Segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, dan selawatnya semoga untuk akhir para nabi, junjungan kita Muhammad yang menjadi nabi dan keluarganya semuanya.
Ketahuilah -semoga Allah menunjukkanmu- bahwa stiap orang yang mencari sesuatu harus mencari hakikatnya, sampai ia bisa mencintainya, dan tidak boleh bagi siapapun menapaki jalan sufi sampai ia mengetahui aqidah mereka, dan adab mereka secara dhahir dan batin, dan istilah-istilah meraka dalam kalimat-kalimat mereka dalam pembicaraan mereka, sampi ia dapat menuju tujuan mereka dan mengikuti jalan mereka dalam perbuatan mereka dan perkataan merame, karena sebab banyaknya orang yang mengaku maka tidak diketahui orang yang sejati, dan kerusakan orang orang yang rusak tidak merusak dalam kebaikan orang-orang sholeh.
maka kami memulai membahas madzhab mereka dalam asal i’tiqod.
Mereka sepakat bahwa Allah tunggal tiada sekutu baginya, tiada yang melawan, dan tiada yang menyamai, dan tiada persamaan, yang disifati dengan sifat yang allah mensifati dirinya sendiri dengan sifat tersebut, di namai dengan nama yang Allah menamai dirinya dengan nama tersebut.
Allah tidak jisim, karena jisim adalah sesuatu yang tersusun, dan yang tersusun butuh pada yang menyusun.
Dan Allah tidak jauhar, karena jauhar adalah yang bertempat, dan allah tidak bertempat, tetapi alllah yang meciptakan setiap yang bertempat dan tempat.
Dan allah tidak arod, karena arodl tidak berada pada dua zaman, dan allah wajib kekal, tidak kumpul, tidak pisah, tidak ternago. tidak mengagetkanya sebutan, dan tidak menemuinya fikiran, dan tidak menyatakannya ibarat, dan tidak menjelaskannya isyarat, dan tidak terbatasi fikiran, dan tidak ditemuhi pandangan, dan segala sesuatu di sisi Allah ada perkiraannya, dan tidak dikatakan adanya, tetapi dikatakan wujudnya, karena tidak setiap yang wujud adalah ada, dan setiap yang ada adalah maujud, dan apa yang tergambar di pikiran atau yang tercakup di pemahaman maka Allah tidak seperti itu.
Jika kamu mengatakan: kapan? maka adanya allah mendahuli waktu. jika kamu mengatakan bagaiman? maka dzatnya menghalangi sifatnya. jika kamu mengatakan: di mana? maka wujudnya mendahului tempat. alasan segala sesuatu adalah ciptaan allah dan tidak ada alsan untuk ciptaan allah, di dzatnya tidak adan cara, dan tidak ada kewjiban bagi perbuatannya. terhalang dari akal seperti terhalang dari mata, karena akal menunjukkan seperti mata, dan akal alat beribadah bukan isyarah pada ketuhanan, dzat Allah tidak seperti dzat pada umumnya, dan sifat Allah tidak seperti sifat pada umumnya, makna sifat ilmu bukan meniadakan kebodohan, dan sifat qudrah bukan meniadakan kelemahan.
Dan ulama sepakat untuk menetapkan apa yang disebut allah dalam kitabnya, dan sohih dari nabi di hadisnya menyebut wajah, tangan, diri, pendengaran, pengelihatan tanpa menyerupakan dan membuang. seperti yang dikatakan Allah: tiada sesuatu yang sepertinya, Ia maha mendengar dan maha melihat.