Ketahuilah, bahwa perkataan adalah sifat pembicara (apa yang ada padamu tampak di mulutmu). Hizib-hizib para masyayikh yang arifin dan para ulama yang beramal dan wirid-wirid serta hafalan-hafalan mereka, doa-doa mereka yang luhur dan zikir-zikir mereka yang tinggi dan lainnya adalah sifat dari keadaan mereka, sifat teladan mereka, warisan ilmu dan amal mereka yang diluruskan dengan ilham-ilham mereka, disertai karomah-karomah mereka. Dengan itu mereka menjalankan semua urusan mereka, bukan dengan hawa nafsu. Oleh sebab itu, perkataan mereka diterima. Barangkali ada orang setelah mereka ingin mengusahakan hal itu sendiri untuk dirinya. Ternyata apa yang dilakukannya berakibat kebalikan dari itu.

 

Diceritakan: Bahwa lebah mengajari kumbang cara menenun sarang. Kemudian ia menenun sarang seperti itu dan membuat rumah seperti lebah. Kemudian kumbang mengaku bahwa ia mempunyai keahlian yang sama dengan lebah.

 

Maka lebah berkata kepadanya: Ini adalah rumah, lalu di mana madunya?

 

Sesungguhnya rahasianya adalah dalam penduduk, bukan tempatnya.

 

Ba Saudan menyebutkannya dalam kitab Dzaakhiratul ma’ad syarhu raatib Al-Haddad dan Al-Dawagji Asy-Syami.

 

Ba Saudan menyebutkan pula dalam kitab Adz-Dzakhirah di tempat lain sebelum ini: Adapun penyusunan wirid-wirid, hizib-hizib dan ratibratib serta lainnya seperti doa-doa oleh para imam yang arif dan ulama yang beramal, telah disebutkan oleh Asy-Syeikh Zarrug dan lainnya yang menulis syarah hizib-hizib Asy-Syeikh Abil Hasan Asy-Syadzili dan Al-Imam An-Nawawi serta lainnya: bahwa penetapan semua itu dan pengamalannya adalah sahih dan jelas dari As-Sunnah. Saksi-saksinya banyak.

 

Hal itu dibuktikan dengan penetapan Nabi Saw terhadap zikir-zikir dan doa-doa yang didengarnya dari banyak sahabatnya dengan kata-kata yang berbeda-beda dan arti-arti yang jelas tanpa diajari sebelumnya maupun belajar dari Nabi Saw mengenai kata-katanya.

 

Di antaranya: Hadis Abdullah bin Buraidah  bahwa Nabi Saw mendengar seorang lelaki mengucapkan:

 

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu, bahwa Engkau adalah Allah yang tiada Tuhan selain Engkau yang satu dan esa, tempat meminta segala sesuatu yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

 

Maka Nabi Saw berkata: “Dia telah memohon kepada Allah Ta’ala dengan nama-Nya yang paling agung yang apabila Dia dipanggil dengannya, maka Dia penuhi panggilannya dan apabila dimintai sesuatu dengan menyebutnya, maka Dia memberinya.”

 

Dan hadis-hadis lain yang disebutkannya dengan menukil dari zikir-zikir nabawi oleh Al-Imam An-Nawawi.

 

Kemudian ia berkata: Penyusunan hizib-hizib, wirid-wirid dan doa-doa mempunyai syarat-syarat.

 

Di antaranya: Penyusunan semua itu harus sesuai dengan hal, bukan berdasarkan keinginan dan ikhtiar buatan.

 

Kata-katanya harus bersih dari salah paham, kesamaran dan kerumitan karena harus sesuai dengan kata-kata As-Syaari’ dan makna-maknanya, dan merujuk kepada pokok dan dasarnya.

 

Maka lihatlah kitab itu, karena merupakan kumpulan yang sangat berharga.

 

Apa yang kami kumpulkan dalam lembaran-lembaran kecil ini adalah termasuk jenis ini sebagaimana pembaca akan melihatnya secara rinci insya Allah Ta’ala.

 

Kemudian, sesungguhnya manusia tidak menggunakan sesuatu, melainkan ia sangat mencintai pemiliknya (Barangsiapa mencintai suatu kaum, ia akan dihimpun bersama mereka) sebagaimana disebutkan dalam hadis.

 

Ia juga harus berbaik sangka kepada yang menampilkannya, meyakini kebaikan sumbernya, karena itu adalah syarat pemanfaatannya.

 

Setiap kebaikan terdapat dalam keyakinan dan setiap kejelekan terdapat dalam celaan.

 

Karena manusia diangkat derajatnya sesudi keyakinannya dan setiap orang yang tidak berkeyakinan, ia pun tidak mendapat manfaat

 

Allah SWT tidak menyia-nyiakan siapa yang berharap dan siapa yang berdoa kepadanya.

 

Dan manusia jika meyakini sesuatu dan tidak seperti yang disangkanya ia pun tidak sia-sia dan Allah yang memberinya

 

Maka amalkanlah, wahai saudaraku, semua yang terdapat dalam kitab ini (Kanzun najah was surur min al-ad’iyati al-latii tasyrahus shuduur) karena isinya banyak mengandung faedah, supaya engkau selamat dengannya dari berbagai kerusakan dan kejelekan dan engkau dapatkan berbagai keutamaan dan pahala dari Tuhanmu.

 

Amalkanlah pula doa-doa yang menyerupainya dan sesuai dengan timbangan syara’ yang mulia dan hukum-hukumnya yang tinggi dari setiap doa yang dikemukakan oleh para ulama yang beramal dan para auliya yang soleh dan arif, ahli kasyaf yang benar dan penerima ilham yang benar dan berhasil. Selain itu, engkau amalkan doa-doa yang diturunkan Allah Subhanahu wa

 

Ta’ala dalam kalam-Nya yang diturunkan dan doa-doa yang diriwayatkan dari nabi kita Muhammad Saw.

 

Meskipun pengamalan kedua macam ini lebih utama, tetapi tidak ada larangan sama sekali membaca doa-doa yang akan kami sebutkan.

 

Bahkan seandainya manusia mengarang sendiri doanya seperti susunan yang kami sebutkan, maka tidak ada masalah dalam hal itu.

 

Bahkan jika memahami maknanya, maka ia mendapat kesenangan penuh. Di samping itu, campurlah doa-doamu dengan doa-doa yang diriwayatkan supaya engkau mendapat faedah yang sempurna.

 

Tidaklah mengganggumu orang yang mengatakan manusia tidak boleh berdoa, kecuali yang berasal dari Allah Ta’ala dan pemimpin alam Muhammad Saw.

 

Karena para pemimpin yang ulama dan auliya yang akan kami sebutkan, mereka itu tidaklah menimba doa-da yang berlimpah itu, melainkan dari lautan Nabi yang paling mulia dan tidak mengambil cahaya-cahaya yang terang itu, kecuali dari cahaya Nabi Saw.

 

Mereka semua mendapatkan dari Rasulullah bagaikan mengambil segenggam air dari lautan atau seteguk air hujan

 

Engkau adalah pelita setiap keutamaan, maka tidaklah keluar dari cahayamu, melainkan berbagai macam cahaya.

 

Setiap keutamaan di alam semesta, maka orang-orang mulia meminjamnya dari keutamaan Nabi Saw.

 

Yang diandalkan dalam risalah ini dari doa-doa yang menyelamatkan pembacanya, selain yang diriwayatkan dari Nabi yang agung Muhammad Saw, adalah perkataan orang-orang soleh yang arif, ahlul kasyaf yang firasat mereka tidak meleset.

 

Barangsiapa mengkritik mereka, dialah yang salah dan sangat salah.

 

Kepada mereka telah ditunjukkan manfaatnya sehingga mereka nemperhatikan penyusunannya, lalu mengamalkannya dan mendorong orang-orang mengamalkannya. Maka orang-orang mengikuti mereka dengan mengamalkannya ketika mereka mengisyaratkan kepadanya di sebelah timur dan barat, ulama dan lainnya, yang bukan Arab maupun bangsa Arab.

 

Maka mereka menyaksikan keberkahannya dan melihat bukti yang menunjukkan kebenarannya dan mengetahui bahwa kebagusan syariat tidak menolaknya, tetapi condong kepadanya sebagaimana telah ditunjukkan dalam doa-doa dari orang-orang yang menciptakannya, dan dibenarkan oleh Nabi Saw.

 

Yang menjadi pedoman adalah keumuman lafad (kata), bukan kekhususan sebab.

 

Maka pahamilah wahai saudaraku dan amalkanlah tuntutan ini. Sesungguhnya yang membahayakanmu adalah andaikata engkau meyakini ketika mengamalkannya bahwa doa itu berasal dari Nabi yang agung. Hendaklah engkau tidak menisbatkan kepada Nabi Saw perkataan yang tidak diucapkannya, supaya tidak masuk dalam hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw:

 

“Barangsiapa berdusta terhadap aku, biarlah dia menempati tempatnya di neraka.” (Hadis riwayat Bukhari).

 

Maka amalkan doa-doa itu dengan bersandar kepada Allah tanpa menoleh kepada selain Dia, bukan karena diriwayatkan secara pasti dari Nabi yang mulia , demi mengikuti salaf yang soleh yang telah melakukannya dan mendorong untuk mengamalkannya demi mengambil berkah dari amalan mereka yang berhasil dan meneladani para sufi terkemuka dan mematuhi perkataan orang yang mewasiatkan dengannya dan mencari keberuntungan dengan perbuatan-perbuatan mereka yang diridoi.

 

Semoga Allah memberi kita manfaat dengan sebab mereka semuanya dan memberi kami dan kamu taufik untuk melakukan sesuatu yang disukai dan diridoi-Nya. Amin.

 

Jika engkau katakan: Kami tidak mengingkari doa semata-mata, tetapi yang kami ingkari adalah bahwa doa-doa ini tidak diminta, kecuali dalam waktu-waktu yang dikhususkan ini sebagaimana engkau akan melihatnya dalam risalah ini?

 

Saya katakan: Telah engkau ketahui bahwa yang diandalkan dalam apa yang kami sebutkan adalah perkataan orang-orang soleh, ahlil kasyaf dan perbuatan mereka.

 

Begitu pula semua itu adalah doa-doa dan permohonan dengan khusyuk kepada Allah Yang Maha menerima taubat dan Maha Penyayang, dan pembacaan Al-Quranil Karim, sedangkan kedua hal itu tidak dilarang

 

dalam suatu waktu. Maka siapa yang melakukan kedua hal itu, ia hanya bertujuan memohon kepada Allah dan membaca kalam Tuhan dari seluruh makhluk.

 

Tidak ada bid’ah dalam hal itu dan tidak patut diingkari. Barangsiapa yang mengingkari hal itu, maka ia patut mendapatkan kehinaan dan kebinasaan. Semoga Allah melindungi kita semua dari iktikad orang-orang durjana dan menjadikan kita sebagai orang yang meneladani para ulama terkemuka yang soleh demi kedudukan Nabi Saw. Aamiin.

 

Demikianlah, marilah kita mulai masuk dalam tujuan pembahasan ini dengan pertolongan Raja Yang Maha Mengetahui.

Ketahuilah, bahwa Muharram adalah bulan yang agung dan keutamaannya banyak dan luas. Muharram adalah bulan yang paling utama untuk puasa setelah Ramadan, kemudian Rajab, kemudian Zulhijjah, kemudian Zul Qadah, kemudian Sya’ban. Muharram adalah bulan Allah yang disucikan dan yang paling utama di antara bulan-bulan Haram dan yang ketiga dari tiga bulan Haram yang berturut-turut. Yang keempat dari bulan-bulan Haram adalah Rajab yang tunggal.

 

Al-Hafidh ibnu Hajar   menyebutkan: bahwa diriwayatkan dari Hafshah  dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa berpuasa pada hari terakhir dari bulan Zulhijjah, dan hari pertama dari bulan Muharram, maka Allah Ta’ala menjadikan puasa itu baginya tebusan untuk lima puluh tahun. Sedangkan puasa sehari dari bulan Muharram sama dengan puasa 30 hari.”

 

Al-Ghazali    berkata dalam kitab Al-Ihya’ dari Nabi   bahwa belia bersabda:

 

“Barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan Haram, yaitu Kamis, Jumat dan Sabtu, maka Allah Ta’ala menetapkan baginya seperti ibadah 700 tahun.”

 

(Hadis-hadis seperti yang tersebut di atas sebaiknya diperiksa lebih dulu sebelum diamalkan karena dikhawatirkan maudlu’: pen).

 

Doa di bulan Muharram diriwayatkan dan kebaikannya banyak. Di antara yang saya temukan ialah pertama membaca sebelum kedua doa berikut ini:

 

Ayatul Kursi 360 kali disertai Basmalah dalam setiap kali, dan ketika selesai dari semua itu mengucapakan:.

 

“Ya Allah, wahai Tuhan yang sanggup mengubah keadaan-keadaan, ubahlah keadaanku menjadi keadaan terbaik dengan daya dan kekuatanMu. Wahai Tuhan yang Maha Perkasa, wahai Tuhan yang Maha Tinggi. Wa shallahu “alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Dalam bacaan ini terkandung faedah-faedah yang besar sebagaimana engkau akan mengetahuinya, insya Allah Ta’ala.

 

Berkata Syaikh kami: Dan Syaikh dari para masyayikh kami Al-Arif birabbihi al-Mannan, sayyiduna dan maulana As-Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan   sebagaimana saya menukilnya dari tulisannya dalam kitab Safinah-nya:

 

Salah seorang ulama menyebutkan bahwa ia membaca di hari pertama dari bulan Muharram Ayatul Kursi 360 kali disertai Basmalah dalam setiap kali.

 

Sesungguhnya bacaan itu adalah benteng yang kokoh untuk berlindung dari gangguan syaitan yang terkutuk dalam tahun itu. Di dalamnya terkandung faedah-faedah yang tak terhitung dan tak terbatas.

 

Adalah syeikh kami — yakni Asy-Syaikh Utsman Ad-Dimyathi 2 selah, membacanya dan patutlah melakukannya sebelum doa.

 

Berkata Al-Allamah Asy-Syaikh Hasan Al-Idwi Al-Hamzaw dalam (.   ): Asy-Syaikh Abul Yusri Al-Qatthan murid Asy-Syaikh Karimuddin Al-Khalwati menyebutkan dari Asy-Syaikh Damardasy Al-Kabir : Barangsiapa membaca Ayatu Kursi di hari pertama dari bulan Muharram 360 kali dengan membaca Basmalah di awal setiap kali dan ketika selesai dari semua itu membaca:

 

“Ya Allah, wahai Tuhan yang sanggup mengubah keadaan-keadaan, ubahlah keadaanku menjadi keadaan terbaik dengan daya dan kekuatanMu. Wahai Tuhan yang Maha Perkasa, wahai Tuhan yang Maha Tinggi. Wa shallahu ‘alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

Maka dia terlindung dari segala bencana dalam seluruh tahun.

 

Al-Allamah Ad-Dairi menyebutkan mengenai faedah-faedahnya

 

dengan menukil dari Al-Allamah Jamaluddin Sibth ibnul Jauzi dari AsySyaikh Umar bin Qudamah Al-Maqdisi, doa untuk awal tahun dan doa untuk akhirnya dan ia berkata: Guru-guru kami selalu mewasiatkan agar membacanya dan mereka sendiri membacanya. Saya tidak pernah lupa membacanya seumur hidupku. Adapun doa awal tahun, ia mengucapkan:

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Ya Allah, limpahkanlah solawat atas Sayyidina Muhammad dengan solawat yang memenuhi perbendaharaan Allah dengan cahaya dan menjadi sebab kebebasan dan kegembiraan bagi kami dan kaum mukminin, dan kepada keluarga serta para sahabatnya, . dan berilah kepada mereka kesejahteraan yang banyak.”

 

“Ya Allah, Engkaulah yang abadi, gadim (lama) dan awal, dan kepada. karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang menyeluruh kami berharap. Ini tahun baru telah datang. Aku mohon kepada-Mu perlindungan dari kejahatan syaitan dan para pengikutnya dan pertolongan untuk menghadapi nafsu yang selalu menyuruh berbuat kejelekan ini, dan melakukan kesibukan dengan sesuatu yang mendekatkan aku kepada-Mu, wahai Tuhan Yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wa shallahu ta’ala ‘alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Ia membacanya tiga kali, karena syaitan berkata: “Ia telah mendapat perlindungan atas dirinya”, dan dua malaikat menjaganya dari gangguan syaitan dan para pengikutnya.

 

Berkata Al-Allamah Asy-Syarif Al-Hasani yang tersohor dengan panggilan Ma’ul ainain dalam kitab “Nartil bidaayaat”: (Ini adalah faedahfaedah) untuk orang yang mencapai tingkat penghabisan dan berfaedah bagi yang masih dalam permulaan.

 

Pertama: Mengenai hal-hal yang berfaedah dalam tahun ini. Di antaranya, doa awal tahun.

 

Syaikh kami dan syaikh dari masyayikh kami  menyebutkannya dalam kitab Safinah-nya pula dan berkata: Salah seorang dari mereka menyebutkan dari Al-Imam Hujjatul Islam Muhammad Al-Ghazali – Qaddasallahu sirrahu — ia berkata:

 

Aku berada di Makkah Al-Musyarrafah pada hari pertama dari tahun baru Hijrah melakukan tawaf di Al-Baitil Haram (Kakbah). Tiba-tiba terlintas dalam hatiku keinginan bertemu Al-Khadhir    di hari itu dan Allah SWT mengilhamiku doa ini. Maka aku berdoa kepada Allah Ta’ala agar mempertemukan aku dengannya di hari itu.

 

Begitu aku selesai berdoa, tiba-tiba muncul Al-Khidhir di tempat tawaf. Maka aku mulai tawaf bersamanya dan melakukan apa yang dilakukannya dan mengucapkan perkataannya hingga ia selesai dari tawafnya, lalu aku duduk menghadap Kakbah. .

 

Kemudian ia menoleh kepadaku dan berkata: Hai Muhammad, apa yang mendorongmu untuk memohon kepada Allah SWT agar mempertemukan aku denganmu di hari ini dan tempat suci ini?

 

Maka aku menjawab: Wahai tuanku, ini adalah tahun baru dan aku ingin mengikutimu dalam menyambutnya dengan ibadah dan doa-doamu.

 

Ia berkata: Benar. Kemudian ia berkata lagi: Solatlah dengan solat yang sempurna.

 

Kemudian aku berdiri dan mengerjakan solat yang dia suruh aku melakukannya. Ketika aku selesai darinya, Al-Khadhir berkata: Berdoalah dengan doa yang diriwayatkan dan mengandung berbagai kebaikan dan keberkahan, yaitu:

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala buji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan pertolongan-Mu agar Engkau Timpahkan solawat dan salam atas Sayyidina Muhammad dan para nabi dan rasul yang lain dan keluarga mercka serta para sahabat mereka semuanya.

 

Dan aku mohon kepada-Mu agar Engkau mengampuni dosa-dosaku yang lalu dan menjagaku dari yang selanjutnya, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Ya Allah, ini tahun baru sudah datang. Aku tidak mengerjakan pada permulaannya suatu amalan yang mendekatkan aku kepada-Mu sedekatdekatnyg, kecuali permolionanku kepada-Mu. Maka aku mohon kepadaMu agar memberikan taufik untuk membuat-Mu rido kepadaku dengan melakukan kewajibanku kepada-Mu berupa ketaatan dan keikhlasan yang Engkau wajibkan padanya untuk mendapatkan keridoan diri-Mu yang Maha Pemurah dalam beribadah kepada-Mu. Dan aku mohon kepada-Mu untuk menyelesaikan kewajiban itu padaku dengan karunia dan rahmatMu.

 

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikan tahun yang datang ini: keberkahan dan kemudahannya, keamanan dan keselamatannya. Dan aku berlindung dengan-Mu dari kejahatan dan hambatannya, kesulitan, ketakutan dan bahayanya.

 

Dan aku berharap kepada-Mu untuk memelihara agamaku yang menjadi pelindung urusanku dan duniaku di mana terdapat penghidupanku dan memberiku taufik di dalamnya kepada perbuatan yang menyebabkan Engkau rido kepadaku dalam akhiratku, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Wa shallahu ta’ala “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

 

“Doa mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma”, dan salam

 

penghormatan mereka ialah “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillahi Rabbil “aalamiin.” (QS. Yunus: 10).

 

Doa Yang Diminta Untuk Diucapkan Dalam Setiap Hari Dari Sepuluh Hari Pertama Di Bulan Muharram

 

Berkata Syaikh kami dan Syaikh dari masyayikh kami: Doa yang disebutkan juga untuk melindungi dari gangguan syaitan dalam seluruh tahun: Engkau ucapkan setiap hari dari sepuluh hari pertama di bulan Muharram (tiga kali):

 

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah gadim (lama), sedangkan tahun ini baru telah datang dan sebuah tahun baru telah muncul.

 

Kami mohon kepada-Mu dari kebaikannya dan berlindung dengan-Mu dari kejelekannya dan memohon perlindungan-Mu dari kelewatannya dan kelalaiannya. Maka berilah kami perlindungan dari gangguan syaitan yang terkutuk.

 

Ya Allah, sesungguhnya Engkau memberikan kemampuan untuk mengganggu kami kepada musuh yang melihat kejelekan-kejelekan kami dan mengetahui aurat-aurat kami dari depan dan belakang kami, dari sebelah kanan dan kiri kami, dia dan para pengikutnya melihat kami dari suatu tempat yang kami tidak bisa melihat mereka.

 

Ya Allah, buatlah dia putus asa terhadap kami sebagaimana Engkau membuatnya putus asa dari rahmat-Mu, dan buatlah dia putus asa dari kami sebagaimana Engkau membuatnya putus asa dari maaf-Mu.

 

Jauhkan antara kami dan dia sebagaimana Engkau halangi dia untuk mendapatkan ampunan-Mu.

 

Sesungguhnya Engkau sanggup melakukan itu dan Engkaulah yang Maha Kuasa untuk melakukan segala yang Engkau inginkan.

 

Wa shallallahu Ta’ala “alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa Shahbihi wa sallam.”

 

Doa ini disebutkan oleh Al-Allamah Asy-Sayyidi Ali Al-Wina’y Asy-Syafi’i dalam risalahnya yang dikumpulkannya mengenai malam nisfu Sya’ban dan lainnya seperti Ramadan.

 

Adapun doa akhir tahun akan disebutkan insya’ Allah Ta’ala di akhir lembaran-lembaran ini.

 

Faedah: Termasuk amalan-amaln mujarrab yang sahih (sebagaimana disebutkan dalam kitab (.          ) oleh As-Sayyid Asy-Syarif Ma’ul ainain ialah siapa yang menulis Basmalah di awal Muharram 113 kali, maka pembawanya tidak akan mengalami bencana padanya dan keluarganya selama hidupnya.

 

Dan apabila dia berjumpa seorang penguasa yang zalim, ia pun aman dari kejahatannya. Dan Allah lebih tahu tentang rahasia-rahasianya.

 

Di antara khasiat-khasiat firman Allah:

 

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?

 

Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksa Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain.

 

Maka apakah mereka merasa aman dari siksa Allah (yang tidak terdugaduga)? Tiada yang merasa aman dari siksa Allah, kecuali orang-orang merugi.” (QS. Al-A’raaf: 97-99).

 

Bacaan ini berkhasiat mengusir binatang berbisa yang mengganggu dari rumah. Apabila engkau menginginkan itu, maka tulislah ayat-ayat ini pada hari pertama dari bulan Muharram di kertas dan basuhlah dengan air, lalu percikkanlah airnya di sudut-sudut ruang atau rumah. Maka engkau akan aman dari semua itu dengan izin Allah Ta’ala.

 

Faedah besar yang mengandung kebaikan banyak: Disebutkan dalam Al-Jaami’ ash-shaghir dari ibnu As-Sunni dari Anas:

 

Adalah Nabi Saw apabila melihat hilal, beliau mengucapkan:

 

“Ya Allah, jadikan dia hilal yang membawa keberkahan dan kebenaran, Aku beriman kepada Tuhan yang menciptakan dan menyempurnakanmu. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta.”

 

Disebutkan dalam Musnad Ad-Darimi dan Shahih ibnu Hibban bahwa Nabi Saw mengucapkan ketika melihat hilal:

 

“Allahu Akbar. Ya Allah, jadikanlah dia hilal yang membawa keamanan dan iman dan keselamatan dan Islam serta taufik untuk melakukan amal yang Engkau sukai dan ridoi. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah.”

 

Dalam Sunan Abu Dawud — adalah Nabi Saw mengucapkan:     (dua kali)       (tiga kali).

 

(Disunnahkan) membaca setelah itu surah Tabarok al-mulku. Berdasarkan sebuah atsar mengenainya dan karena ia adalah surah yang menyelamatkan dan melindungi (dari azab kubur).

 

As-Subki  berkata: Sepertinya hal itu disebabkan jumlahnya 30 ayat seperti jumlah hari dalam sebulan dan karena ketenangan turun ketika membacanya.

 

Adalah Nabi  membacanya ketika hendak tidur. Hendaklah ia membacanya ketika melihat hilal.

Ketahuilah, bahwa termasuk amalan yang diminta di bulan Asyura jalah menghidupkan malamnya. Itu adalah amalan yang sangat dianjurkan oleh Asy-Syaari’, karena di malam itu turun bantuan Rabbani dan limpahan karunia, terutama dengan membaca Al-Qur’anil Karim atau mendengarnya dan membaca doa-doa dan zikir-zikir yang diriwayatkan.

 

Juga diminta pada malam Asyura sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Allamah Ad-Dairobi mengenai khasiat Ayatul Kursi dalam kitab Mujarrabatnya dan pengarang kitab “Nartil bidaayaat” bahwa siapa yang membaca pada malam Asyura setelah menyempurnakan wudhu dan mengerjakan solat dua rakaat Ayatul Kursi 360 kali dengan membaca Basmalah pada setiap kali sebagaimana yang telah lewat di awal setiap hari darinya dengan menghadap kiblat dan berlutut. Kemudian setelah selesai membaca jumlah tersebut, ia membaca:

 

(empat puluh delapan kali).

 

Kemudian ia ucapkan:

 

“Ya Allah, sesungguhnya ini adalah malam yang baru, bulan yang baru dan tahun yang baru. Maka berilah aku, ya Allah, kebaikannya dan kebaikan segala yang ada didalamnya, danjauhkanakudarikejelekannyadankejelekan segala yang ada di dalamnya, dan kejelekan fitnahnya dan bid’ah-bid’ahnya serta kejelekan nafsu, hawa nafsu dan syaitan yang terkutuk.” (12 kali).

 

Ia menutup doa ini dengan doa apa saja yang diinginkan yang berasal dari Al-Qur’an dan mendoakan semua kaum muslimin dan muslimat setelah mengucapkan solawat untuk Nabi  dan membaca tasbih dan tahlil beberapa kali. Maka pada tahunnya itu ia akan terlindung dari bahaya-bahaya yang lain dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

Termasuk yang diminta dalam hari Asyura ialah melakukan berbagai amalan. Ada yang menghitungnya sepuluh amalan dan ada yang menghitungnya dua belas amalan. Yaitu: Membaca solawat dan salam, silaturrahim dan mengeluarkan Shodaqoh, mandi dan memakai celak, berziarah kepada orang alim dan menjenguk orang sakit, mengusap kepala anak yatim, memberi kelapangan rezeki kepada keluarga, menggunting kuku dan membaca surah Al-Ikhlash (seribu kali).

 

Di hari Asyura ada sepuluh amalan

dan dua bersambung dengannya dan mempunyai keutamaan yang dinukil

puasalah, bacalah solawat, ziarahi orang alim, jenguklah orang sakit dan pakailah celak

usaplah kepala anak yatim, keluarkan sodagoh dan mandilah

berilah kelapangan rezeki kepada keluarga dan guntinglah kuku Bacalah surah Al-Ikhlash seribu kali niscaya sampai pahalanya.

 

Tidak sah mengenai amalan-amalan itu, kecuali hadis puasa dan melapangkan nafkah kepada keluarga.

 

Adapun sepuluh amalan yang lain, maka ada yang dlo’if dan ada pula yang mungkar maudlu’, sebagaimana dikatakan oleh Al-Allamah Al-Ajhuri. Lihat kitab An-Nafahaat oleh Al-Hamzawi.

 

Saya buatkan nadhomnya dengan perkataanku untuk ditambahkan dengan tiga bait yang tersebut. Maka saya katakan:

 

Tidak sah hadis mengenai ini selain melapangkan nafkah dan puasa, maka peliharalah dan ikutilah dia

 

Termasuk yang diminta pada hari Asyura ialah berdoa dengan penuh khusyuk dan kerendahan diri, terutama dengan mengucapkan Hasbunallahu wa ni’mal wakiil dan tasbih yang lafadnya akan datang.

 

Sesungguhnya dalam kedua bacaan itu terdapat faedah besar dan hasil yang besar. Al-Allamah Ad-Dairobi telah menyebutkan dalam Fawaid-nya dan Sayyidi Muhammad Al-Amir ash-shaghir dalam risalahnya mengenai keutamaan-keutamaan Asyura dengan menukil dari Al-Allamah Al-Ajhuri bahwa siapa yang mengucapkan pada hari Asyura:     (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung, Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong) 70 kali, maka Allah melindunginya dari bencana di tahun itu.

 

Al-Ajhuri berkata pula: As-Sayyid yang dipanggil Ghautsullah menyebutkan dalam kitab Al-Jawahir bahwa siapa yang mengucapkan pada hari Asyura (70 kali)    dan membaca doa ini (7 kali), ia tidak mati di tahun itu, sedangkan yang dekat ajalnya tidak diberi taufik untuk membacanya.

 

Inilah doanya:

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dan solawat serta salam semoga selalu dilimpahkan Allah kepada Sayyidina Muhammad dan keluarga serta para sahabatnya.

 

Subhanallah sepenuh timbangan (amal) dan sebanyak ilmu (Allah), sebanyak rido (Allah) dan seberat timbangan Arsy. Tiada tempat berlindung dan tiada tempat keselamatan dari Allah, kecuali kembali kepada-Nya.

 

Subhanallah sebanyak bilangan genap dan ganjil dan sebanyak kalimat: kalimat-Nya yang sempurna seluruhnya.

 

Aku mohon kepada-Mu keselamatan seluruhnya dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Cukuplah Dia menjadi penolongku dan sebaik-baik pelindung. Allah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

 

Wa shallallahu ta’ala “alaa nabiyyina khairi khalqihi Sayyidina

 

Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam ajma’in.”

 

Salah seorang dari mereka menyebutkan dari Quthbuddin Al-Hanafi An-Nahrawani dan ibnu Farhun Al-Maliki.

 

Quthbuddin mengaitkannya dengan solat dua rakaat sebelumnya, kemudian membaca doa itu dengan menghadap kiblat dengan khusyuk dan kehadiran hati.

 

Doa itu dibaca sepuluh kali dan meniup pada dirinya setiap kali dari sepuluh kali. Dan apabila dibacakan kepada anak-anak kecil dan pembacanya meniup pada mereka, maka mereka tidak mati dan disuruh menirukannya kepada siapa yang bisa mengucapkannya di antara mereka. Demikian tulisan Syaikh kami dan syaikh dari masyayikh kami tersebut    .

 

Disebutkan dalam Fathul Baariy: Kalimat-kalimat yang barangsiapa membacanya di hari Asyura, maka tidaklah mati hatinya, yaitu:

 

“Subhanallah sepenuh timbangan (amal), sebanyak ilmu (Allah), sebanyak rido (Allah) dan seberat timbangan Arsy.

 

Alhamdulillah sepenuh timbangan (amal) dan sebanyak ilmu (Allah), sebanyak rido (Allah) dan seberat timbangan Arsy.

 

Allahu Akbar sepenuh timbangan (amal) dan sebanyak ilmu (Allah), sebanyak rido (Allah) dan seberat timbangan Arsy

 

Tiada tempat berlindung dan tiada tempat keselamatan dari Allah, kecuali kembali kepada-Nya.

 

Subhanallah sebanyak bilangan genap dan ganjil, dan sebanyak kalimatkalimat Allah yang sempurna seluruhnya.

 

Alhamdulillah sebanyak bilangan genap dan ganjil, dan sebanyak kalimatkalimat Allah yang sempurna seluruhnya.

 

Allahu Akbar sebanyak bilangan genap dan ganjil, dan sebanyak kalimatkalimat Allah yang sempurna seluruhnya.

 

Aku mohon keselamatan kepada-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

 

Wa shallallahu ta’ala “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam ajma’in. walhamdu lillah rabbil “aalamiin.”

 

Saya melihat dengan tulisan salah seorang dari mereka: bahwa termasuk yang diminta pada hari Asyura adalah membaca doa ini:

 

“Ya Allah, wahai Tuhan yang menyingkirkan setiap bencana, wahai Tuhan yang mengeluarkan Dzin Nun (Nabi Yunus) dari perut ikan pada hari Asyura, waha Tuhan yang mempersatukan Ya’qub pada hari Asyura, wahai Tuhan yang mengampuni dosa Dawud pada hari Asyura, wahai Tuhan yang menyembuhkan penyakit Ayyub pada hari Asyura, wahai Tuhan yang mendengar doa Musa dan Harun pada hari Asyura, waha Tuhan yang menciptakan ruh Sayyidina Muhammad Saw kekasih-Mu dan pilihan-Mu

 

bada hari Asyura, wahai Tuhan yang Maha Pengasih di dunia da. tiada Tuhan selain Engkau.

 

Penuhilah hajatku di dunia dan akhirat dan panjangkan umurku dalam menaati dan mencintai-Mu dan mendapatkan rido-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Hidupkanlah aku dalam kehidupan yang baik dan wafatkanlah aku dalam Islam dan iman, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Wa shallallahu ta’ala “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Di antara doa-doa Asyura ialah yang saya temukan dalam kitab Safinatul uluum oleh Al-Allamah Asy-Syaikh Ibrahim Al-Atha AsySyami, yaitu:

 

“Ya Allah, wahai Tuhan yang selalu berbuat baik, telah datang kepada-Mu orang yang berbuat dosa. Wahai Tuhan yang selalu berbuat baik, Engkau telah menyuruh memaafkan orang yang bersalah.

 

Maka Engkaulah yang berbuat baik dan akulah orang yang berdosa, maka maafkanlah perbuatanku yang buruk dengan kebaikan yang ada pada-Mu.

 

Engkaulah yang dikenal dengan kebajikan dan disifati dengan kebaikan. Berilah aku kebaikanMu dan cukupilah aku dengannya tanpa membutuhkan kebaikan dari selain Engkau, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Wa shallallahu “alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam tasliman katsiran ila yaumiddin.”

 

 

Perinatan: Al-Allamah Asy-Syaikh Zainuddin murid ibnu Hajar Al-Makki berkata dalam kitabnya “Irsyadul ibaad” seperti ulama mazhab yang lain: Termasuk bid’ah yang tercela dan berdosa pelakunya dan wajib dilarang oleh para penguasa adalah solat Ar-Ragha’ib 12 rakaat antara Maghrib dan Isya pada malam awal Jumat di bulan Rajab dan solat malam nisfu Sya’ban seratus rakaat. Dan solat akhir Jumat dari bulan Ramadan 17 rakaat dengan niat menggadha solat lima waktu yang belum digadha olehnya. Dan solat hari Asyura dua rakaat atau empat rakaat atau lebih dan solat seminggu.

 

Adapun hadis-hadisnya maudlu’ tidak sah dan jangan tertipu oleh siapa yang menyebutkannya.

 

Saya katakan: Seperti itu pula solat di bulan Safar. Barangsiapa yang ingin mengerjakan solat di waktu ini, hendaklah ia berniat sunnah mutlak sendiri-sendiri tanpa menetapkan jumlah tertentu, yaitu yang tidak terikat dengan waktu maupun sebab dan tidak terbatas.

 

Dengan pertolongan Allah kita mohon taufik.

Ketahuilah, bahwa kumpulan yang dinukil dari perkataan orangorang soleh ialah bahwa di akhir Rabu dari bulan Safar turun bencana besar dan bencana yang dibagikan dalam seluruh tahun turun di hari itu. Maka siapa yang menginginkan keselamatan dan perlindungan dari bencana itu, hendaklah ia berdoa di hari pertama dari bulan Safar dan juga di akhir Rabu darinya dengan doa ini.

 

Maka siapa yang membaca doa ini, Allah SWT menolak akibat buruk dari bencana ini. Demikianlah yang saya temukan dengan tulisan seorang soleh.

 

Doa di hari pertama dari bulan Safar adalah:

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

Dan solawat semoga selalu dilimpahkan Allah Ta’ala atas Sayyidina Muhammad dan keluarga serta semua sahabatnya.

 

Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan zaman ini dan penghuninya dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dan keagungan wajah-Mu dan kesempurnaan keagungan kesucian-Mu agar Engkau lindungi aku dan

 

kedua orangtuaku dan anak-anakku dan istriku dan para kekasihku serta semua yang aku kasihi dari kejelekan tahun ini.

 

Lindungilah aku dari kejelekan yang Engkau takdirkan di tahun ini

 

dan jauhkan dariku kejelekan di bulan Safar, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

 

Jadikanlah bagiku akhir dalam bulan dan tahun ini dengan keselamatan, kesehatan, dan kebahagiaan bagiku dan kedua orangtuaku dan anakanakku dan istriku serta semua yang aku cintai dan seluruh kaum muslimin.

 

Wa shallallahu ta’ala “alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Saya dapatkan pula dengan tulisan seorang soleh: bahwa siapa yang membaca setiap hari dari bulan Safar doa ini maka Allah Ta’ala melindunginya dalam tahun itu dari berbagai gangguan dan bencana hingga bulan Safar berikutnya dan ia tidak ditimpa bencana dalam tahun itu, yaitu doa ini:

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, limpahkanlah solawat, barokah dan salam atas Sayyidina Muhammad hamba-Mu, nabi dan rasul-Mu, nabi yang Ummiy dan keluarganya.

 

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan bulan ini dan dari setiap kesulitan, cobaan dan bencana yang Engkau takdirkan di dalamnya, wahai Pencipta kehidupan, wahai Penguasa dunia dan akhirat, wahai Tuhan yang mengetahui semua peristiwa yang sudah terjadi dan yang sedang terjadi dan Tuhan yang apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah”, maka terjadilah dia.

 

Wahai Tuhanku yang Azali, wahai Tuhan yang Abadi, wahai Tuhan yang menciptakan dari permulaan, wahai Tuhan yang mengembalikan (menghidupkan)nya kembali. Wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Tuhan pemilik Arsy yang Maha Mulia. Engkau melakukan apa saja yang Engkau kehendaki.

 

Ya Allah, jagalah dengan pengawasan-Mu, diriku, istriku, hartaku, anakku, agama dan duniaku yang Engkau mengujiku dengan menemaninya demi kehormatan orang-orang soleh dan orang-orang baik, dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Perkasa, wahai Tuhan Yang Maha Pengampun, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, wahai Tuhan yang menutupi kejelekan, dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Ya Allah, wahai Tuhan Yang Maha Kuat, wahai Tuhan yang Maha Keras siksa-Nya, wahai Tuhan yang Maha Perkasa, tunduk kepada keperkasaanMu semua makhluk-Mu, lindungilah aku dari semua makhluk-Mu.

 

Wahai Tuhan yang selalu berbuat baik, wahai Tuhan yang membuat kebagusan, wahai Tuhan yang memberi karunia, wahai Tuhan yang memberi kenikmatan, wahai Tuhan yang memuliakan, wahai Tuhan yang tiada Tuhan selain Engkau, dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Wa shallallahu “alaa Sayyidina Muhammadi wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam ajma’in.”

 

Al-Allamah As-Syaikh Ad-Dairobi berkata dalam kitab Mujarrobatnya:

 

Faedah: Seorang arif ahlil kasyaf dan tamkin berkata: Dalam setiap tahun turun 320 ribu bencana. Semua itu terjadi pada hari Rabu terakhir dari bulan Safar. Maka hari itu menjadi hari paling sulit dalam setahun.

 

Maka siapa yang mengerjakan solat empat rakaat pada hari itu dan membaca dalam setiap rakaat darinya setelah Al-Fatihah surah AlKautsar 17 kali dan Al-Ikhlas 5 kali dan Al-Mw’awwidzatain sekali sekali dan membaca doa ini sehabis salam, maka Allah Ta’ala melindunginya dengan kemurahan-Nya dari semua bencana yang turun di hari itu dan tidak terjadi suatu bencana dari bencana-bencana itu hingga tahun itu berakhir.

 

Disebutkan oleh Asy-Syaikh Syukur Kanji gaddasallahu sirrahu

 

mengenai wirid-wirid Khawaja Mughniddin sebagaimana disebutkan dalam Al-Jawaahir al-khamsu dan disebutkan oleh Asy-Syaikh Al-Buni  dalam kitab Al-Firdaus: 

 

Sesungguhnya Allah SWT menurunkan bencana di akhir Rabu dari bulan Safar antara langit dan bumi. Kemudian malaikat yang bertugas untuk itu menerimanya dan menyerahkannya kepada Quthbul ghauts, lalu membagikannya kepada alam dunia. Maka setiap kematian atau bencana atau kesusahan yang terjadi adalah berasal dari bencana yang dibagikan itu. Barangsiapa menginginkan keselamatan dari bencana itu, hendaklah ia mengerjakan solat enam rakaat. Ia membaca dalam rakaat pertama AlFatihah dan Ayatul Kursi, dalam rakaat kedua Al-Fatihah dan surah AlIkhlas dalam setiap rakaat. Kemudian ia ucapkan solawat untuk Nabi  dengan solawat apa pun, kemudian membaca doa ini:

 

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang terbaik dan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan demi kehormatan nabi-Mu Muhammad Saw agar Engkau lindungi aku dan menyelamatkan aku dari bencana-Mu.

 

Wahai Tuhan yang menolak segala bencana, wahai Tuhan yang menyingkirkan kesusahan, wahai Tuhan yang menghilangkan kesedihan. Singkirkan dariku kesusahan atau kesedihan yang ditetapkan atas diriku di tahun ini. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

Wa shallallahu “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam tasliman.”

 

Seorang soleh berkata: bahwa akhir Rabu dalam bulan Safar adalah hari sial yang terus berlangsung. Maka dianjurkan membaca surah Yaasin pada hari itu. Apabila sudah sampai firman Allah Ta’ala:.    mengulanginya 313 kali. Kemudian ia berdoa

 

“Ya Allah, limpahkan solawat atas Sayyidina Muhammad dengan solawat yang menyelamatkan kami dari semua bahaya dan gangguan dan memenuhi hajat-hajat kami, menyucikan kami dari semua dosa, mengangkat kami ke derajat tertinggi, menyampaikan kami ke tujuan terjauh berupa seluruh kebaikan di masa hidup dan sesudah mati.”

 

Kemudian ia ucapkan:

 

“Ya Allah, singkirkan dari kami kejelekan dari segala yang turun dari langit dan yang keluar dari bumi. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

Wa shallallahu “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Kemudian ia berdoa dengan memohon keperluan dunia dan akhirat dan memohon kesehatan dan keselamatan kepada Allah Ta’ala.

 

Faedah: Termasuk amalan yang mujarab untuk menolak bencana dan melindungi diri darinya ialah menulis ayat-ayat dan menghapusnya, lalu meminum airnya.

 

Disebutkan dalam Natil bidaayat: Diriwayatkan bahwa siapa yang mengerjakan solat empat rakaat yang lalu dan berdoa dengan doa yang lalu, yaitu:    dan seterusnya, kemudian menulis ayat-ayat ini dan membasuhnya dengan air dan minum darinya, ia pun aman dari bencana yang turun pada siang hari itu hingga akhir tahun.

 

Ayat-ayat itu ialah:

 

Saya katakan: Riwayat inilah yang dulu diamalkan oleh Syaikh kami  dan itulah yang terbaik, karena manfaatnya berlaku umum untuk anak kecil, orang perempuan dan hamba sahaya.

 

 

Peringatan dan pemberitahuan untuk menolak banyak khayalan:

 

Ketahuilah bahwa Imam Bukhari dan Imam Muslim  meriwayatkan dalam dua kitab Shahih mereka dari Abi Hurairah  dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Tidak ada penularan dan tidak boleh percaya pertanda buruk, tidak boleh percaya burung hantu dan tidak boleh percaya kesialan bulan Safar.”

 

Maka seorang dusun berkata: Mengapa unta berada di pasir seakanakan menjangan? Lalu bercampur dengan unta yang berpenyakit kudis sehingga menyebabkan dia terkena penyakit kudis?

 

Maka Rasulullah  menjawab: “Siapa yang menulari unta pertama?” Saya katakan: Wa billahi at-taufiq. Hadis ini telah diriwayatkan dengan riwayat bermacam-macam.

 

Dalam kitab Al-Masyarig oleh Ash-Shaaghani dengan mengisyaratkan kepada Bukhari dari Abi Hurairah: “Dan sebaik-baiknya adalah pertanda baik.”

 

Dan mengisyaratkan kepada Bukhari dan Muslim dari Jabir:

 

“Tidak ada penularan, tidak bolch percaya kesialan pertanda buruk, tidak boleh percaya kesialan burung hantu, tidak boleh percaya kesialan bulan Safar dan tidak boleh percaya hantu.”

 

Dalam kitab Al-Aatsar oleh Ath-Ihahawi diriwayatkan dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Menerbangkan burung untuk mencari petunjuk dan percaya kesialan pertanda buruk dan melempar batu untuk mencari petunjuk gaib termasuk syirik.”

 

Hadis ini disebutkan oleh As-Suyuthi dengan memberi isyarat kepada Abu Dawud.

 

Para ulama  berkata dalam menafsirkan kata-kata ini dengan ringkas:

 

Arti “Tidak ada penularan”, ialah penyakit tidak menjalar dari penderitanya kepada orang lain.

 

Ini adalah penyangkalan terhadap keyakinan jahiliah mengenai sebagian penyakit seperti kudis bahwa penyakit itu menular karena tabiatnya tanpa menisbatkannya kepada Allah Ta’ala.

 

Maka Nabi  membatalkan keyakinan mereka itu dengan perkataannya: “Tidak ada penularan” ketika orang dusun itu bertanya tentang unta sehat yang bercampur dengan unta yang berpenyakit kudis sehingga terkena kudis. Kemudian Nabi  berkata: “Siapa yang menulari unta pertama.”

 

Yakni unta pertama tidak terkena kudis karena penularan, tetapi disebabkan keputusan Allah Ta’ala dan takdir-Nya. Begitu pula unta kedua dan seterusnya.

 

Telah diriwayatkan hadis-hadis yang sebagiannya membingungkan banyak orang sehingga sebagian mereka mengira bahwa hadis-hadis itu menasakh sabda Nabi : “Tidak ada penularan.”

 

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah  dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

Janganlah mencampur unta sakit dengan unta sehat.” (Hadis riwayat Bukhari).

 

Dan sabda Nabi :

 

“Larilah kamu dari orang yang berpenyakit lepra seperti engkau lari dari singa.” (Hadis riwayat Bukhari).

 

Dan sabda Nabi :

 

“Jika kalian mendengar tentang berjangkitnya penyakit sampar di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya.” (Hadis riwayat Bukhari).

 

Masuknya nasakh (pembatalan) dalam hadis-hadis ini tidak ada artinya, karena perkataan Nabi : “Tidak ada penularan” adalah khabar. Maka tidak mungkin ia membatalkan larangan dalam tiga hadis ini dan yang semakna dengannya,

 

Pendapat yang sahih dan dianut oleh jumhur (mayoritas) ulama ialah: Tidak ada nasakh dalam hal itu, sedangkan makna “Tidak ada penularan” talah menyangkal keyakinan kaum jahiliah bahwa penyakit-penyakit ini menular karena tabiatnya, tanpa meyakini takdir Allah SWT atas kejadian itu.

 

Hal itu ditunjukkan oleh perkataan Nabi : “Siapa yang menulari unta pertama?”

 

Adapun larangan Nabi  untuk mencampur unta sakit dengan unta sehat dan menyuruhnya lari dari penderita lepra dan larangannya untuk masuk di negeri yang terdapat wabah penyakit sampar, maka itu adalah untuk menjauhi sebab-sebab yang bisa menimbulkan bencana bilamana sebelum itu dalam keadaan sehat.

 

Maka sebagaimana manusia dilarang menjatuhkan dirinya di dalam air atau api atau masuk di bawah bangunan yang roboh dan semacamnya yang biasanya menimbulkan kebinasaan, begitu pula mendekati penderita lepra dan mendatangi negeri yang dilanda wabah penyakit sampar.

 

Sesungguhnya semua itu adalah sebab-sebab penyakit dan kebinasaan, sedangkan Allah Ta’ala adalah pencipta sebab-sebab dan akibatnya, tiada yang menciptakan dan menakdirkan selain Allah.

 

Telah diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Nabi  melewati sebuah dinding yang miring, maka beliau berjalan cepat dan berkata: “Aku takut kematian mendadak.”

 

Jika engkau katakan: Diriwayatkan oleh Jabir bahwa Nabi  makan bersama seorang penderita lepra dan mengucapkan: “Dengan nama Allah, percaya dan tawakkal kepada Allah,” apa alasannya?

 

Jawabnya: Keadaan Nabi  lebih kuat daripada keadaan umut. Maka tidaklah dikhawatirkan padanya penyakit menular seperti yang dikhawatirkan pada orang lain.

 

Adapun yang disangkal itu adalah penularan karena tabiatnya dan perintah agar lari darinya adalah karena Allah Ta’ala memberlakukan kebiasaan untuk menular ketika bercampur dengan yang lain atau supay orang yang bercampur itu tidak bertepatan dengan takdir sehingga ia mengira itu adalah penyakit menular.

 

Atau supaya penderita lepra itu tidak merasa sedih ketika melihat orang yang sehat atau selain itu yang tersebut dalam Syarah Bukhari.

 

Kesimpulannya disebutkan oleh Asy-Syinwani dalam syarahnya atas Mukhtasor ibnu Abi Jamrah.

 

Adapun kata “ath-thiyarah” artinya percaya kepada kesialan sesuatu:

 

Orang-orang di zaman jahiliah mengandalkan burung. Apabila salah seorang dari mereka keluar untuk suatu urusan, lalu melihat burung terbang di sebelah kanannya, maka ia percaya adanya keberuntungan dan berjalan terus.

 

Jika dia melihat burung itu terbang di sebelah kirinya, maka ia percaya adanya kesialan dan kembali.

 

Barangkali ada di antara mereka yang membentak burung supaya terbang dan mengandalkannya untuk mencari petunjuk.

 

Maka Nabi  melarang perbuatan itu dan membatalkannya dan berkata: “Sebaik-baik thiyarah adalah mempercayai keberuntungan dengan perkataan yang baik.”

 

Misalnya orang yang hendak melakukan perjalanan, lalu mendengar: Ya Salam, ya Salam, ya Salamah atau orang sakit mendengar: Ya Salim, ya Syaafi, ya Mu’afi.

 

Oleh sebab ini disebutkan dalam khabar bahwa Nabi  tidak percaya kesialan, tetapi percaya keberuntungan. Apabila ingin keluar untuk suatu keperluan Nabi  suka mendengar perkataan: Ya Raasyid.

 

Ada sebagian kaum jahiliah yang cerdas mengingkari kepercayaan pada kesialan burung dan mencari pujian dengan meninggalkannya.

 

Penyair dari mereka berkata:

Tidaklah burung-burung yang terbang cepat mendekatkan keberuntungan kepada manusia dan tidaklah yang terbang lambat menimbulkan kegagalan

 

Penyair lain berkata:

Demi hidupmu tidaklah para pelempar batu (untuk meramal)

Maupun pembentak burung supaya terbang (untuk mencari petunjuk) mengetahui apa yang dilakukan Allah

 

Sebagian besar dari mereka menggunakan burung dan mengandalkannya untuk mencari petunjuk dan pada umumnya berhasil karena syaitan membaguskan perbuatan itu pada mereka. Sisa-sisa kebiasaan itu masih ada pada banyak kaum muslimin.

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Adiy dengan sanadnya dari Abi Hurairyy secara marfu’:

 

“Apabila kalian merasakan “thiyarah” teruskan berjalan dan bertawakkallah kepada Allah.”

 

Diriwayatkan oleh Thabrani dari Abi Darda secara marfu’:

 

“Tidak akan mencapai derajat yang tinggi orang yang suka meramal dan mengundi nasib atau pulang dari perjalanan karena mengandalkan thiyarah.”

 

Faedah: Diriwayatkan oleh Al-Baihagi dalam Syu’abul iman dari hadis Abdullah bin Umar secara mauquf: “Barangsiapa mengalami sedikit dari thiyarah ini, hendaklah ia mengucapkan:

 

“Ya Allah, tiada pertanda buruk kecuali pertanda buruk yang Engkau takdirkan dan tiada kebaikan, kecuali kebaikan yang Engkau berikan dan tiada Tuhan selain Engkau.”

 

Dalam Maraasiil Abu Dawud disebutkan bahwa Nabi  bersabd:: “Tiada seorang hamba, melainkan hatinya dimasuki thiyarah (percaya pada pertanda buruk). Maka apabila ia merasakan itu, hendaklah ia mengucapkan:

 

“Aku hamba Allah. Apa yang dikehendaki Allah (terjadi), tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Tiada yang mendatangkan kebaikankebaikan kecuali Allah dan tiada yang menghilangkan dosa-dosa kecuali Allah. Aku bersaksi bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Kemudian ia terus berjalan.

 

Dari kedua hadis ini dan lainnya disimpulkan bahwa siapa yang merasakan thiyarah, hendaklah ia berdoa dan mengucapkan:

 

“Aku hamba Allah, apa yang dikchendaki Allah (terjadi), tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, tiada pertanda buruk kecuali pertanda buruk yang Engkau takdirkan. Tiada kebaikan kecuali kebaikan yang Engkau berikan dan tiada Tuhan selain Engkau.

 

Ya Allah, tiada yang mendatangkan kebaikan-kebaikan kecuali Engkau dan tiada yang menghapus dosa-dosa kecuali Engkau.

 

Aku bersaksi bahwa Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung,”

 

Adapun kata  artinya kepala menurut aslinya dan diartikan burung malam. Itulah yang dimaksud di sini. Ada yang mengatakan:

 

burung hantu. Mereka menganggapnya sebagai pertanda sial.

 

Apabila terbang di sekitar rumah seseorang, ia berkata: Burung ity memberi pertanda kematianku atau salah seorang dari keluargaku.

 

Berdasarkan makna ini tidak boleh ada anggapan sial dengan burung hantu. Ada yang mengatakan: Bangsa Arab dulu menganggap ruh orang yang terbunuh dan belum dibalaskan dendamnya, ia pun menjadi burung hantu.

 

Burung itu berkata: Berilah aku minum, berilah aku minum. Apabila dibalaskan dendamnya, ia pun terbang.

 

Ada yang mengatakan: Mereka beranggapan bahwa tulang mayit atau ruhnya menjadi burung hantu, lalu terbang dan mereka menamainya “ash-shada.”

 

Berdasarkan makna ini: Tiada kehidupan bagi tulang-tulang mayit. Maka Nabi  menyangkal semua itu.

 

Perkataan Nabi , yakni tidak ada bulan Safar yang diundurkan dari tempatnya.

 

Perkataan itu menyanggah perbuatan bangsa Arab yang mengundurkan bulan Muharram hingga Safar dan menjadikan Safar sebagai bulan Haram.

 

Safar menurut anggapan bangsa Arab adalah seekor ular di dalam perut yang menggigit manusia apabila dia lapar. Sengatan yang dirasakannya ketika lapar adalah disebabkan gigitannya. Maka Nabi Muhammad  menyangkal anggapan itu.

 

Yang dimaksud ialah mereka menganggap sial masuknya bulan Safar, karena mereka menyangka bahwa dalam bulan itu terdapat banyak bencana dan cobaan.

 

Maknanya: Janganlah menganggap sial bulan ini dan kejadian-kejadian buruk akan terjadi di dalamnya tanpa lainnya. Akan tetapi ia sama saja dengan bulan-bulan lainnya.

 

Adapun perkataan Nabi : “dan tidak boleh percaya hantu” disebabkan bangsa Arab dahulu menganggapnya termasuk jenis syaitan yang menampakkan diri kepada orang-orang dan menyesatkan mereka dari jalan serta membinasakan mereka. Maka tidak ada hantu dan ia tidak dapat menyesatkan seseorang dari jalan.

 

Pelengkap: Kami sebutkan di sini hal-hal yang dianggap pertanda sial oleh orang-orang atau bisa menimbulkan bencana pada mereka.

 

Di antaranya: Orang-orang di zaman jahiliah menganggap sebagai penyebab sial pernikahan di bulan Syawwal secara khusus dan syara’ telah membatalkannya.

 

Aisyah  berkata: Rasulullah  mengawini aku di bulan Syawwal, maka istrinya yang mana lebih beruntung daripada aku!

 

Dan Nabi  mengawini Ummi Salamah  di bulan Syawwal pula.

 

Termasuk hal itu ialah anggapan sial terhadap saat yang sial dengan pertimbangan planet-planet dan hari-hari sial.

 

Maka mereka meninggalkan usaha untuk mengerjakan urusan-urusan mereka di saat itu. Itu adalah anggapan yang batil dari para tukang ramal.

 

Termasuk hal itu ialah anggapan sial terhadap perjalanan di waktu kurang sehari atau dua hari dari sebulan atau apabila bulan turun pada planet Scorpion (kalajengking).

 

Anggapan itu termasuk thiyarah yang dilarang, karena memelihara kepercayaan itu adalah makruh atau diharamkan sebagaimana kami akan menukilnya dari Ibnu Hajar.

 

Termasuk hal itu: Anggapan sial terhadap hari Rabu dan lainnya. Semua itu termasuk thiyarah yang dilarang.

 

Berkata Ibnu Hajar  dalam kitab Al-Minah setelah menetapkan anjuran bepergian pada hari Kamis dan Senin atau Sabtu:

 

Kemudian penetapan mereka atas anjuran bepergian dalam hari-hari ini adalah jelas, karena tidak menganjurkannya dalam hari-hari yang lain. Akan tetapi hal itu bukan karena mencari petunjuk dari perkataan paranormal (ahli nujum) atau semacamnya, karena mengandalkan perkataan itu adalah makruh atau haram.

 

Ibnu Jama’ah berkata: Tidak dihukum makruh bepergian pada salah satu hari disebabkan bulan berada dalam planet Scorpion atau lainnya. Ketika dikatakan kepada Ali : Apakah engkau akan menghadapi Khawarij di saat bulan berada di planet kalajengking (Scorpion)?

 

Ali  menjawab: Di mana bulan mereka?

 

Seorang ahli nujum berkata kepadanya: Pergilah pada saat begini, maka engkau akan menang:

 

Ali , menjawab: Muhammad  tidak mempunyai ahli nujum dan juga orang-orang sesudahnya.

 

Ali  berhujjah dengan ayat-ayat, kemudian berkata: Barangsiapa mempercayaimu dalam perkataan ini, aku khawatir ia seperti orang yang menyembah Tuhan selain Allah.

 

Ya Allah, tidak ada pertanda buruk, kecuali yang Engkau takdirkan dan tiada kebaikan, kecuali kebaikan yang Engkau berikan.

 

Kami tidak mempercayaimu dan menyalahimu dan berangkat pada saat di mana engkau larang kami berangkat.

 

Kemudian Ali , berkata kepada orang-orang: Janganlah kalian . mempelajari ilmu nujum, kecuali untuk menuntun kalian dalam kegelapan di darat dan laut. Sesungguhnya peramal (ahli nujum) itu seperti orang kafir.

 

Kemudian Ali , mengancam peramal bahwa jika ia tidak bertaubat, maka ia akan dikekalkan dalam penjara dan tidak diberi tunjangan. Kemudian Ali , memerangi Khawarij pada saat yang dia dilarang berperang. Ternyata dia berhasil mengalahkan mereka, yaitu dalam perang Nahrawan kedua.

 

Ibnu Rusyd menukil bahwa Malik  tidak pernah menghindari suatu hari apapun, bahkan dia mengutamakan hari Rabu dan Sabtu sebagai penolakan atas orang yang menganggap sial kedua hari itu.

 

Seorang raja? hendak berperang dalam suatu waktu, namun para ahli nujum melarangnya. Kemudian dilagukan syi’ir baginya:

 

Tinggalkan bintang-bintang itu bagi peramal yang hidup dengannya dan bangkitlah dengan tekad yang kuat wahai raja

Sesungguhnya nabi dan para sahabat nabi melarang mempercayai bintang-bintang dan anda telah melihat apa yang mereka kuasai

Maka raja tidak menuruti mereka dan berhasil menang.

 

Banyak orang yang menganggap sial hari Rabu terakhir dan meninggalkan usaha untuk mengerjakan urusan-urusan mereka di hari itu.

 

Mereka berkata mengenainya: “Hari Rabu tidak berputar” dengan berdalil hadis: “Akhir Rabu dalam sebulan adalah hari sial yang terus menerus.”

 

Berkata As-Sakhawi: Jalan-jalan hadis ini buruk. Dengan menganggapnya sahih, maknanya: Kesialan yang terus-menerus atas siapa yang menganggapnya sial atau meyakini kesialannya secara khusus dan takut kepadanya dengan meyakini pendapat ahli nujum.

 

Adapun siapa yang meyakini bahwa tidak ada yang bisa memberi manfaat dan menimbulkan bahaya kecuali Allah, maka tidak ada kesialan menimpanya.

 

Disebutkan dalam khabar (hadis) keterangan yang menunjukkan pujian terhadap hari Rabu.

 

Disebutkan dalam Syu’abul iman oleh Al-Baihaqi bahwa doa dikabulkan pada hari Rabu setelah matahari tergelincir.

 

Dalam hadis Jabir , disebutkan bahwa Nabi  mendatangi masjid AlAhzab pada hari Senin dan hari Selasa dan hari Rabu antara Zuhur dan Asar, lalu meletakkan selendangnya.

 

Kemudian beliau berdiri dan mengangkat kedua tangannya mendoakan kekalahan atas orang-orang kafir. Maka kami lihat kegembiraan di wajahnya, sebagaimana tercantum dalam kitab siirah (sejarah).

 

Disebutkan dari pengarang Al-Hidayah: bahwa tidaklah suatu pekerjaan dimulai pada hari Rabu, melainkan pekerjaan itu selesai dan hari Rabu adalah hari di mana Allah Ta’ala menciptakan cahaya.

 

Diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Jabir  secara marfu: “Barangsiapa menanam pohon-pohon pada hari Rabu dan mengucapkan:   , maka pohon-pohon itu akan menghasilkan buah.”

 

Diriwayatkan dari Al-Hulaimi bahwa ia berkata: Kami ketahui dengan penjelasan syari’at bahwa di antara hari-hari ada yang sial dan kebalikannya adalah keberuntungan. Apabila yang pertama benar adanya, maka yang kedua benar pula.

 

Hari-hari ada yang sial dan ada yang beruntung. Seperti manusia, ada yang sengsara dan ada yang bahagia.

 

Akan tetapi, anggapan bahwa hari-hari dan bintang-bintang yang menyebabkan kesialan dan keberuntungan dengan memilihnya mengenai waktu-waktu atau orang-orang adalah batil.

 

Pendapat bahwa bintang-bintang bisa menjadi sebab bagi sesuatu yang baik dan yang buruk, kebaikan dan kejelekan, sedangkan semua itu adalah perbuatan Allah Tg’ala semata-mata, adalah tidak berdosa.

 

Walhasil, sebagaimana dikatakan oleh Al-Munawi: Menghindari hari Rabu dan lainnya dengan sebab thiyarah dan mengikuti keyakinan para ahli nujum adalah sangat diharamkan karena hari-hari itu semuanya milik Allah Ta’ala, tidak bisa memberi manfaat dan menimbulkan bahaya dengan sendirinya dan tanpa itu tidak ada bahaya dan tidak ada gangguan di dalamnya.

 

Barangsiapa percaya pertanda buruk, ia pun dikelilingi kesialannya. Dan siapa yang meyakini bahwa tidak ada yang bisa menimbulkan bahaya dan memberi manfaat kecuali Allah , maka tidak ada sesuatu apa pun dari itu yang bisa berpengaruh padanya. Sebagaimana dikatakan:

 

Ketahuilah, bahwa tidak ada pertanda buruk kecuali atas orang yang berprasangka buruk yaitu kebinasaan

 

Ringkasnya, semua hari itu sama, tidak ada kekhususan untuk itu bagi hari Rabu dan lainnya. Setiap saat membawa keberuntungan bagi seseorang dan kesialan bagi orang yang lain dengan pertimbangan bahwa Allah Ta’ala mengadakan dalam hari-hari itu berbagai peristiwa yang menyenangkan dan menyusahkan, kebaikan dan kejahatan.

 

Maka setiap hari memiliki sifat dua hal yang berbeda. Tidaklah Allah memasukkan malam dalam siang dan siang dalam malam, melainkan untuk mengadakan berbagai peristiwa.

 

Ada yang mengatakan: Ketahuilah, sesungguhnya hari-hari itu adalah hasil penciptaan yang sama dan malam-malam ini semuanya adalah sama

 

Disebutkan dalam kitab Ruhul bayan dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala:

 

“Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya” (QS. Az-Zumar: 52).

 

Yakni Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki, meskipun orang itu tidak mempunyai daya dan kekuatan sebagai ujian baginya.

 

Dan Allah menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki, meskipun orang itu kuat dan mempunyai daya yang besar sebagai cobaan baginya.

 

Maka tidak ada yang menyempitkan rezeki dan tidak ada yang melapangkannya, kecuali Allah Ta’ala.

 

Bukti atas hal itu ialah kita lihat orang-orang berbeda-beda dalam kelapangan rezeki dan kesempitannya. Hal itu pasti ada hikmah dan sebabnya. Sebab itu bukan karena akal manusia dan kebodohannya.

 

Kita lihat orang berakal yang mampu dalam kesempitan yang sangat dan terkadang kita lihat orang yang bodoh dan lemah dalam keadaan sangat lapang rezekinya.

 

Hal itu juga bukan karena tabiat dan falak, karena saat di mana raja dan sultan yang berkuasa dilahirkan, telah dilahirkan pula alam manusia dan alam binatang serta dilahirkan pula dalam saat itu alam tumbuhtumbuhan.

 

Ketika kita menyaksikan terjadinya hal-hal yang banyak ini dalam saat yang sama meskipun berbeda-beda dalam kebahagiaan dan kesengsaraan maka kita ketahui bahwa pelakunya adalah Allah Ta’ala. Dengan bukti logika yang meyakinkan ini, benarlah firman Allah Ta’ala:

 

“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan rezeki (bagi siapa yang Dia kehendaki).

 

Penyair berkata:

 

Tidaklah keberuntungan itu diputuskan bintang Jupiter dan tidaklah kesialan itu diterapkan atas kita oleh bintang Saturnus akan tetapi itu adalah keputusan Tuhan pencipta langit dan hakim segala hakim yang Maha Tinggi dan Maha Agung

 

Penyair lain berkata:

 

Janganlah engkau andalkan bintang dalam urusan yang engkau usahakan adalah Allah yang melakukan bukan bintang Capricornus maupun Aries dalam kebahagiaan bukanlah bintang yang berpengaruh dan tidaklah membahayakanmu bintang Mars maupun Saturnus

 

Al-Allamah Asy-Syaikh Manshur At-Tamimi Asy-Syafi’i berkata:

 

Barangsiapa takut bintang Zuhal atau mengharapkan Musytari maka aku berlepas diri darinya, meskipun dia ayahku yang terdekat

 

Dia berkata pula:

 

Jika engkau menganggap bintang-bintang membahayakan dan memberi manfaat siapa yang ada di bawahnya maka jangan menyangkal siapa yang mengatakan bahwa engkau telah menyekutukannya dengan Allah

 

Dia berkata pula:

 

Bintang tidak mempunyai jalan untuk menimbulkan bahaya dan memberi manfaat tetapi bintang adalah penunjuk waktu dan jalan

 

Al-Hafni  berkata: Seorang yang berpegang pada tauhid bertemu dengan seorang ahli nujum.

 

Ahli nujum berkata: Bagaimana keadaanmu di pagi ini?

 

Orang yang berpegang pada tauhid itu menjawab: Aku takut Allah Ta’ala dan mengharapkan-Nya, sedangkan engkau mengharapkan bintang Zuhal (Saturnus) dan Musytari (Jupiter) dan takut kepada keduanya.

 

Demikianlah, saya sudah berbicara panjang lebar sehingga hampir keluar dari tujuan. Akan tetapi tidak ada masalah dengan panjangnya, karena harapan saya adalah kumpulan tulisan ini diterima dan terpuji dan tidak kosong insya Allah dari faedah dan hasil yang baik.

 

Maka engkau harus menyingkirkan darimu prasangka buruk dan meneguhkan tekadmu, lalu tetap melakukan suatu urusan tanpa bingung, terutama di bulan Safar bulan kebaikan dan keberhasilan.

 

Doakan saya agar menempuh jalan yang benar, karena engkau tidak akan menemukan kumpulan pembahasan dengan tertib ini dalam sebuah kitab.

 

Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik untuk mendapatkan ridho-Nya dan menjauhkan dari kita bencana dan sebab-sebabnya. Aamiin.

Ketahuilah, bahwa di bulan ini diminta banyak mengerjakan solat dan berpuasa sebagai wujud syukur atas kelahiran Nabi kita Sayyidina Muhammad  dan semoga Allah menambahinya kemuliaan di sisi-Nya.

 

Karena bulan yang agung telah tampak kebaikan yang menyeluruh dan timbul keberuntungan dengan memancarnya sinar yang disebarkan oleh kelahiran Nabi kita yang mulia kepada wujud ini.

 

Di bulan ini diperingati kelahiran pemimpin seluruh makhluk dan manusia yang paling mulia di antara para penghuni bumi dan langit, orang yang kita cintai dan juru syafaat kita di sisi Tuhan kita, Sayyidina dan Maulana Muhammad – semoga Allah selalu melimpahkan solawat dan salam kepadanya dan keluarga dan para sahabatnya serta setiap orang yang mempunyai hubungan dengannya -.

 

Orang-orang yang menganut tauhid berkumpul untuk mendengarkan kisah kelahiran Nabi yang mulia dan mendapatkan keberkahan dan keutamaannya yang tinggi, membaca solawat dan salam untuk pemilik akhlak yang agung.

 

Kaum muslimin selalu merayakan bulan Maulid Nabi  dan mengadakan walimah dan mengeluarkan Shodaqoh di malam-malamnya dengan berbagai macam Shodaqoh dan menampakkan kegembiraan dengannya serta menambah amal-amal kebajikan di dalamnya.

 

Mereka memperhatikan kisah maulidnya yang mulia dan nampak pada mereka dari keberkahannya setiap kebaikan yang banyak.

 

Yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi  ialah Raja Al-Mudhaffar Abu Said penguasa Irbil. . Ia melakukannya di bulan Rabi’ul Awwal dan merayakannya secara besar-besaran.

 

Al-Mudhaffar adalah seorang raja yang adil dan pahlawan yang berani. Al-Hafidh ibnu Dihyah mengarang kitab untuknya yang dinamainya: Attanwir fi maulid as-siraajil munirr. 

 

Maka raja Al-Mudhaffar tersebut memberinya hadiah seribu dinar.

 

Ini adalah kitab pertama yang dikarang mengenai kisah kelahiran Nabi & yang mulia. Setelah itu banyak yang mengikutinya dengan menulis karangan-karangan tentang Maulid Nabi  . Ada yang panjang dan ada yang ringkas, berupa cerita atau puisi.

 

Orang-orang terbiasa membacanya pada malam Maulid Nabi  diiringi dengan pengagungan dan solawat serta salam atas pemimpin dunia dan akhirat yang tercinta.

 

Orang-orang melagukan qasidah-qasidah dalam memuji Nabi & di masjid-masjid dan masjid-masjid jami’.

 

Mereka memperbanyak amalan itu karena sangat ingin mendapatkan barokahnya. Maka mereka membacanya di rumah-rumah pada hari mana pun di bulan Rabi’ul awwal, bahkan pada hari mana pun dalam tahun.

 

Mereka mencari keberkahan dari perayaan yang diagungkan itu karena cinta kepada Nabi  dan mengharapkan syafaat Nabi  — semoga Allah selalu memuliakan dan mengagungkannya —.

 

Kemudian, sesungguhnya amalan Maulid dan berkumpulnya orang-orang untuk merayakannya adalah dianjurkan. Hukumnya bid’ah hasanah.

 

Al-Imam Abu Syamah guru Al-Imam An-Nawawi berkata: Termasuk bid’ah terbaik di zaman kita ini ialah amalan yang dilakukan setiap tahun pada hari yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi  , yaitu mengeluarkan sodagoh dan berbuat amal kebajikan, menampakkan kebagusan dan kegembiraan.

 

Semua perbuatan itu di samping berbuat baik kepada kaum miskin menunjukkan kecintaan kepada Nabi  dan pengagungannya dalam hati pelakunya dan syukur kepada Allah Ta’ala atas karunia-Nya dengan kelahiran Rasulullah  yang diutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam.

 

Ibnul Jauzi berkata: Termasuk khasiatnya ialah menimbulkan keamanan di tahun itu dan kabar gembira yang segera dengan mencapai keinginan dan tujuan.

 

Al-Hafidh ibnu Hajar telah mengeluarkan hukum dari amalan Maulid berdasarkan dalil yang kuat dari As-Sunnah, yaitu riwayat dalam Shahihain:

 

Bahwa Rasulullah  datang ke Madinah dan mendapati kaum Yahudi berpuasa di hari Asyura’.

 

Maka beliau menanyai mereka.

 

Mereka menjawab: Ia adalah hari di mana Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa di hari itu sebagai wujud syukur.

 

Kemudian Nabi  berkata: “Kami lebih utama untuk menghormati Musa dari pada kalian.” Hadis riwayat Bukhari.

 

Ibnul Jauzi berkata: Maka, disimpulkan dari amalan itu menyatakan syukur atas karunia yang diberikan Allah pada hari tertentu. Dan nikmat mana yang lebih besar dari kelahiran Nabi pembawa rahmat, Muhammad ?

 

Pernyataan syukur bisa dilakukan dengan berbagai macam ibadah: seperti solat, puasa, sodagoh dan pembacaan Al-Qur’an, bukan dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang. Wallahu Subhanahu wa Ta’ala a’lam.

 

Kami sebutkan pembahasan ini untuk mendapatkan barokah, padahal saya tidak mengetahui adanya doa khusus untuknya. Akan tetapi saya ingin kumpulan tulisan ini tidak kosong darinya.

Ketahuilah, bahwa Rajab adalah bulan mulia dan ibadah di bulan itu mendapat pahala yang besar, khususnya puasa dan istigfar dan bertaubat dari dosa-dosa. Doa di malam pertama mustajab, maka dianjurkan.

 

Nabi   bersabda: 

 

“Lima malam yang di waktu itu doa tidak ditolak: yaitu malam pertama dari bulan Rajab, malam nisfu Sya’ban, malam Jumat, malam hari raya Fitri dan malam hari raya Adha.” Asy-Suyuthi  meriwayatkannya dalam Al-Jaami’ ash-shaghir dari ibnu Asakir dari Abi Umamah . Pada malam 27 Rajab Nabi  menjalani Isra sebagaimana khabar yang masyhur dan sudah diketahui, Rajab adalah bulan yang berdiri sendiri di antara bulan-bulan Haram.

 

Allah Ta’ala berfirman:

 

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah talah dua belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan Haram,” (QS. At-Taubah: 36).

 

Empat bulan haram itu adalah Zulqadah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Bulan-bulan haram itu yang tiga berturut-turut dan yang satu berdiri sendirian, yaitu Rajab.

 

Di masa permulaan Islam diharamkan berperang dalam bulan-bulan haram, kemudian dibatalkan dengan firman Allah Ta’ala:

 

“Maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui.” (OS. At-Taubah: 5).

 

Tinggallah kesuciannya dalam melipatgandakan pahala atas ketaatan dan membesarkan dosa atas perbuatan maksiat. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita darinya. Rajab adalah bulan Allah di mana Allah menuangkan rahmat kepada orang-orang yang bertaubat dan melimpahkan cahaya penerimaan amal atas seluruh alam.

 

Mereka menamainya “Al-Asham (Yang tuli)” karena di bulan itu tidak terdengar suara peperangan. Dan dinamai pula: “Rajam,” dan artinya dalam bulan itu musuh dan syaitan dilempari supaya tidak mengganggu para auliya dan orang-orang soleh.

 

Nabi  bersabda:

 

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadan bulan umatku.”

 

Disebutkan dalam Al-Jaami’ ash-shaghir oleh As-Suyuthi, hadis nomor 4411, dari Al-Fath bin Abi Fawaris dalam Amaali-nya dari Al-Hasan secara mursal: hadis dlo’if.

 

Para ulama berkata: Rajab adalah bulan istigfar (memohon ampun), Sya’ban bulan untuk memperbanyak solawat untuk Nabi  dan Ramadan adalah bulan untuk memperbanyak pembacaan Al-Qur’an.

 

Maka berijtihadlah kalian di bulan Rajab — semoga Allah merahmatimu — karena Rajab adalah musim perdagangan (amal).

 

Penuhilah waktu-waktumu di bulan itu, karena ia adalah waktu untuk banyak beribadah.

 

Maka siapa yang termasuk pedagang, maka musim-musim ini sudah masuk. Dan siapa yang sakit dengan banyak dosa, maka obat-obat ini sudah disediakan.

 

Wahab bin Munabbih   berkata: Saya membaca dalam kitab-kitab Allah yang diturunkan bahwa siapa yang memohon ampun di bulan Rajab pada waktu pagi dan sore sambil mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan si     (Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan ter malah taubatku) tujuh puluh kali, maka kulitnya tidak disentuh api neraka.

 

Saya meringkas semua ini dari kitab Tuhfatul ikhwan fi qira’atil mii’aad fi Rajab wd Sya’ban wa Ramadan oleh Al-Allamah Al-Fasyani st.

 

Sayyidi Al-Outhb Asy-Syaikh Abdul Oadir Al-Jailani menyebutkan dalam kitabnya Al-Ghunyah bahwa diminta dari seorang muslim untuk berdoa di awal malam Rajab dengan doa ini:

 

“Wahai Tuhanku, orang-orang di malam ini berharap dan menuju kepadaMu, dan mengharapkan keberkahan dan kebaikan-Mu. Engkau berikan di malam ini berbagai karunia dan hadiah serta pemberian yang Engkau berikan kepada siapa yang Engkau kehendaki dari hamba-hamba-Mu, dan Engkau cegah darinya siapa yang tidak Engkau berikan perhatian kepadanya sebelum ini

Inilah aku hamba-Mu yang membutuhkan-Mu, mengharapkan keberkahan dan kebaikan-Mu. Jika engkau, wahai Tuhanku di malam ini memberi karunia kepada seseorang dari makhluk-Mu dan memberinya manfaat dari kasihsayang-Mu, maka limpahkanlah solawat kepada Sayyidina

 

Muhammad dan keluarga dan para sahabatnya dan berilah aku karunia dan kebaikan-Mu, wahai Tuhan sekalian alam.”

 

Adalah Ali , memusatkan dirinya untuk ibadat dalam empat malam dalam setahun, yaitu: awal malam dari bulan Rajab, malam hari raya Fitri, malam hari raya Adha dan malam nisfu Sya’ban.

 

Di antara doanya ialah:

 

“Ya Allah, limpahkan solawat atas Muhammad dan keluarganya pelitapelita hikmah, pemberi nikmat dan sumber kesucian.

 

Lindungilah aku dengan sebab mereka dari setiap bencana dan jangan hukum aku dalam keadaan lengah maupun dalam keadaan lalai.

 

Janganlah jadikan akibat dari perbuatanku kesedihan dan penyesalan dan ridoilah aku.

 

Sesungguhnya ampunan-Mu berlaku untuk orang-orang yang zalim dan aku termasuk orang-orang yang zalim.

 

Ya Allah, ampunilah dosaku yang tidak membahayakan-Mu dan berilah aku pemberian yang tidak bermanfaat bagi-Mu.

 

Sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu indah, maka berilah aku kelapangan dan ketenangan, keamanan dan kesehatan, rasa syukur, keselamatan dan ketakwaan.

 

Curahkanlah kesabaran dan kebenaran kepadaku dan para wali-Mu, berilah aku kemudahan dan jangan berikan kesulitan bersamanya dan berikan semua itu kepada keluargaku, anakku dan saudara-saudaraku dalam agama-Mu dan kedua orangtuaku dari kaum muslimin dan muslimat dan mukminin dan mukminat.”

 

Jangan lupa membaca doa Sayyidul istighfar yang diriwayatkan dari Nabi , yaitu:

 

“Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau ciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku dalam jaminan-Mu dan berjanji kepada-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung dengan-Mu dari kejelekan perbuatanku dan mengakui nikmat-Mu padaku dan mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosadosa, kecuali Engkau.”

 

Doa ini dibaca tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu sore.

 

Termasuk faedah-faedah yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Ali AlAjhuri  sebagaimana disebutkan dalam Khulasotul atsar: bahwa siapa yang membaca di akhir Jumat dari bulan Rajab ketika khatib berada di atas mimbar: Ahmad Rasulullah, Muhammad Rasulullah (35 kali) tidak terputus uang dirham (rezeki) darinya dalam tahun itu.

 

Peringatan: Ingatlah di sini apa yang kami sebutkan bahwa solat Raghaib (yaitu solat 12 rakaat yang dikerjakan antara Magrib dan Isya pada awal malam Rajab) adalah bid’ah yang tercela.

 

Maka janganlah melakukannya. Akan tetapi sebagai gantinya, kerjakan solat Al-Awwaabiin atau tasbih atau sunnah mutlak, sendiri-sendiri tanpa jumlah tertentu.

Ketahuilah, bahwa Sya’ban adalan bulan yang diagungkan dan ia adalah bulan yang terkenal barokahnya dan banyak kebaikannya. Taubat di bulan Sya’ban termasuk keberuntungan terbesar dan ketaatan di dalamnya merupakan perdagangan yang beruntung.

 

Allah Ta’ala menjadikannya sebagai masa pelatihan diri dan menjamin keamanan dalam bulan itu bagi orang-orang yang bertaubat.

 

Barangsiapa membiasakan dirinya berijtihad di bulan itu, ia pun beruntung di bulan Ramadan dengan kebiasaan yang baik.

 

Sya’ban adalah bulan Nabi  sebagaimana kami sebutkan dalam hadis yang lalu dengan perkataannya: “Sya’ban adalah bulanku.” Di bulan itu bulan terbelah sebagai mukjizat Rasulullah .

 

Sya’ban adalah bulan solawat untuk Nabi  sebagaimana disebutkan dalam Tuhfatul ikhwan. Maka perbanyaklah untuk Nabi  di sepanjang masa, khususnya di bulan Nabimu Sya’ban.

 

Pada malam nisfu ajal-ajal manusia dibagikan, diputuskan di waktu itu mana yang dekat dan jauh.

 

Disebutkan dalam Tuhatul ikhwan:

 

Diriwayatkan dari Atha bin Yasar , ia berkata: Pada malam nisfu Sya’ban malaikat maut mencatat setiap orang yang mati dari bulan Sya’ban hingga bulan Sya’ban berikutnya.

 

Ada orang yang berbuat zalim dan durjana dan menikahi wanita-wanita dan menanam pohgr-pohon, sedangkan namanya telah diubah di daftar orang hidup menjadi orang mati.

 

Tiada malam setelah malam Qadar yang lebih utama daripada malam nisfu Sya’ban.

 

Kemudian, ketahuilah bahwa keputusan Allah Ta’ala tidak bisa diganti dan tidak bisa diubah setelah menampakkannya kepada para malaikat. Lain halnya sebelum menampakkannya ketika masih berada di Al-Lauhil mahfudh. Allah Ta’ala menghapus darinya mana yang Dia kehendaki dan menetapkan mana yang Dia kehendaki.

 

Telah diriwayatkan atsar-atsar dan hadis-hadis ahad yang menyebutkan bahwa Allah Ta’ala memutuskan di malam yang penuh berkah itu setiap ajal dan amal dan rezeki hingga Sya’ban berikutnya.

 

Dalam banyak khabar hanya disebutkan ajalnya.

 

Hikmah pengkhususan malam ini dengan pencatatan itu ialah anjuran untuk berbuat kebaikan dan peringatan untuk tidak berbuat dosa sehingga mukallaf suka berbuat kebaikan sebelum kedatangan bulan Sya’ban dan takut berbuat dosa serta berijtihad dengan melakukan ketaatan. Mudahmudahan Allah Ta’ala menetapkan kebahagiaannya di malam itu.

 

Begitu pula keadaannya setelah lewatnya malam itu, karena khawatir ia ditulis dalam daftar orang-orang yang mati dalam tahun itu sehingga ia siap berjumpa Allah Ta’ala. Inilah keadaan orang-orang yang mendapat taufik.

 

Disebutkan dalam Tuhfatul ikhwan: Rasulullah  bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah mengampuni semua kaum muslimin di malam itu, kecuali dukun atau tukang sihir atau orang yang bermusuhan atau pecandu khamar atau orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya.”

 

Setelah mengemukakan hadis-hadis semacam ini penulis kitab Tuhfatul ikhwan berkata: Telah terkumpul dari riwayat-riwayat itu bahwa orang-orang yang tidak mendapat ampunan dan rahmat ialah musyrik, orang yang bermusuhan, pemungut pajak yang zalim, pembunuh diri, pemutus hubungan kekeluargaan, orang yang menjulurkan sarungnya dengan sombong ketika berjalan, pelaku zina, pecandu khamar, pelaku namimah, pembuat patung atau lukisan, orang yang durhaka kepada kedua orangtua, penipu dalam perdagangan, ahli bid’ah dan Rafidhi yang dalam hatinya terdapat kebencian terhadap para sahabat .

 

Maka siapa yang memiliki sifat dari dosa-dosa ini, ia pun gagal mendapatkan ampunan pada malam nisfu Sya’ban, kecuali ia terbebas dari dosanya dan bertaubat kepada Tuhannya, memurnikan taubatnya dan membasuh dosanya dengan air penyesalan.

 

Ketika itu Allah membimbingnya dengan menempuh jalan yang paling lurus dan memasukkannya dalam golongan sebaik-baik teman di surga. “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya ……. ” (An-Nisa: 69)

 

Ia berkata: Termasuk kebiasaan Allah Ta’ala di malam ini ialah menambah air zamzam dengan tambahan yang nyata.

 

Disunnahkan menghidupkan malam ini. Diriwayatkan oleh AlAshfahani dalam At-Targhib dari Mw’adz bin Jabal, ia berkata: Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa menghidupkan malam-malam yang lima, wajiblah surga baginya: yaitu malam Tarwiyah, malam Arafah, malam hari raya Adha, malam hari raya Fitri dan malam nisfu Sya’ban.”

 

Salah seorang ulama berkata: Keutamaan bulan Rajab dalam sepuluh hari pertama adalah karena keutamaan malam pertama darinya. Keutamaan bulan Sya’ban dalam sepuluh hari pertengahan karena ada malam nisfu di dalamnya. Dan keutamaan Ramadan dalam sepuluh malam terakhir adalah disebabkan Lailatul Qadar.

 

Kemudian, sesungguhnya malam nisfu mempunyai banyak nama dan banyak nama menunjukkan kemuliaan pemilik nama.

 

Al-Fasyani menyebutkan sebagian besarnya dalam At-Tuhfah dan menyebutkan hikmah penamaannya dengan setiap nama itu dan meneruskannya dengan hadis atau atsar atau semacamnya.

 

Di antara nama-nama yang disebutkannya adalah: Al-Lailatul mubarokah (malam yang penuh berkah), lailatul baro’ah (malam kebebasan dari dosa), lailatul gasmah wal qadar (malam pembagian dan takdir) dan lailatul ijabah (malam terkabulnya doa).

 

Ia berkata: Diriwayatkan dari ibnu Umar , ia berkata: Lima malam di mana doa tidak ditolak: yaitu malam Jumat, malam pertama dari bulan Rajab, malam nisfu Sya’ban, malam Qadar dan malam hari raya Fitri dan malam hari raya Adha.

 

Riwayat ini dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh As-Suyuthi yang tersebut sebelum ini mengenai amalan yang diminta di bulan Rajab. Maka dianjurkan berdoa pada malamnya dengan memohon perkaraperkara yang penting di dunia dan akhirat.

 

Al-Allamah As-Sayyid Al-Wina’iy  berkata mengenai amalan yang berkaitan dengan malam nisfu Sya’ban dan lainnya seperti Ramadan: Termasuk doa yang paling utama dibaca pada malam ini:

 

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah dan menyukai maaf, maka maafkanlah aku. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu maaf dan keselamatan dan penyelamatan yang kekal dalam agama, dunia dan akhirat.”

 

Doa ini dibaca pada malam Qadar, sedangkan ini adalah malam yang paling utama sesudahnya.

 

Saya katakan: Telah dikumpulkan doa masyhur yang diriwayatkan dan sesuai dengan keadaannya khusus mengenai malam nisfu Sya’ban. Kaum muslimin membacanya pada malam yang penuh berkah itu sendiri sendiri maupun dalam kelompok di masjid-masjid mereka dan tempat lainnya.

 

Salah seorang dari mereka membaca doa dan ditirukan oleh hadirin atau ia membaca doa dan mereka mengamini sebagaimana diketahui.

 

Caranya: Engkau mambaca sebelum doa itu surah Yaasin (tiga kali). Yang pertama dengan niat panjang umur, yang kedua dengan niat menolak bencana dan yang ketiga dengan niat dicukupi rezekinya tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

 

Setiap selesai membaca surah Yaasin sekali, disusul dengan membaca doa sekali.

 

Inilah dia doa yang penuh berkah ini:

 

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah selalu melimpahkan solawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad dan keluarga serta para sahabatnya.

 

Wahai Tuhan yang memberi karunia dan tidak menerima pemberian. Wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Tuhan yang memiliki kekuasaan dan memberi kenikmatan.

 

Tiada Tuhan selain Engkau, penolong orang-orang yang berlindung, pelindung orang-orang yang meminta perlindungan dan pengaman orangorang yang takut.

 

Ya Allah, jika Engkau menulis aku di sisi-Mu di Ummil kitab (AlLauhil mahfudh) sengsara atau miskin atau terusir atau disempitkan rezekiku, maka hapuslah ya Allah dengan karunia-Mu, kesengsaraanku, kemiskinanku, pengusiranku dan kesempitan rezekiku dan tetapkan aku di sisi-Mu di Ummil kitab, bahagia, mendapat rezeki dan mendapat taufik untuk melakukan berbagai kebaikan.

 

Sesungguhnya Engkau telah mengatakan dan perkataan-Mu benar dalam kitab-Mu yang diturunkan melalui lisan Nabi-Mu yang diutus: “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat Ummil kitab (Al-Lauhil mahfudh).” (Ar-Ra’ad: 39).

 

Wahai Tuhanku, demi penampakan yang maha agung di malam nisfu Sya’ban yang dimuliakan dan di malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah dan diputuskan, aku mohon kepada-Mu agar Engkau singkirkan dari kami bencana yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui dan yang Engkau lebih mengetahuinya. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah.

 

Wa shallallahu ta’ala “alaa Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Al-Allamah Asy-Syarji  menyebutkan doa ini dalam Fawaaid-nya dan ia menjadikannya dua doa.

 

Malam nisfu Sya’ban menurut jumlah nilai huruf-hurufnya adalah 2375. Maka pembacaan ini di malam ini dengan jumlah tersebut menjadi pelindung dalam tahun itu dari bencana dan cobaan.

 

Saya katakan: Bagaimana tidak menimbulkan keamanan, karena telah diriwayatkan oleh ibnu Abbas  dari Nabi  bersabda: “Doa saudaraku Yunus sungguh ajaib. Pertamanya adalah tahlil, tengahnya tasbih dan akhirnya pengakuan dosa, yaitu:     (Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berbuat aniaya).

 

Tidaklah seorang yang susah dan seorang yang sedih, dan seorang yang terkena musibah maupun seorang yang berhutang berdoa dengannya dalam sehari tiga kali, melainkan doanya dikabulkan.”

 

Hal ini bisa ditemukan pula dalam hadis-hadis lain yang dikumpulkan dalam Khazinatul asraar dan lainnya.

 

Faedah lain: Asy-Syarji  berkata dalam Fawaaid-nya: Barangsiapa membaca awal surah Ad-Dukhan hingga perkataan-Nya:  di malam pertama dari bulan Sya’ban lima belas kali hingga malam ke lima belas dan membacanya tiga puluh kali, kemudian menyebut nama Allah Ta’ala dan membaca solawat untuk Nabi , lalu berdoa dengan apa yang disukainya, maka doanya akan dikabulkan dengan segera, insya Allah Ta’ala.

 

Peringatan: Menghidupkan malam nisfu dan solat yang disebutkan dalam hadis-hadis dilakukan dalam sebagian besar malam. Ada yang mengatakan: Sesaat.

 

Diriwayatkan dari ibnu Abbas  : Bisa dilakukan dengan solat Isya berjamaah dan keinginan untuk mengerjakan solat Subuh berjamaah sebagaimana mereka katakan mengenai malam dua hari raya.

 

Adapun yang dilakukan sebagian orang dengan mengerjakan solat 100 rakaat di malam ini, maka itu adalah bid’ah.

 

Yang lebih utama bagi manusia adalah mengerjakan solat tasbih yang diajarkan Nabi  kepada pamannya Al-Abbas  dan para kerabatnya yang lain. Caranya bisa diketahui dalam kitab-kitab figh. Wa billahi attaufiq.

Ketahuilah, semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk menaati-Nya: bahwa Allah Ta’ala menetapkan masa dan membagi musimmusim dan menenggelamkan pikiran dan akal dalam lautan makrifat-Nya dan membingungkan paham-paham mengenai hakikat Zat-Nya.

 

Maka tidak ada yang bisa mencapai pengetahuan tentang Shamadiyyah (sifat Ash-Shamad)-Nya.

 

Allah mengkhususkan bulan Ramadan dengan maaf dan ampunan, kabar gembira, keridoan, kegembiraan dan penerimaan amal di samping menjanjikan orang yang berpuasa di bulan itu akan mencapai tujuan dan harapannya.

 

Maka bulan Ramadan adalah bulan yang agung, keutamaan dan kebaikannya banyak dan barokahnya besar.

 

Allah Ta’ala telah memberikan dua kegembiraan kepada orang yang berpuasa di bulan ini: yaitu kegembiraan ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa Tuhannya. Dan Allah Ta’ala berkata mengenai keutamaannya (dalam hadis Qudsi):

 

“Setiap amalan anak Adam itu untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya buasa itu untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya.” (Hadis riwayat Bukhari).

 

Di bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan dibelenggu.

 

Di malam itu Raja yang Maha Agung menampakkan rahmat-Nya, doadoa dikabulkan dan keinginan tercapai. Allah Ta’ala mewajibkan puasanya atas umat Islam dan menjanjikan orang-orang yang berpuasa akan tercapai tujuan mereka.

 

Allah Ta’ala memberi mereka karunia dan kebaikan dan mengkhususkan mereka dengan pembebasan dari api neraka, menjadikannya penyebab kesehatan badan, membersihkan hati dan lisan dari dosa dan kedurhakaan.

 

Allah Ta’ala memberikan keringanan dalam puasa bagi siapa yang sakit atau berhalangan dengan firman-Nya: “Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.” (al-Baqarah: 184).

 

Allah Ta’ala memberikan maaf dan ampunan-Nya kepada siapa yang banyak beribadat di dalamnya dan mengekalkan padanya karunia dan kebaikan-Nya yang banyak.

 

Ibadat di bulan Ramadan dibalas dengan pahala berlipat ganda dan amalamal di bulan itu mempunyai keutamaan yang banyak.

 

Maka disunnahkan ibadat di bulan itu dengan solat dan membaca AlQuran serta mengkajinya terus menerus, banyak mengeluarkan sodagoh, menambah kelapangan nafkah kepada keluarga, berbuat baik kepada para kerabat dan tetangga dan mengikuti pemimpin umat, Muhammad  .

 

Telah datang bulan Ramadan membawa keamanan dan pembebasan serta keberuntungan tinggal di surga bulan yang mulia di dalamnya kesempatan mencapai tujuan ig adalah bulan yang mengungguli semua zaman beruntunglah siapa yang berpuasa di bulan itu dan bertakwa kepada Tuhannya dalam perbuatan dan ucapan lisan alangkah nikmatnya siapa yang beribadat di malamnya sedangkan air matanya menetes di pipi menyerupai manik-manik itulah orang yang dikhususkan Tuhannya dengan surga yang kekal dan bidadari yang cantik

 

Allah Ta’ala menurunkan Al-Quran di bulan Ramadan dan mengabarkan bahwa siapa yang selalu membacanya akan mendapat surga dan kebaikan yang luas:

 

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).

 

Di bulan Ramadan terdapat Lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan.

 

Diriwayatkan mengenai keutamaannya banyak hadis. Di antaranya sabda Nabi  :

 

“Pada malam pertama dari bulan Ramadan dibukalah pintu-pintu surga semuanya. Maka tidaklah ditutup satu pintu pun darinya dalam seluruh bulan.

 

Dan ditutup pintu-pintu neraka seluruhnya, maka tidak ada satu pintu pun yang dibuka darinya.

 

Allah Ta’ala menyuruh seorang malaikat berseru: Wahai pencari kebaikan, datanglah, wahai orang yang ingin berbuat dosa, mundurlah.

 

Kemudian Allah berkata: Apakah ada yang meminta ampun supaya diampuni dosanya. Apakah ada yang meminta sesuatu supaya dipenuhi permintaannya. Apakah ada yang bertaubat supaya diterima taubatnya.

 

Allah terus mengatakan seperti Itu hingga tiba waktu Subuh,

 

Dalam setiap malam ketika bei buka, Allah membebaskan satu juta orang dari neraka yang seharusnya mendapat siksaan,”

 

Diriwayatkan dari Salman Al Farisi  , ia berkata: Rasulullah  berkata kepada kami pada hari terakhir dari bulan Sya’ban. Beliau berkata: “Hai sekalian manusia, kalian telah dinaungi sebuah bulan

 

yang agung, bulan yang penuh berkah, di dalamnya terdapat malam Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.

 

Allah menjadikan puasanya sebagai kewajiban, solat malamnya sunnah, Barangsiapa mendekatkan diri di bulan itu dengan berbuat kebaikan, maka ia seperti menunaikan kewajiban di bulan lainnya. Dan siapa yang menunaikan kewajiban di bulan itu, ia pun seperti menunaikan 70 kewajiban di bulan lainnya.”

 

Ramadan adalah bulan kesabaran dan pahala kesabaran adalah surga. Ramadan adalah bulan pertolongan dan bulan di mana rezeki orang mukmin ditambah.

 

Barangsiapa memberi makan orang yang berbuka puasa, maka ia seperti membebaskan seorang budak dan mendapat ampunan atas dosa-dosanya.”

 

Kami berkata: Ya Rasulallah, tidak setiap orang dari kami mempunyai makanan untuk memberi makan orang yang berbuka puasa.

 

Nabi  menjawab: “Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi orang yang berbuka puasa susu yang bercampur air atau seteguk air atau sebutir kurma.

 

Barangsiapa mengenyangkan orang yang puasa, maka Allah mengampuni dosadosanya dan memberinya minum dari telagaku sehingga ia tidak akan haus selamanya.

 

Dan ia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberinya makan dan minum itu, tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.

 

Ramadan adalah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka.

 

Barangsiapa meringankan beban dari budaknya di bulan itu, maka Allah membebaskannya dari api neraka.

 

Maka perbanyaklah empat amalan di bulan itu: dua amalan dengan mana kalian membuat Tuhanmu rido dan dua amalan kalian tidak boleh meninggalkannya.

 

Adapun dua amalan dengan mana kalian membuat Tuhanmu rido luluh mengucapkan syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kalian memohon ampun kepudu Nya,

 

Adapun dua amalan yang kalian tidak boleh meninggalkannya ialah: kalian memohon surga kepada Tuhan dan memohon perlindungan kepada Nya dari api neraka,”

 

Di antaranya sabda Nabi : “Umatku diberi lima keistimewaan di bulan Ramadan yang tidak diberikan kepada umat sebelum mereka: yaitu bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau misik (kasturi), para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka hingga mereka berbuka puasa, syaitan-syaitan yang durhaka diikat dan Allah Ta’ala menghiasi surga setiap hari dan berkata: Hamba-hamba-Ku yang soleh hampir dicegah dari mereka bencana dan gangguan dan diampuni pada malam terakhir darinya.”

 

Ada yang berkata: Ya Rasulallah, apakah itu malam Qadar?

 

Nabi  menjawab: “Bukan. Akan tetapi orang yang beramal dipenuhi pahalanya apabila sudah menyelesaikan amalnya.”

 

Hadis riwayat Al-Haitsami dalam Majmu’ az-Zawaaid dari Abi Hurairah dengan lafadnya.

 

Di antaranya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah  , ia berkata: Adalah Rasulullah   memberi kabar gembira kepada para sahabatnya.

 

Beliau berkata: “Telah datang bulan Ramadan, bulan di mana Allah mewajibkan puasa atas kalian dan dibuka pintu-pintu langit di bulan itu, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan dibelenggu dan di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan.”

 

“Di dalam surga ada delapan pintu: pintu yang bernama Rayyan tidak ada yang memasukinya, kecuali orang-orang yang berpuasa.” (Hadis riwayat Bukhari).

 

Diantara sabda Nabi. :

 

“Puasa dan Al-Qur’an memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: Wahat Tuhanku, aku telah mencegahnya dari makanan dan keinginan syahwat di waktu siang, maka terimalah syafaatku baginya. Al Qur’an berkata: Wahai Tuhanku, aku mencegahnya dari tidur di waktu malam, maka terimalah syafaatku baginya. Kemudian syafaat keduanya diterima bagi hamba itu.” (Hadis riwayat Ahmad).

 

Dan masih ada lagi hadis-hadis lainnya yang disebutkan dalam Tuhfatul ikhwan dan Ar-Raudhul faaiq.

 

Ahmad  meriwayatkan dalam Musnadnya dari Abi Hurairah secara marfu”

 

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh iman dan mengharap pahala, diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.”

 

Dengan lafad ini hadis tersebut diriwayatkan dalam Al-Jaami’ ash-shaghir, tetapi tidak menisbatkannya kepada Al-Khathib dalam Tarikh-nya dari ibnu Abbas .

 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad  dalam Musnadnya dari Abi Hurairah , ia berkata: Rasulullah  menyuruh kami mengerjakan solat malam di bulan Ramadan tanpa mewajibkannya kepada kami. Beliau berkata:

 

“Barangsiapa mengerjakan solat malam di bulan Ramadan dengan penuh iman dan mengharap pahala, diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.”

 

Demikianlah hadis ini diriwayatkan oleh beberapa orang dengan tambahan tersebut dengan menisbatkannya kepada Al-Imam Ahmad .

 

Disebutkan dalam Syifa’ul asqaam: Yang saya lihat mengenainya ialah hanya sampai perkataannya: “diampunilah dosanya yang terdahulu.”

 

Maka ada kemungkinan tambahan ini terdapat dalam naskah-naskah lain.

 

Tambahan ini, yakni “dan yang kemudian” telah ditegaskan oleh Al-Hafidh ibnu Hajar  dalam Fathul baariy ketika mengomentari hadis Bukhari:

 

“Barangsiapa mengerjakan solat malam di bulan Ramadan dengan penuh iman dan mengharap pahala, diampunilah dosanya yang terdahulu, ” dengan perkataannya: Qutaibah menambahkan dari Sufyan: “dan yang kemudian.”

 

Ia menyebutkannya pula mengenai amalan-amalan yang menghapus dosa. Begitu pula Hamid bin Yahya dan Al-Husain bin Hasan AlMarwazi menambahinya dalam kitab puasanya, dan selain orang-orang yang tersebut seperti dalam Syifa’ul asgaam.

 

Saya sebutkan semua ini dalam syarah mandhumatku mengenai amalanamalan yang menghapus dosa-dosa terdahulu dan yang kemudian.

 

Yang dimaksud dengan al-qiyam (solat) dalam hadis yang mulia itu ialah solat mutlak.

 

Banyak orang mengatakan: Yang dimaksud dengan qiyam Ramadan ialah solat Tarawih.

 

Artinya tujuan bisa tercapai dengannya, bukan hanya bisa tercapai dengannya.

 

Faedah-faedah yang saya dapatkan dengan tulisan Syaikh kami ialah: Beliau berkata:

 

Faedah: Abu Bakar An-Naisaburi berkata: Aku mendengar Muhammad bin Abdul Malik berkata: Aku mendengar Yazid bin Harun berkata: Aku mendengar Al-Mas’udi berkata: Telah sampai khabar kepadaku bahwa siapa yang membaca surah Al-Fath, yakni    pada malam pertama dari bulan Ramadan dalam solat tathawwu (sunnah), ia pun dilindungi dalam tahun itu.

 

Saya dapatkan pula doa yang diucapkan orang yang berpuasa di bulan yang penuh berkah ini ketika berbuka puasa sebelum Magrib:

 

Kemudian ia berdoa dengan memohon keperluannya yang penting di dunia dan akhirat. Demikianlah saya melihat banyak orang terkemuka melakukannya.

 

Barangkali doa ini bagus dan sesuai dengan yang sebelumnya, meskipun saya tidak melihat adanya penyebutan doa ini dengan urutan ini dalam sebuah kitab.

 

Al-Allamah As-Sayyid Al-Wina’iy  menyebutkan dari Anas bin Malik  dari Nabi :

 

“Tidaklah seorang muslim mengucapkan ketika berbuka puasa: Wahai Tuhan yang Maha Agung, wahai Tuhan yang Maha Agung, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau, ampunilah dosa yang besar. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa yang besar, kecuali Tuhan Yang Maha Agung,” melainkan ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”

 

Rasulullah  berkata: Ajarkanlah doa ini kepada anak-anakmu, karena ia adalah perkataan yang disukai Allah dan rasul-Nya dan memperbaiki urusan dunia dan akhirat.”

 

Di antara yang saya temukan ialah doa orang yang puasa ketika berbuka:

 

“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan karena rezeki-Mu aku berbuka, Aku beriman kepada-Mu, aku bertawakkal kepada-Mu, aku mengharap rahmat-Mu dan kepada-Mu aku bertaubat.

 

Ya Allah, telah lenyap rasa haus dan basah urat-urat dan berlakulah pahalanya, jika Allah Ta’ala menghendaki. Wahai Tuhan yang luas karunia-Nya, ampunilah aku.

 

Segala puji bagi Allah yang membantuku sehingga aku bisa berpuasa dan memberiku rezeki sehingga aku bisa berbuka.

 

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang memenuhi segala sesuatu agar Engkau mengampuniku.

 

Maha Suci Engkau dan segala puji bagi-Mu, terimalah dariku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Maha Pemurah dan menyukai maaf, maka maafkanlah aku, wahai Tuhan yang Maha Pemurah.”

 

Diriwayatkan oleh ibnu Majah dari Abdullah bin Umar  , ia berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya orang yang berpuasa itu ketika berbuka mempunyai doa yang tidak ditolak.”

 

Adapun orang-orang yang berbuka puasa di tempat orang lain, maka disunnahkan baginya mengucapkan:

 

“Orang-orang yang berpuasa makan di tempatmu dan makananmu dimakan oleh orang-orang yang soleh dan semoga kalian didoakan oleh para malaikat yang baik.”

 

Doa ini diriwayatkan dari Nabi  sebagaimana disebutkan dalam Al-Adzkar.

 

Dalam hadis riwayat Muslim sebagaimana disebutkan oleh Al-Wina’iy: Adalah Nabi  apabila makan di tempat suatu kaum, beliau tidak keluar hingga mendoakan mereka. Maka beliau berdoa di rumah Abdullah bin Bisyir dengan perkataannya:

 

“Ya Allah, berkatilah mereka dalam rezeki yang Engkau berikan kepada mereka, ampunilah dan rahmatilah mereka.”

 

Terkabulnya Doa Ketika Mengkhatamkan Al-Gur’an

 

Telah kami sebutkan sebelumnya bahwa disunnahkan membaca Al-Quran yang agung dan mulia di bulan Ramadan yang penuh berkah.

 

Kami sebutkan di sini bahwa dianjurkan berdoa ketika mengkhatamkannya berdasarkan sebuah hadis mengenainya.

 

An-Nawawi  menyebutkan dalam kitab Al-Adzkaar: Dianjurkan berdoa ketika mengkhatamkan Al-Qur’an dengan anjuran yang kuat dan sangat berdasarkan hadis yang kami riwayatkan dari Humaid Al-Araj  , ia berkata:

 

Barangsiapa membaca Al-Qur’an kemudian berdoa, maka doanya diamini oleh 70 malaikat. Hendaklah ia mendesak dalam berdoa dan memohon perkara-perkara yang penting dan kalimat-kalimat yang luas.

 

Hendaklah sebagian besarnya atau seluruhnya mengenai urusan akhirat dan kaum muslimin, kebaikan pemimpin mereka dan para pejabat mereka agar mereka melakukan ketaatan dan tidak melakukan pelanggaran, saling membantu dalam berbuat kebajikan dan ketakwaan dan menegakkan kebenaran serta bersatu untuk itu, dan mendoakan kemenangan mereka atas musuh-musuh agama dan para pembangkang lainnya.

 

Ketahuilah, bahwa Allah   mengutamakan musim-musim ketaatan di atas waktu-waktu lainnya dan memudahkannya untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan dan keberkahan.

 

Allah Ta’ala memuliakan bulan Ramadan di atas semua bulan dan mengkhususkan malam-malamnya dengan keutamaan yang masyhur dan mengistimewakannya dengan Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan.

 

Allah Ta’ala memperhatikan di malam itu orang-orang yang berdosa dan mengampuninya serta menutupi kejelekan manusia, menenangkan hati dan memakmurkannya, memenuhi permintaan orang-orang yang meminta sesuatu kepada-Nya dan memudahkannya.

 

Allah Ta’ala menjadikan malam ini permata terindah dalam untaian kalung masa dan menjadikan amal-amalnya mendapat pahala yang banyak. Maka setiap orang yang mendapatinya dan berdoa dengan khusyuk, ia pun beruntung karena doanya segera dikabulkan.

 

Tidaklah seseorang memohon perlindungan di malam itu, melainkan Allah melindunginya. Tidaklah seseorang bertaubat kepada Allah di malam itu, melainkan Allah menerimanya dan memilihnya. Tidaklah seseorang meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah memberinya.

 

Maka beruntunglah siapa yang mengagungkan dan memuliakannya. Sungguh malam itu paling banyak barokah dan cahayanya. Alangkah banyaknya kebaikannya dan alangkah derasnya.

 

Di malam itu pintu-pintu langit dibuka dan para malaikat turun dengan membawa kabar gembira bagi siapa yang menghidupkannya dan berjaga di malam itu dengan mencegah matanya supaya tidak tidur. Beruntunglah siapa yang menikmati munajat di malam itu dan berharap. Beruntunglah siapa yang merasakan kesenangan di malam itu dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada Tuhannya.

 

Maka ia berdoa dengan khusyuk dan mengerjakan solat dan menyaksikan cahaya-Nya ketika muncul

 

Alangkah indahnya malam itu di mana Allah memperhatikan permohonan orang yang butuh kepada-Nya dan mewujudkan serta menolong permintaan orang yang berdoa kepada-Nya.

 

Tidaklah seseorang menyampaikan keluhannya kepada Allah di malam itu, melainkan Allah menyingkirkan kesusahan dan bahayanya.

 

Tidaklah seseorang yang teraniaya mengadu kepada-Nya, melainkan Dia singkirkan kesulitan darinya dan memberikan kebebasan kepadanya serta memberinya kabar gembira.

 

Tidaklah seseorang memohon dengan khusyuk kepada-Nya dan menyampaikan halangannya, melainkan Dia menerima alasannya.

 

Tidaklah hati orang yang lemah mengeluh kepada-Nya, melainkan Dia menolongnya dengan lembut dan menghiburnya.

 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad 2 dalam Musnadnya dengan sanad hasan dari Ubadah bin Shamit   , bahwa Rasulullah   bersabda:

 

“Malam Qadar itu terdapat dalam sepuluh malam terakhir (dari bulan Ramadan). Barangsiapa mengerjakan solat di malam itu dengan mengharap pahalanya, maka Allah  mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang kemudian. Malam itu ganjil, yaitu malam kesembilan atau ketujuh atau kelima atau ketiga atau akhir malam.”

 

Al-Hafidh ibnu Hajar  berkata: Orang-orangnya dapat dipercaya.

 

Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam As-Sunan al-Kubra dari Abi Hurairah  secara marfu’:

 

“Barangsiapa mengerjakan solat di Ramadan – dalam suatu riwayat: di bulan Ramadan – dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.

 

Dan siapa yang mengerjakan solat di malam Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.”

 

Al-Hafidh ibnu Hajar  menyebutkan dalam Al-Khishol: Demikianlah yang diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dari Qutaibah dan diikuti oleh Hamid bin Yahya dari Sufyan dan ia dapat dipercaya dan sanadnya sesuai dengan syarat hadis sahih.

 

Diriwayatkan oleh Al-Khatib dalam At-Tawaarikh dari hadis Anas  : “Barangsiapa mengerjakan solat Isya dan Subuh berjamaah, ia pun telah mendapat bagian yang banyak dari Lailatul qadar.”

 

Aisyah  berkata: Ya Rasulallah, jika aku mendapati Lailatul Qadar, dengan apa aku berdoa? Nabi   menjawab:

 

“Katakanlah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah dan suka memberi maaf, maka maafkanlah kami.”

 

Para ulama berselisih pendapat mengenai waktu Lailatul Qadar. Sebagian besar ulama mengatakan bahwa Lailatul Qadar hanya terdapat di bulan Ramadan.

 

Apabila kita katakan Lailatul Qadar terdapat di bulan Ramadan, apakah dalam seluruh Ramadan atau dalam sepuluh malam terakhir darinya saja?

 

Ada dua pendapat: Pertama: Lailatul Qadar khusus terdapat dalam sepuluh malam terakhir darinya, yaitu pendapat banyak ulama. Yang umum ialah di malam-malam ganjil, khususnya apabila malam itu bertepatan dengan malam Jumat.

 

Ada yang mengatakan: Ia tersembunyi dalam seluruh tahun dan tidak khusus di bulan Ramadan.

 

Hikmah dalam penyembunyian Lailatul Qadar terhadap umat di bulan Ramadan adalah supaya mereka mengagungkan seluruhnya dan berjijtihad di seluruh malamnya berdasarkan pendapat bahwa malam itu

 

terdapat dalam seluruh Ramadan atau dalam sepuluh malam terakhir atau seluruh tahun.

 

Pembahasan tentang Lailatul Qadar panjang dan masyhur dalam kitab-kitab, khususnya seperti Tuhfatul ikhwan dan Ar-Raudhul faaig.

 

Telah engkau ketahui dari hadis Sayyidah Aisyah  bahwa orang muslim diminta berdoa di malam itu dengan perkataan:

 

(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku) dan di tambahkan sesudahnya:

 

(Ya Allah, aku mohon kepada-Mu maaf dan keselamatan dan penyelamatan yang kekal dalam agama, dunia dan akhirat).

 

Doa itu disebutkan mengenai Lailatul Qadar dari Al-Wina’iy dalam bab amalan yang diminta di bulan Sya’ban.

 

Al-Wina’iy berkata pula: Diriwayatkan oleh ibnu Abbas secara marfu dari Nabi & bahwa beliau bersabda: “Barangsiapa mengucapkan tiga kali:

 

(Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Penyantun lagi Maha Pemurah, Maha Suci Tuhan Penguasa langit yang tujuh dan Pemilik Arsy Yang Maha Agung), maka ia Seperti orang yang mendapati Lailatul Qadar.”

 

Yakni siapa yang mengucapkan itu pada suatu malam yang disangkanya Lailatul Qadar, padahal bukan Lailatul Qadar dan mengerjakan amal baik di malam itu, maka amalnya di malam itu seperti amal itu di malam Qadar.

Ketahuilah, bahwa Allah  mengkhususkan kita di antara umatumat yang lain dengan bulan puasa dan kesabaran dan mencuci dengannya dosa-dosa dari orang-orang yang berpuasa seperti membasuh baju dengan air hujan. :

 

Dengan menyelesaikannya Allah memberi kita pikiran yang jernih dan mengaruniai kita Idul Fitri yang harinya adalah hari bahagia.

 

Ada orang-orang yang bahagia dan ada yang sengsara. Orang yang diterima amalnya diberi ucapan selamat, sedangkan yang tertolak diucapkan takziyah kepadanya Celakalah siapa yang amalnya tertolak dan beruntunglah hamba yang amal-amalnya diterima serta dipuji perilaku dan perbuatannya.

 

Telah dikatakan: “Hari raya itu bukan untuk orang yang memakai baju baru, tetapi untuk orang yang ketaatannya bertambah.”

 

Setiap hari di mana hamba tidak mendurhakai Allah adalah hari raya.

 

Orang yang bahagia di hari raya adalah orang yang ingat janji dan ancaman dan meminta tambahan dari pahala Allah .

 

Di hari itu Raja yang Maha Mulia menampakkan kemurahan-Nya dan membebaskan hamba-hamba-Nya yang perempuan dan laki-laki.

 

Allah Ta’ala berkata ketika orang-orang mukmin berkumpul untuk mengerjakan solat Idul Fitri: “Hai para malaikat-Ku,. apa balasan orang yang sudah menyelesaikan pekerjaannya?

 

Mereka menjawab: Wahai Tuhan kami, diberikan upahnya.

 

Allah berkata: Aku jadikan kalian sebagai saksi wahai para malaikat-Ku, bahwa Aku telah mengampuni mereka.

 

Disebutkan dalam Al-Ithaaf: Adapun hari raya setelah Ramadan merupakan hari raya bagi seluruh umat ini adalah sebagai isyarat bagi banyaknya pembebasan dari api neraka sebelumnya, sebagaimana hari raya Adha adalah hari raya terbesar bagi banyaknya pembebasan dari api neraka di Arafah sebelumnya, karena tidak terdapat hari yang lebih banyak pembebasannya daripada hari itu.

 

Maka siapa yang dibebaskan dari api neraka sebelumnya, hari itu merupakan hari raya baginya.

 

Sedangkan orang yang tidak dibebaskan, maka ia sangat jauh dari pembebasan dan terkena ancaman yang sangat keras.

 

Hendaklah diketahui bahwa kata “Al-led (hari raya)” berasal dari kata “Al-“Aud (kembali)”. Maka dinamakan Ied, karena hari itu terulang setiap tahun.

 

Ada yang mengatakan: Hal itu disebabkan banyaknya awaaid (pemberian) Allah Ta’ala di hari itu kepada para hamba-Nya dengan sebab kemurahanNya yang banyak atau karena Allah   memberikan kegembiraan kepada para makhluk-Nya di hari itu.

 

Ada yang mengatakan: Karena hari itu orang-orang saling memberi dan saling menyantuni. Diriwayatkan dari Abu Hurairah   dari Nabi   , beliau bersabda: “Hiasilah hari-hari rayamu dengan takbir.”

 

Diriwayatkan dari Abi Umamah  , ia berkata: Rasulullah bersabda: Barangsiapa menghidupkan dua malam hari raya, maka Allah menghidupkan hatinya pada hari di mana hati manusia mati.”

 

Ini adalah kinayah tentang keselamatannya pada hari kiamat ketika ada banyak hati yang mati — yakni binasa dan tidak selamat — dan perlindungannya dari penghabisan yang buruk.

 

Nabi    bersabda:

 

“Barangsiapa menghidupkan malam-malam yang empat, wajiblah surga baginya: yaitu malam Tarwiyah, malam Arafah, malam hari raya Adha dan malam hari raya Fitri.” Hadis ini disebutkan dalam Al-Jaami’ ash-shaghir.

 

Di sebutkan dalam hadis lain: Permintaan menghidupkan malam pertama dari bulan Rajab dan malam nisfu Sya’ban.

 

Al-Hafni berkata: Sedikit-dikitnya menghidupkan malam itu bisa dilakukan dengan solat Isya berjamaah dan keinginan kuat untuk mengerjakan solat Subuh di malam itu.

 

Akan tetapi yang dimaksud di sini adalah menghidupkan sebagian besar malamnya dengan ibadah berupa solat dan zikir misalnya supaya tercapai karunia yang besar ini, yaitu kepastian masuk surga.

 

Telah disebutkan sebelumnya, hadis: “Lima malam di mana doa tidak ditolak: yaitu malam pertama dari bulan Rajab, malam nisfu Sya’ban, malam Jumat dan dua malam hari raya.”

 

Nabi   bersabda:

 

“Bulan Ramadan tergantung di antara langit dan bumi, maka ia tidak dinaikkan kepada Allah Ta’ala, kecuali dengan menunaikan zakat fitrah.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshori   :

 

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan dan menambahinya dengan enam hari dari bulan Syawwal, maka ia seperti berpuasa setahun.”

 

Di antara amalan-amalan yang diminta pada dua hari raya ialah yang dikatakan oleh Al-Wina’iy dalam Risalah-nya: Barangsiapa memohon ampun kepada Allah pada hari raya setelah solat Subuh seratus kali, tidaklah tersisa dosa sedikit pun dalam daftar amalnya, melainkan dihapus darinya dan pada hari kiamat dia aman dari siksa Allah.

 

Dan siapa yang mengucapkan: Subhanallaahi wa bihamdihi seratus kali pada hari raya dan berkata: Wahai Tuhanku, aku berikan pahalanya kepada para penghuni kubur, tidaklah tersisa dari orang-orang mati itu, melainkan ia berkata: Ya Rahiim, rahmatilah hamba-Mu ini dan berilah pahalanya berupa surga.

 

Al-Fasyani berkata dalam Tuhfatul ikhwan dari Anas , dari Nabi & bahwa beliau bersabda:

 

“Hiasilah dua hari raya dengan tahlil, menyucikan Allah dan mengagungkan-Nya serta bertakbir.”

 

Faedah Mengenai Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya

 

Al-Qamuliy    berkata: Saya tidak melihat seseorang dari sahabat kami yang berbicara tentang mengucapkan selamat hari raya pada hari raya dan tahun-tahun dan bulan-bulan sebagaimana yang dilakukan sebagian orang.

 

Akan tetapi Al-Hafidh Al-Mundziri menukil dari Al-Hafidh Al-Maqdisi bahwa ia menjawab tentang hal itu bahwa orang-orang masih berselisih pendapat mengenainya.

 

Menurut pendapat saya hukumnya mubah, bukan sunnah maupun bid’ah.

 

Al-Hafidh ibnu Hajar    menjawab setelah mempelajarinya bahwa ucapan selamat itu disyariatkan. Ia berhujjah bahwa Al-Baihaqi mengadakan sebuah bab untuk itu.

 

Ia berkata: Bab riwayat tentang perkataan yang diucapkan sebagian orang

 

kepada sebagian yang lain :

 

Ia mengemukakan khabar-khabar dan atsar-atsar yang dlo’if (lemah), tetapi keseluruhannya bisa dijadikan hujjah mengenai perkara seperti itu.

 

Kemudian ia berkata: Yang dijadikan hujjah bagi keumuman ucapan selamat atas nikmat yang diperoleh atau bencana yang tertolak adalah disyariatkannya sujud syukur.

 

Dan yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Ka’ab bin Malik , mengenai kisah taubatnya karena tidak ikut dalam perang Tabuk. Ketika diberitahu bahwa taubatnya diterima dan pergi kepada Nabi , Ihalhah bin Ubaidillah   menyambutnya dan mengucapkan selamat kepadanya.

 

Berdasarkan itu, maka ucapan selamat itu diminta dan disyariatkan.

 

Dalam ucapan itu diminta untuk mendoakan tetapnya nikmat dan kegembiraan atas orang yang diberi ucapan selamat dan terulangnya semua itu padanya.

 

Tidaklah tersembunyi bahwa surat-surat ucapan selamat termasuk perkara-perkara sosial yang mendirikan kaidah-kaidah keikhlasan dan menguatkan ikatan pertemuan (dan cinta menyebabkan pengkhususan) dan menanamkan benih-benih persatuan dan kesetiaan serta mempererat tali cinta kasih dan persaudaraan.

 

Saya telah menyusun dua bait mengenai ucapan selamat hari raya dan mencetaknya dalam selembar kartu untuk ditinggalkan di tempat yang didatangi dan tidak ada orangnya.

 

Maka kartu itu menggantikan pemiliknya ketika berkunjung dalam keadaan yang dikunjungi tidak ada di tempat dan ia pun tidak perlu kembali lagi ke situ.

 

Semoga menyenangkanmu hari raya yang penuh berkah dan kegembiraan selalu terulang bagimu dan mendatangkan kegembiraan inilah, karena aku tidak melihat cahaya bentuk rupamu aku jadikan tulisan ini menunaikan sebagian kewajiban

 

Semoga Allah Ta’ala menjadikan hari-hari kita sebaik-baik hari raya dalam menaati Tuhan para hamba dengan diberi nikmat kesehatan dan keselamatan demi kedudukan manusia yang dinaungi awan, Muhammad , semoga Allah selalu memuliakan dan mengagungkannya.

Ketahuilah, bahwa bulan Zulhijjah adalah bulan yang diagungkan dan suci. Pada bulan ini ditunaikan ibadah haji yang merupakan salah satu rukun Islam.

 

Zulhijjah adalah bulan yang diagungkan kesuciannya dan banyak kebaikannya. Di dalamnya doa-doa dikabulkan dan hajat-hajat dipenuhi dan terdapat sepuluh malam yang dengannya Allah Ta’ala bersumpah dalam kitab-Nya yang mulia:  (QS. Al-Fajr: 1-2).

 

Sungguh, ini adalah sumpah yang agung.

 

Para ulama berselisih mengenai apa yang dimaksud dengan Al-Fajri dan Al-Asyri. Ada yang mengatakan: Yang dimaksud dengan Al-Fajri adalah fajar setiap hari. As-Suyuthi   membatasi pada pendapat itu dalam tafsirnya.

 

Ada yang mengatakan: Fajar hari pertama dari bulan Muharram, karena muncul tahun baru pada waktu itu.

 

Atau fajar dari awal hari penyembelihan kurban, karena di waktu itu orang-orang menunaikan sebagian besar manasik haji dan ibadat.

 

Atau fajar hari pertama dari Zulhijjah, karena berkaitan dengan malammalam yang sepuluh.

 

Atau fajar hari Arafah dan ini adalah pendapat sebagian besar ulama.

 

Yang dimaksud dengan malam-malam yang sepuluh adalah sepuluh Zulhijjah. Al-Hafidh As-Suyuthi   berpendapat begitu dalam tafsirnya

 

Ada yang mengatakan: Sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan. Ada yang mengatakan: Sepuluh malam pertama dari bulan Muharram.

 

Allah Ta’ala mengatakan:   dengan bentuk nakiroh, karena malam-malam itu adalah malam-malam terbaik dalam setahun.

 

Al-Hafidh Muhammad bin Nashiruddin Ad-Dimasyqi Asy-Syaff’i menyebutkan dalam risalahnya tentang keutamaan-keutamaan sepuluh malam dari bulan Zulhijjah: Pendapat pertama adalah pendapat sebagian besar ulama, yaitu sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijjah. Inilah pendapat yang masyhur dan sahih.

 

Kemudian ia mengemukakan hadis-hadis sebagai dalil atas pendapat itu hingga ia katakan: Sebagian besar ulama mengatakan bahwa fajar itu adalah fajar hari Arafah dan sepuluh malam itu adalah sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijjah.

 

Abu Utsman berkata: Mereka mengutamakan tiga puluh malam: Sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijjah, sepuluh malam pertama dari bulan Muharram dan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.

 

Khabar-khabar menunjukkan pengutamaan sepuluh malam pertama dari Zulhijjah di atas dua puluh malam yang tersebut, karena terdapat hari Tarwiyah, hari Arafah dan hari raya kurban.

 

Disebutkan dalam hadis:

 

“Tidak ada hari-hari yang lebih utama di sisi Allah daripada sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijjah dan tidak ada malam-malam yang lebih utama daripada malam-malamnya.”

 

Zulhijjah adalah bulan terakhir dari bulan-bulan yang dimaklumi dan disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:   yaitu Syawwal, Zulqa’dah dan sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijjah. Ada yang mengeluarkan hari raya kurban darinya.

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas : Tidak ada hari-hari yang lebih utama di sisi Allah Ta’ala daripada hari-hari ini, yaitu hari-hari sepuluh dari bulan Zulhijjah.

 

Perbanyaklah mengucapkan tahlil dan takbir dalam hari-hari itu, karena merupakan hari-hari tahlil dan takbir dan zikrullah dan puasa sehari dalam hari-hari itu sama dengan puasa setahun dan amal di hari-hari itu diberi pahala tujuh ratus kali.

 

Kemudian ia berkata: Disebutkan pula bahwa doa dalam sepuluh malam ini dikabulkan.

 

Diriwayatkan dair Abi Musa Al-Asy’ari   bahwa hari-hari yang dimaklumi adalah sembilan hari pertama dari bulan Zulhijjah selain hari raya kurban dan doa dalam hari-hari itu tidak ditolak.

 

Bagaimana doa ditolak dalam hari-hari itu, sedangkan di antaranya ada hari Arafah yang diriwayatkan bahwa ia adalah yang paling utama di dunia.

 

Ibnu Hibban meriwayatkan hadis itu dalam kitab Shahihnya dari Jabir   secara marfu’.

 

Saya melihat doa yang ditulis tangan oleh seorang ulama terkemuka dan dibaca setiap hari dari sepuluh hari pertama Zulhijjah sepuluh kali:

 

“Laa ilaaha illallaah sebanyak malam dan masa. Laa ilaaha illallaah sebanyak hari dan bulan. Laa ilaaha illallaah sebanyak gelombang di laut. Laa ilaaha illallaah sebanyak pahala yang berlipat-lipat kali. Laa ilaaha illallaah sebanyak tetes hujan. Laa ilaaha illallaah sebanyak daun-daun pohon. Laa ilaaha illallaah sebanyak rambut dan bulu unta. Laa ilaaha illallaah sebanyak pasir dan batu. Laa ilaaha illallaah sebanyak bunga dan buah. Laa ilaaha illallaah sebanyak nafas manusia. Laa ilaaha illallaah sebanyak kejapan mata.

 

Laa ilaaha illallaah sebanyak peristiwa yang sudah terjadi dan yang terus terjadi. Laa ilaaha illallaah, Maha Suci dari apa yang mereka sekutukan. Laa ilaaha illallaah, lebih baik dari yang mereka kumpulkan.

 

Laa ilaaha illallaah di waktu malam apabila hampir meninggalkan gelapnya.

 

Laa ilaaha illallaah di waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. Laa ilaaha illallaah sebanyak tiupan angin di padang pasir dan batu-batu karang.

 

Laa ilaaha illallaah dari hari ini hingga hari ditiup sangkakala (hari kiamat).

 

Laa ilaaha illallaah sebanyak seluruh makhluk-Nya. Laa ilaaha illallaah dari hari ini hingga hari pembalasan.”

 

Saya tidak melihat ulama itu menisbatkannya atau mengisnadkannya kepada seseorang, tetapi ia hanya mengatakan: Doa ini mempunyai banyak keutamaan.

 

Kemudian saya melihat Al-Allamah Al-Wina’iy  meriwayatkan dalam Al-Mu’jamul kabir dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa mengucapkan dalam sepuluh hari pertama Zulhijjah setiap hari sepuluh kali: “Laa ilaaha illallaah sebanyak masa. Laa ilaaha illallaah sebanyak gelombang laut. Laa ilaaha illallaah sebanyak tanaman dan pohon. Laa ilaaha illallaah sebanyak tetes air hujan. Laa ilaaha illallaah sebanyak kejapan mata. Laa ilaaha illallaah lebih baik daripada yang mereka kumpulkan. Laa ilaaha illallaah dari hari ini hingga hari ditiup sangkakala,” diampunilah dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.”

 

Saya katakan: Yang lebih baik adalah membaca keduanya, sendiri sendiri sebanyak sepuluh kali, karena barangkali yang pertama diriwayatkan pula sehingga menggabungkan antara kedua riwayat itu Apabila hendak membatasi, maka batasilah pada yang terakhir, karena diriwayatkan dengan yakin.

 

Di antara doa-doa yang saya temukan pula dalam sepuluh hari Zulhijjah adalah doa ini. Saya menukilnya dari tulisan seorang soleh bahwa ia berkata: Diriwayatkan dari Al-Allamah Asy-Syaikh AlKhatthab Al-Makki Al-Maliki  — semoga Allah memberi manfaat dengannya -.

 

Ia berkata: Manusia diminta untuk mengulangi setiap hari doa yang mudah tanpa menetapkan jumlah tertentu dalam sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah hingga hari raya kurban untuk melunasi hutang, yaitu:

 

“Ya Allah, berikan aku kebebasan yang dekat dari-Mu. Ya Allah, berilah aku perlindungan-Mu yang kokoh. Ya Allah, berilah aku kebaikan-Mu yang lama. Ya Allah, berilah aku karunia-Mu yang baik. Ya Allah, berilah aku pemberian-Mu yang baik dan bagus. Ya Allah yang kekal kebaikanNya, berilah aku kebaikan-Mu yang kekal.”

 

Kemudian saya lihat doa ini dinisbatkan kepada Al-Allamah yang tersebut dalam kita “Al-Ishobah fi mahallaat al-ijabah”.

 

Al-Allamah Asy-Syarif Ma’ul ‘ainain berkata dalam Natil bidaayat wd taushif an-nihayat: Bahwa di antara doa-doa yang berfaedah dan banyak dibaca dalam sepuluh hari Zulhijjah, ia berkata: Doa itu diberikan kepadaku oleh Syaikh kami   dan saya dapatkan dalam sebuah kitab:

 

Bahwa Rasulullah   mengajarkannya kepada sahabat-sahabatnya yang dekat, yaitu:

 

“Cukuplah Allah menjadi penolongku dan cukup. Semoga Allah mendengarkan (mengabulkan) siapa yang berdoa, tidak ada batas akhir di belakangnya. Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, ia pun dicukupi-Nya dan siapa yang berlindung kepada Allah, dia pun selamat.”

 

Pada hari Arafah ditambahkan doa:

 

“Tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

 

Diriwayatkan dalam sejumlah hadis bahwa bacaan ini sama dengan membebaskan sepuluh budak.

 

Dalam kita Ad-Da’awaat oleh Al-Mustaqhfiri diriwayatkan dari Ibnu Abbas : Barangsiapa membacal Dul huwallahu ahad seribu kali pada hari Arafah, maka permintaannya diberi.

 

Kemudian ia membaca doa-doa Arafah yang masyhur dan terkenal yang disebutkan dalam manasik. Ia ulangi setiap doa tiga kali dan memulai doanya dengan memuji dan mengagungkan Allah Ta’ala, mengucapkan tasbih dan solawat dan salam untuk Rasulullah dan keluarga serta para sahabatnya. Ia akhiri doanya dengan bacaan seperti itu dan ucapan Aamiin.

 

Hendaklah ia banyak mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Doa yang paling utama mengenai hal itu ialah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya dari Rasulullah   bahwa beliau bersabda:

 

“Doa yang paling utama pada hari Arafah dan perkataan paling utama yang diucapkan olehku dan para nabi sebelum aku: “Tiada Tuhan selatn Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

 

Disebutkan dalam kitab Tirmidzi dari Ali , ia berkata: Doa Nabi yang paling banyak dibaca pada hari Arafah di tempat wuquf ialah:

 

“Ya Allah, segala puji bagi-Mu seperti yang kami ucapkan dan lebih baik daripada yang kami ucapkan. Ya Allah, bagi-Mu shalatku, ibadahku, hidupku dan kematianku. Kepada-Mu aku kembali dan bagi-Muwarisanku, wahai Tuhanku. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari siksa kubur dan waswas di dalam dada dan urusan yang bercerai berai. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kejelekan yang ditimbulkan oleh angin.”

 

Di antara doa-doa yang terpilih:

 

“Ya Allah, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka. Ya Allah, sesungguhnya aku berbuat zalim kepada diriku dengan kezaliman yang besar dan banyak dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

Ya Allah, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dengan mana Engkau memperbaiki keadaanku di dunia dan akhirat. Dan rahmatilah aku dengan rahmat dari-Mu yang menyebabkan aku bahagia di dunia dan akhirat dan terimalah taubat nasuha dariku yang tidak aku langgar selamanya.

 

Tetapkan aku di jalan istiqomah sehingga aku tidak menyimpang darinya selamanya. Ya Allah, pindahkan aku dari kehinaan maksiat menjadi kemuliaan taat dan cukupilah aku dengan halalmu tanpa melakukan yang haram, dan cukupilah aku dengan ketaatan kepada-Mu tanpa melakukan maksiat dan dengan karunia-Mu tanpa membutuhkan selain Engkau.

 

Terangilah hatiku dan kuburanku, lindungilah aku dari kejahatan seluruhnya dan kumpulkan seluruh kebaikan bagiku. Aku titipkan kepada-Mu agama dan amanatku, hati dan badanku, penghabisan amalku dan seluruh nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan semua orang yang aku cintai dan kaum muslimin seluruhnya.”

 

Al-Imam Al-Ghazali telah mengumpulkan sejumlah doa dalam hari Arafah. Beliau berkata: Hendaklah kesibukannya yang terpenting di hari Arafah adalah berdoa. Di tempat seperti itu dan kumpulan manusia seperti itu diharapkan terkabulnya doa.

 

Doa yang diriwayatkan dari Rasulullah  dan salaf di hari Arafah lebih utama untuk dibaca. Maka hendaklah ia mengucapkan:

 

“Alhamdulillaahi Robbil “aalamiin. Wa shallallahu “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

 

Tiada Tuhan selain Allah sendiri tiada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian

 

Dia menghidupkan dan mematikan, Dia hidup kekal tidak mati, di tangan-Nya terdapat seluruh kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, jadikan cahaya dalam hatiku, cahaya dalam pendengaranku dan cahaya dalam penglihatanku, dan cahaya dalam lidahku. Ya Allah, lapangkan dadaku dan mudahkan urusanku,”

Hendaklah ia banyak membaca doa Al-Khadhir , yaitu mengucapkan:

 

“Wahai Tuhan yang tidak disibukkan oleh suatu urusan tanpa melakukan urusan yang lain dan tidak disibukkan oleh suatu pendengaran hingga tidak mendengar yang lain dan tidak ada suara yang tidak jelas bagi-Nya.

 

Wahai Tuhan yang tidak diberatkan oleh berbagai permintaan dan tidak ada perbedaan bahasa-bahasa bagi-Nya. Wahai Tuhan yang tidak merasa jemu terhadap desakan para hamba yang terus mendesak dalam doa mereka dan tidak merasa bosan karena banyaknya permintaan. Karuniailah kami dinginnya maaf-Mu dan manisnya bermunajat kepada-Mu.”

 

Hendaklah ia berdoa apa saja yang dia inginkan dan memohon ampun baginya dan kedua orangtuanya dan seluruh kaum mukminin dan mukminat.

 

Hendaklah ia mendesak dalam berdoa dan meminta permintaan yang besar, karena tidak ada yang besar bagi Allah.

 

Selesai perkataan Al-Ghazali , dalam Al-Ihya”.

 

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan para orangtua kami dan guru guru kami dan orang-orang yang mempunyai hak-hak pada kami dan siapa yang berwasiat kepada kami untuk berdoa dan siapa yang berbuat baik kepada kami dan kaum muslimin.

 

Wa shallallaahu ‘alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

 

Kemudian, pada hari raya kurban, yaitu Idul Adha, bacalah seperti yang kami sebutkan mengenai Idul Fitri.

 

Kemudian, ketahuilah bahwa saya telah menukil di awal risalah ini dari Ad-Dairobi dari Sibthu ibnul Jauzi dari Umar bin Qudamah Al Maqdisi doa untuk awal tahun dan doa untuk akhirnya.

 

Guru-guru kami selalu mewasiatkan dengannya dan membacanya dan aku tidak pernah ketinggalan membacanya seumur hidupku. Adapun doa awal tahun, saya telah menyebutkannya di sana.

 

Inilah doa yang dibaca pada hari terakhir bulan Zulhijjah:

 

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah selalu melimpahkan solawat dan salam kepada Sayyidina Muhammad dan keluarga serta para sahabatnya.

 

Ya Allah, perbuatan yang aku lakukan dalam tahun yang lalu dan Engkau tidak meridoinya dan aku melupakannya, sedang Engkau tidak melupakannya dan Engkau maafkan aku, padahal Engkau sanggup menghukumku dan Engkau serukan kepadaku agar aku bertaubat setelah aku berani kepada-Mu, ya Allah sesungguhnya aku mohon ampun kepadaMu atas perbuatan itu. Maka ampunilah aku.

 

Ya Allah, perbuatan yang Engkau ridoi dan Engkau janjikan pahala atasnya bagiku dan ampunan, maka terimalah itu dariku dan jangan putuskan harapanku dari-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.

 

Wa shallallaahu ta’aala “alaa Sayyidina Muhammadin wa “alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

 

Doa ini dibaca tiga kali tiga kali. Maka syaitan berkata: Kami telah dipayahkan olehnya sepanjang tahun dan ia telah merusak perbuatan kami dalam satu saat.

 

 

Ini adalah akhir dari usaha yang dimudahkan Allah Yang Maha Bersyukur dalam menyebutkan doa-doa dari sebagian hari-hari dari sebagian besar bulan-bulan dalam setahun, yaitu yang saya ketahui dan saya lihat.

 

Maka siapa yang menemukan doa-doa dan faedah-faedah yang berkaitan dengan yang kami sebutkan, hendaklah ia menambahkannya supaya mendapat pahala di sisi Allah, karena tujuannya adalah memberi manfaat kepada saudara-saudara kita kaum muslimin dan sampainya kebaikan kepada kaum muslimin.

 

Mudah-mudahan Allah memberiku manfaat dengannya di dunia dan akhirat dan menghimpun aku dalam golongan pemimpin dunia dan akhirat Muhammad . Semoga Allah menambahinya dengan keutamaan dan kemuliaan di sisi-Nya.

 

Saya selesaikan penyusunan risalah ini dengan pertolongan Allah pada hari Jumat yang mubarok, bulan Safar tahun 1328 Hijriah.

 

Risalah ini telah dipuji oleh beberapa ulama ternama: di antara mereka Al-Allamah Asy-Syaikh Muhammad Said Babshail (Mufti Syaf’iyah) di Makkah Al-Mukarromah, Al-Allamah As-Sayyid Umar bin Muhammad Syatha, Al-Allamah As-Sayyid Husain bin Muhammad Al-Habsyi (Mufti Syafi’iyah) di Makkah Al-Mukarromah, Al-Allamah As-Syarif Muhammad bin Idris Al-Qadiri Al-Hasani, Al-Allamah AsySyams Asy-Syangithi, Al-Allamah Asy-Syaikh Yusuf bin Ismz’il AnNabhani dan Al-Allamah Asy-Syaikh Umar Hamdan.

 

Koreksi atas cetakan risalah ini dilakukan oleh Asy-Syaikh Ahmad Abdul Alim Al-Barduni dari ulama Al-Azhar.

 

Pencetakannya selesai pada tanggal 20 Syawwal tahun 1383 Hijriah (bertepatan dengan tanggal 4 Maret tahun 1964).

 

Wa shallallahu “alaa Sayyidina wa maulana Muhammad Rasulillah wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’in.