As-Sabiyyat Fi Mawaidzil Bariyyat Dan Terjemah [PDF]

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH
DAN MAHA PENYAYANG

 

            Segala puji bagi Allah, Dzat yang tidak ada persamaanya, tidak mempuyai pembantu dan juga teman, tidak beristri dan tidak beranak, Yang menciptakan tujuh petala langit dan tujuh petala bum. Yang menciptakan manusia dari tanah, kemudian melanjutkan penciptaannya dari air yang hina. Demikian itu adalah Kekuasaan Tuhan semesta alam. Maha sucilah Allah, sebaik-baik pencipta.

            Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam berlimpah atasnya sepanjang hari dan tahun. Dan aku memohon ampunan kepada Allah, Tuhan semesta alam.

            (Berkata) Asy Syaikh Al Imamul ajallu Abu Nasr Muhammad bin Abdurrohman alhamdaani, Semoga Rahmat Allah berlimpah atasnya (ketahuilah) Bahwa Dzat Pencipta Yang sangat besar kekuasaan-Nya dan sangat tinggi kalimat-Nya serta berkesinambungannikmat-nikmat-Nya telah menghisasi tujuh perkaradengan tujuh perkara , dan menghiasi pula bagi yang tiap-tiap tujuh perkara itu dengan tujuh perkara lainya, untuk memberitahukan kepada orang-orang yang berilmu bahwasanya angka tujuh itumempenyai rahasia yang sangat besar dan kedudukanya yang agung di sisi Allah, Maharaja yang memiliki kemudlarratan dan kemanfaatan.

            Pertama, Allah menghiasi udara dengan tujuh lapis langit.

Firman-Nya :

Artinya : “Dan kami bina diatas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh” (Annabaa’:12)

            Kemudian allah menghiasinya dengan tujuh bintang, firman-Nya :

Artinya : “dan sesungguhnya kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang di langit, dan kami telah menghiasi (langit itu) nya bagi orang-orang yang memandang (nya). (QS. Al Hijr :16)

            Kedua, Allah telah menghias padang yang lapang dengan tujuh lapis bumi. Firman Allah :

Artinya : Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi…”. (QS Ath thalaaq : 12 )

            Kemudian Allah menghiasi bumi itu dengan tujuh lautan, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “…. Dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudahnya…. “ (QS. Luqman :27)

            Ketiga, Allah telah menghias neraka dengan tujuh tingkat, yaitu : Jahannam, Sa’iir, Saqor, Jahiim, Huthomah, Ladhoo, dan Hawiyah. Kemudian Allah menghiasinya pula dengan tujuh pintu, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Ia (neraka) itu mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu (telah ditentukan untuk golongan tertentu dari mereka”. (QS Al-Hijr: 44)

            Keempat, Allah menghias Al Qur’an dengan tujuh surah yang panjang, kemudian menghiasinya pula dengan tujuh ayat pembuka kitab (fatihatul kitaab). Sebagaimana firman-Nya :

Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepada-Mu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur’an yang agung:. (QS. Al Hijr: 87)

            Kelima, Allah menghias manusia dengan tujuh anggota badan, yaitu : Dua tanggan, dua kaki, dua lutut, dan satu wajah. Kemudian menghiasnya dengan tujuh peribadatan, yaitu : dua tangan dengan do’a, dua kaki dengan berkhidmat, dua lutut dengan bubuk, dan muka dengan sujud. Firman-Nya :

Artinya :… Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan )”. (QS. Al Alaq : 19)

            Keenam, Allah menghias umur manusia dengan tujuh tahapan. Pada masa baru lahir disebut ‘Rodli’, kemudian ‘fathim’, kemudian ‘shobi’, kemudian ‘ghulam’, kemudian ‘syaab’, kemudian ‘kuhul’, kemudian ‘syaikh’. Dan menghias tujuh tahapan umur ini dengan tujuh kalimat yaitu : ucapan Laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah. Firman Allah :

Artinya : “… dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa (Laailaaha illallaah) dan adalah mereka berhak dengan kalimat taqwa itu patut memilikinya”. (QS. Al Fath :26)

Ketujuh, Allah menghias dunia dengan tujuh negeri yang besar, yaitu pertama : Hindustan; kedua : Hijaz; ketiga : Basrah, Badiyah, kufah; keempat : Irak, Syam, Khurasan sampai ke Balakh; kelima : Roma dan Armenia; keenam : negri Ya’juj dan Ma’juj; ketujuh : Cina dan Turkistan. Kemudian Allah menghias tujuh negri yang besar itu dengan tujuh hari Yaitu : Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at. Dan Allhah memuliakan dengan ketujuh hari ini, tujuh dari para nagi, yaitu : Allah memuliakan Nabi Musa as. dengan hari sabtu, Isa bin Maryam dengan hari Ahad, Dawud alaihissalaam dengan hari Senin, Nabi Sulaiman as. Dengan hari Selasa, Nabi Yaqub as dengan hari Rabu, Nabi Adam as. Dengan hari kamis, dan Nab Muhammad saw. Dan umatnya dengan hari Jum’at.

Maka tatkala saya merenungkan akan keunikan-keunikan ini, kamudian timbullah dalam hati saya suatu keinginan untuk menyusun suatu kutab yang berisi ilmu tentang ma’na hari-hari ini, agar dapat menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang membacanya.

Dan kitab ini saya namakan  : As sab’iyyatul fii mawaa’idhil bariyyaat.

Saya mohon kepada Allah agar ia membantu saya dalam menyempurnakan kitab ini, dan memberi petunjuk kepada saya buat menyelesaikannya. Karena Ia sebaik-baik tempat meminta, dan bagi-Nya upaya dan kekuatan.

Amin.

Al-Mu’allif

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :

Artinya : “Dan tanyakanlah kepada bani Israil tenteng negeri yang terlrtak di dekat laut, ketika mereka melanggar aturan pada hari sabtu…” (QS. Al A’roof : 163)

            Dari Muslim bin Abdullah daripada Sa’id bin Jubair dari Anas bin Malik r.a., ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang hari ketujuh. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Karena bangsa Quraisy telah melakukan makar di Darunnadwah, Firman Allah :

Artinya : Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu day aitu. Dan Allah-lah sebaik-baik pembalas tipu daya “. (QS. Al Anfaal : 30 )

            Ketahuilah, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menamakan hari sabtu itu sebagai hari makar dan tipu daya, melainkan pada hari itu telah terjadi tujuh peristiwa makar dan penipuan terhadap tujuh orang oleh tujuh kaum. Pertama Kaum Nuh melakukan makar dan tipu daya terhadap Nabi Nuh alaihissalaam.

            Seperti yang difirmankan Allah yang ma’nanya : Dan mereka (Kaum Nuh) melakukan tipudaya yang amat besar. Karena itu mereka patut mendapat azab berupa topan dan mala petaka.

Firman Allah yang Ma’nanya : Dan kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.

            Kedua : kaum Sholeh melakukan makar dan tipu daya terhadap Nabi Sholeh alaihissalaam. Seperti yang difirmankan Allah, ma’nanya : Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula) sementara mereka tidak menyadari. Karena itu mereka patut mendapat kebinasaan dan kehancuran. Firman Allah : yang ma’nanya : Nahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.

Ketiga : Saudara-saudara Yusuf melakukan makar dan tipudaya terhadap Nabi Yusuf alaihissalaam. Seperti yang difirmankan Allah yang ma’nanya : Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Hal ini karena mereka merasa dengki terhadap Yusuf, setelah mereka mengerti dan memahami akan ta’wil mimpi yusuf, yang mana dalam mimpi itu mereka diibaratkan bintang-bintang yang semuanya merunduk kepada Yusuf alaihissalaam. Atas makar mereka itu, Allah mencela dengan firman-Nya, yang ma’nanya : Apakah kalian mengetahui (kejelekan) apa yang kalian telah lakukan terhadap Yusuf.

            Keempat : Kaum Musa nelakukan makar dan tipu daya terhadap Nabi Musa alaihissalaam. Seperti yang di firmankan Allah, ma’nanya : Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris . karena itu mereka patut mendapat kehinaan. Firman Allah, yang ma’nanya : Dan jadilah mereka orang-orang yang hina.

            Kelima : Kaum Isa melakukan makar kepada Nabi Isa alaihissalaam.

            Seperti di firmankan Allah, ma’nanya : Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, mereka itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipudaya. Karena itu mereka patut mendapatkan pengusiran dan penghinaan. Firman Allah, yang ma’nanya : Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.

            Keenam : Gembong-gembong Quraisy melakukan makar dan tipu daya terhadap Nabi Muhammad Shallallahu alaihi was sallam. Seperti yang di firmankan Allah, Ma’nanya : Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. Karena itu mereka patut mendapatkan azab dan siksa. Firman Allah yang, ma’nanya : Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (didunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat)

            Ketujuh : Kaum Bani Israil melakukan makar dan tipu daya atas larangan Allah. Seperti yang difirmankan Allah, ma’nanya : Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari sabtu. Karena itu mereka patut mendapatkan kutukan. Firman Allah, yang ma’nanya : Atau Kami kutuki  mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat durhaka) pada hari (sabtu).

Ketika kaum Nuh melakukan makar untuk membinasakan Nabi Nuh alaihissalaam, maka Allah membinasakan mereka semua. Yaitu dengan mengeluarkan dari dalam bumi air yang sangat panas, dan mencurahkan dari langit air yang sangat dingin, serta menimbulkan angin topan yang sangat dahsyatberkecamuk di sekeliling mereka. Maka musnah binasalah musuh-musuh Nabi Nuh, dan selamatlah Beliau beserta pengikut-pengikutnya yang setia.

Allah berfirman :

 

Artinya : “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan”. (QS. Asy-Syu’aroo :119 )

(Suatu peringatan)

            Seakan-akan Allah Ta’ala mengatakan : “Wahai hamba-ku, jika engkau ingin Aku lepaskan dari cengkraman setan, dan Aku selamatkan dari tenggelan di Samudra kemaksiatan, maka pergunakanlah matamu itu untuk mengambil i’tibar, telingamu untuk mendengarkan ilmu dan hikmat, lisanmu untuk mengucapkan kalimat tauhid dan syahadat, dan kakimu untuk berjalan menuju ke shalat berjama’ah, dan semua anggota badanmu untuk mengerjakan segala amal taat dan ibadat, serta tanamkanlah dalam hatimu rasa tobata dan penyesalan. Maka kelak engkau akan Aku selamatkan dari penjara kerugiandan penyesalan, dan aku muliakan engkau pada tempat kemuliaan dan keselamatan”.

            Allah berfirman : “ Dan mereka telah melakukan tipudaya yang amat besar”.

            Kaum Nuh hendak mengeluarkan Nabi Nuh alaihissalaam dari tengah-tengah mereka. Kemudian Allah melakukan makar pula terhadap mereka, dan Ia mengeluarkan mereka dari muka bumi, dengan jalan mencurahkan air yang amat dingin dari langit dan mengeluarkan dari bumi air yang sangat panas, Firman Nya :

Artinya : “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air ituuntuk satu urusan yang telah ditentukan”. (QS. Al Qomar : 11-12)

 

 

(Jalan Cerita)

            Tatkala dekat tiba waktu azab yang telah ditentukan, Maka Allah mengutus malaikat Jibril alaihissalaam menjemput Nabi Nuh alaihissalaam, untuk mengajarkan kepada beliau cara-cara menukang kayu, dan Jibril mengatakan bahwa, Allah menyuruh Beliau membuat sebuah kapal. Firman Allah :

 

Artinya : “Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami…”. (QS. Hud : 37)

 

Nuh bertanya : “Bagaimana cara membuat kapal itu.?”

Jawab             : “Potonglah serratus duapuluh empat ribu keeping papan, dan pada tiap-tiap keping papan itu ada nama Nabi”.

Nuh Bertanya : “Saya tidak mengetahui seluruh nama-nama Nabi itu”.

Maka Allah mewahyukan : “ Wahai Nuh, tugas memotong papan itu adalah tugasmu, sedang menampakan nama-nama Nabi itu, Akulah yang akan melakukannya”.

Kemudian Nuh pun memotong kepingan papan yang pertama, maka tampak nama Adam alaihissalaam, pada kepingan kedua nampak nama Syits alaihissalaam, pada kepingan papan ketiga nampak nama Idris alaihissalaam, pada kepingan papan keempat nampak nama Nuh alaihissalaam,. Demikian seterusnya, setiap kali Nabi Nuh selesai memotong papan, maka tampaklah nama salah seorang Nabi tertulis pada papan itu. Dan yang paling akhir adalah nama Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, sebagai penutup nabi-nabi, penghias orang-orang suci, dan penyuluh para wali.

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nuh alaihissalaam untuk menyiapkan paku-paku. Pada setiap paku itu tercantum nama salah seorang Nabi. Setelah Nabi Nuh menyiapkan paku, lalu Beliau memulai menyatukan bagian-bagian dari kepingan papan itu dan memakunya. Orang-orang kafir yang melihat pekerjaan Nabi Nuh itu mengejek dan menghina serta menertawakannya, sebagaimana yang diberitakan Allah di dalam Al Qur’an :

 

Artinya : “ Dan mulailah Nuh membuat bahtera dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh : “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnay kami (pun) mengejek kamu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami):. (QS. Huud :38)

(Didalam khabar disebutkan) : Bahwa setelah Nuh alaihissalaam, menyatukan papan-papan itu, maka beliau kekurangan empat keping papanuntuk menyempurnakanpembuatan kapal itu. Maka turunlah Malaikat Jibril alaihissalaam, seraya berkata : Wahai Nuh, Allah memerintahkan kepadamu agar memotong empat keping papan lagi, dan hendaklah dicantumkan pada setiap keping papan itu nama sahabat kekasih-Ku Muhammad Sollallaahu allaihi wa salam, karena kedudukan sahabat-sahabat di sisi-Ku itu adalah ibarat kedudukan Nabi-nabi.

(suatu peringatan) : Di sini, Allah seakan-akan hendak mengatakan : Ketika Aku tampakkan nama kekasih-Ku dan mana sahabat-sahabatnya pada kepingan papan itu, maka aku selamatkan kapal itu dan penumpangnya dari amukan badai topan dan tenggelam. Dan ketika Allah tampakan kepada hati orang yang beriman kecintaan kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi was salam dan pada sahabat-sahabatnya, makai a selamatkan pula mereka dari siksa neraka.

(Didalam khabar disebutkan) : Dikatakan kepada Abdullah bin Abbas rodliyallaahu anhu : Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan kami dari api neraka dan dapat memeasukan kami kedalam surge.

Ibnu Abbas menjawab : Hendaklah kalian melaksanakan limabelas perkara, lima dengan lisan, lima dengan anggota badanmu, dan lima lagi dengan hatimu. Adapun lima dengan lisan itu adalah kalimat : Subhanallah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar wa laa hawla walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adhiim, dan lima dengan anggota badan itu adalah : Shalat lima waktu, sedangkan lima lainya dengan hati, yaitu : Mencintai lima orang , mereka adalah Rosulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, Abubakar, Umar, Usman, dan Ali, ridlwaanallahu alaihim ajma’iin.

 

Kaum Shaleh telah melakukan suatu makar dengan membunuh onta yang menjadi pertanda mu’jizat Nabi Shaleh alaihissalaam.

Firman Allah :

 

Artinya : “Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari”. (QS. AN Naml : 50)

 

            Sebagai balasan dari makar mereka itu, Allah merubah warna rupa mereka, pada hari pertama merah, pada hari kedua kuning, dan pada hari ketiga hitam, kemudian pada keempat, yaitu pada saat salat Ashar di hari Sabtu, mereka dibinasakan Allah dengan satu pekikan malaikat Jibril alaihissalaam. Mengenai cerita kebinasaan mereka dapat dibaca secara lebih jelas pada bab hari Rabu.

            Ketika mereka telah menyembelih induk onta itu, maka anak-anaknya segera pergi menuju ke gunung yang dahulu mengeluarkan induknya, kemudian ia menjerit tiga kali, maka gunung itu terbelah dan masuklah anak onta itu kedalamnya. Sejak itu, tidak seorangpun yang melihatnya.

            (Renungan) : Dengan adanya peristiwa ini seakan-akan Allah Ta’ala mengatakan : Bahwasanya Aku adalah Maharaja Yang Maha Berkuasa, Aku keluarkan satu dari batu dan aku masukan satu kedalam batu, serta aku binasakan satu dengan batu. Adapun yang dikeluarkan Allah dari batu itu adalah onta Nabi Shaleh, dan yang dimasukan Allah kedalam batu adalah anak onta Nabi Shaleh, dan yang dibinasakan Allah dengan batu adalah kaun Nabi Luth.

            (Persamaanya), Iblis diciptakan dari api, Nabi Ibrahim dipelihara dari kobaran api, dan orang-orang kafir disiksa dengan api.

            (Persamaanya), Adam diciptakan dari tanah, ashabul kahfi dipelihara didalam tanah, dan kaum ‘Add disiksa dengan tanah.

            (Persamaanya), Kuda diciptakan dari angin, Kaum Hud disiksa dengan angin, dan Nabi Ya’qub diberi kabar gembira melalui angin.

            (Persamaanya), Manusia diciptakan dari air, Musa dan kaumnya dipelihara di dalam air, dan ikan serta binatang laut di beri risky didalam air.

            Kejadian-kejadian yang berasal dari satu bendanamun menghasilkan hal yang berlainan ini, menunjukan bahwa penciptanya ialah Zat Yang Maha Berkuasa secara Mutlak.

 

Firman Allah :

 

Artinya : “Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu”. (QS. Yusuf : 5)

            Saudara-saudara Yusuf merencanakan suatu tipu daya untuk memisahkan antara Yusuf dengan ayahhandanya Nabi Ya’qub alaihissalaam, dengan tujuan Nabi Ya’qub tidak lagi dapat memandang muka Yusuf, sehingga akhirnya akan melupakannya dan mencintai mereka saja. Seperti yang diceritakan Allah di dalam Al Qur’an :

 

Artinya : (Yaitu) ketika mereka berkata : “ Sesungguhnya Yusuf dan saudara-saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita ini adalah golongan yang kuat, sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata, bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja…”. (QS. Yusuf :8-9)

            Berkata Azza wa Jalla : Hai saudata-saudara Yusuf, aku akan mengaburkan pandangan ayahmu sehingga ia tidak dapat memandang muka-muka kalian, kemudian aku akan menampakan rasa cinta dan rindu di dalam hatinya kapada Yusuf, sehingga sepanjang hari ia hanya akan mengingat Yusuf saja, ia memandang Yusuf dengan hatinya dan tidak dapat melupakanya, sedangkan terhadap kalian ia tidak akan menaruh perhatian sama sekali.

            (Yang mirip dengan peristiwa diatas) : Ketika Iblis memperdaya Adam, sehingga Adam dikeluarkan Allah dari dalam Surga, maka berkatalah Iblis la’natullah alaihi : Aku telah mengeluarkan Adam dari dalam surga, tempat qorobah dan di samping Tuhannya. Lalu aku tempatkan di sampingku, hingga dia dan anak cucunya dapat memandangku dan mentaatiku, serta menentang Tuhannya. Maka Allah Ta’alla berkata : Hai Iblis, engkau mengatakan bahwa mansia memandangmu di sunia dan tidak memandang kepada Tuhannya. Demi kemuliaan dan keagungan Ku, Aku akan menutupi pandangan merekadari melihat kepadamu dan akan kutanamkan kedalam hati mereka rasa cinta dan rindu kepada-Ku, sehingga mereka disibukkan oleh ingatan kepada-Ku sepanjang hidup mereka, Aku akan mengangkat hijab dari hati mereka, dan Aku akan memandang mereka setiap hari dengan tigaratus pandangan sehingga mereka dapat memandang-Ku dengan hati sanubari mereka, dan mereka tidak akan memperdulikanmu, bahkan akan mengutukmu.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’alla:

 

Artinya : “Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian kemudian datanglah dengan berbaris”. (QS.Thoha : 64 )

 

Fir’aun dan haamaan berkata kepada Nabi Musa alaihissalaam Engkau telah pergi meninggalkan kami untuk mempelajari sihir, dan sekarang Engkau kembali kepada kami, maka kami akan mengumpulkan tukang-tukang sihir untuk menandingimu.

Kamudian mereka mengumpulkan tukang-tukang sihir dengan peralatan sihir mereka yang berjumlah tujuh puluh ribu macam benda, berupa tongkat dan tambang. Lalu mereka melemparkan benda-benda itu dengan kekuatan sihir mereka, maka berubahlah seluruh benda-benda itu menjadi berbagai macam ular yang menakutkan, sehingga Musa merasa gentar. Lantas Allah mewahyukan kepadanya : “jangan takut, sesungguhnya engkau yang paling unggul (menang).

Demikian lah pula halnya seorang mukmin yang menghadapi ajalnya, ia melihat malaikat maut yang akan mencabut nyawanya, dengan memendang Iblis yang ingin menghapus Imanya, maka takutlah Ia. Lantas turunlah malaikat yang menggembirakannya: “Jangan tajut dan jangan sedih, dan gembiralah dengan surga yang telah di janjikan kepadamu.

Setelah tukang-tukang sihir itu melemparkan alat-alat sihir mereka sehingga berubah menjadi ular-ular yang menakutkan, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar melemparkan tongkat yang ada di tangannya; Firman-Nya :

 

Artinya : “Dan lemparkan lah apa yang ada di tangan kanamu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat…”. (QS. Tohaa :69)

 

            Seakan-akan Allah hendak mengatakan : Hai Musa, tukang-tukang sihir itu telah melemparkan tongkat-tongkat dan tambang-tambang mereka sehingga engkau melihat sihir ereka yang hebat. Maka sekarang lemparkanlah tongkatmu, supaya engkau dapat melihat kekuatan Tuhanmu yang Qodiim.

            Lalu Musa melemparkan tongkatnya, seketika itu juga berubahlah tongkat itu menjadi ular yang maha besar, yang segera menelan hasil karya tukang-tukang sihir itu. Setelah ular itu mengangakan mulutnya sambal berjalan menuju ketempat tukang-tukang sihir itu. Maka berlarilah orang-orang kafir itu saling tindih menindih, sehingga banyak diantara mereka yang mati.

            Kemudian ular itu menuju singgasana Fir’aun. Setelah ia dekat Fir’aun menjerit : Wahai musa, tolonglah aku!.

             Maka musa mengambil ular itu, setelah berada di tangan musa, seketika itu juga isa berubah kembali menjadi sebuah tongkat.

            Ketika tukang-tukang sihir melihat kejadian itu, dengan segera mereka sujud mengundurkan diri, seraya berkata : kami beriman kepada Tuhan semesta alam yaitu Tuhan Musa dan Harun.

            Dikala mereka sujud itu, Allah menampakkan kepada mereka semua isi bumi, dan dikala mereka mendongakan kepala mereka kelangit, Allah menampakan kepada mereka segala isi langit sampai ke Arsy, sehingga mereka merasa rindu kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

            Kemudian Fir’aun berkata kepada mereka : Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian.

            Sesungguhnya ia adalah pemimpin mu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimabal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma, dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.

            Tukan-tukang sihir itu menjawab : Kami tidak akan mengutamakan kamu dari bukti-bukti yang nyata (Mukjizat), yang telah dating kepada kami daripada Tuhan yang telah menciptakan kami, maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Hai Fir’aun, engkau hanya dapat memotong tangan dan kaki kami saja, Namun engkau tidak sanggup memotong ma’rifah dari hati kami.

            (Renungan) : Tukang-tukang sihir itu dahulu adalah orang-orang yang kafir dan hianat, mereka bersekongkol dengan Fir’aun untuk menentang Mu’jizat Nabi Musa alaihissalaam, namun ketika mereka bersujud dengan membawa dosa-dosa besar ini, Allah mengangkat hijab langit dan bumi, dan memuliakan mereka dengan keimanan, dan menjadikan mereka sebagai Aulia-Nya. Maka betapa pula halnya Umat Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam, bila mere menuju ke Baitullah Al Haram, dengan taubat dan penyasalan, suci dari hadas kecil dan besar, kemudian masuk kedalam Masjidil Haram dengan niat untuk melaksanakan kebaikan dan peribadatan, lalu sujud dengan Khudlu’dan khusu, betapa Allah tidak akan memuliakan mereka dengan suatu kemuliaan dan menempatkan mereka pada Daarul muqomah (Surga)?

            (Renungan Lainya) : Allah menambahkan tongkat Nabi Musa di dalam Al Qur’an dengan tiga nama. Yaitu Hayyatun Tas’aa, Janun dan Tsu’banun Mubiin. Sedangkan kalimat Tauhid mempunyai tujuh puluh nama. Tongkat itu adalah mu’jizat nabi musa, sedang kalimat Tauhid adalah kalimat Maula (Allah). Allah berfirman :

 

Artinya : “Dan kalimat Allah itulah yang tinggai…”. (QS. AT TAUBAH :40)

 

            Apabila tingkat Nabi Musa telah memusnahkan tujuh puluh ribu perkakas sihir, maka sudah selayaknya bila kalimat Maula menghapuskan dosa-dosa tujuh puluh tahun, dari awal hingga akhir.

 

Allah berfirman :

 

Artinya : “ Orang-orang kafir yang menbuat tipu daya, dan Allah membalas tipudaya mereka itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (QS. Ali Imran : 54)

 

            (Jalan ceritabya) : Orang-orang yahudi berkata : Isa itu adalah tukang sihir, Ia dapat menghidupkan orang mati dan lain-lainya itu adalah hasil sihir belaka.

            Ketika Isa alaihissalaam mendengar perkataan mereka itu, maka Beliau merasa sedih. Kemudian Beliau berdoa: Ilaahi, Engkau lebih mengetahui kedurhakaan mereka itu, maka ubahlah rupa mereka.

            Lantas Allah mengubah rupa-rupa mereka menjadi monyet-monyet dan babi-babi. Ketika berita itu terdengar raja Yahudi, ia menjadi ketekutan, jangan-jangan Isa pun akan menyumpahinya pula. Karena itu ia lalu memerintahkan agar isa dibunuh.

            Maka berkumpul lah orang-orang Yahudi itu untuk melaksanakan titah tersebut. Ketika mereka mendatangi Isa. Beliau sedang berada pada suatu rumah. Mereka memasukan seseorang kedalam rumah itu untuk membunuh Isa. Namun sebelum niatnya dilaksanakannya, Jibril turun dan membawa Isa melalui atap rumah it uke langit, sedangkan orang yang masuk itu di rubah rupanya oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala menjadi seperti rupa Isa alaihissalaam. Karena itu, ketika orang-orang Yahudi masuk kedalam rumah itu, mereka tangkap teman mereka yang telah berubah rupa itu, kemudian mereka bunuh. Mereka mengira telah membunuh Isa, padahal mereka tidaklah membunuhnya. Sebagaimana yang diceritakan Allah dalam Al Qur’an :

 

Artinya “ Dan karena ucapan mereka : Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih Isa putra Maryam, Rosulullah, padahal mereka tidaklah membunuhnya dan tidah (pula) menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh itu ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi ( yang sebenarnya ) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. AN NIsa’ : 157-158)

 

            Dikatakan bahwa nama orang yang diserupakan dengan Isa alaihissalaam itu ialah Asyyuu’.

            (Renungan) : Seakan-akan Allah mengatakan : Aku telah membesarka Asyyuu’ selama limapuluh tahun untuk menjadi penebus bagi Isa alaihissalaam dari pembunuhan, dan aku telah membesarkan Fir’aun selama empat ratus tahun dengan segala kenikmatan untuk menjadi penebus bagi Musa alaihissalaam dari bahaya tenggelam, dan aku membesarkan kambing kibas, korban Habil, selama empat ribu tahun untuk menjadi penebus Ismail alaihissalaam dari penyembelihan. Dan demikian pula halnya orang-orang Nasrani, Yahudi, orang-orang kafir dan musyrik Aku besarkan dan Aku berinikmat untuk nantinya sebagai penebus bagi Umat Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam dari siksa neraka.

            (Diriwayatkan) : dari Rosulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda :

 

Artinya : “ Apabila tiba hari kiamat, setiap orang muslim akan diberi seorang yang berasal dari agama yang bermacam-macam, lalu dikatakan kepadanya : Inilah penebus dirimu dari neraka”.

            (Renungan) : Adalah termasuk qhodla dan Qodar Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikan segala sesuatu itu ada sebab. Seperti di angkatnya Isa alaihissalaam, sebabnya adalah karena adanya gangguan orang-orang yahudi, demikian pula Yusuf alaihissalaam menjadi raja Mesir, disebabkan oleh karena kedengkian saudara-saudaranya, sehingga akhirnya Ia sampai kepada ketetapan yang telah ditakdirka Allah ; Juga kaena Allah hendak menampakkan sifat pemaaf dan pengampun nya kepada Umat Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, maka ia jadikan was-was iblis itu penyeban kedurhakaan mereka, sehingga akhirnya Ia mengampuni dan menyayangi mereka.

            Seperti telah dikatakan : “ Kalau tidaklah ada tiga perkara, maka akan lenyaplah tiga perkara. Kalua tidak ada orang beriman maka akan tiadalah Surga Na’iim, dan kalua tiada orang-orang kafir, tidak ada pula Neraka Jahiim, dan kalau tiada orang yang durhaka, maka tidak tampaklah sifat Rahmat dari Allah yang maha pengasih”.

  Firman Allah

Artinya: “dan ingatlah, ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakan atau membunuhmu atau mengusirmu, mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan di budaya itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya “. QS Al Anfal 30

Jalan cerita: bahwasanya di kota Mekah pada masa itu zaman nabi ada suatu tempat yang disebut Darun Nadwah. Apabila ada perkara-perkara penting yang perlu dimusyawarahkan, mereka pemuka-pemuka Quraisy berkumpul di situ. Demikian pula halnya, ketika gembong-kembong Quraisy itu hendak mencari upaya untuk menggagalkan usaha da’wah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, lima pemuka kaum musyrikin koma, ya itu: kutbah, saibah, abu Jahal, Abulbukhtari dan Al’ aash bin wa’il berkumpul di darunnadwah itu. (Pada riwayat lain, Atsttsa’labi mengatakan bahwa mereka berjumlah 12 orang.)

Ketika mereka memasuki Darun nadwah itu koma, iblis yang menyamar sebagai seorang tua bertongkat ikut masuk. Lalu abu Jahal berkata kepadanya: kami berkumpul untuk merundingkan urusan yang sangat rahasia, maka pulang sajalah tuan!

Iblis menjawab: saya adalah seorang syekh dari negeri Najd, saya telah hidup beberapa masa dan telah mencoba beberapa perkara, saya mengetahui cara menta’wilkan dan menafsirkan yang jitu, karena itu izinkanlah saya masuk bersama kalian, supaya dapatlah kiranya saya membantu untuk menunjukkan mana perkataan yang benar dan mana yang keliru.

Akhirnya mereka membiarkannya masuk bersama-sama ke dalam Darunnadwah itu.

Kemudian mereka mulai bermusyawarah, yang pertama mengusulkan pendapat adalah khutbah alaihilla’nah, iya berkata: maut itu hak, maka bersabarlah kalian sampai Muhammad itu meninggal, dan kita selamat dari kejahatannya!

Iblis berkata : cis, sungguh buruk sekali pendapatmu, engkau tidak cocok, melainkan sebagai penggembala ternak dan keledai. Seandainya kalian bersabar menanti sampai Muhammad meninggal, maka agamanya telah berkembang di timur dan di barat kemudian berkumpullah lasykarnya yang sangat besar lalu memerangi kalian sampai kalian binasa semua!

Mereka semua menjawab: “benarlah apa yang dikatakan oleh syaikh najdi itu”.

Kemudian syaibah alaihilla’nah nah berkata: “saya berpendapat agar Muhammad itu kita penjarakan pada satu rumah dan kita kunci pintunya sampai ia mati kelaparan dan kehausan! “.

Iblis berkata: “ini juga tidak tepat, karena sudah pasti Bani Hasyim akan berkumpul dan membebaskannya dari tangan kalian, kemudian membiarkannya, dan akan timbullah permusuhan yang besar antara kalian dan Bani Hasyim”.

Mereka menjawab serentak: “benarlah apa yang dikatakan oleh syaikh najdi”.

Kemudian Al’aash bin wail berkata: “kita ikat saja Muhammad pada seekor onta, lalu kita lepaskan pada padang belantara, hingga ia mendapatkan kebinasan di sana! “.

Maka berkatalah iblis: “ini juga masih belum tepat, karena Muhammad itu tegap, baik parasnya dan fasilisanya serta manis bicaranya, mungkin ia dijumpai oleh seorang yang akan menunjukkan jalan kepadanya ke suatu kota, dan orang-orang akan membenarkan omongannya, dan ia berhasil mengumpulkan pengikut yang banyak kemudian ia pulang dengan bala tentara yang besar untuk memerangi kalian?! “.

Mereka berseru: “benarlah syaikh Najdi!!”.

Kemudian tiba giliran abu Jahal la’natullah alaih untuk mengutarakan pendapatnya, iya berkata: saya kira sebaiknya setiap kafilah mengeluarkan seorang pemudanya, masing-masing dibekali senjata. Dan bila malam telah menjelang, kita sarang Muhammad secara serentak lalu kita bunuh bersama-sama sehingga tidak ada yang mengetahui siapa pembunuhnya yang sebenarnya. Dan apabila sanak kerabatnya meminta (denda), maka kita dapat mengumpulkan harta dari setiap kabilah dan kita berikan kepada mereka, dengan demikian kita hentikan tuntutan mereka dan kita bebas dari kejahatannya.

Maka berkatalah Iblis la’natullah alaih: “pendapatmu tepat sekali “.

Mereka pun mufakat akan melaksanakan pendapat abu Jahal itu titik mereka berpencar keluar dari Darunnadwah untuk merealisasikan rencana jahat tersebut.

Kemudian turunlah Jibril alaihissalam dengan membawa ayat yang disebutkan pertama-tama tadi, seraya berkata kepada Muhammad Alaihish sholaatu wassalam: “wahai Muhammad Allah Ta’ala berkata: keluarlah dari kota Mekah ke kota Madinah karena dalam urusan itu ada suatu rahasia yang sedang aku rencanakan “.

 

Artinya: “janganlah gentar sebab setelah kesulitan ada kemudahan pada setiap sesuatu itu ada masa dan aturan. Dan setiap keadaan kita Allah senantiasa memperhatikan di atas rencana kita, Allah jualah yang mentakdirkan “.

 

Ketika sore menjelang, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya, beliau berkata: “Siapakah diantara kalian yang akan menemani aku karena Allah telah memerintahkan aku untuk keluar menuju Madinah?”

Abu bakar radhiyallahu Anhu menjawab: “Saya ya Rasulullah! “.

Kemudian Rasulullah memandang ke arah sahabat-sahabatnya, seraya berkata: “Siapakah diantara kalian yang bersedia tidur di atas tempat tidur ku, aku jamin baginya surga?”.

Maka berkatalah Ali karomallahu wajhahu: “saya ya Rasulullah! Saya bersedia mengorbankan nyawaku demi Baginda, karena sayalah saudara Baginda”.

Berkatalah Jabir bin Abdullah radliyallahu anhu: “saya mendengar Ali bin Abi Thalib  rodliyallahu anhu memadahkan syair, sedang Rasulullah mendengarkannya “.

Artinya: “aku saudara Mushthafa, tiada keraguan dalam nasabku nenekku dan nenek Rasulullah adalah satu titik aku membenarkannya sedang manusia dalam kegelapan kesesatan sirik dan kemelaratan titik segala puji bagi Allah tidak ada sekutu baginya yang sangat baik kepada hamba dan kekal sepanjang masa “.

Mendengar bait-bait syair tersebut, Rasulullah tersenyum, seraya berkata: “benarlah engkau wahai Ali!”.

(Kembali kepada cerita semula): “malam itu Ali menginap di rumah titik Rasulullah, di atas tempat tidur Beliau “.

Pada malam itu, orang-orang kafir datang mengepung rumah Nabi Shallallaahu alaihi wasallam mengintai keluarnya Rasulullah. diantara mereka terdapat Iblis la’natullah alaihi, lantas Allah memberikan rasa kantuk dan lalai kepada mereka, sehingga mereka tertidur semua, termasuk juga Iblis alaihila’na yang tidak pernah tidur senyap malam itu.

Maka keluarlah Rasulullah ditemani Abu Bakar. Mereka melihat orang-orang kafir itu tertidur, sedang alat persenjataan mereka berada di samping mereka titik lalu Rasulullah mengambil tanah dan ditaburkannya ke atas kepala mereka.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah membaca surah Yasin ketika akan melewati orang-orang kafir itu, sehingga tidak seorangpun di antara mereka yang dapat melihat beliau, berkat kemuliaan surah Yasin itu.

Ketika Rasulullah telah berlalu, maka Iblis alaihilla’nah terbangun, lalu ia segera membangunkan mereka, seraya berkata: Muhammad telah pergi, tidakkah kalian lihat bahwa ia telah menaburkan tanah ke atas kepala kalian?!

Mereka bangkit dan mencari Rasulullah pada tempat tidur Beliau. Maka tampak oleh mereka Ali Radhiyallahu anhu berbaring di situ, mereka bertanya: “mana Muhammad?! “.

Halim menjawab: “Tuhan Yang Maha Tinggi telah membawa pergi nabi-Nya ke arah yang dikehendaki-Nya. Maka janganlah kalian mencarinya di muka bumi, karena mungkin ia telah berada di Surga yang tinggi “.

 

(Diriwayatkan) daripada Nabi Shallallaahu alaihi wassallam bahwasanya Allah telah mewahyukan kepada Jibril dan Mikail alaihi wassallam: “aku telah mempersaudarakan antara kalian berdua, dan aku jadikan umur salah seorang diantara kalian lebih panjang dari yang lainnya, maka siapakah diantara kalian berdua yang bersedia memberikan hidupnya kepada saudaranya?”.

Masing-masing menginginkan agar dirinyalah lebih panjang umurnya. Lantas Allah mewahyukan lagi kepada mereka: “tidakkah kalian mau seperti Ali bin Abi Thalib. Aku telah mempersaudarakan antara ia dengan Muhammad, kemudian ia mengorbankan jiwanya untuk saudaranya itu titik maka turunlah kalian berdua ke bumi dan peliharalah ia dari musuh-musuhnya ! “.

Maka turunlah kedua malaikat itu, Jibril ada di arah kepala dan Michael di arah kaki titik Jibril alaihissalam bergumam: “Bagus! Bagus! Siapakah yang dapat menandingimu wahai Ali, Allah telah membanggakan dirimu di hadapan para malaikat di langit”.

Selagi Rasulullah Shallallaahu alaihi wassallam sedang berada dalam perjalanan menuju ke Madinah, Allah menurunkan wahyu berkenaan dengan keadaan Ali karromallaahu wajhahu, yaitu:

Artinya: “dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridlaan Allah, dan Allah Maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya “.

Dan Ali Radhiyallahu Anhu bermadah, pada saat ia menginap di atas ranjang Rasulullah itu:

Artinya: ” Aku korbankan diriku bagi sebaik-baik manusia.

                        Orang yang bertawaf mengelilingi Baitul atiq dan Hajar Aswad.

                        Rasul ilahi takut diperdaya mereka namun ia diselamatkan Allah dari tipu daya.

Menginaplah Rasulullah di dalam goa dengan aman.

 Dipelihara Allah dengan suatu tirai

Dan aku menginap mengawasi mereka, dan mereka tidak dapat memaksaku.

Aku telah memutuskan untuk mengobarkan diri bagi pembunuh atau perbudakan”.

(Kembali kepada cerita semula) : setelah mereka tidak mendapatkan Rasulullah di dalam rumahnya. Maka mereka mengadakan musyawarah selama 3 hari. Kemudian mereka keluar mencari jejak beliau, mereka mengutus Suroqoh bin Malik ke arah Madinah.

Suroqoh menyusuri jejak Nabi, sampai akhirnya ia mendapatkan Nabi. Iya dilihat oleh Abu  Bakar Radhiallahu anhu, Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah kita didapatkan oleh Suroqohh!”.

Adapun suroko ini adalah termasuk salah seorang pahlawan Arab yang gagah berani. Namun Rasulullah mengatakan: “jangan kuatir!”.

Setelah dekat, suroko berteriak : ” hai Muhammad, Siapakah yang akan membelamu dariku hari ini?! “.

Rasulullah menjawab: “Allah Yang Maha Perkasalah yang akan mencegah niatmu itu”.

Kemudian Jibril turun, sambil berkata: ” ya Muhammad Allah telah berkata untukmu: Aku telah menjadikan bumi itu tunduk kepadamu, maka perintahkanlah ia sesukamu! “.

Lantas Rasulullah berkata : ” hai bumi, benam kan lah iya! “.

Maka bumi pun menelan Suroko hingga ke lututnya, Suroko memacu kudanya, namun tak dapat digerakkan. Kemudian ia berkata: “hai Muhammad, berilah keamanan kepadaku, demi kemuliaan Uzza, jika tuan selamatkan aku, aku akan berpihak kepada tuan”.

Kemudian Rasulullah membebaskannya titik disebutkan dalam sebagian tafsir bahwa Suroko mengulangi perbuatannya itu sampai 7 kali, setiap kali ia mengingkari janji, bumi menelannya.

Akhirnya pada kali ke-8 ia bertobat dengan sungguh-sungguh. kemudian ia mengeluarkan satu anak panah dari dalam kantongnya, lalu diberikannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seraya berkata: “Ya Muhammad Aku mempunyai ternak di arah perjalananmu ini, maka hubungilah pengembalanya dan mintalah apa yang Tuan perlukan dari mereka “.

Rasulullah menjawab: “Ya Suroqoh, bila engkau tidak mau memeluk agama Islam, maka aku pun tidak tertarik pada harta dan ternak mu”.

Suroko berkata: “Ya Muhammad, kelak dakwahmu akan muncul ke seluruh alam, dan Tuan akan menguasai manusia maka mari kita membuat perjanjian, bila tiba hari itu, aku akan menyatakan keislamanku “.

Lantas Rasulullah mengambil satu tembikar dan diberikannya kepada Suroko, sambil berkata: “inilah perjanjianku denganmu!”

Suroko berkata: “ya Muhammad, mintalah hajatmu kepadaku!”.

Rasulullah menjawab: “Wahai Suroqoh, permintaanku kepadamu adalah agar engkau suruh kembali pasukan Quraisy itu “.

Kemudian kembalilah Suroqoh, di tengah jalan ia berjumpa dengan Abu Jahal, katanya: “Hai Abu Jahal, Muhammad tidak menempuh jalan ini! “.

Mereka pun kembali pulang.

Abu Jahal berkata kepadanya: “Hai Suroqoh, Aku kira engkau telah bertemu dengan Muhammad, ceritakanlah kepada kami apa yang sebenarnya terjadi”.

Maka bermadahlah Suroqoh:

Artinya:”Hai Abba Hakam, demi Lata, bila tuhan menyaksikan.

Tuan akan tahu, dan tidak akan ragu bahwa Muhammad itu seorang utusan yang membawa bukti nyata, kenapa kita tidak memuliakannya. Hendaklah Tuan memulangkan pasukan darinya, karena aku yakin kemuliaan dan kedudukannya akan muncul suatu hari “.

 

Yaitu, bahwasanya Allah telah memuliakan Nabi Musa alaihissalam pada hari Sabtu, dan ia memerintahkan kepada kaumnya agar tidak bekerja pada hari itu dengan segala urusan keduniaan, seperti: jual beli, perdagangan, berwasilat dan lain-lain.

Pada suatu negeri yang bernama Ailah, yang penduduknya adalah para nelayan penangkap ikan titik Allah mengutus kepada mereka Nabi Daud alaihissalaam, membawa risalah dari Tuhannya berupa larangan bagi para nelayan itu untuk menangkap ikan pada hari Sabtu, sedangkan pada hari-hari lainnya diperbolehkan.

Maka Nabi Daud pun menyampaikan risalah Tuhannya itu kepada penduduk Ailah, tetapi mereka menolaknya. lantas Allah menguji mereka dengan suatu cobaan, yaitu pada tiap hari Sabtu semua ikan berkumpul di laut mereka, sedangkan pada hari lainnya tidak seekor ikan pun yang ada. Sehingga timbullah masa paceklik yang berkepanjangan. Dan Allah menebarkan kelaparan di antara mereka.

Akhirnya mereka merasa perlu untuk melakukan daya upaya dalam pekerjaan penangkapan ikan pada hari Sabtu. mereka membangun tambak-tambak dan sungai-sungai, kemudian mereka mengalirkan air dari sungai-sungai itu ke dalam tambak-tembak pada hari Sabtu, bila mereka melihat tambak itu telah penuh dengan ikan, maka mereka tutup ujung sungai itu dengan papan-papan.

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa mereka memasang jaring mereka pada hari Jumat setelah salat ashar, dan mereka keluarkan pada hari Minggu. Hasilnya mereka makan Dan mereka jual.

Para ulama hukama dan orang-orang Zaid telah berkali-kali menasehati mereka, namun mereka tetap saja melakukan pelanggaran tersebut, sehingga ulama-ulama itu keluar dari antara mereka agar tidak terkena bencana bersama mereka.

Tatkala Allah hendak menyiksa mereka, Ia biarkan mereka berbuat sekehendak mereka selama 2 tahun. Sementara itu ia tetap mengutus kepada mereka orang-orang yang bertugas memberi mereka peringatan dan nasehat, namun tetap saja mereka tidak mau menerima segala macam peringatan dan nasehat tersebut.

Akhirnya, ketika pada suatu hari para ulama, hukama dan orang-orang Zahid itu memasuki kota itu, mereka tidak menjumpai seorang pun. Lantas mereka membuka pintu-pintu rumah dan masuk ke dalamnya, tiba-tiba mereka melihat laki-laki dan perempuan telah berubah semua menjadi monyet-monyet. Sebagaimana yang diceritakan Allah di dalam Al Qur’an:

Artinya: “maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasik

Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya: jadilah kamu kera yang hina! “. (QS. Al A’rof : 165-166)

 

(Suatu nasehat) : bahwasanya orang yang mengadakan tipu daya untuk dapat menangkap ikan, telah dirubah rupanya menjadi kera-kera yang hina. Bagaimana halnya orang yang berupaya untuk menghalalkan riba yang telah diharamkan Allah?!

Allah telah menceritakan kisah ini kepada kekasihnya Muhammad shallallahu alaihi wasallam pada 7 tempat :

  • Pertama, firman Allah:

Artinya: “sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya ….”. (QS. An Nahl :124)

  • Kedua, firman Allah:

Artinya: “dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu…”. (QS. Al Baqoroh : 65)

  • Ketiga, firman Allah:

Artinya: “…. Atau kami kutuki mereka sebagaimana kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu….”. (QS. An Nisaa’)

  • Keempat, firman Allah:

Artinya: “… Dan kami perintahkan kepada mereka: “janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu…”. (QS. An Nisaa’ : 154)

  • Kelima, firman Allah:

Artinya: ” dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut, ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu…”. (QS. Al’roof : 163)

  • Keenam, firman Allah:

Artinya: “… Di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka pada hari Sabtu, terapung apung di permukaan air…”(QS. Al A’roof : 163)

  • Ketujuh, firman Allah:

Artinya: “… Dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka…”. (QS. Al A’roof : 163)

Maha suci Dzat yang perbuatannya tidak sama dengan perbuatan makhluk. Dan tidak mengetahui hakikat hikmat-Nya, melainkan orang-orang yang terbuka mata hatinya.

Satu ikan yang diambil oleh orang Yahudi telah menjadikan mereka kera-kera yang hina; dan satu ikan yang diambil nabi, menjadi raja di raja ikan. Iblis yang asal akibatnya adalah Arsy, akhirnya menjadi terhina dan terusir; sedang Umar bin Khattab yang asal kiblatnya adalah berhala, menjadi seorang yang dicintai.

Tentang ma’na hari sabtu itu ada beberapa pendapat. Sebagian ulama mengatakan bahwa, Sabtu itu artinya ‘Adim (agung). Dinamakan demikian karena hari Sabtu itu diagungkan oleh orang Yahudi. Dan yang lain mengatakan bahwa, Sabtu itu untuk istirahat. Seperti Firman Allah:

 

Artinya: “dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat…”. (QS. Al Furqon : 47)

Dinamakan untuk istirahat, karena orang-orang Yahudi pada hari Sabtu itu beristirahat dari urusan duniawi.

Tatkala ditanyakan kepada seorang Yahudi: “Sebab apa kalian tidak bekerja dengan urusan keduniaan pada hari Sabtu? “. Mereka menjawab: “Karena Allah ta’ala tidak menjadikan sesuatupun pada hari itu”.

(Diriwayatkan): bawa beberapa orang Yahudi datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, mereka bertanya: ya Muhammad ceritakanlah kepada kami apa yang telah diciptakan Allah pada hari-hari dalam seminggu?.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: “pada hari Minggu Allah menciptakan langit dan bumi. Pada hari Senin Allah menciptakan gunung-gunung. Pada hari Selasa Allah menciptakan binatang. Pada hari Rabu Allah menciptakan cahaya. Pada hari Kamis Allah menciptakan surga dan neraka. Dan pada hari Jumat Allah menciptakan Adam dan Hawa “.

Orang Yahudi itu berkata: “Tuan benar, apabila Tuan sempurnakan jawaban tersebut ! “.

Rasulullah bertanya: “apakah kesempurnaannya itu?”.

Mereka menjawab: “ketika Allah telah menyempurnakan menciptakan langit dan bumi maka ia duduk bersandar dan menyilangkan kedua belah kakinya dan beristirahat. Dan itu terjadi pada hari Sabtu titik karena itulah kami jadikan hari Sabtu itu sebagai hari raya dan kami beristirahat pada hari itu”.

Mendengar perkataan merekaitu, Rasulullah merasa menyesali. Maka Allah menurunkan wahyu yang berbunyi:

Artinya: ” dan sesungguhnya telah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam 6 masa dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan “. (QS. Qaaf : 38)

Ke latihan itu hanyalah menimpa kepada orang-orang yang bekerja dengan menggunakan perkakas dan anggota badan, sedangkan Allah menciptakan sesuatu itu hanya dengan ucapan: “jadilah!”. Maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu. Firman Allah:

Artinya: “dan perintah kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata (yakni cepat sekali) “. (Qs. Qomar : 50)

Dan firman-Nya:

Artinya: “Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya. Kami hanya mengatakan kepada-Nya: Kun! (adilah), maka jadilah ia “. (QS. An Nahl :40)

Orang-orang Yahudi menyangka bahwa hari Sabtu itu sebagai hari istirahat buat mereka, padahal ia adalah hari balak. Dan mereka menyangka hari Sabtu itu sebagai hari kegembiraan, padahal allah jadikan hari itu sebagai hari duka cita.

Berkata alaihissalam: “Hari Sabtu untuk Yahudi, dan hari Jumat untuk kalian. Maka janganlah kalian melanggar perintah Allah pada hari itu, sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani telah melanggar larangan Allah pada hari Sabtu, sehingga para pelanggar itu menjadi kera-kera dan babi-babi”.

Sesungguhnya orang-orang Yahudi telah melanggar perintah Allah pada hari yang ditetapkan, maka Allah merubah rupa mereka, sedangkan orang-orang mukmin telah berbuat taat kepada Allah dan menunaikan salat Jumat yang diperintahkan, maka Allah merubah dosa-dosa mereka menjadi kebaikan. firman Allah:

Artinya: “Maka mereka itu adalah orang-orang yang diganti Allah kejahatan mereka dengan kebajikan…”. (QS. Al Furqon : 70 )

Allah tidak merubah rupa orang-orang Yahudi itu karena mereka menangkap ikan, namun mereka dirubah karena mereka telah meremehkan perintah Allah, dan mengerjakan larangan-Nya.

Bukankah Adam dan hawa telah memakan buah-buahan surga, lalu tampaklah aurat-aurat mereka, sedangkan ulat yang memakan daun-daunan surga menjadi madu di dalam perutnya. Hal itu karena ada memakan tanpa seizin Allah Ta’ala.

Dan yang lebih aneh dari itu adalah ulat yang memakan daging di tubuh Ayub alaihissalam, maka berubahlah di dalam perut nya apa yang dimakan itu menjadi harum-haruman. Sungguh aneh manusia memakan ikan, yang dimurkai Tuhan berubah menjadi monyet yang hina, sedang ulat yang memakan daging manusia, namun diridhoi Tuhan, kotorannya menjadi harum. Karena yang satu makan tanpa izin-Nya, sedang ulat taat kepada Tuhannya, maka ia pantas mendapat kehormatan.

Dan seorang mukmin yang Mukhlish, jika taat kepada Allah betapa tidak akan mendapat rahmat, qorobah dan karomah?.

(Suatu hikayat) : di hikayatkan bahwa seorang yang terkenal dengan kefasikan dan kejahatannya, suka minum arak dan berbuat kerusakan, namanya: Utbah Al Ghulaam. Suatu hari memasuki majelis pengajian Al Hasan Albashri rahimahullah. Di sana ia mendengar, salah seorang qori’ sedang mengalunkan ayat-ayat suci Alquran, yaitu ayat 16 dari surah alhadiid, bunyinya:

Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik “.

Kemudian Asysyaikh menafsirkan ayat tersebut, akan membahasnya dengan pembahasan yang sangat berkesan di hati pendengarnya, sehingga orang-orang yang hadir mencucurkan air mata, menangis terisak-isak.

Seorang pemuda bangkit dari antara mereka, lantas berkata: “Ya imam Mu’minin, apakah Allah Ta’ala akan menerima taubat orang durhaka seperti aku ini?”.

Asysyaikh menjawab:”Ya, iya akan menerima tobatmu, sekalipun kefasikan dan kejahatanmu itu seperti Utbah Al Ghulam! “.

Ketika Utbah mendengar perkataan Asysyaikh itu, berubah pucatlah mukanya, dan gemetarlah seluruh anggota tubuhnya lalu ia menjerit dengan keras, hingga akhirnya ia jatuh pingsan tak sadarkan diri.

 

Setelah sadar kembali, ia lalu mendekati Asysyaikh, maka Asysyaikh itu memadahkan seuntai syair yang berbunyi:

Artinya: “Wahai pemuda yang telah mendurhaka kepada Tuhan Arsy tahukah engkau apa balasan bagi pendurhaka?.

Neraka syairlah bagi mereka, tempat kebinasaan celakalah mereka di hari rambut di Jambak.

Jika engkau sabar di neraka maka bermaksiatlah bila tidak, maka jauhilah maksiat itu.

Dan dosa-dosa yang telah kau lakukan engkau telah menghina diri maka berusahalah membebaskannya “.

Mendengar syair tersebut, khotbah menjerit sekali lagi, lalu ia jatuh tak sadarkan diri. ketika ia sadar berkatalah ia: “ya Syaikh, apakah Tuhan akan menerima tobat dari orang seperti aku yang keji? “.

Jawab Syaikh: “Siapa lagi yang menerima tobat seorang hamba yang berdosa, selain Tuhan Yang kuasa? “.

Kemudian upah mengangkat kepalanya seraya berdoa dengan tiga doa yang masyhur:

  • pertama: “Ya Ilahi, seandainya engkau terima tobatku, dan engkau ampuni dosa-dosaku, maka karuniailah aku Dengan pemahaman dan kuat hafalan, sehingga aku dapat mengingat semua ilmu dan ayat-ayat Alquran yang kudengar “.
  • Kedua: “Ilahi, karuniailah aku dengan suara yang baik dan merdu, sehingga setiap orang yang mendengarkannya akan bertambah lembut hatinya, sekalipun ia berhati keras.
  • Ketiga : “Ilahi, karuniailah aku rezeki yang halal dari jalan yang tak terduga-duga “.

Maka Allah mengabulkan segala permintaannya itu, sehingga bertambah kuat pemahaman dan hafalannya, dan bila ia sedang mengalunkan ayat-ayat Alquran, orang-orang yang mendengarkannya menjadi lunak hatinya dan segera bertobat dan kembali ke jalan yang lurus. Di rumahnya ada sebuah piring besar yang senantiasa berisi kuah dan roti, tanpa seorang pun tahu dari mana asalnya. Senantiasalah ia berada dalam keadaan yang demikian, sampah ia meninggalkan dunia yang fana ini.

Inilah keadaan orang yang kembali kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah tidaklah menyia-nyiakan perbuatan orang-orang yang berbuat kebajikan.

Semoga Allah memberkati kita sekalian dengan berkat-Nya, amin.

Firman Allah:

 

Artinya: “Katakanlah: Dialah Allah yang Maha esa! “. (QS. Al Iklhlash :1)

 

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia mengatakan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam ditanyakan tentang hari Ahad, maka beliau menjawab: “hari Ahad adalah hari menanam dan membangun! “.

Para sahabat bertanya: “Apa sebab demikian Ya Rasulullah?”.

Rasulullah menjawab: “Karena pada hari itulah Allah mulai menciptakan dunia dan memakmurkannya”.

 

(Uraian) : Sebagian ulama mengatakan bahwa Pencipta Yang Maha Kuasa telah menciptakan 7 macam benda diantara makhluk-makhluk, dan setiap satu diantaranya dipecah lagi menjadi 7.

 

Adapun tujuh macam benda itu adalah: tempat jalan bintang-bintang, bintang-bintang yang bergerak, neraka yang bertingkat, bumi yang berlapis lautan yang luas, anggota tubuh manusia, dan hari-hari dalam seminggu.

 

Penciptaan Falak (tempat jalan bintang-bintan), telah diciptakan Allah pada hari Ahad. Firman Allah:

 

Artinya: “yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis”. (QS. Al Mulk : 3 )

 

Yang diciptakan Allah dari asap, sebagaimana Firman-Nya :

 

Artinya: “Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit, yang kala itu masih berupa asap…”. (QS. Fushshilat : 11)

 

Allah memandang kepada asap itu, lalu dijadikannya 7 bagian, yaitu: satu bagian berupa air kedua embun, ketiga perak, keempat emas, kelima mutiara, keenam Mira delima dan ke tujuh besi.

 

Kemudian Allah menciptakan langit dunia, pertama dari air, kedua dari embun ketiga dari besi, keempat dari perak, kelima dari emas, keenam dari mutiara, dan ketujuh dari Mira delima. Setelah itu dibelahnya, maka tiap bagian berjarak 500 tahun.

 

(Renungan) : Allah telah menciptakan dari satu asap, tujuh lapis langit yang satu sama lainnya berbeda-beda. Tetapi yang lebih aneh lagi adalah air yang diturunkan Allah dari langit yang berfungsi menghidupkan bumi yang mati (tandus). Dari tetesan-tetesan air itu tumbuh berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, ada yang merah, kuning, hitam dan putih, dan ada pula yang manis rasanya, juga ada yang pahit.

 

 

 

 

Firman Allah:

 

Artinya: “… Kami melebihkan sebagian taman-taman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya…”. (QS. Ar Ro’d :4)

 

Dan yang lebih aneh dari semua itu adalah satu tetes nutfah (air mani) lelaki yang tertumpah ke dalam rahim perempuan, dijadikan Allah segumpal darah yang beku, kemudian dijadikannya sepotong daging, setelah itu dijadikannya tulang-belulang, sampai akhirnya berupa seorang bayi manusia. Ada yang laki-laki dan ada yang perempuan. Ada yang mukmin dan ada yang kafir. Ada yang saleh dan ada yang jahat. Ada yang ikhlas dan ada yang munafik. Ada yang mengesakan Tuhan dan ada yang mengingkari. Dan dari nutfah itu juga ada seorang yang Sa’id (bahagia) dan pula ada yang Syaqi (celaka). maka maha suci Allah sebaik-baik pencipta.

Bintang-bintang diciptakan Allah juga pada hari Ahad. Firman Allah:

 

Artinya: ‘Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut…”. (QS. Al An’aam:97)

 

Allah menjadikan bintang-bintang itu dalam tiga rupa:

  • Pertama: Bintang yang dinamakan Tsawabit (bintang tetap), yaitu bintang-bintang yang tidak bergerak dan tidak terbenam.
  • Ketua: bintang-bintang yang terbit dan terbenam.
  • Ketika: bintang-bintang yang beredar di tempat edarnya.

 

Dari ketiga macam bintang ini, ada 7 yang paling besar, yaitu: Zuhal, Musytari, Marykh, Syamsu, Zahro, Athorid dan Qhomar.

 

Masing-masing bintang yang besar-besar itu mempunyai tempat edarnya sendiri-sendiri.Qhomar pada falak pertama, Athorid pada falak kedua, zahro pada falak ketiga, Syamsuu pada falak keempat, Marikh pada falak kelima, Musyitari pada falak keenam, Zuhal pada falak ketujuh.

 

Dengan demikian Allah telah menetapkan 7 falak di langit sebagai tempat edar bagi 7 planet tersebut. Dan setiap bintang itu beredar tiap-tiap seribu tahun satu kali.

 

Demikian, pula halnya tujuh diantara para anbiya’ adalah yang paling agung dan mulia. Mereka ialah: Syits, Idris, Ibrohim, Musa, Daud, Isa dan Muhammad shallallahu alaihi wasallam ajma’iin. Allah memberikan kepada masing-masing mereka itu shuhuf-shuhuf dan kitab-kitab. Nabi Syits mendapat 50 Syahifah.

 

Nabi Idris mendapat 30 Shahifah, Nabi Ibrahim mendapat 20 shahifah. Nabi Musa mendapat kitab taurat. Nabi Daud mendapat kitab Zabur. Nabi Isa mendapat kitab Injil dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mendapat kitab Alquran.

Allah berfirman:

 

Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut…”. (QS. Al An’aam : 97)

 

Ketujuh bintang yang disebutkan di atas tadi, tidak sama dalam peredarannya. Setiap Qomar, iya terbit pada falak pertama, dan tinggal pada setiap buruj selama dua setengah hari, sedangkan peredarannya mengelilingi falak seluruhnya dalam masa 1 bulan.

 

Athorid, terbit pada falak kedua, iya tinggal pada setiap buruj selama 15 hari, sedangkan peredarannya mengelilingi falak seluruhnya dalam masa 6 bulan. Zahro, terbit pada valak ketiga, dan tinggal selama 25 hari pada setiap buruj dan peredarannya mengelilingi falak seluruhnya dalam masa 10 bulan. Syamsu, terbit pada falak ke-4 tinggal pada setiap buruj selama sebulan, dan beredar mengelilingi falak seluruhnya ditempuh dalam jangka 1 tahun. Mariikh, terbit pada falak kelima, selama 50 hari ia tinggal pada setiap buruj, dan beredar mengelilingi falak seluruhnya ditempuh dalam jangka 18 bulan.

 

Musytari, terbit pada falak ke-6, dan tinggal pada setiap buruj selama 30 bulan, dan mengelilingi Falak seluruhnya selama 13 tahun. Zuhal, terbit pada falak ke-7, tinggal selama 2 tahun pada setiap buruj, dan mengelilingi Falak seluruhnya dalam jangka 30 tahun.

 

(Kesimpulan) : begitu pula dengan umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam pun terbagi atas 7 golongan yaitu: Shiddiquun, ‘Aamiliun, Budalaa, Syuhadaa’, Hujjaaj, Muthiiuun, dan ‘Aashuun.

 

 

 

Adapun Shiddiquun kelak akan melintasi sirotol mustaqim seperti kilat, ‘Aamiliun akan melintasinya seperti angin,Budalaa seperti burung dalam waktu yang pendek, Syuhadaa’ akan melintasinya seperti kuda yang kencang larinya, Hujjaaj akan melintasinya dalam jangka 1 hari, Muthiiuun akan melintasinya dalam jangka 1 bulan, sedang ‘Aashuun setiap kali meletakkan kaki pada sirot itu maka dosa-dosa yang dipikulnya menyebabkannya hampir tergelincir ke dalam neraka, sedang api neraka sudah akan membakarnya, namun cahaya iman yang memancar dari hatinya berhasil mengusir kobaran api neraka itu sehingga api itu berkata: berlalulah wahai mukmin, karena cahayamu telah memadamkan api dan nyalaku!.

Allah telah menciptakan api neraka itu pada hari Ahad. Neraka itu mempunyai 7 buah pintu, sebagaimana firman Allah:

 

Artinya: “jahanam itu mempunyai 7 pintu, tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka…”. (QS. Al Hijr : 44)

 

Yaitu 7 tingkat:

  1. Jahanam, firman Allah:
  2.  

Artinya: “sesungguhnya jahanam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya”. (QS. Al Hij’r : 43)

 

  1. Saa’irr, firman Allah:

 

Artinya: “Dan dia akan masuk ke dalam saa’irr (api neraka yang menyala-nyala)”. (QS. Al Insyiqooq:12)

 

  1. Saqor, firman Allah:

 

Artinya: “Apakah yang memasukkanmu ke dalam Saqor (neraka)”. (QS. Al Muddatstsir : 42).

 

  1. Jahiim, firman Allah:

 

Artinya: ” Dan diperlihatkan dengan jelas neraka jahim kepada orang-orang yang sesat “. (QS. Asy Syu’aroo : 91)

  1. Huthomah, firman Allah:

 

Artinya: “Dan tahukah kamu apakah huthomah itu?”. (QS. Al Humazah :5 )

 

  1. Ladhoo, firman Allah :

 

Artinya: “sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak”. (QS. Al Ma’aarij : 15 )

 

  1. Haawiyah, firman Allah :

 

Artinya: “Maka tempat kembalinya adalah neraka hawiyah”. (QS. Al Qoori’ah :9)

 

  • Pada neraka tingkat pertama diteriakkan:

 

Artinya: “Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan “. (QS. Ath Thuur :11)

 

  • Pada tingkat kedua diteriakkan:

 

Artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, yaitu orang yang lalai dari salatnya”. (QS. Al Maa’uun : 4-5 )

 

  • Pada tingkat ketiga diteriakkan:

 

Artinya: “kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”. (QS. Al Huumazah :1)

 

 

  • Pada tingkat keempat diteriakkan:

 

Artinya: “”… Dan kecelakaan besarlah bagi mereka, karena apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al Baqoroh :79)

 

  • Pada tingkat kelima di teriakan :

 

Artinya: “dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya”. (QS. Fushshilat :6)

 

  • Dan pada tingkat keenam diteriakkan:

 

Artinya: “… Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah… “. (QS. Azzumar :22)

 

  • Dan pada tingkat ketujuh diteriakkan:

 

Artinya: ” kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (dalam takaran)”. (QS. Al Muthoffifiin :1)

 

(Renungan) : para penghuni neraka di tingkat ketujuh menyerukan:

 

Artinya: “… Hai Malik (nama malaikat penjaga neraka), biarlah tuhanmu membunuh kami saja! “. (QS. Az Zukhruf :77)

 

  • Pada tingkat keenam, para penghuninya menyerukan:

 

Artinya: “Mohonkanlah kepada tuhanmu supaya dia meringankan azab dari kami barang sehari “. (QS. Al Mu’min: 49)

 

  • Para penghuni neraka tingkat kelima menyerukan:

 

Artinya: “… Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia) kami akan mengerjakan amal saleh. ..”. (QS. As Sajdah : 12)

 

  • Di tingkat keempat para penghuninya menyerukan:

 

Artinya: “… Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan engkau, dan akan mengikuti rasul-rasul “. (QS. Ibrahim : 44)

 

  • Para penghuni neraka tingkat ketiga berseru:

 

Artinya: ” Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia) maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran) sesungguhnya kami adalah orang-orang zalim”. (QS. Al Mu’minuun :107)

 

  • Para penghuni neraka tingkat kedua berseru:

 

Artinya: “ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami…” (QS. Al Mu’minuun :106)

 

  • Para penghuni neraka tingkat pertama berseru:

 

(Renungan lainnya): Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bertanya kepada malaikat Jibril alaihissalam tentang penghuni-penghuni setiap tingkat dari neraka, maka Jibril menjawab: “neraka tingkat ke-7 adalah tempat orang-orang munafik. Tingkat keenam tempat orang-orang yang durhaka dan mendakwahkan dirinya sebagai Tuhan.  tingkat ke-5 adalah tempat orang-orang yang sombong dan aniaya. Tingkat keempat adalah tempat orang-orang yang sombong dan kafir. Tingkat ketiga adalah tempat orang-orang Yahudi. Tingkat kedua adalah tempat orang-orang Nasrani “.

 

Lantas Jibril diam, tidak melanjutkan keterangannya. Maka Rasulullah menanyakan tentang penghuni neraka tingkat pertama itu kepada Jibril, akhirnya setelah dipaksa Rasulullah, Jibril pun menjelaskan: ” Penghuni neraka tingkat pertama itu adalah orang-orang durhaka dari umatmu ! “.

 

Mendengar penjelasan Jibril itu, rasulullah jatuh tak sadarkan diri titik akhirnya setelah sadar kembali, beliau menangis dengan terseduh-sedan, kemudian beliau masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintu. Lalu Beliau bermunajat kepada Tuhannya. Maka turunlah malaikat Jibril membawa kabar gembira yaitu: Syafaat.

 

Firman Allah subhanahu wa Ta’ala:

 

Artinya: ” Allah-lah yang menciptakan tujuh langit Dan seperti itu pula bumi…” (QS. Ath Tholaaq : 12)

 

Di dalam kabar diriwayatkan bahwa Abdullah bin salam mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bertanya : ” Ya Muhammad, dari apakah Allah menciptakan bumi? “.

Rasulullah menjawab: “dari buih laut”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar. Dan dari apakah ia menciptakan buih?”.

Jawab: “dari gelombang”.

Abdullah bin salam: “Tuan bentar titik dan dari apakah ia menciptakan gelombang?”.

Jawab: ” dari lautan “.

Abdullah bin salam: “Tuan benar. Dan dari apakah ia menciptakan lautan?”.

Jawab: “dari kegelapan”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar. Ya Muhammad kestabilan bumi itu dengan apa ? “.

Jawab: “dengan gunung-gunung”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar. Kestabilan gunung-gunung itu dengan apa?”.

Jawab: “dengan gunung Qof”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, kestabilan gunung Qof itu dengan apa?”.

Jawab: “Dengan Zamrud hijau. Warna hijau di langit pun asalnya daripadanya”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, berapakah jarak tingginya?”.

Jawab: “sejauh 500.000 tahun perjalanan”.

Abdullah bin salam: ” Tuan benar, berapakah garis tengahnya? “.

Jawab: “sejauh 2.000 tahun perjalanan”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apakah dibalik gunung Qoff itu ada sesuatu?”.

Jawab: “dibalik gunung Qof itu ada 70 bumi dari misik (kestiri)”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apa pula yang ada di baliknya?”.

Jawab: “70 bumi dari kafuur”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apa pula yang ada di baliknya?”.

Jawab: “70 bumi dari anbar”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apa pula yang ada di baliknya?”.

Jawab: “70 bumi dari emas”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apa pula yang ada di baliknya?”.

Jawab: “70 bumi dari perak”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apa pula yang ada di baliknya?”.

Jawab: “70 bumi dari besi”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, apa pula yang ada di baliknya?”.

Jawab: “dibalik semuanya ini ada rp70.000 alam malaikat, yang tidak mengetahui jumlahnya selain Allah. Para malaikat ini tidak mengenal siapa Adam dan hawa, juga tidak mengenal iblis dan semua pengikutnya. Tasbih mereka adalah 7 kalimat, yaitu: laa Ilahailallah Muhammad Rasulullah. “.

Abdullah bin salam: “puan benar, dan adakah dibalik semua alam ini sesuatu yang lain?”.

Jawab: “ya ada, yaitu ular yang membelitkan ekornya pada semua alam ini”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, sekarang ceritakan kepadaku tentang penghuni seluruh lapisan bumi itu!”.

Maka Rasulullah menjelaskan: “penghuni bumi lapisan ketujuh adalah golongan malaikat. Lapisan ke-6 iblis dan pembantu-pembantunya. Lapisan kelima setan-setan. lapisan keempat ular-ular. Lapisan ketiga kala. Lapisan kedua jin. Dan lapisan pertama adalah manusia “.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, dan tujuh lapis bumi ini berada di atas apa ? “.

Jawab: “di atas lembu jantan”.

Tanya: “bagaimana sifat lembu jantan itu?”.

Jawab: “lembu jantan itu mempunyai 4.000 kepala, jarak antara satu kepala dengan kepala lainnya sejauh 500 tahun”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, lembu jantan ini berada di atas apa?”.

Jawab: “di atas batu karang”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, batu karang itu berada di atas apa?”.

Jawab: “di atas punggung Huut (ikan besar)”.

Tanya: “ikan besar itu di atas apa?”.

Jawab: “di atas lautan yang dalamnya 7000 tahun perjalanan”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, air laut itu berada di atas apa?”.

Jawab: “di atas angin”.

Abdullah bin salam: “dan angin di atas apa?”.

Jawab: “di atas kegelapan”.

Abdullah bin salam: “dan kegelapan di atas apa?”.

Jawab: “di atas neraka jahanam”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar, neraka jahanam di atas apa? “.

Jawab : “di atas tanah”.

Abdullah bin salam: “Tuan benar komam apakah di bawah tanah itu sesuatu?”.

Jawab: “pertanyaan Anda kali ini keliru Komang sebab tidak ada yang mengetahui apa sebenarnya yang ada di bawah Ats Tsaro (tanah) itu selain Allah “.

 

Diriwayatkan oleh Qotadah dari Abu khoolid r.a. : Dunia itu luasnya 14.000 farsakh (1 farsakh = + 8 km), seribu farsakh untuk sudan (orang hitam). Delapan ribu farsakh intuk bangsa Romawi, Tiga ribu farsakh untuk bangsa Persia.

Seribu farsakh untuk bangsa Arab, dan seribu farsakh untuk bangsa Cina dan Turki.

Allah berfirman:

 

Artinya: “… Dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudahnya… “. (QS. Luqman : 27)

Pertama: lautan Thobaristan. Kedua: lautan Karman. Ketiga: lautan Oman. Keempat : lautan Qolzam. Kelima : lautan Hindistan. Keenam : lautan Rum. Ketujuh : lautan Maghrib.

Allah berfirman:

Artinya: “dan dialah yang menundukkan lautan (untukmu) . ..”. (QS. An Nahl : 14)

Allah berfirman: “Aku kumpulkan di dalam lautan itu dua macam air yang berbeda. Yang satu tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan Aku jadikan suatu dinding di antara keduanya, sehingga tidak dapat bercampur, yang satu dengan lainnya “.

(Persamaannya):” Aku keluarkan susu dari antara kotoran dan darah, sebagai minuman yang segar, dan setiap diminum. Dan aku jadikan di antara keduanya suatu penahan, sehingga susu itu tidak bercampur dengan darah, dan darah tidak bercampur dengan susu “.

(Dan persamaannya):” Aku kumpulkan pada diri seekor kumbang itu dua macam cairan yang saling bertentangan, yaitu: racun Dan madu. Racun sebagai pembinasa kehidupan dan madu sebagai penyembuh orang sakit. Namun, aku adakan di antara keduanya itu suatu penahan, sehingga keduanya tidak bercampur “.

(Dan persamaannya):” Dan Aku kumpulkan pada diri seorang mukmin itu nafsu dan hati. Nafsu selalu condong kepada keduniaan sedangkan hati selalu condong kepada kehidupan akhirat. Kemudian aku berikan kepadanya agama dan dunia. Dan aku jadikan diantara keduanya suatu penahan, sehingga dunia tidak membinasakan agama dan agama tidak membinasakan dunia, dengan kemurahan dan kemuliaan-Ku”.

Tujuh anggota tubuh manusia, yaitu: kedua belah tangan, kedua kaki, kedua lutut, dan satu muka, semuanya adalah anggota sujud.

Sebagian ulama mengatakan bahwa tujuh anggota tubuh manusia itu adalah: pertama otak, kedua urat, ketiga urat saraf, keempat tulang-tulang, kelima daging, keenam darah, ketujuh kulit.

Firman Allah:

Artinya: “sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)”. (QS. Al Insyiqoq : 19)

Berkata ahli Isyarat: ” Allah telah menciptakan manusia atas tujuh anggota badan, dan Allah menciptakan padanya apa-apa yang ia ciptakan di langit dan di bumi, jadi diri manusia itu yang lahir dan yang batin adalah satu alam, dan langit serta bumi itu pun satu alam, diri manusia alam besar, sedang langit dan bumi alam kecil “.

(Di dalam kabar) : diriwayatkan bahwa Allah telah menciptakan kebaikan itu menjadi tujuh bagian, yaitu: kehalusan, keelokan, sinar, cahaya terang kegelapan, kelembutan dan kehalusan.

Ketika Allah menciptakan alam semesta, maka ia bagi bagikan kebaikan di atas pada ciptaan-Nya itu, masing-masing mendapat satu bagian. Kehalusan diberikannya kepada surga. Keelokan diberikan-Nya kepada bidadari. Adldliyaa’ diberikan-Nya kepada matahari. an-nur diberikan-Nya kepada bulan. Sebagaimana firman Allah :

Artinya: “dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya…” (QS. Yunus: 5)

Kegelapan diberikan-Nya kepada malam. Kelembutan diberikan-Nya kepada air. Dan kehalusan diberikan-Nya kepada udara.

Allah telah menghiasi langit dan bumi sebagai alam kecil dan setiap bagian tersebut. Sedangkan Adam dan hawa sebagai alam besar, juga dihiasi Allah dengan bagian-bagian itu. Allah memberikan kehalusan kepada rohnya. Keelokan kepada bibinya. Sinar pada mukanya. Cahaya pada matanya. Kegelapan pada rambutnya. Kelembutan pada hatinya. Dan kehalusan pada sanubarinya.

 

Manusia adalah ciptakan Allah yang paling kokoh, yang berkumpul pada dirinya semua apa yang terpisah-pisah dari yang lainnya. Jika langit mempunyai ketinggian Maka manusia mempunyai tubuh yang tegak. Jika di angkasa ada matahari dan bulan maka pada diri manusia pun ada dua biji mata. Jika di angkasa ada bintang-bintang, maka pada diri manusia itu ada gigi-gigi. Jika langit mempunyai “Qotroh” (tetesan air), maka pada mata manusia ada “abroh” (air mata). Jika di langit ada suara petir, maka pada diri manusia ada suara bersin (wahing). Jika di bumi ada kestabilan maka pada diri manusia juga ada ketenangan dan kehebatan. Jika di bumi ada sungai-sungai maka pada diri manusia ada urat-urat, sedangkan rambut sebagai ganti dari rumput.

(Renungan): jika di langit ada Arsy, maka kemauan seseorang mukmin itu lebih besar daripadanya. Dan jika di langit ada surga, maka seorang mukmin punya hati yang lebih baik daripadanya, karena surga itu tempat syahwat, sedangkan hati itu tempat makrifah, penjaga surga adalah Ridwan, sedangkan penjaga hati seorang mukmin adalah Ar Rahman.

Telah diriwayatkan bahwa salah seorang nabi bermunajat kepada Tuhannya, iya berkata: “Illahi, setiap raja itu mempunyai perbendaharaan, Maka apakah perbendaharaan-Mu? “.

Allah berfirman: “Aku mempunyai perbendaharaan yang lebih besar dari Arsy, lebih luas dari Kursi, lebih baik dari Surga dan lebih indah dari kerajaan yang amat besar. Hati seorang mukmin, buminya makrifat, langitnya iman, mataharinya rindu, bulannya cinta, bintangnya buah pikiran, tanahnya kemauan, dindingnya keyakinan, awannya akal, hujannya Rohmat, pohonnya taat, buahnya hikmat. Dan ia mempunyai empat tiang, ada tiang berupa tawakal, ada tiang berupa sabar, pada tiang berupa yakin dan ada tiang berupa kemuliaan.

Dan ia juga mempunyai empat pintu, pintu ilmu, pintu santun, pintu ridho dan pintu sabar. Dan atas semuanya ada pikiran. Itulah hati.

(Renungan lainnya) : Allah telah menciptakan di alam tujuh langit, dan ia menciptakan juga pada diri manusia 7 anggota. Dan Allah telah menciptakan di alam semesta, binatang-binatang, pada diri manusia pun ada kutu, kutu anjing dan telur kutu. Iya telah menciptakan di alam semesta matahari. Ia pun telah menciptakan yang serupa itu pada hati manusia, yaitu makrifah, di alam ada bulan, dan serupa dengan itu adalah akal. Di alam semesta ada bintang-bintang, ilmu pun serupa dengan itu. Di alam semesta ada burung-burung, pada diri manusia ada buah pikiran. Di alam semesta ada gunung-gunung, pada diri manusia pun ada tulang-belulang.

 

Di alam semesta ada 4 macam air tawar, pahit, asin dan busuk maka pada diri manusia pun ada empat macam air pula, yaitu air tawar di mulut, yang pahit di telinga, asin di mata dan busuk di hidung. Seperti mi firman Allah:

Artinya: ” dan pada diri-diri kamu, tidaklah kamu memikirkannya? “.

Ingatlah wahai manusia, akulah yang telah menciptakan kamu, membentukmu atas tujuh anggota badan, atas 70 sendi, 148 tulang, 360 urat dan 124.000 akar rambut, di kedua tangan, kedua kaki, kedua mata, kedua telinga dan di lain-lain anggota badan. Sedangkan kehidupan itu semua hanyalah dengan satu ruh.

Maka demikian pula halnya dengan Arsy, Kursi, Syurga, Neraka, Lauh mahfudh, Qolam, Langit, Bumi, Sungai-sungai, Laut-laut, Para Nabi, Para Malaikat, Jin, Manusia. Dari Arsy ke Bumi ada macam-macam jenis dan rupa, padahal penciptanya hanya satu, yaitu Allah yang Maha Esa, dan Maha Berkuasa.

 

Allah menciptakan hari-hari dalam seminggu, yaitu: Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan sabtu.

Jika seseorang yang berakal merenungkan hal-hal yang serba 7 ini, langit yang 7, bumi yang 7, lautan yang 7, neraka yang 7, maka akan tahulah ia bahwa semua itu menunjukkan bahwa penciptaannya bukan 7 pula, atau berada di atas yang 7, namun Dia adalah Pencipta yang serba 7, yang memberikan rezky kepada yang 7, yang menghidupkan bagi yang 7, dan yang mematikan bagi yang serba 7 itu.

Sebagian ulama mengatakan: “sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi pada hari Ahad. Maka barangsiapa yang akan membangun atau menanam, hendaklah ia memulainya pada hari Ahad”.

Dan Allah telah menciptakan matahari dan bumi pada hari Senin sedang sifatnya adalah bergerak, karena itu barang siapa akan berlayar hendaklah ia memulainya pada hari itu. Dan binatang-binatang diciptakan Allah pada hari Selasa, dan ia bolehkan untuk menyembelih dan menumpahkan darahnya, maka barangsiapa akan berbekam, hendak lah iya lakukan pada hari Selasa. Lautan dan sungai-sungai diciptakan Allah pada hari Rabu, dan iya boleh kan meminum airnya, barang siapa akan meminum obat, hendaklah ia meminumnya pada hari Rabu. Dan penciptaan neraka dan surga pada hari Kamis, dan ia jadikan manusia membutuhkan akan masuk ke surga serta bebas dari neraka, maka barangsiapa yang berhajat kepada manusia hendaklah ia memintanya pada hari Kamis. Pada hari Jumat Allah menciptakan Adam dan hawa dan dikawinkan-Nya pula pada hari yang sama, maka barangsiapa yang akan mengadakan akad nikah, hendaklah dilakukan pada hari Jumat.

Al Imam Ali Karomallahu wajhahu bermadah:

Artinya: sebaik-baik hari adalah hari Sabtu

Untuk berburu tanpa ragu bila ada ingin

Dan pada hari Ahad untuk membangun karena di situ

Allah memulai penciptaan langit

Dan pada hari Senin bila anda berlayar

Anda akan selamat dari musibah dan bala’

Bila anda akan berpegang lakukanlah pada hari Selasa.

Pada saat itu darah ditumpahkan

Bila seseorang akan meminum obat

Sebaik-baik hari untuk itu adalah hari Rabu

Dan pada hari Kamis untuk menunaikan hajat

Karena Allah memerintahkan penuaian

Dan di hari Jum’at untuk perkawinan

Melapangkan urusan keadaan wanita

Ilmu ini tidaklah dihimpunkan kecuali

Oleh Nabi atau pewaris Nabi.

Sebagian ulama mengatakan: sesungguhnya Allah menanamkan hari yang pertama itu adalah hari Ahad, Karena pada hari itulah ia memulai penciptaan segala sesuatu. Allah berfirman: “Hari Ahad adalah hari yang pertama, sebelumnya tidak ada sesuatu apapun selain Tuhanmu. Laa Ilaaha Illallah Al malikul Haqqul Mubiin”.

Artinya: “Tiadalah kecintaan itu, melainkan bagi kekasih pertama”.

Kekasih pertama itu adalah Allah Ta’ala. Dan engkau telah memindahkan rasa cintamu itu kepada ibu, kepada ayah dan kepada yang lainnya, seperti kepada anak-anak, istri-istri, harta benda. Jika engkau meninggal maka akan terputuslah kecintaan itu dari hatimu dan terputus pula kecintaan mereka darimu. Maka berkatalah Allah Subhanahu wa Ta’ala: ” Wahai hamba-Ku, Aku adalah kekasihmu yang pertama, kau cintai Aku pada hari perjanjian. Sekarang, setiap pencinta telah meninggalkanmu, sedang Aku menghubungkanmu, maka kembalilah kepadaku, nanti Aku muliakan engkau dengan kemuliaan pencinta “.

Allah berfirman:

Artinya: ” Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya “. (QS. Al Fajr : 28-29 )

(Ibarat lainnya) : Wahai hamba-Ku, kecintaan itu ada empat: pertama, yang memberikan maslahat bagimu pada permulaan, tetapi tidak pada akhirnya. Ketua, yang memberikan maslahat bagimu pada akhirnya saja, tidak dipermulaan. Ketika, yaitu memberikan maslahat bagimu pada lahirnya saja tidak pada batin. Dan keempat, yang memberikan maslahat bagimu pada batin saja, tidak pada lahir.

 

Adapun yang pertama itu ialah kedua orang tuamu, mereka banyak memberikan kemaslahatan bagimu dikala engkau masih kecil, tetapi ketika keduanya telah menjadi tua dan lemah maka mereka tidak lagi dapat memeliharamu. Yang kedua itu ialah anakmu, mereka melayanimu hingga akhir umurmu. Yang ketiga itu ialah teman dan sahabat laki-lakimu, mereka hanya memberikan maslahat lahir padamu. Dan yang keempat itu ialah istrimu, mereka hanya memberikan maslahat batin bagimu, namun tidak dapat memberikan maslahat lahir kepadamu.

Allah Azza wa Jalla berkata: ” Wahai hamba-Ku, jika engkau hendak mencintai seseorang, maka cintailah Aku. Karena aku adalah kekasih yang memberikan maslahat bagimu pada permulaan, akhir, lahir dan batin “.

Dinamakan hari Ahad itu demikian, karena termasuk salah satu dari nama Allah Ta’ala sebagai firman Allah:

Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. (QS. Al Ikhlas :1)

Adapun Ahad itu di dalam Alquran mempunyai tujuh ma’na:

 

  • Pertama: Al Ahad = Allah, seperti firman Allah:

 

Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. (QS. Al Ikhlas : 1)

 

Artinya: “Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?”. (QS. Al Balad :5)

 

Artinya: “Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?”. (QS. Al Balad :7)

 

  • Kedua: Al Ahad = Muhammad shalallahu alaihi wassallam,

Seperti firman Allah:

 

Artinya: “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seorang pun…”. (QS. Ali Imraan :153)

 

Artinya: “… Dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu…” (QS. Al Hasyr :11)

 

  • Ketika: Al Ahad = Bilal Radhiallahu anhu,

Seperti firman Allah :

 

Artinya: “Padahal tidak ada seorangpun memberikan sesuatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya”. (QS. Al Lail :19)

 

  • Keempat: Al Ahad = Imlikha, salah seorang penghuni gua (ashabul Kahfi),

 

Seperti firman Allah:

 

Artinya: “… Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak mu ini…”. (QS. Al Kahfi :19)

 

  • Kelima: Al Ahad = Diqyaanus, seorang raja pada zaman ashabul Kahfi,

 

Firman Allah:

Artinya: “… Dan janganlah sekali-sekali menceritakan halmu kepada seseorang pun “. (QS. Al Kahfi :19)

 

  • Keenam: Al Ahad = Zaid bin Haritsah,

 

Sebagaimana firman Allah:

 

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu…”. (QS. Al Ahzab :40)

 

  • Ketujuh: Al Ahad = Salah seorang dari makhluk.

 

Firman Allah:

 

Artinya: “… Dan janganlah ia memper sekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya “. (QS. Al Kahfi :110)

 

Dan dinamakan hari Ahad karena orang-orang Nasrani berkata:” Ini hari kita “. Lalu Allah menghapuskan anggapan mereka itu dengan kata-Nya:” Hari Ahad “.

Setelah Nabi Isa alaihissalam tiada, manusia terbagi atas empat golongan, yaitu: Annasthuuriyah, Al Ya’quubiyahah, Al Malakaaniyah dan Ahli Haq (kebenaran).

  • Annasthuuriyah berkata: “Isa itu anak Allah dan istrinya Maryam”.
  • Al Ya’quubiyahah berkata:” Isa itu adalah Allah yang turun dari langit ke rahim Maryam, kemudian keluar ke dunia “.
  • Al Malakaaniyah berkata :” Tuhan itu ada tiga: Maryam, Isa dan Allah “. Seperti yang diriwayatkan Allah dalam Alquran:

Artinya: “sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga…”. (QS. Al Maaidah :73)

  • Ahli Haq (kebenaran) mengatakan :” tidak, tetapi Isa adalah hamba Allah dan Maryam adalah hamba Allah pula “.

Kemudian turunlah firman Allah sebagai pembenaran ucapan Ali hak tersebut, dan penyangkalan atas ucapan kaum Nasrani :

Artinya: “itulah Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang benar yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya “. (QS. Maryam :34)

Tidak ada Tuhan kecuali Tuhan yang maha esa. Ia berfirman: “Katakanlah, Dia-lah Allah Tuhan Yang Maha Esa”.  

Mengenai sebab turunnya surah dan ayat ini, sebagian ulama mengatakan: bahwasanya setiap orang kafir atau musyrik mengaku dirinya sebagai Tuhan dan mendakwahkan bahwa ia adalah sekutu dari Allah. Maka Allah lalu menurunkan ayat: “Katakanlah, Dia-lah Allah, Tuhan Yang Maha Esa”. Yakni: tidak ada sekutu baginya, dan dialah yang Maha mendengar dan maha melihat.

 

(Dan sebagian lagi mengatakan): bahwa orang-orang Arab musyrik berkata: “Ya Muhammad, jelaskanlah pada kami asal usul Tuhanmu, dari jenis Apakah Ia, dari emas atau perak atau besi atau Kuningan?”.

Mendengar pertanyaan mereka itu rasulullah merasa duka, dan pertanyaan itu tidak dijawab olehnya. Kemudian turunlah Jibril alaihissalam, seraya membacakan Wahyu yang dibawanya:

Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu.

Dia tidak beranak dan tidak pula di peranakan.

Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia “. (QS. Al Ikhlas :1-4)

Dikatakan : bahwa Ash Shamad itu maksudnya adalah yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Dan ada pula yang mengatakan bahwa: Ash Shamad ity adalah Yang tidak makan dan tidak minum.

  • Yang lain mengatakan: bahwa Ash Shamad itu tidak berruang dan tidak tidur.
  • Ada lagi yang mengatakan: bahwa Ash Shamad itu artinya Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
  • Ibnu Abbas rodliyallaahu anhu berkata: Ash Shamad adalah yang tidak ada sesuatu pun di atasnya.
  • Ka’bul Akhbar rodliyallaahu anhu mengatakan: Ash Shamad adalah yang tidak seorang pun sanggup untuk menggambarkan, sifat-Nya.
  • Maqootil rodliyallaahu anhu berkata: Ash Shamad artinya Yang tidak ada celah bagi-Nya.
  • Malik rodliyallaahu anhu berkata: Ash Shamad maksudnya Yang tidak ditimpa rasa ngantuk atau tidur.
  • Abu Hurairah rodliyallaahu anhu berkata: Ash Shamad artinya Yang tidak membutuhkan sesuatu, sedang la dibutuhkan oleh semuanya.
  • Dan Sayyidina Ali Karromallaahu wajhahu berkata: Ash Shamad maksudnya adalah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

 

(Bagian lain) : Wahai’ Arif, katakanlah: Huwa; wahai Musytaq katakanlah: Allah; wahai Muthi’, katakanlah : Ahad; wahai Zaahid, katakanlah: Ash Shomad; wahai Alim, katakanlah: Lam Yalid; wahai ‘Abid, Katakanlah Walam Yuulad; wahai ‘Ashi, katakanlah: Walam Yakun Lahu Kufuwan Ahad.

 

(Bagian lain): Wahai hati, katakanlah: Huwa; wahai sanubari katakanlah: Allah; wahai ruh, katakanlah: Ahad; wahai lisan. katakanlah: Ash Shomad; wahai pendengaran, katakanlah: Lam Yalid Walam Yuulad; wahai penglihatan, katakanlah: Walam Yakun Lahu Kufuwan Ahad.

Bagian lain): Seakan-akan Allah mengatakan: Wahai para penuntut,Huwa adalah isyarat-Ku; wahai para yang berkehendak, Allah adalah nama-Ku; wahai para yang meng-Esa-kan, Ahad adalah sifat-Ku; wahai orang-orang yang rindu, Ash Shamad adalah sifat-Ku; wahai orang-orang yang beramal, Lam Yalid Walam Yuulad adalah nisbah Ku; wahai orang-orang yang Arif, Walam Yakun Lahu Kufuwan Ahad adalah wibawa-Ku.

 

Allah ta’ala berfirman:

 

Artinya : “Allah berfirman : Janganlah kamu menyembah dua Tuhan … “. (QS. An Nahl: 51)

Anas bin Malik rodliyallaahu anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah ditanyai tentang hari Senin?.

Beliau menjawab: “Hari Senin adalah hari Pelayaran dan Perniagaan”.

Tanya: “Kenapa bisa demikian itu Ya Rasulullah?”.

Jawab: “Karena Nabi Syaits alaihissalam telah berlayar pada hari Senin untuk berniaga dan Beliau mendapatkan keuntungan yang besar dalam perniagaannya itu”.

(Uraian): Sebagian ulama telah mengatakan: Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah menentukan hari Senin itu dengan tujuh kelebihan:

  • Pertama: Nabi Idris alaihissalaam telah naik ke langit pada hari Senin.
  • Kedua: Nabi Musa alaihissalaam telah pergi ke Thursina pada hari Senin.
  • Ketiga: Turun dalil tentang ke-Esa-an Allah pada hari Senin.
  • Keempat: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dilahirkan pada hari Senin.
  • Kelima: Jibril alaihissalaam turun untuk pertama kalinya menjumpai Rasulullah, pada hari Senin.
  • Keenam: Semua amal ummat diperlihatkan kepada Rasulullah pada hari Senin.
  • Ketujuh: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam wafat pada hari Senin.

 

 

Nabi Idris alaihissalam naik ke langit pada hari Senin. Tentang naiknya Nabi Idris ke langit ini telah diberitakan Allah dalam Alquran pada surah Maryam, ayat 66 dan 57:

 

Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut didalam Al-Qur’ an, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi”.

Nama Idris yang sebenarnya adalah Akhnukh, dinamakan Idris karena Beliau banyak mempelajari (tadarrus) Kitab Allah Ta’ala.

Setiap hari Beliau menjahit qamis (kemeja), setiap kali Beliau memasukkan jarumnya ke kain, Beliau mengucapkan tasbih. Bila pekerjaannya telah selesai, lalu kemeja itu diserahkannya kepada si pemesan, tanpa meminta upah. Walaupun begitu, Beliau masih sanggup beribadat dengan peribadatan yang sulit untuk digambarkan, sehingga Malaikat maut merasa rindu untuk bertemu dengan Beliau.

Kemudian malaikat maut memohon kepada Allah agar diizinkan untuk pergi menziarahinya. Dengan menyamar sebagai manusia, malaikat itu pergi menjumpai Nabi Idris. Setelah memberi salam, lalu ia duduk.

Kebiasaan Nabi Idris adalah berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datang satu malaikat membawakan makanan dari Surga untuknya, lalu Beliau memakan dari makanan itu.

            Kemudian Beliau  beribadat sepanjang malam. Pada malam itulah malaikat maut datang sambil membawa makanan dari surga, Nabi Idris memakannya dan berkata kepada malaikat maut itu: “Mari Tuan makan juga bersama-sama!”. Tetapi malaikat itu tidak mau makan.

Nabi Idris pun lalu melanjutkan ibadahnya, sedang malaikat maut itu duduk menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa heran melihat perihal keadaan malaikat maut itu, lantas Beliau berkata: “Wahai Tuan, maukah Tuan berjalan jalan bersama saya untuk melihat-lihat pemandangan?”.

 

 

 

Malaikat maut itu menjawab: “Ya, baiklah”.

Maka berjalanlah keduanya menyusuri sawah dan ladang, hingga akhirnya, ketika tiba pada suatu ladang, malaikat maut itu berkata kepada Nabi Idris: “Wahai Idris, Tuan izinkanlah saya untuk mengambil tanaman ini buat saya makan?”.       

Nabi Idris menjawab: “Subhaanallaah, kenapa kemarin anda tidak mau memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang Tuan mau memakan yang haram?!”.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak terasa empat hari telah berlalu. Selama itu Nabi Idris mendapatkan beberapa keanehan pada diri teman seperjalanannya itu, yang menyalahi sifat-sifat manusia pada umumnya. Karena itu Beliau lalu menanyakan: “Siapakah Tuan sebenarnya?”.

Malaikat maut itu menjawab: “Saya adalah malaikat maut”.

Idris alaihissalaam bertanya pula: “Tuankah yang mencabut semuanyawamakhluk?”.

Jawab: “Ya”.

Tanya: “Tuan ada bersama saya selama empat hari, apakah Tuan juga telah mencabut nyawa seseorang?”.

Jawab: “Ya, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk itu ibarat hidangan di hadapan saya, saya ambil ia sebagaimana seseorang mengambil suap-suap makanan.

Nabi Idris bertanya: “Wahai malaikat, Tuan datang untuk ziarah atau untuk mencabut nyawa?”.

Jawab: “Saya datang untuk ziarah dengan seizin Allah Ta’ala”.

Nabi Idris berkata: “Wahai malaikat maut, saya ada permintaan kepada Tuan, yaitu, agar Tuan mencabut nyawa saya, kemudian Tuan mohonkan kepada Allah agar Ia menghidupkan saya kembali, supaya saya dapat menyembah Allah setelah saya merasakan kedahsyatan sakarotul maut itu!”.

Malaikat maut itu menjawab: “Saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan seizin Allah”.

Lalu Allah Subhaanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada malaikat maut itu agar ia mencabut nyawa Idris alaihissalaam. Maka dicabutnyalah nyawa Idris seketika itu juga. Nabi Idris pun mati pada saat itu juga.

 

Ketika malaikat maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia dan dengan mengiba-iba ia memohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkanNya kembali ..

Kemudian malaikat maut itu memeluk Nabi Idris, seraya bertanya: “Wahai saudaraku, Bagaimanakah Tuan merasakan kesakitan maut itu?”.

Nabi Idris menjawab: “Bila seekor binatang dikuliti ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya”.   

Malaikat maut berkata: “Padahal kelembutan yang saya lakukan terhadap Tuan ketika saya mencabut nyawa Tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap siapapun sebelum Tuan”.

Kemudian Nabi Idris berkata pula: “Ya malaikat maut, saya mempunyai permintaan lainnya kepada Tuan! Yaitu, saya ingin sekali melihat neraka, supaya saya dapat beribadat kepada Allah Ta’ala lebih banyak lagi setelah saya menyaksikan kedahsyatan Neraka itu”.

Maka menjawablah malaikat maut itu: “Bagaimana saya dapat pergi ke neraka tanpa seizin dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala?!”.

Lalu Allah mewahyukan kepada malaikat maut itu agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka ke sana.

Di Neraka itu, Nabi Idris dapat melihat semua yang diciptakan Allah buat menyiksa musuh-musuh-Nya, seperti: rantai-rantai, belenggu-belenggu, begitu pula ular-ular, kala, api, timah mendidih, pohon berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.

Setelah puas melihat-lihat, kemudian mereka kembali.

Kemudian Nabi Idris berkata pula kepada malaikat maut itu: “Wahai malaikat maut, saya mempunyai hajat lainnya, yaitu agar Tuan membawa saya masuk ke dalam Surga, hingga saya dapat melihat-lihat apa-apa yang telah disediakan Allah bagi kekasihkekasih-Nya, dan setelah itu saya pun dapat meningkatkan peribadatan saya kepada-Nya”.

Maka malaikat maut itu berkata: “Bagaimana saya dapat membawa Tuan memasuki Surga, tanpa perintah dari Allah Ta’ala?!”.

Lantas Allah pun memerintahkan kepada malaikat maut itu supaya ia membawa Nabi Idris ke Surga.

 

Kemudian pergilah mereka berdua, hingga tiba di muka pintu Surga, mereka berhenti di sana.

Dari situ Nabi Idris dapat memandang ke dalam Surga. Tampak olehnya segala macam kenikmatan yang disediakan Allah bagi paraawliya’-Nya,seperti:buah-buahan, pohon-pohonan, sungaisungai, dan lain-lain, lalu Idris alaihissalaam berkata: “Wahai saudaraku malaikat maut, saya telah merasakan pahitnya maut, dan saya telah melihat kedahsyatan api neraka, maka maukah Tuan memohonkan kepada Allah agar la mengizinkan saya memasuki Surga untuk dapat meminum airnya guna menghilangkan kesakitan maut dan kedahsyatan api neraka.

Maka malaikat maut pun memohonkan kepada Allah. Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Surga, lalu keluar lagi. Kemudian Nabi Idris masuk ke dalam Surga, Beliau meletakkan sandalnya di bawah salah satu pepohonan Surga, lalu keluar kembali dari Surga.

Setelah Beliau berada di luar Surga, Beliau berkata kepada malaikat maut: “Wahai malaikat maut, saya telah meninggalkan sandalku di dalam Surga?!”.

Malaikat maut berkata: “Kembalilah dan ambil kembali sandal Tuan!”.

Maka masuklah Nabi Idris, namun Beliau tidak keluar lagi, sehingga malaikat maut berteriak : “Ya Idris, keluarlah!”.

Nabi Idris menjawab: “Tidak, karena Allah Ta’ala telah berfirman”.

 

Artinya : “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati … “. (QS. Ali Imraan : 185)

 

“Sedang saya telah merasakan maut itu”. Dan Allah berfirman:

 

Artinya : “Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu”. (QS. Maryam : 71)

 

“Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu”. Dan firman Allah:

Artinya : ” …. Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya”. (QS. Al Hijr : 48)

(Maksudnya : Dari dalam Surga).

 

Maka Allah lalu memberi wahyu kepada malaikat maut itu: “Biarkanlah dia, karena Aku telah menetapkan di azali, bahwa ia akan bertempat tinggal di Surga”.

Dan Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dengan Firman-Nya:

 

Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) didalam Al-Qur’an, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi?. (QS. Maryam : 56-57)

 

Nabi Musa alaihissalaam telah pergi ke gunung Thursina pada hari Senin, sebagaimana yang diberitakan Allah dalam Al Qur’ an:

 

Artinya : “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat denganKami) pada waktu yang telah Kami tentukan …. “(QS. Al A’raaf : 143)

 

Nabi Musa alaihissalaam telah melakukan tujuh macam perjalanan yang semuanya terjadi pada hari Senin, yaitu: safarul ghodlob, safarul harob, safaruth tholab, safarus sabab, safarul’ujub, safarul adab dan safaruth thorbi.

Adapun yang pertama, yaitu, safarul ghodlob (perjalanan karena murka), adalah perjalanan Musa alaihis salaam ketika Beliau dihanyutkan oleh ibunya ke dalam sungai karena takut akan kemurkaan Fir’aun alaihilla’nah. Seperti yang diceritakan Allah dalam Al Qur’an surah Al Qoshosh ayat 7, yang berbunyi :

 

Artinya : “Dan Kami ilhamkan kepada Ibu Musa : “Sesungguhnya dia, dan apabila khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia kedalam sungai (nil), dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul”.

 

Yang kedua atau safarul harob, adalah perjalanan Musa ketika melarikan diri dari Mesir ke Madyan, sebagaimana yang diceritakan. Allah dalam Al Qur’an, surah Al Qoshosh ayat 21:

 

Artinya : “Maka keluarlah Musa dari kota itu (Mesir) dengan rasa takut (kalau-kalau ada orang yang menyusul untuk menangkapnya), menunggu-nunggu dengan rasa khawatir, dia berdo’a : Ya Tuhan-ku selamatkan lah aku dari orang-orang yang zalim itu”.

 

Artinya : “Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Madyan, ia berdo’a (lagi) : mudah-mudahan tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”.

 

Yang ketiga, yaitu, safaruth tholab (perjalanan menuntut sesuatu), adalah perjalanan Nabi Musa ketika pulang dari negeri Madyan dan Beliau memerlukan api, kemudian Beliau melihat cahaya api, maka didekatinya. Hal ini diceritakan Allah Ta’ala

dalam Al Qur’an dengan Firman-Nya:

 

Artinya : “Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung, ia berkata kepada keluarganya : Tunggulah (disini) sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepada-Mu dari (tempat) api itu atau membawa seluruh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”. (QS. Al Qoshosh : 29)

 

Yang keempat, safarus sabab (perjalanan disebabkan sesuatu), yaitu, perjalanan Musa alaihissalaam keluar dari Mesir menuju ke jurusan sungai (Nil) dikejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya. Perjalanan itulah yang menjadi sebab kebinasaan Fir’aun alaihilla’nah. Allah menceritakan peristiwa ini dengan FirmanNya:

 

Artinya : “Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu”. (QS. Asy Syu’aroo : 65-66)

 

Yang kelima, safarul ‘ujub (perjalanan ujub), yaitu, perjalanan Musa alaihissalaam bersama kaumnya ketika tersesat di padang belantara, selama empat puluh tahun. Mereka diberi Allah makanan berupa “manna” dan “salwa” dan dikeluarkan Allah air dari batu-batuan untuk minuman mereka. Hal ini diceritakan Allah dalam Al Qur’an pada surah Al Baqoroh ayat 57 :

 

Artinya : “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “Salwa” … “

 

Dan firman Allah dalam surah yang sama ayat 60, yang berbunyi :

 

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman : “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing”.

 

Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.

Dikatakan bahwa kaum Nabi Musa yang ikut bersamanya di padang belantara itu semuanya berjumlah tujuh puluh ribu orang:

Yang keenam, safarul adab (perjalanan pendidikan), yaitu, perjalanan Nabi Musa ke tepi sungai untuk berjumpa dengan Khidir alaihissalaam. Firman Allah, Ma’nanya :

 

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya : Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun, maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lupa akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu, maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya : bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini. Muridnya menjawab : Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali, Musa berkata : Itulah (tempat) yang kita cari, lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula, lalu bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba kami telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

 

Musa berkata kepada Khidir : bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepada-Mu?”.

 

Yang ketujuh, safaruth thorbi (perjalanan suka cita), yaitu, perjalanan Nabi Musa ke bukit Thursina guna bermunajat dengan Tuhannya. Firman Allah : . ..

 

Artinya : “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan …. “. (QS. Al A’roof : 143)

 

Orang yang datang sendiri, yaitu Musa alaihissalam, tidak sama dengan orang yang dijemput, yaitu Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam.

Allah berfirman tentang mi’roj Musa alaihissalaam :

 

Artinya : “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan …. “. (QS. Al A’roof : 143)

 

Dan firman Allah tentang mi’roj Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam :

 

Artinya : “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepada-Nya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui …. “. (QS. Al Israa’: 1)

 

Perbedaan lainnya antara mi’roj Musa alaihissalaam dan mi’roj Mushthafa Shallallaahu alaihi wa sallam adalah: mi’roj Musa ke bukit Thursina, sedangkan mi’roj Mushthafa ke lautan cahaya.

Allah berfirman kepada Musa :     

 

Artinya : “Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?”. (QS. Thaahaa: 83)

 

Dan firman Allah untuk Muhammad :

 

Artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam …. “.

 

Firman Allah kepada Musa ketika mi’rojnya :

 

Artinya : ” ….. Tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di tempat yang suci, Thuwa”. (QS. Thaaha: 12)

 

Sedangkan kepada Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, ketika mi’rojnya, Allah berfirman :

 

Artinya : “Janganlah kau tanggalkan kedua terompahmu itu!”.

 

Hal ini sebagaimana diriwayatkan bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam berkata: “Pada malam aku dimi’ rojkan, aku ingin membuka kedua terompahku, namun tibatiba terdengar suara dari arah Allah Ta’ala: Janganlah kau tanggalkan kedua terompahmu itu, Hai Muhammad, agar Arsy dan kursi mendapatkan kehormatan berada di bawah terompahmu itu”.

Aku berkata: “Wahai Tuhanku, Engkau telah berkata kepada saudaraku Musa: Tanggalkanlah kedua terompahmu! karena engkau berada pada tempat yang suci, Thuwa?!”.

Allah menjawab: “Mendekatlah kepada-Ku wahai Abalqoosim, mendekatlah kepada-Ku wahai Ahmad!. Engkau tidak sama dengan Musa, Musa adalah kalim-Ku, sedang engkau adalah kekasih-Ku. Kalim tidaklah sama dengan kekasih”.

Turunnya dalil tentang ke-Esa-an Allah terjadi pada hari Senin.

 

Allah berfirman:

 

Artinya : “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan, sesungguhnya Dia-lah Tuhan yang Esa?. (QS. An Nahl: 51)

 

Dan firman Allah:

 

Artinya : “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan ….. “. (QS. Adz Dzariyaat:49)

 

Dan firman Allah:

 

Artinya : ” ….. Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua ….. “. (QS. An Nisaa’: 11)

 

Dan firman Allah :

 

Artinya : “(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan …. “. (QS. Yaasiin : 14)

 

Dan firman Allah :

 

Artinya: “… Sepasang dari domba…”. (QS. Al An’aam :143)

 

Sedangkan Allah maha suci dari kesemuanya itu. Sebagaimana firman Allah:

 

Dia-lah Tuhan Yang Maha Tunggal, Yang bergantung kepada-Nya segala makhluk, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Dia menjadikan segala sesuatu berpasangan, seperti: Arsy dan Kursi, Jin dan manusia, Surga dan Neraka, Malam dan Siang, Darat dan Laut, Pohon-pohonan dan Sungai-sungai, Lauh dan Qolam, Sehat dan Sakit, Matahari dan Bulan, Langit dan Bumi, Panjang dan Lebar, Sunnah dan Fardlu, Bersambung dan Berpisah, Baik dan Jahat, Manfaat dan Mudlarrat, Mati dan Hidup, Tanah dan Tumbuh-tumbuhan, Cahaya dan Gelap, Teduh dan Panas, Penyakit dan Obat, Laki dan Perempuan, Hati dan Lisan, Dua kaki, Dua tangan, Dua telinga dan Dua Mata. Dia menjadikan semuanya itu berpasangan, tidak lain adalah untuk menunjukkan bahwa hanya Dia-lah Yang Maha Tunggal, Kepada-Nyalah bergantung segala makhluk, tidak ada Tuhan selain Ia.

 

(Berkata) sebagian Ulama tentang firman Allah: “Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa ….. “, adalah sebagai dalil tentang ke-Esa-an Allah Ta’ala yang tampak pada penciptaan (kejadian) langit dan bumi, panjang dan lebar, untung dan rugi, taat dan durhaka, kafir dan iman, azab dan ampunan, benci dan ridla. Maka barangsiapa merenungkan tentang kesemuanya ini, ia akan menyadari bahwa Penciptanya, adalah Zat Yang Maha Tunggal, Yang telah menjadikan segala sesuatu dan mengatur masanya.

 

 

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dilahirkan pada hari Senin. Pada hari kelahiran Beliau, timbul tujuh mu’jizat, yaitu :

 

  • Pertama : Setiap wanita yang mengandung, akan merasakan susah payah dari kandungannya itu, sedangkan Ibunda Rasulullah sama sekali tidak merasakan hal tersebut.

 

  • Kedua : Tiap-tiap wanita yang akan melahirkan tentu merasakan rasa sakit (makhoodl), dan itu tidak dirasakan oleh ibunda Rasulullah sama sekali.

 

  • Ketiga : : Setelah Rasulullah dipisahkan dari Ibunya sehabis dilahirkan, maka Beliau langsung sujud kehadlirat Allah Ta’ala, seraya mengatakan: Ummatku, Ummatku!

 

  • Keempat : Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam lahir dalam keadaan sudah dikhitan.

 

  • Kelima : Setan-setan dilarang naik ke langit, ketika Rasulullah dilahirkan. Padahal sebelumnya setan-setan itu dapat naik turun ke langit untuk mendengarkan percakapan percakapan yang dilakukan para malaikat. Ketika mereka dilarang naik ke langit itu, maka mereka berkumpul pada iblis alaihilla’nah, mereka berkata: “Dahulu kami bisa naik ke langit, tetapi hari ini kami telah dilarang untuk naik”. Iblis menjawab: “Menyebarlah kalian di muka bumi, dari barat sampai ke timur, dan perhatikan dengan seksama apa sebenarnya yang telah terjadi!”.

 

Mereka lalu menyebar. Akhirnya setelah mengelilingi timur dan barat, sampailah mereka ke kota Mekah. Disana tampak oleh mereka Nabi kita sedang dikelilingi para malaikat, dan memancar cahaya darindirinya hingga mencuat ke langit, sedangkan malaikat-malaikat itu saling memberi ucapan selamat satu dengan yang lain.

 

Kemudian kembalilah setan-setan itu menghadap kepada Iblis, sambil menceritakan semua apa yang telah mereka saksikan itu. Maka Iblis pun berteriaklah dengan suara yang sangat keras, seraya berkata: “Aaaah, telah keluar “ayatul ‘alam”, dan rahmat bagi bani Adam, karena itulah kalian telah dicegah untuk naik ke langit, tempat pandangannya dan pandangan ummatnya!!”. Allah barfirman :

 

Artinya :” …. Dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang orang yang memandang(nya)”. (QS. AlHijr:16)

 

Apabila setan-setan itu tidak mendapatkan suatu upaya untuk naik ke langit, karena langit itu sebagai tempat memandang bagi orang-orang beriman, bagaimana pula ia akan mendapatkan jalan memasuki hati, yang menjadi tempat pandangan Allah?!

 

Ka’bul Akhbar rodliyallaahu anhu berkata: “Saya telah melihat di dalam Taurat bahwa Allah Ta’ala telah mengkhabarkan kepada kaum Musa alaihissalaam tentang saat keluarnya Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, la berkata: Sesungguhnya bintang tetap yang telah kamu ketahui itu, bila ia bergerak dari tempatnya menandakan bahwa Rasulullah telah keluar”.

 

Ketika Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam lahir, bintang itu pun bergerak dan pindah dari tempat asalnya. Maka orang-orang Yahudi itu semuanya mengetahui bahwa Rasul yang diberitakan Allah itu telah keluar ke dunia, namun mereka rahasiakan disebabkan kedengkian mereka juga.

 

Dan Allah juga telah mengkhabarkan kepada kaum Isa alaihissalaam di dalam kitab Injil, bahwasanya apabila pohon korma kering mengeluarkan daun-daunan, maka itu menandakan keluarnya Rasulullah ke dunia.

 

Ketika Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam lahir, pohon korma yang kering dan layu menjadi segar, berdaun dan berbuah. Melihat hal itu, orang-orang Nashrani itu pun mengetahuilah bahwasanya Rasul yang telah dijanjikan Allah di dalam Kitab Injil itu telah lahir ke dunia. Tetapi hal itu mereka rahasiakan, disebabkan kedengkian mereka jua.

 

Di dalam Kitab Zabur pun Allah mengkhabarkan bahwa, apabila mata air yang telah mereka kenal itu mengeluarkan air, maka tandanya Rasul yang dijanjikan kepada mereka itu telah muncul ke muka bumi. Tepat ketika Rasulullah dilahirkan, mata air itu mengeluarkan air yang berlimpah. Mereka pun mengetahui akan hal itu, namun karena kedengkian mereka, berita itu mereka rahasiakan pula.

 

  • Keenam : Halimah, yaitu, ibu susu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, sebelum ia menyusukan Rasulullah, salah satu susunya tidak mengeluarkan air susu, lalu tatkala ia meletakkan susunya itu ke mulut Rasulullah, seketika itu juga keluarlah air susunya dengan deras.

 

  • Ketujuh : Ketika Rasulullah dilahirkan, terdengarlah suara tanpa rupa dari sudut-sudut Ka’bah. Dari sudut pertama terdengar ucapan: “Telah datang kebenaran (Islam), dan kebatilan (kekufuran) tidak akan kembali lagi”. Dari sudut kedua terdengar ucapan: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselama tan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. Dari sudut ketiga terdengar ucapan: “Telah datang kepadamu cahaya (nabi) dari Allah, dan kitab (Al Qur’an) yang menerangkan”. Dan dari sudut keempat terdengar ucapan: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus mu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi”.

 

(Diriwayatkan) bahwasanya Abdul Mutholib berkata: Tatkala aku sedang berada di Ka’bah yang banyak berhalanya, tiba-tiba berhala-berhala itu berjatuhan dari tempatnya dan sujud lillaahi Ta’ala, dan aku dengar suara dari dinding Ka’bah mengatakan: “Telah lahir Nabi pilihan yang akan membinasakan orang-orang kafir dan akan mensucikan aku dari berhala-berhala ini dan akan memerintahkan kepada penyembahan Maharaja Yang Maha Mengetahui”.

 

Untuk pertama kalinya Jibril alaihissalaam turun menjumpai Nabi kita Shallallaahu alaihi wa sallam terjadi pada hari Senin.

 

Adapun sebabnya adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah beribadat kepada Allah dengan peribadatan yang banyak sekali, dan melakukan mujahadah selama empat puluh tahun, sehingga semua orang sepakat akan kebaikan akhlaknya, dan mereka menggelarinya dengan sebutan Muhammad Al Amiin.

 

Ketika ibadatnya itu telah mencapai puncaknya, maka Allah menanamkan rasa rindu kepada-Nya ke dalam hatinya, sehingga mengalahkan rasa kecintaan kepada selain-Nya. Hal ini menyebabkannya banyak merenung dan berduka.

Kata Syair :

 

Artinya : “Jika kaum lelaki bermain dengan apa saja

Maka kulihat cinta mempermainkan kaum pria”.

 

Keadaan Beliau yang demikian itu akhirnya diketahui juga orang-orang di sekelilingnya.

Hamzah pamannya berkata kepada adiknya Atikah: “Apakah gerangan yang menyebabkan Muhammad bermuram durja, kulihat muka pucat, banyak merenung dan suka menyendiri?!”.

Tetapi Atikah tidak memberikan komentar apa-apa atas pertanyaan abangnya itu. Kemudian mereka memanggil Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Setelah Beliau datang, mereka mengajukan pertanyaan kepada Beliau: “Seandainya hatimu merasa gundah atau ada penyakit yang kau rasakan pada dirimu, beritahukanlah kepada kami, supaya kami dapat mengusahakan penyembuhannya?!”.

Namun Rasulullah diam seribu bahasa.

 

Akhirnya mereka ingat bahwa Beliau adalah sahabat Abu Bakar, mungkin Beliau mau menumpahkan isi hatinya kepada sahabatnya itu.

Karena itu mereka meminta bantuan Abu Bakar rodliyallaahu anhu untuk menyelidikinya.           

Ketika Rasulullah ditanya Abu Bakar, Beliau menjawab: “Wahai Abu Bakar sahabatku, hatiku berada dalam kebimbangan, diriku seakan-akan terbakar, mataku sulit dipicingkan. Aku tidak mengetahui gerangan apakah yang menyebabkan semua ini?!”.

 

Lalu Rasulullah mengambil air, mandi dan memakai sarung serta memakai jubah, kemudian menuju ke Gua Hiraa.

 

Di sana Beliau menangis dan bertadlarru kepada Allah, sambil meletakkan mukanya ke atas tanah, sehingga para malaikat di tujuh lapis langit dan para bidadari di dalam Surga menjadi gempar. Mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, kami mendengar suara rintihan pencinta, dan ketadlarru’an orang yang rindu!”.

 

Maka Allah lalu mewahyukan kepada malaikat Jibril alaihissalaam: “Wahai Jibril, telah tiba waktu turunnya wahyu, dan menampakkan hukum-hukum perintah dan larangan. Turunlah engkau kepada kekasih-Ku, makhluk pilihan dan yang paling baik”.

Sampaikanlah salam-Ku dan hadiah-Ku kepadanya!.

 

Kemudian turunlah malaikat Jibril alaihissalaam seraya berteriak kepada Rasulullah ketika ia masih berada di udara; lantas Rasulullah melihat ke langit, tampak oleh Beliau seseorang dengan memakai pakaian warna hijau sedang berada diantara langit dan bumi, kemudian turun mendekati Beliau. Malaikat Jibril lalu berkata: “Bacalah!”.

Rasulullah merasa takut, lalu malaikat Jibril memegang pundak Beliau dan digoyang-goyangkannya, seraya berkata: “Bacalah!”.

 

Rasulullah menjawab: “Saya tidak bisa membaca!”. Jibril mengatakan pula: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.

 

Kemudian malaikat Jibril lenyap dari pandangan Rasulullah. Rasulullah segera pulang ke rumahnya, kemudian Beliau menceritakan kejadian yang dialaminya itu kepada isterinya Khodijah.

 

Lalu Beliau berkata: “Selimutilah aku wahai Khodijah! karena aku telah ditimpa musibah”.

 

Khodijah rodliyallaahu anhu berkata: “Ya Muhammad,

 

sesungguhnya engkau telah menyambungkan tali kekeluargaan, menyayangi anak-anak yatim, dan menyukai perkara-perkara yang baik dan akhlak yang mulia. Tuhanmu tidak akan melakukan sesuatupun untukmu, melainkan yang baik-baik saja. Mungkin itu adalah An Naamusul Akbaru (Jibril) yang juga telah pernah turun kepada nabi-nabi terdahulu.       

 

Ketika Beliau sudah diselimuti oleh Khodijah, maka Jibril alaihissalaam turun kembali sambil membacakan wahyu: “Wahai orang yang berselimut, bangkitlah dan beri ingatlah!”.

 

Kemudian Rasulullah berkata: “Wahai Khodijah, ini dia telah turun kembali!!”.

 

Khodijah berkata: “Ya Muhammad, aku akan menyibakkan rambutku, bila ia setan ia tidak akan pindah dari tempatnya; namun bila ia adalah utusan Allah, maka ia akan lenyap”.

 

Ketika Khodijah menyibakkan rambutnya, maka lenyaplah Jibril dari pandangan mata. Lalu Rasulullah berkata: ?Wahai Khodijah, ia telah lenyap dari pandanganku”.

 

Maka berkatalah Khodijah: “Ya Muhammad, ajukanlah Islam kepadaku, karena engkau adalah utusan Allah, dan ia tadi adalah Arruuhul Amiin”.

 

Lalu Rasulullah mengajukan Islam kepada Khodijah, dan masuk Islamlah ia. Maka ia adalah wanita pertama yang memeluk agama Islam.

 

Semua amalan ummat diperlihatkan kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam pada hari Senin. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah rodliyallaahu anhu: bahwa Rasulullah telah bersabda:

 

“Hidupku baik buat kalian dan matiku pun baik buat kalian.

 

Dikatakan: Ya Rasulullah, kami telah mengetahui bahwa hidup Baginda itu baik buat kami, namun bagaimana matinya Rasulullah juga baik buat kami? Jawab: Hidupku baik buat kalian, karena selama aku berada di samping kalian, aku selalu mengajak kalian berbakti kepada Allah, dengan hikmat dan nasehat yang baik. Sedangkan matiku pun baik buat kalian, karena setiap hari Senin dan Kamis semua amal kalian diperlihatkan kepadaku, apabila aku melihat amal yang baik, maka aku merasa gembira, dan bila aku melihat amal yang buruk, aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian”.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam wafat pada hari Senin tanggal tiga belas Rabiul awwal.

 

Dari pada Ibni Mas’ud rodliyallaahu anhu, bahwasanya ia berkata: “Tatkala ajal Rasulullah sudah dekat datangnya, Beliau mengumpulkan kami di rumah ibu kita A’isyah rodliyallaahu anha, kemudian Beliau memandang kami sambil berlinangan air mata, lalu Beliau berkata: Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kalian, semoga Allah menyayang, menolong dan memberi petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, Aku titipkan kalian kepada Allah. Sesungguhnya aku bagi kalian adalah sebagai pemberi peringatan. Janganlah kalian berlaku sombong terhadap Allah. Allah berfirman: Negeri Akhirat (Kebahagiaan dan kenikmatan di Akhirat) Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi”.

 

Dan kesudahan (yang baik/Surga) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

 

Kami bertanya: “Kapankah ajal Baginda, Ya Rasulullah?”.

 

Beliau menjawab: “Telah dekat datangnya ajal, dan kepindahan ke hadlirat Allah, dan ke Sidrotulmuntaha, dan ke Jannatulma’wa, dan ke Arsyila’la!”.

 

Kami bertanya: “Siapakah yang akan memandikan Baginda, Ya Rasulullah?”.

 

Jawab: “Salah seorang dari ahli baiti”.

 

Tanya: “Bagaimana nanti kami mengafani Baginda?”.

 

Jawab: “Dengan bajuku ini atau pakaian yamaniyah”.

 

Tanya: “Siapakah yang menshalati Baginda dari antara kami?”.

 

Kami menangis dan Rasulullahpun ikut menangis, kemudian Beliau berkata: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kalian apabila kalian telah memandikan dan mengafani aku, maka letakkanlah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kalian dari sisiku. yang pertama-tama akan menshalati aku adalah sahabatku alaihissalaam, kemudian Mikail, kemudian Israfil, kemudian Izraail, malaikat maut beserta bala tentaranya, kemudian masuklah kalian sebarisan-sebarisan, shalatlah atasku dan berilah salam dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mulai shalat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian wanita-wanita mereka, barulah kemudian kalian menyusul.

 

Sejak hari itulah Rasulullah mulai sakit agak gawat, selama delapan belas hari. Tiap-tiap hari orang-orang menengok Beliau. Sampai datang hari Senin di mana Beliau menghembuskan nafas terakhir.

 

Satu hari sebelumnya, ya’ni hari Ahad, penyakit Rasulullah bertambah sangat. Pada hari itu, setelah Bilal selesai mengumandangkan adzannya, ia berdiri di muka pintu Rasulullah, seraya berucap: “Assalaamu alaika Ya Rasulullah”.

 

Kemudian ia melanjutkan: “Ash Shalaah, yarhamukallaah!”. Fathimah rodliyallaahu anhaa menjawab: “Rasulullah dalam keadaan payah, disebabkan penyakit yang menimpanya”.

 

Maka kembalilah Bilal ke dalam masjid, ketika hari mulai bercahaya, maka Bilal kembali lagi berdiri di muka pintu Rasulullah, lalu ia berkata seperti perkataannya tadi. Suara Bilal kedengaran oleh Rasulullah, lalu Rasulullah memanggilnya, katanya: “Masuklah, Wahai Bilal!”.

 

Setelah Bilal masuk, Rasulullah berkata pula: “Saya sekarang dalam keadaan payah karena sakit. Kau perintahkan saja Wahai Bilal Abu Bakar, agar ia shalat bersama-sama kalian sebagai imam”. Maka keluarlah Bilal sambil meletakkan tangannya di atas kepalanya seraya berseru: “Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku!”.

 

Kemudian ia memasuki masjid, dan berkata kepada Abu Bakar: “Wahai Abu Bakar, Rasulullah Shalallaahu alaihi wa sallam memerintahkan Tuan agar shalat bersama orang-orang sebagai imam mereka”.

 

Ketika Abu Bakar rodliyallaahu anhu melihat ke tempat Rasulullah yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, ia tidak dapat menahan dirinya lagi, lalu ia menjerit dan akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri. Maka orang-orang yang berada di dalam mesjid menjadi ribut, sehingga, terdengar oleh Rasulullah. Beliau bertanya: “Wahai Fathimah, suara apakah ribut-ribut ini?”.

 

Siti Fathimah rodliyallaahu anha menjawab orang-orang ribut karena ketiadaan Rasulullah!

 

Lantas Rasulullah memanggil Ali bin Abi Tholib dan Abbas rodliyallaahu anhuma, sambil bersandar pada mereka berdua, keluarlah Beliau menuju ke mesjid. Kemudian Beliau shalat dua rakaat yang ringan, setelah itu Beliau memalingkan mukanya ke arah orang banyak dan berkata: “Ya ma-aasyirol muslimiin, kalian semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan dari Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kalian setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah Ta’ala, karena aku segera akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku menginjak alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia!”.

 

Keesokan harinya, yaitu hari Senin, Allah mewahyukan kepada malaikat maut supaya ia turun menjumpai Rasulullah dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan supaya ia mencabut nyawa Rasulullah dengan lemah lembut, seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun bila Rasulullah tidak mengizinkannya masuk, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja.

 

Maka turunlah malaikat maut itu untuk menunaikan perintah Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Ia menyamar sebagai seorang Arab desa yang bagus rupanya. Setelah tiba di muka pintu tempat tinggal Rasulullah, malaikat maut itu berkata: “Assalaamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!”.

 

Lalu Fathimah rodliyallaahu anha keluar menemuinya, ia berkata kepada tamunya itu: “Wahai Abdullah (Hamba Allah), Rasulullah sekarang dalam keadaan yang payah!”.

 

Kemudian malaikat maut itu berkata lagi: “Assalaamualaikum, Saya harus masuk!”.

 

Akhirnya Rasulullah mendengar suara malaikat maut itu, lalu Beliau bertanya kepada putrinya Fathimah: “Wahai Fathimah, siapakah yang ada di muka pintu itu?”.

 

Fathimah rodliyallaahu anha menjawab: Seorang laki-laki memanggil Baginda, saya katakan kepadanya bahwa Baginda dalam keadaan sakit payah, kemudian ia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma. Kemudian Rasulullah berkata: “Tahukah engkau siapakah dia?”. Fathimah menjawab:

 

“Tidak”.

 

Lalu Rasulullah menjelaskan: “Wahai Fathimah, ia adalah pengusir kelezatan, pemutus keinginan, pemisah jamaah dan yang meramaikan kuburan!”.

 

Kemudian Rasulullah berkata: “Masuklah wahai malaikat maut!”.

 

Maka masuklah malaikat maut itu sambil mengucapkan: “Assalamualaika Ya Rasulullah!”.

 

Rasulullah menjawab: “Wa alaikassalaam Ya malaikat maut!.

 

Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawa?!”.

 

Jawab: “Saya datang sebagai penziarah dan pencabut nyawa, bila Tuan izinkan, kalau tidak saya akan kembali”.

 

Rasulullah bertanya: “Wahai malaikat maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril?”.

 

Jawab: “Saya tinggalkan ia di langit dunia”.

 

Baru saja malaikat maut itu selesai bicara, tiba-tiba Jibril alaihissalaam datang, lalu ia duduk di dekat kepala Rasulullah. Maka berkatalah Nabi kita Shallallaahu alaihi wa sallam: “Wahai

 

Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajal telah dekat?”.

 

Jibril menjawab: “Ya, wahai kekasih Allah”.

 

Rasulullah berkata pula: “Beritahukanlah aku wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah bagiku di sisi-Nya?”.

 

Jawab: “Bahwasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat malaikat telah berbaris untuk menyambut ruhmu”.

 

Rasulullah berkata: “segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apalagi yang telah disediakan Allah bagiku?”.

 

Jawab: “bahwasanya pintu-pintu surga telah terbuka dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungainya telah mengalir, dan buah-buahannya telah merunduk, semuanya menantikan kedatangan rohmu”.

 

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam berkata: Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahukanlah lagi kepadaku wahai Jibril, apa lagi yang diperuntukkan Allah bagiku?.

 

Jawab: “Aku memberikan kabar gembira buat Tuan. Tuanlah yang pertama-tama sebagai pemberi syafaat dan yang pertama-tama diizinkan untuk memberikan syafaat pada hari Kiamat kelak”.

 

Rasulullah berkata: “Puji dan syukur aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril, berilah aku kabar yang menggembirakan aku!”.         

 

Jibril bertanya: “Tuan akan menanyakan tentang apa?”.

 

Jawab: “Tentang kegelisahanku. Apakahyang akan didapatkan oleh orang-orang yang membaca Al Quran sesudahku? Apakah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadlan sesudahku? Apakah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”.

 

Jibril menjawab: “Saya beritahukan kabar gembira buat Tuan. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: Aku telah mengharamkan Surga bagi semua nabi dan ummat, sampai engkau dan ummatmu memasukinya lebih dahulu”.

 

Maka berkatalah Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam: “Sekarang tenanglah sudah hatiku. Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku!”.

 

Lalu malaikat maut pun mendekat.

 

Ali rodliyallaahu anhu bertanya: “Siapakah yang akan memandikan Baginda, dan siapakah yang akan mengafani Baginda?”.

 

Rasulullah menjawab: “Ada pun yang memandikan aku adalah engkau, sedang Ibnu Abbas menyiramkan airnya, dan Jibril akan membawakan hanuuth (semacam balsem) dari dalam Surga. Jika kalian telah selesai memandikan dan mengafaniku, maka keluarlah kalian. …. “

 

(Lalu Rasulullah mengatakan seperti apa yang telah dijelaskannya di atas tadi).

 

Kemudian malaikat maut mulai mencabut nyawa Rasulullah, ketika ruh Beliau sampai di pusat perut, Beliau mengucapkan: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut!”.

 

Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril memalingkan mukanya, Lalu Rasulullah bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku?”.

 

Jibril, menjawab: “Wahai kekasih Allah, siapakah yang tega hatinya memandang muka Tuan, sedang Tuan sedang merasakan sakitnya maut?!”.

 

Akhirnya ruh yang mulia itu pun keluar meninggalkan jasad Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.

 

(Berkata) Anas rodliyallaahu anhu: “Ketika aku lewat di muka pintu Aisyah rodliyallaahu anha, kudengar ia sedang menangis sambil mengatakan: Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera!. Wahai orang yang tidak pernah tidur di atas kasur yang empuk!. Wahai orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum!. Wahai orang yang telah memilih tikar daripada ranjang!. Wahai orang yang jarang tidur di waktu malam karena takut Neraka Sa’ir!”.

 

(Dihikayatkan): Dari Sa’id bin Ziyad dari Kholid bin Sa’ad, bahwasanya Muaz bin Jabal rodliyallaahu anhu telah berkata:

 

“Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah mengutusku ke negeri Yaman untuk memberikan pelajaran agama di sana. Maka berdiamlah aku di sana selama dua belas tahun. Pada suatu malam, aku bermimpi didatangi oleh seseorang, orang itu berkata kepadaku: Apakah anda masih enak tidur juga wahai Mu’az, padahal Rasulullah telah berada di bawah tanah?”.

 

Sahabat Mu’az terbangun dengan ketakutan, lalu ia bangkit dan mengucapkan : “Audzubillaahi minasy syaithoonir rojiim!”.

 

Setelah itu ia lalu shalat.

 

Pada malam berikutnya, ia bermimpi persis seperti mimpinya malam yang lalu. Maka berkatalah Mu’az: “Kalau begitu, ini bukanlah dari setan”.

 

Kemudian ia menjerit dengan sekeras-kerasnya, sehingga didengar oleh sekalian penduduk Yaman.

 

Keesokan harinya orang-orang berkumpul, lalu Mu’az berkata kepada mereka: “Tadi malam dan malam sebelumnya saya bermimpi yang sulit untuk dipahami. Dahulu, seingat saya bila Rasulullah bermimpi yang sukar dipahami, Beliau membuka mushhaf (Al-Qur’an). Maka berikanlah mushhaf kepadaku!”.

 

Setelah Muaz menerima mushhaf, lalu dibukanya, maka tampaklah firman Allah :

 

Artinya : “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka pun akan mati (pula) (QS. Az Zumar: 30) Maka menjeritlah Muaz, lalu ia jatuh tak sadarkan diri.

 

Setelah ia sadar kembali, ia membuka mushhaf kembali, tampak firman Allah :

 

Artinya : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul, apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtadz)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudlarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS. Ali Imraan : 144)

Maka Muaz pun menjerit lagi: “Aduhai Abalqoosim, Aduhai Muhammad!”.

 

Kemudian ia keluar meninggalkan negeri Yaman menuju ke Madinah. Tatkala ia akan meninggalkan penduduk Yaman, ia berkata: “Seandainya apa yang kulihat ini benar, maka akan meranalah para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin, dan kita akan menjadi seperti kawanan domba yang tidak ada pengembalanya”.         

Kemudian ia berteriak: “Aduhai sedihnya berpisah dengan Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam”.

 

Lalu ia pun pergi meninggalkan mereka.

 

Ketika ia berada pada jarak lebih kurang dari tiga hari perjalanan dari kota Madinah, tiba-tiba terdengar olehnya suara halus dari tengah-tengah lembah, yang mengucapkan firman Allah: “Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut!” (tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan maut). Lalu Muaz mendekati sumber suara itu. Setelah berjumpa, Muaz bertanya kepada orang itu: “Siapakah Tuan?”.

 

Orang itu menjawab: “Saya adalah salah seorang Anshor, nama saya Abdullah!”.

 

Mu’az bertanya lagi: “Bagaimana kabar Rasulullah?”.

 

Jawab: “Wahai Muaz, sesungguhnya Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam telah meninggalkan dunia!”.

 

Mendengarkan ucapan orang itu, Mu’az jatuh tak sadarkan diri.

 

Lalu orang itu menyadarkannya, ia memanggil: “Wahai Muaz, sadarlah!”.

 

Ketika Mu’az sadar kembali, orang itu lalu menyerahkan sepucuk surat untuknya yang berasal dari Abu Bakar Ashshiddiq rodliyallaahu anhu, dengan stempel dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Tatkala Mu’az melihatnya, ia lalu mencium stempel itu dan diletakkannya di matanya, kemudian ia menangis dengan tersedu sedan. Setelah puas menangis ia pun melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Madinah.

 

Ia sampai di kota Madinah pada waktu fajar menyingsing. Didengarnya Bilal sedang mengumandangkan adzan Subuh, Bilal mengucapkan: “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah”. Mu’az menimpali: “Wa Asyhadu Anna Muhammadur Rasuulullaah”. Kemudian ia menangis dan akhirnya ia jatuh pingsan.

 

Pada saat itu, di dekat Bilal ada Salman Al Faarisi rodliyallaahu anhuma, lalu ia berkata kepada Bilal: “Wahai Bilal, sebutlah nama Muhammad dengan suara keras di dekatnya, ia adalah Mu’az, tak sadarkan diri”.

 

Ketika Bilal selesai azan, ia mendekati Muaz, lalu ia berkata: “Assalaamu alaika, angkatlah kepalamu wahai Muaz, aku telah mendengar dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, Beliau berkata: Sampaikanlah salamku kepada Muaz”.

 

Maka Muaz pun mengangkatkan kepalanya sambil menjerit dengan suara keras, sehingga orang-orang menyangka bahwa ia telah menghembuskan nafas terakhir. Kemudian ia berkata: ?Demi ayah dan ibuku, siapakah yang mengingatkan aku pada Beliau ketika Beliau akan meninggalkan dunia yang fana ini, wahai Bilal?. Marilah kita pergi menuju ke rumah ibu kita Aisyah rodliyallaahu anha”.

 

Ketika sampai di muka pintu Aisyah, Mu’az berkata: “Assalaamualaikum ya ahli bait, wa rohmatullaahi wa baarokaatuh!”.

 

Yang keluar adalah Raihanah, ia berkata: “Aisyah sedang pergi ke rumah Siti Fathimah rodliyallaahu anha”.

 

Kemudian Mu’az menuju ke rumah Fathimah, dan mengucapkan: “Assalaamu alaikum ya ahla bait!”.

 

Siti Fathimah menyahut: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam berkata: Orang yang paling alim diantara kalian tentang perkara halal dan haram adalah Mu’az bin Jabal, ia adalah kekasih Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam”.

 

Kemudian Fathimah berkata pula: “Masuklah wahai Mu’az!. Tatkala Mu’az melihat Siti Fathimah dan Aisyah rodliyallahu anhuma, ia jatuh pingsan tak sadarkan diri. Ketika ia sadar kembali, Fathimah lalu berkata kepadanya: “Saya mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam berkata: Sampaikanlah salam saya kepada Mu’az dan beritahukan kepadanya bahwasanya ia kelak di hari Kiamat sebagai imam ulama””‘.

 

Kemudian keluarlah Muaz dan pergi menuju ke kuburan Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam

 

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

 

Artinya:

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam, menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua, dan tidak diterima dari yang lain, ia berkata: aku pasti membunuhmu berkata saudaranya: sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al maidah :27)

 

Anas bin Malik rodliyallaahu anhu meriwayatkan, ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam ditanya tentang hari Selasa? Maka Rasulullah menjawab: Hari Selasa adalah hari berdarah. Dikatakan: Kenapa bisa demikian Ya Rasulullah? Jawab: Karena pada hari itulah Siti Hawa haid dan putera Adam membunuh saudaranya sendiri”.

 

(Uraian): Sebagian ulama’ mengatakan: Pada hari Selasa tujuh jiwa telah dibunuh, yaitu :

 

Pertama : Jurjais Alaihissalam.

Kedua : Yahya Alaihissalam.

Ketiga:Zakariya Alaihissalam.

Keempat : Tukang Sihir Fir’aun.

Kelima : Asiah Binti Muzahim, Isteri Fir’aun.

Keenam : Sahib Sapi Bani Israil.

Ketujuh: Habil, Putera Adam Alaihissalam.

Jurjais bin Falthin hidup pada masa raja Dardiyaanah. Raja ini adalah seorang penyembah berhala.

 

Pada suatu hari, ia mendirikan suatu singgasana, lalu ia meletakkan berhalanya itu di atas singgasana tersebut. Ia menghiasi berhalanya itu dengan beraneka ragam permata, dan diberinya wangi-wangian berupa misik dan kafuur. Setelah itu, ia menyalakan api di samping singgasananya itu. Maka orang-orang yang mau menyembah kepada berhalanya itu, dibiarkannya berlalu, sedangkan orang yang tidak mau, dicemplungkannya ke dalam api itu.

 

Kemudian Allah mengutus Jurjais alaihissalaam kepada raja itu, dengan tugas menyeru kepada ibadat hanya kepada Allah Ta’ala.

 

Jurjais berkata kepada raja itu: “Kenapa anda menyembah kepada yang tidak melihat dan mendengar sama sekali, serta tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepadamu?”.

 

Raja itu berkata: “Sesungguhnya harta, kerajaan dan kenikmatan yang ada padaku tak terhingga banyaknya semenjak aku menyembah berhala. Dan manakah hasil peribadatanmu kepada Tuhanmu itu? Tidak tampak satu kenikmatan pun ada padamu”.

 

Jurjais alaihissalaam menjawab: “Bahwasanya kenikmatan dunia itu tidak kekal dan akan musnah, sedang Allah akan memberikan untukku kenikmatan akhirat yang abadi di dalam Surga”.

 

Kemudian terjadilah perdebatan sengit antara keduanya, yang berakhir dengan perintah Raja itu untuk membunuh Jurjais.

 

Raja itu lalu memerintahkan supaya menggodok biji sawi dan cuka, dan setelah mendidih lalu dituangkan ke seluruh badan Jurjais, juga diperintahkannya agar menyisir badan Jurjais dengan sisir besi, sehingga tidak tertinggal di badannya daging sedikit pun, kecuali tulang-belulang.

 

Kemudian Allah menghidupkan Jurjais kembali seperti sediakala, bahkan lebih bagus dari sebelumnya. Lalu Jurjais berteriak: “Ya kafir, katakan: Laa ilaaha illallaah!!”.

 

Kemudian raja itu memerintahkan supaya mendatangkan enam pasak dari besi. Setelah pasak-pasak itu didatangkan, maka dipasaknyalah kedua tangan Jurjais dengan dua buah pasak, kedua kakinya dengan dua pasak, di kepalanya satu pasak, dan di ulu hatinya satu pasak.

 

Allah lalu memerintahkan kepada malaikat untuk mencabut semua pasak yang ada di badan Jurjais alaihissalaam itu. Setelah semuanya dicabut, maka dengan kuasa Allah, Jurjais pun hidup kembali seperti sediakala. Kemudian ia berteriak: “Ya Kafir, katakan: laa ilaahaa illallaah!”.

 

Melihat upayanya lagi-lagi tidak berhasil, maka raja itu lalu memerintahkan supaya Jurjais dimasukkan ke dalam sebuah belanga besar yang berisi minyak yang mendidih, sedang di bawahnya dinyalakan api yang sangat besar.

 

Namun Allah menjadikan suatu mata air yang dingin di dalam belanga itu, sehingga Jurjais sedikit pun tidak merasakan panas sama sekali, dan tidak satu helai pun rambut di tubuhnya mendapat mudlarat. Kemudian Jurjais keluar dari dalam belanga itu dengan sehat dan segar bugar, selamat tak kurang suatu apa.

 

Raja itu mencobakan lagi beberapa macam siksaan buat mencelakakan Jurjais, sampai tujuh puluh macam siksaan, dan malah disebutkan dalam salah satu kitab, bahwa siksaan yang ditimpakan atas diri Jurjais itu mencapai seratus macam siksaan. Tetapi dengan kuasa Allah, tak ada satu pun dari bermacam-macam siksaan itu yang dapat mencelakakan Jurjais.

 

Tatkala raja itu merasa bahwa semua daya upayanya sia-sia belaka, maka ia memanggil Jurjais, lalu ia berkata: “Wahai Jurjais, aku mempunyai hajat darimu, apabila engkau menuruti aku sesuai dengan permintaanku, maka aku pun akan menurutimu sesuai dengan apa yang kau perintahkan”.

 

Tetapi Jurjais alaihissalaam hanya diam saja mendengarkan perkataan raja itu, tanpa memberikan jawaban sama sekali. Maka si raja kafir itu mengira bahwa Jurjais mau menerima permintaannya itu.

 

Kemudian ia berkata: “Wahai Jurjais, aku telah menyiksamu dengan bermacam-macam siksaan, dan aku telah banyak menyakiti dirimu, sekarang marilah engkau ikut ke rumahku untuk beristirahat malam ini!”.

 

Maka pergilah Jurjais alaihissalaam ke istana raja itu. Semalammalaman itu ia gunakan untuk shalat dan membaca Kitab Zabuur hingga terbit fajar. Bacaan Jurjais itu telah memberikan bekas yang mendalam di hati istri raja itu, sehingga ia menangis dengan tersedu sedu. Lalu ia berdiri di belakang Jurjais alaihissalaam, dengan suara perlahan ia menyatakan tobatnya. Jurjais mengusulkan agar ia mau masuk Islam, ia menerima ajakan Jurjais itu, maka masuk Islamlah ia ..

 

Ketika Jurjais keluar dari istana raja, raja itu lalu memerintahkannya agar ia sujud kepada berhala, tetapi ditolak oleh Jurjais. Maka raja itu lalu memenjarakannya pada rumah seorang perempuan tua. Si perempuan tua ini mempunyai seorang anak yang tuli, bisu dan buta. Jurjais tidak diberi makanan maupun minuman.

 

Adapun di rumah perempuan tua itu ada satu tiang. Kemudian Jurjais berdoa, maka dengan tiba-tiba tiang itu menjadi berdaun dan berbuah dengan bermacam-macam buah-buahan.

 

Tatkala perempuan tua itu datang dan melihat mu’jizat Jurjais itu, ia lalu menyatakan keislamannya. Kemudian ia meminta kepada Jurjais agar mendoakan anaknya yang cacat itu. Jurjais berdoa, maka dengan kuasa Allah, anak perempuan tua yang cacat itu pun kembali normal, dapat mendengar, berbicara dan melihat.

 

Kemudian Jurjais memanggil anak itu: “Ya ghulaam!!”

 

Anak itu menjawab: “Labbaik, Ya Rasulullah!”

 

Jurjais berkata kepada anak itu: “Pergilah engkau ke rumah berhala-berhala itu, dan katakan kepada berhala-berhala itu bahwa Jurjais alaihissalaam memanggil kalian!”.

 

Maka pergilah anak itu ke rumah berhala tersebut, di situ terdapat tujuh puluh berhala. Ketika anak itu menyampaikan pesan Jurjais, maka berhala-berhala itu menjatuhkan diri dan dengan kuasa Allah berjalan di atas kepala mereka menuju ke tempat Jurjais alaihissalaam.

 

Ketika Jurjais melihat berhala-berhala itu, Beliau lalu memerintahkan bumi untuk menelannya. Kejadian itu tampak oleh isteri raja. Lalu ia naik ke atas istana dan berteriak: “Wahai penduduk kota, sayangilah diri kalian, dan masuk Islamlah kalian!!”.

 

Si raja suaminya berkata kepadanya: “Sudah sejak tujuh puluh tahun aku menyaksikan banyak sekali mu’jizat, namun aku tidak mau masuk Islam. Tetapi engkau hanya menyaksikan satu mu’jizat saja, sudah menyatakan diri memeluk agama Islam!?”.

 

Maka dijawab isterinya: “Hal itu karena kemalanganmu dan keberuntunganku jua!”.

 

Raja kafir itu murka, lalu ia memerintahkan agar isterinya itu dibunuh.

 

Kemudian Jurjais alaihissalaam bermunajat kepada Tuhannya: “Ilaahii, Selama tujuh puluh tahun aku telah mengalami penyiksaan orang-orang kafir itu, dan sejak hari ini tidak ada lagi kesanggupan pada diriku. Maka karuniailah aku syahaadah (mati syahid), dan azablah mereka dengan azab yang pedih!”.

 

Baru saja Jurjais menyelesaikan munajatnya, tiba-tiba turunlah api dari atas langit. Ketika api itu mendekati kaum yang kafir itu, mereka lalu mencabut pedang-pedang mereka dan membunuh Jurjais. Api itu terus turun, lalu memusnahkan mereka semuanya dalam waktu yang singkat.

 

Kejadian ini terjadi pada hari Selasa.

 

 

Nabi Yahya alaihissalaam terbunuh pada hari Selasa. Adapun sebabnya adalah sebagai berikut :

 

Tersebutlah pada bangsa Israel, ada seorang raja mempunyai istri yang telah mempunyai putri dari lelaki lain. Istrinya itu ingin mengawinkan putrinya itu kepada sang raja, suaminya.

 

Sebab ia takut sang raja kawin lagi dengan perempuan lain. Kemudian untuk merealisasikan keinginannya itu. Suatu hari ia mengadakan pesta perayaan, Nabi Yahya turut diundang menghadirinya. Pada saat itulah ia mengutarakan maksudnya kepada Nabi Yahya, meminta kepada Beliau agar keinginannya itu diizinkan. Namun Nabi Yahya tidak meluluskan permintaan perempuan itu. Beliau berkata: “Ini adalah haram menurut ajaran Islam!”.

 

Kemudian Yahya alaihissalaam pergi meninggalkan perempuan itu, yang menjadi marah bukan kepalang.

 

Ia lalu mencari daya upaya buat mencelakakan Yahya alaihissalaam. Ia memberi suaminya minuman yang memabukkan. Setelah dilihatnya suaminya mabuk, lalu ia menghiasi puterinya dengan sebagus-bagusnya, kemudian diperlihatkannya kepada suaminya, seraya berkata: “Bahwasanya Yahya melarang aku mengawinkannya denganmu!”.

 

Lalu raja itu mengundang Yahya, lantas ditanyanya: “Bagaimana pendapatmu tentang hal ini?”.

 

Yahya menjawab: “Itu haram!”.

 

Kemudian raja itu lalu memerintahkan agar Yahya dibunuh. Maka mereka sembelihlah Yahya ibarat menyembelih kambing, sehingga para malaikat di langit gempar.

 

Para malaikat itu berkata: “Ilaahii, apakah gerangan dosa yang telah dikerjakan Yahya, sehingga mereka membunuhnya?”.

 

Allah berfirman: “Yahya tidaklah berdosa, juga tidak bermaksud untuk berbuat dosa sedikitpun. Tetapi ia mencintai Aku, maka Aku pun mencintainya. Maka dalam percintaan itu haruslah ada pembunuhan”.

 

(Dihikayatkan): tentang Husein Al Hallaaj ‘semoga rahmat Allah melimpah atasnya’ bahwa ia telah dipenjarakan selama delapan belas hari, ketika suatu hari lewat Syibli ‘semoga rahmat Allah melimpah atasnya, Syibli bertanya: “Wahai Husein, apakah cinta itu?”.

 

Al Hallaaj menjawab: “Jangan tanyakan tentang hal itu hari ini, tetapi tanyakanlah besok!”.

 

Keesokan harinya, ia dikeluarkan dari dalam penjara, lalu diikatkan pada suatu tiang gantungan untuk dibunuh. Kemudian lewatlah Syibli dihadapannya, lalu Al Hallaaj memanggilnya: “Wahai Syibli, cinta itu dimulai dengan “Harq” (terbakar) dan diakhiri dengan “Qotl” (terbunuh)”.

 

(Dihikayatkan): tentang Abu Yazid Al Busthami ‘semoga rahmat Allah melimpah atasnya bahwa ia berjalan di suatu padang pasir, tiba-tiba tampak olehnya empat puluh pemuda ahli tarekat mati dalam keadaan lapar dan dahaga, lalu Abu Yazid munajat ke hadlirat Tuhannya: “Ilaahii, Engkau telah membunuh para pencinta, dan sampai berapa lagi Engkau akan menumpahkan darah para pencinta?!”.

 

Maka terdengarlah suara mengatakan: “Wahai Abu Yazid, Aku telah menumpahkan darah, akan tetapi Aku ganti diatnya!”. Abu Yazid bertanya: “Apakah diatnya mereka itu?”.

 

Jawab: “Diat orang yang terbunuh oleh sesama makhluk adalah dinar, sedangkan diat orang terbunuh oleh Al Haq, adalah melihat Al Ghoffaar (Allah)!”.

 

Abubakar Asy Syibli telah ditanya tentang cinta, maka dijawabnya: “Cinta itu mabuk. Mereka minum dari piala kasih sayang, maka terasa sempitlah bumi dan negeri bagi mereka; barangsiapa mengenal keagungan Allah dengan sebenar-benarnya, maka ia akan termangu-mangu melihat kekuasaan-Nya; barangsiapa meminum dari piala cinta-Nya, maka akan tenggelam dalam lautan kesenangan-Nya, dan akan merasa kelezatan bermunajat dengan-Nya; dan barangsiapa mengenal Allah, ia tidak akan merasa senang dengan yang lain-Nya.

 

Artinya : “Ingat kekasih wahai tuan telah memabukkan aku.

 

Tidakkah tuan lihat orang mencinta itu selain mabuk”.

 

Nabi Zakariya alaihissalaam terbunuh pada hari Selasa. Hal tersebut terjadi karena Nabi Zakariya melarikan diri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi itu mengejarnya, ketika mereka telah dekat dengannya, Nabi Zakariya melihat ada suatu pohon, lalu ia berkata: “Wahai pohon, sembunyikanlah aku di dalammu!!”.

 

Lalu pohon itu terbelah, setelah Nabi Zakariya masuk ke dalamnya, maka ia tertutup kembali.

 

Ketika orang-orang Yahudi itu datang, mereka tidak mendapatkan Nabi Zakariya. Kemudian Iblis berkata kepada mereka: “Sesungguhnya ia telah bersembunyi di dalam pohon itu”.

 

Mereka lalu membelah pohon itu dengan gergaji menjadi dua bagian, supaya Nabi Zakariya mati di dalamnya, demikian anjuran Iblis.

 

Tatkala gergaji itu mengenai kepalanya, Nabi Zakariya menjerit, katanya: “Aaaah!”.         

 

Maka terjadilah gempa di kerajaan langit, sehingga dengan segera Jibril turun menemuinya, seraya berkata: “Ya Zakariya, bahwasanya Allah berfirman untukmu: bila engkau mengatakan sekali lagi “Ah “, maka engkau akan dihapus dari daftar nabinabi”.

 

(Dihikayatkan) tentang Yahya bin Mu’az Ar Raazi, suatu malam ia munajat, katanya: “Ilaahii, bila aku meminta kepadaMu, maka Engkau payahkan aku; bila aku lari dari-Mu, maka Engkau bakar aku; dan bila aku mencintai-Mu, maka Engkau bunuh aku. Sungguh tidak ada tempat lari daripada-Mu”.

Tatkala tukang-tukang sihir itu mengucapkan: “Kami beriman kepada Tuhan Semesta alam, yaitu Tuhan Musa dan Harun. Maka Fir’aun mengancam mereka: Aku akan memotong kedua tangan dan kaki kalian!”.

 

Namun mereka tetap pada keimanan mereka, tak bergoyah sedikit pun, walau bagaimanapun ancaman yang ditujukan kepada mereka.

 

Kemudian Fir’aun melaksanakan ancamannya, dipotongnya tangan-tangan dan kaki-kaki mereka, lalu disalibnya di pohon-pohon korma.

(Di dalam hadis) disebutkan: bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: “Pada malam aku diisra’kan ke langit, aku melihat di atas pepohonan Surga, ada burung-burung berwarna hijau, ketika aku tanyakan tentang hal itu, aku mendapat jawaban bahwa, burung-burung itu adalah arwah orang-orang yang telah dibunuh Fir’aun dan disalibkan di atas pepohonan korma”.

Asiah isteri Fir’aun terbunuh pada hari Selasa. Dialah yang di-maksud dengan firman Allah Ta’ala :

 

Artinya : “Dan Allah membuat perumpamaan dengan istri Fir’aun bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata : Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim?. (QS. At Tahriim : 11)

 

Selama enam puluh tahun ia merahasiakan keislaman dan keimanannya dari Fir’aun. Ketika suatu ketika Fir’aun mengetahui keimanannya, maka Fir’aun lalu memerintahkan agar ia disiksa dengan berbagai macam siksaan. Kemudian Fir’aun berkata kepadanya : “Murtadlah!”. Namun ia tetap memegang teguh keimanannya.

 

Akhirnya Fir’aun memasakkan ke anggota tubuhnya dengan empat buah pasak dari besi. Seperti firman Allah :

 

Artinya : “Dan Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak, yang telah berbuat sewenang-wenang dalam negeri”. (QS. Al Fajr : 10 – 11)

 

Setelah itu Fir’aun berkata pula kepadanya: “Murtadlah!”

 

Siti Asiah menjawab: “Engkau hanya dapat menyiksa diriku saja, namun hatiku berada dalam pemeliharaan Allah. Sekalipun engkau memotongku sepotong-sepotong, tidak akan bertambah atas diriku, kecuali rasa cinta jua”.

 

Pada saat itulah Musa alaihissalaam lewat di hadapannya. Lalu dipanggilnya: “Ya Musa, beritahukanlah kepadaku tentang Tuhanku, apakah ia meridlaiku atau membenciku?”.

 

Maka menjawablah Musa: “Wahai Asiah, seluruh malaikat di langit sedang menunggu-nunggu kedatanganmu, Allah Ta’ala telah membanggakan dirimu di hadapan mereka, mintalah hajatmu, la tidak akan menolaknya”.

 

Lalu Asiah berdoa: “Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Surga!”.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian agar. memotong sapi betina …. “. (QS. Al Baqoroh : 67)

 

Adapun sebabnya adalah sebagai berikut

Diantara bangsa Israel, ada dua orang bersaudara yang miskin. Mereka mempunyai seorang paman yang kaya raya bernama Amil. Si Paman tidak mempunyai ahli waris selain dari mereka berdua, namun ia tidak pernah berbuat kebajikan kepada kedua keponakannya itu. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk membunuh sang paman, untuk mendapatkan warisnya.

 

Setelah mereka melaksanakan niat jahatnya itu lalu mayat sang paman mereka lemparkan di antara dua desa, dari desa desa bangsa Israel, kemudian mereka berdua pulang kembali.

 

Mereka lalu menyebarkan isyu, kata mereka: “Paman kami mati di suatu tempat antara desa A dan desa B!”.

 

Kemudian mereka berdua menuntut diat (denda) kepada kedua desa itu, sehingga timbullah permusuhan di antara penduduk kedua desa tersebut. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

 

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang (perkara) itu, dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan”. (QS. Al Baqoroh : 72)

 

Penduduk kedua desa itu akhirnya pergi menjumpai Nabi Musa alaihissalaam guna menjernihkan persoalan tersebut. Mereka berkata: “Berdoalah kepada Tuhanmu agar la menerangkan dengan sebenarnya tentang perkara pembunuhan ini!?.

 

Musa lalu berkata kepada mereka: (sebagaimana yang diceritakan Allah di dalam Al Quran): “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina!”.

 

Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?!”.

 

Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil”.

 

Mereka bertanya: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?”.

 

Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu!”.

 

Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya?”.

 

Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”.

 

Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah mendapat petunjuk?.

 

Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya”.

 

Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”.

 

Kemudian mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (QS. Al Baqoroh : 67-71)

 

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar memukul orang yang terbunuh itu dengan lidah sapi itu. Setelah dipukul oleh Nabi Musa, maka seketika itu juga orang yang terbunuh itu hidup kembali seraya berkata kepada orang-orang Bani Israel: “Yang membunuhku adalah keponakanku!”.

 

Artinya : “Lalu Kami berfirman : Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!, demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasan-Nya agar kamu mengerti”. (QS. Al Baqoroh : 73)

 

Mungkin timbul pertanyaan : Hikmat apa yang terkandung dalam perintah Allah tersebut di atas?  

 

Jawab: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan penyembelihan sapi betina itu, dan tidak yang lainnya, adalah karena kaum Musa sebelumnya pernah menyembah anak sapi. Dengan perintah penyembelihan sapi betina itu, seakan-akan Allah hendak memberitahukan bahwasanya jenis sapi tidaklah patut selain untuk disembelih”.

 

Demikian pula halnya, Allah mengazab orang-orang kafir dengan api, tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwasanya api itu hanyalah salah satu dari sekian banyak makhluk-makhluk Allah.

 

Dikatakan bahwa sapi itu adalah milik seorang anak yatim yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Sapi itu dibeli oleh orang-orang Bani Israel dengan emas seberat timbangan sapi itu.

 

Sebelum itu, ketika ayah si anak yatim itu mendekati ajalnya, ia bermunajat kepada Tuhannya, katanya: “Ilaahii, aku tidak mempunyai apa-apa selain sapi betina ini yang akan diwarisi oleh anak tunggalku, maka kutitipkan ia kepadamu, supaya kelak Kau berikan kepada anakku bila ia membutuhkannya!”.

 

Setelah sapi betina itu ia titipkan kepada Allah, maka Allah memeliharanya bagi anak orang itu, dan kelak dijual dengan harga emas seberat timbangan sapi betina itu.

 

Hal ini adalah untuk menjadi pelajaran bahwa barangsiapa menitipkan sesuatu kepada Allah Ta’ala, maka Allah akan mengembalikannya kepadanya.

 

Ada pula suatu kejadian yang mirip dengan peristiwa sapi betina di atas. (Dihikayatkan) bahwa ada seorang laki-laki datang menghadap kepada Umar Ibnul Khattab rodliyallaahu anhu, orang itu datang bersama anaknya. Wajah sang anak mirip sekali dengan wajah sang bapak, sehingga Umar merasa keheranan, lalu ia berkata: “Tidak pernah saya melihat seekor gagak pun yang mirip bapaknya, seperti ini.?”.

 

Orang itu menjelaskan: “Ya amiril mu’miniin, sesungguhnya anakku ini pernah mengalami kejadian yang mena’jubkan, yaitu, ia terpendam dalam tanah selama sembilan bulan! kemudian dengan kuasa Allah ia keluar kembali ke permukaan bumi”.

 

Maka Umar terlompat karena terkejut, seraya bertanya: “Apa yang kau katakan?”.

 

Orang itu menjawab: “Dahulu tatkala anak ini masih berada dalam kandungan ibunya, aku bermaksud akan berlayar. Maka. aku pun berwudlu dan shalat dua rakaat, setelah itu aku mengangkatkan tangan ke arah langit seraya berdoa: Tuhanku, aku titipkan anakku yang berada dalam perut ibunya ini kepada Engkau, dan kembalikanlah ia dengan selamat bila aku kembali kelak!”.

 

Kemudian aku berlayar, yang lamanya sembilan bulan.

 

Sekembalinya dari pelayaran aku mendapatkan istriku telah meninggal dunia, maka menangislah aku sejadi-jadinya. Kemudian aku pergi ke kuburnya, tiba-tiba terdengar suara yang aneh dari dalam kubur itu. Aku merasa heran, lalu aku berkata dalam hati: Lebih baik aku buka kembali kuburnya, agar dapat kuketahui suara apa gerangan yang kudengar ini. Setelah kuburan itu kubongkar kembali, maka terlihatlah mayat istriku telah membusuk, seluruh jasadnya telah rusak, kecuali payudaranya, di mana anakku ini tampak sedang menyusu. Lalu aku angkat anak itu, dan aku berkata: Tuhanku, Engkau telah mengaruniai aku dengan mengembalikan anakku ini, maka bila Engkau kembalikan pula isteriku, alangkah besarnya karunia-Mu kepadaku!”.

 

Tiba-tiba terdengar suara tanpa rupa (Hatif) mengatakan: “Engkau dahulu telah menitipkan anakmu kepada Allah, maka sekarang ia kembalikan kepadamu; seandainya dahulu itu engkau juga menitipkan isterimu, maka tentu sekarang akan dikembalikannya pula, seperti la mengembalikan anakmu dengan selamat”.

Allah berfirman :

 

Artinya : “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qobil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil) … “. (QS. Al Maaidah : 27)

 

Sebab terjadi peristiwa di atas adalah sebagai berikut: Ibu kita Hawa alaihassalaam, melahirkan anak berjumlah seratus dua puluh orang; dalam riwayat lain, seratus delapan puluh; dan dalam riwayat lainnya, lima ratus. Setiap kali melahirkan, sekaligus kembar, laki-laki dan perempuan. Pertama sekali melahirkan, ia melahirkan putranya yang bernama Qobil dan saudara kembarnya, perempuan bernama Iqlima. Kemudian setelah itu lahir putranya yang kedua bernama Habil dan saudara kembarnya, juga perempuan bernama Damiiman, (ada juga yang mengatakan namanya Labura).

 

Setelah mereka berdua meningkat dewasa, lantas Allah Ta’ ala mewahyukan kepada Adam alaihissalaam supaya mengawinkan Damim dengan Qobil dan Iqlima dengan Habil. Habil menerimanya, namun Qobil menolaknya.

 

Qobil berkata: “Saudara perempuanku lebih cantik, karena itu aku tidak mau menggantikannya”

 

Adam allaihissalam menasehatinya: “Wahai anakku, janganlah engkau menentang perintah Allah”.

 

Qobil menjawab: “Allah tidaklah menyuruhmu demikian, akan tetapi karena engkau lebih mencintai Habil, maka kau kawinkan ia dengan putrimu yang paling cantik”.

 

Maka berkatalah Adam alaihissalaam: “Pergilah kalian berdua meminta keputusan dari Allah dengan jalan berkurban. Barangsiapa kurbannya diterima Allah, maka ia lebih berhak”.

 

Kemudian pergilah kedua saudara itu ke tempat yang telah dibangun Adam alaihissalaam. Qobil sebagai seorang petani, membawa hasil tanamannya, sedangkan Habil sebagai seorang peternak, membawa seekor kambing kibas. Lalu mereka masingmasing meletakkan kurban mereka di atas sebuah gunung, yaitu gunung Mina.

 

Lalu mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, terimalah kurban kami ini!”.

 

Tiba-tiba turunlah nyala api dari langit yang menghanguskan kurban Habil, sedang kurban Qobil dibiarkannya saja.    

 

(Renungan): Ada tujuh hakim pada masa tujuh nabi, yaitu:

 

  1. Kurban, sebagai hakim pada masa Adam alaihissalaam. Barangsiapa kurbannya hangus terbakar, artinya ia benar; dan barangsiapa kurbannya tidak hangus terbakar, tandanya ia salah.

 

  1. Kapal, sebagai hakim pada masa Nuh alaihissalaam. Barang siapa meletakkan tangannya di atas kapal itu, ia tidak bergerak, tandanya orang itu benar; dan bila bergerak tandanya salah.

 

  1. Rantai, sebagai hakim pada masa Dawud alaihissalaam. Barangsiapa berhasil mengambil rantai itu maka tandanya ia benar, dan barangsiapa tidak berhasil tandanya ia bersalah.

 

  1. Api, sebagai hakim pada masa Ibrahim alaihissalaam. Barangsiapa meletakkan tangannya di api dan tidak terbakar, tandanya ia benar, tetapi bila terbakar tandanya ia salah.

 

  1. Gantang, sebagai hakim pada masa Yusuf alaihissalaam. Barangsiapa memegang gantang itu, lalu gantang itu bersuara tandanya orang itu benar; dan bila dipegang ia tidak mengeluarkan suara, maka tandanya orang itu bersalah.

 

  1. Perigi, sebagai hakim pada masa Sulaiman alaihissalaam. Perigi itu terletak di tempat ibadat Sulaiman alaihissalaam. Barangsiapa meletakkan kakinya di perigi, perigi itu tidak menyambarnya, maka tandanya ia benar; tetapi bila perigi itu menyambarnya, maka tandanya ia salah.

 

  1. Anak Panah, sebagai hakim pada masa Zakariya alaihissalaam. Firman Allah :

 

Artinya: ” …. Padahal kamu tidak hadir berserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa diantara mereka yang (lebih berhak) akan memelihara Maryam … “. (QS. Ali Imraan : 44)

 

Mereka menuliskan nama orang yang bersengketa pada anak panah itu, kemudian melemparkannya ke dalam sungai. Apabila anak panah itu berjalan di permukaan air, tandanya orang yang namanya tercantum pada anak panah itu benar, dan bila anak panah itu tenggelam tandanya orang itu bersalah.

 

Tatkala kenabian itu sampai kepada Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, maka keterangan (bukti nyata) diwajibkan atas pendakwa, sedangkan sumpah diharuskan atas orang yang mengingkari, hingga tidak sampai terbuka rahasia orang yang berdusta.

 

Jika demikian halnya bagi si pendusta di dunia, betapa pula orang yang mengucapkan syahadat dengan jujur, akan terbuka rahasianya di akhirat?!

 

Di dalam khabar disebutkan: apabila hari Kiamat telah tiba, maka Allah Ta’ala memerintahkan supaya tiap-tiap nabi dihisab bersama-sama dengan ummatnya. Tetapi khusus bagi Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam Allah berkata: “Engkau tidak dihisab bersama-sama ummatmu!”.

 

Kemudian Rasulullah memohon: “Ilaahii, jadikanlah hisab ummatku itu ada di tanganku, agar tidak diketahui oleh orang lain selain diriku!”

 

Allah menjawab: Ya Muhammad, engkau ingin agar keburukan ummatmu tidak ada yang mengetahuinya selain dirimu, sedang Aku menginginkan agar tidak ada yang mengetahui keburukan Mereka selain Aku sendiri, tidak engkau maupun malaikat yang terdekat sekalipun.

 

(Kembali ke jalur cerita): Tatkala kurban Habil telah diterima, maka saudaranya merasa iri kepadanya, ia (Qobil) berkata: “Aku akan membunuhmu!”.

 

Lalu dijawab oleh Habil, sebagaimana yang diceritakan Allah di dalam Al Quran surah Al Maaidah ayat 27, yang berbunyi :

 

Artinya: ” ….. Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

 

(Renungan): Tujuh perkara yang senantiasa menjadi idaman ummat manusia, namun Allah hanya menjanjikannya bagi orangorang yang bertakwa saja.

 

Pertama : Setiap manusia menginginkan supaya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya, namun hal ini Allah menjanjikan hanya bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman-Nya

 

Artinya : ” ….. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya”. (QS. Ath Thalaaq : 5)

 

Kedua : Setiap orang menginginkan agar selamat dari Neraka,

 

tetapi Allah menjanjikan hal itu hanya bagi orang-orang yang

 

Artinya : “Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita”. (QS. Az Zumar : 61)

 

Ketiga : Setiap orang menginginkan hasil yang baik, namun Allah menjanjikannya hanya bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman-Nya :

 

Artinya : ” ….. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orangorang yang bertakwa”. (QS. Al A’raaf : 128)

 

Keempat : Setiap orang menginginkan untuk mendapatkan kerajaan Surga, namun Allah menjanjikannya hanya kepada orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman:

 

Artinya : “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa”. (QS. Maryam : 63)

 

Kelima : Setiap orang menginginkan untuk mendapatkan kemenangan dan pertolongan dari Allah, namun hal itu hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman-Nya :

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. An Nahl: 128)

 

Keenam : Setiap orang menginginkan kecintaan dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala, namun Allah menjanjikan hal itu hanya bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman-Nya:

 

Artinya : ” …. Maka sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang bertakwa”. (QS. Ali Imraan : 76)

 

Ketujuh : Setiap orang menginginkan agar Allah menerima dan mengabulkan amal bakti dan doanya, namun Allah menjanjikan hal itu hanya bagi orang-orang yang bertakwa. Firman-Nya :

 

Artinya : ” .. …. sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Maaidah : 27)

 

(Kembali ke alur cerita): Tatkala Qobil berkata: “Aku sungguhsungguh akan membunuhmu!”.

 

Maka Habil menjawab: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerak tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Se sungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (QS. Al Maaidah : 2 8)

 

Kemudian Qobil pun senantiasa mencari kesempatan untuk membunuh Habil, saudaranya.

 

            Pada suatu hari, ketika ia sedang mencari saudaranya itu, tampaklah olehnya Habil sedang tidur di antara ternak-ternaknya. Lalu diambilnya sebongkah batu dan dilemparkannya ke atas kepala saudaranya hingga mati, seperti yang diajarkan oleh Iblis alaihilla’nah kepadanya.

 

Kejadian itu terjadi pada hari Selasa.

 

Ketika ia telah menumpahkan darah saudaranya itu, maka berdatanganlah burung-burung garuda untuk memangsa mayat tersebut.

 

Sehingga ia kebingungan, bagaimana cara untuk menyembunyikan mayat saudaranya itu? Akhirnya mayat itu dipanggulnya dan dibawanya berkeliling beberapa saat lamanya.

 

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qobil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Burung itu berhasil membuat sebuah lobang, lalu ia menyembunyikan sesuatu ke dalamnya, dan kemudian lobang itu ditimbunnya kembali dengan tanah.

 

Tatkala Qobil melihat kejadian itu, maka berkatalah ia: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak sanggup berbuat seperti burung gagak itu, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”

 

Karena itulah ia menjadi menyesal. Bukan menyesal karena telah membunuh saudaranya, melainkan menyesal karena ketidak mampuannya untuk menyembunyikan mayat saudaranya itu. Sebab bila ia menyesali perbuatannya membunuh itu, tentu hal itu menjadi tobat baginya, padahal ia mati tanpa tobat.

 

Setelah ia menguburkan mayat saudaranya, maka ia pun kembali pulang. Tak berapa lama Adam pun kembali juga dari perjalanannya ke Baitullah, maka anak-anaknya semua berkumpul mengelilinginya, mereka berkata: “Sejak beberapa hari ini Habil lenyap, dan kami tidak mengetahuinya, di mana ia berada?”.

 

Mendengar laporan anak-anaknya itu, Adam menjadi berduka cita, malamnya ia bermimpi melihat anaknya Habil yang berseruseru memanggilnya: “Wahai ayah, tolooong … !”.

 

Adam pun terkejut dan akhirnya ia terjaga dari tidurnya, ia bangkit dengan gemetar dan menangis tersedu-sedan, sehingga akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

 

Maka malaikat Jibril turun dengan segera, diambilnya kepala Adam dan diletakkannya di pangkuannya. Ketika Adam sadar, ia segera melihat Jibril berada di sampingnya, lalu ia bertanya: “Wahai Jibril, di manakah anakku Habil?”.

 

Jibril alaihissalaam menjawab: “Wahai Adam, aku menyatakan turut berduka cita atasmu, Habil telah dibunuh oleh Qobil!”.

 

Adam berkata: “Aku berlepas tangan dari perbuatan Qobil!”.

 

Jibril pun berkata pula: “Aku pun berlepas tangan dari perbuatan Qobil!”.

 

Kemudian Adam bangkit lalu berkata kepada Jibril: “Wahai Jibril, tunjukkanlah kepadaku tempat di mana Habil dikubur!”.

 

Setelah Jibril menunjukkan tempat itu, maka tampak oleh Adam kuburan anaknya itu berlumuran dengan darah, maka menjeritlah ia, seraya berkata: “Aduhai sedihnya, wahai anakku, wahai jantung hatiku!”.

 

Kemudian menangislah Adam, sehingga seluruh malaikat yang berada di tujuh lapis langit pun ikut menangis, mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, dahulu Adam telah menangis selama tiga ratus tahun, belum lagi ia beristirahat dari hal itu, sekarang ia telah menangis lagi”.

 

Maka Allah berfirman: “Ya, memang dunia adalah tempat yang fana, tempat malapetaka, tempat susah payah dan tempat menangis”.

 

Sejak saat itu, kemana saja Adam pergi, ia selalu menangis, sehingga benda-benda yang ada sekitarnya pun ikut menangis. Bila ia tiba pada suatu lembah sambil menangis, lembah itu pun turut menangis; bila ia naik ke atas gunung sambil menangis, gunung itu pun turut menangis. Apabila ia bertemu dengan sekelompok binatang buas, maka binatang-binatang itu berlarian menjauhinya, seraya mengatakan: “Manusia itu tidak setia, orang yang tidak kasihan terhadap saudaranya, bagaimana ia akan kasihan kepada kami!”

 

Allah berfirman:

 

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus-menerus”. (QS. Al Qomar: 19)

 

Yaitu: hari Rabu, berdasarkan dalil yang diriwayatkan oleh

 

Anas bin Malik rodliyallaahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah ditanya tentang hari Rabu. Lalu Beliau menjawab: “Hari Rabu adalah hari nahas yang terus menerus”.

 

Mereka bertanya: “Kenapa bisa demikian, Ya Rasulullah?”.

 

Jawab: “Karena pada hari itu Allah telah menenggelamkan Fir-aun dan kaumnya, memusnahkan kaum Aad dan Tsamud, yaitu kaum Shaleh”.

 

(Uraian): Sebagian ulama mengatakan bahwa Allah telah membinasakan tujuh kaum yang kafir pada Rabu dengan tujuh macam azab. Mereka adalah :

 

Pertama : Auj bin Unuq dibinasakan dengan burung Hudhud.

Kedua : Qorun dibinasakan dengan dibenamkan ke dalam tanah.

Ketiga            : Fir’aun dan kaumnya dibinasakan dengan ditenggelam-kan ke dalam sungai Nil.

Keempat : Namruz dibinasakan dengan nyamuk.

Kelima : Kaum Luth dibinasakan dengan batu.

Keenam : Syidad bin Aad dibinasakan dengan suara jeritan Jibril alaihissalaam.

Ketujuh : Kaum Aad dibinasakan dengan angin yang kencang.

Auj bin Unuq berumur empat ribu lima ratus tahun. Tubuh nya tinggi, sehingga air bah yang terjadi di masa Nabi Nuh pun hanya sampai di lututnya saja.

 

Disebutkan bahwa, ia bertempat tinggal di gunung. Apabila ia ingin makan, maka ia hanya mengulurkan tangannya saja ke laut, untuk mengambil ikan, lalu dipanggangnya dengan sinar matahari.

 

Dan jika ia marah terhadap penduduk suatu negeri, maka ia mengencingi mereka hingga mereka semua tenggelam dalam air seninya itu.

 

Ketika Nabi Musa alaihissalaam memasuki suatu padang yang luas bersama kaumnya, maka Auj bermaksud hendak membinasakan mereka.

 

Kemudian ia mendatangi mereka, lalu diukurnya luas lapangan yang dihuni oleh kaum Musa itu, maka didapatinya luasnya satu parsakh kali satu parsakh.

 

Setelah itu ia lalu mencabut satu gunung yang luasnya satu parsakh kali satu parsakh, dengan tujuan akan ditimpakannya atas kaum Musa tersebut.

 

Maka Allah mengutus seekor burung Hudhud membawa batu berlian. Lantas burung itu mengebor gunung yang ada di atas kepala Auj itu hingga tembus sampai ke tengkuknya. Si Auj tidak berdaya untuk mengusir burung itu, hingga akhirnya dengan kuasa Allah ia pun binasa.

 

Dikatakan bahwa tinggi Nabi Musa adalah empat puluh hasta, tongkatnya pun empat puluh hasta, dan ia melompat setinggi empat puluh hasta pula. Kemudian Musa memukulkan tongkatnya ke mayat Auj itu, hanya kena bagian mata kakinya saja, namun dengan kuasa Allah, bangkai Auj itu akhirnya jatuh juga.

 

Walau bagaimanapun tinggi dan kuatnya si Auj itu, namun ia juga tidak luput dari kematian. Seperti kata syair :

 

Artinya : Maut itu ibarat pintu yang semua manusia pasti akan memasukinya.

 

Aduhai gerangan apakah tempat tinggal sesudah maut?.

 

Tempat tinggal sesudah maut itu adalah surga bila engkau mengerjakan apa-apa yang diridloi Tuhan, dan jika engkau melanggar maka nerakalah tempatmu.

Kedua tempat itu bagi manusia tidak ada lagi selain dari itu.

Maka perhatikanlah, tempat mana yang kau sediakan/kau pilih buat dirimu.

Qorun alaihi Lana dibinasakan pada hari Rabu. Sebelumnya, iya adalah salah seorang kaum Nabi Musa dan juga sebagai menantunya.

 

Ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar menuliskan taurat dengan tulisan emas, Musa berkata: “Illahi, dari mana saya mendapatkan emas?”.

Maka Allah lalu mengajarkan kepada Musa ilmu kimia.

Sedangkan Qorun pada waktu itu masih sebagai seorang yang miskin, dengan keluarga besar. Ia banyak beribadat kepada Tuhannya, malam ya bangun beribadah, siang ya berpuasa. Melihat keadaannya itu, timbulah rasa kasihan di hati Musa alaihissalam. Kemudian Musa mengajarkan kepadanya ilmu kimia, supaya dapat membantunya dalam berbuat kebaktian kepada Allah ta’ala dan supaya ia dapat memberikan nafkah kepada keluarganya.

 

Setelah si Qorun mengetahui ilmu kimia itu, Ia lalu mengumpulkan harta yang sangat banyak sekali, sehingga digambarkan Allah di dalam Alquran dengan FirmanNya sebagai berikut:

 

Artinya: “dan kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat…”. (QS. Al-Qoshash:76)

 

Adapun jumlah anak kuncinya itu sampai memenuhi muatan 100 unta.

Berkata mujahid Rahmatullah alaih: ” adapun berat anak kunci Qorun itu setimbang satu dirham”. Dalam riwayat lain setengah dirham. Dan tiap-tiap satu kunci itu untuk membuka 70 pintu. Tatkala ia telah memulai mengumpulkan dan menumpuk-numpuk harta ka kerajaan itu, maka ia pun lalu meninggalkan semua amal ibadah yang susah.

 

Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar meminta kepada si Qorun zakat hartanya. Ketika dihitungnya jumlah zakat hartanya, ternyata jumlahnya sangat besar sekali. Tetapi tidak diberikannya.

 

Qorun mempunyai 1000 saya laki-laki dan 1000 saya wanita, mereka semuanya diberikan tanggungan pertahanan emas dan begitu pula pakaian-pakaian mereka semuanya berhiaskan emas.

 

Akhirnya Bani Israel terpecah menjadi dua kelompok; sebagian berpihak kepada Qorun dan sebagian lagi berpihak kepada Nabi Musa alaihissalam.

 

Ketika Nabi Musa tetap memaksanya agar mengeluarkan zakat hartanya, maka berkatalah Qorun dalam hatinya : ” besok aku akan mengumpulkan penduduk kota semuanya, dan aku akan mendebatnya. Bila ia dapat mengalahkan aku dalam perdebatan itu, aku akan memberikan permintaan yang, namun bila tidak, aku tidak akan memberi apa-apa kepadanya “.

 

Pada bangsa Israel kala itu terdapat seorang wanita cantik yang terkenal suka berbuat mesum, si Qorun memanggilnya, lalu ia berkata kepada wanita itu: “Besok aku akan mengumpulkan semua bangsa Israel, bila engkau mau bersaksi bahwa Musa telah berbuat mesum denganmu dan engkau hamil karenanya, maka aku akan memberikan harta yang banyak kepadamu!”.

Si wanita itu menerima tawaran Qorun tersebut.

 

Keesokan harinya ia mengumpulkan orang-orang di rumahnya, dan ia pun tak lupa memanggil Musa alaihissalam. Semua orang yang hadir berkata kepada Nabi Musa: “Wahai Musa, berilah nasihat kepada kami supaya kami dapat menarik manfaatnya!”.

 

Nabi Musa menerima permintaan kaumnya itu, ia pun memulai memberikan petuah-petuahnya. Diantaranya ia berkata barangsiapa mencuri, maka potonglah kedua tangannya; barang siapa merampok maka potonglah kepalanya; dan barang siapa berzina maka jaranglah ia…”

 

Lantas Qarun bangkit dari tempat duduknya serta memotong omongan Nabi Musa, berkata: ” Wahai Musa, bila engkau yang berbuat seperti apa yang kau ucapkan itu, bagaimana hukuman atasmu? “.

 

Musa alaihissalam menjawab: ” Seandainya aku yang melakukan itu maka hukumnya adalah seperti yang telah ditetapkan Allah “.

 

Maka berkatalah si Qorun: ” Aku mempunyai saksi bahwa engkau telah berbuat zina dengan perempuan ini, Dan ia mengaku bahwa ia hamil karena perbuatanmu itu! “.

 

Tetapi dengan kekuasaan-Nya, Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati wanita itu, dan memalingkan lidahnya dari dusta ke jujuran. Si wanita itu berkata: ” Sesungguhnya Musa sama sekali tidak melakukan apa yang kau tuduhkan itu Hai Qorun! Bahkan si Qoorun lah yang menyuruh saya agar berdusta dan menjanjikan akan memberi banyak harta, namun saya takut kepada Allah untuk berbuat dusta terhadap Rasul-Nya! “.

 

Maka murkalah Nabi Musa mendengar keterangan wanita itu. Beliau lalu berkata: “Hai musuh Allah, apakah yang kau inginkan dari perbuatanmu ini?!”.

 

Kemudian Musa keluar dari tengah-tengah mereka. Lalu ia sujud kepada Allah, terus munajat dan mengadukan perihal tipu daya yang dilakukan Qorun terhadapnya.

 

Maka datanglah Jibril alaihissalam seraya berkata: ” Wahai Musa, bahwasanya Allah Ta’ala telah mengatakan untukmu: Aku jadikan bumi taat kepadamu, apa saja yang kau perintahkan kepadanya, dia akan menurutimu! “.

 

Lalu Musa kembali ke tempat Qorun didapatinya si Qarun sedang duduk di atas ranjangnya sambil bertelekan dengan bantal sutra halus. Makam nusapun memukulkan tongkatnya ke tanah sambil memberi isyarat ke arah ranjangnya. Seketika itu juga ranjang yang diduduki Qorun itu dibelah bumi, lalu Qorun melompat, maka Musa berkata: “Wahai bumi, benamkanlah ia!”.

 

Bumi itu pun lalu menarik Qorun hingga ke lututnya. Qorun memohon belas kasihan kepada Musa dengan mengiba iba, namun Musa berkata pula: ” Wahai bumi, telanlah iya! “.

 

Bumi itu menelan horor hingga ke lehernya; iya kembali memohon belas kasihan kepada Musa alaihissalam komam namun Musa tetap tidak menghiraukannya, dan akhirnya Musa berkata kepada bumi: ” Wahai bumi, tenggelamkan lah iya! “.

 

Maka lenyaplah Qorun ditelan Bumi, berikut harta kekayaannya.

 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa, ketika Musa mendatanginya, Qaarun ketika itu sedang menunggang kendaraan bersama pengiringnya yang jumlahnya 4000 orang. Kemudian Musa menjumpai mereka semuanya hingga laki-laki kendaraan mereka tertelan bumi.

 

Mereka meminta tolong kepadamu saya, namun tidak diraukannya. Malah Musa mengatakan lagi kepada bumi: “wahai bumi, telanlah mereka semuanya!

 

Allah mewahyukan kepada Musa : “Ia telah meminta pertolongan kepadamu sebanyak empat kali, tetapi tidak juga kau tolong. Seandainya ia meminta tolong kepada-Ku, walaupun hanya satu kali kau mau pasti akan Aku tolong ia”.

 

Orang-orang Bani Israel saling membisikan, bahwa Musa menyumpahi Qorun itu adalah dengan maksud hendak menguasai harta kekayaannya. Maka Musa lalu menyumpahi perbendaharaan Harun Komang sehingga semua kekayaannya pun musnah terbenam ke dalam bumi.

 

(Renungan): sebab-sebab kebinasaan Qorun itu adalah:

  1. Karena cinta dunia.
  2. Karena menahan Zakat harta.
  3. Karena kelancangannya menentang Nabi Musa dengan jalan melakukan kedustaan atas beliau.

 

Maka jauhilah perbuatan kedustaan kepada seseorang, dan janganlah menahan zakat hartamu, serta pikirkanlah akibat cinta dunia yang dialami Qorun itu.

 

Salah seorang penyair bermadah:

 

Artinya: ” Bila dunia datang kepadamu, maka berbuat baiklah dengannya kepada manusia, karena ia senantiasa berubah-ubah kemurahan itu tidak akan menghabiskannya bila Ia datang dan kekikiran itu tidak akan mengekalkannya bila ia pergi “.

 

Fir’aun dan bala tentaranya mendapatkan kebinasaan pada hari Rabu. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut :

 

Musa alaihi ssalaam beserta pengikutnya bani Israel yang berjumlah tujuh puluh ribu jiwa, pergi menuju ke tepi sungai. Dikejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang berjumlah dua juta orang.

 

Maka setelah kedua pasukan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar benar akan tersusul!”.

 

Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.

 

Perkataan Musa ini sama dengan yang diucapkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam ketika sedang berada di dalam gua bersama Abu bakar Ash Shiddiq rodliyallaahu anhu: “Jangan berduka, Allah bersama aku!”.

 

Dan firman Allah kepada ummat Muhammad: “Dia beserta kalian di mana saja kalian berada!”.

 

Orang yang mengatakan bahwasanya Tuhannya beserta dirinya, bisa selamat dari orang-orang kafir; apalagi Tuhan sendiri yang mengatakan untuknya: “Aku bersama kalian! tidak akan selamat dari siksa neraka?”.

 

(Kembali ke alur cerita): Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa alaihissalaam: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu!”.

 

Maka terbelahlah lautan itu, dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

 

Musa dan kaumnya berjalan melintasi lautan itu dengan selamat, sedangkan, Fir’aun dan bala tentaranya yang menyusul kemudian tenggelam dan akhirnya masuk ke neraka.

 

Dikatakan bahwa tatkala Fir’aun melihat azab yang akan menimpanya, ia lalu berusaha menyelamatkan diri dari bahaya tenggelam.

 

Tetapi Jibril menyumpal mulutnya dengan sebongkah tanah, hingga ia meminta tolong kepada jibril sampai tujuh puluh kali.

 

Karena itulah Allah mencela: “Hai jibril, sesungguhnya Fir’aun telah meminta tolong kepadamu sebanyak tujuh puluh kali, namun tidak kau tolong, maka demi kemuliaan dan keagungan-Ku, seandainya ia meminta tolong kepada-Ku walau hanya satu kali saja, Aku pasti akan menyelamatkannya dari bahaya tenggelam!

Penyair bermadah :

 

Artinya : “Walaupun Fir’aun itu telah berbuat aniaya dan berkata dusta serta membuat kebohongan terhadap Allah apabila ia bertobat kepada Allah seraya memohon ampunan maka tidaklah ia mendapatkan Allah kecuali sebagai Dzat yang Maha Pengampun”.

 

Kebinasaan Namrudz bin Kan’aan terjadi pada hari Rabu, ia dibinasakan Allah dengan tentara nyamuk. Allah berfirman :

 

Artinya : ” ….. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri … “. (QS. Al Muddatstsir : 31)

 

Namrudz alaihil la’nah memiliki bala tentara sebanyak tujuh ratus ribu penunggang kuda dengan persenjataan yang lengkap. Ia berkata kepada Ibrahim alaihissalaam: “Hai Ibrahim, bila Tuhanmu memang mempunyai malaikat, maka hendaklah dikirimkan-Nya kepadaku untuk berperang denganku, dan kalau sanggup ambillah kerajaan daripadaku!?

 

Maka Ibrahim lalu bermunajat kepada Tuhannya, katanya: “Ilaahii, sesungguhnya Namrudz dengan segenap bala tentaranya menunggu kedatangan bala tentara-Mu, maka kirimkanlah kepadanya bala tentara dari selemah-lemah makhluk-Mu, yaitu nyamuk!”.

 

Memang, nyamuk adalah makhluk Allah yang paling lemah, sebab bila binatang lainnya makan sampai kenyang akan hidup, tetapi bila nyamuk makan sampai kenyang, maka ia akan mati. Ketika Namrudz dan bala tentaranya telah berkumpul di medan laga, maka Allah lalu memerintahkan bala tentara nyamuk keluar dari lautan. Lalu keluarlah bala tentara nyamuk hingga menutupi permukaan bumi dan langit. Kemudian mereka bertanya: “Tuhan kami, perintah apakah yang harus kami laksanakan?”.

 

Allah menjawab: “Aku telah menjadikan rezeki kalian hari ini berupa daging bala tentara Namrudz alaihil la’nah!”.

 

 

 

Kemudian Allah memberi kekuatan pada sengat nyamuknyamuk itu hingga tidak terhalang oleh tameng dan perisai. Lalu nyamuk-nyamuk itu pun mulai beraksi menyerang balatentara Namrudz, daging dan darah mereka sikat semua, sehingga tidak tersisa seorang pun dari bala tentara Namrudz yang banyak itu.

 

Kemudian Allah mewahyukan kepada bala tentara nyamuk itu agar memberi tunda kepada Namrudz, supaya ia dapat menyaksikan sendiri bagaimana dahsyatnya kehancuran yang dihadapi oleh bala tentaranya itu.

 

Maka nyamuk-nyamuk itu pun membiarkan Namrudz, sehingga ia dapat pulang ke rumahnya.

 

Nabi Ibrahim alaihissalaam merasa kagum menyaksikan peristiwa itu. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: “Wahai Ibrahim, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sekiranya engkau tidak meminta kepada-Ku supaya mengutus bala tentara nyamuk, tentu Aku akan mengirimkan balatentara yang lebih halus dari nyamuk, hingga seandainya seribu di antaranya berkumpul jadi satu, tidak akan mencapai besarnya nyamuk, dan akan Ku musnahkan mereka dengannya”.

 

Sebagaimana firman Allah: “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri”.

 

Tatkala telah dekat siksaan bagi Namrudz, Allah lalu mengirim satu nyamuk. Nyamuk itu berkeliling di sekitar pohon selama tiga hari, dan setelah berlalu tiga hari, ia lalu masuk ke kepala Namrudz melalui batang hidungnya. Kemudian ia memakan otak Namrudz selama empat puluh hari.

 

Adapun hikmat berkelilingnya nyamuk itu di sekitar pohon selama tiga hari itu adalah sebagai peringatan bagi Namrudz. Seakan-akan Allah hendak mengatakan: “Kami telah memberi tempo kepadamu, atas kemaksiatan dan kekufuranmu itu Kami tidak membalasnya dengan tiba-tiba; apabila engkau kembali dalam masa tiga hari itu, Kami tetap akan menerimamu, bagimu keamanan dan dari Kami penerimaan (qobul); namun apabila engkau tidak juga kembali (sadar), maka aib atas dirimu, sedangkan Kami telah menunjukkan karunia dan kemurahan Kami!”.

Kaum Shaleh telah dibinasakan Allah dengan suara jeritan Jibril alaihissalaam, terjadi pada hari Rabu. Sebagaimana firman Allah :

 

Artinya : “Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumputan kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang”. (QS. Al Qomar : 31)

 

(Jalan cerita) : Dikisahkan bahwa pada suatu hari Nabi Shaleh alaihissalaam memberitakan kepada kaumnya bahwa pada masa itu akan lahir di tengah-tengah mereka seseorang yang akan menjadi sebab kebinasaan kaum itu.

 

Maka para pemuka kaum itu lalu mengadakan perundingan untuk membahas persoalan tersebut. Akhirnya mereka memutuskan, mereka berkata: “Kita harus memisahkan diri dari isteri-isteri kita, dan bila ada yang hamil, maka kita bunuh anaknya yang laki-laki”.

 

Kemudian keputusan mereka itu mereka laksanakan.

 

Salah seorang wanita melahirkan anak laki-laki, akan tetapi tidak dibunuhnya, sebab ia belum pernah mempunyai anak. Anak itu dinamakannya Qodaron.

 

Sebanyak sembilan kaum telah membunuh anak laki-laki mereka.

 

Maka tatkala mereka melihat Si Qodaron telah menjadi seorang pemuda, mereka merasa menyesal telah membunuhi anak-anak mereka dahulu. Kemudian mereka pun lalu berunding untuk membunuh Shaleh alaihissalaam, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

 

Artinya : “Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan”. (QS. An Naml: 48)

 

Mereka berkata: “Sebaiknya kita pergi ke luar kota dahulu, kemudian kita kembali secara sembunyi-sembunyi, pada saat itulah Shaleh kita bunuh, lalu kita bersumpah dengan nama Allah pada kerabatnya bahwa kita tidak membunuhnya dan kita tidak tahu menahu tentang pembunuhan itu”.

 

Pada waktu itu umur si Qodaron lima belas tahun. Ketika mereka sedang minum-minum arak, mereka membutuhkan air, sedangkan pada hari itu adalah giliran onta untuk mendapatkan air.    

 

Mereka mencari air ke sana ke mari namun tidak mereka dapatkan, akhirnya si Qodaron bangkit, seraya berkata: “Menurut pendapatku sebaiknya kita bunuh saja onta Shaleh itu, karena kita dalam kesulitan!”.

 

Kawan-kawannya menjawab: “Itu benar!”.

 

Kemudian ia pun lalu mengambil sebilah pedang, lalu keluar dengan sembunyi-sembunyi di rumput-rumput gunung. Pada waktu itu adalah saat onta kembali dari gilirannya minum air. Tatkala onta itu telah mendekat, maka dengan segera si Qodaron menyergap dan membunuhnya. Ketika ia akan membunuh pula anak onta itu, maka anak onta itu pun berlari ke gunung tempat ibunya dahulu keluar, maka dengan kuasa Allah gunung itu terbelah, dan masuklah anak onta itu ke dalamnya.

 

Sa’id bin Al Musayyab rohmatullaah alaihi berkata: “Adapun sebab terbunuhnya onta Nabi Shaleh itu adalah minuman keras”, dan fitnah Haaruut dan Maarut juga karena minuman keras; sebab terbunuhnya Nabi Yahya juga karena minuman keras; dan kaum Nuh mengganggu Nuh alaihissalaam juga disebabkan minuman keras; dan sebab penyembahan anak sapi pada bangsa Israel juga minuman keras; dan pembunuhan terhadap Usman rodliyallaahu anhu juga disebabkan minuman keras; juga pembunuhan terhadap Sayyidina Husein rodliyallahu anhu disebabkan oleh minuman keras. Karena itulah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :

 

Artinya : “Minuman keras itu adalah raja kejahatan”.

 

(Kembali ke alur cerita): Ketika Nabi Shaleh alaihissalam mengetahui terjadinya pembunuhan atas onta mu’jizatnya itu, maka Beliau mengatakan kepada kaumnya: “Kalian boleh berlehaleha di rumah kalian selama tiga hari, setelah itu akan datang siksaan kepada kalian, alamatnya adalah muka-muka kalian pada hari pertama akan menjadi kemerahan, dan pada hari kedua menjadi kekuningan dan pada hari ketiga menjadi hitam legam.

 

Tatkala mereka melihat tanda-tanda seperti yang diucapkan Shaleh itu, maka mereka berkata: “Mari kita bunuh Shaleh seperti kita bunuh ontanya”.

 

Mereka lalu menuju ke tempat tinggal Shaleh alaihissalaam. Hal itu terjadi pada hari Rabu. Kemudian Jibril alaihissalaam datang sambil mengambil tembok-tembok kota itu lalu digoncanggoncangnya dengan keras, setelah itu ia menjerit dengan sekeraskerasnya, sehingga mereka semuanya mati seketika.

 

(Renungan): Allah yang telah mengeluarkan onta dari dalam gunung karena doa Nabi Shaleh alaihissalaam tentu dapat pula untuk menyelamatkan onta itu dari pembunuhan orang-orang kafir itu, namun Ia sengaja membiarkan orang-orang kafir itu, sehingga akhirnya onta itu mereka bunuh. Dengan demikian orang-orang Islam akan merasa berduka dengan adanya pembunuhan itu, maka berhaklah mereka mendapat pahala. Sedangkan orang-orang kafir itu merasa gembira dengan pembunuhan itu, maka mereka berhak mendapatkan azab dan siksa.

 

Dan Allah pun dapat menyelamatkan Sayyidina Husein dari pembunuhan, namun Allah membiarkan mereka membunuhnya, sehingga orang-orang yang membunuhnya itu berhak mendapatkan azab, sedangkan orang yang merasa berduka karena pembunuhan itu akan mendapatkan pahala..

 

(Suatu pertanyaan) : Jika dikatakan bahwa Sayyidina Husein itu lebih afdlol dari onta, kenapa ketika onta itu dibunuh lantas turun azab, sedangkan ketika Sayyidina Husein dibunuh tidak turun?

 

Jawab: Sebab onta itu sebagai fitnah bagi kaum Sholeh, sebagaimanafirmanAllah dalam surah Al Qomar ayat 27, yang berbunyi :

 

Artinya : “Sesungguhnya Kami akan mengirimkan onta betina sebagai fitnah (cobaan) bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah!”. (QS. Al Qomar: 27)

 

(Dapat pula dijawab): Ketika Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam diutus ke dunia, maka azab pun terangkat dari seluruh makhluk, sebagaimana firman Allah :

 

Artinya : “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka … ” (QS. Al Anfaal: 33)

 

Sedangkan Sayyidina Husein rodliyallaahu anhu adalah putera dari orang yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Dan di masa Nabi Shaleh alaihissalaam pintu azab itu masih terbuka, sebagaimana firman Allah :

 

Artinya : ” ….. Aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (QS. Al A’raaf : 59)

 

Sedangkan di masa Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wa sallam pintu rahmatlah yang terbuka, sebagaimana firman Allah:

 

Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al Anbiyaa’: 107)

Syadaad bin ‘Aad dibinasakan, Allah pada hari Rabu.

 

(Jalan ceritanya): Adapun ‘Aad itu mempunyai dua putera, yang satu bernama Syaadiid sedang yang lainnya bernama Syadaad.

 

Si Syadaad ini suka sekali menelaah kitab. Suatu ketika ia membaca tentang sifat-sifat Surga, maka berkatalah ia dalam hatinya: “Aku akan membuat di muka bumi ini suatu Surga, seperti yang disifatkan di dalam kitab”.

 

Pada waktu itu, seluruh dunia berada dalam kekuasaannya. Lalu ia mengajak raja-raja bawahannya untuk berembuk, ia berkata kepada mereka: “Aku ingin membangun seperti Surga yang disifatkan Allah dalam Kitab-Nya!”.

 

Mereka menjawab: “Hal itu terserah kepada Tuan hamba, karena kerajaan dunia ini berada di bawah kekuasaan Tuan hamba, begitu pula semua perbendaharaannya adalah milik Tuan hamba pula”.

 

Kemudian ia memerintahkan agar dikumpulkan semua emas dan perak yang ada, dari timur hingga ke barat. Setelah itu ia berkata: “Bangunlah untukku Surga dalam masa tiga ratus tahun!”.

 

Lalu berkumpullah tukang-tukang bangunan, maka dipilihnya tiga ratus di antara mereka, setiap orang dari tukang-tukang bangunan itu membawahi seribu orang”.

 

Mereka mengelilingi bumi selama sepuluh tahun, akhirnya mereka mendapatkan suatu tempat yang paling baik, ada pepohonan dan sungai-sungai. Maka mereka pun lalu mulai membangun Surga itu satu farsakh demi satu farsakh. Satu parsakh dari emas dan satu parsakh dari perak.

 

Setelah mereka anggap bangunan itu telah sempurna, lalu mereka alirkan sungai-sungainya, mereka dirikan pohonpohonnya, yang batangnya terbuat dari perak, dan cabang serta rantingnya terbuat dari emas. Dan mereka bangun pula istanaistana terbuat dari mirah delima, dengan dihiasi berbagai permata, seperti intan, berlian dan lain-lain. Kemudian mereka sirami dengan bau-bauan yang wangi seperti : misik, anbar dan lain-lain.

 

Setelah sempurnalah pembangunan Surga itu, mereka lalu memberi kabar kepada Syadad.

 

Syadad pun bersiap-siap untuk berangkat ke sana, yang akan memakan waktu sepuluh tahun perjalanan.

 

Untuk merealisasikan keinginan Syadad itu, raja-raja dan para pembantumereka telah mengambil emas dan perak dari rakyat dengan paksa, sehingga tidak tertinggal sedikit pun emas dan perak pada seseorang di dunia selain yang ada di leher seorang anak, yang beratnya kira-kira satu dirham. Ketika mereka akan merampasnya, anak itu berkata: “Janganlah kalian ambil emasku itu!”.

 

Akan tetapi mereka berkeras hendak mengambilnya juga, mereka berkata: “Kami diperintah oleh raja untuk mengambilnya!”.

 

Lalu emas yang sedikit itu mereka renggutkan dengan paksa dari leher anak kecil tersebut. Maka anak itu mengangkatkan tangannya ke langit, seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui tentang apa yang telah diperbuat oleh orang yang zalim ini terhadap hamba-hamba-Mu yang lemah, maka tolonglah kami, wahai Zat yang menolong orang-orang yang meminta tolong kepada-Nya!”.

 

 

 

 

Maka malaikat semua mengaminkan doa anak itu.

 

Kemudian Allah mengutus Jibril alaihissalaam. Pada waktu itu rombongan Syadaad telah sampai di dekat Surga (bikinannya) itu. Akan tetapi tiba-tiba Jibril memekik dengan suara yang mengguntur dari atas langit, maka dalam seketika mereka mati semuanya, sebelum sempat memasuki Surga tersebut. Dan tidak tertinggal seorang pun, baik yang kaya atau yang miskin, baik raja atau menteri, seperti firman Allah :

 

Artinya : “Dan berapa banyak telah Kami binasakan umatummat sebelum mereka, adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka samar-samar”. (QS. Maryam: 98)

 

Allah telah membinasakan kaum Hud dengan angin pada hari Rabu, sebagaimana firman-Nya:

 

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”. (QS. Al Qomar: 19)

 

(Jalan cerita): Ketika kaum telah berada pada puncak kedurhakaan kepada Tuhannya, mereka lalu menyakiti nabi mereka, mereka berkata: “Hai Hud, kami tetap menyembah berhala dan sama sekali tidak menghiraukan ocehanmu, dan kami tidak takut kepada ancamanmu. Jika Engkau benar, maka turunkanlah azab seperti yang kau katakan itu!”.

 

Hud menjawab: “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu … “(QS.AlA’raaf:71)

 

Kemudian Allah menahan air hujan selama tiga tahun, selama itu tidak satu tetes pun air hujan membasahi mereka, sehingga timbullah musim paceklik yang berkepanjangan, binatang ternak banyak yang mati, semua orang menghadapi masa-masa sulit yang sangat.

 

Maka berkatalah Hud kepada kaumnya : “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu”. (QS. Huud : 52)

 

Mereka menjawab : “Kami tidak akan bertobat, akan tetapi kami akan mengutus beberapa orang ke Mekah untuk “istisqo” (minta turunkan hujan)”.

 

Adapun pada masa itu, orang-orang Arab yang musyrik sangat mengagungkan Mekah, mereka pergi ke sana untuk meminta turunnya hujan. Demikian pula halnya dengan kaum Hud, mereka lalu mengutus enam orang pergi menuju ke Mekah.

 

Setelah mereka sampai di Mekah, dua di antara mereka menyatakan dirinya Islam, lalu berkatalah mereka berdua: “Wahai Tuhan kami, kami berdua mengetahui bahwa Engkau akan mengazab kaum Hud, kami bukan dari golongan mereka, maka kabulkanlah doa kami dan tunaikanlah hajat kami!”.

 

Mereka berdua mendengar suara yang mengatakan: “Mintalah, kamu akan diberi!”.

 

Maka berkatalah seorang dari mereka berdua: “Tuhanku, aku mohon kepada-Mu umur tujuh burung garuda!”.

 

Maka terdengar jawaban: “Aku berikan apa yang kau pinta itu”.

 

Tinggallah empat orang kafir yang datang bersama mereka, salah seorang dari empat orang kafir itu berkata: “Ya Allah, kami tidak datang karena orang sakit yang perlu diobati, atau karena tawanan yang perlu ditebus. Ya Allah, berilah air kepada kaum Aad, sebagaimana dahulu Engkau telah memberi mereka air!”.

 

Kemudian bertiuplah tiga macam awan, yang satu berwarna putih,yangsatu lagi merah, dan yang lainnya berwarna hitam. Lalu terdengar suara: “Pilihlah mana yang kau suka!”.

 

Maka berkatalah ia: “Aku memilih yang berwarna hitam”.

 

Lantas terdengar suara mengatakan: “Kau telah memilih debu, maka tidak akan tersisa seorang pun dari bangsa Aad, baik orang tua maupun anak-anak!”.

 

Kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat yang mengawal angin supaya ia menghembuskan angin kencang kepada kaum itu.

 

Berkata Wahab bin Munabbah Al Yamaani: Sesungguhnya di lapisan bumi paling bawah terdapat angin yang disebut Al ‘Aqiim. Angin inilah yang pada hari Kiamat kelak akan berkecamuk, yang akan menjebol gunung-gunung dari tempatnya, dan akan menggoncangkan bumi serta mengangkatnya sampai ke langit, dan akan meretakkan langit. Sebagaimana firman Allah :

 

Artinya : “Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur maka pada hari itu terjadilah hari kiamat”. (QS. Al Haaqqooh : 14-15)

 

Ada tujuh ribu malaikat yang menjaga angin ini.

 

Angin itulah yang diperintahkan Allah kepada malaikat agar dihembuskan kepada kaum Aad.           

 

Malaikat itu bertanya: “Ilaahi, berapa banyakkah yang harus saya hembuskan?”.

 

Jawab: “Sebanyak ukuran hidung lembu”

 

Maka berkatalah malaikat itu: “Saya kira itu terlalu banyak”. Allah berfirman: “Kalau begitu seukuran lobang jarum saja!”. Tatkala datang awan hitam menaungi mereka, mereka mengatakan: “Ini adalah awan yang membawa hujan, yang akan menghujani kita”.

 

Namun Hud menjawab: “Bukan, tetapi itu adalah angin yang berisi azab sebagaimana yang telah kamu pinta!”.  

 

Setelah angin itu datang kepada mereka, maka keluarlah tujuh ratus orang di antara mereka naik ke atas gunung sambil satu sama lain berpegangan tangan. Ketika mereka merasakan angin itu berhembus semakin kuat, maka berteriaklah mereka dan mereka pun berlarian ke atas gunung. Mereka terbenam ke dalam batu sampai di lutut.

 

Ketika saat azab tiba, maka langit pun mengeluarkan suara menggeletar dan turunlah angin kencang yang memusnahkan semua bangunan mereka, angin itu mengamuk dan mengangkat apa saja, kemudian menghancurkannya, sehingga menjadi seperti pasir. Dan pasir yang ada sekarang ini pun adalah bekas-bekasnya.

 

Setelah itu angin itu lalu mengangkat kaum Aad ke atas udara, kemudian dihempaskannya ke bumi, sehingga mereka menjadi ibarat batang korma yang tumbang.

 

Di dalam lathoifil qishooshi disebutkan bahwa, Nabi Hud alaihissalaam mengumpulkan kaum muslimin dan menggariskan di sekeliling mereka suatu garis. Ketika angin itu datang ke garis tersebut, maka berbelok kembali.

 

Berkata Wahab bin Munabbin: “Angin itu ada tujuh macam, tiga angin rahmat, dan empat angin azab”.

 

Adapun angin rahmat itu adalah sebagai berikut :

 

Pertama : An Naasyiroot, seperti firman Allah :

 

Artinya : “Dan angin yang menyebarkan rahmat Tuhannya (berupa hujan) dengan seluas-luasnya”. (QS. Al Mursalat : 3)

 

Kedua : Al Mubasysyiroot, seperti firman Allah :

 

Artinya : “Dan diantara tanda-tanda kekuasannya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa kabar gembira”. (QS. Ar Ruum: 46)

 

Ketiga : Adz Dzaariyaat, seperti firman Allah :

 

Artinya : “Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya”. (QS. Adz Dzaariyat : 1)

 

Semuanya ini adalah angin rahmat yang bertiup di dunia. Sedangkan angin azab itu adalah sebagai berikut :

Pertama : Ash shorshor, seperti firman Allah : asle

 

Artinya : “Adapun kaum Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang”. (QS. Al Haaqqoh : 6)

 

Kedua : Al ‘Aqiim, seperti firman Alla   

 

Artinya : “Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan”. (QS. Adz Dzaariyaat: 41)

 

Ketiga : Al ‘ Aashif , seperti firman Allah :        

Artinya : ” …… dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai … “. (QS. Yunus : 22)

 

Keempat : Al Qoshif, seperti firman Allah :      

Artinya : ” …… Lalu Dia meniupkan atas kami angin taupan … “. (QS. AI Israa’: 69)

 

Keempat macam angin azab itu karena rahmat Allah Ta’ala hanya bertiup di lautan saja.

 

 

 

Kemudian ia berkata pula: “Ada lagi tiga macam angin rahmat lainnya, yaitu: Ash Shobaa (angin timur), Al Januub (angin selatan) dan Asy Syimaal (angin utara)”.

 

Ash Shobaa (angin timur itu bertiup dari Surga, dan daripadanyalah Allah menciptakan binatang melata, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali Karromallaahu wajhah, daripada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Beliau berkata: “Tatkala Allah hendak menciptakan kuda, maka Allah berfirman kepada angin selatan; Aku akan menciptakan darimu satu makhluk yang akan Kujadikan kemuliaan bagi auliya-Ku, dan kehinaan bagi musuh-musuh-Ku, dan ia akan membawa orang-orang yang berbakti kepada-Ku.

 

Lalu angin itu menerima kehendak Tuhan tersebut. Kemudian diambil-Nya segumpal angin itu dan dijadikan-Nyalah seekor kuda. Setelah itu Allah berkata kepada kuda itu. Aku telah menciptakanmu dan Aku jadikan kebaikan itu menyertaimu, kau dapat terbang tanpa sayap, dan akan Kujadikan orang yang akan menunggangimu itu, orang yang suka mengucapkan tasbih, tahmid dan tahlil serta takbir. Maka bila mereka mengucapkan tasbih, hendaklah kau ikut mengucapkannya, dan bila mereka mengucapkan tahlil, hendaklah engkau mengucapkannya pula, dan bila mereka mengucapkan takbir, engkau pun hendaklah mengucapkannya juga.

 

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam berkata: “Tidaklah seseorang yang menunggang kuda itu mengucapkan tasbih atau tahmid, melainkan kuda itu pun turut mendengar dan mengucapkannya pula”.

 

Ash Shobaa (angin timur) itu adalah angin yang diberkati, ia bertiup dari arah Ka’bah di waktu fajar. Ia juga membawa istighfar orang-orang yang memohon ampunan kepada Al Malikul Jabbaar. Ia pulalah angin yang membawa bau Yusuf alaihissalaam kepada Ya’qub alaihissalaam, sebagaimana yang difirmankan Allah :

 

Artinya : ” ….. berkata ayah mereka (yaitu Ya’qub) : Sesungguh nya aku mencium bau Yusuf …. “. (QS. Yusuf : 94)

 

Dikatakan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam mendapatkan kemenangan pada waktu terjadi peperangan Ahzab, dengan bantuan angin timur. Seperti yang dikatakan oleh Umar Rodliyallaahu anhu: daripada Nabi Shallallaahu alaihi wa sallam, Beliau berkata: “Aku diberi kemenangan dengan bantuan angin timur, dan kaum Aad dibinasakan dengan angin kencang”.

 

(Renungan): Maha suci Allah yang telah memperjalankan kapal dengan angin, dan mengeluarkan rezki dengan angin, dan menghidupkan api dengan angin, dan meruntuhkan dedaunan dari pohon dengan angin, dan mengangkat langit dengan angin, dan menurunkannya bila la kehendaki juga dengan angin; begitu pula kelak jika la kehendaki pada hari Kiamat, dengan kekuasaanNya angin akan bertiup di bawah kaki ummat Muhammad sehingga memadamkan nyala api Neraka, dan dengan kekuasaan-Nya pula, akhirnya mereka dapat melintasi Neraka dengan selamat, wallaahu alam.

 

Allah berfirman:

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasulnya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya …. “. (QS. Al Fath:27)

 

(Diriwayatkan): oleh Anas bin Malik rodliyallaahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam telah ditanya tentang hari Kamis, maka Beliau menjawab: Hari Kamis adalah hari pencapaian hajat. Lalu ditanyakan kembali: Kenapa bisa demikian, Ya Rasulullah?.

            Jawab: Karena Ibrahim Al Kholiil alaihissalaam masuk menghadap raja Mesir pada hari tersebut, maka ia mendapatkan hajatnya dan Beliau diberi Hajar”.

 

(Uraian): Para ulama yang ahli dalam kisah-kisah telah mengatakan: “Ada tujuh nabi dan wali mendapatkan sesuatu pada hari Kamis”.

 

  • Pertama: Nabi Ibrahim alaihissalaam masuk menghadap raja Mesir pada hari Kamis, maka Beliau mendapatkan Hajar.

 

  • Kedua : Tukang memberi minum raja Mesir keluar pada hari Kamis, maka ia mendapatkan kebebasan dari penjara.

 

Seperti firman Allah :

 

Artinya:”……Adapunsalah seorang diantara kamu berdua, akan memberi minum tuannya dengan khamar …”. (QS. Yusuf : 41).

 

  • Ketiga : Saudara-saudara Yusuf masuk menemui Yusuf, pada hari Kamis maka mereka mendapatkan kenikmatan.

 

Artinya : “Dan Saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya, maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya”. (QS. Yusuf : 58)

 

  • Keempat: Bunyamin masuk ke negeri Mesir pada hari Kamis, maka ia bertemu dengan kakaknya Yusuf alaihissalaam. Sebagaimana yang diceritakan Allah:

 

Artinya : “Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata : Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Yusuf : 69)

 

  • Kelima : Ya’qub alaihissalaam masuk ke negeri Mesir, pada hari Kamis, maka Beliau mendapatkan keamanan. Firman Allah :

 

Artinya : ” ….. Masuklah kamu ke negeri Mesir, Insya Allah dalam keadaan aman, dan dia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana … “. (QS. , Yusuf : 99-100)

 

  • Keenam: Musa alaihissalaam masuk ke Mesir, pada hari Kamis, maka Beliau mendapatkan Qibti. Firman Allah :

 

Artinya : “Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya didalam             kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi”. (QS. Al     Qoshosh : 15)           

 

  • Ketujuh: Muhammad, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam memasuki kota Mekah pada hari Kamis, maka Beliau mendapatkan kemenangan. Sebagaimana firman

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah akan membuktikan Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman … “. (QS. Al Fath : 27).

Setelah peristiwa api yang dibuat Namrudz untuk membakar Nabi Ibrahim itu dijadikan Allah dingin dan tak berdaya untuk mencelakakan Nabi Ibrahim alaihissalaam, maka Nabi Ibrahim lalu berangkat menuju ke negeri Mesir. Beliau berkata: “Aku pergi menurut kehendak Tuhanku, kelak Dialah Yang akan menunjuki aku. Beliau pergi bersama istrinya (Sarah)”.

 

Pada waktu itu Mesir merupakan suatu kerajaan besar yang dikuasai oleh seorang raja yang lalim. Di sepanjang jalan ia mempunyai pengawas.

 

Ibrahim alaihissalaam adalah seorang yang sangat pencemburu, padahal istrinya (Sarah) adalah wanita tercantik pada masa itu. Karena itulah ketika Beliau memasuki Mesir, Beliau masukkan isterinya ke peti lalu digemboknya dari luar. Peti itu diletakkannya di atas onta.

 

Ketika rombongan Nabi Ibrahim itu melewati para pengawas raja Mesir, maka mereka meminta bea serta ingin memeriksa peti yang dibawa oleh Nabi Ibrahim itu. Akan tetapi Nabi Ibrahim berkata: “Aku akan membayar berapa bea yang kalian pinta, namun peti itu jangan dibuka!”.

 

Tetapi mereka tetap memaksa akan membuka peti itu, hingga akhirnya mereka berhasil juga memaksa Nabi Ibrahim untuk membukanya. Maka tampak oleh mereka seorang wanita yang cantik jelita berada di dalam peti itu. Lantas mereka bertanya kepada Ibrahim: “Apakah ini istri Tuan?”.

 

Nabi Ibrahim menjawab: “Dia adalah saudariku”.

 

Mereka berkata pula: “Dia sesuai untuk raja!”.

 

Kemudian mereka membawa Sarah menghadap raja, sedang Ibrahim alaihissalam mereka cegah masuk bersama-sama. Maka

 

Allah membukakan hijab bagi Ibrahim sehingga Beliau dapat memandang apa yang sedang terjadi pada diri istrinya, dari balik hijab itu.

 

Ketika raja lalim itu hendak memegang siti Sarah, maka dengan kuasa Allah, tangan dan kakinya menjadi lumpuh. Lalu berkatalah si raja itu: “Engkau seorang tukang sihir, hingga tangan dan kakiku menjadi lumpuh”.

 

Siti Sarah menjawab: “Aku bukan tukang sihir, tetapi suamiku adalah Kholiilullaah, ia menyumpahimu, karena itu Allah lalu melumpuhkan kedua tangan dan kakimu. Maka bertobatlah kepada Allah, agar la menyembuhkan kelumpuhanmu itu!”.

 

Raja itu pun bertobatlah. Kemudian ia memandang Siti Sarah, maka kembali ia tidak dapat menahan diri, lalu diulurkannya tangannya sekali lagi. Maka Allah pun membutakan matanya. Si raja berkata: Engkau adalah seorang wanita tukang sihir!

 

Siti Sarah menjawab: Demi Allah, aku berlindung kepada-Nya, aku bukanlah seorang tukang sihir, namun suamiku Kholilullaah. Dan niatmulah yang menyebabkan engkau dibutakan Allah, karena engkau akan berbuat sesuatu yang tidak diridlai Allah. Maka bertobatlah engkau kepada Allah, dan bebaskanlah aku, agar engkau disembuhkannya kembali.

 

Setelah raja itu bertobat dari dosa-dosanya, maka Allah pun mengembalikan pandangannya seperti semula. Kemudian ia memandang kepada Sarah ketiga kalinya, timbul pula niat jahatnya, lalu ia mengulurkan tangannya untuk mengganggu Siti Sarah. Maka Allah melumpuhkan ke tujuh anggota tubuhnya. Lalu si raja itu berkata: “Hai wanita, kau sungguh seorang penyihir!”.

 

Siti Sarah berkata: “Aku bukan tukang sihir, namun suamiku adalah Kholiilullaah, ia telah menyumpahimu, karena itulah engkau menjadi lumpuh!”.

 

Kemudian raja itu memanggil Nabi Ibrahim, lalu ia meminta maaf kepada Beliau atas kejadian tersebut. Raja itu berkata: “Wahai Ibrahim, berilah aku hukuman menurut apa yang kau suka, dan mohonkanlah kepada Tuhanmu agar la menyembuhkan aku dari malapetaka yang menimpaku ini!”.

 

Maka berkatalah Nabi Ibrahim alaihissalaam: “Ini adalah urusan Tuhanku, karena itu aku tidak dapat menghukum sebelum mendapat izin dari Allah Ta’ala”.

 

Lantas turunlah Jibril alaihissalaam seraya mengatakan: “Wahai Ibrahim, Tuhanmu memberi salam kepadamu, dan la berkata kepadamu: Katakanlah kepada raja itu supaya ia mengeluarkan semua milik dan perbendaharaannya, lalu memberikan semuanya kepadamu! barulah kemudian engkau doakan ia”.

 

Maka Ibrahim memberitahukan kepada raja itu hukum yang ditetapkan Allah atas dirinya. Raja itu rela menerima hukuman tersebut, ia menyerahkan semua miliknya kepada Ibrahim alaihissalaam.

 

Ibrahim lalu mendoakannya, maka Allah pun menyembuhkannya dari penyakit lumpuhnya itu.

 

(Renungan): Sarah adalah wanita yang dicintai oleh Al Kholil (Ibrahim), maka ia lantas dipelihara Allah Ta’ala dari raja yang zalim, sehingga si raja tak dapat mengganggunya. Sedangkan kalimat tauhid yang ada di hati seorang mu’min itu adalah kalimat yang dicintai oleh Al Jaliil (Allah), jika musuh tidak mendapat jalan untuk menggoda kecintaan Al Kholiil, betapa pula setan akan mendapat jalan untuk menggoda kecintaan Al Jaliil.

 

(Kembali ke alur cerita): Ketika raja itu sembuh kembali dari penyakit lumpuhnya itu, maka ia memberikan Hajar kepada Siti Sarah. Tetapi Siti Sarah berkata: “Aku berikan ia kepada Ibrahim alaihissalaam, karena Beliau telah berduka karena aku”.

 

Nabi Ibrahim berkata: Janganlah bersedih hati, karena Allah telah membukakan hijab antara diriku dan dirimu, sehingga aku dapat menyaksikan semua apa yang terjadi atas dirimu!.

 

(Bila dikatakan): bahwa Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam itu lebih utama dari Ibrahim alaihissalaam, kenapa tidak terbuka hijab baginya, tatkala Siti A’isyah rodliyallaahu anha ketinggalan di belakang kafilah, sehingga orang-orang munafik menuduhnya dengan tuduhan yang tidak-tidak.

 

Jawabnya adalah: Seandainya terbuka hijab bagi Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, dan Beliau dapat menyaksikan keadaan Siti A’isyah, maka Rasulullah akan merasa yakin atas kebenaran Siti A’isyah, sedangkan orang-orang munafik dan semua orang akan meragukannya. Mereka tentu akan mengatakan: “Muhammad tentu tidak akan merusak citra isterinya!”.

 

Karena itulah hijab tidak terbuka baginya. Akan tetapi Allah memberitahukan peristiwa itu dalam Kalam-Nya yang azali dengan wahyu samawi, tentang kesucian Siti A’isyah rodliyallaahu anha; sebagaimana yang difirmankan-Nya :

 

Artinya : ” …… Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar”. (QS. An Nuur.:16)

 

Dengan demikian, akan hilanglah keraguan di hati orang orang munafik dan orang-orang kafir.

 

(Jawab lainnya): Seakan-akan Allah hendak menyatakan: Ya Muhammad, Kami angkat hijab dari Ibrahim sehingga ia dapat memelihara sendiri istrinya; dan Kami tidak mengangkatnya hijab untukmu namun Kami sendiri yang memelihara isterimu.

 

Jadi yang memelihara Sarah adalah Al Kholiil, sedangkan yang memelihara Siti A’isyah adalah Al Jaliil.

 

Allah berfirman :

 

Artinya : “Dan bersama dengan Dia (Yusuf) masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda ….. “. (QS. Yusuf : 36)

 

Yang pertama adalah tukang beri minum raja dan yang kedua adalah tukang masak raja. Pada waktu itu yang menjadi raja adalah Raja Royyaan.

 

Adapun sebab dimasukkannya kedua orang pemuda tersebut kedalam penjara adalah karena kedua pemuda itu telah menerima sogokan dari Raja Romawi dengan tugas agar keduanya meracuni makanan dan minuman Raja Royyaan.

 

Si tukang masak menerima sogokan itu, sedangkan si tukang minum raja tidak mau menerimanya. Kemudian tukang minuman raja itu melaporkan kepada sang raja adanya pengkhianatan tersebut. Tetapi malah ia pun akhirnya turut dijebloskan ke dalam penjara.

 

Mereka berada dalam penjara selama satu tahun. Dalam riwayat lain hanya tiga hari.

 

Didalam penjara itu mereka melihat Yusuf alaihissalaam suka memberi ta’bir mimpi. Untuk mencoba kebenaran ta’bir Yusuf itu, mereka mengatakan seakan-akan mereka bermimpi, walau sebenarnya mereka tidak bermimpi sama sekali.

 

Sebagian ulama mengatakan bahwa tukang memberi minum raja itulah yang memang bermimpi sedang kawannya si tukang masak tidak.

 

Dan yang lain mengatakan bahwa mereka berdua memang benar-benar bermimpi, namun mereka saling menggantikan mimpinya dengan mimpi kawannya.

 

Si tukang memberi minuman berkata: “Aku bermimpi melihat seakan-akan ada tiga buah bejana emas, dan aku memeras anggur ke dalam bejana itu, lalu kubuat khamar, dan kuberikan kepada raja Royyaan”.

 

Kawannya, si tukang masak berkata pula: “Aku bermimpi seakan-akan diriku sedang memikul satu keranjang roti di atas kepalaku, dan burung-burung memakani roti itu”.

 

Lalu Nabi Yusuf mena’birkan mimpi keduanya, Beliau berkata: “Hai kedua temanku dalam penjara, adapun salah seorang di antara kamu berdua akan memberi minum tuannya dengan khamar,

 

adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib!”.

 

Ketika Yusuf selesai mena’birkan mimpi kedua orang itu, berkatalah salah seorang dari mereka yang diramalkan Yusuf akan disalib itu, seraya berkata: “Sesungguhnya aku tidak bermimpi!”.

 

Maka Yusuf menjawab: “Telah kuta’birkan mimpimu itu dan telah ditetapkan Allah Ta’ala”.

 

            Sesuai dengan firman Allah dalam surah Yusuf ayat 41 :         

 

Artinya : ” …. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)”.

 

Tidak berapa lama setelah kejadian itu, maka pengawalpengawal raja membawa tukang masak itu lalu mereka salib.

 

(Renungan): Barangsiapa menentang perintah Ar Royyaan (raja Mesir itu) maka disalibnya; betapa pula halnya orang yang menentang perintah Ad Dayyaan (Allah)?

 

Setelah tukang masak itu disalib, maka tinggallah si tukang memberi minum raja di dalam penjara selama tiga hari, kemudian datang utusan raja membawanya keluar dari dalam penjara, dan hal itu terjadi pada hari Kamis. Dia diberi pakaian yang indahindah lalu dibawa menghadap raja dengan segala kehormatan.

 

Ketika ia akan keluar, berkatalah Yusuf kepadanya: “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu!”.

 

Tatkala Yusuf berkata demikian itu, maka gunung-gunung pun bergoncang, maka turunlah Jibril alaihissalaam seraya berkata: “Wahai Yusuf, sesungguhnya Allah Ta’ala bertanya kepadamu: Siapakah yang menjadikan rasa cinta di dalam hati Ya’qub terhadapmu?”.

 

Jawab: “Tuhanku”.  

 

Tanya: “Siapa yang telah menyelamatkan dirimu dari tipu daya Saudara-saudaramu?”.     

 

Jawab: “Tuhanku”.  

 

Tanya: “Siapa yang telah memeliharamu di dalam sumur?”.

 

Jawab : “Tuhanku”.

 

Tanya: “Siapa yang menjadikan rasa suka Zuleha terhadapmu?”.

 

Jawab: “Tuhanku”.

 

Tanya: “Siapa pula yang telah menyelamatkan dirimu dari tipu daya Zuleha itu?”.

 

Jawab: “Tuhanku”.

 

Maka Jibril berkata selanjutnya: ?Wahai Yusuf, sesungguhnya Allah Ta’ala telah berbuat semua kebaikan ini untukmu. Maka ketidak mampuan apakah yang kau lihat ada pada-Nya sehingga engkau perlu untuk meminta pertolongan kepada yang lain? Wahai Yusuf, dahulu kakekmu Ibrahim alaihissalaam tidak mau meminta tolong kepada Jibril ketika ia akan dilemparkan ke dalam api oleh Namrudz, ketika itu Jibril berkata kepadanya: Apakah engkau perlu pertolongan? Ibrahim menjawab. Kepadamu tidak!. Begitu pula kakekmu Ismail, ia tidak meminta pertolongan apa pun kepada ayahnya Ibrahim alaihissalaam, pada waktu ia akan dikurbankan, namun ia hanya mengatakan: Insya Allah engkau akan mendapatkan aku termasuk golongan orang-orang yang sabar”. Akan tetapi engkau, baru saja tiga hari berada dalam penjara sudah tidak sabar, sehingga engkau perlu meminta tolong kepada Raja Royyaan!”.

 

Maka bersujudlah Yusuf alaihissalaam kepada Allah, dan menangis sampai empat puluh hari. Beliau berkata: “Ilaahii, demi kehormatan kakekku Ibrahim alaihissalaam, dan Ismail, dan Ishaq dan demi ayahku Ya’qub, kasihanilah aku dan ampunilah kesalahanku!”.

 

Maka turunlah Jibril alaihissalaam menjumpai Nabi Yusuf, seraya mengatakan: “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengatakan: Aku telah memaafkanmu, akan tetapi Aku beri engkau hukuman berupa tinggal di dalam penjara selama tujuh tahun lagi!”.

 

Dengan satu kesalahan Yusuf dihukum tujuh tahun penjara bagaimana dengan orang yang berbuat dosa selama tujuh puluh tahun, berapa lama ia akan tinggal di dalam neraka.

Saudara-saudara Yusuf datang menemui Yusuf alaihissalam pada hari Kamis.Sebagaimana yang diceritakan Allah dalam AlQur’an surah Yusuf ayat 58, yang berbunyi :

 

Artinya : “Dan Saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir) lalu mereka masuk ke (tempat)nya, maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya”.

 

Mereka masuk ke Mesir pada hari Kamis, maka mereka mendapatkan kenikmatan.

 

(Jalan cerita): Tatkala Saudara-saudara Yusuf telah dekat dari kota Mesir, maka turunlah Jibril menjumpai Yusuf alaihissalaam, seraya berkata: “Saudara-saudaramu datang menghadapmu, bagaimana engkau akan memperlakukan mereka?”.

 

Yusuf alaihissalaam menjawab: “Wahai Jibril, mereka telah banyak menyakiti diriku, bahkan mereka berniat akan membunuhku, dan sekarang mereka datang sebagai orang yang membutuhkan bantuan”.

 

Kemudian Beliau melanjutkan: “Tidak ada lain yang akan kulakukan selain memaafkan mereka”.

 

Telah berkata sebagian ulama’, bahwasanya saudara-saudara Yusuf datang menjumpai Beliau sebanyak tiga kali.

 

  • Pertama, mereka datang sebagai orang-orang yang membutuhkan dan mengharap bantuan, maka Yusuf memuliakan dan memberi mereka apa-apa yang mereka perlukan. Sebagaimana yang diceritakan Allah di dalam Al Qur’an surah Yusuf ayat 62 :

 

Artinya : ” ….. Masukkanlah barang-barang (penukar kepunyaan mereka) kedalam karung-karungmereka”.(QS. Yusuf : 62)

 

  • Kedua, mereka datang dengan kesombongan, maka mereka kembali dengan kemuraman, tatkala saudara mereka mengatakan kepada mereka :

 

Artinya : ” …. Kembalilah kepada ayahmu dan katakanlah : “Wahai Ayah kami! Sesungguhnya anakmu telah mencuri …. “. (QS. Yusuf:81)

 

  • Ketiga, mereka datang dengan ibtihaal dan tadlarru, karena itu mereka kembali dengan senang dan gembira. Sebab Yusuf itu bersifat rahim, dan orang yang rahim itu suka kepada orang yang bertadlarru’

 

Tatkala mereka memasuki kota Mesir, Yusuf alaihissalaam memerintahkan agar istana-istana dan rumah-rumah dihias, dan Beliau mengeluarkan dari dalam perbendaharaannya pakaian pakaian yang indah indah lalu dipakaikannya kepada bujang dan sahayanya. Juga Beliau memasang permadani-permadani yang indah-indah serta menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebagaimana layaknya bagi menyambut golongan raja-raja. Kemudian Beliau menyusun singgasana dan kursi-kursi.

 

Yusuf duduk di atas singgasananya dikelilingi oleh bujang dan sahayanya, lalu Beliau memerintahkan supaya saudara-saudaranya masuk. Ketika mereka masuk, Yusuf mengenali mereka, sedang mereka tidak mengenalinya lagi.

 

Bunyamin, adik kandung Nabi Yusuf alaihissalaam memasuki Mesir pada hari Kamis, maka ia bertemu dengan Yusuf alaihissalam. Seperti yang diceritakan Allah sebagai :

 

Artinya : “Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata : Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Yusuf : 69)

 

Pada waktu saudara-saudara Yusuf seayah membawa Benyamin (Yaitu adik kandung Nabi Yusuf) menjumpai Nabi Yusuf, Yusuf berdiri di balik tirai, sedang mereka berdiri di hadapannya di luar tirai. Ketika Yusuf memandang muka adiknya itu, Beliau lantas teringat kepada ayahandanya Ya’qub alaihissalaam, maka menangislah ia dengan tersedu-sedan.

 

Kemudian Yusuf memerintahkan kepada pengawalnya untuk menanyakan kepada mereka tentang berita ayah mereka. Mendengar pertanyaan pengawal itu, mereka semua menundukkan kepala seraya mengatakan: “Beliau sekarang selalu menangis dan bersedih serta bertadlarru'”.

 

Kemudian Yusuf memerintahkan supaya tirai diangkat, maka mereka semua memberi salam kepada Beliau. Dan Bunyamin maju seraya menyodorkan surat ayahnya kepada Yusuf alaihissalaam.

 

Yusuf menerima surat itu, lalu ia memerintahkan kembali agar tirai diturunkan. Beliau pun membuka surat itu sambil menangis terisak-isak. Adapun isi surat tersebut menjelaskan tentang keadaan yang dialami oleh Ya’qub alaihissalaam karena kesusahannya atas perpisahan dengan putranya Yusuf.

 

Setelah Yusuf membaca isi surat itu, lalu surat itu dilipatnya, dan ia pun menghapus air matanya. Kemudian Beliau memerintahkan mengangkat tirai itu kembali, dan juga menyuruh hidangkan makanan.

 

Yusuf mengatur mereka, setiap dua orang bersaudara seayah dan seibu duduk pada satu meja makan. Maka duduklah mereka masing-masing dengan saudara mereka, berdua-duaan, kecuali Bunyamin, karena ia adalah saudara seayah dan seibu dengan Yusuf, ia pun duduk sendirian. Bunyamin menangis karena merasa sedih, ia pun tidak menjamah makanan itu.

 

Maka bertanyalah Yusuf alaihissalaam: “Kenapa pemuda ini menangis?”.

 

Mereka menjawab: “Dahulu ia mempunyai saudara seibu, namun saudaranya itu telah dimangsa serigala, maka mungkin ia menangis karena teringat atas perpisahan dengan saudaranya itu”. Kemudian Yusuf berkata? “Mari ke sini wahai pemuda, duduklah denganku, jangan makan sendirian”.

 

Setelah Bunyamin mendekat, Yusuf memandangnya dengan teliti, lalu ia jatuh tak sadarkan diri. Setelah siuman, Beliau berkata: “Aku adalah saudara kandungmu sendiri!”.

 

Maka mereka berduapun berpelukan, dan saling tangismenangisi.

 

(Renungan): Ketika Bunyamin merasa dirinya terasing sendirian, ia menjadi bingung. Maka Yusuf berkata kepadanya : “Sesungguhnya aku adalah saudara kandungmu sendiri!”.

 

Juga Musa alaihissalaam ketika merasa dirinya di tempat asing, Beliau merasa kebingungan. Lantas Allah berkata kepadanya: “Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu!”.

 

Demikian pula seorang yang berbuat kemaksiatan, bila ia kebingungan di dalam lautan maksiat, maka Allah berkata kepadanya:

 

Artinya : “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hijr: 49)

Nabi Ya’qub alaihissalaam memasuki kota Mesir pada hari Kamis. Kejadian ini diceritakan Allah di dalam Al Qur’an sebagai berikut :

 

Artinya : “Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul Ibu Bapaknya, dan ia berkata : Masuklah kamu ke negeri Mesir, Insya Allah dalam keadaan aman”. (QS. Yusuf : 99)

 

Berkata Wahab bin Munabbih rohmatullaahi alihi Tatkala Ya’qub telah berada dekat dari kota Mesir, Beliau mengutus Yahuda kepada Yusuf alaihissalaam dengan seratus ribu orang kaumnya.

 

Setelah bertemu muka, maka Yusuf merangkul ibu bapaknya.Sebagaimana yang telah diterangkan Allah pada ayat di atas tadi.

 

Ketika Yusuf berpisah dengan ayahnya, umurnya baru menginjak tahun ke tujuh.

 

(Bahwasanya) Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya ketika Ya’qub meninggalkan negeri Kan’an, Aku jadikan tempat Yusuf sebagai tempatnya; dan rasul-Ku Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, ketika ditinggal oleh kedua orang tuanya, Aku jadikan tempat Abu Thalib sebagai tempat tinggalnya; begitu pula sese orang hamba yang mu’min, bila meninggalkan dunia, maka Aku jadikan Surga sebagai tempat tinggalnya”.

 

(Kembali ke alur cerita): Tatkala Ya’qub melihat banyak orang orang, Beliau bertanya kepada Yusuf alaihissalaam: Siapakah mereka itu?.

 

Yusuf menjawab: “Wahai Ayahku, mereka adalah sahayaku, aku telah membebaskan mereka karena engkau”.

 

Begitu pula hari Kiamat kelak, Allah Ta’ala berfirman : “Wahai Muhammad, Yusuf telah membebaskan seribu orang sahayanya karena ia melihat ayahnya kembali; maka Aku membebaskan semua ummatmu yang durhaka karena melihatmu”.

Musa alaihissalam masuk Mesir pada hari Kamis, sebagaimana yang diceritakan Allah di dalam Al Qur’an sebagai berikut :

 

Artinya : “Dan Musa masuk ke kota, ketika penduduknya sedang lengah … “. (QS. Al Qoshosh : 15)

 

Para ulama berbeda pendapat tentang masuknya Musa ke Mesir ini.

 

Berkata As Sudaa rahimahullah: Ketika Musa telah dewasa, suatu hari Beliau menunggang kuda bersama Fir’aun, kemudian Beliau pulang kembali ke kota di waktu tengah hari.

 

Dan Muhammad bin Ishaq rohimahullah berkata: Bahwasanya tatkala Musa telah menginjak dewasa, Beliau baru menyadari akan kesesatan Fir’aun maka Beliau lalu melepaskan diri dan keluar dari kota diikuti oleh kaumnya Bani Israel. Pada suatu hari Beliau kembali ke kota dan memasukinya pada waktu tengah hari di kala orang-orang sedang istirahat siang.

 

Berkata pula Abu Yazid rohimahullah: Bahwasanya ketika

 

Musa alaihissalaam telah memukul Fir’aun, Beliau lalu dibuang Fir’aun ke luar kota, kemudian Musa masuk kembali ke kota pada waktu orang-orang sedang lengah. Dan menurut riwayat yang lebih kuat, pada waktu tengah hari.

 

Al Hasan Al Bashri rohmatullah alihi berkata: Musa masuk ke kota pada hari raya.

 

Dan Muqotil rohmatullah alihi berkata : “Antara Maghrib dan tengah malam”.

 

Baru saja Beliau masuk kota, maka Beliau melihat dua orang sedang berkelahi. Yang satu adalah seorang Bani Israel, sedang lawannya adalah golongan Fir’aun alaihilla’nah, yaitu bangsa Qibthi.

 

Si Bani Israel itu meminta tolong kepada Musa maka Musa pun menolongnya Beliau memukul orang Qibthi itu sampai mati.

 

Kemudian Musa merasa takut, Beliau berkata: “Ilaahii, aku bertobat, dan tidak akan melakukannya lagi”.

 

Namun Beliau tidak mengatakan Insya Allah. Hal ini diceritakan Allah sebagai berikut :

 

Artinya : “Musa berkata : Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”. (QS. Al Qoshosh : 17)

 

Kemudian pada hari berikutnya Musa kembali lagi, maka Beliau melihat orang yang telah dibantunya kemarin berkelahi lagi dengan salah seorang Qibthi lain. Maka berkatalah Musa alaihissalam :

 

“Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat yang nyata kesesatannya”. (QS. Al Qoshosh : 18)

 

Musa melanjutkan perkataannya: “Kemarin aku telah membunuh seseorang karena engkau, dan sekarang kau berkelahi lagi!”.

 

Berkata Ibnu Abbas rodliyallaahu anhu: “Kemudian Musa mengangkat tangannya dengan maksud akan menyerang orang Qibthi itu, namun melihat kemarahan Musa seperti kemarin, si orang Israel ketakutan, dia menyangka Musa akan memukulnya, padahal sebenarnya Musa akan menyerang orang Qibthi itu. Si orang Israel berkata: Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana Kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?”. (QS. Al Qoshosh : 19)

 

Ketika orang Qibthi itu mendengar perkataan si Israel, maka ia segera pergi melaporkan kepada Fir’aun, bahwa Musa telah membunuh seorang Qibthi. Maka Fir’aun lalu memerintahkan agar Musa dibunuh.

 

Karena itulah dikatakan bahwa musuh yang berakal itu lebih baik dari teman yang bodoh.

 

Musa adalah seorang yang mulia sedang si Israel itu seorang yang keji. Dan Musa memperlakukan orang itu dengan kemurahannya, tanpa memandang kekejian orang itu. Begitu pula Tuhan Yang Maha Pemurah memperlakukan hambanya dengan kemurahan-Nya jua, tanpa memandang kekejian si hamba.

Rasulullah Shallallaah alaihi wa sallam masuk ke kota Mekah pada hari Kamis, sebagaimana yang diceritakan Allah, dengan Firman-Nya:

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya”. (QS. Al Fath: 27)

 

Sebab turun ayat ini adalah sebagai berikut :

 

Pada tahun terjadinya perjanjian Al Hudaibiyah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bermimpi, dan mimpinya itu Beliau ceritakan kepada para sahabatnya, kata Beliau: “Bahwasanya Allah Ta’ala telah memperlihatkan kepadaku dalam tidurku bahwa la memuliakan aku dengan kemenangan dan memasukkan aku ke kota Mekah”.

 

Ketika Beliau menuju ke Mekah, maka Beliau ditemui oleh Suhail bin Amru, dan terjadilah perjanjian antara Beliau dengannya. Kemudian Rasulullah kembali pulang.

 

Maka berkatalah Umar bin Khoththob rodliyallaahu anhu: “Ya Rasulullah, Baginda telah mengatakan bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan Baginda supaya memasuki kota Mekah, kenapa sekarang Baginda tidak memasukinya?”.

 

Rasulullah menjawab: “Walaupun tahun ini aku tidak memasukinya, namun aku akan memasukinya tahun depan!”.

 

Tatkala datang tahun berikutnya, maka Allah membukakan kota Mekah baginya, dan turunlah Jibril dengan ayat tersebut di atas: “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu): Bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman ….

 

(Berkata ahli isyarat): bahwa Allah menyebutkan di dalam Al Qur’an tujuh mimpi:

 

Pertama: Mimpi Al Khobil Ibrahim alaihissalaam, sebagaimanafirman Allah :

 

Artinya : “Ibrahim berkata : Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu”. (QS. Ash Shaffaat : 102)

 

Kedua: mimpi Yusuf alaihissalam titik firman Allah:

 

Artinya : (ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku”. (QS. Yusuf : 4)

 

Ketiga: Mimpi si tukang beri minuman raja Mesir. Sebagaimana tersebut di dalam Al Qur’an :

 

Artinya: “Sesungguhnya aku bermimpi akumemeras anggur”. (QS. Yusuf : 36)

 

Keempat : Mimpi si tukang roti raja Mesir. Tersebut di dalam Al Qur’an sebagai berikut :

 

Artinya : “Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti diatas kepalaku, sebagiannya dimakan burung …. “. (QS. Yusuf: 36)

 

Kelima: Mimpi Raja Royyaan, diceritakan Allah di dalam Al Qur’an sebagai berikut :

 

Artinya : “Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya) : sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh butir (gandum) yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering …. “. (QS. Yusuf : 43)

 

Keenam : Mimpi orang-orang mu’min, sebagaimana yang diwartakan Allah di dalam Al Qur’an sebagai berikut :

 

Artinya : “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia …. “. (QS. Yunus: 64)

 

Ketujuh : Mimpi Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah :

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya …. “. (QS. Al Fath : 27)

 

(Renungan): Sebenarnya Allah Ta’ala kuasa untuk memelihara Rasul-Nya tetap berada di kota Mekah, tanpa memerlukan kepada hijrah ke Madinah. Akan tetapi tatkala ia mengeluarkan Rasulullah dari kota Mekah orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka telah menghinakannya, maka Allah menolong Rasul-Nya dengan kemenangan, sehingga Rasulullah berhasil membuka kota Mekah dan menguasainya.         

 

Tidak lain maksudnya adalah agar mereka mengetahui bahwa yang memuliakan dan menghinakan itu hanyalah Allah Ta’ala semata.

 

Begitu pula halnya dengan Nabi Yusuf alaihissalaam. Allah pun kuasa untuk memberikan kepadanya kerajaan Mesir tanpa ia harus berpisah dari ayahnya. Akan tetapi perpisahan tersebut dimaksudkan agar semua orang tidak menganggap bahwa kemuliaan Yusuf itu dikarenakan ayahnya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya yang memuliakan dan menghinakan itu hanya Allah Ta’ala semata.

 

Demikian pula, Allah Ta’ala kuasa untuk memelihara hambahambanya agar tidak mengerjakan maksiat dan dosa, namun sengaja la beri kekuasaan kepada setan untuk menggoda mereka sehingga mereka terjerumus ke lembah maksiat dan dosa. Kemudian la muliakan mereka dengan tobat dan kesadaran, dan diberinya maaf dan ampunan, supaya orang-orang yang aniaya itu mengetahui bahwa mereka mempunyai Tuhan Yang Maha Pemurah, dan sesungguhnya la Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

 

(Suatu isyarat): Tatkala sahabat-sahabat Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam merasa putus asa dari rahmat Allah, maka Allah lalu memberi kabar gembira kepada mereka dengan pembukaan kota Mekah, firman-Nya:

 

Artinya : ” ….. bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman … “. (QS. Al Fath : 27)

 

Dan putera-putera Ya’qub ketika memasuki Mesir, mereka merasa putus asa atas diri mereka, maka Allah memberi kabar gembira buat mereka dengan firman-Nya :

 

Artinya : ” …. Masuklah kamu ke negeri Mesir, Insya Allah dalam keadaan aman … “. (QS. Yusuf : 99)

 

Demikian pulalah seorang hamba yang mu’min pada hari Kiamat kelak, ketika ia menyaksikan huru-hara dan kehebatan hari Kiamat, ia merasa takut, lalu Allah menggembirakannya, sebagaimana firman-Nya :

 

Artinya : “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman”. (QS. Al Hijr: 46)

 

(Kembali ke alur cerita): Disebutkan bahwa tatkala Rasulullah memasuki kota Mekah, maka orang-orang musyrik semua berkumpul di dalam masjid dengan perasaan putus asa terhadap nyawa mereka.

 

Kemudian datanglah Rasulullah ke masjid itu, lalu Beliau memasukinya diiringi oleh sahabat-sahabat Beliau yang terkemuka, sedangkan bala tentara Islam berdiri mengelilingi masjid dengan tangan-tangan mereka memegangi hulu pedang mereka, sambil menantikan perintah dari Rasulullah untuk meletakkan pedang pedang mereka itu di leher-leher musuh.   

 

Rasulullah menuju Ka’bah, lalu dibukakan pintunya bagi Beliau. Beliau shalat di situ dua rakaat. Setelah itu Rasulullah keluar, lalu berdiri di tepi pintu sambil menghadapkan muka ke arah orang-orangkafirQuraisy yang sedang menundukkan kepala mereka dengan rasa takut dan sedih. Kemudian Rasulullah mulai membuka pembicaraan, kata Beliau: “Wahai penduduk Mekah, sungguh jahat sekali perlakuan kalian terhadap Nabi kalian, kalian telah menyakiti aku dan telah mengeluarkan aku dari tanah tumpah darahku, sekarang Allah telah menolong aku dan memberikan kemenangan bagiku atas kalian, maka apakah yang kalian pandang pantas aku lakukan terhadap kalian?”.

 

Maka bangkitlah Suhail bin Amru salah seorang pemuka Quraisy seraya berkata: “Ya Muhammad, engkau adalah saudara yang berjiwa mulia, jika engkau menyiksa kami, maka itu karena dosa yang besar jua, dan jika engkau memaafkan kami, maka itu adalah karena pemberian maaf dari seorang yang pemurah!”.

 

Mendengar perkataan Suhail itu, Rasulullah tersenyum, lalu Beliau berkata: “Aku katakan terhadap kalian sebagaimana perkataan saudaraku Yusuf terhadap saudara-saudaranya : Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dialah Yang Maha Penyayang di antara para Penyayang. Kalian boleh pergi, karena kalian telah kubebaskan”.

 

Rasulullah membebaskan mereka semua, Beliau tidak mengambil harta mereka atau pun menawan mereka. Maka tidaklah aneh kalau kaum lelaki dan wanita mereka akhirnya menyatakan keimanan mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al Jumu’ah : 9)

 

Telah diriwayatkan oleh Anas bin Malik rodliyallaahu anhu dengan sanad yang sama dengan yang disebutkan pada bab pertama.

 

Ia berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam ditanya tentang hari Jum’at. Maka Beliau menjawab: “Hari Jumat adalah hari silaturrohmi dan pernikahan”. Para penanya itu menanyakan kembali: “Apa sebab demikian Ya Rasulullah?”. Jawab: “Karena para anbiya’ alaihimushsholaatu wassalaam dahulu melakukan pernikahan pada hari itu”.

 

(Uraian): Berkata sebagian ulama: Telah terjadi tujuh pernikahan antara para anbiya’ dan antara para aulia’ pada hari Jum’at; yaitu :

  • Pertama : Pernikahan antara Adam dan Hawa alaihimassalaam.
  • Kedua : Pernikahan antara Yusuf dan Zulaikha alaihimassalaam.
  • Ketiga : Pernikahan antara Musa dan Shafwaro alaihimassalaam.
  • Keempat : Pernikahan antara Sulaiman dan Balqis alaihimassa laam.
  • Kelima : Pernikahan antara Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam dan Siti Khodijah alaihissalaam.
  • Keenam : Pernikahan Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam dan Siti A’isyah alaihassalaam.
  • Ketujuh : Pernikahan antara Sayyidina Ali bin Abi Tholib alaihissalaam dan Fathimah alaihassalaam.

Pernikahan Nabi Adam dan Siti Hawa alaihissalaam terjadi pada hari Jumat, berdasarkan dalil yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah rodliyallaahu anhu, dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda : Allah Ta’ala menciptakan Adam alaihissalaam pada hari Jum’at, dan menempatkannya di dalam Surga juga pada hari Jum’at dan la mengeluarkannya dari dalam Surga pun pada hari Jumat, serta memberi tobat kepadanya pada hari Jum’at pula. Maka tidaklah seseorang hamba muslim berdoa kepada Allah pada hari itu, melainkan Allah akan mengabulkannya”.

 

(Jalan cerita): Bahwasanya tatkala Adam alaihissalaam telah diciptakan Allah Ta’ala, Beliau lalu memandang ke langit dan ke bumi, maka Beliau tidak melihat seorang pun dari jenisnya untuk ia jadikan teman dalam kesunyian. Sebagaimana dikatakan:

 

“Burung terbang bersama jenisnya maka ia pun merasa sunyi dan rindu kepada jenisnya”.

 

Pada waktu itu Beliau sedang duduk, tiba-tiba datang rasa kantuk yang sangat sehingga Beliau tertidur. Ketika Adam di antara sadar dan tidak itu, Allah memerintahkan kepada malaikat Jibril agar mengeluarkan tulang rusuk kirinya, sedangkan Adam tidak merasakan sakit sama sekali. Kemudian Allah menciptakan dari tulang rusuk kiri Adam itu seorang wanita, diberi nama Hawa.

 

Semua keelokan, kecantikan, kebagusan dan keindahan yang ada hingga hari Kiamat diletakkan Allah pada diri Hawa’ itu. Dan semua kesucian dan budi pekerti baik juga diletakkan pada Siti Hawa’. Sedangkan kerinduan, keasyikan, kecintaan dan kasih sayang diletakkan di dalam hati Adam, sehingga Siti Hawa’ menjadi seorang wanita yang paling cantik di seluruh langit dan bumi, sedang Adam menjadi seorang pria yang paling mencinta di seluruh langit dan bumi.

 

Kemudian Allah memakaikan kepada Siti Hawa tujuh puluh macam perhiasan Surga, dan diberinya pula sebuah mahkota, lalu didudukkan diatas singgasana emas. Setelah itu Allah membangunkan Adam dari tidurnya seraya memperlihatkan Siti Hawa kepadanya.

 

Adam alaihissalaam menyapa: “Siapakah engkau dan kepunya-an siapakah dirimu?”.

 

Siti Hawa menjawab: “Aku diciptakan Allah untuk dirimu!”.

 

“Mari ke sini!”. Kata Adam alaihissalam

Dijawab Siti Hawa: “Tetapi engkaulah yang kemari!”

 

Adam lalu berdiri dan pergi menemui Siti Hawa. Sejak itulah menjadi tradisi bagi ummat manusia sebagai keturunan Adam, pihak laki-laki mendatangi wanita.

 

Ketika Adam telah dekat dengan Siti Hawa, Beliau mengulurkan tangannya untuk memegang Siti Hawa, tiba-tiba terdengar suara: “Wahai Adam, tahan! sebab pergaulanmu dengan Hawa tidak dihalalkan kecuali dengan mahar dan nikah”.

 

Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan kepada seluruh penghuni Surga supaya menghias dan mengatur Surga dengan seindah-indahnya.

 

Setelah itu la memerintahkan kepada semua malaikat di langit agar berkumpul di bawah pohon Thuubaa.

 

Semua malaikat pun berkumpullah di sana.

 

Lalu Allah membacakan khutbah sendiri, kata-Nya: “Al Hamdu adalah pujian-Ku, dan keagungan adalah sarung-Ku, dan kesom-bongan adalah selendang-Ku, seluruh makhluk adalah hamba hamba-Ku, Aku menjadikan malaikat-malaikat dan penghuni langit-Ku sebagai saksi, Aku kawinkan Hawa dengan Adam dengan mas kawin dan tasbih serta tahlil atas-Ku!

 

Kemudian pelayan-pelayan Surga dan para malaikat menaburkan mutiara dan mira delima, lalu Siti Hawa mereka serahkan kepada Adam alaihissalaam. Siti Hawa meminta mas kawinnya kepada Adam.

 

Maka Adam berkata: “Ilaahii, apakah yang harus aku berikan kepadanya? emas, perak atau permata?”.

 

Allah menjawab: “Bukan!”.

 

Adam kembali bertanya: “Apakah aku harus puasa, shalat atau mengucapkan tasbih untuk-Mu?”.

 

Jawab: “Bukan”.

 

Tanya: “Ilaahii, apakah yang harus kulakukan?”.

 

Allah menjawab: “Mas kawin Siti Hawa adalah supaya engkau membaca shalawat sepuluh kali untuk Nabi dan Shofi-Ku Muham-mad penghulu seluruh rasul.

 

(Renungan): Allah Ta’ala berkata kepada Adam alaihissalaam: Berilah shalawat kepada Muhammad supaya Aku halalkan Hawa bagimu”. Dan kepada ummat Muhammad Allah mengatakan:

 

Berilah Shalawat dan salam untuknya! Berilah shalawat kepada Muhammad agar Aku haramkan Neraka bagi kalian, dan berilah salam kepadanya, agar Aku halalkan Surga untuk kalian.

Siti Zulekha asalnya adalah isteri Aziz, pembesar Mesir.

 

Dahulu ia hidup dalam kemuliaan dan kemewahan, di samping rupanya yang elok dan ayu. Namun akhirnya setelah suaminya tiada, ia pun jatuh miskin, rupanya berubah menjadi tua, sedang matanya pun menjadi buta.

 

Namun demikian, kecintaannya terhadap Yusuf alaihissalaam tidak berkurang, malah tambah hari tambah mendalam.

 

Ketika keadaannya yang demikian itu telah mencapai puncaknya, maka hilanglah kesabaran dari dalam hatinya, ia yang sebelum itu sebagai penyembah berhala mengangkat sesembahannya itu lalu dibantingnya ke atas lantai hingga hancur berkeping-keping. Kemudian ia melepaskan diri dari penyembahan berhala dan beralih menjadi seorang yang beriman kepada Allah Al Hayyul Qoyyuum.

 

Pada suatu malam, yaitu di malam Jum’at, ia bermunajat kepada Allah, katanya: “Ilaahii, tidak tersisa sedikit pun sekarang bagiku harta maupun kekayaan, dan aku telah menjadi seorang yang tua renta, terhina dan papa, lalu Kau uji pula dengan rasa cinta terhadap Yusuf alaihissalam. Maka pertemukanlah aku dengannya, atau hilangkanlah rasa cinta terhadapnya dari dalam kalbuku”.”  

 

Para malaikat yang mendengarkan munajatnya itu, lalu Mengatakan: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Zulekha telah datang ke hadlirat-Mu memohon kepada-Mu dengan iman dan ikhlas!”.

 

Lantas Allah menjawab: “Wahai para malaikat-Ku, telah dekat masa keberuntungan dan kebebasannya”.

 

Pada suatu hari, Nabi Yusuf alaihissalaam berjalan melewati gubuk Zulekha bersama rombongan bala tentaranya. Maka keluarlah Siti Zulekha dari dalam gubuknya itu pergi mendekati rombongan Nabi Yusuf itu. Setelah dekat ia berteriak: “Maha Suci Dzat yang telah menjadikan dengan rahmat-Nya seorang budak sebagai raja!”.

 

Lalu Yusuf berhenti seraya bertanya: “Siapakah engkau?”.

 

Zulekha menjawab: “Aku adalah orang yang telah membelimu dengan permata, intan, berlian, emas, perak, misik dan kafoor. Akulah orang yang tidak pernah, kenyang dari makanan sejak aku mencintaimu, dan mataku tak dapat dipicingkan semenjak memandangmu!”.

 

Yusuf bertanya pula: “Mungkin engkau Zulekha?!”.

 

Jawab: “Yah, benar”.

 

Tanya: “Mana harta, kecantikan dan perbendaharaanmu dahulu?”.

 

Jawab: “Semuanya telah lenyap akibat cinta kepadamu jua”.

 

Tanya: “Bagaimana dengan cintamu itu sendiri?”.

 

Jawab: “Tetap tidak berubah seperti dahulu, malah setiap saat bertambah dalam!”.

 

(Renungan): Begitu pula keadaan seorang mu’min, tatkala ia sudah diletakkan di liang kuburnya, maka datanglah dua malaikat seraya bertanya kepadanya: “Mana hartamu?”.

 

Jawab: “Telah diambil alih oleh musuh”.

 

Tanya: “Mana ladang dan kebunmu?”.

 

Jawab: “Telah diambil alih oleh musuh”.

 

Tanya: “Mana tempat tinggal dan rumahmu?”.

 

Jawab: “Diperebutkan oleh anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan”.

 

Kemudian kedua malaikat itu meneruskan pertanyaannya, mereka berkata: “Bagaimana tentang ma’rifahmu pada Allah?”.

 

Orang itu menjawab: “Allah adalah Tuhanku, Islam adalah agamaku dan Muhammad adalah Nabiku”.

 

(Kembali ke alur cerita): kemudian Nabi Yusuf berkata kepada Siti Zulekha: “Apakah yang kau ingini, Wahai Zulekha?”.

 

Zulekha menjawab: “Tiga perkara, aku menginginkan kecantikan, harta dan hubungan”.

 

Kemudian Yusuf bergerak hendak berlalu, namun Allah mewahyukan kepadanya: “Hai Yusuf, engkau telah berkata kepada Zulekha: Apa yang kau inginkan? akan tetapi engkau tidak memberi jawaban apa-apa atas keinginannya itu. Ketahuilah olehmu, bahwasanya Allah telah mengawinkan Zulekha denganmu, Dia telah mengucapkan khutbah sendiri, disaksikan oleh para malaikatnya, dan bidadari-bidadari pun telah menaburkan bunga bunga”.

 

Yusuf berkata kepada Jibril: “Wahai Jibril, Zulekha tidak lagi memiliki harta, kecantikan dan keelokan?”.

 

Jibril alaihissalaam menjawab: “Allah berkata kepadamu: Walaupun Zulekha sudah tidak memiliki harta dan kecantikannya lagi, namun Aku mempunyai kekuatan, kekuasaan dan kebesaran”.

 

Kemudian Allah memberikan kepada Zulekha kemudaan dan kecantikan melebihi yang sudah pernah dimilikinya dahulu, sehingga ia sekarang menjadi lebih cantik, elok dan ayu dari sebelumnya, seolah-olah anak gadis yang baru berusia empat belas tahun.

 

Lalu Allah menanamkan ke dalam hati Yusuf rasa cinta, kasih sayang, sehingga yang dahulunya sebagai yang dicinta (Yusuf) sekarang menjadi pecinta; dan yang dahulunya pencinta (Zulekha). sekarang menjadi yang dicinta.

 

Setelah itu Yusuf pun pulang kembali ke tempat tinggalnya.

 

Tatkala Yusuf hendak bermesra-mesraan dengan Zulekha, dilihatnya Zulekha baru saja mulai mengerjakan shalat, karena itu ia pun lalu menunggu sampai Zulekha selesai mengerjakan shalat. Setelah ia lama menunggu Zulekha belum juga selesai dari shalatnya, maka Yusuf pun kehilangan kesabarannya, lalu ia berseru: “Hai Zulekha, bukankah dahulu engkau telah merobek bajuku ketika aku hendak lari darimu?”.

 

Zulekha lalu memberi salam, kemudian ia berkata: “Memang dahulu aku berbuat begitu, namun sekarang hatiku sudah tidak seperti dahulu!”.

 

(Dihikayatkan): Tentang Asysyably rohmatullah alaihi bahwasanya pada akhir hayatnya beliau mengalami kebutaan. Pada suatu malam, Junaid berkunjung ke tempatnya, ia melihat Asysyably sedang berputar-putar mengelilingi rumah, sambil bermadah:

 

“Setiap hati yang engkau diami

Tidak membutuhkan kepada pelita

 

Wajah-Mu yang diharap, adalah hujjah kami.

 

Pada hari semua manusia datang dengan hujjah-hujjah mereka.

 

Semoga Allah menentukan untukku kelapangan.

 

Di hari ketika aku memohon dari-Nya kelepasan dari duka cita.

 

(Kembali ke alur cerita): Setelah menjawab ucapan Nabi Yusuf alaihissalaam itu, maka Siti Zulekha kembali hendak melanjutkan shalatnya. Lantas Yusuf menarik baju Zulekha dan ditariknya ke arahnya, maka baju itu menjadi robek. Kemudian Jibril turun seraya mengatakan: “Wahai Yusuf, baju dibalas baju, maka terangkatlah cercaan yang terjadi antara engkau dan Zulekha dahulu!”.

Pernikahan antara Nabi Musa dan Shafrawa alaihissalam berlangsung pada hari Jumat.

Firman Allah:

 

Artinya : “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai Bapakku, ambillah ia sebagai orang yang berkerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al Qoshosh : 26)

 

(Jalan cerita): Tatkala Nabi Musa alaihissalaam tiba di Madyan, Beliau membantu memberikan minuman kepada ternak Nabi Syuaib alaihissalaam. Kemudian Beliau berteduh di bawah pohon sambil merenungkan nasibnya sebagai seorang asing yang miskin, lelah dan lapar, maka berkatalah ia: “Aku sakit, aku lemah, aku miskin!”.

 

Namun batinnya berseru: “Hai Musa, orang yang sakit itu ialah orang yang tidak memiliki tabib seperti aku; orang yang miskin itu ialah orang yang tidak memiliki bagian sepertiaku; dan orang asing itu ialah orang yang tidak memiliki kekasih seperti aku!”.

 

Setelah putri Nabi Syuaib pulang, ia lalu menceritakan kepada bapaknya tentang kisah Nabi Musa yang telah membantunya untuk mengambilkan air bagi ternaknya itu. Kemudian Nabi Syuaib menyuruh salah seorang putrinya untuk mengundang Musa ilaihissalaam.

 

Maka pergilah putrinya itu untuk mengundang Musa, sambil berjalan dengan malu-malu, namanya Shafrawa.

 

(Renungan): Bahwasanya, seandainya jalan seorang wanita dengan malu-malu itu tidak diridloi Allah, sudah tentu Allah tidak akan mewartakannya di dalam Al Qur’an.

 

Puteri Nabi Syuaib itu berkata kepada Musa alaihissalaam: “Sesungguhnya ayahku mengundang tuan untuk membalas jasa tuan yang telah memberi minuman kepada ternak kami!”.

 

Nabi Syuaib alaihissalaam mengutus putrinya kepada Nabi Musa alaihissalaam untuk membalas jasanya yang telah memberi minum kepada ternaknya. Sedangkan Allah Ta’ala telah mengutus Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam kepada hamba hambaNya mengajak mereka, untuk mengganjar mereka dengan pahala yang sangat besar.

 

Shafrawa berkata kepada bapaknya: “Wahai bapakku, jadikanlah ia sebagai buruh kita, karena sebaik-baik buruh itu adalah yang kuat dan dapat dipercaya”.

 

Maka berkatalah Syuaib alaihissalaam: “Aku belum melihat kekuatan dan kejujurannya?!”.

 

Shafrawa menjawab: “Dia telah mengangkat sebongkah batu yang besar seorang diri, yang hanya dapat diangkat oleh empatpuluh orang lelaki, dan aku telah berjalan di hadapannya, lalu ia berkata: Mundurlah ke belakang agar pandanganku tidak memandang anggota badanmu!”.

 

Ketika Syuaib mendengar keterangan putrinya itu, maka ia pun lalu ingin menjadikan Musa sebagai menantunya.

 

Kemudian berkatalah Syuaib kepada Musa alaihimassalaam: “Aku ingin menikahkan engkau dengan salah satu putriku ini!”.

 

Musa menjawab: “Aku adalah seorang yang miskin dan asing, aku tidak sanggup untuk membayar mas kawinnya!”.

 

Syuaib berkata: “Mas kawinnya adalah agar engkau bekerja denganku selama delapan tahun, dan jika engkau cukupkan sepuluh tahun, maka itu adalah suatu kebaikan darimu!”.

 

Kemudian Nabi Syuaib mengumpulkan penduduk negerinya, guna menyaksikan akad nikah putrinya dengan Nabi Musa alaihissalaam.

 

Setelah itu, ia lalu menyerahkan putrinya kepada Nabi Musa alaihissalaam. Hal ini terjadi pada hari Jum’at.

 

(Renungan): Bahwasanya tatkala Nabi Syuaib alaihissalaam menyaksikan sifat amanat dan agama Nabi Musa alaihissalaam, Beliau segera mengikat tali kekeluargaan dengannya, dengan mengangkatnya sebagai menantunya. Kata beliau: “Aku ingin menikahkan engkau dengan salah seorang putriku ini!”.

 

Demikian pula, ketika Allah Subhaanahu wa Ta’ala mengetahui kebaikan hamba-hamba-Nya, dan iman, takwa serta doa mereka, la lalu menggandengkan mereka dengan diri-Nya, firman-Nya: “Bukankah aku Tuhan kamu?”. Dan firman-Nya :

 

Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman, diri mereka dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka …. “. (QS. At Taubah : 111)

 

(Kembali ke alur cerita): Berkata Assuda rohmatullah alaihi: Bahwasanya satu malaikat datang ke tempat Nabi Syuaib alaihissalam dengan menyamar sebagai seorang manusia, ia menitipkan satu tongkat kepada Nabi Syuaib.

 

Adapun tongkat itu asalnya dari Sidrotul Muntaha, yang dibawa Nabi Adam dari dalam Surga. Ketika Adam wafat, tongkat itu diambil oleh Jibril alaihissalaam, sampai ke masa Nabi Syuaib alaihissalaam, kemudian dibawa turun lagi kepada Nabi Syuaib untuk Nabi Musa alaihissalaam.

 

Ketika akad nikah Nabi Musa alaihissalaam selesai, maka Nabi Syuaib berkata kepada Musa: Masuklah ke dalam rumah lalu ambillah sebuah tongkat buat dirimu di antara tongkat-tongkat yang ada, kemudian pergilah ke tempat kambing-kambing itu!.

 

Maka masuklah Nabi Musa kedalam rumah untuk mengambil tongkat seperti yang disuruh oleh Nabi Syuaib itu. Kemudian ia keluar kembali sambil membawa sebuah tongkat. Ketika Nabi Syuaib melihat tongkat yang diambil Musa itu, Beliau berkata: “Kembalikanlah tongkat itu ke tempatnya semula, sebab ia adalah barang titipan”.

 

Musa kembali masuk ke dalam rumah dan meletakkan tongkat itu ke tempatnya semula. Ketika Musa hendak mengambil tongkat yang lain, maka tongkat itu tadi masuk ke dalam tangannya, begitulah, setiap kali ia berusaha hendak mengambil tongkat yang lain, tidak dapat dilakukannya. Akhirnya Musa mengambil kembali tongkat itu, lalu ia keluar menuju ke tempat ternaknya.

 

Nabi Syuaib mengikutinya dari belakang, setelah bertemu dengan Nabi Musa, Beliau berkata: “Kembalikan tongkat itu!”.

 

Tetapi Nabi Musa tidak bersedia memberikannya, sehingga akhirnya mereka berdua berbantah-bantahan. Akhirnya mereka sepakat akan meminta pendapat kepada orang yang pertamatama mereka jumpai.

 

Mereka berjumpa dengan seorang malaikat yang menyamar sebagai manusia, mereka berkata kepada orang itu: “Tolong adili kami berdua!”.

 

Orang itu berkata: “Letakkanlah tongkat itu di atas tanah, barangsiapa yang sanggup mengangkatnya, maka dialah yang berhak memilikinya!”.

 

Kemudian Musa meletakkan tongkat itu di atas tanah.

 

Ketika Nabi Syuaib hendak mengambilnya, tongkat itu tidak bergeming sedikit pun, sekali pun ia berusaha dengan sekuat tenaganya. Lalu Musa mengambilnya, dengan mudah tongkat itu terangkat olehnya.

 

Dari tongkat inilah keluar mu’jizat-mu’jizat Nabi Musa.

 

Di antaranya, apabila Nabi Musa merasakan kelelahan dalam perjalanannya, maka Beliau lalu menunggang tongkat itu yang berubah seakan-akan seekor kuda yang tangkas. Jika lapar, Beliau memukulkan tongkat itu ke tanah, maka keluarlah berbagai macam makanan yang lezat-lezat. Jika Beliau ingin minum, maka dari tongkat itu memancar mata air yang jernih. Di waktu yang gelap gulita, keluarlah cahaya dari dalam tongkat itu ibarat sinar matahari.

 

Apabila Musa merasa kesunyian, tongkat itu berubah menjadi teman berbincang. Dan jika tongkat itu dilemparkan ke arah musuh, berubahlah ia menjadi seekor ular yang amat besar, dari mata dan mulutnya keluar nyala api, sedang suaranya bergemuruh seperti geledek.

 

Ketika Nabi Musa alaihissalaam telah menyelesaikan pengembalaan ternak Nabi Syuaib alaihissalaam selama delapan tahun sesuai dengan perjanjian, maka berkatalah Nabi Syuaib kepadanya: Wahai Musa, seandainya pada tahun ini ternak yang engkau gembalakan itu beranak betina, maka itu menjadi milikmu!

 

Adapun Musa alaihissalaam mengembalakan kambing kepunyaan Nabi Syuaib, memberinya rerumputan dan air. Ketika Beliau akan memberikan minuman kepada ternak gembalaannya itu, maka dilemparkannya tongkatnya ke dalam air, setelah itu barulah diberikannya air itu kepada kambing-kambing gembalaannya itu.

 

Maka selama satu tahun itu, kambing-kambing gembalaannya beranak betina semuanya. 

 

Pada tahun ke sepuluh, Nabi Syuaib berkata pula kepada Musa alaihissalaam: “Setiap kambing yang beranak jantan pada tahun ini, maka itu adalah untukmu”.

 

Dengan kuasa Allah, kambing gembalaan Musa pada tahun itu beranak jantan semua. Dengan demikian Musa pun lalu memiliki ternak yang sangat banyak.

 

Kemudian Beliau bermaksud akan kembali ke negeri asalnya. bersama istri dan sejumlah kambing yang diberikan Syuaib kepadanya.

 

Di tengah perjalanan Beliau membutuhkan api, lalu tampak olehnya kilatan cahaya dari suatu tempat, sebagaimana yang diceritakan Allah di dalam Al Qur’an :

 

Artinya : “Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan (yaitu : mengembalikan ternak Nabi Syuaib), dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung, kemudian ia berkata kepada keluarganya : Tunggulah di sini!, sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu atau membawakan seluruh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”. (QS. Al Qoshosh : 29)

Pernikahan Ratu Balqis dengan Nabi Sulaiman alaihissalaam terjadi tatkala ia datang ke tempat Nabi Sulaiman berikut singgasananya karena doa Ashif bin Barkhiya.

 

(Diriwayatkan): bahwasanya Ratu Balqis itu adalah seorang wanita yang sangat cantik dan sempurna akalnya, karena itulah golongan jin merasa iri terhadapnya. Mereka mengatakan bahwa Balqis itu mempunyai dua aib, pertama pendek, dan kedua betisnya seperti betis unta.

 

Maka Nabi Sulaiman memerintahkan supaya para jin itu merubah sedikit singgasana Ratu Balqis, lalu Beliau menyuruh pula untuk dibangunkan sebuah mahligai yang terbuat dari kaca, yang di sebelah bawah dan sekitarnya dialiri sungai dengan isi ikan ikan dan katak-katak. Dan di atas air itu dibuatkan suatu jembatan dari kaca.

 

Tatkala Ratu Balqis dan rombongannya tiba, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: “Apakah ini singgasana anda?”. Ratu Balqis menjawab: “Mungkin!”.

 

la tidak mengatakan ya, karena dilihatnya ada sedikit perubahan. Juga tidak mengatakan bukan, sebab dilihatnya ada kemiripan dengan singgasananya. Dari jawaban Balqis itu, tahulah Sulaiman alaihissalam bahwa ia adalah seorang wanita yang berakal sempurna lagi bijaksana.

 

Kemudian Nabi Sulaiman mempersilahkan tamunya itu untuk memasuki istana. Ketika Ratu Balqis melihat ke dalam istana itu, tampak olehnya seakan-akan ada genangan air, maka ia pun mengangkat gaunnya sehingga betisnya tersingkap. Nabi Sulaiman melihat kepada betisnya itu, maka tak tampak satu aib pun sebagaimana yang diisyukan oleh golongan jin.

 

Sulaiman berkata kepada Balqis: “Ini adalah sebuah mahligai yang licin yang terbuat dari kaca!”.

 

Tatkala Ratu Balqis menyaksikan semua kehebatan Nabi Sulaiman itu, ia pun berkata dalam hatinya: “Walaupun kerajaanku luas, singgasanaku indah dan besar, bala tentaraku banyak, namun jika dibandingkan dengan semua yang aku saksikan ini, seakan akan tiada berarti sama sekali”.

 

Karena itulah kemudian ia berkata, seperti yang dikisahkan Allah di dalam Al Qur’an :

 

Artinya : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta Alam”. (QS. An Naml: 44)

 

Setelah itu ia pun kawin dengan Nabi Sulaiman alaihissalam. Siapakah yang akan dapat menggambarkan kebesaran kerajaan Nabi Sulaiman alaihissalam, yang ingin sebagai kendaraannya, manusia dan jin sebagai bala tentaranya, burung sebagai pembantu dan teman bicaranya, binatang buas sebagai pekerjanya, dan para malaikat sebagai utusannya?!.

 

Nabi Sulaiman mempunyai suatu lapangan yang sebagian tanahnya terbuat dari emas dan sebagian lagi dari perak. Dan jika bala tentaranya itu dibariskan di lapangan itu, maka panjang barisannya itu tidak kurang dari seratus parsakh. Adapun luas tempat tinggalnya adalah sebulan perjalanan.

 

Golongan jin menganyamkan baginya sebuah permadani dari emas dan perak, pada permadani itu terdapat dua belas ribu mihrob, pada setiap mihrob itu terdapat kursi dari emas dan perak, duduk di atas tiap-tiap kursi itu seorang alim dari ulama Bani Israel.

 

Setiap hari dimasak kira-kira seribu unta, empat ribu sapi dan empat puluh ribu kambing. Dan Nabi Sulaiman mempunyai piring piring yang besar laksana kolam, dan periuk yang senantiasa tetap berada di atas tungku. Seperti yang dikisahkan Allah dengan firman-Nya :

 

Artinya : “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam, dan periuk yang tetap (berada diatas tungku) … “, (QS. Saba’: 13)

 

(Suatu isyarat): Wahai ummat Muhammad, sesungguhnya bagi kamu di dalam Surga tersedia tempat-tempat tinggal dan derajat-derajat, kebun-kebun, sungai-sungai, dan buah-buahan. Di dalamnya terdapat apa-apa yang disukai jiwa dan disenangi mata, dan di dalamnya juga terdapat apa-apa yang tidak pernah terlintas pada pikiran manusia.

 

Dikatakan bahwa serendah-rendah derajat tempat tinggal ummat Muhammad di dalam Surga itu adalah seluas kerajaan Nabi Sulaiman seratus kali. Malah lebih baik, karena Surga adalah tempat yang abadi, di dalamnya tidak ada matahari, dingin, awan, kilat, kelelahan, keruwetan, kerakusan, kepayahan. Abadi tanpa batas, pemberian tanpa hitungan, penerimaan tanpa tolakan, serta penyampaian kepada Yang Maha Esa, Maha Tunggal, tidak ada yang menyerupai dan menandingi-Nya.

 

Ada Surga yang dinamakan Darussalaam, di dalamnya terdapat keselamatan tanpa kebinasaan, keni’matan tanpa malapetaka, ketenteraman tanpa kepayahan, kecintaan tanpa permusuhan, kemuliaan tanpa kehinaan, kecocokan tanpa pertentangan, dan juga ada kegembiraan, kemuliaan, mahligai, buah-buahan dan bidadari.

 

Ada pula Surga yang dinamakan Jannatun na’im, sebagaimana yang difirmankan Allah: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa tersedia di sisi Tuhan mereka Surga keni’matan. Di dalamnya si hamba bertempat tinggal, para nabi menjadi sahabatnya, ganjaran di dalamnya besar, tinggal kekal di dalamnya, dengan karunia, yang berlimpah-limpah, tidak ada kesusahan di dalamnya, yang menjamu Pemurah, keni’matannya abadi, kasurnya bersusunsusun, pembaringannya terhampar, bidadarinya cantik jelita, mahligainya tinggi-tinggi dan naungannya luas.

 

Ada lagi yang disebut surga firdaus sebagai firman Allah:

 

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal”. (QS. Al Kahfi: 107)

 

Surga ini disediakan bagi orang-orang yang tidak menyekutukan atau menyerupakan Tuhannya dengan sesuatu, yang mengikhlaskan bagi-Nya perkataan serta perbuatannya, menjauhkan diri dari segala ma’siat, dan tidak berpaling kepada selain-Nya. Maka Tuhan menjadikannya sebagai kekasih, dan dijadikan-Nya Surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya.

 

Di dalam Firdaus itu ada empat sungai, ada sungai dari air tawar, ada pula sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, ada pula sungai dari air arak yang lezat cita rasanya, dan ada pula sungai dari air madu yang tersaring. Dan mereka mendapatkan di dalamnya segala macam buah-buahan. Ada lagi empat mata air, yaitu, salsabil, zanjabil, rohiiq, dan tasniim. Ada pula dua mata air yang mengalir dan dua mata air yang memancar, yang pertama disebut al kaafuur, dan yang lain disebut al kautsaar. Dan di dalamnya pula terdapat apa-apa yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga dan tidak pula pernah terlintas dalam hati manusia.

 

Seperti yang difirmankan Allah Ta’ala:

 

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu didalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang Maha Kuasa”. (QS. Al Qomar: 54-55)

Toggle

 

Pada suatu malam, Siti Khodijah bermimpi seolah-olah ia melihat matahari turun dari langit, lalu masuk ke dalam rumahnya. Kemudian sinarnya menyorot keluar, sehingga tak satu pun rumah di kota Mekah, melainkan mendapatkan cahayanya.

 

Ketika ia bangun dari tidur, ia lalu menceritakan mimpinya itu kepada pamannya yang bernama Waroqoh bin Naufel, seorang yang ahli dalam mena’birkan mimpi

 

Sang paman berkata: “Sesungguhnya seorang nabi akhir zaman akan menjadi suamimu!”

 

Siti Khodijah bertanya: “Wahai pamann nabi itu dari negeri mana?”.

 

Jawab: “Dari Mekah”

 

Tanya: “Dari kabilah apa?”

 

Jawab: “Dari kabilah Quraisy”.

 

 Tanya: “Dari puak mana?”

 

Jawab: “Bani Hasyim”

 

Tanya: “Siapakah namanya?”

 

Jawab: “Muhammad”

 

Sejak saat itu, Siti Khodijah senantiasa memperhatikan darimana kira-kira matahari itu akan muncul.

 

Pada suatu hari, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam berada di rumah pamannya Abu Tholib sedang makan.

 

Pamannya Abu Tholib dan bibinya Athikah sedang memperhatikannya, mereka melihat gerak-gerik, adab serta perilakunya yang mulia, maka berkatalah Abu Tholib: “Muhammad sekarang telah menjadi seorang pemuda dewasa, sedangkan kita tidak mempunyai biaya untuk menikahkannya, kita belum tahu bagaimana kemaslahatan dalam urusannya itu?!”.

 

Saudarinya Athikah menjawab: “Wahai saudaraku, aku mendengar bahwa Khodijah sekarang akan mengirimkan kafilah dagang ke negeri Syam, bagaimana kalau kita pekerjakan Muhammad kepadanya, sebab setahuku, setiap orang yang pernah berhubungan dengannya, akan diberkati Allah dalam penghidupannya. Dengan demikian kita akan mendapatkan biaya untuk pernikahannya kelak”.

 

(Renungan): Seakan-akan Allah mengatakan: “Athikah dan Abu Tholib mengatur bagi Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam sebab-sebab penghidupannya, mereka tidak mengetahui bahwa Kami mengatur baginya sebab-sebab kenabiannya”.

 

(Persamaannya): Siti Zulekha dan Aziz pembesar Mesir mengatur bagi Yusuf alaihissalaam sebab-sebab penghambaan dan pengkhidmatan, mereka tidak mengetahui bahwa Kami mengatur baginya sebab-sebab kerajaan dan kenabian.

 

(Persamaannya): Bahwasanya putri Nabi Syuaib dan bapaknya mengatur bagi Nabi Musa alaihissalaam sebab-sebab untuk menjadi pengembala dan buruh, mereka tidak mengetahui bahwa Kami mengatur baginya sebab-sebab untuk menjadi Nabi Al Kaliim (yang diajak berdialog) dan berlayar.

 

(Kembali ke alur cerita): Kemudian mereka memusyawaratkan rencana mereka itu dengan Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam. Beliau pun menerima rencana tersebut.

 

Maka pergilah Athikah ke rumah Siti Khodijah untuk membicarakan tentang Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam yang ingin bekerja padanya.

 

Tatkala Siti Khodijah mendengar perkataan Athikah itu, ia berpikir: “Inilah ta’wil mimpiku, sebab pamanku Warogoh bin Naufel mengatakan bahwa calon, suamiku itu berasal dari Arab, sedangkan ia ini adalah orang Arab, dari Mekah, Suku Quraisy, Bani Hasyim, namanya pun cocok yaitu Muhammad, akhlaknya mulia dan penampilannya agung, sungguh ia tidak lain, melainkan penutup nabi-nabi”.

 

Lantas Siti Khodijah berkehendak untuk mengawininya pada saat itu, namun ia merasa kuatir kalau-kalau nanti timbul tuduhan yang tidak-tidak, karena itu ia berkata dalam hatinya: “Sekarang sebaiknya aku mengupahnya, dan aku bersabar dahulu dalam mencintainya, sampai Tuhan membukakan jalan bagi kami berdua”.

 

(Persamaannya): Bahwasanya ketika Shafrawa binti Syuaib Memandang Musa alaihissalaam, ia ingin dan suka sekiranya Musa menjadi suaminya, namun ia merasa malu untuk mengutarakan maksudnya itu, karena itulah ia lalu berkata kepada bapaknya:

 

“Wahai bapakku, pekerjakanlah ia, karena sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan itu ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya!”.

 

(Dan persamaannya): Seakan-akan Allah mengatakan: “Wahai hamba-Ku, Aku tidak membutuhkan kebaktian dan kekhidmatanmu, akan tetapi perintah-Ku kepada kalian agar berbuat taat dan ibadah serta Aku timpakan ke atas kalian malapetaka dan kepayahan adalah supaya bertambah besar tuduhan dan cercaan orangorang kafir, sehingga apabila engkau meletakkan kepalamu diatas tanah dan engkau bersujud seraya mengucapkan Subhaana Robbiyal A’la, Aku jawab dan Aku katakan untukmu: Labbaik wahai hamba-Ku. Wahai hamba-Ku, Aku luaskan rohmat-Ku dan Aku beri engkau makanan kecintaan kepada-Ku serta Aku beri engkau minuman kerinduan-Ku, angkatlah kepalamu, sebab maksud-Ku adalah hubungan, bukan perbuatan!”.

 

(Kembali ke alur cerita): Kemudian Khodijah berkata kepada Athikah: “Wahai Athikah, sesungguhnya aku biasanya mengupah setiap buruh sebesar dua puluh dinar, namun bagi Muhammad, aku akan mengupahnya lima puluh dinar”.

 

Maka pulanglah Athikah dengan hati gembira, ia segera memberitahukan berita itu kepada kakaknya Abu Tholib. Lalu Abu Tholib berkata kepada Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam: “Pergilah ke rumah Khodijah, dan bekerjalah menurut apa yang disuruhnya!”.

 

Dengan hati yang sedih dan air mata bercucuran Rasulullah pun pergilah ke rumah Siti Khodijah, sehingga para malaikat di langit ikut menangis karena kasihan melihatnya.

 

Ketika waktu keberangkatan kafilah dagang itu telah tiba, maka Maisaroh kepala rombongan kafilah itu berkata kepada Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam: “Wahai Muhammad, pakailah pakaian wool, dan pakailah kopiah di kepalamu, kemudian ambil tali kekang kendaraan, hadapkan ke negeri Syam!”.

 

Rasulullah menuruti apa-apa yang disuruh oleh Maisaroh itu, sepanjang jalan Beliau menangis, sambil berkata di dalam hatinya: “Mana ayahku Abdullah, dan mana ibuku Aminah? supaya Beliau berdua melihat keadaan anaknya. Aduhai sengsaranya sebagai yatim dan sebagai orang asing, entah kembali atau tidak ke negeri tumpah darahku?!”. Karena tangis dan ratapannya itu, maka terdengarlah ratapan dan jeritan di antara para malaikat.

 

(Renungan): Wahai ummat Muhammad, tangisilah, tangisilah atas Nabi dan Rasul kalian, karena para malaikat di langit pun telah menangis sebelum kamu. Jika ummat Muhammad menangis ketika mengingat Beliau, maka para malaikat saling bertanya-tanya: “Ilaahana, wa Sayyidana wa Maulaana, apakah gerangan yang telah terjadi pada ummat Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, karena kami lihat mereka sedang bertangis-tangisan?!”.

 

Lantas Allah mewahyukan kepada para malaikat itu: Bahwasanya ada seorang alim menceritakan kepada mereka tentang keadaan Rasul-Ku, tentang kesusahan dan penderitaan yang dialaminya itulah mereka menangis!

 

Kemudian Allah melanjutkan : “Saksikanlah wahai malaikatmalaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah membebaskan mereka semua dari neraka dan siksaan-Ku!”.

 

(Kembali ke alur cerita): Allah mengirimkan awan putih guna menaungi di atas kepala Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dari terik matahari di negeri Hijaz.

 

Sebelum itu Siti Khodijah telah berpesan kepada Maisaroh agar ia memberikan pakaian yang paling baik kepada Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam, serta memberikan tunggangan yang paling megah.

 

Maisaroh melaksanakan semua yang disuruh Khodijah kepadanya itu.

 

Rasulullah pulas tertidur di atas unta dinaungi oleh awan putih serta dihembus angin sepoi-sepoi, hingga akhirnya sampailah rombongan kafilah itu di gereja salah satu rahib yang terletak di tengah-tengah perjalanan kafilah. Rombongan itu pun lalu berhenti dan beristirahat di bawah pepohonan.

 

Rahib itu keluar dari gerejanya, ketika ia memandang, ke arah rombongan kafilah itu, tampak olehnya awan putih yang menaungi Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam itu, maka ia mendapat suatu firasat bahwa itu adalah seorang nabi.

 

Kemudian ia mempersilahkan rombongan itu singgah di tempatnya sebagai tamu, untuk mengetahui siapakah gerangan orang yang telah mendapatkan kemuliaan itu.

 

Mereka semua pergi memenuhi undangan tersebut, selain Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, Beliau menunggu di tempat kafilah itu meletakkan barang-barang bawaannya.

 

Kemudian rahib itu keluar lagi dari gerejanya menuju ke pepohonan itu, maka ia melihat awan putih itu masih tetap berada di tempatnya, lalu ia menanyakan kepada mereka, apakah masih ada orang lain di tempat barang-barang itu?

 

Mereka menjawab: “Tidak, selain seorang buruh yatim, sebagai pengembala onta”.

 

Lantas rahib itu pergi ke tempat Rasulullah berada, setelah ia dekat, Rasulullah bangkit seraya menyalaminya. Rahib itu menarik tangan Rasulullah diajaknya masuk ke gerejanya. Ketika Rasulullah bergerak hendak berjalan, maka rahib itu melihat awan putih itu pun turut bergerak. Dan ketika Rasulullah telah masuk ke dalam gereja dan duduk menghadapi hidangan, maka rahib itu keluar lagi untuk melihat awan putih itu, dilihatnya awan putih itu berhenti di atas pintu gerejanya. Maka ia pun masuk kembali ke dalam gerejanya.

 

Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam : “Wahai pemuda, dari negeri manakah anda berasal?”.

 

Rasulullah menjawab: “Dari Mekah”.

 

Tanya: “Dari kabilah mana?”.

 

Jawab: “Dari kabilah Quraisy”.

 

Tanya: “Dari puak mana?”.

 

Jawab: “Dari Bani Hasyim”.

 

Tanya: “Siapakah nama anda?”.

 

Jawab: “Muhammad”.

 

Rahib itu lalu merangkul Rasulullah dan mencium di antara kedua matanya seraya mengucapkan: “Laa ilaaha illallaah Muhammad Rasulullah!”.

 

Kemudian rahib itu berkata kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam: “Tunjukkanlah kepadaku satu tanda lagi buat menentramkan hatiku dan menambah keyakinanku!”.

 

Rasulullah bertanya: “Apakah itu?”.

 

Si rahib menjawab: “Bukalah baju anda, supaya aku dapat melihat di antara kedua belikatmu, karena di situ ada cap kerasulanmu”.

 

Rasulullah lalu membuka bajunya, maka tampaklah oleh si rahib itu cap kenabian, bertuliskan :

 

Rahib itu mengusapkan mukanya ke atas cap kenabian itu sambil mengatakan: “Wahai penghias hari Kiamat, wahai pemberi syafaat kepada ummat, wahai yang tinggi kemauan, wahai penghapus kesusahan, wahai nabi pembawa rahmat!”.

 

Kemudian ia pun menyatakan keislamannya dan menjadi baik islamnya.

 

(Renungan): Rahib itu memandang cap kenabian itu hanya satu kali, namun Allah lalu memuliakannya dengan keimanan dan melepaskannya dari siksaan-Nya. Sedangkan orang mu’min, yang hatinya dipandang oleh Al Malikuddayyaan Arrauuful Mannaan (Allah) tiga ratus enam puluh kali, di mana tampak tauhid, kemurnian, kebaikan dan penyesalan atas dosa, betapa ia tidak akan melepaskannya dari api neraka dan memasukkannya ke dalam Surga, serta mengawinkannya dengan bidadari yang belum pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka, maupun oleh jin. Dan betapa pula tidak diberinya buah-buahan yang berpasang pasangan? Bahkan sudah tentu la akan memuliakannya dan mengaruniainya dengan memandang kepada wajah-Nya Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

 

(Kembali ke alur cerita): Tatkala rombongan itu sampai di negeri Syam, maka mereka pun lalu mengadakan transaksi dagang dengan masyarakat di situ.

 

Suatu ketika, Rasulullah, Abubakar dan Maisaroh keluar menghadiri hari raya orang-orang Yahudi untuk melihat-lihat. Ketika mereka sampai di tempat ibadat orang-orang Yahudi itu, maka Rasulullah masuk ke tempat itu. Beliau memandang ke pelita- pelita yang bergelantungan, tiba-tiba rantai-rantai tempat menggantungkan pelita pelita itu menjadi terputus semuanya, sehingga menimbulkan keributan pada orang-orang Yahudi itu, mereka pun menjadi ketakutan.

 

Kemudian mereka menanyakan hal itu kepada alim ulama mereka: “Apakah yang telah terjadi sehingga timbul tanda-tanda ini?”.

 

Alim ulama itu menjawab: “Kami mendapatkan di dalam Kitab Taurat suatu keterangan bahwa Muhammad seorang Nabi akhir zaman, bila ia hadir pada hari raya orang-orang Yahudi, maka akan tampak tanda-tanda seperti sekarang ini. Mungkin sekarang ia berada di tempat ini!”.

 

Orang-orang Yahudi itu lalu mengadakan penyelidikan, mereka berkata: Kalau kita dapatkan dia, maka kita bunuh saja guna menolak kejahatannya!

 

Ketika Abubakar dan Maisaroh mendengar perkataan mereka itu, maka mereka bergegas-gegas untuk segera pulang ke Mekah. Akhirnya mereka pun kembali pulang ke Mekah.

 

Setelah dekat dari kota Mekah, lebih kurang pada jarak tujuh hari perjalanan. Maisaroh sebagai pimpinan rombongan itu, ingin mengutus seseorang untuk membawa kabar kepada Siti Khodijah memberitahukan kedatangannya. Kemudian Maisaroh berkata kepada Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam: “Sekiranya aku mengutusmu untuk membawa kabar gembira kepada Siti Khodijah, sanggupkah kiranya engkau?”.

 

Rasulullah menjawab: “Ya, saya sanggup”.

 

Lalu Maisaroh memberikan kepada Muhammad Shallallaahu alaihi wa sallam seekor unta, dengan diberi hiasan yang indah indah dari berbagai macam sutera. Rasulullah pun menunggangi unta itu menuju ke kota Mekah, sambil membawa sepucuk surat buat Khodijah yang isinya: “Wahai pemuka wanita Quraisy, perniagaan kita, tahun ini adalah perniagaan yang paling banyak memberikan laba, melebihi tahun-tahun sebelumnya!”.

 

Setelah Rasulullah mengendalikan untanya hingga lenyap dari pandangan mereka, maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada malaikat Jibril alaihissalam agar melipat bumi yang dilalui oleh kaki-kaki unta yang ditunggangi Rasulullah tersebut. Malaikat Israfil disuruh menjaga di sebelah kanannya, dan malaikat Mikail disuruh menjaga di sebelah kirinya. Awan putih menaunginya.

 

Kemudian Allah mendatangkan rasa kantuk kepada Rasulullah sehingga akhirnya Beliau pulas tertidur dengan nyenyak.

 

Pada saat itu juga Allah menyampaikannya ke kota Mekah.

 

Ketika itu Siti Khodijah sedang duduk-duduk di serambi muka rumahnya sambil melayangkan pandangannya ke arah jalan yang menuju ke Syam. Tiba-tiba tampak olehnya satu penunggang unta sedang menuju ke jurusan Mekah, dilihatnya awan putih menaungi orang itu.

 

Maka berkatalah Siti Khodijah kepada hamba-hamba sahayanya yang ada di sekelilingnya: “Tahukah kalian siapakah gerangan yang datang itu?”.

           

Salah seorang dari mereka menjawab: “Orang itu mirip dengan Muhammad Al Amin”.

 

Siti Khodijah berkata pula: “Seandainya ia memang Muhammad Al Amin, maka aku akan memerdekakan kalian semuanya karena kedatangannya itu!”.

 

Akhirnya sampailah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam di pintu rumah Khodijah alaihassalaam. Siti Khodijah menyambutnya dengan gembira serta memuliakan dan menghormatinya. Kemudian ia berkata: “Aku berikan kepadamu unta tungganganmu itu serta segala yang ada padanya!”.

 

Setelah Rasulullah menyampaikan amanat yang dibawanya kepada Siti Khodijah, maka Beliau pulang ke rumah pamannya.

 

Beberapa hari kemudian, Rasulullah pergi ke rumah Siti Khodijah. Siti Khodijah berkata: “Wahai Muhammad, bicaralah, dan katakan kepadaku apa yang anda inginkan!”.

 

Rasulullah menjawab: “Paman dan bibiku menyuruh kemari untuk menanyakan tentang upahku, sebab mereka bermaksud hendak mengawinkan aku”.

 

Rasulullah mengucapkan itu dengan malu-malu dan sambil menundukkan muka.

 

Maka berkatalah Siti Khodijah: “Wahai Muhammad, sesungguhnya upahmu itu tidak akan mencukupi untuk mendapatkan sesuatu, akan tetapi bagaimana bila aku kawinkan anda dengan seorang wanita Arab yang paling mulia, dan yang paling baik keadaannya serta yang paling banyak hartanya. Raja-raja Arab dan ajam pun ingin menyuntingnya, namun ia telah menolak kehendak mereka itu. Aku akan mengusahakan pernikahan anda dengannya, hanya sayang, ia mempunyai satu aib, yaitu, ia telah pernah kawin. Bila anda menerima tawaranku ini, maka ia akan menjadi pelayan dan sahayamu!”.

 

Rasulullah bangkit berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Beliau pulang kernbali menuju ke rumah paman dan bibinya.

 

Setelah tiba, Beliau berkata kepada mereka berdua: “Tadi Siti Khodijah telah memperolokku, ia mengatakan kepadaku begitu”.

 

Athikah berkata: “Jika apa yang dikatakannya itu benar, maka aku akan mendebatnya”.

 

Lalu pergilah ia menjumpai Siti Khodijah, katanya: “Hai Khodijah, jika engkau memiliki harta dan nasab, maka kami memiliki hasab dan nasab, maka kena apakah engkau memperolok keponakanku Muhammad?.

 

Siti Khodijah lalu berdiri dan meminta maaf kepadanya, seraya berkata: “Siapa berani menghina keturunan kalian. Sebenarnya aku mengajukan diriku kepadanya, bila ia menerima aku akan mengawininya, namun bila ia menolak, maka aku tidak akan kawin lagi dengan siapa pun hingga akhir hayatku!”.

 

Athikah bertanya: “Apakah pamanmu Warogoh bin Naufel telah mengetahui kehendakmu itu?”.

 

Khodijah menjawab: “Belum, namun katakan kepada abangmu Abu Tholib agar ia mengadakan jamuan, dengan mengundang pamanku Waroqoh bin Naufel, kemudian lamarlah aku darinya!”.

 

Maka pulanglah Athikah untuk memberitahukan kepada saudaranya Abu Tholib tentang maksud baik Siti Khodijah itu.

 

Lalu mereka pun mengadakan jamuan makan, mereka mengundang Waroqoh bin Naufel serta pemuka-pemuka Quraisy lainnya. Kemudian mereka melamar Siti Khodijah dari pamannya itu. Sang paman menjawab: “Aku terima lamaran ini, namun aku akan memusyawaratkannya lagi dengan Siti Khodijah”.

 

Setelah itu ia lalu pergi ke rumah Siti Khodijah untuk meminta pendapatnya. Siti Khodijah berkata: “Wahai pamanku, bagaimana aku dapat menolak lamaran Muhammad itu, sedangkan ia memiliki sifat amanat, terpelihara, mulia dan baik?”.

 

Warogoh berkata: “Yah, akan tetapi ia tidak memiliki harta!”. Maka Siti Khodijah menjawab: “Jika ia tidak memiliki harta, aku mempunyai harta yang tak terhitung, aku tidak membutuhkan harta, yang aku maui adalah seorang suami. Aku berikan hak kepadamu wahai pamanku, untuk mengawinkan aku dengannya!”.

 

Maka kembalilah Warogoh bin Naufel ke tempat Abu Tholib, dan akad nikah pun segera dilaksanakan. Ia berkhuthbah sendiri dengan khuthbah yang memadai dan menarik.

 

Setelah itu, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam memanggil Abubakar rodliallaahu anhu, lalu berkata: “Aku ingin agar anda menemaniku ke rumah Khodijah!”.

 

Abubakar menjawab: “Baiklah, dengan senang hati”.

 

Abubakar membawakan baju buatan Mesir dan Surban, lalu dipakaikannya pada Rasulullah.

 

Kemudian pergilah mereka berdua ke rumah Siti Khodijah.

 

Khodijah menyuruh seratus hamba sahayanya untuk berdiri di sebelah kanan pintu rumahnya. Setiap orang sahaya membawa satu baki yang penuh berisikan berlian, mira delima, dan zabarjad. Ketika Rasulullah datang, maka semua sahaya itu menaburkan isi bakinya itu ke atas Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Kemudian masuklah Rasulullah bersama Abubakar ke dalam rumah Khodijah, lalu dihidangkan kepada mereka makanan yang lezat-lezat.

 

Setelah selesai bersantap, Abubakar minta izin untuk pulang kembali ke rumahnya.           

 

Kemudian Siti Khodijah berkata kepada Rasulullah

 

Ya Muhammad, semua harta yang kumiliki, baik yang diam maupun yang bergerak, ladang-ladang, istana-istana, rumah rumah, sahaya laki-laki dan sahaya perempuan, harta baru dan harta pusaka, semuanya kuberikan kepadamu!.

 

Karena itulah turun firman Allah: “Kami dapatkan engkau miskin, lalu kami kayakan engkau (ya’ni dengan harta Khodijah)”.

 

Dikatakan bahwa Siti Khodijah alaihassalaam hidup bersama Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dua puluh empat tahun, lima bulan dan delapan hari. Diantaranya lima belas tahun sebelum turun wahyu, dan selebihnya setelah turun wahyu.

 

Usia Rasulullah ketika kawin dengan Khodijah itu adalah dua puluh lima tahun.

 

Siti Khodijah melahirkan dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam tiga putera, yaitu; Al Qoosim, Ath Thoohir dan Al Muthohhir, semuanya meninggal dunia di waktu kecil. Dan empat putri, yaitu: Fathimah, Zainab, Ruqayyah dan Umi Kultsum.

 

Fathimah dikawinkan dengan Sayyidina Ali bin Abi Tholib alaihimassalaam, Zainab dengan Abil’aash bin Arrobii’, dan Ummi Kultsum dengan Ustman bin Affan alaihimassalaam, setelah Ummi Kultsum meninggal, lalu Rasulullah mengawinkan pula Ruqayyah dengan Utsman.

 

Semua pernikahan itu terjadi pada hari Jum’at.

 

Pernikahan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dengan Siti Aisyah rodliyallaahu anha berlangsung pada hari Jum’at, sebagaimana diriwayatkan sebagai berikut :

 

Tatkala Siti Khodijah telah berpulang ke rahmatullah, Rasulullah merasa sangat sedih dan kehilangan. Maka datanglah malaikat Jibril alaihissalaam membawa satu helai daun dari dedaunan Surga, terlukis di daun itu wajah Siti Aisyah rodliyallaahu anha, Jibril berkata: “Hai Muhammad, As Saalaam (Allah) memberi salam kepadamu, dan mengatakan: Aku kawinkan engkau di langit dengan seorang gadis perawan yang rupanya mirip dengan lukisan ini, maka kawinilah ia di dunia!”.

 

Lantas Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam memanggil mak comblang, Beliau menunjukkan lukisan itu kepadanya seraya bertanya: “Tahukah engkau seorang gadis perawan yang rupanya mirip dengan lukisan ini?”.

 

Mak comblang itu menjawab: “Lukisan ini mirip sekali dengan rupa putri sahabat Baginda Abubakar rodliyallaahu anhu!”.

 

Kemudian Rasulullah memanggil Abubakar, lalu Beliau berkata kepadanya: “Wahai Abubakar, sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengawinkan putrimu Aisyah denganku di langit, dan la memerintahkan kepadamu supaya mengawinkannya denganku di bumi!”.

 

Abubakar menjawab: “Ya Rasulullah Shallallaahu alaika, semogaAllah memberi shalawat dan salam kepada Baginda, sebenarnya ia masih kanak-kanak, entah apakah ia sudah dapat untuk berkhidmat kepada Baginda?!”.

 

Maka Rasulullah berkata: “Seandainya ia tidak bisa berkhidmat kepadaku, tidak mungkin Allah akan mengawinkan ia denganku!”.

 

Kemudian dilakukanlah akad nikah antara Rasulullah dengan Siti Aisyah. Setelah itu Abubakar pulang ke rumahnya.

 

Lalu ia mengisi sebuah baki dengan buah kurma, kemudian ia berkata kepada putrinya Aisyah: “Pergilah bawa kurma ini ke rumah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam dan sampaikan kepada Beliau bahwa ayahku mengatakan untuk Tuan: bahwasanya yang dipinta oleh Rasulullah itu adalah ini, entah sesuai untuk Rasulullah atau tidak?!”.

 

Kemudian pergilah Siti Aisyah rodliyallaahu anha ke rumah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, ketika itu Rasulullah sedang sendirian. Siti Aisyah meletakkan baki yang dibawanya itu di hadapan Rasulullah seraya menyampaikan pesan ayahnya untuk Rasulullah. Maka berkatalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam: “Wahai Aisyah, aku terima, aku terima, aku terima!”.

 

Lantas Beliau mengambil ujung selendang Aisyah dan ditariknya ke arahnya, Siti Aisyah memandang kepada Beliau dengan muka marah seraya berkata: “Orang-orang akan mengatakan Tuan sebagai seorang pengkhianat!”.

 

Lalu ditariknya selendangnya dari pegangan Rasulullah, kemudian ia bergegas pulang ke rumah ayahnya. Ketika Abubakar melihat kedatangan putrinya itu, maka ia bertanya: “Wahai Aisyah, bagaimana engkau lihat Rasulullah itu?”.

 

Siti Aisyah menjawab: “Wahai ayahku, janganlah menanyakan tentang hal itu kepadaku, sebab ia telah memegang bajuku dan menariknya ke arahnya!”.

 

Maka berkatalah Abubakar: “Wahai putriku, janganlah engkau berprasangka jahat kepada Beliau, karena aku telah mengawinkan engkau dengannya”.

 

Mendengar perkataan ayahnya itu, Siti Aisyah menundukkan kepalanya dengan rasa malu.

 

Dikatakan oleh sebagian Ulama’, bahwasanya Siti Aisyah rodliyallaahu anha telah membanggakan dirinya atas istri-istri Rasulullah yang lain dengan tiga perkara, katanya: “Aku dikawini Rasulullah dalam keadaan perawan, dan aku dikawinkan Allah Ta’aladengan Rasulullah di langit, dan Allah Ta’ala telah menumenghinaku. runkan ayat tentang Sebagaimana aku untukku firman dan Allah mengutuk : orang-orang yang

 

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanitawanita yang baik-baik, yang lengah (ya’ni, wanitawanita yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk berbuat keji) lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS. An Nuur: 23)

 

(Adapun kisahnya sebagai berikut): Bahwasanya apabila Rasulullah akan bepergian, maka Beliau mengundi di antara istri istrinya, siapa yang keluar namanya, dialah yang ikut dalam perja lanan itu.

 

Berkata Aisyah rodliyallaahu anha: “Ketika terjadi peperangan Bani Mushtalaq, Rasulullah pun mengundi di antara kami, maka undiankulah yang keluar. Kemudian aku pun ikut Rasulullah dalam peperangan itu”.

 

Hal itu terjadi setelah turun ayat hijab yang berbunyi :

 

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin …. “. (QS. An Nuur: 27)

 

Rasulullah menyediakan bagiku sebuah sekedup, aku naik unta sambil duduk di dalam sekedup itu.

 

Tatkala Rasulullah pulang kembali dari peperangan, dan telah dekat dari kota Madinah, maka kami bermalam pada suatu tempat.

 

Aku keluar dari dalam sekedup, menuju ke tempat wudlu, setelah berwudlu aku kembali. Ketika aku meraba dadaku, ternyata perhiasan yang kupakai terjatuh, maka aku kembali ke tempat itu.

 

Sementara aku mencari cari itu, rombongan bergerak akan berangkat, aku terhalang oleh hilangnya perhiasan itu.

 

Orang-orang mengangkat sekedupku dan diletakkan di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menyangka bahwa aku ada di dalam sekedup itu. Karena ketika itu aku masih muda dan langsing. Kemudian mereka pun berangkatlah.

 

Ketika aku kembali ke tempat rombongan itu, mereka sudah tidak ada lagi di tempat. Maka aku pun duduklah di tempatku semula, dengan harapan mereka akan mengetahui bahwa aku tidak berada di dalam sekedup, kemudian menjemputku kembali.

 

Sedang aku dalam keadaan yang demikian itu, maka mataku merasa kantuk, hingga akhirnya aku tertidur.

 

Pada saat itu Shafwan bin Mu’thal Assalmi menjaga di belakang pasukan. Setelah fajar menyingsing ia melihat sesosok tubuh manusia sedang tidur, ia lalu mendekatiku, maka ia pun mengenali aku, yang sebelumnya telah mengenal aku ketika belum diturunkan ayat hijab. Kemudian ia mundur kembali, dan aku pun terbangun.

 

Lantas aku menutup mukaku dengan kerudungku. Demi. Allah, ia sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun terhadapku, dan aku tidak mendengar sepatah kata pun daripadanya selain gerakannya ketika terkejut itu.

 

Kemudian ia mendekatkan kendaraannya, lalu kunaiki, ia menuntun kendaraan itu hingga akhirnya berjumpa kembali dengan pasukan induk, setelah mereka turun beristirahat.

 

Adapun orang yang pertama-tama membuat suatu kedustaan dan fitnahan atas diriku ialah Abdullah bin Ubai bin Saluul, kepala orang-orang munafik lanatullah alihi, lalu Masthoh anak bibi Abubakar.

 

Akhirnya sampailah rombongan itu di kota Madinah.

 

Telah berlalu beberapa hari, Rasulullah tidak lagi seperti dahulu terhadapku, setiap kali Beliau masuk, Beliau hanya mengucapkan: “Apa kabarmu? Bagaimana keadaanmu?”.

 

Hal itu membuat sedih hatiku, dalam hal ini aku tidak berprasangka buruk.

 

Pada suatu malam, aku keluar karena sesuatu keperluan dengan ibu si Masthoh. Tiba-tiba ibu si Masthoh terpeleset, ia lalu berkata: “Celakalah si Masthoh”.

 

Aku berkata kepadanya: “Sungguh buruk apa yang engkau ucapkan itu!”.

 

Ia bertanya: “Tidakkah kau dengar apa yang telah dikatakannya?”.

 

Aku menjawab: “Apa yang dikatakannya itu? Beritahukanlah kepadaku!”.

 

Lalu ia menceritakan tentang perbuatan orang-orang ahlilifki. Setelah mendengar keterangan ibu si Masthah itu, aku pun jatuh sakit, yang tambah hari tambah berat. Ketika aku masuk kembali ke rumah, dan kemudian Rasulullah menyusul masuk, maka aku berkata kepada Rasulullah: “Apakah Tuan izinkan hamba pulang ke rumah ayahku?”.

 

Rasulullah mengizinkan. Maka aku pun pergilah ke rumah ayahku. Di sana kerjaku hanya menangis, siang maupun malam.

 

Pada suatu hari, ketika kedua orang tuaku sedang duduk berdua memperbincangkan keadaan diriku, maka datanglah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam, setelah Beliau duduk, lantas berkatalah Beliau: “Amma ba’du. Wahai Aisyah, telah sampai berita kepadaku begitu-begini, bila engkau tidak bersalah, maka Allah akan membersihkanmu dari isyu itu, namun bila engkau telah berbuat dosa, maka mintalah ampunan kepada Allah, karena apabila seseorang hamba itu mengakui dosa-dosanya lalu ia bertobat, Allah akan memberi ampun kepadanya!”.

 

Sementara Rasulullah berbicara itu, air mataku terus bercucuran di pipiku, lalu aku berkata kepada ayahku : “Jawablah perkataan Rasulullah itu!”.

 

Ayahku menjawab: “Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepada Rasulullah”.

 

Kemudian aku berkata kepada ibuku: “Jawablah perkataan Rasulullah itu!”.

 

Ibuku menjawab: “Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepada Rasulullah”.

 

Maka aku pun menjawab, ketika itu aku masih kanak kanak dan belum banyak membaca Al Qur’an: “Demi Allah, aku telah tahu bahwa kalian telah mendengar berita itu, sehingga melekat di hati kalian dan kalian mempercayainya, jika kukatakan bahwa aku tidak bersalah, sedang Allah mengetahui bahwa aku memang tidak bersalah, kalian tentu tidak akan mempercayaiku, karena itu aku tidak akan mengatakan kecuali seperti apa yang telah dikatakan oleh ayah Yusuf kepada anak-anaknya: Fa Shobrun Jamiilun, Wallaahul mustaaanu ‘ala Maa Tashifuun (Sabar itulah yang paling baik, semoga Allah menolong atas apa-apa yang kamu katakan)”.

 

Kemudian aku berpaling dan membaringkan diri di atas kasurku, aku tidak menyangka akan turun ayat tentang diriku, wahyu yang dibaca dan dibicarakan Allah tentang aku, yang kuharap ketika itu hanyalah supaya Rasulullah mendapatkan suatu mimpi yang menjelaskan tentang kebersihan diriku.

 

Aisyah melanjutkan: Demi Allah, Rasulullah belum lagi bergerak dari tempat duduknya, dan penghuni rumahku belum juga pergi, tiba-tiba turunlah wahyu dari Allah Ta’ala, tampak keringat membasahi kening Rasulullah, dan mukanya pun berubah menjadi merah.

 

Pertama-tama ucapan yang terlontar dari mulut Rasulullah kepadaku adalah: Wahai Aisyah, bergembiralah, Allah telah membersihkan dirimu!.

 

Lantas ibuku berkata kepadaku: “Berdirilah menghadap Rasulullah!”.

 

Aku menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan bangkit menghadapnya, dan tidak akan memuji seseorang, kecuali hanya kepada Allah yang telah membersihkan aku!”.

 

Kemudian Rasulullah membacakan ayat tersebut:

 

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanitawanita yang baik-baik, yang lengah (ya’ni, wanitawanita yang tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk berbuat keji) lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS. An-Nuur: 23)

 

Lalu Abubakar rodliyallaahu anhu berkata: “Demi Allah, aku tidak akan memberi nafkah lagi kepada si Masthah, setelah ia mengatakan perkataan dusta tentang Aisyah!”.

 

Sebelum itu ia memberikan bantuan nafkah kepada Masthah, karena masih kerabat dekatnya, lagi miskin.

 

Maka atas ucapan Abubakar itu, turunlah ayat yang berbunyi:

 

Artinya : “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nuur: 22)

Fathimah alaihassalaam adalah putri Rasulullah yang paling disayang ayahnya, karena di samping ia sebagai seorang wanita yang zahid dari kehidupan duniawiyah, juga ia mengingatkan Rasulullah dengan istrinya Khodijah alaihassalaam, dan ia pun sebagai ibu dari sayyidina Hasan dan sayyidina Husain alaihimassalaam, buah hati Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.

 

Fathimah mempunyai beberapa nama, pertama Al Batuul, kedua Az Zahroo, ketiga Ath Thoohiroh, keempat Al Muthohharoh dan kelima Faathimah.

 

Tatkala usianya telah meningkat dewasa, Rasulullah merasa sedih melihatnya, Beliau berkata dalam hatinya: Fathimah sudah tidak mempunyai ibu yang akan mengurus dan menyiapkan perkawinannya.

 

Maka turunlah Jibril alaihissalaam, lantas berkata: “Wahai Muhammad, As Salaam (Allah) memberi salam kepadamu, dan mengatakan: Janganlah engkau berduka karena Fathimah, sebab Aku lebih mencintainya dibanding kecintaanmu kepadanya, maka serahkanlah urusan perkawinannya kepada-Ku!. Aku akan mengawinkannya dengan orang yang Aku cinta”.

 

Lalu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersujud sebagai pernyataan syukur terhadap Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

 

Kemudian turunlah Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, setiap. malaikat itu membawa baki yang memakai tutup, dan setiap malaikat tadi diiringi oleh seribu malaikat. Mereka meletakkan baki itu di hadapan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, maka Rasulullah bertanya: “Apakah ini wahai Jibril?”.

 

Jibril menjawab: “Allah Ta’ala berkata, Sesungguhnya Aku telah mengawinkan Fathimah dengan Ali bin Abitholib, dan ini adalah pakaian surgawi dan buah-buahannya, Aku pakaikan ia dengan pakaian ini dan Aku taburi dengan buah-buahan Ini!”.

 

Kemudian, Rasulullah sujud seraya berkata: “Wahai Jibril sesungguhnya Fathimah rela dengan apa yang aku relai, aku suka seandainya, hadiah-hadiah ini diberikan di akhirat saja, tidak di dunia!. Akan tetapi, bagaimanakah gerangan kawinnya Fathimah di langit itu?”.

 

Jibril menjawab: “Wahai Muhammad, bahwasanya Allah Ta’ala memerintahkan agar pintu-pintu Surga, dibuka, dan pintupintu neraka ditutup. Kemudian Allah menghias Arsy, Kursi, Pohon Thubaa dan Sidrotul Muntaha. Lalu Allah memerintahkan kepada Alghilmaan dan Alwildaan (pelayan-pelayan Surga) supaya mendirikan kemah di tiap-tiap istana, dan pada tiap-tiap kamar didirikan singgasana-singgasana, lantas mereka duduk pada jamuan pengantin Fathimah. Dan Allah memerintahkan pula kepada para malaikat muqorrobiin, ruhaaniyyiin, karuubiyyiin untuk berkumpul di bawah pohon Thuubaa. Kemudian Allah menghembuskan angin sepoi-sepoi di dalam Surga itu, maka berguguranlah buah-buahannya, alkafoor, misik dan anbar, ke atas para malaikat itu. Lalu Allah menyuruh kepada burung-burung Surga agar bernyanyi, maka bernyanyilah burung-burung itu, sedangkan para bidadari menari-nari, pohon-pohon menaburkan perhiasan dan permata ke atas mereka.

 

Setelah itu Allah berkhutbah, memuji diri-Nya, dan berkata: “Sesungguhnya Aku telah mengawinkan Maharatu seluruh wanita dengan Ali bin Abi Tholib”.

 

Dan Allah berkata kepada Jibril: “Wahai Jibril engkaulah sebagai wakil dari Ali, dan Aku sebagai wakil Rasul-Ku Muhammad”.

 

Allah mengawinkannya, dan aku menerimanya, sebagai wakil dari Ali bin Abi Tholib. Itulah akad nikahnya yang terjadi di langit, maka akad nikahkanlah olehmu kembali di bumi!.

 

Maka Rasulullah lalu memberitahukan hal itu kepada Sayyidina Ali Karromallaahu wajhahu, juga kepada Fathimah alaihassalaam.

 

Kemudian Beliau mengumpulkan semua sahabatnya di dalam mesjid. Lantas Jibril alaihissalaam turun seraya mengatakan:

 

“Sesungguhnya Allah menyuruh Ali agar membacakan khutbah nikahnya sendiri”.

 

Lalu Rasulullah meminta kepada Sayyidina Ali supaya ia sendiri membacakan khutbah nikahnya. Maka berkatalah ia: Segala puji bagi Allah Yang Maha Tunggal di dalam Keagungan dan Kesempurnaan, yang telah menciptakan manusia, dan telah membagi-bagi tingkatan makhluk-Nya, yang tidak mirip dengan sesuatu dan tidak ada yang mirip dengannya. Dialah yang telah menciptakan hamba-hamba-Nya di dalam beberapa negeri, di beriNya ilham kepada mereka agar dapat mengucapkan tasbih dan pujian kepada-Nya, maka mereka pun mengucapkan tasbih dan mensucikan-Nya. Dialah Allah, Yang tidak ada Tuhan selain-Nya, la menyuruh hamba hamba-Nya supaya nikah, maka merekapun menerimanya.

 

Segala puji bagi Allah atas semua nikmat karunia-Nya.

 

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, suatu kesaksian yang akan sampai kepada-Nya dan akan direlai-Nya, dan akan menyelamatkan orang yang mengucapkannya pada hari setiap orang lari dari saudaranya, dari ibunya, dari ayahnya, dari sahabatnya dan dari anaknya. Semoga shalawat dan salam dari Allah untuk Sayyidina Muhammad An Nabiyil Ummi, Yang telah dipilih dan direlai-Nya sebagai penerima wahyu daripada-Nya. Dan semoga, rahmat Allah berlimpah ke atas keluarga, sahabat dan pencintanya. Pernikahan itu adalah dengan apa yang ditetapkan dan diizinkan Allah. Saya sebagai hamba Allah dan putera hamba-Nya, yang ingin akan keridloan Allah, melamar sebaikbaik wanita sealam semesta, saya berikan mahar untuknya sebanyak empat ratus dirham dengan tunai, apakah Tuan kawinkan saya dengannya wahai Rasul Al Amin atas jejak rasul-rasul sebelummu?.

 

Maka menjawablah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam: “Aku kawinkan Fathimah denganmu wahai Ali, dan Allah pun telah mengawinkan, meridloi dan memilihmu!”.

 

Sayyidina Ali menyahut: “Saya terima daripada Allah dan dari padamu wahai Rasulullah!”.

 

Tatkala Siti Fathimah mendengar bahwa maskawinnya adalah dirham, ia lalu berkata: “Wahai ayahku, bahwasanya semua anak perempuan orang-orang memakai maskawin dengan dirham dan dinar, maka apakah bedanya antara orang-orang itu denganmu?! Aku meminta agar maskawinku adalah berupa syafaat bagi orang-orang yang ma’shiat di antara ummatmu!”.

 

Lantas turunlah Jibril alaihissalaam pada saat itu juga, sambil membawa secarik sutera yang bertuliskan: Allah menjadikan mas kawin Siti Fathimah Azzahroo putri Muhammad Al Mushthofa berupa syafaat bagi orang-orang yang berdosa di antara ummatnya.

 

Siti Fathimah berwasiat agar bila ia meninggalkan dunia yang fana ini carikan sutera tersebut, diletakkan pada kafannya, ia berkata: “Jika aku dibangkitkan kelak di padang mahsyar, maka aku akan mengangkat carikan sutera ini dan akan memberikan syafaat bagi ummat ayahku”.