Kitab Al-Busyro fi Manaqib Sayyidah Khadijah al-Kubro [PDF]?

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

 

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah pada utusan termulia, junjungan kita Muhammad, dan pada seluruh keluarga serta sahabatnya. Setelah itu:

 

Kitab ini adalah cetakan resmi pertama, dan yang dibuat rujukan dari seri karya-karya ayahanda Al-Imam Al-‘Allamah Al-Muhaddits Assayyid Muhammad bin “Alawi Al-Maliki Al-Hasani (w: 1425 H.) – rahimahullah wa radhiya ‘anhu -. Kitab ini sudah dicetak beberapa kali semasa hidupnya. Semoga Allah memberikan manfaat pada ilmu sang penulis di dunia dan akhirat.

 

Cetakan yang terbaru ini memiliki kelebihan dengan adanya penelitian ulang dan juga telah direvisi oleh penulisnya sendiri sebelum beliau wafat – rahimahullah wa radhiya ‘anhu -. Dan kiranya Allah telah memberikan taufiq pada kami untuk berkhidmah sekaligus mengkoreksi ulang beberapa hadis, dalildalil, serta penukilan-penukilan dari ulama. Kemudian kami bandingkan hal itu semua dengan kitab-kitab yang menjadi rujukan, tentunya dengan mengikuti metode yang telah diterapkan oleh penulis, untuk kemudian terbitan ini – dengan memuji Allah – muncul dengan tampilan menawan sempurna ibarat gaun indah mempesona.

 

Kami selalu meminta kepada Allah agar memberikan taufiq. Nya dan menerima jerih payah usaha ini. Sesungguhnya Dialah Dzat Yang Membimbing dan Dzat Yang Maha Kuasa.

 

Semoga Allah selalu melipahkan shalawat dan salam kepada Baginda kita Muhammad, beserta ‘ keluarga dan Para sahabatnya. Dan segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Assayid Ahmad Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

 

Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan alam semesta ini dengan diutusnya manusia termulia yang dilahirkan di atas permukaan bumi, junjungan dan tuan kita Muhammad Seorang Nabi yang suci, terpuji, pemilik syafaat teragung, pemilik telaga yang didatangi, yang menjadi pangkal semua kebaikan, pemilik silsilah mulia dari nasab ibu, bapak dan kakek, yang menjadi insan pilihan dari alam semesta, menjadi panutan bagi segenap manusia, yang cahaya kenabiannya berpindah-pindah di dahi para pendahulunya. Hari kelahirannya, hari kebangkitannya, hari kemenangannya adalah lentera bagi alam semesta. Terbitnya matahari hidayah dan pengetahuan disebabkan terbitnya cahaya wajahnya, bagaikan sinar shubuh yang menyebar pada seluruh alam semesta.

 

Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan pada Sayyidina Muhammad, penghulu bagi semua pemimpin. Orang yang sempurna perilaku dan sifatnya, pemilik cahaya yang luas, pangkat nan tinggi, prinsip hidup yang lurus, agama nan kokoh, nasab yang mulia, derajat nan tinggi. Shalawat juga semoga tercurahkan pada keluarga Rasulullah, para sahabatnya, istriistrinya dan anak cucunya, juga semoga tercurahkan untuk para tabiin yang mengikuti jejak langkahnya dengan baik. Dan semoga tercurahkan kepada Sayyidah Khadijah, wanita yang dikaruniai kemuliaan besar, berkah dari mendampingi dan menemani Rasulullah. Beliau telah meraih derajat tinggi sebab khidmahnya pada Rasulullah dan membenarkan kenabiannya, yang telah mendukung penuh perjalanan dakwahnya, menopang dan menolongnya.

 

Adapun setelah itu,

 

Tulisan ini adalah bentuk pemberian Nabi Muhammad, juga bentuk karunia ilahi, tentang managib (biografi) Ummil Mukminin, Sayyidah Khadijah, tentang kelebihan istri baginda Nabi Muhammad , tentang figur kehidupan terbaik daripada beberapa figur wanita-wanita lainnya, figur kehidupan yang dipetik dari akhlag Nabi yang sempurna, panutan seluruh manusia akhir dan awal zaman.

 

Kami kumpulkan beberapa managib tersebut, agar setiap majelis dan perkumpulan menjadi harum karena namanya, baik yang ada di perkotaan atau pedesaan. Kami pilihkan managib itu dari beberapa hadits-hadits nabi dan ucapan sahabat dan tabi’in yang terdapat di beberapa kitab sejarah. Kami tambahkan juga keterangan-keterangan lain yang bisa diterima oleh para imam penghafal hadist yang hebat, berupa setiap pujian indah (untuk Sayyidah Khadijah), bukan dari hadist palsu atau yang ditolak ulama. Maka pada saat inilah, kami akan memulai menulis biografi Sayyidah Khadijah, dengan pertolongan dari Allah.

Kami katakan:

 

Sayyidah Khadijah adalah tuan putri kami, Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin Abdil “Uzza bin Qushay al-Asadiyyah. Nasab beliau bertemu dengan Nabi Muhammad pada kakek yang bernama Qushay, seorang yang telah menyatukan seluruh kabilah Quraisy kembali lagi ke kota Makkah.

 

Sedangkan ibunya bernama Fathimah binti Zaidah bin al-Asham dari Bani “Amir bin Luay bin Ghalib. Betapa mulianya nasab yang suci ini, yang nasab ini juga menjadi nasab Rasulullah.

 

Allah telah menjaga Siti Khadijah dari kotoran masa jahiliyah. Allah telah melindungi harga diri tuan putri yang suci ini dan menjaganya dari segala macam cercaan dan cobaan, dengan penjagaan-Nya yang sangat ketat. Oleh karena itu beliau dijuluki dengan Sayyidah Thahirah (tuan putri yang suci). Betapa agung karunia yang indah ini.

 

Beliau juga terkenal dengan julukan al-Kubra (teragung), karena keagungan pribadinya dalam beberapa peristiwa. Dan julukan ini sangat layak dan pantas untuk beliau.

 

Siti Khadijah dilahirkan sebelum hari kelahiran Nabi Muhammad terpaut 15 tahun. Beliau tumbuh di rumah yang suci, dari nasab nan bagus, tumbuh di atas perilaku yang mulia dan akhlag nan indah. Beliau adalah seorang wanita sempurna. Sempurna paras dan akalnya, kecantikan dan kehormatannya. Wanita yang teguh, wanita yang pandai dalam setiap urusan. Bagus penataan dan kebijakannya dalam semua urusannya. Pemilik firasat yang kuat, semangat yang tinggi, pendapat yang tepat, pengetahuan yang penuh dengan ketelitian dan antisipasi. Allah menjadikannya seorang yang kaya, dengan nikmat yang luas, dengan banyaknya pembantu dan pelayan. Allah memberikannya harta berlimpah ruah, sehingga beliau sanggup menyewa beberapa orang untuk mendagangkan hartanya dengan cara yang halal, dan mengupahi mereka sesuai dengan kesepakatan, sehingga masyarakat sekelilingnya bisa mendapatkan manfaatnya secara merata.

 

Maka tampaklah hal-hal tersimpan dari akhlak yang diridhai tersebut, juga sifat-sifat indah dan suci, pada mahkota prestasi menonjol yang dicapai dalam komunitas masyarakat jahiliyah, berupa pangkatnya yang tinggi, reputasi yang menjulang, Sayyidah Khadijah diibaratkan sebagai permata yang mahal, Suci, nan tenang dan teguh. Seorang wanita yang akan menjadi pangkal kemuliaan dari anak cucunya yang mulia, yang menjadi pohon berbuah matang, baik untuk perseorangan atau umum.

 

Yaa Robbi, tebarkanlah aroma ridha-Mu kepadanya dan karuniakanlah pada kami beberapa rahasia yang Kau berikan padanya. Yaa Allah, berikanlah shalawat dan salam pada suaminya Sayyidina Muhammad juga pada keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Dan sesungguhnya Allah telah menghendaki tuan putri nan suci ini untuk bisa meraih kemuliaan dunia dan keagungan akhirat. Maka sampailah berita tentang Nabi Muhammad kepadanya. Sejak itu beliau berusaha mencari kepastian tentang berita tadi dengan penuh pertimbangan dan penuh keyakinan. Tampaklah padanya bahwa Nabi Muhammad adalah seseorang yang disepakati kemuliaannya, yang terlihat jelas ketakwaannya, kesuciannya dan amanahnya. Dialah orang yang jujur, yang dibenarkan oleh Allah, seorang yang mulia, tidak bisa tertandingi atau terkalahkan.

 

Sayyidah Khadijah meyakini bahwa mengajak kerja sama dengan orang yang bersifat seperti ini adalah keberuntungan, dan menitipkan barang padanya – insyaAllah – akan memperoleh laba yang berlipat-lipat. Maka tidak lama setelah itu Sayyidah Khadijah mengundang Rasulullah dan menawarkan rencana perdagangannya, dengan catatan menjualkan barang dagangannya dengan imbalan yang lebih banyak daripada pekerja yang lain.

 

Maka Nabi Muhammad menerima tawaran tersebut dan berangkat dari tanah Haram dengan membawa dagangan itu menuju tanah Syam. Dan perjalanan ini adalah perjalanan kedua ke sana, sebab tidak pernah terdengar keterangan bahwa Nabi Muhammad bepergian ke negeri Syam kecuali dua kali itu, dalam tahun yang berbeda. Sebagaimana riwayat yang telah dituturkan oleh perawi hadits yang terpercaya.

 

Sayyidah Khadijah juga mengutus pembantu laki-lakinya yang bernama Maysarah dan memerintahkannya agar bersungguh-sungguh dalam membantu Rasulullah. Maka kemudian Allah meletakkan rasa cinta pada diri Maysarah, sehingga rasa tersebut telah menguasai akal dan hatinya. Dengan rasa cinta itu Maysarah membantu Rasulullah dengan tulus ikhlas dan menemaninya dengan baik.

 

Maysarah juga melihat dengan nyata sebagian dari hal-hal tersembunyi pada Rasulullah, dan mendengar dengan telinganya cerita-cerita mengenai Rasulullah. Termasuk kalimat pendeta Nastura. Ucapan pendeta ini bukanlah mitos atau legenda. Saat Nabi Muhammad singgah di sebuah pohon di sana, pendeta itu berkata, “Siapakah orang ini yang ketampanannya melebihi dari bulan di cakrawala?”. Maysarah menjawab, ”Ini adalah salah seorang yang mulia dari tanah Haram.” Pendeta itu lantas berkata dengan penuh yakin, “Tidak ada yang singgah di bawah pohon ini kecuali Nabi atau Rasul.” ‘

 

Kemudian dia bertanya lagi, “Apakah di kornea matanya selalu ada warna merah?”. Maysarah menjawab, ”Betul”. Pendeta itu berkata lagi, “Ini adalah Nabi yang terakhir, maka berbahagialah bagi orang yang mempercayainya.”

 

Kemudian saat Rasulullah berdagang di Syam, pernah terjadi perselisihan harga sebagian barang, antara Nabi Muhammad dengan warga setempat. Orang tersebut menyuruh Nabi Muhammad untuk bersumpah atas nama “Uzza dan Latta, sebagaimana kebiasaan yang berlaku di antara kaum Arab bila terjadi perselisihan. Maka Rasulullah bersabda, “Demi Allah, saya tidak akan bersumpah dengan nama-nama itu. Dan sungguh bila aku bertemu dengan patung itu, aku selalu berpaling darinya.” Maka orang itupun berkata, “Harga yang kau tetapkan itulah yang betul, pendapatmulah yang benar.” Kemudian lelaki itu berkata pada Maysarah, “Demi Allah. Sungguh lelaki ini adalah seorang Nabi dan kami beruntung mendapatkan kemuliaannya, dengan dia berada di pasar ini. Sungguh dialah nabi yang didapati oleh pendeta-pendeta dalam kitab suci kami.”

 

Termasuk tanda kenabian Rasulullah yang disaksikan oleh Maysarah adalah Maysarah selalu melihat awan yang menaungi hanya pada Rasulullah, bukan pada yang lain di saat teriknya matahari. Dan sebagian riwayat mengatakan: Maysarah melihat dua malaikat yang selalu menaungi Rasulullah.

 

Setelah Rasulullah menyelesaikan tugasnya dan barangbarang Sayyidah Khadijah telah terjual, beliau pulang kembali ke Makkah dengan membawa keuntungan yang sangat banyak, dengan laba yang berlimpah ruah. Tampaklah kegembiraan yang luar biasa dari raut wajah Sayyidah Khadijah. Beliau memuji jerih payah tersebut dengan penuh rasa syukur dan memandangnya dengan penuh kekaguman, penuh hormat, memuliakan Rasulullah dengan penghormatan sangat tinggi. Maka pada saat itu membekaslah keindahan pribadi Rasulullah dalam hati Sayyidah Khadijah. Disimpanlah nilai yang tinggi itu di dalam dadanya. Dan perasaan itu semakin bertambah, setelah Maysarah menceritakan segala tanda-tanda kekuasaan Allah yang terjadi pada Rasulullah, tentang kejadian-kejadian aneh, keajaiban-keajaiban yang bukan dari manusia biasa. Yang hal itu semua merupakan tanda kenabian.

 

Maysarah menceritakan tentang mendung yang selalu mengiringi Rasulullah di manapun beliau melangkah, seakanakan mendung itu menjadi sebaik-baik teman. Maysarah menceritakan juga isi pembicaraan pendeta Nastura, tentang taatnya onta yang ditunggangi oleh Rasulullah, tentang diperpendeknya jarak bumi yang jauh menjadi lebih dekat, tentang bimbingan Tuhan yang selalu bersamanya di setiap langkah, tentang kerikil-kerikil, bebatuan yang tiba-tiba menjadi lunak setelah diinjak oleh kakinya. Semua ini adalah yang disimpan dalam hati Maysarah dan yang dilihat oleh kedua matanya.

 

Maysarah juga menceritakan tentang keindahan perilaku Rasulullah, akhlaknya, cara interaksinya. Ditambah lagi dengan keterangan yang telah lewat, tentang kejujurannya dalam bicara, amanahnya, kemuliaan akhlaknya dan relijiusnya. Sifatsifat dan akhlak-akhlak yang mulia ini, ada pada diri Rasulullah dan telah terbukti kuat pada diri Sayyidah Khadijah dan dia telah meyakininya. Maka tiba-tiba beliau merasa ada perasaan lain yang baru datang terhadap sosok dan hakikat Rasulullah 4. Sayyidah Khadijah merasa bingung memikirkan perasaannya, ada kebimbangan bersemayam di antara hati dan perasaannya, Padahal tak lama sebelum hal ini terjadi, Sayyidah Khadijah telah berkali-kali menolak laki-laki yang datang melamarnya, sementara mereka memiliki pangkat dan harta, akhirnya merekapun pulang dengan tangan hampa dan kecewa.

Dan ketika Allah menghendaki kebahagiaan yang kekal, kemuliaan yang tinggi untuk Sayyidah Khadijah, lebih tinggi daripada segenap wanita bumi. Maka muncullah tekadnya, untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini

 

Dan tampak jelas bagi Khadijah, bahwa nabi Muhammad  adalah harta simpanan dan ilmu ajaib yang selama ini dia cari’

 

Maka Siti Khadijah memilih Rasulullah sebagai pendampingnya, seorang yang bersih, jujur, yang kelak akan memimpin semua manusia. Seorang yang tampak dari wajahnya tandatanda kecerdasan dan ketampanan. Seseorang yang mengumpulkan nilai kesempurnaan dan keagungan. Seseorang yang tergambar padanya jiwa kepemimpinan, tanda-tanda keberhasilan dan suatu saat akan menjadi panutan. Maka tidak ada langkah yang patut dilakukan kecuali mengundang dan menawarkan dirinya untuk dinikahi. Sayyidah Khadijah melamar Rasulullah dan berkata, “Wahai putra paman, sesungguhnya aku menginginkanmu menjadi pendamping hidupku karena hubungan kerabat kita, karena kemuliaanmu dan tingginya derajatmu.”

 

Di dalam sebuah riwayat ‘, Siti Khadijah mengutus Nafisah binti Munyah sebagai penyelidik. Dia bertanya, “Kenapa kau belum mau menikah?” Rasulullah menjawab, “Aku belum memiliki apa-apa.”

 

Nafisah, “Bagaiman jika semua hal itu sudah ditanggung dan kau diinginkan oleh wanita yang kaya, cantik, serta cakap?

 

Rasulullah, “Dengan siapa?”

 

Nafisah, ””Khadijah.”

 

Maka beliau  menyetujuinya.

 

Dan Sayyidah Khadijah melihat ketakwaan, sifat zuhud dan sifat malu, semua ada pada diri Rasulullah dan telah menjadi tabiatnya.

 

Telah datang sebuah berita pada Sayyidah Khadijah, bahwa sesungguhnya awan dan pepohonan rindang, keduanya menaungi Rasulullah dengan menjadi bayang-bayang.

 

Telah sampai pula berita bahwa janji diutusnya seorang rasul oleh Allah, telah tiba masa pemenuhannya.

 

Maka Sayyidah Khadijah mengajak Rasulullah untuk menikah. Dan betapa beruntungnya bila orang-orang pintar berhasil meraih cita-citanya. “

 

Pada saat itu Allah memberikan ilham pada Rasulullah untuk menyetujui harapan tersebut, maka kecocokan ini merupakan suatu langkah yang berkah. Kemudian Rasulullah meminta pendapat pada paman-pamannya yang mulia dan merekapun mendukung pernikahan ini. Majulah Sayyidina Hamzah dan mengutarakan maksud tersebut pada paman Sayyidah Khadijah – menurut suatu riwayat pada ayahnya -. Namun menurut pendapat yang shahih, ayah Siti khadijah yang bernama Khuwailid, telah wafat sebelum terjadinya perang Fijar.

 

Maka berkumpullah para pembesar Quraisy yang diketuai oleh Abu Thalib yang saat itu menjabat sebagai juru bicara kaum Quraisy. Dia berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami sebagai keturunan Nabi Ibrahim dan cucu Ismail, cucu Ma’ad, cucu Mudhar. Allah telah menjadikan kita sebagai pengelola Ka’bah dan perawat tanah haram, yang telah menjadikan untuk kita rumah ini tempat tujuan ummat seluruh dunia. Menjadikan tanah suci sebagai tempat yang aman, menjadikan kita sebagai pemimpin manusia.”

 

“Kemudian keponakan saya ini, yang bernama Muhammad bin Abdillah, bila dia dibandingkan dengan orang lain, dia pasti akan lebih unggul. Soal materi memang dia masih kurang, karena harta itu tak ubahnya seperti bayangan yang akan hilang dan harta adalah sesuatu yang berubah. Dan ponakanku Muhammad ini sudah kalian ketahui silsilah kerabatnya. Dia telah melamar Khadijah Binti Khuwailid, dia telah menyerahkan maharnya, baik yang tempo atau pun yang kontan, dengan sejumlah uang dariku. Dan demi Allah, setelah ini tidak lama lagi, dia akan memiliki kejutan yang besar dan tingkah yang menghebohkan.”

 

Kemudian berdirilah Waragah Bin Naufal dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita seperti yang telah Anda ucapkan, dan memberikan kemuliaan pada kita seperti yang kau sebut satu persatu. Kita adalah para pemimpin kaum Arab dan pembesar mereka. Kalian layak untuk menyandang semua kemuliaan ini, tidak ada satu keluargapun dari kita yang mengingkari keutamaan kalian, serta tak ada seorangpun dari bangsa Arab yang mengingkari keunggulan kalian. Dan kami memang berkehendak memiliki hubungan pertalian pernikahan bersama kalian. Maka saksikanlah wahai seluruh kaum Quraisy! Bahwa aku telah resmi menikahkan Khadijah binti Khuwailid dengan Muhammad bin Abdillah dengan maskawin 500 dirham.” Kemudian Waragah berhenti berbicara.

 

Abi Thalib lantas berkata: “Aku ingin agar paman Khadijah ikut berbicara.”

 

Maka paman Sayyidah Khadijah pun berdiri berbicara: “Saksikanlah wahai kaum Quraisy, bahwa aku telah menikahkan Muhammad Bin Abdillah dengan Khadijah binti Khuwailid.”

 

Dan hal itu disaksikan oleh seluruh pemuka Quraisy. ‘

 

Tersebut dalam kitab Sirah Ibn Hisyam bahwa Rasulullah memberikan mahar 20 onta bagus-bagus”. Menurut riwayat lain: 12,5 ugiyah emas.

 

Semua keterangan ini tidak bertentangan dengan isi khutbah Waragah bin Naufal yang telah lewat (bahwa mahar Sayyidah Khadijah adalah s00 dirham), sebab dua informasi mahar itu bisa dikompromikan dengan taksiran harga, atau ditafsiri bahwa salah satu dari dua pemberian itu atas nama mahar, sedangkan yang lain hadiah dari pamannya Abu Thalib untuk Sayyidah Khadijah, atau Rasulullah menambahkan mahar dari beliau sendiri dan yang lainnya pemberian dari pamannya. Dan semua itu bisa dinamakan mahar.

 

Telah menikah Nabi kita Al-Amin, dengan tuan putri kita, ibunda seluruh mukminin. Tatkala beliau telah sempuma berumur dua puluh lima, dan ibunda kita mencapai empat puluh usianya.

 

Dan penulis kitab Gurratul Abshar berkata:?

 

Dan ketika Rasulullah kembali (dari perjalanannya ke Syam) ke kota Makkah, saat umur beliau mulai memasuki usia 26 tahun, maka beliau menikah. Dengan Sayyidah Khadijah yang waktu itu berumur 40 tahun telah lewat dari usianya.

 

Pada peristiwa itu Rasulullah 4 menyembelih seekor atau dua ekor onta, hal ini membuat para pecintanya bergembira, dada mereka menjadi lapang, semakin merebaklah kebahagiaan, rasa suka cita tampak dari wajah mereka, terbalutlah hati yang semula terluka, orang yang hasud tidak akan bisa memimpin da semakin larut dalam kesedihannya.

 

Abu Thalib berkata, “Segala puji hanya bagi Allah, yang telah menghilangkan segala susah dan duka dari kita”.

 

Dan penyair menyatakan dalam gubahan syairnya: ‘

 

Wahai Khadijah janganlah merasa ogah pada Muhammad, karena dia adalah bintang terang laksana bintang Pherkad.

 

Sebelum Sayyidah Khadijah menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Khadijah telah menikah dengan dua orang. Mereka adalah Hindun Abu Halah bin Zarah dari suku ‘Adi, dan yang kedua “Atig bin ‘Aidz bin Makhzum Al-Ourasyi. Ulama berselisih pendapat tentang manakah di antara keduanya yang lebih awal menikah dengannya, sebab tidak ada dalil yang kuat yang menjelaskan penentuan hal itu.

 

Dan Sayyidah Khadijah memiliki putra dari selain Rasulullah yaitu Abdu Manaf dan Hindun (wanita). Mereka ini dari suami yang bernama “Atig. Menurut sebagian riwayat, Hindun ini

 

masuk Islam dan beruntung mendapatkan status sahabat dan mengakui kenabian Muhammad. Sayyidah Khadijah juga memiliki putra dari Abi Halah yang juga bernama Hindun (laki -laki). Hindun yang ini adalah sahabat agung, yang mengikuti jalannya perang Badar dan Uhud. Beliaulah yang meriwayatkan hadist masyhur, tentang sifat-sifat fisik Nabi Muhammad.

 

Beliau terbunuh saat terjadi perang Jamal di barisan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib karramahullah wajhah. Sebagian riwayat mengatakan bahwa Hindun ini meninggal di Bashrah terkena wabah Tha un. Konon yang meninggal pada peristiwa itu 70.000 orang.

 

Diceritakan saat semua orang sedang sibuk mengurus jenazah masing-masing keluarganya, sehingga jenazah Hindun ini tidak dihiraukan. Tidak ada seorangpun yang mau mengurusnya. Maka saat itu berteriaklah seseorang: “Wahai Hindun…! Wahai kasihan anak tiri Rasulullah”. Maka seketika itu juga, seluruh jenazah-jenazah yang tadinya dibawa, langsung diletakkan di tanah dan orang-orang segera berebut mengangkat jenazah Hindun. Tempat itu berubah menjadi penuh sesak ‘, semua arah terisi lautan manusia yang ingin mengangkat jenazahnya, sehingga karena begitu banyaknya yang mengangkat, jenazah itu diangkat hanya dengan jari-jari.

 

Sebagian orang berkata: “Sesungguhnya yang meninggal karena Tha’un itu adalah putra Hindun yang kebetulan namanya juga Hindun”. Dan perihal ini menjadi perbedaan pendapat antar ulama.

 

Hindun ini adalah orang yang fasih, sastrawan. Dia sanggup menuliskan sifat-sifat seseorang dengan kata-kata yang indah. Dia telah meriwayatkan sifat-sifat Rasulullah dengan bahasa yang menawan dan tepat. Dia berkata, “Aku adalah putra dari manusia termulia, baik dari jalur ayah atau ibu, baik dari saudara atau saudari. Ayahku adalah Rasulullah, ibuku adalah Sayyidah Khadijah yang diridhai Allah. Saudaraku adalah Oasim. Dan Saudariku adalah Fathimah.”

 

Sayyidah Khadijah juga memiliki dua putra dari Abu Halah, selain anak yang telah disebut di atas. Yang pertama: Thahir, yang kedua: Halah. Yang pertama ini tidak terkenal. ‘

 

Sayyidah Khadijah juga memiliki beberapa peranan penting saat bersama Rasulullah yang patut disyukuri. Tiada pernah disebut kisah tentang turunnya wahyu atau kenabian

 

Rasulullah, kecuali nama Khadijah selalu disebut bersamanya. Dan kami akan menuturkan kisah pertama kali turunnya wahyu, agar kita lebih mengerti betapa penting peranan Sayyidah Khadijah dan betapa tinggi kemuliaannya.

 

Ketahuilah, bahwa pertama kali peristiwa dimulainya kenabian Rasulullah, tersebut bila beliau melewati sebatang pohon atau batu, benda-benda itu selalu mengucapkan, ”Assalamu alaika, yaa Rasulallah,” serta banyak lagi tanda-tanda kenabian yang lain. Yang paling masyhur adalah mimpi yang selalu menjadi kenyataan. Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu dalam mimpinya kecuali itu pasti menjadi kenyataan.

 

Kemudian Allah memberikan kecenderungan untuk menyendiri padanya. Tidak ada sesuatu yang lebih disukainya selain dari menyepi. Maka pada setiap tahunnya Rasulullah tinggal di gua Hira’ selama sebulan untuk menyibukkan diri beribadah dan bertafakur tentang kerajaan bumi dan langit. Bila beliau akan mendaki gua Hira’, Sayyidah Khadijah selalu menyediakan semua perbekalan dan memenuhi semua kebutuhannya. Mempersiapkan segala hal, baik makanan dan minumannya, juga memudahkan segala sesuatu yang mampu beliau lakukan, agar terlaksana semua keinginan Rasulullah. Dengan demikian, beliau bisa berkonsentrasi penuh beribadah, fokus menghadap Allah, dalam keadaan lapang hati, terlepas dari segala sesuatu yang bisa melupakan-Nya

 

Bila Sayyidah Khadijah merasa lama tidak berjumpa dengan Rasulullah, maka Sayyidah Khadijah rela meninggalkan segala urusannya, beliau rela berangkat mendatangi tempat dimana sang kekasih berada, sedang hatinya penuh rasa cemas mengkhawatirkan Rasulullah. Dan manakala Sayyidah Khadijah menjumpai Rasulullah tengah tenggelam dalam lautan dzikir, tenggelam pada ketauhidan Allah, tengah menyatu hati dengan fikirannya, Sayyidah Khadijah langsung turun lagi pulang ke rumah dan tidak mengajak bicara sepatah kata apapun pada Rasulullah, agar tidak memutus konsentrasi dzikirnya pada Sang Khalig. Beliau lebih memilih menunggu kedatangan Rasulullah di rumah, berusaha keras menghilangkan keresahan itu, berupaya menghibur hati sendiri daripada mengganggu konsentrasi Rasulullah.

 

Konon Sayyidah Khadijah memiliki firasat yang tepat, memiliki pandangan yang tajam, pikiran yang jernih. Beliau sangat mempercayai bahwa seseorang seperti suaminya, Sayyidina Muhammad Al-Amin ini, kelak akan membawa ruhani tinggi, jiwa yang penuh dengan gelora semangat, akan menyandang kemuliaan yang belum pernah diketahui oleh orang Quraisy secara mutlak. Ditambah lagi dengan cerita yang didapatkan dari Maysarah budaknya, yang telah lewat penjelasannya. Beliau sangat mempercayai bahwa suaminya, kelak suatu saat akan memiliki perihal yang sangat besar, akan menjadi bahan perbincangan para musafir atau orang yang menetap, akan membuat catatan sejarah baru, akan membuat dunia tergoncang terperangah keheranan, kebingungan dan bangga.

 

Betapa hebat mata batin Sayyidah Khadijah yang selalu memandang sesuatu dengan penuh kebenaran dan rasa cinta. Pandangan yang selalu melindungi Rasulullah dengan kasih sayang, yang meliput seluruh keadaannya. Betapa agung hati Sayyidah Khadijah yang penuh belas kasih, yang selalu membekali Nabi Muhammad dengan perhatiannya. Jantungnya selalu berdegup keras, mengungkapkan kegembiraan, seraya menunggu-nunggu, kapan datangnya hari ditancapkannya bendera kemenangan, hari dicanangkan undang-undang pemerintahan baru.

 

 

 

Hari demi hari berlalu dengan mengikuti rutinitas seperti biasa, maka belum genap Rasulullah berumur 40 tahun, tibatiba datanglah hari yang telah ditentukan oleh Allah untuk menyampaikan berita dari langit. Tepat pada saat Rasulullah dalam posisi beribadah di gua Hira’. Sedang sebelumnya Allah telah memperlihatkan beberapa tanda-tanda kenabiannya. Saat itu terbukalah semua pintu, datanglah malaikat Jibril, utusan Allah, sedang Nabi Muhammad dalam keadaan terjaga, bukan dalam tidur. Utusan itu berkata,: ”Bacalah!? Rasulullah menjawab: “Aku bukan seorang pembaca? Dan saya bukan termasuk golongan para pembaca.” Utusan itu kemudian memeluk erat sekali, sehingga membuat Rasulullah sulit bernafas dan tubuhnya melemah. Utusan itu kemudian mengulangi perintahnya. Rasulullah menolak lagi. Maka utusan itu memeluk kembali dengan erat, dan tidak melepaskan tubuhnya sampai tubuh itu hampir jatuh tergeletak. Kemudian saat ketiga kalinya, utusan itu membaca:

 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (OS. Al-‘Alag: 1-5).

 

Betapa agung berita gembira yang dihantarkan oleh tangan kebaikan, dari haribaan pemberi kenikmatan, kepada semuliamulia insan Hal ini dikuatkan juga dalam ayat:

 

(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan al-Ouran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (OS. Ar-Rahman: 1-4)

 

Dan tidak perlu diragukan bahwa Rasulullah-lah yang dimaksud dalam surat Ar-Rahman tersebut, yang diajari oleh Dzat yang Maha Rahman Rahim.

 

Maka kembalilah Rasulullah kepada istrinya, setelah menyaksikan peristiwa penghormatan ini, dalam keadaan hati yang masih berdebar ketakutan karena kejadian yang dilihatnya, berupa kerasnya suara yang didengar, kuatnya bacaan yang dibaca. Hampir saja jantung beliau terlepas seandainya tidak dikuatkan oleh pertolongan Allah. Rasulullah berkata: “Selimuti aku, selimuti aku!”. Lalu Sayyidah Khadijah mengambil selimut dan menutupi tubuh Rasulullah.

 

Dan ketika rasa takut itu sudah pergi, Rasulullah berkata pada istrinya,: “Sungguh aku mengkhawatirkan keadaan diriku.”

 

Ayahku, ibuku dan diriku menjadi tebusannya -. Sayyidah Khadijah menjawab,: “Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Allah akan mengkaruniakan untukmu kemuliaan, pangkat dan martabat. Sifat-sifat muliamu cukup banyak. Engkau selalu menyambung persaudaraan. Tanganmu tidak pernah henti memberikan hadiah pada para tamu. Engkau selalu menanggung kesusahan orang yang sengsara, selalu mengusahakan hal-hal yang tidak ada. Engkau menjamu para tamu. Engkau selalu menolong orang yang menderita karena terdzolimi, pada setiap hati yang terluka. Tegarlah wahai anak paman, karena hanya untukmu kabar gembira ini diberikan. Demi Allah, aku yakin bahwa Allah tidak akan memperlakukanmu kecuali dengan baik. Dan aku bersaksi bahwa engkaulah Nabi yang ditunggu-tunggu oleh umat ini. Sekarang masamu telah datang. Pembantuku juga sudah menceritakan tentang hal ini, juga ucapan pendeta Bahira telah mengabarkan tentang kenabianmu. Dan memerintahkanku untuk menikah denganmu sebelun 20 tahun yang lalu.”

 

Kemudian berangkatlah Sayyidah Khadijah bersama Rasulullah menuju Waragah bin Naufal untuk menceritakan peristiwa itu dengan rinci. Sesampai mereka di sana, Waragah berkata pada Rasulullah,: “Ceritakan sendiri kejadianmu, wahai tuanku yang pandai”. Kemudian Rasulullah menceritakan apa yang ia lihat dan dengar dari Malaikat Jibril. Waragah berkata,: “Demi Allah. Dia adalah malaikat mulia yang pernah turun pada Nabi Musa, nabinya orang Israel. Seandainya fisikku segar bugar pada saat itu, pasti aku akan mendukungmu dan membantu dakwahmu”.

 

Di dalam sebagian riwayat diterangkan, saat pertama kali wahyu turun, Sayyidah Khadijah berkata pada Rasulullah, ”Bila datang temanmu dengan membawa wahyu (Malaikat Jibril) kabari aku”. Dan Ketika Malaikat Jibril datang, Rasulullah memberitahu. Maka Sayyidah Khadijah berkata,: “Duduklah di sebelah kananku”. Maka duduklah Rasulullah di sebelah kanan. Sayyidah Khadijah berkata, “Apakah engkau melihatnya?”

 

Rasulullah menjawab, “Iya, aku melihat.”

 

Sayyidah Khadijah: ”Duduklah di pangkuanku”. Maka duduklah Rasulullah di pangkuan Sayyidah Khadijah.

 

Sayyidah Khadijah berkata, “Apakah kau melihatnya sekarang?”. Rasulullah menjawab: ”Iya”. Kemudian Sayyidah Khadijah membuka kerudung kepalanya dan bertanya, “Apakah kau melihatnya sekarang?” Rasulullah menjawab, “Tidak”. Sayyidah Khadijah berkata, ”Ini bukanlah setan, dia benar malaikat dari beberapa malaikat Allah”.

 

Malaikat Jibril telah mendatangi Rasulullah di rumah Sayyidah Khadijah. Orang yang pandai akan selalu merenung dan memikirkan segala urusannya.

 

Kemudian Sayyidah Khadijah menyingkap kerudungnya agar bisa memastikan, benarkah hal ini wahyu ataukah omongan karena hilang kesadaran?

 

Malaikat Jibril kemudian menghilang saat dia membuka kerudungnya. Bahkan dia tidak akan menampakkan diri lagi sampai Sayyidah Khadijah menutup kembali rambutnya. ‘

 

Sayyidah Khadijah melakukan tindakan tersebut upaya berhati-hati dalam memilih agamanya dan agar menambah keyakinannya, sedang Nabi Muhammad sejak semula memang telah percaya bahwa hal itu adalah wahyu, tanpa ada keraguan atau kebimbangan.

 

 

 

Dan pada saat yang indah tersebut, dunia mendapat keberuntungan dengan terutusnya Nabi Muhammad. Dari gunung yang pantas diakui, di hari yang telah ditentukan Allah, bersinarlah matahari dan menerangi alam semesta dengan cahaya baru. Alam pun menyambutnya dengan suasana pagi penuh bahagia. Sedangkan pada hari-hari yang telah lewat, alam semesta selalu menyambut kemunculan matahari pagi dengan cahayanya, tapi semua itu tidak memberikan kebaikan atau kebahagiaan bagi umat manusia. Betapa sering matahari bersinar, namun gelap di hati. Betapa banyak suasana cerah, tapi petang di batin.

 

Tapi dari tempat yang teduh itu dan dari atas gunung yang gersang, yang kokoh, namun tidak menjulang tinggi. Terjadilah apa yang tidak pernah terjadi di beberapa kota besar, dengan kemajuannya, dengan kemodernannya, dengan ketinggian pendidikannya, dengan kemegahan perkantorannya. Dari gunung tersebut muncullah karunia Allah untuk umat ini dengan terutusnya Nabi Muhammad, yang kelak akan menghilangkan penderitaan, akan menerangi kegelapan.

 

Muncullah sinar matahari yang akan membangunkan alam semesta, setelah sekian lama tenggelam dalam kelalaian, alam akan berusaha mencari-cari tahu tentang kunci kenabian, yang mampu meluruskan akal yang bengkok, untuk kemudian terkuaklah keburukan syirik, penyembahan patung, terbukalah kebohongan khurafat jahiliyah.

 

Dengan sebab terutusnya Nabi Muhammad, muncullah perubahan. Watak liar jahiliyah sekarang telah berubah menjadi watak disiplin dan bersih. Anugerah yang semula tersia-siakan sekarang menjadi bersinar dengan sebab petunjuk dari kekasih Allah. Anugerah itu telah berpindah pada posisi yang lebih tinggi, pada posisi memotivasi kebaikan dan memperingatkan dari keburukan, pada posisi amar makruf nahi mungkar. Anugerah itu mengalir ibarat air yang deras atau api yang membara. Sehingga muncul beberapa perubahan di segala bidang. Merubah penggembala onta menjadi pemimpin umat, menjadi khalifah yang menguasai dunia, yang mampu menyelesaikan segala macam masalah, menjadi pahlawan negeri, menjadi penakluk bangsa, yang bermartabat dan membawahi beberapa pasukan.

 

Dengan perubahan ini pula, muncullah keadilan di manamana, tersebarlah cahaya kebenaran, berkuranglah perselisihan di antara sesama, hilanglah saksi palsu, berubahlah keadaan menjadi lebih baik. Para pedagang sekarang menjadi jujur amanah, orang kaya menjadi dermawan, orang miskin papa menjadi mampu menjaga kehormatannya dan berupaya untuk berpenghasilan, orang yang sudah punya pekerjaan menjadi lebih bersungguh-sungguh dan memberikan manfaat, orang yang semula menjadi pemimpin sekarang menjadi rendah hati dan memiliki belas kasih, kepala gudang penyimpanan sekarang pandai menjaga, mengerti cara menginfakkannya, dan hakim menjadi adil dan bijaksana.

 

Dari komunitas seperti ini, tampaklah kemudian kejujuran, amanah dari para pedagang. Orang miskin tampak merasa cukup. Pekerja terlihat kegigihan dan ketulusannya. Orang kaya akan tampak kedermawanan dan uluran bantuannya. Hakim akan tampak keadilannya dan kebijakannya. Penguasa akan tampak keikhlasannya dan belas kasihnya. Pimpinan akan tampak rendah hati dan kasih sayangnya. Pelayan akan tampak kemampuannya dan kehati-hatiannya. Jadi terutusnya Nabi Muhammad #&, ibarat musim semi bagi alam semesta ini, dan ibarat tanah yang subur, menguntungkan jiwa kemanusiaan.

 

 

Sungguh Allah telah memberikan berbagai keistimewaan pada Sayyidah Khadijah, sosok yang laksana sebutir permata terpelihara dan mutiara terawat ini, dengan kelebihankelebihan teramat banyak dan pekerti yang terpuji.

 

Di antaranya: Beliau Sayyidah Khadijah adalah yang berinisiatif menginginkan Rasulullah  menjadi suaminya. Beliau juga wanita pertama kali yang dipersunting Rasulullah, resepsi pernikahan malam itu adalah walimah pertama yang dibuat oleh Rasulullah. Beliau wanita yang menemani Rasulullah sampai akhir hayatnya. Rasulullah pun membalas cinta ini dengan tidak menikahi wanita lain sampai akhir hayatnya, setelah melihat ketulusan khidmahnya. Beliau istri yang dikebumikan oleh Rasulullah di Makkah dan Rasulullah turun sendiri ke liang lahatnya. Beliau hidup bersama Rasulullah selama 24 tahun dengan sangat rukun, menjadi teman hidup yang begitu baik, mencintai Rasulullah sepenuh cinta, membenarkan risalah Rasulullah sepenuh hati. Tak pernah beliau melihat Rasulullah menginginkan sesuatu, kecuali akan mendatangkannya dengan segera, menjadikannya sebagai hadiah di hadapannya. Sebelum diutus menjadi nabi, Rasulullah menginginkan Zaid bin Harisah budak kecil milik Sayyidah Khadijah, maka pada saat itu juga diberikannya anak itu dengan suka hati, dengan pemberian ini selanjutnya Zaid mendapatkan kemuliaan menjadi anak angkat Muhammad menjadi orang yang bahagia, beruntung termasuk orang-orang yang pertama kali masuk Islam dan meraih kecintaan penghulu para utusan.

 

Termasuk dari keistimewaan Sayyidah Khadijah yang mengangkat beliau pada derajat kemuliaan dan kesempurnaan tertinggi adalah beliau orang yang pertama kali masuk Islam, baik dari kalangan laki-laki atau perempuan. Beliau orang yang pertama kali mempercayai Rasulullah, menolong dan mengokohkan perjuangannya. Lewat keimanan Khadijah, Allah juga meringankan segala kesedihan Nabi, menghilangkan segala rasa lelah, murung dan susah yang dialaminya saat berdakwah.

 

Rasulullah tidak pernah mendengar kata pendustaan, pengingkaran, atau melihat sikap keras kepala dari golongan kuffar, lantas menceritakannya pada Siti Khadijah, kecuali selalu akan mendapatkan saran dan solusi terbaik untuk mengatasinya. Sayyidah Khadijah selalu bisa meringankan beban yang ditanggung Rasulullah. Beliau bisa memberikan ketenangan jiwa, memberikan kasih sayang, menghibur, meneguhkan kabar gembira untuk masa yang akan datang, memberikan semangat dengan cita-cita nan indah.

 

Dan telah tertulis dalam beberapa hadits bahwa Sayyidah Khadijah mendapat kehormatan shalat berjamaah bersama Rasulullah, diajari praktik wudhu dan shalat menghadap Masjidil Haram. Sebelumnya Malaikat Jibril telah mengajarkan pada Rasulullah cara-cara shalat sebelum ditetapkan perintah shalat lima waktu pada malam munajat dengan Allah (peristiwa isra mi’raj). Sebelum itu Rasulullah shalat sehari semalam dua kali, pagi dan petang.

 

Terbetik sebuah riwayat dari Yahya bin Afif, dia berkata: “Aku datang ke kota Makkah pada masa Jahiliyah, pada musim haji, tepatnya di daerah Mina. Aku singgah di rumah Abbas bin Abdul Muthalib. Saat itu matahari terbit. Maka keluarlah seorang laki-laki dari kemah dekat dengan tempatku, kemudian dia menghadap ke Ka’bah, berdiri dan shalat. Tidak seberapa lama kemudian datang seorang anak kecil berdiri di sebelah kanannya, tidak seberapa lama lagi datang seorang wanita berdiri di belakang mereka berdua. Orang yang pertama itu rukuk dan diikuti oleh anak kecil dan wanita itu. Kemudian orang itu berdiri dan diikuti oleh keduanya, kemudian dia bersujud dan merekapun bersujud.

 

Lalu aku bertanya pada Abbas, Wahai Abbas, adakah suatu yang besar terjadi?

 

Abbas menjawab, Ya, sesuatu yang penting telah terjadi.

 

Tahukah kamu, siapa mereka? Saya jawab, Tidak. Abbas berkata, “Orang yang pertama itu adalah Muhammad, keponakanku. Tahukah kamu, siapa anak kecil itu? Saya jawab, Tidak. Abbas melanjutkan, “Dia adalah Ali bin Abi Thalib. Tahukah amu, siapa wanita itu?

 

Yahya menjawab, Tidak.”

 

Abbas menjelaskan, Dia adalah Khadijah binti Khuwailid, istri dari ponakanku.

 

Ponakanku itu pernah berkata: Tuhanmu yang benar adalah pencipta langit dan bumi, Dia telah memerintahkan mereka (bertiga) dengan apa yang kamu lihat. Demi Allah. Saya tidak pernah tahu di permukaan bumi ini seseorang yang mengikuti agama ini kecuali tiga orang itu.”

 

Perawi hadits ini yang bernama Afif berkata, “Oh…Seandainya aku beriman waktu itu, maka aku akan menjadi orang yang keempat.” ‘

 

Termasuk dari keistimewaan Sayyidah Khadijah – semoga Allah memberikan rahmat dan kemuliaan -: Beliau adalah istri Nabi Muhammad  yang paling utama secara mutlak. Sebagaimana sabda Rasulullah : “Wanita yang paling utama di seluruh dunia adalah Maryam, Fathimah, lalu Khadijah, kemudian Asiyah istri Fir’aun” ”. Dalam riwayat dari sahabat Anas bin Malik: “Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah istri Firaun.” Semua hadits di atas terdapat di beberapa kitab hadits tanpa diragukan lagi dan telah dihukumi shahih oleh mayoritas ulama besar. ?

 

Tersebut juga dalam sebagian riwayat yang shahih dan tidak diperselisihkan ulama, bahwa Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik wanita di zamannya adalah Maryam, dan sebaik-baik wanita di zamannya adalah Khadijah”. Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim. ‘

 

Hadits-hadits tentang keagungan Sayyidah Khadijah banyak sekali dan sudah terkenal di beberapa kitab rujukan ahlis sunnah wal jamaah. Ulama menyepakati kebenaran haditshadits tersebut secara global, bahwa Sayyidah Maryam, Sayyidah Khadijah, Sayyidah Fathimah, Sayyidah Asiyah adalah wanita yang paling utama di dunia. Semoga Allah meridhai mereka semuanya.

 

Sedangkan yang diperselisihkan adalah manakah di antara empat wanita itu yang paling utama? Sebagian ulama ada yang berijtihad menentukan, siapakah yang termulia di antara mereka, dengan memaksakan diri untuk mencari-cari takwil, berusaha mengkompromikan beberapa hadits, tapi sepertinya usaha itu tidak memberi banyak arti.

 

Di antara keistimewaan Sayyidah Khadijah dan biografinya yang mulia adalah semua putra-putri Rasulullah dilahirkan darinya. Kecuali Ibrahim, karena beliau dilahirkan dari Sayyidah Mariyah Al-Oibtiyyah, seorang budak wanita yang dihadiahkan Mugaugis:, raja Mesir dan Iskandariyah untuk Rasulullah.

 

Sayyidah Khadijah telah melahirkan enam anak untuk Rasulullah.

 

Pertama: Oasim, putra tertua. Dengan nama itu Rasulullah mendapat kunyah (nama julukan dengan permulaan abu atau ummu) di kalangan masyarakat, dan beliau ini pertama kali putra yang meninggal dunia. Menurut sebagian pendapat, beliau dimakamkan di Makkah.

 

Kedua: Abdullah. Dijuluki Thahir dan Thayyib. Sebab beliau dilahirkan setelah masa datangnya Islam. Dan meninggal dunia saat masih kecil di Makkah.

 

Ketiga: Zainab. Putri sulung Rasulullah. Dilahirkan sebelum Rasulullah diangkat menjadi Nabi. Menikah dengan Abul “Ash bin Rabi. Beliau masuk Islam dan hijrah sebelum suaminya. Meninggal dunia di awal tahun delapan hijriah. Dimakamkan di pemakaman Al-Bagi’, dan makamnya dikenal masyrakat ramai.

 

Keempat: Rugayyah.

 

Kelima: Ummu Kultsum. Sebelumnya dua putri Rasulullah ini dinikah oleh dua putra Abu Lahab yang telah ditetapkan celaka. Saat diturunkan surat:

 

 

Binasalah kedua tangan Abu Lahab, Abu Lahab menjadi marah besar dan berkata pada mereka berdua, “Kalian tidak boleh berkumpul bersamaku sebelum kalian ceraikan putri Muhammad, yang telah mencaciku.” Maksud dari perintah ini tidak lain adalah untuk menyakiti hati Rasulullah. Maka mereka berdua menceraikan kedua putri Nabi sebelum terjadi hubungan suami istri. Dan tidak pernah ada persentuhan di antara mereka. Ini adalah kemuliaan dari Allah bagi dua putri Rasulullah.

 

Kemudian Sayyidah Rugayyah dinikah oleh Sayyidina Utsman bin Affan, kemudian ia berangkat hijrah bersama suami ke negeri Habasyah demi menyelamatkan keimanan mereka. Setelah beberapa lama di sana, mereka lalu kembali lagi ke Makkah, untuk kemudian hijrah ke Madinah Al-Munawwarah. Beliau meninggal dunia saat menjadi istri Sayyidina Utsman dan disemayamkan di pemakaman Al-Bagi’.

 

Kemudian Sayyidina Utsman bin Affan menikah lagi dengan putri Rasulullah yang bernama Ummu Kultsum. Ummu Kulsum juga meninggal dunia saat menjadi istri Utsman. Makamnya di pemakaman Al-Bagi dan terkenal. Dengan demikian maka Sayyidina Utsman telah menikahi dua putri Rasulullah. Dari sinilah beliau dijuluki Dzun Nurain (pemilik dua cahaya). Seandainya Rasulullah memiliki putri lagi yang belum menikah, pasti akan diberikan kepada Sayyidina Utsman bin Affan juga.

 

Keenam: Sayyidah Fathimah Al-Gharra’. Terkenal dengan julukan Al-Batul atau Az-Zahra. Ibu dari Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain yang diridhai Allah. Beliau istri dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Al-Murtadha. Sosok yang telah membahagiakan Sayyidah Fathimah dan yang telah mencintainya dengan setulus hati. Sayyidina Ali tidak pernah menikah dengan wanita lain sampai akhir hayat Sayyidah Fathimah. Beliau meninggal tahun u hijriah dalam usia yang ketiga puluh gamariah. Dimakamkan di pemakaman Al-Bagi menurut riwayat yang paling shahih. Menurut pendapat yang lain, beliau dimakamkan di rumah beliau sendiri bersebelahan dengan Hyjrah Syarifah yang sekarang sudah masuk dalam lingkungan Masjid Nabawi, tapi sayangnya keterangan ini tidak berdasarkan riwayat yang tepat.

 

Maka dari semua keterangan di atas disimpulkan bahwa seluruh putri Rasulullah sudah masuk islam dan berhijrah bersama dengan Rasulullah dari tanah Makkah Mukarramah ke Madinah Munawwarah.

 

Mereka itulah putra-putri Rasulullah  dari Sayyidah Khadijah. Semoga Allah memberikan ridha-Nya dan mengumpulkan kita dalam golongan mereka bersama dengan Rasulullah , amin…

 

Termasuk keistimewaan Sayyidah Khadijah adalah Rasulullah tidak pernah sekalipun lupa pada kecintaan Sayyidah Khadijah padanya. Rasulullah selalu mengenang keindahan masa lalu saat bersamanya dan merawat kebaikan itu dalam keluarga beliau. Bila ada sebuah hadiah datang pada Rasulullah, beliau selalu mengirimkannya pada keluarga Sayyidah Khadijah. Bila ada pembagian pada para sahabat, tidak pernah sekalipun Rasulullah membiarkan keluarga tersebut tanpa ada pemberian.

 

Terkadang beliau menyembelih kambing sendiri, lalu memotong-motongnya menjadi beberapa bagian, kemudian dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya serta kerabat Sayyidah Khadijah. Bila hati Sayyidah Aisyah cemburu pada Sayyidah Khadijah, Rasulullah mengatakan: “Aku telah dikaruniai cintanya. Maka akupun mencintai siapa saja orang yang mencintainya”.’

 

Di antara keistimewaan Sayyidah Khadijah yang diriwayatkan para pakar hadits, dan tercatat dalam berbagai kitab hadits dan sejarah, bahwa Rasulullah selalu menyebut namanya, selalu menceritakan pada khalayak ramai keharuman riwayat hidupnya, mengkisahkan baktinya, memuja-mujinya dengan pujian terbaik, membacakan istighfar untuknya, selalu mendoakannya, sering menceritakan kemuliaannya dan keagungannya, kesempurnaannya. Dan hal ini dilakukan Rasulullah tanpa bosan, walaupun peristiwa itu sudah sekian lama.

 

Bila Sayyidah Aisyah mendengar Rasulullah bercerita tentang beliau, maka datanglah perasaan cemburu dan berkata,: “Bukankah dia seorang wanita yang telah memerah gusinya (kiasan dari rontoknya gigi karena faktor usia), sudah tua renta. Dan Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik, dengan seorang gadis yang masih muda belia.”

 

Maka begitu Rasulullah mendengar kata-kata tersebut, beliau marah dan bersabda,: “Allah tidak pernah memberikan ganti dengan yang lebih baik darinya. Dialah orang yang pertama kali beriman padaku ketika orang-orang mengingkariku. Dialah orang yang membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dialah orang yang memberikan seluruh miliknya ketika orang-orang menghalang-halangiku. Dan darinya Allah telah memberikanku anak-anak, sementara tidak ada dari kalian yang memberikannya.”

 

Dan tersebut dalam beberapa hadits dari Sayyidah Aisyah Ash-Shiddigiyah, beliau berkata: “Pernah suatu saat Rasulullah bercerita tentang Khadijah dengan serius sekali. Tiba-tiba aku terbawa perasaan cemburu dan kukatakan kalimat yang tidak layak diucapkan. Seketika wajah Rasulullah berubah seperti seakan-akan beliau mendapatkan wahyu. Akupun menjadi bingung dengan ucapanku dan timbul rasa sesal yang mendalam atas kelancanganku. Lalu aku berdoa: Ya Allah. Kalau Engkau hilangkan kemarahan dari Rasulullah saat ini, aku tidak akan pernah menyebut Khadijah dengan kata-kata yang tidak layak lagi selama-lamanya”. Maka saat Rasulullah melihatku dalam keadaan seperti ini, beliau memaafkanku, dan menyebutkan kembali kelebihan-kelebihannya yang lain nan cemerlang.” ‘

 

Dari keterangan ini bisa dimengerti bahwa kecemburuan Sayyidah Aisyah bukanlah karena marah atau permusuhan, tapi timbul dari sifat manusiawi layaknya seorang wanita. Dan Sayyidah Aisyah sendiri yang menceritakan kemuliaan Sayyidah Khadijah ini. Seandainya tanpa adanya riwayat ini, kita tidak akan tahu siapakah Khadijah dan bagaimana ceritanya.

 

Termasuk keistimewaan Siti Khadijah adalah: Allah mengutus malaikat Jibril untuk mengirimkan salam pada Sayyidah Khadijah. Dia berkata,: “Ya Muhammad, sebentar lagi Khadijah akan mendatangimu dengan wadah berisi kuah dan makanan. Bila dia datang, sampaikan salam dari Allah dan dariku”. Dan ketika pesan ini sudah disampaikan, Sayyidah Khadijah membalas berkata: Allah As-Salam (yang memberikan keselamatan), dan dari-Nya keselamatan, juga saya ucapkan salam pada Jibril”. Keterangan ini tersebut dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim.”

 

Di antara keistimewaan Sayyidah Khadijah, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim, bahwa malaikat Jibril memberikan kabar gembira sesungguhnya Allah telah memberi rumah di surga untuknya. Malaikat Jibril berkata,: “Berikanlah kabar gembira untuknya bahwa dia memiliki rumah di surga yang terbuat dari mutiara, tidak ada kebisingan dan tidak ada kelelahan di sana.” ‘

 

Termasuk keistimewaan Sayyidah Khadijah adalah beliau menghadapi masa-masa suka dan duka bersama dengan Rasulullah  Beliau tidak rela bila Rasulullah diboikot di lereng bukit oleh kaumnya. Maka keluarlah beliau dari rumahnya yang mewah, keluar dari posisinya yang kuat untuk bergabung dengan Rasulullah  di lereng bukit itu, dan bergabung dengan orang-orang yang diboikot. Beliau tidak memperdulikan usianya yang saat itu sudah lebih dari 60 tahun. Demi menemani pimpinan para nabi. Beliau rela kehidupan mewahnya ditukar dengan kehidupan yang kasar dan keras. Betapa sering beliau merasakan haus dan lapar, sebab saat itu kaum Quraisy melarang seluruh masyarakat memberi makanan dan minuman. Maka layaklah bagi Sejarah untuk menghormat dan menundukkan kepala di hadapan keagungan beliau, dan memberikan mahkota pada lembar sejarahnya karena kemuliaan perilakunya.

 

Kesimpulannya: Keutamaan Sayyidah Khadijah tidaklah terhitung, tiada terbatas. Sebab apalah arti pujian kita bila dibandingkan dengan pujian Rasulullah yang telah terucap tentangnya, yang telah menyebut namanya di depan khalayak ramai, yang telah mengangkat derajatnya lebih tinggi dari para wanita di alam semesta ini, dalam keadaan apapun, yang telah menuturkan keutamaannya dan kemuliaannya dengan pasti, yang telah berterima kasih atas beberapa sikap terhadap beliau dengan beriman dan membenarkan.

 

Betapa agung akhlaknya, alangkah mulia sejarah hidupnya, yang merupakan sifat inti manusia mukmin nan mulia, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah yang agung: “Sesungguhnya akhlak yang harus dimiliki oleh seorang mukmin adalah kuat berpegang teguh dalam beragama, kukuh tapi luwes, percaya pada keyakinannya, semangat dalam menuntut ilmu, berbelas kasih dalam mencintai, berhati lembut saat mengetahui, bijaksana dalam gelimang harta, menampakkan rasa cukup walaupun sebenarnya butuh, merasa risih dengan sifat rakus, berpenghasilan dari yang halal, selalu istigamah dalam kebaikan, senantiasa giat dalam memberikan bimbingan, selalu melarang tindakan syahwat, senantiasa memberikan kasih bagi orang yang sedang membutuhka. Sesungguhnya orang mukmin tidak boleh berbuat aniaya pada yang membenci, tidak berbuat dosa terhadap orang yang dicintainya, tidak menyia-nyiakan amanah yang telah dititipkan padanya, tidak boleh punya iri dengki, tidak boleh mencela. Saat dia terombang-ambing dia tetap tegar, dan saat dia berbahagia dia bersyukur.” ‘ Seakan-akan semua sifat-sifat mulia ini telah ada pada diri Sayyidah Khadijah.

 

 

Dan ketika lengkap sudah kesempurnaan Sayyidah Khadijah, derajat yang tinggi juga sudah menetap pada dirinya, dan memanjang sudah cahaya serta tanda-tanda keajaibannya yang begitu banyak, maka pada saat seperti itu Allah memanggilnya, pada tanggal 11 Ramadhan, tiga tahun sebelum Rasulullah hijriah ke Madinah, menurut riwayat yang paling shahih. Sedangkan menurut riwayat yang lain empat atau tujuh tahun sebelumnya. Saat itu Rasulullah tidak menshalatinya karena memang belum ada syariat shalat jenazah.

 

Saat itu Rasulullah turun ke pemakamannya, menempatkan jenazahnya dengan baik, juga meratakan tanah di atasnya. Dan peristiwa turun langsungnya Rasulullah  pada pemakaman ini juga merupakan keutamaan tersendiri yang tidak diperoleh istri-istri yang lain. Semoga Allah memberikan ridho-Nya pada seluruh istri Rasulullah  sampai hari kiamat.

 

Saat meninggal dunia, usia beliau 65 tahun, dikebumikan di pemakaman Mu’alla yang terkenal dengan sebutan Al-Hajun. Berita tentang dikebumikan di Mu’alla ini walaupun diriwayatkan dengan sanad ahaad akan tetapi telah masyhur di kalangan semua orang.

 

Dan ketika telinga kita mendapatkan kemuliaan sebab mendengarkan cerita Sayyidah Khadijah, dengan penjelasan keutamaan-keutamaannya, dan pemberitaan beberapa tapak tilasnya, maka layaklah bagi kami untuk menutup semua ini dengan doa, seraya menghadap kepada Allah, dengan hati tulus menuju kepada-Nya, kami mengatakan:

 

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu terhaturkan pada utusan termulia, junjungan kita Muhammad, juga kepada seluruh keluarga dan shahabatnya.

 

Ya Allah… Engkaulah Dzat yang paling pantas disebut, Dzat yang paling berhak disembah, Dzat yang paling berbelas kasih dari sekian banyak orang yang berkuasa, Dzat yang paling dermawan dari sekian orang yang dipinta, yang paling luas pemberiannya dari sekian orang yang suka memberi. Engkaulah raja yang tidak ada sekutu bagi-Mu, yang Maha Satu tanpa ada yang menyetarai-Mu. Segala sesuatu pasti akan hancur selain Dzat-Mu. Tidak ada satupun yang bisa taat pada-Mu kecuali dengan izin dari-Mu. Dan tidak ada satupun orang yang mendurhakai-Mu kecuali Engkau Mengetahuinya. Engkaulah Dzat yang ditaati lalu Engkau Menghargai. Engkaulah Dzat yang didurhakai tapi selalu memaafkan. Engkau paling dekat dari sekian orang yang melihat. Engkau penjaga terdekat. Engkau yang menghalangi hati. Engkaulah yang memegang kendali semua ciptaan. Engkau yang mencatat semua jejak langkah, dan yang bisa merubah ketetapan.

 

Seluruh hati tercurah pada-Mu. Segala rahasia bagimu tampaklah jelas. Barang yang halal adalah yang Engkau halalkan. Yang haram adalah yang Engkau haramkan. Agama adalah aturan yang Engkau tetapkan. Perkara yang terjadi adalah yang telah kau putuskan. Semua ciptaan adalah makhluk-Mu. Seluruh makhluk adalah hamba-Mu. Dan Engkau adalah Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

 

Kami meminta dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi langit dan bumi, dan dengan segala kebenaran yang Engkau miliki dan dengan kehormatan orang-orang yang memohon pada-Mu, agar Engkau maafkan, Engkau selamatkan kami dari panas api neraka, dengan kekuasaan-Mu. Wahai Dzat yang maha pengasih dari semua yang mengasihi.

 

Ya Allah… Kami memuji-Mu atas hidayah yang telah Engkau berikan, kami bersyukur atas nikmat yang telah Kau curahkan, kami meminta bantuan-Mu untuk merawat segala nikmat yang telah Kau karuniakan. Kami memohon petunjuk agar kami bisa terus bersyukur atas perlindungan-Mu atas segala macam malapetaka. Kami berlindung dari kesalahan bicara, terlenanya hati, dari penyimpangan yang dilakukan oleh penghuni zaman. Kami meminta agar Kau perlembut takdir atas segala keputusan dan takdir-Mu, perlembutkan pula pertolongan-Mu atas ketetapan-Mu. Kami meminta ampun atas perkataan yang membuat penyesalan, atau tindakan” yang membuat terpelesetnya kaki. Engkaulah tempat berlindung bagi orang yang berpasrah, tempat berpegang teguh bagi orang yang mempercayai-Mu.

 

Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (OS. Ghafir: 44).

 

Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal, hanya kepada Engkaulah kami bertaubat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. (OS. Al-Mumtahanah: 4).

 

Ya Allah… Bukakanlah hati kami untuk selalu berdzikir pada-Mu, berikan untuk kami rezeki taat beribadah pada-Mu dan taat pada Rasul-Mu Muhammad , untuk bisa melaksanakan isi kitab suci-Mu, mengikuti sunnah Nabi Muhammad .

 

Ya Allah… Jadikan kami selamanya orang yang takut pada-Mu, seakan-akan kami melihat-Mu, sampai bertemu dengan-Mu. Jadikan kami berbahagia dengan takwa-Mu, jangan jadikan kami celaka dengan mendurhakai-Mu.

 

Ya Allah… Kami meminta petunjuk dan takwa-Mu, pemeliharaan-Mu, kaya dengan-Mu, prasangka baik pada-Mu, dan akhlak yang mulia.

 

Ya Allah… Cukupilah kami dengan yang halal tanpa perlu yang haram, dengan taat pada-Mu tanpa perlu maksiat, merasa cukup dengan pemberian-Mu tanpa perlu orang lain.

 

Ya Allah… Kami berlindung pada-Mu dari beratnya cobaan, bertubi-tubinya kesengsaraan, buruknya ketetapan, bergembiranya musuh, kronisnya penyakit, dan kandasnya harapan.

 

Ya Allah… Bersihkan hati kami dari sifat munafik, amal-amal kami dari riyak (ingin dipuji), ucapan kami dari bohong, mata kami dari khianat, karena sesungguhnya Engkau Maha Tahu pada mata-mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam dada.

 

Ya Allah… Perbaikilah segala urusan kami selama kami masih hidup, segar bugarkan kami selama nyawa kami masih tersisa.

 

Berkahilah segala urusan yang Kau percayakan pada kami. Jagalah segala sesuatu yang Kau kuasakan pada kami. Berilah rahmat-Mu bila Kau matikan kami. Berikan maaf bila Kau hitung amalan kami. Jangan cabut iman ini setelah Kau berikan hidayah-Mu.

 

Ya Allah… Kami meminta rahmat dari sisi-Mu yang bisa menunjukkan pada jalan yang benar. Kumpulkan kekuatan kami. Kembalikan segala sesuatu yang berserakan. Lindungi kami dari fitnah. Perbaiki keadaan kami. Jagalah hal-hal yang kami tidak hadir di sana. Tinggikan kesaksian kami. Cerahkan wajah kami. Sucikan perbuatan kami. Berikan ilham agar kami menapaki jalan lurus. Jagalah kami dari segala keburukan.

 

Ya Allah… Berikan kami iman yang tulus, keyakinan yang tidak ada ingkar setelahnya, rahmat yang dengannya kami bisa meraih kemuliaan-Mu.

 

Ya Allah… Kami meminta keberuntungan pada setiap keputusan-Mu, derajat syuhadak-Mu, menyertai para Nabi, dan kemenangan dari semua musuh.

 

Ya Allah… Raih tangan kami saat kami tehimpit. Bukakan mata hati kami agar bisa melihat perkara yang hakiki. Berikan taufik untuk melakukan perkara yang membuat-Mu cinta dan ridha. Jangan sampai kami tergelincir. Jangan koyak kelambu kebaikan-Mu. Jaga kami dari bentuk-bentuk mati yang jelek. Lindungi kami dari tipu muslihat para pengkhianat, dari gembiranya musuh. Berikan perlakuan yang halus pada setiap gerak-gerik kami. Jagalah kami dari segala arah. Yaa Arhamar Rahimin.

 

Ya Allah… Berikan kami harta yang dengan itu Kau menjaga kami dari fitnah duniawi, dan Kau jadikan kami menjadi merasa cukup dari penghamba dunia, juga menjadi sarana menggapai yang lebih baik dari padanya. Karena sesungguhnya tiada daya dan upaya kecuali dengan Engkau.

 

Ya Allah… Kami meminta nikmat yang sempurna, rahmat yang menyeluruh, kesejahteraan yang langgeng, kehidupan yang nyaman, umur yang penuh kebahagiaan, kebaikan yang sempurna, nikmat yang menyeluruh, amal yang saleh, ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas.

 

Ya Allah… Berpihaklah pada kami, janganlah memusuhi kami. Akhirilah ajal kami dengan indah. Pastikan amal kebaikan kami terus bertambah. Iringi pagi dan sore kami dengan keselamatan. Peruntukkan rahmat-Mu pada tempat kembali kami. Tuangkanlah segala maaf-Mu atas dosa-dosa kami. Karuniakan kami untuk memperbaiki amal ibadah. Tutupilah kekurangan kami. Jadikan takwa-Mu sebagai bekal kami. Kesungguhan kami untuk agama-Mu, tawakal kami hanya pada-Mu.

 

Ya Allah… Kokohkan kami dalam beristigamah. Lindungi kami dari penyesalan kelak di hari kiamat. Ringankan beban dosa kami. Berikan kehidupan bahagia. Jagalah kami dan singkirkan kejahatan orang yang jahat. Bebaskan kami, ayah ibu kami dari belenggu neraka. Yaa Aziz. Yaa Ghaffar. Yaa Karim. Yaa Sattar. Yaa Halim. Yaa Jabbar. Birahmatika yaa Arhamar Rahimin.

 

Ya Allah… Sebagaimana telah Kau karuniakan iman dan keyakinan pada Sayyidah Khadijah untuk beriman kepada Rasulullah &, maka karuniakan pula hal ini pada kami, duhai Dzat yang telah dahulu kebaikan-Nya. Dan Sebagaimana Kau beri keutamaan dia dengan mampu mengagungkan kehormatan Rasulullah, menjaga janji dan kepercayaannya, mendukung kelompok dan dakwahnya, mengikuti jalan kesunnahannya, serta menguatkan argumen-argumen beliau, maka karuniakan juga hal ini pada kami. Berikan kami hal tersebut dengan bagian yang besar dan sempurna. Bimbing kami untuk selalu berpegang teguh pada sunnah dan mengikuti agama beliau sehingga kami mati bertumpu padanya. Giring kami dalam kelompoknya dan di bawah benderanya. Jadikan kami termasuk rombongannya. Sampaikan kami pada telaganya, beri kami minuman dari gelasnya. Beri kami manfaat sebab mencintanya. Beri kami ampunan, jaga kami dari malapetaka dan bencana serta fitnah, baik yang tampak atau yang tersembunyi. Ampunani kami, serta semua mukmin dan mukminat, muslimin dan muslimat, yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

 

Semoga Allah selalu melimpahkan shalawat dan salam kepada Baginda kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.

 

 

Ketika guru kami: Assyeikh Muhammad Nur Saif, salah satu ulama besar dan pengajar di Masjidil Haram, melihat tulisan ini, beliau menggubah bait syair:

 

Wahai penulis kitab Al-Busyra, beruntunglah. Karena kau akan mendapatkan al-busyra, kabar gembira, dengan mendapatkan ridha dari nenekmu yang termulia

 

Kau kan selalu tentram bersama orang yang kau cinta semua yang kau damba tercapai di duniamu dan akhirat sana.