PEMBUKAAN

(1) يَقُولُ رَاجِي عَفْوِ رَبٍّ سَامِعِ * مُحَمَّدُ بْنُ الْجَزَرِىِّ الشَّافِعِي

Berkata seseorang yang mengharap ampunan dari tuhan yang Maha Mendengar: Muhammad ibn Al-Jazariy Asy-Syaafi’i

(2) الْحَمْدُ لِلَّهِ وَصَلَّى اللَّهُ * عَلَى نَبِيِّهِ وَمُصْطَفَاهُ

Segala puji bagi Allah dan shalawat untuk nabi-Nya dan manusia pilihan-Nya

(3) مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِه * وَمُقْرِئِ الْقُرْآنِ مَعْ مُحِبِّه

Yaitu Rasuulullaah Muhammad bin Abdullaah juga seluruh keluarga dan para sahabatnya, serta para Muqriil Quran dan para pecintanya.

(4) وَبَعْدُ إِنَّ هَذِهِ مُقَدِّمَه * فيماَ عَلَى قَارِئِهِ أَنْ يَعْلَمهْ

Kemudian setelah itu, sesungguhnya kitab ini merupakan Muqaddimah (pendahuluan) yang berisi mengenai apa-apa yang wajib dipelajari oleh para pembaca Al-Quran.

(5) إذْ وَاجِبٌ عَلَيْهِمُ مُحَتّمُ * قَبْلَ الشُرُوعِ أَوَّلاً أَنْ يَعْلَمُوا

Maka wajib secara mutlak bagi para pembaca Al-Quran, sebelum mereka mulai membaca Al-Quran, hendaklah terlebih dahulu memahami,

(6) مَخَارِجَ الْحُرُوفِ وَالصِّفَاتِ * لِيَلْفِظُوا بِأَفْصَحِ اللُغَاتِ

Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah serta sifat-sifat yang mengiringinya, agar mereka bisa mengucapkan huruf demi huruf tersebut dengan bahasa yang paling fasih.

(7) مُحَررِي التَّجْوِيدِ وَالمَوَاقِف * وَما الَّذِي رُسِّمَ في المَصاَحِفِ

Menguasai dan mampu menerapkan kaidah-kaidah tajwid juga kaidah-kaidah waqaf (cara berhenti dan memulai membaca Al-Quran) dengan baik dan benar, serta memahami apa-apa yang tertulis pada mushaf-mushaf ‘Utsmani,

(8) مِنْ كُلِّ مَقْطُوعٍ وَمَوْصُولٍ بِهَا * وَتَاءِ أُنْثَى لَمْ تَكُنْ تُكْتَبْ بِهَا

Yaitu dari mulai mengenai dua kata yang tertulis disambung atau dipisah, dan Ta ta’nits yang tidak ditulis dengan Ta

MAKHARIJ AL-HURUF

(9) مَخَارِجُ الحُروفِ سَبْعَةَ عَشَرْ * عَلَى الْذِي يَخْتَارُهُ مَنِ اخْتَبَرْ

Tempat keluar huruf itu ada 17, berdasarkan pendapat yang terpilih dari para Ulama Ahli Qiraah.

(10) لِلْجَوْفِ: أَلِفٌ وَأُخْتَاهَا، وَهِي * حُرُوفُ مَدٍّ لِلْهَوَاءِ تَنْتَهِي

Maka pada rongga yang mencakup rongga tenggorokan hingga rongga mulut, terdapat Alif dan saudari-saudarinya yakni huruf-huruf mad (Wawu mad dan Ya mad)
yang berhenti seiring dengan berhentinya nafas.

(11) ثُمَّ لأَقْصَى الحَلْقِ هَمْزٌ هَاءُ * وَمِنْ وَسَطِهِ: فَعَيْنٌ حَاءُ

Kemudian pada tenggorokan yang paling jauh dari rongga mulut, Hamzah dan Ha. Kemudian pada tenggorokan bagian tengah, keluar huruf ‘Ain dan Ha,

(12) أَدْنَاهُ غَيْنٌ خَاؤُهَا، والْقَافُ * أَقْصَى اللِّسَانِ فَوْقُ، ثُمَّ الْكَافُ

Pada tenggorokan yang paling dekat dengan rongga mulut, keluar huruf Ghain dan Kha. Adapun huruf Qaf keluar dari pangkal lidah yang bersentuhan dengan langit- langit atas, yakni langit-langit yang lunak. Kemudian huruf Kaf

(13) أَسْفَلُ، وَالوَسْطُ فَجِيمُ الشِّينُ يَا * وَالضَّادُ مِنْ حَافَتِهِ إِذْ وَلِيَا

Tempat keluarnya di bawah huruf Qaf. Pada tengah lidah keluar huruf Jim, Syin dan Ya. Huruf Dhad keluar dari pinggir lidah ketika bersentuhan dengan

(14) اَلأضْرَاسَ مِنْ أَيْسَرَ أَوْ يُمْنَاهَا * وَاللاَّمُ أَدْنَاهَا لمُنْتَهَاهَا

Gigi geraham, baik yang kiri ataupun kanan. Huruf Lam dari pangkal lidah sampai ujung lidah

(15) وَالنُّونُ مِنْ طَرَفِهِ تَحْتُ اجْعَلُوا * وَالرَّا يُدَانِيهِ لِظَهْرٍ أَدْخَلُوا

Dan huruf Nun keluar dari ujung lidah yang bersentuhan dengan langit-langit di bawah tempat keluarnya huruf Lam. Adapun huruf Ra keluar dekat dengan tempat keluarnya huruf Nun, namun sedikit masuk ke punggung lidah.

(16) وَالطَّاءُ وَالدَّالُ وَتَا مِنْهُ وَمِنْ * عُلْيَا الثَّنَايَا والصَّفِيرُ مُسْتَكِنْ

Huruf Tha, Dal, dan Ta keluar dari bagian ujung lidah yang bersentuhan dengan bagian belakang gigi seri atas. Huruf-huruf Shafir (Shad, Zay, dan Sin) keluar bila ujung lidah

(17) مِنْهُ وَمِنْ فَوْقِ الثَّنَايَا السُّفْلَى * وَالظَّاءُ وَالذَّالُ وَثَا لِلْعُلْيَا

Dan mendekat ke atas gigi seri bawah. Adapun huruf Zha, Dzal, dan Tsa lebih tinggi lagi,

(18) مِنْ طَرْفَيْهِما وَمِنْ بَطْنِ الشَّفَهْ * فَالْفَا مَعَ اطْرافِ الثَّنَايَا المُشْرِفَهْ

Yakni keluar dari persentuhan ujung lidah dengan ujung gigi seri atas. Dan dari perut bibir bawah yang bersentuhan dengan ujung gigi seri atas keluar huruf Fa.

(19) للشَّفَتَيْنِ الْوَاوُ بَاءٌ مِيمُ * وَغُنَّةٌ مَخْرَجُهَا الخَيْشُومُ

Dari dua bibir keluar huruf Wawu, Ba, dan Mim. Sedangkan huruf-huruf Ghunnah (suara dengung pada Nun dan Mim) tempat keluarnya adalah rongga hidung.

Sifat-Sifat Huruf

(20) صِفَاتُهَا جَهْرٌ وَرِخْوٌ مُسْتَفِلْ * مُنْفَتِحٌ مُصْمَتَةٌ، وَالضِّدَّ قُلْ

Sifat-sifat huruf itu di antaranya: Jahr (tertahannya udara), Rakhawah (mengalirnya suara), Istifal (merendahnya lidah), Infitah (terbukanya lidah dengan langit-langit), dan Ishmat (lebih sulit keluar). Mereka merupakan sifat-sifat yang memiliki lawan. Adapun lawan-lawannya adalah:

(21) مَهْمُوسُهَا (فَحَثّهُ شَخْصٌ سَكَتَ) * شَدِيدُهَا لَفْظُ (أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ)

Sifat Hams (mengalirnya udara) yang merupakan lawan dari sifat Jahr huruf- hurufnya terkumpul pada kalimat Fahatstsahu Syakhshun Sakat, yakni huruf Fa, Ha, Tsa, Syin, Kha, Shad, Sin, Kaf, dan Ta.

Sifat Syiddah (kuat/ tertahannya suara), yang merupakan lawan dari sifat Rakhawah, huruf-hurufnya Ajid Qathin Bakat, yakni Hamzah, Jim, Dal, Qaf, Tha, Ba, Kaf, dan Ta.

(22) وَبَيْنَ رِخْوٍ وَالشَّدِيدِ (لِنْ عُمَرْ) * وَسَبْعُ عُلْوٍ خُصَّ ضَغْطٍ قظْ حَصَرْ

Dan di antara sifat Rakhawah dan Syiddah ada sifat pertengahan (bayniyah/ tawassuth), yang huruf-hurufnya terkumpul dalam Lin ‘Umar, yakni Lam, Nun, ‘Ain, Mim, dan Ra.

Dan ada tujuh huruf yang lidah tegang dan terangkat saat mengucapkannya (Isti’la, lawan dari Istifal), terangkum dalam Khushsha Dhaghthin Qizh, yakni Kha, Shad, Dhad, Ghain, Tha, Qaf, dan Zha.

(23) وَصَادُ ضَادٌ طَاءُ ظَاءٌ مُطْبَقَه * وَفَرَّ مِنْ لُبِّ الحُرُوفُ المُذْلَقَهْ

Huruf Shad, Dhad, Tha, dan Zha merupakan huruf-huruf yang memiliki sifat Ithbaq, yakni lidah terangkat sangat tinggi hingga seolah-olah menempel langit-langit dan tidak menyisakan ruang antara lidah dengan langit-langit, merupakan lawan dari sifat Infitah.

Dan Farra Min Lubbi, yakni huruf Fa, Ra, Mim, Nun, Lam, dan Ba merupakan huruf-huruf yang lebih mudah dan cepat dikeluarkan (Idzlaq) dibandingkan selainnya (Ishmat), disebabkan dekatnya dengan ujung lidah.

(24) صَفِيرُهَا صَادٌ وَزَاىٌ سِينُ * قَلْقَلَةٌ قُطْبُ جَدٍّ وَاللِّينُ

Juga ada huruf-huruf yang tidak memiliki lawan, di antaranya sifat Shafir (huruf yang berdesis), yakni huruf Shad, Zay, dan Sin. Huruf-huruf yang memiliki sifat Qalqalah. Dan huruf yang memiliki sifat Liin (lembut)

(25) وَاوٌ وَيَاءٌ سَكَنَا وَانْفَتَحَا * قَبْلَهُماَ وَالاِنْحِرَافُ صُحَّحَا

Yaitu huruf Wawu dan Ya bila keduanya dalam keadaan sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah.

Dan sifat Inhiraf (menyimpangnya makhraj) dibenarkan

(26) في اللاَّمِ وَالرَّا، وَبِتَكْرِيرٍ جُعلْ * وَلِلتَّفَشِّي الشِّينُ ضَاداً اسْتَطِلْ

Pada huruf Lam dan Ra saja. Lalu huruf Ra juga memiliki sifat Takrir (getaran yang berulang).

Huruf Syin memiliki sifat Tafasysyi (udara yang berhembus deras di dalam mulut). Sedangkan huruf Dhad memiliki sifat Istithaalah, yakni memanjangnya makhraj Dhad dari sisi ujung lidah hingga ujung sisi lidah pada makhraj Lam.

TAJWID

(27) وَالأَخْذُ بِالتَّجْوِيدِ حَتْمٌ لاَزِمُ * مَنْ لَمْ يُجَوْدِ الْقُرَآنَ آثِمُ

Mengamalkan tajwid wajib secara mutlak. Siapa yang sengaja mengamalkan tajwid saat membaca Al- Quran, maka ia berdosa.

(28) لأَنَّهُ بِهِ الإِلَهُ أَنْزَلاَ * وَهَكَذَا مِنْهُ إِلَيْنَا وَصَلاَ

Karena bersama dengan tajwid Allah menurunkan Al-Quran dan cara membacanya. Serta bersama dengan tajwid pula Al-Quran dan cara membacanya sampai kepada kita.

(29) وَهُوَ أَيْضاً حِلْيةُ التِّلاَوَةِ * وَزِينَةُ الأَدَاءِ وَالْقِرَاءَةِ

Dan tajwid juga merupakan perhiasan membaca Al-Quran sendiri, perhiasan membaca quran kepada murid dan memba quran kepada guru

(30) وَهُوَ إِعطْاءُ الْحُرُوفِ حَقَّهَا * مِنْ صِفَةٍ لَهَا وَمُستَحَقَّهَا

Tajwid adalah memberikan setiap huruf hak, berupa sifat-sifatnya dan juga mustahaknya.

(31) وَرَدُّ كُلِّ وَاحِدٍ لأَصلِهِ * وَاللَّفْظُ فِي نَظِيرِهِ كَمِثْلهِ

Tajwid juga artinya adalah mengembalikan setiap huruf ke makhraj asalnya. Yakni tidak mengucapkan huruf hijaiyah sembarangan bukan dari tempat keluar yang sebenarnya.

(32) مُكَمِّلاً مِنْ غَيْرِ مَا تَكَلُفِ * بِاللُطْفِ فِي النُّطْقِ بِلاَ تَعَسُّف

dengan sempurna tanpa berlebih-lebihan, dengan lembut dalam pengucapan tanpa serampangan

(33) وَلَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ تَرْكِهِ * إِلاَّ رِيَاضَةُ امْرِئٍ بِفَكِّه

Dan tidak ada yang membedakan antara orang yang mengamalkan tajwid dengan orang yang meninggalkannya, kecuali latihan terus menerus secara konsisten dengan lisannya.

Tafkhim dan Tarqiq

(34) فَرقَّقَنْ مُسْتَفِلاً مِنْ أَحْرُفِ * وَحَاذِرَنْ تَفْخيِمَ لَفْظِ الأَلِفِ

Dan tarqiq-kan huruf-huruf Istifal. Dan jauhi men-tafkhim-kan lafadz alif

(35) كَهَمْزِ أَلْحَمْدُ أَعُوذُ إِهْدِنَا * أللَّهَ ثُمَّ لاَمَ لِلَّهِ لَنَا

Seperti Hamzah kata Alhamdu, A’uudzu, Ihdinaa, Allah. Lalu lam Lillaahi, Lanaa

(36) وَلْيَتَلَطَّفْ وَعَلَى اللَّهِ وَلاَ الضْ * وَالمِيمِ مِنْ مَخْمَصَةٍ وَمِنْ مَرَضْ

Juga kata Walyatalaththaf, Ala Allahi, Waladh. Dan Mim Makhmashah, dan Maradh

(37) وَبَاءَ بَرْقٍ بَاطِلٍ بِهِمْ بِذِي * وَاحْرِصْ عَلَى الشِّدَّةِ وَالجَهْرِ الَّذِي

Ba kata Barqin, Baathil, Bihim, dan Bidzi. Lalu jagalah baik-baik sifat Syiddah dan Jahr yang ada pada

(38) فِيهَا وَفِى الْجِيِمِ كَحُبِّ الصَّبْرِ * ورَبْوَةٍ اجْتُثَّتْ وَحَجِّ الْفَجْرِ

Huruf Ba dan Huruf Jim, seperti kalimat Hubbi, Ash-Shabri, Rabwah, Ujtutstsat, Hajji, dan Al-Fajri.”.

(39) وَبَيِّنَنْ مُقَلْقَلاً إِنْ سَكَنَا * وَإِنْ يَكُنْ فِي الْوَقْفِ كَانَ أَبْيَنَا

Dan jelaskanlah sifat Qalqalah bila hurufnya berada pada posisi sukun, dan bila berada di akhir kalimat (waqaf), maka Qalqalah-nya mesti lebih jelas lagi.

(40) وَحَاءَ حَصْحَصَ أَحَطْتُ الْحَقُّ * وَسِينَ مُسْتَقِيمِ يَسْطُوا يَسْقُوا

Dan Ha kata Hash-hasha, Ahath-tu, Al-Haqqu. Dan Sin kata Mustaqiim, Yasthu, dan Yasqu

 

HUKUM-HUKUM RA

(41)  وَرَقِّقِ الرَّاءَ إِذَا مَا كُسِرَتْ * كَذَاكَ بَعْدَ الْكَسْرِ حَيْثُ سَكَنَتْ

Tarqiq-kan Ra jika dikasrah. Begitu pula jika mati setalah kasrah

(42)  إِن لَّمْ تَكُنْ مِنْ قَبْلِ حَرْفِ اسْتِعْلاَ * أَوْ كَانَت الْكَسْرَةُ لَيْسَتْ أَصْلاَ

Jika ra tidak berada sebelum huruf Isti’la. Atau kasrahnya tidak asli

(43)  وَالْخُلْفُ فِي فِرْقٍ لِكَسْرٍ يُوجَدُ * وَأَخْفِ تَكْرِيراً إِذَا تُشَدَّدُ

Para Ulama berbeda pendapat pada kata firqin karena kasrah huruf istila’, Dan sembunyikanlah sifat takrir pada huruf Ra saat ia ditasydidkan.

 

Hukum-hukum Lam

(44)  وَفَخِّم اللاَّمَ مِنِ اسْمِ اللَّهِ * عَنْ فَتْحٍ او ضَمٍ كَعَبْدُ اللَّهِ

Dan tebalkanlah Lam pada lafazh Allah, bila sebelum lafazh tersebut terdapat huruf yang berharakat fathah atau dhammah, seperti pada kata ’Abdullahi

(45)  وَحَرْفَ الاِسْتِعْلاَءِ فَخِّمِ، وَاخْصُصَا * الاِطْبَاقَ أَقْوَى نَحْوُ قَالَ وَالْعَصَا

tebalkanlah huruf-huruf Isti’la, terlebih huruf Ithbaq, maka lebih kuat, seperti Qaala dan Ashaa

(46)  وَبَيِّنِ الإِطْبَاقَ مِنْ أَحَطتُ مَعْ * بَسَطتَ وَالخُلْفُ بِنَخْلُقكُّمْ وَقَعْ

jelaskanlah ketebalan sifat Ithbaq-nya kata Ahath-tu dan Basath-ta. Adapun pada kata Nakhlukkum maka terdapat perbedaan pendapat

(47)  وَاحْرِصْ علَىَ السُّكُونِ فِي جَعَلْنَا * أَنْعَمْتَ وَالمَغْضُوبِ مَعْ ضَلَلْنَا

Dan jaga sukun kata Ja’alnaa, An’amta, Al-Maghdhuub, dan Dhalalnaa

(48)  وَخَلِّصِ انْفِتَاحَ مَحْذُوراً عَسَى * خَوْفَ اشْتِبَاهِهِ بِمَحْظُوراً عَصَى

Murnikan Infitah kata Mahdzuuran dan Asaa, khawatirnya menyerupai kata Mahzhuuran dan Ashaa.

(49)   وَرَاعِ شِدَّةً بِكَافٍ وَبَتَا * كَشِرْكِكُمْ وَتَتَوَفَّى فِتْنَتَا

Dan peliharalah baik-baik huruf Kaf dan Ta sebagaimana dalam kalimat Syirkikum, Tatawaffa dan Fitnata

(50)   وَأَوَّلَىْ مِثْلٍ وَجِنْسٍ إنْ سَكَنْ * أَدْغِمْ كَقُل رَّبِّ وَبَلَ لاَ، وَأَبِنْ

idgham-kanlah Awal huruf yang serupa dan sejenis jika disukun, seperti pada kata Qul-Rabbi dan Bal-la . izh-harkan-lah

(51)   فِي يَوْمِ مَعْ قَالُوا وَهُمْ وَقُلْ نَعَمْ * سَبِّحْهُ لاَ تُزِغْ قُلُوبَ فَالْتَقَمْ

pada kata Fii Yaum. juga kata Qaalu Wahum. Qul Na’am, Sabih-hu, Laa tuzigh quluuba, Iltaqam.

DLAD DAN DZA

(52)   وَالضَّادَ بِاسْتِطَالَةٍ وَمَخْرَجِ * مَيِّزْ مِنَ الظَّاءِ وَكُلُّهَا تَجِي

Dan huruf Dlal dengan sifat Istithalah-nya bedakanlah dengan huruf Dza dalam mengucapkan keduanya. Dan seluruh Dza terdapat pada:

(53)   في الظَّعْنِ ظِلَّ الظُهْرِ عُظْمِ الْحِفْظِ * أَيْقَظْ وَانْظُرْ عَظْمِ ظَهْرِ اللَّفْظِ

Al-Dza’ini, Dzilla, al-Dzuhr, Udzzim, al-Fidz, Aiqodz, Undzur, Udzzim, Dzuhr, Al-Lafdz

(54)  ظَاهِرْ لَظَى شُوَاظِ كَظْمٍ ظَلَمَا * أُغْلُظْ ظَلامَ ظُفْرٍ انْتَظِرْ ظَمَا

Dzahir, Ladza, Suwadz, Kadzim, Dzalama, Ugludz, Dzalam, Dzufr, Intadzir, Dzama

  (55) أَظْفَرَ ظَنَّاً كَيْفَ جَا وَعَظْ سِوَى * عِضِينَ ظَلَّ النَّحْلُ زُخْرُفٍ سَوَا

Adzfar, Dzanna, Wa’adza, selaian katan Idlin, Dzallan sutar al-Nahl dan Zuhruf

(56)  وَظَلْتُ ظَلْتُمْ وَبِرُومٍ ظَلُّوا * كَالْحِجُرِ ظَلَّتْ شُعَرَا نَظَلُّ

Dzallat, Dzaltum, Dan Dzallu  pada Ar-Ruum juga pada  Al-Hijr. Dan dengan bentuk Dzallat pada  Asy-Syu’ara. dan bentuk nadzallu.

(57)   يَظْلَلْنَ مَحْظُورَاً مَعَ المُحْتَظِر * وَكُنْتَ فَظَّاً وَجَمِيعٍ النَّظَرِ

Dan dengan bentuk yadzlalna, mahdzuran, muhtadzir, kunta fadzzan, dan semua lafad al-Nadzr

(58)   إِلاَّ بِوَيْلٌ هَلْ وأَولَى نَاضِرَهْ * وَالْغَيْظِ لاَ الرَّعْدِ وَهُودٍ قَاصِرَهْ

Kecuali pada: Waylun lil Al-Muthaffifiin, Hal ata al Al-Insaan. Dan awal pada kata nadzirah dalam Al-Qiyaamah . Kata al-Ghaidzo selain padaAr-Ra’du dan  Huud

(59)   وَالْحَظُّ لاَ الْحَضُّ عَلَى الطَّعَامِ * وَفي ضَنِينٍ الْخلاَفُ سَامِي

Dan semua al-hazhzhu kecuali jika disandingkan dengan al-Thaam. Dan pada kata Dlonin pada  At-Takwir terjadi perbedaan.

PERINGATAN

(60)   وَإِنْ تَلاَقَيَا البَيَانُ لاَزِمُ * أَنْقَضَ ظَهْرَكَ يَعَضُّ الظَّالِمُ

Dan jika Dhad dan Zha bertemu, maka wajib membaca keduanya dengan jelas, seperti: anqodlo dzohrok dan yaadlu al-dzolimu

(61)  وَاضْطُرَّ مَعْ وَعَظْتَ مَعْ أَفَضْتُمُ * وَصَفِّ هَا جِبَاهُهُم عَلَيْهِمُ

Dan udlturro. Wa’adzta, afadztum. jelaskan Ha lafadz jibahuhub dan alaihimu

 

Min dan Nun Yang di Tasydid dan Mim Mati

(62)   وأَظْهِرِ اْلغُنَّةَ مِنْ نُونٍ وَمِنْ * مِيمٍ إِذاَ مَا شُدِّدَا، وَأَخْفِيَنْ

Jelaskanlah sifat ghunnah Nun dan Mim saat keduanya bertasydid. Lalu, samarkanlah

(63)   الْمِيمَ إِنْ تَسْكُنْ بِغُنَّةٍ لَدَى * بَاءٍ عَلَى المُخْتَارِ مِنْ أَهْلِ اْلأَدَا

Mim yang sukun disertai ghunnah saat berhadapan dengan huruf Ba, menurut pendapat yang terpilih dari Ahli Qiraah.

(64)   وَاظْهِرَنْهَا عِنْدَ بَاقِي اْلأَحْرُفِ * وَاحْذَرْ لَدى وَاوٍ وَفَا أنْ تَخْتَفِي

Kemudian jelaskanlah Mim sukun saat berhadapan dengan selain Ba dan Mim, serta berhati-hatilah jangan sampai menyamarkan suara Mim sukun saat berhadapan dengan Wawu dan Fa.

 

TANWIN DAN NUN MATI

(65)   وَحُكْمُ تَنْوِينٍ وَنُونٍ يُلْفى * إِظْهَارٌ ادْغَامٌ وَقَلبٌ اخْفَا

Hukum Tanwin dan Nun adalah idzhar, idgham, iqlab, dan ikhfa

(66)   فَعِنْدَ حَرْفِ الحَلْقِ أَظْهِرْ، وَادَّغِمْ * فِي اللاَّمِ وَالرَّا لاَ بِغُنَّةٍ لَزِمْ

Ketika bertemu dengan huruf-huruf halq maka bacalah idzhar. Lalu idgham-kan tanpa gunnah bila bertemu dengan huruf Lam dan Ra

(67)   وَأَدْغِمَنْ بِغُنَّةٍ في يُومِنُ * إِلاَّ بِكِلْمَةٍ كَدُنْيَا عَنْوَنُو

Idgham-kanlah huruf dengan ghunnah bila bertemu dengan huruf Ya, Wawu, Mim, dan Nun. Kecuali bila pada satu kata, seperti Dunya dan yang semisalnya, sepert Qinwan, Shinwan, dan Bunyan

(68)   وَاْلَقْلبُ عِنْدَ الْبَا بِغُنَّةٍ كذا * لاِخْفَاء لَدَى بَاقِي الحُرُوفِ أُخِذَا

Ubahlah huruf Nun menjadi huruf Mim (Qalb) saat bertemu dengan huruf Ba disertai ghunnah. Lalu ikhfa-kan (samarkanlah) huruf Nun saat bertemu dengan sisa huruf selain izh-har, idgham, dan qalb

Mad dan Qasar

(69)   والمدُّ لاَزِمٌ وَ وَاجِبٌ أَتَى * وَجَاَئزٌ، وَهْوَ وَقَصْرٌ ثَبَتَا

Dan mad itu daya yang lazim, wajib, dan jaiz. Hukum mad dan qashr itu keduanya ada di dalam Al-Quran.

(70)   فَلاَزِمٌ إِن جَاءَ بَعْدَ حَرْفِ مَدْ * سَاكِنَ حَالَيْنِ وَبِالطُّولِ يُمَدْ

Mad lazim terjadi bila setelah huruf mad terdapat sukun asli, baik di tengah kalimat (dibaca washal) ataupun di akhir kalimat (dibaca waqaf). Cara membacanya adalah memanjangkan mad dengan thuul (enam
harakat).

(71)   وَوَاجِبٌ إنْ جاءَ قَبْلَ هَمْزَةِ * مُتَّصِلاً إِنْ جُمِعَا بِكِلْمَةِ

Mad wajib bila huruf mad berada sebelum Hamzah secara sambung, jika berkumpul pada satu kalimat.

(72)   وَجَائزٌ إِذَا أَتَى مُنْفَصِلاَ * أَوْعَرَضَ السُّكُونُ وَقْفاً مُسْجَلاَ

Mad jaiz jika Hamzah setelah huruf mad secara terpisah. Atau jika setelah huruf mad terdapat sukun yang baru karena waqof.

Mengetahui Hukum-hukum Waqaf

(73)   وَبَعْدَ تَجْوِيدِكَ لِلْحُرُوفِ * لاَبُدَّ مِنْ مَعْرِفَةِ الْوُقُوفِ

Dan setelah engkau memahami memperbaiki huruf. Maka selanjutnya engkau mesti memahami kaidah-kaidah waqof

(74)   وَالاْبِتِدَاءِ وَهْىَ تُقْسَمُ إِذَنْ * ثَلاَثَةٌ تَامٌ وَكَافٍ وَحَسَنْ

Dan memulai bacaan, Hukum waqaf dan ibtida terbagi menjadi tiga: taam (sempurna), kafi (cukup), dan hasan (baik).

(75)   وَهْىَ لِمَا تَمَّ فَإنْ لَّمْ يُوجَدِ * تَعَلُق أَوْ كَانَ مَعْنَى فَابْتَدى

Berhenti pada kata yang tidak memiliki hubungan lafazh dan makna dengan kata setelahnya disebut waqaf taam. Maka mulailah membaca lafadz setelahnya

(76)   فَالتَّامُ فَالْكَافِى وَ لَفْظاً فَامْنَعَنْ * إِلاَّ رُؤُس الآىِ جَوِّزْ فَالحَسَنْ

Sedangkan berhenti pada kata yang memiliki hubungan makna namun tidak memiliki hubungan lafazh dengan kata setelahnya disebut waqaf kafi. maka janganlah engkau ibtida` pada kata setelahnya. Kecuali bila engkau berhenti di akhir ayat. akhir ayat merupakan kebaikan (waqaf hasan).

(77)   وَغَيْرُ مَا تَمَّ قَبِيحٌ وَلَهُ * الوقَفُ مُضْطُرَّاً وَيُبْدَا قَبْلَهُ

Selalin waqaf tam adalah waqaf qabih. Pembaca memiliki wakaf dlarurat, dan memulai dengan kata sebelumnya

(78)   وَلَيسَ في الْقُرْآنِ مِنْ وَقْفٍ وَجَبْ * وَلاَ حَرَامٌ غَيْرَ مَالَهُ سَبَبْ

Dalam Al-Quran ini tidak ada yang hukumnya wajib atau haram tanpa ada sebab

Kata terpisah dan kata tersambung dan Hukum Ta

(79)   وَاعرِفْ لِمَقْطُوعٍ وَمَوْصُولٍ وَتَا * فِي مُصْحَفِ الإِمامِ فِيمَا قَدْ أَتَى

Dan ketahuilah kata terpisah dan kata tersambung serta permasalahan penulisan huruf Ta pada mushaf Imam (Utsmani)

(80)   فَاقْطَعْ بعَشْرِ كَلِمَاتٍ أنْ لاَّ * مَعْ مَلْجَإٍ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ

Pisahkan pada sepuluh kalimat penulisan an dan la, yakni saat bertemu dengan malja`a, dan la ilaaha illa

 (81) وَتَعْبُدُوا يَاسينَ ثَانِي هُودَ لاَ * يُشْرِكْنَ تُشْرِكْ يَدْخُلَنْ تَعْلوا عَلَى

dan ta’budu pada surat Yasin, Hud yang kedua, laa yusyrikna, tusyrik, yadkhulan, ta’lu ‘ala

(82)   أَن لاَّ يَقُولُوا لاَ أَقُولَ، إِن مَّا * بِالرَّعْدِ وَالمَفُتُوحَ صِلْ، وَعَن مَّا

laa yaqulu, laa aquula. Dan pisahkan juga kata in dan ma pada surat Ar-Ra’du, dan bila difathahkan Hamzahnya maka sambungkanlah. Dan kata an ma

(83)   نُهُوا اقْطَعوا، مِن مَّا بِرُومٍ وَالنِّسَا * خُلْفُ المُنَافِقِين أَم مَّنْ أَسَّساَ

Nuhu pisahkan. Dan pisahkanlah min ma pada Ar-Ruum  dan An-Nisaa. Sedangkan pada Al-Munafiqun para Ulama berbeda pendapat. Dan pisahkanlah am man sebelum assasa

(84)   فُصِّلَتِ الَّنسَا وَذِبْحِ، حَيْثُ مَا * وَأَن لَّمِ المَفْتُوحَ، كَسْرُ إِنَّ مَا

Fushshilat, An-Nisa, dan Ash-Shaaffat. Dan pisahkan juga haithu ma. Dan pisahkanlah an lam. Dan pisahkanlah inna ma yang hamzahnya di kasrah pada

(85)   اَلانْعَامِ وَالمَفْتُوحَ يَدْعُونَ مَعَاَ * وَخُلْفُ الاَنْفَالِ وَنَحْلٍ وَقَعَا

Al-An’aam, Dan pisahkanlah anna ma yang hamzahya difathah pada kata yad’uuna, ada perbedaan pendapat pada Al-Anfaal dan al-Nahl

(86)   وَكُلَّ مَا سَأَلتُمُوهُ، وَاخْتُلِفْ * رُدُّوا، كَذَا قُلْ بِئْسَمَا وَالوَصْلُ صِفْ

Dan pisahkanlah kulla ma pada kata sa`altumuhu. Serta terjadi perbedaan pendapat pada sebelum kata ruddu.

juga ada perbedaan pendapat pada lafaz qul bi’sa ma. dan sambungkan bi’sa ma

(87)   خَلَفْتُمُوِنى وَاشْتَرَوْا،  في مَا قْطَعَا * أُوحِى أَفَضْتُمُ اشْتَهَتْ يَبْلُو مَعَا

 khalaftumuuni dan wasytaraw. Lalu pisahkanlah fi ma pada uhii , afadhtum, isytahat, liyabluwakum

(88)   ثَانِي فَعَلْنَ وَقَعَتْ رُومٌ كِلاَ * تَنْزِيلُ شُعَرَاءٍ، وَغَيْرَ ذي صِلاَ

fa’alna yang kedua, Al-Waqiah, Ruum, dua tempat pada Tanzil (Az-Zumar, dan Syu’ara. Sedangkan selainnya disambungkan.

(89)   فَأَيْنَمَا كَالنَّحْلِ صِلْ وَمُخْتَلِفْ * في الشُّعَرَا الأَحْزَابِ وَالنِّسَا وُصِفْ

Dan sambungkanlah aina ma seperti di surat An-Nahl. dan para Ulama berbeda pendapat apakah penulisannya disambung atau dipisah pada Asy-Syu’ara, Al-Ahzaab, & An-Nisaa.

(90)   وَصِلْ فَإِلَّمْ هُودَ، أَلْن نَّجْعَلاَ * نَجْمَعَ، كَيْلاَ تَحْزَنُوا تَأْسَوْا عَلَى

Dan sambungkanlah in lam Surat Huud. Juga sambungkanlah an lan sebelum naj’ala dan najma’a. Dan sambungkanlah kai la sebelum kata tahzanu dan ta’saw ‘alaa

(91)  حجُّ عَلَيْكَ حَرَجٌ، وَقَطَعْهُمْ * عَن مَّن يَشَاءُ مَن تَوَلَّى، يَوْمَ هُمْ

Juga pada surat Al-Hajj dan sebelum ’alayka harajun. Dan pisahkanlah an ma sebelum kata yasyaa & pada man tawalla. Dan pisahkanlah kata yauma hum

(92)   ومَالِ هَذَا وَالَّذينَ هَؤْلاَ * تَحِينَ في الإِمَامِ صِلْ وَوُهِّلاَ

Dan pisahkanlah ma li dengan kata haadza, alladziina, dan haa-ulaa.
Dan kata lata hina dalam mushaf Imam sambungkan, tetapi diragukan

(93)   وَوَزَنُوهُمُ وَكَالُوهُمُ صِلِ * كَذاَ مِنَ أل وَهَا وَيَا لاَ تَفْصِلِ

Dan sambungkanlah kata wazanu hum, dan kalu hum. Juga kata al, ha, ya jangan dipisahkan.

Hukum-Hukum Ta

(94)   وَرَحْمَتُ الزُّخْرُفِ بِالتَا زَبرَهْ * الاَعْرَافِ رُومٍ هُودٍ كَافِ الْبَقَرَهْ

Dan kata rahmat pada Az-Zukhruuf ditulis dengan Ta Maftuhah. Begitu juga pada  Al-A’raaf, Ruum, Huud, Maryam, dan Al-Baqarah

(95)   نعْمَتُهَا ثَلاَثُ نَحْلٍ ابْرَهَمْ * مَعَا أَخِيرَاتُ عُقُودُ الثَّانِ هَمْ

Juga kata ni’mat padanya Al-Baqarah ditulis dengan Ta maftuhah, tiga pada An-Nahl, dua pada akhir Ibrahim, pada Al- Maaidah sebelum kata ham yang kedua

(96)   لُقْمَانُ ثُمّ فَاطِرٌ كَالطُّورِ * عَمِرَانُ لَعْنَتَ بِهَا وَالنُّورِ

Juga kata ni’mat pada Luqman  ditulis dengan Ta maftuhah, kemudian Faathir , juga Ath-Thuur , dan Aali ‘Imraan .
Kemudian kata La’nat pada Aali ‘Imraan ditulis dengan Ta maftuhah juga pada An-Nuur .

(97)   وَامْرَأَتٌ يُوسُفَ عِمْرَانَ الْقَصَصْ * تَحْرِيمَ مَعْصِيَتْ بِقَدْ سَمِعْ يُخَصْ

Dan kata imra`at pada Yuusuf, Aali ‘Imraan, Al-Qashash, dan At-Tahriim ditulis dengan Ta maftuhah. Begitu pun kata ma’shiyat
yang terdapat pada Al-Mujaadalah

(98)   شَجَرَتَ الدُّخِانِ سُنَّتْ فَاطِرِ * كُلاً وَالاَنْفَالَ وَحرفَ غَافرِ

Kata syajarat pada  Ad-Dukhaan ditulis dengan Ta maftuhah.
Bagitu pun kata sunnat pada  Faathir, dan Al-Anfaal serta Ghaafir

(99)   قُرَّتُ عَيْنٍ جَنّتٌ في وَقَعَتْ * فِطْرَتْ بَقِيَّتْ وَابْنَتْ وَكَلِمَتْ

Kata Qurrat bila bersandingan dengan ‘ain ( Al-Qashash ayat: 9), kata Jannat pada surat Al-Waaqi’ah, kata Fithrat pada Ar-Ruum, Baqiyyat pada Huud, dan Ibnat pada At-Tahriim dan kata Kalimat

(100)   أَوْسَطَ اَلاعْرَافِ وَكُلُّ مَا اخْتُلِفْ * جَمْعَا وَفَرْداً فيهِ بِالتَاءِ عُرِفْ

Pada pertengahan Al-A’raaf. Serta semua kata yang diperselisihkan oleh para Ulama Qurra mengenai mufrad atau jamaknya, maka ditulis dengan Ta’ Maftuhah.

Hamzah Washol

(101)   وَابْدَأُ بِهَمْزِ الْوَصْلِ مِنْ فِعْلٍ بِضَمْ * إنْ كَانَ ثَالِثٌ مِنَ الْفِعْلِ يُضَمْ

Dan bacalah Hamzah washal pada fi’il (kata kerja) dengan dhammah, Bila huruf ketiga pada fi’il tersebut berharakat dhammah.

(102)   وَاكْسِرْهُ حَالَ الْكَسْرِ وَالْفَتْحِ وَفِى * الاَسْمَاءِ غَيْرَ اللاَّمِ كَسْرَهَا وَفِى

Dan bacalah Hamzah washal dengan kasrah bila huruf ketiganya berharakat kasrah atau fathah. Dan apabila berada pada kalimat isim yang tidak didahului Lam Alif Lam.

(103)   ابْنٍ مَعَ ابْنَةِ امْرِىءٍ وَاثْنَيْنِ * وَامْرَأةٍ وَاسْمٍ مَعَ اثْنَتَيْنِ

ibnin, ibnati, imriin, itsnaini, imraatin, ismin, dan itsnataini

(104)   وَحَاذِرِ الْوَقْفَ بِكُلِّ الحَرَكَهْ * إِلاَّ إِذَا رُمْتَ فَبَعْضُ حَرَكَهْ

Hindari waqof dengan harakat yang sempurna. Kecuali bila engkau membacanya dengan raum, maka bacalah dengan sebagian harakatnya

(105)   إِلاَّ بِفَتْحٍ أَوْ بِنَصْبٍ، وَأَشِمْ * إِشَارَةً بِالضَّمْ فِي رَفْعٍ وَضَمْ

kecuali fathah atau nashab.  Dan bacalah isymam dengan isyarat dengan dhammah ketika rafa’ atau dhammah.

Penutup

(106)   وَقَدْ تَقَضَّى نَظْمِىَ المُقَدَّمَهْ * مِنَّى لِقَارِئِ القُرَآنِ تَقْدِمَهْ

Telah tuntas nazhamku : Al-Muqaddimah. Sebagai hidangan yang aku sajikan kepada segenap para pembaca Al-Quran.

(107)   أَبْيَاتُهَا قَافٌ وَزَاىٌ فِي الْعَدَدْ * مِنْ يُحْسِنِ التَّجْوِيدَ يَظْفَرْ بِالرَّشَدْ

(Bait-baitnya berjumlah Qaf (seratus) dan Zay (tujuh). Siapa saja yang membaguskan bacaan Al-Quran dengan tajwid, merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan keuntungan yang besar.)

(108)   وَالحَمْدُ لِلِه لَهَا خِتامُ * ثُمَّ الصَّلاَةُ بَعْدُ وَالسَّلاَمُ

Segala puji bagi Allah atas terselesaikannya bait-bait ini, kemudian shalawat teriring salam,

(109)   عَلَى النَّبِىِّ المُصْطَفى وَآلِهِ * وَصَحْبِهِ وتابعِ منوالهِ

Untuk Nabi Muhammad Al-Mushthafa dan keluarganya. Juga kepada para Sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah dan manhajnya