Kitab Akhlaq Lil Banin Juz 1 Dan Terjemah [PDF]

Anak haruslah memiliki akhlak yang baik sejak usia kecilnya, agar ia hidup dicintai pada waktu besarnya, diridhai Tuhannya, dicintai keluarganya dan semua orang.

Ia harus pula menjauhi akhlak yang buruk, agar tidak menjadi orang yang dibenci, tidak dimurkai Tuhannya, tidak dibenci keluarganya, dan tidak dibenci siapapun.

Anak yan sopan menghormati kedua orang tuanya dan para gurunya, saudara – saudaranya yang lebih besar dan setiap orang yang lebih tua darinya. Ia harus menyayangi saudara – saudaranya yang kecil dan setiap orang yang lebih muda darinya

Ia harus berkata benar, bersikap rendah hati terhadap semua orang, bersabar dalam menghadapi gangguan dan tidak memutuskan hubungan dengan anak – anak. Hendaklah ia tidak bertengkar dengan mereka dan tidak mengeraskan suaranya jika berbicara atau tertawa.

Anak yang tidak sopan ialah tidak bersikap sopan santun terhadap kedua orang tua dan guru – gurunya. Ia tidak menghormati orang yang lebih tua dan tidak menyayangi anak yang lebih muda darinya.

Ia berdusta jika berbicara dan mengeraskan suaranya jika tertawa. Ia suka memaki dan berkata buruk serta bertengkar.

Ia suka mengejek orang lain dan bersikap sombong terhadap mereka, tidak malu melakukan perbuatan yang buruk dan tidak mendengarkan nasihat.

Ahmad adalah seorang anak yang masih kecil, tetapi ia bersikap sopan santun. Karena itu ia dicintai ayahnya. Ia juga suka bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya.

Pada suatu hari ia bertamasya dengan ayahnya di sebua kebun. Maka ia melihat sebatang pohon mawar yang indah, tetapi bengkok. Ahmad berkata, “Alangkah indahnya pohon ini. Akan tetapi wahai ayahku, mengapa ia bengkok? Ayahnya menjawab, “karena tukang kebun tidak memperhatikan untuk meluruskannya sejak kecil, maka ia pun menjadi bengkok.” Ahmad berkata, “Lebih baik kita meluruskannya sekarang.” Ayahnya tertawa dan berkata kepadanya, “Hal itu tidak mungkin wahai anakku, karena ia telah besar dan tebal batangnya.”

Begitu pula anak yang tidak bersikap sopan sejak kecilnya, tidak mungkin ia dididik ketika sudah besar.

Wahai anak yang mulia! Allah SWT telah menciptakan kamu dan membaguskan bentukmu dengan memberimu kedua mata untuk melihat segala sesuatu dan kedua telinga untuk mendengarkan suara serta lidah untuk berbicara, dua tangan untuk kamu gunakan dalam berbagai pekerjaanmu, dua kaki untuk berjalan, akal untuk mengenal mana yang baik dan mana yang buruk.

Dia memberimu kenikmatan berupa kesehatan dan meletakkan kasih sayang di dalam hati kedua orang tuamu sehingga engkau dididik dengan pendidikan yang baik.

Maka wajiblah engkau mengagungkan Tuhanmu dan mencintai-Nya, serta mensyukuri nikmat-Nya, dengan mematuhi perintah – perintah-Nya dan menjauhi larangan – larangan-Nya.

Engkau pun wajib mengagungkan semua malaikat-Nya, Rasul – Rasul dan Nabi – Nabi-Nya serta hamba – hamba-Nya yang shalih dan kamu cintai mereka, karena Allah Ta’ala mencintai mereka.

Apabila engkau mencintai Tuhanmu, mematuhi perintah – perintah-Nya serta menjauhi larangan – larangan-Nya, Dia menambahkan nikmat-Nya atas dirimu dan menjadikan orang – orang mencintaimu serta menjagamu dari setiap gangguan dan memberimu segala yang engkau inginkan dari rezeki dan lainnya.

Muhammad adalah seorang anak yang jujur. Ia takut kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya.

Pada suatu hari saudara perempuannya Su’ad berkata kepadanya, “Hai saudaraku, ayah kita telah keluar dari rumah. Marilah kita membuka lemari makanan untuk memakan makanan – makanan yang lezat. Ayah kita tidak melihat kita.”

Muhammad menjawab, “Benar saudaraku. Ayah tidak melihat kita, tetapi tidaklah engkau ketahui bahwa Allah melihat kita.

Waspadalah terhadap perbuatan buruk seperti ini, karena seandainya engkau mengambil sesuatu tanpa kerelaan ayahmu, maka Allah akan marah kepadamu dan akan menghukummu.”

Maka Su’ad pun merasa takut dan malu atas niatnya yang buruk itu. Ia pun berkata, “Perkataanmu benar, wahai saudaraku. Aku ucapkan banyak terima kasih kepadamu atas nasihat yang baik ini.”

Hasan adalah seorang anak yang patuh. Ia selalu mengerjakan shalat lima waktu setiap hari tepat pada waktunya. Ia selalu hadir di sekolah, membaca Al Qur’an, mempelajari pelajaran – pelajaran di rumah. Oleh sebab itu, ia pun dicintai oleh ayah dan ibu serta guru – gurunya dan semua orang.

Jika akan tidur ia sudah terbiasa menyebut nama Allah dan bersyukur, karena Allah menjaganya sepanjang hari dari bencana dan gangguan. Kemudian ia mengucapkan, “Dengan nama-Mu yang Allah aku hidup dan aku mati.” Apabila bangun dari tidurnya, ia bersyukur kepada Allah atas kenikmatan tidur. Ia pun mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepada-Nya kami dibangkitkan.”

Termasuk kebiasaannya pula, apabila hendak makan ia lebih dulu mengucapkan, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Apabila telah selesai makan, ia bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya makan, karena ia mengetahui bahwa Allah yang mengadakan makanan baginya. Ia mengucapkan, “Segala puji bagi Allah yang memberi aku makanan ini, dan diberi-Nya rezeki kepadaku tanpa daya maupun kekuatan dariku.”

Alangkah bahagianya anak yang taat ini, ia diridhai Allah, dan Allah akan memasukkannya kedalam surga.

Wahai anak yang beradab! Sebagaimana engkau diwajibkan mengagungkan Tuhanmu, maka engkau diwajibkan pula mengagungkan Nabimu SAW dan memenuhi hatimu dengan kecintaan kepadanya, sehingga engkau lebih mencintainya daripada mencintai kedua orang tua dan dirimu sendiri. Karena beliaulah yang mengajari kita agama Islam dan dengan sebabnya kita mengenal Tuhan kita dan bisa membedakan antara yang halal dan yang haram. Dan karena Allah Ta’ala mencintainya sehingga menjadikannya manusia yang terbaik serta sebagai contoh panutan bagi kita dalam budi pekerti/sopan santun.

Apabila engkau mencintai Nabimu, maka ikutilah beliau dalam perikehidupannya dan amalkanlah nasihat – nasihatnya agar engkau mendapat kecintaan Allah dan keridhaan-Nya.

  1. Setiap anak wajib memperhatikan sopan santun didalam rumahnya dengan menghormati kedua orang tuanya, saudara – saudara laki – laki dan saudara – saudara perempuannya serta setiap orang di dalam rumah.

Ia tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat marah salah seorang dari mereka dan tidak boleh melawan kepada saudaranyayang lebih tua dan tidak boleh bertengkar dengan saudaranya yang lebih kecil serta tidak boleh mengganggu pelayan rumah.

Apabila ia bermain, maka ia pun bermain dengan teratur, tanpa berteriak dan bertingkah yang tidak pantas baginya, terutama bilamana di dalam rumah ada salah seorang yang sedang tidur atau sakit.

Hendaklah ia memelihara perkakas rumah. Maka ia tidak boleh memecahkan barang – barang pecah belah, tidak merusak pintu – pintu serta tidak boleh merusak tanam – tanaman.

Apabila ia mempunyai kucing atau ayam, maka ia pun harus memberinya makanan dan minuman serta tidak mengganggunya.

bdullah adalah teladan dalam hal sopan santun dan ketertiban di dalam rumahnya. Ia mandi setiap pagi dan sore. Ia memperhatikan kebersihan pakaian dan kitab – kitabnya, serta meletakkannya dengan rapi di tempat yang khusus. Ia tidak membuang ingus di bajunya atau di dinding, tetapi di sapu tangan, serta tidak meludah di atas lantai, tidak mengotori pintu – pintu, tidak menulis di dinding – dinding atau memenjat pohon – pohon. Ia tidak bermain dengan melempar batu – batu agar tidak memecahkan kaca jendela – jendela atau mengganggu lainnya.

Abdullah menjabat tangan kedua orang tuanya dan saudara – saudara laki – laki serta saudara – saudara perempuannya setiap pagi dan sore. Ia tidak memasuki kamar siapa pun tanpa izin, ia tidak suka duduk – duduk bersama pelayan – pelayan, dan tidak memberitahu kepada siapa pun tentang apa – apa yang terjadi di dalam rumahnya.

Termasuk kebiasaan yang baik adalah tidur pada permulaan malam dan bangun pagi – pagi benar, memelihara shalat – shalatnya dan mempelajari pelajaran – pelajarannya. Ia tidak bermain, kecuali pada waktu bermain dan ia selalu mendengarkan nasihat – nasihat ayah dan ibunya.

Dengan demikian Abdullah akan mendapatkan keridhaan kedua orang tuanya dan keluarganya. Ia akan hidup berbahagia bersama mereka.

Ketahuilah wahai anakku, bahwa ibumu telah banyak bersusah payah demi dirimu. Ia mengandung dirimu selama sembilan bulan di dalam perutnya, kemudian menyusuimu dan mengasuhmu dengan asuhan yang baik sehingga engkau menjadi besar. Ia membersihkan tubuh dan bajumu, menyiapkan tempat tidur serta makananmu dan menjagamu dari setiap gangguan.

Ibumu menyayangimu dan sangat mencintaimu. Ia berharap agar engkau menjadi anak yang terbaik. Walaupun dengan bersusah payah, ia bersabar demi dirimu dan gembira denganmu. Ia bergembira jika melihatmu dalam keadaan sehat dan selamat. Ia bersedih jika engkau bersedih atau sakit. Ia berusaha keras menyiapkan obat dan mendo’akan kesembuhanmu. Ia tidak puas dan belum lega, kecuali jika engkau telah sembuh benar.

Lihatlah kepada saudaramu yang masih kecil, bagaimana ibumu bersusah payah mengasuhnya dan bagaimana ia sangat mencintainya agar engkau mengetahui keadaanmu pada waktu kecil.

Wahai anak yang beradab! Apabila engkau mengetahui jerih payah ibumu dalam memeliharamu dan besarnya kecintaannya untukmu, maka dengan apakah engkau akan membalasnya?

Tentu saja, engkau tidak mampu membalas ibumu. Kewajibanmu adalah mengamalkan sopan santun ini.

Hendaklah engkau mematuhi perintah – perintahnya disertai kecintaan dan penghormatan. Engkau kerjakan segala sesuatu yang menggembirakan hatinya. Engkau selalu tersenyum di hadapannya dan menjabat tangannya setiap hari serta mendo’akannya panjang umur dalam keadaan sehat wal afiat.

Hendaklah engkau waspada terhadap segala sesuatu yang menyakitkan hatinya. Janganlah berwajah cemberut bila ia menyuruhmu melakukan sesuatu atau marah kepadamu. Jangan berdusta kepadanya atau memakinya atau berbicara dengan perkataan

yang buruk di hadapannya, atau melihat kepadanya dengan pandangan yang tajam dan janganlah mengeraskan suaramu melebihi suaranya.

Apabila engkau minta sesuatu dari ibumu, maka janganlah memintanya dihadapan tamu. Apabila ia menolakmu, maka diamlah. Janganlah engkau marah, menangis atau menggerutu terhadapnya.

Shaleh adalah seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Pada suatu hari ibunya sakit. Shaleh sangat bersedih. Ia minta izin dari guru – gurunya untuk tinggal dengannya di rumah dan melayaninya, karena ia tidak punya pelayan perempuan.

Kadang – kadang Shaleh membelikan obat untuknya dari apotek dan sekali waktu ia membelikan makanan baginya serta buah – buahan dari pasar. Ia menghidangkan makanan atau obat yang dibutuhkannya dan menghibur hatinya dengan perkataan yang baik. Setelah beberapa hari, ibunya sembuh dari sakitnya. Shaleh sangat gembira, dan terus berdo’a kepada Allah agar menjaga ibunya dan mengekalkan kesehatannya.

Ketahuilah wahai anak yang terpuji! Sesungguhnya ayahmu mencintaimu juga seperti ibumu. Ia keluar setiap hari dari rumah dengan bersabar atas kepayahan dan kepanasan. Ia pergi ke toko atau pasar untuk mendapatkan uang yang dibelanjakannya untukmu. Ia membeli pakaian dan makanan dan segala sesuatu yang engkau butuhkan. Meskipun demikian ia senang dan gembira.

Ayahmu memelihara kesehatanmu dan menjagamu dari segala sesuatu yang mengganggumu. Apabila engkau sakit, maka ia sedih sekali. Ia memanggil dokter bagimu dan membeli obat – obatan untukmu. Ia tidak gembira, kecuali jika engkau sembuh. Ia selalu berdo’a kepada Allah untukmu, agar Allah memberimu kesehatan dan keselamatan.

Ayahmu memikirkan masalah pendidikanmu setiap waktu. Oleh karena itu ia memasukkanmu ke sekolah dan membeli kitab – kitab dan alat – alat belajar untukmu, agar di masa depan engkau menjadi seorang yang sempurna dalam ilmu dan sopan santunnya, berguna untuk dirinya dan bangsanya.

Wahai anak yang tercinta! Engkau harus bersikap sopan santun terhadap ayahmu sebagaimana engkau bersikap sopan santun terhadap ibumu, mematuhi perintah – perintahnya dan mendengarkan nasihat – nasihatnya, karena ia tidak menyuruhmu kecuali dengan sesuatu yang berguna untukmu, dan ia tidak melarangmu, kecuali dari sesuatu yang merugikanmu.

Hendaklah senantiasa engkau meminta keridhaannya dengan menjaga kitab – kitab dan pakaian – pakaian serta semua peralatan belajarmu. Engkau mengaturnya ditempatnya dan tidak menghilangkan sesuatu pun darinya. Hendaklah engkau bersungguh – sungguh dalam membaca pelajaran – pelajaranmu.

Hendaklah engkau mengerjakan segala sesuatu di dalam dan di luar rumah yang menyenangkan hatinya dan janganlah memaksa ayahmu membelikan sesuatu untukmu. Janganlah mengganggu salah seorang dari saudaramu, laki – laki ataupun perempuan.

Apabila engkau menyenangkan kedua orang tuamu, maka Tuhanmu akan meridhaimu dan engkau pun akan hidup bahagia di dunia dan akhirat.

da seorang laki – laki mempunyai seorang anak yang keras kepala (bandel). Seringkali ayahnya melarangnya mengganggu binatang dan memanjat pohon, akan tetapi ia tidak mendengarkan perkataannya.

Pada suatu hari ia memukul seekor kucing. Maka kucing itu menggigit kakinya sehingga melukainya dan ia merasa sangat kesakitan. Ia tidak dapat tidur ataupun makan karena sangat sakit. Maka ayahnya memanggilkan dokter, dan menderita kerugian yang

anyak untuk biaya dokter dan harga obat – obatan. Akan tetapi ayahnya tidak memperdulikan hal itu, karena ia ingin anaknya lekas sembuh.

Beberapa waktu kemudian sembuhlah anaknya. Maka anak itu insaf dari kebiasaannya yang buruk dan berjanji kepada ayahnya untuk selalu melakukan nasihat – nasihatnya dan tidak menentangnya, sehingga ia selamat dari gangguan dan ia pun hidup senang.

saudara laki – laki dan saudara perempuanmu adalah orang – orang yang paling dekat kepadamu setelah kedua orang tuamu. Apabila engkau ingin ayah dan ibumu gembira terhadapmu, maka bersikaplah sopan terhadap mereka dengan menghormati saudara laki – lakimu yang lebih tua dan saudara perempuanmu yang lebih tua dan mencintai mereka dengan cinta yang tulus ikhlas. Engkau ikuti nasihat mereka.

Dan sayangilah saudara – saudara lakimu yang kecil dan saudara perempuanmu yang kecil serta cintailah mereka dengan cinta yang benar. Janganlah engkau mengganggu mereka dengan memukul atau memaki. Jangan memutuskan hubungan dengan mereka atau merusak mainannya, karena hal itu akan membuat marah kedua orang tuamu.

Begitu pula janganlah engkau bertengkar dengan saudara laki – laki ataupun perempuan bila hendak masuk ke kamar mandi atau menggunakan mainan ataupun duduk di atas kursi atau karena sesuatu hal lainnya. Hendaklah engkau bersabar dan selalu mengalah. Hal ini akan menyenangkan kedua orang tuamu dan mendapatkan keridhaan mereka.

Maafkanlah saudaramu jika ia bersalah dan tunjukkan kesalahan dengan lemah lembut agar ia tidak berbuat kesalahan sekali lagi. Jauhilah dari banyak bergurau, karena hal itu menyebabkan dendam dan permusuhan.

Ali dan Ahmad adalah dua bersaudara yang saling mencintai. Keduanya pergi ke sekolah bersama – sama. Keduanya saling membantu untuk menunaikan kewajiban mereka. Keduanya membaca pelajaran merekadi rumah dan di sekolah, dan bermain bersama – sama pada waktu bermain.

Pada suatu hari Ali membeli dua buah kitab, “BIMBINGAN AKHLAK” maka ia bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayahku, tolong beritahu aku dimana saudaraku Ahmad? Aku ingin menghadiahkan kepadanya sebuah dari kitab ini.” Ayahnya sangat bergembira dan memberitahukan bahwa saudaranya berada di ruang belajar.

Maka pergilah Ali dengan segera menuju ke ruang belajar, saat itu saudaranya sedang mengulangi pelajaran – pelajarannya. Ali member salam kepadanya dan memberinya buku. Ia tersenyum gembira, Ahmad menerimanya dengan mengucapkan terima kasih kepada saudaranya atas hadiahnya yang berharga.

Kemudian Ahmad memberikan kepada Ali sebuah kotak mungil tempat menyimpan pensil. Ia berkata, “ini hadiahku untukmu wahai saudarku yang mulia.” Ali senang sekali terhadap saudaranya dan gembira menerima kotak itu serta berterima kasih kepadanya.

Ketika guru mendengar cerita itu, ia sangat gembira terhadap kedua anak itu dan memuji mereka di hadapan murid – murid. Beliau berkata, “Wahai anak – anak, lihatlah kepada Ali dan Ahmad, alangkah berbahagianya mereka. Jadilah kalian semua seperti kedua saudara ini agar kalian hidup bahagia dan senang.”

Anak yang berakal dan tercinta, ialah yang menghormati para kerabatnya, seperti: Kakek, Nenek, Paman dan Bibi. Ia sangat mencintai mereka, oleh karena mereka mencitainya juga, dan mencintai kedua orangtuanya.

Ia selalu menyenangkan para kerabatnya dengan mematuhi perintah – perintah mereka serta menjenguk mereka dari waktu ke waktu, terutama pada waktu hari – hari raya. Atau bila salah seorang dari mereka menderita sakit atau melahirkan bayi, ataupun datang dari suatu bepergian.

Ia gembira bila mereka gembira dan bersedih bila mereka bersedih dan tidak bersikap kurang sopan kepada salah seorang dari mereka, karena hal itu akan membuat Allah marah dan membuat marah kedua orang tua dan para kerabatnya.

Anak ynag berakal, mencintai pula anak – anak para kerabatnya. Ia bermain bersama mereka dan menanyakan keadaan mereka bilamana ia tidak melihat mereka, dan ia tidak senang bertamasya kecuali bersama mereka.

Ia suka membantu mereka apabila mereka membutuhkan sesuatu dan tidak bertengkar atau memutuskan hubungan dengan mereka atau bersikap muram muka/cemberut terhadap mereka, tetapi ia tersenyum dan gembira bila berjumpa dengan mereka dan berbicara bersama mereka dengan pembicaraan yang baik.

Anak yang berbuat baik kepada para kerabatnya akan hidup tenang dan diberi Allah rezeki yang banyak serata dipanjangkan umurnya.

Musthafa adalah seorang anak yang kaya, tetapi ia rendah hati dan sopan santun. Ia tidak sombong kepada siapapun da ia suka membantu orang – orang yang membutuhkan, terutama sekali jika mereka dari kerabatnya.

Pada suatu hari musthafa melihat seorang kerabatnya, Yahya putra pamannya memakai baju robek. Maka hatinya merasa iba dan ia pun cepat – cepat pergi ke rumahnya dan mengambilkan baju baru. Kemudian ia memberikan kepada Yahya, dan berkata, “silahkan wahai anak pamanku tercinta, terimalah dariku hadiah ini.” Yahya menerimanya dan kedua matanya penuh air mata karena gembira dan senang serta berterima kasih banyak kepadanya atas kebaikannya.

Ketika ayah Musthafa mengetahui cerita ini, ia pun sangat gembira atas bantuannya kepada kerabatnya itu, dan memujinya atas kebaikan budinya.

Pelayanmulah yang bekerja di rumahmu dan mengaturkan perabotnya serta membersihkan halamannya dan menyapu lantainya. Ayahmu menyuruhnya dalam kebutuhan – kebutuhanya. Begitu pula pelayan perempuanmu. Dia lah yang memasak makananmu dan mencucikan pakaian – pakaianmu, membantu ibumu dalam pekerjaan – pekerjaannya dan pergi ke pasar setiap hari.

Maka wajiblah engkau menggunakan akhlak yang baik terhadap pelayan laki – laki dan pelayan perempuan. Apabila engkau menyuruh sesuatu kepada salah seorang dari mereka, maka berbicaralah padanya dengan lemah lembut dan janganlah mengganggunya atau bersikap sombong terhadapnya.

Apabila ia bersalah, janganlah engkau membentaknya, tetapi ingatkan dia atas kesalahannya dengan lemah lembut, dan maafkan dia. Apabila engkau bersalah, maka katakanlah yang sebenarnya dan janganlah menghubungkan kesalahan itu kepada pelayan.

Apabila engkau memanggilnya dan ia tidak menjawab dengan segera, maka janganlah marah kepadanya, karena mungkin saja ia tidak mendengar suaramu. Begitu pula jika engkau menyuruhnya untuk melakukan sesuatu lalu ia berlambat – lambat, maka jangan terburu – buru menegurnya, mungkin saja ia berhalangan.

Waspadalah jangan memukulnya atau memakinya atau meludahi wajahnya. Tidaklah seorang melakukan itu, kecuali anak yang buruk akhlaknya dan akan dibenci semua orang.

Janganlah duduk bersama pelayan dan jangan pula berbicara kepadanya kecuali seperlunya. Janganlah engkau bergurau bersamanya agar ia tidak berani kepadamu atau engkau mendengar perkataan yang tidak pantas darinya.

Salah seorang kaya mempunyai anak yang buruk kelakuannya. Ia suka membanggakan dirinya, gemar mengganggu orang lain, terutama pelayan.

Ayahnya sering menasihatinya, tetapi ia tidak mau mendengarkan nasihatnya.

Pada suatu hari, ayah berkata kepadanya, “Dengarlah wahai anakku, sebagaimana engkau tidak suka diganggu orang lain, maka janganlah engkau mengganggu orang lain. Karena mengganggu orang lain adalah kelakuan yang sangat buruk dan menunjukkan pendidikan yang buruk. Hati – hatilah agar tidak menghina para pelayan dan tidak bersikap sombong terhadap mereka. Mereka adalah manusia seperti kita dan mempunyai perasaan seperti perasaan kita juga.”

Ketika anak itu mendengar nasihat ayahnya pada kali ini, ia pun sangat terkesan dan bertaubat atas kebiasaannya yang buruk. Dan jadilah ia anak yang baik akhlaknya, kasihan kepada para pelayan serta tidak mengganggu mereka.

Ayah dan ibumu menyukai tetangga – tetangga mereka. Keduanya suka agar engkau menyukai mereka pula, karena mereka membantu kedua orang tuamu pada waktu ada keperluan. Ibumu kadang – kadang meminjam sebagian alat – alat dan barang pecah belah dari mereka, mereka pun meminjamkan barang – barang itu dengan senang hati.

Apabila seseorang di rumahmu sakit, maka tetanggamu datang untuk menjenguknya dan mendo’akan kesehatannya

Maka bersikaplah sopan santun terhadap tetangga – tetanggamu wahai anak, dan gembirakanlah hati mereka dengan menyukai anak – anak mereka, dan tersenyumlah dihadapan mereka, serta bermainlah dengan sopan bersama mereka.

Hati – hatilah, jangan engkau bertengkar dengan mereka atau mengambil mainan mereka tanpa seizin mereka atau membanggakan pakaian dan uangmu kepada mereka.

Apabila ibumu memberimu makanan atau buah – buahan, maka janganlah memakannya sendiri sedangkan anak – anak tetanggamu melihat kepadamu.

Hati – hatilah pula agar jangan mengejek tetangga – tetanggamu atau mengeraskan suaramu pada waktu mereka sedang tidur atau melempar rumah – rumah mereka, ataupun mengotori dinding – dinding dan halaman – halaman mereka, atau melihat kepada mereka dari lubang – lubang dinding dan pintu.

Hamid adalah anak yang baik hati dan sopan santun. Ia dicintai oleh keluarga dan tetangga – tetangganya, karena ia tidak mengganggu anak – anak mereka dan tidak bertengkar atau saling memaki terhadap mereka dan tidak pula memutuskan hubungan dengan seorang pun dari mereka.

Ia belajar bersama anak – anak tetangganya di satu sekolah. Setiap hari jika hendak pergi ke sekolah, ia berjalan bersama mereka. Begitu pula jika hendak pulang.

Pada waktu bermain ia bermain bersama mereka dan ia suka membantu orang – orang yang membutuhkannya dari mereka. Bila tidak melihat salah seorang dari mereka, ia menanyakannya. Apabila sakit, ia datang menjenguk ke rumahnya.

Demikianlah Hamid hidup bersama anak – anak tetangganya dalam keadaan senang dan gembira, bersatu dan penuh persahabatan, dengan sopan santun dan kebaikan hatinya.

Setiap murid haruslah selalu menyukai ketertiban dan kebersihan. Ia harus bangun dari tidurnya setiap pagi pada awal waktunya, lalu mandi dengan sabun, kemudian berwudhu dan shalat shubuh berjama’ah. Selesai shalat ia harus menjabat tangan kedua orangtuanya. Kemudian memakai seragam sekolah yang bersih dan rapi. Kemudian melihat pelajaran – pelajaran yang telah dibacanya sebelum tidur.

Sesudah makan pagi, ia harus mengatur alat – alatnya di dalam tas. Kemudian meminta izin kedua orang tuanya untuk pergi ke sekolah.

Seorang murid patutlah berjalan dengan lurus. Ia tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa keperluan. Ia tidak boleh bertingkah dengan gerakan yang tidak pantas. Ia tidak patut berjalan dengan terlampau cepat dan tidak boleh berjalan lamabt. Ia tidak boleh makan atau bernyanyi ataupun membaca kitabnya sambil berjalan.

Ia harus menghindari lumpur dan kotoran agar tidak jatuh atau kotor bajunya. Ia harus menghindari jalanan yang sempit dan penuh sesak agar tidak bertabrakan dengan seseorang atau kehilangan sesuatu alatnya. Ia tidak boleh berhenti di jalan untuk mencampuri urusan orang lain atau menghentikan salah seorang temannya, supaya tidak terlambat dari waktu sekolah yang telah ditentukan.

Ia tidak boleh bergurau apabila berjalan bersama teman – temannya dan tidak boleh mengeraskan suaranya ketika berbicara atau tertawa, dan tidak boleh mengejek seseorang. Semua itu buruk sekali dan tidak pantas bagi seorang murid yang berpendidikan.

Ia tidak boleh lupa mengucapkan salam kepada siapapun yang ia jumpai di jalan, khususnya bila orang itu adalah ayah atau gurunya.

Apabila murid sampai ke sekolahnya, ia harus menyeka sepatunya dengan kain penyeka. Kemudian ia harus pergi ke kelasnya, lalu membuka pintunya dengan perlahan – lahan. Ia wajib masuk dengan sopan dan member salam kepada teman – temannya dan menjabat tangan mereka. Ia patut tersenyum sambil berkata, “Selamat pagi dan bahagia.” Kemudian ia harus meletakkan tasnya di laci bangkunya. Jika datang gurunya, ia harus berdiri dari tempatnya, dan menyambutnya dengan penuh kesopanan dan penghormatan, serta menjabat tangannya.

Ketika bel berbunyi ia berdiri bersama teman – temannyadi dalam barisan dengan tegap. Ia tidak boleh berbicara atau bermain bersama mereka. Kemudian ia langsung memasuki kelasnya dengan tenang setelah mendapat isyarat dari gurunya. Maka ia pun harus menuju ke tempat duduknya dan duduk dengan baik, yaitu duduk tegak dan tidak membengkokkan punggungnya, tidak menggerakkan kedua kakinya, tidak mendesak lainnya, tidak meletakkan kaki yang satu diatas kaki yang lain, tidak mempermainkan tangannya dan tidak meletakkan tangannya dibawa pipinya.

Hendaklah ia diam mendengarkan pelajaran, dan tidak menoleh ke kanan serta ke kiri, tetapi menghadap gurunya. Hendaklah ia tidak berbicara dengan seseorang atau membuatnya tertawa, karena hal itu mencegahnya dari memahami pelajaran dan mencegah orang lain memahaminya sehingga guru akan marah kepadanya. Apabila ia tidak memahami pelajaran – pelajarannya, maka pastilah ia akan gagal dalam ujian.

Setiap murid haruslah memelihara alat – alatnya dengan mengaturnya semua di tempatnya agar tidak rusak atau hilang ataupun kotor. Jika ia tidak mengaturnya, tentu ia akan susah kalau menghendaki sesuatu daripadanya. Waktunya akan habis untuk mencari. Patutlah ia member sampul kitab – kitabnya dan buku – buku tulisnya agar tidak robek atau kotor. Hendaklah ia waspada untuk tidak menjilat jari – jarinya, jika ia ingin membolak balik kertas – kertas kitab dan buku tulisnya, karena hal itu adalah kebiasaan yang buruk, bertentangan dengan sopan santun dan membahayakan kesehatan.

Seorang murid harus pula memelihara pensilnya agar tidak jatuh dan patah. Jika ia ingin meruncingkannya, janganlah ia meruncingkannya di bangku atau lantai ataupun dengan sampul buku tulisnya dan kitabnya. Akan tetapi ia harus memakai alat peruncing/peraut. Janganlah ia menghisap pena dengan kedua bibirnya atau menghapus tulisannya dengan air ludahnya, tetapi dengan alat penghapus (setip). Janganlah ia mengeringkan tinta dengan bajunya, tetapi hendaklah ia menggunakan kain pengering.

Sebagaimana seorang murid harus memelihara alat – alat belajarnya, ia pun harus memelihara alat – alat sekolah dengan tidak merusak atau mengotori bangku – bangku dan meja serta kursi – kursi. Hendaklah ia tidak menulis di atas dinding – dinding sekolah dan pintu – pintunya, serta tidak memecahkan kaca – kacanya.

Hendaklah ia tidak mengotori lantai dengan meludah atau membuang ingus di atasnya ataupun membuang bekas rautan pensil yang diruncingkan dan potongan – potongan kertas di atasnya. Akan tetapi hendaklah ia membuangnya di dalam keranjang khusus. Hendaklah ia tidak mempermainkan bel sekolah dan tidak menulis di papan tulisnya atau merusakkan penghapusnya.

Wahai murid yang sopan! Sesungguhnya gurumu banyak merasakan payah dalam mendidikmu. Ia mendidik akhlakmu dan mengajari ilmu yang berguna bagimu dan menasihatimu dengan nasihat – nasihat yang berguna. Semua itu dilakukan karena ia sangat mencintaimu sebagaimana ayah dan ibumu mencintaimu. Gurumu berharap di masa depanmu engkau menjadi seorang yang pandai dan berpendidikan.

Hormatilah gurumu sebagaimana engkau menghormati kedua orang tuamu, dengan duduk sopan di depannya dan berbicara kepadanya dengan penuh hormat. Apabila ia berbicara, maka janganlah memutuskan pembicaraannya, tetapi tunggulah hingga ia selesai darinya.

Dengarkanlah pelajaran – pelajaran yang diberikan oleh guru. Jika engkau tidak memahami sesuatu dari pelajaran – pelajaranmu, maka bertanyalah kepadanya dengan lemah lembut dan hormat, dengan mengangkat jarimu lebih dahulu sehingga ia mengizinkan engkau bertanya. Apabila ia bertanya kepadamu tentang sesuatu, maka berdirilah dan jawablah pertanyaan dengan jawaban yang baik. Dan engkau tidak boleh menjawab jika ia bertanya kepada selainmu, maka ini tidak sopan.

Apabila engkau ingin dicintai gurumu, maka laksanakanlah kewajiban – kewajibanmu, yaitu engkau tetap hadir setiap hari dalam waktu yang ditentukan. Maka janganlah absen atau dating terlambat, kecuali bila ada halangan yang benar. Hendaklah engkau segera masuk ke dalam kelas sesudah istirahat. Janganlah suka terlambat. Jika gurumu menegurmu, janganlah engkau beralasan dihadapannya dengan alasan – alasan yang tidak benar.

Hendaklah engkau memahami seluruh pelajaranmu dan selalu menghafal serta mempelajarinya. Hendaklah engkau memperhatikan kebersihan kitab – kitab dan alat – alatmu serta ketertibannya. Hendaklah engkau tunduk kepada perintah – perintah guru dari hatimu, bukan karena takut hukuman. Janganlah engkau marah jika ia menghukummu, karena ia tidak akan menghukummu, kecuali agar engkau melaksanakan kewajiban – kewajibanmu, dan jika engkau sudah besar, engkau akan berterima kasih kepadanya atas hal itu.

Walaupun ia menghukummu, gurumu tetap mencintaimu dan berharap agar hukuman ini berguna bagimu. Oleh karena itu, berterima kasihlah kepada guru atas keikhlasannya dalam mendidikmu dan janganlah melupakan kebaikannya selama – lamanya. Adapun murid yang rusak akhlaknya, maka ia pun marah jika gurunya menghukumnya, kadang – kadang ia mengadukan hal itu kepada ayahnya.

Wahai murid yang cerdas! Engkau belajar bersama teman – temanmu di satu sekolah dan engkau pun hidup bersama saudara – saudaramu dalam satu rumah. Oleh karena itu cintailah mereka sebagaimana engkau mencintai saudara – saudaramu. Hormatilah orang yang lebih tua darimu dan sayangilah anak yang lebih muda darimu, hendaklah engkau membantu teman – temanmu untuk mendengar keterangan guru pada waktu pelajaran dan memelihara tata tertib.

Pada waktu istirahat bermainlah bersama mereka di halaman, bukan di dalam kelas. Jauhilah pemutusan hubungan dan pertengkaran, dan teriakan serta permainan yang tidak pantas bagimu.

Apabila engkau ingin dicintai di antara teman – temanmu, maka janganlah kikir terhadap mereka jika mereka meminjam sesuatu darimu, karena sifat kikir itu buruk sekali. Janganlah sombong terhadap mereka jika engkau seorang anak yang pandai atau rajin ataupun kaya, karena kesombongan bukanlah dari akhlak anak – anak yang baik. Akan tetapi jika engkau melihat seorang murid yang malas, maka nasihatilah dia supaya ia bersungguh – sungguh dan meninggalkan kemalasanya. Atau anak yang bodoh, maka bantulah dia untuk memahami pelajaran – pelajarannya. Atau anak yang miskin, sayangilah dan bantulah dia dengan apa yang engkau dapat membantunya.

Janganlah mengganggu temanmu dengan menyempitkan tempat duduknya atau menyembunyikan sebagian peralatannya ataupun memalingkan pipimu kepadanya atau memandang kepadanya dengan pandangan tajam atau berburuk sangka kepadanya.

Jangan pula mengganggu dengan meneriakinya dari belakang agar ia terkejut, atau meniup ditelinganya atau berteriak di telinganya. Apabila engkau meminjam sesuatu darinya, maka janganlah merusakkan atau menghilangkan atau mengotorkannya. Kembalikanlah barang itu segera kepadanya dan berterima kasihlah atas kebaikannya.

Jika engkau berbicara dengan temanmu, maka berbicaralah dengan lemah lembut dan tersenyum. Janganlah mengeraskan suaramu atau bermuka cemberut. Janganlah marah, dengki dan berkata buruk. Janganlah berdusta, mencaci dan mengadu domba. Janganlah bersumpah pada waktu berbicara, walaupun engkau benar.

Wahai anak yang cerdas! Apabila engkau meminta sesuatu dari seseorang, janganlah mengatakan kepadanya: berilah itu, lakukan begini, misalnya. Akan tetapi, gunakanlah kesopanan dan katakanlah: silakan, atau tolong lakukan begini. Kemudian berterima kasih kepadanya atas bantuannya bagimu dengan mengucpkan: terima kasih, atau saya ucapkan terima kasih kepadamu, atau semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.

Apabila seseorang berbicara kepadamu, maka dengarkanlah kepadanya. Janganlah memutuskan pembicaraannya, tetapi tunggulah sampai ia selesai darinya. Apabila ia menyampaikan perkataan kepadamu atau bercerita, sedangkan engkau telah mendengar cerita itu, maka janganlah engkau mengatakan kepadanya, “Aku telah mendengar cerita ini.” Agar tidak patah hatinya.

Peliharalah kebersihan gigimu dengan menggunakan siwak atau sikat gigi setiap hari, hingga tetap bersih atau tidak rusak. Janganlah engkau menghisap jarimu atau menggigit kuku – kukumu dengan gigi – gigimu atau memasukkan jarimu di dalam hidungmu atau telingamu, terutama dihadapan orang – orang.

Termasuk kebiasaan – kebiasaan buruk adalah, bila anak menyelidiki rahasia – rahasia orang lain. Jika melihat surat yang bukan miliknya, ia membacanya, atau melihat seseorang membaca surat, ia bertanya kepadanya darimana surat itu dan apa isinya? Atau ia menjumpai dua orang berbicara di dekatnya, lalu ia mendekati kedua orang tua itu untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

Termasuk kebiasaan – kebiasaan buruk pula adalah bila murid memakai kitab anak lain atau pensilnya tanpa seizinnya atau menemukan sesuatu yang hilang di jalan, lalu memilikinya. Ia wajib mengembalikannya kepada pemiliknya. Dan juga bila ia meminjam sesuatu, lalu merusakkannya atau tidak ingin mengembalikannya kepada pemiliknya.

Termasuk kebiasaan – kebiasaan yang tidak disukai pula, apabila seorang anak ditanyai, lalu ia menjawab dengan menggerakkan kepalanya atau bahunya, atau segera menjawab, padahal yang ditanya adalah orang lain.

Adalah merupakan perbuatan tercela bila seseorang anak tidak memotong rambutnya atau mencukurnya ataupun menyisirnya, sehingga menjadi panjang dan buruk pemandangannya. Juga bila ia tidak menggunting kuku – kukunya, sehingga menumpuk kotoran – kotoran di bawahnya dan jika ia tidak mandi atau tidak mengganti bajunya sehingga keluar bau busuk darinya.

Janganlah bermain sesuatu yang membahayakanmu seperti: tanah, api, dan kotoran – kotoran. Terkadang anak bermain korek api sehingga api menyala di pakaiannya dan membakar tubuhnya, atau bermain dengan kotoran – kotoran sehingga terkena kudis dan gatal – gatal.

Peliharalah kesehatanmu dengan berolah raga di udara bersih setiap pagi agar sehat tubuhmu, karena akal yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat. Hiruplah udara dengan hidungmu, bukan dengan mulutmu. Jauhilah udara yang kotor.

Jangan memakan makanan yang terbuka, mungkin saja cecak atau tikus ataupun serangga – serangga lainnya telah berjalan di atasnya. Janganlah memakan buah yang mentah atau busuk. Makanlah buah yang masak setelah mencucinya baik – baik dan jangan meminum air yang keruh. Jangan biarkan nyamuk menggigitmu. Hindarilah lalat dan usirlah ia dari wajahmu. Janganlah memakan makanan yang dihinggapinya dan jangan pula makan seperti anak – anak rakus yang makan dari makanan – makanan yang dijual di jalan – jalan, dalam piring yang kotor dan dibiarkan terkena debu – debu dan lalat – lalat.

Termasuk kebiasaan – kebiasaan yang merugikan pula adalah berlebih – lebihan dan pemborosan. Misalnya: jika ayah memeberikan anaknya beberapa rupiah, ia membeli barang – barang yang tidak berguna baginya atau tidak membutuhakannya benar – benar. Maka ia terpak sa berhutang dari teman – temannya, bila membutuhkan sesuatu dan mebiasakan berhutang sejak kecilnya.

Adapun anak yang berakal, maka ia suka menabung dan menyimpan, untuk ia tidak perlu berhutang, maka ia akan hidup senang dan gembira.