Terjemah Al-Usul Al-Thalathah Muhammad bin Abd al-Wahhab [PDF]

MATAN AL-USHUL ATS-TAALATSAH

 

(Tiga Landasan Pokok Akidah Islam)

 

“Dengan Nama Allah Yang Maha Rahman (Pengasih) lagi Maha Rahim (Penyayang).”

 

Ketahuilah semoga Allah melimpahkan rahmat bagi Anda Bahwa kita wajib mempelajari empat perkara:

 

Pertama: IImu, yaitu: mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal Agama Islam; berdasarkan dalil-dalil.

 

Kedua: Mengamalkannya.

 

Ketiga: Mendakwakannya.

 

Dan keempat: Bersabar dalam menghadapi gangguan di dalamnya.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal-amal shalih, dan saling menasihati supaya menaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3).

 

Imam Syafi’i berkata,

 

“Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah atas makhluk-Nya kecuali surat ini, niscaya ia cukup bagi mereka.”

 

Imam al-Bukhari berkata (dalam kitab Shahih beliau),

 

“Bab berilmu sebelum berucap dan berbuat.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

‘Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu.’ (Muhammad: 19),

 

maka Allah memulai dengan ilmu [sebelum berucap dan berbuat].”

 

Ketahuilah -semoga Allah melimpahkan rahmat bagi Anda bahwasanya wajib atas setiap Muslim dan Muslimah mempelajari tiga perkara berikut sekaligus mengamalkannya:

 

Yang pertama: Bahwasanya Allah telah menciptakan kita, memberi rezeki kepada kita, dan Dia tidak meninggalkan kita terlantar, tetapi mengutus kepada kita seorang Rasul. Maka barang siapa menaatinya, niscaya akan masuk surga dan barang siapa mendurhakainya, niscaya akan masuk neraka.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang-orang kafir Makkah) seorang Rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Firaun, maka Firaun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al-Muzzammil: 15-16).

 

Kedua: Bahwa Allah tidak ridha jika seseorang disekutukan dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya; baik malaikat yang didekatkan (kepada-Nya) maupun nabi yang diutus.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al-Jin: 18).

 

Ketiga: Bahwa barang siapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah, maka dia tidak boleh bersikap loyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, meskipun dia adalah kerabat yang paling dekat.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada-Nya. Dan Dia masukkan mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (Al-Mujadilah: 22).

 

Ketahuilah -semoga Allah memberimu ar-Rusydu (ketetapan dan keteguhan berada di jalan kebenaran) untuk menaati-Nya bahwa al-Hanifiyah adalah millah (agama) Nabi Ibrahim, yaitu: hendaknya engkau menyembah Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

 

Dan terhadap yang demikian itulah Allah memerintahkan semua manusia serta menciptakan mereka, sebagaimana Allah berfirman,

 

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).

 

Makna: “Agar mereka beribadah kepada-Ku” dalam ayat ini adalah agar mereka mentauhidkan-Ku.

 

Dan yang paling agung dari perintah Allah adalah perintah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Dan larangan paling besar adalah syirik, yaitu menyeru (menyembah) yang lain di samping menyembah Allah.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (AnNisa’: 36).

 

Jika ditanyakan kepadamu, “Apakah itu tiga dasar utama yang wajib diketahui oleh setiap orang?”

 

Maka jawablah, “Pengetahuan hamba tentang tuhannya, agamanya, dan Nabinya, Muhammad

 

Dasar pertama: Mengenal tuhan.

 

Jika ditanyakan kepadamu, “Siapa tuhan?”

 

Maka jawablah, “tuhanku adalah Allah, yang memeliharaku dan memelihara segenap alam dengan nikmat-nikmat-Nya, dan Dia adalah sembahanku, aku tidak memiliki sembahan selain-Nya.”

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah: 2).

 

Dan semua yang selain Allah adalah ‘alam (makhluk) dan saya termasuk salah satu dari ‘alam tersebut.

 

Jika ditanyakan padamu, “Dengan apa engkau mengetahui Tuhanmu?”

 

Maka jawablah, “Dengan tanda-tanda dan makhluk-makhluk-Nya.”

 

Di antara tanda-tanda-Nya adalah: adanya malam dan siang, matahari dan bulan, dan di antara makhluk-makhluk-Nya adalah: tujuh langit dan tujuh bumi, serta segenap makhluk yang ada di dalam dan di antara keduanya.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Fushshilat: 37).

 

Dan Firman-Nya

 

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) Matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, tuhan semesta alam.” (Al-A’raf: 54),

 

Dan ar-Rabb (Yang menciptakan semesta ini) Dia-lah Tuhan yang berhak disembah. Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Hai manusia sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22).

 

Ibnu Katsir berkata, “Yang menciptakan segala sesuatu ini adalah yang berhak untuk disembah.”

 

Macam-macam ibadah yang Allah perintahkan adalah seperti: Islam, Iman, ihsan, berdoa, khauf (takut), raja’ (pengharapan), tawakal, raghbah (penuh minat), rahbah (rasa cemas), khusyu’, khasyyah (takut), inabah (kembali kepada Allah), isti’anah (minta pertolongan), isti’adzah (mohon perlindungan), istighatsah (mohon pertolongan di kala terjadi kesulitan), menyembelih, bernazar dan amal ibadah lainnya yang diperintahkan Allah, seluruhnya hanyalah bagi Allah.

 

Dalilnya adalah Firman Allah,

 

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (Al-Jin: 18).

 

Maka barang siapa memalingkan sesuatu jenis ibadah tersebut kepada selain Allah, maka dia adalah orang musyrik yang kafir.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya pertimbangannya di sisi tuhannya, sesungguhnya orang kafir itu tiada beruntung.” (Al-Mu’minun: 117).

 

Di dalam sebuah hadits disebutkan, “Doa adalah otak (inti) ibadah.”

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dan tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina’.” (Al-Mu‘min: 60).

 

Dalil (bahwa) khauf (rasa takut itu adalah ibadah yang tidak boleh diperuntukkan kecuali kepada Allah) adalah Firman Allah

 

“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran: 175).

 

Dalil (bahwa) raja’ (pengharapan itu adalah ibadah yang tidak diperuntukkan kepada selain Allah) adalah Firman Allah

 

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia menyekutukan dalam beribadah kepada tuhannya dengan apa pun.” (Al-Kahfi: 110).

 

Dalil (bahwa) tawakal (adalah ibadah yang tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah) adalah Firman Allah,

 

“Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Al-Ma‘idah: 23).

 

Dan juga Firman Allah

 

“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (Ath-Thalaq: 3).

 

Dalil (bahwa) raghbah (kecintaan), rahbah (cemas) dan khusyu’ (merupakan ibadah yang tidak boleh diperuntukkan kecuali kepada Allah), adalah Firman Allah,

 

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik. Dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (Al-Anbiya’: 90).

 

Dalil (bahwa) khasyyah (rasa takut itu adalah ibadah yang tidak boleh diperuntukkan kecuali kepada Allah) adalah Firman Allah

 

“Maka janganlah takut kepada mereka dan takutlah kamu kepada-Ku.” (Al-Bagarah: 150).

 

Dalil (bahwa) inabah (itu adalah ibadah) adalah Firman Allah

 

“Dan kembalilah kamu pada tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya.” (Az-Zumar: 54).

 

Dalil (bahwa) isti’anah (memohon pertolongan itu adalah ibadah) adalah Firman Allah

 

“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).

 

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah.”

 

Dalil (bahwa) isti’adzah (memohon perlindungan adalah merupakan ibadah) adalah Firman Allah

 

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan yang menguasai Shubuh’.” (Al-Falaq: 1), dan

 

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada tuhan yang memelihara dan menguasai manusia’.” (AnNas: 1).

 

Dalil (bahwa) istighatsah (memohon bantuan agar diselamatkan dari kesulitan merupakan ibadah) adalah Firman Allah

 

“(Ingatlah) tatkala kamu mohon bantuan kepada tuhanmu, lalu diperkenankannya bagimu.” (Al-Anfal: 9).

 

Dalil (bahwa) menyembelih (merupakan ibadah) adalah Firman Allah,

 

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (Al-An’am: 162-163).

 

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.”

 

Dalil (bahwa) bernazar (merupakan ibadah) adalah Firman Allah

 

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.” (Al-Insan: 7).

 

Dasar kedua: Mengenal agama Islam dengan dalil-dalil. Islam adalah berserah diri (dan tunduk) kepada Allah dengan cara bertauhid, patuh dengan ketaatan, dan bersikap anti (bara’) dari kemusyrikan dan para penganutnya.

 

Islam memiliki tiga tingkatan: Islam, Iman, dan Ihsan, dan setiap tingkatan memiliki rukun.

 

Tingkatan pertama: [Islam].

 

Rukun Islam ada lima: Syahadat (bersaksi) bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah al-Haram.

 

Dalil syahadat adalah Firman Allah

 

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (Ali Imran: 18).

 

Dan maknanya: Tidak ada yang disembah dengan benar melainkan Allah semata.

 

“Tidak ada tuhan” adalah: menafikan segala bentuk sembahan selain Allah,

 

“Kecuali Allah” adalah: menetapkan segala bentuk ibadah hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam beribadah kepada-Nya dan tidak ada pula sekutu dalam kekuasaan-Nya.

 

Tafsiran syahadat tersebut diperjelas oleh Firman Allah,

 

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah. Tetapi aku menyembah tuhan Yang menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (Az-Zukhruf: 26-28).

 

Dan Firman Allah

 

“Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah  (berpegang) kepada suatu ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’.” (Ali Imran: 64).

 

Dalil syahadat (bersaksi) bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (At-Taubah: 128).

 

Makna syahadat (bersaksi) bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah adalah: menaati perintah beliau, membenarkan berita yang beliau kabarkan, dan meninggalkan segala yang beliau larang, serta agar Allah tidak disembah melainkan dengan cara yang telah beliau syariatkan.

 

Dalil shalat dan zakat serta penafsiran tauhid adalah Firman Allah

 

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5).

 

Dalil puasa adalah Firman Allah

 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183).

 

Dalil haji adalah Firman Allah

 

“Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali Imran: 97).

 

Tingkatan kedua: Iman, dan iman itu ada lebih dari tujuh puluh cabang; di mana yang paling tinggi darinya adalah ucapan   dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu juga salah satu cabang dari Iman.

 

Dan rukunnya ada enam: engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan beriman terhadap qadar yang baik dan yang buruk.

 

Dan dalil bagi keenam rukun Iman ini adalah Firman Allah

 

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi.” (Al-Baqarah: 177).

 

Dalil beriman kepada takdir adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (taqdir).” (Al-Qamar: 49)

 

Tingkatan ketiga: Ihsan, dan ihsan memiliki satu rukun yaitu, hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 128).

 

Juga Firman Allah,

 

“Dan bertawakallah kepada (Allah) yang Maha perkasa lagi Maha Penyayang, yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Asy-Syu’ara: 217-220).

 

Dan Firman Allah

 

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” (Yunus: 61).

 

Dalil dari sunah adalah sebuah hadits Jibril yang terkenal dari Umar bin al-Khaththab dia berkata,

 

“Pada suatu hari kami duduk-duduk di samping Rasulullah, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya, tidak terlihat darinya ada bekas bepergian serta tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya, hingga Dia duduk di hadapan Nabi sambil menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku tentang Islam!’ Rasulullah menjawab, ‘Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah jika engkau mampu menempuh perjalanan kepadanya’. Orang itu berkata, ‘Anda benar!’ Maka kami heran kepadanya, dia yang bertanya lalu dia juga yang membenarkan beliau. Dia bertanya lagi, ‘Kabarkan padaku tentang Iman!’ Rasulullah menjawab, ‘Iman adalah kamu percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan qadarnya, yang baik maupun yang buruk.’ la berkata, ‘Anda benar!’

 

Dia bertanya lagi, ‘Kabarkan padaku tentang ihsan!’ Rasulullah menjawab, ‘Hendaklah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.’

 

Ia bertanya, ‘Kabarkan padaku tentang (kapan terjadinya) Hari Kiamat!’ Rasulullah menjawab, ‘Tidaklah yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya.’ Dia berkata, ‘Kalau begitu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya!’ Nabi menjawab, ‘Jika budak wanita melahirkan anak majikannya dan jika kamu saksikan orang yang tak beralas kaki, telanjang lagi miskin dan penggembala kambing berlomba-lomba dalam membangun bangunan tinggi.’

 

Kemudian dia pergi, selang beberapa lama Rasulullah bersabda kepadaku (Umar), ‘Wahai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya itu?’ Saya menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan perkara agama kalian’.”:

 

Dasar ketiga: Mengenal Nabi Muhammad, Beliau ialah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim adalah kabilah dari suku Quraisy dan Quraisy dari bangsa Arab, bangsa Arab adalah anak keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim, kekasih Allah. Beliau berumur 63 tahun. 40 tahun darinya sebelum beliau menjadi nabi dan 23 tahun sebagai nabi dan rasul. Beliau diangkat menjadi Nabi dengan diawali wahyu yang berbunyi (. ) dan menjadi seorang Rasul semenjak turun wahyu (.  ). Negeri asal beliau adalah Makkah kemudian berhijrah ke Madinah. Beliau diutus oleh Allah untuk memberi peringatan dari syirik dan mengajak kepada tauhid.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan, dan agungkanlah tuhanmu, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk tuhanmu bersabarlah.” (AL Muddatstsir: 1-7).

 

Makna “Bangunlah lalu berilah peringatan,” yakni, adalah memberikan peringatan tentang bahaya syirik dan sekaligus mengajak kepada tauhid,

 

“Tuhanmu agungkanlah,” yakni, agungkanlah Dia dengan cara mentauhidkan(Nya),

 

“Pakaianmu bersihkanlah,” yakni, bersihkan perbuatanmu dari syirik,

 

“Perbuatan dosa tinggalkanlah;” perbuatan dosa di sini maksudnya adalah berhala-berhala, artinya, tinggalkanlah (penyembahan terhadap) berhala-berhala itu, dan bebaskan dirimu darinya dan dari orang-orang yang melakukannya.

 

Beliau mengajak kepada tauhid ini selama sepuluh tahun dan setelah sepuluh tahun beliau dimi’rajkan ke langit, dan diwajibkan kepada beliau shalat lima waktu. Beliau menjalankan shalat di Makkah selama tiga tahun dan setelah itu beliau diperintahkan untuk hijrah ke Madinah.

 

Hijrah adalah pindah dari suatu negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah hukumnya wajib bagi setiap umat Islam dari negeri syirik ke negeri Islam, dan kewajiban ini tetap berlangsung sampai Hari Kiamat.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’ Para malaikat berkata, ‘Bukankah bumi Allah luas, sehingga kamu dapat hijrah di bumi itu?’ Orang-orang itu tempatnya Neraka Jahanam dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas, batik laki-laki maupun wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya, dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (An-Nisa’: 97-99).

 

Juga Firman-Nya

 

“Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” (Al-‘Ankabut: 56).

 

Imam al-Baghawi berkata, “Sebab turun ayat ini adalah adanya orang-orang Islam yang tinggal di Makkah dan tidak ikut berhijrah; Allah menyeru mereka dengan sebutan ‘beriman’.”

 

Dalil atas wajibnya hijrah dari as-Sunnah adalah sabda Nabi

 

“Hijrah tidak terhenti sebelum terputusnya taubat dan taubat tidak terputus hingga matahari terbit dari barat.”

 

Setelah menetap di Madinah, beliau diperintahkan dengan syariat-syariat Islam yang lain seperti Zakat, Shalat, Haji, Jihad, Adzan, Amar Makruf, Nahi Mungkar, dan syariat-syariat Islam lainnya.

 

Beliau menyempurnakan sisa syariat tersebut selama sepuluh tahun, dan setelah itu beliau diwafatkan, sedangkan agama tetap abadi.

 

Inilah agama beliau, yang mana tidak ada suatu kebaikan pun kecuali beliau telah menunjukkan umat kepadanya, dan tidak ada satu keburukan pun kecuali beliau telah memperingatkannya mereka darinya.

 

Kebaikan yang beliau tunjukkan kepadanya adalah: tauhid dan segala hal yang dicintai dan diridhai Allah.

 

Sedangkan keburukan yang beliau peringatkan darinya adalah syirik dan segala hal yang dibenci dan tidak disukai Allah.

 

Allah telah mengutus beliau kepada umat manusia seluruhnya. Dan Allah juga mewajibkan kepada seluruh jin dan manusia untuk menaati beliau.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Katakanlah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua’.” (Al-A’raf: 158).

 

Allah telah menyempurnakan Agama Islam dengan beliau. Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Ma’idah: 3).

 

Dan dalil atas wafatnya beliau adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula) kemudian sesungguhnya kamu pada Hari Kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan tuhanmu.” (Az-Zumaar: 30-31).

 

Dan manusia apabila telah meninggal dunia akan dibangkitkan kembali. Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada hari yang lain.” (Thaha: 55).

 

Juga Firman Allah

 

“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (dari padanya pada Hari Kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (Nuh: 17-18).

 

Setelah dibangkitkan, mereka akan dihisab dan dibalas sesuai dengan amal perbuatan mereka. Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (Surga).” (An-Najm: 31).

 

Barang siapa mendustakan hari Kebangkitan kembali, maka dia telah kafir. Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan, katakanlah, ‘Tidak demikian, demi tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah’.” (At-Taghabun: 7).

 

Allah mengutus semua para rasul adalah sebagai orang-orang yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan. Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Mereka Kami utus selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (AnNisa’: 165).

 

Yang pertama di antara mereka (para rasul itu) adalah Nabi Nuh dan yang terakhir adalah Nabi Muhammad.

 

Dalil yang menunjukkan bahwa yang pertama di antara mereka adalah Nabi Nuh adalah Firman Allah

 

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudian.” (An-Nisa’: 163).

 

Setiap umat Allah telah mengutus seorang rasul kepadanya, mulai sejak Nabi Nuh sampai kepada Nabi Muhammad, memerintahkan mereka agar menyembah Allah saja dan melarang mereka menyembah berhala.

 

Dalilnya adalah Firman Allah

 

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah berhala itu’.” (An-Nahl: 36).

 

Allah mewajibkan kepada semua hamba(Nya) untuk mengingkari berhala dan hanya beriman kepada Allah.

 

Ibnul Qayyim berkata, “berhala adalah apa yang dilampaui batasnya oleh seorang hamba, baik berupa sesuatu yang disembah, diikuti, atau yang ditaati.”

 

Berhala-berhala itu banyak, tetapi yang pokok dari mereka ada lima: (Pertama), Iblis yang dilaknat Allah, (kedua), orang yang disembah dan dia rela, (ketiga), orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya, (keempat), orang yang mengaku mengetahui hal yang ghaib, dan (kelima), orang yang berhukum dengan selain hukum yang diturunkan Allah.

 

Dalilnya adalah Firman Allah,

 

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barang siapa yang ingkar kepada berhala dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 256).

 

Inilah pengertian makna ‘La ilaha illallah.’

 

Dalam sebuah hadits disebutkan,

 

“Pokok agama adalah penyerahan diri, sedang tiangnya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah.”

 

Hanya Allah yang Maha Mengetahui, dan semoga shalawat dan salam selalu Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.