1. Wahal anak tercinta sesungguhnya akhiak yang baik Itu menyebabkan kebahagiaan bagimu di dunia dan akhirat. Tuhanmu ridha kepadamu, Engkau dicintai oleh keluargamu dan semua orang, sedangkan engkau hidup di antara mereka secara terhormat. Kebalikannya adalah akhlak yang buruk. Ia adalah sumber (penyebab) kesengsaraarmu di dunia dan akhirat.

 

Allah membencimu, engkau dibenci keluargamu dan semua Orang, dan engkau hidup di antara mereka dalam keadaan hina.

 

  1. Maka hendaklah engkau memiliki akhlak mulia dan adab yang baik semenjak kecilmu agar engkau dibesarkan dan terbiasa dalam keadaan itu pada waktu besar. Engkau harus lebih dulu memaksakan dirimu atas hal itu hingga ia menjadi watak pada akhirnya.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Telah beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan telah merugilah orang yang mengotorinya” (Asy Syams – 9).

 

Nabi SAW. bersabda: “Yang terbanyak memasukkan manusia ke dalam surga adalah ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik. Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. Sungguh orang mukmin bisa mencapai derajat seperti orang yang berpuasa dan bershalat dengan akhlaknya yang baik.”

 

  1. Sesungguhnya orang-orang tidak melihat kepada ketampanan wajahmu maupun kebaruan bajumu, tetapi mereka melihat kepada akhlakmu.

 

Sebagaimana kata penyair :

 

Janganlah kamu melihat baju seseorang

jika kamu ingin mengenalnya, lihatlah adabnya.

Jika kayu gaharu tidak semerbak baunya

tidaklah orang bisa membedakan antara gaharu dan kayu.

 

Penyair lain berkata :

 

Tidaklah bermanfaat bagi pemuda wajahnya yang tampan apabila akhlaknya tidak balik.

 

Begitu pula Ilmu tidak bermanfaat bila disertai akhlak yang buruk. Orang berilmu yang buruk akhlaknya lebih dibenci oleh masyarakat daripada orang yang bodoh. Hendaklah engkau memperhatikan pendidikan akhlakmu sebagaimana engkau memperhatikan menuntut ilmu-ilmu dan pengetahuan.

 

  1. Apabila anak sudah dewasa dan terbiasa dengan akhlak yang buruk, maka sulit sekali untuk mendidik dan memperbaikinya. Kadangkala hal itu tidak mungkin terwujud sama sekali.

 

Sebagaimana kata penyair :

 

Kadangkala adab itu bermanfaat bagi anak-anak pada waktu kecil tetapi sesudah itu tidaklah bermanfaat adab. itu baginya

Sesungguhnya ranting yang lunak akan lurus jika engkau meluruskannya dan tidaklah kayu menjadi lunak walaupun engkau meluruskannya.

 

5, Wahai murid tercinta ! engkau telah membaca jilid pertama dari buku ini dan mendapat manfaat darinya. Di hadapanmu adalah jilid kedua, maka pahamilah baik-baik dan amalkanlah isinya agar engkau menjadi orang yang beruntung dan baik akhlakmu serta terdidik jiwamu sehingga engkau peroleh kebaikan di dalam dunia dan agama.

  1. Wahai anak yang beradab Allah Ta’ala telah mengaruniaimu kenikmatan yang banyak, la menjadikan kamu setelah dahulu tidak ada. Allah memberimu akal dan menunjukimu kepada agama Islam yang merupakan kenikmatan terbesar. Allah memberimu kenikmatan berupa pendengaran, penglihatan dan lidah serta kedua tangan dan kedua kaki. Allah menciptakanmu sebagai manusia sempurna dalam bentuk yang terbaik. Allah Ta’ala berfirman: ”Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya” (At Tiin: 4). Allah memberimu keadaan sehat walafiat. Allah menanamkan kasih sayang bagimu dalam hati ibu bapakmu hingga mereka memeliharamu dengan sempurna dan Ia menjadikan kamu mencintai gurumu hingga ia mengajarimu ilmu yang berguna bagimu dalam agama dan dunia serta banyak lagi kenikmatan Allah Ta’ala bagimu yang tak terbilang. “Dan jika kamu menghitung kenikmatan Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya” (An-Nahl: 18).

 

  1. Engkau harus bersyukur kepada Tuhanmu atas kenikmatan-kenikmatan-Nya dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta mengaGungkan-Nya dari lubuk hatimu. Maka janganlah berbuat buruk walaupun engkau berada sendirian. Dalam hadits dikatakan: “Takutlah kepada Allah di mana pun engkau berada.” Hendaklah engkau mencintai Tuhanmu lebih banyak daripada kecintaanmu kepada ibu bapakmu dan dirimu sendiri. Hendaklah engkau mencintai pula semua Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Nabi-Nabi-Nya dan hamba-hamba-Nya yang shalih, karena Allah Ta’ala mencintai mereka.

 

  1. Engkau wajib pula meminta tolong kepada-Nya dalam berbagai keperluanmu dan bertawakkal kepada-Nya dalam urusan-urusanmu. Allah Ta’ala berfirman: “Dan kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” (Al-Maa Idah. 23).

 

Dalam hadits Ibnu Abbas ra disebutkan bahwa Nabi SAW, berkata kepadanya: “Hal anak, aku ajari kamu beberapa kalimat.

 

Peliharalah (agama) Allah, niscaya Allah memeliharamu.

Peliharalah (agama) Allah, niscaya engkau mendapati Pertolongan-Nya di hadapanmu, Apabila engkau memohon, maka mohonlah kepada Allah,

Apabila engkau meminta pertolongan, maka minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu sesuatu manfaat, maka mereka tidak bisa memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu.

Pena-pena Malaikat yang menulis takdir Allah telah diangkat dan lembaran-lembaran yang tertulis takdir Allah telah kering dan seandainya mereka berkumpul untuk membahayakanmu, maka mereka tidak bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah kepadamu.”

 

  1. Apabila engkau bersyukur kepada Tuhanmu maka Allah menambah kenikmatan-Nya bagimu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya yang mulia: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu” (Ibrahim: 7).

 

Dan Allah melindungimu dari berbagai musibah dan mewujudkan keinginan yang engkau harapkan. Tuhanmu Allah SWT. akan mencintaimu aan menjadikan para manusia mencintaimu.

 

Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (Maryam: 96).

 

Yakni Allah mencintai mereka dan menjadikan orang-orang mencintai mereka. Dalam hadits disebutkan: “Apabila Allah Ta’ala mencintai seorang hamba, Dias menyeru Jibril as, sesungguhnya Allah telah mencintai si ‘ Fulan, maka cintallah dia, maka Jibril mencintainya. Kemudian Jibril berseru di langit: sesungguhnya Allah telah mencintai si Fulan, maka cintailah la, maka penghuni langit pun mencintainya dan diletakkanlah kecintaan kepadanya pada penghuni bumi.”

 

Ada seorang guru yang lebih mencintai salah seorang muridnya saja daripada murid-muridnya yang lain. Mereka merasa heran atas hal itu. Mereka berkata, “Mengapa guru kita ini lebih mencintai murid yang ini daripada kami?” Maka sang guru pun ingin menunjukkan sebabnya. Ia memberi Kepada mereka masing-masing seekor ayam. Lalu ia berkata, “Hendaklah masing-masing kalian menyendiri di suatu tempat dan menyembelih ayam agar tidak terlihat oleh seorang pun.” Semua murid pun mematuhi perintah guru itu, kecuali murid itu saja. la mengembalikan ayam itu. Kemudian gurunya berkata kepadanya, “Mengapa engkau tidak menyembelih “ayammu seperti yang dilakukan oleh teman-temanmu?” Anak itu menjawab, “Karena saya tidak “bisa menyendiri di suatu tempat tanpa terlihat oleh seorang pun. Sesungguhnya Allah melihatku di setiap tempat. Kemudian guru itu berkata kepada murid-murid, “Lihatlah kepada murid ini, ia takut kepada Allah dan tidak melupakanNya di tempat mana pun. Itulah sebabnya saya lebih mencintainya daripada kalian. Tidaklah diragukan bahwa jika sudah besar, ia menjadi orang yang shalih dan taat kepada Tuhannya di setiap waktu.”

 

  1. Ketahuilah bahwa Nabi SAW. mempunyai hak yang besar padamu, dan haknya adalah yang terbesar sesudah hak Allah Ta’ala. Adab terhadap beliau adalah adab yang paling kuat dan paling wajib. Beliau membawa agama Islam, dan dengan perantaraannya engkau dapat mengenal Tuhanmu dan dapat membedakan antara yang halal dan yang haram. Engkau tidak bisa membalas jasanya untuk selama-lamanya. . Maka wajiblah engkau mencintainya dengan kecintaan yan sangat. Dalam hadits: “Tidaklah beriman seseorang diantara kamu hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya dan ayahnya serta orang-orang semuanya.”

 

  1. Tanda kecintaanmu kepada Tuhanmu adalah engkau mencintai Nabimu dan mengikutinya dalam perikehidupannya. Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah menCintai kamu” (Ali-Imran: 31).

 

Engkau cintai pula keluarganya (ahli baitnya) dan para sahabatnya serta seluruh umatnya. Dalam hadits dikatakan: “Cintailah Allah karena memberimu dari nikmat-nikmatNya, dan cintailah aku (Nabi Muhammad) karena cintamu kepada Allah, dan cintailah keluargaku demi mencintai aku.”

 

Dalam hadits lain: “Peliharalah aku mengenali para sahabatku. Janganlah kamu jadikan mereka sasaran (caci maki) sesudan aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka dengan mencintai aku, akupun mencintai mereka. Dan barang siapa membenci mereka, maka dengan membenci aku, akupun membenci mereka.”

 

Dalam hadits lain: “Tidaklah seseorang dari kamu beriman hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”

 

  1. Menta’ati Nabi SAW. dalam semua perintahnya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa menta’ati Rasul, ia pun telah menta’ati Allah” (An-Nisaa’: 80). “Apa yang diberikan Rasul hendaklah kamu ambil. Dan apa yang dilarangnya terhadap kamu maka tinggalkanlah” (Al-Hasyr: 7).

 

Termasuk keta’atan kepadanya adalah engkau bela agamanya dengan perkataan dan perbuatanmu.

 

Engkau bela syari’atnya dengan segenap kemampuanmu dan mengucapkan shalawat kepadanya sebagaimana diperintahkan Allah kepadamu dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Al-Ahzab: 56).

 

Terutama di malam Jum’at dan pada hari Jum’atnya sebagaimana dalam hadits dikatakan: “Perbanyaklah bersnalawat untukku di hari Jum’at dan malam Jum’at. Barangsiapa melakukan itu, maka aku menjadi saksi dan memberi syafa’at baginya pada hari kiamat.”

 

  1. Nabi SAW. adalah manusia yang terbaik akhlaknya. Allah Ta’ala telah memujinya dengan firman-Nya: “Sungguh engkau seorang yang memiliki budi pekerti yang agung” (Al-Qalam: 4).

 

Allah Ta’ala menjadikannya sebagai teladan bagi kaum muslimin dalam perkataan dan perbuatannya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Adalah bagi kamu dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik” (Al-Ahzab: 21).

 

Allah telah mengutusnya untuk menyempurnakan adab dan akhlak.

 

Dalam hadits: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

 

  1. Termasuk akhlaknya adalah kesucian diri dan rasa puasnya dengan apa yang ada (qana’ah). Beliau menerima pakaian dan makanan yang ada dan tidak menanyakan yang tidak ada. Beliau tidak mencela suatu makanan sama sekali. Akan tetapi jika disukainya, beliau memakannya. Dan jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. Beliau tidak menyuruh orang lain membencinya dan tidak meminta apa-apa dari seseorang. Beliau tidak memandang (mengharap) milik orang lain. Beliau seorang pemaaf yang tidak marah. Beliau bersabar atas cobaan dan gangguan yang menimpanya. Beliau memaafkan orang yang menyakiti hatinya dan rendah hati terhadap anak kecil maupun orang dewasa. Termasuk kerendahan hatinya adalah apabila beliau berjalan melewati anak-anak kecil, maka beliau memberi salam kepada mereka. Apabila seseorang memanggilnya, maka beliau menjawabnya dengan perkataan: “Labbaik.” Beliau tidak suka seseorang bangun dari tempat duduknya untuk menyambutnya. Beliau menjahit bajunya, memperbaiki sandainya, menyapu rumahnya dan melayani keluarganya. Beliau membeli sesuatu, lalu membawanya sendiri ke rumahnya. Kemudian sahabatnya berkata kepadanya, “Berikan kepadaku agar aku membawanya.” Maka beliau berkata, “Pemilik sesuatu lebih pantas untuk membawanya.”

 

  1. Termasuk akhlaknya adalah keberanian. Orang yang pemberani mendekatinya pada waktu perang karena beliau dekat dari musuh. Teguh di atas prinsip, sabar dalam menunaikan kewajiban, meskipun ada hambatan-hambatan yang berat dan gangguan-gangguan yang besar. Berkata benar dan bersikap jujur dalam semua perkataan dan perbuatannya hingga beliau tersohor di antara kaumnya dengan julukan Muhammad Al-Amien (Yang jujur).

 

4, Beliau sangat takut kepada Allah Ta’ala, memiliki banyak rasa malu, besar kasih sayangnya dan tidak mengganggu manusia maupun hewan serta mengasihani kaum fakir miskin. Beliau banyak bersedekah kepada mereka, dan memenuhi panggilan mereka jika mereka memanggilnya. Beliau makan bersama mereka dan menjenguk orang yang sakit di antara mereka. Beliau orang yang paling pemurah dan tidak menolak orang yang meminta sesuatu darinya. Apabila tidak menemukan sesuatu padanya beliau. berjanji untuk memberinya di lain waktu. Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki kepadanya meminta sesuatu. Maka beliau memberinya kambing yang banyak, menutupi di antara dua celah gunung, kemudian ia kembali kepada kaumnya dan berkata, “Masuklah kamu ke dalam agama Islam. Sesungguhnya Muhammad memberi pemberian sebagai orang yang tak takut miskin.”

 

  1. Beliau menyayangi pelayan dan tidak pemah membentak seorang pelayan pun. Beliau menyuruh memaafkan pelayan apabila bersalah. Beliau mengasihi anak-anak kecil dan memberi salam kepada mereka. Apabila sedang mengerjakan shalat dan mendengar anak kecil menangis, beliau meringankan shalatnya. Pada suatu hari masuklah Sayyidina Hasan r.a. yang masih kecil ketika Nabi SAW. sedang shalat. Kemudian ia menaiki punggung beliau di saat beliau sedang sujud. Maka beliaw pun melambatkan sujudnya karena sayang kepadanya hingga ia turun dari punggung beliau, Adalah Anas bin Malik r.a. mempunyai seorang saudara laki-laki bernama Abu Umair yang mempunyai seekor burung kecil berparuh merah sebagai teman bermainnya. Kemudian burung itu mati. Pada suatu hari Nabi SAW. datang menemuinya. Beliau melihat anak itu bersedih. Maka beliau berkata, “Kenapa dia?” Ada yang menjawab, “Burungnya mati.” Maka beliau pun berkata, “Hai Aba Umair, apa yang dilakukan Nughair?”

 

  1. Adalah Nabi SAW. berlaku baik kepada para sahabatnya. Beliau tersenyum dan bersikap ramah terhadap mereka dan memulai salam serta berjabat tangan dengan mereka. Beliau mengutamakan mereka daripada dirinya sendiri hingga mereka lebih mencintainya daripada diri dan anak-anak mereka. Beliau menghormati tetangga dan menyuruh berbuat baik kepadanya. Pada suatu hari beliau berkata kepada salah seorang sahabatnya, “Apabila engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetangga-tetanggamu.” Beliau menghormati tamu dan berbuat baik kepada para kerabatnya. Ketika datang kepadanya wanita yang menyusuinya Sayyidah Halimah As-Sa’diyah r.a. di saat beliau sedang duduk, maka beliau menggelar kain serbannya dan memenuhi keperluannya. Nabi SAW. menghormati pamannya Al-Abbas seperti penghormatan terhadap ayah dan ibu.

 

  1. Nabi SAW. mengingat masa persahabatan yang lama dan beliau bersabda: “Sesungguhnya memelihara persahabatan termasuk pengamalan iman.” Sesudah wafat Sayyidah Chadidjah r.a. apabila beliau menyembelih seekor kambing, maka dibagikannya dagingnya kepada teman-temannya. Apabila beliau diberi hadiah maka beliau berkata, “Bawalah ia ke rumah si Fulanah. la adalah teman Chadidjah.” Bilamana tidak menjumpai salah seorang sahabatnya selama 3 hari, beliau menanyakannya. Jika ia pergi jauh, maka beliau mendo’akannya. Jika ia berada di rumah, beliau mengunjunginya dan jika ia sakit, maka beliau menjenguknya. Apabila menjanjikan sesuatu, beliau menepatinya. Beliau melarang keras pelanggaran janji. Beliau suka mengatur pekerjaan-pekerjaannya dan menyempurnakannya. Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kebaikan atas segala sesuatu.” Beliau menyukai pula kebersihan dalam segala sesuatu: makanan, pakaian dan tempat tinggalnya serta menyuruh memelihara kebersihan. Beliau bersabda dalam haditsnya: “Kebersihan itu termasuk pengamalan Iman.”

 

  1. Adalah Nabi SAW. pada waktu berjalan tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Apabila makan, beliau tidak makan sampai kenyang. Allah Ta’ala berfirman: “Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih lebihan” (Al A’raaf – 31).

 

Pada waktu bicara beliau hanya bicara seperlunya. Beliau bersabda: “Siapa yang diam, ia pun selamat.”

 

Beliau memelihara waktu-waktunya dan menghabiskan seluruhnya dalam menta’ati Tuhannya.

 

Dalam hadits: “Adalah Nabi SAW. menyebut nama Allah dalam seluruh waktunya, dan shalat -di tengah malam hingga pecah-pecah kedua telapak kakinya.”

 

 

  1. Kedua orang tuamu sangat mencintaimu dan menyebabkan keberadaanmu. Keduanya amat payah memeliharamu. Akan tetapi keduanya gembira atas hal itu. Ibumu mengandungmu di dalam perutnya selama 9 bulan, kemudian menyusuimu dan sabar menanggung kepayahan hamil dan menyusui. Ia memperhatikan kebersihan tubuh dan bajumu, dan membuat pakaianmu yang halus serta mengatur. tempat tidurmu yang bersih. Ia mengusir nyamuk darimu agar engkau bisa tidur dengan tenang dan memeliharamu dalam setiap waktu dari segala sesuatu yang mengganggumu pada waktu engkau berjalan atau duduk, atau bermain ataupun tidur. Dialah yang menyiapkan makananmu dan mengajarimu berjalan dan berbicara. Alangkah sangat gembiranya bilamana engkau mulai berjalan atau berbicara.

 

  1. Setiap hari ayahmu keluar dari rumah. Ia. bersabar atas kepayahan, panas dan dingin, untuk memperoleh harta yang akan dibelanjakannya untuk kepentinganmu, ibumu dan seluruh keluargamu. Maka ia membelikan bagimu pakaian dan makanan serta segala sesuatu yang engkau perlukan seperti alat-alat sekolah dan lain-lainnya. Apabila engkau meminta sesuatu yang bermanfaat bagimu ia pun tidak menghalangimu darinya dan memberimu apa yang engkau inginkan dengan amat gembira.

 

  1. Ayahmu juga ingin agar engkau hidup sehat jasmani, selamat dari gangguan dan penyakit. Oleh karena itu ia mencegah darimu segala sesuatu yang membahayakanmu dan menyuruhmu untuk memelihara kesehatan. Ia ingin agar engkau tumbuh dalam akhlak yang luhur dan adab yang sempurna, Oleh karena itu ia melarangmu bergaul dengan Orang-orang jahat dan ingin agar di masa mendatang engkau menjadi seorang laki-laki sempurna dalam ilmu, terdidik dalam akhlak, berpegang pada agama, dihargai diantara orang-orang, dan bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Oleh karena itu ia memasukkanmu dalam sekolah dan membiayai pendidikanmu.

 

  1. Sesungguhnya kedua orang tuamu sangat mengasihimu. Oleh karena itu, jika engkau sakit, keduanya sangat sedih atas dirimu dan mencurahkan tenaga mereka bagi keselamatanmu. Keduanya berdo’a kepada Allah siang dan malam agar engkau cepat sembuh. Ibumu tidak tidur semalaman untuk menjagamu. la menangis dengan air. matanya yang deras, karena kasihan kepadamu. Ayahmu memanggil dokter dan membeli obat-obatan untukmu. Ia tidaklah perduli mengeluarkan banyak uang demi kesehatanmu yang mahal.

 

Wahai anak tercinta ! engkau telah mengetahui kadar kecintaan ibu bapakmu terhadapmu dan apa yang dilakukannya demi pemeliharaanmu. Maka wajiblah engkau membalas kebaikan ini dengan kebaikan serta berbakti kepada keduanya.

 

Walaupun begitu dapat engkau saksikan keutamaan. dan jasa dari keduanya. Engkau akui bahwa engkau tidak bisa memenuhi hak-hak mereka dengan sempurna.

 

Maka kerjakanlah nasihat-nasihat ini:

 

  1. Engkau cintai kedua orang tuamu dari lubuk hatimu dan hormati mereka dengan penuh penghormatan. Engkau perlakukan mereka berdua dengan segala sesuatu yang menggembirakan hatinya dan engkau hindarkan sesuatu apa pun yang menyusahkan kedua orang tua. Engkau dengarkan nasihat-nasihat kedua orang tua dan segera mematuhi perintah-perintahnya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Engkau jabat tangan kedua orang tuamu setiap pagi dan sore dan menghadapi mereka dengan wajah berseriseri serta do’akan mereka agar diberi panjang umur dalam kebaikan dan kesehatan, dan tercapai cita-cita mereka. Engkau do’akan agar Allah membalas kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya atas pemeliharaan mereka yang baik.

 

  1. Hendaklah engkau ketahui bahwa hidup ibu bapakmu merupakan kenikmatan besar dari Allah bagimu dan berkah serta rahmat bagimu yang engkau nikmati dengan memandang kepada mereka. Dalam hal itu terdapat padanya pahala yang besar.

 

Dalam hadits dikatakan: “Tidaklah sesearang melihat kepada wajah kedua orang tuanya dengan pandangan kasih sayang, melainkan Allah menetapkan baginya akibat pandangan itu adalah haji yang diterima dan mabrur.”

 

Hendaklah engkau jabat tangan mereka setiap hari dan engkau bermusyawarah dengan mereka tentang urusan-urusanmu. Engkau masukkan kegembiraan pada mereka dan engkau penuhi kebutuhan mereka. Mereka mendo’akanmu dengan segala kebaikan. Betapa besarnya kenikmatan kenikmatan ini! Dan betapa banyaknya pahala ini! Seorang anak tidak mengetahui besarnya kenikamatan yang sebenarnya atas keberadaan ibu bapaknya, kecuali jika ia kehilangan mereka. Pada waktu itu ia merasakan kerugian yang besar dan kesedihan yang sangat atas perpisahannya dengan mereka.

 

  1. Hendaklah engkau bersikap sopan santun terhadap mereka di setiap waktu. Maka janganlah membelakangi mereka seraya memanggil namanya, jangan tertawa di hadapannya tanpa keperluan atau bersuara keras. Janganlah engkau memandang mereka dengan pandangan yang tajam, jangan berdusta terhadap mereka atau memaki mereka atau berbicara dengan perkataan yang buruk ataupun mengeraskan suaramu di atas suara mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di.antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

 

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku sewaktu kecil” (Al-Israa’: 23, 24).

 

  1. Berusahalah selalu untuk memperoleh ridha ibu bapakmu, dengan bersungguh-sungguh dalam mempelajari pelajaran pelajaranmu dan pergi setiap hari ke sekolah, memelihara buku-buku dan pakaian-pakaianmu serta seluruh alatmu. Hendaklah engkau mengaturnya pada tempatnya Masing-masing dan tidak merusakkan atau menghilangkan sesuatu pun dannya. Hendaklah engkau kerjakan segala sesuatu yang menggembirakan mereka di dalam dan di luar rumah. Janganlah engkau mengganggu salah seorang dari saudaramu atau pelayan dan jangan pula bertengkar dengan anak-anak tetangga atau teman-temanmu di sekolah.

 

  1. Apabila engkau. meminta sesuatu dari ibu bapakmu, maka janganlah memintanya di hadapan orang banyak. Apabila kedua orang tuamu tidak memberikan apa yang engkau munta, maka diamlah. Karena mereka lebih tahu tentang maslahatmu (kebaikanmu). Waspadalah jangan sampai engkau marah dan menggerutu serta bermuka cemberut. Apabila engkau duduk di depan mereka, maka duduklah dengan cara yang baik. Janganlah meletakkan kaki di atas kaki, jangan duduk di saat mereka berdiri, dan jangan pula berjalan di depan mereka. Apabila salah seorang dari mereka memanggilmu, maka segeralah menjawabnya. Janganlah berlambat-lambat atau berpura-pura tidak mendengar ataupun jemu karena panggilan yang berulang-ulang. Waspadalah dengan sangat agar engkau tidak memaki ayah seseorang atau ibunya, agar ia tidak memaki Ibu bapakmu Oleh karenamu.

 

Dalam hadits: “Termasuk dosa besar adalah orang yang memaki ibu bapaknya.”

 

Orang-orang berkata, “Ya Rasulullah, apakah ada orang memaki Ibu bapaknya?”, beliau menjawab, “Ya, jika ia memaki ayah seseorang, lalu orang itu memaki ayahnya. Dan jika ia memaki ibu orang Itu, latu orang itu memaki ibunya.”

 

  1. Apabila engkau sudah besar dan mulai bekerja, maka engkau harus membantu kedua orang tuamu. Berilah nafkah menurut kemampuanmu dan berbaktilah kepada ibumu lebih banyak daripada ayahmu, karena ia lebih sayang kepadamu dan lebih banyak payahnya dalam memeliharamu.

 

Datanglah seorang laki-laki kepada Nabi SAW. lalu berkata, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling patut mendapat perlakuan baik dariku?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu berkata, “Kemudian siapa ?” Beliau menjawab, “ibumu.” Orang itu berkata, ”Kemudian siapa ?” Beliau menjawab, ”Ibumu.” Orang itu berkata, “kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” Apabila salah seorang dari mereka atau kedua-duanya meninggal dunia, maka anak pun wajib berbakti kepada mereka dengan berdo’a dan memohonkan ampunan serta bersedekah untuk kedua orang tuanya. Dalam hadits: “Ya Rasulullah, apakah saya masih bisa berbakti kepada ibu “ bapakku sesudah mereka wafat ?” Beliau menjawab, “Ya”, menshalatkan jenazahnya, memohonkan ampunan bagi keduanya, melaksanakan wasiat mereka, dan menghormati teman mereka serta menyambung hubungan kekeluargaan yang hanya bisa disambung melalui mereka.”

 

  1. Apabila engkau berbakti kepada kedua orang tuamu, maka engkau mendapat ridha Allah Ta’ala dan pahala-Nya yang besar. Dalam hadits: “Ridha Allah diperoleh karena ridha kedua orang tua, dan murka Allah diperoleh karena murka kedua orang tua.” Dalam hadits lain: “Berbakti kepada kedua orang tua lebih utama daripada shalat (sunnah), sedekah, puasa, haji, umrah dan jihad di jalan Allah.”

 

Dan anak-anakmu akan berbakti kepadamu di masa mendatang. Sebagaimana dikatakan dalam hadits: “Berbaktilah kamu kepada ayahmu, tentu anakmu akan berbakti kepadamu.”

 

Adapun durhaka kepada kedua orang tua adalah termasuk dosa-dosa terbesar. Nabi SAW. bersabda: “Dosa-dosa terbesar adalah mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”

 

Nabi SAW. bersabda pula: “Janganlah kamu durhaka kepada kedua orang tua, karena bau surga Itu tercium dari jarak 1000 tahun. Demi Allah seorang yang durhaka maupun yang memutuskan hubungan kekeluargaan tidaklah merasakannya.”

 

Nabi SAW. bersabda: “Terkutuklah bagi siapa yang mendurhakai kedua orang tuanya.”

 

  1. Apabila engkau melakukan kesalahan terhadap kedua orang tuamu, maka segeralah meminta maaf kepada mereka selama mereka masih hidup. Berjanjilah kepada dirimu untuk tidak mengulangi lagi kesalahan seperti itu, karena hukuman orang yang durhaka itu disegerakan di dunia, terutama setelah wafat kedua orang tuanya.

 

Dalam hadits: “Semua dosa ditangguhkan Allah hu

 

kumannya sekehendak-Nya hingga hari kiamat, kecuali durhaka kepada kedua orang tua. Karena Allah menyegerakannya bagi pelakunya di masa hidup sebelum matinya.” Datanglah seorang laki-laki kepada Nabi SAW. seraya meminta bai’at untuk hijrah. Ia berkata, “Aku tidak datang kepadamu sebelum membuat kedua orang tuaku menangis.” Maka Nabi SAW. bersabda: “Kembalilah kepada mereka dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis.”

 

  1. Tiada sesuatu yang lebih menggembirakan kedua orang tua daripada melihat anak yang menyenangkan hati mereka, berbakti, taat, bersopan santun dan cerdas. Maka berusahalah engkau agar menjadi demikian dan mintalah doa dari mereka hingga tercapai cita-citamu.

 

Dalam hadits: “Do’a ayah bagi anaknya seperti do’a Nabi bagi umatnya.”

  1. Sayyidina Ismail putra Nabi Ibrahim as adalah seorang yang berbakti kepada ibu bapaknya.

 

Ketika umurnya mencapai 13 tahun, ayahnya berkata kepadanya, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.”

 

la menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar” (Ash-Shaffaat: 102).

 

Nabi Ibrahim mematuhi perintah Tuhannya dan ingin menyembelih putranya. Di saat yang menakutkan ini sayyidina Ismail teringat akan ibunya. Maka ia berkata kepada ayahnya, “Hai ayahku ikatlah aku erat-erat agar aku tidak goyah dan tanggalkanlah bajuku agar tidak terkena darahku. Karena jika ibuku melihatnya, semakin bertambah kesedihannya. Sampaikan salam kepada ibuku. Jika ayah ingin mengembalikan bajuku kepadanya, maka lakukanlah. Karena hal itu akan menghibur hatinya dan menimbulkan kenangan terhadap anaknya.”

 

Kemudian Nabi Ibrahim menelungkupkan Ismail dan meletakkan pisau pada tenggorokannya, tetapi tidak berpengaruh padanya dengan kekuasaan Allah Ta’ala. Maka Allah menebusnya dengan seekor domba dari surga. Kemudian Nabi Ibrahim menyembelihnya. Lihatlah wahai anak tercinta, bagaimana sayyidina Ismail berbakti dan bersabar dan bagaimana nabi Ibrahim mematuhi perintah Tuhannya serta tabah dalam menerima cobaan yang nyata ini.

 

  1. Sayyidina Ali Zainal Abidin r.a. adalah seorang yang banyak berbakti kepada ibunya, hingga seorang sahabatnya berkata, “Anda adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu. Mengapa kami tidak melihatmu makan bersamanya?” la menjawab, “Ya, karena saya khawatir tanganku mendahuluinya mengambil suatu makanan yang telah dipandangnya dan ingin dimakannya, jika demikian, maka aku pun telah mendurhakainya.”

 

  1. Datanglah seorang laki-laki berkata kepada Rasululah SAW., “Ya Rasulullah, di sana ada seorang pemuda yang hampir meninggal, ia disuruh mengucapkan : Laa ilaha illallah, namun tidak dapat mengucapkannya.” Nabi SAW. berkata, “Bukankah ia telah mengucapkannya di masa hidupnya ?” Orang-orang pun berkata, “Ya.” Nabi SAW. berkata, “Apa yang menghalanginya mengucapkan itu menjelang wafatnya?” Kemudian Rasulullah SAW. bangkit dan kami bangkit bersamanya hingga kami datangi pemuda itu. Nabi SAW. berkata, “Hai anak, ucapkanlah: Laa ilaha illallah.” Pemuda itu menjawab, “Aku tidak bisa mengucapkannya.” Nabi SAW. bertanya, “Mengapa?” Pemuda itu menjawab, “Karena mendurhakai ibuku.” Nabi SAW. bertanya, ”Apakah ia masih hidup?” Pemuda itu menjawab, “Ya.” Nabi SAW. berkata, “Datangkan dia.” Kemudian ibu pemuda itu datang. Nabi SAW. berkata, “Bagaimana seandainya dinyalakan api, lalu dikatakan kepadamu, jika engkau tidak memberi syafa’at baginya, maka kami lemparkan dia ke dalam api?” Perempuan itu menjawab, “Kalau begitu, aku beri syafa’at baginya.” Nabi SAW. berkata, “Maka jadikan kami sebagai saksi bahwa engkau meridhainya.” Perempuan itu berkata, “Ya Allah, aku jadikan Engkau dan Rasul-Mu sebagai saksi bahwa aku telah ridha kepada putraku.” Kemudian Nabi SAW. berkata, “Hai anak, ucapkan-lah: Laa ilaha illallah.” Maka anak itu mengucapkan: “Laa ilaha illallah.” Maka Rasulullah SAW. berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.”

 

Hai anak tercinta! renungkanlah kisah ini agar engkau tahu bahwa durhaka kepada orang tua menyebabkan kesudahan yang buruk. Semoga Allah melindungi kita darinya.

 

Dalam hadits: “Tiga macam perbuatan dosa yang tidak berguna amalan lain di sampingnya, yaitu: menyekutukan Allah, mendurhakai ibu bapak dan lari dari peperangan.”

 

  1. Ada seorang, anak Yahudi yang melayani Nabi SAW. pada suatu hari ia sakit dan Nabi SAW. datang menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya. Kemudian Nabi SAW. berkata, “Masuklah agama ke dalam Islam.” Anak itu pun memandang kepada bapaknya yang berada di situ. Bapaknya berkata, “Taatilah Abal Qasim (Nabi).” Kemudian anak itu masuk Islam. Kemudian Nabi SAW. keluar dari rumah itu seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka.”

 

Lihatlah bagaimana anak ini berbakti kepada ayahnya hingga menjelang wafatnya. Dengan itu Allah memberinya taufiq untuk masuk Islam di saat terakhir dari umurnya. Maka ja pun menjadi penghuni surga. Dari kisah ini engkau dapat mengetahui bahwa berbakti kepada ibu bapak menyebabkan kesudahan yang baik.

 

  1. Haiwah bin Syuraih adalah seorang yang berbakti kepada ibunya. Ia tidak pernah menentang perkataannya. la termasuk ulama besar dan mempunyai murid yang banyak. Pada suatu hari ibunya datang: kepadanya ketika ia sedang mengajar. Kemudian ibunya berkata, “Berdirilah wahai Haiwah, berikan gandum kepada ayam-ayam.” la pun tidak merasa berat dan tidak berlambat-lambat. Akan tetapi ia tinggalkan mengajar, dan segera mematuhi perintahnya.

 

  1. Di antara orang-orang yang berbakti juga adalah Dzar bin Umar Al-Hamdani. Termasuk salah satu baktinya kepada ayahnya adalah bahwa ia tidak pernah berjalan bersama ayahnya di siang hari, kecuali ia berjalan di belakangnya. Dan tidaklah ia berjalan bersamanya di malam hari, melainkan ia berjalan di depannya untuk menghadapi bahaya di depannya. Dan tidaklah ia menaiki atap ketika ayahnya berada di bawahnya.

 

  1. Orang-orang yang terdekat darimu setelah ibu bapakmu adalah saudara-saudaramu laki-laki dan perempuan. Maka amalkaniah adab-adab ini agar engkau hidup bahagia dan senang serta mendapat ridha ibu bapakmu.

 

  1. Hendaklah engkau menghormati mereka dalam keadaan bagaimanapun dan mencintai mereka dengan tulus. Engkau dan mereka berasal dari satu keturunan. Mereka mencintaimu dan mengharapkan kebahagiaanmu. Maka hiduplah dengan mereka dalam kerukunan dan persatuan. Hindarilah penyebab-penyebab perselisihan dan pertentangan.

 

  1. Hendaklah engkau mengkhususkan saudaramu yang tua, baik laki-laki ataupun perempuan, dengan lebih banyak penghormatan dan menganggap mereka sebagai pengganti kedua orang tuamu. Maka hendaknya engkau laksanakan nasihat-nasihat mereka dan tidak menentang perintah-perintah mereka.

 

Dalam hadits: “Hak saudara yang lebih tua pada yang lebih muda adalah seperti hak ayah pada anaknya.”

 

  1. Hendaklah engkau menyayangi saudaramu yang lebih muda, baik laki-laki ataupun perempuan, dan memperlakukan mereka dengan baik seperti ayah ibumu memperlakukan engkau.

 

Dalam hadits: “Bukanlah dari golongan, kami barangsiapa yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang tua.”

 

  1. Bantulah saudara-saudaramu laki-laki dan perempuan sekuat tenagamu. Bersabda Rasulullah SAW.: “Perumpamaan dua orang bersaudara adalah seperti dua tangan, yang satu mencuci yang lain.”

 

Hendaklah engkau selalu mengalah dan bersabar terhadap mereka. Apabila mereka bersalah, maka ingatkan mereka atas kesalahan mereka secara halus dan lunak, karena perkataan yang lembut bisa menyadarkan hati dengan sebaik-baiknya, sedangkan perkataan yang keras menimbulkan kebencian dan pemutusan hubungan. Waspadalah, jangan saling memukul atau memaki dengan mereka ataupun mengadu domba di antara mereka atau mengambil sesuatu dari mereka tanpa persetujuan mereka ataupun memutuskan hubungan dengan salah seorang dari mereka.

 

Dalam hadits: “Haram seorang muslim memutus hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Maka barang siapa memutuskan hubungan lebih dari tiga hari, lalu la mati maka ia pun masuk neraka.”

 

  1. Saudaramu adalah tangan kananmu, sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada Sayyidina Musa mengenai saudaranya Sayyidina Harun as: “Kami akan membantumu dengan saudaramu” (Al Qashash: 35). . la adalah senjata bagimu untuk membela dari musuh-musuhmu dalam kancah kehidupan.

 

Sebagaimana kata penyair:

 

Berbaiklah kepada saudaramu, karena siapa yang tak punya saudara seperti orang yang pergi berperang tanpa senjata

 

Diceritakan bahwa seorang laki-laki mempunyai banyak anak. Ketika hampir datang ajalnya, ia pun memanggil mereka dan memberi kepada masing-masing seikat tombak dan menyuruh mereka mematahkannya. Mereka pun berusaha mematahkannya sekuat tenaga, namun mereka tidak mampu. Kemudian orang Itu melepaskan Ikatan tombak tersebut dan memberi masing-masing mereka sebatang tombak. Maka mereka pun mematahkannya dengan mudah. Kemudian ia berkata kepada mereka, “Perumpamaan kalian adalah seperti ikatan Ini. Jika kalian bersatu dan berkumpul, maka musuhmu tidak mampu mengalahkanmu. Jika kalian berselisih dan berpecah belah, mudahlah bagi musuhmu untuk mengalahkanmu seperti ikatan tombak yang telah dilepas dan dapat kalian patahkan tanpa susah payah.” Kemudian ia melagukan syair:

 

Bersatulah hai anak-anakku pada waktu musibah menimpa dan janganlah berpecah belah sendiri-sendiri

Tombak-tombak itu tidak bisa patah jika dikumpulkan jadi satu

Apabila dipisah-pisah, dapatlah dipatahkan satu demi satu.

  1. Sesungguhnya orang-orang yang terdekat sesudah ibu bapakmu dan saudara-saudaramu adalah para kerabatmu seperti: Saudara-saudara ayahmu yang laki-laki dan yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang laki-laki dan yang perempuan, anak-anak mereka dan anak-anak. dari saudara-saudaramu laki-laki dan perempuan.

 

Dalam hadits: “Bibi (saudara perempuan ibu) itu sederajat dengan ibu. Paman (saudara laki-laki ayah) seseorang adalah sederajat dengan ayahnya. Putra saudara perempuan dari suatu kaum adalah termasuk golongan mereka.”

 

Para kerabatmu mencintaimu dan mencintai ibu bapakmu. Maka apakah yang harus engkau lakukan terhadap mereka?

 

  1. Engkau harus memperlakukan mereka seperti memperlakukan saudara-saudaramu. maka hormatilah orangorang tua di antara mereka dan hendaklah menyayangi anak kecil mereka. Engkau bantu mereka dalam pekerjaan meraka dan hendaklah menolong yang membutuhkan di antara mereka serta mengunjungi mereka dalam waktu-waktu tertentu, khususnya hari-hari raya, hari-hari gembira dan waktu waktu musibah dan kesedihan. Apabila kerabatmu sakit, segeralah pergi ke rumahnya untuk menjenguknya dan mendo’akan bagi kesehatannya. Apabila ia berpulang ke rahmat Allah, maka segeralah berta’ziah (-Menyatakan bela sungkawa/berduka cita) kepada anak-anak dan keluarganya serta membantu mereka. Janganlah sampai engkau ketinggalan dalam menghadiri shalat atas kerabatmu yang meninggal dan mengantarkan jenazahnya. Dengan itu para kerabatmu gembira, karena engkau gembira bila mereka gembira dan bersedih bila mereka bersedih. Mereka mengetahui bahwa engkau seorang anak terdidik yang menunaikan kewajiban terhadap para kerabat.

 

  1. Bersatulah dengan para kerabatmu dan jauhilah segala sesuatu yang menyebabkan pemutusan hubungan atau pertengkaran dengan mereka. Janganlah mendengarkan pembicaraan pengadu domba dan maafkanlah mereka jika mereka bersalah terhadapmu. Janganlah mendendam kepada mereka karena kesalahan mereka dan jangan pula mendengki atas kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka. Apabila engkau menjalankan adab-adab ini, maka tentulah engkau hidup bersama kerabatmu dengan rukun dan damai, aman dan senang. Kebahagiaan manusia tergantung pada kebahagiaan keluarganya. Mereka seperti sayap bagi burung.

 

Penyair berkata :

 

Ketahu ah wahai putra paman, manus a adalah sayap bisakah burung elang terbang tanpa sayap ?

 

  1. Allah telah memerintahkan agar berbuat baik kepada para kerabat dan mengaitkan mereka dengan ibu bapak. Allah Ta’ala berfirman: “Dan sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan sesuatu dengan-Nya dan berbuat baiklah kepada ibu bapak serta sanak kerabat” (An-Nisaa’: 36). “

 

Dalam hadits: “Barang siapa beriman dengan Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung hubungan kekeluargaannya.”

 

Orang yang berbuat baik kepada para kerabatnya, maka Allah melapangkan rezekinya dan memanjangkan umurnya. Dalam hadits: “Berhubungan baik dengan kerabat, memperbanyak harta, dan silaturrahmi, menambah umur dan Allah mengampuni dosa-dosanya.”

 

Datang kepada Nabi SAW. seorang laki-laki, lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku berdosa besar, apakah aku bisa bertaubat?” Nabi SAW. bersabda: “Apakah engkau mempunyai seorang ibu?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Nabi SAW. bersabda lagi: “Apakah engkau mempunyai seorang bibi?” Orang itu menjawab, “Ya.” Nabi SAW. bersabda: ”Berbaktilah kepadanya.”

 

Adapun orang yang berbuat buruk kepada para kerabatnya dan mengganggu mereka, maka akibatnya kebalikan dari itu. la terhalang untuk masuk surga.

 

Dalam hadits: “Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan.” – Allah menyegerakan hukuman baginya di dunia. Dalam hadits lain: “Tiada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan Allah hukuman bagi pelakunya di dunia di samping hukuman yang disimpan Allah baginya di akhirat daripada kezhaliman dan pemutusan hubungan kekeluargaan.”

 

  1. Jika kerabatmu berbuat jahat kepadamu misalnya, maka sabariah. Balaslah kejahatan mereka dengan kebaikan.

 

Dalam hadits: “Seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, aku mempunyai kerabat yang aku hubungi, sedangkan mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat baik kepada mereka sedangkan mereka berbuat jahat kepadaku. Aku bersabar terhadap mereka, tetapi mereka tidak menghiraukan dku.” Maka Nabi SAW. berkata, “Jika benar seperti yang engkau ceritakan, maka seakan-akan engkau memberi mereka makanan abu panas. Dan Allah tetap menolongmu terhadap mereka selama engkau dalam keadaan demikian.”

 

Disebutkan dalam hadits sahih bahwa Abu Thalhah Al-Anshary r.a. adalah seorang Anshar yang paling banyak hartanya yaitu berupa pohon kurma di Madinah. Harta yang paling dicintainya adalah biruha’ (sebidang kebun kurma) dan ia menghadap masjid.

 

Adalah Rasulullah SAW. memasukinya dan minum dari airnya yang segar. Tatkala turun ayat: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Ali Imran: 92). Datang Abu Thalhah kepada Rasulullah SAW., lalu berkata, “Ya Rasulullah, Allah Ta’ala telah menurunkan kepadamu: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai,” dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah Biruha’ dan ia adalah sedekah karena Allah Ta’ala yang aku harapkan sebagai kebaktian dan simpanan di sisi Allah Ta’ala. Maka pergunakanlah ya Rasulullah, sesuai dengan yang ditunjukkan Allah kepadamu.” Maka Rasulullah SAW. berkata, “Bagus, itulah harta yang beruntung, itulah harta yang beruntung. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat agar engkau membagikannya bagi para kerabat.” Maka Abu Thalhah berkata, “Aku lakukan ya Rasulullah.” Kemudian Abu Thalhah membagikannya kepada para kerabatnya dan putra-putra pamannya.

 

“CERITA LAIN’

 

Di saat para sahabat r.a. duduk di dekat Nabi SAW., tiba-tiba beliau berkata, “Janganlah duduk bersama kami seorang yang memutus hubungan kekeluargaan.” Kemudian seorang pemuda berdiri dari majelis itu dan mendatangi bibinya. Sebelumnya kedua orang itu berselisih. Maka ia pun meminta maaf kepadanya, kemudian kembali ke majelis. Maka Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya rahmat itu tidak turun kepada suatu kaum dimana terdapat seorang pemutus hubungan kekeluargaan.”

  1. Engkau wajib memperlakukan pelayanmu secara baik dengan berbicara kepadanya dengan lemah lembut apabila engkau menginginkan sesuatu darinya. Dan janganlah engkau menyakitinya dengan kata-kata yang kasar dan jangan pula membentaknya atau bersikap sombong terhadapnya. Hendaklah engkau menunjukkan kesalahannya jika ia bersalah dengan lembut dan lunak, kemudian memaafkannya.

 

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW., “Berapa kali kita memberi maaf kepada pelayan ya Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Maafkanlah dia setiap hari 70 kali.”

 

  1. Apabila engkau memanggil pelayanmu sedangkan ia tidak segera menjawabmu, atau engkau menyuruhnya melakukan sesuatu, lalu ia berlambat-lambat, maka jangan terburu-buru menegurnya. Mungkin saja ia tidak mendengar suaramu atau sibuk. Hendaklah engkau suka memaafkan. dan bersabar atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan para pelayan, karena mereka biasanya tidak terdidik. Apabila mereka melayanimu dengan baik, maka janganlah engkau lupa berterima kasih kepada mereka atas kebaikan mereka dan memberi mereka imbalan atas hal itu.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan” (Ar Rahmaan: 60).

 

  1. Janganlah menunjukkan kepada pelayan rahasia rahasia ayahmu agar tidak ada keinginan padanya untuk mencuri, dan jangan mengandalkannya dalam setiap keadaan. Hendaklah engkau berhati-hati terhadapnya. Jangan duduk bersamanya untuk bergurau dan berbicara yang tak berguna agar engkay tidak mengikuti tabiatnya dan tidak jatuh derajatmu di sisinya, dan agar ia tidak berani terhadapmu serta tidak berkurang adabnya terhadap dirimu. Janganlah menganiaya pelayan dengan membebaninya pekerjaan yang melebihi tenaganya atau tidak memberikan upahnya atau menunda-nundanya atau mengurangi upah yang berhak diperolehnya.

 

Dalam hadits: “Menzhalimi (-berbuat aniaya) pelayan mengenai upahnya termasuk dosa besar.”

 

Janganlah memukulnya tanpa hak. Dalam hadits: “Barang siapa memukul dengan cambuk secara aniaya, ia akan dibalas atas perbuatan itu pada hari kiamat.”

 

  1. Adalah Rasulullah SAW. tidak pernah membentak seorang pelayan pun. Sahabat Anas r.a. berkata, “Aku melayani Nabi SAW. selama 10 tahun, namun beliau tidak pernah mengatakan kepadaku, “Uff (cih)” sama sekali. Dan beliau tidak pernah berkata atas segala sesuatu yang aku lakukan: kenapa engkau lakukan itu? Dan tidaklah beliau berkata atas segala sesuatu yang aku tinggalkan: kenapa engkau meninggalkannya? Tidaklah istri-istrinya mencela aku, melainkan beliau berkata: biarkan dia. Sesungguhnya hal ini terjadi karena telah ditetapkan oleh takdir Allah.”

 

  1. Diceritakan bahwa Imam Ali Karromallahu wajhahu memanggil seorang sahayanya, namun ia tidak menjawabnya. Maka Imam Ali memanggilnya untuk kedua dan ketiga kalinya. Namun ia tidak menjawabnya. Kemudian beliau mendatanginya. Dilihatnya sahaya itu sedang berbaring.

 

Maka Imam Ali berkata, “Hai anak, tidakkah engkau mendengar?” Anak itu menjawab: “Ya”. Imam Ali berkata: “Mengapa engkau tidak menjawab aku, ketika aku memanggilmu?” Anak itu menjawab: “Karena aku merasa aman dari hukumanmu. Maka aku pun bermalas-malasan.” Maka Imam Ali berkata, “Pergilah, engkau bebas merdeka demi ridha Allah.”

 

  1. Diceritakan dari Qais bin ‘Ashim bahwa di saat ia sedang duduk pada suatu hari di rumahnya, tiba-tiba datang . kepadanya seorang sahaya perempuan membawa alat pemanggang daging yang ada dagingnya. Tiba-tiba alat itu terjatuh dari tangannya hingga menimpa seorang anaknya, lalu meninggal dunia. Sahaya itu terkejut. Kemudian Qais berkata kepadanya, “Tidak perlu engkau merasa takut.” Qais memaafkannya dan membebaskannya karena Allah Ta’ala.

 

  1. Para tetanggamu mencintaimu dan mencintai ibu bapakmu, kedua orang tuamu menyuruhmu mencintai mereka dan berbuat baik kepada mereka, karena mereka mempunyai hak yang besar. Hingga dikatakan dalam hadits: ”Berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati.”

 

Dalam hadits lain: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetanganya.” Pisebutkan pula: “Tetangga itu ada tiga macam, tetangga yang mempunyai satu hak dan tetangga yang mempunyai dua hak serta tetangga yang mempunyai tiga hak. Tetangga yang mempunyai tiga hak adalah tetangga muslim yang mempunyai Ikatan kerabat. Maka ia mempunyai hak sebagai tetangga, hak Islam dan hak kerabat. Adapun tetangga yang mempunyai dua hak adalah tetangga muslim. la mempunyai hak tetangga dan hak Islam. Adapun tetangga yang mempunyai satu hak adalah tetangga musyrik yang hanya mempunyai hak tetangga.”

 

  1. Tetangga-tetangga itu saling membantu satu dengan yang lain. Apabila seseorang membutuhkan alat-alat dan barang-barang misalnya, maka ia meminjamnya dari tetangganya. Maka mereka pun meminjaminya dengan senang dan gembira. Terkadang ia meminjam uang atau makanan dari mereka. Mereka pun bisa meminjam darinya jika membutuhkannya. Apabila seorang pencuri masuk ke rumahnya atau tefjadi kebakaran di tempat itu, datanglah para tetangganya untuk membantunya menangkap pencuri dan memadamkan api. Begitu pula apabila datang dari perjalanan atau lahir seorang anaknya, datangiah para tetangganya ke rumahnya untuk ikut bergembira atas kelahiran itu. Apabila ia sakit, mereka turut bersedih dan datang ke rumahnya menanyakan keadaannya. Mereka mendo’akannya agar sehat kembali. Bilamana ada yang meninggal di antara keluarganya, mereka datang ke rumahnya untuk membantu dan berduka cita serta mengantarkan jenazah orang yang meninggal itu.

 

  1. Engkau harus bersikap sopan santun terhadap tetanggamu dengan mendahului dalam memberi salam kepada mereka dan tersenyum di hadapan mereka, membantu mereka bila mereka memerlukan bantuanmu dan sangat berhati-hati untuk tidak mengganggu mereka. Apabila engkau membeli buah-buahan atau sesuatu lainnya, berilah mereka. Jika engkau tidak melakukannya, maka masukkan ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan membuat mereka marah. Jangan mengganggu mereka dengan bau masakan dari pancimu, kecuali bila engkau memberi mereka dari makanan itu.

 

Dalam hadits: “Tidaklah beriman denganku barang siapa yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangganya lapar di sampingnya sedangkan ia mengetahuinya.”

 

Hendaklah engkau berhati-hati agar jangan bertengkar dengan mereka atau bersikap sombong terhadap mereka dengan hartamu atau harta ayahmu, atau mengejek mereka, ataupun mengeraskan suaramu pada waktu mereka tidur, atau melempari rumah-rumah mereka ataupun mengotorinya, atau memata-matai mereka dari atas atap, dari lubang dinding atau dari pintu-pintu.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah kamu memata matai” (Al Hujurat: 12).

 

Mengganggu tetangga adalah dosa besar. Dalam hadits: “Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.”

 

  1. Jika engkau terganggu oleh tetangga-tetangga yang jahat, maka bersabarlah atas gangguan mereka. Waspadalah, jangan mengikuti perilaku mereka yang buruk agar engkau selamat dari kejahatan mereka. Jauhilah pergaulan dengan anak-anak mereka agar tidak meniru watak mereka yang buruk, sehingga engkau menjadi jahat seperti mereka.
  1. Berkata Mujahid, “Aky sedang berada di tempat Abdullah bin Umar. Ketika itu seorang sahayanya sedang menguliti kambing.” Kemudian Abdullah berkata kepadanya, “Hai anak, jika engkau menguliti, mulailah dengan memberi tetangga kita orang Yahudi.” Ia ucapkan itu berkali-kali. Maka aku berkata kepadanya, “Berapa kali anda ucapkan itu ?” Abdullah menjawab, “Rasulullah SAW, selalu mewasiati kami mengenai tetangga hingga kami khawatir beliau menjadikannya mewarisi kami.”

 

  1. Seorang laki-laki mengeluh atas banyaknya tikus di rumahnya. Maka dikatakan kepadanya, “Bagaimana seandainya engkau pelihara kucing?” Orang itu menjawab, “Aku khawatir tikus mendengar suara kucing, lalu lari ke rumah rumah para tetangga. Maka aku pun tidak menyukai bagi mereka apa yang tidak kusukai bagi diriku sendiri.”

 

  1. Adalah Imam Abu Hanifah rahimahullah mempunyai seorang tetangga pendengki yang mengganggunya dan menggunjingnya. Akan tetapi beliau bersabar terhadapnya. Apabila beliau melewatinya dan memberi salam kepadanya, orang itu tidak membalas salamnya. Maka sebagian orang menegurnya atas ketabahan dan kesabarannya yang sangat terhadap tetangganya. Maka beliau berkata, “Sesungguhnya tetangga itu mempunyai hak.”

 

Wahai anak yang beradab! sebagaimana ayahmu yang telah memelihara tubuhmu mempunyai hak besar padamu, maka begitu pula gurumu yang telah memelihara rohanimu dan mendidik akhlakmu serta menerangi pikiranmu dan mengajarimu ilmu yang berguna. la mempunyai hak yang besar padamu. Maka engkau wajib mencintai dan memuliakannya serta memperlakukannya dengan adab-adab ini :

 

  1. Hendaklah engkau patuh kepada nasihat-nasihatnya dan tunduk kepada perintah-perintahnya, bukan karena takut hukuman, tetapi demi menjalankan kewajiban dengan ikhlas dari dalam hatimu. Sebagaimana seorang sakit yang patuh kepada dokter yang berbelas kasih. Maka hendaklah engkau menerima segala yang diberikannya kepadamu dengan pengertian yang baik, ucapan terima kasih dan kegembiraan. Hendaklah engkau bersikap rendah hati terhadapnya dan mencari pahala serta kemuliaan dengan mengabdi kepada’ nya. Hendaklah engkau selalu menyadari bahwa engkau mendapat pemberian dari gurumu dan tidak dapat membalasnya, betapapun engkau berbuat baik kepadanya. Herdaklah engkau sangat berhati-hati agar tidak menentangnya atau membangkang kepadanya atau bersikap sombong terhadapnya.

 

Dalam hadits: “Mencari muka (mencari pujian) bukanlah termasuk akhlak seorang mukmin, kecuali dalam menuntut ilmu.”

 

Berkata Sayyidina Ali karromallahu wajhahu, “Aku adalah budak dari orang yang mengajariku satu huruf. Jika ia mau dijualnya dan jika ia mau dibebaskannya dan jika ia mau diperbudaknya.”

 

Adapun kesombongan dan pembangkangan, keduanya manyebabkan manusia tidak mendapat ilmu.

 

Penyair berkata:

 

Ilmu itu memerangi seorang pemuda yang sombong seperti banjir membinasakan tanah yang tinggi

 

Murid yang beradab dan rendah hati, ia mendapat ilmu dan memanfaatkannya. Kebalikannya adalah murid yang kurang ajar dan sombong. Meskipun ia mendapat sedikit ilmu, namun ia tidak bisa memanfaatkannya bagi dirinya dan tidak pula memberi manfaat kepada orang lain. Bahkan ilmu itu membahayakannya dan menambah baginya kesombongan dan akhlak yang buruk.

 

  1. Di antara nasihat-nasihat guru: hendaklah engkau berniat untuk menuntut ilmu demi mendapat ridha Allah dan negeri akhirat, menghidupkan agama dan memberi manfaat bagi kaum muslimin serta bersyukur atas nikmat akal dan kesehatan badan. Janganlah engkau bermaksud mencari pujian dan kedudukan di antara orang banyak atau mengumpulkan kesenangan duniawi.

 

Di antara nasihat-nasihatnya Ialah hendaklah engkau berjuang dengan keras dalam mencari ilmu. Maka hafalkanlah semua pelajaranmu dan hendaklah mempelajarinya di rumah. Janganlah menyia-nyiakan waktumu dengan percuma, karena ia lebih mahal daripada permata yang berharga. Apabila luput, maka ia tidak akan pernah kembali. Hendaklah engkau perhatikan kebersihan buku-buku dan alat-alatmu serta pengaturannya pada tempatnya. Hendaklah engkau selalu hadir setiap hari pada waktu yang telah ditentukan dan jangan terlambat, kecuali karena alasan yang benar. Hendaklah engkau mendengarkan pelajaran-pelajaran yang diberikannya dengan penuh perhatian hingga engkau memahaminya dengan cepat dan tidak memayahkan gurumu dengan banyak mengulang. Maka kerjakanlah nasihat-nasihat yang berguna itu.

 

  1. Termasuk sopan santun terhadap guru adalah engkau berdiri menyambutnya jika engkau duduk demi menghormati dan mengagungkannya. Janganlah duduk hingga ia mengizinkan engkau duduk. Kemudian engkau duduk di depannya dengan sopan dan jangan mendahuluinya berbicara atau memutus pembicaraannya atau menyuruh dan melarang seseorang di depannya. Jika engkau tidak mengerti sesuatu masalah, maka hendaknya engkau ajukan pertanyaan kepadanya dengan lembut dan penghormatan. Yaitu engkau angkat jarimu lebih dulu dan jangan berbicara hingga ia mengizinkanmu bicara. Apabila ia bertanya kepadamu tentang sesuatu, maka hendaklah engkau bangkit berdiri dan menjawab pertanyaannya dengan baik. Janganlah mendahuluinya menjawab, jika ia .mengajukan pertanyaan kepada orang lain.

 

  1. Hendaklah engkau memberi salam kepadanya dan menjabat tangannya setiap hari di sekolah dan menghadapinya dengan wajah tersenyum. Engkau lakukan itu pula jika menjumpainya di jalan dan menjenguknya dirumahnya, terutama pada waktu hari raya, atau jika ia sakit. Engkau tanyakan kepadanya tentang kesehatannya dan hendaklah mendo’akan kesembuhannya. Engkau bantu dia dalam memenuhi kebutuhannya dan bermusyawarahlah dengannya dalam Urusan-urusan mu serta mengerjakan apa yang diperintahkannya. Janganlah memanggilnya dengan namanya, tetapi dengan kata guru. Jangan berjalan di depannya atau membelakanginya dengan punggungmu. Janganlah duduk di tempatnya atau mengambil bukunya tanpa izinnya. Janganlah banyak bicara kepadanya dan jangan menyebarkan rahasianya. Janganlah menggunjingkan seseorang di hadapannya. Janganlah berkata kepadanya, “Si Fulan mengatakan: kebalikan dari perkataannya.”

 

  1. Janganlah malu menegaskan yang sebenarnya jika ia bertanya kepadamu tentang pengertian suatu masalah yang mana engkau tidak memahaminya agar supaya engkau tidak berdosa karena berdusta dan agar bisa memahami masalah itu. Janganlah engkau marah jika ia menegurmu, tetapi hendaklah engkau diam dan gembira atas hal itu. Karena, ia tidak menegurmu kecuali karena cinta padamu agar engkau menunaikan kewajibanmu. Kelak engkau akan berterima kasih atas teguran itu bila engkau sudah besar

 

Termasuk kesalahan besar adalah bila engkau menyangka bahwa gurumu membencimu karena ia menegurmu. Tidaklah berburuk sangka kepada gurunya, kecuali murid yang kurang ajar dan tidak berilmu.

 

  1. Termasuk kesetiaan kepada gurumu adalah engkau tidak melupakan kebaikannya sepanjang hidupmu, walaupun engkau telah keluar dari sekolah atau gurumu telah berhenti dari sana atau bepergian ke negeri lain misalnya. Maka hendaklah engkau hubungi ia dengan surat menyurat, terutama pada peristiwa-peristiwa tertentu. Begitu pula jika ia berpindah ke alam kekal, hendaklah engkau mendo’akannya agar mendapat rahmat dan ampunan serta bersedekah untuknya.
  1. Imam As-Syafi’i adalah seorang yang sangat beradab di hadapan gurunya yaitu Imam Malik, semoga Allah merahmati keduanya. Beliau berkata, “Aku membuka kertas di hadapan Imam Malik dengan perlahan-lahan karena aku segan kepadanya supaya beliau tidak mendengar bunyinya.”

 

  1. Ar-Rabi’ bin Sulaiman adalah seorang yang sangat mengagungkan gurunya yaitu Imam As-Syafi’i. Ia berkata, “Demi Allah, aku tidak berani minum air sementara Imam As-Syafi’i melihat kepadaku, karena aku segan kepadanya.” Gurunya sangat mencintainya dan berkata kepadanya, “Hai Rabi’, seandainya aku mampu memberimu makanan ilmu, tentulah aku memberikannya kepadamu.”

 

  1. Harun Ar-Rasyid menyerahkan kedua anaknya, yaitu Al-Amin dan Al-Makmun pada seorang guru yang sangat pandai bernama Al-Kisaa’iy, Pada suatu hari sang guru berdiri untuk keluar dari tempat mereka. Maka kedua anak itu berlomba-lomba untuk mengambilkan kedua sandainya dan saling bergegas untuk memberikannya kepada guru mereka. Kemudian keduanya bersepakat untuk memberikan sandal itu, masing-masing sebuah sandal. Ar-Rasyid mendengar hal itu, lalu menyuruhnya datang. Kemudian ia berkata kepadanya, “Siapa orang yang paling mulia?” AlKisaa’iy menjawab, “Amirul mukminin.” Ar-Rasyid berkata, “Tidak, orang yang paling mulia adalah orang yang anakanak Amirul mukminin berlomba untuk mengambilkan sandalnya.” Sang guru merasa risi (tak enak) dan mengira ia bersalah serta ingin melarang mereka melakukannya sekali lagi. Maka Ar-Rasyid berkata, “Andaikata anda melarang mereka, tentu aku akan menegurmu dengan keras. Kedua anak itu tidak melakukan sesuatu yang menjatuhkan derajat mereka, Bahkan hal itu menambah kemuliaan mereka. Aku telah memberi Imbalan kepada mereka 20.000 dinar atas sopan santun mereka, dan bagimu 10.000 dirham atas pendidikanmu yang baik terhadap mereka.”

 

4, Diceritakan bahwa Harun Ar-Rasyid mengirim salah seorang putranya kepada Al-Ashma’iy agar Ia mengajarinya Ilmu dan adab. Pada suatu hari ia melihatnya berwudhu dan mencuci kakinya sementara putra khalifah menuangkan air di atas kakinya. Maka Ia menegur Al-Ashma’iy atas hal itu dengan perkataan, “Sesungguhnya aku mengirimnya kepadamu agar supaya engkau mengajari dan mendidiknya. Mengapa anda tidak menyuruhnya menuangkan air dengan tangannya yang satu dan mencuci kakimu dengan tangannya yang lain?”

 

Engkau wajib memperhatikan sopan santun persahabatan terhadap murid-murid yang belajar bersamamu di sekolah yang sama, terutama murid-murid sekelasmu, karena ikatan pengajaran menyatukan antara kamu dan mereka. Maka mereka mempunyai hak-hak yang melebihi hak-hak orang lain di antara teman-temanmu yang lain. Maka laksanakanlah sopan santun yang berikut ini :

 

  1. Hendaklah engkau hormati mereka yang lebih tua darimu dan sayangi mereka yang lebih muda darimu. Engkau bekerja sama dengan mereka dalam memelihara peraturan dan ketenangan serta waktu belajar atau pada waktu istirahat dan untuk menyenangkan guru-guru sedapat mungkin. Hal itu dilakukan dengan menunaikan kewajiban-kewajiban seperti menghafal pelajaran dan giat dalam menuntut ilmu, menyediakan kitab-kitab dan buku tulis serta alat-alat belajar, dan memelihara keselamatannya dari kerusakan dan kebersihannya dari kotoran, serta hadir dengan teratur setiap hari ke sekolah sebelum waktu pelajaran. Hendaklah engkau atau salah seorang temanmu bisa menggantikan guru yang tidak hadir bilamana hal itu memungkinkan, agar supaya pelajaran tidak berhenti dan tidak terjadi kekacauan di dalam kelas. Tentu saja gurumu sangat gembira karena engkau memelihara peraturan.

 

  1. Termasuk sopan santun pula adalah bila engkau menyukai kebaikan bagi teman-temanmu sebagaimana engkau menyukainya bagi dirimu. Sebagaimana ualam hadits: “Tidaklah seseorang dari kamu beriman hingga ia menCintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

 

Hendaklah engkau berlapang dada dengan mereka dalam semua urusan dan memperlakukan mereka dengan ramah dan senyum. Engkau bantu mereka memperoleh kebutuhan mereka dan hindari hal-hal yang dapat menimbulkan pertengkaran dan kebencian. Maka jangan kikir terhadap mereka apabila mereka meminjam sesuatu darimu. Jangan pula bersikap sombong terhadap mereka atau mendengki mereka atau berdusta terhadap mereka atau pun mengadu domba di antara mereka. Jangan menyempitkan mereka di tempat-tempat duduk mereka atau merusakkan alat-alat mereka atau menyembunyikan sebagiannya atau berburuk sangka kepada mereka ataupun mendebat mereka tanpa sopan santun atau sering bergurau dengan mereka bukan pada waktunya. Karena hal itu menyebabkan permusuhan dan kedengkian.

 

  1. Hendaklah engkau do’akan mereka pada waktu mereka tidak hadir. Dalam hadits: “Do’a seorang muslim bagi saudaranya yang tidak hadir adalah mustajab. Di dekat kepalanya berada malaikat yang bertugas. Setiap kali ia mendo’akan kebaikan bagi saudaranya, berkatalah malaikat yang ditugasi itu: Amin, bagimu seperti itu.”

 

Hendaklah engkau menerima maaf mereka, apabila mereka minta maaf kepadamu atas kesalahan mereka. Dan mendamaikan mereka bilamana terjadi perselisihan di antara mereka.

 

Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara, maka itu damaikanlah antara kedua saudaramu” (Al Hujurat: 10). | Hendaklah engkau berlomba dengan teman-temanmu untuk menghafal pelajaran dan memahami masalah-masalah demi mengamalkan firman Allah Ta’ala: “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (Al Muthaffifiin: 26).

 

Hendaklah engkau membantu orang-orang yang lemah dari mereka untuk belajar dan tidak membanggakan diri terhadap mereka, karena hafal pelajaran dan cepat mengerti. Hendaklah engkau mengadakan pembahasan ilmiah pada waktu luang (senggang), karena hal itu menggembirakan hati gurumu.

 

Termasuk sopan santun pula adalah bila ada kerumitan pada salah seorang temanmu tentang suatu masalah, lalu ia bertanya kepada guru tentang hal itu, maka janganlah engkau marah kepadanya atau mengejeknya, tetapi engkau dengarkan jawaban guru agar bertambah pengertianmu tentang masalah itu dan temanmu gembira terhadapmu.

 

  1. Apabila engkau laksanakan sopan santun ini terhadap teman-temanmu, maka tidaklah diragukan bahwa mereka akan menghormati dan mencintaimu serta berusaha membelamu dan menghindarkan bahaya darimu serta menganggapmu benar-benar teman yang setia bagi mereka. Mereka senang berteman denganmu dan engkaupun senang berteman dengan mereka. Sebaliknya apabila engkau tinggalkan sopan santun ini, maka mereka menjadi musuhmu dan tidak suka berjumpa denganmu. Maka engkau pun menjadi sendirian dan kesepian seperti burung yang patah sayapnya.

 

  1. Wahai murid yang beradab ! apabila engkau mendapati seorang murid yang nakal di antara teman-temanmu, suka membangkang terhadap guru-gurunya dan tidak menunaikan kewajibannya, maka hendaklah engkau menjauhi dari berteman dengannya agar tabiatnya yang jahat tidak menular kepadamu. Benarlah ketika penyair berkata :

 

Sesungguhnya tabiat itu mencuri tabiat dan barang siapa menemani orang jahat, ia pun tertular

 

  1. Apabila engkau berhenti dari sekolah, maka termasuk hak persahabatan adalah jangan melupakan teman-temanmu, tetapi engkau pelihara masa-masa persahabatan dan hari-hari ketika menjadi murid. Engkau khususkan mereka di antara para sahabatmu yang lain dengan penghormatan dan kebaikan yang melebihi lainnya. Demikianlah kesetiaan di antarasesama saudara.