Aku memujimu wahai dzat yang mahasuci dalam kesempurnaanya dari serupa dan sama, dan suci dalam keagungannya dari di temui pengelihatan, atau di liputi pikiran, atau hati hulang darinya, dan berpakain dengan kesombngan dan bersarung dengan keagungan, barang siapa melepas salah satunya maka ia dipukul dan durhaka, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain engkau, maha suci engkau, tiada sekutu bagimu, dengan persaksian yang nampak padanya untuk ikhlasnya perintah, dan berbagia pengucapnya dengan kebahagiaan yang paling agung, di hari hancurnya tubuh. dan aku bersaksi bahwa junjungan kita muhamma adalah hambamu dan ususanmu, sebaik orang yang engkau turunkan dari punggung pembesar dan rahim wanita merdeka, engkau utus untuk sebaik umat yang di keluarkan untuk manusia, lalu dengan nabi engkau tunjukkan setiap orang yang bingun, dan dengan beliau engkau lebur kedzaliman jahiliyah, dan dengan beliau engkau hidupkan tanda islam, dan engkau jandikan beliau kedudukan yang terpuji , dan engkau terima syafaat beliu dalam dosa besar dan kecil, beliau banyak menjelaskan syariat agamamu yang tegak sampai mewarisinya orang setelah beliau yang memiliki pandangan hati, selawat salam semoga untuk beliau dan keluarga beliau dan sahabat beliau dan memiliki keutamaan yang terus, selawat dan salam yang kami anggap di hari kiamat sebagi simpanan yang palign agung, yang langgeng, selama berjalannya kapal yang berjalan, dan berputarnya angkasa yang berputar.
Amma ba’du: ilmu fiqih lautannya luas, dan pertamanannya indah, dan bintangnya bersinar, dan dasarnya tetap, dan cabangnya terperinci, simpananya tidak habis sebab banyakknya nafkah, kemualiaanya tidak sirna sebab lamanya masa, ahli fiqih tinga agama dan penegaknya, dan dengan mereka sambung dan runtutnya agama, mereka para pewaris nabi, dan dengan mereka di mintai keteranga dlam kegelapan, dan di mintai tolong dalam kesulitan dan kemudahan, dan dibuat petunjuk seperti bintang langit, dan kepada mereka tempat kembali di akhirat dan dunia, dan tempat rujukan dalam mengajar dan fatwa, dan mereka memiliki kedudukan yang tinggi pada bitang zuhra yang tinggi, mereka adalah raja, tidak, bahkan raja di bawah kaki mereka, dan dalam arahan ucapan dan pena mereka, mereka yang jika perang berkecamuk maka iman berkumpul pada ahli fikih, mereka adalah kaum yang palign baik, jika seitap kabilah bangga dengan kaumnya.
Putih wajah , mulia nasab mereka … lancip hudungnya, dari susunan awal
Mereka mencabang fikih ini dengan cabang-cabang dan macam-macam, dan dalam menggallinya mereka memanjangkan tangan dan lengan, dan termasuk macam fiqih yang paling agung adalah mengetahui serupa-serupa cabang dan persamaanya, dan menggabungkang satuan-satuan pada saudaranya dan yang menyamainya.
Dan demi umurku, fan ini tidak dapat diperoleh dengan angan angan, dan tidak dapat didapat dengan barangkali dan andaikan aku, dan tidak akan sampai kecuali orang yang menyikap dari lengan kesungguguna dan bersiap, dan meniggalkan keluarganya dan mengencangkan sarung, dan menyelam lamutan dan bercampur ombak, dan tersus berputan pada pintu-pintu dalam malam yang gelap, terbiasa dalam mengulang dan membaca pagi da sore, dan menegakkan dirinay untuk menyusun dan menjelasakan berupa bait dan ucapan, ia tidak memiliki cita-cita kecuali kesulitan yang akan ia urai, dan tempat yang sulit yang sulit bagi orang yang kurang maka ia naik kepadnya dan mengurainya, ia membantah dan di bantah, dan ketika di hina orang yang bodoh ia tidak peduli, di pukul bersama orang-orang terdahulu dengan panah dan celaan yang di taruh di besih yang dingin, dan mencukur kemuliaan dan mengambil yang tercecer:
dan tidak di ingkari terhadap Allah … untuk mengumpulkan alam dalam satu orang
menerjang tempat yang ditakuti yang sulit, dan membuka pintu yang tertutup, jika orang yang botoh berkata “tiada kekuatan”, jika nampak baginya sesuatu yang tercecer maka ia kembalikan pada kedalaman hutan, atau jika luput darinya maka ia ambil walupun di dalam langit, ia memiliki kritikan yang di gunakan untuk membedakan antara angin dan debu, dan pandangan yang menghukum jika ada perbedaaan pendapad dengan putusan hakim, dan pikiran yang tidak datang kepadanya hinaan orang orang bodoh, dan pemahaman yan tajab jika ada masalah dari belakan gunung qof maka ia akan melobanginya sehingga sampai kepadanya dari belakang, bahwa semua itu bukan dari usaha hamba, akan tetapi dari anugrah Allah yang Allah beri kepada orang yang Ia kehendaki.
ini, dan ketika aku mengumpulkan macam ini dengan beberapa kumpulan, dan aku meneliti persamaan masalah-masah baik asal atau cabang, sampai aku mendapat kumpulan yang banyak, dan aku tampakkan dalam karya yang baik, keutamaanya tidak terputus dan tidak terlarang, dan aku susu atau tujuh kitab:
Kitab pertama: tentang penjelasan lima kaidah, yang murid-murid imam syafi’i menjelaskan bahwa seluruh masalah-masalah fikih kembali kepadanya.
Kitb kedua: tentang kaidah universal yang keluar darinya bentuk bentuk yang tidak terbatas, dan itu ada empat puluh kaidah.
Kitab ketiga: tentang kaidah yang diperdebatkan, dan tidak dikatakan keunggulan, karena adanya dalil salah satu dua pendapat di sebagiannya dan lawannya dalam sebagian yang lain, hal itu ada dua puluh kaidah.
kitab keempat: tentang hukum hukum yang banyak terjadi, dan jelek bagi ahli fikih tidak mengetahuinya, seperti hukum-hukum orang yang lupa, bodoh, di pakasa, tirud, gila, pingsan, mabok, anak, budak, setengah budak, wanita, banci, bingung, buta, kafir, jin, mahrohm, anak, wati, akad, rusak, jelas, kinayah, ta’rid, tulisan , isyarah, kepemilikan, hutang, harga sepadan, upah spadan, mahar sepadan, emas , perak, tempat tinggal, pembantu, kitab ahli fikih, senjata tentara, korma, anggur, syarat, menggantungkan, pengecualian, putaran, ringkasan, menyebarkan, keadailan, menunaikan, putusan, mengulang, menemui, menanggung, kehambaan, ketuanan, fardlu kifayah, dan kesunnahannya, bepergian, kehormatan, masjid dan lain lain. dan dalam cakupan hal tersebut ada kaidah, faidah, penyempurna, tambahan, yang membahagiankan orang yang melihat dan membahagiakan hati.
Kitab kelima: tentang persamaan bab-bab, maksudnya yang dari bab satu, yang di tertibkan berdasar bab-bab fikih, dan yang menjadi sasaran bab ini dan sebelumnya adalah orang yang meulai belajar.
Kitab keenam: tentang yang terpisah di bab bab yang sama.
Kitab ke tujuh: tentang keserupaan yang bermacam macam.
Dan ketahuilah bahwa setiap kitab dari kitab-kitab tujih ini jika di jadikan satu karya tersendiri , niscaya akan menjadi kitab yang sempurna, bahkan setiap judul dapat menjadi karya yang besar.
Dan aku mulai setiap kaidah dengan dasarnya dari hadis dan atsar, dan sekira dalam sanadnya dloim maka aku berusaha dalam mencari penguat untuk menguatkanya dengan ringkas, dan perkara ini matamu tidak melihat sekarang ahli fikih yang mampu, dan tidak mengarahkan wajahnya, dan engkau jika berangan angan akan kitabku ini, maka engakau tahu bahwa ia dalah hasil umur, dan sari masa, yang menganduk pembahasan yang penting, dan menolong ketiak terjadinya seuatu yang mendesak, dan menerakai masalah yang sulit, katerna aku menuju pada seuatu yang di kuci maka aku buka, dan yang sulit lalu aku mudahkan, dan yang panjang maka aku ringkas, dan sesuatu yang sulit di dapati maka aku tetapkan.
Dan ketahulilah bahwa yang mendorongku mengelurkan kitab ini bahwa aku pernah menulis contoh yang kecil dalam kitab yang aku beri nama: syawaridul fawaid fid dlowabit wal qowaid” , lalu aku melihat respon yang baik dari para pelajar, dan banyak orang orang yang meliliki hati bahagia, dan kitab ini di nisbatkan pada kitab ini seperti setetes dari tetasan lautan, dan sepotong dari potongan hujan.
seakan aku dihadapan manusia terdapan kelompok kelompok: suatu kelompok yang drengki memenuhi diri mereka, dan mengiginkan memadamkan cahayanya dengan bibir mereka, dan mereka tidak akan sampai kecuak di putus hati mereka, dan bagaimana di samakan orang yang tumbuh di pangkuan ilmu sejak kecil , dan terbiasa di situ di waktu besar , muda dan tua, sehingga sampai pada tujuanya, dengan penyusup yang menetap beberapa tahun dalam pengangguran dan permainan, dan menghabiskan waktunya untuk berkarya atau bekerja, lalu ia memalingkan pandangannya pada ilmu, lalu melihat dan tidak serius, dan menerima sedikit bagian, dan ia puas di katakan orang alim dan tidak memiliki sifat
Aku putra rumah yang denganya nasabku dapat diketahui.. dan apakah dalam ruham wahai manusia ada kehinaan
bahwa kita tidak mengandalkan nasab, dan kita tidak malas berkerja untuk mencari keluhuran
walaupun kitan memiliki nasab, tetapi kita tidak mengandalkan nasab
kita membangun seperti pendahulu kita membangun, dan bekerja seperti mereka bekerja
dan kebanyakan kelompok ini menghina masa muda, dan kebanggaanya masa tua, dan hal tersebut jelas padamu kejelekannya, jika mereka sadar , mereka akan mengetahui bahwa hal tersebut termasuk sifat pujia, tidak dari tanda celaan, dan cukup bantahan untuk mereka bagi orang yang memiliki akal hadis yang marfu dan mauquf: “tidak di beri ilmu orang yang berilmu, kecuali ia muda”.
dan kelompok lain memiliki bodoh yang tersusun, dan jauh dari mereka jalan kebaikan, tidak meninggalkan berdebat dan tidak mengambil ucapan, tidak bisa jawab dan bertanya, mereka tidak memiliki kebiasaan kecuali makan hara, dan masuk dalam kehormata manusia, dan merendahkan manusia di siang hari, dan di malam hari tidur, dan kelompok ini tidak layak di ajak berbicara, dan jika mereka pergi jangan bersiap capek, wassalam.
Dan kelompok lain, dan Allah memberikan mereka petunjuknya, dan mengilhami mereka takwanya, dan membersihkan mereka tuannya, maka melihat kebaikannya dan punjaknya, dan faidah-faidahnya yang tiada akhir, maka mereka mengakui dengan syukkurnya dan pujiannya, dan mencakup dari lautannnya, tidak mempengarui merka hinaan orang yang menghina dan pujiannya, dan menyucup dari gelas airnya, dan mendapat dari keharumannya kesegarannya, dan kelompok ini hampir engaku tidak melihat mereka, dan tidak mendengan akan kebaikan mereka di atas bumi, semoga Allah menghidupi mereka dan memperbaikai mereka, dan semoga allah memberi hujan kita awan anugrahnya dan mereka.
Ketahuilah bahwa fan asybah wan nadzoir adalah fan yang agung, dengan fan ini dapat di lihat hakikat fikih dan tujuannya, dan sumbernya dan rahasianya, dan dapat di buat latiha dalam memahami fikih dan menghapal fikih, dan dibuat menyamakan dan mengeluarkan , dan mengetahui hukum masalah-masalah yang tidak tertuls, dan kejadian dan pristiwa yang tidak habis bersama lewatnya masa, karena ini ulama kita berkata: fiki adalah mengetahui persamaan.
Dan untuk hal tersebut aku menemukan dasar dari ucpan umar bin khottob, mengkabariku guru kita al imam taqiyuddin asyamni: menkabariku abul hasan ibn abdilkarim: menkabariku abul abbas ahmad ibn yusuf. (tahwil) dan menulis kepadaku abu abdillah muhammad ibn muqbil al halabi, dari muhamma ibn ali al harowi, ia berkata: menkabariku al hafid abu muhammad addimyathi: menkabrku al hafidz abul hajjar ibn kholil: menkabariku abul fath ibn Muhammad: mengkabariku ismail ib al fadl: menkabariku Abu thohir Muhammad ibn Ahmad (tahwil) dimyati berkata: mengkabariku abul hasan ibn muqoyyar: menkabariku al mubarok ibn ahmad dengan ijazah: mengkabariku abul hasan ibn al muhtadi billah: keduanya berkada: mengkabariku al imam abul hasan ad darqutni, menceritaiku abu jafar muhammad ibn sulaiman an nu’mani: menkabariku abdullah abdus somad ibn Abi khoddasy, menceritaiku isa ibn yusuf: menceritaiku ubaidillah in Abi humaid dari abil malih al hudzali ia berkata: Umar ibn Khottob perna menulis kepada Abi musa al Asy’ari: amma ba’du. sesungguhnya pengadilan adalah kewajiban yang di kokohkan, dan sunnah yang di ikuti, maka fahamlah jika di laporkan kepadamu , karena tiada manfaan bicara kebenaran yang tidak dilaksanakan. dan janganlah menjegahmu pupusan yang kau putusi, yang enkau melihat dirimu, dan engaku mendapat petuntuk untuk kebenaranmu, untuk melihat kebenaran, karena kebenara adalah dahulu, dan melihat kebenaran lebih baik dari pada meneerjang kebatilan, carilah pemahaman, carilah pemahaman, tentang sesuatu yang di dadamu, tentang yang tidak sampai kepadamu kitab dan sunnah, ketahuilah sepadan dan persamaan, lalu samakan urusan menurutmu, maka ambillah yang lebih di cintai Allah dan lebih sama dengan kebenaran, sesuai yang engkau pandang.
Dan dalam kalimat “maka ambillah yang lebih di cintai Allah dan lebih sama dengan kebenaran, sesuai yang engkau pandang” adalah isyarat pada di antara persamaan adalah sesuatu yang berbeda pesamaanya dalam hukum, karena temuan yang husus untuknya, ini adalah fan yang di namakan perbedaan, yang di situ di singgung perbedaan antara persamaan-persamaan yang tunggal bentuk dan maknanyan, yang berbeda hukum dan alasannya.
dan dalam kalimat “sesuai yang engkau pandang” isyarah bahwa mujtahid di tuntun dengan yang ia sanka benar, dan ia tidak di tuntun untuk menemukan kebenaran dalam kenyataanya, dan tidak sampai pada yaqin, dan isyarah bahwa mujtahid tidak boleh taqlid pada lainnya.
Al Qodli Abu Said al Harowi bercerita: