Segala puji bagi Allah yang mengatur seluruh makhluk dan menciptakan lapisan-lapisan bumi dan langit, menurunkan air dari awan dan menciptakan biji-bijian dan tanaman dan menetapkan rezeki dan makanan dan memberi pahala atas amal-amal yang baik.

 

Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah kepada Sayyidina Muhammad pemilik berbagai mukjizat yang nyata dan cahayanya meliputi seluruh makhluk.

 

Selanjutnya, ini adalah kitab yang saya ringkas dari kitab yang berharga dan bagus isinya bernama Mukasyafatul qulub al-muqarribu ilaa “allaamil ghuyub yang dinisbatkan kepada Asy-Syeikh Al-Ghazali.

 

Saya namakan kitab ini seperti aslinya, yaitu Mukasyafatul qulub dan saya berlindung kepada Allah dari syirik dan dosa-dosa dan saya batasi di dalamnya pada III bab supaya isinya bisa dihafal oleh orang-orang berilmu dan berakal.

 

 

 

 

 

Disebutkan dalam khabar dari Nabi SAW bahwa beliau menceritakan bahwa Allah Ta’ala menciptakan malaikat yang mempunyai satu sayap di timur dan satu sayap di barat dan kepalanya di bawah Arsy, sedangkan kedua kakinya berada di bawah bumi ke tujuh dan padanya terdapat bulu sebanyak makhluk Allah Ta’ala. Apabila seorang lelaki atau seorang perempuan dari umatku bershalawat untukku, Allah Ta’ala menyuruh malaikat itu masuk dalam lautan cahaya di bawah Arsy. Maka ia pun masuk di dalamnya, kemudian keluar dan mengebaskan sayapnya sehingga dari setiap bulu menetes air, Kemudian Allah Ta’ala menciptakan dari setiap tetes seorang malaikat yang memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat. Seorang bijak berkata: Keselamatan tubuh adalah dalam makanan yang sedikit dan keselamatan ruh adalah dalam sedikitnya dosa-dosa dan keselamatan agama adalah dalam bershalawat untuk manusia terbaik.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah.” Yakni takutlah kalian kepada Allah.

 

“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”

 

Maksudnya bersedekahlah dan beramallah dengan melakukan ketaatan supaya kalian mendapat pahalanya pada hari kiamat.

 

“Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” Al-Hasyr: 18

 

Yakni mengetahui kebaikan dan kejelekan perbuatanmu.

 

Para malaikat, langit dan bumi, malam dan siang pada hari kiamat menyaksikan perbuatan anak Adam yang baik dan buruk, ketaatan atau maksiat, hingga anggota-anggota tubuhnya bersaksi atasnya. Bumi bersaksi untuk orang mukmin dan orang yang zahid. la berkata: Dia kerjakan shalat di atasku, berpuasa, menunaikan haji dan berjihad. Maka orang mukmin dan orang yang zahid itu gembira. Bumi bersaksi atas orang kafir dan orang yang durhaka. la berkata: Dia berbuat syirik di atasku, berzina, minum khamar dan makan makanan haram. Celakalah dia, jika ditanya dalam pemeriksaan amal oleh Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Orang mukmin ialah manusia yang takut kepada Allah Ta’ala dengan seluruh anggota tubuhnya sebagaimana dikatakan oleh Al Faqih Abul Laits: Tanda takut kepada Allah Ta’ala nampak dalam tujuh anggota tubuhnya.

 

Yang pertama adalah lidahnya. la cegah lidahnya dari dusta, ghibah, namimah, fitnah dan omongan yang tidak berguna. la jadikan lidahnya sibuk menyebut nama Allah, membaca Al-Qur’an dan belajar ilmu.

 

Yang kedua adalah hatinya. la keluarkan darinya permusuhan, fitnah dan dengki kepada para saudara. Karena sifat dengki menghapus kebaikan-kebaikan sebagaimana Nabi SAW bersabda:

 

“Sifat dengki memakan kebaikan-kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”

 

Ketahuilah, bahwa dengki termasuk penyakit-penyakit besar di dalam hati dan penyakit hati tidak bisa diobati, kecuali dengan ilmu dan amal.

 

Yang ketiga ialah pandangannya. Maka ia tidak melihat kepada makanan, minuman dan pakaian yang haram dan selain itu dan tidak pula kepada kesenangan dunia dengan keinginan, tetapi pandangannya itu untuk mengambil pelajaran. Dan ia tidak melihat kepada sesuatu yang tidak halal baginya sebagaimana sabda Nabi SAW:

 

“Barangsiapa memenuhi matanya dari sesuatu yang haram, maka Allah Ta’ala memenuhi matanya pada hari kiamat dari api neraka.”

 

Yang keempat ialah perutnya. Maka ia tidak boleh memasukkan ke dalam perutnya sesuatu yang haram, karena itu adalah dosa besar sebagaimana sabda Nabi SAW:

 

“Apabila sesuap makanan haram masuk dalam perut anak Adam, ia pun dilaknat oleh setiap malaikat di bumi dan langit selama makanan itu ada dalam perutnya. Jika ia mati dalam keadaan itu, maka tempat tinggalnya adalah jahannam.”

 

Yang kelima adalah tangannya. Maka ia tidak boleh mengulurkan tangannya kepada sesuatu yang haram, tetapi mengulurkannya kepada sesuatu yang merupakan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

 

Diriwayatkan dari Ka’ab Al-Ahbar bahwa ia berkata: Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan sebuah rumah dari zabarjad hijau. Di dalamnya terdapat 70.000 gedung, dalam setiap gedung terdapat 70.000 rumah yang tidak ditinggali kecuali oleh orang yang ditawari sesuatu yang haram, tetapi ia menolaknya karena takut kepada Allah Ta’ala.

 

Yang keenam adalah kakinya. Maka ia tidak boleh berjalan dengan tujuan mendurhakai Allah, tetapi berjalan untuk mentaati-Nya dan mendapat keridhaan-Nya serta menemani para ulama dan orang-orang shaleh.

 

Yang ketujuh adalah taatnya. Maka ia jadikan taatnya murni untuk mendapatkan ridha Allah Ta’ala dan takut riya’ dan nifag.

 

Apabila ia lakukan itu, maka ia termasuk orang-orang yang Allah Ta’ala berfirman mengenai mereka:

 

“Dan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Az-Zukhruf: 35

 

Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).” Al-Hijr: 45

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan.” Ath-Thur: 16

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.” Ad-Dukhan: 51

 

Seakan-akan Allah Ta’ala berkata: Sesungguhnya mereka selamat pada hari kiamat dari api neraka.

 

Orang mukmin patut berada di antara rasa takut dan harapan. Maka ia mengharap rahmat Allah dan tidak putus asa darinya sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 

“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” Az-Zumar: 53

 

Dan ia taat beribadah kepada Allah dan berhenti dari perbuatan-perbuatannya yang buruk dan bertaubat kepada Allah Ta’ala.

 

Cerita :

Di saat Dawud alaihis salam duduk di biaranya membaca Zabur, tiba-tiba ia melihat seekor cacing merah di tanah. Kemudian ia berkata dalam hatinya: Apa yang diinginkan Allah pada cacing itu?

 

Maka Allah mengizinkan cacing itu hingga ia berbicara dan berkata: Wahai Nabi Allah, pada waktu siang, Tuhanku mengilhamiku untuk mengucapkan dalam setiap hari: Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar seribu kali. Pada waktu malam, Tuhanku mengilhamiku untuk mengucapkan dalam setiap malam: Allahumma shalli “alaa Muhammad an-nabiyyil ummiy wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam seribu kali. Adapun engkau, apa yang engkau ucapkan hingga aku bisa mendapat faedah darimu? Maka Dawud alaihis salam menyesal karena meremehkan cacing itu dan takut kepada Allah Ta’ala, bertaubat dan bertawakkal kepada-Nya.

 

Adalah Ibrahim Al-Khalil shalawatullahi alaihi apabila mengingat dosanya, ia jatuh pingsan dan detak jantungnya terdengar hingga sejauh satu mil. Kemudian Allah mengutus Jibril kepadanya. Jibril mendatanginya dan berkata kepadanya: Allah Yang Maha Kuasa mengirim salam kepadamu. Allah berkata: Apakah seorang kekasih takut kepada kekasihnya? Ibrahim menjawab: Ya Jibril, apabila aku mengingat dosaku dan memikirkan hukuman-Nya, aku pun lupa kedudukanku sebagai kekasih.

 

Inilah keadaan para nabi, auliya’ dan orang-orang shaleh dan Orang-orang zahid. Maka renungkanlah!

 

 

 

 

 

 

Abul Laits rahimahullahu ta’ala berkata: Allah mempunyai malaikat-malaikat di langit ke tujuh yang sujud sejak Allah Ta’ala menciptakan mereka hingga hari kiamat. Sekujur badan mereka gemetar karena takut kepada Allah Ta’ala. Pada hari kiamat, mereka mengangkat kepala mereka dan berkata: Maha Suci Engkau, kami tidak menyembah-Mu dengan ibadah yang patut bagi-Mu. Itu adalah firman Allah Ta’ala:

 

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” An-Anfal: 50

 

Yakni mereka tidak mendurhakai Allah Ta’ala sekejap mata pun. Rasulullah SAW bersabda:

 

“Apabila tubuh orang mukmin gemetar karena takut kepada Allah Ta’ala, berguQur’anlah dosa-dosanya seperti daun yang berguQur’an dari pohon.”

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki menyukai seorang perempuan. Kemudian perempuan itu keluar untuk melaksanakan keperluannya. Maka orang lelaki itu pergi bersamanya. Ketika ia menyendiri dengan wanita itu di dusun dan orang-orang sudah tidur, orang lelaki itu menyampaikan keinginannya kepada wanita itu. Maka wanita itu berkata kepadanya: Lihatlah apakah orang-orang semuanya sudah tidur? Orang itu gembira mendengar perkataannya dan menyangka wanita itu telah memenuhi keinginannya. Kemudian ia mengelilingi kafilah itu. Ternyata orang-orang sudah tidur. Maka ia kembali kepada wanita itu.

 

Orang itu berkata kepadanya: Ya, mereka sudah tidur. Wanita itu berkata: Apa pendapatmu mengenai Allah Ta’ala, apakah Dia tidur pada saat ini? Orang itu menjawab: Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak tidur dan Dia tidak mengantuk dan tidur. Wanita itu berkata: Sesungguhnya Tuhan yang tidak pernah tidur dan tidak akan tidur melihat kita, meskipun orang-orang tidak melihat kita. Oleh karena itu, Dia lebih patut untuk ditakuti.

 

Maka orang itu meninggalkan wanita itu karena takut kepada Al-Khaliq dan ia pun bertaubat dan kembali ke kampung halamannya. Ketika meninggal dunia, orang-orang bermimpi melihatnya. Dikatakan kepadanya: Apa yang dilakukan Allah kepadamu? Orang itu menjawab: Allah mengampuni aku karena aku takut dan meninggalkan dosa itu.

 

Cerita:

 

Di kalangan bani Israel ada seorang lelaki ahli ibadah yang mempunyai banyak anak dan menderita kelaparan dan sangat membutuhkan makanan. Maka ia mengirim istrinya untuk meminta sesuatu bagi anak-anaknya.

 

Kemudian ia pergi ke rumah seorang pedagang kaya dan meminta makanan darinya untuk memberi makan anak-anaknya.

 

Orang lelaki itu berkata: Ya, tetapi biarkan aku menguasai dirimu.

 

Wanita itu diam dan kembali ke rumahnya. la melihat anak-anaknya berteriak dan berkata: Wahai ibuku, kami hampir mati karena lapar. Berilah kami makanan.

 

Kemudian wanita itu pergi kepada pedagang itu dan berbicara kepadanya tentang keadaan anak-anaknya.

 

Orang itu berkata: Apakah permintaanku dipenuhi? Wanita itu menjawab: Ya.

 

Ketika orang itu menyendiri dengannya, gemetarlah sendi-sendi perempuan itu hingga nyaris terlepas dari tempat-tempatnya.

 

Orang itu berkata kepadanya: Ada apa denganmu? Wanita itu menjawab: Aku takut kepada Allah Ta’ala.

 

Pedagang itu berkata: Engkau takut kepada Allah Ta ala, sedangkan engkau dalam keadaan miskin. Aku lebih patut untuk takut daripada engkau.

 

Orang itu menjauhi wanita itu dan memenuhi keperluannya.

 

Wanita itu kembali dengan membawa kenikmatan yang banyak kepada anak-anaknya. Maka mereka pun gembira.

 

Kemudian Allah berkata kepada Musa alaihis salam: Katakan kepada si Fulan bin Fulan: Aku telah mengampuni dosa-dosanya.

 

Musa alaihis salam datang kepadanya dan berkata: Barangkali engkau telah berbuat kebaikan antara engkau dan Allah.

 

Maka ia ceritakan kejadian itu kepada Musa. Musa alaihis salam berkata: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu.

 

Demikian disebutkan dalam Majma’ al-Latha’if. Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda (hadits Oudsi):

 

“Allah Ta’ala berfirman: Aku tidak mengumpulkan pada hamba-Ku dua ketakutan dan dua keamanan. Barangsiapa takut kepada-Ku di dunia, Aku amankan dia di akhirat. Dan siapa yang merasa aman dari-Ku di dunia, Aku jadikan dia takut pada hari kiamat.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.” Al-Maidah: 44

 

Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain:

 

“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu sungguh orang yang beriman). Ali Imran: 175

 

Adalah Umar radhiyallahu anhu jatuh pingsan apabila mendengar ayat Al-Qur’an. Pada suatu hari ia mengambil sepotong jerami, lalu berkata: Aduhai kiranya aku adalah jerami ini dan aku tidak menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai kiranya aku tidak dilahirkan oleh ibuku. Umar r.a. banyak menangis hingga mengalir air matanya dari kedua matanya. Pada wajahnya tampak dua garis hitam disebabkan air mata. Nabi SAW bersabda:

 

Maka orang mukmin patut takut kepada siksa Allah dan mencegah dirinya dari berbagai keinginan nafsu. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Adapun orang yang melampaui batas. Dan lebih mengutamakan dunia. Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” An-Naazi’at: 37-41

 

Barangsiapa ingin selamat dari siksa Allah dan mendapatkan pahala dan rahmat-Nya, hendaklah ia bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan di dunia dan dalam melakukan ketaatan kepada Allah serta menjauhi berbagai maksiat.

 

Disebutkan dalam Zahrur Riyadh: Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: Apabila penghuni surga masuk, mereka disambut oleh para malaikat dengan segala kebaikan dan nikmat, lalu diletakkan mimbar-mimbar bagi mereka dan digelar permadani serta didatangkan bagi mereka berbagai macam makanan dan buah-buahan. Kemudian, di samping kenikmatan itu, mereka merasa bingung.

 

Maka Allah berkata: Hai hamba-hamba-Ku, mengapa kalian merasa bingung, sedangkan di sini bukan tempat kebingungan?

 

Mereka menjawab: Sesungguhnya kami mempunyai janji yang sudah datang waktunya.

 

Maka Allah Ta’ala berkata kepada para malaikat: “Angkatlah tabir dari wajah-wajah.”

 

Para malaikat berkata: Wahai Tuhan kami, bagaimana mereka bisa melihat-Mu, sedangkan mereka dulu adalah orang-orang yang durhaka?

 

Allah Ta’ala menjawab: “Angkatlah tabir, karena mereka dulu berdzikir, sujud dan menangis di dunia karena mengharap perjumpaan dengan-Ku.”

 

Kemudian tabir diangkat. Maka mereka melihat dan merebahkan diri bersujud kepada Allah azza wa jalla.

 

Kemudian Allah Ta’ala berkata: “Angkatlah kepalamu, karena di sini bukan tempat beramal, tetapi tempat kemuliaan.”

 

Kemudian Allah menampakkan diri pada mereka tanpa diketahui bagaimana dan berkata kepada mereka dengan senang: Salam atas kalian para hamba-Ku. Aku telah ridha kepada kalian. Apakah kalian ridha kepada-Ku?

 

Mereka menjawab: Mengapa kami tidak ridha, sedangkan Engkau telah memberikan kepada kami segala sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada hati manusia, yaitu firman Allah Ta’ala:

 

“Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha terdapa-Nya.” Al-Maidah: 119

 

Dan firman Allah Ta’ala:

 

“(Kepada mereka dikatakan): “Salam” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” Yaasin: 58

 

 

 

 

 

Barangsiapa ingin selamat dari siksa Allah dan mendapat pahala dan rahmat-Nya serta memasuki surganya, hendaklah ia mencegah dirinya dari kesenangan-kesenangan dunia dan bersabar atas berbagai kesulitan dan musibahnya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.”

 

Sabar ada beberapa macam: Sabar dalam menaati Allah, sabar dalam menjauhi larangan-Nya, sabar dalam menghadapi musibah pada kejadian pertama.

 

Maka siapa yang sabar dalam menaati Allah Ta’ala, ia pun diberi 300 derajat di surga oleh Allah Ta’ala pada hari kiamat, setiap derajat sejauh antara langit dan bumi.

 

Barangsiapa sabar dalam menjauhi larangan-larangan Allah, ia pun diberi 600 derajat oleh Allah pada hari kiamat, setiap derajat seperti antara langit ketujuh dengan bumi ketujuh.

 

Barangsiapa bersabar atas musibah, Allah Ta’ala memberinya 700 derajat di surga pada hari kiamat, setiap derajat antara Arsy dan dasar bumi.

 

“Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Allah Ta’ala berfirman: Tidaklah seorang hamba ditimpa cobaan, lalu berlindung dengan-Ku, melainkan Aku memberinya sebelum ja meminta dari-Ku dan Aku kabulkan doanya sebelum ia berdoa kepada-Ku.

 

Tidaklah seorang hamba mengalami cobaan, lalu berlindung dengan makhluk tanpa Aku, melainkan Aku menutup pintu-pintu langit di atasnya.”

 

Maka orang berakal wajib bersabar dalam menerima cobaan dan tidak mengeluh supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat. Karena cobaan terberat adalah atas para nabi dan auliya’. Al-Junaid Al-Baghdadi rahimahullah berkata: Cobaan itu lampu bagi para Arifin dan kesadaran bagi para murid, kebaikan bagi kaum mukminin dan kebinasaan bagi orang-orang yang lalai. Tidaklah seseorang merasakan manisnya iman hingga ia mengalami cobaan, ridha dan sabar.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa sakit semalam, lalu bersabar dan ridha kepada Allah Ta’ala, ia pun keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Maka jika kalian sakit, janganlah mengharapkan kesehatan.” 

 

Adh-Dhahhak berkata: Barangsiapa tidak mendapat cobaan antara setiap empat puluh malam atau mengalami kesusahan atau musibah, maka ia tidak mempunyai kebaikan di sisi Allah.

 

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal r.a… ia berkata: Apabila Allah menguji hamba yang mukmin dengan penyakit, Allah berkata: ‘ Katakan kepada malaikat di sebelah kiri, angkat penamu darinya.

 

Dan Allah berkata kepada malaikat di sebelah kanan: Tulislah bagi hamba-Ku amal terbaik yang dilakukannya.

 

Disebutkan dalam khabar dari Nabi SAW: Apabila hamba sakit, Allah mengutus dua malaikat kepadanya.

 

Allah berkata: Lihatlah oleh kamu berdua apa yang dilakukan hamba-Ku. Jika ia mengucapkan Alhamdulillah, maka ucapan itu dilaporkan kepada Allah, sedangkan Dia lebih tahu.

 

Maka Allah berkata: Aku menjamin untuk hamba-Ku jika Aku mematikannya akan memasukkannya ke dalam surga. Dan jika Aku menyembuhkannya, maka Aku akan mengganti baginya daging yang lebih baik daripada dagingnya dan darah yang lebih baik daripada darahnya dan Aku akan menghapus kesalahan-kesalahannya.

 

Diceritakan bahwa di kalangan bani Israel ada seorang lelaki yang fasik. la tidak berhenti dari kefasikannya hingga gemparlah penduduk kotanya dan mereka tidak mampu mencegahnya dari perbuatannya yang fasik.

 

Maka mereka memohon dengan sangat kepada Allah Ta’ala. Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alaihis salam bahwa di kalangan bani Israel ada seorang pemuda fasik, maka keluarkan dia dari kota mereka supaya mereka tidak ditimpa api disebabkan kefasikannya.

 

Maka datanglah Musa alaihis salam, lalu mengusirnya dari kota itu. Pemuda itu pergi ke desa lain. Kemudian Allah menyuruh Musa mengeluarkannya dari desa itu. Maka Musa alaihis salam mengusirnya.

 

Kemudian pemuda itu pergi ke sebuah padang yang luas, tidak ada manusia, tanaman, binatang liar maupun burung.

 

Kemudian pemuda itu sakit di padang itu tanpa ada pembantu yang membantunya. la berbaring di atas tanah dan meletakkan kepalanya di atasnya dan berkata: Andaikata ibuku berada di dekat kepalaku, niscaya ia menyayangiku dan menangis atas kehinaanku. Andaikata ayahku hadir, niscaya dia membantuku dan mengerjakan urusanku. Andaikata istriku hadir, niscaya dia menangis karena berpisah denganku. Andaikata anak-anakku hadir di sisiku, niscaya mereka menangis di belakang jenazahku dan mereka mengatakan: Ya Allah, ampunilah ayah kami yang asing dan lemah, yang durhaka dan fasik dan terusir dari kotanya ke sebuah desa dan dari desa ke sebuah padang luas dan dari padang yang luas keluar dari dunia menuju akhirat dengan putus asa dari segala sesuatu.

 

Ya Allah, Engkau memutusku dari ibuku dan anak-anakku serta istriku, maka janganlah memutusku dari rahmat-Mu. Sesungguhnya Engkau telah membakar hatiku dengan meninggalkan mereka. Maka janganlah Engkau membakarku dengan api-Mu karena kedurhakaanku.

 

Kemudian Allah Ta’ala mengirim untuknya seorang bidadari dalam bentuk ibunya, seorang bidadari dalam bentuk istrinya, anak-anak dalam bentuk anak-anaknya dan seorang malaikat dalam bentuk ayahnya. Mereka duduk di dekatnya dan menangisinya. Pemuda itu berkata: Ini ayahku, ibuku, istri dan anak-anakku hadir di dekatku.

 

Hatinya merasa senang dan ia pun sampai kepada rahmat Allah Ta’ala dalam keadaan suci dan diampuni.

 

Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alaihis salam: Pergilah ke padang begini dan tempat begini. Telah meninggal di situ seorang wali. Datangilah dia dan kerjakan urusannya dan kuburlah dia.

 

Ketika Musa tiba di tempat itu, ia melihat pemuda yang diusirnya dari kota dan desa dengan perintah Allah Ta’ala dan melihat bidadari di sekelilingnya.

 

Maka Musa alaihis salam berkata: Ya Tuhanku, bukankah ini adalah pemuda yang aku usir dari kota dan desa dengan perintah-Mu?

 

Maka Allah Ta ala menjawab: Hai Musa, sesungguhnya Aku kasihan padanya dan Aku telah mengampuninya disebabkan keluhannya di tempatnya dan perpisahannya dengan kampung halamannya, ibu, ayah dan anak-anaknya serta istrinya.

 

Aku mengirim kepadanya bidadari dalam bentuk ibunya, malaikat dalam bentuk ayahnya dan bidadari dalam bentuk istrinya. Mereka mendoakan rahmat atas kehinaannya di tempat pengasingannya.

 

Sesungguhnya apabila orang asing (terlantar) meninggal, ia pun ditangisi oleh penghuni langit dan bumi karena kasihan padanya. Maka bagaimana Aku tidak kasihan padanya. sedangkan Aku adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara para penyayang?

 

Apabila orang asing (terlantar) mengalami sakaratul maut, Allah Ta’ala berkata: Hai para malaikat-Ku, orang ini musafir yang terlantar. la tinggalkan anak-anaknya, keluarga dan ibu bapaknya. Apabila ia meninggal, tidak ada seorang pun yang menangisinya dan tidak bersedih.

 

Kemudian Allah menjadikan seorang malaikat dalam bentuk ayahnya, seorang bidadari dalam bentuk ibunya dan seorang dalam bentuk anaknya dan seorang dalam bentuk kerabatnya. Mereka masuk kepadanya. Kemudian ia membuka kedua matanya. Maka ia melihat ibu bapaknya dan anak-anaknya. Hatinya merasa senang dan ruhnya keluar dengan gembira.

 

Kemudian apabila jenazahnya keluar, mereka mengantarkannya dan mendoakan baginya di atas kuburnya sampai hari kiamat.

 

Itulah makna firman Allah Ta’ala:

 

“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.” Asy-Syuura: 19

 

Ibnu Atha’ berkata: Kebenaran hamba dapat diketahui bersama kebohongannya di waktu-waktu mengalami cobaan dan kesenangan. Barangsiapa yang bersyukur di hari-hari kesenangan dan resah di hari-hari cobaan, maka ia termasuk pendusta.

 

Andaikata berkumpul pada seseorang ilmu jin dan manusia, kemudian ia ditimpa cobaan dan menampakkan keluhan atas cobaan itu. maka ilmu dan amalnya tidak bermanfaat baginya sebagaimana disebutkan dalam hadits Oudsi. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Barangsiapa tidak ridha dengan keputusan-Ku dan tidak bersyukur atas pemberian-Ku, biarlah dia mencari Tuhan selain Aku.”

 

Diceritakan oleh Wahab bin Munabbih bahwa seorang nabi beribadah kepada Allah selama 50 tahun. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: Aku telah mengampunimu.

 

Maka nabi itu berkata: Ya Tuhanku, mengapa Engkau mengampuniku, padahal aku tidak pernah berdosa?

 

Kemudian Allah menyuruh memukul uratnya dan ia pun tidak tidur di malam itu.

 

Malaikat Subuh datang kepadanya. Maka nabi itu mengeluh kepadanya atas rasa sakit yang dialaminya pada urat itu.

 

Malaikat itu berkata: Tuhanmu berkata kepadamu: Ibadah lima puluh tahun tidak bisa menyamai keluhan sakitnya urat ini.

 

 

 

 

 

Allah mewahyukan kepada Musa alaihis salam: Hai Musa, jika engkau ingin Aku lebih dekat kepada-Mu daripada perkataanmu kepada lidahmu dan dari bisikan hatimu ke hatimu dan dari ruhmu ke badanmu, dari cahaya penglihatanmu ke kedua matamu dan dari pendengaranmu ke telingamu, maka perbanyaklah shalawat untuk Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” Al-Hasyr: 18

 

Ketahuilah hai manusia, bahwa nafsu yang menyuruh berbuat keburukan adalah lebih jahat terhadapmu daripada iblis.

 

Sesungguhnya syaitan menjadi kuat terhadapmu dengan hawa nafsu dan keinginannya. Maka jangan sampai nafsumu menipumu dengan angan-angan dan ghurur, karena tabiat nafsu adalah merasa aman, lalai, merasa tenang, santai dan malas. Maka pengakuannya adalah batil dan segala sesuatu darinya adalah ghurur.

 

Jika engkau suka dengannya dan mengikuti perintahnya, engkau pun binasa. Jika engkau lalai dari menghisabnya, maka engkau pun tenggelam. Dan jika engkau tidak sanggup melawannya dan mengikuti keinginannya, ia pun menuntunmu ke neraka.

 

Nafsu tidak mempunyai tempat kembali kepada kebaikan. sedangkan ia adalah pokok segala bencana dan sumber kejelekan. Nafsu adalah tempat perbendaharaan iblis dan tempat tinggal setiap kejelekan.

 

Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Penciptanya. Takutlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan, yakni kebaikan dan kejelekan.

 

Apabila hamba memikirkan umurnya yang telah lewat dalam mencari akhiratnya, pemikiran ini mencuci hati. Sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah setahun.” Demikian disebutkan dalam tafsir Abi Al-Laits.

 

Maka patutlah bagi orang berakal untuk bertaubat dari dosa-dosa yang lalu dan memikirkan amal yang mendekatkan dan menyelamatkannya di negeri akhirat, memendekkan angan-angan, menyegerakan taubat, menyebut nama Allah Ta’ala, meninggalkan larangan-larangan dan menyabarkan dirinya serta tidak mengikuti keinginan-keinginan nafsu, karena nafsu adalah berhala. Maka siapa yang menyembah nafsu, ia pun menyembah berhala. Dan siapa yang menyembah Allah dengan keikhlasan dialah orang yang bisa menaklukkan nafsunya.

 

Diriwayatkan bahwa ketika Malik bin Dinar berjalan di pasar Basrah, ia melihat buah Tin. Maka ia ingin membelinya. Kemudian ia melepas sandalnya dan memberikannya kepada penjual buah. Ia berkata: Berilah aku buah Tin itu.

 

Penjual buah itu melihat sandal dan berkata: Sandal itu tidak menyamai harganya.

 

Maka Malik pergi. Kemudian dikatakan kepada penjual buah itu:

 

Tidakkah engkau mengenal siapa orang ini? Penjual buah itu menjawab: Tidak. Dikatakan: la adalah Malik bin Dinar.

 

Maka penjual buah itu meletakkan wadah di atas kepala budaknya. la berkata kepadanya: Jika ia menerima buah Tin ini darimu, maka engkau merdeka.

 

Kemudian budak itu berlari di belakang Malik bin Dinar dan berkata kepadanya: Terimalah buah Tin ini dariku. Namun Malik menolak.

 

Budak itu berkata: Terimalah. Sesungguhnya penerimaanmu menyebabkan kemerdekaanku.

 

Malik bin Dinar berkata kepadanya: Jika penerimaanku menyebabkan kemerdekaanmu namun penerimaan itu menyebabkan penyiksaanku.

 

Budak itu terus mendesak Malik agar menerimanya. Maka Malik bin Dinar berkata: Aku bersumpah untuk tidak menjual agama seharga buah Tin dan aku tidak akan makan buah Tin hingga hari kiamat.

 

Diceritakan bahwa Malik bin Dinar sakit yang menyebabkan wafatnya. Maka ia ingin makan segelas madu dan susu untuk menjadi kuah bagi sepotong roti yang panas. Kemudian pelayan pergi mengambilnya dan membawanya kepadanya.

 

Malik bin Dinar mengambilnya dan memandangnya sesaat dan berkata: Hai diriku, engkau telah bersabar selama 30 tahun, sedangkan umurmu tinggal sesaat.

 

Maka ia pun melemparkan gelas itu dari kedua tangannya dan menyabarkan dirinya dan meninggal dunia.

 

Demikianlah keadaan para nabi, auliya’, para shadiqin, aasyiqin dan zaahidin.

 

Sulaiman bin Dawud alaihis salam berkata: Sesungguhnya orang yang menaklukkan nafsunya lebih berat daripada orang yang menaklukkan kota sendirian.

 

Ali bin Abi Thalib karromallahu wajhahu berkata: Tidaklah aku terhadap nafsuku, melainkan seperti penggembala kambing. Setiap kali aku kumpulkan kambing-kambing itu dari satu sisi, kawanan kambing itu tersebar dari sisi lain.

 

Barangsiapa mematikan nafsunya, ia pun dibungkus dalam kafan rahmat dan dikubur di tanah kemuliaan. Dan barangsiapa mematikan hatinya, ia pun mati dalam kafan laknat dan dikubur di tanah hukuman.

 

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullahu ta’ala berkata: Paksalah dirimu untuk melakukan ketaatan dan riyadhah.

 

Riyadhah adalah meninggalkan tidur dan sedikit bicara serta menahan gangguan dari manusia dan sedikit makan.

 

Maka sedikit tidur menyebabkan keinginan yang bersih, sedikit bicara menyebabkan keselamatan dari berbagai cela, menahan gangguan menyebabkan sampai kepada tujuan, sedikit makan menyebabkan kematian syahwat, karena dalam banyak makan timbul kekerasan hati dan hilang cahayanya.

 

Cahaya hikmah adalah rasa lapar, sedangkan kekenyangan menjauhkan dari Allah. Sebagaimana Nabi SAW bersabda:

 

“Terangilah hatimu dengan lapar dan perangilah nafsumu dengan lapar dan haus dan tetaplah mengetuk pintu surga dengan lapar, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah. Tidak ada suatu amal yang lebih disukai Allah Ta’ala daripada lapar dan haus dan tidak akan memasuki kerajaan langit manusia yang memenuhi perutnya dan kehilangan manisnya ibadah.”

 

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu berkata: Aku tidak pernah kenyang sejak aku masuk Islam supaya aku merasakan kenikmatan beribadah kepada Tuhanku dan aku tidak pernah minum sampai kenyang sejak aku masuk Islam karena rindu untuk berjumpa dengan Tuhanku.

 

Sebabnya ialah banyak makan menyebabkan sedikit ibadah. Karena apabila manusia makan banyak, badannya menjadi berat, kedua matanya mengantuk dan anggota-anggota tubuhnya menjadi lemah sehingga ia tidak bisa berbuat sesuatu meskipun ia berusaha keras, kecuali tidur. Maka ia menjadi seperti bangkai yang dibuang. Demikian disebutkan dalam Minhaajul “aabidiin.

 

Diriwayatkan dari Lugman Al-Hakim bahwa ia berkata kepada putranya: Janganlah engkau banyak tidur dan makan, karena siapa yang banyak makan dan tidur akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bangkrut dari amal-amal shaleh. Demikian disebutkan dalam Munyatul Mufti.

 

Nabi SAW bersabda: “Janganlah kalian mematikan hati dengan banyak makanan dan minuman, karena hati bisa mati seperti tanaman yang terlalu banyak disirami air.

 

Seorang shaleh telah mengumpamakan hal itu bahwa perut besar itu seperti panci di bawah hati. Panci itu mendidih dan uapnya sampai kepadanya. Maka uap yang banyak mengeruhkan dan menghitamkannya.

 

Banyak makan menyebabkan sedikit pemahaman dan ilmu yang sedikit, karena kekenyangan menghilangkan kecerdasan.

 

Diceritakan dari Yahya bin Zakaria alaihis salam bahwa iblis menampakkan diri kepadanya dan ia memakai alat gantungan.

 

Maka Yahya berkata kepadanya: Apa ini? Iblis menjawab: Ini adalah berbagai syahwat yang aku gunakan untuk memangsa anak Adam.

 

Yahya berkata: Apakah engkau dapati bagiku sesuatu padanya? Iblis menjawab: Tidak. Akan tetapi engkau pernah kenyang pada suatu malam sehingga kami memberatkanmu dari shalat.

 

Yahya alaihis salam berkata: Kalau begitu, aku tidak boleh kenyang sesudah itu untuk selamanya.

 

Maka iblis berkata: Kalau begitu, aku pastikan tidak akan menasihati seorang pun selamanya.

 

Ini adalah mengenai orang yang tidak merasa kenyang semalam saja dalam hidupnya, maka bagaimana tentang orang yang tidak merasa lapar semalam pun dalam hidupnya, kemudian berharap melakukan ibadah.

 

Diceritakan pula dari Yahya bin Zakaria alaihis salam bahwa pada suatu kali ia merasa kenyang dari roti sya’ir. Kemudian ia tidur pada malam itu sehingga meninggalkan wiridnya.

 

Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: Hai Yahya, apakah engkau menemukan rumah yang lebih baik bagimu daripada rumahKu atau menemukan tetangga yang lebih baik bagimu daripada tetangga-Ku?

 

Demi keperkasaan-Ku dan keagungan-Ku, andaikata engkau melihat surga Firdaus dan melihat jahannam, niscaya engkau menangis hingga keluar air nanah, bukan air mata dan engkau pakai baju besi sebagai ganti baju bulu.

 

 

 

 

 

Patutlah bagi orang berakal untuk menaklukkan syahwat nafsu dengan lapar, karena rasa lapar bisa menaklukkan musuh lapar. Nabi SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya syaitan itu memasuki anak Adam (manusia) mengikuti jalannya darah. Maka sempitkanlah jalan-jalannya dengan lapar.”

 

Sesungguhnya manusia yang paling dekat kepada Allah Ta’ala pada hari kiamat ialah manusia yang lama rasa lapar dan rasa hausnya dan perkara terbesar yang membinasakan anak Adam ialah syahwat perut.

 

Dengan sebabnya Adam dan Hawa dikeluarkan dari tempat ketenangan ke tempat kehinaan dan kemiskinan, karena Allah melarang keduanya makan buah dari pohon, tetapi keduanya dikalahkan oleh syahwatnya hingga keduanya makan. Maka tampaklah aurat keduanya. Perut secara pasti adalah sumber syahwat.

 

Seorang bijak berkata: Barangsiapa dikuasai oleh nafsu, ia pun menjadi tawanan dalam menyukai syahwatnya dan terkurung dalam penjara kesalahan-kesalahannya dan menghalangi hatinya dari berbagai faedah.

 

Barangsiapa menyirami tanah anggota tubuh dengan berbagai syahwat, maka ia pun telah menanam pohon penyesalan dalam hatinya.

 

Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk dalam tiga macam. Allah menciptakan para malaikat dan menciptakan akal pada mereka dan tidak menciptakan syahwat. Allah menciptakan binatang dan menetapkan syahwat padanya dan tidak menciptakan akal. Allah menciptakan anak Adam dan menciptakan akal dan syahwat padanya.

 

Maka siapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, binatang lebih baik daripada dia dan siapa yang akalnya mengalahkan syahwatnya. maka ia lebih baik daripada malaikat.

 

Cerita:

 

Ibrahim Al-Khawwash berkata: Ketika aku berada di gunung Lakkam, kulihat buah delima. Maka aku ingin memakannya. Kemudian aku mengambil satu darinya dan ternyata asam rasanya.

 

Maka aku terus berjalan dan meninggalkan delima itu. Kemudian kulihat seorang lelaki berbaring dikerumuni lebah. Maka aku katakan: Assalamu ‘alaika.

 

Kemudian ia berkata kepadaku: Wa ‘alaika as-salam, ya Ibrahim.

 

Maka aku katakan: Dari mana engkau mengenaiku?

 

Orang itu menjawab: Siapa yang mengenal Allah, ia pun mengenali segala sesuatu.

 

Maka aku katakan: Aku melihatmu mempunyai suatu keadaan terhadap Allah. Mengapa engkau tidak meminta kepada-Nya agar menyelamatkanmu dari lebah-lebah ini?

 

Orang itu menjawab: Aku melihatmu mempunyai suatu keadaan terhadap Allah. Mengapa engkau meminta kepada-Nya agar menyelamatkanmu dari syahwat delima?

 

Sesungguhnya delima itu dirasakan kepedihannya oleh manusia di akhirat, sedangkan sengatan lebah dirasakan kepedihannya di dunia, sedangkan sengatan lebah berpengaruh pada jiwa dan sengatan syahwat berpengaruh pada hati.

 

Kemudian aku pergi dan meninggalkannya.

 

Syahwat menjadikan raja-raja sebagai budak dan kesabaran menjadikan budak sebagai raja. Tidakkah engkau lihat kisah Yusuf alaihis salam dan Zulaikha. Yusuf menjadi penguasa Mesir disebabkan kesabarannya dan Zulaikha menjadi rendah, hina, miskin, tua dan buta disebabkan syahwatnya, karena Zulaikha tidak sabar dari mencintai Yusuf.

 

Abul Hasan Ar-Razi menceritakan bahwa ia melihat ayahnya di dalam mimpi setelah dua tahun sejak kematiannya memakai baju dari ter.

 

Maka ia berkata kepada ayahnya: Wahai ayahku, mengapa aku melihatmu dalam keadaan penghuni neraka?

 

Ayahnya menjawab: Hai anakku, nafsuku menarikku ke neraka.

 

Maka waspadalah hai anakku terhadap tipu daya nafsumu.

 

Aku diuji dengan empat perkara yang tidak ditimpakan, kecuali karena kesengsaraanku yang sangat dan kepayahanku iblis, dunia, nafsuku dan keinginannya bagaimana aku bisa selamat sedang mereka semua adalah musuh-musuhku kulihat bisikan hatiku mengajak kepada keinginan nafsu dalam kegelapan berbagai syahwat dan pendapat

 

Hatim Al-Asham rahimahullah berkata: Nafsuku adalah ikatanku, ilmuku adalah senjataku, dosaku adalah kegagalanku, syaitan adalah musuhku dan aku sendiri berkhianat.

 

Diceritakan dari seorang ahli makrifat bahwa ia berkata: Jihad ada tiga macam:

 

Jihad melawan orang-orang kafir, yaitu jihad melawan sesuatu yang nyata seperti dalam firman Allah Ta’ala:

 

“Mereka berjihad di jalan Allah.” Al-Maidah: 54

 

Jihad melawan orang-orang yang berbuat batil dengan ilmu dan hujjah seperti firman Allah Ta’ala:

 

“Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” An-Nahl: 125

 

Dan jihad melawan nafsu yang menyuruh kepada kejahatan seperti dalam firman Allah Ta’ala:

 

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” Al-Ankabut: 69

 

Dan sabda Nabi SAW: “Jihad yang paling utama ialah jihad melawan nafsu.” Para sahabat radhiyallahu anhum apabila kembali dari jihad melawan orang-orang kafir, mereka mengatakan: Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar.

 

Mereka menamakan jihad melawan hawa nafsu dan syaitan sebagai jihad akbar, karena jihad melawan semua itu lebih kekal, sedangkan jihad melawan orang-orang kafir terjadi dalam waktu tertentu dan karena prajurit melihat musuh dan tidak melihat syaitan dan jihad melawan musuh yang dilihatnya lebih mudah daripada jihad melawan musuh yang tidak bisa dilihatnya. Dan karena syaitan mempunyai pembantu dari dirimu, yaitu hawa nafsu, sedangkan orang kafir tidak mempunyai pembantu dari dirimu. Oleh karena itu, jihad melawan nafsu lebih sulit. Dan karena apabila engkau membunuh orang kafir, maka engkau mendapat kemenangan dan ghanimah (rampasan perang) dan mendapat kematian syahid dan surga.

 

Engkau tidak mampu membunuh syaitan dan pembunuhanmu terhadap syaitan terjadi dalam hukuman Ar-Rahman.

 

Sebagaimana dikatakan: Barangsiapa yang kudanya lari dari peperangan, ia pun ditangkap oleh orang-orang kafir dan siapa yang lari dari imam, ia pun mendapat murka Al-Jabbar (Tuhan Yang Maha Kuasa).

 

Barangsiapa ditangkap orang-orang kafir, tangannya tidak dibelenggu ke lehernya, tidak diikat kakinya, tidak dilaparkan perutnya dan tidak ditelanjangi badannya. Barangsiapa mendapat murka Al-Jabbar, wajahnya menjadi hitam, tangannya dibelenggu ke lehernya dengan belenggu, kakinya diikat dengan ikatan api dan makanannya api, minumannya api dan bajunya api.

 

 

 

 

 

Kelalaian menambah kesedihan, kelalaian menghilangkan nikmat dan menghalangi dari berkhidmat, kelalaian menambah dengki, kelalaian menambah celaan dan penyesalan.

 

Diceritakan bahwa seorang shaleh melihat gurunya dalam mimpi. la berkata kepada gurunya: Penyesalan apa yang paling besar di kalangan kalian?

 

Gurunya menjawab: Penyesalan karena lalai.

 

Diriwayatkan bahwa seseorang melihat Dzunnun Al-Mishri dalam mimpinya: la berkata kepada Dzunnun: Apa yang dilakukan Allah kepadamu?

 

Dzunnun menjawab: Aku disuruh berdiri di hadapan-Nya. Allah berkata kepadaku: Hai orang yang mengaku cinta, hai pendusta. Engkau mengaku cinta kepada-Ku, kemudian engkau lalai dari-Ku.

 

Engkau dalam kelalaian sedang hatimu lupa umurmu habis dan dosa-dosa tetap seperti sedia kala

 

Diceritakan bahwa seorang shaleh melihat ayahnya dalam mimpi. la berkata: Wahai ayahku, bagaimana engkau dan bagaimana keadaanmu?

 

Ayahnya menjawab: Kami hidup di dunia dalam keadaan lalai dan kami mati dalam keadaan lalai.

 

Disebutkan dalam Zahrur Riyadh: Ya’gub alaihis salam bersahabat dengan malaikat maut. Pada suatu hari malaikat maut mengunjunginya. Maka Ya’gub berkata kepadanya: Hai malaikat maut, apakah engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut rohku?

 

Malaikat mau menjawab: Aku datang untuk berkunjung.

 

Ya’qub berkata: Aku minta darimu sebuah hajat.

 

Malaikat maut berkata: Hajat apakah itu?

 

Ya’qub menjawab: Engkau beritahu aku bila ajalku sudah dekat.

 

Malaikat maut berkata: Ya. Aku akan mengutus dua atau tiga utusan.

 

Ketika tiba ajalnya, malaikat maut datang kepadanya. Maka Ya’gub berkata: Apakah engkau datang berkunjung atau hendak mencabut rohku?

 

Malaikat maut menjawab: Aku hendak mencabut rohmu.

 

Ya gub berkata: Bukankah engkau pernah memberitahu aku bahwa engkau akan mengirim dua atau tiga utusan?

 

Malaikat maut menjawab: Aku sudah melakukannya, yaitu putihnya rambutmu sesudah berwarna hitam, lemahnya badanmu sesudah kuat dan bungkuknya tubuhmu sesudah lurus. Inilah utusan-utusan ku, hai Ya’qub, kepada bani Adam (manusia) sebelum datang kematian.

 

Masa dan hari-hari berlalu sedangkan dosa terjadi dan datang utusan kematian sedangkan hati lalai kenikmatanmu di dunia adalah tipuan dan penyesalan kehidupanmu di dunia adalah mustahil dan batil Abu Ali Ad-Daqqaq berkata: Aku menjenguk seorang shaleh yang sedang sakit. la termasuk ulama besar. la dikelilingi oleh murid-muridnya dan menangis. Ia sudah mencapai usia lanjut.

 

Aku berkata kepadanya: Wahai orang tua, kenapa anda menangis, apakah menangisi dunia?

 

Orang itu menjawab: Sekali-kali tidak. Akan tetapi aku menangisi shalatku yang tertinggal.

 

Aku berkata: Bagaimana bisa terjadi itu, sedangkan anda seorang yang mengerjakan shalat?

 

Orang itu menjawab: Karena dalam sehari ini aku tidak sujud, kecuali dalam kelalaian dan tidak mengangkat kepalaku, kecuali dalam kelalaian. Inilah aku yang akan mati dalam kelalaian.

 

Kemudian ia menarik nafas panjang dan melagukan sya’ir:

 

Aku berpikir tentang kebangkitan dan hari kiamatku dan permukaan pipiku menempel di kuburan

seorang diri setelah mendapat kemuliaan dan kehormatan tersandera oleh dosaku dan tanah bantalku aku berpikir tentang hisab yang panjang dan lebar dan keadaanku yang hina ketika diberi kitabku akan tetapi harapanku padamu Tuhanku dan penciptaku bahwa Engkau akan memaafkan dosa-dosaku, ya Ilahi

 

Disebutkan dalam Uyunul Akhbaar dari Syagig Al-Balkhi bahwa ia berkata: Orang-orang mengatakan tiga perkataan, tetapi mereka berbeda dengannya dalam perbuatan-perbuatan mereka.

 

Mereka katakan: Kami adalah hamba-hamba Allah, tetapi mereka melakukan perbuatan orang-orang merdeka. Ini berbeda dengan perkataan mereka.

 

Mereka katakan: Sesungguhnya Allah menjamin rezeki kita, tetapi hati mereka tidak merasa tenang, kecuali dengan dunia dan mengumpulkan harta bendanya. Ini juga berbeda dengan perkataan mereka.

 

Mereka katakan: Kita pasti mati, tetapi mereka melakukan perbuatan-perbuatan orang yang tidak akan mati. Ini juga berbeda dengan perkataan mereka.

 

Maka lihatlah pada dirimu wahai saudaraku, dengan badan yang mana engkau berdiri di hadapan Allah Ta’ala dan dengan lisan yang mana engkau menjawabnya dan apa yang engkau katakan apabila Dia bertanya kepadamu tentang perkara yang sedikit dan yang banyak.

 

Maka siapkan jawaban untuk pertanyaan itu dan berilah jawaban yang tepat. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, yakni amal yang baik dan yang buruk.

 

Kemudian ia menasihati kaum mukminin agar mereka tidak meninggalkan perintah Allah dan mengesakan-Nya dalam keadaan rahasia dan terang.

 

Disebutkan dalam khabar dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Tertulis pada kaki Arsy: Aku menuruti siapa yang menaati Aku dan mencintai siapa yang mencintai AKu dan mengabulkan siapa yang berdoa kepada-Ku dan mengampuni siapa yang meminta ampun kepada-Ku.”

 

Maka patutlah bagi orang berakal untuk menaati Allah dengan rasa takut dan keikhlasan dalam menaati-Nya dan ridha dengan keputusan-Nya serta kesabaran atas cobaan-Nya dan bersyukur atas nikmat-Nya dan merasa puas dengan pemberian-Nya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Barangsiapa tidak ridha dengan keputusan-Ku dan tidak sabar atas cobaan-Ku dan tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak puas dengan pemberian-Ku, biarlah ia mencari Tuhan selain Aku.” Hadits Oudsi.

 

Seorang lelaki berkata kepada Hasan Al-Bashri rahimahullah: Sungguh aku tidak merasakan kenikmatan dalam ketaatan.

 

Maka Hasan Al-Bashri berkata kepadanya: Barangkali engkau tidak memperhatikan wajah orang yang tidak takut kepada Allah. Penghambaan diri itu ialah bila engkau tinggalkan segala sesuatu bagi Allah.

 

Seorang lelaki berkata kepada Abu Yazid rahimahullah: Sungguh aku tidak merasakan kenikmatan dalam ketaatan.

 

Abu Yazid berkata: Karena engkau menyembah ketaatan dan tidak menyembah Allah. Sembahlah Allah hingga engkau merasakan kenikmatan dalam ketaatan.

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki masuk dalam shalat. Ketika sampai pada firman-Nya:   terlintas dalam hatinya bahwa ia menyembah Allah dengan sebenarnya. Maka ia pun diseru dalam bisikan: Engkau berdusta. sesungguhnya engkau menyembah makhluk.

 

Maka ia pun bertaubat dan menjauhi orang-orang. Kemudian ia masuk dalam shalat. Ketika sampai pada firman-Nya:   , ia pun diseru: Engkau berdusta. sesungguhnya engkau menyembah hartamu. Maka ia pun menyedekahkan seluruh hartanya.

 

Kemudian ia masuk dalam shalat. Ketika sampai pada firman. Nya:   ia pun diseru: Engkau berdusta. sesungguhnya engkau menyembah bajumu. Maka ia pun menyedekahkan baju-bajunya, kecuali yang perlu baginya.

 

Kemudian ia masuk dalam shalat. Ketika sampai pada firman-Nya:   , ia pun diseru: Sekarang engkau berkata benar. Sesungguhnya engkau menyembah Tuhanmu.

 

Dalam Raunaqul majaalis disebutkan: Seorang lelaki kehilangan karung dan ia tidak tahu siapa yang mengambilnya. Ketika masuk dalam shalat, ia mengingatnya. Setelah memberi salam, ia berkata kepada budaknya: Pergilah kepada Fulan bin Fulan dan mintalah karung itu darinya.

 

Budak itu berkata kepadanya: Kapan tuan mengingatnya?

 

Aku mengingatnya ketika aku dalam shalat.

 

Maka budak itu berkata: Wahai tuanku, anda mencari karung, tidak mencari Al-Khalig (Sang Pencipta).

 

Maka tuannya membebaskannya dengan berkat keyakinannya.

 

Maka patutlah orang berakal meninggalkan dunia dan menyembah Allah dan berpikir di hadapan-Nya serta menginginkan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Barangsiapa yang menghendaki kenikmatan di akhirat akan Kami tambah kenikmatan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki kenikmatan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” Asy-Syuura: 20

 

Oleh sebab itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu memberikan kepada Nabi SAW secara rahasia 40.000 dinar dan secara terang 40.000 dinar hingga tidak tersisa sedikitpun baginya.

 

Adalah Nabi SAW berpaling dari kesenangan dunia dan kenikmatannya bersama keluarganya. Dan oleh sebab itu pula, perlengkapan Sayyidah Az-Zahro’ radhiyallahu anha ketika Nabi SAW mengawinkannya dengan Ali adalah kulit domba yang disamak dan bantal dari kulit yang berisi ijuk.

 

 

 

 

 

Seorang perempuan datang kepada Hasan Al-Bashri r.a. Ia berkata: Aku mempunyai seorang anak perempuan yang masih muda. Ia meninggal dunia dan aku ingin melihatnya dalam mimpi. Maka ajarilah aku sesuatu yang bisa aku gunakan untuk melihatnya.

 

Hasan Al-Bashri mengajarinya dan perempuan itu melihatnya dalam mimpi. Ternyata anak perempuannya memakai baju dari ter, di lehernya terdapat belenggu dan di kakinya terdapat ikatan tali.

 

Kemudian ia beritahukan mimpi itu kepada Al-Hasan. Maka AlHasan merasa sedih.

 

Setelah lewat beberapa waktu, Al-Hasan bermimpi melihatnya di surga memakai mahkota di kepalanya.

 

Perempuan itu berkata: Ya Hasan, tidakkah anda mengenalku? Aku adalah putri dari orang perempuan yang datang kepadamu dan menceritakan kepadamu begini.

 

Al-Hasan berkata: Apa yang menyebabkanmu menjadi seperti yang aku lihat?

 

Perempuan itu menjawab: Ada seorang lelaki datang kepada kami dan mengucapkan shalawat untuk Nabi SAW sekali dan di pekuburan itu terdapat 550 orang yang disiksa. Kemudian diseru: Hentikan siksaan dari mereka dengan berkat shalawat orang ini.

 

Dengan shalawat satu orang untuk Muhammad SAW mereka mendapat ampunan. Maka siapa yang bershalawat untuknya selama 50 tahun, tidakkah ia mendapat syafaatnya pada hari kiamat? Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah.” Al-Hasyr:19

 

Yakni janganlah kamu berbuat maksiat seperti orang-orang munafik yang meninggalkan perintah Allah dan melakukan kebalikannya dan bersenang-senang dengan berbagai kesenangan dunia dan tipu dayanya. Rasulullah SAW ditanya tentang orang mukmin dan orang munafik. Beliau menjawab: Orang mukmin itu kesukaannya adalah shalat dan puasa, sedangkan orang munafik kesukaannya adalah makan dan minum seperti binatang dan meninggalkan ibadah dan shalat.

 

Orang mukmin sibuk dengan shodaqoh dan meminta ampunan, sedangkan orang munafik sibuk dengan ketamakan dan angan-angan.

 

Orang mukmin putus asa dari setiap orang, kecuali dari Allah, sedangkan orang munafik mengharapkan setiap orang, kecuali Allah.

 

Orang mukmin mendahulukan hartanya daripada utangnya, sedangkan orang munafik mendahulukan utangnya daripada hartanya. Orang mukmin merasa aman dari setiap orang, kecuali dari Allah. Sedangkan orang munafik merasa takut kepada setiap orang, kecuali kepada Allah.

 

Orang mukmin berbuat baik dan menangis, sedang orang munafik berbuat buruk dan tertawa.

 

Orang mukmin menyukai kesendirian dan khalwat, sedangkan Orang munafik menyukai pergaulan dan banyak orang.

 

Orang mukmin menanam dan takut kerusakan, sedangkan orang munafik mencabut dan mengharap panen.

 

Orang mukmin menyuruh dan melarang untuk menjalankan agama dan berbuat baik, sedangkan orang munafik menyuruh dan mencegah untuk menjadi pemimpin dan berbuat kerusakan, bahkan menyuruh berbuat kemungkaran dan melarang berbuat kebaikan.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka dan bagi mereka siksa yang kekal.” At-Taubah: 67-68

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di jahannam.” An-Nisa’: 140

 

Yakni jika mereka mati dalam kekufuran dan kemunafikan. Maka Allah memulai dengan orang-orang munafik, karena mereka lebih jahat daripada orang kafir dan menjadikan tempat tinggal mereka di neraka.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” An-Nisa’: 145

 

Kata munafig dalam bahasa berasal dari kata Naafiga’, yaitu lubang yang dibuat binatang yarbu’ dan ia mempunyai dua lubang. Yang satu Naafiga’ dan yang lain Qashi’a”. la tampakkan dirinya di lubang yang satu dan keluar dari lubang yang lain.

 

Oleh karena ini orang munafik disebut munafik, karena ia menampakkan dirinya muslim dan keluar dari Islam menuju kekufuran.

 

Disebutkan dalam hadits:

 

“Perumpamaan orang munafik adalah seperti kambing yang terlihat di antara dua kelompok kambing. Terkadang ia pergi ke kelompok ini dan terkadang ke kelompok ini dan tidak tinggal di salah satu dari kedua kelompok itu, karena ia kambing yang asing dan bukan dari kedua kelompok itu. Demikian pula orang munafik. la tidak menetap bersama kaum muslimin secara penuh dan tidak pula bersama orang-orang kafir.”

 

Allah menciptakan neraka yang mempunyai tujuh pintu dari besi yang dipenuhi laknat, bagian atasnya dilapisi tembaga dan bagian bawahnya dilapisi timah. Di dasarnya terdapat siksaan dan di atasnya terdapat murka, lantainya dari tembaga, kaca, besi dan timah.

 

Api terdapat di atas penghuninya dan api berada dari bawah mereka. Api berada di sebelah kanan dan sebelah kiri mereka. Tingkatan-tingkatannya, sebagian berada di atas sebagian yang lain dan disediakan tingkatan yang paling bawah bagi kaum munafik.

 

Disebutkan dalam khabar bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW. Nabi SAW berkata: Hai Jibril, ceritakan kepadaku tentang api neraka dan panasnya.

 

Jibril berkata: Allah azza wa jalla menciptakan neraka, lalu menyalakannya selama seribu tahun hingga menjadi merah, kemudian menyalakannya selama seribu tahun sehingga menjadi putih, kemudian menyalakannya selama seribu tahun hingga menjadi hitam. Maka neraka menjadi hitam dan gelap.

 

Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai nabi, seandainya baju penghuni neraka terlihat oleh penduduk bumi, niscaya mereka mati semuanya.

 

Andaikata satu timba berisi minuman penghuni neraka dituangkan di atas air bumi seluruhnya, niscaya akan membunuh siapa yang merasakannya.

 

Andaikata satu hasta rantai yang disebutkan Allah Ta’ala dengan firman-Nya:

 

“Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” Al-Haaqqah: 32

 

Dan setiap hasta panjangnya dari timur ke barat diletakkan di atas gunung-gunung di dunia, niscaya gunung-gunung itu meleleh.

 

Dan andaikata seseorang masuk neraka, kemudian dikeluarkan dari situ, niscaya matilah penduduk bumi disebabkan baunya yang busuk.

 

Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril: Beliau berkata: Gambarkan bagiku pintu-pintu jahannam, apakah seperti pintu-pintu kami ini?

 

Jibril menjawab: Ya Rasulallah, tidak seperti itu. Akan tetapi pintu jahannam terdiri dari tingkatan-tingkatan, sebagiannya lebih rendah dari sebagian lainnya. Dari pintu ke pintu jaraknya perjalanan 70 tahun. Setiap pintu lebih panas dari yang berikutnya sebanyak 70 kali.

 

Rasulullah SAW bertanya pula kepada Jibril tentang penghuni pintu-pintu ini. Jibril menjawab: Di pintu yang paling bawah terdapat kaum munafik dan namanya Al-Haawiyah.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya kaum munafik berada di tingkatan yang paling bawah dari neraka.” An-Nisa’: 145.

 

Pintu kedua berisi kaum musyrikin dan namanya Al-Jahim. Pintu ketiga berisi kaum Shabi’in dan namanya Sagar.

 

Pintu keempat berisi iblis yang terkutuk dan pengikutnya dari kaum Majusi dan namanya Ladha.

 

Bab kelima berisi kaum Yahudi dan namanya Huthamah. Bab keenam berisi kaum Nasrani dan namanya Sa’ir.

 

Kemudian Jibril alaihis salam diam. Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya: Engkau tidak memberitahu aku tentang penghuni pintu ketujuh.

 

Jibril menjawab: Ya Muhammad, jangan tanyakan kepadaku tentang pintu itu.

 

Nabi SAW berkata: Beritahukan padaku tentangnya.

 

Jibril menjawab: Di dalamnya terdapat para pelaku dosa besar dari umatmu yang mati dan tidak bertaubat.

 

Diriwayatkan bahwa ketika turun firman Allah Ta’ala:

 

“Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu.” Maryam: 71

 

Nabi SAW sangat khawatir atas umatnya dan menangis dengan keras.

 

Orang yang mengenal Allah dan kekuatan serta kekuasaan-Nya pasti takut kepada-Nya dengan ketakutan yang sangat dan menangisi dirinya serta kecerobohannya sebelum melihat berbagai peristiwa yang dahsyat ini dan menyaksikan tempat yang menakutkan ini dan sebelum tabir diangkat dan ditunjukkan kepada Tuhan yang berkuasa membalas dan Maha Perkasa dan diperintahkan membawanya ke neraka.

 

Banyak orang tua berseru di neraka: Aduhai masa tuaku! Banyak pemuda berseru di neraka: Aduh masa mudaku! Banyak perempuan berseru di neraka: Aduh cemarnya!

 

Wajah-wajah dan tubuh-tubuh mereka menjadi hitam dan punggung mereka patah. Maka orang tua di antara mereka tidak dihormati, anak kecil mereka tidak disayang dan wanita-wanita mereka tidak ditutupi.

 

Ya Allah, lindungilah kami dari api neraka dan siksa neraka dan setiap amal yang mendekatkan kami ke neraka dan masukkan kami ke dalam surga bersama orang-orang shaleh dengan rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Perkasa, wahai Tuhan Yang Maha Pengampun.

 

Ya Allah, tutupilah kejelekan-kejelekan kami dan amankan ketakutan kami dan maafkan kami dari kesalahan-kesalahan kami dan jangan cemarkan kami di hadapan-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Wa shallallahu “alaa sayyidina Muhammad wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

 

Taubat itu wajib atas setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Bertaubatlah kamu sekalian dengan taubat yang semurni-murninya.” At-Tahrim: 8

 

Perintah itu berarti wajib.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa akan diri sendiri.” Al-Hasyr: 19

 

Yakni janganlah kamu menjadi orang-orang yang berjanji kepada Allah dan mencampakkan kitab-Nya di belakang punggung mereka sehingga Allah membuat mereka lupa keadaan mereka. Maka mereka tidak mencegah diri mereka dari perbuatan mungkar dan tidak berbuat kebaikan.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. Dan siapa yang tidak suka berjumpa dengan Allah, maka Allah tidak suka berjumpa dengannya.”

 

“Mereka itulah orang-orang yang fasik.” Al-Hasyr: 19

 

Yakni orang-orang yang durhaka dan melanggar janji mereka, yakni keluar dari jalan hidayah, rahmat dan ampunan.

 

Orang fasik yang kafir ialah orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan keluar dari hidayah dan masuk dalam kesesatan.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.”. Al-Kahfi: 50

 

Yakni keluar dari menaati perintah Tuhannya agar beriman.

 

Sedangkan orang fasik yang fajir ialah orang yang minum khamar dan makan makanan haram, berzina dan mendurhakai Allah Ta’ala, keluar dari jalan ibadah dan masuk dalam maksiat dan tidak melakukan syirik.

 

Beda antara keduanya ialah orang fasik yang kafir tidak bisa diharapkan ampunan baginya, kecuali dengan mengucapkan kalimat syahadat dan bertaubat sebelum ia mati.

 

Orang fasik yang fajir bisa diharapkan ampunan darinya dengan bertaubat dan menyesal sebelum mati.

 

Setiap maksiat yang berasal dari keinginan nafsu bisa diharapkan ampunannya dan setiap maksiat yang berasal dari kesombongan tidak bisa diharapkan ampunannya. Kedurhakaan iblis berasal dari kesombongan.

 

Maka patutlah engkau bertaubat dari dosa-dosamu sebelum mati dengan harapan Allah menerima taubatmu.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” Asy-Syuura: 25

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa.”

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki setiap kali melakukan dosa, ia menulis dosanya dalam buku catatannya. Pada suatu hari ia melakukan suatu dosa.

 

Maka ia membuka catatannya untuk menulisnya di situ. Namun ia tidak menemukan di situ kecuali firman Allah Ta’ala: (Al-Furgan: 70).

 

 

Yakni Allah mengganti syirik dengan iman dan perbuatan zina dengan maaf dan kedurhakaan dengan perlindungan dan ketaatan.

 

Diceritakan bahwa Umar ibnul Khaththab r.a. pada suatu waktu lewat di jalan Madinah.

 

Kemudian ia bertemu seorang pemuda yang membawa sebuah botol di bawah bajunya.

 

Maka Umar berkata: Hai anak muda, apa yang kau bawa di bawah bajumu? Botol itu berisi khamar.

 

Maka pemuda itu merasa malu untuk mengatakan khamar. la berkata: Ya Tuhanku, jangan buat aku malu di depan Umar dan jangan cemarkan aku dan tutupi kesalahanku di depannya dan aku tidak akan minum khamar selamanya.

 

Kemudian ia berkata: Ya Amirul mukminin, yang aku bawa ini adalah cuka.

 

Umar berkata: Tunjukkan kepadaku supaya aku melihatnya. Maka pemuda itu membukanya di hadapan Umar. Ternyata Umar melihatnya sudah menjadi cuka.

 

Lihatlah seorang makhluk yang bertaubat karena takut makhluk, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengganti khamarnya dengan cuka, karena Allah mengetahui keikhlasan taubatnya.

 

Andaikata orang durhaka yang bangkrut bertaubat dari perbuatan yang rusak dengan taubat yang sungguh dan menyesali dosanya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengganti khamar yang menimbulkan dosanya dengan cuka yang menimbulkan ketaatan.

 

Diceritakan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Pada suatu malam aku keluar setelah mengerjakan shalat Isya’ akhir bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba aku berjumpa seorang perempuan di jalan.

 

la berkata: Hai Aba Hurairah, aku telah berbuat suatu dosa. Apakah aku bisa bertaubat?

 

Aku berkata: Apa dosamu?

 

Perempuan itu menjawab: Aku telah berzina dan membunuh anakku dari hasil perzinahan itu.

 

Maka aku berkata: Engkau telah binasa dan membinasakan. Demi Allah, engkau tidak bisa bertaubat. Tiba-tiba perempuan itu jatuh pingsan. Aku terus berjalan dan berkata dalam hatiku: Aku berani berfatwa sedangkan Rasulullah SAW berada di tengah kami. Maka aku kembali kepada Rasulullah SAW menceritakan kejadian itu kepadanya. Maka beliau berkata: Engkau telah binasa dan membinasakannya. Di mana engkau dari ayat ini:

 

“dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan.” Al-Furgan: 68, 70

 

Kemudian aku keluar dan berkata: Siapa bisa menunjukkan kepadaku orang perempuan yang menanyakan satu masalah kepadaku, sementara anak-anak kecil berkata: Abu Hurairah sudah gila, hingga aku menemukannya dan memberitahukan jawaban itu kepadanya.

 

Perempuan itu menjerit karena gembira. la berkata: Aku mempunyai sebidang kebun. Aku jadikan itu shodaqoh bagi Allah dan rasul-Nya.

 

Diceritakan tentang Atabah al-Ghulam rahimahullah. la dulu seorang yang fasik dan fajir dan terkenal kerusakannya dan suka minum khamar. Pada suatu hari ia memasuki majelis Hasan Al-Bashri di saat ia sedang membaca tentang penafsiran firman Allah Ta’ala:

 

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Al-Hadid: 16

 

Yakni belumkah datang waktunya hati mereka merasa takut kepada Allah? Kemudian Asy-Syeikh menasihati dalam menafsirkan ayat dengan nasihat yang dalam hingga membuat orang-orang menangis.

 

Tiba-tiba berdiri seorang pemuda di antara mereka. la berkata: Wahai orang mukmin yang bertakwa, apakah Allah Ta’ala menerima orang fasik yang fajir seperti aku apabila bertaubat?

 

Asy-Syeikh menjawab: Ya. Allah menerima taubat dari kefasikan dan kefajiranmu.

 

Ketika Atabah Al-Ghulan mendengar perkataan ini, wajahnya pucat dan gemetar sekujur badannya. Maka ia pun menjerit dan jatuh pingsan. Ketika sadar, Al-Hasan mendekatinya dan mengucapkan bait-bait ini:

 

Hai pemuda yang durhaka kepada Tuhan pemilik Arsy tahukah engkau apa balasan pelaku maksiat neraka yang mengeluarkan suara bagi orang-orang durhaka dan amarah pada hari ubun-ubun manusia dipegang jika engkau sabar atas api neraka, maka durhakalah kepada-Nya kalau tidak sabar, maka menjauhlah dari kedurhakaan adapun dosa-dosa yang sudah engkau lakukan engkau telah menggadaikan dirimu, maka berusahalah sekuat tenaga untuk selamat

 

Atabah menjerit sekeras-kerasnya dan jatuh pingsan. Ketika sadar, ia berkata: Ya Syeikh, apakah Tuhan Yang Maha Penyayang menerima taubat orang yang hina seperti aku?

 

Asy-Syeikh menjawab: Apakah ada yang menerima taubat hamba yang berdosa selain Tuhan Yang Maha Pemaaf’?

 

Kemudian Atabah mengangkat kepalanya dan mengucapkan tiga doa:

 

Pertama: Ya Tuhanku, jika Engkau menerima taubatku dan mengampuni dosa-dosaku, maka muliakanlah aku dengan pemahaman dan hafalan hingga aku hafal semua ilmu dan Al-Qur’an yang aku dengar.

 

Kedua: Ya Tuhanku, muliakanlah aku dengan suara yang bagus hingga setiap orang yang mendengar bacaanku bertambah lembut hatinya meskipun keras hatinya.

 

Ketigala berkata: Ya Tuhanku, muliakanlah aku dengan rezeki halal dan berilah aku rezeki dari jalan yang tidak aku sangka.

 

Maka Allah mengabulkan semua doanya hingga bertambah pemahaman dan hafalannya. Apabila Atabah membaca Al-Qur’an, bertaubatlah siapa yang mendengar bacaannya. Setiap hari di rumahnya diletakkan semangkuk kuah dan dua potong roti. Tidak ada seorangpun yang tahu siapa yang meletakkannya. la tetap dalam keadaan ini hingga meninggalkan dunia ini.

 

Inilah keadaan orang yang bertaubat kepada Allah Ta’ala, karena Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.

 

Seorang ulama ditanya: Apakah hamba tahu ketika bertaubat apakah taubatnya diterima atau ditolak?

 

la menjawab: Tidak ada ketentuannya mengenai hal itu. Akan tetapi hal itu mempunyai tanda-tanda, yaitu ia melihat dirinya terpelihara dari maksiat dan hatinya merasa gembira ketika menyendiri, sedangkan Ar-Rabb menyaksikan.

 

la mendekati orang baik dan menjauhi orang fasik. Ia melihat dunia yang sedikit itu banyak dan amal akhirat yang banyak itu sedikit. Ia melihat dirinya sibuk mengerjakan kewajiban yang ditetapkan Allah Ta’ala atasnya. la selalu menjaga lidahnya, selalu berpikir dan merasa sedih dan menyesal atas dosa-dosa yang dulu dilakukannya.

 

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki melihat bentuk yang buruk di dusun. la berkata: Siapa kamu?

 

Orang itu menjawab: Aku amalmu yang buruk.

 

Orang itu berkata: Bagaimana cara menyelamatkan diri darimu?

 

Bentuk itu menjawab: Engkau ucapkan shalawat untuk Nabi SAW sebagaimana Nabi SAW bersabda:

 

“Shalawat untukku menimbulkan cahaya di atas shirot dan siapa yang bersholawat untukku sekali pada hari Jum’at, Allah mengampuni dosa-dosanya selama 80 tahun.”

 

Diceritakan bahwa seorang laki-laki lalai dari bershalawat untuk Sayyidina Muhammad. Pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah SAW dan beliau tidak menoleh kepadanya.

 

Maka ia berkata: Ya Rasulallah, apakah anda marah kepadaku?

 

Nabi SAW menjawab: Tidak.

 

Orang itu berkata: Kalau begitu, kenapa anda tidak melihat kepadaku?

 

Nabi SAW menjawab: Karena aku tidak mengenalmu.

 

Orang itu berkata: Bagaimana anda tidak mengenalku, sedangkan aku adalah seorang dari umatmu. Para ulama telah meriwayatkan bahwa anda lebih mengenal umatmu daripada ibu terhadap anaknya.

 

Nabi SAW berkata: Mereka berkata benar. Akan tetapi engkau tidak menyebutku dengan shalawat dan pengetahuanku tentang umatku adalah sesuai dengan banyaknya shalawat mereka untukku.

 

Kemudian orang itu bangun dan mewajibkan atas dirinya akan bershalawat untuk Nabi SAW setiap hari seratus kali.

 

Maka ia lakukan itu. Kemudian ia melihat Nabi SAW dalam mimpi. Beliau berkata: Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at bagimu, yakni karena dia sudah menjadi pecinta Rasulullah SAW.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

Sebab turunnya ayat ini ialah Rasulullah SAW ketika mengajak Ka’ab ibnul Asyraf dan teman-temannya masuk Islam, mereka berkata: Kami dalam kedudukan sebagai anak-anak Allah dan kami lebih besar cintanya kepada Allah.

 

Maka Allah berfirman kepada nabi-Nya:

 

“Katakanlah: “Jika kamu (sungguh) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ali Imran: 31

 

Cinta kaum mukminin kepada kepada Allah ialah dengan mengikuti perintah-Nya serta mengutamakan ketaatan kepada-Nya serta mencari keridhaan-Nya.

 

Cinta Allah kepada kaum mukminin ialah pujian-Nya kepada mereka dan pahala-Nya bagi mereka, pemaafan-Nya terhadap mereka, pemberian nikmat-Nya kepada mereka dengan rahmat-Nya, perlindungan dan taufik-Nya.

 

Al-lImam Ghazali berkata dalam kitab Ihya’nya: Barangsiapa mengaku empat perkara tanpa empat perkara, maka ia seorang pendusta:

 

Barangsiapa mengaku cinta surga dan tidak melakukan ketaatan, maka ia seorang pendusta. Barangsiapa mengaku cinta Nabi SAW dan tidak mencintai ulama serta orang-orang miskin, maka ia seorang pendusta. Barangsiapa mengaku takut neraka dan tidak meninggalkan maksiat, maka ia seorang pendusta. Barangsiapa mengaku cinta Allah Ta’ala dan mengeluh atas cobaan yang menimpanya, maka ia seorang pendusta.

 

Rabi’ah berkata:

 

Engkau durhaka kepada Tuhan dan menampakkan cinta kepadaNya ini sungguh kias yang menyimpang andaikata cintamu benar, tentu engkau menaati-Nya sesungguhnya pecinta itu menaati siapa yang dicintainya Tanda cinta ialah mengikuti pihak yang dicintai dan menjauhi perselisihan dengannya. Diceritakan bahwa serombongan orang masuk kepada Asy-Syibli rahimahullahu ta’ala. Asy-Syibli berkata: Siapa kalian? Mereka menjawab: Kami adalah pecintamu. Asy-Syibli muncul, kemudian melempari mereka dengan batu-batu sehingga mereka kabur darinya. Kemudian Asy-Syibli berkata: Mengapa kalian kabur dariku? Andaikata kalian mencintai aku, tentulah kalian tidak lari ketika mendapat ujian dariku.

 

Kemudian Asy-Syibli rahimahullah berkata: Para pecinta minum dengan gelas kasih sayang. Maka bumi dan negeri terasa sempit bagi mereka dan mereka mengenal Allah dengan makrifat yang sebenarnya dan mengembara dalam kebesaran-Nya, bingung dalam kekuasaan-Nya, minum dengan gelas cinta-Nya, tenggelam dalam lautan kesenangan-Nya dan merasakan nikmatnya bermunajat kepada-Nya. Kemudian ia melagukan bait:

 

Wahai Tuhanku, sebutan cinta membuatku mabuk adakah Engkau melihat pecinta yang tidak mabuk?

 

Konon, unta yang mabuk tidak memakan makanan selama 40 hari dan andaikata dibebankan di atasnya berlipat-lipat kali beban yang biasa diangkutnya, niscaya ia tetap bisa mengangkutnya. Karena apabila timbul ingatan dalam hatinya terhadap kekasihnya, ia tidak menyukai makanan dan tidak merasa payah mengangkut beban yang berat karena rindu kepada kekasihnya.

 

Apabila unta meninggalkan syahwatnya dan mengangkut beban yang berat demi kekasihnya, apakah kalian tinggalkan syahwat yang diharamkan demi Allah, apakah kalian tinggalkan makanan dan minuman demi Allah Ta’ala dan apakah kalian bebankan atas dirimu beban yang berat demi Allah Ta’ala?

 

Jika kalian tidak melakukan kebaikan-kebaikan yang aku sebutkan, maka pengakuanmu adalah nama tanpa arti yang tidak berguna di dunia maupun di akhirat, dan tidak pula di sisi makhluk maupun Al-Khaliq.

 

Diriwayatkan dari Ali karromallahu wajhahu, ia berkata: Barangsiapa rindu kepada surga, ia pun segera melakukan berbagai kebaikan. Dan siapa yang takut neraka, ia pun mencegah dirinya dari berbagai syahwat. Barangsiapa meyakini kematian, remehlah baginya segalah kenikmatan.

 

Ibrahim Al-Khawwash ditanya tentang cinta. la menjawab: Cinta adalah menghapus berbagai keinginan dan membakar semua sifat dan hajat serta menenggelamkan dirinya dalam lautan isyarat.

 

 

 

 

 

Cinta artinya kecondongan tabiat kepada sesuatu yang disenangi. Jika kecondongan itu meningkat dan menjadi kuat, maka dinamakan isyiq (asyik). Maka kecondongan itu bertambah hingga menjadi lembut kepada kekasihnya dan menafkahkan harta miliknya demi kekasihnya.

 

Tidakkah engkau ketahui bahwa cinta Zulaikha kepada Yusuf alaihis salam sedemikian rupa hingga habis harta dan kecantikannya. la mempunyai berbagai macam permata dan kalung yang dimuat di atas 70 ekor unta. la telah menafkahkan seluruhnya dalam mencintai Yusuf dan setiap orang yang mengatakan: “Aku melihat Yusuf hari ini” diberinya kalung yang membuatnya kaya hingga tidak tersisa hartanya sedikit pun. la menamai segala sesuatu dengan nama Yusuf dan melupakan segala sesuatu selain Yusuf karena cintanya yang luar biasa. Apabila ia mengangkat kepalanya ke arah langit, seakan-akan ia melihat nama Yusuf tertulis di atas bintang-bintang.

 

Diriwayatkan bahwa ketika Zulaikha beriman dan kawin dengan Yusuf alaihis salam, ia pun mengasingkan diri darinya dan menyendiri untuk beribadah serta memusatkan perhatian kepada Allah Ta’ala.

 

Yusuf memanggilnya ke tempat tidurnya di siang hari, namun ia menundanya hingga malam. Apabila Yusuf memanggilnya di waktu malam, Zulaikha menundanya hingga siang dan berkata: Hai Yusuf, sesungguhnya aku mencintaimu sebelum aku mengenal-Nya. Adapun setelah aku mengenal-Nya, cintaku kepada-Nya tidak menyisakan cinta untuk selain-Nya dan aku tidak mau menggantinya.

 

Akhirnya Yusuf berkata kepadanya: Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung menyuruhku melakukan itu dan mengabariku bahwa Dia akan mengeluarkan darimu dua anak lelaki dan Dia akan menjadikan keduanya sebagai nabi.

 

Maka Zulaikha berkata: Bilamana Allah Ta’ala yang menyuruhmu melakukan itu dan menjadikan aku sebagai jalan kepadanya, maka aku taat kepada perintah Allah Ta’ala. Ketika itu Zulaikha mau menurutinya.

 

Diceritakan bahwa ada orang berkata kepada Majnun Laila: Siapa namamu?

 

Orang itu menjawab: Laila.

 

Dikatakan kepadanya pada suatu hari: Apakah Laila sudah mati?

 

Majnun menjawab: Sesungguhnya Laila ada di dalam hatiku tidak mati. Aku Laila.

 

Pada suatu hari ia melewati rumah Laila. Kemudian ia memandang ke langit. Maka dikatakan kepadanya: Hai Majnun, janganlah engkau memandang ke langit, tetapi pandanglah dinding rumah Laila, barangkali engkau bisa melihatnya.

 

Majnun berkata: Aku merasa cukup dengan bintang yang bayangannya menimpa rumah Laila.

 

Diceritakan dari Manshur Al-Hallaj rahimahullahu ta’ala bahwa mereka mengurungnya selama 18 hari. Kemudian datang Asy-Syibli r.a. kepadanya.

 

la berkata: Hai Manshur, apa itu cinta?

 

Al-Hallaj menjawab: Jangan bertanya kepadaku hari ini, tetapi tanyakan kepadaku besok.

 

Esok harinya mereka mengeluarkannya dari penjara dan menggelar lembaran kulit untuk membunuhnya.

 

Asy-Syibli lewat di depannya, maka ia berseru: Hai Syibli, cinta itu awalnya pembakaran dan akhirnya pembunuhan.

 

Sebagai isyarat bahwa ketika Al-Hallaj r.a. meyakini dalam pandangannya bahwa segala sesuatu selain Allah adalah batil dan mengetahui bahwa hanya Allah yang benar, ia pun lupa nama dirinya ketika meyakini nama Al-Hag (Allah Ta’ala). Maka ketika ditanya: Siapa engkau? la menjawab: Aku al-Haq.

 

Diriwayatkan bahwa cinta yang tulus itu terdapat dalam tiga perkara: yaitu ia memilih perkataan kekasihnya daripada perkataan orang lain, ia memilih duduk dengan kekasihnya daripada duduk dengan orang lain dan memilih ridha kekasihnya daripada orang lain. Demikian disebutkan dalam Al-Muntaha.

 

Ada yang mengatakan: Isyiq adalah menembus tabir dan menyingkap rahasia, sedangkan al-wajdu ialah ketidakmampuan ruh untuk memikul kerinduan yang memuncak ketika merasakan manisnya dzikir sehingga andaikata anggota tubuhnya dipotong, ia tidak merasa dan tidak menyadari.

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki mandi di sungai Furat. Kemudian ia mendengar seorang lelaki membaca:  (Dan dikatakan kepada orang-orang kafir): Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat). Yaasiin: 59.

 

Orang itu terus bergoyang hingga tenggelam dan mati.

 

Diriwayatkan dari Muhammad bin Abdullah Al-Baghdadi, ia berkata: Aku melihat di Basrah seorang pemuda berdiri di atas bukit yang tinggi menghadap orang banyak. la berkata: Siapa mati dalam keadaan asyik, ia pun mati demikian. Tiada kebaikan dalam keasyikan tanpa kematian.

 

Kemudian ia menjatuhkan dirinya dan diangkat dalam keadaan mati.

 

Al-Junaid rahimahullahu ta’ala berkata: Tasawwuf itu adalah meninggalkan ujian.

 

Diceritakan bahwa Dzunnun Al-Mishri rahimahullah memasuki Masjidil Haram. la melihat seorang pemuda telanjang terbaring dalam keadaan sakit di bawah sebuah tiang. la merintih dari hati yang sedih.

 

Dzunnun berkata: Maka aku mendekatinya dan memberi salam kepadanya.

 

Aku katakan kepadanya: Siapa engkau, hai anak muda? Pemuda itu menjawab: Aku orang asing yang asyik. Maka tahulah aku apa yang dikatakannya. Aku katakan: Aku juga seperti kamu. Maka ia menangis dan aku pun menangis karena tangisannya. la berkata: Apakah engkau menangis? Aku menjawab: Aku seperti kamu. ) Maka ia pun menangis sekeras-kerasnya dan menjerit dengan jeritan yang keras hingga keluar ruhnya di saat itu.

 

Maka aku tutupi dia dengan bajuku dan keluar dari tempatnya untuk mencari kain kafan. Kemudian aku membeli kain kafan dan kembali kepadanya. Akan tetapi aku tidak menemukannya di tempatnya. Maka aku ucapkan: Subhanallah.

 

Kemudian aku mendengar suara gaib berkata: Hai Dzunnun, sesungguhnya ini adalah orang asing yang dicari syaitan di dunia, tetapi ia tidak menemukannya dan dicari malaikat Malik, tetapi tidak melihatnya dan dicari malaikat Ridhwan di surga, tetapi tidak menemukannya.

 

Aku berkata: Di mana dia?

 

Kemudian aku mendengar suara gaib berkata:

 

tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” . Al-Qamar: 55

 

Hal itu disebabkan cintanya kepada Allah dan ketaatannya yang banyak dan penyegeraan taubatnya.

 

Demikian disebutkan dalam kitab Zahrir riyadh.

 

Seorang ulama ditanya tentang pecinta Allah. la menjawab: Ia adalah orang yang sedikit bergaul, banyak menyendiri, selalu berpikir, banyak diamnya, tidak melihat bila dipandang, tidak mendengar bila dipanggil. tidak mengerti bila diajak bicara dan tidak bersedih bila mengalami musibah.

 

Apabila mengalami kelaparan, ia tidak tahu dan telanjang tanpa menyadari dan memaki dan tidak merasa takut. la melihat kepada Allah Ta’ala dalam khalwatnya, merasa senang dengan-Nya dan bermunajat kepada-Nya dan tidak menentang pecinta dunia mengenai dunia mereka.

 

Berkata Abu Tawwab An-Nakhsyi tentang tanda-tanda cinta dalam bait-bait:

 

Janganlah engkau tertipu, karena kekasih itu mempunyai bukti-bukti dan dia mempunyai banyak cara untuk mendapatkan cinta

kekasihnya di antaranya ia merasa senang dengan cobaan pahit yang menimpanya dan gembira dalam setiap perbuatan yang dilakukannya pencegahan darinya adalah pemberian yang diterima dan kemiskinan adalah pemuliaan dan kebajikan yang segera termasuk bukti adalah engkau lihat dari kemauannya menaati kekasih, meskipun selalu disalahkan orang termasuk bukti adalah ia selalu tersenyum sedangkan hati kekasih merasa risau termasuk bukti ialah dia terlihat memahami perkataan orang yang bertanya kepadanya termasuk bukti ialah dia terlihat sederhana berhati-hati dari setiap perkataan yang diucapkannya

 

Cerita.

 

Isa alaihis salam melewati seorang pemuda yang menyirami sebidang kebun. Pemuda itu berkata kepada Isa: Mohonlah kepada Tuhanmu agar mengaruniai aku cinta kepada-Nya sebesar zarrah.

 

Isa menjawab: Kamu tidak mampu memiliki cinta sebesar zarrah.

 

Pemuda itu berkata: Kalau begitu, setengah zarrah.

 

Maka Isa alaihis salam berkata: Ya Rabb, karuniailah dia cinta kepada-Mu sebesar setengah zarrah.

 

Kemudian Isa a.a. pergi. Setelah lewat waktu yang lama, Isa mendatangi tempat pemuda itu. la bertanya tentangnya.

 

Mereka menjawab: la sudah gila dan pergi ke gunung.

 

Maka Isa berdoa kepada Allah agar menunjukkannya dimana pemuda itu berada. Ternyata Isa melihatnya di antara gunung-gunung dan mendapatinya berdiri di atas batu besar sambil mengarahkan pandangannya ke langit.

 

Kemudian Isa alaihis salam memberi salam kepadanya, tetapi pemuda itu tidak menjawabnya.

 

Isa berkata: Aku Isa. Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepada Isa: Bagaimana bisa mendengar perkataan manusia, orang yang di dalam hatinya terdapat cinta kepada-Ku sebesar setengah zarrah. Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, seandainya engkau potong dia dengan gergaji, niscaya dia tidak mengetahuinya.

 

Barangsiapa mengaku tiga perkara dan tidak membersihkan diri dari tiga perkara, maka ia tertipu.

 

Pertama: Manusia yang mengaku nikmatnya mengingat Allah, sedangkan ia mencintai dunia. Kedua: Manusia yang mengaku menyukai keikhlasan dalam amal, padahal dia suka orang-orang mengagungkannya. Ketiga: Manusia yang mengaku cinta kepada Penciptanya tanpa menggugurkan dirinya.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Akan datang suatu zaman kepada umatku dimana mereka menyukai lima perkara dan melupakan lima perkara. Mereka menyukai dunia dan melupakan akhirat, mereka menyukai harta dan melupakan hisab, mereka menyukai makhluk dan melupakan Pencipta, mereka menyukai dosa-dosa dan melupakan taubat, mereka menyukai istana dan melupakan kuburan.”

 

Manshur bin Ammar berkata menasihati seorang pemuda: Hai pemuda, janganlah kamu tertipu dengan masa mudamu. Banyak pemuda menunda taubat dan memanjangkan angan-angan serta tidak mengingat kematiannya. la berkata: Aku akan bertaubat besok atau sesudah besok. Kemudian datang kepadanya malaikat maut di saat ia lalai dari taubat.

 

Maka ia pun berada di dalam kubur, sedangkan harta, budak, anak, bapak dan ibu tidak berguna baginya sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

 

“(Yakni) di hari harta dan anak-anak lelaki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Asy-Syu’ara: 88-89

 

Ya Allah, karuniailah kami taubat sebelum mati dan ingatkan kami ketika lalai dan berilah kami manfaat dengan syafa’at nabi kita rasul terbaik Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

 

Sifat orang mukmin ialah bertaubat pada hari dan saatnya dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya dan puas dengan makanan pokoknya dan tidak sibuk mengurusi dunia, tetapi sibuk mengurusi amal akhirat dan menyembah Allah Ta’ala dengan ikhlas.

 

Cerita:

 

Ada seorang lelaki munafik yang pelit. la bersumpah akan mentalak istrinya bila ia mengeluarkan sedekah

 

Kemudian datang seorang pengemis di pintu rumahnya. Ia berkata: Hai penghuni rumah, demi Allah, tidakkah kalian beri aku sesuatu?

 

Maka wanita itu memberinya tiga potong roti.

 

Orang munafik itu menemuinya dan berkata: Siapa yang memberimu roti ini?

 

Pengemis itu menjawab: Mereka memberiku dari rumah si Fulan dan itu adalah rumahnya.

 

Kemudian orang munafik itu memasuki rumahnya dan berkata kepada istrinya: Bukankah aku sudah bersumpah agar engkau tidak memberikan sesuatu kepada seorang pun?

 

Istrinya menjawab: Aku memberinya demi Allah azza wa jalla.

 

Maka pergilah orang munafik itu dan menyalakan tungku hingga menjadi panas. Kemudian ia berkata: Bangunlah dan lemparkan dirimu di dalam tungku karena Allah.

 

Kemudian wanita itu berdiri dan mengambil pakaian-pakaiannya.

 

Orang munafik itu berkata: Tinggalkan pakaian-pakaian itu.

 

Wanita itu menjawab: Kekasih berhias untuk menemui kekasihnya. Aku akan mengunjungi kekasihku.

 

Kemudian ia lemparkan dirinya di dalam tungku, lalu munafik itu menutupnya dan pergi.

 

Ketika sudah lewat tiga hari, orang munafik itu datang dan membuka penutup tungku. Ternyata ia melihat wanita itu selamat dengan kekuasaan Allah Ta’ala.

 

Maka orang lelaki itu heran melihat keadaan itu. Tiba-tiba terdengar suara gaib berkata: Tidakkah engkau tahu bahwa api tidak membakar orang-orang yang mencintai Kami.

 

Diceritakan bahwa Asiyah istri Firaun menyembunyikan imannya dari Firaun. Ketika Firaun mengetahui imannya, dia menyuruh menyiksanya. Maka mereka menyiksanya dengan berbagai macam siksaan.

 

la berkata: Murtadlah kamu. Namun ia tidak mau murtad.

 

Kemudian didatangkan tiang-tiang dan mereka memukulnya pada anggota-anggota tubuhnya.

 

Kemudian Fir’aun berkata: Murtadlah kamu.

 

Maka wanita itu berkata: Sesungguhnya engkau mengetahui diriku dan hatiku dalam perlindungan Tuhanku. Andaikata engkau memotongku pada tiap-tiap anggota tubuhku, aku semakin bertambah cinta.

 

Ketika Musa a.s. lewat di depannya, Asiyah memanggil Musa. la berkata: Beritahulah aku, apakah Tuhanku ridha atau murka kepadaku.

 

Musa a.s. berkata: Hai Asiyah, para malaikat di langit menunggumu, yakni rindu kepadamu dan Allah membanggakanmu dan berkata: Mintalah hajatmu kepada-Ku, maka hajat itu akan dipenuhi.

 

Kemudian Asiyah berkata:

 

“Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” At-Tahrim: 11

 

Diriwayatkan dari Salman r.a. bahwa istri Fir’aun disiksa dengan panas matahari. Apabila mereka pergi meninggalkannya, para malaikat menaunginya dengan sayap-sayapnya dan ia melihat rumahnya di surga.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa Fir’aun menancapkan empat pasak bagi istrinya dan membaringkannya dan meletakkan batu penggiling di atas dadanya dan menghadapkannya ke arah matahari.

 

Kemudian ia menghadapkan kepalanya ke arah langit. Ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah bagiku di sisi-Mu sebuah rumah di surga.”

 

Al-Hasan berkata: Maka Allah menyelamatkannya dengan keselamatan yang paling mulia dan mengangkatnya ke surga. Dia makan dan minum.

 

Dalam kisah ini terdapat dalil bahwa meminta perlindungan kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dan meminta keselamatan dari-Nya ketika mengalami ujian dan bencana adalah termasuk perilaku orang-orang shaleh dan kebiasaan kaum mukminin.

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Katakanlah: “Jika kamu (sungguh) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu.” Ali Imran: 31

 

Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwa cinta hamba kepada Allah dan rasul-Nya adalah dengan menaati dan mengikuti perintah keduanya, sedangkan cinta Allah kepada para hamba ialah pemberian nikmat oleh-Nya kepada para hamba dengan ampunan.

 

Ada yang mengatakan: Apabila hamba mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki hanya milik Allah dan setiap sesuatu yang dianggapnya kesempurnaan dari dirinya atau dari orang lain, maka itu berasal dari Allah dan dengan pertolongan Allah, maka cintanya hanya untuk Allah dan karena Allah.

 

Hal itu menuntut keinginan untuk menaati-Nya dan menyukai segala yang mendekatkannya kepada-Nya.

 

Oleh sebab itu cinta Allah ditafsirkan dengan keinginan taat dan dijadikan sebagai kewajiban untuk mengikuti Rasulullah SAW dalam ibadahnya dan dorongan untuk menaatinya.

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan: Orang-orang berkata di zaman Rasulullah SAW: Ya Muhammad, sungguh kami mencintai Tuhan kami. Maka Allah menurunkan ayat ini.

 

Diriwayatkan dari Basyar Al-Hafi r.a., ia berkata: Aku melihat Nabi SAW dalam mimpi. Beliau berkata: Tahukah engkau dengan sebab apa Allah mengangkat derajatmu di antara teman-temanmu?

 

Aku menjawab: Tidak, ya Rasulallah.

 

Nabi SAW menjawab: Dengan sebab khidmatmu kepada orang. orang shaleh dan nasihatmu kepada saudara-saudaramu dan cintamu kepada teman-temanmu dan orang-orang yang mengamalkan sunnahku dan karena engkau mengikuti sunnahku.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa menghidupkan sunnahku, ia pun telah mencintaiku, dan siapa mencintaiku, ia bersama aku di surga.”

 

Disebutkan dalam atsar-atsar yang masyhur bahwa orang yang berpegang pada sunnah pemimpin manusia dan para rasul di saat terjadinya kerusakan pada manusia dan perbedaan mazhab-mazhab, ia pun mendapat pahala seorang yang mati syahid. Demikian disebutkan dalam Syir’atul Islam.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Semua umatku masuk surga, kecuali siapa yang menolak. Para sahabat berkata: Siapa yang menolak? Nabi SAW menjawab: Siapa yang menaati aku, ia masuk surga. Dan siapa yang mendurhakai aku, ia pun telah menolak. Setiap amal yang tidak sesuai dengan sunnahku, maka itu adalah maksiat.”

 

Seorang ulama berkata: Andaikata engkau melihat seorang yang bisa terbang di udara atau berjalan di atas laut atau makan api atau selain itu, sedangkan dia meninggalkan kewajiban yang ditetapkan Allah Ta’ala atau sunnah dengan sengaja, maka ketahuilah bahwa ia seorang pendusta dalam pengakuannya (sebagai wali) dan perbuatannya bukan karomah, tetapi istidraj.

 

Kita berlindung kepada Allah darinya.

 

Al-Junaid rahimahullahu berkata: Seseorang tidak sampai kepada Allah, kecuali dengan pertolongan Allah dan jalan supaya sampai kepada Allah ialah mengikuti Al-Musthafa Muhammad SAW.

 

Ahmad Al-Hawariy rahimahullahu berkata: Setiap amal tanpa mengikuti sunnah adalah batil, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Barangsiapa menyia-nyiakan sunnahku, aku haramkan atasnya syafa’atku.”

 

Demikian disebutkan dalam Syir’atul Islam.

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki melihat sesuatu dari seorang gila yang ia anggap kebodohan padanya. Kemudian ia beritahukan hal itu kepada Ma’ruf Al-Karkhi rahimahullah.

 

Ma’ruf tersenyum, kemudian berkata: Hai saudaraku, ia mempunyai pecinta-pecinta yang kecil dan besar, orang-orang berakal dan orang-orang gila. Adapun yang engkau lihat ini adalah dari orang gila mereka.

 

Diceritakan dari Al-Junaid bahwa ia berkata: Guru kami As-Sariyyu rahimahullah sakit dan kami tidak menemukan obat bagi penyakitnya dan kami tidak mengetahui pula sebab penyakitnya.

 

Kemudian disebutkan olehnya kepada kami oleh seorang tabib yang pandai. Maka kami ambil botol airnya.

 

Tabib memandang botol itu dan As-Sariyyu memandang lama kepada tabib. Kemudian ia berkata: Aku melihatnya kencing seorang yang asyik kepada Allah.

 

Al-Junaid berkata: Maka aku pun jatuh pingsan dan botol itu, terjatuh dari tanganku.

 

Kemudian aku kembali kepada As-Sariyyu dan mengabarinya.

 

la tersenyum, kemudian berkata: Semoga Allah memeranginya.

 

Aku berkata: Wahai guru, apakah cinta itu tampak pada kencing?

 

la menjawab: Ya.

 

Al-Fudhail rahimahullah berkata: Apabila dikatakan kepadamu: Apakah engkau mencintai Allah? maka diamlah. Karena jika engkau katakan: Tidak, maka engkau telah kafir. Dan jika engkau katakan: “Ya”, maka sifatmu bukan sifat para pecinta Allah. Karena itu, hindarilah murka Allah.

 

Sufyan berkata: Barangsiapa mencintai orang yang cinta Allah Ta’ala, sesungguhnya Dia mencintai Allah. Dan siapa yang memuliakan orang yang memuliakan Allah Ta’ala, sesungguhnya ia memuliakan Allah Ta’ala.

 

Sahal rahimahullah berkata: Tanda cinta Allah ialah cinta Al Qur’an dan tanda cinta Allah dan cinta Al-Qur’an ialah cinta Nabi SAW. Tanda cinta Nabi SAW adalah cinta as-sunnah dan tanda cinta as-sunnah ialah cinta akhirat dan tanda cinta akhirat ialah benci dunia dan tanda benci dunia ialah tidak mengambil darinya, kecuali bekal dan sekedar kebutuhan untuk menuju akhirat.

 

Abul Hasan Az-Zanjani berkata: Dasar ibadah adalah dalam tiga anggota badan, yaitu mata, hati dan lidah. Mata dengan mengeluarkan air mata, hati dengan berpikir dan lidah dengan berkata benar, bertasbih dan berdzikir.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah), dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” Al-Ahzab: 41-42

 

Diceritakan bahwa Abdullah bin Ahmad bin Harb menghadiri suatu tempat. Kemudian Ahmad bin Harb memotong rumput.

 

Maka Abdullah berkata kepadanya: Telah terjadi lima perkara padamu. yaitu hatimu sibuk dengannya hingga lupa bertasbih kepada Tuhanmu, engkau biasakan dirimu bekerja dengan selain menyebut nama Allah Ta’ala dan engkau jadikan itu sebagai jalan yang diikuti orang lain dan engkau mencegahnya dari bertasbih kepada Tuhannya dan engkau tetapkan dirimu menjadi hujjah Allah azza wa jalla pada hari kiamat.

 

Demikian disebutkan dalam Raunagul majalis.

 

Diriwayatkan dari As-Sariyyu r.a., ia berkata: Aku melihat Al Jurjani memakan roti sawig yang tidak diberi kuah.

 

Maka aku katakan kepadanya: Mengapa engkau tidak memakan makanan selain itu?

 

Al Jurjani menjawab: Aku telah menahan 90 tasbih antara mengunyah dan memberi kuah pada roti. Maka aku tidak mengunyah roti selama 40 tahun.

 

Adalah Sahal bin Abdullah makan dalam setiap lima belas hari. Apabila memasuki bulan Ramadhan, ia tidak memakan darinya, kecuali sekali makan dan bersabar tidak makan dalam sebagian waktu selama 70 hari. Apabila makan, ia lemah dan apabila lapar, ia merasa kuat.

 

Abu Hammad Al-Aswad tinggal di dekat Masjidil Haram selama 30 tahun dan tidak terlihat makan dan minum dan tidak kosong sesaat pun dari mengingat Allah.

 

Diceritakan bahwa Amru bin Ubaid tidak keluar dari rumahnya, kecuali untuk tiga perkara: yaitu untuk shalat bersama jama’ah, menjenguk orang sakit dan menghadiri jenazah.

 

la berkata: Aku melihat orang-orang itu pencuri dan penyamun. Umur adalah permata berharga yang tidak ada nilainya. Maka patutlah engkau mengisi simpanan yang kekal di akhirat.

 

Ketahuilah, bahwa pencari akhirat haruslah bersifat zuhud dalam kehidupan dunia supaya keinginannya hanya menjadi satu keinginan dan batinnya tidak terpisah dari lahirnya. la tidak mungkin menjaga keadaannya, kecuali dengan menyatukan lahir dan batin.

 

Diceritakan dari Ibrahim ibnul Hakim bahwa ia berkata: Adalah ayahku bila ingin tidur, ia masuk laut, lalu berenang. Maka berkumpullah ikan-ikan di laut kepadanya dan berenang bersamanya,

 

Diceritakan bahwa Wahab bin Munabbih berdoa kepada Allah agar menghilangkan tidur darinya di waktu. Maka ia pun tidak tidur selama 40 tahun.

 

Adalah Hasan Al-Hallaj mengikat dirinya dari matakaki hingga lututnya sebanyak 13 ikatan dan mengerjakan shalat dalam keadaan itu seribu raka’at dalam sehari semalam.

 

Adalah Al-Junaid pergi ke pasar pada permulaannya, lalu membuka tokonya dan memasukinya, lalu menurunkan tabir dan mengerjakan shalat 400 raka’at, kemudian kembali ke rumahnya.

 

Habasyi bin Dawud mengerjakan shalat Subuh selama 40 tahun dengan wudhu Isya’.

 

Maka hendaklah orang mukmin itu selalu dalam keadaan suci dan setiap kali berhadats, ia bersuci dan mengerjakan shalat dua raka’at dan berusaha menghadap kiblat dalam setiap majelisnya.

 

la bayangkan dirinya duduk di hadapan Rasulullah SAW sesuai dengan kehadiran dan muraqabah hingga ia bersikap tenang dan sopan dalam perbuatannya.

 

la pun sabar menghadapi gangguan dan tidak membalas orang yang berbuat buruk, memohon ampunan bagi setiap orang yang berbuat buruk dan tidak menyombongkan diri dan amalnya, karena kesombongan itu adalah sifat syaitan.

 

Barangsiapa tidak menghargai kehormatan orang-orang shaleh, maka Allah Ta’ala mengharamkannya dari pergaulan dengan mereka. Dan siapa yang tidak menghargai kehormatan taat, maka Allah mencabut kenikmatan taat dari hatinya.

 

“Al-Fudhail bin Iyadh ditanya: Hai Aba Ali. kapan orang menjadi shaleh?

 

Al-Fudhail menjawab: Apabila nasihat ada dalam niatnya. ada rasa takut dalam hatinya, kebenaran dalam lisannya dan perbuatan baik dalam anggota-anggota tubuhnya.

 

Allah Ta’ala berkata kepada Nabi SAW di waktu mi’raj: Hai Ahmad, jika engkau ingin menjadi orang yang paling wara’. maka zuhudlah terhadap dunia dan cintailah akhirat.

 

Maka Nabi SAW berkata: Ya Tuhanku, bagaimana aku zuhud terhadap dunia?

 

Allah menjawab: Ambillah dari dunia ini sekedar makanan, minuman dan pakaian. Janganlah engkau menyimpan untuk besok dan hendaklah engkau selalu mengingat-Ku.

 

Nabi SAW berkata: Ya Tuhanku, bagaimana aku selalu mengingatMu?

 

Allah menjawab: Dengan mengasingkan diri dari orang banyak dan jadikan tidurmu adalah shalat dan makananmu adalah lapar.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Zuhud terhadap dunia menenangkan hati dan badan, dan kesukaan terhadap dunia menimbulkan banyak kesusahan dan kesedihan. Cinta dunia adalah pokok segala dosa, sedangkan zuhud terhadapnya adalah pokok segala kebaikan dan ketaatan.”

 

Diceritakan bahwa seorang shaleh melewati sekelompok orang. Ternyata ada seorang tabib menyebut penyakit dan obatnya.

 

Maka ia berkata: Hai tabib yang mengobati tubuh, apakah engkau bisa mengobati hati?

 

Tabib itu menjawab: Ya, sebutkan bagiku penyakitnya.

 

Orang itu berkata: Dosa-dosa membuat hatinya gelap sehingga menjadi keras dan kaku. Apakah dia bisa diobati?

 

Tabib itu menjawab: Pengobatannya adalah berdoa dengan khusyu’ dan rendah hati dan mengucapkan istighfar sepanjang malam dan sepanjang siang dan segera melakukan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun dan meminta maar kepada Raja Yang Maha Kuasa. Inilah caranya mengobati hati dan kesembuhan itu dari ilmu yang gaib.

 

Maka orang shaleh itu menjerit dan menangis. la berkata: Sungguh engkau tabib yang baik. Engkau telah memberi obat yang tepat bagi hatiku.

 

Tabib berkata: Ini adalah pengobatan hati orang yang bertaubat dan mengembalikan hatinya kepada Tuhan yang melimpahkan kebaikan lagi Maha menerima taubat.

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki membeli seorang budak. Budak itu berkata: Wahai tuanku, aku mempunyai tiga syarat.

 

Pertama: Jangan halangi aku untuk mengerjakan shalat fardhu apabila sudah datang waktunya.

 

Kedua: Tuan boleh menyuruhku melakukan apa saja di siang hari sesukamu dan jangan menyuruhku di waktu malam.

 

Ketiga: Tuan tempatkan aku di sebuah ruangan di rumahmu yang tidak boleh dimasuki oleh selain aku.

 

Orang itu berkata: Aku setuju syarat-syaratmu.

 

Kemudian ia berkata: Aku akan periksa ruangan-ruangan. Maka ia berkeliling dan menemukan sebuah ruangan yang rusak.

 

Budak itu berkata: Aku ambil ruangan ini.

 

Maka tuannya berkata: Hai budak, engkau pilih ruangan yang rusak?

 

Budak itu menjawab: Tidakkah tuan mengetahui bahwa ruangan yang rusak bersama Allah adalah taman?

 

Budak itu melayani tuannya di siang hari dan mengkhususkan waktu malam untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Di saat ia sedang beribadah, tiba-tiba tuannya berkeliling pada suatu malam di rumah itu dan sampai ke kamar budak itu. Ternyata kamar itu terang dan budak itu sedang sujud dan di atas kepalanya ada pelita dari cahaya yang tergantung di antara langit dan bumi.

 

Budak itu bermunajat kepada Tuhannya dan berdoa dengan khusyu’. la berkata: Wahai Tuhanku, Engkau wajibkan atasku hak tuanku dan aku melayaninya di siang hari. Kalau bukan karena itu, aku tidak bekerja di waktu malam dan siangku, kecuali melayani-Mu, maka maafkanlah aku, ya Tuhanku.

 

Tuannya mengamatinya hingga terbit waktu subuh dan pelita itu lenyap dan langit-langit kamar itu menutup kembali. Kemudian ia kembali dan memberitahu istrinya tentang kejadian itu.

 

Pada malam kedua ia memegang tangan istrinya dan datang ke pintu kamar. Ternyata budak itu sedang sujud dan pelita tergantung di atas kepalanya.

 

Kedua orang itu berdiri di pintu memandang kepada budak itu dan keduanya menangis sampai pagi.

 

Kemudian orang itu memanggil budaknya dan berkata kepadanya: Engkau bebas demi ridha Allah hingga engkau khususkan dirimu untuk beribadah kepada Tuhan yang engkau meminta maaf kepada-Nya. Maka budak itu mengangkat kedua tangannya ke arah langit dan berkata: Wahai pemilik rahasia, sesungguhnya rahasia telah nampak dan aku tidak inginkan kehidupanku setelah tersiarnya rahasia itu Kemudian ia berkata: “Ya Tuhanku, aku mohon kematian dariMu”, lalu rebah dan mati.

 

Demikianlah keadaan orang-orang yang shaleh dan orang yang asyik serta para pencari akhirat.

 

Dan disebutkan dalam Zahrir Riyadh bahwa Musa alaihis salam mempunyai teman yang menjadi penghibur baginya. Pada suatu hari ia berkata: Hai Musa, doakan kepada Allah agar menjadikan aku mengenal-Nya dengan makrifat yang benar.

 

Maka Musa alaihis salam berdoa dan doanya dikabulkan, Kemudian temannya pergi ke gunung dan tinggal bersama hewan-hewan liar.

 

Musa tidak menemukannya. Maka ia berkata: Ya Tuhanku, aku kehilangan saudara dan penghiburku.

 

Dikatakan kepadanya: Hai Musa, siapa yang mengenalku dengan makrifat yang benar, dia tidak berteman dengan makhluk selamanya,

 

Diceritakan dalam Al-Akhbaar bahwa Yahya dan Isa alaihima as-salam berjalan di pasar. Keduanya berbenturan dengan seorang wanita.

 

Yahya berkata: Demi Allah, aku tidak merasakan itu.

 

Maka Isa berkata: Subhanallah. badanmu bersamaku dan hatimu di mana?

 

Yahya menjawab: Hai putra bibiku, andaikata hatiku merasa tenang kepada selain Tuhanku sekejap mata pun, niscaya aku mengira bahwa aku tidak mengenal Allah.

 

Ada yang mengatakan: Makrifat (mengenal Allah) yang benar ialah dengan melepaskan dunia dan akhirat dan hanya memusatkan perhatian kepada Al-Maula (Allah Ta’ala) dan mabuk dari minuman cinta. Maka ia pun tidak sadar, kecuali ketika melihat Allah dan ia mendapat cahaya dari Tuhannya.

 

 

 

 

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

“Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” Ali Imran: 32

 

Yakni Allah tidak mengampuni mereka dan tidak menerima taubat mereka sebagaimana Allah tidak menerima taubat iblis karena kekufuran dan kesombongannya.

 

Allah menerima taubat Adam alaihis salam sebelum ia bertaubat, karena ia mengakui dosanya dan menyesalinya dan menyalahkan dirinya.

 

Hal ini, meskipun bukan merupakan dosa yang sebenarnya, karena para nabi alaihimus salam terpelihara dari dosa dan tidak melakukan maksiat selamanya, baik sebelum menjadi nabi maupun sesudah menjadi nabi menurut pendapat yang sahih, tetapi dalam bentuk dosa.

 

Oleh karena Adam dan Hawwa’ alaihimas salam berkata:

 

“Ya Tuhanku kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” Al-A’raf: 23

 

Maka Adam alaihis salam menyesal dan segera bertaubat dan tidak putus asa dari rahmat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” Az-Zumar: 53

 

Iblis tidak mengakui dosa pada dirinya dan tidak menyesalinya, tidak menyalahkan dirinya, tidak segera bertaubat dan ia putus asa dari rahmat Allah Ta’ala dan sombong.

 

Maka siapa yang keadaannya seperti keadaan iblis, taubatnya tidak diterima dan siapa yang keadaannya seperti keadaan Adam, maka Allah menerima taubatnya.

 

Karena setiap kedurhakaan yang disebabkan hawa nafsu maka dapat diharapkan ampunannya dan setiap kedurhakaan yang disebabkan kesombongan tidak dapat diharapkan ampunannya.

 

Kedurhakaan Adam disebabkan oleh hawa nafsu, sedangkan kedurhakaan iblis disebabkan kesombongan.

 

Diceritakan bahwa iblis datang kepada Musa alaihis salam. Ia berkata kepada Musa: Apakah engkau orang yang dipilih Allah dengan risalah-Nya dan berbicara kepadamu secara langsung?

 

Musa menjawab: Ya. Apa maksudmu dengan pertanyaan ini dan siapa kamu?

 

Iblis berkata: Hai Musa, katakan kepada Tuhanmu, seorang makhluk-Mu telah meminta taubat kepada-Mu.

 

Maka Allah mewahyukan kepada Musa: Katakan kepadanya, Aku telah mengabulkan permintaanmu. Hai Musa, suruhlah dia sujud ke kubur Adam. Apabila ia sujud kepadanya, Aku terima taubatnya dan Aku ampuni dosa-dosanya.

 

Kemudian Musa mengabarinya. Maka iblis marah dan menyombongkan diri. Ia berkata: Aku tidak mau sujud kepadanya di surga. bagaimana pula aku sujud kepadanya ketika ia sudah mati.

 

Diriwayatkan bahwa iblis bertambah siksanya di neraka. Kemudian dikatakan kepadanya: Sesungguhnya Adam berada di taman surga, maka sujudlah kepadanya dan mintalah maaf kepadanya supaya kamu diampuni.

 

Namun iblis menolak. Maka siksanya ditambah menjadi 70.000 kali siksa penghuni neraka.

 

Disebutkan dalam khabar bahwa Allah Ta’ala mengeluarkan iblis dari neraka setiap seratus ribu tahun dan mengeluarkan Adam dan menyuruh iblis sujud kepadanya, namun ia menolak. Kemudian Allah mengembalikannya ke neraka.

 

Wahai saudara-saudaraku, jika kalian ingin selamat dari iblis, maka berlindunglah dengan Al-Maula (Allah Ta’ala) dan mintalah perlindungan kepada-Nya.

 

Pada hari kiamat diletakkan kursi dari api, lalu iblis terkutuk didudukkan di atasnya. Kemudian syaitan-syaitan dan orang-orang kafir berkumpul di dekatnya.

 

la mempunyai suara seperti suara keledai dan berteriak. Ia berkata: Hai penghuni neraka, bagaimana kalian dapati hari ini apa yang dijanjikan Tuhanmu?

 

Mereka menjawab: Benar adanya.

 

Kemudian iblis berkata: Ini adalah hari di mana aku putus asa dari rahmat Allah.

 

Maka Allah Ta’ala menyuruh para malaikat memukulinya dan para pengikutnya dengan cambuk-cambuk dari api hingga mereka jatuh di dalamnya selama 40 tahun dan tidak mendengar perintah untuk keluar selama-lamanya. Kita berlindung kepada Allah darinya.

 

Diriwayatkan bahwa pada hari kiamat iblis didatangkan, lalu diperintahkan untuk mendudukkannya di atas kursi dari api dan di lehernya tergantung kalung laknat.

 

Kemudian Allah azza wa jalla menyuruh malaikat Zabaniyah menyeretnya dari kursi itu dan melemparkannya ke dalam neraka, Maka mereka memeganginya untuk melemparkannya. Namun mereka tidak sanggup.

 

Kemudian Allah Ta’ala menyuruh Jibril bersama 80.000 malaikat melakukannya, namun mereka tidak sanggup.

 

Kemudian Allah menyuruh Israfil, kemudian Izrail juga, masingmasing bersama 80.000 malaikat. Namun mereka tidak sanggup.

 

Maka Allah Ta’ala berkata kepada mereka: Andaikata berkumpul malaikat sebanyak berlipat-lipat kali dari yang Aku ciptakan, niscaya mereka tidak sanggup memindahkannya selama kalung laknat tergantung di lehernya.

 

Diriwayatkan bahwa iblis dulu di langit dunia bernama Al-Abid, di langit kedua bernama Az-Zahid, di langit ketiga bernama Al-Arif, di langit keempat bernama Al-Waliy, di langit kelima bernama At-Tagiy, di langit keenam bernama Al-Khazin dan di langit ketujuh bernama Azazil dan di Lauhil Mahfudh bernama iblis, sedangkan ia lalai dari akibat perbuatannya.

 

Kemudian Allah menyuruhnya sujud kepada Adam. Iblis berkata: Apakah Engkau melebihkannya di atas aku, sedangkan aku lebih baik darinya? Engkau ciptakan aku dari api dan ciptakan dia dari tanah.

 

Allah Ta’ala menjawab: Aku lakukan apa yang Aku kehendaki.

 

Iblis merasa dirinya mulia. la menghadapkan punggungnya kepada Adam karena gengsi dan sombong.

 

la berdiri tegak hingga para malaikat sujud selama waktu tertentu. Ketika mereka mengangkat kepala mereka dan melihatnya tidak sujud sedangkan mereka sudah diberi taufik untuk sujud, mereka pun sujud untuk kedua kalinya sebagai tanda syukur.

 

Iblis tetap berdiri dan berpaling dari mereka tidak mau mengikuti dan tidak menyesal atas penolakannya.

 

Maka Allah mengubahnya dari bentuk yang indah dan menghinakannya seperti babi dan menjadikan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti punuk unta yang besar, wajahnya di antara keduanya seperti wajah kera dan kedua matanya terbelah sepanjang wajahnya, kedua lubang hidungnya terbuka seperti wadah tukang cantuk, kedua bibirnya seperti dua bibir kerbau, taringnya keluar seperti taring babi dan di janggutnya terdapat tujuh helai rambut.

 

Allah mengusirnya dari surga, bahkan dari langit, bahkan dari bumi ke pulau-pulau. la tidak memasuki bumi, kecuali dengan sembunyi dan Allah melaknatnya sampai hari kiamat, karena ia telah menjadi kafir.

 

Lihatlah, ia dulu bagus rupanya, bersayap empat, banyak ilmunya, banyak ibadahnya, pemimpin para malaikat dan yang terbesar di antara mereka dan pemimpin Karubiyyin dan selain itu. Namun semua itu tidak berguna baginya. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat peringatan.

 

Disebutkan dalam atsar: Ketika iblis mendapat hukuman, Jibril dan Mikail menangis. Maka Allah berkata kepada keduanya: Kenapa kamu berdua menangis?

 

Keduanya menjawab: Ya Tuhan kami, kami tidak merasa aman dari hukuman-Mu.

 

Maka Allah Ta’ala berkata: Demikianlah hendaknya kamu berdua. Janganlah kalian merasa aman dari hukuman-Ku.

 

Diriwayatkan bahwa iblis berkata: Ya Tuhanku, Engkau keluarkan aku dari surga demi Adam, sedangkan aku tidak bisa menguasainya, kecuali bila Engkau memberi kekuasaan.

 

Allah berkata: Engkau diberi kekuasaan atasnya, yakni atas anakanaknya, karena para nabi dilindungi darinya.

 

Iblis berkata: Tambahilah aku.

 

Allah berkata: Tidaklah dilahirkan anak dari keturunan Adam, melainkan dilahirkan bagimu dua anak.

 

Iblis berkata: Tambahilah aku. Allah berkata: Dada mereka tempat tinggal bagimu. Engkau masuk di dalamnya mengikuti jalannya darah.

 

Iblis berkata: Tambahilah aku.

 

Allah berkata: Kerahkan pasukanmu yang berkendaraan dan yang berjalan kaki dan berserikatlah dengna mereka pada harta, yakni dengan menyuruh mereka mencarinya dan menggunakannya dalam perkara yang haram dan pada anak-anak dengan mendorong mereka melakukan perbuatan yang haram untuk menghasilkan mereka seperti menggauli istri yang haid dan membuat mereka menamai anak mereka secara syirik seperti Abdul Uzza dan menyesatkan mereka dengan mendorong mereka untuk menganut agama-agama yang batil dan melakukan pekerjaan tercela dan perbuatan buruk.

 

Selain itu adalah menjanjikan mereka dengan janji-janji yang batil seperti syafaat tuhan-tuhan dan mengandalkan kemuliaan bapakbapak dan menunda taubat dengan angan-angan yang panjang dan ini dengan cara ancaman seperti: Kerjakanlah apa yang kamu inginkan.

 

Maka Adam berkata: Ya Tuanku, Engkau telah beri dia kekuasaan atasku sehingga aku tidak bisa terlindung darinya, kecuali dengan pertolongan-Mu.

 

Allah berkata: Tidaklah dilahirkan seorang anak dari keturunanmu, melainkan Aku tugaskan malaikat untuk melindunginya.

 

Allah berkata: Kebaikan dibalas dengna sepuluh kali lipat.

 

Adam berkata: Tambahilah aku.

 

Allah berkata: Aku tidak mencabut taubat dari mereka selama arwah mereka berada di badan mereka.

 

Adam berkata: Tambahilah aku.

 

Allah berkata: Aku ampuni mereka dan Aku tidak peduli.

 

Adam berkata: Aku rasa sudah cukup.

 

Kemudian iblis berkata: Ya Tuhanku, Engkau jadikan di kalangan bani Adam utusan-utusan dan Engkau turunkan kitab-kitab kepada mereka. Maka siapa utusan-utusanku?

 

Allah menjawab: Para dukun.

 

Iblis berkata: Apa kitab-kitabku?

 

Allah menjawab: Merajah badan.

 

Iblis berkata: Apa haditsku?

 

Allah menjawab: Kebohongan.

 

Iblis berkata: Apa Qur’anku?

 

Allah menjawab: Syi’ir.

 

Iblis berkata: Siapa juru adzanku?

 

Allah menjawab: Seruling.

 

Iblis berkata: Apa masjidku?

 

Allah menjawab: Pasar.

 

Iblis berkata: Apa rumahku?

 

Allah menjawab: Kamar mandi.

 

Iblis berkata: Apa makananku?

 

Allah menjawab: Makanan yang tidak disebut nama-Ku ketika memakannya.

 

Iblis berkata: Apa minumanku?

 

Allah menjawab: Minuman yang memabukkan.

 

Iblis berkata: Apa perangkapku?

 

Allah menjawab: Wanita.

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya.” Al-Ahzab: 72

 

Makna amanat dalam ayat ini ialah ketaatan dan kewajiban yang pelaksanaannya berkaitan dengan pahala dan hukuman. Al-Qurthubi berkata:

 

Amanat itu meliputi seluruh tugas agama menurut pendapat yang sahih dan pendapat mayoritas ulama. Timbul perbedaan pendapat mengenai rincian-rincian sebagiannya. Maka ibnu Mas’ud berkata: la adalah amanat harta seperti titipan-titipan dan lainnya.

 

Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud bahwa amanat terdapat dalam semua kewajiban dan yang paling berat adalah amanat harta.

 

Abu Darda’ berkata: Mandi janabah adalah amanat. Ibnu Umar berkata:

 

Yang pertama diciptakan Allah pada manusia adalah kemaluannya, dan dia berkata: Ini adalah amanat yang Aku titipkan dia kepadamu.

 

Maka janganlah menggunakannya, kecuali dengan benar. Jika engkau memeliharanya, maka dia akan memeliharamu. Maka kemaluan adalah amanat, telinga adalah amanat, mata adalah amanat, lidah adalah amanat, perut adalah amanat, tangan dan kaki adalah amanat dan tiada iman bagi siapa yang tidak menunaikan amanat.

 

Al-Hasan berkata: Sesungguhnya amanat diajukan kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, maka berguncanglah semuanya dan segala isinya.

 

Kemudian Allah berkata kepadanya: Jika engkau berbuat baik, Aku akan memberimu pahala. Dan jika engkau berbuat buruk, Aku akan menyiksamu. Maka semuanya menjawab: Tidak.

 

Berkata Mujahid: Ketika Allah menciptakan Adam dan mengajukan amanat kepadanya dan mengatakan itu kepadanya, ia berkata: Aku mau memikulnya.

 

Adalah jelas bahwa pengajuan amanat ini kepada langit dan bumi dan gunung-gunung adalah pengajuan yang bersifat pilihan, bukan pengajuan yang bersifat paksaan. Andaikata Allah memaksa mereka, maka mereka tidak menolak untuk memikulnya.

 

Al-Ouffal dan lainnya berkata: Pengajuan amanat dalam ayat ini adalah perumpamaan.

 

Yakni andaikata langit, bumi dan gunung-gunung yang demikian besar bentuknya boleh dibebani taklif, niscaya beratlah bagi mereka menjalankan syari’at karena menimbulkan pahala dan hukuman.

 

Maka mereka tidak sanggup memikulnya dan Allah membebankannya kepada manusia:

 

(dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu zalim dan amat bodoh). Al-Ahzab: 72.

 

Yakni dalam pemikulan amanat itu, ia amat zalim kepada dirinya dan amat bodoh (tidak tahu) mengenai dirinya dan bodoh mengenai perintah Tuhannya.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas, ia berkata: Amanat diajukan kepada Adam, maka dikatakan: Ambillah dia dengan apa yang ada padanya, Jika engkau taat, Aku akan mengampunimu dan jika engkau durhaka, Aku akan menyiksamu.

 

Adam menjawab: Aku terima dia dengan apa yang ada padanya. Ternyata di antara waktu Ashar hingga malam dari hari itu Adam memakan buah dari pohon itu. Untunglah Allah menyelamatkannya dengan rahmat-Nya, lalu menerima taubatnya dan ia pun diberi petunjuk. Amanat berasal dari kata iman. Maka yang memelihara amanat Allah, Allah memelihara imannya. Nabi SAW bersabda:

 

“Tiada iman bagi siapa yang tidak menunaikan amanat dan tiada agama bagi siapa yang tidak menepati janji.” Penyair berkata: Celakalah siapa yang ridha khianat sebagai jalannya dan menyimpang dirinya dari menjaga amanat ia menolak pengamalan agama dan harga diri, sehingga datanglah musibah berturut-turut menimpanya Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin diberi tabiat atas setiap akhlak selain khianat dan dusta. Rasulullah SAW bersabda:

 

“umatku senantiasa dalam kebaikan selama ia tidak melihat amanat sebagai keuntungan dan shodaqoh sebagai kerugian.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

 “Tunaikan amanat kepada siapa yang memberikan amanat kepadamu dan jangan mengkhianati orang yang mengkhianatimu.”

 

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda:

 

“Tanda orang munafik ada tiga: Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila diberi amanat, ia berkhianat.”

 

Yakni jika diberi amanat oleh seseorang dengan suatu perkataan, ia mengkhianatinya dengan menyiarkannya kepada orang banyak atau apabila diberi titipan sesuatu, ia mengkhianatinya dengan mengingkarinya dan tidak menjaganya serta menggunakannya tanpa izin pemiliknya. Memelihara amanat adalah sifat para malaikat yang didekatkan kepada Allah dan para nabi dan rasul serta tabiat orang-orang shaleh dan orang-orang yang bertakwa.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” An-Nisa’: 58

 

Para ahli tafsir berkata: Ayat ini mengandung banyak pokok syari’at dan yang diseru kepadanya adalah para mukallaf pada umumnya, yaitu para penguasa dan lainnya.

 

Maka para penguasa wajib berbuat adil kepada orang teraniaya dan menampakkan haknya dan itu adalah amanat dan memelihara harta kaum muslimin, terutama anak-anak yatim.

 

Para ulama wajib mengajari kaum awam hukum-hukum agama mereka dan itu adalah amanat yang dipilih para ulama untuk memeliharanya.

 

Wajib atas bapak untuk memelihara anaknya dengan pendidikan yang baik, karena itu adalah amanat padanya.

 

Nabi SAW bersabda: “Masing-masing dari kamu adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”

 

Diriwayatkan dari Salamah. ia berkata: Di saat kami sedang duduk di dekat Nabi SAW, tiba-tiba didatangkan jenazah untuk dishalatinya.

 

Maka Nabi SAW berkata: Apakah ia mempunyai utang?

 

Para sahabat menjawab: Tidak.

 

Maka Nabi SAW menshalatinya.

 

Kemudian didatangkan jenazah lain. Nabi SAW berkata: Apakah ia mempunyai utang? Para sahabat menjawab: Ya. Nabi SAW berkata: Apakah ia meninggalkan sesuatu? Para sahabat menjawab: Tiga dinar. Maka Nabi SAW menshalatinya. Kemudian didatangkan jenazah ketiga. Maka Nabi SAW berkata: Apakah ia mempunyai utang? Para sahabat menjawab: Ya. Nabi SAW berkata: Apakah ia meninggalkan sesuatu? Para sahabat menjawab: Tidak. Nabi SAW berkata: “Shalatilah teman kalian.”

 

Diriwayatkan dari Qatadah r.a., ia berkata: Seorang lelaki berkata: Ya Rasulallah, beritahulah aku jika aku terbunuh di jalan Allah dalam keadaan sabar dan mengharap pahala, maju pantang mundur, apakah Allah menghapus dariku dosa-dosaku?

 

Nabi SAW menjawab: Ya.

 

Ketika orang itu berlalu, beliau memanggilnya.

 

Nabi SAW berkata: Allah mengampuni semua dosa dari orang yang mati syahid, kecuali utang.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” Al-Mu’minun: 1-2

 

Ketahuilah, bahwa di antara mereka ada yang menjadikan khusyu’ sebagai perbuatan hati seperti rasa takut dan ada yang menjadikannya perbuatan anggota tubuh seperti tenang, tidak menoleh dan tidak berbuat sia-sia.

 

Para ulama berbeda pendapat mengenai khusyu’, apakah termasuk fardhu shalat atau keutamaannya dalam dua pendapat.

 

Kelompok yang mendukung pendapat pertama berdalil dengan hadits:   (Hamba tidak mendapat pahala dari shalatnya, kecuali yang dipahaminya).

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” Thaha: 14

 

Kelalaian berlawanan dengan ingat. Oleh sebab ini Allah Ta’ala

 

“Dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai.” Al-A’raf: 205

 

Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Muhammad bin Sirin, ia berkata: Aku diberitahu bahwa Rasulullah SAW apabila shalat mengangkat pandangannya ke arah langit. Kemudian turun ayat itu.

 

Abdur Razzaq menambahkan darinya: Maka Allah menyuruhnya agar bersikap khusyu’. Kemudian beliau mengarahkan pandangannya ke tempat sujudnya.

 

Al-Hakim dan Baihaqi meriwayatkan dari Abi Hurairah: Adalah Nabi SAW dulu mengangkat pandangannya ke arah langit di dalam shalat. Kemudian turun ayat ini, lalu beliau menundukkan kepalanya.

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa Nabi SAW bersabda:

 

“Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai yang mengalir di depan pintu seseorang dari kamu dan banyak airnya.

 

la mandi di situ setiap hari lima kali. Apakah masih ada sisa kotoran padanya?

 

Yakni shalat-shalat itu membersihkan dosa-dosa dan tidak tersisa sedikit pun darinya selain dosa-dosa besar.

 

Ini bisa terjadi bila ia kerjakan shalat dengan khusyu’ dan kehadiran hati. Kalau tidak, maka shalatnya dikembalikan kepadanya.”

 

surga di sebelah kananku dan neraka di sebelah kiriku, malaikat maut di belakangku, dan aku menganggapnya akhiri shalatku.

 

Kemudian aku berdiri di antara harapan dan rasa takut dan aku ucapkan takbir dengan jelas, aku membaca surah dengan tartil, aku ruku’ dengan rendah diri, aku sujud dengan khusyu”, aku duduk di atas paha kiri, aku bentangkan punggung telapak kakinya, aku tegakkan telapak kaki kanan di atas ibu jari dan aku kerjakan shalatku dengan ikhlas. Kemudian aku tidak tahu apakah shalatku diterima atau tidak.

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: Dua raka’at yang sedang dengan tafakkur lebih baik daripada shalat malam sedangkan hatinya lalai.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Akan datang di akhir zaman orang-orang dari umatku. Mereka mendatangi masjid-masjid, lalu duduk di situ dalam lingkaranlingkaran, ingatan mereka hanyalah dunia dan cinta dunia. Janganlah kalian duduk dengan mereka, Allah tidak mempunyai keperluan dengan mereka.”

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa Nabi SAW bersabda: “Maukah kuberitahu kalian, manusia yang paling buruk pencuriannya?”

 

Para sahabat menjawab: Siapa dia, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Manusia yang mencuri dari shalatnya.

 

Para sahabat berkata: Bagaimana dia mencuri dari shalatnya?

 

Nabi SAW menjawab: la tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Yang pertama dihisab pada hamba di hari kiamat adalah shalat, Apabila ia sudah menyempurnakannya, maka diringankan hisab atasnya. Bilamana ia sudah menQur’angi sedikit darinya, Allah Ta’ala berkata kepada para malaikat-Nya: Apakah hamba-Ku mempunyai shalat tathawwu’ (sunnah) supaya mereka sempurnakan kewajiban itu darinya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba diberi pemberian yang lebih baik daripada diizinkan baginya mengerjakan shalat dua raka’at.”

 

Adalah Umar ibnul Khaththab r.a. apabila hendak mengerjakan shalat, gemetar sekujur badannya dan gemeretak gigi-giginya.

 

Dikatakan kepadanya mengenai keadaan itu. Umar menjawab: Telah tiba waktu menunaikan amanat dan mengerjakan kewajiban, sedangkan aku tidak tahu bagaimana menunaikannya.

 

Diceritakan dari Khalaf bin Ayyub bahwa ia berdiri dalam shalat. Tiba-tiba ia disengatl lebah. Maka mengalir darah darinya sedangkan dia tidak merasa hingga keluar ibnu Said memberitahukan kejadian itu kepadanya. Maka ia pun mencuci bajunya.

 

Kemudian dikatakan kepadanya: Kamu disengat lebah hingga keluar darah darimu dan kamu tidak merasakannya.

 

Khalaf menjawab: Apakah bisa merasakan seperti ini orang yang berdiri di hadapan Raja Yang Maha Kuasa sementara malaikat maut ada di belakangnya, neraka di sebelah kirinya dan shirat di bawah kedua telapak kakinya.

 

Tangan Amru bin Dzarr mengalami luka yang membusuk, sedangkan la seorang yang agung dalam hal kezuhudan dan ibadahnya.

 

Para tabib berkata kepadanya: Tangan ini harus dipotong.

 

Amru berkata: Potonglah tanganku.

 

Para tabib berkata: Kami tidak dapat memotongmu, kecuali mengikatmu dengan tali.

 

Amru berkata: Tidak. Akan tetapi bila aku sudah masuk dalam shalat, potonglah tanganku pada waktu itu.

 

Ketika ia masuk dalam shalat. tangannya dipotong dan ia tidak merasakannya.

 

 

 

 

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., ia berkata: Rasulullah SAW/ bersabda: “Barangsiapa bershalawat untukku sekali, Allah Ta’ala menciptakan dari orang yang bershalawat itu awan putih, kemudian Allah menyuruhnya mengambil dari lautan rahmat. Maka awan itu mengambilnya, kemudian Allah Ta’ala menyuruhnya menurunkan hujan.

 

Tetesan mana yang menimpa bumi, Allah menciptakan emas darinya dan tetesan mana yang menimpa gunung, Allah Ta’ala menciptakan perak darinya dan tetesan mana yang menimpa orang kafir, Allah Ta’ala mengaruniakan iman.”

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” Ali Imran: 10

 

Al-Kalbi berkata: Ayat ini mengandung penjelasan keadaan umat ini dalam hal kelebihannya di atas umat-umat lainnya.

 

Dalam ayat itu terdapat dalil bahwa umat Islam ini adalah umat terbaik secara mutlak dan keadaan terbaik ini berlaku antara umat yang terdahulu dan yang terakhir dibandingkan dengan umat-umat yang lain meskipun bertingkat-tingkat seperti yang disebutkan tentang kelebihan para sahabat Nabi SAW di atas yang lain.

 

Mereka menjadi umat terbaik selama mereka menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah berbuat kemungkaran. Kalau mereka tidak melakukan itu, hilanglah sifat terbaik dari mereka.

 

Maka Allah menjadikan mereka manusia terbaik bagi umat manusia karena mereka menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah dari yang mungkar serta memerangi kaum kafir supaya mereka

 

masuk Islam sehingga manfaat mereka mengungguli umat lain sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang banyak dan seburuk-buruk manusia adalah yang membahayakan orang banyak.”

 

Kamu beriman kepada Allah. yakni kamu percaya bahwa Allah Esa dan tetap dalam keadaan itu. serta membenarkan bahwa Muhammad adalah Nabi Allah, karena siapa yang mengingkari Muhammad SAW, ia pun tidak beriman kepada Allah, karena ia menganggap bahwa ayat-ayat mukjizat yang dibawanya berasal dari dirinya sendiri.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa melihat kemungkaran di antara kalian, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah iman yang paling lemah.”

 

Yakni perbuatan orang beriman yang paling lemah.

 

Seorang ulama berkata: Perubahan dengan tangan dilakukan oleh para penguasa. dan dengan lisan oleh para ulama dan dengan hati oleh kaum awam. Seorang ulama berkata: Siapa yang sanggup melakukan itu, maka ia wajib mengubahnya. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan hendaklah kamu saling menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” Al-Maidah: 2

 

Termasuk saling menolong adalah dorongan untuk melakukannya dan memudahkan jalan-jalan kebaikan kepadanya dan menutup jalan kejahatan dan pelanggaran sesuai kemampuan.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa membentak pengikut bid’ah, Allah memenuhi hatinya dengan keamanan dan iman. Dan siapa yang menghinakan pengikut bid’ah, Allah mengamankannya pada hari ketakutan terbesar (kiamat). Barangsiapa menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar, maka ia adalah khalifah Allah di bumi dan khalifah kitabNya dan khalifah rasul-Nya.”

 

Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a., ia berkata: Akan datang kepada manusia suatu zaman, di mana bangkai keledai lebih mereka sukai daripada seorang mukmin yang menyuruh dan melarang mereka.

 

Musa berkata: Ya Tuhanku, apa balasan orang yang memanggil saudaranya dan menyuruhnya berbuat kebaikan dan melarangnya berbuat kemungkaran?

 

Allah menjawab: Aku menulis baginya dengan setiap kalimat ibadah setahun dan Aku malu untuk menyiksanya dengan api-Ku.

 

Disebutkan dalam hadits Oudsi: Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai anak Adam, janganlah engkau menjadi orang yang menunda taubat dan memanjangkan angan-angan dan kembali ke akhirat tanpa amal. Ia ucapkan perkataan para ahli ibadah dan mengerjakan perbuatan kaum munafik. Jika diberi sesuatu, ia tidak merasa puas dan jika tidak diberi, ia tidak sabar. Ia menyukai orang-orang shaleh dan bukan termasuk mereka dan membenci kaum munafik sedangkan ia termasuk mereka. la menyuruh berbuat kebaikan dan tidak melakukannya dan melarang berbuat buruk, dan ia sendiri tidak berhenti melakukannya.”

 

Diriwayatkan dari Ali karromallahu wajhahu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

 

“Akan datang suatu kaum di akhir zaman orang-orang yang masih muda, akalnya kurang. Mereka mengucapkan perkataan sebaik-baik manusia yang tidak melampaui tenggorokan mereka. mereka keluar dari agama seperti anak panah lepas dari busurnya.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Aku melihat pada malam ketika aku diperjalankan ke langit orang-orang yang digunting bibir mereka dengan gunting dari api.

 

Aku berkata: Siapa mereka itu, ya Jibril?

 

Jibril menjawab: Mereka adalah para khathib umatmu yang menyuruh orang-orang berbuat kebaikan dan melupakan diri mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman mengenai mereka:

 

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” Al-Baqarah: 44

 

Yakni kamu membaca Kitabullah dan tidak mengamalkan isinya. Mereka menyuruh mengeluarkan shodaqoh, tetapi mereka sendiri tidak mengeluarkan shodaqoh.

 

Maka kaum mukminin wajib menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran serta tidak melupakan diri mereka. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya.” At-Taubah: 71

 

Allah telah menyifatkan orang-orang yang beriman bahwa mereka menyuruh berbuat kebaikan. Maka siapa yang tidak mau menyuruh berbuat kebaikan, ia pun keluar dari orang-orang mukmin yang disifatkan dalam ayat ini.

 

Allah telah mencela orang-orang yang tidak menyuruh berbuat kebaikan. Maka Allah berfirman:

 

“Mereka tidak saling melarang perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh amat buruklah apa yang mereka lakukan itu.” Al-Maidah: 79

 

Diriwayatkan dari Abi Darda’ r.a. bahwa ia berkata: Hendaklah kalian menyuruh berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar atau Allah akan menjadikan kalian dikuasai oleh penguasa yang zalim dan tidak menghormati orang tua dan tidak menyayangi anak kecil.

 

Orang-orang baik dari kalian berdoa, tetapi doa mereka tidak dikabulkan. Mereka meminta tolong, tetapi tidak ditolong dan meminta ampun, tetapi tidak diampuni. Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Allah menyiksa penduduk suatu desa yang di dalamnya terdapat 18.000 orang yang amal mereka seperti amal para nabi. Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, bagaimana bisa begitu? Nabi SAW menjawab: Mereka tidak marah karena Allah dan tidak menyuruh berbuat kebaikan dan tidak melarang perbuatan mungkar.”

 

Abu Dzarr Al-Ghifari berkata: Abu Bakar Ash-Shiddig r.a. berkata: Ya Rasulallah, apakah ada jihad selain memerangi kaum musyrikin? Rasulullah SAW menjawab: Ya, wahai Abu Bakar. Sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai orang-orang yang berjihad di bumi, mereka lebih utama daripada para syuhada. Mereka itu hidup mendapat rezeki berjalan di atas bumi. Allah membanggakan mereka kepada para malaikat di langit. Surga berhias bagi mereka sebagaimana Ummu Salamah berhias bagi Rasulullah SAW. Maka Abu Bakar r.a. berkata: Ya Rasulallah, siapa mereka itu? Nabi SAW menjawab: Mereka adalah orang-orang yang menyuruh berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar. Mereka cinta karena Allah dan benci karena Allah. Kemudian Nabi SAW bersabda: Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh ada hamba berada di kamar di atas kamarkamar di atas kamar-kamar para syuhada. Setiap kamar darinya mempunyai 300 pintu dari yagut dan zamrud hijau, di atas setiap pintu ada cahaya. Seorang lelaki dari mereka ada yang kawin dengan 300.000 bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita pandangannya.

 

Setiap kali ia menoleh kepada salah satu dari mereka, lalu memandang kepadanya, bidadari itu berkata kepadanya: Apakah engkau ingat hari begini dan begini? Engkau menyuruh berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar.

 

Setiap kali ia menoleh kepada satu bidadari dari mereka, ia sebutkan baginya sebuah tempat di mana ia menyuruh berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar.

 

Disebutkan dalam khabar bahwa Allah Ta’ala berkata: “Hai Musa, apakah engkau pernah mengerjakan suatu amal bagi-Ku?

 

Musa menjawab: Ya Tuhanku, aku shalat untuk-Mu, aku puasa untuk-Mu, aku keluarkan sedekah untuk-Mu, aku sujud untuk-Mu, aku ucapkan pujian untuk-Mu dan aku baca kitab-Mu serta aku sebut nama-Mu.”

 

Allah Ta’ala berkata: “Hai Musa, adapun shalat adalah bukti bagimu, puasa adalah perisai bagimu. shodaqoh adalah naungan bagimu, tasbih adalah pohon-pohon bagimu di surga. Adapun pembacaan kitab-Ku, maka bagimu bidadari dan istana-istana dan dzikir adalah cahaya bagimu. Maka amal mana yang engkau kerjakan bagi-Ku?

 

Musa berkata: Ya Tuhanku, tunjukkan kepadaku amal yang aku kerjakan untuk-Mu.

 

Allah berkata: Hai Musa, apakah engkau pernah mencintai waliKu dan pernah memusuhi musuh-Ku?

 

Maka tahulah Musa bahwa amal yang paling utama adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah terhadap musuh-musuh-Nya.

 

Abu Ubaidah ibnul Jarrah r.a. berkata: Aku berkata: Ya Rasulallah, siapa di antara para syuhada yang paling mulia di sisi Allah azza wa jalla?

 

Nabi SAW menjawab: Seorang lelaki yang pergi kepada seorang penguasa yang zalim, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan dan melarangnya dari perbuatan mungkar, lalu penguasa itu membunuhnya.

 

Jika penguasa itu tidak membunuhnya, maka pena (tulisan dosa) tidak berlaku atasnya, meskipun ia hidup sampai kapanpun.

 

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu ta’ala berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Yang paling utama di antara syuhada umatku ialah seorang lelaki yang menemui seorang pemimpin yang zalim, lalu menyuruhnya berbuat kebaikan dan melarangnya dari perbuatan mungkar, lalu membunuhnya dalam keadaan itu. Orang yang syahid itu kedudukannya di antara Hamzah dan Ja’far.”

 

Allah mewahyukan kepada Yusya’ bin Nun alaihis salam: Aku akan membinasakan dari kaummu 40.000 orang yang baik di antara mereka dan 60.000 orang yang jahat dari mereka.

 

Yusya’ berkata: Ya Tuhanku, mereka ini orang-orang jahat, namun kenapa orang-orang yang baik juga dibinasakan?

 

Allah menjawab: Sesungguhnya mereka ini tidak marah bila Aku marah dan ikut makan dan minum bersama mereka.

 

Diriwayatkan dari Anas r.a., ia berkata: “Kami katakan: Ya Rasulallah, tidakkah kita menyuruh berbuat kebaikan hingga kita kerjakan seluruhnya dan kita melarang perbuatan mungkar hingga kita jauhi seluruhnya?

 

Nabi SAW menjawab: Suruhlah berbuat kebaikan, meskipun kalian tidak mengerjakannya seluruhnya. Dan laranglah perbuatan mungkar, meskipun kalian tidak menjauhinya seluruhnya.”

 

Seorang ulama salaf berwasiat kepada anak-anaknya: Ia berkata: Apabila seseorang dari kalian ingin menyuruh berbuat kebaikan, hendaklah ia menguatkan dirinya untuk bersabar dan percaya kepada pahala dari Allah. Siapa yang percaya kepada pahala dari Allah, ia tidak akan merasakan pedihnya gangguan.

 

 

 

 

Orang mukmin wajib mencintai para ulama dan orang-orang shaleh serta sering duduk bersama mereka dan menanyakan masalah yang harus ditanyakan dan mengambil pelajaran dari nasihat mereka serta menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan menjadikan syaitan sebagai musuh.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah dia musuh (mu).” Fathir: 6

 

Yakni musuhilah dia dengan menaati Allah Ta’ala dan jangan menaatinya dengan mendurhakai Allah Ta’ala dan berhati-hatilah terhadapnya dalam semua keadaan dan perbuatan serta akidahmu dari hatimu yang dalam.

 

Maka waspadalah terhadapnya, karena barangkali syaitan memasukkan riya” dalam perbuatanmu dan membaguskan bagimu perbuatan-perbuatan buruk dan mintalah tolong kepada Tuhanmu untuk menghadapinya.

 

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah SAW menggambar sebuah garis bagi kami dan berkata: Ini adalah jalan Allah. Kemudian beliau menggambar garis-garis di sebelah kanan dan di sebelah kiri garis itu. Kemudian beliau berkata: Ini adalah jalan-jalan dan di atas setiap jalan darinya ada syaitan yang mengajak kepadanya. Kemudian beliau membaca:

 

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” Al-An’aam: 153

 

Maka Rasulullah SAW menjelaskan keapda kita banyaknya jalan-jalan syaitan.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bercerita: Di kalangan bani Israel ada seorang rahib. Kemudian syaitan menuju seorang perempuan dan mencekiknya. la timbulkan harapan dalam hati keluarganya bahwa obatnya ada pada rahib itu.

 

Maka mereka membawa perempuan itu kepada rahib. Namun ia menolaknya. Mereka terus mendesaknya hingga ia menerimanya.

 

Ketika perempuan itu berada di tempatnya untuk diobatinya, datang syaitan kepadanya menggodanya agar mendekatinya dan terus menggodanya hingga ia menggauli perempuan itu dan hamil darinya.

 

Kemudian syaitan membisikkan kepadanya dan berkata: Sekarang engkau tercemar, bila keluarganya datang kepadamu, maka bunuhlah dia. Jika mereka bertanya kepadamu, maka katakanlah: Ia sudah mati.

 

Kemudian rahib itu membunuhnya dan menguburnya, lalu syaitan datang kepada keluarganya dan menggoda mereka. Ia bisikkan dalam hati mereka bahwa rahib menghamilinya kemudian membunuhnya dan menguburnya.

 

“Maka keluarganya mendatangi rahib itu dan menanyainya tentang perempuan itu.

 

Rahib menjawab: Ia sudah mati.

 

Maka mereka mengambilnya untuk membunuhnya.

 

Kemudian syaitan datang kepadanya. la berkata: Aku yang mencekiknya dan aku yang membisikkan dalam hati keluarganya. Maka taatilah aku supaya kamu selamat dan aku selamatkan kamu dari mereka.

 

Syaitan berkata: Engkau sujud kepadaku dua kali.

 

Rahib itu melakukannya. Maka syaitan berkata kepadanya: Aku berlepas diri darimu.

 

Dialah yang dikatakan Allah Ta’ala mengenainya:

 

“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu.” Al-Hasyr: 16

 

Diriwayatkan bahwa iblis bertanya kepada Asy-Syafi’i r.a.: Apa pendapatmu tentang Tuhan yang menciptakan aku sebagaimana Dia memilih dan menjadikan aku dalam amalku yang dipilih-Nya dan sesudah itu, jika Dia menghendaki, Dia masukkan aku ke dalam surga dan jika Dia menghendaki, Dia masukkan aku ke dalam neraka. Apakah Dia adil atau zalim dalam hal itu?

 

Asy-Syafi’i merenungkan perkataannya, kemudian berkata: Hai orang ini, jika Allah menciptakanmu untuk menuruti keinginanmu, maka Dia telah berbuat zalim kepadamu. Dan jika Dia menciptakanmu sesuai keinginan-Nya, maka Dia tidak bisa ditanya tentang perbuatanNya.

 

Maka iblis menjadi lemah hingga tidak mempunyai kekuatan apapun.

 

Kemudian ia berkata: Demi Allah, hai Syafi’i, aku telah mengeluarkan dengan sebab pertanyaanku ini 70.000 ahli ibadah dari daftar ubudiyah.

 

Ketahuilah, bahwa perumpamaan hati adalah seperti benteng dan syaitan adalah musuh yang ingin memasuki benteng, lalu memiliki dan menguasainya dan tidak ada yang sanggup menjaga benteng itu dari musuh, kecuali dengan menjaga pintu-pintu benteng dan jalan-jalan masuknya serta tempat-tempatnya yang rapuh. Dan tidak akan mampu menjaga pintu-pintunya orang yang tidak mengetahuinya.

 

Maka melindungi hati dari godaan syaitan adalah wajib dan hukumnya fardhu ain atas setiap mukallaf dan sesuatu yang menyampaikan kepada yang wajib hukumnya adalah wajib pula.

 

Manusia tidak bisa menolak syaitan, kecuali dengan mengetahui jalan-jalan masuknya. Maka pengetahuan tentang jalan-jalan masuknya adalah wajib.

 

Jalan-jalan masuk dan pintu-pintunya adalah sifat-sifat hamba dan jumlahnya banyak. Di antaranya adalah marah dan syahwat, karena amarah adalah hantu akal. Apabila akal menjadi lemah, tentara syaitan menyerang dan apabila manusia marah, syaitan mempermainkannya seperti anak kecil bermain bola.

 

Diceritakan bahwa seorang wali berkata kepada iblis: Tunjukkan kepadaku bagaimana engkau mengalahkan anak Adam (manusia)?

 

Iblis menjawab: Aku menggodanya ketika dia marah dan ketika dia menuruti hawa nafsunya.

 

Di antaranya adalah kekayaan dan ketamakan. Apabila hamba serakah atas segala sesuatu, maka keserakahannya membuatnya buta dan membuatnya tuli. Ketika itu syaitan mendapat kesempatan dan membaguskan pada orang serakah itu segala yang menyampaikannya kepada keinginannya, meskipun buruk dan keji.

 

Diriwayatkan bahwa Nuh alaihis salam ketika menaiki kapal, ia mengangkut dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina) sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala. Kemudian ia melihat di kapal itu seorang tua yang tidak dikenalnya.

 

Maka Nuh berkata kepadanya: Untuk apa kamu masuk?

 

Orang itu menjawab: Aku masuk untuk menggoda hati teman-temanmu sehingga hati mereka bersama aku dan badan mereka bersama kamu.

 

Nuh berkata: Keluarlah dari kapal, hai musuh Allah. sesungguhnya engkau terkutuk.

 

Maka iblis berkata kepadanya: Ada lima perkara yang dengannya aku membinasakan manusia. Aku akan ceritakan kepadamu tiga perkara darinya dan aku tidak akan menceritakan kepadamu yang dua perkara.

 

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nuh bahwa engkau tidak membutuhkan yang tiga perkara itu. Biarlah dia menceritakan kepadamu yang dua perkara itu.

 

Maka Nuh berkata kepadanya: Apa itu yang dua perkara?

 

Iblis menjawab: Kedua perkara itu adalah yang tidak berdusta kepadaku dan tidak mengingkari aku. Dengan kedua perkara itu aku binasakan manusia, yaitu keserakahan dan dengki.

 

Dengan sebab dengki aku dilaknat dan dijadikan terkutuk. Adapun sifat serakah. Adam dibolehkan baginya surga seluruhnya, kecuali pohon itu. Maka aku berhasil memenuhi hajatku darinya dengan sifat tamak.

 

Di antaranya kekenyangan dari makanan, meskipun halal dan bersih. Karena kekenyangan menguatkan syahwat dan syahwat adalah senjata syaitan.

 

Diriwayatkan bahwa iblis menampakkan diri kepada Yahya alaihis salam. Yahya melihat padanya tempat gantungan dari segala sesuatu.

 

Maka ia berkata kepadanya: Hai iblis, untuk apa tempat-tempat gantungan ini?

 

Iblis menjawab: Ini adalah berbagai syahwat yang dengannya aku menggoda manusia.

 

Yahya berkata: Apakah aku mendapat bagian di dalamnya?

 

Iblis menjawab: Barangkali engkau kenyang, lalu kami beratkan kamu dari mengerjakan shalat dan berdzikir.

 

Yahya berkata: Apakah ada selain itu?

 

Iblis menjawab: Tidak.

 

Yahya berkata: Aku bersumpah demi Allah tidak akan memenuhi perutku dengan makanan untuk selamanya.

 

Maka iblis berkata kepadanya: Aku bersumpah demi Allah tidak akan menasihati seorang muslim untuk selamanya.

 

| Di antaranya ialah suka menghiasi perempuan, baju dan rumah. Apabila syaitan melihat hal itu menguasai hati manusia, ia pun bertelur di dalamnya dan mengeluarkan anak. la terus mengajak manusia memakmurkan rumah dan menghiasi langit-langit dan dindingnya serta meluaskan bangunannya dan menghiasi baju dan kendaraan serta menganggapnya selalu kurang sepanjang umurnya.

 

Apabila syaitan menjerumuskannya dalam keadaan itu, maka ia ingin kembali lagi kepada perbuatan, karena sebagian dari itu menyeretnya kepada sebagian yang lain hingga datang ajalnya. Maka ia pun mati di jalan syaitan dalam mengikuti hawa nafsu dan dikhawatirkan baginya akibat yang buruk.

 

Kita berlindung kepada Allah darinya.

 

Di antaranya ialah mengharapkan milik orang lain.

 

Diriwayatkan oleh Shafwan bin Sulaim bahwa iblis menampakkan diri kepada Abdullah bin Handhalah. Ia berkata: Hai ibnu Handhalah, jagalah nasihat dariku yang aku beritahukan kepadamu.

 

Shafwan menjawab: Aku tidak membutuhkannya.

 

Iblis berkata: Lihatlah! Jika baik, ambillah dia. Dan jika buruk, engkau boleh menolaknya.

 

Hai ibnu Handhalah. janganlah engkau meminta kepada selain Allah dengan permintaan yang mengandung harapan. Dan lihatlah bagaimana keadaanmu ketiak engkau marah, karena aku menguasaimu bila engkau marah.

 

Di antaranya adalah terburu-buru dan tidak berhati-hati dalam berbagai urusan. Nabi SAW bersabda:

 

“Terburu-buru itu sifat syaitan dan sifat pelan-pelan itu dari Allah Ta’ala. Ketika manusia terburu-buru, syaitan menimpakan gangguannya pada manusia dari jalan yang tidak diketahuinya.”

 

Diriwayatkan bahwa ketika Isa putra Maryam alaihis salam lahir, para syaitan mendatangi iblis. Mereka berkata kepadanya: Berhalaberhala telah terjungkir kepalanya.

 

Iblis berkata: Ini tanda telah terjadi suatu peristiwa. Tetaplah kalian di tempatmu.

 

Maka terbanglah iblis hingga tiba di timur dan barat bumi. Namun, ia tidak menemukan sesuatu. Kemudian ia mendapati Isa alaihis salam telah lahir dan para malaikat mengelilinginya.

 

Maka ia kembali kepada mereka dan berkata: Sesungguhnya seorang nabi sudah lahir tadi malam. Tidaklah seorang wanita hamil dan melahirkan, melainkan aku menghadirinya, kecuali ini. Maka janganlah kalian berharap berhala-berhala disembah sesudah malam ini, tetapi ganggulah anak-anak Adam dari jalan sifat terburu-buru dan kurang berpikir.

 

Di antaranya adalah dirham dan dinar dan macam-macam harta lainnya berupa barang, hewan-hewan dan tanah.

 

Setiap harta yang melebihi makanan pokok dan kebutuhan adalah tempat tinggal syaitan.

 

Tsabit Al-Banani berkata: Ketika Rasulullah SAW diutus, iblis berkata kepada syaitan-syaitannya: Telah terjadi suatu peristiwa, maka lihatlah apa yang terjadi.

 

Kemudian mereka pergi hingga merasa payah. Kemudian datang kepadanya dan berkata: Kami tidak tahu.

 

Iblis berkata: Aku akan datang kepada kalian membawa kabar.

 

Iblis pergi, kemudian datang dan berkata: Allah telah mengutus Muhammad SAW.

 

Iblis mulai mengirim syaitan-syaitannya kepada para sahabat Nabi SAW.

 

Mereka kembali dengan sia-sia dan berkata: Kami tidak pernah menemani dalam satu hari orang-orang seperti ini. Kami mengganggu mereka, kemudian mereka mengerjakan shalat dan menggagalkan gangguan itu.

 

Maka iblis berkata kepada mereka: Sabarlah terhadap mereka. Mudah-mudahan Allah membuka dunia bagi mereka, lalu kita akan berhasil memenuhi hajat kita terhadap mereka.

 

Di antaranya ialah sifat kikir dan takut miskin. Sifat itulah yang mencegah pemberian nafkah dan bersedekah serta menyebabkan manusia untuk menyimpan dan menumpuk harta serta mendapat siksa yang pedih.

 

Termasuk kejelekan sifat kikir ialah kesukaan yang besar untuk mendatangi pasar-pasar guna mengumpulkan harta, sedangkan pasar-pasar itu tempat tinggal syaitan.

 

Di antaranya adalah fanatik terhadap mazhab-mazhab dan mengikuti aliran sesat serta dendam kepada musuh dan memandang kepada mereka dengan pandangan menghina. Hal itu menyebabkan kebinasaan pada para hamba dan orang-orang fasik semuanya.

 

Al-Hasan r.a. berkata: Telah sampai khabar pada kami bahwa iblis berkata: Aku bujuk umat Muhammad SAW untuk melakukan maksiat, lalu mereka patahkan punggungku dengan istighfar.

 

Maka aku bujuk mereka dengan dosa-dosa di mana mereka tidak meminta ampun kepada Allah darinya, yaitu aliran sesat.

 

Benarlah iblis yang terkutuk itu, karena mereka tidak tahu bahwa dalam hal itu terdapat sebab yang mendorong mereka untuk berbuat maksiat. Maka bagaimana mereka meminta ampun atas dosa-dosa itu.

 

Di antaranya berburuk sangka kepada kaum muslimin. Maka haruslah kita menghindarinya dan tidak menuduh orang-orang yang buruk kelakuannya.

 

Apabila engkau melihat seorang manusia berburuk sangka kepada orang banyak karena mencari kejelekan mereka, maka ketahuilah bahwa ia orang yang busuk batinnya dan itu adalah kebusukannya yang timbul darinya.

 

Maka manusia wajib memutus pintu-pintu ini dari hati dan dzikrullah membantunya untuk memutusnya.

 

Berkata Ibnu Ishag: Ketika kaum kafir Quraisy melihat hijrah para sahabat dan mengetahui bahwa Nabi SAW mempunyai sahabat-sahabat dari selain mereka, maka mereka takut keluarnya dan mereka tahu bahwa Nabi SAW akan memerangi mereka. Maka mereka berkumpul di Darun nadwah, yakni rumah Oushaiy bin Kilab. Dinamakan begitu karena orang-orang berkumpul di situ untuk saling bermusyawarah.

 

Quraisy tidak memutuskan suatu perkara, kecuali di situ dan tidak memasukkan di dalamnya selain orang Quraisy hingga mencapai umur 40 tahun, berbeda dengan orang Quraisy.

 

Mereka memasukkan Abu Jahal dan berkumpul pada hari Sabtu.

 

Oleh karena ini hari Sabtu adalah hari tipu daya. Bersama mereka ada iblis dalam bentuk seorang tua dari Najd. Orang tua itu berdiri di pintu rumah dalam bentuk seorang tua yang terhormat memakai baju tebal atau thailasan dari sutera.

 

Mereka berkata: Dari mana orang tua itu?

 

la menjawab: Dari Najd. la mendengar rencana pertemuan kalian, maka ia hadir untuk mendengar apa yang kalian katakan. Mudah. mudahan ia bisa memberi pendapat dan nasihat kepada kalian.

 

Mereka berkata: Masuklah.

 

Maka ia pun masuk. Mereka bermusyawarah tentang urusan Nabi SAW. Mereka berjumlah seratus orang. Ada yang mengatakan: Lima belas orang.

 

Kemudian berkata Abul Bukhairi yang terbunuh dalam keadaan kafir di Badar: Tawanlah dia dalam ikatan besi dan tutuplah pintu terhadapnya, kemudian pikirkan apa yang menimpa penyair-penyair seperti dia sebelumnya.

 

Orang Najd itu berkata: Ini bukan pendapat yang tepat.

 

Demi Allah, andaikata kalian menawannya dalam ikatan besi, keadaannya akan tersiar dari belakang pintu yang kalian tutup di depannya dan sampai kepada teman-temannya. Maka mereka akan segera menyerang kalian, lalu merebutnya dari tangan kalian, kemudian mereka menjadi banyak dengannya hingga mereka gagalkan tindakan kalian. Ini bukan pendapat yang tepat. Carilah rencana lain.

 

Al-Aswad bin Rabi’ah bin Amru Al-Amiriy berkata: Kita usir dia dari tengah-tengah kita, lalu kita mengasingkannya dari negeri kita. Maka kita tidak peduli ke mana dia pergi.

 

Orang Najd itu berkata: Demi Allah, ini bukan pendapat yang tepat.

 

Tidakkah kalian lihat bicaranya yang baik dan ucapannya yang manis dan kemampuannya mempengaruhi orang-orang dengan ajaran yang dibawanya?

 

Demi Allah, andaikata kalian lakukan itu, aku tidak merasa aman bila ia tinggal di suatu suku Arab, lalu mempengaruhi mereka dengan perkataannya hingga mereka mengikutinya untuk menghadapi kalian, kemudian ia memimpin mereka menuju kalian, lalu merampas kekuasaan kalian dari tangan kalian, kemudian memperlakukan kalian sesuai keinginannya. Carilah rencana lain mengenai dia.

 

Maka Abu Jahal berkata: Demi Allah, sesungguhnya aku mempunya! pendapat yang aku tidak mengira kalian akan menyetujuinya. Aku berpendapat kalian ambil dari setiap suku seorang pemuda yang tangguh, mempunyai nasab dan kedudukan yang tinggi, kemudian setiap pemuda dari mereka diberi pedang yang tajam, kemudian mereka mendatanginya, lalu menghantamnya bersama-bersama hingga membunuhnya.

 

Maka kita terbebas darinya dan darahnya ditanggung oleh suku-suku itu sehingga banu Abdi Manaf tidak mampu memerangi kaum mereka semuanya, lalu kita bayar tebusannya untuk mereka.

 

Orang Najd terkutuk itu berkata: Inilah pendapat yang tepat dan aku tidak melihat yang selain itu.

 

Akhirnya mereka sepakat untuk membunuh Nabi SAW dan mereka bubar dengan membuat kesepakatan itu.

 

Kemudian Jibril datang kepada Nabi SAW. Jibril berkata: Jangan tidur malam ini di atas tempat tidurmu yang biasa engkau tidur di situ.

 

Ketika tiba waktu malam. mereka berkumpul di depan pintunya menunggu sampai beliau tidur, lalu menyerangnya.

 

Maka Nabi SAW menyuruh Ali tidur di tempatnya dan menutupi badannya dengan baju Nabi SAW yang berwarna hijau yang biasa dipakainya untuk menghadiri shalat Jum’at dan dua hari Raya setelah itu ketika mengerjakan keduanya.

 

Ali adalah orang pertama yang mengorbankan dirinya demi membela agama Allah dan melindungi Rasulullah. Mengenai hal itu Ali r.a. berkata:

 

Aku lindungi dengan diriku sebaik-baik

manusia yang menginjak tanah dan yang

melakukan thawaf di Al-Baitil atiq (Ka’bah) dan Hijir

utusan Tuhan yang khawatir mereka akan mencelakainya

maka Tuhan yang mempunyai kekuatan menyelamatkannya dari tipu daya

Rasulullah tidur di dalam gua dalam keadaan aman terlindung

dan dalam penjagaan Tuhan dan disembunyikan

aku tidur memperhatikan mereka dan mereka tidak membunuhku sedangkan aku telah menyiapkan diriku untuk dibunuh dan ditawan

 

Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka, sedangkan Allah menutup pandangan mereka sehingga tidak seorang pun dari mereka melihatnya.

 

Beliau taburkan tanah dalam tangannya di atas kepala mereka semuanya sambil membaca firman Allah Ta’ala:          hingga   Yaasiin: 1-9. Kemudian beliau pergi ke tempat yang diinginkannya.

 

Tiba-tiba datang kepada mereka seorang yang tidak termasuk mereka. la berkata: Apa yang kalian tunggu di sini?

 

Mereka menjawab: Muhammad.

 

Orang itu berkata: Allah telah menggagalkan kalian. Demi Allah, ia telah keluar menemui kalian dan menaburkan tanah di atas kepala setiap orang dari kalian dan pergi untuk melakukan hajatnya. Tidakkah kalian lihat apa yang menimpa kalian?

 

Maka setiap orang meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ternyata ada tanah di atasnya. Kemudian mereka mengintip. Maka mereka melihat Ali di atas tempat tidur menutupi badannya dengan burdah Rasulullah SAW.

 

Mereka berkata: Demi Allah, sungguh ini Muhammad sedang tidur berselimut burdahnya.

 

Mereka tetap dalam keadaan itu sampai pagi. Kemudian Ali bangun dari tempat tidur.

 

“Maka mereka berkata: Orang tadi berkata benar kepada kita, Mengenai hal ini turun firman Allah Ta’ala:

 

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu.” Al-Anfal: 30

 

Janganlah kamu resah, karena setelah kesulitan ada kemudahan dan segala sesuatu mempunyai waktu dan penentuan | dan penentu itu memperhatikan keadaan itu dan di atas perencanaan kita ada Allah yang merencanakan Kemudian Allah Ta’ala mengizinkan nabi-Nya pergi hijrah. Berkata ibnu Abbas: Yaitu dengan firman Allah Ta’ala:

 

“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan cara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.” Al-Isra’: 80

 

Jibril menyuruhnya agar mengajak Abu Bakar r.a. bersamanya. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata kepada Jibril: Siapa yang hijrah bersama aku? Jibril menjawab: Abu Bakar Ash-Shiddiq.

 

Nabi SAW memberitahu Ali tentang kepergiannya dan menyuruhnya pergi setelahnya hingga ia sampaikan titipan-titipan orang yang ada padanya.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dalam hadits Asma’: Adalah Nabi SAW datang kepada kami di Makkah setiap hari dua kali. pagi dan petang. Ketika tiba hari itu, beliau datang kepada kami pada waktu Dhuhur.

 

Maka aku katakan: Wahai ayahku, ini Rasulullah SAW datang sambil menutupi kepalanya pada saat yang tidak biasa beliau datang kepada kita.

 

Abu Bakar r.a. berkata: Ayah dan ibuku menjadi tebusan baginya. Demi Allah, tidak ada yang menyebabkannya datang dalam saat ini, kecuali sebuah urusan penting.

 

Aisyah berkata: Kemudian datang Rasulullah SAW dan minta izin masuk. Maka Abu Bakar mengizinkan baginya.

 

Rasulullah SAW masuk dan Abu Bakar menjauh dari tempat tidurnya dan beliau duduk di atasnya.

 

Maka beliau berkata kepada Abu Bakar: Aku akan keluar dari tempatmu.

 

Abu Bakar berkata: Sesungguhnya mereka adalah keluargamu, yakni Aisyah dan Asma’.

 

Dalam suatu riwayat: Abu Bakar berkata: Tidak ada masalah bagimu. Sesungguhnya kedua perempuan itu adalah putriku.

 

Nabi SAW berkata: Aku telah diizinkan untuk keluar.

 

Maka Abu Bakar berkata: Demi bapak dan ibuku, aku ingin menemanimu ya Rasulallah.

 

Nabi SAW menjawab: Ya.

 

Aisyah r.a. berkata: Kulihat Abu Bakar menangis dan aku tidak menyangka ada orang menangis karena gembira.

 

Kemudian Abu Bakar berkata: Bapak dan ibuku menjadi tebusanmu ya Rasulallah, ambillah salah satu dari dua kendaraanku ini.

 

“Nabi SAW menjawab: Tidak, tetapi dengan harga.

 

Dalam suatu riwayat: Nabi SAW berkata: Dengan harganya jika engkau mau.

 

Nabi SAW mengambilnya dengan membayar harganya supaya hijrah Nabi SAW dilakukannya dengan jiwa dan hartanya karena ingin menyempurnakan keutamaan hijrah kepada Allah Ta’ala.

 

Aisyah berkata: Maka kami siapkan perlengkapan bagi keduanya dengan cepat dan kami buatkan mereka wadah bagi bekal.

 

Al Waqidi menambahkan bahwa dalam wadah bekal itu terdapat daging kambing yang sudah dimasak.

 

Aisyah berkata: Asma’ memotong sebagian dari ikat pinggangnya, lalu mengikat mulut wadah itu dengannya. Oleh sebab itu Asma’ dinamakan Dzaatun nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).

 

Aisyah r.a. berkata: Kemudian Rasulullah SAW dan Abu Bakar pergi ke gua Tsur dan bersembunyi di situ selama tiga malam.

 

Tsur adalah nama sebuah gunung di Makkah. Tsur bin Abdu Manaat tinggal di situ sehingga dinisbatkan kepadanya.

 

Diriwayatkan bahwa keduanya keluar dari pintu kecil di belakang rumah Abu Bakar di waktu malam menuju gua itu.

 

Diriwayatkan bahwa Abu Jahal bertemu kedua orang itu, tetapi Allah menghalangi pandangannya hingga tidak melihat keduanya dan keduanya terus berjalan.

 

Asma’ binti Abu Bakar berkata: Abu Bakar pergi membawa hartanya sebanyak 5000 dirham.

 

Ketika Quraisy kehilangan Rasulullah SAW mereka mencarinya di bagian atas Makkah dan bawahnya. Mereka mengirim pencari jejak di segenap penjuru. Orang yang pergi ke arah Tsur menemukan jejaknya di sana. la terus mengikutinya hingga terputus jejaknya ketika tiba di Tsur. Quraisy mengalami kesulitan mencarinya dan putus asa untuk menemukannya dan menjanjikan seratus ekor unta bagi siapa yang bisa mengembalikan Muhammad SAW.

 

Diriwayatkan bahwa ketika Nabi SAW memasuki gua Tsur bersama Abu Bakar, Allah menumbuhkan diatas pintunya sebatang pohon yang terkenal dengan nama Ummi Ghilan. Pohon itu menutup pandangan orang-orang kafir dari gua itu. Dan Allah azza wa jalla menyuruh laba-laba membuat sarang di depan gua dan mengirim dua ekor burung merpati liar. Kedua burung itu hinggap di pintu gua dan bersarang di atas pintunya. Hal itu mencegah kaum musyrikin untuk mencarinya dan merpati di tanah Haram adalah keturunan dari kedua merpati itu.

 

Kemudian datang pemuda-pemuda Quraisy dari setiap suku dengan membawa tongkat dan pentung serta pedang mereka, Salah seorang dari mereka melihat ke dalam gua. la melihat dua ekor merpati liar di mulut gua. Kemudian ia kembali kepada teman. temannya. Maka mereka berkata kepadanya Kenapa kamu?

 

la menjawab: Aku melihat dua ekor merpati liar. Maka tahulah aku bahwa tidak ada orang di situ.

 

Nabi SAW mendengar perkataannya. Maka beliau tahu bahwa Allah telah mencegah musuh darinya.

 

Pemuda yang lain berkata: Masuklah kalian ke dalam gua.

 

Umayyah bin Khalaf berkata: Apa keperluan kalian memasuki gua? Sesungguhnya di dalamnya terdapat laba-laba yang lebih tua daripada kelahiran Muhammad. Andaikata dia masuk, maka dia pecahkan telurnya dan punahlah laba-laba itu.

 

Ini lebih ampuh dalam mengusir musuh daripada melawan musuh dengan tentara. Maka renungkanlah bagaimana pohon menaungi Orang yang dicari dan menyesatkan pencari dan datang laba-laba yang menutup pintu pencarian dan mengubah wajah tempat itu dengan membuat sarangnya hingga pencari jejak itu gagal mencarinya. Laba-laba telah mendapat kemuliaan dengan perbuatan itu. Alangkah bagusnya perkataan ibnu Naqib:

 

Ulat sutera jika menenun sutera ia pun bagus dipakai dalam segala sesuatu namun laba-laba lebih mulia darinya karena ia menenun sarangnya di atas kepala Nabi

 

Diriwayatkan oleh Syakhain dari Anas, ia berkata: Diceritakan kepadaku oleh Abu Bakar. la berkata: Aku katakan kepada Nabi SAW ketika kami berada di dalam gua: Andaikata salah seorang dari mereka melihat kepada kedua telapak kakinya, niscaya dia melihat kita.

 

Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya: “Apa pendapatmu tentang dua orang dan yang ketiganya adalah Allah?”

 

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa ketika Abu Bakar mengatakan itu, Nabi SAW berkata kepadanya: Andaikata mereka datang kepada kami dari sini, niscaya kami pergi dari sini.

 

Kemudian Ash-Shiddiq melihat ke gua. Ternyata gua itu telah terbuka dari sisi lain dan laut telah bersambung dengannya dan kapal terikat di sampingnya.

 

Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri bahwa pada waktu malam ketika Abu Bakar pergi bersama Rasulullah SAW ke gua, ia berjalan di depan Nabi SAW pada suatu saat dan dari belakangnya pada saat yang lain.

 

Maka Nabi SAW bertanya kepadanya. Abu Bakar menjawab: Aku teringat pencarian, maka aku berjalan di belakangmu dan aku teringat pengintaian, maka aku berjalan di depanmu. Andaikata terjadi sesuatu aku tidak suka engkau terbunuh di depanku demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran.

 

Abu Bakar berkata: Tetaplah di tempatmu, ya Rasulallah hingga aku pastikan keamanan gua itu.

 

Maka Abu Bakar meraba dengan tangannya. Setiap kali melihat lubang, ia memotong bajunya dan menyumbat lubang itu dengan bajunya hingga ia lakukan itu dengan bajunya seluruhnya.

 

Ketika tersisa satu lubang, ia letakkan tumitnya di atasnya supaya tidak keluar sesuatu yang mengganggu Rasulullah SAW.

 

Kemudian Rasulullah SAW masuk dan meletakkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar dan tidur. Tiba-tiba Abu Bakar tersengat kakinya dari lubang itu dan tidak bergerak supaya tidak membangunkan AlMusthafa SAW. Maka air matanya jatuh mengenai wajah Rasulullah SAW.

 

Nabi SAW berkata: Kenapa engkau, ya Abu Bakar.

 

Abu Bakar menjawab: Aku disengat kalajengking, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.

 

Kemudian Rasulullah SAW mengusap tempat sengatan itu dengan air ludahnya hingga lenyap rasa sakitnya.

 

Hassan bin Tsabit r.a. melagukan syair:

 

Orang kedua dari dua orang di dalam gua yang tinggi musuh mengelilinginya ketika naik di atas gunung mereka telah mengetahui cinta kepada Rasulullah dari khalayak yang tidak ada bandingannya

 

Keluarnya Nabi SAW dari Makkah adalah pada hari Kamis dan beliau keluar dari gua pada malam Senin, karena beliau tinggal di situ tiga malam dan itu bermula dari awal Rabi’ul awwal. Nabi SAW masuk Madinah pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul awwal

 

Diceritakan bahwa seorang zahid bernama Zakaria sakit keras dan mendekati ajalnya. Kemudian datang temannya kepadanya dalam sakaratul maut dan menyuruhnya mengucapkan Laa ilaha ilallah Muhammad Rasulullah. Namun orang zahid itu memalingkan wajahnya dan tidak mengucapkannya.

 

la katakan itu untuk kedua kalinya. Namun orang zahid itu tetap berpaling. Kemudian ia katakan kepadanya untuk ketiga kalinya. Namun orang zahid itu menjawab: Aku tidak akan mengatakannya”, sehingga temannya jatuh pingsan.

 

Sesaat kemudian orang zahid itu merasa ringan. Maka ia membuka kedua matanya dan berkata: Apakah kalian mengatakan sesuatu kepadaku?

 

Mereka menjawab: Ya. Kami menyuruhmu mengucapkan kalimat syahadat tiga kali. Namun engkau berpaling dua kali dan engkau katakan pada kali yang ketiga: Aku tidak akan mengucapkannya.

 

Orang zahid itu berkata: Datang iblis terkutuk kepadaku membawa segelas air dan berdiri di sebelah kananku sambil menggoyang gelas itu. la berkata: Apakah kamu butuh air?

 

Aku menjawab: Ya.

 

Iblis berkata: Katakan: Isa putra Allah.

 

Maka aku berpaling darinya. Kemudian ia datang kepadaku dari arah kakiku, lalu mengatakan seperti itu kepadaku. Maka aku berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, ia katakan seperti itu kepadaku. Maka aku katakan: Aku tidak akan mengucapkan perkataan itu.

 

Kemudian ia membanting gelas itu di atas tanah dan pergi. Maka aku menjawab iblis, bukan menjawab kalian. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.

 

Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, ia berkata: Ada seorang meminta kepada Tuhannya agar menunjukkan kepadanya tempat syaitan dari hati manusia. Kemudian ia melihat dalam mimpi tubuh seorang lelaki menyerupai Kristal. Bagian dalamnya terlihat dari luarnya.

 

la melihat syaitan dalam bentuk katak yang duduk di atas pundaknya yang kiri. Di antara pundak dan telinganya terdapat belalai yang panjang dan tipis. Syaitan memasukkannya dari bahunya yang sebelah kiri sampai hatinya membisikkan sesuatu kepadanya. Apabila menyebut nama Allah Ta’ala, syaitan mundur.

 

Ya Allah, jangan biarkan syaitan yang jahat dan manusia yang dengki menguasai kami dan tolonglah kami dalam mengingat dan mensyukuri-Mu demi kedudukan penutup para nabi dan para rasulMu, shallallahu alaihi wa sallama wa syarrafa wa karroma.

 

 

 

 

 

Diriwayatkan dari Muhammad ibnul Munkadir bahwa ia berkata: Aku mendengar ayahku bercerita.

 

Di saat Sufyan Ats-Isauri melakukan thawaf, tiba-tiba ia melihat seorang lelaki yang tidak mengangkat telapak kaki dan tidak meletakkannya, melainkan ia bershalawat untuk Nabi SAW.

 

Sufyan berkata: Maka aku katakan kepadanya: Hai orang ini, engkau tinggalkan tasbih dan tahlil dan ucapkan shalawat untuk Nabi SAW. Apakah engkau bisa memberi penjelasan tentang hal ini?

 

Orang itu berkata: Siapa kamu, semoga Allah memaafkanmu?

 

Aku menjawab: Aku Sufyan Ats:Tsauri.

 

Orang itu berkata: Kalau saja engkau bukan orang zahid di zamanmu, aku tidak akan memberitahumu tentang keadaanku dan aku tidak akan menunjukkan rahasia kepadamu.

 

Kemudian ia berkata: Aku dan ayahku pergi haji ke Baitullah al-Haram. Ketika tiba di suatu tempat, ayahku sakit. Maka aku merawatnya hingga beliau meninggal dan wajahnya menjadi hitam. Maka aku ucapkan: Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.

 

Aku tutupi mukanya dan tidak bisa menahan kantuk. Maka aku pun tidur dalam keadaan sedih. Aku bermimpi melihat seorang lelaki yang aku tidak pernah melihat orang yang lebih bagus wajahnya, lebih bersih bajunya dan lebih harum baunya daripada dia. Ia berjalan mendekat ayahku, lalu menyingkap sarung dari wajahnya dan mengusapkan tangannya pada wajahnya hingga menjadi putih lalu berbalik pergi.

 

Maka aku pegangi bajunya dan aku katakan: Hai hamba Allah, siapa kamu yang Allah telah memberi kebaikan kepada ayahku dengan perantaraanmu di negeri yang asing ini?

 

Orang itu menjawab: Tidakkah engkau mengenali aku? Aku Muhammad bin Abdullah yang membawa Al-Qur’an. Ayahmu dulu melampaui batas terhadap dirinya, tetapi dia banyak bershalawat untukku. Ketika terjadi apa yang menimpanya, ia meminta tolong dengan perantaraanku dan aku adalah penolong orang yang banyak bershalawat untukku.

 

Kemudian aku terbangun dan ternyata wajahnya sudah menjadi putih.

 

Diriwayatkan dari Amru bin Dinar dari Abi Ja’far dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa melupakan shalawat untukku, ia pun telah menyimpang dari jalan menuju surga.”

 

Ketahuilah, bahwa kata amanat berasal dari al-amnu (keamanan), karena manusia diamankan bersama amanat dari pencegahan hak. Lawannya adalah khianat dari kata al-khaun yang berarti kekurangan, karena apabila engkau mengkhianati seseorang mengenai sesuatu, maka engkau telah memasukkan kekurangan padanya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tipu muslihat dan penipuan dan khianat ada di neraka.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa bergaul dengan orang banyak dan tidak berbuat zalim kepada mereka dan berbicara kepada mereka dan tidak berdusta, maka ia termasuk orang yang sempurna harga dirinya dan tampak keadilannya dan wajib persaudaraannya.”

 

Seorang dusun memuji suatu kaum. la berkata: Mereka suka memelihara amanat. Maka mereka tidak mengkhianati jaminan dan tidak melanggar kehormatan seorang muslim dan mereka tidak dibebani tanggung jawab. Mereka adalah sebaik-baik umat.

 

Saya katakan: Mereka yang dipuji oleh orang dusun ini sudah punah. Maka kita tidak melihat di masa-masa ini, kecuali serigala yang memakai baju.

 

Penyair berkata:

 

Dengan siapa manusia percaya mengenai musibah yang menimpanya dan dari mana orang merdeka yang mulia mempunyai teman orang-orang ini, kecuali sedikit sekali dari mereka telah menjadi serigala-serigala yang tubuh mereka memakai baju

 

Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya amanat akan diangkat dan orang-orang akan berjual beli dan hampir tidak ada seorangpun dari mereka yang menyampaikan amanat dan hingga dikatakan: Sesungguhnya di kalangan bani Fulan ada satu orang yang jujur.”

 

Ketahuilah, bahwa taubat itu wajib berdasarkan khabar-khabar dan ayat-ayat. Allah Ta’ala berfirman: 

 

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” An-Nur: 31

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” At-Tahrim: 8

 

Makna taubat nasuha ialah taubat yang murni karena Allah Ta’ala, kosong dari campuran-campuran.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Al-Baqarah: 222

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah dan orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh Allah lebih gembira atas taubatnya hamba yang mukmin daripada seorang lelaki yang turun di tanah yang tandus mengandung bahaya. la menaiki kendaraan yang memuat makanan dan minumannya. Kemudian ia letakkan kepalanya dan tidur. Ketika terbangun, ternyata kendaraannya sudah lenyap.

 

Maka ia mencarinya hingga ketika merasakan panas yang sangat dan haus atau yang dikehendaki Allah, ia berkata: Aku akan kembali ke tempatku semula, lalu aku tidur hingga aku mati.

 

Kemudian ia letakkan kepalanya di atas tangannya untuk mati. Kemudian ia terbangun. Ternyata kendaraannya sudah berada di sisinya dan diatasnya terdapat bekal makanan dan minumannya.

 

Sungguh Allah lebih gembira atas taubat hamba yang mukmin daripada kegembiraan orang ini atas kendaraannya.”

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata: Ketika Allah menerima taubat Adam alaihis salam, para malaikat mengucapkan selamat kepadanya. Jibril dan Mikail alaihimas salam turun kepadanya dan berkata: Hai Adam, senanglah kamu dengan penerimaan taubatmu oleh Allah.

 

Maka Adam alaihis salam berkata: Hai Jibril, jika sesudah taubat ini ada pertanyaan, dimana tempatku?

 

Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: Hai Adam, engkau wariskan kepayahan dan kesulitan kepada anak cucumu dan Aku wariskan kepada mereka taubat.

 

Maka siapa di antara mereka yang memanggil-Ku, Aku pun menyambutnya sebagaimana Aku menyambut panggilanmu. Dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku tidak pelit kepadanya, karena Aku dekat dan mengabulkan doa.

 

Hai Adam, Aku bangkitkan orang-orang yang bertaubat dari kubur dalam keadaan gembira tertawa dan doa mereka mustajab.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu malam hingga siang dan pelaku dosa di siang hari hingga malam hari sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya.”

 

Membentangkan tangan adalah kinayah dari meminta taubat dan yang meminta ada di belakang yang menerima.

 

Bisa jadi penerima bukan peminta, dan tiada peminta, melainkan dari penerima. Nabi SAW bersabda: 

 

“Andaikata kalian berbuat kesalahan-kesalahan hingga mencapai langit, kemudian kalian menyesal, niscaya Allah menerima taubat kalian.” Nabi SAW bersabda: “Ada hamba berdosa, lalu dia masuk surga dengan sebabnya.

 

Maka dikatakan: Bagaimana hal itu bisa terjadi, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: la segera bertaubat darinya dan meninggalkannya hingga masuk surga.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tebusan dosa adalah bertaubat.”

 

Nabi SAW bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa.”

 

Diriwayatkan bahwa seorang dari Habasyah berkata: Ya Rasulallah, aku dulu melakukan perbuatan-perbuatan keji. Apakah aku bisa bertaubat?

 

Nabi SAW menjawab: Ya.

 

Kemudian ia berpaling pergi, lalu kembali lagi.

 

la berkata: Ya Rasulallah, apakah Allah melihatku ketika aku melakukannya?

 

Nabi SAW menjawab: Ya.

 

Maka orang Habasyah itu menjerit dengan keras hingga keluar rohnya.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan menghilangkan dosa-dosa seperti air menghilangkan kotoran.”

 

Diriwayatkan dari Said ibnul Musayyab: Diturunkan firman Allah Ta’ala: 

 

(maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat). Al-isra’: 25, mengenai orang yang berdosa. kemudian bertaubat, kemudian berdosa, kemudian bertaubat.

 

Al-Fudhail berkata: Allah Ta’ala berfirman: Beritahukan kepada orang-orang yang berdosa bahwa jika mereka bertaubat. Aku terima taubat mereka. Dan beritahukan kepada para shiddiqin bahwa jika Aku tetapkan keadilan-Ku atas mereka, niscaya Aku siksa mereka.

 

Abdullah bin Umar berkata: Barangsiapa ingat dosa yang dilakukannya sedangkan hatinya takut darinya, dihapuslah dosa itu darinya di Ummil Kitab.

 

Diriwayatkan bahwa seorang nabi berdosa. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: Demi keperkasaan-Ku, jika engkau kembali berbuat dosa, tentu Aku menyiksamu.

 

Maka nabi itu berkata: Ya Tuhanku, Engkau adalah Engkau dan aku adalah aku. Demi keperkasaan-Mu, jika Engkau tidak melindungiku, aku akan kembali berbuat dosa. Maka Allah melindunginya.

 

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki bertanya kepada ibnu Mas’ud tentang dosa yang dilakukannya, apakah dia bisa bertaubat?

 

Ibnu Mas’ud berpaling darinya, kemudian menoleh kepadanya. la melihat kedua mata orang itu meneteskan air mata.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Surga mempunyai delapan pintu. Semua pintu itu dibuka dan ditutup, kecuali pintu taubat. Di atasnya ada seorang malaikat yang ditugasi menjaganya dan pintu itu tidak ditutup. Maka beramallah dan jangan putus asa.

 

Diriwayatkan bahwa di kalangan bani Israel adalah seorang pemuda yang beribadah kepada Allah selama 20 tahun, kemudian mendurhakai-Nya selama 20 tahun. Kemudian ia melihat di cermin. Maka ia melihat uban di janggutnya. la pun merasa sedih.

 

Maka ia berkata: Ya Tuhanku, aku menaati-Mu selama 20 tahun, kemudian mendurhakai-Mu selama 20 tahun. Jika aku kembali kepada-Mu, apakah Engkau menerimaku?

 

Tiba-tiba ia mendengar suara berkata dan sosoknya tidak terlihat: Engkau mencintai kami, maka kami mencintaimu dan engkau tinggalkan kami, maka kami meninggalkanmu dan engkau mendurhakai kami, maka kami beri penangguhan kepadamu. Jika engkau kembali kepada kami, maka kami menerimamu.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila hamba bertaubat, Allah menerima taubatnya dan membuat lupa para malaikat pencatat terhadap amal-amal buruknya yang mereka tulis dan membuat lupa anggota-anggota tubuhnya terhadap dosa-dosa yang dikerjakannya dan membuat lupa tempatnya di bumi dan tempatnya di langit supaya ia datang pada hari kiamat tanpa ada satu makhluk pun yang bersaksi atasnya.”

 

Diriwayatkan dari Ali karromallahu wajhahu dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: Tertulis di sekeliling Arsy sejak 4000 tahun sebelum Allah menciptakan makhluk: Sungguh Aku mengampuni siapa yang bertaubat dan mengerjakan amal baik, kemudian mengikuti petunjuk.

 

Ketahuilah, bahwa taubat adalah wajib atas setiap orang dari dosa-dosa besar dan kecil dengan segera. Karena terus menerus mengerjakan dosa-dosa kecil akan membuatnya menjadi dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan (juga) orang-orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi orang yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” Ali Imran: 135.

 

Taubat nasuha ialah bila hamba bertaubat lahir dan batin dengan menyesal dan tidak ingin kembali. Adapun orang yang bertaubat pada lahirnya saja adalah seperti tempat sampah yang digelari sutera di atasnya. Orang-orang memandang kepadanya dan merasa heran terhadapnya. Namun, apabila penutup disingkap darinya, mereka berpaling darinya.

 

Demikian pula manusia melihat kepada orang-orang yang melakukan ketaatan lahir. Apabila penutup disingkap pada hari kiamat, yaitu hari ditampakkan segala rahasia, para malaikat berpaling dari mereka. Oleh sebab ini, Nabi SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentukmu, tetapi melihat kepada hatimu.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Abbas r.a.: Banyak orang yang bertaubat datang pada hari kiamat dan mengira bahwa ia bertaubat, padahal ia tidak memenuhi syarat-syarat taubat, yaitu menyesal dan tidak ingin mengulanginya dan mengembalikan hak-hak orang lain kepada para pemiliknya jika memungkinkan dan minta dihalalkan oleh mereka terhadapnya jika mampu.

 

Kalau tidak, ia perbanyak istighfar untuknya dan untuk mereka. Mudah-mudahan Allah membuat mereka ridha kepadanya.

 

Melupakan dosa adalah musibah terburuk. Maka orang berakal harus mengoreksi dirinya dan tidak melupakan dosanya.

 

Penyair berkata:

 

Hai orang yang berdosa dan menghitung dosa-dosanya

jangan lupa dosamu dan ingatlah dosa yang lalu

taubatlah kepada Allah sebelum mati dan berhentilah hai orang durhaka,

dan akuilah bila engkau mau mengakui dosa

 

Diriwayatkan oleh Al-Fagih Abul Laits dengan sanadnya, ia berkata: Umar masuk kepada Rasulullah SAW sambil menangis. Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya: Hai Umar, apa yang membuatmu menangis?

 

Umar menjawab: Ya Rasulallah, di pintu ada seorang pemuda. Ia telah membakar hatiku dan ia sedang menangis.

 

Rasulullah SAW berkata kepadanya: Suruh dia masuk, ya Umar.

 

Kemudian pemuda itu masuk sambil menangis. Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya: Hai pemuda, apa yang membuatmu menangis?

 

Pemuda itu menjawab: Aku menangis karena melakukan banyak dosa dan aku takut Tuhan Yang Maha Kuasa marah kepadaku.

 

Rasulullah SAW berkata: Apakah engkau menyekutukan sesuatu dengan Allah?

 

Pemuda itu menjawab: Tidak.

 

Nabi SAW berkata: Apakah engkau pernah membunuh jiwa tanpa alasan yang benar?

 

Pemuda itu menjawab: Tidak.

 

Nabi SAW berkata: Allah akan mengampuni dosamu, walaupun besarnya seperti langit yang tujuh dan bumi dan gunung-gunung.

 

Pemuda itu berkata: Ya Rasulallah, dosaku lebih besar daripada itu.

 

Nabi SAW berkata: Dosamu lebih besar atau Al-Kursiy?

 

Pemuda itu menjawab: Dosaku lebih besar, ya Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Dosamu lebih besar atau Arsy?

 

Pemuda itu menjawab: Dosaku lebih besar.

 

Nabi SAW berkata: Dosamu lebih besar atau Tuhanmu, yakni maaf Allah?

 

Pemuda itu menjawab: Allah lebih besar dan lebih agung.

 

Nabi SAW berkata: Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa besar, kecuali Ar-Rabb (Tuhan) Yang Maha Agung. yakni besar maaf-Nya.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya: Beritahukan kepadaku tentang dosamu.

 

Pemuda itu menjawab: Aku merasa malu kepadamu, ya Rasulallah.

 

Rasulullah SAW berkata: Beritahukan kepadaku.

 

Pemuda itu berkata: Ya Rasulallah, aku dulu suka membongkar kuburan selama tujuh tahun sampai meninggal seorang gadis Anshor. Kemudian aku membongkar kuburnya dan mengambil kafannya. Tidak jauh aku pergi. syaitan menguasaiku. Maka aku kembali, lalu menggaulinya, kemudian aku pergi tidak jauh. Tiba-tiba gadis itu berdiri dan berkata: Celaka engkau, hai pemuda. Tidakkah engkau merasa malu terhadap Tuhan Yang Maha Membalas dan akan membalas orang yang zalim terhadap orang yang dianiaya? Engkau tinggalkan aku dalam keadaan telanjang di antara kelompok orang mati dan engkau biarkan aku berdiri dalam keadaan junub di hadapan Allah azza wa jalla.

 

Maka Rasulullah SAW melompat sambil mendorong punggungnya.

 

Beliau berkata: Hai orang fasik, sungguh engkau patut dimasukkan neraka. Keluarlah dariku!

 

Pemuda itu keluar bertaubat kepada Allah Ta’ala selama empat puluh malam. Ketika genap baginya empat puluh malam, ia mengangkat kepalanya ke arah langit dan berkata: Ya Tuhan Muhammad, Adam dan Ibrahim, jika Engkau mengampuni aku, maka beritahukan kepada Muhammad SAW dan para sahabatnya. Kalau tidak, maka kirimkan api dari langit dan bakarlah aku dengannya dan selamatkan aku dari siksa akhirat.

 

Kemudian Jibril turun kepada Nabi SAW dan berkata:  Muhammad, Tuhanku mengirim salam dan berkata kepadamu: Apakah kamu yang menciptakan makhluk?

 

Nabi SAW menjawab: Dialah yang menciptakan aku dan menciptakan mereka dan memberi rezeki kepadaku dan kepada mereka.

 

Jibril alaihis salam berkata: Allah Ta’ala berkata kepadamu: Sesungguhnya Aku telah menerima taubat dari pemuda itu.

 

Maka Nabi SAW memanggil pemuda itu dan memberitahukan kepadanya bahwa Allah Ta’ala telah menerima taubatnya.

 

Diceritakan bahwa di zaman Musa alaihis salam ada seorang lelaki yang tidak tetap dalam taubatnya. Setiap kali bertaubat, ia merusakkannya. la tetap dalam keadaan itu selama 20 tahun.

 

Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa: Katakan kepada hamba-Ku si Fulan: Sesungguhnya Aku marah kepadanya.

 

Musa alaihis salam menyampaikan pesan itu kepada orang itu.

 

Maka ia pun sedih dan pergi ke padang pasir. Ia berkata: Ya Tuhanku, apakah rahmat-Mu sudah habis atau maksiatku membahayakan-Mu atau telah habis perbendaharaan maaf-Mu atau Engkau tidak mau memberi maaf kepada para hamba-Mu.

 

Dosa mana yang lebih besar daripada maaf-Mu, sedangkan kemurahan adalah termasuk sifat-Mu yang lama dan kehinaan adalah sifatku yang baru, apakah sifatku mengalahkan sifat-Mu?

 

Apabila Engkau halangi hamba-hamba-Mu dari rahmat-Mu, siapakah yang mereka harapkan? Dan jika Engkau usir mereka, kepada siapa mereka menuju, ya Tuhanku?

 

Jika rahmat-Mu sudah habis dan aku harus disiksa, maka jadikan itu sebagai tebusan atas seluruh hamba-Mu, karena aku telah menebus mereka dengan jiwaku.

 

Maka Allah Ta’ala berkata: Hai Musa, pergilah kepadanya dan katakan kepadanya: Andaikata dosa-dosamu sepenuh bumi, niscaya Aku mengampuninya bagimu setelah engkau mengenal-Ku dengan kesempurnaan kekuasaan, maaf dan rahmat.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tiada suara yang lebih disukai Allah daripada suara hamba yang berdosa, lalu bertaubat dan berkata: Ya Tuhanku. Ar-Rabb (Tuhan) menjawab: Labbaik, hai hamba-Ku. Mintalah apa yang engkau inginkan, Engkau di sisi-Ku seperti seorang malaikatKu. Aku di sebelah kananmu dan sebelah kirimu dan atasmu dan dekat dari hatimu. Saksikanlah hai para malaikat-Ku, Aku telah mengampuninya.”

 

Dzunnun Al-Mishriy rahimahullah berkata: Allah mempunyai hamba-hamba yang menegakkan pohon-pohon kesalahan di depan hati dan menyiraminya dengan air taubat sehingga membuahkan penyesalan dan kesedihan.

 

Maka mereka menjadi gila tanpa mengalami kegilaan dan menjadi bebal tanpa mengalami kegagapan dan kebisuan.

 

Mereka adalah orang-orang yang bagus bicaranya dan fasih dan arif tentang Allah dan rasul-Nya. Kemudian mereka mewarisi kesabaran atas cobaan yang panjang, kemudian hati mereka bingung di alam malakut, pikiran mereka mengembara di antara hijab-hijab jabarut dan mereka bernaung di bawah atap penyesalan dan membaca lembaran kesalahan-kesalahan.

 

Maka timbul rasa cemas dalam diri mereka hingga mereka mencapai kezuhudan yang tinggi dengan tangga wara’.

 

Akhirnya mereka merasakan sedapnya meninggalkan dunia dan menganggap lunak kasarnya tempat tidur hingga mereka berhasil menjangkau tali dan simpul keselamatan dan arwah mereka mengembara di tempat yang tinggi hingga berhenti di tanaman kenikmatan dan masuk dalam lautan kehidupan dan menguruk parit kecemasan dan menyeberangi jembatan hawa nafsu hingga turun di halaman ilmu dan menimba dari telaga hikmah.

 

Dan mereka menaiki kapal kecerdasan dan bertolak dengan angin keselamatan di laut keselamatan hingga mereka sampai ke taman ketenangan dan sumber kehormatan dan kemuliaan.

 

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidak masuk surga, kecuali orang yang penyayang. Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, kita semua adalah penyayang.

 

Nabi SAW berkata: Orang yang penyayang ialah bukan orang yang mengasihi dirinya saja, tetapi penyayang ialah orang yang mengasihi dirinya dan orang lain.”

 

Makna mengasihi dirinya ialah mengasihinya dari siksa Allah Ta’ala dengan meninggalkan maksiat dan taubat darinya serta melakukan berbagai ketaatan dan keikhlasan di dalamnya.

 

Makna mengasihi orang lain ialah tidak berusaha mengganggu orang muslim.

 

Nabi SAW bersabda: “Orang muslim (yang benar) ialah orang yang tidak suka mengganggu orang lain dengan tangan dan lidahnya.”

 

Dan menyayangi binatang, yaitu tidak memaksanya melakukan pekerjaan yang tidak mampu dilakukannya.

 

“Para budala’ (auliya”) dari umatku tidak masuk surga karena banyak shalat dan puasa, tetapi mereka masuk surga karena hati yang bersih dan kemurahan jiwa dan kasih sayang kepada semua kaum muslimin.”

 

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Para penyayang disayangi oleh Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pengasih). Sayangilah penghuni bumi, maka kamu akan disayangi oleh penghuni langit.”

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barangsiapa tidak menyayangi, ia pun tidak disayang. Dan siapa yang tidak mengampuni, ia pun tidak diampuni.”

 

Malik bin Anas berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Empat perkara merupakan hak kaum muslimin padamu: yaitu engkau bantu orang yang berbuat baik di antara mereka, engkau mohon ampunan bagi pelaku dosa di antara mereka, menjenguk orang sakit di antara mereka dan mencintai orang yang bertaubat di antara mereka.”

 

Diriwayatkan dari Musa alaihis salam, ia berkata: Ya Tuhanku, dengan sebab apa Engkau angkat aku sebagai manusia pilihan? Allah menjawab: Sebab engkau mengasihi makhluk-Ku. Diriwayatkan dari Abi Darda’ r.a. bahwa ia mengikuti anak-anak kecil, lalu membeli burung-burung kecil dari mereka, kemudian melepaskannya sambil berkata: Pergilah dan hiduplah.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling menyayangi dan saling mencintai dan saling menyambung hubungan di antara mereka adalah seperti tubuh. Apabila satu anggota darinya merasa sakit, maka seluruh tubuh merasa demam dan tidak bisa tidur.”

 

Cerita:

 

Seorang ahli ibadah dari bani Israel melewati sebuah gundukan pasir dan waktu itu bani Israel mengalami bencana kelaparan.

 

Maka ia berangan-angan dalam hatinya bahwa andaikata pasir ini berubah menjadi tepung. niscaya ia bisa mengenyangkan bani Israel dengannya.

 

Kemudian Allah mewahyukan kepada seorang nabi bani Israel: Katakan kepada si Fulan: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewajibkan pahala bagimu seandainya pasir itu berubah menjadi tepung dan engkau kenyangkan orang-orang dengannya.

 

Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda: “Niat orang mukmin lebih baik daripada amalnya.”

 

Diceritakan bahwa Isa alaihis salam keluar pada suatu hari berjumpa iblis yang membawa madu dan abu.

 

la berkata: Apa yang engkau lakukan, hai musuh Allah, dengan madu dan abu ini?

 

Iblis menjawab: Adapun madu, aku mengoleskannya pada bibir para penggunjing hingga mereka ucapkan ghibah darinya. Adapun abu, aku mengusapkannya di wajah anak-anak yatim supaya mereka dibenci oleh orang-orang.

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila anak yatim dipukul, Arsy Ar-Rahman berguncang karena mendengar tangisannya.

 

Maka Allah azza wa jalla berkata: “Hai para malaikat-Ku, siapa yang menangiskan anak yang bapaknya dikubur di dalam tanah?”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa memberi tempat bagi anak yatim dan memberinya makanan dan minuman, Allah mewajibkan surga baginya.”

 

Disebutkan dalam Raudhatul ulama’: Adalah Ibrahim alaihis salam hendak memakan makanan, ia berjalan satu mil dan dua mil mencari Orang yang mau makan bersamanya.

 

Pada suatu hari Ali karromallahu wajhahu menangis. Dikatakan kepadanya: Mengapa engkau menangis?

 

Ali menjawab: Tidak datang tamu kepadaku sejak tujuh hari. Maka aku takut Allah telah menghinakan aku.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa memberi makan orang lapar dan menginginkan ridha Allah dengannya, wajiblah surga baginya. Dan siapa yang mencegah makanan dari orang lapar, Allah mencegah karunia-Nya darinya pada hari kiamat dan menyiksanya di neraka.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Orang yang dermawan dekat dari Allah, dekat dari surga, dekat dari orang banyak dan jauh dari neraka. Orang yang pelit jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari orang banyak dan dekat dari neraka.”

 

Nabi SAW bersabda: “Orang bodoh yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang pelit.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari kiamat empat macam orang masuk surga tanpa dihisab: yaitu orang alim yang mengamalkan ilmunya, Orang yang menunaikan haji dan tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik sampai mati.

 

Orang yang syahid dan mati terbunuh dalam peperangan untuk menegakkan kalimat Islam, dan orang dermawan yang menghasilkan harta dari jalan yang halal dan menafkahkannya di jalan Allah tanpa riya.

 

Mereka ini saling berdebat mana di antara mereka yang masuk surga lebih dulu.”

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang dikhususkanNya dengan nikmat-nikmat bagi manfaat para hamba. Maka siapa yang tidak mau memberikan manfaat-manfaat itu kepada para hamba, Allah Ta’ala memindahkannya darinya dan mengalihkannya kepada orang lain.”

 

Nabi SAW bersabda: “Kedermawanan adalah salah satu pohon di surga yang ranting-rantingnya terjulur ke bumi. Barangsiapa mengambil satu ranting darinya, maka ranting itu menuntunnya ke surga.”

 

Diriwayatkan dari Jabir r.a., ia berkata: Ya Rasulallah, amal apakah yang paling utama? “Kesabaran dan kemurahan hati.”

 

Diriwayatkan dari Migdam bin Syuraih dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku amal yang memasukkan aku ke dalam surga.

 

Nabi SAW menjawab: “Sesungguhnya termasuk amal-amal yang menghasilkan ampunan ialah: memberi makanan, menyebarkan salam dan berbicara yang baik.”

 

 

 

Disebutkan dalam khabar bahwa Jibril alaihis salam datang pada suatu hari kepada Nabi SAW dan berkata: Ya Rasulallah, aku melihat seorang malaikat di langit di atas tempat pembaringan dan di kelilingnya ada 70.000 malaikat dalam barisan-barisan. Mereka melayaninya. Setiap nafas yang dihembuskan malaikat itu, Allah menciptakan dari nafasnya seorang malaikat.

 

Sekarang kulihat malaikat itu di atas Jabal Qaf dalam keadaan patah sayapnya dan menangis.

 

Ketika melihatku, ia berkata: Apakah engkau mau memberi syafa’at bagiku?

 

Aku katakan: Apa dosamu?

 

Malaikat itu menjawab: Aku berada di atas tempat pembaringan pada malam Mi’raj. Kemudian Muhammad SAW melewati aku, namun aku tidak berdiri untuknya. Maka Allah menghukumku dengan hukuman ini dan menempatkan aku di tempat ini sebagaimana engkau lihat.

 

Jibril berkata: Kemudian aku memohon dengan khusyu’ kepada Allah dan memberi syafa’at baginya. Maka Allah Ta’ala berkata: Hai Jibril, katakan kepadanya: hingga dia bershalawat untuk Muhammad.

 

Kemudian malaikat itu bershalawat untukmu. Maka Allah memaafkannya dan menumbuhkan kedua sayapnya.

 

Ketahuilah, bahwa disebutkan dalam khabar: Amal hamba yang pertama diperiksa pada hari kiamat adalah shalat. Jika didapati sempurna, maka diterima shalatnya dan amalnya yang lain. Jika didapati kurang, shalat dan amalnya yang lain dikembalikan kepadanya.

 

Nabi SAW bersabda: Perumpamaan shalat yang wajib adalah seperti timbangan. Siapa memenuhinya, maka timbangannya menjadi penuh.

 

Yazid Ar-Raqqasyi berkata: Shalat Rasulullah SAW sempurna seakan-akan seimbang.

 

Nabi SAW bersabda: “Adalah dua orang dari umatku mengerjakan shalat, rukuk dan sujudnya sama dan di antara kedua shalatnya seperti antara langit dan bumi dan beliau mengisyaratkan kepada khusyu’.

 

Nabi SAW bersabda: “Allah tidak melihat kepada hamba yang tidak menegakkan sulbinya di antara ruku’ dan sujudnya pada hari kiamat.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mengerjakan shalat pada waktunya dan menyempurnakan wudhunya dan menyempurnakan rukuk dan sujud serta khusyu’nya, shalat itu naik dalam keadaan putih berseri-seri. la berkata: Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau memeliharaku. Dan siapa yang mengerjakan shalat tidak pada waktunya dan tidak menyempurnakan wudhu’nya dan tidak menyempurnakan rukuk dan sujud serta khusyu’nya shalat itu naik dalam keadaan gelap. la berkata: Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana engkau menyia-nyiakan aku,” hingga pada waktu yang dikehendaki Allah, shalat itu dilipat seperti melihat baju yang usang dan dipukulkan pada wajahnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Manusia yang terburuk pencuriannya adalah yang mencuri dari shalatnya.”

 

Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Shalat adalah takaran. Maka siapa yang mengisinya hingga penuh, takaran itu menjadi penuh. Dan siapa yang menQur’angi takaran, ia pun telah mengetahui apa yang dikatakan Allah:   (Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang). AlMuthaffifin: 1.

 

Seorang ulama berkata: Perumpamaan mushalli (pelaku shalat) adalah seperti pedagang yang tidak mendapat keuntungan bila tidak mencukupi modalnya. Demikian pula mushalli tidak diterima shalat nafilah (sunnah)nya hingga ia tunaikan shalat fardhu.

 

Adalah Abu Bakar r.a. apabila waktu shalat tiba, dia berkata: Pergilah ke api Tuhanmu yang kamu nyalakan, lalu padamkanlah api itu (dengan shalat).

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya shalat itu menampakkan kebutuhan dan kerendahan diri.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan . keji dan mungkar, ia pun semakin jauh dari Allah dan shalat orang yang lalai tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

 

Nabi SAW bersabda: “Banyak orang yang mengerjakan shalat malam, tetapi tidak mendapat hasil dari shalatnya, kecuali kepayahan.”

 

Tidak ada yang menginginkan itu, kecuali orang yang lalai.

 

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah hamba mendapat hasil dari shalatnya, kecuali yang dipahaminya.”

 

Ahli makrifat berkata: Shalat ada empat macam: Masuk disertai ilmu, berdiri disertai rasa malu, menunaikan dengan mengagungkan (Allah) dan keluar disertai rasa takut.

 

Seorang ulama berkata: Barangsiapa tidak menetapkan hatinya di atas hakikat, rusaklah shalatnya.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Di surga ada sebuah sungai bernama Afyah. Di situ ada bidadari yang Allah menciptakan mereka dari za’faran. Mereka bermain dengan mutiara dan yaqut. Mereka bertasbih menyucikan Allah dengan tujuh puluh ribu bahasa. Suara mereka lebih merdu daripada suara Dawud alaihis salam. Mereka berkata: Kami adalah untuk siapa yang mengerjakan shalatnya dengan khusyu’ dan kehadiran hati.

 

Maka Allah Ta’ala berkata: Aku akan tempatkan dia di tempat Ku dan menjadikan dia peziarah Ku.”

 

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alaihis salam: Apabila engkau menyebut-Ku, maka sebutlah Aku. sedangkan anggota-anggota tubuhmu gemetar dan sebutlah Aku dalam keadaan khusyu’ dan tenang.

 

Apabila engkau menyebut-Ku, tempatkan lisanmu di belakang hatimu dan apabila engkau berdiri di depan-Ku, berdirilah sebagai hamba yang hina dan bermunajatlah kepada-Ku dengan hati yang takut dan lisan yang benar.

 

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa: Katakanlah kepada orang-orang yang durhaka dari umatmu, janganlah mereka menyebut-Ku. Karena Aku bersumpah atas diriKu bahwa siapa yang menyebut-Ku, Aku pun menyebutnya. Maka apabila mereka menyebut-Ku, Aku sebut mereka dengan laknat.

 

Ini mengenai orang yang durhaka, tidak lalai dalam menyebutNya. Maka bagaimana apabila berkumpul kelalaian dan kedurhakaan.

 

Salah seorang sahabat radhiyallahu anhum berkata: Umat manusia dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan seperti keadaan mereka dalam shalat, yaitu tuma’ninah, tenang dan merasakan kenikmatan dan kelezatan dengannya.

 

Nabi SAW melihat seorang lelaki mempermainkan janggutnya dalam shalatnya. Maka beliau berkata: Andaikata orang ini khusyu’ hatinya, niscaya khusyu’lah anggota-anggota tubuhnya.

 

Dan Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak khusyu’ hatinya, dikembalikanlah shalatnya.”

 

Ketahuilah bahwa Allah memuji orang-orang yang khusyu’ dan Orang-orang yang merendahkan diri di dalam shalat, yaitu: Allah berfirman:

 

“yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” Al-Mu’minun: 1

 

“dan mereka selalu memelihara shalatnya.” Al-An’aam: 92

 

“yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” Al-Ma’arij: 23

 

Ada yang mengatakan: Orang-orang yang mengerjakan shalat banyak, tetapi yang khusyu’ sedikit. Orang haji banyak, tetapi yang mabrur sedikit. Ada banyak burung, tetapi burung Andalib sedikit. Orang alim banyak, tetapi yang mengamalkan ilmunya sedikit.

 

Shalat adalah tempat tunduk dan sumber kerendahan diri dan kekhusyukan dan ini adalah tanda penerimaan.

 

Keabsahan mempunyai syarat dan penerimaan mempunyai syarat. Syarat keabsahan adalah menunaikan fardhunya dan syarat penerimaan adalah khusyu’.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” Al-Mu’minun: 1-2

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa).” Al-Maidah: 27

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mengerjakan shalat dua raka’at dengan menghadapkan hatinya kepada Allah, ia pun keluar dari dosadosanya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.”

 

Ketahuilah, bahwa tidaklah melalaikan dari shalat, kecuali pikiran-pikiran yang timbul dan menyibukkan. Maka haruslah mushalli menolaknya.

 

Penolaknya bisa dilakukan dengan shalat di tempat yang gelap atau kosong dari hal-hal yang membuat lalai, seperti suara-suara, permadani yang bergambar dan tidak memakai pakaian berhias sehingga membuatnya lalai apabila memandang kepadanya di dalam shalat.

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW memakai baju khamishah yang diberikan kepadanya oleh Abu Jahmin dan di atasnya ada hiasan dan beliau mengerjakan shalat dengan memakainya. Setelah selesai shalatnya, beliau melepasnya dan berkata: Bawalah baju ini kepada Abu Jahmin, karena membuatku lalai tadi dari shalatku.

 

Pernah Nabi SAW menyuruh memperbarui tali sandalnya. Kemudian beliau memandang kepadanya dalam shalatnya, karena baru. Maka beliau menyuruh melepas tali sandalnya yang lama.

 

Nabi SAW pernah memakai cincin emas di tangannya sebelum diharamkan. Pada waktu itu beliau berada di atas mimbar. Tiba-tiba beliau melemparkannya dan berkaa: Cincin ini telah menyibukkan aku dengan memandang kepadanya dan memandang kepada kalian.

 

Diriwayatkan dari seorang lelaki lain bahwa ia mengerjakan shalat di dalam kebunnya di mana terdapat banyak pohon kurma yang lebat buahnya. Maka ia memandangnya dan kagum padanya sehingga tidak tahu berapa raka’at ia shalat. Kemudian ia ceritakan kejadian itu kepada Utsman r.a. dan berkata: Kebun itu sodaqoh.

 

Maka gunakanlah kebun itu di jalan Allah azza wa jalla. Maka Utsman menjualnya seharga 50.000 dirham.

 

Seorang ulama salaf berkata: Empat perkara dalam shalat termasuk kesia-siaan: yaitu menoleh, mengusap wajah. meratakan batu kerikil dan shalat di jalan orang yang lewat di depanmu.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla menghadap kepada mushalli selama ia tidak menoleh.”

 

Adalah Ash-Shiddiq r.a. berdiri tegak dalam shalatnya seperti tiang dan ada orang di antara mereka yang tenang dalam rukuknya seperti ada burung hinggap di atasnya seakan-akan benda mati.

 

Semua itu dikehendaki oleh tabiat di hadapan penghuni dunia yang diagungkan, maka bagaimana tabiat tidak menuntutnya di hadapan Raja dari segala raja.

 

Tertulis dalam Taurat: Hai anak Adam, janganlah kamu gagal untuk berdiri di hadapan-Ku dalam keadaan shalat dan menangis. Aku adalah Allah yang engkau dekati dari hatimu dan di alam gaib engkau lihat cahaya-Ku.

 

Diriwayatkan bahwa Umar ibnul Khaththab r.a. berkata di atas mimbar: Ada orang yang menjadi tua dalam Islam, tetapi tidak menyempurnakan shalat bagi Allah Ta’ala.

 

Dikatakan kepadanya: Bagaimana itu?

 

Umar menjawab: la tidak menyempurnakan khusyu’ dan kerendahan diri serta perhatiannya kepada Allah azza wa jalla di dalam shalat.

 

Abul Aliyah ditanya tentang firman Allah Ta’ala:

 

“Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” Al-Ma’un: 5

 

Abul Aliyah menjawab: la adalah orang yang lupa dalam shalatnya sehingga tidak tahu berapa raka’at sudah dikerjakannya, dalam bilangan genap atau ganjil?

 

Al-Hasan berkata: la adalah orang yang lupa akan waktu shalat hingga keluar shalatnya.

 

Nabi sAW bersabda: Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku tidak selamat dari-Ku, kecuali dengan menunaikan kewajiban yang Aku tetapkan atasnya.

 

 

 

 

 

Ketahuilah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan celaan atas ghibah dalam Kitab-Nya dan menyerupakan pelakunya dengan pemakan daging bangkai.

 

Maka Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” Al-Hujurat: 12

 

Nabi SAW bersabda: Orang muslim atas orang muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya. Nabi SAW bersabda:

 

“Jauhkan dirimu dari menggunjing orang, karena ghibah (menggunjing orang lain) itu lebih berat daripada zina. Ada orang berzina dan bertaubat dan Allah menerima taubatnya. Akan tetapi pelaku ghibah tidak diampuni hingga ia diampuni oleh orang yang digunjingnya.”

 

Mereka berkata: Perumpamaan orang yang menggunjing orang lain adalah seperti orang yang memasang manjaniq,. lalu melontarkan batu dengannya ke kanan dan ke kiri. Maka ia melemparkan kebaikan-kebaikannya seperti itu.

 

Nabi SAW berkata: Barangsiapa melakukan ghibah terhadap saudaranya dengan maksud menjelekkannya, Allah Ta’ala menyuruh dia berdiri di atas jembatan jahannam hingga ia keluar dari apa yang dikatakannya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Ghibah ialah bila engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya.”

 

Yakni sama saja engkau sebutkan kekurangan pada badannya atau nasabnya atau perbuatannya atau perkataannya atau agamanya atau dunianya hingga pada bajunya dan selendangnya dan hewan kendaraannya.

 

Bahkan seorang ulama terdahulu menyebutkan bahwa seandainya engkau katakan: Si Fulan bajunya panjang atau pendek, maka itu termasuk ghibah. Maka bagaimana pula bila engkau menyebut sesuatu yang tidak disukainya pada dirinya?

 

Diriwayatkan bahwa seorang perempuan yang pendek masuk kepada Nabi SAW untuk memenuhi keperluannya. Ketika ia keluar, Aisyah r.a. berkata: Alangkah pendeknya dia!

 

Maka Nabi SAW berkata: Engkau telah menggunjingnya, hai Aisyah.

 

Rasulullah SAW bersabda mengenai celaan namimah (mengadu domba):

 

“Sejelek-jeleknya manusia pada hari kiamat ialah orang yang mempunyai dua muka, yaitu pelaku namimah yang mendatangi kelompok ini dengan satu muka dan kelompok ini dengan muka yang lain. Barangsiapa mempunyai dua muka di dunia, ia pun mempunyai dua lidah dari api pada hari kiamat.”

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:   (Tidak masuk surga orang yang suka melakukan namimah).

 

Jika dikatakan: Apa hikmahnya bahwa Allah Ta’ala menciptakan setiap makhluk mempunyai lidah yang bicara dan lidah yang tidak bicara, sedangkan ikan tidak mempunyai lidah sama sekali?

 

Dijawab: Karena Allah Ta’ala ketika menciptakan Adam, Dia menyuruh para malaikat sujud kepadanya. Maka mereka semuanya sujud, kecuali iblis sehingga Allah melaknatnya dan mengeluarkannya dari surga dan mengubah bentuknya.

 

Kemudian iblis diturunkan ke bumi. lalu ia pergi ke laut. Yang pertama dilihatnya adalah ikan. Ia beritahu ikan itu tentang penciptaan Adam dan berkata bahwa ia sedang berburu dan mengambil hewan-hewan laut dan darat. Kemudian ikan itu memberitahu hewan-hewan laut tentang Adam. Maka Allah menghilangkan lidahnya.

 

Diceritakan dari Amru bin Dinar bahwa ia berkata: Ada seorang lelaki dari penduduk Madinah mempunyai saudara perempuan di pinggir kota Madinah. Pada suatu hari saudara perempuannya sakit. la datang menjenguknya, kemudian meninggal dan ia mengurusinya dan membawanya ke kuburan.

 

Ketika selesai dikubur, ia kembali kepada keluarganya. Kemudian saudaranya menyebutkan bahwa ia mempunyai kantung yang dulu ada bersamanya, lalu dihilangkannya di dalam kubur.

 

“Maka orang itu meminta tolong kepada seorang temannya. Kedua orang itu mendatangi kubur itu dan membongkarnya dan menemukan kantung tersebut.

 

Orang itu berkata kepada temannya: Menjauhlah dariku hingga kulihat bagaimana keadaannya.

 

la mengangkat sebagian penutup lahad. Ternyata nampak api menyala di dalam kubur. Kemudian ia kembali kepada ibunya dan berkata: Beritahukan padaku, apa yang dulu dilakukan saudariku.

 

Ibunya menjawab: Saudarimu dulu mendatangi pintu-pintu para tetangga, lalu memasang telinganya ke pintu-pintu mereka hingga mendengarkan pembicaraan supaya ia bisa melakukan namimah.

 

Maka tahulah dia bahwa ini adalah penyebab siksa kubur. Maka siapa yang ingin selamat dari siksa kubur, hendaklah ia menghindari namimah dan ghibah.

 

Diceritakan dari Abil Laits Al-Bukhari bahwa ia keluar pergi haji. la letakkan dalam sakunya uang dua dirham dan bersumpah jika aku menggunjing seseorang di jalan Makkah, di waktu pergi atau pulang, aku berjanji kepada Allah akan menyedekahkannya.

 

Kemudian ia pergi ke Makkah dan kembali ke rumahnya sementara uang dua dirham itu ada di sakunya.

 

Kemudian dikatakan kepadanya tentang hal itu. Ia menjawab: Aku lebih suka berzina seratus kali daripada menggunjing orang sekali.

 

Abu Hafsh al-Kabir berkata: Andaikata aku tidak berpuasa di bulan Ramadhan, hal itu lebih aku sukai daripada menggunjing seorang manusia.

 

Kemudian ia berkata: Barangsiapa menggunjing seorang ahli figh, ia akan muncul pada hari kiamat dan pada wajahnya ini tertulis: Putus asa dari rahmat Allah.

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Pada malam Isra’ aku melewati sejumlah orang yang mencakari wajah-wajah mereka dengan kuku-kuku mereka dan memakan bangkai.

 

Maka aku katakan: Siapa mereka ini, ya Jibril?

 

Jibril menjawab: Mereka ini adalah orang-orang yang memakan daging orang-orang di dunia.

 

Al-Hasan r.a. berkata: Demi Allah, sungguh ghibah itu lebih cepat merusak agama orang mukmin daripada penyakit yang merusak tubuh.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Seseorang dari kalian bisa melihat kotoran di mata saudaranya dan tidak melihat batang pohon di depan matanya.

 

Diriwayatkan bahwa Salman melakukan perjalanan bersama Abu Bakar dan Umar dan ia memasak makanan bagi keduanya. Kemudian mereka turun di suatu tempat. Salman tidak siap untuk memasak makanan bagi mereka.

 

Maka kedua orang itu mengutusnya kepada Nabi SAW untuk melihat apakah ada makanan di tempatnya.

 

Namun Salman tidak mendapatkan makanan. Maka ia kembali kepada keduanya. Kedua orang itu berkata: Sesungguhnya andaikata ia pergi ke sumur Anu, niscaya keringlah airnya. Kemudian turun ayat ini:

 

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” Al-Hujurat: 12

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa memakan daging saudaranya di dunia, didatangkan kepadanya dagingnya pada hari kiamat dan dikatakan kepadanya: Makanlah daging itu dalam keadaan mati, karena engkau telah memakannya dalam keadaan hidup. Maka ja memakannya. Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala:

 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Al-Anshari r.a. bahwa bau ghibah jelas tercium di zaman Rasulullah SAW dan hal itu disebabkan jumlahnya yang sedikit.

 

Adapun di masa-masa ini, banyak terjadi ghibah dan hidung-hidung penuh dengan baunya sehingga tidak bisa dibedakan baunya.

 

Perumpamaan hal itu adalah seperti seorang lelaki yang memasuki rumah para penyamak kulit. Ia tidak bisa tenang di situ karena baunya yang keras dan busuk sementara penghuninya yang tinggal di situ memakan makanan dan minum di situ dan tidak bisa membedakan bau yang busuk itu, karena baunya memenuhi hidung-hidung mereka. Begitu pula keadaan ghibah di masa-masa kita ini.

 

Ka’ab r.a. berkata: Aku membaca di sebuah kitab bahwa siapa yang mati dalam keadaan bertaubat dari ghibah adalah orang terakhir yang masuk surga. Dan siapa yang mati dalam keadaan terus melakukan ghibah adalah orang pertama yang masuk neraka.

 

Allah Ta’ala berfirman:  

 

Yakni manusia yang paling keras siksanya adalah al-humazah, yaitu orang yang mencelamu tanpa pengetahuanmu dan al-lumazah, yaitu orang yang mencelamu di depanmu.

 

Ayat ini turun mengenai Al-Walid ibnul Mughirah. la menggunjing Nabi SAW dan kaum muslimin di depan mereka dan boleh saja sebabnya bersifat khusus, sedangkan ancamannya bersifat umum.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Jauhkan dirimu dari ghibah, karena ghibah lebih berat daripada zina.

 

Para sahabat berkata: Bagaimana ghibah lebih berat daripada zina?

 

Nabi SAW menjawab: Ada orang berzina, kemudian bertaubat. Maka Allah menerima taubatnya. Adapun pelaku ghibah tidak diampuni hingga ia dimaafkan oleh orang yang digunjingnya.”

 

Maka pelaku ghibah wajib menyesal dan bertaubat supaya keluar, dari hak Allah. Kemudian pelaku ghibah minta dihalalkan oleh Orang yang digunjingya supaya keluar dari kezalimannya.

 

Pelaku ghibah patut memohon ampun kepada Allah Ta’ala sebelum berdiri dari majelis dan sebelum ghibah itu sampai kepada orang yang digunjingnya, karena apabila pelaku ghibah bertaubat sebelum ghibahnya sampai kepada orang yang digunjingnya, maka taubatnya diterima.

 

Bilamana ghibah itu sampai kepadanya, maka dosanya tidak hilang darinya dengan taubat selama ia tidak menghalalkannya.

 

Begitu pula orang yang berzina dengan perempuan yang bersuami dan beritanya sampai kepada suaminya, dosanya tidak hilang dengan taubat selama tidak dimaafkan oleh suaminya.

 

Adapun meninggalkan shalat, zakat, puasa, haji. maka dosanya tidak hilang dengan taubat, tetapi dengan mengerjakan yang tertinggal dari semua itu. Wallahu a’lam.

 

 

Allah Ta’ala berkata:

 

“Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” Al-Mu’minun: 4

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, dibuatkan baginya lempengan-lempengan dari api pada hari kiamat, lalu dipanaskan emas dan perak itu di atasnya di neraka jahannam, lalu dibakar dengannya lambung dan punggungnya, yakni diluaskan tubuhnya seluruhnya, meskipun banyak. Setiap kali menjadi dingin, diulangi lagi baginya dalam suatu hari yang lamanya lima puluh ribu tahun hingga Allah selesai mengadili di antara para hamba dan ia melihat jalannya ke surga atau ke neraka.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih). Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” At-Taubah: 34-35

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Celakalah bagi orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin pada hari kiamat. Mereka (orang miskin) berkata: Orang-orang kaya telah menzalimi kami dalam hak-hak kami yang diwajibkan atas mereka.

 

Maka Allah Ta’ala berkata: Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, Aku akan mendekatkan kalian dan menjauhkan mereka.

 

Rasulullah SAW membaca: “Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” Al-Ma’arij: 24-25

 

Diriwayatkan bahwa pada malam Isra’ Nabi SAW melewati suatu kaum yang pada dubur mereka terdapat potongan kain dan juga pada gubul (kemaluan depan) terdapat kain. Mereka berkeliling mencari makanan seperti hewan ternak menuju tanaman berduri dan zaggum dan batu jahannam.

 

Nabi SAW berkata: Siapa mereka ini, ya Jibril?

 

Jibril menjawab: Mereka ini adalah orang-orang yang tidak menunaikan shodaqoh (zakat) harta mereka. Allah tidak menzalimi mereka dan Allah tidak menganiaya hamba-hamba-(Nya).

 

Diceritakan bahwa rombongan dari tabi’in keluar untuk menziarahi Abi Sinan. Ketika mereka masuk kepadanya dan duduk di dekatnya, ia berkata: Marilah kita pergi menjenguk seorang tetangga kami yang saudaranya meninggal dan kita bertakziah kepadanya mengenai saudaranya.

 

Muhammad bin Yusuf Al-Qaryani berkata: Kami pergi bersamanya dan masuk kepada orang itu. Ternyata kami mendapatinya banyak menangis dan cemas atas saudaranya. Maka kami pun berusaha menghiburnya.

 

Namun ia tidak menerima hiburan. Maka kami katakan kepadanya: Tidakkah engkau ketahui bahwa kematian adalah jalan yang harus dilalui?

 

Orang itu menjawab: Ya, aku tahu. Akan tetapi aku menangis ata, siksaan yang menimpa saudaraku di waktu pagi dan sore.

 

Maka kami katakan kepadanya: Allah telah menunjukkan hal yang gaib kepadamu.

 

Orang itu berkata: Tidak. Akan tetapi ketika aku menguburnya dan selesai menimbunnya dengan tanah dan orang-orang sudah pergi, aku duduk di dekat kuburnya.

 

Tiba-tiba terdengar suara dari kuburnya berkata: Mereka biarkan aku sendirian menderita siksaan. Aku dulu berpuasa dan mengerjakan shalat.

 

Orang itu berkata: Perkataannya membuatku menangis. Maka aku singkirkan tanah darinya untuk melihat keadaannya.

 

Ternyata nampak api menyala di dalam kuburnya dan di lehernya terdapat kalung dari api. Aku terdorong oleh kasih sayang sebagai saudara dan ku ulurkan tanganku untuk mengangkat kalung dari lehernya hingga terbakar jari-jari dan tanganku.

 

Kemudian ia keluarkan tangannya kepada kami. Ternyata tangannya hitam bekas terbakar. Orang itu berkata: Kemudian aku kembalikan tanahnya dan pergi. Maka bagaimana aku tidak menangisi keadaannya dan bersedih atasnya.

 

Kemudian kami berkata: Apa yang dikerjakan saudaramu dulu di dunia?

 

Orang itu menjawab: la tidak menunaikan zakat dari hartanya.

 

Maka kami katakan: Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

 

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang kikir dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kekikiran itu baik bagi mereka. Sebenarnya kekikiran itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikir dengannya itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” Ali Imran: 180

 

saudaramu itu disegerakan siksaan baginya di dalam kuburnya hingga hari kiamat.

 

Kemudian kami keluar dari tempatnya dan mendatangi Abu Dzarr sahabat Rasulullah SAW dan menceritakan kejadian orang itu dan kami katakan kepadanya: Orang Yahudi dan Nasrani mati dan kita tidak melihat kejadian itu pada mereka.

 

Abu Dzarr berkata: Mereka itu tidak diragukan bahwa mereka adalah penghuni neraka. Sesungguhnya Allah menunjukkan kepada kalian mengenai orang beriman supaya kalian mengambil pelajaran.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

 “Maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).” Al-An’am: 104

 

Disebutkan dalam khabar dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Penolak zakat di sisi Allah kedudukannya seperti orang Yahudi dan Nasrani dan penolak usyur di sisi Allah Ta’ala kedudukannya seperti orang Majusi.

Barangsiapa menolak zakat dan usyur (sepersepuluh) dari hartanya, ia pun dilaknat melalui lisan para malaikat dan Nabi SAW dan tidak diterima kesaksiannya.”

 

Dan beliau bersabda: Beruntunglah baginya jika ia menunaikan zakat dan usyur dan beruntunglah siapa yang tidak ditimpa siksa zakat dan siksa pada hari kiamat.

 

Barangsiapa menunaikan zakat dari hartanya, Allah mengangkat darinya siksa kubur dan Allah mengharamkan dagingnya atas api neraka dan mewajibkan baginya surga tanpa dihisab dan tidak akan mengalami kehausan pada hari kiamat.

 

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” Al-Mu’minun: 5

 

Yakni dari perbuatan keji dan dari perbuatan yang tidak halal bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain:

 

“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.” Al-An’am: 151

 

Yakni dosa besar, yaitu zina dan yang kecil, yaitu ciuman dan sentuhan serta pandangan sebagaimana disebutkan dari pemimpin manusia SAW, beliau bersabda:

 

“Kedua tangan berzina, kedua kaki berzina, dan kedua mata berzina.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka.” An-Nur: 30

 

Allah Ta’ala telah menyuruh kaum lelaki dan wanita agar menjaga pandangan dari yang haram dan menjaga kemaluan dari yang haram.

 

Allah telah mengharamkan zina dalam banyak ayat. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosanya.” Al-Furqan: 68

 

Yakni mendapat hukuman di neraka. Ada yang mengatakan: Sebuah lembah di neraka. Ada yang mengatakan: Sebuah sumur di neraka. Apabila penutupnya dibuka, penghuni neraka menjerit karena baunya yang busuk.

 

Diriwayatkan dari seorang sahabat Nabi SAW: bahwa ia berkata: Jauhkan dirimu dari perbuatan zina, karena ada enam kejelekan padanya: tiga di dunia dan tiga diakhirat.

 

Adapun di dunia adalah kekurangan rezeki, pemutusan umur dan hitamnya wajah. Adapun di akhirat adalah kemarahan Allah, hisab yang berat dan masuk neraka.

 

Diriwayatkan bahwa Musa alaihis salam berkata: Ya Rabb, apa hukuman bagi orang yang berzina? Allah Ta’ala menjawab: Aku pakaikan padanya baju dari api, yang andaikata diletakkan di atas sebuah gunung yang tinggi, niscaya ia hancur menjadi abu.

 

“Diceritakan bahwa seorang pelacur perempuan lebih disukai iblis daripada seribu laki-laki fajir.

 

Dalam kitab Al-Mashabih disebutkan: Rasulullah SAW bersabda: Apabila hamba berzina, keluarlah iman darinya dan di atas kepalanya tampak seperti naungan. Apabila ia keluar dari perbuatan itu, kembalilah iman kepadanya.

 

Dalam kitab Al-lqna’ disebutkan: Nabi SAW bersabda:

 

“Tidak ada dosa yang lebih besar di sisi Allah daripada air mani yang dimasukkan orang lelaki di rahim perempuan yang tidak halal baginya.”

 

Liwath (sodomi) lebih berat dosanya daripada zina berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa melakukan sodomi, ia tidak mencium bau surga, padahal bau surga bisa tercium dari jarak 500 tahun.”

 

Disebutkan dalam Raunaquttafasir: Berkata Al-Kalbi: Sesungguhnya orang pertama melakukan perbuatan kaum Luth adalah iblis yang dilaknat Allah. la merubah bentuk menjadi anak muda yang mulus mukanya dan tampan. Kemudian ia mengajak mereka kepada dirinya. Maka mereka pun menikahinya dan perbuatan itu menjadi kebiasaan bagi mereka terhadap setiap orang asing.

 

Kemudian Allah mengutus Luth alaihis salam kepada mereka. maka ia melarang mereka melakukan perbuatan itu dan menyeru Mereka agar menyembah Allah dan mengancam mereka dengan siksa Allah bila mereka terus melakukan maksiat.

 

Namun mereka menjawab: Datangkan siksa Allah kepada kami jika kamu orang yang benar.

 

Maka Luth alaihis salam meminta tolong kepada Tuhannya untuk menghadapi mereka.

 

Luth berkata: Ya Tuhanku, tolonglah aku terhadap kaum yang berbuat kerusakan.

 

Kemudian Allah menyuruh langit menurunkan hujan batu kepada mereka dan tertulis pada setiap batu nama orang yang dilempar. Allah Ta’ala berfirman:   “yang diberi tanda oleh Tuhanmu.” Hud: 83

 

Yakni diberi tanda padanya dalam perbendaharaan Allah atau dalam hukum-Nya.

 

Diceritakan bahwa seorang pedagang dari kaum Luth berada di Makkah. Kemudian datang batu untuk menimpanya di tanah Haram.

 

Maka para malaikat berkata kepada batu itu: Kembalilah ke tempatmu semula. Orang itu berada di tanah yang disucikan Allah.

 

Batu itu kembali dan berdiri di luar tanah Haram selama 40 hari di antara langit dan bumi hingga orang itu menyelesaikan perdagangannya. Ketika ia keluar, batu itu menimpanya di luar tanah Haram dan membinasakannya.

 

Luth telah mengeluarkan istrinya bersamanya dan melarang siapa yang mengikutinya agar tidak menoleh di belakangnya, kecuali istri Luth.

 

“Ketika mendengar siksa ini. ia menoleh dan berkata: Aduh kaumku.

 

Maka ia pun ditimpa batu yang mengenai kepalanya hingga membunuhnya.

 

Mujahid berkata: Ketika mereka memasuki waktu pagi. Jibril mendatangi desa mereka dan mencabutnya dari dasarnya, kemudian memasukkan sayapnya, kemudian mengangkutnya di atas sayapnya dengan segala isinya.

 

Kemudian ia menaikkannya ke langit hingga penghuni langit mendengar teriakan ayam-ayam jantan mereka dan gonggongan anjing-anjing mereka, lalu membalikkannya.

 

Maka yang pertama jatuh darinya ialah tenda-tendanya dan tidak menimpa mereka. Kemudian Allah membutakan mata mereka. kemudian membalikkan negeri mereka yang berjumlah lima kota. Yang terbesar darinya adalah Sodom, yaitu negeri-negeri yang musnah sebagaimana tersebut dalam surah Baro’ah. Konon, jumlah penduduknya empat juta orang.

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” An-Nisa’: 1

 

Yakni janganlah memutus silaturrahim. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” Muhammad: 22-23

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menyambungnya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” Al-Baqarah: 27

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya disambung dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (jahannam).” Ar-Ra’ad: 25

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk hingga ketika selesai dari mereka, rahim berdiri, lalu berkata: Ini adalah keadaan orang yang berlindung kepada-Mu dari pemutusan.

 

Allah menjawab: Ya. Tidakkah engkau senang bila Aku menyambung hubungan dengan siapa yang menyambungmu dan memutus hubungan dengan siapa yang memutusmu.

 

Rahim berkata: Baiklah. :

 

Allah berkata: Itu adalah untukmu.

 

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: Bacalah jika kalian mau:   Surah Muhammad: 22-23

 

Hadits riwayat Tirmidzi dan ia berkata: Hadits hasan sahih, dan ibnu Majah dan Al-Hakim, ia berkata: sahih isnadnya. Diriwayatkan dari Abi Bakrah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tiada dosa yang lebih patut disegerakan Allah hukuman baginya di dunia di samping yang disimpan-Nya baginya di akhirat daripada kezaliman dan pemutusan rahim (hubungan kekeluargaan).”

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain: “Tidak masuk surga pemutus.” Berkata Sufyan: Yakni pemutus tali silaturahmi. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang para rawinya dapat dipercaya:

 

“Sesungguhnya amal-amal manusia ditunjukkan setiap hari Kamis dan malam Jum’at dan tidak diterima amal pemutus silaturahmi,”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dan lainnya:

 

“Tiga macam orang tidak masuk surga, yaitu pecandu khamar, pemutus tali silaturahmi dan orang yang mempercayai sihir.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad secara ringkas, ibnu Abi Dunya dan Baihaqi:

 

Ada suatu kaum dari umat ini bermalam dalam keadaan makan dan minum, bercanda dan bermain. Pada pagi harinya mereka telah dirubah menjadi kera dan babi dan mereka dibenamkan di bumi dan dilempari hingga di waktu pagi orang-orang berkata: Pada malam ini bani Fulan dibenamkan ke bumi dan pada malam ini orang-orang di rumah si Fulan dibenamkan ke bumi dan akan dikirim kepada mereka batu-batu dari langit seperti yang dikirimkan kepada kaum Luth, yaitu kepada suku-suku dan rumah-rumahnya.

 

Dan akan dikirimkan kepada mereka angin ganas yang membinasakan kaum Aad, yaitu kepada suku-suku dan rumah-rumahnya karena mereka minum khamar dan memakai sutera dan menampilkan penyanyi-penyanyi wanita, makan riba, memutus tali silaturahmi dan satu perkara lagi dilupakan Ja’far.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Al-Ausath dari Jabir r.a., ia berkata: Rasulullah SAW masuk menemui kami ketika kami sedang berkumpul. Beliau bersabda:

 

“Hai kaum muslimin, takutlah kepada Allah dan sambunglah hubungan dengan kerabatmu, karena tidak ada pahala yang lebih cepat daripada silaturahim.

Jauhkan dirimu dari kezaliman, karena tidak ada hukuman yang lebih cepat daripada hukuman kezaliman.

Dan jauhkan dirimu dari durhaka kepada kedua orang tua, karena bau surga tercium dari jarak perjalanan seribu tahun. Demi Allah, tidaklah mencium bau surga orang yang durhaka kepada orang tua, pemutus tali silaturahmi, orang tua yang berzina dan orang , yang berjalan menyeret bajunya dengan sombong. Sesungguhnya kebesaran diri hanya milik Allah Tuhan semesta alam.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Ashbahani: Kami duduk bersama Rasulullah SAW. Kemudian beliau berkata: Jangan duduk bersama kami, hai pemutus tali silaturahmi.

 

Maka berdirilah seorang pemuda dari lingkaran majelis. Ia mendatangi seorang bibinya yang sebelumnya terjadi perselisihan antara keduanya. la memohon ampun bagi bibinya, lalu bibinya memohon ampun baginya, kemudian ia kembali ke majelis. Kemudian Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya rahmat tidak turun kepada kaum yang di antara mereka terdapat pemutus tali silaturahmi.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani bahwa para malaikat tidak turun kepada kaum yang diantara mereka terdapat pemutus tali silaturahmi.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad sahih dari Al-A’masy, ia berkata: Adalah ibnu Mas’ud duduk di suatu halaqah (majelis) sesudah subuh. la berkata: Aku minta demi Allah supaya pemutus rahim berdiri dari kami, karena kami ingin berdoa kepada Tuhan kami, sedangkan pintu-pintu langit tertutup di hadapan pemutus tali silaturrahmi.

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain: Rahim bergantung pada Arsy. Ia berkata: Siapa menyambung aku, semoga Allah menyambungnya. Dan siapa memutusku, semoga Allah memutusnya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia berkata: hadits hasan sahih.

 

Tashihnya disanggah bahwa sanadnya terputus dan menurut satu riwayat: bersambung.

 

Berkata Bukhari dari Abdurrahman bin Auf r.a., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

 

“Allah azza wa jalla berfirman: Aku Allah dan Aku adalah Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih). Aku ciptakan rahim dan Aku bentuk baginya salah satu nama-Ku. Maka siapa yang menyambungnya, Aku pun menyambung hubungan dengan orang itu. Dan siapa yang memutusnya, Aku putuskan hubungan dengan orang itu.” Diriwayatkan oleh Ahmad dengan isnad sahih:

 

“Sesungguhnya termasuk riba yang paling banyak adalah menjelekkan kehormatan orang muslim tanpa alasan yang benar.

Dan sesungguhnya rahim ini adalah cabang dari Ar Rahman wa jalla. Maka siapa yang memutusnya, Allah mengharamkan surga atasnya.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan isnad yang baik dan kuat ibnu Hibban dalam Sahihnya:

 

“Sesungguhnya rahim itu bagian dari Ar-Rahman. Ia berkata: Ya Tuhanku, hubungan denganku diputus, ya Tuhanku, aku diperlakukan dengan buruk, ya Tuhanku, aku dizalimi, ya Tuhanku, ya Tuhanku. Maka Allah menjawabnya: Tidakkah engkau senang, aku menyambung hubungan dengan siapa yang menyambung hubungan denganmu dan memutus hubungan dengan siapa yang memutus hubungan denganmu.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan isnad hasan: “Rahim berpegang pada Arsy. la berbicara dengan perkataan yang jelas: “Ya Allah, sambunglah hubungan dengan siapa yang menyambung hubungan denganku dan putuskan hubungan dengan siapa yang memutus hubungan denganku.

 

Maka Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata: Aku adalah Ar-Rahman ArRahim (Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang). Aku membentuk kata rahim dari nama-Ku. Maka siapa yang menyambungnya, Aku pun menyambungnya. Dan siapa yang memutusnya, Aku pun memutusnya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar: “Tiga perkara bergantung pada Arsy.

 

Rahim berkata: Ya Allah, aku berlindung denganmu supaya aku tidak diputus.

 

“Amanat berkata: Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu supaya aku tidak dikhianati. Nikmat berkata: Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu supaya aku Diriwayatkan oleh Syaikhain:

 

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung hubungan dengan kerabatnya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ja berkata baik atau diam.”

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

 

“Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan kerabatnya.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lafadhnya:

 

“Pelajarilah nasab-nasabmu supaya kamu bisa menyambung hubungan dengan kerabatmu, karena silaturrahim itu menimbulkan kecintaan pada keluarga, menyebabkan kekayaan pada harta dan memanjangkan umur.”

 

Diriwayatkan oleh Abdullah putra Al-Imam Ahmad dalar, Zawaidul musnad dan Al-Bazzar dengan isnad baik dan Al-Hakim:

 

“Barangsiapa suka dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rezekinya dan dicegah darinya kematian buruk, hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan menyambung hubungan dengan kerabatnya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan isnad yang tidak ada masalah dengannya dan Al-Hakim yang mensahihkannya bahwa Nabi SAW bersabda: “Tertulis dalam kitab Taurat: “Barangsiapa suka ditambah umurnya dan dilapangkan rezekinya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan kerabatnya.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la: bahwa Allah menambah umur dengan shodaqoh dan silaturrahim dan mencegah kematian buruk dengannya dan mencegah gangguan dan bahaya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan isnad baik dari seorang lelaki suku Khats’am: la berkata: Aku datang kepada Nabi SAW yang sedang bersama beberapa orang sahabatnya. Aku katakan: Anda yang mengaku utusan Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Ya.

 

Aku berkata: Ya Rasulallah, amal apakah yang paling disukai Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Beriman kepada Allah.

 

Aku berkata: Ya Rasulallah, kemudian apa?

 

Nabi SAW menjawab: Silaturrahim.

 

Aku berkata: Ya Rasulallah, amal apakah yang paling dibenci Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Menyekutukan Allah.

 

Aku berkata: Ya Rasulallah, kemudian apa?

 

Nabi SAW menjawab: Pemutusan hubungan dengan kerabat.

 

Aku berkata: Ya Rasulallah, kemudian apa?

 

Nabi SAW menjawab: Menyuruh berbuat kemungkaran dan melarang berbuat kebaikan.

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan lafadhnya: Seorang dusun mencegat Rasulullah SAW dalam perjalanan dan memegang tali kendali untanya. Kemudian ia berkata: Ya Rasulallah, atau ya Muhammad, beritahukan padaku amal yang mendekatkan aku dari surga dan menjauhkan aku dari neraka.

 

Nabi SAW berhenti dan memandang para sahabatnya, kemudian berkata: Orang ini telah mendapat taufik atau mendapat petunjuk.

 

Nabi SAW berkata: Bagaimana engkau katakan?

 

Orang itu mengulanginya.

 

Maka Nabi SAW berkata: Engkau sembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu apapun dengan-Nya, engkau keluarkan zakat dan menyambung hubungan dengan kerabat.

 

Dalam suatu riwayat: Engkau sambung hubungan dengan kerabatmu.

 

Ketika orang itu pergi, Rasulullah SAW berkata: Jika ia menjalankan apa yang kuperintahkan kepadanya, ia pun masuk surga.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan isnad hasan: Sungguh Allah memakmurkan rumah-rumah suatu kaum sedangkan Allah tidak melihat kepada mereka sejak menciptakan mereka.

 

Ada yang berkata: Bagaimana bisa terjadi begitu, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Karena mereka suka menyambung hubungan dengan kerabat mereka.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang para rawinya dapat dipercaya, kecuali ada sanadnya yang terputus: bahwa siapa yang diberi sifat lembut, ia pun diberi kebaikan dunia dan akhirat, dan silaturrahim, bergaul baik dengan tetangga dan akhlak yang baik memakmurkan rumah-rumah dan menambah umur.

 

Diriwayatkan oleh Abu Asy-Syeikh, ibnu Hibban dan Baihagi: Ya Rasulallah, siapa manusia yang paling baik?

 

Nabi SAW menjawab: “Yang paling bertakwa di antara mereka kepada Ar-Rabb, paling banyak menyambung hubungan dengan kerabat, paling banyak menyuruh berbuat kebaikan dan paling banyak mencegah kemungkaran.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dan ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya dengan lafadhnya dari Abi Dzarr r.a., ia berkata: Kekasihku Rasulullah SAW mewasiatkan kepadaku beberapa perbuatan baik: Beliau berwasiat kepadaku agar aku tidak melihat kepada orang yang di atasku dan melihat kepada orang yang di bawahku.

 

Beliau berwasiat kepadaku agar aku mencintai orang miskin dan mendekati mereka.

 

Beliau berwasiat kepadaku agar aku menyambung hubungan dengan kerabatku, meskipun mereka berpaling.

 

Beliau berwasiat kepadaku agar aku tidak takut celaan orang dalam membela agama Allah. Beliau berwasiat kepadaku agar aku mengatakan kebenaran, walaupun pahit. Dan beliau berwasiat kepadaku agar aku memperbanyak ucapan: Laa haula wa laa quwwata illaa billahi, karena perkataan itu adalah simpanan di surga.

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dan lainnya dari Maimunah r.a. bahwa ia membebaskan budak perempuannya tanpa meminta izin kepada Rasulullah SAW,

 

Pada hari gilirannya, Maimunah berkata: Ya Rasulallah, apakah engkau tahu bahwa aku telah membebaskan budak perempuanku!?

 

Nabi SAW menjawab: Ya. Adapun jika engkau berikan dia kepada saudara ibumu, hal itu lebih membesarkan pahalamu.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dan Al-Hakim: Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW. la berkata: Aku telah melakukan dosa besar. Apakah aku bisa bertaubat?

 

Nabi SAW menjawab: Apakah engkau punya ibu?

 

“Orang itu menjawab: Tidak.

 

Nabi SAW berkata: Apakah engkau mempunyai bibi (saudari ibu)?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Kalau begitu, berbuatlah baik kepadanya.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hadits hasan:

 

“Janganlah kalian bersifat latah. Kalian katakan: Jika orang-orang berbuat baik, kita berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, kita berbuat zalim. Akan tetapi tetapkan dirimu jika orang-orang berbuat baik, kalian berbuat baik dan jika mereka berbuat buruk, kalian tidak berbuat zalim.”

 

Dalam riwayat Muslim: Ya Rasulallah, aku mempunyai kerabat yang aku sambung hubungan dengan mereka, sedangkan mereka memutuskan aku. Aku berbuat baik kepada mereka, sedang mereka berbuat buruk kepadaku. Aku tidak suka membalas mereka, tetapi mereka selalu menggangguku.

 

Maka Nabi SAW berkata: Jika benar apa yang engkau katakan, maka seakan-akan mereka ditimpa abu panas. Engkau selalu mendapat penolong dari Allah terhadap mereka selama engkau dalam keadaan itu.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dan ibnu Khuzaimah dalam Sahihnya dan Al-Hakim dan ia berkata: sahih berdasarkan syarat Muslim:

 

“Sodaqoh yang paling utama adalah shodaqoh kepada kerabat yang menyembunyikan permusuhan.”

 

Ini sama maknanya dengan sabda Nabi SAW: “Engkau sambung hubungan dengan siapa yang memutusmu.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar, Thabarani dan Al-Hakim dan ia menilainya sahih, tetapi disanggah karena seorang rawinya yang buruk:

 

“Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang, maka Allah menghisabnya dengan hisab (pemeriksaan amal) yang mudah dan memasukkannya ke dalam surga dengan rahmat-Nya. Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, apakah itu? Nabi SAW menjawab: Engkau beri orang yang tidak memberimu sesuatu, engkau sambung hubungan dengan orang yang memutusmu dan engkau maafkan orang yang berbuat zalim kepadamu. Apabila engkau lakukan itu, maka Allah memasukkanmu ke dalam surga.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan dua isnad yang salah satunya para rawinya dapat dipercaya dari Uqbah bin Amir r.a., ia berkata: Aku berjumpa Rasulullah SAW, maka aku pegang tangannya dan berkata: Ya Rasulallah, beritahukanlah aku amalan-amalan utama.

 

Nabi SAW menjawab: Hai Uqbah, sambunglah hubungan dengan siapa yang memutusmu dan berilah siapa yang tidak memberimu dan maafkan siapa yang berbuat zalim kepadamu.

 

Al-Hakim menambahkan: Ketahuilah, siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rezekinya. hendaklah ia menyambung hubungan dengan kerabatnya.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad yang dapat dijadikan hujjah: “Maukah aku tunjukkan kepadamu akhlak dunia dan akhirat yang paling utama, yaitu engkau sambung hubungan dengan siapa yang memutusmu dan engkau beri siapa yang tidak memberimu dan engkau maafkan siapa yang berbuat zalim kepadamu.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: Sesungguhnya amalan utama yang paling utama adalah engkau sambung hubungan dengan siapa yang memutusmu dan memberi siapa yang tidak memberimu dan memaafkan siapa yang memakimu.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar: Maukah aku tunjukkan kepada kalian amal yang Allah meninggikan derajat dengannya?

 

Para sahabat berkata: Ya, wahai Rasulullah.

 

Nabi SAW berkata: Bila engkau tidak membalas orang yang mengganggumu dan memaafkan siapa yang berbuat zalim kepadamu, memberi orang yang tidak memberimu dan menyambung hubungan dengan siapa yang memutusmu.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah: Kebaikan yang paling cepat pahalanya ialah berbuat kebajikan dan silaturrahim, dan kejelekan yang paling cepat hukumannya adalah kezaliman dan pemutusan silaturrahim.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: “Tiada dosa yang lebih patut disegerakan Allah hukumannya atas pelakunya di dunia di samping yang disimpan baginya di akhirat daripada pemutusan silaturrahim, khianat dan dusta.

 

Sesungguhnya kebajikan yang paling cepat pahalanya adalah silaturrahim hingga ada penghuni rumah yang fasik, tetapi harta mereka tumbuh dan jumlah mereka menjadi banyak apabila mereka saling bersilaturrahim.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dari ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: Amal apa yang paling disukai Allah Ta’ala?

 

Nabi SAW menjawab: Shalat pada waktunya.

 

Aku berkata: Kemudian apa?

 

Nabi SAW menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua.

 

Aku berkata: Kemudian apa?

 

Nabi SAW menjawab: Jihad di jalan Allah.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya:

 

“Seorang anak tidak bisa membalas jasa bapaknya, kecuali ia mendapati bapaknya menjadi budak, lalu ia membelinya, kemudian membebaskannya.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW. la berkata: Aku membai’atmu untuk hijrah dan berjihad dengan mengharap pahala dari Allah Ta’ala.

 

Nabi SAW berkata: Apakah salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup?

 

Orang itu menjawab: Ya, bahkan keduanya masih hidup.

 

“Nabi SAW berkata: Kamu mengharap pahala dari Allah Ta’ala?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Kalau begitu, kembalilah kepada kedua orang tuamu dan pergaulilah keduanya dengan baik.

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thabarani dengan isnad baik: Datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW. Ia berkata: Aku ingin berjihad tetapi tidak mampu melakukannya.

 

Nabi SAW berkata: Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?

 

Orang itu menjawab: Ibuku.

 

Nabi SAW berkata: Kalau begitu, mintalah kepada Allah agar bisa berbakti kepadanya. Apabila engkau lakukan itu, maka engkau seperti orang yang menunaikan haji dan umrah dan berjihad.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: Ya Rasulallah, aku ingin berjihad di jalan Allah.

 

Nabi SAW berkata: Apakah ibumu masih hidup?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Peluklah kakinya, di situ terdapat surga.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Mas’ud: Ya Rasulallah, apa hak kedua orang tua atas anaknya?

 

Nabi SAW menjawab: Keduanya adalah surgamu dan nerakamu.

 

(Masuk surga bila menaati keduanya dan masuk neraka bila mendurhakai keduanya: pen.)

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dan Nasa’iy dengan lafadhnya, dan Al-Hakim yang menilainya sahih: Ya Rasulallah, aku ingin berperang dan aku datang kepadamu untuk bermusyawarah denganmu.

 

Nabi SAW berkata: Apakah engkau mempunyai ibu?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Temanilah dia, karena surga berada di dekat kedua kakinya. Dalam suatu riwayat yang sahih disebutkan: Apakah engkau Mempunyai kedua orang tua?

 

Orang itu menjawab: Ya. Nabi SAW berkata: Temanilah keduanya, karena surga berada dibawah kaki mereka.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan disahihkannya dari Abi Darda’ r.a. bahwa seorang lelaki datang kepadanya.

 

la berkata: Aku mempunyai seorang istri dan ibuku menyuruhku mentalaknya.

 

Abu Darda’ berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Bapak berada di tengah pintu-pintu surga. Jika engkau mau, engkau sia-siakan pintu itu atau engkau pelihara dia.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya bahwa seorang lelaki datang kepada Abu Darda’. Ia berkata: Bapakku terus mendesakku hingga mengawinkan aku. Sekarang ia menyuruhku mentalak istriku.

 

Abu Darda’ berkata: Aku tidak menyuruhmu mendurhakai kedua Orang tuamu dan tidak menyuruhmu mentalak istrimu.

 

Akan tetapi, jika engkau mau, aku ceritakan kepadamu apa yang aku dengar dari Rasulullah SAW: Aku mendengarnya bersabda: Bapak berada di tengah pintu surga. Maka peliharalah hal itu jika kamu mau atau tinggalkan.

 

la berkata: Aku menduga Atha’ berkata: Maka ia pun mentalak istrinya.

 

Diriwayatkan oleh Ashabus sunan yang empat dan ibnu Hibban dalam Sahihnya dan Tirmidzi berkata: hadits hasan sahih dari ibnu Umar r.a., ia berkata: Aku mempunyai seorang istri yang aku cintai sedangkan Umar tidak menyukainya. Maka Umar berkata kepadaku: Talaklah dia.

 

Namun aku menolak. Kemudian Umar mendatangi Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka Rasulullah SAW perkata kepadaku: Talaklah dia.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad sahih:

 

“Barangsiapa Suka dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung hubungan dengan kerabatnya.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan lainnya dan dinilai sahih oleh Al-Hakim: “Barangsiapa berbakti kepada kedua orang tuanya, beruntunglah dia dan Allah menambah umurnya.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dan ibnu Hibban dalam Sahihnya dan lafadh miliknya dan Al-Hakim dan dinilainya sahih bahwa ada orang yang tidak diberi rezeki disebabkan dosa yang menimpanya dan tidak ada yang menolak takdir, kecuali doa dan tidak menambah umur kecuali berbakti kepada kedua orang tua.

 

Dalam riwayat Tirmidzi, dan ia berkata: hasan gharib: “Tidak bisa menolak takdir, kecuali doa dan tidak menambah umur, kecuali bakti kepada kedua orang tua.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan dinilainya sahih:

 

“Jagalah dirimu dari mengganggu wanita orang lain, niscaya wanitamu terpelihara. Berbaktilah kepada bapak-bapakmu, hiscaya anak-anakmu berbakti kepadamu. Barangsiapa didatangi saudaranya meminta maaf, hendaklah ia menerimanya, baik ia berbuat benar atau salah. Jika ia tidak melakukan itu, ia tidak akan mendatangi telagaku.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan isnad hasan: “Berbaktilan kalian kepada bapak-bapakmu, niscaya anak-anakmu berbakti kepadamu dan peliharalah dirimu, niscaya wanita-wanitamy terpelihara.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim:

 

“Celakalah dia, kemudian celakalah dia, kemudian celakalah dia. Ada yang berkata: Siapa, ya Rasulallah ? Nabi SAW menjawab: Orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya sudah berusia lanjut, kemudian ia tidak masuk surga atau keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad-sanad yang salah satunya bernilai hasan:

 

“Nabi SAW naik mimbar, lalu mengucapkan: Amin, Amin, Amin. Kemudian beliau berkata: Jibril alaihis salam datang kepadaku, lalu berkata: Ya Muhammad, siapa yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya, kemudian tidak berbakti kepada keduanya, lalu ia meninggal, maka ia pun masuk neraka dan Allah menjauhkannya. Katakan: Amin. Maka aku ucapkan: Amin. Kemudian ia berkata: Ya Muhammad, siapa yang mendapati bulan Ramadhan, lalu meninggal dan tidak diampuni, maka ia dimasukkan neraka dan Allah menjauhkannya. Katakan: Amin. Maka aku ucapkan: Amin. Jibril berkata: Dan siapa yang engkau disebut di dekatnya dan tidak bershalawat untukmu, lalu meninggal dan masuk neraka, maka Allah menjauhkannya. Katakan: Amin. Maka aku ucapkan: Amin.” Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam Sahihnya, tetapi ia sebutkan disitu: “Siapa yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya, tetapi tidak berbakti kepada keduanya, lalu meninggal dan masuk neraka, maka Allah menjauhkannya. Katakan: Amin. Maka aku ucapkan: Amin.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dari beberapa jalan yang salah satunya hasan:

 

“Barangsiapa membebaskan seorang budak muslim, maka ia adalah tebusannya dari api neraka. Dan siapa yang mendapati salah satu dari kedua orang tuanya, kemudian ia tidak diampuni, maka Allah menjauhkannya.”

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain (Bukhari dan Muslim):

 

“Ya Rasulallah, siapa orang yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik?

 

Nabi SAW menjawab: Ibumu. Orang itu berkata: Kemudian siapa?

 

Nabi SAW menjawab: Ibumu. Orang itu berkata: Kemudian siapa?

 

Nabi SAW menjawab: Ibumu. Orang itu berkata: Kemudian siapa?

 

Nabi SAW menjawab: Ayahmu.”

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dari Asma’ binti Abu Bakar r.a., ia berkata: Datang ibuku kepadaku, sedang dia dalam keadaan musyrik di zaman Rasulullah SAW. Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah SAW. Aku katakan: Datang ibuku kepadaku, sedangkan dia tidak mau masuk Islam. Apakah aku boleh berbuat baik kepadanya?

 

Nabi SAW menjawab: Ya berbuatlah baik kepada ibumu.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam Sahihnya dan Al-Hakim dan ia berkata: sahih berdasarkan syarat Muslim:

 

“Ridha Allah dalam ridha ayah atau dalam ridha ayah dan ibu. Dan murka Allah dalam kemarahan ayah atau dalam kemarahan ayah dan ibu.”

 

Dalam riwayat Thabarani: “Ketaatan kepada Allah ada dalam ketaatan kepada ayah atau ayah dan ibu. Dan kedurhakaan kepada Allah ada dalam kedurhakaan kepada ayah atau ayah dan ibu.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan lafadhnya dan ibnu Hibban dalam Sahihnya dan Al-Hakim dan ia berkata: sahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim: Seorang lelaki datang kepada Nabi SAW. la berkata: Aku telah melakukan sebuah dosa besar. Apakah aku bisa bertaubat?

 

Nabi SAW berkata: Apakah engkau mempunyai ibu?

 

Orang itu menjawab: Tidak.

 

Nabi SAW berkata: Apakah engkau mempunyai bibi (saudari ibu)?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Kalau begitu, berbaktilah kepadanya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan ibnu Majah: Ya Rasulallah, apakah aku masih bisa berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?

 

Nabi SAW menjawab: Ya. Engkau doakan keduanya dan engkau mohonkan ampun bagi keduanya dan engkau laksanakan kebiasaan keduanya setelah keduanya tidak ada dan engkau sambung hubungan kekerabatan yang tidak bisa disambung kecuali melalui keduanya dan engkau hormati teman keduanya.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya dengan tambahan: Orang itu berkata: Alangkah banyaknya ini, ya Rasulallah dan alangkah baiknya.

 

Nabi SAW berkata: Kalau begitu, maka amalkan semua ini.

 

Diriwayatkan oleh Muslim bahwa Abdullah bin Umar r.a. berjumpa seorang laki-laki dari dusun di jalan Makkah.

 

Abdullah bin Umar memberi salam kepadanya dan mengangkatnya di atas seekor keledai yang biasa ditungganginya dan diberinya surban yang biasa dipakainya.

 

Ibnu Dinar berkata: Kami katakan: Semoga Allah memperbaikimu. Sesungguhnya mereka orang dusun dan mereka puas dengan pemberian yang sedikit.

 

Abdullah bin Umar berkata: Sesungguhnya bapak orang ini dulu mencintai Umar ibnul Khaththab. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya kebajikan yang paling baik ialah anak yang menyambung hubungan dengan orang yang dicintai ayahnya.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam Sahihnya dari Abi Burdah ra. ia berkata: Aku tiba di Madinah. Kemudian datang Abdullah bin Umar kepadaku. la berkata: Tahukah engkau kenapa aku mendatangimu?

 

Aku menjawab: Tidak.

 

la berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang ingin berhubungan dengan bapaknya di kuburnya, hendaklah ia menghubungi saudara-saudara bapaknya sesudah ia meninggal.

 

Dulu antara ayah Umar dan ayah dari bapakmu terjalin persaudaraan dan kasih sayang. Maka aku ingin menyambung hal itu.

 

Dalam hadits yang diriwayatkan dalam Sahihain dan lainnya yang masyhur dengan riwayat yang bermacam-macam bahwa tiga orang dari umat sebelum kita berjalan bersama dan mencari rezeki untuk keluarga mereka. Tiba-tiba hujan turun di atas mereka hingga mereka masuk ke dalam gua di gunung. Tiba-tiba jatuh batu besar menutup mulut gua.

 

Maka mereka berkata: Tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian dari batu ini, kecuali kalian berdoa dengan menyebut amal-amalmu yang baik.

 

Dalam suatu riwayat: Salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain: Lihatlah amal-amal baik yang kalian kerjakan karena Allah azza wa jalla, lalu berdoalah kepada Allah dengannya, mudah-mudahan Allah menyingkirkan batu itu.

 

Dalam riwayat lain: Salah satu dari mereka berkata kepada orang lain: Jejak terhapus dan batu telah jatuh dan tidak ada yang mengetahui tempat kalian, kecuali Allah. maka berdoalah kalian kepada Allah dengan amalmu yang paling kamu yakini.

 

Kemudian salah seorang dari mereka berkata: Ya Allah, aku mempunyai ibu dan bapak yang sudah tua dan aku tidak memerah susu untuk keluarga maupun ternak sebelum keduanya.

 

Pada suatu hari aku pergi jauh mencari tanaman dan tidak pulang kepada keduanya hingga mereka tidur.

 

Kemudian aku memerah susu untuk keduanya, namun aku dapatkan keduanya sudah tidur. Maka aku tidak suka memberi minum keluarga atau ternak sebelum keduanya.

 

Aku menunggu dan gelas berada di tanganku. Aku menunggu sampai keduanya bangun hingga terbit fajar, lalu keduanya bangun dan minum susu mereka.

 

Ya Allah, jika aku lakukan itu karena mengharap ridha-Mu, maka singkirkanlah batu yang menutupi kami.

 

Batu itu bergeser sedikit, tetapi mereka tidak bisa keluar.

 

Dalam suatu riwayat: Aku mempunyai anak-anak yang masih kecil dan aku pelihara.

 

Apabila aku pulang kepada mereka, aku pun memerah susu dan memulai dengan kedua orang tuaku dan memberi mereka minum sebelum anakku.

 

Pada suatu hari aku pergi jauh mencari tanaman hingga aku tiba di rumah pada waktu sore. Ternyata aku dapati keduanya sudah tidur. Aku memerah susu seperti biasa dan mendatangkan tukang perah Susu.

 

Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku dan tidak suka membangunkan keduanya dari tidur dan tidak suka memulai dengan anak-anak sebelum keduanya, sementara anak-anak menangis di telapak kakiku. Demikianlah kebiasaanku dan kebiasaan kedua orang tuaku hingga terbit fajar.

 

Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku telah melakukan itu karena mengharap ridha-Mu, maka buatlah celah bagi kami supaya kami bisa melihat langit darinya.

 

Kemudian Allah membuat celah bagi mereka sehingga mereka bisa melihat langit darinya.

 

Yang satu menyebut keengganannya untuk berzina dengan putri pamannya dan yang lain menyebut pengembangannya terhadap harta pegawainya. Maka tersingkirlah batu itu seluruhnya dan mereka keluar berjalan bersama.

 

 

“Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang kikir dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kekikiran itu baik bagi mereka. sebenarnya kekikiran itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikir dengannya itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” Ali Imran: 180

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Kecelakaan yang besar bagi orang-orang yang mempersekutukanNya. (Yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat.” Fushshilat: 6-7

 

Allah menamai mereka musyrikin. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya, melainkan ditimpakan hartanya dalam bentuk ular gundul yang dibelitkan pada lehernya.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Hai kaum Muhajirin, ada lima perkara yang apabila kalian dicoba dengannya dan menimpa kalian, aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya: Tidaklah nampak perbuatan keji dalam suatu kaum hingga mereka melakukannya secara terbuka, melainkan tersiar berbagai penyakit di kalangan mereka yang belum pernah terjadi pada pendahulu mereka.

 

Tidaklah mereka menQur’angi takaran dan timbangan, melainkan mereka dihukum dengan musim paceklik dan beban yang berat serta kezaliman penguasa.

 

Tidaklah mereka mereka menolak membayar zakat harta mereka, melainkan dicegah hujan turun kepada mereka dari langit. Kalau bukan karena hewan-hewan, mereka tidak mendapat hujan.

 

Tidaklah mereka melanggar janji kepada Allah dan janji kepada rasul-Nya, melainkan didatangkan musuh dari selain mereka yang menguasai mereka, lalu mengambil sebagian harta yang ada di tangan mereka.

 

Dan tidaklah para pemimpin mereka enggan memutuskan perkara dengan Kitabullah, melainkan Allah menjadikan mereka saling memusuhi.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah membenci orang yang kikir di masa hidup dan yang dermawan ketika wafatnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Dua sifat tidak berkumpul pada seorang mukmin, yaitu: sifat kikir dan akhlak yang buruk.”

 

Nabi SAW bersabda: “Allah Ta’ala bersumpah: Tidak masuk surga orang yang kikir.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Jauhkan dirimu dari sifat kikir, karena sifat kikir mendorong suatu kaum untuk tidak membayar zakat mereka dan mendorong mereka memutuskan hubungan dengan kerabat mereka dan mendorong mereka untuk menumpahkan darah mereka.”

 

Al-Hasan radhiyallahu anhu ditanya tentang sifat kikir. la menjawab: Sifat itu ialah bila orang melihat harta yang dinafkahkannya sebagai kebinasaan dan harta yang ditahannya sebagai kemuliaan. Asal dari sifat kikir adalah cinta harta dan panjang angan-angan, takut miskin dan cinta anak.

 

Dalam hadits disebutkan:    (Anak itu menyebabkan ketakutan dan menyebabkan kekikiran).

 

Di antara orang-orang ada yang tidak mau menunaikan zakat hartanya dan tidak mau berbuat baik kepada dirinya dan anak-anaknya, tetapi kesenangan dan kesukaannya adalah melihat dinardinarnya dan keberadaannya dalam genggamannya, padahal dia tahu bahwa ia akan mati.

 

Penyair berkata:

 

Hai saudaraku, sesungguhnya di antara orang-orang ada hewan

dalam bentuk manusia yang cerdas dan bisa melihat

ia memahami setiap musibah dalam hartanya

apabila mendapat musibah dalam agamanya dia tidak merasa

 

Penyair lain berkata:

 

Sifat kikir adalah penyakit yang parah dan tidak pantas

bagi orang yang mempunyai harga diri dan tidak pula bagi

orang berakal dan beragama

siapa yang lebih menyukai kekikiran dalam

keadaan banyak harta dan kaya, demi hidupku, ia sudah tertipu

sungguh celaka orang yang mencegah hak dunia dan akhirat

lalu menjual dunianya sesudah agama dengan harga yang rendah“

 

Penyair lain berkata:

Apabila harta tidak berguna bagi teman dan tidak menyentuh kerabat dan tidak bisa memperbaiki keadaan orang yang tidak punya maka akibatnya ialah harta itu akan diterima oleh telapak tangan pewaris dan orang kikir yang diwarisi itu akan merasakan akibat penyesalan

 

Bisyir berkata:

Perjumpaan dengan orang yang kikir adalah bencana dan pandangan kepadanya mengeraskan hati. Bangsa Arab dulu saling mencela dengan sifat kikir dan penakut.

 

Penyair berkata:

Nafkahkan hartamu dan jangan takut miskin rezeki sudah dibagi atas para hamba oleh Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pengasih) kekikiran tidak bermanfaat bersama dunia yang akan berlalu dan pemberian nafkah tidak membahayakan bersama dunia yang akan datang

 

Penyair berkata:

Kulihat orang-orang berteman dengan orang yang dermawan dan tidak kulihat orang kikir yang mempunyai teman di dunia ini kulihat sifat kikir menjelekkan pemiliknya maka kumuliakan diriku agar tidak disebut kikir

 

Cukuplah kehinaan bagi orang kikir bahwa ia mengumpulkan harta untuk orang lain dan menanggung kejelekan bahayanya dan tidak mendapatkan kenikmatan banyaknya harta dan kebaikannya.

 

Mengenai hal itu Waki’ berkata:

 

Adalah hina orang yang selalu mengumpulkan harta

untuk para pewarisnya dan menghalangi orang lain

seperti anjing berburu yang menahan dan mencengkeram mangsanya

supaya dimakan oleh selain dia

 

Dalam perkataan bijak diberitakan bahwa harta orang kikir akan binasa karena ditimpa bencana atau diambil oleh pewaris.

 

Abu Hanifah rahimahullahu berkata: Aku tidak mau menilai adil orang yang kikir, karena kekikiran mendorongnya untuk bertindak jauh sehingga mengambil melebihi haknya karena takut merugi. Maka siapa yang demikian keadaannya, ia pun tidak dapat diberi amanat.

 

Yahya alaihis salam bertemu iblis. la berkata kepadanya: Hai iblis, beritahukan kepada manusia yang paling engkau sukai dan yang paling engkau benci.

 

Iblis menjawab: Manusia yang paling aku sukai adalah orang mukmin yang kikir dan manusia yang paling aku benci ialah orang fasik yang dermawan.

 

Yahya berkata kepadanya: Mengapa?

 

Iblis menjawab: Karena orang kikir sudah cukup bagiku kekikirannya, sedangkan orang fasik yang dermawan aku khawatir Allah mengetahui kedermawanannya, lalu menerimanya.

 

Kemudian ia berpaling sambil mengatakan: Kalau saja engkau, bukan Yahya, tentu aku tidak akan mengabarimu.

 

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Yang paling aku takutkan atas kalian ada dua perkara, yaitu panjang angan-angan dan menuruti hawa nafsu. Sesungguhnya panjang angan-angan membuat manusia lupa kepada akhirat dan menuruti hawa nafsu mencegah dari kebenaran.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Aku menjamin untuk tiga macam orang dengan tiga perkara: yaitu untuk orang yang hanya mengurusi dunia dan tamak kepadanya dan orang yang kikir dengannya dengan kemiskinan yang tidak ada kekayaan sesudahnya dan kesibukan yang tidak ada waktu senggang darinya dan kesusahan yang tidak ada kebebasan darinya.”

 

Diriwayatkan dari Abi Darda’ r.a. bahwa ia menghadap penduduk Himsh dan berkata: Tidakkah kalian merasa malu? Kalian membangun rumah yang tidak kalian tinggali dan kalian berangan-angan yang tidak bisa kalian capai dan kalian kumpulkan harta yang tidak kalian makan?

 

Sesungguhnya orang-orang dari umat sebelum kamu membangun bangunan yang kokoh dan mengumpulkan harta yang banyak dan berangan-angan yang jauh.

 

Ternyata tempat tinggal mereka menjadi kuburan, angan-angan mereka menjadi penipuan dan pengumpulan harta mereka menimbulkan kebinasaan.

 

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata kepada Umar ibnul Khaththab r.a.: Apabila engkau ingin berjumpa dengan kedua sahabatmu, tamballah gamismu, perbaikilah sandalmu dan pendekkan angan-anganmu dan makanlah jangan sampai kenyang.

 

Adam berwasiat kepada putranya Syits alaihimas salam dengan lima perkara dan menyuruhnya agar mewasiatkannya kepada anakanaknya sesudahnya.

 

Yang pertama: la katakan kepadanya: Katakan kepada anak-anakmu: Janganlah kalian merasa tenang terhadap dunia, karena aku merasa tenang dengan surga yang kekal. namun Allah mengeluarkan aku darinya.

 

Yang kedua: Katakan kepada mereka: Janganlah kalian menuruti keinginan istri-istrimu, karena aku mengikuti keinginan istriku dan makan buah dari pohon itu sehingga aku ditimpa penyesalan.

 

Yang ketiga. Katakan kepada mereka: Setiap perbuatan yang kalian ingin melakukannya, lihatlah akibatnya. Karena seandainya aku memikirkan akibat perbuatanku, tidaklah aku ditimpa kejadian yang telah menimpaku.

 

Yang keempat. Apabila hatimu merasa ragu akan sesuatu, jauhilah dia. Karena ketika aku memakan buah dari pohon, hatiku ragu, tetapi aku tidak kembali sehingga aku merasakan penyesalan.

 

Yang kelima Bermusyawarahlah kalian dalam segala urusan, Karena jika aku bermusyawarah dengan para malaikat, tidaklah aku ditimpa kejadian yang menimpaku.

 

Mujahid berkata: Abdullah bin Umar berkata kepadaku: Apabila engkau memasuki waktu pagi, janganlah engkau berpikir akan memasuki waktu sore. Dan jika engkau memasuki waktu sore, janganlah engkau berpikir akan memasuki waktu pagi. Ambillah dari kehidupanmu sebelum kematianmu dan dari masa sehatmu sebelum engkau sakit, karena engkau tidak tahu apa namamu besok.

 

Nabi SAW berkata kepada para sahabatnya: Apakah kamu semua ingin masuk surga?

 

Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah.

 

Nabi SAW berkata: Pendekkan angan-angan dan malulah kalian terhadap Allah dengan rasa malu yang sebenarnya.

 

Para sahabat berkata: Kami semua merasa malu kepada Allah Ta’ala.

 

Nabi SAW berkata: Itu bukan rasa malu. Akan tetapi malu kepada Allah Ta’ala ialah kalian mengingat kuburan dan kehancuran badan, kalian jaga perutmu dan isinya dan kepala dan isinya.

 

Barangsiapa menyukai kemuliaan akhirat, ia tinggalkan perhiasan dunia. Itulah rasa malu hamba kepada Allah dengan rasa malu yang sebenarnya dan dengan itu hamba mendapat kewalian dari Allah Ta’ala.

 

Nabi SAW bersabda: “Kebaikan pertama dari umat ini adalah dengan zuhud dan keyakinan dan kebinasaan akhir umat ini adalah dengan sifat kikir dan angan-angan.”

 

Diriwayatkan dari Ummil Mundzir bahwa ia berkata: Pada suatu sore Rasulullah SAW menemui orang-orang. Beliau berkata: Hai sekalian manusia, tidakkah kalian merasa malu kepada Allah?

 

Para sahabat menjawab: Apakah itu, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Kalian kumpulkan harta yang tidak kalian makan, kalian berangan-angan yang tidak kalian capai dan kalian bangun rumah yang tidak kalian tinggali.

 

Diriwayatkan dari Abi Said Al-Khudri, ia berkata: Usamah bin Zaid membeli seorang budak perempuan dari Zaid bin Tsabit seharta seratus dinar dengan tempo satu bulan.

 

Maka aku mendengar Rasulullah SAW berkata: Tidakkah kalian merasa heran terhadap Usamah yang membeli dengan tempa sebulan?

 

Sesungguhnya Usamah panjang angan-angannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah kedua mataku berkedip, melainkan aku mengira kedua bulu mataku tidak akan bertemu hingga Allah mencabut rohku.

 

Tidaklah aku mengangkat kedua mataku, melainkan aku tidak mengira akan menurunkannya hingga aku dicabut nyawaku.

 

Dan tidaklah aku menelan makanan, melainkan aku mengira bahwa aku bisa menelannya hingga aku tersedak dengannya dan datang kematian.

 

Kemudian beliau berkata: Hai bani Adam, jika kalian berakal, anggaplah dirimu termasuk orang mati.

 

Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian pasti datang dan kalian tidak bisa menolak.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW keluar menuangkan air, lalu mengusap tangannya dengan tanah. Maka aku berkata kepadanya: Ya Rasulallah, sesungguhnya air itu dekat darimu.

 

Nabi SAW menjawab: Aku tidak tahu barangkali aku tidak bisa mencapainya.

 

Diceritakan bahwa ketika Isa alaihis salam sedang duduk dan seorang tua sedang bekerja mencangkul tanah, Isa berkata: Ya Allah, cabutlah angan-angan darinya.

 

Maka orang itu meletakkan cangkul dan berbaring. Sesaat kemudian, Isa berkata: Ya Allah, kembalikan angan-angan itu kepadanya.

 

Maka orang itu berdiri dan mulai bekerja lagi. Kemudian Isa menanyainya tentang hal itu. Orang itu menjawab: Ketika aku bekerja, diriku berkata kepadaku: Sampai kapan kamu bekerja sedangkan engkau seorang tua yang sudah lanjut usianya.

 

Maka aku lemparkan cangkulku dan berbaring. Kemudian diriku berkata kepadaku: Demi Allah, kamu harus hidup selama umurmu masih ada. Maka aku pun mengambil cangkulku.

 

Makna ketaatan ialah melakukan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya dan berhenti pada batas-batas-Nya.

 

Mujahid berkata mengenai firman Allah azza wa jalla:

 

“dan jangan lupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.” Al-Qoshosh: 77

 

Maksudnya ialah hamba melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

 

Ketahuilah, bahwa asal ketaatan ialah mengenal Allah dan takut kepada Allah, berharap kepada Allah dan meyakini pengawasan Allah.

 

Apabila hamba kosong dari perkara-perkara ini, ia pun tidak mencapai hakikat iman, karena ketaatan kepada Allah tidak sah, kecuali setelah mengenal-Nya dan beriman pada keberadaan-Nya sebagai Pencipta yang mengetahui dan berkuasa, tidak ada ilmu yang bisa menjangkau-Nya dan tidak pula bisa menggambarkan-Nya. Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

 

Seorang dusun berkata kepada Muhammad bin Ali bin Husein radhiyallahu anhum: Apakah engkau melihat Allah ketika menyembah-Nya?

 

Muhammad menjawab: Aku tidak mungkin menyembah sesuatu yang aku tidak melihatnya.

 

Orang dusun itu berkata: Bagaimana engkau melihat-Nya?

 

Muhammad menjawab: Mata tidak melihatnya dengan penyaksian langsung, tetapi hati melihatnya dengan hakikat iman. Dia tidak bisa dijangkau dengan indera dan tidak menyerupai manusia, dikenal dengan bukti-bukti, disifati dengan tanda-tanda dan tidak salah dalam memutuskan perkara. Itulah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, pemilik bumi dan langit.

 

Orang dusun itu berkata: Allah lebih tahu di mana Dia menempatkan risalah-Nya.

 

Seorang arif ditanya tentang ilmu batin. la menjawab: Itu adalah rahasia Allah yang dimasukkan-Nya dalam hati para kekasih-Nya dan tidak ditunjukkan-Nya kepada malaikat maupun manusia.

 

Diriwayatkan bahwa Ka’ab Al-Ahbar berkata: Andaikata manusia mencapai keyakinan sebesar biji terhadap keagungan Allah azza wa jalla, niscaya mereka bisa berjalan di atas air dan angin.

 

Maha Sucilah Tuhan yang menjadikan pengakuan hamba atas ketidakmampuannya untuk mencapai makrifat-Nya sebagai iman sebagaimana Dia menjadikan pengakuan manusia yang diberi nikmat atas ketidakmampuannya untuk menyatakan syukur kepada-Nya sebagai syukur.

 

Berkata Mahmud Al-Warraq:

 

Apabila syukurku atas nikmat Allah adalah nikmat bagiku maka wajiblah bersyukur kepada-Nya atas nikmat semacam itu maka bagaimana bisa mencapai syukur tanpa karunia-Nya walaupun hari-hari menjadi panjang dan umur terus bertambah apabila mengalami kesenangan, kegembiraannya menyeluruh apabila mengalami kesusahan, Dia memberinya pahala

Tuhan memberi nikmat padanya dari kedua keadaan itu

yang membuat khayalan, darat dan laut menjadi sempit

 

Apabila tercapai ilmu tentang rububiyah (ketuhanan). wajiblah menyatakan ubudiyah (penghambaan diri). Apabila iman menetap di dalam hati, wajiblah ketaatan kepada Ar-Rabb.

 

Iman ada dua macam, lahir dan batin. Iman yang lahir ialah mengucapkan dengan lisan dan yang batin adalah meyakini dengan hati. Kaum mukminin berbeda-beda dalam tingkat kedekatan dan berbeda-beda dalam derajat ketaatan, sedangkan iman menyatukan mereka dengan kadar bagian masing-masing dari mereka berupa kepandaian dan kemampuannya mencapai tingkatan yang tinggi dalam keikhlasan karena Allah dan bertawakkal kepada-Nya serta ridha dengan keputusan-Nya.

 

Adapun keikhlasan adalah bila hamba tidak meminta balasan dari Al-Khalig, sedangkan Allah menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan.

 

Apabila ketaatan itu untuk mengharap pahala dan takut hukuman, maka hamba itu tidak sempurna keikhlasannya, karena ia berusaha untuk dirinya sendiri.

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

 

“Janganlah seseorang dari kamu menjadi seperti anjing yang buruk. Jika takut, ia bekerja. Dan jangan menjadi seperti pekerja yang buruk, jika tidak diberi upah, ia tidak bekerja.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah dia di dunia dan di akhirat.” Al-Hajj: 11

 

Sesungguhnya kita wajib menyembah dan menaati-Nya disebabkan karunia yang diberikan-Nya kepada kita dan perlakuan-Nya yang baik kepada kita di samping perintah yang diberikan kepada kita untuk menetapkan balasan atasnya sebagai karunia dan membalas hamba yang menyimpang darinya sebagai wujud keadilan-Nya.

 

Tawakkal ialah mengandalkan Allah Ta’ala di saat ada keperluan dan bersandar kepada-Nya dalam keadaan darurat, percaya padaNya ketika terjadi musibah disertai ketenangan jiwa dan ketenangan hati.

 

Orang-orang yang bertawakkal kepada Tuhan mereka mengetahui bahwa Dialah yang menakdirkan dan sebab-sebab itu ada di bawah keputusan Pencipta yang mengatur.

 

Mereka tidak mengandalkan bapak-bapak, anak-anak, harta dan pekerjaan, tetapi dengan petunjuk-Nya mereka mengarahkan semua urusan kepada-Nya dan dalam keadaan apapun hanya bersandar kepada-Nya. Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, cukuplah Dia sebagai penolongnya.

 

Adapun ridha ialah merasa senang jiwanya dengan takdir yang dialaminya.

 

Seorang ulama berkata: Manusia yang paling dekat kepada Allah ialah yang paling ridha di antara mereka dengan rezeki yang dibagikan untuk mereka.

 

Seorang bijak berkata: Kadang-kadang kegembiraan itu adalah penyakit dan penyakit itu adalah kesembuhan.

 

Penyair berkata:

Banyak nikmat tersembunyi bagimu di antara taring-taring musibah

dan kegembiraan datang dari tempat engkau menunggu musibah

maka sabarlah atas musibah yang menimpa hidupmu

segala urusan mempunyai akibat

dan setiap kesulitan mempunyai kebebasan

dan setiap sesuatu yang murni mempunyai campuran

 

Cukuplah bagi kita firman Allah azza wa jalla:

 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” Al-Baqarah: 216

 

Ketahuilah, bahwa hamba tidak bisa menyempurnakan ketaatan kepada Tuhannya, kecuali dengan menolak dunia.

 

Dalam suatu kata bijak disebutkan: Nasihat yang paling ampuh ialah bila tidak ada penghalang yang menghalanginya dari hati dan halangan-halangan ini adalah kesenangan dunia.

 

Seorang bijak berkata: Dunia ini hanya sesaat, maka jadikanlah ketaatan didalamnya.

 

Abul Walid Al-Baaji berkata:

 

Apabila aku tahu secara yakin bahwa seluruh hidupku seperti sesaat maka kenapa aku tidak memanfaatkannya dan menjadikannya dalam kebaikan dan ketaatan seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW: Sesungguhnya aku tidak menyukai kematian.

 

Nabi SAW berkata: Apakah engkau mempunyai harta?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Nafkahkan hartamu, karena manusia menyukai hartanya.

 

Diriwayatkan dari Isa alaihis salam bahwa ia berkata: Kebajikan terdapat dalam tiga perkara: yaitu dalam ucapan, pandangan dan diam.

 

Maka siapa yang ucapannya tanpa menyebut Allah, ia pun telah berkata sia-sia. Siapa yang pandangannya bukan untuk mengambil pelajaran, maka ia pun telah lalai. Dan siapa yang diamnya bukan sedang berpikir, maka ia pun telah berbuat sia-sia.

 

Meninggalkan dunia dilakukan dengan menjauhkan pikiran tentang keadaannya dan meninggalkan angan-angan terhadap kenikmatannya, karena pikiran menimbulkan keinginan disebabkan nafsu berkaitan dengan pikiran.

 

Hendaklah hamba tidak melepaskan pandangan terhadap sesuatu yang tidak halal, karena pandangan itu adalah panah yang tepat dan pengaruh yang menang.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Pandangan (yang haram) adalah salah satu panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Ta’ala, Dia masukkan padanya iman yang ia dapatkan rasanya dalam hatinya.”

 

Orang bijak berkata: Barangsiapa melepaskan pandangannya, besarlah penyesalannya.

 

Pandangan yang terus menerus menyingkapkan berita dan mencemarkan manusia dan menyebabkan tinggal lama di neraka Saqar.

 

Jagalah kedua matamu, karena jika engkau melepaskan keduanya, maka kedua mata itu akan menjerumuskanmu dalam bahaya.

 

Jika engkau bisa mengendalikan keduanya, maka engkau bisa mengendalikan anggota-anggota tubuhmu yang lain.

 

Dikatakan kepada Aflathon: Mana yang lebih besar bahayanya terhadap hati, pendengaran atau penglihatan?

 

Aflathon menjawab: Keduanya adalah seperti dua sayap pada burung.

 

Burung tidak bisa terbang, kecuali dengan kedua sayap itu dan tidak bisa berdiri, kecuali dengan kekuatan kedua-duanya.

 

Boleh jadi bila sayap yang satu digunting, ia bisa berdiri dengan yang lain, tetapi dengan kepayahan dan kesulitan.

 

Berkata Muhammad bin Dhau’: Cukuplah kekurangan bagi hamba di sisi Allah dan kehinaan di antara orang-orang yang berakal bila ia memandang kepada semua yang bisa dipandangnya.

 

Berkata Qadhi Al-Arjani:

 

Hai kedua mataku, kamu berdua menikmati pandangan

lalu kalian masukkan sasaran yang buruk ke dalam hatiku

hai kedua mataku, berhentilah kalian dari mengganggu hatiku adalah merupakan kezaliman dua orang yang berusaha membunuh satu orang

 

Ali karromallahu wajhahu berkata: Mata adalah perangkap syaitan dan mata adalah anggota tubuh yang paling cepat menembus dan paling kuat untuk menjatuhkan. Maka siapa yang menjadikan anggota tubuhnya mengikuti nafsunya dalam menaati Tuhannya, telah sampailah harapannya.

 

Dan siapa yang menjadikan anggota tubuhnya mengikuti nafsunya dalam mendapatkan kenikmatannya, ia pun telah menyia-nyiakan amalnya.

 

Abdullah ibnul Mubarak berkata: Iman yang paling utama ialah mempercayai ajaran yang dibawa oleh para rasul. Barangsiapa yang percaya kepada Al-Qur’an, ia pun mengamalkannya dan selamat dari kekekalan di neraka. Barangsiapa menjauhi hal-hal yang diharamkan, ia pun berupaya untuk taubat. Barangsiapa mengambil makanan dari jalan yang halal, ia berupaya untuk menjadi wara”. Barangsiapa menunaikan kewajiban-kewajiban, maka Islamnya menjadi benar. Barangsiapa suka berkata benar, ia pun selamat dari tanggung jawab. Barangsiapa mengembalikan hak orang lain, ia pun selamat dari gisas. Barangsiapa mengamalkan sunnah-sunnah, bersihlah amal-amalnya. Dan siapa yang berniat ikhlas untuk Allah, maka amalnya diterima.

 

Diriwayatkan dari Abi Darda’ bahwa ia bekata kepada Rasulullah SAW: Ya Rasulallah, nasihatilah aku.

 

Nabi SAW berkata: “Carilah penghasilan yang halal dan kerjakan amal yang baik, mintalah kepada Allah rezeki satu hari untuk satu hari dan anggaplah dirimu termasuk orang mati.”

 

Hendaklah ia tidak membanggakan amalnya, karena hal itu termasuk kejelekan terbesar dan amal yang paling sia-sia.

 

Karena orang yang membanggakan amalnya menganggap kebaikan itu bukan dari Tuhannya sedangkan dia tidak tahu apakah amalnya diterima atau ditolak.

 

Bisa jadi kedurhakaan yang menyebabkan kehinaan dan kerendahan lebih baik daripada ketaatan yang menyebabkan kemuliaan dan kesombongan. Hendaklah ia waspada terhadap riya’.

 

Dikatakan mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Dan jelaslah bagi mereka siksa dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” Az-Zumar: 47

 

Dikatakan: Mereka mengerjakan amal-amal yang mereka anggap termasuk kebaikan di dunia. Kemudian nampak pada mereka di hari kiamat bahwa itu adalah amal yang buruk. Seorang ulama salaf apabila membaca ayat ini, ia berkata: Celakalah orang yang riya’.

 

Dikatakan pula mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” Al-Kahfi: 110

 

Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud bahwa ayat terakhir yang turun dari Al-Qur’an ialah:

 

“Dan peliharalah dirimu dari (siksa yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi bagian yang sempurna terhadap apa yang dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” Al-Baqarah: 281

 

Muhammad bin Basyir berkata: Telah lewat hari kemarinmu yang terdekat menjadi saksi yang adil dan harimu ini menjadi saksi atas perbuatan-perbuatanmu jika kemarin engkau berbuat buruk maka lanjutkan dengan berbuat baik dan engkau terpuji

janganlah engkau menunda perbuatan baik darimu hingga besok barangkali besok datang ketika engkau sudah tidak ada yang lain berkata:

 

Engkau cepat berbuat dosa dengan apa yang engkau sukai

dan mengharapkan taubat di masa akan datang

sedangkan kematian datang sesudah ini tanpa diduga

itu bukan perbuatan orang yang bijak dan berakal

 

Berkata Dawud kepada Sulaiman alaihimas salam mengemukakan dalil atas ketakwaan orang mukmin dengan tiga perkara:

 

Tawakkal yang baik dalam apa yang tidak diperolehnya dan keridhaan yang baik dalam apa yang diperolehnya dan kesabaran yang baik atas apa yang sudah lewat.

 

Seorang bijak berkata: Siapa yang sabar atas cobaan yang menimpanya, ia pun sampai kepada balasan pahalanya.

 

Penyair berkata:

 

Sabarlah engkau jika musibah menimpamu dari masa

dan jangan condong kepada kecemasan

dan jika datang dunia dengan perhiasannya

maka kesabaran untuk tidak menginginkannya

adalah tanda kebaikan dan wara”

maka perangilah nafsu dengan keras terhadap keduanya selamanya

maka engkau dapatkan apa yang kau harapkan tanpa ada halangan

 

Penyair lain berkata:

Kesabaran itu kunci pembuka harapan dan terus selalu membantu maka sabarlah meskipun panjang malam-malamnya barangkali ia akan menolong orang yang sedih dan barangkali dengan kesabaran diperoleh apa yang dianggap tidak mungkin tercapai

 

Penyair lain berkata:

Kesabaran adalah simpul iman yang paling kuat dan perisai dari godaan syaitan kesabaran mempunyai akibat-akibat terpuji dan kecemasan mempunyai akibat-akibat yang merugikan apabila engkau ditimpa bencana dari masa dan begitulah kebiasaan masa terhadap kita maka andalkan kesabaran yang bagus dengan keyakinan sesungguhnya kesabaran adalah perintis menuju keridhaan Kesabaran mempunyai cabang-cabang.

 

Kesabaran atas kewajiban-kewajiban! yaitu selalu mengerjakannya dengan sempurna dalam waktunya yang paling disukai, kesabaran atas amalan sunnah, kesabaran atas gangguan teman-teman dan tetangga, kesabaran atas penyakit, kesabaran atas kemiskinan, kesabaran untuk tidak melakukan perbuatan maksiat dan tidak menuruti hawa nafsu, menjauhi hal-hal yang meragukan dan menjauhkan semua anggota tubuh dari perbuatan yang tidak bermanfaat dan selain itu. 

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan.”

 

Yakni keruhkan kenikmatan dunia dengan mengingat kematian sehingga berhenti kecondonganmu kepadanya dan memusatkan perhatian kepada Allah Ta’ala.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Andaikata hewan-hewan mengetahui dari kematian apa yang diketahui manusia, niscaya kalian tidak makan daging gemuk darinya.”

 

Aisyah r.a. berkata: Ya Rasulallah, apakah ada orang yang dihimpun bersama para syuhada?

 

Nabi SAW menjawab: Ya. la adalah orang yang mengingat kematian dalam sehari semalam dua puluh kali.

 

Sebab keutamaan ini seluruhnya adalah karena mengingat kematian menyebabkan kejauhan dari negeri yang menipu dan menuntut kesiapan untuk akhirat.

 

Lalai dari kematian menyebabkan hanyut dalam keinginan nafsu duniawi.

 

Rasulullah SAW bersabda:   (Kematian adalah hadiah bagi orang mukmin).

 

Rasulullah SAW mengatakan ini karena dunia adalah penjara bagi orang mukmin, karena orang mukmin selalu dalam kepayahan di dunia ini. la harus memerangi nafsunya dan melatih syahwatnya dan menolak syaitannya. Maka kematian membebaskannya dari siksaan ini dan pembebasan ini merupakan hadiah baginya.

 

Nabi SAW bersabda:   (Kematian adalah tebusan bagi setiap muslim).

 

Beliau maksudkan dengan ini muslim yang benar dan beriman dengan sebenarnya, yang tidak suka mengganggu kaum muslimin dengan lisan dan tangannya dan terdapat padanya akhlak kaum mukminin dan tidak ternoda oleh maksiat, kecuali dosa kecil.

 

Maka kematian membersihkannya dari dosa-dosa itu dan menghapusnya setelah menjauhi dosa-dosa besar dan mengerjakan kewajiban-kewajiban.

 

Atha’ Al-Khurasani berkata: Rasulullah SAW mendatangi majelis di mana orang-orang tertawa keras. Maka Nabi SAW berkata: Campurilah majelismu dengan mengingat pengeruh kenikmatan.

 

Para sahabat berkata: Apa itu pengeruh kenikmatan?

 

Nabi SAW menjawab: Kematian.

 

Anas r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah mengingat kematian, karena ia membersihkan dosa-dosa dan menyebabkan zuhud terhadap dunia.”

 

Rasulullah SAW bersabda:   (Cukuplah kematian sebagai pemisah).

 

Rasulullah SAW bersabda:   (Cukuplah kematian sebagai penasihat).

 

Rasulullah SAW keluar menuju masjid. Ternyata ada sekelompok Orang berbicara dan tertawa. Maka beliau berkata: “Ingatlah kematian. Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian tertawa sedikit dan menangis banyak.”

 

Disebut seorang lelaki di dekat Rasulullah SAW, maka orang-orang memujinya.

 

Maka Nabi SAW berkata: Bagaimana penyebutan kematian oleh temanmu?

 

Para sahabat menjawab: Kami hampir tidak pernah mendengarnya menyebut kematian.

 

Nabi SAW berkata: Kalau begitu, teman kalian bukan termasuk yang baik.

 

Ibnu Umar r.a. berkata: Aku mendatangi Nabi SAW dalam rombongan sepuluh orang. Kemudian ada seorang lelaki Anshor berkata: Siapa orang yang paling cerdas dan paling mulia, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: la adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap untuk menghadapinya.

 

Mereka itulah orang-orang yang cerdas. Mereka pergi membawa kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.

 

Al-Hasan rahimahullahu ta’ala berkata: Kematian menjelekkan dunia. Maka ia tidak meninggalkan kegembiraan bagi orang yang berakal.

 

Ar-Rabi’ bin Khaitsam berkata: Tiada sesuatu yang tidak ada dan ditunggu kedatangannya oleh orang mukmin yang lebih baik baginya daripada kematian.

 

Seorang bijak menulis kepada saudaranya: Hai saudaraku, waspadalah terhadap kematian di negeri ini (dunia) sebelum kamu berpindah ke negeri di mana kamu mengharapkan kematian, tetapi kamu tidak menemukannya.

 

Adalah ibnu Sirin apabila disebut kematian di dekatnya, setiap anggota tubuhnya menjadi kaku.

 

Adalah Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan setiap malam para fugaha dan saling membicarakan kematian, hari kiamat dan akhirat. kemudian mereka menangis hingga seakan-akan ada jenazah di depan mereka.

 

Berkata Ibrahim At-Taimi: Dua perkara memutuskan dariku kenikmatan dunia, yaitu mengingat kematian dan berdiri di hadapan Allah azza wa jalla.

 

Ka’ab berkata: Siapa mengenal kematian, remehlah baginya musibah-musibah dunia dan kesusahannya.

 

Mutharraf berkata: Aku melihat dalam mimpi seakan-akan ada orang berkata di tengah masjid Basrah: Mengingat mati telah memutuskan hati orang-orang yang takut. Demi Allah, tidaklah engkau lihat mereka, melainkan dalam keadaan sangat sedih.

 

Asy’ats berkata: Kami masuk kepada Al-Hasan. la hanya menyebut tentang neraka dan urusan akhirat serta mengingat kematian.

 

Shafiyah r.a. berkata: Ada seorang perempuan mengeluh kepada Aisyah r.a. tentang kekerasan hatinya. Maka Aisyah berkata: Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya hatimu menjadi lembut.

 

Perempuan itu melakukannya hingga hatinya menjadi lembut. Kemudian ia datang dan berterima kasih kepada Aisyah r.a.

 

Al-Hasan berkata: Aku tidak pernah melihat seorang berakal, melainkan ia mengingat kematian dengan rasa takut dan sedih memikirkannya.

 

Umar bin Abdul Aziz berkata kepada seorang ulama: Nasihatilah aku.

 

Orang itu berkata: Engkau bukan khalifah pertama yang mati.

 

Umar berkata: Tambahilah aku.

 

Orang itu berkata: Tiada seorang pun dari bapak-bapakmu hingga Adam, melainkan ia merasakan kematian dan telah datang giliranmu,

 

Maka Umar menangis mendengar itu.

 

Adalah Ar-Rabi’ bin Khaitsam telah menggali kubur di rumahnya, la tidur di situ setiap hari beberapa kali terus mengingat kematian dengan cara itu.

 

la berkata: Andaikata aku tidak mengingat kematian sesaat saja, niscaya rusaklah hatiku.

 

Berkata Mutharraf bin Abdullah bin Syakhir: Sesungguhnya kematian ini telah mengeruhkan kenikmatan dari orang yang merasakan kenikmatan itu. Maka carilah kenikmatan yang tiada kematian di dalamnya.

 

Umar bin Abdul Aziz berkat kepada Anbasah: Perbanyaklah mengingat kematian. Jika hidupmu lapang, ingatan itu menyempitkannya padamu. Dan jika hidupmu sempit, ingatan itu melapangkannya padamu.

 

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: Aku katakan kepada Ummi Harun: Apakah engkau menyukai kematian?

 

la menjawab: Tidak.

 

Aku katakan: Kenapa?

 

Ummi Harun menjawab: Andaikata aku mendurhakai manusia, niscaya aku tidak suka menemuinya. Maka bagaimana aku suka berjumpa dengan-Nya, sedangkan aku telah mendurhakai-Nya?

 

Abu Musa At-Tamimi berkata: Istri Farazdag meninggal. Tokoh-tokoh Basrah termasuk Al-Hasan r.a. mengantar jenazahnya. AlHasan berkata: Hai Aba Firas, apa yang engkau siapkan untuk hari ini?

 

Farazdaq menjawab: Kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah sejak 60 tahun.

 

Ketika istrinya dikubur. Farazdaq berdiri di atas kuburnya. Ia berkata:

 

Aku takut di belakang kubur jika Engkau tidak menyelamatkan aku,

lebih keras daripada kubur nyalanya dan lebih sempit Apabila datang kepadaku pada hari kiamat penuntun yang keras dan penggiring yang menggiring Farazdaq telah sia-sia dari anak-anak Adam siapa yang berjalan ke neraka dengan leher terbelenggu dalam keadaan biru

 

Malik bin Dinar berkata: Aku mendatangi kuburan, lalu aku katakan:

 

Aku datangi kuburan dan aku berseru kepadanya

di mana orang yang diagungkan dan orang yang dihinakan

di mana orang yang membanggakan kekuasaannya

dan di mana yang dipuji apabila dia membanggakan dirinya

 

Tertulis di atas kubur:

 

Sesungguhnya kekasih dirampas dari para kekasihnya

kematian tak bisa dihalangi oleh penjaga pintu maupun pengawal

bagaimana engkau gembira dengan dunia dan kenikmatannya

hai orang yang dihitung ucapan dan nafasnya

hai orang yang lalai engkau larut dalam kekurangan

dan engkau larut sepanjang hidupmu dalam kenikmatan

kematian tidak mengasihi orang yang bodoh karena kebodohannya

dan orang alim yang diambil ilmunya

betapa banyak kematian membuat bisu dalam kubur yang engkau” datangi lisan yang tidak bisa menjawab, padahal dia tidak bisu istanamu dulu penuh dengan kemuliaan kuburmu hari ini hancur di antara berbagai kubur

 

Tertulis di atas kubur:

 

Aku berdiri di atas para kekasih ketika kubur-kubur mereka berbaris seperti kuda pacuan jika aku menangis dan keluar air mataku kedua mataku melihat tempatku di antara mereka

 

Tertulis di atas kubur seorang tabib:

 

Aku telah katakan ketika ada orang berkata Luqman telah menempati kuburnya maka di manakah orang yang disebut ahli dalam pengobatan dan pandai mengenai air dengan pemeriksaannya adalah jauh kemungkinannya orang yang tidak bisa mencegah kematian dari orang lain bisa mencegah kematian dari dirinya

 

Tertulis di atas kubur lain:

 

Hai sekalian manusia, aku mempunyai angan-angan yang aku tidak bisa mencapainya karena ajal sudah tiba maka bertakwalah kepada Allah Tuhannya orang yang memungkinkan baginya untuk beramal di masa hidupnya bukan aku sendiri yang dipindahkan sebagaimana kau lihat setiap orang akan berpindah ke kubur seperti itu

 

 

Diriwayatkan bahwa yang pertama diciptakan Allah adalah permata. Kemudian Allah memandang kepadanya dengan pandangan wibawa sehingga meleleh dan gemetar karena takut Tuhannya. Maka permata itu berubah menjadi air.

 

Kemudian Allah memandang kepadanya dengan pandangan rahmat sehingga setengahnya menjadi beku. Kemudian Allah menciptakan Arsy darinya sehingga Arsy gemetar. Maka Allah menulis di atasnya: Laa ilaha illallahu Muhammad rasulullah sehingga Arsy menjadi tenang dan membiarkan air dalam keadaannya berguncang hingga hari kiamat. Itulah makna firman Allah Ta’ala:

 

  (Hud:7).

 

Kemudian air itu saling menampar dan bergelombang dan naik asap darinya. Sebagiannya naik dan bertumpuk di atas yang lain dan mengeluarkan buih.

 

Kemudian Allah menciptakan lapisan-lapisan langit dan bumi. Keduanya dulu adalah satu, lalu Allah menciptakan angin di dalamnya dan memisahkan antara lapisan-lapisan langit dan lapisan bumi sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan dengan firman-Nya:   (Kemudian dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap). Fushshilat: 11.

 

Ahli hikmah berkata: Allah Ta’ala menciptakan langit dari asap dan tidak menciptakannya dari uap, karena asap diciptakan dalam keadaan menyatu bagian-bagiannya dan stabil wujudnya, sedangkan uap tidak stabil.

 

Itu menunjukkan kesempurnaan ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hikmah-Nya.

 

Kemudian Allah Ta’ala memandang kepada air dengan pandangan rahmat sehingga membeku sebagaimana disebutkan dalam hadits.

 

(Faedah) Di antara langit dunia dan bumi dan juga di antara setiap langit dan langit berjarak 500 tahun dan tebalnya setiap langit demikian pula.

 

Ada yang mengatakan: Sesungguhnya langit itu lebih putih daripada susu. ia menjadi hijau disebabkan hijaunya Jabal Qaf.

 

Nama langit itu Raqi’ah. Langit kedua dari besi yang berkilau cahayanya dan namanya Faidum atau Ma’un. Langit ketiga dari tembaga dan namanya Malakut atau Hariyun. Langit keempat dari perak berwarna putih, cahayanya hampir membutakan mata dan namanya Zahirah. Langit kelima dari emas berwarna merah dan namanya Muzainah atau Masharah.

 

Langit keenam dari permata yang cahayanya berkilau dan namanya Khalishah.

 

Langit ketujuh dari yagut merah dan namanya Labiyah atau Dami’ah dan di dalamnya terdapat Al-Baitul Ma’mur. la mempunyai empat tiang. Satu tiang dari yagut merah, satu tiang dari zabarjad hijau, satu tiang dari perak putih dan satu tiang dari emas merah.

 

Diriwayatkan bahwa Al-Baitul Ma’mur diciptakan dari aqiq. Setiap hari tujuh puluh ribu malaikat memasukinya dan tidak kembali kepadanya hingga hari kiamat.

 

Pendapat yang lebih sahih ialah bumi lebih utama daripada langit, karena para nabi diciptakan darinya dan dikubur di dalamnya.

 

Lapisan bumi yang paling utama ialah yang paling atas berdasarkan keterangan yang telah disebutkan dan karena ia adalah tempat memanfaatkan ilmu orang alim.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas: Langit yang paling utama ialah langit yang atapnya terletak sesudah Arsy Ar-Rahman. yaitu AlKursiy, karena ia dekat dari Arsy dan karena semua bintang yang dimanfaatkan ditancapkan di situ selain tujuh bintang yang beredar.

 

Ketujuh bintang itu ditancapkan di lapisan langit yang tujuh.

 

Zuhal (Saturnus) di langit yang ketujuh, yaitu untuk hari Sabtu, Musytari (Jupiter) di langit keenam dan ia untuk hari Kamis, Marrikh (Mars) di langit kelima dan ia untuk hari Selasa.

 

Matahari di langit keempat dan ia untuk hari Ahad (Minggu), Zuharah (Venus) di langit ketiga dan ia untuk hari Jum’at, Utharid (Mercury) di langit kedua dan ia untuk hari Rabu, Bulan di langit pertama dan ia untuk hari Senin.

 

Termasuk keajaiban ciptaan Allah Tabaroka wa Ta’ala ialah Dia menciptakan lapisan langit yang tujuh dari asap, sedangkan setiap langit tidak menyerupai langit yang lain dan Allah menurunkan air dari langit, lalu mengeluarkan dengannya berbagai macam tanaman dan buah-buahan yang berbeda-beda warna dan rasanya.

 

Allah Ta’ala berfirman:  (Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya). Ar-Ra’ad: 4.

 

Allah menciptakan Adam di atas berbagai macam jenis, ada yang berkulit putih, ada yang berkulit hitam, ada yang ramah, ada yang kasar, ada yang beriman, ada yang kafir, ada yang alim dan ada yang bodoh, padahal asalnya Adam.

 

Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan sempurna.

 

Allah Ta’ala berfirman:   “Kursi Allah meliputi langit dan bumi.” Al-Baqarah: 255

 

Ada yang mengatakan: Kursi-Nya adalah majaz dari ilmu-Nya. Ada yang mengatakan: Kekuasaan-Nya. Ada yang mengatakan: Ia adalah falak yang terkenal.

 

Diriwayatkan dari Ali karromallahu wajhahu bahwa Al-Kursiy adalah mutiara yang panjangnya tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah Ta’ala.

 

Disebutkan dalam khabar: Lapisan-lapisan langit dan lapisanlapisan bumi dibandingkan dengan Al-Kursiy adalah seperti sebuah lingkaran di padang yang luas. Diriwayatkan oleh ibnu Majah bahwa lapisan-lapisan langit ada di dalam Al-Kursiy dan Al-Kursiy ada di depan Arsy.

 

Diriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata: Matahari adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari cahaya Al-Kursiy dan Arsy adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari berbagai hijab.

 

Diriwayatkan bahwa antara para pemikul Arsy dan para pemikul Al-Kursiy ada 70 tabir kegelapan dan 70 tabir cahaya. Setiap tabir berjarak perjalanan lima ratus tahun. Kalau tidak begitu, niscaya terbakarlah para pemikul Al-Kursiy disebabkan cahaya mereka.

 

Arsy adalah tubuh Nurani yang tinggi di atas Al-Kursiy. Maka ia adalah lain darinya, berbeda dengan Hasan Al-Bashri.

 

Ada yang mengatakan: Dari yagut merah. Ada yang mengatakan dari permata hijau. Ada yang mengatakan: Dari mutiara putih. Ada yang mengatakan: Dari cahaya. Yang lebih baik adalah tidak memastikan hakikatnya.

 

Para ahli falak menamainya: Falak yang kesembilan dan falak tertinggi dan falak di atas semua falak dan falak Al-Athlas, yakni kosong dari bintang-bintang, karena menurut ahli falak kuno semuanya adalah tetap berada di falak kedelapan yang mereka namai falak al-buruj dan menurut ahli syara’ dinamai Al-Kursiy.

 

Arsy adalah atap para makhluk. Tiada sesuatu yang keluar dari daerahnya. la adalah puncak pengetahuan para hamba. Tiada tempat yang bisa dijangkau di belakangnya dan tiada tempat bagi Orang yang mencari sesuatu di atasnya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arsy yang agung.” At-Taubah: 129

 

Arsy disifati agung. karena ia adalah makhluk yang paling agung. Nabi SAW telah melaksanakan tawakkal sebagaimana diperintahkan. Oleh sebab ini beliau dinamakan dalam Taurat dan lainnya dengan sebutan Al-Mutawakkil.

 

Bagaimana tidak, sedangkan tawakkal adalah cabang tauhid dan makrifat dan Nabi SAW adalah pemimpin para muwahhidin dan arifin.

 

Tidaklah bertentangan dengan tawakkal bila manusia mengerjakan sebab-sebabnya sebagaimana yang disalah pahami. Bahkan hal itu diperintahkan.

 

Seorang dusun berkata kepada Nabi SAW: Apakah aku harus mengikat untaku atau membiarkannya dan bertawakkal?

 

Nabi SAW menjawab: Ikatlah untamu dan bertawakkallah.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Andaikata kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenarnya, niscaya Dia memberimu rezeki seperti burung diberi rezeki. la pergi di waktu pagi dalam keadaan lapar dan pulang di waktu sore dalam keadaan kenyang.”

 

Cerita:

 

Ibrahim bin Adham bertemu dengan Syagig Al-Balkhi di Makkah. Ibrahim berkata kepadanya: Apa awal kejadian yang menyebabkan kamu mencapai keadaan ini?

 

Syagig menjawab: Aku lewat di suatu padang yang luas. Kemudian kulihat seekor burung yang patah kedua sayapnya. Aku berkata: Aku menunggu darimana burung ini mendapat rezeki. Maka aku duduk di depannya, tiba-tiba muncul seekor burung yang membawa seekor belalang di paruhnya, lalu meletakkannya di paruh burung yang patah kedua sayapnya itu. Maka aku berkata kepada diriku: Sesungguhnya Tuhan yang menakdirkan burung ini untuk burung ini sanggup memberiku rezeki di manapun aku berada.

 

Maka aku tinggalkan usaha mencari penghasilan dan menyibukkan diri dengan beribadah.

 

Ibrahim berkata: Mengapa engkau tidak menjadi burung sehat yang memberi makan burung yang sakit, supaya engkau menjadi lebih baik darinya. Tidakkah engkau mendengar dari Nabi SAW: “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah?”

 

Ibrahim berkata: Tanda orang mukmin ialah mencari derajat yang lebih tinggi di antara dua derajat dalam semua urusan hingga ia mencapai kedudukan orang-orang yang berbakti.

 

Maka Syaqiq memegang tangan Ibrahim, lalu berkata: Engkau guru kami, ya Aba Ishaq.

 

Kemudian, apabila manusia melakukan sebabnya, hendaklah ia berusaha keras untuk tidak melihat kepada sebab-sebabnya dan tidak berhenti padanya, tetapi menjadikan Tuhannya sebagai sasaran pandangan dan tujuannya. Hal itu seperti peminta yang mendatangi orang-orang dengan membawa wadah di tangannya. la tidak melihat kepada wadah itu, tetapi melihat kepada orang-orang yang memberinya.

 

Disebutkan dalam hadits:

 

“Barang siapa ingin menjadi orang yang paling kaya, hendaklah ia lebih percaya kepada apa yang ada di sisi Allah daripada yang ada dalam kedua tangannya.”

 

Dikatakan kepada Hudzaifah Al-Mar’asyi. Ia dulu menjadi pelayan Ibrahim bin Adham. Sungguh mengherankan apa yang aku lihat darinya. la berkata: Kami tinggal di jalan Makkah selama beberapa hari tidak menemukan makanan kemudian kami masuk Kufah dan tinggal di sebuah masjid yang rusak. Ibrahim memandang kepadaku.

 

la berkata: Hai Hudzaifah, aku lihat engkau lapar.

 

Maka aku katakan: Keadaanku seperti yang dilihat oleh guru.

 

Ibrahim berkata: Berikan kepadaku tinta dan kertas.

 

Kemudian aku datang membawanya, lalu dia menulis sesudah Basmalah: Engkau yang dituju dengan setiap keadaan dan yang diisyaratkan kepadanya dengan setiap makna.

 

la menulis:

 

Aku memuji, aku bersyukur, aku mengingat

aku lapar, aku terlantar, aku telanjang,

itu sudah enam keadaan dan aku menjamin setengahnya

maka jaminlah bagiku yang setengahnya.

pujianku kepada selain Engkau adalah nyala api yang aku masuki maka lindungilah para hamba-Mu dari masuk neraka

 

Kemudian ia menyerahkan potongan kain itu kepadaku, lalu berkata: Keluarlah, dan jangan gantungkan hatimu pada selain Allah Ta’ala dan berikan potongan kain itu kepada orang pertama yang engkau jumpai.

 

Ternyata orang pertama yang aku jumpai adalah seorang lelaki di atas seekor bagal. Maka aku serahkan potongan kain itu kepadanya.

 

Orang itu mengambilnya. Ketika membacanya, ia menangis dan berkata: Apa yang dilakukan oleh pemilik kain ini?

 

Aku menjawab: la berada di masjid Fulani.

 

Kemudian ia berikan kepadaku sebuah pundi berisi 600 dinar. Kemudian aku bertemu seorang lelaki lain dan menanyainya tentang penunggang bagal.

 

Orang itu menjawab: Ini orang Nasrani. Maka ia pergi kepada Ibrahim dan mengabarinya tentang kejadian itu.

 

Ibrahim berkata: Jangan menyentuhnya, karena ia akan datang pada saat ini.

 

Sesaat kemudian, orang Nasrani itu masuk dan menunduk di atas kepala Ibrahim, lau menciumnya dan masuk Islam.

 

(Faedah) Ibnu Abbas berkata: Ketika Allah Ta’ala menciptakan para pemikul Arsy, Allah berkata kepada mereka: Pikullah ArsyKu. Namun mereka tidak sanggup melakukannya. Maka Allah menciptakan bersama masing-masing dari mereka sebanyak malaikat penghuni lapisan langit yang tujuh. Kemudian Allah berkata: Pikullah Arsy-Ku. Namun mereka tidak sanggup. Kemudian Allah berkata: Ucapkanlah: Laa haula wa laa quwwata illa billah.

 

Ketika mereka mengucapkan itu, maka mereka sanggup memikulnya. Ternyata telapak kaki mereka menembus bumi yang ketujuh di atas punggung angin. Ketika telapak kaki mereka tidak berdiri tegak di atas sesuatu, mereka mengucapkan: Laa haula wa laa quwwata illa billah karena takut seseorang dari mereka terbalik dan tidak tahu di mana ia jatuh. Maka mereka memikul Arsy, sedangkan Dia memikul mereka dan semuanya dipikul dengan kekuasaan.

 

Diriwayatkan:

 

“Barangsiapa mengucapkan ketika memasuki waktu pagi dan memasuki waktu sore: Cukuplah Allah sebagai penolongku, tiada Tuhan selain Dia, kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah pemilik Arsy yang agung, sebanyak tujuh kali, maka Allah Ta’ala melindunginya dari sesuatu yang menyusahkannya, baik ia berkata benar atau berdusta.

 

Dalam suatu riwayat: “Maka Allah melindunginya dari urusan akhirat dan dunianya yang menyusahkannya.”

 

 

Ayat-ayat yang menyebutkan celaan terhadap dunia banyak jumlahnya dan sebagian besar Al-Qur’an memuat celaan terhadap dunia dan menjauhkan manusia darinya serta menyeru mereka kepada akhirat, bahkan itu adalah tujuan para nabi. Mereka tidak diutus, kecuali untuk itu. Maka tidak perlu mengajukan dalil-dalil dengan ayat-ayat Al-Qur’an karena sudah jelas. Kami hanya mengemukakan sebagian khabar-khabar yang diriwayatkan mengenainya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melewati seekor kambing yang sudah mati. Maka beliau berkata: Tidakkah kalian lihat bahwa kambing ini menjadi hina bagi pemiliknya. Para sahabat berkata: Karena kehinaaannya mereka membuangnya.

 

Nabi SAW berkata: “Demi Tuhan yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh dunia lebih hina bagi Allah daripada kambing ini terhadap pemiliknya. Andaikata dunia ini menyamai sayap nyamuk di sisi Allah, niscaya Allah tidak memberi minum seorang kafir darinya seteguk air pun.”

 

Nabi SAW bersabda: “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Dunia terkutuk dan terkutuk segala yang ada di dalamnya, kecuali yang disukai Allah darinya.”

 

 Abu Musa Al-Asy’ari berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mencintai dunianya, ia merugikan akhiratnya. Dan siapa mencintai akhiratnya, ia pun merugikan dunianya. Maka utamakanlah yang kekal di atas yang musnah.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Cinta dunia adalah pangkal segala dosa.”

 

Berkata Zaid bin Arqam: Kami bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. la menyuruh mengambil minuman. Kemudian didatangkan air dan madu. Ketika mendekatkannya dari mulutnya, ia menangis hingga membuat teman-temannya menangis.

 

Kemudian mereka diam dan Abu Bakar diam. Kemudian ia kembali menangis hingga mereka menyangka bahwa mereka tidak dapat menanyainya.

 

Zaid berkata: Kemudian Abu Bakar mengusap kedua matanya.

 

Maka para sahabat berkata: Wahai khalifah Rasulullah, apa sebabnya anda menangis?

 

Abu Bakar menjawab: Aku sedang bersama Rasulullah SAW. Kemudian aku melihatnya menghalau sesuatu dari dirinya dan aku tidak melihat seorangpu bersamanya.

 

Maka aku berkata: Ya Rasulallah, apa yang menyebabkan anda menghalau sesuatu dari dirimu?

 

Nabi SAW menjawab: Dunia ini ditampakkan kepadaku. Maka aku katakan kepadanya: Menyingkirlah engkau dariku. Kemudian dia kembali berkata: Meskipun engkau lolos dariku, tetapi orang-orang sesudahmu tidak lolos dariku.

 

Nabi SAW bersabda: “Sungguh mengherankan sekali orang yang percaya kepada negeri kekekalan, sedangkan dia berusaha untuk negeri tipuan.”

 

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berdiri di tempat sampah. Beliau berkata: “Kemarilah kalian melihat dunia”, dan beliau mengambil potongan kain yang sudah usang di tempat sampah itu dan tulang yang telah hancur, kemudian berkata: Inilah dunia.

 

Ini adalah isyarat bahwa keindahan dunia akan menjadi usang seperti potongan kain itu dan tubuh yang nampak padamu akan menjadi tulang keropos.

 

Nabi SAW bersabda: “Dunia itu manis dan indah dan Allah akan menjadikan kalian sebagai khalifah mengenainya. Dia melihat bagaimana kalian beramal.

 

Sesungguhnya bani Israel ketika dilapangkan dan dimudahkan dunia bagi mereka, maka mereka sombong dalam menikmati perhiasan dan wanita, memakai wangi-wangian dan baju-baju.”

 

Berkata Isa alaihis salam: Janganlah kalian jadikan dunia sebagai Tuhan supaya dia tidak menjadikan kalian sebagai budak.

 

Simpanlah harta simpananmu pada siapa yang tidak menghilangkannya, karena pemilik harta simpanan dunia dikhawatirkan kerusakan atasnya, sedangkan pemilik simpanan Allah tidak dikhawatirkan kerusakan atasnya.

 

Isa alaihis salam berkata: Hai para pengikutku, aku telah menjungkirkan dunia di atas wajahnya, maka janganlah kalian menegakkannya sesudah aku tidak ada.

 

Sesungguhnya termasuk kebusukan dunia adalah mendurhakai Allah di dalamnya dan termasuk kebusukan dunia adalah akhirat tidak bisa dicapai, kecuali dengan meninggalkannya.

 

Maka lewatilah dunia dan jangan membangunnya dan ketahuilah bahwa pangkal semua dosa adalah cinta dunia. Bisa jadi syahwat sesaat menyebabkan kesedihan yang panjang bagi pemiliknya.

 

Isa berkata pula: Dunia itu mencari dan dicari. Pencari akhirat dicari oleh dunia hingga dipenuhi rezekinya di dunia, sedangkan pencari dunia dicari akhirat hingga datang kematian dan mencengkeram lehernya.

 

Berkata Musa bin Yasar: Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah azza Wa jalla tidak menciptakan makhluk yang lebih dibenci olehNya daripada dunia dan sejak menciptakannya, Dia tidak melihat kepadanya.”

 

Diriwayatkan bahwa Sulaiman bin Dawud alaihimas salam berjalan dalam rombongannya. Burung-burung menaunginya, jin dan manusia berada di sebelah kanan dan kirinya.

 

la bertemu seorang ahli ibadah dari bani Israel. Orang itu berkata: Hai putera Dawud, Allah telah memberimu kekuasaan yang besar.

 

Sulaiman mendengar perkataannya dan berkata: Sungguh sekali tasbih dalam lembaran seorang mukmin lebih baik daripada apa yang diberikan kepada putera Dawud.

 

Sesungguhnya kerajaan yang diberikan kepada putera Dawud akan lenyap, sedangkan tasbihnya tetap kekal.

 

Nabi SAW bersabda: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Manusia berkata: Hartaku, hartaku. Tidaklah hartamu, kecuali yang kamu makan sampai habis atau pakaian yang kamu pakai sampai menjadi usang atau kamu sedekahkan hingga menjadi kekal (pahalanya).”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa memasuki waktu pagi, dan dunia menjadi keinginannya yang terbesar, maka ia tidak mendapat pertolongan dari Allah dan Allah menetapkan empat perkara dalam hatinya: Keresahan yang tidak terputus darinya untuk selamanya, kesibukan yang ia tidak bisa selesai darinya untuk selamanya, kemiskinan yang ia tidak bisa mencapai kekayaannya untuk selamanya dan harapan yang ia tidak bisa mencapai akhirnya untuk selamanya.”

 

Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW berkata kepadaku: Hai Aba Hurairah, maukah aku tunjukkan kepadamu dunia semuanya dengan segala isinya?

 

Aku menjawab: Mau, ya Rasulallah.

 

Kemudian beliau memegang tanganku dan membawaku ke sebuah lembah Madinah. Ternyata di situ ada tempat sampah di mana terdapat kepala-kepala manusia, kotoran-kotoran manusia, potongan-potongan kain dan tulang-tulang.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Hai Aba Hurairah, kepala-kepala ini dulu tamak seperti ketamakan kalian dan berangan-angan seperti angan-angan kalian, kemudian sekarang menjadi tulang-tulang tanpa kulit, kemudian menjadi abu.

 

Kotoran-kotorang ini adalah berbagai macam makanan mereka yang mereka dapatkan dari hasil pekerjaan mereka, kemudian mereka memasukkannya dalam perut mereka dan ternyata orang-orang itu menjauhinya pada pagi harinya.

 

Kain-kain yang usang itu dulunya adalah perabotan dan baju-baju mereka yang mewah dan sekarang sudah hancur diterbangkan angin.

 

Tulang-tulang ini dulunya adalah tulang dari hewan-hewan mereka yang mereka tungganggi mengelilingi negeri-negeri. Maka siapa yang menangisi dunia, biarlah dia menangis.

 

Abu Hurairah berkata: Maka kami pun menangis dengan keras.

 

Diriwayatkan bahwa ketika Allah azza wa jalla menurunkan Adam ke bumi, Dia berkata kepadanya: Bangunlah (rumah) untuk menjadi rusak dan lahirkan anak untuk menuju kebinasaan.

 

Dawud bin Hilal berkata: Tertulis dalam Shuhuf Ibrahim alaihis salam: Hai dunia, alangkah hinanya kamu atas orang-orang shaleh yang kamu berpura-pura dan berhias untuk mereka. Aku masukkan dalam hati mereka kebencian kepadamu dan kejauhan darimu.

 

Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih hina terhadapku daripada kamu. semua urusanmu adalah remeh dan kamu akan musnah. Aku telah menetapkan atasmu pada hari Aku menciptakanmu bahwa kamu tidak kekal bagi seorang pun dan tak seorang pun yang kekal bagimu. meskipun pemilikmu kikir denganmu dan tamak terhadapmu.

 

Beruntunglah orang-orang shaleh yang menunjukkan keridhaan kepada-Ku dari hati mereka dan kebenaran serta istiqamah dari batin mereka. Beruntunglah mereka. Mereka tidak mendapat balasan di sisi-Ku apabila mereka datang kepada-Ku dari kuburan mereka, kecuali cahaya yang berkilauan di depan mereka sementara para malaikat mengelilingi mereka, hingga Aku sampaikan mereka kepada rahmat-Ku yang mereka harapkan.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Dunia terletak di antara langit dan bumi. Sejak Allah Ta’ala menciptakannya, Dia tidak melihat kepadanya.

 

Pada hari kiamat, ia berkata: Ya Tuhanku, jadikan aku hari ini bagian untuk para wali-Mu.

 

Maka Allah berkata: Diamlah, hai makhluk yang bukan apa-apa. Aku tidak meridhaimu bagi mereka di dunia. Apakah Aku meridhaimu bagi mereka hari ini?

 

Diriwayatkan mengenai khabar-khabar Adam alaihis salam bahwa ketika memakan buah dari pohon terlarang, perut besarnya bergerak untuk mengeluarkan kotoran. Hal itu tidak terjadi pada makanan surga, kecuali pada pohon itu. Oleh karena itu, kedua orang itu dilarang memakannya.

 

Maka Adam berkeliling di surga. Kemudian Allah Ta’ala menyuruh malaikat berbicara kepadanya.

 

Allah berkata: Katakan kepadanya: Apa yang engkau inginkan?

 

Adam menjawab: Aku ingin membuang kotoran yang ada di dalam perutku.

 

Dikatakan kepada malaikat itu: Katakan kepadanya: Di tempat mana engkau ingin membuangnya, apakah di atas kasur atau di atas tempat tidur (ranjang) atau di sungai atau di bawah pohon.

 

Apakah engkau melihat tempat yang cocok bagimu di sini untuk itu? Turunlah ke dunia.

 

Nabi SAW bersabda: Akan datang orang-orang pada hari kiamat dan amal-amal mereka seperti gunung Tihamah. Kemudian mereka dibawa ke neraka.

 

Mereka berkata: Ya Rasulallah, apakah mereka mengerjakan shalat?

 

Nabi SAW menjawab: Ya. Mereka dulu mengerjakan shalat dan berpuasa dan beribadah dalam sebagian malam. Apabila mendapat harta dunia, mereka berebut untuk memilikinya.

 

Nabi SAW bersabda dalam suatu khutbahnya: “Orang mukmin berada di antara dua ketakutan, yaitu antara waktu yang sudah lewat, sedangkan ia tidak tahu apa yang dilakukan Allah di dalamnya. Dan asa yang masih tersisa, sedangkan ia tidak tahu apa yang diputuskan di dalamnya.

 

Maka hendaklah hamba menyediakan bekal dari dirinya untuk dirinya dan dari dunianya untuk akhiratnya, dari masa hidupnya untuk kematiannya dan dari masa mudanya untuk masa tuanya, karena dunia diciptakan untuk kalian dan kalian diciptakan untuk akhirat.

 

Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah bisa meminta keridhaan sesudah mati dan tiada tempat sesudah dunia, kecuali surga atau neraka.

 

Isa alaihis salam berkata: Tidak bisa berkumpul cinta dunia dan akhirat dalam hati seorang mukmin sebagaimana tidak bisa air dan api berkumpul dalam satu wadah.

 

Diriwayatkan bahwa Jibril alaihis salam berkata kepada Nuh alaihis salam: Hai nabi yang paling panjang umurnya, bagaimana engkau dapati dunia?

 

Nuh menjawab: Seperti rumah yang mempunyai dua pintu. Aku masuk dari pintu yang satu dan keluar dari pintu yang lain.

 

“Nabi kita Muhammad SAW bersabda: “Waspadalah terhadap dunia, karena ia lebih mampu menyihir daripada Harut dan Marut.

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata: Rasulullah SAW keluar pada suatu hari menemui para sahabatnya.

 

Beliau berkata: Siapa di antara kalian yang ingin Allah menghilangkan kebutaan darinya dan menjadikannya bisa melihat?

 

Ketahuilah, sesungguhnya siapa yang menyukai dunia dan panjang angan-angannya terhadap dunia, maka Allah membutakan hatinya sesuai dengan kadar angan-angannya.

 

Dan siapa yang tidak menyukai kesenangan dunia dan memendekkan angan-angannya terhadap dunia, maka Allah memberinya ilmu tanpa belajar dan petunjuk tanpa meminta petunjuk.

 

Ketahuilah, akan datang sesudah kalian suatu kaum yang tidak mendapatkan kekuasaan, kecuali dengan membunuh dan berbuat zalim.

 

Dan tidak mendapatkan kekayaan, kecuali dengan kebanggaan diri dan kekikiran, tidak mendapatkan cinta, kecuali dengan mengikuti hawa nafsu.

 

Ketahuilah, bahwa siapa yang mendapati zaman itu di antara kalian, lalu bersabar atas kemiskinan, sedangkan ia mampu mendapat kekayaan, sabar atas kebencian, sedangkan ia mampu mendapatkan cinta dan sabar atas kehinaan, sedangkan ia mampu mendapatkan kemuliaan, dan tidak menginginkan dengan semua itu kecuali ridha Allah Ta’ala, maka Allah memberinya pahala lima puluh orang Shiddig.

 

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari turun hujan deras kepada Isa alaihis salam dan terdengar suara Guntur dan tampak kilat. Maka Isa mencari tempat untuk bernaung. la melihat sebuah kemah dari jauh. Maka ia mendatanginya. Ternyata di situ ada seorang perempuan.

 

Maka Isa menjauh darinya.

 

Kemudian ia melihat sebuah gua di gunung. Maka ia mendatanginya, Ternyata di situ ada seekor singa.

 

Kemudian Isa meletakkan tangannya di atas tubuh singa itu dan berkata: Ya Tuhanku, Engkau memberi setiap sesuatu tempat untuk bernaung dan tidak menjadikan untukku tempat untuk bernaung.

 

Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: Tempatmu bernaung adalah dalam naungan rahmat-Ku. Aku akan kawinkan engkau dengan seratus orang bidadari yang Aku ciptakan dengan tangan-Ku dan Aku akan memberi makan dalam perkawinanmu selama empat ribu tahun dan satu hari darinya seperti umur dunia.

 

Aku akan menyuruh juru bicara berseru: Di mana orang-orang zahid di dunia? Kunjungilah perkawinan orang yang zahid di dunia Isa putra Maryam.

 

Isa putra Maryam alaihis salam berkata: Celakalah pemilik dunia, bagaimana ia mati dan meninggalkannya beserta isinya dan dunia menipunya, sedangkan ia merasa aman dengannya, dan mempercayainya, padahal dunia tidak menolongnya.

 

Celakalah bagi orang-orang yang tertipu, bagaimana dunia menunjukkan kepada mereka apa yang tidak mereka sukai dan mereka ditinggal oleh apa yang mereka sukai dan datang kepada mereka apa yang dijanjikan kepada mereka.

 

Celakalah siapa yang dunia adalah keinginannya dan kesalahankesalahan adalah perbuatannya, bagaimana ia tercemar besok oleh dosanya.

 

Diriwayatkan: Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alahis salam: Hai Musa, untuk apa engkau tinggal di negeri orang-orang yang zalim? Sesungguhnya negeri itu bukan negerimu. Keluarkan keinginanmu darinya dan tinggalkan dia dengan akalmu.

 

Sungguh negeri yang buruk dunia ini, kecuali bagi orang yang beramal, maka ia menjadi negeri yang baik.

 

Hai Musa, Aku mengawasi orang yang zalim hingga Aku mengambil darinya untuk orang yang dizalimi.

 

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah ibnul Jarrah. lalu ia datang membawa harta dari Bahrain.

 

Kaum Anshor mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Pada waktu itu mereka mengerjakan shalat Subuh bersama Rasulullah SAW. setelah selesai shalat, mereka mendatanginya.

 

Rasulullah SAW tersenyum ketika melihat mereka. kemudian berkata: Aku menduga kalian sudah mendengar bahwa Abu Ubaidah datang membawa harta.

 

Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah.

 

Nabi SAW berkata: Gembiralah dan harapkanlah sesuatu yang menggembirakan kalian. Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan atas kalian, tetapi aku takut dilapangkan dunia atas kalian sebagaimana dilapangkan atas umat yang sebelum kamu sehingga kalian saling berebut untuk mendapatkannya, lalu ia membinasakan kalian sebagaimana ia membinasakan mereka.

 

Abu Said Al-Khudri berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas kalian ialah keberkahan bumi yang dikeluarkan Allah bagimu.”

 

Ada yang bertanya: Apa keberkahan bumi itu?

 

Nabi SAW menjawab: Kesenangan dunia.

 

Bersabda Rasulullah SAW: “Janganlah kalian sibukkan hatimu dengan mengingat dunia.”

 

Beliau melarang mengingatnya, apalagi menikmati kesenangannya.

 

Ammar bin Said berkata: Isa alaihis salam mendatangi sebuah desa. Ternyata penghuninya mati di halaman-halaman rumah dan jalan-jalan.

 

Maka Isa alaihis salam berkata: Hai para pengikutku, sesungguhnya mereka ini mati disebabkan murka Allah. Kalau mereka mati karena sebab lainnya, niscaya mereka sudah dikubur.

 

Para pengikutnya berkata: Wahai ruh Allah, kami ingin kiranya kami mengetahui kabar mereka.

 

Kemudian Isa memohon kepada Allah Ta’ala. Maka Allah mewahyukan kepadanya: Pada waktu malam, panggillah mereka, niscaya mereka akan menjawabmu.

 

Ketika tiba waktu malam, Isa naik di atas sebuah bukit. Kemudian Isa berseru: Hai penduduk desa!

 

Ada orang menjawab: Labbaik, ya Ruhallah!

 

Isa berkata: Bagaimana keadaanmu dan apa ceritamu?

 

Mereka berkata: Kami bermalam dalam keadaan selamat dan di pagi hari kami mendapat hukuman.

 

Isa berkata: Bagaimana bisa terjadi begitu?

 

Mereka menjawab: Karena kami mencintai dunia dan menaati para pelaku maksiat.

 

Isa berkata: Bagaimana cintamu kepada dunia?

 

Mereka menjawab: Seperti anak kecil mencintai ibunya. Apabila datang dunia (harta), kami gembira dengannya. Apabila ia lenyap, kami merasa sedih dan menangisinya.

 

Isa berkata: Kenapa teman-temanmu tidak menjawabku?

 

Orang itu menjawab: Karena mereka dibungkam mulutnya dengan api oleh para malaikat yang kasar dan keras.

 

Isa berkata: Bagaimana engkau bisa menjawabku, sedangkan engkau berada di antara mereka?

 

Orang itu menjawab: Karena aku berada di antara mereka, tetapi bukan termasuk mereka. Ketika siksa turun menimpa mereka, aku juga ditimpa siksa bersama mereka. Maka aku bergantung pada tepi jahannam. Aku tidak tahu apakah aku selamat darinya atau dijebloskan di dalamnya.

 

Berkata Al-Masih kepada para pengikutnya: Sungguh makan roti sya’ir dengan garam yang kasar dan memakai baju bulu dan tidur di atas tempat sampah adalah banyak disertai keselamatan dunia dan akhirat.

 

Anas berkata: Unta Rasulullah SAW Al-Adhba’ tidak bisa dikalahkan dalam berlari. Kemudian datang seorang dusun membawa unta lalu mendahuluinya.

 

Maka kaum muslimin merasa keberatan atas hal itu. Kemudian Nabi Saw berkata: Sesungguhnya wajib atas Allah untuk tidak mengangkat sesuatu dari kesenangan dunia, melainkan Dia merendahkannya.

 

Isa alaihis salam berkata: Siapa yang bisa membangun rumah di atas gelombang laut?

 

Demikianlah keadaan dunia. Maka janganlah kalian menjadikannya tempat ketenangan.

 

Dikatakan kepada Isa alaihis salam: Ajarilah kami satu ilmu dengan mana Allah mencintai kami.

 

Isa menjawab: Bencilah dunia, niscaya Allah Ta’ala mencintai kamu.

 

Abu Darda’ berkata: Rasulullah SAW bersabda: Andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian tertawa sedikit dan menangis banyak dan dunia menjadi remeh atas kalian dan tentu kalian lebih mengutamakan akhirat.

 

Kemudian Abu Darda’ sendiri berkata: Andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian keluar ke bukit-bukit berdoa dengan khusyu’ dan menangisi diri kalian dan kalian tinggalkan hartamu, tidak ada yang menjaganya dan tidak kembali kepadanya, kecuali untuk suatu keperluan.

 

Akan tetapi dilenyapkan dari hatimu ingatan kepada akhirat oleh angan-angan sehingga dunia lebih menguasai dirimu dan kalian menjadi seperti orang-orang yang tidak tahu.

 

Maka sebagian dari kamu menjadi lebih buruk daripada binatang yang tidak meninggalkan keinginannya karena takut apa yang terjadi sebagai akibatnya.

 

Kenapa kalian tidak saling mencintai dan tidak saling menasihati, sedangkan kalian adalah saudara dalam agama Allah.

 

Tidak ada yang memisahkan antara keinginan kalian, kecuali kebusukan batinmu.

 

Andaikata kalian bersatu dalam kebaikan, niscaya kalian saling mencintai.

 

Kenapa kalian saling menasihati dalam urusan dunia dan tidak saling menasihati dalam urusan akhirat dan seseorang dari kalian tidak memiliki nasihat bagi orang yang dicintainya maupun membantunya dalam urusan akhiratnya. Hal ini tidak lain disebabkan sedikitnya iman di dalam hati kalian.

 

Andaikata kalian meyakini kebaikan akhirat dan keburukannya sebagaimana kalian meyakini dunia, niscaya kalian lebih suka mencari akhirat, karena lebih mampu mengendalikan urusan kalian.

 

Jika kalian katakan: “Cinta dunia unggul”, maka sesungguhnya kami lihat kalian meninggalkan kesenangan yang cepat dari dunia untuk kesenangan yang akan datang darinya.

 

Kalian bekerja keras dengan susah payah untuk mencari suatu keinginan yang barangkali kalian tidak bisa mencapainya. Sungguh kaum yang buruk kalian ini.

 

Kalian tidak mewujudkan imanmu dengan bukti iman yang ada pada kalian. Jika kalian meragukan ajaran yang dibawa Muhammad SAW, datanglah kalian kepada kami supaya kami jelaskan bagi kalian dan supaya kami tunjukkan kepada kalian cahaya yang bisa menenangkan hati kalian.

 

Demi Allah, kalian bukanlah orang-orang yang kurang akalnya sehingga kami bisa memaafkanmu. Kalian menyelidiki pendapat yang tepat tentang duniamu dan bertindak bijaksana dalam urusan-urusan mu. Kenapa kalian gembira dengan harta sedikit yang kalian dapatkan dari dunia dan bersedih atas sedikit harta dunia yang luput darimu sehingga menjadi jelas hal itu di wajahmu dan nampak pada lidahmu dan kalian menamainya musibah dan kalian adakan majelis duka cita dalam keadaan itu.

 

Adapun sebagian besar dari kalian telah meninggalkan banyak ajaran dari agama mereka, kemudian hal itu tidak nampak di wajah mereka dan tidak berubah keadaan mereka.

 

Sungguh aku melihat Allah telah berlepas diri dari kalian. Sebagian dari kalian berjumpa sebagian lainnya dengan gembira dan masingmasing dari kalian tidak suka menemui temannya dengan sikap yang tidak disukainya karena takut temannya menemuinya dengan seperti itu.

 

Maka kalian terbelenggu dan amal-amalmu berkembang di atas angan-angan dan kalian bersepakat untuk menolak ajal.

 

Sungguh aku berharap kiranya Allah Ta’ala membebaskan aku dari kalian dan mengikutkan aku dengan orang yang aku suka melihatnya. Andaikata dia masih hidup, ia tidak bisa bersabar atas kalian.

 

Bilamana masih ada kebaikan pada kalian, aku telah membuat kalian mendengar dan jika kalian mencari pahala di sisi Allah, maka kalian akan mendapatkannya dengan mudah. Kepada Allah aku meminta tolong atas diriku dan diri kalian.

 

Isa alaihis salam berkata: Hai para pengikutku, hendaklah kalian ridha dengan dunia yang sedikit bersama keselamatan agama sebagaimana penghuni dunia ridha dengan agama yang sedikit bersama keselamatan dunia.

 

Penyair berkata:

 

Aku melihat orang-orang puas dengan agama yang sedikit

dan aku tidak melihat mereka puas dengan penghidupan yang kurang

maka cukupkan dirimu dengan agama daripada dunia raja-raja sebagaimana raja-raja merasa cukup dengan dunia mereka tanpa agama Isa alaihis salam berkata: Hai pencari dunia untuk berbuat kebaikan, engkau tinggalkan dunia lebih baik bagimu.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Akan datang sesudah aku tiada, dunia yang memakan seluruh imanmu seperti api memakan kayu bakar.”

 

Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alaihis salam: Hai Musa, janganlah engkau condong kepada cinta dunia. Engkau tidak akan mendatangi Aku dengan dosa besar yang lebih berat daripada itu.

 

Musa alaihis salam melewati seorang lelaki yang sedang menangis. Ketika ia kembali, orang itu masih menangis.

 

Maka Musa berkata: Ya Tuhanku, hamba-Mu menangis karena takut kepada-Mu.

 

Allah berkata kepada Musa: Hai putra Imran, andaikata otaknya mengalir bersama air mata kedua matanya dan ia angkat kedua tangannya sampai jatuh, Aku tidak akan mengampuninya karena dia cinta dunia.

 

Ali r.a. berkata: Barangsiapa mengumpulkan enam perkara padanya, ia pun tidak perlu mencari surga dan tidak perlu lari dari neraka.

 

Yang pertama ialah orang yang mengenal Allah dan menaatiNya dan mengenal Syaitan, lalu menentangnya dan mengetahui kebenaran, lalu mengikutinya dan mengetahui perbuatan yang batil, lalu menghindarinya dan mengenal dunia, lalu menolaknya dan mengenal akhirat, lalu mencarinya.

 

Al-Hasan berkata: Semoga Allah mengasihi orang-orang yang menganggap dunia sebagai titipan pada mereka, lalu mereka menyampaikannya kepada yang memberi mereka kepercayaan untuk mengurusinya, kemudian mereka kembali dalam keadaan kosong.

 

Al-Hasan rahimahullah berkata pula: Barangsiapa menyaingimu dalam agamamu, maka saingilah dia. Dan siapa yang menyaingimu dalam duniamu, maka lemparkan dunia itu di dadanya.

 

Luqman alaihis salam berkata kepada putranya: Sesungguhnya dunia adalah laut yang dalam dan banyak manusia tenggelam di dalamnya. Maka hendaklah kapalmu di situ adalah takwa kepada Allah azza wa jalla dan isinya adalah iman kepada Allah Ta’ala dan layarnya tawakkal kepadanya Allah azza wa jalla. Mudah-mudahan engkau selamat dan aku tidak menyangka engkau bisa selamat.

 

Berkata Al-Fudhail: Aku berpikir lama tentang ayat ini:

 

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang rata lagi tandus.” Al-Kahfi: 7-8

 

Seorang bijak berkata: Sesungguhnya engkau tidak akan memiliki sesuatu dari dunia ini, melainkan sudah ada sebelum kamu orang yang memilikinya dan akan ada orang sesudahmu yang memilikinya.

 

Tidaklah engkau memiliki dari dunia ini, kecuali makanan malam dan makanan siang. Maka janganlah engkau binasa dalam satu kali makan. Puasalah dari dunia dan berbukalah dengan akhirat. Sesungguhnya modal dunia adalah hawa nafsu dan keuntungannya api neraka.

 

Dikatakan kepada seorang rahib: Bagaimana engkau melihat kehidupan?

 

la menjawab: Kehidupan membuat badan menjadi tua, memperbarui angan-angan, mendekatkan kematian dan menjauhkan Cita-cita.

 

Dikatakan: Bagaimana keadaan pelakunya?

 

la menjawab: Barangsiapa beruntung dengannya, ia merasa payah dan siapa yang gagal dengannya merasa capek.

 

Penyair berkata:

 

Barangsiapa memuji dunia karena

kehidupan yang menggembirakannya

ia pun demi umurku tak lama lagi akan mencelanya apabila dunia pergi manusia menyesal

dan apabila ia datang, maka banyaklah beban pikirannya

 

Seorang bijak berkata: Dunia sudah ada sejak dulu dan aku tidak ada di dalamnya dan dunia lenyap dan aku tidak ada lagi di dalamnya. Maka aku tidak tenang kepadanya, karena kehidupannya sulit, kejernihannya keruh dan penghuninya takut kepadanya, yaitu takut kenikmatan yang lenyap atau bencana menimpa atau kematian yang menentukan.

 

Seorang bijak berkata: Termasuk kejelekan dunia ialah dia tidak memberi seseorang apa yang menjadi haknya, tetapi menambahi atau menQur’anginya.

 

Sufyan berkata: Tidakkah engkau melihat kenikmatan seakan-akan dimarahi dan diletakkan pada orang yang bukan ahlinya.

 

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: Siapa yang mencari dunia karena mencintainya, ia pun tidak diberi sesuatu darinya, melainkan ia menginginkan lebih banyak daripada itu.

 

Dan siapa yang mencari akhirat karena mencintainya, ia pun tidak diberi sesuatu darinya, melainkan ia menginginkan lebih banyak daripada itu.

 

Yang ini tidak mempunyai batas dan yang ini tidak mempunyai batas.

 

Seorang lelaki berkata kepada Abi Hazim: Aku mengeluh kepadamu cinta dunia, sedangkan dunia ini bukan tempatku (yang tetap).

 

Abu Hazim berkata: “Lihatlah apa yang diberikan Allah azza wa jalla kepadamu darinya, maka janganlah mengambilnya, kecuali dari jalan yang halal dan jangan meletakkannya. kecuali di tempat yang benar dan janganlah cinta dunia membahayakanmu.”

 

la mengatakan ini, karena andaikata ia paksakan dirinya melakukan itu. niscaya akan memayahkannya hingga ia menjadi jemu dengan dunia dan berusaha keluar darinya.

 

Yahya bin Mu’adz berkata: Dunia adalah toko syaitan. Maka janganlah engkau mencuri sesuatu dari tokonya, karena ia akan datang mencarinya, lalu mengambilmu.

 

Al-Fudhail berkata: Andaikata dunia terbuat dari emas yang akan musnah dan akhirat dari tembikar yang kekal, niscaya patutlah kita memilih tembikar yang kekal daripada emas yang musnah. Maka bagaimana kita telah memilih tembikar yang musnah daripada emas yang kekal.

 

Abu Hazim berkata: Jauhkan dirimu dari dunia, karena telah sampai khabar kepadaku bahwa hamba disuruh berdiri pada hari kiamat. Apabila ia dulu mengagungkan dunia, maka dikatakan: Ini adalah yang paling dihinakan oleh Allah.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Tidaklah seorang manusia memasuki waktu pagi, melainkan ia adalah tamu dan hartanya adalah barang pinjaman. Tamu itu akan pergi dan barangnya harus dikembalikan.

 

Penyair berkata:

 

Harta dan keluarga tidak lain hanyalah titipan dan pada suatu hari barang titipan itu harus dikembalikan

 

Rabi’ah mengunjungi teman-temannya. Mereka menyebut dunia dan mencelanya. Maka Rabi’ah berkata: Janganlah kalian menyebutnya. Kalau saja dunia itu tidak menempati hatimu, tentu kalian tidak banyak menyebutnya. Ketahuilah, siapa yang mencintai sesuatu, ia pun banyak menyebutnya.

 

Dikatakan kepada Ibrahim bin Adham: Bagaimana keadaanmu? la menjawab:

 

Kami menambal dunia kami dengan merobek agama kami maka tidaklah tersisa agama kami dan tidak pula dunia yang kami tambal beruntunglah hamba yang mengutamakan Allah Tuhannya dan memanfaatkan dunianya untuk akhirat yang dinantikannya

 

Penyair berkata mengenai hal itu:

 

Aku melihat pencari dunia meskipun panjang umurnya dan mendapat dari dunia kegembiraan dan kenikmatan seperti pembangun yang membangun bangunannya dan menegakkannya setelah berdiri bangunan yang dibangunnya, bangunan itu roboh

 

Penyair lain berkata mengenai hal itu:

 

Anggaplah dunia diberikan kepadamu dengan sukarela : bukankah akhirnya adalah kepindahan duniamu tidak lain adalah seperti bayangan ia menaungimu, kemudian ia pun mulai lenyap

 

Luqman berkata kepada putranya: Hai anakku, juallah duniamu dengan akhiratmu, niscaya engkau mendapat keuntungan keduaduanya. Janganlah engkau menjual akhiratmu dengan duniamu, niscaya engkau merugi kedua-duanya.

 

Ibnu Abbas berkata: Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan dunia tiga bagian. Satu bagian untuk orang mukmin, satu bagian untuk orang munafik dan satu bagian untuk orang kafir.

 

Orang mukmin menyediakan bekal, orang munafik berhias dan orang kafir bersenang-senang.

 

Seorang bijak berkata: Dunia itu bangkai. Maka siapa yang ingin mengambil sesuatu darinya, hendaklah ia bersabar dalam bergaul dengan anjing-anjing.

 

Penyair berkata:

 

Hai peminang dunia kepada dirinya, menjauhlah dari meminang,

niscaya engkau selamat. Sesungguhnya yang engkau pinang itu penipu

pesta kawinnya dekat dari majelis duka

 

Abu Darda’ berkata: Adalah merupakan kehinaan dunia terhadap Allah bahwa Dia tidak didurhakai, kecuali di dalamnya dan tidak didapatkan pahala di sisi-Nya, kecuali dengan meninggalkannya. Dikatakan mengenai hal itu: Apabila seorang cerdas menguji dunia, tersingkaplah baginya musuh berbaju teman

 

Penyair lain berkata:

 

Hai orang yang tidur di malam hari dan gembira pada awalnya sesungguhnya bencana terkadang datang pada dini hari bangsa-bangsa yang dulu hidup mewah telah dibinasakan oleh serangan malam dan siang yang datang dan pergi berbagai bencana kehidupan telah membinasakan raja yang di masa hidupnya banyak memberi manfaat dan menimpakan bahaya hai orang yang memeluk dunia yang tidak kekal di waktu sore dan pagi ia berkeliling di dunianya tidakkah engkau berhenti memeluk dunia hingga engkau memeluk perawan-perawan di surga Firdaus Jika engkau ingin tinggal di surga yang kekal patutlah bagimu untuk tidak merasa aman dari api neraka

 

Berkata Abu Umamah Al-Bahiliy r.a.: Ketika Muhammad SAW diutus, iblis didatangi tentaranya. Mereka berkata: Seorang nabi telah diutus dan dilahirkan suatu umat.

 

Iblis berkata: Apakah neraka mencintai dunia?

 

Tentara iblis menjawab: Ya.

 

Iblis berkata: Jika mereka mencintai dunia, aku tidak peduli bila mereka tidak menyembah berhala.

 

Aku akan pergi di waktu pagi dan sore kepada mereka dengan membawa tiga perkara: mengambil harta dari jalan yang tidak benar dan menafkahkannya di tempat yang tidak benar dan menahannya dari haknya. Semua kejahatan bersumber dari ini.

 

Seorang lelaki berkata kepada Ali karromallahu wajhahu: Ya Amirul, mukminin, gambarkan dunia bagi kami.

 

Ali menjawab: Apa yang bisa aku gambarkan bagimu tentang sebuah negeri yang orang sehat di dalamnya sakit, orang yang merasa aman di dalamnya menyesal, orang yang menjadi miskin bersedih dan yang menjadi kaya mendapat cobaan, halalnya dihisab dan haramnya dihukum dan yang tersamar darinya dicela.

 

Dikatakan kepadanya sekali lagi.

 

Ali menjawab: Apakah aku panjangkan atau aku ringkas jawabannya?

 

Orang itu berkata: Ringkaslah jawabanmu.

 

Ali berkata: Halalnya dihisab dan haramnya menyebabkan siksaan.

 

Malik bin Dinar berkata: Hindarilah tukang sihir perempuan, karena ia menyihir hati para ulama, yakni dunia.

 

Abu Sulaiman Ad-Darani berkata: Apabila akhirat masuk di dalam hati, datang dunia ikut masuk bersamanya. Apabila dunia masuk di dalam hati, akhirat tidak masuk bersamanya, karena akhirat itu mulia dan dunia itu hina.

 

Ini adalah sifat yang sangat keras dan kami berharap apa yang disebut Sayyar bin Hakam lebih sahih, karena ia berkata: Dunia dan akhirat berkumpul di dalam hati. Mana yang menang di antara keduanya, yang lain mengikutinya.

 

Malik bin Dinar berkata: Sebanyak kesedihan yang engkau rasakan untuk dunia, keluarlah pemikiran akhirat dari hatimu dan sebanyak kesedihan yang engkau rasakan untuk akhirat, keluarlah pemikiran dunia dari hatimu.

 

Ini adalah mengambil dari perkataan Ali karromallahu wajhahu: Dunia dan akhirat adalah dua hal yang bertentangan. Maka sebanyak mana engkau meridhai salah satu dari keduanya, engkau pun menggugurkan yang lain.

 

Al-Hasan berkata: Demi Allah, aku telah mendapati orang-orang yang dunia lebih hina terhadap mereka daripada tanah yang kalian berjalan di atasnya.

 

Mereka tidak peduli, apakah dunia menghadap ke timur atau menghadap ke barat, pergi kepada ini atau pergi kepada ini.

 

Seorang lelaki berkata kepada Al-Hasan: Apa yang engkau katakan mengenai seorang lelaki yang diberi Allah harta, lalu ia bersedekah darinya dan memberi darinya, apakah baik baginya bila ia bersenangsenang dengan harta itu?

 

Al-Hasan menjawab: Tidak. Andaikata ia memiliki dunia seluruhnya, ia hanya boleh menikmati secukupnya dari dunia itu dan mengajukan itu untuk hari kemiskinannya.

 

Al-Fudhail berkata: Andaikata dunia seluruhnya diberikan kepadaku secara halal dan aku tidak dihisab atasnya di akhirat, niscaya aku tetap merasa jijik dengannya sebagaimana seseorang dari kalian merasa jijik dengan bangkai apabila melewatinya dan takut mengenai bajunya.

 

Diriwayatkan bahwa ketika Umar r.a. tiba di Syam dan disambut oleh Abu Ubaidah ibnul Jarrah di atas seekor unta yang dikendalikan dengan tali, lalu ia memberi salam dan menanyainya.

 

Kemudian Umar mendatangi tempat tinggalnya. Ternyata Umar hanya melihat pedang dan perisai serta pelananya.

 

Maka Umar berkata kepadanya: Kiranya engkau sediakan kasur.

 

Abu Ubaidah menjawab: Ya Amiral mukminin, sesungguhnya ini menyampaikan kami ke tempat tidur.

 

Sufyan berkata: Ambillah dari dunia untuk badanmu dan ambillah dari akhirat untuk hatimu.

 

Al-Hasan berkata: Demi Allah, bani Israel telah menyembah berhala setelah menyembah Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pengasih) karena mereka mencintai dunia.

 

Wahab berkata: Aku membaca di sebuah kitab: Dunia adalah rampasan Orang-orang yang cerdas dan kelalaian orang-orang bodoh. Mereka tidak mengetahuinya hingga mereka keluar darinya. Maka mereka minta kembali, tetapi mereka tidak kembali.

 

Berkata Luqman kepada putranya: Hai anakku, sesungguhnya engkau telah membelakangi dunia sejak hari engkau tinggal di dalamnya dan menghadap akhirat. Maka engkau berada lebih dekat kepada tempat yang engkau dekati daripada tempat yang engkau jauhi.

 

Said bin Mas’ud berkata: Apabila engkau melihat hamba bertambah dunianya dan berkurang akhiratnya sedangkan dia ridha dengannya, maka itulah orang yang tertipu dan mempermainkan wajahnya, sedangkan dia tidak merasa.

 

Amru ibnul Ash berkata di atas mimbar: Demi Allah, aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih menyukai dunia yang dulu dijauhi Rasulullah SAW daripada kalian.

 

Demi Allah, tidaklah lewat pada Rasulullah SAW tiga hari, melainkan tanggungannya lebih banyak daripada miliknya.

 

Berkata Al-Hasan setelah membaca firman Allah Ta’ala:

 

“maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu.” Lqgman: 33

 

Siapa yang mengatakan ini? Yang mengatakannya ialah Tuhan yang menciptakannya dan lebih tahu tentangnya. Jauhkan dirimu dari dunia yang menyibukkan. Sesungguhnya dunia itu banyak urusannya. Tidaklah seseorang membuka satu pintu urusan baginya, melainkan pintu itu akan membuka baginya sepuluh pintu.

 

Al-Hasan berkata pula: Kasihan anak Adam. la merasa senang dengan dunia yang halalnya adalah hisab dan haramnya adalah siksa, Jika ia mengambilnya dari tempat halal, ia pun dihisab dengannya. Jika ia mengambilnya dari tempat haram, ia pun disiksa dengannya.

 

Al-Hasan menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz: Salam atasmu. Amma ba’du: Sepertinya engkau adalah orang terakhir yang ditetapkan kematian atasnya.

 

Umar menjawab: Seakan-akan kamu berada di dunia yang tidak pernah ada dan seakan-akan engkau berada di akhirat yang tetap ada.

 

Al-Fudhail bin Iyadh berkata: Masuk dalam dunia adalah mudah, tetapi keluar darinya adalah sulit.

 

Seorang bijak berkata: Sungguh mengherankan manusia yang mengetahui bahwa kematian adalah nyata, bagaimana ia gembira. Dan sungguh mengherankan, manusia yang mengetahui bahwa neraka adalah nyata, bagaimana ia tertawa.

 

Sungguh mengherankan manusia yang melihat dunia berubah-ubah terhadap penghuninya, bagaimana ia merasa tenang dengannya.

 

Sungguh mengherankan manusia yang mengetahui bahwa takdir adalah nyata, bagaimana ia bersusah payah.

 

Seorang lelaki dari Najran berumur 200 tahun datang kepada Mu’awiyah ra. la bertanya kepada orang itu tentang dunia, bagaimana ia mendapatinya.

 

Orang itu menjawab: Beberapa tahun mengalami cobaan dan beberapa tahun mengalami kesejahteraan, hari demi hari dan malam demi malam.

 

Ada anak dilahirkan dan orang meninggal. Kalau tidak ada anak yang lahir, niscaya punahlah manusia. Kalau tidak ada manusia yang meninggal, niscaya sempitlah dunia dengan penghuninya.

 

Kemudian orang itu berkata kepadanya: Tanyakanlah apa saja yang engkau inginkan.

 

Mu’awiyah berkata: Umur yang sudah lewat, lalu engkau mengembalikannya atau ajal yang datang, lalu engkau menolaknya.

 

Orang itu menjawab: Aku tidak bisa melakukan itu.

 

Mu’awiyah berkata: Kalau begitu, aku tidak butuh kepadamu.

 

Dawud Ath-Tha’iy rahimahullah berkata: Hai anak Adam, engkau gembira dengan tercapainya angan-anganmu. Sesungguhnya engkau mencapainya dengan habisnya umurmu. Kemudian engkau menunda amalmu seakan-akan manfaatnya untuk orang lain.

 

Bisyir berkata: Barangsiapa meminta dunia kepada Allah, sesungguhnya ia meminta kepada-Nya untuk berdiri lama di hadapan-Nya.

 

Abu Hazim berkata: Tiada sesuatu di dunia yang menggembirakanmu, melainkan Allah menempelkan padanya sesuatu yang menyusahkanmu.

 

Al-Hasan berkata: Tidaklah keluar jiwa anak Adam (manusia) dari dunia, melainkan ia merasakan tiga penyesalan.

 

la tidak puas dengan harta yang dikumpulkannya dan tidak mencapai keinginan yang diharapkannya dan tidak menyediakan bekal yang cukup untuk akhirat yang didatanginya.

 

Abu Sulaiman berkata: Tidaklah sabar dari mengikuti nafsu dunia, melainkan orang yang di hatinya terdapat sesuatu yang menyibukkannya dengan akhirat.

 

Malik bin Dinar berkata: Kita sepakat mencintai dunia. Maka sebagian dari kita tidak menyuruh sebagian lainnya (berbuat baik) dan sebagian dari kita tidak melarang sebagian yang lain (dari peruatan mungkar), sedangkan Allah tidak membiarkan kita dalam keadaan ini. Kiranya aku tahu siksa Allah yang mana akan menimpa kita.

 

Berkata Abu Hazim: Dunia yang sedikit melalaikan dari banyak akhirat.

 

Al-Hasan berkata: Hinakanlah dunia. Demi Allah, dunia tidak lebih enak bagi seseorang daripada dunia itu bagi yang menghinakannya.

 

la berkata pula: Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia memberinya suatu pemberian, kemudian berhenti. Apabila habis, Allah mengulangi lagi pemberiannya. Apabila seorang hamba menjadi hina di sisi Allah, Dia lapangkan dunia baginya selapang-lapangnya.

 

Muhammad ibnul Munkadir berkata: Apa pendapatmu, andaikata seseorang berpuasa sepanjang tahun, tidak berbuka dan mengerjakan shalat malam dan tidak tidur dan menyedekahkan hartanya dan berjihad di jalan Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah, tetapi ia didatangkan pada hari kiamat, lalu dikatakan: Orang ini membesarkan dalam pandangannya apa yang dikecilkan Allah dan mengecilkan dalam pandangannya apa yang dibesarkan Allah.

 

Bagaimana engkau melihat keadaannya.

 

Siapa di antara kita yang tidak demikian?

 

Dunia besar di sisinya, padahal kita melakukan banyak dosa dan kesalahan.

 

Abu Hazim berkata: Beban dunia dan akhirat menjadi berat. Adapun beban akhirat, engkau tidak akan mendapat penolong atasnya.

 

Adapun beban dunia, tidaklah engkau menepukkan tanganmu kepada sesuatu darinya, melainkan engkau dapati seorang fasik telah mendahuluimu kepadanya.

 

Abu Hurairah berkata: Dunia tergantung di antara langit dan bumi seperti wadah yang sudah usang. la berseru kepada Tuhannya sejak Allah menciptakannya hingga hari Allah memusnahkannya: Ya Tuhanku, ya Tuhanku, mengapa Engkau membenciku?

 

Maka Allah menjawab: Diamlah, hai makhluk tak berharga.

 

Abdullah ibnul Mubarak berkata: Cinta dunia dan dosa-dosa di dalam hati telah mengelilinginya, maka kapan kebaikan bisa sampai kepadanya?

 

“Wahab bin Munabbih berkata: Barangsiapa menggembirakan hatinya dengan kesenangan dunia, ia pun telah menyalahi hikmah.

 

Barangsiapa meletakkan syahwatnya di bawah telapak kakinya, ia pun menyingkirkan syaitan dari bayangannya dan siapa yang ‘Imunya mengalahkan hawa nafsunya, maka dialah yang menang.

 

Dikatakan kepada Bisyir: Si Fulan meninggal.

 

Bisyir berkata: la mengumpulkan dunia dan pergi ke akhirat dan menyia-nyiakan dirinya.

 

Dikatakan kepadanya: la dulu melakukan begini dan melakukan begini.

 

Mereka menyebut macam-macam kebaikan.

 

Bisyir berkata: Ini tidak berguna ketika ia mengumpulkan dunia.

 

Seorang bijak berkata: Dunia membuat kita benci kepadanya, sedangkan kita mencintainya. Maka bagaimana jika ia menampakkan kecintaan kepada kita.

 

Dikatakan kepada seorang bijak: Dunia itu untuk siapa?

 

la menjawab: Untuk orang yang meninggalkannya.

 

Kemudian dikatakan: Akhirat itu untuk siapa?

 

la menjawab: Bagi orang yang mencarinya.

 

Seorang bijak berkata: Dunia adalah negeri yang rusak dan lebih rusak darinya adalah hati orang yang membangunnya. Surga adalah negeri yang makmur dan yang lebih makmur darinya adalah hati orang yang mencarinya.

 

Al-Junaid berkata: Adalah Asy-Syafi’i rahimahullah termasuk murid yang berbicara dengan kebenaran mengenai dunia.

 

la menasihati seorang saudaranya dalam agama Allah dan membuatnya takut kepada Allah.

 

Asy-Syafi’i berkata: Hai saudaraku, sesungguhnya dunia adalah tempat licin yang menggelincirkan dan tempat kehinaan.

 

Kemakmurannya akan berakhir dengan kehancuran, penghuninya , akan memasuki perpisahan, kekayaannya akan berubah menjadi kemiskinan. Memperbanyak harta di dalamnya akan menimbulkan kesulitan dan kesulitan di dalamnya akan menjadi kemudahan.

 

Maka berlindunglah kepada Allah dan puaslah dengan rezeki Allah. janganlah engkau berutang dari negerimu yang fana untuk menuju negerimu yang kekal, karena kehidupanmu adalah bayangan yang lenyap dan dinding yang miring. Perbanyaklah amalmu dan pendekkan angan-anganmu.

 

Ibrahim bin Adham berkata kepada seorang lelaki: Mana yang lebih engkau sukai, satu dirham di dalam mimpi atau satu dinar dalam keadaan terjaga?

 

Orang itu menjawab: Satu dinar dalam keadaan terjaga.

 

Ibrahim berkata: Engkau berdusta, karena yang engkau sukai di dunia seakan-akan engkau menyukainya di dalam mimpi dan yang tidak engkau sukai di akhirat seakan-akan engkau tidak menyukainya dalam keadaan terjaga.

 

Isma’il bin Iyasy berkata: Teman-teman kami dulu menamai dunia babi betina.

 

Maka mereka berkata: “Menyingkirlah dari kami, hai babi”. Andaikata mereka menemukan nama yang lebih buruk dari itu, niscaya mereka menamainya dengan nama itu.

 

Ka’ab berkata: Dunia akan menyebabkan kalian mencintainya hingga kalian menyembahnya dan pemiliknya.

 

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullah berkata: Orang-orang berakal ada tiga macam: Orang yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya dan membangun kuburnya sebelum memasukinya dan membuat Penciptanya ridha sebelum berjumpa dengan-Nya.

 

la berkata pula: Kesialan dunia adalah sedemikian rupa sehingga ia memberimu angan-angan terhadapnya dan melalaikanmu dari menaati Allah. Maka bagaimana bila masuk di dalamnya?

 

Bakrin bin Abdullah berkata: Barangsiapa ingin mencukupi diriny us dari dunia dengan dunia adalah seperti orang yang memadamkan api dengan jerami.

 

Bandar berkata: Apabila engkau melihat para pecinta dunia berbicara tentang zuhud, maka ketahuilah bahwa mereka menjadi sasaran ejekan syaitan.

 

la berkata pula: Barangsiapa serakah terhadap dunia, apinya akan membakarnya hingga menjadi abu.

 

Barangsiapa yang serakah terhadap akhirat, ia pun akan dibentuk oleh apinya sehingga menjadi lempengan emas yang bisa dimanfaatkan.

 

Dan barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah azza wa jalla, ia pun dibakar oleh api tauhid sehingga menjadi permata yang tak terhingga nilainya.

 

Ali karromallahu wajhahu berkata: Sesungguhnya dunia itu ada enam macam, yaitu: makanan, minuman, pakaian, kendaraan, istri yang dinikahi dan sesuatu yang dicium.

 

Makanan yang paling mulia adalah madu dan ia adalah susu bercampur air bagi lalat. Minuman yang paling mulia adalah air dan ia diminum oleh orang baik maupun orang fajir (fasik). Pakaian yang paling berharga adalah sutera dan ia adalah tenunan ulat sutera. Kendaraan yang paling mulia adalah kuda dan di atasnya orangorang terbunuh (sebagai syuhada).

 

Yang paling mulia dinikahi adalah istri dan ia adalah tempat kencing dalam tempat kencing.

 

Ada wanita yang menghiasi bagian yang terbaik darinya dan dimaksudkan sesuatu yang paling buruk darinya.

 

Wangi-wangian yang paling mulia adalah misik (kasturi) dan ia adalah darah.

 

 

 

 

 

Seorang bijak berkata: Hai sekalian manusia, beramallah pelan-pelan, takutlah kalian kepada Allah dan jangan tertipu oleh angan-angan dan jangan melupakan ajal.

 

Janganlah kalian condong kepada dunia, karena dunia itu pengkhianat dan penipu. la berhias untukmu dengan tipuannya dan mempesonamu dengan angan-angannya dan berhias bagi peminangnya.

 

Maka ia menjadi seperti pengantin yang cantik. Semua mata memandang kepadanya, semua hati menyenanginya dan semua jiwa menggemarinya. Banyak pencinta dunia yang terbunuh dan banyak Orang yang condong kepadanya diabaikan.

 

Maka lihatlah kepadanya dengan pandangan kenyataan, karena dunia adalah negeri yang banyak kejelekannya dan Penciptanya mencelanya.

 

Yang baru darinya menjadi usang, kerajaannya musnah, yang berharga darinya menjadi hina, yang banyak darinya menjadi sedikit, pecintanya mati dan kebaikannya habis.

 

Maka sadarlah kalian, semoga Allah mengasihimu, dari kelalaianmu dan bangunlah dari tidurmu sebelum dikatakan: Si Fulan sakit atau gawat keadaannya.

 

Apakah ada petunjuk kepada obatnya atau apakah ada jalan menuju tabib sehingga dipanggil tabib-tabib untukmu dan tidak diharapkan kesembuhan bagimu.

 

Kemudian dikatakan: Si Fulan berwasiat dan menghitung hartanya.

 

Kemudian dikatakan: Lidahnya sudah berat. Maka ia tidak berbicara kepada saudara-saudaranya dan tidak mengenal tetangga-tetangganya.

 

Ketika itu dahimu berkeringat dan terdengar rintihanmu dan tetaplah keyakinanmu dan pandanganmu menatap ke atas, sangkaanmu menjadi nyata, lidahmu tergagap dan saudara-saudaramu menangis.

 

Dikatakan kepadamu: Ini puteramu si Fulan dan ini saudaramu si Fulan.

 

Engkau dicegah bicara sehingga tidak bisa bicara dan lidahmu dihalangi sehingga tidak bisa lancar.

 

Kemudian keputusan Allah berlaku atasmu dan nyawamu dicabut dari anggota-anggota tubuhmu, kemudian diangkat ke langit.

 

Pada waktu itu saudara-saudaramu berkumpul dan kafanmu disiapkan. Mereka memandikan dan mengkafanimu. Maka berhentilah para penjengukmu dan terbebaslah para pendengkimu. Keluargamu mendatangi hartamu dan engkau tergantung pada amalamalmu.

 

Seorang bijak berkata kepada seorang raja: Sesungguhnya yang paling pantas mencela dunia dan membencinya ialah orang yang diberi kelapangan di dalamnya dan diberi keperluannya darinya, karena ia menunggu bencana yang menimpa hartanya sehingga membinasakannya atau menimpa kelompoknya sehingga mencerai beraikannya dan menimpa kekuasaannya sehingga merobohkannya atau masuk ke dalam tubuhnya sehingga membuatnya sakit atau menyusahkannya dengan kehilangan sesuatu yang ia pertahankan di antara apa-apa yang dicintainya.

 

Maka dunia lebih patut dicela. Dialah yang mengambil apa yang diberikannya dan menarik kembali apa yang dihibahkannya.

 

Sementara ia membuat pemiliknya tertawa, ia pun membuat lainnya tertawa. Sementara ia membuat pemiliknya menangis, ia pun membuat orang lain menangisinya. Sementara ia mengulurkan telapak tangannya untuk memberi, ia pun mengulurkan tangannya untuk memintanya kembali.

 

Maka dunia memasang mahkota di atas pecintanya hari ini dan mengotorkannya dalam tanah besok, sama baginya lenyapnya apa yang lenyap dan tinggalnya apa yang tinggal.

 

la dapati dalam yang tinggal pengganti bagi yang lenyap dan ia rela masing-masing menjadi pengganti yang lain.

 

Hasan Al-Bashri menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz: Amma ba’du, sesungguhnya dunia adalah tempat untuk berpindah, bukan tempat tinggal. Adam alaihis salam diturunkan dari surga ke situ sebagai hukuman, maka waspadailah dia, wahai Amirul mukminin.

 

Sesungguhnya bekal darinya adalah meninggalkannya dan kekayaan darinya adalah kemiskinannya. Setiap waktu ada orang terbunuh di dalamnya.

 

la hinakan siapa yang memuliakannya dan ia miskinkan siapa yang mengumpulkannya.

 

Dunia itu seperti racun. la dimakan oleh orang yang tidak mengetahuinya sehingga menyebabkan kematiannya.

 

Maka jadilah engkau di dunia seperti orang yang diobati lukanya. la berpantang sedikit karena takut terjadi sesuatu yang tidak disukainya dalam waktu yang lama dan bersabar atas kerasnya obat karena takut lamanya penyakit.

 

Maka waspadailah negeri yang berkhianat dan menipu yang telah berhias dengan tipuannya dan mempesona dengan ghururnya dan menampakkan angan-angannya. la menunda para peminangnya sehingga seperti pengantin yang cantik. Semua mata memandang kepadanya dan semua hati bingung memikirkannya dan semua orang mencintainya, padahal ia membenci semua pecintanya.

 

Orang yang masih hidup tidak mengambil pelajaran dari yang sudah mati, yang terakhir tidak mengambil pelajaran dari yang pertama dan tidak mengambil pelajaran dari orang yang arif tentang Allah azza wa jalla ketika mengabarinya tentang dunia.

 

Pecinta dunia mendapatkan keperluannya dari dunia hingga ia terkecoh dan sombong dan lupa akhirat.

 

Maka ia sibukkan akalnya memikirkan dunia hingga kakinya tergelincir dan besar penyesalannya dan banyak kesedihannya.

 

Sakaratul maut, kepedihannya dan penyesalan atas kehilangan dunia mengelilinginya.

 

Orang yang menyukainya tidak mendapatkan apa yang dicarinya dari dunia dan tidak mengistirahatkan dirinya dari kepayahan sehingga ia keluar tanpa bekal dan datang tanpa tempat tinggal.

 

Maka waspadalah terhadapnya, ya Amiral mukminin. Jadilah engkau orang yang paling berhati-hati dan paling waspada dalam menghadapinya, karena penghuni dunia setiap kali merasa gembira darinya, dunia menampakkan gangguan kepadanya.

 

Kesejahteraan dari dunia disambung dengan cobaan dan tinggal di dunia berakhir dengan kemusnahan.

 

Maka kegembiraannya bercampur dengan kesedihan, yang lewat dan pergi darimu tidak kembali.

 

la tidak tahu apa yang akan datang. la menunggu cita-citanya yang dusta dan angan-angannya yang batil.

 

Kejernihannya keruh, kehidupannya sulit, sedangkan anak Adam di dunia dalam bahaya. Jika ia berpikir dan merenung, maka ia merasakan kenikmatan di atas bahaya dan mendapat cobaan di atas kewaspadaan.

 

Andaikata Al-Khaliq tidak mengabarkan tentang dunia dan tidak membuat perumpamaan untuknya, niscaya dunia telah membangunkan orang yang tidur dan menyadarkan orang yang lalai. Maka bagaimana setelah datang dari Allah azza wa jalla pemberi peringatan dan penasihat. Dunia tidak mempunyai nilai di sisi Allah azza wa jalla dan Allah tidak melihat kepadanya sejak Dia menciptakannya.

 

Dunia telah ditawarkan kepada nabimu Muhammad SAW dengan kunci-kunci dan perbendaharaannya dan tidak menQur’anginya di sisi Allah sebesar sayap nyamuk pun. Akan tetapi beliau menolak untuk menerimanya, karena dia tidak suka menentang perintah Allah atay menyukai sesuatu yang dibenci Penciptanya atau mengangkat sesuatu yang direndahkan Rajanya.

 

Maka Allah menjauhkannya dari orang-orang shaleh untuk menguji mereka dan melapangkannya bagi musuh-musuh-Nya supaya mereka terkecoh dan orang yang terpedaya dengannya dan memilikinya menduga bahwa dia dimuliakan dengannya.

 

la melupakan apa yang diperbuat Allah azza wa jalla terhadap Muhammad SAW ketika dia mengikat batu pada perutnya.

 

Diriwayatkan darinya dari Tuhannya azza wa jalla bahwa Dia berkata kepada Musa alaihis salam: Apabila engkau melihat kekayaan datang, katakanlah: Dosa yang disegerakan hukumannya.

 

Dan apabila engkau melihat kemiskinan datang, katakanlah: Selamat datang syi’ar orang-orang shaleh.

 

Jika engkau mau, engkau ikuti pemilih ruh dan kalimat, Isa putra Maryam alaihis salam. la berkata: Lauk paukku adalah rasa lapar dan syiarku adalah rasa takut, pakaianku baju wol, lampuku bulan, kendaraanku adalah kedua kakiku, makanan dan buah-buahanku adalah tanaman yang ditumbuhkan bumi.

 

Aku bermalam dan aku tidak mempunyai sesuatu, aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mempunyai sesuatu dan tidak ada orang di bumi yang lebih kaya daripada aku.

 

Wahab bin Munabbih berkata: Ketika Allah azza wa jalla mengutus Musa dan Harun alaihimas salam kepada Fir’aun, Dia berkata: Janganlah kamu berdua merasa takut terhadap baju yang dipakainya dari dunia, karena nyawanya berada di tangan-Ku. Ia tidak bicara, tidak melihat dan tidak bernafas, kecuali dengan izinku.

 

Janganlah kamu berdua merasa kagum kepada kenikmatan dunia yang dinikmatinya, karena itu adalah bunga kehidupan dunia dan perhiasan orang-orang yang hidup mewah. Jika Aku mau menghiasi kamu berdua dengan perhiasan dari dunia sehingga Fir’aun mengetahui ketika melihatnya bahwa kekuasaannya tidak mampu mengadakan apa yang diberikan kepada kamu berdua, niscaya Aku lakukan. Akan tetapi Aku tidak suka kamu berdua mendapatkannya, maka Aku jauhkan itu dari kamu berdua. Demikianlah yang Aku lakukan terhadap para wali-Ku.

 

Sungguh Aku menjauhkan mereka dari kenikmatannya sebagaimana penggembala yang penyayang menjauhkan kambing-kambingnya dari tempat gembala yang berbahaya dan Aku jauhkan mereka dari kenikmatannya sebagaimana penggembala yang penyayang menjauhkan unta-untanya dari tempat-tempat bahaya.

 

Hal itu bukan disebabkan oleh kehinaan mereka terhadapku, tetapi supaya mereka mendapat bagian yang penuh dari kemuliaanku dalam keadaan selamat dan banyak.

 

Sesungguhnya para wali-Ku berhias untuk-Ku dengan kerendahan diri, rasa takut dan tunduk. Ketakwaan tumbuh di hati mereka dan nampak pada tubuh mereka.

 

Ketakwaan adalah baju yang mereka pakai dan pakaian luar yang mereka tampakkan dan batin mereka yang mereka renungkan, keselamatan mereka dengan mana mereka beruntung dan harapan mereka yang ingin mereka capai, kebesaran mereka yang mereka banggakan dan tanda mereka yang dengannya mereka dikenal.

 

Maka apabila engkau berjumpa dengan mereka, rendahkan sayapmu bagi mereka dan hinakan hati dan lisanmu bagi mereka.

 

Ketahuilah, bahwa siapa mengancam wali-Ku, ia pun telah menantang perang terhadap-Ku, kemudian Aku akan membalasnya pada hari kiamat.

 

Pada suatu hari Ali karromallahu wajhahu menyampaikan khutbah. la berkata dalam khutbah itu: Ketahuilah, bahwa kalian akan mati dan dibangkitkan sesudah kematian dan bergantung pada amal-amalmu serta dibalas dengannya.

 

Maka, janganlah kalian tertipu oleh kehidupan dunia, karena dunia dikelilingi cobaan, dikenal dengan kefanaannya dan disifati dengan khianat.

 

Semua yang ada di dalamnya akan lenyap dan ia bergilir di antara penghuninya dan silih berganti, keadaannya tidak tetap dan tidak selamat penghuninya dari kejelekannya.

 

Sementara penghuninya berada dalam keadaan sejahtera dan gembira, tiba-tiba mendapat bencana dan tertipu oleh keadaan yang bermacam-macam dan waktu-waktu yang sudah lewat. Kehidupan di dalamnya tercela dan kesejahteraan di dalamnya tidak kekal.

 

Penghuninya menjadi sasaran yang ditujunya dan ia memanah mereka dengan anak panahnya dan menjauhkan mereka dengan kematiannya.

 

Setiap kematiannya di dalamnya sudah ditentukan dan bagiannya banyak.

 

Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, kalian dan apa yang kalian alami dari dunia ini adalah mengikuti jalan umat yang sudah lewat dan lebih panjang umurnya daripada kalian, lebih besar kekuatannya daripada kalian, lebih banyak membangun rumah-rumah dan lebih jauh jejaknya.

 

Ternyata suara mereka menjadi tenang dan diam setelah lama berubah-ubah dan tubuh mereka hancur dan rumah-rumah mereka telah roboh temboknya dan jejak-jejak mereka terhapus.

 

Mereka mendapat ganti dari istana yang kokoh dan tempat tidur serta bantal yang empuk berupa batu-batu besar dan batu-batu yang disandarkan di kuburan yang telah digali menjadi liang lahad.

 

Maka tempatnya menjadi dekat dan penghuninya terasing di antara para penghuni bangunan yang kesepian dan penghuni tempat yang sibuk tidak merasa senang dengan bangunan dan tidak saling berhubungan seperti tetangga dan saudara, meskipun dekat tempatnya dan bertetangga serta dekat rumahnya.

 

Bagaimana mereka bisa saling berhubungan, setelah mereka dimakan cacing dan tanah dan menjadi orang mati setelah menjalani kehidupan dan menjadi tulang belulang setelah melewati kehidupan yang penuh nikmat.

 

Para kekasih mereka sedih atas kematian mereka dan mereka tinggal di bawah tanah dan berpindah tidak bisa kembali. Sungguh jauh, jauh sekali. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.

 

Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. Seakan-akan kalian telah berada di tempat mereka menetap dan mengalami ujian dan kesendirian di tempat tinggal dan kalian tertahan di tempat berbaring itu dan ditampung oleh tempat penyimpanan itu.

 

Maka bagaimana seandainya kalian menyaksikan berbagai kejadian dan kuburan dibongkar dan isi hati ditampakkan dan kalian disuruh berdiri untuk pemeriksaan di hadapan Raja Yang Maha Agung.

 

Hati menjadi bingung karena takut dosa-dosa yang lampau dan tabir-tabir disingkap darimu hingga tampak kejelekan dan rahasiamu.

 

Ketika itu setiap jiwa dibalas atas perbuatan yang dilakukannya.

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” An-Najm: 31

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan di letakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya.” Al-Kahfi: 49

 

Semoga Allah menjadikan kami dan kalian orang-orang yang mengamalkan kitab-Nya dan mengikut para wali-Nya hingga Dia menempatkan kita di negeri yang kekal dari karunia-Nya, sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

 

Seorang bijak berkata: Hari-hari bagaikan anak panah dan manusia adalah sasarannya, sedangkan kehidupan menembakkan anak panahnya setiap hari kepadamu dan membinasakanmu dengan malam-malam dan hari-harinya hingga menghabiskan semua bagianmu.

 

Maka bagaimana engkau tetap selamat sementara hari-hari menimpamu dan malam-malam berjalan cepat di badanmu.

 

Andaikata diungkap bagimu kekurangan yang ditimbulkan harihari padamu, niscaya engkau merasa resah terhadap setiap hari yang datang kepadamu dan merasakan berat lewatnya saat-saat padamu.

 

Akan tetapi pengaturan Allah di atas pengaturan renungan dan dengan melupakan kejelekan dunia ia merasakan kelezatannya, padahal sesungguhnya ia lebih pahit daripada algam apabila diramu oleh orang yang bijak.

 

Dunia telah memayahkan orang yang menggambarkan kejelekannya dengan perbuatan-perbuatannya yang nampak dan berbagai keajaiban yang ditimbulkannya lebih banyak daripada yang diketahui oleh penasehat.

 

Ya Allah, tunjukkan kepada kami jalan yang benar.

 

Seorang bijak berkata setelah diminta menggambarkan dunia dan kadar umurnya: la berkata: Dunia adalah waktumu yang kembali pandanganmu kepadamu di dalamnya, karena apa yang sudah lewat darimu telah luput darimu untuk mendapatkannya dan apa yang tidak datang, maka engkau tidak mengetahuinya.

 

Kehidupan adalah hari yang datang dan diberitakan kepergiannya oleh malamnya dan dilipat oleh saat-saatnya.

 

Peristiwa-peristiwanya datang kepada manusia dengan menimbulkan perubahan dan kekurangan.

 

Kehidupan mencerai beraikan kelompok-kelompok dan memecah kesatuan dan menyebabkan berganti-gantinya pemilikan harta, sedangkan angan-angan panjang dan umur pendek dan kepada Allah kembali semua urusan.

 

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkhutbah: la berkata: Hai sekalian manusia, sesungguhnya kalian diciptakan untuk suatu perkara yang apabila kalian mempercayainya, maka sesungguhnya kalian orang-orang yang dungu. Dan jika kalian mendustakannya, maka kalian binasa.

 

Kalian tidak diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.

 

Hai hamba-hamba Allah, sesungguhnya kalian berada di tempat yang kamu bisa tersedak oleh makananmu dan tersendat oleh minumanmu. Tidak mulus bagimu suatu kenikmatan yang menggembirakanmu, melainkan dengan meninggalkan kenikmatan lainnya yang kamu tidak suka meninggalkannya. Maka beramallah untuk apa yang ingin kamu dapatkan dan kekal di dalamnya. Kemudian ia menangis dan turun.

 

Ali karromallahu wajhahu berkata dalam khutbahnya: Aku berwasiat kepada kalian, agar bertakwa kepada Allah dan meninggalkan dunia yang meninggalkan kalian.

 

Jika kalian tidak suka meninggalkan dunia yang membuat tubuhmu menjadi usang dan kalian ingin memperbaruinya, maka perumpamaan kalian dan dunia adalah seperti suatu kaum dalam perjalanan. Mereka menempuh suatu jalan dan seakan-akan mereka sudah menempuhnya dan sampai kepada suatu tanda, maka seakan-akan mereka sudah sampai kepadanya.

 

Berapa lama orang berjalan hingga tiba di tempat tujuan dan berapa lama hidupnya seorang yang mempunyai satu hari di dunia sementara pencari yang cepat mencarinya hingga ia meninggalkannya.

 

Maka janganlah kalian cemas karena kesengsaraan dan kesusahannya, karena itu akan berakhir dan jangan gembira dengan kesenangan dan kenikmatannya, karena itu akan lenyap.

 

Aku heran terhadap pencari dunia, sedangkan kematian mencarinya dan orang yang lalai sedangkan ia tidak dilalaikan.

 

Muhammad bin Husein berkata: Ketika orang bijak. orang berilmu, ahli makrifat dan orang yang beradab mengetahui bahwa Allah azza wa jalla telah menghinakan dunia dan Dia tidak meridhainya bagi para wali-Nya dan bahwa dunia di sisi-Nya hina dan rendah dan Rasulullah SAW menjauhinya dan memperingatkan para sahabatnya dari fitnahnya, mereka pun makan sekedarnya dan memberikan kelebihannya dan mengambil darinya secukupnya dan meninggalkan yang melalaikan mereka.

 

Mereka memakai baju untuk menutup aurat dan memakan makanan yang terendah untuk menghilangkan lapar dan memandang dunia sebagai objek yang akan musnah dan memandang akhirat sebagai objek yang kekal. Maka mereka menyiapkan bekal dari dunia seperti bekal pengendara. Kemudian mereka merobohkan dunia dan membangun akhirat dengannya.

 

Mereka memandang akhirat dengan hati mereka. maka mereka mengetahui bahwa mereka akan memandang kepadanya dengan hati mereka, karena mereka akan pergi kepadanya dengan badan mereka. Mereka merasa payah sedikit dan bersenang-senang lama.

 

Semua itu dengan taufik dari Tuhan mereka yang Maha Pemurah. Mereka menyukai apa yang disukai Allah bagi mereka dan membenci apa yang dibenci Allah bagi mereka.

 

 

 

Ketahuilah, bahwa orang miskin patut memiliki sifat qana’ah, tidak serakah dan tidak mengharapkan harta milik orang lain dan tidak berambisi untuk memperoleh harta bagaimanapun caranya.

 

Hal itu tidak mungkin dilakukannya, kecuali ia merasa puas dengan sekedar kebutuhannya berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal. la batasi dirinya dengan kadar yang paling sedikit dan macam yang paling rendah dan mengembalikan angan-angannya kepada harinya atau bulannya dan tidak menyibukkan hatinya dengan sesudah sebulan.

 

Jika ia mengharapkan bagian yang banyak atau memanjangkan angan-angannya, hilanglah darinya kemuliaan qana’ah dan tercemar secara pasti dengan sifat tamak dan kerendahan sifat serakah.

 

Keserakahan dan ketamakan itu menyeretnya kepada akhlak yang buruk dan perbuatan mungkar yang merusak kehormatan dirinya.

 

Manusia diciptakan dengan tabiat serakah, tamak dan sedikit qana’ah. Rasulullah SAW bersabda:

 

“Andaikata anak Adam mempunyai dua lembah dari emas, niscaya ia menginginkan lembah ketiga dan tidaklah memenuhi perut anak Adam, kecuali tanah dan Allah menerima taubat dari orang yang bertaubat.”

 

Diriwayatkan dari Abi Waqid Al-Laitsi, ia berkata: Adalah Rasulullah SAW apabila menerima wahyu, kami mendatanginya, lalu beliau mengajari kami apa yang diwahyukan kepadanya.

 

Pada suatu hari aku datang kepadanya. Beliau berkata: Allah azza wa jalla berkata: Sesungguhnya Kami turunkan harta untuk mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Andaikata anak Adam mempunyai sebuah lembah dari emas, niscaya dia ingin mempunyai lembah yang kedua. Dan jika ia mempunyai yang kedua, ia ingin memiliki yang ketiga dan tidaklah memenuhi perut anak Adam, kecuali tanah dan Allah menerima taubat dari orang yang bertaubat.

 

Berkata Abu Musa Al-Asy’ari: Turun surah seperti Baro’ah, kemudian diangkat dan dihafal darinya: “Sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan orang-orang yang tidak mempunyai akhlak dan andaikata anak Adam mempunyai dua lembah dari harta, niscaya ia menginginkan lembah ketiga dan tidaklah memenuhi perut anak Adam, kecuali tanah dan Allah menerima taubat dari orang yang bertaubat.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Dua macam orang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu rakus ilmu dan rakus harta.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Anak Adam menjadi tua dan ikut menjadi tua bersamanya dua perkara, yaitu angan-angan dan cinta harta.” atau sebagaimana yang dikatakannya.

 

Oleh karena ini adalah tabi’at manusia yang menyesatkan dan naluri yang membinasakan, maka Allah Ta’ala memuji rasul-Nya atas sifat qana’ah.

 

Nabi SAW bersabda: “Beruntunglah orang yang diberi petunjuk untuk masuk Islam, sedangkan penghidupannya adalah secukupnya dan ia puas dengannya.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tidaklah seorang miskin maupun seorang kaya, melainkan ia berangan-angan pada hari kiamat kiranya ia diberi makanan pokok sewaktu berada di dunia.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Kekayaan itu bukan karena banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kaya jiwa.”

 

Nabi SAW melarang keserakahan yang sangat dan berlebihan dalam mencari dunia. Maka beliau berkata: Hai sekalian manusia, carilah dunia dengan cara yang baik, karena hamba tidak mendapatkan, kecuali yang ditulis baginya dan hamba tidak akan meninggalkan dunia hingga datang kepadanya dunia yang ditetapkan baginya, sedangkan dunia tidak suka.

 

Diriwayatkan bahwa Musa alaihis salam bertanya kepada Tuhannya Allah Ta’ala: Ia berkata: Hamba-Mu yang mana yang paling kaya?

 

Allah menjawab: Orang yang paling puas dengan apa yang Aku berikan kepadanya.

 

Musa berkata: Siapa di antara mereka yang paling adil?

 

Allah menjawab: Orang yang berbuat baik terhadap dirinya.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya roh qudus membisikkan dalam hatiku bahwa seseorang tidak akan mati hingga telah sempurna rezekinya. Maka takutlah kalian kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik.”

 

Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW berkata kepadaku: “Haji Aba Hurairah, apabila engkau merasa sangat lapar, makanlah sepotong roti dan minumlah segelas air dan biarlah dunia binasa.”

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah engkau orang yang paling wara’, niscaya engkau menjadi orang yang paling taat beribadah. Jadilah engkau orang yang bersifat qana’ah, niscaya engkau menjadi orang yang paling bersyukur. Sukailah pada orang lain apa yang engkau sukai pada dirimu, niscaya engkau menjadi seorang mukmin (sejati).

 

Rasulullah SAW melarang sifat tamak. Diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshari bahwa seorang dusun datang kepada Nabi SAW.

 

la berkata: Ya Rasulallah, nasihatilah aku dan ringkaslah.

 

Nabi SAW berkata: Apabila engkau mengerjakan shalat, kerjakan shalat orang yang akan berpamitan dan janganlah engkau bicara dengan perkataan yang harus engkau mintakan maaf darinya besok dan jangan mengharapkan harta orang lain.

 

Auf bin Malik Al-Asyja’iy berkata: Kami berada di tempat Rasulullah SAW dalam kelompok berjumlah Sembilan atau delapan atau tujuh orang. Kemudian Nabi SAW berkata: Apakah kalian tidak membai’at Rasulullah?

 

Kami menjawab: Bukankah kami telah membai’atmu, ya Rasulallah?

 

“Kemudian beliau berkata: Tidakkah kalian membai’at Rasulullah?

 

Maka kami ulurkan tangan kami, lalu membai’atnya.

 

Ada seorang diantara kami berkata: Kami telah membai’atmu. maka atas dasar apa kami membai’atmu?

 

Nabi SAW menjawab: Kalian sembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu apapun dengan-Nya, kalian kerjakan shalat lima waktu, kalian dengar dan taat. Beliau ucapkan dengan suara pelan: Janganlah kalian meminta sesuatu kepada orang-orang.

 

Auf berkata: Salah seorang dari rombongan itu ada yang jatuh cambuknya, namun ia tidak meminta kepada seseorang agar memberikan cambuk itu kepadanya.

 

Umar r.a. berkata: Sifat tamak adalah kemiskinan dan tidak mengharapkan harta orang lain adalah kekayaan.

 

Barangsiapa tidak mengharapkan milik orang lain, ia pun tidak membutuhkan mereka.

 

Dikatakan kepada seorang bijak: Apa itu kekayaan?

 

Orang itu menjawab: Sedikitnya angan-anganmu dan keridhaanmu dengan rezeki yang mencukupimu.

 

Penyair berkata:

 

Kehidupan adalah saat-saat yang lewat dan bencana berhari-hari yang menimpa puaslah dengan kehidupan supaya kamu ridha dengannya dan tinggalkan hawa nafsumu supaya kamu hidup merdeka bisa jadi kematian disebabkan oleh emas, yagut dan mutiara Adalah Muhammad bin Waasi’ membasahi roti yang kering dengan air dan memakannya. la berkata: Siapa yang merasa puas dengan ini, ia pun tidak membutuhkan seorang pun.

 

Sufyan berkata: Sebaik-baik duniamu adalah yang tidak menimbulkan cobaan atasmu dan sebaik-baik cobaan yang menimpa kamu adalah yang keluar dari tanganmu.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Tidaklah lewat suatu hari, melainkan seorang malaikat berseru: Hai anak Adam, sedikit rezeki yang mencukupimu lebih baik daripada banyak harta yang membuatmu sombong.

 

Sumaith bin Ajlan berkata: Hai anak Adam, sesungguhnya perutmu berukuran sejengkal kali sejengkal. Maka jangan biarkan dia memasukkanmu ke dalam api neraka.

 

Dikatakan kepada seorang bijak: Apa hartamu ?

 

la menjawab: Berhias pada lahirku dan menjaga diri dalam batinku dan tidak mengharapkan milik orang lain.

 

Diriwayatkan bahwa Allah azza wa jalla berkata: Hai anak Adam, andaikata engkau memiliki dunia seluruhnya, tidaklah engkau memiliki darinya, kecuali makanan pokok.

 

Dan apabila Aku memberimu makanan pokok darinya dan Aku jadikan perhitungannya atas orang lain, maka aku telah berbuat baik kepadamu.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Apabila seseorang dari kamu meminta kebutuhan, hendaklah ia memintanya dengan permintaan yang mudah dan janganlah dia mendatangi orang, lalu berkata: Sesungguhnya kamu dan sesungguhnya kamu, lalu ia memutuskan punggungnya. Sesungguhnya yang datang kepadanya adalah rezeki yang telah dibagikan baginya atau yang dikaruniakan.

 

Seorang dari bani Umayyah menulis surat kepada Abi Hazim menetapkan atasnya supaya ia mengajukan kebutuhannya kepadanya.

 

Abu Hazim menulis surat kepadanya: Aku telah mengajukan semua kebutuhanku kepada Tuhanku. Mana yang Dia berikan kepadaku, aku pun menerimanya dan yang ditahan-Nya dariku, aku merasa puas.

 

Dikatakan kepada seorang bijak: Apa yang lebih menggembirakan bagi orang berakal dan apa yang lebih membantu untuk menghilangkan kesedihan.

 

“Ia menjawab: Yang paling menggembirakan bagi orang berakal jalah amal baik yang dikerjakannya dan yang paling membantunya untuk menghilangkan kesedihan ialah ridha dengan takdir yang telah ditentukan. ” Seorang bijak berkata: Aku dapati yang paling lama kesusahannya adalah orang yang dengki. Dan yang paling senang kehidupannya adalah orang yang puas dengan apa adanya dan yang paling sabar menghadapi gangguan adalah orang serakah apabila dia tamak, yang paling ringan kehidupannya adalah yang paling keras menolak dunia dan yang paling besar penyesalannya di antara mereka adalah orang alim yang menyeleweng.

 

Penyair berkata:

 

Adalah menyenangkan hati, seorang pemuda yang percaya bahwa Tuhan yang membagi rezeki akan memberinya rezeki kehormatannya terpelihara tidak dikotorinya dan wajahnya baru tidak dibuatnya usang sesungguhnya sifat qana’ah ialah siapa yang memilikinya tidak mengalami dalam kehidupannya sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur.

 

Penyair lain berkata:

 

Sampai kapan aku datang dan pergi dan terus berusaha, pulang dan pergi

jauh dari rumah aku terus pergi meninggalkan para kekasih,

sedang mereka tidak tahu bagaimana keadaanku

di bagian timur bumi kadang-kadang di bagian baratnya tidak terlintas kematian dalam pikiranku karena keserakahanku andaikata aku puas dengan apa yang ada datanglah rezeki kepadaku dengan tenang sesungguhnya orang yang memiliki sifat qana’ah adalah orang yang kaya, bukan yang banyak hartanya

 

Umar r.a. berkata: Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang apa yang aku anggap halal dari harta Allah Ta’ala, yaitu dua lembar

 

pakaian untuk musim dingin dan musim panasku, kendaraan yang mencukupi aku untuk pergi haji dan menunaikan umrah dan makanan pokokku seperti makanan pokok seorang lelaki dari Quraisy. Aku bukan orang tertinggi dari mereka dan bukan orang terendah. Demi Allah, aku tidak tahu, apakah itu halal bagiku atau tidak.

 

Sepertinya dia ragu apakah kadar ini melebihi kecukupan yang wajib puas dengannya.

 

Seorang dusun menegur saudaranya atas keserakahannya. Ia berkata: Hai saudaraku, engkau pencari dan dicari. Engkau dicari oleh pencari yang engkau tidak bisa luput darinya dan engkau mencari sesuatu yang engkau sudah dicukupi.

 

Seakan-akan apa yang tidak engkau lihat telah disingkapkan bagimu dan apa yang engkau dapatkan, engkau pun telah dipindah darinya.

 

Hai saudaraku, sepertinya engkau tidak pernah melihat orang serakah yang tidak mendapat apa-apa dan orang zahid yang mendapat rezeki.

 

Mengenai hal itu penyair berkata:

 

Aku melihat kekayaan telah menambah keserakahanmu

terhadap dunia, seakan-akan engkau tidak mati bukankah engkau mempunyai tujuan jika pada suatu hari engkau sampai padanya, lalu engkau katakan: cukuplah bagiku, aku sudah ridha

 

Berkata Asy-Syafi’i: Diceritakan bahwa seorang lelaki berburu seekor burung Qumburah. Burung itu berkata: Apa yang ingin engkau lakukan terhadapku?

 

Pemburu itu menjawab: Aku akan menyembelihmu dan memakanmu.

 

Burung itu berkata: Demi Allah, aku tidak puas dari makanan dan tidak kenyang karena lapar. Akan tetapi aku akan memberitahukan kepadamu tiga perkara yang lebih baik daripada memakanku. Yaitu pertama: Aku beritahu engkau ketika aku berada di tanganmu. Yang kedua: Aku beritahu engkau ketika aku berada di atas pohon. Yang ketiga: Ketika aku berada di atas gunung.

 

Orang itu berkata: Beritahukan yang pertama.

 

Burung itu berkata: Jangan menyesal atas sesuatu yang luput darimu.

 

Maka orang itu melepaskannya. Ketika burung itu berada di atas pohon, orang itu berkata: Beritahukan kepadaku yang kedua.

 

Burung itu berkata: Janganlah mempercayai sesuatu yang tidak terjadi bahwa ia akan terjadi.

 

Kemudian burung itu terbang dan berada di atas gunung.

 

la berkata: Hai orang yang malang, andaikata engkau menyembelihku, niscaya engkau keluarkan dari rongga tubuhku dua butir mutiara. Setiap butir beratnya 20 mitsqal.

 

Maka orang itu menggigit bibirnya dan menyesal. Ia berkata: Beritahukan kepadaku yang ketiga.

 

Burung itu menjawab: Engkau sudah melupakan dua perkara, maka bagaimana aku beritahukan kepadamu yang ketiga. Bukankah aku katakan kepadamu: Janganlah engkau menyesal atas sesuatu yang luput darimu dan jangan mempercayai sesuatu yang tidak terjadi. Aku, dagingku, darah dan buluku tidak berharga 20 mitsqal maka bagaimana di dalam rongga tubuhku ada dua butir mutiara masing-masing seharga 20 mitsqal. Kemudian burung itu terbang dan lenyap.

 

Ini adalah contoh ketamakan manusia yang melampaui batas karena ketamakan itu membutakannya dari memahami kebenaran hingga menganggap sesuatu yang tidak terjadi akan terjadi.

 

Berkata ibnu Sammak: Sesungguhnya harapan adalah tali dj hatimu dan ikatan di kakimu. Maka keluarkan harapan dari hatimu, niscaya keluarlah ikatan dari kakimu.

 

Berkata Abu Muhammad Al-Yazidi: Aku masuk kepada Ar-Rasyid, Aku mendapatinya mengamati selembar surat yang tertulis padanya dengan tinta emas.

 

Ketika ia melihatku, dia tersenyum. Maka aku katakan: Faedah, semoga Allah memperbaiki Amirul mukminin.

 

Ar-Rasyid menjawab: Ya. Aku mendapati dua bait ini di perbendaharaan bani Umayyah. Maka aku menganggapnya bagus dan aku tambahkan bait ketiga bagi keduanya:

 

Apabila ditutup satu pintu darimu tanpa keperluan

maka biarkan dia untuk keperluan lain

yang terbuka pintunya bagimu

sesungguhnya cukuplah bagimu mengisi rongga perut

dan cukuplah bagimu menjauhi kejelekan dari berbagai urusan

janganlah engkau korbankan kehormatanmu

dan jauhilah perbuatan maksiat

niscaya engkau dijauhi oleh hukumannya

 

Abdullah bin Salam berkata kepada Ka’ab: Apa yang menghilangkan ilmu dari ulama setelah mereka menghafal dan memahaminya?

 

Ka’ab menjawab: Ketamakan dan keserakahan jiwa dan mencari berbagai kebutuhan.

 

Seorang lelaki berkata kepada Al-Fudhail: Tafsirkan bagiku perkataan Ka’ab.

 

Fudhail menjawab: Ada orang tamak terhadap sesuatu. Ia mencarinya sehingga lenyap agamanya di atasnya.

 

Adapun keserakahan adalah keserakahan jiwa terhadap ini dan terhadap ini sehingga engkau tidak ingin kehilangan sesuatu darinya dan engkau membutuhkan orang ini dan membutuhkan orang ini.

 

Apabila ia melaksanakannya bagimu, maka ia melubangi hidungmu dan menuntunmu ke tempat mana pun yang dia kehendaki dan menguasaimu dan engkau pun tunduk kepadanya.

 

Maka siapa yang mencintaimu untuk mendapatkan dunia engkau beri salam kepadanya bila engkau melewatinya dan engkau jenguk dia bila ia sakit. Engkau tidak memberinya salam karena Allah azza wa jalla dan tidak menjenguknya karena Allah. maka seandainya tidak membutuhkannya, hal itu lebih baik bagimu.

 

 

Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik umat ini adalah kaum fakirnya dan yang paling cepat berbaring di surga adalah orang-orang yang lemah darinya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Aku mempunyai dua pekerjaan. Siapa yang menyukai keduanya berarti ia mencintai aku. Dan siapa yang membenci keduanya, maka ia telah membenciku, yaitu kemiskinan dan jihad.”

 

Diriwayatkan bahwa Jibril alaihis salam turun kepada Rasulullah SAW. la berkata: Ya Muhammad, Allah azza wa jalla memberi salam kepadamu dan Dia berkata: Apakah engkau suka Aku jadikan gunung ini emas dan menjadi milikmu dimanapun engkau berada?

 

Rasulullah SAW menundukkan kepalanya sebentar, kemudian berkata: “Ya Jibril, dunia adalah tempat bagi orang yang tidak punya tempat dan harta bagi orang yang tidak punya harta dan hanya Orang tak berakal yang mengumpulkan harta untuknya.”

 

Maka Jibril berkata kepadanya: Ya Muhammad, Allah telah meneguhkanmu dengan perkataan yang teguh.

 

Diriwayatkan bahwa Al-Masih alaihis salam dalam perjalanannya melewati seorang lelaki yang tidur menutupi badannya dengan selimut. Maka Isa membangunkannya dan berkata: Hai orang yang tidur, bangunlah dan sebutlah Allah Ta’ala.

 

Orang itu menjawab: Apa yang engkau inginkan dariku?

 

sesungguhnya aku telah meninggalkan dunia bagi penggemarnya.

 

Maka Isa berkata kepadanya: Kalau begitu tidurlah, wahai kekasihku.

 

Musa alaihis salam melewati seorang lelaki yang tidur di atas tanah dan di bawah kepalanya ada batu bata, sedangkan wajah dan janggutnya di tanah dan ia memakai sarung abaya.

 

Musa berkata: Ya Tuhanku, hamba-Mu ini di dunia terlantar.

 

Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: Hai Musa, tidakkah engkau tahu bahwa Aku telah melihat kepada seorang hamba dengan seluruh wajah-Ku dan Aku jauhkan dunia seluruhnya darinya?

 

Nabi SAW bersabda: “Kemiskinan lebih bagus bagi orang mukmin dari rambut yang bagus di pipi kuda.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Siapa di antara kalian yang sehat tubuhnya, aman dalam hatinya dan mempunyai makanan untuk harinya, maka seakan-akan ia diberi dunia seluruhnya.”

 

Berkata Ka’ab Al-Ahbar: Allah Ta’ala berfirman kepada Musa alaihis salam: Hai Musa, apabila engkau melihat kemiskinan datang, maka katakanlah: Selamat datang, syi’ar orang-orang shaleh.

 

Atha’ Al-Khurasani berkata: Seorang nabi lewat di pantai. Ia melihat seorang lelaki berburu ikan.

 

la mengucapkan: Bismillah dan melemparkan jarring, tetapi tidak ada yang masuk di dalamnya. Kemudian ia melewati seorang lelaki lain dan berkata: Bismi syaitan (dengan nama syaitan) dan melemparkan jaringnya.

 

Ternyata banyak ikan masuk di dalamnya dan tidak bisa Menampung karena banyaknya.

 

Maka nabi itu berkata: Ya Tuhanku, apa ini? Sedangkan aku sudah tahu bahwa semua itu di tangan-Mu.

 

Kemudian Allah Ta’ala berkata kepada para malaikat: Ungkapkan bagi hamba-Ku tentang kedudukan kedua orang itu.

 

Ketika nabi itu melihat kemuliaan yang diberikan Allah Ta’ala kepada orang ini dan kehinaan yang diberikan kepada orang itu, nabi itu berkata: Aku ridha, ya Rabb.

 

Nabi kita Muhammad SAW bersabda: Aku mengintai ke dalam surga. Ternyata kulihat sebagian besar penghuninya orang-orang miskin dan aku mengintai ke dalam neraka, ternyata sebagian besar penghuninya orang kaya dan wanita.

 

Dalam hadits lain disebutkan: Maka kulihat sebagian besar penghuni neraka adalah wanita. Kemudian aku katakan: Apa urusan mereka?

 

Dijawab: Mereka dilalaikan oleh dua benda merah, emas dan za’faran.

 

Nabi SAW bersabda: “Hadiah bagi orang mukmin di dunia adalah kemiskinan.”

 

Disebutkan dalam khabar: Nabi yang terakhir masuk surga adalah Sulaiman bin Dawud alaihimas salam karena kedudukannya sebagai raja.

 

Dan sahabatku yang terakhir masuk surga adalah Abdurrahman bin Auf disebabkan kekayaannya.

 

Disebutkan dalam hadits lain: Aku melihatnya masuk surga sambil merangkak.

 

Al-Masih alaihis salam berkata: Orang kaya masuk surga dengan susah payah.

 

Disebutkan dalam khabar lain dari ahlil bait radhiyallahu anhum bahwa Nabi SAW bersabda: Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia mengujinya. Apabila Allah mencintainya dengan sangat, Dia menjadikannya sendirian.

 

Ada yang mengatakan: Bagaimana menjadikannya sendirian?

 

Nabi SAW menjawab: Dia tidak meninggalkan baginya keluarga maupun harta.

 

Musa alaihis salam berkata: Ya Tuhanku, siapa para kekasih-Mu di antara makhluk-Mu supaya aku mencintai mereka demi Engkau.

 

Maka Allah menjawab: Setiap orang miskin, miskin. (Kata miskin yang kedua untuk lebih menegaskan). Al-Masih alaihis salam berkata: Sungguh aku mencintai kemiskinan dan membenci kenikmatan.

 

Ketika para pemimpin Arab dan orang-orang kaya mereka berkata kepada Nabi SAW: “Tentukan bagi kami sehari dan bagi mereka sehari. Mereka datang kepadamu dan kami tidak datang, dan kami datang kepadamu dan mereka tidak datang”, mereka maksudkan orang-orang miskin seperti Bilal. Salman, Suhaib, Abi Dzarr, Khabbab ibnul Arat. Ammar bin Yasir, Abi Hurairah dan para penghuni Shuffah radhiyallahu anhum, Nabi SAW menerima usulan mereka. Hal itu disebabkan mereka mengeluh karena terganggu oleh bau mereka.

 

Orang-orang itu memakai baju dari wol di panas yang terik. Apabila mereka berkeringat. baunya menyebar dari baju-baju mereka. Hal itu tidak disukai oleh orang-orang kaya. Termasuk mereka adalah Al-Agra’ bin Haabis At-Tamimi, Uyainah bin Hishin Al-Fuzari, Abbas bin Mirdas As-Sulami dan lainnya.

 

Maka Rasulullah SAW memenuhi keinginan mereka untuk tidak mengumpulkan orang-orang kaya dan orang-orang miskin itu dalam satu majelis. Kemudian turun firman Allah Ta’ala kepadanya:

 

“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami.” Al-Kahfi: 28

 

Dan firman Allah Ta’ala:

 

“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” Al-Kahfi 29

 

Ibnu Ummi Maktum minta izin masuk kepada Nabi SAW dan di tempatnya ada seorang pemuka Quraisy. Nabi SAW merasa berat untuk mengizinkannya.

 

Kemudian Allah Ta’ala menurunkan:

 

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinnya serba cukup, maka kamu melayaninya.” “Abasa: 1-6

 

Nabi SAW bersabda: “Perbanyaklah kalian mengenal kaum fakir (miskin) dan berilah kebaikan kepada mereka, karena mereka mempunyai kekuasaan.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, apa kekuasaan mereka?

 

Nabi SAW menjawab: Pada hari kiamat dikatakan kepada mereka: Lihatlah siapa yang memberimu sepotong roti atau memberimu minuman atau memberi baju, lalu peganglah tangannya, kemudian bawalah dia ke surga.”

 

Nabi SAW bersabda: “Aku masuk surga. Kemudian aku mendengar gerakan di depanku. Maka aku melihat, ternyata ada Bilal. Aku melihat di atasnya, ternyata ada orang-orang miskin dari umatku dan anak-anak mereka. Kemudian aku melihat di bawahnya, ternyata di situ ada orang-orang kaya dan sedikit wanita.

 

Maka aku katakan: Ya Tuhanku, kenapa mereka?

 

Allah menjawab: Adapun kaum wanita, mereka telah dicelakakan oleh dua benda merah, emas dan sutera. Adapun orang-orang kaya, mereka sibuk dengan hisab yang lama.

 

Aku memeriksa para sahabatku, namun aku tidak melihat Abdurrahman bin Auf. Kemudian ia datang kepadaku sesudah itu sambil menangis.

 

Maka aku berkata: Apa yang membuatmu tertinggal dariku?

 

Abdurrahman menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah, aku tidak sampai kepadamu hingga aku berjumpa orang-orang tua dan aku mengira bahwa aku tidak melihatmu.

 

Kemudian aku berkata: Mengapa?

 

Abdurrahman menjawab: Aku dihisab dengan hartaku.

 

Lihatlah kejadian ini. Abdurrahman adalah orang yang terdahulu masuk Islam bersama Rasulullah SAW. Ia termasuk sepuluh orang yang ditentukan bahwa mereka termasuk penghuni surga dan termasuk orang kaya yang dikatakan Rasulullah SAW mengenai mereka. Orang yang memberikan hartanya begini dan begini. Meskipun begitu, ia mengalami cobaan dengan kekayaan hingga batas ini.

 

Rasulullah SAW masuk kepada seorang lelaki miskin. Beliau tidak melihat sesuatu apapun padanya. Kemudian beliau berkata: Andaikata cahaya orang ini dibagikan kepada penghuni bumi, niscaya mencukupi bagi mereka.

 

Nabi SAW bersabda: “Maukah kuberitahu kalian tentang raja-raja penghuni surga?

 

Para sahabat berkata: Mau, ya Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Setiap orang yang lemah dan dianggap lemah, rambutnya berdebu dan kusut, memakai dua baju usang dan tidak dipedulikan orang. Andaikata ia bersumpah demi Allah, niscaya Allah memenuhi sumpahnya.

 

Imran bin Hushain berkata: Aku mempunyai tempat dan kedudukan di sisi Rasulullah. Pada suatu hari Rasulullah SAW berkata: Maukah engkau menjenguk Fathimah binti Rasulullah SAW?

 

Aku menjawab: Ya, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, ya Rasulallah.

 

Kemudian kami pergi hingga tiba di pintu Fathimah, lalu beliau mengetuk pintu dan mengucapkan: Assalamu alaikum. Apakah aku boleh masuk?

 

Fathimah menjawab: Masuklah. ya Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Aku dan orang yang bersamaku.

 

Fathimah berkata: Siapa yang bersamamu, ya Rasulallah?

 

Beliau menjawab: Imran.

 

Fathimah berkata: Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai nabi, aku hanya memakai abayah.

 

Nabi SAW berkata: Perbuatlah dengannya begini dan begini dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya.

 

Fathimah berkata: Ini tubuhku, aku sudah menutupinya. Namun, bagaimana dengan kepalaku?

 

Maka Nabi SAW melemparkan kepadanya mula’ah (sejenis baju) yang usang. Beliau berkata: Ikatlah kepalamu dengannya.

 

Kemudian Fathimah mengizinkan Nabi SAW masuk.

 

Beliau mengucapkan: Assalamu “alaikum, wahai putriku. bagaimana keadaanmu di pagi ini?

 

Demi Allah, aku sakit dan yang menambah sakitku ialah aku tidak mendapat makanan untuk aku makan. Rasa lapar membuatku sakit.

 

Maka Rasulullah SAW menangis dan berkata: Janganlah engkau cemas, wahai anakku. Demi Allah, aku tidak merasakan makanan sejak tiga hari, sedangkan aku lebih mulia di sisi Allah daripada engkau. Andaikata aku minta kepada Allah Tuhanku, niscaya Dia memberiku makanan. Akan tetapi aku lebih mengutamakan akhirat daripada dunia.

 

Kemudian beliau menepukkan tangannya di atas pundaknya dan berkata kepadanya: Gembiralah, sesungguhnya engkau pemimpin wanita penghuni surga.

 

Fathimah berkata: Di mana Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran?

 

Nabi SAW menjawab: Asiyah pemimpin para wanita di alamnya, Maryam pemimpin para wanita di alamnya, sedangkan engkau pemimpin para wanita di alammu.

 

Sesungguhnya kalian berada di rumah-rumah dari mutiara, tidak ada gangguan, tidak ada teriakan dan tidak ada kepayahan di dalamnya.

 

Kemudian Nabi SAW berkata kepadanya: Puaslah engkau dengan putra pamanmu. Demi Allah, aku telah mengawinkanmu dengan seorang pemimpin di dunia dan pemimpin di akhirat.

 

Diriwayatkan dari Ali karromallahu wajhahu bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila orang-orang membenci kaum fakir mereka dan menampakkan kemakmuran dunia dan saling berebut mengumpulkan dirham (uang), maka Allah menimpakan empat perkara atas mereka: yaitu musim paceklik, kezaliman pemimpin, pengkhianatan para penguasa dan kekerasan dari musuh.

 

Berkata Abu Darda’ r.a.: Orang yang mempunyai dua dirham lebih lama ditahan atau ia berkata: lebih ketat hisabnya daripada orang yang memiliki satu dirham.

 

Umar r.a. mengirim seribu dinar kepada Said bin Amir. Kemudian ia datang dalam keadaan sedih dan susah. Istrinya berkata: Apakah terjadi suatu perkara?

 

Said menjawab: Lebih berat daripada itu.

 

Kemudian ia berkata: “Berikan padaku bajumu yang usang,” lalu ia merobeknya dan menjadikannya beberapa kantung dan membagikannya.

 

Kemudian ia berdiri mengerjakan shalat dan menangis sampai pagi.

 

Kemudian ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kaum fakir umatku masuk surga sebelum orang-orang kaya dalam tempo 500 tahun, hingga ada orang kaya yang masuk dalam rombongan mereka, lalu dipegang tangannya dan dikeluarkan.

 

Diceritakan bahwa seorang fakir datang ke majelis Ats-Tsauri rahimahullah. Maka ia berkata kepada orang itu: Masuklah! Andaikata engkau orang kaya, aku tidak mendekatkanmu.

 

Adalah orang-orang kaya dari teman-temannya berharap kiranya mereka adalah orang fakir, karena Ats-Isauri banyak mendekatkan kaum fakir dan berpaling dari orang-orang kaya.

 

Al-Muammil berkata: Aku tidak pernah melihat orang kaya lebih hina daripada di majelis Ats-Tsauri dan aku tidak pernah melihat orang fakir lebih mulia daripada di majelis AtsTsauri rahimahullah.

 

Seorang bijak berkata: Kasihan anak Adam. Andaikata dia takut api neraka seperti takut kemiskinan, niscaya ia selamat dari kedua-duanya. Andaikata ia menyukai surga seperti menyukai kekayaan, niscaya ia mendapat kedua-duanya. Andaikata ia takut Allah di dalam batin seperti ia takut makhluk-Nya pada lahirnya, niscaya ia bahagia di dunia dan akhirat.

 

Ibnu Abbas berkata: Terkutuklah orang yang memuliakan kekayaan dan menghinakan kemiskinan.

 

Berkata Lugman alaihis salam kepada puteranya: Janganlah engkau meremehkan seseorang karena bajunya yang usang, karena Tuhanmu dan Tuhannya satu.

 

Yahya bin Mu’adz berkata: Cintamu kepada kaum fakir termasuk akhlak para rasul dan pengutamaanmu duduk dengan mereka adalah tanda orang-orang shaleh dan keenggananmu berteman dengan mereka adalah tanda orang-orang munafik.

 

Disebutkan dalam khabar dari kitab-kitab dahulu bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada salah seorang nabi-Nya: Waspadalah supaya Aku tidak membencimu, hingga engkau jatuh dalam pandangan-Ku, lalu Aku tuangkan dunia kepadamu sebanyak-banyaknya.

 

Adalah Aisyah r.a. membagikan seratus ribu dirham dalam satu hari. Uang itu dikirimkan kepadanya oleh Mu’awiyah dan ibnu Amir dan lainnya dan pada bajunya terdapat tambalan.

 

Sahayanya berkata: Kiranya engkau beli daging seharga satu dirham untuk berbuka puasa dengannya.

 

Pada waktu itu Aisyah sedang puasa. Maka Aisyah berkata: Andaikata engkau ingatkan aku tentu aku lakukan.

 

Rasulullah SAW sudah pernah berwasiat kepadanya dan berkata: Jika engkau ingin menyusulku, hendaklah engkau menjalani kehidupan kaum fakir dan jangan duduk dengan orang-orang kaya dan jangan melepas bajumu hingga engkau menambalnya.

 

Seorang lelaki datang kepada Ibrahim bin Adham membawa sepuluh ribu dirham, namun ia menolak menerimanya.

 

Orang itu mendesaknya. Maka Ibrahim berkata kepadanya: Apakah engkau ingin aku menghapus namaku dari daftar orang-orang fakir dengan sepuluh ribu dirham? Aku tidak akan melakukannya untuk selamanya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Beruntunglah siapa yang diberi petunjuk hingga masuk Islam dan hidup secukupnya dan ia merasa puas dengannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Hai kaum fakir, berilah Allah keridhaan dari hatimu, niscaya kalian mendapat pahala kemiskinanmu. Kalau tidak, maka kalian tidak mendapatkannya.”

 

Yang pertama ialah orang yang puas dengan apa yang ada dan yang ini adalah orang yang ridha.

 

Hadits ini menunjukkan dengan pengertiannya bahwa orang yang tamak tidak mendapat pahala, meskipun miskin.

 

Akan tetapi keumuman yang disebutkan tentang keutamaan kemiskinan menunjukkan bahwa ia mendapat pahala.

 

Barangkali yang dimaksud dengan tidak adanya keridhaan adalah tidak menyukai perbuatan Allah dalam menahan dunia darinya.

 

Terkadang orang yang menyukai harta tidak terlintas di hatinya untuk mengingkari keputusan Allah Ta’ala maupun tidak menyukai perbuatan-Nya. Ketidaksukaan itulah yang membatalkan pahala kemiskinan.

 

Diriwayatkan dari Umar ibnul Khaththab r.a. dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai kunci dan kunci surga adalah cinta kaum miskin dan fakir karena kesabaran mereka. Mereka adalah orang-orang yang duduk di hadapan Allah Ta’ala pada hari kiamat.”

 

Diriwayatkan dari Ali karromallahu wajhahu dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala ialah orang fakir yang puas dengan rezekinya dan ridha kepada Allah Ta’ala.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“ya Allah, jadikan makanan pokok keluarga Muhammad kecukupan.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang kaya maupun seorang miskin. melainkan ia berangan-angan pada hari kiamat kiranya ia dulu diberi makanan pokok di dunia.”

 

Allah Ta’ala mewahyukan kepada Isma’il alaihis salam: Carilah Aku di tempat orang-orang yang patah hati.

 

Isma’il berkata: Siapa mereka itu?

 

Allah menjawab: Orang-orang fakir yang berkata benar.

 

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada orang yang lebih utama daripada orang fakir apabila ia ridha.”

 

Nabi SAW bersabda: “Allah Ta’ala berkata pada hari kiamat: Di mana orang-orang pilihan dari makhluk-Ku?

 

Para malaikat berkata: Siapa mereka itu, ya Tuhan kami?

 

Allah menjawab: Mereka adalah kaum fakir muslimin yang merasa puas dengan pemberian-Ku dan ridha dengan takdir-Ku, masukkan mereka ke dalam surga. Maka mereka memasukinya, makan dan minum sementara orang-orang menjalani hisab mondar mandir.

 

Ini mengenai orang yang puas dan ridha.

 

Adapun atsar-atsar mengenai keridhaan dan qana’ah, maka jumlahnya banyak. Adalah jelas bahwa qana’ah adalah kebalikan dari sifat tamak.

 

Umar r.a. berkata: Sesungguhnya tamak adalah kemiskinan dan kepuasan adalah kekayaan.

 

Barangsiapa yang tidak mengharapkan milik orang lain dan merasa puas dengan apa adanya, maka ia pun tidak membutuhkan mereka.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Setiap hari seorang malaikat berseru dari bawah Arsy: Sedikit rezeki yang mencukupimu lebih baik daripada banyak harta yang membuatmu sombong.

 

Abu Darda’ r.a. berkata: Setiap orang mempunyai kekurangan dalam akalnya. Hal itu disebabkan apabila datang dunia kepadanya … dengan membawa tambahan, ia pun senang dan gembira sementara malam dan siang terus berjalan menghabiskan umurnya, kemudian hal itu tidak membuatnya sedih.

 

Kasihan anak Adam, tidaklah bermanfaat harta yang bertambah sementara umur berkurang.

 

Dikatakan kepada seorang bijak: Apa yang dimaksud dengan kekayaan?

 

la menjawab: Sedikitnya keinginanmu dan keridhaanmu dengan apa yang mencukupimu.

 

Diceritakan: Ibrahim bin Adham dulunya adalah seorang kaya di Khurasan. Pada suatu hari ia mengamati dari istananya, ternyata ia melihat seorang lelaki di halaman istana memegang sepotong roti dan memakannya. Setelah selesai makan, ia tidur.

 

Maka Ibrahim berkata kepada seorang pelayannya: Jika ia bangun, bawalah dia kepadaku.

 

Ketika ia sudah bangun. pelayan itu membawanya kepada Ibrahim: Hai orang, engkau makan roti dalam keadaan lapar.

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Ibrahim berkata: Maka engkau merasa kenyang.

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Ibrahim berkata: Kemudian engkau tidur dengan nyenyak.

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Ibrahim berkata dalam hatinya: Apa yang aku perbuat dengan dunia, sedangkan jiwa merasa puas dengan kadar ini.

 

Seorang lelaki melewati Amir bin Abdul Oais yang sedang makan garam dan sayuran. Maka ia berkata kepadanya: Hai hamba Allah, apakah engkau ridha dari dunia dengan ini?

 

Amir menjawab: Maukah aku tunjukkan kepadamu orang yang ridha dengan sesuatu yang lebih buruk dari ini?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Amir berkata: Orang yang ridha dunia sebagai ganti akhirat.

 

Adalah Muhammad bin Waasi’ rahimahullah mengeluarkan roti kering, lalu membasahinya dengan air dan memakannya dengan garam. la berkata: Siapa yang ridha dari dunia dengan ini, ia pun tidak butuh kepada seseorang.

 

Al-Hasan rahimahullah berkata: Semoga Allah melaknat orang-orang yang ketika Allah Ta’ala bersumpah, mereka tidak mempercayaiNya. Kemudian ia membaca:

 

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” Adz-Dzariyaat: 22-23

 

Pada suatu hari Abu Dzarr r.a. duduk di antara orang banyak. Tiba-tiba datang istrinya kepadanya. la berkata kepadanya: Apakah engkau duduk di antara orang-orang ini? Demi Allah, di rumah ada minuman maupun makanan.

 

Abu Dzarr menjawab: Hai istriku, sesungguhnya di depan kita ada hambatan yang sulit. Tidak ada yang selamat darinya, kecuali setiap orang yang ringan bebannya.

 

Maka istrinya kembali dan ridha.

 

Dzunnun Al-Mishri rahimahullah berkata: Manusia yang paling dekat kepada kekufuran adalah orang miskin yang tidak sabar.

 

Diriwayatkan bahwa Allah azza wa jalla berkata dalam salah satu kitab terdahulu yang diturunkan: Hai anak Adam, andaikata dunia seluruhnya milikmu, kamu tidak mendapatkan darinya, kecuali makanan. Maka apabila Aku berikan kepadamu makanan darinya dan menjadikan perhitungannya atas orang lain, maka Aku telah berbuat baik kepadamu.

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” Hud: 13

 

Diriwayatkan dari Ikrimah: Janganlah kalian berbuat baik kepada mereka.

 

Yang jelas dari ayat itu ialah keumuman larangan untuk condong kepada kaum musyrikin dan kaum muslimin yang fasik.

 

An-Naisaburi berkata mengenai penafsirannya, ia berkata: Para peneliti berkata: Kecondongan yang dilarang ialah ridha dengan tindakan orang-orang yang zalim atau membaguskan dan membenarkan jalan mereka pada selain mereka dan ikut serta dengan mereka dalam melakukan suatu kezaliman.

 

Adapun masuk dalam golongan mereka untuk menolak bahaya dan mendatangkan manfaat yang cepat, maka hal itu bukan termasuk kecondongan.

 

la berkata: Saya katakan: Ini dari jalan penghidupan dan rukhsah, sedangkan tuntutan ketakwaan adalah menjauhi mereka secara menyeluruh.

 

Allah Ta’ala berfirman:  

 

(Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya). Az-Zumar: 36.

 

Saya katakan: Dia berkata benar. Memutus alasan kecondongan kepada mereka adalah lebih utama, terutama di masa-masa ini yang tidak memungkinkan untuk mengingkari kemungkaran dan menyuruh berbuat kebaikan di samping kecondongan itu bisa menyebabkan ghurur.

 

Apabila keadaan condong secara umum kepada orang yang zalim berakibat disentuh api neraka, maka bagaimana dugaanmu terhadap orang yang condong kepada orang-orang yang kokoh dalam kezaliman dan permusuhan dengan kecondongan yang besar dan bersungguh-sungguh dalam menemani mereka, senang bergaul dengan mereka, gembira meniru pakaian mereka dan menginginkan kesenangan hidup mereka dan iri dengan kenikmatan yang diberikan kepada mereka.

 

Padahal, dibandingkan dengan biji gandum hal itu adalah remeh dan dibandingkan dengan sayap nyamuk adalah ringan, jauh dari kecondongan hati kepadanya.

 

Sungguh lemah siapa yang menginginkan dan yang diinginkan.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Manusia mengikuti kebiasaan temannya, hendaklah seseorang dari kamu melihat dengan siapa dia berteman.”

 

Diriwayatkan: Perumpamaan teman duduk yang baik adalah seperti pembawa minyak misik. Jika ia tidak memberimu, maka engkau terkena baunya. Dan perumpamaan teman duduk yang buruk adalah seperti tukang besi yang menggunakan alat penghembus api. Jika ia tidak membakarmu, maka engkau terkena asapnya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.” Al-Ankabut: 41

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mengagungkan seorang kaya karena kekayaannya, lenyaplah dua pertiga agamanya.”

 

Nabi SAW bersabda: Apabila orang fasik dipuji, Tuhan marah dan Arsy berguncang karena itu.” Allah Ta’ala berfirman:   (ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya). Al-Isra’: 71.

 

Yakni di padang mahsyar (tempat manusia berkumpul) pada hari kiamat.

 

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai penentuan imam yang setiap umat dipanggil dengannya.

 

Ibnu Abbas dan lainnya berpendapat: Sesungguhnya ia adalah kitab setiap manusia yang memuat amalnya.

 

Hal itu dikuatkan oleh firman Allah Ta’ala:

 

(Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya). Al-Haqqah: 19.

 

Abu Zaid berkata: Al-Imam ialah kitab yang diturunkan.

 

Maka dikatakan: Hai pengikut Taurat, hai pengikut Al-Qur’an.

 

Mujahid dan Qatadah berkata: Imam mereka adalah nabi mereka.

 

Maka dikatakan: Kemarilah pengikut Ibrahim, kemarilah pengikut Musa, kemarilah pengikut Isa, kemarilah pengikut Muhammad SAW.

 

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: Yang dimaksud dengan Al-Imam ialah imam di zaman mereka. Kemudian orang-orang di setiap masa dipanggil dengan imam mereka yang mereka ikuti perintahnya dan berhenti berbuat karena larangannya.

 

Disebutkan dalam hadits sahih dari ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Apabila Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan terakhir pada hari kiamat, diangkat bagi setiap pengkhianat satu panji, kemudian dikatakan: Ini pengkhianatan si Fulan bin Fulan.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW mengenai penafsiran ayat ini: Seseorang dari mereka diberi kitabnya di sebelah kanannya dan dipanjangkan baginya pada tubuhnya sepanjang enam puluh hasta. Wajahnya menjadi putih dan diletakkan di atas kepalanya mahkota dari mutiara yang berkilauan. Kemudian ia pergi kepada teman-temannya dan mereka melihatnya dari jauh.

 

Mereka berkata: “Ya Allah, berikan ini kepada kami dan berkatilah kami pada mahkota ini” hingga ia mendatangi mereka, lalu berkata: Gembiralah kalian, setiap orang lelaki dari kalian mendapat seperti , ini.

 

Adapun untuk orang kafir, wajahnya menjadi hitam dan dipanjangkan baginya pada tubuhnya enam puluh hasta dalam bentuk Adam dan ia memakai sebuah mahkota. Teman-temannya melihatnya. Mereka berkata: Kita berlindung dengan Allah dari keburukan orang ini. Ya Allah, jangan berikan ini kepada kami.

 

Kemudian ia mendatangi mereka. Maka mereka berkata: Ya Allah, hinakanlah dia.

 

Orang itu menjawab: Semoga Allah menjauhkan kalian. Sesungguhnya setiap orang dari kalian mendapat mahkota seperti ini.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya).” Az-Zalzalah: 1-2 hingga akhir surah.

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: Yakni berguncang dari bawahnya dan mengeluarkan mayit-mayit dan barang-barang terpendam darinya.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW membaca:   (Pada hari itu bumi menceritakan beritanya). Az-Zalzalah:4.

 

Beliau berkata: Tahukah kalian apa beritanya?

 

Para sahabat menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW berkata: Beritanya ialah dia bersaksi atas setiap hamba laki-laki dan hamba perempuan dengan setiap amal yang dikerjakan di atas punggungnya.

 

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: “Berhati-hatilah kalian terhadap bumi, karena dia adalah ibumu dan tidaklah seorang beramal baik atau buruk, melainkan dia memberitahu.” Hadits riwayat Thabarani.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Bagaimana aku merasa tenang, sementara peniup sangkakala telah menelan tanduk dan menundukkan dahi dan mendengarkan dengan telinga kapan dia disuruh meniupnya.”

 

Mugatil berkata: Sangkakala adalah tanduk. Israfil alaihis salam meletakkan mulutnya pada tanduk itu seperti terompet.

 

Lingkaran kepala tanduk itu seperti lebarnya langit dan bumi sementara ia mengarahkan pandangannya ke Arsy menunggu kapan disuruh meniup tiupan pertama. Apabila sangkakala ditiup, matilah penghuni langit dan penghuni bumi.

 

Yakni matilah setiap makhluk hidup karena sangat takut, kecuali siapa yang dikehendaki Allah, yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat maut. Kemudian malaikat maut disuruh mencabut ruh Jibril, kemudian ruh Mikail, kemudian ruh Israfil, kemudian malaikat disuruh mati, maka ia pun mati.

 

Kemudian makhluk menunggu empat puluh tahun di alam barzakh setelah tiupan pertama. Kemudian Allah menghidupkan Israfil, lalu menyuruhnya meniup tiupan kedua. Itulah makna firman Allah Ta’ala:

 

(Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masingmasing). Az-Zumar: 68.

 

Yakni mereka menunggu hari kebangkitan di atas kaki-kaki mereka.

 

Nabi SAW bersabda: “Ketika manusia dibangkitkan, datang peniup sangkakala, lalu menempelkannya pada mulut dan memajukan satu kaki dan mengundurkan kaki yang lain menunggu kapan disuruh meniup sangkakala.”

 

Maka takutlah kalian kepada tiupan itu dan pikirkanlah tentang para manusia dan kehinaan dan keadaan mereka yang tak berdaya dan tunduk ketika terjadi kebangkitan karena takut pada kematian ini dan menunggu keputusan yang ditetapkan atas mereka, bahagia atau sengsara, sementara engkau di antara mereka tak berdaya seperti mereka dan bingung seperti mereka.

 

Bahkan, seandainya engkau di dunia termasuk orang-orang yang hidup mewah dan orang-orang kaya yang bersenang-senang, maka raja-raja bumi pada hari itu adalah penghuni bumi yang paling hina, paling kecil dan paling remeh.

 

Mereka diinjak dengan telapak kaki seperti semut. Ketika itu datanglah hewan-hewan liar dari hutan-hutan dan gunung sambil menundukkan kepalanya bercampur dengan para manusia setelah merasa kesepian dalam keadaan tunduk kepada hari kebangkitan tanpa dosa yang mereka lakukan.

 

Akan tetapi mereka dikumpulkan oleh kematian yang hebat dan tiupan yang dahsyat dan keadaan itu melalaikan mereka dari kabur meninggalkan manusia dan menjauhi mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman:  (Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan). At-Takwir: 5

 

Kemudian datanglah syaitan-syaitan dan para syaitan yang sangat jahat dan mereka tunduk karena takut kepada Allah Ta’ala, sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

 

“Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling jahannam dengan berlutut.” Maryam: 68

 

Maka pikirkanlah mengenai keadaanmu dan keadaan hatimu di situ.

 

Kemudian, lihatlah bagaimana mereka digiring sesudah dibangkitkan dan dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan tidak bersunat ke padang mahsyar, yaitu tanah putih yang datar, engkau tidak melihat kebengkokan dan tidak melihat bukit untuk manusia bersembunyi di belakangnya dan tidak melihat pula jurang yang rendah dari pandangan mata, tetapi merupakan satu tanah lapang yang luas tidak ada perbedaan di situ. Mereka digiring ke situ dalam kelompok-kelompok.

 

Maha Suci Allah yang mengumpulkan umat manusia yang berbeda-beda jenis mereka dari berbagai negeri di bumi, karena mereka digiring dengan tiupan pertama yang disusul dengan tiupan kedua. Pantaslah bila hati manusia pada hari itu menjadi sangat kuat dan pandangan-pandangan itu menjadi tunduk.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula langit). Ibrahim: 48.

 

Ibnu Abbas berkata: Ditambah di situ dan dikurangi dan lenyap pohon-pohon, gunung-gunung dan lembah-lembahnya dan segala isinya. Bumi dibentangkan seperti kulit yang sudah digosok berupa tanah putih seperti perak tidak ditumpahkan darah dan tidak dilakukan dosa di atasnya. Adapun langit, lenyaplah matahari, bulan dan bintang-bintangnya.

 

Hai miskin, lihatlah betapa dahsyat dan sulitnya hari itu. Karena apabila umat manusia berkumpul di atas tanah lapang ini, bertebaranlah dari atas mereka bintang-bintang langit, matahari dan bulan menjadi padam dan gelaplah bumi karena lampunya padam.

 

Ketika mereka dalam keadaan itu, tiba-tiba berputarlah langit dari atas kepala mereka dan terbelah meskipun tebal dan kuat selama lima ratus tahun sementara para malaikat berdiri di tepi-tepi dan penjuru-penjurunya.

 

Alangkah dahsyatnya suara langit ketika terbelah dalam pendengaranmu. Betapa menakutkan hari di mana langit terbelah, meskipun keras dan kuat, kemudian runtuh dan mengalir seperti perak yang dicairkan, bercampur dengan warna kuning sehingga menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak dan langit menjadi seperti luluhan perak dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan).

 

Manusia bertebaran seperti anai-anai yang bertebaran, sedangkan mereka dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan tidak bersunat berjalan kaki.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Semua manusia akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang kaki. telanjang badan dan tidak bersunat. Mulut mereka terbungkam oleh keringat yang mencapai daun telinga.”

 

Saudah istri Nabi SAW yang meriwayatkan hadits itu berkata: Aku katakan: Alangkah buruknya! Sebagian dari kita melihat kepada sebagian yang lain.

 

Nabi SAW menjawab: Orang-orang dilalaikan dari keadaan itu oleh peristiwa yang mereka alami.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya). “Abasa: 37.

 

Maka besarkanlah hari di mana aurat-aurat tersingkap, tetapi manusia tidak sempat melihat dan menoleh. Bagaimana mungkin, di saat sebagian mereka berjalan di atas perut dan wajah mereka sehingga mereka tidak bisa menoleh kepada selain mereka.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Umat manusia dikumpulkan pada hari kiamat dalam tiga macam: ada yang berkendaraan, ada yang berjalan kaki dan ada yang berjalan di atas wajah mereka.

 

Seorang lelaki berkata: Ya Rasulallah, dan bagaimana bisa mereka berjalan di atas wajah mereka?

 

Nabi SAW menjawab: “Tuhan yang menjalankan mereka di atas telapak kaki mereka sanggup menjalankan mereka di atas wajah mereka.”

 

Tabiat manusia adalah mengingkari setiap perkara yang tidak disukainya. Seandainya manusia tidak menyaksikan ular yang berjalan di atas perutnya seperti kilat menyambar, niscaya ia mengingkari berjalan di atas selain kaki.

 

Berjalan dengan kaki juga dianggap mustahil bagi orang yang tidak pernah menyaksikan itu. Maka janganlah engkau mengingkari sesuatu dari keajaiban hari kiamat karena bertentangan dengan kias yang ada di dunia.

 

Seandainya engkau tidak pernah menyaksikan keajaiban dunia, kemudian ditampakkan kepadamu sebelum terjadi peristiwa-peristiwa itu, tentulah engkau lebih keras mengingkarinya.

 

Maka hadirkan dalam hatimu bentukmu ketika berdiri telanjang terbuka auratnya, hina, terusir, bingung, tercengang menunggu keputusan yang akan ditetapkan atasmu, bahagia atau sengsara. Maka besarkan keadaan ini, karena dahsyat.

 

Kemudian, pikirkanlah bagaimana para makhluk penuh sesak saling berdesakan,di tempat berkumpul, yaitu penghuni langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, malaikat, jin, manusia, syaitan, hewan liar hewan buas dan burung-burung.

 

Matahari bersinar di atas mereka dan panasnya berlipat ganda Keadaannya berubah dari yang dulu dialami para makhluk.

 

Matahari didekatkan dari kepala seluruh makhluk sejauh jarak antara dua busur. Maka tidak ada naungan di bumi, kecuali naungan Arsy Tuhan semesta alam. Tidaklah bisa bernaung dengannya, kecuali Orang-orang yang didekatkan.

 

Ada yang bernaung dengan Arsy dan ada yang ditimpa panas matahari yang melelehkannya dengan panasnya dan bertambah kesusahan dan kesedihannya karena nyalanya.

 

Kemudian khalayak saling mendorong karena penuh sesak ditambah lagi rasa malu yang sangat karena tercemar dan terhina ketika menghadap Penguasa langit.

 

Nyala api berkumpul dengan panasnya nafas dan terbakarnya hati oleh api rasa malu dan ketakutan.

 

Maka keluarlah keringat dengan deras dari pangkal setiap rambut hingga mengalir di tanah lapang kiamat.

 

Kemudian keringat naik ke atas badan mereka sesuai dengan tingkat kedudukan mereka di sisi Allah.

 

Ada di antara mereka yang keringatnya mencapai kedua lututnya, ada yang mencapai pinggangnya, ada yang mencapai daun telinga dan ada yang nyaris menenggelamkannya.

 

Ibnu Umar berkata: Rasulullah SAW bersabda: Ia (kiamat) adalah hari ketika umat manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam hingga ada orang di antara mereka yang tenggelam dalam keringatnya hingga mencapai tengah kedua telinganya.

 

Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang berkeringat hingga keringat mereka masuk ke dalam bumi sejauh 70 depa dan membungkam mulut mereka dan mencapai telinga-telinga mereka” sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam hadits sahih.

 

Dalam hadits lain disebutkan: Mereka berdiri memandang ke langit selama 40 tahun, sementara keringat menutupi mulut mereka karena kesusahan yang sangat.

 

Ugbah bin Amir berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Matahari mendekat dari bumi pada hari kiamat sehingga orang-orang mengeluarkan keringat.

 

Di antara mereka ada yang keringatnya mencapai tumitnya, ada yang mencapai tengah betisnya, ada yang mencapai lututnya, ada yang mencapai pahanya, ada yang mencapai pinggangnya dan ada yang mencapai mulutnya sambil memberi isyarat dengan tangannya. hingga membungkam mulutnya.

 

Di antara mereka ada yang ditutupi keringat dan beliau menepukkan tangannya pada kepalanya begini.

 

Hai miskin, renungkanlah keringat orang-orang di padang mahsyar dan penderitaan mereka yang sangat dan di antara mereka ada yang mengatakan: Ya Tuhanku, bebaskan kami dari penderitaan dan penantian ini. walaupun ke neraka.

 

Semua itu ketika mereka belum menjalani hisab dan hukuman dan engkau salah satu dari mereka dan engkau tidak tahu sampai mana keringat mencapai tubuhmu.

 

Ketahuilah, bahwa setiap keringat tidaklah dikeluarkan oleh kepayahan di jalan Allah seperti haji, jihad, puasa, shalat, sering memenuhi hajat seorang muslim dan menanggung kesulitan dalam menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran.

 

Keringat akan dikeluarkan oleh rasa malu dan takut di padang mahsyar dan penderitaannya akan menjadi lama.

 

Andaikata anak Adam selamat dari kebodohan dan ghurur, niscaya ia mengetahui bahwa kepayahan keringat dalam menanggung kesulitan taat lebih mudah urusannya dan lebih pendek waktunya daripada keringat penderitaan dan penantian di hari kiamat, karena ia adalah hari yang besar kesulitannya dan panjang masanya.

 

 

Berkata Abu Hurairah r.a.: Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?

 

Kami menjawab: Orang yang bangkrut di antara kita ialah orang yang tidak punya dirham dan dinar maupun barang.

 

Nabi SAW berkata: Orang yang bangkrut di antara umatku ialah Orang yang datang pada hari kiamat membawa shalat, puasa dan zakat, padahal ia sudah memaki orang ini dan menuduh orang ini tanpa bukti dan makan harta orang ini. Ia telah menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini.

 

Maka yang ini diberi dari kebaikan-kebaikannya, yang ini diberi dari kebaikan-kebaikannya. Jika kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum menebus tanggungannya, diambillah dari dosa-dosa mereka, lalu dibebankan atasnya, kemudian ia dimasukkan dalam neraka.”

 

Lihatlah kepada musibahmu di hari seperti ini, karena tidak selamat satu kebaikan bagimu dari kejelekan riya’ dan tipu daya syaitan. Jika selamat satu kebaikan dalam setiap masa yang panjang, musuh-musuhmu berlomba untuk mendapatkannya dan mereka mengambilnya.

 

Barangkali seandainya engkau menghisab dirimu sementara engkau tekun berpuasa di siang hari dan mengerjakan shalat malam, niscaya engkau tahu bahwa tidaklah habis suatu hari, melainkan terjadi pada lisanmu ghibah terhadap kaum muslimin yang menghabiskan semua kebaikanmu.

 

Maka bagaimana dengan dosa-dosa lain seperti makan makanan haram dan syubhat dan ceroboh dalam melakukan ketaatan.

 

Bagaimana engkau mengharap keselamatan dari kezaliman terhadap orang lain pada hari di mana kambing yang tak bertanduk dibalaskan baginya terhadap kambing yang bertanduk.

 

Diriwayatkan oleh Abu Dzarr bahwa Rasulullah SAW melihat dua ekor kambing yang saling menanduk. Maka beliau berkata: Hai Abu Dzarr, tahukah engkau apa sebabnya kedua kambing itu saling menanduk?

 

Aku katakan: Tidak.

 

Nabi SAW berkata: Akan tetapi Allah tahu dan Dia akan mengadili antara keduanya pada hari kiamat.

 

Abu Hurairah berkata mengenai firman Allah azza wa jalla:

 

“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.” Al-An’am: 38

 

Sesungguhnya semua makhluk akan dihimpun pada hari kiamat, yaitu manusia, binatang-binatang dan burung-burung dan segala sesuatu.

 

Allah Ta’ala menunjukkan keadilan-Nya dengan membalas kambing bertanduk atas perbuatannya terhadap kambing yang tak bertanduk.

 

Kemudian Allah Ta’ala berkata: Jadilah engkau tanah. Hal itu terjadi ketika orang kafir berkata: Aduhai, kiranya aku menjadi tanah.

 

Maka bagaimana engkau hai miskin, pada hari ketika engkau melihat lembaran catatanmu kosong dari kebaikan-kebaikan yang sudah lama engkau kerjakan dengan susah payah, lalu engkau katakan.

 

Di mana kebaikan-kebaikanku? Dijawab: Kebaikan-kebaikanmu sudah dipindahkan ke lembaran amal dari lawan-lawanmu.

 

Maka engkau lihat lembaran amalmu penuh dengan dosa, dosa yang engkau sudah lama bersusah payah menghindari dan menjauhinya. Kemudian engkau katakan: Ya Tuhanku, ini adalah dosa-dosa yang aku tidak pernah melakukannya. Maka dijawab: Ini adalah dosa-dosa dari orang-orang yang engkau gunjingkan, engkau maki dan engkau berbuat buruk kepada mereka dan engkau zalimi mereka dalam jual beli, pergaulan sebagai tetangga, percakapan, perdebatan, diskusi dan berbagai macam mu’alamat.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya syaitan telah putus asa dari manusia yang menyembah berhala di negeri Arab, tetapi ia akan senang darimu terhadap yang lebih ringan dari itu, yaitu hal-hal yang membinasakan.

 

Maka hindarilah kezaliman sedapat mungkin. karena hamba akan datang pada hari kiamat dengan membawa ketaatan seperti gunung, lalu ia menganggap semua ketaatan itu akan menyelamatkannya. Kemudian seorang hamba datang dan berkata: Ya Tuhanku, si Fulan menzalimi aku dengan suatu kezaliman.

 

Maka Allah berkata: Hapuslah kebaikannya.

 

la terus menuntut hingga tidak tersisa dari kebaikan orang itu sedikit pun.

 

Sesungguhnya perumpamaan hal itu adalah seperti rombongan musafir yang turun di suatu padang yang luas dan mereka tidak punya kayu bakar. Kemudian rombongan itu berpencar dan mencari kayu bakar. Tidak lama kemudian mereka berhasil menyalakan api dan membuat apa yang mereka inginkan.

 

Demikian pula halnya dosa-dosa.

 

Ketika turun firman Allah Ta’ala:

 

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.” Az-Zumar: 30-31

 

Az-Zubair berkata: Ya Rasulallah, apakah diulangi terhadap kami apa yang terjadi di antara kami dulu di dunia mengenai dosa-dosa tertentu?

 

Nabi SAW menjawab: Ya, akan diulangi terhadap kalian hingga kalian tunaikan hak setiap orang yang mempunyai hak.

 

Az-Zubair berkata: Demi Allah, sesungguhnya itu adalah perkara yang berat dan lebih berat dalam suatu hari di mana tidak dibiarkan suatu langkah, tidak dimaafkan suatu tamparan maupun suatu perkataan hingga dibalaskan bagi orang teraniaya terhadap orang yang zalim.

 

Anas berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah menghimpun para hamba dalam keadaan telanjang badan berdebu tidak mempunyai apa-apa.

 

Kemudian Tuham mereka Allah Ta’ala berseru kepada mereka dengan suara yang terdengar oleh orang yang jauh dan orang yang dekat: Akulah Raja Akulah Tuhan Yang Maha Membalas.

 

Tidaklah patut seorang penghuni surga masuk surga dan penghuni neraka masuk neraka, sedangkan ia mempunyai tanggungan hak orang lain hingga Aku penuhi hak orang itu darinya.

 

Dan tidaklah seorang penghuni neraka maupun penghuni surga yang mempunyai hak pada orang lain hingga Aku penuhi haknya dari orang itu, bahkan tamparan.

 

Kami katakan: Bagaimana bisa, sedangkan ktia dibangkitkan dalam keadaan telanjang badan tidak mempunyai apa-apa?

 

Nabi SAW menjawab: Dengan kebaikan-kebaikan dan dosa-dosa. Maka, wahai para hamba Allah, takutlah kalian kepada Allah dan kezaliman terhadap para hamba yang lain dengan mengambil harta mereka, mengganggu kehormatan mereka, menyakiti hati mereka dan berbuat buruk kepada orang banyak dalam pergaulan dengan mereka. Adapun dosa antara hamba dan Allah secara khusus, maka ampunannya lebih cepat.

 

Dan siapa yang berbuat banyak kezaliman, sedangkan ia telah bertaubat darinya dan sulit atasnya minta dihalalkan oleh orang-orang yang dizaliminya, maka hendaklah ia memperbanyak kebaikannya pada hari pembalasan.

 

Hendaklah ia merahasiakan sebagian kebaikan antara dia dan Allah dengan keikhlasan penuh sehingga tidak ada yang mengetahuinya, kecuali Allah. Mudah-mudahan hal itu mendekatkannya kepada Allah Ta’ala sehingga ia mendapat karunia Allah yang disimpan-Nya bagi para pecinta-Nya kaum mukminin dalam menghilangkan tuntutan hak para hamba dari mereka.

 

Diriwayatkan dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa ketika Rasulullah SAW sedang duduk, tiba-tiba kami melihatnya tertawa hingga nampak gigi-gigi depannya.

 

Maka Umar berkata: Apa yang membuatmu tertawa, ya Rasulallah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu?

 

Nabi SAW menjawab: Dua orang lelaki dari umatku berlutut di hadapan Tuhan yang Maha Perkasa.

 

Salah satu dari keduanya berkata: Ya Tuhanku, ambillah hakku yang dizalimi saudaraku.

 

Maka Allah Ta’ala berkata: Berikan kepada saudaramu apa yang menjadi haknya.

 

Orang itu menjawab: Ya Tuhanku, tidak tersisa sedikitpun dari kebaikan-kebaikanku.

 

Maka Allah Ta’ala berkata kepada penuntut itu: Bagaimana yang engkau lakukan, sedangkan tidak tersisa dari kebaikan-kebaikannya sedikit pun?

 

Orang itu menjawab: Ya Tuhanku, ia harus menanggung dosaku.

 

“Kedua mata Rasulullah SAW mengeluarkan air mata karena menangis. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya itu adalah hari yang besar, yaitu hari ketika orang-orang ingin dosa-dosa mereka ditanggung orang lain.

 

Nabi SAW berkata: Maka Allah berkata kepada penuntut itu: Angkatlah kepalamu dan lihatlah di surga-surga.

 

Kemudian ia mengangkat kepalanya dan berkata: Ya Tuhanku, aku melihat kota-kota dari perak yang tinggi dan istana-istana dari emas yang dilapisi mutiara.

 

Orang itu berkata: Untuk nabi yang mana ini atau untuk shiddiq yang mana ini atau untuk syahid yang mana ini?

 

Allah menjawab: Untuk orang yang memberi Aku harganya.

 

Orang itu berkata: Ya Tuhanku, siapa yang memiliki harganya?

 

Allah menjawab: Engkau memilikinya.

 

Orang itu berkata: Apakah itu?

 

Allah menjawab: Maafmu kepada saudaramu.

 

Orang itu berkata: Ya Tuhanku, aku telah memaafkannya.

 

Allah berkata: Peganglah tangan saudaramu dan masukkan dia ke dalam surga.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata: Takutlah kalian kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama, karena Allah memperbaiki hubungan di antara kaum mukminin.

 

Ini adalah peringatan bahwa hal itu hanya dapat diperoleh dengan akhlak Allah, yaitu memperbaiki hubungan di antara sesama dan akhlak yang lain.

 

Maka pikirkanlah sekarang mengenai dirimu, jika lembaranmu kosong dari hak orang lain atau orang itu bersikap lembut kepadamu hingga ia memaafkanmu dan engkau yakin akan kebahagiaan abadi.

 

Betapa besar kegembiraanmu ketika engkau kembali dari tempat memutuskan perkara. Engkau telah mendapat keridhaan dan meraih kebahagiaan yang tidak ada kesengsaraan sesudahnya dan kenikmatan yang tidak mengalami kemusnahan.

 

Ketika itu hatimu bagaikan terbang karena gembira dan wajahmu menjadi putih dan menjadi terang serta bersinar seperti bersinarnya bulan di malam purnama.

 

Maka bayangkan kebanggaanmu di antara khalayak sambil mengangkat kepalamu dalam keadaan kosong punggungmu dari dosa. Kesegaran angin lembutnya kenikmatan dan embun keridhaan berkilauan dari dahimu.

 

Para manusia yang terdahulu dan yang kemudian melihat kepadamu dan keadaanmu. Mereka iri kepadamu mengenai kebagusan dan keindahanmu.

 

Para malaikat berjalan di depanmu dan di belakangmu. Mereka berseru di hadapan orang-orang: Ini Fulan bin Fulan, Allah ridha kepadanya dan membuatnya ridha. la telah bahagia dengan kebahagiaan yang tiada kesengsaraan sesudahnya untuk selamanya.

 

Apakah engkau menganggap bahwa kedudukan ini tidak lebih besar daripada kedudukan yang engkau peroleh dalam hati manusia di dunia dengan riya’mu dan menipu, berpura-pura dan berpenampilan bagus. Jika engkau tahu bahwa keadaan itu lebih baik darinya, bahkan tidak bisa dibandingkan dengannya, maka berusahalah untuk mencapai kedudukan ini dengan keikhlasan yang bersih dan niat yang benar dalam hubunganmu dengan Allah. Engkau tidak akan mencapai kedudukan itu, kecuali dengannya.

 

Jika terjadi sebaliknya, semoga Allah melindungi, yaitu keluar dari lembaran amalmu dosa yang engkau menyangkanya remeh, padahal di sisi Allah adalah besar, maka Allah membencimu karenanya. Kemudian Dia berkata: Laknat-Ku menimpamu, hai hamba yang buruk, Aku tidak menerima darimu ibadahmu.

 

Maka tidaklah engkau mendengar seruan ini, melainkan wajahmu menjadi hitam. Kemudian para malaikat marah karena mengikuti kemarahan Alah Ta’ala. Mereka berkata: Laknat kami dan laknat semua makhluk menimpamu.

 

Ketika itu datanglah malaikat Zabaniyah kepadamu. la marah karena mengikuti kemarahan Penciptanya. la datang kepadamu dengan kekasaran dan kebengisannya dan bentuknya yang buruk. Mereka memegang jambulmu dan menyeretmu di atas wajahmu di hadapan orang banyak. Mereka memandang wajahmu yang hitam dan bentukmu yang hina sementara engkau mengharapkan kebinasaan dan mereka berkata kepadamu: Janganlah kamu mengharapkan hari ini satu kebinasaan, melainkan harapkan kebinasaan yang banyak.

 

Para malaikat berseru dan berkata: Ini Fulan bin Fulan. Allah menyingkap keburukan dan kehinaannya dan melaknatnya dengan keburukan yang setimpal.

 

Maka ia pun sengsara dengan kesengsaraan yang setelah itu ia tidak bahagia untuk selamanya.

 

Barangkali hal itu disebabkan oleh dosa yang dilakukannya secara tersembunyi dari hamba-hamba Allah atau untuk mencari kedudukan dalam hati mereka atau takut tercemar di kalangan mereka.

 

Alangkah besarnya kebodohanmu karena menghindari kecemaran dalam kelompok kecil dari hamba-hamba Allah di dunia yang punah, kemudian tidak takut kecemaran besar di hadapan kelompok besar itu di samping mendapat murka Allah dan hukuman-Nya yang pedih dan digiring oleh para malaikat penyiksa ke tengah jahannam. Inilah keadaan-keadaanmu, sedangkan engkau tidak bisa merasakan bahaya.

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan itu, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” Al-Munafiqun: 9

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan di sisi Allah pahala yang besar.” At-Taghabun: 15

 

Maka siapa yang memilih harta dan anaknya daripada pahala di sisi Allah, ia pun telah rugi dan menderita kerugian yang besar. Allah azza wa jalla berfirman:   (Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya) dan seterusnya. Hud: 15.

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat diriya serba cukup.” al-‘Alaq: 6-7

 

Maka tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Allah Ta’ala berfirman:   (Bermegah-megahan telah melalaikan kamu). At-Takatsur: 1.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Cinta harta dan kehormatan menumbuhkan kemunafikan di dalam hati seperti air menumbuhkan kecambah.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidaklah dua ekor serigala ganas yang dilepas dalam kandang kambing lebih banyak merusak di dalamnya daripada cinta kehormatan, harta dan kedudukan dalam hati orang muslim.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Binasalah orang-orang kaya, kecuali siapa yang menafkahkan hartanya di antara hamba-hamba Allah begini dan begini dan mereka itu sedikit.”

 

Dikatakan: Ya Rasulallah, siapa yang paling buruk di antara umatmu?

 

Nabi SAW menjawab: “Orang-orang kaya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Akan datang sesudah kalian kaum yang makan berbagai kenikmatan dunia dan menaiki kuda-kuda yang cepat larinya dan macam-macamnya dan menikahi wanita-wanita paling cantik dan macam-macamnya, dan memakai baju yang paling bagus dan macam-macamnya. Mereka mempunyai perut yang tidak kenyang dari sedikit makanan dan jiwa yang tidak puas dengan harta yang banyak. Mereka menekuni dunia, pergi di waktu pagi dan sore kepadanya. Mereka menjadikannya Tuhan selain Tuhan mereka dan Rabb selain Rabb mereka. Mereka mengagungkan dunia dan mengikuti hawa nafsu mereka.

 

Maka perintah dari Muhammad bin Abdillah bagi siapa yang mendapati zaman itu dari keturunan dari keturunanmu dan penerus dari penerusmu untuk tidak memberi salam kepada mereka, tidak menjenguk orang sakit mereka, tidak mengantarkan jenazah mereka dan tidak menghormati orang tua di antara mereka. Barangsiapa melakukan itu, ia pun telah membantu untuk merobohkan Islam.”

 

Nabi SAW bersabda: “Biarkan dunia bagi pecintanya. Barangsiapa mengambil dari dunia lebih dari yang mencukupinya, ia pun mengalami kematiannya sedang ia tidak merasa.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Anak Adam berkata: Hartaku, hartaku. Bukankah bagianmu dari hartamu adalah makanan yang engkau makan hingga engkau habiskan atau pakaian yang engkau pakai hingga menjadi usang atau harta yang engkau sedekahkan hingga engkau habiskan.”

 

Seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW: Ya Rasulallah, mengapa aku tidak menyukai kematian?

 

Nabi SAW menjawab: Apakah engkau punya harta?

 

Orang itu menjawab: Ya, wahai Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Berikan hartamu, karena hati orang mukmin bersama hartanya. Jika ia memberikan hartanya, ia ingin menyusulnya. Dan jika ia meninggalkannya, ia ingin tinggal bersamanya.

 

Nabi SAW bersabda: “Teman-teman anak Adam ada tiga. Yang satu mengikutinya hingga pencabutan nyawanya, yang kedua hingga ke kuburnya dan yang ketiga hingga ke tempat penghimpunan (di hari kiamat).

 

Yang mengikutinya hingga pencabutan nyawanya adalah hartanya, yang mengikutinya hingga ke kuburnya adalah keluarganya dan yang mengikutinya hingga ke tempat penghimpunannya adalah amalnya.”

 

Salman Al-Farisi r.a. menulis surat kepada Abi Darda’ r.a.: Wahai saudaraku, janganlah engkau mengumpulkan dunia yang tidak engkau tunaikan syukurnya. Karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Didatangkan pemilik kenikmatan dunia yang ia mentaati Allah mengenainya dan hartanya di hadapannya. Setiap kali ia bergoyang di atas shirat, hartanya berkata: Teruslah berjalan. Engkau telah menunaikan hak Allah padaku.

 

Kemudian didatangkan pemilik kenikmatan dunia yang tidak menaati Allah mengenainya dan hartanya di antara kedua pundaknya. Setiap kali ia bergoyang di atas shirat, hartanya berkata: Celaka kamu. Kenapa engkau tidak menunaikan hak Allah mengenai aku? la tetap begitu hingga ia mengharapkan kebinasaan.

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila hamba meninggal dunia, para malaikat berkata: “Amal apakah yang telah dilakukannya?” sedangkan orang-orang berkata: Harta apakah yang ditinggalkannya?”

 

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki mencela Abi Darda’ dan berbuat buruk kepadanya. Maka ia berkata: “Ya Allah, siapa yang berbuat buruk kepadaku, sehatkanlah tubuhnya dan panjangkan umurnya serta perbanyaklah hartanya.”

 

Lihatlah, bagaimana banyaknya harta adalah puncak cobaan meskipun sehat badannya dan panjang umurnya, karena harta menyebabkan kesombongan.

 

Ali karromallahu wajhahu meletakkan uang satu dirham di atas telapak tangannya. Kemudian ia berkata: Sesungguhnya jika engkau tidak keluar dariku, maka engkau tidak bermanfaat bagiku.

 

Diriwayatkan bahwa Umar r.a. mengirim orang untuk memberikan tunjangan kepada Zainab binti Jahsyin. Zainab berkata: Uang apa ini?

 

Mereka menjawab: Umar ibnul Khaththab mengirimkannya kepadamu.

 

Zainab berkata: Semoga Allah mengampuninya.

 

Kemudian ia melepas tabir miliknya, lalu memotongnya dan menjadikannya kantung-kantung dan membagikan uang itu kepada penghuni rumahnya, kerabatnya dan anak-anak yatimnya.

 

Kemudian ia mengangkat kedua tangannya dan berkata: “Ya Allah, janganlah aku mendapat pemberian Umar setelah tahun ini.” Maka ia adalah istri Rasulullah SAW yang pertama menyusulnya.

 

Al-Hasan berkata: Demi Allah. tidaklah seseorang memuliakan dirham, melainkan Allah menghinakannya.

 

Konon, ketika uang dinar dan dirham pertama kali dibuat, iblis mengangkatnya, kemudian meletakkannya di atas dahinya, kemudian mencium keduanya. la berkata: Siapa yang mencintai kamu berdua, ia adalah budakku yang sebenarnya.

 

Sumaith bin Ajlan berkata: Dirham dan dinar adalah krisis bagi kaum munafik yang dengan sebabnya mereka dituntun ke neraka.

 

Yahya bin Mu’adz berkata: Dirham adalah kalajengking. Jika engkau tidak bisa mengatasinya, janganlah engkau mengambilnya. Karena jika ia menyengatmu, maka racunnya akan membunuhmu.

 

Dikatakan: Bagaimana cara mengatasinya?

 

Yahya menjawab: Mengambilnya dari tempat yang halal dan meletakkannya di tempatnya yang benar.

 

Al-Ala” bin Ziyad berkata: Dunia menampakkan diri kepadaku dan ia memakai setiap perhiasan. Maka aku katakan: Aku berlindung kepada Allah dari kejelekanmu.

 

Dunia berkata: Jika engkau suka Allah melindungimu dariku, maka bencilah dirham dan dinar.

 

Hal itu disebabkan dirham dan dinar adalah dunia seluruhnya. karena dengan keduanya manusia bisa mencapai seluruh macamnya. Maka siapa yang menjauhi keduanya, ia pun telah menjauhi dunia.

 

Penyair berkata:

 

Janganlah engkau tertipu oleh baju pada manusia yang menambalnya atau sarung di atas tulang betisnya yang diangkatnya atau dahi yang nampak bekas sujud padanya dan telah dihapusnya tunjukkan dirham kepadanya, niscaya engkau tahu dia menyukainya atau menjauhinya

 

Diriwayatkan dari Maslamah bin Abdul Malik bahwa ia masuk kepada Umar bin Abdul Aziz rahimahullah menjelang wafatnya.

 

la berkata: Wahai Amirul mukminin, anda lakukan tindakan yang tidak pernah dilakukan seseorang sebelum anda. Anda tinggalkan anak-anakmu tanpa memiliki dirham maupun dinar.

 

Umar bin Abdul Aziz mempunyai 13 anak. Kemudian Umar berkata: Dudukkan aku. Maka mereka mendudukkannya.

 

Kemudian Umar berkata: Adapun perkataanmu: Aku tidak meninggalkan dinar dan dirham bagi mereka, sesungguhnya aku tidak mencegah hak mereka dan tidak memberi mereka hak orang lain. Anakku adalah salah satu dari dua macam orang. Bilamana ia taat kepada Allah, maka Allah mencukupinya dan Dia menolong Orang-orang yang shaleh. Apabila ia durhaka kepada Allah, maka aku tidak peduli apa yang terjadi padanya.

 

Diriwayatkan bahwa Muhammad bin Ka’ab Al-Oardhi mendapat harta yang banyak. Kemudian dikatakan kepadanya: Kiranya engkay simpan hartamu untuk anakmu sesudahmu.

 

Muhammad menjawab: Tidak, tetapi aku menyimpannya untuk diriku di sisi Tuhanku dan aku simpan Tuhanku untuk anakku.

 

Yahya bin Mu’adz berkata Dua musibah tidak pernah terdengar Oleh orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir seperti keduanya pada hamba mengenai hartanya ketika ia meninggal dunia.

 

Dikatakan: Apakah dua musibah itu?

 

Hartanya diambil seluruhnya darinya dan ia ditanya tentang hartanya seluruhnya.

 

Wahai saudaraku, janganlah engkau lalai dari memikirkan mizan (timbangan amal), berterbangannya kitab-kitab ke sebelah kanan dan kiri, karena manusia setelah ditanya ada tiga golongan.

 

Satu golongan tidak mempunyai kebaikan. Maka keluarlah dari neraka leher hitam yang mematuk mereka seperti burung mematuk biji dan membawa mereka, lalu melemparkan mereka ke dalam neraka. Maka neraka menelan mereka, lalu mereka diseru dengan kesengsaraan yang tidak ada kebahagiaan sesudahnya.

 

Satu golongan lainnya tidak mempunyai dosa. Maka juru bicara berseru: Hendaklah berdiri orang-orang yang selalu bersyukur kepada Allah dalam segala keadaan. Maka mereka berdiri dan pergi ke surga. Kemudian dilakukan seperti itu terhadap orang yang suka mengerjakan shalat malam, kemudian orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dunia maupun jual belinya dari mengingat Allah Ta’ala dan diserukan kepada mereka dengan kebahagiaan yang tidak ada kesengsaraan sesudahnya.

 

Tinggallah macam ketiga, yaitu sebagian besar manusia. Mereka mencampur amal baik dengan amal buruk. Boleh jadi tersembunyi dari mereka, tetapi tidak tersembunyi dari Allah Ta’ala bahwa yang lebih banyak adalah kebaikan atau kesalahan mereka.

 

Akan tetapi Allah ingin menunjukkan hal itu kepada mereka untuk menampakkan karunia-Nya ketika memaafkan dan keadilan-Nya ketika menghukum. Maka lembaran-lembaran catatan amal dan kitab-kitab yang memuat kebaikan dan kesalahan berterbangan.

 

Timbangan amal dipasang dan semua mata memandang kepada kitab-kitab itu, apakah jatuh di sebelah kanan atau di sebelah kiri, kemudian kepada lidah timbangan, apakah condong ke sisi kesalahan atau ke sisi kebaikan.

 

Ini adalah keadaan yang menakutkan di mana akal-akal semua manusia menjadi bingung.

 

Diriwayatkan oleh Al-Hasan bahwa Rasulullah SAW menyandarkan kepalanya di pangkuan Aisyah r.a. hingga tertidur. Kemudian Aisyah ingat akhirat dan menangis hingga mengalir air matanya dan jatuh mengenai pipi Rasulullah SAW. Maka beliau terbangun dan berkata: Apa sebabnya engkau menangis, ya Aisyah?

 

Aisyah menjawab: Aku ingat akhirat. Apakah kalian ingat istri-istri kalian pada hari kiamat?

 

Nabi SAW menjawab: Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, di tiga tempat seseorang tidak mengingat, kecuali dirinya. Apabila timbangan amal dipasang dan amal-amal ditimbang hingga manusia melihat apakah timbangannya ringan atau berat dan ketika lembaran-lembaran catatan amal dilemparkan hingga manusia melihat apakah ia mengambil kitabnya dengan tangan kanannya atau dengan tangan kirinya, dan ketika berada di atas shirat.

 

Diriwayatkan oleh Anas, ia berkata: Manusia didatangkan pada hari kiamat hingga disuruh berdiri di antara dua sisi timbangan dan ditugaskan kepada seorang malaikat untuk mengurusinya.

 

Jika berat timbangannya, malaikat itu berseru dengan suara yang terdengar oleh semua manusia: Si Fulan bahagia dan tidak sengsara untuk selamanya sesudahnya.

 

Jika ringan timbangannya, malaikat itu berseru dengan suara yang terdengar oleh semua manusia: Si Fulan sengsara dan tidak bahagia sesudahnya untuk selamanya.

 

Ketika sisi timbangan kebaikan menjadi ringan, datanglah para malaikat penyiksa membawa cambuk-cambuk dari besi dengan memakai baju dari api, lalu mengambil bagian neraka ke neraka.

 

Rasulullah SAW bersabda pada hari kiamat: “Sesungguhnya pada hari itu Allah Ta’ala berseru kepada Adam alaihis salam: Berdirilah, hai Adam, kirimkan bagian neraka.

 

Adam berkata: Berapa bagian neraka?

 

Allah menjawab: Dari setiap seribu orang ada Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan orang.

 

Ketika para sahabat mendengar itu, mereka merasa sedih hingga tidak menampakkan senyum sedikit pun.

 

Ketika Rasulullah SAW melihat keadaan para sahabatnya, beliau berkata: Beramallah dan gembiralah! Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bersama kalian ada dua makhluk yang apabila ada bersama seseorang, maka keduanya lebih banyak bersama orang yang binasa dari anak cucu Adam dan anak cucu iblis.

 

Para sahabat berkata: Siapa kedua makhluk itu, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Ya’juj dan Ma’jjuj.

 

Anas berkata: Maka orang-orang merasa senang.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata: Beramallah dan gembiralah. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian di antara umat manusia pada hari kiamat adalah seperti bintik hitam di lambung unta atau seperti titik di tangan hewan.

 

Hai orang yang lalai dari dirinya yang tertipu oleh urusan-urusan dunia yang dikerjakannya yang hampir habis dan lenyap, pikirkanlah apa yang akan engkau tinggalkan dan pusatkan pikiranmu kepada apa yang akan engkau datangi, karena engkau diberitahu bahwa semua Orang akan mendatangi neraka berdasarkan firman Allah Ta’ala:

 

“Dan tidak ada seorang pun darimu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu keharusan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” Maryam: 71-72

 

Engkau mendatangi neraka secara pasti dan dalam keraguan akan selamat. Maka renungkanlah dalam hatimu kengerian tempat kedatangan itu. Mudah-mudahan engkau siap untuk selamat.

 

Renungkanlah keadaan umat manusia. Mereka telah mengalami berbagai kesulitan di hari kiamat. Ketika mereka sedang mengalami kesusahan dan menyaksikan kedahsyatannya sambil berdiri menunggu hakikat berita-beritanya dan penerimaan syafa’at dari juru syafa’atnya, tiba-tiba orang-orang yang berdosa dikelilingi oleh kegelapan-kegelapan yang bercabang-cabang dan mereka dinaungi oleh api yang menyala-nyala. Mereka mendengar suaranya yang keras menunjukkan kemarahannya yang sangat.

 

Pada saat itu orang-orang berdosa meyakini datangnya kebinasaan dan umat-umat duduk berlutut hingga orang-orang yang tak bersalah takut akibat yang buruk.

 

Juru bicara dari malaikat penyiksa berseru: Di mana si Fulan bin Fulan yang menunda-nunda amalnya dengan panjang angan-angan dan menyia-nyiakan umurnya dalam amal yang buruk.

 

Kemudian mereka mendatanginya dengan membawa cambuk dari besi dan menghadapinya dengan ancaman yang besar dan menggiringnya kepada siksaan yang keras dan menyingkirkannya di dasar neraka.

 

Mereka berkata kepadanya: Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang-orang yang perkasa lagi mulia.

 

Kemudian mereka ditempatkan dalam suatu ruang yang sempit penjuru-penjurunya, gelap jalan-jalannya, tak terlihat tempat kebinasaannya. Tawanan itu kekal di dalamnya dan dinyalakan di situ apinya.

 

Minuman mereka di situ adalah air panas dan tempat kediaman mereka adalah neraka. Para malaikat penyiksa mencambuk mereka dan neraka Haawiyah mengumpulkan mereka.

 

Angan-angan mereka di situ adalah kebinasaan dan mereka tidak mendapat pembebasan. Kaki-kaki mereka diikat hingga ubun-ubun dan wajah-wajah mereka menjadi hitam disebabkan kegelapan maksiat.

 

Mereka berseru di penjuru-penjurunya dan berteriak di sisi-sisi dan ujung-ujungnya. Hai Malik, ancaman telah menjadi kenyataan atas kami. Hai Malik, besi telah memberatkan kami. Hai Malik, kulit kami telah menjadi matang. Hai Malik, keluarkan kami darinya. Sungguh kami tidak akan kembali berbuat dosa.

 

Maka para malaikat penyiksa berkata: Sungguh jauh kemungkinannya. Sudah lewat waktu aman dan kamu tidak bisa keluar dari tempat kehinaan. Maka tinggallah dengan hina di dalamnya dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. Andaikata kamu dikeluarkan darinya, niscaya kamu kembali melakukan apa yang dilarang.

 

Ketika itu mereka putus asa dan menyesal atas kecerobohan mereka ( dalam menaati Allah dan penyesalan tidak bisa menyelamatkan mereka dan tidak mencukupi mereka, bahkan mereka dijungkirkan di atas wajah mereka dalam keadaan terbelenggu.

 

Api berada di atas mereka, api di bawah mereka, api di sebelah kanan mereka dan api di sebelah kiri mereka. Maka mereka tenggelam dalam api. Makanan mereka api, minuman mereka api, pakaian mereka dan alas tempat tidur mereka api. Mereka berada dalam potongan-potongan api dan pakaian dari terpukulan cambuk dan beratnya rantai-rantai.

 

Mereka bergerak di tempat-tempatnya yang sempit dan tergeletak di dasarnya dan bergoyang-goyang di antara selimut-selimut api. Api membuat mereka mendidih seperti panci mendidih dan merintih serta mengaduh. Apabila mereka berteriak mengharapkan kebinasaan dituangkan air panas dari atas kepala mereka.

 

Dengan air itu dihancurkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Mereka dipukul dengan cambuk dari besi yang memecahkan dahi mereka sehingga memancar air nanah dari mulut mereka dan hati mereka terputus karena haus, biji mata mereka mengalir di atas pipi, dan daging di atas pipi rontok jatuh, rambut dari anggota tubuh bahkan kulitnya rontok.

 

Setiap kali kulit mereka matang, kulitnya diganti dengan kulit yang lain. Tulang-tulangnya sudah kosong dari daging. Maka tinggallah roh-roh bergantung pada urat dan jaringan saraf mengeluarkan suara dalam pembakaran oleh api itu sementara mereka menginginkan kematian, tetapi mereka tidak mati.

 

Bagaimana denganmu seandainya engkau melihat kepada mereka di kala wajah mereka menjadi sangat hitam karena terkena tuangan air panas dan penglihatan mereka menjadi buta, lidah mereka menjadi bisu, punggung mereka hancur, tulang mereka patah, telinga mereka putus, kulit mereka robek dan tangan-tangan mereka dibelenggu hingga leher mereka.

 

Mereka berjalan di atas api dengan wajah mereka dan menginjak duri besi dengan biji mata mereka.

 

Maka kobaran api masuk dalam isi bagian-bagian tubuh mereka sementara ular-ular Haawiyah dan kalajengkingnya berpegangan pada bagian luar anggota-anggota tubuh mereka.

 

Inilah sebagian dari keadaan-keadaan mereka dan sekarang renungkanlah perincian kengerian yang mereka alami dan pikirkanlah pula tentang lembah-lembah jahannam dan lubang-lubangnya.

 

Nabi SAW bersabda: “Di jahannam terdapat 70.000 lembah, dalam setiap lembah terdapat 70.000 lubang dan dalam setiap lubang terdapat 70.000 ular dan 70.000 kalajengking yang tidaklah berakhir orang kafir dan orang munafik hingga masuk dalam semua itu.

 

Ali karromallahu wajhahu berkata: Rasulullah SAW bersabda: Berlindunglah kalian kepada Allah dari lembah kesedihan.

 

“Adayang berkata: Ya Rasulallah, lembah apa itu yang menyebabkan kesedihan?

 

Nabi SAW menjawab: Sebuah lembah di jahannam yang jahannam sendiri meminta perlindungan darinya setiap hari 70 kali. Allah Ta’ala menyediakannya bagi para ahli baca Al-Qur’an yang suka berbuat riya.

 

Ini adalah luasnya jahannam dan bagian-bagiannya dari lembahnya, yaitu sesuai dengan jumlah lembah di dunia dan syahwatnya dan jumlah macamnya sebanyak tujuh anggota badan yang digunakan hamba untuk berbuat maksiat, sebagiannya di atas sebagian yang lain.

 

Yang paling atas adalah Jahannam, kemudian Sagar, kemudian Ladha, kemudian Huthamah, kemudian Sa’ir kemudian Jahim, kemudian Haawiyah.

 

Renungkanlah sekarang dalamnya neraka Al-Haawiyah, karena tidak ada batas bagi kedalamannya sebagaimana tidak ada batas bagi kedalaman syahwat dunia.

 

Sebagaimana keinginan terhadap dunia tidak berakhir, kecuali kepada keinginan yang lebih besar darinya, maka tidaklah berakhir setiap jurang dari jahannam, melainkan sampai ke jurang yang lebih dalam darinya.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Ketika kami sedang duduk bersama : Rasulullah SAW, tiba-tiba kami mendengar suara keras.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata: Tahukah kalian suara apa ini?

 

Kami menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW menjawab: Ini adalah sebuah batu yang dijatuhkan di jahannam sejak 70 tahun, sekarang baru sampai ke dasarnya.

 

Kemudian, lihatlah kepada perbedaan tingkatan-tingkatannya. Akhirat adalah tingkatan tertinggi dan yang paling diutamakan. Sebagaimana ambisi manusia terhadap dunia berbeda-beda, ada yang hanyut dan banyak menikmatinya, seperti orang yang tenggelam di dalamnya dan ada yang masuk di dalamnya hingga batas tertentu, begitu pula pembakaran api neraka terhadap mereka juga berbeda-beda.

 

Allah tidak menzalimi hamba sebesar zarrah pun. Maka tidaklah sama macam-macam siksaan atas setiap orang di neraka bagaimana pun adanya. Akan tetapi masing-masing mengalami siksaan menurut kadar kedurhakaan dan dosanya.

 

Meskipun begitu, yang paling sedikit siksaannya di antara mereka, andaikata diberi dunia seluruhnya, ia pun menebus siksaan itu dengan dunia karena merasakan kepedihan yang sangat.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat memakai dua sandal dari api. Otaknya mendidih karena panasnya kedua sandalnya.”

 

Lihatlah sekarang kepada orang yang diringankan siksanya dan bandingkan dengan orang yang dikeraskan siksanya.

 

Apabila engkau ragu mengenai kerasnya siksa neraka, dekatkan jarimu dari api dan kiaskan hal itu dengannya, kemudian ketahuilah bahwa engkau keliru dalam menqias. karena api dunia tidak sama dengan api jahannam. Akan tetapi, oleh karena siksaan terberat di dunia adalah siksaan api ini, maka siksaan jahannam dapat diketahui dengannya.

 

Sungguh jauh, andaikata penghuni neraka menemukan seperti api ini, niscaya mereka memasukinya dengan patuh untuk menghindari siksaan yang mereka alami.

 

Diriwayatkan tentang hal ini dalam suatu khabar yang mengatakan bahwa api dunia dicuci dengan 70 air rahmat hingga penghuni dunia sanggup menanggungnya.

 

Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan tentang sifat api neraka, Beliau berkata: Allah Ta’ala menyuruh menyalakan api neraka selama seribu tahun hingga menjadi merah, kemudian menyalakannya selama seribu tahun hingga menjadi putih, kemudian menyalakannya seribu tahun hingga menjadi hitam. Maka api neraka itu hitam gelap.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Api neraka mengeluh kepada Tuhannya. la berkata: Ya Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian lainnya.

 

Maka Allah mengizinkan baginya memiliki dua nafas, yaitu satu nafas di musim dingin dan satu nafas di musim panas sehingga yang paling keras dari panasnya yang kalian rasakan adalah di musim panas dan yang paling keras dari dinginnya yang kalian rasakan adalah di musim dingin.

 

Anas bin Malik berkata: Didatangkan orang kafir yang paling kaya di dunia, lalu dikatakan: Masukkan dia dalam neraka.

 

Kemudian dikatakan kepadanya: Apakah engkau melihat kenikmatan?

 

la menjawab: Tidak.

 

Didatangkan manusia yang paling susah di dunia, lalu dikatakan: Masukkan dia ke dalam surga.

 

Kemudian dikatakan kepadanya: Apakah engkau merasakan kesusahan?

 

Orang itu menjawab: Tidak.

 

Abi Hurairah berkata: Andaikata di dalam masjid ada seratus ribu orang atau lebih, kemudian seorang lelaki penghuni neraka menarik nafas, niscaya matilah mereka semuanya.

 

Seorang ulama berkata mengenai firman Allah:   (Api membakar wajah-wajah mereka). Api itu membakar mereka sekali hingga tidak menyisakan daging pada tulang, melainkan dilemparkannya di kaki-kaki mereka.

 

Kemudian lihatlah sesudah ini bau busuknya air nanah yang mengalir dari badan mereka hingga mereka tenggelam di dalamnya, yaitu Al-Ghassaaq.

 

Abu Said Al-Khudri berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Andaikata satu timba air nanah penghuni neraka dilemparkan di dunia, niscaya penghuni bumi menjadi busuk baunya.”

 

Ini adalah minuman mereka ketika mereka meminta tolong karena haus. Maka seseorang dari mereka diberi minuman air nanah yang diminumnya dan hampir dia tidak bisa menelannya sedangkan kematian datang kepadanya dari segenap penjuru, tetapi ia tidak juga mati.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”

 

Kemudian lihatlah kepada makanan mereka, yaitu zaqqum. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan. Benar-benar akan memakan pohon zaqqum. Dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang haus minum.” al-Waqi’ah: 51-55

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim. Mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.” Ash-Shaffaat: 64-68

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Memasuki api yang sangat panas (neraka). Diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas.” Al-Ghasyiyah: 4-5

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan siksa yang pedih.” Al-Muzzammil: 12-13

 

Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: Andaikata setetes duri buah zaqqum menetes di lautan dunia, niscaya tetesan itu merusak penghidupan penghuni dunia.

 

Maka bagaimana pula siapa yang memakannya?

 

Anas berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sukailah apa yang dianjurkan Allah kepadamu dan hindarilah dan takutlah siksa Allah dan hukuman-Nya serta neraka yang kamu diancam Allah dengannya. Karena andaikata setetes air dari surga ada bersama kamu di dunia yang kamu tinggali, niscaya tetesan itu akan membuat duniamu menjadi baik. Dan andaikata setetes air dari neraka ada bersama kamu di duniamu yang kamu tinggali, niscaya tetesan itu membuat duniamu menjadi busuk.”

 

Abu Darda’ berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Penghuni neraka mengalami kelaparan hingga menyamai siksaan yang menimpa mereka. Maka mereka meminta tolong agar diberi makanan. Kemudian mereka ditolong dengan makanan dari pohon yang berduri, tidak bisa menggemukkan dan tidak menghilangkan lapar.

 

Dan mereka meminta tolong agar diberi makanan, maka mereka diberi makanan yang menyumbat kerongkongan. Mereka teringat bahwa mereka dulu di dunia melancarkan makanan yang menyumbat kerongkongan dengan minuman. Maka mereka meminta minuman. Kemudian diangkat kepada mereka air panas dengan menggunakan pengait dari besi.

 

Ketika air panas itu mendekati wajah mereka, besi panas itu menghanguskan wajah mereka dan ketika minuman masuk dalam perut mereka, air panas itu memutuskan isi perut mereka. Maka mereka berkata: Panggilkan penjaga neraka.

 

Kemudian mereka memanggil para penjaga neraka: Berdoalah kalian kepada Tuhanmu agar Dia meringankan siksaan dari kami satu hari.

 

Mereka menjawab: “Apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?

 

Mereka menjawab: “Benar, sudah datang.” Penjaga-penjaga jahannam berkata: “Berdoalah kamu.” Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.”

 

Kemudian mereka berkata: “Panggillah malaikat Malik.

 

Maka penjaga jahannam memanggil Malik.

 

Penghuni neraka berkata: “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh karni saja.”

 

Dia menjawab: Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).

 

Berkata Al-A’masy: Aku diberitahu bahwa di antara doa mereka dan jawaban Malik kepada mereka berselang seribu tahun.

 

Kemudian penjaga neraka berkata: Berdoalah kalian kepada Tuhanmu. Tidak ada yang lebih baik daripada Tuhanmu.

 

Penghuni neraka berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”

 

Allah menjawab mereka:   (Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku). Al-Mu’minun: 108.

 

Ketika itu mereka putus asa dari setiap kebaikan dan pada waktu itu mereka mulai menjerit, menyesal dan mengaduh.

 

Abu Umamah berkata: Rasulullah SAW bersabda mengenai firman Allah Ta’ala:   (Dan dia akan diberi minuman dengan air nanah. Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya). Ibrahim: 16-17.

 

Air nanah itu didekatkan kepadanya, maka dia tidak menyukainya. Ketika didekatkan darinya, air nanah itu menghanguskan mukanya hingga jatuh kulit kepalanya. Apabila ia meminumnya, air panas itu memutuskan usus-ususnya hingga keluar dari duburnya.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya). Muhammad: 15.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka). Al-Kahfi: 29.

 

Ini adalah makanan dan minuman mereka ketika mereka lapar dan haus.

 

Maka lihatlah sekarang kepada ular-ular neraka dan kalajengkingnya dan racunnya yang keras, bentuknya yang besar dan pemandangannya yang buruk.

 

Semua binatang itu telah menguasai penghuni neraka dan disuruh menyiksa mereka, tidak berhenti menggigit dan menyengatnya sesaat pun. 

 

Abu Hurairah berkata: Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya, ditampilkan padanya di hari kiamat seekor ular gundul yang mempunyai dua bintik dan dikalungkan padanya di hari kiamat, kemudian mencengkeram mulutnya, lalu berkata: Aku hartamu, aku simpananmu.

 

Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala:   dan seterusnya (Ali Imran: 180).

 

Rasulullah SAW bersabda: Sungguh di neraka ada ular-ular yang besarnya seperti leher unta. Mereka menyengat dengan sengatan yang keras. Maka ia rasakan kepedihannya selama empat puluh tahun.

 

Dan didalamnya terdapat banyak kalajengking yang besarnya seperti bagal yang diberi pelana. Mereka menyengat dengan sengatan yang keras. Maka ia pun merasakan kepedihannya selama empat puluh tahun.

 

Ular-ular dan kalajengking-kalajengking ini disuruh menyengat Orang yang di dunia mempunyai sifat kikir, akhlak yang buruk dan suka menyakiti orang lain. Siapa yang terhindar dari sifat-sifat itu, ia pun terlindung dari ular-ular ini sehingga tidak ditampilkan baginya.

 

Kemudian, setelah semua ini pikirkanlah tentang pembesaran tubuh-tubuh penghuni neraka. Allah menambah ukuran panjang dan lebar dari tubuh mereka hingga siksaan mereka bertambah dengan sebabnya.

 

Maka mereka merasakan pembakaran api, sengatan kalajengking dan ular dari semua bagiannya sekaligus secara berturut-turut.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Gigi geraham orang kafir di neraka seperti gunung Uhud besarnya dan tebal kulitnya sejauh perjalanan tiga (hari).”

 

Rasulullah SAW bersabda: Bibirnya yang bawah jatuh di atas dadanya dan yang atas berkerut telah menutupi mukanya.

 

Nabi SAW bersabda: Sungguh orang kafir diseret lidahnya di Sijjin pada hari kiamat diinjak-injak oleh orang banyak dengan tubuh yang besar.

 

Begitu pula api membakar mereka berkali-kali sehingga kulit dan daging mereka diganti.

 

Al-Hasan berkata mengenai firman Allah Ta’ala:   (An-Nisa’: 56).

 

la berkata: Api memakan mereka setiap hari 70.000 kali. Setiap kali ia memakan mereka, dikatakan kepada mereka: “Kembalilah”, maka mereka kembali seperti sedia kala.

 

Kemudian, pikirkan sekarang tentang tangisan penghuni neraka, jeritan mereka dan seruan celaka mereka dan keinginan untuk binasa.

 

Hal itu ditimpakan atas mereka pada pertama kali ketika mereka dimasukkan dalam neraka.

 

Rasulullah SAW bersabda: Pada hari itu didatangkan jahannam yang mempunyai 70.000 tali kendali, dan setiap tali kendali dipegang oleh 70.000 malaikat.

 

Anas berkata: Rasulullah SAW bersabda: Dikirimkan kepada penghuni neraka tangisan. Maka mereka menangis hingga terlihat pada wajah mereka seperti bentuk parit yang andaikata dilepaskan kapal di situ, maka kapal itu bisa berjalan.

 

Selama mereka diizinkan menangis, menjerit, berteriak dan berseru celaka dan binasa, maka mereka mempunyai tempat istirahat, tetapi mereka juga dicegah dari itu.

 

Berkata Muhammad bin Ka’ab: Penghuni neraka mempunyai lima doa. Allah azza wa jalla menjawab mereka dalam empat doa. Pada doa yang kelima mereka tidak bicara selamanya.

 

Mereka berkata:

 

“Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka).”

 

Maka Allah Ta’ala menjawab mereka:

 

“Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Al-Mu’min: 12

 

Kemudian mereka berkata: Ya Tuhan kami, kami melihat dan kami mendengar, maka kembalikan kami (ke dunia) supaya kami berbuat amal baik.

 

Maka Allah Ta’ala menjawab mereka:

 

“Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” Ibrahim: 44

 

Mereka berkata: Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang baik berlainan dengan yang telah kami kerjakan.

 

Maka Allah Ta’ala menjawab mereka:

 

“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (Siksa Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” Fathir: 37

 

Kemudian mereka berkata: Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami dan adalah kami orang-orang yang sesat.

 

Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.

 

Maka Allah Ta’ala menjawab mereka:   (Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku). Al Mu’minun: 108.

 

Setelah itu mereka tidak berbicara untuk selamanya dan itu puncak kekerasan siksa.

 

Malik bin Anas r.a. berkata: Zaid bin Aslam berkata mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” Ibrahim: 21

 

la berkata: Mereka bersabar seratus tahun, kemudian mereka mengeluh seratus tahun, kemudian bersabar seratus tahun, kemudian mereka berkata: Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Didatangkan kematian pada hari kiamat seakan-akan domba hitam putih, lalu disembelih di antara surga dan neraka dan dikatakan: Hai penghuni surga, tinggallah dengan kekal, tidak ada kematian. Hai penghuni neraka, tinggallah dengan kekal, tidak ada kematian.”

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata: Keluar dari neraka seorang lelaki sesudah seribu tahun dan kiranya akulah orang itu.

 

Ada orang bermimpi melihat Al-Hasan r.a. duduk di sebuah zawiyah sambil menangis. Maka dikatakan kepadanya: Mengapa engkau menangis?

 

Al-Hasan menjawab: Aku takut Allah memasukkan aku di dalam neraka dan Dia tidak peduli.

 

Inilah macam-macam siksaan neraka secara ringkas dan perincian kesusahan dan kesedihannya, bencana dan penyesalannya, tiada akhir baginya.

 

Perkara terbesar atas mereka di samping dahsyatnya siksaan yang mereka alami adalah hilangnya kenikmatan surga dan hilangnya kemungkinan berjumpa dengan Allah dan keridhaan-Nya di samping pengetahuan mereka bahwa mereka menjual semua itu dengan harta yang sedikit hanya beberapa dirham, karena mereka tidak menjual itu, kecuali dengan syahwat-syahwat yang hina di dunia selama hari-hari yang pendek dan tidak jernih, tetapi keruh dan sulit.

 

Mereka berkata dalam diri mereka: Alangkah menyesalnya! Bagaimana kami binasakan diri kami dengan mendurhakai Tuhan kami dan kenapa kami tidak memaksa diri kami untuk bersabar selama hari-hari yang sedikit.

 

“Andaikata kami bersabar, tentulah hari-harinya telah berakhir dan kami bisa tinggal sekarang di sisi Tuhan semesta alam menikmati keridhaan-Nya.

 

Alangkah besarnya penyesalan mereka ini. Telah hilang dari mereka semua kesenangan dan banyak kesusahan yang mereka alami dan tidak tersisa bersama mereka sedikitpun dari kenikmatan dunia dan kesenangannya.

 

Kemudian, sesungguhnya andaikata mereka tidak menyaksikan kenikmatan surga, niscaya tidaklah besar penyesalan mereka, tetapi kenikmatan itu ditunjukkan kepada mereka.

 

Rasulullah SAW bersabda: Didatangkan pada hari kiamat orang-orang dari neraka ke surga hingga ketika mereka sudah dekat darinya dan mencium baunya dan melihat kepada istana-istananya dan kepada kenikmatan yang disediakan Allah bagi penghuninya di dalamnya, mereka diseru: Jauhkan mereka itu dari surga. Tidak ada bagian bagi mereka di dalamnya.

 

Maka mereka kembali dengan penyesalan yang tidak pernah dialami seperti itu oleh orang-orang yang terdahulu dan terakhir.

 

Mereka berkata: Ya Tuhan kami, kiranya Engkau masukkan kami ke dalam neraka sebelum Engkau tunjukkan kepada kami pahalaMu yang telah Engkau tunjukkan itu dan kenikmatan yang Engkau sediakan bagi para wali-Mu di dalamnya, niscaya hal itu lebih ringan bagi kami.

 

Maka Allah Ta’ala berkata: Itulah yang Aku inginkan bagi kalian. Apabila kalian berada sendirian, kalian menantang-Ku dengan berbuat dosa besar. Apabila kalian berjumpa orang banyak, kalian temui mereka dengan tunduk dan berbuat riya” kepada orang-orang berbeda dengan yang kalian berikan kepada-Ku dari hatimu. Kalian takut kepada manusia dan tidak takut kepada-Ku, kalian agungkan manusia dan tidak mengagungkan Aku, kalian tinggalkan orang-orang dan tidak meninggalkan mereka demi Aku. Hari ini Aku timpakan siksaan yang pedih atas kalian di samping yang Aku haramkan kalian dari pahala yang kekal.

 

Ahmad bin Harb berkata: Sesungguhnya seseorang dari kita memilih tempat yang teduh daripada sinar matahari, tetapi tidak memilih surga daripada neraka.

 

Isa alaihis salam berkata: Banyak tubuh yang sehat dan wajah yang bagus dan lisan yang fasih menjerit di antara lapisan-lapisan neraka.

 

Berkata Dawud: Ya Tuhanku, aku tidak sabar menahan panas mataharimu, maka bagaimana aku bisa sabar menahan panasnya apimu. Dan aku tidak sabar untuk mendengar suara rahmat-Mu, maka bagaimana aku bisa sabar mendengar suara siksaan-Mu.

 

Maka pikirkanlah, hai miskin, mengenai hal-hal yang menakutkan ini dan ketahuilah bahwa Allah Ta’ala menciptakan neraka dan berbagai siksaannya dan menciptakan baginya penghuni baginya yang tidak bertambah dan tidak berkurang dan ini adalah perkara yang sudah diputuskan dan selesai darinya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” Maryam: 39

 

Demi hidupku,.ini adalah isyarat kepada hari kiamat, bahkan sejak masa dahulu yang sangat lama. Akan tetapi Allah menampakkan pada hari kiamat perkara yang sudah diputuskan.

 

Yang mengherankan darimu ialah ketika engkau tertawa, bermain dan sibuk dengan urusan-urusan dunia yang remeh, sedangkan engkau tidak tahu apa yang sudah diputuskan mengenai dirimu.

 

Jika engkau katakan, kiranya aku tahu apa tempat kedatanganku, ke mana tempat aku kembali dan apa yang sudah diputuskan mengenai diriku, maka engkau mempunyai tanda yang bisa engkau andalkan dan engkau percayai harapanmu dengan sebabnya, yaitu engkau lihat keadaanmu dan amal-amalmu, karena setiap orang dimudahkan untuk apa yang diciptakan baginya.

 

Jika Allah telah memudahkan bagimu jalan kebaikan, maka gembiralah, karena engkau dijauhkan dari neraka. Dan jika engkau menginginkan kebaikan, tetapi banyak hambatan yang menghalangimu hingga menolak kebaikan itu dan menginginkan kejelekan, sedangkan engkau bisa melakukan sebab-sebabnya dengan mudah, maka ketahuilah bahwa engkau telah binasa.

 

Petunjuk ini atas akibatnya adalah seperti petunjuk hujan atas tanaman dan petunjuk asap atas api. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” Al-Infithar: 13-14

 

Maka periksalah dirimu terhadap kedua ayat itu dan engkau ketahui tempat tinggalmu dari dua tempat itu. Wallahu a’lam.

 

 

Ketahuilah, bahwa ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan seluruh kebaikan. Allah Ta’ala telah mendorong untuk melakukan ketaatan dalam kitab-Nya dalam berbagai ayat dan dengan ketaatan itulah para rasul diutus untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan jiwa menjadi cahaya makrifat Allah Yang Maha Suci dan supaya mereka bersenang-senang di negeri kenikmatan yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa dengan segala yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada hati manusia.

 

Sesungguhnya mereka tidak diciptakan sia-sia, tetapi untuk membalas orang-orang yang berbuat buruk atas perbuatan mereka dan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan balasan terbaik, sedangkan Allah tidak membutuhkan ketaatan mereka dan kedurhakaan mereka tidak membahayakan-Nya dan tidak menQur’angi kesempurnaan-Nya sedikit pun.

 

Jika mereka sombong, maka para malaikat di sisi Tuhanmu bertasbih untuk-Nya di waktu malam dan siang, sedangkan mereka tidak merasa jemu.

 

Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya dan Allah, Dialah yang Maha Kaya dan kamulah yang membutuhkan Allah.

 

Sungguh mengherankan, seseorang dari kita membeli budak dan ingin dia melakukan pekerjaan yang wajib dengan sungguh dan tunduk kepada tuannya yang menguasainya dengan harta yang sedikit dan akan habis sementara ia membenci dan memarahinya karena melakukan satu kesalahan dan barangkali ia tidak memberikan gajinya atau mengusirnya atau menjualnya.

 

Maka mengapa kita tidak menaati Tuhan kita yang sebenarnya yang menciptakan kita dan menyempurnakan bentuk kita, sedangkan kita berbuat banyak kesalahan, namun Dia tidak mencegah nikmat-nikmat-Nya dari kita dan berbagai pertolongan-Nya yang kalau tidak karenanya, niscaya kita binasa, padahal Dia berkuasa menghukum kita dengan sebab melakukan satu kesalahan saja.

 

Akan tetapi Dia memberi penangguhan kepada kita supaya kita bertaubat dan Dia menerima kita dan mengampuni kesalahan kita serta menutupi kejelekan kita.

 

Orang yang berakal mengetahui siapa yang lebih patut untuk ditaati, lalu mendekatinya dan memusatkan seluruh perhatiannya kepadanya.

 

Setiap kali berdosa, ia bertaubat dan kembali kepada Penciptanya dan tidak putus asa dari rahmat-Nya, menampakkan cinta kepadaNya dengan mensyukuri nikmat-Nya dan menekuni hal itu, mudah-mudahan ia ditulis dalam golongan orang-orang yang berbuat baik.

 

Kemudian datang kematian kepadanya sementara ia rindu kepada Tuhannya dan Tuhannya lebih rindu untuk berjumpa dengannya.

 

Abu Darda’ r.a. berkata kepada Ka’ab r.a.: Beritahukan padaku ayat yang paling khusus, yakni dalam Taurat: la berkata: Allah Ta’ala berkata: Orang-orang shaleh lama merindukan perjumpaan dengan-Ku, sedangkan Aku lebih rindu untuk berjumpa dengan mereka.

 

la berkata: Tertulis di sampingnya: Siapa yang mencari Aku, dia akan mendapatkan Aku dan siapa yang mencari selain Aku, Dia tidak mendapatkan Aku.

 

Maka Abu Darda’ berkata: Aku bersaksi bahwa sungguh aku mendengar Rasulullah SAW mengatakan ini.

 

Disebutkan dalam Akhbaar Dawud alaihis salam bahwa Allah Ta’ala berkata: Hai Dawud, sampaikan kepada penduduk bumi bahwa Aku adalah kekasih bagi siapa yang mencintai Aku dan teman duduk bagi siapa yang duduk dengan-Ku dan penghibur siapa yang senang menyebut-Ku, teman bagi siapa yang menemani Aku, pemilih siapa yang memilih Aku, menaati siapa yang menaati Aku.

 

Tidaklah seorang hamba mencintai Aku dan Aku mengetahui hal itu secara yakin dari hatinya, melainkan Aku menerimanya untuk diri-Ku dan Aku mencintainya dengan cinta yang tidak diungguli oleh seorang pun dari makhluk-Nya.

 

Barangsiapa mencari-Ku dengan kebenaran, ia akan mendapatkan Aku dan siapa yang mencari selain Aku, ia pun tidak mendapatkan Aku, maka tolaklah hai penduduk bumi apa yang kamu alami dari tipu dayanya.

 

Kemarilah kalian untuk mendapatkan kemuliaan-Ku, berteman dengan-Ku, duduk dengan-Ku dan senanglah dengan-Ku supaya Aku senangkan kamu dan segera mencintaimu.

 

Sesungguhnya Aku ciptakan tanah para kekasih-Ku dari tanah Ibrahim kekasih-Ku dan Musa yang Aku selamatkan dan Muhammad manusia pilihan-Ku dan Aku ciptakan hati orang-orang yang rindu dari cahaya-Ku dan Aku berikan kenikmatan kepadanya dengan keagungan-Ku.

 

Disebutkan dalam Akhbaar Dawud alaihis salam: Katakan kepada hamba-hamba-Ku yang menuju cinta-Ku: Tidaklah membahayakanmu apabila Aku bersembunyi dari makhluk-Ku dan Kuangkat hijab antara Aku dan kamu hingga kamu melihat kepada-Ku dengan mata hatimu.

 

Dan tidaklah membahayakanmu dunia yang Aku jauhkan darimu bila Aku lapangkan agama-Ku untukmu, dan tidaklah membahayakanmu kemarahan makhluk bila kamu mencari keridhaan-Ku.

 

 

Ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala menggandengkan syukur dengan dzikir dalam kitab-Nya. Maka Allah Ta’ala berfirman:   “Mengingat Allah adalah lebih besar.” Al-Ankabut: 45

 

Maka Allah Ta’ala berfirman:

 

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” Al-Baqarah: 152

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?.” An-Nisa’: 147

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan Kami akan memberi balasan (pahala) kepada orang-orang yang bersyukur.” Ali Imran: 145

 

Allah azza wa jalla berfirman mengabarkan tentang iblis yang terkutuk: “Aku (iblis) benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus.” Al-A’raf: 16.

 

Ada yang mengatakan: Itu adalah jalan syukur. Iblis menyesatkan manusia.

 

la berkata: “(Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Al-N’raf: 17.

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:   (Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih). Saba’:13.

 

Allah telah memastikan tambahan nikmat di samping syukur dan tidak membuat perkecualian. Maka Allah Ta’ala berfirman:

 

Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu). Ibrahim: 7.

 

Allah Ta’ala membuat perkecualian dalam lima perkara, yaitu memberikan kekayaan, mengabulkan doa, memberi rezeki, memberi ampunan dan menerima taubat.

 

Maka Allah Ta’ala berfirman:   (Maka Allah akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya). At-Taubah: 28.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas). Al-Baqarah: 212.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya). An-Nisa’: 48.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya). At-Taubah: 15.

 

Sifat syukur adalah termasuk akhlak Rububiyah, karena Allah Ta’ala berfirman:   (Dan Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha penyantun). At-Taghabun: 17.

 

Allah telah menjadikan syukur sebagai kunci pembicaraan penghuni surga. Maka Allah Ta’ala berfirman:   (Dan mereka mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami). Az-Zumar 74. Dan Allah Ta’ala berfirman:   (Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdu lillahi Rabbil ‘aalamiin”.) Yunus: 10.

 

Disebutkan dalam khabar (hadits): Rasulullah SAW bersabda:

 

  (Orang yang makan dan bersyukur sama derajatnya dengan orang yang puasa dan sabar).

 

Diriwayatkan dari Atha’ bahwa ia berkata: Aku masuk kepada Aisyah r.a. lalu aku berkata: Beritahulah kami kejadian paling mengherankan yang engkau lihat dari Rasulullah SAW. Maka Aisyah menangis dan berkata: Urusannya yang mana yang tidak mengherankan?

 

Pasa suatu malam beliau datang kepadaku dan masuk bersamaku dalam alas tidurku atau dalam selimutku hingga kulitnya menyentuh kulitku, kemudian ia berkata: Hai putri Abu Bakar, biarkan aku beribadah kepada Tuhanku.

 

Aisyah berkata: Aku katakan: Sesungguhnya aku menyukai kedekatanmu, tetapi aku memilih keinginanmu. Maka aku izinkan baginya.

 

Kemudian beliau menuju wadah air, lalu berwudhu dan tidak banyak menuangkan air. Kemudian beliau berdiri mengerjakan shalat dan menangis hingga mengalir air matanya di atas dadanya. Kemudian beliau ruku’ dan menangis, kemudian sujud dan menangis, kemudian mengangkat kepalanya dan menangis. Beliau tetap begitu menangis hingga datang Bilal memberitahukan kepadanya waktu shalat.

 

Maka aku katakan: Ya Rasulallah, apa yang menyebabkan engkau menangis. Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang kemudian?

 

Beliau menjawab: Bukankah aku harus menjadi seorang hamba yang bersyukur?

 

Kenapa aku tidak melakukan itu, sedangkan Allah Ta’ala telah menurunkan kepadaku:  dan seterusnya. Al-Baqarah: 164.

 

Ini menunjukkan bahwa tangisan tidak patut berhenti untuk selamanya.

 

Rahasia ini ditunjukkan oleh cerita bahwa seorang nabi melihat sebuah batu kecil yang memanarkan air yang banyak. Nabi itu merasa heran darinya.

 

Maka Allah Ta’ala menjadikan batu itu bisa bicara. Kemudian ia berkata: Sejak aku mendengar firman Allah Ta’ala:   (Bahan bakarnya manusia dan batu). Al-Baqarah: 24, maka aku pun menangis karena takut kepada-Nya.

 

Kemudian Nabi itu memohon kepada Allah agar melindungi batu itu dari api neraka. Maka Allah melindunginya.

 

Kemudian setelah beberapa waktu, Nabi itu melihatnya seperti itu lagi. Maka ia berkata: Mengapa engkau menangis sekarang?

 

Batu itu menjawab: Itu adalah tangis ketakutan dan ini adalah tangis syukur dan kegembiraan.

 

Hati hamba adalah seperti batu atau lebih keras dan kekerasannya tidak hilang, kecuali dengan tangis dalam keadaan senang dan susah semuanya.

 

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: Pada hari kiamat diserukan: Hendaklah berdiri orang-orang yang memuji Allah.

 

Maka berdirilah satu kelompok, lalu ditegakkan bagi mereka selembar panji dan mereka masuk surga.

 

Dikatakan: Siapa orang-orang yang suka memuji Allah itu?

 

Nabi SAW menjawab: Mereka adalah orang-orang yang bersyukur kepada Allah Ta’ala dalam segala keadaan.

 

Dalam lafadh lain: Orang-orang yang bersyukur kepada Allah dalam keadaan senang dan susah.

 

Allah Ta’ala mewahyukan kepada Ayyub alaihis salam: Aku ridha dengan syukur sebagai balasan dari para wali-Ku.

 

Allah Ta’ala mewahyukan pula kepadanya mengenai sifat orangorang yang sabar bahwa tempat mereka adalah tempat kesejahteraan.

 

Apabila mereka memasukinya, Aku ilhami mereka agar bersyukur dan itu adalah sebaik-baik perkataan dan ketika bersyukur, Aku minta tambahan dari mereka dan Aku menambah nikmat-Ku kepada mereka dengan memandang kepada-Ku.

 

Ketika turun ayat mengenai al-kunuz (perbendaharaan harta), Umar r.a. berkata: Harta mana yang kita kumpulkan?

 

Nabi SAW menjawab: Hendaklah seseorang dari kamu memiliki lisan yang selalu berdzikir dan hati yang bersyukur.

 

Maka Nabi SAW menyuruh memiliki hati yang bersyukur sebagai ganti harta.

 

Ibnu Mas’ud berkata: Syukur adalah separuh iman.

 

Ketahuilah bahwa syukur itu berkaitan dengan hati dan lisan dan anggota tubuh. Adapun syukur dengan hati adalah bermaksud melakukan kebaikan dan menyembunyikannya untuk seluruh manusia.

 

Syukur dengan lisan adalah menampakkan syukur kepada Allah Ta’ala dengan pujian-pujian yang menunjukkan hal itu.

 

Syukur dengan anggota tubuh adalah menggunakan nikmat-nikmat Allah Ta’ala dalam menaati-Nya dan menghindari penggunaannya untuk mendurhakai-Nya hingga syukur dari kedua mata adalah engkau tutupi setiap kejelekan yang engkau lihat pada seorang muslim dan syukur kedua telinga adalah engkau tutupi setiap kejelekan yang engkau dengar mengenainya. Maka ini termasuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah dengan anggota-anggota ini.

 

Syukur dengan lisan adalah untuk menampakkan keridhaan kepada Allah Ta’ala dan hal itu diperintahkan.

 

Nabi SAW berkata kepada seorang lelaki: Bagaimana keadaanmu di pagi hari ini?

 

Orang itu menjawab: Dalam keadaan baik.

 

Maka Nabi SAW mengulangi pertanyaannya hingga orang itu mengatakan pada kali ketiga: Dalam keadaan baik, aku memuji Allah dan mensyukuri-Nya.

 

Maka Nabi SAW berkata: Inilah yang aku inginkan darimu.

 

Adalah para salaf saling menanyakan keadaan dan niat mereka adalah mengeluarkan ucapan syukur kepada Allah Ta’ala supaya orang yang bersyukur itu taat dan orang yang menanyakan keadaan itu juga taat. Tujuan mereka bukanlah riya’ dengan menampakkan kerinduan.

 

Setiap hamba yang ditanya tentang keadaannya ada yang bersyukur atau mengeluh atau diam. Maka syukur adalah ketaatan, keluhan adalah kedurhakaan yang buruk dari ahli agama.

 

Bagaimana keluhan terhadap Raja dari segala raja tidak menjadi buruk dan di tangan-Nya terdapat segala sesuatu ketika disampaikan kepada seorang hamba yang dimiliki dan tidak mampu berbuat sesuatu. Jika hamba tidak mampu bersabar menghadapi cobaan dan takdir dan kelemahannya menyebabkan keluhan, maka lebih pantas keluhannya disampaikan kepada Allah Ta’ala. Dialah yang menimpakan cobaan dan berkuasa untuk menghilangkan cobaan itu.

 

Kehinaan hamba terhadap Tuhannya adalah kemuliaan, sedangkan keluhannya kepada selain Tuhannya adalah kehinaan dan menampakkan kehinaan kepada hamba seperti dia adalah kehinaan yang buruk.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu, maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” Al-Ankabut: 17

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu.” Al-A’raf: 194

 

Maka pernyataan syukur dengan lisan adalah termasuk wujud syukur.

 

Diriwayatkan bahwa serombongan orang datang kepada Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Kemudian seorang pemuda berdiri untuk bicara.

 

Maka Umar berkata: Biarlah yang lebih tua bicara.

 

Pemuda itu berkata: Ya Amirul mukminin, andaikata jabatan berdasarkan umur, tentulah di antara kamu muslimin ada yang lebih tua darimu.

 

Maka Umar berkata: Bicaralah!

 

Pemuda itu berkata: Kami bukan rombongan yang hendak menyatakan simpati dan bukan untuk melaporkan ketakutan. Adapun simpati telah ditimbulkan oleh kebaikanmu dan ketakutan telah diamankan oleh keadilanmu pada kami. Kami datang kepadamu untuk menyampaikan terima kasih dengan lisan dan setelah itu kami pulang.

 

 

Allah telah mencela kesombongan di beberapa tempat dari kitab. Nya dan mencela setiap orang yang sewenang-wenang dan sombong. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar.” Al-N’raf: 146

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.” Al-Mu’min: 35

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala.” Ibrahim: 15

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong). An-Nahl: 23.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman)). Al-Furqan: 21.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” Al-Mu’min: 60

 

Celaan terhadap kesombongan banyak sekali dalam Al-Qur’an.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidak masuk surga siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi dan tidak masuk neraka siapa yang di dalam hatinya terdapat iman sebesar biji sawi.”

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Allah Ta’ala berkata: Kebesaran diri itu selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-Ku. Maka siapa yang melawan-Ku dalam salah satu sifat itu, Aku lemparkan dia dalam neraka dan Aku tidak peduli.”

 

Diriwayatkan dari Abi Salamah bin Abdurrahman, ia berkata: Abdullah bin Amru bertemu dengan Abdullah bin Umar di atas bukit Shafa.

 

Kemudian ibnu Amru pergi dan ibnu Umar tinggal sambil menangis.

 

Orang-orang berkata: Apa sebabnya engkau menangis, hai Aba Abdurrahman?

 

la menjawab: Orang ini, yakni Abdullah bin Amru mengaku bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi, Allah menjerumuskannya di atas wajahnya dalam api neraka.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Ada orang yang selalu menyombongkan dirinya hingga ia ditulis dalam golongan orang-orang yang sombong dan ia pun ditimpa siksaan yang menimpa mereka.”

 

Pada suatu hari Sulaiman bin Dawud alaihimas salam berkata kepada burung-burung, manusia dan jin dan binatang-binatang: Keluarlah kalian!

 

Maka mereka pun keluar dalam 200.000 manusia dan 200.000 jin. Kemudian Sulaiman diangkat hingga ia mendengar suara merdu dari para malaikat yang bertasbih di lapisan-lapisan langit, kemudian ia diturunkan hingga kakinya menyentuh laut dan mendengar suara:

 

Andaikata dalam hati teman kalian (Sulaiman) terdapat kesombongan sebesar zarrah, niscaya Aku benamkan dia ke dalam bumi lebih jauh daripada Aku mengangkatnya.

 

Nabi SAW bersabda: “Keluar dari neraka leher yang mempunyai dua telinga yang bisa mendengar dan dua mata yang bisa melihat dan lidah yang bisa bicara.

 

la berkata: Aku ditugaskan menghukum tiga macam orang, yaitu setiap orang yang sewenang-wenang dan keras kepala, setiap orang yang menyeru Tuhan selain Allah dan para pelukis atau pematung.” Nabi SAW bersabda: “Tidak masuk surga orang yang kikir, orang yang sewenang-wenang (sombong) dan orang yang bertabiat buruk.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Surga dan neraka saling berdebat. Neraka berkata: Aku dipilih untuk orang-orang yang sombong dan yang sewenang-wenang. Surga berkata: Kenapa tidak masuk ke dalamku, kecuali orang-orang yang lemah, orang-orang yang rendah dan orang-orang yang tak berdaya? Maka Allah berkata kepada surga: Sesungguhnya engkau adalah rahmat-Ku, Aku rahmati denganmu siapa yang Aku kehendaki dari para hamba-Ku. Dan Allah berkata kepada neraka. Sesungguhnya engkau adalah siksaan-Ku. Aku menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki dan bagi masing-masing dari kamu berdua sepenuhnya.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang sewenang-wenang dan melampaui batas dan melupakan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang sewenang-wenang! dan sombong dan melupakan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang lalai dan lengah dan melupakan kuburan dan kehancuran badan. Seburuk-buruk hamba adalah hamba yang sombong dan berbuat zalim dan melupakan permulaan dan penghabisannya.”

 

Diriwayatkan dari Tsabit bahwa ia berkata: Telah sampai khabar pada kami bahwa ada orang mengatakan: Ya Rasulallah, alangkah besarnya kesombongan si Fulan?

 

Nabi SAW menjawab: Bukankah sesudahnya ada kematian?

 

Berkata Abdullah bin Amru: Rasulullah SAW bersabda: Adalah Nuh alaihis salam ketika menjelang wafatnya, dia memanggil putera-puteranya dan berkata: Aku menyuruh kamu berdua dengan dua perkara dan melarang kamu berdua dari dua perkara.

 

Aku melarang kamu berdua dari syirik dan kesombongan. Dan aku menyuruh kamu berdua memperbanyak ucapan Laa ilaha illallah, karena lapisan-lapisan langit dan lapisan-lapisan bumi dan segala isinya andaikata diletakkan di sisi timbangan dan perkataan Laa ilaha illallah diletakkan di sisi yang lain, niscaya ia lebih unggul daripada langit dan bumi berikut isinya.

 

Dan andaikata lapisan-lapisan langit dan lapisan-lapisan bumi dan segala isinya berupa lingkaran, lalu perkataan Laa ilaha illallah diletakkan di atasnya, niscaya ia patahkan lingkaran itu.

 

Dan aku menyuruh kamu berdua mengucapkan Subhanallahi wa bihamdihi, karena ia adalah shalatnya segala sesuatu dan dengan sebabnya segala sesuatu diberi rezeki.

 

Berkata Al-Masih alaihis salam: Beruntunglah orang yang diajari Allah kitab-Nya, kemudian tidak mati sebagai orang yang sombong.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Penghuni neraka adalah setiap orang yang kaku kasar, sombong, suka membanggakan diri, suka mengumpulkan harta dan kikir. Dan penghuni surga ialah orang-orang yang lemah dan mempunyai sedikit harta.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya yang paling kami sukai di antara kalian dan yang paling dekat dari kami di antara kalian di akhirat adalah orang-orang yang terbaik akhlaknya di antara kalian. Dan orang yang paling kami benci dan paling jauh dari kami di antara kalian adalah orang-orang yang banyak bicara dan memaksakan kefasihan dan sombong.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Orang-orang yang sombong dihimpun pada hari kiamat dalam bentuk seperti semut yang diinjak orang banyak. Semut-semut itu berbentuk orang lelaki. Mereka diungguli oleh segala sesuatu yang kecil, kemudian mereka digiring ke sebuah penjara di neraka jahannam bernama Bulas. Mereka dibakar oleh api yang paling panas dan diberi minum dari Thinatul khabaal, yaitu keringat penghuni neraka.”

 

Abu Hurairah berkata: Nabi SAW bersabda:

 

“Orang-orang yang sewenang-wenang dan orang-orang yang sombong dihimpun pada hari kiamat dalam bentuk semut yang diinjak oleh orang banyak karena kehinaan mereka di sisi Allah Ta’ala.”

 

Diriwayatkan dari Muhammad bin Waasi’: Ia berkata: Aku masuk kepada Bilal bin Abi Burdah, lalu aku katakan kepadanya: Hai Bilal, sesungguhnya ayahmu menceritakan kepadaku dari ayahnya dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Di neraka jahannam ada sebuah lembah bernama Habhab. Allah akan menempatkan di dalamnya setiap orang yang sewenang-wenang.” Maka, hai Bilal, janganlah engkau termasuk orang yang meninggalinya.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam neraka ada sebuah istana di mana orang-orang yang sombong ditempatkan dan ditutup atas mereka.”

 

Abu Bakar Ash-Shiddig r.a. berkata: “Janganlah seseorang meremehkan seorang lain dari kaum muslimin, karena orang kecil menurut kaum muslimin adalah besar di sisi Allah.”

 

Wahab berkata: Ketika Allah menciptakan surga Aden, Dia memandang kepadanya dan berkata: Engkau haram atas setiap Orang yang sombong.

 

Muhammad bin Ali bin Husein berkata: Tidaklah sifat sombong memasuki hati seorang manusia, melainkan ia menQur’angi akalnya sebanyak kesombongannya yang masuk, sedikit atau banyak.

 

Sulaiman ditanya tentang kejelekan yang tidak bermanfaat kebaikan bersamanya. Maka ia menjawab: Kesombongan.

 

An-Nu’man bin Basyir berkata di atas mimbar: Sesungguhnya syaitan mempunyai perangkap dan jebakan dan termasuk perangkap syaitan dan jebakannya ialah menyombongkan nikmat Allah, membanggakan pemberian Allah dan bersikap sombong terhadap hamba-hamba Allah serta mengikuti hawa nafsu bukan karena Allah.

 

Kita mohon kepada Allah Ta’ala maaf dan keselamatan di dunia dan akhirat dengan karunia dan kemurahan-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

 

“Allah tidak melihat kepada orang yang menyeret sarungnya dengan gaya yang sombong.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Di saat seorang lelaki berjalan dengan sombong dengan memakai baju burdahnya, tiba-tiba ia merasa kagum pada dirinya sehingga Allah membenamkannya ke dalam bumi dan bergerak-gerak di dalamnya hingga hari kiamat.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa menyeret bajunya dengan sombong, Allah tidak melihat kepadanya pada hari kiamat.”

 

Berkata Zaid bin Aslam: Aku masuk kepada ibnu Umar. Kemudian datang kepadanya Abdullah bin Waqid memakai baju baru.

 

Aku mendengarnya berkata: Hai anakku, angkatlah sarungmu, karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah tidak melihat kepada orang yang menyeret bajunya dengan sombong.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Apabila umatku berjalan dengan sombong dan mereka dilayani oleh bangsa Persia dan Romawi, maka Allah menjadikan sebagian mereka menguasai sebagian yang lain.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa merasa besar dalam dirinya dan sombong dalam jalannya, ia pun berjumpa Allah sedang Allah marah kepadanya.”

 

Diriwayatkan dari Abu Bakar Al-Hudzali, ia berkata: Ketika kami sedang bersama Al-Hasan, tiba-tiba lewat ibnul Ahtam hendak menuju istana memakai jubah-jubah sutera yang sebagiannya dilapisi dengan sebagian yang lain di atas betisnya. Rompinya tersingkap darinya dan ia berjalan dengan gaya sombong.

 

Tiba-tiba Al-Hasan melihat kepadanya dan berkata: Uff, uff, mengangkat hidungnya, memalingkan lambungnya, memalingkan mukanya, melihat pada kedua lambungnya. Hai dungu, engkau melihat pada kedua lambungmu dalam nikmat-nikmat yang tidak disyukuri dan tidak disebut, tidak diambil dengan perintah Allah mengenainya dan tidak menunaikan hak Allah darinya dalam setiap anggota dari anggota-anggotanya. Allah mempunyai nikmat dan syaitan menaruh perhatian padanya.

 

Demi Allah, seorang yang berjalan menurut tabiatnya atau bergoyang seperti orang gila lebih baik baginya daripada orang ini.

 

Ibnul Ahtam mendengar perkataan itu, lalu kembali dan meminta maaf kepadanya.

 

Namun Al-Hasan berkata: Jangan minta maaf kepadaku dan taubatlah kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta’ala:

 

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” , Al-sra’: 37

 

Seorang pemuda memakai baju katun yang bagus lewat di hadapan Al-Hasan. Kemudian Al-Hasan berkata kepadanya: Hai anak Adam, engkau bangga dengan masa mudamu dan menyukai sifat-sifatmu seakan-akan kuburan telah menutupi badanmu dan seakan-akan engkau telah berjumpa amalmu.

 

Kasihan kamu, obatilah hatimu, karena kebutuhan Allah kepada para hamba adalah kebaikan hati mereka.

 

Muhammad bin Waasi’ melihat anaknya berjalan dengan sombong. Maka ia memanggilnya dan berkata: Tahukah engkau siapa kamu?

 

Adapun ibumu, aku membelinya dengan 100 dirham. Adapun bapakmu, semoga Allah tidak membanyakkan di antara kaum muslimin orang seperti dia.

 

Ibnu Umar melihat seorang lelaki menyeret sarungnya. Maka ia berkata: Syaitan mempunyai saudara-saudara. la mengulanginya dua atau tiga kali.

 

Diriwayatkan bahwa Mutharraf bin Abdullah bin Syikhkhir melihat Mahlab berjalan dengan sombong memakai jubah sutera.

 

Maka Mutharraf berkata: Hai hamba Allah, ini adalah gaya berjalan yang dibenci Allah dan rasul-Nya.

 

Mahlab berkata: Tahukah kamu, siapa aku?

 

Mutharraf menjawab: Ya, aku mengenalimu. Awalmu adalah mani yang busuk dan penghabisanmu adalah bangkai yang kotor dan engkau di antara keduanya mengandung kotoran (tahi).

 

Maka Mahlab terus berjalan dan meninggalkan gaya jalannya itu.

 

Penyair melagukan syair yang mengandung makna ini:

 

Aku heran terhadap orang yang membanggakan bentuknya padahal dulunya ia adalah air mani yang busuk dan kelak setelah bentuknya yang bagus.

 

Ia menjadi bangkai yang kotor di dalam kubur

 

Khalaf Al-Ahmar melagukan syair:

 

Kami mempunyai teman yang gemar berselisih banyak salahnya sedikit benarnya ia lebih keras pembangkangannya daripada kumbang dan lebih sombong daripada burung gagak apabila berjalan

 

Mujahid berkata mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Yakni berjalan dengan sombong.” Al-Qiyamah: 33

 

Wallahu a’lam.

 

Allah Ta’ala menyuruh berpikir dan merenung dalam kitabNya yang mulia di banyak tempat yang tak terhitung. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang … ……” dan seterusnya. Al-Baqarah: 164

 

Yakni silih bergantinya malam dan siang, yang satu datang setelah yang lain pergi.

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan Dia (pula) menjadikan malam dan siang silih berganti” Al-Furgan: 62

 

Atha’ berkata: Allah maksudkan pergantian keduanya dalam Cahaya dan kegelapan, tambahan dan kekurangan.

 

Penyair berkata:

 

Hai orang yang tidur di malam hari gembira dengan awalnya sesungguhnya bencana itu terkadang datang di waktu dini hari janganlah gembira dengan malam yang baik awalnya boleh jadi di akhir malam ia nyalakan api

 

Penyair lain berkata:

 

Sesungguhnya malam-malam itu adalah sumber bagi manusia di hadapannya umur dilipat dan dibentangkan maka pendeknya umur disertai kesusahan adalah panjang dan panjangnya umur disertai kegembiraan adalah pendek Allah memuji orang-orang yang berpikir,

 

Maka Allah Ta’ala berfirman:

 

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa neraka.” Ali Imran: 191

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: Ada sekelompok orang berpikir tentang Allah azza wa jalla, maka Nabi SAW berkata: Pikirkanlah tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah, karena kalian tidak akan mampu menghargai Allah dengan penghargaan yang sebenarnya.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau keluar menemui sekelompok orang yang sedang berpikir. Beliau berkata: Mengapa kalian tidak bicara?

 

Mereka menjawab: Kami memikirkan ciptaan Allah azza wa jalla.

 

Nabi SAW berkata: Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan jangan memikirkan tentang Allah. Sesungguhnya di bumi sebelah barat ini ada tanah putih yang cahayanya adalah putihnya dan putihnya adalah cahayanya sejauh perjalanan matahari selama empat puluh hari. Di sana ada makhluk Allah azza wa jalla yang tidak mendurhakai Allah sekejap mata pun.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, di mana syaitan dari mereka?

 

Nabi SAW menjawab: Mereka tidak tahu syaitan diciptakan atau tidak.

 

Para sahabat berkata: Dari anak Adam (manusia)?

 

Nabi SAW menjawab: Mereka tidak tahu apakah Adam diciptakan atau tidak.

 

Diriwayatkan dari Atha’, ia berkata: Pada suatu hari aku pergi bersama Ubaid bin Umair ke rumah Aisyah r.a.

 

la berbicara kepada kami dari belakang tabir: Hai Ubaid, apa yang ( mencegahmu dari mengunjungi kami?

 

Ubaid menjawab: Perkataan Rasulullah SAW: “Berkunjunglah kadang-kadang supaya bertambah cintamu.”

 

Ibnu Umair berkata: Beritahulah kami kejadian apa yang paling menakjubkan yang engkau lihat pada Rasulullah SAW?

 

Aisyah menangis dan berkata: Semua urusannya adalah keajaiban. Pada suatu kali di malam giliranku beliau datang kepadaku hingga kulitnya menyentuh kulitku, kemudian beliau berkata: Biarkan aku beribadah kepada Tuhanku azza wa jalla.

 

Kemudian beliau menuju wadah berisi air, lalu berwudhu darinya, kemudian beliau berdiri mengerjakan shalat, lalu menangis hingga membasahi janggutnya, kemudian sujud hingga membasahi bumi.

 

Kemudian beliau berbaring di atas sisinya hingga datang Bilal memberitahukan kepadanya waktu shalat Subuh.

 

Bilal berkata: Ya Rasulallah, apa sebabnya anda menangis, sedangkan Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang kemudian?

 

Nabi SAW menjawab: Kasihan engkau ya Bilal. Apa yang bisa mencegahku untuk menangis setelah Allah Ta’ala menurunkan kepadaku di malam ini:

 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” Ali Imran: 190

 

Kemudian beliau berkata: Celakalah bagi siapa yang membacanya dan tidak berpikir mengenainya.

 

Dikatakan kepada Al-Auza’iy: Apa puncak pemikiran mengenainya?

 

la menjawab: Membaca dan memahaminya.

 

Diriwayatkan dari Muhammad bin Waasi’: bahwa seorang lelaki penduduk Basrah menaiki kendaraan menuju Ummi Dzarr. Ia menanyainya tentang ibadah Abi Dzarr.

 

Istrinya menjawab: Di waktu siangnya ia berada di sisi rumah berpikir.

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan: Berpikir sesaat lebih baik daripada shalat satu malam.

 

Diriwayatkan dari Al-Fudhail: Berpikir adalah cermin yang menunjukkan kepadamu kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukanmu.

 

Dikatakan kepada Ibrahim: Sesungguhnya engkau lama berpikir. Ibrahim menjawab: Berpikir disertai pemahaman.

 

Adalah Sufyan bin Uyainah sering memberi contoh dengan perkataan penyair:

 

Apabila manusia mempunyai pikiran maka dalam segala sesuatu ia mempunyai pelajaran

 

Diriwayatkan dari Thawus: la berkata: Para pengikut Isa berkata kepada Isa putra Maryam: Wahai Ruhullah, apakah di atas bumi hari ini ada orang seperti anda?

 

Isa menjawab: Ya, siapa yang ucapannya adalah dzikir, diamnya adalah berpikir dan pandangannya adalah pelajaran, maka ia adalah orang seperti aku.

 

Berkata Al-Hasan: Siapa yang bicaranya tidak mengandung hikmah, maka itu adalah perkataan yang sia-sia. Siapa yang diamnya tidak berpikir, maka itu adalah kelupaan. Dan siapa yang pandangannya bukan untuk mengambil pelajaran, maka itu adalah senda gurau.

 

Al-Hasan berkata mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.” AI-A’raf: 146

 

Maksudnya Aku cegah hati mereka dari berpikir mengenai urusan-Ku.

 

Diriwayatkan dari Abi Said Al-Khudri, ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Berilah matamu bagiannya dari ibadah. Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, apa bagiannya dari ibadah?

 

Nabi SAW menjawab: Melihat dalam Mushaf dan berpikir mengenainya serta mengambil pelajaran ketika membaca keajaiban. keajaiban.”

 

Diriwayatkan dari seorang perempuan yang tinggal di dusun dekat Makkah bahwa ia berkata: Andaikata hati orang-orang bertakwa mengetahui dengan pikirannya kebaikan akhirat yang disimpan baginya dalam tabir kegaiban, niscaya hidup mereka di dunia tidak jernih dan mereka tidak merasa senang di dunia.

 

Ketika Luqman duduk sendirian, datang sahayanya kepadanya.

 

la berkata: Ya Lugman, anda sudah lama duduk sendirian.

 

Kiranya anda duduk bersama orang-orang, keadaannya lebih

 

menyenangkan bagimu. Lugman menjawab: Sesungguhnya duduk sendirian lebih banyak waktunya untuk berpikir dan lamanya berpikir adalah petunjuk kepada jalan menuju surga. Berkata Wahab bin Munabbih: Tidaklah seseorang lama berpikir, melainkan ia berilmu dan tidaklah seorang berilmu, melainkan ia beramal. Umar bin Abdul Aziz berkata: Memikirkan nikmat-nikmat Allah azza wa jalla termasuk ibadah yang paling utama. Abdullah ibnul Mubarak berkata pada suatu hari kepada Sahal bin Ali dan melihatnya diam berpikir: Sampai di mana kamu? Sahal menjawab: Shirat. Bisyir berkata: Andaikata orang-orang berpikir mengenai kebesaran Allah, niscaya mereka tidak mendurhakai Allah azza wa jalla.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas: Dua raka’at yang sedang dalam tafakkur lebih baik daripada shalat malam tanpa hati.

 

Di saat Abu Syuraih sedang berjalan, tiba-tiba ia duduk, lalu menutupi mukanya dengan pakaiannya.

 

  1. mulai menangis. Maka dikatakan kepadanya: Kenapa engkau menangis?

 

Abu Syuraih menjawab: Aku memikirkan habisnya umurku dan sedikitnya amalku dan dekatnya ajalku.

 

Abu Sulaiman berkata: Biasakan matamu menangis dan hatimu berpikir.

 

Abu Sulaiman berkata pula: Berpikir tentang dunia menimbulkan hijab dari akhirat dan hukuman bagi pemilik kewalian. Sedangkan berpikir tentang akhirat menimbulkan hikmah dan menghidupkan hati.

 

Hatim berkata: Dari pelajaran bertambah ilmu seseorang, dari berdzikir bertambah cinta kepada Allah dan dari tafakkur bertambah rasa takut.

 

Berkata ibnu Abbas: Berpikir tentang kebaikan menyebabkan pengamalannya dan penyesalan atas perbuatan buruk menyebabkan manusia meninggalkannya.

 

Hatim berkata: Dari pelajaran bertambah ilmu seseorang, dari berdzikir bertambah cinta kepada Allah dan dari tafakkur bertambah rasa takut.

 

Berkata ibnu Abbas: Berpikir tentang kebaikan menyebabkan pengamalannya dan penyesalan atas perbuatan buruk menyebabkan manusia meninggalkannya.

 

Al-Hasan berkata: Sesungguhnya orang-orang berakal terus beralih dari dzikir kepada pikiran dan dari pikiran kepada dzikir hingga mereka meminta hati mereka bicara. Maka hati mereka mengucapkan kalimat kata hikmah.

 

Ishaq bin Khalaf berkata: Adalah Dawud Ath-Tha’iy rahimahullah berada di atas atap rumah pada suatu malam yang tampak bulan, lalu memikirkan kerajaan langit dan bumi sambil memandang ke langit dan menangis hingga terjatuh di rumah tetangganya.

 

Maka pemilik rumah melompat dari tempat tidurnya dalam keadaan telanjang sambil membawa pedang di tangannya. Ia menyangka Dawud adalah pencuri.

 

Ketika melihat Dawud, ia kembali dan meletakkan pedangnya dan berkata: Siapa yang menjatuhkanmu dari atap?

 

Dawud menjawab: Aku tidak merasakan hal itu?

 

Al-Junaid berkata: Majelis yang paling mulia dan paling tinggi ialah duduk sambil berpikir di medan tauhid dan menghirup angin lembut makrifat, minum dengan piala cinta dari lautan kasih sayang dan memandang dengan berbaik sangka kepada Allah azza wa jalla.

 

Kemudian ia berkata: Sungguh indah majelis-majelis itu, alangkah agungnya dan betapa lezat minumannya. Beruntunglah siapa yang dianugerahi minuman itu.

 

Asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala berkata: Pergunakanlah diammu untuk berbicara dan pikiranmu untuk mengeluarkan hukum.

 

Beliau berkata pula: Pandangan yang benar dalam segala urusan menyelamatkan dari ghurur, keputusan yang tepat dalam pendapat menyebabkan keselamatan dari kecerobohan dan penyesalan, renungan dari pemikiran mengungkapkan kebijaksanaan dan kecerdasan, dan bermusyawarah dengan orang-orang bijak menimbulkan keteguhan dalam jiwa dan kekuatan dalam mata hati.

 

Maka pikirkanlah sebelum engkau memutuskan dan renungkanlah sebelum menyerang dan bermusyawarahlah sebelum bertindak.

 

Asy-Syafi’i berkata pula: Keutamaan-keutamaan ada empat: yang pertama hikmah dan tonggaknya adalah berpikir, yang kedua kebersihan diri dan tonggaknya adalah dalam mengendalikan syahwat, yang ketiga adalah kekuatan dan tonggaknya adalah menahan amarah, yang keempat adalah keadilan dan tonggaknya adalah keseimbangan dari kekuatan-kekuatan nafsu

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa Rasulullah SAW menyebut kematian dan kesulitan serta kepedihannya dan berkata: Rasanya seperti pukulan tiga ratus pedang.

 

Nabi SAW ditanya tentang kematian dan kesulitannya. Beliau menjawab: Sesungguhnya kematian yang paling ringan ialah seperti duri dalam bulu domba. Bukankah durinya keluar dari bulu bersama bulunya?

 

Rasulullah SAW menjenguk orang sakit, kemudian berkata: Aku tahu apa yang dialaminya. Tidaklah setiap urat darinya, melainkan merasakan kepedihan karena menghadapi kematian.

 

Ali karromallahu wajhahu mendorong pasukan untuk berperang. la berkata: Jika kalian tidak terbunuh, kalian akan mati. Demi Tuhan yang jiwaku tidak terbunuh, kalian akan mati.

 

Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh seribu pukulan pedang lebih ringan bagiku daripada kematianku di atas tempat tidur.

 

Syaddad bin Aus berkata: Kematian adalah peristiwa dahsyat yang paling buruk atas orang mukmin di dunia dan akhirat dan lebih menyakitkan daripada digergaji dengan gergaji dan digunting dengan gunting serta direbus dalam panci.

 

Andaikata mayit dibangkitkan dan mengabari penghuni dunia tentang kematian, mereka tidak bisa hidup dengan nyaman dan tidak bisa tidur dengan nyenyak.

 

Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari bapaknya, ia berkata: Apabila tersisa dari orang mukmin derajat yang belum bisa dicapainya dengan amalnya, disulitkan kematian atasnya supaya ia bisa mencapai dengan sakaratul maut dan kesulitannya derajatnya di surga.

 

Apabila orang kafir mempunyai kebaikan yang tidak dibalas, ia pun diringankan dalam kematian supaya dipenuhi pahala kebaikannya di dunia, lalu ia masuk neraka.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Kematian mendadak menimbulkan ketenangan bagi orang mukmin dan penyesalan atas orang fajir.”

 

Diriwayatkan bahwa ketika Ibrahim alaihis salam meninggal, Allah Ta’ala berkata kepadanya: Bagaimana engkau rasakan kematian, Wahai kekasih-Ku?

 

Ibrahim menjawab: Seperti besi panggang yang dimasukkan dalam bulu hewan yang basah, kemudian ditarik.

 

Maka Allah berkata: Padahal Aku telah meringankannya atasmu.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau memasukkan tangannya di dalam wadah berisi air, kemudian mengusapkannya pada mukanya seraya berkata: Ya Allah, ringankan bagiku sarakatul maut.

 

Fathimah r.a. berkata: Betapa sulitnya keadaanmu wahai ayahku.

 

Namun, Nabi SAW berkata: Tidak ada kesulitan atas ayahmu sesudah hari ini.

 

Umar r.a. berkata kepada Ka’ab Al-Ahbar: Hai Ka’ab, ceritakan kepada kami tentang kematian.

 

Ka’ab menjawab: Ya Amiral mukminin, sesungguhnya kematian itu seperti ranting yang banyak durinya, lalu dimasukkan dalam perut seseorang dan setiap duri menempel pada urat, kemudian seseorang menariknya dengan keras dan menyisakan mana yang tersisa.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya hamba merasakan sulitnya kematian dan sakaratnya dan sebagian dari persendiannya memberi salam kepada sebagian yang lain dan mengatakan: Alaikassalam. Engkau berpisah denganku dan aku berpisah denganmu sampai hari kiamat.

 

Inilah macam-macam sakaratul maut atas para wali Allah dan para kekasih-Nya, maka bagaimana keadaan kita yang hanyut dalam berbagai maksiat dan di samping sakaratul maut itu datang kesulitan-kesulitan lainnya berturut-turut kepada kita.

 

Kesulitan-kesulitan itu ada tiga. Yang pertama: Naza’ (pencabutan nyawa) yang keras sebagaimana kami sebutkan. Yang kedua: Penyaksian bentuk malaikat maut dan timbulnya ketakutan terhadapnya di dalam hati. Andaikata orang lelaki yang paling kuat melihat bentuknya ketika mencabut roh hamba yang berdosa, niscaya ia tidak tahan melihatnya.

 

Diriwayatkan dari Ibrahim Al-Khalil alaihis salam bahwa ia berkata kepada malaikat maut: Apakah engkau bisa menunjukkan kepadaku bentukmu ketika engkau mencabut nyawa orang fajir?

 

Malaikat maut menjawab: Engkau tidak sanggup melihatnya. Ibrahim menjawab: Aku siap.

 

Malaikat maut berkata: Berpalinglah dariku. Maka Ibrahim berpaling darinya, kemudian menoleh. Ternyata ia seorang lelaki hitam, rambutnya berdiri, baunya busuk, bajunya hitam, dari mulut dan lubang hidungnya keluar api dan asap.

 

Maka Ibrahim alaihis salam jatuh pingsan, kemudian sadar dan malaikat maut telah kembali kepada bentuknya semula.

 

Kemudian Ibrahim berkata: Hai malaikat maut, andaikata orang fajir tidak melihat di saat kematiannya, kecuali bentuk wajahmu, niscaya hal itu sudah cukup baginya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi SAW bahwa Dawud alaihis salam adalah seorang pencemburu. Apabila keluar dari rumah, ia menutup pintu-pintu.

 

Pada suatu hari ia menutupnya dan keluar. Kemudian istrinya mengamati, ternyata di dalam rumah ada seorang lelaki. Maka ia berkata: Siapa yang memasukkan orang ini? Jika Dawud datang, ia akan bertindak tegas kepadanya.

 

Kemudian datang Dawud dan melihatnya. Dawud berkata: Siapa kamu?

 

Orang itu menjawab: Aku adalah orang yang tidak takut raja-raja dan tidak ada penghalang yang bisa mencegah mereka dari aku.

 

Maka Dawud berkata: Demi Allah, kalau begitu engkau adalah malaikat maut, dan ia pun mencabut nyawa Dawud alaihis salam di tempatnya.

 

Diriwayatkan bahwa Isa alaihis salam melewati tengkorak, lalu ia menendangnya. Isa berkata: Bicaralah dengan izin Allah.

 

Tengkorak itu berkata: Hai Ruhullah, aku adalah raja di zaman begini dan begini. ketika aku sedang duduk di kerajaanku di atas tahtaku memakai mahkotaku dan di sekelilingku ada tentaraku dan para pelayanku, tiba-tiba muncul malaikat maut. Maka hilanglah dariku setiap anggota di hadapannya, kemudian keluar jiwaku menuju kepadanya.

 

Wahai kiranya kumpulan manusia itu dulunya tidak mengalami perpisahan dan kiranya kesenangan itu dulunya tidak mengalami kesepian.

 

Ini adalah bencana yang dialami orang-orang durhaka dan dicegah dari orang-orang yang taat.

 

Para nabi telah menceritakan sakaratul maut saja dan tidak menceritakan ketakutan yang dialami oleh orang yang menyaksikan bentuk malaikat maut.

 

Demikian pula seandainya ia melihat bentuk itu dalam tidurnya, niscaya ia merasa resah dalam sisa umurnya. Maka bagaimana bila ia melihatnya dalam keadaan seperti itu. Adapun orang yang taat, ia melihatnya dalam bentuk yang paling bagus dan paling indah.

 

Diriwayatkan dari Ikrimah dari ibnu Abbas bahwa Ibrahim alaihis salam adalah seorang lelaki pencemburu. la mempunyai sebuah rumah di mana ia beribadah. Apabila ia keluar, ia pun menutupnya. Pada suatu hari, ia kembali. Ternyata di dalam rumah ada seorang lelaki.

 

Ibrahim berkata: Siapa yang memasukkanmu ke dalam rumahku?

 

Orang itu menjawab: Yang memasukkan aku ke dalamnya adalah pemiliknya.

 

Ibrahim berkata: Akulah pemiliknya.

 

Orang itu berkata: Yang memasukkan aku ke dalamnya adalah orang yang lebih berkuasa atasnya daripada aku dan engkau.

 

Maka Ibrahim berkata: Siapa kamu? Engkau malaikat?

 

Orang itu menjawab: Aku malaikat maut.

 

Ibrahim berkata: Apakah engkau bisa menunjukkan kepadaku bentukmu ketika engkau mencabut nyawa orang mukmin?

 

Malaikat itu menjawab: Ya. Berpalinglah dariku. Maka Ibrahim berpaling, kemudian menoleh. Ternyata ia seorang pemuda yang tampan wajahnya, bagus bajunya dan harum baunya.

 

Ibrahim berkata: Hai malaikat maut, seandainya orang mukmin ketika meninggal hanya melihat bentukmu saja, hal itu sudah cukup baginya.

 

Di antaranya adalah penyaksian dua malaikat pencatat.

 

Wuhaib berkata: Telah sampai khabar kepada kami bahwa tidaklah seorang manusia mati hingga nampak dua malaikat yang mencatat 4 amalnya.

 

Jika ia seorang yang taat, kedua malaikat itu berkata kepadanya: Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada kami.

 

Bisa jadi engkau dudukkan kami dalam suatu majelis yang baik dan engkau hadirkan kami dalam suatu amal yang baik.

 

Jika ia seorang yang fajir, kedua malaikat itu berkata: Semoga Allah membalasmu dengan keburukan atas perbuatanmu kepada kami.

 

Bisa jadi engkau dudukkan kami dalam suatu majelis yang buruk dan engkau hadirkan kami dalam suatu amal yang tidak baik dan engkau perdengarkan kepada kami perkataan yang buruk. Maka semoga Allah tidak membalasmu dengan kebaikan atas perbuatanmu terhadap kami.

 

Pada waktu itu mayit menatap kepada keduanya dan tidak kembali ke dunia untuk selamanya.

 

Bencana ketiga ialah penyaksian orang-orang durhaka tempat-tempat mereka di neraka dan ketakutan mereka sebelum penyaksian itu.

 

Sesungguhnya mereka dalam keadaan sakarat telah menjadi lemah kekuatan mereka dan arwah mereka telah bersiap untuk keluar dan arwah mereka tidak akan keluar selama mereka tidak mendengar suara malaikat yang mengabarkan salah satu dari dua kabar ini: Gembiralah hai musuh Allah dengan api neraka atau gembiralah hai waliyullah dengan surga.

 

Hal inilah yang ditakuti oleh orang-orang berakal. Nabi SAW bersabda:

 

“Tidak akan keluar seseorang dari dunia hingga ia mengetahui ke mana tempat kembalinya dan hingga ia melihat tempat duduknya di surga atau neraka.”

 

 

 

 

Rasulullah SAW bersabda: Kubur berkata kepada mayit ketika diletakkan di dalamnya: Kasihan kamu hai anak Adam, apa yang menipumu terhadapku. Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah rumah ujian dan rumah kegelapan, rumah kesendirian dan rumah cacing!

 

Apa yang menipumu terhadapku ketika engkau mendatangiku dengan memajukan satu kaki dan mengundurkan kaki yang lain.

 

Jika ia seorang yang baik, ia pun dijawab oleh penjawab kepada kuburan: Tidakkah engkau tahu bahwa ia menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran?

 

Maka kubur menjawab: Kalau begitu, aku berubah untuknya menjadi indah dan jasadnya menjadi cahaya dan ruhnya naik kepada Allah Ta’ala.

 

Ubaid bin Umair Al-Laitsi berkata: Tidaklah seorang meninggal dunia, melainkan ia diseru oleh lubang tempat ia dikubur: Aku adalah rumah kegelapan dan kesendirian.

 

Jika engkau di masa hidupmu taat kepada Allah, maka hari ini aku menjadi rahmat atasmu. Jika engkau seorang yang durhaka, maka hari ini aku menjadi bencana atasmu.

 

Akulah tempat yang bila dimasuki oleh seorang yang taat, maka ia keluar dengan gembira dan siapa yang memasuki aku dalam keadaan durhaka, maka ia keluar dalam keadaan binasa.

 

Berkata Muhammad bin Subhin: Telah sampai khabar kepada kami bahwa apabila ada orang diletakkan dalam kuburnya, lalu disiksa atau mengalami sesuatu yang tidak disukainya, maka para tetangganya orang-orang mati berseru kepadanya: Hai orang yang datang belakangan sesudah tetangga-tetangganya, tidakkah engkau mengambil pelajaran pada kami? Tidakkah engkau memikirkan siapa yang mendahuluimu? Tidakkah engkau lihat terputusnya amal-amal kami dari kami, sedangkan engkau suka menunda? Tidakkah engkau perbaiki apa yang tertinggal dari saudara-saudaramu?

 

Tempat-tempat di bumi berseru kepadanya: Hai orang yang tertipu oleh dunia yang nampak, tidakkah engkau ambil pelajaran dari keluargamu yang dikubur di perut bumi yang tertipu oleh dunia sebelum kamu, kemudian ia didahului oleh ajalnya ke dalam kubur sementara engkau melihatnya dipikul oleh para kekasihnya ke tempat yang harus ditinggalinya?

 

Berkata Yazid Ar-Raqqasyi: Telah sampai khabar kepada kami bahwa mayit apabila diletakkan dalam kuburnya, ia dikelilingi oleh amal-amalnya, kemudian Allah menyuruhnya bicara. Amal-amal itu berkata: Hai hamba yang sendirian dalam kuburnya, teman-teman dan keluargamu terputus darimu. Maka tidak ada yang menghiburmu hari ini di tempat kami.

 

Ka’ab berkata: Apabila hamba yang shaleh diletakkan dalam kubur, ia dikelilingi oleh amal-amalnya yang baik, shalat, puasa, haji, jihad dan shodaqoh.

 

Ka’ab berkata: Kemudian datang pada malaikat penyiksa dari arah kedua kakinya.

 

Maka shalat berkata: Menyingkirlah kalian darinya. Kalian tidak punya alasan untuk menyiksanya. Ia telah lama berdiri di atas kedua kaki itu untuk beribadah kepada Allah.

 

Kemudian mereka mendatanginya dari arah kepalanya.

 

Puasa berkata: Kalian tidak punya alasan untuk menyiksanya. Ia sudah lama haus karena Allah di negeri dunia. Maka kalian tidak punya alasan untuk menyiksanya.

 

Kemudian mereka mendatanginya dari arah tubuhnya.

 

Maka haji dan jihad berkata: Menyingkirlah kalian darinya. Ia telah memayahkan dirinya dan memayahkan badannya dan menunaikan haji serta berjihad karena Allah, maka tidak ada alasan bagi kalian untuk menyiksanya.

 

Kemudian mereka mendatanginya dari arah kedua tangannya.

 

Maka shodaqoh berkata: Tahanlah diri kalian dari temanku. Banyak shodaqoh keluar dari kedua tangan ini hingga jatuh di tangan Allah Ta’ala karena mengharapkan keridhaan-Nya. Maka kalian tidak punya alasan untuk menyiksanya.

 

Ka’ab berkata: Kemudian dikatakan kepadanya: Senanglah kamu, engkau dalam keadaan baik di masa hidup dan baik sesudah mati.

 

Para malaikat rahmat datang kepadanya, lalu menggelar baginya alas tidur dari surga dan selimut dari surga. Dilapangkan baginya dalam kuburnya sejauh pandangannya dan didatangkan pelita dari surga, lalu ia mendapat penerangan dengan cahayanya sampai hari ketika Allah membangkitkannya dari kuburnya.

 

Berkata Ubaidillah bin Ubaid bin Umair mengenai jenazah: Telah sampai khabar kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya mayit didudukkan dan ia mendengar langkah para pengantarnya.

 

Maka tidak ada yang bicara dengannya, kecuali kuburnya yang berkata: Hai anak Adam, kasihan kamu, bukankah engkau sudah diperingatkan mengenai aku dan diperingatkan mengenai kesempitanku dan bauku yang busuk, kedahsyatanku dan cacingku? Maka apa yang engkau siapkan bagiku?

 

Berkata Al-Baro’ bin Azib: Kami keluar bersama Rasulullah SAW mengantarkan jenazah seorang lelaki Anshor.

 

Kemudian Rasulullah SAW duduk di atas kuburnya sambil menundukkan kepalanya. Kemudian beliau berkata: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur (tiga kali).

 

Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya orang mukmin apabila hampir memasuki akhirat, Allah mengutus para malaikat seakan-akan wajah mereka matahari. Mereka membawa balsam dan kafannya, lalu duduk sejauh pandangannya.

 

Apabila ruhnya keluar, ia didoakan oleh setiap malaikat di antara langit dan bumi dan setiap malaikat di langit. Pintu-pintu langit dibuka dan tiada satu pintu pun darinya, melainkan ia wajib masuk dengan ruhnya dari situ. Apabila ia naik dengan ruhnya, dikatakan: Ya Tuhanku, hamba-Mu si Fulan.

 

Maka Allah berkata: Kembalikan dia dan tunjukkan kepadanya kemuliaan yang Aku sediakan baginya, karena Aku telah berjanji kepadanya:   (Dari bumi (tanah) Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu). Thaha: 55.

 

Sungguh ia mendengar suara sandal mereka ketika berbalik pergi hingga dikatakan: Hai orang ini, siapa Tuhanmu, apa agamamu, dan siapa nabimu?

 

Maka ia menjawab: Tuhanku Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

 

Kemudian kedua malaikat itu membentaknya dengan bentakan yang keras dan itu adalah ujian terakhir yang diajukan kepada mayit. Apabila ia mengucapkan itu, seorang juru bicara berseru. Engkau berkata benar. Itu adalah makna firman Allah Ta’ala:

 

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” Ibrahim: 27

 

Kemudian datang seorang berwajah tampan, berbau harum dan memakai baju bagus. la berkata: Gembiralah dengan rahmat Tuhanmu dan surga-surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang kekal.

 

Orang itu berkata: Semoga Allah memberimu kabar gembira berupa kebaikan. Siapa kamu?

 

Pendatang itu menjawab: Aku adalah amalmu yang baik. Demi Allah, sungguh engkau cepat menaati Allah Ta’ala, lambat dari mendurhakai Allah. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.

 

Kemudian seorang juru bicara berseru: Gelarlah baginya alas tidur dari surga dan bukalah baginya sebuah pintu ke surga.

 

Maka digelarlah baginya alas tidur dari surga dan dibuka baginya sebuah pintu ke surga.

 

Kemudian ia berkata: Ya Allah, segerakan terjadinya kiamat hingga aku kembali kepada keluarga dan hartaku.

 

Adapun orang kafir apabila hampir memasuki akhirat dan terputus dari dunia, turunlah kepadanya malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka membawa baju dari api dan pakaian dari terlalu mengelilinginya.

 

Apabila keluar jiwanya, ia pun dilaknat oleh setiap malaikat di antara langit dan bumi dan setiap malaikat di langit dan ditutuplah pintu-pintu langit.

 

Maka setiap pintu tidak suka orang itu masuk dengan ruhnya dari situ.

 

Apabila ruhnya dinaikkan, ia pun ditolak dan dikatakan: Ya Tuhanku, hamba-Mu si Fulan tidak diterima oleh langit dan bumi.

 

Maka Allah azza wa jalla berkata: Kembalikan dia dan tunjukkan kepadanya balasan buruk yang Aku sediakan baginya.

 

Aku telah berjanji kepadanya:   (Dari bumi (tanah) Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu). Thaha: 55.

 

Sungguh ia mendengar suara sandal mereka ketika mereka berbalik pergi, hingga dikatakan kepadanya: Hai orang ini, siapa Tuhanmu, siapa nabimu dan apa agamamu?

 

la menjawab: Aku tidak tahu.

 

Maka dikatakan kepadanya: Engkau tidak akan tahu.

 

Kemudian datang seorang yang buruk mukanya, busuk baunya dan buruk bajunya.

 

la berkata: Gembiralah dengan murka Allah dan siksaan yang pedih dan kekal.

 

Orang itu berkata: Semoga Allah mengabarimu dengan kejelekan. Siapa kamu?

 

Aku adalah amalmu yang buruk. Demi Allah, sungguh engkau cepat dalam mendurhakai Allah, lambat dari menaati Allah. Semoga Allah membalasmu dengan balasan yang buruk.

 

Maka mayit itu berkata: Semoga Allah membalasmu dengan kejelekan.

 

Kemudian diciptakan baginya makhluk yang tuli, buta dan bisu membawa palu dari besi yang andaikata manusia dan jin berkumpul untuk mengangkatnya, mereka tidak akan mampu. Andaikata seekor unta dipukul dengannya. niscaya ia hancur menjadi tanah. Kemudian ia memukulnya sehingga hancur menjadi tanah.

 

Kemudian ruhnya kembali dalam jasadnya, lalu ia memukul orang itu di antara kedua matanya dengan pukulan yang terdengar oleh penghuni lapisan-lapisan bumi.

 

Kemudian seorang juru bicara berseru: Gelarlah baginya dua papan dari api dan bukalah baginya sebuah pintu ke neraka. Maka digelarlah baginya dua papan dari api dan dibuka baginya sebuah pintu menuju neraka.

 

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qardhi, bahwa ia membaca firman Allah Ta’ala:

 

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang baik terhadap yang telah aku tinggalkan).” Al-Mu’minun: 99-100

 

Allah Ta’ala berkata: Apa yang engkau inginkan dan apa yang engkau sukai. Apakah engkau ingin kembali untuk mengumpulkan harta dan menanam tanaman dan mendirikan bangunan serta menggali sungai?

 

Hamba itu menjawab: Tidak, tetapi agar aku berbuat amal yang baik terhadap yang aku tinggalkan.

 

Maka Tuhan Yang Maha Kuasa berkata: Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, yakni diucapkannya di saat kematian.

 

Abu Hurairah berkata: Nabi SAW bersabda: “Orang mukmin di dalam kuburnya berada di taman hijau dan dilapangkan baginya dalam kuburnya sepanjang 70 hasta dan bersinar hingga menjadi seperti bulan di malam purnama.

 

Tahukah kalian mengenai apa diturunkan:   (Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit). Thaha: 124.

 

Para sahabat menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW berkata: Ayat itu turun mengenai siksaan atas orang kafir di dalam kuburnya. Ditimpakan kepadanya 99 ekor naga.

 

Tahukah kalian apa itu naga? Naga ialah 99 ekor ular dan setiap ular mempunyai tujuh kepala yang mencakarinya dan menjilati serta menghembus pada tubuhnya sampai hari mereka dibangkitkan.

 

Tidak perlu merasa heran dengan jumlah ini secara khusus, karena jumlah ular dan kalajengking ini adalah sebanyak akhlak yang tercela, yaitu sombong, riya”, iri hati, dendam dan dengki serta sifat-sifat lainnya.

 

Sifat-sifat itu mempunyai beberapa pokok, kemudian bercabang darinya menjadi beberapa cabang, kemudian cabang-cabangnya terbagi menjadi bagian-bagian dan sifat-sifat itu sendiri adalah hal-hal yang membinasakan dan berubah menjadi kalajengking dan ular.

 

Yang kuat darinya menyengat dengan sengatan naga dan yang lemah menyengat dengan sengatan kalajengking dan yang di antara keduanya menyakiti dengan sengatan ular.

 

Orang-orang yang mempunyai mata hati menyaksikan hal-hal yang membinasakan ini dan terbaginya menjadi cabang-cabang dengan cahaya mata hati, tetapi kadar jumlahnya tidak bisa diketahui, kecuali dengan cahaya kenabian.

 

Khabar-khabar seperti ini mempunyai kenyataan yang benar dan rahasia-rahasia tersembunyi, tetapi bagi orang-orang yang mempunyai mata hati adalah jelas.

 

Maka siapa yang tidak menyaksikan hakikatnya, janganlah dia mengingkari kenyataannya, tetapi tingkatan iman yang paling sedikit  adalah percaya dan berserah diri.

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman: 

 

“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” At-Takatsur: 5

 

Yakni andaikata kamu mengetahui kejadian kiamat dengan yakin, niscaya kamu dilalaikan dari bermegah-megahan, niscaya kalian lakukan kebaikan yang bermanfaat bagimu dan kalian tinggalkan mana yang tidak bermanfaat bagimu.

 

Dan dikatakan: Adalah benar, seandainya kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin sebagaimana diketahui oleh para rasul bahwa harta dan perhitungan dalam kebanggaan tidak bermanfaat bagimu pada hari kiamat, niscaya kalian tidak membanggakan harta dan jumlah yang banyak.

 

“niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahannam.” At-Takaatsur: 6

 

Ar-Rabb (Tuhan) bersumpah bahwa kalian akan melihat neraka dan kedahsyatannya secara langsung, kemudian kalian benar-benar akan melihatnya ainul yakin, yakni kalian benar-benar akan melihat neraka.

 

Melihat yang sama dengan keyakinan adalah penyaksian dan penglihatan yang tidak ada keraguan padanya.

 

Jika dikatakan: Apa bedanya antara ilmul yaqin dan ainul yaqin.

 

Dikatakan kepadanya: Ilmul yaqin adalah untuk para nabi dengan kenabian mereka, sedangkan ainul yaqin untuk para malaikat, karena mereka melihat surga dan neraka, Al-Lauh, Al-Qalam Arsy dan Al-Kursiy. Maka bagi mereka adalah ainul yagin.

 

Jika engkau mau, engkau katakan: Ilmul yagin adalah ilmu tentang kematian dan kubur bagi orang-orang yang hidup, karena mengetahui bahwa orang mati berada di dalam kubur, tetapi tidak tahu bagaimana keadaan mereka di dalamnya. Ainul yagin bagi orang mati, karena mereka melihat kubur. Kubur itu adalah salah satu taman surga atau lubang neraka.

 

Jika engkau mau, engkau katakan: Ilmul yagin adalah pengetahuan tentang kiamat dan ainul yagin adalah melihat kiamat dan berbagai peristiwanya yang dahsyat.

 

Jika engkau mau. engkau katakan: Ilmul yagin adalah pengetahuan tentang surga dan neraka dan ainul yagin adalah melihat.    yakni kamu akan ditanya pada hari kiamat tentang kenikmatan dunia berupa kesehatan badan, pendengaran dan penglihatan, penghasilan, kenikmatan makanan dan minuman dan selain itu, apakah sudah menunaikan syukurnya kepada Tuhannya dan kamu mengenali-Nya dengan kenikmatan itu atau kamu mengingkarinya.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Abi Hatim dan ibnu Mardawaih dari Zaid bin Aslam dari bapaknya, ia berkata: Rasulullah SAW membaca:  , yakni kamu dilalaikan dari melakukan ketaatan.

 

Beliau berkata: Hingga datang kematian kepadamu.   , yakni kamu akan mengetahui andaikata kamu telah masuk kuburan.   , yakni kamu akan mengetahui andaikata kamu telah keluar dari kuburmu menuju tempatmu berkumpul.   yakni kalian akan mengetahui andaikata kamu telah mengetahui amal-amalmu di hadapan Tuhanmu.   , yakni kamu akan benar-benar melihat neraka.

 

Hal itu disebabkan shirat diletakkan di tengah neraka. Maka ada orang muslim yang selamat dan ada yang terdorong di api neraka.   yakni kamu akan ditanya pada hari itu tentang kenyangnya perut, minuman yang dingin, tempat tinggal yang teduh, bentuk tubuh yang sempurna dan tidur yang nyenyak.

 

Diriwayatkan dari Ali r.a., ia berkata: Kenikmatan itu adalah kesehatan.

 

Diriwayatkan dari Abi Qulabah dari Nabi SAW mengenai ayat itu: la berkata: Orang-orang dari umatku yang menghidangkan samin dan madu yang bersih, lalu mereka memakannya.

 

Diriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata: Ketika turun ayat ini, para sahabat berkata: Ya Rasulallah, kenikmatan apa yang kita nikmati?

 

Sesungguhnya kita makan dalam separuh perut kita roti sya’ir

 

Maka Allah mewahyukan kepada nabi-Nya SAW: Katakan kepada mereka: Bukankah kalian memakai sandal dan minum air yang dingin? Ini termasuk kenikmatan.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya bahwa ketika turun ayat:  , lalu beliau membacanya hingga sampai kepada “anna’iim”, para sahabat berkata: Ya Rasulallah, kenikmatan mana yang ditanyakan kepada kita, sedangkan kita hanya makan air dan kurma, pedang-pedang kita di atas leher kita dan musuh hadir. Maka tentang kenikmatan apa kita ditanya?

 

Nabi SAW menjawab: Hal itu akan terjadi.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kenikmatan pertama yang ditanyakan kepada hamba pada hari kiamat ialah dikatakan kepadanya: Bukankah Kami menjadikan tubuhmu sehat dan membuatmu kenyang dari air dingin?

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dari Abi Hurairah r.a., Nabi SAW keluar dan bertemu Abu Bakar dan Umar. Maka Nabi SAW berkata: Apa yang menyebabkan kamu berdua keluar dari kalian pada saat ini?

 

Keduanya menjawab: Rasa lapar, ya Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Demi Tuhan yang jiwaku berada ditanganNya, aku pun keluar dengan sebab yang sama. Berdirilah kamu berdua! Maka keduanya pergi bersamanya.

 

Nabi SAW mendatangi seorang lelaki Anshor. Namun, ia tidak ada di rumahnya. Ketika istrinya melihat Nabi SAW, ia berkata: Selamat datang.

 

Nabi SAW berkata: Di mana si Fulan?

 

Wanita itu menjawab: la pergi mencari air yang tawar bagi kami.

 

Tiba-tiba datang orang Anshor itu. la memandang kepada Rasulullah SAW dan kedua sahabatnya.

 

Orang itu berkata: Segala puji bagi Allah. tiada seorang pun hari ini yang lebih mulia tamunya daripada tamuku.

 

Kemudian ia pergi dan datang membawa setandan kurma setengah matang dan kurma matang (tamar).

 

Orang itu berkata: “Makanlah kalian dari kurma ini”, dan mengambil pisau.

 

Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya: Jangan menyembelih kambing yang diperah susunya.

 

Kemudian orang itu menyembelih kambing bagi mereka dan mereka makan dari kambing itu dan kurma, lalu mereka minum.

 

Ketika mereka sudah kenyang makan dan minum, Rasulullah SAW berkata kepada Abu Bakar dan Umar r.a.: Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari kiamat.

 

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” Al-Baqarah: 152

 

Tsabit Al-Banani rahimahullah berkata: Sungguh aku tahu kapan Tuhanku azza wa jalla menyebutku. Maka orang-orang merasa takut kepadanya. Mereka berkata: Kapan engkau mengetahui hal itu? Tsabit menjawab: Apabila aku menyebut-Nya, Dia menyebutku.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

(Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya). Al-Ahzab: 41.

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu.” Al-Baqarah: 198

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) bapak-bapakmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu.” Al-Baqarah: 200

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” Ali Imran: 191

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” An-Nisa’: 103

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: Yakni di waktu malam dan siang, di darat dan di laut, dalam perjalanan dan di tempat menetap, dalam keadaan kaya dan miskin, sakit dan sehat, di dalam hati dan dengan ucapan yang jelas.

 

Allah Ta’ala berfirman mencela kaum munafik:

 

(Dan tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali). An-Nisa’:142.

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” Al-A’raf: 205

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:   (Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) lebih besar). Al-Ankabut: 45.

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: Ayat itu mempunyai dua macam penafsiran. Yang satu ialah ingatan Allah Ta’ala kepadamu lebih besar daripada ingatanmu kepada-Nya.

 

Yang lain ialah bahwa mengingat Allah lebih besar daripada setiap ibadah kepada selain Dia dan ayat-ayat lainnya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang mengingat Allah di antara orang-orang yang lalai seperti pohon hijau di antara daun-daun yang kering.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang mengingat Allah di antara orang-orang yang lalai seperti prajurit yang berperang di antara orang-orang yang lari.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Allah azza wa jalla berkata: “Aku selalu bersama hamba-Ku selama Dia mengingat Aku dan bergerak kedua bibirnya menyebut-Ku.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidaklah anak Adam mengerjakan suatu amal yang lebih menyelamatkannya dari siksa Allah daripada mengingat Allah azza wa jalla.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, tidak pula jihad di jalan Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali engkau memukul dengan pedangmu sampai putus, kemudian engkau memukul dengannya sampai putus, kemudian engkau memukul dengannya sampai putus.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ingin berkeliling di taman-taman surga, hendaklah ia banyak mengingat Allah azza wa jalla.”

 

Rasulullah SAW ditanya: Amal apakah yang paling utama?

 

Nabi SAW menjawab: “Bila engkau mati sedangkan lisanmu basah karena menyebut nama Allah azza wa jalla.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Masukilah waktu pagi dan masukilah waktu sore sementara lisanmu basah menyebut nama Allah, maka engkau pun memasuki waktu pagi dan memasuki waktu sore sedangkan engkau tidak mempunyai dosa.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sungguh mengingat Allah azza wa jalla di waktu pagi dan petang lebih utama daripada mematahkan pedang di jalan Allah dan daripada pemberian harta yang banyak.”

 

Bersabda Rasulullah SAW:

 

“Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata: Apabila hamba-Ku menyebutKu, Aku pun menyebutnya dalam diri-Ku dan apabila ia menyebutKu dalam satu kelompok, Aku menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompoknya. Dan apabila ia mendekat dari-Ku sejengkal, Aku mendekat dari-Nya sehasta dan apabila ia mendekat dari-Ku sehasta, Aku mendekat darinya sedepa. Dan apabila ia berjalan kepada-Ku, Aku pun berlari kepadanya.”

 

Yang dimaksud dengan berlari ialah cepat mengabulkan doanya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tujuh macam orang dinaungi Allah azza wa jalla dalam naungan-Nya pada hari tiada naungan, kecuali naungan-Nya”, di antara mereka adalah orang yang mengingat Allah sendirian hingga keluar air matanya karena takut kepada Allah.

 

Abu Darda’ berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian amalmu yang paling baik dan paling tinggi di sisi Raja (Tuhan)mu dan paling tinggi dalam derajatmu dan lebih baik bagimu daripada memberi perak dan emas dan lebih baik bagimu daripada berjumpa musuhmu, lalu kamu menghantam leher mereka dan mereka menghantam lehermu?

 

Para sahabat berkata: Apakah itu, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Selalu mengingat Allah azza wa jalla.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa yang disibukkan dengan mengingat Aku hingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku memberinya dengan pemberian terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta.”

 

Al-Fudhail berkata: Telah sampai khabar kepada kami bahwa Allah azza wa jalla berkata: Hai hamba-Ku, sebutlah Aku sesaat sesudah Subuh dan sesaat sesudah Ashar, maka Aku lindungi engkau di antara kedua waktu itu.

 

Al-Hasan berkata: Berdzikir itu ada dua macam. Yang pertama mengingat Allah azza wa jalla antara dirimu dan Allah azza wa jalla. Alangkah bagusnya dan alangkah besar pahalanya. Yang lebih baik dari itu ialah mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai apa yang diharamkan Allah azza wa jalla.

 

Diriwayatkan bahwa setiap jiwa keluar dari dunia dalam keadaan haus, kecuali orang yang mengingat Allah azza wa jalla.

 

Mu’adz bin Jabal r.a. berkata: Tidaklah penghuni surga menyesal atas sesuatu, kecuali saat yang mereka lewati tanpa mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidaklah suatu kaum duduk di suatu majelis menyebut Allah azza wa jalla, melainkan mereka dikelilingi para malaikat dan diliputi rahmat dan Allah menyebut mereka di antara para malaikat di sisi-Nya.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tidaklah suatu kaum berkumpul menyebut-nyebut Allah Ta’ala dan hanya menginginkan ridha-Nya dengan itu, melainkan seorang juru bicara berseru dari langit: “Bangkitlah kalian dalam keadaan diampuni. Aku telah mengganti dosa-dosamu dengan kebaikan-kebaikan.” Nabi SAW bersabda:

 

 

“Tidaklah suatu kaum duduk di suatu tempat tanpa menyebut Allah Subhanahu wa Ta’ala di situ dan tidak bershalawat untuk Nabi SAW, melainkan mereka akan mengalami penyesalan pada hari kiamat.”

 

Dawud alaihis salam berkata: Ya Tuhanku, apabila Engkau melihatku melewati majelis orang-orang yang berdzikir menuju majelis orang-orang yang lalai, maka patahkan kakiku tanpa mereka, karena itu adalah nikmat yang Engkau berikan kepadaku.

 

Berkata Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya penghuni langit mendatangi rumah-rumah penghuni bumi di mana nama Allah Ta’ala disebut sebagaimana munculnya bintang-bintang.

 

Sufyan bin Uyainah rahimahullahu berkata: Apabila suatu kaum berkumpul menyebut Allah Ta’ala, syaitan dan dunia menjauh.

 

Kemudian syaitan berkata kepada dunia: Tidakkah engkau lihat apa yang mereka perbuat?

 

Dunia menjawab: Biarkan mereka. karena jika mereka bubar, kupegang leher mereka dan membawanya kepadamu.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. bahwa ia masuk pasar dan berkata: Aku lihat kalian di sini pada saat warisan Rasulullah SAW dibagi di masjid.

 

Maka orang-orang pergi ke masjid dan meninggalkan pasar. Namun mereka tidak melihat warisan.

 

Maka mereka berkata: Ya Aba Hurairah, kami tidak melihat warisan dibagi di dalam masjid.

 

Abu Hurairah berkata: Apa yang kalian lihat?

 

Mereka menjawab: Kami melihat suatu kaum yang menyebut-nyebut Allah azza wa jalla dan membaca Al-Qur’an.

 

Abu Hurairah berkata: Itulah warisan Rasulullah SAW.

 

Diriwayatkan dari Al-A’masy dari Abi Shalih dari Abi Hurairah dan Abi Said Al-Khudri bahwa Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya Allah azza wa jalla mempunyai malaikat-malaikat yang berkeliling di bumi di samping mencatat amal-amal manusia.

 

Apabila mereka mendapati suatu kaum menyebut Allah azza wa jalla, mereka saling memanggil. Kemarilah kalian menuju apa yang kamu cari. Maka mereka datang, lalu naik ke langit.

 

Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata: Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku melakukan sesuatu?

 

Para malaikat menjawab: Kami tinggalkan mereka memuji-Mu dan mengagungkan-Mu serta bertasbih kepada-Mu.

 

Maka Allah Tabarokah wa Ta’ala berkata: Apakah mereka pernah melihat-Ku?

 

Para malaikat menjawab: Tidak.

 

Allah azza wa jalla berkata: Bagaimana andaikata mereka melihatKu?

 

Para malaikat menjawab: Andaikata mereka melihat-Mu, niscaya mereka lebih banyak mengucapkan tasbih, tahmid dan tamjid.

 

Kemudian Allah berkata kepada mereka: Dari apa mereka meminta perlindungan?

 

Para malaikat menjawab: Dari api neraka.

 

Allah Ta’ala berkata: Apakah mereka pernah melihatnya?

 

Para malaikat menjawab: Tidak.

 

Allah azza wa jalla berkata: Bagaimana seandainya mereka melihatnya?

 

In U tah Para malaikat menjawab: Andaikata mereka melihatnya, niscaya mereka lebih jauh lari darinya dan lebih giat menghindarinya. Allah azza wa jalla berkata: Apa yang mereka minta? Para malaikat menjawab: Surga. Allah Ta’ala berkata: Apakah mereka pernah melihatnya? Para malaikat menjawab: Tidak. Maka Allah berkata: Bagaimana andaikata mereka melihatnya? Para malaikat menjawab: Andaikata mereka melihatnya, niscaya mereka lebih giat mencarinya.

 

Maka Allah azza wa jalla berkata: Aku jadikan kalian sebagai saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka.

 

Para malaikat berkata: Di antara mereka ada si Fulan yang tidak menginginkan mereka, tetapi ia datang untuk suatu keperluan.

 

Maka Allah azza wa jalla berkata: Mereka adalah kaum yang tidak sengsara siapa yang duduk dengan mereka.

 

Bersabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baik perkataan yang aku ucapkan dan diucapkan oleh para nabi sebelum aku adalah: Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu (Tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagi-Nya).”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mengucapkan: Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa “alaa kulli syai’in gadiir (Tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) setiap hari seratus kali, maka pahalanya sama dengan membebaskan sepuluh budak dan ditulis baginya seratus kebaikan dan dihapus darinya seratus dosa dan ucapan itu menjadi pelindung baginya dari syaitan pada harinya itu sampai sore dan tidak ada orang yang mengerjakan lebih baik dari yang dikerjakannya, kecuali orang yang mengerjakan lebih banyak dari itu.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tidaklah seorang hamba berwudhu dengan baik, kemudian mengangkat pandangannya ke arah langit dan mengucapkan: “Asyhadu an laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu wa asyhadu anna Muhammadan “abduhu wa rasuluhu”, melainkan dibuka baginya pintu-pintu surga dan ia bisa masuk dari pintu manapun yang dikehendakinya.”

 

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” An-Nisa’: 103

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Allah mewajibkan lima shalat atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-nyiakan sesuatu darinya karena meremehkan haknya, maka Allah menjamin baginya untuk memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa yang tidak mengerjakannya, maka Allah tidak menjamin baginya. Jika Allah menghendaki, Dia menyiksanya dan jika Allah menghendaki, Dia memasukkannya ke dalam surga.”

 

Rasulullah SAW bersabda: Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai yang tawar dan penuh di depan pintu rumah seseorang dari kalian. Setiap hari ia mandi di situ lima kali, maka apakah kalian melihatnya menyisakan kotoran sedikit pun?

 

Para sahabat menjawab: Tidak ada kotoran sedikitpun.

 

Nabi SAW bersabda: “Shalat lima waktu itu menghilangkan dosa-dosa seperti air menghilangkan kotoran.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapus dosa-dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.”

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan ahlis sunnah dan lainnya dari ibnu Mas’ud bahwa seorang lelaki mencium seorang perempuan. Kemudian ia mendatangi Nabi SAW dan menceritakan kejadian itu kepadanya. Sepertinya ia menanyakan tentang penebusnya. Kemudian diturunkan:

 

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” Hud: 114

 

Orang itu berkata: Ya Rasulallah, apakah ini untukku?

 

Nabi SAW menjawab: Ini untuk orang yang mengerjakan shalat dari umatku.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim serta lainnya dari Abi Umamah bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi SAW. la berkata: Ya Rasulallah, laksanakanlah bagiku hukuman Allah sekali atau dua kali.

 

Namun beliau berpaling darinya. Kemudian shalat dikerjakan. Ketika selesai, Nabi SAW berkata: Di mana orang tadi?

 

Orang itu menjawab: Ini aku.

 

Nabi SAW berkata: Bukankah kamu sudah berwudhu dengan sempurna dan mengerjakan shalat bersama kami tadi?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Engkau terhadap dosamu seperti hari ketika engkau dilahirkan oleh ibumu, maka janganlah mengulanginya.

 

Ketika itu Allah menurunkan kepada rasul-Nya:

 

Nabi SAW bersabda: “Perbedaan di antara kita dan kaum munafik adalah mengikuti shalat Isya’ dan Subuh, mereka tidak dapat melakukannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berjumpa Allah, sedangkan ia menyia-nyiakan shalat, maka Allah tidak memperdulikan kebaikan-kebaikannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Shalat adalah tiang agama, siapa yang meninggalkannya, dia telah merobohkan agama.”

 

Rasulullah SAW ditanya: Amal apakah yang paling utama?

 

Beliau menjawab: Shalat pada waktunya.

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa memelihara shalat lima waktu dengan menyempurnakan wudhunya dan waktu-waktunya, ia pun menjadi cahaya dan bukti baginya pada hari kiamat. Dan siapa yang menyia-nyiakannya, ia pun dihimpun bersama Fir’aun dan Haman.”

 

Rasulullah SAW bersabda:   (Kunci pembuka surga adalah shalat).

 

Dan beliau bersabda: Tidaklah Allah mewajibkan atas makhlukNya sesudah tauhid sesuatu yang lebih disukai-Nya daripada shalat.

 

Andaikata ada sesuatu yang lebih disukai-Nya daripada shalat, niscaya para malaikat-Nya beribadah dengannya. Di antara mereka ada yang rukuk, ada yang sujud, ada yang berdiri dan ada yang duduk.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, ia pun telah kafir.”

 

Maksudnya ia hampir terlepas dari iman seperti simpulnya yang terurai dan tiangnya yang jatuh sebagaimana dikatakan ketika mendekati kota: la sudah sampai dan sudah memasukinya.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, ia pun telah bebas dari jaminan Muhammad SAW.”

 

Abu Hurairah r.a. berkata: “Barangsiapa berwudhu dengan baik, kemudian keluar menuju shalat, maka ia pun dalam shalat selama ia menuju shalat dan ditulis satu kebaikan baginya dengan salah satu kakinya dan dihapus satu dosa darinya dengan kaki yang lain.

 

Maka apabila seseorang dari kamu mendengar igamat, hendaklah ia jangan terlambat, karena yang paling besar pahalanya di antara kalian adalah yang paling jauh rumahnya.

 

Orang-orang berkata: Kenapa, ya Aba Hurairah?

 

Abu Hurairah menjawab: Karena langkahnya yang banyak.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah hamba mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang lebih baik daripada sujud yang tersembunyi.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim sujud kepada Allah dengan sekali sujud, melainkan Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu dosa.”

 

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW: Doakan kepada Allah agar Dia menjadikan aku sebagai orang yang mendapat syafa’atmu dan mengaruniai aku dengan menemanimu di surga.

 

Maka Nabi SAW menjawab: “Bantulah aku dengan banyak sujud (shalat).”

 

Ada yang mengatakan: “Posisi hamba yang paling dekat dari Allah Ta’ala ialah ketika ia dalam keadaan sujud”, yaitu makna firman Allah azza wa jalla:   al-‘Alaq: 19.

 

Dan Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” Al-Fath: 29

 

Ada yang mengatakan: la adalah tanah yang menempel pada wajah mereka di waktu sujud.

 

Ada yang mengatakan: la adalah cahaya khusyu’, karena bersinar dari batin di atas yang dhahir. Itulah pendapat yang lebih sahih.

 

Ada yang mengatakan: la adalah warna putih yang tampak pada wajah mereka pada hari kiamat dari bekas wudhu’.

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila anak Adam (manusia) membaca surah As-Sajdah, lalu sujud, syaitan menyingkir dan menangis.

 

la berkata: Aduh celakanya aku! Orang itu disuruh sujud, lalu ia sujud, maka ia masuk surga. Aku disuruh sujud, tetapi aku menolak, maka aku masuk neraka.

 

Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin Abbas r.a. bahwa ia sujud setiap hari seribu kali dan mereka menamainya As-Sajjad.

 

Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz r.a. tidak sujud, kecuali di atas tanah.

 

Adalah Yusuf bin Asbath berkata: Hai para pemuda, cepatlah kalian memanfaatkan masa sehat sebelum datang penyakit. Tidak ada orang yang aku iri kepadanya, kecuali seorang lelaki yang menyempurnakan rukuk dan sujudnya, sedangkan aku terhalang untuk melakukan itu.

 

Berkata Said bin Jubair: Tidaklah aku merasa sedih atas kehilangan sesuatu dari dunia, kecuali atas sujud.

 

Ugbah bin Muslim berkata: “Tiada suatu sifat pada hamba yang lebih disukai Allah azza wa jalla daripada seorang lelaki yang suka berjumpa dengan Allah azza wa jalla dan tiada suatu saat di mana hamba lebih dekat kepada Allah azza wa jalla daripada ketika ia merebahkan dirinya bersujud.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Posisi hamba yang paling dekat kepada Allah azza wa jalla adalah ketika ia sujud. Maka perbanyaklah doa ketika itu.

 

 

Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang para penghuni neraka:

 

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.” Al-Muddatstsir: 42-45

 

Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad: “Di antara manusia dan kufur adalah meninggalkan shalat.” Dan diriwayatkan oleh Muslim: “Di antara manusia dan syirik atau kufur adalah meninggalkan shalat.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’iy: “Tidak ada di antara hamba dan kufur, kecuali meninggalkan shalat.” Diriwayatkan oleh Tirmidzi: “Di antara kufur dan iman adalah meninggalkan shalat.” Diriwayatkan oleh ibnu Majah: “Di antara hamba dan kufur adalah meninggalkan shalat.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya bahwa Nabi SAW bersabda:

 

“Amalan yang menyamakan antara kita dan mereka (kaum munafik) adalah shalat. Maka siapa yang meninggalkannya, ia pun telah kafir.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan isnad yang tidak ada masalah dengannya:

 

“Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, ia pun telah kafir secara terang-terangan.”

 

Dalam suatu riwayat: “Di antara hamba dan kufur atau syirik adalah meninggalkan shalat. Maka apabila ia meninggalkan shalat, ia pun telah kafir.”

 

Dalam riwayat lain: “Tidak ada di antara hamba dan syirik, kecuali meninggalkan shalat. Maka apabila ia meninggalkan shalat, ia pun telah berbuat syirik.”

 

Diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit r.a.:

 

“Kekasihku Rasulullah SAW berwasiat kepadaku tujuh perkara: Beliau berkata: Janganlah kalian menyekutukan sesuatu dengan Allah, meskipun kalian dipotong-potong atau dibakar atau disalib. Janganlah kalian meninggalkan shalat dengan sengaja. Barangsiapa meninggalkannya dengan sengaja, ia pun telah keluar dari agama.

Janganlah kalian berbuat maksiat, karena maksiat menyebabkan murka Allah. Janganlah kalian meminum khamar, karena ia adalah pangkal dosa-dosa semuanya.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi: Adalah para sahabat Muhammad SAW tidak menganggap suatu amal apabila ditinggalkan menyebabkan kufur, kecuali shalat.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar:

 

“Tidak ada bagian dalam Islam bagi siapa yang tidak mengerjakan shalat dan tiada shalat bagi siapa yang tidak berwudhu.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani:

 

“Tiada iman bagi siapa yang tidak menunaikan amanat dan tiada shalat bagi siapa yang tiada berwudhu dan tiada agama bagi siapa yang tidak mengerjakan shalat. Sesungguhnya kedudukan shalat terhadap agama adalah seperti posisi kepala terhadap tubuh.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dan Baihagi dari Abi Darda’ r.a., ia berkata: Kekasihku Rasulullah SAW berwasiat kepadaku: Janganlah engkau menyekutukan sesuatu dengan Allah, meskipun engkau dipotong dan dibakar. Janganlah engkau meninggalkan shalat yang diwajibkan dengan sengaja. Barangsiapa meninggalkannya dengan sengaja, maka telah hilang jaminan darinya. Dan janganlah engkau minum khamar, karena sesungguhnya ia adalah kunci pembuka segala kejahatan.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan lainnya dengan sanad hasan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Ketika lenyap penglihatanku sedangkan bola matanya masih sehat, dikatakan kepadaku: Kami akan mengobatimu dan engkau tinggalkan shalat selama beberapa hari.

 

Aku katakan: Tidak. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa meninggalkan shalat, ia akan berjumpa Allah, sedang Allah marah kepadanya.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad yang tidak ada masalah dengannya dalam Al-Mutaabi’aat: Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW. la berkata: Ya Rasulallah, ajarilah aku amalan yang bila aku mengerjakannya, maka aku masuk surga.

 

Beliau berkata: Janganlah engkau menyekutukan sesuatu apapun dengan Allah, meskipun engkau disiksa dan dibakar. Taatilah kedua Orang tuamu, meskipun keduanya mengeluarkanmu dari hartamu dan segala sesuatu milikmu. Janganlah engkau tinggalkan shalat dengan sengaja, karena siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, ia pun tidak mendapat jaminan Allah.

 

Dalam suatu riwayat yang sanadnya sahih, tetapi ada bagian yang terputus: Janganlah engkau menyekutukan sesuatu dengan Allah, meskipun engkau dibunuh dan dibakar.

 

Janganlah engkau mendurhakai kedua orang tuamu, meskipun keduanya menyuruhmu keluar dari keluarga dan hartamu dan janganlah engkau tinggalkan shalat yang diwajibkan dengan sengaja, karena siapa yang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, maka ia tidak mendapat jaminan Allah.

 

Janganlah engkau membeli khamar, karena minum khamar adalah pangkal setiap perbuatan keji. Jauhkan dirimu dari maksiat, karena dengan sebab maksiat datang murka Allah.

 

Janganlah engkau lari dari peperangan, meskipun orang-orang binasa. Jika kematian menimpa orang-orang tetaplah teguh.

 

Berilah nafkah kepada keluargamu sesuai kemampuanmu dan janganlah mengangkat tongkatmu dari mereka sebagai adab dan takut-takutilah mereka demi mengamalkan agama Allah.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya: “Segeralah kalian menuju shalat di hari yang mendung, karena siapa yang meninggalkan shalat, ia pun telah kafir.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dari Umaimah bekas sahaya Rasulullah SAW. la berkata: Aku menuangkan air di atas kepala Rasulullah SAW untuk wudhunya. Kemudian seorang lelaki masuk. la berkata: Wasiatilah (Nasihatilah) aku!

 

Maka Nabi SAW berkata: Janganlah engkau menyekutukan sesuatu apapun dengan Allah, meskipun engkau dipotong dan dibakar dengan api.

 

Janganlah engkau mendurhakai kedua orang tuamu, meskipun keduanya menyuruhmu keluar dari keluarga dan duniamu sehingga engkau keluar darinya.

 

Janganlah engkau meminum khamar, karena khamar adalah kunci pembuka segala kejahatan.

 

Janganlah engkau meninggalkan shalat dengan sengaja, karena siapa yang melakukan itu, ia pun tidak mendapat jaminan Allah dan jaminan rasul-Nya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim: Siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, Allah menulis namanya di pintu neraka sebagai ( orang yang memasukinya.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dan Baihagi: “Barangsiapa meninggalkan shalat, ia seperti orang yang kehilangan keluarga dan hartanya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ali bahwa Nabi SAW bersabda: “Demi Allah, hai kaum Quraisy, kalian dirikan shalat dan kalian keluarkan zakat atau aku akan mengutus kepada kalian seorang lelaki yang memenggal lehermu karena menentang agama …….” (Al Hadits).

 

Diriwayatkan oleh Ahmad secara mursal: “Empat perkara diwajibkan Allah dalam Islam. Maka siapa yang mengerjakan tiga perkara, tidaklah cukup baginya hingga ia kerjakan semuanya: yaitu shalat, zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Ashbahani: “Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja, Allah membatalkan (pahala) amalnya dan ia tidak mendapat jaminan Allah hingga ia kembali kepada Allah azza wa jalla dan bertaubat.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat.” Maryam: 59-60

 

Ibnu Mas’ud berkata: Bukanlah makna “menyia-nyiakan” meninggalkannya seluruhnya, tetapi mengakhirkannya dari waktunya.

 

Said ibnul Musayyab imam para tabi’in berkata: Maksudnya ia tinggalkan shalat Dhuhur hingga datang waktu Ashar dan ia tinggalkan shalat Ashar hingga datang waktu Maghrib dan ia tinggalkan shalat Maghrib hingga datang waktu Isya’ dan ia tinggalkan shalat Isya’ hingga datang waktu Subuh, dan ia tinggalkan shalat Subuh hingga naik matahari.

 

Maka siapa yang mati dan ia tetap dalam keadaan ini dan tidak bertaubat, maka Allah mengancamnya dengan Ghayyin, yaitu sebuah lembah di neraka yang jauh dasarnya dan keras hukumannya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” Al-Munafiqun: 9 .

 

Sekelompok ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “dzikrillah (mengingat Allah)” di sini ialah shalat lima waktu.

 

Maka siapa yang sibuk hingga meninggalkan shalat pada waktunya dengan hartanya seperti menjual barangnya atau dengan pekerjaannya atau anaknya, maka ia termasuk orang yang rugi.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Amal pertama yang dihisab pada hamba di hari kiamat ialah shalatnya. Jika shalatnya baik, ia pun beruntung dan selamat dan jika kurang, ia pun telah sia-sia dan rugi.”

 

Allah Ta’ala berfirman:    (A-Ma’un: 4-5).

 

Nabi SAW bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang menunda shalat dari waktunya.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad baik dan Thabarani serta ibnu Hibban dalam Shahihnya bahwa pada suatu hari Nabi SAW menyebut shalat. Kemudian beliau berkata:

 

“Barangsiapa memeliharanya, maka shalat itu menjadi cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat dan siapa yang tidak memeliharanya, ia tidak mempunyai cahaya dan bukti serta keselamatan dan pada hari kiamat ia bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.”

 

Seorang ulama berkata: Sesungguhnya ia dihimpun bersama orang-orang ini, karena jika ia sibuk dengan hartanya hingga meninggalkan shalat, maka ia menyerupai Qarun sehingga dihimpun bersamanya atau dengan kekuasaannya menyerupai Fir’aun sehingga dihimpun bersamanya atau dengan kementeriannya menyerupai Haman sehingga dihimpun bersamanya atau dengan perdagangannya menyerupai Ubay bin Khalaf pedagang kafir di Makkah sehingga dihimpun bersamanya.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Sa’ad bin Abi Waggash, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang firman Allah azza wa jalla

 

Nabi SAW menjawab: Mereka adalah orang-orang yang menunda shalat dari waktunya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad hasan dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata: Aku katakan kepada ayahku: Wahai ayahku, beritahulah aku tentang firman Allah Ta’ala:   Siapa di antara kita yang tidak lupa, siapa di antara kita yang tidak berbicara kepada dirinya?

 

Sa’ad menjawab: Sesungguhnya itu adalah menyia-nyiakan waktu.

 

Wail adalah siksaan yang keras. Ada yang mengatakan: Sebuah lembah di neraka yang andaikata gunung-gunung dunia ditempatkan di situ, niscaya meleleh karena panasnya yang dahsyat.

 

la adalah tempat tinggal orang-orang yang meremehkan shalat dan menundanya dari waktunya, kecuali bila ia bertaubat kepada Allah Ta’ala dan menyesal atas kecerobohannya.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya: “Barangsiapa ketinggalan satu shalat, seakan-akan ia kehilangan keluarga dan hartanya.”

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dan empat imam hadits:

 

(Orang-orang yang tidak mengerjakan shalat Ashar seakan-akan kehilangan keluarga dan hartanya).

 

Ibnu Khuzaimah menambahkan dalam Shahihnya: Berkata Malik: penafsirannya ialah hilangnya waktu.

 

Diriwayatkan oleh Nasa’iy: “Di antara shalat ada yang siapa tidak mengerjakannya, seakan-akan ia kehilangan keluarga dan hartanya”, yakni shalat Ashar.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan Nasa’iy bahwa shalat ini, yakni Ashar dianjurkan kepada umat yang sebelum kamu, tetapi mereka menyia-nyiakannya. Maka siapa di antara kalian yang memeliharanya pada hari ini. maka ia mendapat pahalanya dua kali lipat dan tiada shalat sesudahnya hingga naik bintang.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Nasa’iy: “Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, telah sia-sia amalnya.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan isnad sahih dan ibnu Abi Syaibah:

 

“Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga lewat waktunya, maka telah sia-sia amalnya.”

 

Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq: “Seseorang dari kamu yang kehilangan keluarga dan hartanya lebih baik baginya daripada kehilangan waktu shalat Ashar.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dan Ahmad:

 

“Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga matahari terbenam seakan-akan ia kehilangan keluarga dan hartanya.”

 

Diriwayatkan oleh Asy-Syafi’i dan Baihagi: “Barangsiapa ketinggalan waktu shalat seakan-akan ia kehilangan keluarga dan hartanya.”

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Samurah bin Jundub r.a., ia berkata: Adalah Rasulullah SAW sering berkata kepada para sahabatnya:

 

Apakah seseorang dari kamu melihat mimpi?

 

Maka orang itu menceritakan kepadanya sebanyak yang dikehendaki Allah.

 

Pada suatu pagi beliau berkata kepada kami: Tadi malam datang dua orang. Kedua orang itu membawaku dan berkata kepadaku: Pergilah. Maka aku pergi bersama kedua orang itu.

 

Kami mendatangi seorang lelaki yang berbaring dan yang lain berdiri di atasnya membawa batu besar. Tiba-tiba ia memukulkan

 

batu itu pada kepalanya hingga memecahkan kepalanya dan batu itu menggelinding, lalu ia mengambilnya.

 

Orang itu tidak kembali kepadanya hingga kepalanya pulih kembali seperti semula, kemudian ia kembali kepadanya dan melakukan seperti yang dilakukannya pertama kali.

 

Nabi SAW berkata: Aku katakan kepada keduanya: Subhanallah! Apa maksudnya ini?

 

Orang itu berkata kepadaku: Pergilah, pergilah.

 

Kemudian kami mendatangi seorang lelaki yang berbaring di atas punggungnya dan yang lain berdiri di atasnya sambil memegang pengait dari besi.

 

Ternyata dia menuju salah satu sisi dari wajahnya lalu merobek mulutnya sampai ke belakang dan hidungnya sampai ke belakang Can matanya sampai ke belakang.

 

Kemudian ia berpindah ke sisi lain, lalu melakukan seperti yang dilakukannya pada sisi pertama.

 

Begitu selesai dari sisi itu, maka sisi itu sehat kembali seperti sedia kata.

 

Kemudian ia kembali kepadanya, lalu melakukan seperti yang ia lakukan pada kali pertama.

 

Nabi SAW berkata: Aku katakan: Subhanallah! Apa maksudnya ini?

 

Kedua orang itu berkata kepadaku: Pergilah, pergilah.

 

Maka kami pun pergi dan mendatangi bangunan seperti tanur.

 

Samurah berkata: Aku mengira beliau berkata: Ternyata di dalamnya terdengar seperti suara ribut dan banyak suara.

 

Nabi SAW berkata: Kemudian kami mengintai di dalamnya. Ternyata banyak di situ orang-orang lelaki dan perempuan telanjang dan mereka didatangi api dari bawah mereka. Apabila mereka didatangi api itu, mereka menjerti ketakutan.

 

Nabi SAW berkata: Aku katakan: Siapa mereka ini?

 

Kedua orang itu berkata kepadaku: Pergilah, pergilah. 

 

Nabi SAW berkata: Maka kami pergi dan mendatangi sebuah sungai.

 

Aku mengira beliau berkata: Merah seperti darah.

 

Ternyata di dalam sungai itu ada seorang sedang berenang dan di tepi sungai ada seorang lelaki telah mengumpulkan banyak batu, lalu menyuapkan sebuah batu kepadanya. Kemudian ia pergi, lalu berenang, kemudian kembali kepadanya. Setiap kali kembali, ia membuka mulut orang itu dan menyuapkan batu ke dalam mulutnya.

 

Aku katakan kepada keduanya: Apa maksudnya ini?

 

Kedua orang itu berkata kepadaku: Pergilah, pergilah.

 

Maka kami pergi dan mendatangi seorang lelaki yang buruk mukanya sebagaimana engkau melihat orang yang paling buruk. Ternyata ia menyalakan api dan berlari di sekelilingnya.

 

Nabi SAW berkata: Aku katakan kepada keduanya: Apa maksudnya ini?

 

Kedua orang itu berkata kepadaku: Pergilah, pergilah.

 

Maka kami berjalan di suatu taman yang tinggi tanamannya.

 

Ternyata di tengah taman ada seorang lelaki yang tinggi. Nyaris aku tidak bisa melihat kepalanya di langit karena tingginya. Ternyata di sekitar orang itu kulihat banyak sekali anak-anak.

 

Nabi SAW berkata: Aku katakan: Apa maksudnya ini? Siapa mereka ini?

 

Kedua orang itu berkata: Pergilah, pergilah.

 

Kemudian kami pergi dan mendatangi sebuah pohon besar. Aku tidak pernah melihat pohon yang lebih besar dan lebih bagus daripada itu.

 

Kedua orang itu berkata kepadaku: Naiklah di atasnya. Maka kami naik di atasnya menuju sebuah kota yang dibangun dengan bata dari emas dan bata dari perak. Kami mendatangi pintu kota, lalu minta dibukakan pintu.

 

Maka dibukalah pintu bagi kami, lalu kami memasukinya dan kami disambut oleh beberapa orang lelaki. Separuh bentuk mereka adalah seperti bentuk terbagus yang engkau lihat dan separuh bentuk mereka adalah seperti bentuk terburuk yang engkau lihat.

 

Kedua orang itu berkata kepada mereka: Pergilah, lalu masuklah dalam sungai itu.

 

Ternyata sungai itu lebar dan luas, airnya putih bersih.

 

Maka pergilah mereka dan masuk di dalamnya. Kemudian mereka kembali kepada kami. Keburukan itu telah lenyap dari mereka. Maka

 

mereka memiliki bentuk yang paling bagus.

 

Kedua orang itu berkata kepadaku: Ini adalah surga Aden dan ini tempat tinggalmu.

 

Aku memandang ke atas. Ternyata tampak istana seperti awan putih.

 

Kedua orang itu berkata: Ini tempat tinggalmu.

 

Aku berkata kepada keduanya: Biarkan aku memasukinya.

 

Keduanya berkata: Adapun sekarang, tidak bisa dan engkau akan memasukinya.

 

Aku katakan kepada keduanya: Aku melihat keajaiban sejak tadi malam. Apakah yang aku lihat ini?

 

Keduanya berkata kepadaku: Kami akan mengabarimu. Adapun orang pertama yang engkau datangi dan ia memecahkan kepalanya, adalah orang yang mengambil Al-Qur’an dan menolaknya serta tidur meninggalkan shalat wajib.

 

Adapun orang yang engkau datangi dan merobek mulutnya hingga ke belakangnya dan hidungnya hingga ke belakangnya dan matanya hingga ke belakangnya, maka ia orang yang pergi dari rumahnya, lalu mengucapkan dusta hingga tersebar ke berbagai penjuru.

 

Adapun orang-orang lelaki dan perempuan telanjang yang berada dalam bangunan seperti tanur, mereka adalah pelaku zina laki-laki dan perempuan.

 

Adapun orang yang engkau datangi dan berenang di sungai dan memakan batu, ia adalah pemakan riba.

 

Adapun orang lelaki berwajah buruk yang menyalakan api dan berlari ke sekelilingnya, ia adalah Malik penjaga neraka.

 

Adapun orang lelaki tinggi yang berada di taman, ia adalah Ibrahim. Adapun anak-anak yang berada di sekitarnya, adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.

 

Salah seorang dari kaum muslimin berkata: Ya Rasulallah, dan anak-anak kaum musyrikin?

 

Rasulullah SAW menjawab: Dan anak-anak kaum musyrikin.

 

Adapun orang-orang yang separuh tubuh mereka bagus dan separuh tubuh mereka buruk, mereka adalah orang-orang yang mencampur amal baik dan amal buruk dan Allah memaafkan mereka.

 

Dalam hadits Al-Bazzar: Kemudian Nabi SAW mendatangi sekelompok orang yang kepala mereka dipecahkan dengan batu. Setiap kali pecah, kembali keadaannya seperti semula dan tidak berhenti dari mereka perlakuan itu sedikit pun.

 

Nabi SAW berkata: Hai Jibril, siapa mereka ini?

 

Jibril menjawab: Mereka ini orang-orang yang berat kepala mereka untuk mengerjakan shalat.

 

Diriwayatkan oleh Al-Khathib dan ibnu Najjar: “Tanda Islam adalah shalat. Maka siapa yang mengosongkan hatinya untuk shalat dan memeliharanya pada batasnya dan waktunya serta sunnah-sunnahnya, maka ia seorang mukmin.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah:

 

“Allah Ta’ala berfirman: Aku wajibkan atas umatmu lima shalat dan Aku berjanji pada-Ku bahwa siapa yang memeliharanya pada waktunya, maka Aku masukkan dia ke dalam surga dan siapa yang tidak memeliharanya, maka tiada jaminan baginya di sisi-Ku.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Hakim: “Barangsiapa mengetahui bahwa shalat adalah hak yang wajib atasnya dan menunaikannya, ia pun masuk surga.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hasan gharib, Nasa’iy dan ibnu Majah:

 

“Amal pertama yang dihisab pada hamba di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, ia telah beruntung dan selamat. Jika shalatnya rusak, maka ia pun telah sia-sia dan rugi.

 

Jika ada yang kurang dari shalat fardhunya, Ar-Rabb (Tuhan) berkata: Lihatlah, apakah hamba-Ku menunaikan shalat tathawwu’ (sunnah) supaya dia sempurnakan dengannya bagian yang kurang dari shalat fardhunya. Kemudian dihisab amal-amalnya yang lain berdasarkan itu.”

 

Diriwayatkan oleh Nasa’iy: “Amal pertama yang dihisab pada hamba di hari kiamat adalah shalat dan yang pertama diadili di antara manusia adalah mengenai pertumpahan darah.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Nasa’iy, ibnu Majah dan Al-Hakim:

 

“Amal pertama yang dihisab pada hamba di hari kiamat adalah shalatnya. Jika ia sudah menyempurnakannya, ditulis baginya sempurna. Jika ia tidak menyempurnakannya, Allah berkata kepada para malaikat-Nya: Lihatlah, apakah kalian mendapati shalat sunnah pada hamba-Ku. Maka mereka sempurnakan shalat fardhunya dengan sunnahnya. Kemudian zakat dihisab seperti itu, kemudian amal-amal dihisab sesuai dengan cara itu.”

 

Diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi, Thabarani dan Adh-Dhiya’ dalam Al-Mukhtarah:

 

“Jibril datang kepadaku dari sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala. la berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Allah azza wa jalla berkata: “Aku wajibkan atas umatmu lima shalat. Barangsiapa menunaikannya dengan sempurna pada wudhunya, waktu-waktunya, rukuk dan sujudnya, ia pun mendapat jaminan dengan semua itu bahwa Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa yang berjumpa Aku sedangkan ia telah menQur’angi sebagian dari itu, maka Aku tidak memberi jaminan baginya. Jika Aku menghendaki Aku menyiksanya dan jika Aku menghendaki Aku mengasihinya.”

 

Diriwayatkan oleh Baihagi: “Shalat mempunyai timbangan. Barangsiapa memenuhinya, ia pun mendapat balasan (pahala) yang penuh.”

 

Diriwayatkan oleh Ad-Dailami:

 

“Shalat itu menghitamkan wajah syaitan dan shodaqoh memutuskan punggungnya, sedangkan saling mencintai karena Allah dan saling mengasihi dalam menuntut ilmu mengalahkannya. Maka apabila kalian lakukan itu, syaitan menjauh darimu seperti naiknya matahari dari tempat terbenamnya.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi, ibnu Hibban dan Al-Hakim:

 

“Takutlah kalian kepada Allah, kerjakan shalat lima waktumu, berpuasalah di bulanmu dan tunaikan zakat hartamu serta taatilah para pemimpinmu, niscaya kalian masuk surga Tuhanmu.”

 

Diriwayatkan dari Ahmad. Syaikhain, Abu Dawud dan Nasa’iy: “Amal yang paling disukai Allah ialah shalat pada waktunya, kemudian berbakti kepada kedua orang tua, kemudian jihad di jalan Allah.”

 

Diriwayatkan oleh Baihagi dari Umar r.a., ia berkata: Datang seorang lelaki kepada Nabi SAW. Orang itu berkata: Ya Rasulallah, amal manakah yang paling disukai Allah dalam Islam? Nabi SAW menjawab: Shalat pada waktunya dan siapa yang meninggalkan shalat, maka tiada agama baginya, dan shalat adalah tiang agama.

 

Ketika Umar r.a. ditikam, dikatakan kepadanya: Shalat, ya Amiral mukminin.

 

Umar berkata: Baiklah! Sesungguhnya tiada bagian dalam Islam bagi seseorang yang menyia-nyiakan shalat. Umar mengerjakan shalat sementara darah mengalir dari lukanya.

 

Diriwayatkan oleh Adz-Dzahabi bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila hamba mengerjakan shalat di awal waktu, ia naik ke langit dan mempunyai cahaya hingga mencapai Arsy, lalu memohonkan ampun bagi pelakunya sampai hari kiamat dan berkata kepadanya: Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau memeliharaku.

 

Apabila hamba mengerjakan shalat diluar waktunya, shalat itu naik ke langit dan diliputi kegelapan. Apabila sampai ke langit, ia dilipat seperti melihat baju yang usang dan shalat itu dipukulkan pada wajah pelakunya.

 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiga macam orang yang tidak diterima Allah shalat mereka, di antaranya orang yang mengerjakan shalat setelah lewat waktunya.”

 

Seorang ulama berkata: Disebutkan dalam hadits bahwa siapa yang memelihara shalat. Allah memuliakannya dengan lima perkara: Dia hilangkan darinya penghidupan yang sempit dan siksa kubur, dan Allah memberi kitabnya di sebelah kanannya, ia berjalan di atas shirat seperti kilat dan masuk surga tanpa dihisab.

 

Barangsiapa meremehkan shalat, Allah menghukumnya dengan lima belas hukuman, yaitu lima di dunia, tiga di saat kematian, tiga di dalam kuburnya, tiga ketika keluar dari kubur.

 

Adapun hukuman di dunia: Yang pertama ialah dicabut keberkahan dari umurnya, yang kedua dihapus tanda orang-orang shaleh dari wajahnya, yang ketiga: setiap amal yang dikerjakannya tidak diberi pahala oleh Allah, yang keempat ialah doanya tidak diangkat ke langit dan yang kelima ia tidak mempunyai bagian dalam doa orang-orang Shaleh.

 

Adapun hukuman yang menimpanya di saat kematian ialah dia mati dalam keadaan hina dan yang kedua ia mati dalam keadaan lapar. Yang ketiga ialah dia mati dalam keadaan haus. Walaupun diberi minum dari semua lautan di dunia, ia tidak merasa kenyang dari kehausannya.

 

Adapun yang menimpanya dalam kuburnya, yang pertama ialah kuburnya menyempit atasnya hingga bercerai-berai tulang rusuknya. Yang kedua ialah dinyalakan api di atas kuburnya hingga ia berbaring bolak-balik di atas bara api di waktu malam dan siang.

 

Yang ketiga ialah dijadikan atasnya seekor ular yang menyiksanya di kuburnya. Ular itu bernama Asy-Syuja’ Al-Aqra’. Matanya dari api, kuku-kukunya dari besi. Setiap kuku panjangnya seperti jarak perjalanan sehari. la berbicara kepada mayit. Ia berkata: Aku adalah Asy-Syuja’ al-agra’. Suaranya seperti Guntur yang menggelegar.

 

la berkata: Tuhanku menyuruhku untuk memukulmu karena menyia-nyiakan shalat Subuh hingga matahari naik dan memukulmu karena menyia-nyiakan shalat Dhuhur hingga masuk waktu Ashar dan memukulmu karena menyia-nyiakan shalat Ashar hingga masuk waktu Maghrib dan memukulmu karena menyia-nyiakan shalat Maghrib hingga masuk waktu Isya’ dan memukulmu karena menyia-nyiakan shalat Isya” hingga masuk waktu Subuh.

 

Setiap kali memukulnya dengan sekali pukulan, ia pun amblas ke dalam tanah sedalam 70 hasta. la terus disiksa dalam kubur sampai hari kiamat.

 

Adapun yang menimpanya ketika keluar dari kubur di tempat berkumpul pada hari kiamat, ialah hisab yang keras, kemarahan Ar-Rabb dan masuk neraka.

 

Dalam suatu riwayat: Orang yang meninggalkan shalat datang pada hari kiamat dan di wajahnya tertulis tiga baris kata.

 

Baris pertama: Hai orang yang menyia-nyiakan hak Allah, di baris kedua tertulis: hai orang yang dikhususkan dengan kemarahan Allah dan dibaris ketiga: sebagaimana engkau menyia-nyiakan hak Allah di dunia, maka putuslah harapanmu hari ini dari rahmat Allah.

 

Rincian jumlah hukuman yang disebutkan dalam hadits ini tidak sesuai dengan jumlah lima belas, karena yang dirinci berjumlah empat belas. Barangkali rawinya lupa yang kelima belas.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Pada hari kiamat didatangkan seorang lelaki, lalu disuruh berdiri di hadapan Allah azza wa jalla, lalu Allah menyuruh membawanya ke neraka.

 

la berkata: Ya Tuhanku, apa dosaku?

 

Maka Allah Ta’ala menjawab: Karena engkau menunda shalat dari waktunya dan bersumpah demi Aku secara dusta.

 

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa pada suatu hari beliau berkata kepada para sahabatnya: Katakanlah! Ya Allah, jangan biarkan di antara kami orang yang sengsara dan yang tidak mendapat pahala.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Tahukah kalian orang yang sengsara dan tidak mendapat pahala?

 

Para sahabat berkata: Siapa dia, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Orang yang meninggalkan shalat.

 

Diriwayatkan bahwa yang pertama menjadi hitam pada hari kiamat adalah wajah orang-orang yang meninggalkan shalat dan di neraka ada sebuah lembah bernama Lamlam.

 

Di dalam lembah itu ada ular-ular yang tebalnya seperti leher unta, panjangnya sejauh perjalanan sebulan. Ular itu menyengat orang yang meninggalkan shalat. Racunnya mendidih di dalam tubuhnya selama tujuh puluh tahun. kemudian meleleh dagingnya.

 

Diriwayatkan pula bahwa seorang perempuan dari bani Israel datang kepada Musa, semoga shalawat selalu dilimpahkan nabi kita dan kepadanya serta nabi-nabi lainnya.

 

Perempuan itu berkata: Ya nabi Allah, aku telah berbuat dosa besar dan aku telah bertaubat kepada Allah Ta’ala, maka doakan kepada Allah agar mengampuni dosaku dan menerima taubatku.

 

Kemudian Musa berkata kepadanya: Apa dosamu?

 

Perempuan itu menjawab: Ya nabi Allah, aku telah berzina dan melahirkan anak dan membunuhnya.

 

Maka Musa semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada nabi kita dan kepadanya berkata: Keluarlah, hai wanita pelacur, jangan sampai turun api dari langit kepada kita dan membakar kita disebabkan kesialanmu.

 

Kemudian wanita itu keluar dari tempatnya dengan patah hati. Maka turunlah Jibril alaihis salam. Ia berkata: Hai Musa, Ar-Rabb Yang Maha Tinggi berkata kepadaku: Mengapa engkau menolak wanita yang bertaubat? Hai Musa, tidakkah engkau menemukan orang yang lebih jahat daripada dia?

 

Musa menjawab: Hai Jibril, siapa yang lebih jahat daripada dia?

 

Jibril menjawab: Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja.

 

 

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” Al-Hijr: 44

 

Yang dimaksud dengan bagian di sini ialah golongan dan kelompok.

 

Ada yang mengatakan: Yang dimaksud dengan pintu ialah lapisanlapisan, satu lapisan di atas lapisan yang lain.

 

Ibnu Juraij berkata: Neraka memiliki tujuh tingkatan, yaitu Jahannam, kemudian Ladha, kemudian Al-Huthamah, kemudian AsSa’ir, kemudian Jahim, kemudian Haawiyah.

 

Tingkat tertinggi untuk muwahhidin (muslimin), yang kedua untuk kaum Yahudi, yang ketiga untuk kaum Nasrani, yang keempat untuk kaum Shabi’in, yang kelima untuk kaum Majusi, yang keenam untuk kaum musyrikin dan yang ketujuh untuk kaum munafiqin.

 

Jahannam adalah lapisan tertinggi, kemudian yang sesudahnya ada di bawahnya. Kemudian dikatakan seperti itu.

 

Maknanya ialah Allah Ta’ala membagi-bagi para pengikut iblis dalam tujuh bagian, lalu memasukkan setiap bagian dan setiap macam dalam tingkatan neraka. Sebabnya ialah tingkatan kufur dan maksiat berbeda-beda. Oleh karena itu tingkatan mereka berbeda-beda di dalam neraka.

 

Ada yang mengatakan: Jumlah tujuh ditetapkan sesuai dengan jumlah anggota badan, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan dan kaki, karena semua itu sumber kejahatan. Maka tempat masuknya adalah pintu-pintu yang tujuh.

 

Diriwayatkan dari Ali r.a., ia berkata: Lapisan-lapisan jahannam ada tujuh, sebagiannya di atas sebagian yang lain.

 

Allah mengisi yang pertama, kemudian yang kedua, kemudian yang ketiga hingga memenuhi semuanya.

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Tarikh-nya dan Tirmidzi dari ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Jahannam mempunyai tujuh pintu, salah satu pintunya untuk orang yang menghunus pedang terhadap umatku.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Al-Ausath bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW di waktu yang tidak biasanya ia datang.

 

Maka Rasulullah SAW berdiri menyambutnya dan berkata: Ya Jibril, mengapa kulihat mukamu pucat?

 

Jibril menjawab: Aku tidak datang kepadamu hingga Allah azza wa jalla menyuruh menyiapkan alat penghembus api.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Ya Jibril, gambarkan neraka bagiku.

 

Kemudian Jibril berkata: Allah Tabaroka wa Ta’ala menyuruh menyalakan api neraka selama seribu tahun hingga menjadi putih, kemudian menyuruh menyalakannya selama seribu tahun hingga menjadi merah, kemudian menyuruh menyalakannya selama seribu tahun hingga menjadi hitam. Maka neraka menjadi hitam gelap, tidak bersinar bunga apinya dan tidak padam nyalanya.

 

Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai nabi, andaikata pintu neraka dibuka sebesar lubang jarum, niscaya matilah penghuni bumi seluruhnya.

 

Demi Allah yang mengutusmu dengan membawa kebenaran, andaikata penjaga neraka muncul kepada penghuni dunia, niscaya matilah penghuni bumi seluruhnya karena melihat wajahnya yang buruk dan mencium baunya yang busuk.

 

Demi Allah yang mengutusmu dengan membawa kebenaran. andaikata satu mata rantai penghuni neraka yang digambarkan Allah dalam kitab-Nya diletakkan di atas gunung dunia. niscaya ia menjadi hancur luluh dan tidak berhenti hingga mencapai bumi yang paling bawah.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata: Cukuplah bagiku, ya Jibril. jangan sampai jantungku pecah hingga aku mati.

 

Kemudian Rasulullah SAW memandang kepada Jibril yang sedang menangis.

 

Maka beliau berkata: Mengapa engkau menangis, ya Jibril. sedangkan engkau memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah?

 

Jibril menjawab: Bagaimana aku tidak menangis. sedangkan aku lebih patut untuk menangis. Barangkali dalam ilmu Allah aku akan mengalami keadaan yang berbeda dengan keadaanku sekarang dan aku tidak tahu barangkali aku mendapat cobaan seperti yang dialami iblis, sedangkan ia dulu termasuk malaikat dan aku tidak tahu barangkali aku mendapat cobaan seperti yang dialami oleh Harut dan Marut.

 

Maka Rasulullah SAW menangis dan Jibril menangis. Keduanya menangis hingga diserukan: Ya Jibril dan ya Muhammad, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengamankan kamu berdua hingga tidak mendurhakai-Nya.

 

Kemudian Jibril naik ke langit dan Rasulullah SAW keluar. Beliau mendatangi sekelompok orang Anshor yang tertawa dan bermain.

 

Beliau berkata: Apakah kalian tertawa, sedangkan di belakang kalian ada jahannam?

 

Andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian tertawa sedikit dan menangis banyak dan kalian tidak bisa makan dan minum dengan enak dan kalian keluar ke bukit-bukit memohon keselamatan kepada Allah azza wa jalla.

 

Maka diserukan: Ya Muhammad, janganlah engkau membuat hamba-hamba-Ku putus asa. Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk memberi kabar gembira atau Aku tidak mengutusmu untuk menimbulkan kesulitan.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Beramallah kalian yang benar dan beramallah yang mendekati sempurna.

 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad bahwa Nabi SAW berkata kepada Jibril: Kenapa aku tidak pernah melihat Mikail tertawa?

 

Jibril menjawab: Mikail tidak pernah tertawa sejak neraka diciptakan.

 

Diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari kiamat didatangkan jahannam. la mempunyai 70.000 tali kendali dan setiap tali kendali ditarik oleh 70.000 malaikat.

 

 

 

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’iy dan Tirmidzi dan dinilainya sahih dan lafadh miliknya: Ketika Allah Ta’ala menciptakan surga dan neraka. Dia mengutus Jibril ke surga.

 

Allah berkata: Lihatlah kepadanya dan kepada apa yang Aku sediakan untuk penghuninya di dalamnya.

 

Jibril datang dan melihat kepadanya dan kepada apa yang disediakan Allah bagi penghuninya di dalamnya, lalu kembali kepadaNya.

 

Jibril berkata: Demi keperkasaan-Mu, tidaklah seseorang mendengar tentangnya, melainkan ia memasukinya.

 

Maka Allah memerintahkan agar surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

 

Kemudian Allah berkata: Kembalilah kepadanya, lalu lihatlah apa yang Aku sediakan bagi penghuninya di dalamnya.

 

Maka Jibril kembali kepadanya. Ternyata surga telah dikelilingi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

 

Kemudian Jibril kembali kepada-Nya dan berkata: Demi keperkasaan-Mu, aku telah khawatir tidak ada seorang pun yang memasukinya.

 

Selanjutnya Allah berkata: Pergilah ke neraka dan lihatlah kepadanya dan kepada apa yang Aku sediakan bagi penghuninya di dalamnya.

 

Maka Jibril melihatnya. Ternyata sebagiannya menaiki sebagian yang lain.

 

Kemudian Jibril kembali kepada-Nya. Ia berkata: Demi keperkasaan. Mu, tidaklah seseorang mendengar tentangnya, melainkan ia tidak memasukinya.

 

Kemudian Allah memerintahkan agar neraka dikelilingi dengan berbagai keinginan nafsu.

 

Allah berkata: Kembalilah kepadanya.

 

Maka Jibril kembali ke neraka. Kemudian Jibril berkata: Demi keperkasaan-Mu, aku telah khawatir, tidak tertinggal seseorang pun, melainkan ia memasukinya.

 

Diriwayatkan oleh Baihagi dengan sanad yang tidak ada masalah dengannya dari ibnu Mas’ud r.a. mengenai firman Allah Ta’ala:   (Al-Mursalaat: 32).

 

la berkata: Aku tidak mengatakan seperti pohon, tetapi seperti benteng dan kota.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad, ibnu Majah dan ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Al-Hakim yang menilainya sahih: “Wail adalah sebuah lembah di neraka. Orang kafir jatuh di dalamnya selama empat puluh tahun sebelum mencapai dasarnya.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi: “Wail adalah sebuah lembah di antara dua gunung. Orang kafir jatuh di dalamnya selama tujuh puluh tahun sebelum mencapai dasarnya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dengan lafadh miliknya dan Tirmidzi: “Berlindunglah kalian kepada Allah dari Jubbil hazan.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, apa itu Jubbul hazan?

 

Nabi SAW menjawab: la adalah sebuah lembah di neraka, sedangkan neraka memohon perlindungan kepada Allah darinya setiap hari empat ratus kali.

 

Ada yang berkata: Ya Rasulallah, siapa yang memasukinya?

 

Nabi SAW menjawab: Ia disediakan bagi ahli baca Al-Qur’an (ulama) yang berbuat riya’ dengan amal-amal mereka dan ulama yang paling dibenci Allah ialah yang mengunjungi para penguasa yang zalim.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: “Di neraka ada sebuah lembah. Neraka memohon perlindungan kepada Allah dari lembah itu setiap hari empat ratus kali dan ia disediakan bagi orang-orang yang berbuat riya” dari umat Muhammad SAW.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang terputus bahwa ada batu besar dilemparkan dari tepi neraka dan jatuh di dalamnya selama tujuh puluh tahun belum mencapai dasarnya.

 

Adalah Umar r.a. berkata: “Seringlah kalian mengingat neraka. karena panasnya hebat, dasarnya jauh dan cambuk-cambuknya dari besi.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Baihagi: “Andaikata batu dilemparkan di dalam neraka, niscaya ia jatuh di dalamnya selama tujuh puluh tahun sebelum mencapai dasarnya.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Kami sedang berada bersama Nabi SAW, tiba-tiba kami mendengar suara keras.

 

Maka Nabi SAW berkata: Tahukah kalian suara apa ini?

 

Kami menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW berkata: Ini adalah batu yang dilemparkan Allah di dalam neraka sejak tujuh puluh tahun. Sekarang adalah ketika ia mencapai dasarnya.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dari Abi Said Al-Khudri r.a., ia berkata: Rasulullah SAW mendengar suara yang menakutkannya. Kemudian Jibril alaihis salam mendatanginya. Rasulullah SAW berkata: Suara apa ini, ya Jibril?

 

Jibril menjawab: Ini adalah batu besar yang jatuh dari tepi neraka sejak tujuh puluh tahun. Ini adalah saat ia mencapai dasarnya. Maka Allah Ta’ala ingin engkau mendengar suaranya.

 

Sejak itu tidak terlihat Rasulullah SAW tertawa sepenuh mulutnya hingga Allah azza wa jalla mengambilnya,

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dan ia menilainya hasan: Andaikata timah seperti ini sambil menunjuk ke kepala dilepaskan dari langit ke bumi sejauh perjalanan 500 tahun, niscaya ia sampai ke bumi sebelum malam. Andaikata ia dilepaskan dari ujung rantai, niscaya ia meluncur selama 40 tahun, malam dan siang, sebelum mencapai dasarnya.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’la dan Al-Hakim dan ia menilainya sahih: “Andaikata sebuah cambuk dari besi neraka diletakkan di tanah, lalu jin dan manusia berkumpul untuk mengangkatnya dari tanah, niscaya mereka tidak sanggup mengangkatnya.

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan dinilainya sahih: “Andaikata gunung dipukul dengan cambuk dari besi neraka, niscaya ia hancur lebur menjadi abu.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Abi Dunya bahwa andaikata sebuah batu darinya diletakkan di gunung dunia, niscaya melelehlah dia dengan sebabnya dan bersama setiap manusia dari mereka ada sebuah batu dan seorang syaitan.

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan dinilainya sahih bahwa lapisan bumi yang tujuh, di antara setiap bumi dan bumi berikutnya perjalanan 500 tahun. Yang paling atas darinya berada di atas punggung ikan yang kedua matanya bertemu di langit, sedangkan ikan itu berada di atas batu besar dan batu itu berada di tangan seorang malaikat.

 

Bumi yang kedua adalah penjara angin. Ketika Allah Ta’ala hendak membinasakan kaum Aad, Dia memerintahkan penjaga angin meniupkan angin kepada mereka sehingga membinasakan mereka.

 

Malaikat itu berkata: Ya Tuhanku, tiupkan kepada mereka angin sebesar lubang hidung kerbau.

 

Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata kepadanya: Kalau begitu, bumi dan semua penghuninya akan terbalik.

 

Akan tetapi tiuplah angin kepada mereka sebesar cincin. Itulah angin yang Allah berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:   (Angin itu tidak membiarkan sesuatu apa pun yang dilandanya, melainkan menjadikannya seperti serbuk). Adz Dzaariyaat: 42.

 

Bumi ketiga berisi batu-batu neraka. Bumi keempat berisi belerang neraka.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, apakah neraka mempunyai belerang?

 

Nabi SAW menjawab: Ya, demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya di dalam neraka terdapat lembah-lembah dari belerang yang apabila gunung-gunung yang kokoh ditempatkan di situ, niscaya meleleh semuanya.

 

Bumi yang kelima berisi ular-ular neraka. Mulut-mulutnya seperti lembah yang menyengat orang kafir. Maka tidak tersisa darinya daging di atas tulang.

 

Bumi keenam berisi kalajengking neraka. Kalajengking terkecil darinya seperti bagal yang berpelana. Ia memukul orang kafir dengan pukulan yang membuatnya lupa kepada panasnya api neraka.

 

Bumi ketujuh berisi iblis yang dibelenggu dengan besi, satu tangan di depannya dan satu tangan di belakangnya. Apabila ingin melepaskannya, untuk siapa yang dikehendaki-Nya di antara para hamba-Nya, Dia pun melepaskannya.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabarani dan ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Al-Hakim yang menilainya sahih: “Di dalam neraka ada ular-ular seperti leher unta yang setiap ular melakukan

 

sengatan yang dirasakan panasnya selama 70 tahun. Dan di dalam neraka terdapat kalajengking sebesar bagal yang berpelana. Setiap kalajengking melakukan sengatan yang dirasakan kepedihannya selama 40 tahun.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Al-Hakim yang menilainya sahih dari Nabi SAW mengenai firman Allah Tabaroka wa Ta’ala:   (Al-Kahfi: 29). Beliau berkata:

 

Seperti minyak yang keruh. Apabila mendekati wajahnya, jatuhlah kulit mukanya di dalamnya.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hasan gharib sahih bahwa air panas dituangkan di atas kepala mereka hingga tembus dan masuk ke dalam perutnya dan mengeluarkan isi perutnya hingga keluar dari kedua telapak kakinya, kemudian dikembalikan seperti semula.

 

Al-Hamim adalah air panas yang membakar.

 

Adh-Dhahhak berkata: Air panas itu mendidih sejak Allah menciptakan langit dan bumi sampai hari mereka diberi minum dengannya dan dituangkan di atas kepala mereka.

 

Ada yang mengatakan: la adalah air mata mereka di telaga neraka, lalu mereka diberi minum dengannya.

 

Ada yang mengatakan selain itu dan itulah yang disebutkan dalam firman Allah Tabaroka wa Ta’ala:   (Dan mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong usus mereka). Muhammad: 15.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dan ia berkata: gharib dan Al-Hakim yang berkata: sahih berdasarkan syarat Muslim dari Nabi SAW mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Dan diberi minuman dengan air nanah. Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya.” Ibrahim: 16-17

 

Beliau berkata: Air nanah itu didekatkan ke mulutnya sehingga ia tidak menyukainya. Apabila mendekat darinya, ia membakar wajahnya hingga rontok kulit kepalanya. Apabila ia meminumnya, air nanah itu memotong ususnya hingga keluar dari duburnya.

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” Al-Kahfi: 29

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Hakim dan dinilainya sahih: “Andaikata satu timba berisi minuman ghassaaq ditumpahkan di dunia, niscaya busuklah bau penduduk dunia, yaitu yang tersebut dalam firman Allah Ta’ala:   (Inilah (siksa neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin). Shad: 57.

 

Dan firman Allah Ta’ala:   (An-Naba’: 25).

 

Terdapat perselisihan mengenainya. Menurut ibnu Abbas r.a.: Ia adalah air yang mengalir dari orang kafir dan menurut yang lain ialah air nanah mereka.

 

Ka’ab berkata: la adalah mata air di neraka yang mengalir kepadanya racun dari binatang berbisa seperti ular atau kalajengking atau lainnya. Racun itu menggenang di situ.

 

Kemudian manusia didatangkan, lalu dimasukkan di dalamnya dengan sekali celup. Kemudian ia keluar dalam keadaan sudah rontok kulitnya dan dagingnya dari tulang-tulang dan kulit dan dagingnya bergantung pada kedua tumit dan kedua mata kakinya, lalu diseret dagingnya seperti manusia menyeret bajunya

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hadits hasan sahih bahwa Nabi SAW membaca ayat ini:

 

Kemudian beliau berkata: Andaikata setetes zaggum menetes di dunia, niscaya ia merusak penghidupan penghuni dunia. Maka bagaimana pula orang yang memakannya.

 

Dalam suatu riwayat: Bagaimana pula dengan orang yang tidak mempunyai makanan selain itu?

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a. mengenai firman Allah Ta’ala:   Al-Muzzammil: 13.

 

la adalah duri yang tersangkut di kerongkongan, tidak bisa masuk dan tidak bisa keluar.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabarani dan isnadnya mendekati hasan sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafidh Al-Mundziri.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Al-Fudhail bin Yazid bahwa orang kafir diseret lidahnya sejauh satu farsakh dan dua farsakh diinjakinjak oleh orang banyak.

 

Diriwayatkan oleh Al-Fudhail bin Yazid dari Abi ‘Ajlaan bahwa orang kafir diseret lidahnya sejauh dua farsakh pada hari kiamat diinjak-injak oleh orang banyak.

 

Hadits ini diriwayatkan oleh Baihagi dan lainnya dan itulah yang benar.

 

 

 

 

Ketahuilah bahwa pencegah terbesar dari perbuatan dosa adalah rasa takut kepada Allah Ta’ala dan takut pembalasan dan kekerasanNya. takut hukuman, kemarahan dan siksa-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul takut akan ditimpa cobaan dan ditimpa siksa yang pedih.” An-Nur: 63

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW masuk kepada seorang pemuda yang sedang menghadapi kematian. Beliau berkata: Bagaimana engkau mendapati dirimu?

 

la berkata: Aku mengharap (rahmat) Allah, ya Rasulallah, dan aku takut dosa-dosaku.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Tidaklah dua perkara itu berkumpul dalam hati seorang hamba di tempat seperti ini, melainkan Allah memberinya apa yang diharapkannya dan mengamankannya dari apa yang ditakutkannya.

 

Diriwayatkan dari Wahab ibnul Wardi, ia berkata: Adalah Isa semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam atas nabi kita dan atasnya serta para nabi dan rasul lainnya ia berkata: Cinta surga Firdaus dan takut jahannam menyebabkan kesabaran dari musibah dan menjauhkan hamba dari kesenangan dunia dan keinginan nafsu serta maksiatnya.

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata: Demi Allah, telah lewat di hadapanmu orang-orang yang meskipun seseorang dari mereka menafkahkan emas sebanyak batu kerikil, ia tetap takut tidak selamat karena besarnya dosa dalam dirinya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kalian mendengar apa yang aku dengan? Langit bersuara dan patutlah ia bersuara. Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah tempat di langit sebesar empat jari, melainkan ada malaikat yang sujud kepada Allah Ta’ala atau berdiri atau rukuk.

 

Andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian tertawa sedikit dan menangis banyak dan kalian naik ke gunung-gunung memohon dengan khusyu’ kepada Allah Ta’ala karena takut hukuman dan pembalasan-Nya yang keras.”

 

Dalam suatu riwayat: Kalian tidak tahu apakah kalian selamat atau tidak selamat.

 

Bakrin bin Abdullah Al-Muzani berkata: Barangsiapa berbuat dosa sedang ia tertawa, ia pun masuk neraka sambil menangis.

 

Disebutkan dalam hadits: Andaikata orang mukmin mengetahui semua siksa yang disediakan Allah, niscaya ia tidak merasa aman dari neraka.

 

Disebutkan dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim): Ketika diturunkan kepadanya ayat   (Asy-Syu’ara”: 214), Rasulullah SAW berdiri, lalu berkata: “Hai kaum Quraisy, belilah dirimu dari Allah, aku tidak berkuasa menolongmu dari Allah sedikit pun. Hai bani Abdu Manaf, aku tidak berkuasa menolongmu dari Allah sedikit pun. Hai Abbas paman Rasulullah, aku tidak berkuasa menolongmu dari Allah sedikit pun. Hai Shafiyyah bibi Rasulullah, aku tidak berkuasa menolongmu dari Allah sedikit pun. Hai Fathimah binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku sekehendakmu, tidak berkuasa menolongmu dari Allah sedikit pun.”

 

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata: Ya Rasulallah, apa maksudnya ayat:

 

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” Al-Mu’minun: 60

 

Ya Rasulallah, apakah dia orang yang berzina dan mencuri dan minum khamar dan takut kepada Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Tidak, hai putri Abu Bakar, hai putri Ash Shiddiq, tetapi ia adalah orang yang mengerjakan shalat, berpuasa dan bersedekah, sedangkan ia takut tidak diterima amalnya. Hadits riwayat Ahmad.

 

Dikatakan kepada Hasan Al-Bashri: Hai Aba Said, bagaimana kita perbuat dengan duduk bersama orang-orang yang menceritakan kepada kita tentang harapan hingga hati kita nyaris terbang (karena gembira).

 

Maka Al-Hasan berkata kepadanya: Demi Allah, jika engkau berteman dengan orang-orang yang menakut-nakutimu hingga engkau mendapatkan keamanan, maka itu lebih baik bagimu daripada berteman dengan orang-orang yang memberimu rasa aman hingga engkau ditimpa bahaya.

 

Ketika Umar ibnul Khaththab r.a. ditikam dan mendekati wafatnya, ia berkata kepada putranya: Celaka kamu, letakkan pipiku di atas tanah. Celakalah aku dan celakalah aku, jika Allah tidak mengasihiku.

 

Ibnu Abbas berkata kepadanya: Mengapa ada ketakutan ini, ya Amiral mukminin, sedangkan Allah telah menaklukkan berbagai negeri dengan perantaraan mu dan membangun kota-kota dan melakukan denganmu apa yang dilakukan-Nya.

 

Umar menjawab: Aku berharap kiranya aku selamat, tidak rugi dan tidak untung. Dalam suatu riwayat: Tidak mendapat pahala dan tidak berdosa.

 

Adalah Ali Zainal Abidin bin Husein r.a. apabila berwudhu dan selesai dari wudhunya, ia gemetar. Maka dikatakan kepadanya mengenai hal itu.

 

la menjawab: Kasihan kalian, tahukah kalian kepada siapa aku menghadap dan kepada siapa aku bermunajat?

 

Berkata Ahmad bin Hanbal: Rasa takut mencegah aku dari memakan makanan dan meminum minuman, maka aku tidak menyukainya.

 

Disebutkan dalam Shahihain bahwa Nabi SAW menyebut di antara tujuh orang yang dinaungi Allah di bawah naungan Ars-Nya pada hari di mana tiada naungan selain naungan-Nya ialah orang yang mengingat Allah, yakni ancaman dan hukuman-Nya sendirian hingga keluar air matanya karena takut dari berbagai pelanggaran dan dosa-dosa yang dilakukannya.

 

Disebutkan dalam hadits ibnu Abbas dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Dua mata tidak disentuh api neraka, yaitu mata yang menangis di tengah malam karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam menjaga keamanan di jalan Allah Ta’ala.”

 

Disebutkan dalam hadits Abi Hurairah dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Setiap mata menangis pada hari kiamat, kecuali mata yang menjaga pandangan dari apa yang dilarang Allah, mata yang berjaga di waktu malam di jalan Allah dan mata yang mengeluarkan air mata sebesar kepala lalat karena takut kepada Allah Ta’ala.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hadits hasan sahih, dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak masuk neraka seorang lelaki yang menangis karena takut kepada Allah Ta’ala hingga air susu kembali dalam teteknya, dan tidak berkumpul debu di jalan Allah dan asap di neraka.”

 

Abdullah bin Umar dan ibnul Ash r.a. berkata: Aku keluar air mata karena takut kepada Allah lebih aku sukai daripada bersedekah seribu dinar.

 

Aun bin Abdullah berkata: “Telah sampai khabar kepadaku bahwa tidaklah air mata manusia mengalir karena takut kepada Allah dan mengenai suatu tempat dari tubuhnya. melainkan Allah mengharamkan tempat itu atas api neraka.”

 

Al-Kindi berkata: Air mata yang keluar dari tangisan karena takut kepada Allah dapat memadamkan api seperti lautan.

 

Adalah ibnu Sammak menegur dirinya. la berkata: Engkau ucapkan perkataan orang-orang yang zahid dan engkau kerjakan amal kaum munafik. Namun demikian, engkau ingin masuk surga. Sungguh jauh. sungguh jauh. Surga itu buat golongan yang lain dan mereka mempunyai amal-amal yang tidak kita kerjakan.

 

Diriwayatkan dari Sufyan Ats-Isauri, ia berkata: Aku masuk kepada Ja’far Ash-Shadiq. Aku berkata kepadanya: Wahai putra Rasulullah, berilah aku wasiat (nasihat).

 

la berkata: Ya Sufyan, tidak ada harga diri bagi pendusta, tidak ada ketenangan bagi orang yang dengki, tidak ada persaudaraan bagi pembosan dan tidak ada kepemimpinan bagi orang yang buruk kelakuannya.

 

Aku katakan: Wahai putra Rasulullah, tambahilah aku.

 

la berkata: Ya Sufyan, jauhkan dirimu dari larangan Allah, niscaya engkau menjadi seorang yang taat beribadah atau puaslah dengan apa yang dibagikan Allah bagimu, niscaya engkau menjadi orang muslim sejati. Bertemanlah dengan orang-orang sebagaimana engkau suka orang-orang berteman denganmu, niscaya engkau menjadi mukmin sejati.

 

Janganlah engkau berteman dengan orang fajir supaya dia tidak mengajarimu dari kefajirannya sesuai dengan hadits: “Manusia mengikuti kebiasaan temannya, maka hendaklah seseorang dari kamu melihat dengan siapa ia ingin berteman.” Dan bermusyawarahlah dalam urusanmu dengan orang-orang yang takut kepada Allah.

 

Aku katakan: Wahai putra Rasulullah, tambahilah aku.

 

Ja’far berkata: Ya Sufyan, siapa yang menginginkan kemuliaan tanpa kerabat dan wibawa tanpa kekuasaan, hendaklah ia keluar dari kehinaan durhaka kepada Allah menuju ketaatan kepada Allah.

 

Aku katakan: Wahai putra Rasulullah, tambahilah aku.

 

Ja’far berkata: Ayahku mendidikku dengan tiga perkara: Dia berkata kepadaku: Wahai anakku, sesungguhnya orang yang berteman dengan teman yang buruk, ia pun tidak selamat. Dan siapa yang masuk di tempat yang buruk, ia pun tertuduh. Sedangkan siapa yang tidak bisa mengendalikan lisannya, ia pun menyesal.

 

Berkata ibnul Mubarak: Aku bertanya kepada Wuhaib ibnul Wardi: Apakah bisa menikmati rasanya ibadah orang yang mendurhakai Allah Ta’ala?

 

Wuhaib menjawab: Tidak, dan tidak pula orang yang ingin mendurhakai Allah Ta’ala.

 

Berkata Al-Imam Abul Faraj ibnul Jauzi: Rasa takut kepada Allah adalah api yang membakar keinginan nafsu. Maka keutamaannya adalah sebanyak nafsu yang dibakarnya dan sebanyak maksiat yang dijauhinya serta sebanyak ketaatan yang dianjurkannya.

 

Bagaimana rasa takut tidak menjadi keutamaan jika begitu, sedangkan dengan sebabnya terwujud kebersihan diri, kewara’an, ketakwaan dan mujahadah serta amalan-amalan utama dengan mana ia mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka.” Al-A’raf: 154

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:

 

“Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” Al-Bayyinah: 8

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:

 

“Tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” Ali Imran: 175

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” Ar-Rahman: 46

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Orang-orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran.” Al-A’laa: 10

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” Faathir: 28

 

Setiap ayat dan hadits yang menunjukkan keutamaan ilmu juga menunjukkan keutamaan rasa takut, karena rasa takut adalah buah ilmu. Diriwayatkan oleh ibnu Abi Dunya bahwa Nabi SAW bersabda:

 

“Apabila gemetar tubuh hamba karena takut kepada Allah azza wa jalla, berguQur’anlah dosa-dosanya seperti daun-daun yang rontok dari pohon yang kering.”

 

Nabi SAW bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata: “Demi keperkasaan-Ku, Aku tidak akan mengumpulkan dua rasa takut pada hamba-Ku dan Aku tidak mengumpulkan baginya dua rasa aman. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, Aku jadikan dia takut pada hari kiamat. Dan jika ia takut kepada-Ku di dunia, Aku jadikan dia aman pada hari kiamat.

 

Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani: “Setiap hati yang tidak terdapat rasa takut kepada Allah di dalamnya, maka ia pun rusak.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Tidaklah merasa aman dari siksa Allah, kecuali orang-orang yang merugi.” Al-A’raf: 99

 

 

Banyak ayat menyebutkan keutamaan taubat, seperti firman Allah Ta’ala:

 

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” An-Nur: 31

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain bersama Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikain itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya.

(Yakni) akan dilipatgandakan siksa untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam siksa itu dalam keadaan terhina.

Kecuali orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal baik, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal baik, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenarnya.”

 

Banyak pula hadits yang menyebutkan tentang hal itu. Diriwayatkan oleh Muslim: “Sesungguhnya Allah membentangkan tangannya di waktu malam untuk menerima taubat pelaku dosa di siang hari dan membentangkan tangannya di siang hari untuk menerima taubat pelaku dosa di malam hari hingga matahari terbit dari sebelah baratnya.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia menilainya sahih: “Sesungguhnya di sebelah barat ada sebuah pintu yang lebarnya perjalanan empat puluh tahun atau tujuh puluh tahun. Allah azza wa jalla membukanya untuk taubat pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Maka Allah tidak menutupnya hingga matahari terbit darinya.”

 

Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dan ia menilainya sahih: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan di sebelah barat sebuah pintu yang lebarnya perjalanan 70 tahun untuk taubat dan tidak ditutup selama matahari tidak naik dari arahnya.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri.” Al-An’am: 158

 

Ada yang mengatakan: “Tidak terdapat dalam riwayat ini maupun yang pertama penegasan tentang rafa’nya (penisbatannya kepada Nabi SAW), sebagaimana yang ditegaskan oleh Baihagi.

 

Dijawab bahwa perkataan seperti itu tidak dikatakan dari pendapat. tetapi ia mempunyai hukum marfu’.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad yang baik: “Surga mempunyai delapan pintu, yang tujuh ditutup dan yang satu dibuka untuk taubat hingga matahari terbit dari arahnya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dengan sanad yang baik: “Andaikata kalian berdosa hingga dosa-dosanya mencapai langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah menerima taubatmu.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan ia menilainya sahih: “Termasuk kebahagiaan manusia adalah bila panjang umurnya dan Allah mengaruniainya taubat.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ibnu Majah serta Al-Hakim dan ia menilainya sahih: “Setiap anak Adam berdosa dan sebaik-baik orang berdosa adalah orang yang bertaubat.”

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain (Bukhari dan Muslim) bahwa seorang hamba berbuat dosa. lalu ia berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berbuat dosa, maka ampunilah aku.

 

Kemudian Tuhannya berkata kepadanya: Hamba-Ku mengetahui bahwa Dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya. Maka Allah mengampuninya.

 

Kemudian ia berhenti selama yang dikehendaki Allah, kemudian berbuat dosa lain. Maka orang itu berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berbuat dosa lain, maka ampunilah dosaku.

 

Kemudian Tuhannya berkata: Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya. Maka Allah mengampuninya.

 

Kemudian ia berhenti selama yang dikehendaki Allah Ta’ala, kemudian berbuat dosa lain. Maka ia berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berbuat dosa lain, maka ampunilah dosaku.

 

Kemudian Tuhannya berkata: Hamba-Ku mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumnya.

 

Maka Tuhannya berkata: Aku ampuni dosa hamba-Ku. Biarlah dia kerjakan apa saja yang dikehendakinya.

 

Al-Mundziri berkata: Perkataannya: “Biarlah dia mengerjakan apa saja yang dikehendakinya” maksudnya  wallahu a’lam – ialah apabila ia setiap berbuat dosa meminta ampun dan bertaubat darinya dan tidak kembali kepadanya dengan dalil perkataannya: “kemudian ia berbuat dosa lain”.

 

Maka biarlah dia mengerjakan amal apapun apabila ini adalah kebiasaannya selama dikehendakinya, karena setiap kali ia berbuat dosa, taubat dan istighfarnya menghapus dosanya sehingga tidak membahayakannya.

 

Bukanlah maksudnya ia berbuat dosa, lalu meminta ampun darinya dengan lisannya tanpa berhenti, kemudian mengulanginya, karena ini adalah taubat para pendusta.

 

Diriwayatkan oleh jama’ah dan mereka menilainya sahih bahwa orang mukmin apabila berdosa, timbul noda hitam di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dan berhenti serta meminta ampun, hatinya menjadi bersih darinya.

 

Jika bertambah dosanya, bertambah pula nodanya hingga menutupi hatinya. Itulah ar-raan yang disebut Allah dalam kitab-Nya:  (Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka). Al-Muthaffifin: 14.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia menilainya hasan bahwa Allah menerima taubat hamba selama ia belum mendengkur, yakni rohnya mencapai tenggorokannya.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad hasan, tetapi ada yang terputus dan Baihagi dengan sanad yang di dalamnya ada rawi tak dikenal dari Mu’adz, ia berkata: Rasulullah SAW memegang tanganku, lalu berjalan sejauh satu mil. kemudian berkata: Ya Mu’adz. aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah dan berkata benar, menepati janji, menunaikan amanat, meninggalkan khianat. mengasihi anak yatim, menjaga hubungan dengan tetangga, menahan amarah, berbicara dengan lembut, memberi salam, mentaati imam. mempelajari Al-Qur’an, mencintai akhirat, takut menjalani hisab. memendekkan angan-angan dan beramal yang baik.

 

Dan aku melarangmu memaki seorang muslim atau mempercayai seorang pendusta atau mendustakan seorang yang berkata benar atau menentang seorang pemimpin yang adil atau berbuat kerusakan di bumi.

 

Ya Mu’adz, ingatlah Allah di setiap pohon dan batu dan bertaubatlah untuk setiap dosa tersembunyi dengan taubat tersembunyi dan untuk dosa yang terang dengan taubat yang terang.

 

Diriwayatkan oleh Al-Ashfahani: “Apabila hamba bertaubat dari dosa-dosanya, Allah membuat lupa malaikat pencatat terhadap dosa-dosanya dan membuat lupa anggota-anggota tubuh dan tanda-tandanya dirinya hingga ia berjumpa Allah pada hari kiamat dan tidak ada saksi dari Allah atas dosanya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Ashfahani pula: “Orang yang menyesal menunggu rahmat dari Allah dan orang yang sombong menunggu kebencian. Ketahuilah, hai para hamba Allah, bahwa setiap orang yang beramal akan ditunjukkan amalnya dan tidak keluar dari dunia hingga ia melihat amalnya yang baik dan amalnya yang buruk.

 

Sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada penghabisannya, sedangkan malam dan siang adalah dua kendaraan tunggangan, maka berjalanlah dengan baik di atas keduanya menuju akhirat dan janganlah menunda-nunda amal, karena kematian itu datang mendadak.

 

Janganlah seseorang dari kamu terpedaya oleh sifat penyantun dari Allah azza wa jalla, karena neraka lebih dekat kepada seseorang di antara kalian daripada tali sandalnya.

 

Kemudian Rasulullah SAW membaca:

 

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” Az-Zalzalah: 7-8

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad sahih, tetapi terputus: “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa.”

 

Baihagi meriwayatkannya dari jalan lain dan menambahkan: “Dan Orang yang meminta ampun dari dosa sedang ia tetap melakukannya adalah seperti orang yang mengejek Tuhannya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan Al Hakim dan dinilainya sahih: “Penyesalan adalah taubat”, yakni sebagian besar rukunnya seperti hadits: “Haji itu Arafah”.

 

Penyesalan itu harus dengan menjauhi maksiat dan keburukannya dan takut hukumannya atau tidak menghabiskan harta untuk berbuat maksiat atau semacam itu.

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan dinilainya sahih, tetapi ada perawi yang hilang di dalamnya: “Tidaklah Allah mengetahui penyesalan dari hamba atas sebuah dosa, melainkan Allah mengampuninya sebelum ia meminta ampun kepada Allah atas dosa itu.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya:

 

“Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak berdosa dan tidak meminta ampun, niscaya Allah melenyapkan kalian dan mendatangkan kaum selain kalian yang berdosa dan meminta ampun kepada Allah sehingga Allah mengampuni mereka.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim: “Tidak ada yang lebih suka dipuji daripada Allah. Oleh karena itu Dia memuji diri-Nya. Tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah. Oleh sebab itu Dia mengharamkan semua perbuatan keji.

 

Tidak ada yang lebih menyukai uzur daripada Allah. Oleh karena itu Allah menurunkan Al-Kitab dan mengutus rasul.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim: Seorang perempuan dari suku Juhainah datang kepada Nabi SAW dalam keadaan hamil akibat berzina. Ia berkata: Ya Rasulallah, aku melakukan dosa yang harus dihukum, maka hukumlah aku.

 

Kemudian Nabi SAW memanggil walinya. Beliau berkata: Berbuatlah baik kepadanya. Apabila dia sudah melahirkan, bawalah dia kepadaku.

 

Walinya melaksanakan perintah Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW menyuruh membenahi pakaian wanita itu, kemudian menyuruh merajamnya, lalu menshalatinya.

 

Maka Umar berkata: Ya Rasulallah, apakah anda menshalatinya, padahal dia sudah berzina?

 

Nabi SAW menjawab: la telah bertaubat yang andaikata taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang penduduk Madinah, niscaya mencukupi mereka. apakah engkau menemukan yang lebih baik daripada orang yang mengorbankan jiwanya karena Allah azza wa jalla?

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dinilainya: hasan dan ibnu Hibban dalam Shahihnya dan Al-Hakim menilainya sahih dari ibnu Umar r.a., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW menceritakan sebuah cerita yang aku dengar sekali atau dua kali hingga ia menghitung tujuh kali, tetapi aku mendengarnya lebih banyak: Aku mendengar Rasulullah SAW bercerita: Adalah seorang dari bani Israel bernama Kifli tidak berhenti dari dosa yang dikerjakannya. Pada suatu hari datang kepadanya seorang perempuan, lalu ia memberinya 60 dinar dengan imbalan menyetubuhinya.

 

Ketika ia berada dalam posisi seperti orang lelaki terhadap istrinya, perempuan itu gemetar dan menangis. Maka Kifli berkata: Apakah aku memaksamu?

 

Perempuan itu menjawab: Tidak, tetapi aku tidak pernah melakukan perbuatan ini dan tidaklah memaksaku melakukannya, melainkan kebutuhan hidup.

 

Maka Kifli berkata: Engkau lakukan ini dan tidak pernah melakukannya sebelum ini? Pergilah, uang itu untukmu.

 

Kifli berkata: Tidak, demi Allah, aku tidak akan mendurhaka sesudahnya untuk selamanya.

 

Ternyata ia meninggal pada malam itu. Di pagi harinya tertulis di atas pintunya: Sesungguhnya Allah telah mengampuni Kifli.

 

Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Ada dua desa, yang satu baik penduduknya dan yang lain buruk penduduknya. Kemudian keluar seorang lelaki dari desa yang buruk penduduknya

 

menuju desa yang baik penduduknya. Dalam perjalanan datang kematian kepadanya sebagaimana dikehendaki Allah.

 

Maka malaikat dan syaitan bertengkar mengenainya. Syaitan berkata: Demi Allah, ia tidak pernah mendurhakai aku.

 

Malaikat berkata: Sesungguhnya ia sudah keluar hendak bertaubat.

 

Maka Allah memutuskan antara keduanya dengan melihat kepada desa mana yang lebih dekat kepadanya. Ternyata mereka mendapati orang itu lebih dekat kepada desa yang baik dengan jarak sejengkal. Maka Allah mengampuninya.

 

Ma’mar berkata: Aku mendengar ada yang mengatakan: Allah mendekatkan desa yang baik kepadanya.

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain: Di antara umat sebelum kamu ada seorang lelaki yang membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya tentang orang yang paling alim di negeri itu. Maka ia ditunjukkan kepada seorang rahib.

 

la berkata kepada rahib itu bahwa ia telah membunuh 99 orang orang, apakah ia bisa bertaubat? Rahib itu menjawab: Tidak. Maka orang itu membunuhnya hingga genap seratus.

 

Kemudian ia bertanya tentang orang yang paling alim di negeri itu. Maka ia ditunjukkan kepada seorang alim. Orang itu berkata kepadanya bahwa ia telah membunuh seratus orang, apakah ia bisa bertaubat?

 

Orang alim itu menjawab: Ya. Tidak ada yang bisa menghalangi manusia untuk bertaubat. Pergilah ke negeri begini dan begini. Di sana ada orang-orang yang menyembah Allah. Maka sembahlah Allah bersama mereka, jangan kembali ke negerimu, karena ia adalah negeri yang buruk.

 

Kemudian ia berjalan hingga ketika sampai di tengah jalan, datang kematian menjemputnya. Maka bertengkarlah malaikat pembawa rahmat dan malaikat penyiksa.

 

Malaikat rahmat berkata: la datang bertaubat menghadapkan hatinya kepada Allah Ta’ala.

 

Malaikat penyiksa berkata: Sesungguhnya ia tidak pernah berbuat kebaikan sama sekali.

 

Kemudian datang seorang malaikat dalam bentuk manusia kepada mereka. Maka mereka menjadikannya penengah di antara mereka. Malaikat itu berkata: Ukurlah jarak antara kedua negeri itu, yang mana lebih dekat kepada orang itu, maka itulah yang diperolehnya.

 

Kemudian mereka mengukur jaraknya. Ternyata mereka mendapatinya lebih dekat ke negeri yang menjadi tujuannya. Maka ia pun diambil oleh malaikat rahmat.

 

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” Asy-Syu’ara’: 227

 

Nabi SAW bersabda: “Kezaliman akan menjadi kegelapan kegelapan pada hari kiamat.” Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa merampas sejengkal tanah, maka tanah itu dikalungkan Allah padanya dari tujuh lapis bumi pada hari kiamat.” Dalam sebuah kitab Allah Ta’ala berfirman: “Kemarahan-Ku bertambah atas orang yang menzalimi seseorang, sedangkan ia tidak menemukan penolong selain Aku.”

 

Penyair berkata:

Janganlah kau berbuat zalim jika engkau berkuasa kezaliman itu akibatnya kembali kepada penyesalan kedua matamu tidur dan orang yang teraniaya itu berjaga ia doakan kecelakaan atasmu dan mata Allah tidak tidur

 

Penyair lain berkata:

 

Apabila orang yang zalim menganggap bumi sebagai kendaraan yang nyaman dan terus melampaui batas dalam perbuatannya yang buruk maka serahkan dia kepada tindakan zaman karena dia akan menampakkan kepadanya balasan di luar perhitungannya

 

Diriwayatkan: Tertulis dalam Taurat: Seorang juru bicara berseru di belakang shirat: Hai orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang, hai orang-orang yang hidup mewah dan sengsara, sesungguhnya Allah akan bersumpah demi keperkasaan-Nya bahwa orang yang zalim tidak bisa melewati jembatan ini pada hari ini.

 

Diriwayatkan dari Jabir r.a., ia berkata: Ketika kaum Muhajirin Habasyah kembali kepada Rasulullah SAW, beliau berkata: Tidakkah kalian beritahu kepada kejadian paling menakjubkan yang kalian lihat di Habasyah?

 

Qutaibah yang termasuk mereka berkata: Aku akan menceritakannya, ya Rasulallah.

 

Di saat kami sedang duduk pada suatu hari, tiba-tiba lewat seorang wanita tua dari mereka memikul gentong berisi air.

 

Seorang pemuda dari mereka meletakkan salah satu dari kedua tangannya di antara kedua pundaknya, kemudian mendorong wanita itu sehingga terjatuh di atas kedua lututnya dan pecah gentongnya.

 

Ketika berdiri, ia menoleh kepada pemuda itu, kemudian berkata: Hai orang jahat, kamu akan mengetahui apabila Allah meletakkan Al-Kursiy, lalu mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir ketika tangan dan kaki berbicara tentang apa yang mereka kerjakan. Engkau akan mengetahui apa urusanku dan urusanmu di sisi-Nya besok.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata: Bagaimana Allah menyucikan kaum yang tidak menghukum orang kuat mereka untuk orang lemah mereka.

 

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: “Lima macam orang yang Allah marah kepada mereka. Jika Dia menghendaki, Dia timpakan kemarahan-Nya atas mereka di dunia. Kalau tidak, Dia tempatkan mereka di akhirat ke neraka: yaitu pemimpin suatu kaum yang mengambil haknya dari rakyatnya dan tidak berbuat adil kepada mereka dari dirinya dan tidak mencegah kezaliman dari mereka.

 

Dan pemimpin suatu kaum yang menaatinya dan tidak menyamakan antara orang yang kuat dan yang lemah dan berbicara menurut hawa nafsunya.

 

Dan seorang lelaki yang tidak menyuruh keluarga dan anaknya menaati Allah dan tidak mengajari mereka urusan agama mereka, seorang lelaki yang menyewa pekerja, lalu menyuruhnya bekerja dan tidak membayar penuh upahnya dan seorang lelaki yang menzalim seorang perempuan mengenai maharnya.

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam r.a., bahwa ia berkata: Ketika Allah Ta’ala menciptakan makhluk dan mereka berdiri tegak di atas telapak kaki mereka, mereka mengangkat kepala mereka kepada Allah.

 

Mereka berkata: Ya Tuhanku, bersama siapa Engkau?

 

Allah menjawab: Bersama orang yang teraniaya hingga ditunaikan haknya kepadanya.

 

Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih r.a.: Seorang raja yang sombong membangun sebuah istana dan meninggikannya. Kemudian datang seorang wanita tua yang miskin membangun tempat di sampingnya untuk ditinggalinya.

 

Pada suatu hari raja itu menaiki kendaraan dan berkeliling di sekitar istana. Maka ia melihat bangunan wanita itu. Ia berkata: Milik siapa bangunan ini?

 

Dijawab: Milik seorang wanita miskin yang tinggal di situ.

 

Kemudian raja menyuruh merobohkannya hingga roboh.

 

Ketika datang wanita tua itu, ia melihat rumahnya roboh. Maka ia berkata: Siapa yang merobohkannya?

 

Dijawab: Raja. la melihatnya, lalu merobohkannya. Kemudian wanita tua itu mengangkat kepalanya ke arah langit dan berkata: Ya Tuhanku, aku tidak hadir pada waktu itu, maka di mana Engkau?

 

Kemudian Allah azza wa jalla menyuruh Jibril membalik istana itu di atas penghuninya. Maka Jibril membaliknya.

 

Diceritakan bahwa ketika seorang sultan Barmaki memenjarakan anaknya, ia berkata: Wahai ayahku, setelah mendapat kemuliaan kami berada dalam ikatan dan penjara.

 

Ayahnya menjawab: Hai anakku, doa orang teraniaya berjalan di waktu malam yang kita lalai darinya, tetapi Allah azza wa jalla tidak lalai darinya.

 

Adalah Yazid bin Hakim berkata: Aku tidak takut kepada seseorang seperti ketakutanku kepada seorang yang aku aniaya, sedangkan aku tahu bahwa ia tidak mempunyai penolong, kecuali Allah. Ia berkata kepadaku: Cukuplah Allah sebagai penolongku. Allah antara aku dan kamu.

 

Diriwayatkan dari Abi Umamah r.a., ia berkata: Pada hari kiamat datang orang yang zalim hingga ketika ia berada di atas jembatan neraka dan berjumpa orang yang dianiaya, ia pun memberitahukan kezaliman yang dilakukannya.

 

Maka orang yang dianiaya tidak meninggalkan orang yang menganiaya hingga mereka mengambil kebaikan-kebaikan yang ada di tangan pihak yang menganiaya.

 

Jika mereka tidak menemukan kebaikan-kebaikan bagi mereka, maka dibebankan dosa-dosa mereka atas orang-orang yang menganiaya seperti kezaliman yang mereka lakukan hingga mereka mendatangi tingkatan yang paling bawah dari neraka.

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Unais, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Para hamba (manusia) dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, tidak bersunat dan tidak bisa bicara.

 

Kemudian seorang juru bicara berseru dengan suara yang terdengar oleh orang yang jauh sebagaimana terdengar oleh orang yang dekat: Akulah Raja Yang Maha Pembalas. Tidak patut bagi seseorang dari penghuni surga masuk surga sedangkan seorang penghuni neraka menuntutnya dengan suatu kezaliman hingga tamparan dan yang lebih berat dari itu.

 

Dan tidak patut bagi seorang penghuni neraka masuk neraka sedangkan ia mempunyai tanggungan kezaliman hingga tamparan atau yang lebih berat dari itu dan Allah Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun.

 

Kami katakan: Ya Rasulallah, bagaimana sedangkan kita datang dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, tidak bersunat dan tidak bisa bicara?

 

Nabi SAW menjawab: Dengan kebaikan-kebaikan dan dosa-dosa sebagai balasan yang penuh dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa siapa yang memukul dengan cambuk secara aniaya, ia pun dibalas atas perbuatannya pada hari kiamat.

 

Diceritakan bahwa Kisra menunjuk pendidik untuk mengajari dan mendidik anaknya. Ketika anaknya sudah mencapai puncak dalam keutamaan dan adab, pendidik itu mendatangkannya pada suatu hari dan memukulnya dengan pukulan yang menyakitkan tanpa kesalahan dan tanpa sebab.

 

Anak itu menyimpan dendam kepada pengajar itu hingga ia menjadi besar. Kemudian ayahnya meninggal dan ia menjadi raja sesudahnya.

 

Maka ia mendatangkan pengajar dan berkata kepadanya: Apa yang menyebabkan anda memukulku pada hari begini dengan pukulan yang menyakitkan tanpa kesalahan dan tanpa sebab?

 

Pengajar menjawab: Ketahuilah wahai raja, bahwa ketika tuan telah mencapai puncak dalam keutamaan dan adab, aku pun tahu bahwa tuan akan menjadi raja setelah ayahmu. Maka aku ingin tuan merasakan sakitnya pukulan dan pedihnya kezaliman supaya tuan tidak menganiaya seorang pun sesudahnya.

 

Ternyata raja berkata kepadanya: Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Kemudian ia menyuruh memberi gurunya hadiah dan harta.

 

 

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.” An-Nisa’: 10

 

Berkata Qatadah: Ayat ini turun mengenai seorang lelaki dari Ghatafan yang mengurusi harta anak saudaranya yang masih kecil dan yatim, lalu memakannya secara zalim.

 

Dikecualikan darinya ialah bila memakannya dengan cara yang benar seperti wali yang memakannya dengan syarat-syaratnya yang ditetapkan dalam kitab-kitab fiqh.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut.” An-Nisa’: 6

 

Yakni sekedar kebutuhan atau dengan mengambil utang atau sebanyak upah pekerjaannya atau jika terpaksa. Maka jika sudah mampu, ia membayarnya. Kalau tidak, maka halal baginya.

 

Allah Ta’ala telah mengingatkan kuatnya hak anak-anak yatim dan tambahan perhatian terhadapnya dengan firman-Nya sebelum ayat ini:

 

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” An-Nisa’: 9

 

Ayat ini menunjukkan kewajiban berbuat baik kepada anak yatim yang dalam asuhannya sekalipun dalam berbicara.

 

Maka janganlah ia memanggilnya. melainkan seperti ia memanggil anak-anaknya. Misalnya: Wahai anakku.

 

Di samping itu ia berbuat kebajikan dan kebaikan kepadanya dan mengurusi hartanya seperti yang wajib ia lakukan terhadap harta dan keturunannya sesudahnya. Sesungguhnya balasan ini sesuai dengan amalnya   (Yang menguasai hari pembalasan).

 

Maka sebagaimana kamu beramal, kamu pun akan dibalas.

 

Sementara manusia merasa aman bertindak terhadap harta orang lain dan anak-anak orang lain, tiba-tiba datang kematian kepadanya.

 

Maka Allah Ta’ala membalasnya dalam hartanya, keturunannya dan keluarganya serta semua yang berhubungan dengannya setimpal dengan yang ia lakukan terhadap orang lain. Jika ia berbuat baik, maka dibalas dengan kebaikan. Dan jika berbuat buruk, maka dibalas dengan keburukan.

 

Maka hendaklah orang yang berakal takut kepada Tuhannya dan berbuat baik kepada anak-anak yatim yang berada dalam asuhannya sebagaimana ia suka wali dari anak-anaknya berbuat pada hartanya andaikata anak-anak itu menjadi yatim.

 

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Dawud alaihis salam: Hai Dawud, jadilah engkau terhadap anak yatim seperti ayah yang penyayang dan jadilah terhadap janda seperti suami yang penyayang.

 

Ketahuilah, bahwa sebagaimana engkau menanam, maka engkau akan menuai hasilnya. Yakni sebagaimana engkau berbuat, maka engkau akan mendapat perlakuan yang sama, karena engkau pasti mati dan mempunyai anak yang yatim dan istri yang janda.

 

Disebutkan dalam banyak hadits ancaman yang keras terhadap kezaliman mengenai harta anak yatim sesuai dengan ancaman keras yang terdapat dalam ayat sebagai peringatan kepada manusia atas perbuatan keji yang buruk dan membinasakan ini.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya: “Hai Aba Dzarr, sesungguhnya aku melihatmu seorang yang lemah dan aku menyukai padamu apa yang aku sukai pada diriku. Janganlah engkau memimpin dua orang dan janganlah engkau mau disuruh mengurusi harta anak yatim.”

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dan lainnya: Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, apa saja perkara-perkara itu?

 

Nabi SAW menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim ….. dan seterusnya.” (al-hadits).

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan ia menilainya sahih:

 

“Empat macam orang yang patut bagi Allah untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak menganugerahi mereka kenikmatannya: yaitu pecandu khamar, pemakan riba, pemakan harta anak yatim tanpa alasan yang benar dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam Shahihnya bahwa termasuk isi surat Nabi SAW yang dikirimkannya bersama Amru bin Hazm kepada penduduk Yaman ialah bahwa dosa besar yang terbesar di sisi Allah pada hari kiamat ialah menyekutukan Allah. membunuh jiwa yang beriman tanpa alasan yang benar, lari dari peperangan di jalan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, menuduh wanita beriman yang terpelihara tanpa bukti. belajar sihir, makan riba dan makan harta anak yatim.

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la: Pada hari kiamat ada orang-orang yang dibangkitkan dari kubur mereka sedangkan api menyala di mulut mereka.

 

Ada yang berkata: Siapakah mereka, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Tidakkah engkau lihat bahwa Allah berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya.” An-Nisa’: 10

 

Disebutkan dalam hadits Mi’raj yang diriwayatkan Muslim:

 

“Tiba-tiba aku melihat orang-orang yang disuruh membuka mulut sekelompok orang dan yang lain membawa batu-batu dari api, lalu memasukkannya dalam mulut mereka, lalu keluar dari dubur-dubur mereka.”

 

Maka aku berkata: Ya Jibril, siapa mereka ini?

 

Jibril menjawab: Orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya.

 

Dalam tafsir Al-Qurthubi diriwayatkan dari Abi Said Al-Khudri dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: Aku melihat pada malam Isra” suatu kaum yang mempunyai bibir seperti bibir unta dan ada petugas yang disuruh memegangi bibir-bibir mereka, kemudian memasukkan batu dari api dalam mulut mereka hingga keluar dari dubur mereka.

 

Maka aku berkata: Ya Jibril. siapakah mereka ini?

 

Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim.

 

 

 

 

 

Kami sebutkan tambahan dari penjelasan yang lalu mengenai jeleknya kesombongan karena kesialannya dan akibatnya yang buruk.

 

Kesombongan adalah kedurhakaan pertama yang terjadi dari iblis sehingga Allah melaknatnya dan mengusirnya dari surga yang lebarnya seluas langit dan bumi menuju siksa neraka.

 

Disebutkan dalam hadits Oudsi: “Kesombongan (kebesaran diri) adalah selendang-Ku dan keagungan adalah pakaian-Ku. Barangsiapa menentangku dalam salah satu dari kedua sifat itu, Aku akan menyiksanya dan Aku tidak peduli.

 

Disebutkan dalam hadits: “Orang-orang yang sombong dihimpun dalam keadaan seperti semut dalam bentuk orang lelaki. Mereka diliputi kehinaan dari setiap tempat dan diberi minum dari thinatul khabaal, yaitu perasan penghuni neraka.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tiga macam orang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak melihat kepada mereka dan bagi mereka siksa yang pedih: yaitu orang tua yang berzina, raja yang zalim dan orang miskin yang sombong.”

 

Dari Umar ra. bahwa ia membaca firman Allah Ta’ala:   (Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah? bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa). Al-Baqarah: 206.

 

Maka Umar berkata: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.”

 

Berkata ibnu Mas’ud: Cukuplah seseorang berbuat dosa apabila dikatakan kepadanya: Takutlah kepada Allah. Kemudian ia menjawab: Uruslah dirimu sendiri.

 

Nabi SAW berkata kepada seorang lelaki: Makanlah dengan tangan kananmu.

 

Orang itu menjawab: Aku tidak bisa.

 

Maka Nabi SAW berkata: Engkau tidak akan bisa. Tidak ada yang menghalanginya, kecuali kesombongan.

 

Maka ia tidak bisa mengangkat tangannya sesudah itu.

 

Diriwayatkan bahwa Tsabit bin Qais bin Syammas berkata: Ya Rasulallah, sesungguhnya aku adalah seorang yang menyukai keindahan, apakah menurut pendapatmu itu termasuk kesombongan?

 

Nabi SAW menjawab: Tidak, tetapi kesombongan ialah mengingkari kebenaran dan menghina orang-orang, yakni mengejek dan meremehkan mereka, padahal mereka adalah hamba-hamba Allah seperti dia atau lebih baik daripada dia.

 

Berkata Wahab bin Munabbih: Ketika Musa alaihis salam berkata kepada Fir’aun: Aku aman dan bagimu kerajaanmu.

 

Fir’aun berkata: Aku akan bermusyawarah dengan Haman.

 

Kemudian ia bermusyawarah dengan Haman. Haman berkata: Sekarang engkau adalah tuhan yang disembah, kemudian engkau menjadi hamba yang menyembah.

 

Maka Fir’aun menolak menjadi hamba yang menyembah Allah dan mengikuti Musa sehingga Allah menenggelamkannya.

 

Quraisy berkata sebagaimana diberitahukan Allah tentang mereka:

 

“Dan mereka berkata: “Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dari dua negeri (Makkah dan Madinah) ini?” Az-Zukhruf: 31

 

Qatadah berkata: Pembesar dari dua negeri ini adalah Al.Walid bin Mughirah dan Abu Mas’ud Ats-Isaqafi.

 

Mereka meminta orang yang lebih besar kepemimpinannya daripada Nabi SAW, karena mereka berkata: Bagaimana mengutus seorang anak yatim kepada kita?

 

Maka Allah Ta’ala berfirman :   (Apakah mereka yang membagi rahmat Tuhanmu?) Az-Zukhruf: 32.

 

Kemudian Allah memberitahu mereka tentang keheranan mereka ketika masuk neraka, karena mereka tidak melihat di dalamnya orang-orang yang mereka ejek dulu seperti penghuni Shuffah.

 

Maka mereka berkata: Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dulu kami anggap mereka orang-orang jahat?

 

Ada yang mengatakan: Mereka maksudkan Ammar, Bilal, Shuhaib dan Miqdad radhiyallahu anhum.

 

Wahab berkata: Ilmu itu seperti hujan. Ia turun dari langit dalam keadaan manis dan jernih, lalu diminum oleh pohon-pohon dengan urat-uratnya dan mengubahnya sesuai dengan rasanya. Yang pahit semakin pahit dan yang manis semakin manis.

 

Demikian pula ilmu. Orang-orang menguasainya sesuai dengan kadar semangat dan keinginannya. Maka ia menambah kesombongan pada orang yang sombong dan menambah kerendahan hati pada orang yang rendah hati.

 

Hal itu disebabkan orang yang semangatnya adalah kesombongan sedangkan ia bodoh, ketika ia menguasai ilmu. ia dapatkan ilmu yang disombongkannya sehingga ia bertambah sombong.

 

Apabila orang itu takut di samping kebodohannya, lalu bertambah ilmunya, ia pun mengetahui bahwa hujah sudah menjadi kuat padanya sehingga ia semakin takut dan khawatir dan bertambah tawadhu’.

 

Oleh karena itu Nabi SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Abbas r.a.: Akan muncul kaum yang membaca Al-Qur’an dan tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka berkata: Kami telah membaca Al-Qur’an, maka siapa yang lebih pandai membacanya daripada kami dan siapa yang lebih alim daripada kami.

 

Kemudian beliau menoleh kepada para sahabatnya dan berkata: Mereka itu dari kalian, wahai umatku, mereka adalah bahan bakar neraka.

 

Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki yang disebutkan kebaikannya kepada Nabi SAW. Pada suatu hari ia muncul. Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, ini orang yang kami sebutkan kepadamu.

 

Nabi SAW berkata: Sungguh aku melihat pada wajahnya tanda dari syaitan.

 

Orang itu memberi salam dan berdiri di hadapan Nabi SAW. Kemudian Nabi SAW berkata kepadanya: Aku bertanya kepadamu demi Allah, engkau berkata di dalam hatimu bahwa tidak ada di antara orang-orang yang lebih baik darimu?

 

Orang itu menjawab: Allahumma, benar.

 

Maka Rasulullah SAW melihat dengan cahaya kenabian apa yang tersembunyi dalam hati orang itu berupa tanda pada wajahnya.

 

Berkata Al-Harts bin Juz’in Az-Zabidi sahabat Rasulullah SAW berkata: Aku senang melihat ulama yang banyak tersenyum. Adapun yang engkau temui dia dengan wajah ceria, sedangkan dia menemuimu dengan wajah cemberut lalu menyebut-nyebut ilmu yang diberikannya kepadamu, maka semoga Allah tidak membanyakkan orang seperti dia di antara kaum muslimin.

 

Diriwayatkan dari Abi Dzarr r.a. bahwa ia berkata: Aku memaki seorang lelaki di dekat Nabi SAW. Aku katakan kepadanya: Hai anak perempuan hitam.

 

Maka Nabi SAW berkata: Hai Aba Dzarr, takaran sha’ tidak penuh. takaran sha’ tidak penuh (manusia tidak ada yang sempurna). Tidak ada kelebihan bagi anak dari seorang perempuan kulit putih atas anak seorang perempuan kulit hitam.

 

Kemudian Abu Dzarr rahimahullah berkata: Maka aku berbaring dan berkata kepada orang itu: Berdirilah, lalu injaklah pipiku.

 

Ali karromallahu wajhahu berkata: Barangsiapa ingin melihat kepada seorang lelaki penghuni neraka, hendaklah ia melihat kepada seorang lelaki yang duduk dan di depannya orang-orang berdiri.

 

Anas berkata: Tidak ada orang yang lebih dicintai para sahabatnya daripada Rasulullah SAW. Apabila mereka melihatnya. mereka tidak berdiri menyambutnya, karena mereka tahu beliau tidak menyukai hal itu.

 

Adalah Rasulullah SAW pada suatu waktu berjalan bersama beberapa orang sahabat. lalu menyuruh mereka maju dan beliau berjalan dalam rombongan mereka untuk mengajari orang lain atau untuk menghilangkan darinya godaan syaitan berupa kesombongan dan kebanggaan diri.

 

 

 

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah menambah seorang hamba yang suka memaafkan, melainkan kemuliaan. Dan tidaklah seseorang merendahkan diri kepada Allah, melainkan Allah mengangkat derajatnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Beruntunglah siapa yang bersikap rendah hati tanpa kehinaan dan menafkahkan harta yang dikumpulkannya bukan untuk berbuat maksiat dan mengasihi orang yang direndahkan dan dihinakan dan bergaul dengan ahli figh dan hikmah.”

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW makan bersama beberapa orang sahabatnya di rumahnya. Kemudian seorang pengemis berdiri di pintu dan ia mempunyai cacat pada badannya yang tidak disukai oleh orang lain.

 

Maka Nabi SAW mengizinkan dia masuk. Ketika dia sudah masuk, Rasulullah SAW mendudukkannya di atas pahanya, kemudian berkata: Makanlah!

 

Ada seorang Quraisy merasa jijik kepadanya dan tidak menyukainya. Ternyata orang itu mati dalam keadaan mempunyai cacat seperti orang itu.

 

Nabi SAW bersabda: “Tuhanku menyuruhku memilih antara dua perkara, yaitu menjadi seorang hamba dan rasul atau seorang raja dan nabi.

 

Aku tidak tahu mana yang harus aku pilih. Jibril adalah temanku yang mukhlis dari golongan malaikat. Maka aku mengangkat kepalaku ke arahnya. la berkata: Rendahkan dirimu kepada Tuhanmu. Maka Aku katakan: Seorang hamba dan seorang rasul.

 

Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alaihis salam: Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat dari orang yang merendahkan dirinya kepada keagungan-Ku dan tidak sombong kepada makhluk-Ku dan menetapkan rasa takut kepada-Ku di dalam hatinya.

 

Nabi SAW bersabda: “Kemurahan hati menunjukkan ketakwaan. tawadhu’ menunjukkan kemuliaan, dan keyakinan menunjukkan kekayaan jiwa.”

 

Berkata Al-Masih alaihis salam: Beruntunglah orang-orang yang memiliki sifat tawadhu’ di dunia. Mereka adalah orang-orang yang memiliki mimba-mimbar pada hari kiamat.

 

Beruntunglah orang-orang mendamaikan diantara sesama manusia di dunia. Mereka adalah orang-orang yang mewarisi surga Firdaus pada hari kiamat.

 

Beruntunglah orang-orang yang disucikan hati mereka di dunia. Mereka adalah orang-orang yang melihat kepada Allah Ta’ala pada hari kiamat.

 

Seorang ulama berkata: Telah sampai khabar kepadaku bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila Allah memberi petunjuk kepada seorang hamba untuk masuk Islam dan membaguskan pengamalannya dan menempatkannya di tempat yang tidak buruk baginya dan menganugerahinya sifat tawadhu’, maka itu adalah pilihan Allah.”

 

Nabi SAW bersabda: “Empat perkara yang tidak diberikan Allah, kecuali kepada orang yang menyukai diam dan itu adalah awal ibadah dan tawakkal kepada Allah, tawadhu’ (rendah hati) dan zuhud terhadap dunia.”

 

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW makan bersama beberapa sahabatnya. Kemudian datang seorang lelaki berkulit hitam yang terdapat bekas cacar yang sudah terkelupas. Setiap kali ingin duduk di samping seseorang, orang itu berdiri dari sisinya. Maka Nabi SAW mendudukkannya di sampingnya.

 

Nabi SAW bersabda: “Sungguh aku kagum pada orang yang membawa sesuatu di tangannya dan menjadi pekerjaan bagi keluarganya untuk menghilangkan kesombongan dari dirinya.”

 

Pada suatu hari Nabi SAW berkata kepada para sahabatnya: Mengapa aku tidak melihat manisnya ibadah pada kalian?

 

Mereka menjawab: Apa itu manisnya ibadah?

 

Nabi SAW menjawab: Tawadhu’.

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila kalian melihat orang-orang yang bersikap tawadhu’ di antara umatku, maka bersikaplah tawadhu’ kepada mereka. Dan apabila kalian melihat orang-orang yang sombong, sombongkanlah dirimu kepada mereka, karena hal itu menimbulkan kerendahan dan kehinaan bagi mereka.

 

Penyair berkata:

 

Bersikaplah rendah hati, niscaya engkau

menjadi seperti bintang yang nampak pada orang yang melihatnya

di atas permukaan air, padahal tinggi letaknya

dan jangan menjadi seperti asap yang naik dengan sendirinya

di atas lapisan-lapisan udara, padahal rendah letaknya

 

Nabi SAW bersabda: “Kemuliaan orang mukmin adalah bila ia tidak mengandalkan orang lain.”

 

Di dalam sifat qana’ah ada kemerdekaan dan kemuliaan. Oleh karena itu dikatakan: Janganlah engkau mengandalkan siapapun yang engkau kehendaki, niscaya engkau menjadi tandingannya dan butuhlah kepada siapa yang engkau kehendaki, niscaya engkau menjadi tawanannya dan berbuatlah baik kepada siapa yang engkau kehendaki, niscaya engkau menjadi pemimpinnya. Sedikit yang mencukupimu lebih baik daripada banyak yang membuatmu sombong.

 

Seorang bijak berkata: Aku tidak pernah melihat kekayaan yang lebih baik daripada qana’ah (ridha dengan bagian rezekinya) dan tiada kemiskinan yang lebih berat daripada ketamakan.

 

Penyair berkata:

 

Sifat qana’ah memberiku baju kemuliaan dan kekayaan

mana yang lebih mulia daripada qana’ah

maka jadikan qana’ah itu modalmu bagi dirimu

dan jadikan ketakwaan sesudahnya sebagai barang dagangan

niscaya engkau dapatkan dua keuntungan,

yaitu engkau tidak membutuhkan teman dan engkau rasakan kenikmatan di surga dengan kesabaran sesaat

 

Penyair lain berkata:

 

Puaskan dirimu dengan kecukupan kalau tidak, ia akan minta darimu lebih dari yang mencukupimu sesungguhnya panjangnya umurmu adalah selama engkau hidup dalam saat yang engkau jalani

 

Penyair lain berkata:

 

Bila rezeki menjauh darimu, sabarlah puaslah dengan yang sudah ada dan jangan payahkan dirimu dalam menghasilkannya jika ada bagian, tentu ia sampai

 

Penyair lain berkata:

 

Bila engkau dibuat haus oleh tangan-tangan dari orang-orang yang hina Cukuplah bagimu qana’ah memberimu kekenyangan makan dan minum maka jadilah engkau orang yang kakinya di tanah dan puncak keinginannya di bintang Tsurayya

 

Adalah Rasulullah SAW apabila mengalami keadaan yang sulit, beliau berkata kepada keluarganya: “Berdirilah kalian untuk mengerjakan shalat”, dan beliau berkata: “Aku disuruh melakukan ini”, dan beliau membaca:

 

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” Thaha: 132

 

Penyair berkata:

 

Tinggalkan kerja keras mencari dunia dan perhiasannya dan jangan tertipu dengan memperbanyak dan tamak puaslah dan ridhalah dengan rezeki yang dibagikan Ar-Rahman sesungguhnya qana’ah adalah harta yang tidak terputus tinggalkan kelebihan penghidupan seluruhnya bila engkau teliti tidak ada manfaat di dalamnya

 

Seorang bijak berkata:

 

Kemuliaan itu bukan dalam pakaian yang bagus, karena bersenang-senang dengan memakai baju dan berhias dengan pakaian yang bagus melalaikan hamba hingga ia tidak memperdulikan urusan agamanya karena condong kepada dunianya dan sedikit pelakunya yang kosong dari kesombongan.

 

Seorang penyair berkata:

 

Aku puas dari dunia ini dengan sesuap makanan yang sederhana dan memakai selembar baju, aku tidak ingin selain keduanya karena aku melihat kehidupan tidak kekal maka kehidupan dan umurku kedua-duanya akan musnah

 

 

 

Semua keadaan dunia diarahkan kepada yang menyusahkan dan yang menggembirakan. la tidak membantu semua penghuninya, tetapi bermacam-macam sesuai dengan hikmah yang dituntut oleh

 

hikmah Tuhan Yang Maha Bijaksana. ) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:   “Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orangorang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.” Hud: 118-119

 

Sebagian ahli tafsir berpendapat: Mereka berbeda-beda dalam rezeki, yakni berbeda dalam kekayaan dan kemiskinan.

 

Maka wajiblah atas siapa yang dibantu oleh dunianya dan Tuhannya menjadikan dunia itu bermanfaat baginya untuk mensyukuri-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbuat kebaikan, karena amal-amal yang baik itu mencegah kematian buruk.

 

Janganlah ia tertipu oleh dunianya dan cukuplah baginya firman Allah Ta’ala:    “Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” Lugman: 33

 

Dan firman Allah Ta’ala:

 

“Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong.” Al-Hadid: 14

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Alangkah baiknya tidurnya orang-orang yang cerdas dan buka puasanya mereka, bagaimana mereka bisa iri kepada begadangnya orang-orang dungu dan kerja keras mereka. Sungguh amal sebesar zarrah dari orang yang bertakwa dan berkeyakinan lebih baik daripada amal sepenuh bumi dari orang-orang yang tertipu.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Orang yang cerdas ialah siapa yang mengoreksi dirinya dan beramal untuk kehidupan sesudah mati dan orang yang dungu ialah orang yang menuruti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.”

 

Penyair berkata:

 

Barangsiapa memuji dunia untuk sesuatu yang menggembirakannya demi hidupku, tidak lama kemudian ia akan mencelanya bila dunianya pergi, ia menyesal dan jika ia datang, banyaklah beban pikirannya

 

Penyair lain berkata:

 

Demi Allah, andaikata dunia seluruhnya kekal pada kita dan datang rezekinya dalam keadaan berlimpah tidak perlu orang merdeka tunduk kepadanya maka bagaimana pula, sedangkan ia adalah kesenangan yang akan lenyap besok

 

Ibnu Bassam melagukan syair:

 

Celakalah bagi dunia dan hari-harinya ia diciptakan untuk kesedihan kesulitannya tidak berakhir sesaat pun dari raja maupun rakyatnya di dalamnya sungguh mengherankan dunia dan keadaannya ia menjadi musuh dan juga dicintai oleh manusia

 

Penyair lain berkata:

 

Tanyailah hari-hari, apa yang dilakukannya terhadap Kisra, Kaisar, istana-istana dan para penghuninya bukankah dunia menghendaki mereka semuanya untuk berpisah dan tidak meninggalkan orang yang cerdas maupun yang bodoh?

 

Diceritakan bahwa seorang dusun turun di tempat suatu kaum. Mereka menyuguhkan makanan kepadanya, lalu ia makan, kemudian tidur dalam naungan kemah mereka. Kemudian mereka mencabut kemah mereka hingga ia ditimpa panas matahari. Maka ia terbangun, lalu pergi sambil berkata:

 

Sungguh dunia ini seperti bangunan yang engkau dirikan dan pastilah naunganmu akan lenyap pada suatu hari

 

la berkata pula:

 

Ketahuilah dunia ini hanya tempat menginap bagi pengendara setelah selesai dari keperluannya di tempat itu, ia pun pergi

 

Ibnu Mas’ud berkata: Cukuplah takut kepada Allah sebagai ilmu dan cukuplah tertipu oleh syaitan dalam menaati Allah sebagai kebodohan.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mencintai dunia dan gembira dengannya, lenyaplah rasa takut kepada akhirat dari hatinya.”

 

Seorang bijak berkata: Hamba akan dihisab karena sedih atas dunia yang luput darinya dan akan dihisab dengan kegembiraannya di dunia bila ia berkuasa atasnya.

 

Adalah salaf yang shaleh lebih zuhud daripada kalian mengenai apa yang dihalalkan bagi mereka daripada kalian mengenai apa yang diharamkan atas kalian. Sesungguhnya kesalahan yang tidak ada masalah dengannya menurut kalian termasuk hal-hal yang membinasakan menurut mereka. Adalah Umar bin Abdul Aziz sering melagukan bait-bait milik

 

Mas’ar bin Kaddam ini:

 

Siangmu hai orang yang tertipu adalah tidur dan kelalaian

dan malammu adalah tidur dan kebinasaan pasti menimpamu

engkau tertipu oleh sesuatu yang akan musnah

dan gembira dengan angan-angan

seperti pemimpi yang tertipu oleh kenikmatan di dalam tidur

kesibukanmu di dalamnya akan engkau benci akibatnya

demikianlah binatang-binatang hidup di dunia

 

 

 

 

 

Diriwayatkan dari Abi Umamah Al-Bahili bahwa Tsa’labah bin Hathib berkata: Ya Rasulallah, berdoalah kepada Allah agar mengaruniai aku harta.

 

Nabi SAW berkata: Hai Tsa’labah, sedikit harta yang engkau syukuri lebih baik daripada banyak harta yang engkau tidak mampu mensyukurinya.

 

Tsa’labah berkata lagi: Ya Rasulallah. berdoalah kepada Allah agar mengaruniai aku harta.

 

Nabi SAW berkata: Hai Tsa’labah, tidakkah cukup aku menjadi teladan bagimu? Tidakkah engkau senang menjadi seperti nabi Allah Ta’ala? Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikata aku ingin gunung-gunung itu berjalan bersama aku menjadi emas dan perak, niscaya ia berjalan.

 

TIsa’labah berkata: Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai nabi, jika anda berdoa kepada Allah agar mengaruniai aku harta, aku akan berikan kepada setiap yang berhak apa yang menjadi haknya dan aku lakukan begini dan aku lakukan begini.

 

Rasulullah SAW berkata: “Ya Allah, berilah Tsa’labah rezeki berupa harta yang banyak”. Kemudian Tsa’labah memelihara kambing dan tumbuh menjadi banyak seperti cacing berkembang biak. Madinah menjadi sempit baginya. Maka ia menjauh darinya dan turun ke salah satu lembahnya hingga mulai mengerjakan shalat Dhuhur dan Ashar dalam jama’ah dan meninggalkan yang selainnya.

 

Kemudian kambing-kambing itu berkembang biak dan menjadi banyak. Maka ia pun menjauh hingga meninggalkan shalat jama’ah, kecuali Jum’at.

 

Kambing-kambingnya terus berkembang biak seperti cacing berkembang biak hingga ia tinggalkan shalat Jum’at dan apabila bertemu pengendara di hari Jum’at ia tanyakan kepada mereka tentang khabar-khabar Madinah.

 

Rasulullah SAW bertanya: Apa yang dilakukan Tsa’labah bin Hathib?

 

Dijawab: Ya Rasulallah, dia memelihara kambing dan berkembang biak hingga menjadi banyak dan Madinah menjadi sempit baginya.

 

Beliau diberitahu tentang keadaan Tsa’labah seluruhnya. Maka Nabi SAW berkata: Celakalah Tsa’labah, celakalah Tsa’labah, celakalah Tsa’labah.

 

Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat:

 

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenangan jiwa bagi mereka.” At-Taubah: 103

 

Allah Ta’ala menurunkan kewajiban shodaqoh.

 

Maka Rasulullah SAW mengutus seorang lelaki dari suku Juhainah dan seorang lagi dari bani Sulaim untuk mengumpulkan shodaqoh dan menulis surat bagi keduanya untuk mengambil shodaqoh.

 

Beliau menyuruh keduanya mengambil shodaqoh dari kaum muslimin. Nabi SAW berkata: Pergilah kamu berdua kepada Tsa’labah bin Hathib dan si Fulan dari bani Sulaim. Ambillah shodaqoh mereka.

 

Kedua orang itu pergi hingga tiba di tempat Tsa’labah dan meminta shodaqoh darinya. Keduanya membacakan surat Rasulullah SAW.

 

Tsa’labah berkata: Ini adalah jizyah, ini adalah jizyah, ini adalah semacam jizyah. Pergilah hingga kalian selesai, lalu kembalilah kepadaku.

 

Kedua orang itu pergi menuju orang bani Sulaim. la sudah mendengar tentang kedua orang itu. Maka ia menuju unta-untanya yang terbaik, lalu memisahkannya untuk shodaqoh. Kemudian ia menyambut kedua orang itu dengan unta-untanya.

 

Ketika melihatnya, kedua orang itu berkata: Engkau tidak wajib memberikan itu dan kami tidak mau mengambilnya darimu.

 

Orang itu berkata: Ambillah unta-unta itu. Aku memberinya dengan senang hati.

 

Ketika keduanya selesai dari mengumpulkan shodaqoh, mereka kembali ke tempat Tsa’labah dan meminta shodaqoh darinya.

 

Tsa’labah berkata: Tunjukkan kepadaku surat kalian. Kemudian ia membacanya.

 

Ini adalah semacam jizyah. Pergilah kalian hingga aku memutuskan pendapatku.

 

Kedua orang itu pergi hingga menemui Nabi SAW. Ketika melihat keduanya, beliau berkata sebelum berbicara kepada keduanya: “Celakalah Tsa’labah” dan mendoakan orang bani Sulaim itu. Keduanya mengabarkan kepadanya tentang apa yang dilakukan Tsa’labah dan apa yang dilakukan orang bani Sulaim.

 

“Dan di antara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shaleh.

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memang orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” At-Taubah: 75-77

 

Di dekat Rasulullah SAW ada seorang lelaki dari kerabat Tsa’labah. la mendengar ayat-ayat yang diturunkan Allah mengenainya. maka ia pergi hingga menemui Tsa’labah.

 

Orang itu berkata: Semoga engkau tidak punya ibu, hai Tsa’labah.

 

Allah telah menurunkan mengenaimu ayat begini dan begini.

 

Kemudian Tsa’labah pergi hingga menemui Rasulullah SAW dan minta kepadanya agar mau menerima shodaqohnya.

 

Namun Nabi SAW berkata: Sesungguhnya Allah melarangku menerima shodaqoh darimu.

 

Maka Tsa’labah menaburkan tanah di atas kepalanya. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya: Ini adalah akibat perbuatanmu. Aku menyuruhmu, tetapi engkau tidak menaati aku.

 

Ketika Nabi SAW menolak untuk menerima sesuatu darinya, ia pulang ke rumahnya.

 

Ketika Rasulullah SAW wafat, ia membawa shodaqohnya kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., namun ia tidak mau menerimanya. Ia datang kepada Umar ibnul Khaththab r.a. membawa shodaqohnya, namun ia tidak mau menerimanya. Tsa’labah meninggal setelah khilafah Utsman r.a.

 

Diriwayatkan dari Jarir dari Laits, ia berkata: Seorang lelaki menemani Isa putra Maryam alaihis salam. la berkata: Aku ikut bersamamu dan menemanimu.

 

Dua orang itu berjalan hingga tiba di tepi sungai. Keduanya duduk makan siang dan mereka membawa tiga potong roti. Dua orang itu makan dua potong roti dan tersisa satu potong yang ketiga.

 

Kemudian Isa alaihis salam pergi ke sungai, lalu minum, kemudian kembali. Namun ia tidak menemukan roti itu. Maka ia berkata kepada orang itu: Siapa yang mengambil roti itu?

 

Orang itu menjawab: Aku tidak tahu.

 

Isa terus berjalan bersama temannya. Tiba-tiba ia melihat seekor menjangan bersama dua anaknya. Isa memanggil salah satu anaknya, lalu menyembelihnya. la memanggang dagingnya, lalu memakannya bersama orang itu. Kemudian ia berkata kepada anak menjangan itu: Bangunlah dengan izin Allah. Maka ia pun berdiri dan pergi.

 

Kemudian Isa berkata kepada orang itu: Aku bertanya kepadamu demi Tuhan yang menunjukkan tanda (mukjizat) ini kepadamu, siapa yang mengambil roti itu?

 

Orang itu menjawab: Aku tidak tahu.

 

Kemudian kedua orang itu tiba di suatu lembah yang penuh air. Isa memegang tangan orang itu, lalu keduanya berjalan di atas air. Ketika melewati lembah itu, Isa berkata kepadanya: Aku bertanya kepadamu demi Tuhan yang menunjukkan tanda (mukjizat) ini kepadamu, siapa yang mengambil roti itu?

 

Orang itu menjawab: Aku tidak tahu.

 

Kemudian kedua orang itu tiba di padang sahara yang luas, lalu duduk di situ.

 

Kemudian Isa alaihis salam mengumpulkan tanah hingga mencapai gundukan tanah, lalu berkata: Jadilah emas dengan izin Allah Ta’ala.

 

Maka tanah itu berubah menjadi emas. Kemudian Isa membaginya menjadi tiga bagian, lalu berkata: Sepertiga untukku, sepertiga untukmu dan sepertiga untuk orang yang mengambil roti itu.

 

Orang itu berkata: Aku yang mengambil roti itu.

 

Isa berkata: Semuanya untukmu.

 

Kemudian Isa alaihis salam meninggalkannya. Orang itu bertemu dua orang lelaki di padang sahara yang hendak mengambil hartanya dan membunuhnya.

 

Maka ia berkata: Harta ini kita bagi menjadi tiga bagian di antara kita. Maka utuslah salah seorang dari kalian ke desa supaya dia membeli makanan untuk kita makan bersama. Kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka.

 

Orang yang diutus itu berkata: Untuk apa aku membagi harta ini dengan mereka ini. Akan tetapi aku akan menaruh racun dalam makanan ini untuk membunuh kedua orang itu dan mengambil harta itu untukku sendiri. la pun melakukannya.

 

Adapun dua orang yang lain berkata: Untuk apa kita beri orang ini sepertiga harta? Akan tetapi jika ia kembali. kita bunuh dia dan kita berbagi harta ini di antara kita.

 

Ketika orang itu datang, ia pun dibunuh oleh kedua orang itu dan keduanya memakan makanannya sehingga mati semuanya.

 

Maka tinggallah harta itu di padang sahara dan ketiga orang itu mati terbunuh di dekatnya. Isa alaihis salam mendatangi mereka dalam keadaan itu dan berkata kepada para sahabatnya: Inilah dunia, maka waspadalah terhadapnya.

 

Diceritakan bahwa Dzulqarnain mendatangi suatu umat yang tidak mempunyai sesuatu yang biasa dinikmati oleh manusia dari dunia mereka. Mereka menggali kubur. Apabila tiba waktu pagi, mereka merawat kubur-kubur itu dan menyapunya dan mengerjakan shalat di situ.

 

Mereka memakan tanaman seperti binatang dan ditakdirkan bagi mereka mengenai hal itu penghidupan dari tanaman bumi.

 

Dzulqarnain mengutus orang kepada raja mereka. la berkata kepadanya: Penuhilah panggilan Dzulqarnain.

 

Raja itu berkata: Aku tidak butuh kepadanya. Jika ia mempunyai keperluan, biarlah ia datang kepadaku.

 

Dzulqarnain berkata: Raja itu benar. Kemudian Dzulqarnain datang kepadanya.

 

la berkata: Aku mengutus orang kepadamu supaya engkau datang kepadaku, namun engkau menolak. Inilah aku sudah datang.

 

Raja itu berkata: Seandainya aku butuh kepadamu, tentu aku datang kepadamu.

 

Maka Dzulqarnain berkata kepadanya: Kenapa aku lihat kalian dalam keadaan yang aku tidak pernah melihat satu umat pun dalam keadaan itu.

 

Raja menjawab: Apakah itu?

 

Dzulqarnain berkata: Kalian tidak mempunyai dunia dan tidak mempunyai sesuatu harta apapun. Mengapa kalian tidak mencari emas dan perak, lalu bersenang-senang dengannya?

 

Raja menjawab: Sesungguhnya kami tidak menyukai keduanya, karena tidaklah seseorang diberi sesuatu darinya, melainkan nafsunya menginginkan dan mendorongnya untuk mendapatkan yang lebih baik daripada itu.

 

Dzulqarnain berkata: Mengapa kalian menggali kubur dan di waktu pagi kalian merawatnya dan menyapunya dan mengerjakan shalat di situ?

 

Raja menjawab: Kami ingin bila memandang kepadanya dan mengharapkan dunia, kuburan kami mencegah kami dari angan-angan itu.

 

Dzulgarnain berkata: Aku lihat kalian tidak mempunyai makanan, kecuali tanaman dari bumi. Mengapa kalian tidak memelihara hewan ternak, lalu memerah susunya dan menaikinya, lalu bersenang-senang dengannya?

 

Raja menjawab: Kami tidak suka menjadikan perut kami sebagai kuburan baginya dan kami menganggap tanaman bumi sudah cukup bagi kami. Sesungguhnya cukup bagi anak Adam penghidupan yang paling rendah berupa makanan. Makanan apa pun yang melewati mulut, kita tidak mendapatkan rasa apa pun dari makanan itu.

 

Kemudian raja negeri itu mengulurkan tangannya di belakang Dzulgarnain, lalu mengambil sebuah tengkorak.

 

Raja berkata: Ya Dzulgarnain, tahukah engkau siapa ini?

 

Dzulgarnain menjawab: Tidak. Siapa dia?

 

Raja berkata: la adalah seorang raja yang diberi Allah kekuasaan atas penduduk negeri, lalu bertindak zalim dan sombong. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hal itu darinya, Dia menghentikannya dengan kematian. Maka ia pun menjadi seperti batu yang dilemparkan. Allah telah menghitung amalnya hingga membalasnya di akhiratnya.

 

Kemudian ia mengambil tengkorak lain yang sudah rapuh. Raja berkata: Ya Dzulgarnain, tahukah engkau siapa ini?

 

Dzulgarnain menjawab: Aku tidak tahu siapa dia.

 

Raja berkata: Ini adalah raja yang Allah berikan kekuasaan kepadanya sesudah raja yang lalu. la telah melihat perbuatan raja sebelumnya yang bertindak zalim dan sombong. Maka ia merendahkan diri dan tunduk kepada Allah azza wa jalla dan memerintah dengan adil terhadap penduduk kerajaannya. Maka sebagaimana engkau lihat, Allah telah menghitung amalnya hingga membalasnya di akhiratnya.

 

Kemudian ia menunjuk ke kepala Dzulgarnain. la berkata: Kepala ini adalah seperti dua orang ini, maka lihatlah, wahai Dzulgarnain, apa yang engkau lakukan.

 

Maka Dzulgarnain berkata kepadanya: Apakah anda mau menjadi temanku dan aku jadikan anda sebagai saudara, menteri dan sekutu dalam apa yang diberikan Allah kepadaku dari harta ini?

 

Raja menjawab: Aku dan kamu tidak cocok berada dalam satu tempat dan kita tidak cocok untuk bersatu.

 

Dzulgarnain berkata: Mengapa?

 

Raja menjawab: Karena semua orang adalah musuh bagimu dan teman bagiku.

 

Dzulgarnain berkata: Mengapa?

 

Raja menjawab: Mereka memusuhimu karena kekuasaan harta dan dunia yang berada di kedua tanganmu. sedangkan aku tidak menemukan seseorang yang memusuhiku karena aku menolak hal itu dan karena aku mempunyai kebutuhan dan harta yang sedikit.

 

Kemudian Dzulgarnain pergi meninggalkannya dan merasa heran padanya dan mendapat pelajaran darinya.

 

Penyair berkata:

 

Hai orang yang menikmati dunia dan perhiasaannya

sedangkan kedua matanya tidak tidur

karena merasakan berbagai kenikmatan

kau sibukkan dirimu dalam hal yang tidak bisa engkau mencapainya apa yang akan kau katakan kepada Allah

ketika berjumpa dengan-Nya

 

Penyair lain berkata:

 

Kucela dunia karena mengangkat derajat orang bodoh dan mengakhirkan orang berilmu,

maka ia menjawab: ambillah alasan ini

orang-orang bodoh itu anak-anakku,

oleh karena ini kuangkat mereka

dan orang-orang bertakwa adalah

anak-anak maduku yang lain (akhirat)

 

Mahmud Al-Bahili berkata:

 

Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu cobaan atas manusia dalam setiap keadaan, baik ia datang atau pergi jika ia datang, sambutlah selalu dengan rasa syukur dan bila ia pergi, sabarlah dan yakinkan dirimu

 

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa bersedekah sebutir kurma dari penghasilan yang baik (halal) sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah menerimanya dengan tangan kanan-Nya (yakni memberikan keberkahan kepadanya), kemudian menumbuhkannya bagi pelakunya seperti seseorang dari kalian yang menumbuhkan anak kudanya sehingga sesuap makanan akan menjadi seperti Uhud.”

 

Hal itu sesuai dengan firman Allah Ta’ala:

 

“Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima shodaqoh (zakat).” At-Taubah: 104

 

Dan firman Allah Ta’ala:

 

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” Al-Baqarah: 276

 

Nabi SAW bersabda: “Shodaqoh tidak menQur’angi harta dan Allah tidak menambah bagi seorang hamba yang suka memaafkan, melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang merendahkan diri kepada Allah, melainkan Allah azza wa jalla mengangkat derajatnya.”

 

Dalam suatu riwayat oleh Thabarani: “Tidaklah shodaqoh menQur’angi harta dan tidaklah seorang hamba mengulurkan tangannya untuk memberi shodaqoh, melainkan shodaqoh itu diterima oleh Allah dan diridhai-Nya sebelum jatuh di tangan peminta.

 

Dan tidaklah seorang hamba membuka pintu permintaan yang tidak dibutuhkannya, melainkan Allah membuka baginya pintu kemiskinan.

 

Hamba berkata: Hartaku, hartaku.

 

Sesungguhnya ia mendapatkan tiga perkara dari hartanya, yaitu yang ia makan hingga menghabiskannya atau baju yang ia pakai hingga menjadi usang atau yang ia berikan (sebagai sedekah) hingga ia mendapat pahalanya. Adapun yang selain itu akan lenyap dan ia tinggalkan untuk orang lain.”

 

Disebutkan dalam khabar: “Tidaklah seseorang dari kalian, melainkan Allah akan berbicara kepadanya tanpa ada juru bicara antara Allah dan orang itu. Maka ia tidak melihat ke sebelah kanannya, melainkan amal yang sudah dilakukannya dan melihat ke sebelah kirinya, maka ia tidak melihat kecuali amal yang sudah dilakukannya dan melihat di depannya, maka ia tidak melihat kecuali neraka. Maka hindarilah neraka, walaupun dengan menyedekahkan separuh buah kurma.”

 

Disebutkan dalam khabar: “Hendaklah seseorang dari kalian menjauhkan wajahnya dari api neraka, walaupun dengan menyedekahkan separuh buah kurma.”

 

Nabi SAW bersabda: “Shodaqoh memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.”

 

Nabi SAW bersabda: Hai Ka’ab bin Ajrah, sesungguhnya tidak masuk surga daging dan darah yang tumbuh di atas makanan haram. Api neraka akan menimpanya.

 

Hai Ka’ab bin Ajrah, manusia ada dua macam. Yang satu berusaha membebaskan dirinya hingga berhasil membebaskannya dan yang satu lagi membinasakannya.

 

Hai Ka’ab bin Ajrah, shalat adalah ibadah dan puasa adalah perisai dan shodaqoh memadamkan dosa sebagaimana salju yang meleleh di atas batu yang licin.

 

Dalam suatu riwayat: Sebagaimana air memadamkan api.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya shodaqoh memadamkan kemarahan Ar-Rabb dan mencegah kematian buruk.”

 

Dalam suatu riwayat: “Sesungguhnya Allah mencegah 70 macam kematian buruk dengan shodaqoh.”

 

Dalam hadits disebutkan: “Setiap manusia berada dalam naungan shodaqohnya hingga Allah selesai mengadili antara orang-orang.”

 

Nabi SAW bersabda: “Satu dirham bisa mengalahkan seratus dirham.

 

Seorang lelaki berkata: Bagaimana itu, ya Rasulallah?

 

Beliau menjawab: Seorang yang mempunyai harta banyak dan mengambil dari sampingnya seratus ribu dirham dan menyedekahkannya dan seorang yang hanya mempunyai dua dirham, lalu mengambil satu dirham dan menyedekahkannya.

 

Nabi SAW bersabda: “Janganlah engkau menolak orang yang meminta sedekah kepadamu, walaupun dengan memberikan kuku kambing.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tujuh macam orang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan selain naunganNya …. hingga beliau bersabda: “Dan seorang yang mengeluarkan sedekah, lalu menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dinafkahkan oleh tangan kanannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Perbuatan-perbuatan baik mencegah kematian buruk dan shodaqoh rahasia memadamkan kemarahan Ar. Rabb dan silaturrahim menambah umur.”

 

Dalam riwayat Thabarani: “Perbuatan-perbuatan baik mencegah kematian buruk dan shodaqoh secara sembunyi memadamkan kemarahan Ar-Rabb dan silaturrahim menambah umur dan perbuatan baik adalah shodaqoh.

 

Orang yang suka berbuat kebaikan di dunia adalah orang yang berbuat kebaikan di akhirat da orang yang suka berbuat keburukan di dunia adalah orang yang berbuat keburukan di akhirat. Yang pertama masuk surga adalah orang yang suka berbuat kebaikan.

 

Dalam riwayat lain oleh Thabarani dan Ahmad: Seorang lelaki berkata: Apa balasan shodaqoh, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Berlipat-lipat kali dan mendapat tambahan di sisi Allah.

 

Kemudian beliau membaca:

 

“Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” Al-Baqarah: 245

 

Dikatakan: Ya Rasulallah, shodaqoh mana yang lebih utama?

 

Beliau menjawab: Shodaqoh rahasia kepada orang miskin atau dalam keadaan sulit dari seorang miskin.

 

Kemudian beliau membaca:

 

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang fakir, maka menyembunyikannya itu lebih baik bagimu.” Al-Baqarah: 271

 

Orang muslim mana yang memberi pakaian baju kepada seorang muslim yang telanjang, Allah Ta’ala memberinya pakaian surga. Orang muslim mana yang memberi makan orang muslim yang lapar, Allah Ta’ala memberinya makanan dari buah-buahan surga. Orang muslim mana yang memberi minum orang muslim yang haus, Allah Ta’ala memberinya minum dari Ar-Rahiqul makhtum.

 

Shodaqoh kepada orang miskin adalah shodaqoh dan shodaqoh kepada kerabat mendapat dua pahala, yaitu pahala shodaqoh dan silaturrahim.

 

Dikatakan: Ya Rasulallah, shodaqoh apa yang lebih utama? Beliau menjawab: Shodaqoh kepada kerabat yang memendam permusuhan dalam hatinya kepadamu.

 

Setiap pinjaman adalah shodaqoh. Dalam suatu riwayat pada jama’ah: “Aku melihat pada malam Isra”. Tertulis di pintu surga: Shodaqoh dibalas dengan sepuluh kali lipat dan pinjaman (utang) dibalas dengan delapan belas.”

 

“Barangsiapa memberi kemudahan atas orang yang sulit membayar utang, Allah memberi kemudahan atasnya di dunia dan akhirat.”

 

Dikatakan: Pengamalan Islam apakah yang lebih baik?

 

Nabi SAW menjawab: Engkau beri makanan kepada orang lain dan engkau ucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal. Dikatakan:

 

Beritahulah aku tentang segala sesuatu.

 

Nabi SAW menjawab: Segala sesuatu diciptakan dari air.

 

Maka aku katakan: Beritahulah aku tentang sesuatu amal yang apabila aku mengerjakannya, maka aku masuk surga.

 

Nabi SAW berkata: “Berilah makanan, sebarkan salam, sambunglah hubungan dengan kerabat, kerjakan sholat di waktu malam ketika Orang-orang sedang tidur, niscaya engkau masuk surga dengan selamat.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sembahlah Ar-Rahman (Tuhan yang Maha Pengasih) dan berilah makanan dan sebarkan salam, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.”

 

“Sembahlah Ar-Rahman, berilah makanan dan sebarkan salam, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.”

 

“Termasuk hal-hal yang menimbulkan rahmat adalah pemberian makanan kepada orang muslim yang miskin.”

 

“Barangsiapa memberi makan saudaranya hingga mengenyangkannya dan memberinya minum hingga mengenyangkannya, Allah menjauhkannya dari neraka sejauh tujuh parit dan jarak di antara dua parit perjalanan 500 tahun.”

 

Allah azza wa jalla berkata pada hari kiamat: Hai anak Adam, Aku sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku.

 

Orang itu berkata: Bagaimana aku menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?

 

Allah menjawab: Tidakkah engkau mengetahui bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu bahwa seandainya engkau menjenguknya, tentu engkau dapati Aku di sisinya?

 

Hai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberi-Ku makan?

 

Orang itu berkata: Ya Tuhanku, bagaimana Aku memberi makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?

 

Allah menjawab: Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan? Tidakkah engkau tahu bahwa seandainya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapatkan itu di sisi-Ku.

 

Hai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberiku minum.

 

Orang itu berkata: Ya Tuhanku, bagaimana aku memberimu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan sekalian alam?

 

Allah menjawab: Hamba-Ku si Fulan meminta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya minum. Tidakkah engkau tahu bahwa seandainya engkau memberinya minum, niscaya engkau dapati hal itu di sisi-Ku?

 

 

Allah Ta’ala berfirman:   “dan hendaklah kalian saling menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” Al-Maidah: 2

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berjalan dalam membantu saudaranya dan memberinya manfaat, maka ia mendapat pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah mempunyai makhluk (manusia) yang diciptakan-Nya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang. Dia bersumpah atas diri-Nya untuk tidak menyiksa mereka dengan api. Pada hari kiamat diletakkan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka berbicara kepada Allah Ta’ala di saat orang-orang menjalani hisab.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berusaha memenuhi hajat saudaranya sehingga hajatnya dipenuhi atau tidak dipenuhi, Allah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang kemudian dan menetapkan baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari neraka dan kebebasan dari sifat munafik.”

 

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa berjalan dalam usaha memenuhi hajat saudaranya yang muslim, Allah menetapkan baginya dengan setiap langkah tujuh puluh kebaikan dan menghapus darinya tujuh puluh dosa.

 

Jika hajatnya terpenuhi melalui kedua tangannya, ia pun keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Jika ia meninggal dalam usahanya itu, ia pun masuk surga tanpa dihisab.”

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berjalan bersama saudaranya yang muslim dalam memenuhi suatu hajat dan menasehatinya dalam hajat itu, Allah menjauhkan antara dia dan neraka sejauh tujuh parit dan antara parit yang satu dengan parit yang lain jaraknya seperti antara langit dan bumi.”

 

Diriwayatkan dari ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai nikmat-nikmat pada orang-orang yang ditetapkannya pada mereka selama mereka memenuhi hajat orang banyak dan selama mereka tidak jemu. Jika mereka jemu. Allah memindahkan nikmat-nikmat itu kepada selain mereka.”

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW berkata: “Tahukah kalian apa yang dikatakan singa ketika mengaum!?

 

Para sahabat menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW berkata: la mengatakan: “Ya Allah, jangan jadikan aku memangsa seseorang yang suka berbuat kebaikan.”

 

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a. yang menisbatkannya kepada Nabi SAW: Apabila seseorang dari kalian hendak melaksanakan hajat, hendaklah ia berusaha untuknya di pagi hari Kamis dan membaca ketika keluar dari rumahnya akhir surah Ali Imran dan ayat Al-Kursiy dan Innaa anzalnaahu fi lailatil Qadri dan Ummul Kitab (Al-Fatihah), karena semua itu mengandung hajat-hajat dunia dan akhirat.”

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Hasan bin Hasan radhiyallahu ta’ala anhum, ia berkata: Aku mendatangi pintu Umar bin Abdul Aziz untuk suatu keperluan.

 

Maka Umar berkata: Jika engkau mempunyai suatu keperluan kepadaku, utuslah seorang utusan atau tulislah sepucuk surat untukku, karena aku malu kepada Allah melihatmu di pintuku.

 

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa ia berkata: Demi Tuhan yang pendengaran-Nya menjangkau semua suara, tidaklah seseorang memasukkan kegembiraan dalam sebuah hati, melainkan Allah Ta’ala menciptakan kelembutan dari kegembiraan itu.

 

Apabila musibah menimpanya, kelembutan itu mengalir kepadanya seperti air yang turun mengalir hingga menghalau musibah itu seperti menghalau unta yang asing.

 

Ali berkata pula: Gagalnya suatu hajat lebih ringan daripada memintanya dari orang yang bukan ahlinya.

 

Ali berkata: Janganlah engkau sering meminta hajat kepada saudaramu, karena anak sapi itu apabila terlalu banyak mengisap susu induknya, ia pun ditanduk oleh induknya.

 

Penyair berkata:

 

Janganlah kau putuskan kebiasaan berbuat baik

dari seseorang selama engkau mampu,

sedangkan hari-hari silih berganti

dan ingatlah keutamaan pemberian Allah

ketika orang-orang membutuhkanmu

dan engkau tidak membutuhkan mereka

 

Penyair lain berkata:

 

Penuhilah hajat-hajat selama engkau mampu dan singkirkan kesusahan saudaramu sebaik-baik hari seorang pemuda adalah

hari ketika ia memenuhi hajat-hajat orang lain.

 

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa berwudhu dengan sebaik-baiknya dan mengerjakan shalat dua raka’at dan tidak berbicara kepada hatinya dalam dua raka’at itu tentang urusan dunia, ia pun keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya. Dalam lafadh lain: Dan ia tidak lupa dalam kedua raka’at itu, ia pun diampuni dosanya yang terdahulu.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Maukah aku beritahukan kepada kalian amal yang dengan sebabnya Allah menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat-derajat? Yaitu menyempurnakan wudhu dalam keadaan yang tidak menyenangkan, melangkahkan kaki menuju masjid dan menunggu shalat sesudah shalat. Itulah jihad (tiga kali).”

 

Rasulullah SAW berwudhu sekali sekali dan berkata: Ini adalah wudhu yang Allah tidak menerima shalat, kecuali dengannya.

 

Rasulullah SAW berwudhu dua kali dua kali dan berkata: Barangsiapa berwudhu dua kali dua kali, Allah memberinya pahala dua kali.

 

Rasulullah SAW berwudhu tiga kali tiga kali dan berkata: Ini adalah wudhu’ku dan wudhu para nabi sebelum aku dan wudhu Khalilur Rahman Ibrahim alaihis salam.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengingat Allah ketika berwudhu, Allah menyucikan tubuhnya seluruhnya. Dan siapa yang tidak mengingat Allah, maka tidaklah disucikan darinya, kecuali bagian tubuh yang terkena air.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berwudhu dalam keadaan suci, Allah menetapkan baginya dengan wudhu itu sepuluh kebaikan.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Wudhu di atas wudhu adalah cahaya di atas cahaya.”

 

Semua ini adalah dorongan untuk memperbarui wudhu.

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila hamba yang muslim berwudhu, lalu berkumur, keluarlah dosa-dosa dari mulutnya. Apabila ia mengeluarkan air dari hidungnya, keluarlah dosa-dosa dari hidungnya. Apabila ia membasuh mukanya, keluarlah dosa-dosa dari mukanya hingga keluar dari bawah bulu-bulu kedua matanya.

 

Apabila ia membasuh kedua tangannya, keluarla dosa-dosa dari kedua tangannya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya.

 

Apabila ia mengusap kepalanya, keluarlah dosa-dosa dari kepalanya hingga keluar dari bawah kedua telinganya.

 

Apabila ia membasuh kedua kakinya, keluarlah dosa-dosa dari kedua kakinya hingga keluar dari bawah kuku-kuku dari kedua kakinya. kemudian jalannya menuju masjid dan shalatnya adalah tambahan baginya.”

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa berwudhu dengan baik, kemudian mengangkat pandangannya ke langit, lalu mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dibukalah baginya pintu-pintu surga yang delapan dan ia bisa masuk dari pintu manapun yang dikehendakinya.”

 

Umar r.a. berkata: Sesungguhnya wudhu yang baik menghalau syaitan darimu.

 

Mujahid berkata: Barangsiapa sanggup tidur di waktu malam dalam keadaan suci, berdzikir dan memohon ampun, hendaklah ia lakukan, karena arwah dibangkitkan dalam keadaan ketika ia dicabut.

 

Diriwayatkan bahwa Umar ibnul Khaththab r.a. mengutus seorang lelaki sahabat Rasulullah SAW ke Mesir untuk mengambil Kiswah Ka’bah. Orang itu berhenti di wilayah Syam di samping sebuah biara pendeta Yahudi dan pendeta itu tidak lebih alim darinya.

 

Maka utusan Umar ingin bertemu dengannya dan mendengar ilmunya dari orang itu. Kemudian ia mendatanginya dan minta dibukakan pintu rumahnya.

 

Namun pendeta Yahudi itu lama tidak membukanya. Kemudian ia masuk kepada ulama itu dan bertanya kepadanya supaya bisa mendengar darinya. Maka ia merasa kagum pada ilmunya. Kemudian ia mengeluh karena lama menunggu di depan pintunya.

 

Maka pendeta itu menjawab: Kami melihatmu ketika engkau mendatangi kami dalam keadaan takut kepada raja sehingga kami takut kepadamu. Sesungguhnya kami menahanmu di pintu, karena Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata kepada Musa: Hai Musa, apabila engkau takut raja, maka berwudhulah dan suruhlah keluargamu berwudhu, karena siapa yang berwudhu, ia pun dalam perlindunganKu dari apa yang ia takutkan.

 

Maka kami tutup pintu di depanmu hingga aku berwudhu dan juga semua yang ada di dalam rumah dan kami kerjakan shalat. Maka kami merasa aman darimu karena itu, kemudian kami buka pintu itu untukmu.

 

 

Oleh karena shalat adalah ibadah yang paling utama, kami ulangi dorongan untuk mengerjakannya dengan mengikuti kitab Allah Yang Maha Mulia.

 

Di antara yang disebutkan mengenai keutamaannya ialah sabda Nabi SAW: “Tiada pemberian yang diberikan kepada seorang hamba yang lebih baik daripada izin yang diberikan kepadanya untuk mengerjakan shalat dua raka’at.”

 

Berkata Muhammad ibnu Sirin rahimahullah: “Andaikata aku disuruh memilih antara dua raka’at daripada surga, niscaya aku memilih dua raka’at daripada surga, karena dalam dua raka’at itu terdapat ridha Allah Ta’ala, sedangkan di dalam surga terdapat keridhaanku.”

 

Diriwayatkan bahwa ketika Allah Ta’ala menciptakan tujuh lapis langit, Allah memenuhinya dengan para malaikat dan ibadah mereka dengan shalat. Mereka tidak berhenti sesaat pun. Maka Allah menetapkan bagi penghuni setiap langit satu macam ibadah. Ada penghuni langit yang berdiri di atas kaki-kaki mereka hingga saat ditiupnya sangkakala. Ada penghuni satu langit yang rukuk saja, ada penghuni langit yang sujud saja dan ada penghuni langit yang menurunkan sayap-sayapnya karena takut kepada Allah Ta’ala.

 

Adapun para malaikat penunggu Illiyyin dan para malaikat pemikul Arsy berdiri mengelilingi Arsy. Mereka bertasbih memuji Tuhan mereka dan memohon ampun bagi penghuni bumi.

 

Kemudian Allah mengumpulkan semua itu dalam satu shalat sebagai kemuliaan bagi kaum mukminin hingga mereka mempunyai bagian dari ibadah penghuni setiap langit.

 

Bekal mereka adalah Al-Qur’an yang mereka baca di dalam shalat. Maka mereka dituntut untuk mensyukurinya dan cara mensyukurinya ialah mengerjakannya dengan syarat-syarat dan batas-batasnya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka). Al-Baqarah: 3

 

Dan Allah berfirman:   (dan dirikanlah shalat). Al-Muzammil: 20.

 

Dan Allah berfirman:   (dan orang-orang yang mendirikan shalat). Hud: 114.

 

Dan Allah berfirman:   (dan orang-orang yang mendirikan shalat). An-Nisa’: 162.

 

Maka engkau tidak menemukan sebutan shalat di suatu tempat dari Al-Qur’an, melainkan dengan menyebut “iqamat” (mendirikan) nya. Ketika menyebutkan kaum munafik, Allah berfirman:   (Al-Ma’un: 4-5).

 

Maka Allah menamai mereka “al-mushalliin” dan menamai “kaum yang beriman” al-muqiiminash shalaata (dan orang-orang yang mendirikan shalat).

 

Hal itu untuk memberitahu bahwa orang-orang yang shalat banyak, sedangkan orang-orang yang mendirikan shalat sedikit.

 

Orang-orang yang lalai mengerjakan amal-amal dengan terburu-buru dan tidak mengingat hari ketika amal-amal itu ditunjukkan kepada Allah apakah diterima atau ditolak.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya di antara kalian ada yang mengerjakan shalat dan tidak ditulis baginya dari shalatnya, kecuali sepertiganya atau seperempatnya atau seperlimanya atau seperenamnya hingga beliau menyebut sepersepuluhnya.”

 

Yakni tidak ditulis baginya dari shalatnya, kecuali yang ia pahami darinya.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dua raka’at dan menghadap Allah dengan hatinya, ia pun keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”

 

Sesungguhnya kedudukan shalat hamba menjadi besar apabila hamba memusatkan perhatiannya kepada Allah: Apabila ia tidak memusatkan perhatian pada shalatnya dan lalai denga bisikan hati, maka ia seperti orang yang berdiri menghadap pintu raja untuk meminta maaf atas kesalahannya.

 

Ketika tiba di pintu raja, ia berdiri di depannya dan berhadapan dengan raja. Akan tetapi orang yang berdiri itu menoleh ke kanan dan ke kiri sehingga raja itu tidak memenuhi keperluannya. Sesungguhnya raja itu memperhatikannya sesuai dengan kadar perhatian orang itu.

 

Demikian pula shalat. Apabila hamba masuk di dalamnya sedangkan ia lalai darinya, maka shalatnya tidak diterima.

 

Ketahuilah bahwa perumpamaan shalat adalah seperti walimah yang diadakan raja dan ia sediakan di situ berbagai macam makanan dan minuman.

 

Setiap macam mempunyai kelezatan dan dalam setiap macam terdapat manfaat dan ia mengundang orang-orang kepadanya.

 

Begitu pula shalat. Ar-Rabb (Allah) mengundang mereka kepadanya dan menyediakan bagi mereka di dalamnya berbagai macam perbuatan dan dzikir, lalu menyuruh mereka beribadah dengannya supaya mereka merasakan kenikmatan dengan setiap macam ubudiyah. Maka perbuatan-perbuatan itu seperti makanan dan dzikir-dzikir itu seperti minuman.

 

Diriwayatkan bahwa dalam shalat terdapat 12.000 perkara. kemudian dikumpulkan dalam 12 perkara. Maka siapa yang ingin mengerjakan shalat, ia harus memelihara dua belas perkara ini supaya shalatnya menjadi sempurna, yaitu enam perkara sebelum masuk dalam shalat dan enam perkara ada di dalamnya.

 

Yang pertama adalah ilmu, karena Nabi SAW bersabda: “Amal sedikit disertai ilmu lebih baik daripada amal banyak dalam kebodohan.”

 

Yang kedua adalah berwudhu, Nabi SAW bersabda: “Tidak sah shalat, kecuali dengan bersuci.”

 

Yang ketiga adalah berpakaian. Allah Ta’ala berfirman:   (pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid). Yakni pakailah pakaianmu pada setiap shalat.

 

Yang keempat adalah memelihara waktu berdasarkan firman Allah azza wa jalla:  (Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman). An-Nisa’: 103.

 

Yang kelima adalah menghadap kiblat berdasarkan firman Allah azza wa jalla:

 

“Hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, hadapkanlah mukamu ke arahnya.” Al-Baqarah: 144 Yang keenam adalah niat, berdasarkan sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya amal-amalmu bergantung pada niat dan setiap orang mendapat balasan dari apa yang diniatkannya.”

 

Yang ketujuh adalah takbir berdasarkan sabda Nabi SAW:   (Yang mengharamkan shalat (dari amalan lainnya) adalah takbir dan yang menghalalkannya adalah ucapan salam).

 

Yang kedelapan adalah berdiri. Allah Ta’ala berfirman:   (Al-Baqarah: 238) yakni shalatlah dengan berdiri.

 

Yang kesembilan: Membaca Al-Fatihah berdasarkan firman Allah Ta’ala:   (maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an). Al-Muzzammil: 20.

 

Yang kesepuluh adalah rukuk berdasarkan firman Allah azza wa jalla:  , (Al-Baqarah: 43).

 

Yang kesebelas adalah sujud berdasarkan firman Allah azza wa jalla:  , (Fushshilat: 37).

 

Yang kedua belas adalah duduk berdasarkan sabda Nabi SAW: “Apabila seseorang mengangkat kepalanya dari sujud terakhir, lalu duduk selama tasyahhud, maka selesailah shalatnya.”

 

Apabila engkau sudah mengerjakan dua belas perkara ini, maka dibutuhkan penutup, yaitu keikhlasan, supaya perkara-perkara ini menjadi sempurna, karena Allah Ta’ala berfirman:  (Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya). Az-Zumar: 2.

 

Adapun ilmu ada tiga macam. Yang pertama ialah mengetahui mana yang fardhu dan yang sunnah. Yang kedua ialah mengetahui yang fardhu dan sunnah pula dari wudhu, karena hal itu merupakan kesempurnaan shalat. Yang ketiga ialah mengetahui tipu daya syaitan sehingga bisa memeranginya dengan sekuat tenaga.

 

Adapun kesempurnaan wudhu ada tiga perkara: Yang pertama ialah engkau bersihkan hatimu dari dendam, dengki dan khianat.

 

Yang kedua ialah engkau bersihkan badan dari dosa-dosa dan yang ketiga ialah engkau sucikan anggota-anggota tubuh dengan sempurna tanpa berlebihan dalam menggunakan air.

 

Adapun kesempurnaan pakaian ada tiga perkara. Yang pertama ialah berasal dari halal. Yang kedua ialah suci dari najasah dan yang ketiga ialah sesuai dengan sunnah dan tidak memakainya untuk membanggakan diri dan kesombongan.

 

Adapun memelihara waktu adalah dalam tiga perkara: Yang pertama ialah engkau memandang ke langit, matahari dan bintang untuk mengetahui kehadiran waktu. Yang kedua ialah engkau dengarkan adzan. Yang ketiga ialah hatimu selalu memikirkan dan menjaga waktu.

 

Adapun kesempurnaan menghadap kiblat adalah dalam tiga perkara. Yang pertama adalah menghadap kiblat dengan wajahmu. Yang kedua ialah engkau hadapkan hatimu kepada Allah dan yang ketiga ialah engkau bersikap khusyu’ dan tunduk.

 

Adapun kesempurnaan niat adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau harus mengetahui shalat apa yang engkau kerjakan. Yang kedua ialah engkau harus mengetahui bahwa engkau berdiri di hadapan Allah Ta’ala sedangkan Dia melihatmu. Maka engkau berdiri dengan rasa takut. Yang ketiga ialah engkau harus mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatimu sehingga engkau kosongkan hatimu dari urusan dunia.

 

Adapun kesempurnaan takbir adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau bertakbir dengan takbir yang benar dan tegas. Yang kedua ialah engkau angkat kedua tanganmu di depan kedua telingamu. Yang ketiga ialah hatimu hadir. Maka engkau bertakbir dengan mengagungkan Allah.

 

Adapun kesempurnaan berdiri adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau arahkan pandanganmu ke tempat sujudmu. Yang kedua ialah engkau tujukan hatimu kepada Allah dan yang ketiga ialah engkau jangan menoleh ke kanan dan ke kiri.

 

Adapun kesempurnaan bacaan adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau baca Al-Fatihah dengan bacaan yang benar dengan tartil tanpa kesalahan. Yang kedua ialah engkau baca dengan tafakkur dan memahami makna-maknanya dan yang ketiga ialah engkau amalkan apa yang engkau baca.

 

Adapun kesempurnaan rukuk adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau ulurkan punggungmu, jangan menundukkannya dan jangan mengangkatnya. Yang kedua ialah engkau letakkan kedua tanganmu di atas kedua lututmu dan engkau renggangkan di antara jari-jarimu dan yang ketiga ialah engkau rukuk dengan tenang dan mengucapkan tasbih dengan mengagungkan Allah dan hormat.

 

Adapun kesempurnaan sujud adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau letakkan kedua tanganmu sejajar dengan kedua telingamu. Yang kedua ialah jangan membentangkan kedua tanganmu dan yang ketiga ialah engkau tenang dan bertasbih dengan mengagungkan Allah.

 

Adapun kesempurnaan duduk adalah dalam tiga perkara. Yang pertama engkau duduk di atas kakimu yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan. Yang kedua ialah engkau baca tasyahhud dengan penuh pengagungan kepada Allah dan mendoakan untuk dirimu dan kaum mukminin. Yang ketiga ialah engkau ucapkan salam dengan sempurna.

 

Adapun kesempurnaan salam ialah dengan niat yang benar dari hatimu bahwa salammu adalah untuk para malaikat pencatat dan Orang-orang lelaki dan perempuan di sebelah kananmu begitu pula di sebelah kirimu, dan janganlah pandanganmu melewati kedua pundakmu.

 

Adapun kesempurnaan ikhlas adalah dalam tiga perkara. Yang pertama ialah engkau meminta ridha Allah dengan shalatmu dan tidak meminta ridha manusia. Yang kedua ialah engkau melihatnya sebagai taufik dari Allah Ta’ala dan yang ketiga ialah engkau memeliharanya hingga engkau membawanya pada hari kiamat, karena Allah Ta’ala berfirman:   (Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan). Al-Qashash: 84, dan tidak mengatakan: Barangsiapa berbuat kebaikan.

 

 

 

 

Diriwayatkan bahwa Aisyah r.a. berkata: Aku katakan kepada Rasulullah SAW: Apakah kekasih mengingat kekasihnya?

 

Nabi SAW menjawab: Adapun di tiga tempat, ia tidak ingat, yaitu di tempat Mizan (timbangan amal) hingga ia mengetahui apakah timbangannya ringan atau berat. Dan ketika lembaran-lembaran catatan amal beterbangan hingga ia mengetahui apakah kitabnya diberikan di sebelah kanannya atau di sebelah kirinya.

 

Dan ketika keluar leher dari api menangkap mereka. ia berkata: Aku ditugasi dengan tiga perkara: Aku ditugasi menyiksa orang yang menyembah tuhan selain Allah dan setiap orang yang sombong dan keras kepala dan setiap orang yang tidak beriman pada hari perhitungan (kiamat). Kemudian ia menangkap mereka hingga melemparkan mereka di dalam neraka.

 

Neraka mempunyai jembatan yang lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang. Di atasnya ada banyak pengait dan duri dan manusia berjalan di atasnya, ada yang seperti kilat menyambar dan ada yang seperti angin kencang ….. (al hadits).

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Ketika Allah selesai dari menciptakan langit dan bumi, Dia menciptakan sangkakala, kemudian memberikannya kepada Israfil.

 

la letakkan sangkakala itu pada mulutnya sambil mengarahkan pandangannya ke Arsy menunggu kapan ia diperintah untuk Meniupnya.

 

Abu Hurairah berkata: Aku katakan: Ya Rasulallah, apa itu ash. shuur (sangkakala)?

 

Nabi SAW menjawab: la adalah tanduk dari cahaya.

 

Aku katakan: Ya Rasulallah, bagaimana bentuknya?

 

Nabi SAW menjawab: Lingkarannya besar. Demi Tuhan yang mengutusku sebagai nabi, sungguh besar lingkarannya seperti lebarnya langit dan bumi. la meniup di dalamnya tiga kali: yaitu sekali untuk menimbulkan ketakutan, sekali untuk menimbulkan kematian dan sekali untuk membangkitkan.

 

Maka keluarlah para arwah seakan-akan lebah dan memenuhi ruang antara langit dan bumi, lalu masuk ke dalam tubuh-tubuh dari lubang hidung.

 

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Aku adalah manusia pertama yang keluar dari bumi.”

 

Dalam khabar lain disebutkan: Apabila Allah Ta’ala menghidupkan Jibril, Mikail dan Israfil, mereka turun ke kubur Nabi SAW membawa Burag dan pakaian-pakaian dari surga.

 

Kemudian Nabi SAW keluar dari bumi. Beliau memandang kepada Jibril dan berkata: Hai Jibril, hari apa ini?

 

Jibril menjawab: Ini adalah hari kiamat, ini adalah hari Al Haaqqah, ini adalah hari Al-Qaari’ah.

 

Nabi SAW berkata: Ya Jibril, apa yang dilakukan Allah terhadap umatku?

 

Jibril menjawab: Gembiralah, karena engkau adalah manusia pertama yang keluar dari bumi.

 

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: Allah Ta’ala berkata: Hai golongan jin dan manusia, sesungguhnya Aku nasihati kalian. Itu adalah amal-amalmu di dalam lembaran-lembaran catatanmu. Barangsiapa mendapati kebaikan, hendaklah ia memuji Allah Ta’ala. Dan siapa yang mendapati selain itu, maka janganlah ia menyalahkan, kecuali dirinya.

 

Diceritakan dari Yahya bin Mu’adz Ar-Razi bahwa dibacakan dalam majelisnya:   (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih sebagai perutusan yang terhormat). Maryam: 85. Yakni sambil menaiki kendaraan.

 

  (Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan haus). Maryam: 86. Yakni berjalan kaki dalam keadaan haus.

 

Maka Yahya berkata: Hai orang-orang sekalian, tunggulah, tunggulah. Besok kalian akan dihimpun ke tempat berkumpul dan datang dari berbagai penjuru, kelompok demi kelompok. Kalian berdiri di hadapan Allah sendiri-sendiri dan akan ditanyai tentang perbuatanmu huruf demi huruf. Para wali dituntun kepada Ar-Rahman dalam kelompok-kelompok dan orang-orang yang durhaka dihalau ke tempat siksaan Allah sambil berjalan dalam keadaan haus dan mereka masuk neraka dalam keadaan rusak.

 

Hai saudara-saudaraku, di hadapanmu ada hari yang lamanya 50.000 tahun, hari Al-Aazifah, hari ketika semua manusia menghadap Tuhan semesta alam.

 

la adalah hari kesedihan dan penyesalan, hari pemeriksaan amal, hari perhitungan, hari pertanyaan, hari terdengar jeritan, hari AlHaaqqah, hari Al-Qaari’ah dan hari kebangkitan.

 

la adalah hari di mana manusia melihat apa yang telah dilakukan kedua tangannya. la adalah hari ditampakkan kesalahan-kesalahan. la adalah hari di mana wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah menjadi hitam.

 

la adalah hari di mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali siapa yang mendatangi Allah dengan hati yang bersih.

 

la adalah hari di mana tidak bermanfaat bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka dan bagi mereka laknat dan bagi mereka tempat yang buruk.

 

Muqatil bin Sulaiman berkata: Umat manusia berdiri pada hari kiamat selama seratus tahun tidak berbicara, seratus tahun dalam kegelapan merasa bingung dan seratus tahun berdesak-desakan dan bertengkar di dekat Tuhan mereka.

 

Sesungguhnya hari kiamat yang lamanya 50.000 tahun sebagaimana yang kamu hitung ternyata bagi orang mukmin yang mukhlis berlalu seperti shalat fardhu yang paling ringan.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tidak bergeser kedua telapak kaki seorang hamba hingga ia ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dalam amal apakah ia menghabiskannya, tentang tubuhnya bagaimana ia memanfaatkannya, tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana ia menghasilkannya dan dalam keperluan apa ia menafkahkannya.”

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a. dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:

 

“Tidaklah seorang nabi, melainkan ia mempunyai doa mustajab dan ia menyegerakannya di dunia dan aku sembunyikan doaku sebagai syafa’atku bagi umatku di hari kiamat.”

 

 

Diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Didatangkan jahannam pada hari kiamat. la mempunyai 70.000 tali kendali dan bersama setiap tali kendali ada 70.000 malaikat yang menariknya.”

 

Disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda mengenai besarnya para malaikat penjaga jahannam yang diisyaratkan kepadanya dengan firman Allah Ta’ala:

 

“Malaikat-malaikat yang kasar, yang keras.” At-Tahrim: 6

 

Setiap malaikat, jarak antara kedua pundaknya sejauh perjalanan setahun dan masing-masing dari mereka mempunyai kekuatan yang andaikata dia memukul sebuah gunung dengan cambuk yang ada di tangannya, maka hancurlah gunung itu. la mendorong dengan sekali pukulan 70.000 orang ke dalam dasar neraka.

 

Adapun firman Allah Ta’ala:

 

“Di atasnya ada sembilan belas malaikat penjaga.” Al-Muddatstsir: 30

 

Yang dimaksud dengan mereka ialah para pemimpin Zabaniyah (malaikat penyiksa). Kalau tidak, maka mereka adalah para malaikat penjaga neraka. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka, kecuali Allah Ta’ala.   (Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu, melainkan Dia sendiri). Al-Muddatstsir: 31.

 

Ibnu Abbas r.a. ditanya tentang luasnya jahannam. la menjawab: Demi Allah, aku tidak mengetahui luasnya. Akan tetapi telah sampai khabar kepadaku bahwa antara daun telinga masing-masing malaikat penyiksa dan pundaknya berjarak perjalanan 70 tahun dan di neraka terdapat lembah-lembah yang mengalir di dalamnya nanah dan darah.

 

Disebutkan dalam hadits Tirmidzi bahwa tebalnya setiap dinding neraka adalah sejauh perjalanan 40 tahun.

 

Diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya apimu ini adalah satu bagian dari 70 bagian panasnya jahannam.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, kalau begitu sungguh sudah cukup panasnya.

 

Nabi SAW berkata: la sudah dilebihkan darinya dengan 69 bagian yang semuanya sama panasnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Andaikata seorang penghuni neraka mengeluarkan telapak tangannya kepada penghuni dunia, niscaya terbakarlah dunia karena panasnya.

 

Andaikata penjaga jahannam dikeluarkan ke dunia hingga mereka melihatnya, niscaya matilah penghuni dunia ketika melihatnya karena kemarahan Allah Ta’ala yang ditampakkan padanya.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya bahwa ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba terdengar suara keras. Maka Nabi SAW berkata: Tahukah kalian, suara apa itu?

 

Kami menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW menjawab: Ini adalah batu yang dilemparkan dalam neraka jahannam sejak 70 tahun dan jatuh sekarang di neraka ketika sampai ke dasarnya.

 

Adalah Umar ibnul Khaththab berkata: Seringlah kalian mengingat neraka, karena panasnya dahsyat dan dasarnya jauh dan cambuk-cambuknya dari besi.

 

Ibnu Abbas berkata: Api neraka mencaplok penghuninya seperti burung mematuk biji. Ia ditanya pula tentang firman Allah Ta’ala:

 

“Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.” Al-furqan: 12

 

Apakah mereka mempunyai dua mata?

 

Ibnu Abbas menjawab: Ya. Tidakkah kalian mendengar sabda Nabi SAW: “Barangsiapa berdusta kepadaku dengan sengaja, biarlah ia menduduki tempatnya di antara kedua mata neraka.”

 

Dikatakan: Ya Rasulallah, apakah neraka mempunyai dua mata?

 

Nabi SAW menjawab: Tidakkah kalian mendengar firman Allah Ta’ala:   (Al-Furqan: 12).

 

Hal ini dikuatkan oleh hadits: “Keluar leher dari api neraka yang mempunyai dua mata dan bisa melihat dan lidah yang bisa berbicara. Leher api itu berkata: Hari ini aku ditugaskan untuk menyiksa manusia yang menyembah Tuhan selain Allah. Sungguh ia lebih mampu melihat mereka daripada burung yang melihat biji Simsim, lalu mematuknya.

 

Adapun sifat Mizan, disebutkan dalam hadits bahwa sisi timbangan kebaikan adalah dari cahaya dan sisi timbangan dosa dari kegelapan.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Surga diletakkan di sebelah kanan Arsy dan neraka di sebelah kirinya, sisi timbangan kebaikan di sebelah kanannya dan sisi timbangan dosa di sebelah kirinya. Maka surga adalah balasan bagi kebaikan-kebaikan dan neraka balasan bagi dosa-dosa.”

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: “Kebaikan-kebaikan dan dosa-dosa ditimbang dalam timbangan yang mempunyai dua sisi dan satu lidah. Apabila Allah hendak menimbang amal-amal para hamba, Dia mengubahnya menjadi tubuh-tubuh, lalu menimbangnya pada hari kiamat.

 

Ketahuilah, semoga Allah membimbing kita untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat, bahwa kesombongan dan kebanggaan diri menghilangkan keutamaan dan menimbulkan kerendahan budi.

 

Cukuplah bagimu kerendahan budi yang mencegah dari mendengar nasihat dan menerima pendidikan.

 

Oleh sebab itu mereka mengatakan: Ilmu hilang di antara rasa malu dan kesombongan. Ilmu itu musuh bagi orang yang sombong seperti banjir yang tidak bisa mencapai bangunan yang tinggi.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berjalan menyeret bajunya dengan sombong, Allah tidak melihat kepadanya.”

 

Orang-orang bijak berkata: “Kekuasaan tidak kekal bersama kesombongan.”

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaitkan kesombongan dengan kerusakan. Maka Allah Ta’ala berfirman:

 

“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.” Al-Qashash: 83

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar.” Al-A’raf: 146

 

Seorang bijak berkata: Tidaklah kulihat seorang yang sombong, melainkan aku sombongkan diriku kepadanya.

 

Berkata Al-Jahidh: Orang-orang yang tersohor dengan kesombongannya dari kaum Quraisy ialah banu Makhzum dan banu Umayyah, dan dari bangsa Arab banu Ja’far bin Kilab dan banu Zurarah bin Adiy.

 

Adapun golongan Kisra, mereka menganggap orang-orang sebagai budak dan diri mereka sebagai Tuhan.

 

Dikatakan kepada seorang lelaki dari bani Abdid Daar: Kenapa engkau tidak mendatangi khalifah?

 

la menjawab: Aku takut jembatan tidak sanggup memikul kehormatanku.

 

Dikatakan kepada Hajjah bin Arthaah: Kenapa engkau tidak menghadiri shalat jama’ah?

 

la menjawab: Aku takut berdesakan dengan para penjual meracangan.

 

Diceritakan bahwa Wa’il bin Hujur datang kepada Nabi SAW, lalu beliau memberinya sebidang tanah.

 

Beliau berkata kepada Mu’awiyah: Tunjukkan tanah ini kepadanya dan tulislah tanah itu untuknya. Kemudian ia keluar bersama Mu’awiyah di tengah hari yang sangat panas. Mu’awiyah berjalan di belakang untanya dan merasakan panas matahari yang sangat.

 

Mu’awiyah berkata kepadanya: Boncengkan aku di belakangmu di atas untamu.

 

Wa’il berkata: Aku bukan pengikut raja-raja. Mu’awiyah berkata: Kalau begitu, berilah aku kedua sandalmu. Wa’il menjawab: Bukanlah kekikiran yang menghalangiku, hai putera Abu Sufyan, tetapi aku tidak suka suku-suku Yaman mendengar bahwa engkau memakai sandalku. Maka berjalanlah engkau di bawah naungan untaku, cukuplah, ia bagimu sebagai kehormatan. Diriwayatkan bahwa ia mendapati zaman Mu’awiyah dan masuk kepadanya. Mu’awiyah mendudukkannya di atas tempat duduknya dan berbicara dengannya. Al-Masrur bin Hind berkata kepada seorang lelaki: Apakah engkau mengenalku? Orang itu menjawab: Tidak.

 

Masrur menjawab: Aku Masrur bin Hind.

 

Orang itu berkata: Aku tidak mengenalmu.

 

Masrur berkata: Celakalah siapa yang tidak mengenal bulan.

 

Penyair berkata:

 

Katakanlah kepada orang dungu yang menyimpan dan menyembunyikan kesombongan andaikata kau tahu apa akibat kesombongan, tentu engkau tidak sombong kesombongan itu merusak agama dan merusak akal dan membinasakan kehormatan, maka waspadalah

 

Ada yang mengatakan: Tidaklah menjadi sombong, kecuali setiap Orang yang rendah budi dan tidaklah merendahkan diri, kecuali Orang yang tinggi derajatnya.

 

Nabi SAW bersabda: “Tiga perkara menyebabkan kebinasaan, yaitu kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan kebanggaan manusia terhadap dirinya.”

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ketika hampir meninggal, Nuh memanggil kedua putranya.

 

la berkata: Aku menyuruh kamu berdua dengan dua perkara dan melarang kamu berdua dari dua perkara. Aku melarang kamu berdua dari syirik dan kesombongan dan menyuruh kamu berdua mengucapkan: “Laa ilaha illallahu”, karena andaikata langit dan bumi diletakkan di satu sisi timbangan dan kalimat Laa ilaha illallahu di sisi yang lain, maka Laa ilaha illallahu lebih berat darinya.

 

Dan andaikata langit dan bumi diletakkan dalam satu lingkaran, lalu kalimat Laa ilaha illallahu diletakkan di atas keduanya, niscaya ia hancurkan keduanya.

 

Dan aku menyuruh kamu berdua mengucapkan Subhanallahi wa bihamdihi, karena ia adalah shalatnya segala sesuatu dan dengan sebabnya segala sesuatu diberi rezeki.

 

Isa alaihis salam berkata: Beruntunglah siapa yang diajari Allah kitab-Nya dan tidak mati sebagai orang yang sombong.

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam r.a. bahwa ia berjalan di pasar sambil memikul seikat kayu bakar.

 

Maka dikatakan kepadanya: Apa yang mendorongmu melakukan ini, sedangkan Allah telah mencukupimu dari pekerjaan ini.

 

Abdullah menjawab: Aku ingin menghilangkan kesombongan dari diriku.

 

Disebutkan dalam tafsir Al-Qurthubi mengenai firman Allah Ta’ala:   (An-Nur: 31). Jika orang perempuan melakukannya untuk bergaya dan menarik perhatian orang-orang lelaki, maka hukumnya haram. Begitu pula jika orang lelaki memukulkan sandalnya ketika berjalan dengan sombong, karena kesombongan adalah dosa besar.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Bukhari: Nabi SAW bersabda: Aku dan pemelihara anak yatim di surga seperti dua jari ini dan beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya yang telunjuk dan tengah dan merenggangkan antara keduanya.

 

Dan dalam riwayat Muslim: “Pemelihara anak yatim baginya atau bagi orang lain, antara aku dan dia di surga adalah seperti dua jari ini.”

 

Malik mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar:

 

“Barangsiapa memelihara anak yatim yang mempunyai kerabat maupun yang tidak mempunyai kerabat, maka aku dan dia di surga seperti dua jari ini, sambil merapatkan kedua jarinya.”

 

“Dan siapa yang memelihara tiga anak perempuan, ia pun masuk surga dan mendapat pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah dan berpuasa dan mengerjakan shalat malam.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah: “Barangsiapa memelihara tiga anak yatim, ia seperti orang yang mengerjakan shalat di malamnya dan berpuasa di siangnya, pergi di waktu pagi dan di waktu sore sambil menghunus pedangnya di jalan Allah dan aku dan dia berada di surga seperti dua saudara sebagaimana dua jari ini bersaudara, sambil merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dinilainya sahih: “Barangsiapa memelihara seorang anak yatim di antara kaum muslimin dengan memberinya makan dan minum, Allah memasukkannya ke dalam surga secara pasti, kecuali ia berbuat dosa yang tidak diampuni.”

 

Dalam suatu riwayat: “hingga anak itu tidak membutuhkannya, wajiblah surga baginya secara pasti.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah:

 

“Sebaik-baik rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah didalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan baik dan seburuk-buruk rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah didalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan buruk.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan sanad hasan: “Aku adalah orang pertama yang masuk surga, kecuali bahwa aku melihat seorang perempuan yang mendahului aku, lalu aku berkata: Siapa engkau?

 

Perempuan itu menjawab: Aku adalah seorang perempuan yang memelihara anak-anak yatimku.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad yang para rawinya dapat dipercaya, kecuali satu orang. Meskipun begitu tidak matruk:

 

“Demi Tuhan yang mengutusku dengan kebenaran, Allah tidak menyiksa pada hari kiamat orang yang menyayangi anak yatim dan berbicara lunak kepadanya, mengasihi keyatiman dan kelemahannya dan tidak menyakiti tetangganya dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya: “Barangsiapa mengusap kepala anak yatim dan tidak mengusapnya, melainkan karena Allah, maka dalam setiap helai rambut yang diusapnya ia mendapat kebaikan-kebaikan. Dan siapa yang berbuat baik kepada anak yatim laki-laki atau anak yatim perempuan asuhannya, aku dan dia di surga seperti dua jari ini.”

 

Diriwayatkan oleh jama’ah dan Al-Hakim menilainya sahih bahwa Allah Ta’ala berkata kepada Ya’qub: Sesungguhnya sebab hilangnya penglihatan dan kebungkukan punggungnya dan perbuatan saudarasaudara Yusuf terhadapnya ialah dia pernah didatangi seorang anak yatim yang miskin berpuasa dan lapar, sedangkan ia dan keluarganya sudah menyembelih seekor kambing, lalu mereka memakannya dan tidak memberinya makanan.

 

Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan kepadanya bahwa Dia tidak mencintai sesuatu dari makhluk-Nya seperti kecintaan-Nya kepada anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan menyuruhnya membuat makanan dan mengundang orang-orang miskin. Maka Ya gub pun melakukannya.

 

Diriwayatkan oleh Syaikhain dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang menyantuni janda dan orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala dan aku menduga beliau bersabda: seperti orang yang shalat tidak berhenti dan seperti orang yang puasa dan tidak berbuka.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah: “Orang yang menyantuni janda dan orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah dan seperti orang yang mengerjakan shalat malam dan berpuasa di siang hari.”

 

Seorang ulama salaf berkata: Pada awalnya aku seorang pemabuk dan banyak berbuat maksiat. Pada suatu hari aku melihat seorang anak yatim, lalu aku memuliakannya seperti memuliakan anak, bahkan lebih banyak.

 

Kemudian aku tidur dan bermimpi para malaikat penyiksa mengambilku dengan paksa menuju neraka. Tiba-tiba anak yatim itu telah mencegatku. la berkata: Biarkan dia hingga aku meminta keringanan kepada Tuhanku mengenai dia. Namun mereka menolak.

 

Tiba-tiba terdengar seruan: Bebaskan dia! Kami telah memaafkan dosa-dosanya yang dulu, karena ia telah berbuat baik kepada anak itu.

 

Kemudian aku terbangun dan sejak hari itu aku semakin banyak memuliakan anak-anak yatim.

 

Seorang Alawiy yang mampu keadaannya mempunyai anak-anak perempuan. Ketika ia meninggal, anak-anak perempuan itu mengalami kemiskinan hingga mereka pergi dari kampung halaman mereka karena takut dilecehkan. Mereka masuk masjid di suatu kota yang tidak dipergunakan.

 

Ibu mereka meninggalkan mereka di situ dan ia pergi mencari makanan bagi anak-anaknya. la berjumpa pembesar negeri yang muslim dan ia terangkan keadaannya kepada pembesar itu. Namun ia tidak mempercayainya dan berkata: Engkau harus memberikan bukti kepadaku atas hal itu.

 

Perempuan itu berkata: Aku orang asing.

 

Maka pembesar itu berpaling darinya.

 

Kemudian perempuan itu mendatangi seorang Majusi, lalu menjelaskan keadaannya kepada orang itu. la percaya kepadanya. Maka ia mengirim seorang istrinya dan membawa perempuan itu bersama anak-anak perempuannyake rumahnya. la sangat memuliakan mereka.

 

Ketika lewat separuh malam, orang muslim itu bermimpi kiamat telah terjadi. Nabi SAW mengenakan liwa’ul hamdi (panji pujian) di kepalanya dan di dekatnya ada sebuah istana besar.

 

Orang itu berkata: Ya Rasulallah, milik siapa istana ini?

 

Nabi SAW menjawab: Milik seorang lelaki muslim.

 

Orang itu berkata: Aku seorang muslim yang bertauhid.

 

Nabi SAW berkata: Berikan bukti kepadaku atas pengakuanmu.

 

Orang itu bingung. Kemudian Rasulullah SAW menceritakan khabar perempuan Alawiyah itu.

 

Orang itu terbangun dan merasa sangat sedih dan susah karena menolak perempuan itu. Kemudian ia mencari perempuan itu dengan giat hingga ditunjukkan kepadanya di rumah orang Majusi.

 

Orang muslim itu meminta perempuan itu darinya, namun ia menolak. Orang muslim itu bermaksud memaksanya.

 

Orang Majusi itu berkata: Apa yang engkau inginkan itu aku lebih berhak atasnya dan istana yang engkau lihat di dalam mimpi diciptakan untukku.

 

Apakah engkau membanggakan dirimu kepadaku dengan Islammu? Demi Allah, tidaklah aku dan penghuni rumahku tidur hingga kami masuk Islam semuanya melalui perempuan Alawiyah itu dan kulihat seperti yang engkau lihat di dalam mimpimu.

 

Rasulullah SAW berkata kepadaku: Perempuan Alawiyah dan anak-anak perempuannya ada di tempatmu?

 

Aku menjawab: Ya, wahai Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Istana itu untukmu dan penghuni rumahmu.

 

Maka pergilah orang muslim itu dan ia pun merasakan kesusahan dan kesedihan yang hanya Allah Ta’ala saja yang mengetahuinya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.” An-Nisa’: 29

 

Para ulama berselisih mengenai apa yang dimaksud darinya.

 

Ada yang mengatakan: Riba’, judi, merampas hak orang lain, mencuri, khianat, kesaksian palsu dan mengambil harta dengan sumpah palsu.

 

Ibnu Abbas berkata: la adalah harta yang diambil dari manusia tanpa imbalan.

 

Diriwayatkan bahwa ketika turun ayat yang tersebut di atas, orang-orang tidak mau makan sesuatu pada seseorang hingga turun ayat surah An-Nur:

 

“Dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu …..” dan seterusnya. An-Nur: 61

 

Ada yang mengatakan: la adalah akad-akad yang rusak. Pendapat yang tepat adalah pendapat ibnu Mas’ud: Sesungguhnya ayat itu muhkamah, tidak dihapus dan tidak akan dihapus sampai hari kiamat.

 

Hal itu disebabkan makan harta sesama dengan jalan yang batil adalah mencakup segala sesuatu yang diambil tanpa hak. baik dengan cara yang zalim seperti merampas, berkhianat, mencuri atau bertaruh dan bermain seperti harta yang diambil dengan jalan berjudi dan bertaruh.

 

Atau dengan jalan tipu daya dan penipuan seperti harta yang diambil dengan akad yang fasid.

 

Apa yang saya sebutkan ini dikuatkan oleh perkataan salah seorang dari mereka: Ayat itu meliputi setiap manusia mengenai hartanya sendiri dengan membelanjakannya dalam perkara yang diharamkan dan mengenai harta orang lain seperti contoh-contoh tersebut.

 

Firman Allah Ta’ala:   (Al-Baqarah: 282) adalah perkecualian yang terputus, karena perdagangan bukan termasuk jenis yang batil dengan makna apa pun dan takwilnya dengan sebab supaya menjadi bersambung bukanlah pada tempatnya.

 

Meskipun perdagangan itu dikhususkan dengan akad tukar-menukar, namun utang dan hibah diikutkan dengannya berdasarkan dalil-dalil lain dan firman Allah Ta’ala:   (An-Nisa”: 29), yakni dengan senang hati berdasarkan cara yang sah.

 

Pengkhususan makan dengan menyebutnya di situ bukanlah untuk membatasinya, tetapi karena merupakan cara pemanfaatan yang terbanyak.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu memakan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” An-Nisa’: 10

 

Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dari Abi Hurairah r.a.. ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah baik dan tidak menerima, kecuali yang baik. Allah menyuruh kaum mukminin sebagaimana Dia menyuruh para rasul.

 

Maka Allah Ta’ala berfirman:   (Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang salih). Al-Mu’minun: 51.

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:   (Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu). Al-Baqarah: 172.

 

Kemudian beliau menyebut orang lelaki yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya kusut berdebu. la mengulurkan kedua tangannya ke arah langit.

 

la berkata: “Ya Rabb”, padahal makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimana doanya bisa diterima karena hal itu.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: “Mencari penghasilan yang halal adalah wajib atas setiap muslim.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan isnad hasan: “Mencari penghasilan yang halal adalah wajib atas setiap muslim.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dan Baihagi: “Mencari penghasilan yang halal adalah kewajiban sesudah kewajiban-kewajiban lainnya.”

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hasan sahih gharib, dan Al-Hakim yang menilainya sahih: Barangsiapa makan makanan yang halal dan mengamalkan sunnah dan tidak suka berbuat jahat kepada orang-orang, ia pun masuk surga.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, sesungguhnya ini banyak terdapat dalam umatmu sekarang. Nabi SAW berkata: Dan ia akan terjadi dalam generasi-generasi sesudahku.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dengan isnad hasan:

 

 “Empat perkara apabila ada padamu, maka tidaklah merugikanmu dunia yang luput darimu: yaitu memelihara amanat, bicara yang baik, akhlak yang baik dan terpelihara dalam makanan.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: “Beruntunglah siapa yang baik (halal) penghasilannya dan baik batinnya dan mulia sikap lahirnya dan menjauhkan orang banyak dari kejahatannya.

 

Beruntunglah siapa yang mengamalkan ilmunya dan menafkahkan kelebihan dari hartanya serta menahan kelebihan dari perkataannya.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: Hai Sa’ad, makanlah makanan yang baik, niscaya doamu mustajab. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya hamba yang memasukkan makanan haram dalam perutnya, tidak diterima amalnya selama 40 hari dan hamba mana yang dagingnya tumbuh dari makanan haram, maka api neraka akan menimpanya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Umar r.a., ia berkata: “Barangsiapa membeli baju seharga sepuluh dirham dan di dalamnya terdapat satu dirham dari penghasilan haram, maka Allah azza wa jalla tidak menerima shalatnya selama ia memakainya.

 

Kemudian ia masukkan dua jarinya dalam kedua telinganya, kemudian ia berkata: Biarlah aku tuli, jika aku tidak mendengar Nabi SAW mengatakannya.

 

Diriwayatkan oleh Baihagi: “Barangsiapa membeli barang curian sedangkan ia tahu itu adalah barang curian, maka ia ikut serta dalam kecemarannya dan dosanya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hafidh Al-Mundziri dan isnadnya ada kemungkinan hasan dan menyerupai hadits mauquf. dan Ahmad dengan isnad jayyid:

 

“Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang dari kamu yang mengambil talinya, lalu membawanya dan mencari kayu bakar, kemudian datang memikulnya di atas punggungnya, lalu makan dari hasil penjualannya lebih baik baginya daripada memasukkan dalam mulutnya makanan yang diharamkan Allah atasnya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Khuzaimah dan ibnu Hibban dalam kitab Sahih kedua orang itu dan Al-Hakim:

 

“Barangsiapa mengumpulkan harta haram, kemudian bersedekah dengannya, ia tidak mendapat pahala dan menanggung dosanya.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dengan sanad yang dinilai hasan oleh sebagian ulama: “Sesungguhnya Allah membagikan akhlakmu di antara kamu sebagaimana Dia membagikan rezekimu di antara kamu.

 

Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia sukai dan yang tidak Dia sukai dan tidak memberikan agama, kecuali kepada yang Dia sukai.

 

Barangsiapa diberi agama oleh Allah, maka Allah telah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak selamat seorang hamba hingga selamat hati dan lidahnya dan tidaklah ia beriman hingga tetangganya aman dari kejahatannya. Para sahabat berkata: Apa kejahatannya, ya Rasulullah?

 

Beliau menjawab: Kecurangan dan kezalimannya.”

 

Tidaklah seorang hamba mendapat harta dari jalan yang haram, lalu bersedekah dengannya, melainkan tidak diterima darinya dan tidaklah ia membelanjakan darinya, melainkan ia tidak diberkati pula padanya. Dan tidaklah ia meninggalkannya di belakang punggungnya, melainkan menjadi bekalnya ke neraka.

 

Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menghapus sesuatu yang buruk dengan yang buruk, tetapi menghapus yang buruk dengan yang baik. Sesungguhnya sesuatu yang buruk tidak menghapus yang busuk.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata: hadits hasan gharib. Rasulullah SAW ditanya tentang perbuatan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Beliau menjawab: Mulut dan kemaluan. Dan ditanya tentang perbuatan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Beliau menjawab: Bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia menilainya sahih: “Tidaklah bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara, yaitu: tentang umurnya dalam kegiatan apa dihabiskannya, tentang masa mudanya bagaimana ia memanfaatkannya, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan dalam keperluan apa ia menafkahkannya dan tentang ilmunya bagaimana ia mengamalkannya.”

 

Diriwayatkan oleh Baihagi: Dunia itu indah dan manis. Barangsiapa mendapat harta di dunia dari jalan yang halal dan menafkahkannya dalam menunaikan haknya, maka Allah memberinya pahala dan memasukkannya ke dalam surga. Barangsiapa mendapat harta di dunia dari jalan yang tidak halal dan menafkahkannya di luar haknya, Allah memasukkannya di negeri kehinaan. Bisa jadi orang yang mengurusi harta Allah dan rasul-Nya masuk neraka pada hari kiamat.”

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Setiap kali nyala api jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” Al-Isra’: 97

 

Diriwayatkan oleh ibnu Hibban dalam Sahihnya:

 

“Tidak masuk surga daging dan darah yang tumbuh dari makanan haram dan api akan menimpanya.”

 

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Dawud:

 

“Rasulullah SAW melaknat perajah badan dan orang yang minta dirajah badannya dan pemakan riba dan orang yang memberinya riba.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan ia menilainya sahih:

 

“Empat macam orang wajib atas Allah untuk tidak memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mengaruniai mereka kenikmatannya: yaitu pecandu khamar, pemakan riba, pemakan harta anak yatim tanpa hak dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan ia berkata: sahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim: “Riba ada tujuh puluh tiga macam, yang paling ringan adalah seperti orang lelaki yang menikahi ibunya.”

 

Diriwayatkan oleh Baihagi: “Riba ada tujuh puluh macam, yaitu paling rendah darinya adalah seperti orang lelaki yang menggauli ibunya.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Al-Kabir dari Abdullah bin Salam r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda:

 

“Satu dirham yang diperoleh seseorang dari riba lebih besar (dosanya) di sisi Allah daripada tiga puluh tiga kali berzina yang dilakukannya dalam Islam.” Dalam sanadnya ada bagian yang terputus.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Abi Dunya dan Al-Baghawi dan lainnya secara mauguf pada Abdullah dan itulah yang sahih.

 

Mauquf ini sama maknanya dengan hadits yang marfu’, karena adanya satu dirham yang lebih besar dosanya daripada jumlah zina yang ditentukan ini tidak dapat diketahui, kecuali dengan wahyu. Maka seakan-akan ia mendengarnya dari Rasulullah SAW.

 

Abdullah berkata: Riba ada 72 macam dosa, yang paling ringan dosanya adalah seperti orang yang menggauli ibunya dalam Islam.

 

Dan satu dirham dari hasil riba lebih besar dosanya daripada tiga puluh lebih beberapa kali berzina.

 

la berkata: Allah mengizinkan bagi orang baik dan orang fajir (fasik) berdiri pada hari kiamat, kecuali pemakan riba, karena ia tidak berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena (tekanan) penyakit gila. :

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad sahih dan Thabarani bahwa Nabi SAW bersabda: “Satu dirham riba yang dimakan seseorang sedangkan ia mengetahuinya, lebih besar dosanya daripada 36 kali berzina.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Abi Dunya dan Baihagi: “Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami dan menyebut perkara riba dan membesarkan perbuatannya.

 

Beliau berkata: Sesungguhnya satu dirham yang diperoleh seseorang dari hasil riba lebih besar dosanya di sisi Allah daripada 36 kali berzina yang dilakukan oleh orang itu.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Ash-Shaghir dan Al-Ausath: “Barangsiapa membantu seorang yang zalim dengan kebatilan untuk membatalkan suatu hak, ia pun telah lepas dari jaminan Allah dan jaminan rasul-Nya SAW.

 

Dan siapa yang makan satu dirham dari hasil riba, maka ia seperti 33 kali berzina. Dan siapa yang tumbuh dagingnya dari makanan haram, maka api neraka akan menimpanya.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dan Baihagi dari Abi Ma’syar yang dinilai tsiqat (dapat dipercaya) dari Abi Said Al-Magbari dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Bersabda Rasulullah SAW: Riba ada 70 macam dosa dan yang paling ringan adalah seperti orang lelaki yang menikahi ibunya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan ia menilainya sahih dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: “Rasulullah SAW melarang membeli buah hingga menjadi besar. Dan beliau berkata: Apabila tersebar perbuatan zina dan riba dalam suatu desa, maka mereka telah mendatangkan siksa Allah atas diri mereka.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dengan isnad jayyid dari ibnu Mas’ud r.a. bahwa ia menyebut sebuah hadits dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tidaklah tersebar perbuatan zina dan riba dalam suatu kaum, melainkan mereka mendatangkan siksa Allah atas diri mereka.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dalam sebuah hadits yang panjang dan ibnu Majah secara ringkas dan Al-Ashbahani: Kulihat pada malam Isra” ketika kami sampai di langit ketujuh, aku memandang di atasku, ternyata terdengar suara Guntur, kilat dan petir.

 

Kemudian aku mendatangi suatu kaum yang perut mereka besar seperti rumah, didalamnya terdapat ular-ular yang terlihat dari luar perut mereka.

 

Aku berkata: Ya Jibril, siapakah mereka ini?

 

Jibril menjawab: Mereka ini adalah pemakan riba.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dengan sanad sahih: “Mendekati kiamat akan tersebar perbuatan zina, riba dan minum khamar.”

 

Diriwayatkan oleh Thabarani: “Jauhkan dirimu dari dosa-dosa yang tidak diampuni, yaitu ghulul (mencuri rampasan perang). Maka siapa yang mencuri rampasan perang, ia akan datang membawa barang itu pada hari kiamat.

 

Dan makan riba. Maka siapa yang makan riba, ia akan dibangkitkan dalam keadaan gila bergoyang-goyang.”

 

Kemudian Nabi SAW membaca:

 

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena (tekanan) penyakit gila.” Al-Baqarah: 275

 

Diriwayatkan oleh Al-Ashbahani: “Pemakan riba datang pada hari kiamat dalam keadaan gila sambil berjalan miring. Kemudian Nabi SAW membaca:

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dan Al-Hakim dan ia menilainya sahih: “Tidaklah seseorang banyak makan riba, maka akhirnya akan menjadi sedikit.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan ibnu Majah dari Al-Hasan dari Abi Hurairah, dan terdapat perbedaan pendapat apakah ia mendengar dari Abi Hurairah dan jumhur ulama berpendapat: ia tidak mendengar, yaitu:

 

“Akan datang suatu zaman pada manusia, di mana tiada seorang pun dari mereka melainkan ia makan riba. Siapa yang tidak memakannya, ia terkena debunya.”

 

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Zawaidul Musnad: “Demi Tuhan yang jiwaku berada ditanganNya, ada orang-orang dari umatku yang bermalam dalam keadaan congkak dan sombong, bersenda gurau dan bermain, kemudian di pagi hari mereka menjadi kera dan babi karena menghalalkan larangan-larangan Allah dan menghadirkan penyanyi-penyanyi wanita, minum khamar, makan riba dan memakai sutera.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad secara ringkas dan Baihagi dan lafadh miliknya: Ada suatu kaum dari umat ini bermalam dengan makan dan minum, bersenda gurau dan bermain.

 

Di pagi harinya mereka telah diubah menjadi kera dan babi dan mereka dijebloskan ke dalam tanah dan dilempari hingga di waktu pagi orang-orang mengatakan: Tadi malam bani Fulan amblas ke dalam tanah, tadi malam rumah si Fulan amblas ke dalam tanah.

 

Dan akan dikirim batu-batu dari langit sebagaimana dilemparkan kepada suku-suku dari kaum Luth dan rumah-rumah karena mereka meminum khamar dan memakai sutera dan menghadirkan penyanyi-penyanyi wanita dan makan riba serta memutus hubungan dengan kerabat.

 

Dan suatu perkara lagi rawinya lupa.

 

 

Hak-hak hamba ialah engkau beri salam kepadanya bila engkau berjumpa dengannya, engkau penuhi undangannya jika ia mengundangmu, engkau doakan dia jika ia bersin. engkau jenguk dia jika ia sakit, engkau hadiri jenazahnya bila ia meninggal dan engkau penuhi sumpahnya bila ia bersumpah atasmu.

 

Engkau nasihati dia bila ia meminta nasihatmu dan engkau ingat dia bila ia tidak ada dan meninggalkanmu. Engkau sukai padanya apa yang ia sukai pada dirimu dan tidak menyukai padanya apa yang tidak engkau sukai pada dirimu.

 

Semua itu disebutkan dalam khabar-khabar dan atsar-atsar.

 

Berkata ibnu Abbas r.a. mengenai makna firman Allah Ta’ala:   (Al-Fath: 29). Orang yang shaleh dari mereka mendoakan orang yang buruk kelakuannya dan orang yang buruk kelakuannya dari mereka mendoakan orang yang shaleh.

 

Apabila orang yang buruk kelakuannya melihat kepada orang yang shaleh dari umat Muhammad SAW, ia berkata: “Ya Allah, berkatilah kebaikan yang Engkau berikan kepadanya dan tetapkan kebaikan itu atasnya dan berilah kami manfaat dengannya.

 

Dan apabila orang yang shaleh melihat kepada orang yang buruk kelakuannya, ia berkata: Ya Allah, berilah dia petunjuk dan terimalah taubatnya dan ampunilah kesalahannya.

 

Termasuk hal itu ialah dia menyukai pada kaum mukminin apa yang dia sukai pada dirinya dan tidak menyukai pada mereka apa yang tidak dia sukai pada dirinya.

 

An-Nu’man bin Basyir berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling mencintai dan saling mengasihi di antara mereka adalah seperti tubuh. Apabila satu anggota darinya merasa sakit, maka seluruh anggotanya yang lain merasakan demam dan tidak bisa tidur.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Musa dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Orang mukmin terhadap sesama mukmin adalah seperti bangunan yang sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.”

 

Termasuk hak orang muslim pada muslim lainnya ialah dia tidak boleh mengganggu seseorang dari kaum muslimin dengan perbuatan dan perkataan.

 

Nabi SAW bersabda: “Orang muslim sejati ialah orang yang tidak suka mengganggu kaum muslimin dengan lisan dan tangannya.”

 

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits yang panjang di mana beliau menyuruh mengerjakan amalan-amalan utama.

 

Jika engkau tidak mampu, maka janganlah berbuat buruk kepada Orang-orang, karena itu adalah shodaqoh yang engkau sedekahkan kepada dirimu.

 

Nabi SAW bersabda pula: “Orang muslim yang paling baik ialah Orang yang tidak suka mengganggu orang muslim lainnya dengan lisan dan tangannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tahukah kalian siapa orang muslim sejati?

 

Para sahabat menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu.

 

Nabi SAW bersabda: “Orang muslim ialah orang yang tidak suka mengganggu orang-orang muslim lainnya dengan lisan dan tangannya.”

 

Para sahabat berkata: Siapakah orang mukmin itu?

 

Nabi SAW menjawab: “Orang yang kaum mukminin merasa aman darinya atas jiwa dan harta mereka.”

 

Para sahabat berkata: Siapakah muhajir (orang yang hijrah) itu?

 

Nabi SAW menjawab: “Orang yang meninggalkan kejahatan dan menjauhinya.”

 

Seorang lelaki berkata: Ya Rasulallah, apakah Islam itu?

 

Nabi SAW menjawab: “Apabila hatimu tunduk kepada Allah dan kaum muslimin selamat dari lisan dan tanganmu.”

 

Mujahid berkata: Ditimpakan penyakit kudis atas penghuni neraka. Maka mereka menggaruk tubuhnya hingga nampak tulang seseorang di antara mereka dari kulitnya.

 

Kemudian diseru: Hai Fulan, apakah orang ini menyakitimu?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Maka juru bicara itu berkata: Inilah balasan atas perbuatanmu menyakiti kaum mukminin.

 

Nabi SAW bersabda: “Aku telah melihat seorang lelaki mondar mandir di surga karena ia pernah memotong pohon di tengah jalan yang mengganggu kaum muslimin.”

 

Berkata Abu Hurairah r.a.: “Ya Rasulallah, ajarilah aku sesuatu supaya aku mendapat manfaat dengannya.

 

Nabi SAW menjawab: “Singkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa menjauhkan sesuatu dari jalan kaum muslimin yang mengganggu mereka, Allah menulis baginya satu kebaikan dan siapa yang Allah menulis baginya satu kebaikan, maka Allah mewajibkan baginya surga dengan sebab kebaikan itu.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim memandang saudaranya dengan pandangan yang mengganggunya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti seorang muslim.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai gangguan terhadap kaum mukminin.”

 

Ar-Rabi’ bin Khaitsam berkata: “Manusia ada dua macam, yaitu orang mukmin, maka janganlah engkau menyakitinya. Dan orang bodoh, maka janganlah bersikap buruk kepadanya.”

 

Termasuk hak orang muslim ialah bersikap rendah hati kepada setiap muslim dan tidak menyombongkan diri kepadanya, karena Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan suka membanggakan diri.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala mewahyukan kepadaku: “Hendaklah kalian merendahkan diri sehingga seseorang tidak membanggakan diri kepada seorang lainnya. Kemudian, jika orang lain membanggakan diri kepadanya, hendaklah ia menahan diri.”

 

Allah Ta’ala berfirman kepada nabi-Nya:

 

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang berbuat yang makruf (baik) serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” Al-A’raf: 199

 

Diriwayatkan dari ibnu Abi Aufa: Adalah Rasulullah SAW bersikap rendah hati kepada setiap muslim dan tidak tinggi hati dan tidak sombong untuk berjalan bersama janda dan orang miskin, lalu memenuhi hajatnya.

 

Termasuk hak orang muslim ialah tidak suka mendengar penyampaian omongan seseorang kepada orang lain dan tidak menyampaikan apa yang didengarnya dari orang lain.

 

Nabi SAW bersabda: “Tidak masuk surga orang yang suka mengadu domba.”

 

Al-Khalil bin Ahmad berkata: Pelaku namimah melakukan namimah untuk keuntunganmu dan juga untuk kerugianmu. la mengabarimu tentang orang lain dan mengabari orang lain tentang dirimu.

 

Abu Ayyub Al-Anshari berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Tidak halal bagi seorang muslim memutus hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu, yang ini berpaling dan yang ini berpaling dan yang terbaik di antara keduanya ialah yang memulai salam.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa memaafkan kesalahan seorang muslim, maka Allah memaafkannya pada hari kiamat.”

 

Ikrimah berkata: Allah Ta’ala berkata kepada Yusuf bin Ya’qub: Karena engkau memaafkan saudaramu-saudaramu, Aku tinggikan sebutan (nama)mu di dunia dan akhirat.

 

Aisyah r.a. berkata: “Rasulullah SAW tidak pernah membalas untuk dirinya, kecuali bila larangan Allah dilanggar, maka beliau membalas (menghukum) untuk Allah.”

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: “Tidaklah seseorang memaafkan kezaliman, melainkan Allah menambahinya dengan kemuliaan.”

 

Bersabda Rasulullah SAW: “Tidaklah berkurang harta karena mengeluarkan shodaqoh dan Allah tidak menambahi pada seseorang yang memberi maaf, melainkan kemuliaan atau tidaklah seseorang merendahkan diri kepada Allah, melainkan Allah mengangkat (derajat)nya.”

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:  “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.” Al-Jaatsiyah: 23

 

Ibnu Abbas berkata: Orang kafir itu mengikuti agamanya tanpa petunjuk dan bukti dari Allah. maknanya ialah dia mengikuti hawa nafsunya dan mengikuti ajakannya dan tidak mengamalkan Kitabullah. Maka seakan-akan ia menyembah hawa nafsunya.

 

Allah Ta’ala berfirman:   “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” Shad: 26

 

Oleh karena itu Rasulullah SAW memohon perlindungan darinya dengan perkataannya: “Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari hawa nafsu yang ditaati dan kekikiran yang diikuti.”

 

Beliau bersabda:

 

“Tiga perkara yang membinasakan, yaitu hawa nafsu yang ditaati, kekikiran yang diikuti dan kebanggaan manusia terhadap dirinya.”

 

Hal itu karena setiap maksiat sebabnya adalah hawa nafsu. Maka ja menuntun ke neraka. Semoga Allah melindungi kita darinya.

 

Seorang Arif berkata: Apabila engkau menghadapi dua perkara yang engkau tidak tahu mana yang benar di antara keduanya, maka lihatlah mana yang lebih dekat kepada hawa nafsumu, lalu lawanlah dia.

 

Asy-Syafi’i berkata dalam makna ini:

 

Apabila urusanmu berkisar dalam dua makna dan engkau tidak tahu mana yang salah dan benar lawanlah hawa nafsumu, karena hawa nafsu menuntun manusia kepada sesuatu yang dicela

 

Al-Abbas berkata: Apabila tersamar bagimu dua pendapat, tinggalkan yang lebih engkau sukai dan ambillah yang paling berat bagimu.

 

Sebabnya ialah perkara yang ringan mudah bagimu mencapainya, dekat tempatnya dan ringan bebannya serta datang pertolongannya sehingga manusia berambisi kepadanya dan nafsu sangat menginginkannya. Adapun perkara yang berat sulit mencapainya, jauh tempatnya dan lambat pertolongannya sehingga nafsu menjadi malas untuk melakukannya dan tidak suka merasa payah dengannya.

 

Diriwayatkan dari Umar r.a. bahwa ia berkata: Kendalikan nafsu ini, karena ia adalah perintis yang menuntunmu kepada tujuan terburuk.

 

Sesungguhnya kebenaran ini berat dan baik, sedangkan kebatilan adalah ringan dan busuk.

 

Meninggalkan dosa lebih mudah daripada melakukan taubat.

 

Terkadang pandangan yang menimbulkan syahwat dan kenikmatan sesaat menyebabkan kesedihan yang lama.

 

Berkata Lugman kepada puteranya: Hai anakku, yang pertama aku peringatkan kepadamu adalah nafsumu, karena setiap nafsu mempunyai keinginan dan syahwat.

 

Jika engkau berikan kepadanya syahwatnya, ia tidak berhenti dan mencari lainnya, karena syahwat itu tersembunyi di dalam hati Seperti api yang tersembunyi di dalam batu. Jika batu itu dipantik, ia mengeluarkan api dan jika dibiarkan, ia tersembunyi.

 

Seorang bijak berkata:

 

Apabila kau ikuti ajakan nafsu setiap kali ia mengajakmu maka ia mengajakmu kepada perbuatan buruk yang diharamkan Seorang lainnya berkata:

 

Jika engkau tidak menentang keinginan nafsu

 

keinginan itu akan menuntunmu kepada setiap perbuatan yang tercela

 

Yang lain berkata: Ketahuilah, bahwa engkau tidak akan mulia dan tidak akan melihat jalan-jalan kebenaran bila engkau mengikuti hawa nafsumu

 

Penyair berkata:

Bila engkau ingin melakukan seluruh perbuatan terpuji dan mendapatkan rahmat Tuhan yang kau harapkan lawanlah hawa nafsu yang buruk karena ia lebih jahat dan lebih membinasakan daripada nafsu cinta keduanya menyebabkan kematian nafsu tetapi bila nafsu cinta itu terjaga, ia pun jauh dari dosa sebagian besar akibat yang tersembunyi ada dalam hawa nafsu maka berusahalah melawan apa yang kau inginkan, jika engkau seorang berakal

 

Orang bijak berkata:

Penerangan akal terhalang karena mengikuti hawa nafsu sedangkan akal orang yang menentang nafsu semakin terang

 

Al-Fadhlu bin Abbas berkata:

 

Terkadang masa mengangkat derajat orang bodoh dan hawa nafsu membinasakan orang bijak, padahal ia cerdas dan orang-orang memuji pemuda yang berbuat salah dan ia disalahkan dalam perbuatan baik, sedangkan dia benar

 

 Nabi SAW bersabda: “Ketika Allah menciptakan akal, Dia berkata kepadanya: Datanglah! Maka ia datang. Dan berkata kepadanya: Pergilah! Maka ia pergi. Kemudian Allah berkata: Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan memasangmu, kecuali pada makhluk yang paling Aku cintai.

 

Dan Allah menciptakan kedunguan, lalu berkata kepadanya: Datanglah! Maka ia datang. Dan berkata kepadanya: Pergilah! Maka ia pergi.

 

Kemudian Allah berkata: Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, Aku tidak akan memasangmu, kecuali pada makhluk yang paling Aku benci ……. Hadits riwayat Tirmidzi.

 

Sungguh bagus perkataan penyair:

 

Adalah kebenaran yang didapat oleh

pendapat orang yang meminta petunjuk

dari akalnya dalam setiap perbuatan

dan ia telah melihat bahwa apabila muncul hawa nafsu

maka nafsu itu menimbulkan akibat yang buruk dan hukuman

 

Di antara perkataan mereka: Hawa nafsu adalah kendaraan tercela. la membawamu berjalan dalam kegelapan fitnah dan tempat berkeliaran yang buruk. la mendudukkanmu di tempat-tempat cobaan. Maka keinginan nafsu mendorongmu untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan duduk di tempat-tempat dosa.

 

Dikatakan kepada seorang dari mereka: Kiranya engkau kawin. Orang itu menjawab: Andaikata aku mampu mentalak nafsuku, tentu aku telah mentalaknya. Ia melagukan bait:

 

Lepaskan dirimu dari dunia, karena sesungguhnya engkau jatuh (lahir) ke dunia dalam keadaan telanjang

 

Dunia adalah tidur dan akhirat adalah bangun, sedangkan di antara keduanya adalah kematian dan kita dalam mimpi-mimpi yang kacau. Barangsiapa memandang dengan pandangan hawa nafsu, ia pun bingung. Dan siapa yang memutuskan perkara menurut hawa nafsu, ia pun telah berbuat zalim. Dan siapa yang lama memandang. ia tidak mencapai tujuan dan orang yang memandang tidak mempunyai akhir.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik agamamu adalah wara’. Beliau bersabda: “Pemimpin amal adalah wara’.”

 

Dan beliau bersabda: “Jadilah engkau seorang yang memiliki wara’, niscaya engkau menjadi orang yang paling taat beribadah. Dan jadilah engkau seorang yang puas dengan bagian rezekimu, niscaya engkau menjadi orang yang paling bersyukur.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak memiliki sifat wara’ yang menghalanginya dari mendurhaka kepada Allah ketika ia berada sendirian, maka Allah tidak mempedulikan sedikit pun dari ilmunya.”

 

Berkata Ibarahim bin Adham: Zuhud ada tiga tingkatan. Zuhud wajib adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram. Zuhud keselamatan ialah meninggalkan perkara-perkara yang syubhat. Dan zuhud keutamaan adalah menjauhi perdebatan. Ini adalah penafsiran yang baik.

 

Berkata ibnul Mubarak: Zuhud itu ialah menyembunyikan zuhud. Bila orang yang zahid lari dari orang-orang, maka carilah dia. Apabila ia mencari orang-orang, maka larilah darinya.

 

Orang zahid bukanlah orang yang menjauhi dunia ketika dunia telah berpaling darinya. Akan tetapi orang zahid ialah ketika dunia datang kepadanya, ia jauhkan wajahnya darinya dan lebih suka lari darinya.

 

Berkata Abu Tammam:

 

Jika manusia tidak menjadi zahid ketika mendapat kenikmatan dunia, maka ia bukan seorang yang zahid

 

Seorang bijak berkata:

 

Celakalah pencari dunia yang tidak kekal seakan-akan ia dalam pergerakannya adalah mimpi kejernihannya keruh, kesenangannya bahaya keamanannya tipuan cahayanya kegelapan masa mudanya seperti masa tua, ketenangannya mengandung penyakit kenikmatannya menimbulkan penyesalan dan keberadaannya seperti tidak ada penghuninya tidak bebas dari berbagai kesulitan meskipun ia memiliki kekayaan seperti yang dimiliki penduduk Iram maka biarkan dia dan jangan condong kepada keindahannya karena dunia adalah kenikmatannya yang di dalamnya terdapat bencana dan beramallah untuk negeri kenikmatan yang tidak bisa habis dan tidak dikhawatirkan dengannya kematian dan masa tua.

 

Yahya bin Mu’adz berkata: Hendaklah pandanganmu kepada dunia untuk mengambil pelajaran dan penolakanmu kepadanya sebagai pilihan dan usahamu di dalamnya karena terpaksa dan pencarianmu terhadap akhirat sebagai perlombaan.

 

 

 

 

 

Ketahuilah, bahwa negeri yang diketahui sebagai tempat kesusahan dan kesedihan, yaitu neraka, adalah berbeda dengan negeri lain (surga). Maka renungkanlah kenikmatan dan kegembiraannya. Sesungguhnya siapa yang jauh dari salah satunya, pasti akan menetap di negeri yang lain.

 

Maka timbulkan rasa takut dari hatimu dengan lama berpikir tentang kengerian neraka dan timbulkan harapan dengan lama berpikir tentang kenikmatan yang kekal dan dijanjkan bagi penghuni surga.

 

Giringlah dirimu dengan cambuk ketakutan dan tuntunlah dia dengan tali kendali harapan ke shiratil mustagim (jalan yang lurus). Dengan itu engkau mendapat kekuasaan yang besar dan selamat dari siksa yang pedih.

 

Maka pikirkanlah tentang penghuni surga dan kenikmatan hidup yang nampak pada wajah mereka. Mereka diberi minum dari rakhiqim makhtum (khamar yang disegel wadahnya), duduk di atas mimbar-mimbar dari yagut merah dalam tenda-tenda dari mutiara segar yang putih.

 

Mereka duduk di atas permadani yang hijau dan bertelekan pada dipan-dipan yang ditegakkan di atas tepi-tepi sungainya yang penuh dengan khamar dan madu, dikelilingi pelayan-pelayan dan anak-anak kecil, dihiasi dengan para bidadari yang baik-baik dan cantik-cantik seakan-akan mereka adalah yaqut dan marjan. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni surga yang menjadi suami mereka) maupun oleh jin.

 

Mereka memakai sutera putih yang indah dan membingungkan penglihatan dan memakai mahkota yang dihiasi mutiara dan marjan, manja, berbau harum, aman dari masa tua dan kesengsaraan, terkurung di kemah-kemah dalam istana-istana dari yaqut yang dibangun di tengah taman-taman surga.

 

Mereka menundukkan pandangannya. kemudian mereka dan bidadari-bidadari itu dikelilingi anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek dan piala dari sumber air yang putih dan lezat bagi orang-orang yang minum.

 

Mereka dikelilingi oleh para pelayan dan anak-anak seperti mutiara yang terbungkus sebagai balasan atas amal yang mereka kerjakan di tempat yang aman di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi. di sisi Tuhan yang berkuasa.

 

Di situ mereka memandang kepada wajah Tuhan Yang Maha Pemurah sementara di wajah-wajah nampak tanda kenikmatan dari kesenangan hidup. Mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan, tetapi mereka adalah hamba-hamba yang dimuliakan dengan berbagai macam pemberian dari Tuhan mereka dan mereka miliki. Mereka kekal dalam menikmati apa yang mereka sukai. Mereka tidak takut dan tidak merasa sedih dan aman dari kematian. Mereka bersenang-senang di surga dan makan dari berbagai makanannya dan minum dari sungai-sungainya susu, khamar, madu dan air yang tidak berubah rasa dan baunya.

 

Sungguh mengherankan manusia yang beriman dengan negeri yang demikian sifatnya dan yakin bahwa penghuninya tidak akan mati dan tidak akan mengalami musibah siapa yang tinggal di tanahnya dan tidak ada kejadian-kejadian yang menyebabkan perubahan pada penghuninya, bagaimana ia merasa senang dengan negeri yang sudah ditetapkan Allah kehancurannya dan bersenang-senang dengan kehidupan selainnya?

 

Demi Allah, andaikata tidak ada di dalamnya kecuali keselamatan badan disertai keamanan dari kematian dan kelaparan serta kehausan dan macam-macam kesulitan, hal itu sudah pantas menjadi alasan untuk meninggalkan dunia dengan sebabnya dan tidak mengutamakan di atasnya sesuatu yang terputus dan keruh dari kebutuhannya. Bagaimana tidak, sedangkan penghuninya adalah raja-raja yang aman dan bersenang-senang dalam berbagai macam kegembiraan. Mereka mendapatkan segala yang mereka inginkan dan setiap hari mereka berada di halaman Arsy memandang wajah Allah Yang Maha Pemurah dan mendapatkan dari Allah dengan pandangan itu apa yang tidak mereka peroleh ketika memandang seluruh kenikmatan surga dan mereka tidak menoleh selama mereka menikmati berbagai macam kenikmatan ini dan merasa aman dari kelenyapannya.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang juru bicara berseru: Hai penghuni surga, sudah datang waktunya bagimu untuk tetap sehat, maka kalian tidak akan sakit untuk selamanya dan datang waktunya bagimu untuk tetap hidup selamanya dan tidak akan mati dan datang waktunya bagimu untuk tetap muda dan kalian tidak akan menjadi tua selamanya dan datang waktunya bagimu untuk bersenang-senang, maka kalian tidak akan sengsara untuk selamanya.

 

Itulah makna firman Allah azza wa jalla:

 

“Dan diserukan kepada mereka: “Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.”

 

Apabila engkau ingin mengetahui sifat surga, maka bacalah AlQur’an. Tidak ada yang lebih jelas daripada penjelasan Allah Ta’ala.

 

Bacalah firman Allah Ta’ala   hingga akhir surah Ar-Rahman dan bacalah surah al-Waqi’ah dan surah-surah lainnya. Jika engkau ingin mengetahui perincian sifat-sifatnya dari hadits-hadits, maka renungkanlah sekarang perinciannya dan renungkan pertama: jumlah surga.

 

Rasulullah SAW bersabda mengenai firman Allah Ta’ala   Ada dua surga dari perak, wadah-wadahnya dan apa yang ada dalam kedua surga itu. Dan dua surga dari emas, wadah-wadahnya dan apa yang ada dalam keduanya.

 

Di antara penghuni surga dan melihat kepada Tuhan mereka hanyalah selendang kebesaran di wajah-Nya di surga Aden.

 

Adapun pintu-pintu surga jumlahnya banyak sesuai dengan ketaatannya sebagaimana pintu-pintu neraka adalah sesuai dengan asal kedurhakaannya.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menafkahi dua istri dari hartanya di jalan Allah, ia pun dipanggil dari semua pintu surga, sedangkan surga mempunyai delapan pintu.

 

Maka siapa yang termasuk ahli shalat, ia pun dipanggil dari pintu shalat. Dan siapa yang termasuk ahli puasa, ia dipanggil dari pintu puasa. Siapa yang termasuk ahli shodaqoh, ia dipanggil dari pintu shodaqoh dan siapa yang termasuk ahli jihad, ia dipanggil dari pintu jihad.

 

Maka Abu Bakar r.a. berkata: Demi Allah, tidak ada keharusan bagi seseorang dari mana pun ia dipanggil. Apakah ada orang yang dipanggil dari seluruh pintunya?

 

Nabi SAW menjawab: Ya, dan aku berharap engkau termasuk mereka.

 

Diriwayatkan dari Ashim bin Dhamrah dari Ali karromallahu wajhahu bahwa ia menyebut neraka dan membesarkan urusannya dengan perkataan yang aku tidak menghafalnya. Kemudian ia membaca:   (Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka dibawa ke dalam surga dalam rombongan-rombongan). Az-Zumar: 73.

 

Ketika mereka sudah tiba di salah satu pintunya, mereka menemukan di dekatnya sebatang pohon yang dari batangnya keluar dua mata air yang mengalir. Kemudian mereka menuju salah satu mata air itu sebagaimana mereka diperintahkan melakukannya. lalu mereka minum darinya.

 

Maka airnya menghilangkan gangguan atau kotoran yang terdapat dalam perut mereka. Kemudian mereka menuju mata air yang lain. lalu bersuci darinya. Maka tampaklah keindahan yang merupakan kenikmatan pada mereka. Rambut mereka tidak berubah setelah itu untuk selamanya dan kepala mereka tidak kusut, seakan-akan mereka diminyaki dengan minyak rambut.

 

Kemudian mereka tiba di surga. Para penjaga surga berkata kepada mereka:   (Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya). Az-Zumar: 73.

 

Kemudian anak-anak kecil mengelilingi mereka sebagaimana anak-anak penghuni dunia mengelilingi kekasih yang datang kepada mereka setelah lama tidak bertemu. Mereka berkata kepadanya: Gembiralah! Allah telah menyediakan bagimu kemuliaan begini.

 

Kemudian salah seorang dari anak-anak itu pergi kepada salah seorang istrinya dari golongan bidadari. Ia berkata: Telah datang si Fulan dengan namanya yang dulu ia dipanggil dengannya di dunia.

 

Bidadari itu berkata: Apakah engkau melihatnya?

 

Anak itu menjawab: Aku melihatnya.

 

Bidadari itu gembira sekali hingga ia menuju ambang pintunya.

 

Ketika orang itu tiba di rumahnya, ia melihat ke dasar bangunannya. Ternyata terbuat dari mutiara, di atasnya ada bangunan merah, hijau dan kuning dari setiap warna.

 

Kemudian ia mengangkat kepalanya dan melihat kepada langit-langitnya, ternyata berkilau seperti kilat. Kalau saja Allah tidak memberinya kemampuan, niscaya sudah lenyap penglihatannya.

 

Kemudian ia menundukkan kepalanya. Ternyata ia melihat istri-istrinya, gelas-gelas yang terletak di dekatnya, bantal-bantal sandaran yang tersusun dan permadani-permadani yang terhampar.

 

Kemudian ia bersandar, lalu berkata: Segala puji bagi Allah yang memberi kami petunjuk untuk mendapatkan semua ini. Tidaklah kami mendapat petunjuk, seandainya Allah tidak memberi petunjuk kepada kami.

 

Kemudian seorang juru bicara berseru: Kalian tetap hidup dan tidak akan mati untuk selamanya dan tetap tinggal di situ, maka kalian tidak akan pindah selamanya, kalian tetap sehat dan tidak akan sakit untuk selamanya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari kiamat aku mendatangi pintu surga, lalu minta dibukakan. Penjaga surga berkata: Siapa engkau?

 

Aku menjawab: Muhammad.

 

Kemudian ia berkata: Aku diperintah untuk tidak membuka pintu sebelum engkau.

 

Kemudian renungkan sekarang tentang kamar-kamar surga dan perbedaan tingkat ketinggian di dalamnya. Akhirat adalah tingkat terbesar dan paling besar keutamaannya.

 

Sebagaimana terdapat perbedaan yang jelas di antara manusia dalam hal ketaatan yang lahir dan akhlak batin yang terpuji, begitu pula terdapat perbedaan yang jelas dalam balasan yang mereka terima.

 

Jika engkau menginginkan tingkat tertinggi berusahalah dengan giat agar tidak didahului oleh seseorang dalam menaati Allah Ta’ala.

 

Allah telah menyuruh berlomba dan bersaing dalam melakukan ketaatan. Maka Allah Ta’ala berkata:   (Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu). Al Baqarah: 21.

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:  (Yang demikian itu hendaknya orang-orang saling bersaing). Al-Muthaffifin: 26.

 

Yang mengherankan ialah andaikata orang-orang yang setara kamu dan tetanggamu mengunggulimu dengan kelebihan dirham atau bangunan yang tinggi, hal itu terasa berat bagimu atau menyesakkan dadamu dan kehidupanmu menjadi keruh disebabkan dengki. Keadaanmu yang terbaik ialah bila engkau tinggal di surga dan engkau selamat di situ dari orang-orang yang mengungguli dengan berbagai karunia yang tidak bisa oleh dunia seluruhnya.

 

Berkata Abu Said Al-Khudri: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya penghuni surga melihat penghuni kamar-kamar di atas mereka sebagaimana kalian melihat bintang yang jauh di cakrawala dari timur dan barat karena adanya perbedaan di antara mereka.

 

Para sahabat berkata: Ya Rasulallah, itu adalah tempat para nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka.

 

Nabi SAW menjawab: Benar. Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan mempercayai para rasul.

 

Nabi SAW berkata pula: Sesungguhnya penghuni tingkat tertinggi dapat melihat mereka dari bawah mereka sebagaimana kalian melihat bintang yang naik di cakrawala langit dan Abu Bakar serta Umar termasuk mereka.

 

Jabir berkata: Rasulullah SAW berkata kepada kami: Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang kamar-kamar surga?

 

Aku menjawab: Mau, ya Rasulallah. Bapak dan ibu kami menjadi tebusan bagimu.

 

Nabi SAW berkata: Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar dari berbagai macam permata, semuanya bisa dilihat bagian luarnya dari dalamnya dan bagian dalamnya dari luarnya dan di dalamnya terdapat berbagai kenikmatan dan kelezatan serta kegembiraan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada hati manusia.

 

Aku berkata: Ya Rasulallah, milik siapa kamar-kamar ini?

 

Nabi SAW menjawab: Milik orang yang menyebarkan salam dan memberi makan dan selalu berpuasa dan mengerjakan shalat malam ketika orang-orang sedang tidur.

 

Kami katakan: Ya Rasulallah, siapa yang sanggup melakukan itu?

 

Nabi SAW menjawab: Umatku sanggup melakukan itu dan aku akan beritahukan hal itu kepadamu.

 

Barangsiapa berjumpa saudaranya. lalu memberi salam kepadanya, ia pun telah menyebarkan salam. Siapa yang memberi makan istri dan anak-anaknya hingga mengenyangkan mereka. ia pun telah memberi makan. Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan tiga hari dalam setiap bulan. ia pun telah berpuasa terus menerus. Dan siapa yang mengerjakan shalat Isya’ akhir dan shalat Subuh dalam jamaah. ia pun telah mengerjakan shalat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur, yakni kaum Yahudi, Nasrani dan Majusi.

 

Rasulullah SAW ditanya tentang firman Allah Ta’ala  (At-Taubah: 72).

 

Beliau menjawab: Istana-istana dari mutiara. Di setiap istana ada 70 rumah dari yaqut merah dan di setiap rumah ada 70 ruangan dari zamrud hijau. Di setiap ruangan ada sebuah dipan dan di atas setiap dipan ada 70 permadani dari setiap warna dan di atas setiap permadani ada seorang istri dari bidadari.

 

Dalam setiap ruangan ada 70 meja makan dan di atas setiap meja makan ada 70 macam makanan. Dalam setiap ruangan ada 70 pelayan perempuan dan orang mukmin diberi kekuatan setiap pagi untuk melakukan semua itu.

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya.” Al-Maidah: 119

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan.” Ar-Rahman: 60

 

Puncak kebaikan adalah ridha Allah kepada hamba-Nya dan ia adalah ganjaran ridha hamba kepada Allah Ta’ala.

 

Allah Ta’ala berfirman:   Keridhaan dari Allah lebih besar. Allah telah mengangkat keridhaan di atas surga Aden sebagaimana Dia mengangkat dzikir-Nya di atas shalat ketika Allah berfirman:    “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar.” Al-Ankabut: 29

 

Sebagaimana penyaksian Tuhan yang diingat dalam shalat lebih besar daripada shalat. maka keridhaan Pemilik surga lebih tinggi daripada surga. bahkan ia adalah puncak keinginan penghuni surga.

 

Dalam hadits disebutkan: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menampakkan diri kepada kaum mukminin, lalu berkata: Mintalah kalian kepada-Ku. Mereka berkata: Ridha-Mu.

 

Maka permintaan ridha oleh mereka adalah puncak pengutamaan.

 

Adapun ridha hamba, kami akan menyebut hakikatnya. sedangkan ridha Allah kepada hamba adalah dengan arti lain yang mendekati apa yang kami sebutkan tentang cinta Allah kepada hamba.

 

Tidak mungkin mengungkap hakikatnya karena pemahaman manusia tidak mampu menjangkaunya dan siapa yang mampu melakukannya, maka ia hanya bisa memahami dari dirinya sendiri.

 

Secara ringkas, tidak ada tingkatan di atas memandang kepadaNya. Mereka meminta ridha Allah, karena itu adalah penyebab langgengnya pandangan.

 

Maka seakan-akan mereka melihatnya sebagai puncak dari segala tujuan dan keinginan yang paling jauh ketika mereka merasakan kenikmatan melihat Allah.

 

Ketika mereka disuruh meminta, mereka tidak meminta, kecuali kelanggengannya dan mereka mengetahui bahwa keridhaan itu adalah penyebab langgengnya pengangkatan hijab.

 

Allah Ta’ala berfirman:  

 

Sebagian ahli tafsir mengatakan tentang tambahan itu: Penghuni surga pada waktu diberi tambahan mendapat tiga pemberian dari Tuhan semesta alam:

 

Yang pertama adalah hadiah dari Allah Ta’ala yang tidak mereka miliki di surga seperti itu. Itulah firman Allah Ta’ala:

 

(Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan). As-Sajdah: 17.

 

Yang kedua ialah salam dari Tuhan mereka. Maka hal itu menambah keutamaan atas hadiah itu, yaitu firman Allah Ta’ala:    (Salam sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang). Yaasiin: 58.

 

Yang ketiga: Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya Aku ridha kepada kamu sekalian. Maka hal itu lebih utama daripada hadiah dan ucapan salam, yaitu firman Allah Ta’ala:   (Dan keridhaan Allah adalah lebih besar). At-Taubah: 72.

 

Yakni lebih besar daripada kenikmatan yang mereka rasakan. Inilah kelebihan ridha Allah Ta’ala dan ia adalah buah dari keridhaan hamba.

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bertanya kepada sekelompok sahabatnya: Apa kalian ini?

 

Mereka menjawab: Kau mukminin.

 

Nabi SAW berkata: Apa tanda imanmu?

 

Para sahabat menjawab: Kami bersabar atas cobaan, dan bersyukur di kala sejahtera dan ridha dengan keputusan takdir.

 

Nabi SAW berkata: Kalian orang-orang beriman, demi Tuhan Ka’bah.

 

Dalam hadits lain disebutkan: Mereka adalah orang-orang bijak, ulama yang hampir menjadi nabi karena pengetahuan mereka tentang agama.

 

Dalam hadits disebutkan: “Beruntunglah siapa yang diberi petunjuk untuk mengamalkan Islam dan rezekinya secukupnya dan ia ridha dengannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa ridha dengan rezeki yang sedikit dari Allah Ta’ala, maka Allah ridha dengan sedikit amal darinya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila Allah Ta’ala mencintai seorang hamba. Dia mengujinya. Jika dia sabar, Allah memilihnya dan jika dia ridha, Allah memilihnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Pada hari kiamat, Allah Ta’ala menumbuhkan bagi sekelompok dari umatku sayap-sayap. lalu mereka terbang dari kuburan mereka menuju surga-surga berkeliling di sana dan bersenang-senang sebagaimana yang mereka kehendaki.

 

Maka para malaikat berkata kepada mereka: Apakah kalian pernah melihat hisab?

 

Mereka menjawab: Kami tidak pernah melihat hisab.

 

Kemudian para malaikat berkata kepada mereka: Apakah kalian sudah melewati shirat?

 

Mereka menjawab: Kami tidak pernah melihat shirat.

 

Maka para malaikat berkata kepada mereka: Apakah kalian pernah melihat neraka?

 

Mereka menjawab: Kami tidak melihat sesuatu apa pun.

 

Para malaikat berkata: Dari umat siapa kalian ini?

 

Mereka menjawab: Dari umat Muhammad SAW.

 

Para malaikat berkata: Kami bertanya kepada kalian demi Allah, ceritakan kepada kami apa amal-amalmu dulu di dunia?

 

Mereka menjawab: Dua perkara yang dulu kami kerjakan hingga kami mencapai derajat ini dengan karunia rahmat Allah.

 

Para malaikat berkata: Apakah dua amal itu?

 

Mereka menjawab: Apabila kami menyendiri, kami merasa malu untuk mendurhakai-Nya dan kami ridha dengan sedikit rezeki yang dibagikan Allah untuk kami.

 

Maka para malaikat berkata: Kalian berhak mendapatkan keistimewaan ini.

 

Nabi SAW bersabda: “Hai kaum fakir, berilah Allah keridhaan dari hatimu, niscaya kalian mendapat pahala bagi kemiskinanmu. Kalau tidak, maka kamu tidak akan mendapatkannya.”

 

Disebutkan dalam khabar Musa alaihis salam: Bani Israel berkata kepadanya: Tanyakan kepada Tuhanmu suatu perkara yang apabila kami melakukannya, maka Allah ridha kepada kami dengan sebabnya.

 

“Maka Musa alaihis salam berkata: Ya Tuhanku. Engkau telah mendengar apa yang mereka katakan.

 

Allah berkata: Hai Musa, katakan kepada mereka supaya mereka ridha kepada-Ku sehingga Aku ridha kepada mereka.

 

Adapun keutamaan sabar telah disebutkan dalam Al-Qur’an di lebih dari sembilan puluh tempat dan Allah menambahkan sebagian besar derajat dan kebaikan kepada kesabaran dan menjadikannya sebagain buah baginya dan mengumpulkan bagi orang-orang yang sabar antara perkara-perkara yang tidak dikumpulkannya bagi selain mereka. Maka Allah Ta’ala berfirman:

 

“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Al-Baqarah: 157

 

Petunjuk, rahmat dan keberkahan dikumpulkan bagi orang-orang yang sabar.

 

Nabi SAW bersabda: “Kesabaran adalah separuh iman.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sedikit-dikitnya yang diberikan kepada kalian adalah keyakinan dan kesabaran yang kuat dan siapa yang diberi bagiannya dari kedua hal itu, ia pun tidak peduli dengan shalat malam dan puasa siang yang tertinggal darinya.

 

Sungguh kesabaran kalian atas keadaan yang kalian alami lebih aku sukai daripada setiap orang dari kalian yang datang kepada-Ku dengan membawa amal seperti amal kalian semuanya.

 

Akan tetapi aku takut dibuka bagi kalian dunia sesudah aku tiada, lalu sebagian dari kamu mengingkari sebagian yang lain dan penghuni langit mengingkari kalian pada waktu itu.

 

Maka siapa yang sabar dan mengharap pahala, ia pun mendapat pahalanya yang sempurna. Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala:

 

“Apa yang disisimu akan lenyap, dan apa yang di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” An-Nahl: 96

 

Diriwayatkan oleh Jabir bahwa Nabi SAW ditanya tentang iman. Beliau menjawab: Kesabaran dan kemudahan.

 

Nabi SAW bersabda: “Kesabaran adalah salah satu harta terpendam di surga.”

 

Pada suatu kali Nabi SAW ditanya: Apa itu iman?

 

Nabi SAW menjawab: Kesabaran.

 

Ini menyerupai sabda Nabi SAW: “Haji itu Arafah”. Maksudnya sebagian besar ibadah haji adalah wukuf di Arafah.”

 

Nabi SAW bersabda: “Amal yang paling utama ialah yang jiwa dipaksa untuk mengerjakannya.” (yakni untuk melakukan ketaatan: pen.)

 

Diriwayatkan: Allah Ta’ala mewahyukan kepada Dawud alaihis salam: “Hendaklah engkau berakhlak dengan akhlak-Ku dan termasuk akhlak-Ku adalah bahwa Aku Maha Penyabar.

 

Disebutkan dalam hadits Atha’ dari ibnu Abbas: Ketika Rasulullah SAW masuk kepada kaum Anshor lalu berkata: Apakah kalian orang-orang beriman?

 

Mereka diam. Maka Umar menjawab: Ya, wahai Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Apa tanda imanmu?

 

Mereka menjawab: Kami bersyukur atas kesejahteraan dan sabar atas cobaan dan ridha dengan keputusan takdir.

 

Maka Nabi SAW berkata: Demi Tuhan Ka’bah, kalian benar orang-orang beriman.

 

Nabi SAW bersabda: “Dalam kesabaran atas sesuatu yang tidak engkau sukai terdapat kebaikan yang banyak.”

 

Berkata Al-Masih alaihis salam: Kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian sukai, kecuali disebabkan kesabaran kalian atas apa yang tidak kalian sukai.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Andaikata kesabaran itu seorang lelaki. niscaya ia seorang yang pemurah dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”

 

Nabi SAW bersabda: “Orang yang memiliki sifat qana’ah menjadi mulia dan orang yang tamak menjadi hina.”

 

Nabi SAW bersabda: “Oana’ah adalah harta simpanan yang tidak akan habis.”

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

 “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” Ali Imran: 159

 

Alangkah agungnya amal yang pelakunya dikaruniai cinta Allah Ta’ala dan dijamin pelakunya dengan perlindungan Allah Ta’ala.

 

Maka siapa yang merasa cukup bahwa Allah Ta’ala adalah penolongnya, pelindung dan pecinta serta pemeliharanya, ia pun telah beruntung dengan keberuntungan yang besar, karena orang yang dicintai tidak akan disiksa, tidak dijauhkan dan tidak dihijab.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Mas’ud: Nabi SAW bersabda: Aku melihat umat-umat di tempat berkumpul dan kulihat umatku telah memenuhi tanah datar dan gunung. Maka aku merasa kagum pada jumlah mereka yang banyak dan keadaan mereka.

 

Dikatakan kepadaku: Apakah engkau ridha?

 

Aku menjawab: Ya, aku ridha.

 

Dikatakan lagi: Bersama mereka ini ada 70.000 orang masuk surga tanpa dihisab.

 

Dikatakan: Siapa mereka, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: “Orang-orang yang tidak berobat dengan besi panas, tidak mempercayai pertanda buruk dan tidak berobat dengan ruqyah dan mereka bertawakkal kepada Tuhan mereka.”

 

Kemudian Ukasyah berkata berdiri dan berkata: Ya Rasulallah, doakan kepada Allah agar menjadikan aku dari golongan mereka.

 

Rasulullah SAW berkata: Ya Allah, jadikan dia termasuk mereka.

 

Seorang lainnya berdiri dan berkata: Ya Rasulallah, doakan kepada Allah agar menjadikan aku termasuk mereka.

 

Nabi SAW menjawab: Engkau telah didahului oleh Ukasyah.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Andaikata kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenarnya, niscaya Allah memberi kalian rezeki seperti memberi rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mengandalkan Allah azza wa jalla, maka Allah Ta’ala mencukupinya dari semua bebannya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangkanya. Dan siapa mengandalkan dunia, maka Allah menyerahkannya kepada dunia.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa ingin menjadi orang yang paling kaya, hendaklah ia lebih percaya kepada apa yang ada di sisi

 

Allah daripada apa yang ada dalam kedua tangannya.”

 

Diriwayatkan bahwa ketika Jibril berkata kepada Ibrahim alaihis salam setelah dilemparkan ke dalam api: Apakah engkau mempunyai keperluan?

 

Ibrahim menjawab: Adapun kepadamu, aku tidak mempunyai keperluan.

 

Hal itu untuk menepati perkataannya:   (Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung), karena Ibrahim mengucapkan itu ketika diambil hendak dilemparkan.

 

Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat:   (Dan Ibrahim yang selalu menepati janji). An-Najm: 37.

 

Allah Ta’ala berfirman kepada Dawud alaihis salam: Hai Dawud, tidaklah seorang hamba berlindung pada-Ku tanpa makhluk-Ku, lalu langit dan bumi menimpakan kesulitan padanya. melainkan Aku memberinya jalan keluar.

 

Said bin Jubair berkata: Aku disengat kalajengking. Maka ibuku bersumpah kepadaku: Hendaklah engkau minta dibacakan ruqyah. Namun aku berikan kepada pelaku ruqyah tanganku yang tidak disengat.

 

Al-Khawwash membaca firman Allah Ta’ala:   hingga akhir ayat. Kemudian ia berkata: Tidak patut bagi hamba setelah membaca ayat ini untuk berlindung kepada seseorang selain Allah Ta’ala.

 

Dikatakan kepada seorang alim dalam mimpinya: Siapa yang percaya kepada Allah Ta’ala, ia pun telah memperoleh kekuatannya.

 

Seorang alim berkata: Janganlah engkau dilalaikan oleh rezeki yang telah dijamin bagimu dari amal yang diwajibkan atasmu sehingga lenyap urusan akhiratmu dan engkau tidak mendapatkan dari dunia. kecuali yang sudah ditetapkan Allah bagimu.

 

Yahya bin Mu’adz berkata mengenai kehidupan hamba: Datangnya rezeki tanpa dicari adalah bukti bahwa rezeki disuruh mencari hamba.

 

Ibrahim bin Adham bertanya kepada seorang rahib: Dari mana anda makan?

 

la berkata kepadaku: Aku tidak mempunyai pengetahuan ini, tetapi tanyakan kepada Tuhanku dari mana Dia memberiku makanan. Seorang arif berkata: Bilamana engkau ridha Allah menjadi pelindung, maka engkau dapatkan jalan kepada setiap kebaikan. Kita mohon kepada Allah adab yang baik.

 

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” At-Taubah: 18

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa membangun masjid karena Allah, walaupun sebesar tempat galian tanah burung yang akan bertelur, Allah membangun baginya sebuah istana di surga.” Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mencintai masjid, maka Allah Ta’ala mencintainya.” Nabi SAW bersabda:

 

“Apabila seseorang dari kalian masuk masjid, hendaklah ia rukuk (shalat) dua raka’at sebelum duduk.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Tidak ada shalat (sempurna) bagi tetangga masjid, kecuali di dalam masjid.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Para malaikat mendoakan setiap orang dari kalian di tempat shalatnya yang ia shalat di situ. Mereka berkata: Ya Allah limpahkan keberkahan atasnya. Ya Allah, rahmatilah dia. Ya Allah ampunilah dia”, selama ia tidak berhadats atau keluar dari masjid.”

 

Nabi SAW bersabda: “Akan muncul di akhir zaman orang-orang dari umatku yang mendatangi masjid-masjid, lalu duduk di situ dalam lingkaran-lingkaran. Mereka hanya menyebut dunia dan mencintai dunia. Janganlah kalian duduk dengan mereka. Allah tidak mempunyai keperluan dengan mereka.”

 

Allah azza wa jalla berfirman dalam sebuah kitab: “Sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi-Ku adalah masjid-masjid dan para tamu-Ku di situ adalah orang-orang yang memakmurkannya. Maka beruntunglah hamba yang bersuci di rumahnya, kemudian mengunjungi Aku di rumah-Ku. Maka wajiblah yang dikunjungi untuk memuliakan tamunya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila kalian melihat orang yang biasa mengunjungi masjid, saksikanlah bahwa dia adalah orang beriman.”

 

Berkata Said ibnul Musayyab: “Barangsiapa duduk di masjid, sesungguhnya ia duduk dengan Tuhannya. Maka kewajibannya adalah tidak mengucapkan, kecuali kebaikan.”

 

Diriwayatkan dalam atsar atau khabar (hadits): “Berbicara di masjid memakan kebaikan-kebaikan seperti binatang memakan rumput.”

 

An-Nakha’iy berkata: Mereka dulu berpendapat bahwa berjalan di malam yang gelap menuju masjid menyebabkan masuk surga.

 

Berkata Anas bin Malik: Barangsiapa menyalakan lampu di masjid, para malaikat dan para pemikul Arsy memohonkan ampunan baginya selama cahayanya tetap ada di masjid itu.

 

Ali karromallahu wajhahu berkata: Apabila hamba meninggal dunia, ia ditangisi oleh tempat shalatnya di bumi dan tempat naik amalnya di langit.

 

Kemudian ia membaca:

 

“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi tangguh.” Ad-Dukhan: 29

 

Ibnu Abbas berkata: “Bumi menangisinya selama empat puluh pagi.”

 

Atha’ Al-Khurasani berkata: Tidaklah seorang hamba sujud sekali kepada Allah di suatu tempat di bumi, melainkan tempat itu bersaksi baginya pada hari kiamat dan menangisinya ketika ia meninggal.

 

Anas bin Malik berkata: “Tidaklah manusia mengingat Allah Ta’ala di suatu tempat dengan shalat atau dzikir, melainkan tempat itu membanggakan dirinya kepada tempat-tempat di sekitarnya dan gembira dengan mengingat Allah azza wa jalla hingga mencapai akhirnya dari tujuh lapis bumi.

 

Dan tidaklah seorang hamba berdiri mengerjakan shalat, melainkan bumi berhias untuknya.

 

Diriwayatkan bahwa tidaklah suatu kaum tinggal di suatu tempat, melainkan di pagi harinya tempat itu mendoakan atau melaknat mereka.

 

 

Ketahuilah. bahwa apabila Allah azza wa jalla menghendaki kebaikan bagi seorang hamba. Dia jadikan orang itu melihat kejelekan dirinya. Maka siapa yang mata hatinya tajam, ia pun mengetahui kejelekan-kejelekannya.

 

Apabila mengetahui kejelekan-kejelekannya, maka memungkinkan baginya untuk mengobatinya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui kejelekan-kejelekan diri mereka.

 

Seseorang dari mereka melihat kotoran di mata saudaranya dan tidak melihat batang pohon di depan mata dirinya.

 

Maka siapa yang ingin mengetahui kejelekan-kejelekan dirinya. ia mempunyai empat jalan.

 

Yang pertama: la duduk di hadapan seorang syeikh yang mengetahui kejelekan-kejelekan manusia dan mengetahui cela-cela tersembunyi dan memintanya untuk menilai dirinya dan mengikuti petunjuknya dalam mujahadahnya. Ini adalah keadaan murid bersama syeikhnya dan siswa dengan gurunya.

 

Maka guru dan syeikhnya menunjukkan kepadanya kejelekan-kejelekan dirinya dan memberitahu dia cara mengobatinya. Ini sudah sulit terdapat di zaman ini.

 

Yang kedua: Mencari teman yang dapat dipercaya, bijaksana dan mengamalkan agama, lalu ia mengangkatnya menjadi pengawas dirinya untuk mengamati keadaan dan perbuatan-perbuatannya.

 

Apabila ada akhlak dan kejelekannya yang batin dan lahir da baik yang tidak disukainya, ia pun mengingatkan dirinya atas hal itu.

 

Demikianlah yang dulu dilakukan oleh orang-orang yang cerdas dan tokoh-tokoh dari para pemimpin agama.

 

Adalah Umar r.a. berkata: Semoga Allah mengasihi orang yang menunjukkan kejelekanku kepadaku. la bertanya kepada Salman tentang kejelekannya. Ketika datang kepadanya, Umar berkata: Apa yang engkau dengar tentang aku mengenai perbuatan yang tidak engkau sukai?

 

Salman minta maaf, tetapi Umar tetap mendesaknya.

 

Maka Salman berkata: Aku mendengar engkau mengumpulkan dua macam kuah di atas satu meja dan engkau mempunyai dua pakaian, yang satu di siang hari dan yang satunya lagi di malam hari.

 

Umar berkata: Apakah engkau mendengar selain ini?

 

Salman menjawab: Tidak.

 

Umar berkata: Adapun dua perkara ini, aku telah dicukupi dengan keduanya.

 

Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dan berkata kepadanya: Engkau pemegang rahasia Rasulullah SAW mengenai orang-orang munafik. Apakah engkau melihat padaku sesuatu yang merupakan tanda kemunafikan?

 

Umar r.a. yang memiliki derajat yang agung dan jabatan yang tinggi sedemikian rupa tuduhannya kepada dirinya.

 

Maka setiap orang yang lebih banyak akalnya dan lebih tinggi jabatannya, lebih sedikit kebanggaannya dan lebih besar tuduhannya kepada dirinya. Namun hal ini juga sulit terdapat. Jarang di antara teman-teman orang yang meninggalkan pura-pura sehingga memberitahukan kejelekan atau meninggalkan kedengkian sehingga tidak melebihi kadar yang wajib.

 

Maka engkau tidak kosong di antara teman-temanmu dari orang yang dengki atau orang yang mempunyai tujuan dan melihat sesuatu yang tidak jelek sebagai kejelekan atau orang yang berpura-pura dan menyembunyikan darimu sebagian kejelekanmu. Dawud Ath-Tha’iy telah menjauhi orang-orang. Maka dikatakan kepadanya: Mengapa engkau tidak bergaul dengan orang-orang?

 

Dawud menjawab: Apa yang bisa aku lakukan dengan orang-orang yang menyembunyikan kejelekan-kejelekan dariku?

 

Keinginan orang-orang yang mengamalkan agama ialah mengoreksi kejelekan-kejelekan mereka setelah orang lain mengingatkan mereka.

 

Adapun orang-orang seperti kita keadaannya terbalik hingga manusia yang paling kita benci ialah orang yang menasihati kita dan memberitahukan kepada kita kejelekan-kejelekan kita. Hal ini hampir menunjukkan kelemahan iman.

 

Sesungguhnya akhlak yang buruk adalah bagaikan ular dan kalajengking yang menyengat. Andaikata seseorang mengingatkan kita bahwa di bawah baju kita ada seekor kalajengking, niscaya kita mendapat kebaikan darinya dan gembira dengannya serta sibuk menghilangkan kalajengking itu dan menjauhkannya dan membunuhnya.

 

Sesungguhnya kerusakan yang ditimbulkannya adalah pada badan dan kepedihannya berlangsung sehari atau kurang, sedangkan kerusakan yang ditimbulkan akhlak yang buruk terjadi pada hati yang dalam.

 

Aku khawatir kerusakan itu tetap ada sesudah kematian untuk selamanya atau ribuan tahun, kemudian kita tidak gembira dengan Orang yang mengingatkan kita kepadanya dan kita tidak sibuk dengan menghilangkannya, tetapi sibuk menghadapi dengan kata-kata yang sama. Maka kita katakan kepadanya: Kamu juga berbuat begini dan begini.

 

Permusuhan kita dengannya mencegah kita dari mengambil manfaat dengan nasihatnya.

 

Hal itu boleh jadi disebabkan kekerasan hati yang ditimbulkan oleh banyaknya dosa-dosa. Asal dari semua itu adalah kelemahan iman. Maka kita memohon kepada Allah azza wa jalla agar mengilhami kita kebenaran dar, menjadikan kita melihat kejelekan-kejelekan kita dan menyibukkan, kita dengan mengobatinya serta memberi kita taufik untuk mensyukuri Tuhan yang menunjukkan kejelekan-kejelekan kita kepada kita dengan karunia dan kemurahan-Nya.

 

Cara ketiga ialah menggunakan pengetahuan kejelekan-kejelekan dirinya dari lisan musuh-musuhnya, karena mata kebencian akan menampakkan kejelekan-kejelekan.

 

Barangkali pemanfaatan manusia terhadap musuh yang membencinya dengan menyebut kejelekan-kejelekannya lebih banyak daripada pemanfaatannya terhadap teman yang berpura-pura memujinya dan menyembunyikan kejelekannya.

 

Namun, tabiat manusia diciptakan untuk mendustakan musuh dan mengartikan apa yang dikatakan musuh sebagai kedengkian.

 

Akan tetapi manusia tidak kosong dari pemanfaatan perkataan musuh-musuhnya, karena kejelekan-kejelekannya pastilah tersebar melalui lisan mereka.

 

Cara keempat ialah bergaul dengan orang banyak. Maka setiap perbuatan yang dilihatnya tercela di antara masyarakat, hendaklah ia tuntut dirinya atas perbuatan itu dan menisbatkannya kepadanya, karena orang mukmin adalah cermin bagi orang mukmin lainnya sehingga ia melihat kejelekan orang lain sebagai kejelekan dirinya dan mengetahui bahwa tabiat-tabiat itu saling berdekatan dalam mengikuti hawa nafsu.

 

Maka sifat yang dimiliki satu orang di antara teman-teman tidaklah lepas teman yang lain dari asalnya atau dari yang lebih besar darinya atau dari sebagian darinya.

 

Oleh sebab itu, hendaklah ia memeriksa dirinya dan membersihkannya dari setiap sifat yang dicelanya pada orang lain.

 

Cukuplah ini bagimu sebagai pendidikan, yaitu andaikata orang-orang semuanya meninggalkan sifat yang tidak mereka sukai pada orang lain, niscaya mereka tidak membutuhkan pendidik.

 

Ketahuilah, bahwa jika engkau renungkan apa yang kami sebutkan dengan penuh perhatian, niscaya terbukalah mata hatimu dan tersingkaplah bagimu berbagai macam penyakit hati dan obatnya dengan cahaya ilmu dan keyakinan. Jika engkau tidak mampu melakukannya, maka engkau harus percaya dan beriman dengan jalan belajar dan bertaqlid bagi siapa yang layak untuk bertaqlid.

 

Karena iman mempunyai satu derajat sebagaimana ilmu mempunyai satu derajat. Ilmu terwujud setelah iman dan ia ada di belakangnya. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Al-Mujadilah: 11

 

Maka siapa yang percaya bahwa melawan keinginan nafsu adalah jalan menuju Allah azza wa jalla dan tidak mengetahui sebab dan rahasianya, ia pun termasuk orang-orang yang beriman.

 

Apabila ia mengetahui hal-hal yang membantu keinginan nafsu seperti yang kami sebutkan, maka ia termasuk orang-orang yang diberi ilmu dan Allah menjanjikan bagi masing-masing balasan terbaik.

 

Yang menunjukkan iman kepada hal ini dalam Al-Qur’an dan As Sunnah serta perkataan para ulama terlalu banyak untuk dibatasi.

 

Allah Ta’ala berfirman   (dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya). An-Naazi’aaat: 40-41.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa). AlHujurat: 3.

 

Ada yang mengatakan: Allah mencabut darinya cinta hawa nafsu.

 

Nabi SAW bersabda: “Orang mukmin berada di antara lima kesulitan: yaitu orang mukmin yang dengki kepadanya, orang munafik yang membencinya, orang kafir yang memeranginya dan syaitan yang menyesatkannya serta nafsu yang menentangnya.”

 

Maka beliau menjelaskan bahwa nafsu adalah musuh yang menentangnya dan ia wajib memeranginya.

 

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Dawud alaihis salam: Hai Dawud, waspadalah dan peringatkan para sahabatmu agar tidak mengikuti keinginan nafsu, karena hati yang menyukai keinginan nafsu akalnya terhalang dari-Ku.

 

Isa alaihis salam berkata: Beruntunglah siapa yang meninggalkan syahwat yang hadir untuk mendapatkan janji Tuhan yang gaib dan tidak dilihatnya.

 

Nabi SAW berkata kepada sejumlah orang yang datang dari berjihad: Selamat datang kamu sekalian. Kalian telah datang dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar.

 

Ada yang berkata: Ya Rasulallah, apa itu jihad yang lebih besar?

 

Beliau menjawab: Jihad melawan nafsu.

 

Nabi SAW bersabda: “Mujahid ialah orang yang memerangi nafsunya dalam menaati Allah azza wa jalla.”

 

Berkata Sufyan Ats-Tsauri: Tidaklah aku menghadapi sesuatu yang lebih sulit bagiku daripada nafsuku, terkadang aku menang, terkadang aku kalah.

 

Adalah Abul Abbas Al-Mushili berkata kepada dirinya: Hai nafsu, engkau tidak bersenang-senang di dunia bersama putra-putra raja dan tidak berijtihad dalam mencari akhirat bersama para hamba, seakan-akan aku melihatmu terkurung di antara surga dan neraka. Hai nafsu, tidakkah engkau merasa malu?

 

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi berkata: Perangilah dirimu dengan pedang-pedang riyadhah dan riyadhah ada empat macam: memakan makanan pokok, sedikit tidur, bicara seperlunya dan menahan gangguan dari semua orang.

 

Maka sedikit makan menimbulkan kematian hawa nafsu, sedikit tidur menimbulkan kejernihan dalam keinginan, sedikit bicara menyebabkan keselamatan dari berbagai kesalahan dan menahan gangguan dari orang lain menyebabkan sampai kepada tujuan-tujuan.

 

Yahya bin Mu’adz berkata pula: Musuh-musuh manusia ada tiga. yaitu dunianya, syaitan nya dan nafsu (diri)nya.

 

Maka berhati-hatilah dari godaan dunia dengan menjauhinya dan dari godaan syaitan dengan menentangnya dan dari nafsu dengan meninggalkan keinginan-keinginannya.

 

Seorang bijak berkata: Barangsiapa dikuasai oleh nafsu, ia pun menjadi tawanan dalam mencintai berbagai keinginannya, terkurung dalam penjara hawanya, tunduk dan terbelenggu, kendalinya berada di tangan nafsu yang menariknya ke mana pun yang dikehendakinya sehingga menghalanginya dari berbagai faedah.

 

Ja’far bin Humaid berkata: Para ulama dan orang-orang bijak sepakat bahwa kenikmatan tidak dapat diperoleh, kecuali dengan meninggalkan kenikmatan.

 

Abu Yahya Al-Warraq berkata: Barangsiapa membuat anggota-anggota tubuhnya senang menjalankan keinginan-keinginan nafsu, ia pun telah menanam dalam hatinya pohon penyesalan.

 

Wuhaib ibnul Wardi berkata: Makanan yang lebih dari roti adalah syahwat.

 

la berkata pula: Siapa yang menyukai keinginan-keinginan dunia, hendaklah ia bersiap untuk mengalami kehinaan.

 

Diriwayatkan bahwa istri pembesar berkata kepada Yusuf alaihis salam setelah menguasai perbendaharaan negeri dan duduk menunggunya di tempat yang tinggi dari jalan pada hari ketika lewat rombongannya yang berjumlah sekitar 12.000 orang pembesar kerajaannya: Maha Suci Tuhan yang menjadikan raja-raja sebagai budak karena mendurhaka dan menjadikan budak-budak sebagai raja karena ketaatan mereka kepada-Nya.

 

Sesungguhnya ketamakan dan keinginan nafsu menyebabkan raja-raja menjadi budak dan itu adalah balasan bagi orang-orang yang berbuat kerusakan, sedangkan kesabaran dan ketakwaan menyebabkan budak-budak menjadi raja.

 

Maka Yusuf berkata sebagaimana dikabarkan oleh Allah Ta’ala:

 

“Sesungguhnya berangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” Yusuf: 90

 

Al-Junaid rahimahullah berkata: Pada suatu malam aku tidak bisa tidur. Maka aku mengerjakan wiridku. Akan tetapi aku tidak merasakan kenikmatan yang biasa aku rasakan. Kemudian aku ingin tidur, tetapi aku tidak bisa. Maka aku duduk, tetapi tidak tahan duduk. Maka aku keluar. Ternyata kulihat seorang lelaki berselimut dalam abayah terbaring di jalan. Ketika mengetahui keberadaanku, ia berkata: Ya Abal Qasim, datanglah kepadaku sekarang.

 

Aku berkata: Ya Sayyidi, tanpa janji.

 

Orang itu berkata: Benar. Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar menggerakkan hatimu untukku.

 

Aku katakan: Allah telah melakukannya. Apa keperluanmu?

 

la menjawab: Kapan penyakit nafsu menjadi obatnya?

 

Aku menjawab: Apabila nafsu melawan keinginannya.

 

Kemudian ia berkata kepada dirinya: Dengarlah hai nafsu. Aku sudah menjawabmu dengan jawaban ini tujuh kali, tetapi engkau tidak mau mendengarnya, kecuali dari Al-Junaid. Sekarang engkau telah mendengarnya, kemudian ia pergi dan aku tidak mengenalnya.

 

Yazid Ar-Raqqasyi berkata: Ambillah air dingin dariku di dunia. Mudah-mudahan aku tidak diharamkan darinya di akhirat.

 

Ali r.a. berkata: Siapa yang merindukan surga, ia pun melupakan keinginan nafsu di dunia.

 

 

Ketahuilah bahwa kesempurnaan iman, yaitu mempercayai keesaan Allah Ta’ala dan agama yang dibawa oleh para rasul shalawatullah alaihim, adalah dengan menambah amal-amal.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” Al-Hujurat: 15

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi.” Al-Baqarah: 177

 

Maka Allah mensyaratkan 20 sifat seperti menepati janji dan sabar dalam menghadapi berbagai kesulitan.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya)).” Al-Baqarah: 177.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Al-Mujadilah: 11

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum menaklukkan (Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu.” Al-Hadid: 10

 

Allah Ta’ala berfirman:   ((Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah). Ali Imran: 163.

 

Nabi SAW bersabda: “Iman itu telanjang dan pakaiannya adalah ketakwaan.” (al hadits).

 

Nabi SAW bersabda: “Iman terdiri dari 70 macam lebih beberapa cabang, yang terendah darinya ialah menyingkirkan gangguan dari jalan.”

 

Ini menunjukkan bahwa kesempurnaan iman berkaitan dengan amal.

 

Adapun keterkaitannya dengan kebebasan dari sifat munafik dan syirik yang tersembunyi ialah sabda Nabi SAW:

 

“Empat perkara apabila terdapat pada seseorang, ia adalah munafik yang murni, meskipun ia berpuasa dan mengerjakan shalat dan menganggap dirinya orang beriman: yaitu orang yang apabila berbicara, ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, apabila diberi amanat, ia berkhianat dan apabila berdebat, ia menyeleweng.”

 

Dalam suatu riwayat: Apabila berjanji, ia berkhianat.

 

Disebutkan dalam hadits: “Syirik lebih tersembunyi dalam umatku daripada jalannya semut di atas batu yang besar.”

 

Hudzaifah r.a. berkata: “Ada orang di zaman Rasulullah SAW mengucapkan perkataan yang dengan sebabnya, ia menjadi seorang munafik sampai ia mati. Sungguh aku mendengarnya dari seseorang di antara kalian dalam sehari sepuluh kali.”

 

Hudzaifah r.a. berkata: Kaum munafik pada hari ini lebih banyak daripada mereka di zaman Nabi SAW. Mereka pada waktu itu menyembunyikannya, sedangkan hari ini mereka menampakkannya.

 

Kemunafikan ini bertentangan dengan iman yang benar dan kesempurnaannya dan ia tersembunyi.

 

Orang yang paling jauh darinya ialah orang yang takut kepadanya dan yang paling dekat darinya di antara mereka ialah orang yang menganggap dirinya bebas darinya.

 

Ibnu Umar r.a. mendengar seorang lelaki mengecam Al-Hajjaj.

 

Maka ia berkata: Beritahulah aku, seandainya dia hadir dan mendengar, apakah engkau berani mencelanya?

 

Orang itu menjawab: Tidak.

 

Ibnu Umar berkata: Kami dulu menganggap perbuatan ini sebagai kemunafikan di zaman Rasulullah SAW.

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mempunyai dua lidah di dunia, Allah menjadikannya mempunyai dua lidah di akhirat.”

 

Nabi SAW bersabda: “Seburuk-buruk manusia ialah orang yang mempunyai dua wajah, yaitu orang yang datang kepada kelompok ini dengan satu wajah dan mendatangi kelompok ini dengan wajah yang lain.”

 

Dikatakan kepada Al-Hasan: Ada sejumlah orang mengatakan: Kami tidak takut sifat munafik.

 

Al-Hasan menjawab: Demi Allah, sungguh aku lebih suka mengetahui bahwa aku bebas dari sifat munafik daripada diberi bukit-bukit emas.

 

Al-Hasan berkata: Termasuk sifat munafik ialah perbedaan antara lisan dan hati, yang rahasia (batin) dan terang (lahir), tempat masuk dan tempat keluar.

 

Seorang lelaki berkata kepada Hudzaifah r.a.: Sungguh aku takut menjadi seorang munafik.

 

Hudzaifah menjawab: Andaikata engkau seorang munafik, tentu engkau tidak takut sifat munafik. Sesungguhnya orang munafik itu merasa aman dari sifat munafik.

 

Berkata ibnu Abi Mulaikah: Aku mendapati seratus tiga puluh dan dalam suatu riwayat: seratus lima puluh sahabat Nabi SAW. Mereka semuanya takut sifat munafik.

 

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW duduk bersama sejumlah sahabatnya. Mereka menyebut seorang lelaki dan banyak memujinya. Ketika mereka dalam keadaan begitu, tiba-tiba muncul orang itu mendatangi mereka.

 

Wajahnya meneteskan air dari bekas wudhu. la memegang kedua sandalnya dengan kedua tangannya dan di antara kedua matanya nampak bekas sujud.

 

Maka sahabat berkata: Ya Rasulallah, ini orangnya yang kami ceritakan.

 

Maka Nabi SAW berkata: Aku melihat pada wajahnya bekas hitam dari syaitan.

 

Kemudian orang itu datang hingga memberi salam dan duduk bersama orang-orang.

 

Nabi SAW berkata: Aku bertanya kepadamu demi Allah, apakah engkau berkata dalam hatimu ketika mendekati orang-orang bahwa tidak ada di antara mereka yang lebih baik daripada engkau?

 

Orang itu menjawab: Allahumma, benar.

 

Nabi SAW mengatakan dalam doanya: “Ya Allah, aku mohon ampunan kepada-Mu atas dosa yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui.

 

Maka dikatakan kepadanya: Apakah anda takut, ya Rasulallah?

 

Beliau menjawab: Bagaimana aku merasa aman, sedangkan hati manusia berada di antara dua jari di antara jari-jari Ar-Rahman (Tuhan Yang Maha Pengasih). Dia berkuasa membolak-balikkannya sebagaimana yang Dia kehendaki.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala: 3752 5 Judul ed (Dan jelaslah bagi mereka siksa dari Allah yang belum pernah mereka pikirkan). Az Zumar: 47.

 

Dikatakan dalam tafsir: Mereka mengajarkan amal-amal yang mereka kira adalah kebaikan, tetapi diletakkan dalam sisi timbangan dosa.

 

Khabar-khabar dan atsar-atsar ini menunjukkan kepadamu bahaya masalah itu disebabkan kemunafikan yang lembut dan syirik yang tersembunyi dan tidak bisa merasa aman darinya hingga Umar ibnul Khaththab r.a. bertanya kepada Hudzaifah tentang dirinya apakah ia disebut dalam golongan munafik.

 

Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani: Aku mendengar sesuatu dari seorang penguasa dan aku ingin menegurnya.

 

Akan tetapi aku takut dia menyuruh membunuhku, sedangkan aku tidak takut mati, melainkan aku takut hatiku merasa bangga ketika rohku keluar sehingga aku menahan diri.

 

Ini termasuk kemunafikan yang bertentangan dengan hakikat iman, kebenaran, kesempurnaan dan kejernihannya, bukan asalnya.

 

Kemunafikan ada dua macam. Yang satu mengeluarkan dari agama dan ikut dalam golongan orang kafir serta masuk dalam golongan Orang-orang yang kekal di neraka.

 

Yang kedua menyebabkan pelakunya masuk neraka selama beberapa waktu atau menQur’angi derajat-derajat di Illiyyin dan merendahkan pangkat shiddiqin.

 

 

Allah Subhanahu telah menyebut ghibah dalam kitab-Nya dan mencelanya dan menyerupakan pelakunya dengan pemakan daging bangkai.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah kamu suka seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” Al-Hujurat: 12

 

Nabi SAW bersabda: “Orang muslim terhadap muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya.” Ghibah itu menyangkut kehormatan dan Allah mengumpulkan antara kehormatan, harta dan darah. Berkata Abu Barrah: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling membenci, jangan saling menambah harga barang yang dijual orang lain, jangan saling menjauhi dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

 

Diriwayatkan dari Jabir dan Abi Said, keduanya berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Jauhkan dirimu dari ghibah, karena ghibah lebih berat daripada zina. Adapun orang yang berzina bisa bertaubat dan Allah menerima taubatnya, sedangkan pelaku ghibah tidak diampuni hingga ia diampuni oleh orang yang digunjingnya.”

 

Anas berkata: Rasulullah SAW menceritakan: Pada malam Isra’ aku melewati orang-orang yang mencakari wajah mereka dengan kuku-kuku mereka.

 

Maka aku berkata: Ya Jibril, siapa mereka ini?

 

Jibril menjawab: Mereka ini orang-orang yang menggunjing Orang-orang lain dan menjelek-jelekkan kehormatan mereka.

 

Sulaiman bin Jabir berkata: Aku mendatangi Nabi SAW dan aku berkata: Ajarilah aku kebaikan supaya mendapat manfaat dengannya.

 

Beliau berkata: Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik sedikitpun, walaupun engkau tuangkan dari timbamu dalam wadah orang yang meminta air, dan engkau temui saudaramu dengan senyuman yang baik. Jika ia berlalu, janganlah engkau menggunjingnya.

 

Berkata Al-Baro’: Rasulullah SAW berkhutbah kepada kami hingga terdengar oleh para wanita di rumah-rumah mereka.

 

Beliau berkata: Hai kaum yang beriman dengan lisannya dan tidak beriman dengan hatinya, janganlah kalian menggunjing kaum muslimin dan jangan mencari kejelekan mereka, karena siapa yang mencari kejelekan saudaranya, Allah pun mencari kejelekannya dan siapa yang dicari Allah kejelekannya, Dia akan mencemarkannya di dalam rumahnya.

 

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa alaihis salam: “Barangsiapa mati setelah bertaubat dari ghibah, ia adalah orang terakhir yang masuk surga. Dan siapa yang mati dalam keadaan tetap melakukan ghibah, maka ia adalah orang pertama yang masuk neraka.”

 

Anas berkata: Rasulullah SAW menyuruh orang-orang berpuasa sehari dan berkata: Janganlah seseorang berbuka hingga aku izinkan baginya.

 

Maka orang-orang berpuasa hingga ketika tiba waktu sore, ada orang datang.

 

la berkata: Ya Rasulallah, aku masih berpuasa, maka izinkan aku berbuka.

 

Beliau izinkan orang itu berbuka dan seorang lagi dan seorang lagi hingga datang seorang lelaki.

 

la berkata: Ada dua orang wanita dari keluargaku yang suka melakukan ghibah. Kedua orang itu masih berpuasa dan keduanya malu untuk datang kepadamu. Maka izinkan bagi keduanya untuk berbuka.

 

Namun Rasulullah SAW berpaling darinya. Kemudian orang itu mengulanginya. Namun beliau berpaling darinya. Kemudian orang itu mengulanginya.

 

Maka Nabi SAW berkata: Sesungguhnya kedua orang itu tidak berpuasa. Bagaimana berpuasa orang yang sepanjang siangnya memakan daging orang banyak. Pergilah dan suruhlah keduanya, jika keduanya berpuasa, agar mengeluarkan muntahnya.

 

Maka ia kembali kepada keduanya dan mengabari mereka.

 

Kedua wanita itu mengeluarkan muntahnya. Masing-masing dari keduanya muntah segumpal darah. Kemudian ia kembali kepada Nabi SAW dan mengabarinya.

 

Nabi SAW berkata: Demi Tuhan yang jiwaku berada ditanganNya. Andaikata kedua muntahan itu tetap ada di perut keduanya, niscaya keduanya dimakan api.

 

Dalam suatu riwayat: Ketika Nabi SAW berpaling darinya, ia datang sesudah itu dan berkata: Ya Rasulallah, sesungguhnya kedua perempuan itu telah meninggal atau hampir meninggal.

 

Maka Nabi SAW berkata: Datangkan keduanya kepadaku.

 

Kedua perempuan itu datang, lalu Rasulullah SAW menyuruh mengambil sebuah wadah. Beliau berkata kepada salah satu dari keduanya: Muntahkanlah.

 

Ternyata ia muntah darah bercampur nanah hingga memenuhi wadah itu.

 

Beliau berkata kepada yang satunya lagi: Muntahkanlah. Maka ia pun muntah seperti itu. Kemudian ia berkata: Sesungguhnya kedua perempuan ini berpuasa dari apa yang dihalalkan Allah bagi keduanya dan berbuka dengan perbuatan yang diharamkan Allah atas keduanya. Yang satu duduk menghadap yang lain dan memakan daging orang banyak.

 

Adapun namimah, ia adalah perbuatan tercela. Allah Ta’ala berfirman:   Al-Qalam: 11. Kemudian Allah Ta’ala berfirman:   Al-Qalam: 13.

 

Berkata Abdullah ibnul Mubarak: Az-Zanim adalah anak zina yang tidak menyembunyikan omongan. la mengisyaratkan dengannya bahwa setiap orang yang tidak menyembunyikan omongan dan berjalan melakukan namimah (adu domba), maka ia adalah anak zina dengan berpedoman pada firman Allah azza wa jalla:   Az-Zanim adalah anak zina.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Al-Humazah: 1).

 

Ada yang mengatakan: Al-Humazah artinya pelaku namimah

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Al-Masad: 4)

 

Ada yang mengatakan: Istri Abu Lahab suka melakukan namimah dan menyampaikan omongan.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah). At-Tahrim: 10.

 

Ada yang mengatakan: Istri Luth memberitahukan tentang tamu-tamu dan istri Nuh mengabarkan bahwa Nuh gila.

 

“Nabi SAW telah bersabda: “Tidak masuk surga pelaku namimah.”

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

 

“Orang-orang yang paling dicintai Allah di antara kamu ialah yang paling baik akhlaknya di antara kamu dan orang-orang yang merendahkan diri yang mencintai dan dicintai. Dan orang-orang yang paling dibenci Allah di antara kamu ialah orang-orang yang berjalan melakukan namimah dan memisahkan antara saudara-saudara dan mencari kesalahan orang-orang yang tidak bersalah.”

 

Nabi SAW bersabda: “Maukah kuberitahukan kepada kalian orang-orang yang jahat di antara kalian?

 

Para sahabat menjawab: Mau, ya Rasulallah.

 

Nabi SAW berkata: Orang-orang yang berjalan melakukan namimah dan merusakkan hubungan di antara mereka yang saling mencintai dan suka mencari kejelekan atau kesalahan orang-orang yang tidak bersalah.”

 

Abu Dzarr berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menyiarkan perkataan atas seorang muslim untuk menjelekkannya tanpa hak, maka Allah menjelekkannya dengan sebabnya di neraka pada hari kiamat.”

 

Abu Darda’ berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Orang mana yang menyiarkan suatu perkataan atas seseorang, sedangkan orang itu tidak bersalah untuk menjelekkannya di dunia, maka wajiblah atas Allah untuk menjelekkan pelakunya pada hari kiamat di neraka.”

 

Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa bersaksi atas seorang muslim dengan kesaksian yang tidak patut baginya. maka biarlah ia menduduki tempatnya di neraka.”

 

Diriwayatkan bahwa sepertiga siksa kubur adalah disebabkan hamimah.

 

Diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbar bahwa bani Israel mengalami musim paceklik. Maka Musa alaihis salam berdoa meminta hujan beberapa kali, tetapi mereka tidak diberi hujan.

 

Kemudian Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: Aku tidak mengabulkan doamu dan para pengikutmu karena di antara kalian ada seorang pelaku namimah yang terus menerus melakukan namimah.

 

Maka Musa berkata: Ya Tuhanku, siapakah dia? Tunjukkan orang itu kepadaku supaya aku mengeluarkannya dari antara kami?

 

Allah menjawab: Hai Musa, Aku melarangmu melakukan namimah sedang Aku melakukan namimah?

 

Maka mereka bertaubat dan diberi hujan.

 

Diceritakan: Seorang lelaki mengikuti seorang bijak sejauh 700 farsakh untuk menanyakan tentang tujuh kata. Ketika orang itu datang kepadanya, ia berkata: Aku datang kepadamu untuk mendapat manfaat dari ilmu yang diberikan Allah Ta’ala kepadamu.

 

Beritahulah aku tentang langit dan yang lebih berat darinya, tentang bumi dan yang lebih luas darinya, tentang batu karang dan yang lebih keras darinya, tentang api dan yang lebih panas darinya, tentang zamharir dan yang lebih dingin darinya, tentang laut dan yang lebih kaya darinya, tentang anak yatim dan yang lebih hna darinya.

 

Orang bijak itu menjawab: Fitnah atas orang yang tak bersalah lebih berat daripada lapisan-lapisan langit, kebenaran lebih luas daripada bumi, hati yang mempunyai sifat qana’ah lebih kaya daripada laut, ketamakan dan dengki lebih panas daripada api, keperluan kepada kerabat apabila tidak berhasil lebih dingin daripada zamharir. Hati orang kafir lebih keras daripada batu dan pelaku namimah apabila jelas perbuatannya lebih hina daripada anak yatim.

 

“Penyair berkata:

 

Barangsiapa suka mengadu domba di antara orang banyak, maka teman tidak aman dari kalajengking dan ularnya seperti banjir di waktu malam yan tidak ada orang tahu dari mana ia datang dan tidak tahu dari mana ia menyerangnya celakalah, janji darinya bagaimana ia melanggarnya celakalah, simpati darinya bagaimana ia merusaknya

 

Penyair lain berkata:

 

la berusaha merugikanmu sebagaimana ia berusaha menguntungkanmu maka engkau tidak aman dari kejahatan orang yang bermuka dua dan licik

 

 

Nabi SAW bersabda: “Di dalam hati terdapat dua bisikan. Satu bisikan dari malaikat, yaitu menjanjikan kebaikan dan mempercayai kebenaran. Barangsiapa merasakan hal itu, hendaklah ia mengetahui bahwa itu berasal dari Allah Subhanahu dan hendaklah ia memuji Allah.

 

Dan satu bisikan dari musuh (syaitan), yaitu menjanjikan kejelekan dan mendustakan kebenaran serta melarang kebaikan. Maka siapa yang merasakan hal itu, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

 

Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala:

 

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Al-Baqarah: 268

 

Berkata Al-Hasan: Keduanya adalah dua keinginan yang bergerak di dalam hati. Satu keinginan dair Allah Ta’ala dan satu keinginan dari musuh.

 

Maka semoga Allah mengasihi hamba yang berhenti pada keinginannya. Mana yang berasal dari Allah Ta’ala, ia melaksanakannya dan mana yang berasal dari musuhnya (syaitan), ia memeranginya.

 

Jabir bin Ubaidah Al-Adawi berkata: Aku mengeluhkan kepada Al-‘Ala’ bin Ziyad was-was yang aku rasakan dalam dadaku.

 

Al-Ala’ menjawab: Sesungguhnya perumpamaan hal itu adalah seperti rumah yang didatangi para pencuri. Jika ada sesuatu di dalamnya, mereka mengambilnya. Kalau tidak, mereka pergi dan meninggalkannya.

 

Maksudnya ialah bahwa hati yang kosong dari keinginan nafsu tidak dimasuki syaitan. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:   (Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bgimu terhadap mereka). Al-Hijr: 42.

 

Maka setiap orang yang mengikuti hawa nafsu adalah budak hawa nafsu, bukan hamba Allah. Oleh karena itu, Allah jadikan syaitan berkuasa atasnya dan Allah Ta’ala berfirman:   (Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya). Al-Jaatsiyah: 23.

 

Ayat ini menunjukkan bahwa siapa yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan dan sembahannya, maka ia adalah budak hawa nafsu. bukan hamba Allah.

 

Amru ibnul Ash berkata kepada Nabi SAW: Ya Rasulallah, syaitan menghalangi antara aku dan shalatku dan bacaanku.

 

Nabi SAW berkata: Itu adalah syaitan yang bernama Khinzib. Apabila engkau merasakan gangguan itu, mohonlah perlindungan kepada Allah darinya dan menghembuslah ke sebelah kirimu tiga kali.

 

Amru berkata: Maka aku lakukan itu dan Allah menghilangkan gangguan itu dariku.

 

Disebutkan dalam khabar bahwa wudhu mempunyai syaitan pengganggunya bernama Walhan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah darinya dan tidaklah menghapus godaan syaitan dari hati, kecuali ingatan selain itu, karena apabila terlintas pada hati ingatan akan sesuatu, lenyaplah ingatan sesuatu yang sebelumnya. Akan tetapi segala sesuatu selain Allah Ta’ala dan selain yang berkaitan dengannya bisa juga menjadi tempat bagi syaitan, sedangkan dzikrullah itulah yang mengamankannya.

 

Allah memberitahu bahwa syaitan tidak mempunyai tempat di dalamnya dan sesuatu tidak bisa dihilangkan, kecuali dengan kebalikannya dan lawan dari semua godaan syaitan adalah dzikrullah, yaitu dengan memohon perlindungan dan melepaskan diri dari daya dan kekuatan.

 

Itulah makna perkataanmu: “Audzu billahi min asy-syaithanir rajiim, wa laa haula wa laa quwwata illaa billahil “aliyyil “adhiem.”

 

Hal itu tidak dapat dilakukan, kecuali oleh orang-orang bertakwa yang banyak mengingat Allah Ta’ala.

 

Sesungguhnya syaitan mengelilingi  syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” Al-A’raf: 201

 

Berkata Mujahid mengenai makna firman Allah Ta’ala: 

 

Syaitan masuk di dalam hati. Apabila ia mengingat Allah Ta’ala, syaitan mundur dan keluar. Apabila ia lalai, syaitan masuk dalam hatinya. Maka saling mengusir antara dzikrullah dan was-was (godaan) syaitan adalah seperti saling mengusir antara cahaya dan kegelapan dan antara malam dan siang.

 

Karena keduanya saling bertentangan, Allah Ta’ala berfirman:   (Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah). Al-Mujadilah: 19.

 

Anas berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya syaitan meletakkan belalainya di atas hati anak Adam. Jika ia mengingat Allah Ta’ala, syaitan mundur. Jika ia lupa kepada Allah Ta’ala, syaitan menelan hatinya.”

 

Berkata ibnu Wadhdhah: “Apabila seseorang mencapai usia empat puluh tahun dan tidak bertaubat, syaitan mengusap mukanya dengan tangannya. la berkata: Demi bapakku, ini adalah wajah orang yang tidak beruntung.”

 

Hawa nafsu bercampur dengan daging anak Adam dan darahnya. Maka kekuasaan syaitan juga berjalan dalam daging dan darahnya dan mengelilingi hati dari sisi-sisinya.

 

Oleh sebab itu, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya syaitan memasuki anak Adam (manusia) mengikuti jalannya darah, maka sempitkanlah jalan-jalannya dengan lapar.”

 

Hal itu karena rasa lapar mematahkan syahwat, sedangkan jalannya syaitan adalah hawa nafsu dan karena hawa nafsu mengelilingi hati dari sisi-sisinya.

 

Allah Ta’ala berfirman mengabarkan tentang iblis:

 

“Aku benar-benar akan duduk menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” Al-A’raf:16-17

 

Nabi SAW bersabda: “Syaitan duduk menghalangi anak Adam di jalan-jalan. Maka ia duduk menghalanginya di jalan Islam. Syaitan berkata: Apakah engkau masuk Islam dan meninggalkan agamamu dan agama bapak-bapakmu? Namun manusia menentangnya dan masuk Islam.

 

Kemudian ia duduk menghalanginya di jalan hijrah. la berkata: Apakah engkau mau pergi hijrah dan meninggalkan negeri dan langitmu? Orang itu menentangnya dan pergi hijrah.

 

Kemudian syaitan duduk menghalanginya di jalan jihad. Ia berkata: Apakah engkau mau berjihad yang menimbulkan kebinasaan jiwa dan harta, lalu engkau berperang dan terbunuh, lalu istri-istrimu dinikahi Orang lain dan hartamu dibagi? Namun orang itu menentangnya dan berjihad.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Siapa melakukan itu, lalu mati, wajib atas Allah untuk memasukkannya ke dalam surga.”

 

 

Sufyan berkata: Cinta adalah mengikuti Rasulullah SAW. Yang lain berkata: Cinta ialah selalu mengingat. Yang lain berkata: Cinta ialah mengutamakan kekasih. Salah seorang dari mereka berkata: Cinta ialah tidak suka hidup di dunia.

 

Semua itu mengisyaratkan kepada buah cinta. Adapun cinta itu sendiri, mereka tidak menyinggungnya.

 

Al-Junaid berkata: Allah Ta’ala mengharamkan cinta atas orang yang menyukai kesenangan dunia.

 

la berkata: Setiap cinta ada imbalannya. Apabila hilang imbalannya, hilanglah cintanya.

 

Dzunnun berkata: Katakanlah kepada siapa yang menyatakan cinta kepada Allah, waspadalah jangan sampai engkau tunduk kepada selain Allah.

 

Dikatakan kepada Asy-Syibli rahimahullah: Gambarkan bagi kami orang yang arif dan orang yang cinta kepada Allah.

 

Asy-Syibli menjawab: Orang yang arif apabila bicara, ia binasa dan orang yang cinta Allah, jika diam, ia binasa.

 

Asy-Syibli rahimahullah berkata:

 

Wahai tuan yang pemurah cintamu ada di rongga perutku wahai yang menghilangkan tidur dari kelopak mataku engkau tahu apa yang aku alami

 

Pada suatu hari Rabi’ah Al-Adawiyah berkata: Siapa bisa menunjukkan kami kepada kekasih kami?

 

Seorang pelayannya berkata: Kekasih kita bersama kita, tetapi dunia memutuskan kita darinya.

 

Ibnul Jala” rahimahullahu ta’ala berkata: Allah mewahyukan kepada Isa alaihis salam: Apabila Aku memeriksa rahasia (batin) seorang hamba, namun Aku tidak menemukan di situ cinta dunia dan akhirat, Aku penuhi dia dengan cinta-Ku dan Aku pun memeliharanya.

 

Diceritakan.

 

Pada suatu hari Samnun berbicara tentang cinta. Tiba-tiba muncul seekor burung turun di hadapannya. Burung itu mematuk tanah hingga mengalir darah darinya sampai mati.

 

Ibrahim bin Adham berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa surga tidak senilai dengan sayap nyamuk dibandingkan yang Engkau anugerahkan kepadaku berupa cinta kepada-Mu dan yang Engkau senangkan aku ketika mengingatMu dan waktu yang Engkau berikan kepadaku untuk memikirkan kebesaran-Mu.

 

As-Sariyyu rahimahullahu berkata: Barangsiapa mencintai Allah, dia tetap hidup dan siapa yang condong kepada dunia, dia akan tersesat.

 

Orang yang dungu pergi dan pulang dalam mencari sesuatu yang tidak bernilai, sedangkan orang berakal memeriksa kejelekan-kejelekannya.

 

Adapun mengoreksi diri, Allah telah menyuruh melakukannya dengan firman Allah Ta’ala:   (Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Al-Hasyr: 18. Ini adalah isyarat kepada muhasabah (koreksi diri) atas amal-amal yang sudah lewat. Oleh karena itu Umar r.a. berkata: “Hisablah (koreksilah) dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah dirimu sebelum kamu ditimbang.”

 

Disebutkan dalam khabar bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi SAW. la berkata: Ya Rasulallah. wasiatilah aku.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Apakah engkau minta wasiat?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Apabila engkau hendak melakukan suatu perbuatan, pikirkanlah akibatnya. Jika akibatnya baik, maka lakukanlah. Dan jika akibatnya buruk. maka janganlah engkau melakukannya.

 

Disebutkan dalam khabar: Orang berakal patut mempunyai empat saat. Satu saat di antaranya untuk mengoreksi dirinya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” An-Nur: 31

 

Taubat ialah memeriksa perbuatan setelah selesai darinya dengan menyesalinya. Nabi SAW bersabda: “Sungguh aku memohon ampun kepada Allah Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” Al-A’raf: 201

 

Diriwayatkan dari Maimun bin Mihran bahwa ia berkata: Tidaklah hamba menjadi orang yang bertakwa hingga ia membuat perhitungan dengan dirinya lebih teliti daripada perhitungan dengan syarikatnya dan kedua orang yang bersyarikat saling membuat perhitungan.

 

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Abu Bakar r.a. berkata kepadanya menjelang wafatnya: Tidak ada orang yang lebih aku cintai daripada Umar.

 

Kemudian ia berkata lagi: Bagaimana aku katakan?

 

Aisyah mengulangi perkataan Abu Bakar.

 

Abu Bakar berkata lagi: Tidak ada orang yang lebih aku sukai daripada Umar.

 

Lihatlah bagaimana ia meninjau kembali setelah selesai dari mengucapkan perkataan itu, lalu merenungkannya dan menggantinya dengan perkataan lain.

 

Dan hadits Abi Thalhah ketika disibukkan oleh burung dalam shalatnya, lalu ia merenungkan kebunnya sebagai shodaqoh untuk Allah Ta’ala karena menyesal dan mengharapkannya sebagai ganti bagi amaln yang tertinggal.

 

Dalam hadits ibnu Salam disebutkan bahwa ia memikul seikat kayu bakar. Kemudian dikatakan kepadanya: Hai Aba Yusuf, di rumahmu dan pelayanmu cukup bagimu untuk melakukan ini.

 

Abdullah bin Salam berkata: Aku ingin mencoba diriku apakah dia menentangnya.

 

Berkata Al-Hasan: Orang mukmin memimpin dirinya. Ia menghisabnya karena Allah. Sesungguhnya hisab itu menjadi ringan atas suatu kaum yang menghisab diri mereka di dunia dan hisab itu menjadi berat pada hari kiamat atas suatu kaum yang mengamalkan urusan (agama) ini tanpa muhasabah.

 

Kemudian ia menafsirkan muhasabah. la berkata: Sesungguhnya Orang mukmin dikejutkan oleh sesuatu yang mengherankannya.

 

Maka ia berkata: Demi Allah, sungguh engkau mengherankan aku dan aku membutuhkanmu. Akan tetapi, jauh sekali, ada halangan antara aku dan kamu. Ini adalah hisab sebelum amal.

 

Kemudian ia berkata: Dan ia sudah terlanjur mengucapkannya. Maka ia kembali kepada dirinya dan berkata: Apa yang engkau inginkan dengan ini? Demi Allah, aku tidak mempunyai uzur dengan ini. Demi Allah, aku tidak akan melakukan ini lagi untuk selamanya, jika Allah menghendaki.

 

Anas bin Malik berkata: Aku mendengar Umar ibnul Khaththab r.a. ketika ia keluar bersama aku hingga ia memasuki sebidang kebun. Aku mendengarnya berkata di balik dinding di dalam kebun: Umar ibnul Khaththab Amirul mukminin, bagus, bagus. Demi Allah, engkau harus takut kepada Allah atau Dia akan menyiksamu.

 

Al-Hasan berkata mengenai firman Allah Ta’ala:   (Al-Qiyamah: 2).

 

la berkata: Orang mukmin itu selalu menegur dirinya: “Apa yang engkau inginkan dengan ucapanku, apa yang engkau inginkan dengan makananku dan apa yang engkau inginkan dengan minumanku?

 

Sedangkan orang yang fajir berjalan terus tanpa menegur dirinya.

 

Malik bin Dinar rahimahullah berkata: Semoga Allah mengasihi seorang hamba yang berkata kepada dirinya: Bukankah engkau pernah melakukan begini, bukankah engkau pernah melakukan begini?

 

Kemudian ia mencelanya, kemudian mengendalikannya, kemudian memaksanya mengamalkan kitab Allah Ta’ala.

 

Maka kitab Allah menjadi penuntunnya dan ini termasuk teQur’an kepada diri sendiri.

 

Maimun bin Mihran berkata: Orang yang bertakwa lebih keras menghisab dirinya daripada raja yang kejam dan daripada sekutu kerja yang pelit.

 

Ibrahim At-Taimi berkata: Aku umpamakan diriku berada di surga makan dari buah-buahan dan minum dari sungai-sungainya dan memeluk perawan-perawannya.

 

Kemudian aku umpamakan diriku berada di neraka makan dari buah zaqqumnya dan minum dari air nanahnya dan diikat dengan rantai dan belenggunya.

 

Kemudian aku katakan kepada diriku: Hai diriku, apa yang engkau inginkan?

 

la menjawab: Aku ingin dikembalikan ke dunia, lalu mengerjakan amal yang baik.

 

Aku katakan: Engkau sedang berangan-angan, maka beramallah. Malik bin Dinar berkata: Aku mendengar Al-Hajjaj berkhutbah: Ia berkata: Semoga Allah mengasihi manusia yang menghisab dirinya sebelum ia dihisab oleh orang lain. Semoga Allah mengasihi manusia yang mengendalikan amalnya. lalu berpikir apa yang ia inginkan dengannya. Semoga Allah mengasihi manusia yang memeriksa takarannya. Semoga Allah mengasihi manusia yang memeriksa timbangannya. la terus berkata hingga membuatku menangis. Seorang teman Ahnaf bin Qais berkata: Aku dulu menemaninya. Kebanyakan shalatnya di waktu malam adalah berdoa. la mendatangi pelita, lalu meletakkan jarinya di lampu hingga merasakan panasnya api. Kemudian ia berkata kepada dirinya: Hai Hanif, apa yang mendorongmu untuk berbuat begini di hari Anu, apa yang mendorongmu untuk berbuat begini di hari Anu.

 

 

Diriwayatkan oleh Ma’qil bin Yasar: Rasulullah SAW bersabda: Akan datang suatu zaman kepada manusia dimana Al-Qur’an menjadi usang dalam hati orang-orang seperti baju yang usang pada badan.

 

Urusan mereka semuanya adalah ketamakan yang tidak ada rasa takut bersamanya. Jika seseorang dari mereka berbuat baik, ia berkata: Amalku diterima dariku. Jika ia berbuat buruk, ia berkata: Dosaku akan diampuni.

 

Maka beliau mengabarkan bahwa mereka meletakkan ketamakan di tempat rasa takut karena mereka tidak tahu tentang ancaman-ancaman Al-Qur’an dan apa yang terdapat di dalamnya.

 

Keadaan yang sama dikabarkan tentang kaum Nasrani, karena Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: “Kami akan diberi ampun.” Al-A’raf: 169

 

Artinya mereka mewarisi Al-Kitab, yakni mereka ulama dan mengambil harta benda dunia dari jalan yang haram maupun halal. Allah Ta’ala berfirman:   (Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga). Ar-Rahman: 46.

 

“Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.” Ibrahim: 14

 

Al-Qur’an dari awalnya berisi peringatan dan ancaman. Tidaklah seseorang berpikir mengenainya, melainkan ia akan lama kesedihannya dan besar rasa takutnya, jika ia beriman pada isinya.

 

Engkau lihat orang-orang memperdebatkannya. Mereka mengeluarkan huruf-huruf dari makhraj-makhrajnya dan saling berdebat mengenai lafadh, rafa’ dan nashabnya, seakan-akan mereka membaca syi’ir-syi’ir bangsa Arab.

 

Tidak penting bagi mereka untuk memahami makna-maknanya dan mengamalkan isinya. Adakah ghurur di dunia yang lebih buruk dari ini?

 

Yang mendekati hal itu ialah ghururnya orang-orang yang melakukan berbagai ketaatan dan maksiat, tetapi maksiat mereka lebih banyak, sedangkan mereka mengharapkan ampunan dan menyangka bahwa timbangan kebaikan mereka lebih berat, padahal timbangan dosa-dosa mereka lebih banyak.

 

Ini adalah puncak kebodohan. Maka engkau lihat satu orang menyedekahkan beberapa dirham dari penghasilan yang halal dan haram, sedangkan yang ia dapatkan dari harta kaum muslimin dan penghasilan yang syubhat adalah berlipat kali darinya.

 

Barangkali yang ia sedekahkan adalah dari harta kaum muslimin, sedangkan ia mengandalkannya dan menganggap bahwa makan seribu dirham yang haram bisa ditandingi dengan menyedekahkan sepuluh dirham yang haram atau halal.

 

Hal itu seperti orang yang meletakkan sepuluh dirham di sisi satu timbangan dan di sisi yang lain seribu dirham.

 

la ingin mengangkat sisi timbangan yang berat dengan sisi timbangan yang ringan dan itu adalah puncak kebodohannya.

 

Di antara mereka ada yang mengira bahwa ketaatannya lebih banyak dari kedurhakaannya, karena ia tidak menghisab dirinya dan tidak memeriksa kedurhakaannya.

 

Apabila ia melakukan ketaatan, ia menghafalnya dan menghitungnya seperti orang yang meminta ampun kepada Allah dengan lisannya atau bertasbih menyucikan Allah dalam sehari seratus kali, kemudian menggunjing kaum muslimin dan menjelekkan kehormatan mereka serta berbicara dengan pembicaraan yang tidak diridhai Allah sepanjang siang tanpa batas dan jumlah. sedangkan pandangannya tertuju kepada jumlah tasbihnya bahwa ia meminta ampun kepada Allah seratus kali dan lalai dari pembicaraannya sepanjang siangnya yang andaikata ia menulisnya, niscaya seperti tasbihnya seratus kali atau seribu kali.

 

Para malaikat pencatat yang mulia telah menulisnya dan Allah telah mengancamnya dengan hukuman atas setiap kali. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” Qaf:18

 

Orang ini merenungkan keutamaan-keutamaan tasbih dan tahlil, tetapi tidak memperhatikan hukuman para penggunjing, pendusta, pelaku namimah dan kaum munafik yang menampakkan perkataan yang berbeda dengan yang mereka sembunyikan dan kejelekan-kejelekan lisan lainnya. Itu adalah ghurur semata-mata. Demi hidupku, andaikata para malaikat pencatat yang mulia meminta upah darinya untuk mencatat perkataan tak berguna yang melebihi tasbihnya, niscaya ia mencegah lisannya sekalipun dari urusannya yang penting.

 

Dan apa yang ia ucapkan pada waktu-waktunya, ia pun menghitungnya dan menimbang dengan tasbih-tasbihnya supaya tidak melebihi upah pencatatannya.

 

Sungguh mengherankan orang yang menghisab dirinya dan berhati. hati karena takut kehilangan satu qirath dalam upah pencatatan itu dan tidak berhati-hati karena takut kehilangan surga Firdaus tertinggi dan kenikmatannya.

 

Ini tidak lain adalah musibah yang besar bagi siapa yang memikirkannya.

 

Hal itu telah mendorong kita kepada suatu perkara yang apabila kita meragukannya, maka kita termasuk orang-orang kafir yang ingkar dan jika kita mempercayainya, maka kita termasuk orang-orang dungu yang tertipu.

 

Ini bukanlah amal-amal dari orang yang mempercayai ajaran yang dibawa oleh Al-Qur’an dan kita berlindung kepada Allah supaya tidak menjadi orang yang ingkar.

 

 

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Shalat jama’ah melebihi shalat sendirian sebanyak 27 derajat.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW tidak melihat sejumlah orang dalam sebagian shalat. Maka beliau berkata: Aku ingin menyuruh seorang mengimami shalat orang-orang, kemudian aku mendatangi orang-orang yang tidak ikut shalat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka.

 

Dalam riwayat lain: “Kemudian aku mendatangi orang-orang yang tidak ikut shalat jama’ah, lalu aku menyuruh orang membakar rumah-rumah mereka dengan tumpukan kayu bakar.

 

Andaikata seseorang dari mereka mengetahui bahwa ia akan mendapat tulang yang penuh daging atau dua kaki kambing, niscaya ia menghadirinya, yakni shalat Isya”.

 

Utsman r.a. berkata secara marfu’: “Barangsiapa menghadiri shalat Isya’ berjama’ah, seakan-akan ia mengerjakan shalat setengah malam dan siapa yang menghadiri shalat Subuh berjama’ah, seakan-akan ia mengerjakan shalat satu malam penuh.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dalam jama’ah, ia pun telah memenuhi lautnya dengan ibadah.”

 

Berkata Said ibnul Musayyab: Tidaklah juru adzan menyerukan adzan sejak dua puluh tahun, melainkan aku berada di masjid.

 

Berkata Muhammad bin Waasi’:: Aku tidak menyukai dari dunia ini, kecuali tiga perkara: yaitu seorang saudara lelaki yang apabila aku bengkok, dia luruskan aku. Dan makanan pokok dari rezeki yang datang secara mudah tanpa susah payah dan shalat dalam jama’ah yang aku tidak dilupakan darinya dan ditulis bagiku keutamaannya.

 

Diriwayatkan bahwa Abu Ubaidah ibnul Jarrah mengimami suatu kaum pada suatu kali. Ketika selesai, ia berkata: Syaitan terus menggangguku tadi hingga aku menganggap diriku lebih baik daripada orang lain. Maka aku tidak mau menjadi imam untuk selamanya.

 

Al-Hasan berkata: Perumpamaan orang yang mengimami orang banyak tanpa ilmu adalah seperti orang yang menakar air di dalam laut. Ia tidak tahu apakah bertambah atau berkurang.

 

Hatim Al-Asham berkata: Aku ketinggalan shalat dalam jama’ah. Kemudian Ishaq Al-Bukhari bertakziah kepadaku sendirian. Andaikata anakku meninggal niscaya telah bertakziah kepadaku lebih dari sepuluh ribu orang, karena musibah agama lebih ringan bagi orang-orang daripada musibah dunia.

 

Ibnu Abbas r.a. berkata: Barangsiapa mendengar suara juru adzan dan tidak menjawabnya, ia pun tidak menginginkan kebaikan dan tidak diinginkan kebaikan baginya.

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Dipenuhinya telinga anak Adam dengan timah yang dilelehkan lebih baik baginya daripada mendengar adzan, kemudian tidak menjawabnya.

 

Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mihran mendatangi masjid. Kemudian dikatakan kepadanya: Orang-orang sudah bubar.

 

Maka Maimun mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.” Sungguh keutamaan shalat ini lebih aku sukai daripada memimpin Iraq.

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat selama 40 hari dalam jama’ah tanpa ketinggalan takbiratul ihram di dalamnya, Allah menulis baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari sifat munafik dan kebebasan dari neraka.”

 

Diriwayatkan bahwa pada hari kiamat dihimpun suatu kaum yang wajah-wajah mereka seperti bintang yang berkilauan. Maka para malaikat berkata kepada mereka: Apa amal-amalmu?

 

Mereka menjawab: Kami dulu apabila mendengar adzan, kami pun berdiri lalu bersuci tidak melakukan selain itu.

 

Kemudian dihimpun sekelompok orang yang wajah-wajah mereka seperti bulan. Mereka menjawab setelah ditanya: Kami dulu berwudhu sebelum waktunya.

 

Kemudian dihimpun sekelompok orang yang wajah-wajah mereka seperti matahari. Mereka berkata: Kami dulu mendengar adzan di dalam masjid.

 

Diriwayatkan bahwa ulama salaf dahulu mentakziahi diri mereka tiga hari apabila mereka ketinggalan takbiratul ihram dan ditakziahi tujuh hari apabila ketinggalan shalat jama’ah.

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam.” Al-Muzzammil: 20

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu?) dan bacaan di waktu malam itu lebih berkesan.” Al-Muzzammil: 6

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.” As-Sajdah: 16

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang berada di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri.” Az-Zumar: 9

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Dan orang-orang yang bermalam dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” Al-Furqan: 64

 

Allah Ta’ala berfirman: 

 

Ada yang mengatakan: la adalah shalat malam dan menjalani kesabaran untuk memerangi nafsu.

 

Dalam khabar-khabar disebutkan: Nabi SAW bersabda: “Syaitan membuat tiga ikatan di belakang kepala seseorang dari kalian ketika ia tidur. la memukul pada tempat setiap ikatan seraya berkata: Malammu masih panjang, tidurlah.

 

Jika ia terbangun dan menyebut Allah Ta’ala, terlepaslah satu ikatan. Jika ia berwudhu’, terlepas satu ikatan. Jika ia mengerjakan shalat, terlepaslah satu ikatan. Maka ia pun menjadi giat dan baik jiwanya. Kalau tidak, ia menjadi buruk jiwanya dan malas.

 

Disebutkan dalam hadits bahwa disebut di dekatnya seorang lelaki yang tidur seluruh malam sampai pagi. Maka Nabi SAW berkata: Itu adalah orang yang dikencingi syaitan telinganya.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Dua raka’at yang dikerjakan hamba di tengah malam lebih baik baginya daripada dunia beserta isinya. Kalau saja aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku wajibkan dua raka’at itu atas mereka”

 

Disebutkan dalam hadits sahih dari Jabir bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya di waktu malam ada satu saat apabila seorang hamba yang muslim bertepatan dengannya dan memohon kebaikan kepada Allah Ta’ala, maka Allah memberinya kebaikan itu.”

 

Dalam suatu riwayat: “memohon kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat”, dan itu terdapat dalam setiap malam.”

 

Berkata Mughirah bin Syu’bah: Rasulullah SAW mengerjakan shalat malam hingga kedua telapak kakinya mengalami pecah-pecah.

 

Maka dikatakan kepadanya: “Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang kemudian?

 

Nabi SAW menjawab: Bukankah aku harus menjadi seorang hamba yang bersyukur?

 

Nampak dari maknanya bahwa itu adalah kinayah dari tambahan pangkat, karena rasa syukur menyebabkan tambahan.

 

Allah Ta’ala berfirman:  (Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu). Ibrahim: 7.

 

Nabi SAW berkata: Hai Aba Hurairah, apakah engkau ingin mendapat rahmat Allah dalam keadaan hidup dan mati, dikubur dan dibangkitkan? Bangunlah di waktu malam, lalu shalatlah sedangkan engkau mengharapkan ridha Tuhanmu.

 

Hai Aba Hurairah, shalatlah di sudut-sudut rumahmu, maka cahaya rumahmu di langit seperti cahaya bintang-bintang dan terhadap penghuni dunia seperti cahaya bintang.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Hendaklah kalian mengerjakan shalat malam, karena ia adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian. Sesungguhnya shalat malam mendekatkan diri kepada Allah azza wa jalla dan menghapus dosa-dosa, menghilangkan penyakit dari tubuh dan mencegah dari dosa.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang yang hendak mengerjakan shalat malam, lalu ia tertidur, melainkan ditulis baginya pahala shalatnya dan tidurnya menjadi shodaqoh baginya.”

 

Nabi SAW berkata kepada Abu Dzarr: Jika engkau hendak bepergian apakah engkau sediakan perlengkapan bagimu?

 

Abu Dzarr menjawab: Ya.

 

Nabi SAW berkata: Maka bagaimana perjalanan menuju hari kiamat. Hai Aba Dzarr, maukah aku beritahukan kepadamu apa yang bermanfaat bagimu pada hari itu?

 

Abu Dzarr menjawab: Mau, ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu.

 

Nabi SAW berkata: Berpuasalah sehari dalam cuaca yang sangat panas untuk menghadapi hari kebangkitan dan shalatlah dua raka’at dalam kegelapan malam untuk menghadapi kesepian kubur dan pergilah haji untuk menghadapi peristiwa-peristiwa besar, bersedekahlah kepada orang miskin dengan shodaqoh atau dengan mengucapkan perkataan yang benar atau mendiamkan perkataan buruk dengan tidak mengucapkannya.

 

Diriwayatkan bahwa di zaman Nabi SAW ada seorang lelaki yang apabila orang-orang mendatangi tempat tidur mereka dan semua Orang sudah tidur, ia bangun mengerjakan shalat dan membaca AlQur’an dan berkata: Ya Tuhan yang menguasai neraka, lindungilah aku darinya.

 

Kejadian itu diceritakan kepada Nabi SAW. Beliau berkata: Apabila ia melakukan itu, beritahulah aku.

 

Kemudian Nabi SAW mendatanginya dan mendengarkannya. Di pagi harinya, beliau berkata: Hai Fulan, mengapa engkau tidak meminta surga kepada Allah!

 

Orang itu menjawab: Ya Rasulallah. aku tidak ada di sana dan amalku tidak bisa mencapainya.

 

Tidak lama kemudian Jibril a.s. turun dan berkata: Beritahulah si Fulan bahwa Allah telah melindunginya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga.

 

Diriwayatkan bahwa Jibril a.s. berkata kepada Nabi SAW: Sungguh ibnu Umar adalah sebaik-baik orang jika ia mengerjakan shalat malam.

 

Maka Nabi SAW mengabarinya tentang hal itu. Kemudian ia selalu mengerjakan shalat malam.

 

Nafi berkata: Abdullah bin Umar mengerjakan shalat malam, kemudian berkata: Apakah kita sudah memasuki dini hari?

 

Nafi’ menjawab: Belum.

 

Kemudian ia melanjutkan shalatnya, kemudian berkata: Hai Nafi’, apakah kita sudah memasuki waktu dini hari?

 

Nafi menjawab: Ya. Kemudian ibnu Umar duduk dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala hingga terbit fajar.

 

Ali bin Abi Thalib berkata: Yahya bin Zakaria a.s. merasa kenyang dengan roti sya’ir hingga tertidur dan meninggalkan wiridnya sampai pagi.

 

Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya: Hai Yahya. Apakah engkau dapatkan rumah yang lebih baik daripada rumah-Ku atau engkau dapatkan tetangga yang lebih baik daripada bertetangga dengan-Ku? Hai Yahya, demi keperkasaan dan keagungan-Ku, andaikata engkau melihat surga Firdaus sekilas, niscaya meleleh gajihmu dan binasa jiwamu karena rindu.

 

Dan andaikata engkau melihat neraka sekilas, niscaya meleleh gajihmu dan engkau menangis mengeluarkan air nanah setelah air mata dan memakai kulit sesudah memakai baju bulu.

 

Dikatakan kepada Rasulullah SAW: Si Fulan mengerjakan halat.

 

Apabila tiba waktu pagi dia mencuri.

 

Nabi SAW berkata: la akan dicegah oleh apa yang dikerjakannya.

 

Nabi SAW bersabda: “Semoga Allah mengasihi orang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat. kemudian membangunkan istrinya, lalu ia mengerjakan shalat. Jika istrinya malas bangun, ia percikkan air di mukanya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Semoga Allah mengasihi perempuan yang bangun malam, lalu mengerjakan shalat, kemudian membangunkan suaminya, lalu ia mengerjakan shalat. Jika suaminya malas bangun, ia percikkan air di mukanya.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa bangun di waktu malam dan membangunkan istrinya, lalu keduanya mengerjakan shalat dua raka’at, maka keduanya ditulis sebagai orang lelaki dan orang perempuan yang banyak mengingat Allah.”

 

Nabi SAW bersabda: “Shalat yang paling utama sesudah shalat yang diwajibkan ialah shalat malam.”

 

Diriwayatkan bahwa Al-lmam Bukhari sering melagukan dua bait ini:

 

Manfaatkanlah keutamaan rukuk di masa senggang barangkali kematianmu datang mendadak banyak orang sehat yang kulihat dia mati tanpa sakit jiwanya yang sehat keluar secara mendadak

 

 

 

 

Kami maksudkan dengan ulama dunia adalah ulama yang buruk yang tujuan mereka dari ilmunya ialah untuk bersenang-senang dengan dunia dan mencapai kedudukan dan pangkat di kalangan pecinta dunia.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya yang paling keras siksanya pada hari kiamat ialah orang alim yang Allah tidak memberinya manfaat dengan ilmunya.”

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: “Manusia tidak menjadi alim hingga ia mengamalkan ilmunya.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Ilmu ada dua macam, yaitu ilmu pada lisan. Itulah hujah Allah Ta’ala atas makhluk-Nya. Dan ilmu di dalam hati. Itulah ilmu yang berguna.”

 

Nabi SAW bersabda: “Akan muncul di akhir zaman hamba-hamba yang bodoh dan ulama yang fasik.” Nabi SAW bersabda:

 

“Janganlah kalian belajar ilmu untuk membanggakan dirimu kepada para ulama dan mendebat orang-orang bodoh serta menarik perhatian orang banyak kepadamu. Barangsiapa melakukan itu. maka tempatnya di neraka.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa menyembunyikan ilmu padanya, maka Allah membungkam mulutnya dengan pembungkam dari api.”

 

Nabi SAW bersabda: Aku lebih mengkhawatirkan selain Dajjal atas kalian daripada Dajjal.

 

Ada yang bertanya: Apakah itu?

 

Nabi SAW menjawab: Para imam (ulama) yang menyesatkan.

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah kebenaran yang diamalkannya, maka ia semakin jauh dari Allah.”

 

Isa alaihis salam berkata: “Sampai kapan kalian menggambarkan jalan bagi orang-orang yang berjalan malam sementara kalian tetap bersama orang-orang yang bingung?”

 

Khabar-khabar ini menunjukkan besarnya bahaya ilmu, karena orang alim bisa mengalami kebinasaan abadi atau kebahagiaan abadi.

 

Dengan masuknya dalam ilmu, ia tidak mendapat keselamatan jika tidak mengalami kebahagiaan.

 

Umar r.a. berkata: Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umat ini ialah orang munafik yang pintar.

 

Orang-orang berkata: Bagaimana ia menjadi seorang munafik yang pintar?

 

Umar menjawab: Pintar bicara, bodoh hati dan amalnya.

 

Janganlah engkau termasuk orang yang mengumpulkan ilmu para ulama dan kata-kata bermutu dari orang-orang bijak, tetapi perbuatannya seperti perbuatan orang-orang bodoh.

 

Seorang lelaki berkata kepada Abu Hurairah r.a.: Aku ingin belajar ilmu, tetapi takut menyia-nyiakannya.

 

Abu Hurairah berkata: Cukuplah dengan meninggalkan ilmu berarti menyia-nyiakannya.

 

Dikatakan kepada Ibrahim bin Uyainah: Manusia manakah yang paling lama penyesalannya?

 

Ibrahim menjawab: Adapun dalam kehidupan dunia ialah orang yang berbuat kebaikan kepada orang yang tidak berterima kasih kepadanya dan pada saat kematian ialah orang alim yang ceroboh.

 

Al-Khalil bin Ahmad berkata: Manusia ada empat macam: Orang yang tahu dan tahu kalau dia itu tahu, itulah orang yang alim, maka ikutilah dia. Orang yang tahu dan tidak tahu bahwa dia tahu. Itulah Orang yang tidur, maka bangunkanlah dia. Orang yang tahu bahwa ia tidak tahu. Itu adalah orang yang meminta petunjuk, maka berilah dia petunjuk. Dan orang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Itulah orang yang bodoh, maka janganlah kau ikuti dia.

 

Sufyan Atss-Tsauri berkata: Ilmu memanggil amal. Jika amal menjawabnya, maka ilmu itu berguna. Kalau tidak, maka lenyaplah ilmu itu.

 

Abdullah ibnul Mubarak berkata: Manusia tetap alim selama ia mencari ilmu. Apabila ia mengira dirinya sudah alim, maka ia pun telah menjadi bodoh.

 

Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: Sungguh aku kasihan kepada tiga macam orang, yaitu pemuka suatu kaum yang menjadi hina, orang kaya yang menjadi miskin dan orang alim yang dipermainkan dunia.

 

Al-Hasan berkata: Hukuman para ulama adalah kematian hati dan kematian hati adalah mencari dunia dengan amalan akhirat.

 

Penyair berkata:

 

Aku heran kepada orang yang membeli kesesatan dengan kebenaran dan lebih heran kepada orang yang membeli dunianya dengan agama lebih mengherankan dari kedua orang ini adalah orang yang menjual agamanya dengan dunia orang lain maka ia lebih mengherankan daripada dua orang ini

 

Berkata Usamah bin Zaid: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Didatangkan pada hari kiamat orang alim (yang fasik). lalu dilemparkan ke dalam neraka sehingga keluar usus-ususnya dan ia memutarnya seperti keledai memutar batu penggiling.

 

Kemudian ia dikelilingi oleh penghuni neraka. Mereka berkata: Kenapa kamu?

 

Orang itu menjawab: Aku dulu menyuruh berbuat kebaikan, tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya dan melarang berbuat kejelekan, sedangkan aku sendiri mengerjakannya.”

 

Orang alim dilipatgandakan siksanya karena berbuat maksiat. sebab ia melakukannya dalam keadaan berilmu.

 

Oleh karena Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” An-Nisa’: 145

 

Sebabnya ialah mereka ingkar sesudah mengetahui.

 

Allah menjadikan kaum Yahudi lebih jahat daripada kaum Nasrani, padahal mereka tidak menganggap Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai anak dan tidak mengatakan: Allah salah satu dari yang tiga. Akan tetapi mereka ingkar sesudah memiliki pengetahuan, karena Allah Ta’ala berfirman:   (Mereka mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri). Al-Baqarah: 146.

 

“Janganlah kalian belajar ilmu untuk membanggakan dirimu kepada para ulama dan mendebat orang-orang bodoh serta menarik perhatian orang banyak kepadamu. Barangsiapa melakukan itu. maka tempatnya di neraka.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa menyembunyikan ilmu padanya, maka Allah membungkam mulutnya dengan pembungkam dari api.”

 

Nabi SAW bersabda: Aku lebih mengkhawatirkan selain Dajjal atas kalian daripada Dajjal.

 

Ada yang bertanya: Apakah itu?

 

Nabi SAW menjawab: Para imam (ulama) yang menyesatkan.

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah kebenaran yang diamalkannya, maka ia semakin jauh dari Allah.”

 

Isa alaihis salam berkata: “Sampai kapan kalian menggambarkan jalan bagi orang-orang yang berjalan malam sementara kalian tetap bersama orang-orang yang bingung?”

 

Khabar-khabar ini menunjukkan besarnya bahaya ilmu. karena orang alim bisa mengalami kebinasaan abadi atau kebahagiaan abadi.

 

Dengan masuknya dalam ilmu, ia tidak mendapat keselamatan jika tidak mengalami kebahagiaan.

 

Umar r.a. berkata: Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umat ini ialah orang munafik yang pintar.

 

Orang-orang berkata: Bagaimana ia menjadi seorang munafik yang pintar?

 

Umar menjawab: Pintar bicara, bodoh hati dan amalnya.

 

Janganlah engkau termasuk orang yang mengumpulkan ilmu para ulama dan kata-kata bermutu dari orang-orang bijak, tetapi perbuatannya seperti perbuatan orang-orang bodoh.

 

Seorang lelaki berkata kepada Abu Hurairah r.a.: Aku ingin belajar ilmu, tetapi takut menyia-nyiakannya.

 

Abu Hurairah berkata: Cukuplah dengan meninggalkan ilmu berarti menyia-nyiakannya.

 

Dikatakan kepada Ibrahim bin Uyainah: Manusia manakah yang paling lama penyesalannya?

 

Ibrahim menjawab: Adapun dalam kehidupan dunia ialah orang yang berbuat kebaikan kepada orang yang tidak berterima kasih kepadanya dan pada saat kematian ialah orang alim yang ceroboh.

 

Al-Khalil bin Ahmad berkata: Manusia ada empat macam: Orang yang tahu dan tahu kalau dia itu tahu, itulah orang yang alim, maka ikutilah dia. Orang yang tahu dan tidak tahu bahwa dia tahu. Itulah orang yang tidur, maka bangunkanlah dia. Orang yang tahu bahwa ia tidak tahu. Itu adalah orang yang meminta petunjuk, maka berilah dia petunjuk. Dan orang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Itulah orang yang bodoh, maka janganlah kau ikuti dia.

 

Sufyan Ats-Tsauri berkata: Ilmu memanggil amal. Jika amal menjawabnya, maka ilmu itu berguna. Kalau tidak, maka lenyaplah ilmu itu.

 

Abdullah ibnul Mubarak berkata: Manusia tetap alim selama ia mencari ilmu. Apabila ia mengira dirinya sudah alim, maka ia pun telah menjadi bodoh.

 

Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: Sungguh aku kasihan kepada tiga macam orang, yaitu pemuka suatu kaum yang menjadi hina, orang kaya yang menjadi miskin dan orang alim yang dipermainkan dunia.

 

Al-Hasan berkata: Hukuman para ulama adalah kematian hati dan kematian hati adalah mencari dunia dengan amalan akhirat.

 

Penyair berkata:

 

Aku heran kepada orang yang membeli kesesatan dengan kebenaran dan lebih heran kepada orang yang membeli dunianya dengan agama lebih mengherankan dari kedua orang ini adalah orang yang menjual agamanya dengan dunia orang lain maka ia lebih mengherankan daripada dua orang ini

 

Berkata Usamah bin Zaid: Aku mendengar Rasulullah SAW

 

bersabda: “Didatangkan pada hari kiamat orang alim (yang fasik), lalu dilemparkan ke dalam neraka sehingga keluar usus-ususnya dan ia memutarnya seperti keledai memutar batu penggiling.

 

Kemudian ia dikelilingi oleh penghuni neraka. Mereka berkata: Kenapa kamu?

 

Orang itu menjawab: Aku dulu menyuruh berbuat kebaikan, tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya dan melarang berbuat kejelekan, sedangkan aku sendiri mengerjakannya.”

 

Orang alim dilipatgandakan siksanya karena berbuat maksiat, sebab ia melakukannya dalam keadaan berilmu.

 

Oleh karena Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” An-Nisa?: 145

 

Sebabnya ialah mereka ingkar sesudah mengetahui.

 

Allah menjadikan kaum Yahudi lebih jahat daripada kaum Nasrani, padahal mereka tidak menganggap Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai anak dan tidak mengatakan: Allah salah satu dari yang tiga. Akan tetapi mereka ingkar sesudah memiliki pengetahuan, karena Allah Ta’ala berfirman:  , (Mereka mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri). Al-Baqarah: 146.

 

Dan Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas

 

orang-orang yang ingkar itu.” Al-Baqarah: 89 Dan Allah Ta’ala berfirman mengenai kisah Bal’am bin Ba’ura’:

 

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti syaitan, maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” Al-A’raf: 175.

 

Allah membuat perumpamaan baginya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkanlah lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).

 

Maka begitu pula orang alim yang fajir (fasik). Bal’am diberi pengetahuan tentang kitab Allah Ta’ala, tetapi ia condong kepada hawa nafsunya. Maka diserupakan dengan anjing, yakni sama saja apakah ia diberi ilmu atau tidak diberi, ia tetap condong kepada hawa nafsu.

 

Isa alaihis salam berkata: Perumpamaan ulama yang buruk adalah seperti batu besar yang menutup mulut sungai. Ia tidak bisa menyerap air dan tidak membiarkan air mengalir menuju tanaman.

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman kepada nabi dan kekasih-Nya memujinya dan menampakkan nikmat-Nya padanya:

 

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Al-Qalam: 4

 

Aisyah r.a. berkata: “Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an.” Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang akhlak yang baik, maka beliau membaca firman Allah Ta’ala:

 

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” Al-A’raf: 199

 

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Engkau sambung hubungan dengan orang yang memutusmu dan engkau beri orang yang tidak memberimu dan engkau maafkan orang yang berbuat zalim kepadamu.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti mulia.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Yang paling berat diletakkan dalam timbangan pada hari kiamat adalah ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik.”

 

Datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW dari depannya. lalu berkata: Ya Rasulallah, apakah agama itu?

 

Beliau menjawab: Akhlak yang baik.

 

Kemudian ia mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu berkata: Ya Rasulallah, apakah agama itu?

 

Nabi SAW menjawab: Akhlak yang baik.

 

Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu berkata: Apakah agama itu?

 

Nabi SAW menjawab: Akhlak yang baik.

 

Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu berkata: Ya Rasulallah, apakah agama itu?

 

Maka Nabi SAW menoleh kepadanya dan berkata: Apakah kamu tidak mengerti? Ia adalah kamu tidak boleh marah.

 

Ada yang berkata: Ya Rasulallah, apakah kesialan itu?

 

Nabi SAW menjawab: Akhlak yang buruk.

 

Seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW: Berilah aku wasiat.

 

Nabi SAW berkata: Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada.

 

Orang itu berkata: Tambahilah aku.

 

Nabi SAW berkata: Berbuatlah kebaikan setelah berbuat dosa, maka kebaikan itu akan menghapusnya.

 

Orang itu berkata: Tambahilah aku.

 

Nabi SAW berkata: Bergaullah dengan orang banyak dengan akhlak yang baik.

 

Nabi SAW ditanya: Amal apakah yang paling utama?

 

Beliau menjawab: Akhlak yang baik.

 

Nabi SAW bersabda: Tidaklah Allah membaguskan bentuk seorang hamba dan akhlaknya, melainkan Dia mengharamkan neraka atasnya.

 

Al-Fudhail berkata: Dikatakan kepada Rasulullah SAW: Si Fulanah berpuasa (sunnah) di siang hari dan mengerjakan shalat di malam hari, sedangkan dia mempunyai akhlak yang buruk dan suka mengganggu tetangganya dengan lisannya.

 

Nabi SAW berkata: Tidak ada kebaikan padanya. la termasuk penghuni neraka.

 

Abu Darda’ berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Yang pertama diletakkan dalam timbangan amal adalah akhlak yang baik dan kedermawanan.”

 

Ketika Allah menciptakan iman, ia berkata: Ya Allah, kuatkanlah aku.

 

Maka Allah menguatkannya dengan akhlak yang baik dan kedermawanan.

 

Ketika Allah menciptakan kufur, ia berkata: Ya Allah, kuatkanlah aku.

 

Maka Allah menguatkannya dengan sifat kikir dan akhlak yang buruk.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah membersihkan agama ini untuk diri-Nya dan tidak patut bagi agamamu, kecuali kedermawanan dan akhlak yang baik. Maka hiasilah agamamu dengan keduanya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Akhlak yang baik adalah makhluk Allah yang terbesar.”

 

Ada orang berkata: Ya Rasulallah, orang mukmin manakah yang terbaik imannya?

 

Nabi SAW menjawab: Yang terbaik akhlaknya di antara mereka.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kalian tidak akan mencukupi orang banyak dengan hartamu, maka cukupilah mereka dengan wajah gembira dan akhlak yang baik.”

 

Nabi SAW bersabda: “Akhlak yang buruk merusak amal seperti cuka merusak madu.”

 

Diriwayatkan dari Jarir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah SAW berkata: Sesungguhnya engkau adalah orang yang telah dibaguskan Allah bentukmu, maka baguskanlah akhlakmu.

 

Diriwayatkan dari Al-Baro’ bin Azib, ia berkata: Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus wajahnya dan paling baik akhlaknya.

 

Diriwayatkan dari Abi Said Al-Khudri, ia berkata: Adalah Rasulullah SAW mengucapkan dalam doanya:

 

(Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan bentukku, baguskanlah akhlakku).

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata: Adalah Rasulullah SAW banyak berdoa dan mengucapkan:

 

“Ya Allah aku memohon kepada-Mu kesehatan dan keselamatan dan akhlak yang baik.”

 

Diriwayatkan dari Usamah bin Syarik, ia berkata: Aku menyaksikan Orang-orang dusun bertanya kepada Nabi SAW. Apa pemberian terbaik yang diberikan kepada hamba?

 

Nabi SAW menjawab: Akhlak yang baik.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat majelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang terbaik akhlaknya di antara kalian.”

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tiga perkara yang siapa tidak memilikinya atau satu di antaranya. janganlah kalian pedulikan sedikit pun dari amalnya, yaitu ketakwaan yang menghalanginya dari mendurhaka kepada Allah, kecerdasan yang ia gunakan untuk membungkam orang yang bodoh dan akhlak yang baik dengan mana ia hidup diantara orang-orang.”

 

Adalah doa Nabi SAW dalam pembukaan shalat:

 

“Ya Allah, berilah aku petunjuk untuk memiliki akhlak terbaik, karena tidak ada yang memberi petunjuk untuk memiliki akhlak terbaik, kecuali Engkau. Dan jauhkan dariku akhlak yang buruk, karena tidak ada yang menjauhkan dariku akhlak yang buruk, kecuali Engkau.”

 

Ada yang mengatakan: Dalam amalan apa kita berbuat baik?

 

Dijawab: Dalam perkataan yang lembut dan menampakkan kegembiraan dan senyuman.

 

Maka siapa yang berjumpa orang banyak dengan berbuat kebaikan dan memperlakukan mereka dengan akhlak yang baik, ia pun menjadi ringan atas mereka dan dipuji persaudaraannya.

 

Penyair berkata:

 

Apabila engkau memiliki sifat-sifat kebaikan seluruhnya sebagai keutamaan dan engkau bergaul dengan semua orang secara baik engkau pun akan memperoleh kebaikan dari Tuhan pemilik Arsy dan syukur dari makhluk-Nya dalam keadaan rahasia dan terang

 

 

 

 

Seorang ahli tafsir berkata mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?.” An-Najm: 59

 

Yakni kamu merasa heran terhadapnya dengan mendustakan dan menertawakannya sebagai ejekan, padahal ia berasal dari sisi Allah Ta’ala dan kamu tidak menangis karena takut dan jera disebabkan ancaman yang terdapat di dalamnya. Kalian lengah dan lalai dari apa yang diminta dari kalian.

 

la berkata: Ketika turun ayat ini, Nabi SAW tidak tertawa sesudah itu, kecuali tersenyum.

 

Dalam suatu lafadh: Maka Nabi SAW tidak pernah terlihat tertawa maupun tersenyum hingga beliau meninggal dunia.

 

Diriwayatkan dari ibnu Umar r.a.: Nabi SAW keluar pada suatu hari dari masjid. Ternyata ada orang-orang berbicara dan tertawa. Maka beliau berhenti dan memberi salam kepada mereka, kemudian berkata: Hendaklah kalian banyak menyebut pemutus kenikmatan. Kemudian beliau keluar sesudah itu sekali lagi. Beliau melihat orangOrang tertawa. Maka beliau berkata: Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian tertawa sedikit dan menangis banyak.

 

Ketika Al-Khidhir hendak meninggalkan Musa a.s., ia berkata: Nasehatilah aku.

 

Al-Khidhir berkata: Hai Musa, jauhkan dirimu dari sifat membangkang dan jangan berjalan tanpa keperluan dan jangan tertawa tanpa merasa heran. Janganlah engkau mencela orang-orang yang berdosa dengan dosa-dosa mereka dan tangisilah dosamu.

 

Nabi SAW bersabda: “Banyak ketawa mematikan hati.”

 

Nabi SAW bersabda: “Bacalah Al-Qur’an dan menangislah. Jika kalian tidak bisa menangis, maka pura-puralah menangis.”

 

Diriwayatkan dari Al-Hasan mengenai firman Allah Ta’ala:

 

“Maka biarlah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak sebagai balasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” At-Taubah: 82

 

Yakni tertawa sedikit di dunia dan menangis banyak di akhirat.

 

Al-Hasan berkata pula: Sungguh mengherankan orang yang tertawa sedangkan di belakangnya ada neraka dan orang yang gembira sedangkan di belakangnya ada kematian.

 

Al-Hasan r.a. mendatangi seorang pemuda yang sedang tertawa. Maka ia berkata kepadanya: Wahai anakku, apakah engkau sudah melewati shirat?

 

Pemuda itu menjawab: Belum.

 

Al-Hasan berkata: Apakah sudah jelas bagimu bahwa engkau akan masuk surga?

 

Pemuda itu menjawab: Tidak.

 

Al-Hasan berkata: Kalau begitu, mengapa engkau tertawa?

 

Sejak itu pemuda itu tidak lagi terlihat tertawa.

 

Allah Ta’ala memuji orang-orang yang menangis, maka Allah Ta ala berfirman:

 

“Dan mereka menyungkur di atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” Al-Isra’: 109

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Setiap mata menangis pada hari kiamat, kecuali tiga macam, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah, mata yang dipejamkan dari pandangan yang dilarang Allah dan mata yang berjaga di jalan Allah Ta’ala.”

 

Ada yang mengatakan: Tiga perkara mengeraskan hati, yaitu ketawa tanpa merasa heran, makan tanpa merasa lapar dan bicara tanpa keperluan.

 

Adalah Rasulullah SAW memakai baju berupa sarung atau selendang atau gamis atau jubah atau lainnya.

 

Beliau menyukai baju hijau dan sebagian besar pakaiannya berwarna putih. Beliau berkata: Pakaikan baju putih kepada orang-orang yang hidup di antara kalian dan kafanilah mayit kalian dalam baju itu.

 

Adalah Nabi SAW memakai rompi, warna hijaunya tampak bagus di atas warna kulitnya yang putih.

 

Seluruh bajunya diangkat di atas kedua mata kaki dan sarungnya di atas itu hingga setengah betis.

 

Adalah Nabi SAW mempunyai pakaian hitam, lalu beliau memberikannya kepada orang lain.

 

“Maka Ummu Salamah berkata kepadanya: Bapak dan ibuku menjadi tebusanmu. apa yang dilakukan pakaian hitam itu?

 

Nabi SAW menjawab: Aku berikan pakaian itu kepada seseorang.

 

Maka Ummu Salamah berkata: Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus daripada warna putihmu di atas hitamnya.

 

Adalah Nabi SAW apabila memakai baju ia memakainya dari sebelah kanannya dan beliau mengucapkan:

 

“Segala puji bagi Allah yang memberiku pakaian yang dengannya aku menutupi auratku dan berhias di antara orang banyak.”

 

Apabila beliau melepas bajunya beliau mengeluarkannya dari sebelah kirinya. Apabila Nabi SAW memakai baju baru, beliau memberikan bajunya yang lama kepada orang miskin. Kemudian beliau bersabda: “Tidaklah seorang muslim memberikan bajunya yang lama kepada seorang muslim dan ia berikan pakaian itu karena Allah, melainkan ia dalam jaminan Allah dan perlindungan serta kebaikan-Nya selama baju itu menutupinya dalam keadaan hidup dan mati.”

 

Adalah Nabi SAW mempunyai abayah yang digelar baginya di mana pun beliau berada dan dilipat menjadi dua bagian di bawahnya.

 

Adalah Nabi SAW tidur di atas tikar dan tidak ada sesuatu di bawahnya selain itu.

 

 

 

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa membaca Al-Qur’an, kemudian menganggap ada orang diberi lebih baik daripada yang diberikan kepadanya, maka ia pun telah meremehkan kebesaran Allah Ta’ala.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tiada juru syafa’at yang lebih utama kedudukannya di sisi Allah Ta’ala daripada Al-Qur’an.”

 

Nabi SAW bersabda: “Ibadah umatku yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kalian ialah siapa yang belajar ilmu dan mengajarkannya.”

 

Nabi SAW berkata: “Sesungguhnya hati bisa berkarat seperti besi berkarat.

 

Dikatakan Kepadanya: Ya Rasulallah, bagaimana menghilangkannya?

 

Nabi SAW menjawab: Dengan membaca Al-Qur’an dan mengingat kematian.”

 

Al-Fudhail bin Iyadh berkata: Penghafal Al-Qur’an adalah pembawa bendera Islam.

 

Maka tidaklah patut ia bermain dengan orang yang suka bermain dan tidak lupa bersama orang yang suka lupa dan tidak berbuat sia-sia bersama orang yang suka berbuat sia-sia demi mengagungkan hak Al-Qur’an.

 

Adapun keutamaan ilmu dan ulama, banyak hadits diriwayatkan mengenai hal itu. Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan dengannya, Dia jadikan orang itu mengerti tentang agama dan mengilhaminya kebenarannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Ulama adalah pewaris para nabi.”

 

Telah diketahui bahwa tiada derajat di atas derajat kenabian dan tiada kemuliaan di atas kemuliaan warisan dari derajat itu.

 

Nabi SAW bersabda: “Manusia yang paling baik ialah orang mukmin yang alim yang apabila dibutuhkan, ia berguna. Dan apabila tidak dibutuhkan, dia mencukupi dirinya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Manusia yang paling dekat dengan derajat kenabian ialah ahli ilmu dan ahli jihad. Adapun ahli ilmu. mereka menunjukkan orang banyak kepada ajaran yang dibawa oleh para rasul. Adapun ahli jihad, mereka berjihad dengan pedang-pedang mereka untuk membela ajaran yang dibawa oleh para rasul.”

 

Nabi SAW bersabda: “Kematian satu suku lebih ringan daripada kematin seorang alim.”

 

Nabi SAW bersabda: “Pada hari kiamat tinta para ulama ditimbang dengan darah para syuhada.”

 

Nabi SAW bersabda: “Seorang alim tidak merasa kenyang dari ilmu hingga berakhir di surga.”

 

Nabi SAW bersabda: “Kebinasaan umatku adalah dalam dua perkara, yaitu meninggalkan ilmu dan mengumpulkan harta.”

 

Nabi SAW bersabda: “Jadilah engkau seorang yang alim atau pelajar atau pendengar atau pecinta (ilmu) dan jangan menjadi orang yang kelima (yaitu pembenci) sehingga engkau binasa.”

 

Nabi SAW bersabda: “Cacat ilmu adalah kesombongan.”

 

Adapun perumpamaan orang-orang bijak: Barangsiapa mencari ilmu untuk mendapatkan kepemimpinan, ia pun tidak mendapat taufik dan petunjuk.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar.” Al-A’raf: 146

 

Berkata Asy-Syafi’i r.a.: Barang Siapa belajar Al-Qur’an, agunglah nilainya dan siapa yang belajar figh, mulialah derajatnya dan siapa belajar hadits, kuatlah hujahnya. Barangsiapa belajar hisab, banyaklah pendapatnya, siapa yang belajar ilmu yang langka, lembutlah tabiatnya dan siapa yang tidak memuliakan dirinya, ilmunya tidak berguna baginya.

 

Al-Hasan bin Ali r.a. berkata: Barangsiapa banyak duduk dengan para ulama, ia pun melepaskan ikatan lidahnya dan membuka jalan-jalan pikirannya dan merasa senang dengan tambahan yang ia peroleh dalam dirinya dan menguasai ilmu yang diketahuinya dan memberi faedah dari ilmu yang dipelajarinya.

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila Allah menolak seorang hamba, Dia mencegahnya dari ilmu.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tiada kemiskinan yang lebih berat daripada kebodohan.”

 

 

 

Ketahuilah, bahwa Allah Ta’ala menjadikan zakat sebagai salah satu dasar Islam dan menyebut shalat sebelumnya yang merupakan tanda tertinggi. Allah Ta’ala berfirman:    (Al-Baqarah: 43).

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Islam didirikan di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat …. (al hadits). Allah Ta’ala memberikan ancaman yang keras kepada orang-orang yang lalai dalam menunaikan shalat dan zakat. Allah Ta’ala berfirman:    

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” At-Taubah: 34

 

Makna infaq di jalan Allah ialah mengeluarkan zakat.

 

Dianjurkan mencari untuk shodaqohnya orang-orang bertakwa yang miskin dan berpaling dari dunia dan mengkhususkan diri untuk perdagangan akhirat, karena hal itu akan menambah hartanya.

 

Nabi SAW bersabda: “Janganlah kamu memakan, kecuali makanan Orang yang bertakwa dan tidaklah memakan makananmu, kecuali Orang yang bertakwa.”

 

Hal itu disebabkan orang yang bertakwa bisa membantunya untuk bertakwa sehingga engkau menjadi sekutu baginya dalam ketaatannya dengan pertolonganmu kepadanya.

 

Ada seorang alim lebih mengutamakan shodaqoh kepada orang-orang Sufi yang miskin daripada selain mereka.

 

Kemudian dikatakan kepadanya: Kiranya engkau berikan shodaqohmu secara merata kepada semua orang miskin, niscaya lebih baik.

 

Orang itu menjawab: Tidak. Mereka ini adalah kaum yang pikiran mereka ditujukan untuk Allah Subhanahu. Apabila mereka mengalami kekurangan, maka pikiran mereka terpecah. Maka aku lebih suka mengembalikan pikiran satu orang kepada Allah azza wa jall daripada memberi seribu orang yang pikirannya adalah untuk dunia.

 

Kemudian perkataan ini diceritakan kepada Al-Junaid. Maka ia memujinya. Al-Junaid berkata: Ini adalah salah satu dari para waliyullah. Aku tidak mendengar sejak lama perkataan yang lebih baik daripada ini.

 

Kemudian diceritakan bahwa orang ini merosot keadaannya dan bermaksud meninggalkan tokonya. Maka Al-Junaid mengirim uang kepadanya dan berkata: Jadikan uang ini sebagai modalmu dan jangan tinggalkan toko, karena perdagangan tidak merusak orang sepertimu.

 

Orang ini adalah penjual sayuran dan tidak mengambil harga dari orang-orang miskin yang membeli barangnya.

 

Adalah ibnul Mubarak mengkhususkan shodaqohnya kepada ahli ilmu. Maka dikatakan kepadanya: Kiranya engkau berikan secara merata.

 

Ibnul Mubarak menjawab: Aku tidak mengetahui sesudah magam kenabian yang lebih utama daripada magam ulama. Apabila hati seseorang dari mereka sibuk dengan kebutuhannya, ia pun tidak bisa memusatkan perhatian untuk ilmu dan tidak bisa belajar. Maka mengosongkan pikiran mereka untuk ilmu adalah lebih utama.

 

Hendaklah ia mengkhususkan orang-orang miskin, terutama para famili dan kerabat sehingga menjadi shodaqoh dan silaturrahim. Dalam silaturrahim terdapat pahala yang tak terhitung sebagaimana telah dijelaskan dalam babnya.

 

Hendaklah ia mengeluarkan shodaqoh secara sembunyi supaya selamat dari keburukan riya’ dan dari menghinakan orang yang diberi di hadapan orang banyak.

 

Nabi SAW bersabda: “Shodaqoh secara sembunyi memadamkan kemarahan Ar-Rabb (Tuhan).”

 

Disebutkan dalam hadits: “Tujuh orang yang dinaungi Allah di bawah naungan Arsy-Nya pada hari tiada naungan selain naunganNya, yaitu seorang lelaki yang mengeluarkan shodaqoh dan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya.

 

Bilamana menampakkan shodaqoh lebih baik, misalnya supaya dijadikan teladan oleh orang lain, maka tidak ada masalah dengannya, jika ia selamat dari riya’.

 

Hendaklah ia tidak menyebut-nyebut shodaqohnya kepada yang diberinya. Allah Ta’ala berfirman:   (Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)).” Al-Baqarah: 264.

 

Maka kejelekan dalam berbuat baik adalah bila menyebut: nyebutnya. Akan tetapi lebih disukai bila menyembunyikannya. Demikian pula orang yang mendapat perlakuan baik wajib menyiarkannya dan mensyukurinya.

 

Disebutkan dalam hadits: “Tidaklah bersyukur kepada Allah siapa yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia.”

 

Penyair berkata:

 

Tangan kebaikan adalah keuntungan dimanapun ia berada ia diterima oleh orang yang ingkar maupun yang bersyukur dalam syukurnya orang yang bersyukur ia mendapat balasan dan di sisi Allah balasan ingkarnya orang yang ingkar

 

 

 

 

Hak kerabat dan rahim yang paling khusus dan paling kuat adalah disebabkan kelahiran sehingga haknya berlipat ganda. Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang anak bisa membalas jasa bapaknya hingga ia mendapati bapaknya sebagai budak, lalu ia membelinya dan membebaskannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua lebih utama daripada shalat (sunnah) dan shodaqoh dan puasa (sunnah), haji dan umrah serta jihad di jalan Allah.” Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa pada waktu pagi diridhai oleh kedua orang tuanya, ia mempunyai dua pintu terbuka ke surga dan siapa yang memasuki waktu sore, ia pun seperti itu. Jika hanya seorang, maka ia mempunyai satu pintu, meskipun keduanya berbuat zalim, meskipun keduanya berbuat zalim, meskipun keduanya berbuat zalim.”

 

Barangsiapa pada waktu pagi membuat marah kedua orang tuanya, ia mempunyai dua pintu terbuka ke neraka dan siapa yang memasuki waktu sore, ia pun seperti itu. Jika hanya seorang, maka ia mempunyai satu pintu, meskipun keduanya berbuat zalim, meskipun keduanya berbuat zalim, meskipun keduanya berbuat zalim.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya bau surga bisa dicium dari jarak perjalanan 500 tahun, tetapi baunya tidak bisa dicium oleh anak yang durhaka dan pemutus hubungan kerabat.” Nabi SAW bersabda: “Berbuatlah baik kepada ibumu dan ayahmu dan saudarimu dan saudaramu, kemudian yang terdekat darimu, lalu yang terdekat darimu.” Nabi SAW bersabda: “Apabila seseorang ingin bersedekah dan meniatkan sedekah itu untuk kedua orang tuanya yang muslim, maka kedua orang tuanya mendapat pahalanya dan orang itu mendapat pahala seperti pahala kedua orang tuanya tanpa menQur’angi pahala keduanya sedikit pun.”

 

Malik bin Rabi’ah berkata: Ketika kami sedang berada di tempat Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang lelaki dari bani Salamah. la berkata: Ya Rasulallah, apakah aku masih bisa berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat? Nabi SAW menjawab: Ya, dengan mendoakan keduanya, memohonkan ampunan bagi keduanya, melaksanakan wasiat keduanya, menghormati teman keduanya dan menyambung hubungan dengan kerabat keduanya.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya bakti yang paling baik ialah Orang yang menyambung hubungan dengan orang yang dicintai bapaknya setelah bapaknya meninggal.”

 

Nabi SAW bersabda: “Kewajiban anak untuk berbakti kepada ibu adalah dua kali lipat.”

 

Nabi SAW bersabda: Doa ibu lebih cepat dikabulkan.

 

Ada yang berkata: Ya Rasulallah, mengapa begitu?

 

Beliau menjawab: la lebih sayang daripada bapak dan doa ibu tidak gugur.

 

Seorang lelaki bertanya kepadanya: la berkata: Ya Rasulallah, kepada siapa aku berbakti?

 

Nabi SAW menjawab: Berbaktilah kepada kedua orang tuamu.

 

Orang itu menjawab: Aku tidak punya kedua orang tua.

 

Nabi SAW berkata: Berbuatlah baik kepada anakmu. Sebagaimana kedua orang tuamu mempunyai hak kepadamu, begitu pula anakmu mempunyai hak padamu.

 

Nabi SAW bersabda:  (Semoga Allah mengasihi bapak yang membantu anaknya dalam berbakti kepadanya), yakni tidak mendorongnya untuk mendurhaka dengan perbuatannya yang buruk.

 

Nabi SAW bersabda: “Samakanlah antara anak-anakmu dalam pemberian.”

 

Ada yang mengatakan: Anakmu adalah wangi-wangianmu yang engkau cium selama tujuh tahun dan pelayanmu selama tujuh tahun. kemudian ia menjadi musuhmu atau temanmu.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Termasuk hak anak pada bapak ialah mendidiknya dengan baik dan memberinya nama yang baik.”

 

Nabi SAW bersabda: “Setiap bayi bergantung pada akikah yang disembelih untuknya pada hari ketujuh dan dicukur rambutnya.”

 

Datang seorang lelaki kepada Abdullah ibnul Mubarak, lalu mengeluh kepadanya tentang seorang anaknya.

 

Abdullah berkata: Apakah engkau mendoakan kejelekan atasnya?

 

Orang itu menjawab: Ya.

 

Abdullah berkata: Engkau telah merusaknya.

 

Dianjurkan bersikap lembut kepada anak. Al-Agra’ bin Habis melihat Nabi SAW mencium cucunya Al-Hasan. Al-Agra’ berkata: Aku mempunyai sepuluh orang anak, namun aku tidak mencium seorang pun dari mereka.

 

Maka Nabi SAW berkata: “Siapa tidak menyayang, ia pun tidak disayang.”

 

Al-Hasan terpeleset pada waktu itu. Nabi SAW berada di atas mimbarnya. Kemudian Nabi SAW turun dan mendukungnya sambil membaca firman Allah Ta’ala:   (Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)). At-Taghabun: 15.

 

Abdullah bin Syaddad berkata: Di saat Rasulullah SAW mengimami shalat orang-orang, tiba-tiba datang Al-Husein kepadanya dan menaiki lehernya ketika beliau sedang sujud. Maka beliau melamakan sujudnya hingga orang-orang mengira telah terjadi sesuatu kejadian.

 

Ketika beliau sudah menyelesaikan shalatnya, orang-orang berkata: Anda melamakan sujud, ya Rasulallah, hingga kami mengira telah terjadi sesuatu. Nabi SAW menjawab: Sesungguhnya anakku ini telah menaiki aku. Maka aku tidak ingin menurunkannya hingga ia menyelesaikan keperluannya.

 

Dalam kejadian itu terdapat banyak faedah. Di antaranya ialah kedekatan dari Allah Ta’ala, karena hamba paling dekat dari Allah Ta’ala apabila dia sujud.

 

Kejadian itu juga menunjukkan sikap lembut kepada anak kecil dan kasih sayang serta pengajaran bagi umatnya.

 

Berkata Yazid bin Mu’awiyah: Ayahku menyuruh memanggil Ahnaf bin Oais. Ketika sampai kepada Mu’awiyah, ia berkata: Hai Aba Bahar, apa pendapatmu mengenai anak?

 

Ahnaf menjawab: Kita bagi mereka adalah seperti bumi yang mudah dijalani dan langit yang menaungi dan dengan bantuan mereka kita mengatasi setiap kesulitan.

 

Jika mereka minta sesuatu, berilah mereka dan jika mereka marah, mintalah keridhaan mereka. Maka mereka akan memberimu kecintaan mereka dan mencintaimu sepenuh hati mereka.

 

Janganlah engkau menjadi beban yang berat atas mereka sehingga mereka merasa bosan dengan kehidupanmu dan menginginkan kematianmu serta membenci kedekatanmu.

 

Maka Mu’awiyah berkata: Demi Allah, sungguh tepat pendapatmu, hai Ahnaf. Ketika engkau masuk kepadaku, aku dipenuhi kemarahan dan kejengkelan kepada Yazid.

 

Setelah Ahnaf keluar dari tempatnya, Mu’awiyah ridha kepada Yazid dan mengirim uang sebanyak 200.000 dirham dan 200 baju.

 

Kemudian Yazid mengirim uang kepada Ahnaf sebanyak seratus ribu dirham dan seratus lembar baju. Ia berbagi dengannya menjadi separuhnya.

 

 

 

 

 

Ketahuilah bahwa hidup bertetangga menuntut hak di samping yang dituntut oleh persaudaraan Islam. Maka tetangga muslim berhak memperoleh apa yang patut diperoleh setiap muslim dan tambahannya, karena Nabi SAW bersabda: “Tetangga ada tiga macam, yaitu tetangga yang mempunyai satu hak dan tetangga yang mempunyai dua hak dan tetangga yang mempunyai tiga hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak ialah tetangga muslim yang merupakan kerabat. Maka ia mempunyai hak tetangga dan hak Islam serta hak rahim. Adapun yang mempunyai dua hak ialah tetangga muslim. la mempuyai hak Islam dan hak tetangga. Adapun yang mempunya satu hak ialah tetangga musyrik.”

 

Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW menetapkan hak bagi orang musyrik karena menjadi tetangga.

 

Nabi SAW bersabda: “Berbuatlah baik kepada orang yang menjadi tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang muslim sejati.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

 “Jibril selalu berwasiat kepadaku mengenai tetangga hingga aku mengira dia akan menjadikannya sebagai pewaris.”

 

Nabi SAW bersabda: ,

 

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia menghormati tetangganya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah hamba beriman hingga tetangganya merasa aman dari kejahatannya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Dua orang pertama yang berselisih pada hari kiamat adalah dua orang bertetangga.”

 

Nabi SAW bersabda: “Apabila engkau melempar anjing tetanggamu, maka engkau telah mengganggunya.”

 

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang kepada ibnu Mas’ud ra. dan berkata kepadanya: Aku mempunyai tetangga yang menggangguku dan memaki serta menyusahkan aku.

 

Ibnu Mas’ud menjawab: Jika ia mendurhakai Allah mengenai dirimu, maka taatilah Allah mengenai dia.

 

Dikatakan kepada Rasulullah SAW: Sesungguhnya si Fulanah berpuasa di siang hari dan mengerjakan shalat di waktu malam, tetapi ia suka mengganggu tetangganya.

 

Nabi SAW menjawab: la masuk neraka.

 

Datang seorang lelaki kepada Nabi SAW mengeluhkan tetangganya.

 

Nabi SAW berkata kepadanya: Sabarlah.

 

Kemudian Nabi SAW berkata kepadanya pada hari ketiga dan keempat: Letakkan barangmu di jalan.

 

Maka orang-orang melewatinya dan berkata: Kenapa kamu? Dijawab: la diganggu tetangganya. Maka mereka berkata: Semoga Allah melaknatnya. Kemudian tetangganya datang kepadanya dan berkata: Kembalikan barangmu. Demi Allah, aku tidak akan melakukannya lagi.

 

Diriwayatkan oleh Az-Zuhri bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi SAW mengeluhkan tetangganya. Maka Nabi SAW menyuruh orang berseru di pintu masjid: Ketahuilah. empat puluh rumah adalah tetangga.

 

Az-Zuhri berkata: Empat puluh begini. empat puluh begini. empat puluh begini dan empat puluh begini sambil menunjuk ke empat arah.

 

Nabi SAW bersabda: Keberuntungan dan kesialan terdapat pada wanita, tempat tinggal dan kuda.

 

Keberuntungan wanita adalah maharnya yang ringan. kemudahan menikahinya dan akhlaknya yang baik. Kesialan wanita adalah maharnya yang mahal, kesulitan menikahinya dan akhlaknya yang buruk.

 

Keberuntungan tempat tinggal ialah keluasannya dan tetangga penghuninya yang baik dan kesialannya ialah kesempitannya dan tetangga penghuninya yang buruk.

 

Keberuntungan kuda ialah kejinakannya dan tingkah lakunya yang baik. Kesialannya ialah kesulitan mengendalikannya dan tingkah lakunya yang buruk.

 

Ketahuilah, bahwa hak tetangga bukan hanya mencegah gangguan, tetapi juga menahan gangguan. Sesungguhnya tetangga itu apabila mencegah gangguan darinya, tidak terdapat dalam hal itu penunaian hak dan tidak cukup menahan gangguan, tetapi harus bersikap lembut dan berbuat kebaikan dan makruf.

 

Diriwayatkan bahwa tetangga miskin memegangi tetangganya yang kaya pada hari kiamat. la berkata: Ya Rabbi, tanyailah orang ini, mengapa dia menghalangiku dari kebaikannya dan menutup pintunya di hadapanmu.

 

Ada yang mengeluhkan banyak tikus di rumahnya. Maka dikatakan kepadanya: Kiranya engkau pelihara kucing.

 

Orang itu menjawab: Aku takut tikus-tikus mendengar suara kucing, lalu mereka kabur ke rumah-rumah tetangga sehingga aku menyukai pada mereka apa yang tidak aku sukai pada diriku.

 

Termasuk hak tetangga ialah mendahuluinya memberi salam, tidak banyak bicara dengannya dan tidak banyak bertanya kepadanya, menjenguknya ketika sakit, menghiburnya di waktu mendapat musibah, ikut bersedih dengannya di kala susah, mengucapkan selamat kepadanya ketika mengalami kegembiraan, ikut merasakan kegembiraan bersamanya dan mau memaafkan kesalahannya.

 

la tidak mengintip dari atap kepada auratnya, tidak mempersulitnya dalam meletakkan batang kayu di atas dindingnya, tidak menuangkan air dalam saluran airnya, tidak membuang tanah di halamannya, tidak menyempitkan jalannya ke rumah, tidak mengawasi apa yang dibawanya ke rumahnya, menutupi auratnya yang terbuka dan membangkitkannya dari kesusahannya apabila dia mengalami musibah, tidak lalai dari menjaga rumahnya ketika ia tidak ada, tidak menyakitinya dengan suatu perkataan, menjaga pandangan dari kehormatannya dan tidak memandang lama kepada pelayan wanitanya, berbicara dengan lembut kepada anaknya dan membimbingnya kepada apa yang tidak diketahuinya dari urusan agamanya dan dunianya.

 

Ini ditambah dengan hak-hak untuk kaum muslimin secara umum.

 

Nabi SAW bersabda: “Tahukah kalian apa hak tetangga? Hak tetangga ialah jika ia meminta bantuan kepadamu, engkau membantunya. Jika ia meminta tolong kepadamu, engkau menolongnya. Jika ia meminta pinjaman uang kepadamu, engkau meminjaminya. Jika ia menjadi miskin, engkau menyantuninya. Jika ia sakit, engkau menjenguknya. Jika ia meninggal, engkau antarkan jenazahnya.

 

Jika ia mendapat kebaikan, engkau ucapkan selamat kepadanya dan jika ditimpa musibah, engkau menghiburnya. Janganlah engkau mendirikan bangunan yang tinggi melebihi bangunannya sehingga menghalangi angin darinya, kecuali dengan izinnya dan jangan mengganggunya.

 

Apabila engkau membeli buah, berilah dia hadiah. Jika engkau tidak melakukannya, masukkan buah itu secara sembunyi dan jangan biarkan anakmu keluar membawanya sehingga menjengkelkan anaknya dan jangan mengganggunya dengan bau masakan dari pancimu. kecuali bila engkau menciduk makanan dari panci itu untuknya.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Tahukah kalian apa hak tetangga?

 

Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah memenuhi hak tetangga. kecuali siapa yang dikasihi Allah.

 

Demikianlah yang diriwayatkan oleh Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi SAW.

 

Berkata Mujahid: Aku berada di tempat Abdullah bin Umar dan pelayannya sedang menguliti kambing.

 

Kemudian Abdullah berkata: Hai anak, apabila engkau sudah selesai menguliti kambing itu, berilah lebih dulu tetangga kita orang Yahudi. la katakan itu beberapa kali.

 

Pelayan itu berkata: Berapa kali anda katakan mengenai orang ini?

 

Abdullah menjawab: Rasulullah SAW terus berwasiat kepada kami mengenai tetangga hingga kami mengira beliau akan menjadikannya sebagai pewaris.

 

Hisyam berkata: Al-Hasan tidak menganggap salah bila engkau memberi makan orang Yahudi dan Nasrani dari daging hewan korbanmu.

 

Abu Dzarr r.a. berkata: Kekasihku Rasulullah SAW berwasiat kepadaku: Apabila engkau memasak makanan di panci, perbanyaklah kuahnya, kemudian lihatlah penghuni rumah di antara para tetanggamu, lalu ciduklah untuk mereka dari kuah itu.

 

 

 

 

 

Allah Ta’ala telah menurunkan tiga ayat mengenai khamar. Yang pertama ialah firman Allah Ta’ala:

 

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Al-Baqarah: 219

 

Maka di antara kaum muslimin ada yang minum dan ada yang meninggalkannya hingga ada seorang lelaki minum khamar, lalu mengerjakan shalat dan mengigau.

 

Maka turunlah firman Allah Ta’ala:

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk.” An-Nisa’: 43

 

Kemudian di antara kaum muslimin ada yang meminumnya dan ada yang meninggalkannya hingga Umar r.a. meminumnya dan mengambil tulang rahang unta. lalu melukai kepala Abdurrahman bin Auf dengannya. Kemudian ia duduk meratapi korban yang tewas dalam perang Badar.

 

Rasulullah SAW mendengar kabar itu. Kemudian beliau keluar dengan marah sambil menyeret selendangnya. lalu mengangkat sesuatu yang ada di tangannya dan memukul Umar dengannya.

 

Maka Umar berkata: Aku berlindung kepada Allah dari kemarahanNya dan kemarahan rasul-Nya.

 

Kemudian Allah Ta’ala menurunkan:

 

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” Al-Maidah: 91

 

Maka Umar r.a. berkata: Kami berhenti, kami berhenti.

 

Hadits yang menunjukkan pengharamannya antara lain sabda Sayyidina Rasulillah SAW: “Tidak masuk surga pecandu khamar.”

 

Dan sabda Nabi SAW: Perkara pertama yang aku dilarang Tuhanku sesudah menyembah berhala ialah minum khamar dan mencela orang-orang.

 

Dan sabda Nabi SAW: “Tidaklah suatu kaum berkumpul minum khamar di dunia, melainkan Allah mengumpulkan mereka di neraka.

 

Sebagian mereka datang kepada sebagian yang lain. Mereka saling menyalahkan. Seseorang dari mereka berkata kepada seorang yang lain: Semoga Allah tidak membalasmu dengan kebaikan atas keadaanku. Engkaulah yang menjerumuskan aku di tempat ini. Yang lain berkata seperti itu kepadanya.”

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa siapa yang minum khamar di dunia, Allah memberinya minum dari bisa ular dengan minuman yang menyebabkan jatuhnya daging wajahnya di dalam gelas sebelum meminumnya. Apabila ia sudah meminumnya, maka daging dan kulitnya berjatuhan sehingga mengganggu penghuni neraka.

 

Ketahuilah, sesungguhnya peminum dan pemerasnya, orang yang minta diperas untuknya, pembawanya dan orang yang menerimanya serta pemakan harganya adalah bersekutu dalam menanggung dosanya.

 

Allah tidak menerima shalat, puasa dan haji dari mereka hingga mereka bertaubat. Jika mereka mati sebelum bertaubat, wajib atas Allah memberi mereka minum air nanah jahannam dengan setiap tegukan yang mereka minum. Ketahuilah. setiap minuman yang memabukkan adalah haram dan setiap khamar adalah haram.

 

Ibnu Abi Dunya menceritakan bahwa ia melewati seorang yang mabuk. Orang itu kencing di tangannya dan membasuh tangannya dengannya seperti gerakan orang yang berwudhu dan mengucapkan:

 

“Segala puji bagi Allah yang menjadikan Islam sebagai cahaya dan menjadikan air suci.”

 

Diriwayatkan dari Al-Abbas bin Mirdas bahwa ada orang berkata kepadanya di zaman jahiliah: Mengapa engkau tidak minum khamar, karena khamar menambah panasmu.

 

Al-Abbas menjawab: Aku tidak mau membawa kebodohanku dengan tanganku, lalu memasukkannya dalam perutku dan aku tidak suka menjadi pemimpin kaumku di pagi hari dan menjadi orang bodoh di antara mereka pada sore harinya.

 

Diriwayatkan oleh Baihagi dari ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah induk dari segala kejahatan.”

 

Di antara umat sebelum kamu ada seorang lelaki yang tekun beribadah dan menjauhi masyarakat dan disenangi oleh seorang wanita.

 

Wanita itu mengirim seorang pelayan kepadanya. la berkata: Kami mengundangmu untuk bersaksi.

 

Kemudian ia masuk dan setiap kali memasuki satu pintu. ia pun menutupnya di depannya. Ketika ia sudah sampai kepada seorang wanita yang cantik sedang duduk dan di dekatnya ada seorang anak dan wadah berisi khamar, wanita itu berkata: Sesungguhnya kami tidak mengundangmu untuk bersaksi. tetapi aku mengundangmu untuk membunuh anak ini dan menggauli aku atau minum segelas khamar. Jika engkau menolak, aku akan meneriaki kamu dan mencemarkanmu.

 

Ketika ia melihat bahwa ia harus melakukan itu, ia berkata: Berilah aku minum segelas khamar.

 

Maka wanita itu memberinya minum.

 

Orang itu berkata: Tambahilah aku.

 

la terus minum hingga menggauli wanita itu dan membunuh jiwa.

 

Maka jauhilah khamar. Sesungguhnya tidak berkumpul iman dan kecanduan khamar dalam dada seorang lelaki untuk selamanya. Salah satu dari keduanya akan segera mengeluarkan yang lain.

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan ibnu Hibban dalam Sahihnya dari ibnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah SAW menceritakan bahwa ketika Adam diturunkan ke bumi. para malaikat berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Al-Baqarah: 30.

 

Para malaikat berkata: Ya Tuhan kami, kami lebih taat kepada-Mu daripada anak-anak Adam.

 

Allah Ta’ala berkata kepada para malaikat: Datangkan dua orang malaikat, lalu kita lihat bagaimana keduanya beramal. Para malaikat: Ya Tuhan kami, Harut dan Marut. Kemudian kedua malaikat itu diturunkan ke bumi.

 

Tiba-tiba muncul Zahrah seorang wanita yang sangat cantik. Kedua orang itu mendatanginya dan meminta dirinya.

 

Wanita itu menjawab: Tidak, demi Allah, hingga kalian ucapkan kata yang mengandung syirik ini.

 

Kedua malaikat itu berkata: Tidak, demi Allah. kami tidak akan menyekutukan Allah untuk selamanya.

 

Maka wanita itu pergi meninggalkan kedua malaikat itu. Kemudian ia kembali kepada keduanya sambil menggendong bayi. Kedua malaikat itu meminta dirinya.

 

Wanita itu menjawab: Tidak, hingga kamu berdua membunuh bayi ini.

 

Kedua malaikat itu menjawab: Tidak, Demi Allah. kami tidak akan membunuhnya untuk selamanya.

 

Wanita itu pergi, kemudian kembali membawa wadah berisi khamar. Kedua orang itu meminta dirinya. Wanita itu menjawab: Tidak, demi Allah, hingga kalian berdua minum khamar ini.

 

Maka keduanya mabuk dan menggauli wanita itu dan membunuh bayi itu. Ketika keduanya sadar, wanita itu berkata: Kalian tidak meninggalkan sesuatu apa pun yang kalian menolakku, melainkan kamu berdua melakukannya ketika kalian mabuk.

 

Kemudian kedua malaikat itu disuruh memilih antara siksa dunia dan siksa akhirat. Ternyata keduanya memilih siksa dunia.

 

Diriwayatkan dari Ummi Salamah: la berkata: Anak perempuanku mengeluh sakit. Kemudian aku membuat sari kurma dalam wadah untuk mengobatinya. Kemudian Rasulullah SAW masuk dan wadah itu mendidih.

 

Rasulullah SAW berkata: Apakah ini, ya Ummu Salamah?

 

Maka aku ceritakan kepadanya bahwa aku mengobati anakku dengannya. Nabi SAW berkata: Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan umatku dalam apa yang Dia haramkan atas mereka. Diriwayatkan bahwa ketika Allah Ta’ala mengharamkan khamar, Dia hilangkan darinya manfaat-manfaat.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’sha’ah bahwa Nabiyullah Muhammad SAW menceritakan kepada mereka tentang malam ketika beliau diperjalankan ke langit.

 

Nabi SAW berkata: Ketika aku sedang berada di Al-Hathim dan barangkali beliau berkata: Al-Hijr sambil berbaring, tiba-tiba ada pendatang yang datang kepadaku. Aku mendengarnya berkata: Kemudian ia membelah antara ini dan ini.

 

Maka aku berkata kepada Al-Jarud yang berada di sampingku: Apa maksudnya?

 

Al-Jarud menjawab: Antara dada dan pusarnya.

 

Kemudian ia mengeluarkan hatiku, kemudian didatangkan bejana dari emas yang dipenuhi iman, lalu hatiku dicuci, kemudian dikembalikan lagi.

 

Kemudian didatangkan seekor hewan di bawah bagal dan di atas keledai berwarna putih.

 

Al-Jarud berkata kepadanya: la adalah Buraq, ya Aba Hamzah.

 

Anas berkata: Ya, ia meletakkan langkahnya pada pandangannya yang terjauh.

 

Kemudian aku didudukkan di atasnya, lalu Jibril membawaku hingga tiba di langit terdekat, lalu ia minta dibuka.

 

Maka dikatakan: Siapa ini?

 

Jibril menjawab: Jibril.

 

Dikatakan: Siapa yang bersamamu?

 

la menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Dikatakan: Selamat datang dengannya. Sungguh sebaik-baik pendatang yang datang. Maka dibukalah pintunya. Ketika sudah masuk, ternyata di situ ada Adam.

 

Jibril berkata: Ini bapakmu Adam. Berilah salam kepadanya. Maka aku memberi salam kepadanya dan dia menjawab salamku.

 

Kemudian Adam berkata: Selamat datang putera yang shaleh dan Nabi yang shaleh.

 

Kemudian Jibril menaikkan aku hingga tiba di langit kedua. Ia minta dibuka pintunya. Maka dikatakan: Siapa ini?

 

Jibril menjawab: Jibril.

 

Dikatakan: Siapa yang bersamamu?

 

Jibril menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Maka dikatakan: Selamat datang, sungguh sebaik-baik pendatang yang datang.

 

Kemudian dibukakan pintu. Ketika aku sudah masuk, ternyata aku melihat Yahya dan Isa. Keduanya adalah putra bibi.

 

Jibril berkata: Ini Yahya dan Isa. Berilah salam kepada keduanya.

 

Maka aku pun memberi salam. Kedua orang itu membalas salamku, kemudian berkata: Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh.

 

Kemudian Jibril menaikkan aku ke langit ketiga. la minta dibuka pintunya. Dikatakan: Siapa ini?

 

Jibril menjawab: Jibril. Dikatakan: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Dikatakan: Selamat datang. Sungguh sebaik-baik pendatang yang datang.

 

Maka dibukakan pintunya. Ketika aku sudah masuk, ternyata aku melihat Yusuf.

 

Jibril berkata: Ini Yusuf. Berilah salam kepadanya. Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku. Kemudian ia berkata: Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh.

 

Kemudian Jibril menaikkan aku hingga tiba di langit keempat. Ia minta dibuka pintunya. Dikatakan: Siapa ini?

 

Jibril menjawab: Jibril.

 

Dikatakan: Siapa yang bersamamu?

 

Jibril menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Dikatakan: Selamat datang. Sungguh sebaik-baik pendatang yang datang.

 

Maka dibukalah pintunya. Ketika aku sudah masuk, ternyata ada Idris di situ.

 

Jibril berkata: Ini Idris. Berilah salam kepadanya. Maka aku memberi salam kepadanya dan ia membalas salamku, kemudian berkata: Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh.

 

Kemudian Jibril menaikkan aku hingga tiba di langit kelima. Ia minta dibukakan pintu.

 

Dikatakan: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril.

 

Dikatakan: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Maka dikatakan: Selamat datang. Sungguh sebaik-baik pendatang yang datang.

 

Ketika aku masuk, ternyata di situ ada Harun.

 

Jibril berkata: Ini Harun, berilah salam kepadanya.

 

Maka aku memberi salam kepadanya dan ia membalas salamku.

 

Kemudian Harun berkata: Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh.

 

Kemudian Jibril menaikkan aku hingga tiba di langit keenam. lalu minta dibuka pintunya.

 

Dikatakan: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril.

 

Dikatakan: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Dikatakan: Selamat datang. Sungguh dia sebaik-baik pendatang yang datang.

 

Ketika aku masuk, ternyata di situ ada Musa.

 

Jibril berkata: Ini Musa. Berilah salam kepadanya.

 

Maka aku memberi salam kepadanya dan ia membalas salamku. Kemudian ia berkata: Selamat datang saudara yang shaleh dan nabi yang shaleh.

 

Ketika aku lewat, Musa menangis. Dikatakan kepadanya: Kenapa engkau menangis?

 

Musa menjawab: Aku menangis, karena seorang pemuda yang diutus sesudahku masuk surga dari umatnya lebih banyak daripada umatku yang memasukinya.

 

Kemudian Jibril menaikkan aku ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan pintu.

 

Dikatakan: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril.

 

Dikatakan: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad.

 

Dikatakan: Apakah ia sudah diangkat menjadi nabi?

 

Jibril menjawab: Ya.

 

Dikatakan: Selamat datang. Sungguh dia sebaik-baik pendatang yang datang.

 

Ketika aku masuk, ternyata di situ ada Ibrahim.

 

Jibril berkata: Ini bapakmu Ibrahim. Berilah salam kepadanya.

 

Maka aku memberi salam kepadanya dan ia membalas salamku. Ibrahim berkata: Selamat datang anak yang shaleh dan nabi yang shaleh.

 

Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul muntaha. Ternyata buahnya seperti tempayan Hajar dan daunnya seperti telinga gajah.

 

Jibril berkata: Ini Sidratul Muntaha.

 

Kemudian aku melihat empat sungai, yaitu dua sungai batin dan dua sungai lahir.

 

Maka aku berkata: Ya Jibril, sungai-sungai apakah ini?

 

Jibril menjawab: Adapun dua sungai batin adalah dua sungai di surga dan dua sungai lahir adalah sungai Nil dan Furat.

 

Kemudian ditunjukkan kepadaku Al-Baitul Ma’mur. Setiap hari ia dimasuki oleh 70.000 malaikat.

 

Kemudian didatangkan kepadaku satu gelas berisi khamar, satu gelas berisi susu dan satu gelas berisi madu. Maka aku mengambil SUSU.

 

Jibril berkata: Itu adalah fitrah yang engkau dan umatmu berada di atasnya.

 

Kemudian diwajibkan atasku lima puluh shalat setiap hari. Kemudian aku kembali dan bertemu Musa. la berkata: Dengan apa engkau diperintah?

 

Aku katakan: Aku diperintah mengerjakan lima puluh shalat setiap hari.

 

Musa berkata: Sesungguhnya umatmu tidak sanggup mengerjakan lima puluh shalat setiap hari. Demi Allah. aku telah mencoba orang-orang sebelummu dan aku mengurusi bani Israel dengan susah payah. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan dariNya bagi umatmu.

 

Kemudian aku kembali hingga dikurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali kepada Musa. la tetap mengatakan seperti itu.

 

Kemudian aku kembali dan dikurangi sepuluh shalat dariku, lalu aku kembali kepada Musa. la tetap mengatakan seperti itu.

 

Kemudian aku kembali dan dikurangi sepuluh shalat dariku. lalu aku kembali kepada Musa. la tetap mengatakan seperti itu.

 

Kemudian aku kembali dan aku diperintah mengerjakan lima shalat setiap hari. Kemudian aku kembali kepada Musa. la berkata: Berapa shalat diperintahkan kepadamu?

 

Aku menjawab: Aku diperintahkan mengerjakan lima shalat setiap hari.

 

Musa berkata: Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup mengerjakan lima shalat setiap hari. Aku telah mencoba orang-orang sebelummu dan mengurusi bani Israel dengan susah payah. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan kepada-Nya bagi umatmu.

 

Nabi SAW menjawab: Aku sudah meminta kepada Tuhanku hingga aku merasa malu dari-Nya. Akan tetapi aku ridha dan tunduk.

 

Ketika aku berjalan, juru bicara berseru: Aku telah menetapkan kewajiban-Ku dan meringankan dari hamba-hamba-Ku.

 

 

 

 

Ketahuilah bahwa ini adalah hari yang agung. Allah mengagungkan Islam dan mengkhususkan kaum muslimin dengannya. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan Shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” Al Jumu’ah: 9

 

Maka Allah mengharamkan kesibukan dengan urusan-urusan dunia dan setiap urusan yang menghalangi dari bersegera untuk menunaikan shalat Jum’at.

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla mewajibkan shalat Jum’at atas kalian pada hariku ini di tempatku berdiri ini.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at tiga kali tanpa halangan, Allah menutup hatinya. Dalam lafadh lain: la pun telah melemparkan Islam di belakang punggungnya.”

 

Seorang lelaki bolak-balik mendatangi ibnu Abbas bertanya kepadanya tentang seorang lelaki yang mati dan tidak pernah menghadiri shalat Jum’at maupun jama’ah.

 

Ibnu Abbas menjawab: la masuk neraka.

 

Orang itu bolak-balik mendatanginya selama sebulan menanyainya tentang hal itu dan ibnu Abbas menjawab: la di neraka.

 

Disebutkan dalam khabar bahwa Ahlul kitabain (Yahudi dan Nasrani) diberi hari Jum’at, namun mereka berselisih sehingga mereka dijauhkan darinya. Kemudian Allah Ta’ala memberi kita petunjuk untuk mendapatkannya dan mengakhirkannya untuk umat ini dan menjadikannya hari raya bagi mereka. Maka mereka adalah umat yang mendahului dengannya dan pengikut dua kitab (Taurat dan Injil) mengikuti mereka.

 

Dalam hadits Anas dari Nabi SAW disebutkan bahwa ia berkata: Jibril datang kepadaku dengan membawa cermin putih di tangannya. la berkata: Inilah hari Jum’at. Tuhanmu mewajibkannya atasmu supaya ia menjadi hari raya untukmu dan bagi umatmu sesudahmu.

 

Aku katakan: Apa yang kita dapatkan di dalamnya?

 

Jibril menjawab: Kalian mempunyai satu saat terbaik di dalamnya. Siapa yang berdoa di saat itu dengan memohon kebaikan yang dibagikan untuknya, maka Allah Ta’ala memberikannya kepadanya atau tidak ada bagian untuknya, maka disimpan untuknya yang lebih besar daripadanya atau ia memohon perlindungan dari bencana yang sudah ditetapkan atasnya, maka Allah azza wa jalla melindunginya dari bencana yang lebih besar daripada itu.

 

Hari Jum’at adalah pemimpin hari-hari dan kami menyebutnya di akhirat Yaumul mazid (hari tambahan).

 

Aku katakan: Mengapa?

 

Jibril menjawab: Tuhanmu azza wa jalla menciptakan di surga sebuah lembah yang lebih harum baunya daripada misik berwarna putih.

 

Pada hari Jum’at, Allah Ta’ala turun dari Illiyyin di atas kursiNya, lalu menampakkan diri kepada mereka hingga mereka melihat kepada wajah-Nya yang mulia.

 

(Bagaimana keadaannya dan caranya tidak boleh dibayangkan seperti makhluk-Nya, karena tidak ada yang setara dan serupa dengan-Nya: pen.).

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Sebaik-baik hari di atas mana matahari naik adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam a.s. diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke dalam surga, pada hari itu ia diturunkan ke bumi, pada hari itu diterima taubatnya, pada hari itu ia wafat, pada hari itu terjadi kiamat dan ia di sisi Allah adalah hari tambahan. Demikianlah para malaikat menamainya di langit dan ia adalah hari memandang kepada Allah Ta’ala di surga.”

 

Disebutkan dalam khabar (hadits) bahwa Allah Ta’ala membebaskan 600.000 jiwa dari neraka pada setiap hari Jum’at. Disebutkan dalam hadits Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila selamat hari Jum’at (dari kiamat), selamatlah hari-hari lainnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya neraka dinyalakan setiap hari sebelum matahari tergelincir ketika matahari berada tepat di tengah langit. Maka janganlah kerjakan shalat dalam saat ini. kecuali pada hari Jum’at, karena ia adalah shalat seluruhnya dan neraka tidak dinyalakan pada hari itu.”

 

Ka’ab berkata: Allah azza wa jalla mengutamakan Makkah di antara negeri-negeri dan Ramadhan di antara bulan-bulan dan hari Jum’at di antara hari-hari dan Lailatul qadar di antara malam-malam.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, Allah menetapkan baginya pahala orang yang mati syahid dan melindunginya dari ujian kubur.”

 

 

 

 

 

Hak-hak istri pada suami banyak, di antaranya perlakuan baik terhadapnya dan menahan gangguan darinya karena kasihan padanya dan kekurangan akalnya. Allah Ta’ala berfirman dalam mengagungkan hak mereka:

 

“Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” An-Nisa’: 21

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” An-Nisa’: 19

 

Dan Allah berfirman:   “Dan tetangga yang dekat.” An-Nisa’: 36

 

Ada yang mengatakan: Ia adalah istri. Wasiat terakhir yang disampaikan Rasulullah SAW ada tiga perkara. Beliau berbicara tentang para istri hingga lidahnya tergagap dan menjadi pelan perkataannya.

 

Beliau mengucapkan: “Ash-Sholaah, ash-sholaah (Kerjakan shalat, kerjakan shalat) dan berbuatlah baik kepada budak yang kamu miliki. Janganlah kamu memaksa mereka melakukan pekerjaan yang mereka tidak sanggup melakukannya. takutlah kalian kepada Allah, takutlah kalian kepada Allah mengenai para istri. Sesungguhnya mereka adalah tawanan di tanganmu. Kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah.”

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa bersabar atas perilaku istrinya yang buruk, Allah memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Ayyub atas cobaan yang menimpanya dan orang perempuan yang sabar atas perilaku suaminya yang buruk, Allah memberinya pahala seperti pahala yang diberikan kepada Asiyah istri Fir’aun.”

 

Ketahuilah, bahwa berbuat baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, tetapi juga menahan gangguan darinya dan memaafkan kesalahan dan kemarahannya dengan meneladani Rasulullah SAW.

 

Adalah istri-istri Rasulullah SAW pernah mendebatnya dan salah seorang dari mereka pernah tidak bicara dengannya pada suatu hari sampai malam.

 

Pernah istri Umar r.a. mendebatnya. Maka Umar berkata: Apakah

 

engkau mendebatku, hai dungu?

 

Istrinya menjawab: Istri-istri Rasulullah SAW pernah mendebatnya, sedangkan beliau lebih baik darimu.

 

Maka Umar berkata: Sia-sialah Hafshah dan rugilah dia jika ia mendebatnya.

 

Kemudian Umar berkata kepada Hafshah: Janganlah engkau terkecoh oleh putri ibnu Abi Ouhafah. la adalah kecintaan Rasulullah SAW. Umar mengancamnya bila ia mendebat.

 

Diriwayatkan bahwa salah seorang istrinya mendorong dada Rasulullah SAW sehingga ia dibentak oleh ibunya.

 

Akan tetapi Nabi SAW berkata: Biarkan dia. Sesungguhnya mereka berbuat lebih banyak daripada itu.

 

Pernah terjadi perselisihan antara beliau dan Aisyah hingga keduanya memasukkan Abu Bakar r.a. sebagai penengah antara keduanya dan memintanya sebagai saksi.

 

Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah: Bicaralah atau aku yang bicara.

 

Aisyah berkata: Bicaralah anda lebih dulu dan jangan bicara, kecuali yang benar.

 

Maka Abu Bakar menamparnya hingga berdarah mulutnya.

 

la berkata: Hai musuh dirinya, apakah Nabi SAW tidak mengatakan yang benar?

 

Kemudian Aisyah r.a. berlindung kepada Nabi SAW dan duduk di belakang punggungnya.

 

Maka Nabi SAW berkata kepada Abu Bakar: Kami tidak memanggilmu untuk ini dan kami tidak menghendaki ini darimu.

 

Pada suatu kali Aisyah berkata kepadanya dalam suatu pembicaraan yang menyebabkan dia marah di dekat Nabi SAW: Engkau orang yang mengaku nabi Allah. Rasulullah SAW tersenyum dan menahan diri dengan kesabaran dan kemurahan hati.

 

Nabi SAW berkata kepada Aisyah: Sungguh aku mengetahui kemarahan dan keridhaanmu.

 

Aisyah berkata: Bagaimana engkau mengetahuinya?

 

Nabi SAW menjawab: Apabila engkau ridha, engkau katakan: Tidak, demi Tuhan Muhammad. Dan apabila engkau marah, engkau katakan: Tidak, demi Tuhan Ibrahim.

 

Aisyah berkata: Engkau berkata benar. Sesungguhnya aku tidak menyebut namamu.

 

Aisyah adalah kecintaan Nabi SAW. Beliau berkata kepadanya: Aku terhadapmu adalah seperti Abi Zar’in terhadap Ummi Zar’in, tetapi aku tidak mentalakmu.

 

Adalah Nabi SAW berkata kepada para istrinya: Janganlah kalian menggangguku mengenai Aisyah. Demi Allah. tidak turun wahyu kepadaku ketika aku berada dalam selimut bersama seorang istri di antara kalian selain dia.

 

Anas r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW orang yang paling penyayang kepada wanita dan anak-anak.

 

Selain menahan diri dari gangguan, beliau juga bercanda dan bermain. Semua itu menyenangkan hati istri. Adalah Rasulullah SAW bercanda bersama istri-istrinya dan menyesuaikan diri dengan akal-akal mereka dalam perbuatan dan akhlak hingga Nabi SAW pernah berlomba lari dengan Aisyah.

 

Pada suatu hari Aisyah mendahuluinya dan pada hari yang lain Nabi SAW. Maka Nabi SAW berkata: Ini adalah balasan yang itu.

 

Disebutkan dalam khabar bahwa Nabi SAW adalah orang yang paling suka bercanda dengan istri-istrinya.

 

Aisyah r.a. berkata: Aku mendengar suara orang-orang dari Habasyah dan selain mereka yang bermain pada hari Asyura.

 

Maka Rasulullah SAW berkata kepadaku: Apakah engkau ingin melihat permainan mereka?

 

Aisyah berkata: Aku menjawab: Ya.

 

Kemudian Rasulullah SAW menyuruh memanggil mereka. Maka mereka datang dan Rasulullah SAW berdiri di antara dua pintu. Beliau letakkan telapak tangannya di atas pintu dan mengulurkan

 

tangannya.

 

Aku letakkan daguku di atas tangannya dan mereka mulai bermain sementara aku melihat mereka.

 

Rasulullah SAW berkata: Apakah sudah cukup bagimu?

 

Aku menjawab: Diamlah, dua atau tiga kali.

 

Kemudian beliau berkata: Hai Aisyah, apakah sudah cukup bagimu?

 

Maka aku katakan: Ya.

 

Kemudian beliau memberi isyarat kepada mereka dan mereka pun bubar.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut terhadap istrinya.

 

Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kamu ialah yang terbaik terhadap istrinya dan aku adalah orang yang terbaik di antara kamu terhadap istriku.”

 

Dalam penjelasan hadits yang diriwayatkan:   dikatakan: la adalah orang yang keras kepada istrinya dan sombong mengenai dirinya.

 

la adalah salah satu pendapat mengenai arti firman Allah Ta’ala:

 

Ada yang mengatakan: Al-utull artinya orang yang kasar perkataannya dan keras hatinya terhadap istrinya.

 

Nabi SAW berkata kepada Jabir: Mengapa engkau tidak kawin dengan perawan supaya engkau bisa bermain dengannya dan dia bermain denganmu.

 

Seorang wanita dusun menceritakan suaminya yang sudah meninggal. la berkata: Dia selalu tertawa ketika masuk rumah dan diam ketika keluar. Ia makan apa yang didapatnya, tidak menanyakan apa yang tidak ditemukannya.

 

Termasuk perlakuan baik ialah tidak berlebihan dalam bercanda dan akhlak yang baik dan menuruti keinginannya hingga batas yang merusak akhlak istrinya dan menghilangkan wibawanya sama sekali pada istrinya.

 

Akan tetapi ia harus memperhatikan keseimbangan dalam perlakuannya. Maka ia tidak mengabaikan kewibawaan dan ketegasan apabila melihat kemungkaran dan tidak membuka pintu untuk membantu kemungkaran sama sekali.

 

Nabi SAW bersabda: Celakalah budak istri.

 

Beliau mengatakan itu, karena apabila menuruti keinginannya, maka ia menjadi budaknya dan telah celaka, karena Allah menjadikan istri sebagai miliknya, namun ia dikuasai oleh istrinya. Maka ia membuat keadaannya terbalik dan mengubah ketentuannya dan mematuhi syaitan.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (dan aku (syaitan) akan menyuruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya). An-Nisa’: 119.

 

Karena hak orang lelaki adalah menjadi pemimpin.

 

Allah menamakan kaum lelaki pemimpin atas kaum wanita dan menamakan suami “sayyid” (pemimpin). Allah Ta’ala berfirman:  (dan keduanya mendapati suami wanita itu di muka pintu itu). Yusuf: 25.

 

Asy-Syafi’i r.a. berkata: Tiga macam orang. jika engkau muliakan mereka, mereka menghinamu dan jika engkau menghinakan mereka, mereka memuliakanmu, yaitu istri, pelayan dan Nabathiy.

 

Beliau maksudkan dengannya: Jika engkau memuliakannya saja dan tidak mencampur kekasaranmu dengan kelunakanmu dan kekerasanmu dengan kelembutanmu.

 

 

 

 

Nikah adalah semacam perbudakan. Maka istri menjadi budak bagi suami. Oleh karena itu istri wajib menaati suaminya secara mutlak dalam setiap apa yang dimintanya dari istri mengenai dirinya yang tidak ada kedurhakaan di dalamnya.

 

Telah disebutkan dalam banyak khabar mengenai pengagungan hak suami pada istri. Nabi SAW bersabda:

 

“Wanita mana yang meninggal dan diridhai oleh suaminya, ia pun masuk surga.”

 

Ada seorang lelaki telah keluar bepergian dan berpesan kepada istrinya agar tidak turun dari tingkat atas ke bawah. Pada waktu itu ayahnya sakit di bawah. Maka wanita itu mengirim utusan kepada Rasulullah SAW minta izin turun kepada ayahnya.

 

Rasulullah SAW menjawab: Taatilah suamimu.

 

Kemudian ayahnya meninggal. Wanita itu menyuruh orang minta izin kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab: Taatilah suamimu.

 

Kemudian ayahnya dikubur. Kemudian Rasulullah SAW mengutus orang kepadanya mengabarkan bahwa Allah telah mengampuni ayahnya karena ketaatannya kepada suaminya.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Apabila orang perempuan mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, ia pun masuk surga Tuhannya.”

 

Nabi SAW menggabungkan ketaatan kepada suami dengan dasar-dasar Islam.

 

Rasulullah SAW menyebut kaum wanita. Beliau berkata: Mereka hamil. melahirkan anak, menyayangi anak-anak mereka. Kalau mereka tidak durhaka kepada suami-suami mereka, maka wanita-wanita yang shalat masuk surga.

 

Nabi SAW berkata: Aku mengintai neraka. Ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita. Mereka berkata: Mengapa, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Mereka banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami.

 

Dalam khabar lain disebutkan: Aku mengintai di surga, ternyata penghuninya yang paling sedikit adalah wanita.

 

Maka aku katakan: Di mana para wanita?

 

Dijawab: Mereka disibukkan oleh dua benda merah, emas dan za’faran, yakni perhiasan dan bahan pewarna baju.

 

Aisyah r.a. berkata: Seorang gadis datang kepada Nabi SAW. la berkata: Aku seorang gadis yang sedang dipinang, tetapi aku tidak suka dikawinkan. Apa hak suami pada istri?

 

Nabi SAW menjawab: Andaikata dari atas hingga telapak kaki suaminya mengalir air nanah, lalu ia menjilatinya, tetaplah ia tidak menunaikan syukur kepadanya.

 

Wanita itu berkata: Kalau begitu, aku tidak kawin.

 

Nabi SAW berkata: Bahkan kawinlah, karena itu adalah kebaikan.

 

Ibnu Abbas berkata: Seorang wanita dari Khats’am datang kepada Rasulullah SAW. la berkata: Aku seorang gadis yang ingin kawin, Apakah hak suami?

 

Nabi SAW menjawab: Sesungguhnya hak suami pada istri apabila ia ingin bersetubuh dengannya dan merayu dirinya di atas punggung unta, ia pun tidak boleh menolaknya.

 

Termasuk hak suami ialah istri tidak memberikan sesuatu dari rumahnya, kecuali dengan izinnya. Jika ia melakukan itu, maka istri menanggung dosanya dan suami mendapat pahalanya.

 

Termasuk hak suami ialah istri tidak boleh berpuasa sunnah, kecuali dengan izinnya. Jika ia melakukannya, maka ia hanya lapar dan haus dan tidak diterima darinya.

 

Jika ia keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya, maka para malaikat melaknatnya hingga ia kembali ke rumahnya atau bertaubat.

 

Nabi SAW bersabda: “Andaikata aku boleh menyuruh seseorang bersujud kepada seseorang, niscaya aku menyuruh orang perempuan sujud kepada suaminya karena haknya yang besar padanya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tempat wanita yang paling dekat dari Tuhannya ialah di dalam rumahnya. Sesungguhnya shalatnya di halaman rumahnya lebih baik daripada shalatnya di dalam masjid dan shalatnya di rumahnya lebih baik daripada shalatnya di halaman rumahnya dan shalatnya di tempat pingitannya lebih baik daripada shalatnya di ruang terbuka di rumahnya.”

 

Hal itu disebabkan tempatnya tertutup.

 

Oleh sebab itu Nabi SAW bersabda: “Wanita itu aurat. Maka apabila ia keluar, syaitan mengawasinya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Wanita mempunyai sepuluh aurat. Apabila ia kawin, suaminya menutupi satu aurat. Apabila ia meninggal, kuburnya menutupi sepuluh aurat itu.”

 

Hak-hak suami pada istri banyak. Yang terpenting darinya ada dua perkara. Yang pertama ialah menjaga diri dan menutupi aurat, dan yang lain ialah tidak menuntut lebih dari keperluan dan memelihara diri dari penghasilannya apabila haram. Demikianlah kebiasaan kaum wanita di zaman salaf.

 

Adalah orang lelaki apabila keluar dari rumahnya. istrinya atau anak perempuannya berkata kepadanya: Jauhkan dirimu dari penghasilan haram. Kami sabar menahan lapar dan sakit, tetapi tidak sabar menahan api neraka.

 

Ada seorang lelaki di kalangan salaf hendak bepergian. Tetangga-tetangganya tidak suka kepergiannya. Mereka berkata kepada istrinya: Mengapa engkau ridha dengan kepergiannya. padahal ia tidak meninggalkan belanja untukmu?

 

Istrinya menjawab: Sejak aku mengenalnya. aku mengenalnya sebagai orang yang banyak makan dan aku tidak mengenalnya sebagai pemberi rezeki, sedangkan aku mempunyai Tuhan yang memberi rezeki. Orang yang banyak makan pergi dan tinggallah pemberi rezeki.

 

Termasuk kewajiban istri ialah tidak berlebihan dalam membelanjakan hartanya, tetapi menjaganya untuk suaminya.

 

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak halal bagi istri memberi makan dari rumah suaminya, kecuali dengan izinnya, kecuali makanan basah yang dikhawatirkan kerusakannya.

 

Jika ia memberi makanan dengan keridhaan suaminya, maka ia mendapat pahala seperti suaminya. Jika ia memberi makanan tanpa izin suaminya, maka suaminya mendapat pahala dan ia menanggung dosanya.”

 

Termasuk hak istri pada kedua orang tua ialah mengajarinya pergaulan yang baik bersama suami. Diriwayatkan bahwa Asma’ binti Kharijah Al-Fuzari berkata kepada putrinya di waktu perkawinannya: Sesungguhnya engkau keluar dari rumah di mana engkau tumbuh besar, lalu engkau menuju tempat tidur yang tidak engkau kenal dan teman yang tidak engkau cintai.

 

Maka jadilah engkau bumi baginya, maka ia akan menjadi langit bagimu. Jadilah engkau hamparan baginya, maka ia menjadi tiang bagimu dan jadilah engkau sahaya dan ia pun akan menjadi sahaya bagimu. Janganlah engkau mendekatinya sehingga ia membencimu dan jangan menjauh darinya sehingga ia melupakanmu. Jika ia mendekat darimu, mendekatlah engkau darinya dan jika ia menjauh darimu, menjauhlah engkau darinya.

 

Jagalah hidungnya, pendengaran dan matanya, jangan sampai dia mencium darimu, kecuali wangi-wangian dan jangan sampai ia mendengar darimu, kecuali perkataan yang baik dan jangan sampai ia melihat kepadamu, kecuali pemandangan yang bagus.

 

Seorang lelaki berkata kepada istrinya:

 

Ambillah maaf dariku supaya engkau tetap mencintaiku dan jangan ucapkan sesuatu dalam amarahku ketika aku marah janganlah engkau memukulku seperti engkau memukul rebana karena engkau tidak tahu bagaimana perempuan yang ditinggal suami jangan banyak mengeluh sehingga menghilangkan cinta dan hatiku menolakmu, sedangkan hati bisa berubah karena aku melihat cinta dan gangguan apabila berkumpul di dalam hati, maka cintanya segera lenyap

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”

 

Diriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir r.a., ia berkata: Aku berada di dekat mimbar Rasulullah SAW. Kemudian seorang lelaki berkata: Aku tidak peduli untuk mengerjakan amalan sesudah Islam, kecuali memberi minum orang haji.

 

Yang lain berkata: Aku tidak peduli untuk mengerjakan amalan sesudah Islam, kecuali mengurusi Masjidil Haram.

 

Yang lain berkata: Sungguh jihad lebih utama daripada apa yang kalian katakan.

 

Maka Umar ibnul Khaththab r.a. membentak mereka dan berkata: Janganlah kalian mengeraskan suaramu di dekat mimbar Rasulullah SAW dan ini hari Jum’at. Akan tetapi apabila aku selesai mengerjakan shalat Jum’at, aku masuk dan meminta fatwa kepadanya mengenai Apa yang kalian perselisihkan.

 

Kemudian Allah azza wa jalla menurunkan: .

 

“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang, orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” At-Taubah: 19

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam r.a., ia berkata: Kami duduk beberapa orang sahabat Rasulullah SAW. Kami berkata: Kiranya kita tahu amal apa yang paling baik dan paling disukai Allah azza wa jalla supaya kita mengerjakannya.

 

Kemudian Allah Ta’ala menurunkan:

 

“Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu katakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Ash-Shaff: 1-4. Dan seterusnya.

 

Maka Rasulullah SAW membacakannya kepada kami.

 

Diriwayatkan bahwa seorang lelaki berkata: Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku suatu amal yang menyamai jihad.

 

Nabi SAW berkata: Aku tidak menemukannya.

 

Kemudian beliau berkata: Apakah engkau sanggup apabila keluar mujahid, engkau memasuki masjidmu, lalu mengerjakan shalat dan tidak berhenti dan berpuasa dan tidak berbuka.

 

Orang itu berkata: Siapa yang sanggup melakukan itu?

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra., ia berkata: Seorang lelaki sahabat Nabi SAW lewat di suatu tempat di gunung di mana terdapat mata air kecil yang tawar airnya. la berkata: Kiranya aku tinggal di tempat ini dan aku tidak akan melakukannya hingga aku minta izin kepada Rasulullah SAW.

 

Kemudian ia ceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Maka Nabi SAW berkata: Jangan engkau lakukan. Sesungguhnya kedudukan seseorang dari kamu di jalan Allah lebih baik baginya daripada

 

shalatnya di rumahnya selama 70 tahun. Apakah kalian tidak suka

 

Allah mengampuni dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga.

 

Berperanglah di jalan Allah Ta’ala. Barangsiapa berperang di jalan Allah Ta’ala selama orang memerah susu unta, wajiblah surga baginya. Apabila sahabat yang mulia tidak diizinkan Rasulullah SAW untuk mengasingkan diri, padahal ia berjihad dalam melakukan berbagai ketaatan dan mengerjakan amal-amal baik, tetapi Rasulullah SAW menyuruhnya berjihad, maka bagaimana pantas bagi kita untuk meninggalkannya sementara kita melakukan sedikit ketaatan dan banyak kejelekan dan memakan makanan yang tidak diketahui kehalalannya serta memiliki berbagai keinginan dan niat yang rusak.

 

Rasulullah SAW bersabda:

 

“Barangsiapa ridha Allah sebagai Tuhan dan Islam sebagai agama dan Muhammad SAW sebagai rasul, wajiblah surga baginya.”

 

Maka Abu Said Al-Khudri merasa heran mendengarnya. la berkata: Ulangilah perkataan itu, ya Rasulallah.

 

Maka Rasulullah SAW mengulanginya kepadanya, kemudian berkata: Ada amalan lain yang dengannya Allah mengangkat bagi hamba seratus derajat dan di antara setiap dua derajat seperti antara langit dan bumi.

 

Abu Said berkata: Apakah itu, ya Rasulallah?

 

Nabi SAW menjawab: Berjihad di jalan Allah.

 

 

 

 

Seorang lelaki berkata kepada Al-Hasan: Ya Aba Said. apakah syaitan tidur?

 

Al-Hasan tersenyum dan berkata: Andaikata dia tidur, tentu kita beristirahat.

 

Kalau begitu, orang mukmin tidak bisa bebas darinya.

 

Al-Hasan menjawab: Ya. Orang mukmin mempunyai jalan untuk mengusirnya dan melemahkan kekuatannya.

 

Nabi SAW bersabda: “Orang mukmin menguruskan syaitannya seperti seseorang dari kamu menguruskan untanya dalam perjalanannya.”

 

Ibnu Mas’ud berkata: Syaitan orang mukmin kurus.

 

Orang yang bertakwa tidak sulit bagi mereka untuk menutup pintu-pintu syaitan dan menjaganya dengan penjagaan, yaitu pintu-pintu yang nyata dan jalan-jalan yang terang yang menyebabkan perbuatan maksiat yang nyata.

 

Mereka terjatuh di jalan-jalannya yang tersamar, karena mereka tidak mengetahuinya.

 

Maka mereka menjaganya, karena pintu-pintu yang terbuka menuju ke hati milik syaitan banyak dan pintu milik para malaikat hanya satu. Pintu yang satu itu bercampur dengan pintu-pintu yang banyak ini.

 

Hamba di dalamnya seperti musafir yang tinggal di suatu dusun yang banyak jalannya dan tersamar jalurnya di malam yang gelap. la hampir tidak mengetahui jalan, kecuali dengan mata yang bisa melihat dan naiknya matahari yang bersinar.

 

Mata yang melihat di sini adalah hati yang dibersihkan dengan ketakwaan, sedangkan matahari yang bersinar adalah ilmu yang deras dan diperoleh dari Kitab Allah Ta’ala dan sunnah rasul-Nya SAW mengenai cara yang menuntunnya ke jalan-jalannya yang tersamar. Kalau tidak, maka jalan-jalannya banyak dan rumit.

 

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah SAW menggaris bagi kami sebuah garis pada suatu hari dan berkata: Ini jalan Allah.

 

Kemudian beliau menggaris beberapa garis dari sebelah kanan garis itu dan sebelah kirinya. Kemudian beliau berkata: Ini adalah jalan-jalan dan di atas setiap jalan darinya ada syaitan yang mengajak kepadanya. Kemudian beliau membaca:

 

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya.” Al-An’am: 153

 

Kami telah menyebutkan sebuah contoh bagi jalan yang tersamar di antara jalan-jalannya, yaitu jalan yang menipu para ulama dan ahli ibadah yang mengendalikan hawa nafsu mereka dan menahan diri dari perbuatan maksiat yang nyata. Sekarang kami sebutkan contoh bagi jalannya yang jelas dan tidak tersembunyi, kecuali bila manusia terpaksa menempuhnya.

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW menceritakan: Dulu ada seorang rahib dari bani Israel. Syaitan mendatangi seorang perempuan. lalu mencekiknya dan membisikkan dalam hati keluarganya bahwa obatnya ada pada rahib itu.

 

Kemudian mereka membawa perempuan itu kepadanya, namun ia tidak mau menerimanya. Mereka terus mendesaknya hingga ia mau menerimanya.

 

Ketika perempuan itu berada di tempatnya untuk diobatinya, datang syaitan kepadanya dan menggodanya agar ia menggaulinya. Syaitan terus mendesaknya hingga rahib itu menggaulinya dan hamil darinya.

 

Maka syaitan membisikkan kepadanya: Sekarang engkau telah tercemar dan keluarganya akan datang kepadamu, maka bunuhlah dia. Jika mereka menanyaimu, katakanlah: la sudah meninggal.

 

Maka rahib itu membunuhnya dan menguburkannya.

 

Kemudian syaitan mendatangi keluarganya, lalu membisikkan kepada mereka dan menimbulkan kecurigaan dalam hati mereka bahwa rahib menghamilinya, kemudian membunuhnya dan menguburnya.

 

Maka keluarganya mendatangi rahib dan menanyainya tentang perempuan itu. Rahib menjawab: la sudah meninggal.

 

Kemudian mereka mengambilnya untuk membunuhnya.

 

Maka syaitan mendatanginya dan berkata: Akulah yang mencekiknya dan aku yang memberitahu dalam hati keluarganya. Maka taatilah aku supaya engkau selamat dan aku akan menyelamatkanmu dari mereka.

 

Rahib berkata: Dengan cara apa?

 

Syaitan menjawab: Sujudlah kepadaku dua kali sujud.

 

Kemudian rahib sujud kepadanya dua kali. Maka syaitan berkata kepadanya: Aku berlepas diri darimu.

 

Dialah yang dikatakan Allah Ta’ala mengenainya:

 

“(Bujukan orang-orang musyrik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan, ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu.” Al-Hasyr: 16

 

Diriwayatkan bahwa iblis bertanya kepada Al-lmam Asy-Syafi’i radhiyallahu anhu: Apa pendapatmu tentang Tuhan yang menciptakan aku sebagaimana Dia memilihnya dan menyuruhku beramal dalam apa yang dipilih-Nya, dan setelah itu jika Dia menghendaki, Dia masukkan aku ke dalam surga dan jika Dia menghendaki, Dia masukkan aku ke dalam neraka, apakah Dia adil dalam hal itu atau zalim?

 

Asy-Syafi’i merenungkan perkataannya, kemudian berkata: Hai Orang ini, jika penciptaanmu untuk memenuhi keinginanmu, maka Dia telah berbuat zalim kepadamu. Dan jika penciptaanmu menurut keinginan-Nya, maka Dia tidak bisa ditanya tentang apa yang Dia lakukan dan mereka yang akan ditanya,

 

Maka ia pun melemah sehingga menjadi tidak berdaya, kemudian berkata: Hai Syafi’i, aku telah mengeluarkan dengan pertanyaanku ini 70.000 orang ahli ibadah dari daftar ubudiyah menjadi daftar zindig.

 

Diriwayatkan pula bahwa iblis yang dikutuk Allah menampakkan diri kepada Isa putra Maryam alaihimas salam. la berkata kepada Isa: Ucapkanlah Laa ilaha illallah.

 

Isa menjawab: Kalimat yang benar dan aku tidak akan mengucapkannya menuruti perkataanmu.

 

Hal itu disebabkan iblis melakukan penyesatan dalam kebaikan sebagaimana ia melakukan penyesatan dalam kejahatan yang tidak berhenti dan dengan cara itu ia membinasakan para ahli ibadah, orang-orang zahid dan orang-orang kaya serta berbagai macam manusia, kecuali manusia yang dilindungi Allah.

 

Ya Allah, lindungilah kami dari tipu dayanya hingga kami berjumpa dengan-Mu dengan mengikuti jalan yang benar.

 

 

 

 

Al-Oadhi Abu Thayyib Ath-Thabari menceritakan dari Asy-Syafi’i, Malik, Abi Hanifah dan Sufyan serta jama’ah dari para ulama lafadh-lafadh yang ia jadikan sebagai dalil bahwa mereka berpendapat pengharamannya.

 

Asy-Syafi’i rahimahullah berkata dalam kitab Aadaabul gadha’: Sesungguhnya nyanyian adalah hiburan yang makruh menyerupai batil dan siapa yang banyak melakukannya, maka dia adalah orang yang kurang akal dan ditolak kesaksiannya.

 

Al-Qadhi Abu Thayyib berkata: Mendengarkan nyanyian dari perempuan yang bukan mahramnya tidak boleh menurut para ashab Asy-Syafi’i rahimahullah sama sekali, baik perempuan yang terlihat atau dari balik hijab dan sama saja perempuan merdeka atau budak.

 

Asy-Syafi’i r.a. berkata: Pemilik budak perempuan apabila mengumpulkan orang-orang untuk mendengarkannya, maka ia Orang yang kurang akal dan ditolak kesaksiannya.

 

Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: Dihukum makruh dari jalan hadits permainan dengan an-nard lebih banyak daripada permainan lain yang melalaikan dan aku tidak menyukai permainan catur uan aku tidak menyukai setiap permainan yang dilakukan orang-orang karena permainan itu bukan perbuatan orang yang ahli agama maupun orang yang memiliki harga diri.

 

Adapun Malik rahimahullah telah melarang nyanyian. la berkata :

 

Apabila seseorang membeli budak perempuan dan mendapatinya seorang penyanyi, maka ia boleh mengembalikannya. Itu adalah mazhab seluruh ulama Madinah, kecuali Ibrahim bin Sa’ad sendiri.

 

Adapun Abu Hanifah r.a.. ia tidak menyukai hal itu dan menganggap mendengarkan nyanyian termasuk dosa. Demikian pula seluruh ulama Kufah, Sufyan Ats-Tsauri, Hammad, Ibrahim, AsySya’bi dan lainnya.

 

Ini semua dinukil oleh Al-Qadhi Abu Thayyib Ath-Thabari.

 

Abu Thalib Al-Makki menukil pembolehan mendengarkan nyanyian dari sejumlah ulama. la berkata: Yang mendengarkan nyanyian di antara para sahabat Nabi SAW adalah Abdullah bin Ja’far, Abdullah bin Zubair, Mughirah bin Syu’bah, Mu’awiyah dan lainnya. Hal itu telah dilakukan oleh banyak ulama salaf yang shaleh, sahabi dan tabi iy yang mengikuti dengan kebaikan.

 

la berkata: Para ulama Hijaz di tempat kami di Makkah mendengarkan nyanyian di hari-hari terbaik dalam setahun, yaitu hari-hari tertentu yang Allah menyuruh para hamba-Nya dalam waktu itu untuk menyebut-Nya seperti hari-hari tasyrig.

 

Penduduk Madinah tetap mendengarkan nyanyian seperti penduduk Makkah hingga zaman kita ini. Maka kami mendapati AlOadhi Aba Marwan dan ia mempunyai budak-budak perempuan yang menyanyikan nyanyian yang telah ia siapkan untuk orang-orang Shufi.

 

la berkata: Atha’ mempunyai dua budak perempuan yang menyanyi, sedangkan saudara-saudaranya mendengarkan kedua budak itu.

 

Dikatakan kepada Abil Hasan bin Salim: Bagaimana engkau mengingkari nyanyian, sedangkan Al-Junaid, As-Sariyyu as-Saqathi dan Dzunnun Al-Mishri mendengarkan nyanyian.

 

Abul Hasan menjawab: Bagaimana aku mengingkari nyanyian, sedangkan nyanyian telah dibolehkan dan didengarkan oleh orang yang lebih baik daripada aku.

 

Adalah Abullah bin Ja’far Ath’Thayyar mendengarkan nyanyian.

 

Sesungguhnya aku hanya mengingkari senda gurau dan permainan dalam melagukan nyanyian.

 

Diriwayatkan dari Yahya bin Mu’adz bahwa ia berkata: Kami kehilangan tiga perkara. Maka kami tidak melihatnya dan aku tidak melihatnya bertambah, kecuali wajah yang bagus di samping memelihara diri, perkataan yang baik dengan mengamalkan agama dan persaudaraan yang baik dengan menepati janji.

 

Aku melihat dalam sebuah kitab. Hal ini diceritakan dari Al-Harits al-Muhasibi dan menunjukkan bahwa ia membolehkan nyanyian, meskipun ia seorang yang zahid. memelihara diri dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan agama.

 

la berkata: Adalah ibnu Mujahid tidak menghadiri undangan, kecuali bila ada nyanyian di dalamnya.

 

Lebih dari satu ulama menceritakan bahwa ia berkata: Kami berkumpul dalam suatu undangan dan bersama kami ada Abul Oasim ibnu binti Mani’ dan Abu Bakar bin Dawud dan ibnu Mujahid bersama teman-teman setingkat mereka. la mendengarkan nyanyian dan ibnu Mujahid mendorong ibnu bint Mani’ agar menyuruh ibnu Dawud mendengarkan nyanyian.

 

Maka ibnu Dawud menjawab: Diceritakan kepadaku oleh ayahku dari Ahmad bin Hambal bahwa ia tidak menyukai nyanyian. Ayahku dulu tidak menyukainya dan aku mengikuti mazhab ayahku.

 

Maka Abul Oasim ibnu binti Mani’ berkata: Adapun kakekku Ahmad, ia menceritakan kepadaku dari Shaleh bin Ahmad bahwa ayahnya duulu mendengar perkataan ibnul Khabbazah.

 

Kemudian Mujahid berkata kepada ibnu Dawud: Biarkan aku. Engkau dari ayahmu.

 

Dan ia berkata kepada ibnu binti Mani’: Biarkan aku. Engkau dari kakekmu.

 

Apa pendapamu, ya Abu Bakar, mengenai orang yang melagukan bait syi’ir, apakah haram?

 

Ibnu Dawud menjawab: Tidak.

 

la berkata lagi: Jika suaranya bagus, apakah haram baginya melagukannya?

 

Ibnu Dawud menjawab: Tidak.

 

la berkata: Jika ia melagukannya dan memanjangkannya. memendekkan yang panjang dan memanjangkan yang pendek darinya, apakah haram baginya?

 

Ibnu Dawud menjawab: Aku tidak kuat menghadapi satu syaitan, bagaimana aku kuat menghadapi dua syaitan.

 

Adalah Abul Hasan Al-Asqallani Al-Aswad seorang wali mendengarkan lagu dan merasa sedih ketika mendengarnya dan mengarang sebuah kitab mengenainya dan menyanggah para pengingkarnya. Begitu pula jama’ah dari mereka mengarang kitab mengenai sanggahan terhadap para pengingkarnya.

 

Diceritakan dari Mimsyad Ad-Dainuri bahwa ia berkata: Aku melihat Nabi SAW dalam mimpi. Aku katakan: Ya Rasulallah, apakah anda mengingkari sesuatu dari nyanyian ini?

 

Beliau menjawab: Aku tidak mengingkari sesuatu darinya, tetapi katakan kepada mereka supaya mereka memulai sebelumnya dengan Al-Qur’an dan mengakhiri sesudahnya dengan Al-Qur’an.

 

Diceritakan dari Thahir bin Bilal Al-Hamadani Al-Warraq seorang ahli ilmu bahwa ia beriktikaf di masjid Jaami’ Jiddah di dekat laut. la berkata: Tiba-tiba kulihat pada suatu hari sekelompok orang

 

mengucapkan suatu perkataan di satu sisi darinya dan mereka mendengarkan. Maka aku mengingkari hal itu dengan hatiku dan aku berkata: Di rumah Allah mereka melagukan syi’ir.

 

Kemudian aku bermimpi di malam itu Nabi SAW duduk di tempat itu dan di sampingnya Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Ternyata Abu Bakar melagukan sesuatu dari perkataan itu dan Nabi SAW mendengarkan kepadanya dan meletakkan tangannya di atas dadanya seperti orang yang senang dengan perkataan itu.

 

Maka aku berkata dalam hatiku: Tidak patut bagiku mengingkari orang-orang itu yang mendengarkan syi’ir. Ini Rasulullah SAW mendengarkan dan Abu Bakar melagukannya.

 

Kemudian Rasulullah SAW menoleh kepadaku dan berkata: Ini adalah kebenaran dengan kebenaran atau berkata: Kebenaran dari kebenaran. Aku ragu mengenainya.

 

Berkata Al-Junaid: Turun rahmat atas golongan ini di tiga tempat: yaitu ketika makan, karena mereka tidak makan, kecuali di saat lapar dan ketika bicara, karena mereka tidak berbicara, kecuali mengenai tingkatan-tingkatan para shiddig dan ketika mendengar nyanyian, karena mereka mendengarkan dengan gembira dan menyaksikan kebenaran.

 

Diriwayatkan dari ibnu Juraij bahwa ia mengizinkan nyanyian. Dikatakan kepadanya: Apakah ia didatangkan pada hari kiamat dalam kelompok kebaikanmu atau kesalahanmu?

 

Ibnu Juraij menjawab: Tidak dalam kebaikan dan tidak pula dalam kesalahan, karena ia menyerupai sumpah yang tak disengaja.

 

Allah Ta’ala berfirman:   (Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah). Al-Baqarah: 225.

 

Barangsiapa ingin mencari kebenaran dalam bertaglid, maka semakin jauh ia membahas, tetaplah terdapat saling bertentangan antara pendapat-pendapat ini sehingga ia menjadi bingung atau ia condong kepada salah satu pendapat karena menyukainya.

 

Semua itu menunjukkan kekurangan. Akan tetapi patutlah ia mencari kebenaran dengan jalannya dan itu adalah dengan menyelidiki tempat-tempat larangan dan pembolehan.

 

 

 

 

MENGIKUTI HAWA NAFSU SEE Nabi SAW bersabda:

 

“Jauhkan dirimu dari perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mengadakan dalam urusan agama kami ini perkara yang bukan termasuk darinya, maka ia tertolak.”

 

Nabi SAW bersabda:   “Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang menjalankan kebenaran sepeninggalku.”

 

Maka dapat diketahui dari hadits-hadits ini bahwa setiap amalan yang bertentangan dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta ijma’ para imam adalah bid’ah yang ditolak.

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Barangsiapa mengadakan sunnah yang baik, maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat. Dan siapa yang mengadakan sunnah yang buruk, ia pun menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat.”

 

Berkata Qatadah r.a. mengenai firman Allah Ta’ala:  (Al-An’am: 153).

 

Ketahuilah bahwa as-sabil adalah satu jalan, pokoknya adalah petunjuk dan tempat kembalinya adalah ke surga. Sedangkan iblis mengadakan jalan-jalan baru yang bermacam-macam, pokoknya adalah kesesatan dan tempat kembalinya adalah ke neraka.

 

Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: Rasulullah SAW menggaris bagi kami sebuah garis dengan tangannya, kemudian berkata: Ini jalan Allah yang lurus. Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan garis itu dan di sebelah kirinya.

 

Kemudian beliau berkata: Ini adalah jalan-jalan dan di atas setiap jalan darinya ada syaitan yang mengajak kepadanya.

 

Kemudian beliau membaca ayat ini (Al-An’am: 153).

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas: Jalan-jalan ini adalah kesesatan-kesesatan.

 

Ibnu Athiyyah berkata: Jalan-jalan ini meliputi agama Yahudi.

 

agama Nasrani dan agama Majusi dan penganut agama-agama lainnya, para pengikut berbagai bi’dah dan kesesatan dari pengikut aliran sesat dan menyimpang dalam furu’ serta lainnya yang suka memperdalam masalah dalam perdebatan dan pembicaraan. Semua ini bisa menimbulkan kesalahan dan berpotensi menyebabkan keyakinan yang buruk.

 

Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak suka mengikuti sunnahku, ia bukan termasuk golonganku.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidaklah suatu umat mengadakan bid’ah dalam agamanya sepeninggal nabinya, melainkan mereka menyia-nyiakan yang seperti itu dari sunnah.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada di bawah naungan langit tuhan yang disembah lebih besar dosanya di sisi Allah daripada hawa nafsu yang diikuti.”

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik pembicaraan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, seburuk-buruk perkara adalah yang baru diadakan dan setiap bid’ah adalah kesesatan. Sesungguhnya aku khawatir atas kalian keinginan nafsu yang buruk di dalam perutmu dan kemaluanmu serta hawa nafsu yang menyesatkan. Jauhkan dirimu dari perkara-perkara yang baru diadakan, karena setiap perkara yang baru adalah kesesatan.”

 

Nabi SAW bersabda: “Allah menutup taubat dari pelaku bid’ah hingga ia meninggalkan bid’ahnya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Allah tidak menerima dari pelaku bid’ah puasa, haji. umrah dan jihad, dan amalan wajib maupun sunnah. Ia keluar dari Islam seperti rambut yang keluar dari adonan tepung.

 

Aku tinggalkan kalian di atas jalan yang terang. malamnya seperti siangnya. Tidaklah menyimpang darinya, kecuali orang yang binasa.

 

Setiap tujuan mempunyai semangat dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa semangatnya condong kepada sunnahku, maka ia telah mengikuti petunjuk. Dan siapa yang semangatnya condong kepada selain itu, maka ia telah binasa.

 

Aku khawatir atas umatku dari tiga perkara, yaitu kesalahan orang alim, hawa nafsu yang diikuti dan hukum yang sewenang-wenang.

 

Hadits ini riwayat Tirmidzi dan ia menilainya hasan di beberapa tempat dan menilainya sahih dalam riwayat lain.

 

Fasal tentang larangan menggunakan alat permainan (yang melalaikan)

 

Diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Nabi SAW bersabda: Siapa yang mengatakan kepada temannya: “Kemarilah, aku akan bertaruh denganmu”, hendaklah ia mengeluarkan sedekah.

 

Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan ibnu Majah: “Barangsiapa bermain nard atau nardasyir, seakan-akan ia mencelupkan tangannya dalam daging babi dan darahnya.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya bahwa Nabi SAW bersabda: “Perumpamaan orang yang bermain nard, kemudian berdiri mengerjakan shalat adalah seperti orang yang berwudhu dengan nanah dan darah babi, kemudian berdiri mengerjakan shalat”, yakni tidak diterima shalatnya sebagaimana ditegaskan oleh riwayat lain.

 

Diriwayatkan oleh Ad-Dailami bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila kalian melewati orang-orang yang bermain dengan anak panah pengundi nasib, catur dan nard dan lainnya yang serupa ini dari setiap permainan yang diharamkan, maka janganlah kalian memberi salam kepada mereka. Jika mereka memberi salam kepadamu, maka janganlah kalian membalas mereka.”

 

Ali r.a. melewati sejumlah orang yang sedang bermain catur. Maka ia berkata: Patung-patung apa ini yang kalian sembah?

 

Seseorang dari kalian yang menyentuh bara api sampai padam lebih baik baginya daripada menyentuh bidak-bidak catur ini.

 

Kemudian ia berkata: Demi Allah, kalian diciptakan bukan untuk ini.

 

Ali r.a. berkata: Pemain catur adalah manusia yang paling banyak berdusta. seseorang dari mereka berkata: Aku telah membunuh, padahal ia tidak membunuh. Dan mengatakan: Mati, padahal ia tidak mati.

 

Abu Musa Al-Asy’ari r.a. berkata: Tidaklah bermain catur, kecuali orang yang berdosa.

 

Ketahuilah, bahwa alat musik ada yang haram seperti ‘uud, tambur, gendang dan seruling dan yang membuat lalai dengan suara yang menghibur apabila sendirian, atau makruh, yaitu yang menambah hiburan dengan nyanyian dan tidak menghibur sendirian seperti cymbal dan seruling gembala sehingga dihukumi makruh bersama nyanyian, bukan sendirian.

 

Atau mubah, yaitu suara yang keluar dari alat musik untuk memberi peringatan seperti terompet, gendang perang atau untuk mengumpulkan orang atau untuk mengumumkan seperti rebana dalam acara nikah.

 

 

 

 

Kata Rajab berasal dari kata “tarjib” yang berarti pengagungan Rajab disebut juga “Al-Ashab” (yang tertuang) karena rahmat dituangkan di bulan itu kepada orang-orang yang bertaubat cahaya penerimaan amal berlimpah atas orang-orang yang beramal

 

Rajab disebut juga “Al-Asham” (yang tuli). karena tidak terdengar di bulan itu suara pertempuran.

 

Ada yang mengatakan: Rajab adalah nama sungai di surga. Airnya lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu dan lebih dingin daripada salju. Tiada yang minum darinya. kecuali orang yang berpuasa di bulan Rajab.

 

Nabi SAW bersabda: “Rajab adalah bulan Allah. Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan bulan umatku.”

 

Ahli isyarat mengatakan: Rajab terdiri dari tiga huruf, Raa’ Jiim dan Baa’. Raa’ adalah rahmat Allah, jiim adalah jurmun (dosa). yakni dosa hamba dan jinayah (kejahatan)nya. Dan Baa’ adalah birrullah (kebaikan Allah), seakan-akan Allah Ta’ala berkata: Aku jadikan dosa hamba-Ku di antara rahmat-Ku dan kebaikan-Ku.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa pada hari kedua puluh tujuh dari bulan Rajab, ditulis baginya puasa 60 bulan.”

 

Hari itu adalah hari pertama Jibril turun kepada Nabi SAW dengan membawa risalah dan hari Rasulullah SAW menjalani Isra’ ke langit.

 

Nabi SAW bersabda: “Ketahuilah. sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah yang tidak ada peperangan. Maka siapa yang berpuasa Rajab sehari dengan penuh iman dan mengharap pahala, ia pun mendapatkan ridha Allah yang terbesar.”

 

Ada yang mengatakan: Allah menghiasi bulan-bulan dengan empat bulan, yaitu Dzulga dah, Dzulhijjah dan Muharram dan Rajab. Itulah makna firman Allah Ta’ala:   (At-Taubah: 36).

 

Maka bulan-bulan haram ada tiga yang berturut-turut dan satu yang sendirian, yaitu Rajab.

 

Diceritakan bahwa seorang perempuan di Baitul Maqdis membaca setiap hari di bulan Rajab Qul huwallahu ahad 12.000 kali. Ia memakai baju wol di bulan Rajab. lalu sakit dan berwasiat kepada putranya agar baju wolnya dikubur bersamanya.

 

Ketika meninggal, putranya mengafaninya dengan baju lain yang bagus. Maka ia melihat ibunya di dalam mimpi berkata kepadanya: Aku tidak ridha kepadamu karena engkau tidak menjalankan wasiatku.

 

Kemudian ia terbangun dengan perasaan takut dan mengambil baju wolnya untuk menguburnya bersama ibunya dan membongkar kuburnya. Namun ia tidak menemukan ibunya di situ. Ia pun menjadi bingung.

 

Tiba-tiba ia mendengar suara: Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang menaati kami di bulan Rajab, maka Kami tidak membiarkannya seorang diri.

 

Diriwayatkan bahwa pada sepertiga malam dari awal Jum’at dari bulan Rajab, tidak tertinggal satu malaikat pun, melainkan ia meminta ampun bagi orang yang berpuasa Rajab.

 

Diriwayatkan dari Anas r.a., ia berkata: “Barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan Haram, ditulis baginya pahala ibadah 900 tahun.”

 

Anas berkata: Biarlah kedua telingaku tuli jika aku tidak mendengarnya dari Rasulullah SAW.

 

Bulan-bulan Haram ada empat, malaikat terbaik ada empat, kitab-kitab paling utama yang diturunkan ada empat, anggota-anggota wudhu ada empat, tasbih yang paling utama ada empat, yaitu Subhanallahi wal hamdu lillahi wa laa ilaha illallahu wallahu akbar.

 

Tonggak perhitungan ada empat, yaitu satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Waktu-waktu ada empat, yaitu jam, hari, bulan dan tahun. Musim-musim dalam setahun ada empat, yaitu musim semi, musim panas, musim rontok dan musim dingin. Tabiat-tabiat ada empat, yaitu panas, dingin, kering dan basah.

 

Pemimpin badan ada empat: cairan kuning, cairan hitam, darah dan dahak. Khulafa’ur rasyidun ada empat, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, semoga Allah meridhai mereka semuanya.

 

Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Aisyah r.a., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

 

“Allah menuangkan kebaikan dengan deras dalam emapt malam, yaitu malam hari raya Adha, malam hari raya Fithri, malam nishfu Sya’ban dan malam pertama dari bulan Rajab.”

 

Diriwayatkan oleh Ad-Dailami pula dengan sanadnya dari Abi Umamah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Lima malam di mana doa tidak ditolak, yaitu malam pertama dari bulan Rajab. malam nishfu Sya’ban, malam Jum’at dan malam dua hari raya.”

 

 

 

 

 

Dinamakan bulan Sya’ban, karena bercabang darinya kebaikan yang banyak dan ia berasal dari kata “asy-syi’ib” yang artinya jalan gunung. Maka ia adalah jalan kebaikan.

 

Diriwayatkan dari Abi Umamah Al-Bahiliy r.a., ia berkata: Adalah Rasulullah SAW apabila memasuki bulan Sya’ban, beliau berkata: “Sucikan dirimu dan berniatlah yang baik di dalamnya.”

 

Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata: Adalah Rasulullah SAW berpuasa hingga kami katakan: dia tidak berbuka, dan dia berbuka hingga kami katakan: dia tidak puasa. Adapun puasanya yang terbanyak adalah di bulan Sya’ban.

 

Diriwayatkan oleh Nasa’iy dari hadits Usamah r.a.: Aku berkata: Ya Rasulallah, aku tidak pernah melihat anda berpuasa dalam suatu bulan seperti anda berpuasa di bulan Sya’ban.

 

Nabi SAW menjawab: Itu adalah bulan yang dilalaikan oleh orang-orang dan ia berada di antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di mana amal-amal ditunjukkan kepada Tuhan semesta alam. Maka aku ingin amalku ditunjukkan ketika aku sedang puasa.

 

Diriwayatkan dalam Shahihain dari Aisyah r.a., ia berkata: Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh, kecuali di bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihatnya berpuasa dalam satu bulan lebih banyak daripada di bulan Sya’ban.

 

Dalam suatu riwayat: Adalah Nabi SAW berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya.

 

Dalam riwayat Muslim: Nabi SAW berpuasa dalam seluruh bulan Sya’ban, kecuali sedikit.

 

Riwayat ini menafsirkan riwayat pertama. Yang dimaksud dengan seluruhnya ialah sebagian besarnya.

 

Diriwayatkan bahwa para malaikat di langit mempunyai dua malam hari raya sebagaimana kaum muslimin di bumi mempunyai dua hari raya. Hari raya malaikat ialah malam Baro’ah, yaitu malam nishfu Sya’ban dan malam Qadar, sedangkan hari raya kaum mukminin adalah hari raya Fithri dan hari raya Adha. Oleh sebab itu malam nishfu Sya’ban dinamakan malam hari raya para malaikat.

 

As-Subuki menyebutkan dalam tafsirnya bahwa malam nishfu Sya’ban bisa menghapus dosa-dosa setahun dan malam Jum’at menghapus dosa-dosa seminggu dan malam Qadar menghapus dosa-dosa seumur hidup, yakni menghidupkan malam-malam ini dengan ibadah menyebabkan penghapusan dosa-dosa.

 

Oleh sebab itu dinamakan pula Lailatut takfir (malam penghapus dosa) dan Lailatul hayaat (malam kehidupan).

 

Diriwayatkan oleh Al-Mundziri secara marfu’: Barangsiapa menghidupkan dua malam har raya dan malam nishfu Sya’ban, maka tidak mati hatinya pada hari matinya semua hati.

 

Malam itu dinamakan pula Lailatus syafa’ah berdasarkan hadits yang diriwayatkan bahwa Nabi SAW memohon kepada Allah Ta’ala pada hari ketiga belas syafa’at mengenai umatnya, maka Allah memberinya sepertiga dan memohon kepada-Nya pada malam keempat belas, maka Allah memberinya dua pertiga.

 

Kemudian Rasulullah SAW memohon kepada-Nya pada malam kelima belas, maka Allah memberinya seluruhnya, kecuali orang yang lari dari Allah seperti larinya unta, yakni lari dan menjauh dari Allah dengan terus berbuat maksiat.

 

Malam itu dinamakan Lailatul maghfirah (malam ampunan) berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah melihat kepada para hamba-Nya di bulan Sya’ban, lalu mengampuni penduduk bumi, kecuali dua orang, yaitu musyrik dan orang yang bermusuhan.”

 

Malam itu dinamakan Lailatul “itgi (malam pembebasan) berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Ishag dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah SAW mengutusku ke rumah Aisyah ra. untuk suatu keperluan. Maka aku berkata kepadanya: Cepatlah, karena aku tinggalkan Nabi SAW bercerita kepada mereka tentang malam nishfu Sya’ban.

 

Aisyah berkata: Hai Unais, duduklah hingga aku ceritakan kepadamu tentang kejadian di malam nishfu Sya’ban.

 

Malam itu adalah malam giliranku dari Rasulullah SAW. Kemudian beliau datang dan masuk bersamaku dalam selimutku. Ketika aku terbangun di waktu malam, aku tidak menemukannya. Maka aku katakan: Barangkali ia pergi kepada sahayanya wanita Qibthi itu.

 

Kemudian aku keluar dan pergi ke masjid. Kakiku mengenainya di saat beliau sedang sujud dan mengucapkan: Bayangan dan khayalanku sujud kepada-Mu dan hatiku beriman pada-Mu. Inilah tanganku dan kesalahan yang aku lakukan kepada diriku. Ya Tuhan Maha Agung yang diharapkan bagi setiap yang besar, ampunilah dosa yang besar. Wajahku sujud kepada Tuhan yang menciptakannya dan membentuk rupanya dan membentuk pendengaran dan penglihatannya.

 

Kemudian ia mengangkat kepalanya dan berkata: Ya Allah, anugerahilah aku hati yang bertakwa, bersih dan bebas dari syirik, tidak kafir dan tidak sengsara.

 

Kemudian beliau kembali sujud, lalu aku mendengarnya mengucapkan: Aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemarahanMu dan dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari kemurkaan-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu.

 

Aku katakan seperti yang dikatakan saudaraku Dawud: Aku lumuri wajahku dalam tanah untuk menyembah Tuhanku dan patutlah bagi wajah ciptaan Tuhanku untuk dilumuri tanah.

 

Kemudian beliau mengangkat kepalanya. Maka aku katakan: Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, anda berada di satu lembah dan aku berada di satu lembah.

 

Kemudian beliau berkata: Ya Humaira’, tidakkah engkau ketahui bahwa malam ini adalah malam nishfu Sya’ban.

 

Allah azza wa jalla di malam ini mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari api neraka sejumlah bulu kambing suku Kalbin, kecuali enam macam orang: bukan pecandu khamar. bukan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. bukan orang yang terus berzina, bukan orang yang memutus hubungan kerabat, bukan pelukis atau pematung dan bukan pelaku namimah. Malam ini dinamakan malam pembagian dan penentuan.

 

Diriwayatkan oleh Atha’ bin Yasar: Pada malam nishfu Sya’ban, dicatat bagi malaikat maut setiap orang yang mati dari bulan Sya’ban hingga bulan Sya’ban.

 

Ada hamba menanam tanaman dan menikahi istri dan mendirikan bangunan, sedangkan namanya sudah tertulis di antara orang-orang mati dan malaikat tidak menunggunya, kecuali bila diperintah mencabut nyawanya, maka ia pun mencabutnya.

 

 

 

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Al-Baqarah: 183

 

Diriwayatkan dari Said bin Jubair r.a.: Adalah puasa orang-orang sebelum kita berlangsung dari waktu Isya’ hingga malam berikutnya sebagaimana pada permulaan Islam.

 

Berkata jama’ah dari ahli ilmu: Dulu puasa diwajibkan atas kaum Nasrani.

 

Kadang-kadang puasa itu berlangsung di panas yang sangat dan dingin yang sangat hingga memberatkan mereka dalam perjalanan mereka dan sebagian penghidupan mereka.

 

Maka para pembesar mereka sepakat untuk menjadikan puasa mereka dalam satu musim dari setahun, yaitu antara musim dingin dan musim panas. Maka mereka menjadikannya di musim semi dan menambahkan sepuluh hari sebagai tebusan atas apa yang mereka perbuat.

 

Kemudian ada seorang raja mereka mengeluh sakit dan bernazar kepada Allah jika dia sembuh dari penyakitnya akan menambah puasa mereka seminggu. Maka ia pun sembuh dan menambah seminggu padanya.

 

Ketika ia meninggal, mereka dipimpin raja lain. la berkata: Genapkanlah puasanya lima puluh hari.

 

Kemudian mereka mengalami kematian ternak-ternak.

 

Maka ia berkata: Tambahilah puasamu.

 

Kemudian mereka menambahi sepuluh hari.

 

Ada yang mengatakan: Dan sepuluh hari sesudahnya.

 

Diriwayatkan: Tidaklah suatu umat, melainkan diwajibkan atas mereka puasa Ramadhan, tetapi mereka menyimpang darinya. Berkata Al-Baghawi: Yang sahih Ramadhan adalah nama bulan yang berasal dari kata Ramadhan’ yang artinya batu yang dipanaskan, karena mereka berpuasa di bulan yang sangat panas.

 

Hal itu disebabkan bangsa Arab ketika hendak memberi nama bulan, kebetulan bulan tersebut mengalami panas yang sangat.

 

Ada yang mengatakan: Bulan itu dinamakan Ramadhan, karena ia membakar dosa-dosa.

 

Puasa Ramadhan diwajibkan dalam tahun kedua Hijrah dan diketahui secara pasti sebagai kewajiban agama. Barangsiapa mengingkari kewajibannya, ia pun kafir.

 

Keutamaannya disebutkan dalam banyak hadits. Di antaranya sabda Nabi SAW: Pada awal malam Ramadhan, pintu-pintu surga seluruhnya dibuka dan tidak ada satu pintu pun yang ditutup dalam seluruh bulan itu.

 

Allah Ta’ala menyuruh juru bicara berseru: Hai pencari kebaikan, datanglah. Hai pencari kejahatan, berhentilah.

 

Kemudian ia berkata: Apakah ada yang meminta ampun supaya diampuni dosanya. Apakah ada yang meminta supaya diberi permintaannya. Apakah ada yang bertaubat supaya diterima taubatnya. la terus menyerukan itu hingga terbit fajar dan setiap malam pada waktu berbuka Allah mempunyai satu juta orang yang dibebaskan dari api neraka dan sudah ditetapkan siksa atas mereka.

 

Diriwayatkan dari Salman Al-Farisi r.a., ia berkata: Rasulullah SAW berkhutbah pada kami pada hari terakhir dari bulan Sya’ban. Beliau berkata: Hai orang-orang semuanya, kalian telah dinaungi bulan yang agung. di dalamnya terdapat malam Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan.

 

Allah menjadikan puasanya sebagai kewajiban dan shalat malamnya sunnah. Barangsiapa mendekatkan diri di dalamnya dengan perbuatan baik, maka ia seperti menunaikan kewajiban di bulan lainnya. Dan siapa yang menunaikan kewajiban, ia pun seperti orang yang menunaikan 70 kewajiban di bulan lainnya.

 

Ramadhan adalah bulan kesabaran dan pahala kesabaran adalah surga. la adalah bulan pertolongan dan bulan di mana rezeki orang mukmin ditambah.

 

Barangsiapa memberi makan orang yang puasa di bulan Ramadhan, maka ia seperti membebaskan seorang budak dan diampuni dosa-dosanya.

 

Kami berkata: Ya Rasulallah, tidak semua orang dari kami yang mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang puasa.

 

Nabi SAW menjawab: Allah memberi pahala ini kepada orang yang memberi makan orang puasa berupa seteguk susu bercampur air atau seteguk air atau sebutir kurma.

 

Dan siapa yang mengenyangkan orang puasa, ia mendapat ampunan untuk dosa-dosanya dan Allah memberinya minum dari telagaku dengan minuman yang tidak bisa haus sesudah itu untuk selamanya dan ia mendapat pahala seperti pahala orang itu tanpa menQur’angi pahalanya sedikit pun.

 

Ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka.

 

Barangsiapa meringankan pekerjaan budaknya di bulan Ramadhan, Allah membebaskannya dari api neraka.

 

Maka perbanyaklah melakukan perkara di bulan itu, yaitu dua perkara kalian ridha dengannya kepada Tuhanmu dan dua perkara kalian tidak boleh meninggalkannya.

 

Adapun dua perkara yang kalian ridha dengannya kepada Tuhanmu ialah syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kalian mohon ampun kepada-Nya.

 

Adapun dua perkara yang kalian tidak boleh meninggalkannya ialah kalian memohon surga kepada Tuhanmu dan kalian memohon perlindungan kepada-Nya dari api neraka.

 

Di antaranya sabda Nabi SAW: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala. diampunilah dosanya yang terdahulu dan kemudian.”

 

Dan sabda Nabi SAW: “Setiap amal anak Adam untuknya, kecuali puasa, karena Aku yang membalasnya.”

 

Cukuplah bagimu ibadah yang Allah Tabaroka wa Ta’ala menghubungkannya dengan diri-Nya.

 

Di antaranya ialah sabda Nabi SAW: “Umatku diberi lima perkara dalam bulan Ramadhan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang puasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misik. Para malaikat memohon ampun bagi mereka sampai mereka berbuka. Syaitan-syaitan pembangkang dibelenggu di bulan itu, Allah Ta’ala menghiasi surga setiap hari dan berkata: Tidak lama lagi hamba-hamba-Ku yang shaleh akan berhenti mendapat kejelekan dan gangguan, dan Allah mengampuni mereka pada malam terakhir darinya.

 

Dikatakan: Ya Rasulallah, apakah itu malam Qadar?

 

Nabi SAW menjawab: Tidak. Akan tetapi orang yang beramal diberikan upahnya secara penuh bila telah menyelesaikan pekerjaannya.

 

 

 

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Diceritakan kepada Rasulullah SAW tentang seorang lelaki dari bani Israel yang membawa senjata di atas pundaknya di jalan Allah selama seribu bulan. Maka Rasulullah SAW merasa heran atas cerita itu dan mengharapkan hal itu bagi umatnya.

 

Maka beliau berkata: Ya Tuhanku, Engkau jadikan umatku yang paling pendek umurnya dan paling sedikit amalnya.

 

Kemudian Allah Ta’ala memberinya Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan yang lamanya seperti orang bani Israel yang membawa senjata di jalan Allah untuknya dan untuk umatnya sampai hari kiamat.

 

Lailatul Qadar adalah termasuk keistimewaan umat ini.

 

Diriwayatkan bahwa nama orang itu Syam’un. la memerangi musuh selama seribu bulan, rambut kudanya tidak pernah kering dan ia berhasil mengalahkan orang-orang kafir karena ia diberi kekuatan dan keberanian.

 

Maka hati mereka menjadi sesak terhadapnya. Kemudian mereka mengirim utusan kepada istrinya dan menjamin baginya satu bejana yang penuh dengan emas jika ia mengikatnya dan menahannya di sebuah rumah milik mereka sehingga mereka terbebas darinya.

 

Ketika Syam’un tidur di waktu malam, istrinya mengikatnya dengan tali dari ijuk. Ketika terbangun, ia gerakkan anggota-anggota tubuhnya. lalu memotong tali itu sampai putus dan bertanya kepada Istrinya mengapa ia lakukan itu.

 

Istrinya menjawab: Aku ingin mencoba kekuatanmu.

 

Ketika kaum kafir diberitahu tentang kejadian itu, mereka mengirimkan rantai kepadanya dan ia lakukan seperti semula. Namun Syam’un berhasil memutuskannya.

 

Kemudian iblis datang kepada kaum kafir dan memberitahu mereka agar perempuan itu menanyakan kepada suaminya, apa yang dia tidak mampu membukanya dan memutuskannya.

 

Maka mereka mengirim utusan kepada perempuan itu.

 

Perempuan itu bertanya kepadanya.

 

Syam’un menjawab: Kuncir rambutku.

 

la mempunyai delapan kuncir yang panjang dan terjulur di atas tanah.

 

Ketika Syam’un tidur, istrinya mengikat kedua kakinya dengan empat kuncir dan kedua tangannya dengan empat kuncir.

 

Kemudian kaum kafir datang dan mengambilnya, lalu membawanya ke rumah pembantaian mereka yang tingginya 400 hasta. Meskipun bangunannya luas, namun ia mempunyai satu tiang.

 

Kemudian mereka memotong kedua telinga dan kedua bibirnya. Mereka semua berkumpul di tempatnya.

 

Maka Syam’un memohon kepada Allah Ta’ala agar memberinya kekuatan untuk membuka ikatannya dan menggoyang tiang itu serta merobohkannya di atas mereka, sedangkan ia tetap selamat dari mereka.

 

Maka Allah memberinya kekuatan sehingga ia bergerak dan terlepas ikatannya dan menggoyang tiang itu sehingga atapnya menimpa dan membinasakan mereka semuanya, sedangkan ia selamat dari mereka.

 

Ketika para sahabat Rasulullah SAW mendengar cerita itu, mereka berkata: Ya Rasulallah, apakah kami mendapat pahalanya?

 

Nabi SAW menjawab: Aku tidak tahu.

 

Kemudian beliau memohon kepada Tuhannya, maka Allah memberinya Lailatul Qadar.

 

Diriwayatkan dari Anas r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Pada malam Qadar, Jibril alaihis salam turun dalam rombongan para malaikat. Mereka mendoakan dan memberi salam keapda setiap hamba yang berdiri atau duduk mengingat Allah Ta’ala.”

 

Abu Hurairah r.a. berkata: Para malaikat turun di bumi pada malam Qadar lebih banyak daripada jumlah batu kerikil. Kemudian pintu-pintu langit dibuka untuk turun. Maka nampak banyak cahaya yang terang dan terjadi penampakan agung dan tersingkaplah di langit alam malakut.

 

Manusia dalam keadaan itu berbeda-beda. Di antara mereka ada yang tersingkap baginya kerajaan langit dan bumi sehingga tersingkaplah baginya tabir-tabir dari lapisan-lapisan langit. Maka ia bisa menyaksikan para malaikat di dalamnya dalam bentuk-bentuknya. Ada yang berdiri, ada yang duduk, ada yang rukuk, ada yang sujud, ada yang berdzikir, ada yang bersyukur, ada yang bertasbih dan ada yang bertahlil.

 

Di antara mereka ada yang disingkapkan surga baginya beserta isinya, yaitu rumah-rumahnya. istana-istana, bidadari, sungai-sungai, pohon-pohon dan buah-buahannya. la menyaksikan Arsy Ar-Rahman dan ia adalah atap surga. la menyaksikan tempat tinggal para nabi, auliya’, syuhada’ dan shiddiqin. la mengembara di alam malakut ini dan bertamasya di alam rahamut. la menyaksikan jahannam dan tingkatan-tingkatannya serta tempat tinggal orang-orang kafir dan selain itu.

 

Di antara mereka ada yang tersingkap tabirnya dari keindahan Allah. maka ia tidak menyaksikan, kecuali Dia.

 

Diriwayatkan dari Umar dari Nabi SAW: “Barangsiapa menghidupkan malam dua puluh tujuh dari bulan Ramadhan hingga Subuh, maka hal itu lebih aku sukai daripada shalat di malam-malam bulan Ramadhan seluruhnya.

 

Maka Fathimah berkata: Wahai ayahku, apa yang dilakukan orang-orang yang lemah dari kaum lelaki dan perempuan yang tidak mampu bangun malam?

 

Nabi SAW menjawab: “Tidaklah mereka meletakkan bantal. bantal dan bertelekan di atasnya dan duduk sesaat dari saat-saat malam itu dan berdoa kepada Allah azza wa jalla, melainkan hal itu lebih aku sukai daripada shalat malam umatku seluruhnya di bulan Ramadhan.”

 

Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menghidupkan Lailatul Qadar dan mengerjakan shalat dua raka’at dan memohon-mohon ampun di saat itu, maka Allah mengampuni dosanya dan ia pun masuk dalam rahmat Allah dan Jibrill mengusapinya dengan sayapnya. Barangsiapa diusapi Jibril dengan sayapnya, ia pun masuk surga.”

 

 

 

 

Hari raya Fithri yang merupakan awal bulan Syawwal dan hari raya Adha yang merupakan hari kesepuluh dari bulan Dzulhijjah dinamakan led (kembali), karena kaum mukminin kembali dari ketaatan kepada Allah Ta’ala, yaitu menunaikan kewajiban puasa Ramadhan dan haji kepada ketaatan kepada rasul-Nya SAW, yaitu puasa enam hari dari bulan Syawwal dan sesudah haji bersiap-siap untuk menziarahi Nabi SAW, dan karena hal itu terulang setiap tahun dan karena banyaknya manfaat yang diberikan Allah Ta’ala di hari itu dengan berbuat kebaikan dan kembalinya kegembiraan dengan kembalinya hari itu.

 

Shalat led pertama yang dikerjakan Rasulullah SAW ialah ledul Fithri pada tahun kedua Hijrah dan tidak pernah meninggalkannya. Hukumnya sunnah muakkadah.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a.: “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

 

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengucapkan Subhanallahi wa bihamdihi pada hari raya 300 kali dan menghadiahkannya kepada orang mati dari kaum muslimin, masuklah dalam setiap kubur seribu cahaya dan Allah Ta’ala menjadikan seribu cahaya dalam kuburnya bila ia meninggal dunia.”

 

Diceritakan bahwa Umar r.a. melihat salah seorang anaknya pada hari raya memakai baju yang sudah usang. Maka Umar menangis.

 

Anaknya berkata: Mengapa ayah menangis?

 

Umar menjawab: Wahai anakku, aku takut engkau patah hati pada hari raya karena anak-anak melihatmu dengan baju yang usang ini.

 

Anaknya berkata: Sesungguhnya yang patah adalah hati yang tidak mendapat ridha Allah dan mendurhakai ibu dan bapaknya, Sungguh aku berharap Allah ridha kepadaku dengan sebab ridhamu,

 

Maka Umar menangis dan memeluknya dan mendoakan baginya,

 

Diriwayatkan bahwa pada pagi hari ledul Fithri, Allah mengirim para malaikat. Mereka turun ke bumi dan berdiri di ujung-ujung jalan. Mereka berseru dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk Allah, kecuali jin.

 

Mereka berkata: Hai umat Muhammad, keluarlah kalian menuju Tuhan Yang Maha Pemurah dan memberi pemberian yang banyak dan mengampuni dosa yang besar.

 

Ketika mereka di tempat shalat mereka, Allah berkata kepada para malaikat: Apa balasan pekerja apabila ia sudah selesai bekerja?

 

Mereka menjawab: Balasannya ialah upahnya dibayar penuh.

 

Maka Allah Subhanahu berkata: Aku jadikan kalian sebagai saksi bahwa Aku jadikan pahala mereka adalah keridhaan dan ampunanKu.

 

 

 

 

Diriwayatkan oleh ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Tiada hari-hari dimana amalnya lebih disukai Allah daripada harihari ini”. yakni sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.

 

Para sahabat berkata: Tidak pula jihad di jalan Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya dan tidak membawa kembali sesuatu pun dari itu.

 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tiada hari-hari yang lebih disukai Allah dan lebih utama daripada hari-hari sepuluh Dzulhijjah.

 

Ada yang berkata: Dan tidak ada seperti hari-hari itu di jalan Allah?

 

Nabi SAW menjawab: Dan tidak ada seperti hari-hari itu di jalan Allah, kecuali orang yang menyembelih kudanya dan melumuri wajahnya dalam jihad di jalan Allah.

 

Nabi SAW bersabda: “Puasa hari Arafah sama dengan berpuasa dua tahun dan puasa Asyura sama dengan dengan berpuasa setahun.”

 

Berkata ahli tafsir mengenai firman Allah Ta’ala:   (AI-A’raf: 191). Sesungguhnya hari-hari itu adalah sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah.

 

Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud r.a.: Sesungguhnya Allah memilih empat hari, empat bulan, empat perempuan, empat orang yang mendahului masuk surga dan empat orang yang surga rindu kepada mereka.

 

Adapun hari-hari, yang pertama darinya adalah hari Jum’at, di dalamnya terdapat satu saat yang apabila seorang hamba yang muslim bertepatan dengannya memohon sesuatu kepada Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu itu kepadanya.

 

Yang kedua ialah hari Arafah. Pada hari Arafah, Allah Ta’ala membanggakan para hamba-Nya kepada para malaikat-Nya. Allah berkata: Hai para malaikat-Ku, lihatlah kepada hamba. hamba-Ku. Mereka datang dengan rambut kusut berdebu. Mereka telah menafkahkan harta benda dan mematahkan badan mereka, Saksikanlah bahwa Aku telah mengampuni mereka.

 

Yang ketiga ialah hari raya Adha ketika hamba menyembelih hewan korbannya. Maka tetes pertama dari darah yang menetes menghapus setiap dosa yang dikerjakan hamba.

 

Yang keempat ialah hari raya Fithri.

 

Apabila mereka selesai berpuasa di bulan Ramadhan dan keluar menuju tempat shalat led, Allah Tabaroka wa Ta’ala berkata kepada para malaikat-Nya: Sesungguhnya setiap pekerja meminta upahnya dan hamba-hamba-Ku telah menyelesaikan puasa di bulan Ramadhan dan keluar dari tempat shalat led mereka meminta upah mereka. Aku jadikan kalian sebagai saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka.

 

Juru bicara (malaikat) berseru: Hai umat Muhammad, kembalilah kalian. Aku telah mengganti kesalahan-kesalahanmu dengan kebaikan-kebaikan.

 

Adapun bulan-bulan ialah Rajab yang tunggal, Dzulqa’dah. Dzulhijjah dan Muharram.

 

Adapun dari kaum perempuan adalah Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, wanita pertama di dunia yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun dan Fathimah binti Muhammad pemimpin wanita penghuni surga.

 

Adapun orang-orang pertama yang mendahului, maka dalam setiap bangsa yang mendahului masuk Islam. Sayyiduna Muhammad SAW adalah orang Arab pertama yang mendahului. Salman adalah orang Persia pertama yang mendahului, Shuhaib orang Romawi pertama yang mendahului dan Bilal adalah orang Habasyah pertama yang mendahului.

 

Adapun empat orang yang surga rindu kepada mereka ialah Ali bin Abi Thalib, Salman Al-Farisi, Ammar bin Yasir dan Al-Miqdad ibnul Aswad.

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW: “Barangsiapa berpuasa di hari Tarwiyah, Allah memberinya pahala kesabaran Ayyub alaihis salam atas cobaan yang menimpanya. Dan siapa yang berpuasa di hari Arafah, Allah memberinya pahala seperti pahala Isa alaihis salam.”

 

Diriwayatkan dari Nabi SAW: Pada hari Arafah, Allah menyebarkan rahmat-Nya. Maka tidak ada hari di mana terjadi pembebasan hamba dari api neraka lebih banyak daripada hari itu, dan siapa yang memohon suatu hajat kepada Allah Ta’ala pada hari Arafah di antara hajat-hajat dunia dan akhirat, maka Allah memenuhi hajat itu untuknya.

 

Dan puasa hari Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

 

Hikmahnya wallahu a’lam ialah keberadaannya di antara dua hari raya dan keduanya adalah hari kegembiraan bagi kaum mukminin dan tiada kegembiraan yang lebih besar daripada pengampunan dosa-dosa mereka, sedangkan hari Asyura sesudah kedua hari raya itu menghapus dosa satu tahun.

 

Dan karena ia adalah untuk Musa alaihis salam dan hari Arafah untuk nabi kita Muhammad SAW dan kemuliaannya berlipat ganda di atas selain nabi SAW.

 

 

 

 

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas r.a., ia berkata: Nabi SAW datang ke Madinah dan beliau mendapati kaum Yahudi berpuasa di hari Asyura. Maka beliau menanyakan kepada mereka tentang hal itu.

 

Mereka menjawab: Sesungguhnya pada hari ini Allah memberi kemenangan pada Musa dan bani Israel atas kaum Fir’aun. Maka kami berpuasa di hari itu untuk mengagungkannya.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Kami lebih patut mengagungkan Musa daripada kalian. Maka Nabi SAW menyuruh berpuasa di hari itu.

 

Telah diriwayatkan banyak atsar mengenai keutamaan Asyura. Di antaranya taubat Adam diterima pada hari itu dan ia diciptakan pada hari itu dan dimasukkan ke dalam surga.

 

Pada hari itu Allah menciptakan Arsy, Al-Kursiy, lapisan-lapisan langit dan bumi, matahari, bulan, bintang-bintang dan surga.

 

Pada hari itu Ibrahim Al-Khalil dilahirkan dan selamat dari api.

 

Pada hari itu terjadi keselamatan Musa bersama pengikutnya dan Fir’aun ditenggelamkan bersama para pengikutnya.

 

Pada hari itu Isa dilahirkan, pada hari itu ia diangkat ke langit. pada hari itu Idris diangkat ke tempat yang tinggi, pada hari itu kapal nabi Nuh berlabuh di gunung Judiy.

 

Pada hari itu Sulaiman diberi kerajaan besar dan Yunus dikeluarkan dari perut ikan. Pada hari itu penglihatan Ya’qub dikembalikan kepadanya. Yusuf dikeluarkan dari sumur dan bencana Ayyub dihilangkan dan hujan pertama yang turun dari langit ke bumi terjadi di hari Asyura.

 

Puasa pada hari itu dikenal di antara umat-umat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa puasa Asyura diwajibkan sebelum puasa Ramadhan, kemudian diganti dengan puasa Ramadhan dan Nabi SAW berpuasa pada hari itu sebelum hijrah.

 

Ketika Nabi SAW masuk Madinah, beliau menegaskan permintaannya untuk berpuasa pada hari itu hingga Nabi SAW berkata pada akhir umurnya yang mulia: “Jika aku hidup sampai tahun yang akan datang, aku akan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh.”

 

Ternyata beliau berpindah ke Ar-Rafiqul a’laa pada tahun itu juga dan hanya berpuasa pada hari kesepuluh, tetapi beliau menganjurkannya dan menganjurkan puasa hari kesembilan dan kesebelas dengan sabdanya:

 

“Berpuasalah kalian sehari sebelumnya, dan sehari sesudahnya dan bedakanlah dari kebiasaan kaum Yahudi.”

 

Yakni jangan hanya berpuasa pada hari Asyura.

 

Diriwayatkan oleh Baihagi dalam Syu’abul iman: “Barangsiapa memberi kelapangan dalam nafkah kepada anak-anak dan keluarganya pada hari Asyura, maka Allah memberinya kelapangan dalam rezeki kepadanya dalam seluruh tahunnya.”

 

Dalam suatu riwayat yang mungkar oleh Thabarani: “Shodaqoh satu dirham pada hari Asyura diganti dengan 700.000 dirham.”

 

Adapun hadits: Barangsiapa memakai celak pada hari itu, ia pun tidak sakit mata dalam tahun itu dan siapa yang mandi pada hari itu, ia tidak sakit”, maka itu adalah hadits maudlu’ (palsu).

 

Al-Hakim telah menegaskan bahwa memakai celak pada hari itu adalah bid’ah.

 

Ibnul Qayyim mengatakan: Hadits tentang memakai celak, memasak biji-bijian, memakai minyak rambut dan wangi-wangian pada hari Asyura adalah karangan para pembohong.

 

Ketahuilah, bahwa musibah yang menimpa Al-Husein r.a. pada hari Asyura sesungguhnya adalah kematian syahid yang menunjukkan tambahan kemuliaan dan derajatnya di sisi Allah dan penggolongannya dalam derajat-derajat ahli baitnya yang suci. Maka barangsiapa yang mengingat musibahnya pada hari itu, tidak boleh menyibukkan diri dengan selain mengucapkan kalimat istirja’ demi mematuhi perintah Allah dan memperoleh pahala yang ditetapkan Allah atasnya dengan firman-Nya:

 

“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Al-Baqarah: 157

 

Janganlah dia menjalankan bid’ah kaum Rafidhah dan sejenis mereka dengan menjerit, meratap dan menampakkan duka cita, karena perbuatan itu bukan akhlak kaum mukminin. Seandainya perbuatan itu dibolehkan, niscaya hari wafatnya Nabi SAW lebih patut dirayakan seperti itu.

 

Cukuplah Allah Ta’ala saja sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

 

 

 

 

Nabi SAW bersabda:

 

“Janganlah kalian memaksa diri untuk menjamu tamu sehingga kalian membencinya. Karena siapa yang membenci tamu, maka sama dengan membenci Allah dan siapa yang membenci Allah, maka Allah pun membencinya.”

 

Nabi SAW bersabda: “Tiada kebaikan bagi siapa yang tidak menerima tamu.”

 

Rasulullah SAW mendatangi seorang lelaki yang mempunyai banyak unta dan sapi. tetapi tidak menerimanya sebagai tamu. Dan beliau mendatangi seorang perempuan yang mempunyai beberapa ekor kambing. Maka perempuan itu menyembelih seekor kambing untuk menjamunya.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Lihatlah kepada kedua orang itu. Sesungguhnya akhlak ini di tangan Allah. Maka barangsiapa yang Allah menghendaki untuk memberinya akhlak yang baik, Dia pun memberinya.

 

Abu Rafi’ bekas sahaya Rasulullah SAW berkata: Ada seorang tamu berkunjung kepada Rasulullah SAW. Nabi SAW berkata: Katakanlah kepada si Fulan orang Yahudi bahwa ada tamu di rumahku, maka pinjamilah aku sedikit tepung sampai bulan Rajab.

 

Orang Yahudi itu berkata: Demi Allah, aku tidak akan meminjaminya, kecuali dengan gadai. Maka aku beritahukan hal itu kepada Nabi SAW.

 

Nabi SAW berkata: Demi Allah, sungguh aku orang yang jujur di langit dan jujur di bumi. Andaikata dia meminjami aku, pasti aku akan mengembalikannya. Pergilah dan bawalah baju besiku ini dan gadaikan padanya.

 

Adalah Ibrahim Al-Khalil alaihis salam apabila ingin makan, beliau keluar sejauh satu mil atau dua mil mencari orang yang mau makan bersamanya. Beliau dijuluki bapak para tamu.

 

Oleh karena niatnya tulus, maka tetap berlangsung penerimaan tamunya di masyhadnya (Ka’bah) sampai hari kita ini. Maka tidaklah berakhir suatu malam, melainkan makan di tempatnya jama’ah antara tiga hingga sepuluh hingga seratus orang.

 

Rasulullah SAW ditanya: Apakah iman itu?

 

Beliau menjawab: Memberi makan dan memberi salam.

 

Rasulullah SAW bersabda mengenai kaffarat dan derajat, yaitu: memberi makanan dan mengerjakan shalat di waktu malam ketika

 

Orang-orang sudah tidur.

 

Nabi SAW ditanya tentang haji yang mabrur. Beliau menjawab: Memberi makan dan berbicara yang baik.

 

Anas r.a. berkata: Setiap rumah yang tidak dimasuki tamu, maka malaikat tidak memasukinya.

 

Khabar-khabar yang diriwayatkan mengenai keutamaan menjamu tamu dan memberi makanan tak terhitung jumlahnya.

 

Alangkah bagusnya perkataan penyair:

 

Kenapa aku tidak menyukai tamu atau aku senang karena gembira dengannya tamu memakan rezekinya di tempatku dan berterima kasih padaku atasnya

 

Orang bijak berkata: Perbuatan baik tidak sempurna, kecuali dengan wajah gembira dan pembicaraan yang baik dan keramahan di waktu berjumpa.

 

Hendaklah pengundang mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan orang-orang yang fasik.

 

Nabi SAW bersabda ketika mendoakan seseorang: “Semoga makananmu dimakan oleh orang-orang yang shaleh.”

 

Nabi SAW bersabda: “Janganlah engkau makan, kecuali makanan orang yang bertakwa dan janganlah memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa.”

 

Hendaklah ia mengundang orang-orang miskin dan tidak mengundang orang-orang kaya secara khusus.

 

Nabi SAW bersabda: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah. Orang-orang kaya diundang kepadanya tanpa orangorang miskin.”

 

la tidak boleh mengabaikan kerabatnya dalam menjamu tamunya, karena hal itu bisa menyakitkan hatinya dan memutus hubungan kekerabatan.

 

Begitu pula ia harus memperhatikan tertib di antara teman-teman dan kenalan-kenalannya, karena pengkhususan sebagian dari mereka bisa menyakitkan orang-orang yang lain.

 

la tidak boleh mengundang dengan tujuan untuk membanggakan diri, tetapi untuk menarik hati saudara-saudara dan mengamalkan sunnah Rasulullah SAW dalam memberi makanan dan memasukkan kegembiraan ke dalam hati kaum mukminin.

 

Hendaklah ia tidak mengudang orang yang ia ketahui bahwa orang itu sulit memenuhi undangannya dan apabila hadir ia terganggu oleh Suatu sebab. Hendaklah ia tidak mengundang. kecuali orang yang suka memenuhi undangannya.

 

Sufyan berkata: Barangsiapa mengundang makan seseorang sedangkan orang itu tidak suka memenuhinya, maka ia menanggung dosanya.

 

Jika orang yang diundang itu memenuhi undangannya, maka la menanggung dua dosa, karena ia memaksanya untuk makan padahal orang itu tidak suka dan andaikata ia tahu, tentulah ia tidak mau memakannya.

 

Pemberian makanan kepada orang yang bertakwa membantunya untuk melakukan ketaatan, sedangkan pemberian makanan kepada orang fasik menguatkan kefasikannya.

 

Seorang tukang jahit berkata kepada Abdullah ibnul Mubarak: Aku menjahit baju untuk raja-raja. Apakah engkau khawatir aku menjadi pembantu orang-orang yang zalim?

 

Abdullah menjawab: Tidak. Sesungguhnya pembantu orang-orang yang zalim ialah orang yang menjual benang dan jarum kepadamu, Adapun engkau termasuk orang-orang yang zalim itu sendiri.

 

Memenuhi undangan hukumnya sunnah muakkadah. Ada yang mengatakan wajib di sebagian tempat.

 

Nabi SAW bersabda: “Andaikata aku diundang untuk makan kaki kambing, tentulah aku memenuhinya dan andaikata dihadiahkan sampil kambing, tentu aku menerimanya.”

 

Ada lima adab untuk memenuhi undangan yang disebutkan dalam Ihya’ ulumiddin dan lainnya..

 

 

 

 

 

Ketahuilah bahwa jenazah adalah pelajaran bagi orang yang melihat dan peringatan baginya dan bagi orang yang lalai penyaksian jenazah justru menambah kekerasan hati mereka, karena mereka mengira bahwa mereka selamanya hanya melihat jenazah orang lain dan tidak mengira bahwa mereka akan dipikul sebagai jenazah atau mengira hal itu akan terjadi, tetapi mereka menganggap dan berpikir tidak akan dipikul sebagai jenazah dalam waktu dekat.

 

Demikianlah anggapan mereka. Ternyata perkiraan mereka meleset dan zaman mereka berakhir dalam waktu dekat.

 

Maka janganlah seorang hamba melihat kepada jenazah. melainkan ia menganggap dirinya dipikul sebagai jenazah dalam waktu dekat. barangkali besok atau besok lusa.

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. bahwa apabila melihat jenazah, ia berkata: Pergilah kalian, kami akan menyusul.

 

Usaid bin Hudhair berkata: Tidaklah aku menyaksikan jenazah, lalu memikirkan dalam hatiku selain apa yang akan dilakukan terhadapnya dan ke mana ia akan pergi.

 

Ketika saudara Malik bin Dinar meninggal, Malik keluar mengantar jenazahnya sambil menangis dan berkata: Demi Allah, jangan takuti aku hingga aku mengetahui kemana engkau pergi, sedangkan aku tidak tahu selama aku masih hidup.

 

Berkata Al-A’masy: Kami menyaksikan jenazah, namun kami tidak tahu kepada siapa kami melakukan takziyah karena semua Orang bersedih.

 

Tsabit Al-Banani berkata: Kami menyaksikan banyak jenazah, maka kami tidak melihat, kecuali orang yang menutupi mukanya sambil menangis.

 

Demikianlah ketakutan mereka terhadap kematian.

 

Sekarang kita tidak melihat kepada jama’ah yang menghadiri jenazah melainkan sebagian besar dari mereka tertawa dan bercanda. Mereka tidak berbicara, kecuali tentang warisannya dan apa yang ditinggalkannya bagi para ahli warisnya dan tidak memikirkan teman-teman sebaya dan para kerabatnya, melainkan tentang cara bagaimana ia bisa memperoleh sebagian peninggalannya.

 

Tidak satupun dari mereka memikirkan tentang apa yang dikehendaki Allah mengenai jenazah dirinya dan keadaannya apabila dibawa berupa jenazah.

 

Tiada sebab bagi kelalaian ini. kecuali kekerasan hati karena banyaknya maksiat dan dosa hingga kita lupa kepada Allah Ta’ala dan hari akhir dan berbagai peristiwa dahsyat yang ada di hadapan kita.

 

Maka kita bermain dan lalai dan sibuk dengan sesuatu yang tidak perlu bagi kita. Marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala kesadaran dari kelalaian ini.

 

Sesungguhnya keadaan terbaik dari orang-orang yang menghadiri jenazah ialah tangisan mereka atas mayit. Andaikata mereka berpikir, niscaya mereka menangisi diri mereka, bukan menangisi mayit.

 

Ibrahim Az-Zayyat melihat orang-orang mendoakan rahmat atas mayit.

 

Maka ia berkata: Andaikata kalian mendoakan rahmat atas dirimu, niscaya hal itu lebih baik bagimu.

 

Sesungguhnya ia telah selamat dari tiga ketakutan, yaitu melihat wajah malaikat maut dan sudah dilihatnya, dari pahitnya kematian dan sudah dirasakannya dan ketakutan penghabisan umur. sedangkan ia sudah selamat.

 

Abu Umar ibnul Ala’ duduk menghadap Jarir yang sedang mendiktekan syi’ir kepada penulisnya. Kemudian muncul jenazah. Maka ia berkata:

 

Jenazah membuat kita takut ketika ia datang

 

sementara kita tetap bermain ketika ia pergi berlalu seperti ketakutan kawanan kambing terhadap serangan serigala ketika serigala pergi, kambing-kambing itu kembali mencari makan

 

Di antara adab-adab menghadiri jenazah ialah berpikir dan merenung serta berjalan di depannya dengan sikap tawadhu’ sebagaimana disebutkan adab-adab dan sunnah-sunnahnya dalam ilmu figh.

 

Termasuk adabnya ialah berbaik sangka kepada mayit, walaupun ia seorang yang fasik dan berburuk sangka kepada mayit yang kelihatannya adalah orang shaleh, karena penghabisan umur itu gawat, engkau tidak mengetahui hakikatnya.

 

Diriwayatkan dari Umar bin Dzarr bahwa seorang tetangganya meninggal. Orang itu banyak berbuat dosa. Maka banyak orang menjauhi jenazahnya. Namun ia tetap menghadirinya dan menshalatinya.

 

Ketika diturunkan dalam kuburnya, Umar berdiri di atas kuburnya dan berkata: Semoga Allah mengasihimu, hai Aba Fulan, Engkau telah menjalani hidupmu dengan tauhid dan melumuri mukamu dengan tanah ketika bersujud, meskipun mereka bilang dia berdosa dan melakukan banyak kesalahan. Siapa di antara kita yang tidak berdosa dan tidak mempunyai banyak kesalahan.

 

Diceritakan bahwa seorang lelaki yang banyak berbuat kerusakan meninggal di suatu wilayah Bashrah. Istrinya tidak menemukan orang yang membantunya untuk membawa jenazahnya, karena tidak ada seorangpun dari tetangganya yang mengenalnya disebabkan kefasikannya yang banyak. Maka istrinya menyewa dua orang untuk membawanya ke mushalla. Namun tidak ada seorangpun yang menshalatinya.

 

Kemudian istrinya membawanya ke padang sahara untuk dikubur, Di atas sebuah gunung di dekat tempat itu tinggal seorang zahid besar. Istrinya melihatnya seperti orang yang menunggu jenazah. Kemudian orang itu bermaksud menshalatinya.

 

Maka tersebarlah kabar di kota itu bahwa orang zahid itu turun untuk menshalati Fulan. Kemudian penduduk kota keluar, lalu orang zahid itu menshalatinya dan mereka pun menshalatinya.

 

Orang-orang merasa heran karena orang zahid itu menshalatinya. la berkata: Dikatakan kepadaku dalam mimpi: Turunlah ke tempat begini. Engkau akan melihat di situ jenazah yang tidak ada seorang pun bersamanya, kecuali istrinya. Maka shalatilah dia karena dosanya diampuni.

 

Orang-orang bertambah heran. Kemudian orang zahid itu memanggil istrinya dan menanyainya tentang keadaan suaminya dan bagaimana perilakunya.

 

Istrinya menjawab: Sebagaimana diketahui dia sepanjang harinya berada di tempat minum khamar dan sibuk minum khamar.

 

Orang zahid itu berkata: Lihatlah, apakah engkau mengetahui sesuatu dari amal-amalnya yang baik?

 

Istrinya menjawab: Ya. Ada tiga perkara.

 

Yang pertama: Apabila sadar dari mabuknya di waktu Subuh, ia mengganti bajunya dan berwudhu, lalu mengerjakan shalat Subuh dalam jama’ah, kemudian kembali ke tempat minum dan meminum khamar.

 

Yang kedua: Rumahnya selamanya tidak pernah kosong dari satu atau dua anak yatim dan perbuatan baiknya kepada mereka lebih banyak daripada perbuatan baiknya kepada anak-anaknya dan ia sangat memperhatikan mereka.

 

Yang ketiga: la sadar di tengah mabuknya di kegelapan malam, lalu menangis dan berkata: Ya Tuhanku, di sudut mana dari jahannam yang Engkau ingin mengisinya dengan orang busuk ini.

 

Kemudian orang zahid itu pergi dan hilanglah kerumitan dari urusannya ini.

 

Adh-Dhahhak berkata: Seorang lelaki berkata: Ya Rasulallah, siapa manusia yang paling zahid?

 

Nabi SAW menjawab: Orang yang tidak lupa kuburan dan kehancuran badan dan meninggalkan kelebihan perhiasan dunia dan lebih mengutamakan akhirat yang kekal daripada dunia yang fana serta tidak menganggap besok termasuk hari-harinya dan menganggap dirinya termasuk penghuni kubur.

 

Dikatakan kepada Ali karromallahu wajhahu: Mengapa engkau bertetangga dengan pekuburan?

 

Ali menjawab: Karena aku dapati mereka sebaik-baik tetangga dan aku dapati mereka tetangga yang benar dan menjaga lidah serta mengingat akhirat.

 

Adalah Utsman bin Affan r.a. apabila berdiri di atas kubur, dia menangis hingga membasahi janggutnya. Maka ia ditanya tentang hal itu.

 

Utsman menjawab: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya kubur itu tempat pertama di akhirat. Jika penghuninya selamat darinya, maka yang sesudahnya lebih mudah baginya dan jika tidak selamat darinya, maka yang sesudahnya lebih sulit.

 

Diceritakan bahwa Amru ibnul Ash melihat kepada kuburan, lalu ia turun dan mengerjakan shalat dua raka’at. Dikatakan kepadanya: Ini adalah sesuatu yang engkau tidak pernah melakukannya.

 

Amru menjawab: Aku teringat penghuni kubur dan apa yang menghalangi mereka antara mereka dan kubur, maka aku mendekatkan diri kepada Allah dengan dua raka’at itu.

 

Berkata Mujahid: Yang pertama berbicara kepada anak Adam adalah kuburnya. la berkata: Aku adalah rumah cacing, aku adalah rumah kesendirian, aku adalah rumah pengasingan dan rumah kegelapan. Ini yang aku sediakan bagimu, maka apa yang engkau sediakan bagiku?

 

Abu Dzarr berkata: Maukah kuberitahukan kepada kalian hari kemiskinanku? Yaitu hari ketika aku diletakkan dalam kuburku.

 

 

 

 

 

Diriwayatkan oleh Bukhari: Sebagian besar doa Rasulullah SAW adalah:

 

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la bahwa Nabi SAW berkhutbah. Beliau berkata: Janganlah kalian melupakan dua tempat besar. surga dan neraka.

 

Kemudian beliau menangis hingga mengalir air matanya atau kedua sisi janggutnya dibasahi oleh air matanya.

 

Kemudian beliau berkata: Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui tentang urusan akhirat, niscaya kalian berjalan di atas padang yang luas dan menaburkan tanah di atas kepala kalian.

 

Diriwayatkan oleh Thabarani dalam Al-Ausath: Datang Jibril kepada Nabi SAW pada waktu yang bukan waktunya yang biasa ketika datang kepadanya. Maka Rasulullah SAW berdiri menyambutnya. Beliau berkata: Ya Jibril, mengapa aku melihat mukamu berubah?

 

Jibril menjawab: Aku tidak datang kepadamu hingga Allah azza wa jalla menyuruh membawa penghembus api.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Ya Jibril, gambarkan api neraka atau sifatkan jahannam bagiku.

 

Jibril berkata: Allah Tabarokah wa Ta’ala menyuruh menyalakan api neraka selama seribu tahun hingga menjadi hitam, maka neraka menjadi hitam gelap, bungan apinya tidak bersinar dan nyalanya tidak padam.

 

Demi Tuhan yang mengutusmu dengan membawa kebenaran sebagai nabi, andaikata jahannam dibuka sebesar lubang jarum, niscaya matilah penghuni bumi seluruhnya disebabkan panasnya.

 

Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran, andaikata seorang penjaga jahannam menampakkan diri kepada penghuni dunia, niscaya matilah penghuni bumi seluruhnya disebabkan wajahnya yang buruk dan baunya yang busuk.

 

Demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran, andaikata satu mata rantai penghuni neraka yang digambarkan Allah dalam kitabNya diletakkan di atas gunung-gunung di dunia, niscaya hancurlah semuanya dan tidak akan berhenti hingga mencapai bumi yang paling bawah.

 

Maka Rasulullah SAW berkata: Ya Jibril, jangan sampai jantungku pecah hingga aku mati.

 

Kemudian Rasulullah SAW melihat kepada Jibril yang menangis. Beliau berkata: Ya Jibril, engkau menangis, sedangkan engkau mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah?

 

Jibril menjawab: Bagaimana aku tidak menangis sedangkan aku lebih patut untuk menangis. Barangkali dalam pengetahuan Allah aku akan mengalami keadaan yang lain dari keadaanku sekarang. Aku tidak tahu barangkali aku dicoba dengan cobaan yang menimpa Harut dan Marut.

 

Maka Rasulullah SAW menangis dan Jibril pun menangis. Keduanya terus menangis hingga diseru: Hai Jibril dan Muhammad, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengamankan kamu berdua dari mendurhakai-Nya.

 

Kemudian Jibril naik dan Rasulullah SAW keluar. Beliau mendatangi sekelompok orang Anshor yang sedang tertawa dan bermain. Maka beliau berkata: Apakah kalian tertawa, sedangkan di belakang kalian ada neraka? Andaikata kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian tertawa sedikit dan menangis banyak dan tidak bisa makan dan minum dengan enak dan kalian akan pergi ke bukit-bukit memohon dengan khusyu’ kepada Allah azza wa jalla.

 

Maka diseru: Ya Muhammad, janganlah engkau membuat hambahamba-Ku putus asa. Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk memberi kabar gembira dan tidak mengutusmu untuk menimbulkan kesulitan.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: “Beramallah kalian yang benar dan kerjakan yang mendekati sempurna.”

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata kepada Jibril: Mengapa aku tidak pernah melihat Mikail tertawa?

 

Jibril menjawab: Mikail tidak pernah tertawa sejak diciptakan neraka.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dan Al-Hakim dan ia menilainya sahih: “Sesungguhnya apimu ini adalah satu dari tujuh puluh bagian api neraka. Kalau saja ia tidak dipadamkan dengan air dua kali. niscaya kalian tidak bisa memanfaatkannya dan ia berdoa kepada Allah azza wa jalla agar tidak mengembalikannya di dalamnya.”

 

Diriwayatkan oleh Baihagi bahwa Umar r.a. membaca:

 

“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan siksa.” An-Nisa’: 56

 

la berkata: Hai Ka’ab, beritahulah aku tentang tafsirnya. Jika engkau benar, aku benarkan engkau. Jika engkau berdusta, aku akan menolakmu.

 

Ka’ab berkata: Sesungguhnya kulit anak Adam dibakar dan diperbarui dalam satu saat atau dalam sehari 6000 kali.

 

Umar berkata: Engkau berkata benar.

 

Diriwayatkan oleh Baihagi bahwa Hasan Al-Bashri berkata mengenai ayat itu: Mereka dimakan api setiap hari 70.000 kali. Setiap kali api memakan mereka, dikatakan kepada mereka: Kembalilah kalian. Maka mereka kembali seperti semula.

 

Diriwayatkan oleh Muslim: Didatangkan penghuni dunia yang paling kaya di antara penghuni neraka, lalu dimasukkan dalam neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Hai anak Adam, apakah engkau melihat kebaikan sedikit pun? Apakah engkau merasakan kenikmatan sedikit pun?

 

la menjawab: Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku.

 

Kemudian didatangkan manusia paling melarat di dunia dari penghuni surga. Kemudian ia dimasukkan dalam surga, lalu dikatakan kepadanya: Hai anak Adam, apakah engkau melihat kemelaratan sedikit pun? Apakah engkau mengalami kesulitan?

 

la menjawab: Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku, AKu tidak mengalami kemelaratan dan tidak melihat kesulitan sedikit pun.

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah: Dikirimkan tangisan kepada penghuni neraka. Maka mereka menangis hingga berhenti air matanya. Kemudian mereka menangis darah hingga menjadi seperti bentuk parit di wajah-wajah mereka. Andaikata dilepaskan kapal-kapal, niscaya bisa berjalan di situ.

 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la: “Hai sekalian manusia, menangislah kalian. Jika kalian tidak bisa menangis, maka pura-puralah menangis, karena penghuni neraka menangis di neraka hingga air mata mereka mengalir di pipi-pipi mereka seakan-akan selokan hingga berhenti air matanya, lalu mengalir darah hingga melukai mata.

 

 

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Al-Hasan dari Aisyah bahwa ia menangis. Maka Rasulullah SAW berkata: Mengapa engkau menangis?

 

Aisyah menjawab: Aku teringat neraka, maka aku menangis. Apakah kalian mengingat istri-istrimu pada hari kiamat?

 

Nabi SAW menjawab: Adapun di tiga tempat, seseorang tidak mengingat seseorang lainnya, yaitu di tempat Mizan hingga ia mengetahui apkaah timbangannya ringan atau berat, ketika kitab-kitab catatan amal beterbangan hingga ia mengetahui di mana kitabnya jatuh, di sebelah kanannya atau di sebelah kirinya atau di belakang punggungnya dan di atas shirat di tengah neraka hingga ia mengetahui apakah ia bisa lewat atau tidak.

 

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas r.a., ia berkata: Aku memohon kepada Rasulullah SAW agar memberi syafa’at bagiku pada hari kiamat.

 

Nabi SAW menjawab: Aku akan melakukannya jika Allah Ta’ala menghendaki.

 

Aku berkata: Dimana aku mencarimu?

 

Nabi SAW menjawab: Pertama kali engkau cari aku di atas shirat.

 

Aku katakan: Jika aku tidak menemukanmu di atas shirat?

 

Nabi SAW menjawab: Carilah aku di Mizan.

 

Aku katakan: Jika aku tidak menemukanmu di Mizan?

 

Nabi SAW menjawab: Carilah aku di telaga. Sesungguhnya aku tidak luput dari tiga tempat ini.

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim: Mizan ditegakkan pada hari kiamat. Andaikata semua lapisan langit dan bumi ditimbang dan diletakkan di dalamnya, niscaya bisa termuat.

 

Maka para malaikat berkata: Ya Tuhanku, untuk siapa timbangan ini digunakan?

 

Allah Ta’ala menjawab: Bagi siapa pun dari makhluk-Ku yang Aku kehendaki.

 

Para malaikat berkata: Maha Suci Engkau, kami tidak menyembahMu dengan penyembahan yang seharusnya.

 

Kemudian shirat (jembatan) dipasang seperti pisau cukur.

 

Para malaikat berkata: Siapa yang melewati ini?

 

Allah menjawab: Siapa pun dari makhluk-Ku yang Aku kehendaki.

 

Para malaikat berkata: Maha Suci Engkau. Kami tidak menyembahMu dengan penyembahan yang seharusnya.

 

Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud r.a., ia berkata: Shirat dipasang di atas jahannam seperti tajamnya pedang yang tipis, halus dan licin. Di atasnya ada pengait-pengait dari api yang digunakan untuk menyambar. Ada yang tersambar dan jatuh di dalamnya dan ada yang lewat seperti kilat, maka ia pun selamat. Kemudian ada yang lewat seperti angin, maka ia pun selamat.

 

Kemudian ada yang lewat seperti larinya kuda, kemudian ada yang lewat seperti larinya kaki, kemudian ada yang berlari kecil, kemudian ada yang berjalan.

 

Yang terakhir dari mereka adalah manusia seorang lelaki yang sudah dibakar api dan merasakan siksaan di neraka.

 

Kemudian Allah memasukkannya ke dalam surga dengan karunia. kemurahan dan rahmat-Nya. Maka dikatakan kepadanya: Berangan-angan lah dan mintalah sesuatu.

 

Orang itu berkata: Ya Rabbi. apakah Engkau mengejekku. sedangkan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Perkasa.

 

Dikatakan lagi kepadanya: Berangan-anganlah dan mintalah. Ketika angan-angannya sudah habis. Allah berkata: Bagimu apa yang engkau minta dan ditambah sebanyak itu.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dari Ummi Mubasysyir Al-Anshoriyah ra. bahwa ia mendengar Rasulullah SAW berkata di tempat Hafshah r.a.: Tidak masuk neraka jika Allah Ta’ala menghendaki seorangpun dari orang-orang yang membai’at di bawah pohon.

 

Hafshah berkata: Benar, ya Rasulallah.

 

Kemudian Hafshah r.a. berkata: Bagaimana dengan ayat :   (Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu). Maryam: 71.

 

Maka Nabi SAW berkata: Allah Ta’ala telah berfirman:

 

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” Maryam: 72

 

Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa jama’ah ulama berbeda pendapat mengenai arti “wuruud”. Sebagian mereka mengatakan: Orang mukmin tidak memasukinya.

 

Sebagian mereka mengatakan: Mereka semua memasukinya, kemudian Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa. Maka salah seorang dari mereka bertanya kepada Jabir bin Abdillah r.a.

 

Jabir menjawab: Kalian semua memasukinya. Kemudian ia menempelkan kedua jarinya ke kedua telinganya dan berkata: Biarlah aku tuli jika aku tidak pernah mendengar Rasulullah SAW mengatakan bahwa al-wuruud artinya masuk.

 

Tiada tertinggal orang baik maupun orang fasik, melainkan ia memasukinya.

 

Api neraka menjadi dingin dan keselamatan atas Orang-orang beriman sebagaimana yang terjadi pada Ibrahim hingga neraka atau jahannam menjadi ribut disebabkan dinginnya merek,. 

 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim: “Orang-orang masuk Neraka kemudian keluar darinya dengan amal-amal mereka. Yang pertama dari mereka seperti kilauan kilat, kemudian seperti tiupan angin, kemudian seperti larinya kuda, kemudian seperti pengendara di atas kendaraannya, kemudian seperti orang berlari, kemudian seperti berjalan.”

 

 

 

 

Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Kami masuk kepada Rasulullah SAW di rumah ibu kita Aisyah r.a. ketika perpisahan sudah dekat. Beliau melihat kepada kami dan kedua matanya meneteskan air mata.

 

Kemudian beliau berkata: Selamat datang kalian. Semoga Allah memanjangkan umurmu, semoga Allah memberi tempat dan semoga Allah menolongmu. Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan aku berwasiat kepada kalian agar taat kepada Allah.

 

Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang jelas dariNya supaya kalian jangan menyombongkan diri terhadap Allah di negeirnya dan di antara hamba-hamba-Nya.

 

Telah dekat ajal dan kembali kepada Allah dan ke Sidratul muntaha dan surga tempat tinggal dan piala yang penuh minuman.

 

Sampaikan salam dariku kepada diri kalian semua dan orang yang masuk agamamu sepeninggalku dan semoga Allah memberi rahmat.

 

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata kepada Jibril alaihis salam menjelang wafatnya: Siapa yang mengurusi umatku sepeninggalku?

 

Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Jibril: Berilah kabar kepada kekasih-Ku bahwa Aku tidak akan menelantarkan umatnya, dan beritahulah dia bahwa ia adalah manusia yang paling cepat keluar dari bumi ketika umat manusia dibangkitkan dan pemimpin mereka ketika mereka dikumpulkan dan surga diharamkan atas umat-umat hingga umatnya memasukinya.

 

Maka Nabi SAW berkata: Sekarang aku merasa senang.

 

Aisyah r.a. berkata: Rasulullah SAW menyuruh kami membasuhnya dengan tujuh wadah berisi air dari tujuh sumur. Maka kami lakukan itu dan beliau merasa tenang. Kemudian beliau keluar dan mengimami shalat orang-orang dan memohon ampunan bagi peserta perang Uhud dan mendoakan mereka. Beliau berwasiat agar berbuat baik kepada kaum Anshor.

 

Nabi SAW berkata: Hai kaum Muhajirin, kalian bertambah dan kaum Anshor tidak bertambah dari keadaannya yang mereka alami sekarang. Kaum Anshor adalah pelindungku yang telah memberi tempat kepadaku. Maka hormatilah orang yang berbuat baik di antara mereka dan maafkan orang yang berbuat salah dari mereka.

 

Kemudian beliau berkata: Ada seorang hamba disuruh memilih antara dunia dan kesenangan di sisi Allah, maka ia memilih kesenangan di sisi Allah.

 

Maka Abu Bakar menangis dan menduga bahwa Nabi SAW maksudkan dirinya.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Tenanglah engkau hai Abu Bakar. Hendaklah kalian tutup pintu-pintu ini di masjid, kecuali pintu Abu Bakar.

 

Sungguh aku tidak mengetahui orang yang lebih baik di sisiku dalam persahabatan daripada Abu Bakar.

 

Aisyah r.a. berkata: Rasulullah SAW wafat di rumahku dalam pangkuanku pada hari giliranku dan Allah mengumpulkan antara air ludahku dan air ludahnya pada saat kematiannya.

 

Kemudian saudaraku Abdurrahman masuk kepadaku membawa siwak di tangannya. Nabi SAW memandang kepadanya. Maka tahulah aku bahwa beliau menyukainya.

 

Kemudian aku berkata kepadanya: Apakah engkau ingin aku mengambilnya untukmu?

 

Beliau mengisyaratkan dengan kepalanya, yakni: Ya.

 

Maka aku berikan siwak itu kepadanya, lalu beliau memasukkannya ke dalam mulutnya. Siwak itu terasa keras baginya. Maka aku katakan: Apakah engkau ingin aku melunakkannya bagimu? Beliau mengisyaratkan dengan kepalanya. yakni: Ya.

 

Maka aku pun melunakkannya.

 

Di depannya ada wadah berisi air. Beliau memasukkan tangannya di dalamnya dan mengucapkan: Laa ilaha illallahu. Sesungguhnya kematian mempunyai sakarat. Kemudian beliau menegakkan tangannya sambil mengucapkan: Ar-Rafig al-a’laa, ar-Rafig al-a’laa.

 

Maka aku katakan: Demi Allah. kalau begitu beliau tidak memilih kami.

 

Diriwayatkan oleh Said bin Abdullah dari bapaknya bahwa ketika kaum Anshor melihat Rasulullah SAW semakin berat, mereka mengelilingi masjid.

 

Kemudian Al-Abbas r.a. masuk kepada Nabi SAW dan memberitahu beliau tentang tempat dan kekhawatiran mereka.

 

Kemudian masuk Al-Fadhl kepadanya dan memberitahu beliau seperti itu.

 

Kemudian Ali r.a. masuk kepadanya dan memberitahu beliau seperti itu.

 

Maka Nabi SAW mengulurkan tangannya dan mereka memegangnya. Beliau berkata: Apa yang kalian katakan?

 

Mereka menjawab: Kami takut anda meninggal dan wanita-wanita mereka berteriak karena orang-orang lelaki mereka berkumpul menemui Nabi SAW.

 

Maka Rasulullah SAW bangkit. Beliau keluar sambil bertumpu pada Ali dan Al-Fadhl, sedangkan Al-Abbas berjalan di depannya.

 

Rasulullah SAW memakai ikat kepala melangkah dengan kedua kakinya hingga duduk di atas anak tangga paling bawah dari mimbar.

 

Orang-orang datang kepadanya. Kemudian beliau memuji syukur kepada Allah dan berkata: Hai orang-orang semuanya, telah sampai kabar kepadaku bahwa kalian mengkhawatirkan kematianku seakan-akan kalian mengingkari kematian. Apa yang kalian ingkari dari kematian nabimu? Bukankah aku sudah mengabarkan kematianku kepadamu dan diri kalian telah mengabarkan kematianmu kepadamu?

 

Apakah ada seorang nabi yang hidup kekal sebelum aku sehingga aku bisa hidup kekal di antara kalian?

 

Ketahuilah, sesungguhnya aku akan menyusul Tuhanku dan kalian akan menyusulku. Aku berwasiat kepada kalian agar berbuat baik kepada kaum Muhajirin yang pertama dan aku berwasiat kepada kaum Muhajirin agar saling berbuat baik di antara sesama mereka, karena Allah azza wa jalla berfirman:

 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” Al-Ashr: 1-3

 

Sesungguhnya semua perkara terjadi dengan izin Allah. Maka janganlah lambatnya suatu perkara menyebabkan kalian terburuburu untuk mewujudkannya, sebab Allah azza wa jalla tidak terburu-buru karena ada orang yang terburu-buru.

 

Barangsiapa melawan Allah, maka Allah akan mengalahkannya dan siapa menipu Allah, maka Allah akan menipunya.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” Muhammad: 22

 

Aku berwasiat kepada kalian agar berbuat baik kepada kaum Anshor yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum kalian. Bukankah mereka telah berbagi buah-buahan dengan kalian. bukankah mereka telah memberi tempat di rumah-rumah bagi kalian, bukankah mereka mengutamakan kalian atas diri mereka, sekalipun mempunyai keperluan (atas apa yang mereka berikan itu)? Ketahuilah, siapa yang ditunjuk untuk mengadili antara dua orang, hendaklah menerima kebenaran dari orang yang berbuat baik di antara mereka dan memaafkan kesalahan dari orang yang berbuat buruk di antara mereka. Ketahuilah, janganlah kalian mengutamakan diri kalian atas diri mereka. Ketahuilah, sesungguhnya aku akan mendahului kalian dan kalian akan menyusulku. Ketahuilah, sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah al-haudh (telaga). Telagaku lebih luas daripada antara Bushra di Syam dan Shan’a di Yaman, dituangkan di dalamnya air dari mata air Al-Kautsar yang lebih putih daripada susu dan lebih lunak daripada mentega dan lebih manis daripada madu. Barangsiapa minum darinya, ia tidak akan haus untuk selamanya. Kerikilnya adalah mutiara dan saluran airnya berisi misik (kasturi). Barangsiapa tidak mendapatkannya di maugif (tempat berkumpul) besok (hari kiamat), ia pun tidak mendapat kebaikan seluruhnya. Ketahuilah, siapa yang ingin mendatangi telagaku besok (di hari kiamat), hendaklah ia mencegah lidah dan tangannya, kecuali dengan yang patut.

 

Maka Al-Abbas berkata: Ya nabi Allah, berwasiatlah mengenai Quraisy.

 

Nabi SAW menjawab: Aku wasiatkan semua ini terhadap Quraisy, sedangkan orang-orang semuanya mengikuti Quraisy, yang baik dari mereka mengikuti yang baik, yang fasik dari mereka mengikuti yang fasik. Maka suruhlah kaum Quraisy berbuat baik kepada semua orang.

 

Hai orang-orang semuanya, sesungguhnya dosa-dosa mengubah nikmat-nikmat dan mengganti pembagian rezeki. Apabila orang-orang berbuat baik, maka pemimpin-pemimpin mereka berbuat baik kepada mereka. Jika orang-orang berbuat fasik, pemimpin-pemimpin mereka mendurhakai mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” Al-An’am: 129

 

Diriwayatkan oleh ibnu Mas’ud r.a. bahwa Nabi SAW berkata kepada Abu Bakar r.a.: Tanyakanlah, ya Abu Bakar.

 

Abu Bakar berkata: Ya Rasulallah, ajal telah dekat.

 

Nabi SAW berkata: Ajal telah dekat dan bertambah dekat.

 

Maka Abu Bakar berkata: Ya nabi Allah, sungguh menyenangkan bagimu apa yang ada di sisi Allah. Kiranya aku tahu tentang tempat kembali kita.

 

Nabi SAW menjawab: Kepada Allah dan ke Sidratil muntaha, kemudian ke surga tempat tinggal, dan Al-Firdaus yang tertinggi, piala yang penuh minuman, Ar-Rafigul a’laa, kebahagiaan dan kehidupan yang nyaman.

 

Kemudian Abu Bakar berkata: Ya nabi Allah, siapa yang memandikanmu?

 

Nabi SAW menjawab: Beberapa orang dari keluargaku yang terdekat, lalu yang terdekat. Abu Bakar berkata: Dalam kain apa kami mengafanimu?

 

Nabi SAW menjawab: Dalam baju-bajuku ini dan pakaian Yamani dan baju putih dari Mesir.

 

Abu Bakar berkata: Bagaimana kami menshalatimu?

 

Kami menangis dan beliau menangis. Kemudian beliau berkata: Sabarlah! Semoga Allah mengampunimu dan membalas kalian dengan kebaikan atas jasa kalian kepada nabimu.

 

Apabila kalian selesai memandikan aku dan mengafaniku, letakkan aku di atas dipanku di rumahku ini di tepi kuburku, kemudian keluarlah kalian dariku sesaat, karena yang pertama bershalawat untukku adalah Allah azza wa jalla  (Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohon ampunan untukmu). Al-Ahzab: 43.

 

Kemudian Allah memberi izin kepada para malaikat untuk menshalati aku. Yang pertama masuk dari makhluk Allah kepadaku dan menshalatiku ialah Jibril, kemudian Mikail, kemudian Israfil. kemudian malaikat maut bersama pasukan yang banyak, kemudian seluruh malaikat, kemudian kamu sekalian.

 

Maka masuklah kepadaku dalam kelompok-kelompok dan shalatilah aku dalam kelompok-kelompok dan berilah salam kepadaku.

 

Janganlah menggangguku dengan memuji-muji dan berteriak serta meratap. Hendaklah yang memulai di antara kalian adalah imam dan keluargaku yang terdekat, lalu yang terdekat, kemudian kelompok wanita, kemudian kelompok anak. Abu Bakar berkata: Siapa yang memasukkanmu ke dalam kubur?

 

Nabi SAW menjawab: Kelompok dari keluargaku yang terdekat, lalu yang terdekat bersama banyak malaikat. Kalian tidak bisa melihat mereka, sedangkan mereka melihatmu.

 

Pergilah kalian dan sampaikan dariku kepada orang-orang sepeninggalku.

 

Aisyah r.a. berkata: Pada hari ketika Rasulullah SAW wafat, mereka melihat keringanan darinya di awal siang. Maka orang-orang bubar darinya menuju rumah-rumah mereka dan mengerjakan keperluan mereka dengan gembira dan meninggalkan Rasulullah SAW dengan orang-orang perempuan.

 

Di saat kami dalam keadaan itu, tidaklah kami mempunyai harapan dan merasakan kegembiraan seperti keadaan kami sebelum itu.

 

Tiba-tiba Rasulullah SAW berkata: Keluarlah kalian dariku. Ini malaikat maut minta izin masuk kepadaku.

 

Maka keluarlah orang-orang yang ada di dalam rumah selain aku, sedangkan kepalanya berada dalam pangkuanku. Kemudian beliau duduk dan aku menjauh di sisi rumah.

 

Kemudian beliau berbicara dengan malaikat maut dalam waktu yang lama. kemudian beliau memanggilku dan mengembalikan ” kepalanya di pangkuanku dan berkata kepada orang-orang perempuan: Masuklah.

 

Maka aku berkata: Ini bukan suara Jibril alaihis salam.

 

Rasulullah SAW berkata: Benar, ya Aisyah. Ini malaikat maut datang kepadaku. la berkata: Allah azza wa jalla mengirimku dan menyuruhku untuk tidak masuk kepadamu, kecuali dengan izin. Jika engkau tidak mengizinkan bagiku, aku akan kembali dan jika engkau izinkan bagiku, aku masuk. Allah menyuruhku untuk tidak mencabut nyawamu hingga engkau menyuruhku.

 

Maka aku katakan: Janganlah engkau cabut nyawaku hingga Jibril datang kepadaku.

 

Ini adalah saat Jibril. Aisyah r.a. berkata: Kemudian beliau menghadap kami dengan sikap yang kami tidak mempunyai jawaban baginya maupun pendapat.

 

Maka kami menjadi murung seakan-akan kami mengalami bencana dan kami tidak mampu mengucapkan satu kata pun. Tidak seorang pun dari penghuni rumah yang berbicara karena mengagungkan keadaan itu dan ketakutan memenuhi tubuh kami.

 

Aisyah berkata: Jibril datang pada saatnya. la memberi salam. maka aku mengetahui kebagusannya. Penghuni rumah keluar. lalu Jibril masuk. la berkata: Allah azza wa jalla mengucapkan salam kepadamu dan berkata: Bagaimana yang engkau rasakan, sedangkan Dia lebih tahu tentang apa yang engkau rasakan. Akan tetapi Dia ingin menambah kemuliaan dan keagunganmu dan menyempurnakan kemuliaan dan keagunganmu atas manusia dan menjadi sunnah dalam umatmu.

 

Maka beliau menjawab: Aku rasakan diriku sakit.

 

Jibril berkata: Gembiralah, sesungguhnya Allah Ta’ala ingin menyampaikan kepadamu apa yang Dia sediakan bagimu.

 

Nabi SAW berkata: Ya Jibril, sesungguhnya malaikat maut minta

 

izin masuk kepadaku dan beliau beritahukan kejadian itu kepadanya.

 

Jibril berkata: Ya Muhammad, sesungguhnya Tuhannmu rindu kepadamu. Tidakkah Dia telah memberitahukan kepadamu apa yang Dia inginkan bagimu?

 

Demi Allah, tidak pernah malaikat maut meminta izin kepada seseorang dan tidak akan meminta izin kepada seorang pun untuk selamanya.

 

Ketahuilah, sesungguhnya Tuhanmu menyempurnakan kemuliaanmu dan Dia rindu kepadamu.

 

Nabi SAW berkata: Janganlah engkau pergi kalau begitu hingga datang malaikat maut.

 

Beliau mengizinkan orang-orang perempuan masuk dan berkata: Hai Fathimah, mendekatlah. Maka Fathimah membungkukkan badan di atasnya dan beliau berbisik kepadanya. Fathimah mengangkat kepalanya dan mengalir air mata dair kedua matanya. Ia tidak mampu bicara.

 

Kemudian Nabi SAW berkata: Dekatkan kepalamu dariku. Maka Fathimah membungkukkan badannya di atasnya. Kemudian belia: berbisik kepadanya, lalu ia mengangkat kepalanya dan tertawa dan tidak mampu bicara.

 

Apa yang kami lihat darinya menimbulkan keheranan. Maka kami tanyakan kepadanya setelah itu.

 

Fathimah menjawab: Dia memberitahu aku dan berkata: Sesungguhnya aku meninggal hari ini. Maka aku menangis. Kemudian beliau berkata: Aku berdoa kepada Allah agar Dia menjadikanmu sebagai orang pertama dari keluargaku yang menyusulku dan menjadikanmu bersama aku. Maka aku tertawa.

 

Kemudian Fathimah mendekatkan kedua putranya kepada Nabi SAW, lalu beliau mencium keduanya.

 

Aisyah berkata: Datang malaikat maut, lalu memberi salam dan minta izin.

 

Maka Nabi SAW memberinya izin. Kemudian malaikat itu berkata: Apa yang engkau perintahkan kepada kami. ya Muhammad?

 

Nabi SAW menjawab: Bawalah aku kepada Tuhanku sekarang

 

Malaikat menjawab: Baiklah, pada harimu ini. Sesungguhnya Tuhanmu rindu kepadamu dan tidak ragu terhadap seseorang seperti keraguan-Nya untuk mengambilmu dan tidak melarangku masuk kepada seseorang, kecuali dengan izin, selain engkau. Akan tetapi saatmu ada di depanmu. Kemudian malaikat keluar.

 

Aisyah berkata: Jibril datang. la berkata: Assalamu ‘alaika, ya Rasulallah. Ini hari terakhir di mana aku diturunkan ke bumi untuk selamanya. Wahyu sudah dihentikan dan aku tidak datang lagi ke dunia.

 

Aku tidak mempunyai keperluan di bumi selain kepadamu dan aku tidak mempunyai keperluan di bumi. kecuali menemuimu, kemudian tetap berada di tempatku.

 

Demi Tuhan yang mengutus Muhammad dengan kebenaran tiada seorang pun di dalam rumah yang sanggup mengucapkan satu kata pun mengenai hal itu dan tidak bisa mengutus seseorang kepada orang-orangnya karena besarnya apa yang kami dengar dari pembicaraannya. Kami merasa sedih dan takut.

 

Aisyah berkata: Kemudian aku menghampiri Nabi SAW hingga aku letakkan kepalanya di dadaku dan kupegang dadanya.

 

Beliau mulai pingsan hingga tidak sadar dan dahinya mengeluarkan keringat yang aku tidak pernah mel hatnya pada seorang pun.

 

Aku pun menyeka keringat itu dan aku tidak menaum bau sesuatu yang lebih harum darinya.

 

Aku berkata kepadanya ketika beliau sadar: Ayah dan ibuku. jiwa dan hartaku menjadi tebusan bagimu. mengapa dah mu mengeluarkan keringat?

 

Nabi SAW menjawab: Ya Aisyah. sesungguhnya jiwa orang mukmin keluar dengan keringat. sedangkan jiwa orang kafir keluar dari mulutnya seperti nyawa keledai.

 

Ketika itu kami gemetar dan mengutus orang kepada keluarga kami. Orang lelaki pertama yang datang kepada kami dan tidak menyaksikannya adalah saudaraku. Ayahku mengutusnya kepadaku.

 

Rasulullah SAW wafat sebelum datang seorang pun. Allah menghalangi mereka darinya, karena Dia sudah menugaskan Jibril dan Mikail untuk mengurusinya.

 

Apabila hendak pingsan. beliau mengucapkan: Ar-Rafiqul a’laa seakan-akan diulangi lagi suruhan memilih.

 

Apabila berbicara bebas beliau mengucapkan: Ash-sholaah, ashsholaah (kerjakan shalat, kerjakan shalat). Sesungguhnya kalian tetap kuat selama kalian semua mengerjakan shalat. Ash-sholaah, as sholaah. Beliau terus berwasiat dengannya hingga beliau meninggal sambil mengucapkan ash-sholaah, ash-sholaah.

 

Aisyah r.a. berkata: Rasulullah SAW wafat antara naiknya waktu Dhuha dan tengah hari pada hari Senin. Fathimah r.a. berkata: Apa yang aku alami dari hari Senin? Demi Allah. umat selalu ditimpa musibah besar pada hari itu.

 

Atau berkata Ummi Kultsum pada hari terbunuhnya Ali karromallahu wajhahu di Kufah seperti yang dikatakan Aisyah: Apa yang aku alami dari hari Senin? Rasulullah SAW wafat pada hari itu dan ayahku Ali terbunuh pada hari itu, maka apa yang aku alami dari hari Senin?

 

Berkata Aisyah r.a.: Ketika Rasulullah SAW wafat. orang-orang masuk hingga terdengar suara ratapan.

 

Para malaikat menutupi Rasulullah SAW dengan bajuku. Orang-orang berselisih. Sebagian dari mereka tidak mempercayai kematiannya. sebagian dari mereka terdiam dan tidak bicara. kecuali setelah waktu yang lama. yang lain melantur dan berbicara tanpa kejelasan dan tinggallah yang lain yang masih sadar dan yang lain terduduk.

 

Umar ibnul Khaththab termasuk yang tidak mempercayai kematiannya, Ali termasuk yang duduk terpaku dan Utsman termasuk yang bungkam.

 

Tiada seorang pun dari kaum muslimin yang keadaannya seperti Abu Bakar dan Al-Abbas. Allah azza wa jalla menguatkan keduanya dengan taufik dan ketepatan, meskipun orang-orang tidak sadar, kecuali dengan perkataan Abu Bakar hingga datang Al-Abbas.

 

la berkata: Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Rasulullah SAW telah merasakan kematian. Beliau telah membaca ketika ia berdoa di antara kalian:

 

“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat berbantah-bantahan di hadapan Tuhanmu.” Az-Zumar: 30-31

 

Kabar itu sampai kepada Abu Bakar yang sedang berada di tempat bani Al-Harits bin Khazraj. Beliau datang dan masuk kepada Rasulullah SAW. la memandang kepadanya, kemudian membungkukkan badan di atasnya, lalu menciumnya.

 

Kemudian ia berkata: Ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu, ya Rasulallah. Allah tidak akan menimpakan kepadamu kematian dua kali. Demi Allah, Rasulullah SAW telah wafat.

 

Kemudian ia keluar menemui orang-orang. Abu Bakar berkata: Hai orang-orang semuanya barangsiapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Dan siapa yang menyembah Tuhan Muhammad, maka Dia hidup kekal tidak bisa mati.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan bahaya kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan membei balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Ali Imran: 144

 

Dalam suatu riwayat: Ketika Abu Bakar r.a. mendapat kabar itu, ia masuk kepada Rasulullah SAW dan menshalati Nabi SAW sementara air matanya mengalir menangis terisak. Dalam keadaan itu ia tetap tabah dalam perbuatan dan perkataannya.

 

Kemudian Abu Bakar menyingkap wajahnya, lalu mencium dahi dan kedua pipinya serta mengusap wajahnya. Abu Bakar menangis dan berkata: Ayah dan ibuku, jiwa dan keluargaku menjadi tebusan bagimu. Engkau tetap harum dalam keadaan hidup dan mati. Telah terputus karena kematianmu sesuatu yang tidak terputus karena kematian seorang pun dari para nabi.

 

Engkau sangat agung untuk disifatkan dan sangat mulia untuk ditangisi dan dikhususkan hingga menjadi penghibur dan menyamakan semuanya hingga kami menjadi sama padamu. Kalau cara kematianmu bukan pilihan darimu. niscaya kami berikan jiwa jiwa kami untuk kesedihanmu. Kalau saja engkau tidak melarang tangisan, niscaya kami habiskan air mata kami.

 

Adapun yang tidak dapat kami menghilangkannya dari kami ialah kesedihan yang sangat dan kenangan. dua perkara yang tidak hilang.

 

Yang Allah. sampaikan hal itu kepadanya dari kami. Ya Muhammad, shallallahu alaika.ingatlah kami di sisi Tuhanmu dan hendaklah kami selalu dalam perhatianmu.

 

Kalau saja engkau tidak meninggalkan ketenangan, tidak ada orang berdiri karena kesepian yang engkau tinggalkan.

 

Ya Allah. sampaikan kepada nabi kami dari kami dan peliharalah dia mengenai kami dan hendaklah ini menjadi kemampuan terakhir yang diberikan Allah kepada kami dan menarik hati kami kepadanya supaya Rasulullah SAW menjadi teladan yang baik bagi kami.

 

Kami berharap dari Allah agar mengganti dosa dengan kebaikan dan menggabungkan kami dengan nabi kita Muhammad dalam keadaan beriman.

 

Sesungguhnya Dia adalah yang paling pemurah untuk dimintai dan paling mulia untuk diharapkan dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.