Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

 

“Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)

 

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan manusia dari tanah, menjadikan keturunannya dari air yang hina, mengeluarkan orang-orang beriman -yang saling berwasiat akan kebenaran dan kesabarandari golongan orang-orang yang merugi. Dialah yang mengecualikan mereka, orang-orang beriman, setelah meratakan kerugian kepada semua manusia, dan yang telah memerintahkan para hamba-hamba-Nya yang beriman untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

 

Allah SWT telah mengabarkan kepada umat manusia bahwa orang yang paling mulia di sisi-Nya adalah orang yang paling bertakwa. Allah SWT juga telah mengabarkan bahwa Dialah yang memelihara orang-orang yang bertakwa dan bahwa sesungguhnya tiadalah jin dan manusia diciptakan selain agar mereka menyembah-Nya dan bukan hanya untuk memakmurkan dunia dan mengumpulkan harta.

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Tidaklah aku diberi wahyu agar aku mengumpulkan harta menjadi seorang pedagang, tetapi agar kamu bertasbih memuji Tuhan kamu dan jadilah orang-orang yang bersujud, dan sembahlah Tuhanmu sampai kematian menjemputmu.”

 

Jika demikian maka kebahagiaan dan kesempurnaan setiap orang terletak pada keteguhannya dalam menjalankan perintah agama, mengemban amanat sebagai khalifah Allah di muka bumi, serta meninggalkan apa saja yang dapat menghalanginya dari tugas itu, baik itu berupa tipu daya orang-orang yang tersesat maupun kenistaan orang-orang yang keluar dari jalan Allah.

 

Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah SWT limpahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, pemimpin para rasul dan penutup para nabi, yang telah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Demikian pula, semoga limpahan shalawat dan salam itu Allah anugerahkan kepada seluruh keluarga dan sahabat Rasulullah serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya sampai hari kiamat kelak.

 

Amma ba ‘du ….

 

Sesungguhnya kunci segala kebaikan terletak pada ketakwaan kepada Allah SWT secara lahir dan batin, baik dalam keadaan sendirian maupun ketika berada di tengah-tengah khalayak ramai.

 

Takwa adalah suatu sikap yang dengannya dapat terkumpul segala macam kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini disebabkan oleh keagungan takwa dalam kaca mata agama dan kebesarannya di sisi para ulama yang istigamah di jalan Allah. Para ulama sendiri sering menyampaikan pembahasan tentang ketakwaan di dalam khutbah dan ceramah-ceramah mereka. Karena ketakwaan adalah ringkasan segala kebaikan, para khatib senantiasa menyebutkannya dalam wasiat khutbah mereka. Para ulama besar pun sering mewasiatkan takwa kepada siapa saja yang meminta nasihat kepada mereka.

 

Takwa adalah wasiat Allah bagi orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang ada di akhir zaman. Allah SWT berfirman:

 

“Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan kepada orangorang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah.” (QS. An-Nisa”: 131)

 

Di dalam perintah bertakwa, Allah SWT berfirman:

 

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu.” (QS. An-Nisa’: 1) Allah SWT berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab: 70)

 

Allah 3 juga berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (QS. Ali “Imran: 102)

 

Allah SWT juga berfirman:

 

“Dan bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesang-gupan.” (QS. At-Taghabun: 16)

 

Artinya: kerahkanlah segala kemampuan untuk mewujudkannya.

 

“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya.” (QS. Ath-Thalaq: 7)

 

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk bertakwa.

 

Allah SWT telah mengumpulkan bagi orang-orang yang bertakwa kebaikan dunia dan akhirat, di antaranya:

 

  1. Jalan keluar dari kesulitan dan rezeki yang tidak disangka-sangka datangnya oleh mereka.

 

Allah SWT berfirman:

 

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

 

  1. Mendapatkan petunjuk. Allah SWT berfirman:

 

“Kitab (Al-Our ‘an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)

 

  1. Ilmu Allah 4 berfirman:

 

“Dan bertakwalah kepada Allah: Allah mengajarmu.” (QS. Al-Baqarah: 282)

 

  1. Menemukan pembeda antara kebaikan dan keburukan dan mendapatkan pengguguran dosa serta pengampunan.

 

Allah SWT berfirman:

 

“Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furgan, dan mengampuni segala kesalahankesalahanmu dan mengampuni dosa-dosa (mu).” (QS. Al-Anfal: 29)

 

Sebagian ulama tafsir menyatakan : “Furqan berarti petunjuk bagi hati kalian agar kalian dapat membedakan antara yang benar dan yang batil.

 

  1. Mendapat perlindungan.

 

Allah SWT berfirman:

 

“Dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Jatsiyah: 19)

 

  1. Mendapat penyertaan Allah.

Allah SWT berfirman:

 

“Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 194)

 

Artinya kemenangan, pertolongan dan penjagaan.

 

  1. Mendapat keselamatan.

Allah SWT berfirman:

 

Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa.” (QS. Maryam: 72)

 

  1. Mendapat janji akan masuk surga Allah SWT berfirman:

 

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa.” (QS. Muhammad: 15)

 

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Qalam: 34)

 

“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).” (QS. Qaf: 31)

 

Dan masih banyak lagi kebaikan dan keutamaan yang agung serta berbagai macam karunia yang besar, dan sudahlah cukup mengenai kemuliaan takwa bahwa Allah SWT menyebutkannya di sembilah puluh tempat lebih di dalam kitab-Nya.

 

Adapun mengenai perintah bertakwa dan keutamaannya, Rasulullah Saw bersabda:

 

“Bertakwalah engkau kepada Allah di manapun engkau berada, dan ikutilah setelah perbuatan jelek dengan perbuatan baik, niscaya ia akan menghapuskannya, dan perlakukan manusia dengan akhlak yang baik.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Aku mewasiatkan kalian bertakwalah kepada Allah, mendengar dan patuhilah, meskipun kalian di bawah pemerintahan seorang budak Habasyah.”

 

Rasulullah Saw juga bersabda:

 

“Hati-hatilah terhadap api neraka meskipun dengan separo kurmg, kalau kalian tidak punya maka hendaknya dengan kata yang bijak.”

 

Rasulullah Saw selalu mengucapkan di dalam doanya:

 

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, keluhuran dan kekayaan.”

 

Dan Rasulullah Saw juga bersabda:

 

“Tidak ada kelebihan bagi seorang yang putih atas yang hitam, dan tidak ada kelebihan bagi seorang Arab di atas seorang ‘ajam (non Arab) melainkan dengan ketakwaan kepada Allah, kalian berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah.”

 

Rasulullah Saw pernah ditanya: “Siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab: “Yang paling bertakwa.”

 

Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:

 

“Janganlah engkau memakan kecuali hidangan orang yang bertakwa, dan jangan pula ada yang memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa.”

 

Aisyah berkata: “Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang membuat takjub hati Rasulullah Saw, dan tidak ada seorang pun yang dapat menarik simpatinya melainkan orang yang bertakwa.”

 

Imam Ali r.a berkata: “Sesungguhnya tidak akan celaka jika modal suatu kaum adalah ketakwaan.”

 

Qatadah berkata: “Tertulis di dalam kitab Taurat: “Bertakwalah engkau kepada Allah dan matilah engkau sesukamu.”

 

Al-A’masy berkata: “Barangsiapa yang modal utamanya adalah ketakwaan, maka lidah-lidah akan kepayahan dalam menggambarkan betapa beruntungnya ia.”

 

Bisyir Al-Hafi sering membawakan sebuah syair:

Kematian seorang yang bertakwa adalah kehidupan yang tiada akhirnya

Sungguh telah mati suatu kaum sedangkan mereka di kalangan manusia masih hidup

 

Keutamaan mengenai takwa dan orang-orang yang bertakwa masih banyak sekali untuk disebutkan. Imam Al-Ghazali telah berbicara lebar mengenai ketakwaan di dalam kitab Minhaj-nya dan kami telah merangkum pembicaraan beliau pada apa yang telah kami utarakan tadi.

Imam Al-Ghazali berkata: “Kata takwa di dalam Al-Our’an memiliki tiga makna, yaitu: ketakutan, ketaatan dan ibadah, dan membersihkan hati dari dosa-dosa. Inilah arti sebenarnya.

 

Jadi kesimpulannya, ketakwaan berarti menjaga diri dari kemurkaan Allah SWT dan hukuman-Nya dengan menjalankan apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi apa yang Ia larang.

 

Jadi, hakikat ketakwaan adalah jangan sampai Tuhan Anda melihat Anda berada dalam keadaan yang Ia larang, dan jangan sampai Tuhan Anda kehilangan diri Anda di saat Ia memerintahkan Anda untuk melakukan sesuatu.”

Orang-orang yang mempunyai hati bersih dan otak yang jernih telah mengetahui bahwa mereka akan menerima imbalan atas apa yang telah mereka perbuat. Mereka akan mengambil hasil panen atas apa yang telah mereka tanam. Sebagaimana mereka berbuat, mereka pun menerima balasannya. Dan sesuai pengorbanan mereka, mereka pun menerima hasilnya.

 

Bagaimana mereka tidak mengetahui dan meyakini hal itu? Bukankah mereka mengimani apa yang telah mereka dengar dan mempercayai isi kitab Allah dan hadits Rasulullah, yang keduanya merupakan bukti nyata bagi orang-orang yang telah disinari dan dilapangkan hatinya oleh Allah?

 

Oleh karena itu, bukalah pintu hati Anda dan dengarkan apa saja yang mengarah kepada hal itu. Mudah-mudahan dengan Anda mendengarkannya, Anda dapat sadar dari kelalaian dan bangkit dari tidur, sehingga Anda dapat beramal saleh untuk diri dan keselamatan Anda.

 

Allah SWT berfirman:

 

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)

 

Allah SWT berfirman: .

 

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang. orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” (QS. An-Najm: 31)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS. An-Najm: 39-42)

 

Allah SWT berfirman:

 

“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (QS. An-Nisa’: 123-124)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuar Jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri: dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshilat: 46)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapan (di mukanya), begitu juga) kejahatan yang telah dikerjakannya, ia ingin kalau kiranya antara ia dan hari itu ada masa yang jauh: dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali “Imran: 30)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 281)

 

Sebagian ulama berpendapat bahwasanya ayat ini adalah ayat Al-Our’an terakhir yang diturunkan.

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Sesungguhnya Roh Kudus (Jibril) meniupkan di benakku: “Hiduplah semaumu sesungguhnya engkau pasti mati. Cintai apa saja yang engkau senangi sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan berbuatlah semaumu sesungguhnya engkau akan menerima balasannya.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Kebaikan tidak akan punah, dosa tidak akan dilupakan dan Tuhan yang Maha Pembalas tidak hancur, sebagaimana engkau berbuat, begitulah engkau menerima balasannya.”

 

Rasulullah Saw juga bersabda, sebagaimana yang beliau riwayatkan dari Tuhannya:

 

“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya inilah amalan kalian Aku perhitungkan untuk kalian, kemudian Aku akan memberi kalian imbalannya. Barangsiapa yang mendapati amalannya baik, hendaknya ia memuji Allah, dan barangsiapa yang mendapati selain itu, janganlah ia mencemooh selain dirinya.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Janganlah kalian mengejek orang-orang yang telah meninggal sesungguhnya mereka akan menghadapi apa yang telah mereka perbuat.”

 

Telah diriwayatkan bahwa seorang hamba sahaya telah diangkat derajatnya di surga melebihi majikannya. Sang majikan berkata: “Wahai Tuhan, orang ini dahulunya hamba sahayaku semasa ia di dunia’. Maka Allah menjawab: “Sesungguhnya Aku memberinya imbalan sesuai dengan amalannya.’

 

Imam Ali r.a berkata: “Dunia adalah tempat untuk beramal tetapi tidak ada imbalan di dalamnya, sedangkan akhirat adalah tempat untuk menerima imbalan tanpa ada amalan di dalamnya. Maka berbuatlah kalian di tempat yang tidak ada imbalan di dalamnya sebagai bekal untuk tempat yang tidak ada amalan di dalamnya.”

 

Hasan Al-Basri berkata: “Allah berfirman kepada penduduk surga: “Masuklah kalian ke dalam surga karena rahmat-Ku, dan kekallah kalian di dalamnya karena niat kalian yang baik, dan berbagilah akan surga sesuai dengan amalan-amalan kalian.”

 

Demikian dalil-dalil yang telah saya kemukakan mengenai adanya balasan atas amal perbuatan dengan tujuan sebagai pengingat, karena sebenarnya hal ini bukan persoalan baru bagi semua kalangan. Dengan kata lain, semua orang awam tahu akan hal ini.

Allah telah menghendaki ridha-Nya terletak pada ketaatan kepada-Nya, kemurkaan-Nya terletak pada perbuatan maksiat kepada-Nya. Ia menjanjikan bagi siapa saja yang menaati-Nya akan memasukkannya ke dalam surga-Nya dengan rahmat-Nya, dan mengancam siapa saja yang menentang-Nya akan dimasukkan ke dalam neraka-Nya dengan keadilan dan kebijaksanaan-Nya.

 

Allah SWT berfirman:

 

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkanya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungaisungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 13-14)

 

Allah SWT telah memerintahkan para hamba-Nya yang beriman agar segera menyambut pengampunan Allah dan surga-Nya, dan supaya mereka menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi laranganNya, Allah SWT berfirman:

 

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali “Imran: 133)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Allah SWT berfirman:

 

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 07)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakuran menjadi aman sentosa.” (QS. An-Nur: 55)

 

Dan Allah SWT berfirman:

 

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga “Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya, dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (QS. Al-Kahfi: 31)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasing sayang.” (QS. Maryam: 96)

 

Ibnu Abbas r.a berkata: “Allah mencintai mereka dan Allah mempercintakan mereka kepada kaum mukminin.”

 

Dalam sebuah hadis qudsi allah swt berfirman:

 

“Barangsiapa memusuhi wali-Ku maka Aku umumkan perang padanya. Dan hamba-Ku tiada mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang Aku fardhukan kepadanya, dan hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya, apabila Aku mencintainya maka Aku adalah telinganya, yang dengannya dia mendengar, Aku adalah matanya yang dengannya dia melihat, Aku adalah tangannya yang dengannya dia menyerang, dan Aku adalah kakinya yang dengannya dia berjalan, apabila dia minta pada-Ku sungguh Aku beri dia, dan bila dia minta perlindungan kepada-Ku sungguh Aku lindungi dia.”

 

Allah SWT telah memberi kemuliaan dengan rasa cinta yang agung ini hingga gerakan, tindak tanduk dan ketenangan seorang hamba semuanya itu berasal dari Allah, dan hanyalah di bawah tanggungan Allah orang yang menjalankan apa saja yang diwajibkan oleh Allah dan memperbanyak amalan-amalan saleh demi mendekatkan diri kepada-Nya.

 

Rasulullah Saw meriwayatkan dari Allah SWT:

 

“Jika seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal saja, niscaya Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta. Jika ia mendekatkan diri kepada-Ku satu hasta, maka Aku mendekatinya sedepak. Dan apabila ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, Aku pasti mendatanginya dalam keadaan bergegas.”

 

Arti kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya adalah dengan menaati-Nya dan melayani-Nya, sedangkan arti kedekatan Allah kepada hamba-Nya adalah dengan karunia dan rahmat-Nya.

 

Rasulullah Saw meriwayatkan dari Allah SWT:

 

“Aku telah mempersiapkan bagi para hamba-Ku yang saleh segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia.”

 

Disebutkan dalam kitab Zabur: “Wahai anak Adam taatilah Aku, niscaya Aku akan penuhi hatimu denan kepuasan, kedua tanganmu dengan rezeki dan badanmu dengan kesehatan.”

 

Allah SWT telah mewahyukan kepada dunia:

 

“Wahai dunia barangsiapa yang melayani-Ku, layanilah dis, barangsiapa yang melayanimu, maka perbudaklah dia.”

 

Bisyir bin Al-Harits berkata: “Orang-orang yang baik memperoleh keuntungan dunia akhirat”

 

Yahya bin Mu’adz berkata: “Anak-anak dunia dilayani oleh budak-budak, sedangkan anak-anak akhirat dilayani oleh orang-orang merdeka.”

 

Jika Anda menginginkan kemuliaan yang tidak batas, pemberian yang tiada henti-hentinya, kebesaran yang tidak punah, maka taatilah Allah SWT

 

Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan kesemuanya itu di dalam taat kepada-Nya. Allah memuliakan para hamba yang taat, bahkan sebagian hamba yang taat, Ia muliakan dengan membebaskan mereka dari belenggu syahwat, membersihkan hati mereka dari keinginan berpaling kepada dunia, menampakkan di hadapan mereka hal-hal yang luar biasa, seperti mengabarkan hal-hal yang gaib, bermunculannya keberkahan, dan dikabulkannya doa-doa.

 

Sehingga orang-orang berusaha meraih cahaya mereka, mengikuti jejak mereka, berdoa kepada Allah dengan bertawasul kepada mereka agar Allah memudahkan segala urusan mereka, dan memohon kepada Allah dengan keberkahan mereka agar mereka terhindar dari musibah.

 

Orang-orang itu banyak yang mencari keberkahan di tempat tempat yang dilalui oleh para hamba tersebut. Mereka juga memohon barokah dengan menziarahi kuburan-kuburan mereka.

 

Allah SWT telah memuliakan mereka dengan sesuatu yang lebih besar dari itu semua. Allah menanamkan cahaya-Nya di hati mereka, dan menaungi hati mereka dengan ma’rifat dan kecintaan kepada-Nya. Allah SWT juga menghibur mereka dengan dzikir di dalam khalwat mereka. Allah telah menyiapkan bagi mereka kenikmatan yang abadi di surga-Nya, dan menjanjikan kepada mereka bahwa mereka akan memandang kepada wajah-Nya yang Mulia, serta memberikan kepada mereka keridhaan-Nya yang terbesar.

 

Allah SWT berfirman:

 

“Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. Ad-Dukhan: 57)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Untuk kemenangan yang serupa ini hendaklah berusaha orang orang yang bekerja.” (QS. Ash-Shaffat: 61)

Allah SWT berfirman:

 

“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” (QS. Thaha: 74)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. Al-Ankabut: 4)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Tidaklah seorang pezina ketika ia berzina ia dalam keadaan beriman, tidaklah seorang pencuri ketika ia mencuri ia dalam keadaan beriman, dan tidaklah seorang peminum ketika ia meminum arak ia dalam keadaan beriman.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Jika seorang hamba berbuat suatu dosa maka timbullah bintik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat maka bersihlah hatinya, dan apabila ia mengulanginya lagi, maka bintik itu semakin bertambah banyak hingga menghitamlah hatinya.”

 

Itulah arti dari firman Allah:

 

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14)

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Mengerasnya hati disebabkan terlalu banyaknya dosa.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Sesungguhnya seorang hamba diharamkan rezekinya karena dosa yang ia kerjakan.”

 

Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa as.:

 

“Wahai Musa, orang yang pertama kali mati dari makhluk-Ku adalah iblis karena dialah yang pertama menentang-Ku. Dan barangsiapa yang menentang-Ku, Aku menganggapnya sudah mati.”

 

Said bin Musayyab berkata: “Tidaklah para hamba memuliakan dirinya seperti menaati Allah, dan tidaklah para hamba menghinakan dirinya seperti menentang Allah, dan cukuplah bagi seorang mukmin yang senantiasa ditolong Allah untuk hanya melihat musuhnya berbuat maksiat tanpa perlu ikut berbuat maksiat.”

 

Muhammad bin Wasi’ berkata: “Perbuatan dosa di atas perbuatan dosa dapat mematikan hati.”

 

Seorang salaf berkata: “Jika engkau menentang Allah sedangkan engkau sadar bahwa Ia melihatmu, berarti engkau meremehkan pandangan Allah. Dan apabila engkau menentang-Nya sedangkan engkau mengira bahwa Ia tidak melihatmu, berarti engkau adalah orang kafir.”

 

Wuhaib bin Ward ditanya: “Apakah orang yang bermaksiat kepada Allah akan mendapatkan lezatnya beribadah?” Beliau berkata: “Tidak, dan begitu pula yang berkeinginan untuk melakukan maksiat.”

 

Dahulu para salafus shalih berkata: “Kemaksiatan merupakan utusan bagi kekafiran.”

 

Jadi kesimpulannya, tanda-tanda jatuhnya seorang hamba dari pandangan Allah SWT, dan ia berada dalam keadaan dimurkai Allah, adalah dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah.

 

Jadi, orang yang terus menerus melakukan kemaksiatan adalah orang yang paling dimurkai oleh Allah, menjadi teman syaitan dan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

 

Maka, sekali-kali Anda jangan pernah menghadang kemurkaan Allah dengan perbuatan maksiat. Setiap kali jiwa Anda mengajak untuk berbuat maksiat, maka peringatkanlah jiwa Anda akan pengawasan dan pantauan Allah SWT, peringatkanlah ancaman Allah bagi orang yang menentang-Nya, yaitu siksaan yang pedih dan hukuman yang berat. Andaikan dalam melakukan perbuatan maksiat, Anda tidak mendapat balasan melainkan hilangnya kedudukan yang tinggi di sisi Allah dan diharamkan dari pahala orang-orang yang berbuat kebaikan, pastilah hal itu cukup bagi Anda sebagai hukuman yang setimpal.

 

Mengapa demikian? Sebab dalam perbuatan maksiat terdapat kehinaan, siksa api neraka, dan kemurkaan Allah yang tidak dapat dihadapi oleh langit dan bumi.

 

Mari kita memohon kepada Allah SWT agar senantiasa dikarunia keselamatan.

Rasulullah Saw bersabda: 

 

“Barangsiapa yang perbuatan baiknya membuatnya senang, dan kejelekannya membuatnya susah maka ia adalah seorang mukmin.”

 

Apabila Allah SWT memberi Anda kesempatan untuk melakukan amal saleh, maka bergembiralah. Tambahkan rasa syukur Anda kepada Allah yang telah memuliakan Anda. Allah  telah memilih Anda agar Anda dapat berhubungan langsung dengan-Nya. Oleh karena itu, sampaikanlah rasa syukur Anda atas kemudahan yang telah Allah berikan dalam berbuat kebajikan dan berdoalah agar amal saleh Anda senantiasa diterima di sisi-Nya.

 

Imam Ali r.a berkata: “Hendaknya kalian lebih mementingkan diterimanya amal perbuatan daripada amal itu sendiri, sesungguhnya tidaklah sedikit amalan yang tidak diterima.”

 

Hendaknya Anda selalu mengakui kekurangan Anda dalam menunaikan kewajiban Allah, meskipun usaha dan pengorbanan Anda sudah sedemikian besar dalam menaatiNya. Hal ini karena sesungguhnya kewajiban yang harus Anda tunaikan kepada Allah jauh lebih besar. Allah SWT telah menciptakan Anda dari sesuatu yang tidak ada. Kemudian Allah anugerahkan berbagai macam kenikmatan kepada Anda. Allah SWT memperlakukan Anda dengan karunia dan kemurahan-Nya. Berkat kekuatan-Nyalah Anda dapat menaati-Nya, dan berkat taufik dan rahmat-Nyalah Anda dapat menyembah-Nya.

 

Jangan Anda kotori pakaian keimanan Anda dan jangan Anda hitamkan hati Anda dengan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Setiap kali Anda melakukan perbuatan dosa -meskipun kadang kadang hendaknya Anda segera bertobat, benar-benar kembali dan menyesal serta memperbanyak istighfar. Hal ini harus Anda lakukan dalam keadaan takut dan khawatir akan dosa-dosa Anda.

 

Sesungguhnya seorang mukmin selalu dalam keadaan takut dan kekhawatiran yang mencekam, meskipun ia benar-benar ikhlas dalam ketaatannya dan mempunyai perilaku yang baik.

 

Anda tentu mengetahui keadaan para nabi dan para wali. Mereka adalah orang-orang yang ma’shum, yang terjaga dari perbuatan dosa. Meskipun demikian, mereka senantiasa menempatkan diri pada keadaan yang selalu dipenuhi rasa takut dan kekhawatiran, padahal amal perbuatan mereka sangat baik dan dosa-dosa mereka sedikit atau bahkan tidak melakukan dosa. Maka bagaimana dengan Anda? Anda yang paling tahu tentang diri Anda dari siapapun juga tentu lebih mengetahui mana yang lebih utama dan sesuai untuk Anda.

 

Para nabi dan para wali adalah orang-orang yang lebih mengenal luasnya rahmat Allah SWT daripada Anda. Mereka memiliki prasangka yang baik kepada Allah, harapan akan ampunan dan kemuliaan Allah lebih dari yang Anda miliki.

 

Oleh karena itu, ikutilah jejak mereka agar Anda selamat. Telusurilah jalan kehidupan mereka supaya Anda beruntung. Hal ini Anda lakukan sembari meminta perlindungan kepada Allah SWT Sebab, barangsiapa yang berlindung kepada Allah berarti ia telah ditunjukkan pada jalan yang lurus.

Sebagaimana yang kita ketahui, dunia berdiri di atas pondasi ujian dan cobaan. Ia dibentuk oleh kesengsaraan dan kepedihan dan diliputi oleh berbagai macam tipu daya dan hal-hal yang melalaikan, Oleh karena itu, muncul cukup banyak penghalang dan rintangan untuk berbuat ketaatan dan kebajikan. Bahkan banyak pula hal-hal yang dapat mengajak seseorang kepada kemaksiatan.

 

Penghalang-penghalang ketaatan dapat dibagi ke dalam empat perkara, yaitu:

 

  1. Kebodohan,
  2. Keimanan yang lemah,
  3. Angan-angan kosong, dan
  4. Makanan haram dan syubhat.

 

Insya Allah, saya akan jelaskan tiap-tiap bagian dari empat perkara ini dengan penjelasan yang ringkas -semoga dapat mengingatkan betapa hinanya hal-hal tersebut berikut rintangan-rintangan yang ditimbulkannya serta bagaimana cara menanggulanginya.

 

Semoga Allah SWT melimpahkan taufik dan hidayah-Nya.

 

  1. KEBODOHAN

 

Kebodohan merupakan dasar dari segala kejelekan, sumber dari segala hal-hal yang berbahaya. Kebodohan dan orang-orangnya tergolong dalam sabda Nabi berikut:

 

“Dunia itu terlaknat, terlaknatlah apa yang ada di dalamnya, kecuali sebutan nama Allah, seorang yang pandai dan orang yang belajar.”

 

Dan diriwayatkan:

 

“Sesungguhnya ketika Allah menciptakan kebodohan, Allah berkata kepadanya: “Kemarilah!” Ia pun pergi. Lalu Allah berkata kepadanya: ‘Pergilah!’ Maka ia pun datang. Allah berkata kepadanya: “Demi Kemulian-Ku, Aku tidak pernah menciptakan satu makhluk pun yang lebih Aku benci daripada dirimu. Aku pasti akan menjadikanmu termasuk kalangan makhluk-Ku yang paling jahat.”

 

Imam Ali r.a berkata: “Tidak ada musuh yang lebih berbahaya dari kebodohan, dan musuh seseorang adalah kebodohannya.”

 

Sebenarnya, hinanya kebodohan telah umum diketahui baik secara ‘aqli maupun naqli hampir tidak tersembunyi dari siapa pun. Orang yang bodoh mau tidak mau akan terjerumus dalam perbuatan meninggalkan ketaatan dan melakukan kemaksiatan, karena ia tidak mengetahui ketaatan yang Allah perintahkan dan kemaksiatan yang Allah larang.

 

Tak seorang pun dapat keluar dari gelapnya kebodohan kecuali dengan cahaya ilmu.

 

Sungguh indah syair yang digubah oleh Syeikh Ali bin Abi Bakar: Kebodohan bagaikan api yang dapat membakar agama seseorang Dan ilmu adalah air yang dapat memadamkan api itu

 

Jadi, kewajiban Anda adalah mempelajari ilmu yang Allah wajibkan untuk diketahui, dan bukanlah kewajiban Anda menguasai semua bidang ilmu.

 

Justru kewajiban Anda adalah mempelajari ilmu aqidah yang akan menyempurnakan iman Anda. Anda juga harus mempelajari bagaimana cara menunaikan apa-apa yang Allah wajibkan dan bagaimana cara menghindari apa-apa yang Allah larang. Hal ini merupakan kewajiban yang harus segera ditunaikan dalam arti yang seluas-luasnya.

 

Malik bin Dinar pernah berkata: “Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk dirinya sendiri, maka sedikit ilmu dapat mencukupinya. Sementara, orang yang menuntut ilmu untuk orang banyak, sesungguhnya kepentingan manusia itu banyak sekali.”

 

  1. KEIMANAN YANG LEMAH

 

Keimanan yang lemah merupakan bencana besar dan sifat tercela yang dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan buruk, seperti: tidak mengamalkan ilmu, meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar, angan-angan kosong akan pengampunan Allah SWT tanpa disertai usaha untuk memperolehnya, selalu merasa khawatir tentang rezeki, dan takut terhadap manusia, serta sifat-sifat tercela lainnya.

 

Kualitas pelaksanaan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT sangat bergantung pada kadar keimanan seseorang. Bukti paling kuat akan kelemahan iman seseorang adalah jika ia meninggalkan hal-hal yang sesuai perintah Allah dan malah melakukan perbuatan yang menentang perintah Allah. Jadi, setiap mukmin hendaknya berusaha untuk memperkuat keimananya.

 

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk memperkuat dan menambah keimanan ada tiga, yaitu:

 

  1. Mendengarkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang berbicara tentang janji dan ancaman Allah SWT serta hal-hal yang berkenaan dengan hari akhirat, kisah-kisah para nabi dengan mukjizat-mukjizat mereka dan bencana yang menimpa orang-orang yang menentang mereka. Juga dengan memperhatikan kehidupan para salafuzh shalih yang selalu bersikap zuhud terhadap dunia dan selalu menginginkan akhirat, serta hal-hal lain yang berkaitan.
  2. Merenungkan penciptaan langit dan bumi dan keajaiban-keajaiban ciptaan Allah yang terdapat di dalamnya.
  3. Berusaha meningkatkan amal saleh dan menjaga diri jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.

 

Karena keimanan terdiri dari pernyataan dan perbuatan, ia dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. Hal-hal yang kami sebutkan ini dapat menambah keimanan dan memperkuat keyakinan.

 

Hanyalah kepada Allah tempat memohon pertolongan.

 

  1. ANGAN-ANGAN KOSONG

 

Angan-angan kosong adalah suatu hal yang sangat tercela. Bahkan ia yang mengajak seseorang untuk merusak akhiratnya dan memakmur-kan dunianya.

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Golongan pertama umat ini selamat karena sikap zuhud terhadap dunia dan angan-angan yang pendek, dan akan celaka golongan terakhir umat ini karena rakus terhadap dunia dan anganangan kosong.”

 

Rasulullah Saw juga bersabda:

 

“Tergolong hal-hal yang celaka ada empat: bekunya mata, kerasnya hati, sifat rakus dan angan-angan kosong.”

 

Dan termasuk doa Rasulullah Saw:

 

“Aku berlindung kepada-Mu dari segala angan-angan yang membuatku lalai.”

 

Imam Ali r.a berkata: “Perkara yang paling aku takutkan atas kalian adalah menuruti hawa nafsu dan angan-angan kosong. Menunuti hawa nafsu akan mencegah seseorang dari perbuatan yang benar, sementara angan-angan kosong dapat melalaikan seseorang dari akhirat.”

 

Dalam suatu riwayat disebutkan, “Barangsiapa yang memiliki angan-angan kosong, jeleklah amalannya.”

 

Angan-angan kosong artinya perasaan atau pikiran yang mengisyaratkan lamanya keberadaan seseorang di muka bumi. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang bersifat demikian adalah orang yang benar-benar bodoh, karena ia telah menghilangkan sesuatu yang nyata dan berpegang teguh pada fatamorgana.

 

Andaikan ia ditanya di sore hari: “Apa Anda yakin bahwa Anda akan hidup sampai sore?” Ia pasti menjawab: “Ya.”

 

Dan ia berbuat untuk keduniaannya seperti laiknya orang yang tidak akan mati. Andaikan ia dikabari bahwa ia akan kekal di muka bumi niscaya ia tidak akan pernah mendapatkan tempat untuk menambah keadaannya yang rakus dan tamak terhadap dunia.

 

Jadi, siapakah yang lebih bodoh daripada orang yang memiliki sifat demikian?

 

Sesungguhnya angan-angan kosong adalah sumber dari berbagai macam akhlak yang jelek dan perbuatan yang jauh dari ketaatan, bahkan merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan yang dapat mendorong seseorang terjerumus dalam kemaksiatan, seperti sikap tamak, kikir dan takut miskin.

 

Dan yang paling parah dari sifat-sifat tersebut adalah terlalu senang terhadap hal-hal duniawi, berusaha untuk memakmurkan dan mengumpulkan harta benda sekuat tenaga.

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Aku diutus untuk menghancurkan hal-hal duniawi, maka barangsiapa yang memakmurkannya ia bukan dari golonganku.”

 

Dan dari angan-angan kosong ini timbullah sikap selalu menunda nunda, suatu sikap yang dapat diibaratkan seperti orang mandul yang tidak dapat melahirkan kebaikan apapun.

 

Dalam suatu riwayat dikatakan: “Sesungguhnya kebanyakan jeritan penduduk neraka disebabkan sifat menunda-nunda.” Orang yang suka menunda-nunda sangat keberatan dalam menjalankan ketaatan dan mengakhirkan tobatnya dari perbuatan maksiat hingga maut menjemputnya.

 

Allah SWT berfirman:

 

“Lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun: 10)

 

Maka ia dijawab:

 

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.” (QS. Al-Munafiqun: 11)

 

“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Fathir: 37)

 

Maka ia keluar dari muka bumi dengan membawa kerugian yang tiada batasnya, dan penyesalan yang tiada akhirnya. Oleh karena itu, perpendeklah angan-angan Anda. Jadikanlah ajal selalu berada di hadapan Anda dan angan-angan berada di belakang punggung Anda. Gunakanlah metode yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu dengan banyak mengingat kematian.

 

Pikirkanlah orang-orang yang telah mendahului Anda, baik itu sahabat maupun kerabat. Hendaknya Anda merasakan akan dekatnya kematian, karena ia adalah sesuatu yang gaib yang paling dekat untuk ditunggu. Bersiap-siaplah untuk menghadapinya dan waspadailah kedatangannya di setiap keadaan.

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Demi yang jiwanya berada di tangan-Nya, tidaklah aku mengangkat kedua mataku lalu aku mengira bahwa aku dapat menurunkannya hingga aku dicabut nyawaku, dan tidaklah aku memakan sesuap pun melainkan aku mengira bahwa aku dapat menelannya hingga aku merasa tersendat karena kematian.”

 

Terkadang Rasulullah Saw menepukkan telapak tangannya pada sebuah tembok untuk bertayammum. Lalu ada yang mengatakan pada beliau: “Sesungguhnya ada air di dekat engkau,” beliau berkata: “Aku tidak tahu, mungkin saja aku tidak dapat mencapainya (karena kematian).”

 

Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a pernah membawakan sebuah syair: Setiap orang yang hidup di pagi hari di tengah keluarganya Pastilah kematian lebih dekat kepadanya daripada langkah kakinya

 

Imam Al-Ghazali berkata: “Ketahuilah bahwa kematian tidak akan datang di waktu tertentu, atau keadaan tertentu atau di umur tertentu, tetapi ia pasti datang. Jadi bersiap-siap untuk menghadapinya lebih baik daripada bersiap-siap menghadapi dunia”

 

  1. MAKANAN HARAM DAN SYUBHAT

 

Mengkonsumsi barang haram dan syubhat sudah pasti dapat mengalihkan seseorang dari perbuatan taat dan menjerumuskan ke dalam perbuatan maksiat. Telah diriwayatkan secara marfu’ kepada Rasulullah Saw bahwasanya beliau bersabda:

 

“Barangsiapa yang memakan barang halal, tubuhnya akan berbuat ketaatan mau atau tidak mau, dan barangsiapa yang memakan barang haram tubuhnya akan bermaksiat mau atau tidak mau. Disebutkan dalam sebuah riwayat:

 

“Makanlah apa saja yang engkau kehendaki, maka sesuai dengannyalah engkau akan berbuat.”

 

Salah seorang yang bermakrifat kepada Allah SWT berkata: “Tidaklah adanya sesuatu yang memutuskan makhluk dari kebenaran dan mengeluarkan mereka dari derajat kewalian tak lain disebabkan mereka tidak memeriksa makanan mereka.”

 

Orang yang mengkonsumsi barang haram dan syubhat meskipun ia adalah orang yang taat, ketaatannya itu tidak diterima. Hal ini karena Allah SWT berfirman:

 

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang ing yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)

 

Allah adalah Dzat yang baik, tidak menerima melainkan yang baik.

 

Oleh karena itu, Anda harus benar-benar mencegah diri Anda dari penggunaan barang haram dan syubhat. Hendaknya pula Anda mencari barang yang halal, karena mencari sesuatu yang halal adalah kewajiban setelah hal-hal yang fardhu.

 

Apabila Anda telah mendapatkannya, maka makanlah darinya sesuai kebutuhan. Pakailah pakaian yang halal sesuatu kebutuhan. Jangan Anda lantas berfoya-foya dalam penggunaannya karena sesuatu yang dikategorikan halal bukanlah yang berfoya-foya.

 

Janganlah Anda makan terlalu kenyang, karena jika kekenyangan yang timbul dari barang halal akan menjadi sumber segala keburukan. Lalu bagaimana jika kekenyangan itu muncul dari barang haram?

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Tidaklah sekalipun anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan punggungnya, jika hal itu tidak dapat dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.”

Allah SWT berfirman:

 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Ankabut: 56)

 

Sebagai orang beriman, sudah menjadi tugas Anda untuk lebih terfokus dalam menyembah Allah dengan membersihkan diri dari apa saja yang dapat menghalangi Anda dari ibadah.

 

Ketahuilah, bahwa beribadah tidak dianggap sah jika tidak berdasarkan ilmu. Ilmu dan ibadah tidak akan bermanfaat melainkan jika disertai dengan ikhlas. Maka berpegang teguhlah pada keikhlasan.

 

Sesungguhnya keikhlasan merupakan intisari dan sumber segala amalan. Ikhlas, sebagaimana didefinisikan oleh Abul Qasim Al Qusyairi, adalah mengesakan Allah dalam beribadah yang disertai dengan niat. Yaitu Anda bertujuan dengan ketaatan Anda hanyalah! semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, tanpa tujuan lain, baik itu kepura-puraan di hadapan makhluk, keinginan untuk mencari pujian dan popularitas di tengah-tengah manusia, atau tujuan apapun? yang selain mendekatkan diri kepada Allah SWT

 

Masih menurut Abul Qasim Al-Qusyairi, ikhlas juga bis? didefinisikan sebagai membersihkan amal perbuatan dari perhatian makhluk.” Inilah tujuan dari bab ini.

Jauhilah perbuatan riya’ karena perbuatan ini dapat mencabut amalan dan menghilangkan pahala serta dapat menyebabkan kemurkaan dan hukuman Allah SWT Rasulullah Saw telah menjuluki riya’ sebagai “syirik kecil”.

 

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan:

 

“Makhluk ciptaan Allah yang pertama kali akan dimasukkan ke dalam neraka ada tiga, yaitu seseorang yang membaca Al-Our’an agar dikatakan bahwa ia adalah seorang qari’, seseorang yang mati syahid dan tidaklah ia berperang melainkan agar dikatakan bahwa ia seorang pemberani, dan seseorang yang memiliki harta lalu ia menyedekahkannya agar dikatakan bahwa ia adalah seorang yang dermawan.”

 

Riya’ adalah mencari kedudukan di kalangan manusia dengan menggunakan amalan yang semestinya digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat dan puasa. Jika Anda merasakan adanya perasaan riya” pada diri Anda, maka janganlah Anda mencari jalan keluarnya dengan meninggalkan amalan itu, karena dengan demikian berarti Anda telah membuat setan gembi Justru Anda harus melihat bahwa setiap amalan yang tidak dapat Anda kerjakan melainkan harus dilihat oleh manusia, seperti haji, berjihad, menuntut ilmu, shalat berjamaah, dan hal-hal semisalnya, maka Anda harus melakukannya sebagaimana yang Allah perintahkan dan lawanlah. hawa nafsu Anda serta mintalah pertolongan Allah.

 

Adapun amalan yang bukan sejenis di atas, seperti puasa, bangun malam, sedekah dan membaca Al-Our’an, maka di dalam menjalankan amalan ini Anda harus berusaha untuk menyembunyikannya. Sebab, melakukan amalan-amalan tersebut di tempat yang tersembunyi adalah lebih utama, kecuali bagi orang-orang yang terlindungi dari perbuatan riya”, atau bagi mereka yang bermaksud memberikan teladan bagi masyarakat di lingkungannya.

Berhati-hatilah terhadap sifat ujub karena sifat ini dapat mencabut amalan.

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Ujub itu dapat menghapus kebaikan layaknya api melumat-kan kayu bakar.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Ada tiga hal yang membinasakan, yaitu orang kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan seseorang yang merasa takjub pada dirinya sendiri.”

 

Ujub adalah pandangan seseorang terhadap dirinya dengan penuh kebanggaan, dan terhadap perbuatannya dengan pandangan yang indah dan benar. Dari sifat ujub ini, timbul sikap memanjakan amalan dan menyombongkan diri di hadapan manusia serta kepasrahan terhadap hawa nafsu.

 

Ujub, sebagaimana didefinisikan oleh Ibnu Atha’illah, adalah sumber segala kemiskinan, kelalaian dan syahwat, yaitu kerelaan terhadap hawa nafsu.

 

Barangsiapa yang rela terhadap hawa nafsunya, maka ia akan buta terhadap aib-aibnya. Lantas kapan seseorang yang tidak mengetahui cacat dirinya akan menjadi beruntung?

 

Seorang penyair berkata:

 

Mata yang menyenangi sesuatu akan menutup segala kekurangan

Tetapi mata yang membenci sesuatu akan menemukan segala kejelekan.

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Cinta dunia adalah sumber dari segala kesalahan.”

 

Jika cinta kepada dunia adalah sumber segala kesalahan, sumber segala bencana, pangkal segala kehancuran, dan sumber berbagai macam fitnah dan malapetaka, berarti ia adalah bahaya yang telah mewabah di zaman ini. Sangat besar bahaya dan akibat yang ditimbulkan cinta dunia yang telah menimpa seluruh kalangan, baik atas maupun bawah. Manusia pun saling memamerkannya tanpa rasa malu, seakan-akan ia tidak memiliki cacat maupun kekurangan di dalamnya, karena dunia telah menguasai hati mereka dan menimbulkan sifat tamak untuk memakmurkan dunia serta mengumpulkan harta benda. Sehingga mereka datang silih berganti dengan tipu daya mereka untuk memburu hal-hal yang syubhat dan haram. Mereka beranggapan seakan-akan Allah mewajibkan bagi mereka untuk memakmurkan dunia sebagaimana Allah mewajibkan shalat dan puasa.

 

Olehkarena itu, punahlah kebesaran agama, sirnalah cahaya keyakinan, tertutuplah jalan kebenaran dan terbukalah jalan kebatilan. Demi Allah, ini merupakan suatu ujian yang sangat gelap dan wenakutkan. Kegelapan yang di dalamnya tidak didengar doanya orang yang berdoa, tidak dihiraukan orang yang menyeru. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh pemimpin para Nabi, Rasulullah Saw dalam sabdanya:

 

“Setiap umat memiliki fitnah sendiri, dan fitnah bagi umatku adalah harta, dan setiap umat memiliki sapi dan sapimya umatku adalah dinar dan dirham.”

 

Artinya bahwa setiap umat memiliki sesuatu yang dapat menyibukkan mereka dengan sesibuk-sibuknya dari beribadah kepada Allah, sebagaimana Bani Israil sibuk menyembah sapi yang terbuat dari emas daripada menyembah Allah.

 

Sebaiknya mari kita akhiri risalah ini dengan riwayat-riwayat yang menunjukkan kehinaan dunia dan orang yang mencintainya. Hendaknya pula kita memulainya dengan suatu kaidah yang dapat dijadikan sandaran. Maka dengan mengharap petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, kami menyatakan:

 

Dunia terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: Pertama, dunia yang di dalamnya terdapat pahala. Kedua, dunia yang di dalamnya terdapat perhitungan. Dan ketiga, dunia yang di dalamnya terdapat siksaan.

 

Dunia pertama, yang di dalamnya terdapat pahala, adalah sebuah dunia yang dapat membawa seseorang kepada perbuatan baik dan menyelamatkannya dari perbuatan buruk. Jadi, dunia semacam ini adalah sarana menuju taman akhirat bagi orang yang beriman.

 

Dunia kedua, yang di dalamnya terdapat perhitungan, adalah sebuah dunia yang tidak membuat Anda melalaikan kewajiban dar tidak menyebabkan Anda terjerumus ke dalam kemaksiatan. Inilah dunia yang di dalamnya ada perhitungan yang sangat rumit. Para pemiliknya adalah orang-orang kaya yang akan didahului oleh para fakir miskin dalam memasuki surga dengan selisih setengah hari, yaitu lima ratus tahun.

 

Sementara dunia yang ketiga, yang di dalamnya terdapat siksaan adalah sebuah dunia yang dapat menghalangi seseorang dari menjalankan perbuatan taat dan menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan. Dunia semacam ini akan menjadi bekal bagi pemiliknya di neraka dan berwujud tangga yang mengarah ke neraka. Hal itu diisyaratkan oleh sebuah riwayat:

 

“Sesungguhnya Allah memerintahkan dunia menuju neraka dan berkata: Wahai Tuhan, pendukungku dan pengikutku?’ Maka Allah berkata: “Ikutkan juga para pendukungnya dan pengikutnya, ‘sehingga mereka diikutkan dengannya.”

 

Ketahuilah bahwa para pencari dunia terbagi bermacammacam. Ada sementara orang yang mencari dunia dengan niat untuk menyambung tali silaturahmi dan menyantuni fakir miskin. Orang seperti ini tergolong orang-orang yang dermawan. Ia akan memperoleh pahala jika perbuatannya sesuai dengan niatnya. Tetapi ia tidak memiliki kebijaksanaan, karena orang yang bijaksana tidak mencari sesuatu yang tidak bakal ia ketahui bagaimana keadaannya di kala mendapatkannya. Maka orang yang demikian hendaknya mengambil pelajaran dari kisah Tsa’labah yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:

 

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah.”” (QS. At-Taubah: 75)

 

Berapa banyak orang yang mencari dunia niatnya hanyalah untuk memuaskan nafsu syahwat dan menikmati kemewahan? Orang seperti ini layak digolongkan ke dalam kelompok binatang dan termasuk di golongan binatang ternak, sebagaimana firman-Nya:

 

“Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (daripada binatang ternak itu).” (QS. Al Furqan: 44)

 

Berapa banyak orang yang mencari dunia dengan tujuan berbanggabangga dan pamer? Mereka yang bertujuan demikian tergolong sebagai orang yang bodoh dan tertipu, bahkan termasuk orang yang celaka. Allah 3s berfirman:

 

“Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).” (QS. Al-Baqarah: 60)

 

“Dan Tuhanmu mengetahui apa yang Aombunyitan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan.” (QS. Al-Qashash: 69)

 

Maka, nasihatilah diri Anda. Jangan sampai Anda menipunya. Akuilah sesuatu yang bukan menjadi niat Anda. Sebab jika tidak, berarti Anda telah mengumpulkan kerugian sebanyak-banyaknya, hingga Anda termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:

 

“Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 15)

Allah SWT berfirman:

 

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannys, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang ia lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana taman-taman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemari” Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir.” (QS. Yunus: 24)

 

Allah SWT berfirman :

 

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.” (QS. Al-Kahfi: 7-8)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Thaha: 131)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (QS. Asy-Syura: 20)

 

Allah SWT juga berfirman:

 

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegahmegahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

 

Allah SWT berfirman:

 

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 37-39)

 

Rasulullah Saw bersabda: l

 

“Dunia itu terlaknat, terlaknatlah apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah, orang yang berilmu dan orang yang belajar. Andaikan dunia memliki nilai di sisi Allah meski sebesar sayap seekor lalat, pastilah Allah tidak akan memberi seorang kafir seteguk air darinya.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Dunia adalah bangkai yang menjijikkan.”

 

“Sesungguhnya Allah telah menjadikan apa yang keluar dari anak Adam sebagai perumpamaan dunia.”

 

“Tidaklah dunia jika dibandingkan dengan akhirat tak lain Seperti salah seorang dari kalian meletakkan satu jarinya ke dalam Sungai, kemudian ia melihat jarinya membawa apa ketika kembali.”

 

“Kelak di hari kiamat setiap orang sangat berkeinginan apa yang telah diberikan padanya dari barang duniawi hanyalah sebatas makan pokoknya saja.”

 

“Sesungguhnya di hadapan kalian ada tanjakan yang tajam. Tidak ada yang dapat melampauinya melainkan orang-orang yang ringan,” Seorang bertanya: “Apakah aku termasuk orang yang ringan wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Apa engkau memiliki makanan untuk hari ini?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Engkau memiliki makanan untuk esok?” Ia menjawab: “Tidak.” Beliau bersabda: “Apabila engkau memiliki makanan untuk esok berarti engkau bukan tergolong orang-orang yang ringan.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Dunia bagaikan sesuatu yang manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian berkuasa di dalamnya, maka Ia melihat apa yang kalian perbuat, berhati-hatilah terhadap dunia, dan waspadailah para wanita, demi Allah bukanlah kemiskinan yang aku takutkan

atas kalian, sesungguhnya aku takut dibentangnya dunia bagi kalian sebagaimana telah terbentang bagi orang-orang sebelum kalian, mereka pun saling bersaing di dalamnya sebagaimana kalian bersaing untuk mendapatkannya, hingga dunia membinasakan kalian sebagaimana ja membinasa-kan kalian.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Sesungguhnya termasuk sesuatu yang aku takutkan atas kalian sepeninggalku apa yang telah dibukukan bagi kalian dari bunga kehidupan dunia, kemewahan serta keelokannya. ”

 

“Waspadailah dunia. sesungguhnya dunia itu lebih ampuh pengaruhnya dari Harut dan Marut.”

 

“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.”

 

“Sesungguhnya Allah menjauhkan dunia dari hamba-Nya yang mukmin sebagaimana seorang gembala yang baik hati menghalau kambing gembalaannya dari tempat-tempat yang membinasakan.”

 

“Dosa yang tidak diampuni adalah cinta dunia.”

 

“Barangsiapayang mencintai ‘akhiratnya berartiia mengorbankan dunianya, dan barangsiapa yang mencintai dunianya berarti ia mengorbankan akhiratnya, mereka lebih mementingkan yang kekal daripada yang sementa  ”

 

“pahitnya dunia adalah manisnya akhirat, dan manisnya dunia adalah pahitnya akhirat.”

 

“Orang-orang yang kaya di dunia mereka adalah orang-orang yang miskin di hari kiamat kecuali orang yang berpesan: Keluarkan ini sekian, keluarkan ini sekian.”

 

“Pastilah kelak di hari kiamat digiring suatu kaum, mereka memiliki amalan sebesar gunung Tihamah, tiba-tiba amalan itu hilang tak berbekas, dan mereka digiring ke api neraka, padahal dahulunya mereka rajin menjalankan shalat, puasa dan bangun malam, tetapi apabila tampil di hadapan mereka sedikit dari barang duniawi mereka langsung merebutnya.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Aku tidak peduli dengan dunia, sesungguhnya perumpamaan antara aku dan dunia bagaikan seorang musafir yang berjalan di hari yang panas, lalu ia berteduh sebentar dibawah pohon, kemudian ia melanjutkan perjalanannya.”

 

“Barangsiapa di pagi harinya aman di tempat tinggalnya, sehat badannya, ia memiliki persediaan hari itu, maka seakanakan telah disediakan di hadapannya dunia seisinya.”

 

“Aku diutus untuk merusak (kecintaan kepada) dunia. Barangsiapa yang memakmurkannya berarti ia bukan golonganku.”

 

Barangsiapa yang niatnya untuk akhirat, pastilah Allah menjadikan kepuasan di hatinya, mengurus segala urusannya, dan dunia mendatanginya dalam keadaan terpaksa. Dan barangsiapa yang niatnya ditujukan untuk dunia, Allah pasti menjadikan kefakiran di depan matanya, membuat urusannya terbengkalai, dan dunia tidak menghampirinya kecuali apa yang telah Allah tentukan baginya.”

 

“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau seseorang yang sedang dalam perjalanan, dan anggaplah dirimu sebagai penghuni kuburan.”

 

“Tinggalkan kemewahan dunia, Allah akan mencintaimu, dan tinggalkan (serakah) pada sesuatu yang dimiliki manusia, engkau akan dicintai manusia.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Dunia adalah tempat tinggal bagi orang yang tidak memiliki tempat tinggal, dan harta bagi orang yang tidak memiliki harta, orang yang mengumpulkannya adalah orang yang tidak memiliki akal, orang yang bersedih atasnya adalah orang yang tidak memikiki ilmu, orang yang iri atas barang duniawi adalah orang yang tidak memiliki pemahaman, dan orang yang gembira terhadapnya adalah orang yang tidak memiliki keyakinan.”

 

“Tidaklah kecintaan pada dunia mendiami hati seseorang melekat padanya tiga perkara: kesibukan yang tidak terlepas kesusahannya, kefakiran yang tidak berujung kekayaannya, dan angan-angan yang tidak pernah dicapai akhirnya.”

 

“Sesungguhnya dunia dan akhirat keduanya mencari dan dicari, maka pencari akhirat: ia dicari oleh dunia hingga ia mengambil bagiannya, sedangkan pencari dunia: ia dikejar oleh akhirat hingga-hingga kematian menyeretnya.”

 

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang mengutamakan kesenangan abadi daripada kesenangan yang fana yang azabnya terus menerus, dan ia mendahulukan apa saja yang akan menjadi bekalnya, dari apa saja yang saat ini berada di tangannya sebelum ia mewariskannya bagi siapa yang beruntung dengan menafkahkannya, sedang ia telah celaka dengan mengumpulkannya dan menimbunnya.”

 

“Celakalah orang yang mengabdi kepada dunia dan terjungkirlah, Jika ia terkena duri pastilah ia tidak dapat dicabut.”

 

Rasulullah Saw bersabda:

 

“Hidup zuhud di dunia menyenangkan hati dan badan. Tamak terhadap dunia memperbanyak kesusahan dan kesedihan. Sedangkan kemaksiatan dapat mengeraskan hati.”

 

“Sesungguhnya cahaya jika masuk ke dalam hati, hati akan menjadi lapang dan luas. Beliau ditanya: “Apakah ada tandatandanya? ‘ Beliau menjawab: ‘Menjauhi tempat yang penuh tipuan (dunia), bersandar ke tempat yang abadi (akhirat) dan bersiap-siap menghadapi kematian sebelum kematian itu datang.”

 

Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa “Wahai Musa, jika Aku mencintai seorang hamba-Ku, maka Aku menjauhkan dunia darinya, beginilah Aku perlakukan para kekasihKu. Wahai Musa, jika engkau melihat harta kekayaan datang, maka katakanlah: “Inilah dosa yang disegerakan hukumannya, dan apabila engkau melihat kefakiran datang, maka katakanlah: “Selamat datang kepada tanda-tanda orang-orang shaleh.”

 

Allah SWT juga telah mewahyukan kepada Nabi Dawud r.a

 

“Wahai Dawud, barangsiapa yang mengutamakan kesenangan duniawinya daripada kelezatan akhiratnya, berarti ia telah bergantung pada tali yang tidak terikat, dan barangsiapa yang mengutamakan kesenangan akhiratnya daripada kelezatan dunianya berarti ia telah bergantung pada tali yang kuat yang tidak akan terputus.”

 

Allah SWT juga mewahyukan kepada Nabi Isa r.a. :

 

“Wahai Isa, sampaikanlah kepada Bani Israil agar mereka mengingat dari-Ku dua kata: “Katakanlah pada mereka agar mereka rela dengan sedikit dari benda duniawi demi keselamatan agama mereka, sebagaimana penduduk dunia rela dengan agama yang rendah untuk keselamatan dunia mereka.”

 

Di dalam salah satu kitab yang diturunkan Allah disebutkan: “Hal yang paling hina yang Aku perbuat terhadap orang alim apabila ie telah bergantung pada dunia, Aku keluarkan manisnya bermunajal kepada-Ku dari hatinya.”

 

Telah diriwayatkan bahwa Allah 4s berkata kepada dunia:

 

“Wahai dunia bersikap pahitlah kepada para wali-Ku dan janganlah engkau bersikap manis kepada mereka, niscaya engkau akan memfitnah mereka.”

 

Imam Ali r.a berkata: “Perumpamaan antara dunia dan akhirat bagaikan ujung timur dan barat, terserah engkau mau mendekat ke mana. Jika engkau mendekat kepada salah satunya, maka engkau menjauh dari yang lain. Dan bagaikan dua orang istri jika engkau menyenangkan salah satunya, berarti engkau mengecewakan yang lain. Dan bagaikan dua wadah, salah satunya kosong dan yang satu lagi penuh. Jika engkau menuang pada wadah yang kosong, maka yang penuh pun akan berkurang.”

 

Beliau juga berkata: “Aku mendapati dunia terdiri dari enam perkara: Makanan, yang paling enak dari makanan adalah madu, padahal madu adalah minuman seekor lalat. Minuman: yang paling nyaman dari minuman adalah air, padahal air itu digunakan oleh siapapun, orang baik maupun orang jahat. Wewangian: yang paling harum dari wewangian adalah misik, padahal misik adalah darah dari kantung menjangan. Pakaian, yang paling halus dari pakaian adalah sutera, padahal sutera itu tenunan dari seekor ulat. Kendaraan, yang paling mewah dari kendaraan adalah kuda, padahal kuda sering menjadi tempat terbunuhnya manusia. Istri, ia adalah kepedulian dalam kepedulian. Cukuplah bagi Anda bahwa seorang istri berhias diri dengan sebaik-baiknya padahal yang diincar adalah bagian terburuk dari tubuhnya.”

 

Beliau juga berkata: “Sungguh beruntung orang-orang yang zuhud di dunia ini, yang menginginkan akhirat. Mereka adalah kaum yang menjadikan bumi sebagai bentangan, tanahnya sebagai hamparan, dan airnya sebagai wewangian. Mereka juga menjadikan doa dan Al-Our’an sebagai pakaian dan syi’ar. Mereka menolak dunia sesuai dengan jalan Nabi Isa as.”

 

Sesuai dengan makna ini, mereka bersyair:

 

Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang pintar

Mereka menceraikan dunia dan takut fitnah

Mereka memandang dunia ketika mengetahuinya

Bahwa ia bukanlah tempat tinggal bagi orang yang hidup

Mereka menjadikannya sebagai ombak dan menjadikan

Amalan saleh di dalamnya sebagai perahu

 

Said bin Musayyab berkata: “Dunia adalah kehinaan dan ia lebih menyerupai segala kehinaan, dan yang lebih hina darinya adalah orang yang mengambilnya bukan pada tempatnya.”

 

Berkenaan dengan hal di atas, Mutanabbi berkata dalam sebuah syairnya:

 

Dan yang serupa dengan sesuatu terseret kepadanya

Dan yang paling mirip di antara kita dengan dunia kita adalah orang-orang yang bodoh

Jika kemuliaan tidak dapat diperoleh kecuali orang-orang yang memiliki kedudukan

Pastilah tentara itu tidak dapat memperoleh kemenangan

 

Hasan Al-Basri berkata: “Kematian membuka aib dunia. Dunia tidak meninggalkan kegembiraan bagi orang-orang yang berakal. Semoga Allah SWT merahmati seseorang yang mengenakan baju usang, memakan roti kering, menempel dengan tanah, menangis atas kesalahannya dan terus menerus beribadah.”

 

Beliau juga berkata: “Jika cinta pada dunia telah masuk ke dalam hati, maka akan muncul rasa takut terhadap akhirat. Jauhilah urusan duniawi yang menyibukkan, karena tidaklah seorang hamba memiliki salah satu pintu dunia melainkan baginya beberapa pintu amalan akhirat.”

 

Beliau juga berkata: “Sungguh kasihan seorang anak Adam, ia merasa kekurangan harta dan tidak merasa kekurangan amal. Ia gembira karena musibah yang menimpa agamanya dan bersedih karena musibah yang menimpa dunianya. Dunia ini didirikan atas dasar penyakit. Andai engkau sehat atau sembuh dari penyakit, apa engkau dapat selamat dari kematian?”

 

Sungguh indah gubahan seorang penyair:

Andaikan dunia itu tunduk padamu, bukankah kematian mendatangimu?

Wahai pencari dunia, biarkanlah dunia musuhmu.

Lalu apa yang akan engkau perbuat terhadap dunia? Bukankah naungan sejengkal sudah mencukupimu?

Sebagaimana masa menertawaimu, begitu pula masa menangisimu

 

Muhammad Al-Bagir berkata: “Apa itu dunia dan apa jadinya dunia? Bukankah ia hanya sekedar kendaraan yang engkau naiki, baju yang engkau kenakan dan seorang wanita yang engkau dapatkan?”

 

Wahab bin Munabbih berkata: “Surga memiliki delapan pintu, apabila manusia mendapatkannya penjaga surga berkata kepada mereka: “Demi kemuliaan Tuhan kami, tidak boleh seorang pun memasukinya sebelum orang-orang yang meninggalkan kemewahan dunia dan yang senang terhadap surga masuk terlebih dahulu.”

 

Muhammad bin Sirrin berkata: “Dua orang miskin saling bertikai memperebutkan sebuah tanah. Lalu Allah mewahyukan kepada bumi: “Katakan sesuatu kepada keduanya.” Lalu ia berkata kepada keduanya: “Wahai dua orang miskin, sebenarnya aku telah dimiliki oleh seribu orang cacat mata sebelum kalian apalagi orang-orang yang sehat.”

 

Abu Hazim Al-Madani berkata: “Tidak ada sesuatu di dunia ini yang menyenangkanmu melainkan ia disertai oleh sesuatu yang menyakitimu. Dunia adalah tempat kebinasaan, bukan tempat keseimbangan, tempat kesusahan, bukan tempat kesenangan, dan tempat kesengsaraan, bukan tempat kenyamanan.”

 

Istrinya berkata kepadanya: “Sesungguhnya musim dingin telah datang, kita harus menyediakan makanan, pakaian dan kayu bakar.” Lalu ia berkata: “Semua ini melelahkan, tetapi suatu keharusan bagi kita adalah kematian, kemudian dibangkitkan, berdiri di hadapan Allah SWT, lantas surga atau neraka.”

 

Beliau juga berkata: “Apa saja yang telah engkau lakukan untuk memperoleh kekayaan dunia ini, engkau akan menjumpai seorang yang jahat telah mendahuluimu.” Beliau juga berkata: “Sesungguhnya nikmat Allah SWT yang paling berarti bagiku adalah apa saja dari benda duniawi yang menjauhiku. Kenikmatan yang paling utama adalah apa saja yang Allah jauhkan dariku.”

 

Beliau juga berkata: “Apa yang telah berlalu dari dunia hanyalah impian, dan apa yang tersisa darinya hanyalah angan-angan.”

 

Orang arif menyebutkan dalam syairnya:

Bagaikan hembusan angin atau bayangan yang hilang

Sesungguhnya orang yang pintar tidak terkecoh olehnya

Abu Thayyib Al Mutanabbi berkata dalam syairnya:

Berapa banyak yang mencintai dunia sejak dulu

Tetapi ia tidak menemukan jalan untuk mencapainya

Bagianmu dalam hidupmu dari sang kekasih

Adalah bagaimana dalam mimpimu akan halusinasi

 

Lugman as. berkata: “Barangsiapa yang menjual dunianya untuk akhiratnya ia akan mendapatkan keduanya, dan barangsiapa yang menjual akhiratnya untuk dunianya ia akan rugi tidak mendapatkan keduanya.”

 

Beliau berwasiat kepada anaknya: “Sesungguhnya dunia adalah lautan yang dalam, banyak orang telah tenggelam di dalamnya. Jadikan takwa kepada Allah SWT sebagai perahumu, layarnya adalah keimanan dan dayungnya adalah tawakkal. Semoga engkau selamat, meski aku tidak melihatmu bisa selamat.”

 

Malik bin Dinar berkata: “Jika badan terasa sakit maka makanan maupun minuman, tidur maupun istirahat menjadi tidak berguna. Begitu pula hati, jika ia dikuasai oleh cinta dunia maka peringatan hanya menjadi kesia-siaan belaka.”

 

Malik berkata kepada sahabatnya: “Aku akan berdoa dan kalian mengamininya: “Ya Allah, janganlah Engkau masukkan ke rumah Malik barang duniawi, baik itu sedikit maupun banyak.”

 

Konon, jika beliau keluar rumah, beliau mengikat pintunya dengan tali dan berkata: “Kalau tidak karena anjing-anjing pasti aku akan membiarkannya terbuka.”

 

Beliau juga berkata: “Seorang hamba tidak dapat mencapai kedudukan para shiddig, orang-orang yang benar-benar beragama, hingga ia membiarkan istrinya bagaikan seorang janda dan tinggal bersama anjing-anjing.”

 

Beliau pernah melewati seseorang yang sedang menanam bibit, kemudian beliau meninggalkannya. Di lain waktu beliau kembali melewati tempat itu dan bibit itu pun telah tumbuh. Beliau bertanya tentang penanamnya. Orang-orang berkata: “Ia telah mati.” Kemudian beliau berkata:

 

Orang yang berangan akan dunia agar ia kekal untuknya,

Lalu matilah orang yang berangan sebelum terjadi

Ia membesarkan sebuah bibit dan ia sibuk dengannya

Maka tinggallah si bibit dan matilah orang itu

Abu “Atahiyah berkata:

Berapa orang yang membangun rumah agar ia dapat mendiami naungannya

Maka ia mendiami kuburan sedangkan rumahnya belum ia tinggali

 

Disebutkan dalam sebuah riwayat: “Kalimat Laa ilaaha illallaah selalu melindungi orang-orang yang mengucapkannya selama mereka tidak mementingkan barang duniawi mereka atas agama mereka. Apabila mereka melakukan hal tersebut dan mengucapkannya, Allah SWT berkata: “Kalian telah berdusta, kalian tidak jujur terhadap ucapan itu. ””

 

Salah seorang salaf berkata: “Wahai yang menahan langit agar tidak jatuh ke bumi melainkan dengan seizin-Nya, tahanlah dunia dariku.”

 

Ibrahim bin Adham pernah berkunjung ke Manshur dan berkata:

 

“Wahai Ibrahim apa yang akan engkau katakan?” Lalu beliau membawakan syair:

 

Kita menambal dunia kita dengan merobek agama kita Maka tidaklah tersisa agama kita maupun yang akan kita tambal Seseorang berkata kepada Dawud At-Thai: “Wasiatilah aku!”

 

Beliau berkata padanya: “Berpuasalah engkau dari dunia dan jadikanlah berbukamu adalah akhirat. Larilah engkau dari manusia sebagaimana engkau lari dari singa.”

 

Seseorang bermimpi melihat beliau berlari, lalu ia berkata padanya: “Wahai Abu Sulaiman, engkau kenapa?”

 

Ia menjawab: “Sekarang aku telah terbebas dari penjara”

 

Ketika ia terbangun ia mendengar kabar bahwa Dawud At Thai meninggal dunia.

 

Fudhail bin Iyadh berkata: “Seluruh kejelekan dijadikan dalam sebuah rumah, dan dijadikan sebagai kuncinya adalah tamak terhadap dunia. Dan seluruh kebaikan dijadikan di sebuah rumah, dan dijadikan sebagai kuncinya adalah zuhud terhadap dunia.”

 

Beliau berkata: “Andaikan dunia adalah sebuah emas yang fana dan akhirat adalah sebuah batu bata yang kekal, sepantasnya kita memilih batu bata yang kekal daripada emas yang fana. Lalu bagaimana jika dunia adalah batu bata yang fana, sedangkan akhirat adalah emas yang kekal?”

 

Beliau juga berkata: “Jika dunia dibawa ke hadapanku dan ada yang berkata padaku: “Ambillah! Ia halal bagimu tanpa perlu engkau bayar”, pastilah aku merasa jijik seperti seorang dari kalian merasa jijik terhadap bangkai yang ia lewati, jangan sampai terkena bajunya.”

 

Imam Asy-Syafi’i berkata: “Andaikan dunia dijual di pasar pasti aku tidak akan membelinya walau dengan sepotong roti, karena aku melihat kejelekan di dalamnya.”

 

Beliau berkata dalam syairnya:

Barangsiapa yang tidak mengenal dunia sesungguhnya aku mengenalnya

Dan digiring di hadapan kita nikmatnya dan kepedihannya

Maka aku tidak melihatnya melainkan tipuan belaka

Sebagaimana terpampang di sebuah ladang fatamorgana

Ia hanyalah bangkai yang telah membusuk

Ia dikelilingi oleh anjing-anjing yang ambisinya hanyalah mencabik-cabiknya

Apabila engkau menjauhinya niscaya engkau hidup selamat di tengah-tengah penduduknya

Dan apabila engkau mencabik-cabiknya maka anjing-anjingnya akan mencabikmu

 

Bisvir Al-Hafi berkata: “Barangsiapa yang memohon dunia dari Tuhannya berarti ia telah memohon pada-Nya akan lamanya berdiri di hadapan-Nya, yaitu untuk dihisab.”

 

Beliau pernah membawanya sebuah syair:

 

Aku bersumpah demi Allah, pastilah biji kurma yang sudah di tumbuk, dan seteguk air sumur yang asin,

lebih baik bagi seorang mukmin daripada sifat tamaknya, daripada permintaannya pada orang-orang yang bermuka masam

Maka merasa cukuplah engkau akan Allah, niscaya engkau menjadi orang kaya yang diliputi barang-barang mewah.

Putus asa (dari dunia) adalah kemuliaan, ketakwaan adalah pemimpin, dan hasrat kepada dunia adalah pembuka aib

Barangsiapa yang dunia tunduk padanya, sesungguhnya suatu hari dunia akan menjadi tukang sembelihnya

 

Beliau juga membawakan dua syair milik salah seorang salaf:

Orang yang memuliakan dunia adalah orang yang hina.

Ia akan dihinakan di hari kiamat

Sedangkan yang akan menghinakannya adalah Dzat yang paling mulia di hari itu

 

Dhirar bin Dhamrah menceritakan kepribadian Imam Ali r.a: “Beliau adalah orang yang takut akan kemewahan dunia dan kemegahannya, beliau lebih menyenangi malam dan kegelapannya. Aku bersaksi bahwa aku telah melihat beliau di suatu hari, kala itu malam sudah menebarkan tirainya dan bintang-bintang memancarkan cahayanya. Beliau berbolak-balik bagaikan orang yang sehat, menangis bagai rintihan orang yang mengalami kesedihan mendalam, sambil memegang janggutnya dan berkata: “Wahai dunia tipulah selain aku, apa engkau menghadangku, ataukah engkau melirik? Sungguh aku telah menceraikanmu dengan talak tiga yang tidak ada ruju’ di dalamnya, umurmu pendek, tempatmu hina, dan engkau sangat berbahaya. Ah….ah…. Betapa sedikitnya bekalku, perjalanan jauh, lagi menakutkan.”

 

Salah seorang salaf berkata: “Sungguh malang nasib anak Adam, ia rela dengan suatu tempat yang barang halal di dalamnya memiliki perhitungan, dan yang haram berbuah siksaan. Apabila ia mengambilnya dari jalan yang halal maka ia akan diperhitungkan atas nikmat tersebut. Namun, jika ia mengambil dari jalan yang haram, niscaya ia akan disiksa karenanya.”

 

Al-Makimun berkata: “Aku tidak menyangka ada orang yang sanggup melukiskan dunia sebaik Al-Hasan bin Hani’ dalam syairnya:

 

Jika orang pintar meneliti dunia maka terungkaplah baginya bahwa ia adalah musuh yang bersembunyi dalam pakaian teman

Tak ada seorang pun melainkan ia adalah orang binasa dan keturunan orang yang binasa

Sedangkan keturunan orang yang celaka, ia tenggelam di dalamnya

 

Yahya bin Muadz berkata: “Hendaknya engkau jadikan sandanganmu terhadap dunia sebagai pelajaran dan sikap zuhudmu terhadapnya sebagai ikhtiar. Jadikanlah hasratmu terhadap dunia hanya untuk hal-hal yang penting saja.”

 

Beliau juga berkata: “Aku tinggalkan dunia karena terlalu banyak epedihannya, sedikit sekali kenyamanannya, cepat sekali hancurnyaan orang-orang yang berada di dalamnya saling menghasud.”

 

Beliau juga berkata: “Dunia adalah toko bagi iblis. Barangsiapa yang membeli sesuatu darinya, maka ia akan mengikutinya sampai ia merampasnya kembali. Dunia dari permulaannya sampai penghabisannya tidak sebanding dcngan rasa susah meski sebentar, Lantas bagaimana jika dibanding rasa susah scumur hidupmu padahal engkau hanya mendapat sedikit bagian darinya?”

 

Seorang shalih berkata:

 

Barangsiapa yang memuji dunia atas kehidupan yang menyenangkannya

Pasti sebentar lagi ia kaan mencelanya

Jika dunia berpaling, pastilah ia menjadi penyesalan bagi seseorang

Dan jika ia datang, pastilah ia membawa berbagai macam kesusahan

 

Suatu kali Khalifah Harun Al-Rasyid meminta pelayannya agar membawakannya segelas air, lalu air dihidangkan di hadapannya. Saat itu Ibnu Sammak ada di hadapannya. Ia berkata kepada Khalifah: “Bagaimana menurutmu jika engkau terhalangi antara engkau dengan air ini, apa engkau akan membelinya dengan kerajaanmu?” Ia menjawab: “Ya.” Ibnu Sammak menjawab: “Betapa hinanya dunia, ia tidak sebanding dengan seteguk air.”

 

Salah seorang terdahulu yang berumur panjang pernah ditanya: “Gambarkan kepada kami tentang dunia.” Ia menjawab: “Sebuah rumah yang memiliki dua buah pintu, aku masuk dari salah satu pintu dan keluar dari pintu yang lain, aku melihat beberapa tahun bencana dan beberapa tahun kemakmuran, anak bayi dilahirkan dan orang yang lainnya mati. Kalau tidak karena ada orang yang melahirkan niscaya tidak ada yang tersisa, dan kalau tidak karena ada orang yang mati niscaya dunia tidak akan mencukupi mereka.”

 

Seorang bijak berkata: “Dunia itu punah, dan yang lebih punah darinya adalah hati yang memakmurkannya. Sedangkan akhirat sangatlah makmur, dan yang lebih makmur darinya adalah hati yang mencarinya.”

 

Seorang bijak yang lain ditanya: “Dunia milik siapa?” Ia menjawab: “Milik orang yang meninggalkannya.” Ia ditanya: “Lalu akhirat milik siapa?” Ia menjawab: “Milik orang yang mencarinya.”

 

Salah seorang zuhud ditanya: “Bagaimanakah dunia dalam pandanganmu?” Ia menjawab: “Diciptakannya tubuh-tubuh, diperbaruinya angan-angan, didekatkannya kematian dan dijauhkannya angan-angan.” Lalu ia juga ditanya: “Lalu bagaimana keadaan penduduknya?” Ia menjawab: “Barangsiapa yang memperolehnya ja akan susah, dan barangsiapa yang tidak memperolehnya ia juga akan susak.”

 

Sungguh indah gubahan salah seorang penyair:

Aku memandang dunia bagi siapa yang memilikinya

Sebagai siksaan setiap kali ia bertambah banyak baginya

Dunia menghinakan siapa saja yang memuliakannya dengan segala kehinaan

Dan ia memuliakan siapa saja yang menghinakannya

Jika engkau tidak memerlukan sesuatu maka tinggalkanlah

 

Ambillah apa yang engkau butuhkan Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali berkata dalam kitab Ihya”:

 

“Amma ba ‘du, sesungguhnya dunia ini adalah musuh Allah SWT, nusuh para wali Allah, serta musuh bagi musuh-musuh Allah.

 

Dunia menjadi musuh Allah. Ia memotong jalan bagi para hamba Allah yang akan menuju kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah tidak emandang kepadanya sejak menciptakannya.

 

Dunia menjadi musuh bagi para waliyullah, mereka yang dikasihi lah. Ia menghiasi diri di hadapan mereka dan menenggelamkan mereka dalam kemegahan dan kemewahannya, hingga mereka merasakan pahitnya kesabaran guna memutuskannya.

 

Adapun dunia menjadi musuh bagi para musuh Allah, ia menipu mereka dengan tipu dayanya dan menjebak mereka dalam perangkapnya, hingga mereka percaya dan sangat bergantung kepadanya. Dan ia pun menghinakan mereka melebihi apa yang asalnya mereka butuhkan, hingga mereka memperoleh penyesalan yang dapat menyanyat hati mereka. Lalu ia pun menghalangi mereka dari kebahagiaan selama-lamanya. Mereka pun sangat menyesal karena berpisah dengannya, mereka meminta pertolongan dengan tipu dayanya tetapi mereka tidak tertolong, justru dikatakan kepada mereka: 

 

“Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (QS. Al-Mu’minun: 108)

 

“Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan mereka dan mereka tidak akan ditolong.” (QS. Al-Baqarah: 86)

 

Sebenarnya, masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi mengenai bab ini yang tak terhitung jumlahnya. Namun, apa yang telah saya sebutkan saya rasa sudah cukup dan dapat menjadi pelajaran bagi yang mengambilnya dan peringatan bagi orang yang sadar.

 

Nabi Isa as. berkata: “Dunia adalah perhiasan, maka lewatilah saja. Janganlah engkau memakmurkannya. Wahai pencari dunia, yang ingin mendapatkan kebaikan dengannya, berpalingmu darinya adalah perbuatan yang lebih baik dan lebih utama. Tidak akan pernah berkumpul cinta kepada dunia dan cinta kepada akhirat di hati seorang mukmin, sebagaimana tidak akan pernah berkumpul air dan api dalam satu wadah.”

 

Beliau berkata: “Dunia adalah barang yang berwujud, orang baik maupun jahat sama-sama makan darinya. Sedangkan akhirat adalah janji yang nyata, yang berkuasa di sana adalah Sang Raja yang Mahakuasa.”

 

Beliau juga berkata: “Janganlah kalian jadikan dunia sebagai Tuhan hingga ia menjadikan kalian sebagai budak. Simpanlah barang simpanan kalian di tempat yang tidak akan mungkin hilang, karena orang yang memiliki simpanan di dunia dikhawatirkan akan terkena musibah, sedangkan orang yang memiliki simpanan di sisi Allah tidak khawatir akan terkena musibah.”

 

Beliau juga berkata: “Lauk paukku adalah lapar, semboyanku adalah rasa takut, pakaianku adalah kain wol, shalatku di musim dingin adalah sinar matahari, lenteraku adalah rembulan, kendaraanku adalah kedua kakiku, makanan dan buah-buahanku adalah apa saja yang tumbuh di bumi. Aku bermalam sedang aku tidak memiliki apaapa, dan di pagi hari, aku juga tidak memiliki apa-apa. Menurutku, aku tidak mendapati di muka bumi ini orang yang lebih kaya dariku.”

 

Beliau berkata: “Aku heran terhadap orang yang lalai sedang ia tidak dilalaikan, terhadap orang yang menginginkan dunia sedang kematian memburunya, dan terhadap orang yang membangun istana sedang kuburan adalah tempat tinggalnya. Sesungguhnya rasa takut kepada Allah dan cinta kcpada surga firdaus dapat menjauhkan seseorang dari kemewahan dunia, menimbulkan kesabaran terhadap cobaan, dan sesungguhnya memakan gandum dan tidur di tempat sampah bersama anjing-anjing sungguhlah sangat sedikit bagi para pencari firdaus.”

 

Beliau berkata: “Wahai orang-orang Hawary, aku telah membalikkan dunia di hadapan kalian, maka janganlah kalian membangkitkannya setelahku.”

 

Mereka bertanya kepada beliau: “Mengapa engkau dapat berjalan di atas air, sedang kami tidak mampu berjalan di atasnya?” Beliau menjawab: “Bagaimana kedudukan uang dinar dan dirham di sisi kalian?” Mereka menjawab: “Bagus dan tinggi.” Beliau berkata: “Justru kedudukannya di hadapanku seperti batu dan tanah.”

 

Beliau memakai batu sebagai bantal, maka datanglah iblis dan berkata kepadanya: “Wahai Isa engkau telah bersandar kepada dunia, lalu ia melemparnya dengan batu sambil berkata: “Aku tidak memiliki apapun dari benda duniawi selain ini.”

 

Suatu hari beliau tertimpa hujan deras dan suara petir yang keras, maka didirikan untuknya sebuah kemah, lalu ia menuju kepadanya, tiba-tiba ia mendapati seorang wanita di dalamnya dan ja meninggalkannya.

 

Lalu beliau melihat sebuah gua dan mendatanginya, tiba-tiba ia melihat seekor binatang buas, lalu beliau berdoa: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan tempat berteduh bagi setiap makhluk-Mu sedang Engkau tidak menjadikan tempat berteduh bagiku.” Maka Allah SWT mewahyukan kepadanya: “Tempatmu adalah di sisi-Ku, Aku akan menikahkanmu dengan beribu-ribu bidadari, dan Aku akan menjamu penduduk surga di hari pengantinmu selama ribuan tahun.”

 

Beliau berkata: “Wahai anak Adam, jika engkau mencari dari dunia sesuatu yang dapat mencukupimu, maka sedikit darinya sudah cukup bagimu. Jika engkau menginginkan darinya melebihi kebutuhanmu, niscaya dunia seisinya tidak akan cukup bagimu. Janganlah kalian membinasakan diri kalian dengan mencari dunia. Kalahkanlah diri kalian dengan meninggalkan apa yang ada di dalamnya. Kalian memasukinya dalam keadaan telanjang dan akan keluar darinya dalam keadaan yang sama. Mintalah kepada Allah rezeki hari demi hari. Ketahuilah bahwa Allah telah menjadikan dunia dalam bentuk yang sedikit dan yang yang tersisa darinya hanyalah sesuatu yang sedikit dari yang sedikit, yang telah diperas sarinya dan tinggallah ampasnya. Ketahuilah bahwa dunia adalah tempat hukuman dan tipuan, maka jadilah kalian di dalamnya seperti orang yang sedang mengobati lukanya: ia bersabar atas pedihnya obat karena ja mengharap kesembuhan dan keselamatan dari penyakit itu. Jadi, Janganlah kalian tertipu dengan pandangan dunia dan lupa akan akhirat yang belum nampak di mata kalian.”

 

Beliau juga berkata: “Kalian sungguh mengherankan. Kalian berbuat untuk dunia sedangkan kalian diberi rezeki di dalamnya tanpa mengerjakan apapun. Dan di akhirat, kalian tidak berbuat untuknya sedangkan kalian tidak akan diberi rezeki di dalamnya kecuali dengan amal perbuatan.”

 

Suatu saat dunia menjelma di hadapan beliau dalam bentuk seorang wanita yang memakai berbagai macam perhiasan, beliau berkata kepadanya: “Apa engkau mempunyai suami?” Ia menjawab: “Suamiku banyak sekali.” Beliau berkata: “Apa suami-suami itu semuanya menceraikanmu atau mati, atau semuanya engkau bunuh?!” la menjawab: “Mereka semuanya aku bunuh.” Beliau bertanya: “Apa engkau pernah sedih atas seorang dari mereka?” Ia menjawab: “Mereka bersedih atasku sedang aku tidak bersedih atas mereka, mereka menangisiku sedang aku tidak pernah menangisi mereka.” Beliau berkata: “Sungguh mengherankan suami-suamimu yang masih ada, bagaimana mereka tidak mengambil pelajaran dari suami suamimu yang terdahulu.”

 

Beliau pernah melewati suatu kaum yang sedang beribadah kepada Allah. ada seorang di antara mereka yang tertidur, lalu beliau berkata: “Wahai fulan. bangunlah dan beribadahlah kepada Allah bersama teman-temanmu.” Lalu ia berkata kepadanya: “Aku telah menyembah-Nva dengan cara yang lebih utama dari cara beribadah mereka. aku telah zuhud akan dunia.” Beliau berkata kepadanya: “Tidurlah yang pulas karena engkau lebih mulia dari orang-orang yang beribadah ”

 

Beliau juga berkata ketika ditanya tentang para waliyullah yang tidak pernah merasa khawatir dan tidak pernah bersedih: “Mereka adalah orang-orang yang melihat kepada batin dunia di kala manusia memandang pada zhahirnya. Mereka lebih mementingkan kesenangan di akhir di kala orang-orang lebih mementingkan kesenangan di awal. Mereka mematikan dari dunia apa saja yang mereka khawatirkan akan mematikan mereka. Mereka meninggalkan apa saja yang mereka ketahui bahwa sesuatu itu akan meninggalkan mereka, tak seorang pun yang memiliki dunia lalu menawarkan kepada mereka melainkan mereka selalu menolaknya, dan tidaklah seseorang yang terbujuk oleh kemewahan dunia datang untuk membujuk mereka melainkan mereka serta-merta akan merendahkannya. Dunia telah usang di hadapan mereka hingga mereka tidak memperbaharuinya, ia dipandang telah rusak di hadapan mereka dan mereka tidak memakmurkannya, ia telah mati di hati mereka hingga mereka tidak menghidupkannya, malah menghancurkannya dan mereka mendirikan akhirat mereka di atasnya. Mereka menjualnya dan membeli dengannya apa saja yang dapat kekal bagi mereka. Mereka memandang penduduknya seperti manusia manusia yang kehilangan akal karena tertimpa bencana, dan mereka tidak memandang keamanan melainkan apa yang mereka harapkan dan tidak pula ketakutan melainkan apa yang mereka khawatirkan.”

Alhamdulillah telah selesai penyusunan buku ini (Risalatul Mudzakarah Ma’a Al-Ikhwan Wa Al-Muhibbin min Ahli AlKhair wa Al-Din), sebuah risalah untuk saling mengingatkan di antara saudara-saudara seiman dan para pecinta kebaikan dan agama. Saya tidak menamakannya dengan nama ini melainkan karena saya meletakkannya atas dasar saling mengingatkan bersama mereka. Semoga Allah SWT memberikan kami petunjuk dan menjaga kami dari kejahatan diri.

 

Semua yang telah saya sebutkan dalam risalah ini, baik itu hadits hadits maupun atsar, saya nukil dari kitab-kitab shahih yang lazim dijadikan pedoman.

 

“Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dialah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. ” (QS. Saba’: 1-1)

 

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya sampai hari kebangkitan, dan begitu pula semoga kesejahteraan tercurahkan bagi para utusan Allah, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.