Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah dengan pujian menyamai nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahannya. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. setiap kali para ahli zikir ingat dan walaupun sebagian orang lupa dan lalai. Shalawat dan salam semoga juga tercurahkan kepada keluarga Nabi dan para sahabatnya.

 

Imam Abu al-Hasan asy-Syadzili mengatakan bahwa jalan yang ditempuh untuk menuju Allah swt. ada empat. Barang siapa yang mampu menempuh keempatnya, dia termasuk shiddiqun yang sebenarnya. Barang siapa yang mampu menempuh tiga dari empat jalan tersebut, dia termasuk di dalam jajaran wali-wali Allah yang dekat dengan-Nya. Barang siapa yang mampu menempuh dua dari keempat jalan tersebut, dia termasuk dalam jajaran para syuhada yang bertaqwa. Barang siapa yang hanya mampu menempuh satu dari keempat jalan tersebut, dia termasuk dalam jajaran hambahamba Allah yang saleh. Keempat jalan tersebut sebagai berikut.

 

  1. Zikir yang kemudian berlanjut menjadi amal saleh dan buahnya adalah cahaya.

 

  1. Merenung yang kemudian berkembang menjadi sabar dan buahnya adalah ilmu.

 

  1. Fakir yang kemudian berkembang menjadi syukur dan buahnya adalah semakin bersyukur.

 

  1. Cinta yang kemudian berkembang menjadi tidak larut dalam dunia dan seisinya, dan buahnya adalah sampai kepada yang dicintai.

 

KETAHUILAH!—SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN pertolongan kepadamu—Jika engkau menginginkan wushiil (sampai) kepada Allah, mintalah pertolongan kepada-Nya. Tetaplah menegakkan kebenaran dengan cara musydhadah’ dan berzikir kepada-Nya secara total. Selalu gantungkan hatimu dengan ibadah-ibadah madhah pada jalan makrifat. Biasakanlah untuk selalu berzikir, muraqabah, tobat, dan istighfar.

 

Hal tersebut ‘aku jelaskan kepadamu agar tidak terjerumus dalam kekeliruan ketika menempuh jalan untuk wushil, yaitu seperti zikir mengucap ‘Allah Allah” misalnya, atau zikir lainnya yang menimbulkan perasaan taqwa di hatimu. Akan tetapi, hal tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa dorongan apa pun dari dirimu dan tanpa adanya peringatan apa pun dalam jiwamu.

 

Allah berfirman,

 

“Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih?” (QS. al-Mulk [67]: 20)

 

Ayat di atas adalah contoh dari dorongan. Sementara contoh ayat untuk peringatan, adalah firman Allah swt. dalam surat al-Mulk ayat 21,

 

‘Atau siapakah dia yang dapat memberimu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?” (QS. al-Mulk [67]: 21) .

 

Zikir ialah ketika engkau melafalkan menggunakan lisanmu – dan hatimu menyertainya. Jika sesuatu yang baik dari Allah swt. datang kepadamu, maka terimalah. Jika sesuatu itu datang dari selain Allah, maka bencilah sambil berharap kepada Allah untuk dapat dorongan dan peringatan. Sebagaimana yang telah aku sebutkan, aku juga memperingatkanmu untuk tidak mengarahkan atau mendorong sesuatu dari dirimu kecuali atas nama Allah. Ketika timbul dari hatimu suatu dosa, aib, mengingatingat amal baik, atau merasa ada pada kondisi rohani yang baik, bersegeralah untuk bertobat dan meminta ampunan kepada Allah swt. dari semua hal tersebut. Adapun tobat dan meminta ampunan atas dosa atau aib hukumnya adalah wajib. Sementara tobat atas amal saleh atau keadaan yang menyenangkan adalah dengan menyembunyikannya.

 

Teladanilah sikap Rasulullah saw. yang beristighfar setelah mendapat kabar gembira dan mendapatkan kepastian atas ampunan Allah terhadap dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, Sikap tersebut dilakukan oleh seorang nabi yang maksum (terjaga dari dosa). Alangkah lebih pantas apabila hal tersebut dilakukan oleh orang yang tidak lepas dari dosa dan aib di setiap waktunya. Sementara itu, senantiasa dalam kebenaran bisa dilakukan dengan mempertahankan sifat-sifat, seperti kefakiran, kelemahan, ketidakmampuan, dan kehinaan.

 

Pada proses ini, hendaknya engkau bertafakur dengan selalu merenungkan sifat-sifat Allah seperti Mahakaya, Mahakuasa, Mahamulia, dan Mahakuat. Sifat-sifat yang disebutkan sebelumnya merupakan sifat-sifat ‘ubudiyyah (penghambaan), sedangkan yang ini merupakan sifat-sifat rububiyyah (ketuhanan). Sementara itu, maksud dari ash-Shidq (kebenaran/kejujuran) ialah selalu mengamalkan sifat-sifat tersebut, jangan sampai terjerumus ke dalam hal lain yang akan membuatmu gagal dalam mendapatkan intisari hakikat. Saat bertafakur ucapkanlah,

 

“Wahai Dzat Yang Mahakaya, Mahakuat, Mahakuasa, dan Mahaperkasa. Tuhan bagi orang fakir yang tidak kaya, bagi orang lemah yang tidak kuat, bagi orang yang tak berdaya dan yang tiada kuasa, bagi orang hina yang tidak punya kemuliaan. Ya Allah, semoga Engkau selalu menetapkan hamba dalam kebenaran, semoga Engkau selalu memberikan hamba pakaian taqwa yang paling bagus. Itu semua adalah tandatanda kekuasaan-Mu.

 

Semoga Engkau selalu menutupi cacat hamba dari segala sesuatu dengan keagungan-Mu karena semua adalah milik- Mu. Penuhilah hatiku dengan rasa cinta. kepada-Mu hingga. “cinta itu tidak tersisa untuk selain-Mu. Sungguh, -Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

KETIKA ENGKAU BERUZLAH, teguhkanlah dirimu dan jangan terburu-buru terhadap semua urusanmu. Katakanlah,

 

Ini semua adalah lafal-lafal yang menunjukkan keridhaan dan keluasan hati. Ketika terlintas di dalam dirimu kesukaran pada – waktu uzlah, maka ucapkanlah,

 

“Aku ridha dengan Allah, aku berpasrah diri terhadap Allah. Tidak ada kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah.” Ucapkanlah dalam munajat dan permohonanmu,

 

“Wahai Dzat yang kursi-Nya meliputi langit dan bumi, tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dialah Dzat yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Dengan perlindungan-Mu hamba memohon keimanan kepada-Mu, iman yang dapat menenangkan hati hamba dari kesempitan rezeki dan takut’ terhadap sesama makhluk. Dekatkanlah hamba dengan kuasa-Mu, kedekatan yang menghapuskan semua tabir dari hamba, seperti tabir yang telah Engkau hapuskan dari Ibrahim as., kekasih-Mu. Ia tidak membutuhkan Jibril as. sebagai utusan-Mu dan tidak butuh terhadap pertanyaannya yang datang dari-Mu.

 

Engkau juga telah melindungi nabi Ibrahim as. dari api musuh-Mu dengan terbukanya tabir tersebut. Bagaimana tidak Engkau lindungi dari bahaya para musuh, orang yang Engkau tutupi kalau bukan karena manfaat ‘orang yang Engkau cintai. Sungguh hamba memohon kepada-Mu, mudah-mudahan Engkau menganugerahkan perlindungan itu kepada hamba dengan dekat dengan-Mu, hingga aku tidak melihat dan merasa sebab dekat dengan sesuatu yang lain dan tidak pula saat sesuatu itu jauh dari hamba. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

BUAH DARI UZLAH adalah mendapatkan anugerah-anugerah keutamaan. Anugerah tersebut ada empat, yaitu tersingkapnya tabir, turunnya rahmat, terwujudnya mahabbah, dan lisan yang jujur dalam berbicara. Allah swt. berfirman,

 

“Maka ketika dia (Ibrahim) sudah ‘menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi.” (QS. Maryam [19]: 49)

 

PERLU DIPERHATIKAN BAHWA kegagalan saat beruzlah yang diaJami oleh orang awam ketika menuju Allah swt. dengan makrifat dan istiqamah melalui jalan ilmu ada empat: ketergantungan jiwa dengan mahkluk, kecenderungan hati pada orientasi tertentu dalam berusaha, puasnya akal dengan apa yang diperoleh dari proses mendekatkan diri, dan kekhawatiran-kekhawatiran terhadap musuh yang akibatnya menjauhkan dari tujuan utama.

 

Sementara itu, kegagalan yang dialami oleh orang-orang khusus (khawwash) yang perlu diperhatikan juga ada empat, yaitu: selalu merasa waswas, hati kembali sibuk dengan urusan dunia, membatasi waktu (dalam uzlah), yang mana hal itu merupakan sesuatu yang merugikan, dan seolah mendengar bisikan-bisikan ilahi yang dirasakan lewat pancaindra. Setiap kegagalan pasti ada jalan keluar untuk mengatasinya supaya kembali lagi ke jalur tauhid, makrifat, dan ke jalan yang lurus.

 

Ketika muncul sebuah pertanda adanya ketergantungan diri dengan hukum kausalitas atau kecenderungan tertentu dalam usaha, kembalilah ke pangkal makrifat yang dahulu telah berjanji untuk menempuhnya. Amalkanlah kembali. Karena itu, ucapkanlah,

 

“Aku telah berjanji di hadapan Allah.”

 

Atau, katakanlah, “Engkau tidak mendapatkan rezeki ini, kecuali dengan sebab ini atau dari cara ini.” Kendalikanlah ia dengan makrifat dan tenggelamkan ia ke dalam lautan tauhid. Kemudian, ucapkanlah,

 

“Jika Allah berkehendak maka terjadi, dan ketika Allah belum . berkehendak maka belum terjadi.”

 

Berkenaan dengan hal ini orang-orang yang menempuh jalan kesufian mengatakan, “Tenggelamkanlah dunia di dalam lautan tauhid sebelum dunia menenggelamkanmu.”

 

Jika tampak padamu penghalang berupa puasnya akal atas perolehan ilmu, amal, cahaya, petunjuk, dan pesan yang mengindikasikan kebenaran, janganlah engkau melalaikan Dzat Yang Terdahulu dan Yang Terakhir. Jangan pula melupakan ketentuan Dzat yang bebas berkehendak dan memilih apa yang dikehendakiNya, Dzat yang tidak peduli kebaikan dan keburukan penerima kehendak-Nya.

 

Jika tampak padamu penghalang berupa kekhawatirankekhawatiran dari musuh yang melintas dan menjauhkan diri dari tujuan, yakni tiga aspek rintangan; aspek dunia, aspek akhirat, serta aspek yang berupa ketenangan hidup, kenyamanan tempat, dan kedudukan, semuanya akan menjauhkanmu dari tujuan. Tujuan di sini adalah ibadah mahdhah dan mengimani adanya Dzat Mahabenar yang tidak bermula dari penciptaan. Allah menghendakimu agar engkau menjadi hamba-Nya, atau engkau suka menjadikan-Nya sebagai Tuhanmu.

 

Jika engkau menjadi hamba yang sebenarnya, Dia akan men jadi Tuhan bagimu. Jika ia menjadi Tuhan bagimu atas ridha Nya, engkau adalah hamba bagi Nya dan Ia tidak akan meninyyalkanmu dari jalan hakikat, impian, dan harapanmu. Pahami betul bab Ini, dan kuasai dengan baik, mintalah pertolongan kepada Allah, dan bersabarlah. Allah berfirman,

 

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153)

 

Jika engkau termasuk orang-orang yang menuju Allah, dan posisimu sudah berada pada derajat khusus (khawwash), kemudian dalam uzlahmu muncul perasaan waswas yang menyerupai ilmu melalui perantara ilham, atau ketersingkapan yang berasal dari prasangka, maka janganlah engkau menerima hal itu, kembalilah kepada kebenaran yang tertuang dalam al-Quran dan sunah.

 

Ketahuilah bahwa sesuatu yang menghalangimu, walaupun hal itu sejatinya benar, dan engkau berpaling darinya serta memilih al-Quran dan sunah Nabi saw., tidaklah mendatangkan masalah bagimu, sebab engkau mengucapkan, “Sungguh, Allah telah menjamin perlindungan untukku jika memilih berada di samping al-Quran dan sunah. Allah tidak menjamin kemaksuman untukku pada keadaan tersingkap, terilhami, dan musyahadah.

 

Seandainya engkau menerima hal itu melalui ilham, maka jangan engkau menerimanya kecuali melalui al-Quran dan sunah. Jika engkau menerimanya melalui al-Quran dan sunah, pikiranmu tidak akan menghiraukan merasuknya rasa waswas yang menipu. Jagalah tingkatan ini supaya engkau mendapat bukti yang nyata dari Tuhanmu, bukti jelas yang akan disusul oleh orang yang menyaksikannya setelah itu. Sampai di sini tidak ada masalah yang berarti. Segala puji bagi Allah swt.

 

Jika engkau mendapati rintangan untuk berbicara kepada orang lain, yang bertujuan untuk membeberkan keadaanmu sekarang, maka engkau sama seperti mereka dan tidak keluar sama sekali dari kerumunan mereka. Jangan tertipu dengan uzlahnya badanmu, sementara hatimu fokus bersama orang lain. Larilah menuju Allah, sebab orang yang bersegera menuju-Nya akan diberi perlindungan. Karena dengan “lari menuju Allah” menunjukkan ketidaksukaan berada bersama makhluk dan lebih menyukai berada di samping-Nya, dengan cara kembali kepada-Nya dan berpegang teguh pada ikatan-Nya.

 

Allah swt. berfirman,

 

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama): Allah,maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101) Co .

 

Jika engkau menemukan. rintangan berupa kembali (ke keadaan sebelum uzlah), berusahalah untuk melawannya sebisa mungkin. Palingkanlah semangat dan cita-citamu hanya kepada Allah dengan bertaqwa, supaya Allah memudahkan urusanmu dan memberimu rezeki yang tak terhingga. Apabila terdengar bisikan| bisikan (yang seolah) nyata memikatmu, maka kesalahannya adalah karena kau telah menjadikan apa yang diserap pancaindra sebagai dalil bagi hakikat-hakikat yang tak kasat mata.

 

Abaikanlah itu semua. Jika engkau hiraukan, engkau termasuk orang yang bodoh. Janganlah engkau cerna hal tersebut dengan akalmu. Jangan terpengaruh dengan kemunculannya, niscaya Allah akan memberikan penjelasan dan keterangan tentang pengalaman tersebut, dan kemudian Allah akan memberikan petunjuk kepadamu.

 

Allah swt. berfirman,

 

“Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. al-A’raf [7]: 196)

 

ORANG YANG TIDAK ingin ada setan di jalan yang ditempuhnya, ia harus memperbaiki iman, berpasrah diri; dan beribadah kepada Allah swt. dalam kefakiran, mencari perlindungan,-dan meminta pertolongan-Nya. Allah berfirman,

 

“Sesungguhnya kekuasaannya.(setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan’ Allah.” (QS. an-Nahl [16]: 100)

 

Allah berfirman,

 

“Sesungguhnya kamu (iblis) tidak kuasa atas hamba-hambaKu, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orangorang yang sesat.” (QS. al-Hijr [15]: 42)

 

Allah juga berfirman,

 

“Dan jika setan mengganggumu. dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat [41]: 36)

 

Memperbaiki keimanan, dilakukan dengan selalu bersyukur atas semua nikmat-Nya, selalu sabar dari cobaan, rela dengan takdir yang ditetapkan, berpasrah diri dengan cara meninggalkan nafsu, melupakan makhluk, selalu bergantung kepada Tuhan Yang Mahabenar dan selalu berzikir kepada-Nya.

 

Jika ada rintangan yang menghalangimu untuk sampai kepada Allah, maka teguhkanlah hatimu dari rintangan tersebut. Allah swt. berfirman,

 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. al-Anfal [8]: 45)

 

Memperbaiki ibadah dapat dilakukan dengan selalu merasa fakir, tidak berdaya, lemah, dan merasa hina di hadapan Allah swt. Kebalikan dari sifat-sifat tersebut adalah sifat-sifat ketuhanan yang tidak engkau miliki. Maka dari itu, bergantunglah dengan sifat-sifat Allah, katakanlah dengan sungguh-sungguh dalam perasaan fakir,

 

“Wahai Dzat Yang Mahakaya, siapa yang dapat membantu orang yang fakir selain diri-Mu?”

 

Katakanlah dalam perasaanlemah,

 

“Wahai Dzat Yang Mahakuat, siapa yang dapat melindungi orang lemah selain diri-Mu?”

 

Katakanlah ketika di atas alas ketidakberdayaan, .

 

“Wahai Dzat Yang Mahakuasa, siapa yang dapat melindungi orang yang tak berdaya selain diri-Mu?”

 

Lalu katakan ini ketika kau dalam kchinaan,

 

“Wahai Dzat Yang Mahaperkasa, siapa yang dapat memuliakan orang hina selain diri-Mu?”

 

Setelah itu, engkau akan mendapatkan jawaban seakan-akan datang begitu saja ke hadapanmu. Allah berfirman,

 

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153)

 

Orang yang senantiasa menuruti syahwat, mengikuti hawa . nafsu, dan tidak bisa menolong jiwanya untuk melepaskan diri (dari kungkungan keduanya), sehingga jiwanya terkalahkan, penghambaannya (kepada Allah) bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, ia menyadari nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah swt. berupa iman dan tauhid. la menyukai hal tersebut dengan hatinya, ia juga dihiasi oleh iman dan tauhid, serta benci kepada sifat-sifat yang berseberangan seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Setelah itu, ucapkanlah,

 

“Ya Tuhanku, dengannya Engkau telah memberikan nikmat kepada hamba. Engkau telah. memberikan petunjuk-Mu kepada hamba, bagaimana mungkin aku berputus asa dari-Mu. Engkau telah membentangkan karunia-Mu untuk hamba walaupun hamba sering melanggar aturan-Mu. Hamba berharap kepada-Mu untuk menerima diri hamba, walaupun hamba adalah orang yang berpaling dari-Mu.”

 

Kedua, bersegera memohon pertolongan kepada Allah swt. dan selalu membutuhkan-Nya. Ucapkanlah,

 

“Ya Tuhanku, terimalah! Terimalah! Tolonglah aku dan selamatkanlah aku”

 

Tidak ada jalan bagi orang yang merasa mempunyai kekuasaan dan membuatnya terputus dari kehambaan yang murni karena Allah. Jika engkau tidak melaksanakan keduanya, kecelakaan akan datang dan akan semakin menjauhkanmu dari Allah. Semoga Allah memberikan perlindungan dari hal tersebut. | Abu al-Hasan asy-Syadzili ra. berkata, “Kesedihan setan ada pada empat kondisi. Pertama, tatkala engkau duduk berpikir tentang hal yang mendekatkanmu kepada Allah swt. kemudian engkau mengerjakannya. Kedua, ketika engkau berpikir tentang semua hal yang dapat menjauhkanmu dari Allah swt., kemudian engkau menjauhinya. Ketiga, ketika engkau berpikir tentang dosadosamu yang telah lalu, kemudian engkau meminta ampun dan bersyukur. Keempat, ketika engkau duduk berpikir tentang suatu hal yang telah kau perbuat di masa lalu, kemudian engkau bersyukur dan meminta ampun kepada-Nya.

 

Jika kau ingin mengalahkan musuhmu, maka kau harus menggunakan iman, berpasrah diri, beribadah yang benar, dan selalu minta pertolongan kepada Allah swt. dari gangguan-gangguan yang dilancarkan musuh. Allah swt. berfirman,

 

“Sesungguhnya.setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.” (QS. an-Nahl [16]:99)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Sesungguhnya kamu (iblis) tidak kuasa atas hamba-hambaKu.” (QS. al-Hijr [15]: 42) Allah swt. berfirman,

 

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Eushshilat [41]: 36)

 

Allah swt. menjadikan wali sebagai kekasih dan menjadikan setan sebagai musuh, maka engkau telah menyelesaikan tugasmu.”

 

Apakah engkau ingin Allah mencukupimu dalam segala hal sehingga karenamu Dia mencukupi orang yang mencintai, berwasilah, berdoa, atau meminta? Dijawab, “Bagaimana caranya supaya aku mendapatkan hal tersebut?” Aku jawab, “Janganlah menjadikannya (setan) sebagai kekasih, jadikanlah hanya Allah semata.”

 

Aku kembali ditanya, “Bagaimana cara memusuhi dan mencintai karena Allah?” Kujawab, “Semuanya dilakukan dengan bergantung kepada Allah, tidak karena nafsu dan keinginan. Jika engkau membenci dan marah karena ilmu, maka berikanlah hak untuk ilmu tersebut. Janganlah engkau menjadikan setan sebagai teman. Orang yang menjadikan setan sebagai teman, dia mendapatkan kerugian yang nyata. Jika engkau mencintai seseorang dengan ilmu, temanilah dia selama dia selalu menjalankan ketaatan, jika dia menyimpang, maka bencilah dengan ilmu selama dia masih berada dalam penyimpangannya.”

 

Rahasia hatimu berdasarkan kepada luasnya keimanan sehingga engkau mencintainya. Engkau menolaknya ketika dia berseberangan dengan kezahiran ilmu. Maka dari itu, perhatikanlah pembahasan ini dengan baik karena permasalahan ini merupakan tempat orang-orang bodoh jatuh terperosok kedalamnya. Mintalah pertolongan kepada Allah.

 

SETIAP PENGETAHUAN DALAM dirimu selalu didahului oleh ilham, kemudian diikuti dengan gambaran-gambaran. Jiwa dibuat condong kepadanya dan tabiat menyukai, maka buanglah hal itu jauhjauh meskipun merupakan kebenaran. Ambillah ilmu Allah yang diturunkan kepada rasul-Nya, ikutilah al-Khulafa’ ar-Rasyidin, para sahabat, para tabiin, dan orang-orang setelah mereka, atau orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk, para imam yang telah terbebas dari hawa nafsu dan orang-orang setelahnya.

 

Jika engkau melakukannya, engkau akan terbebas dari keraguan, prasangka, ilusi, dan pengakuan bohong yang menyesatkan serta menjauhkan diri dari petunjuk dan hakikat-Nya. Apa yang harus engkau lakukan untuk menjadi hamba Allah swt. dengan keadaan tidak mempunyai ilmu dan amal? Cukuplah ketauhidan sebagai ilmu bagimu, sementara amalmu cukup dengan mencintai Allah swt., Rasul-Nya, para sahabatnya, serta mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Ahlussunnah Wal Jama’ah. Di dalam hadis disebutkan bahwa,

 

“Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, ‘Kapan terjadinya hari kiamat wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari kiamat?’ Lakilaki itu menjawab, ‘Saya tidak mempunyai persiapan apa pun kecuali cinta kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.”” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

 

Semua bisikan dan gerakan akan melewati hati, tetapi tidak menetap di dalamnya. Hati merupakan persinggahan iman, tempat penyimpanan keutamaan dan anugerah bagi hamba-Nya. Hal itu agar Allah swt. memberikan manfaat kepada hati dengan ihsan (kebaikan) yang kokoh dan menetap. Seandainya engkau meninggalkannya, maka akan membawamu kepada tempat kerugian dengan bukti rahasia yang mengarah kepada dosa dan permusuhan. Apakah engkau tidak mendengarkan firman Allah swt. yang berbunyi,

 

“Hai orang orang bertman, apahila kamu menyadakan pem bicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perhuatan dosa, permusuhan dan berhuat durhaka kepada Rasul Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan taqwa.” (QS. al-Mujadalah [58]: 9)

 

Suatu malam aku membaca surat al-Ikhlas dan al-Muawidzataini (surat al-Falaq dan an-NAs). Ketika aku sampai pada bacaan,

 

“Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (QS. an-Nas [114]: 4—5)

 

Aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘“Sejelekjeleknya keraguan adalah keraguan yang masuk di antara dirimu dan kekasihmu (Allah), yang mengingatkanmu tentang perbuatan-perbuatan jelekmu dan membuatmu lupa terhadap kebaikankebaikan kecil. la menggiringmu untuk berada pada golongan kiri, sementara mereka sedikit sekali mengajakmu kepada golongan kanan.”

 

Hal tersebut tidak lain agar engkau berpaling dari berbaik sangka terhadap Allah dan kemurahan-Nya, dan memilih untuk berburuk sangka terhadap Allah swt. dan rasul-Nya. Dengan demikian, aku peringatkan kepadamu untuk memahami bahasan ini dengan baik karena telah banyak diamalkan oleh ahli zuhud, ahli ibadah, ahli wara’, dan ahli ijtihad,

 

Jika bisikan keraguan banyak merasuki hatimu, maka ucapkanlah,

 

“Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membiasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu tidak sukar bagi Allah.” (QS. Ibrahim [14]: 19—20)

 

Jika engkau ingin selamat dari keraguan, maka jangan pikirkan apa yang akan terjadi hari esok dan seterusnya. Aku ditanya mengenai sarana-sarana yang digunakan setan (laknat Allah untuknya), aku menjawab, “Setan akan berbicara kepadamu melalui gambaran, ia akan mengajak berdialog denganmu dengan perumpamaan, ia akan mengingatkanmu melalui bisikan, dan ia akan menggerakkanmu dengan was-was atau keragu-raguan. Dengan hal itu, ia menguasai orang-orang kafir.”

 

JADIKANLAH HIMMAH-MU? UNTUK tiga hal: tobat, taqwa, dan waspada. Kuatkan himmah tersebut dengan tiga hal: zikir, istighfar, dan diam. Benteng dari enam hal di atas ada empat: cinta, rela, zuhud, dan berpasrah diri.

 

Jika engkau kehilangan taqwa dalam istiqamahmu, maka jangan sampai hilang juga dalam tobatmu. Penuhi jiwamu dengan kerelaan, lalu hilangkan semua keinginan dan kehendak. Setelah itu, bertobatlah kepada Allah. Allah berfirman,

 

“Kemudian, Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya.” (QS. at-Taubah [9]: 118)

 

Aku pernah berdoa,

 

“Ya Allah, sungguh hamba bertobat kepada-Mu, maka tolong lah hamba, ikatlah hamba, kuatkanlah hamba, bantulah hamba, kokohkanlah hamba, lindungilah hamba, tutupilah hamba di antara makhluk-Mu, dan jangan singkap keburukanku di sisi utusan-Mu.”

 

Seseorang berkata kepadaku, “Sungguh kau telah musyrik.” Aku menjawabnya, “Bagaimana bisa?” Dikatakan lagi, “Engkau takut aibmu terlihat di hadapan makhluk. Takutlah jika Allah membuka aibmu di hadapan manusia. Jadikanlah hatimu selalu bergantung kepada Allah swt., bukan kepada manusia. Ketahuilah bahwa di antara mereka tidak ada yang memberikan manfaat kepadamu dan tidak ada yang bisa membuatmu celaka. Selama dirimu masih bergantung kepada ilmu, kemampuan, kekuatan, kesungguhan, dan usahamu, maka engkau bukanlah orang yang berharap kepada Allah swt., kecuali engkau melepaskan diri dari ketergantungan itu dan memilih berharap kepada Allah swt. dalam setiap napas. Dengan demikian, engkau akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt., walaupun engkau tidak mendapatkan yang engkau inginkan, cahaya itu memutuskanmu dari memandang kepada selain-Nya, meskipun membuatmu merasa susah.”

 

Aku bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw., dan beliau bersabda, “Orang yang mendapatkan petunjuk dengan sunahku adalah orang yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat, memalingkan diri dari dunia, serta fokus kepada akhirat, berjanji untuk tidak maksiat kepada Allah. Jika berbuat maksiat kepadaNya, ia bersegera memohon ampunan kepada-Nya, bertobat dengan sebenar-benarnya, dan kembali kepada-Nya.” Aku bertanya, “Apa itu tobat dan kembali kepada-Nya?” Rasulullah menjawab, “Tobat dari bermaksiat kepada Allah, dan kembali taat kepada Allah.”

 

BENTENG PALING KOKOH adalah apa yang aku kabarkan padamu tentang istighfar. Esensinya adalah hendaknya kau tidak menjadikan selain Allah swt. sebagai tempat menetap. Allah berfirman,

 

“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. al-Anfal [8]: 33)

 

Aku pernah bermimpi seakan-akan aku bersama sekelompok orang-orang saleh. Aku juga melihat wajah-wajah yang menyerupai babi, mereka adalah orang-orang yang menghasut orang lain dengan kejam. Setiap orang yang dihasut oleh mereka, kebanyakan dari mereka terhasut dan gagal.

 

Kami mendengarkan hal itu dengan saksama, tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata kepada kami, “Bersyukurlah kalian semua kepada Allah swt., minta ampunlah kalian semua kepada-Nya, dan bertobatlah kepada-Nya, sungguh Tuhanku Maha Pengasih dan Penyayang. Kalau Allah swt. berkehendak, maka Dia akan menjadikan mereka berkuasa atas kalian sebagaimana Dia lakukan kepada umat sebelum kalian.”

 

Kemudian, dia membacakan ayat,

 

“Apakah orang-orang kafir di lingkunganmu (kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab).” (QS. al-Qamar [54]: 43)

 

Tidak ada jaminan bebas dari dosa, maka dari itu mohon ampunlah kalian semua kepada Allah swt. dan bertobatlah kepada-Nya.

 

Cita-citaku yang paling besar adalah bertemu dengan Raja dari segala raja (Allah). Akan tetapi, dosa menjadi penghalangku. Ketika aku memohon ampun kepada-Nya dan kembali taat kepada-Nya, maka aku menjadi lemah. Maka diperintahkan padaku untuk mengucapkan,

 

“Ya Allah, hamba mohon kepada-Mu keteguhan dalam agama, amal dengan keyakinan, hamba mohon perlindungan-Mu dari bertemu dengan dosa-dosa hamba, karena hal itu melemahkan hati hamba. Berikanlah hamba musyahadah kepada-Mu dengan musyahadah karena itu menguatkan sir dan nurani hamba.

 

Ya Allah, tutupilah diri hamba dengan ampunan-Mu, kasihilah hamba dengan kasih sayang-Mu, berikanlah aku kemampuan dengan kekuasaan-Mu, kuatkan diri hamba dengan kehendak-Mu, ajarkan kepada hamba ilmu yang sesuai dengan ilmu-Mu, berikan hamba ketetapan yang sesuai dengan ketetapan-Mu, jadikanlah lisan hamba, lisan yang Jujur pada hamba hamba-Mu.

 

Hamba mohon jadikanlah pendengaran, penglthatan, mulut, hati, akal, kaki, tangan hamba sebagai pengokoh diri hamba. Hamba mohon jaga hamba dari kesalahan, kesesatan, kedurhakaan, kebohongan dalam kata, perbuatan, janji, tingkah, prasangka, angan-angan palsu, pedoman, pandangan, keraguan, pikiran, kesamaran obsesi dan keraguan, cita-cita besar, pemikiran, kehendak, gerakgerik, ketenangan, dan dalam apa saja yang Engkau ketahui wahai Dzat Yang Maha Mengetahui semua rahasia. Engkau adalah Tuhan hamba, cukup ilmu-Mu untuk hamba. Hamba tidak bisa meminta dan hamba tidak bisa berbuat.”

 

“Sesungguhnya Tuhanku Mahakaya dan Mahamulia.” (QS. an-Naml [27]: 40)

 

Itu semua adalah bentuk penghambaan. Allah memberikan balasan sesuai kehendak-Nya kepada para hamba-Nya, di dalam doa, permohonan, segala yang jelas terperinci dan umum, dalam kata, perbuatan, janji, gerak-gerik, dan usaha-usaha lainnya. Allah memberikan tanpa didahului usaha dan permintaan.

 

“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (QS. al-Anfal [8]: 75)

 

Aku melihat ada sckelompok orang, jumlah mereka sekitar enam atau tujuh orang. Mereka sedang dalam keadaan ghaibah (fana). Diantara mercka ada seorang pemimpin yang mereka jadikan panutan, ‘ada juga seseorang yang berdiri di sampingku dan di antara mereka semua.

 

Dia berkata, “Jangan engkau membuka hal yang membahayakan dan janganlah menyentuhnya. Sementara kebaikan tidak ja miliki untuk dirinya sendiri, terlebih memberikannya kepada yang lain. Apabila telinga tidak bisa mendengarkan Allah swt., sedangkan hatinya mampu mendengarkan musuh-musuh Allah, maka dia termasuk ke dalam golongan yang menjadikan setan sebagai teman setia selain Allah swt.” Allah berfirman,

 

“Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. an-Nisa’ [4]:119)

 

Kemudian dia berdoa,

 

“Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memisahkan antara mereka dan apa yang mereka jadikan panutan. Kosongkanlah antara mereka dan apa yang mereka dambakan, Dan tariklah mereka dari jurang tempat mereka tenggelam di dalamnya.”

 

Kemudian dia berkata, “Tangguhkanlah mereka secara perlahan karena sebentar lagi engkau akan melihat apa yang telah dijanjikan kepada mereka.” Kemudian, aku terkejut karena apa yang mereka janjikan. Selanjutnya, beliau berkata, “Beradablah seperti adab Rasulullah saw. melalui firman-Nya,

 

“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbih. lah seraya memuji Tuhanmu.” (QS. Ghafir [40]: 55)

 

Dia disibukkan dengan apa yang ia anggap paling penting. Dia mengucapkan,

 

“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka ataupun Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan.” (QS. Ghafir [40]: 77)

 

Mercka dihadapkan dengan kematian karena kesibukan yang memalingkan mereka dari melihat apa yang telah dijanjikan, Kemudian Allah berfirman,

 

“Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai kemenangan) maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat). Atau Kami memperlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka. Maka sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka.” (QS. az-Zukhrif [43]: 41—42)

 

Kemudian, dikatakan kepadanya,

 

“Jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka. Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orangorang yang zalim. Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka.” (QS. al-Mu’minin [23]: 93—95)

 

Sampai pada ayat,

 

“Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (QS. al-Mu’minun [23]: 96)

 

Kemudian dia mengucapkan firman Allah berikut ini,

 

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS. al-Muzammil . [73]:10)

 

Yakni hijrahnya segedrang ‘yang tidak melihat amal, kecuali dari Allah swt.

 

ZIKIR ITU ADA empat macam, yaitu zikir yang engkau ingat, zikir yang membuat engkau ingat, zikir yang mengingatkanmu, dan zikir yang membuatmu diingat. Zikir yang pertama adalah zikir tingkatan orang awam, yaitu zikir untuk menghindarkan diri dari lupa atau lalai, atau mengusir sesuatu yang engkau takuti dari kelalaian tersebut. Kedua, zikir yang membuat engkau ingat halhal yang harus diingat seperti azab, nikmat, jauh dari Allah, dekat dengan Allah, dan sebagainya.

 

Ketiga, zikir yang mengingatkanmu akan empat perkara, yaitu kebaikan dari Allah, kejelekan dari ada dalam diri sendiri, kejelekan dari musuh, meskipun Allah juga yang telah menciptakannya. Keempat, zikir yang membuatmu diingat, yaitu ketika Allah mengingat hamba-Nya. Saat itu, hamba tidak memiliki keterikatan apa pun walaupun zikir tersebut mengalir dari lisannya.

 

Ini adalah tempatnya anihilasi diri (fana) karena zikir dan Dzat yang diingat dalam zikir, yaitu Dzat Yang Mahatinggi dan Mahaunggul. Jika kau masuk ke wilayah ini, orang yang mengingat menjadi orang yang diingat. Sebaliknya, yang diingat menjadi yang mengingat. Inilah hakikat puncak dari suluk.

 

Allah adalah Dzat Yang Mahabaik dan Mahakekal. Wahai saudaraku, wajib bagi kalian berzikir kepada Allah dengan zikir yang bisa membuat kalian selamat dari siksa-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Zikir juga dapat membuat kalian mendapatkan ridha dari Allah swt., di dunia dan akhirat. Berpegang teguhlah terhadap zikir tersebut dan lakukanlah secara terus-menerus, yakni dengan mengucapkan,

 

“Segala puji bagi Allah, aku memohon ampunan kepada Allah. Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Segala puji bagi Allah yang memiliki anugerah dan kebaikan, semua dari Allah. Aku memohon ampun kepada Allah dalam .berhadapan dengan-semua yang ada di balik diri dan yang ada di dalam musuh, meskipun secara penciptaan dan kehendak, ia berasal dari Allah.”

 

Tidak ada daya upaya dan kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah ketika berhadapan dengan rintangan-rintangan yang diberikan oleh Allah kepadamu. Engkau hanya bisa bersandar kepadaNya. Ingatlah bahwa rahasia adalah semua yang bermanfaat dalam zikir, berpikir, diam, kesunyian, dan keheningan yang tinggi. Salah satu dari keempat ini bisa saja baik dan bisa saja buruk. Maka dari itu ucapkanlah,

 

“Segala puji bagi Allah, dan aku memohon ampunan kepada Allah.”

 

Jika setelah itu engkau mendapat rintangan dari Allah atau dari dirimu sendiri, dan tidak tahu apakah itu baik atau buruk, dan engkau tidak sanggup untuk menolak atau menerimanya. Maka ucapkanlah,

 

“Tidak ada daya upaya dan kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah.” Gabungkan ketiga zikir tersebut setiap saat dan lakukanlah ” terus-menerus, maka engkau akan mendapatkan berkahnya dengan izin Allah swt.

 

Ketuklah pintu zikir dengan meminta pertolongan kepada Allah dan selalu membutuhkan-Nya dengan selalu diam dari makhluk-Nya, juga menjaga hati untuk tidak mengajak bicara dengan nafsu di setiap embusan napas, kalau engkau menginginkan kekayaan hati.

 

Hakikat zikir adalah tenangnya hati karena memahami makna zikir tersebut, serta hati bisa merasakan tersingkapnya semua esensi cahaya-cahaya langit Allah.

 

Ada tiga hal yang sangat penting, yaitu kosongkan lisanmu kecuali hanya untuk berzikir, kosongkan hatimu kecuali hanya untuk bersyukur, dan kosongkan ragamu kecuali hanya untuk berusaha dengan keras. Kalau engkau melakukan hal itu, kau ter masuk dari orang-orang yang saleh.

 

Esensi dari zikir adalah terputusnya orang yang ingat, menuju yang diingat (menyatu), juga terlepas dari semua hal selain-Nya. Allah berfirman,

 

“Sebutlah” nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. al-Muzammil [73]: 8)

 

Jika mulutmu berat untuk berzikir, ucapanmu banyak yang tidak berguna, syahwatmu menjalar ke seluruh tubuhmu, dan pikiranmu digunakan hanya untuk kebaikan dirimu saja, maka ketahuilah bahwa itu semua berasal dari dosa-dosa besarmu, atau tersimpannya kehendak kemunafikan di dalam hatimu. Tidak ada jalan lain selain tobat, memperbaiki diri, memohon perlindungan kepada Allah, dan ikhlas dengan agama Allah. Apakah engkau tidak mendengarkan firman Allah swt:.yang berbunyi,

 

“Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’ [4]: 146)

 

Dalam ayat tersebut Allah tidak menggunakan kalimat “termasuk orang orang yang beriman”, maka renungkanlah hal ini.

 

TEMPAT MUNAJAT ITU ada empat. Pertama, engkau memanggilnya lewat sifat-sifatmu sembari merenungkan sifat-sifat-Nya. Kedua, engkau berseru kepada-Nya dengan sifat-sifat-Nya sambil engkau merenungkan sifat-sifatmu. Ketiga, sifat-sifatmu menjadi lebur di dalam sifat-sifat-Nya. Keempat, sifat-sifat-Nya menjadi lebur di dalam sifat-sifatmu. ,

 

Kebenaran membuatmu duduk di atas kebutuhan-kebutuhan, yang dengan mata hatimu, engkau dapat menutupi aib dan kefakiran. Engkau mengingat anugerah sehingga kelapangan di sini ialah zikir atau engkau mendudukkan dirimu di atas kenikmatan. Sifat-sifat seorang hamba adalah fakir, miskin, lemah, tidak berdaya, sangat membutuhkan, selalu dalam kenistaan, selalu bersusah payah, dan hina. Aku berdoa,

 

“Ya Tuhanku, kemurahan-Mu lah yang mendekatkanky kepada-Mu, di hadapan-Mu kemurahan-Mu menemuiku, dengan sifat-sifat terpuji-Mu ia terhampar di depanku, bukanlah malaikat yang mampu menenangkanku, bukan pula manusia dan jin yang menggangguku.”

 

Aku juga berdoa,

 

“Ya Tuhanku, Engkau telah menganugerahkan kepada hamba berupa tauhid, iman, mahabah (rasa cinta), dan ketaatan. Engkau cabut dariku kelalaian, syahwat, dan kemaksiatan. Engkau buang nafsuku ke dalam lautan kegelapan, karena nafsu itu adalah kesesatan-kesesatan. Hamba-Mu gelisah, sedih, kedinginan, susah, dan sengsara. Hawa nafsu telah menelannya, dan dia memanggil-Mu dengan panggilan yang diserukan kekasihmu yang terjaga dari dosa, yakni nabi-Mu dan rasul-Mu, Yunus as. Dia berdoa,

 

‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.’ (QS. al-Anbiya [21]: 87—88)

 

Maka dari itu, kabulkanlah kepada kami seperti yang telah Engkau kabulkan kepada Nabi Yunus as. Lemparlah kami melalui luasnya cinta dalam maqam bersatu hanya bersamaMu. Tumbuhkanlah kepada kami pohon-pohon keberuntungan untuk mendapatkan surga. Sungguh, Engkau adalah Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Menguasai, dan Maha Pembert Nikmat. Tidak ada Tuhan sclain Engkau, Engkaulah satu satunya, tidak ada yang menyekutukan Mu. Engkau juga tidak pernah mengingkari janji-Mu terhadap orang yang beriman kepada Mu.

 

Engkau berfirman, ‘Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan.

 

Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al-Anbiya [21]: 88)

 

Bagaimana mungkin seseorang percaya terhadap keadilan parsial sedangkan ia mengetahui keadilan-Nya yang universal? Atau bagaimana bisa seseorang berputus asa dengan hal buruk yang terjadi, sedangkan ia mengetahui kebaikan Dzat Yang Mahabaik? Bagaimana mungkin engkau tidak mengetahui Dzat yang dengan kekuasaan-Nya mampu membolak-balikkan siang dan malam. Membolak-balikkan hati dan mata, kesulitan dan kesejahteraan, pencegahan dan pemberian?

 

Aku mohon bukakanlah (pintumu) sekali saja untukku. Kemudian Allah menjawab, “Kondisi seperti apa yang engkau sukai ketika bertemu dengan-Ku.” Aku kembalikan urusan itu kepadaNya, kemudian aku menjawab, “Hamba: memohon kepada-Mu dari keesaan-Mu, keimanan dari iman-Mu, cinta dari cinta-Mu, kerinduan kepada-Mu dengan rindu yang ada pada diri-Mu.”

 

Kemudian, Allah menjawab, “Inilah empat hal untukmu dengan menggunakan tiga petunjuk, yaitu: hendaknya kamu minum dari tiga minuman, yakni dari kolam Muhammad saw., satu kali minuman.” Aku menjawab, “Aku telah meminumnya.” Allah melanjutkan, “Satu minuman lagi engkau minum ketika dalam keadaan sakit saat menjemput ajalmu. Yang satu lagi ketika keluarnya roh dari jasadmu, yaitu nyawamu. Ketika engkau sakit kemudian engkau sembuh dari sakitmu itulah tanda kematianmu. Dengan tangan yang mana engkau hendak meminum? Apakah dengan tangannya Utsman atau dengan tangannya Nabi Muhammad saw., atau dengan tangan Allah Yang Mahasuci?”

 

Lalu aku berdoa,

 

“Ya Allah, Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Maha Menolong, Yang Mahakaya, Yang Maha Terpuji. Hamba mohon perlindungan dari-Mu dari dunia yang menjadikan hamba lelah di dalamnya untuk menuju kepada-Mu. Hamba mohon perlindungan dari-Mu dari amal perbuatan yang akhirnya bukan dipersembahkan kepada-Mu. Hamba mohon perlindungan dari Mu dari langkah yang menghalangi hamba untuk mengikuti sunah Rasul-Mu.

 

Hamba mohon perlindungan dari-Mu dari kebutuhan yang tidak mendorong ke hakikat makrifat kepada-Mu. Sibukkanlah hati hamba di hadapan-Mu, cukupkan hati harnba di bawah perlindunganmu bukan perlindungan harnba. Sungguh, Engkau berkuasa atas segala sesuatu.

 

Wahai Dzat Yang Mahaperkasa, Dzat Yang Mahalembut, sungguh Engkau telah mengokohkan orang yang Engkau kehendaki, dengan apa yang Engkau kehendaki, cara yang Engkau kehendaki, dan atas apa yang Engkau kehendaki. Maka dari itu, kuatkanlah hamba dengan pertolongan-Mu untuk melayani para wali-Mu. Lapangkan dada harnba untuk makrifat kepada-Mu ketika berternu dengan musuh-musuhMu. Kirimilah hamba orang yang Engkau ridhai hingga hamba tunduk kepadanya seperti yang pernah Engkau berikan kepada Nabi Muhammad utusan-Mu.

 

Palingkan diri hamba dari tipu daya orang yang Engkau murkai seperti Engkau memalingkannya dari Ibrahim as., kekasih-Mu. Datangkan kepada kami dan limpahkan kepada kami kesejahteraan di dunia, dan jauhkan dari kami sernua hal yang menyebabkan kami masuk neraka dan dari kezaliman jin yang perkasa. Hamba mohon selarmatkan hati kami dari semua hal yang dapat membuatnya berpaling. Jadikan kami benci terhadap dunia dan jadikan kami cinta kepada akhirat. Jadikan kami bagian dari orang-orang saleh, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

 

Ya Allah, Dzat Yang Mahaagung, Dzat Yang Maha Mendengar, Dzat Yang Maha Mengetahui, Dzat Yang Maha Melimpahkan Kebaikan, Dzat Yang Maha Penyayang, hambaMu telah diliputi dosa-dosa yang diperbuatnya, dan Engkau adalah Dzat Yang Mahaagung. Panggilan hamba terasa seakan akan tidak didengarkan, padahal Engkau adalah Maha Pendengar. Hamba tidak berdaya dengan tipu daya nafsu dalam diri, sementara Engkau adalah Maha Mengetahui. Bagaimana mungkin hamba mengkhawatirkan diri ini, sementara Engkau adalah Maha Melimpahkan Kebaikan dan Maha Penyayang.

 

Bagaimana dosa hamba menjadi besar bila disandingkan dengan keagungan-Mu? Bagaimana Engkau menjawab permohonan seseorang yang tidak memohon kepada-Mu dan bagaimana mungkin Engkau meninggalkan orang yang memohon kepada-Mu? Bagaimana cara hamba menjaga diri dengan kebaikan sedangkan kelemahan hamba tidak tersembunyi di sisi-Mu? Bagaimana mungkin hamba dapat menyayangi diri, sedangkan limpahan kasih sayang berada dalam kekuasaan-Mu?

 

Ya Tuhanku, keagungan-Mu telah memenuhi hati para wali-Mu sehingga segala sesuatu menjadi kecil di hadapan mereka. Penuhilah hati. hamba dengan keagungan-Mu hingga ia tidak menganggap segala sesuatu besar atau kecil. Dengarkanlah doa hamba dengan keistimewaan kelembutanMu, sungguh Engkau adalah Maha Mendengar atas segala sesuatu.

 

Wahai Tuhanku, Engkau telah menutup tempat hamba dari-Mu hingga hamba bermaksiat kepada-Mu sementara hamba berada dalam genggaman-Mu, Engkau telah memenuhi apa yang hamba butuhkan, bagaimana mungkin hamba beralasan kepada-Mu?

 

Wahai Tuhanku, maksiat-Mu memanggil hamba untuk taat kepada-Mu dan taat-Mu memanggil hamba untuk bermaksiat kepada-Mu, maka yang mana dari keduanya hamba harus takut kepada-Mu? Dan yang mana dari keduanya hamba harus berharap kepada-Mu?

 

Jika hamba melakukan kemaksiatan, maka terimalah hamba dengan keadilan-Mu. Kemudian, jangan Engkau tinggalkan harapan untuk hamba, perasaan hamba hancur, bagaimana hamba melihat kebaikan hamba dibandingkan dengan kebaikan-Mu? Bagaimana mungkin hamba tidak peduli terhadap keutamaan-Mu dengan bermaksiat kepadaMu? Keduanya adalah rahasia dari rahasia-Mu, keduanya menunjukkan kepada selain diri-Mu, maka dengan rahasia yang semuanya menunjukkan kepada-Mu. Janganlah Engkau meninggalkan hamba untuk berpaling dari selain diri-Mu.

 

Sungguh Engkau adalah Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, Dzat Yang Maha Pemberi keputusan, Dzat Yang Maha Pengampun, Dzat Yang Maha Memberikan kenikmatan, Dzat Yang Maha Pemberi petunjuk, Dzat Yang Maha Penolong, Dzat Yang Mahaperkasa, anugerahkanlah kepada hamba cahaya nama-nama-Mu agar hamba dapat mencapai hakikat-hakikat Dzat-Mu.

 

Bukakan (pintu-pintu rahmat) untuk hamba, ampunilah hamba, berikanlah hamba kenikmatan, berikan hidayah kepada hamba, berikanlah pertolongan kepada hamba, muliakanlah hamba wahai Dzat Yang Mahaperkasa, Dzat Yang Maha Menundukkan, jangan Engkau hinakan hamba dengan memperoleh apa yang menjadi milik-Mu. Jangan Engkau sibukkan hamba dengan apa yang menjadi milikMu hingga hamba berpaling dari-Mu karena semuanya adalah milik-Mu, semua urusan adalah milik-Mu, semua rahasia adalah milik-Mu.

 

Ketiadaan hamba dan keberadaan hamba, wujud hamba adalah ketiadaan hamba, yang haqq adalah haqq-Mu, penciptaan adalah penciptaan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, Engkau adalah Yang Mahabenar dan Yang Nyata.

 

Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui rahasia dan hal yang samar, Dzat yang mempunyai kemuliaan dan Dzat yang memenuhi janji, Kemahatahuan-Mu telah meliputi hamba-Mu dan ia telah bersusah payah mencari-Mu, maka bagaimana mungkin tidak susah, orang yang mencari selain-Mu? Engkau telah melembutkan hamba hingga hamba tahu bahwa pencarian hamba kepada-Mu adalah kebodohan dan pencarian hamba kepada selain-Mu adalah kekufuran.

 

Maka dari itu, jauhkan hamba dari kebodohan dan jaga hamba dari kekufuran. Wahai Dzat Yang Mahadekat, Engkau yang dekat sementara hamba yang jauh, dekat kepada-Mu rembuat hamba berputus asa dari selain-Mu, dan jauhnya hamba membuat hamba kembali untuk mencari-Mu. Hamba mohon jadikan hamba seperti itu dengan keagungan-Mu hingga Engkau menghapus pencarian hamba dengan pencarian-Mu. Wahai Dzat Yang Mahakuat, Dzat Yang Mahaperkasa, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

Aku kembali berdoa,

 

“Maksiat yang telah hamba lakukan telah memutuskan hamba dari semua hal, kecuali dari Engkau (Allah), wahai Yang Mahaperkasa—segala puji bagi Allah—Tuhanku, ketika sesuatu mengalahkan hamba, maka Engkau mengalahkannya dengan cahaya Dzat-Mu, segala puji bagi Allah.”

 

Aku lanjut berdoa,

 

“Wahai Dzat Yang Mahaawal dan Dzat Yang Mahaakhir, wahai Dzat Yang Mahazahir dan Dzat Yang Mahabatin, dengan rahasia yang tersimpan di dalam nama-nama agungMu, berikanlah kepada hamba rahasia yang memenuhi batin hamba dengan hakikat-hakikat ketuhanan-Mu. Ampuni hamba atas dua sifat (kebodohan dan kekufuran), berikanlah kepada hamba ketaqwaan di dalam dua hal. Sungguh Engkau adalah yang memiliki taqwa dan yang memiliki ampunan.”

 

WAHAI PARA SALIK, wajib bagi kalian untuk menempuh jalan akhirat dengan berhasil melakukan semua yang diperintahkan kepada kalian dalam hal zahir kalian. Apabila kalian sudah bisa melakukan hal tersebut, maka duduklah dalam muraqabah.” Murnikan batin kalian hingga di dalamnya tidak tersisa sesuatu yang dilarang. Bekerja keraslah, dan sedikitkanlah melihat keadaan zahir kalian jika ingin membuka batin kalian terhadap rahasia-rahasia kerajaan Tuhan.

 

Dalam menghadapi keinginan yang dapat menjauhkanmu dari tujuan, pertama-tama ketahuilah ‘kedekatan Allah denganmu, dengan ilmu yang langsung menggerakkan hati untuk selalu waspada terhadap apa yang bermanfaat dan apa yang apa yang tidak untukmu. Perhatikanlah, apakah ada selain Allah yang mampu memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Yang dari bumi adalah nafsumu, sedangkan yang dari langit adalah hatimu. Jika ada sesuatu yang turun dari langit ke bumi, siapa lagi Dzat yang mampu memalingkannya darimu, kecuali Allah, Allah berfirman,

 

“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid [57]: 4)

 

Maka penuhilah hak kebersamaan (dengan Allah) dengan beribadah demi mematuhi hukum-hukum-Nya, dan jangan berselisih mengenai ketentuan-ketentuan-Nya (perihal ketuhanan). Siapa saja yang berselisih dengan Allah, maka dia akan kalah. Allah berfirman,

 

“Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An’Am [6]: 18)

 

Akan kukatakan padamu kebenaran terbaik tidaklah satu embusan napas pun kecuali Allah yang mengaturnya, baik kau pasrah menerimanya atau menolaknya. Terkadang, kau menerima sesuatu begitu saja untuk menghindari perselisihan. Dilain waktu, kau siap menghadapi perselisihan atau malah memilih pasrah di kesempatan lainnya. Ini semua merupakan bukti ketuhanan Allah (rububiyyah) dalam semua ketentuan-Nya, apalagi untuk orang yang sibuk menjaga hati agar mampu menyibak hakikat-Nya.

 

Apabila hal di atas terjadi, gunakan etikamu untuk memenuhi hak-Nya. Dengan cara tidak bersaksi kepada sesuatu yang memberikan permulaan selain Allah swt. Juga tidak dengan sesuatu yang mengakhiri, selain akhiran dari-Nya. Jangan pula bersaksi dengan yang zahir selain kezahiran-Nya. Jangan sekali-kali bersaksi juga pada yang batin selain kebatinan-Nya. Apabila engkau sadar akan Dzat yang memulai, maka engkau akan melihat alasan mengapa Dia mengawali dan hal apa saja yang Dia awaili.

 

Apabila terbersit dalam dirimu sesuatu yang dicintai dalam jiwa, atau sesuatu yang dibenci tetapi tidak diharamkan syariat, maka lihatlah ke dalam dirimu, apa dampak dari bersitan tersebut terhadap hatimu. Jika engkau mendapatkan peringatan untuk menuju kepada Allah, maka kau harus merealisasikannya. Hal tersebut merupakan etika waktu (Gdab al-waqt)“ yang harus engkau jalani.

 

Apabila engkau tidak menemukan jalan untuk mewujudkannya, maka teguhkanlah dirimu untuk tetap merealisasikannya. Hal tersebut karena menuju Allah adalah etika waktu yang harus kau perhatikan. Apabila kau kembali kepada yang lain, maka jalan yang kau tempuh adalah keliru. Apabila engkau tidak mampu memahami peringatan yang diberikan kepadamu, maka bertawakal, ridha, dan berserah dirilah kepada Allah. Begitu juga jika engkau belum mendapat jalan menuju kepada-Nya, kau harus terus berdoa agar memperoleh petunjuk dan mampu menghadang rintangan serta bahaya, dengan syarat harus menyerahkan diri dan pasrah kepada-Nya.

 

Aku ingatkan kepadamu untuk berhati-hati terhadap ikhtiar, karena ikhtiar bagi orang yang sudah tersingkap hatinya merupakan sesuatu yang buruk. Maka dari itu, ada empat etika yang perlu diketahui, yaitu etika dalam pencapaian hakikat, etika peneguhan diri, etika tawakal, dan etika berdoa.

 

Allah akan menjaga orang yang mampu mencapai maqam hakikat. Siapa pun yang berteguh diri di sisi Allah, cukuplah AHah baginya, tidak ada yang lain selain-Nya. Orang yang bertawakal kepada-Nya, dicukupkanlah usahanya dengan usaha Tuhannya. Serta orang yang berdoa kepada-Nya dengan khusyuk dan penuh cinta, maka Allah akan menjawab doanya kalau permohonannya baik untuk dirinya, atau Allah akan menolak permohonan tersebut kalau permohonannya tidak baik untuk dirinya.

 

Setiap etika mempunyai penjelasan. Pertama, pencapaian hakikat, ketika datang kepadamu firasat atau bisikan dari selain Allah dan menyingkap sifat-sifat-Nya, tetaplah di sana dengan rahasiamu dan haram bagimu untuk menyaksikan selain diri-Nya.

 

Kedua, hamparan keteguhan di hadapan-Nya. Jika firasat atau bisikan dari selain Allah mendatangimu dan menggambarkan sifat-sifat-Nya, kokohkanlah hatimu di hadapan-Nya. Haram bagimu untuk menyaksikan selain sifat-sifat-Nya, baik itu dari sisi yang menyingkap maupun yang disingkap. Di sana akan ada kefanaan orang yang menyaksikan (syahid), dan tetapnya Dzat yang disaksikan (masyhiad).

 

Ketiga, hamparan tawakal. Ketika datang kepadamu bisikan atau firasat dari selain Allahyang berbeda dengan sebelumnya—lalu aib yang ada pada dirimu tersingkap, maka berdiamlah di atas hamparan cinta-Nya, bertawakal kepada-Nya, rela dengan apa yang tampak kepadamu berupa jejak-jejak dari perbuatan-Nya dan cahaya-cahaya yang menyelimuti-Nya.

 

Keempat, rangkaian doa. Apabila ada bisikan atau firasat dari selain Allah yang menjadikanmu merasa fakir di hadapan-Nya, hal tersebut malah menunjukkan kekayaan yang kau miliki. Jadikan kefakiran sebagai rumahmu, berhati-hatilah jangan sampai derajatmu ini turun ke kedudukan yang lain, sehingyga kau jatuh kepada godaan tanpa kau sadari.

 

Hal paling kecil yang dapat kau lakukan ketika turun dari tingkatan tersebut adalah kembali pada jiwamu, mengaturnya, dan membebaskannya. Dengan demikian keadaan spiritualmu  akan menjadi lebih baik. Keadaan tersebut menjadi sulit, baik zahir maupun dalam batinmu, karena dilatarbelakangi keinginan besar untuk menolak hal tersebut dari hatimu. Keadaan rohani paling buruk adalah jika kau memikul dan mengalami maqam (derajat) tersebut, sedangkan Allah tidak berkehendak memberikannya. Lantas, bagaimana bisa engkau memaksakan sesuatu yang tidak diberikan kepadamu?

 

Tantangan pada bahasan ini adalah seruan yang mengarah pada kemusyrikan. Jika kau berhasil melaluinya, lakukan apa yang kau kehendaki. Jika kau tidak berhasil melaluinya, selamanya kau tidak akan bisa berbuat apa-apa.

 

Hal ini berarti usahamu menunjukkan ketidaktahuanmu yang besar tentang af ‘al (perbuatan-perbuatan) Allah. Alangkah buruknya seorang hamba yang bodoh atau orang pandai yang fasik. Aku tidak tahu di posisi yang mana aku dapat menentukan sifatmu. Apakah di posisi bodoh, di posisi fasik, atau di posisi keduanya.

 

Kami memohon perlindungan kepada Allah dari kemalasan jiwa dalam melakukan mujdhadah (bersungguh-sungguh dalam ibadah kepada Allah), juga kosongnya hati dari tersingkapnya batin. Hal tersebut karena kemalasan jiwa disebabkan oleh penafikan terhadap syariat, sementara kekosongan hati karena telah menafikan tauhid. Sementara Dzat pemilik syariat telah mendatangkan keduanya bersama-sama.

 

Oleh karena itu, gabungkanlah syariat dan tauhid sekaligus agar tidak menentang Tuhanmu. Niscaya engkau akan menjadi seorang yang bertauhid (nuwahhid). Kerjakan rukun-rukun syariat, engkau akan menjadi seorang yang mengamalkan sunah.

 

Gabungkanlah keduanya dengan mata batin, maka kau akan mencapai hakikat. Allah berfirman,

 

“Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat [41]: 53)

 

Apabila engkau mendapatkan isyarat atau bisikan tentang hal yang telah kau lalui dalam murdqabah-mu, baik yang diperbolehkan maupun yang dilarang oleh syariat, perhatikan baik-baik apa yang selalau kau ingat dan waspadalah. Apabila yang kau ingat adalah Allah, maka adab yang harus kau lakukan adalah mengesakan-Nya dalam keadaan tafrid. Apabila engkau tidak dapat merasakan kelembutan kasih sayang dan anugerah mahabah-Nya, serta turun dari maqam yang sebelumnya, berusahalah untuk mempertajam penglihatan (batin) untuk melihat fadilah-Nya.

 

Hal tersebut terjadi karena Dia telah menutupi perbuatan maksiatmu. la juga tidak membuka aib tersebut kepada makhlukNya. Lalu jika kau diingatkan tentang perbuatan maksiatmu dan belum mengamalkan sama sekali tiga etika di atas, laksanakan etika doa dalam tobatmu, mohonlah ampunan atas perbuatanmu.

 

Ini semua berada di posisi yang dibenci syariat. Apabila terlintas di hatimu bisikan mengenai taat kepada-Nya dan mengingat Dzat yang menolongmu, jangan sampai mata hatimu merasa tenang terhadap ketaatan tersebut. Rasakanlah ketenangan hanya pada Dzat yang menumbuhkan ketaatan. Apabila mata hatimu merasa tenang kepada selain-Nya, maka engkau akan jatuh dari maqam hakikat. Jika kau belum mampu menjalani posisi ini, menetaplah pada posisi selanjutnya. Yaitu dengan melihat betapa besarnya kebajikan Allah swt. yang menjadikanmu sebagai pene rima fadilah-Nya.

 

Ukuran maqam ini adalah Allah memberikanmu anugerah berupa kebaikan. Apabila kau belum mampu memegang posigj tersebut dan kembali kepada posisi sebelumnya, berusahalah untuk melihat seberapa besar ketaatanmu. Apakah itu memang benar-benar ketaatan sehingga engkau pantas berada di dalamnya atau malah sebaliknya, yaitu ketaatan yang semu sehingga engkau dihukum atasnya. Kami memohon perlindungan dari kebaikankebaikan yang menipu. Allah berfirman,

 

“Bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. az-Zumar [39]: 47)

 

Jika derajatmu turun dari derajat sebelumnya, maka yang harus kau lakukan adalah berdoa agar kau tetap tertolong dari derajat itu, dalam kebaikan maupun keburukannya. Jadikanlah kebaikanmu lebih banyak dibandingkan keburukanmu jika memang kau ingin benar-benar menjadi bagian dari orang-orang saleh.

 

Jika kau ingin mendapat tempat seperti yang telah Allah berikan kepada para wali-Nya, maka kau harus memisahkan diri dari perkumpulan dengan orang lain. Akan tetapi, mendekatlah pada orang yang memberimu petunjuk kepada Allah dengan ajaran yang benar dan tidak berseberangan dengan al-Quran dan sunah Nabi. Palingkan pandanganmu sepenuhnya dari dunia. Jangan jadikan “memunggungi dunia” ini hanya bertujuan untuk mendapatkan bagian dari dunia tersebut. Dalam hal ini, jadilah seorang hamba Allah yang sebenarnya. .

 

Dia memerintahkanmu untuk menolak musuhmu dengan dua cara. Dua cara tersebut ialah sebagai berikut. Pertama, berpaling dari dunia; kedua, zuhud di mata manusia. Untuk itu, mendekatlah kepada Allah dengan murdqabah, bertobatlah kepada-Nya dengan penjagaan diri, selalu beristighfar dengan kembali kepada-Nya, serta tunduk pada hukum-hukum secara istikamah.

 

Tafsir dari cara mendekatkan diri kepada Allah ini adalah hendaknya engkau memosisikan dirimu sebagai hamba Allah dalam segala perbuatan, sehingga hatimu selalu melihat Allah dalam kekuasaan-Nya, bukan melihat selain-Nya. Jika kau mengabaikan hal tersebut, maka kau akan mendengar bisikan dari Allah yang memanggilmu dengan cahaya-cahaya kemuliaan. Sungguh engkau telah buta dari jalan yang lurus, dari mana engkau berdiri bersama Allah dengan murdqabah dan kau mendengar salah satu firman Allah.

 

“Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (QS. al-Ahzab [33]: 52)

 

Rasa malu akan membuatmu bertobat dari sesuatu yang kau kira akan mendekatkanmu kepada Allah. Mantapkan dirimu untuk selalu bertobat dan menjaga hak-hak Allah di hatimu, untuk tidak menyaksikannya sebagai kondisi yang berasal darimu sehingga kau kembali kepada sesuatu yang telah kau lalui sebelumnya.

 

Jika keadaan tersebut benar berasal darimu, maka bisikan-bisikan dari al-Haqq (Allah) juga akan memanggilmu. Bukankah tobat hanya permulaan yang diikuti dengan kembali kepada-Nya? Kesibukanmu dengan sesuatu yang mencitrakanmu adalah penutup bagi tujuanmu, di sanalah kau akan melihat sifat-sifatmu.

 

Maka dari itu, kau harus memohon perlindungan kepada Allah atas sifat-sifat tersebut, dan kau harus beristighfar dan kembalj kepada-Nya. Meminta ampunan ialah meminta agar engkau tertutup dari sifat-sifatmu dengan kembali kepada sifat-sifat-Nya.

 

Apabila kau senantiasa mantap dengan sifat ini (istighfar dan tobat), Allah akan menyerumu, “Tunduklah engkau kepada hukum dan ketentuan-Ku, janganlah engkau berselisih dengan-Ku, tetaplah bersama kehendak-Ku dengan menolak kehendak pribadimu.”

 

Inilah yang disebut dengan ketuhanan (rububiyyah) yang memerintah kehambaan (ubudiyyah).

 

“Seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu.” (QS. an-Nahl [16]: 75)

 

Dengan begitu, ketika Aku (Allah) melihat ada kemampuan padamu, maka Aku akan menitipkan kemampuan tersebut kepadamu. Aku adalah Dzat yang mengetahui atas segala sesuatu. Jika engkau memantapkan diri untuk melaksanakan apa yang telah disampaikan kepadamu, maka dari hal tersebut engkau akan melihat rahasia-rahasia yang hampir tidak didengar oleh seorang pun di dunia ini.

 

KEDUA TINGKATAN TERSEBUT merupakan hal yang jarang terlepas dari seorang hamba. Keduanya selalu ada, bergantian seperti perputaran malam dan siang. Allah Sang Haqq menghendaki ibadahmu dalam dua tingkatan tersebut.

 

Orang yang telah masuk pada tingkatan qabdh, ia tidak lepas dari dua perkara, yakni mengetahui sebabnya atau tidak mengetahui sebabnya. Sebab-sebab gabdh ada tiga, yaitu: dosa yang telah diperbuat, (kehidupan) dunia yang menjauh atau berkurang darimu, serta orang zalim yang menyakitimu, melukai kehormatanmu, atau mengarahkanmu kepada selain agama Allah, dan lain sebagainya.

 

Jika maqam qabdh sudah kau dapatkan karena salah satu sebab dari ketiga sebab tersebut, maka menghambalah sesuai dengan ilmu melalui perbuatan-perbuatan yang diperintahkan Allah kepadamu. Adapun mengenai qabdh yang disebabkan oleh dosa, maka jalan keluarnya dengan tobat, inabah (kembali kepada-Nya), – dan meminta pengampunan atas dosa-dosa. Apabila disebabkan hilang atau berkurangnya urusan duniawi, maka jalan keluarnya dengan mencrima sepenuhnya, rela, dan mengharap pahala dariAllah. Apabila qabdh disebabkan adanya orang zalim yang menyakitimu, selesaikan dengan bersabar dan menahan diri.

 

Hati-hatilah untuk tidak menzalimi dirimu sendiri yang mengakibatkan keburukan, di mana hal itu timbul dari kezaliman orang lain, kemudian berkumpul dan menimpamu. Jika kau melakukan apa yang semestinya, yaitu sabar dan bertahan, Allah akan memberikanmu anugerah berupa lapang dada hingga engkau mampu menahan amarah dan mudah memaafkan. Bahkan bisa jadi, Allah akan memberimu cahaya dan keridhaan apabila engkau mengasihi orang yang berbuat zalim kepadamu, lalu engkau berdoa untuknya dan doamu dikabulkan oleh Allah.

 

Betapa baiknya dirimu, jika karenamu Allah memberikan kasih sayang-Nya kepada orang yang menzalimimu. Itulah yang disebut belas kasih para shiddiqin dan para penyayang. Oleh karenanya, bertawakallah kepada Allah karena Allah mencintai orangorang yang berpasrah diri. Jika qabdh sudah kau dapatkan dan kau tidak mengetahui sebabnya, maka ingatlah bahwa waktu itu ada dua macam, yaitu waktu malam dan waktu siang. Qabdh lebih menyerupai malam hari, sementara basth menyerupai siang hari.

 

Jika qabdh datang kepadamu tanpa sebab yang kau ketahui, wajib bagimu untuk diam. Diam ada tiga macam, yaitu diam dari kata-kata, diam dari gerak, dan diam dari kehendak. Jika kau melakukan ketiga hal tersebut, dalam waktu singkat, malammu akan segera berganti menjadi siangmu. Bintang akan tampak, agar dapat kau jadikan petunjuk pada malam hari dan bulan dapat kau gunakan untuk menerangi jalanmu.

 

Bintang-bintang itu adalah bintang-bintang ilmu. Rembulan itu adalah rembulan tauhid. Matahari yang dimaksud adalah matahari makrifat. Jika kau terus melangkah dalam gelapnya malam, kecil kemungkinan engkau selamat dari bahaya.

 

Hal ini diungkapkan olch firman Allah swt. yang berbunyi,

 

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. al-Qashas [28]:73)

 

Hal ini merupakan ketentuan ubtidiyah dalam dua qabdh sekaligus. Adapun orang yang sedang berada dalam basth, maka kondisinya tidak akan lepas dari dua keadaan, yakni ia mengetahui sebabnya atau tidak mengetahuinya. “Sebab” terdiri dari tiga macam.

 

Pertama, bertambahnya ketaatan atau mendapatkan pemberian dari Dzat yang ditaati, seperti memperoleh ilmu dan makrifat. Kedua, bertambahnya (kehidupan) dunia karena usaha, karamah, pemberian, dan tali silaturahmi. Ketiga, dengan pujian dan penghormatan dari sesama makhluk, mereka menghadap kepadamu, meminta doa darimu, dan mencium tanganmu.

 

Ketika basth sampai kepadamu karena sebab-sebab tersebut, maka kehambaanmu (ubudiyah) mengarahkanmu untuk melihat nikmat dan kebaikan dari Allah yang diberikan kepadamu. Berhatihatilah ketika kau berpikir bahwa hal tersebut berasal dari dirimu. Berusahalah untuk teguh dalam khauf (takut), yakni takut nikmat yang Allah berikan kepadamu tercabut hingga membuatmu menjadi orang yang dimurkai. Pembahasan tersebut berlaku untuk basth yang berasal dari ketaatan dan anugerah dari Allah swt. Adapun basth yang berawal dari bertambahnya materi dunia, hal tersebut juga merupakan suatu kenikmatan seperti basth yang pertama.

 

Takutlah kau dengan apa yang kau pikirkan mengenai petaka yang ditimbulkan dunia. Adapun basth yang berasal dari pujian dan sanjungan manusia kepadamu, bentuk ubddiyah-nya adalah mensyukuri nikmat dari Allah yang telah menutupi keburukanmu, Takutlah jika Allah menampakkan keburukan yang tersembunyi dalam dirimu sehingga orang terdekatmu menjadi murka. Inilah adab gabdh dan basth dalam ubudiyah.

 

Adapun basth yang tidak diketahui sebabnya, maka hakikat ubtidiyah-nya adalah tidak bertanya, merendahkan diri, serta tidak semena-mena terhadap perempuan dan laki-laki. Kemudian ucapkanlah,

 

“Ya Tuhanku, selamatkan.,. selamatkan… hingga kematian (menjemputku).”.

 

Inilah jalan yang benar jika engkau memahaminya.

 

KETAHUILAH BAHWA FAQD’ dan wajd adalah dua hal yang silih berganti layaknya siang dan malam. Inti dalam permasalahan ini ada empat. Pertama, jadilah kau orang yang mensyukuri nikmat Allah ketika kau mendapatkannya, dan rela terhadap Allah jika kau kehilangan nikmat tersebut. Kedua, menjadi orang yang selalu melakukan kebaikan jika diberi rezeki. Ketiga, jangan bersedih untuk bersyukur. Jika kau bersedih, maka syukur itu bersedih karenamu. Bersedihlah pada amanah jika kau menghendaki. Keempat, fokuskan pandanganmu kepada Allah pada semua hal yang kau cita-citakan. Allah berfirman,

 

“Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad), maka katakanlah, ‘Aku berserah diri kepada Allah.” (QS. Ali Imran [3]: 20)

 

Janganlah engkau menjadi seorang hamba yang menderita, seorang zuhud yang membangkang, seorang pelaku maksiat yang durhaka, dan pembohong yang ingkar. Jika engkau dapat melaksanakan semua empat perkara yang telah disebutkan, maka engkau termasuk orang yang berhak mendapat pujian dari Allah swt. Allah berfirman,

 

“Dia mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS. an-Nahl [16]:121)

 

HAKIKAT DARI KETELADANAN adalah putus asanya seseorang dari orang yang dicintai lebih besar daripada putus asa dari orang yang dibencinya. Aku pernah bermimpi melihat Nabi Muhammad saw., kemudian aku bertanya, “Wahai Rasulullah apa hakikat mengikuti (engkau)?” Rasulullah saw. menjawab, “Selalu melihat orang yang diikuti dalam kondisi apa pun, bersama apa pun, dan dalam hal apa pun.”

 

Setiap Imam (mursyid) yang tidak memberikan manfaatnya kepadamu dari balik hijab, mereka bukanlah Imam yang sebenarnya. Seorang Imam adalah orang yang menunjukkan jalan kepada sesuatu yang mengistirahatkanmu, bukan yang menunjukkan kepada sesuatu yang meletihkanmu.

 

Seseorang yang sempurna bukanlah seseorang yang rohaninya hidup dalam dirinya sendiri. Akan tetapi, manusia sempurna adalah orang yang mampu membuat rohani orang lain hidup berkat dirinya.

 

Manusia sempurna bukanlah seseorang yang rasa takut dalam dirinya hilang. Akan tetapi, seseorang yang rasa takutnya terhadap orang lain hilang. Allah berfirman,

 

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yanus [10]: 62)

 

Orang yang mulia di antara makhluk lainnya adalah seseorang yang menguasai ilmu kesadaran diri. Ia melakukan perbuatannya berdasarkan hukum kehendak Allah, bukan hawa nafsu, syahwat, dan perangai (thabi’‘ah).

 

Jaga dan perhatikan baik-baik sepuluh hal ini. Pertama, jika kau melihat seseorang yang mengaku kondisi rohaninya bersama Allah swt., tetapi dia keluar dari syariat, maka jangan sekali-kalj engkau mendekatinya. Kedua, jika kau melihat seseorang yang menggantungkan dirinya pada makhluk lain yang bukan dari jenisnya, jangan sekali-kali mendekatinya.

 

Ketiga dan keempat, ketika kau melihat seseorang yang terobsesi menjadi pemimpin dan gila hormat, jangan sekali-kalj engkau mendekatinya. Kelima, jangan menjalin pertemanan dengannya karena berteman dengan orang tersebut akan mengeraskan hatimu selama empat puluh subuh. Keenam, apabila kau melihat orang yang merasa cukup dengan ilmunya, waspadalah akan kebodohannya. Ketujuh dan kedelapan, jika kau melihat seseorang ridha terhadap dirinya sendiri, merasa tenang dan nyaman pada keadaannya, maka curigalah terhadap agamanya. Berhati-hatilah terhadap orang sepertinya.

 

Kesembilan, jika kau melihat seorang murid yang mendengar lagu-lagu dan suka suatu hal yang lembut, jangan berharap sesuatu yang baik darinya. Kesepuluh, jika kau melihat seorang yang fakir’ yang tidak hadir terhadap seruan-Nya, ketahuilah bahwa kebaikan dan keberkahan haram baginya disebabkan batinnya yang rusak dan pemahamannya yang salah.

 

Tanda seseorang yang hatinya selalu terhubung dengan Allah adalah datangnya manfaat saat terjadi musibah yang berat. Dalilnya adalah firman Allah swt.,

 

“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga (tempat) kenikmatan.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 88—89)

 

Orang yang bijak adalah orang yang mengetahui mana yang awal dan yang akhir, serta memutuskan sesuatu yang gaib berdasarkan hukum Allah. Barang siapa berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak dilakukan Nabi Muhammad, maka dia telah melakukan bid’ah.

 

Ada hal yang tidak boleh ditinggalkan, yakni meneladani Nabi Nuh as. dan Nabi Muhammad saw.” Allah swt. berfirman,

 

“Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa), ‘Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang gaib.’ Dan tidak (pula) aku mengatakan, ‘Sesungguhnya aku adalah malaikat’, dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu, ‘Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka’. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Had [11]: 31)

 

BERKUMPUL DENGAN PARA ulama besar (mursyid) memiliki empat etika. Pertama, mengindari semua hal yang kontra dengan mereka, condong kepada Allah, penuh cinta kasih, dan mendedikasikan diri kepada mereka. Kedua, bertemunya-seorang muslim dengan para ulama mendorong mereka untuk meninggalkan keinginan dan hasrat (duniawi) yang mereka miliki. Ketiga, lebih terinspirasi kata-kata dan perbuatan mereka serta tidak mencari-cari kesalahan pada keyakinan mereka. Keempat, menggantungkan cita-cita dengan apa yang mereka cita-citakan, dengan syarat melakukan perbuatan yang sesuai dengan perilaku.mereka.

 

Jika kau berkumpul dengan para ulama, hendaknya kau berkumpul bersama mereka dengan ilmu-ilmu yang jelas sanadnya dan sahih riwayatnya. Ada kalanya kau memberikan manfaat bagi mereka, dan ada kalanya kau mengambil manfaat dari mereka, hal itu merupakan puncak kesetiaan terhadap mereka. Ketika berkumpul dengan orang-orang yang ahli ibadah dan zuhud, bawalah kezuhudan dan ibadah kalian.

 

Ikuti terus kegiatan yang mereka lakukan. Bersabarlah atas apa yang mereka anggap sulit, dan buatlah mereka merasakan makrifat yang belum pernah mereka rasakan. Jika kau berkumpul dengan para shiddiqin (orang-orang jujur), sembunyikan apa yang kau ketahui sebelumnya. Janganlah bergantung pada amalanamalanmu, capailah dengan ilmu batin dan dengan bashirah (mata hati) yang tidak ternilai harganya.

 

ETIKA HADHRAH ITU ada tiga: senantiasa mengingat, mendengarkan dengan saksama, dan memantapkan hati atas ketetapan yang akan kau terima.

 

Terdapat empat etika yang jika hilang dari seorang fakir, maka dia sama seperti debu. Empat etika tersebut vadalah mencintai yang lebih muda, menghormati yang lebih tua; bersikap adil dari dalam diri, dan tidak mencari keadilan untuk diri sendiri:.

 

Sebaliknya, terdapat empat etika yang jika seorang fakir tidak melakukannya, maka jangan sekali-kali kau memperhatikannya, walaupun salah satu dari mereka adalah orang yang sangat pintar.

 

Keempat etika tersebut adalah menjauhi kesesatan, senang dengan ahli akhirat, menenangkan orang miskin, dan tekun shalat berjemaah lima waktu.

 

TINGKATAN ORANG YANG memohon itu ada tiga: orang yang memohon pembenaran untuk terwujudnya kedekatan kepada Allah, orang yang memohon penguatan mata hati untuk menyingkap hijab (penutup batin), dan orang yang memohon kekekalan bersama Allah dengan kefanaan dirinya.

 

Jika kau memohon, maka memohonlah kepada Allah swt., jika Allah mengabulkan permohonanmu, maka bersyukurlah kepadaNya. Jika Allah belum mengabulkan, maka lapangkan dadamu. Berhati-hatilah kau terhadap jiwa yang berprasangka buruk dan syahwat yang kuat, yang semuanya dapat menghalangimu mendapatkan makrifat, cinta, ridha, dan ampunan-Nya. Selain itu, kau juga akan terhalang dari Allah, terlempar dari tempat tinggi, dan jatuh ke tempat yang paling rendah. Saat itu kau tidak lagi mengetahui sampai mana kau jatuh dari batas orang-orang yang hina.

 

Seorang berjalan menuju penguasa zhalim untuk melindungi orang-orang saleh (yang ada di sana), dia berdoa,

 

“Ya Allah, jadikanlah langkah hamba kepada mereka karena tunduk kepada diri-Mu, karena mencari karunia dan ridhaMu, karena mencari kemenangan untuk-Mu dan Rasul-Mu. Hiasilah hamba dengan hiasan orang-orang fakir yang berhijrah, yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaanNya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Anugerahkan kepada hamba cinta agar lebih mementingkan urusan-Mu, dan bisa menolak keinginan dalam diri, di malam dan siang hari. Jauhkan hamba dari jiwa yang sangat pelit. Jadikan hamba termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung. Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

 

Jika kau menemui orang yang sewenang-wenang, orang yang berbuat aniaya, dan orang yang sombong, maka ucapkanlah,

 

“Sungguh, aku berlindung kepada.’ Tuhanku (Allah) dan Tuhanmu (Allah) dari semua orang sombong yang tidak beriman kepada Hari Pembalasan.”

 

Hal paling utama yang menjadi permintaan hamba kepada Allah adalah kebaikan-kebaikan dalam agama. Pada kebaikan agama tersebut terdapat kebaikan-kebaikan akhirat, dan di dalam kebaikan akhirat terdapat kebaikan-kebaikan dunia. Serta di dalam kebaikan-kebaikan dunia terdapat keistimewaan para wali.

 

Keistimewaan para wali itu mempunyai empat sifat: penghambaan, sifat-sifat ketuhanan (rubibiyyah), selalu mawas atas apa yang telah lalu dan akan terjadi, setiap hari menghadap kepada Allah swt. sebanyak tujuh puluh kali, dan berpamitan sejumlah itu juga. Setiap kali ia menghadap kepada-Nya, ia akan diberikan pakaian dari cahaya dan kedekatan dari-Nya.

 

Jika ada di antara jin dan manusia yang membuatmu takut, maka katakanlah,

 

“Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia merupakan sebaikbaik wakil.”

 

Jika kau ingin memohon yang berkaitan dengan keperluan yang bersifat manusiawi, maka mohonlah keperluan tersebut kepada Allah sebelum kau menyampaikannya kepada orang lain. Jika hajatmu tersebut terlaksana, maka bersyukurlah kepada Allah dan berterima kasihlah kepada orang yang bersangkutan. Jika hajatmu itu belum terlaksana dari mereka, maka berlapangdadalah karena Allah, dan jangan kaitkan hal itu kepada mereka.

 

Jangan sekali-kali mencela seseorang, kecuali Allah juga mencelanya. Janganlah sekali-kali kau memuji seseorang, kecuali Allah juga memujinya. Kalau-tidak bisa, maka tahanlah dirimu karena itu lebih mendatangkan keselamatan kepadamu dan memberikanmu keridhaan Allah. Beribadahlah kepada Allah dengan penuh keyakinan, maka derajatmu akan diangkat lebih tinggi walaupun amalmu sedikit.

 

Manusia yang paling baik kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang menjadikan agamanya sebagai penyebab kebutuhankebutuhannya terpenuhi.

 

Jika kau memiliki keperluan dan menginginkan hajatmu terpenuhi, maka tetapkanlah dengan keyakinan bahwa kekuasaan, kekuatan, ilmu, keinginan, dan kehendak semua milik Allah swt. Jadikan kefakiranmu selalu ditujukan kepada-Nya dan hajatmu diserahkan ke sisi-Nya. Waspadalah terhadap mata hatimu yang melihat kepada selain Allah karena akan membuatmu tertutup oleh hijab batin, kau akan bahagia, sedih, takut, berharap, dan terhing Orang yang beriman tidak menghinakan dirinya. Ucapkanlah,

 

“Dengan menyebut nama Allah, Dzat yang dengan nama-Nya tidak akan mudarat sesuatu yang ada di bumi ataupun yang ada di langit, dan Dialah Dzat yang Maha. Mendengar lagi. Maha Mengetahui.”

 

HANYA ORANG YANG bisa beristikharah yang bisa dipercaya (amanah). Banyak sekali hamba yang dapat dipercaya dalam persoalan harta, tetapi tidak bisa dipercaya dalam hal kemaluan. Banyak orang yang dapat dipercaya dalam persoalan kemaluan, tetapi tidak bisa dipercaya dalam hal harta. Banyak hamba yang dapat dipercaya perihal harta dan kemaluan, tetapi tidak dapat dipercaya dalam hal agama.

 

Orang yang dapat dipercaya dalam hal agama adalah dia yang mengambil sesuatu dari Allah menggunakan mata batin. Ia juga selalu mawas diri terhadap setiap kondisi batinnya, serta memadukan segala sesuatu di dunia dan di akhirat.

 

Beberapa teman dan orang-orang yang mulia memintaku agar beristikharah kepada Allah untuk mereka, dengan harapan Allah mengabulkan kebaikan yang mereka inginkan. Aku lantas melakukan istikharah pada malam hari pertama setelah mereka memintaku. Aku melihat pertanda baik dari Allah swt. tanpa ada penjelasan terhadap apa yang aku pinta.

 

Pada istikharah di malam kedua, aku melihat hal yang sama. Kemudian, pada malam ketiga dari istikharahku, aku kembali meminta kepada-Nya perihal yang aku inginkan. Dalam mimpiku, aku bertemu dengan guruku (semoga Allah mencurahkan kasih sayang kepadanya).

 

Guruku berkata, “Hamba yang berbaur dengan ahli akhirat dan bersandar kepada mereka; dia juga berbaur dengan ahli dunia, tetapi tabiatnya menjauhi mereka, saat dia dalam keadaan menderita, dia akan memohon pertolongan kepada Allah swt. Apabila dia diberi kenikmatan, maka ia bersyukur kepada-Nya. Apa pendapatmu mengenai posisi orang tersebut di sisi Allah? Tidakkah kalian berfikir? Ajaklah ia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mulia, maka apa yang ia habiskan dan ia simpan akan diberi keberkahan, dan apa yang tersisa itu akan disimpan untuknya. Allah memberi ganjaran bagi orang-orang yang bersyukur.”

 

HAKIKAT NIAT ADALAH meniadakan semua hal selain yang diniatkan, terutama saat fokus pada apa yang dituju. Sedangkan kesempurnaannya terwujud jika niat tersebut tetap terjaga hingga apa yang diniatkan telah terlaksana. – Rasulullah saw. bersabda,

 

“Sungguh amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.” (HR. al-Bukhari)

 

Niat itu mempunyai tempat, waktu, tata cara, dan mempunyai arti. Kami memohon kepada-Mu kebersihan tempat, taufik pada saat berniat, pengawasan tata caranya, dan perwujudan maknamakna yang terkandung di dalamnya. Kami minta kepada-Mu kesahihan ikatan (‘aqd), kebaikan tujuan dan keinginan, sematamata hanya untuk mengharap ridha-Mu dan untuk mengagungkan sifat ketuhanan, serta selalu menyematkan sifat penghambaan pada diri.

 

Tempatnya niat ada di dalam hati. Waktunya niat adalah ketika memulai amal perbuatan. Tata cara niat ialah menghubungkan hati dengan anggota badan yang lain. Sementara makna niat ada empat hal: menyengaja (maqstid), kemantapan, keinginan, dan kehendak. Semuanya memiliki satu makna yang sama. Niat mempunyai dua bentuk: mengarahkan amal perbuatan dengan kesadaran yang baik dan tulus dalam beramal karena Allah swt., mengharapkan pahala dari-Nya, dan menginginkan keridhaan-Nya.

 

Nabi Muhammad saw. bersabda,

 

“Barang siapa yang baik niatnya, maka baik pula amal perbuatannya.” (al-Hadis) .

 

Oleh karenanya, perbaikilah niat antara dirimu dan Allah dengan memfokuskan hati untuk mengagungkan-Nya, taat (dan tunduk) pada perintah-Nya, atau memuliakan perintah yang diberikan oleh-Nya. Perbaikilah niat antara kau dan hamba yang lain, dengan memberikan wejangan kepada mereka dan dengan memberikan hak-haknya. Membuang jauh-jauh perselisihan dengan cara bersabar karena Allah, dan berserah diri kepada-Nya.

 

POROS AMAL PERBUATAN ada empat: cinta, ikhlas, malu, dan iman. Cinta diwujudkan dengan takut, ikhlas dengan ilmu, malu dengan memberikan pengagungan, dan iman dengan pembenaran.

 

Di antara amal perbuatan yang paling baik adalah tekad yang kuat dan selalu menepati janji. ‘Azaim ialah orang-orang yang didominasi oleh kesaksian kehendak (syuhiid al-iradah). Hal tersebut menyebabkan tekadnya terbelah-belah karena keinginan yang begitu cepat, banyak, dan beragam. Tempat berhenti seperti apa yang mengurai, mengikat dan meneguhkan hati serta meniatkan sesuatu bersamaan dengan hilangnya keinginan dan sifat-sifatnya? Di manakah posisimu dibandingkan dengan orang yang cahayanya mampu melihat dengan luas menggunakan cahaya Tuhannya. Apa yang membuatnya bisa melihat, tetapi tidak membuatnya disibukkan oleh apa yang ia lihat?

 

Nabi saw. bersabda,

 

“Tidak ada dari sesuatu pun, baik sudah terjadi atau belum, kecuali aku sudah pernah melihatnya.”? (HR. al-Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)

 

Syarat-syarat amal perbuatan ialah berhenti sejenak, melihat, bergegas, ikhlas, bertindak, konsisten, mendapat persaksian, masuk surga, dan pembagian harta rampasan perang.

 

Guruku berkata, “Sebaik-baik amal perbuatan ada empat hal, setelah empat hal, yaitu cinta karena Allah, rela dengan takdir-Nya, zuhud di dunia, tawakal kepada Allah, melaksanakan kewajibankewajiban karena Allah; menjauhi semua hal yang diharamkan Allah, diam dari perkataan yang tidak bermakna, dan wara’ dari segala sesuatu.”

 

“Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu agar memberi hamba hati yang baik, zikir dan berpikir yang terus-menerus, selalu menuju perlindungan-Mu, selalu membutuhkan-Mu, berdoa kepada-Mu, dan berharap terkabulnya doaku pada-Mu. Hamba meminta kepercayaan dari-Mu, berserah diri kepadaMu, berzuhud dengan nyata terhadap kematian yang mencekam, juga terhadap cinta, dan ridha.”

 

Ini semua adalah amalan-amalan orang-orang yang jujur (shiddiqun) dalam memulai urusan mereka. Dulu aku fokus beribadah di perbukitan, kemudian terlintas di dalam hatiku (sirr), “Orang yang masih merasa takut akan kefakiran di dalam hatinya, amalannya yang terangkat ke sisi Allah hanya sedikit.” Suara tersebut membuat hatiku menjadi gelisah ketakutan. Hal tersebut terus terjadi selama satu tahun.

 

Aku bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw., beliau berkata kepadaku, “Hai orang yang diberkahi, hai orang yang diberkati, engkau telah menghancurkan nafsumu. Pisahkan antara tenang dan khawatir. Orang yang beriman selalu khawatir, hatinya tidak pernah tenang.” Lantas hatiku menjadi tenang.

 

Jika engkau menganggap baik keadaan zahir atau batinmu, katakanlah,

 

“Semua atas kehendak Allah, tidak ada kekuatan kecuali atas pertolongan Allah.”

 

WIRIDNYA PARA SHIDDIQUN (orang-orang jujur) berjumlah dua puluh. Antara lain: puasa, shalat, zikir, membaca al-Quran, menjaga anggota badan, melatih jiwa agar dapat mengendalikan syahwat, menyeru perbuatan baik, dan melarang perbuatan mungkar yang berdasar pada empat hal.

 

Empat hal tersebit yaitu zuhud di dunia, tawakal kepada Allah, ridha dengan ketetapan Allah, dan cinta yang murni yang berlandaskan empat hal. Empat landasan tersebut adalah iman, tauhid, niat yang benar, dan cita-cita yang tinggi. Orang yang tidak mempunyai empat hal: ilmu, wara’, takut kepada Allah, dan rendah hati terhadap hamba-hamba Allah, jangan harap bisa berhasil.

 

Bagi guruku ibadahnya para shiddiqin ada pada dua puluh perintah; makanlah, minumlah, bekerjalah, berkendaralah, menikahlah, istirahatlah, letakkanlah segala sesuatu sesuai dengan perintah Allah, janganlah berlebihan, beribadahlah kepada Allah dan bersyukurlah kepada-Nya, wajib bagimu untuk mencegah bahaya, menanggung bahaya, serta memberikan keindahan. Itu semua merupakan satu bagian dari akal.

 

Bagian yang kedua adalah melaksanakan semua kewajiban, menjauhi semua yang diharamkan, ridha dengan ketetapan Allah, berpikir bahwa semua hal yang berkaitan dengan Allah adalah ibadah, dan memahami agama Allah. Fondasi ibadah adalah zuhud di dunia. Pusat ibadah adalah tawakal kepada Allah. Ini semua adalah ibadah yang dilakukan agar dapat beriman dengan benar. Jika engkau sakit (batin), mintalah bantuan kesembuhan dan datanglah kepada ulama. Pilihlah di antara mereka, ulama yang bertaqwa, yang bisa memberikan petunjuk dan bertawakallah kepada Allah swt.

 

Aku bertanya kepada guruku ra. tentang wirid yang dilakukan ahli hakikat. Menurutnya “Engkau harus membuang jauh hawa nafsu dan mencintai Allah Yang Mahaagung. Cinta tidak akan menyatukan seseorang kepada orang lain yang tidak dicintainya. Wirid dilakukan untuk membentengi diri dengan hal yang benar dan menolak yang batil di setiap waktu.”

 

Ada seseorang yang bertanya kepada guruku, “Wahai guru, aku mohon tugaskan kepadaku kewajiban pokok dan wirid-wirid.” Guruku marah padanya, beliau berkata, “Apakah aku seorang rasul yang berhak mewajibkan amalan-amalan? Ibadah yang fardhu telah ditetapkan dan diketahui, perbuatan-perbuatan maksiat sudah masyhur dan diketahui bersama. Maka dari itu, wajib bagimu untuk menjaga ibadah fardhu dan meninggalkan semua perbuatan maksiat. Jaga hatimu dari keinginan duniawi, wanita, kedudukan, dan nafsu syahwat. Merasa cukuplah dengan semua yang diberikan Allah kepadamu.

 

Jika Allah memberimu jalan menuju ridha, bersyukurlah kepada-Nya. Jika Allah memberikan petunjuk padamu jalan kemurkaan, bersabarlah engkau atas pemberian tersebut. Cinta kepada Allah swt. adalah poros yang dikelilingi oleh hal yang baik. Cinta kepada Allah swt. juga menjadi dasar bagi segala macam karamah. Bentengnya ada empat, yaitu wara’ yang benar, niat yang baik, ikhlas dalam amal perbuatan, dan berteman dengan ilmu. Engkau tidak akan dapat menyempurnakan empat cabang tersebut, kecuali engkau berteman dengan orang yang saleh dan guru yang memberi wejangan (seorang mursyid).”

 

Aku mendengar gurunku berkata kepada seorang laki-laki yang meminta izin kepadanya untuk melakukan mujahadah. Sang guru menjawabnya dengan firman Allah swt.,

 

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak akan meminta izin kepadamu.” (QS. at-Taubah [9]: 44) ;

 

PARA AHLI IBADAH melandasi perbuatan mereka dengan berpatokan pada sepuluh dasar: puasa, shalat, zikir, membaca al-Quran, doa, istighfar, rendah hati, menangis, menyendiri, dan mendapatkan rezeki dengan cara yang halal. Alas pijakan mereka adalah zikir. Orang zuhud memiliki nilai tambah dengan empat sifat; zuhud di dunia secara umum, zuhud di antara manusia secara khusus, menyingkap kegaiban kerajaan Allah, serta memilih pengalaman rohani dan derajat spiritual (maqam) para tokoh. Kebiasaan mereka adalah berpikir.

 

Adapun para wali Allah mempunyai beberapa derajat. Bagi mereka dibentangkan ilmu, makrifat, cahaya, cinta, tauhid, yakin, tersingkapnya kegaiban, keteguhan akan hal-hal gaib, dan menyelidiki yang fana dengan menetapkan cahaya-cahaya kekekalan. Dasarnya adalah cinta yang bercabang (al-mahabbah al-far’iyyah).

 

Sementara para shiddiqin memulai perjalanan spiritual dengan lima dasar, yaitu melipat wujid dari hati (sirr) mereka, tersingkapnya suatu peristiwa yang ada di dua alam (dunia dan akhirat) bagi arwah-arwah mereka, murdqabah (selalu mengawasi) hati, menjaga akal, dan menundukkan nafsu. Adapun lima hal yang dilakukan pada akhir perjalanan mereka adalah pemerolehan mahabbah, yakin, beribadah, persahabatan yang kokoh, dan sifat keabadian, Dasar mereka adalah cinta yang murni (al-mahabbah al-ashliyyah),

 

Manfaat dari penjelasan detail ini adalah memberikan pelajaran kepada setiap pengikut mereka (ahli ibadah dan zuhud) sesuai dengan kondisi (hdl) dan tingkatan (maqam) spirituaj masing-masing. Pelajaran tersebut sebagaimana yang telah Allah tetapkan untuk mereka.

 

JANGAN ENGKAU MENUNDA-NUNDA ketaatan karena engkau akan dikenai hukuman apabila kehilangan rasa taat. Hal itu sebagai balasan atas kekufuran terhadap waktu tersebut. Setiap waktu pada dasarnya mempunyai bagian untuk ibadah, sebagai hak yang diminta darimu berdasarkan hukum ketuhanan (rububiyyah).

 

Seorang teman mengakhirkan shalat Witir di penghujung malam. Tiba-tiba ada suara yang ditujukan kepadaku saat aku tidur, “Hal itu merupakan adat yang berlaku dan sunah yang telah ditetapkan. Allah telah mewajibkan kita untuk menjaganya. Engkau bisa menjalankan hal tersebut secara terus-menerus, atau engkau memilih syahwat, melakukan berbagai pelanggaran, dan terlena dari musydhadah. Akan tetapi, jangan sampai engkau melakukannya, jangan sampai!”

 

Kemudian aku menggumam, “Ini permenungan atau penolakan?” Suara itu kembali terdengar, “Permenungan atas kelalaian yang telah kau perbuat memerlukan etika dan peringatan. Ini merupakan wasiat Allah kepadamu dan wejangan-Nya darimu untuk hamba-hamba-Nya yang saleh. Perhatikan hal itu dengan saksama dan jangan engkau menjadi bagian dari orang-orang yang lalai.”

 

Guruku pernah berkata, “Ketaatan yang paling indah adalah yang membawamu ke sisi-Nya dan Dia membukakan hijab penutupmu.”

 

Suatu ketika pernah dikatakan kepadaku, “Apa yang bisa aku dapatkan dari ketaatanku dan kemaksiatanku?” Kemudian, aku menjawab, “Dari ketaatanmu kau akan mendapat manfaat berupa ilmu yang selalu bertambah, cahaya yang terang, dan cinta. Sementara dari maksiatmu kau akan mendapatkan kesedihan, kemurungan, ketakutan, dan kemurungan.”

 

Disebutkan di beberapa riwayat Allah berfirman, “Orang yang taat kepada-Ku di dalam semua hal dengan cara meninggalkan segala sesuatu, maka Aku akan menaatinya dengan cara menampakkan diri (tajalli) dalam segala hal, sehingga dia bisa melihat-Ku seakan-akan Aku adalah segala sesuatu itu.”

 

Ketaatan dan musyahadah semacam ini terjadi pada orangorang awam yang saleh. Adapun untuk orang-orang khusus (khawwash) dari golongan shiddiqin, ketaatan mereka terletak pada peneriman mereka untuk memandang segala sesuatu sebagai kebaikan dari Tuhan. Seakan-akan Allah berfirman, “Orang yang taat kepada-Ku, melihat segala hal terjadi berdasarkan kehendakKu, maka Aku akan memenuhinya dengan cara menampakkan diri kepadanya sehingga dia dapat melihat-Ku lebih dekat.”

 

Shalat adalah tali penghubung antara hamba dengan Tuhannya. Tanda dari hubungan tersebut adalah penuhnya kasih sayang Allah swt. sebab bukti-bukti cinta (syawahid al-mahabbah). Bukti cinta adalah terbukanya hijab penghalang (hati) dan merasa nyaman saat bercengkerama dengan-Nya.”

 

Kenikmatan adalah kecenderungan hati kepada sesuatu yang lezat, baik secara maknawi, imani, maupun imaji dalam hati. Hendaknya kau mengucapkan lima kalimat suci dalam semua perkataan, mengaplikasikan dalam segala perbuatan, merasa lemah di hadapan Allah dalam setiap situasi, penuhilah pikiranmu dengan makna-makna yang ada dalam hati, pasrahkan semua kepada Allah.

 

Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan melihat-Nya di depanmu. Beribadahlah kepada Allah dengan lima kalimat suci tersebut, maka kau akan menjadi bagian dari orang-orang yang bersyukur.”

 

Lima kalimat suci tersebut adalah,

 

“Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, tiada daya dan upaya, kecuali atas pertolongan Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung.”

 

Lima hal yang menyucikan amal perbuatan adalah shalat lima waktu, disertai dengan perasaan tidak memiliki daya dan upaya (di hadapan Allah). Lalu ucapkan,

 

“Tiada daya dan upaya, kecuali atas pertolongan Allah swt.”

 

ALLAH SWT. BERFIRMAN,

 

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin.” (QS. al-MunAafigqan [63]: 8)

 

Kemuliaan orang yang beriman adalah ketika Allah mencegah dirinya untuk menyembah nafsu, berahi, setan, dunia, dan sesuatu yang diciptakan baik yang tak terlihat dan yang terlihat, yang ada di dunia dan akhirat. Orang munafik tidak akan mengetahui kemuliaan, kecuali dengan sebab akibat dan beribadah kepada Allah. Allah berfirman,

 

“Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS. an-Naml [27]: 63)

 

Allah swt Berfirman

 

“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan suatu apa pun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan manusia. Berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu berdiam diri.” (QS. al-A’raf [7]: 191—193)

 

Ada yang mengatakan, “Siapa yang ingin mulia di dunia dan akhirat, masuklah ke dalam mazhab kami selama dua hari.” Kemudian, ada yang bertanya, “Bagaimana caranya aku bisa melakukan hal itu?”

 

Dia menjawab, “Jauhkan berhala-berhala dari dalam hatimu sejauh mungkin, istirahatkan badanmu dari urusan dunia.

 

Kemudian, lakukan apa yang kau kehendaki, karena Allah tidak akan meninggalkanmu. Jika dunia datang kepadamu, maka menjauhlah darinya, jangan engkau memandangnya dengan mata yang penuh hasrat. Jangan pula engkau mendckatinya dengan rasa takut. Jangan engkau berhubungan dengan dunia, kecualj untuk menunaikan kewajiban dan dengan dilandasi ilmu. Jika suatu hari kau meminta kepada Allah, maka saksikanlah permintaan Allah untukmu karena engkau mencari-Nya, sebab kau diciptakan untuk menghamba.

 

Jika harapanmu keluar dari koridor yang diridhai, maka masuklah dan jangan gantungkan hatimu untuk mencapai harapan itu. Kau tidak tahu apakah kau dapat mencapainya atau tidak. Jika pun kau telah mencapainya, kau tidak tahu apakah hal ity memang untukmu ataukah justru untuk orang lain. Jika hal itu untukmu, maka apakah kau tahu di dalamnya terdapat kebaikan atau keburukan? Apabila hal itu untuk orang selain dirimu, maka kau tidak tahu apakah itu untuk kekasih atau untuk musuhmu.”

 

Secara umum, bagaimana hati bisa cenderung tenang atas kegelisahan-kegelisahan dan segala bayangan yang muncul bersamanya. Untuk itu, carilah dia (seseorang yang memberi wejangan tadi) dan bergantunglah hanya kepada Allah semata. Arahkan pandanganmu selalu pada-Nya, bersyukurlah apabila kau mendapatkan keberhasilan. Ketika belum berhasil, engkau harus bersabar dan ridha.

 

Segala puji bagi Allah dengan sanjungan yang paling indah bagi-Nya. Dia tidak pernah melarangmu dengan maksud untuk membatasi. Akan tetapi, Dia melarangmu untuk kebaikan dirimu sendiri. Jika Allah melarangmu, maka sungguh sebenarnya Dia telah memberimu kebaikan. Akan tetapi, tidak ada yang mengetahui pemberian dengan balutan pelarangan, kecuali hanya para shiddiqin. Jika perjalanan pencarianmu berseberangan dengan ilmu, segeralah untuk memohon pertolongan Allah dan mendekatlah pada-Nya, sehingga Dia akan menyelamatkanmu. Allah berbuat sesuai kehendak-Nya, dan balasan yang baik disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.

 

KEBAHAGIAAN BISA DINILAI pada seorang hamba yang mengetahui kebenaran, kemudian dia rendah hati. Berbeda dengan hamba yang dia tahu apa yang diketahuinya dan dia sombong kepada ahlinya, walaupun dia mengerjakan apa yang seharusnya dia kerjakan.

 

Pada suatu hari aku pergi ke sebuah kebun dengan sahabatsahabatku di kota Tunis. Setelah dari kebun, aku kembali ke kota. Pada waktu itu kami naik keledai kecil. Ketika kami sampai di dekat kota, mereka turun di tanah yang berlumpur. Mereka berkata, “Tuanku, turunlah di sini.” Aku bertanya, “Mengapa?” Mereka menjawab, “Kami malu jika masuk ke kota itu dengan menunggang keledai kecil ini.”

 

Aku sependapat dengan mereka. Kemudian, aku menekuk kakiku dan bersiap untuk turun. Tiba-tiba aku mendengar suara bisikan, “Allah tidak akan menghukum rehat seseorang yang yang membuatnya rendah hati. Akan tetapi, Allah menghukum rasa lelah seseorang yang membuatnya sombong.”

 

TAQWA ADALAH PAKAIAN yang terbuat dari cahaya-Nya, melihat dunia dengan sifat-sifat-Nya, dan menjalankan ketaqwaan dengan Dzat-Nya. Itu merupakan suatu kebaikan dan tanda-tanda kekuasaan Allah swt.

 

Jadikanlah taqwa sebagai tempat tinggal, ia tidak akan membahayakanmu selama kau tidak menodainya dengan dosa, selagi kau ridha dengan aib, atau kau tak takut dengan aib (yang kau punya).

 

Hakikat kejujuran dan taqwa adalah ketika engkau mendapatkan apa yang engkau kehendaki dari Allah swt. Allah berfirman,

 

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. az-Zumar[39]: 33-34)

 

JALAN INI DITEMPUH bukan seperti jalan kependetaan, bukan dengan hanya makan gandum, dedak (kulit padi), dan bukan hanya dengan suara rebusan air mendidih. Akan tetapi, wara’ dicapai melalui kesabaran dan keyakinan untuk memperoleh hidayah. Allah swt. berfirman,

 

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya.” (QS. as-Sajdah [32]: 24—25)

 

Ini merupakan sebuah tempat singgah. Tempat singgah bagi seseorang yang mulia melalui lima hal, yaitu sabar, taqwa, wara’, yakin, dan makrifat. Sabar ketika disakiti, taqwa untuk tidak me. nyakiti, wara’ dari apa yang keluar dan yang masuk dari tempat ini (mulut) dan yang ada di dalam hati agar tidak dimasuki apa pun selain yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Kemudian, yakin dj dalam rezeki, dan makrifat dengan Allah Yang Mahabenar yang tidak bisa tergantikan oleh siapa pun. Allah berfirman,

 

“Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Hud [11]: 49)

 

Allah berfirman, ‘

 

“Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. an-Nahl [16]: 127—128)

 

Wara’ adalah sebaik-baiknya jalan bagi orang yang warisannya dipercepat dan pahalanya ditangguhkan. Orang-orang yang wara’ merasa cukup atas pemberian Allah. Prinsip orang orang yang wara’ ialah melakukan segala sesuatu dengan nama Allah, melaku kan apa pun hanya untuk Allah, serta mereka memiliki niat yang jelas dan mata hati yang kuat. Selain itu, mereka tidak pernah melakukan suatu hal, kecuali karena Allah dan untuk Allah.

 

Dengan pengetahuannya, mereka dapat mengetahui kemudaratan yang menerpa mereka. Mereka berkumpul untuk dapat menasihati satu sama lain. Di antara mereka, tidak ada yang lebih Juhur dan tidak ada yang lebih rendah. Allah telah memberikan benteng bagi orang-orang wara’ sehingga mereka terhindar dari kemudaratan. Hal tersebut sebagai ganjaran dari Allah atas sikap wara’ mereka.

 

Orang yang tidak mampu menyeimbangkan pengetahuan dan perbuatannya, akan terbelenggu dan condong pada dunia. Ukuran (mizan) dari orang yang tidak mampu menyeimbangkan kedua hal tersebut adalah menjauh dari makhluk, sombong terhadap sesama, besar kepala dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan dengan ilmunya bersikap lancang kepada Allah swt. Orang yang seperti itu merupakan orang yang merugi. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kita dari hal tersebut.

 

Orang-orang yang cerdas akan bersikap wara’ dari perbuatanperbuatan demikian. Mereka akan meminta perlindungan dari Allah agar tidak melakukan hal itu. Orang yang ilmu dan amalnya tidak membuatnya lebih dekat dengan Tuhannya dan tidak menjadikannya semakin tawadhu’, maka dia adalah orang yang binasa.

 

Mahasuci Allah, Dia dapat memutus kebaikan dari orang yang ahli berbuat baik. Sama halnya dengan Allah memutus kejahatan dari orang yang suka berbuat jahat sehingga orang tersebut dapat menemukan jalan yang benar. Allah berfirman,

 

“Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Eushshilat [41]: 36)

 

Muliakanlah orang-orang yang beriman, walaupun mereka adalah orang-orang yang berbuat maksiat serta fasik. Tegakkan hukum untuk mereka, tinggalkanlah mereka karena dasar kasih sayang, bukan karena rasa benci. Jangan engkau meneladanj orang yang mengaku wara’ terhadap apa yang disentuh tangan orang beriman, sementara dia tidak wara’ pada apa yang disentuh oleh tangan orang-orang kafir. Sungguh telah diketahui bahwa jika sebuah batu (Hajar Aswad) disentuh oleh orang-orang berdosa, warnanya akan berubah menjadi hitam (dulunya putih).

 

IKHLAS ADALAH CAHAYA dari Allah yang ditempatkan di hati hamba-Nya yang beriman. Allah-lah yang meletakkan rasa ikhlas di hati hamba-hamba yang telah Dia tentukan. Sumber rasa ikhlas itulah yang membuat setan tidak bisa merusaknya dan tidak pula bisa ditundukkan oleh hawa nafsu.

 

Keinginan untuk ikhlas ada empat: ikhlas dalam beramal demi untuk mengagungkan-Nya, ikhlas dalam menjalankan perintahNya, ikhlas terhadap ketetapan akhirat dan pahala dari-Nya, serta ikhlas dalam membersihkan amalan dari berbagai cela. Amal perbuatan hanya dapat dijaga dengan keikhlasan. Keempat keinginan inilah yang kita gunakan sebagai landasan dalam beribadah. Orang yang mampu memegang dan menjalankan salah satu dari keempat keinginan tersebut, maka dia disebut sebagai orang yang ikhlas. Selain itu dia mempunyai derajat di sisi Allah swt. Allah berfirman,

 

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran[3]: 163)

 

Isyarat yang terdapat dalam firman Allah swt. tersebut senada dengan yang diceritakan oleh malaikat Jibril as. kepada Nabi Muhammad saw., bahwa,

 

“Ikhlas itu salah satu dari rahasia-rahasia-Ku yang Aku letakkan di dalam hati orang yang Kucintai dari hamba-hambaku.”(HR. Qazwaini dan ad-Dailami)

 

Aku bermimpi seakan-akan aku sedang mengelilingi Ka’bah (tawaf), dengan memohon agar diriku diberikan keikhlasan. Aku mencari (keikhlasan itu) di hatiku. Tiba-tiba terdengar suara dj telingaku, “Seberapa sering kau bersenandung (berbicara dengan suara lirih dengan ungkapan yang tidak dapat dipahami) bersama dengan orang lain, dan Aku adalah Yang Maha Mendengar, Mahadekat, Maha Mengetahui, dan Maha Melihat. Untuk mengetahui-Ku, kau tidak membutuhkan ilmu dari orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang (terakhir). Akan tetapi, kau hanya perlu ilmu dari Rasulullah dan para Nabi.”

 

Ada hal yang perlu diketahui tentang ikhlas. Keikhlasan orang yang ikhlas (mukhlis) terhadap perbuatan yang diikhlaskan (mukhlas bihi) sebab Dzat yang memberi keikhlasan (mukhlas lahu). Ikhlasnya orang seperti ini ada dua macam: ikhlasnya para shddiqtin dan ikhlasnya para shiddiqin. Ikhlasnya shddiqtin hanya menginginkan ganjaran dunia, sedangkan ikhlasnya orang yang shiddiqin yaitu wujud Allah al-Haqq, bukan lain-Nya. Tujuannya murni hanya Allah. Orang yang meletakkan rasa ikhlas di dalam hatinya, dia akan terhindar dari celaan mulut musuhnya. Allah berfirman,

 

“Dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.” (QS. al-Hijr [15]: 39—40)

 

Jika kau ingin selamat dari musuh, ikhlaslah dalam beramal hanya karena Allah dengan syarat berilmu dan tidak rela terhadap apa yang nafsumu perbuat. 

 

YANG TERGOLONG SEBAGAI ilm al-yaqin?’ pada Allah dan pada (harta) milikimu yang berasal dari-Nya, yaitu ketika kau berbuat sesuatu kepada sesama manusia dan perbuatan tersebut tidak membuatmu merasa kecil di hadapan Allah Yang Mahabenar, meskipun kau merasa kecil dalam pandangan makhluk-Nya. Hal tersebut dilakukan tanpa melanggar syariat dan menentang tabiat. Sementara itu, yang disebut ‘ain al-yaqin adalah ketika seseorang lupa dirinya tengah ditimpa berbagai kesulitan, dan hatinya dipenuhi pancaran bukti (syahid) yang nyata.

 

Sementara itu, haqq al-yaqin ialah saat engkau tenggelam pada sesuatu, dan seakan-akan kau menyatu dengannya. Seperti halnya orang yang ingin menyaksikan lautan, dan dia kemudian menaiki sebuah kapal. Tetapi, tiba-tiba kapal tersebut terbelah dan ia tergulung oleh gemuruh ombak.

 

Sebagian dari mereka ada yang mencapai kefanaan (meninggal dunia), kemudian pergi bersama orang-orang yang telah mendahului, dan mencapai tingkatan ‘lliyan (derajat tinggi). Sebagian dari mereka masih hidup dan tetap bersama orang orang lainnya.

 

Ia tidak mendapatkan apa-apa, bahkan dia tertutup dari mata batin seluruh makhluk. Sebagian mereka ada yang tetap menjadi pembatas antara makhluk dan Allah Yang Mahabenar. Tampak jelas bahwa ia terpilih, telah sempurna dua sifatnya, dan menjadi panutan bagi dua makhluk (manusia dan jin). Di antara mereka ada seorang imam agung yang istimewa, yang menjadi pasak bumi (wali quthub), menjadi penolong (wali ghauts), yang menghimpun asma-asma, sifat, cahaya, akhlak, dan apa yang tidak mampu dijangkau oleh manusia awam (biasa).

 

Sebagian yang lain ada yang tidak mencapai derajat apa pun, mereka bukan para wali, bukan orang-orang bertaqwa, bukan ahli ibadah, bukan ahli zuhud, serta bukan ahli mengambil dalil dan argumentasi (burhan). Mereka belum mendapatkan pengalaman mukdsyafah (ketersingkapan batin) dan penglihatan batin. Sementara derajat yang lebih bawah dari derajat mereka adalah orang-orang yang masih menjadikan amal dan ahwail-nya (kondisi batin) sebagai perantara, juga mereka yang suka mencampuradukkan perkataan dan perbuatan. Allah swt. berfirman,

 

“Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. al-Hajj [22]: 18)

 

Jika kau termasuk orang yang beriman, maka jadikanlah semua makhluk sebagai musuh. Seperti yang pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim as.,

 

“Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sernbah) itu musuhku, lain halnya Tuhan seluruh alam.” (QS. asy-Syu’ara’ [26]: 77)

 

Jika kau seorang yang memiliki mata hati seperti Nabi Muhammad, maka bacaayat ini,

 

“Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu yang sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu.” (QS. at-Taubah [9]: 94)

 

Kata kerja (fi’il) yang digunakan dalam ‘ayat tersebut ( ) menggunakan huruf sin ( ) yang menunjukkan masa yang akan’ datang. Hal ini menunjukkan perwujudan dan realisasi bagi Rasulullah saw. Adapun fi’il untuk Allah Yang Maha Menciptakan dan Mahaagung, maka tidak diberikan keterangan waktu baik yang sudah lalu ataupun yang akan datang karena Allah tidak dibatasi oleh apa pun.

 

Orang yang jujur dan memiliki keyakinan, seandainya dibohongi oleh sesama manusia, hal itu justru akan menambah keyakinan mereka. Seandainya para pembohong itu membenarkan perkataan mereka, hal itu akan memperkuat keteguhannya.

 

Guruku pernah berkata, “Ada empat hal yang dibutuhkan makhluk agar ia tidak membutuhkan selain Allah. Empat hal tersebut adalah cinta kepada Allah, selalu membutuhkan Allah, keikhlasan, dan keyakinan. Ikhlas dalam beribadah dan yakin dengan hukum-hukum-Nya. Allah berfirman,

 

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. al-Maidah [5]: 50) .

 

DASAR KARAMAH ADA empat: cinta yang menyibukkanmu sehingga kau melupakan cinta selain-Nya, ridha yang membuat cintamu sampai pada cinta-Nya, zuhud yang menjadikanmu seperti zuhud rasul-Nya, serta tawakal yang mampu menyingkap hakikat kekuasaan-Nya. Karamah dari Allah terdapat dalam keridhaan yang membuatmu lupa akan penderitaan-penderitaan hingga hari bertemu dengan-Nya.

 

Karamah-karamah para shddiqtin ada lima. Pertama, selalu zikir dan taat setiap saat dengan syarat istiqamah. Kedua, zuhud di dunia dengan memilih kefakiran. Ketiga, mampu meyakinkan orang-orang yang berseberangan. Keempat, keras terhadap orang | yang mendahulukan kepentingan pribadi dan lembut terhadap orang yang mendapatkan musibah. Kelima, mempunyai kemampuan di luar kebiasaan, seperti melipat bumi (atau memangkas jarak), berjalan di atas air, dan lain sebagainya.

 

Karamah berkaitan dengan waktu, individu, dan tempat. Orang yang mencarinya dalam waktu yang tidak sesuai, maka hampir tidak mungkin mendapatkannya. Kesimpulannya, hal ini tidak diberikan kepada orang yang mencarinya, tidak diberikan kepada orang yang masih berbicara dengan nafsunya, dan tidak pada orang yang menggunakan nafsu untuk mencarinya. Akan tetapi, hal tersebut diberikan kepada hamba yang audah tidak melihat dirinya sendiri dan amalnya

 

Dia selalu sibuk dengan cinta kepada Allah, melihat keagung an Allah, serta pasrah dengan diri dan amalnya Terkadang, ada juga orang yang terlihat istikamah di zahirnya, walaupun tampak kejelekan kejelekan jiwa di dalam batinnya. Seseorang yang ahls beribadah dengan cara ini akan berada di dalam kumpulan orang yang berada di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan selama lima ratus tahun. Kemudian, dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga karena kasih sayang-Ku.” Dia menjawab, “Aku masuk surga karena amalku.”

 

Ada dua karamah yang lengkap dan luas cakupannya di dunia. Pertama, karamah keimanan dengan bertambahnya keyakinan dan penyaksian rohani (syuhiid) secara nyata. Kedua, karamah pada amal perbuatan yang tercapai dengan mengikuti al-Quran, sunah Nabi Muhammad, dan orang-orang yang mengikutinya, serta menjauhi seruan-seruan buruk dan tipu daya.

 

Orang yang diberi karamah, tetapi malah merindukan karamah lainnya, dia adalah hamba yang serakah, penuh dengan kebohongan, ada kekeliruan di dalam ilmunya dan beramal dengan mengharapkan balasan. Ibarat seseorang yang diberi kesempatan untuk berjumpa dengan raja dan melayaninya dengan penuh suka rela. Akan tetapi, dia malah menginginkan hewan peliharaan sang raja dan tidak menghargai ketulusannya. Setiap karamah yang tidak diikuti dengan ridha Allah dan bukan karena Allah, tidak pula diikuti cinta karena Allah dan dari Allah, maka pemilik karamah tersebut ada dalam kondisi istidraj yang teperdaya, tercela, atau celaka.

 

Wali quthb mempunyai lima belas karamah. Orang yang mam pu menguasai sebagian dari karamah tersebut, akan tampak ben tangan kasih sayang, perlindungan, kekuasaan, perwakilan, dan bantuan para pemangku Arasy yang agung. Dia akan dibukakan hakikat Dzat dan penguasaan sifat-sifat (ketuhanan). Dia akan dimuliakan dengan karamah yang dapat memisahkan dua wujud.

 

Dia akan diberi kemampuan yang dapat memisahkan yang paling utama dari yang pertama, memisahkan wujud dari permulaan hingga yang terakhir. Dia akan diberikan kemampuan melihat apa yang sebelumnya terjadi, juga apa yang setelahnya, juga apa saja yang tidak ada “sebelum” dan “setelah”. Ia juga akan diberikan ilmu permulaan (al-bad’). Ilmu permulaan adalah ilmu yang menguasai semua bentuk ilmu, juga seluruh pengetahuan yang tampak dari rahasia pertama sampai rahasia yang terakhir, kemudian kembali kepada-Nya.

 

Faedah dari karamah adalah bisa mengetahui keyakinan kepada Allah dengan ilmu, kemampuan, kehendak, dan sifat-sifat azali (kekal) dengan mengumpulkan sesuatu yang tidak berbilang. Sesuatu tersebut sangat banyak karena sifat-sifat itu adalah satu sifat yang bersemayam dalam Dzat Yang Maha Esa. Apakah sama orang yang mengetahui Allah dengan cahaya-Nya dan orang yang mengetahui Allah dengan akalnya?

 

Dikatakan padaku, “Kalau kau menghendaki karamah-Ku, maka kau harus taat kepada-Ku dan menjauhi semua bentuk maksiat kepada-Ku. Kalau kau terpengaruh karena kalah dengan syahwat dan besarnya keinginanmu, maka ketahuilah kedekatan, pandangan, perlindungan, kekuasaan, pertolongan, dan keagungan kekuasaanKu.” Berdoalah,

 

“Wahai Dzat Yang Mahawujud sebelum semuanya ada, semuanya sekarang ada atas kehendak-Nya. Wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai Yang Mahazahir, wahai Yang Mahabatin, bumi menjadi sempit bagiku, padahal bumi itu luas. Jiwaku juga terasa menjadi sempit. Tidak ada tempat lari bagiku, kecuali kepada-Mu, maka berikanlah hamba tobat supaya hamba bisa bertobat. Sungguh Engkau adalah Yang Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.”

 

ILMU HAKIKAT ADALAH ilmu yang tidak dapat ditandingi oleh fakta-fakta yang berlawanan dan bukti-bukti yang menafikan fakta yang sepadan, seperti halnya ilmu para nabi, orang yang jujur (shiddiqun) dan para wali. Orang yang sudah masuk ke dalam wilayah ini, maka dia seperti orang yang tenggelam di lautan. Seakan ia digulung ombak besar tanpa henti. Dengan apa dia bisa melawan, mendengar atau melihat hamparan lautan. Orang yang belum masuk pada wilayah ini dihalangi oleh rintangan-rintangan, karenanya ia membutuhkan seperti yang difirmankan oleh Allah swt.,

 

‘Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. asy-Syura [42]: 11)

 

Jadikan ilmu sebagai kekuatan, lakukanlah sesuatu berdasarkan niat dan keinginan sehingga engkau dapat bersungguhsungguh dalam melakukannya. Akan tetapi, jangan melakukan amalan berdasarkan hawa nafsu. Jika engkau melakukan sesuatu berdasatkan hawa nafsumu, bagaimana nasibmu nanti ketika ber hadapan dengan Tuhanmu?

 

Aku bermimpi seakan sedang berdiri di hadapan Allah swt. Dia berkata kepadaku, “Jangan engkau merasa aman dari tipu daya-Ku dalam menjalankan sesuatu. Jika Aku membuatmu aman, maka ilmuKu tidaklah bisa diliputi oleh apa pun, begitulah adanya. Janganlah engkau berpaling kepada ilmu, amal, dan pujian. Selamanya, tetaplah bersama-Ku dan jadikan Aku sebagai tujuanmu dalam melakukan segala hal.”

 

Jangan engkau sebarkan ilmumu dengan tujuan agar manusia menyetujuimu. Sebarkanlah ilmu karena Allah, supaya Allah membenarkanmu. Jika lam al-illah harus ada, maka jadikanlah alasan itu antara engkau dengan Allah saja. Ketika Dia memberimu perintah, maka perintah tersebut lebih baik dijadikan alasan dalam melakukan sesuatu, daripada engkau menjadikan manusia sebagai alasanmu dalam melakukan amalan. Ketika Allah memberimu larangan, jadikanlah larangan tersebut alasan untuk membuatmu datang menghadap kepada Allah dan jangan jadikan larangan tersebut sebagai alasan untuk memutuskan hubunganmu dengan Allah.

 

Maka dari itu, Allah menetapkan adanya pahala dan hukuman. Sehingga, janganlah engkau berharap dan merasa takut kecuali kepada Allah. Cukuplah Allah yang menemani, membenarkan, mengetahui, mengajari, memberi petunjuk, menolong, dan menjadi pelindung. Artinya, Ia adalah Dzat yang memberimu

 

hidayah dan petunjuk kepadamu. “Ia menolongmu” bermakna Dialah “Dzat yang menolongmu”. Dia menolongmu sehingga engkau tidak merasa kalah. Ia juga menjadi pelindungmu, sehingga kau tidak binasa.

 

Imu-ilmu ini adalah embusan-embusan lembut (ketenangan) dan penjelas bagi posisi jiwa-jiwa, bisikan-bisikan jiwa, tipu daya jiwa, kehendak jiwa, dan terputusnya hati dari pengamatan, ketenangan dan kerukunan yang didasarkan pada tauhid dan syariat, dengan cahaya cinta, serta keikhlasan beragama dan bersunah. Orang-orang yang memiliki hati seperti itu, ia akan mendapat cahaya yang selalu bertambah pada maqam-maqam keyakinan, berupa zuhud, jujur, syukur, harapan, takut, tawakal, ridha, dan maqam keyakinan lainnya.

 

Jalan ini adalah jalan bagi orang yang memiliki niat untuk berinteraksi dengan Allah. Adapun orang yang hanya bergantung kepada Allah dan orang-orang pilihan-Nya ialah suatu kaum yang keburukannya dicabut hingga ke akar-akarnya. Kemudian, mereka digerakkan untuk selalu melakukan kebaikan. Allah membuat mereka cinta khalwat (mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara menyepi). .

 

Allah memperkenalkan diri sehingga mereka mengetahuiNya. Allah membuat mereka cinta kepada-Nya sehingga mereka pun mencintai-Nya. Allah menunjukkan jalan kepada mereka sehingga mereka mau menempuh jalan menuju-Nya. Mereka

 

hanya tertuju dan fokus kepada Allah, tidak ada yang berpaling dari-Nya. Tidak ada halangan apa pun di antara mereka dan Allah. Bahkan, Allah-lah yang menjadi penghalang antara mereka dan selain-Nya. Mereka tidak makrifat, kecuali makrifat kepada Allah, dan mereka tidak punya cinta, kecuali hanya cinta kepada-Nya. Allah berfirman,

 

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. az-Zumar [39]: 18)

 

Dalam mimpi kulihat Nabi Muhammad saw., Nabi Nuh as., serta ada malaikat di antara keduanya. Malaikat tersebut berkata, “Seandainya Nabi Nuh as. mengetahui kaumnya sebagaimana Nabi Muhammad mengetahui kaumnya, maka Nuh tidak akan pernah berdoa untuk keburukan kaumnya.” Allah swt. berfirman,

 

“Dan Nuh berkata, ‘ Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS. Nuh [71]: 26)

 

Firman di atas merupakan letak daripada ilmu hakikat yang tidak bisa tergantikan. Kalau saja Nabi Muhammad saw. tidak mengetahui kaumnya sebagaimana Nabi Nuh, maka ia tidak akan membiarkan mereka hidup. Akan tetapi, Nabi Muhammad tahu bahwa keturunan mereka ada yang beriman dan bahagia bertemu dengan Allah. Kemudian Nabi Muhammad berdoa,

 

“Ya Allah ampunilah kaumku, sungguh mereka tidak tahu.” (HR. al-Bukhari)

 

Dengan demikian, baik Rasulullah saw. maupun Nuh as. berdoa berdasarkan ilmu dan bukti dari Allah sehingga keduanya diwajibkan membaca doa khusus. Ia melanjutkan, “Orang yang menang dalam memerangi nafsu, berahi, setan, syahwat, dan dunianya, dia adalah orang yang mendapatkan pahala dan pertolongan. Orang yang berusaha melawan itu semua, tetapi ka lah, maka dia adalah orang yang dilalaikan, dimaafkan, dan diberi nikmat selama tidak melakukan dosa, ridha, dan memiliki rasa takut terhadap Allah swt.

 

Sedangkan orang yang berada pada satu di antara tiga hal tersebut, dia tahu bahwa dia memiliki Tuhan Yang Maha Mengampuni dosa, sekaligus berkuasa untuk menghukum orang tersebut dengan dosa yang dilakukannya. Ia beriman sepenuhnya kepada ketetapan Allah, takut akan Allah dan hukuman-Nya, serta mengharap kasih sayang-Nya, karena rahmat Allah lebih cepat sampai kepadanya daripada cepatnya tetesan air hujan sampai ke bumi. Sebagaimana Allah swt. berfirman,

 

“Rahmat-Ku yang paling besar kepada hamba-Ku adalah ketika dia berpaling dari-Ku, dan hal yang paling besar pada hamba-Ku adalah ketika dia menghadap kepada-Ku.”

 

Orang yang binasa adalah orang yang merasa bahagia ketika berbuat maksiat, dan bersedih hati ketika ia tidak melakukannya. Orang yang binasa adalah orang yang bangga dengan kemaksi. atannya dan tidak mencoba menutupi dirinya dari kemaksiatan itu. Kami mohon perlindungan kepada Allah dari hal tersebut dan semuanya atas kehendak Allah swt.

 

Hakikat mengetahui kebaikan adalah dengan berada di dalam kebaikan tersebut. Sedangkan hakikat mengetahui keburukan adalah dengan berpaling dari keburukan tersebut. Ilmu-ilmu yang ada di dalam hati sejatinya seperti dirham dan dinar yang ada di tangan seseorang. Seandainya orang ingin menjadikannya bermanfaat, maka dirham dan dinar itu bermanfaat. Seandainya orang ingin menjadikannya berbahaya, maka dirham dan dinar tersebut menjadi berbahaya.

 

Pada suatu malam aku membaca di dalam wiridku firman Allah swt.,

 

“Dan janganlah kamu ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui. Sungguh, mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun dari (azab) Allah.” (QS. al-Jasiyah [45]: 18—19)

 

Setelah zikir, aku pun tidur, dalam tidurku aku bermimpi melihat baginda Nabi Muhammad saw. berkata kepadaku, “Aku adalah orang yang diberi pengetahuan, dan aku tidak kuasa menolongmu dari siksa-Nya sedikit pun.”

 

Jauhkan hatimu dari tujuh hal, yaitu hati yang tidak berilmu, tidak mempunyai amal perbuatan, tidak mempunyai keistimewaan, tidak mempunyai simpanan, tidak mempunyai tempat, tidak mempunyai rahasia-rahasia, dan tidak mempunyai hakikat-hakikat yang menyelamatkanmu dari takdir Allah.

 

PRINSIP DASAR KEHENDAK menurut mazhab sufi sejatinya terdirj atas empat hal: benar di dalam menghamba kepada Allah (ubudiyah), meninggalkan ikhtiar disertai dengan rububiyyah, mengamalkan ilmu dalam segala hal, dan lebih mengutamakan cinta kepada Allah daripada cinta terhadap selain-Nya.

 

Kejujuran (ash-shidq) berdasarkan empat prinsip dasar, yaitu kagum, cinta, malu, dan takut. Meninggalkan ikhtiar berasaskan pada empat prinsip dasar, yaitu penyaksian dalam geganggaman Allah, mencapai hakikat di sisi-Nya, membenarkan dan yakin dengan jaminan dan janji Allah. Adapun mencari ilmu terdiri atas empat prinsip dasar, yaitu dengan jalan isyarat, jalan tatap muka, jalan pemahaman, dan jalan pendengaran.

 

Mementingkan cinta pada Allah juga berdasarkan kepada empat prinsip dasar, yaitu lebih memilih yang wujud (Allah) daripada makhluk, lebih memilih sifat-sifat-Nya dengan bersikap baik terhadap semua yang makhluk, lebih memilih ketentuan-Nya dan merelakan apa saja yang hilang atas kehendak-Nya, serta lebih memilih untuk dicintai oleh-Nya daripada mencintai dirimu sendiri.

 

Prinsip-prinsip di atas berlaku bagi orang yang mampu melaksanakannya. Sementara itu, bagi orang yang belum mampu melaksanakannya maka carilah mursyid yang mampu membim bingmu menuju prinsip tersebut.

 

Beberapa ulama menyatakan, “Orang yang keinginannya belum benar, maka landasilah segala urusannya dengan ilmu sehingga terhindar dari kebodohan. Apabila tidak berdasarkan ilmu, maka dari hari ke hari keadaannya semakin menjauh dari Allah swt.”

 

Orang yang ingin kehendaknya benar, landasilah urusannya berdasar ilmu dengan cara menjauhi kebodohan. Serta dengan cara berpaling dari dunia dan tetap mengarah pada akhirat. Teruslah berkhalwat dan senantiasa berzikir, dari sana akan muncul tandatanda keistimewaan, yakni munculnya cahaya dan kemuliaan yang tampak di wajah. Semua manusia akan menghormati dan memuliakannya, baik itu laki-laki maupun perempuan, baik orang kota maupun orang desa.

 

Mereka bersegera menuju kemuliaannya, memperoleh keselamatan, serta mendapat keagungan. Apabila mereka menerima kehormatan dan kemuliaan tersebut sebelum adanya kemungkinan dan keyakinan, maka posisinya telah jatuh di mata Allah. Kemudian, dia melakukan perbuatan yang tidak menentu, kadang memuji, mencela, melakukan tipu daya, memalingkan diri, atau marah.

 

Kalau sudah seperti ini, muncul cela dalam dirinya karena dia telah berpaling dari Tuhannya dan menolak kasih-Nya dengan mencintai dirinya sendiri. Berhati-hatilah kalian semua dengan penyakit yang sangat berbahaya ini. Sungguh banyak manusia telah binasa karena penyakit ini. Allah swt. berfirman,

 

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101)

 

Aku bermaksud memanggil orang yang berbuat zalim untuk bertobat, tetapi aku tidak jadi melakukannya. Kemudian, aku bermimpi bertemu guruku ra., beliau berkata kepadaku, “Sungguh Allah belum berkehendak untuk membuatnya celaka. Memohon agar musuh celaka atau meminta kemenangan untuk para wali, adalah termasuk syahwat yang sulit disadari. Orang yang menganiaya orang lain karena melawan kehendak Allah, kemudian dia mengikuti syahwat jiwa dan hawa nafsunya, sungguh Allah memerintahkan dan melarang sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah, .

 

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (QS. al-Ahgfaf [46]: 35)

 

Selain itu juga terdapat firman Allah swt. yang lain,

 

“Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Had [11]: 49)

 

Iman itu mengpanti sifat-sifat diri dengan sifat sifat Allah, menghapus asma pada diri dengan asma Allah, dan memisahkan dzat-dzat (diri) untuk mencapai sifat yang dimiliki Yang Mahaawal dan Mahaakhir, dan Yang Mahazahir dan Mahabatin. Segala hal yang pada awalnya bersama-Nya, pada akhirnya dia akan tetap bersama-Nya.

 

Segala hal yang bersama-Nya secara zahir, akan tetap bersama-Nya secara batin. Segala hal yang ada pada makhluk, itu karena Allah yang membuatnya ada. Begitu juga dengan apa yang dihapus, itu berdasarkan kehendak dan keinginan-Nya.”

 

Dalilnya terdapat pada firman Allah,

 

“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul kitab dauhulmahfuz).” (QS. ar-Ra’d [13]: 39)

 

Al-Quran sebagai ummul kitab adalah ilmu yang pertama. Ilmu tersebut menjadi sumber bagi semua ilmu dan kitab-kitab lainnya.

 

ISLAM DIREALISASIKAN DENGAN bersyukur kepada Allah, sehingga Allah akan membalas syukurmu. Tidak ada Islam jika disertaj dengan kemunafikan, sehingga orang-orang berterima kasih kepadamu. Tidak ada kebaikan dalam diri mereka apabila berteman dengan orang-orang yang tercela saat ini. Memelihara kemunafikan hukumnya tercela di dunia dan diazab di akhirat. Akan tetapi, ada kemungkinan orang yang munafik mendapatkan pengampunan dari Allah.”

 

Allah swt. berfirman,

 

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang . benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima tobat mereka.” (QS. al-Ahzab [33]: 24)

 

Amal perbuatan yang berdasarkan ajaran Islam, tetapi terdapat kemunafikan dalam amal perbuatan tersebut, hal tersebut justru lebih buruk dibandingkan ketidakrelaan dan keraguan terhadap ketentuan Allah.

 

Orang yang tidak rela dan ragu terhadap ketentuan Allah bisa mendatangkan maksiat, tetapi masih bisa diharapkan untuk bertobat. Sementara orang yang munafik dalam berislam dan mengaku beragama Islam, dia akan sulit untuk bertobat dari perbuatan tersebut. Allah sudah mengetahuinya.

 

TAUHID ADALAH CAHAYA yang meniadakanmu dari orang lain, dan meniadakan orang lain darimu.

 

Tauhid merupakan rahasia Allah, kejujuran adalah pedangnya, dan yang membentangkan pedang tersebut adalah Allah, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini,

 

“Dengan menyebut nama Allah dan dengan kasih sayang-Nya apa yang dikehendaki Allah maka terjadi, kalau Allah belum berkehendak maka tidak akan jadi. Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan pertolongan Allah.”

 

Aku mempunyai seorang sahabat, beliau sering sekali datang kepadaku dengan ketauhidannya. Aku melihatnya di dalam mimpiku lantas aku berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdullah, jika kau menghendaki sesuatu yang sempurna, maka hendaknya perpisahan ada pada lidahmu dan penyatuan ada pada hatimu (sirr).”

 

Cahaya-cahaya Yang Mahabenar itu ada empat: tauhid, cinta, iman, dan ridha. Orang yang bergantung pada nama nama Allah, tetapi melalui makhluk-Nya, batinnya telah berbuat syirik. Lalu bagaimana orang yang bergantung dengan hal-hal yang ada dalam dirinya? Di manakah kau dalam bertauhid yang benar, yang terlepas dari ketergantungan kepada Allah dan makhluk-Nya?

 

Segala hal yang mendatangkan nikmat atau yang mencegah kesengsaraan, maka ia adalah penghalang bagi penyatuan terhadap Dzat (tauhid). Orang yang diliputi oleh salah satu sifat-sifatNya, maka ia tidak akan bergantung pada asma dan sifat yang lain. Janganlah engkau membiarkan sesuatu menjadi milikmu, padahal itu bukan milikmu. Janganlah engkau sekali-kali mengharapkan anugerah Allah yang diberikan kepada orang lain. Jadikanlah ibadahmu sebagai bentuk kepasrahan diri dan sikap menerima terhadap apa yang diberikan kepadamu, juga dengan selalu berprasangka baik terhadap Allah atas apa yang engkau terima, serta selalu menyibukkan diri dengan sesuatu yang lebih baik.Allah swt. berfirman,

 

“Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yasuf [12]: 40)

 

Semua ini ditujukan kepada ahli makrifat yang telah melalui beberapa tingkatan (maratib), maqam, dan derajat, serta kondisi spiritual (ahwal). Adapun mereka yang termasuk dalam golongan yang masih berusaha, masih mencari keutamaan, mencari beribadah dengan gerakan, ucapan, dan perbuatan, maka mereka masih jauh dari hal yang telah disebutkan. Mereka akan kembali kepada batas mereka, dan pahala mereka dari Allah tidak akan dikurangi.

 

Jika mereka tidak berbicara berlebihan dan selalu terikat dengan shalat dan puasa, juga selamat dari hasrat dengan menundukkan kepala, lalu memilih menyibukkan diri dengan berzikir, maka ketaatan mereka lebih banyak dibandingkan kesalahan mereka saat melakukan maksiat. Cukuplah apa yang tampak dari mereka. Mereka diwajibkan untuk taat dan melaksanakan perintah agar dapat melakukan kebaikan sesegera mungkin.

 

Orang yang menjaga diri dari syirik dalam tauhid dan menjaga mahabbah dalam hatinya, maka Allah akan menguatkannya dengan anugerah (madad) yang agung di kehidupannya. Dia juga tidak akan terhalang dari Allah dan niatnya akan selalu bersih. Orang yang lebih condong kepada jiwa-jiwa yang penuh syahwat, maka anugerah dari Allah juga akan terlambat mendatanginya sesuai dengan fitrahnya. Ini adalah keterangan dari Allah bagi orang yang selalu waspada dari kelalaian-kelalaian. Allah swt. berfirman,

 

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (QS. asy-Syams [91]: 7—8)

 

Maka takutlah kalian kepada Allah dari mencampurkan kemusyrikan ke dalam tauhid. Bertauhidlah kepada-Nya, dan jangan berpisah dengan-Nya. Jauhilah syirik dari tauhid dan mahabbah,, apa pun syahwat yang memengaruhinya. Orang yang menyembah Allah dengan rasa takut, karena keagungan-Nya, dan takut karena berhati-hati akan nikmat-nikmat-Nya, maka dia aman dari cobaan-Nya yang besar. Rasulullah saw. bersabda,

 

“Barang siapa mengingat Allah di waktu lapang (senang), maka Allah bersamanya di waktu susah.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Tirmidzi)

 

Kezaliman yang terlihat adalah cinta kepada selain Allah. Sementara kezaliman yang tidak terlihat adalah menyekutukan Allah. Rahasianya terlempar dan menjauh dari Allah. Inilah kehidupan bagi hamba yang berbuat syirik dalam mengesakan Allah. Kehidupan ini nantinya akan menjalar kepada sifat-sifat, langkahlangkah, dan amal perbuatan. Aku berdoa,

 

“Ya Allah hamba berlindung kepadamu dari perbuatan syirik yang tauhid tidak akan pernah bersamanya, iman sama sekali tidak menemaninya, dan tidak ada kebaikan sama sekali yang mengikutinya. Ampunilah hamba dari dosa-dosa selain syirik. Sungguh Engkau adalah Maha Penjamin sesuai dengan kehendak jaminanmu.”

 

Berdaganglah kalian semua, supaya kalian mendapatke keuntungan. Berhati-hatilah ketika kalian berdagang, kalau tid: berhati-hati maka kalian semua bisa merugi dan tercela. Pedagang adalah orang yang beribadah kepada Allah dengan hakikat-hakikat tauhid dan iman. Orang yang beruntung adalah orang menguntungkan dirinya sendiri dengan cara membersihkan diri dari kesyirikan dan kekufuran. Allah swt. berfirman,

 

“Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. az-Zumar [39]: 11)

 

Sampai pada firman Allah swt. Surah az-Zumar ayat 15,

 

“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. az-Zumar [39]: 15)

 

Keluargamu adalah Nabi Adam as., Hawa, Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa as., Nabi Muhammad saw., dan istri-istri beliau. Mudah-mudahan Allah memberikan kasih sayang-Nya kepada mereka semua. Allah swt. berfirman,

 

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. al-Ahzab [33]: 6)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 68)

 

Orang yang rugi adalah orang yang menyekutukan Allah dan keesaan-Nya. Allah berfirman,

 

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

 

Begitu juga orang yang telah menyekutukan peribadatan kepada Allah dengan sesuatu yang lain. Sembahlah Allah swt. dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah berfirman,

 

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. al-Kahfi [18]: 110)

 

PENGHAMBAAN ADALAH INTI sari yang Allah gunakan untuk menampakkan ketuhanan.

 

Penghambaan adalah menjalankan semua perintah, menjauhi semua larangan, dan menanggalkan syahwat serta kehendak pada saat pembuktian dan penyaksian batin.

 

Ketika Allah ingin memuliakan, baik gerak maupun diam hamba-Nya, maka Allah menganugerahkan kepadanya peribadatan karena Allah, serta menutup keinginan dan nafsunya. Oleh karena itu, ia senantiasa berada pada kehambaannya. Hasrat dan nafsunya tertutup bersama takdir yang ditetapkan kepadanya. Ia tidak lagi memandang keinginan dirinya, seakan ia disibukkan oleh hal lain.

 

Jika Allah ingin merendahkan hamba-Nya dalam setiap gerak dan diamnya, maka Allah menumbuhkan keinginan-keinginan nafsunya, tetapi menutup penghambaan darinya. Dia senantiasa berada dalam syahwatnya, sedangkan penghambaan kepada Allah hilang dari dirinya, meskipun secara lahir, ada aspek penghambaan yang ia lakukan.

 

Hal tersebut merupakan bentuk penghinaan Allah kepada hamba-Nya dan penguasaan Allah atasnya. Adapun dalam kebenaran dan kekuasaan Allah yang agung, segala bentuk keinginan dan hak pribadi memiliki derajat yang sama, menurut orang yang memiliki mata batin. Karena semuanya sesuai kehendak Allah, baik Allah mau mengambil atau meninggalkannya.

 

DERAJAT WALI ITU ada empat, yaitu derajat kedekatan, derajat kepemilikan, derajat hak, dan derajat khusus.

 

Wali itu dilindungi dari empat hal: pikiran dan perasaan waswas ketika shalat, ketika berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah, ketika mendapatkan ujian yang berat, dan ketika ujian berat tersebut hilang. Keempat hal ini tidak terlintas dalam benak dan hati mereka, juga mereka tidak bergantung kepada sesuatu selain Allah swt. Kemudian, hati mereka terjaga kecuali dari empat macam, yaitu dari akhirat dan kebalikannya, dari mengingat para wali dan yang berseberangan dengan mereka, dari mengingat ketaatan dan kebalikannya, serta mengingat keimanan dan halhal sebaliknya.

 

Hati terjaga dari semua pikiran yang terlintas, kecuali dari empat hal tersebut. Keempat hal tersebut dapat digunakan untuk melakukan penghambaan tanpa munculnya hal-hal yang berlawanan darinya. Bagaimana bisa hal tersebut tidak ada padamu, sedangkan risalah Tuhan yang disampaikan melalui lisan nabi kita dipenuhi oleh hal-hal yang disebutkan tadi?

 

Janganlah engkau berselisih paham dalam mempertahankan sesuatu pada bab ini. Berikanlah hak etika seperti yang terlintas di dalam hatimu. Mohonlah perlindungan kepada Allah dan tawakal kepada-Nya karena Allah menyukai orang-orang yang berpasrah diri.

 

Kau harus bertaqwa pada tiga hal, yaitu taqwa dalam tekad yang bulat, taqwa dalam menetapkan, serta taqwa dalam mengubah posisi dan tempat. Tawakal adalah modal bagi amal perbuatan di mana zuhud menjadi dasarnya. Arti dari taqwa di dalam tekad yang kuat adalah kau bertekad untuk melakukan sesuatu yang baik dan tidak melakukan sesuatu yang buruk. Kemudian, dengan ketaqwaanmu, kau memutuskan akan melakukan perbuatan sesuaj niatmu atau meninggalkannya.

 

Secara zahir dan batin, engkau akan mendapati keadaankeadaan seperti perasaan mulia, hina, kaya, miskin, sehat, sakit, sengsara, nikmat, dan sebagainya, yang termasuk keadaan lahiriah. Adapun keadaan-keadaan batiniah ialah seperti al-qabdh dan al-basth, khauf dan raja’, sombong dan rendah hati, takut fakir dan kaya, dan semua hal yang bertentangan.

 

Maka dari itu, berikanlah hak taqwa dalam berbagai keadaan batiniah dan sifat-sifat dengan cara mengubah satu usaha dengan usaha lain, juga dari satu tempat ke tempat lain. Perhatikan firman Allah swt.,

 

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki . dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. at-Thalaq [65]: 2—3)

 

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. atThalaq [65]: 4)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. at-Thalaq [65]: 5)

 

Oleh karena itu, terapkanlah wejangan tersebut dengan penuh pemahaman. Letakkanlah ketaqwaan pada tempatnya, maka kau akan melihat keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia Allah. Allah berfirman,

 

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. (QS. at-Thalaq [65]: 3)

 

Allah akan mencintai orang yang zuhud di dunia. Orang yang dicintai Allah swt., Dia akan mencukupkannya dan menjadi jaminan untuknya. Allah akan selalu menjaga, melindungi, menanggung, dan membentenginya. Allah swt. berfirman,

 

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. atThalaq [65]: 4)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. at-Thalaq [65]: 5)

 

Oleh karena itu, terapkanlah wejangan tersebut dengan penuh pemahaman. Letakkanlah ketaqwaan pada tempatnya, maka kau akan melihat keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia Allah. Allah berfirman,

 

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. (QS. at-Thalaq [65]: 3)

 

Allah akan mencintai orang yang zuhud di dunia. Orang yang dicintai Allah swt., Dia akan mencukupkannya dan menjadi jaminan untuknya. Allah akan selalu menjaga, melindungi, menanggung, dan membentenginya. Allah swt. berfirman,

 

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Quran).” (QS. az-Zukhraf [43]: 36)

 

Baik berpalingnya itu satu jiwa atau dua jiwa, satu masa atay dua masa, serta satu jam atau dua jam. Kemudian Allah berfirman,

 

“Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS. az-Zukhrif [43]: 36—37)

 

Timbanglah dirimu dan hiasi dengan shalat, kecintaan manusia kepadamu, dan berpalingnya mereka darimu. Timbanglah dengan al-faqd dan al-wajd di dalam keadaan lahir dan batinmu. Jika sesuatu terlintas di dalam benakmu, kemudian kau merasa tenang, bahagia, duka, tertarik padanya, dan hal yang serupa dengan itu, maka itu adalah aib yang akan menjatuhkanmu dari derajat kewalian yang paling agung dan tingkat kebenaran yang paling luhur.

 

Mudah-mudahan kau beruntung berada pada derajat kewalian yang paling dasar, dalam tingkatan keimanan, bertambahnya amal perbuatan, dan terhindar dari waswas serta kekhawatiran. Engkau dianggap berada di langit dunia serta dekat dengan para setan dan hawa nafsu. Mereka mencuri, memengaruhi, dan mengajakmu.

 

Apabila kau menguatkan dirimu dengan bintang-bintang ilmu, planet-planet keyakinan, dan selalu memelihara diri, maka tercapailah kewalianmu dengan sempurna. Kalau kau tidak memperkuat dirimu dengan hal tersebut, kau adalah orang yang gagal mencapai kewalian pada satu sisi, dan pada sisi lain kau mendapat pahala sebagai orang bersungguh-sungguh di jalan Allah.

 

Orang yang memuliakan pemberian-pemberian Allah, rela atas ketetapan Allah, sabar ketika ditimpa cobaan, tawakal kepada Allah ketika berada dalam kesulitan, dan kembali kepada-Nya ketika menghadapi malapetaka, lalu keempat perkara tadi keluar dari perbendaharaan amal di dalam mujahadah, mengikuti sunah, dan mencontoh para imam (ulama), maka kesetiaannya kepada Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman telah benar. Allah swt. berfirman,

 

“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orangorang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.” (QS. alMAaidah [5]: 56)

 

Namun, jika keempat hal tersebut keluar dari perbendaharaan anugerah dalam cinta, maka sempurnalah perlindungan Allah untuknya, sebagaimana firman Allah swt.,

 

“Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS. al-A’raf [7]: 196)

 

Bedakanlah antara dua wildyah, yaitu hamba yang setia (berusaha meraih wildyah) pada Allah, dan hamba yang diberi pertolongan (wildyah) oleh Allah. Perbedaan kedua wilayah tersebut adalah antara al-wilayah as-sughra dan al-wilayah al-kubra. Wilayah (yang berupa kesetiaan) kau berikan kepada Allah dengan cara mujdhadah (bersungguh-sungguh ibadah kepada-Nya), wildyahmu terhadap utusan Allah bermula dengan cara mengikuti sunahnya, dan wildyah-mu kepada orang-orang beriman dengan cara mengikuti teladan mereka. Pahamilah hal tersebut dari firman Allah swt.,

 

“Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orangorang yang beriman menjadi penolongnya…” (QS. al-Maidah [5]: 56)

 

Seorang wali mendapatkan berita bahwa, “Kami telah memberimu teman berupa keselamatan dan kami telah menggugurkan dunia dari dirimu, maka berbuatlah semaumu.”

 

TERUSLAH BERADA DALAM keadaan suci dari syirik. Setiap kali berhadas, hendaknya kau langsung bersuci. Jangan sekali-kali menyekutukan Allah dengan sesuatu. Teruslah menjaga kesucian dari kotoran berupa cinta kepada dunia. Setiap kali engkau cenderung mengikuti syahwat, maka perbaikilah dengan cara bertobat atas apa yang engkau rusak atau hampir merusaknya dengan hawa nafsu.

 

Senantiasalah berada dalam cinta kepada Allah yang dibalut dengan pengagungan dan kesucian. Habiskanlah minumanmu, baik dalam keadaan mabuk maupun sadar. Jika engkau sadar kembali, minumlah hingga mabuk dan sadarmu ada bersama-Nya, hingga kau mengalami ghaibah (melebur) dengan keelokan-Nya, lepas dari cinta, anggur, minuman, dan gelas-Nya karena disilaukan oleh cahaya keindahan-Nya dan kesucian keagungan-Nya yang sempurna. Mudah-mudahan saja aku sedang berbicara kepada orang yang tidak mengetahui apa itu cinta, minuman (anggur), bejana, sadar, dan mabuk.

 

Kemudian, seseorang menimpalinya, “Benar, banyak sekali orang tenggelam dalam sesuatu, tetapi ia tenggelam bukan karena sesuatu itu. Maka dari itu, aku mohon kepadamu untuk memberitahuku sesuatu yang tidak diketahui, atau menyadarkanku akan anugerah yang diberikan kepadaku yang telah aku lalaikan.”

 

Sebaik-baik cinta yang diberikan Allah adalah hati yang cinta terhadap sesuatu yang diperlihatkan kepadanya; cahaya keindahan, sucinya kesempurnaan, dan keagungan-Nya.

 

Minuman cinta adalah menyatukan satu sifat dengan sifat lain, akhlak dengan akhlak, cahaya dengan cahaya, asma dengan asma, sifat dengan sifat, dan perbuatan dengan perbuatan. Bagi orang yang dikehendaki Allah, penglihatannya dapat menjadi luas. Meminum (anggur cinta kepada-Nya) dapat menyegarkan hati, sendi-sendi, dan nadi-nadi. Ia meminumnya hingga mabuk. . Kesempurnaan dalam meminum anggur cinta dilakukan dengan peleburan diri setelah sebelumnya melakukan pelatihan dan penyucian jiwa.

 

Dengan demikian, masing-masing orang meminum sesuai kadarnya. Sebagian dari mereka ada yang meminum tanpa perantara sehingga Allah sendiri yang memberikannya (minuman cinta tersebut). Sebagian ada yang meminum dengan menggunakan mediator seperti malaikat, ulama, dan dari orang-orang yang dekat dengan-Nya. Sebagian yang lain mabuk dengan hanya melihat cawan. Padahal, dia belum mencicipi anggur tersebut. Lantas, bagaimana jika ia telah mencicipi, meminum, dan merasakan kesegarannya, lalu mabuk kepayang karenanya? Jika keadaan setelah mabuk adalah demikian, maka begitu juga dengan keadaan sadar.

 

Gelas atau cawan digunakan untuk mengetahui Yang Mahabenar. Kau dapat mengetahui makrifat karena minuman yang suci, murni, dan bersih. Tentunya bagi hamba-hamba-Nya yang istimewa dan yang dikehendaki-Nya. Ada kalanya orang yang meminum menggunakan cawan itu untuk menyaksikan-Nya dalam rupa bentuk, ada yang dalam rupa makna, juga ada yang berupa pengetahuan.

 

Bentuk (sarah) adalah bapian yang dilihat dan dirasakan raga dan jiwa. Rupa makna adalah yang dirasakan hati dan akal. Sementara pengetahuan adalah yang dirasakan oleh roh dan asrar (relung hati terdalam).

 

Sungguh luar biasa minuman tersebut, sungguh nikmat rasanya. Maka sangat beruntung orang yang sudah meminum, selalu meminum, dan tidak pernah terputus darinya. Mari kita memohon kepada Allah swt. atas karunia-Nya. Allah berfirman,

 

“Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah [5]: 54)

 

Terkadang, sekelompok pencinta Allah (muhibbtin) meminum dari satu cawan, sedangkan kelompok lainnya meminum dari beberapa cawan. Satu orang bahkan ada yang meminum dari satu dan beberapa cawan. Minumannya pun berbeda-beda tergantung jumlah dan bilangan cawan tersebut. Satu minuman kadang berbeda dari cawan lainnya meskipun yang meminumnya adalah sekelompok pencinta Allah dengan jumlah yang banyak.

 

Ada yang bertanya padaku tentang mahabbah, aku jawab, “Mahabbah adalah anugerah Allah bagi hati hamba-Nya agar berpaling dari semua hal selain diri-Nya. Dengan mahabbah, jiwa selalu condong akan ketaatan kepada Allah, akal akan terjaga dengan makrifat kepada-Nya, roh selalu berada di hadapan-Nya, dan sir selalu tenggelam dalam penyaksian (musyahadah) terhadap-Nya.

 

Setelah itu, jika hamba meminta tambahan minuman tersebut, maka dia akan diberikan minuman yang lebih lezat dan lebih nikmat dibandingkan kenikmatan munajatnya. Lantas dia mengenakan pakaian kedekatan (qurbah) dengan Allah. Dia juga akan menyentuh hakikat-hakikat yang diibaratkan perawan dan ilmu-ilmu yang diibaratkan sebagai janda.

 

Oleh karena itu, mereka mengatakan, “Para wali Allah diibaratkan para pengantin yang tidak bisa dilihat oleh orang-orang jahat.” Ada orang yang bertanya kepadanya, “Aku telah mengeta~ hui cinta, lantas apakah minuman cinta itu? Apakah cawan cinta tersebut? Bagaimana rasanya? Apa yang dimaksud dengan sang pemberi minum, anggur, kesegaran, mabuk, dan sadar?”

 

Ia menjawab, “Seagung-agungnya minuman adalah cahaya yang memancar dari keindahan (Dzat) yang dicintai. Cawan adalah rahasia (ilahi) yang disampaikan oleh mulut menuju ke hati. Sang pemberi minum adalah (Dzat) yang mengatur dan bersama orang-orang pilihan dan hamba-Nya yang saleh.

 

Allah mengetahui kadar makhluk-Nya dan kebaikan. kekasihkekasih-Nya. Maka orang yang dibukakan kepadanya keindahan Dzat-Nya, dan ia mendapatkan sesuatu darinya meski satu napas atau dua napas, lalu terangkatlah daripadanya hijab (penutup), maka dia telah mencicipi rasa minuman dan menjadi pencinta Allah. Siapa yang terus-menerus berada pada keadaan itu walau satu jam atau dua jam, maka dia telah menjadi sebenar-benarnya peminum anggur kenikmatan ilahi.

 

Siapa yang melanjutkan hal tersebut dan senantiasa meminumnya sehingga keringat dan sendi-sendinya dipenuhi oleh cahaya Allah, hal itu disebut kesegaran. Jika itu terjadi, dia mungkin mengalami ghaibah dari apa yang dirasakan pancaindra atau dialami oleh akal, sehingga dia tidak lagi mengetahui apa yangtelah dan akan dikatakan. Keadaan tersebut dinamakan mabuk.

 

Mereka terkadang dikelilingi oleh cawan-cawan, serta kondisi batin mereka pun berbeda-beda dalam melakukan zikir (kepada Allah) dan ketaatan. Mereka juga tidak terhalang dari sifat dan kemampuan manusia. Kondisi tersebut terjadi pada saat mereka sadar, di mana pandangan dan pengetahuan mereka meluas dan bertambah. Mereka menjadikan bintang bintang pengetahuan dan rembulan tauhid sebagai petunjuk di saat malam. Mereka menjadikan matahari-matahari makrifat sebagai cahaya di siang hari.” Allah swt. berfirman,

 

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah (golongan Allah) itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. al-Mujadalah [58]: 22)

 

Siapa saja yang mencintai Allah dan mencintai karena Allah, maka sempurnalah wilayah-nya. Orang yang mencintai atas dasar hakikat adalah orang yang hatinya tidak diperuntukkan kepada selain kekasihnya. Orang itu juga tidak memiliki kehendak selain kehendak-Nya. Maka orang yang telah dikaruniai wildyah dari Allah, dia tidak akan bosan bertemu dengan-Nya. Ia mengetahui hal tersebut dari firman Allah berikut ini,

 

“Jika kamu mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS. al-Jumu’ah [62]: 6)

 

Dengan demikian, scorany wali yang hakiki tidak membenci jika kematian ditampakkan kepadanya. Allah telah mencintaj orang yang tidak memiliki kekasih selain-Nya. Dia mencintai orang yang tidak mencintai hawa nafsunya sama sekali. Orang yang telah merasakan nikmatnya dekat dengan Tuannya (Allah) akan kecanduan bertemu dengan-Nya.

 

Cinta kepada-Nya diwujudkan dalam kecintaan terhadap sepuluh kelompok orang, yaitu (1) Rasulullah saw., (2) Abu Bakar ash-Shiddigq, (3) Umar al-Farugq, (4) para sahabat, (5) para tabiin, (6) para wali, (7) para ulama yang memberi petunjuk ke jalan Allah, (8) para syuhada, (9) orang-orang saleh, (10) dan orangorang mukmin. Ada sepuluh hal yang terpecah setelah iman, yaitu sunah, bid’ah, hidayah, kesesatan, taat, maksiat, keadilan, kezaliman, takut, dan kebatilan.

 

Setelah itu, engkau akan dapat membedakan sesuatu, adakalanya kau mencintai, kadang pula kau membenci, kau mencintai karenanya, dan kau membenci karenanya, pada saat.itu kau sudah tidak peduli di mana kau berdada. Kadang dua sifat tersebut terkumpul dalam dirimu yang tertuju pada satu orang dan engkau harus menjalankan keduanya secara keseluruhan. Jika cinta kepada Allah telah jelas dinyatakan terhadap sepuluh kelompok yang disebutkan, maka engkau harus melihat apakah dalam cinta tersebut masih terdapat pengaruh dari hawa nafsu?

 

Lihatlah kecintaanmu terhadap orang-orang yang masih hidup, seperti saudara-saudaramu yang shadiq (jujur), para Imam yang saleh, ulama yang diberi petunjuk, dan seluruh orang yang hadir, yang tidak ada di hadapanmu atau yang telah wafat. Jika engkau mendapatkan hatimu tidak lagi bergantung kepada mereka yang hidup sebagaimana tidak bergantung kepada mereka yang telah mati, maka cinta yang engkau miliki telah terbebas dari hawa nafsu dan kecintaanmu karena Allah telah benar. Namun, jika kau mendapati hatimu masih bergantung kepada seseorang yang kau cintai atau sesuatu yang kau cintai, maka kembalilah kepada ilmu, sempurnakanlah perhatianmu kepada lima dasar, yaitu wajib, sunah, makruh, yang terlarang, dan mubah.

 

Sifat-sifat perindu antaranya adalah selalu memikirkan, sering mengingat, sedikit berkata dan selalu diam, tidak takut, tidak berharap, tidak mendengar ketika dipanggil, serta tidak melihat ketika dilihat. Sedangkan cinta adalah rahasia yang ada dalam hati yang datang dari kekasih (Allah). Jika ia tetap dalam hati, ia akan memutusmu dari selain-Nya.

 

Hakikat cinta adalah melihat kekasih secara jelas, dan kesempurnaannya adalah ketika engkau merasa tersesat dan menghilang di setiap waktu. Cinta ada pada memahami, maka siapa yang mencintai Allah, maka dia akan memahami-Nya dalam segala sesuatu.

 

Seorang pencinta yang hakiki adalah orang yang tidak memiliki kuasa terhadap hatinya, kecuali untuk kekasihnya. Ia juga tidak memiliki kehendak, kecuali bersama kehendak-Nya. Janganlah engkau berhubungan dengan kekasih sementara engkau masih ada yang menemani di dunia. Jika Dia menghalangimu dari apa yang engkau cintai dan mengembalikanmu kepada apa yang Dia cintai, maka itu adalah pertanda kecintaan-Nya kepadamu.

 

MAKRIFAT ADALAH SESUATU yang membuatmu terputus darj segala sesuatu selain Allah dan mengembalikanmu kepada-Nya. Ada dua hal yang dapat memudahkan jalan menuju Allah, yaitu – makrifat dan cinta. Sementara itu, cintamu kepada sesuatu selain Allah sejatinya membuatmu tuli dan bisu.

 

Ketahuilah Allah, mintalah rezeki kepada-Nya sesukamu tanpa terpaku melakukan hal yang haram dan mengharap kepada hal yang halal. Rajinlah beribadah kepada-Nya dan jangan sekali-kali mengkhianati amanah-Nya. Sembahlah Allah dengan keyakinan, maka engkau akan menjadi salah satu imam agama.

 

Tingkatkanlah pengetahuanmu dari ilmu orang awam menuju ilmu tertentu, niscaya engkau termasuk golongan orang-orang yang mewarisi pengetahuan. Engkau memiliki panutan dalam diri para rasul yang berbentuk nyata dalam diri para nabi. Siapa Saja yang menisbatkan, menyandarkan, mencintai, membenci, menampakkan cintanya, mendekat, takut, berharap, tenang, atau merasa aman dari sesuatu yang selain Allah, atau melanggar satu batas dari batasan-batasan-Nya, maka dia adalah orang yang zalim. Seorang yang zalim tidak akan menjadi imam.” Allah berfirman,

 

“Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan aku mohon juga) dari keturunanku’, Allah berfirman, Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.” (QS. al-Baqarah [2]: 124)

 

Orang yang membenarkan Allah dalam dirinya adalah imam, baik riwayatnya (tentang hadis) sedikit maupun banyak. Siapa yang telah menjadi imam, maka tidaklah penting jika dia hanya memiliki satu umat meskipun pengikutnya berjumlah sedikit. Bagaimana engkau makrifat, sementara Dzat Allah yang denganNya segala bentuk kemakrifatan dapat diketahui? Bagaimana engkau mengetahui sesuatu, sementara keberadaan Dzat-Nya mendahului keberadaan segala sesuatu?

 

Ada yang berkata bahwa hakikat makrifat adalah mencukupkan diri dengan Allah dari seluruh manusia di dunia. Jika ada yang menanyakan kepadamu, “Lantas bagaimana dengan Allah yang menjadikan nabi-Nya membutuhkan musuh-Nya?” Maka jawabannya, “Karena itu, lihatlah kembali bagaimana engkau mencukupkan diri dari segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, tetapi tetap membutuhkannya. |

 

Orang yang membutuhkan satu bagian dari langit dan dunia, . maka Dzat yang mengangkat langit akan menghalanginya untuk jatuh di atasmu dan mencegah bumi menelanmu. Dia-lah yang menolak bahaya dari potongan tersebut sehingga tidak mengenaimu tetapi mendatangkan apa yang bermanfaat bagimu. Allah lebih engkau butuhkan dalam segala hal. Sembahlah Allah, hingga Dia benar-benar membuatmu cukup dari apa pun selain-Nya. Ini merupakan makna dari firman Allah berikut ini,

 

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan mendatangimu.” (QS. al-Hijr [15]: 99)

 

Yakin dalam ayat tersebut adalah menyaksikan Allah secara jelas dan nyata (al-‘iyan), sehingga engkau tidak lagi membutuhkan bukti lain (burhan). Dengan begitu, kelalaian dan lupa akan menghilang darimu. Allah swt. berfirman,

 

“Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Yanus [10]: 30)

 

Aku lantas bertanya, “Lalu bagaimana aku menyembah-Mu dalam segala sesuatu?” Dijawab, “Dengan cara bersungguh-sungguh melakukan ketundukan tanpa berat hati, memuji tanpa celaan, dan meminta petunjuk tanpa kebohongan. Ini adalah makna dari firman Allah berikut ini,

 

“Kemudian mercka tidak merasa dalam hatt mereka seauatu keberatan terhadap putusan yang kamu bertkan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 65)

 

Tunduk itu ada pada jasad, pujian ada pada lidah, dan meminta petunjuk ada pada hati.” Allah swt. berfirman,

 

“Dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Had [11]: 123)

 

Hakikat makrifat adalah ketika seorang arif (ahli makrifat) menyematkan sifat Allah yang:dia ketahui dengan segala sesuatu selain-Nya. Ini adalah kondisi di mana seorang hamba hanya mencukupkan diri dengan Allah. Dia hanya membutuhkan Allah, Tuannya.

 

Makrifat, cinta, kerinduan hati (mawajid), dan hakikat membuatmu berpaling dari tujuan-tujuan selain Allah, sifat-sifat yang melekat dan berbagai penyakit. Yakni, aib pada tujuan, kekurangan pada sifat, dan cacat pada penyakit.

 

Aku pernah sakit di Qairawan (Tunisia), lalu aku bermimpi bertemu Nabi saw. Ia berkata kepadaku, “Bersihkanlah bajumu dari kotoran, niscaya engkau akan mendapatkan pertolongan dari Allah di setiap napasmu.” .

 

Aku pun bertanya, “Lalu apakah pakaianku itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah memberimu pakaian makrifat, kemudian pakaian cinta, pakaian tauhid, pakaian iman, dan pakaian Islam. Orang yang makrifat kepada Allah, makg akan tampak hina segala sesuatu di hadapannya. Orang yang men cintai Allah, maka tampak akan kecil segala sesuatu di hadapannya, Orang yang mengesakan Allah, maka ia tidak akan menyekutukanNya dengan apa pun.

 

Orang yang beriman kepada Allah, maka ia akan terjaga darj segala sesuatu. Siapa yang tunduk kepada Allah, maka ia akan sedikit bermaksiat kepada-Nya. Jika ia bermaksiat, maka dia akan meminta ampunan, dan jika ia meminta ampunan, maka Allah akan mengampuninya.” Kukatakan lagi, “Aku memahami hal tersebut dari firman Allah,

 

‘Dan pakaianmu bersihkanlah.’ (QS. al-Muddatstsir [74]: 4).”

 

Suatu ketika aku berada di salah satu gua, aku bertanya, “Tuhanku, kapan aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?” Lalu terdengar suara yang menyahut dari dalam gua, “Jika engkau tidak melihat ada orang yang diberi nikmat selainmu di alam semesta, maka engkau telah menjadi seorang yang bersyukur.”

 

Aku kembali bertanya, “Lalu bagaimana dengan Nabi, ulama dan raja, yang diberi nikmat lebih besar dibandingkan aku?” Suara itu menjawab, “Sesungguhnya nabi dan ulama adalah nikmat Allah yang ia utus kepadamu. Seorang nabi menyampaikan syariat Allah kepadamu, sedangkan seorang raja dapat memperbaiki dunia dan membuat ibadahmu istiqamah. Semuanya adalah nikmat Allah untukmu.”

 

SAKINAH ADALAH HADIRNYA Allah Yang Mahabenar (al-Haq) tanpa ada sebab, dan kembali kepada yang Haqq tanpa ada keraguan, kecuali untuk terpenuhinya penghambaan. Maka saat itu bagian jiwa adalah khidmah (pelayanan kepada Tuhan), bagian hati adalah makrifat, bagian akal adalah tersingkapnya tabir ilahi (mukasyafah), dan bagian roh adalah cinta.

 

DIDIKAN DAN PEMBELAJARAN. diberikan Allah untuk orang yang memiliki bashirah (mata hati) dalam agama Allah. Dalam hal inj terdapat dua hal, satu aku jadikan. bagian untukmu, yang lainnya aku palingkan darimu. Maka orang yang disibukkan dengan keduanya atau salah satunya, maka pemahamannya sedikit, kebodoh. annya besar, akalnya tumpul, dan kelalaiannya semakin parah. Dia akan sedikit melirik orang yang dapat menyadarkannya.

 

Jika engkau didatangi kekasih baik dengan syariat atau tabiat, ataupun keduanya sekaligus, atau engkau sendiri datang kepada kekasihmu, maka hal tersebut termasuk ke dalam bagian yang pertama (tadib). Allah swt. menyatakan, “Jadilah wali-Ku terhadap apa yang aku tentukan untukmu, maka Aku akan memberikan rahmat-Ku kepadamu dari sesuatu yang Aku palingkan darimu berupa apa saja yang tidak engkau sukai. Dengan demikian, Aku membuatmu sibuk dengan apa yang utama untukmu dibandingkan apa yang dipalingkan darimu.

 

Aku akan membuatmu mencicipi manisnya keridhaan atas ketetapan-Ku sehingga apa yang engkau benci berubah menjadi sesuatu yang paling engkau cintai. Jika engkau tidak bersama-Ku dan tidak menyandarkan segalanya untuk-Ku atas apa yang telah Kuberikan padamu, maka Aku sendiri akan mewakilkannya kepadamu dalam apa yang telah dipalingkan darimu dan sesuatu yang tidak engkau sukai.”

 

Sesungguhnya, Allah akan kagum terhadap hamba yang bersungguh-sungguh dalam melupakan apa yang dipalingkan dayinya dan menolak apa yang semestinya ditolak. Maka beramallah karena Allah dengan penuh keyakinan dan teguhkanlah dirimu sebagaimana yang Dia perintahkan kepadamu. Hindarkan dirimu dari apa yang Allah larang. Allah berfirman,

 

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf [7]: 205)

 

Aku bermimpi sedang bersama dua orang sahabatku, sedangkan matahari terasa panas di atas kami seperti tengah terjadi gerhana. Tiba-tiba ada seseorang datang ke hadapanku dan berkata, “Jika terjadi gerhana matahari, maka sucikanlah anggota tubuhmu, lepaslah bajumu dan bersimbahlah di hadapan Tuhanmu dengan penuh ketakziman, tasbih (penyucian terhadap-Nya), tahmid. (pujian), rukuk, sujud, dan munajat yang baik kepada Raja yang patut disembah (Allah). Teruslah seperti itu sampai Dia mengampunimu hingga gerhana matahari selesai. Dengan demikian, engkau akan dapat melihat hal yang gaib dengan penglihatan mata yang sangat jelas.”

 

Kemudian beliau berkata, “Ajarkanlah adab dan ilmu kepada dua temanmu sebagaimana engkau telah mendapatkan adab dan ilmu.” Beliau juga berkata, “Sesungguhnya kita melihat menggunakan mata batin keimanan dan keyakinan, dan hal tersebut mencukupkan kita dari dalil dan bukti mana pun. Dengan mata batin sebagai dasar, kita dapat melihat makhluk-makhluk dengan baik. Apakah di dalam eksistensi ini terdapat hal selain Allah Yang Maha Memiliki dan Mahabenar (al-Maltk al-Haq)?”

 

Engkau pun tidak menemukannya, jika pun engkau harus mendapatkannya, maka engkau melihatnya seperti debu di udarg yang jika dilihat dengan saksama, engkau tidak menemukan apa pun. Hal-hal kecil apabila dibandingkan dengan sifat-sifat cahaya, ibarat bintang dengan rembulan. Dia ada, tetapi keberadaannya tidak dianggap penting. Meskipun demikian, bintang tetap dijadikan petunjuk di kegelapan malam. Allah berfirman,

 

“Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl [16] : 16)

 

Orang-orang yang mulia dibandingkan dengan selain mereka ibarat matahari dengan rembulan. Sementara itu, orang-orang seperti mereka itu sedikit jumlahnya. Allah berfirman,

 

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’ [34]:13)

 

Meski mereka yang bersyujur hanya sedikit, tetapi keberadaannya snagat bermakna. Seperti halnya matahari yang hanya satu, tapi cahayanya sangat berarti. Tidak seperti bintang yang banyak jumlahnya, tetapi cahayanya tidak terlalu berguna. Beginilah yang kita pahami dari contoh-contoh isyarat para nabi, rasul, orang-orang jujur, dan para wali Allah. Hal-hal yang serupa adalah hal-hal yang memiliki padanan dan kesamaan. Keserupaan tersebut sulit terjadi pada sesuatu yang tidak memiliki padanan dan kesamaan,

 

Namun, Allah tetap memberikan pemahaman kepada para salik, sehingga hati mereka merasa tenang terhadap apa yang mereka dengarkan. Bila kau ingin selalu melihat Allah dengan memakai mata hati iman dan keyakinan, maka bersyukurlah terhadap nikmat-nikmat-Nya dan ridha terhadap ketetapan-Nya. Allah berfirman,

 

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. an-Nahl [16]:53)

 

Jika engkau hendak mewakilkan atau menggantikan (niyabah) darimu, sembahlah Allah atas dasar cinta, bukan atas dasar seperti transaksi dagang, juga bukan atas dasar pengetahuan atas pengagungan dan penjagaan-Nya.

 

Jika hati telah dipenuhi oleh cahaya Allah dan hati diliputi oleh cahaya paling mulia, mata hatinya akan buta dari segala kekurangan dan cela yang ada pada hamba-hamba Allah yang beriman. Hal tersebut karena mereka mendapatkan pujian paling luhur yang tidak ada batasnya selama-lamanya. Jika seorang hamba tertutup dari cahaya paling luhur, dan terikat oleh cahaya paling rendah, maka cahaya tersebut akan berubah menjadi kotor seiring jalannya yang berliku dan penuh kegelapan. Maka cukuplah baginya jika ia melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

 

Aku bermimpi melihat nabi Adam as. sedang menoleh ke kanan dan kiri. Aku dibuat tertawa dan menangis sekaligus. Aku melihat ada surga di sebelah kanannya dan neraka di sebelah kirj. nya. Serta aku melihat manusia tengah merasakan kenikmatan dj surga tersebut dan disiksa di dalam neraka.

 

Ada yang mengatakan padaku, “Engkau mengetahui hakikat kanan dan kiri dari ayahmu, Adam. Kini engkau tinggal melihat hal yang lebih kanan dari kanan yang tadi, kiri yang lebih kiri, lebih atas di atas tadi, dan bawah di bawahnya bawah. Begitu juga alam barzakh yang tertinggi dan terendah, serta seluruh barzakh yang berasal darinya, yang menjadi pemisah antara Yang Haqq (Allah) dan makhluk.”

 

Telah hilang kebutaan dan datanglah penglihatan. Artinya, lihatlah kepada Allah yang memberimu petunjuk. Jika engkau melihat, maka engkau melihat karena-Nya. Jika engkau mendengar, maka engkau mendengar dari-Nya. Jika engkau berbicara, maka engkau berbicara berkat-Nya. Jika ada, maka karena-Nya, dan jika tidak ada, maka tidak ada apa pun yang wujud selain-Nya. Allah swt. berfirman,

 

“Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya-lah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.” (QS. Thaha [20]: 55)

 

Hal ini terjadi bersama dengan gerakan dan alam, yang tidak ada sesuatu pun keluar darinya. Lantas apalagi dengan Dzat yang tidak tersentuh oleh alam, sangkaan, dan khayalan?

 

Mata hati ibarat mata yang jika terkena sesuatu akan meny ganggu penglihatan, meskipun tidak sampai mengakibatkan kebutaan. Adanya bersitan dalam hati untuk condong terhadap keburukan, hal itu dapat menghitamkan pandangan dan mengeruhkan pikiran. Keinginan untuk berbuat kejahatan bisa menghilangkan kebaikan sekaligus. Sementara mengerjakan kejahatan akan membuat pelakunya keluar dari Islam.

 

Dia akan melakukan hal yang bertentangan dengan bagian Islamnya. Jika dia tetap berada pada keburukan, maka secara perlahan keislamannya akan terpisah darinya. Jika pada akhirnya ia berakhir dalam penghinaan terhadap para imam dan pertemanan dengan para durjana, terjerumus pada godaan jabatan dan kedudukan, condong kepada dunia dibandingkan akhirat, maka Islam akan terpisah darinya secara keseluruhan. Oleh karena itu, janganlah terkejut atas tanda yang tampak padanya karena sesungguhnya dia tidak lagi memiliki roh. Karena roh Islam adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya, mencintai akhirat dan orangorang saleh dari hamba-Nya. .

 

Tatapan Allah tidak mengarah kepada makhluk-Nya, tidak berhenti, juga tidak ada balasan dari makhluk yang ditatapnya. Mahasuci tatapan Tuhan kita dari kekurangan, kelebihan, dan kelewatan batas. Ingatlah agar penyebutan sifat tidak bertentangan sebelum eksistensinya. Lihatlah apakah mata memiliki arah? Alam memiliki wujud? Sesuatu memiliki urusannya? Demikian halnya setelah sifat-sifat itu menuju eksistensinya.”

 

Mata hati akan menjadi buta disebabkan tiga hal: menyuruh anggota badan melakukan maksiat kepada Allah, menyia-nyiakan diri dengan tidak taat kepada Allah, dan tamak terhadap makhluk Allah. Siapa yang mengaku mendapatkan mata hati, tetapi terdapat salah satu tiga perkara tersebut dalam dirinya, maka hatinya telah menjadi sasaran prasangka nafsu dan bisikan setan.

 

ASRAR ADA EMPAT: Sirr pertama berada bersama Dzat Allah, terhubung dengan jiwa utusan-Nya, dan meliputi kenabian seluruh nabi-nabi-Nya. Sirr ini diterjemahkan melalui kesaksiannya, dan dengannya pula perintah kepada para malaikat-Nya diturunkan. Dari langit, sir tersebut turun kepada orang-ordng yang memiliki ilmu. Melalui hal itu, Dia memerintahkan seluruh makhluk-Nya dalam rahasia pertama (as-sirr al-awwal). Sirr yang kedua dan ketiga adalah sirr yang bisa membuat seorang hamba melihat hal-hal yang gaib. Sirr keempat adalah rahasia hati (sirr al-qalb), yakni makrifat. . Sedangkan di antara rahasia paling rahasia (sirr al-asrar) adalah ilmu yang luas, makrifat, kedekatan jiwa dengan Allah, cinta, menjadi hamba pilihan Allah, diistimewakan oleh Allah, dan mendapatkan perlindungan (wilayah) dari Allah.

 

TASAWUF ADALAH MELATIH jiwa untuk menghamba kepada Allah dan mengembalikan jiwa untuk patuh kepada hukum-hukum ketuhanan. Sufi itu mempunyai empat sifat, yaitu berakhlak dengan akhlak Allah Yang Mahasuci, selalu menaati perintah-perintah Allah, dan tidak mengikuti hawa nafsu karena malu kepada Allah, dan selalu bermunajat dengan benar-benar lebur bersama Allah. Dibandingkan makhluk Allah lainnya, hati (sirr) seorang sufi ibarat debu di udara, tidak berwujud, tetapi tidak bisa dikatakan tidak ada secara lahiriah. Mereka ada dalam ilmu Allah. Sifat-sifat baru yang terbesit dalam hatinya hanya untuk memberikan peringatan atau menguatkan keyakinannya sehingga ia mengetahui hakikat tauhid.

 

HAKIKAT ADALAH MAKNA-MAKNA yang ada pada hati. Jika hal-hal gaib tampak jelas dan tersingkap, maka itu merupakan pemberian Allah dan karamah dari-Nya. Dengan hal itu, hamba bisa mencapai kebaikan dan ketaatan. Dalilnya adalah percakapan Nabi saw. dengan sahabat Haritsah.

 

“Bagaimana kabarmu di pagi hari ini?” Haritsah menjawab, “Di pagi hari ini aku adalah seorang mukmin yang sungguh-sungguh.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Abd bin Hamid)

 

Hakikat terbagi dalam dua macam: hakikat eksistensi manusia dan hakikat eksistensi Allah Yang Maha Memiliki. Hakikat eksistensi manusia kembali kepada empat hal: hakikat alam gaib dan alam nyata; ilmu mengenai apa yang sudah terjadi dan yang akan terjadi; hakikat eksistensi urutan risalah, kenabian, dan kewalian; serta mengetahui dengan yakin, kesaksian, kebaikan, serta seluruh cahaya-cahaya ibadah. Hakikat eksistensi manusia juga terdiri atas badan, jiwa, hawa nafsu, syahwat, sabar, hati, akal, surga, ilmu, bodoh dan sumbernya, cinta dan sumbernya, keyakinan dan roh serta sumber keduanya, sir serta sumbernya, cahaya dan sumbernya, lalu mata hati dan kebimbangan.

 

Materi pembentuk jiwa berasal dari perkara yang bersifat rabani. Eksistensinya bersifat luhur (illiyyun). Dia memiliki kekuatan besar dari roh paling besar (ar-ruh al-akbar), memiliki sirr paling luhur (as-sirr al-a’la), akal paling utama (al-‘aql al-ashli), ilmu dari makrifat pertama, cahaya dari cahaya tertinggi, cinta dari rahmat, syahwat dari murka, murka dan kebodohan dari hawa nafsu, mata hati dari al-Haq, dan kebingungan berasal dari malaikat. Jika sisi malaikat diberikan dengan sisi tabiat, sedangkan tabiat bersumber dari setan. Sementara hakikat eksistensi Allah Yang Maha Memiliki dan Memberi Anugerah ialah dari dzat, sifat, asma, na‘at (sifat), akhlak, cahaya, dan sirr.

 

Orang yang mengamati wujud, dia akan fana (teranihilasi) dari segala yang ada. Siapa yang berada pada wujud-Nya, maka dia akan tetap pada bentuk yang sama. Mantapkan dalam hatimu bahwa tidak ada yang bisa memberikan bahaya, manfaat, memberi berbagai hal, dan menolak manfaat secara nyata, kecuali Allah. Janganlah engkau bimbang, tenang, dan janganlah menautkan apa pun kepada makhluk. Jika engkau sudah dalam keadaan batin yang hancur, aku akan menetapkanmu sebagai seorang yang jujur juga mulia.

 

Aku bertanya, “Bagaimana aku bisa menetapkannya? Apakah ada hukuman?” Dikatakan kepadaku, “Tetapkanlah apa yang sudah tetap, seperti pahala, siksa, dan perbuatan-perbuatan hamba Allah lainnya. Menetapkan hal yang sudah tetap keberadaannya tidak membahayakanmu, yang membahayakanmu adalah mengaitkan sesuatu kepada hamba dan meyakini itu berasal dari mereka.

 

Aku menetapkan sesuatu yang menjadi hakku, aku juga me. netapkan untukmu sesuatu yang menjadi hak bagiku. Aku meng. ambil darimu sesuatu yang menjadi hak bagimu dan menetapkan untukmu dengan sesuatu yang menjadi hak bagiku. Katakanlah,

 

“Wahai Dzat yang ada sebelum semuanya ada. Ia sekarang di atas yang diadakan. Wahai Yang Maha mendengar, wahai Yang Mahadekat, wahai Yang Maha Mengabulkan Doa, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahaagung, wahai Yang Maha Penyantun, wahai Yang Mahatahu, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat, wahai Yang Maha Berkehendak, wahai Yang Mahakuasa, ya Allah Yang Mahahidup, wahai Yang Maha Berdiri Sendiri, wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai Yang Mahazahir, wahai Yang Mahabatin, wahai Yang Maha Meriliki Kebesaran, wahai Yang Maha Pengampun, wahai Yang Maha Menerima Tobat, wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Mahatinggi, wahai Yang Mahamulia, wahai Yang Mahaluas, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Mempunyai Keutamaan Yang Agung.”

 

Kemudian mengutip perkataan Allah, “Jika engkau menginginkan ridha-Ku, maka ia berasal dari nama-Ku dan anugerah-Ku yang ditujukan kepada-Ku, bukan dari nama-Ku atau namamu yang ditujukan kepadamu.” Aku bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Jawabnya, “Nama-nama-Ku mendahului pemberian-Ku. Namanama-Ku berasal dari sifat-sifat-Ku, dan sifat-sifat-Ku berdiri (ada) pada Dzat-Ku. Dzat-Ku tidak terwujud tanpa Dzat-Ku. Sementara seorang hamba memiliki nama yang rendah dan yang luhur.” Namanama luhurnya telah disebutkan oleh Allah dalam firmannya,

 

“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat dan yang beribadah.” (QS. at-Taubah [9]: 112)

 

Dan dengan firman-Nya,

 

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim.” (QS. al-Ahzab [33]: 35)

 

Sementara itu, nama-nama hamba yang rendah sudah diketahui, seperti pelaku maksiat, pendosa, fasik, zalim, dan sebagainya, Jika nama-nama rendah tersebut dapat dihapus dengan namamama yang luhur, maka begitu juga dengan nama dan sifatmu yang bisa dihapus dengan nama dan sifat-Nya. Hal itu dikarenakan sesuatu yang baru (hadits) jika berhadapan dengan yang terdahulu (qadim), maka seakan-akan yang baru tersebut tidak ada wujudnya.

 

Jika engkau berseru kepada Allah dengan nama-nama-Nya seperti “Wahai Maha Pengampun”, “Maha Penerima Tobat”, “Maha Pengasih”, engkau seperti sedang meminta sesuatu untuk dirimu. Engkau sudah menurunkan derajatmu di depan nama Allah untuk menjadi dirimu yang rendah. Begitu juga apabila engkau memperhatikan nama-namamu yang rendah, seperti maksiat, kezaliman, dan kefasikan, lalu engkau meminta agar itu semua ditutup dan diampuni, maka engkau masih berada bersama dirimu sendiri. Jika engkau berseru kepada Allah dengan nama-Nya yang luhur, dan engkau memperhatikan sifat-sifat yang luhur menetap bersama Dzat-Nya, maka engkau telah menghapus seluruh nama dan wujudmu menjadi tidak ada. Saat itu eksistensimu terhapus, keberadaanmu menjadi tidak ada sama sekali. Pada saat itulah terjadi fana (anihilasi diri) dan baga (kembali ada) setelah fana. Allah swt. berfirman,

 

“Kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]: 73)

 

Suatu malam, aku memikirkan sesuatu dengan pikiran gaib yang jauh dari sifat-sifat ilmu (tidak gaib). Lantas Allah memberiku mimpi yang agung di mana di dalamnya aku berjalan dengan sangat baik menuju kegaiban. Aku katakan kepada diriku, “Bukankah kondisi ini lebih baik dibandingkan kehidupan di mana kebutuhan-kebutuhan makhluk berkaitan dengan alam? Alam akan lebih sempurna jika hanya bersama dengan Allah dibandingkan dengan alam yang dipenuhi oleh kebutuhan-kebutuhan manusia, meskipun hal tersebut diizinkan oleh syariat.”

 

Ketika itu, aku tertidur dan bermimpi melihat banjir mengepungku dari segala arah dengan membawa sampah di kiri dan kananku. Aku langsung berenang untuk keluar dari banjir tersebut. Aku tidak kunjung melihat daratan yang bisa aku tuju. Di saat itu aku pasrah dan terdiam di tengah banjir layaknya sebuah tiang atau pohon kurma yang bergeming. Aku katakan kepada diriku, “Bisa berdiri tegak di tengah banjir merupakan anugerah dari Allah. Sampah-sampah dan buihnya tidak mengenaiku sama sekali.”

 

Lalu seseorang yang berparas indah menghampiriku dan berkata kepadaku, “Sesungguhnya tasawuf paling agung adalah tasawuf yang bersinggurigan dengan kebutuhan-kebutuhan makhluk dan menjadikannya sebagai qada (ketentuan) dari Allah Yang Mahabenar. Apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah, maka engkau mensyukurinya. Apa yang tidak ditetapkan-Nya, maka engkau merelakannya.

 

Rasa syukurmu atas anugerah yang diberikan oleh Allah tidak lebih sempurna dibandingkan keridhaanmu atas apa yang tidak Allah anugerahkan untukmu. Allah telah memberiku ilmu yang ada di dalam zatku dan tidak berpisah darinya. Ia bahkan selalu ada bersamanya seperti putih pada warna putih, dan hitam pada warna hitam. Ilmu tersebut adalah ilmu la ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) Yang Esa dan Perkasa, Tuhan yang memiliki langit, bumi, dan alam di antara keduanya, Tuhan Yang Mahaagung dan Maha Pengampun.

 

“Lihatlah bagaimana sifat ilahi pada Allah, sifat tunggal, Esa, perkasa, ketuhanan, keagungan, dan sifat Maha Pengampun Nya terkumpul menjadi satu dalam satu kalimat, yaitu kalimat tauhid. Ampunan Allah akan turun kepada orang yang bermakrifat kepada-Nya, layaknya banjir yang membawa buih. Allah akan mene. guhkan (tidak membuat tenggelam) orang yang dikehendaki-Nya dalam banjir tersebut. Allah juga akan membuatnya tidak terkena (terluka) buih banjir tersebut’. Kemudian, aku tersadar dari tidurku dan memahami rahasia yang sangat agung. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

 

Kemudian menuturkan, “Beberapa orang dihapus sifat-sifatnya dengan sifat-sifat Allah, atau akidah mereka diganti dengan cahaya-cahaya-Nya. Dia menggagalkan kehendak mereka dengan kehendak-Nya dan mencukupkan mereka dengan rahmat dzati (sendiri) dengan kasih sayang-Nya. Dia memilih mereka untuk bermunajat kepada diri-Nya. Dia juga menebarkan rahasia-rahasia-Nya (sir) kepada mereka sehingga kebanyakan para wali tidak mampu mendengar-Nya.”

 

Ia berkata, “Orang-orang ahli hakikat (al-muhaqqiqun) enggan untuk menyaksikan apa pun selain Allah karena Dia mewujudkan kesaksian al-qayumiyah (berdiri sendiri) dan luasnya rububiyah untuk mereka.” Beliau menyampaikan, “Hak dari tawakal adalah memalingkan hati dari segala sesuatu selain Allah, hakikat tawakal adalah melupakan sesuatu selain-Nya, sedangkan sir (rahasia) tawakal adalah mewujudnya Sang al-Haqq (Allah) tanpa ada segala sesuatu yang menemani-Nya. Sementara puncak rahasia tawakal adalah melakukan apa yang Dia cintai dan sukai.

 

Hakikat zuhud adalah kosongnya hati dari segala hal, selain Rabb (Tuhan). Hakikat khusyuk adalah dekatnya hati dengan Rabb. Hakikat sujud adalah menundukkan hati di bawah hukumhukum Rabb. Hakikat hilangnya hawa nafsu dari hati adalah suka berjumpa dengan Allah di setiap embusan napas dari setiap kon disi di mana sir ada di dalamnya.

 

Hakikat hijrah ialah melupakan sesuatu yang ditinggalkannya, Hakikat himmah adalah bergantungnya hati terhadap sesuatu yang diinginkannya. Sementara kesempurnaannya adalah tersambungnya hati dengan Allah dan terpisah secara total dari segala sesuatu selain-Nya. Hakikat dekat dengan Allah adalah ghaibah dalam kedekatan tersebut, tetapi juga terpisah dari kedekatan itu karena besar dan agungnya kondisi dekat dengan Allah.

 

Saat kau mendekatkan sirr kepadamu, hal itu seperti membuat sirr tersebut menjauh darimu. Ada dua sifat, fana dan baka. Jika engkau ada pada kondisi fana, maka tidak ada kondisi dekat atau jauh, begitu juga terhubung atau terpisah. Jika engkau berada pada kondisi baqa, maka engkau telah memahami firman Allah, “Dengan-Ku dia mendengar, dan karena Aku juga dia melihat.”

 

Hakikat seorang murid yang mencari hakikat adalah hilangnya bekal karena begitu besar dan agungnya. Suatu hari, terlintas di benakku, aku telah berhasil mendapatkan sesuatu tanpa melalui kondisi (sufistik) dan maqam tertentu. Lalu, aku menyelam di dalam rumah misik sampai aku tenggelam di dalamnya. Namun, aku tidak mencium bau misiknya sama sekali. Lantas, ada yang mengatakan kepadaku, “Tanda adanya tambahan keluhuran adalah hilangnya tambahan tersebut karena keagungannya yang dahsyat.” Hakikat istikamah adalah hadirnya iqgamah (beribadah) di dalam musyahadah (penyaksian).”

 

Selanjutnya beliau berkata, “Pada suatu malam aku membaca firman Allah dalam wiridku,

 

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Tetapt wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan akan tetap kekal.” (QS. ar-Rahman [55]: 26—27)

 

Kemudian, aku mengalami kondisi rohani. Pada saat itu aku melihat Abu Bakar ash-Shidigq ra., beliau berkata kepadaku, ‘Jalinlah hubungan dengan orang yang dikekalkan dan hijrahlah dari orang yang difanakan. Engkau akan dihormati dari fana dan akan dimuliakan dengan kekal.” Selanjutnya beliau berkata, “Aku bermimpi seakan-akan aku bersama para nabi dan para shiddiqin. Kemudian, aku ingin menyatu bersama mereka. Aku pun mengucapkan,

 

‘Ya Allah jalankanlah hamba di jalan mereka dengan kekuatan, seperti yang telah Engkau berikan cobaan kepada mereka. Sungguh mereka lebih kuat, dan hamba lebih lemah dibanding mereka.”

 

Kemudian, beliau mengatakan kepadaku untuk mengucapkan,

 

“Dan hamba tidak kuasa atas segala hal, maka dari itu kuatkan hamba sama seperti Engkau telah menguatkan mereka.”

 

AKU BERMIMPI BERDEBAT dengan tiga orang tentang pendengaran (sama’). Kemudian, aku melihat guruku, ia berkata, sama’ adalah jika ia duduk dengan orang lain, maka dia berzikir dan mengingatkan. Jika ia sendiri, dia bermunajat dan merenung. Hakikat dan syariat dapat diketahui, sedangkan batinnya dengan tauhid tampak tertutup. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah berikut ini

 

“Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah. menurut kemampuannya.” (QS. at-Thalaq [65]: 7)

 

Dibenarkan dengan firman Allah swt. di bawah ini,

 

“Dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.” (QS. at-Thalaq [65]: 7)

 

Kemudian Allah berfirman,

 

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. alIsra’ [17]: 36)

 

Aku bertanya kepada guruku tentang sama’. Kemudian, beliay memberikan jawaban kepadaku dengan firman Allah swt. berikut ini, .

 

“Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang mereka dalam keadaan sesat. Lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (nenek moyang) mereka.” (QS. ash-Shaffat [37]: 69—70)

 

Aku bermimpi dalam tidurku, seakan-akan di kedua tanganku terdapat dua kitab, yaitu kitabnya al-Fagih ibnu Abdu as-Salam dan lembaran-lembaran yang sebagian berisi puisi. Tiba-tiba guruku berdiri di hadapanku, kemudian mengambil kitab karangan Ibnu Abdu as-Salam dengan tangan kanannya dan lembaran-lembaran dengan tangan kirinya.

 

Kemudian, beliau berkata seperti orang yang sedang marah, “Apakah engkau menyamakan ilmu-ilmu yang cemerlang (dengan menunjukkan buku karangan Ibnu Abdu as-Salam di tangan kanannya) dengan puisi-puisi penuh khayalan dan merusak? (Dengan menunjukkan lembaran-lembaran puisi yang ada di tangan kirinya). Kemudian, beliau membuangnya ke tanah.”

 

Guruku berkata kepadaku, “Siapa yang lebih rendah dari itu, maka dia adalah seorang hamba yang terikat dengan hawa nafsunya dan menjadi tawanan syahwatnya. Hati orang-orang lalai dan pelupa bahkan merasa benci dengannya. Mereka tidak memiliki keinginan untuk melakukan kebaikan dan mendapatkan makrifat. Dalam mempraktikkan sama’, mereka melakukannya seperti umat Yahudi. Tidak ada satu orang pun dari mereka yang mendapatkan seperti apa yang didapatkan oleh ahli musydhadah. Jika seorang yang zalim tidak berhenti (dari perbuatannya), maka Allah akan menjadikan bumi-Nya menjadi langit, dan langit-Nya menjadi bumi.”

 

Aku mengalami kondisi batin yang tauhid dan aku menangis. Aku mengatakan, “Ingatlah, sesungguhnya nafsu berasal dari bumi dan roh berasal dari langit.” Guruku berkata, “Benar. Jika roh selalu berjalan dengan ilmu yang seperti hujan dan nafsu menjadi kokoh dengan amalan-amalan saleh, maka telah menjadi kuat seluruh kebaikan. Namun, jika nafsu menguasai dan roh kalah, maka terjadilah kegersangan, paceklik, segala urusan menjadi terbalik, dan seluruh keburukan datang.”

 

Guruku melanjutkan, “Maka peganglah Kitab Allah (al-Quran) yang bisa memberikan petunjuk dan berpeganglah pada sabda Rasulullah yang menyembuhkan. Kebaikan akan selalu ada jika keduanya disempurnakan, dan orang yang berpaling dari keduanya akan terkena keburukan. Apabila ahli hakikat mendengar perkataan yang sia-sia, mereka akan berpaling darinya. Jika mereka men| dengarkan perkataan yang benar, mereka akan mendatanginya.”

 

Allah berfirman,

 

“Barang siapa mengerjakan kebaikan, akan kami tambahkan kebaikan baginya.” (QS. asy-Syara [42]: 23)

 

JANGANLAH ENGKAU BERTEMAN dengan orang yang lebih mementingkan dirinya dibandingkan dirimu, karena sesungguhnya dia adalah orang yang patut dihina. Jangan pula berteman dengan orang yang lebih mementingkanmu dibandingkan dirinya karena dia tidak akan hidup selamanya. Bertemanlah dengan orang yang (lebih mementingkan Allah), jika dia sedang mengingat, yang diingat adalah Dia semata.

 

Allah akan menjadi penggantinya jika dia meninggal dunia dan mencukupkanmu dengan temanmu itu jika dia ada. Zikirnya adalah cahaya bagi hati, dan penyaksiannya (musyahadah) adalah kunci bagi hal-hal gaib. Jadikanlah tujuanmu semata karena Allah dan mencintai kematian. Jangan perpanjang angan-anganmu dan jangan berteman dengan orang yang sering berangan-angan. Jika engkau berteman dengannya, janganlah bergantung kepadanya. Tolaklah ia, bergaullah bersamanya dengan baik (ma’riif) selama dia berteman denganmu.

 

Seseorang tidak akan pernah merasakan nikmatnya bersama Allah. Hal tersebut terjadi apabila ia merasa susah apabila orang yang memberikan manfaat untuknya menjauh. Dia merasa susah apabila orang yang memberinya mudarat mendekat. Berteman dengan Allah dapat dilakukan dengan cara menolak syahwat dan keinginan-keinginan. Seorang hamba tidak akan sampai kepada Allah jika dia masih menyimpan syahwat dan keinginan dalam dirinya.

 

ORANG YANG BERAKAL adalah orang yang berpikir tentang Allah swt., apa yang dikehendaki-Nya, dan apa yang berasal dari-Nya di dalam syariat. Hal yang dikehendaki Allah swt. terhadap hamba-Nya ada empat, yaitu berupa nikmat, cobaan, ketaatan, dan kemaksiatan. Jika engkau diberi nikmat, Allah menuntutmu untuk bersyukur. Jika Allah menghendaki cobaan kepadamu, Dia menuntutmu untuk bersabar.

 

Jika Allah menginginkan taat darimu, Dia menuntutmu untuk menyaksikan anugerah dan mencari pertolongan darinya. Jika Allah menghendakimu berbuat maksiat, maka Dia menuntutmu untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Siapa yang memahami empat hal tersebut dan melaksanakannya sesuai syariat, maka dia ‘adalah seorang hamba secara hakiki. Hal itu berdasarkan sabda Nabi berikut ini,

 

“Barang siapa diberi kenikmatan kemudian bersyukur, diberi cobaan kemudian bersabar, berbuat aniaya kemudian memohon maaf, dianiaya kemudian memaafkan.” Kemudian Nabi diam. Para sahabat bertanya, “Apa yang didapat orang tersebut wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang mendapat jaminan keamanan dan termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (HR. at-Tirmidzi)

 

Orang yang berakal adalah orang yang memahami ayat-ayat Allah dan disibukkan dengan mengingat dan memikirkan ayatNya. Allah membukakan baginya jalan agar ia dapat kembali kepada-Nya, membutuhkan-Nya, berdoa, meminta, dan bergantung kepada-Nya dengan teguh. Dia meminta agar Allah mengabulkan permintaannya. Tidak ada seseorang pun yang mengetahui apa yang ingin Allah berikan kepadanya. Allah swt. berfirman,

 

“Sesungguhnya dalam ‘penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang.” (QS. al-Baqarah [2]: 164)

 

Orang yang berakal paham bahwa Allah adalah Dzat yang mengetahui keburukan dirinya dalam kebaikan yang Allah berikan kepadanya. Allah berfirman,

 

“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-A’raf [7]: 69)

 

ORANG YANG MEMUTUSKAN aturan dirinya dan menyerahkan sepenuhnya pada aturan Allah, mengalihkan pilihan diri menjadi pilihan-Nya, pandangan pribadi menjadi pandangan-Nya, pengetahuan tentang kebaikannya menjadi pengetahuan-Nya, dengan selalu menerima, ridha, pasrah, dan tawakal kepada-Nya, maka Dia telah memberinya hati yang baik. Selain itu, dia akan selalu berzikir, berpikir, dan melakukan keistimewaan-keistimewaan lainnya.

 

Aku berkata pada muridku yang sedang bersusah payah dan memaksakan diri dalam mengekang hawa nafsu, “Aku berikan wejangan untukmu, ‘Wahai Luka’ bin Luka’. Maksudku, diriku dalam posisi sebagai ayah dan dirimu dalam hal ini menjadi anak: Sesungguhnya Allah telah menggugurkan aturanmu, bahkan sampai pada sesuap nasi yang kau makan, minuman yang kau teguk, dan kata-kata yang engkau ucapkan atau tinggalkan. Di manakah posisimu dari Dzat Yang Maha Mengatur, Yang Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahabijaksana dan Mengetahui Segala Sesuatu, Mahasuci nama-Nya. Engkau menyekutukan-Nya saat engkau menginginkan sesuatu yang akan engkau kerjakan atau tinggalkan, maka kembalilah kepada Allah layaknya kau lari dari neraka. Janganlah menetapkan diri dalam apa pun selain-Nya. Keluarlah menuju Allah dan biasakanlah dirimu untuk melakukannya. Sesungguhnya Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilih sesuai kehendak-Nya. Dia tidak akan menetapkan sesuatu, kecuali jika ada seorang yang shiddig dan wali.

 

Seorang shiddiq adalah orang yang memiliki putusan (hukm), sedangkan wali tidak memilikinya. Seorang shiddiq menghukumj dengan hukum Allah, sedangkan wali fana dari segala sesuatu dan menyatu dengan Allah. Sementara itu, para ulama dapat mengatur, memilih, jihad, berpikir dalam, dan mengukur (masalah), Mereka selalu seperti itu dengan akal dan sifat mereka. Sedangkan para syuhada (orang-orang yang mati syahid) mengalami kesusahan, berjihad, berperang, terbunuh, membunuh, hidup, dan mati, Mereka semua mendapat ganjaran secara batin (sirr), meskipun tidak ditampakkan secara lahir.

 

Tidak perlu menjelaskan kondisi rohani mereka, kecuali kepada orang shiddiq dalam permulaan perjalanannya, atau kepada wali di akhir perjalanannya. Cukuplah bagimu (penjelasan tersebut) dari kebaikan yang tampak darinya dan kondisi rohaninya yang tidak tampak. Jika engkau ingin melakukan atau meninggalkan sesuatu, maka larilah kembali kepada Allah sebagaimana yang telah aku katakan. Keluarlah kepada-Nya dan biasakanlah dirimu melakukan hal tersebut. Ucapkanlah,

 

“Wahai Yang Mahaawal, Yang Mahaakhir, Yang Mahazahir, Yang Mahabatin, aku memohon kepada-Mu dengan asmaku, dengan asma-Mu, sifat-sifatku dengan sifat-sifat-Mu, tadbirku dengan tadbir-Mu, ikhtiarku dengan ikhtiar-Mu, hamba mohon jadikanlah aku seperti yang Engkau berikan kepada wali-wali-Mu. Masukkanlah hamba dalam perkara-perkara tempat masuknya orang benar, keluarkan hamba seperti tempat keluarnya orang benar. Jadikanlah hamba dari sisi-Mu kekuasaan yang menolong.”

 

Jauhilah berprasangka buruk kepada Allah, tawakallah kepada-Nya. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. Aku bermimpi tengah duduk bersama salah satu sahabatku. Kami duduk di depan guru kami. Dia berkata kepada kami, “Jagalah empat perkara dariku; di mana tiga untukmu, dan satu untuk temanmu yang miskin ini. Janganlah kau memilih sesuatu berdasar keputusanmu. Putuskanlah untuk tidak memilih dan larilah dari pilihan tersebut, dari larimu itu sendiri, dan dari segala sesuatu selain Allah.” Allah berfirman,

 

“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan.” (QS. al-Qashash [28]: 68)

 

Semua pilihan-pilihan syariat dan urutannya merupakan pilihan Allah. Engkau tidak ada hak di dalamnya sama sekali, dengarlah dan taatilah. Hal ini merupakan derajat fikih rabban; dan ilmu ilahi. Di sana, ilmu hakikat yang diambil dari Allah akan turun kepada orang yang lurus dan istiqamah. Pahamilah. Aky baca firman Allah berikut ini,

 

“Sungguh, engkau (Muhammad) berada di jalan yang lurus. -Dan jika mereka membantah engkau, ‘maka katakanlah, ‘Allah lebih tahu tentang apa yang kamu kerjakan.”. (QS. al-Hajj [22]: 67—68)

 

Zuhudlah di dunia dan tawakallah kepada Allah. Sesungguhnya zuhud adalah fondasi amal perbuatan. Sementara tawakal adalah modal bagi ahwal (kondisi-kondisi spiritual). Berpegang teguhlah kepada aturan Allah, mintalah petunjuk dari-Nya dalam perkataan, perbuatan, akhlak, dan ahwal. Allah berfirman;

 

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101)

 

Janganlah berbuat syirik, tamak, dan menentang Allah dalam suatu perkara. Sembahlah Allah dengan qurbah (kedekatan) teragung, maka engkau akan mendapatkan cinta yang terpilih, tauliyah (diberi perlindungan), dan keistimewaan dari Allah. Allah berfirman,

 

“Dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Jasiyah [45]: 19)

 

Terdapat dua hal yang memutuskan jiwa sahabatmu yang miskin secara rohani ini dari terhubung kepada Allah (washlah) dengan taat kepada-Nya, juga menutup hatinya dari pencapaian hakikat dan menyibukkan akalnya dari penyaksian tauhid. Kedua hal tersebut adalah (1) terjerumusnya dia ke dalam amalan dunia dengan aturannya sendiri, serta (2) amalan akhiratnya ia lakukan berdasarkan keraguan terhadap anugerah Kekasihnya (Allah).

 

Allah lantas menghukumnya dengan hijab sehingga terhalang dari-Nya, dengan keraguan yang terus-menerus, melupakan kebaikan-kebaikan, dan tenggelam. dalam lautan tadbir (pengaturan) dan takdir (penetapan). Lalu, ia merasa kebingungan di dalamnya karena airnya yang keruh. Allah berfirman, .

 

“Mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Maidah [5]: 74)

 

Kembalilah kalian kepada Allah dalam tadbir dan takdir pertama kalian, maka kalian akan mendapatkan bantuan kemudahan. Allah akan menghalangi kalian dari kesusahan. Setiap wara’ yang tidak memberimu ilmu dan cahaya, maka ia tidak menghasilkan pahala. Setiap dosa yang diikuti dengan takut dan kembali kepada Allah, maka ia tidak dianggap dosa.

 

Ambillah rezekimu sesuai dengan yang Allah turunkan kepa. damu dengan menggunakan ilmu dan mengikuti sunah Rasulullah saw. Janganlah menjadi lemah sebelum Ia bertemu denganmy, Jika kau lemah, kakimu menjadi hina dibuatnya.

 

Suatu kali aku bertekad untuk memilih jalan untuk menyedikitkan materi di dunia dibandingkan memperbanyaknya. Lalu, aku mengurungkan tekad tersebut dan takut telah melakukan adab yang buruk. Kemudian, aku kembali menghadap kepada Tuhanku dan melihat dalam mimpi seakan Sulaiman as. sedang duduk diiatas kasur dengan dikelilingi pasukan pribadinya. Periuk dan piringnya ditunjukkan kepadaku dan aku melihat sesuatu yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, .

 

“Dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).” (QS. Saba’ [34]: 13)

 

Lalu ada suara yang memanggilku, “Janganlah engkau menyekutukan Allah. Jika engkau memilih, pilihlah penghambaan kepada-Nya karena mengikuti Rasulullah saw. Hamba dan rasul, apabila engkau harus memilih, maka pilihlah untuk tidak memilih. Larilah dari pilihanmu menuju pilihan Allah.” Aku lantas terbangun dari tidurku dan setelah itu aku melihat ada seseorang berkata kepadaku, “Sesungguhnya pilihan terbaikmu adalah dengan mengucapkan,

 

“Ya Allah luaskanlah rezekiku di dunia, danjangan Engkau menutupinya di akhirat. Jadikanlah tempatku di sisi-Mu selalu, selalu menuju kepada-Mu. Perlihatkanlah kepadaku wajahMu, dan palingkanlah hamba dari segala sesuatu selain-Mu. Bukalah kejelasan di antara hamba dan-di antara Engkau. Wahai Dzat Yang Mahaawal dan Akhir, Yang Mahazahir dan . Yang Mahabatin. Ia kuasa atas segala sesuatu.”

 

Manusia paling celaka adalah orang yang menentang Tuannya (Allah), lebih cenderung kepada urusan dunia, dan lupa permulaan, akhir, dan amalan untuk akhiratnya.

 

PUSAT-PUSAT NAEFSU ADA empat: pusat syahwat, pusat untuk (berbuat) taat, pusat kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang dimubahkan, dan pusat kelemahan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Allah berfirman,

 

“Maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian.” (QS. at-Taubah [9]: 5)

 

Jika engkau ingin memerangi nafsu, maka kekanglah ia dengan ilmu dalam setiap geraknya. Pukullah ilmu dengan rasa takut kepada Allah di setiap bersitannya.

 

Letakkanlah ia dalam genggaman Allah di mana saja engkau berada. Mengadulah kepada Allah tentang kelemahan kalian setiap kali kau lalai. Sesungguhnya, apa yang kalian tidak mampu atasnya, Allah telah menguasainya. Jika engkau diberi kuasa dalam menggenggam sesuatu, maka sudah sepatutnya kalian untuk mengingat nikmat Tuhan kalian dan mengucapkan firman Allah,

 

‘Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.” (QS. az-Zukhriaf [43]: 13)

 

Puncak nafsu adalah keinginannya, kedua tangannya adalah ilmu dan keadilannya, dan kakinya adalah tadbir (pengaturannya) dan pilihannya. Matinya nafsu terjadi dengan ilmu, makrifat, serta mengikuti al-Quran dan sunah Rasulullah saw.

 

Sesungguhnya pendekatan yang paling agung di sisi Allah adalah meninggalkan nafsu dengan cara memutus keinginan dan melepaskan diri darinya dengan cara meninggalkan apa yang disukainya. Orang paling celaka adalah yang suka diperlakukan oleh manusia sesuai keinginannya dan dia tidak menemukan setengah dari apa yang diinginkannya pada nafsunya. Tuntutlah nafsumu dengan menghormati mereka, jangan menuntut mereka untuk ‘menghormatimu. Perhatikan firman Allah berikut ini.

 

“Tidaklah dibebani melainkan atas dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa’ [4]: 84)

 

Tidak ada yang lebih berat dan. sulit dalam melakukan taat. zikir, dan tilawah, dibandingkan dengan mengendalikan nafsu menghadirkan hati, memahami makna-makna (batin), dan mem. berikan hak kepada sctiap huruf dengan mengharap ridha Allah. Ini adalah keikhlasan dan kepigihan beramal sesuai yang diharapkan. Ia juga merupakan tempat shidq (kejujuran) berada dan bangkitnya sir untuk menjauh dari dunia dan apa pun selain Allah. Inilah yang disebut tempatnya niat.”

 

Guruku pernah berkata, “Jiwa (nafsu) terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu jiwa yang belum pernah dijual karena masih memiliki kebebasan, jiwa yang telah dijual karena kemuliaannya, dan jiwa yang tidak bisa dijual karena keburukannya. Jiwa yang tidak pernah dijual karena kebebasannya adalah jiwanya para nabi. Jiwa yang dijual karena kemuliaannya adalah jiwa umat mukmin, Sementara jiwa yang tidak bisa dijual karena keburukannya adalah jiwanya orang-orang kafir.” Aku berkata kepada guruku, “Abu Bakar dan Umar ra. pernah menjadi orang musyrik.” Dia mengatakan, “Dulu mereka seperti tawanan, kini mereka bebas.’”

 

“Aku bermimpi salah satu sahabatku memintaku untuk menuliskan sebuah buku untuk dikirim. ke Kairo. ‘tentang hal-hal yang membebaskan jiwa. Lalu, aku melihat sebuah gambar indah yang datang kepada kami. Aku yakin bahwa gambar indah itu berasal dari Allah yang Mahabenar.”

 

Siapa yang disucikan dengan rahmat ar-rahmdadniyah (Allah) dalam bingkai azali, maka dia tidak berubah dengan. ahwal, tidak terbatas pada perkataan, juga tidak bertambah dengan perbuatan. Jiwa dan roh diibaratkan seperti sesuatu dan bayangannya. Bayangan selalu condong kepada wujud aslinya, berbeda dengan wujud aslinya yang tidak membutuhkan bayangan.

 

Roh adalah sirr, sedangkan sirr adalah kilatan cahaya, ia adalah pancaran hakikat kecil. Sirr adalah cahaya dari cahaya rahasia paling luhur (as-sirr al-a’la). Semuanya diciptakan dengan kekuasaan Allah. Janganlah engkau menginginkan hal lain selain ini, karena jika demikian, engkau akan celaka karena jauhnya jarakmu dengan

 

Allah ibarat neraka Jahanam. Akal utama adalah tempatnya tajalli (menampakkan diri). Jika engkau menginginkannya, maka engkau harus takhalli (menyendiri). Ikutilah orang yang menjadikan shalatnya sebagai penghubung antara hamba dan Tuhannya. Lihatlah orang yang shalatnya tidak menjadikannya terhubung dengan Allah, maka dia pantas mendapatkan keterpisahan dari-Nya.

 

Kadang aku tidak tahu manfaat nafsu bagi diriku. Aku pun lebih tidak tahu lagi manfaat orang lain untuk diriku. Aku mengharap Allah untuk orang lain, mengapa aku tidak mengharapkanNya untuk diriku? Wahai hamba Allah, berhentilah dari mengikuti nafsu, keinginan setan, menuruti hasrat, dan gerakan waktu, niscaya engkau akan menjadi saleh. Bertaqwalah kepada Allah dalam bersitan hati, tekad, pikiran, dan dalam gerak sir, maka engkau akan menjadi seorang shiddiq. Jika hal tersebut terjadi berulang kali kepadamu, maka tinggalkanlah makhluk, kampung halaman, dan tempat-tempat terjadinya kekacauan, maka engkau menjadi seorang muhdjir (yang hijrah).

 

Jika engkau terjerumus ke dalamnya; maka bertobatlah kepada Allah. Mintalah ampunan kepada-Nya. Kembalilah kepada Allah dan mohonlah pertolongan dari-Nya, niscaya engkau menjadi orang yang beriman. Jadikanlah bersuci, puasa, shalat, sabar, zikir, tilawah al-Quran, dan kebebasanmu sebagai senjata, maka engkau akan selamat. Jika engkau dikalahkan, maka jadikanlah iman sebagai benteng. Jika ia masuk kepadamu, maka serahkanlah apa pun kepada Allah. Gapailah tauhid, iman, makrifat, dan cinta karena Allah. Tenggelamkan dunia dalam lautan tauhid sebelum ia menenggelamkanmu.

 

Aku bermimpi seakan sedang berada di depan Arasy. Aku berseru, “Ya Rabbi, ya Rabbi.” Dia menjawab, “Ya, Aku mendengarmu, hamba-Ku.” Aku katakan, “Oh, Tuhanku.” Lalu Arasy tiba-tiba bergetar. Aku katakan, “Oh, Tuhanku.” Lalu lauhulmahfuz dan qalam bergetar. Aku katakan, “Aku meminta perlindungan dari-Mu. Aky berlindung dengan-Mu dari ajakan-ajakan hawa nafsu, syahwat, setan, dan dunia. Sesungguhnya itu semua menjatuhkan manusia dari tempat tertinggi (ala ‘illiyyin) ke tempat terendah (asfq] s@filin) lebih cepat dari kedipan mata. Engkau Maha Mengetahuj akan hal itu, Tuhan. Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan pertolongan-Mu.”

 

Aku bermimpi berada di alam malakut tertinggi (al-malakut al-a’la) di bawah Arasy, tempat yang di dalamnya terdapat banyak makhluk hidup. Seekor anjing dilepaskan untuk berburu dan berhasil mendapatkan buruannya. Lalu ada seseorang mengambil buruan tersebut dari anjing itu dan berkata, “Ulama umat telah sepakat tentang hukum bolehnya memakan hasil buruan ini, ia halal dan disunahkan disimpan oleh tuannya.”

 

Aku tidur dan bermimpi kami sedang berkumpul di tempat lain dan diberi keistimewaan untuk masuk menghadap kepada Allah Yang Mahabenar, seakan aku berada di depan-Nya. Aku katakan, “Wahai Tuhanku, orang ini tidak memberikan sesuatu kepadaku, kecuali yang rumit.” Lalu, di suatu pintu ada seorang hamba yang meminta penjelasan tentang Allah dengan kecerdasan dan mengenal-Nya dengan kepintaran. Dia tidak tahu bahwa hal tersebut adalah bagian dari riyasah (kepemimpinan). Hal terakhir yang keluar dari kepala orang-orang shidiq adalah mencintai jiwa kepemimpinan (menjadi pemimpin). Sementara itu, kepemimpinan orang-orang shiddiq dapat dilihat dari empat sisi, yaitu ilmu, amal, kemiskinan, serta terlepas dari daya dan upaya.

 

Mereka mengetahui bahwa ilmu merupakan derajat tertinggi dan kebodohan adalah sifat paling buruk. Mereka mengetahui dan mengamalkan apa yang mereka pelajari. Bahkan, mereka mengetahui bahwa hal tersebut tidak sempurna, kecuali rasa fakir (membutuhkan) kepada Allah di segala urusan, mereka mengetahui dan mengamalkannya. Jika mereka paham, maka mereka akan mengamalkan apa yang Allah ketahui dari mereka. Anjing lebih paham dibandingkan mereka karena anjing bangkit (bergerak) sebab keinginan tuannya, bukan keinginan dirinya.

 

Umat telah sepakat bahwa hasil buruan anjing halal. Mereka telah salah mengambil jalan menuju Allah, tetapi benar dalam menapaki jalan amal saleh. Aku tertidur dan berkata, “Apakah ini jalan menuju Allah?” Lalu Dia memanggilku, “Lihatlah eksistensimu. Apakah engkau yang menjadikannya ada? Tidak. Bahkan, Allah menjadikanmu ada karena anugerah-Nya. Lihatlah keberadaanmu di dalam perut ibumu. Apakah engkau ada karena hal lain? Tidak. Allah membuat keberadaanmu dengan anugerah-Nya. Engkau mengetahui betapa banyak anugerah yang telah Allah berikan kepadamu. Engkau tahu bahwa gerakan-gerakan itu adalah anugerah Allah kepada-Mu. Jika ada amalan dan usahamu yang menentangmu, tenggelamkanlah ia dalam anugerah Allah sebelum ia menenggelamkanmu.”

 

Aku bertanya kepada guruku tentang sabda Nabi Muhammad saw.,

 

“Orang yang beriman tidak menghinakan dirinya.”” (al-Hadis)

 

Kemudian, beliau berkata kepadaku, “Maksudnya adalah tidak tunduk kepada hawa nafsunya.” Beliau berkata padaku, “Orang yang memiliki sifat-sifat ini adalah orang bakhil dan tercela, yakni takut fakir (kepada Allah), berprasangka buruk, merendahkan orang mukmin, dan memilih hawa nafsu.” Ia berkata, “Orang yang paling menyayangi sesama manusia adalah orang yang menyayangi orang-orang yang tidak mengindahkan nafsunya.”

 

Apakah engkau mengetahui obat untuk orang yang terputus dari muamalah dan tidak bisa mendapatkan hakikat musyahadah? Obatnya ada empat, yaitu meninggalkan nafsu (ketika mengha dap Allah) tanpa daya dan upaya, pasrah terhadap perintah AJlah tanpa diikuti oleh pilihan bersama-Nya, kedua obat ini bersifat batin. Sementara obat lahir adalah mencela anggota badan jika melakukan pelanggaran (agama), dan melakukan kewajiban kewa jiban. Setelah itu, duduk, berzikir, dan fokus kepada Allah dengan memutus segala sesuatu selain-Nya.” Allah berfirman,

 

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” (QS. al-Muzammil [73]: 8)

 

Orang yang ingin mendapatkan pujian dari manusia, maka dia hanya akan’ memuliakan dirinya dari manusia, sama sekali bukan

 

BAGI YANG TIDAK ingin menanggung bahaya dosa, maka berdoalah,

 

“Hamba berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu di hari Engkau menyebar hamba-hamba-Mu. dan hamba berlindung kepadaMu dari cepatnya siksaan dan dari jeleknya perhitungan. Sungguh Engkau adalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tuhanku, sungguh hamba menganiaya diriku sendiri dengan kezaliman yang sangat banyak, ampunilah hamba dan terimalah tobatku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.

 

Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 87)

 

Aku merenungi dosa-dosaku, kemudian sebuah suara berkata kepadaku, “Engkau telah melupakan janji-Ku, lalai terhadap kasih sayang-Ku, dan mengingat pengorbananmu untuk mendekatkan diri kepada-Ku, tetapi melupakan apa yang membuat-Ku menyayangimu. Di manakah kedudukanmu dari penyebutan, ilmu, dan kehendak-Ky sebelum melakukan sesuatu. Lalu, Aku memunculkanmu atas kuasaKu dan keistimewaan kehendak-Ku atas ilmu-Ku?”

 

Jika engkau ingin agar hatimu tidak berkarat, tidak bersentuhan dengan kesusahan, kesukaran, dan dosa, maka perbanyaklah membaca doa berikut,

 

“Mahasuci Allah dengan pujian kepada-Nya, Mahasuci Allah Yang Mahaagung. Tiada tuhan selain Allah. Ya.Allah tetapkan ilmunya di dalam hatiku. Dan ampunilah dosaku, ampunilah dosa-dosa orang-orang yang beriman baik lakilaki maupun perempuan. Katakanlah, ’Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.” (QS. an-Naml [27]: 59)

 

ABAIKANLAH KESIBUKAN-KESIBUKAN DUNIA ketika engkau bertemu dengannya. Abaikanlah kerugian-kerugian dunia ketika engkau berpaling darinya. Orang yang berakal tidak akan berharap kepada sesuatu yang jika bertemu dengannya ia akan disibukkan, dan ketika dia berpaling, maka dia merugi. Seseorang berkata kepadaku, “Mereka telah mencari dan mengambil dunia.’ Aku menjawab, “Orang yang mengambil sesuatu yang halal dari dunia dengan menggunakan etika, maka hatinya selamat dari kotoran dan selamat dari api penghalang.”

 

Etika itu ada dua macam, etika sunah dan etika makrifat. Etika sunah ialah mendapatkan ilmu dengan tujuan dan niat baik. Etika makrifat ialah etika yang diiringi dengan izin, perintah, kata-kata, dan isyarat tetap dari Allah. Yang dimaksud isyarat adalah pemahaman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya tentang cahaya keindahan dan keagungan-Nya.

 

Tuhanku, sesungguhnya dunia ini hina, sehina apa yang ada di dalamnya, dan akhirat mulia, semulia apa yang ada di dalamnya. Engkau adalah Dzat yang membuat dunia menjadi hina dan akhirat menjadi mulia. Bagaimana bisa disebut mulia orang yang mencari selain-Mu? Bagaimana bisa disebut seorang yang zuhud, jika ia memilih dunia dibanding bersama-Mu? Berikanlah kepadaku hakikat zuhud, tidak mencari selain-Mu, juga makrifat-Mu sehingga aku tidak butuh meminta kepada-Mu. Tuhanku, bagaima. na bisa orang yang lari dari-Mu luput dari mengingat-Mu? Carilah aku dengan rahmat-Mu, bukan dengan siksa-Mu, wahai Yang Maha Pengasih, Yang Maha Membalas Dendam. Sesungguhnya, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

 

Tidak ada dosa yang lebih besar bagi kami dibandingkan dua hal, yaitu cinta dunia dengan selalu lebih mendahulukan kepentingan dunia, serta berada pada kebodohan dan tidak berusaha keluar dari kebodohan tersebut. Hal itu karena cinta dunia adalah pangkal dari segala dosa dan berada pada kebodohan adalah sumber dari setiap kemaksiatan.

 

| Apabila Allah mencukupkanmu dari dunia (tidak lagi mem-butuhkannya), hal itu lebih baik dibandingkan Dia membuatmu membutuhkan dunia. Demi Allah, seorang pun sama sekali tidak lagi membutuhkan dunia. ‘Bagaimana mungkin seorang hamba masih membutuhkan: dunia setelah adanya firman. Allah berikut ini, 

 

“Katakanlah: Kesenangan di dunia ini hanya ‘sedikit.” (Qs. an-Nisa’ [4]: 77) .

 

Ada seseorang datang kepadaku. saat aku berada di suatu gua di Maghrib (kini Maroko). Dia berkata kepadaku, “Ada yang mengatakan kepadaku bahwa engkau ahli kimia, tolong ajari aku.”

 

Aku katakan kepadanya, “Aku akan mengajarkannya kepadamu dan tidak akan aku lewatkan satu huruf pun darinya jika engkau siap. Namun, aku tidak melihatmu demikian.”

 

Dia berkata kepadaku, “Sungguh, demi Allah aku siap.” Aku katakan kepadanya, “Kalau begitu lepaskanlah semua makhluk (apa pun yang ada) dari hatimu, putuskanlah ketamakan kepada Tuhanmu.” Dia berkata kepadaku, “Aku tidak sanggup melakukannya.” Aku katakan kepadanya, “Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa engkau memang tidak siap?” Lelaki itu lantas pergi. Bukti ampunan, kasih sayang, tobat, dan kekalnya kemuliaan di dunia dan akhirat itu ada tiga, yaitu hilangnya dunia dari dalam hatimu tanpa niat untuk kembali. Hal tersebut dilakukan tanpa adanya paksaan dari diri sendiri. Kemudian, terhubungnya hati dan setiap napas dengan Tuhanmu. Bukti adanya keterikatan dengan Allah ada pada kebebasan diri dari makhluk dan keluar dari segala daya dan upaya.

 

Ada empat hal yang harus engkau pegang. Janganlah jadikan orang-orang kafir sebagai pelindung (wali). Jangan jadikan orangorang mukmin sebagai musuh. Palingkan hatimu dari dunia, persiapkan dirimu untuk menjemput kematian, dan bersaksilah atas keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad, cukuplah itu sebagai amalanmu. Katakanlah,

 

“Aku beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, seluruh ketentuan, dan kalimat yang terpendar dari kalimat-Nya dalam ayat berikut ini,

 

“Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 285)

 

Kemudian, kami berkata sebagaimana yang mereka katakan,

 

“Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. al-Baqarah [2]: 285)

 

Orang yang mampu melakukan empat hal tersebut, maka Allah akan menjamin empat hal di dunia dan empat hal di akhirat, Empat hal tersebut ialah jujur dalam ucapan, tulus dalam perbuatan, rezekinya seperti hujan, dan mendapat penjagaan dari keburukan. Keempat hal ini merupakan jaminan di dunia. Kemudian, jaminan di akhirat, yaitu ampunan yang agung, sangat dekat dengan Allah, masuk ke dalam surga Ma’wa, dan mendapatkan derajat (kedudukan) yang tinggi.

 

Sementara empat hal dalam agama, yaitu bertemu Allah, bertatap muka dengan-Nya, mendapat salam dari Allah, dan ridha dari Allah Yang Mahabesar. Jika kau menginginkan jujur dalam ucapan, mohonlah pertolongan untuk jiwamu dengan membaca,

 

“Sesungguhnya Kami telah rhenurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. al-Qadr [97]: 1)

 

Jika kau menginginkan keikhlasan, maka mohonlah pertolongan untuk jiwamu dengan membaca,

 

“Katakanlah: Dialah Allah, Dzat Yang Maha Esa.” (QS. al-Ikhlas [112]: 1)

 

Jika kau ingin selamat dari keburukan, mohonlah pertolongan untuk jiwamu dengan membaca,

 

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.”” (QS. an-Nas [114]: 1)

 

Dalam mimpi aku melihat sekelompok rusa yang sedang diburu oleh manusia. Aku tidak pernah melihat manusia yang lebih buruk dibandingkan mereka. Anak-anak kecil mendapatkan rusa tersebut dan bermain-main dengannya. Aku tersadar dan terheran-heran akan mimpi tersebut. Aku kembali tidur dan melihat seseorang yang memiliki rupa yang rupawan: Dia berkata kepadaku, “Berlaku untuk hewan dan tidak untuk rusa.”

 

Aku melihat rusa diburu dan’ menjadi teman bermain anakanak kecil. Begitu juga halnya ada beberapa orang yang mendahului ahli ilmu dan makrifat. Aku melihat dunia mengambil akal-akal manusia sehingga setan menjadikan mereka mainan. Berhatihatilah terhadap manusia dan dunia. Senantiasalah untuk jujur dan bertaqwa. Tinggalkanlah sumber-sumber keburukan, maka engkau akan mendapatkan derajat yang tinggi.

 

Aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. lalu beliau berkata kepadaku, “Ada empat hal yang tidak ada kepemahaman sama sekali di dalamnya, cinta dunia, melupakan akhirat, takut kefakiran, dan putus asa.” Nabi juga bersabda, “Orang yang derajatnya paling hina adalah orang yang dengan dunia dia bakhil kepada orang yang tidak mendapatkan dunia. Apalagi dengan orang yang dengan dunia dia bakhil kepada orang yang mendapatkannya.”

 

Aku bermimpi seakan melihat tempat tertinggi. Aku berkata, “Wahai Tuhanku, ahwail (kondisi spiritual) apa yang paling Engkau sukai? Perkataan apa yang paling jujur di sisi-Mu? Amalan apa yang paling mendekatkan kepada cinta-Mu? Berilah hamba taufik. Berilah aku petunjuk.” Lalu dikatakan kepadaku, “Ahwal yang paling dicintai Allah adalah ridha dengan musyahadah. Perkataan yang paling jujur di sisi-Nya adalah ucapan 14 ildha illallah dengan bersih. Amalan yang paling mendekatkan kepada cinta-Nya adalah benci kepada dunia dan putus asa terhadap penghuninya disertaj dengan persetujuan-Nya (muwdfaqah).”

 

Tinggalkanlah cinta kepada dunia dan maksiat. Teruslah bersama rahmat laduni (dari Allah). Cukupkan dirimu dengannya dari fi’liyah (sebab lain). Jangan gantungkan hatimu dengan apa pun selain Allah, kau termasuk dari golongan orang-orang yang menyerap ilmu, yang mana rahasia Allah dan ilmu-Nya tidak lagi samar bagi mereka. Jika terlintas di benakmu pikiran-pikiran untuk berbuat maksiat dan mengejar dunia, maka buanglah pikiran itu dan zuhudlah. Penuhilah hatimu dengan ilmu dan kecerdasan. Janganlah engkau menunda-nunda hal itu sehingga kegelapan akan menutupimu dan anggota badanmu tidak bersemangat melakukannya. Rangkullah ia dengan tekad, pikiran, keinginan, dan gerak. Saat itu, hati (al-lubb) akan merasa bimbang, kemudian seorang hamba akan mengalami seperti dalam ayat berikut,

 

“Seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan. Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), ‘Ikutilah kami,’ katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya), dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (QS. al-An’am [6]: 71)

 

Tidak akan mendapat petunjuk, kecuali orang yang bertaqwa dan tidak akan mendapatkan taqwa, kecuali yang berpaling dari dunia. Tidak akan bisa berpaling dari dunia, kecuali orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya. Tidak akan bisa mengalahkan nafsu, kecuali bagi orang yang mengetahuinya. Tidak ada yang mengetahui nafsu, kecuali orang yang makrifat kepada Allah. Tidak akan bisa makrifat kepada Allah, kecuali orang yang dicintai-Nya. Seseorang tidak dicintai-Nya, kecuali Allah memilihnya serta menghalanginya dari hawa nafsu. Berdoalah,

 

“Ya Allah, wahai Yang Maha Mengatur semua perkara, wahai Yang Maha Menghendaki, wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Mahabijaksana, wahai Yang Maha Terpuji. Ya Allah, ya Tuhanku, wahai Yang Maha Merajai, wahai Yang Mahaada, wahai Yang Maha Memberi Petunjuk, wahai Yang Maha Memberi Nikmat, anugerahkanlah kepada hamba dari sisiMu kasih sayang, sungguh Engkau adalah Maha Pemberi. Berikanlah kenikmatan kepada hamba-Mu dengan nikmat agama, dan dengan hidayah menuju jalan yang lurus. ‘(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allahlah kembali semua urusan.” (QS. asy-Syara [42]: 53).

 

Dengan kesucian nama ini yang agung. Mudah-mudahan Engkau mengabulkan. Jika engkau melakukan “sesuatu suntuk dunia dan akhirat, maka ucapkanlah,

 

“Wahai Yang Mahakuat, wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Mengatur, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”

 

Apabila kau mendapatkan tambahan dari dunia dan akhirat, maka ucapkanlah,

 

“Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.” (QS. at-Taubah [9]: 59)

 

Ketika aku berada di Maroko, salah satu dari pembesar negara datang kepadaku dan berkata, “Aku tidak melihatmu melakukan banyak pekerjaan, kenapa orang-orang mengagungkanmu?” Aku menjawabnya, “Aku memiliki satu kebaikan yang Allah wajibkan kepada Nabi-Nya dan aku pegang kebaikan itu baik-baik.” Dia bertanya, “Apakah itu?” Aku berkata, “Berpaling dari kalian dan dunia kalian.” Allah berfirman,

 

“Maka tinggalkanlah (hai Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan dia hanya mengingini kehidupan dunia.” (QS. an-Najm [53]: 29)

 

Hai orang yang menginginkan jalan keselamatan-Nya, dan hai orang yang rindu ke hadirat kehidupannya, janganlah memperbanyak hal yang diperbolehkan Allah untukmu. Tinggalkanlah apa yang tidak masuk dalam ilmumu dan dihalalkan Allah untukmu. Kemudian, bersegeralah melakukan kewajiban-kewajibanmu. Tinggalkanlah apa yang membuat manusia sangat sibuk dengan menjaga sirmu. Sebab, di dalam memperbanyak menghindari perkara mubah terdapat zuhud. Di dalam menghindari hal yang tidak ada dalam ilmumu terdapat wara’’. Rasulullah saw. bersabda,

 

“Kebaikan adalah apa yang dapat menenangkan hati, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu. dengan selain hal tersebut.” (HR. ad-Darami)

 

Biarkanlah mereka, saat ‘menyibukkan diri dengan memelihara sir bisa membuka jalan menuju hakikat iman. Jika engkau pedagang yang cerdas, tinggalkanlah apa yang engkau inginkan, berorientasilah pada keinginan-Nya dengan syarat ridha terhadap seluruh hukum-hukum-Nya,

 

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini?” (QS. al-Maidah [5]: 50)

 

Dunia itu keharamannya adalah hukuman dan kehalalannya diperhitungkan (hisab). Rasulullah bersabda,

 

“Anak keturunannya Adam itu dihisab (dihitung amal perbuatannya).” (HR. al-Baihagi)

 

Dunia yang tidak diperhitungkan di kehidupan dunia dan tidak memiliki hijab (penghalang) di kehidupan akhirat adalah dunia yang tidak memiliki kehendak sebelum eksistensinya. Kehendak jtu juga tidak ada untuk dunia bersama eksistensinya, tidak ada yang disesalkan ketika dunia tidak ada. Orang yang bebas dan mulia adalah orang yang mengambil (bagian) dunia hanya sebatas berhadapan saja dengannya. Dia juga meninggalkannya sebatas berhadapan, tidak ada pengaruh apa pun di hatinya.

 

Allah pernah membukakanku salah satu pintu dunia. Aku senang dapat meminjam dan meminjamkan dunia. Lalu aku memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya, syukur merupakan makrifat yang ada pada hati. Sementara pujian adalah kalimat yang ada pada lidah. Aku menggabungkan keduanya dan selalu mengamalkannya di malam hari.

 

Aku tidur dan bermimpi melihat guruku berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari keburukan dunia ketika aku menghadapnya, juga dari keburukan dunia ketika aku berpaling darinya, ketika aku membelanjakan harta (berinfak), dan ketika aku menahannya.” Lalu aku mengatakan, “Aku berlindung kepada Allah dari keburukan dunia ketika aku menghadap kepadanya, dan berlindung kepada-Nya dari keburukan dunia ketika berpaling darinya.” Guruku lantas meneruskan kata-kataku, “Aku juga berlindung dari musibah, bencana, penyakit badan, penyakit hati, serta penyakit jiwa seluruhnya dan sepenuhnya. Jika aku mampu atas sesuatu, maka berilah aku pakaian ridha, cinta, pasrah, dan pahala ampunan, tobat, dan kembali kepada yang diridhai-Nya.”

 

Aku bermimpi melihat Abu Bakar ash-Shiddiq ra., ia bertanya kepadaku, “Apakah engkau tahu apa tanda hilangnya cinta dunia dari dalam hati?” Aku menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Tandanya yaitu meninggalkan dunia ketika menemukannya, serta mendapatkan ketenangan ketika kehilangannya.”

 

JIKA ENGKAU BERUTANG, maka berutanglah kepada Allah. Dengan demikian, Allah akan menanggungnya dan memikul bebannya. Jika engkau berutang dengan mengandalkan kemampuanmu, atau sesuatu yang engkau ketahui, maka akan terasa berat bagimu untuk menanggungnya. Bahkan bisa ‘saja engkau menunda-nunda, menyia-nyiakan, membuatnya lama terbayar, mendahulukannya, mengakhirkannya, berbuat zalim atau berbohong, sehingga engkau merugi dan tidak mendapatkan untung.

 

Kemudian aku ditanya, “Lantas bagaimana caraku berutang kepada Allah?” Kujawab, “Dengan memutus diri dari seluruh arah, mencabut hati dari kebiasaan, serta menggantungkannya dengan Dzat yang memiliki bumi dan langit. Ucapkanlah,

 

“Ya Allah, kepada-Mu aku berutang, dengan nama-Mu yang Engkau telah membawa (menanggung) apa yang aku bawa, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu perkaraku aku kembalikan, kemudian aku letakkan. Aku berlindung kepada-Mu dari masuk ke dalam kawah kebodohan dan nafsu, aku berlindung kepada-Mu dari kebiasaan-kebiasaan, permusuhan, kotoran, dan perbuatan keji.”

 

Jika muncul sebuah penghalang yang kau ketahui, maka larilah kepada Allah, seperti engkau lari dari api neraka yang akan mengenaimu. Ucapkanlah,

 

“Aku berlindung kepada-Mu dari neraka, dari amalnya ahli neraka, maka tolonglah aku dan. ampunilah aku wahai Yang Mahaperkasa, wahai Yang Maha Pengampun.”

 

Ini semua adalah keajaiban-keajaiban yang ada dalam ilmu makrifat dan muamalah. Maka dari itu, jauhkan dari nafsumu dan -serahkanlah pahalamu kepada Allah.

 

ORANG-ORANG YANG TERTIPU di dunia dan akhirat adalah orang yang mendapatkan musibah kebinasaan karena kemurkaan Allah. Ridha terhadap Allah akan diberi pahala berupa keridhaan dari-Nya. Jika Engkau ridha dengan-Nya, maka Dia akan ridha denganmu. Jika engkau benci terhadap ketetapan-Nya, maka Dia akan murka kepadamu. Allah berfirman,

 

“Yang demikian itu karena niereka membenci_apa (al-Quran) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka.” (QS. Muhammad [47]: 9)

 

Batas dari murka adalah sesuatu yang belum Allah datangkan hukumnya. Orang yang percaya dengan pembagian dari Allah, maka dia dilarang untuk menentang hikmahnya. Setiap musibah yang diharapkan pahalanya dan tidak ditakuti hukumannya bukanlah disebut musibah. Yang dinamakan musibah adalah sesuatu yang tidak diharapkan pahalanya dan ditakuti hukumannya. Jika terjadi musibah, berdoalah,

 

“Sungguh kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berikanlah aku pahala dalam musibahku, dan berikanlah aku kebaikan setelahnya.”

 

Kemudian, disampaikan kepadaku agar aku menambahkan,

 

“Ampunilah aku dari kejelékannya, dari sésuatu yang mengikutinya, dari sesuatu yang terhubung dengannya, dari isi yang ada di dalamnya, dari semua hal yang terjadi sebelumnya, dan dari semua hal yang akan terjadi setelahnya.”

 

Aku mengucapkannya dan musibah terasa ringan bagiku. Jika aku mendapatkan musibah, ia akan tetap terasa ringan bagiku. Apa yang aku dapatkan dari dinginnya ridha dan pasrah lebih aku sukai dibandingkan apa saja.

 

Dalam mimpi, aku melihat ada yang berteriak dari atas langit, “Engkau digiring kepada rezeki, atau kepada dirimu, atau kepada ketetapan Allah kepadamu, denganmu atau bagimu dengan lima hal, tidak lebih; yaitu bertaqwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Janganlah menyamakan taqwa dengan apa pun karena kebaikan diperuntukkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah sendiri menyukai orang-orang yang bertaqwa. Dia menyukai mereka dan mereka menyukai-Nya.”

 

Allah berfirman,

 

“Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah [5]: 54)

 

Kemudian berdoalah,

 

“Aku berlindung kepada Allah dari buruknya qadha, dari resahnya jiwa ketika terkena -cobaan, dari kebahagiaan, kesusahan, keraguan, dan kedukaan dalam penderitaan dan kesejahteraan.”

 

Aku mendengar seseorang berkata, “Orang yang gelisah tidak akan bersabar, orang yang memaksakan diri tidak akan selamat, orang yang meminta tidak akan ridha, orang yang berpaling tidak akan memasrahkan diri kepada Allah, orang yang memohon tidak bertawakal.”

 

Itulah lima perkara yang sangat engkau butuhkan dan hendaknya mengamalkannya sepanjang hidup. berdoalah,

 

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. al-Qashash [28]: 24)

 

Maka tambahkanlah anugerah dan kebaikan-Mu kepada hamba. Jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Mu.

 

Tanda-tanda penyerahan diri kepada Allah adalah tidak goyah hatinya ketika tertimpa musibah. Aku terjaga semalam memikirkan umat Muslim. Apakah aku mendoakan mereka atau tidak? Lantas aku mendengar guruku berkata, “Mereka adalah umat mulia, maka bersabarlah atau diam, relakan, pasrahkan, serahkan, bertawakal, bertaqwa, dan berbuatlah kebaikan.” Allah berfirman,

 

“Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih . hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 139): 

 

Adakah perencana selain Allah yang kalian inginkan atau hukum selain hukum-Nya yang kalian cari? Allah berfirman,

 

“Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. al-Maidah [5]: 50)

 

Sungguh para sahabat Nabi Muhammad saw. dan tabiin telah disakiti dan dianiaya, mereka tidak pernah tergesa-gesa membalas dan mendoakan orang-orang yang zalim dengan makrifat mereka kepada Allah, Tuhan semesta alam. Kalaupun mereka berdoa, mereka berdoa karena izin dari Allah bukan karena kebencian dan tidak rela atas ketetapan Allah.

 

Setiap syahwat yang mengajakmu untuk menyukai syahwat lain adalah senjata setan. Setiap syahwat yang mengajakmu untuk menaati Allah dan menyukai berada pada jalan kebaikan adalah syahwat yang terpuji. Setiap kebaikan yang tidak mendatangkan cahaya dan ilmu, maka janganlah engkau mencari pahala di dalamnya. Namun, setiap kesalahan yang mengakibatkan rasa takut dan kembali kepada Allah janganlah engkau anggap sebagai dosa. Suatu ketika beliau didatangi orang-orang yang mengadu tentang kezaliman mereka. Ia berkata, “Berdoalah,

 

“Ya Allah, sungguh kami terbebas dari orang-orang yang sewenang-wenang dan orang-orang yang zalim, dan sungguh kami adalah orang yang cinta kepada keadilan-Mu, maka kami mohon jangan tarik kami dengan kemurkaan-Mu. Sungguh Engkau adalah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

Guruku pernah berkata, “Ada dua dosa yang jarang sekali keduanya berbuah kebaikan, yaitu benci terhadap ketetapan Allah dan berbuat zalim terhadap hamba-hamba Allah. Sementara ada dua kebaikan yang jarang sckali terancam (dihapus pahalanya) oleh banyaknya dosa, yaitu ridha dengan ketetapan Allah dan memaafkan kesalahan hamba hamba Allah.”

 

Wahai Dzat yang di tangannya terdapat kekuasaan segala sesuatu. Dia-lah yang melindungi dan tidak butuh perlindungan., Lindungilah hamba dari segala sesuatu yang membuat hamba tidak berdaya.

 

Janganlah engkau lari menuju Allah dalam keadaan kesal dan benci, karena Allah akan murka kepadamu. Dikatakan padaku, “Tetapi urusan ini menyusahkanku.” Aku jawab, “Kami berikan kepadamu kekuatan untuk mendidik, mengajar, dan memperlihatkan kepadamu sesuatu.”

 

Percayalah bahwa manfaat dan mudarat itu berasal dari Allah, meskipun hal itu terlihat pada mereka. Larilah dari mereka menuju Allah dengan percaya terhadap takdir yang diberikan. Janganlah merasa takut kepada mereka hingga membuatmu lalai dan melupakan Allah, serta bergantung kepada mereka. Setiap ketakutan yang membuatmu kéembali kepada Allah adalah keridhaan sehingga orang yang memiliki ketakutan adalah orang yang terpuji. Akan tetapi, setiap ketakutan yang membuatmu kembali kepada selain Allah merupakan hal yang hina dan tercela. Jika ada sesuatu yang sampai kepadamu dengan kuasa AHah melalui perantara mereka, maka bersabarlah, ridhalah, bersyukurlah, cintailah, dan kembalilah kepada Allah.

 

Pada suatu malam, aku berada dikota Manshurah. Pada malam ke-8 bulan Dzulhijah, aku terjaga karena memikirkan umat Muslim dan nasib benteng mereka, khususnya benteng Iskandariyah. Aku berdoa dan bersimpuh-di hadapan Allah untuk kebaikan Sultan dan segenap umat Islam. Di penghujung malam, aku melihat sebuah tenda begitu luas di ketinggian langit. Tenda ini memancarkan cahaya dan dikerumuni oleh para penduduk langit, sedangkan para penduduk bumi tidak mengetahuinya.

 

Dengan senang hati aku bergepas menuju ke sana. Aku bertanya, “Untuk siapa tenda ini?” Mereka menjawab, “Untuk Rasulullah saw.” Di depan pintu tenda aku bertemu beberapa ulama dan orang saleh sekitar tujuh puluh orang. Di antara yang aku kenali adalah Izzuddin bin Abdu as-Salam, ahli fikih az-Zain, guru kota Qush, ahli fikih Kamal bin al-Qadhi Shadruddin, ahli fikih dan hadis Muhyiddin bin Suragah, dan ahli fikih yang bijak Majduddin Ali bin Wahab al-Qasyairi.

 

Terdapat dua orang bersama mereka. Kedua orang itu tidak pernah aku lihat dan wajahnya lebih tampan dibandingkan siapa pun yang pernah kulihat. Aku tidak mengenal mereka tetapi aku mendapatkan isyarat bahwa mereka adalah ahli fikih Zakiyuddin bin Abdul Azhim al-Mundziri, seorang ahli hadis, dan Imam Majduddin al-Ikhmimi. Lalu aku cepat-cepat menghadap Rasulullah saw. dan menjaga adab serta tawadu’ dengan Imam Izzuddin.

 

Aku berkata kepada diriku, “Kau tidak patut berkumpul bersama ulama umat saat ini.” Lalu, majulah Imam Izzuddin dan semua ulama lainnya. Rasulullah saw. memberi isyarat kepada mereka ke kiri dan ke kanan agar mereka.duduk. Aku maju ke depan dan menangis karena gelisah sekaligus gembira: Gelisah karena memikirkan umat muslim dan benteng kota mereka. Gembira karena aku bisa dekat dengan Rasulullah saw.

 

Rasulullah saw. mengulurkan tangannya dan menggenggam tanganku. Lalu bersabda, “Janganlah engkau gelisah terhadap nasib benteng tersebut. Engkau harus memberi wejangan kepada pemangku urusan umat Islam (Sultan). Jika kalian dipimpin oleh seorang yang zalim, maka apa yang bisa ia perbuat?”

 

Lalu ia menggenggam kelima jarinya di tangan kiri seakan sedang memberi isyarat jumlah yang sedikit, “Jika kalian dipimpin oleh seorang yang bertaqwa, maka Allah menjadi penolong orang-orang yang bertaqwa,” lanjutnya. Rasulullah kemudian membentangkan tangan kanan dan kirinya dan bersabda, “Adapun nasib umat Muslim, maka cukuplah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin yang menjaga mereka.” Allah berfirman,

 

‘Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.’ (QS. al-Maidah [5]: 56) ;

 

Adapun mengenai urusan Sultan, tangan Allah dan kasih sayang-Nya selalu terbentang untuknya, selama ia setia menolong rakyatnya dan umat mukmin dari hamba Allah. Katakanlah kepada orang yang zalim—musuh Allah itu satu perkataan yang kuat. Tuliskan ayat berikut untuknya,

 

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu benar dan sekali-kalijangan sampai orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau.” (QS. ar-Rum [30]: 60)

 

Kemudian, aku mengatakan, “Demi yang mempunyai Ka’bah,” lantas aku terbangun dari tidurku.

 

PANGKAL KEBURUKAN ADA enam. Pertama, mengubah kehendak baik menjadi kehendak buruk. Kedua, mengubah ketergantungan kepada Allah menjadi kepada makhluk. Ketiga, mengubah prasangka baik terhadap Allah dan kedermawanan-Nya menjadi prasangka buruk terhadap-Nya dan rasul-Nya. Keempat, keinginan tersembunyi. Kelima, mencintai dunia, dan keenam, mengikuti hawa nafsu.

 

Allah swt. berfirman, “Aku dan Kemuliaan-Ku ada untukmu selama engkau tidak mengganti kehendak baik dengan kehendak buruk, prasangka baik terhadap kedermawanan-Ku menjadi prasangka buruk, dan ketergantungan kepada-Ku menjadi ketergantungan kepada makhluk. Jika engkau melakukannya, maka Aku akan lepas darimu, menyerahkanmu kepada dirimu sendiri, memberimu kemampuan yang kau kuasai, dan memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam. Sungguh, ia seburuk-buruk tempat kembali. Siapa yang bertobat, maka Aku akan menerima tobatnya. Siapa yang meminta ampunan, maka Aku akan mengampuninya. Sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun dan Maha Pengasih.”

 

Kemudian melanjutkan firman-Nya, “Demi kemuliaan-Ku, kalau bukan sesuatu yang ada padamu, niscaya umat akan binasa karena dosa-dosamu.” Aku bertanya, “Apakah itu?” Dia menjawab,

 

“Rahmat-Ku lebih engkau sukai dibandingkan hukuman-Ku, dan permintaan ampunmu lebih besar dibandingkan bermaksiat kepada Ku. Dengan hal itu, engkau mendahului orang orang terdahulu. Aky tidak mengantarmu untuk bersama orang-orang yang menuju Allah, juga tidak menempatkanmu dengan orang-orang zalim. Katakanlah, ‘Aku berlindung pada Allah dari seruan-seruan yang tersembunyi, dari keinginan terhadap dunia dan mengikuti hawa nafsu.”

 

Hafalkanlah enam hal tersebut karena sesungguhnya ia adalah pangkal keburukan. Mintalah perlindungan kepada Allah, Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mengetahui. Benteng hati dari keburukan ada empat, yaitu terhubungnya hati dengan Allah, membenci dunia, tidak menggunakan mata untuk melakukan hal yang diharamkan Allah, dan engkau tidak memindah telapak kakimu, kecuali untuk mengharap pahala dari Allah.

 

Jika engkau ingin mengalahkan semua kejelekan, bertemu dengan semua kebaikan, dan tidak didahului oleh orang lain, maka ketika melakukan sesuatu, ucapkanlah,

 

“Wahai Dzat yang mempunyai semua kebaikan, hamba mohon kepada-Mu kebaikan semuanya. Hamba berlindung kepada-Mu dari semua keburukan. Sungguh engkau adalah Allah Yang Mahakaya, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Penyayang. Hamba mohon kepada-Mu dengan sang pemandu, Nabi Muhammad saw. kepada (jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa hanya kepada Allah semua urusan kembali).”

 

Ampunan yang menerangkan hati hamba, menempatkan beban di dalamnya, mengangkat zikir hamba dengannya, memudahkan urusan hamba dengannya, bersamanya menenangkan pikiran hamba, dengannya menyucikan hati hamba, dengannya menghilangkan kesengsaraan hamba, dengannya terangkat takdir hamba. Sungguh engkau adalah Dzat Yang Menguasai segala sesuatu.”

 

Kebaikan adalah sesuatu yang paling mudah bagi orang yang dimudahkan Allah. Kau tidak tahu kehendak buruk di dalam jiwamu, kau termasuk orang-orang yang saleh. Aku pernah bermimpi tentang sekelompok sahabat-sahabat Rasulullah saw. dan sekelompok pasukan yang hidup pada masa sekarang. Aku melihat ke arah para sahabat Rasulullah dan kadang ke arah pasukan.

 

Kemudian, salah satu sahabat Rasulullah saw. berjalan menuju ke arahku dan berkata, “Bukankah mengingat sahabat-sahabat Rasulullah saw. dan amalan-amalan mereka menjadikanmu tidak butuh untuk ingat kelompok ini (pasukan) beserta perilakunya? Akan tetapi, kegelisahan karena urusan rezeki, takut kepada manusia, menolong dan mengikuti hawa nafsu dapat memutus seluruh kebaikan.”

 

ORANG YANG MENINGGALKAN maksiat secara zahir, meninggalkan cinta kepada dunia secara batin, dan selalu menjaga anggota tubuhnya dari dosa, maka dia akan diberi tambahan-tambahan kebaikan dari Tuhannya. Allah akan menyediakan malaikat penjaga untuknya. Allah akan mengumpulkannya ke dalam para saksi dan dalam sirr-Nya. Allah akan memegang tangannya untuk menjaga dan memuliakan seluruh urusannya. Maksud dari tambahan adalah bertambahnya ilmu, yakin, dan makrifat.

 

Aku bertemu dengan seorang laki-laki, ia minta wejangan kepadaku. Aku berkata padanya, “Jangan’ engkau menjadikan maksiat sebagai tempat tinggal, jangan menjadikan dunia dan cinta kepadanya sebagai berhala, tinggalkanlah hawa nafsu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah karena Dialah sebaik-baik pelindung dan penolong. Engkau harus mendapatkan hakikat dalam iman dan penyaksian dalam kebaikan.

 

Ikatlah semua itu dengan ilmu, maka Engkau akan mendapatkan karunia yang lebih. Pintalah tambahan anugerah dari Allah, jangan mengharapkan apa pun, kecuali Allah.” Allah berfirman,

 

“Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Mahatinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS. an-Naml [27]: 63)

 

Laki-laki tadi bertanya, “Apakah engkau menemukan satu nama dari nama-nama Allah yang mewakili semua permohonan tersebut?” Aku katakan, “Ya, yaitu,

 

‘Ya Allah, wahai Yang Mahaawal, wahai Yang Mahaakhir, wahai Yang Mahazahir, wahai Yang Mahabatin, sebagaimana Engkau telah membuatku baik pada awalnya, maka hamba mohon jadikanlah baik pada akhirnya.”

 

Allah berfirman,

 

“Tidak ada balasan untuk kebaikan, kecuali kebaikan (pula).” (QS. ar-Rahman [55]: 60)

 

Dia kembali bertanya, “Kebaikan apa yang harus kulakukan pertama kali untukmu?” Aku menjawab, “Ada empat hal, yaitu dengan tauhid, iman, akal, dan bukti. Sebagaimana Dia berbuat padaku dengan tauhid pada permulaan, maka aku memohon pada-Nya untuk berbuat baik kepadaku dengan penyaksian di akhirnya. Sebagaimana Dia berbuat baik dengan memberi iman, aku berharap Dia berbuat baik dengan ihsan. Sebagaimana Dia berbuat baik dengan akal fari’ (cabang), aku berharap Dia juga berbuat baik dengan (memberi) akal ashli (utama). Sebagaimana Dia berbuat baik dengan membecri bukti, aku berharap Dia juga berbuat baik dengan memberi penglihatan langsung.” Dia berkata, “Engkau telah berbuat baik. Engkau telah berbuat baik.”

 

Orang yang mendapatkan petunjuk dengan sunah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, lalu berpaling dari dunia dan menghadap akhirat, serta bertekad untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Jika dia melakukan maksiat kepadaNya, dia meminta ampunan, bertobat, dan kembali kepada-Nya. Aku ditanya, “Apa yang engkau lakukan?” Kujawab, “Tobat dari maksiat kepada Allah, dan kembali dari taat kepada Allah menuju Allah.”

 

Jika engkau menginginkan kebaikan dunia dan akhirat, kemuliaan ampunan, rahmat, dan selamat dari api neraka serta masuk ke dalam surga, maka tinggalkanlah maksiat kepada Allah. Perbaikilah dalam melaksanakan .perintah Allah, berpegang teguhlah kepada Allah, mintalah pertolongan Allah, mintalah ampunan-Nya dan tawakallah kepada-Nya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal.

 

Ada seseorang mengatakan, “Jelaskan kepadaku bagaimana aku bertawakal, berpegang teguh, dan meminta pertolongan kepada Allah?” Aku menjawab, “Orang yang bergantung kepada sesuatu atau bersandar kepadanya selain kepada Allah, maka dia bukan orang yang bertawakal kepada Allah. Tawakal adalah bersandarnya hati, jiwa, akal, roh, sir, dan anggota tubuh secara lahir dan batin hanya kepada Allah, bukan kepada yang selain-Nya. Berpegang teguh kepada Allah adalah mengandalkan, memohon pertolongan, dan meminta bantuan dari-Nya.

 

Larangan dalam berpegang teguh kepada-Nya adalah ketika engkau memandang ada kuasa, kehendak, hukum, atau dampak pada sesuatu terhadap sesuatu yang lain, atau dalam, dari sesuatu, atau untuk sesuatu. Sementara itu, meminta bantuan kepada Allah adalah dengan cara menjadikan ilmu sebagai penyebab, juga tidak menjadikan akibat sebagai sebab, tidak pada awal atau akhir, Tenggelamkanlah semuanya dalam ilmu, kuasa dan kehendak sebagaimana mereka menenggelamkan dunia ke dalam akhirat. Akhirat pada masa terdahulu. Serta yang terdahulu pada hukum, sedangkan hukum pada ilmu yang azali. Meninggalkan maksiat adalah dengan cara engkau meninggalkannya sampai melupakannya. Hakikat meninggalkan maksiat adalah melupakan apa yang ditinggalkan tersebut. Hal ini berada pada tingkatan yang sempurna. Jika tidak, maka tinggalkanlah dengan usaha dan perjuangan. Sesungguhnya, Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik. Adapun, melaksanakan perintah-Nya dengan baik dilakukan dengan zikir, berpikir, penjagaan, bersegera, dan yakin dengan perintah-Nya. Jika engkau diganggu oleh dosa, cacat, lupa, atau lalai, maka mintalah ampunan kepada-Nya dari kezalimanmu terhadap dirimu dan buruknya perbuatanmu karena kebodohanmu.” Allah berfirman,

 

“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’ [4]:110)

 

Aku bermimpi seakan berada di batas tertinggi (illiyyin) bersama malaikat yang dekat dengan Allah (muqqarrabin). Aku berada pada kenikmatan yang tidak ingin tergantikan. Mereka mengatakan, “Berjalaniah mencari tambahan (kenikmatan).” Aku pun berjalan bersama mercecka dan memasuki suatu tempat yang luar biasa indah, tidak bisa aku gambarkan. Aku sanyat menginginkan penyaksian Tuhan (musy@dhadah), tiba tiba aku berada pada kondisi musya@hadah yang tidak bisa aku jelaskan.

 

Dikatakan kepadaku, “Orang yang Aku tahan anggota badannya dari maksiat kepada-Ku, Aku menghiasinya dengan menjaga amanahKu. Aku buka hatinya untuk mencapai musyahadah (menyaksikanKu). Aku lepaskan lidah sirnya untuk bermunajat kepada-Ku. Aku angkat hijab antara dia dan sifat-sifatnya, Aku perlihatkan kepadanya makna-makna dari roh kalimat-Ku, maka Aku telah menjauhkannya dari api neraka, memasukkannya ke dalam surga-Ku, dekat denganKu, dan bersahabat dengan malaikat-malaikat-Ku.” Allah berfirman dalam al-Quran,

 

“Barang siapa dijauhkan .dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia memperoleh kemenangan.” (QS. Ali Imran [3]:185) .

 

Ini merupakan surga yang .disegerakan. kepada ahli iman yang mencapai keyakinan. Mereka akan memasukinya pada hari pembalasan dengan jasad mereka yang mencakup rasa, indra, dan penglihatan nyata. Lalu aku memanggil mereka dengan isyarat kelembutan dan hakikat. Allah berfirman,

 

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.” (QS. al-A’ raf [‘7]: 27)

 

AKU BERDOA,

 

“Ya Allah, kasihilah hamba dari bermaksiat kepada-Mu baik itu ucapan, perbuatan, zikir; dan pikir. Sungguh pencinta yang tinggi memuliakan “orang yang lebih ‘rendah derajat cintanya: Hamba mohon perlihatkanlah kekuasaan-Mu dalam hal tersebut.”

 

Aku tertidur dan bermimpi seakan sedang berada di hadapanNya. Allah berfirman, “Jika engkau menginginkannya, maka serahkanlah roh dan jiwamu kepada-Ku.” Aku katakan, “Oh Tuhan, apa yang dimaksud menyerahkan roh?“ Dia menjawab, “Mengerahkan kemampuan roh pada apa yang engkau sukai dan mengerahkan jiwa pada apa yang engkau benci.”

 

Belenggu adalah ikatan pada hati untuk berbuat khianat, berbuat muslihat, tipu daya, dan dendam. Menguatkan apa yang engkau ikat adalah dengan tidak melupakan dan melalaikannya. Bertaqwalah kepada Allah dalam perbuatan keji, baik secara umum maupun terperinci. Bertaqwalah dalam kecenderungan kepada dunia, baik secara bentuk maupun penggambarannya.

 

HUKUMAN ITU ADA empat macam, yaitu hukuman dengan siksa, hukuman dengan menutup, hukuman dengan menahan, dan hukuman dengan membinasakan; binasanya hati pada al-mathlib (pencarian). Hukuman siksa karena melakukan keharaman. Hukuman hijab (terhalang) bagi. orang-orang taat, hukuman ini buah dari adab yang buruk. Hukuman menahan berasal dari kecenderungan hati pada selain-Nya. Hukuman membinasakan berasal dari sikap terburu-buru meminta ganjaran dan khawatir. Allah bisa saja mengubah hukuman-hukuman tersebut sehingga sirr-Nya binasa.

 

“Janganlah anugerah membuatmu tertutup dari Pemberi Anugerah.” Kukatakan, “Wahai Tuhanku, bagaimanakah caranya?” Dia menjawab, “Ketahuilah bahwa eksistensimu mendahului pengetahuanmu, begitu juga syukur. Eksistensimu juga mendahului anuge’ rah yang diberikan kepadamu. Jika engkau fokus pada anugerah, maka dengan anugerah itu engkau tertutup dari yang memberikannya. Jika engkau berada di sisi-Nya dan dengan-Nya, maka tidak ada yang mendahului ataupun yang didahului. Jika engkau menyaksikan dari eksistensimu menuju eksistensi-Nya, maka engkau berada pada penghalang ilmu.”

 

Janganlah berdoa agar kebahagiaan dan kebutuhanmu terpenuhi tanpa disertai kebahagiaan bermunajat dengan kekasihmu, Allah. Hal tersebut akan menjadikanmu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang terhalang. Orang yang cahayanya mendahului akalnya, maka dia diberkahi. Sedangkan orang yang akalnya mendahului cahayanya, maka dia adalah orang miskin yang patut dikasihani.

 

Aku mendengar seseorang sedang berbicara perihal kondisi spiritual orang lain dan mencelanya. Lalu guruku berkata padaku, “Orang ini akan mati dengan empat kematian, yaitu mati dengan kehinaan; mati dengan kefakiran; mati dengan membutuhkan manusia, tetapi tidak mendapatkan seseorang: yang mengasihinya; dan mati dengan ajal, kemudian mati dalam kondisi Islam.”

 

Hijab (penghalang) ada tujuh, yaitu penghalang berupa kehormatan, penghalang ilmu, penghalang kekuasaan, penghalang rasa takabur, penghalang cahaya, penghalang kegelapan, serta penghalang fana dan baqa.

 

AKU BERPESAN KEPADA seorang laki-laki yang sedang dirundung kesedihan dan kesusahan, hingga dia tidak mau makan, minum, dan tidur, “Wahai anak Fulan, jalanilah takdir Allah, gantungkan hatimu kepada-Nya. Janganlah berputus asa dari nikmat-Nya, dan tunggulah kelapangan dari-Nya. Jauhilah perbuatan syirik kepada-Nya, munafik kepada Rasulullah saw., dan berprasangka buruk kepada-Nya. Semuanya mengajak kepada lingkaran kebu| rukan yang dimurkai oleh Allah, dilaknat oleh-Nya, dan disiapkan neraka-Nya.” Allah berfirman,

 

“Serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. al-Fath [48]: 6)

 

Setelah itu aku melihat seorang tawanan yang terikat di depan Rasulullah saw. Dia membacakan firman Allah swt.

 

“Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampunimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Anfal [8]: 70)

 

Kemudian aku bertanya, “Apa yang dinamakan munafik, Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu berpura-pura melakukan sunah, tetapi Allah mengetahui engkau tidak melakukan sunah.” Kemudian, aku bertanya kembali, “Apa itu syirik?” Beliau menjawab, “Yaitu menjadikan penolong dan pemberi syafaat selain Allah.”. Allah berfirman,

 

“Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolong’ pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat.” (QS. asSajadah [32]: 4)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Bahkan mercka mengambil pemberi syafaat selain Allah. Katakanlah, ‘Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu pun dan tidak berakal?” (QS. az-Zumar [39]: 43)

 

Rasulullah saw. bersabda,

 

“Berikanlah syafaat (bantuan), maka kalian akan mendapat pahala.” (HR. Bukhari)

 

Di dalam perkara yang haqq, dengan perkara yang haqq, Allah dan Rasul-Nya memerintahkanmu untuk melakukan hal yang benar. Sungguh sudah dijelaskan kepadamu tentang kebenaran penjelasan di dalam sabdanya, “tuajjird.” Orang yang merasa senang karena tolong menolong dalam kemaksiatan, mencari jabatan dan takhta, atau mencari dunia, mereka sama sekali tidak akan mendapat pahala. Sebaliknya, mereka akan mendapatkan siksa karena hal itu. Serta Allah akan menerima tobat sesuai kehendak-Nya.

 

Kemudian, aku bertanya, “Apa itu berprasangka buruk terhadap Allah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang berharap kepada selain Allah dan meminta pertolongan kepada selain-Nya karena putus asa kepada-Nya atas pertolongan-Nya. Kemudian, dia berprasangka buruk kepada-Nya.” Allah berfirman,

 

“Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (QS. al-Hajj [22]: 15)

 

Syafaat adalah cahaya Allah yang tampak pada esensi Rasulullah saw. Maka setiap hamba Allah akan menemukan roh dan tenang dengannya. Ia tetap diketahui oleh orang yang kufur, orang yang beriman, atau makhluk Allah yang lain. Adapun orang mukmin, dia akan terus melakukan hal tersebut dan tidak akan mendapatkan celaan karena firman Allah berikut ini,

 

“Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. at-Tahrim [66]: 8)

 

Adapun orang kafir, maka syafaat itu akan lewat seperti kilat supaya dia menyadari apa yang telah ditinggalkannya, kemudian dia mendapatkan siksa yang pedih. Allah berfirman,

 

“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-A’raf [7]: 41)

 

Syafaat adalah tertuangnya cahaya kepada inti sari kenabian, Kemudian, dari inti sari kenabian tersebut menyebar ke semua nabi. Kemudian, cahaya-cahaya dari orang-orang jujur dan para nabi memantul ke semua makhluk Allah lainnya.

 

GURUKU MEMBERIKAN WEJANGAN kepadaku, “Takutlah kepada Allah sehingga engkau merasa aman dari segala sesuatu. Waspadalah terhadap hatimu ketika dia merasa aman karena Allah dalam satu hal tertentu saja. Takut kepada Allah tidak berarti seperti takut terhadap sesuatu yang lain, dan merasa aman dengan Allah hanya dalam satu hal. Perbaruilah mata hati iman, maka engkau akan menemukan Allah dalam segala hal. Dekat merupakan deskripsi tentang-Nya dan keluasan cakupan-Nya merupakan sifat-Nya. Ia jauh dari tempat dan batas, dari ruang dan arah, dari teman dan kedekatan dengan jarak, serta dari kedekatan dengan makhluk. Hapuslah segala sesuatu dengan sifat-Nya yang pertama dan terakhir, yang zahir dan batin. Allah telah ada sejak azali dan tidak ada sesuatu pun bersamanya. Sekarang Dia tetap seperti Dia yang dahulu.

 

Kekasihku memberiku wejangan, jangan engkau pindahkan kedua telapak kakimu, kecuali untuk mengharapkan pahala dariNya. Jangan engkau duduk, kecuali engkau aman dari bermaksiat kepada-Nya. Jangan engkau berteman, kecuali dengan orang yang mampu menolongmu dalam ketaatan kepada-Nya. Jangan engkau’ memilih teman untuk dirimu, kecuali orang tersebut menambah keyakinanmu pada-Nya.

 

Guruku pernah berkata, “Allah adalah Allah, dan manusia adalah manusia. Buatlah lidahmu terus menyebut-Nya dan hatimu condong kepada-Nya. Engkau harus menjaga anggota badanmu dan melaksanakan kewajiban-kewajiban (agama). Jika begitu, maka wilayah (pertolongan) Allah kepadamu telah sempurna. Jangan mengingatnya, kecuali kewajiban yang Allah berikan kepadamu.”

 

Dengan begitu, wara’-mu juga telah sempurna. Berdoalah,

 

“Ya Allah istirahatkanlah hamba dari mengingat mereka, dari perselisihan-perselisihan ‘dari diri mereka. Selamatkanlah hamba dari kejelekan mereka, cukupkan hamba dengan kebaikan-Mu daripada kebaikan mereka. Kuasakanlah kepada hamba dengan keistimewaan diantara mereka. Sungguh engkau adalah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

 

Guruku memberiku wejangan, “Larilah dari kebaikan manusia lebih banyak daripada pelarianmu dari keburukan mereka. Keburukan mereka hanya menimpa tubuhmu saja, sementara kebaikan mereka membekas dalam hatimu. Maka dari itu, menimpa tubuhmu lebih baik untukmu dibandingkan membekas di hatimu.”

 

Musuh yang membuatmu kembali kepada tuanmu lebih baik daripada kekasih yang membuatmu sibuk dan lupa akan tuanmu.

 

Orang yang lalai dengan hatinya, sebenarnya ia telah mengejek agamanya. Kemudian, orang yang terlalu sibuk dengan ciptaanNya, sebenarnya dia menjadikan agamanya sebagai mainan.

 

Seorang hamba yang beramal dengan tujuan agar diterima oleh manusia, jarang sekali selamat dari kemunafikan. Aku bertemu dengan seseorang dalam perantauanku. Ia menasihatiku, “Tidak ada ucapan yang lebih meringankan beban, kecuali la haula wa la quwwata illa billah. Tidak ada perbuatan yang dapat memberikan pertolongan, kecuali berlari menuju Allah dan berpegang teguh kepada-Nya.” Allah berfirman,

 

“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah.” (QS. adzDzariyat [51]: 50)

 

Maka dari – itu berpegang. teguhlah kepada Allah. Allah berfirman,

 

“Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran [3]: 101)

 

Dengan menyebut nama Allah, aku kembali kepada-Nya, dan ‘aku berpegang teguh kepada-Nya. Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan pertolongan-Nya. Tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Allah. Bismillah adalah ucapan di lisan dan berasal dari hati. Kembalilah kepada Allah (fafiru ilallah) adalah sifat roh dan sir. Aku berpegang teguh kepada Allah (wa‘tashamtu biliah) adalah sifat akal dan jiwa. Tiada daya dan upaya, kecuali pertolongan Allah (la haula wa la quwwata illa billah) adalah sifat bagi raja dan pemerintah. Tiada yang mampu mengampuni dosa, kecuali Allah (wa ma yaghfiru adz-dzuntba illa Allah).

 

Aku berlindung dari pekerjaan setan, dia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata. Kemudian, katakanlah kepada setan, “Ini adalah ilmu Allah yang ada padamu, kepada-Nya aku beriman, dan kepada-Nya aku menyerahkan diri. Aku berlindung kepada-Nya darimu. Kalau Dia tidak memerintahkanku, maka aku tidak akan mohon perlindungan darimu. Memang siapa engkau hingga aku memohon perlindungan kepada-Nya darimu?”

 

Aku meminta wejangan kepada guruku, “Berilah aku wejangan.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau berprasangka buruk terhadap Allah dalam hal apa pun. Berprasangka baiklah kepadaNya dalam berbagai hal. Janganlah engkau lebih mengutamakan dirimu dibandingkan Allah dalam segala sesuatu.”

 

Menetaplah pada satu pintu, maka pintu-pintu lain akan dibukakan untukmu. Tunduklah pada satu tuan, maka leher-leher (budak) akan tunduk kepadamu. Allah berfirman,

 

“Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.” (QS. al-Hijr [15]: 21)

 

Aku menasihati beberapa kawan saat mereka dalam perjalanan, “Aku berharap dalam perjalananmu, Allah menganugerahkan kemudahan di dalam rezekimu, sehat badanmu, kemuliaan dalam perkataanmu, ampunan untuk semua dosa-dosamu, dan diturunkan kepadamu empat hal. Empat hal tersebut adalah dukungan dari makhluk, rela terhadap Allah, tidak banyak kebutuhan, dan berbahagia dengan yang sedikit.

 

Janganlah kalian menyukai apa yang ada pada kalian karena kalian akan dihukum dengan meminta kepada selain kalian. Hukuman ini merupakan hukuman paling rendah untuk orangorang yang menyukai dunia. Sementara hukuman terbesar adalah terhalang untuk dapat melihat Tuhan seluruh alam. Kerjakanlah empat perkara, yaitu keramahan, persahabatan yang baik, melaksanakan kewajiban, dan tawakal kepada Allah di segala perbuatan.”

 

Ikatan, ikatan, kemudian ikatan terdapat dalam tiga hal, yaitu janganlah menuduh Allah dalam hal apapun, berbaik sangkalah kepada-Nya di setiap gerak, janganlah mendahulukan dirimu dibandingkan Allah dalam segala sesuatu.

 

Yang dimaksud dengan mendahulukan adalah jika engkau dihadapkan pada.hak Tuhanmu dan bagianmu, maka janganlah memilih bagianmu dibandingkan hak Allah. Apabila engkau memilih mendahulukan hak-Nya, engkau akan mendapatkan cinta-Nya. Jika engkau dihadapkan kepada hal yang disunahkan dan dimakruhkan, maka janganlah memilih yang makruh dibanding yang sunah. Dalam hal-hal sunah terdapat cinta Rasulullah saw., hal tersebut akan mudah dilakukan bagi hamba yang hanya mencintai Allah atau mencintai perintah agama-Nya. |

 

SEMUA WASILAH ATAU sarana terdapat dalam empat hal, yaitu pada badan, harta, akal, dan hati. Allah berfirman,

 

“Mereka menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan kami adalah yang mendustakan hari pembalasan.” (QS. al-Muddatstsir [74]: 43—46) .

 

Shalat mengisyaratkan raga (sebagai wasilah), memberi makan menunujukkan pada harta, berbicara memberi isyarat pada akal, dan mendustakan memberi isyarat pada hati. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan di dalam hati para wali dengan cahaya-cahaya kehadiran Nya, menjaganya dari bi sikan-bisikan yang datang dengan bintang bintang makrifat Nya. Para Malaikat berdiri di tempat tertinggi menghadap Tuhannya (al-Mala al-A’la). Mereka melihat Tuhan dan tersungkur bersujud penuh khidmat serta mencari keistimewaan di setiap harinya. Allah menjadikan mereka sumber hukum agung karena mereka mengambil hukum tersebut langsung dari penciptanya.

 

Para wali itu bisa dilihat sebagai penting atau tidak penting. Mereka penting jika dilihat dari sisi wujud dan al-Haq. Tidak penting jika dilihat dari sisi wujud dan makhluk. Mereka sempurna jika mengemban amanah. Mereka kini membawa sifat-sifat alHaqq dan sifat-sifat makhluk sekaligus.

 

Jika engkau melihat mereka dari sisi makhluk, maka engkau akan melihat sifat-sifat manusia. Akan tetapi, jika engkau melihat mereka dari sisi al-Haq, engkau akan melihat sifat-sifat Allah. Secara lahir mereka fakir, tetapi secara batin mereka berkecukupan karena meniru akhlak nabi-mereka saw.

 

Allah berfirman,

 

“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS. adh-Dhuha [93]: 8)

 

Apakah engkau pernah melihat-Nya mencukupi Rasulullah dengan harta? Sama sekali tidak pernah. Rasulullah saw. pernah menyelipkan batu dan mengencangkan batu itu di perutnya karena merasa sangat lapar. Beliau memberi makan pasukannya hanya dengan satu shé gandum. Beliau keluar dari Mekkah berjalan kaki, dan dinaikkan ke langit yang tinggi, kemudian kembali ke rumahnya dalam waktu satu malam.

 

Lihatlah dua hal pada dirinya, kau akan menjumpai kesempurnaan sifat nabi. Jika engkau mengatakan, “Nabi adalah manusia.” Aku jawab, “Ya, memang, beliau adalah manusia tetapi bukan seperti manusia biasa. Sebagaimana engkau menyebut batu yakut sebagai batu, tetapi ia bukan seperti batu-batu lainnya. Hal itu dikarenakan nabi adalah Mata Allah yang agung yang hidup di antara makhluk-Nya. Begitu juga dengan para wali yang diberikan kesucian di antara makhluk yang lain. Hal itu karena mereka sedang bersama dengan Allah dan karena mereka tidak memiliki sekat dengan Allah. Mereka memahami sabda Rasulullah saw. berikut ini.

 

“Allah itu sudah ada dan tidak ada apapun bersamanya.” (HR. Nasa’i dan al-Bukhari)“

 

Allah tetap dalam kondisi-Nya yang dulu. Allah telah ada sejak zaman azali tanpa ada sesuatu pun yang menyertainya, hal ini merupakan keistimewaan. Para ulama tidak mengetahui esensi ilmu kefakiran dan kehinaan pada diri mereka. Mereka hanya mengetahuinya melalui kebalikan dari apa yang mereka ketahui. Sementara, hanya wali quthb, seorang khalifah, atau pemimpin yang amanat saja yang tidak tergantung pada kemuliaan dunia. Baik mereka mengatakan itu ataupun tidak. Seorang yang dapat dipercaya tidak akan berkhianat.

 

Oleh karena itu, tahanlah tanganmu terhadap hal tersebut, , gigitlah ia dengan gigi gerahammu. Janganlah engkau pedulikan orang-orang yang dengki terhadapmu. Orang yang menginginkan jumlah pendeknya sedikit berarti dia juga menginginkan nikmat yang diberikan oleh Allah sedikit. Allah berfirman kepada nabi-Nya,

 

“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.”” (QS. al-Falag [113]: 1)

 

Hingga sampai pada firman berikut ini,

 

“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. al-Falaq [113]: 5)

 

Seakan-akan Allah berkata,; “Mintalah kepada-Ku supaya Aku menghentikan keburukan orang yang dengki kepadamu, tetapi jangan engkau minta kepada-Ku untuk memutus mereka sepenuhnya. Jumlah orang yang dengki kepadamu sebanding dengan kenikmatan yang akan engkau peroleh. Semoga kebenaran datang dari perkataan baikmu.”

 

KETAHUILAH BAHWA ILMU yang membuat seseorang mendapatkan pujian karena keagungan ilmu tersebut tetap menjadi “kegelapan” dalam pandangan ahli hakikat. Mereka adalah orangorang yang tenggelam dalam lautan Dzat dan sifat yang samar. Mereka berada di sana tanpa menjadi diri mereka. Mereka adalah orang-orang pilihan yang agung, yang bergabung bersama para nabi dan rasul dalam kedudukan mereka.

 

Jika kedudukan para nabi dan rasul lebih tinggi, orang-orang pilihan tersebut tetap memiliki bagian dari kedudukan itu. Tidak ada satu nabi atau rasul dalam umat ini, kecuali memiliki pewarisnya. Di dalam hati setiap pewaris terdapat kadar warisannya yang ia dapatkan dari pemberi warisan. Nabi saw. bersabda,

 

“Para ulama adalah pewaris para rasul.” (HR. Abu Dawud)

 

Seorang pewaris pasti mengetahui hal-hal tertentu yang berasal dari orang yang memberinya warisan. Pewaris tersebut menggantikan kedudukannya dalam ilmu dan hikmah. Warisan tersebut bukan berupa maqam dan ahwal. Hal tersebut karena maqam para nabi memiliki hakikat yang terlalu tinggi. Setiap pewaris memiliki kedudukan sesuai dengan orang yang memberikannya warisan. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah berikut ini.

 

“Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain).” (QS. al-Isra’ [17]: 55)

 

Allah mengutamakan sebagian nabi atas sebagian lainnya. Allah juga mengutamakan sebagian wali atas wali lainnya. Karena para nabi adalah inti atau mata kebenaran Allah. Setiap inti mengambil sesuai kadarnya. Setiap wali memiliki materi khusus sehingga para wali terbagi ke dalam dua macam, yaitu mereka yang menjadi abdal (pengganti) para nabi, dan para rasul.

 

Para wali yang menjadi pengganti nabi adalah orang-orang saleh, sedangkan pengganti rasul adalah orang-orang shiddiq. Di antara keduanya terdapat keutamaan yang berbeda, sebagaimana yang terdapat antara nabi dan rasul. Hanya saja,-ada. beberapa kelompok dari mereka yang berkat materi‘dari Rasulullah dapat melihat dan menyaksikan ain yaqin (inti keyakinan, atau Allah). Akan tetapi, jumlah mereka sedikit. Dalam mencapai hakikat, jumlah mereka terbilang banyak.

 

Setiap nabi dan wali mendapatkan materinya dari Rasulullah saw. Dengan begitu, ada sebagian wali yang menyaksikan Dzat Allah, ada juga yang melihatnya secara samar baik dzat maupun materinya sehingga dia mengalami fana dan tidak disibukkan dengan mencari materi tersebut. Dia bahkan tenggelam dalam kondisi spiritualnya sendiri dan tidak melihat sesuatu, kecualj waktu yang ia ciptakan sendiri.

 

Di antara mereka ada yang mendapatkan cahaya ilahi sehingga dengan cahaya tersebut mereka bisa melihat dan mengetahui urusan mereka secara hakiki. Hal itu merupakan karamah untuk mereka yang tidak memungkirinya, kecuali orang-orang yang menentang keberadaan karamah para wali. Kami meminta perlindungan kepada Allah dari penentangan setelah makrifat.

 

Para wali adalah orang-orang yang mengambil jalan yang tidak diambil oleh selain mereka. Jalan terbagi menjadi dua, jalan khusus dan jalan umum. Yang dimaksud dengan khusus adalah orang-orang yang menjadi kekasih, yakni para pengganti rasul. Sementara itu, umum adalah para kekasih yang menjadi pengganti nabi. Semoga keselamatan tercurahkan kepada mereka semua.

 

Jalan khusus adalah jalan luhur yang membuat akal tidak mampu untuk menjelaskannya. Sementara jalan umum adalah jalan bertingkat dari satu pos menuju pos lain, sampai berhenti pada yang terakhir, yaitu sisi Penguasa yang Mahakuasa, Allah swt.

 

Tempat pertama yang ditempuh oleh seorang pencinta untuk meningkat ke persinggahan yang lebih tinggi adalah jiwa. Dia disibukkan mengatur dan melatih jiwanya sampai berhenti ketika ia mengenalinya. Jika ia mengetahui jiwanya dan mendapatkan hakikat, ia akan terkena pancaran cahaya persinggahan kedua, yakni hati. Dia lalu disibukkan dengan mengatur hati sampai ia mengetahui hatinya. Jika yang dilaluinya benar dan tidak tersisa selainnya, maka dia akan meningkat ke persinggahan ketiga, yaitu roh.

 

Dia pun disibukkan dengan mengatur dan mengetahui roh. Jika pengetahuan tentang rohnya telah sempurna, maka dia akan disinari oleh cahaya keyakinan perlahan-lahan sampai mata hatinya merasa nyaman dengan datangnya cahaya tersebut. Keyakinan tampak kepadanya sampai ia tidak bisa memikirkan persinggahan-persinggahan yang dilaluinya. Di sana, dia akan berenang di lautan yang Allah kehendaki. Kemudian, Allah memberinya cahaya akal pertama (ashli) dalam cahaya keyakinannya.

 

Dia akhirnya melihat eksistensi yang tidak memiliki batas dan ujung jika dibandingkan dengan eksistensinya. Seluruh eksistensi yang lain luntur di dalamnya. Terkadang, dia menyaksikan seluruh benda yang ada di dalam-Nya sebagaimana ia menyaksikan bangunan yang dibuat di udara dengan perantara cahaya matahari. Ketika cahaya matahari hilang, maka dia tidak menyaksikan bekas dari bangunan tersebut.

 

Matahari yang ia lihat adalah akal dharuri setelah materi tertangkap cahaya keyakinan. Ketika cahaya ini pudar, seluruh eksistensi yang ada hilang dan yang tersisa hanyalah eksistensi Allah. Terkadang, dia mengalami fana, di waktu yang lain dia mengalami baka (kembali dari fana). Ketika ia mendapatkan kesempurnaan, ia mendapatkan seruan yang samar, yang tidak ada suaranya. Allah membuatnya paham terhadap seruan tersebut. Dengan begitu, jika yang disaksikannya adalah selain Allah, maka dia tidak mendapatkan apa pun dari Allah. Ada sebagian yang tersadar dari keadaan mabuk rohani dan berkata, 

 

“Ya Tuhanku, tolonglah hamba, sungguh hamba binasa, dan engkau mengetahui keyakinan. Sungguh, tidak ada yang menyelamatkanku dari lautan ini, kecuali Allah.”

 

Kemudian, dikatakan kepadanya bahwa “wujud” ini adalah akal yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw.,

 

“Pertama kali yang diciptakan Allah adalah akal”. (HR. ad-Dailami)

 

Di dalam hadis yang lain diteruskan dengan, “Menghadaplah! Kemudian, dia menghadap.” (al-Hadis)

 

Sufi tersebut tunduk kepada cahaya maujud karena dia tidak mampu untuk memikirkannya dan mencapai ujungnya, sehingga dia tidak mampu mengetahuinya. Dikatakan kepadanya, “Mustahil bagimu untuk mengetahui hakikatnya, kecuali dengan bantuan Allah.” Allah lantas memberi hamba itu cahaya nama-nama-Nya lalu memutuskannya sesuai kehendak-Nya,

 

“Kami tinggikan derajat siapa yang kami kehendaki.” (QS. al-An’am [6]: 83)

 

Lalu, Allah memberinya cahaya roh rabbdni sehingga dia mengetahui esensi maujud dan dia berjalan menuju wilayah roh rabbani. Seluruh apa yang menghiasinya sirna, dan dia menyepi bersama Allah Sang Maha Segala. Semua yang Allah hidupkan dengan cahaya sifat-Nya tetap berwujud, sehingga dengan kehidupan tersebut, seorang hamba akan mencapai pemberhentian terakhir dan mendapatkan pengetahuan tentang maujiid rabbani.

 

Ketika dia menyadari prinsip-prinsip sifat-Nya, dia hampir mengatakan, “Dia adalah Allah.” Di sana dia mendapatkan perhatian azali dan menyerunya kembali. Hanya saja, tidak ada yang bisa mendeskripsikan maujud ini. Ia juga tidak boleh mengungkapkan sifat sifatnya ke pihak lain. Akan tetapi, denyan cahaya selain Nya, ia dapat mengetahuinya.

 

Lantas, Allah memberinya cahaya rahasia roh. Setelah itu, secara tiba-tiba, dia duduk di depan pintu rahasia (sirr). la melihat dan mengetahui sifat-sifat roh rabbani (Allah) dengan cahaya sirr. Dia menguatkan tekadnya untuk mengetahui maujud tersebut, yang tidak lain adalah sirr. Dia tidak kuasa untuk melihat dan mengetahuinya. Seluruh sifat-sifatnya menghilang seakan dia bukan apa-apa lagi.

 

Kemudian, Allah memberinya cahaya Dzat-Nya dan kehidupan yang kekal serta tidak berujung. Akhirnya, ia melihat seluruh hal yang diketahui dengan cahaya kehidupan tersebut. Ia lantas menjadi pokok bagi seluruh eksistensi, dan semua cahaya yang memancar, tidak lain kecuali Allah. .

 

Lantas, ada yang berbicara pada sufi tadi dari dekat, “Janganlah terperdaya karena Allah. Sesungguhnya orang yang terhalang adalah dia yang dihalangi dari Allah oleh Allah, karena mustahil ada yang membuatnya terhalang, kecuali Allah sendiri.” Ia lantas hidup dengan kehidupan yang Allah pinjamkan.

 

Dia, sufi tadi menjawab, “Wahai Tuhan, dengan-Mu, dariMu, dan kepada-Mu, kurangi. penghalang dariku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari-Mu sehingga aku tidak melihat selain-Mu.”

 

Jalan ini merupakan jalan untuk menghadap Yang Maha Luhur dan Tertinggi (al-‘Ali al-A’la). Itu adalah jalan para kekasih, para pengganti para nabi. Siapa yang di antara mereka mendapatkannya, seorang pun tidak akan mampu menggambarkannya sama sekali. Segala puji bagi Allah atas segala nikmatnya. Shalawat semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad sang penutup para nabi. Sementara itu, jalan yang dikhususkan bagi para kekasih adalah jalan dari-Nya, kepada-Nya, dan dengan-Nya. Jika bukan karena Allah, jalan itu mustahil dapat dicapai. Langkah pertama bagi mercka adalah tanpa langkah, di mana mereka mendapatkan cahaya dari Dzat-Nya dan membuat mercka menjadi gaib di antara hamba-hamba-Nya. Mereka dibuat menyukai khalwat. Bagi mereka, amalan-amalan saleh menjadi kecil nilainya, sedangkan yang agung bagi mereka adalah Tuhan Yang Memelihara bumi dan langit. Saat mereka seperti itu, mereka diberi pakaian ketiadaan (adam). Sehingga makhluk lain melihat mereka, para wali Allah, bukan siapa-siapa.

 

‘Naungan kondisi gaib mereka menghalangi penglihatan orang awam. Bahkan, mereka kini menjadi tidak ada, tidak ada lagi alasan yang bisa diterima. Jika seluruh alasan dihapuskan dan seluruh makhluk sirna, maka yang ada hanyalah ketiadaan. Sesuatu yang tidak memiliki alasan, maka tidak ada pengetahuan yang berkaitan dengannya. Seluruh pengetahtian mereka sirna dan tanda-tanda hilang tanpa ada alasan di dalamnya. Yang tertinggal hanyalah sesuatu yang dijadikan isyarat, tidak memiliki sifat, tidak memiliki deskripsi, dan tidak memiliki dzat. Pudarlah semuanya.

 

Di sana, tampaklah apa yang selalu tampak, tidak ada alasan apapun padanya. Karena itu, ia justru tampak dengan Rahasia-Nya untuk dzat-Nya dan di dalam dzat-Nya, dengan penampakan yang tidak ada awal di dalamnya. Lalu, dia melihat dzat-Nya, karena dzat-Nya dan dengan dzat-Nya ada di’ dalam dzat-Nya.

 

Dengan penampakan tersebut, seorang hamba sufi ini hidup dengan kehidupan yang tanpa cela di dalamnya. Dia lalu tampak dengan seluruh sifat-sifat yang indah yang tidak ada cacat di dalamnya. Dia lantas tampak pertama kali, tanpa ada penampakan sebelumnya. Segala sesuatu dilihat dengan seluruh sifat-sifat yang indah dan nampak dengan cahaya~Nya dalam cahaya-Nya. Adapun yang pertama tampak dengan sirr-nya dan tampak pada qalamNya, kemudian tampak untuk sirr-Nya, dengan sirr-Nya, dan di dalam sirr-Nya.

 

Dengan perintah-Nya, tampak tempat titian di dalam cahaya ilmu dengan cahaya qalam. Kemudian, akalnya tampak dengan perintah-Nya dan juga di dalam perintah-Nya. Dengan-Nya, tampak Arasy-Nya di dalam cahaya Lauh-Nya dengan Lauh-Nya. Kemudian, Lauh-Nya tampak dengan akal-Nya di dalam akal-Nya. Dengan roh-Nya, tampak Kursi-Nya di dalam cahaya Arasy-Nya dengan cahaya Arasy-Nya. Hatinya tampak dengan roh-Nya di dalam roh-Nya.

 

Dengan hati-Nya tampak penghalang-penghalang-Nya di dalam cahaya Kursi-Nya dengan cahaya Kursi-Nya. Jiwa-Nya tampak dengan hati-Nya di dalam hati-Nya. Ia tampak dengan jiwa-Nya. Kebaikan dan keburukan di dalam cahaya penghalang-Nya dengan cahaya penghalang-Nya. Kemudian, jasad-Nya tampak dengan jiwa-Nya di dalam jiwa-Nya.

 

Dengan jisim-Nya, tampak seluruh jisim dunia yang fisik seperti bumi dan langit. Secara umum, setiap jisim dalam cahaya falak dengan cahaya falak. Maka, langkah kaki pértama kekasih yang satu ini adalah membuang jiwa dalam ketiadaan. Dalam proses membuang ini tidak ada alasan di dalamnya.

 

Ia adalah ketiadaan yang berdiri sendiri dengan gugurnya sifat pertama, terakhir, zahir, dan batin. Maka, terjadilah sifat ketiadaan untuk yang tidak ada: Maksudnya adalah ketika seorang hamba berhenti dari petunjuk rasional, yakni ketika menyaksikan al-Haq. Setiap penyaksian yang tersambung, tidak terpisah, adalah penyaksian yang tidak ada kelalaian di dalamnya. Dalam dalilnya tersebut tidak ada alasan yang menempat padanya atau ada karenanya. Hal tersebut merupakan penyaksian yang tidak murni.

 

Maksud dari keberadaan dalil yang tidak ada alasan di dalamnya adalah kepastian tidak adanya ciptaan-ciptaan dan yang disaksikan. Dalil tidak ada yang murni itu adalah kondisi mabuk yang disertai oleh lupa selama-lamanya sehingga ia hidup dengan kehidupan yang penjelasannya telah disebutkan. Jalan hamba tersebut adalah jalan yang luhur.

 

Pertama, ia dilemparkan ke dalam lautan dzat, lalu mengalamj ketiadaan (fana). Lalu hidup dengan kehidupan yang baik. Tanpa proses berpindah, dia berpindah ke lautan sifat-sifat, ke lautan perintah rabbani, lautan rahasia, lautan akal pertama, lautan roh, lautan hati, lautan jiwa, dan lautan indra.

 

Dengan lautan sir, ia terlempar ke dalam lautan qalam, lautan Lauh, lautan Arasy, lautan Kursi, lautan tabir (penghalang), dan lautan edaran (falak). Lalu dia berada pada lautan rahasia yang meliputi dan melemparnya ke dalam lautan malaikat, lautan iblis, lautan jin, dan lautan manusia. Di sana, dia masuk ke dalam lautan rahasia, lalu terlempar ke dalam lautan surga dan lautan neraka. Setelah itu, ia terlempar ke dalam lautan ilmu yang melingkupinya, yang tidak lain adalah lautan rahasia.

 

Di sana, ia tenggelam di dalamnya sehingga tidak bisa keluar lagi selamanya. Jika Allah menghendaki, Dia akan membangkitkannya kembali sebagai pengganti nabi, yang dengannya Dia menghidupkan hamba-hamba-Nya. Jika Dia berkehendak, Dia akan menutupnya dan membiarkannya berbuat semaunya di kerajaan milik-Nya.

 

Masing-masing lautanyang telah disebutkan memuat bermacam-macam isi. Jika orang yang saleh, ‘yakni pengganti nabi, masuk lautan yang paling pertama dari lautan-lautan tersebut, maka dia akan tenggelam dan tidak bisa diselamatkan dari hal itu. Demikian penjelasan mengenai pembagian jalan khusus dan. umum bagi para wali Allah. Segala puji bagi Allah di awal, di akhir, secara lahir, dan batin.

 

Telah selesai risalah milik al-Imam, al-Alim, al-‘Allamah, Imam al-Millah Qutb al-Arifin, asy-Syadzilli. Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadanya dan ilmu-ilmunya. Amin. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, dan sahabatnya.