.”

 

  1. “Setiap klaim kenabian setelah beliau adalah kesesatan dan hawa nafsu semata.”

 

  1. “Beliau adalah utusan kepada bangsa jin dan manusia secara umum dengan membawa kebenaran dan hidayah, juga dengan membawa cahaya dan sinar terang.”

 

  1. “Al-Qur’an adalah Firman Allah (Kalamullah).”

 

  1. “Al-Qur’an muncul dari-Nya tanpa menetapkan (menyatakan) caranya sebagai Firman, dan Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya sebagai wahyu.”

 

  1. “Orang-orang Mukmin membenarkan hal itu (bahwasanya al-Quran adalah Firman Allah).”

 

  1. “Dan mereka meyakini bahwasanya al-Quran adalah Firman Allah secara hakiki.”

 

  1. “(Al-Quran) bukan makhluk sebagaimana perkataan makhluk.”

 

  1. “Barang siapa yang mendengarnya dan menganggap bahwa itu adalah ucapan manusia, maka dia telah kafir.”

 

  1. “Allah telah mencela, mengecam, dan mengancam (orang yang menganggap Firman Allah sebagai perkataan manusia) dengan Neraka Saqar, di mana Allah berfirman, ‘Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Sagar.’ (Al-Muddatstsir: 26).”

 

  1. “Ketika Allah mengancam dengan Neraka Sagar bagi orang yang berkata, ‘Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.’ (Al-Muddatstsir: 25). Maka kita menjadi tahu dan meyakini bahwa al-Qur‘an itu adalah Firman Sang Pencipta manusia.”

 

  1. “(Firman-Nya) tidak menyerupai perkataan manusia.”

 

  1. “Dan barang siapa yang menyifati Allah dengan suatu makna dari makna-makna (sifat yang disandang) manusia, maka dia telah kafir.”

 

  1. “Barang siapa yang melihat ini dengan seksama, dia pasti dapat mengambil pelajaran.”

 

  1. “Dan dia terhalang dari (kebatilan) seperti perkataan orang-orang kafir.”

 

  1. “Dan dia pasti mengetahui bahwasanya Allah dengan segala sifat-Nya bukan seperti manusia.”

 

  1. “Ar-Ru’yah (melihat Allah bagi orang-orang Mukmin di Hari Kiamat) adalah haq (benar adanya) bagi penduduk surga, tanpa meliputi dan tanpa menentukan cara (atau seperti apa adanya).”

 

  1. “Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Tuhan kita, ‘Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat.’ (Al-Qiyamah: 22-23).”

 

  1. “Dan tafsirnya adalah sebagaimana yang dikehendaki Allah dan diketahui-Nya.”

 

  1. “Semua (dalil) yang ada tentang hal itu yang terdapat dalam hadits sahih dari Rasulullah, maka hal itu sebagaimana yang beliau sabdakan.”

 

  1. “Dan maknanya adalah sebagaimana yang beliau kehendaki.”

 

  1. “Kita tidak boleh masuk dalam permasalahan tersebut dengan menakwilkan berdasarkan (asumsi1) pandangan-pandangan kita, dan tidak menerka-nerka berdasarkan (keinginan) hawa nafsu kita.”

 

  1. “Karena sesungguhnya tidak ada orang yang selamat dalam agamanya kecuali orang yang menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

 

  1. “Dan mengembalikan apa yang tidak jelas baginya kepada yang mengetahuinya.”

 

  1. “Tidak tsabit (tetap secara benar) keislaman (seseorang) kecuali berdasarkan sikap berserah diri dan kepasrahan sepenuhnya.”

 

  1. “Barang siapa yang ingin mengetahui sesuatu yang tidak diperlihatkan ilmu tentangnya dan pemahamannya tidak puas dengan sikap menyerahkan diri, maka dia akan dihalangi oleh keinginannya tersebut dari tauhid yang murni dan makrifat yang bersih serta iman yang sahih.”

 

  1. “Sehingga dia ragu-ragu antara kufur dan iman, antara membenarkan dan mendustakan, antara menetapkan dan mengingkari.”

 

  1. “Dia senantiasa waswas, kehilangan arah, dan ragu-ragu; tidak sebagai seorang Mukmin yang membenarkan tapi juga tidak sebagai seorang yang mengingkari lagi mendustakan.”

 

  1. “Tidak sah keimanan terhadap Ruyah (akan dilihatnya Allah) oleh penduduk negeri keselamatan (surga) bagi orang yang mengibaratkan dengan sangkaan atau menakwilnya dengan daya pemahamannya.”

 

  1. “Karena menakwilkan Ruyah dan semua makna yang disandarkan kepada ar-Rububiyah adalah dengan meninggalkan takwil dan berpegang kepada sikap berserah diri.”

 

  1. “Berdasarkan itulah agama kaum Muslimin.”

 

  1. “Dan barang siapa yang tidak menjauhi sikap menafikan dan menyerupakan, dia akan terperosok dan tidak akan benar dalam menyucikan (Allah).”

 

  1. “Karena sesungguhnya Tuhan kita yang Maha agung lagi Maha tinggi menyandang sifat-sifat keesaan.”

 

  1. “Allah tersifati dengan sifat-sifat yang tak tertandingi (an-Nu’ut al-Fardaniyah), yang tidak seorang pun dari makhluk-Nya yang menyandang makna sebanding dengannya.”

 

  1. “Allah Maha tinggi (tidak dibatasi oleh) batas-batas dan ujung akhir, dan (tidak membutuhkan) bagian-bagian, anggota-anggota, maupun perangkat-perangkat.”

 

  1. “Allah tidak dilingkupi oleh arah yang enam sebagaimana semua makhluk ciptaan-Nya.”

 

  1. “Mikraj adalah haq adanya, dan Nabi telah diisra’ kan (Allah).”

 

  1. “Beliau dimikrajkan ke langit dengan diri (jasmani)nya dalam keadaan terjaga.”

 

  1. “Kemudian ke tempat yang paling tinggi sesuai dengan kehendak Allah. Dan Allah memuliakannya dengan apa yang Ia kehendaki.”

 

  1. “Dan Allah mewahyukan kepada Rasulullah apa yang telah Dia wahyukan, ‘Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.’ (An Najm: 11).”

 

  1. “Maka shalawat dan salam semoga selalu Allah curahkan kepada beliau di akhirat dan di dunia.”

 

  1. “Dan telaga Haudh (telaga milik Rasulullah di Hari Kiamat) yang dengannya Allah memuliakan beliau dan sebagai air minum bagi umat beliau adalah benar adanya.”

 

  1. “Syafaat yang beliau simpan (tangguhkan) bagi mereka adalah benar adanya, sebagaimana yang diriwayatkan dalam banyak hadits.”

 

  1. “Perjanjian yang Allah ambil dari Adam dan keturunannya adalah benar adanya.”

 

  1. “Dan sesungguhnya Allah telah mengetahui sejak zaman azali jumlah orang yang akan masuk surga dan jumlah orang yang masuk neraka secara keseluruhan, maka jumlah itu tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang.”

 

  1. “Demikian juga amal perbuatan mereka (hanya berkutat) pada apa yang Allah ketahuj dari mereka yang akan mereka kerjakan.”

 

  1. “Dan setiap orang dimudahkan kepada apa dia diciptakan.”

 

  1. “Amal perbuatan tergantung pada amal-amal penutup (di akhir hidup).”

 

  1. “Orang yang bahagia adalah orang yang bahagia dengan ketentuan Allah, dan orang yang sengsara adalah orang yang sengsara dengan ketentuan Allah.”

 

  1. “Pokok dasar (masalah) Qadar merupakan rahasia Allah terhadap makhluk-Nya.”

 

  1. “Rahasia-rahasia tersebut tidak diketahui oleh seorang malaikat yang dekat dengan Allah dan tidak pula seorang nabi yang diutus.”

 

  1. “Mendalami dan meneliti terlalu jauh dalam masalah itu adalah jalan kehinaan, tangga yang terlarang dan derajat orang-orang yang angkuh.”

 

  1. “Maka haruslah sangat berhati-hati dari masalah tersebut; dari segi cara pandang, Pikiran dan waswas.”

 

  1. “Karena sesungguhnya Allah 8s menutup ilmu tentang Qadar dari (pengetahuan) makhluk-Nya.”

 

  1. “Dan Allah melarang mereka dari keinginan mereka untuk mengetahuinya.”

 

  1. “Sebagaimana Firman Allah di dalam Kitab-Nya, ‘Dia tidak ditanya tentang apa yang Ia perbuat, dan merekalah yang akan ditanyai.’ (Al-Anbiya: 23).”

 

  1. “Maka barang siapa yang bertanya, ‘Kenapa Allah berbuat demikian?’ Berarti dia telah menolak hukum al-Quran.”

 

  1. “Dan barang siapa yang menolak (membantah) hukum al-Quran, maka dia termasuk di antara orang-orang kafir.”

 

  1. “Semua ini adalah sejumlah (prinsip dasar) yang dibutuhkan oleh seseorang yang diterangi hatinya dari para kekasih Allah.”

 

  1. “Inilah derajat orang-orang yang mendalam ilmu-Nya (ar-Rasikhun fi al-Ilm).”

 

  1. “Karena ilmu itu dua macam: ilmu syariat yang diajarkan Allah kepada manusia (al-Ilmu al-Maujud) dan ilmu yang tidak dapat diketahui oleh makhluk (al-Ilmu al-Mafqud).”

 

  1. “Mengingkari al-Ilmu al-Maujud adalah suatu kekufuran, dan sebaliknya, mengklaim mengetahui al-Ilmu al-Mafqud juga suatu kekufuran.”

 

  1. “Tidak akan tetap (sah) keimanan seseorang kecuali dengan menerima al-IImu al-Maujud dan meninggalkan pencarian al-Ilmu al-Mafqud.”

 

  1. “Dan kita beriman dengan al-Lauh al-Mahfuzh, pena (al-Qalam) dan segala yang telah tertulis padanya.”

 

  1. “Maka jika semua makhluk bersepakat terhadap sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk terjadi agar tidak terjadi, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Dan jika mereka semua bersepakat terhadap sesuatu yang tidak Allah tetapkan untuk terjadi agar terjadi, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya.”

 

  1. “Pena telah kering (setelah menuliskan) semua apa yang akan terjadi sampai Hari Kiamat. Dan apa yang (ditakdirkan) luput dari seorang hamba tentu tidak akan menimpanya, dan apa yang (ditakdirkan) menimpanya, tentu tidak akan luput darinya. “

 

  1. “Seorang hamba hendaklah mengetahui bahwasanya Allah telah terlebih dahulu mengetahui segala sesuatu yang terjadi dari (dan pada) makhluk-Nya.”

 

  1. “Allah menakdirkan hal itu dengan takdir yang pasti dan baku (mubram).”

 

  1. “Tidak ada yang dapat membatalkan, tidak ada yang menyalahkan, tidak ada yang dapat menghapuskan, dan tidak ada yang bisa merubah (semua ketetapan-Nya). Tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih dari makhluk-Nya, baik di langit maupun di bumi-Nya.”

 

  1. “Itu adalah di antara ikatan iman dan pokok makrifat.”

 

  1. “Dan pengakuan terhadap tauhid dan Rububiyah Allah, sebagaimana Firman Allah dt di dalam Kitab-Nya, ‘Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan takdir-takdirnya dengan serapi-rapinya.’ (Al-Furqan: 2). Dan Dia dle juga berfirman, ‘Dan ketetapan Allah itu adalah suatu qadar (ketetapan) yang pasti berlaku.’ (Al-Ahzab: 38).”

 

  1. “Celakalah bagi orang yang menjadi penentang Allah dalam (masalah) Qadar.”

 

  1. “Dan menghadirkan hati yang sakit untuk : mengkaji di dalamnya (Qadha’ dan Qadar).”

 

  1. “Sungguh dia telah (berkutat) mencari dengan keragu-raguannya dalam meneliti perkara ghaib yang merupakan rahasia yang tertutup rapat.”

 

  1. “Dan orang tersebut (hanya akan) kembali dengan apa saja yang dikatakannya tentang (Qadha’ dan Qadar) sebagai seorang pendusta yang penuh dosa.”

 

  1. “Arasy dan kursi adalah benar adanya.”

 

  1. “Allah tidak membutuhkan Arasy dan semua yang di bawahnya.”

 

  1. “Allah meliputi segala sesuatu dan Dia di atas segala sesuatu itu.”

 

  1. “Dan Allah menantang (yang membuktikan kelemahan) makhluk-Nya untuk meliputi (segala sesuatu).”

 

  1. “Kami (Ahlus Sunah wal Jama’ah) juga berpandangan, sesungguhnya Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kesayangan(Nya), dan Allah juga telah berbicara kepada Nabi Musa secara langsung; sebagai suatu keimanan, pembenaran, dan penyerahan (diri kepada Allah).”

 

 

  1. “Kami (Ahlus Sunah wal Jama’ah) juga beriman terhadap para malaikat dan para nabi.”

 

  1. “(Dan kami juga beriman) kepada kitab-kitab suci yang diturunkan (Allah) kepada para rasul, dan kami bersaksi bahwa mereka berada di atas kebenaran yang nyata.” –

 

  1. “Dan kami menamakan orang-orang yang (shalat menghadap) Kiblat kami, sebagai orang-orang Muslim, orang-orang Mukmin.”

 

  1. “Selama mereka mengakui apa yang dibawa oleh Nabi dan membenarkan setiap yang beliau sabdakan dan beliau kabarkan.”

 

  1. ” Kita tidak boleh berbicara terlampau dalam tentang Allah, dan tidak boleh juga mendebat (yang tidak punya makna) dalam Agama Allah.”

 

  1. ” Kita tidak boleh berdebat tentang al-Quran, dan kita wajib bersaksi bahwasanya al-Qur’an adalah Kalam (Firman) Tuhan alam semesta.”

 

  1. “Al-Quran dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), lalu dia mengajarkannya kepada penghulu para rasul Muhammad.”

 

  1. “Dia (al-Quran) adalah Kalam (Firman) Allah 3S yang sedikit pun tidak sama dengan perkataan makhluk-makhluk.”

 

  1. “Kami tidak berpandangan bahwasanya al-Quran adalah makhluk, dan kami juga tidak menyelisihi (menentang) jamaah kaum Muslimin.”

 

  1. “Kami tidak mengkafirkan seorang pun dari Ahlul Qiblah (kaum Muslimin) karena dosa (yang dilakukannya), selama dia tidak menghalalkannya.”

 

  1. “Dan kami juga tidak berpandangan bahwa suatu dosa tidak membahayakan keimanan orang yang melakukannya.”

 

  1. “Kami berharap bagi orang-orang Muhsin (yang senantiasa berbuat kebajikan) dari orang-orang Mukmin agar Allah mengampuni mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga dengan Rahmat-Nya, tapi kami tidak menjamin bagi mereka, dan kami juga tidak mempersaksikan mereka dengan surga.”

 

  1. “Kita memohonkan ampunan bagi orang-orang yang berbuat buruk dari mereka, kita mengkhawatirkan mereka, dan kita tidak boleh memutuskan harapan (ampunan) bagi mereka.”

 

  1. “Rasa aman (dari azab neraka) dan putus asa (dari Rahmat Allah); keduanya dapat mengeluarkan (pelakunya) dari Agama Islam.”

 

  1. “Jalan kebenaran adalah di antara keduanya bagi Ahlul Qiblah (kaum Muslimin).”

 

  1. “Seorang hamba tidak keluar dari iman, kecuali karena mengingkari apa yang telah memasukkan dirinya ke dalam Iman itu sendiri.”

 

  1. “Iman adalah: Pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.”

 

  1. “Apa saja yang (telah diriwayatkan secara) sahih dari Rasulullah berupa syariat dan penjelasan, semuanya adalah haq (benar) adanya.”

 

  1. “Iman adalah satu, dan orang-orang yang beriman adalah sama.”

 

  1. “Perbedaan tingkatan keutamaan di antara, mereka adalah dengan rasa takut dan ketakwaan, (kepada Allah), melawan hawa nafsu, dan senantiasa mencari yang paling utama.”

 

  1. “Orang-orang Mukmin semuanya adalah para wali-wali (kekasih-kekasih) Allah Yang Maha Pengasih, dan yang paling mulia di antara mereka di sisi Allah adalah yang paling taat dan paling mantap mengikuti al-Quran.”

 

  1. “Iman adalah: beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan Qadar yang baik maupun yang | buruk, yang manis maupun yang pahit, (semuanya) adalah dari Allah es.”

 

  1. “Dan kita beriman kepada itu semua.”

 

  1. “Kita tidak membedakan seorang pun dari para rasul-Nya, dan kita wajib membenarkan mereka semua atas apa yang mereka bawa.”

 

  1. “Para pelaku dosa-dosa besar dari umat Nabi Muhammad tidak dikekalkan (dalam neraka), apabila mereka mati dalam keadaan bertauhid.”

 

  1. “Jika mereka tidak bertobat, setelah (nanti) mereka bertemu Allah sebagai orang-orang yang mengetahui lagi beriman, maka mereka berada di bawah kehendak (Masyiah) dan ketentuan hukum-Nya, jika Allah menghendaki, Dia (bisa) mengampuni mereka dengan karunia-Nya, sebagaimana yang Allah sebutkan di dalam Kitab-Nya, ‘… dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang Ia kehendaki.’ (An-Nisa’: 48). Dan jika Dia menghendaki, Dia (bisa) mengazab mereka di dalam neraka dengan keadilan-Nya.”

 

  1. “Kemudian Allah mengeluarkan mereka darinya dengan Rahmat-Nya dan syafaat para pemberi syafaat dari orang-orang yang taat kepada-Nya.”

 

  1. “Kemudian Allah akan mengirim mereka ke surga-Nya.”

 

  1. “Hal itu karena Allah mencintai orang-orang yang bermakrifat terhadap-Nya (yaitu orang-orang yang beriman kepada-Nya), dan tidak menjadikan mereka di dunia dan akhirat (sama) seperti orang-orang yang ingkar kepada-Nya, yaitu orang-orang yang gagal mendapatkan Hidayah-Nya, dan tidak dapat meraih kecintaan-Nya.”

 

  1. “Ya Allah, Wali (pembela) Islam dan orang-orang yang memeluknya, teguhkan kami atas Islam hingga kami bertemu Engkau dengannya.”

 

 

  1. “Kami juga berpandangan bahwa shalat (boleh) dilaksanakan di belakang setiap (1mam) yang shalih maupun yang pendosa dari Ahlul Qiblah (kaum Muslimin), juga (boleh menshalatkan yang shalih dan yang pendosa) yang meninggal dunia di antara mereka.”

 

  1. “Dan kami tidak memastikan tempat seseorang dari mereka di surga ataupun di neraka.”

 

  1. “Dan kami juga tidak mempersaksikan atas diri mereka dengan kekufuran, kesyirikan, ataupun kemunafikan, selama hal itu tidak tampak pada dirt mereka.”

 

  1. “Dan kami menyerahkan rahasia-rahasia (hal-hal yang tidak terlihat) pada diri mereka kepada Allah.”

 

  1. “Dan kami juga tidak berpandangan bolehnya mengangkat senjata terhadap seorang pun dari umat Nabi Muhammad, kecuali orang yang memang wajib dihadapi dengan senjata.”

 

  1. “Kami juga tidak berpandangan bolehnya memberontak kepada para penguasa dan pemimpin kami.”

 

  1. “Sekalipun mereka zalim.”

 

  1. “Dan kami juga tidak mendoakan mereka agar mendapatkan bencana atau kebinasaan.”

 

  1. “Dan kami juga tidak (membolehkan) mencabut tangan (bai’at) dari kewajiban taat kepada mereka.”

 

  1. “Kami berpandangan bahwa menaati mereka yang merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah adalah suatu kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan perbuatan maksiat.”

 

  1. ” Kami berdoa bagi mereka agar mendapatkan keshalihan dan dianugerahi keafiatan.”

 

  1. “Kami mengikuti as-Sunah dan al-Jama’ah, dan meninggalkan sikap menyelisihi jama’ah (asy-Syudzudz), perselisihan (al-Khilaf), dan perpecahan (al-Furqah).”

 

  1. “Kami mencintai orang-orang yang adil dan amanah, dan membenci orang-orang yang zalim dan berkhianat.”

 

  1. “Kami mengatakan, ‘Allah yang lebih tahu,’ dalam masalah yang tidak jelas bagi kami.”

 

  1. “Kami juga berpandangan bolehnya mengusap dua khuf, ketika sedang safar (bepergian jauh) ataupun ketika bermukim, sebagaimana disebutkan di dalam atsar.”

 

  1. “Haji dan jihad tetap berlaku bersama pemimpin dari kaum Muslimin, yang shalih maupun yang durjana dari mereka, sampat Hari Kiamat, dan (kedua syariat tersebut) tidak dapat dibatalkan dan digugurkan oleh apa pun.”

 

  1. “Kami juga beriman kepada para malaikat penulis, di mana Allah menjadikan mereka sebagai penjaga bagi kita.”

 

  1. “Kami juga beriman kepada malaikat maut, yang ditugaskan untuk mencabut ruh semua makhluk.”

 

  1. “Dan (kami juga beriman) kepada azab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di dalam kuburnya tentang Tuhannya, Agamanya dan Nabinya, sebagaimana kabar-kabar yang datang dari Rasulullah, dan juga dari para sahabat yang mulia.”

 

  1. “Kubur adalah kebun indah di antara kebun-kebun surga, atau (sebaliknya) ia adalah salah satu lubang neraka.”

 

  1. “Kami juga beriman kepada Hari Kebangkitan (al-Ba’ts), pembalasan amal perbuatan pada Hari Kiamat, berdiri menghadap Allah di padang Mahsyar, perhitungan amal, pembacaan kitab catatan amal, pahala dan azab, jembatan (al-Shirath), dan juga timbangan amal (al-Mizan).”

 

  1. “Surga dan neraka adalah makhluk, yang keduanya tidak akan fana dan tidak akan musnah.”

 

  1. “Dan bahwasanya Allah telah menciptakan surga dan neraka sebelum menciptakan makhluk lain, dan menciptakan penghuni bagi keduanya.”

 

  1. “Barang siapa yang Ia kehendaki dari mereka, maka ia akan masuk surga sebagai karunia dari-Nya, dan barang siapa yang Ia kehendaki dari mereka, maka ia akan masuk neraka sebagai suatu keadilan dari-Nya.”

 

  1. “Setiap orang beramal sesuai dengan apa yang ditakdirkan untuknya, dan akan mudah kepada (ketetapan) yang untuk itu dia diciptakan.”

 

  1. “Kebaikan dan keburukan ditakdirkan atas hamba-hamba.”

 

  1. “Kesanggupan yang menjadi sebab terjadinya suatu perbuatan, yang bersumber dari taufik Allah yang mana makhluk tidak boleh disifati dengannya; adalah kesanggupan yang menyertai (setiap) perbuatan. Sedangkan kesanggupan seperti kesehatan, kelapangan materi, kapabilitas dan bagusnya peralatan, semua itu adalah sebelum perbuatan tersebut. Dan dengan kesanggupan jenis inilah perintah (syariat) bergantung erat, sebagaimana Allah berfirman, ‘Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuatu dengan kesanggupannya.’ (Al-Baqarah: 286).”

 

  1. ” Perbuatan-perbuatan hamba adalah makhluk Allah, sekaligus perolehan dari hamba.”

 

180 “Allah tidak membebani mereka kecuali dengan (kewajiban) yang mampu mereka (laksanakan).”

 

  1. “Dan mereka (manusia) tidak akan sanggup (melaksanakan) kecuali apa yang Allah bebankan kepada mereka.”

 

  1. “Dan itulah tafsir kalimat, ‘Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan ) Allah.’ Kami katakan, bahwa tidak ada alasan, gerakan dan tidak ada perubahan bagi seseorang dari maksiat kepada Allah, kecuali karena pertolongan Allah. Dan tidak ada kekuatan bagi seseorang untuk menegakkan ketaatan kepada Allah dan teguh atasnya, kecuali dengan taufik dari Allah.”

 

  1. “Segala sesuatu berjalan dengan kehendak Allah, ilmu, Qadha’ dan QadarNya.”

 

  1. “Kehendak-Nya mengalahkan semua kehendak.”

 

  1. “Ketetapan-Nya (Qadha Nya) mengalahkan semua daya (makhluk).”

 

  1. “Allah berbuat apa yang Ia kehendaki dan Dia sama sekali tidak pernah berbuat zalim. Allah Mahasuci dari semua keburukan dan kebinasaan, dan Mahasuci dari setiap aib dan kekurangan.”

 

  1. “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai, (Al-Anbiya’: 23).

 

  1. “Dalam doa orang-orang yang masih hidup dan sedekah-sedekah mereka terdapat manfaat bagi orang-orang yang telah mati.”

 

  1. “Allah mengabulkan doa-doa dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan.”

 

  1. “Allah memiliki segala sesuatu, dan Dia tidak dimiliki oleh sesuatu pun.”

 

  1. “Walaupun sekejap mata, tidak mungkin bagi makhluk untuk tidak membutuhkan Allah.”

 

  1. “Barang siapa yang merasa tidak membutuhkan Allah walaupun sekejap mata, maka dia telah kafir dan dia termasuk di antara orang-orang yang binasa.”

 

  1. “Allah marah dan ridha (tapi) tidak seperti (marah dan ridhanya) seseorang dari makhluk.”

 

  1. “Dan kami mencintai para sahabat Rasulullah.”

 

  1. “Dan kami tidak berlebihan (ifrath) dalam mencintai seseorang di antara mereka.”

 

  1. “Kami tidak bara’ (bersikap anti) terhadap salah seorang dari mereka.”

 

  1. “Kami benci kepada orang yang membenci mereka.”

 

  1. “Dia (yang membenci para sahabat) menyebut-nyebut mereka dengan hal-hal yang tidak baik, sedangkan kami tidak menyebut-nyebut tentang mereka kecuali dengan kebatkan.”

 

  1. “Mencintai mereka adalah Agama, Iman dan Ihsan, dan membenci mereka adalah suatu kekufuran, kemunafikan dan kezaliman.”

 

  1. “Kami menetapkan kekhalifahan setelah Rasulullah pertama, untuk Abu Bakar al-Shiddiq, mengutamakan dan mendahulukannya dari semua umat ini, kemudian untuk Umar bin al-Khaththab, kemudian untuk Utsman, kemudian untuk Ali bin Abi Thalib. Mereka adalah Khulafa’ ar-Rasyidin (para pengganti Rasulullah yang bijaksana) dan para pemimpin yang mendapat petunjuk.”

 

  1. “Dan bahwasanya sepuluh orang yang disebutkan langsung nama-nama mereka oleh Rasulullah dan beliau berikan kabar gembira dengan surga adalah (benar) sebagaimana yang dipersaksikan oleh Rasulullah, dan sabda beliau adalah benar adanya, mereka ialah: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, az-Zubair, Sa’ad Sa’id, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin al-Jarrah kepercayaan umat ini, semoga Allah meridhai mereka semua.”

 

  1. ” Barang siapa yang berkata baik tentang para sahabat Rasulullah, para istri beliau yang suci dari segala perbuatan keji, dan keturunan beliau yang suci dari segala perbuatan kotor maka orang tersebut terbebas dari kemunafikan.”

 

  1. “Ulama Salaf dari generasi awal dan generasi sesudah mereka dari kalangan tabi’in —para pengikut kebaikan dan atsar, ahli fikih dan pandangan (yang lurus)tidak boleh disebut-sebut kecuali dengan pembicaraan yang baik, dan barang siapa yang menyebut-nyebut mereka dengan keburukan, maka dia tidak mengikuti jalan (yang lurus).”

 

  1. “Kami tidak mengutamakan seorang pun dari para wali di atas para nabi, bahkan kami berpandangan bahwa seorang nabi lebih utama dari semua para wali.”

 

  1. “Kami percaya dengan apa yang terjadi dari karamah mereka (para wali), dan terdapat riwayat-riwayat sahih tentang kisah-kisah mereka.”

 

  1. “Kami juga beriman dengan tanda-tanda Hari Kiamat, seperti (akan) keluarnya Dajal.”

 

  1. “(Kami juga beriman) akan turunnya Nabi Isa dari langit.”

 

  1. “Dan kami juga beriman akan terbitnya matahari dari sebelah barat.”

 

  1. “(Kami juga beriman) akan keluarnya binatang melata bumi dari tempatnya.”

 

  1. “Dan Kami tidak membenarkan perkataan dukun dan tidak pula tukang tenung.”

 

  1. “(Kami juga tidak membenarkan) orang yang mengklaim sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur’an, as-Sunah dan ijma’ umat ini.”

 

  1. “Kami juga berpandangan bahwa persatuan adalah haq dan benar, dan (sebaliknya) perpecahan adalah kesesatan dan azab.”

 

  1. “Agama Allah di bumi dan di langit adalah satu, yaitu Agama Islam.”

 

  1. “Allah berfirman, ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.’ (Ali ‘Imran: 19). Dan Allah berfirman, ‘… dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu.’ (Al-Ma‘idah: 3).”

 

  1. “Dan Agama Islam itu adalah (pertengahan) di antara sikap ekstrim (ghuluw) dan lalai.”

 

  1. “(Juga pertengahan) antara tasybih (menetapkan sifat-sifat Allah tapi menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk) dengan ta’thil (mengingkari sifat-sifat Allah).”

 

  1. “Dan (juga pertengahan) antara (pandangan) Jabariyah dan Qadariyah.”

 

  1. “(Juga pertengahan) antara rasa aman (dari azab Allah) dengan rasa putus asa (dari Rahmat Allah).”

 

  1. “Inilah Agama dan Akidah kami, zahir dan batin. Dan kami berlepas diri (bara’) kepada Allah dari orang-orang yang menyelisihi apa yang telah kami sebutkan dan telah kami jelaskan.”

 

  1. “Kami memohon kepada Allah agar meneguhkan kami di atas iman, dan menutup hidup kami dengannya.”

 

  1. “(Dan agar Allah) melindungi kita dari kecenderungan hawa nafsu yang saling berselisih, dan pikiran-pikiran yang saling berpecah.”

 

  1. “(Dan agar melindungi kita) dari mazhab-mazhab yang celaka.”

 

  1. “Seperti al-Musyabbihah.”

 

  1. “Dan Mu’ tazilah.”

 

  1. “Juga Jahmiyah dan Jabariyah.”

 

  1. “Dan juga Qadariyah.”

 

  1. “Dan (golongan-golongan sesat) selain mereka, dari orang-orang yang menyelisihi as-Sunah dan al-Jama’ah, dan (sebaliknya) berpihak kepada kesesatan.”

 

  1. “Dan kami berlepas diri (bara’) dari mereka, dan mereka bagi kami adalah orang-orang sesat dan orang-orang yang celaka. Dan hanya kepada Allah-lah kami memohon perlindungan dan taufik.”