Kitab Adabu Sulukil Murid Dan Terjemah [PDF]

Segala puji bagi Allah yang menaruh jika ia berkehendak di hati murid cahaya harapan, maka Allah mendorong mereka pada menapaki jalan kebahagiaan, yaitu iman dan ibadah, dan menghapus setiap goresan dan kebiasaan, dan rahmat Allah dan salamnya untuk junjungan kita Muhammad, junjungan orang orang terhormat, dan untuk keluarganya dan sahabatnya para junjungan yang memimpin.

Amma ba’du, Allah telah berkata dan ia orang yang paling jujur orang yang berkata: barang siapa yang mengharapkan kenikmatan sekarang maka kami sekarangkar baginya bagi yang kami kehendaki, lalu kami menjadikan baginya neraka jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan dihina dan dicela, dan barang siapa yang mengharapka akhiran dan beramal untuk akhirat, dalam keadaan beriman, meraka adalah amal mereka dibalas.

sekarang adalah dunia, jika seorang yamg mengharapa saja itu balasannya, apa lagi orang yang berusaha mencari dunia, tempat kembalinya adalah neraka, dengan di hina dan tecela. maka sungguh layak bagi orang yang memiliki akal untuk menjahui dunia, dan menghidarinya, dan akhirat adalah sorga, dan tidak cukup untuk menghasilkan akhirat mengharap saja, akan tetapi akhirat bersama iman dan amal sholih yang diberi isyarah dengan firman Allah ‘dan ia beralal untuk akhirat dan ia beriman”, beramal yang diberi ucapan terima kasih adalah amal yang diterima, yang pelakunya berhak atas pujian, sanjungan dan pahala yang bersar yang tidak habis dan tidak sirna dengan anugrah Allah dan rahmatnya. dan orang yang merugi dari segala arah dari orang-orang yang mengharapkan dunia yang jelas dalam haknya mendapatkan ancaman dalam alam, yaitu dia yang mengharapkan dunia dengan harapan yang lupa di sisinya akan akhirat, maka ia tidak beriman terhadap akhirat, atau beriman tapi tidak beramal. yang pertama adalah kafir yang kekal dalam neraka, yang kedua adalah fasik yang disifati dengan sengsara.

Dan Rasulullah saw. bersabda: “sesungguhnya amal tergantun niat, dan milik seseorang apa yang ia niati, barang siapa hijrahnya untuk Allah dan utusannya maka hijrahnya untuk Allah dan utusannya, dan berang siapa hijrahnya untuk dunia yang ia dapatkan atau wanita yang ia nikahi maka hijrahnya untuk apa yang ia hijrahi”

Rasulullah memberi kabar bahwa tiada Amal kecuali bersama niat, dan sesungguhnya manusia tergantung apa yang ia niati ia mendapt pahala dan dibalas, jika baik maka baik, jika jelek maka jelek, dan barang siapa yang bagus niatnya maka jelas amalnya bagus, dan barang siapa yang jelek niatnya maka jelas amalnya jelek, walaupun dalam bentuk yang bagus, seperti orang yang berbuat baik karena pemer terhadap manusia.

Dan Rasullah memberi kabar bahwa orang yang beramal untuk Allah untuk mengikuti rasulullah saw. maka pahalanya ditanggung Allah, dan kembalinya pada ridlo Allah dan sorganya, di sisi Allah dan kebaikanNya, dan sesungguhnya orang yang menuji selain Allah dan beramal untuk selain Allah maka pahalanya dan balasannya di sisi orang yang ia pemeri, orng yang tidak memiliki untuk dirinya dan orang lain kejelekan, ataupun kebaikan, ataupun kematian, ataupun kehidupan, ataupun kebengkitan.

Rasulullah saw. menhususkan hijrah bukan amal lain untuk mengigatkan pada semuanya dengan sebagian, karena termasuk dari yang dapat diketahui bagi orang-orang yang memiliki akal, bahwa hadis tidak husus tentang hijrah, akan tetapi umum dalam seluruh syariat islam.

Lalu aku mengatakan: ketahui wahai murid yang mencari, dan yang mengadap dan menharap, bahwa kamu ketika memintaku agar aku mengirim padamu sedikir kata-kata yang di nisbatkan kepadaku, tidak ada padaku apa yang aku lihat cocok untukmu. aku telah memandang untuk menusil fasal-fasal yang ringkas, yang mencakup adab berharap (akhirat) dangan ibarat yang mudah.

dan hanya kepada Allah aku meminta agar Allah memberi manfaat kepadaku dan kamu, dan seluruh teman dengan yang mendatangkan aku dari hal tersebut, dan mendatangkan kepadaku apa yang disana. Allah adalah yang mencukupiku dan sebaik wakil.

Ketahuilah bahwa awal jalan adalah sebuah pendorong yang kuat yang diletakkan dalam hati seorang hamba, menngaketkan dan menggoncankan dan mendorongnya untuk menghadap kepada Allah dan rumah akhirat, dan utnuk menghidar dari dunia dan dari manusia, dengan tersibukkan memperbaiki dunia dan mengumpulkan dunia, dan senang senang dengan syahwat dunia, dan tertipu dari gemerlap dunia.

Pendorong ini termasuk tentara Allah yang batin, itu dari tiapun pertolongan dan tanda petunjuk, dan kebanyakan dibukakan terhadap seorang hamba ketika ditakuti (siksa) atau di senangkan (pahala) dan di rindukan, dan ketika melihat kepada ahlullah dan dilihat mereka, dan terkadang terjadi tanpa sebab.

Menampakkan pada tiupan itu diperintahkan dan diharapkan, dan menanti dan mencari tanpa menampakkan dan menetapi pintu adalah kebodohan, bagaimana tidak sedangkan rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya tuhan kalian memiliki tiupan di hari-hari mu, maka menampakkaklah.

Barang siapa yang di beri Allah dengan pendorong yang mulia ini maka hendaknya tahu akan derajatnya yang baik, dan kendaknya ia tahu bahwa hal tersebut termasuk dari nikmat Allah yang agung, yang tidak dapat di kira-kirakan besarnya, dan tidak di gapai syukurnya, dan hendaknya ia menyagatkan dalam menyukurinya atas yang Allah beri, dan Allah hususkan dari sepadannya dan teman-temannya. berapa banyak seorang muslim yang umurnya mencapai delapan puluh tahun dan lebih tapi tidak menemukan pendorong ini. dan tidak datang seharipun dalam setahun.

Wajib bagi murid bersungguh sungguh menguatkannya, menjaganya, dan memenuhinya -maksudnya pendorong ini- menguatkannya dengan ingat kepada Allah , dan memikirkan apa yang di sisi Allah, dan duduk bersama Ahli Allah, dan menjaganya da dengan menjauh dari duduk bersama orang-orang yang terhalang, dan menghindar dari godaan setan, dan memenuhinya dengan cepat-cepat kembali kepada Allah, dan benar benar dalam menghadap kepada Allah, dan tidak kendor, dan tidak menunda, dan tidak lambat, dan tidak mengakhirkan, dan jika ada kesempatan maka hendaknya langusng ia ambil, dan dika dibuka pintu maka hendaknya ia langsung masuk, dan jika ada yang mengajak maka hendaknya cepat-cepat, dan hendaknya menjauh dari besok setelah besok, karena hal tersebut temasuk amal setan, dan hendaknya menghadap dan tidak menetap, dan tidak beralasan dengan tidak adanya kesempatan dan kelayakan.

Abu robi’ berkata: berjalanlah kepada Allah dengan naik dan pecah, dan jangan menanti sehat, karena menanti sehat adalah pemalas. Ibn Atho’illah berkata dalam kitab hikam: menantimu amal atas adanya kesempatan temasuk kebodohan jiwa.

Langkah awal yang dimulai oleh seorang murid dalam menuju Allah adalah membenarkan dalam bertaubat kepada Allah ta’ala dari seluruh dosadosanya. Apabila ia memiliki suatu beban seperti pernah mendzalimi (berbuat sewenang-wenang, aniaya dan lain-lain) pada salah satu orang maka hendaknya ia bergegas melunasinya pada pemilik hak tersebut, jika hal itu memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, hendaknya ia meminta kehalalan (minta keikhlasan) dari mereka. Karena orang yang tanggungannnya masih tergadaikan dengan hal-hak sesama manusia itu menjadikan mustahil menuju pada Allah Dzat Yang Haq.

 

Syarat sah taubat adalah benar-benar menyesal atas dosa-dosanya serta sungguh-sungguh bertekad untuk tidak mengulanginya lagi seumur hidup.  Barang siapa yang bertaubat dari dosa-dosanya sementara ia masih terus-menerus melakukan dosa atau ia masih bertekad – mengulangi dosanya maka tidak ada taubat sedikit pun baginya.

 

Hendaknya seorang murid terus-menerus benar-benar mengakui kelalaian dan kealpaannya dalam melaksanakan apa yang diwajibkan baginya dari notabene sebagai Hak Tuhannya (untuk disembah). Di saat ia merasa susah karena kelalaiannya dan hatinya menjadi hancur (sangat sedih) karena Allah maka hendaknya ia tau bahwa Allah berada di sisinya. Karena Dia Yang Maha Suci telah berfirman: “Aku berada di sisi orang yang remuk hatinya (sangat susah dan sedih) karena-Ku”.

 

Keharusan bagi murid adalah menjaga dirinya dari dosa-dosa kecil, apalagi dosa besar harus lebih keras menghindarinya daripada mengkonsumsi racun yang mematikan. Dan kekhawatirannya apabila melakukan dosa besar itu (harus) lebih besar daripada ketakutan memakan racun. Hal tersebut dikarenakan perbuatan-perbuatan dosa berimbas pada hati sebagaimana racun yang menginfeksi tubuh.

 

Hati merupakan hal yang lebih muliah -unggulbagi orang yang beriman daripada jasadnya. Bahkan hati adalah modal pokok bagi murid adalah menjaga hati dan menghiasinya. Sedangkan jasad adalah sasaran dari malapetaka dan bahaya serta jasad tidak lama akan hancur sebab kematian. Hilangnya jasad hanyalah berpisah dari dunia yang sedikit dan menyusahkan.

 

Adapun hati apabila rusak maka akhirat pun hancur. Karena sesungguhnya tidak akan selamat dari kemarahan Allah dan tidak akan beruntung dengan mendapat ridha dan pahala-Nya kecuali orang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat.

 

 

Keharusan bagi murid yaitu bersungguh-sungguh (tekun) dalam menjaga hatinya dari was-was, kerusakan hati dan kemauan yang rendah. Hendaknya si murid menjadikan di pintu hatinya sebuah penjaga yang mengawasi dan yang mencegah tiga hal tersebut memasuki hatinya. Karena apabila hal itu telah masuk maka hati akan rusak dan apabila sudah terlanjur masuk maka akan sulit untuk mengeluarkannya.

 

Dah hendaknya si murid menekankan dalam membersihkan hatinya yang notabene sebagai tempat untuk Tuhannya “melihat” yakni dibersihkan dari kecenderungan pada kesenangan-kesenangan duniawi, dendam, dengki, berbuat curang dan dibersihkan dari prasangka buruk pada sesama orang islam.

 

Hendaknya murid tadi menjadi orang yang suka menasehati mereka (sesama manusia), mengasihi, welas asih terhadap mereka dan meyakinkan kebaikan pada diri mereka. Dan hendaknya si murid mencintai kebaikan bagi mereka sebagaimana membuat dirinya sendiri menjadi senang. Dan membenci keburukan bagi mereka sebagaimana menjadikan si murid tidak nyaman.

 

Dah ketahuilah wahai murid bahwa hati mempunyai (potensi) perbuatan yang menyimpang (dosa) yakni perbuatan yang lebih keji, buruk dan lebih jelek dari maksiat-maksiat anggota dhohir. Dan hati tidak pantas untuk memperoleh ma’rifatullah (pengetahuan dari Allah yang bersifat “pemberian), kecintaan Allah ta’ala kecuali setelah perbuatan tersebut dibersihkan dan dikeluarkan.

 

Perbuatan hati yang paling buruk adalah sombong, riya’ (pamer) dan dengki. Kesombongan menunjukkan pelakunya berada pada puncak kedunguan, kebodohan dan ketololan. Bagaimana ia pantas untuk sombong sementara ia tahu bahwa dirinya adalah orang yang diciptakan dari setetes air mani yang menjijikkan dan hanya selang sebentar menjadi benda kering yang jijik. Dan apabila dia (Si murid) memiliki keunggulan dan kebaikan-kebaikan maka hal tersebut merupakan anugerah Allah dan perbuatan-Nya. Si murid tidaklah memiliki kekuasaan apapun pada kelebihankelebihan tadi dan ia tidak mempunya daya serta kekuatan untuk memperolehnya.

 

Apakah ketika menyombongkan sesuatu yang merupakan pemberian yakni anugerah Allah kepada sesama hamba-Nya tidak menghawatirkan (apabila) pemberian-Nya dicabut sebab perilakunya yang buruk serta merebut bagian sifat Tuhannya? Sebab kesombongan merupakan salah satu sifat Allah yang Maha Perkasa lagi Maha “Sombong” (Maha Megah)

 

Adapun riya’ (pamer) itu menunjukkan kekosongan hati orang yang pamer tersebut dari keagungan Allah dan kebesaran-Nya. Karena ia berbuat dan menjadi baik di mata para makhluk sementara ia tidak menerima ilmunya Allah Tuhan seluruh semesta. Barang siapa yang beramal sholih dan ia merasa senang diketahui orang lain sebab amal tersebut supaya mereka memuliakannya, dan bersikap baik padanya. Orang yang seperti ini disebut orang yang riya’ (pamer) sekaligus bodoh dan berhasrat keduniawian.

 

Karena zahid (orang yang zuhud) adalah orang yang apabila didatangi para manusia dengan diagungkan, diberri harta mereka maka ia akan menghindari dan membenci hal tersebut. Hal ini (bagi orang yang riya’) merupkan mencari dunia dengan amal perbuatan akhirat, untuk Siapa coba yang lebih bodoh darinya? Ketika orang yang terbiasa pamer belum mampu zuhud maka seyogyanya ia meminta harta dunia dari pemiliknya yakni Allah. Karena seluruh hati makhluk itu berada dalam genggaman-Nya dan juga Ia akan memberi harta dunia kepada siapa saja yang mendatangi-Nya serta Ia akan menyerahkan harta dunia kepadanya pada sesuatu yang Ia kehendaki.

 

Adapun dengki adalah memusuhi Allah secara terang-terangan dan melawan di Kerajaan-Nya secara nyata. Karena Allah Yang Maha Suci memberikan nikmat pada sebagian hambanya dengan suatu kenikmatan maka sudah jelas Dia menghendakinya dan Dia memilihnya karena tidak ada yang bisa memaksany Allah taala. Karena ketika seorang hamba (budak) menentang apa yang telah diinginkan Tuannya maka hamba tersebut sudah melakukan perbuatan yang buruk (tidak bertatakrama). Dan ia pantas mendapatkan kerugian.

 

Kemudian, dengki kadangkadang terjadi pada urusan dunia seperti jabatan dan harta. Urusan ini merupakan hal sepele untuk di-dengkikan. Akan tetapi, sebaiknya kau mengasihi orang yang diberi cobaan dengan hal ini (yakni dengan jabatan dan harta dunia). Dan kau sebaiknya kau berterima kasih kepada Allah yang telah menyelamatkanmu darinya.

 

Dan terkadang dengki terjadi pada urusan akhirat seperti ilmu dan kebaikan. Sangat buruk bagi murid dengki kepada orang yang sama-sama merambah jalan menuju Allah dan samasama saling menolong dalam urusannya (bisa disebut saingan atau rival). Namun, seharusnya si murid merasa senang karena ia telah membantunya dan ia telah menjadi seseorang yang kuat.

 

Sementara orang mu’mim menjadi banyak sebab bersama-sama saudaranya. Bahkan satu hal yang seharusnya bagi murid lakukan adalah mencintai dengan batinnya dan tekun berjuang dengan badannya pada semua manusia yakni rekan yang satu tujuan) atas dasar menuju Allah dan terus melakukan ketaatan kepada-Nya. Dan tidak mempedulikan apakah mereka akan mengunggulinya atau malah si murid mengungguli mereka. Karena hal tersebut merupakan pemberian dari Allah. Sementara itu Allah subhanahu wa taalamemberikan rahmat kasih sayang-Nya kepada siapapun yang Ia inginkan.

 

Di dalam hati terdapat banyak akhlak yang tidak terpuji, kami tidak akan menyebutkan (di sini) karena (kami) ingin (menjadikan kitab ini) ringkas. Dan kami akan menuliskan -sebagai perhatian lebih- pada induk dari akhlak-akhlak yang tercela.Induk dan pangkal seluruh akhlak buruk serta pusat pertumbuhannya adalah mencintai dunia. Jadi mencintai keduniawian adalah sumber utama seluruh dosa seperti (keterangan) yang telah datang (dari Rasulullah). Ketika hati telah selamat dari mencintai dunia maka hati akan menjadi selaras, bening, bercahaya, baik dan telah layak menerima cahaya-cahaya -dari Allah- dan pantas dibukakan dengan rahasia-rahasia-Nya.

 

 

Keharusan bagi murid (yang berikutnya) adalah ia bersungguh-sungguh dalam mengindarkan anggota badannya dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan dosa. Jangan sampai ia menggerakkannya pada satu hal apapun kecuali dalam ketaatan. Dan jangan sampai ia mempekerjakannya kecuali pada sesuatu yang manfaatnya kembali menuju akhirat.

 

Hendaknya seorang murid menekankan dalam menjaga lidah. Karena bentuk lidah itu kecil tapi kejahatannya sangat besar. Oleh karena itu, hendaknya si murid menjauhkan lidahnya dari berbohong, menggunjing dan ucapan-ucapan lain yang dilarang. Dan jagalah dari ucapan yang kotor dan jangan sampai lidahnya terjebak ke dalam perkara yang tidak ada gunanya. Walaupun ucapan (yang keluar tersebut) tidak termasuk perkara haram. Karena hal tersebut akan menyebabkan hatinya keras dan menyia-nyiakan waktu (umur).

 

Bahkan bagi murid sebaiknya tidak menggerakkan lidahnya kecuali dengan (menggerakannya — untuk) membaca al Qur’an, berdzikir, memberi nasihat kepada orang islam, menyuruh dalam kebaikan, mencegah kemunkaran ataupun menggerakan lisan pada sesuatu yang termasuk kebutuhan-kebutuhan dunianya yang menjadi perantara untuk kepentingan akhirat.

 

Rasulullah Saw telah bersabda: “Setiap ucapan keturunan Adam akan mencelakakannya tidak akan menguntungkannya kecuali (ucapan untuk) berdzikir kepada Allah, menyuruh berbuat baik ataupun mencegah dari kemunkaran.”

 

Ketahuilah, bahwa pendengaran dan penglihatan adalah dua pintu yang terbuka menuju hati, setiap apapun yang masuk melalui keduanya akan sampai ke hati. Dan banyak sekali segala sesuatu yang didengar manusia atau dilihatnya merupakan perkara yang tidak seharusnya membekas ke dalam hati yang (nantinya) sulit dihilangkan.

 

Karena hati cepat sekali terpengaruh dengan apapun yang memasukinya. Ketika hati sudah terpengaruh (membekasnya pengaruhpengaruh buruk) maka akan sulit menghapusnya. Untuk itu, hendaknya seorang murid terus memperhatikan dalam menjaga pendengaran dan penglihatannya serta bersungguh-sungguh mencegah seluruh anggota badannya dari berbuat dosa dan berlebih-lebihan.

 

Dan si murid hendaknya (juga) berhati-hati dangan pandangan menganggap baik bunga-bunga dunia dan keindahannya, karena secara dhohir dunia adalah fitnah dan secara batin adalah sebuah pelajaran. Mata adalah organ fisik yang melihat tampak luar dunia yakni berupa fitnahnya dan hati yang melihat sisi dalamnya (batin) sebagai pelajaran. Banyak sekali murid memandang kemegahan dunia kemudian hatinya menjadi terpikat dan cenderung mencintai serta berupaya mengumpulkan dan menumpuk-numpuknya.

 

Oleh karena itu, engkau wahai murid sebaiknya menundukkan pandanganmu dari semua ciptaan dan janganlah memandang apapun dari dunia kecuali dengan tujuan mengambil pelajaran. Maksudnya, saat melihatnya kau ingat bahwa seluruh Ciptaan (dunia) akan rusak dan hilang (bahkan) dahulunya merupakan perkara yang tidak ada. Dan sesunguhnya manusia yang memandang (berkecenderungan) pada dunia telah mati terlebih dahulu sementara dunia masih ajeg (tidak ikut menemaninya). Dan banyak sekali orang-orang sekarang mewarisi peninggalan keduniawian orang-orang dahulu.

 

Dan ketika kau melihat seluruh perkara yang ada, lihatlah dengan pandangan mencari bukti atas kesempurnaan kekuasaan Dzat Yang Menciptakannya dan Yang Meng-adakannya, subhanallah. Karena seluruh apapun yang telah ada (tercipta) itu menyeru dengan bahasanya tersendiri yang didengar oleh orang-orang yang hatinya telah diberi cahaya (oleh Allah) dan mereka memandang dengan pertolongan cahanya dari Allah, (seruan mereka adalah): “Tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Perkasa dan Bijaksana.”

 

 

Bagi seorang murid sebaiknya terus-menerus dalam keadaan suci. Setiap ia berhadats (langsung) berwudhu dan shalat dua rokaat. Apabila si murid sudah berkeluarga kemudian mendatangi istrinya (berhubungan intim) maka bersegeralah mandi jinabat pada waktu itu juga, jangan sampai berdiam diri dalam keadaan junub. Untuk membantu murid terus-menerus dalam keadaan suci adalah dengan menyedikitka makan. Karena orang yang banyak makan akan sering berhadats, oleh karena itu ia akan sangat kesulitan mempertahankan selalu keadaan suci. Mengurangi makan juga membantu untuk tidak tidur (terjaga), sementara itu terjaga / tidak tidur merupakan salah satu tugas dan kegiatan (sebagai pemenuhan) keinginannya (menuju Allah) yang paling ditekankan.

 

Perkara (berikutnya) yang seharusnya dilakukan oleh murid adalah tidak makan kecuali dalam keadaan lapar, tidak tidur kecuali ia tidak sengaja tertidur, tidak berbicara kecuali memang perlu dan tidak mencampuri / bergaul dengan orang lain kecuali apabila dalam bergaul tersebut terdapat manfaat. Barang siapa yang banyak makan hatinya akan menjadi keras dan anggota badannya menjadi berat untuk beribadah. Banyak makan juga akan berakibat pada banyak tidur dan banyak bicara.

 

Sementara murid yang banyak tidur dan bicaranya, keinginannya (menuju Allah) akan menjadi gambaran (imajinasi) saja yang tidak ada wujud sejatinya. Dan (disebutkan) di dalam hadits: “Tidak ada Suatu tempat -wadah- yang dipenuhi oleh keturunan Adam yang lebih buruk daripada perut. (Sebenarnya) cukup bagi manusia hanya beberapa Suapan kecil makanan yang mampu untuk menopang tulang belakangnya. Apabila ia harus (makan lebih) maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya (udara).

 

 

Seyogyanya seorang murid menjadi orang yang paling menjauhi kemaksiatankemaksiatan dan hal-hal yang diharamkan, paling menjaga perkara-perkara yang diwajibkan dan diperintahkan, paling gemar melakukan perbuatanperbuatan yang mendekatkan kepada Allah dan paling cepat menuju kebaikan.

 

Karena seorang murid itu tidak akan mengungguli manusia lain kecuali dengan memprioritaskan Allah dan ketaatan kepada-Nya serta dengan mengganti semua hal yang menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah.

 

Hendaknya seorang murid menjadi orang yang kikir terhadap nafasnya dan pelit dengan waktunya. Jangan digunakan (nafas dan Waktunya tersebut) baik itu sedikit ataupun banyak kecuali dalam perkara yang mendekatkan dirinya pada Tuhannya (Allah SWT) dan dalam hal yang kemanfaatannya kembali ke tempat pulangnya kelak (yakni akhirat).

 

Sebaiknya seorang murid memilik satu wirid dari berbagai ibadah-ibadahnya yang dilakukan secara terusmenerus (menjadi kebiasaan). Jangan mentolerir diri dengan meninggalkan sedikitpun wirid tersebut baik itu dalam kondisi sulit ataupun kondisi longgar.

 

Hendaknya murid memperbanyak membaca Al Quran al ‘Adzim disertai merenungkan maknanya dan membaca tartil lafadlafadnya. Disamping itu hendaknya murid memenuhi dirinya sendiri dengan keagungan Dzat yang berfirman saat membaca Kalam-Nya. Jangan membaca seperti orang-orang yang lalai yakni mereka yang membaca Al Qur’an dengan lidah/bahasa yang fasih, Suara yang tinggi/merdu dan hati yang jauh dari khusyu’ dan tidak ada Pengagungan kepada Allah. Mereka membaca Al Qur’an seperti apa yang diturunkan yakni dari awal sampai akhir sementara mereka tidak tahu maknanya. Dan mereka (juga) tidak mengetahui untuk kepentingan apa Al Qur’an diturunkan. Apabila mereka mengerti pasti mereka akan mengamalkan. Karena ilmu adalah sesuatu yang bermanfaat.

 

Barang siapa yang telah mengetahui (berilmu) sementara ja tidak menerapkannya maka antara dia dan orang bodoh tidak ada bedanya, kecuali dari sisi bahwa: “Hujjah (bukti) Allah akan mencelakakannya (yakni orang berilmu tapi tidak mengamalkannya) lebih ditekankan.” Berdasarkan hal ini orang bodoh lebih baik keadaannya dari orang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya. Oleh karena itu dikatakan (sebuah pepatah): Setiap ilmu yang kemanfaatannya tidak kembali padamu maka kebodohan lebih (cepat) pulang padamu daripada ilmu tersebut.

 

Jadikanlah bagimu -wahai muridsatu bagian waktu untuk bertahajjud. Karena malam hari adalah waktu khalwat (berbincang-bincang secara intim) seorang hamba beserta Tuannya (Allah SWT). Untuk itu, perbanyaklah merendahkan diri dan meminta ampunan di malam hari. Bermunajatlah kepada Tuhanmu dengan bahasa yang merendah dan sangat membutuhkan-Nya. Semua itu dilakukan dengan hati yang menyatakan diri sangat lemah dan (berada) di puncak kesusahan.

 

Waspadalah, jangan sampai kau meninggalkan beribadah di malam hari. Jangan sampai waktu sahur mendatangimu kecuali kau sudah bangun dan berdzikir kepada Allah SWT.

Wahai murid hendaknya kau terus-menerus bersungguhsungguh dalam memperhatikan pelaksanaan shalat lima waktu, yakni dengan menyempurnakan kondisi berdirinya, bacaanbacaannya, kekhusyu’annya, rukuknya, sujudnya dan memperhatikan kesempurnaan rukun-rukun yang lain serta sunah sunahnya.

 

Sebelum memasuki shalat buatlah hatimu merasakan kebesaran Dzat yang akan kau tuju dihadapan-Nya yakni Dzat Yang Maha Agung dan Maha Luhur.

 

Ingatlah! Jangan sekalikali kau bermunajat pada Raja seluruh raja, Penguasa dari seluruh penguasa dengan hati lalai yang terlepas di dalam jurang kealpaan dan godaan syetan serta hati yang berkelana di wilayah angan-angan dan pikiran keduniawian. Karena hal itu menimbulkan kemarahan dari Allah dan akan ditolak dari pintu Allah.

 

Rasulullah ‘alaihi asshalatu wassalam telah bersabda: “Ketika seorang hamba mendirikan shalat maka Allah (juga) mendatanginya dengan Dzat-Nya sendiri. kemudian ketika hamba tadi menengok ke belakang Allah ta’ala berkata: “dia (hamba tersebut) adalah keturunan Adam yang telah menoleh kepada orang yang lebih baik daripada-Ku.” Kemudian apabila ia menoleh untuk yang kedua kalinya, Allah akan berkata yang sama. Kemudian jika si hamba tadi menoleh untuk yang ketiga kalinya, Allah akan berpaling darinya.”

 

Ketika orang yang menoleh dengan wajah fisiknya saja Allah berpaling darinya, bagaimana keadaan seseorang yang di dalam shalatnya menoleh dengan hati ke bagian-bagian dan perhiasan dunia (yang menipu)? Allah subhanahu wa ta’ala tidak melihat — pada jasmani dan sisi lahir, Ia melihat hanya ada hati dan yang terdalam di dalamnya.

 

Ketika orang yang menoleh dengan wajah fisiknya saja Allah berpaling darinya, bagaimana keadaan seseorang yang di dalam shalatnya menoleh dengan hati ke bagian-bagian dan perhiasan dunia (yang menipu)? Allah subhanahu wa ta’ala tidak melihat pada jasmani dan sisi lahir, Ia melihat hanya ada hati dan yang terdalam di dalamnya. Analogi dari orang yang tidak hudhur bersama Allah dalam ibadahnya adalah seperti orang yang memberi hadiah pada penguasa yang tinggi sebuah — dayang perempuan yang telah mati atau sebuah peti kosong. Bukankah ia sangat pantas mendapatkan hukuman dan tidak mendapat balasan (ganjaran).

Ingatlah Wahai murid jangan sekali-kali meninggalkan shalat Jum’at dan shalat berjama’ah. Karena hal tersebut yakni meninggalkan shalat jum’at dan jama’ah termasuk kebiasaan orang-orang sesat dan tanda-tanda orang orang yang memiliki kebodohan.

 

Jagalah shalat-shalat rawatib yang disyariatkan sebelum dan setelah shalat fardhu. Dan biasakanlah melakukan shalat witir, dhuha dan mengisi dengan ibadah waktu Antara maghrib dan isya’.

 

Jadilah kau wahai murid orang yang sangat menyukai mengisi dengan peribadahan apapun pada waktu setelah subuh sampai terbitnya matahari dan di waktu setelah shalat ashar sampai terbenam matahari. Dua waktu yang mulia ini Allah melimpahkan pertolonganpertolongannya kepada hamba-hamba yang menghadap-Nya.

 

Dan dalam mempergunakan waktu setelah subuh terdapat keistimewaan yang potensial dalam memperoleh rejeki yang bersifat jasmani dan di dalam mempergunakan waktu setelah Ashar terdapat keistimewaan yang potensial untuk memperoleh pemberian-pemberian (rejeki) yang bersifat hati (ruhani). Hal tersebut sudah dipraktikkan oleh orangorang yang memiliki mata hati yang tajam yakni para orang-orang ‘arif  yang agung. Di dalam hadits (menyebutkan):

“Sesungguhnya orang yang duduk di tempat sholatnya seraya berdzikir kepada Allah setelah waktu sholat subuh itu lebih mempecepat dalam mendapatkan rejeki daripada orang yang bekerja dalam berbagai daerah (orang yang merantau).” Maksudnya orang yang bepergian ke suatu tempat untuk mencari rejeki,

 

 

Sesuatu yang harus dijadikan pegangan dalam menempuh jalan menuju Allah setelah melakukan semua perintah-Nya dan mejauhi laranganlarangan-Nya adalah tetap selalu ber-dzikir pada Allah. Untuk itu, tetap dan teruslah berdzikir wahai murid ‘ dalam setiap keadaan, waktu dan tempat dengan hati dan lisan.

 

Dzikir yang mencakup seluruh makna berbagai macam dzikir dan buahnya secara batin dan lahir adalah ucapan: laa ilaha illallah tidak ada tuhan selain Allah.

 

Ini merupakan dzikir yang diperintahkan untuk terus menerus dilakukan oleh orang yang baru memulai (menapaki jalan Allah). Dan orang yang telah mencapai puncak (makrifat) pun kembali pada dzikir tersebut.

 

Barang siapa yang ingin diberi kesenangan dengan (mampu) merasakan sesuatu dari rahasia-rahasia menempuh jalan menuju Allah dan tersingkap berbagai macam hakikat, maka hendaknya ia terusmenerus berdzikir kepada Allah dengan hati yang hudhur (konsentrasi dan merasa hadir bersama-sama Allah), tata karma (adab) yang sempurna, mendekatiNya dengan tulus dan menghadap-Nya dengan cara yang tidak seperti biasanya (terkhusus). Maka (dengan melakukan dzikir dengan cara tersebut) pengertian-pengertian ini tidak akan terkumpul kecuali ia akan dibukakan alam malakut yang paling tinggi, ruhnya akan mengetahui hakikat alam al ashfa (alam yang suci) dan mata hati terdalamnya akan menyaksikan al jamal al aqdas al asmaa (secara bahasa artinya: keindahan yang suci dan luhur).

 

Dan hendaknya kau wahai murid memperbanyak tafakkur (perenungan). Hal ini ada tiga macam, yakni:

 

(pertama) memikirkan dan merenungkan dalam keajaiban kekuasaan-Nya, keindahan kerajaan langit dan bumi. Buah dari memikirkan ini semua adalah marifat billah (makrifat pada Allah).

 

(kedua) memikirkan dan merenungkan dalam kenikmatan-kenikmatan dan pemberian-Nya. Hasil akhir dari bagian ini adalah mahabbah lilllah (mencintai Allah).

 

(ketiga) memikirkan dan merenungkan dalam perkara yang ada di dunia, akhirat serta keadaan para makhluk di dalamnya. Manfaatnya adalah berpaling dari dunia dan akan mendatangi (mendekati) akhirat.

 

Aku telah memberi keterangan dan penjelasan bagian pembahasan mengenai “alur/kecenderungan berfikir dan hasilnya” di kitab Risalah al mu’awanah. Carilah di kitab tersebut bagi yang menginginkannya.

 

 

Ketika kau memperhatikan dirimu sendiri -wahai murid- sedang merasakan malas untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan (ibadah) dan merasa berat melakukan kebaikan. Maka tuntunlah dirimu dengan tali raja (harapan-harapan kepada Allah), yaitu kau mengingat-ingat akan apa yang sudah Allah janjikan kepada seluruh makhluk sebab mentaati-Nya, yakni kemenangan yang besar, nikmat yang tidak pudar, kasih sayang, keridhaanNya, keabadian di surga yang luas, kemuliaan, keluhuran, kehormatan dan kedudukan di sisi Allah yang Maha Suci dan di samping hamba-hamba-Nya (yang dimuliakan).

 

Dan ketika kau merasa dirimu cenderung bertolak belakang atau lebih tertarik melakukan keburukan maka ajaklah dirimu sendiri kembali dengan cambuk khauf (takut dengan balasan Allah), yaitu kau mengingatingat dan memberi nasehat pada diri sendiri dengan apa yang menjadi Ancaman Allah kepada orang-orang yang mendurhakai-Nya, yakni berupa kehinanaan, malapetaka, terendahkan, disiksa, tidak terima, terhalangi (dari rahmat), diremehkan dan kerugian.

 

Berhatilah-hatilah, jangan sampai kau terjerumus pada perkara yang dialami oleh sebagian syathihiini, yakni meremehkan masalah surga dan neraka. Agungkanlah apa saja yang telah diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya.Beramallah karena Allah, karena Ia adalah Tuhanmu sementara kau adalah hambanya. Mintalah kepada-Nya untuk memasukkanmu ke SurgaNya dan mintalah supaya kau dilindungi dari nerakaNya dengan anugerah dan yahmat-Nya.

 

Apabila syetan -semoga Allah melaknatinyaberkata padamu: “Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkanmu dan tidak butuh amalmu, ketaatanmu tidak akan bermanfaat pada-Nya dan kemaksiatan-Mu tidak akan mencelakakan-Nya.” Maka katakanlah pada syetan, “kau memang benar, tapi aku adalah orang yang membutuhkan anugerah Allah dan pada amal sholih. Ketaatan bermanfaat untukku dan perbuatan dosa akan mencelakakanku, dengan hal itulah Tuhanku memberitahuku di kitab-Nya yang mulia dan melalui lisan utusan-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

 

Kemudian apabila syetan berkata padamu: “Apabila kau beruntung di sisi Allah maka kau secara pasti akan masuk surga, tidak peduli kau orang yang taat ataupun orang yang durhaka. Dan apabila kau adalah orang yang celaka di sisi-Nya, maka kau akan masuk neraka walaupun kau orang yang taat.”

 

kau janganlah terpancing dengan perkataannya. Penolakan ini (harus dilakukan) karena urusan yang sudah ditetapkan dahulu itu bersifat ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali oleh Allah. Dan tidak ada bagian sedikitpun (mengetahui hal ini) bagi satu makhluk pun.

 

Ketaatan merupakan indikator yang paling menunjukkan pada ketetapan terhulu yakni berupa kebahagiaan dan keberuntungan. Tidak ada diantara orang yang taat dan surga kecuai ia mati dengan keadaan ketaatannya.

 

Dan berbuat dosa (kemaksiatan) merupakan indikator yang paling menunjukkan pada ketetapan terdahulu yang berupa kesengsaraan. Tidak ada diantara pendosa dan neraka kecuali ia mati pada kemaksiatannya.

 

 

Ketahuilah, wahai murid bahwa permulaan jalan menuju Allah adalah sabar dan akhirnya adalah syukur. Permulaannya lagi adalah usaha keras akhirnya kebahagiaan, permulaannya melelahkan dan kesulitan akhirnya kemenangan, terbukanya rahasia dan wushul (sampai) menuju titik akhir cita-cita yaitu ma’rifatullah, sampai padaNya, beramah tamah dijamu oleh-Nya dan menempati dalam kemuliaan di hadapan-Nya bererta malaikat yang berada di depannya.

 

Dan barang siapa mendasari semua urusannya berlandaskan kesabaran yang sungguh-sungguh maka ja akan memperoleh seluruh kebaikan dan akan sampai pada semua yang dicita-citakan serta mendapatkan segala yang ia inginkan.

 

Dan ketahuilah, bahwa nafsu itu pada awalnya disebut ammarah yang selalu memerintahkan berbuat keburukan dan mencegah berbuat kebaikan. Kemudian jika manusia memeranginya dan sabar untuk melawan keinginan nafsunya maka nafsu ammarah akan menjadi lawwamah yang berubah (memiliki dua sisi) satu sisi cenderung ke muthmainnah dan sisi yang lain masih cenderung pada ammarah. Nafsu ini (yakni nafsu lawwamah) satu keadaan mengajak kebaikan pada keadaan lain menyuruh melakukan keburukan.

 

Kemudian apabila manusia memperlakukan lemah lembut dan mengajak nafsu lawwamah ini serta menuntunnnya dengan tali kecintaan pada apa saja yang ada di sisi Allah (yakni yang diridhai Allah), maka nafsu ini menjadi muthmainnah yang selalu memerintahkan kebaikan, merasakan kenikmatan berbuat baik dan menyukai kebaikan, serta akan mencegah berbuat buruk, membencinya dan menghindarinya.

 

Orang yang memiliki nafsu muthmainnah itu akan sangat heran pada sebagian manusia yang berpaling dari ketaatan-ketaatan, padahal di dalam ketaatan terdapat ketenangan, kesenangan dan kenikmatan. Dan ia (orang yang memiliki nafsu muthmainnah juga sangat heran pada sebagian manusia yakni) dalam mendatangi kemaksiatankemaksiatan dan syahwat kesenangan duniawi. Padahal di dalamnya terdapat kegundahan, kegelisahan dan kegetiran hidup. Ia menganggap bahwa mereka akan menemukan dan merasakan dua hal ini seperti yang ia temukan dan rasakan.

 

Kemudian ia akan mengembalikan (pengalaman ini) pada dirinya sendiri. Ia akan mengingat apa yang akan ia dapatkan -sebelum memiliki nafsu muthmainnahdalam menuruti syahwatsyahwatnya yakni mendapatkan kenikmatan dan dalam melakukan ketaatan menemukan rasa pahit. Kemudian ia akan tahu bahwa ia tidak akan mencapai pada keadaan yang sekarang ini kecuali dengan perjuangan yang sangat lama dan pertolongan yang besar dari Allah.

 

Sekarang kau telah mengerti bahwa sabar dari menjauhi kemaksiatan dan syahwat serta sabar terus menerus melakukan ketaatan bisa mengantarkan pada seluruh kebaikan dan akan menyampaikanmu pada semua kedudukan yang mulia dan status yang luhur.

 

Bagaimana tidak? Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: “Wahai orangorang yang beriman berimanlah kalian semua, bersabarlah kalian semua, dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” QS. Ali Imron: 200

 

Dan Allah ta’ala berfirman: “Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk bani Israil disebabkan kesabaran mereka.” QS. Al A’raaf: 137

 

Dan Allah Jalla Sya’nuhu berfirman: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS: As Sajdah: 24)

 

Dan di dalam (mengatakan): “Sebagian dari paling sedikitnya perkara yang diberikan kepada kalian semua adalah keyakinan dan kuatnya kesabaran. Dan barang siapa diberikan bagian dari keduanya maka ia tidak akan mempedulikan apapun yang membuatnya terlewatkan melakukan ibadah di malam hari dan puasa di siang hari.”

 

 

Seorang murid terkadang diuji dengan kefakiran, kemelaratan dan kesempitan ekonomi. Maka sebaiknya Ia bersyukur kepada Allah atas hal tersebut dan menganggap hal tersebut termasuk dari nikmat yang paling agung Karena dunia adalah musuh Allah maka Dia datangkan (uga) kepada musuhmusuh-Nya dan memalingkan dari kekasihkekasih-Nya.

 

Oleh karena itu, hendaknya si murid memuji/bersyukur kepada Allah yang telah menyerupakannya dengan nabi-nabi-Nya, para waliNya dan hamba-hamba-Nya yang sholih.Dulu Pemimpin para Rasul, makhluk yang paling baik yakni Muhammad Saw mengikatkan batu pada perutnya karena lapar.

 

Kadang dua bulan atau lebih berlalu di rumah beliau tidak ada nyala api untuk memasak makanan dan yang lainnya. Beliau hanya memakan kurma dan air. Dan seorang tamu datang, kemudian beliau mengirimkan (mengajak) dia menuju 9 rumahnya. Namun di seluruh rumah itu tidak ditemukan apapun yang bisa apapun untuk dimakan.

 

Di hari saat beliau wafat baju perangnya masih digadaikan pada salah satu orang yahudi untuk beberapa takar gandum. Dan di rumahnya tidak ada sesuatu yang bisa dimakan (yang layak) untuk orang yang kesusahan kecuai hanya segenggam gandum.

 

Jadikanlah tujuanmu -wahai murid dan harapanmu dari keduniawian ini sekedar sehelai kain yang menutupi auratmu dan hanya satu suapan makanan halal yang menahan laparmu.

 

Berhati-hatilah dengan racun yang membunuh, yaitu berupa keinginanmu merasakan kenikmatan dunia, rasa sukamu menikmati kesenangan nafsu dunia dan kau merasa iri dengan orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dunia. Karena mereka akan ditanya mengenai hal tersebut dan mereka akan dihisab berdasarkan apa yang mereka peroleh serta apa yang ia kerjakan karena menuruti syahwatnya.

 

Apabila kau mengerti hal-hal yang sulit terus mereka upayakan, sumbatansumbatan yang membuat tersedak di tenggorokan yang tetap mereka usahakan untuk ditelan, kecemasan dan kegundahan yang berada di hati dalam mencari dunia, kegemaran menumpuk-numpuknya dan mementingkannya dengan menjaga serta menyimpannya. Maka kau akan melihat kecemasan dan kegundahan tersebut akan bertambah berkali lipat berdasarkan kenikmatan dunia yang mereka peroleh. Hal tersebut apabila (memang benar-benar) terdapat kenikmatan (yang sebenarnya).

 

Sudah cukup bagimu sebagai penyegah dari mencintai dunia dan sebagai penjauh dari dunia yaitu Firman Allah ta’ala: “Dan sekiranya bukan karena menghindarkan manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), pastilah sudah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Allah) Yang Maha Pengasih, loteng-loteng rumah mereka dari perak, demikian pula tangga-tangga yang mereka naiki dan (Kami buatkan pula) pintupintu (perak) bagi rumahrumah mereka, dan (begitu pula) dipan-dipan tempat mereka bersandar dan (Kami buatkan pula) perhiasan dari emas. Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, sedangkan kehidupan akhirat di sisi Tuhanmu disediakan bagi orang-orang yang bertakwa”

 

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir”. Apabila di Sisi Allah dunia sebanding dengan sayap nyamuk maka Allah tidak akan membagikan dari dunia tersebut kepada orang kafir satu teguk pun air. Dan sesungguhnya Allah Dengan Ke-Maha Sucian-Nya sejak menciptakan dunia, Dia tidak pernah melihatnya.

 

Dan ketahuilah, bahwa rezeki itu hal yang sudah ditentukan dan dibagikan. Sebagian hamba ada yang rezekinya mudah dan lapang. Sebagiannya lagi ada yang disempitkan dan tidak mencukupi (hal tersebut) merupakan kebijaksanaan dari Allah

 

Apabila kau -wahai murid- termasuk orang yang diberi rezeki yang terbatas maka kau harus bersabar, ridha dan menerima dengan apa yang sudah dibagikan oleh Tuhanmu Dan apabila kau termasuk orang yang dilapangkan rezekinya, maka gunakanlah sesuai kecukupanmu dan ambilah sesuai kebutuhanmu. Belanjakanlah sisanya pada jalan kebajikan dan kebaikan.

 

Dan ketahuilah bahwasanya: tidak harus bagi seseorang ketika Ia Ingin memasuki jalan menuju Allah untuk mengeluarkan hartanya, apabila ia memiliki harta, ataupun meninggalkan profesinya, perniagaannya apabila ia seorang pekerja atau pedagang

 

Bahkan yang diharuskan baginya adalah bertakwa kepada Allah dalam keadaannya saat itu. Dan harus bertindak secara wajar sekiranya tidak meninggalkan suatu ibadah fardhu dan sunnah. Dan tidak terjatuh pada perkara yang diharamkan dan berlebihlebihan yang tidak layak dijadikan sebagai pertolongan dalam menempuh jalan menuju Allah.

 

Kemudian apabila si murid telah yakin secara pasti bahwa hatinya tidak akan istiqamah dan agamanya tidak akan selamat kecuali dengan menjauhkan diri dari harta kekayaan, maka ia harus melakukan hal tersebut. Kemudian apabila ia memiliki istri-istri atau anak-anak yang wajib dibiayai dan dinafkahi, maka ia wajib melakukan hal tersebut dan mengupayakannya. Lalu, jika ia benar-benar tidak mampu menafkahi yang dimaafkan secara syariat, maka ia terlepas dari kesalahan dan dosa.

 

Dan ketahuilah wahai murid bahwa kau tidak akan mampu terusmenerus melakukan ketaatan, menjauhi syahwat dan berpaling dari keduniawian kecuali dengan pemahaman di dalam dirimu bahwa masa hidupmu di dunia itu waktunya sebentar dan dalam waktu dekat kau akan mati. Kemudian (yang membuatmu bisa terus-menerus melakukan ketaatan lagi) adalah dengan menempatkan ajalmu di depan matamu, kesiapanmu menghadapi kematian dan penganggapanmu kematian akan datang padamu setiap saat.

 

Berhati-hatilah terhadap thulul amal (harapan, asa dan angan-angan yang berkepanjangan). Karena hal tersebut bisa membuatmu cinta pada dunia, membuatmu berat terus-menerus melakukan ketaatan, ibadah dan fokus pada jalan akhirat. Di dalam penganggapan kematiannya (sudah) dekat dan waktunya (umurnya) pendek terdapat kebaikan yang menyeluruh. Untuk itu, kerjankanlah! Semoga Allah memberi pertolongan padaku dan padamu.

 

 

Kadang-kadang masyarakat mendominasi sebagian murid-murid dengan berbuat menyakiti, antipati dan mencela. Apabila kau diuji dengan hal tersebut, maka kau harus bersabar dan tidak usah membalas mereka disertai dengan hati yang bersih dari membenci dan menyimpan keburukan (dendam). Janganlah kau mendoaka orang yang menyakitimu dan jangan (pula) kau katakan ketika suatu musibah menimpa mereka, “Hal ini terjadi disebabkan ia menyakitiku”.

 

Yang lebih utama dari bersabar terhadap perbuatan yang menyakitkan adalah memberi maaf kepada pelakunya dan mendoakannya. Hal tersebut merupakan sebagian dari akhlak orang-orang Shiddiqiin.

 

Anggaplah berpalingnya orang-orang darimu sebagai nikmat dari Tuhanmu yang diberikan kepadamu. Karena apabila mereka mendatangi dan mendekatimu terkadang mengalihkan dari beribadah kepada-Nya. Kemudian apabila kau diberi cobaan dengan didekati mereka, diagungkan, dipuja-puja dan mereka sering berkunjung padamu, berhati-hatilah dari fitnah mereka. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menutupimu keburukankeburukanmu dari mereka.

 

Kemudian, jika kau khawatir dengan dirimu sendiri berbuat dengan kepurapuraan, menghiasi diri (berdandan) untuk mereka dan takut akan menjauh dari Allah yang semua itu disebabkan bergaul dengan mereka, maka jauhilah mereka (uzlah), kuncilah pintu rumahmu, jika masih belum bisa tinggalkanlah tempat yang biasa kau gunakan sehingga mereka tahu kalau mencarimu ke tempat yang tidak diketahui mereka tidak tahu.

 

Jadikan dirimu seorang yang memilih untuk menyembunyikan diri dan menjauhi ketenaran dan terkenal. Karena dalam hal ini terdapat fitnah dan malapetaka.

 

Sebagian orang terdahulu (ulama’ salaf) berkata: “Demi Allah, seorang hamba tidaklah berlaku dengan benar kepada Allah kecuali ia menyukai kedudukannya tidak diketahui”. Sebagian yang lain mengatakan: “Tidak pernah aku mengenal seseorang yang mencintai dikenal oleh masyarakat umum kecuali agamanya telah hilang dan aibnya menjadi tersebar.

Berusahalan dengan sungguh-sungguh wahai murid dalam membersihkan hatimu dari takut pada sesama makhluk dan dari thama’ (berharap kepada sesama makhluk). Karena hal tersebut mengakibatkan pembiaran terhadap perkara yang batil, terhadap penipuan dalam agama dan tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Telah cukup kehinaannya bagi orang yang berlaku seperti di atas. Karena orang mukmin yang dimuliakan oleh Tuhannya adalah orang yang tidak takut dan tidak menaruh harapannya kepada siapapun kecuai Dia.

 

Apabila salah satu saudara muslimmu datang kepadamu dengan membawa hal baik yang diperoleh dari jalan yang benar, ambillah, jika kau membutuhkannya. Dan bersyukurlah kepada Allah karena sejatinya Dia adalah sebenarnya Dzat yang Memberi. Dan berterima kasihlah pada orang yang membawanya padamu,

 

Jika kau tidak memerlukannya, maka lihatiah (terlebih dahulu), apabila kau menganggap yang paling baik untuk hatimu adalah dengan menerimanya maka ambilah. Atau (ternyata lebih baik) ditolak, maka kembalikanlah dengan halus dan sopan. Sekiranya tidak membuat hati si orang yang memberi menjadi sedih. Karena kehormatan orang muslim di sisi Allah sangat besar.

 

Awas jangan sekali-kali anda menolak pemberian orang, karena biar terkenal, dan janganlah mengambil pemberian dengan syahwat kesenangan, dan pengambilanmu atas pemberian dengan syahwat itu lebih baik bagimu daripada penolakanmu atas pemberian dengan tujuan biar terkenal sebagai orang zuhud dan biar terkenal sebagai seorang yang tak perlu dunia,

 

Seorang yang baik dan benar tidak akan keliru dalam hal tersebut diatas, sebab Allah Ta’ala selalu akan memberikan petunjuk dihatinya sehingga mudah baginya untuk menentukan mana yang harus diputuskan.

 

 

Termasuk perkara yang paling berbahaya bagi murid adalah pencariannya (dalam beribadah dan menempuh jalan Allah, penerj.) untuk mukasyafah (tersingkap seluruh rahasia), keinginannya pada karomah, dan hal-hal yang luar biasa. Hal ini tidak akan muncul selama ia menginginkan keberadaannya. Karena hal tersebut tidak akan terlihat (muncul) kecuali kepada orang yang terpaksa (menggunakannya), sementara itu umumnya ia tidak menginginkannya.

 

Kadang-kadang karomah dan hal-hal yang luar biasa terjadi pada beberapa kelompok orang-orang yang terbujuk karena sebagai bentuk istidraj bagi mereka dan cobaan karena lemahnya keimanan mereka. Hal tersebut sebenarnya merupakan bentuk penghinaan bukan karamah. Karamah muncul hanya bagi orangorang yang istiqamah.

 

Oleh karena itu, apabila Allah memulyakamu – wahai murid- dengan salah satu karamah pujilah dan bersyukurlah pada Dia dengan ke-Maha Sucian-Nya. Janganlah berhenti besertaan dengan karamah yang telah muncul pada dirimu dan janganlah terlalu menaruh kepercayaan padanya. Sembunyikan dan jangan kau ceritaceritakan kepada orang lain. Dan apabila salah satu karamah tidak muncul padamu janganlah kau mengharapkannya dan jangan bersusah hati dengan tidak adanya karamah.

 

Ketahuilah, karamah yang mencakup semua macam karamah yang hakiki dan yang formal adalah keistiqamahan yang diwujudkan dengan (terus-menerus) melaksanakan semua perintah (Allah) dan menjauhi laranganlarangan-Nya secari lahir dan batin. Untuk itu, kau harus terus mengoreksi ke-istigamahanmu dan mengokohkannya. (Ketika sudah benar-benar istigamah) maka seluruh ekstistensi makhluk langit dan bumi akan melayanimu yang dalam pelayanannya tidak menghalangimu dari Allah dan tidak mengalihkanmu dari kehendak-Nya, yakni tetap bisa terus beribadah tanpa tersibukkan dengan hal-hal lain.

 

 

Hendaknya kau wahai murid menjadi orang yang berprasangka baik kepada Tuhanmu bahwasanya Dia itu memperhatikanmu, mencukupimu, menjagamu, melindungimu dan tidak akan menyerahkannmu pada nafsumu serta tidak pula menyerahkan kepada satupun makhluk. Karena Allah subhanaahu telah memberitahukan mengenai : diri-Nya bahwa Ia berada dalam sangkaan hamba-Nya. Keluarkanlah dari hatimu ketakutan akan kefakiran dan mengharapkan (tercukupi) kebutuhannya dari sesama makhluk.

 

Perhatikanlah dengan benar-benar (jangan sampai) kau mementingkan Urusan rezeki. Percayalah dengan janji Tuhanmu dan dengan jaminan-Nya kepadamu. Dimana Allah ta ala telah berfirman: “tidak ada satupun makhluk yang melata di bumi melainkan Allah menjamin rezekinya” (Q.S: Huud: 6)

 

Dan kau itu termasuk dari dawaab (makhluk yang hidup di permukaan bumi). Untuk itu, sibukkanlah kau dengan apa yang telah Ia perintahkan kepadamu yakni beramal ibadah kepada-Nya, tidak tersibukkan dengan apa yang sudah dijaminkan kepadamu yakni urusan rezeki. Karena Tuanmu tidak akan melupakanmu. Telah diberitahukan kepadamu bahwa rezekimu itu di sisiNya. Dan la telah memerintahmu dengan tuntutan beribadah kepadaNya.

 

Allah ta’ala telah berfirman: “Maka mintalah rezeki di sisi Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kalian kepada, Nya” (Q.S: al Ankabuut: 17) Apa kau tidak melihat bahwa Allah ta’ala memberi rezeki para kafiriin yakni orangorang yang menyembah pada selain Allah? Apakah kau kira kalau Allah tidak memberi para mu’miniin yakni orang-orang yang menyembah hanya kepada Allah dan (malah) memberi rezeki kepada orang-orang yang durhaka dan menentang perintah-Nya?

 

Atau apakah Allah tidak memberi rezeki kepada orang-orang yang mentaatiNya, orang-orang yang banyak dzikir dan syukurnya? Ketahuilah, bahwasanya tidak ada dosa sedikitpun bagimu dalam hal kau mencari rezeki dengan gerakan-gerakan (usaha) nyata dengan cara yang dilegalkan oleh syariat. Bahaya dan dosa hanya terjadi dalam kondisi tidak adanya ketenangan hati, mementingkan urusan rezeki, mencemaskannya dan mengikuti sangkaan lemahnya.

 

Termasuk indikasi yang menunjukkan kerusakan hati manusia adalah memprioritaskan dan mementingkan perkara yang dibutuhkan di waktu yang belum menjadi nyata Seperti hari besok dan bulan depan. Dan (termasuk dari indikasi hatinya rusak adalah) ucapannya berupa: “Ketika ini sudah habis, darimana (lagi) datangnya (rezeki yang lain)? Ketika rezeki tidak datang dari cara ini, dari jalan mana lagi rezeki datang?”

 

Adapun tajarrud ‘an al asbaab dan melakukan asbab keduanya merupakan dua magaam (kedudukan) yang telah ditentukan oleh Allah kepada siapapun dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki.Untuk itu, siapapun yang ditempatkan pada magaam tajarrud maka harus baginya menguatkan keyakinannya, lapang dada dan terus-menerus melakukan ibadah.

 

Dan siapapaun yang ditempatkan dalam magaam asbaabi maka ia harus bertakwa kepada Allah dalam sababsababnya, berpegang teguh hanya kepada Allah dan berhati-hatilah jangan sampai tersibukkan dengan sebab-sebab dan menjauhi ketaatan kepada Tuhannya.Terkadang kekhawatiran terlintas mendatangi si murid mengenai urusan rezeki, ingin dilihat oleh orang lain dan lain sebagainya. Hal tersebut bukanlah hal yang tercela dan tidak dosa dengan catatan ketika ia membenci kekhawatiran tersebut dan berusaha menghilangkan dari hatinya.

 

 

Hendaknya kau wahai murid memiliki perhatian penuh dengan bersahabat dengan orang-orang baik dan mendatangi majlis orang-orang sholih. Jadilah kau orang yang benar-benar menginginkan mencari syaikh (guru) yang sholih, bisa memberi petunjuk dan nasehat, mengetahui hukum syariat, menempuh jalan tharigah, telah mencapai hakikat, sempurna akal, lapang dada (sabar), memiliki strategi yang baik dan mengetahui tingkatan manusia serta mampu membedakan antara tabiat, naluri dan kondisikondisi mereka.

 

Apabila kau telah mendapatkannya serahkanlah dirimu padanya, jadikanlah beliau pemberi keputusan seluruh urusanmu, rujuklah pendapat beliau dan berdiskusi kepadanya mengenai semua keadaan perilakumu. Ikutilah beliau dalam semua perbuatan dan perkataannya kecuali hal-hal khusus yang berkaitan dengan derajat beliau sebagai syaikh. Seperti bergaul dengan orang lain, bersama-sama mereka, berdakwah pada orang yang dekat dan jauh mengajak menuju Allah dan lain sebagainya. Untuk itu, hendaknya kau tidak mengingkarinya. jangan kau menentang semua keadaan dan kondisinya baik itu secara tampak luar (lahir) dan dalamnya (batin). Apabila di dalam hatimu terbersit pikiran yang meragukan (kekahawatiran) mengenai beliau maka berusahalah menghilangkannya dengan sungguh-sungguh. Apabila pikiran tersebut ternyata tidak hilang, ceritakanlah kepada syaikh–mu supaya beliau memberitahumu jalan terlepas dari pikiran seperti Itu. Begitu juga, kau selalu memberitahukan apapun yang kau alami kepada beliau, lebih-lebih masalah yang berhubungan dengan thariqah.

 

Berhati-hatilah, jangan Sampai kau mentaati syaikh secara tampak luar saja dimana kau tau bahwa beliau sedang melihatmu dan kau mendurhakainya dalam keadaan tidak diketahui oleh syaikh. Maka apabila seperti kau akan jatuh dalam kerusakan.

 

Janganlah kau berkumpul dengan salah satu dari syaikh-syaikh yang terkenal dengan suluknya kecuali telah mendapatkan izin dari syaikh-mu. Kemudian apabila beliau memberimu ijin jagalah hatimu dan berkumpulah dengan siapapun yang kau inginkan. Dan apabila beliau tidak mengijinkan maka ketahuilah bahwa beliau telah memilihkan yang lebih baik untukmu, jangan kau mencurigainya dan menyangka beliau telah berbuat dengki dan cemburu. Hanya dengan perlindungan Allah ketika hal tersebut muncul dari Ahlullah dan orang istimewa-Nya.

 

Berhati-hatilah, jangan kau meminta syaikh dengan karamah-karamahnya dan menyingkap rahasia hatimu. Karena hal yang ghaib tidak ada yang bisa mengetahui kecuali hanya Allah. Puncak dari wali adalah Allah memperlihatkan kepadanya sebagian hal-hal yang ghaib di waktu-waktu tertentu.Kadang-kadang murid mendatangi syaikh untuk meminta menyingkap rahasia hatinya kemudian beliau tidak memenuhinya sementara beliau sebenarnya mengetahuinya dan mampu menyingkapnya. Hal tersebut beliau lakukan karena menjaga rahasia dan menutupi kondisi dan keadaannya. Karena mereka para syaikh –radhiya Allahu ‘anhum– manusia yang paling ingin menyembunyikan rahasiarahasia dan orang yang paling menjauhi dari menampakkan karamah dan hal yang luar biasa (keajaiban) walaupun mereka dimungkinkan memiliki dan bisa menggunakannya.

 

Mayoritas karamah yang muncul dari para wali itu terjadi tanpa kehendaknya sendiri. Apabila karamahkaramah mereka muncul, mereka akan berpesan kepada orang yang melihatnya untuk tidak menceritakannya sampai mereka meninggal dunia. Terkadang mereka menampakkan karamah mereka dengan kehendak sendiri karena adanya kemaslahatan tersendiri daripada menutupinya.

 

Ketahuilah, bahwa syaikh yang sempurna adalah orang yang memberi kemanfaatan dengan semangatnya, perbuatannya dan perkataannya serta beliau selalu menjaga murid-nya saat beliau berada di depannya ataupun saat beliau tidak bersamanya. Apabila si murid berada jauh dari syaikh-nya dalam sisi tempatnya hendaknya si murid mencari isyaratisyarat dari syaikh-nya secara menyeluruh dalam urusan yang akan ia lakukan atau ia tinggalkan.Sesuatu yang paling berbahaya bagi murid adalah perubahan hati syaikh-nya terhadap dirinya. Ketika sudah seperti itu, walaupun seluruh syaikh di belahan bumi Timur dan Barat berkumpul untuk memperbaiki keadaan si murid, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali syaikh-nya memberikan ridhanya kepada Si murid.

 

Ketahuilah bahwa seyogyanya bagi murid yang mencari seorang syaikh tidak mengukuhkan dan memasrahkan dirinya pada setiap orang yang disebut dengan guru (syaikh) dan (terkenal) bisa menunjukkan jalan para murid menuju Allah sampai Si murid mengetahui keahlian Sang Syaikh dan hati Si murid menerimanya. Begitu juga, tidak seharusnya bagi Syaikh ketika seorang murid datang untuk berthariqah memberi toleransii kepada si murid tersebut sebelum ia menguji kesungguhan si murid dalam pencariannya dan kesungguhan membutuhkannya kepada orang yang menunjukkanny ada Tuhannya.

 

Semua penjelasan Ini, seluruhnya dalam mencari syaikh tahkiim. Para ulama mensyaratkan kepada murid yaitu ketika bersama dengan syaikh tahkiim ia seperti mayat di hadapan beliau yang sedang memandikan dan seperti anak kecil yang diasuh oleh ibunya. Hal ini tidak berlaku dalam kaitannya dengan syaikh tabarruk. Ketika tujuan seorang murid untuk tabarruk bukan tahkiim maka semakin sering mendatangi, mengunjungi dan mencari keberkahan syaikh-syaikh tabarruk tersebut adalah lebih baik.

 

Ketika seorang murid tidak menemukan seorang syaikh pun maka ja harus terusmenerus bersungguhsungguh dan sangat tekun berusaha meminta perlindungan Allah dan merasa sangat membutuhkan-Nya untuk mendatangkan seseorang yang memberikan petunjuk pada dirinya. Dengan seperti itu Dzat yang selalu , memberikan jawaban kepada orang yang terdesak akan mengabulkannya dan Ia akan membawakan untuknya hamba-hambaNya yang akan menuntunnya.

 

Terkadang sebagian para murid menganggap bahwa dirinya tidak memiliki satu orang pun syaikh. Kau akan mendapatinya, mereka terus mencari seorang syaikh padahal mereka sebenarnya memiliki syaikh yang tidak mereka lihat. Beliau mendidik dengan pandangannya, beliau menjagannya dengan perhatiannya sementara itu mereka tidak merasakan. Dalam sisi keadilan tentu tidak akan mencari seorang Syaikh kecuali orang yang bersungguh-sungguh. Apabila bukan karena keadilan para syaikh al muhaqqiqun pasti akan diperlihatkan (dimunculkan). Akan tetapi Maha Suci Dzat yang tidak menjadikan sesuatu yang menunjukkan (bukti) yang mengarah kepada para walinya kecuali dari sisi dimana buktinya adalah menuju-Nya. Dan Allah tidak akan mengantarkan kepada mereka kecuali orang yang Ia kehendaki untuk sampai kepada-Nya.

 

 

Ketika kau -wahai murid- menginginkan dari syaikhmu sesuatu hal atau kau memulai bertanya terlebih dahulu kepada beliau mengenai suatu perkara, maka jangan sampai keagungan beliau dan keharusan bertatakrama di hadapan beliau menghalangimu untuk meminta dan bertanya kepadanya. Tanyakanlah kepada beliau sekali, dua kali dan tiga kali. Diam tidak bertanya dan meminta kepada beliau bukanlah tatakrama yang baik. Kecuali syaikh memberi isyarat kepadamu untuk diam dan memerintahkanmu untuk tidak bertanya. Ketika dalam kondisi seperti itu maka Wajib mematuhinya.

 

Dan ketika syaikh mencegahmu dari suatu perkara atau mendahulukan Seseorang daripada kau maka janganlah kau mencurigainya. Hendaknya kau meyakini bahwa beliau telah melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dan ‘ lebih baik bagimu. Dan apabila kau melakukan Suatu kesalahan (berbuat dosa) dan Si Syaikh merasa berat sebab kesalahan tersebut maka bergegaslah meminta maaf kepada beliau dari kesalahanmu sampai beliau lega (memberi ridha).

 

Ketika kau menginkari hati Si syaikh kepadamu seperti kau tidak mendapati wajah beliau berseri-seri maka kau harus membuatnya senang atau yang lain sebagainya. Kemudian ceritakanlah apa yang terjadi padamu yakni kekhawatiranmu pada perubahan hati beliau kepadamu. Barangkali hati beliau berubah kepadamu karena suatu hal yang kau ceritakan kepadanya maka harus meminta maaf.

 

Atau barangkali perkara yang kau curigai pada syaikh-mu itu tidak terjadi pada Si syaikh dan kau telah dijatuhkan oleh syetan supaya berbuat buruk kepada beliau. Untuk itu, ketika kau telah mengetahui bahwa si syaikh telah meridhaimu maka hatimu akan tenang, berbeda ketika kau tidak membicarakannya dan kau diam saja dengan sepengetahuanmu (persepsimu) saja yakni (merasa) kesalamatan ada dipihakmu.

 

Ketika kau melihat seorang murid dipenuhi dengan meng-agungkan dan memulyakan syaikh-nya yang terkumpul di lahir dan batinnya berdasakan keyakinan syaikh-nya, ketaaatan dan bertata karma dengan akhlak si syaikh maka pasti murid tersebut akan mewarisi rahasia syaikh-nya atau akan memperoleh sebagian rahasia apabila si murid masih hidup setelah syaikhnya

 

 

Kami akan menerangkan beberapa sifat murid yang benar:

 

Sebagian orang-orang yang telah makrifat – radhiya Allahu ‘anhum wa nafa’anaa bihim ajma’iinberkata:

Seorang menuju ke jalan Allah belum dapat dikatakan murid, sebelum ia (mampu) menemukan di Al-Qur’an apapun yang ia inginkan, mengetahui kekuarangan dari kelebihan, mencukupkan kebutuhannya kepada Allah tidak dari sesama hamba dan mempersamakan penilaiannya antara emas dan debu jalan.

 

Murid adalah orang yang menjaga batas-batas, menepati janji-janji, rela dengan keberadaan yang telah ada, bersabar ketika tidak memiliki apa-apa.

 

Murid adalah orang yang bersyukur atas seluruh nikmat, bersabar atas bencana yang menimpanya, merasa rela (legowo) dengan takdir yang pahit dan memuji Tuhannya di waktu luang dan sempit serta mengikhlaskan dirinya secara lahir dan batin.

 

Seorang murid jangan sampai diperbudak oleh yang tidak abadi (makhluk) dan meminta penghambaan mereka, tidak kalah oleh syahwat dan hawa nafsu dan tidak dipaksa oleh adat kebiasaan. Bicaranya merupakan zikir dan mutiara hikmah diamnya merupakan berpikir dan tauladan. Perbuatannya mendahului percakapannya. Ilmunya membenarkan amalannya. syairnya khusyu’, tenang, tawadhu’ dan merendah diri berpihak kepada yang benar dan mengutamakannya, serta menolak yang batil dan membencinya, bergaul dengan orang-orang yang baik serta melindungi mereka, dan membenci orang-orang jahat serta memusuhi mereka.

 

Bathinnya lebih baik daripada lahirnya dan Pergaulannya lebih indah daripada penuturannya.suka menolong orang, ringan kaki dan tangan, jauh dari sifat bodoh

 

orang yang dapat dipercaya, tidak berdusta, tidak berkhianat, bukan orang kikir dan pengecut, bukan pemaki atau pelaknat. Tiada mengabaikan kewajiban, tiada menggenggam apa-apa yang ada di dalam tangannya.

 

Niatnya senantiasa baik, bathinnya senantiasa suci, dadanya bersih dari segala rupa kejahatan. Minatnya tinggi terhadap segala amal yang dapat mendekatkan kepada Tuhan, dan nafsunya menolak dunia. tidak mudah tergelincir ke dalam kesalahan. Tidak melakukan sesuatu pekerjaan karena menurutkan hawa nafsunya, suka kepada sifat menepati janji dan kepahlawanan, bersifat pemalu, menjaga harga dirinya, bertimbang rasa terhadap semua manusia dan makhluk-Nya, tidak akan marah jika manusia tidak timbang rasa kepadanya. Jika menerima rizki ia bersyukur, Jika ditahan rizkinya ia bersabar, jika ia menganiaya dirinya dia segera bertaubat dan beristighfar, dan jika dianiaya segera ia memaafkan dan mengampunkan.

 

Suka duduk sendirian dan berjauhan dari manusia kebanyakan, tidak suka pamer dan keterkenalan.lisannya diikat dari segala perkara yang Udak berguna baginya, dan hatinya senantiasa merasa pedih dan sedih, jika ia lalai mentaati Tuhannya

 

Tidak tawar menawar masalah/urusan agama. Tidak akan tunduk kepada makhluk dalam perkara yang akan dimurkai Tuhan Rabbii Alamin, suka berkhalwat dan duduk mengasingkan diri, tidak merasa tenang waktu bergaul dengan orang banyak.

 

Tidak berdiam diri yang tidak berguna, namun ada saja kebaikan yang dibuatnya atau ilmu yang diajarkan, sangat diharap darinya segala kebaikan, tidak ragu-ragu dan bimbang menolak kejahatan

 

tidak menyakiti orang yang menyakiti nya, dan tidak bersikap kasar kepada orang yang mengkasarinya laksana pohon kurma, semakin anda melontarkan batu semakin banyak buahnya yang jatuh ataupun laksana bumi betapa banyak kotoran yang di lemparkan kepadnya tapi tidaklah keluarlah darinya kecuali setiap yang manis.

 

Cahaya kebenaran meliputi bentuk lahirnya, sehingga apa yang terlukis dari wajah lahirnya hampir-hampir menafsirkan apa yang tersembunyi dalam bathinnya

 

perbuatan dan tujuannya semata-mata mencari keridhoan Allah SWT, mengerjakan ataupun menjauhi sesuatu sematamata untuk mengikuti jejak Nabi Saw yang dipandang sebagai manusia panutannya, orang kecintaannya dan orang pilihannya.

 

Dan berusaha sekuat tenaga mencontoh Rasulullah dalam segala hal, mengikuti dalam akhlaknya perbuatannya dan juga tutur katanya.Seorang murid senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah Tuhan yang Maha Agung yang telah di Firmankan dalam kitab yang mulia :

Apa yang diperintah oleh Rasul, kerjakanlah dan apa yang dilarang berhentilah (QS. Al-Hasyr : 7)

 

Dan sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu dan orang-orang yang berharap untuk menemui Allah dihari akhirat dan ia harus mengingat Tuhan sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab : 21)

 

Dan siapa yang mematuhi Rasul maka ia sebenarnya mematuhi Allah. (QS. An-Nisaa : 80)

 

Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada engkau, sebenarnya mematuhi Allah. (QS. Al-Fath: 10)

 

Katakanlah kalau kamu benar-benar mencintai Tuhan, maka ikutilah aku(Rasulullah Saw), niscaya kamu akan dicintai oleh Tuhan dan diampuni segala dosa-dosa kamu, dan Tuhan Maha Pengampun dan Penyayang. (QS. Al-Imran : 31)

 

Maka hendaklah orangorang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau dilimpa azab yang pedih. (An-Nur : 63)

 

Anda akan mendapatkan mereka itu (sang Murid), sebagai contoh yang tertinggi dalam mengikuti perjalanan Nabi mereka. Senantiasa patuh pada Tuhannya dan berlombalomba untuk mendapatkan janji Tuhan yang Agung dan ia lari dari ancaman Tuhan yang pedih.

 

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam ayat-ayat yang telah kami datangkan dan yang belum kami datangkan dari ayat-ayat semakna yang mengandung kabar gembira dengan kebahagiaan sampai ke puncak kemenangan dan kejayaan bagi orang-orang yang mengikuti jejak Rasululullah shollallohu alaihi wasallam dan menngandung peringatan dengan kehinaan dan kerendahan bagi orangorang yag menyelisihinya.

 

“Ya Allah, Ya Tuhanku kami mengakui bahwa Engkaulah Allah Tuhanku, tiada Tuhan lain melainkan Engkau Maha Penyayang dan Pemberi berbagai nikmat, Pencipta langit dan bumi dengan penuh keindahan.

 

Wahai Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Mulia, kami memohon pada Engkau agar aku dianugerahi menjadi pengikut yang terbaik dari hamba-Mu yaitu Rasul-Mu, junjungan kita Nabi Muhammad Saw baik dalam akhlaknya perbuatannya dan ucapannya, lahir dan batin.

 

Berilah kami hidup dan mati atas dasar ini, wahai Tuhan kabulkanlah permohonan kami dengan rahmat-Mu dan kelebihan-Mu wahai Tuhan yang Maha Mengasih Sayangi.

 

Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, bagi-Mu segala puja dan puji yang baik lagi penuh keberkatan pujian yang memang sesuai dengan ke Maha Agungan Zat-Mu. Dan ke Maha Besaran kerajaan-Mu. | Maha Suci Engkau wahai Tuhan, tiada ilmu bagiku melainkan yang telah kau ajarkan padaku. Sesungguhnya Engkau Maha : Mengetahui dan Maha Bijaksana.

 

Tiada Tuhan melainkan Engkau Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku tergolong orang yang menganiaya diri sendiri.”

 

Telah selesai Risalah ini untuk murid yang di khususkan dari Rabb-nya yang maha agung dengan ketetapan, kekuatan dan kesungguhan. Alhamdulillah selesai pendikteannya pada malam ke tujuh atau delapan dari bulan romadlon tahun 1071 Hijrahnya Nabi shollallohu alaihi wasallam tasliiman katsiro, segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.