الحمْدُ للهِ الواحدِ القَهَّارِ
segala puji baji Allah yang maha esa juga maha mengalahkan
العَزيزِ الغَفَّارِ
maha perkasa lagi maha pengampun
مُكَوِّرِ اللَّيْلِ على النَّهَارِ
yang memasukkan malam atas siang
تَذْكِرَةً لأُولي القُلُوبِ والأَبصَارِ
sebagai pengigat bagi para pemilik hati dan mata bathin
وتَبْصرَةً لِذَوي الأَلبَابِ واَلاعتِبَارِ
pencerah bagi pemilik hati dan itibar
لَّذي أَيقَظَ مِنْ خَلْقهِ مَنِ اصطَفاهُ فَزَهَّدَهُمْ في هذهِ الدَّارِ
yang menunjukan orang yang ia pilih dari makhluknya, maka ia tunjukkan merika di rumah ini
وشَغَلهُمْ بمُراقبَتِهِ وَإِدَامَةِ الأَفكارِ
dan mensibukkan mereka dengan mengingat mereka dan melanggengkan berfikir
ومُلازَمَةِ الاتِّعَاظِ والادِّكَارِ
dan menetapi nasehat dan peringatan
ووَفَّقَهُمْ للدَّأْبِ في طاعَتِهِ
dan menunjukan mereka untuk menetapi dalam taat kepadanya
والتّأهُّبِ لِدَارِ القَرارِ
dan persiapan untuk rumak kekal
والْحَذَرِ مِمّا يُسْخِطُهُ ويُوجِبُ دَارَ البَوَارِ
dan menghindari perkara yang membuat ia marah dan menetapkan rumah kehinaan
والمُحافَظَةِ على ذلِكَ مَعَ تَغَايُرِ الأَحْوَالِ والأَطْوَارِ
dan menjaga hal tersebut serta berubahan keadaan dan tingkatan
أَحْمَدُهُ أَبلَغَ حمْدٍ وأَزكَاهُ
aku memujiNya dengan setinggi puji dan sebersih puji
وَأَشمَلَهُ وأَنْمَاهُ
dan paling mencakup dan paling berkembang
وأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللهُ البَرُّ الكَرِيمُ
dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang bagus dan murah
الرؤُوفُ الرَّحيمُ
maha pengasih juga maha penyayang
وأشهَدُ أَنَّ سَيَّدَنا مُحمّدًا عَبدُهُ ورَسُولُهُ
dan aku bersaksi bahwa junjungan kita Muhammad adalah hambaNya dan utusaNya
وحبِيبُهُ وخلِيلُهُ
dan kekasihnya dan sahabatnya
الهَادِي إلى صِرَاطٍ مُسْتَقيمٍ
petunjuk pada jalan yang lurus
والدَّاعِي إِلَى دِينٍ قَويمٍ
pengajak pada jalan yang tegak
صَلَوَاتُ اللهِ وسَلامُهُ عَليهِ
rahmat Allah dan salamnya semoga terlimpah kepadanya
وَعَلَى سَائِرِ النَّبيِّينَ
dan kepada seluruh nabi
وَآلِ كُلٍّ
dan keluarga semua para nabi
وسَائِرِ الصَّالِحينَ
dan seluruh orang-orang sholeh
أَما بعد، فقد قال اللهُ تعالى: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ
adapun setelah itu, maka sesungguhnya Allah SWT berfirman: dan tidak akku ciptakan jin dan manusian kecuali untuk beribadan , aku tidak mengharapkan dari mereka rizki, dan aku tidak mengharapkan mereka untuk memberi makan aku
وَهَذا تَصْريحٌ بِأَنَّهُمْ خُلِقوا لِلعِبَادَةِ
ini adalah penjelasan bahwa sesungguhnya mereka di ciptakan untuk ibadah
فَحَقَّ عَلَيْهِمُ الاعْتِنَاءُ بِمَا خُلِقُوا لَهُ وَالإعْرَاضُ عَنْ حُظُوظِ الدُّنْيَا بالزَّهَادَةِ
maka mereka seharusnya memperhatikan terhadap perkara yang mereka diciptakan karenanya, dan menghindar dari dunia dengan meninggalkan dunia
فَإِنَّهَا دَارُ نَفَادٍ لاَ مَحَلُّ إخْلاَدٍ
karena dunia adalah tempat sirna bukan tempat kekal
وَمَرْكَبُ عُبُورٍ لاَ مَنْزِلُ حُبُورٍ
tempat lewat bukan tempat kesenangan
ومَشْرَعُ انْفصَامٍ لاَ مَوْطِنُ دَوَامٍ
jalan putus bukan tempat kekal
فلِهذا كَانَ الأَيْقَاظُ مِنْ أَهْلِهَا هُمُ الْعُبَّادُ
karena ini maka penghuni yang sadar adalah mereka yang ahli ibadah
وَأعْقَلُ النَّاسِ فيهَا هُمُ الزُّهّادُ
manusia paling berakal adalah orang yang minggalkan dunia
قالَ اللهُ تعالى: إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأَنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآياتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir
والآيات في هذا المعنى كثيرةٌ
dan ayat-ayat tentang makna ini itu banyak
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Allah Ta’ala berfirman: Dan tidaklah mereka itu di perintahkan melainkan supaya sama menyembah Allah, dengan tulus ikhlas menjalankan agama untuk-Nya semata-mata, berdiri turus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat dan yang sedemikian itulah agama yang benar
وَقالَ تَعَالَى: لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Allah Ta’ala berfirman pula: Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah binatang korban itu, tetapi akan sampailah padaNya ketakwaan dan engkau sekalian
وَقالَ تَعَالَى: قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ
Allah Ta’ala berfirman pula: Katakan lah sekalipun engkau semua sembunyikan apa-apa yang ada di dalam hatimu ataupun engkau sekalian tampakkan, pasti diketahui juga oleh Allah
وعن أمير المؤمِنين أبي حَفْصٍ عمرَ بنِ الخطابِ بنِ نُفَيْلِ بنِ عبدِ العُزّى بن رياحِ بنِ عبدِ اللهِ بن قُرْطِ بن رَزاحِ بنِ عدِي بنِ كعب بنِ لُؤَيِّ بنِ غالبٍ القُرشِيِّ العَدويِّ – رضي الله عنه – قالَ: سَمِعتُ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يقُولُ
Dari Amirul mu’minin Abu Hafs yaitu Umar ibn Al-khaththab bin Nufail ibn Abdul
‘Uzza ibn Riah ibn Abdullah ibn Qurth ibn Razah ibn ‘Adi ibn Ka’ab ibn Luai ibn Ghalib alQurasyi al-‘Adawi r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
إنّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيّاتِ
semua amal itu tergantung niatnya
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امرِىءٍ مَا نَوَى
dan milik setiap orang apa yang ia niati
فَمَنْ كَانَتْ هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله
barang siapa hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, maka hijarahnya kepada Allah dan rasulnya
ومن كانت هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصيبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكَحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
dan barang siapa hijrahnya untuk dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang akan ia nikahi, maka hijrahnya kepada yang ia hirjahi
مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ
disepakati atas kesahihan hadis
رَوَاهُ إمَامَا الْمُحَدّثِينَ
diriwayatkan dua imam pakar hadait
أبُو عَبْدِ الله مُحَمَّدُ بْنُ إسْمَاعيلَ بْن إبراهِيمَ بْن المُغيرَةِ بنِ بَرْدِزْبهْ الجُعْفِيُّ البُخَارِيُّ
Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al Mughirah ibn Bardizbah Alju’fi Albukhari
وَأَبُو الحُسَيْنِ مُسْلمُ بْنُ الحَجَّاجِ بْنِ مُسْلمٍ الْقُشَيريُّ النَّيْسَابُورِيُّ
dan Abul husain Muslim ibn Al Hajjaj ibn Muslim Al Qusyairi An Naisaburi,
رضي اللهُ عنهما
semoga Allah meridhoi keduanya
فِي صحيحيهما اللَّذَيْنِ هما أَصَحُّ الكُتبِ المصنفةِ
dalam kedua kitab masing masing yang keduanya itu adalah seshahih-shahihnya kitab Hadis yang dikarang
وعن أمِّ المؤمِنينَ أمِّ عبدِ اللهِ عائشةَ رضي الله عنها، قالت: قالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم
Dari ibu orang orang beriman yaitu ibunya abdulllah yaitu Aisyah RA. ia berkata Rasulullah bersabda:
يغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنَ الأَرضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وآخِرِهِمْ
sekolompok pasukan memerangi ka’bah, lalu ketika merak di tanah lapang, awal dan akhir mereka ditenggelamkan
قَالَتْ: قلتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، كَيْفَ يُخْسَفُ بأوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهمْ أسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ؟
‘Aisyah berkata, Aku berkata: wahai Rasulullah kenapa awal dan akhir meraka di tenggelam kan , padahal di mereka ada pasar-pasar mereka dan orang yang tidak termasuk mereka
قَالَ: يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيّاتِهمْ
Rasulullah bersabda: Awal dan akhir mereka di tenggelam kan, lalu mereka di bangkitkan berdasarkan niat mereka
مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. هذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ
Hadis disepakati, ini adalah lafadz bukhari
وعن عائِشةَ رضيَ اللهُ عنها، قَالَتْ: قَالَ النبي صلى الله عليه وسلم
dari Aisyah Ra ia berkata, rasulullah SAW bersabda:
لا هِجْرَةَ بَعْدَ الفَتْحِ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ
tiada hijrah setelah penaklukan kota Mekah , tetapi jihad dan niat
وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فانْفِرُوا
dan jika kalian di suruh berperang, maka berperang lah
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
hadis disepakati
وَمَعناهُ: لا هِجْرَةَ مِنْ مَكّةَ لأَنَّهَا صَارَتْ دَارَ إسلاَمٍ
dan makna nya hadist: tiada hijrah dari makkah, karena makkah menjadi negara islam
وعن أبي عبدِ اللهِ جابر بن عبدِ اللهِ الأنصاريِّ رَضي اللهُ عنهما، قَالَ
Dari Abi Abdillah Jabir ibn Abdillah al Anshori RA. ia berkata
كُنَّا مَعَ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – في غَزَاةٍ، فَقالَ
pernah kita bersama Nabi SAW di suatu peperangan lalu beliau bersabda
إِنَّ بالمدِينَةِ لَرِجَالًا ما سِرْتُمْ مَسِيرًا، وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِيًا، إلاَّ كَانُوا مَعَكمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ
sesungguhnya di madinah ada orang-orang yang kalian tidak menjalani perjalanan, dan tidak melewati lembah, kecuali meraka bersama kalian, sakit menahan mereka
وَفي روَايَة: إلاَّ شَرَكُوكُمْ في الأجْرِ
dan di suatu riwayat: kecuali mereka menyamai kalian dalam pahala
رواهُ مسلمٌ
hadits riwayat muslim
ورواهُ البخاريُّ عن أنسٍ – رضي الله عنه – قَالَ
dan Bukhari meriwayatkan dari Anas RA. ia berkata:
رَجَعْنَا مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ مَعَ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – فقال
kita kembali dari perang tabuk bersama nabi SAW, lalu beliau bersabda
إنَّ أقْوامًا خَلْفَنَا بالْمَدِينَةِ مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلاَ وَاديًا، إلاّ وَهُمْ مَعَنَا؛ حَبَسَهُمُ العُذْرُ
sesungguhnya kaum-kaum yang kita tinggal di Madinah, kita tidak melewati kampung dan lembah kecuali mereka bersama kita, sebuah halangan menahan meraka
وعن أبي يَزيدَ مَعْنِ بنِ يَزيدَ بنِ الأخنسِ رضي الله عنهم وهو وأبوه وَجَدُّه صحابيُّون، قَالَ
dari Abi Yazid yaitu ma’n ibn Yazid ibn Akhnas Ra. -dia dan bapaknya dan kakeknya adalah sahabat- ia berkata:
كَانَ أبي يَزيدُ أخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتَصَدَّقُ بِهَا، فَوَضعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ في الْمَسْجِدِ
pernah ayah saya yaitu yazid mengeluarkan beberapa dinar yang ia shodaqohkan di seorang di masjid
فَجِئْتُ فأَخذْتُها فَأَتَيْتُهُ بِهَا
lalu aku datang, lalu aku mengambil nidar itu, lalu aku bawa
فقالَ: واللهِ، مَا إيَّاكَ أرَدْتُ
lalu ayahku berkata: demi Allah aku tidak mengharapkan kamu
فَخَاصَمْتُهُ إِلى رسولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – فقَالَ
maka aku laporkan ia kepada Rasulullah SAW , lalu beliau bersabda:
لكَ مَا نَوَيْتَ يَا يزيدُ، ولَكَ ما أخَذْتَ يَا مَعْنُ
bagimu apa yang kamu niatkan wahai yazid, dan bagimu apa yang kamu ambil wahai ma’n
رواهُ البخاريُّ
hadits riwayat bukhari
وعن أبي إسحاقَ سَعدِ بنِ أبي وَقَّاصٍ مالِكِ بنِ أُهَيْب بنِ عبدِ منافِ بنِ زُهرَةَ بنِ كلابِ بنِ مُرَّةَ بنِ كعبِ بنِ لُؤيٍّ القُرشِيِّ الزُّهريِّ – رضي الله عنه – أَحَدِ العَشَرَةِ المشهودِ لهم بالجنةِ – رضي الله عنهم – قَالَ
dari Abi ishaq sa’d ibn abi Waqqos malik ibn Uhaib ibn Abdi manab ibn Zuhrah ibn Kilaf Ibn Murrah Ibn ka’b Ibn Luay al qorasya az zurri RA. slah sorang yang di janjikan masuk surga
جاءنِي رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعُودُنِي عَامَ حَجَّةِ الوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بي
Rasulullah mendatangiku untuk menjengukku saat haji wada karena sakit yang kritis
فقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إنِّي قَدْ بَلَغَ بي مِنَ الوَجَعِ مَا تَرَى، وَأَنَا ذُو مالٍ وَلا يَرِثُني إلا ابْنَةٌ لي أفأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟
lalu aku berkata: wahai Rasulullah, saya terkena penyakit seperti apa yang anda lihat, dan saya memiliki harta dan tidak ada yang mewarisiku kecuali anak perempuanku, apakah aku mensedekahkan dua pertiga hartaku
قَالَ: «لا»
beliau berkata: jangan
قُلْتُ: فالشَّطْرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟
aku berkata: setengah wahai Rasulullah
فقَالَ: «لا»
beliau berkata: jangan
قُلْتُ: فالثُّلُثُ يَا رَسُولَ اللهِ؟
aku berkata: sepertiga wahai Rasulullah
قَالَ: الثُّلُثُ والثُّلُثُ كَثيرٌ – أَوْ كبيرٌ – إنَّكَ إنْ تَذَرْ وَرَثَتَكَ أغنِيَاءَ خيرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يتكفَّفُونَ النَّاسَ
beliau berkata: sepertiga, dan sepertiga itu banyak -atau besar- sesunnguhnya engkau meniggalkan ahli warismu kaya itu lebih baik dari pada engkau meniggalkan mereka dalam keadaan miskin, seraya meminta minta manusia
وَإنَّكَ لَنْ تُنفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغي بِهَا وَجهَ اللهِ إلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ في فِيِّ امْرَأَتِكَ
dan sesungguhnya engkau tidak menafkahkan nafakai yang engkau mencari ridha Allah kecuali kamu di beri pahala atas hal tersebut, sampai apa yang engkau jadikan di mulut istrimu
قَالَ: فَقُلتُ: يَا رسولَ اللهِ، أُخلَّفُ بعدَ أصْحَابي؟
ia berkata: aku berkata: wahai Rasulullah apakah aku ditinggal, setelah teman-temanku
قَالَ: إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعملَ عَمَلًا تَبتَغي بِهِ وَجْهَ اللهِ إلاَّ ازْدَدتَ بِهِ دَرَجةً ورِفعَةً
Rasulullah bersabda: sesungguhnya engkau tidak di tinggal, lalu engkau melakukan suatu amal, yang dengan amal itu engkau mencari ridho Allah, kecuali engkau tambah derajat dan keluhuran
وَلَعلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتّى يَنتَفِعَ بِكَ أقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخرونَ
dan barangkali engkau di tinggal, sampai suatu kaum mendapat manfaat darimu, dan yang lain mendapat bahaya darimu
اللَّهُمَّ أَمْضِ لأصْحَابي هِجْرَتَهُمْ ولاَ تَرُدَّهُمْ عَلَى أعقَابهمْ، لكنِ البَائِسُ سَعدُ بْنُ خَوْلَةَ
Ya Allah , lestarikikan untuk sahabtkau hijrah mereka, dan jangan kembalikan mereka pada asal mereka, Tetapi yang sedih adalah saad bin khoulah
يَرْثي لَهُ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنْ ماتَ بمَكَّة. مُتَّفَقٌ عليهِ.
Rasulullah memberi tahu ia, bahwa ia mati di makkah. muttafaq alaih
وعنْ أبي هريرةَ عبدِ الرحمانِ بنِ صخرٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم: إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ، ولا إِلى صُوَرِكمْ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم. رواه مسلم
dan dari abi hurairah yaitu abdurrahman ibn sokhr ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah tidak melihat pada tubuh kalian, dan tidak pada bentuk kalian, tetapi melihat pada hati kalian dan amal kalian.
وعن أبي موسى عبدِ اللهِ بنِ قيسٍ الأشعريِّ – رضي الله عنه – قَالَ
dari abi musa abdillah ibn qois al Asyari ra. ia berkata
سُئِلَ رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – عَنِ الرَّجُلِ يُقاتلُ شَجَاعَةً، ويُقَاتِلُ حَمِيَّةً، ويُقَاتِلُ رِيَاءً، أَيُّ ذلِكَ في سبيلِ الله؟
Rasulullah pernah ditanya tentang seorang yang berperang karena berani, dan berperang karena emosi, dan berperang karena riya, mana yang di jalan Allah
فقال رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: مَنْ قَاتَلَ لِتَكونَ كَلِمَةُ اللهِ هي العُلْيَا، فَهوَ في سبيلِ اللهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
Rasulullah saw. barang siapa yang berperang karena kalimat allah adalah luhur maka ia di jalan Allah. muttafaq alaih
وعن أبي بَكرَةَ نُفيع بنِ الحارثِ الثقفيِّ – رضي الله عنه: أَنَّ النَّبيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ:
dari abi bakrah nufain ibn haris assaqofi ra. bahwa nabi saw bersabda:
إِذَا التَقَى المُسلِمَان بسَيْفَيهِمَا فالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ في النّارِ. jika dua orang muslim bertemu dengan kedua padang mereka, mka yang membunuh dan yang di bunuh di neraka.
قُلتُ: يا رَسُولَ اللهِ هذا القَاتِلُ فَمَا بَالُ المقْتُولِ؟
saya berkata: wahai Rasulullah, ini orang yang membunuh, lalu apa urusan orang yang dibunuh
قَالَ: إنَّهُ كَانَ حَريصًا عَلَى قتلِ صَاحِبهِ. مُتَّفَقٌ عليهِ.
beliau menjawab: karena ia ingin membunuh temanya
وعن أبي هريرةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم
dari abi hurairah ra. ia berkata rasulullah bersabda
صَلاةُ الرَّجلِ في جمَاعَةٍ تَزيدُ عَلَى صَلاتهِ في سُوقِهِ وبيتهِ بضْعًا وعِشرِينَ دَرَجَةً
solat seorang laki-laki dengan jamaah itu tambah atas sholatnya di pasarnya dan rumahnya, lebih dua puluh derajat
وَذَلِكَ أنَّ أَحدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الوُضوءَ، ثُمَّ أَتَى المَسْجِدَ لا يُرِيدُ إلاَّ الصَّلاةَ، لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَلاةُ: لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرجَةٌ، وَحُطَّ عَنْهُ بها خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ المَسْجِدَ،
hal tersebut, karena sesungguhya salah satu dari mereka jika berwudlu, lalu memperbaiki wudlu, lalu mendatangi masjid, tidak mengharap kan kecuali sholat, tidak membangunkanya kecuali sholat, maka ia tidak melangkah kan suatu langkah kecuali di angkat baginya suatu derajat, dan di lebur darinya suatu kesalahan sampai ia masuk masjid
فإِذا دَخَلَ المَسْجِدَ كَانَ في الصَّلاةِ مَا كَانَتِ الصَّلاةُ هِي تَحْبِسُهُ
ketika ia masuk masjid, maka ia dalam sholat selagi sholat adalah yang menahanya
وَالمَلائِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ في مَجْلِسِهِ الَّذِي صَلَّى فِيهِ
dan malaikat memintakan ampunan
يَقُولُونَ: اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيهِ
mereka mengatakan, wahai Allah , sayangi mereka, wahai Allah, ampuni mereka, wahai allah teima taubat mereka
مَا لَم يُؤْذِ فيه، مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ. مُتَّفَقٌ عليه، وهذا لفظ مسلم.
selama ia tidak menyakiti di situ, selagi tidak hadas di situ. muttafaq alaih
وقوله – صلى الله عليه وسلم: «يَنْهَزُهُ» هُوَ بِفَتْحِ اليَاءِ والْهَاءِ وبالزَّايِ: أَيْ يُخْرِجُهُ ويُنْهضُهُ.
dan ucapan Rasulullah saw yanhazuhu itu dengan fathah ya dan ha, dan dengan za, maksudnya mengelurakanya dan membangkitkanya
وعن أبي العبَّاسِ عبدِ اللهِ بنِ عباسِ بنِ عبد المطلب رضِيَ اللهُ عنهما، عن رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – فيما يروي عن ربهِ، تباركَ وتعالى، قَالَ
dan dari abi Abas, Abdullah ibn Abas ibn abdul mutholib ra dari rasulullah saw , tentang yang beliau riwayatkan dari tuhanya, Ia berkata
إنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ والسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلِكَ
sesungguhnya Allah itu mewajibkan kebaikan dan kejelekan, lalu menrengkan hal tersebut
فَمَنْ هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَها اللهُ تَبَارَكَ وتَعَالى عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً
barang siapa mengiginkan kebaikan lalu belum mengamalkannya maka Allah mencatatnya kebaikan yang sempurna
وَإنْ هَمَّ بهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَناتٍ إِلى سَبْعمئةِ ضِعْفٍ إِلى أَضعَافٍ كَثيرةٍ
dan jika mengiginkan kebaikan dan melakukanya maka allah mencatatnya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus gandaan, sampai gandaan yang banyak
وإنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ تَعَالَى عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلةً
dan jika mengiginkan kejelekan dan tidak mengamaklanya, maka allah mencatatnya kebaikan yang sempurna
وَإنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً». مُتَّفَقٌ عليهِ
dan jika ia mengiginkan kejelekan dan melakukanya maka allah akan mencatatanya satu kejelekan. muttafaq alaih
وعن أبي عبد الرحمان عبدِ الله بنِ عمرَ بن الخطابِ رضيَ اللهُ عنهما، قَالَ: سمعتُ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – يقول:
dan dari abi abdurrahman abdullah ibn umar ibn khattab ra ia berkata: saya mendengar rasulullah saw bersabda
انطَلَقَ ثَلاثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى آوَاهُمُ المَبيتُ إِلى غَارٍ فَدَخلُوهُ
tiga orang dari kaum sebelum kalian berpergian, sampai mereka terpaksa menginap dalam gua, maka mereka memasukinya
فانْحَدرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الغَارَ
lalu jatuh sebuah batu dari gunung, lalu menutup gunung
فَقالُوا: إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا اللهَ بصَالِحِ أعْمَالِكُمْ
mereka berkata: sesungguhnya tidak ada yang menyelamat kan kalian dari batu ini kecuali kalian berdoa kepada Allah dengan kebaikan amal kalian
قَالَ رجلٌ مِنْهُمْ: اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوانِ شَيْخَانِ كبيرانِ، وكُنْتُ لا أغْبِقُ قَبْلَهُمَا أهْلًا ولاَ مالًا
seorang dari mereka berkata: ya Allah, saya memiliki dua orang tua yang tua, dan saya tidak memberi minum sebelemum keduanya keluarga
فَنَأَى بِي طَلَب الشَّجَرِ يَوْمًا فلم أَرِحْ عَلَيْهمَا حَتَّى نَامَا
lalu saya mencari kayu di suatu hari, dan aku belum melayani keduanya sampai keduanya tertidur
فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُما نَائِمَينِ
lalu aku perah minuman mereka, lalu aku menemukan keduanya tertidur
فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا وَأَنْ أغْبِقَ قَبْلَهُمَا أهْلًا أو مالًا
lalu aku tidak suka untuk membangun kan keduanya, dan memberi minum sebelum keduanya , baik keluarga atau harta
فَلَبَثْتُ – والْقَدَحُ عَلَى يَدِي – أنتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُما حَتَّى بَرِقَ الفَجْرُ والصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَميَّ
lalu aku diam – dan tempat susu di tanganku – saya menanti bangun mereka sampai terbit fajar, dan anak anak menangis bawah kakiku
فاسْتَيْقَظَا فَشَرِبا غَبُوقَهُما
lalu keduanya bangun dan meminum susu mereka
اللَّهُمَّ إنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاء وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ
ya Allah jika aku melakukan hal tersebut karena dzat engkau, maka lepaskan kita dari batu ini
فانْفَرَجَتْ شَيْئًا لا يَسْتَطيعُونَ الخُروجَ مِنْهُ
maka batu tersebut retak sedikit, hanya saja mereka tidak dapat keluar dari situ
قَالَ الآخر: اللَّهُمَّ إنَّهُ كانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمّ، كَانَتْ أَحَبَّ النّاسِ إليَّ
dan yang lain berkata: ya Allah, sesungguhnya saya memiliki keponakan, ia adalah orang yang paling aku cintai
وفي رواية: كُنْتُ أُحِبُّها كأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النساءَ
dan dalam suatu riwayat: aku mencintainya layak sangat cintanya seorang laki-laki kepada wanita
فأَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسِهَا فامْتَنَعَتْ منِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بها سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ
lalu aku menginginkan dirinya, sampai aku menanti beberapa tahun
فَجَاءتْنِي فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمئةَ دينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْني وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفعَلَتْ
lalu ia datang kepadaku , dan aku beri seratus dua puluh dinar, agar dia mau berduaan bersamaku, lalu ia mau melakukan
حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا – وفي رواية: فَلَمَّا قَعَدْتُ بَينَ رِجْلَيْهَا، قالتْ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفُضَّ الخَاتَمَ إلاّ بِحَقِّهِ
hingga ketika ia berkuasa dan dalam suatu riwayat ketika ia duduk di antara kedua kaki wanita tersebut , wanita itu berkata: bertakwalah kepada Allah, dan jangan merobek cincin kecuali dengan haknya
فَانصَرَفْتُ عَنْهَا وَهيَ أَحَبُّ النَّاسِ إليَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أعْطَيتُها
maka aku meninggalkannya, padahal ia orang yang paling aku cintai, dan aku meninggalkan cincin yang aku kasih
اللَّهُمَّ إنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتِغاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فيهِ
ya Allah , jika aku melakukan hal tersebut karena mencari ridlo engkau, maka berilah solusi dari yang kami alami
فانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لا يَسْتَطِيعُونَ الخُرُوجَ مِنْهَا
maka batu tersebut retak sedikit, hanya saja mereka tidak dapat keluar dari situ
وَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وأَعْطَيْتُهُمْ أجْرَهُمْ غيرَ رَجُل واحدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهبَ
yang ketika berkata: ya Allah, saya pemperjakan buruh, dan aku kasih mereka upah mereka, kecuali satu orang, ia meniggalkan haknya
فَثمَّرْتُ أجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنهُ الأمْوَالُ
lalu aku kelola upahnya, sampai menjadi banyak
فَجَاءنِي بَعدَ حِينٍ، فَقالَ: يَا عبدَ اللهِ، أَدِّ إِلَيَّ أجْرِي
selang beberapa lama, ia mendatangiku dan berkata: wahai abdulllah kasihkan upahku
فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أجْرِكَ: مِنَ الإبلِ وَالبَقَرِ والْغَنَمِ والرَّقيقِ
aku berkata: setiap yang kamu lihat adalah upahmu, onta, sapi, kambing, dan hamba sahaya
فقالَ: يَا عبدَ اللهِ، لاَ تَسْتَهْزِىءْ بي
ia berkata: wahai abdullah, jangan menertawakan aku
فَقُلْتُ: لاَ أسْتَهْزِئ بِكَ
aku berkata: aku tidak menertawakanmu
فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فاسْتَاقَهُ فَلَمْ يتْرُكْ مِنهُ شَيئًا
maka ia mengambil semuanya, dan tidak menyisakan sama sekali
الَّلهُمَّ إنْ كُنتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحنُ فِيهِ
ya Allah , jika aku melakukan hal tersebut karena mencari ridho engkau, maka berilah solusi dari yang kami alami
فانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ. مُتَّفَقٌ عليهِ
maka retaklah batu tersebut, lalu mereka berjalan keluar. muttafaq alaih
Para Ulama berpendapat bahwa bertaubat dari perbuatan dosa hukumnya wajib. Yang demikian ini bila dosa yang dilakukannya itu tidak ada kaitannya dengan sesama manusia, artinya langsung berhubungan dengan Allah. Maka cara bertaubatnya harus memenuhi tiga syarat yaitu:
- Menghentikan perbuatan dosa itu.
- Menyesal atas semua perbuatannya.
- Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi.
Jika tidak memenuhi tiga persyaratan tersebut maka taubatnya tidak diterima.
Dan bila perbuatan dosanya itu menyangkut sesama manusia maka taubatnya harus memenuhi empat syarat, yaitu tiga syarat tersebut di atas ditambah satu syarat lagi yaitu: menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Jika itu ada kaitannya dengan masalah harta, maka harus mengembalikannya. Dan jika dosa itu ada kaitannya dengan masalah sumpah atau tuduhan maka taubatnya ia harus minta maaf. Dan jika dosanya itu ada kaitannya dengan masalah umpat mengumpat, maka taubatnya adalah harus minta dihalalkannya. Seseorang yang berbuat dosa harus segera bertaubat dari semua dosanya. Makanya jika seseorang bertaubat hanya sebagian dari dosanya saja, maka dosa yang lain masih tetap tidak diampuni.
Banyak sekali ayat Al Qur’an, hadits Nabi dan ijma’ ulama yang mewajibkan kita untuk bersegera bertaubat, diantaranya adalah seperti dibawah ini.
Allah berfirman: “Bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung”. (QS. An Nur : 31)
Allah ta’ala berfirman: “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, lalu bertaubatlah kamu semua kepada-Nya”. (QS. Hud: 3)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu semua kepada Allah dengan sebenar-benar taubat”. (QS. At Tahrim : 8)
(1). Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah Saw. telah bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya saya selalu membaca istighfar dan bertaubat kepada Allah setiap harinya, lebih dari tujuh puluh kali”. (HR. Bukhari)
(2).Dari Al Aghar bin Yasar Al Muzanni ra. ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah kamu semua kepada Allah dan mohonlah ampunan kepada-Nya karena sesungguhnya saya selalu bertaubat setiap harinya seratus kali”. (HR. Muslim)
(3). Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshari, yaitu pembantu Rasulullah Saw. ia berkata, Rasulullah Saw. telah bersabda: “Sesungguhnya Allah lebih senang menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang diantara kamu yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di tengah-tengah padang sahara”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Sungguh Allah lebih senang menerima taubat hamba-Nya, melebihi dari kesenangan seseorang diantara kamu yang berkendaraan di tengah-tengah padang pasir, lalu hewan yang dikendarainya lepas meninggalkannya, sedangkan kendaraannya itu penuh, dengan bekal makanan dan minuman, sehingga ia berputus asa untuk mendapatkannya kembali. Lantas ia berteduh di bawah pohon dan membaringkan tubuhnya dengan benar-benar putus asa dan kecewa. Tanpa diduga sebelumnya, ketika ia bangun dari tidurnya tiba-tiba kendaraannya telah ada kembali di depannya lengkap dengan perbekalannya, maka segera ia pegang kendalinya sambil berkata: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku, dan aku adalah Tuhanmu”. Terlanjur keliru ia mengucapkan kalimat itu karena sangat gembiranya”.
(4). Dari Abu Musa Abdullah bin Qais Al Asy’ari ra. dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah selalu membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat orang yang berbuat jahat pada waktu siangnya, dan membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat jahat pada malam harinya. Keadaan yang demikian ini terus berlangsung hingga matahari terbit dari barat (yakni sampai hari kiamat)”. (HR. Muslim) ,
(5). Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang mau bertaubat sebelum matahari terbit dari barat maka Allah menerima taubatnya”. (HR. Muslim)
(6). Dari Abu Abdur Rahman Abdullah bin Umar bin Khattab ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Sesungguhnya, Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nyawanya sampai di tenggorokan (sebelum ia hampir mati)”. (HR. At Turmudzi)
(7). Dari Zir bin Hubaisy, ia berkata: “Saya datang kepada Shafwan bin Assal untuk bertanya tentang hal mengusap kedua sepatu, maka ia (Shafwan) bertanya: “Ada apa kau datang kesini wahai Zir?”. Saya menjawab: “Untuk mencari ilmu”. Shafwan berkata: “Sesungguhnya Malaikat membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena senang terhadap apa yang dicarinya”. Saya bertanya: “Bahwasanya saya belum faham benar mengenai cara mengusap khuf setelah berak dan kencing, sedangkan engkau adalah salah seorang sahabat Nabi saw. Maka saya datang kesini untuk menanyakan kepadamu, apakah engkau pernah mendengar beliau menerangkan masalah itu ?”. Shafwan menjawab: “Betul, beliau menyuruh kami supaya tidak melepas sepatu selama tiga hari tiga malam kecuali janabat ketika dalam perjalanan atau bepergian, Izin tidak melepas khuf itu hanya karena hadats kecil, seperti buang air, buang air besar atau tidur. Lalu saya bertanya lagi: “Apakah engkau pernah mendengar beliau bercerita tentang cinta ?”. Shafwan menjawab: “Betul, kami pernah bersama-sama dengan Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan tibatiba ada seorang Badui yang memanggil dengan suara keras, katanya: “Wahai Muhammad Saw”, kemudian Rasulullah saw. menjawabnya dengan suara yang keras juga mirip suaranya Haum. Maka saya peringatkan Badui itu. Rendahkan sedikit suaramu di hadapan Rasulullah saw. karena perbuatan seperti itu dilarang. Orang Badui itu menjawab: “Demi Allah, saya tidak dapat merendahkan suaraku”. Lantas Badui itu bertanya: “Bagaimana seseorang mencintai sekelompok orang namun tidak boleh berkumpul bersamanya”?. Nabi saw. bersabda: “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya besok di hari kiamat”. Beliau selalu bercerita kepada kami sehingga beliau menyebut sebuah pintu di sebelah barat yang lebarnya sepanjang perjalanan 40 atau 70 tahun. Salah seorang perawi dari daerah Syiria yaitu Shofwan berkata: “Allah telah menciptakan pintu itu bersamaan dengan Dia menciptakan langit dan bumi. Pintu itu selalu terbuka untuk menerima taubat dan tidak akan ditutup sebelum matahari terbit dari arah barat (sebelum hari kiamat)”. (HR. At Turmudzi).
(8). Dari Abu Said bin Malik bin Sinan Al Khudri ra. bahwasanya Nabi Saw. telah bersabda: “Pada zaman dahulu ada seorang yang telah membunuh 99 orang. Lalu ia mencari-cari orang yang paling alim di negeri itu, yang akhirnya ia di tunjukkan pada seorang pendeta. Seorang pembunuh itupun mendatangi pendeta dan menceritakan perihal yang dialaminya, yaitu ia telah membunuh 99 orang. Kepada pendeta itu ia bertanya: “Apakah masih ada jalan untuk bertaubat?” Pendeta menjawab: “Taubatmu tidak bisa diterima”. Lantas orang itupun membunuh pendeta tadi sehingga genaplah orang yang dibunuhnya yaitu seratus orang. Kemudian iapun mencaricari orang yang paling alim di negeri itu yang akhirnya ia ditunjukkan kepada orang yang sangat alim. Ketika telah ditunjukkan maka ia menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus orang, apakah ada jalan untuk bertaubat? Orang alim itu menjawab: “Ya masih ada jalan untuk bertaubat”. Siapakah yang dapat menghalangi untuk bertaubat ? Pergilah kesana karena penduduk di sana sangat ta’at menyembah Tuhannya, maka berbuatlah sebagaimana mereka. Dan janganlah kamu sekali-kali kembali ke kampung halamanmu, karena perkampunganmu adalah daerah penjahat.
Maka pergilah orang itu. Tatkala sampai di pertengahan jalan mendadak ia mati, maka bertengkarlah Malaikat rahmat dan Malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata: “Ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya”. Sedangkan Malaikat siksa berkata: “Sesungguhnya ia belum berbuat kebaikan sedikitpun”. Maka datanglah Malaikat berupa manusia dan dijadikannya sebagai hakim diantara mereka. Malaikat (yang sebagai hakim ) itu berkata: “Ukurlah jarak yang telah ditempuh oleh penjahat tadi antara yang ditinggalkan dan yang dituju, maka ke mana ia lebih dekat masukkanlah ia kepada golongan orang sana. Akhirnya diukurnya daerah itu dan didapatkan lebih dekat kepada dusun yang baik, yang ditujunya kira-kira sejengkal maka dipegang ruhnya oleh Malaikat rahmat”. (HR. Bukhari, Muslim)
Dalam riwayat lain yaitu di dalam Kitab Shahih dikatakan: “Ia lebih dekat, sejengkal untuk menuju daerah baik itu maka ia dikelompok orang yang baik”. Pada riwayat lain juga dikatakan: “Allah memerintahkan kepada bumi yang dituju supaya mendekat dan menyuruh bumi yang ditinggalkan (daerah penjahat) supaya menjauh sehingga didapatkan daerah yang baik hanya berjarak sejengkal lebih dekat, maka akhirnya ia diampuni”. Dalam riwayat lainnya dikatakan: “Allah mencondongkan hatinya untuk menuju ke daerah yang baik itu”.
(9). Dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik, dia adalah panglima Ka’ab ra. dari anaknya ketika buta dimana dia berkata : “Saya mendengar Ka’ab bin Malik ra. menceritakan tentang dirinya saat tertmggal dari Rasulullah saw. dalam perang Tabuk. “Katanya (Ka’ab bin Malik) : “Saya tidak pernah tertinggal dari Rasulullah saw. dalam suatu peperangan, kecuali dalam perang Tabuk. Hanya saya tertinggal dalam perang Badar tetapi tidak ada seorangpun yang disalahkan waktu tertinggal dalam perang Badr karena Rasulullah Saw. keluar hanya untuk menghadang kafilah Quraisy, namun Allah mempertemukan mereka dengan musuhnya tanpa terduga sebelumnya. Sedang saya telah menyaksikan bersama Rasulullah saw. malam Baitul aqabah ketika kami berbaiat untuk masuk Islam, dan saya tidak senang jika malam agabah itu disamakan seperti perang Badr walaupun perang itu banyak disebut-sebut orang.
Adapun cerita saya tertinggal dalam perang Tabuk adalah bahwa saya belum pernah merasa lebih kuat dan lebih ringan sebagaimana keadaan saya di waktu tertinggal dalam perang Tabuk itu. Demi Allah, belum pernah saya menyiapkan dua kendaraan kecuali untuk perang Tabuk itu. Dan biasanya Rasulullah saw. bila akan berperang selalu menyamarkan dengan tujuan lain. Tapi dalam perang Tabuk ini Rasulullah tidak menyamarkannya karena akan berperang pada musim kemarau dan akan menempuh perjalanan yang sangat jauh serta akan menghadapi musuh yang teramat besar. Oleh karenanya Rasulullah saw. menekankan kepada kaum Muslimin untuk benar-benar siap siaga dan bersungguh-sungguh di dalam berperang. Dan juga Rasulullah saw. memberitahukan arah tujuan yang sebenarnya. Kaum Muslimin pada saat itu jumlahnya cukup besar, tidak tercatat namanya dalam sebuah buku sehingga bila ada salah seorang tidak ikut dalam perang itu, mungkin ia mengira tidak akan diketahui oleh Rasulullah saw. selama tidak ada wahyu yang datang dari Allah.
Rasulullah saw. keluar untuk melaksanakan perang Tabuk pada musim buah. Sedangkan saya merasa lebih condong pada peperangan itu. Rasulullah saw. bersama kaum muslimin telah bersiap-siap dan saya merencanakan esoknya saja. Kemudian saya pulang ke rumah tetapi sesampainya di rumah saya tidak berbuat apa-apa dan saya berkata dalam hati : “Saya mampu untuk berperang kapan saja”. Tetapi keadaan itu terus berlarut-larut sehingga Rasulullah saw. dan kaum muslimin sudah siap untuk berangkat. Dan sayapun pulang ke rumah untuk bersiap-siap. Tetapi sesampainya di rumah sayapun tidak dapat berbuat apa-apa. Hal yang demikian itu juga berlarut-larut sehingga Rasulullah dan kaum muslimin berangkat perang. Sayapun masih punya pendirian bahwa saya mampu untuk mengejarnya Namun alangkah celakanya diri saya karena tidak dapat mengikuti peperangan Tabuk itu Setelah Rasulullah saw. berangkat, saya merasa sedih sebab jika keluar tidak bertemu dengan teman kaum Muslimin kecuali orang-orang munafik, atau orang-orang lemah yang diberi kemurahan oleh Allah SWT. Rasulullah saw tidak menyebut-nyebut nama saya ketika sampai di Tabuk. Sewaktu di Tabuk, beliau duduk-duduk di antara kaum muslimin seraya bertanya: “Apa yang dikerjakan oleh Ka’ab bin Malik?” Seorang laki-laki dari Bani Salamah berkata: “Ya Rasulullah saw., dia terhalang oleh kain mantelnya dan dia hanya melihatlihat kain mantelnya itu”. Lalu Muadz bin Jabal ra. berkata kepada laki-laki dari Bani Salamah itu: “Jahat, apa yang kau katakan”. Demu Allah, kami tiada melihat Ka’ab kecuali kebaikannya semata-mata. Rasulullah saw. pun diam tidak menyambut keterangan itu, dan pada waktu itu pula terlihat bayang-bayang orang yang samar-samar karena terpengaruh adanya fatamorgana, maka Rasulullah saw. bersabda : “Semoga itu adalah Khaitsamah”. Mendadak ketika sampai, benar-benar ia adalah Khaitsamah Al Anshari yaitu salah seorang yang pernah bersedekah satu sha’ (-+ 2 1/2 kg) korma sewaktu dicela oleh orang-orang munafik.
Ka’ab bin Malik berkata lagi: “Setelah ada berita bahwa Rasulullah saw. telah datang dari Tabuk, maka datanglah kesedihanku dan hampir saja saya berdusta untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku. Sebab saya ingin menghindari kemurkaan beliau dan juga saya sudah minta pendapat kepada seluruh keluarga untuk mencari alasan. Setelah Rasulullah saw. benar-benar datang, maka hilanglah semua kebatilanku (dimana saya akan berdusta) dan saya yakin bahwa saya tidak akan selamat daripadanya dengan alasan apapun. Maka lebih baik saya mengaku yang sebenarnya kepada Rasulullah saw. Dan pada pagi hari Rasulullah saw. datang dan terus menuju ke masjid sebagaimana kebiasaannya jika tiba dari bepergian jauh selalu melakukan Shalat sunat dua raka’at. Pada saat itu datanglah orang-orang yang tidak ikut berperang untuk mengajukan alasan-alasannya dan bersumpah, yaitu kurang lebih 80 orang. Maka oleh Rasulullah saw. alasan-alasannya diterima dan dimintakan ampun. Adapun soal batinnya diserahkan kepada Allah, hingga sampailah kepada giliran saya. Maka ketika saya memberi salam, Rasulullah tersenyum sinis seraya bersabda : “Mari kesini”. Saya pun datang dan duduk di hadapan beliau. Lalu Nabi saw. bersabda : “Apa yang menyebabkan kamu tidak ikut, padahal kamu sudah mempersiapkan kendaraan?”. Saya menjawab: Ya Rasulullah saw., seandainya saya duduk-duduk di hadapan penduduk dunia ini, bukan di hadapan tuan niscaya saya dapat mengemukakan alasan untuk menyelamatkan diri dari kemurkaannya sebab saya cukup mampu untuk berdebat, tetapi demi Allah, saya yakin jika kini saya berdusta kepada tuan yang mungkin tuan terima dan ridha kepadaku, mungkin Allah murka kepadaku dan bila kini saya berkata yang sebenarnya mungkin tuan menyesal padaku, tetapi saya masih dapat mengharapkan maaf dari Allah. Demi Allah, sebenarnya tidak ada alasan bagi saya: dan demi Allah, sesungguhnya saya merasa sangat kuat dan sangat mampu sewaktu saya tidak ikut perang bersama tuan. Akhirnya Rasulullah Saw. bersabda: “Apa yang kamu katakan adalah kejujuran pergilah kamu dan tunggulah keputusan Allah tentang dirimu”. Ketika saya pergi diikuti oleh orang-orang Bani Salamah sambil berkata: “Demi Allah, kamu belum pernah berbuat dosa selain ini, mengapa engkau tidak minta maaf saja kepada Rasulullah saw.?” Sudah cukup untukmu jika Rasulullah saw. memintakan ampun untukmu.
Ka’ab bin Malik berkata: “Demi Allah, hampir semua dari mereka menyalahkanku sehingga saya akan bermaksud untuk kembali kepada Rasulullah saw. dan akan mendustakan diriku sendiri. Lantas saya bertanya kepada orang-orang Bani Salamah: “Apakah ada seseorang yang menerima keputusan seperti saya ini ?”. Mereka menjawab: “Ya, ada dua orang yang mengatakan seperti apa yang kamu ucapkan. Dan keduanya juga mendapatkan keputusan seperti keputusan yang diberikan kepadamu”. Saya bertanya: “Siapakah kedua orang itu?”. Mereka menjawab: “Yaitu Murrah bin Rabiah Al Amiri dan Hilal bin Umayyah Al Waqifi”.
Ka’ab bin Malik berkata: “Ketika mereka menyebut nama dua orang shalih yang telah ikut serta dalam perang Badr, maka saya merasa tenang karena ada dua teman yang dapat dijadikan teladan. Akhirnya saya tidak jadi menarik pengakuan saya itu. Kemudian Rasulullah saw. melarang sahabat-sahabat berbicara dengan kami bertiga. Maka orang-orang menjauhi kami sehingga kami bertiga seolaholah sebagai orang asing selama 50 hari. Kedua temanku yang tidak ikut perang Tabuk tetap berdiam di rumah dan terus-menerus menangis. Adapun saya yang termuda dan terkuat dari ketiga orang yang tidak ikut perang itu, saya tetap keluar rumah dan ikut shalat bersama. sama kaum muslimin serta pergi ke pasar juga Namun demikian tak seorang pun menyapa saya, bahkan saya datang ke majlis Rasulullah saw. dan memberi salam kepadanya sambil memperhatikan bibir Rasulullah saw. kalau. kalau bibir Rasulullah saw. itu bergerak menyawab salam saya, kemudian saya mendekat pada Rasulullah saw. pada waktu shalat sambil melirik kepada beliau, dan apabila saya melirik beliau membuang mukanya daripadaku. Kemudian setelah lama kejadian demikian itu, pada suatu hari saya menaiki dinding rumah Abu Qatadah yaitu saudara sepupu saya yang paling saya senangi, lalu kuucapkan salam kepadanya. Tetapi demi Allah, dia tidak menjawab salam saya. Lantas saya berkata kepadanya: “Hai Abu Qatadah, demi Allah saya ingin mendengar jawabanmu apakah kamu mengetahui bahwa saya tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya?”. Abu Qatadah juga tidak menjawabnya, hingga pertanyaan ini saya ulang dua, tiga kali, dan tetap ia tinggal diam tidak menjawab hanya berkata: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka mengucurlah air mataku dan saya segera naik dinding rumah Qatadah untuk kembali. Dan pada suatu hari saya berjalan-jalan di pasar. Tiba-tiba ada seorang petani dari Syam yang biasa menjual makanan di kota Madinah berkata : “Siapa yang suka menunjukkan saya pada Ka’ab bin Malik”, maka semua orang menuding ke arah saya. Lalu petani itu mendekati saya dengan membawa sepucuk surat dari raja Khassan yang di dalamnya berisi antara lain: “Selanjutnya ingin saya sampaikan bahwa saya mendengar engkau dikucilkan oleh kawan-kawanmu. Sedangkan Allah tidak menjadikan kamu hina dan bukan orang yang pantas disia-siakan. Oleh karena itu saya benar-benar bersedia membantumu’. Setelah membaca surat ini saya berkata: “Wah ini juga suatu ujian”. Dan segera surat itu mau kubakar.
Setelah berjalan 40 hari dari kejadian itu, datanglah seorang utusan Rasulullah saw. ke rumah saya dengan memberi tahukan bahwa Rasulullah saw. menyuruhku menjauhi istriku. Saya bertanya: “Apakah harus aku cerai istris ku?” Jawabnya: Tidak, hanya saja jangan menggaulinya, dan begitu pula diutus untuk kedua temanku yang senasib. Maka setelah ada berita itu kukatakan pada istriku. Saya harap kamu pulang dulu ke rumah keluArqamu sampa! mendapat putusan dari Allah tentang urusanku ini. Sedangkan istri Hilal bin Umayyah datang menemui Rasulullah saw. ingin memberitahukan bahwa Hilal bin Umayyah adalah orang tua yang tidak mempunyai pclayan. Maka apakah kiranya tuan keberatan jika saya melayaninya ? Nabi saw. menjawab: “Tidak apa-apa, tetapi jangan sekali-kali mensetubuhi kamu”. Istri Hilal berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah sudah tidak punya nafsu lagi untuk berbuat seperti itu, dan demi Allah, ia selalu menangis semenjak menerima keputusan itu hingga kini”. Lalu sebagian keluargaku mohon kepadaku agar saya minta izin kepada Rasulullah saw. tentang masalah istriku, karena beliau telah mengijinkan istri Hilal untuk melayani suaminya. Maka saya menjawab: “Saya tidak akan minta izin kepada Rasulullah saw. tentang masalah istriku karena saya adalah orang yang masih muda”. Lalu saya tetap tinggal sendirian selama sepuluh hari sehingga genap lima puluh hari “ yakni sejak larangan Nabi saw. pada sahabat-sahabat untuk berbicara dengan kami. Dan pada hari yang ke lima puluh itu, ketika saya sedang shalat subuh di bagian atas rumah kami, yang ketika itu saya merenungkan nasib diriku sebagaimana disinyalir oleh Allah, di dalam Al Qur’an, telah terasa sempit hidup di dunia ini, sekonyong-konyong saya mendengar suara teriakan yang sangat keras. Hai Ka’ab bin Malik sambutlah kabar yang baik ini. Maka segera saya melakukan sujud syukur sebab saya yakin pasti Rasulullah saw. telah mengatakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa Allah telah menerima taubat kami pada pagi ini. Sehingga orangorang berdatangan untuk mengucapkan selamat kepadaku. Mereka itu ada yang lari, ada yang memakai kendaraan, dan ada yang naik ke atas bukit sambil berteriak-teriak. Ketika orang yang menyampaikan kabar gembira itu datang, maka kulepas bajuku dan kuberikan kepadanya karena gembiranya hatiku. Padahal demi Allah, waktu itu saya tidak mempunyai pakaian kecuali yang saya berikan itu sehingga pada saat saya menghadap Rasulullah saw. maka saya terpaksa meminjam pakaian orang lain. Dan sayapun menghadap Rasulullah saw. sedangkan orang-orang yang bertemu denganku mengucapkan selamat atas diterimanya taubatku oleh Allah. Akhirnya sampailah saya di masjid Rasulullah saw., dimana Rasulullah Saw. sedang duduk dikerumuni oleh sahabatsahabatnya dan bangkitlah Thalhah bin Ubaidillah ra. dengan tergopoh-gopoh untuk menjabat tangan dan mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, tidak ada seorangpun dari sahabat Muhajirin yang bangkit selain Thalhah.
Ka’ab bin Malik berkata: “Ketika saya mengucapkan salam kepada Rasulullah saw. wajah Rasulullah saw. nampak berseri-seri karena gembira sambil bersabda: “Bergembiralah kamu pada hari yang paling baik sejak kamu dilahirkan ibumu”. Saya bertanya: “Apakah keputusan ini dari tuan atau langsung dari Allah?”. Beliau menjawab: “Ini langsung dari Allah, Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung”. Dan biasanya bila Rasulullah saw. sedang bergembira maka bersinarlah wajahnya bagaikan: belahan bulan. Kitapun sudah mengenal yang demikian itu. Kemudian ketika saya duduk di hadapan beliau saya berkata: “Ya Rasulullah saw., sebagai kesempurnaan taubatku maka saya akan menyedekahkan semua harta kekayaanku kepada Allah dan rasul-Nya”. Rasulullah saw. bersabda: “Jangan, tahanlah sebagian dari hartamu karena yang demikian itu lebih baik bagimu”. Saya berkata lagi : “Saya akan menahan bagian saya yang saya peroleh dalam perang Khaibar, ya Rasulullah saw. Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan saya karena kejujuran saya, dan sebagai kesempurnaan taubatku maka aku tidak akan bicara selama hidupku kecuali bicara yang benar”. Demi Allah, saya tidak mengetahui seseorang pun diantara kaum muslimin yang telah mendapat ujian dari Allah karena kebenarannya seperti saya. Demi Allah, saya tidak pernah sengaja berdusta sejak saya berjanji yang demikian itu kepada Rasulullah saw. sampai hari ini. Dan saya mengharapkan semoga Allah senantiasa memelihara saya sampai akhir hayat saya. Maka turunlah ayat Al Qur’an yang artinya:
“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi saw. orang-orang muhajirin dan orang-orang anshor yang telah mengikutinya dalam saat kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir tersesat kemudian Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. Dan terhadap tiga orang yang taubatnya ditangguhkan, hingga apabila telah terasa sempit terhadap mereka bumi yang luas ini, dan sempit pula hati mereka dan merasa bahwa tiada pelindung bagi mereka dari hukum Allah, kecuali kembali kepada rahmat Allah. Kemudian Allah memberi taubat kepada mereka supaya mereka bertaubat. Sesungguhnya Allahlah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
Ka’ab bin Malik berkata: “Demi Allah, belum pernah saya merasakan nikmat Allah yang lebih besar kecuali hidayat masuk Islam, yang lebih besar dari kebenaran saya di hadapan Rasulullah saw. sehingga saya tidak berdusta. Seandainya saya berdusta niscaya saya akan dibinasakan sebagaimana orang-orang terdahulu dibinasakan”.
Sesungguhnya Allah berfirman kepada orang-orang yang berdusta ketika disampaikannya wahyu kepada mereka dengan nada sinis melebihi sinisnya seseorang yang berkata kepada sesamanya dengan firman yang artinya:
“Mereka (orang-orang munafik) akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka, karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan kotor dan tempat mereka adalah jahannam sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepadamu agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu”.
Ka’ab bin Malik berkata: “Kami bertiga tertinggal dari urusan yang dihadapkan kepada Rasulullah saw. artinya kami bertiga ditangguhkan taubatnya dari orang-orang yang telah diterima Rasulullah saw. karena mereka telah bersumpah. Oleh karena sumpahnya itu maka Rasulullah saw. menerima lahir mereka dan memintakan ampun kepada Allah. Adapun, batin mereka diserahkan kepada Allah. Adapun soal kami bertiga maka dinantikan sampai mendapatkan putusan langsung dari Allah”.
Firman Allah yang berbunyi: “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan taubatnya”, maksudnya bukan kami bertiga tertinggal perang tetapi beliau menangguhkan kami dan mendiamkan kami (tidak seperti orang-orang yang bersumpah) diwaktu menyampaikan alasan kemudian beliau terima alasannya itu. (HR. Bukhari dan Muslim )
Dalam satu riwayat dikatakan: “Bahwasanya Nabi saw., pada waktu perang Tabuk berangkat pada hari Kamis. Dan memang kesukaan beliau itu selalu bepergian pada hari Kamis.” Dalam satu riwayat yang lainnya dikatakan: “Biasanya beliau jika datang dari bepergian pada waktu pagi hari, dan langsung menuju ke masjid melakukan shalat sunat dua rakaat kemudian duduk di masjid”.
- Dari Abu Nujaid Imran bin Al Husain Al Khuzali ra. bahwasanya ada seorang wanita dari suku Juhainah yang telah hamil karena berzina datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasulullah saw., saya telah terkena hukum had, maka laksanakanlah !” Maka Nabi saw. memanggil walinya (wanita) itu seraya bersabda: “Perlakukanlah wanita ini secara baik-baik. Bila nanti sudah melahirkan maka bawalah kemari”, Maka dilaksanakanlah yang demikian itu oleh wali wanita itu, dimana setelah wanita itu melahirkan langsung dihadapkan kepada Rasulullah saw. lalu diikatkanlah pakaiannya dan selanjutnya dihukum rajam. Dan sesudah wanita itu mati maka dishalatkan oleh Rasulullah saw. Kemudian Umar ra. berkata: “Ya Rasulullah saw., kenapa engkau shalatkan wanita ini padahal ia telah berzina ?” Beliau menjawab: “Wanita ini telah benar-benar bertaubat. Andaikata taubatnya ini dibagikan kepada tujuh puluh penduduk di Madinah niscaya masih cukup. Apakah kamu pernah mendapatkan orang yang lebih utama dari seseorang yang telah dengan bulatbulat menyerahkan dirinya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung?”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik ra. bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda: “Andaikan anak Adam (manusia) memiliki satu lembah emas pasti ia ingin memiliki dua lembah, Dan tiada yang dapat memenuhi mulutnya (maksudnya tidak ada yang menghentikan kerakusannya kepada dunia) kecuali tanah. (maksudnya mati). Dan Allah senantiasa menerima taubat pada siapa saja yang bertaubat”. (HR. Bukhari, Muslim)
12 Dari Abuu Hurairah ra. Ia berkata sesungguhnya Rasulullah bersabda : “Allah tertawa gembira manakala melihat dua Orang yang bunuh membunuh, namun keduanya masuk surga. Yang seorang berjuang di jalan Allah dan akhirnya mati terbunuh, kemudian yang membunuh itu bertaubat kepada Allah lantas masuk Islam dan terbunuh di dalam berjuang (mati sahid)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman : “Hai orang-orang ‘ yang beriman, sabarlah kamu semua dan teguhkanlah kesabaranmu itu”. (QS. Ali Imran : 200)
Allah ta’ala berfirman: “Sungguh Kami (Allah) pasti akan memberi cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah: 155)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas”.(QS. Az Zumar:10)
Allah ta’ala berfirman: “Sungguh berbahagialah orang yang sabar dan mau memaafkan, karena perbuatan itu termasuk perbuatan yang sangat mulia”. (QS. Asy Syura: 43)
Allah ta’ala berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat itu sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al Bagarah :153)
Allah ta’ala berfirman : “Sungguh Kami akan menguji kamu semua sehingga Kami mengetahui mana yang benar-benar berjuang diantara kamu dan mana yang sabar diantara kamu semua”. (QS. Muhammad : 31)
Dan ayat-ayat yang menyuruh untuk berlaku sabar dan yang menerangkan keutamaannya banyak sekali dituturkan dalam Al Qur’an.
- Dari Abu Malik Al Harits bin Ashim Al Asy’ari ra. ia berkata, Rasulullah saw. telah bersabda: “Kebersihan (suci) itu bagian dari iman, dan ucapan ALHAMDULILLAH itu dapat memenuhi timbangan, dan ucapan SUBHAANALLAAH dan ALHAMDULILLAH itu dapat memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, shalat itu cahaya, sedekah itu merupakan bukti iman, sabar itu merupakan pelita (cahaya) dan Al Qur’an merupakan hujjah terhadap apa yang kamu Sukai dan yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Said Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudri ra. ia berkata: “Bahwasanya ada beberapa sahabat Anshor yang meminta kepada Rasulullah saw., maka beliau memberinya. Kemudian mereka meminta lagi dan beliaupun memberinya sehingga habislah apa yang dimiliki oleh beliau”. Ketika beliau memberikan apa yang ada di tangan beliau, beliau bersabda kepada mereka: “Apa saja kebaikan yang ada pada diriku tidak akan saya sembunyikan pada kamu. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allah pun akan menjaganya. Dan siapa merasa cukup maka Allah pun mencukupinya serta siapa sabar maka Allah akan menyabarkannya. Dan tiada pemberian Allah yang lebih baik atau lebih lapang kecuali pemberian kesabaran”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda: “Sungguh sangat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, sebab semua urusannya sangat baik baginya. Dan itu tidak mungkin terjadi kecuali bagi orang yang beriman, yaitu bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka syukur itu lebih baik baginya. Dan bila ia tertimpa kesusahan maka ia bersabar maka kesabaran itu sangat baik baginya”. (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata, bahwa ketika Nabi saw. sakit keras (menjelang wafatnya) maka Fatimah ra. berkata: “Alangkah berat penderitaan ayah”. Nabi saw. bersabda: “Ayahmu tidak akan menderita lagi setelah hari ini”. Ketika beliau wafat, Fatimah berkata: “Wahai ayah engkau telah memenuhi panggilan Tuhan. Wahai ayahku surga Firdauslah tempatnya. Wahai ayahku kepada Jibril kami memberitakan kewafatannya”. Kemudian tatkala Rasulullah dikuburkan, Fatimah berkata: “Sampai hatikah engkau menaburkan tanah di atas makam Rasulullah saw. ?”. ( HR. Bukhari)
- Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah yaitu pelayan, kekasih dan anak kekasih Rasulullah saw. berkata: “Salah seorang putri Nabi saw. mengutus seseorang untuk memberi tahu kepada Nabi saw. bahwa putranya sedang sakaratul maut dan Nabi saw. diharap segera datang. Maka Nabi saw. mengembalikan pesuruh itu sambil berkata: “Sungguh sudah menjadi hak Allah untuk mengambil, memberi dan menentukan segala sesuatu yang telah ditentukan di sisi-Nya. Maka hendaklah kamu bersabar dan memohon pahala kepada Allah”. Kemudian pesuruh itu datang lagi minta dengan sangat sambil bersumpah (Demi Allah) supaya Nabi saw. berkenan datang. Maka akhirnya beliau beserta Sa’ad bin Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa sahabat lainnya berkenan datang. Maka diangkatlah anak yang sakit itu kepada Rasulullah saw. lantas didudukkan di pangkuan beliau sedangkan nafasnya tersengalsengal, maka meneteslah air mata beliau. Lantas Sa’ad bertanya: “Kenapa tuan menangis, meneteskan air mata?”. Beliau menjawab: “Tetesan air mata ini merupakan rahmat yang dikaruniakan Allah ke dalam hati hamba-hamba-Nya”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Kedalam hati hamba-hamba yang dikehendakinya. Dan sesungguhnya Allah akan menyayangi hambahamba-Nya yang mempunyai rasa kasih sayang kepada sesamanya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Shuhaib ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Dahulu ada seorang raja yang mempunyai tukang sihir. Ketika tukang sihirnya sudah lanjut usia maka ia berkata kepada rajanya: “Sesungguhnya saya sekarang sudah lanjut usia, maka kirimkanlah kepadaku seorang pemuda untuk aku ajarkan ilmu sihir kepadanya”. Maka rajapun mengirim seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir kepadanya. Ketika pemuda itu berjalan menuju ke tempat tukang sihir, kebetulan bertemu dengan seorang pendeta. Dan pemuda itu pun mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta yang akhirnya ia terlambat datang di tempat tukang sihir. Pada saat pemuda itu sampai di tempat tukang sihir maka pemuda itupun dipukul oleh tukang sihir karena terlambat, Kejadian itu disampaikan kepada pendeta, lantas pendeta itu pun berkata: “Bila kamu takut kepada tukang sihir itu maka katakanlah bahwa keluArqamu menahan kamu dan bila kamu takut kepada keluArqamu maka katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu”. Pada suatu hari ketika ia berjalan-jalan mendadak di tengahtengah jalan ada seekor binatang yang sangat besar yang menyebabkan orang-orang terhenti tidak bisa lewat. Saat kejadian itu pemuda berkata: “Hari ini aku akan mengetahui, tukang Sihir atau pendetakah yang paling benar ajarannya ?” Pemuda itu mengambil batu lalu berkata: “Ya Allah bila ajaran pendeta itu lebih Engkau senangi maka bunuhlah binatang yang sangat besar ini agar orang-orang dapat lewat berjalan”. Kemudian batu dilemparkan pada binatang yang besar itu, dan seketika binatang itu mati hingga orang-orang dapat mencruskan perjalanannya dengan aman.
Maka ia mendatangi pendeta itu dan memberitahukan kejadian yang baru terjadi. Pendeta itu berkata : “Hai anakku, kamu sekarang lebih utama daripada aku karena kamu telah mengetahui apa yang sudah kuketahui. Dan nanti kamu akan mendapatkan ujian. Tapi ingat jangan kau menyebut-nyebut namaku bila kamu diuji”. Kemudian pemuda itu mendapatkan karunia dari Allah sehingga dapat menyembuhkan penyakit buta, belang, dan jenis-jenis penyakit lainnya. Tak lama kemudian, terdengarlah berita bahwa kawan seorang raja sakit mata hingga hampir buta dan sudah diusahakan ke mana-mana tapi belum sembuh juga. Dan ia pun datang kepada pemuda itu dengan memba-wa hadiah-hadiah yang sangat banyak, sambil berkata: “Jika kamu dapat menyembuhkan penyakitku maka sudahlah apa yang kau minta kuturuti”. Pemuda itu menjawab: “Saya tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang dapat menyembuhkan adalah Allah. Jika kamu beriman kepada Allah, niscaya saya akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu”. Akhirnya berimanlah orang itu kepada Allah dan menjadi sembuhlah penyakitnya. Orang (yang baru disembuhkan) itu datang ke tempat sang raja sehingga kagumlah raja itu seraya bertanya: “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu?”.. :
Ia menjawab: “Tuhanku”, Raja lantas bertanya lagi: “Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku ?” Ia pun menjawab: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah SWT”. Mendengar jawaban itu raja menjadi sangat marah, lalu menyiksanya sehingga orang itu menunjuk kepada pemuda yang telah membantunya itu. Lalu pemuda itu dipanggil dan ditanya oleh raja: “Hai anakku, sihirmu telah melampaui batas sehingga dapat menyembuhkan orang buta, belang dan ini dan itu”.
Pemuda itu menjawab: “Sesungguhnya yang dapat menyembuhkan adalah Allah”. Mendengar jawaban itu, raja pun menjadi marah dan menyiksa pemuda itu hingga akhirnya pemuda itu menunjuk kepada nama pendeta. Maka dipanggillah pendeta dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah kamu ke agamamu semula”. Tetapi Pendeta itu tidak mau. Akhirnya raja menyuruh untuk mengambil gergaji diletakkan di atas kepalanya serta digergajilah pendeta itu hingga terbelah dua.
Kemudian dipanggiltah teman raja itu dan dikatakan kepadanya agar meninggalkan apama Tuhan serta kembali kepada agama semula. Tetapi orang inipun menolak. Akhirnya ia juga menerima hukuman digergaji mulai dari atas kepalanya hingga terbelah menjadi dua.
Kemudian dipanggil pula pemuda itu dan dikatakan kepadanya: “Kembalilah kamu kepada agamamu semula”. Tetapi pemuda itu juga tetap menolak. Maka raja memerintahkan kepada pasukannya supaya membawa pemuda itu ke atas bukit, dan bila sudah sampai di sana supaya memaksa agar kembali keagamanya semula, dan kalau tidak mau maka lemparkan dari atas bukit supaya mati. Kemudian ketika telah sampai di atas bukit berdoalah pemuda itu: “Ya Allah, hindarkanlah saya dari kejahatan mereka ini menurut apa yang Engkau kehendaki”. Mendadak menjadi bergoncanglah bukit itu hingga pasukan itu bergelundungan jatuh mati. Dan kembalilah pemuda itu kepada raja. Ditanya oleh raja: “Kemana pasukan tentara yang membawamu ?”. la menjawab: “Allah telah menghindarkan saya dari kejahatan mereka”. Kemudian raja pun memerintahkan kepada tentaranya yang lain supaya membawa pemuda itu naik ke perahu dan apabila sudah sampai di tengah-tengah lautan supaya ditawarkan lagi kepadanya untuk meninggalkan agamanya serta kembali ke agama semula, dan apabila menolak maka lemparkan saja ke laut. Kemudian sesampainya di tengah-tengah laut pemuda itu berdoa: “Ya Allah hindarkanlah saya dari kejahatan mereka sesuai dengan ke hendak-Mu”. Maka terbaliklah perahu itu sehingga tenggelamlah semua tentara itu. Maka”. pergilah pemuda itu kepada raja, dan sang raja berkata: “Apa yang dapat diperbuat oleh tentaraku?”. Pemuda itu menjawab: “Allah telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka”. Selanjutnya pemuda itu berkata: “Hai raja, engkau tidak akan dapat membunuhku kecuali engkau menuruti perintahku”. Raja itu bertanya: “Apa yang kamu inginkan?”. Pemuda itu menjawab: “Engkau harus mengumpulkan seluruh rakyatmu di lapangan luas. Lalu gantunglah saya di atas sebuah tiang, dan ambillah anak panahku dari tempatnya, serta letakkanlah pada busurnya. Kemudian bacalah: BISMILLAAHI RABBIL GHULAAM (Dengan menyebut nama Allah, Tuhannya pemuda ini) lalu lepaskan panah itu ke arahku. Bila engkau melakukan yang demikian ini niscaya engkau baru dapat membunuhku.”
Maka segeralah raja mengumpulkan seluruh rakyatnya di suatu lapangan luas dan menggantung pemuda itu diatas tiang, kemudian ia mengambil anak panah dari tempatnya dan diletakkan di busurnya kemudian ia membaca: BISMILLAAHI RABBIL GHULAAM. Lantas lepaslah anak panah itu mengenai pelipis pemuda itu dan pemuda itu meletakkan tangannya pada pelipis itu serta matilah pemuda itu.
Pada saat itu orang-orang berkata: “Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu”, sehingga kepercayaan kepada Allah menjadi merata di lapisan masyarakat. Kemudian ada seseorang yang menyampaikan kepada raja seraya berkata: “Tahukah kamu, apa yang tadinya kau kuatirkan kini telah terjadi, yaitu semua rakyatmu yang tadinya percaya kepadamu berubah percaya kepada Tuhannya pemuda itu”. Maka segera raja itu memerintahkan untuk membuat parit besar pada tiap-tiap persimpangan jalan kemudian dinyalakan api di dalamnya. Siapa saja yang lewat, maka disuruh melepaskan agamanya dan kembali kepada agama raja. Bila tidak mau maka dibakar dalam api itu. Setelah dilaksanakan hal yang demikian itu, diantara sekian banyak orang yang disiksa itu ada seorang wanita yang membawa bayinya. Ketika diperintahkan untuk meninggalkan agamanya ia menolak, maka ditariklah bayinya untuk dilemparkan dalam api, Melihat kenyataan itu ibunya tidak tega bayinya dibakar, tetapi mendadak bayi itu berbicara: “Wahai ibu, bersabarlah engkau sebab engkau dalam jalan kebenaran”. (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. suatu ketika berjalan menjumpai wanita yang menangis di atas kubur, maka beliau bersabda: “BerTaqwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah”. Wanita itu menjawab: “Pergilah kamu dari sini, sebab kamu tidak tertimpa musibah seperti yang kualami”. Wanita itu sama sekali tidak tahu kalau yang berbicara itu adalah Nabi saw. Maka setelah ada orang yang memberitahukan kepadanya, maka wanita itu langsung datang ke rumah Nabi saw. dan di sana ia tidak menjumpai seorang penjaga pintu sehingga ia dapat masuk dengan tidak bersusah payah, lalu berkata: “Sesungguhnya saya tidak tahu kalau yang berbicara adalah engkau, ya Rasulullah saw.” Maka Nat, saw. bersabda: “Sesungguhnya sabar itu hanya lah pada hari pertama dari musibah itu” (HR Bu-khari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Wanita itu menangisi anaknya yang baru meninggal”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda, Allah telah berfirman: “Tiada pembalasan bagi hambaku yang mukmin yang telah Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia ini lalu ia hanya mengharapkan pahala dari-Ku kecuali pembalasan surga”. (HR. Bukhari)
- Dari Aisyah ra. bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang Thaun (wabah), maka Rasulullah memberitahukan bahwa thaun itu merupakan siksaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, akan tetapi Allah menyaksikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Maka seseorang yang berada di daerah yang kejangkitan wabah itu jika sabar dan ikhlas bahwa ia tidak akan terjangkit jika belum dikehendaki-Nya maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid”. (HR. Bukhari)
- Dari Anas ra. ia berkata, bahwasanya saya telah mendengar Rasulullah saw. bersab: da: “Sesungguhnya Allah telah berfirman: “Apabila saya menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian ia sabar maka saya akan menggantinya dengan surga”. (HR. Bukhari)
- Dari Atha’ bin Abi Rabah berkata: “Ibnu Abbas berkata kepadaku “Maukah kamu saya beritahu seorang wanita yang termasuk ahli surga ?”. Saya menjawab: “Ya, saya mau”. Ibnu Abbas ra. berkata: “Itu wanita hitam yang pernah datang kepada Nabi saw. dimana waktu itu ia berkata: “Sesungguhnya saya mempunyai ayah dan saya berpenyakit ayan/epilepsi hingga terbuka auratku karenanya, maka doakanlah saya kepada Allah agar penyakit saya sembuh”. Nabi saw. bersabda: “Jika kamu sabar maka kamu akan mendapatkan surga, dan jika kamu tetap minta saya doakan sayapun tidak keberatan”. Wanita itu berkata: “Saya akan sabar, tetapi doakan kepada Allah agar aurat saya tidak terbuka lagi”. Maka Nabi pun mendoakan baginya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Abdur Rahman Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata: “Seolah-olah saya masih teringat (melihat) Rasulullah saw. pada waktu menceritakan para Nabi terdahulu ketika dipukul oleh kaumnya sehingga berlumuran darah dan ia mengusap darah dari mukanya sambil membaca: “”ALLAAHUMMAGHFIR LIQAUMII FAINNAHUM LAA YUKMINUUN (Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tiada seorang Muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kesedihan, kesakitan dan dukacita sampaisampai hanya tertusuk duri kecuali Allah akan menebusnya (dosanya) dengan apa yang menimpanya itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Mas’ud ra. ia berkata: “Saya masuk ke tempat Nabi saw. sedang beliau menderita sakit panas”. Maka saya berkata : “Ya Rasulullah saw., tuan benar-benar sakit panas sekali”. Beliau menjawab: “Benar, sakit panas saya ini dua kali lipat sakit panas yang diderita oleh orang biasa diantara kamu”. Saya bertanya: “Kalau begitu tuan mendapatkan pahala dua kali lipat”. Beliau menjawab: “Benar, memang demikian keadaannya”. Tiada seorang Muslim yang tertimpa suatu kesakitan, baik itu hanya tertusuk duri atau yang lainnya kecuali Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan menghapus dosa-dosanya sebagaimana daun-daun berguguran dari pohonnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka ditimpakan kepadanya suatu ujian atau musibah”. ( HR. Bukhari )
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah seseorang diantara kamu mengharapkan mati dikarenakan tertimpa suatu kesulitan. Maka jika keadaannya memaksa, maka ucapkanlah: “ALLAAHUMMA AHYINII MAA KAANATIL HAYAATU KHAIRAN LII (Ya Allah, lanjutkanlah hidup kami selama hidup ini masih baik bagiku, dan segera matikanlah kami apabila mati itu lebih baik bagi kami)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Abdullah Khabbab bin Arat ra. ia berkata: “Kami mengeluh kepada Rasulullah saw. dimana waktu itu Nabi saw. sedang berbaring di bawah naungan Ka’bah dengan berbantalkan sorbannya, maka kami berkata: “Tidakkah tuan memintakan pertolongan buat kami ?. Tidakkah tuan mendoakan kepada kami ?”. Nabi saw. bersabda: “Dahulu orang yang sebelum kamu, ada seorang yang ditanam hidup-hidup, ada seorang yang digergaji dari atas kepalanya hingga terbelah dua dan ada pula orang yang disisir dengan sisir besi yang mengenai daging dan tulangnya, tetapi keadaan yang demikian itu sama sekali tidak menggoyahkan iman dan agamanya. Demi Allah, Allah pasti mengembangkan agama Islam ini hingga merata dari Shan’a (Yaman) sampai Hadramaut dimana masing-masing dari mereka tiada yang ditakutkan kecuali kemurkaan Allah melebihi takutnya kambing terhadap srigala.
Tetapi kamu sangat tergesa-gesa” (HR Bukhari)
Dalam salah satu riwayat dikatakan: “Ke. tika Rasulullah saw. sedang berbaring dengan berbantalkan sorban itu, kami baru saja bertemu dengan orang-orang musyrik yang menyiksa kami dengan siksaan yang sangat berat”
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Tatkala selesai perang Hunain, Rasulullah saw. mengutamakan beberapa orang terkemuka dari bangsa Quraisy yang baru masuk Islam dalam pembagian ghanimah (harta rampasan). Maka diberinya seratus unta kepada Al Agra’ bin Habis, seratus unta untuk Uyainah bin Hishn dan beberapa tokoh terkemuka bangsa Quraisy, hingga ada seseorang yang berkata: “Demi Allah, pembagian harta rampasan ini tidak adil dan nampaknya tidak semata-mata karena Allah”. Maka saya (Ibnu Mas’ud ra.) berkata: “Demi Allah, akan aku sampaikan perkataan itu kepada Rasulullah saw.”. Kemudian aku datang kepada beliau dan menceritakan apa yang telah diceritakan/dikatakan oleh laki-laki tadi. Mendengar laporan itu, mendadak berubahlah wajah beliau bagaikan kesumba merah, lantas bersabda: “Siapah yang adil bila Allah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil?” Lanjut beliau: “Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada Nabi Musa karena telah disakiti hatinya melebihi apa yang menimpa kepada diriku, tetapi tetap sabar”. Saya (Ibnu Mas’ud ra.) berkata: “Pasti saya tidak akan menyampaikan suatu berita seperti itu lagi kepada Rasulullah setelah kejadian ini”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata: bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda: “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya itu jadi baik maka disegerakan siksaannya di dunia ini. Dan bila Allah menghendaki hamba-Nya itu menjadi jahat, maka ditangguhkan balasan dosanya sehingga akan dituntut nanti di hari kiamat”.
- Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian. Dan sesungguhnya bila Allah mencintai suatu kaum, pasti Allah akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan meridhainya dan siapa yang murka maka Allah akan memurkainya”. (HR. Tirmidzi)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Abu Thalhah mempunyai anak yang sedang sakit. Ketika Abu Thalhah keluar bepergian mendadak anaknya mati. Pada saat Abu Thalhah pulang ia bertanya “Bagaimana keadaannya putraku ?” Jawab Ummu Sulaim (ibu anak itu): “Ia sangat tenang”. Kemudian Ummu Sulaim (istri Abu Thalhah) menghidangkan makanan dan Abu Thalhah pun makan. Setelah itu istrinya berkata: “Kuburkanlah anak itu. Lalu pada pagi harinya Thalhah datang kepada Rasulullah dan menceritakan hal itu. Nabi saw. bertanya: “Apakah kamu tadi bersetubuh dengan istrimu ?”. Abu Thalhah menjawab: “Ya”. Maka Nabi saw. berdoa: “ALLAAHUMMA BAARIKLAHUMAA (Ya Allah, berkahilah pasangan suami istri ini)” Kemudian dari persetubuhannya semalam itu lahirlah seorang anak. Maka Abu Thalhah memerintah kepada Anas ra. untuk membawa bayi itu kepada Nabi saw. dengan menyertakan beberapa biji kurma.
Sesampainya di hadapan Nabi saw., beliau bertanya: “Apakah ada sesuatu yang menyertai bayi ini ?”. Ia menjawab: “Ya, ini ada beberapa kurma”. Kemudian beliau mengambil kurma yang dibawa itu, lantas dikunyah hingga lembut lalu diambil dari mulut beliau dan dimasukkan dalam mulut bayi itu. Dan bayi itu diberi nama “ABDULLAH”. ( HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dikatakan Ibnu Uyainah berkata: “Ada sahabat Anshor yang berkata : “Saya melihat ada sembilan anak yang pandai membaca Al Qur’an. Yang dimaksud adalah putra-putra Abdullah.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan: “Ketika anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim itu meninggal dunia. Ummu Sulaim berpesan kepada keluarganya agar supaya masalah anaknya yang mati ini tidak diceritakan kepada Abu Thalhah. Biarlah ia sendiri yang menceritakannya.
Kemudian Abu Thalhah datang, dan istrinya segera-menghidangkan makanan buat Suaminya itu. Sehabis makan maka istrinya mengajak bercanda hingga akhirnya jatuh pada persetubuhan. Setelah dirasa suaminya cukup puas, maka berkatalah istrinya itu: “Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurut kamu jika ada sekelompok orang meminjamkan sesuatu kepada suatu keluarga kemudian orang itu memintanya kembali. Apakah pantas keluarga’itu menahannya ?”. Abu Thalhah menjawab: “Tidak pantas”. Istrinya berkata lagi: “Relakanlah putramu”. Mendengar hal itu Abu Thalhah marah-marah seraya berkata: “Kenapa kamu diam saja sejak tadi hingga saya bersetubuh denganmu baru kamu beritahukan mengenai keadaan anak kita?”.
Kemudian Abu Thalhah datang kepada Rasulullah saw. dan menceritakan hal tersebut. Rasulullah saw. bersabda: “BAARAKALLAAHU FII LAILATIKUMAA (Ya Allah, berkahilah mereka berdua pada malam itu)”. Lalu hamillah istri Thalhah itu.
Kemudian Rasulullah saw. bepergian bersama-sama Abu Thalhah dan Ummu Sulaim. Ketika akan kembali masuk kota Madinah mendadak perut Ummu Sulaim merasa sakit sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan. Maka Nabi saw. menahan Abu Thalhah untuk ikut Nabi saw. dan Rasulullah saw. melanjutkan perjalanan sendiri. Lalu Abu Thalhah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya saya sangat senang jika keluar masuk kota bersama dengan Rasulullah saw., tapi kini saya tertahan sebagaimana yang Engkau ketahui”. Tiba-tiba Ummu Sulaim berkata: “Hai Abu Thalhah rasa sakit perutku kini telah hilang, mari kita lanjutkan perjalanan”. Ketika keduanya telah memasuki kota Madinah dan sampai di rumahnya maka sakit perutnya terasa lagi, kemudian Ummu Sulaim itu melahirkan anak laki-laki. Dan ia (Ummu Sulaim) berkata kepadaku: “Jangan sekali-kali ada orang lain member! tetek kepada anak ini sebelum kau bawa kepada Rasulullah saw”. Maka pagi-pagi benar saya bawa bayi itu kepada Rasulullah saw.”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanva Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah disebut orang kuat, orang yang menang dalam bergulat tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah”. (HR Bukhari dan Muslim)
- Dari Sulaiman bin Shurad ra. ia berkata: “Ketika saya duduk bersama Rasulullah saw. mendadak ada dua orang yang saling memaki, – sedang salah satu daripadanya telah merah wajahnya, serta tegang pula urat lehernya. Maka Rasulullah bersabda: “Saya mengetahui suatu kalimat yang bila kalimat itu dibaca maka hilanglah apa yang sedang terjadi, yaitu : A’UDZU BILLAAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM (Saya berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk). Maka para sahabat memberitahukan kepada orang yang sedang marah itu, yaitu Nabi saw. menyuruh kamu Supaya memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk”: (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Muadz bin Anas ra. bahwasanya Nabi saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang dapat menahan marah padahal ia sebenarnya mampu untuk melampraskannya, maka besok di hari kramat Allah akan memanggilnya dihadapan semua makhluk-Nya dan Ia disuruh memilih bidadari yang cantik-cantik yang diinginkannya”, (HR, Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Nasihatilah saya”. Nabi saw. bersabda: “Janganlah kamu suka marah”. Orang itu berkali-kali minta nasihat kepada Nabi saw. tetapi Nabi saw. tetap menjawab: “Janganlah kamu marah”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada henti-hentinya musibah itu menimpa kepada orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, baik cobaan itu mengenai kepada dirinya sendiri, mengenai sanak keluarganya maupun mengenai harta kekayaannya hingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : “Ketika Uyainah datang ke kota Madinah, ia menginap di tempat kemenakannya Al Hur bin Qais, dimana Al Hurr termasuk orang yang dekat dengan Khalifah Umar hin Khattab, sebab Umar ra. memang sengaja mengangkat orang-orang yang pandai dalam bidang Al Qur’an sebagai teman duduk dan kawan bermusyawarah, baik tua maupun muda. Uyainah berkata kepada kemenakannya: “Hai kemenakanku, kau adalah orang yang paling dekat dengan amirul mukminin. Izinkanlah agar saya dapat menghadap kepadanya”. Lalu kemenakannya memintakan izin, maka Umar pun mengizinkannya. Ketika Uyainah masuk ia berkata: “Hai putra Al Khattab, demi Allah engkau tidak memberi banyak kepada kami dan engkau tidak adil dalam menghukum kami”. Maka menjadi marahlah Umar waktu itu hingga hampir saja Uyainah di pukulnya. Tetapi segera Al Hurr bin Qais berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah berfirman kepada Nabi-Nya saw.: KHUDZIL ‘AFWA WAKMUR BIL ‘URFI WA A’RIDH ANIL JAAHILIN (Berikanlah maaf, dan suruhlah untuk berbuat baik serta janganlah engkau hiraukan orangorang yang bodoh). Sedangkan orang ini adalah termasuk orang yang bodoh. Demi Aliah, seolah-olah Umar belum pernah mendengar ayat yang dibaca Al Hur tadi, padahal Umar adalah orang yang sangat teliti dengan kitab Allah”. (HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya akan terjadi sepeninggalanku nanti sifat mementingkan diri sendiri dan beberapa hal yang munkar. Para sahabat bertanya: “Apa yang hendak tuan pesankan kepada kami, jika menghadapi hal itu?”. Beliau menjawab: “Kamu harus menyampaikan kebenaran yang kamu ketahui dan mohonlah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Yahya Usaid bin Hudair ra. ia berkata: “Ada seseorang dari sahabat anshor berkata: “Ya Rasulullah saw. kenapa tuan tidak memperkerjakan saya sebagaimana tuan telah mempekerjakan si fulan ?”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya sepeninggalanku nanti akan kamu dapatkan orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri, maka bersabarlah kamu hingga nanti engkau bertemu denganku di telaga kautsar”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abu Aufa ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. pada suatu hari sedang menantikan keda: tangan musuh hingga matahari hampir terbenam, maka bangkitlah Rasulullah saw. di tengah-tengah para sahabatnya sambil berkata: “Hai manusia, janganlah kamu semua mengharapkan berhadapan dengan musuh dan mohonlah keselamatan kepada Allah. Apabila kamu berhadapan dengan mereka maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa surga itu terletak di bawah naungan pedang”.Kemudian Nabi saw. berdoa: “ALLAAHUMMA MUNZILAL KITAABI WA MUJRIYASH SHAHAABI WA HAAZIMAL AHZAAB IHZIMHUM WAN. SHURNAA ‘ALAIHIM”” (Ya Allah, Dzat yang menurunkan kitab, Dzat yang menjalankan awan dan Dzat yang mengalahkan musuh. Kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar”. (QS. At Taubah : 119)
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang jujur, baik laki-laki maupun perempuan”. (QS. Al Ahzab: 35)
Allah ta’ala berfirman: “Seandainya mereka jujur kepada Allah SWT. niscaya yang demikian itu lebih baik baginya”. (QS. Muhammad: 21)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang itu akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur jika ia selalu bertindak jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan. Dan kejahatan itu akan membawa ke neraka. Seseorang yang berdusta cenderung untuk selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. ia berkata: “Saya telah hafal dari ajaran Rasulullah saw.: “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Maka sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan, dan dusta itu menimbulkan keragu-raguan”. (HR. At Tirmidzi)
- Dari Abu Sufyan Shakhr bin Harb ra. di dalam haditsnya yang panjang tentang kisah Hirakleus, dimana Hirakleus bertanya: “Apa yang diperintahkan oleh Nabi saw. kepadamu?”. Abu Sufyan berkata, Nabi saw. bersabda: “Sembahlah Allah, dan jangan sekali-kali menyekutukan-Nya dengan sesuatu tinggalkanlah ajaran nenek moyangmu, serta beliau memerintahkan kepada kami untuk melaksanakan shalat, jujur, pemaaf dan menyambung sanak famili”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Tsabit, ada yang menyebut Abu Said, dan ada pula yang menyebut Abul Walid Sahl bin Hunaif, dia adalah sahabat ahli Badr ra. bahwasanya Nabi saw. telah bersabda: “Siapa yang memohon kepada Allah agar mati syahid maka Allah akan mengabulkannya ke tingkatan orang mati syahid walaupun ta mati di atas tempat tidurnya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada di antara para Nabi yang sewaktu berangkat perang berkata kepada kaumnya: “Janganlah ikut kepadaku orang yang baru kawin dan belum berkumpul dengan istrinya: juga orang yang baru membangun rumah dan belum selesai bangunannya, atau orang yang membeli ternak kambing atau unta yang sedang menunggu kelahiran anaknya”. Maka berangkat: lah Nabi itu dengan sahabatnya. Ketika telah mendekati dusun yang ditujunya kira-kira pada waktu ashar atau hampir terbenam matahari, maka Nabi itu berkata kepada Matahari: “Hai matahari, engkau diperintah dan aku juga diperintah. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami”. Maka tertahanlah matahari sehingga Nabi itu dapat menguasai dusun itu. Kemudian dikumpulkan ghanimah (harta rampasan) itu dan didatangkan api untuk memakannya. Tapi api itu tidak mau memakannya, maka Nabi itu berkata: “Mungkin diantara kalian semua ada yang tidak ikhlas sehingga api tidak mau memakan barang ram. pasannya. Maka setiap kelompok disuruh untuk mengirimkan seorang utusan untuk dibaiat”. | Mendadak salah seorang dari mereka ada yang lengket tangannya tidak dapat dilepaskan dengan tangan Nabi. Maka Nabi berkata: “Didalam kelompokmu ada orang yang berkhianat/tidak ikhlas, dan semua orang yang berada dalam kelompokmu harus berbaiat kepadaku”. Setelah dibaiat ternyata ada dua atau tiga orang yang tangannya lengket dengan tangan Nabi. Akhirnya Nabi itu berkata: “Kamulah yang tidak ikhlas”. Kemudian mereka membawa emas sebesar kepala lembu dan diletakkan dihadapan Nabi itu, lalu datanglah api dan memakannya, Oleh karena itu tidak dihalalkan hasil rampasan perang dimiliki oleh seseorang sebelum kami. Kemudian Allah menghalalkan harta rampasan itu bagi kami dimana Allah mengetahui kelemahan kami. Jadi karena kami lemah, maka Allah menghalalkan harta rampasan itu bagi kami”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra (ia masuk Islam sewaktu terbukanya kota Makkah, sedangkan ayahnya tokoh Quraisy baik pada zaman Jahiliyyah maupun setelah masuk Islam), ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Penjual dan pembeli keduanya bebas memilih sebelum berpisah. Apabila keduanya benar dan jujur serta berterus-terang dalam berjualan, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Sebaliknya jika keduanya menyembunyikan dan berdusta maka jual belinya tidak akan membawa berkah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Dia adalah Dzat yang melihat kamu ketika kamu berdiri (waktu shalat) dan melihat pula gerakanmu tatkala orang tengah mengadakan sujud”. (QS. Asy Syuara : 118 – 119)
Allah ta’ala berfirman : “Dia (Allah) senantiasa bersama kamu di mana pun kamu berada”.
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah baik yang berada di bumi maupun yang berada di langit”. (QS. Ali Imran : 5)
Allah ta’ala berfirman: “Allah mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan mengetahui pula apa yang tersembunyi di dalam hati”. (QS. Al Mukmin: 19)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu senantiasa mengawasi”. (QS. Al Fajr : 14)
Ayat-ayat lain yang membicarakan masalah ini masih banyak di dalam Al Qur’an.
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Pada suatu hari ketika kami sedang dudukduduk bersama Rasulullah saw. tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian serba putih dan rambutnya sangat hitam. Laki-laki itu tidak diketahui dari mana datangnya dan tak seorang sahabat pun yang mengetahui sebelumnya. Laki-laki itu terus duduk di dekat Nabi dan menyandarkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi saw. dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi saw. seraya berkata: “Wahai Muhammad saw. ceritakan kepadaku tentang Islam”. Rasulullah saw. menjawab: “Islam yaitu mengaku tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad saw. itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah bila mampu menempuh perjalanannya”. Laki-laki itu berkata: “Benar engkau”. Kami semua terheran melihat sikap laki-laki itu dimana ia menanyakan sesuatu tetapi ia juga membenarkannya. Laki-laki itu bertanya lagi: “Coba ceritakan untukku tentang iman”. Nabi saw. menjawab: “Iman yaitu kamu percaya kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah dan percaya kepada hari akhir serta percaya dengan sepenuh hati pada takdir Allah, baik takdir baik dan takdir buruk dari Allah”. Orang itu berkata: “Benar engkau”. Lalu ia bertanya lagi: “Ceritakan kepadaku tentang Ihsan”. Beliau menjawab: “Ihsan yaitu kamu menyembah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan jika kamu tidak bisa seolaholah melihat Allah, maka yakinlah bahwa Allah melihat kamu”. Laki-laki itu bertanya lagi: “Ceritakan kepadaku tentang kapan datangnya hari kiamat”. Beliau menjawab: “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya”. Laki-laki itu terus bertanya, bagaimana tanda-tandanya. Maka Nabi saw. menjawab: “Bila ada budak telah melahirkan anak majikannya, dan orang-orang fakir miskin yang tidak bersepatu lagi pula telanjang, hidupnya menggembalakan kambing-kambing tapi mereka berlomba-lomba membangun gedung yang besar”. Laki-laki itu lantas pergi dan kamipun diam termenung sejenak. Lalu Nabi saw. bertanya, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi”. Umar menjawab: “Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya laki-laki yang bertanya itu adalah Jibril. Dia datang untuk mengajarkan urusan agamamu”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman Muadz bin Jabal ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “BerTaqwalah kamu semua di mana pun kamu berada. Dan ikutilah perbuatan jahat itu dengan kebaikan sebab kebaikan itu dapat menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan budi pekerti yang mulia”. (HR. Turmudzi)
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Pada suatu hari saya mengikuti Nabi saw. lalu beliau bersabda: “Wahai pemuda, sesungguhnya saya akan mengajarkan beberapa hal kepadamu, yaitu : ,
– Peliharalah perintah Allah, niscaya kamu akan dipelihara oleh Allah. Dan jagalah larangan Allah, niscaya kamu dapati Allah selalu di hadapanmu.
– Bila kamu minta, maka memintalah kepada Allah. Dan bila kamu mohon pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.
– Ketahuilah olehmu, sekiranya seluruh umat manusia berkumpul, mereka sepakat untuk memberikan pertolongan maka mereka tidak akan dapat memberikan pertolongan kecuali apa yang telah ditetapkan oleh-Nya.
– Dan demikian pula, bila mereka sepakat untuk mencelakakan kamu niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu sedikit pun kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh-Nya atas kamu.
Pena telah terangkat dan tulisan-tulisan pada buku catatanpun telah hilang. (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh selain Imam Turmudzi, dikatakan: “Peliharalah perintah Allah niscaya kamu akan mendapatkan Allah di depanmu. Dan ingatlah Allah tatkala kamu senang niscaya Allah akan mengingatmu tatkala kamu dalam kesulitan. Ketahuilah bahwa sesuatu yang terlepas darimu berarti bukan bagianmu sedangkan sesuatu yang menjadi bagianmu maka takkan terlepas dari kamu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu dapat diraih harus dengan kesabaran, dan kegembiraan itu akan dapat diraih setelah bersusah payah serta setiap kesulitan pasti akan datang kemudahan”.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya kamu kini telah melakukan amal perbuatan yang dalam pandanganmu adalah remeh, sangat enteng padahal perbuatan itu dahulu di masa Nabi saw. adalah bagian dari perbuatan yang merusak agama”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala itu cemburu. Adapun cemburu Allah SWT. adalah bila ada seseorang yang melakukan perbuatan yang diharamkan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya dia mendengar Nabi saw. telah bersabda: “Sungguh ada tiga orang dari Bani Israil, belang, botak dan buta. Allah bermaksud ingin menguji mereka maka diutuslah Malaikat untuknya. Malaikat itu mendatangi si belang dan bertanya: “Apakah yang kamu inginkan ?”. Orang yang belang ini menjawab: “Saya menginginkan paras yang tampan, kulit yang bagus dan hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang jijik kepadaku”. Maka diusaplah si belang itu oleh malaikat. Dan tiba-tiba penyakitnya hilang serta parasnya berubah menjadi tampan dan kulitnya pun menjadi halus. Malaikat itu bertanya lagi “Harta apakah yang paling kamu senangi. Orang yang belang ini menjawab: “Unta”. Tetapi ada yang mengatakan “Sapi”. Lalu ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan, sambil didoakan: “BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA” (Semoga Allah memberi keberkahan atas rahmat yang kamu terima).
Selanjutnya Malaikat itu mendatangi si botak dan bertanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu senangi ?”. Si botak ini menjawab: “Saya menginginkan rambut yang rapi dan hilangnya penyakitku yang menyebabkan orang-orang jijik kepadaku”. Malaikat itu lantas mengusap si botak dan seketika itu hilanglah penyakit yang dideritanya dan menjadi tumbuhlah rambutnya. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang kamu senangi ?”. Si botak menjawab: “Saya senang sapi”. Lalu ia pun diberi sapi yang sedang hamil, sambil didoakan: “BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA” (Semoga Allah memberi keberkahan atas rahmat yang kamu terima).
Selanjutnya Malaikat mendatangi si buta dan bertanya: “Apakah sesuatu yang paling kau inginkan ?”. Si buta menjawab: “Kembalinya penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang”. Maka diusaplah matanya oleh Malaikat itu, dan menjadi terbuka pula matanya hingga dapat melihat. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling kau senangi?”. Si buta menjawab: “Saya senang kambing”. Maka ia pun diberi kambing yang hamil. . Setelah beberapa tahun, unta, sapi dan kambing yang diberikan Malaikat itu berkembang biak menjadi banyak sehingga memenuhi suatu lapangan. Maka datanglah Malaikat itu berbentuk manusia yang miskin, laksana keadaan si belang dahulu pada waktu belum sembuh dan belum kaya dan berkata: “Saya ini orang miskin, saya telah kehabisan bekal di tengah perjalanan dan sampai hari ini tidak ada yang mau menolongku kecuali Allah. Mudahmudahan kamu mau menolongku. Saya betulbetul minta pertolongan kepadamu dengan menyebut Dzat yang telah memberimu paras tampan, kulit halus dan harta kekayaan, yaitu Saya minta satu ekor unta untuk bekal saya di perjalanan”. Si belang berkata: “Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak. Saya tidak dapat membekalimu apa-apa”. Maka malaikat itu berkata: “Jika tidak keliru saya pernah mengenalmu. Bukankah kamu dulu sakit belang dan orang-orang jijik kepadamu?. Bukankah dulu kamu miskin lalu Allah memberi rahmat kepadamu?”. Si belang menjawab: “Sesungguhnya harta kekayaanku ini adalah dari nenek moyangku”. Malaikat itu pun berkata: “Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti dahulu”.
Kemudian Malaikat itu mendatangi si botak dengan menyamar seperti keadaan si botak waktu itu, dan berkata sama dengan apa yang dikatakan kepada si belang. Si botak ini juga memberi jawaban seperti jawaban si belang. Kemudian Malaikat itu berkata :“Bila kau berdusta, semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti semula”.
Malaikat itu terus menuju ke tempat si buta dengan menyerupai orang buta seperti keadaan si buta waktu dulu, dan berkata: “Saya adalah orang miskin: “Saya telah kehabisan bekal di tengah perjalanan dan sampai hari ini tidak ada yang menolongku kecuali Allah. Mudah. mudahan kamu mau menolongku. Saya betulbetul minta pertolongan kepadamu. dengan menyebut Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu, yaitu saya minta seekor kambing untuk bekal di perjalanan nanti”. Si buta menjawab: “Dahulu saya adalah orang buta lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkan apa yang tidak kamu sukai. Demi Allah aku tidak memberatkan sesuatu kepadamu dari apa yang kamu ambil semata-mata karena Allah”. Malaikat itu berkata: “Jagalah harta kekayaanmu, sebab kamu ini hanya diuji dan Allah benar-benar meridhaimu serta memurkai kedua temanmu”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Yang. disebut orang cerdik yaitu orang yang dapat menjaga dirinya dan mampu berbuat untuk bekal sesudah matinya kelak. Sedangkan yang disebut orang kerdil yaitu orang yang hanya mengumbar hawa nafsunya tetapi ia selalu mengharapkan bermacam-macam harapan kepada Allah”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Termasuk ciri kesempurnaan Islam seseorang yaitu ia selalu meninggalkan sesuatu yang tidak ada gunanya”. (HR. At Tur: mudzi)
- Dari Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Seseorang tidak akan ditanya kenapa ia memukul istrinya”. (HR. Abu Daud)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar Taqwa”. (QS. Ali Imran :102) .
Allah ta’ala berfirman: “BerTaqwalah kamu semua kepada Allah dengan sekuat tenagamu”. (QS. At Taghabun: 26)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kamu semua kepada Allah dan berkatalah kamu semua dengan perkataan yang benar”. (QS. Al Ahzab: 70) .
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang berTaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar kepadanya, dan Allah akan memberi rizqi yang tiada diduga-duga”. (QS. At Thalag : 2 – 3)
Allah ta’ala berfirman: “Apabila kamu berTaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberi kepadamu pengertian untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk dan menghapus kesalahan-kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu. Allah adalah Dzat yang besar karunia-Nya”. (QS. Al Anfal : 29)
Ayat-ayat tentang Taqwa ini banyak sekali terdapat di dalam Al Qur’an.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw. : “Ya Rasulullah saw. siapakah orang yang paling mulia ?”. Beliau menjawab: “Orang yang paling Taqwa di antara kamu semua”. Orang itu bertanya lagi: “Bukan itu yang kami tanyakan”. Nabi saw. menjawab: “Yusuf Nabinya Allah, putra nabi Allah (yakni Ya’kub) putra nabi Allah (Ishak) dan putra kekasih Allah (yakni Ibrahim)”. Mereka berkata lagi: “Bukan itu yang kami tanyakan, ya Rasulullah saw.”. Beliau bersabda: “Tentang turunan Arab yang kamu tanyakan orang yang paling baik di antara mereka, baik pada jaman Jahiliyyah maupun pada masa Islam adalah orang yang paling mengerti hukum-hukum Islam di antara kamu semua”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya dunia ini manis dan menarik perhatian dan Allah menyerahkannya kepada kamu untuk mengelolanya, lalu Allah mengawasi kamu bagaimana kamu berbuat. Maka berhati-hatilah kamu terhadap dunia dan wanita karena sesungguhnya pertama kali bencana menimpa pada bani Israil adalah sebab masalah wanita”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. berdoa: “ALLAAHUMMA INNI AS ALUKAL HUDAA WATTUQAA WAL ‘AFAAFA WAL GHINA”. (Wahai Allah, saya memohon kepadamu petunjuk, mohon agar selalu berTaqwa, mohon terjaganya kehormatan diri dan mohon kekayaan). (HR. Muslim)
- Dari Abu Tharif Adiyyi bin Hatim Ath Thai ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang bersumpah lalu ia beranggapan bahwa dengan sumpahnya itu ia telah berTaqwa kepada Allah maka hendaklah ia melaksanakan sesuatu yang menunjang Taqwanya itu”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Umamah Syudai bin Ajlan Al Bahili ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. sedang berkhutbah pada haji wada’, dimana beliau bersabda: “BerTaqwalah kamu semua kepada Allah, tunaikanlah shalat lima waktu, berpuasalah pada bulan ramadhan dan berikanlah zakat dari harta bendamu serta patuhlah kepada pemimpin-pemimpinmu, maka kamu semua akan dimasukkan dalam Surga Tuhanmu”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya, serta yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan penyerahan diri kepada Allah”. (QS. Al Ahzab : 22).
Allah ta’ala berfirman: “Yaitu orang-orang (yang mentaati Allah dan rasul-Nya) yang kepada mereka ada yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, maka takutlah kepada mereka”. Maka perkataan mereka menambah iman mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah. Mereka tidak mendapatkan bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Ali Imran :173 – 174).
Allah ta’ala berfirman: “Bertawakkallah kamu kepada dzat yang hidup, yang tidak akan pernah mati”. (QS. Al Furqan : 58).
Allah ta’ala berfirman: “Hanya kepada Allahlah orang-orang mukmin bertawakkal”. (Ali Imran: 122).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila kamu telah bercita-cita untuk mengerjakan sesuatu, maka bertawakkallah kepada Allah”. (QS. Ah Imran : 159)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa bertawakkal kepada Allah SWT. maka Allah akan mencukupinya”. (QS. Ath Thalaq: 3).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu apabila disebut nama Allah maka bergetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka bertambahlah imannya. Dan hanya kepada Allahlah mereka berserah diri”. (QS. Al Anfal : 2).
Ayat-ayat yang membicarakan mengenai keutamaan tawakkal itu banyak terdapat di dalam Al Qur’an.
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat-umat terdahulu, maka saya lihat ada seorang Nabi beserta dengan rombongan kecil, ada seorang Nabi yang diikuti satu dua orang saja dan bahkan ada seorang Nabi yang tidak mempunyai pengikut sama sekali. Kemudian terlihat padaku rombongan yang besar, yang kukira rombongan umatku namun ternyata bukan rombongan umatku. Maka dikatakan kepadaku: “Inilah rombongan Nabi Musa dan pengikutnya tapi lihatlah ke ufuk sana”. Lalu Nabi saw. melihat ke sana dan tiba-tiba kulihat rombongan besar, lantas dikatakan kepadaku: “Lihatlah ke ufuk yang lain”. Ternyata di sana kulihat satu rombongan besar pula. Dan dikatakan kepadaku: “Ini adalah rombongan umatmu yang di dalamnya terdapat tujuh puluh ribu orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa terlebih dahulu”. Beliau lalu bangkit dan masuk ke dalam rumahnya. Maka orang-orang ramai membicarakan siapa-siapa yang termasuk dalam golongan masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa terlebih dahulu itu. Diantara mereka ada yang berkata: “Mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Nabi”. Ada pula yang berkata: “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam dan mereka tidak pernah menyekutukan Allah”. Dan masih banyak pendapat-pendapat yang lainnya. Kemudian Rasulullah saw. keluar dan bersabda kepada mereka: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah dijampi dan tidak pernah pula menjampi, mereka itu tidak pernah meramal nasib dengan perantaraan apapun dan hanya kepada Allahlah mereka itu bertawakkal”.
Maka bangkitlah Ukasyah ra. dan berkata: “Ya Rasulullah Doakanlah saya agar termasuk golongan mereka”. Lantas orang-orang yang lainnya bangkit dan berkata: “Ya Rasulullah saw. doakanlah saya kepada Allah agar termasuk dalam golongan mereka”. Nabi saw. menjawab: “Kamu semua telah didahului oleh, Ukkasyah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. berdo’a: “ALLAAHUMMA LAKA ASLAMTU, WA BIKA AAMAN.TU, WA ‘ALAIKA TAWAKKALTU, WA ILAIKA ANAITU WA BIKA KHASHAMTU. ALLAAHUMMA AUUDZU BI IZZATIKA LAA ILAAHA ILLAA ANTA AN TUDHIL. LANII. ANTAL HAYYUL LADZII LAA TAMUUTU, WAL JINNU WAL INSU YAMUUTUUNA (Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami berserah diri, hanya kepada-Mu saya percaya sepenuh hati, kepada-Mulah kami bertawakkal, kepada-Mulah kami kembali dan kepada-Mulah kami berjuang. Ya Allah, kami berlindung dengan kemuliaan-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau agar Engkau tidak menyesatkan kami. Engkau adalah dzat yang hidup dan tidak akan mati sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ya. ia berkata: “HAS— BUUNALLAH adalah sebuah kalimat yang dibaca oleh Nabi Ibrahim as. ketika dilemparkan ke dalam api, juga kalimat itu dibaca oleh Nabi Muhammad saw. ketika orang-orang kafir sama berkata: “Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk melawanmu. Maka takutlah kamu semua kepada mereka”. Tetapi perkataan mereka itu justru menambah tebalnya iman orang-orang mukmin serta mereka mengucapkan: HASBUUNALLAH WA NIKMAL WAKIIL (Sudahlah cukup Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)”. (HR. Bukhari )
Dan di dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra. berkata: “Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim tatkala dilemparkan ke dalam api adalah HASBUUNALLAAH WANIKMAL WAKIIL”.
- Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. beliau bersabda : “Akan masuk surga orang yang jiwanya seperti burung, yakni bertawakkal dengan sungguh-sungguh atas jaminan Allah pada dirinya”. (HR. Muslim)
- Dari Jabir ra. bahwasanya ia berperang bersama-sama dengan Nabi saw. menuju ke arah Najd (yaitu ketika terjadi perang Dyatirriqa”). Ketika kembali tiba-tiba kami terkantuk dan berhenti di sebuah lembah yang banyak pohon berdurinya. Kemudian Rasulullah saw. membagi sahabatnya untuk berpencar dan berteduh di bawah pohon. Sedangkan Rasulullah saw. sendiri juga berteduh di bawah pohon serta menggantungkan pedangnya. Ketika kami semua tertidur pulas, tiba-tiba Rasulullah saw. memanggil kami sedangkan di samping beliau ada orang Badui, maka Nabi saw. bersabda: “Orang ini telah menghunus pedangku ketika aku tidur, hingga aku terperanjat bangun dan melihat pedang terhunus itu sudah berada di tangannya”. Lantas orang Badui itu berkata: “Siapa yang dapat mencegahmu dari seranganku ini ?”. Nabi saw. menjawab: “Allah SWT”. Diucapkan yang demikian itu berulang hingga tiga kali, Kemudian Nabi saw. tidak membalas pada orang itu dan langsung duduk”. (HR. Bukhari dan Muslim) :
Dalam riwayat yang lain, Jabir ra. berkata: “Kami bersama-sama dengan Rasulullah saw. berperang di Dzaturriqa’. Pada saat sampai di pohon yang rindang, kami meninggalkan Rasulullah saw. sendirian. Lalu datanglah seorang laki-laki musyrik kepada Nabi saw. dan menghunuskan pedangnya Nabi yang tergantung di pohon, seraya berkata: “Takutkah kamu kepadaku ?”. Nabi saw. menjawab: “Tidak”. Laki-laki itu berkata lagi: “Siapa yang dapat mencegahmu dari seranganku ini ?”. Beliau menjawab: “Allah SWT”. Dan menurut hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Al Ismaili di dalam shahihnya dikatakan: “Orang laki-laki itu bertanya: “Siapakah yang dapat mencegahmu dari seranganku ini ?”. Nabi saw. menjawab: “Allah”. maka jatuhlah pedang itu dari genggaman laki-laki, lalu Rasulullah saw. mengambil pedang itu seraya berkata: “Siapa yang dapat mencegahmu dari seranganku ini. Laki-laki itu menjawab: “Jadilah engkau sebaik-baik orang yang membalas budi”. Nabi saw. bersabda: “Hendaknya kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya saya adalah utusan Allah”. Lakilaki itu menjawab: “Tidak mau, tetapi saya berjanji tidak akan memerangimu lagi serta saya tidak akan bersekongkol dengan orangorang yang memusuhimu”. Kemudian Rasulullah saw. melepaskan laki-laki musyrik itu dan mendekati para sahabatnya sambil berkata: “Saya datang kepadamu dari seorang yang sebaik-baik manusia”.
- Dari Umar ra. ia berkata. “Saya mendengar Rasulullah saw. telah bersabda: “Andaikata kamu semua bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberi Rizqi kepadamu sebagaimana Allah memberi Rizqi kepada burung, yang keluar di waktu pagi dengan perut kosong (lapar) dan pulang di waktu sore dengan perut kenyang”. (HR. At Tirmidzi)
- Dari Abu Umarah Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Hai fulan, jika kamu naik ke tempat tidurmu maka bacalah ALLAAHUMMA ASLAMTU NAESII ILAIKA, WA WAJAHTU WAJHII ILAIKA, WA FAWWADHTU AMRII ILAIKA WA ALJAKTU DHAHRII ILAIKA RAGHBATAN WA RAHBATAN ILAIKA, LAA MALJA-A WALAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA, AAMANTU BI KITAABIKAL LADZII ANZALTA, WA NABIYYIKAL LADZII ARSALTA (Ya Allah, saya berserah diri kepada-Mu, saya menghadapkan wajahku ke hadirat-Mu, saya menyerahkan segala urusanku kepada-Mu, dan saya menyandarkan punggungku kepada-Mu karena saya penuh harap dan takut kepada-Mu. tiada tempat untuk kembali dan juga tiada tempat berlindung kecuali hanya kepada-Mu, Saya percaya terhadap kitab-Mu yang Engkau turunkan dan terhadap Nabi-Mu yang Engkau utus), niscaya bila kamu mati pada malam itu berarti kamy mati dalam keadaan bersih dari dosa dan jika kamu masih hidup sampai pagi hari maka ka. mu mendapatkan kebaikan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, yakni diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al Barra” ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. pernah bersabda kepadaku: “Apabila kamu mau tidur maka berwudhulah sebagaimana kamu Wudhy untuk shalat, lalu berbaringlah pada pinggang kanan. Setelah itu bacalah doa seperti tersebut di atas dan jadikanlah doa itu sebagai akhir dari apa yang kamu baca”.
- Dari Abu Bakar Ash Shiddiq Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bim Luayyi bin Ghalib Al Ourasyiyyi At Taimi ra. dimana dia, ayah dan ibunya adalah sahabat Nabi saw. ia berkata: “Pada saat kami berada di dalam gua Tsur, saya melihat orang kaki-kaki musyrik tepat di atas kepala kami. Maka saya berkata: “Ya Rasulullah saw. jika salah seorang dari mereka melihat kedua telapak kakinya niscaya mereka menemukan kami. Nabi saw. menjawab: “Hai Abu Bakar, bagaimana dugaanmu terhadap dua orang yang disertai oleh perlindungan Allah SWT ?”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah yakni Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah Al Makhzumiyyah ra. bahwa Rasulullah saw: bila keluar rumah selalu membaca doa: “BIS MILLAAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAHI ALLAAHUMMA INNI AUDZUBIKA AN ADHILLA AU UDHALLA AU AZILLA AU UZALLA AU AZHLIMA AU UZHLIMA AU AIHALA AU YUJHALA ‘ALAYYA“. (Dengan menvebut nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya. Ya Allah aku berlindung kepadaMu daripada tersesat atau menyesatkan, tergelincir atau menggelincirkan, menganiaya atau dianiaya dan daripada kebodohan atau diperbodohkan)”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan lannya dengan sanad yang shahih)
- Dari Anas ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya lalu membaca BISMILLAAHI TAWAKKALTU “ALALLAAHI WALAA HAULA WALAA QUWATA ILLAA BILLAAH (Dengan menyebut nama Allah aku berserah diri kepada-Nya, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah) maka ia ditetapkan dengan ucapan: “Kamu telah mendapatkan petunjuk, kamu telah dijamin, kamu dipelihara dan kamu dijauhkan dari syetan”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasai dan lainnya) Tetapi menurut riwayat Abu Daud ra. ia menambahkan: “Maka syetan yang satu berkata kepada temannya yang lain : “Bagaimana kamu dapat mengganggu orang yang mendapat petunjuk, telah dijamin dan terpelihara oleh Allah ?“.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Pada masa Nabi saw. ada dua orang bersaudara. Yang satu suka datang kepada Nabi saw. sedangkan yang satu lagi giat dalam bekerja. Pada suatu hari Orang yang giat bekerja itu mengadu kepada Nabi saw. mengenai saudaranya itu, lantas Nabi saw. bersabda: “Mungkin kamu diberi Rizqi lantaran saudaramu itu”. (HR. At Tirmidzi)
Allah Ta’ala berfirman: “Tetap teguhlah kamu sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu”. (QS. Asy Syura: 15)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah, kemudian meneguhkan pendiriannya, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan mendapatkan surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat: di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS. Fushshilat : 30)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami adalah Allah”. kemudian mereka tetap teguh dalam pendirian maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berdukacita. Mereka itulah penghuni surga yang kekal di didalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al Ahqaf: 12 -13)
- Dari Abu Amr, ada yang mengatakan Abi Amrah Sufyan bin Abdullah ra. berkata “Saya berkata kepada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu kalimat yang mencakup tentang Islam, dimana saya tidak akan bisa bertanya kepada orang selain engkau”. Beliau menjawab: “Katakanlah saya beriman kepada Allah lalu berpegang teguhlah kamu”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Wajar-wajarlah kamu semua dalam mendekatkan diri kepada Allah dan berpegang teguhlah kamu dalam beramal. Ketahuilah, bahwa tak ada seorang pun dari kamu yang selamat hanya mengandalkan amal perbuatannya semata”. Para sahabat bertanya: “Tidak juga engkau, ya Rasulullah saw. Beliau menjawab: “Tidak juga saya kecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya”. (HR. Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkanmu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendirian kemudian berfikirlah kamu semua”. (QS. As Saba’: 46)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah sia-sia Engkau menciptakan ini. Maha suci Engkau”. (QS. Ali Imran 190 – 191)
Allah ta’ala berfirman: “Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta itu diciptakan dan bagaimana langit ditinggikan dan bagaimana gunung-gunung ditegakkan dan bagaimana bumi dihamparkan ?. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan”. (QS. Al Ghasyiyah: 17-21)
Allah ta’ala berfirman: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi ini, lalu mereka berfikir ?”. (QS. Yusuf: 109)
Ayat-ayat yang membicarakan masalah ini banyak sekali terdapat dalam Al Qur’an. Adapun hadits nabi diantaranya :
- Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Orang cerdik adalah orang yang dapat menjaga dirinya dan suka beramal untuk bekal matinya, sedangkan orang kerdil adalah orang yang hanya menuruti hawa nafsunya dan mengharapkan anganangan kepada Allah”. (HR. At Tirmidzi)
Allah ta’ala berfirman: “Berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan”. (QS. Al Baqarah : 148)
Allah ta’ala berfirman: “Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya meliputi langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang berTaqwa”. (QS. Ali Imran : 133)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah’ saw. bersabda: “Segeralah kamu melakukan amal-amal shaleh, karena akan terjadi suatu bencana besar bagaikan gelapnya malam, dimana ada seseorang pada waktu pagi beriman tetapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir. ia rela menjual agamanya dengan keuntungan dunia”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Sirwa’ah Ukbah bin Al Haris ra. ia berkata : “Saya shalat ashar di belakang Nabi saw. di Madinah, mendadak ketika selesai salam, Nabi saw. segera bangkit melangkahi leher para sahabat menyju ke salah satu kamar istrinya sehingga para sahabat sangat terkejut atas keburu-buruan Nabi itu. Tak lama kemudian, Nabi saw. keluar. Dan ketika mengetahui bahwa para sahabatnya sangat gelisah atas keburu-buruannya, maka beliau bersabda : “Aku teringat sepotong emas ini dan aku tidak ingin tertahan karenanya maka aku menyuruh untuk membagikannya”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Aku meninggalkan sepotong emas yang harus aku sedekahkan tetapi tertinggal di rumah maka aku tidak ingin emas itu menginap di rumahku”.
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Pada hari perang Uhud, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw. Bagaimana pendapat tuan, seandainya saya nanti terbunuh ?”. Nabi saw. menjawab: “Di surga”. Kemudian orang itu melemparkan biji-biji kurma yang ada di tangannya selanjutnya ia maju berperang sehingga ia terbunuh”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah, sedekah apa yang paling banyak pahalanya?” Nabi saw. menjawab: “Yaitu bersedekah tatkala kamu masih dalam keadaan sehat, tatkala kamu masih senang harta, tatkala takut miskin dan tatkala kamu masih ingin kaya. Dan janganlah menunda-nunda sedekah sehingga jika nyawa sudah sampai di tenggorokan baru berwasiat, untuk fulan sekian dan untuk si fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hak ahli waris”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah pada saat perang Uhud memegang pedang sambil berkata: “Siapa yang suka menerima pedang ini ?”. Maka setiap orang mengulurkan tangan mereka, sambil berkata: “Saya, saya. Kemudian Nabi saw. bertanya: “Siapakah yang mau menerima ini dengan tanggung jawab ?”. Maka diamlah semua orang itu, lalu Abu Dujanah ra. berkata: “Saya siap menerimanya dengan tanggung jawab. Maka pedang itu akhirnya diberikan kepada sahabat Dujanah lalu ia menggunakannya untuk memenggal leher orang-orang musyrik”. (HR. Muslim)
- Dari Zubair bin Addi ra. ia berkata: “Kami datang mengeluh kepada sahabat Anas ra. tentang penderitaan yang kami hadapi dari kekejaman Al Hajjaj. Maka Anas ra. menjawab: “Bersabarlah, sesungguhnya tiada datang Suatu masa kecuali masa di belakangnya akan lebih berat lagi penderitaannya (lebih jahat lagi) sehingga kamu bertemu dengan Tuhanmu. Saya mendengar keterangan ini dari nabimu Saw”, (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bersegeralah kamu untuk melakukan amal kebaikan sebelum kedatangan tujuh perkara: 1. Apakah yang kamu nantikan selain kemiskinan yang akan melupakan kamu dari kewajiban. 2. Atau kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan. 3. Atau sakit yang merusak badan. 4. Atau tua yang menimbulkan pikun dan habis tenaga. 5. Atau mati yang menyudahi segala-galanya. 6. Atau menunggu Dajjal, padahal ia adalah sejelek-jelek yang ditunggu. 7. Atau menunggu datangnya hari kiamat, padahal kiamat itu sangat berat dan menakutkan”. (HR. At Tirmidzi)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. pada saat pergi perang Khaibar bersabda : “Saya akan memberikan bendera ini kepada orang yang betul-betul cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, yang mana Allah akan mengaruniakan kemenangan kepadanya”. Sahabat Umar ra. berkata: “Saya tidak pernah ingin memegang pimpinan kecuali pada saat ini, maka saya menunjukkan diri dengan harapan agar dipanggil oleh Rasulullah saw.
Mendadak Rasulullah saw. memanggil Ali bin Abi Thalib dan menyerahkan bendera itu kepadanya seraya bersabda: “Majulah ke depan dan jangan sekali-kali menoleh ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu”. Maka berjalanlah Ali bin Abi Thalib beberapa langkah, kemudian berhenti tetapi tidak menoleh ke belakang sambil berteriak: “Ya Rasulullah saw., atas dasar apa saya memerangi orang ?”, Nabi saw. menjawab: “Perangilah mereka sehingga mereka mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw. adalah utusan Allah. Maka apabila mereka telah mengakui yang demikian, berarti telah terpelihara harta dan darah mereka kecuali dengan haknya. Adapun masalah-masalah perhitungan mereka terserah Allah”. (HR. Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Orang-orang yang berjuang untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami kepada mereka. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al Ankabut: 69)
Allah ta’ala berfirman: “Sebutlah selalu nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan”. ( OS. Al Muzamil: 8)
Allah ta’ala berfirman: “Sembahlah Tuhanmu sampai kamu mati (datang kepadamu keyakinan)”. (QS. Al Hijr: 99)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan walaupun hanya seberat atom, niscaya akan melihat hasilnya”. (QS. Al Zilzal : 7)
Allah ta’ala berfirman: “Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu sendiri, niscaya akan memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya”.
Allah ta’ala berfirman: “Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan maka sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya”. (QS. Al Baqarah : 197)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya Allah telah berfirman: “Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku maka Aku menyatakan perang padanya. Dan tiada mendekat kepada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada menjalankan apa yang telah Aku wajibkan. Seseorang itu akan selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya berarti Akulah yang menjadi pendengarannya dan penglihatannya, dan sebagai tangan yang digunakannya dan sebagai kaki yang dipergunakan untuk berjalan, Seandainya ia memohon kepada-Ku maka pasti Aku mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-Ku pasti Aku akan melindunginya”. (HR. Bukhari)
- Dari Anas ra. berkata, dari Nabi saw. di dalam menceritakan apa yang difirmankan oleh Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, dimana Allah berfirman: “Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia mendekat kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang mendekatinya dengan berlari”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia rugi tertipu olehnya, yaitu kesehatan dan kesempatan”. (HR. Bakhari)
- Dari Aisyah ra. sesungguhnya Nabi saw. selalu bangun malam untuk menjalankan shalat malam sehingga bengkak-bengkak kedua kakinya. Maka saya (Aisyah ra.) bertanya kepada beliau: “Ya Rasulullah, kenapa engkau berbuat seperti itu, padahal Allah telah mengampuni segala dosa engkau, baik dosa yang telah lampau maupun dosa yang akan datang ?”. Beliau menjawab: “Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. sesungguhnya ia berkata : “Rasulullah saw. apabila telah masuk pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan maka beliau selalu bangun sepanjang malam dan membangunkan keluarganya, dan beliau bersungguh-sungguh serta mengikatkan tali pinggangnya (artinya tidak mendekati istriistrinya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwa. sanya Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disuka oleh Allah daripada mukmin yang lemah imannya. Dan masing-masing dari keduanya mempunyai kebaikan sendiri-sendiri. Maka bersemangatlah kamu untuk mengerjakan apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah bantuan kepada Allah, dan jangan lemah. Kemudian jika kamu tertimpa sesuatu jangan sekali-kali mengatakan: “Seandainya saya berbuat begini niscaya terjadi begini dan begitu”. Sebaiknya kamu berkata: “Apa saja yang telah ditentukan dan dikehendaki-Nya pasti akan terjadi”. Karena kalimat “seandainya” itu akan memberi jalan kepada gangguan syetan”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah. saw. bersabda :“Neraka itu tertutup dengan berbagai kesenangan sedangkan surga tertutup dengan berbagai ketidak senangan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdullah Hudzaifah bin Yaman Al Anshari (ia terkenal sebagai Intelpam Rasulullah saw) ia berkata: “Pada suatu malam saya shalat bersama-sama dengan Nabi saw. dan setelah Surat Fatihah beliau membaca surat Al Bagarah. Mulanya saya mengira bahwa beliau akan ruku’ pada ayat yang keseratus, tetapi setelah mendapat seratus ayat beliau tetap membacanya. Saya berkata (dalam hati) . “Mungkin beliau akan membaca satu surat Al Bagarah dalam satu rakaat”, tetapi setelah selesai salu surat terus memulai membaca surat An Nisa’ hingga akhir dan memulai membaca surat Ali Imran sampai selesai. Beliau membacanya dengan tartil tiap ada ayat tasbih maka beliau membaca tasbih, bila ada ayat ta’awudz maka beliau juga memohon perlindungan kepada Allah. Setelah melakukan itu semua, baru Rasulullah ruku’ sambil membaca: “SUBHAANA RABBIYAL AZHIM” (Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung). Dan ruku’nya itu hampir sama lamanya dengan berdiri. Kemudian bangun (Ytidal) dengan mengucapkan “SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANAA LAKAL HAMDU” (Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Wahai Tuhan kami, hanya bagi-Mulah segala puji). Kemudian beliau bangkit dan berdiri sangat lama hampir sama lamanya dengan ruku’. Lalu beliau sujud dan membaca “SUBHAANA RABBIYAL A’LAA” (Maha suci Tuhanku Yang Maha Luhur), dan Sujudnya juga lama hampir sama lamanya dengan berdiri”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata : “Saya sedang shalat bersama Nabi saw. pada suatu malam. Lalu beliau lama di dalam berdiri sehingga hampir timbul niat buruk saya”. Setelah selesai beliau bertanya: “Niat apakah engkau?”. Saya menjawab: “Saya niat akan duduk dan meninggalkan shalat bersama nabi saw.”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. dari Rasulullah saw. bahwasanya beliau bersabda: “Yang mengikuti mayit itu ada tiga hal yaitu : keluarga, harta benda dan amalnya. Maka kembali yang dua yaitu keluarga dan harta bendanya dan tinggal tetap bersamanya yang satu yaitu amal perbuatannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata bahwa sanya Nabi saw. bersabda: “Surga itu lebih dekat kepada salah seorang diantara kamu daripada sandal yang dipakainya, begitu juga keadaan neraka”, (HR. Bukhari)
- Dari Abu Firas Rabi’ah bin Ka’ab Al Aslami, dia adalah pelayan Rasulullah saw. dan termasuk ahli shuffah ia berkata: “Saya bermalam bersama Rasulullah saw. lalu saya menyediakan air wudhu, dan kepentingan beliau yang lainnya, lantas beliau bersabda: “Mintalah kamu kepadaku”. Saya berkata : “Saya minta dapat berteman dengan engkau di surga, ya Rasulullah saw.”. Beliau bertanya: “Apakah tidak ada permintaan yang lain ?”. Saya menjawab : “Hanya itu saja, ya Rasulullah saw.”. Akhirnya beliau bersabda: “Bantulah saya dalam mengendalikan hawa nafsumu dengan memperbanyak bersujud”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Abdullah, ada yang menyebutnya Abu Abdur Rahman Tsauban hamba sahaya Rasulullah saw. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda : “Perbanyaklah engkau dari sujud, sesungguhnya tiada engkau bersujud sekali saja melainkan diangkat satu derajat, dan dihapuskan daripadamu satu kesalahan”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Shatwan Abdullah bin Bushr AL Aslanu ra. ta berkata: Rasulullah saw. ber sabda: “Sebaik baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. (HR At Tirmidzi)
- Dari Anas ra. ia berkata bahwa pada waktu perang Badr pamannya yang bernama Anas bin An Nadhr tidak bisa ikut perang sehingga ia menyesal dan berkata kepada Nabi saw. : “Ya Rasulullah saw. saya tidak dapat menghadiri peperangan pertama yang terjadi antara kaum muslimin melawan orang-orang kafir, dan kalau Allah menakdirkan saya bisa ikut peperangan melawan orang-orang musyrik nanti, niscaya Allah sendiri yang akan menyaksikan bagaimana perjuanganku”. Dan ketika terjadi perang Uhud, banyak kaum muslimin yang lari, maka ia berkata: “Ya Allah, saya minta maaf kepada-Mu dari apa yang telah dilakukan oleh teman-temanku yang melarikan diri itu, dan saya serahkan sepenuhnya tentang apa yang diperbuat oleh orang-orang musyrik”. Kemudian ia maju ke depan dan menghampiri Sa’ad bin Muadz seraya berkata : “Hai Sa’ad bin Muadz demi Tuhannya Ka’bah, sesungguhnya saya mencium bau surga di dekat Uhud”. Lantas Sa’ad berkata : “Wahai Rasulullah saw. saya tidak mampu berbuat seperti apa yang diperbuatnya”. Anas ra. berkata : “Ketika sudah selesai perang, saya menemukan delapan puluh lebih luka-luka pedang pada dirinya, satu luka tikaman tombak dan satu tusukan panah serta ia telah dicincang atau dipotong. potong oleh kaum musyrikin sehingga tiada seorang pun yang mengenalinya kecuali saudaranya yang mengenal jari-jarinya”. Selanjutnya Anas ra. berkata: “Kami menyangka bahwa ayat yang berbunyi: RIJAALUN SHADAQUL MAA ‘AAHADULLAAHA ALAIHI … diturunkan berkenaan dengan peristiwa orangorang mukmin yang serupa Anas bin An Nadher, yang artinya “Orang-orang yang menepati terhadap apa yang mereka janjikan kepada Allah”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshari Al Badri ra. ia berkata: “Ketika ayat tentang sedekah itu diturunkan, maka kami sedang memanggul apa yang akan kami sedekahkan di atas punggung kami. Maka ada seseorang yang datang membawa harta sebanyak-banyaknya untuk disedekahkan, lalu orang munafik mengatakan bahwa orang itu ingin dipuji. Dan ada pula orang lain datang yang bersedekah hanya satu gantang lalu orangorang munafik mengatakan: “Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan kalau hanya satu gantang”. Akhirnya turunlah ayat “ALLADZIINA YALMIZUUNAL MUTHAWWI-INA MINAL MUKMINIINA FISH SHADAQAATI, WAL LADZIINA LAA YAJIDUUNA ILLAA JUHDAHUM … (Orang-orang munatik adalah Orang-orang yang mengejek orang mukmin yang ikhlas dalam bersedekah dan orang-orang mukmin yang tidak dapat bersedekah kecuali dengan sekuat tenaga)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Said bin Abdul Aziz dari Rabiah bin Yazid dari Abu Idris Al Khulani dari Abu Dzar Jundub bin Junadah. ra. dari Nabi saw. di dalam menceritakan apa yang difirmankan oleh Allah, dimana Allah berfirman: “Wahai hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan, zhalim pada diri-Ku dan Aku juga mengharamkannya kepada kamu semua, maka janganlah ada penganiayaan diantara kamu. Wahai hamba-Ku. kamu semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mohonlah petunjuk kepada-Ku pasti akan Kuberi petunjuk. Wahai hamba-Ku, kamu semua dalam kelaparan kecuali orang yang Aku beri makan, untuk itu mintalah makan kepada-Ku. Hai hambaKu, kamu semua adalah telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, untuk itu mintalah pakaian kepada-Ku, pasti Kuberi pakaian. Hai hamba-Ku, kamu semua selalu melakukan perbuatan dosa baik di waktu siang maupun malam dan Aku adalah Dzat Yang Maha Pengampun maka mohonlah ampunan kepada-Ku. pasti Aku mengampuni dosa-dosamu. Hai hamba-Ku, kamu semua tidak mungkin dapat melakukan hal-hal yang merugikan atau menguntungkan Aku. Hai hamba-Ku, jika umat terdahulu dan umat yang terakhir, baik dari jin maupun manusia bersatu taat dan patuh serta berTaqwa kepada-Ku, maka sedikit pun tidak akan menambah kebesaran kerajaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya umat-umat terdahulu dan umat-umat yang terakhir baik dari jin maupun manusia dihimpun di suatu lapangan luas, lalu setiap jiwa memanjatkan hajatnya kepada-Ku dan Aku memenuhinya tanpa terkecuali, maka sedikitpun tidak akan mengurangi keagungan kerajaan-Ku, kecuali hanva seperti terangkatnya jarum dari samudera. Hai hamba-Ku, segala sesuatu itu tergantung dari amal perbuatanmu dan semuanya itu akan Kami perhitungkan, kemudian akan Kuberi balasannya. Maka Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan maka bersyukurlah kepada Allah dan Barangsiapa yang mendapatkan kesengsaraan maka janganlah sekali-kali mencaci-maki kecuali pada dirimu sendiri”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan”. (QS. Al Fathir: 37)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Allah telah memberi kesempatan kepada seseorang dimana Allah memanjangkan usianya hingga enam puluh tahun”. (HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : “Umar memasukkan saya dalam pasukan perang Badr yang terdiri dari orang-orang tua seolah-olah saya sejajar dengan mereka. Lalu ada seseorang bertanya: “Mengapa anak ini dimasukkan dalam golongan kami, padahal kami juga mempunyai anak yang sebaya dengan dia ?”. Umar menjawab: “Itu adalah menurut pendapatmu”. Pada suatu hari saya dipanggil oleh Umar dan saya datang bersama-sama sahabat serta saya tahu bahwa Umar memanggil saya adalah untuk menunjukkan kelebihan saya kepada mereka, lantas Umar bertanya kepada mereka: “Apakah komentar kalian semua (mantan pasukan Badr) terhadap firman Allah yang berbunyi “IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH?”. Salah seorang dari mereka menjawab: “Kami diperintah untuk memuji kepada Allah dan membaca istighfar jika kami mendapatkan kemenangan”. Para sahabat yang lain terdiam semua, lantas Umar ra. bertanya kepada saya: “Apakah demikian juga pendapatmu, hai Ibnu Abbas ?””. Saya menjawab: “Tidak”. “Lantas bagaimana pendapatmu?”. Tanya Umar. Maka saya menjawab: “Itu adalah wafatnya Rasulullah yang diberitahukan oleh Allah kepada beliau, dimana Allah berfirman : “IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH” (Apabila telah datang pertolongan dan kemenangan dari Allah), maka itu suatu tanda dekatnya ajalmu, Wahai Muhammad. Untuk itu sucikanlah dengan memuji nama Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya sebab Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Kemudian Umar berkata : “Saya tidak mengetahui kandungan ayat ini melebihi apa yang kamu katakan”. (HR. Bukhari)
- Dari Aisyah ra. berkata: “Sesudah turunnya ayat IDZAA JAA-A NASHRULLAAHI WAL FATH, beliau jika melakukan shalat selalu membaca: SUBHAANAKA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami dan dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah saya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain, Aisyah berkata: “Rasulullah saw. sering sekali dalam ruku’ dan sujudnya membaca SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIRLII untuk memenuhi perintah Al Qur’an.
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Rasulullah saw. sebelum wafat memperbanyak membaca: “SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANAA WABIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIRLII, lalu Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, apakah pengertian dari kalimat yang biasa engkau baca ?”. Nabi saw. menjawab: “Saya diberi tanda tentang umatku jika telah terjadi tanda-tanda itu maka aku membaca IDZAA JAA-A NASHIRULLAAHI WAI. FATH … sampar akhir”. Dalam riwayat Muslim yang lain dikatakan bahwa Rasulullah senantiasa memperbanyak membaca SUBHANALLAAHI WABIHAMDIHI AS TAGHFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIHI?”. Aisyah ra bertanya : “Kenapa saya sekarang melihat eng kau memperbanyak bacaan : SUBHANALLAAHI WABIHAMDIHI AS TAGHFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIHI?”. Beliau menjawab: “Saya telah diberitahu oleh Allah bahwa saya akan melihat suatu tanda mengenai umatku, dan apabila telah terjadi tanda itu, maka harus memperbanyak membaca SUBHANALLAAHI WABIHAMDIHI ASTAGHFIRULLAAH WA ATUUBU ILAIH. Dan kini Aku benar-benar telah melihat tanda-tanda itu yaitu dengan turunnya surat yang artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (yaitu dengan ditaklukkannya kota Makkah) dan kamu lihat manusia berbondongbondong masuk agama Allah, Maka bertasbihlah memuji nama Tuhan-Mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Dzat penerima taubat”.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Mulia lagi Maha Agung selalu melanjutkan wahyu kepada Rasulullah saw. terutama lebih sering turun wahyu tatkala menjelang wafatnya beliau”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Jabir ra. ia berkata, bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Tiap-tiap hamba nanti akan dibangkitkan dari kuburnya sesuai keadaannya di waktu ia mati”. (HR. Muslim)
Allah ta’ala berfirman : “Kebaikan apa pun yang telah kamu kerjakan, maka Allah pasti mengetahuinya” (QS. Al Bagarah : 197)
Allah ta’ala berfirman : “Dan semua yang kamu kerjakan dari kebaikan, maka pasti diketahui oleh Allah”. (QS. Al Bagarah : 215)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun hanya seberat atom niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al Zilzal)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa mengerjakan amal shaleh maka pahalanya untuk dirinya sendiri”. (QS. Asy Sajdah : 46)
Ayat-ayat yang membicarakan masalah ini banyak sekali terdapat dalam Al Qur’an. Dan hadits-hadits yang membicarakan masalah ini sebenarnya banyak tapi di sini hanya akan dikutipkan beberapa saja, antara lain:
- Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah ra. ia berkata : “Saya bertanya kepada Nabi saw. : “Ya Rasulullah, amal apakah yang paling utama ?”. Beliau menjawab: “Iman kepada Allah SWT. dan berjuang di jalan Allah”. Saya bertanya lagi: “Memerdekakan budak yang manakah yang paling utama?”. Nabi saw. menjawab: “Memerdekakan budak yang sangat disayang majikannya dan yang paling mahal harganya”. Saya bertanya: “Seandainya saya tidak dapat berbuat seperti itu, lalu bagaimana ?”. Beliau menjawab: “Kamu membantu pekerja dan menyibukkan diri agar hidupmu tidak sia-sia”. Dan saya bertanya lagi: “Ya Rasulullah, jika saya tidak dapat berbuat yang demikian, bagaimana ?”. Beliau menjawab: “Janganlah kamu berbuat jahat kepada sesama manusia: karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan sedekah bagi dirimu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Dzarr ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Setiap pagi seluruh persendian tubuh manusia harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbi yaitu ucapan SUBHAANALLAAH adalah sedekah, setiap tahmid yaitu ucapan ALHAMDULILLAAH adalah sedekah, setiap tahlil yaitu ucapan LAAILAAHA ILLALLAHI adalah sedekah, setiap takbir yaitu ucapan ALLAAHU AKBAR adalah sedekah, menganjurkan hal yang baik adalah sedekah, mencegah dari perbuatan yang mungkar adalah sedekah. Dan kesemuanya tersebut di atas itu bisa diganti dengan melaksanakan shalat Dhuha dua rakaat”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Dzarr ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Telah ditunjukkan kepadaku semua amal perbuatan umatku, meliputi amal yang baik dan amal yang jelek. Aku mendapatkan amal yang baik diantaranya yaitu menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalanan. Dan aku mendapatkan amal yang jelek diantaranya yaitu membiarkan dahak (ingus) di masjid tidak ditutupi (dibuang)”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Dzarr bahwasanya ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw. : “Ya Rasulullah saw., orang-orang kaya telah memborong pahala, yaitu mereka shalat sebagaimana kami, mereka puasa sebagaimana kami berpuasa, disamping itu mereka masih dapat menyedekahkan hartanya”. Nabi saw. bersabda: “Tidakkah Allah telah memberi kepadamu kesempatan untuk bersedekah ?”. Sesungguhnya setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah sesuatu yang munkar adalah sedekah dar bahkan diantara kamu yang melakukan persetubuhan dengan istrinya juga sedekah”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah saw. apakah termasuk mendapatkan pahala orang yang melampiaskan nafsunya (Bersetubuh dengan istrinya)?. Beliau menjawab: “Bagaimana pendapatmu seandainya ia melampiaskan nafsunya pada hal yang haram, bukankah yang demikian itu mendalangkan dosa ?”. Demikian sebaliknya jika ta melampiaskan nafsunya pada hal yang halal pasti ia mendapatkan pahala”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Dearr ia berkata : “Nabi saw bersabda kepadaku : “Janganlah kamu sekalikali menghina perbuatan baik sekecil apapun, walaupun perbuatan baik itu hanya berupa penyambutan saudaranya dengan wajah yang berseri-seri”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Masingmasing persendian dari setiap tubuh manusia itu ada kewajiban sedekah untuknya. Setiap hari dimana pada hari itu terbit matahari! lalu ia berbuat adil terhadap orang yang berselisih adalah sedekah. Membantu orang untuk menaikkan atau mengangkat barang ke atas kendaraannya adalah sedekah. Menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di jalanan adalah sedekah. Berkata yang baik merupakan sedekah. Setiap langkah menuju ke tempat shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim, Aisyah ra. berkata: Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di dalam badan manusia terdapat tiga ratus enam puluh persendian. Barangsiapa yang mengucapkan takbir (yaitu ALLAAHU AKBAR), bertahmid mengucapkan ALHAMDU LILLAAH, bertahhil mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH, bertasbih mengucapkan SUBHANALLAAH, beristighfar dengan mengucapkan ASTAGHFIRULLAAH, dan menyingkirkan batu, kerikil, duri atau tulang dari jalan umum, atau menyuruh yang baik dan mencegah yang munkar sebanyak tiga ratus enam puluh, berarti ia telah berjalan pada sore itu sudah dijauhkan dari api neraka”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Barangsiapa yang pergi ke masjid di waktu pagi atau sore, maka Allah menyediakan untuknya hidangan di surga setiap pagi maupun petang itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Wahai wanita-wanita Islam, janganlah seseorang tetangga merasa rendah akan memberi sedekah kepada tetangganya walaupun yang disedekahkan itu hanya sekedar kikil kambing”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Iman itu mempunyai enam atau tujuh puluh cabang lebih. Yang lebih utama adalah bacaan LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tiada Tuhan selain Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan umum. Dan malu adalah sebagian dari cabang iman”’. (HR, Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seorang lakilaki berjalan di tengah jalan, mendadak ia merasa haus sehingga terpaksa turun ke dalam sumur untuk minum. Kemudian ketika keluar dari sumur, tiba-tiba ada seekor anjing yang menjilat-jilat tanah karena kehausan. Maka lakilaki itu berkata: “Mungkin anjing ini merasa haus sebagaimana aku tadi”. Ia terus turun ke sumur lagi dan mengisi sepatunya dengan air sampai penuh dan digigitlah sepatunya itu sehingga ia dapat naik ke atas. Lantas ia memberi minum kepada anjing itu. Maka Allah memuji perbuatannya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apakah menolong binatang itu ada pahalanya?” Beliau menjawab: “Menolong setiap makhluk yang mempunyai limfa akan mendatangkan pahala”. (HR. Bukhari, Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dikatakan: “Kemudian Allah memuji perbuatan orang itu dan memberi ampunan kepadanya serta memasukkannya ke dalam surga”. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang lain dikatakan: “Pada suatu saat ada seekor anjing sedang berputar-putar di sekeliling sumur, hampir mati karena kehausan. Lalu ada seorang penjahat dari bani Israil melihat anjing itu. Maka dilepaslah sepatunya dan digunakan untuk mengambil air guna diminumkan kepada anjing itu. Maka diampunilah dosa-dosa orang itu lantaran perbuatan baiknya itu”.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Saya melihat seseorang yang bersenang-senang di dalam surga lantaran ia memotong dahan di atas jalan yang dapat mengganggu kaum Muslimin”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ada seseorang berjalan, lalu terganggu oleh dahan yang berada di atas jalan, maka ia berkata : “Demi Allah, saya akan menyingkirkan dahan ini dari jalan supaya tidak mengganggu kaum Muslimin”. Maka dimasukkanlah ia ke dalam surga”.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dikatakan : “Pada suatu ketika ada seseorang berjalan di jalan, lalu mendapatkan duri kemudian ia menyingkirkannya. Maka Allah memuji orang itu dan mengampuni dosa-dosanya”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian mendatangi shalat Jumat dan mendengarkan serta memperhatikan khutbah maka diampunilah dosa yang dikerjakan antara hari itu sampai hari Jumat berikutnya dan ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang bermain-main batu sewaktu ada khutbah maka Jum’atannya akan sia-sia”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila seorang muslim atau mukmin berwudhu dan membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya semua dosa yang telah diperbuat oleh kedua matanya karena melihat sesuatu yang diharamkan bersamaan dengan tetesan air itu atau bersamaan dengan tetesan air yang penghabisan. Ketika ia membasuh kedua tangannya maka keluarlah semua dosa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya itu karena memukul yang tidak benar bersamaan dengan air wudhu itu atau bersamaan dengan tetesan air yang penghabisan. Bila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah semua dosa yang telah diperbuat oleh kedua kakinya karena digunakan untuk berjalan yang tidak benar bersamaan dengan air wudhu itu atau bersamaan dengan tetesan air yang penghabisan, sehingga keluar bersih dari dosa”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda : “Shalat lima waktu, shalat Jumat yang satu ke shalat Jumat berikutnya dan puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya itu menjadi penebus atas dosa yang terjadi antara itu semua, asal ditinggalkan dosa-dosa yang besar”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Maukah kamu saya beritahu sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat di surga ?”. Para sahabat menjawab: “Baik, ya Rasulullah saw.” Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu di masa kesukaran, memperbanyak melangkah ke masjid dan menunggu shalat setelah shalat”. Itulah yang harus engkau utamakan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa menjaga shalat shubuh dan asyar niscaya ia masuk surga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Musa Al Asy’ari ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila ada seseorang sakit atau bepergian, maka baginya ditulis beramal sebagaimana amal yang dilakukan sewaktu ia sehat”. (HR. Bukhari)
- Dari Jabir ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Setiap perbuatan baik dianggap sedekah”. (HR. Bukhari)
- Dari Jabir ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tiada seorang Islam yang menanam suatu pohon/tanaman, lalu berbuah dan dimakan, melainkan yang dimakan itu berarti sedekah, yang dipetik pencuri dianggap sedekah, dan tiada seorang pun yang memetiknya berarti sedekah”. (HR. Muslim)
Riwayat yang lain menyebutkan : “Tiada seorang Islam menanam pohon atau tanaman, lalu dimakan manusia atau hewan atau dimakan burung maka itu merupakan sedekah baginya sampai hari kiamat”.
Dalam riwayat yang lain dikatakan “Seseorang muslim yang menanam tanaman kemudian hasil tanamannya dimakan oleh manusia, binatang maupun sesuatu yang lain, maka semuanya itu merupakan sedekah baginya”.
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Orang orang bani Salimah punya inisiatif untuk memindah rumahnya mendekati masjid. Setelah berita itu terdengar Rasulullah saw. maka beliau bersab da: “Aku mendengar bahwa kamu punya Inisiatif untuk memindah rumahmu mendekati masjid”. Mereka menjawab. “Benar, ya Rasulullah saw.” Lalu beliau bersabda: “Wahai bani Salimah, tetaplah kamu pada rumahmu yang sekarang karena bekas langkahmu akan dicatat Tetaplah kamu pada rumahmu yang sekarang karena bekas langkahmu akan dicatat”. ( HR Muslim ) .
Dalam riwayat lain dikatakan: “Setiap langkah itu mengangkat satu derajat”. Demikian juga yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Anas ra.
- Dari Abdul Mundhir Ubayya bin Ka’ab ra. ia berkata: “Ada seorang pria yang kukenal, ia paling jauh tempatnya dari masjid tetap! tidak pernah melupakan shalat di masjid. Maka aku bertanya kepadanya: “Seandainya kamu membeli keledai yang dapat dinaiki pada saat gelap malam dan panasnya siang hari niscaya kamu tidak akan lelah”. Ia menjawab: “Aku tidak senang menetap di rumah yang dekat dengan masjid. Saya menginginkan agar perjalananku, baik sewaktu pergi maupun pulang ke rumah itu selalu dicatat”. Lantas Rasulullah saw. bersabda: “Allah telah menghimpun semua pahala itu bagimu”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada empat puluh perbuatan dimana yang paling utama adalah mendermakan seekor kambing untuk diperah susunya. Barangsiapa mampu mengerjakan salah satunya dengan hanya mengharap ridha dan melaksanakan apa yang pernah dijanjikannya niscaya Allah akan memasukkan dalam surga lantaran amalnya itu”. (HR. Bukhari)
23, Dari Adi bin Hatim ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. telah bersabda: “Peliharalah dirimu dari siksa neraka walaupun hanya bersedekah dengan setengah biji kurma”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Setiap orang tanpa terkecuali dihadapkan dan berbicara langsung dengan Tuhan tanpa lewat juru bahasa, lalu ia menoleh ke kanan dan ke kiri dan yang ada hanyalah amal-amal baik atau buruknya, menghadap ke depan yang ada hanyalah api neraka yang siap menyengatnya, maka peliharalah dirimu dari api neraka walaupun hanya bersedekah dengan separuh biji kurma, dan barangsiapa yang tidak mampu maka cukup dengan kata-kata yang manis”.
- Dari Anas ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah senang terhadap orang yang bila makan makanan maka ia memuji kepada-Nya, dan apabila minum maka ia juga memuji kepadaNya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Musa ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Setiap orang Islam wajib bersedekah”. Ada sahabat bertanya: “Bagaimana jika tidak mempunyai apa-apa ?” Beliau menjawab: “Hendaknya berbuat dengan kedua tangannya sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk dirinya dan untuk disedekahkan”. Ia bertanya lagi: “Bagaimana seandainya ia tidak mampu berbuat seperti itu?”. Beliau menjawab : “Membantu orang yang membutuhkan”. Ia bertanya lagi : “Bagaimana seandainya tidak mampu ?”. Beliau menjawab: “Hendaknya ia menyuruh kepada hal yang baik”. Ia bertanya lagi: “Bagaimana seandainya tidak mampu berbuat seperti itu ?”. Beliau menjawab: “Hendaknya ia mencegah dirinya dari perbuatan keji, sebab hal itu berarti sedekah”. (HR. Bukhari, Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Thaaha, bukanlah tujuan Kami menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu jadi susah”. (QS. Thaha 21)
Allah ta’ala berfirman: “Allah menghendaki kemudahan bagi kamu semua dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu semua”. (QS. Al Bagarah : 185)
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. masuk ke rumah Aisyah ra. dan kebetulan di situ ada seorang perempuan lalu beliau bertanya : “Siapakah orang itu ?”. Aisyah menjawab: “Ini adalah si Fulanah yang terkenal ibadah shalatnya paling banyak”. Nabi saw. bersabda: “Ah, beramallah kamu sesuai dengan kemampuanmu, Sesungguhnya Allah tidak akan jemu menerima amalmu sehingga kamu jemu sendiri untuk beramal. Dan perilaku agama yang paling disukai oleh Allah adalah amal yang dikerjakan dengan terus-menerus”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata : “Datanglah suatu rombongan yang terdiri dari tiga orang ke rumah istri-istri Nabi saw. untuk bertanya tentang ibadah Nabi saw. Setelah diberitahu, mereka seakan-akan menganggap kecil amal ibadah Nabi saw. sebab beliau adalah seorang yang telah diampuni dosanya, baik dosa yang lalu maupun dosanya yang akan datang. Salah seorang dari mereka berkata: “Saya akan shalat terus sepanjang malam”. Orang kedua berkata: “Saya akan berpuasa sepanjang hidupku”. Orang yang ketiga berkata: “Saya akan menjauhkan diri dari perempuan dan tidak akan kawin selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah saw. menemui mereka dan bersabda: “Kamu semua telah berkata begini, begitu, demi Allah, akulah orang yang paling takut berTaqwa kepada Allah melebihi kamu semua, namun demikian aku berpuasa dan berbuka, aku shalat tapi juga tidur malam, serta aku juga kawin dengan perempuan-perempuan. Barangsiapa yang benci terhadap sunahku maka ia tidak termasuk golonganku”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. telah bersabda: “Binasalah orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan dalam agama”. Beliau mengulanginya tiga kali. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya agama itu mudah. Barangsiapa yang mempersulitnya maka akan tergilas olehnya. Maka berlaku sedanglah kamu, dan saling mendekatlah kamu, besarkanlah hatimu serta pergunakanlah waktu pagi, sore dan sedikit waktu malam”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Berlaku sedanglah kamu, dan saling mendekatlah kamu dan pergunakanlah waktu pagi, sore dan sedikit waktu malam. Berbesarlah hati, niscaya kamu akan sampai tujuan”.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sewaktu Nabi saw. masuk dalam masjid, beliau melihat ada tali membentang di antara dua tiang, lalu beliau bertanya: “Tali apakah ini ?”. Sahabat menjawab: “Itu talinya Zainab tatkala terlalu payah berdiri dalam shalat sehingga menggunakannya untuk pegangan. Nabi saw. bersabda : “Lepaskan tali itu. Hendaknya kamu shalat dalam keadaan segar. Bila merasa capek maka hendaknya tidur saja”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : Jika ada salah seorang dari kamu sedang mengantuk sedangkan ia sedang shalat maka tidurlah dahulu hingga hilang kantuknya. Sungguh, ketika seseorang dari kamu shalat sambil mengantuk maka tiada tertutup kemungkinan maunya membaca istighfar malah nyasar mencaci-maki dirinya sendiri”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Abdullah Jabir bin Samurah As Sawani ra. ia berkata: “Saya sering kali Shalat bersama-sama Rasulullah saw. dan shalat itu beliau Jakukan sedang-sedang saja. Demikian pula penyamparan khutbahnya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra. ia berkata: “Nabi telah mempersaudarakan Salman Al Farisi dengan Abu Dardak secara ikatan sesama muslim. Pada suatu ketika Salman mengunjungi Abu Dardak, ia ditemui oleh Ummu Dardak (istri Abu Dardak) dalam pakaian kerjanya, lalu Salman bertanva: “Mengapa engkau berpakaian demikian ?“. Ummu Dardak menjawab: “Saudaramu Abu Dardak sekarang tidak mementingkan perhiasan dunia lagi”. Kemudian Abu Dardak datang dan dihidangkanlah makanan, lantas ia berkata kepada Salman : “Silakan makan, saya sedang berpuasa”. Salman berkata: “Saya tidak akan makan sebelum kamu makan”. Maka Abu Dardak pun makan. Ketika Waktu malam, “Abu Dardak bangun untuk melakukan shalat malam, maka Salman berkata kepadanya: “Tidurlah”. Maka tidurlah Abu Dardak. Akhirnya setelah masuk waktu sepertiga malam maka Salman berkata : “Sekarang saatnya kita bangun bersama untuk menyjalankan shalat malam”. Kemudian berkatalah Salman kepadanya: “Hai saudaraku, sesungguhnya kepada Tuhanmu ada hak yang wajib kamu penuhi, demikian pula kepada diri dan keluArqamu semuanya itu masing-masing punya hak yang wajib kamu penuhi. Untuk itu lakukanlah kewajibanmu dalam memenuhi hak mereka masing-masing. Kemudian sesudah kunjungan Salman semalam itu Abu Dardak melaporkan kepada Nabi saw. dan beliau menjawab: “Sudah betul, kata-kata dan tindakan Salman itu”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Huhammad Abudullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata : “Nabi saw. diberitahu tentang apa yang telah saya ucapkan, dimana saya bersumpah: “Demi Allah, aku akan berpuasa terus di siang hari dan di malam harinya aku akan bangun malam terus sepanjang umurku”, Lalu Nabi saw. bersabda: “Apakah benar kamu bersumpah demikian ?. Kemudian saya menjawab: “Benar, saya telah bersumpah ya Rasulullah saw.”, Beliau bersabda: “Sungguh, kamu tidak akan mampu berbuat seperti itu, maka berpuasa dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk shalat, serta berpuasalah tiga hari setiap bulan karena kebaikan itu pahalanya akan dilipatkan sepuluh kali dan puasa tiga hari itu sudah dapat menyamai puasa sepanjang masa”. Saya berkata: “Sesungguhnya saya mampu untuk berpuasa melebihi tiga hari setiap bulannya”. Beliau menjawab: “Puasalah satu hari dan berbukalah dua hari”. Saya berkata : “Saya mampu untuk berpuasa lebih dari itu”. Beliau menjawab: “Puasalah satu hari dan berbukalah satu hari. Itulah cara puasa Nabi Daud as. dan itulah puasa yang paling utama”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Itulah cara puasa yang paling utama”. Saya berkata lagi. “Sesungguhnya saya mampu berpuasa yang lebih utama lagi”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tidak ada cara puasa yang lebih utama dari cara puasa nabi Daud as.”. Kemudian Abu Muhammad berkata: “Seandainya saya dulu menerima anjuran Rasulullah saw. yaitu puasa tiga hari setiap bulannya maka itu lebih saya sukai daripada keluarga dan harta kekayaan”.
| Dalam riwayat lain dikatakan: “Saya mendengar bahwa kamu berpuasa terus setiap hari dan bangun setiap malam. Apakah kabar itu benar. Saya (Ibnu Amr bin Ash) menjawab: “Betul ya rasul”. Lalu Nabi saw. bersabda: “Jangan kau lakukan itu. Puasalah kamu dan berbukalah, tidurlah kamu dan bangunlah malam untuk shalat malam. Sungguh bagimu ada hak yang harus kau penuhi, termasuk memenuhi hak mata, istri dan tamu. Dan cukuplah bagimu puasa tiga hari setiap bulannya, karena amal perbuatan itu pahalanya dilipat gandakan sampai sepuluh kali. Dan bila kamu berpuasa tiga hari setiap bulannya sama dengan berpuasa sepanjang masa”. Saya merasa kuat dan minta diberi tambahan lalu saya berkata: “Ya rasul, saya masih merasa kuat”, Beliau menjawab: “Puasalah seperti cara puasanya nabi Daud as. dan jangan melebihinya”. Saya bertanya: “Bagaimana puasanya Nabi Daud as. ?”. Beliau menjawab :“Setengah usianya”. Maka setelah menginjak usia lanjut, ternyata ia (Abdullah bin Amr bin Ash) menyesal seraya berkata : “Aduh sekarang saya merasa berat, kenapa dulu saya tidak menerima keringanan dari rasul saw.”.
Dalam riwayat lain, Nabi saw. bersabda : “Apakah betul kabar tentang engkau berpuasa sepanjang zaman dan mengaji Al Qur’an semalam suntuk. Saya menjawab : “Betul ya Rasulullah saw. dan semua itu aku lakukan demi kebaikan”. Beliau bersabda : “Berpuasalah kamu seperti cara puasanya Nabi Daud as.
karena Nabi Daud adalah orang yang paling rajin beribadah diantara semua manusia. Dan khatamkanlah Al Qur’an setiap bulan sekali saja”. Saya berkata: “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya saya mampu untuk berbuat lebih dari itu”. Beliau bersabda: “Khatamkanlah Al Qur’an 20 hari sekali”. Saya berkata : “Ya Rasulullah, saya mampu berbuat lebih dari itu”. Beliau bersabda : “Khatamkanlah Al Qur’an setiap tujuh hari sekali”. Dan janganlah kamu berbuat lebih dari itu. Saya merasa sangat kuat dan minta diberi tambahan, lalu Nabi saw. bersabda kepadaku: “Sesungguhnya kamu tidak tahu, mungkin kamu nanti dipanjangkan usiamu”. Ternyata setelah menginjak usia lanjut saya (Abdullah bin Amr bin Ash) menyesal kenapa dulu tidak memenuhi keringanan dari Rasulullah saw.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya bagi anakmu itu ada hak yang harus kamu penuhi”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Tidak dianggap puasa, orang yang berpuasa selama hidupnya. Beliau mengulanginya sampai tiga kali. ,
Dalam riwayat lain dikatakan: “Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa menurut cara Nabi Daud. Shalat yang paling disukai oleh Allah adalah cara shalatnya Nabi Daud, ia tidur separuh malam dan-bangun sepertiganya dan tidur lagi seperenamnya yang terakhir, dan beliau berpuasa sehari serta berbuka sehari lagi pula beliau tidak pernah lari dari musuhnya.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Abdullah bin Amr bin Ash berkata: “Aku dijodohkan dengan wanita bangsawan oleh ayahku, dan ayah sangat memerhatikan keadaan rumah tanggaku, dan selalu menanyakan kepada istriku mengenai keadaan suaminya, sewaktu istriku ditanya istriku menjawab: “Suamiku adalah seorang yang baik, hanya saja ia tidak pernah mengajak tidur bersama dan seolaholah acuh sejak aku datang hingga saat ini. Selanjutnya hal ini disampaikan kepada Rasulullah saw. maka beliau bersabda: “Hadapkanlah dia kepadaku”. Dan sesudah saya menghadap beliau bertanya: “Bagaimana puasamu?”. Saya menjawab: “Setiap hari”. Beliau bertanya: “Bagaimana cara kamu mengkhatamkan Al Qur’an?” Saya menjawab: “Setiap malam khatam”. Kemudian Abdullah bin Amr bin Ash melanjutkan hadits seperti tersebut di atas. Semua riwayat dari hadits tersebut terdapat dalam Shahih Bukhari dan shahih Muslim.
- Dari Abu Rib’i Hanzhalah bin Rabi’ Al Usyayyidi salah seorang sekretaris Rasulullah saw. ia berkata: “Saya bertemu dengan Abu Bakar, lalu dia bertanya: “Bagaimana keadaanmu Hanzhalah?”. Saya menjawab: “Hanzhalah telah munafik”. Abu Bakar berkata: “SUBHANALLAAH (Maha suci Allah) mengucapkan apa kamu ?”. Saya menjawab: “Di sisi Rasul aku memperoleh keterangan tentang surga dan neraka seakan terlihat di kelopak mataku, namun setelah sampai di rumah menghadapi keluarga dan urusan pekerjaan, saya lupa semua itu, Abu Bakar berkata: “Demi Allah, kami juga seperti itu”. Kemudian Saya dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah saw. lantas saya berkata: “Ya, Rasulullah saw. Hanzhalah telah munafik”. Beliau bersabda: “Kenapa de. mikian”. Saya berkata: “Ketika kami berada di hadapan tuan dan tuan menceritakan mengenai surga dan neraka maka seakan-akan melihat dengan mata kepala, tetapi jika kami keluar dari hadapan tuan dan bergaul dengan istri dan anak-anak serta menghadapi berbagai urusan maka kami sering lupa”. Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, jika kamu tetap seperti keadaanmu di hadapanku dan berdzikir, pasti Malaikat akan turun menjabat tanganmu dimana kamu berada, baik di jalan maupun di atas ranjangmu. Tetapi hai Hanzhalah, sesaat (kamu beribadah kepada Allah) dan sesaat (kamu berhibur dengan keluarga dan urusan lainnya). Beliau mengulanginya hingga tiga kali”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Sewaktu Nabi saw. berkhutbah, tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri. Lalu Beliau bertanya: “Siapa dia ?”. Para sahabat menjawab: “Dia adalah Abu Israil. Ia mempunyai nadzar di panas teriknya matahari, tidak akan duduk, dan tidak akan bernaung di bawah apa pun, tidak akan berbicara serta berpuasa terus-menerus. Kemudian beliau bersabda : “Perintahkan kepadanya supaya berbicara, mau berteduh, mau duduk dan suruhlah ia menyempurnakan puasanya”. (HR. Bukhari).
Allah berfirman: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras”. (QS. Al Hadiid : 16)
Allah berfirman : “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Isa putra Maryam, dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati mereka yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rabbaniyah (tidak beristri/ bersuami dan mengurung diri dalam biara) padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakan) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya”. (QS. Al Hadid: 27)
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu sekalian seperti wanita yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat sehingga menjadi bercerai-berai kembali”. (QS. An Nahl : 92)
Allah ta’ala berfirman: “Beribadahlah kamu kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan (sampai meninggal dunia) (OS Al Hijr : 99)
- Di antara hadits-hadits Nabi saw. yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah dimana Rasulullah saw. bersabda : “Amal perbuatan yang paling disenangi Allah adalah amal perbuatan yang dikerjakan dengan terus-menerus”. Hadits ini sudah pernah dicantumkan pada bab terdahulu.
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa tertidur tidak membaca hizib (wirid yang biasa dibaca) atau bacaan lainnya di malamnya, lalu ia membacanya di pagi hari yaitu waktu antara shalat subuh dengan shalat zhuhur maka dicatat baginya seakan-akan ia “membacanya pada malam hari”. (HR. Muslim)
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Ya, Abdullah janganlah kamu seperti si Fulan dimana ia tadinya senang bangun untuk shalat malam kemudian ia meninggalkan kebiasaannya”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Jika Rasulullah saw. tidak mengerjakan shalat malam baik karena sakit maupun karena lainnya maka beliau mengqadha’nya pada waktu siangnya dengan dua belas rakaat”. (HR, Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Apa pun yang telah diperintahkan oleh Rasul, maka kerjakanlah, dan apa pun yang dilarangnya maka jauhilah”. (QS. Al Asyr : 7)
Allah ta’ala berfirman: ““Dia (Muhammad) tidak pernah berkata menurut hawa nafsunya, melainkan merupakan wahyu yang disampaikan kepadanya”. (QS. An Najm : 3 – 4)
Allah ta’ala berfirman :” Katakanlah hai Muhammad: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku (Nabi saw.) niscaya Allah akan mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu”. (QS. Ali Imran: 31)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah saw. suri tauladan yang baik bagi kamu semua, yaitu bagi orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan hari akhir”. (QS. Al Ahzab : 21)
Allah ta’ala berfirman: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An Nisa’ : 65)
Allah ta’ala berfirman: “Jika kamu berselisih dalam suatu perkara maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir”. (QS. An Nisa’ : 59)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang taat kepada Rasul berarti ia benar-benar telah taat kepada Allah”. (An Nisa’ : 80)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu jalan Allah”. (QS. Asy Syura : 52)
Allah ta’ala berfirman: “Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi perintah-Nya merasa takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang sangat pedih”. (QS. An Nur : 63)
Allah ta’ala berfirman: “Sebutlah apa-apa yang dibacakan di rumahmu (hai para ibu), Yaitu ayat-ayat Allah dan alhikmah”. (QS. Al Ahzab : 34)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bolau bersabda : “Tinggalkanlah olehmu semua apa saja yang aku tinggalkan. Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umal-umat sebelum kamu adalah karena banyaknya pertanyaan mereka dan mereka bertindak tidak sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Nabi-nabinya. Oleh karena, jika aku melarang kamu, maka jauhilah dan bila aku memerintahkanmu maka kerjakanlah sekuat tenaga”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah ra. ia berkata :“Rasulullah saw. telah memberi nasehat kepada kami dimana nasehat itu dapat meresap dalam hati sanubari kami sehingga kami mencucurkan air mata, kemudian kami berkata: “Ya, Rasulullah, nasehat itu seakanakan sebuah nasehat yang disampaikan oleh orang yang akan berpisah meninggalkan kami, kemudian berilah kami wasiat”. Beliau bersabda: “Saya berwasiat kepada kamu semua selalu berTaqwa kepada Allah serta selalu mendengar dan taat, sekalipun yang memimpin kamu seorang budak dari Ethiopia. Sesungguhnya orang yang diberi usia panjang diantara kamu, niscaya mereka akan melihat banyak pertikaian. Oleh karena itu kamu harus selalu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah dengan erat-erat menggunakan gerahammu (Peganglah kuat-kuat sunnahsunnah itu), dan janganlah kamu mengada-ada dalam urusan agama karena setiap bid’ah itu adalah sesat”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasy lullah saw. bersabda : “Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang membangkang” Ada seorang sahabat bertanya: “Siapakah yang membangkang, ya Rasulullah saw. ?”. Beliau menjawab: “Barangsiapa yang taat kepadaku maka ia masuk surga dan barangsiapa yang melanggar tuntunan agamaku maka ia membangkang”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Muslim, ada yang mengatakan Abi Iyas Salamah bin Amr bin Al Akwa ra. bahwasanya ada seorang laki-laki makan dengan tangan kiri di hadapan Rasulullah saw. lalu beliau bersabda: “Makanlah kamy dengan tangan kananmu”. Ia menjawab: “Saya tidak dapat makan dengan tangan kanan”. Beliau bersabda : “Tidak, sebenarnya kamu bisa” Yang menyebabkan ia tidak mau makan dengan tangan kanan adalah karena sombong. Maka mendadak ia benar-benar tidak dapat mengangkat tangannya itu ke mulutnya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abdullah Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah aw. bersabda: “Luruskanlah barisan shalatmu, atau kalau tidak niscaya Allah akan benar benar akan merubah bentuk wajahmu”. (HR. Bukhart, Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Rasujullah saw. senantiasa meluruskan barisanbarisan kamu, bagaikan meratakan kayu panah, sehingga beliau menganggap bahwa kami benar-benar telah faham. Kemudian pada suatu hari ketika beliau keluar langsung siap-siap shalat (tidak meluruskan barisan sebagaimana biasa), tiba-tiba beliau melihat ada sescorang yang menonjol dadanya dari barisan, beliau lantas bersabda: “Hai hamba Allah hendaknya kamu benar-benar meluruskan barisanmu, atau kalau tidak niscaya Allah akan benar-benar merubah bentuk wajahmu?.
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Pada suatu malam ada sebuah rumah terbakar di Madina karena penghuninya lalai. Maka ketika hal itu diceritakan kepada Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya api itu adalah musuhmu, oleh karena itu bila kamu akan beranjak tidur padamkanlah api itu?”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya petunjuk dan ilmu (agama) yang tugas penyampaiannya dipercayakan kepadaku adalah bagaikan air hujan yang turun membasahi bumi. Sedangkan bumi yang subur, bergembira menerimanya, terbukti dengan tumbuhnya tanaman dan rumput-rumput yang hijau. Dan ada bumi kering yang hanya bisa menahannya lalu darinya itu orang dapat minum dan mengairi tanaman. Namun disamping atu ada juga bumi Padas yang keras bagaikan karang laut. Ia tiada sanggup menahan atau menumbuhkan apa pun. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai tentang ilmu agama Allah, ia giat belajar dan mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak mau sama sekali menerima apa yang diutuskan Allah kepadaku serta orang yang tidak dapat menerima petunjuk yang tugas penyampaiannya dipercayakan kepadaku”. (HR. Bukhari Muslim)
- Dari Jabir ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Perumpamaan antara aku dan kamu semua adalah bagaikan seorang yang menyalakan api lalu kupu-kupu dan laron berkerumun di sekelilingnya sedangkan orang itu menghalau hewan-hewan tersebut supaya menjauhinya, Dan aku berusaha menarikmu dari belakang supaya tidak sampai terjerumus ke dalam api namun kamu selalu melepaskan diri dari tanganku”. (HR. Muslim)
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. menyuruh supaya mencuci tangan (sebelum dan sesudah makan) dan piring serta bersabda : “Sesungguhnya kamu tidak tahu di mana letak keberkahan makanan itu”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bila ma kanan salah seorang dari kamu jatuh, maka hendaknya diambil dan dibersihkan lantas makanlah makanan atu dan jangan dibiarkan makanan untuk syetan. Dan janganlah kamu membersihkan tangan dengan sapu tangan sebelum dibersihkan jariyarinya dengan mulut karena sesungguhnya ia tidak tahu dimana letak keberkahan makanan itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bahwasanya syetan itu selalu membarengi kamu dalam segala urusan, termasuk urusan makan, Untuk itu sewaktu makanan jatuh, jangan biarkan tercecer. Hendaknya kamu ambil, dibersihkan lalu dimakan, jangan sampai syetan melahapnya”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : “Rasulullah saw. berdiri tegak di tengah-tengah kami, seraya menyampaikan nasehatnya : “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa kelak di hari kemudian kamu akan dikumpulkan di hadapan Allah dalam keadaan telanjang bulat tiada secarik pun kain penutup bagimu dan kanak-kanak tak bersunat, sambil membaca firman Allah : “Sebagaimana Kami (Allah) mulai pertama kali menciptakan makhluk, demikian Kami mengulanginya /mengembalikannya. Itulah janji Kami, sungguh Kami pasti akan melaksanakannya”.
Ketahuilah, bahwa manusia pertama yang bisa memakai pakaian kelak di hari kiamat adalah Nabi Ibrahim. Ingatlah, bahwa ada sekelompok manusia dari ummatku digiring dari sebelah kiri di mana mereka akan disiksa, lalu aku berkata : “Ya, Allah mereka itu adalah, ummatku”.
Lalu Allah berfirman : “Sesungguhnya kamu tidak mengetahur apa yang diper buat oleh mereka sepeninggalmu”. Kemu diar aku menirukan ungkapan Nabi Isa dalam Al Qur’an : “Sesungguhnya saya menjadi saks mereka selama saya berada di sisinya dan sesu. dah saya mati, Hanya Engkaulah yang menga. wasi mereka dan Engkau pula yang mengetahu, atas segala sesuatu. Jika Engkau siksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba-My dan jika Engkau ampuni mereka maka Engkau adalah Dzat yang Maha Mulia lagt Maha Bijak sana”. Kemudian diberitahukan kepada saya “Sesungguhnya mereka itu telah murtad dar agama mereka sejak kau tinggalkan”. (HR Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Said Abdullah bin Mughaffal ra. ia berkata : Rasulullah saw. melarang untuk bermain ketapel dan bersabda : “Bahwa ketapel itu tidak dapat membunuh binatang buruan, atau melukai musuh. Ia hanya dapat mencukil mata dan mematahkan gigi”. (HR. Bukhari, Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Seorang famili Ibnu Mughaffal bermain-main ketapel, maka dilarangnya dan diberitahu bahwa Rasulullah saw. telah melarang bermain ketapel, bahkan dijelaskan pula bahwa ketapel itu tidak dapat dipakai untuk berburu. Kemudian orang itu membandel, terus memainkan ketapelnya saja. Ibnu Mughaffal berkata: “Aku sudah memperingatkanmu bahwa hal itu dilarang oleh Rasulullah saw., namun kamu membandelnya, maka untuk selamanya aku tidak mau berbicara denganmu”.
- Dari Abis bin Rabiah ia berkata: “Saya melihat Umar bin Khattab ra. mencium hajar aswad seraya berkata : “Sesungguhnya saya tahu bahwa engkau hanyalah sebuah batu yang tidak dapat mendatangkan keuntungan dan pula tidak dapat mendatangkan kerugian. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah saw. mencium engkau niscaya saya tidak akan mencium engkau”. (HR. Bukhari, Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An Nisa’ : 65)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh”. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nur : 51) .
Dalam bab ini banyak juga hadits yang ada hubungannya, diantaranya yaitu hadits dari Abu Hurairah ra. yang telah disebutkan pada bab terdahulu dan juga hadits berikut ini:
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ketika turun ayat LILLAAHI MAA FIS SAMAAWAATI WAMAA FIL ARDH WA IN TUBDUU MAA FII ANFUSIKUM AU TUKHFUUHU YUHAASIBKUM BIHILLAAH (Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di hatimu atau menyembunyikannya niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatan itu), maka para sahabat merasa berat lantas datang kepada Rasulullah saw. dengan berjongkok seraya berkata: “Ya Rasulullah, kami bisa menerima kewajiban yang sekiranya dapat kami lakukan seperti shalat, jihad, puasa dan sedekah. Dan dengan turunnya ayat ini terus-terang saja kami tiada sanggup mengerjakannya”. Beliau bersabda: “Apakah kamu hendak berkata sebagaimana yang dikatakan oleh ahli kitab sebelum kamu, dimana mereka mengatakan: “Kami mendengar dan kami melanggarnya?”. Tidak, kalian harus mengatakan: “SAMI’NA WA ATHA’NAA GHUFRAANAKA RABBANAA WA ILAIKAL MASHIIR (Kami mendengar dan kami juga mentaatinya. Ya Allah ampunilah kami dan kepada Engkaulah kami kembali)”. Lalu sewaktu para sahabat membaca ayat tadi, terasa gembira dan ringan mengucapkan dalam lidahnya. Kemudian Allah menurunkan ayat itu selengkapnya yang berbunyi : AAMANAR : RASUULU BIMAA UNZILA ILAIHI MIN RABBIHI WAL MUKMINUUN. KULLUN AAMANA BILLAAHI WA MALAAIKATIHI WA KUTUBIHI WA RUSULIHI. LAA NUFARRIQU BAINA AHADIM MIN RUSULIHI. WA OAALUU SAMINAA WA ATHA’NAA GHUFRAANAKA RABBANAA WA ILAIKAL MASHIIR. (Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami mendengar dan kami mentaatinya”. (Mereka berdoa) : “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”. Ketika mereka telah melaksanakan kandungan ayat tersebut lalu dimansukh oleh Allah dengan ayat yang terakhir yang berbunyi: “LAA YUKALLIFULLAAHU NAFSAN ILLAA WUS ‘AHAA LAHAA MAA KASABAT WA ALAIHAA MAKTASABAT. RABBANAA LAA TUAAKHIDZNAA IN NASIINA AU AKH THA’NAA (Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari Kebaikan yang diusahakannya dan ia mendapatkan siksa dari kejahatan yang diusahakan. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau salah). Dijawab: “Ya”. RABBANAA WALAA TAHMIL ‘ALAINAA ISHRAN KAMAA HAMALTAHU ‘ALAL LADZIINA MIN OABLINAA (Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami)”. Dijawab: “Ya”. RABBANAA WALAA TUHAMMILNAA MAALAA THAAOATA LANAA BIHI (Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya)” Dijawab : “Ya”. WA’FU ‘ANNAA WAGHFIRLANAA WARHAMNAA ANTA MAULAANAA FANSHURNAA “ALAL QAUMIL KAAFIRIINA (Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir)”. Dijawab : “Ya”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan”. (QS. Yunus : 31)
Allah ta’ala berfirman: “Dalam kitab Al Qur’an tiada sedikit pun yang Kami tinggalkan”. (QS. Al An’am : 38)
Allah ta’ala berfirman : “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan rasul-Nya (As Sunnah)”. (QS. An Nisa : 59)
Allah ta’ala berfirman: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”. (QS. Al An’am : 153)
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah hai Muhammad: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. (QS. Ali Imran : 31)
Ayat-ayat yang berkaitan dengan bab ini banyak sekali terdapat dalam Al Qur’an.
- Dari Aisyah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa memperbaharui urusan agama kami yang tidak ada dasar daripadanya maka itu tertolak”. (HR. Bukhari, Muslim).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim : “Barangsiapa mengamalkan sesuatu yang tiada dasarnya dari ajaran kami maka tertolaklah amal itu”.
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. ketika menyampaikan khutbah, mata-nya menjadi merah, dan keras suaranya dan terlihat berapi-api sehingga seolah-olah seperti seorang panglima perang yang kejam, seraya bersabda : “Bersiap-siaplah kamu, baik di waktu pagi maupun pada waktu sore. Kedata-nganku sebagai utusan di dunia ini pada zaman akhir mendekati kiamat, seperti dekatnya dua jarijari ini”. Beliau menghimpitkan jari telunjuknya dengan jari tengahnya. Beliau lantas bersabda : “Adapun sesudah itu maka ketahuilah bahwa sebaik-baik keterangan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad saw. dan sejahat-jahat sesuatu adalah sesuatu yang diada-adakan serta setiap bid’ah adalah sesat”. Kemudian Nabi saw. bersabda pula: “Aku adalah pelindung setiap orang yang beriman melebihi ia melindungi kepada dirinya sendiri. Barangsiapa yang meninggalkan harta kekayaan maka itu untuk keluarganya, dan barangsiapa yang meninggalkan hutang atau menyia-nyiakan harta kekayaannya maka akulah yang harus melindungi dan aku ikut mempertahankannya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah ra. ia berkata : “Rasulullah saw. telah memberi nasehat kepada kami di mana nasehat itu dapat meresap dalam hati sanubari kami sehingga kami mencucurkan air mata, kemudian kami berkata: “Ya Rasulullah, nasehat itu seakanakan sebuah nasehat yang disampaikan oleh orang yang akan berpisah meninggalkan kami kemudian berilah kami wasiat”. Beliau bersabda : “Saya berwasiat kepada kamu semua agar selalu berTaqwa kepada Allah serta selalu mendengar dan taat, sekalipun yang memimpin kamu seorang budak dari Ethiopia. Sesungguhnya orang yang diberi usia panjang diantara kamu, niscaya mereka akan melihat banyak pertikaian. Oleh karena itu kamu harus selalu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah dengan erat-erat menggunakan gerahammu (peganglah kuat-kuat sunnahsunnah itu), dan janganlah kamu mengadaadakan dalam urusan agama karena setiap bid’ah itu adalah sesat”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Allah ta’ala berfirman : “Dan orang-orang yang berkata : “Wahai Tuhan kami, berilah kami Istri-istri/suami dan anak-anak yang melegakan hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang berTaqwa”. (QS. Al Furqan : 74)
Allah ta’ala berfirman: “Kami jadikan mereka itu pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami”. (QS. Al Anbiya : 73)
- Dari Abu Amr Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Pada suatu siang hari kami bersamasama dengan Rasulullah saw. kemudian datanglah sekelompok orang telanjang hanya berkemul dengan kain woll yang dilubangi dani kepala dan bersenjata pedang, umumnya dari suku Mudhor. Melihat itu berubahlah wajah beliau, lantas masuk rumah dan segera keluar lagi dan menyuruh Bilal untuk adzan dan Iqamah. Kemudian melakukan shalat, setelah Shalat beliau berkhutbah : “Wahai manusia, berTaqwalah kamu kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripadanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan berTaqwalah kamu kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Dan beliau juga menyampaikan firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berTaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”. Sehabis beliau berkhutbah, maka ada seseorang bersedekah dengan sebagian dinarnya, dengan sebagian dirhamnya, dengan sebagian pakaiannya, dengan satu gantang gandum, dengan satu gantang kurmanya sehingga Jabir mengatakan: “Bahkan tidak ada yang mau ketinggalan, sekalipun hanya menyedekahkan separuh byi kurma”. Lalu datanglah seorang pria anshar membawa pundi-pundi besar yang sangat berat, yang hampir tiada terangkat olehnya. Dan hal itu diikuti oleh beberapa sahabat lainnya, sehingga terlihat dua gunduk makanan dan pakaian. Melihat yang demikian itu wajah beliau menjadi berseri-seri seperti kilauan emas seraya bersabda: “Barangsiapa merintis jalan kebaikan dalam Islam, berarti ia memperoleh pahala kebaikan itu sendiri dan mendapatkan pahala dari orang yang meniru perbuatannya itu tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang memulai berbuat jahat dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa kejahatan itu sendiri dan dosa-dosa orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dengan mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Tiada jiwa seorang pun yang terbunuh karena penganiayaan kecuali putra Nabi Adam yang pertama (Qabil) itu mendapatkan bagian dosanya karena dialah yang pertama kali melakukan pembunuhan . (HR. Bukhari, Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Menyerulah kamu kepada agama Tuhanmu”. (QS. Al Hajj : 67)
Allah berfirman: “Ajaklah kepada jalan Tuhanmu (agama Allah) dengan bijaksana dan nasehat yang baik”. (QS. An Nahl : 125)
Allah berfirman : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan Taqwa”. (QS. Al Maidah : 2)
Allah berfirman : “Hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebaikan”. (QS. Ali Imran: 104)
- Dari Ibnu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshari Al Badri ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa memberi petunjuk kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengajak kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya dengan tidak mengurangi sedikitpun pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kejelekan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya dengan tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun”. ( HR. Muslim)
- Dari Abul Abbas Sahl bin Saad As Saidi ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda pada hari terjadi perang Khaibar: “Sungguh, besok pagi akan aku serahkan bendera ini kepada seseorang yang memperoleh kemenangan, ia mencintai Allah dan rasul-Nya demikian pula Allah mencintainya”. Lalu para sahabat membahasnya semalam, kira-kira siapa orang yang diserahi bendera itu ?. Pagi harinya, mereka datang menghadap Rasulullah dengan harapan memperoleh kepercayaan diserahi bendera kemenangan itu. Kemudian Rasulullah bersabda: “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?”. Ada orang menjawab: “Dia sedang sakit mata”. Nabi saw. bersabda: “Panggillah dia datang kemari”. Ketika Ali ra. datang maka Nabi saw. meludahi kedua matanya sambil berdoa. Maka seketika itu sembuhlah sakit matanya seolaholah ia tidak kelihatan kalau baru sakit, lalu Ali ra. diberi bendera oleh beliau. Ali bin Abu Thalib bertanya: “Ya Rasulullah saw., apakah saya harus memerangi mereka hingga masuk Islam seperti kami ini ?”. Beliau menjawab: “Laksanakanlah dengan tenang hingga kamu sampai di daerah mereka, kemudian ajaklah mereka ke jalan Islam dan beritahukan kepada mereka hal-hal yang wajib mereka lakukan atas hak-hak Allah. Demi Allah, kalau Allah memberi hidayah/petunjuk kepada seseorang lantaran ajakan baikmu itu, maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan keuntungan ghanimah (harta rampasan perang) yang sebanyakbanyaknya dari binatang ternak yang merahmerah (yang bagus)”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Anas ra. bahwasanya ada seorang pemuda dari suku Aslam berkata: “Ya Rasulullah saw., sesungguhnya saya ingin berjihad/ berperang namun saya tidak punya bekal untuk berperang itu”. Beliau bersabda: “Datanglah kepada si Fulan, karena ia telah bersiap-siap untuk perang tapi sakit”. Kemudian pemuda itu datang ke rumah si Fulan dan berkata : “Terimalah salam dari Rasulullah saw.”. Dan pemuda itu berkata lagi: “Berikanlah bekal yang telah engkau siapkan untuk perang”. Lantas si Fulan itu berkata: “Fulanah (istriku), berikanlah bekal yang telah saya persiapkan itu kepada pemuda ini, dan janganlah kau simpan sedikitpun. Demi Allah, janganlah kau simpan sedikit pun dari bekal yang telah kupersiapkan itu niscaya yang demikian itu akan memberkahi hidupmu ini”. (HR. Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan Taqwa?’. (QS. Al Maidah : 2)
Allah ta’ala berfirman: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih serta saling nasehat-menasehati dalam mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya sabar”. (QS. Al Asyr : 1-3)
- Dari Abu Abdurrahman Zaid bin Khalid Al Juhaini ra. ia berkata Nabi saw. bersabda : “Barangsiapa yang menyediakan bekal untuk berperang pada jalan Allah, maka berarti ia ikut berperang. Dan barangsiapa yang ikut menjaga keluarga yang ditinggalkan oleh para pejuang (orang yang ikut perang, maka sungguh ia telah berperang”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. menugaskan sepasukan tentara kepada bani Lahyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda :”Hendaknya tiap dua orang dalam keluarga, yang satu keluar ikut “berperang dan yang satu tinggal di rumah menjaga keluarga-keluarganya. Kemudian pahalanya terbagi diantara keduanya dengan bagian yang sama”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah bertemu dengan suatu rombongan di Rauha, dan bertanya: “Dari kaum apakah kamu ?”. Mereka menjawab: “Kami ummat Islam”. Mereka berbalik bertanya: “Dan tuan ini siapa?”. Beliau menjawab : “Rasulullah saw.”. Kemudian salah seorang wanita dari mereka mengangkat anaknya sambil bertanya: “Apakah sah hajinya anak ini ?”, Beliau menjawab: “Ya, sah hajinya, dan pahalanya untuk kamu”. (HR. Muslim) .
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda : “Seorang bendahara yang beragama Islam dan terpercaya, yang bekerja menunaikan kewajibannya/ tugasnya dengan sempurna dan lega hati, melayani siapa saja yang wajib dilayani olehnya, maka baginya pahala bersedekah”. (HR. Bukhari, Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah saudara”. (QS. Al Hujjurat : 10)
Di dalam menceritakan tentang cara dakwah Nabi Nuh as. Allah berfirman:
Artinya : “Dan saya (Nuh as.) memberi nasehat kepada kamu semua”. (QS. Al A’raf : 62)
Dan di dalam menceritakan tentang cara berdakwah Nabi Hud as. Allah ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan saya (Hud as.) adalah pemberi nasehat yang terpercaya bagi kamu sekalian”. (QS. Al A’raf : 68)
- Dari Abu Rugayyah Tamim bin Aus Ad Daari ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Agama itu adalah nasehat”. Kami bertanya: “Bagi siapa, ya Rasul ?”. Beliau menjawab: “Bagi Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin ummat Islam dan kaum muslimin pada umumnya”. (HR. Muslim)
- Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Saya telah berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk tetap shalat, membayar zakat dan memberi nasehat kepada setiap orang Islam” .(HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kamu sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari, Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan manusia yang menyeru kepada kebaikan, yaitu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah yang beruntung”. (QS. Ali Imran: 104)
Allah ta’ala berfirman : “Kamu semua adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan di tengah-tengah manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”. (QS. Ali Imran : 110)
Allah ta’ala berfirman: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raf : 199)
Allah ta’ala berfirman: “Orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dimana mereka menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”. (QS. At Taubat : 71)
Allah ta’ala berfirman : “Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknati melalui lisan Nabi Daud as. dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tiada menghentikan perbuatan mungkar yang diperbuat selama itu. Sungguh terlalu jahat perbuatan mereka itu”. (QS. Al Maidah: 78-79)
Allah ta’ala berfirman: “Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhan-Mu. Maka barangsiapa yang beriman maka berimanlah, dan barangsiapa yang ingin kafir maka biarlah ia kafir”. (QS. Al Kahfi: 29)
Allah ta’ala berfirman: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan kepadamu”. (QS. Al Hijr : 94)
Allah ta’ala berfirman: “Maka Kami selamatkan orang-orang yang menghindari kejahatan dan Kami siksa orang-orang yang antara dengan siksaan yang pedih, akibat kefasikan mereka”. (QS. Al A’raf : 165) ,
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda. “Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran hendaklah ia merubah dengan kekuasaannya, bila ia tidak mampu maka dengan lisannya (nasehatnya), bila ia tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Tiada seorang Nabi pun yang diutus sebelumku, melainkan ada sahabat-sahabat yang setia, yang taat tunduk mengikuti sunnahnya dan mengerjakan apa yang diperintahkannya. Kemudian muncul sesudah mereka, orang-orang yang suka berbicara tetapi enggan untuk berbuat dan mereka berbuat sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang memerangi mereka dengan kekuasaannya, berarti ia mukmin. Barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya, berarti ia mukmin. Dan barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya berarti ia mukmin. Selain dari itu tidak ada lagi iman walaupun hanya seberat biji sawi”. (HR. Muslim)
- Dari Abul Walid Ubadah bin Shamit ra. ia berkata : “Kami berbaiat kepada Rasul untuk selalu mendengar dan taat, baik dalam kesusahan maupun dalam kesenangan, baik sewaktu ringan maupun berat bahkan atas perebutan kekuasaan terhadap kami, dan sekali-kali tidak akan menentang pemerintahan dari yang hak kecuali jika terlihat pelanggaran yang terang dengan bukti (berdasarkan) kitab Allah. Dan kami berbaiat akan selalu menyatakan kebenaran di mana saja kami berada, kami tiada rasa gentar dalam menegakkan agama Allah, sekalipun dicacimaki oleh siapa pun”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Nu’man bin Basyir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Perumpamaan orang yang berpegang teguh pada hukum Allah dan orang yang melanggarnya adalah bagaikan orang yang membagi tempat dalam perahu, dimana sebagian orang ada yang di atas dan sebagian yang lain berada di bawah. Orangorang yang berada di bawah ketika membutuhkan air mereka harus naik ke atas, yang sudah barang tentu hal itu mengganggu orang yang di atas. Kemudian mereka berkata: “Sebaiknya kulubangi saja bagian bawah perahu ini agar tidak merepotkan orang-orang yang di atas”. Bila kehendak orang-orang yang di bawah ini dibiarkan maka menjadi binasalah.mereka semua, Tetapi bila mereka (yang di atas) mencegah perbuatan mereka yang di bawah maka menjadi selamatlah mereka semua”. (HR. Bukhari)
- Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah Hudzaifah ra. dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya akan diangkat untukmu beberapa penguasa yang kamu kenal kebaikan dan kemungkarannya. Maka barangsiapa yang benci dalam hatinya berarti ia telah bebas dan barangsiapa yang menentang berarti selamat. Sebaliknya siapa yang rela dan mengikutinya maka itulah yang sesat”. Para sahabat bertanya: “Apakah tidak sebaiknya kita memerangi mereka ?”. Beliau menjawab: “Jangan kau perangi selama mereka masih melakukan shalat”. (HR, Muslim)
- Dari Ummul Mukminin Ummul Hakam Zainab binti Jahs ra. bahwasanya Nabi saw. masuk ke rumah Zainab dengan rasa cemas sambil bersabda: “LAA ILAAHA ILLALLAAH WAILUN LIL ‘ARABI MIN SYARRI OODIOTARABA FUTIHAL YAUMA MIN RADMI YA JUUJA WA MATJUUJA MISLU HAADZIHI (Tidak ada Tuhan selain Allah bangsa Arab harus selalu waspada terhadap bencana yang hampir menimpanya, dimana saat ini telah terbuka tirai bendungan Ya’juj Ma’juj sebesar lubang ini)”, beliau sambil melengkungkan jari telunjuk dengan ibujarinya. Saya bertanya : “Apakah kami akan binasa, padahal di tengah-tengah kami masih banyak para shalihin, ya Rasulullah saw. Beliau menjawab: “Ya, bila kejahatan sudah merajalela”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Hindarilah olehmu duduk-duduk di tepi jalan”. Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah saw. kami tidak dapat meninggalkan tempat itu sebab di tempat itulah kami bisa membicarakan sesuatu”. Beliau bersabda : “Bila kamu merasa tidak dapat meninggalkan, maka penuhilah hak jalan itu”. Para sahabat bertanya: “Apakah hak jalan itu, ya Rasulullah saw. ?”. Beliau menjawab: “Hak jalan itu adalah memejamkan mata, tidak mengganggu, menjawab salam dan menganjur kan yang baik serta mencegah mungkar” (HR Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki yang memakai cincin emas, maka dilepas dan dibuang Saja cincin itu sambil bersabda: “Sengaja orang diantara kamu mengambil bara api dan menaruhnya di tangannya?. Setelah Rasulullah saw. pergi maka ada seseorang berkata kepadanya: “Ambillah cincin itu dan manfaatkan untuk yang lain”. Ia menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan mengambil sesuatu yang telah dibuang (dicabut) oleh Rasulullah saw. selamalamanya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Said Al Hasan Al Bashri bahwasanya Aidz bin Amr ra. masuk ke rumah Ubaidillah bin Ziad, lalu ia berkata: “Hai anakku, sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya sejahat jahat pemimpin adalah yang kejam, yang suka memaksa kepada rakyatnya, maka janganlah kamu termasuk mereka itu”. Lalu berkatalah Ubaidillah :“Duduklah, kamu hanyalah sahabat Muhammad yang terbuang-buang”. Aidz berkata: “Apakah ada sahabat Rasul yang terbuang-buang ?”. Sungguh, yang terbuang-buang itu adalah orang-orang yang hidup di masa sesudah sahabat dan.orang-orang yang selain dari mereka”. (HR. Muslim)
- Dari Hudzaifah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggoman-Nya, kamu harus benar-benar menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar atau kalau tidak begitu niscaya Allah akan benar-benar menurunkan siksa padamu, lalu kamu berdoa tetapi doamu itu tidak dikabulkan”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Perjuangan yang paling utama adalah mengatakan keadilan kepada penguasa yang menyeleweng”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Abu Abdullah Tharig bin Syihab Al Bajali Al Ahmasyi ra. bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Nabi saw. padahal ia telah meletakkan kakinya di atas pelana: “Perjuangan apakah yang paling utama?”. Beliau menjawab : “Mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang menyeleweng”. (HR. An Nasai)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah bersabda: “Kerusakan pertama yang terjadi pada Bani Israil adalah bila seseorang bertemu dengan kawannya ia berkata : “Hai kawanku, berTaqwalah kamu kepada Allah dan berhentilah dari maksiatmu itu.” Kemudian pagi harinya ia bertemu dengan kawannya itu, sedang kawannya itu melakukan perbuatan yang terlarang tetapi ia tidak menegurnya dan bahkan ia sendiri terseret dalam perbuatan maksiat tersebut. Bila mereka telah berbuat seperti itu, maka Allah akan mengunci hati mereka. Lalu Rasulullah saw. membacakan ayat Al Qur’an yang artinya: “Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknati lewat lisannya Nabi Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu dikarenakan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu dengan yang lain tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Maka sesungguhnya teramat buruklah apa yang telah mereka perbuat. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah untuk diri mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang telah diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tetapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik”. Kemudian beliau bersabda pula : “Jangan, kamu tidak boleh berbuat demikian. Demi Allah, kamu wajib mengajak untuk berbuat baik dan mencegah hal yang mungkar mencegah orang berbuat aniaya dan luruskanlah jalan mereka agar Supaya mereka kembali ke jalan yang benar, atau kalau tidak demikian, Allah akan menutup hatimu dan mengutuk kamu sebagaimana Allah telah mengutuk Bani Israil”. (HR. Abu Daud, At Turmudzi)
Hadits tersebut adalah hadits yang diucapkan Abu Daud. Adapun hadits yang diucapkan oleh Turmudzi adalah sebagai berikut: “Rasulullah saw. menceritakan tentang keadaan Bani Israil, yaitu ketika orang-orang Bani Israil terlelap dalam kemaksiatan maka ulama-ulama memperingatkannya tetapi mereka tidak berhenti maksiat. Lalu ulama itu malah ikut serta dalam kemaksiatan itu yaitu duduk-duduk makan-makan dan minumminum. Maka akhirnya Allah mengunci hati mereka semua dan Allah melaknat mereka melalui lisan Nabi Daud dan Nabi Isa putra Maryam, yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas”. Rasulullah saw. yang tadinya bersandar lalu duduk seraya bersabda: “Tidak, demi Allah yang jiwaku dalam genggaman-Nya, kamu harus membelokkan mereka dan meluruskannya ke jalan yang benar”.
14, Dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra. ia berkata: “Wahai ummat manusia, sesungguhnya kamu semua membaca ayat ini :YAA AYYUHAL LADZIINA AAMANUU “ALAIKUM ANFUSAKUM LAA YADHURRUKUM MAN DHALLA IDZAH TADAIKUM (Wahai orangorang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang sesat akan memberi mudharat kepadamu bila kamu telah mendapatkan petunjuk dan kamu kurang memahami dengan sungguh tentang artinya. Dan sesungguhnya saya mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya bila orang-orang melihat orang lain berbuat aniaya lalu tidak mau mencegahnya maka kemungkinan besar Allah akan menurunkan siksa secara merata lantaran perbuatan orang aniaya tadi”. (HR. Abu Daud, At Turmudzi, An Nasa’i).
Allah ta’ala berfirman: “Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan kamu sendiri lupa, padahal kamu membaca Al kitab. Apakah kamu tidak berfikir”. (QS. Al Bagarah : 44)
Allah ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. Ash Shaaf : 2-3)
Di dalam menceritakan Nabi Syu’aib dalam berdakwah, Allah berfirman:
Artinya: “Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang”. (QS. Hud : 88)
- Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Kelak pada hari kiamat ada seorang laki-laki yang didatangkan lalu dijerumuskan dalam neraka maka keluarlah usus perutnya dan berputar-putar di neraka seperti Himar mengelilingi penggilingan, lalu penghuni mendatanginya seraya bertariya: “Hai Fulan, kenapa kamu demikian parahnya, bukankah kamu dulu di dunia yang amar ma’ruf nahi mungkar ?”. Jawabnya: “Betul, saya dulu menyuruh berbuat baik tetapi saya sendiri tidak mengerjakannya, dan saya melarang dari perbuatan mungkar tetapi saya malah melakukannya sendiri”. (HR. Bukhari, Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. (QS. An Nisa’ : 58)
Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan kepada langit, bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat aniaya dan amat bodoh”. (QS. Al Ahzab : 72) ,
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga yaitu: bila berkata pasti dusta, bila berjanji ia menyalahi dan setiap dipercaya pasti berkhianat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Walaupun ia puasa, shalat, serta mengaku bahwa dirinya adalah Muslim”.
- Dari Hudzaifah bin Al Yaman ra. ta berkata: “Rasulullah saw. menceritakan dua hal kepada kami, salah satunya aku sudah tahu pasti dan kini saya menunggu ceritanya Yang kedua. Yang pertama, beliau menceritakan kepada kami bahwa amanat itu datang ke dalam lubuk hati manusia, lalu turunlah Al Qur’an dan mereka mempelajari Al Qur’an dan sunah rasul, setia melaksanakan amanat yang ada di dalamnya, Kedua, beliau menceritakan tentang dicabutnya amanat, dimana beliau bersabda : “Seseorang sedang tidur maka tercabutlah amanat itu dari lubuk hatinya, yang ada hanya bekas sedikit saja lantas ia tidur lagi maka tercabutlah bekas yang sedikit itu sehingga tinggal seperti bekas kepalan yaitu seperti bara api yang terinjak kakimu, lalu bengkak padahal tiada berisi apa-apa. Kemudian beliau memberikan contoh sebuah batu, diinjak dengan kakinya. Maka orang-orang yang berjual beli itu hampir tidak ada satu pun yang menunatkan amanat sehingga dikatakan bahwa si Fulan adalah seseorang yang dapat dipercaya sehingga Fulan itu dipuji: “Alangkah sabarnya, alangkah cerdiknya dan alangkah pandainya, padahal dalam hatinya tiada sedikit pun rasa iman sekalpun sebesar biji sawi. Kata Hudzaifah. “Sungguh telah datang kepadaku suatu zaman di mana sava tidak memperdulikan siapakah yang masih dapat saya percaya, seandainya ta seorang Muslim maka ta pasti akan menunaikan amanatnya kepadaku karena agamanya, dan seandannya ia seorang Nasrani atau Yahudi maka ia akan menunaikan amanat kepadaku karena usaha perdagangannya atu. Jadi sekarang aku tidak mempercayai kamu semua kecuali si Fulan dan si Fulan”. (HR. Bukhari dan Musiim)
- Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha tinggi nanti akan mengumpulkan semua manusia, lalu orang-orang mukmin berdiri di dekat surga. Mereka mengunjungi kepada Nabi Adam as. dan berkata: “Wahai bapak kami, bukakanlah pintu surga itu untuk kami semua”. Nabi Adam as. menjawab: “Bukankah kesalahan bapakmu yang mengakibatkan kamu terusir dari surga ?”. Cobalah kalian datangi putraku Ibrahim kholitullah”. Lalu mereka bersama-sama mendatangi Nabi Ibrahim, namun dijawab oleh nabi Ibrahim: “Saya tidak punya hak dalam masalah ini karena aku adalah kholilullah yang paling belakang. Cobalah kamu datang kepada nabi Musa yang dimana Allah berfirman kepadanya : “Lalu mereka bersama-sama mendatangi nabi Musa as. namun dijawab: “Itu bukan urusanku. Datanglah kepada nabi Isa kalimah dan ruh Allah”. Maka Isa pun menjawab: “Saya bukanlah yang berhak tentang itu”. Mereka lalu mendatangi Nabi Muhammad saw. maka berdirilah beliau dan diijinkanlah beliau. Kemudian beliau melepaskan amanat dan kasih sayang . yang selanjutnya amanat dan kasih sayang itu berada di kanan kiri shiratal mustagim. Akhirnya lewatlah kelompok pertama seperti kilat cepatnya. Saya (Hudzaifah ) bertanya: “Demi ayah dan ibu, apakah ada sesuatu yang jalannya seperti kilat?”. “Beliau menjawab : “Bukankah kamu melihat, bagaimana cepatnya jalan itu hanya sekejap mata”. Kemudian berlalulah orang yang melintasinya seperti angin, kemudian ada orang yang melintasinya bagaikan burung terbang cepatnya, dan ada pula orang yang melintasinya bagaikan pelari maraton yang sangat kencang larinya.-Semuanya itu tergantung amal perbuatannya, sedangkan Nabi Muhammad saw. berdiri di atas titian (shirat) seraya berdo’a: RABBII SALLIM SALLIM (Ya Tuhanku, selamatkanlah selamatkanlah) sehingga tiba giliran orang yang paling sedikit amal baiknya. Mereka tiada mampu untuk berjalan dengan kakinya kecuali merangkak-rangkak. Dan pada kanan kiri shiratal mustagim itu dipasang alat terbuat dari besi yang ditugaskan untuk mengambil orang yang diambilnya, maka ada diantara mereka yang terluka tetapi selamat, dan ada pula yang terjerumus ke dalam neraka. Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah ra. berada dalam genggamanNya, sesungguhnya dalamnya neraka jahannam itu sejauh perjalanan tujuh puluh tahun turun kebawah”. (HR. Muslim) –
- Dari Abu Khubaib bin Abdullah bin Zubair bin Al Awwam Al Ourasyi Al Asadi ra. ia berkata: “Sewaktu perang Jamal, Zubair (ayah saya) berdiri tegak memanggilku, dan berkata : “Hai anakku, hari ini tiada seorang yang terbunuh kecuali orang yang menganiaya atau teraniaya, dan saya merasa akan terbunuh karena teraniaya, dan yang sangat saya takuti adalah hutangku, apakah semua harta kekayaanku dapat mencukupi untuk membayar hutang itu ?”. Lalu ia berkata : “Hai anakku, juallah semua harta kekayaan itu dan bayarkan hutang-hutangku itu”. Ia juga berwasiat sepertiga hartanya, dan sepertiga dari sepertiganya untuk cucunya, yakni untuk anak-anak Abdullah bin Zubair, yakni bila ada sisa dari yang dibayarkan hutang, maka sepertiga dari sisanya akan diberikan kepada anak-anak dari Abdullah bin Zubair, ketika itu putra-putranya ada sembilan dan sembilan putri. Abdullah berkata : “Ayahku selalu berpesan mengenai hutangnya dan berkata : “Jika kamu mengalami kesukaran maka mintalah bantuan kepada majikanku”. Abdullah berkata : “Sungguh saya tidak mengerti siapa majikannya sehingga saya bertanya: “Siapakah majikanmu ?”. Jawabnya: “Allah”. Abdullah berkata: “Maka demi Allah, seandainya saya mengalami kesukaran dalam melunasi hutangnya saya berdoa: “Wahai majikannya Az Zubair, lunasilah hutang Zubatr”. Maka akhirnya ia dapat melunasinya. Abdullah mengatakan: “Lalu terbunuhlah Zubair, dan ia tidak meninggalkan uang dinar atau dirham kecuali dua bidang tanah yang diantaranya ada yang berupa hutan, sebelas rumah di Madinah, dua buah rumah di Bashrah, satu rumah di Kufah dan satu rumah di Mesir. Sebenarnya hutang Zubair itu adalah ada orang datang kepadanya menitipkan uang. Kemudian oleh Zubair ditolak dan berkata : “Saya tidak senang dititipi kuatir kalau nanti hilang. Jadi lebih baik saya hutang. Juga Zubair belum pernah menjadi Amir atau Amil yang menarik hasil dari suatu daerah, hanya saja ia selalu ikut perang bersama Rasulullah saw. Abu Bakar, Umar dan Ustman ra. Abdullah melanjutkan perkataannya : “Saya hitung-hitung hutang ayah itu berjumlah dua juta dua ratus ribu”, kemudian Hakim bin Hizam bertemu dengan Abdullah bin Zubair dan berkata: “Hai kemenakanku, berapakah hutang saudaraku itu ?”. Saya sembunyikan dan hanya saya katakan : “Seratus ribu”. Hakim berkata: “Demi Allah saya tidak tahu apakah harta kekayaanmu cukup untuk melunasinya ?”. Abdullah berkata: “Bagaimana pendapatmu jika hutangnya mencapai dua juta dua ratus ribu ?”. Ia menjawab : “Saya pikir kamu tidak kuat memikul itu, tetapi kalau kamu merasa keberatan . kamu bisa minta bantuan kepadaku”. Abdullah berkata: “Zubair dahulu membeli hutan dengan harga, seratus tujuh puluh ribu”. Abdullah bermaksud menjual dengan harga seratus enam puluh ribu: kemudian ia berdiri dan berkata : “Siapa saja yang menghutangi Zubair akan saya lunasi dengan hasil penjualan hutan ini”. Maka datanglah Abdullah bin Ja’far dimana ia menghutangi Zubair sebanyak enam ratus ribu, dan ia berkata kepada Abdullah bin Zubair: “Kalau kamu suka saya tidak akan menagihnya kepadamu”. Abdullah bin Zubair berkata: “Tidak”. Abdullah bin Ja’far berkata “Kalau kau setuju, biar saya nanti nanti saja belakangan”. Abdullah bin Zubair berkata: “Tidak”. Abdullah bin Ja’far berkata: “Kalau begitu berilah saya sebagian dari hutan itu”. Abdullah bin Zubair berkata: “Bagianmu dari sini sampai sini”. Lalu Abdullah bin Zubair menjual sisa hutan itu untuk melunasi hutang ayahnya, dan masih bersisa empat setengah bagian. Kemudian pergilah Abdullah bin Zubair ke tempat Muawiyah dan kebetulan di situ ada Amru bin Ustman, Al Mundhir dan Ibnu Zam’ah. Muawiyah bertanya: “Hutan itu diberi harga berapa ?”. Abdullah menjawab: “Setiap bagian seratus ribu”. Muawiyah bertanya lagi : “Masih ada sisa tanah berapa bagian?”. Jawab Abdullah: “Ada empat setengah bagian”. Al Mundhir bin Zubair berkata: “Saya mengambil satu bagian dengan harga seratus ribu”. Amer bin Ustman berkata: “Saya mengambil satu bagian dengan harga seratus ribu”. Ibnu Zam’ah berkata: “Saya mengambil satu bagian dengan harga seratus ribu”. Kemudian Muawiyah bertanya : “Masih sisa tanah berapa?”. Abdullah bin Zhubair menjawab : “Ada satu setengah bagian”. Muawiyah berkata: “Saya mengambil satu setengah bagian dengan harga seratus lima puluh ribu”. Juga Abdullah bin Ja’far telah menjual tanah bagiannya kepada Muawiyah dengan harga enam ratus ribu. Setelah Abdullah melunasi semua hutang ayahnya, maka putra-putri Zubair berkata : “Bagilah warisan kami itu”. Abdullah menjawab: “Demi Allah, saya tidak . akan membagi warisan untuk kamu semua sebelum empat musim, dimana setiap musim akan kami siarkan siapa yang merasa menghutangi Zubair hendaklah datang kepada kami, kami pasti akan melunasinya. Hal itu terus disiarkan oleh Abdullah setiap tahun, setiap musim sampai empat tahun. Baru setelah itu dibagi-bagilah warisnya dan mengambil sepertiga yang diwasiatkan. Zubair meninggalkan empat istri dimana masing-masing mendapatkan bagian satu juta dua ratus ribu. Jadi semua harta kekayaan Zubair berjumlah lima puluh juta dua ratus ribu”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Orang-orang yang aniaya itu tidak mempunyai teman setia dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya”. (QS. Al Mukmin : 15)
Allah ta’ala berfirman: “Dan bagi orangorang yang aniaya tiada pelindung ataupun pelindung baginya”. (QS. Asy Syura : 8)
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Takutlah kamu kepada perbuatan aniaya sebab hal itu kelak di hari kiamat akan menggelapkan dirimu, dan takutlah kamu dari sifat kikir karena kikir itu telah membinasakan ummat sebelum kamu, dan hal itulah yang mendorong mereka melakukan pertumpahan darah dan menghalalkan segala macam cara haram”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh setiap hak harus dikembalikan kepada yang memilikinya kelak di hari kiamat, hingga kambing yang tidak bertanduk diberi hak membalas hantaman kepada kambing yang memiliki tanduk”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar-ra. ia berkata : “Kami sedang berbincang-bincang mengenai haji wada’ dan Nabi saw. berada di tengah-tengah kami. Kami belum tahu pasti tentang haji wada’ itu. Lalu Rasulullah memuji dan menyanjung Allah serta menceritakan tentang keadaan Dajjal dan memperpanjang ceritanya seraya bersabda: “Tiada seorang Nabi yang diutus kecuali sudah menyampaikan peringatan kepada ummatnya, seperti nabi Nuh dan Nabi sesudahnya. Bahwasanya Dajjal pasti muncul, maka jika ada sifat-sifat yang tersembunyi padamu sekarang tidak lagi tersembunyi karena Tuhan itu tidaklah buta, sedangkan Dajjal itu buta mata sebelah kanannya seperti buah anggur yang keluar. Ketahuilah bahwa Allah telah mengharamkan darah dan hartamu seperti hari ini Arafah, bulan ini. Ketahuilah bahwa aku telah menyampaikannya !. Para sahabat menjawab: “Ya”. Beliau bersabda: “Wahai Allah, saksikanlah !”, beliau mengulanginya hingga tiga kali. “Hati-hatilah dan perhatikanlah jangan sampa! kamu semua menjadi kafir sepeninggalku hingga terjadi pertumpahan darah (Saling membunuh) antara sebagian yang satu dengan lain nya”. (HR. Bukhari)
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda “Barangsiapa yang mengambil hak orang lain walaupun hanya sejengkal tanah maka kelak akan dibelenggu tujuh lapis bumi”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Musa ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah telah memberi kebebasan kepada orang yang berbuat aniaya, tetapi bila tiba saatnya Allah akan memberi siksaan yang tidak akan dapat dihindarinya”. Lalu beliau membaca ayat: WA KADZAALIKA AKHDZU BIKA IDZAA AKHADZAL QURAA WA HIYA ZHAALIMATUN INNA AHDZAHUU ALIIMUN SYADIIDUN (Begitulah siksaan Tuhanmu, apabila Dia menyiksa penduduk negeri-negeri yang berbuat aniaya. Sesungguhnya siksaan Allah sangatlah pedih dan sangat keras)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Mu’adz ra. berkata: Rasulullah saw. mengutus saya seraya bersabda: “Sesungguhnya kamu akan berhadapan dengan orang ahli kitab (Kristen), maka serulah mereka memeluk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Jika mereka telah memenuhi ajakan mu maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Setelah itu serukan kepada mereka yang kaya supaya memenuhi kewajiban zakat kemudian diberikan kepada orang orang vany fakir dan miskin diantara mereka Bila mereka telah memenuhinya maka lindungilah kehormatan dan hartanya. Takutlah kamu terhadap doanya orang yang teraniaya karena sesungguhnya tiada tirai penghalang antara doa itu dengan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Humaid Abdur Rahman bin Saad As Saidi ra. ia berkata : “Rasulullah saw. menugaskan seseorang dari suku Azdi yang bernama Lutbiyah untuk mengumpulkan zakat. Setelah selesai menjalankan tugasnya ia menghadap Nabi saw. dan berkata : “Ini bagian tuan dan yang ini buat saya”, Maka melihat kejadian ini lantas Rasulullah saw. segera menyampaikan pidatonya lewat mimbar. Sesudah membaca tahmid beliau bersabda! “Kemudian daripada itu, sesungguhnya aku telah menugaskan seseorang diantara kamu untuk menunaikan tugas yang diamanatkan oleh Allah kepadaku, lalu ia datang dan berkata : “Ini bagian tuan, dan yang ini hadiah buat saya”. Mengapa ia tidak duduk saja di rumah bersama ayah dan ibunya sehingga nanti datang hadiah kepadanya, seandainya ia itu benar. Demi Allah, tiada seorang yang memungut harta atau sesuatu yang bukan hak miliknya, kelak pasti akan dibebankan kepadanya. Maka saya (Nabi saw.) tidak ingin melihat diantara kalian menghadap Allah dengan memikul unta, lembu atau kambing yang mengembik”. Lantas beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat ketiaknya yang berwarna putih seraya bersabda: “Wahai Allah, bukankah aku telah menyampaikannya”. (HR. Bukhari, Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang menganiaya saudaranya, baik yang berhubungan dengan masalah kehormatan diri maupun harta benda maka hendaklah minta dihalalkan/mohon maaf sekarang juga sebelum datangnya masa di mana dinar dan dirham tiada berguna lagi, dan bila ia memiliki simpanan amal shalih maka amal itu akan diambil sesuai dengan kadar berat ringannya penganiayaan. Dan jika sama sekali ia tidak memiliki amal shalih maka dosa kejahatan orang yang dianiaya akan dibebankan kepadanya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Orang Islam yaitu orang yang mampu menciptakan rasa aman dan tentram di kalangan kaum muslimin, jauh dari gangguan lisan maupun tangannya. Dan orang yang hijrah yaitu orang yang meninggalkan semua perbuatan yang dilarang oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: “Ada seorang laki-laki yang diberi tugas menjaga perbekalan Rasulullah saw. yaitu bernama Kirkirah, ia mati lalu Rasulullah saw. bersabda: “Ia kembalinya ke neraka”. Para Sahabat lantas menyelidiki kenapa ia masuk neraka. Kemudian mereka mendapatkan bahwa ia pernah menyembunyikan mantel dari harta rampasan perang”.(HR. Bukhari)
- Dari Abu Bakrah Nufa’i bin Harits ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Bahwasanya zaman itu sudah beredar seperti keasaan hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan, empat bulan diantaranya adalah bulan mulia, yang tiga berturutturut yaitu Dzulga’dah, Dzulhijjah dan Muharram dan yang satu berada antara bulan Jumadil akhir dan Sya’ban yaitu bulan Rajab. Bulan apakah ini ?”. Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira bahwa nama bulan akan dirubah menjadi lain. Beliau bersabda: “Bukankah ini bulan Dzulhijjah ?”. Kami menjawab: “Benar”. Beliau bertanya : “Negeri apakah ini ?”. Beliau diam sebentar sehingga kami mengira bahwa kota ini akan dirubah namanya. Namun sabdanya: “Bukankah kota ini kota Mekkah ?”. Kami menjawab : “Benar !” Beliau bertanya lagi: “Hari apakah hari ini ?”. Kami menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau diam sebentar sehingga kami mengira bahwa beliau akan menyebutkan hari lain. Namun sabdanya pula: “Bukankah ini hari kurban ?”. Kami menjawab : “Benar”, Beliau lantas bersabda: “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu terjaga (haram diganggu ) sebagaimana haramnya (mulianya) hari ini, di negerimu ini dan di bulanmu ini. Kamu semua kelak akan bertemu dengan tuhanmu dan Dia akan menanyakan tentang segala amal perbuatanmu. Ingatlah, janganlah kamu semua menjadi kafir sepeninggalanku nanti lantaran diantara kamu membunuh yang lainnya. Ingatlah, hendaklah yang hadir disini mau menyebarluaskan seruan ini kepada orang yang tidak hadir karena mungkin orang yang diberitahu lebih sadar daripada yang langsung mendengarnya”. Kemudian beliau bersabda: “Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikannya ?”. Kami menjawab “Ya, sudah”. Beliau bersabda lagi: “Wahai Allah, saksikanlah (penyampaian tugas risalahku ini)”. (HR. Bukhari, Muslim)
- Dari Abu Umamah Iyas bin Tsa’labah Al Haris ra. bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa yang merampas hak orang muslim disertai dengan sumpah palsu, maka Allah mengharuskan neraka baginya dan ia dilarang masuk surga”. Ada seorang sahabat bertanya: “Walaupun yang dirampas itu hanya sesuatu yang sangat kecil, ya Rasulullah saw. ?”. Beliau menjawab : “Sekalipun hanya sekecil kayu siwak”. (HR. Muslim)
- Dari Adi bin Amirah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang kami tugaskan mengumpulkan dana, lalu menyembunyikannya walaupun sekecil jarum atau lebih dengan maksud untuk diambilnya maka kelak di hari kiamat ia akan.menghadap Allah dengan membawa apa yang disembunyikan itu”. Kemudian bangkitlah seorang hitam dari Anshar yang saya pernah melihatnya, lantas ia berkata : “Ya Rasulullah saw. terimalah kembali tugas yang pernah tuan bebankan kepada saya”. Beliau menjawab : “Kenapa mesti demikian ?”. Ia menjawab : “Karena tuan bersabda begini begitu”. Selanjutnya beliau bersabda: “Barangsiapa diserahi tugas maka ia harus melaksanakannya baik ia akan mendapatkan hasil banyak atau sedikit. Dan apa-apa yang telah diberikan kepadanya maka boleh mengambilnya dan apa yang terlarang untuk dirinya maka ia tidak boleh mengambilnya”. (HR. Muslim).
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Ketika selesai perang Khaibar datanglah sahabat Nabi saw. dan mereka menyebutnyebut si Fulan mati syahid, si Fulan mati syahid dan setiap berpapasan dengan orang mereka mengatakan si Fulan mati syahid. Kemudian Nabi saw. bersabda : “Tidak, aku melihat dia dalam neraka karena ia telah mengambil/menyembunyikan kain mantel rampasan perang yang belum dibagi”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Qatadah Al Harits bin Rib’i ra. dari Rasulullah saw. bahwasanya beliau berdiri dalam khutbahnya dan bersabda, bahwa berjuang di jalan Allah dan percaya kepada Allah merupakan amal perbuatan yang paling utama. Lalu bangkitlah seorang laki-laki seraya bertanya: “Ya Rasulullah tahukah tuan jika aku terbunuh dalam berjuang dijalan Allah, apakah dosa-dosa saya diampuni ?”. Nabi saw. bersabda kepadanya: “Ya, jika kamu terbunuh dan tabah, sabar dan ikhlas mengharap ridha Allah serta semangat pantang mundur”. Lantas Nabi saw. balik bertanya: “Apakah yang kamu tanyakan ?”, Ia menjawab: “Bagaimana seandainya saya terbunuh di dalam berjuang, apakah dosadosa saya diampuni?”. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Ya, bila kamu tabah, hanya mengharapkan ridha Allah dan memiliki semangat pantang mundur, kecuali hutang”. Demikianlah penjelasan Malaikat Jibril kepadaku”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Tahukah kamu siapa orang yang paling miskin itu ?”. Para sahabat menjawab: “Orang miskin yaitu orang yang tidak memiliki uang dan tidak punya harta benda”. Beliau bersabda: “Bahwasanya yang disebut miskin yaitu orang yang datang besok di hari kiamat sambil membawa amal shalatnya, puasanya dan zakatnya tetapi ia suka mencaci maki orang lain, menuduh orang dan merampas hak orang lain dan membunuh serta menganiaya orang lain, maka amal kebaikannya akan diambil buat membayar perbuatannya yang aniaya itu kepada orang yang dianiaya. Dan jika amalnya sudah habis padahal tuntutan Orang yang dianiaya itu belum dilunasi semua, maka dosa-dosa orang yang dianiaya itu akan dibebankan semua kepada orang yas p menganiaya supaya ditanggung olehnya, dan akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka” (HIR. Muslim)
- Dari Ummu Salamah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia biasa, sedangkan kamu mengadukan urusanmu kepadaku Mungkin ada dari kamu yang lebih pandar mengemukakan alasan daripada yang lain, sehingga saya putuskan baginya sebagaimana keterangannya yang saya dengar. Maka barangsiapa yang saya menangkan dengan mengalahkan saudaranya yang benar berarti saya telah menyerahkan sebagian api neraka kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tiada henti-hentinya seorang mukmin selalu dalam kelonggaran melaksanakan agamanya, sepanjang tidak menumpahkan darah (saling membunuh) yang haram”. (HR. Bukhari)
- Dari Khaulah binti Tsamir Al Anshariyah, ia adalah istri Hamzah ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya ada seseorang yang tengah diamanati memegang baitul mal (harta Allah), mereka menyalahgunakan demi kepentingan pribadi, maka kelak di hari kiamat mereka akan dimasukkan dalam neraka”. (HR. Bukhari)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengagungkan kehormatan Allah, maka itulah yang sangat baik baginya di sisi Tuhannya”. (QS. Al Hajj: : 88)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengagungkan siar agama Allah, maka itu tanda adanya Taqwa dalam hatinya”. (QS. Al Hajj : 32)
Allah ta’ala berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu kepada sesama orang-orang mukmin”. (QS. Al Hijr : 88)
Allah berfirman: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena pembalasan pembunuhan (gishash) atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia semuanya”. (QS. Al Maidah : 32)
- Dari Abu Musa ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Orang mukmin yang satu dengan orang mukmin lainnya adalah bagaikan bangunan, dimana bagian yang satu menguatkan bagian yang lainnya. Dan beliau memperagakannya dengan menyusupkan jari-jarinya”. (HR. Bukhari dan Muslim) .
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Barangsiapa yang berjalan di masjid atau di pasar-pasar sedangkan ia membawa anak panah maka hendaklah ia memegangi ujungnya, jangan sampai terkena (mengganggu) seorang muslim”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Nu’man bin Basyir ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang mukmin dalam saling cinta-mencintai, saling sayang-menyayangi dan saling kasihmengasihi adalah seperti satu tubuh. Sewaktu ada anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh lainnya ikut merasakan hingga tidak dapat tidur dan terasa panas”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Nabi saw. pernah mencium cucunya yang bernama Hasan bin Ali, di sebelahnya ada Al Aqra’ bin Habis. Melihat yang demikian itu Al Aqra’ berkata : “Saya mempunyai anak sebanyak sepuluh tetapi tidak ada satupun yang saya cium”. Rasulullah saw. terperanjat menoleh kepada Al Agra’ seraya bersabda: “Barangsiapa yang tidak kasih sayang terhadap sesamanya, maka ja tidak akan dikasihani oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Ada beberapa orang Badui datang kepada Nabi saw. dan sebagian mereka saling bertanya dengan yang lainnya : “Apakah kamu suka mencium anak-anakmu ?”. Diantara mereka ada yang menjawab: “Ya”, sebagian yang lain menjawab: “Demi Allah, sama sekali saya tidak pernah menciumnya”. Lantas Rasulullah saw. bersabda : “Apa lagi yang harus aku perintahkan seandainya Allah telah mencabut kasih sayang dari kamu semua”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Barangsiapa yang tidak mengasihi sesama manusia maka Allah tidak akan mengasihaninya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu menjadi imam shalat bagi orang banyak maka ringankanlah (cepatkanlah), karena diantara mereka ada makmum yang lemah, ada pula yang lanjut usia. Dan apabila kamu shalat sendirian maka boleh kamu memperpanjangnya sesuai dengan yang dikehendaki”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat lain dikatakan: “Dan ada makmum yang mempunyai keperluan lain”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Adakalanya Rasulullah saw. meninggaikan suatu amal perbuatan yang beliau sukai, karena khawatir kalau-kalau nanti diwajibkan atas umrnatnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. melarang ummat Islam melakukan puasa bersambung (puasa pati geni: Bhs. Jawa) karena sayang kepada mereka”. Para sahabat berkata : “Mengapa tuan sendiri melakukan puasa bersambung siang malam ?”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya keadaanku sangat beda dengan keadaan kamu semua. Tuhan selalu memberi makan dan minum kepadaku”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya : “Allah selalu memberi makan/kekuatan kepadaku seperti kuatnya orang yang makan dan minum”.
- Dari Abu Qatadah Al Harits bin Rib’ ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda. “Sungguh sewaktu aku (Nabi saw.) sedang shalat dengan tujuan memperpanjang shalatku, tiba-tiba aku mendengar tangis bayi maka aku percepat shalatku karena aku tidak ingin merepotkan ibunya”. (HR. Bukhari)
- Dari Jundub bin Abdullah ra. Ia berkata: bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: berkata “Saya mempunyar anak sebanyak sepuluh tetapi tidak ada satupun yang saya cium. Rasulullah saw. terperanyat menoleh kepada Al Aqra’ seraya bersabda “Barangsiapa yang tidak kasih sayang terhadap sesamanya, Maka ia tidak akan dikasihani oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Ada beberapa orang Badui datang kepada Nabi saw. dan sebagian mereka saling bertanya dengan yang lainnya : “Apakah kamu suka mencium anak-anakmu ?”. Diantara mereka ada yang menjawab: “Ya”, sebagian yang lain menjawab: “Demi Allah, sama sekali saya tidak pernah menciumnya”. Lantas Rasulullah saw. bersabda : “Apa lagi yang harus aku perintahkan seandainya Allah telah mencabut kasih sayang dari kamu semua”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Barangsiapa yang tidak mengasihi sesama manusia maka Allah tidak akan mengasihaninya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu menjadi imam shalat bagi orang banyak maka ringankanlah (cepatkantlah), karena diantara mereka ada makmum yang lemah, ada pula yang lanjut usia. Dan apabila kamu shalat sendirian maka boleh kamu memperpanjangnya sesuai dengan yang dikehendaki”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dan ada makmum yang mempunyai keperluan lain”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata” “Adakalanya Rasulullah saw. meninggalkan suatu amal perbuatan yang beliau sukai, karena khawatir kalau-kalau nanti diwajibkan atas ummatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw melarang ummat Islam melakukan puasa bersambung (puasa pati geni: Bhs. Jawa) karena sayang kepada mereka”. Para sahabat berkata : “Mengapa tuan sendiri melakukan puasa bersambung siang malam ?”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya keadaanku sangat beda dengan keadaan kamu semua. Tuhan selalu memberi makan dan minum kepadaku”. (HR Bukhari dan Muslim)
Maksudnya : “Allah selalu memberi makan/kekuatan kepadaku seperti kuatnya orang yang makan dan minum”.
- Dari Abu Qatadah Al Harits bin Ribi ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh sewaktu aku (Nabi saw.) sedang shalat dengan tujuan memperpanjang shalatku tiba-tiba aku mendengar tangis bayi maka aku percepat shalatku karena aku tidak ingin merepotkan ibunya”. (HR. Bukhari)
- Dari Jundub bin Abdullah ra. la berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda Barangsiapa yang melakukan shalat subuh berarti ia berada dalam jaminan Allah. Maka dari atau, jangan sampai kamu dituntut Allah sebab jaminan tersebut sebab barangsiapa yang dituntut jaminan-Nya maka Allah akan mendapatkanya, lalu la mencampakkan ke dalam api neraka”. (HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang muslim yang satu dengan lainnya adalah saudara. Maka tidak boleh menganiayanya atau membiarkan ia teraniaya. Barangsiapa yang membantu memenuhi hajatnya maka Allah pasti memperhatikan kepentingannya. Dan barangsiapa membantu mengatasi kesulitan saudaranya maka Allah akan membebaskan kesukarannya di hari kiamat. Dan barangsiapa menyembunyikan kejelekan saudaranya maka Allah akan menyembunyikan rahasianya di hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang muslim yang satu dengan lainnya adalah saudara. Oleh karena itu tidak boleh mengkhianatinya, mendustakan dan membiarkan dihina orang lain. Setiap Muslim yang satu dengan lainnya itu haram mengganggu kehormatannya, hartanya dan darahnya. Taqwa itu adalah di sini (sambil menunjuk dadanya). Seseorang itu cukup dianggap jahat bila ia menghina saudara muslimnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu saling menghasud, saling menipu, saling memaki (marah), dan saling membenci. Seorang muslim yang satu dengan lainnya adalah saudara. Oleh karena itu ia tidak boleh menganiaya, membiarkan teraniaya dan menghinanya. Taqwa itu ada di sini (sambil menunjuk dadanya tiga kali). Seseorang telah dianggap jahat bila ia menghina sesama muslim. Setiap muslim yang satu dengan lainnya haram mengganggu darah, harta dan kehormatannya” (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Belum dianggap sempurna iman diantara kamu semua sebelum kamu mencintai saudaranya sebagaimana kamu mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tolonglah saudaramu, baik yang zhalim maupun yang dianiaya. Lantas ada seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, saya akan menolong jika ia dianiaya, lalu kenapa saya harus menolong orang yang menganiaya ?”. Beliau menjawab: “Cegahlah ia dari berbuat aniaya.Demikianlah cara menolongnya”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Hak orang muslim terhadap orang muslim lainnya itu ada lima, yaitu : Menjawab salam, menjenguk orang sakit menghantarkan jenazah, mendatangi undangannya dan menjawab orang yang bersin”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan: “Hak orang Muslim terhadap muslim lainnya ada enam yaitu : bila bertemu ucapkanlah salam kepadanya, bila diundang maka datangilah undangannya, bila ia minta nasehat kepadamu maka nasehatilah ia, dan bila bersin dan ia membaca ALHAMDULILLAH, maka jawablah dengan ucapan YARHAMUKALLAH, bila ia sakit harus dijenguk dan bila ia mati maka hantarkanlah jenazahnya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Umarah Al Barra’ bin Aziz ra. ia berkata, Rasulullah saw. menyuruh dan mencegah kepada kami dari tujuh hal. Beliau menyuruh kami untuk menjenguk orang sakit menghantarkan jenazah, menjawab orang bersin, menepati sumpah, menolong orang yang dianiaya dan mendatangi undangan serta menebarkan salam. Dan beliau melarang kami untuk memakai cincin emas, minum dari bejana yang terbuat dari perak, berfoya-foya dalam hidup, bersikap keras, memakai kain sutra dan memakai kain yang disulam dengan emas serta memakai sutra yang berlukis”. (HR. Bukhari, Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dan mengumumkan barang hilang sebagai tambahan untuk tujuh yang pertama”.
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang suka membocorkan berita keburukan orang-orang mukmin, maka bagi mereka siksaan yang sangat pedih di dunia dan di akhirat”. (QS. An Nuur: 19)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Sesungguhnya orang yang menutupi rahasia orang lain di dunia, maka kelak di akhirat Allah pasti menutupi rahasianya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Semua umatku akan mendapatkan ampunan kecuali orang yang berbuat dosa secara nyata. Diantara orang yang nyata-nyata berbuat dosa adalah seseorang yang di waktu malamnya berbuat dosa, lalu pagi harinya menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya itu. Seseorang itu berkata: “Hai Fulan, tadi malam saya berbuat begini begitu”. Sebenarnya Allah telah menutupinya pada malam itu, tetapi malah dia sendiri yang membuka perbuatan yang telah ditutupi oleh Allah itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Apabila ada budak perempuan telah nyata berbuat zina maka hendaklah ia didera dan janganlah dihina. Dan bila ia berbuat zina untuk yang kedua kalinya, maka deralah ia dan janganlah kau hina. Dan bila ia berzina untuk yang ketiga kalinya, maka juallah ia sekalipun hanya ditukar dengan tali dari bulu binatang”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Telah dihadapkan seorang laki-laki yang tertangkap karena meminum khamr/minuman keras, maka beliau bersabda: “Pukullah orang itu”, Maka Abu Hurairah ra. berkata: “Diantara kami ada yang memukul dengan tangan, ada yang memukul dengan sandal, dan bahkan ada yang memukulnya dengan kain. Dan ketika orang (laki-laki) itu pulang, ada sebagian orang yang berkata: “Semoga Allah menjadikan kau hina”. Beliau bersabda: “Janganlah kamu ucapkan perkataan seperti itu, karena hal itu membantu syetan”. (HR. Bukhari)
Allah ta’ala berfirman: “Kerjakanlah kebaikan agar supaya kamu beruntung”. (QS. Al Hajj : 77)
Allah ta’ala berfirman: “Amal kebaikan apapun yang kamu kerjakan maka sesungguhnya Allah adalah Dzat yang mengetahuinya”. (QS. Al Bagarah : 273)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Orang muslim satu dengan muslim lainnya adalah saudara. Oleh karena itu ia tidak boleh menganiaya dan membiarkan teraniaya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Dan barangsiapa melapangkan kesulitan orang muslim maka Allah SWT. akan melapangkan kesulitannya kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi rahasia orang muslim maka Allah akan menutupi rahasianya kelak di hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa menghilangkan kesulitan dunia yang diderita seorang muslim, maka kelak di hari kiamat akan menghilangkan kesulitan akhirat yang dideritanya. Barangsiapa mempermudah orang yang sedang kesusahan maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi carct orang muslim maka Allah akan menutupi cacatnya, baik di dunia maupun di akhurat. Allah selalu memberi pertolongan kepada hamba-Nya selagi hambanya itu masih mau menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan demi menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tiada seseorang yang berkumpul di rumahrumah Allah (masjid dll.), mereka membaca kitab Allah dan mendalami kandungannya, melainkan jaminan ketentraman dan kedamai:an bagi mereka serta kasih sayang Allah senantiasa meliputi mereka. Mereka dikelilingi Malaikat yang membentengi mereka, memohonkan ampunan untuk mereka dan juga Allah menyebut-nyebut mereka di sisi-Nya Barangsiapa yang lambat dalam beramal shalih/ kebaikan maka jangan berharap peningkatan derajat secepatnya”.
Allah ta’ala berfirman: .“Barangsiapa memberikan syafaat (pertolongan) yang baik maka ia akan memperoleh bagian daripadanya”. (QS. An Nisa’ : 84)
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Apabila ada seseorang datang kepada Nabi saw. untuk meminta pertolongan maka beliau bersabda (kepada para sahabat): “Berilah pertolongan, niscaya kamu semua akan mendapatkan pahala”. Allah selalu memenuhi apa yang telah dikatakan oleh Nabi-Nya apapun yang Dia sukai”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat lain dikatakan: “Apapun yang dikehendakinya”.
2, Dari Ibnu Abbas ra. dalam kisah Barirah dengan suaminya, dimana ia berkata: “Nabi saw. bersabda kepada Barirah “Andaikata kamu mau kembali kepada suamimu”. Barirah bertanya: “Ya, Rasulullah saw. apakah tuan menyuruh saya”. Beliau menjawab: “Saya hanya memberi dorongan”. Barirah menjawab: “Saya tidak ingin kembali kepadanya”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Tidak ada kebaikan dalam sebagian besar bisikan-bisikan bicara mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh sedekah, atau berbuat baik atau mengadakan perdamaian diantara manusia”. (QS. An Nisa’ : 114)
Allah ta’ala berfirman: “Dan perdamaian itu lebih baik”. (QS. An Nisa’ : 128)
Allah ta’ala berfirman: “BerTaqwalah kamu semua kepada Allah SWT. dan damaikanlah persengketaan yang terjadi diantara kamu”. (QS. Al Anfal : 10)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah saudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu (yang bersengketa)”. (QS. Al Hujrat : 10)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tiap-tiap persendian manusia itu ada sedekahnya setiap hari dimana pada hari itu matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang yang bersengketa adalah sedekah, membantu seseorang untuk mengangkat atau menaikkan barangnya ke atas adalah sedekah, setiap ucapan baik adalah sedekah, setiap langkah menuju ke tempat shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan sesuatu yang mengganggu di tengah jalan adalah sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ummu Kulsum binti Uqbah bin Abu Muaith ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bukan termasuk pendusta orang yang berusaha mendamaikan antara sesama manusia, untuk mencari kebaikan dan berkata baik”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim ada tambahan “Ummu Kulsum berkata : “Saya tidak pernah mendengar beliau membolehkan berdusta kecuali dalam tiga hal, yaitu dalam peperangan, dalam mendamaikan orang-orang yang bersengketa, dan dalam menjaga hubungan baik suami istri”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mendengar suara pertengkaran yang sangat keras di depan pintu, di mana salah seorang diantara keduanya itu minta keringanan dan minta dikasihani dalam masalah hutang kepada yang lain, tetapi yang lain itu menjawab: “Demi Allah, saya tidak akan memberi keringanan kepadamu”, Lalu Rasulullah saw. keluar dan mendekati kedua orang itu serta bertanya: “Mana orang yang bersumpah dengan menyebut Asma Allah untuk tidak berbuat kebaikan ?”. Ia menjawab : “Saya, ya Rasulullah saw.”. Maka ia berhak atas apa saja yang ia senangi”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abul Abbas Sahl bin Saad As Saidi ra. bahwasanya Rasulullah saw. mendengar berita persengketaan di kalangan bani Amir bin Auf maka segera Rasulullah saw. menuju kesana untuk mendamaikan mereka disertai beberapa pengawal para sahabat. Setelah selesai mendamaikan beliau ditahan untuk dijamu sehingga tiba waktu shalat Ashar. Maka pergilah Bilal kepada Abu Bakar seraya berkata: “Hai Abu Bakar, kini Rasulullah masih tertahan dijamu oleh bani Amr maka bagaimana jika kau yang menjadi imam bagi orang-orang yang akan shalat ?”. Abu Bakar menjawab : “Baiklah jika kamu menghendaki”. Lalu Bilal berigamat dan Abu Bakar pun maju. Ia bertakbir yang kemudian diikuti oleh para makmum di belakangnya. Mendadak Rasulullah saw. datang melewati tengah-tengah barisan hingga berdiri tegak di barisan/shaf awal. Orang-orang (makmum) bertepuk tangan, tapi Abu Bakar tidak menoleh. Ketika makmum ramai bertepuk tangan, maka menolehlah Abu Bakar dan terlihat olehnya Rasulullah saw. dan beliau mengisyaratkan agar shalatnya diteruskan namun Abu Bakar mengangkat kedua tanggannya sambil membaca tahmid, lalu mundur ke belakang tegak di shaf/barisan awal. Lantas Rasulullah saw. maju untuk mengimami mereka. Dan setelah selesai shalat, Nabi saw. menghadap para sahabat dan bersabda: “Wahai manusia, kenapa jika terjadi sesuatu dalam shalat, mendadak kamu bertepuk tangan ?“. Sesungguhnya bertepuk tangan itu untuk wanita. Seharusnya bagi laki-laki jika terjadi sesuatu dalam shalat cukup membaca tasbih (yaitu SUBHANALLAAH) dan apabila didengar oleh imam hendaklah menoleh. Hai Abu Bakar, faktor apakah yang menyebabkan kamu tidak melanjutkan shalat tatkala saya berikan isyarat kepadamu ?. Abu Bakar menjawab: “Tiada pantas putra Abu Quhafah mengimami shalat di depan Rasulullah saw”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru tuhannya di waktu pagi dan petang seraya mengharapkan keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka”. (QS. Al Kahfi : 28)
- Dari Haritsah bin Wahab ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Maukah kamu saya beritahu penghuni surga?” Yaitu orang yang lemah dan diremehkan orang, tetapi jika berbuat baik kepada Allah pasti Allah menganggapnya baik. Dan maukah saya beritahu kepadamu tentang ahli neraka?”. Yaitu orang yang keras hati, keras dan sombong”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abul Abbas Sahl bin Saad ra. ia berkata: “Ketika Rasulullah saw. sedang duduk, mendadak ada seorang laki-laki lewat di depannya. Lalu beliau bertanya kepada sahabat yang berada di sampingnya: “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang baru saja lewat itu?”. Sahabat menjawab : “Dia adalah orang bangsawan. Andaikata ia meminang gadis harapan besar diterima dan bila ia mengusulkan sesuatu hal pasti diterimanya. Rasulullah saw. pun diam sejenak mendengar jawaban itu. Tak lama kemudian lewatlah laki-laki lain di depan Rasulullah saw. lantas Rasulullah saw. bertanya kepada sahabat di sebelahnya: “Bagaimana pendapatmu orang yang baru lewat tadi?” Sahabat menjawab: “Ya Rasulullah, orang itu termasuk orang Islam yang fakir. Dia patut sekali tidak diterima kalau meminang dan bila ia mengusulkan sesuatu hal pasti tidak diterima dan bila ia berkata pasti tidak didengar perkataannya”. Maka Rasulullah saw. bersabda : “Orang itu lebih baik dan berharga bila dibandingkan dengan bumi dan seluruh isinya. Orang itu seperti ini”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : “Surga dan neraka pernah mengadakan perdebatan. Neraka berkata: “Orang-orang yang sombong dan takabur berada padaku”. Surga berkata: “Orang-orang yang lemah dan miskin berada padaku”. Lalu Allah memberi keputusan kepada keduanya: “Wahai surga, sesungguhnya kamu adalah rahmat-Ku. Aku akan memberi rahmat dengan kau kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan kau neraka, sesungguhnya kau adalah aiksaan-Ku. Aku akan menyiksa dengan kau kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Masing-masing dari kamu berdua, Akulah yang akan menentukan isinya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Sungguh akan datang besok di hari kiamat, seseorang yang sangat besar dan gemuk, tetapi di sisi Allah sama sekali tidak punya nilai apa-apa walaupun seberat sayap nyamuk”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya ada seorang tukang sapu masjid beberapa hari tidak terlihat oleh Rasulullah, maka beliau menanyakannya. Para sahabat mengatakan bahwa orang itu telah mati. Beliau bertanya: “Mengapa tidak kau beritahu aku ?”. Para sahabat seakan-akan menganggap remeh pekerjaan orang yang biasa menyapu masjid”. Kemudian beliau bersabda : “Tunjukkan kepadaku kuburnya”. Maka para sahabat menunjukkan kuburnya, lalu beliau melakukan shalat jenazah di situ dan bersabda: “Sesungguhnya kubur-kubur ini penuh dengan kegelapan, dan Allah telah meneranginya lantaran shalatku pada mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Nabi saw. bersabda: “Tidak sedikit orang yang dianggap masyarakat sangat hina karena rambutnya kusut dan tidak terurus, bahkan tertolak dari setiap pintu rumah orang, tetapi bila ia mau berbuat baik kepada Allah niscaya Allah menganggap baik orang itu”. (HR. Muslim)
- Dari Usamah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Aku berdiri di depan pintu surga maka kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang miskin, sedangkan orangorang kaya masih tertahan dengan perhitungan kekayaannya. Dan orang yang ahli neraka sudah diperintahkan masuk neraka. Dan ketika saya berdiri di depan pintu neraka maka kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah wanita”. (HR. Bukhari dan Muslim) .
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tiada bayi yang mampu berbicara kecuali tiga yaitu : “Isa putra Maryam dan bayi yang menyelamatkan Juraij. Juraij adalah seorang laki-laki yang tekun beribadah dan membuat tempat untuk ibadatnya. Suatu ketika ibunya memanggil, sedangkan Juraij baru shalat: “Hai Juraij”. Juraij berkata dalam hati : “Wahai Tuhanku ibuku memanggilku tetapi saya baru melakukan shalat”. Ia menyelesaikan shalat dan ibunya pulang. Keesokan harinya ibunya datang lagi dan ia sedang shalat. Ibunya memanggil: “Hai Juraij”. Ia berkata dalam hatinya: “Ya Tuhanku, ibu memanggilku sedangkan aku baru shalat”. Ia menyelesaikan shalatnya dan ibunya pulang. Esok harinya ibunya datang lagi dan ia sedang shalat. Ibunya memanggil : “Hai Juraij”. Ia berkata dalam hati: “Ya Tuhan, ini ibuku dan aku baru shalat”. la menyelesaikan shalatnya. Kemudian ibunya agak jengkel lantas berdoa: “Ya Allah, janganlah Engkau matikan Juraij sebelum berurusan dengan pelacur”. Memang, Juraij adalah salah seorang bani Israil yang sangat tekun ibadahnya.
Pada waktu ada seorang wanita tunasusila cantik parasnya ingin menggoda Juraij dan berkata: “Jika kamu menghendaki, aku sanggup mencemarkan nama baik dia (Juraij) dan mengujinya”. Kemudian wanita itu datang dan mengganggu Juraij, tetapi Juraij tak tergoda sedikitpun. Karena jengkelnya, maka wanita itu mendatangi seorang pengembala dan diajaknya ke pondok (biara) tempat Juray beribadah serta mengajaknya berbuat zina. Akhirnya pengembala itu pun berbuat zina sehingga wanita itu mengandung/hamil. Setelah wanita itu melahirkan seorang bayi, ia berkata : “Bayi ini adalah hasil persetubuhanku dengan Jurajj” Dengan spontan maka orang-orang bani Isra mendatangi pondok (biara) Juraij dan memaksa Juraij untuk turun dari biaranya, memukulinya bertubi-tubi serta memporak porandakan biaranya itu. Juraij berkata : “Mengapa kamu semua berbuat seperti ini kepadaku?”. Mereka menyjawab: “Kamu berbuat zina dengan wanita tunasusila ini hingga melahirkan anak”. Juraij balik bertanya : “Mana bayinya?”. Merekapun membawa bayi itu kepada Juraij dan Juraij berkata. “Tunggu sebentar, saya mau shalat”. Setelah selesai shalat, maka didekatilah bayi itu dan dipijit perutnya sambil bertanya: “Hai bayi, siapakah bapakmu?. Bayi itu menjawab: “Ayahku adalah si Fulan, yaitu seorang pengembala hewan”. Orang-orang bani Israil tercengang, dan akhirnya mencium dan meminta maaf kepada Juraij, serta berkata : “Kami akan membangunkan sebuah pondok /biara dari emas untukmu”. Juraij menjawab: “Jangan, bangunkanlah pondok/biara dari tanah sebagaimana semula”. Maka mereka pun membangunkan pondok untuk Juraij. Bayi ketiga, yang dapat berbicara adalah bayi yang sedang menyusu ibunya, tiba-tiba lewatlah seorang laki-laki berkendaraan bagus dan berwajah tampan, maka ibunya berdoa. “Ya Allah, jadikanlah anak saya seperti laki-laki itu”. Mendadak bayi yang disusui itu melepaskan susuannya dan berkata: “Ya Allah., janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu”. Kemudian bayi itu menyusu lagi (seolah-olah saya masih terbayang kepada beliau saat mempraktekkan cara bayi itu menyusu yaitu beliau melomot jari penunjuknya ke dalam mulut dan menghisapnya). Beliau bersabda: “Mereka berjalan dan menjumpai seorang budak perempuan dipukuli orang banyak. Orang-orang itu berkata: “Kamu berzina, kamu mencuri”. Budak itu hanya berkata : “HASBIYALLAAH””. Maka ibu bayi itu berkata: “Ya Allah, janganlah Kau jadikan anak saya seperti orang itu”. Lalu bayi itu melepaskan tetek itu dan memandang kepada budak yang dianiaya itu sambil berkata:
“Ya Allah, jadikanlah saya seperti budak itu”. Kemudian terjadi tanya jawab antara ibu dengan bayinya. Ibunya berkata: “Tadi ada seorang laki-laki yang berkendaraan bagus dan berparas tampan, lalu saya berdoa: “Ya Allah jadikanlah anak saya seperti orang itu”, tetapi kamu berkata : “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti orang itu”. Dan ketika ada seorang budak yang dipukuli dan dikatakan: “Kamu berzina, kamu mencuri dan saya berkata : “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anak saya seperti budak ini” tetapi kamu berkata : “Ya Allah, jadikanlah saya seperti budak itu”. Kemudian bayinya menjawab : “Sesungguhnya orang laki-laki itu adalah orang yang sombong, makanya saya berkata: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan saya seperti Orang ini”. Dan sesungguhnya budak yang dituduh berzina dan mencuri itu sebenarnya ia tidak berzina dan tidak mencuri. Oleh karena itu saya berkata : “Ya Allah, jadikanlah saya seperti budak ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
.
Allah ta’ala berfirman: “Dan bersikap rendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hijr : 88)
Allah ta’ala berfirman: “Bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru kepada tuhannya di waktu pagi dan petang dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan jangan kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena hanya mengharapkan perhiasan dunia”. (QS. Al Kahfi: 28)
Allah ta’ala berfirman: “Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap pemintaminta janganlah kamu hardik atau dibentakbentak”. (QS. Adh Dhuha : 9 – 10)
Allah ta’ala berfirman: “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?”. Yaitu orang yang menghardik anak yatim dan tidak suka menganjurkan memberi makan kepada orang miskin”. (QS. Al Maa’un : 1 – 3)
- Dari Sa’ad bin Abi Waqas ra. ia berkata : “Ketika kami berenam duduk-duduk di sisi Nabi saw. tiba-tiba datang pemuka-pemuka kaum musyrikin berkata kepada Nabi saw : “Usirlah orang-orang ini dari sisimu agar tidak mengganggu pembicaraan kita”. Enam orang yang dimaksud yaitu : Saya sendiri, Ibnu Mas’ud, seorang dari suku Hudzail, Bilal dan dua orang yang tidak saya sebut namanya. Maka tergeraklah dalam hati Nabi saw. apa yang akan terjadi itu. Tiba-tiba Allah menurunkan ayat: WA LAA TATHRUDIL LADZIINA YAD’UUNA RABBAHUM BIL GHADAATI WAL ‘ASYIYYI YURIIDUUNA WAJHAHU (Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru kepada tuhannya di waktu pagi dan petang dengan mengharapkan keridhaanNya)”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. A’fidz bin Amr Al Muzanni (Dia termasuk kelompok orang yang mengadakan Baitur Ridhwan), bahwasanya Abu Sufyan datang kepada Salman, Suhaib, Bilal dan beberapa orang lainnya yang berada dalam suatu rombongan, tiba-tiba mereka berkata: “Sebenarnya pedang Allah belum selesai mengambil musuh-musuh Allah dalam misinya”. Maka Abu Bakar berkata: “Mengapa kamu berkata demikian kepada tokoh-tokoh terkemuka bangsa Quraisy ?”. Selanjutnya Abu Bakar menceritakan kejadian yang baru terjadi ini kepada Nabi saw. kemudian beliau bersabda: “Hai Abu Bakar, seandainya kamu memarahi mereka berarti kamu memarahi tuhanmu”. Abu Bakar segera mendatangi rombongan itu dan bertanya: “Apakah saya tadi memarahi kamu semua ?”. Mereka menjawab : “Tidak, semoga Allah mengampuni kamu semua. Hai saudara-saudaraku”. (HR. Muslim)
- Dari Sahl bin Saad ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Saya dan orang-orang yang menanggung anak yatim berada dalam surga.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan antara kedua jari itu. (HR. Bukhari)
4, Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Orang yang menanggung anak yatim baik dia itu saudara sendiri atau orang lain maka saya dan orang yang menanggungnya adalah dalam surga seperti dua jari ini”. Malik bin Anas ra. sebagai perawi hadits ini mengatakan bahwa beliau memberi isyarat pada jari telunjuk dan jari tengah”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. ra berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bukannya orang miskin itu yang tertolak dari satu dua biji kurma atau satu dua suap makanan, tetapi yang disebut miskin yaitu orang yang dapat menjaga kehormatan dirinya dari sifat meminta-minta”. (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bukanlah orang miskin itu orang yang berkeliling meminta-minta hingga tertolak dari satu atau dua biji kurma atau satu dua suap makanan, tetapi yang disebut orang miskin yaitu orang tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah terlintas dalam hatinya untuk mengharapkan sedekah dari orang lain serta tidak pernah meminta-minta kepada orang lain”.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Orang yang membantu seorang janda dan orang miskin bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah”. Dan saya berprasangka beliau bersabda: “Bahkan bagaikan orang yang selalu bangun shalat malam dan bagaikan orang yang berpuasa sepanjang masa (artinya tidak pernah berbuka)”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah (pesta makan) dimana di situ tidak diundang orang yang sangat butuh makanan itu dan diundang orang yang tidak berhajat padanya. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah berarti durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dikatakan : “Sejelek-jelek makanan yaitu makanan walimah yang di situ hanya diundang oranp orang kaya saja, dan orangorang miskin tidak diundangnya?.
- Dari Anas ya. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengasuh dua anak gadisnya sehingga menjadi dewasa, maka kelak di hari kramat saya dan dia bagaikan dua jari ini”. Beliau merapatkan dua jarijarinya”. (HR. Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Suatu ketika ada seorang perempuan dengan kedua anak perempuannya datang meminta-minta kepadaku, maka tiada sesuatu yang dapat saya berikan kecuali hanya satu biji kurma. Kemudian sebutir kurma itu saya berikan kepadanya. Perempuan itu membagi biji kurma itu menjadi dua untuk anak-anak gadisnya dan ia sendiri tidak memakannya, kemudian keluar. Kemudian Nabi datang dan saya beritahu tentang hal itu, maka Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang diuji oleh Allah dengan anak-anak perempuan, lalu dapat mengasuh dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya maka anak-anak perempuannya itu akan menjadi dinding /benteng baginya dari api neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Telah datang kepadaku seorang perempuan miskin dengan dua anak gadisnya, maka saya berikan kepadanya liga biji kurma. Orang perempuan itu membagi kurmanya satu satu untuk anak nya. Kemudian ketika perempuan atu akan makan kurma yang satu, mendadak diminta oleh kedua anak gadisnya, ia lalu membagi biji kurma yang akan dimakannya itu dan dibagi kepada kedua anaknya. Saya merasa kagum melihat prilaku perempuan itu. Lantas kejadian ini saya ceritakan kepada Rasulullah saw dan beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah telah menentukan baginya surga, atau Allah telah memerdekakannya dari api neraka lantaran perbuatan (kasih sayangnya itu)”. (HR Muslim)
- Dari Abu Syuraih Khuwailid bin Amr Al Khuza’i ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Ya Allah, sesungguhnya saya menganggap dosa bagi siapa yang menyia-nyiakan hak anak yatim dan wanita”. (HR. An Nasai)
- Dari Mus’ab bin Saad bin Abu Waqas ra. ia berkata: “Saad merasa dirinya seolaholah memiliki kelebihan dibanding orang di sekitarnya, maka Nabi saw. bersabda: “Bukankah pertolongan dan Rizqi yang kamu peroleh itu berkat adanya orang-orang lemah di sekitarmu”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Darda’ Uwaimur ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda “Carikanlah untukku (Nabi) orang-orang yang lemah, karena kamu mendapatkan pertolongan dan Rizqi adalah lantaran orang-orang miskin di sekitarmu”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman : “Dan bergaullah dengan wanita dengan cara yang baik”. (QS. An Nisa’ : 19)
Allah ta’ala berfirman: “Kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil terhadap istriistrimu walaupun kamu sangat berkeinginan untuk berbuat demikian. Oleh karena itu maka janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai sehingga membiarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri. Maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisa’ : 129)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Berpesan-pesan baiklah kamu terhadap wanita, sebab wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Maka kalau kamu paksa untuk meluruskannya dengan kekerasan maka pasti patah, dan jika kamu biarkan tentu akan tetap bengkok, makanya berpesan-pesan baiklah kamu semua kepada wanita”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Wanita itu bagaikan tulang rusuk yang bengkok. Jika kamu memaksanya dalam meluruskan, berarti akan mematahkannya. Dan jika kamu ingin bersenang-senang dengannya maka kamu bisa puas tetapi ia tetap bengkok”. –
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Tidak ada jalan bagimu untuk meluruskannya. Jika kamu hanya ingin bersenangsenang dengannya maka kamu bisa puas tetapi wanita itu tetap bengkok, dan jika kamu memaksa untuk meluruskannya berarti kamu mematahkannya. Dan patah itu berarti bercerai”.
- Dari Abdullah bin Zam’ah ra. bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw. berkhutbah dan beliau menyebutkan tentang unta (Yakni unta mukjizat Nabi Shalih) dan orang-orang yang membunuhnya. Beliau bersabda: “Ketika bangkit orang yang paling celaka dimana bangkit di antara mereka seorang algojo yang amat kejam dan disegani oleh kaumnya. Kemudian beliau melanjutkan khutbahnya, dan menyebut wanita, maka Nabi saw. bersabda : “Ada salah seorang dari kamu yang sengaja memukul istrinya bagaikan memukul budaknya. Kemudian kemungkinan pada malam hatinya dikumpulinya (tidur bersama)”. Kemudian beliau memberi nasehat kepada sahabat tentang mentertawakan orang kentut, dimana beftau bersabda , “Kenapa kamu semua mentertawakan sesuatu yang kamu sendiri juga melakukannya”. (IR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu membenci wanita (Mmukminat). Bila ia tidak suka suatu kelakuannya, pasti ada kelakuan lainnya yang memuaskannya”. (HR. Muslim)
- Dari Amr Al Ahwadh Al Jusyami ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. berkhutbah dalam haji wada’. Setelah membaca sanjungan dan pujian kepada Allah. Nabi saw. bersabda: “Ingatlah, berpesan-pesan baiklah kamu terhadap wanita sebab mereka itu memerlukan perlindunganmu. Kamu tidak boleh berlaku kejam sedikit pun kepadanya kecuali bila mereka (wanita) itu nyata-nyata berbuat kejahatan. Jika ia (wanita) berbuat jahat maka janganlah kamu temani tidur dan pukullah ia dengan pukulan yang tidak melukai. Dan jika ia berbuat baik kepadamu maka tiada jalan bagimu untuk berbuat keras kepadanya. Ingatlah, sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istrimu dan sebaliknya istrimu memiliki hak atas suaminya. Hak kamu atas mereka (wanita) yaitu mereka tidak boleh memasukkan orang lain yang tidak kamu senangi masuk ke kamarmu dan tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai masuk ke rumahmu. Sedangkan hak mereka atas kamu adalah kamu harus bergaul baik dengan mereka terutama member, pakaian dan makanan kepada mereka”. (HK At Turmudz1)
- Dari Muawiyah bin Haidah ra. ia berkata “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw. apakah hak seorang istri terhadap suaminya ?”. Beliau menjawab : “Kamu harus memberi makan jika kamu dapat makan, kamu harus memberinya pakaian jika kamu berpakaian dan kamu tidak boleh memukul wajahnya dan kamu tidak boleh menjelekkannya serta jangan kamu memborkotnya kecuali dalam rumah saja”. (HR. Abu Daud)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya”. (HR. At Tirmidzi)
- Dari Iyas bin Abdullah bin Abu Dzubab ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu memukul wanita”. Maka datang Umar kepada Rasulullah saw. dan berkata : “Kini banyak istri yang berani kepada suaminya Sehingga Rasulullah saw. mengizinkan memukul mereka”. Setelah itu mendadak rumah Rasulullah saw. telah dikerumuni oleh kaum wanita yang akan mengadukan perlakuan suaminya. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh telah banyak wanita yang mengerumuni rumah Muhammad untuk mengadukan kelakuan suaminya, maka suamisuami itu adalah suami yang tidak baik diantara kamu”. (HR. Abu Daud)
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah bersabda: “Dunia itu adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin bagi istri-istrinya. Oleh karena itu Allah melebihkan sebagian lakilaki atas sebagian wanita, dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian hartanya. Wanita shalihah yaitu wanita yang selalu taat kepada Allah dan memelihara dirinya sewaktu suaminya tidak ada, karena Allah telah memeliharanya”. (QS. An Nisa’ : 34)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Jika seorang suami mengajak istrinya untuk tidur bersama lalu ia (istrinya) menolak, kemudian suaminya marah kepada istrinya, maka Malaikat akan mengutuk istri itu sehingga pagi hari”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Jika seorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya, Maka ia akan dikutuk Malaikat hingga pagi hari”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggamannya, tiada suami mengajak istrinya untuk tidur bersama lalu istrinya menolak, melainkan makhluk yang berada di langit akan murka kepada istri itu sehingga suaminya meridhai”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tiada dihalalkan seorang istri berpuasa sunat sewaktu ada suami (di rumah), melainkan dengan izin suaminya. Dan juga tidak boleh istri mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya kecuali dengan izin Suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semuanya nanti akan dimintai pertanggung jawabannya tentang kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin pada keluarganya dan istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan anak-anaknya. Kamu semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya “. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Thalg bin Ali ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk bersetubuh maka harus segera memenuhinya walaupun ia sedang menjaga masakan di atas api”. (HR. At Turmudzi dan Nasai).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Seandainya aku diperbolehkan menyuruh seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku suruh seorang istri sujud kepada suaminya”. (HR. At Turmudzi). |
- Dari Ummu Salamah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Setiap istri yang meninggal dunia dan diridhai oleh suaminya maka ia masuk surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Muadz bin Jabal ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tiada seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya di akhirat yaitu bidadari yang sangat cantik itu akan berkata: “Janganlah kamu menyakitinya, semoga Allah mencelakakanmu, sebab dia bersamamu hanya sementara saja. Dan dia sebentar lagi akan meninggalkanmu dan akan kembali kepadaku (bidadari)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Usamah bin Zaid ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Tiada aku tinggalkan sesudah wafatku suatu fitnah (ujian) yang lebih berbahaya melebihi bahayanya fitnah laki-laki (suami) dari fitnah istri-istrinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Wajib bagi seorang ayah memberi nafkah dan pakaian kepada istriistrinya dengan cara yang baik” (QS. Al Bagarah : 233)
Allah ta’ala berfirman: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang sempit Rizqinya maka hendaklah memberi nafkah sesuai dengan Rizqi yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang kecuali apa yang telah Allah berikan kepadanya”. (QS. Ath Thalag : 7)
Allah ta’ala berfirman: “Apapun yang telah kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya”. (QS. As Saba’ : 39)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Satu dinar yang telah kamu dermakan pada jalan Allah dan satu dinar yang telah kamu sedekahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang telah kamu berikan kepada fakir miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluArqamu, yang terbesar pahalanya adalah satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluArqamu”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Abdillah (ada yang memanggilnya Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud, ia salah seorang pelayan Rasulullah saw. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik dinar adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, juga dinar yang digunakan untuk kendaraan dalam perjuangan di jalan Allah, dan dinar yang dibelanjakan untuk membantu kawan-kawan seperjuangannya di jalan Allah”. (HR Muslim)
- Dari Ummu Salamah ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw., apakah saya mendapatkan pahala jika saya memberi nafkah kepada putra-putra Abu Salamah, sebab saya tidak dapat membiarkan mereka begini dan begitu. Dan mereka juga sebagai putra-putraku”. Beliau menjawab: “Ya, kamu mendapat pahala terhadap apa saja yang telah kamu nafkahkan kepada mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Saad bin Abu Waqas ra. (sebagaimana yang telah kami jelaskan dalam hadits yang panjang di permulaan buku ini yaitu pada bab Niat), bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Sungguh, apa saja yang telah kamu nafkahkan dengan niat mencari keridhaan Allah niscaya akan mendapat pahala sehingga sampai apa yang telah kamu sediakan untuk makan istrimu (juga mendapat pahala)”. (HR. Bukahari dan Muslim)
- Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Apabila seseorang memberi nafkah kepada keluarganya dengan mengharapkan pahala, maka tercatat baginya sebagai sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim) .
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Cukuplah seseorang itu berdosa kalau ia mengabaikan orang-orang yang harus diberi belanja”. (HR. Abu Daud dan lainnya)
Dalam kitab shahihnya, Muslim menyebutkan sebuah hadits yang semakna dengan itu, dimana beliau bersabda: “Seseorang itu cukup berdosa kalau ia menahan makanan orang yang menjadi tanggungan membelanjainya”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Setiap pagi ada dua Malaikat turun kepada seseorang, dimana yang satu berdoa : “Ya Allah, berikan ganti pada orang yang telah menafkahkan hartanya”, dan Malaikat yang satu lagi berdoa: “Ya Allah, berikan pada orang yang kikir itu kemusnahan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Dan dahulukan dalam pemberianmu orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang diambil dari kelebihan kekayaan. Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan memelihara kehormatannya, dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup, maka Allah akan mencukupinya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Tiadalah kamu semua sampai tingkat kebaikan yang sempurna sebelum kamu mendermakan harta yang kamu senangi”. (QS. Ali Imran: 92) –
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, dermakanlah sebagian hasilmu yang baik-baik dan dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu serta janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu dermakan”. (QS. Al Bagarah: 267)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Abu Thalhah adalah seorang sahabat Anshar yang paling kaya dengan pohon kurmanya di Madinah. Diantara banyak kebun yang dimilikinya, kebun Bairuha’ yang dekat dengan Masjid adalah yang paling disukainya. Dan Rasulullah saw. sering masuk kebun itu dan minum air bersih yang berada di dalamnya”. Anas ra. berkata: “Ketika turun ayat : LANTANAALUL BIRRA HAITA TANFIOUU MIMMAA TUHIBBUUN (Tiadalah kamu semua sampai tingkat kebaikan yang sempurna sebelum kamu mendermakan harta yang kamu senangi) maka datanglah Abu Thalhah kepada Rasulullah saw. dan. berkata : “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya Allah telah berfirman : Lantanaalul birra hatta tunfigu mimmaa tuhibbuun. Dan sesungguhnya harta yang paling kusenangi adalah Bairuha’ maka kebun Bairuha’ itu saya sedekahkan karena Allah dan saya berharap semoga menjadi tabunganku di sisi-Nya. Pergunakanlah va Rasulullah saw. sesuai dengan petunjuk Allah kepadamu”. Rasulullah saw. bersabda: “Bagus sekali Abu Thalhah, itulah harta benda yang menguntungkan, dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan itu, sedangkan menurut hemuatku akan lebih baik lagi jika kau sedekahkan kepada keluArqamu terdekat”. Maka Abu Thalhah berkata: “Baiklah ya Rasulullah saw. akan aku laksanakan anjuranmu itu dengan sebaik-baiknya”. Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikan kebun itu kepada sanak famili terdekat dan saudara sepupunya”. (HR. Bukhari dan Muslim) “
Allah ta’ala berfirman: “Suruhlah keluArqamu untuk menegakkan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya”. (QS. Thaha: 123)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluArqamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (QS. At Tahrim : 6)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Hasan bin Ali mengambil sebiji kurma dari sedekah dan ia masukkan ke dalam mulutnya, maka Rasulullah saw. bersabda: “Ikh, ikh (jijik), buanglah kurma itu. Tidakkah kamu mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hafs Umar bin Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad, anak tiri Rasulullah saw. berkata: “Ketika saya masih kecil’di mana saya dalam asuhan Nabi saw., sering saya berganti-ganti tangan ketika mengambil makanan di piring maka Rasulullah saw. bersabda kepada saya: “Ya Ghulam, bacalah Basmalah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari apa yang dekat padamu”. Maka demikianlah cara makan saya setelah itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Kamu semua adalah pemimpin. Dan kamu semua akan dimintai pertanggung jawabannya tentang kepemimpinannya”. Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin terhadap harta majikannya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Kamu semua adalah pemimpin dan kelak kamu akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Amr bin Syua’aib, dari ayahnya, dari kakeknya ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Surulah shalat pada anak-anakmu jika sudah berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat jika telah berusia sepuluh tahun. Dan pisahkan anak lakilaki dari anak perempuan dalam tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Tsurayyah Sabrah bin Ma’bad Al Juhanni ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Ajarkanlah shalat pada anakanakmu jika sudah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika mereka meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Dalam riwayat Abu Daud yang lain dikatakan: “Suruhlah anak mengerjakan shalat jika telah berusia tujuh tahun”.
Allah ta’ala berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu sekali-kali menyekutukanNya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah kamu kepada kedua orang tua, sanak kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan kepada hamba sahayamu”. (QS. An Nisa’ : 36). .
- Dari Ibnu Umar dan Aisyah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Malaikat Jibril selalu berpesan kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan diberi hak waris”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Hai Abu Dzar, bila kamu memasak makanan berkuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikan tetanggamu”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain, dari Abu Dzar ia berkata: “Sesungguhnya saya dipesan kekasih saya (yakni Rasulullah saw.) :”Jika engkau memasak kuwah maka perbanyaklah airnya lalu perhatikan tetangga-tetanggamu dan berilah mereka dengan selayaknya”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman”. Ada seseorang yang bertanya : “Siapakah orang yang tidak beriman itu, ya Rasulullah saw. ?”. Beliau menjawab : “Yaitu orang yang membuat tidak aman tetangganya karena gangguannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Hai wanita Islam, janganlah kamu merasa hina kalau akan memberi sedekah kepada tetangga sekalipun hanya berupa kikil kambing”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah menolak tetangga pada tetangga lainnya yang akan menancapkan kayu di temboknya. Kemudian Abu Hurairah berkata: “Mengapa kamu mengabaikan keterangan ini ?“”. Demi Allah, saya akan memikulkan tanggung jawab atas ajaran Nabi saw. ini di bahumu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau kalau tidak bisa berkata baik, hendaklah diam”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Syuraih Al Khuzai ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berbuat baik kepada tetangganya, Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik, dan kalau tidak bisa maka hendaklah diam”. (HR. Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw., saya mempunyai dua tetangga, maka kepada tetangga yang mana saya harus memberi sedekah ?”. Beliau menjawab : “Kepada tetangga yang pintunya lebih dekat dengan kamu”. (HR. Bukhari)
- Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap temannya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya”. (HR. At Turmudzi)
Allah ta’ala berfirman: “Sembahlah Allah, dan janganlah kamu sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah kamu kepada kedua orang tua, sanak kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat dan ibnu sabil serta hamba sahaya”. (QS. An Nisa’ : 36)
Allah ta’ala berfirman: “BerTaqwalah kamu semua kepada Allah yang kamu memohon dengan asma-Nya dan peliharalah hubungan silaturrahim”. (QS. An Nisa’ : 1)
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menghubungi (menyambung) apa-apa yang telah diperintahkan Allah, supaya dihubungi”. (QS. Ar Ra’du : 21)
Allah ta’ala berfirman: “Kami telah mewajibkan manusia untuk berbuat baik kedua orang tuanya”. (QS. Al Ankabut : 8)
Allah ta’ala berfirman: “Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kecuali Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaikbaiknya. Bila salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu sekalikali mengatakan kepada keduanya perkataan “Hus” dan jangan pula kamu membentak mereka dan berkatalah kepada mereka dengan perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang, dan ucapkanlah: “Ya Tuhanku, sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah mendidik saya waktu kecil” (QS. Al Isra’ : 23 – 24).
Allah ta’ala berfirman: “Kami telah mewajibkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun, maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu”. (QS. Luqman :14).
- Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata: “Saya bertanya kepada Nabi saw.: “Amal apakah yang paling disukai oleh Allah?”. Beliau menjawab : “Melakukan shalat pada waktunya”. Saya bertanya: “Kemudian apa lagi?”. Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Saya bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”. Beliau menjawab: “Berjuang fi sabilillah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang anak yang dapat membalas budi baik kedua orang tuanya, kecuali jika mendapatkan orang tuanya menjadi budak lalu dibelinya dan dibebaskannya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah menjaga hubungan persaudaraan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik atau kalau tidak, maka diamlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, dan ketika telah selesai maka bangkitlah Rahim dan berkata: “Di sinilah tempat berlindung kepada-Mu dari putus ikatan”. Allah berfirman: “Ya”. Apakah kamu belum puas bila Aku menyambung orang yang telah menyambungmu dan memutus orang yang telah memutus hubunganmu ?”. Jawab Rahim (tali persahabatan): “Baiklah”. Allah berfirman: “itulah bagianmu”. Lalu Rasulullah saw. bersabda. “Coba becalah ayat : FAHAL ‘ASAITUM IN TAWALLAITUM AN TUFSIDUU FIL ARDHI WA TUQATHTHI’ ARHAAMAKUM. ULAAIKALLADZIINA LA’ANAHUMULLAAHU FA ASHAMMAHUM WA A’MAA ABSHAARAHUM (Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan persaudaraan. Mereka itulah yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. (HR. Bukhari, Muslim)
Dalam riwayat Bukhari yang lain dikatakan: “Allah berfirman: “Barangsiapa yang menyambungmu maka Aku akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan hubungan dengan kamu maka Aku akan memutuskannya”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Datanglah seseorang kepada Nabi saw. dan bertanya : “Ya Rasulullah saw., Siapakah orang yang berhak aku pergauli dengan sebaik-baiknya?”. Beliau menjawab: “Ibumu”. Kemudian siapa ? Jawab Nabi saw: “Ibumu”. Kemudian siapa? Jawab Nabi saw. : “Ibumu”. Kemudian siapa lagi?. Nabi saw. menjawab : “Ayahmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : “Ya Rasulullah saw. siapakah yang paling berhak saya pergauli dengan sebaik-baiknya ?”. Beliau menjawab: “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu. Setelah itu yang lebih dekat dengan kamu”.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka dan hina orang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satunya sampai usia lanjut tetapi ia tidak maSuk surga”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ada seseorang bertanya: “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya saya mempunyai kerabat dan saya menghubungkan tali persaudaraan dengan mereka tetapi mereka tetap memutuskan tali persahabatan dengannya. Saya berbuat baik kepada mereka tetapi mereka malah berbuat jahat kepada saya. Saya selalu sabar terhadap mereka tetapi mereka malah suka mengganggu”. Beliau menjawab: “Kalau benar apa yang telah kamu katakan itu. Maka seolah-olah kamu menelankan abu kepada mereka. Dan Allah akan selalu memberi pertolongan kepadamu selagi kamu masih berbuat yang demikian”. (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan Rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung sanak famili”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Abu Thalhah adalah seorang sahabat anshor yang paling kaya dengan pohon kurmanya di Madinah. Diantara banyak kebun yang dimilikinya, kebun Bairuha’ yang dekat dengan Masjid adalah yang paling disukainya. Dan Rasulullah saw. sering masuk kebun itu dan minum air bersih yang berada di dalamnya”. Anas ra. berkata : “Ketika turun ayat: LAN TANAALUL BIRRA HATTA TUNFQOUU MIMMAA TUHIBBUUN (Tiadalah kamu semua sampai tingkat kebaikan yang sempurna sebelum kamu mendermakan harta yang kamu senangi) maka datanglah Abu Thalhah kepada Rasulullah saw. dan berkata : “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya Allah telah berfirman: “Lan tanaalul birra hatta tunfiguu mimmaa tuhibbuun. Dan sesungguhnya harta yang paling aku senangi adalah Bairuha’ maka kebun Bairuha’ itu aku sedekahkan karena Allah dan saya berharap semoga menjadi tabunganku di sisi-Nya. Pergunakanlah ya Rasulullah saw. sesuai dengan petunjuk Allah kepadamu”. Rasulullah saw. bersabda: “Bagus sekali Abu Thalhah, itulah harta benda yang menguntungkan, dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan itu, sedangkan menu-rut hematku akan lebih baik lagi jika kau sedekahkan kepada keluArqamu yang terdekat”. Maka Abu Thalhah berkata : “Baiklah ya Rasulullah saw. akan kulaksanakan ajaranmu itu dengan sebaik-baiknya”. Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikannya (kebun itu) kepada sanak familinya yang terdekat dan saudara sepupunya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata : “Ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan berkata : “Saya berbaiat kepadamu, ya Rasulullah saw. untuk berhijrah dan berjihad dengan mengharapkan pahala dari Allah”. Maka Rasulullah saw. bertanya: “Apakah diantara orang tuamu masih ada yang hidup?”. Orang itu menjawab : “Ya, kedua-duanya masih hidup”. Beliau bertanya lagi: “Akankah kamu . mengharap pahala dari Allah semata?”. Orang itu menjawab: “Ya”, Nabi saw. bersabda “Pulanglah temui kedua orang tuamu dan layanilah mereka dengan sebaik-baiknya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ada seseorang datang minta ijin ikut berjihad, maka Nabi saw. bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”. Orang itu menjawab: “Ya masih hidup”. Lantas beliau bersabda: “Pada mereka sajalah kamu berjihad”.
- Dari Abdillah bin Amr bin Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Bukan disebut menyambung tali persaudaraan itu, seseorang yang membalas hubungan kebaikan. Tetapi orang yang menyambung persaudaraan adalah orang yang apabila sanak keluarganya memutuskan hubungan maka ia tetap menyambungnya”. (HR. Bukhari)
- Dari Aisyah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Tali persaudaraan itu tergantung di Arsy”, ia berkata : “Barangsiapa menghubungi aku, maka Allah akan menghubunginya dan siapa yang memutuskan hubungan dengan aku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ummul Mukminin Maimunah binti Harits ra. bahwasanya ia memerdekakan budak perempuannya tanpa ijin kepada Nabi saw. Maka ketika giliran Nabi saw. bermalam padanya, ia berkata : “Ya Rasulullah saw. apakah tuan tahu bahwa saya telah memerdekakan budak saya?”. Beliau bertanya : “Apakah kamu sudah melakukannya?”. Maimunah ra. menjawab: “Ya”. Maka Nabi saw. bersabda : “Andaikata kamu berikan kepada keluarga bibimu, niscaya lebih besar pahala yang kamu peroleh” (HR. Bukhari dan Muslim) “
- Dari Asma binti Abu Bakar Ash Shiddiq ra. ia berkata : “Ibuku yang masih kafir datang kepadaku di masa Rasulullah. Maka sava bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ibuku datang dengan mengharapkan agar aku berhubungan baik, bolehkah. aku menghubungi dia?”. Beliau menjawab: “Boleh”. Hubungilah ibumu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Zainab Ats Tsaqafiyah istri Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw: bersabda: “Hai kaum wanita, bersedekahlah kamu walaupun dari perhiasanmu”. Zainab berkata : “Saya pulang menemui Abdullah bin Mas’ud (Suamiku) dan berkata: “Sesungguhnya engkau orang tidak mampu, dan Rasulullah saw. menyuruh kami untuk bersedekah. Coba datang dan tanyakan kepada beliau bila boleh saya akan bersedekah kepadamu dan kalau tidak boleh akan saya berikan kepada orang selam kamu”. Abdullah berkata: “Tanyakan sendiri saja”. Maka saya datang ke tempat Rasulullah saw. dan di sana ada seorang wanita Anshor yang mau menanyakan permasalahan yang sama, Rasulullah saw. telah mendapatkan firasat, maka keluarlah Bilal menemui kami berdua dan kami pun berkata: “Beritahukan kepada Rasulullah saw. bahwa ada dua perempuan mau bertanya, bolehkah bersedekah kepada suami dan anak-anak yatim yang dipeliharanya, tetapi jangan diberitahu siapa kami”. Bilal lantas masuk dan menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. maka beliau bertanya: “Siapa dua wanita Anshor itu?”. Bilal menjawab: “Seorang wanita Anshor dan Zainab”. Beliau bertanya lagi: “Zainab yang mana?”. Bilal menjawab: “Zainab istri Abdullah. Kemudian Nabi saw. bersabda: “Bagi keduanya (dua wanita) dua pahala yaitu pahala sedekah dan pahala membantu keluarga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Sufyan Shakhr bin Harb ra. di dalam hadits yang panjang mengenai cerita Hiraklius dikatakan bahwa Hiraklius bertanya kepada Abu Sufyan: “Apa yang diperintahkan oleh Nabi saw. kepadamu ?”. Abu Sufyan menjawab: “Beliau menyuruh kami menyembah kepada Allah Dzat Yang Maha Esa, dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, dan meninggalkan kepercayaan-kepercayaan nenek moyang kami. Dan kami diperintahkan untuk melaksanakan shalat, berkata jujur, menjaga diri dan menyambung tali persaudaraan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Kamu semua akan membuka suatu kota yang terkenal dengan sebutan Qirath (Mesir)”. Dalam riwayat lain dikatakan : “Kamu semua akan menaklukkan kota Mesir yaitu suatu tempat yang disebut Al Oirath. Maka berpesan baiklah kepada penduduknya sebab diantara mereka ada yang harus dilindungi dan ada yang masih termasuk famili”. Dalam riwayat lain dikatakan : “Bila kamu menaklukkannya maka berbuat baiklah kepada warganya sebab diantara mereka ada yang harus dilindungi dan ada yang masih termasuk famili”, atau Nabi saw. bersabda: “Ada yang harus dilindungi dan termasuk mertua”. (HR. Muslim)
Para ulama mengatakan: Bahwa yang dimaksud dengan “famili’ adalah Ibu Hajar ibu dari Nabi Ismail as. itu berasal dari kelompok mereka. Dan yang dimaksud “Mertua” adalah Mariyah Ibu Nabi Ibrahim putra Rasululullah saw. adalah berasal dari kelompok mereka”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ketika turun ayat: WA ANDZIR ‘ASYIIRATAKAL AQRABIIN (Dan peringatkanlah sanak kerabatmu yang dekat-dekat), maka Rasulullah saw. memanggil kaum Quraisy secara umum dan khusus dan berkumpullah mereka, serta beliau berseru. “Hai Bani Ka’ab bin Luayyi, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai Bani Hasyim, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai Bani Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Hai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka, Sesungguhnya. Aku tidak mampu membela dirimu dari siksa Allah sedikitpun, hanya saja aku mempunyai hubungan kerabat dengan kamu semua maka aku akan mengadakan hubungan dengan sebaik-baiknya”. (HIR. Muslim)
- Dari Abu Abdullah Amr bin Ash ra. ia berkata: “Saya telah mendengar sendiri dengan jelas sekali bahwa Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya keluarga si Fulan bukanlah orang yang kukasihi. Ketahuilah, bahwa yang aku kasihi adalah Allah dan orang-orang mukmin yang shalih, namun mereka ada hubungan famili yang akan saya pelihara kebaikannya dan hubungannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid Al Anshari ra. bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya: “Ya Rasulullah saw. beritahukan kepadaku suatu amal yang dapat memasukkanku kedalam surga”. Nabi saw. menjawab: “Hendaknya kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan menghubungi sanak famili”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Salman bin Amir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Jika salah seorang dari kamu berbuka maka hendaklah berbuka dengan kurma karena kurma itu mengandung berkah, dan bila tidak ada kurma maka berbukalah dengan minum air sebab ia itu sua” Dan juga beliau bersabda: “Memberi sedekah kepada orang miskin itu hanya sedekah sekali saja, se. dangkan sedekah kepada sanak famili itu mengandung dua macam keutamaan yaitu mendapat pahala sedekah dan menyambung sanak famili”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata : “Saya mempunyai istri yang saya cintai, tetapi Umar (ayah saya) membenci kepadanya. Maka ta menyuruh saya untuk menceraikannya, dan saya menolak”. Maka Umar (ayah saya) itu memberitahukan hal ini kepada Nabi saw. kemudian Nabi saw. bersabda: “Ceraikanlah istrimu itu”. (HR. Abu Daud dan At Tumudzi)
- Dari Abu Darda’ ra. bahwasanya ada orang datang kepadanya dan berkata: “Sesungguhnya saya mempunyai istri dan ibuku menyuruh saya untuk menceraikannya”. Lalu Abu Darda’ berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Orang tua itu bagaikan pintu surga yang paling tengah. Maka terserah kamu, apakah kamu buang pintu surga itu atau kamu menjaganya”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Bibi (saudara ibu) itu sama dengan kedudukan ibu”. ( HR. At Turmudzi )
sebenarnya masih banyak hadits shahih yang menjelaskan masalah ini tetapi agar tidak ‘ mempertebal buku ini maka tidak semua kami cantumkan dan hanya kami cantumkan yang penting-penting saja yaitu hadits dari Amr bin Abasah ra. yang diantara bunyinya sebagai berikut:
Artinya : “Saya datang kepada Nabi saw. di Mekkah, yaitu di awal kenabian, maka saya . bertanya: “Apakah jabatan tuan?”. Beliau menjawab: “Nabi”. Saya bertanya lagi: “Apakah Nabi itu?”. Beliau menjawab : “Allah mengutus Aku”. Saya bertanya: “Untuk apa tuan diutus ?”. Beliau menjawab: “Allah mengutus aku untuk menyambung tali persaudaraan, menghancurkan berhala dan meng-Esakan Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. (Hadits ini masih ada lanjutannya)
Allah ta’ala berfirman: “Maka apakah “kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ?”. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. (QS. Muhammad : 22-23)
Allah ta’ala berfirman : “Orang-orang yang merusak janji Allah SWT. setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa yang telah diperintahkan Allah untuk menyambungnya dan mengadakan kerusakan di bumi. Mereka itulah yang memperoleh laknat (kutukan) dan sejelek-jelek tempat”. (QS. Ar Ra’du : 25)
Allah ta’ala berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sampai lanjut usia dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah” dan janganlah kamu membentaknya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhan kami, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Isra 23-24)
- Dari Abu Bakrah Nufa’i bin Harits ra. ta berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kamu saya beritahukan tentang tiga dosa yang sangat besar?”. Kami menjawab : “Baiklah, ya Rasulullah saw.”. Beliau bersabda: “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”. Semula Nabi saw. bersandar, kemudian beliau duduk tegak sambil bersabda: “Ingatlah, perkataan bohong dan saksi palsu”. Nabi saw. selalu mengulang-ulang sehingga kami berkata : “Semoga beliau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Dosa-dosa besar itu meliputi: menyekutukan Allah SWT. durhaka kepada orang tua, membunuh manusia dan sumpah palsu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Diantara dosadosa besar adalah seseorang yang memaki orang tuanya”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah saw., apakah ada orang yang mencaci-maki orang tuanya ?”. Beliau menjawab : “Ada yaitu ia memaki ayah orang lain lalu orang itu membalas memaki ayahnya, dan ia memaki ibu orang lain lalu dibalas orang itu memaki ibunya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya sebesar-besar dosa ialah seseorang yang mengutuk kedua orang tuanya”. Ada orang bertanya: “Ya Rasulullah saw. mana mungkin ada orang mengutuk ayah ibunya?”. Beliau menjawab: “Ia memaki ayah orang lain, lalu orang itu membalas memaki ayahnya, dan ia memaki ibu orang lain lalu dibalas orang itu memaki ibunya”.
- Dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan sanak famili”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Isa Al Mughirah bin Syu’bah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah mengharamkan kamu menyakiti para ibumu, mengabaikan kewajiban, menuntut sesuatu yang bukan haknya dan membunuh anak perempuan dengan menanam hidup-hidup. Juga Allah sangat benci kepadamu yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan, memboroskan harta”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Sebaik-baik kebaikan adalah menyambung tali persaudaraan teman ayahnya”.
- Dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar ra. bahwasanya ia bertemu dengan seorang laki-laki Badui di tengah-tengah perjalanan menuju Makkah, maka Abdullah bin Umar memberi salam dan mempersilahkan Badui itu mengendarai keledainya serta memberikan surban yang dipakainya”. Abdullah bin Dinar berkata kepada Abdullah Umar: “Semoga Allah menambah kebaikan bagimu, karena sesungguhnya orang Badui itu senang sekali jika diberi walaupun hanya sedikit”. Abdullah bin Umar berkata: “Ayah dari orang Badur ini dahulu adalah sahabat akrab Umar bin Khattab ra. (ayahku), dan saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik kebajikan adalah menyambung tali persaudaraan teman ayahnya”.
Dalam riwayat lain dikatakan : Dari Ibnu Dinar, dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Ibnu Umar bila pergi ke Makkah, selalu membawa keledai di samping unta sebab apabila ia merasa jemu mengendarai unta, maka ia mengendarai keledainya, serta selalu mengenakan surban di kepalanya. Pada suatu hari ketika ia sedang mengendarai keledainya, mendadak bertemu dengan orang Badui, maka ia bertanya: “Bukankah kamu Fulan bin Fulan ?”. Jawab Badui itu: “Benar”. Lantas Ibnu Umar memberikan keledainya pada Badui itu sambil berkata: “Naikilah keledai ini”, dan juga memberikan surbannya seraya berkata: “Pakailah surban ini di kepalamu”. Maka teman-teman Ibnu Umar berkata: “Semoga Allah mengampuni kepadamu dimana kamu telah memberi keledai yang biasa kamu pergunakan untuk cadangan dan sebuah surban yang sering kamu pakai di kepalamu ‘. Ibnu Umar lalu berkata: “Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sebaikbaik kebajikan adalah orang yang menyambung tali persaudaraan keluarga teman ayahnya seteJah ayahnya meninggal dunia. Dan ayah arang ini adalah kenalan/teman (ayahku) Umar”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As Saidi ra. ia berkata: “Ketika kami duduk di sisi Rasulullah saw. tiba-tiba datang seorang lakilaki dari Bani Salimah dan bertanya: “Ya Rasulullah saw. apakah ada kebaikan yang bisa saya lakukan setelah kedua orang tua meninggal dunia sebagai tanda berbakti kepadanya ?”. Beliau menjawab: “Ya, masih ada yaitu menshalatinya, memintakan ampun untuk keduanya, melaksanakan janji-janjinya setelah keduanya meninggal dunia, menyambung tali persaudaraan yang tidak dapat dihubungi kecuali dengan keduanya dan memuliakan teman-teman ayah ibunya”. (HR. Abu Daud)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya tidak pernah merasa cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi saw. kecuali pada Khadijah ra. padahal saya tidak pernah bertemu dengannya sama sekali, tetapi Nabi saw. sering menyebutnyebutnya, bahkan adakalanya beliau menyembelih kambing dan memotong beberapa potong untuk dikirimkan kepada teman-temannya Khadijah sehingga saya pernah berkata: “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita kecuali Khadijah”. Maka dijawab oleh Nabi saw.: “Sesungguhnya Khadjjah itu begini-begini, selain itu saya telah mendapatkan anak daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : “Bila beliau menyembelih kambing, maka beliau selalu memberi teman-teman Khadijah apa-apa yang diinginkan”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Jika beliau menyembelih kambing, maka Beliau bersabda : “Kirimlah teman-teman baik Khadijah”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Pada suatu hari Halah binti Khuwailid (saudara perempuan Khadijah) minta izin masuk ke rumah Rasulullah saw. Sewaktu Rasulullah saw. mendengar suaranya, tiba-tiba merasa terharu karena teringat Khadijah sehingga beliau bersabda : “Ya Allah, inilah Halah binti Khuwailid”.
- Dari Anas bin Malik ra. ia berkata: “Saya keluar dalam suatu perjalanan bersama Jarir Ibnu Abdullah Al Bajali ra. maka ia selalu melayani saya. Maka saya berkata : “Janganlah kamu berbuat seperti itu”. Ia menjawab : “Sesungguhnya saya melihat sahabat anshar selalu membantu Rasulullah saw. dalam segala hal, maka saya bersumpah kepada diriku untuk tiadalah berkawan dengan salah seorang sahabat anshar kecuali saya harus melayaninya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa-dosa dari kamu semua, hai ahlul bait (keluarga Nabi saw.) dan membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya”. (QS. Al Ahzab : 33)
Allah ta’ala berfirman : “Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari keTaqwaan hati”. (QS. Al Hajj: 32)
- Dari Yazid bin Hayyan ia berkata: “Saya bersama Hushain bin Sairah dan Amr bin Muslim pergi ke rumah Zaid bin Arqam ra. dan setelah kami duduk, Hushain berkata: “Ya Zaid,’sungguh kamu telah mendapatkan keuntungan besar dimana kamu bertemu dengan Rasulullah saw., kamu mendengar haditsnya, kamu perang bersamanya dan kamu shalat di belakangnya. Sungguh, kamu benar-benar beruntung. Oleh karena itu, coba ceritakan kepadaku apa-apa yang telah kamu dengar dari Rasulullah saw.”. Zaid menjawab: “Hai kemenekanku, demi Allah usiaku sudah lanjut dan sudah lama ditinggalkan oleh beliau serta aku telah lupa sebagian yang aku dengar dari Rasulullah saw. Karena itu apa yang saya ceritakan terimalah, dan yang tidak saya ceritakan jangan kamu memaksa kepadaku”. Kemudian Zaid berkata :“Pada suatu hari Rasulullah saw. berkhutbah di tempat bernama Khum, yaitu tempat yang berada antara Mekkah dan Madinah Setelah memuji dan menyanjung Allah serta memberi nasehat dan peringatan, beliau bersabda: “Kemudian sesudah itu, ketahuilah hai manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa yang mungkin hampir didatangi oleh utusan Tuhanku (Izrail), maka saya harus pergi meninggalkan kamu. Dan saya meninggalkan pada kamu dua amanat yang berat. Yang pertama yaitu Kitabullah yang mengandung petunjuk dan cahaya penerangan, maka berpegang teguhlah kamu dengan kitabullah dan ambillah hukum daripadanya”. Beliau selalu menganjurkan untuk tetap berpegang teguh pada kitabullah. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda lagi: “Dan ahli, baitku (keluargaku). Aku memperingatkan kamu semua kepada Allah tentang ahli baitku. Dan ahli keluargaku. Aku memperingatkan kamu semua kepada Allah tentang ahli baitku”. Hushain bertanya kepada Zaid: “Hai Zaid, siapa ahli bait beliau ?”. Bukankah istri-istri beliau itu juga ahli bait beliau ?”. Zaid menjawab: “Istriistri beliau adalah ahli baitnya, tetapi ahli bait yang dimaksud adalah orang-orang yang diharamkan menerima sedekah sesudah beliau wafat”. Hushain bertanya: “Siapakah mereka itu ?”. Zaid menjawab : “Mereka itu adalah keturunan Ali, Aqil, Ja’far dan Abbas”. Hushain bertanya lagi : “Apakah semuanya itu diharamkan menerima sedekah?”. Zaid menjawab : “Benar”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ingatlah ! saya meninggalkan kepadamu dua hal yang berat. Salah satunya adalah kitabullah, yaitu sebagai tali pegangan yang menuju kepada Allah. Barangsiapa yang mengikutinya pasti akan mendapat petunjuk, dan siapa yang meninggalkannya maka ia benar-benar dalam kesesatan”.
- Dari Ibnu Umar ra. dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra. ia berkata: “Jagalah kehormatan Nabi Muhammad saw. dengan cara memuliakan ahli baitnya”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah : “ApaKah sama orang-orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui ?“. Sesungguhnya hanya orang yang berakal saja yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az Zumar : 9)
- Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Badri Al Anshari ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Yang berhak menjadi imam dari suatu kaum adalah yang paling baik dari mereka dalam membaca kitab Allah. Bila dalam kepandaian membaca kitab Allah (Al Qur’an) sama, maka dipilih yang paling mengerti tentang sunah Nabi saw. Bila mereka sama mengertinya tentang sunah Nabi saw. maka dipilih yang paling dahulu hijrah. Dan jika dalam hal lamanya berhijrah sama maka dipilih yang paling tua diantara mereka. Dan janganlah kamu menjadi imam di tempat kekuasaan orang lain, serta janganlah kamu menduduki tempat kehormatan orang lain kecuali mendapat izinnya”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain, oleh Muslim dikatakan : “Maka (dipilih) yang paling dahulu masuk Islam (mengganti yang paling tua)“. –
Dalam riwayat lain dikatakan : “Yang berhak menjadi imam dari suatu kaum adalah yang paling baik dalam membaca kitab Allah (Al Qur’an). Didahulukan yang paling dulu pandai membaca kitab Al Qur’an. Bila mereka sama dalam hal membaca Al Qur’an, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dulu berhijrah. Dan bila mereka sama lamanya dalam berhijrah maka yang berhak menjadi imam diantara mereka adalah yang paling tua usianya”.
- Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Badri Al Anshari ra. ia berkata : “Rasulullah saw. sering meratakan bahu-bahu kami ketika akan shalat sambil bersabda: “Sama dan ratakanlah, dan janganlah kamu membeda-bedakan karena kalau kamu membeda-bedakan niscaya hatimu pun akan berbeda-beda. Dan hendaknya mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai-pandai, lalu orangorang yang dibawahnya, dan orang-orang yang dibawahnya lagi”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Hendaknya mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai-pandai, lalu orang-orang yang di bawah mereka”, beliau mengulanginya sampai tiga kali. Dan janganlah kamu berdesak-desakan, bercampur baur sepeiti orang-orang pasar”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Yahya, ada yang menyebutnya Abu Muhammad Sahl bin Abu Hatsmah Al Anshari ra. ia berkata: “Abdullah bin Sahl dan Muhayyisah bin Mas’ud pergi ke daerah Khaibar pada masa damai dan kemudian mereka berdua berpisah. Lalu pada saat Muhayyishah datang ke tempat Abdullah bin Sahl, mendadak didapatkan Abdullah bin Sahl telah meninggal dunia berlumuran darah, maka Muhayyishah langsung menanamnya. Setelah itu ia pergi ke Madinah. Kemudian Abdur Rahman, Muhayyishah dan Huwayyishah ibnu Mas’ud bertiga datang kepada Nabi saw. dan mau memberitahukan tentang kejadian itu. Dan ketika Abdur Rahman bin Sahl akan berbicara, maka Nabi saw. bersabda : “Kabbir, Kabbir (yang lebih tua, yang lebih tua dulu berbicara)”, karena Abdur Rahman bin Sahl – ketika itu adalah orang yang termuda maka ia diam sehingga Muhayyishah dan Huwayyishah berbicara menceritakan tentang kejadian yang baru saja terjadi. Beliau lantas bersabda: “Apakah kamu berani bersumpah dan menuntut hak kepada orang yang membunuhnya”. (HR. Muslim)
- Dari Jabir ra. bahwasanya Nabi saw. mengumpulkan dua orang yang mati terbunuh dalam perang. Uhud, maksudnya tempat penguburannya (dijadikan satu), lalu beliau bersabda: “Mana diantara keduanya yang lebih banyak mengerti tentang Al Qur’an. Maka ketika ada seseorang yang menunjuk pada salah Satunya maka beliau mendahulukan orang yang lebih banyak mengerti Al Qur’an itu ke dalam lahad”. ( HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Saya bermimpi seolah-olah saya menggosok gigi (bersiwak), mendadak datang dua orang yang salah satunya lebih besar maka saya berikan kayu siwak itu kepada orang yang kecil, lantas ada seseorang yang menegurku : “Berikan kepada yang lebih besar”. ‘ Maka saya pun akhirnya memberikan kepada yang lebih besar diantara keduanya”. (HR. Muslim dengan musnad, dan Bukhari dengan ta’lik)
- Dari Abu Musa ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Termasuk mengagungkan Allah SWT. adalah memuliakan orang Islam yang lebih tua, dan orang yang pandai Al Qur’an yang tidak berlebih-lebihan dan tidak mengabaikannya, serta memuliakan penguasa yang adil”. (HR. Abu Daud)
- Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak mengasihi orang yang lebih muda dan tidak menghormati orang yang lebih tua di antara kita”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi) Dalam riwayat Abu Daud yang lain dikatakan: “Hak orang yang lebih tua di antara kita”.
- Dari Maimun bin Abu Syabib bahwasanya Aisyah ra. dimintai oleh seorang pemintaminta, maka diberinya sepotong roti. Tak lama kemudian datang seorang peminta-minta lagi berpakaian compang-camping namun sopan maka dipersilahkan duduk dan diberi makan. Maka ketika seseorang menanyakan mengenai sikap Aisyah ra. itu maka ia berkata: “Rasulullah saw. pernah bersabda: “Tempatkanlah manusia itu sesuai dengan kedudukannya”. (HR. Abu Daud).
Tetapi Abu Daud mengatakan bahwa Maimun tidak pernah bertemu dengan Aisyah ra.
Di awal kitab shahihnya, Muslim mengatakan bahwa Aisyah berkata: “Rasulullah saw. menyuruh kami untuk menempatkan manusia sesuai dengan kedudukannya”. Hadits ini juga disebutkan oleh Al Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya “Ma’rifatu “Ulumil Hadits”.
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Uyainah bin Hisn datang ke tempat kemenakannya Al Hur bin Qais, dimana Al Hurr itu adalah orang yang dekat dengan Umar bin Khattab karena memang Umar ra. menjadikan orangorang yang pandai Al Qur’an sebagai kawan duduk dan kawan bermusyawarah, baik ia tua maupun muda. Maka Uyainah berkata kepada Al Hur : “Hai kemenakanku, kamu adalah orang yang dekat dengan amirul mukminin. Tolong mintakan izin untukku, agar saya dapat menghadapnya”. Maka Al Hur pun memintakan izin dan Umar ra. mengizinkannya. Uyaimah masuk dan berkata: “Hai putra Al Khattab, demi Allah engkau tidak memperhatikan kami dan tidak mengadili kami dengan adii”. Mendengar itu, marahlah Umar sehingga hampir memukulnya. Lalu Al Hur berkata : “Ya Amirul mukminin, sesungguhnya Allah telah berfirman kepada nabi-Nya: KHUDIZIL ‘AFWA WA’MUR BIL URFI WA A’RIDH ‘ANIL JAAHILIIN (jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang baik serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh), sedangkan orang ini adalah orang bodah. Demi Allah, seolah-olah Umar ra. belum pernah mendengar ayat ini padahal Umar adalah orang yang paling teliti terhadap kitab Allah”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Said Samurah bin Jundub ra. ia berkata: “Dahulu ketika saya masih muda pada masa Rasulullah saw. saya banyak hafal dari ajaran-ajarannya. Dan tiada sesuatu yang menahan saya untuk berbicara kecuali karena di sini banyak orang yang lebih tua daripadaku”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muda menghorrnati orang tua karena usianya melainkan Allah akan membalas orang muda itu di mana orang muda akan menghormatinya jika ia telah tua kelak”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya : “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan bertahun-tahun”….. (QS. Al Kahfi : 60)
Sampai pada ayat : “Musa berkata kepada Khidr : “Bolehkah aku mengikutimu sampai kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu”. (QS. Al Kahfi : 66)
Allah ta’ala berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama orang yang menyeru Tuhanmu di waktu pagi dan petang dengan mengharap keridhaan-Nya”. (QS. Al Kahfi : 28)
- Dari Anas ra. ia berkata, ketika Rasulullah saw. telah wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra. : “Marilah kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman sebagaimana Rasulullah saw. dulu sering berkunjung ke sana”. Ketika keduanya sampai di rumah Ummu Aiman, mendadak Ummu Aiman menangis. Maka kedua orang itu bertanya: “Mengapa engkau menangis ? Bukankah engkau mengetahui bahwa yang disediakan oleh Allah untuk Rasulullah saw. itu sangat baik?”. Ia menjawab”. Sesunguhnya saya menangis bukan karena itu. Saya tahu bahwa apa yang disediakan oleh Allah buat Rasulullah saw. adalah sangat baik, tetapi saya menangis karena wahyu dari langit terputus”. Kalimat yang diucapkan oleh Ummu Aiman itu sangat memilukan hati kedua orang itu, sehingga mereka bersama-sama menangis”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bahwasanya ada seseorang berkunjung ke tempat saudaranya di lain desa, maka Allah mengutus Malaikat (dengan bentuk manusia) untuk menghadangnya. Dan ketika Malaikat itu bertemu dengan orang itu lantas bertanya : “Hendak ke mana kamu?”. Ia menjawab: “Saya mau berkunjung ke rumah temanku di desa itu”. Malaikat bertanya: “Apakah kamu merasa berhutang budi kepadanya?”. Ia menjawab : “Tidak, saya mencintainya hanya semata-mata karena Allah”. Akhirnya Malaikat itu berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk menemuimu, dan sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai gaudaramu karena Allah”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau datang mengunjungi saudaranya karena Allah maka ia akan dipanggil oleh dua Malaikat dengan seruan: “Bagus kamu dan baguslah perjalananmu serta telah disediakan untukmu tempat di dalam surga”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan orang shaleh dan bergaul dengan orang jahat adalah bagaikan ofang membawa minyak kesturi dan peniup api. Orang yang membawa minyak kesturi mungkin akan memberi kepadamu, atau mungkin kamu membeli padanya, atau mungkin kamu mendapatkan bau harum daripadanya. Dan orang yang membawa api mungkin akan membakar kainmu dan mungkin kamu akan mendapatkan bau busuk daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Seorang wanita itu dinikahi karena empat hal yaitu karena hartanya, karena nasabnya, karena cantiknya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, maka kamu akan beruntung”. (HR. Bukhari dan Muslim),
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, Nabi saw bertanya kepada Jibril as.: “Hal apakah yang mencegah kamu untuk bisa lebih sering berkunjung kepada kami ?”. Maka turunlah ayat WA MAA NATANAZZALU ILLAA BI AMRI RABBIKA LAHUU MAA BAINA AIDIINAA WAMAA KHALFANAA WAMAA BAINA DZAALIKA (Kami (Jibril) tidaklah turun melainkan atas perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nyalah segala apa yang ada di depan dan di belakang kami dan yang ada di antara keduanya)”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Janganlah engkau berteman kecuali dengan orang yang beriman. Dan janganlah boleh makan makananmu kecuali orang yang berTaqwa”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Seseorang itu dapat terpengaruh oleh agama teman dekatnya. Maka dari itu hendaknya kamu memperhatikan dengan siapa kamu semua itu bergaul”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan : “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw. tentang seseorang yang mencintai suatu kaum tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka. Beliau menjawab: “Seseorang itu nanti akan dikumpulkan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (di akhirat)”.
- Dari Anas ra. bahwasanya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah saw. : “Kapan hari kiamat datang ?”. Nabi balik bertanya kepada Badui itu: “Apa yang sudah kamu siapkan untuk bekal menghadapinya?”. Ia menjawab: “Hanya cinta kepada Allah dan RasulNya”. Beliau bersabda: “Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan : “Saya tidak mempersiapkan diri untuk bekal hari kiamat itu, baik dengan memperbanyak puasa, shalat dan sedekah. Tetapi saya sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah, saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana menurut tuan, jika seseorang mencintai kaum tetapi belum pernah bertemu dengan mereka?”. Lantas Nabi saw. bersabda: “Seseorang itu nanti akan dikumpulkan bersama-sama orang yang dicintainya (nanti di akhirat)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Manusia itu ibarat bahan tambang yaitu seperti tambang emas dan perak. Orang yang baik di antara kamu di masa Jahiliah adalah orang baik pula di masa Islam selagi mereka memahami hukum Islam. Dan jiwa-jiwa itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Jika jiwa itu saling mengenal maka akan berkumpul atau berkawan, dan jiwa yang tidak saling mengenal maka akan berpisah atau berselisih”. (HR. Muslim).
- Dari Usair bin Amr, dan ada yang menyebutnya Ibnu Jabir, ia berkata: “Ketika Umar bin Khattab kedatangan rombongan dari Yaman, ia bertanya kepada mereka: “Di antara kamu apakah ada orang yang bernama Uwais bin Amr ?”, sehingga Uwais menghadap Umar ra. lantas Umar bertanya: “Kamu Uwais bin Amr ?”. Ia menjawab: “Ya”. Umar bertanya: “Kamu dari suku Murad dari Oaran ?”. Ia menjawab : “Ya”. Umar bertanya : “Dahulu kamu berpenyakit belang lalu sembuh kecuali tinggal sebesar dirham ?“. Ia menjawab: “Ya”. Umar bertanya: “Kamu masih mempunyai ibu”. Ia menjawab: “Ya”. Umar berkata: “Saya telah mendengar, Rasulullah saw. bersabda : “Akan datang kepadamu seorang yang bernama Uwais bin Amr bersama-sama dengan rombongan orang-orang Yaman, ia dari suku Murad dan Oaran, dahulunya ia belang kemudian sembuh kecuali sisa sebesar dirham, ia masih mempunyai ibu, dan ia sangat berbakti kepada ibunya, dan jika ia menghendaki sesuatu maka oleh Allah tentu akan memberinya. Kalau kamu mampu menyuruh dia untuk memohon ampun buat dirimu maka lakukanlah. Karena itu mohonkan ampun buat diriku”. Maka ia memohonkan ampun untuk Umar. Selanjutnya Umar bertanya kepadanya: “Akan ke mana lagi kamu?”. Ia menjawab: “Ke Kufah”. Umar bertanya: “Bolehkah saya menulis surat untuk Amil (bendaharawan) di Kufah agar dapat membantumu?”. Saya lebih senang menjadi orang biasa”. Pada tahun berikutnya ada seseorang terkemuka dari penduduk Yaman melaksanakan ibadah haji dan bertamu pada Umar, maka Umar bertanya tentang Uwais. Orang itu menjawab: “Saya telah meninggalkan dia dalam keadaan rumahnya kecil dan miskin”. Umar berkata : “Sesungguhnya saya telah mendengar, Rasulullah saw. bersabda: “Nanti akan datang kepadamu Uwais bin Amr bersama-sama dengan rombongan orang-orang Yaman, dia dari suku Murad dari Qaran, dahulunya ia berpenyakit belang lalu sembuh kecuali sisa sebesar dirham ia masih mempunyai ibu dan ia sangat taat dan berbakti kepada ibunya. Dan jika ra menghendaki sesuatu maka oleh Allah tentu akan memberinya. Dan kalau kamu mampu menyuruh dia untuk memohonkan ampun buat dirimu maka lakukanlah”. Setelah orang itu pulang (dari haji) maka ia menemui Uwais dan berkata: “Mohonkan ampunan untukku”. Uwais menjawab : “Engkaulah yang baru saja pulang dari beribadah maka mohonkan ampunan untuk diriku”. Orang itu bertanya:
. “Apakah kamu pernah bertemu dengan Umar?”. Orang itu menjawab: “Ya”. Maka Uwais memohonkan ampun untuk orang itu. Setelah itu orang-orang mulai banyak mengenalnya dan Uwais pergi untuk menyendiri”. (HR. Muslim) ” .
Dalam riwayat Muslim yang lain yaitu dari Usair bin Jabir bahwasanya penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar ra. ada di antara mereka yang mengejek Uwais, Maka Umar ra. berkata: “Apakah ada di antara kamu seseorang dari Oaran ?”. Maka datanglah orang itu, lalu Umar berkata: “SeSungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: “Nanti akan datang seseorang dari Yaman yang bernama Uwais. Ia tidak meninggalkan apaapa kecuali seorang ibu yang ditaatinya. Dahulu ia berpenyakit belang lalu ia berdoa kepada Allah dan Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Maka barangsiapa yang bertemu dengannya maka mintalah agar didoakan buat kamu semua”. Dalam riwayat lain, dari Umar ra. berkata: “Sesungguhnya Saya mendengar Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah orang yang bernama Uwais, yang masih mempunyai ibu dan yang dahulunya berpenyakit belang. Maka suruhlah ia memohonkan ampun untuk kamu semua”.
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Saya minta izin untuk melaksanakan umrah, maka beliau mengizinkan bagiku. Kemudian Nabi saw. bersabda: “Hai saudaraku, janganlah kamu lupa kami dari do’amu”. Umar ra. berkata : “Sungguh, itulah suatu kata yang lebih menyenangkan bagiku daripada dunia ini”.
Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa Nabi saw. bersabda: “Hai saudaraku, sertakanlah kami dalam do’a-do’amu”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Nabi saw. senantiasa berziarah ke Kuba’, baik berkendaraan atau berjalan kaki kemudian beliau mengerjakan shalat dua rakaat di sana”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Setiap hari Sabtu Nabi saw. pergi ke Masjid Kuba’, baik berkendaraan maupun berjalan kaki. Dan Ibnu Umar juga melakukan yang demikian itu”.
Allah ta’ala berfirman: “Nabi Muhammad Itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang terhadap sesama mereka”. (QS. Al Fath : 29)
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan sudah beriman sebelum kedatangan mereka. (sahabat muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka”. (QS. Al Hasyr: 9)
- Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya maka ia akan menikmati lezatnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi yang lainnya, mencintai seseorang hanya karena Allah semata, dan enggan kembali menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya jika dilemparkan ke dalam neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw beliau bersabda : “Ada tujuh kelompok yang akan dinaungi Allah pada hari yang tidak ada naungan lagi kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu gandrung pada Masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah dimana ia berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berlaku nista oleh wanita bangsawan dan cantik lalu ia berkata : “Sungguh saya takut kepada Allah”, orang yang bersedekah dengan diam-diam seolah-olah tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan .tangan kanannya, dan orang yang berdzikir kepada Allah di tempat sunyi lalu kedua matanya mencucurkan air mata”. (HR. Bukhari Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah akan berfirman: “Di manakah orang yang saling berkasih sayang karena kebesaran-Ku. Pada hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku di mana tidak ada naungan lagi kecuali naunganKu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya kamu semua tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu semua tidaklah beriman sebelum saling kasih-mengasihi. Sukakah kamu aku tunjukkan suatu perbuatan yang jika kamu meJakukannya akan bisa menimbulkan rasa kasih mengasihi di antara kamu semua ?”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bahwasanya ada seseorang yang berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di lain desa. Lalu Allah mengutus Malaikat untuk menghadangnya … sampai pada … Sesungguhnya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah”. (HR. Muslim). Hadits ini telah disebutkan dalam bab yang terdahulu.
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda tentang sahabat Anshor : “Tiada seseorang mencintai mereka kecuali seorang mukmin, dan tidaklah seseorang membenci mereka kecuali orang-munafik. Barangsiapa mencintai mereka berarti dikasihi Allah, sebaliknya orang yang membenci mereka berarti dimarahi Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Muadz ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman: “Orang-orang yang saling mengasihi sematamata karena keagungan-Ku, maka bagi mereka akan disediakan mimbar-mimbar terbuat dari nur cahaya yang sangat didambakan oleh para Nabi, dan para syuhada’ (orang-orang yang mati syahid)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Idris Al Khaulani ia berkata : “Saya masuk Masjid di Damsyik tiba-tiba ada seorang pemuda yang mengkilat giginya sedang dikerumuni oleh orang-orang, dan bahkan bila mereka ada yang berselisih pendapat maka mereka menyerahkan dan meminta pertimbangan kepadanya. Maka saya bertanya tentang pemuda itu, lantas dijawab orang bahwa pemuda itu adalah Muadz bin Jabal ra. Pada keesokan harinya saya datang ke Masjid lebih pagi, mendadak saya lihat pemuda itu sudah ada di Masjid sedang melaksanakan shalat. Saya tunggu dia sampai selesai shalat: Setelah dia selesai shalat saya datangi dia dari arah depan sambil saya ucapkan salam, kemudian saya berkata : “Demi Allah, saya cinta kepadamu”. Ia menjawab: “Benar, karena Allah. ?”. Saya menjawab : “Ya, karena Allah”. Ia bertanya lagi: “Benar karena Allah ?”. Saya menjawab: “Ya, karena Allah”. Maka ia menarik selendangku supaya mendekat padanya, sambil berkata: “Sambutlah khabar baik, sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Allah Yang Maha Pemberkah lagi Maha luhur telah berfirman: “Pasti akan memperoleh curahan kasih sayang-Ku, orang yang saling mencintai karena Aku, mereka yang berkawan karena Aku, mereka yang saling kunjung-mengunjungi karena Aku dan orang yang saling bantu-membantu karena Aku”. (HR. Malik)
- Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma ‘dikariba ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Jika seseorang cinta kepada saudaranya maka hendaklah ia memberitahu kepadanya bahwa ia kasih sayang itu hanya karena Allah”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Muadz ra. bahwasanya Rasulullah saw. memegang tangannya sambil bersabda: “Hai Muadz, demi Allah aku mencintaimu”. Selanjutnya aku berpesan kepadamu. “Jangan sekali-kali kamu tinggalkan setiap selesai shalat membaca: ALLAAHUMMA ‘AINNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI IBAADATIK (Ya Allah, berilah saya pertolong: an untuk selalu ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan menyempurnakan ibadah kepada-Mu)”. (HR. Abu Daud dan Nasai)
- Dari Anas ra. bahwasanya ada seseorang duduk di hadapan Rasulullah saw. mendadak ada orang lain yang berjalan lewat Situ, maka orang yang di hadapan Nabi saw. itu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang yang lewat itu”. Lantas Nabi saw. balik bertanya kepadanya : “Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya ?”. la menjawab : “Belum”. Kemudian Nabi saw. bersabda: “Beritahukanlah dahulu kepadanya”. Lalu orang di hadapan Nabi itu menemui orang yang lewat itu dan berkata : “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah”. Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Allah sebagaimana kamu mencintaiku karena Allah”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah, jika kamu benar-benar cinta kepada Allah, maka ikutilah aku (Nabi), niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran : 31)
Allah ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang keluar dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatang. kan suatu kaum dimana Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. Mereka bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orangorang kafir. Mereka selalu berjuang di jalan Allah dan mereka tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah adalah Dzat yang Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Maidah : 54).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, bahwasanya Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku menyatakan perang padanya. Dan tiada mendekat pada-Ku seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang Aku sukai daripada menjalankan apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Seseorang hamba itu akan selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan amal-amal sunat sehingga Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya maka Aku adalah pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar dan merupakan penglihatan yang ia gunakan untuk melihat dan Aku merupakan tangan yang ia gunakan untuk menyerangnya dan Aku merupakan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Seandainya ia memohon kepada-Ku pasti Aku kabulkan permohonannya dan bila ia mohon perlindungan kepada-Ku maka pasti Aku lindungi dia”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Bila Allah mencintai seorang hamba maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah dia”. Lalu Jibril mencintai dia dan mengumumkan kepada penghuni langit: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia”. Lalu penghuni langit mencintai orang itu. Setelah itu, kemudian kecintaan itu diteruskan (diumumkan) kepada penghuni bumi”. (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya bila Allah mencintai seorang hamba maka Allah SWT. memanggil Jibril dan berfirman: “Sesungguhnya Aku mencintai Fulan maka cintailah dia”. Lalu Jibril mencintai orang itu. Selanjutnya Jibril mengumumkan kepada penghuni langit dan berkata : “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia”. Lalu penghuni langit mencintai orang itu, Kemudian kecintaan tersebut diteruskan kepada penghuni bumi. Sebaliknya, bila Allah membenci seorang hamba maka Allah memanggil Jibril dan berfirman: “Sesungguhnya Aku membenci Fulan, maka bencilah dia”. Lalu Jibril membenci orang itu. Selanjutnya Jibril mengumumkan kepada penghuni langit dan berkata: “Sesungguhnya Allah membenci Fulan, maka bencilah dia”. Lalu penghuni langit membenci orang itu. Kemudian kebencian itu diteruskan kepada penghuni bumi”.
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah Saw. mengutus seorang laki-laki untuk mengimami pada suatu pasukan. Tatkala lakilaki itu mengimami shalat ia selalu mengakhiri bacaannya dengan ucapan : QUL HUWALLAAHU AHAD (surat Al Ikhlash). Dan ketika kembali, orang-orang menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah saw. Maka beliau bersabda: “Tanyakan sendiri kepadanya kenapa ia berbuat demikian?”. Akhirnya mereka menanyakan sendiri kepada orangnya dan orang itu berkata : “Karena ayat itu mengandung sifat Pemurah Allah maka saya senang membacanya”. Kemudian Rasulullah saw. bersabda : “Beritahukan kepadanya bahwa Allah mencintai dirinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Orang-orang yang menyakiti orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan dengan sesuatu yang tidak mereka lakukan berarti mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab : 58)
Allah ta’ala berfirman: “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu bertindak sewenang-wenang dan terhadap orang yang meminta-minta “maka janganlah kamu menghardiknya”. (QS. Adh Dhuha : 9 -10)
- Di antara hadits yang membicarakan masalah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. yang telah tercantum dalam bab terdahulu yaitu hadits yang artinya : “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku menyatakan perang kepadanya”….. dan seterusnya.
- Dan hadits yang lain seperti yang diriwayatkan oleh Saad bin Abi Waggas ra. yang sudah tercantum pada bab terdahulu yaitu bab menyayangi anak yatim, yaitu. Rasulullah saw. bersabda: “Hai Abu Bakar, seandainya kamu membenci mereka berarti kamu membenci Tuhanmu”.
- Dari Jundub bin Abdullah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang menjalankan shalat subuh berarti ia dalam jaminan Allah. Maka janganlah sampai kamu dituntut oleh Allah lantaran kamu mengganggu orang yang dijamin Allah. Barangsiapa yang dituntut (atau dimintai jaminan-Nya) maka Allah pasti akan mendapatkannya dan akan dicampakkan dirinya ke dalam api neraka”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat maka berikan kebebasan untuk berjalan”. (QS. At Taubat : 5).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka mengaku bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat. Bila mereka telah melakukan yang demikian itu maka terjagalah mereka daripadaku harta dan darah mereka kecuali dengan ketentuan Islam. Adapun perhitungan amal mereka terserah Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Abdullah Tharig bin Asy-yam ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan: LAAILAAHA ILALLAAH (Tidak ada Tuhan selain Allah) dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haram dibunuh dan diganggu hartanya. Adapun perhitungannya terserah Allah”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Ma’bad Al Migdad bin Aswad ra. ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Bagaimana pendapat tuan seandainya saya bertemu dengan orang kafir dan kami berperang sehingga ia dapat memotong salah satu tanganku. Kemudian ia lari dan berlindung di belakang pohon-serta berkata : “Saya masuk Islam karena Allah”, apakah boleh saya membunuhnya setelah ia berkata begitu ya Rasulullah saw.?”. Beliau menjawab: “Jangan kamu bunuh dia”. Saya bertanya : “Ya Rasulullah saw., dia telah memotong salah satu tanganku, dan dia mengucapkan masuk Islam setelah memotong tanganku”. Beliau bersabda: “Jangan kamu bunuh dia”. Jika kamu bunuh dia, maka dia menduduki kedudukanmu sebelum kamu membunuhnya, sedangkan kamu menduduki kedudukannya sebelum ia mengucapkan perkataan itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Usamah bin Zaid ra. ia berkata : “Rasulullah saw. mengutus kami ke Huragah pada suku Juhainah. Pagi-pagi buta kami sudah menyerbu mereka, dan saat itu saya dan seorang sahabat Anshor berpapasan dengan salah seorang dari mereka. Ketika kami telah mengepungnya, mendadak ia mengucapkan : LAA ILAAHA ILALLAAH. Seorang kawanku (sahabat Anshor) menghentikan serbuannya dan aku sendiri terus maju menikam musuh itu dengan tombak hingga ia tewas. Ketika kami pulang ke Madinah, Rasulullah saw. telah mendengar kejadian tersebut, lalu bersabda kepadaku : “Hai Usamah, kenapa kamu bunuh orang itu padahal ia telah mengucapkan : Laa Ilaaha Ilallah ?”. Saya menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya itu hanya untuk menyelamatkan diri”. Beliau bersabda: “Kenapa kamu bunuh orang itu padahal ia telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah ?”. Beliau mengulang-ulang sabdanya sehingga saya ingin di hari itu baru masuk Islam”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah saw. bertanya : “Apakah setelah mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah lantas kau bunuh dia ?”. Saya menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia berkata begitu karena takut pada pedang/ senjataku”. Beliau bertanya lagi : “Apakah kamu telah membelah dadanya sehingga kamu mengetahui isi hatinya, apakah ia berkata itu dengan tulus atau tidak”. Beliau mengulangulang pertanyaan itu sehingga saya ingin di hari itu baru masuk Islam”.
- Dari Jundub bin Abdullah ra. bahwasanya Rasulullah mengutus pasukan muslimin untuk memerangi kaum musyrik. Ketika dua pasukan itu saling berhadapan, maka seorang kafir telah membunuh seorang muslim dan orang muslim lainnya mencari lengahnya. Seorang muslim lain itu adalah Usamah bin Zaid. Ketika Usamah mengangkat pedangnya mendadak orang kafir itu mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH, terus Usamah membunuhnya. Setelah selesai perang, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah saw. untuk menanyakan dan menceritakan jalannya peperangan yang telah terjadi sehingga ia menceritakan tentang bagaimana seseorang itu bertindak. Kemudian Rasulullah saw. memanggil Usamah dan bertanya : “Kenapa kau bunuh dia?”. Ia menjawab: “Karena dia telah merugikan kaum muslimin di mana ia telah membunuh si Fulan dan si Fulan dan ia sangat membahayakan pasukan kita. Sebab itulah saya bermaksud menyerangnya. Tetapi ketika ia melihat pedang di atas kepalanya, tiba-tiba ia mengucapkan: LAA ILAAHA ILALLAAH. Rasulullah saw. bertanya: “Langsung kau bunuh dia?”. Usamah menjawab: “Ya”. Beliau bersabda: “Bagaimana kamu mempertanggung jawabkan kalimat: LAA ILAAHA ILLALLAAH di hari kiamat nanti ?”. Usamah berkata: “Ya Rasulullah, sudilah kiranya tuan memohonkan ampun untuk diriku”. Beliau tetap bersabda: “Bagaimana kamu mempertanggung jawabkan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH di hari kiamat nanti?” Beliau tidak bersabda apa-apa selain hanya bersabda: “Bagaimana kamu mempertanggung jawabkan LAA ILAAHA ILLALLAAH nanti di hari kiamat tiba?” (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Utbah bin Mas’ud ra. ia berkata : “Saya mendengar Umar bin Khattab ra. berkata : “Pada masa Rasulullah, manusia itu diberi keputusan dengan petunjuk wahyu, dan sekarang wahyu telah terhenti. Oleh sebab itu sekarang kami akan memberi kepu-tusan menurut apa yang nyata bagi kami. Barangsiapa yang nyata berbuat baik maka kami mempercayai dan mendekatinya. Dan mengenai batinnya terserah kepada Allah yang akan memperhitungkannya. Dan barangsiapa yang nyata-nyata berbuat jahat kepada kami maka kami tidak mempercayai dan tidak pula membenarkannya walaupun ia mengatakan bahwa niatnya baik”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Hanya kepadaKulah kamu semua harus takut”. (QS. Aj pagarah : 40)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya siksaan Allah itu sangat keras”. (QS. Al Buruj :12)
Allah ta’ala berfirman: “Dan begitulah siksaan Tuhanmu, apabila Dia menyiksa penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya siksaan-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orangorang yang takut kepada siksaan akhirat. Hari kiamat itu adalah hari yang semua manusia dikumpulkan untuk menghadapinya, dan hari itu adalah hari yang disaksikan oleh semua makhluk. Dan Kami tidak akan mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang telah ditentukan. Ketika datang hari itu, maka diantara mereka ada yang celaka dan ada pula yang berbahagia. Adapun orang yang celaka tempatnya di neraka di mana mereka mengeluarkan nafas seperti suara rintihan”. (QS. Al Hud : 102-106).
Allah ta’ala berfirman: “Dan Allah telah memperingatkan kamu semua dengan siksaanNya”. (QS. Ali Imran: 27).
Allah ta’ala berfirman: “Pada hari di mana manusia lari dari saudaranya, lari dari ibu bapaknya, lari dari istri dan anak-anaknya. Pada hari itu setiap orang mempunyai urusan yang cukup menyibukkan dirinya”. (QS. Abasa : 34-37)
Allah ta’ala berfirman: “Wahai manusia, berTaqwalah kamu semua kepada Tuhanmu, sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat dahsyat. (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras”. (QS. Al Haj: 1-2).
Allah ta’ala berfirman: “Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya, ada dua surga”. (QS. Ar Rahman : 46).
Allah ta’ala berfirman: “Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain untuk saling bertanya. Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah tengah keluarga kami merasa takut (akan disiksa)”. Maka Allah memberi karunia kepada kami dan memelihara kami dari siksa neraka (Samum). Sesungguhnya kami dahulu menyembahnya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang”. (QS. Ath Thur: 25)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata : “Rasulullah saw. yang selalu benar dan dibenarkan semua tutur katanya, beliau bercerita kepada kami: “Sesungguhnya seseorang itu terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya, selama empat puluh hari berupa mani, kemudian empat puluh hari lagi berupa gumpalan darah, kemudian empat puluh hari berikut berupa daging, Lalu diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kedalamnya dan diperintah mencatat empat kalimat, yaitu: mencatat tentang Rizqinya, mencatat tentang ajalnya, tentang amal perbuatan
nya dan dicatat pula tentang nasib celaka atau bahagianya. Demi dzat yang tiada tuhan selain Dia, bahwasanya seseorang itu terkadang berbuat amalan penghuni surga sehingga antara orang itu dengan surga hanya berjarak satu hasta, tetapi karena ia tercatat ahli neraka maka tiba-tiba ia melakukan amalan penghuni neraka sehingga ia terjerumus masuk neraka. Dan sebaliknya, seseorang yang semula melakukan amalan penghuni neraka sehingga diantara ia dengan neraka hanya berjarak sehasta, tetapi karena ia tercatat ahli surga, maka tiba-tiba ia melakukan amalan penghuni surga sehingga ia akhirnya masuk surga” (HR. Bukhari dar Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat nanti akan didatangkan neraka Jahannam dengan tujuh puluh ribu kendali, di mana setiap kendali akan ditarik Malaikat sebanyak tujuh puluh ribu Malaikat”. (HR. Muslim)
- Dari Nu’man bin Basyir ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya siksa yang paling ringan di dalam neraka besok hari kiamat adalah orang yang di bawah tumitnya diletakkan dua bara api yang mampu mendidihkan otaknya. Ia merasa bahwa tiada seorang yang lebih berat siksaannya padahal itu adalah siksa yang paling ringan di dalam neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Samurah bin Jundub ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Sebagian ahli neraka itu ada yang disiksa dengan api hanya sampai kedua mata kakinya, sebagian sampai kedua lututnya, dan sebagian disiksa dengan api hanya sampai pada pusernya serta sebagian lagi ada yang disiksa dengan api sampai pada bahunya”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Sewaktu besok manusia berdiri menunggu panggilan Tuhan semesta alam, ada beberapa orang dari mereka yang terbenam dalam peluhnya sampai pada daun tehnganya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata : “Rasulullah saw. berkhutbah yang sangat luar biasa, hingga seolah-olah saya belum pernah Rasulullah saw. berkhutbah semacam itu, yang mana beliau bersabda: “Andaikan kamu mengerti apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit sekali tertawa dan pasti banyak menangis”. Maka ketika itu saya melihat sahabat-sahabat Nabi menutup mukanya sambil terisak-isak (menangis)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. mendengar berita tentang sahabatnya, maka beliau berkhutbah, sabdanya: “Telah ditunjukkan kepadaku surga dan neraka, hingga saya merasa belum pernah melihat seperti hari ini tentang kebaikan dan kejahatan. Andaikan kamu mengerti apa yang aku ketahui niscaya kamu sedikit sekali tertawa dan pasti akan banyak menangis”. Maka tidak pernah terjadi bagi sahabat-sahabat Nabi suatu saat yang menyedihkan melebihi hari itu di mana mereka menutup mukanya sambil terisak-isak”.
- Dari Al Miqdad ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Akan didekatkan matahari kepada manusia pada hari kiamat hingga berjarak kira-kira satu mil”. Sulaim bin Amir yang meriwayatkan dari Al Miqdad berkata: “Demi Allah, saya tidak tahu apa yang dimaksud Rasulullah satu mil itu, apakah ukuran jarak perjalanan ataukah mil yang sering dipakai untuk mencelaki mata”. Pada waktu itu manusia akan mandi keringat menurut amal perbuatannya. Di antara mereka ada pula yang terbenam keringat sampai ke dua lututnya, sebagian lagi ada yang terbenam keringat sampai sekitar pusarnya, dan sebagian lagi ada yang tenggelam keringat hingga sampai mulutnya. Rasulullah saw. memberi isyarat dengan tangannya ke arah mulutnya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Pada hari kiamat nanti manusia akan berkeringat hingga keringatnya itu setinggi tujuh puluh hasta dari permukaan bumi. Dan di antara mereka itu akan terbenam dalam lautan keringat sehingga ada yang sampai telinga mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
9 Dan Abu Hurairah ra ia berkata “Kami bersama sama dengan Rasulullah saw. tiba-tiba terdengar suara gemuruh, lantas beliau bertanya “Apakah kamu tahu, suara apa itu?”. Ka nii menjawab “Allah dan Rasul Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Itu suara batu yang dilemparkan ke dalam neraka tujuh puluh tahun yang lalu. Batu atu sekarang baru sampai di dasar neraka, hingga kamu semua mendengar suara gemuruhnya”. (HR. Muslim).
- Dari Adi bin Hatim ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang dari kamu melainkan besok akan berhadapan langsung dengan Tuhannya padahal di situ tidak ada penterjemah. Kemudian dia melihat kekanannya, tiada sesuatu yang dilihatnya kecuali amal perbuatannya, dan ketika ia melihat ke kiri maka tiada yang dapat dilihatnya kecuali amal perbuatannya, dan ketika melihat kedepan, maka tiada yang dilihatnya kecuali api yang tepat di mukanya. Maka takutlah kamu semua terhadap api itu (artinya jagalah dirimu dari api neraka) walaupun dengan sedekah separuh biji kurma”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat di mana langit itu sudah berkeriat-keriut. Di situ tidak ada tempat untuk bisa menyisipkan empat jari-jari melainkan di situ ada Malaikat yang meletakkan dahinya untuk bersujud kepada Allah. Demi Allah, andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis, dan kami tidak akan bersenang-senang dengan istrimu serta kamu akan keluar ke tempat-tempat yang tiny, tinggi untuk memohon pertolongan kepada Allah”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Barzah Nadhlah bin Ubaid Al Aslami ra. ia berkata: “Rasulullah saw bersabda : “Tiada bergerak kaki seorang hamba sebelum ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan: tentang ilmu untuk apa ia pergunakan, tentang harta kekayaan, dari mana ia peroleh dan untuk apa pula ia belanjakan serta ditanya tentang badan, untuk apa ia rusakkan”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Rasulullah saw. membaca ayat: YAUMAIDZIN TUHADDITSU AKHBAARAHAA (Pada har! ini bumi menceritakan beritanya). Beliau bersabda: “Tahukah kamu, apa yang diberitakan bumi?”. Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya berita bumi itu adalah bahwa bumi itu akan menjadi saksi atas segala perbuatan seseorang, baik laki-taki maupun perempuan yang dilakukan di atasnya”. Bumi berkata: “Ia telah berbuat begini! begitu pada hari ini dan hari itu”. Itulah yang diberitakan oleh bumi”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana saya bisa bersenang-senang, padahal Malaikat yang memegang sangkakala telah memasukkan sangkakalanya dalam mulut dan tinggal menunggu perintah kapan ia diperbolehkan meniup sangkakala itu”. Berita itu dirasa berat oleh para sahabat, maka beliau menganjurkan mereka supaya membaca: HASBUUNALLAAH WANIKMAL WAKIIL (Allah adalah Dzat yang mencukupi kami dan dia sebaikbaik yang kami serahi)”. (HR. Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang takut hendaknya berangkat lebih pagi (artinya meningkatkan ketaatannya), dan barangsiapa yang berangkat pagi-pagi maka akan lebih cepat sampai tujuan. Ingatlah bahwa dagangan Allah itu.mahal, ingatlah bahwa barang dagangan Allah adalah surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Aisyah ia. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Di hari kiamat besok manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang bulat”. Aisyah ra. bertanya: “Ya Rasulullah, apakah laki-laki dan perempuan akan berkumpul dan di antara mereka akan melihat kepada lainnya ?”. Beliau menjawab: “Suasana hari itu sangat berat sehingga di antara mereka tidak sempat memperhatikan yang demikian itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Persoalan pada hari itu sangat berat dan lebih penting daripada hanya sekedar saling pandang memandang di antara mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Toggle
Allah ta’ala berfirman : “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosanya. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar : 53).
Allah ta’ala berfirman: “Kami (Allah) tidak menjatuhkan siksa kecuali kepada orang-orang kafir”. (QS. As Saba’ : 17).
Allah ta’ala berfirman : “Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami, bahwa siksaan itu hanya ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan dan berpaling”. (QS. Thaha : 48).
Allah ta’ala berfirman: “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”. (QS. Al A’raf : 156).
1.Dari Ubadah bin Samir ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya dan kalimat yang dijatuhkan kepada Maryam dan ruh itu adalah dari Allah, serta menyaksikan bahwa surga dan neraka itu benar adanya maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan perbuatannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah mengharamkan baginya dari api neraka”.
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Allah berfirman : “Barangsiapa mengerjakan amal kebaikan maka akan dibalas dengan sepuluh bahkan lebih. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan maka balasannya adalah sesuai dengan amal kejahatannya itu dan bahkan Aku mengampuninya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku akan mendekatinya sedepa. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Dan barangsiapa yang menghadap kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi tetapi ia tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang lain maka Aku akan menerimanya dengan ampunan sebanyak isi bumi pula”. (HR. Muslim)
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Seorang Badui datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah, Apakah dua hal yang sudah pasti itu (maksudnya apakah yang dapat memastikan orang masuk surga atau neraka)?”. Beliau menjawab : “Barangsiapa yang mati, tidak menyekutukan kepada Allah dengan sesuatu apa pun maka ia masuk surga. Dan barangsiapa yang mati, dan menyekutukan Allah dengan sesuatu maka ia masuk neraka”. (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. bahwa ketika Nabi saw. bepergian dengan Muadz, beliau memanggil: “Hai Muadz”. Muadz menjawab: “Ya baik, ya Rasulullah “. Nabi mengulangi panggilannya sampai tiga kali dan Muadz juga menjawab sampai tiga kali. Kemudian beliau bersabda : “Tidak ada seorang hamba yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, dengan sungguh-sungguh dari dalam hatinya melainkan Allah mengharamkan dirinya dari api neraka”. Muadz lalu bertanya: “Ya Rasulullah, bolehkah saya memberitahukan kepada orang banyak agar mereka gembira?”. Beliau bersabda: “Kalau mereka kamu beritahu begitu maka bisa-bisa mereka akan sembrono”. Dan Muadz memberikan keterangan itu ketika akan meninggal dunia sebab kuatir berdosa menyembunyikan ilmu itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. atau Abu Said Al Khudri perawi hadits ini ragu-ragu berkata: “Ketika dalam perang Tabu’, para sahabat menderita kelaparan, maka mereka berkata: “Ya Rasulullah, izinkanlah kami memotong hewan untuk kami makan agar dapat.menambah kekuatan kami”. Nabi saw. bersabda : “Lakukanlah”. Lalu datanglah Umar ra. memprotes seraya berkata: “Ya Rasulullah, andaikata tuan mengizinkan mereka memotong hewannya maka kendaraan kita akan tinggal sedikit. Alangkah baiknya jika mereka disuruh mengumpulkan bahan makanan yang tersisa, lalu tuan berdoa kepada Allah agar sisa-sisa makanan itu diberi keberkahan”. Rasulullah saw. berSabda: “Ya benar”. Selanjutnya beliau menghamparkan kain dan menyeru kepada orang orang yang masih memiliki sisa-sisa makanan untuk mengumpulkan pada kain itu. Ada seseorang :yang menyerahkan segenggam jagung ada yang menyerahkan segenggam kurma dan bahkan ada juga yang menyerahkan sepotong roti sehingga terkumpullah sedikit bahan makanan. Rasulullah saw. berdo’a agar makanan di kain ini diberi keberkahan oleh Allah, lalu beliau bersabda: “Ambillah makanan itu dengan bejanamu masing-masing”. Mereka lalu mengambil makanan dengan bejananya dari makanan yang terhampar di kain sehingga tidak ada seorang pun yang bejananya tidak penuh. Semuanya penuh dan mereka telah makan dengan kenyang dan masih ada sisa makanan pada kain itu. Kemudian beliau bersabda: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusanNya. Tiada seorang hamba yang menghadap kepada Allah dengan dua kalimat itu tanpa ragu-ragu lalu terhalang dari surga”. ( HR. Muslim)
- Dari Itban bin Malik ra. dia termasuk ahli Badr, berkata : “Saya biasa menjadi imam bagi kaumku dilingkungan bani Salim. Diantara rumahku dengan Masjid terdapat lembah dimana bila turun hujan maka sangat menyulitkan bagiku untuk datang ke Masjid mereka. Maka saya datang kepada Nabi saw. dan memberita hukan: “Ya Rasulullah, saya ini sudah tua dan penglihatanku sudah berkurang, sedangkan antara rumahku dengan Masjid ada lembah yang jika turun hujan sangat menyulitkan aku untuk mendatangi Masjid itu. Karena itu saya mohon sudilah kiranya tuan datang ke rumahku yang akan saya jadikan Mushalla”. Nabi saw. bersabda: “Baiklah”. Keesokan harinva dimana hari tidak begitu panas, datanglah Rasulullah bersama-sama dengan Abu Bakar ke rumahku. Rasulullah saw. minta izin (masuk rumah) dan saya pun mempersilahkannva Sebelum duduk beliau langsung bertanya: “Di mana tempatnya yang kamu harapkan saya shalat?” Maka saya menunjukkan tempat itu Akhirnya Rasulullah saw. berdiri dan bertakbir dan saya dengan Abu Bakar makmum di belakangnya. Beliau shalat dua rakaat lalu salam, dan saya pun mengucapkan salam ketika beliau salam. Lalu saya mernpersilahkan Rasulullah saw. menyantap bubur dari tepung gandum yang telah saya sediakan. Dengan tanpa diduga-duga berbondong-bondonglah warga kampung mendatangi rumah saya karena mendengar Nabi saw. berada di rumah saya sehingga banyak sekali orang di rumah saya. Salah seorang laki-laki dari mereka bertanya: “Apa yang dilakukan oleh Malik, aku tiada melihatnya?”“. Lantas ada orang yang berkata : “Dia itu kan orang munafik yang tidak menyukai Allah dan Rasul-Nya. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu berkata begitu, tidak tahukah kamu bahwa ia telah mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH dengan tujuan mencari keridhaan Allah semata ?”. Orang itu menjawab : “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. Sedangkan kami, demi Allah karni tidak pernah melihat kecintaan dan perkataannya kecuali selalu memihak Orang-orang munafik”. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi siapa yang mengucapkan: Laa ilaaha illallah dengan maksud mencari keridhaan Allah semata”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Telah dihadapkan beberapa tawanan kepada Rasulullah saw., tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung mencari anaknya, dan setiap ia melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu langsung diangkat dan disusui. Maka Rasulullah bersabda: “Apakah kamu menyangka bahwa wanita itu akan melemparkan anaknya ke dalam api neraka ?”“. Kami menjawab: “Demi Allah, tentu tidak”. Nabi saw. bersabda : “Allah itu lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi sayangnya seorang Wanita itu kepada anaknya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ketika Allah menjadikan makhluk, maka Allah telah menetapkan dalam sebuah kitab yang berada di Arsy, yaitu ketetapan yang berbunyi: “Sesungguhnya rahmat-Ku itu mengalahkan murka-Ku”. (HR. Bukhari dan Muslim
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah menjadikan rahmat sebanyak seratus bagian. Yang sembilan puluh sembilan ditahan di sisiNya sedangkan yang satu bagian diturunkan ke permukaan bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk berkasih sayang sehingga binatang mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Allah itu mempunyai seratus rahmat dan Dia turunkan satu bagian dari seratus itu untuk jin,.manusia dan serangga. Dengan satu bagian rahmat itulah mereka berkasih sayang, dan dengan satu rahmat itu pula binatang buas berkasih sayang kepada anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan disimpan Allah untuk diberikan besok hari kiamat sebagai rasa kasih sayang terhadap hamba-hamba-Nya”. #FIR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Salman Al Farisi ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat, dimana dengan satu bagian rahmat itu dapat -menjadikan makhluk saling sayang menyayangi. Sedangkan yang sembilan puluh sembilan diberikan besok hari kiamat”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Tatkala Allah menciptakan langit dan bumi, Dia juga menciptakan rahmat sebanyak sera-tus, dimana masing-masing rahmat itu meme-nuhi antara langit dan bumi. Maka diletakkan satu rahmat daripadanya di bumi. Dan dengan’itu, ibu mempunyai kasih sayang kepada anaknya, demikian juga binatang dan burung saling berkasih sayang antara yang satu dengan lainnya. Dan pada hari kiamat akan dilengkapi seratus rahmat itu”.
- Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw. di dalam menceritakan wahyu dari Tuhannya, dimana beliau bersabda: “Telah berbuat dosa seorang hamba, lalu ia berdoa : “Ya Allah, ampunilah dosaku“. Maka Allah berfirman: “Seorang hamba-Ku berbuat dosa, lalu ia menyadari dosanya dan ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang bisa mengampuni dan menuntut dosa”. Sesudah itu ia berbuat dosa lagi dan berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosaku”. maka Allah Yang Maha pemberkah lagi Maha Luhur berfirman: “Seorang hamba-Ku berbuat dosa, lalu ia menyadari dosanya dan ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang bisa mengampuni dan menuntut dosa”. Lalu ia berbuat dosa lagi dan berdoa : “Ya Allah, ampunilah dosaku”. Maka Allah berfirman: “Seorang hamba-Ku berbuat dosa, lalu ia menyadari dosanya dan ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang bisa mengampuni dan menuntut dosanya”. Kini Aku benar-benar memberi ampun kepada hamba-Ku. maka berbuatlah apa yang dikehendakinya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, seandainya kamu tidak berbuat dosa, pasti Allah akan melenyapkanmu dan akan didatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampun maka Allah mengampuni dosa-dosa mereka”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Ayyub Al Anshari ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Andaikan kamu semua tidak berbuat dosa, pasti Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa lalu mereka mau memohon ampun kepada-Nya. Kemudian Allah mengampuni mereka”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Sewaktu kami duduk-duduk bersama Rasulullah saw. termasuk Abu Bakar, Umar dan para sahabat lainnya, lalu beliau bangun dan meninggalkan kami. Kami cukup lama menunggu tetapi beliau tidak kembali. Kami khawatir dan cemas kalau-kalau beliau menghadapi kesulitan, maka kami semua bangkit dan sayalah orang pertama yang gelisah. Saya lantas keluar mencari Rasulullah saw. hingga memasuki tembok seorang sahabat Anshor”. Ia (Abu Hurairah) menceritakan panjang lebar sehingga ia mengucapkan: “Maka Rasulullah saw. bersabda: “Pergilah !, barangsiapa yang kamu temui di luar tembok ini menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah dengan tulus hati maka besarkan hatinya dengan surga”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Nabi saw. membaca ayat yang berkenaan dengan keadaan Nabi Ibrahim : “RABBI INNAHUNNA ADHLALNA KATSIIRAN MINAN NAASI FAMAN TABI-ANII FAINNAHU MINNII (Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia. Maka barangsiapa yang mengikutiku maka sesungguhnya ia termasuk golonganku)”. Dan juga menceritakan keadaan Nabi Isa dimana beliau berdoa : “IN TU’ADZDZIBHUM FAINNAHUM ‘IBAADUKA WA IN TAGHFIR LAHUM FA INNAKA ANTAL ‘AZIIZUL HAKIM (Seandainya Engkau menyiksa mereka maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-Mu dan bila Engkau ampuni mereka maka Engkau adalah Dzat Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana)”. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : “ALLAHUMMA UMMATII UMMATII (Ya Allah, tolonglah ummatku, tolonglah ummatku) dan menangis. Lalu Allah menyeru kepada Jibril dan berfirman: “Hai Jibril, temuilah Muhammad, Tuhan-Mu lebih mengetahui. Tanyakanlah kepadanya kenapa menangis?”. Maka datanglah Jibril kepada Rasulullah saw. dan memberitahukan semua firman Allah itu, sedangkan Jibril sebenarnya telah mengetahui. Kemudian Allah berfirman: “Hai Jibril, datanglah kepada Muhammad dan katakanlah: “Sesungguhnya kami (Allah) akan membuat lega hatimu sehubungan dengan ummatmu dan Kami tidak akan memberatkanmu”. (HR. Muslim).
- Dari Muadz bin Jabal ra. ia berkata: “Sewaktu aku berkendaraan di belakang Nabi saw. lalu beliau bersabda: “Hai Muadz, tahukah kamu hak Allah atas hambanya dan apakah hak hamba atas Allah ?”. Saya menjawab : “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Dan hak hamba atas Allah adalah Dia tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu”. Lalu saya bertanya: “Ya Rasulullah saw. bolehkan saya khabarkan yang demikian itu kepada orang banyak ?”. Beliau bersabda: “Jangan kamu sampaikan berita gembira ini kepada mereka, karena nanti mereka akan sembrono (tidak mau berusaha)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Seorang muslim jika ditanya di dalam kubur maka ia mengakui bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah. Itulah yang disebut dalam firman Allah: “YUTSABBITULLAAHUL LADZIINA AAMANUU BIL QAULIS TSAABITI FIL HAYAATID DUN-YAA WAFIL AAKHIRAH (Allah akan menetapkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tetap, baik sewaktu hidup di dunia maupun di akhirat)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya orang kafir itu bila mengerjakan amal kebaikan maka segera balasannya dipenuhi di dunia. Sedangkan orang mukmin yang beramal baik maka pahalanya disimpan untuk dibalas nanti di akhirat, disamping ia juga dikaruniai rizki di dunia karena ketaatan ibadahnya”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan kebaikan orang mukmin, dimana ia di dunia dikaruniai rizki dan masih akan diberi pahala di akhirat nanti. Adapun orang kafir, kebaikannya di dunia segera dibalas dengan karunia di dunia dan di akhirat nanti ia tidak akan mendapatkan balasan apa-apa atas kebaikan yang ia perbuat”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ia. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai yang penuh air, yang mengalir di depan pintu salah seorang dari kamu dan ia mandi dengan air itu lima kali setiap hari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tiada seorang muslim yang meninggal dunia lalu dishalati oleh empat puluh orang yang tidak pernah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun melainkan Allah pasti menerima syafaat empat puluh orang tersebut terhadap orang yang meninggal dunia itu”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Kami bersama-sama Rasulullah saw. dalam gubbah (lingkaran majlis) yang terdiri dari empat puluh orang, lalu beliau bertanya : “Relakah kamu jika merupakan seperempat penghuni surga?” Kami menjawab: “Ya, suka dan rela”. Beliau bertanya lagi: “Relakah kamu jika merupakan sepertiga penghuni surga?”. Kami menjawab: “Ya, kami rela”. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, aku berharap semoga kamu merupakan separuh penghuni surga, yang demikian itu menunjukkan bahwa yang bisa masuk surga adalah orang Islam. Sedang kamu semua berada di tengah-tengah kaum musyrik bagaikan rambut putih di badan lembu hitam atau bagaikan rambut hitam di kulit lembu merah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Jika hari kiamat tiba, maka Allah akan memberikan’ kepada tiap-tiap orang mukmin seorang Yahudi atau Nasrani (kristen) dan dikatakan : “inilah tebusanmu dari neraka”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Pada hari kiamat nanti ada seorang muslim yang datang dengan membawa dosa sebesar gunung atau bukit, namun akhirnya Allah mengampuni dosanya”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah bersabda : “Besok di hari kiamat, orang mukmun akan didekatkan kepada Tuhannya lalu Allah memberi rahmat kepadanya dan menghibur atas dosa-dosanya kemudian ditanya : “Kamu tahu pasti terhadap dosamu ani ?”. Orang mukmin itu menjawab: “Ya, aku tahu dosa itu (aku pernah melakukannya). Lalu Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia, dan sekarang Aku telah mengampuni dosa-dosamu”. Akhirnya diberikan catatan amal kebaikan kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Ada seorang laki-laki mencium seorang wanita (bukan istrinya), lalu ia datang kepada Nabi saw. dan menceritakan apa yang diperbuatnya, maka Allah menurunkan ayat: “AQIMISH SHALAATA THARAFAYIN NAHAARI WA ZULAAFAAM MINAL LAILI INNAL HASANAATI YUDZHIBNAS SAYYIAAT (Dirikanlah shalat di waktu pagi atau petang dan sebagian dari malam. Sesungguhnya perbuatanperbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan yang jelek)”. Orang itu bertanya: “Ya Rasulullah, apakah yang demikian ini hanya untuk saya?”. Beliau menjawab: “Untuk semua ummatku”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata : “Seorang laki-laki telah datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu yang harus dikenakan hukuman maka lakukanlah hukuman itu kepada diriku”. Waktu itu bertepatan masuknya waktu shalat, maka laki-laki itu shalat bersama Nabi saw. Dan setelah selesai shalat, laki-laki itu berkata lagi : “Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu yang harus dikenakan hukuman maka lakukanlah hukuman itu kepada diriku”. Beliau bersabda: “Bukankah kamu tadi sudah shalat bersama-sama kami ?”. Laki-laki itu menjawab: “Ya”. Sabda beliau selanjutnya: “Dosamu telah diampuni Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Catatan:
Perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki itu bukanlah termasuk perbuatan yang harus dikenai hukuman berat seperti: zina, meminum minuman keras, membunuh dll. dimana kesemuanya itu harus diberi hukuman had yang tidak dapat dihapuskan. Dosa-dosa yang dapat dihapus sebab menjalankan shalat adalah dosadosa kecil.
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu senang terhadap hamba-Nya yang bila makan makanan ia memuji kepada-Nya, atau bila ia minum selalu memuji kepada-Nya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Musa ra. Dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah setiap malam selalu membentangkan rahmat-Nya, agar mereka yang berbuat dosa di siang hari mau bertaubat dan juga Dia membentangkan rahmat-Nya di waktu siang agar mereka yang berbuat dosa di malam hari mau bertaubat. Hal itu terus berlangsung hingga matahari terbit dari sebelah barat”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Nahij Amr bin Abasah As Sulami ra. ia berkata : “Pada masa Jahiliyah saya menyangka bahwa semua orang itu berada dalam kesesatan yang nyata karena semua orang menyembah berhala. Lalu terdengar berita bahwa di Makkah ada seseorang yang mengajarkan ajaran baik, maka segera aku ke sana dengan naik kendaraan. Pada waktu itu Rasulullah saw. masih sembunyi-sembunyi dalam berdakwah dan masih dianiaya oleh kaumnya. Setelah aku sampai di Mekkah dan bertemu dengan beliau maka aku bertanya: “Sebenarnya tuan ini siapa ?”. Beliau menjawab: “Saya adalah seorang Nabi”. Aku bertanya: “Nabi itu apa?”. Beliau menjawab : “Nabi adalah seorang yang diutus oleh Allah”, “Aku bertanya : “Untuk apakah Allah mengutus tuan?” Beliau menjawab: “Allah mengutusku tiada lain hanya untuk menyambungkan tali persaudaraan dan membinasakan berhala serta agar Orang-orang mau meng-Esakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu”. Aku bertanya: “Siapa yang telah mengikuti tuan?”. Beliau menjawab: “Orang merdeka dan hamba sahaya”. Waktu itu yang telah mengikuti Nabi saw. antara lain Abu Bakar (orang merdeka) dan Bilal (hamba sahaya). Selanjutnya aku berkata: “Sesungguhnya aku akan mengikuti dan membela tuan”. Beliau menjawab : “Permohonanmu sementara ini kami tangguhkan, mengingat orang-orang di sekelilingmu sangat kejam memusuhi. Kembalilah kamu kepada keluArqamu. Jika kamu nanti mendengar saya telah mendapatkan kemenangan maka datanglah kepadaku”. Maka saya pun segera pulang hingga hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah. Saat itu saya terus mencari-cari berita tentang datangnya Nabi di Madinah, sehingga akhirnya bertemu sekelompok penduduk Madinah dan saya bertanya: “Bagaimana berita tentang seseorang yang baru datang di Madinah?”. Mereka menjawab: “Sebagian dari mereka menyambut kedatangannya dengan baik, sekalipun ia diancam bunuh oleh kaumnya. Kemudian saya berangkat ke Madinah dan kutemui beliau serta berkata: “Ya Rasulullah saw. apakah tuan masih mengingat saya?”. Beliau menjawab : “Ya, kamu adalah orang yang pernah menemui saya di Makkah”. Lalu saya berkata : “Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu dan itu belum saya mengerti”. Beritahukan kepada saya tentang shalat ! Beliau menjawab : “Shalat subuhlah kamu, lalu berhentilah dari shalat sampai terbit matahari dan matahari meninggi setinggi tombak – karena ketika matahari terbit seolah-olah terbit diantara dua tanduk syetan dan waktu itu pula orang-orang kafir menyembah matahari. Kemudian shalatlah kamu sekuat tenagamu (dari shalat sunat) Karena shalat itu disaksikan dan dihadiri Malaikat hingga matahari tegak di tengah-tengah. Lalu berhentilah dari shalat karena waktu itu neraka jahannam dinyalakan. Kemudian setelah matahari tergelincir dan ada bayangan maka shalatlah kamu karena shalat itu disaksikan dan dihadiri Malaikat sehingga shalat Ashar. Kemudian berhentilah dari shalat hingga matahari terbenam karena ketika matahari akan terbenam seolah-olah terbenam diantara dua tanduk syetan dan saat itu orangorang kafir bersujud pada matahari. Saya bertanya : “Ceritakan kepadaku tentang wudhu”, ya Rasulullah”. Beliau menjawab: “Bila seseorang mengerjakan wudhu’ dimana.ia berkumur, memasukkan air kedalam hidung dan mengeluarkannya maka rontoklah dosa mulut dan dosa hidungnya. Kemudian jika ia membasuh muka sebagaimana yang diperintahkan Allah, maka rontoklah dosa-dosa mukanya melalui ujung jenggotnya bersamaan dengan tetesan air. Jika ia membasuh kedua tangannya sampai kedua siku-sikunya maka rontoklah dosa-dosanya melalui ujung-ujung jarinya bersamaan dengan tetesan air. Bila ia mengusap kepala maka menjadi rontoklah dosa-dosa kepalanya melalui ujung-ujung rambutnya bersamaan dengan tetesan air. Dan bila ita membasuh kedua kaki hingga tumitnya maka rontoklah dosa-dosa kakinya melalui ujung-ujung jarinya bersamaan dengan tetesah air. Kemudian bila ia berdiri untuk melaksanakan shalat di mana ia memuji dan mengagungkan Allah dengan bacaan yang telah ditentukan dan membersihkan hatinya dari sesuatu selain Allah maka menjadi berguguran semua dosa-dosanya bagaikan bayi yang baru lahir dari perut ibunya”. Ketika Amr bin Abasah menceritakan hadits ini kepada Abu Umamah, maka Abu Umamah bertanya : “Hai Amr bin Abasah, perhatikan keteranganmu itu, mana mungkin seseorang diberi ampunan begitu besar hanya mengerjakan satu pekerjaan saja?”. Amr menjawab: “Hai Abu Umamah, aku telah tua, tulangku telah rapuh dan ajalku hampir tiba. Untuk apa aku mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Andaikata aku hanya mendengar sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, enam kali dan tujuh kali dari Rasulullah saw. niscaya aku tidak menceritakan hal ini selama-lamanya. Tetapi aku telah mendengarnya lebih dari itu (berulang kali)”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jika Allah berkenan menurunkan rahmat kepada umat-Nya, maka Allah mewafatkan Nabi sebelum binasanya umat itu, supaya Nabi itu menjadi perintis jalan dan penambah pahala bagi ummatnya itu. Sebaliknya, jika Allah hendak menyiksa ummatnya maka Allah menyiksa ummat itu sewaktu Nabinya masih hidup agar Nabi itu puas atas dibinasakannya ummat itu yang selalu mendustakan dan menentang perintahnya”. (HR. Muslim)
Allah berfirman dalam menceritakan keadaan hamba-Nya yang shalih, firmannya:
“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat kepada hamba-hamba-Nya. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka”. (QS. Al Mukmin : 44-45)
1 Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beau bersabda : “Allah azza wajalla berfirman: — “Aku selalu mengikuti prasangka hamba-Ku dan Aku selalu menyertai dia selama ia mengingat Aku. Demi Allah, sungguh Aku lebih Senang menerima taubat hamba-Nya melebihi senangnya seorang hamba yang dapat menemukan kembali barangnya yang hilang di gurun sahara. Barangsiapa yang mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekatinya sedepa serta bila ia datang kepada-Ku dengan cara berjalan maka pasti Aku akan datang kepadanya dengan berlari”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Jabir bin Abdullah ra. bahwasanya ia mendengar Nabi saw. bersabda tiga hari sebelum wafatnya: “Janganlah kamu semua mati kecuali berbaik sangka kepada Allah azza wajalla”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah ta’ala berfirman: “Hai anak Adam, sesungguhnya selama kamu berdoa dan mengharap kepada: Ku pasti Aku ampuni semua dosa-dosa yang pernah kamu lakukan, dan Aku tidak menghiraukan berapa banyaknya. Hai anak Adam, andaikan dosamu sudah sampai langit lalu kamu meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku ampuni kamu. Hai anak Adam, seandainya kamu datang dengan membawa dosa sepenuh bumi lalu kamu menghadap kepada-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu maka pasti Aku akan mengampuni semua dosa itu”. (HR. At Turmudzi).
Ketahuilah, dalam menjalani kehidupan di dunia ini seseorang harus dapat menyerasikan antara takut dan penuh harapan kepada Allah. Hendaknya takut dan penuh harap ini dapat seimbang. Misalnya kalau ada orang sakit maka hendaknya ia menitik beratkan kepada masalah harapan (yaitu harapan agar cepat sembuh). Dalil-dalil tentang pentingnya memadukan antara takut dan penuh harapan itu banyak sekali terdapat dalam Al Qur’an dan hadits. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Allah ta’ala berfirman: “Maka tiada merasa aman dari siksaan Allah, kecuali orang yang merugi”. (QS. Al A’raf : 99)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir”. (QS. Yusuf : 87)
Allah ta’ala berfirman. “Pada hari yang akan berseri beberapa muka dan akan hitam muram beberapa muka manusia”. (QS. Ali Imran: 105)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya, amatlah cepat siksaan Tuhan, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al An’am: 166)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar taat akan berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar akan berada dalam neraka”. (QS. Al Infithar: 13-14)
Allah ta’ala berfirman: “Adapun orangorang yang berat timbangan amal kebaikannya maka ia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya maka tempat kembalinya adalah dalam neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu ?, yaitu api yang sangat panas”. (QS. Al Qariah: 6-11)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Andai kata seorang mukmin mengetahui siksaan yang disediakan Allah, maka tidak ada seorang pun yang berha’ rap masuk surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang dikaruniakan oleh Allah niscaya tidak ada seorang pun yang berputus asa dari rahmat-Nya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Apabila jenazah diangkat di atas bahu dan dibawa oleh orang yang memikulnya, maka bila jenazah itu baik akan berkata: “Segeralah, segeralah antarkan aku”. Dan bila jenazahnya itu tidak baik maka berkata: “Alangkah celakanya, mau dibawa kemana aku ini?”. Suara jenazah itu didengar oleh setiap sesuatu kecuali manusia dan seandainya manusia mendengarnya maka menjadi pingsanlah ia”. (HR. Bukhari).
3 Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Surga itu sangat dekat kepada salah seorang diantara kamu melebihi dekatnya tali sepatunya, dan neraka juga demikian”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Mereka menyungkurkan muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusu’”. (QS. Al Isra :109)
Allah ta’ala berfirman: “Apakah kamu merasa heran terhadap berita ini ?”, lalu kamu tertawa dan tidak menangis (QS. An Najm : 59-60)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Nabi saw. bersabda kepadaku : “Bacakanlah Al Qur’an untukku”. Saya menjawab: “Bagaimana saya harus membacakan Al Qur’an untuk engkau sedangkan Al Qur’an itu diturunkan kepada engkau, ya Rasulullah saw.? Beliau bersabda: “Sesungguhnya saya suka mendengar dari orang lain”. Akhirnya saya membacakan Al Qur’an untuk beliau yaitu surat An Nisa’ hingga sampai ayat: FAKAIFA IDZAA JIKNAA MIN KULLI UMMATIN BISYAHIIDIN WA JIKNAA BIKA ‘ALAA HAAULAAI SYAHIIDA (Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari masing-masing ummat dan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu)”. Beliau lantas bersabda : “Sudah cukup sampai sini saja!”. Kemudian saya menoleh kepada beliau, tiba-tiba mata beliau berlinang-linang air mata”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata : “Rasulullah saw. berkhutbah, belum pernah saya mendengar khutbah seperti itu luar biasanya, yang mana beliau bersabda: “Andaikata kamu semua mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu semua akan sedikit sekali tertawa dan tentu kamu akan banyak menangis”. Anas ra. berkata: “Seketika itu pula para sahabat menutup mukanya sambil menangis terisak-isak”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Seseorang yang menangis karena takut kepada Allah itu tidak akan masuk neraka sehingga air susu dapat kembali ke teteknya. Dan tidak akan dapat berkumpul debu dalam jihad fi sabilillah dengan asap neraka Jahannam”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah dimana pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya : pemimpin yang adil: pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu tergantung pada Masjid, dua orang yang berkasih-kasihan semata-mata karena Allah: seorang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan yang cantik tetapi ia menolak dan berkata : “Sungguh aku takut kepada Allah”, dan orang yang memberikan sedekah dengan rahasia sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, serta orang yang selalu berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi lalu kedua matanya berlinangan air mata”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdullah bin Ash Sikhir ra. ia berkata : “Saya datang kepada Nabi saw. sedangkan beliau baru melaksanakan shalat, maka terdengar nafas tangisnya bagaikan suara air mendidih dalam bejana”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Anas ra. ia berkata : “Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay bin Ka’ab: “Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membacakan: LAM YAKUNIL LADZIINA KAFARUU”. Ubay bertanya: “Apakah Allah menyebut namaku?”. Beliau menjawab : “Ya”. Maka menangislah Ubay”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : “Maka Ubay terus menangis”.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Pada suatu hari sesudah wafatnya Rasulullah saw. Abu Bakar mengajak Umar katanya: “Mari kita berkunjung ke rumah Ummu Aiman sebagaimana dulu Rasulullah melakukannya”. Dan ketika sampai di rumah Ummu Aiman tiba-tiba Ummu Aiman menangis. Maka keduanya bertanya: “Kenapa engkau menangis, bukankah engkau sudah tahu bahwa yang disediakan oleh Allah buat Rasulullah saw. itu sangat baik?”. Ummu Aiman menjawab: “Sesungguhnya saya menangis bukan karena itu dan saya tahu bahwa apa yang disediakan oleh Allah buat Nabi saw. itu sangat baik, tetapi saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus”. Ucapan Ummu Aiman itu menyebabkan keduanya menangis bersama Ummu Aiman ra.”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Ketika Rasulullah saw. sakit keras ada orang yang menanyakan imam Shalat, maka beliau bersabda : “Suruhlah Abu Bakar menjadi Imam”.
Aisyah ra. bertanya: “Sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang sangat lembut hatinya, jika membaca Al Qur’an tidak dapat menahan tangisnya”. Beliau bersabda : “Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi Imam”.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah ra. berkata : “Saya berkata: “Sesungguhnya Abu Bakar itu bila menjadi Imam (menempati tempat tuan), orang-orang tidak mendengar bacaan shalatnya karena menangis”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin Auf: “Bahwasanya Abdur Rahman bin Auf diberi hidangan makanan sedangkan ia berpuasa, maka ia berkata: “Salah seorang sahabat Nabi saw. yang jauh lebih utama daripada aku yaitu Mush’ab bin Umair sewaktu meninggal dunia tidak ada kain kafan yang digunakan untuk mengkafaninya kecuali sepotong selimut terbuat dari bulu dimana bila kepalanya ditutup maka terbuka kakinya dan bila ditutupkan kakinya maka terbuka kepalanya. Kemudian kini aku diberi kekayaan dunia yang seluasluasnya atau ia berkata : “Kami telah diberi kekayaan dunia sebanyak-banyaknya. Maka kami kuatir kalau-kalau amal kebaikan kami dibayar di dunia ini (artinya sudah tidak akan didapat lagi di akhirat)”. Kemudian ia menangis dan meninggalkan makanan itu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Umamah Shudai bin Ajlan Al Bahili ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tiada sesuatu yang sangat dicintai oleh Allah melebihi dua tetes dan dua bekas, yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang ditumpahkan demi menegakkan agama Allah. Adapun dua bekas yaitu bekas (luka) sewaktu menegakkan kalimat Allah dan bekas dari menjalankan kewajiban-kewajiban Allah”. (HR. At Turmudzi).
Sebenarnya masih banyak lagi haditshadits yang membicarakan masalah ini, diantaranya adalah hadits Al Irbadh bin Sariyah ra. ia berkata :
Artinya : “Rasulullah saw. telah memberi nasehat kepada kami dimana nasehat itu mampu menggetarkan hati dan mencucurkan air mata…..”.
Hadits ini sudah pernah dicantumkan dalam bab : “Tentang larangan mengada-adakan dalam urusan agama”.
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu menjadi subur semua tanaman bumi karena air itu sehingga diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi telah sempurna keindahannya dan memakai perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepada mereka itu azab Kami di waktu siang atau malam, lalu Kami jadikan tanaman-tanamannya laksana tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikian Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berfikir”. (QS. Yunus : 24).
Allah ta’ala berfirman: “Dan berilah perumpamaan kepada (mereka manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur . karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi. Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al Kahfi : 45-46)
Allah ta’ala berfirman: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan belaka dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak adalah seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya jadi kuning lalu menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadid: 20).
Allah ta’ala berfirman: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik”. (QS. Ali Imran : 14).
Allah ta’ala berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan memperdaya kamu, dan jangan pula penipu (syetan) memperdaya kamu semua dalam taat kepada Allah”. (QS. Luqman : 33)
Allah ta’ala berfirman: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu semua sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah demikian, kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali janganlah demikian jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”. (QS. At Takasur : 1-5)
Allah ta’ala berfirman: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahui”. (QS. Al Ankabut : 64)
- Dari Amr bin Auf Al Anshari ra. bahwasanya Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidillah Al Jarrah ke Bahrain untuk mengambil upeti di sana, lalu ia kembali dengan membawa upeti yang sangat banyak. Para sahabat Anshor telah mendengar berita kedatangan Abu Ubaidillah itu. Maka mereka shalat Subuh bersama-sama dengan Rasulullah saw. Ketika sudah selesai mengerjakan shalat, Nabi saw. menoleh pada sahabat sambil tersenyum seraya bersabda: “Mungkin kamu telah mendengar berita kedatangan Abu Ubaidillah yang membawa harta banyak ?” Mereka menjawab: “Benar, ya Rasulullah saw.” Beliau bersabda: “Sambutlah berita gembira itu, dan berharaplah semoga Allah memudahkan apa yang kamu inginkan. Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku kuatirkan atas kamu semua tetapi saya khawatir kalau-kalau terhampar luas bagimu kekayaan dunia sebagaimana telah terhampar luas kekayaan dunia atas orang-orang sebelum kamu, lantas kamu semua berlomba-lomba pada kekayaan sebagaimana orang-orang dulu berlomba-lomba, kemudian kekayaan itu justru membinasakan kamu semua sebagaimana kekayaan itu membinasakan mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Rasulullah saw. duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekelilingnya, lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya yang saya khawatirkan atas kamu semua sepeninggalanku nanti adalah terbukanya kemewahan dan keindahan dunia ini padamu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya dunia ini indah dan manis, dan Allah menyerahkan dunia ini kepada kamu dan Allah akan melihat bagaimana kamu berbuat padanya. Maka berhati-hatilah kamu dari godaan dunia dan berhati-hatilah kamu dari godaan wanita”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ya Allah, tiada kehidupan yang hakiki kecuali kehidupan akhirat”. (HR. Bukhari dan Muslim). “
- Dari Anas ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Ada tiga hal yang mengikuti mayit yaitu keluarga, harta dan amalnya. Dua diantaranya akan kembali dan yang satu tetap menyertai mayit itu. Keluarga dan hartanya akan kembali dan yang tetap bersama mayit adalah amalnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Pada hari kiamat nanti akan dihadapkan orang yang termewah (kekayaannya) di dunia dan ia termasuk calon penghuni neraka maka ia dicelupkan dalam neraka sebentar lalu dikeluarkan lagi, lantas’ ditanya: “Hai anak Adam, pernahkah kamu merasakan kesenangan kehidupan di dunia dan pernahkah pula kamu merasakan kenikmatan?”. Ia menjawab : “Demi Allah tidak, wahai Tuhanku?”. Dan didatangkan pula orang yang paling menderita di dunia dan ia termasuk calon penghuni surga maka ia dimasukkan sebentar dalam surga, lantas ditanya “Hai anak Adam, apakah kamu merasakan kesedihan, kesukaran dan kemalangan selama hidupmu?”. Ia menjawab : “Demi Allah saya tidak pernah merasakan penderitaan dan saya juga tidak pernah merasakan kesedihan”. (HR. Muslim).
- Dari Al Mustaurid Syaddad ra ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiadalah perbandingan dunia dengan akhirat, kecuali seperti perumpamaan orang yang memasukkan jarijarinya ke dalam lautan, maka perhatikan berapa dapatnya (artinya berapa air yang didapatnya)”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. berjalan-jalan di pasar dengan dikawal para sahabat, mendadak di sana beliau melewati bangkai seekor kambing yang kecil telinganya dan beliau bertanya: “Siapa diantara kamu semua yang suka membeli ini dengan satu dirham?”. Mereka menjawab: “Kami tidak ada yang suka dan buat apa bangkai itu ?“”. Beliau bertanya lagi : “Senangkah kamu semua bila bangkai ini saya berikan kepadamu dengan cuma-cuma”. Mereka menjawab: “Demi Allah, andaikata binatang itu masih hidup mesti cacat yaitu kecil telinganya, apalagi ia sudah menjadi bangkai”. Beliau lantas bersabda: “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina dalam pandangan Allah melebihi bangkai ini dalam pandanganmu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata: “Saya berjalan-jalan bersama-sama Nabi saw. menyusuri kampung di Madinah hingga kami sampai di bukit Uhud, lalu beliau bersabda: “Hai Abu Dzar”. Abu Dzar menjawab : “Ya Rasulullah saw. ada apa ?“. Beliau bersabda: “Aku tidak senang seandainya memiliki emas sebesar bukit Uhud ini lalu tersisa satu dinar dalam tiga hari di rumahku kecuali sisa itu untuk membayar hutang. Aku merasa lega dan senang bila memiliki emas sebesar bukit Uhud lalu kubagi-bagikan kepada sesama hamba Allah di mana yang ini untuk tetangga sebelah kanan, dan yang itu untuk tetangga sebelah kiri serta yang lain untuk tetangga di belakang”. Beliau melanjutkan perjalanannya dan bersabda: “Sesungguhnya orang yang banyak hartanya adalah orang yang paling sedikit pahalanya kelak di akhirat kecuali jika hartanya itu dibagi-bagikan kepada tetangga sebelah kanan, tetangga sebelah kiri, dan tetangga belakangnya tetapi sedikit sekali yang demikian itu”. Kemudian Nabi saw. berpesan kepadaku : “Kamu tunggu di sini saja dan jangan pergi sebelum aku kembali”. Beliau meninggalkan aku dalam kegelapan malam sehingga tidak terlihat lagi. Mendadak saya mendengar suara keras yang menimbulkan kekhawatiran saya terhadap diri Rasulullah saw. sehingga timbul maksud untuk menyusul beliau namun saya ingat pesan beliau. Janganlah kamu pergi sebelum aku kembali. Maka tidak lama kemudian Nabi saw. kembali lantas saya berkata : “Ya Rasulullah saw. tadi saya mendengar suara keras yang menimbulkan kekhawatiran”. Selanjutnya saya menceritakan kekhawatiran itu kepada beliau, dan beliau bertanya: “Tadi kamu mendengar suara?”. Saya menjawab: “Ya” Beliau bersabda: “Itu adalah suara Jibril yang datang kepadaku dan berkata : “Barang Siapa yang meninggal dunia dari ummatmu sedangkan ia tidak menyekutukan kepada Allah dengan sesuatu maka ia masuk surga”. Saya bertanya: “Meskipun ia telah berzina dan mencuri? “. Beliau menjawab: “Walaupun ia berzina dan mencuri”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Seandainya aku memiliki emas sebesar bukit Uhud maka aku lebih senang jika emas itu tidak menginap di rumahku lebih dari tiga hari tiga malam kecuali sesuatu yang kutinggalkan untuk persiapan membayar hutang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Pandanglah orang yang berada di bawahmu, dan janganlah kamu memandang orang yang di atasmu karena yang demikian itu lebih tepat agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kamu semua”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Celakalah orang yang menjadi budak harta benda, baik budak emas, perak, perhiasan, permadani atau pakaian. Lega hatinya bila diberi, namun jika tidak diberi menggerutu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Saya telah melihat tujuh puluh ahli suffah (ahli suffi), tidak seorang pun dari mereka yang memiliki selimut, baik sarung atau pakaian lain yang bisa diikatkan di leher mereka. Diantara mereka ada yang memiliki kain yang hanya bisa menutup sampai kedua betisnya dan ada pula yang hanya memiliki kain yang bisa menutup kedua mata kakinya sehingga ia menarik-narik dengan tangannya karena khawatir terlihat auratnya”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Dunia itu bagaikan penjara bagi orang mukmin dan menjadi surga bagi orang-orang kafir”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. memegang bahuku sambil bersabda: “Keberadaan kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang mengembara”. Ibnu Umar berkata: “Ketika kamu berada di waktu sore, maka janganlah menunggu waktu pagi. Dan jika kamu berada di waktu pagi maka janganlah menunggu waktu sore. Pergunakanlah masa sehatmu untuk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakanlah masa hidupmu untuk menyongsong saat kematianmu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abul Abbas Sahl bin Saad As Saidi ra. ia berkata: “Ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah saw., tunjukkanlah kepadaku suatu amal perbuatan yang apabila aku mengerjakarinya akan dicintai Allah dan dicintai oleh sesama manusia?” Beliau bersabda: “Janganlah rakus dunia niscaya kamu dicintai Allah dan janganlah rakus terhadap hak orang lain, pasti orang-orang akan mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah)
- Dari An Nu’man bin Basyir ra. ia berkata : “Sewaktu Umar bin Khattab melihat bahwa orang-orang sudah dapat mencapai keduniaannya (sudah mementingkan duniawi), maka ia berkata : “Sungguh, saya telah melihat Rasulullah saw. adakalanya sehari penuh tidak mendapatkan makanan walaupun hanya buah kurma yang terburuk untuk mengisi perutnya”. (HR. Muslim) .
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Ketika Rasulullah saw. wafat tidak ada sesuatu yang bisa saya makan di rumah saya kecuali sedikit tepung gandum di atas rak yang merupakan sisa dari apa yang telah saya makan, sehingga setelah lama saya takar-takar maka habis”. (HR. Bukhari dan Muslim),
- Dari Amr bin Harits saudara Juwariyah binti Al Harits yang ummul mukminin ra. ia berkata : “Ketika Rasulullah saw. wafat, tiada sepeser uang pun baik dinar atau dirham yang ditinggalkan, tidak pula budak laki-laki atau wanita yang ada hanyalah keledai putih yang biasa dinaiki oleh beliau, serta pedang dan sebidang tanah yang disedekahkan kepada ibnu sabil (perantau/pengembara)”. (HR. Bukhari)
- Dari Al Habbab bin Al Arrat ra. ia berkata: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. semata-mata mencari ridha Allah, maka di sisi Allah-lah ketetapan pahala kami. Lalu diantara kami banyak yang meninggal dunia sebelum menikmati hasilnya di dunia. Diantara dari mereka adalah Mush’ab yang terbunuh dalam perang Uhud. Dia hanya dibungkus dengan kain wol yang sangat kasar, yang mana bila kami menutup kepala dengan kainnya itu maka terbuka kedua kakinya, dan bila kami menutup kedua kakinya maka terbukalah kepalanya. Lalu Rasulullah saw. menyuruh kami untuk membungkus kepalanya, sedangkan kakinya ditutup dengan bunga Idzkhir (rumput). Dan diantara kami ada yang sampai menikmati hasil perjuangannya tersebut”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Saad As Saidi ra. Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun hanya seteguk air”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Ketahuilah, bahwa dunia itu terkutuk dan segala yang ada di dalamnya juga terkutuk kecuali dzikrullah (ingat kepada Allah) dan yang serupa dengannya serta orang-orang yang alim dan orang yang mau belajar”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu terlalu banyak menumpuk-numpuk dunia sebab hal itu akan menyebabkan kamu gila harta”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: “Sewaktu Rasulullah saw. berjalanjalan dan melewati kami, sedangkan kami baru memperbaiki rumah kami, lantas beliau bersabda: “Apa yang sedang kamu lakukan?”. Kami menjawab: “Kami memperbaiki rumah yang hampir roboh”. Akhirnya beliau bersabda : “Saya kira ajal kita akan lebih cepat dari robohnya rumah itu”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ka’ab bin Iyadh ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Setiap ummat pasti diuji, sedangkan ujian bagi ummatku adalah cinta harta”. (HR. Turmudzi)
- Dari Abu Amr, ada yang menyebutnya Abu Abdullah, dan ada pula yang menyebutnya Abu Laila, Utsman bm Affan ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tiada hak bagi manusia (anak Adam) dalam segala hal kecuali rumah kediaman, pakaian untuk menutup aurat dan roti kering serta air”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Asy Syikhkhir ra. ia berkata: “Saya datang berkunjung kepada Nabi saw. sedang beliau tengah membaca surat: ALHAAKUMUT TAKAATSUR, lalu beliau bersabda : “Anak Adam (manusia) berkata: “Ini adalah harta kekayaanku. Adakah bagian untukmu dari harta bendamu hai anak Adam selain makanan yang kamu makan atau apa yang kamu pakai lalu rusak, atau apa yang kamu sedekahkan kemudian menjadi simpanan untukmu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abdullah bin Mughaffal ra. ia berkata: “Ada seseorang datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Demi Allah, aku cinta kepadamu, ya Rasulullah saw.”. Beliau bersabda : “Pertimbangkan masak-masak apa yang telah kamu katakan”. Orang itu berkata: “Demi Allah, aku cinta kepadamu”. Ia mengulanginya hingga tiga kali. Kemudian beliau bersabda: “Bila kamu benar-benar cinta kepadaku maka bersiap-siaplah menghadapi kemiskinan dengan mengikatkan pinggang (dengan tangguh menghadapi segala kesulitan), sebab kemiskinan itu lebih cepat datangnya kepada orang yang cinta kepadaku melebihi kecepatan banjir menuju ke jurang”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ka’ab bin Malik ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Belum seberapa keganasan dua ekor srigala lapar dilepaskan di tengahtengah gembalaan kambing dibandingkan dengan ganasnya manusia atau rakusnya manusia terhadap harta benda dengan mengorbankan kedudukan agamanya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata” “Rasulullah saw. tidur di atas tikar sehingga sewaktu bangun membekaslah tikar itu pada pinggangnya. Lalu kami bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana kalau kami buatkan kasur lembut untukmu?” Beliau bersabda: “Buat apa dunia ini bagiku”. Aku di dunia ini bagaikan orang yang bepergian berteduh di bawah pohon lalu pergi dan meninggalkannya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang miskin akan masuk surga lima ratus tahun lebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang kaya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Husain ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Aku (Nabi saw.) menengok ke surga, ternyata yang kulihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin. Dan aku menengok ke neraka, dan aku lihat kebanyakan penghuninya adalah wanita”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Usamah bin Zaid ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Aku berdiri di depan pintu surga maka kebanyakan orang yang masuk adalah orang-orang miskin, sedangkan orangorang kaya masih tertahan (terus dihisab). Berbeda dengan para penghuni neraka telah dijerumuskan ke jurang neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Sebenar-benar perkataan yang digubah seorang penyair adalah perkataan Labid yang berbunyi: “ALAA KULLU SYAIIN MAA KHALALLAAHA BAATHILU (Ingatlah, bahwa segala sesuatu yang menyimpang dari Allah adalah batil)”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
Allah ta’ala berfirman: “Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang menyia-nyiakan shalat dan menuruti hawa nafsunya. Maka kelak mereka akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal Shalih maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya sedikit pun”. (QS. Maryam : 59-60).
Allah ta’ala berfirman: “Maka keluarlah Oarun kepada kaumnya dengan segala kemewahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Wah sekiranya aku memiliki kekayaan sebagaimana yang didapat oleh Oarun, sungguh ia mempunyai keber’untungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang diberi ilmu: “Kecelakaan yang besar bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orangorang yang beriman dan beramal shalih”. (QS. Al Qashash : 79).
Allah ta’ala berfirman: “Kemudian kamu pada hari kiamat akan ditanya tentang kenikmatan yang telah dikaruniakan oleh Allah”. (QS. At Takatsur : 8).
Allah ta’ala berfirman : “Barangsiapa menghendaki kehidupan (duniawi) sekarang, maka Kami segerakan baginya di dunia apa-apa yang Kami kehendaki untuk siapa yang dikehendaki. Kemudian ia Kami jerumuskan ke dalam jurang neraka Jahannam dalam keadaan tercela dan jauh dari rahmat”. (QS. Al Isra’ : 18).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sepanjang hidup di dunia, keluarga Muhammad tidak pernah kenyang dari roti gandum dalam waktu dua hari berturut-turut”. (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sejak menetap di Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah kenyang dari makanan yang terbuat dari gandum dalam waktu tiga malam berturutturut sampai beliau meninggal dunia”.
- Dari Urwah dari Aisyah ra. bahwasanya ja berkata: “Hai kemenakanku, demi Allah kami pernah melihat bulan sabit berubah tiga kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah Rasulullah saw. tidak dinyalakan api sama sekali”. Saya bertanya : “Hai bibiku, lantas apa yang bibi makan?”. Aisyah menjawab : “Kurma dan air : Ya, terkadang sahabat Anshor yang menjadi tetangga Nabi saw. selalu menghadiahkan susu dari sapi perahannya buat Rasulullah saw. maka kami meminum susu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Said Al Maqburi dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia melewati suatu kaum yang sedang makan sate, maka mereka mengajak Said untuk makan bersama tetapi Said menolak dan berkata : “Rasulullah saw. hingga wafatnya belum pernah kenyang makan roti gandum (syair)”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. belum pernah makan dengan piring hingga wafatnya, dan juga belum pernah makan roti yang dibikin dari tepung halus hingga wafatnya”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dan beliau sama sekali belum pernah makan sate kambing”.
- Dari An Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Sungguh, saya telah melihat Rasulullah saw. (dalam kelaparan) dimana beliau tidak mendapatkan makanan walaupun hanya korma terburuk untuk mengisi perutnya”. (HR. Muslim)
- Dari Sahl bin Sa’ad ra. ia berkata : “Rasulullah saw. tidak pernah melihat roti yang terbuat dari tepung halus semenjak diutus oleh Allah hingga wafatnya”. Ada orang yang bertanya kepada Sahl : “Apakah di masa Rasulullah saw. itu tidak ada pengayaan (alat untuk memisahkan yang halus dan kasar)?”. Ia menjawab: “Rasulullah saw. tidak pernah. melihat pengayaan mulai beliau diutus hingga wafatnya . Ada seseorang lain yang bertanya kepada Sahl : “Bagaimana kamu makan gandum yang tanpa diayak ?”. Ia menjawab : “Kami menumbuknya lalu ditiup-tiup maka terbanglah apa yang bisa terbang dan sisanya kami masak”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Pada Suatu hari Rasulullah saw. keluar, tiba-tiba berpapasan dengan Abu Bakar dan Umar ra. lalu beliau bertanya: “Apakah yang menyebabkan kamu berdua keluar pada saat seperti ini?”. Abu Bakar dan Umar ra. menjawab: “Kami lapar, ya Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku dalam genggaman-Nya, saya juga demikian”. Mari kita pergi. Maka keduanya pergi bersama Rasulullah saw. hingga sampai pada rumah salah seorang sahabat Anshor namun ia tidak di rumahnya. Ketika istrinya melihat, segera ia menyambutnya dengan ucapan : Marhaban Wa ahlan (Selamat datang), lalu Rasulullah bertanya: “Dimana Fulan (suamimu)?”. Ia menjawab: “Sedang mengambil air tawar untuk kami”. Tak lama kemudian datanglah sahabat Anshor itu dan melihat Rasulullah saw. dan kedua sahabatnya itu, maka ia berkata : “Alhamdulillah, pada hari ini tiada seorang pun yang mempunyai tamu lebih mulia kecuali tamuku”. Maka segera ia mengambil baki berisi kurma setengah masak dan kurma yang masak serta buah anggur seraya berkata: “Silahkan makan”. Kemudian ia pergi mengambil pisau, tetapi ditegur oleh Rasulullah saw.: “Janganlah kamu menyembelih kambing perahan itu”. Kemudian ia menyembelih kambing biasa (bukan perahan) untuk tamunya itu. Maka Rasulullah saw., Abu Bakar dan Umar memakan kurma, anggur serta daging kambing serta minum minuman yang sudah disediakan. Dan setelah mereka makan dengan kenyang dan puas, Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar dan Umar ra. : “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, pada hari kiamat nanti kamu pasti akan ditanya tentang nikmat yang telah kamu rasakan ini. Kamu telah didorong oleh rasa kelaparan hingga keluar rumah kemudian kamu kembali sesudah menikmati hidangan ini”. (HR. Muslim).
- Dari Khalid bin Umar Al Adawi ia berkata : “Utbah bin Ghazwan yang menjadi Gubernur di Bashrah berkhutbah di depan kami. Setelah ia menyanjung dan memuji Allah, ia berkata: “Kemudian daripada itu, sesungguhnya dunia itu telah mengingatkan kepadamu akan habis dan rusak, dan berjalan terus dengan cepat dan tidak akan tersisa kecuali hanya seperti sisa minuman dalam ceret atau bejana terbuat dari alumunium yang dituangkan pemiliknya. Sesungguhnya kamu semua akan berpindah dari alam dunia ke perkampungan yang tidak akan binasa lagi. Maka kembalilah kamu dengan membawa bekal kebaikan, sebab telah dikhabarkan bahwa kalau batu dilemparkan ke dasar neraka jahanam maka dalam waktu tujuh puluh tahun belum akan sampai ke dasar neraka. Demi Allah neraka Jahannam itu pasti akan penuh. Herankah kamu?. Juga telah dikhabarkan bahwa jarak antara dua pintu surga adalah empat puluh tahun perjalanan, tetapi pada suatu hari nanti orang yang masuk akan saling berdesakan. Di masa Rasulullah saw. dahulu kami bertujuh tidak memperoleh makanan kecuali daun-daun pepohonan, sampai bibir-bibir kami merekah dan sehelai kain kubelah dua dibuat sarung untuk saya sendiri dengan Sa’ad bin Malik masing-masing separuh. Tetapi sekarang masing-masing dari kami telah menjadi gubernur dari suatu daerah. Dan sesungguhnya saya memohon kepada Allah, agar tidak ada rasa besar dalam hatiku, karena pada dasarnya itu sangat kecil di sis! Allah”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Aisyah ra. mengeluarkan kain dan sarung yang tebal ditunjukkan kepada kami seraya berkata: “Rasulullah saw. ketika meninggal dunia memakai kain dan sarung ini”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Sa’ad bin Abu Waggas ra. ia berkata: “Sesungguhnya saya adalah orang yang pertama kali melempar dengan panah dalam perjuangan jihad fi sabilillah. Dahulu kami berperang bersama Rasulullah saw. dengan tanpa membawa bekal apa-apa kecuali hanya daun-daun pepohonan sehingga kami kelihatan lemah dan pucat serta jika kami buang air besar kotorannya seperti kotoran kambing, bahkan daun itu tidak bercampur karena sangat keringnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. berdoa :“ALLAAHUMMA IJ’AL RIZQA AALI MUHMMADIN OUUTAN (Ya Allah, berilah keluarga Muhammad rizki yang sekedar dapat menghilangkan rasa lapar saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Demi Dzat yang tiada Tuhan kecuali Dia. Saya sering menekan perutku ke tanah karena sangat lapar dan juga sering mengikatkan batu di perut karena lapar. Pada suatu hari pernah saya duduk-duduk di jalan, tiba-tiba Nabi saw. lewat dan tersenyum melihatku. Beliau tahu persis apa yang sebenarnya telah menimpa diri saya, lalu beliau bersabda: “Hai Abu Hirr, mari ikut aku (Nabi saw.)”. Maka saya pun mengikutinya, hingga akhirnya sampai di rumah beliau. Beliau masuk dan mengizinkan saya masuk dan di rumah itu Rasulullah menemukan segelas susu. Beliau bertanya kepada istrinya : “Susu ini dari mana?”. Istrinya menjawab: “Fulan telah mengirim hadiah untukmu”. Selanjutnya Rasulullah saw. memanggil saya, sabdanya: “Hai Abu Hirr”. Saya menjawab : Labaik, ya Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Pergilah dan temuilah ahli suffah dan panggilah mereka kemari”. Abu Hurairah ra. berkata : “Ahli Suffah adalah orang yang tidak memiliki keluarga, harta dan saudara. Bila beliau mendapatkan sedekah maka beliau mengirimkannya untuk mereka sedangkan Nabi saw. tidak mengambil sedikit pun dan seandainya Nabi saw. mendapatkan hadiah, maka sebagian diberikan kepada ahlus suffah dan sebagian lagi diambil untuk beliau. Namun saat itu saya merasa punya hak untuk meminum susu tersebut terlebih dahulu, sekalipun hanya seteguk untuk memulihkan kembali kekuatanku. Dan nanti kalau mereka datang pasti aku yang disuruh untuk melayaninya, maka saya minum apa ?. Begitulah isi hati kecil saya. Tetapi taat kepada Allah harus diutamakan. Oleh karena itu segera saya memanggil mereka, dan sewaktu mereka telah duduk di tempat masing-masing beliau memanggilku dan bersabda : “Terimalah ini dan bagikanlah kepada mereka, hai Abu Hirr”. Maka saya terima gelas itu dan saya berikan kepada orang pertama hingga ia minum dengan puas. Gelas itu dikembalikan kepadaku dan saya berikan kepada yang lainnya dan ia pun minum hingga nampak segar. Gelas itu diberikan kepada saya lagi hingga akhirnya tiba pada giliran Rasulullah saw. di mana mereka sudah minum. Lalu beliau mengambil gelas dan dipegangnya sambil memandangku dan tersenyum, lantas bersabda : “Hai Abu Hirr”. Saya menjawab: “Labaik, ya Rasulullah saw.”. Beliau bersabda: “Tinggal saya dan kamu yang belum minum”. Saya berkata : “Benar, hai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Duduklah kamu dan minumlah”. Lalu saya duduk sambil minum. Beliau bersabda lagi: “Minumlah”. Saya terus minum. Beliau terus mengulangi sabdanya : “Minumlah”, hingga saya berkata: “Tidak, demi Dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran, tiada tempat susu lagi di dalam perutku“. Beliau bersabda : “Serahkan gelas itu kepadaku”. Akhirnya beliau bertahmid dan membaca Basmalah lantas meminum sisa susu itu”. (HR. Bukhari)
- Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Sungguh, aku pernah jatuh diantara mimbar Rasulullah saw. dan bilik Aisyah karena pingsan. Maka orang-orang berdatangan dan ada seseorang yang menginyakkan kakinya ke leherku serta ada yang menyangka bahwa aku gila, padahal tidak. Aku jatuh karena terlalu lapar”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Sewaktu Rasulullah saw. menghembuskan nafasnya yang terakhir, baju besinya baru saja digadaikan untuk membayar hutangnya kepada seorang Yahudi sebesar tiga puluh sha’ atau 75 kg. tepung syair”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata : “Nabi saw. telah menggadaikam baju besinya sebagai tanggungan hutang satu sha’ gandum. Dan aku pernah datang ke rumah Nabi saw. membawakan roti dan minyak gajih. Juga aku telah mendengar Rasulullah bersabda: “Tidak ada pada keluarga Muhammad pada waktu pagi kecuali satu gantang gandum, begitu pula di waktu sore, padahal keluarga Nabi saw. sebanyak sembilan rumah”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata :”Saya melihat tujuh puluh ahlus suffah, tiada seorang pun dari mereka yang mempunyai kain selimut, baik sarung maupun pakaian lain yang bisa diikatkan pada leher mereka. Diantara mereka ada yang hanya memiliki kain yang bisa menutup kedua betisnya saja dan ada juga yang hanya memiliki kain yang bisa menutupi mata kakinya saja hingga ia menarik-narik dengan tangannya karena khawatir terbuka auratnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Kasur tempat tidur Rasulullah terbuat dari kulit yang berisi sabut”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Ketika kami duduk bersama Rasulullah saw., tiba-tiba datang seorang sahabat Anshor, dan memberikan salam. Ketika orang itu akan bangkit, Rasulullah saw. bertanya : “Hai saudara Anshor, bagaimana keadaan Sa’ad bin Ubadah ?”. Ia menjawab :“Baik-baik saja”. Lalu beliau bersabda kepada para sahabatnya : “Siapakah diantara yang mau menengoknya?”. Kemudian beliau berdiri dan kami pun ikut berdiri bersama Nabi saw. yaitu kurang lebih belasan orang, dan tiada diantara kami yang memakai sandal, sepatu, kopyah dan kemeja. Kami semua berangkat dengan pakaian yang sangat sederhana hingga kami sampai ke rumah Sa’ad. Kemudian mundurlah keluarganya dan Rasulullah saw. beserta sahabatnya mendekat kepadanya”. (HR. Muslim).
- Dari Imran bin Hushain ra., dar: Nabi saw., beliau bersabda : “Generasi terbaik adalah generasi pada abadku ini, kemudian abad vang di belakangnya, kemudian yang berikutnya Imran ra. berkata : “Saya tidak tahu pefsis berapa kali beliau mengucapkannya, entah dua atau tiga kali”. Nabi saw. bersabda lagi : “Kemudian setelah akan datang suatu kaum yang maju menjadi saksi meskipun tidak diminta lalu mereka itu berkhianat tidak dapat dipercava, mereka bernadzar tetapi tidak ditepatinya dan nanti ada diantara mereka gemuk badannya dan besar perutnya”.(HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Umamah ra. ia berkata: “Hai anak Adam, jika kamu mendermakan kelebihan hartamu maka itu akan lebih baik bagimu, namun jika harta itu kamu tahan maka akan berakibat jelek bagimu. Dan kamu tidaklah dicela sebab berkecukupan. Dan dahulukan orang-orang yang menjadi tanggunganmu (yaitu keluArqamu)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ubadillah bin Mihsan Al Anshari ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa di waktu pagi mampu menciptakan rasa aman di lingkungan rumah tangganya, terjamin kesehatannya, dan mempunyai persediaan makanan untuk hari itu, maka bagaikan L telah terkumpul baginya dunia seisinya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah bersabda: “Sungguh beruntung orang yang telah Islam, rizkinya berkecukupan dan memiliki hati menerima karumia Aliah SWT”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Muhammad Fadhalah bin Ubaid Al Anshari ra. bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Berbaha: gialah orang yang telah mendapatkan petunjuk untuk masuk Islam, rizkinya berkecukupan dan merasa cukup dengan pemberian yang ada”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bersama keluarganya sering beberapa malam tidak makan sore karena tiada apa pun yang dimakan, dan roti yang sering mereka miliki adalah roti gandum”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Fadhalah bin Ubaid ra. bahwasanya Rasulullah saw. bila melaksanakan shalat berjamaah maka orang-orang suffi sering terjatuh karena kelaparan sehingga orang-orang Badui berkata: “Mereka itu orang gila”. Maka ketika Rasulullah saw. selesai mengerjakan shalat, beliau mendekati mereka dan bersabda: “Andaikata kamu mengetahui pahala yang disedia. kan oleh Allah, niscaya kamu akan meningkat. kan kemiskinan dan kelaparanmu”. (HR At Turmudzi).
- Dari Abu Karimah Al Migdad bin Ma’dikariba ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada berbahaya seseorang memenuhi wadah/bejananya melebihi bahayanya memenuhi perutnya. Gukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang ‘ dapat menegakkan tulang punggungnya. Dan jika harus lebih dari itu maka harus dibagi tiga yaitu sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Umamah Iyas bin Tsa’labah Al Anshari Al Harisi ra. ia berkata: “Pada suatu hari para sahabat membicarakan kemewahan dunia di majlis Rasulullah saw., maka Beliau bersabda : “Tidakkah kamu mendengar, tidakkah kamu semua mendengar?, Sesungguhnya kesederhanaan itu daripada iman, sesungguhnya kesederhanaan itu tanda daripada iman”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mengutus kami dalam suatu pasukan yang dipimpin oleh Ubaidah untuk menyergap kaum Quraisy dengan diberi bekal sekantung kurma karena memang tidak ada lainnya. Abu Ubaidah membagi kurma satu-satu. Jabir ditanya : “Bagaimana kamu menikmati satu kurma itu ?”. Jawabnya : “Kami mengisapnya (diemut: bhs. Jawa) seperti anak kecil lalu kami minum air, maka yang demikian itu dapat mencukupi hingga malam hari”. Dan kami juga menumbuk daun-daun pohon khobet (daun untuk makanan unta) dengan menggunakan tongkat, lalu kami basahi dengan air lantas kami makan. Kami berjalan terus hingga menyusuri pantai. Di sana kutemukan gundukan tanah yang menyerupai bukit, kemudian kami menuju ke sana dan ternyata di sana terdapat ikan besar lagi pula sangat panjang. Abu Ubaidah berkata : “Bangkai ikan”. Lalu ia berkata lagi: “Namun tidak apa-apa, kamu semua adalah utusan Rasulullah saw. dan berjuang pada jalan Allah sedangkan kamu semua dalam situasi yang sangat terpaksa, maka makanlah bangkai itu”. Kami berhenti di situ selama satu bulan dan jumlah rombongan kami terdiri dari tiga ratus orang dan kami juga menjadi gemuk. Kami masih ingat ketika kami mengambil minyak dari lubang mata ikan itu dengan tempayan untuk diperguanakan sebagai lemak, lalu kami – potong-potong beberapa potong sebesar lembu.
Abu Ubaidah menyuruh tiga belas orang duduk dalam lubang mata ikan itu, juga ia mengambil salah satu tulang rusuknya untuk ditegakkan. Kemudian menyuruh menjalankan unta yang terbesar untuk berjalan dibawahnya dan kami mengikuti dari belakang, serta kami membawa dendeng ikan tersebut. Sewaktu kami tiba di Madinah, kami menghadap Rasulullah dan menceritakan hal itu. Beliau lantas bersabda: “Itu adalah rizki yang dikaruniakan oleh Allah kepada kamu semua. Apakah kamu semua masih menyimpan sisa daging itu untuk kami makan (merasainya)?”. Kemudian kami membawakan daging dendeng ikan itu kepada Rasulullah saw. dan beliau berkenan memakannya”. (HR. Muslim).
- Dari Asma’ bin Yazid ra. ia berkata: “Lengan baju Rasulullah saw. adalah sampai pergelangan tangan”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Sewaktu kami menggali parit dalam perang Khandak, kami menjumpai tanah yang sangat keras dan sulit untuk digali. Lalu para sahabat mendatangi Rasulullah saw. dan berkata : “Ini ada tanah yang sangat keras dan sulit dibuat parit”. Beliau bersabda : “Aku yang harus turun tangan menggalinya”. Kemudian beliau berdiri sambil membalut perutnya dengan batu (karena tiga hari tidak mendapatkan makanan) lantas mengambil linggis dan memukul tanah terse. but. Maka mendadak tanah itu seketika menjadi hancur bagaikan debu yang dihamburkan, Lantas saya berkata : “Ya Rasulullah, izinkanlah saya pulang ke rumah”. Setelah sampai di rumah saya berkata kepada istriku: “Saya meli. hat Nabi saw. sangat lapar sekali. Apakah kamu memiliki makanan ?”. Istrinya menjawab: “Ada sedikit makanan berupa gandum dan seekor kambing”. “Maka saya menyembelih kambing itu dan menumbuk gandum kemudian saya letakkan dalam periuk besar. Sementara adonan gandum di periuk sudah hampir masak, maka saya mendatangi Rasulullah saw. dan berkata: “Ya Rasulullah, saya memiliki sedikit makanan, maka silahkan tuan datang ke rumah saya dengan satu atau dua orang saja”. Beliau bertanya : “Berapa banyak makanan itu?”. Maka saya katakan adanya makanan itu. Beliau bersabda :”” Cukup banyak”. Dan Nabi saw berpesan padaku untuk kusampaikan kepada istriku: “Janganlah kamu angkat periuk ini hingga aku datang”. Lalu beliau memanggil Sahabatnya : “Hai sahabatku, mari ikut aku”. Maka sahabat Muhajirin dan Anshor datang ke rumahku. Ketika saya masuk ke rumah, saya berkata kepada istriku: “Celaka kamu, karena Nabi saw. datang bersama-sama sahabatnya”. Istriku bertanya : “Apakah beliau telah menanyakan kepadamu mengenai persediaan makanan yang kita siapkan?”. Saya menjawab: “Ya”. Nabi saw. menyuruh sahabatnya untuk masuk ke rumah dengan tidak berdesakdesakan. Kemudian beliau memotong roti dan daging serta beliau menutup kembali periuk itu dan membiarkan periuk itu tetap di atas panggangan, lantas beliau menyajikannya untuk para sahabat. Kemudian kembali memotong roti dan daging dari periuk, kemudian menutupnya kembali dan menghidangkannya kepada para sahabat. Kemudian kembali memotong roti dan daging dari periuk hingga semua sahabat menjadi kenyang dan masih ada sisa. Lantas Nabi saw. bersabda kepada istriku: “Makanlah kamu dan bagi-bagilah sisanya karena kini adalah musim paceklik dimana orang-orang sedang ditimpa kelaparan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bahwasanya Jabir berkata: “Ketika parit itu digali, saya lihat Nabi saw. sangat lapar maka saya segera pulang menemui istriku dan berkata : “Apakah kamu memiliki makanan, sebab Nabi saw. sangat lapar”. Maka istriku memperlihatkan kepadaku segantang gandum, dan kami mempunyai seekor kambing yang jinak untuk kami semL belih. Ketika aku akan menemui Rasulullah saw. | istriku berkata : “Janganlah kamu membuat malu diriku terhadap Rasulullah saw. dan para sahabatnya!”. Segera saya datang menemui Rasulullah dan berkata : “Ya Rasulullah saw. kami telah menyembelih kambing dan memasak segantang gandum, maka silahkan tuan dan beberapa sahabat datang ke rumah”. Lantas Rasulullah saw. menyeru : “Hai para pasukan Khandak, Jabir telah membuat selamatan. Mari ke sana semua”. Dan Nabi saw. juga berpesan kepadaku agar tidak mengangkat periuk itu dan tidak memotong-motong adonan roti sebelum beliau datang. Saya pulang terlebih dahulu dan memberitahukan hal itu kepada istriku, dan istriku menjawab: “Salahmu, salahmu sendiri tidak menurut kepada saya”. Jawabku : “Aku sudah melaksanakan apa yang kamu katakan”. Kemudian Rasulullah saw. beserta para sahabatnya datang dan istriku mengeluarkan adonan roti, lantas beliau meludahi dan memberkahinya, Selanjutnya beliau pergi ke tempat periuk juga meludahi dan memberkahinya, kemudian beliau bersabda kepada istriku: “Panggillah tukang roti, suruh dia membuat roti bersamamu dan aduk-aduklah periuk itu tapi janganlah kamu angkat”. Ketika itu mereka ada seribu orang. Jabir berkata: “Demi Allah, mereka semua kenyang, sehingga meninggalkan tempat kami. Dan periuk kami masih terdengar suara masakan di dalamnya sebagaimana masakan yang masih utuh seperti semula, demikian pula adonan roti masih dapat dibuat roti seperti semula”.
mendengar suara Rasulullah saw. sangat lemah Karena kelaparan, apakah kamu memiliki sesuatu ?”. Ummu Sulaim menjawab :’Ya ada”. Lalu ia mengeluarkan beberapa potong roti dari gandum kemudian ia mengambil kerudungnya untuk membungkus sebagian roti — itu dan dimasukkan ke bajuku serta sisanya diberikan kepada saya dengan menyuruh agar saya lekas datang kepada Rasulullah. Ketika saya sampai di masjid, saya dapatkan Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya di Masjid, maka beliau bersabda kepadaku: “Apakah kamu disuruh oleh Abu Talhah”. Saya menjawab: “Benar, ya Rasulullah saw.”. Beliau bertanya lagi: “Untuk makanmakan”. Saya menjawab: “Ya”. Lalu Rasulullah saw. bersabda: “Mari kita ke sana”. Para sahabat berangkat, dan saya lari lebih dahulu memberitahukan kepada Abu Thalhah, Abu Thalhah berkata Ummu Sulaim : “Rasulullah saw. telah datang dengan para sahabatnya, sedang makanan kita tidak mencukupi”. Ummu Sulaim menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Akhirnya Abu Thalhah menjemput Rasulullah saw. dan masuk ke rumah lebih dahulu dan bersabda : “Bawalah ke sini makanan yang akan kamu hidangkan, hai Ummu Sulaim”. Kemudian Ummu Sulaim menyajikan makanan roti dan memotongmotong serta mengolesinya dengan minyak samin sebagai lauknya, lalu dibacakan doadoa/bacaan-bacaan oleh Rasulullah saw. lantas beliau bersabda: “Silahkan sepuluh orang makan dahulu”. Maka sepuluh orang sahabat masuk dan makan hingga kenyang kemudian keluar. Beliau bersabda lagi: “Silahkan sepuluh orang makan dahulu”. Lalu masuk sepuluh orang lagi dan makan hingga kenyang kemudian keluar. Beliau bersabda lagi: “Silahkan sepuluh orang makan dahulu”, sehingga akhirnya semuanya dapat makan dengan kenyang, padahal mereka itu berjumlah tujuh puluh atau delapan puluh orang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Kemudian setelah keluar masuk silih berganti sepuluh-sepuluh, maka tiada yang keluar kecuali dalam keadaan kenyang. Lalu mereka meninggalkannya sementara rotinya yang dimakan itu keadaannya tetap seperti semula artinya seperti ketika mereka akan memakannya”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Kemudian setelah keluar masuk silih berganti sampai delapan puluh orang, barulah Rasulullah saw. dan keluarga Abu Thalhah makan dan mereka meninggalkan sisa yang cukup banyak”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Kemudian Sisa-sisanya masih dapat diberikan kepada tetangga-tetangganya”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Anas ra. berkata: “Pada suatu ketika saya datang kepada Nabi saw. dan saya melihat beliau mengganjal perutnya dengan batu, maka saya bertanya kepada salah seorang sahabat: “Mengapa Nabi saw. mengganjal perutnya (dengan batu)?”Mereka menjawab: “Karena lapar.” Lalu saya datang ke rumah ayahku Abu Thalhah, suami Ummu Sulaim (binti Milhan) dan berkata : “Ayah, tadi saya melihat Nabi saw. mengganjal perutnya, lantas saya tanyakan kepada para sahabatnya, mereka menjawab bahwa beliau begitu karena lapar”. Maka Abu Thalhah masuk menjumpai Ibuku dan berkata: “Adakah sesuatu makanan?”. Ibu menjawab: “Ya, ada beberapa potong roti dan kurma. Andaikan Rasulullah saw. bisa datang sendirian ke sini tentu kami dapat memberikan jamuan hingga kenyang, tetapi bila datang dengan yang lain tentu akan berkurang”. (Hadits ini masih ada lanjutannya).
Allah ta’ala berfirman: “Tiada satu pun binatang melata di bumi ini melainkan Allah-lah yang memberinya rizki”. (QS. Hud : 9).
Allah ta’ala berfirman: “Berinfaqlah kepada orang-orang miskin yang tertahan (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat berusaha di muka bumi: orang yang tak tahu menyangka bahwa mereka adalah orang kaya karena memelihara dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada manusia dengan secara mendesak” (QS. Al Bagarah : 273).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan hartanya, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, tetapi mereka berada di tengah-tengah diantara yang demikian itu”. (QS. Al Furqan : 27).
Allah ta’ala berfirman : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki sedikitpun rizki dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat : 56).
Hadits-hadits yang berkaitan dengan bab ini sudah banyak diterangkan dalam bab-bab terdahulu. Dan yang belum tercantum adalah sebagai berikut:
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Tidaklah disebut kaya orang yang banyak hartanya tetapi yang disebut kaya adalah orang yang kaya jiwanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh beruntung orang yang telah masuk Islam dan diberi rizki yang berkecukupan serta Allah memberi kepuasan terhadap apa yang telah diberikannya kepada mereka”. (HR. Muslim).
- Dari Hakim bin Hizam ra. ia berkata: “Saya telah meminta kepada Nabi saw. maka beliau memberi kepadaku. Kemudian saya minta lagi, maka beliau pun memberi kepadaku. Lantas beliau bersabda: “Hai Hakim, harta itu indah dan manis, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan kemurahan jiwa maka ia akan memperoleh berkah, tetapi barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara mengharap-harap (meminta-minta) maka ia tidak akan memperoleh berkah, bagaikan orang yang makan tak kunjung kenyang-kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Hakim berkata : “Ya Rasulullah, demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, saya tidak akan mengambil apapun dari seseorang sepeninggalanmu hingga mati”. Pernah Abu Bakar memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu kepadanya tetapi ia enggan menerimanya. Juga pada masa Umar ra. Hakim dipanggil untuk menerima sesuatu tetapi ia enggan untuk menerimanya. Maka Umar ra. berkata : “Wahai ummat Islam, saya mempersaksikan kepadamu bahwa saya telah memberi kepada Hakim apa yang telah menjadi haknya sebagaimana diatur oleh Allah tetapi ia enggan menerimanya”. Hakim tetap tidak mau menerima pemberian dari seorang pun setelah menerima pemberian dari Nabi saw. hingga meninggal dunia”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Burdah dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata : “Kami keluar bersamasama Rasululiah saw. dalam suatu peperangan (Ghazwah), maka kami sangat kekurangan kendaraan hingga terpaksa kami berenam orang naik satu unta silih berganti naik turun yang menyebabkan kaki-kaki pecah dan terlepas kuku kakiku. Dan terpaksa kami membalut kakiku dengan robekan kain. Oleh karena itu peperangan ini disebut Dzatir riga’ karena kami membalut kaki-kaki kami dengan robekan kain”.
Abu Burdah berkata: “Pada mulanya Abu Musa suka menceritakan kejadian ini, tetapi kemudian ia segan menceritakannya, dan ia berkata: “Buat apa saya menceritakan apa yang telah saya perbuat sendiri. Abu Burdah berkata : “Seolah-olah ia tidak senang menyia-nyiakan sesuatu yang telah dikerjakannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Amr bin Taghlib ra. bahwasanya Rasulullah saw. kedatangan harta atau tawanan perang lalu beliau membagi-baginya. Sebagian mereka diberi dan sebagian yang lain ada orang-orang yang tidak diberi. Orang-orang yang tidak diberi itu mencela beliau. Setelah berita itu terdengar oleh Rasulullah maka beliau memuji dan menyanjung kepada Allah serta bersabda: “Amma badu, demi Allah sesungguhnya aku memberi kepada seseorang dan tidak memberi kepada yang lain, orang yang tidak kuberi itu lebih aku cintai daripada orang yang kuberi. Tetapi saya memberi hanya kepada orang yang aku ketahui kelemahan hati mereka yang penuh dengan keluhan dan kesedihan. Dan aku serahkan kepada Allah orang yang telah ditetapkan di hati mereka kekayaan dan kebaikan, diantara mereka adalah Amr bin Taghlib. Amr bin Taghlib berkata : “Demi Allah, saya tidak suka kalau sabda Rasulullah saw. diganti dengan ternak yang merah-merah (Yang sangat bagus)“. (HR Bukhari).
- Dari Hakim bin Hizam ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Tangan di atas (pemberi) itu lebih baik daripada tangan di bawah (meminta), dan dahulukan orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baik sedekah adalah apa yang dikeluarkan dari orang yang mempunyai kelebihan (kekayaan). Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya (dengan tidak meminta-minta) maka Allah akan menjaganya dan barangsiapa yang sudah merasa cukup (atas pemberian Allah) maka Allah akan mencukupkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdur Rahman Muawiyah bin Abu Sufyan Sakhr bin Hazb ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu mendesak dalam meminta-minta. Demi Allah, tidak ada salah seorang dari kamu meminta sesuatu kepadaku, dan terpaksa aku memberinya, padahal aku tidak senang memberikan itu niscaya tiada berkah pemberianku itu kepadanya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abdur Rahman Auf bin Malik Al Asyja’i ra. ia berkata : “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama-sama dengan sembilan atau delapan atau tujuh orang di sisi Rasulullah tiba-tiba beliau bertanya: “Apakah kamu semua tidak akan berbaiat kepada Rasulullah ?”, padahal kami baru saja berbarat. Kami menjawab: “Kami telah berbaiat kepada engkau, ya Rasulullah”. Beliau bertanya lagi : “Apakah kamu tidak akan berbaiat kepada Rasulullah?”. Kami mengulurkan tangan dan berkata : “Kami telah berbaiat, ya Rasulullah, maka atas dasar apakah kami harus berbarat ?”. Nabi saw. menjawab: “Kamu semua harus menyembah kepada Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, shalat lima waktu dan kamu harus mendengarkan dan mentaati segala perintahNya”. Kemudian Nabi saw. merendahkan suaranya sambil bersabda : “Janganlah memintaminta sesuatu apapun dari orang lain”. Auf berkata : “Maka saya telah melihat diantara kelompok ini yang cambuknya jatuh tetapi ia tidak minta tolong kepada orang lain untuk mengambilkan cambuk itu”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Seseorang diantara kamu selalu meminta-minta hingga ia berhadapan dengan Allah nanti, sedangkan mukanya tidak ada dagingnya sama sekali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata: “Ketika Rasulullah saw. berkhutbah di atas mimbar dan menyebut tentang sedekah dan menjaga diri dari meminta-minta, beliau bersabda: “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi dan tangan yang di bawah adalah yang memintaminta”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang meminta-minta kepada sesama manusia dengan tujuan untuk memperkaya diri maka sebenarnya ia itu meminta bara api. Terserah kepadanya apakah ia mengumpulkannya sedikit atau akan memperbanyaknya”. (HR. Muslim).
- Dari Samurah bin Jundub ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya meminta-minta adalah topeng yang diperbuat oleh seseorang pada dirinya sendiri, kecuali jika meminta kepada raja (pemerintah) atau meminta-minta sesuatu karena sangat terpaksa/sangat terdesak”. (HR. Turmudzi).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tertimpa kemiskinan atau penderitaan, lalu diadukan kepada sesama manusia maka tidaklah akan tertutup kemiskinan atau penderitaannya itu. Dan barangsiapa yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan memberi rizki baik dengan segera atau lambat”. (HR. Abu Daud dan Turmudi).
14, Dari Tsauban ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang berani menjamin dirinya dengan berjanji tidak akan meminta-minta apapun dari sesama manusia Maka sebab itulah aku akan menjaminkan kepadanya surya?”. Saya menjawab : “Saya”, maka ja tidak pernah meminta sesuatu apapun pada orang lain”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Bisyr Qabishah bin Al Mukharig ra. ia berkata : “Saya sedang menanggung beban yang sangat berat, maka saya datang kepada Rasulullah untuk meminta bantuan guna meringankan beban itu, lalu beliau bersabda: “Tunggulah dahulu di sini sampai datangnya zakat atau sedekah, nanti kami suruh amil memberi bagian untukmu”. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya memintaminta itu tidak diperbolehkan, hai Qabishah kecuali dalam tiga hal: yaitu seseorang yang menanggung beban yang sangat berat maka diperbolehkan meminta-minta sehingga ta mendapatkan kebutuhannya, kemudian berhenti tidak minta, seseorang yang tertimpa kecelaka: an hingga habis semua hartanya, maka boleh meminta-minta hingga mendapatkan apa vang dapat menutupi kebutuhannya, dan seseorang yang benar-benar miskin sehingga ada tiga orang yang bijaksana dari kaumnya mengata: kan: “Si Fulan benar-benar miskin”, maka ia boleh meminta-minta hingga ia memperoleh penghidupan yang layak. Hai Oabishah meminta-minta yang selain sebab itu adalah usaha haram, dan orang yang memakannya berarti memakan barang haram”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Orang miskin itu bukanlah orang yang keliling meminta-minta kepada orang lain sehingga tertolak dari satu dua suap makanan atau tertolak dari satu dua kurma. Tetapi orang miskin yaitu orang yang tidak bisa mencukupi kebutuhannya dan tidak pernah berfikir agar diberi sedekah serta ia tidak mau meminta-minta kepada sesama manusia”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya Abdullah bin Umar dari Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. memberiku sedekah, kemudian saya berkata : “Ya Rasulullah berikanlah kepada orang lain yang lebih membutuhkannya daripada saya”. Beliau bersabda: “Terimalah, jika pemberian itu datang kepadamu sementara kamu tidak mengharap-harapkan dan tidak meminta. Maka terimalah, lalu terserah kamu, boleh kamu makan atau kau sedekahkan kepada orang lain, Dan bila tidak demikian maka janganlah kamu menuruti hawa nafsu untuk memperolehnya (mengangan-angan)”.
Salim berkata: “Maka Abdullah tidak pernah meminta apapun kepada seseorang dan tidak pernah menolak pemberian yang diberikan kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Bila kamu telah selesai shalat maka bertebaranlah kamu semua di muka bumi dan carilah karunia Allah”. (QS. Al Jumuah : 10).
- Dari Abu Abdullah Az Zubair Al Awwam ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, sekiranya seseorang dari kamu membawa tali dan pergi ke gunung untuk mencari kayu kemudian dipikul ke pasar untuk dijual dimana dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya maka itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik ia diberi atau menolak padanya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, sekiranya salah seorang dari kamu mencari kayu bakar dan dipikulnya kayu bakar itu, maka yang demikian itu lebih baik baginya daripada meminta-meminta kepada orang, baik orang itu mem. berinya atau menolaknya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Nabi Daud as. tiada makan kecuali dari hasil usahanya sendiri”. (HR. Bukhari?).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Nabi Zakaria as. dahulunya adalah tukang kayu”. (HR. Muslim).
- Dari Al Migdam bin Ma’dikariba ra. dar! Nabi saw., beliau bersabda: “Tiada seseorang makan makanan yang lebih baik kecuali dari hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud as. juga makan dari hasil usahanya sendiri”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Dan terhadap apa yang telah kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya”. (QS. Saba’ : 39)
Allah ta’ala berfirman: “Dan sesuatu (harta) yang baik yang kamu nafkahkan maka pahalanya itu untuk kamu sendiri, dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah, dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan sempurna dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun”. (QS. Al Bagarah : 272)
Allah ta’ala berfirman: “Dan sesuatu yang kamu sedekahkan dari harta yang baik, maka Allah Maha Mengetahui”. (QS. Al Bagarah : 273)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Tidak ada hasut yang diperbolehkan kecuali dalam dua hal yaitu seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah lalu dihabiskan untuk menegakkan kebenaran, dan seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah, lalu diamalkan serta diajarkan kepada sesama manusia”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Siapakah diantara kamu yang lebih mencintai harta ahli warisnya daripada hartanya sendiri?”. Para sahabat menjawab : “Ya Rasulullah, tiada seorang pun dari kami melainkan ia lebih mencintai hartanya sendiri”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya hartanya sendiri adalah sesuatu yang sudah digunakan (didahulukan) dan harta ahli warisnya adalah harta yang belum digunakan atau masih tersimpan (dikemudiankan)”. (HR.. Bukhari).
- Dari Adi bin Hatim ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Takutlah kamu dari api neraka itu walaupun dengan sedekah separuh biji kurma”. (HR. Bukhari).
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Tidak pernah Rasulullah saw. dimintai sesuatu lalu menolak (berkata: tidak)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Setiap pagi ada dua Malaikat yang turun kepada para hamba, dimana yang satu berdoa : “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menginfakkan hartanya”, dan Malaikat yang lain berdoa: “Ya Allah, berikanlah kepada orang yang kikir itu kehancuran dan kemusnahan (pada hartanya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah ta’ala berfirman: “Infakkanlah hartamu niscaya Kami memberi gantinya kepadamu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah saw. ditanya oleh seorang laki-laki : “Perbuatan apakah yang terbaik dalam Islam?”. Beliau menjawab : “Yaitu kamu memberi makan, dan mengucapkan salam, baik kepada orang yang sudah dikenal maupun orang yang belum dikenal”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada empat puluh macam perbuatan dimana yang paling utama adalah memberikan kambing untuk diperah susunya saja. Tidak ada seorangpun yang mengerjakan salah satu dari empat puluh itu dengan sungguh-sungguh mengharapkan pahala dari Allah dan dengan penuh kepercayaan akan balasan-Nya kecuali Allah pasti memasukkannya ke dalam surga”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Umamah bin Ajlan ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Hai anak Adam, jika kamu memberikan kelebihan hartamu ma. ka itu lebih baik bagimu, dan jika kamu menahannya maka akan berakibat buruk bagimu Kamu tidak akan tercela atas kesederhanaan. mu. Dan dahulukanlah orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan di atas (pemberij lebih baik daripada tangan di bawah (Yang menerima)”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata :“Tidak pernah Rasulullah saw. dimintai sesuatu untuk kepentingan Islam kecuali selalu memberinya. Sungguh telah datang seorang peminta kepada beliau, maka diberinya kambing yang berada diantara dua bukit. Lalu orang itu (peminta) kembali kepada kaumnya dan berkata : “Hai kaumku, segeralah kamu masuk Islam karena Muhammad memberi pemberian kepada seseorang yang tidak khawatir sama sekali kalau jatuh miskin”. Memang dahulu seseorang masuk Islam tidak lain karena mengharapkan dunia (harta) tetapi tak lama kemudian ia akan mencintai Islam (sepenuh hati) melebihi cintanya terhadap dunia dan segala isinya”. (HR. Muslim).
- Dari Umar ra. ia berkata : “Rasulullah saw. membagi suatu pembagian, lalu saya berkata: “Ya Rasulullah, selain mereka yang diberi bagian masih banyak orang yang berhak menerimanya daripada mereka”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya mereka menawarkan kepadaku (dua pilihan) yaitu antara minta secara paksa lalu aku memberikan kepada mereka atau mereka menganggap aku bakhil, padahal aku tidak bakhil”. (HR. Muslim). .
- Dari Jubair bin Muth’im ra. ia berkata: “Ketika ia berjalan-jalan bersama-sama Nabi saw. Sepulangnya dari perang Hunain, maka Nabi saw. didesak terus oleh orang Badui yang meminta bagian hingga mereka memaksa belau ke sebuah pohon dan berhasil menyambar surbannya, maka Nabi saw. berhenti sambil bersabda : “Berikan surban itu kepadaku, sungguh seandainya saya memiliki ternak sebanyak pohon berduri ini pasti akan aku bagikan kepada kamu semua dan kamu semua tidak akan mendapatkanku sebagai orang yang bakhil, pendusta dan pengecut”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah berkurang harta yang disedekahkan. Dan Allah tiada menambah kepada orang yang suka memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tiadalah seseorang yang rendah diri karena Allah kecuali Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan mengangkat derajatnya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Kabsyah Umar bin Sa’ad Al Anmari ra. sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga hal yang aku bersumpah kepadanya dan aku akan menceritakan suatu berita kepadamu maka ingatlah baik-baik. Yaitu tidak akan habis harta seseorang yang disedekahkan, tiada orang yang sabar ketika teraniaya kecuali akan dinaikkan derajat kemuliaannya oleh Allah tiada seseorang yang menempuh penghidupannya dengan meminta-minta kecuali Allah akan membukakan pintu kemiskinan kepadanya. Dan kini akan aku ceritakan kepadamu, maka camkanlah baik-baik”. Beliau melanjutkan sabdanya : “Sesungguhnya di dunia ini ada empat kelompok manusia yaitu: seseorang yang dianugerahi harta dan ilmu lalu digunakan untuk berTaqwa kepada Tuhannya dan untuk menghubungkan tali persaudaraan dan mengenal hak Allah di dalamnya. Orang yang semacam ini berada pada tingkatan yang paling mulia, seseorang yang dianugerahi ilmu oleh Allah namun tidak dikaruniai harta, tetapi dengan niat yang sungguh-sungguh ia berkata : “Jika saya dikaruniai harta pasti saya akan beramal, sebagaimana si Fulan”. maka dengan niatnya yang tulus itu ia akan memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang mengamalkannya, seseorang yang dianugerahi harta namun tidak memiliki ilmu lalu hartanya dibelanjakan tanpa berdasarkan ilmu dan tidak bertakwa kepada Tuhannya serta tidak mau menyambung tali persaudaraan dan tidak sadar bahwa dalam hartanya ada hak Allah yang harus (dipenuhi), maka orang semacam ini berada pada tingkatan yang terburuk: dan seseorang yang tidak dianugerahi harta maupun ilmu lalu ia berkata : “Andaikata saya memiliki harta sebagaimana harta si Fulan pasti saya berbuat seperti apa yang diperbuat oleh si Fulan”, maka dengan niatnya itu ja mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Aisyah ra. bahwasanya para sahabat menyembelih seekor kambing, lantas Nabi saw. bertanya: “Apakah masih ada sisanya?”. Aisyah menjawab : “Tiada tersisa kecuali sampilnya saja”. Akhirnya beliau bersabda: “Tiada yang tersisa kecuali sampilnya saja”. Maksudnya: “Sedekahlah kamu semua dengan kambing kecuali sampilnya”. Maka beliau bersabda : “Semuanya masih tetap tersisa (tersimpan) di akhirat nanti untuk kami kecuali sampilnya”. (HR. At Tumudzi).
- Dari Asma’ binti Abu Bakar ra. ia berkata: “Rasulullah saw bersabda kepadaku: “Janganlah kamu selalu menutup-nutupi kekayaanmu maka Allah akan menutupi rizkimu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Infakkanlah, berikanlah, sedekahkanlah hartamu dan janganlah kamu selalu menghitung-hitungnya, maka Allah akan menghitung-hitung untukmu dan janganlah kamu menakar-nakarnya maka Allah akan menakar-nakar (membatasi) untukmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang yang bakhil dan orang yang menginfakkan hartanya adalah seperti dua orang yang memakai baju besi dari susu sampai ke bahunya”. Adapun orang yang menginfakkan hartanya, maka tiap-tiap ia mendermakan hartanya maka bertambahlah luas baju besi yang dipakainya hingga dapat menutupi badannya. Sedangkan orang yang bakhil maka setiap kali mau mengeluarkan hartanya niscaya semakin lekatlah baju besi itu di tempatnya, ia bermaksud untuk melonggarkannya tetapi baju besi itu tidak bisa berkembang (malah menyempit)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang bersedekah sebijih kurma dari hasil usaha yang baik (halal) dan memang Allah tidak akan menerima (sedekah) kecuali yang baik (halal), maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah itu dengan tangan kanan-Nya lalu Allah memeliharanya (mengembangkannya) untuk orang yang bersedekah itu sebagaimana seseorang dari kamu semua memelihara anak kuda, sehingga sedekah itu menjadi sebesar gunung”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw: beliau bersabda : “Sewaktu seseorang berjalan di padang pasir, tiba-tiba mendengar suara dari (balik) awan: “Siramlah kebun si Fulan”. Kemudian awan itu bergerak menuju ke tempat yang banyak batunya dan menuangkan air. Di tempat yang banyak batunya itu terdapat sebuah parit/selokan yang penuh air dan dapat mengalirkan air tersebut. (Seseorang itu terus mengikuti jalannya air) hingga sampai di suatu kebun di mana ada seorang laki-laki sedang membagi-bagi air di tengah-tengah kebunnya. ia bertanya kepada laki-laki itu: “Hai hamba Allah, siapa namamu?”. Laki-laki itu menjawab : “Fulan”, (suatu nama yang sama persis dengan yang didengar dari awan tadi). Lalu Fulan itu balik bertanya: “Kenapa kamu menanyakan namaku?”. Ia menjawab: “Sesungguhnya saya tadi baru saja mendengar suara dari awan yang menuangkan air ini, katanya :“Siramlah kebun si Fulan yang sama dengan namamu”. Maka apakah yang telah kamu kerjakan?”. Fulan menjawab: “Adapun jika kamu memberitahukan demikian maka sesungguhnya saya selalu memperhatikan hasil kebunku ini dimana sepertiga dari hasil kebunku ini saya sedekahkan, sepertiga untuk saya makan bersama keluargaku dan yang sepertiga lagi untuk bibit”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Adapun orangorang yang bakhil dan merasa dirinya kaya serta mendustakan kebaikan, maka kelak Kami akan memudahkan jalan menuju kesukaran. Dan tiada manfaat baginya hartanya apabila ia telah binasa”. (QS. Al Lail : 8 – 11)
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang terpelihara dari kebakhilan dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Hasyr : 9)
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Takutlah kamu dari aniaya, sebab aniaya itu merupakan kegelapan di hari kiamat. Dan takutlah kamu dari sifat bakhil sebab kikir/bakhil itu telah membinasakan orang-orang yang sebelum kamu dimana mereka terdorong untuk mengadakan pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan oleh Allah”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sahabat-sahabat Anshor mengutamakan kawan-kawannya (mengalahkan) terhadap dirinya sendiri, walaupun mereka dalam kesusahan”. (QS. Al Hasyr : 9)
Allah Ta’ala berfirman: “Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. (QS. Al Insan: 8)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata : “Sesungguhnya saya sangat lapar”. Maka Rasulullah saw. membawanya ke salah seorang istrinya dan istrinya berkata: “Demi Dzat yang mengutus tuan dengan hak, saya tidak punya apa-apa kecuali air”. Lalu beliau membawanya ke istrinya yang lain, istrinya yang lain itu berkata sebagaimana yang dikatakan oleh istri pertama tadi, sehingga semua istri-istrinya mengatakan sebagaimana yang dikatakan istri yang pertama, yaitu : “Tidak, saya tidak punya apa-apa kecuali hanya air”. Selanjutnya Nabi saw. bersabda kepada para sahabatnya : “Siapa yang sanggup menjamu tamu ini pada malam ini?”. Salah seorang sahabat Anshor berkata : “Saya, ya Rasulullah saw.“. Kemudian laki-laki itu pergi bersama sahabat Anshor itu ke rumah, dan ia berkata pada istrinya: “Muliakanlah tamu Rasulullah saw“.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sahabat itu berkata kepada istrinya: “Apakah kamu mempunyai makanan?”. Istrinya menjawab: “Tidak, kecuali makanan untuk persediaan anak-anak”. Sahabat itu berkata: “Hiburlah anak-anak itu sampai tidur dan apabila tamu kita nanti masuk maka padamkanlah lampu dan tunjukkan kepadanya seolah-olah kita ikut makan”. Kemudian mereka duduk bersama dan tamu itu makan, sementara sahabat Anshor dan istrinya bermalam dalam kelaparan. Maka ketika pada pagi harinya mereka bertemu dengan Nabi saw. dan beliau bersabda : “Sungguh, Allah telah kagum terhadap perbuatanmu terhadap tamu semalam itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Makanan dua orang dapat mencukupi tiga orang, dan makanan tiga orang dapat mencukupi empat orang”. (HR. « Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dari Jabir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Makanan satu | orang dapat mencukupi dua orang. Dan ma| kanan dua orang dapat, mencukupi empat | orang dan makanan empat orang dapat men| cukupi delapan orang”.
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata : “Sewaktu kami bepergian bersama Nabi saw. mendadak datang seorang berkendaraan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, maka Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang memiliki kelebihan kendaraan hendaklah diperbantukan kepada orang yang tidak memiliki kendaraan, dan barangsiapa yang memiliki kelebihan bekal maka hendaknya diperbantukan kepada orang yang tidak memiliki bekal”. Kemudian Rasulullah saw. menyebut bermacam-macam jenis kekayaan hingga kami merasa bahwa seseorang itu tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan hajatnya”. (HR. Muslim).
- Dari Sah! bin Sa’ad ra. bahwasanya ada seorang perempuan datang kepada Rasulullah saw. membawa sebuah kain hangat tenunan sambil berkata: “Saya sendiri yang menenun kain ini dengan maksud agar tuan sudi mema’ kainya”. Maka Nabi menerima kain tenunan itu karena beliau membutuhkannya. Lantas beliau keluar sambil memakai kain tenunan itu sebagai sarung, tiba-tiba Fulan berkata . “Alangkah bagusnya kain tenunan itu, saya ingin mencoba memakainya”. Beliau menjawab : “Baiklah”. Kemudian Nabi saw. duduk pada tempat duduknya, lalu pulang dan melipat kain tenunan itu serta mengirimkannya kepada orang yang membutuhkannya. Maka orangorang berkata pada Fulan itu: “Tidak baik bagimu, kain tenunan (selimut) telah dipakai oleh Nabi saw. sedangkan Nabi saw. sangat membutuhkannya lalu kamu minta, padahal kamu tahu bahwa Nabi saw. tidak pernah menolak orang yang meminta”. Fulan itu menjawab: “Sungguh, demi Allah saya memintanya bukan untuk saya pakai, tetapi akan saya jadikan sebagai persediaan kain kafan kelak”. Sahl berkata: “Maka benarlah bahwa kain itu dijadikan kain kafan bagi orang itu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ta berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kaum Asy’ari apabila persediaan makanan mereka dalam peperangan hampir habis atau makanan bagi keluarga mereka sudah berkurang, segera mereka mengumpulkan sisa-sisa persediaan makanannya itu dalam satu kain kemudian membagi diantara mereka sama rata pada suatu bejana. Mereka adalah termasuk golonganku dan aku termasuk golongan mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan untuk mencapai kebahagiaan akhirat maka hendaknya orang itu berlomba-lomba”. (QS. Al Muthaffifin: 26).
- Dari Sahl bin Sa’ad ra. sesungguhnya Rasulullah saw. diberi minuman maka beliau meminumnya. (Setelah minum) tiba-tiba di sebelah kanannya ada seorang pemuda (yaitu Ibnu Abbas) dan di sebelah kirinya ada seorang yang lanjut usianya. Maka Nabi saw. bersabda kepada pemuda itu : “Izinkanlah saya memberi minuman kepada orang yang lanjut usia ini ?”. Pemuda itu menjawab : “Demi Allah, tidak akan saya serahkan bagianku dari engkau kepada orang lain”. Maka Rasulullah saw. memberikan minuman (sisa) yang berada di tangannya itu kepada pemuda”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ketika Nabi Ayyub as. mandi dengan telanjang, mendadak jatuh kepadanya belalang dari emas, lantas nabi Ayyub menyembunyikannya ke dalam baju. Maka Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Agung memanggilnya (berfirman) : “Hai Ayyub, tidakkah Kami telah memberi kepadamu kekayaan yang melebihi daripada itu?”. Nabi Ayyub as. menjawab : “Benar Tuhanku Yang Maha Mulia, tetapi saya belum merasa cukup dari berkah-Mu”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman : “Adapun orang yang memberikan (hartanya pada jalan Allah) dan bertakwa serta percaya kepada kebenaran kebaikan (surga) maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al Lail 5-7).
Allah ta’ala berfirman : “Dan nanti akan dijauhkan dari neraka yaitu orang yang paling bertakwa, yaitu orang yang menafkahkan hartanya untuk membersihkan dirinya, padahal tidak ada seorang pun yang memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi ia hanya mengharapkan ridha Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan nanti ia akan memperoleh kepuasan”. (QS. Al Lail : 17-21)
Allah ta’ala berfirman: “Jika kamu menampakkan sedekah maka itu lebih baik. Dan jika kamu semua menyembunyikannya, dan kamu berikan kepada orang-orang yang fakir maka itu lebih sangat baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Bagarah : 271)
Allah ta’ala berfirman : “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebaikan yang sempurna sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang telah kamu infakkan maka sesungguhnya Allah mengetahui”. (QS. Ali Imran: 92).
- Dari Abdullah Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tiada hasud (iri hati) yang diperbolehkan kecuali dalam dua hal, yaitu : seseorang yang dianugerahi harta kekayaan oleh Allah kemudian dibelanjakan dalam kebenaran dan seseorang yang dianugerahi ilmu oleh Allah kemudian ilmu itu diamalkan dan diajarkan (kepada orang lain)”. (HR. Bukhari dan Muslim
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tiada hasud (iri hati) yang diperbolehkan kecuali dalam dua hal, yaitu : seseorang yang dikaruniai pengertian tentang Al Qur’an oleh Allah lalu ia pergunakan sebagai pedoman hidupnya siang dan malam, dan seseorang yang dikaruniai harta kekayaan oleh Allah kemudian ia infakkan, baik di waktu siang maupun malam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya sahabat-sahabat Muhajirin datang kepada Nabi saw. di mana mereka termasuk orang fakir dan ber“kata: “Orang-orang kaya telah mendapatkan derajat yang luhur dan memperoleh kenikmatan yang abadi”. Beliau bertanya: “Mengapa demikian?”. Mereka menjawab”. “Mereka dapat shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, mereka dapat memberikan sedekah sedangkan kami tidak dapat bersedekah, mereka dapat memerdekakan budak sementara kami tidak dapat memerdekakan budak”. Lantas beliau bersabda : “Sukakah saya ajarkan kepadamu suatu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan kamu dapat berada di barisan terdepan bagi orang-orang yang sesudahmu, dan tiada seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali orang-orang yang berbuat seperti perbuatanmu ?”. Mereka menjawab : “Baiklah, ya Rasulullah saw.”. Beliau menjawab : “Yaitu hendaklah kamu semua membaca Tasbih (SUBHAANALLAAH), membaca Takbir (ALLAAHU AKBAR) dan Tahmid (AL HAMDU LILLAAH) tiap-tiap selesai mengerjakan shalat sebanyak 33 (tiga puluh tiga) kali”. Kemudian sesudah itu fakir miskin (dari kaum Muhajirin) itu datang lagi kepada Nabi saw. dan berkata: “Saudara-saudara kami yang kaya mendengar perbuatan kami kemudian mereka melakukan seperti yang kami lakukan”. Maka Rasulullah saw. bersabda : “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki Nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tiada lain adalah hanya kesenangan yang memperdayai”. (QS. Ali Imran: 185).
Allah ta’ala berfirman: “Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati”. (QS. An Nahl: 61).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkan diri barang sesaat pun dan tidak dapat pula mengajukannya”. (QS. Al A’raf: 33).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan diri untuk mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian diantara kamu semua, lalu ta berkata: “Wahai Tuhanku, Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu dekat yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang yang shalih. Dan sekali-kali Allah tidak akan menangguhkan kematian seseorang jika telah datang waktu kematiannya. Allah Maha mengenal apa yang telah kamu semua kerjakan”. (QS. Al Munafigun : 9 – 11).
Allah ta’ala berfirman: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Wahai Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat baik pada apa yang telah aku tinggalkan”. Sekalikali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari dimana mereka dibangkitkan. Apabila sangkakala telah ditiup maka tiada lagi hari itu pertalian nasab diantara mereka, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya maka mereka itulah yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangan amal kebaikannya maka mereka itulah orang yang merugikan dirinya sendiri, dan kelak mereka akan kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka dan mereka di dalamnya keadaannya cacat. Bukankah ayatayat-Ku telah dibacakan kepada kamu semua, tetapi kamu selalu mendustakannya”. Sampai pada firman Allah yang artinya: “Berapa tahunkah kamu tinggal di bumi ?”. Mereka menjawab: “Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal di bumi melainkan hanya sebentar saja. Jika kamu mengetahui”. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?”. (QS. Al Mukminun: 99-100 dan 101-115).
Allah ta’ala berfirman: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk menundukkan hatinya mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang fasik”. (OS Al Hadid : 16).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. memegang bahuku sambil bersabda: “Kamu hidup di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang mengembara”. Dan Ibnu Umar ra. berkata: “Bila kamu berada di waktu sore maka jangan menanti waktu pagi. Dan jika kamu berada di waktu pagi maka jangan me. nunggu Waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, dan perguna. kan masa hidupmu untuk bekal mati”. (HR, Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Tiada hak bagi seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang akan dipesankan/diwasiatkan, lalu bermalam sampai dua malam kecuali pesan itu harus ditulis olehnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Ditunda sampai tiga malam Ibnu Umar ra. berkata : “Sejak saya mendengar Rasulullah saw. bersabda seperti itu maka saya tidak pernah bermalam kecuali saya selalu menulis wasiatku”.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Nabi saw. menggaris beberapa garis lalu bersabda: “Ini adalah angan-angan/ cita-cita manusia dan yang ini adalah ajalnya. Maka ketika ia sedang sibuk mencapai cita-citanya, tiba-tiba datang garis yang lebih pendek ini (yakni ajalnya)” (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Nabi saw. membuat gambar empat persegi panjang yang di tengah-tengahnya ditarik garis lurus sampat keluar dan beliau juga membuat garis-garis kecil di samping garis tengah itu, kemudian bersabda : “Ini adalah manusia, dan garis persegi panjang itu kurungan ajalnya, sedangkan garis yang memanjang yang keluar dari batas itu adalah angan-angan cita-cita manusia serta garis-garis pendek itu adalah gangguan-gangguan yang selalu menyelimuti manusia. Bila ia mampu mengatasi gangguan yang pertama maka ia akan menghadapi gangguan yang kedua, dan bila ia mampu mengatasi gangguan/hambatan yang ini maka ia akan menghadapi gangguan/hambatan yang ini”. (HR. Bukhari).
Inilah gambarnya :
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Segeralah kamu semua beramal sebelum datangnya tujuh hal. Apakah yang kamu nantikan selain kemiskinan yang melalaikan, atau usia tua yang memayahkan, atau mati yang memutuskan (segala-galanya), atau datangnya Dajjal dimana ia adalah sejelekjelek yang kita nantikan, atau datangnya kiamat yang mana kiamat itu sangat berat dan menyusahkan”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Perbanyaklah mengingat suatu kejadian yang menghancurkan segala kelezatan yaitu mati”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ubay bin Ka’ab ra. ia berkata: “Adakalanya bila sudah berlalu sepertiga malam, maka beliau bangun dan bersabda : “ Hai manusia, ingatlah kepada Allah, telah tiba yang menggetarkan hati yang diikuti oleh berikutnya. Telah datang mati dengan segala resikonya dan ingatlah mati dengan segala sesuatu yang berkaitan dengannya”. Saya bertanya:” Ya Rasulullah saw., saya selalu membaca shalawat untukmu maka berapa banyak waktu yang harus kupergunakan untuk membaca shalawat ?”. Beliau menjawab: “Sesukamu”. Saya bertanya: “Seperempat?”. Nabi saw. menjawab: “Sesukamu”. Dan jika kamu mau menambah maka itu lebih baik bagimu”. Saya bertanya: Separuh?”. Beliau menjawab : “Sesukamu”. Saya bertanya: “Dua pertiga?”. Beliau menjawab : “Sesukamu”, dan jika kamu ingin menambahnya maka itu lebih baik bagimu”. Saya bertanya: “Kalau begitu saya akan mempergunakan seluruh waktuku untuk membaca shalawat padamu”. Beliau menjawab : “Kalau demikian (yang kamu lakukan) maka kamu akan terhindar dari sesuatu yang merisaukan hati dan diampuni segala dosamu””. (HR. At Turmudzi).
- Dari Buraidah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Dahulu saya (Nabi saw.) melarang kamu semua untuk berziarah kubur, tetapi kini berziarahlah kamu semua”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka barangsiapa yang ingin berziarah kubur maka berziarahlah karena ziarah kubur itu dapat mengingatkan akhirat”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Setiap kali Rasulullah saw. bergilir bermalam di tempat Aisyah maka pada akhir malam Rasulullah saw. selalu keluar malam menuju ke makam Bagi’, lalu mengucapkan: ASSALAAMU “ALAIKUM DAARA QAUMIM MUKMINIIN WA ATAAKUM MAA TUU’ADUUNA GHADAN MUAJJALUUNA. WA INNAA INSAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN (Kesejahteraan semoga tetap terlimpahkan atas kamu semua wahai penghuni perkampungan kaum mukmin dan akan disampaikan kepadamu semua apa yang telah dijanjikan padamu nanti pada masa yang telah ditentukan. Dan kami insya Allah akan segera menyusul kamu semua. Ya Allah ampunilah dosa-dosa para penghuni Baqi’al Gharqad)”. (HR. Muslim).
- Dari Buraidah ra. ia berkata : “Nabi saw. selalu mengajarkan kepada para sahabatnya tata cara ketika pergi ke kubur, yaitu hendaknya mengucapkan : ASSALAAMU ‘ALAIKUM AHLADDIYAARI MINAL MUKMINIINA WAL MUSLIMIINA WAINNAA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN. AS ALULLAAHA LANAA WALAKUMUL AAFIYATA (Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada kamu semua hai penghuni perkampungan yang terdiri dari orang mukmin dan orang-orang muslim. Dan kami insya Allah akan menyusul kamu semua. Saya memohon kepada Allah, semoga Allah senantiasa melimpahkan keselamatan kepada kami dan kepada kamu semua)”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melewati kubur di Madinah, lalu beliau menghadapkan wajahnya kepada kubur dan mengucapkan: ASSALAMU ‘ALAIKUM YAA AHLAL QUBUURI. YAGHFIRULLAAHU LANAA WALAKUM. ANTUM SALAFUNAA WANAHNU BIL ATSARI (Kesejahteraan semoga tetap terlimpahkan kepada kamu semua hai penghuni makam/ kubur. Semoga Allah memberi ampunan kepada kami dan kepadamu semua. Kamu semua telah mendahului kami dan kami akan menyusul mengikutinya)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah sekali-kali diantara kamu mengharapkan mati. Sebab jika ia tergolong orang baik maka mungkin bisa menambah amal kebaikannya, dan jika ia termasuk orang jahat maka mungkin ia dapat segera bertaubat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim dikatakan, dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda : “Janganlah salah seorang dari kamu semua mengharapkan mati dan jangan berdoa minta mati, Sebab kalau telah mati menjadi putuslah semua amalnya. Dan bagi orang mukmin yang masih dipanjangkan umurnya maka akan bertambah pula kebaikannya”.
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah salah seorang dari kamu mengharapkan mati karena tertimpa musibah/ balak. Tetapi kalau ia terpaksa menginginkan mati maka hendaknya berdoa: ALLAAHUMMA AHYINII MAA KAANATIL HAYAATU KHAIRAL LII, WATAWAFFANII IDZAA KAANATIL WAFAATU KHAIRAL LII (Ya Allah, panjangkanlah usia hidupku ini sekiranya lebih banyak kebaikannya bagiku dan segera matikanlah aku sekiranya mati itu lebih baik bagiku)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Qais bin Abi Hazim ia berkata: “Kami berkunjung ke rumah Khabab bin Arrat karena ia terkena besi panas pada tujuh tempat, lalu ia berkata : “Sesungguhnya kawan-kawan kami yang dahulu telah pergi sedikit pun tidak tergoda dengan harta dunia, sedangkan kami mendapatkan sesuatu yang tidak pantas ditempatkan kecuali dalam tanah. Andaikan Nabi tidak melarang berdoa minta mati niscaya saya akan berdoa minta mati”. Kemudian setelah beberapa lama kami datang lagi menengok dia yang sedang membangun tembok, maka ia berkata: “Sesungguhnya seorang muslim itu selalu mendapatkan pahala dalam segala apa yang dibelanjakan kecuali harta yang dibelanjakan untuk tanah ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan kamu semua menganggapnya ringan padahal hal itu sangat besar menurut Allah”. (QS. An Nur : 15)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar selalu mengawasi”. (QS. Al Fajr : 14)
- Dari An Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya yang halal telah jelas dan yang haram juga telah jelas, dan diantara keduanya ada hal-hal yang meragukan yang tidak banyak dimengerti manusia. Barangsiapa yang berhatihati dari syubhat (meragukan) maka terjagalah agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam hal yang syubhat maka berarti ia terjerumus ke dalam hal yang haram, sebagaimana seorang pengembala ‘ mengembalakan ternaknya di sekitar tempat terlarang maka mungkin akan terjerumus ke dalamnya. Ingatlah, bahwa setiap penguasa memiliki tempat terlarang. Dan ingatlah bahwa larangan Allah adalah sesuatu yang diharamkan. Ingatlah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging jika ia baik maka baiklah semua jasad. Dan jika gumpalan daging itu rusak maka menjadi rusaklah semua jasad/tubuh.
Ingatlah gumpalan daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. menemukan sebutir kurma di tengah-tengah jalan, lalu beliau bersabda: “Andai kata saya tidak khawatir kalau kurma ini termasuk sedekah niscaya saya makan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari An Nawwas bin Sam’an ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik. Dan dosa yaitu segala sesuatu yang terasa tidak tenang dalam hati dan kuatir diketahui oleh orang lain”. (HR. Muslim)
- Dari Wabishah bin Ma’bad ra. ia berkata: “Saya datang kepada Nabi saw. lalu beliau bertanya: “Kamu ingin bertanya tentang kebaikan (Al Bir)?”. Saya menjawab: “Ya”. Lalu beliau bersabda:. “Tanyakan pada hatimu sendiri. Kebaikan yaitu sesuatu yang membuat diri seseorang menjadi tenang jiwa dan hatinya. Sedangkan dosa yaitu sesuatu yang membuat kacau pada jiwa dan membuat ragu ragu pada hati meskipun orang-orang memberi nasehat kepadamu”. (HR. Ahmad dan Ad Darimi)
- Dari Abu Sirwa’ah Ukbah bin Harist ra. bahwasanya ia menikah dapat Zainab putri Abu Lahab bin Aziz, kemudian datanglah seorang perempuan dan berkata : “Saya dahulu telah menyusui Ukbah dan perempuan yang dinikahinya itu”. Maka Ukbah berkata kepadanya: “Saya tidak tahu kalau kamu dahulu telah menyusuiku dan kamu juga tidak pernah memberitahukan kepadaku”. Lantas ia pergi ke Madinah untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. maka Rasulullah bersabda: “Bagaimana lagi, hal itu sudah jelas”. Maka terpaksa Ukbah menceraikan istrinya, kemudian istrinya itu menikah dengan laki-laki lain”. (HR. Bukhari)
- Dari Al Hasan bin Ali ra. ia berkata: “Saya selalu ingat ajaran Rasulullah saw. yaitu : “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukan dan kerjakanlah sesuatu yang tidak meragukan”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Abu Bakar mempunyai pelayan (budak) yang selalu membawakan bekal untuknya, dan Abu Bakar selalu makan dari bekal yang dibawakan itu. Maka pada suatu hari pelayannya membawakan makanan untuknya dan Abu Bakar pun memakan makanan itu, tetapi mendadak pelayannya bertanya: “Apakah kamu tahu darimana makanan itu ?”. Abu Bakar berkata: “Mengapa ?”. Pelayan (budak) itu berkata : “Pada masa Jahiliyah dahulu saya pernah berlagak sebagai Seorang dukun padahal saya sama sekali tidak mengerti mengenai ilmu perdukunan, dan semata-mata akan menipu. Dan kini ia bertemu dengan saya dan memberikan makanan kepada saya, yaitu makanan yang tuan makan itu tadi?”. Kemudian Abu Bakar segera memasukkan jari-jarinya kedalam mulut sehingga ia memuntahkan semua makanan yang berada dalam perutnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Nafi’ bahwa Umar bin Khattab ra. membagi belanja kepada para sahabat muhajirin yang lebih dahulu berhijrah sebanyak 4.000 (empat ribu) dan untuk anaknya sendiri hanya 3.500 (tiga ribu lima ratus). Maka ketika ada orang berkata kepadanya: “Mengapa kamu mengurangi (bagiannya) padahal ia termasuk sahabat-sahabat Muhajirin?”. Umar ra. menjawab: “(ia dibawa hijrah oleh ayahnya). la tidak dapat disamakan dengan orang-orang yang berhijrah sendiri”. (HR. Bukhari).
- Dari Athiyah bin Urwah As Sa’di As Sahabi ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang itu tidak bisa mencapai tingkatan muttaqin sebelum ia meninggalkan apa-apa yang tidak berdosa karena khawatir terjerumus pada apa yang berdosa”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman : Maka segera kembalilah kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata (dari Allah untuk kamu semua)”. (QS. Adz Dzariat: 50).
- Dari Saad bin Abu Waqqas ra. ia berkata: “Saya mendengar Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bertakwa, yang kaya dan suka menyembunyikan amalnya” (HR. Muslim). .
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata : “Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.: “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Orang mukmin yang berjuang dengan jiwa dan hartanya”. Ia bertanya lagi : “Kemudian siapa ?”. Beliau menjawab : “Yaitu seseorang yang menyendiri di suatu dusun untuk beribadah kepada Allah SWT.“. Dalam riwayat lain dikatakan: “Dengan tujuan untuk bertakwa kepada Allah dan menjauhkan diri dari kejahatan manusia”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Hampir terjadi, bahwa sebaik-baik harta seorang muslim adalah peternakan kambing yang digembalakan di pegunungan dan di sumber mata air sematamata karena menghindari fitnah-fitnah yang mengganggu agamanya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan ia mengembala kambing”. Para sahabat bertanya: “Dan engkau, ya Rasulullah saw.?”. Beliau menjawab : “Ya, aku dahulu juga mengembala kambing orangorang Makkah dengan mendapatkan upah beberapa qirath”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Sebaik-baik kehidupan seseorang adalah seseorang yang memegang kendali kudanya.dalam perjuangan fisabilillah. Ia meloncat ke atas punggung kudanya tatkala ada panggilan perang atau yang sejenisnya, yang dengan loncatan itu ia mencari pembunuhan atau mati di tempatnya (yang disangka ada musuh), atau seseorang yang mengembala kambing di puncak gunung atau di jurang dengan selalu mendirikan shalat, memberikan zakat dan tetap beribadah hingga akhir hayatnya dimana ia berhubungan dengan manusia dalam kebaikan”. (HR. Muslim).
Perlu diketahui, bahwa bergaul dengan sesama manusia seperti ketentuan tersebut di atas merupakan amalan Rasulullah, para Nabi, para Khulafaur Rasyidin, sahabat-sahabat lain, tabiin, ulama dan tokoh-tokoh agama sesudah tabiin. Amalan ini juga dilaksanakan oleh para tabiin dan ulama sesudahnya. Demikian juga Imam Syafii, Imam Ahmad dan ahli-ahli figh lainnya. Semoga Allah senantiasa memberikan keridhaan kepada mereka semua.
Allah ta’ala berfiman:
Artinya : “Tolong-menolonglah kamu semua dalam melakukan kebaikan dan takwa”. Ayat-ayat yang membahas masalah ini amatlah banyak.
– Allah ta’ala berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang mukmin yang mengikutimu”. (QS. Al Hijr: 88)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut kepada orangorang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir”. (QS. Al Maidah : 57).
Allah ta’ala berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu semua laki-laki dan perempuan serta menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu semua”. (QS. Al Hujurat : 13)
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu semua mengatakan bahwa dirimu itu yang paling suci. Dia-lah yang paling mengetahui orang-orang yang bertakwa”. (QS. An Najm 1 32).
Allah ta’ala berfirman: “Memanggillah orang-orang A’raf (yang diantara surga dan neraka) kepada orang-orang yang mereka kenal lewat tanda-tandanya, dan berkata : “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan tidaklah dapat memberi manfaat kepada dirimu”. (Orang-orang A’raf bertanya kepada penghuni neraka) : “Itukah Orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapatkan rahmat Allah?”. Dan (kepada orang-orang mukmin dikatakan) : “Masuklah kedalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak pula kamu bersedih hati”. (QS. Al A’raf : 47)
- Dari Iyadh bin Himar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku yaitu hendaklah kamu bersikap tawadhu’ (rendah diri) hingga tidak ada seseorang yang bersikap sombong kepada orang lain, dan tidak ada pula Orang menganiaya orang lain”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Harta itu tidak akan berkurang karena disedekahkan. Allah tidak akan menambahkan kepada orang yang suka memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tidak ada seorang pun yang bersikap rendah diri melainkan Allah akan mengangkat derajatnya”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya ia sering bergaul dengan anak-anak dan melewatinya hingga ia mengucapkan salam buat mereka itu. Dan ja (Anas ra.) berkata: “Nabi saw. juga melakukan yang demikian ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Apabila budak (pelayan) perempuan di Madinah itu memegang tangan Nabi saw., maka beliau selalu mengikuti ke mana budak itu menghendaki”. (HR. Bukhari).
- Dari Aswad bin Yazid ia berkata : “ Saya pernah menanyakan sesuatu yang biasa dilakukan oleh Nabi saw. kepada Aisyah. Aisyah ra. menjawab: “Beliau selalu memperhatikan keluarganya yaitu ikut membantu keluarganya. Dan bila sudah tiba waktu shalat maka beliau langsung keluar untuk melakukan shalat berjamaah”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Rifa’ah Tamim bin Usaid ra. ia berkata: “Saya datang kepada Nabi saw. sementara beliau sedang berpidato, lalu saya berkata: “Ya Rasulullah, ada orang asing datang ingin bertanya tentang masalah agama yang belum dimengertinya”. Maka beliau mendekatiku dan menghentikan pidatonya sejenak serta mengambil kursi dan duduk di kursi itu sambil mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepada beliau, lalu Nabi saw. kembali ke mim-bar untuk menyelesaikan pidatonya”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya beliau jika selesai memakan makanan maka beliau menjilat-jilat ketiga jari-jarinya. Anas berkata, bahwa Nabi saw. bersabda : “Bila makanan salah seorang dari kamu jatuh maka ambillah, dan bersihkan kotoran yang melekat itu serta memakannya dan janganlah makanan itu dibiarkan dimakan syetan. Beliau juga memerintahkan supaya kita membersihkan sisa-sisa.makanan yang ada di piring, di mana beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu semua tidak tahu, makanan mana yang membawa keberkahan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan ia pernah mengembala kambing”. Para sahabat bertanya: “Dan engkau, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Ya, aku dulu juga pernah mengembala kambing penduduk Mekkah dan saya mendapatkan upah beberapa qirath”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Andaikata saya diundang untuk makan kaki atau paha binatang pasti saya akan memenuhi undangan itu, dan andaikata saya diberi hadiah paha atau betis binatang pasti saya terima (hadiah itu)”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Unta Rasulullah saw. yang dijuluki Al “Adhba itu tidak pernah dapat dikejar. Pada suatu hari ada seorang Badui Arab mengendarai untanya (yang masih muda) dan dapat mengejar dan mendahului unta beliau (yang dijuluki Al Adhba itu), maka kaum muslimin merasa jengkel, dan akhirnya Rasulullah saw. bersabda: “Kebenaran itu layak bagi Allah, tiada sesuatu di dunia ini yang akan menyombongkan diri melainkan Allah akan merendahkannya”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Negeri akhirat (surga) itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak sombong dan orang yang tidak melakukan kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orangorang yang bertakwa”. (QS. Al Oashah : 83)
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong”. (QS. Al Isra’ : 37)
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari sesama manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh/sombong. Sesungguhnya Allah tidak suka terhadap orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. Al Luqman : 18).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Karun itu termasuk kaumnya nabi Musa, tetapi ia sombong kepada mereka. Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya :” Allah menyukai orang-orang yang tidak membanggakan diri. Dan carilah apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu untuk kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kebahagiaan duniawi dan berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini”. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
” Karun berkata: “Sesung-guhnya aku hanya diberi harta semata-mata karena kepandaranku’ sendiri”. Apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan ummat-ummat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?”. Dan tidak perlu dita-nyakah orang-orang yang berdosa itu tentang dosadosanya?.
Kemudian keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemewahannya. Berkatalah orangorang yang menghendaki harta dunia : “Semoga kita dapat mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Dan berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar”.
Kemudian Kami benamkan Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, Dan ia tidaklah termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya”. (QS. Al Qashash : 76-81)
- Dari Abdullah bin Mas’ud ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong Walaupun hanya seberat atom”. Ada seorang laki-laki berkata: “Sesungguhnya seseorang atau memakai pakaian yang bagus dan senang memakai sandal yang bagus pula”. Lalu behau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah dan suka pada keindahan. Hakekat sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan Sesama manusia”. (HR. Muslim).
- Dari Salamah bin Al Akwa’ ra. berkata: “Ada seorang laki-laki makan di hadapan Rasulullah dengan menggunakan tangan kirinya, maka beliau lantas bersabda: “Makanlah dengan tangan kananmu”. Laki-laki itu menjawab: “Saya tidak bisa?”. Beliau bersabda lagi: “Kamu tidak bisa, itu merupakan perbuatan sombong”. Salamah berkata: “Kemudian laki-laki itu tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulut”. (HR. Muslim).
- Dari Haritsah bin Wahab ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kamu saya beritahu mengenai orang-orang ahli neraka?”. Yaitu orang yang kejam, rakus dan bersikap sombong”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Surga dan neraka itu berdebat, di mana neraka itu berkata : “Bagianku adalah orang yang kejam dan sombong”. Dan surga juga berkata: “Bagianku adalah Orang-orang yang lemah atau tertindas dan orang miskin”, Lantas Allah memberikan keputusan pada keduanya : “Kamu surga, sesung. guhnya kamu adalah tempat rahmat-Ku. Dan Aku akan memberi rahmat kepada orang yang Aku kehendaki. Sedangkan kamu neraka, se. sungguhnya kamu adalah tempat siksaan-Ku Aku akan menyiksa siapa saja yang Aku kehen. daki. Dan untuk kamu berdua (surga dan neraka) Aku akan memenuhinya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak akan melihat (dengan pandangan rahmat) kepada orang yang menurunkan kain (sarungnya) di bawah mata kaki karena angkuh atau sombong kelak di hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kelak di hari kiamat nanti, Allah tidak akan berbicara dengan tiga kelompok orang, Allah tidak akan mengampuni dosadosa mereka dan Aliah tidak akan memandang mereka serta Allah akan menyiksa mereka, yaitu : orang tua yang melakukan perzinaan, penguasa yang senang berbohong dan orang miskin yang bersikap sombong”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah telah berfirman: “Kemuliaan itu pakaian-Ku dan kebesaran itu selendang-Ku. Oleh karena itu, barangsiapa yang menyaingi Aku maka pasti Aku akan menyiksanya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Suatu ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan dengan mengenakan perhiasan yang serba indah, bersisir rambutnya dan selalu merasa heran terhadap dirinya sendiri dengan penuh kecongkakan di dalam berjalan, tiba-tiba Allah membinasakannya yaitu ia selalu timbul tenggelam di permukaan bumi hingga datangnya hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Salamah bin Al Akwa ra. ia berkata : Rasulullah saw. bersabda: “Tiada hentinya seorang laki-laki selalu membanggakan diri, congkak dan sombong sehingga ia ditulis dalam golongan orang-orang yang kejam lagi sombong, kemudian ia disiksa sebagaimana yang telah berlaku bagi mereka”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang luhur”. (QS. Al Qaf : 4).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang mampu menahan amarahnya serta suka memaafkan kesalahan orang lain dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Ali Imran : 134).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. adalah manusia yang paling baik budi pekertinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal maupun tipis melebihi halusnya tangan Rasulullah saw. juga saya belum pernah mencium bau yang harum melebihi harumnya bau Rasulullah saw. Dan saya sudah melayani Rasulullah saw. selama sepuluh tahun, tetapi belum pernah saya dibentak dengan kata “Hus” dan juga beliau belum pernah menegur saya dengan ucapan “kenapa kamu bertindak seperti itu” terhadap apa saja yang saya lakukan, dan juga beliau belum pernah mengatakan “mengapa kamu tidak berbuat demikian” terhadap apa yang tidak saya lakukan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sha’ab bin Jatsamah ra. ia berkata “Saya pernah memberi hadiah keledai liar kepada Rasulullah saw. tetapi ditolak. Pada saat beliau melihat perubahan raut mukaku, maka beliau bersabda: “Sesungguhnya aku tidak menolak pemberianmu hanya saja karena aku sedang berihrom. (Karena orang yang ihram dilarang keras memburu atau menangkap binatang liar)”. (HR. Muslim).
- Dari An Nawas bin Sam’an ra. ia berkata : “Saya bertanya tentang kebaikan dan dosa kepada Rasulullah saw. lalu beliau menjawab : “Kebaikan itu adalah budi pekerti baik, dan dosa itu adalah sesuatu yang membuat hati! gelisah dan kamu merasa tidak senang jika hal itu diketahui orang lain”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: “Rasulullah bukanlah orang yang keji dan jahat, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya sebaik baik orang diantara kamu semua adalah yang paling baik budi pekertinya”. (HR. Bukhari dan Mushm).
- Dari Abu Darda’ ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Tiada sesuatu yang lebih berat titmbangannya bagi seorang mukmin di hari kiamat kelak melebihi timbangan budi pekerti yang baik. Dan sesungguhnya Allah amat benci pada orang yang berbuat keji dan suka berkata kotor”. (HR. Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Rasulullah saw. ditanya tentang amal perbuatan yang banyak memasukkan manusia dalam surga ?”. Beliau menjawab: “Yaitu bertakwa kepada Allah SWT. dan berbudi pekerti yang baik”. Dan beliau juga ditanya tentang perbuatan apakah yang banyak memasukkan manusia dalam neraka ?”. Beliau menjawab: “Yaitu perkara mulut dan kemaluan?”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya diantara kamu semua, dan orang yang paling baik diantara kamu semua yaitu orang yang baik terhadap istrinya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguh nya orang mukmin itu dapat mengejar derajat orang yang berpuasa terus-menerus dan selalu (mengerjakan) shalat malam dengan cara berbudi pekerti yang baik”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Umamah. Al Bahili ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Aku berani menjamin sebuah rumah di kebun surga bagi orang yang mau meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, Dan aku beraru menjamin sebuah rumah di surga bagian pertengahan untuk orang yang mau meninggalkan dusta meskipun bergurau. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian atas untuk orang-orang yang berbudi pekerti baik”. (HR. Abu Daud).
- Dari Jabir ra. berkata, bahwasanva Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara kamu semua dan kelak di hari kiamat akan duduk berdekatan denganku adalah orang yang paling baik budi pekertinya. Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan besok di hari kiamat akan duduk berjauhan denganku adalah orang yang suka ngobrol, banyak bicara dan bermulut besar atau pandai membual”. Para sahabat bertanva : “Ya Rasulullah saw., kami sudah mengerti tentang orang yang banyak bicara dan suka ngobrol. Lalu apakah yang dimaksud dengan bermulut besar itu ?”. Beliau menjawab: “Yaitu Orang-orang yang sombong”. (HR. At Turmudzi).
- Diriwayatkan ‘oleh Turmudzi, dari Abdullah bin Al Mubarok di dalam menafsirkan maksud budi pekerti yang baik, ia berkata “Budi pekerti yang baik yaitu bermuka manis, memberi pertolongan dalam kebaikan dan mencegah datangnya mara bahaya”.
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Maka Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Ali Imran : 134).
Allah ta’ala berfirman: “Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang melakukan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raf : 198).
Allah ta’ala berfirman: “Tidaklah sama antara kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara baik, tiba-tiba orangorang yang diantara kamu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat akrab. Sifat-sifat yang baik itu tidaklah dianugerahkan kecuali kepada orangorang yang sabar dan tidak pula dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”. (QS. Fushshilat : 34).
Allah ta’ala berfirman: “Dan sungguh bagi orang yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”. (QS. Asy Syura : 43).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepada Asyajji Abdul Qais yang sedang terluka : “Sesungguhnya kamu memiliki dua tabiat baik yang sangat disukai oleh Allah yaitu sabar dan ketenangan”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu lunak dan sangat menyukai kelunakan dalam segala hal”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah itu lunak dan menyukai kelunakan. Allah memberi atas dasar kelunakan yang tidak mungkin diberikan sesuatu itu atas dasar kekerasan, dan juga sesuatu itu tidak diberikan karena dasar lainnya”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya sikap lunak itu tiada ada pada sesuatu kecuali akan memperindahnya, dan tidak adanya sikap lunak pada sesuatu berarti memperjeleknya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ada seorang Badui sedang kencing di dalam Masjid lalu orang-orang bangkit untuk memukulnya, maka Nabi saw. lalu bersabda: “Biarkanlah dia dan tuangkanlah setimba air pada kencingnya itu. Sesungguhnya aku diutus kepada kamu semua adalah untuk mempermudah dan bukan untuk mempersulit kamu semua”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Mudahkanlah dan jangan kamu mempersulit, gembirakanlah dan jangan sekalikali kamu semua menakut-nakuti”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang terhalang (diharamkan) untuk bersikap lunak berarti ia terhalang (diharamkan) berbuat semua kebaikan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw.: “Berilah kami pesan/wasiat”. Beliau menjawab: “Janganlah kamu marah”. Dia berulang kali minta pesan/wasiat kepada beliau, maka beliau tetap berpesan : “Janganlah kamu marah”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra. dan Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik pada segala sesuatu. Oleh sebab itu bila kamu semua membunuh maka baik-baiklah dalam membunuh itu. Dan bila kamu semua menyembelih maka baik-baiklah dalam penyembelihan itu serta tajamkanlah pisaunya serta senangkanlah binatang yang akan disembelih itu”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Tidak pernah sama sekali Rasulullah disuruh memilih dua hal melainkan beliau selalu memilih yang paling mudah selama tidak berdosa. Dan andaikata yang lebih mudah itu berdosa maka beliau adalah orang yang paling menjauhinya. Dan Rasulullah saw. tidak pernah menuntut balas untuk dirinya kecuali bila apa yang diharamkan Allah itu diterjangnya, maka beliau menuntut balas karena Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Maukah kamu semua saya beritahu tentang orang yang diharamkan masuk neraka ?”, atau tentang orang yang mana neraka diharamkan padanya ?. Neraka itu diharamkan bagi orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, yang bersikap lemah-lembut dan lunak serta selalu mempermudah”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah Orang-orang mengerjakan kebaikan serta berpalinglah dari orang-orang yang tidak tahu (bodoh)”. (QS. Al A’raf : 199).
Allah ta’ala berfirman: “Maka maafkanlah dengan cara yang baik”. (QS. Al Hjjr : 85).
Allah ta’ala berfirman : “Dan hendaklah mereka memaafkan serta berlapang dada. Apakah kamu sekalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kamu semua?”. (QS. An Nur : 22).
Allah ta’ala berfirman : “Dan orang-orang yang memaafkan kesalahan sesama manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Ali Imran: 134).
Allah ta’ala berfirman: “Dan sungguh bagi Orang yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”. (QS. Asy Syura : 43).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya ia bertanya kepada Nabi saw. : “Apakah pernah terjadi pada engkau suatu hari yang lebih berat daripada hari perang Uhud ?”“. Beliau menjawab : “Sungguh saya telah mendapat penderitaan dari kaummu, dan yang paling berat adalah hari Aqabah dimana waktu itu saya menyempatkan diri untuk mengajak putra Abdul Jalil bin Abdul Khulal tapi ia malah menyambut yang tidak sesuai dengan harapanku. Kemudian saya pergi dengan hati kesal dan sangat sedih sehingga saya berjalan dengan tidak sadar. ‘ Baru sampai Qarnut Tsa’alib aku sadar dan mengangkat kepalaku dan saat itu saya dinaungi awan. Sewaktu saya melihat awan ternyata di situ ada Malaikat Jibril dan memanggilku serta berkata: “Sesungguhnya Allah telah mendengar jawaban kaummu kepadamu dimana mereka menolak ajakanmu. Dan kini Allah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk menuruti segala perintahmu dalam menyiksa mereka”. Kemudian Malaikat penjaga gunung itu memberi salam kepadaku dan berkata : “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan aku adalah Malaikat penjaga gunung. Tuhan telah mengutusku untuk menuruti semua perintahmu. Maka apa yang kamu kehendaki ?. Jika kamu menghendaki, maka akan kuruntuhkan dua gunung ini untuk menyiksa mereka?”. Nabi saw. menjawab : “Tetapi saya masih berharap semoga Allah mengeluarkan dari turunan mereka orang-orang yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan kepada-Nya dengan sesuatu apapun”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul istri dan pelayannya, kecuali hanya bila beliau berjihad di jalan Allah. Dan beliau juga tidak pernah membalas terhadap orang yang menyinggung atau mengganggunya kecuali bila sesuatu yang diharamkan Allah telah dilanggarnya maka beliau menghukum karena Allah”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Ketika saya berjalan bersama Rasulullah saw. sedangkan Nabi saw. memakai selimut Najran yang tebal pinggirnya, tiba-tiba bertemu dengan Badui yang berusaha menarik selimut Nabi saw. dengan sekuat-kuatnya hingga berbekas pada leher Nabi saw. karena sangat kuat tarikannya. Kemudian Badui itu berkata : “Hai Muhammad, berikanlah harta Allah yang ada pada dirimu”. Beliau menoleh kepada Badui itu sambil tersenyum, lantas beliau menyuruh pelayannya untuk memenuhi permintaan orang badui itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Seakan: akan saya masih melihat Rasulullah saw. ketika mencontohkan kejadian seorang Nabi yang dianiaya oleh kaumnya hingga berlumuran darah (semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepada mereka (para Nabi) (Sambil mengusap darah yang ada di mukanya Nabi itu berdoa: ALLAAHUM.MAGHFIR LIQAUMI FA INNAHU LAA YA’LAMUUN (Ya Allah, ampunilah dosa kaumku karena mereka itu tidak mengerti)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bukanlah disebut orang kuat, orang yang kuat dalam bergulat. Tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya pada saat marah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Ali Imran: 134).
Allah ta’ala berfirman: “Dan sungguh bagi orang yang sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk halhal yang diutamakan”. (QS. Asy Syura : 43).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ada seseorang berkata kepada Rasulullah saw.: “Sesungguhnya saya mempunyai keluarga dimana bila saya menghubungi mereka tetapi mereka malah memutuskan tali persaudaraan. Dan bila saya berbuat baik kepadanya, maka mereka malah berbuat jahat kepada saya. Dan jika saya menyantuni mereka, maka mereka malah tidak tahu diri”. Lantas beliau bersabda: “Seandainya benar apa saja yang kamu katakan itu, maka seakan-akan kamu menaburkan bara api panas pada mereka. Dan kelak kamu akan mendapatkan pertolongan-Nya dari perbuatan mereka itu selama kamu masih berbuat yang demikian itu”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengagungkan apa yang diharamkan Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (OS – Al Haj : 30).
Allah ta’ala berfirman: “Jika kamu semua menolong agama Allah niscaya Dia akan menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad : 7).
- Dari. Abu Mas’ud Ukbah bin Amr Alt Badri ra. ia berkata : “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Saya terpaksa mundur dari shalat jamaah subuh sebab si Fulan memanjangkan bacaan shalatnya bersama kami”. Ukbah berkata : “Saya tidak pernah melihat Nabi saw. marah saat memberi nasehat melebihi marahnya waktu itu, dimana beliau bersabda: “Hai manusia, masih ada juga diantara kamu semua, orang yang membuat orang jauh, Maka barangsiapa diantara kamu menjadi imam maka persingkatlah bacaannya, sebab di belakangnya ada orang yang sudah tua, ada orang yang lemah dan ada juga yang mempunyai keperluan lain”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Ketika Rasulullah saw. datang dari bepergian, sedangkan rumah bagian tengah saya tutup dengan tabirang ada gambarnya, setelah Rasulullah saw. yang 5 y melihatnya maka beliau merobek-robek gambar itu dan berubahlah wajah beliau sambil bersabda: “Hai Aisyah, seberat-berat siksaan besok pada hari kiamat adalah siksaan bagi orangorang yang menyamai buatan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya kaum Quraisy sibuk mempertimbangkan tentang wanita Makhzumiah yang telah mencuri Itu, lalu mereka berkata : “Siapakah kiranya yang berani menyampaikan masalah ini kepada Rasulullah saw.?”. Mereka ada yang berkata:
“Tidak ada yang pantas untuk menyampaikan masalah ini kepada beliau kecuali Usamah bin Zaid yang dikasihi beliau”. Akhirnya Usamah menyampaikan masalah ini kepada beliau, dan Nabi saw. bertanya : “Apakah kamu berusaha untuk melindungi orang yang melanggar hukum Allah. Beliau lantas berdiri dan berpidato: “Sesungguhnya yang membinasakan ummatummat sebelum kamu semua adalah bila ada orang yang terpandang mencuri dibiarkan begitu saja. Sebaliknya bila yang melakukan pencurian itu orang miskin dan lemah maka mereka melaksanakan hukuman. Demi Allah seandainya Fatimah putri Muhammad itu mencuri maka pasti saya akan memotong tangannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. melihat dahak (riak) di arah kiblat, maka beliau merasa tidak senang hingga tampak lain raut wajahnya serta segera bangkit dan membuang dengan tangannya, seraya bersabda: “Sesungguhnya bila seseorang dari kamu semua sedang melaksanakan shalat berarti ia telah berbisikbisik dengan Tuhannya dan sesungguhnya Tuhan itu berada diantara ia dan kiblat. Oleh sebab itu janganlah sekali-kali kamu meludah ke arah kiblat, tetapi hendaklah merudah ke kiri atau ke bawah kakinya”. Kemudian beliau memegang ujung surbannya dan meludah di Situ serta melipat surban itu sambil bersabda: “Atau ia berbuat seperti (contoh saya) ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Maksudnya : Jika kita shalat dan kita terpaksa harus meludah maka hendaknya meludah ke arah kiri atau ke bawah kaki. Yang demikian itu bila kita shalat tidak di dalam masjid. Dan apabila kita shalat di masjid maka harus berludah di pakaiannya sendiri (yang dipakai). Sebab kita dilarang mengotori masjid dan mengganggu orang lain.
Allah ta’ala berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang mukmin yang mengikuti kamu”. (QS. Asy Syuara : 216)
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik, memberi kepada kaum kerabat. Dan Allah melarang dari perbuatan keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An Nahl : 90)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Kamu semua adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya tentang kepemimpinannya itu. Penguasa adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya tentang kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, dalam mengelola harta majikannya. Kamu semua adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Ya’la Ma’qil bin Yasar ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Tiada seseorang yang diberi amanat untuk memimpin rakyatnya kemudian ketika ia mati masih menipu rakyatnya, maka Allah pasti mengharamkan baginya masuk surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Lalu ia bertindak melenceng dari nasehat agama maka ia tidak akan mendapat harumnya surga”. Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Tidak ada seorang penguasa yang mengurusi kaum muslimin, lalu ia tidak memperhatikan dan tidak memberi nasehat kepada mereka, melainkan ia tidak akan masuk surga bersama-sama mereka”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda di rumahku ini: “Ya Allah, barangsiapa yang menguasai sesuatu dari urusan ummatku lalu ia mempersulit pada mereka maka persulitlah baginya. Dan barangsiapa menguasai urusan ummatku lalu ia bersikap lemah lembut (mempermudahnya) maka mudahkanlah baginya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Pada zaman dahulu kaum bani Israil dibimbing oleh Nabinya. Setiap kali nabinya wafat maka segera digantikan dengan nabi lainnya. Dan sesudahku ini tidak akan ada nabi lagi, yang ada setelah aku nanti adalah para khalifah, bahkan amat banyak jumlahnya”. Para sahabat bertanya: “Apakah yang engkau pesankan kepada kami ?”. Beliau bersabda: “Tepatilah baiatmu yang pertama ini, dan berikanlah hak pada orang yang berhak, dan mohonlah kepada Allah agar semua hakmu itu terpenuhi karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung jawaban pada mereka tentang bagaimana cara memimpin ummat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aidz bin Amr ra. bahwasanya ia masuk ke rumah Ubaidillah bin Ziyad seraya berkata : “Hai anakku, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pemimpin yang jahat adalah pemimpin yang kejam, maka jangan sampai kamu termasuk golongan mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Maryam Al Azdi ra. bahwasanya ia berkata kepada Muawiyah ra.: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk mengatur kepentingan ummat Islam, lalu ia tidak memperhatikan hajat, kesedihan dan kemiskinan mereka, maka Allah tidak akan memperhatikan hajat, kesedihan dan kemiskinannya kelak di hari kiamat”. Lantas Muawiyah mengangkat seseorang untuk melayani segala hajat kepentingan manusia”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik”. (QS. An Nahl: 90).
Allah ta’ala berfirman: “Dan berlaku adillah kamu semua. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil”. (QS. Al Hujurat: 9).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Ada tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan di hari yang saat itu tidak akan ada naungan kecuali naungan Allah yaitu : pemimpin yang berlaku adil, – pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu teringat Masjid, dua orang yang kasih cinta karena Allah di mana mereka berkumpul dan berpisah hanya karena Allah, orang laki-laki yang dirayu wanita cantik dan hartawan tetapi ia menolak dengan berkata: “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”, seseorang yang memberikan sedekah dengan rahasia, hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan tangan kanannya, dan seseorang yang selalu mengingat Allah di tempat sunyi lalu matanya meneteskan air mata”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil kelak di sisi Allah akan ditempatkan di atas mimbar dari cahaya. Mereka itu adalah orang-orang yang berlaku adil dalam menerapkan hukum terhadap keluarganya dan rakyat yang dipimpin atau diperintahnya”. (HR. Muslim).
- Dari Auf bin Malik ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sebaikbaik pemimpinmu adalah pemimpin yang sangat kamu cintai dan mereka mencintaimu, kamu selalu memohonkan rahmat buat mereka begitu juga mereka selalu memohonkan rahmat buat kamu semua. Dan sejahat-jahat pemimpinpemimpinmu adalah mereka yang kamu benci dan juga mereka membencimu, kamu mengutuk mereka dan begitu juga mereka mengutuk kamu”. Kami bertanya: “Ya Rasulullah saw. apakah tidak sebaiknya kita pecat saja mereka itu ?“. Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka tetap menjalankan shalat bersamamu (HR. Muslim).
- Dari Iyadh bin Himar ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang ahli surga itu ada tiga macam yaitu : penguasa yang bersikap adil dan disenangi, Orang yang memiliki sifat kasih sayang dan lunak hatinya terhadap keluarga dan setiap orang Islam, dan orang miskin yang berkeluarga namun tetap menjaga kehormatan dirinya . (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu semua kepada Allah dan rasul-Nya serta kepada orang yang memegang kekuasaan dari kamu semua”. (QS. Al Anfal : 20).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Orang muslim wajib mendengar dan taat kepada (penguasanya) baik dalam hal yang ia senangi atau tidak ia senangi kecuali jika diperintah untuk maksiat. Maka apabila diperintah untuk mengerjakan maksiat maka ia tidak wajib mendengar dan taat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Ketika kami berbaiat kepada Rasulullah saw. untuk selalu mendengar dan taat, beliau bersabda kepada kami: “Dalam batas kemampuanmu (untuk mengerjakannya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang lepas tangan dari taat, maka kelak di hari kiamat ia akan bertemu Allah sementara ia tidak memiliki hujjah atau alasan. Dan barangsiapa yang meninggal sedangkan di lehernya tidak ada tanda baiat maka ia meninggal seperti mati zaman jahiliyah”. (HR. Muslim). ,
Dalam riwayat lain dikatakan : “BarangSiapa yang mati sementara ia telah memisahkan diri keluar dari jamaah maka sesungguhnya ia mati seperti mati pada zaman jahiliyyah”.
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Dengar dan taatlah kamu semua meskipun yang menjadi penguasa itu seorang budak Ethiopia yang kepalanya mirip kurma”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Kamu harus selalu patuh dan taat, baik dalam keadaan menyulitkan ataupun mudah, baik menyenangkan ataupun menjemukan serta walaupun ia tidak memperdulikan kamu”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr ra. ia berkata: “Ketika kami bepergian bersama-sama Rasulullah saw. maka kami turun dan membuat kemah. Ada diantara kami yang membetulkan kemahnya, dan ada yang sedang bermain-main dengan panah, serta ada pula yang menggembalakan ternaknya. Mendadak terdengar suara panggilan dari muadzin Rasulullah saw. berseru: ASHSHALAATU JAAMIAH (Mart kita shalat berjamaah), kemudian kami semua mendekat kepada Rasulullah dan beliau lalu bersabda: “Tiada seorang Nabi sebelumku melainkan ia berkewajiban menunjukkan ummatnya pada kebaikan yang ia ketahui, dan memperingatkan mereka dari bahaya yang ia ketahaui. Dan ummat ini sudah sejak dulu ditetapkan selamat, dan akhirnya dikenai cobaan Serta urusan-urusan yang diingkarinya nanti. Dan datang pula fitnah-fitnah dimana fitnah yang sebelumnya dianggap lebih ringan dibanding fitnah yang berikutnya. Pada saat datang fitnah maka orang-orang yang beriman berkata : “Inilah (mungkin) yang membinasakanku”. Lalu fitnah itu hilang, dan kemudian datang lagi fitnah sehingga orang-orang yang beriman berkata : “Inilah (mungkin) yang membinasakanku”. Maka barangsiapa ingin terbebaskan dari neraka dan dimasukkan dalam surga maka teguhkanlah keyakinannya, yaitu iman kepada Allah dan hari akhir serta perlakukanlah sesama manusia sebagaimana ia merasa senang bila diperlakukan seperti itu. Dan barangsiapa yang berbaiat kepada seorang penguasa dan ia telah mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dan percaya penuh kepada (penguasa itu) maka ia harus mentaatinya sekemampuannya. Dan jika ada pemberontak yang akan merebut kekuasaannya maka perangilah pemberontak itu (penggallah lehernya)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hunaidah Wail bin Hyjr ra. ia berkata: “Salamah bin Yazid Al Ju’fi bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, bagaimana menurut tuan seandainya diangkat para pemimpin di tengah-tengah kami dimana mereka hanya menuntut haknya saja sementara hak kami semua ditahan tidak dipenuhi, maka apakah yang tuan perintahkan kepada kami?”. Beliau tidak menghiraukan pertanyaan itu, hingga Salamah bertanya lagi. Akhirnya beliau bersabda: “Dengarkanlah dan taatlah kepada mereka. Sesungguhnya mereka kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas kewajibannya dan demikian juga kamu akan dimintai pertanggung jawaban atas kewajibanmu”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Kelak setelah aku tiada akan muncul orang yang egois (sangat mementingkan dirinya sendiri) dan akan muncul pula hal-hal yang kamu anggap tidak benar”. Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah saw. apakah yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau menjawab: “Kamu harus menunaikan kewajibanmu dan mohonlah kepada Allah terhadap apa yang menjadi hakmu'”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang taat kepadaku (Nabi saw.) berarti ia taat kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku (Nabi saw.) berarti ia benar-benar telah durhaka kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada penguasa, maka ia benar-benar taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada penguasa maka ia benar-benar durhaka kepadaku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang membenci sesuatu yang dilakukan penguasa maka bersabarlah. Sebab orang yang meninggalkan penguasanya meskipun hanya sejengkal maka ia mati seperti mati zaman Jahiliyyah”. (HR. Bukhari dan Muslim). |
- Dari Abu Bakrah ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menghina penguasa maka Allah akan menghinakan dirinya”. (At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman : “Kebahagiaan negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu bagi orang yang bertakwa”. (QS. Al Qashash : 83).
- Dari Abu Said Abdur Rahman bin Samurah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepada saya : “Hai Abdur Rahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan, karena jika kamu diserahi suatu jabatan tanpa memintanya maka kamu akan mendapatkan pertolongan di dalam menjabat. Tetapi sebaliknya jika kamu diberi jabatan atas dasar permintaan maka jabatan itu diserahkan sepenuhnya kepadamu. Dan bila kamu terlanjur sumpah untuk melakukan suatu perbuatan lalu kamu melihat ada perbuatan lain yang lebih baik daripada perbuatan tadi maka lakukanlah perbuatan yang lebih baik itu, selanjutnya tebuslah sumpahmu itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah bersabda kepadaku : “Sesungguhnya saya melihatmu seorang yang lemah dan saya mencintaimu sebagaimana saya mencintai diriku sendiri. Janganlah kamu menjadi pemimpin (pejabat) walaupun terhadap dua orang dan jangan sekali-kali kamu menguasai harta anak yatim”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw., mengapa engkau tidak memberi jabatan kepadaku ?”. Maka beliau menepuk bahuku sambil bersabda: “Hai Abu Dzarr, engkau adalah seorang yang lemah dan jabatan itu merupakan amanat yang besok di hari kiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan kecuali pejabat yang dapat memanfaatkan haknya dan dapat menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kamu semua sangat ambisi untuk merebut suatu jabatan, tetapi nanti pada hari kiamat jabatan itu akan menjadi suatu penyesalan”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Teman-teman akrab itu kelak pada hari kiamat sebagiannya akan menjadi musuh dengan sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az Zukhruf : 67).
- Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw, bersabda: “Allah tiada mengutus seorang Nabi dan Khalifah yang menggantinya kecuali ada dua orang yang sangat dekat dengannya dimana yang seorang menyuruh dan menganjurkan kebaikan dan yang seorang lagi menyuruh dan menganjurkan kejahatan. Dan orang yang selamat (terjaga) ialah yang dipelihara oleh Allah”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang penguasa (pejabat) maka Allah memberi seorang menteri (pembantu) yang jujur dengan maksud bila penguasa itu lupa maka ia mengingatkannya dan bila penguasa itu ingat maka ia membantunya. Dan jika Allah tidak menghendaki yang demikian itu maka Allah menjadikan mentri (pembantu) yang tidak jujur dimana bila penguasa lupa ia tidak mau mengingatkannya dan bila penguasa ingat maka ia tidak mau membantunya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Saya bersama saudara sepupuku datang kepada Nabi saw. lalu salah seorang dari saudaraku itu berkata: “Ya Rasulullah saw., berilah kami jabatan di salah satu bagian yang diberikan Allah terhadap tuan”. Dan saudara sepupuku yang lain juga berkata begitu.:Kemudian beliau bersabda: “Demi Allah, aku tidak akan mengangkat pejabat yang ia meminta jabatan itu, atau seseorang yang sangat ambisi untuk menduduki pada jabatan itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. melewati seorang laki-laki dari sahabat Anshor yang sedang memberi nasehat kepada saudaranya karena pemalu, maka Rasulullah saw. bersabda: “Biarkanlah ia pemalu sebab malu itu sebagian daripada iman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Imran bin Hushain ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sifat malu itu akan mendatangkan kebaikan”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Sifat malu itu semuanya baik”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Iman itu memiliki cabang lebih dari enam puluh atau tujuh puluh. Yang paling utama adalah kalimat: LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tiada Tuhan selain Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan batu yang mengganggu di tengah jalan. Dan malu itu sebagian daripada iman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata : “Rasulullah saw. adalah seorang yang sangat pemalu melebihi pemalunya seorang gadis pingitan. Bila beliau melihat sesuatu yang tidak (disukainya maka kami dapat mengetahui melalui wajahnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Para ulama berkata : “Hakekat malu adalah budi pekerti yang dapat membangkitkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan”.
Abul Qasim Junaid berkata : “Malu adalah memandang suatu kebaikan dan memandang kekurangan diri, dan dari dua pandangan itu akan tumbuh sifat yang disebut malu.
Allah ta’ala berfirman: “Tepatilah janji, karena janji itu nanti akan dimintai pertanggung jawabannya”. (QS. Al Isra’ : 34).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya manusia yang paling hina di sisi Allah besok pada hari kiamat adalah suami atau istri yang bersetubuh lalu menyebar luaskannya (rahasianya) itu”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Umar ra. bahwasanya ketika Hafshah putri Umar menjadi janda, Umar ra. berkata: “Saya bertemu dengan Utsman bin Affan, maka saya tawarkan Hafshah kepadanya, kataku : “Jika kamu suka, kamu akan saya kawinkan dengan Hafshah putri Umar”. Ia menjawab: “Nanti saya pikir dahulu”. Selang beberapa hari ia menemui saya dan berkata: “Saya belum siap menikah saat ini”. Kemudian saya bertemu dengan Abu Bakar Ash Shiddiq ra. maka saya berkata kepadanya: “Jika kamu suka, kamu akan saya kawinkan dengan Hafshah putri Umar ra.”. Abu Bakar hanya diam tidak memberi jawaban apa-apa sehingga saya merasa lebih tersinggung daripada penolakan Ustman. Setelah beberapa hari tiba-tiba Rasulullah saw. datang meminang Hafshah dan saya kawinkan. Kemudian Abu Bakar bertemu dengan saya dan berkata : “Mungkin kamu merasa tersinggung tatkala kamu menawarkan Hafshah dimana saya diam tidak memberi jawaban apa-apa”. Saya (Umar) menjawab : “Benar”. Abu Bakar ra. berkata : “Sebenarnya tidak ada sesuatu yang menahan saya untuk menerima tawaranmu itu hanya saja telah mengetahui bahwa Nabi saw. telah menyebut Hafshah dan saya tidak akan menyiarkan (membuka) rahasia Nabi saw. Andaikata Nabi saw. tidak mengambil Hafshah sebagai istrinya maka sudah tentu saya akan menerimanya”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Ketika istriistri Rasulullah saw. berkerumun di sisi beliau, datanglah Fatimah yang jalannya persis Rasulullah saw. Maka tatkala beliau melihatnya, disambutlah putrinya itu seraya bersabda : MARHABAN BIBNATII (Selamat datang anakku)”, kemudian didudukkan di sebelah kanan atau kirinya terus Nabi saw. berbisik kepadanya. Setelah dibisiki ia menangis tersedu-sedu. Dan ketika Nabi saw. melihat tangisnya itu beliau merasa iba dan berbisik lagi kepadanya lalu tertawalah Fatimah. Saya berkata kepadanya: “Rasulullah saw. lebih mengutamakan kamu daripada istri-istrinya dalam hal-hal rahasia-rahasia pribadinya, setelah itu kenapa kamu menangis ?”. Ketika beliau meninggalkan tempat, saya bertanya langsung kepada Fatimah: “Rahasia apakah yang dibisikkan oleh Rasulullah?”. Fatimah menjawab : “Aku tidak akan membuka rahasia Rasulullah saw.”. Kemudian setelah Rasulullah wafat saya berkata kepada Fatimah: “Demi Allah, saya sangat berminat memperoleh penjelasan mengenai sesuatu yang dibisikkan Rasulullah pada tempo dulu”. Fatimah menjawab: “Sekarang ini, baiklah akan saya ceritakan kepadamu. Pada bisikan pertama, beliau memberitahukan bahwa Jibril biasa mengulangi bacaan Al Qur’an satu dalam setahun atau dua kali dalam setahun, tetapi kini dalam waktu yang dekat ia telah datang dua kali. Dan aku yakin bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu bertakwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah. Aku (Nabi saw.) adalah sebaik-baik orang yang mendahului kamu. Karena itulah saya (Fatimah) menangis. Lantas ketika beliau melihat saya sangat sedih maka beliau berbisik yang kedua kalinya, dimana beliau bersabda : “Hai Fatimah, apakah kamu tidak puas jika kamu menjadi wanita yang termulia atau penghulunya para wanita mukminin dan penghulunya wanita-wanita ummat ini ?.“. Karena itulah saya tertawa seperti yang kamu lihat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Tsabit dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. datang kepadaku ketika saya sedang bermain-main dengan anak-anak, lalu beliau memberi salam dan menyuruh saya untuk suatu kepentingan sehingga menyebabkan saya terlambat datang kepada ibu. Dan ketika saya pulang, ibu bertanya : “Apa yang menyebabkan kamu datang terlambat ?”. Rasulullah saw. telah mengutus saya untuk ‘suatu kepentingan”. Ibunya bertanya: “Kepentingan apa itu?”. Saya menjawab : “Itu suatu rahasia”. Akhirnya ibu saya berkata : “Janganlah sekali-kali kamu membuka rahasia Rasulullah saw. kepada siapa pun”. Anas ra. berkata : “Demi Allah, andaikata saya boleh membuka rahasia Nabi saw. ini kepada seseorang pasti saya telah menceritakan kepadamu hai Tsabit”. (HR. Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Tepatilah janji itu karena sesungguhnya janji itu kelak akan dimintai pertanggung jawabannya”.(QS. Al Isra’ : 34).
Allah ta’ala berfirman: “Tepatilah perjanjianmu dengan Allah bila kamu semua berjanji”. (QS. An Nahl : 91)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah janji-janjimu itu”. (QS. Al Maidah : 1)
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, kenapa kamu semua mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah kalau kamu semua mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (QS. Ash Shaf : 3-4).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga yaitu : bila berkata selalu berdusta, bila berjanji selalu dilanggar dan bila dipercaya malah berkhianat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim ditambahkan : “Walaupun ia berpuasa dan mengerjakan Shalat serta merasa dirinya orang muslim”.
- Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ada empat sifat, siapa yang melakukannya maka ia termasuk orang munafik. Dan barangsiapa yang mempunyai salah satu dari empat sifat itu berarti ia telah melakukan perbuatan nifak sehingga ia meninggalkannya, yaitu : bila berkata ia berdusta, bila berjanji selalu dilanggar, bila dipercaya ia berkhianat dan bila berdebat selalu melampui batas (ngotot)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepada saya: “Kalau nanti datang harta dari Bahrain, aku akan memberimu sektan dan sekian”. Namun hingga Rasulullah saw. wafat harta dari Bahrain itu belum juga datang. Dan ketika harta dari Bahrain datang, Abu Bakar ra. menyuruh seseorang untuk berseru:
“Barangsiapa yang merasa ada janji atau pernah menghutangi Rasulullah saw. maka hendaklah datang kepada kami”. Lantas saya datang dan berkata kepada Abu Bakar : “Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda kepada saya begini dan begini”. Maka Abu Bakar mengambil segenggam dan diberikan kepada saya, lalu saya hitung ternyata uangnya sebanyak lima ratus. Abu Bakar lalu berkata kepadaku: “Ambillah dua kali itu”. (HR. Bukhari | dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra’du : 12).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu seperti seorang wanita yang menguraikan benangnya yang telah dipintal dengan kuat menjadi bercerai-berai”. (QS. An Nahl : 92).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang lama atas mereka lalu hati mereka menjadi keras!”. (QS. Hadid : 16).
Allah ta’ala berfirman: “Maka mereka tidak memeliharanya dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al Hadid : 27).
- Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku : “Hai Abdullah, janganlah kamu seperti si Fulan, dimana tadinya ia giat bangun untuk shalat malam lalu kebiasaannya bangun malam untuk shalat itu ditinggalkan begitu saja”. (HR. Bukhari dan Muslim). ‘
Allah ta’ala berfirman: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hijr: 88)
Allah ta’ala berfirman: “Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan dari sekelilingmu”. (QS. Ali Imran: 159).
- Dari Adi bin Hatim ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kamu semua dari api neraka walaupun dengan sedekah separuh biji kurma. Dan kalau tidak mampu bersedekah maka cukup dengan kata-kata yang baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Kata-kata yang baik itu merupakan sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu perbuatan baik meskipun hanya dengan bermuka manis tatkala menyambut saudaramu”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bila berkata selalu diulang-ulang hingga tiga’ kali supaya dapat dimengerti perkataannya. Dan bila beliau mendatangi suatu kaum maka beliau memberi salam kepada mereka sebanyak tiga kali”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Perkataan Rasulullah saw. adalah suatu perkataan yang sangat jelas, yang dapat dimengerti atau dipahami oleh setiap orang yang mendengarnya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata “Pada waktu haji wada’ Rasulullah saw. ber: sabda kepadaku : “Perhatikan apa yang dikata kan oleh sesama manusia”. Nabi saw., bersabda: “Jangan sampai kamu kembali menjadi kafir sepeninggalanku nanti yaitu saling bunuh membunuh, yang satu memenggal leher yang lain”, (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan tutur kata yang manis (baik)”. (QS. An Nahl : 125).
- Dari Abu Wail Syaqiq bin Salamah berkata: “Ibnu Mas’ud ra. biasa memberi nasehat kepada kami setiap hari Kamis, lalu ada seseorang berkata kepadanya: “Hai Abu Abdurrahman, saya ingin kalau kamu memberi nasehat (ceramah) setiap hari”. Ibnu Mas’ud ra. menjawab: “Tiada halangan bagiku untuk memberikan ceramah (nasehat) setiap hari, hanya saja saya khawatir kamu semua lekas menjadi bosan. Dan saya sengaja memberikan . nasehat (ceramah) dalam waktu yang jarang sebagaimana Rasulullah saw. memberi nasehat (ceramah) kepada kami karena beliau khawatir jika kami merasa bosan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Yaqdhan Ammar bin Yasir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya lamanya atau panjangnya shalat seseorang dan singkatnya khutbah merupakan tanda bukti mahirnya agama seseorang. Karena itu panjangkan shalatmu dan persingkatlah khutbahmu”. (HR. Muslim)
- Dari Muawiyah bin Al Hakam As Sulami ra. ia berkata: “Sewaktu kami shalat bersamasama Rasulullah saw., tiba-tiba ada orang bersin, lalu saya mengucapkan: “YARHAMUKALLAAH”, maka orang-orang membelalakkan matanya kepadaku hingga saya berkata : “WATSUKLA UMMAYAH (Alangkah kecewanya ibuku), kenapa kamu semua memandangku?”. Kemudian mereka memukulkan tangannya pada pahanya untuk mendiamkan saya hingga akhirnya saya diam. Kemudian setelah Rasulullah saw. selesai shalat, demi ayah bundaku belum pernah saya melihat seorang pendidik (guru) yang lebih baik daripada beliau baik sebelum dan sesudahnya. Demi Allah, beliau tidak membentak atau memaki atau memukul saya, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam shalat itu tidak boleh berbicara dengan sesama manusia walaupun hanya Sepatah kata, karena shalat itu untuk membaca tasbih, takbir dan ayat-ayat Al Qur’an”. Demikianlah sabda Rasulullah saw. Kemudian saya berkata: “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya saya itu baru saja terlepas dari masa jahiliyyah dan kini Allah telah mendatangkan Islam. Dan masih ada di tempat kami orang-orang yang selalu mendatangi dukun”, kemudian Nabi saw. bersabda: “Janganlah kamu mendatangi mereka (dukun) itu”. Saya berkata lagi : “Diantara kami masih ada juga orang-orang yang mempercayai burung”. Beliau bersabda: “Itu, hanya perasaan hati mereka saja, maka janganlah dibiarkan mereka itu (mencegah dari perbuatan yang baik)”. ( HR. Muslim).
- Dari Irbadh bin Sariyah ra. ia berkata . “Rasulullah saw. pernah memberikan nasehat, yang dapat menggetarkan hati dan mencucurkan air mata”. Hadits ini masih ada lanjutannya. (Lihatlah kelanjutan hadits ini pada bab tentang perintah menjaga sunnah dan tata caranya).
Allah ta’ala berfirman : “Hamba-hamba Allah yang terpuji yaitu orang-orang yang berjalan di atas bumi ini dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan”. (QS. Furqan : 63).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw. tertawa dengan gelak sehingga terlihat langit-langit mulutnya tetapi beliau biasa tersenyum”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”. (QS. Al Hajj : 34).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bila telah didirikan shalat, maka janganlah kamu mendatanginya dengan tergesa-gesa maka datangilah dengan tenang di dalam berjalan. Maka apapun yang masih dapat kamu kejar maka shalatlah dengan berjamaah dan apa yang tidak bisa kamu kejar (ketinggalan) berjamaah maka sempurnakan sendiri shalat itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim ada tambahan: “Sesungguhnya bila ada seseorang dari kamu telah bermaksud untuk mendatangi tempat Shalat, maka ia dianggap sudah berada dalam Shalat”.
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya pada hari Arafah ia turun bersama-sama dengan Nabi saw., tiba-tiba Nabi saw. mendengar suara di belakangnya yaitu suara orang-orang memukul dan membentak-bentak untanya dengan keras. Maka Nabi saw. memberi isyarat dengan cambuknya seraya bersabda: “Hai manusia, kamu harus selalu tenang karena sesungguhnya kebaikan itu tidaklah dengan terburu-buru”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Sudakah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim yang dimuliakan?. Ketika mereka masuk ke tempat Ibrahim dan mengucapkan: “Selamat”, maka Ibrahim pun menjawab : “Selamat” padahal mereka adalah tamu-tamu yang belum pernah dikenal. Maka Ibrahim pergi dengan diam-diam menemui keluarganya kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk yang sudah dipanggang, lalu dihidangkannya kepada mereka, dimana Ibrahim berkata : “Silahkan kalian makan”. (QS. Adz Dzariyat : 24-26).
Allah ta’ala berfirman: “Dan datanglah kaum Luth kepada Luth dengan bergegas-gegas. Sejak dulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah putriku, mereka lebih suci bagimu. Maka bertakwalah kamu kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku terhadap tamuku ini. Tidak adakah diantara kamu semua seorang yang berakal”. (QS. Hud : 78).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir maka hendaklah ia menyambung tali persaudaraan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik atau hendaklah ia diam saja”. (HR. Bukhari – Muslim).
- Dari Abu Syuraih Khuwailid bin Amr (Khuza’i) ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ja memuliakan tamunya terutama di bagian istimewanya”. Sahabat bertanya: “Ya Rasulul: lah saw. apakah bagian istimewanya itu ?”. Beliau bersabda: “Yaitu pada hari dan malam pertamanya. Bertamu itu adalah tiga hari, sedangkan selebihnya dianggap sedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Tidak dihalalkan bagi seorang muslim tinggal di tempat saudaranya hingga menyebabkan saudaranya itu berdosa”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah saw., bagaimana ia dapat menyebabkan saudaranya itu berdosa?”. Beliau bersabda : “Ia tinggal di tempat saudaranya sedangkan saudaranya itu tidak memiliki sesuatu yang dapat dihidangkan”.
Allah ta’ala berfirman: “Maka sampaikanlah berita gembira kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan nasehat kemudian mengikuti apa yang paling baik diantara nasehat itu”.
Allah ta’ala berfirman: “Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripadanya, keridhaan dan surga. Mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal”. (QS. At Taubat : 21).
Allah ta’ala berfirman: “Dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kamu semua”. (QS. Fushshilat : 30).
Allah ta’ala berfirman: “Maka Kami memberi kabar gembira kepada Ibrahim dengan akan datangnya seorang anak yang amat sabar (Yaitu Ismail)”. (QS. Ash Shaffat: 101)
Allah ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira”. (QS. Hud : 69)
Allah ta’ala berfirman: “Dan istri Ibrahim berdiri di sampingnya lalu ia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang akan datangnya Ishak dan sesudah Ishak akan datang pula Ya’kub”. (QS. Hud : 71)
Allah ta’ala berfirman: “Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri shalat di mihrab, dimana malaikat Jibril . berkata: “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan akan datangnya Yahya”. (QS. Ali Imran : 39).
Allah ta’ala berfirman: “(Ingatlah) ketika malaikat berkata: “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan akan datangnya seorang putra yang diciptakan dengan kalimat yang datang daripada-Nya, yaitu yang bernama Al Masih”. (QS. Ali Imran: 45).
- Dari Abu Ibrahim, ada yang memanggilnya dengan Abu Muhammad dan ada juga yang memanggilnya Abu Muawiyah Abdullah bin Abu Aufa ra. bahwasanya Rasulullah saw. menyampaikan kabar gembira kepada Khadijah bahwa untuknya sebuah rumah terbuat dari mutiara di surga, yang mana di sana tiada keributan dan kesukaran”. (HR. Bukhari dan Muslim). :
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. bahwasanya ia berwudhu di rumahnya lalu pergi dan berkata : “Hari ini saya akan tetap mendampingi dan selalu bersama Rasulullah saw.” Maka segera ia ke Masjid dan mencari Rasulullah saw. dan dijawab oleh para sahabat: “Beliau ada di sana”. Abu Musa berkata : “Saya pergi menuju arah yang ditunjuk itu dan mencari beliau sehingga masuk ke tempat sumur Aris. Saya berdiri di depan pintu hingga Rasulullah saw. selesai hajatnya dan berwudhu. Kemudian saya mendekati beliau, sementara itu beliau sedang duduk di tepi sumur dan menurunkan kedua kakinya dalam sumur, maka saya memberi salam kepadanya, lantas saya pergi lagi ke pintu depan dengan maksud bahwa saya akan menjadi juru kunci Rasulullah Saw. pada hari ini”. Abu Bakar datang dan mendorong pintu, maka saya bertanya: “Siapa itu ?”. Ia menyawab: “Saya Abu Bakar”. Saya berkata: “Tunggu sejenak”. Akhirnya saya mendatangi Nabi saw. dan berkata : “Ya Rasulullah saw. Abu Bakar minta izin untuk masuk”. Beliau bersabda: “Izinkan dia masuk dan gembirakanlah dengan surga”. Segera saya memberitahu Abu Bakar : “Silahkan masuk dan Rasulullah saw. mengucapkan selamat kepadamu bahwa kamu akan masuk surga”. Maka masuklah Abu Bakar dan ia duduk di samping kanan beliau sambil menurunkan kakinya dalam sumur. Kemudian saya kembali ke pintu sambil mengingat saudaraku yang berwudhu’ dan akan menyusulku hingga saya berkata dalam hati: “Andaikata Allah menghendaki kebaikan si Fulan mesti Allah juga menghendaki kebaikan pada saudaranya di mana ia akan datang kemari”. Tibatiba ada seseorang menggerakkan pintu, saya bertanya : “Siapa itu?”. la menjawab : “Saya Umar bin Khattab”. Saya berkata : “Tunggu sejenak”. Saya pergi memberi salam kepada Nabi saw. dan memberitahu bahwa Umar minta izin. Nabi saw. bersabda: “Izinkanlah dan berilah kabar bahwa dia akan masuk surga”. Maka saya memberitahu Umar katanya. Masuklah dan Nabi saw. memberi kabar bahwa kamu akan masuk surga”. Akhirnya Umar pun masuk dan duduk di sebelah kiri Rasulullah saw. serta dia menurunkan kedua kakinya ke dalam sumur. Lalu saya kembali lagi ke pintu dan duduk sambil merenung: “Andaikata Allah menghendaki kebaikan kepada Fulan maka Allah juga akan menggerakkan hati saudaranya untuk datang ke sini”. Tiba-tiba datang orang menggerakkan pintu. Dan ketika saya tanya: “Siapa itu?”. Ia menjawab: “Utsman bin Affan”. saya berkata: “Tunggu sejenak”. Saya datang kepada Nabi saw. dan memberi tahu bahwa Utsman minta izin, maka beliau bersabda: “Izinkanlah dia masuk dan berikan kabar gembira bahwa dia masuk surga dengan sedikit bala’ yang akan menimpa padanya”. Maka saya menyambut Utsman dan berkata: “Silahkan masuk, dan Rasulullah saw. memberi kabar kepadamu bahwa kamu masuk surga, tetapi nanti kamu akan tertimpa musibah”. Utsman pun masuk sedangkan tepi sumur telah penuh sehingga ia duduk di depan Rasulullah saw. berhadapan dengan beliau, Abu Bakar dan Umar ra.”. Said bin Al Musayyib berkata: “Saya menafsiri atau mentakwilkan cara duduk mereka itu dengan kubur mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain terdapat tambahan : “Rasulullah saw. menyuruhku untuk menjaga pintu. Ketika Utsman diberitahu akan mendapatkan sedikit balak atau musibah maka ia berkata: ALLAAHUL MUSTA’AN (Hanya Allah yang dapat dimintai pertolongan)”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw. bersama Abu Bakar, Umar dan beberapa sahabat lainnya, mendadak beliau bangkit dan pergi meninggalkan kami. Maka kami semua merasa cemas karena lama menunggu-nunggu Nabi saw. tak kembali. Kami bangkit dan sayalah yang paling cemas. Kemudian saya pergi keluar mencari Rasulullah saw. hingga sampai di pagar tembok seorang sahabat Anshor dari bani Najjar, lalu saya mencari pintu namun hanya bertemu dengan sebuah parit atau selokan yang masuk ke balik tembok yang menghubungkan dengan sumur yang di luar. Saya menerobosnya sehingga dapat masuk dan bertemu dengan Rasulullah saw. dan beliau bersabda : “Hai Abu Hurairah”. Saya menjawab: “Ya ada apa Rasulullah saw.” Beliau bersabda: “Ada urusan apa?”. Saya menjawab : “Tadinya tuan duduk bersama kami, mendadak tuan bangkit dan meninggalkan kami. Kami semua khawatir dan cemas kalau-kalau terjadi sesuatu pada tuan. Dan sayalah orang yang pertama kali merasa cemas. Sebab itulah saya menyusul tuan di balik pagar tembok dan menerobosnya seperti kijang. Dan sementara banyak orang menunggu di balik pagar tembok ini”. Akhirnya beliau bersabda: “Hai Abu Hurairah ra. beliau bersabda sambil memberikan kedua sandalnya kepadaku, pergilah dengan membawa kedua sandalku ini. Barangsiapa yang kamu dapatkan di balik tembok ini, dia percaya dengan sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah maka kabarkan kepadanya bahwa ia masuk surga…”. (HR. Muslim).
Hadits ini masih ada kelanjutannya.
- Dari Abu Syumasah ia berkata : “Menjelang wafatnya Amr bin Ash kami datang kepadanya. Waktu itu ia sedang menangis tersedu-sedu sambil memalingkan wajahnya ke dinding hingga putranya berkata: “Wahai ayahanda, tidakkah Rasulullah saw. telah memberi kabar kepadamu akan mendapatkan ini dan itu ?”. Lalu ia menghadap putranya seraya berkata: “Sebaik-baik yang kami siapkan adalah kalimat syahadat yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah. Saya telah mengalami tiga tingkatan masa. Pertama, saya telah membenci Rasulullah yang barangkali tidak ada seorang pun yang membenrinya melebihi kebencianku. Dan tiada keinginanku kecuali hanya ingin mencari kesempatan untuk membunuh beliau. Andaikata waktu itu saya meninggal dunia pasti saya tergolong ahli neraka. Kedua, setelah Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku, saya datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Ulurkan tangan kanan tuan, saya akan berbaiat kepadamu”. Tatkala beliau mengulurkan tangannya, mendadak ‘ saya tarik sehingga beliau bertanya: “Ada apa hai Amr bin Ash ?”. Saya berkata: “Saya mengajukan syarat”. Beliau bertanya: “Syarat apakah itu?”. Saya menjawab: “Agar semua dosaku diampuni”. Beliau bersabda: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Islam itu menghapus semua dosa yang sebelumnya, dan juga hijrah itu dapat menghapuskan dosa-dosa sebelumnya?, serta haji juga dapat menghapuskan dosa-dosa sebelumnya ?”. Waktu itu tidak ada seorang pun yang lebih saya cintai kecuali hanya Rasulullah saw., tidak ada orang yang lebih mulia di hadapanku kecuali hanya Rasulullah saw. sehingga saya tidak mampu memandang beliau karena sangat agungnya. Andaikata saya diminta untuk menjelaskan mengenai sifat-sifat beliau niscaya saya tidak mampu untuk menjelaskannya sebab saya tidak memandang beliau dengan kedua mata saya. Andai kata saya mati waktu itu niscaya saya mengharapkan surga. Ketiga, saya memegang beberapa jabatan yang saya sendiri kini belum tahu bagaimana keadaanku. Maka dari itu jika saya meninggal dunia janganlah diikuti dengan tangisan dan api. Dan jika kamu menguburku maka cepat-cepatlah ditimbun tanah, lalu berdirilah kamu di sekitar kuburku kirakira selama tukang jagal menyembelih binatang dan membagi-bagikan dagingnya hingga saya merasa senang dengan adanya kamu semua, sambil saya berfikir apa yang harus saya jawabkan kepada utusan Tuhanku”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Ibrahim telah berwasiat kepada putra-putranya, demikian pula Ya’kub dimana ia berkata: “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama untuk kamu semua, maka janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. Adakah kamu semua hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalanku nanti ?”. Kami menjawab. “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhannya nenek moyangmu yakni Ibrahim, Ismail dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk dan patuh kepadaNya”. (QS. Al Bagarah : 132-133).
- Hadits Zaid bin Arqam sebagaimana termaktub dalam bab memuliakan keluarga Rasulullah saw. di mana Zaid ra. berkata: “Nabi saw. berdiri di tengah-tengah kami untuk menyampaikan khutbah dan setelah mengucapkan syukur ke hadirat Allah lalu memberikan nasehat, lalu beliau bersabda: “Perhatikanlah, sesungguhnya aku seorang manusia biasa, yang mungkin telah hampir datang kepadaku pesuruh Allah SWT. dan aku harus menyambutnya. Dan aku meninggalkan dua hal yang berat, pertama yaitu Kitab Allah yang mengandung petunjuk dan hidayah serta cahaya penerangan, maka berpegang teguhlah kamu dengan kitab itu, dan laksanakan dengan sungguh-sungguh segala yang terkandung di dalamnya. Dan yang kedua: adalah ahli baitku (keluargaku). Aku peringatkan kamu dengan nama Allah tentang ahli baitku (saya peringatkan kamu supaya berlaku baik dengan keluargaku)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Sulaiman Malik bin Al Huwairits ra. ia berkata: “Kami beberapa pemuda datang kepada Rasulullah saw. dan kami tinggal bersama beliau kira-kira dua puluh hari. Rasulullah saw. adalah orang yang sangat penyayang dan lembut hati. Beliau mengira bahwa kami sudah sangat rindu kepada keluarga kami, maka beliau menanyakan mengenai keluarga yang kami tinggalkan dan kami pun memberitahukannya”. Selanjutnya beliau bersabda: “Kamu sebaiknya segera pulang kepada keluArqamu dan tinggallah di tengah-tengah mereka, ajarkan dan suruhlah mereka shalat. Dan shalatlah kamu semua yaitu shalat ini pada waktu ini, shalat begini di waktu ini. Bila waktu shalat telah tiba maka hendaknya salah seorang mengumandangkan adzan dan orang yang paling tua dari kamu hendaknya menjadi imam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim ada tambahan: “Shalatlah kamu semua, sebagaimana kamu melihat aku (Nabi saw.) shalat”.
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Saya minta izin kepada Nabi saw. untuk pergi berumrah, maka beliau mengizinkan aku sambil bersabda: “Jangan kamu lupakan kami dari doa-doamu”. Umar ra. berkata : “Sebuah kalimat (pesan) yang lebih menyenangkan hatiku daripada mendapatkan kekayaan dunia”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Hai saudaraku, sertakan kami dalam do’amu”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin Umar ra. bila bertemu dengan orang yang bepergian selalu berkata : “Mendekatlah kamu, saya akan memberi selamat kepadamu sebagaimana Rasulullah saw. dulu memberi selamat kepada kami”. Lalu ia berkata: “Saya titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu, dan penutup semua amal perbuatanmu”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Yazid Al Khatmi As Sahabi ra. ia berkata: “Bila Nabi saw. melepaskan atau memberi selamat jalan kepada tentara (pasukan), maka beliau bersabda: “Saya titipkan kepada Allah agamamu, amanahmu dan penghabisan amalmu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Seorang lakilaki datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya “Rasulullah saw. saya akan bepergian. Oleh karena itu saya minta kepadamu”. Beliau bersabda: “Semoga Allah membekalimu dengan takwa”. Ia berkata lagi: “Tambahlah bekal itu”. Beliau bersabda: “Semogah Allah mengampuni dosamu”. Ia berkata lagi : “Tambahlah lagi bekal itu”. Beliau bersabda: “Semoga Allah memudahkan bagimu segala kebaikan dimana kamu berada”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman : “Bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam suatu urusan”. (QS. Ali Imran : 159).
Allah ta’ala berfirman: “Dan urusan mereka selalu diputuskan dengan bermusyawarah diantara mereka”. (QS. Asy Syura : 38).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada kami istikharah dalam segala urusan kami sebagaimana beliau mengajarkan sesuatu surat dari Al Qur’an, di mana beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kamu akan mengerjakan sesuatu (hajat) maka hendaklah ia shalat dua rakaat, lalu membaca doa: ALAAHUMMA ASTAKHIIRUKA BI ‘ILMIKA WA ASTAQDIRUKA BIQUDRATIKA, WA AS ALUKA MIN FADHLIKA AZHIIM. FAINNAKA TAODIRU WALAA AQDIRU, WATA LAMU WALAA ALAMU, WA ANTA “ALLAMUL GHUYUUBIL. ALLAAHUMMA IN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADZAL AMRA KHAIRUN LII FII DIINII WA MA’AA-SyrII WA AAQIBATI AMRII atau ia meng-ucapkan : AAJILI AMRII WA AAJILIHI. FAQ-DURHU LII WA YASSIRHU LII TSUMMA BAARIK Lili FIIHI, WAIN KUNTA TA’LAMU ANNA HAADZAL AMRA SYARRUMN LII FII DIINII WA MAAASYH WA “AAQIBATI AM-RII atau ia mengucapkan : “AAJILI AMRII WA AAJILIHI FASHRIFHU “ANNI WASH RIFNII “ANHU WAQDUR LIYAL KHAIRA HAITSU KAANA TSUMMA RADHDHINII BIHI (Ya Allah sesungguhnya saya mohon petunjuk dengan pengetahuan-Mu, saya mohon ketetapan dengan kekuasaan-Mu, dan saya mohon karunia-Mu yang besar karena sesungguhnya Engkaulah yang maha Kuasa dan saya tidak kuasa. Engkau Maha tahu dan saya tidak tahu, dan Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan saya tidak mengetahui atas segala yang ghaib. Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan kami ini baik buat diriku, agamaku, kehidupanku dan akibat urusanku itu (atau mengatakan: baik pada waktu dekat atau di kemudian hari) maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan itu buat diriku, lalu berikanlah berkah kepadaku dalam urusan itu. Dan apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini jelek buat diriku dalam agamaku, kehidupanku dan akibat urusanku itu (atau mengatakan: baik pada waktu dekat atau di kemudian hari) maka jauhkanlah urusan itu daripadaku dan hindarkanlah saya daripadanya, serta tentukanlah yang lebih baik untukku bagaimana pun adanya kemudian jadikanlah saya orang yang ridla dengan ketentuan itu). Beliau bersabda: “Ia harus mengutarakan persoalannya (setelah membaca doa tersebut di atas)”. (HR. Bukhari).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bila pergi shalat hari raya selalu melewati jalan yang berbeda sewaktu berangkat dan pulang”. (HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasu: lullah saw. biasa jika keluar dari jalan As Syajarah dan jika kembali lewat jalan Al Muarris. Dan bila masuk ke Makkah dari jalan Ast Tsaniyatul Ulya dan jika keluar lewat Ats Tsaniyatul Sufla”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sunat mendahulukan anggota yang kanan tatkala berwudhu, mandi, tayammum, memakai sandal, memakai sepatu, memakai celana, ketika masuk masjid, tatkala bersiwak, tatkala bercelak, memotong kuku, mencukur kumis, . mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kepala, mengucapkan salam pada saat selesai shalat, makan, minum, berjabat tangan, mencium hajar aswad, keluar dari kamar kecil (WC), mengambil sesuatu, memberikan sesuatu dan lain sebagainya. Adapun hal-hal yang berlawanan dengan hal tersebut di atas maka dahulukan anggota yang kiri di antaranya: mau buang air kecil, meludah, masuk kamar kecil keluar dari Masjid, melepas sepatu, melepas sandal, melepas baju, melepas celana, melepas pakaian, membersihkan kotoran, dan perbuatan-perbuatan yang semacamnya.
Allah ta’ala berfirman: “Adapun orangorang yang buku catatan amalnya diberikan dari sebelah kanannya, maka ia berkata : Ambillah dan bacalah buku catatan amal itu”. (QS. Al Haqqah : 19).
Allah ta’ala berfirman: “Maka ada golongan kanan alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan ada pula golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri ini”. (QS. Al Wagiah : 89).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. selalu mendahulukan anggota yang kanan di dalam segala hal seperti ketika bersuci, bersisir dan memakai sandal”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. menggunakan tangan kanannya untuk bersuci dan makan, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk bercebok sehabis buang air dan segala hal yang kotor”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ummu Athiyah ca. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada wanita-wanita yang memandikan jenazah putrinya (Zainab ra.) : “Dahulukan anggota yang kanan dan anggota-anggota wudhu’nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu memakai sandal maka dahulukan sebelah kanan, dan apabila melepasnya maka dahulukan yang kiri, agar supaya yang kanan disandali terlebih dahulu dan dilepas belakangan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Hafshah ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. menggunakan tangan kanannya untuk makan, minum dan memakai pakaian, serta menggunakan tangan kirinya untuk yang selain itu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila kamu memakai pakaian dan berwudhu’ maka dahulukanlah anggota sebelah kanan”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Anas ra.berkata : “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah sampai di Mina dan melempar jumrah, lantas beliau kembali ke penginapannya di Mina serta menyembelih kurban lalu berkata kepada tukang cukur: “Cukurlah yang bagian ini”, sambil menunjuk ke kepala sebelah kanan, lalu sebelah kiri. Kemudian dibagi-bagikan rambutnya kepada orang-orang”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ketika beliau telah melempar jumrah dan menyembelih kurbannya lalu menyerahkan kepala sebelah kanannya kepada tukang cukur dan tukang cukur pun mencukurnya. Kemudian memanggil Abu Thalhah Al Anshari dan memberikan rambutnya itu kepadanya. Lantas beliau menyerahkan kepala bagian kiri kepada tukang cukur dan tukang cukur juga mencukurnya. Setelah itu beliau memberikan rambutnya kepada Abu Thalhah sambil bersabda: “Bagi-bagikanlah rambut ini kepada para sahabat”.
- Dari Umar bin Abu Salamah ra. ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Sebutlah nama Allah (yaitu membaca BASMALAH ) tatkala makan, dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang terdekat dengan kamu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah. Dan bila ia lupa menyebut nama Allah sewaktu memulai makan maka hendaklah membaca: BISMILLAAHI AWWALAHU WA AAKHIRAHU (Dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan penghabisan makan)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seseorang masuk rumahnya lalu ia membaca Bismilah saat masuk itu dan membaca Basmalah saat makan maka syetan berkata kepada temannya:
“Tiada tempat tinggal dan tiada bagian makanan bagi kamu semua”. Bila seseorang masuk rumah tidak membaca Basmalah (atau bacaan dzikir) maka syetan berkata : “Kamu dapat bermalam di rumah ini”. Dan apabila seseorang makan tanpa menyebut asma Allah maka syetan berkata : “Kamu semua dapat bermalam di sini dan bisa ikut makan”. (HR. Muslim)
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Apabila kami makan bersama-sama Rasulullah saw. maka kami tidak berani meletakkan tangan di makanan sebelum Rasulullah saw. terlebih dahulu meletakkan tangannya Dan pada suatu hari kami menghadapi makanan, mendadak atau seorang perempuan seperti ada yang mendorongnya untuk meletakkan tangannya mengambil makanan itu, maka oleh Rasulullah saw. dipegang tangannya. Tak lama kemudian datang pula seorang Badui, seolah olah ada sesuatu yang mendorongnya dimana ia langsung meletakkan tangannya ke tempat makanan, maka Rasulullah saw. memegang tangannya seraya berabda : “Sesungguhnya syetan itu merebut makanan yang tidak disebut nama Allah dan ia mendatangkan wanita Ini untuk mengambilkan bagian dari makanan ini, maka aku pegang tangannya. Kemudian ta mendatangkan badui ini untuk mengambil bagian dari makanan itu”, maka saya pegang pula tangannya. Demi Dzat yang jiwaku dalam gengygaman-Nya, sesungguhnya tangan syetan benarbenar saya pegang bersama-sama dengan kedua tangan orang ini”. Lalu beliau menyebut asma Allah dan memulai makan”. (HR. Muslim).
- Pari Umayyah bin Mahsyiyi Ash Sahabi ra. ia berkata: “Ketika Rasulullah saw. sedang duduk, ada seseorang makan dengan tidak menyebut asma Allah hingga makanannya itu tinggal sesuap. Ketika orang itu akan memasukkan makanannya itu mendadak ia membaca: BISMILLAAHI AWWALAHU WA AAKHIRAHU“. Kemudian Nabi saw. tertawa sambil bersabda: “Syetan itu telah makan bersamanya tetapi ketika ia menyebut asma Allah, maka syetan itu memuntahkan isi perutnya”. (HR. Abu Daud dan Nasai).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Ketika Rasulullah saw. makan bersama-sama enam orang dari sahabatnya, mendadak datang seorang Badut langsung memakan makanan itu dalam dua kali suap Nabi saw bersabda “Andaikata ia membaca asma Allah tentu makanan itu cukup buat kamu semua” (HR Turmudzi),
- Dari Abu Umamah ra. berkata ” “Sesuny. Ruhnya bila Nabi saw. mengangkat hidangan. nya beliau selalu membaca: ALHAMDU LIL. LAAHI HAMDAN KATSIIRAN THAYYI. BAN MUBAARAKAN FIIHI GHAIRA MAK. FIYYIN WALAA MUSTAGHNAN ‘ANHU RABBANAA (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah yang tiada terbalas dan sangat dibutuhkan, wahai Tuhan kami)”. (HR. Bukhari).
- Dari Muadz bin Anas ra. tra berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memakan makanan lalu membaca. “ALHAMDU LILLAAHIL LADZII ATH’AMANII HADZAA WARAZAQNIIHI MIN GHAIRI HAULIN MINNII WALAA QUWWATIN (Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberi makanan kepadaku, dan telah menganugerahkan Rizqi ini dengan tiada daya dan kekuatan dari diriku), maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah sama sekali mencela makanan. Bila beliau menyukainya maka dimakan dan bila tidak menyukainya maka beliau tinggalkan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Sesungguhnya Nabi saw. menanyakan lauk kepada keluarganya, maka mereka menjawab: “Kami tidak memiliki apa-apa kecuali cuka”. Maka beliau meminta cuka itu dan beliau makan dengan lauk pauk cuka itu, dan bersabda: “Sebaikbaik lauk pauk adalah cuka, sebaik-baik lauk pauk adalah cuka”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu diundang untuk makan maka datangilah undangan itu. Dan bila kamu berpuasa, maka berdoalah dan bila tidak puasa maka makanlah”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. ia berkata: . “Ada seorang laki-laki mengundang Nabi saw. untuk makan-makan yang dibuat untuk lima orang, tiba-tiba ada seorang yang ikut Nabi saw. Pada saat sampai di depan pintu orang yang mengundang Nabi saw. bersabda : “Orang ini mengikuti kami, maka terserah kepadamu. Bila kamu suka izinkanlah orang ini dan bila kamu tidak suka biarlah orang ini pulang”. Orang yang mengundang itu berkata : “Ya Rasul, saya mengizinkan orang ini”. (HR, Bukhari dan Muslim).
- Dari Umar bin Abu Salamah ra. ia berkata: “Sewaktu kecil aku diasuh oleh Nabi saw., dan saya pernah mengulurkan tangan untuk mengambil makanan di piring, maka Nabi saw. bersabda: “Hai anak muda bacalah Basmalah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang paling dekat denganmu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Salamah bin Al Akwa ra. ia berkata: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki sedang makan di hadapan Nabi saw. dengan memakal tangan kirinya, lalu Nabi saw. menegurnya “Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu”, ia menjawab: “Saya tidak bisa : Beliau bersabda : “Kamu tidak bisa, itu adala suatu kesombongan”, Lantas orang laki-laki itu tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut”, (HR. Muslim)
- Dari Jabalah bin Suhaim ia berkata : “Di musim paceklik pada masa pemerintahan Ibnu Zubair, kami mendapatkan Rizqi kurma. Kemudian tatkala kami tengah makan lewatlah Abdullah bin Umar ra. dan berkata: “Janganlah kamu makan dua kurma sekaligus atau lebih, karena Nabi saw. mencegah yang demikian itu”. Lalu ia (Abdullah) berkata lagi : “Kecuali jika orang itu minta persetujuan kawan-kawannya terlebih dahulu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Wahsyiyyi bin Harb ra. bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah saw. berkata: “Ya Rasulullah saw. kenapa kami tidak kenyang kalau makan ?”. Beliau bersabda : Mungkin kamu makan sendiri-sendiri”. Mereka menjawab: “Benar”. Beliau bersabda: “Bersamasamalah kamu jika makan dan bacalah Basmalah niscaya diberi berkah pada makanan itu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Berkah itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah kamu dari pinggir-pinggirnya dahulu, (baru kemudian ke tengah) dan janganlah kamu memulai (makan) dari tengah”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Busyr ra. ia berkata: “Nabi saw. memiliki bejana besar yang bernama Al Gharra yang biasa diangkat oleh empat orang. Pada suatu hari setelah shalat Dhuha diangkatlah bejana besar berisi makanan penuh itu, maka berkerumunlah mereka pada bejana itu. Dan ketika sudah banyak yang berkerumun maka Rasulullah saw. duduk di atag telapak kakinya. Mendadak orang Badui bertanya: “Ada selamatan apa ini?”. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah menjadikan aku ini bermurah hati dan tidak menjadikan aku seorang hamba yang kejam dan sombong”. Lalu beliau mempersilahkan orang-orang: “Makanlah kamu semua dari tepi-tepinya dan biarkan tengah-tengahnya, niscaya kamu semua diberi berkah”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak pernah makan sambil bersandar”. (HR. Bukhari)
- Dari Anas ra, ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. Makan kurma sambil bertekuk lutut (yaitu duduk di atas bokongnya/ pantatnya dan menegakkan lututnya) (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang dari kamu makan maka janganlah mengusapkan jarijarinya sebelum membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Kaab bin Malik ra. ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. makan dengan tiga jari, dan bila selesai makan maka beliau memakan apa yang menempel di jari-jarinya hingga bersih”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. menyuruh membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di piring maupun yang ada di jari-jari serta beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu semua tidak ada yang tahu di bagian manakah dari makananmu yang mengandung berkah”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Jika terjatuh suapan dari kamu maka hendaklah diambil dan dibersihkan kotorannya serta makanlah, dan jangan dibiarkan makanan yang jatuh itu dimakan oleh syetan. Dan jangan keburu mengusap tangannya dengan sapu tangan sebelum membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di jarijarinya sebab ia tidak mengetahui di bagian manakah dari makanan itu yang mengandung berkah”. (HR. Muslim). .
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya syetan itu selalu menyertai setiap kegiatan seseorang hingga sampai makan pun syetan selalu mengikutinya. Bila suapan makananmu terjatuh maka ambil dan bersihkan kotorannya yang melekat, lalu makanlah, dan sekali-kali jangan biarkan makanan itu dimakan oleh syetan. Dan bila selesai makan maka hendaklah ia membersihkan sisasisa makanan yang masih menempel di jarijarinya sebab ia tidak mengetahui di bagian manakah dari makanan itu yang mengandung berkah”, (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Apabila Rasulullah saw. selesai memakan makanan maka beliau membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di tiga jarinya, serta bersabda: “Apabila suapan dari salah seorang kamu terjatuh maka bersihkan kotoran yang menempel lalu makanlah, dan jangan sekali-kali membiarkan makanan itu dimakan syetan”. Beliau juga menyuruh kami untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di piring, dimana beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu semua tidak mengetahui pada bagian manakah dari makananmu yang mengandung berkah”. (HR. Muslim).
- Dari Said bin Al Harits ra. bahwasanya ia menanyakan kepada Jabir ra. tentang berwudhu’ setelah memakan makanan yang dipanggang, lalu Jabir ra. menjawab: “Tidak harus wudhu’. Dahulu kami di masa Rasulullah saw. jarang sekali menemukan makanan seperti itu, tetapi apabila kami dapat, maka tak ada seorang pun dari kami yang mempunyai sapu tangan untuk membersihkan tangan sesudah makan kecuali kami usapkan ke telapak tangan, betis atau telapak kaki. Kemudian kami langsung shalat tanpa berwudhu’ lagi”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Makanan untuk dua orang bisa mencukupi tiga orang dan makanan untuk tiga orang bisa cukup untuk empat orang”. (HR. Bukhari dan Muslim)…
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Makanan untuk satu orang dapat mencukupi untuk dua orang, dan makanan dua orang bisa mencukup! untuk empat orang, serta makanan untuk empat orang bisa mencukupi untuk delapan orang”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bila minum bernafas tiga kali”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya: beliau bernafas diluar bejana.
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu minum sekali teguk seperti minumnya unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali nafas, dan sebutlah nama Allah jika akan minum serta ucapkan hamdalah jika selesai minum”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Qatadah ra. bahwasanya Nabi saw. telah melarang orang bernafas dalam tempat air minumnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. diberi susu yang bercampur air, sedang di sebelah kanannya ada seorang Badui dan di sebelah kirinya ada Abu Bakar maka beliau meminum susu itu lalu memberikannya kepada Badui itu sambil bersabda: “Yang kanan dulu lalu yang kanannya lagi”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Saad ra. sesungguhnya Rasulullah saw. diberi minuman lantas beliau pun meminumnya. Sementara di sebelah kanannya, ada seorang pemuda (Ibnu Abbas) dan sebelah kirinya ada orang tua, maka Rasulullah saw. bersabda kepada pemuda (minta izin): “Apakah kamu izinkan saya memberi minuman (sisanya) kepada orang tua ini?”. Pemuda itu menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan memberikan bagianku kepada orang lain”. Maka Rasulullah saw. memberikan minumannya itu kepada pemuda tadi”. (HR. BukhariMuslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah melarang memecah mulut panci/poci (geribah), maksudnya mulut poci/ceretnya dipecah lalu minum daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Rasulullah saw. telah melarang minum dari mulut ceret/poci/geribah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ummu Tsabit Kabsyah binti Tsabit saudari Hassan bin Tsabit ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah masuk ke rumahku, lalu beliau minum dari geribah (tempat air) sambil berdiri, maka saya patahkan mulut geribah itu”. (HR. At Turmudzi).
Ia mematahkan mulut geribah itu untuk mengambil berkah bekas mulut Rasulullah saw. dan untuk menjaga agar tidak di pakai minum setiap hari.
Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa minum dari mulut geribah (tempat air) itu boleh hanya saja hukumnya makruh tanzih (bukan haram). Adapun dua hadits tersebut di atas menunjukkan mengenai tata cara yang lebih utama dan lebih sempurnanya . Wallaahu a’lam.
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Nabi saw. melarang meniup minuman. Lantas ada seorang laki-laki bertanya: “Bagaimana kalau terdapat kotoran di dalam minuman itu?”. Beliau menjawab: “Tuangkan minuman yang ada kotorannya itu”. Ia bertanya lagi. “Saya kurang puas jika (minum) satu teguk saja”. Beliau bersabda: “Renggangkanlah gelas (besar) itu dari mulutmu”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi ‘ saw. melarang orang minum sambil bernafas di dalam bejananya atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi) ,
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Saya pernah memberi minum kepada Nabi saw. dari sumur Zamzam, maka beliau minum sambil berdiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari An Nazzal bin Sabrah ia berkata: “Ali ra. masuk ke pintu gerbang Masjid, lalu minum sambil berdiri dan berkata: “Sungguh saya telah melihat Rasulullah saw. berbuat sebagaimana yang kamu lihat saya berbuat”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Pada masa Rasulullah saw. kami pernah makan sambil berjalan dan minum dengan berdiri”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya ra. ia berkata : “Saya pernah melihat Rasulullah saw. minum sambil berdiri dan juga pernah melihat Rasulullah saw. minum sambil duduk”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Anas ra. dari Nabi saw. beliau telah melarang orang minum sambil berdiri. Gatadah bertanya kepada Anas ra. : “Bagaimana jika makan ?”. Anas ra. menjawab: “Kalau makan sambil berdiri maka itu lehih jelek dan lebih buruk”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat Muslim yang lain dikatakan: “Nabi saw. mencegah minum sambil berdiri”.
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah salah seorang dari kamu minum sambil berdiri. Maka barangsiapa yang lupa maka hendaklah menumpahkan apa yang telah diminumnya itu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Qatadah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Orang yang melayani minuman untuk orang banyak hendaknya ia yang terakhir, maksudnya orang itu minum yang terakhir (setelah orang-orang minum semua)”. (HR. At Turmudz).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Waktu shalat telah tiba, maka bangkitlah orang-orang yang ada di sekitarnya dan masih ada sebagian yang berada di rumahnya. Lalu dihadapkan kepada Nabi saw. sebuah bejana/wadah kecil terbuat dari batu dimana telapak tangan tidak cukup dimasukkan ke dalamnya, tapi semua sahabat dapat berwudhu. Orang-orang bertanya kepada Anas ra.: “Berapa banyak sahabat yang berwudhu waktu itu ?”. Anas ra. menjawab: “Lebih dari delapan puluh orang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. meminta tempat air, mendadak dibawakan kepadanya sebuah bejana dangkal berisi sedikit air, maka Rasulullah saw. memasukkan jarijarinya ke dalam tempat air itu”. Anas ra. berkata : “Saya telah melihat air memancar dari jari-jari beliau dan saya perhatikan orang yang berwudhu lebih dari tujuh puluh atau delapan puluh orang”.
- Dari Abdullah bin Zaid ra. ia berkata: “Rasulullah saw. datang kepada kami, lalu kami mengeluarkan bejana terbuat dari kuningan maka Nabi saw. berwudhu daripadanya”. (HR. Bukhari).
- Dari Jabir ra. berkata: “Rasulullah saw. masuk ke rumah seorang sahabat Anshor dengan membawa seorang teman lalu beliau bersabda: “Adakah padamu air yang sudah tersaring dalam geribah semalam tadi?. Kalau tidak ada, kami akan menghirup dari tempat air saja”. (HR. Bukhari).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata : “Sesungguhnya Nabi saw. mencegah kami memakai kain sutera, baik yang tipis maupun yang tebal/ kasar dan mencegah pula minum dari bejana yang terbuat dari emas dan perak. Dan juga beliau bersabda : “Itu semua (bejana dari emas dan perak) untuk orang-orang kafir di dunia dan untuk kamu semua diakhirat nanti (HR. Bukhari dan Muslim)
5.Dari Ummu Salamah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang meminum dari bejana emas seolaholah memasukkan dalam perutnya neraka jahannam””. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Sesungguhnya orang yang makan atau minum dari bejana terbuat dari emas atau perak”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Barangsiapa yang minum dari bejana terbuat dari emas dan perak maka seolah-olah ia telah memasukkan dalam perutnya api neraka jahannam”.
Allah ta’ala berfirman: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu semua pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwalah yang paling baik”. (QS. Al A’raf : 25).
Allah ta’ala berfirman: “Allah telah menjadikan pakaian bagimu yang dapat memelihara kamu dari panas, dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan”. (QS. An Nahl : 81).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Pakailah pakaian yang putih, karena pakaian putih adalah sebaik-baik pakaianmu dan kafanilah dengan kain putih orang yang meninggal dunia”. (HR. Abu Daud dan At Turmudi).
- Dari Samurah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Pakailah pakaian putih sebab pakaian putih itu paling suci dan paling baik, dan kafanilah orang-orang yang meninggal dunia dengan kain putih”. (HR. An Nasai dan Al Hakim).
- Dari Al Barra bin Azib ra. ia berkata: “Tubuh Rasulullah saw. itu sedang artinya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Dan saya pernah melihat beliau memakai pakaian merah, belum pernah sama sekali saya melihat orang yang lebih pantas dan lebih bagus daripada beliau”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah ra. ia berkata: “Saya melihat Nabi saw. di Makkah ketika beliau berada di Abthah dalam kemah berwarna merah yang terbuat dari kulit maka Bilal keluar membawa air wudhu’ buat Nabi saw. maka ada seseorang yang membasahi diri dan ada pula yang hanya mengambil sedikit dari bekas air wudhu’ itu. Kemudian Nabi keluar memakai pakaian berwarna merah, dan saya lihat betisnya berwarna putih serta berwudhu’. Kemudian Bilal mengumandangkan adzan, dan saya mengikuti mulut Bilal ke kanan dan ke kiri sambil membaca: HAYYA ‘ALASH SHALAAH, HAYYA ‘ALAL FALAH. Setelah itu tongkatnya ditancapkan dan majulah Rasulullah saw. untuk menjadi imam dalam shalat. Dan tiada terhalang himar dan anjing lewat di depan tongkat itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Rimtsah Rifa’ah At Taimi ra. ia berkata: “Saya pernah melihat Rasulullah saw. memakai dua baju berwarna hijau”.(HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Jabir ra. bahwasanya ketika Rasulullah saw. masuk kota Makkah pada hari Fathu Makkah (terbukanya kota Makkah) beliau memakai surban berwarna hitam”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Amr bin Huraits ra. ia berkata: “Saya teringat ketika melihat Rasulullah saw. memakai surban hitam sambil melepaskan ujung-ujung surbannya pada bahunya”. (HR. Muslim). Dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. berkhutbah memakai surban berwarna hitam”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lembar kain putih terbuat dari kapas buatan Sahul, tanpa mernakai kemeja maupun surban”. (HR. Musiim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah saw. keluar memakai selendang/pakaian yang bergambar kendaraan/ kafilah dari bulu hitam”. (HR. Muslim).
- Dari Al Mughirah bin Syu’bah ra. ia berkata: “Pada malam perjalanan kami bersama Rasulullah saw. tiba-tiba beliau bertanya: “Apakah kamu membawa air?”. Saya menjawab : “Ya”. Maka Rasulullah saw. turun dari kendaraannya dan berjalan dalam kegelapan malam hingga tak bisa melihat. Kemudian setelah beliau kembali dari hajatnya, maka saya menuangkan air untuk beliau yaitu beliau membasuh muka sedangkan beliau memakai jubah dari wol. Beliau nampak agak susah untuk mengeluarkan lengannya hingga saya membantu mengeluarkan kedua lengan beliau dari bawah jubahnya. Lantas beliau membasuh kedua lengannya dan mengusap kepalanya. Setelah itu saya bermaksud membuka sepatu Rasulullah saw. tetapi beliau bersabda: “Biarlah tidak usah dilepas sebab saya (Nabi) tadi ketika memakainya dalam keadaan suci (berwudhu) kemudian Nabi saw. mengusap sepatunya”. (HR. Bukhari dan Muslim). ,
- Dari Asma’ binti Yazid Al Anshariyah ra. ia berkata: “Lengan baju Rasulullah saw. adalah sampai pergelangan tangan”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Barangsiapa yang menurunkan kainnya sampai di bawah betisnya karena sombong maka besok di hari kiamat Allah tidak akan melihatnya (dengan pandangan rahmat)”. Lalu Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah saw., kain saya biasanya turun hingga di bawah mata kaki kecuali jika saya berhati-hati”. Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Engkau tidaklah termasuk golongan yang semacam itu karena sombong”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Kelak di hari kiamat Allah tidak akan melihat (dengan pandangan rahmat) kepada orang yang menurunkan kainnya hingga di bawah mata kakinya karena sombong”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Kain yang menjulur hingga di bawah mata kaki itu berada di dalam neraka”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Dzarr ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang kelak di hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah, juga tidak akan dilihat oleh Allah serta Allah tidak mengampuni dosa-dosa mereka. Dan bahkan mereka kelak akan disiksa dengan siksaan yang amat pedih”. Rasulullah Saw., mengucapkan kalimat itu secara berulang-ulang sampai tiga kali. Lalu Abu Dzarr berkata: “Kecewa dan sangat merugi benar mereka itu”. Siapakah mereka itu, ya Rasulullah saw.?”. Beliau menjawab: “Yaitu orang yang menjulurkan kainnya hingga di bawah . kedua mata kakinya, orang yang senang menyebut-nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah palsu”. (HR. Muslim). .
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Menurunkan/menjulurkan kain hingga di bawah mata kaki, menjulurkan kemejanya dan surbannya, maka barangsiapa yang memanjangkan karena sombong / congkak kelak di hari kiamat Allah tidak akan melihatnya”. (HR. Abu Daud dan Nasai).
- “Dari Abu Juray Jabir bin Sulaim ra. ia berkata: “Saya telah melihat seseorang yang sangat diikuti pendapatnya oleh setiap orang. Apa saja yang diucapkan pasti diikuti oleh mereka. Saya bertanya: “Siapakah orangnya itu?”. Para sahabat menjawab: “Yaitu Rasulullah saw.”. Maka saya datang kepadanya sambil memberi salam : ALAIKAS SALAAMU YA RASUULALLAH ALAIKAS SALAAMU YA RASUULALLAH, lalu beliau bersabda: “Janganiah kamu mengucapkan: ALAIKAS SALAAM sebab ucapan itu untuk orang yang telah meninggal dunia namun ucapkanlah: ASSALAAMU ALAIKA. Kemudian saya bertanya: “Apakah kamu rasul Allah?”. Beliau menjawab: “Ya, aku adalah utusan Allah yaitu Dzat yang apabila kamu tertimpa musibah lalu memohon kepada-Nya maka Dia akan menghilangkan musibah yang menimpamu itu, dan bila kamu terkena paceklik (mahal pangan) lalu kamu berdoa kepada-Nya maka ia akan segera menumbuhkan tanaman untukmu dan bila kamu di gurun sahara dengan kendaraan (hewan ternak) lalu hilang hewan ternakmu itu selanjutnya kamu berdoa kepada-Nya pasti Dia akan mengembalikannya”. Saya berkata kepada beliau: “Berilah saya nasehat”. Beliau bersabda: “Janganlah memaki orang lain”. Jabir berkata: “Setelah itu saya tidak pernah memaki orang, baik merdeka atau budak, atau unta dan atau kambing. Janganlah meremehkan suatu kebaikan dan berkatalah dengan muka manis, sebab yang demikian itu termasuk kebaikan. Dan tinggikanlah pakaianmu hingga pertengahan betis dan kalau tidak bisa sampai mata kaki. Jangan kamu menjulurkan pakaianmu hingga di bawah mata kaki karena hal itu termasuk suatu kesombongan. Dan jika ada orang mencaci maki tentang dirimu dengan apa yang ia ketahui maka janganlah kamu ikut memaki dan mencelanya dengan apa yang kamu ketahui tentang dirinya, sebab akibat dari caci maki itu akan kembali kepada dirinya sendiri”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ketika ada seorang laki-laki sedang shalat dimana ia mengenakan pakaian sampai di bawah mata kaki, maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Pergi dan berwudhu’lah kamu”. Maka ia pun pergi dan berwudhu”. Setelah ia berwudhu dan.kembali maka beliau bersabda: “Pergi dan berwudhu’lah”. Maka ada orang lain yang bertanya: “Ya Rasulullah saw., kenapa engkau suruh orang itu berwudhu lalu setelah berwudhu engkau diamkan. Beliau bersabda: “Dia (laki-laki itu) telah shalat dengan memakai pakaian yang di bawah mata kaki, maka sesungguhnya Allah tidak akan menerima shalatnya (orang yang memakai pakaian atau kain yang di bawah mata kaki”. (HR. Abu Daud).
- Dari Qais bin Basyir At Taghlabi ra ja berkata: “Saya diberitahu oleh ayahku yang mana ia sebagai teman Abu Darda berkata: “Dahulu di Damaskus ada seorang sahabat Nabi saw. yang bernama Ibnu Hanzaliah. ia suka menyendiri dan tidak suka berkumpul dengan sesama manusia kecuali jika shalat Dan jika selesai shalat ia langsung membaca tasbih dan takbir hingga pulang ke rumahnya Maka pada suatu hari ketika saya berada di tempat Abu Darda’ orang itu lewat maka Abu Darda’ menegurnya: “Berilah kami nasehat yang bisa bermanfaat untuk kami dan tidak merugikan dirimu”. Ia menjawab: “Rasulullah saw. mengutus pasukan, kemudian setelah kembali ada salah seorang yang duduk di majlis di mana di situ ada Rasulullah saw. lalu ia berbicara dengan orang yang disebelahnya: “Bagaimana pendapatmu ketika kami berhadapan dengan musuh di mana salah seorang dari kami ada yang menyerang musuh dan setelah ia menikam musuh ia berkata: “Rasakan tikaman saya ini, dan saya adalah pemuda Ghiffar ?”. Orang yang di sebelahnya berkata: “Menurut pendapatku orang tadi telah hilang pahalanya”. Mendengar pendapat ini ada orang lain yang berkata: “Menurut saya, dia tidak apa-apa, artinya tetap memperoleh pahala”. Maka bertengkarlah kedua sahabat itu hingga akhirnya terdengar Rasulullah saw. dan beliau bersabda: “Maha suci Allah, tidak apa-apa ia tetap memperoleh pahala dan tetap terpuji”. Maka aku lihat Abu Darda’ merasa gembira dengan keterangan itu, dan mengangkat kepalanya ditujukan kepada Ibnu Hanzaliah serta bertanya: “Benarkah keterangan itu berasal dari Rasulullah saw.?”. Ibnu Hanzaliah menjawab: “Ya”. Abu Darda’ terus mengulang-ulang pertanyaannya hingga saya berkata: “Mungkin kalau ia ditanya terus akan berjongkok pada lututnya”. Ayah berkata lagi: “Pada hari yang lain ia lewat lagi, maka Abu Darda’ berkata kepadanya: “Berilah kami nasehat yang bisa bermanfaat bagi kami dan tidak merugikan kamu”. Ia menjawab: “Rasulullah saw. pernah bersabda kepada kami: “Orang yang memberi belanya pada kudanya bagaikan orang yang membentangkan tangannya dengan sedekah, ia tidak menggenggamkan tangannya”. Pada kesempatan lain ia lewat lagi maka Abu Darda’ berkata: “Berilah kami nasehat yang bisa bermanfaat bagi kami dan tidak merugikan kamu”. ia menjawab: “Rasulullah saw. telah bersabda: “Sebaik-baik orang adalah Khuraim bin Usaidi andaikata ia tidak berambut panjang dan menjulurkan kainnya sampai. di bawah mata kaki”. Tatkala sabda Nabi saw. itu terdengar oleh Khuraim, maka segera ia memotong rambutnya dengan pisau hingga batas telinga, dan meninggikan kain sarungnya hingga di pertengahan betisnya. Kemudian pada lain hari ia lewat lagi maka Abu Darda’ berkata padanya : “Berilah kami nasehat yang bisa bermanfaat bagi kami dan tidak merugikan kamu”. Maka ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kamu akan kembali kepada saudara-saudaramu maka perbaikilah kendaraanmu dan pakailah pakaian yang bagus hingga kamu bagaikan tahiltalat yang berada di tengah-tengah manusia. Dan Allah tidak menyukai hal yang keji, baik dalam berpakaian maupun perkataan”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kain sarung seorang muslim adalah sampai di tengah-tengah betis. Dan tidaklah berdosa jika sampai antara betis dan mata kaki. Dan yang berada di bawah mata kaki maka itu bagian neraka. Dan barangsiapa yang menjulurkan kain sarungnya hingga di bawah mata kaki karena congkak maka Allah kelak tidak akan melihatnya (dengan pandangan rahmat)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya berjalan di depan Rasulullah saw. dan sarungku agak rendah maka Nabi saw. bersabda: “Hai Abdullah, tinggikan kain sarungmu”. Maka saya pun menaikkan kain sarungku. Tapi Beliau bersabda lagi “Tambah naikkan lagi”. Maka saya pun menambahinya. Setelah kejadian ini saya selalu menaikkan kain sarungku sesuai dengan petunjuk itu”. Ada seseorang yang bertanya: “Sampai di mana tingginya”. Abdullah menjawab: “Sampai pertengahan kedua betis”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang menjulurkan kain sarungnya hingga muncul sikap “sombong maka kelak di hari kiamat tidak akan dilihat oleh Allah”. Ummu Salamah bertanya: “Bagaimana wanita itu mengulurkan atau menurunkan kain mereka?”. Beliau menjawab “Yaitu mereka menurunkan satu jengkal”. Ummu Salamah bertanya lagi: “Kalau begitu, terbuka telapak kaki mereka?”. Beliau bersabda: “Wanita boleh menurunkan kainnya hanya sehasta saja, lebih dari itu tidak boleh”. ( HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Muadz bin Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak bermewah-mewahan dalam hal berpakaian karena tawadhu’ kepada Allah, padahal ia mampu untuk membelinya maka kelak di hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh manusia, untuk memilih sendiri pakaian iman yang diinginkan untuk dipakainya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya kepada hamba-Nya”. (HR. At Turmudzi). :
- Dari Umar bin Khattab ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu memakai kain sutera di dunia ini, sebab sesungguhnya orang yang telah memakainya di dunia kelak di akhirat tidak akan memakainya lagi”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang memakai kain sutera (di dunia) adalah orang yang tidak mendapat bagiannya di akhirat kelak”.(HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memakai kain sutera di dunia maka ia tidak akan memakainya kelak di akhirat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ali ra. ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. memegang kain sutera di tangan kanannya dan emas di tangan kirinya, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua benda ini haram bagi ummatku yang laki-laki”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Telah diharamkan bagi ummatku memakai kain sutera dan emas dan dihalalkan bagi ummatku yang perempuan”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Nabi saw. telah melarang kami untuk minum dan makan dari wadah yang terbuat dari emas dan perak, dan melarang kami untuk memakai kain dari sutera baik yang tipis maupun yang tebal serta melarang pula duduk di atasnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah memberi keringanan kepada Zubair dan Abdur Rahman bin Auf untuk memakai kain sutera sebab keduanya menderita sakit gatal-gatal”. (HR. Bukhari dan Muslim).
1, Dari Muawiyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu duduk di atas kain sutera dan jangan pula duduk di atas kulit binatang”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abul Malih dari ayahnya ra. bahwasanya Rasulullah saw. melarang menghamparkan kulit binatang buas untuk duduk diatasnya”. (HR. Abu Daud, At Turmudzi dan Nasai).
Dalam riwayat Turmudzi dikatakan: “Beliau mencegah menghamparkan kulit binatang buas untuk duduk”.
1 Dari Ibu Said Al Khudri ra. Ia berkata : “Apabila Rasullah saw. akan memakai pakaian baru atau surban atau selendang maka beliau memberi nama (pada bendanya itu) kemudian berdoa: ALLAAHUMMA LAKAL HAMDU ANTA KASAUTANIIHI, AS ALUKA KHAIRAHU WAKHAIRA MAA SHUNI’A LAHU WA ‘AUUDZUBIKA MIN SYARRIHI — WA SYARRI MAA SHUNT’A LAHU (Ya Allah, hanya kepada-Mulah aku memuji. Engkaulah yang telah memberi pakaian kepadaku. Saya memohon kepada-Mu akan kebaikan pakaian ini dan kebaikan yang diperbuatnya. Dan saya mohon perlindungan kepada-Mu atas kejelekan pakaian ini dan kejahatan yang dibuat olehnya)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Apabila Rasulullah saw. akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: “ALLAAHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIKA WA WAJJAHTU WAJHII ILAKA WA FAWWADHTU AMRII ILAIKA WAL JA’TU ZHAHRII ILAIKA RAGHBATAN WA RAHBATAN ILAIKA LAA MALJA-A WALAA MANJAA ILLAA ILAIKA AAMANTU BIKITAABIKAL LADZII ANZALTU WANABIYYIKAL LADZII ARSALTU (Ya Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat untuk berlindung dan tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dan Nabi yang Engkau utus)”. (HR. Bukhari).
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah bersabda kepadaku: “Jika kamu akan beranjak tidur, maka berwudhulah kamu seperti wudhu untuk shalat kemudian berbaringlah pada pinggang kananmu dan bacalah doa ini (seperti tersebut di atas tadi), serta jadikanlah bacaan doa itu sebagai penutup dari semua perkataanmu”. (HR Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. sudah biasa melakukan shalat malam sebelas rakaat, dan bila fajar telah menyingsing maka beliau shalat dua rakaat yang ringan, kemudian berbaring pada pinggang kanannya hingga muadzin mengumandangkan adzan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Bila Nabi saw. akan tidur pada malam hari, maka beliau meletakkan tangan di bawah pipinya lalu membaca doa: ALLAAHUMMA BISMIKA AMUTU WA AHYAA (Ya Allah, dengan menyebut nama-Mu aku mati dan hidup). Dan bila bangun tidur, beliau membaca doa: “ALHAMDU LILLAAHIL LADZII AHYAANAA BA DAMAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUR (Segala puji bagi Allah, Dzat yang menghidupkan kami sesudah mematikan kami, dan hanya kepadanyalah kami dibangkitkan)”. (HR. Bukhari).
- Dari Ya’isy bin Thihfak Al Ghiffari ra. ia berkata: “Ayahku berkata: “Ketika saya tidur dengan tengkurap di masjid tiba-tiba ada orang yang menggerakkan saya dengan kakinya sambil berkata: “Cara tidur seperti ini adalah yang . dibenci Allah”. Dan ketika saya melihat ternyata yang membangunkan adalah Rasulullah saw.” (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang duduk di tempat duduk lalu tidak berdzikir kepada Allah, maka ia termasuk orang yang merugi dihadapan Allah. Dan barangsiapa yang berbaring kemudian ia tidak berdzikir kepada Allah maka ia termasuk merugi di hadapan Allah”. (HR. Abu Daud). .
- Dari Abdullah bin Yazid ra. bahwasanya ja melihat Rasulullah saw. tidur terlentang di masjid sambil meletakkan salah satu kakinya di atas yang lain”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir bin Samurah ra. ia berkata: “Jika Rasulullah saw. selesai dari shalatnya maka beliau duduk bersila dalam majlisnya hingga terbit matahari”. (HR. Abu Daud). –
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. duduk sambil mendekap lututnya dengan kedua tangannya begini”. Ja menggambarkan sifat duduk itu dengan kedua tangannya”. (HR. Bukhari).
- Dari Oailah binti Mahramah ra. ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. duduk sambil merapatkan paha ke perut dan mendekapkan tangan ke betisnya. Saya merasa gentar melihat khusu’nya Nabi saw. dalam duduk itu”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Asy Syirrid bin Suwaid ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melewati saya, sedang saya duduk dengan meletakkan tangan kiri ke belakang dan bersandar pada telapak tangan maka beliau bersabda: “Kenapa kamu duduk seperti duduknya orang yang dimurkai Allah”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jangan sekali-kali kamu membangunkan orang lain dari tempat duduknya, kemudian ia duduk pada tempat itu, tetapi hendaklah kamu memperluas dan merenggangkan. Dan bagi Ibnu Umar, bila ada orang bangkit dari tempat duduknya lalu ia dipersilahkan duduk pada tempat itu maka ia tidak mau”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila ada seseorang bangkit dari tempat duduknya lalu ia kembali lagi maka ia berhak atas tempat duduk semula itu”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir bin Samurah ra. ia berkata: “Jika kami datang kepada Nabi saw. maka kami duduk di mana kami sampai”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi). –
- Dari Abu Abdullah Salman Al Farisi ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang yang mandi di hari Jumat dan bersuci dengan sempurna, memakai minyak atau harum-haruman kemudian pergi ke masjid serta tidak memisahkan antara dua orang yang telah duduk lebih dahulu lantas shalat sebagaimana ketentuan dan memperhatikan .khutbah sewaktu ada khutbah melainkan diampuni dosa-dosanya yang telah diperbuat antara hari itu sampai jumat berikutnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tidak dihalalkan bagi seseorang memisahkan antara dua orang kecuali atas izin keduanya”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Dalam riwayat Abu Daud dikatakan: “Tidak boleh seseorang duduk di antara dua orang kecuali dengan izin keduanya”.
- Dari Hudzaifah (bin Al Yaman) ra. bahwasanya Rasulullah saw. mengutuk orang yang duduk di tengah-tengah lingkaran majlis”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Mijlaz bahwasanya ada seseorang duduk di tengah-tengah majlis, maka Hudzaifah berkata: “Orang itu terlaknat melalui lisan Nabi Muhammad atau Allah melaknat orang yang duduk di tengah-tengah majlis melalui lisan Nabi Muhammad saw.”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik tempat adalah tempat (majlis) yang lapang/luas”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang duduk di majlis dan banyak omong, lalu sebelum bangkit meninggalkan majlis membaca: SUBHAANAKALLAAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA AS TAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA (Maha suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Engkau. Saya memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu) kecuali dosa-dosa yang telah diperbuat selama ia duduk itu diampuni oleh Allah”. (HR. At Turmudzi). .
- Dari Abu Barzah ra. ia berkata: “Apabila Rasulullah saw. hendak bangkit meninggalkan majlis maka perkataan yang paling akhir diucapkan adalah: SUBHANAKALLAAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIKA (Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepadaMu)”. Maka ada seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau telah membaca bacaan yang dahulu tidak biasa engkau baca”. Beliau bersabda: “Itu sebagai penebus dosa yang diperbuat selama dalam majlis itu”. (HR. Abu Daud dan diriwayatkan pula oleh Al Hakim Abu Abdullah dari Aisyah).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Jarang sekali Rasulullah bangkit dari tempat duduknya sebelum membaca do’a: ALLAAHUMMAOSIM LANAA MIN KHASYYATIKA MAA TAHUULU BIHII BAINANAA WABAINA MAKSIYATIKA WAMIN THAA ‘ATIKA MAA TUBALLIGHUNAA BIHI JANNATAKA WAMINAL YAQIINI MAA TUHAWWINU BIHI ‘ALAINAA MASHAAIBAD DUN-YAA. ALLAAHUMMA MATTINAA BI ASMAA’YNAA WA ABSHAARINAA WA QUWWATINAA MAA AHYAITANAA WAJ’ALHUL WAA-:RITSA MINNAA WAJ’AL TSAKRANAA ‘ALAA MAN ZHALAMANAA, WANSHUR: NAA ‘ALAA MAN ‘AADAANAA ‘ALAA MAN ZHALAMANAA, WANSHURNAA ‘ALAA MAN ‘AADAANAA WALAA TAJ’AL MUHIIBATANAA FII DIININAA WALAA TAJ ALID DUN-YAA AKBARA HAMMINAA WALAA MABLAGHA ILMINAA WALAA TUSALLITH ‘ALINAA MAN LAA YARHAMUNAA (Ya Allah bagikan bagi kami rasa takut kepada-Mu yaitu rasa takut yang dapat menghalangiku dari berbuat maksiat kepadaMu. Dan bagikanlah kepada kami rasa taat kepada-Mu yaitu rasa taat yang dapat menghantarkan kami ke surga-Mu, serta bagikanlah kepada kami rasa yakin yaitu rasa yang dapat meringankan cobaan dunia yang menimpa kami. Ya Allah puaskanlah kami dengan pendengaran, penglihatan dan kekuatan kami selama hidup kami dan jadikanlah semua itu yang mewarisi kami. Balaslah orang yang berbuat aniaya kepada kami dan berilah pertolongan dalam menghadapi musuh-musuh kami. Janganlah Engkau menimpakan cobaan dalam agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai tujuan utama kami dan bukan sebagai puncak pengetahuan kami, dan janganlah Engkau jadikan orang yang tidak punya belas kasihan menjadi pemimpin kami”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tiada suatu kaum yang bangkit dari suatu majlis lalu ia tidak berdzikir kepada Allah sewaktu duduk itu kecuali mereka seperti bangkai keledai. Mereka kelak akan merasa rugi besar”.(HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., Beliau bersabda: “Tiada duduk suatu kaum dalam majlis di mana mereka tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat untuk Nabi saw. kecuali mereka semua mendapatkan kerugian besar. Terserah Allah, apakah Dia akan menyiksa mereka atau akan memberi ampunan kepada mereka”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Barangsiapa. yang duduk dalam suatu tempat duduk, lalu ia lupa berdzikir kepada Allah maka ia akan mendapatkan kerugian besar di hadapan Allah. Dan barangsiapa yang berbaring lalu ia lupa berdzikir kepada Allah maka ia juga mendapatkan kerugian besar di hadapan Allah”. ( HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidurmu di waktu malam dan siang”. (QS. Ar Rum : 23)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada yang tertinggal dari kenabian kecuali Al Mubasysyirat”. Para sahabat bertanya: “Apa yang dimaksud dengan Al Mubasysyirat itu ?”. Beliau menjawab : “Yaitu impian yang indah”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Apabila telah dekat hari kiamat mimpinya orang mukmin hampir tidak pernah bohong. Dan impian orang mukmin itu merupakan sebagian dari 1/46 (seper empat puluh enam) bagian tanda-tanda kenabian”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sebenar-benar impianmu adalah sebenar-benar tutur katamu”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang melihat aku (Nabi saw.) dalam mimpi maka ia benar-benar melihatku dalam waktu terjaga atau ia seakan-akan melihatku dalam waktu terjaga sebab syetan itu tidak dapat menyerupaiku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang dari kamu bermimpi dengan impian yang disenanginya maka sesungguhnya impian itu dari Allah. Maka memujilah kepada Allah dan ceritakanlah kepada orang lain”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Jangan sekali-kali menceritakan mimpinya kecuali kepada orang yang disenanginya”. Dan apabila bermimpi dengan impian yang tidak disenanginya maka sesungguhnya impian itu dari syetan. Maka mohonlah perlindungan dari kejelekan mimpi itu dan jangan menceritakan impian itu ” kepada siapapun sebab impian itu tidak akan membahayakan dirinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Qatadah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Impian yang baik itu dari Allah dan impian yang buruk itu dari syetan. Maka dari itu, barangsiapa yang bermimpi buruk yang tidak disenanginya, hendaklah ia meniup ke sebelah kirinya sebanyak tiga kali dan juga hendaknya memohon perlindungan kepada Allah dari syetan (dengan bacaan A’UDZU BILLAAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM)). Sesungguhnya impian itu tidak akan membahayakan dirinya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Bila salah seorang dari kami bermimpi sesuatu yang tidak disenanginya maka hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya sebanyak tiga kali dan berlindung diri dari gangguan syetan (dengan membaca A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajiim) sebanyak tiga kali serta berbaliklah dari tidurnya yang semula”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Asga’ Watsilah bin Al Asga’ ra. berkata, Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesungguhnya sebesar-besar dusta adalah jika seseorang mengakui turunan yang bukan turunan ayahnya, atau ia mendustakan impian yang tidak dilihatnya, atau ia berkata atas nama Rasulullah saw. apa yang tidak disabdakan oleh beliau”. (HR. Bukhari). |
Allah ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya”. (QS. An Nur: 27).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila kamu memasuki rumah maka ucapkanlah salam kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik”. (QS. An Nur: 61).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu dengan yang sepadan”. (QS. An Nisak: 86). .
Allah ta’ala berfirman: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) tentang cerita tamunya Ibrahim yang dimuliakan?. Ketika mereka masuk ke tempat Ibrahim lalu mengucapkan : Salaamun, maka Ibrahim pun menjawab: Salaamun”. (QS. Adz Dzariat: 24-25).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw.: “Apakah amalan yang terbaik dalam Islam?”. Beliau menjawab: “Yaitu memberi makanan, mengucapkan salam baik terhadap orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Ketika Allah menciptakan Nabi Adam as. maka Allah berfirman: “Pergi dan berilah salam kepada para Malaikat yang sedang duduk itu lalu dengarkanlah benar-benar jawaban mereka sebab jawabannya itu merupakan penghormatan bagimu dan juga penghormatan bagi anak cucumu kelak”. Maka nabi Adam mengucapkan: “ASSALAMU’ALAIKUM “. Dan mereka menjawab: “ASSALAMU ‘ALAIKA WARAHMATULLAAH”. Mereka (para malaikat) memberi tambahan: WARAHMATULLAH””. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Al Barra” Al Azib ra. ia berkata: “Rasulullah saw. menyuruh kami melakukan tujuh hal yaitu: menjenguk orang sakit, mengiringkan jenazah, mendoakan orang yang bersin, menolong orang lemah, membantu orang yang teraniaya dan menebarkan salam serta menepati (melaksanakan) sumpah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tidak masuk surga kamu semua sehingga kamu semua beriman. Dan kamu semua dianggap belum beriman jika tidak “saling sayang menyayangi. Maukah kamu saya (Nabi saw.) tunjukkan sesuatu yang bila kamu lakukan pasti bisa menimbulkan sifat kasih sayang?. Yaitu tebarkanlah salam di antara sesamamu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Yusuf Abdullah bin Salam ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Hai manusia, tebarkanlah salam, berilah makanan, hubungkanlah tali persaudaraan dan kerjakan shalat tatkala manusia tertidur lelap pasti kamu semua akan masuk surga dengan selamat”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ath Thufail bin Ubai bin Kaab bahwasanya ia biasa datang ke tempat Abdullah bin Umar, lalu mereka pergi bersama-sama ke pasar. Thufail berkata: “Bila kami berada di pasar maka Abdullah bin Umar tiada melewati tukang rombeng, orang yang menjual barang, orang miskin dan bahkan siapa saja yang dilewatinya kecuali ia selalu mengucapkan salam kepadanya”. Thufail berkata lagi: “Pada suatu hari saya datang ke tempat Abdullah bin Umar lalu ia mengajakku pergi ke pasar, maka saya berkata: “Untuk apakah kamu pergi ke pasar sebab kamu tidak akan membeli apaapa, juga tidak menawar barang serta tidak juga duduk-duduk di pasar ? . Alangkah baiknya jika kita duduk-duduk dan berbincang-bincang di sini saja”. Abdullah menjawab: “Hai Abu Bathn (panggilan dari Thufail, sebab ia memiliki perut besar) kita pergi ke pasar untuk menebarkan salam, yaitu kita ucapkan salam kepada siapa saja yang bertemu dengan kita”. (HR. Malik).
Sangat dianjurkan bagi orang yang mengucapkan salam berkata: “Assalaamu “alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh” (semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah tetap terlimpahkan kepadamu) walaupun yang diberi ucapan salam itu hanya seorang. Sedangkan orang yang menjawab disunatkan untuk mengucapkan: “Wa’alaikumus salaamu warahraatullahi wabarakaatuh dengan menggunakan “WAWU” pada kalimat: Wa “alaikum.
- Dari Imran bin Al Hushain ra. ia berkata: “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan mengucapkan: “ASSALAAMU “ALAIKUM”. Lalu salam itu dijawab beliau lalu laki-laki itu duduk, kemudian beliau bersabda: “Sepuluh”. Tak lama kemudian datang laki-laki lain dan mengucapkan: “ASSALAAMU “ALAIKUM, WARAHMATULLAAH””. Salam itu pun dijawab beliau, lalu laki-laki itu duduk. Kemudian Nabi saw. bersabda: “Dua puluh”. Setelah itu datang seorang lagi dan mengucapkan: “ASSALAAMU “ALAIKUM WARAHMATULLAAHI WABARAKATUH””. Lalu salam itu dijawab oleh Nabi saw. dan ia pun duduk. Kemudian Nabi saw. bersabda: “Tiga puluh”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah bersabda kepadaku: “Malaikat Jibril telah memberi salam kepadamu”. Maka saya menjawab: “WA “ALAIHIS SALAAMU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. itu bila bersabda selalu diulangulang hingga tiga kali sehingga benar-benar dapat dimengerti. Dan apabila beliau mendatangi suatu kaum maka beliau mengucapkan salam kepada mereka sampai tiga kali”. (HR. Bukhari).
- Dari Al Miqdad ra. dalam haditsnya yang panjang, ia berkata: “Kami sudah biasa menyediakan susu bagian Nabi saw. Maka apabila beliau datang pada waktu malam, beliau mengucapkan salam yang lirih hingga tidak sampai membangunkan orang tidur tapi bisa terdengar oleh orang yang berjaga. Nabi saw. biasa datang dan mengucapkan salam sebagaimana tersebut di atas”. (HR. Muslim).
- Dari Asma” binti Yazid ra. bahwasanya Rasulullah saw. melewati kelompok wanita di Masjid yang sedang duduk, maka beliau melambaikan tangannya dengan mengucapkan salam”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Jurai bin Al Hujaimi ra. ia berkata: “Saya datang kepada Rasulullah saw. dan saya mengucapkan: “ALAIKAS SALAAMU YAA RASUULULLAAH”, maka beliau bersabda: “Jangan kamu mengucapkan seperti | itu sebab ucapan itu adalah salam untuk orang yang telah meninggal dunia”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Hendaknya orang yang naik kendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan hendaknya memberi salam kepada orang yang duduk serta yang sedikit memberi salam kepada yang banyak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dikatakan: “Hendaknya yang kecil memberi salam kepada yang besar”.
- Dari Abu Umamah Shudai bin Ajlan Al Bahili ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda: “Seutama-utama manusia bagi Allah SWT. adalah yang lebih dahulu mengucapkan sa, lam”. (HR. Abu Daud).
Menurut riwayat Turmudzi dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ada orang bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah bila ada dua orang bertemu maka siapa yang harus lebih dahulu mengucapkan salam?”. Beliau menjawab: “Yaitu orang yang lebih utama menurut Allah (artinya yang lebih dahulu memberi salam itulah yang paling baik)”.
- Dari Abu Hurairah ra. ketika menceritakan orang yang salah shalatnya, dimana ia berkata: “Sesungguhnya ia datang lalu shalat, Jalu ia datang kepada Nabi saw. dan memberi salam maka Nabi saw. pun menjawab salamnya sambil bersabda: “Kembalilah dan shalatlah kamu karena sesungguhnya kamu belum Shalat”. Maka orang itu pun kembali dan shalat lagi. Kemudian ia menghadap Nabi saw. dan memberi salam kepada beliau. Orang itu berbuat demikian hingga sampai tiga kali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kamu bertemu dengan saudaranya maka berilah salam kepadanya. Dan andaikata diantara kamu itu terpisah oleh pohon, dinding atau batu lalu bertemu lagi maka hendaklah kamu memberi salam lagi”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Bila kamu memasuki suatu rumah maka hendaklah mengucapkan salam kepada penghuninya (dirimu sendiri) yaitu salam yang telah ditetapkan dari sisi Allah yang diberi berkah lagi baik”. (QS. An Nur: 61).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah bersabda kepada saya: “Hai anakku, jika kamu datang kepada keluArqamu maka ucapkanlah salam niscaya keberkahan akan selalu melimpah kepadamu dan keluArqamu”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Anas ra. bahwasanya ia berjalan melewati sekelompok anak-anak kecil kemudian ia memberi salam kepada mereka, dan katanya: “Rasulullah saw. juga melakukan hal yang demikian ini”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Sahl bin Saad ra. ia berkata: “Di tempat kami dulu ada seorang wanita, dalam riwayat lain dikatakan: Ada seorang wanita tua yang suka mengambil rempah-rempah, lalu dimasak dalam kuali/periuk kemudian dicampur dengan gandum. Jika kami telah selesai shalat Jumat, maka kami mampir ke tempatnya dan mengucapkan salam kepadanya kemudian ia menghidangkan masakan kepada kami”. (HR. Bukhari).
- Dari Ummu Hani’ Fakhitah binti Abu Thalib ra. ia berkata: “Saya datang kepada Nabi saw. pada waktu terjadinya Fathu Makkah (hari penaklukan kota Makkah), sedangkan Nabi saw. baru mandi dan ditutupi oleh Fatimah dengan kain maka saya mengucapkan salam”. (HR. Muslim)
- Dari Asma’ binti Yazid ra. ia berkata: “Rasulullah saw. sedang melewati sekelompok wanita, maka beliau memberi salam kepada kami”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu mendahului memberi salam kepada orang Yahudi atau Nasrani (Kristen). Maka apabila kamu bertemu dengan mereka di tengah jalan maka usahakan ia yang harus mengalah ke tepi jalan”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika ahli Kitab memberi salam kepadamu maka jawablah dengan ucapan: WA “ALAIKUM”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Usamah ra. bahwasanya Nabi saw berjalan melewati suatu majlis yang di situ ada orang Islam dan ada pula ‘orang musyrik penyembah berhala serta ada juga orang-orang Yahudi, maka Rasulullah saw. mengucapkan salam kepada mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Bila salah seorang dari kamu akan mendatangi suatu majlis maka hendaklah kamu memberi salam. Dan bila kamu hendak meninggalkannya maka hendaknya pula mengucapkan salam. Yang pertama tidaklah lebih baik/berhak daripada yang akhir”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu semua memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin kepada penghuninya”. (QS. An Nur: 27).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila anakanakmu sudah mencapai umur baligh maka ” hendaklah mereka meminta izin sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka meminta izin”. (QS. An Nur : 59).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Batas bagi orang yang minta izin itu adalah tiga kali. Apabila diizinkan maka masuklah kamu, dan jika tidak diizinkan maka pulanglah”. (HR..Bukhari – Muslim).
- Dari Sahl bin Saad ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dijadikannya peraturan minta izin itu hanya semata-mata untuk menjaga pandangan mata”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Rib’i bin Hirasy ia berkata: “Seorang laki-laki dari Bani Amir bercerita kepada kami tatkala ia mohon izin untuk masuk rumah Nabi saw. yang mana saat itu beliau berada dalam rumah. Laki-laki itu berkata: “Apakah saya boleh masuk ?”. Lalu beliau bersabda kepada pelayannya: “Keluarlah dan ajarkan kepada laki-laki itu tentang tata cara mohon izin, dan katakan kepadanya: “Ucapkan ASSALAAMU “ALAIKUM, apakah saya boleh masuk ?“. Laki-laki itu mendengar apa yang diajarkan Nabi saw. itu maka ia berkata: “ASSALAMU “ALAIKUM, apakah saya boleh masuk ?”. Kemudian beliau memberi izin kepadanya selanjutnya laki-laki itu pun masuk”. (HR. Abu Da’ ud).
- Dari Kildah bin Al Hanbal ra. ia berkata: “Saya datang ke rumah Nabi saw. dan terus masuk tanpa mengucapkan salam. Maka Nabi saw. bersabda: “Kembalilah kamu dan ucapkan ASSALAAMU “ALAIKUM, apakah saya boleh masuk ?”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Anas ra. di dalam hadits yang masyhur tentang isra’, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Lalu Jibril membawa saya naik ke langit dunia dan minta dibukakan pintu langit, kemudian ditanya: “Siapa itu?”. Ia menjawab: “Jibril”. Lalu ditanya lagi: “Siapa yang bersamamu itu?”. Ia menjawab: “Muhammad”. Kemudian ia membawa (Muhammad) naik ke langit dua, ke tiga, ke empat dan seterusnya. Dan pada setiap pintu langit pasti ditanya: “Siapa itu?”. Maka Ia menjawab: “Jibril”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. ia berkata: “Pada su. atu malam saya keluar, mendadak Saya bertemu dengan Rasulullah saw. sedang berjalan sendirian. Malam itu saya berjalan dalam keadaan terang bulan, lalu beliau menoleh dan melihat saya, maka beliau bertanya: “Siapa itu?”. Saya menjawab: “Abu Dzarr”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ummu Hanik ra. ia berkata: “Saya datang kepada Nabi saw. dimana saat itu beliau baru mandi dengan ditutupi kain oleh Fatimah. Maka beliau bertanya: “Siapa itu?”. Saya menjawab: “Ummu Hanik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya datang kepada Nabi saw. lalu saya mengetuk pintu. Maka beliau bertanya: “Siapa itu?”. Saya men jawab: “Saya”. Beliau bersabda: “Saya, Saya seolah-olah beliau membenci ucapan itu – (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu senang pada (perbuatan) bersin dan membenci pada menguap. Apabila salah seorang dari kamu bersin dan memuji kepada Allah (dengan membaca Alhamdulillah) maka . wajib bagi orang Islam yang mendengarnya untuk membaca: YARHAMUKALLAAH (se« moga Allah mengasihimu). Adapun menguap, hal itu adalah dari syetan. Maka dari itu bila . salah seorang dari kamu menguap maka ia harus menahannya dengan sekuat tenaga sebab | jika diantara kamu sedang menguap maka syetan mentertawakannya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Bila salah seorang dari kamu sedang bersin maka ucapkan: ALHAMDU LILLAH, dan bagi saudara-saudaranya yang (mendengarnya) maka hendaknya mengucapkan: YARHAMUKALLAH. Bila ada orang mengucapkan: YARHAMUKALLAH. maka orang yang bersin hendaknya mengucapkan: YAHDIKUMULLAAH WA YUSHLIHU BAALAKUM (Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan juga senantiasa menunjukkan kebaikan pada hatimu)”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang dari kamu bersin dan memuji kepada Allah maka doakanlah dia (dengan membaca Yarhamukallah), dan jika sebaliknya, ia tidak memuji Allah maka janganlah kamu mendoakannya”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Ada dua orang laki-laki sedang bersin di hadapan Nabi saw., maka Nabi saw. mendoakan yang satu dan tidak mendoakan yang lain. Maka orang yang tidak didoakan itu berkata: “Si Fulan bersin lalu engkau mendoakannya dan saya juga bersin tetapi kenapa engkau tidak mendoakan saya?”. Beliau bersabda: “Si Fulan ini memuji Allah sedangkan kamu tidak memuji kepada-Nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Bila Rasulullah saw. bersin maka beliau meletakkan tangan atau pakaiannya ke mulutnya dan merendahkan atau menekan suaranya”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Orang-orang Yahudi senang bersin di muka Beliau karena ingin didoakan dengan ucapan YARHAMUKALLAAH, tetapi Rasulullah saw. hanya mengucapkan: YAHDIIKUMULLAAH WA YUSHLIHU BAALAKUM””. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. berkata Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu menguap maka hendaklah ia menutup mulutnya dengan tangannya, karena sesungguhnya syetan akan masuk ke mulutnya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Khattab Qatadah ia berkata: “Saya bertanya kepada Anas ra.: Apakah para sahabat itu biasa berjabat tangan?. Ia menjawab: “Ya”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Ketika orangorang dari negeri Yaman datang maka Rasulullah saw. bersabda: “Kini penduduk kota Yaman telah datang, dan merekalah orang yang pertama kali melakukan peraturan berjabat tangan”. (HR. Abu Daud).
- Dari Al Barra’ ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan melainkan Allah akan mengampuni dosa kedua orang itu sebelum berpisah”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Seorang lakilaki bertanya: “Ya Rasulullah saw., bila ada seseorang dari kami yang bertemu dengan saudara atau temannya apakah ia harus membungkukkan diri ?”. Beliau menjawab: “Tidak”. Ia bertanya: “Apakah harus mendekap atau memeluknya ?”. Beliau menjawab: “Tidak”. Ia bertanya lagi: “Apakah ia harus menyambut tangannya dan berjabat tangan ?”. Beliau menjawab: “Ya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Sufyan bin Assal ra. ia berkata: “Ada seorang Yahudi berkata kepada temannya: “Mari kita pergi menjumpai Rasulullah saw.”. Maka keduanya pun mendatangi Rasulullah saw. dan bertanya mengenai sembilan ayat bayyinat. Sufyan menjelaskan hadist yang panjang ini dan akhirnya sampai pada kalimat: Kemudian setelah itu keduanya mencium tangan dan kaki Rasulullah saw. seraya berkata: “Kami bersaksi bahwa engkau benar-benar seorang Nabi”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Umar ra. ia bercerita hingga sampai kalimat: “Maka kami mendekati Nabi saw. dan mencium tangannya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Zaid bin Haritsah datang ke Madinah sedangkan Rasulullah saw. saat itu berada di rumahku, kemudian Zaid mengetuk pintu maka Nabi pun segera bangun menyambutnya dengan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Dzarr ra. ia berkata : “Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu kebaikan meskipun hanya dengan bermuka manis bila bertemu dengan saudaramu”. (HR. Muslim). “
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Nabi saw. juga mencium Hasan bin Ali ra. maka tiba-tiba Al Barra’ bin Habis berkata: “Saya punya sepuluh anak, tetapi tak satu pun dari mereka yang pernah saya cium”. Maka beliau bersabda : “Barangsiapa yang tidak punya rasa kasih sayang maka ia pun tidak disayangi oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Rasulullah saw. memerintah kami untuk menjenguk orang sakit, mengiringkan jenazah, menjawab doa orang bersin, menepati sumpah, menolong orang yang teraniaya, memenuhi undangan dan menyebar luaskan salam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Hak seorang Muslim dengan muslim lainnya itu ada lima yaitu: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringkan jenazah, memenuhi undangan dan menjawab doa orang yang bersin”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya nanti pada hari kiamat Allah akan berfirman: “Hai anak Adam, Aku sakit mengapa kamu tidak menjengukKu?. Manusia akan menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana saya harus menjenguk sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?, Allah berfirman: “Apakah kamu tidak tahu bahwa hamba-Ku Fulan sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya, Apakah kamu tidak tahu sekiranya kamu mau menjenguknya niscaya kamu akan mendapatkan Aku di sana. Hai Anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi kamu tidak mau memberi makan kepada-Ku”“. Manusia akan menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana saya akan memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam ?“. Allah berfirman: “Tidakkah kamu mengetahui bahwa Fulan minta makan, tetapi mengapa kamu tidak memberi makan kepadanya. Tidakkah kamu tahu sekiranya kamu memberi makan kepadanya tentu kamu akan mendapatkan hal itu tertulis di sisi-Ku. Hai anak Adam, Aku minta minum kepadamu tetapi kamu tidak mau memberi minum kepadaKu”. Manusia menjawab: “Wahai Tuhanku, bagaimana saya harus memberi minum kepadaMu padahal Engkau adalah Tuhan semesta alam ?”. Allah berfirman: “Hamba-Ku Fulan minta minum tetapi kamu tidak memberinya. Sungguh seandainya kamu memberi minum kepadanya tentu hal itu akan ditulis di sisiKu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tengoklah orang yang sakit, berikan makan orang yang lapar, dan bebaskanlah orang yang tertawan”. (HR. Bukhari).
- Dari Tsauban ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya jika seorang muslim menjenguk saudaranya maka seakan-akan ia berada di dalam kebun surga hingga ia kembali”. Ada seseorang bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan Khurfatul jannah ?”. Beliau menjawab: “Kebun surga yang sedang berbuah”. (HR. Muslim).
- Dari Ali ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang menjenguk saudaranya di waktu pagi melainkan ia akan dimintakan rahmat oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga waktu sore hari. Dan jika ia menjenguk saudaranya itu di waktu sore maka ia akan dimintakan rahmat oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga di waktu pagi serta ia mendapat jaminan buah-buahan yang siap dimakan di dalam surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Ada seorang pemuda Yahudi yang biasa melayani Rasulullah saw., tiba-tiba ia sakit maka Nabi saw. pun datang menjenguknya. Kemudian Nabi saw. duduk di dekat kepalanya seraya bersabda: “Islamlah”. Maka pemuda itu melihat ayahnya yang berada tidak jauh darinya. Mendadak ayahnya berkata: “Ikutilah Abul Qasim”. Maka pemuda itu masuk Islam. Kemudian beliau keluar sambil mengucapkan: “ALHAMDU LILLAAHIL LADZII ANQADZAHU MINAN NAARI (Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka)”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. berkata bahwa jika Nabi saw. didatangi oleh orang yang mengeluh sakit atau luka maka beliau bersabda: “Dengan jari telunjuk, maka berbuatlah demikian”. Sufyan bin Unayyah perawi hadits ini meletakkan jari telunjuknya ke tanah lalu diusapkan ke tempat yang sakit sambil membaca doa: “BISMILLAAHI TURBATU ARDHIINAA BIRIOATI BA’DHINAA YUSYFAA BIHI SAOIIMUNAA BI IDZNI RABBINAA (Dengan menyebut nama Allah, dengan debu tanah dan sebagian ludah ini, semoga orang yang sakit ini disembuhkan atas izin Allah Tuhan kami)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2, Dari Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. menjenguk salah seorang keluarganya dengan mengusapkan tangan kanannya sambil membaca doa: ALLAAHUMMA RABBANNAASI ADZHIBIL BAKSA ISYFI ANTASY SYAAFII, LAA SYIFAA-A ILLAA SYIFAAUKA, SYIFAAAN YUGHAADIRU SAQAMAA (Ya Allah Tuhan semua manusia, hilangkanlah semua penyakit, sembuhkanlah karena Engkaulah yang dapat menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan daripada-Mu yaitu kesembuhan yang tiada dihinggapi penyakit lagi)“. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya ia berkata kepada Tsabit: “Sukakah kamu jika aku menjampimu seperti jampi Rasulullah saw?”“. Tsabit berkata: “Silahkan”. Anas ra. membaca: ALLAAHUMMA RABBANNAASI MUDZFHIBAL BAKSI, ISYFI ANTASY SYAAFII LAA SYAAFIYA ILLAA ANTA, SYIFAA-AN YUGHAADIRU SAOAMAA (Ya Allah, Tuhannya manusia, Dzat yang menghilangkan semua penyakit, sembuhkanlah karena hanya Engkaulah yang menyembuhkan. Tiada yang dapat menyembuhkan kecuali Engkau yaitu kesembuhan yang tidak dihinggapi penyakit lagi)”. (HR. Bukhari).
- Dari Saad bin Abu Waggas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah menjengukku, lalu membaca doa: ALLAAHUMMASYFI SA’DAN, ALLAAHUMMASYFI SA’DAN, ALLAAHUMMASYFI SA’DAN (Ya Allah sembuhkanlah Saad, ya Allah sermbuhkanlah Saad, ya Allah sembuhkanlah Saad)”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah Utsman bin Abul Ash ra. bahwasanya ia telah mengeluh kepada Nabi saw. dari penyakit yang dideritanya, maka beliau bersabda kepadanya: “Letakkan tanganmu di tempat yang merasa sakit lalu bacalah doa: BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM x3 (tiga kali) dan A’UUDZU BI’IZZATILLAAH WAOUDRATIHI MIN SYARRI MAA AJIDU WA UHAADIRU (Saya berlindung dari kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari penyakit yang saya rasakan dan saya khawatirkan) sebanyak tujuh kali”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw., Beliau bersabda: “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu membacakan doa ini sebanyak tujuh kali, maka Allah akan menyembuhkan penyakit itu. Doa yang dimaksud yaitu : AS ALULLAAHAL AZHIIMA RABBAL ARSYIL AZHIIM AN YASYFIYAKA (Saya memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhannya Arsy yang besar, semoga Dia berkenan menyembuhkan kamu)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi saw. datang kepada seorang badui untuk mernjenguknya, dan beliau sudah terbiasa ketika menengok orang sakit selalu menghiburnya dengan bersabda: “Tidak apa-apa, semoga penyakitmu itu menjadi pencuci dari dosa-dosamu, insya Allah”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya malaikat Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya Muhammad, engkau sakit ?”. Bellau menjawab: “Ya”. Jibril berdoa: “BISMILLAAHI AROIIKA MIN KULLI SYAI-IN YU DZIIKA, MIN SYARRI KULLI NAFSIN AU “AININ HAASIDIN, ALLAAHU YASYFIIKA BISMILLAAHI AROIIKA (Dengan menyebut nama Allah saya menjampikan kamu dari sesuatu yang mengganggumu, dan dari setiap jiwa atau mata yang merasa dengki. Semoga Allah menyembuhkan penyakitmu, dengan menyebut nama Allah saya menjampikan kamu)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri dan Abu Hurairah ra. bahwa keduanya menyaksikan Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca: LAA ILAAHA ILLAALLAAHU WALLAAHU AKBAR, Maka Allah akan membenarkannya seraya berfirman: LAA ILAAHA ILLAA ANAA WA ANAA AKBARIUI. Dan bila ia mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, maka Allah berfirman: LAA ILAAHA ILLAA ANAA WAHDII LAA SYARIIKA LII. Jika ia mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU, maka Allah berfirman: LAA ILAAHA ILLAA ANAA LIYAL HAMDU WALIYAL MULKU. Dan jika ia mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAH WALAA HAULA WALAA OUWWATA ILLAA BILLAAH, maka Allah berfirman: LAA ILAAHA ILLAA ANAA WALAA HAULA WALA OUWWATA ILLAA BII. Selanjutnya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang mau membaca kalimat tersebut di atas sewaktu ia sakit lalu ia mati dalam sakitnya itu maka ia tidak akan termakan api neraka”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Ali bin Abu Thalib ra. keluar dari rumah Rasulullah saw. sewaktu beliau sakit menjelang wafatnya, lalu para sahabat bertanya: “Wahai Abul Hasan, bagaimana keadaan beliau pada pagi ini ?”. Ali menjawab: “Pagi hari ini, alhamdulillah agak baik-baik” (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. membaca doa, dimana beliau itu menyandarkan badannya kepadaku: ALLAAHUMMAGHFIR LII WAR HAMNII WA ALHIONII BIR RAFIIOIL A’LAA (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku kaSihanilah aku dan temukanlah aku dengan Dzat Yang Maha Luhur)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. ketika hampir wafatnya dimana beliau itu bersanding sebuah gelas yang berisi air. Beliau memasukkan tangannya ke dalam gelas dan mengusapkan air itu pada mukanya sambil membaca doa: ALLAAHUMMA A’INNII ‘”ALAA GHAMARATIL MAUTI WA SAKARAATIL MAUTI (Ya Allah, bantulah saya dalam menghadapi beratnya mati dan kesukaran sakaratul maut)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Imran bin Al Hushain ra. bahwasanya ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Nabi saw. dimana ia itu sedang hamil sebab berzina. Wanita itu berkata kepada beliau: “Ya Rasulullah saw., Saya terkena hukum had maka lakukanlah had itu atas diriku”. Lalu Nabi saw. memanggil wali dari wanita itu dan bersabda: “Peliharalah wanita ini baik-baik, dan apabila nanti sudah melahirkan, maka segera bawa kemari”. Wali dari wanita itu pun melaksanakan pesan beliau. Maka tatkala wanita itu sudah melahirkan maka wanita itu pun dibawa menghadap Nabi saw. lalu wanita itu diikat dengan bajunya lantas beliau menyuruh untuk merajamnya. Setelah wanita meninggal dunia, maka beliau menshalatinya”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Saya telah masuk rumah Nabi saw. sedangkan waktu itu beliau sedang sakit panas. Lantas saya memegang beliau dan berkata : “Sesungguhnya tubuh tuan panas sekali”. Beliau menjawab: “Saya menderita panas dua kali lipat dari orang-orang seperti kamu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Saad bin Abu Waggas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. datang menjengukku tatkala aku sedang sakit keras, maka aku berkata kepada beliau: “Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi pada diriku, sedangkan aku adalah orang yang berharta banyak dan tidak memiliki ahli waris kecuali hanya seorang anak putriku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini masih ada lanjutannya.
- Dari Al Qasim bin Muhammad ia berkata: “Aisyah ra. pernah mengeluh: “Aduh, peningnya kepalaku”. Lantas beliau bersabda: “Saya juga merasa pening kepala”. (HR. Bukhari)
- Dari Muadz ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yarig mengucapkan di akhir perkataannya LAA ILAAHA ILLALLAAH, maka ia akan masuk surga”. (HR. Abu Daud dan Al Hakim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tuntunlah orang yang akan meninggal dunia (sakaratul maut) dengan ucapan: LAA ILAAHA ILLALLAAH”“. (HR. Muslim)
- Dari Ummu Salamah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. masuk ke rumah Abu Salamah yang saat itu masih terbuka matanya, lalu dipejamkan oleh Beliau seraya bersabda: “Sesungguhnya bila ruh itu dicabut maka diikuti oleh mata”. Mendengar sabda beliau itu, keluarganya menangis dengan keras. Lalu Nabi saw. mengajarkan : “Janganlah kamu berdoa untuk diri kamu sendiri kecuali yang baik-baik sebab Malaikat itu mengaminkan apa yang kamu ucapkan”. Kemudian beliau berdoa: ALLAAHUMMAGHFIR LI ABI SALAMAH, WARFA’ DARAJATAHU FIL MAHDIYYIIN, WAHLUEFHU FII “AOIBIHI FIL GHASABIRIIN, WAGHFIR LANAA WALAHU YAA RABBAL ‘AALAMIIN, WAFSAHLAHU FII OABRIHI, WA NAWIR LAHU FIIHI (Ya Allah, ampunilah dosa Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongannya orang-orang yang mendapatkan petunjuk, berilah keturunan yang baik di kemudian hari. Ampunilah dosa kami dan dosanya, wahai Tuhan semesta alam, lapangkanlah kuburnya dan terangilah ia dalam kuburnya)”“. (HR. Muslim). .
- Dari Ummu Salamah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Bila kamu menghadiri kepada orang yang sakit atau orang yang meninggal dunia maka berkatalah yang baikbaik sebab malaikat akan mengaminkan apa yang kamu ucapkan”. Ummu Salamah berkata: “Tatkala Abu Salamah meninggal dunia saya datang kepada beliau dan berkata: “Ya Rasulullah saw., sesungguhnya Abu Salamah telah mati”. Beliau bersabda: “Bacalah: ALLAAHUMMAGHFIR LII WALAHU WA A’QIBNII MINHU ‘UQBAN HASANATAN (Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa Abu Salamah, dan gantilah dengan ganti yang lebih baik), maka Ummu Salamah berkata: “Lalu Allah mengganti kepada saya seorang yang lebih baik daripada Abu Salamah yaitu Nabi Muhammad saw.”. (HR. Muslim).
- Dari Ummu Salamah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tertimpa musibah lalu mengucapkan: INNAA LILLAAHI WAINNAA ILAIHI RAAJIUUN ALLAAHUMMAKJURNII FII MUSHIIBATII WA AKHLIF LII KHAIRAN MINHAA (Kami adalah hamba Allah yang pasti akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah ini, dan berilah kami ganti yang lebih baik daripada musibah yang telah menimpa kepada kami) maka Allah akan memberi pahala kepadanya dan akan memberinya ganti yang lebih baik daripada musibah itu. Ummu Salamah berkata: “Tatkala Abu Salamah meninggal dunia, Saya membaca doa tersebut sebagaimana yang diajarkan oleh beliau, lalu Allah mengganti dengan yang lebih baik daripada Abu Salamah yaitu Muhammad saw.”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :“Jika anak seorang itu meninggal dunia maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya: “Kamu telah mencabut anak hamba-Ku ?”. Malaikat menjawab: “Benar”. Allah berfirman: “Kamu telah mencabut buah hatinya”. Malaikat menjawab: “Benar” Allah berfirman: “Maka apakah yang telah diucapkan oleh hamba-Ku ?”. Malaikat menjawab: “Dia telah memuji kepada-Mu dan mengucapkan: INNAALILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJIUN”. Lalu Allah berfirman: “Buatkanlah rumah di dalam surga untuk hamba-Ku ini dan berilah nama pada rumah itu “Baitul hamdi (rumah pujian)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, Allah telah berfirman: “Tiada balasan bagi seorang hamba-Ku di sisiKu bila telah Aku ambil kekasihnya di dunia ini lalu ia ridha dan mengharapkan pahala kepada-Ku kecuali balasan surga”. (HR. Bukhari).
- Dari Usamah bin Zaid ra. ia berkata: “salah seorang putri Nabi saw. mengutus seseorang untuk memanggil dan memberitahu kepada Nabi saw. bahwa putranya hampir mati. Lalu beliau bersabda pada utusan itu: “Pulanglah kamu kepada putriku dan katakan kepadanya bahwa sudah menjadi hak Allah untuk mengambil dan memberi sesuatu. Setiap Sesuatu mempunyai batas yang tertentu, maka suruhlah ia bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini masih ada lanjutannya.
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersama Abdullah bin Auf, Saad bin Abu Waggas dan Abdullah bin Mas’ud ra. ikut melayat mayatnya Saad bin Ubadah, lalu beliau menangis. Ketika para sahabat melihat beliau menangis, maka mereka pun ikut menangis. Beliau lantas bersabda: “Tidakkah kamu mau mendengar bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa seseorang lantaran cucuran air mata dan tidak pula karena kesedihan hati, tetapi Allah menyiksa dan memberi rahmat kepada seseorang karena ini”. Beliau menunjuk kepada lidahnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Usamah bin Zaid ra. berkata: “BahWasanya tatkala cucu Rasulullah saw. hampir meninggal dunia dan diserahkan kepada Nabi Saw., maka beliau mencucurkan air mata”. Saad bertanya: “Ya Rasulullah saw., mengapa engkau bersikap demikian Beliau menjawab: “Ini adalah rahmat, yaitu rasa belas kasihan yang diletakkan oleh Allah dalam hati hambaNya. Sesungguhnya Allah akan mengasihi hamba-hamba-Nya yang memiliki sifat kasih sayang”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. berkata: “Ketika Rasulullah saw. masuk melihat Ibrahim (putranya) yang sedang menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka berlinanglah kedua mata Rasulullah. Abdur Rahman bin Auf bertanya kepada beliau: “Engkau juga menangis, ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab: “Hai Ibnu Auf, sesungguhnya ini adalah rahmat, lalu diikuti dengan ketentuan lain”. Beliau juga bersabda: “Mata yang berlinang dan hati merasa sedih tetapi kami tidak berkata apa-apa kecuali yang diridhai oleh Allah. Dan kami sungguh berduka cita karena berpisah denganmu, hai Ibrahim”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Rafii Aslam yaitu pembantu Rasulullah saw. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ikut memandikan mmayit lalu ia menyembunyikan rahasianya maka Allah akan mengampuni dia empat puluh kali”. (HR. Hakim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ikut menyaksikan jenazah hingga sampai dishalatkan maka ia mendapatkan pahala satu qirath, dan barangsiapa yang menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan maka ia mendapatkan pahala dua qirath”. Ada orang bertanya: “Apakah dua qirath itu ?”. Beliau menjawab: “Sebesar dua gunung yang besar-besar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengiringkan jenazah orang muslim dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala Allah serta ia terus menunggu hingga jenazah dishalatkan dan selesai dikuburkan maka ia pulang akan membawa dua pahala/dua qirath, dimana setiap satu qirath itu menyerupai gunung Uhud. Dan siapa yang mengiringkan jenazah sampai jenazah itu dishalatkan lalu ia pulang sebelum dikuburkan maka ia pulang dengan membawa pahala satu qirath”. (HR. Bukhari).
- Dari Ummu Athiyah ra. ia berkata: “Kami orang-orang perempuan dilarang untuk mengiringkan jenazah, tetapi tidak diharamkan atas kami”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang mayit yang dishalatkan oleh orang Islam sebanyak seratus orang yang kesemuanya memohonkan safaat untuknya, kecuali mayit itu akan mendapatkan safaatnya”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Tiada seorang laki-laki muslim yang meninggal dunia lalu jenazahnya dishalatkan oleh empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu melainkan Allah menerima syafaat mereka itu”. (HR. Muslim).
- Dari Martsad bin Abdullah Al Yazanni berkata: “Jika Malik bin Hubairah ra. menshalatkan jenazah dan orang yang menshalatkan itu jumlahnya sedikit maka ia membagi menjadi tiga bagian, lalu ia berkata: “Rasulullah saw. pernah bersabda: “Barangsiapa yang dishalatkan oleh tiga shaf (barisan) maka ia dipastikan mendapatkan ampunan”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Shalat jenazah itu terdiri dari empat takbir. Membaca ta’awudz sesudah takbir pertama, lalu membaca surat Al Fatihah. Kemudian takbir kedua, setelah itu bacalah shalawat Nabi saw. yang berbunyi: ALLAAHUMMA SHALLI “ALAA MUHAMMAD WA ALAA AALI MUHAMMAD. Dan untuk shalawat yang lengkap dan lebih utama bisa ditambah dengan: KAMAA SHALLAITA ALAA IBRAAHIIM WA AALAA AALI IBRAHIIM. WA BAARIK “ALAA MUHAMMAD WA ALAA AALI MUHAMMAD KAMA BAARAKTA ‘ALAA IBRAHIIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIIM. FIL “AALAMIINA INNAKA HAMIIDUM MAJHID. Setelah takbir ketiga, hendaknya membaca doa untuk mayit itu sendiri dan juga untuk ummat Islam pada umumnya, sebagaimana yang akan kami jelaskan dibawah ini. Setelah takbir ke empat, hendaknya salam dan sebelum salam disunatkan membaca: ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WALA TAFTINNAA BA’DAHU WAGHFIRLANAA WALAHU. Adapun doa-doa yang sudah termasyhur setelah takbir ke tiga sebagai berikut:
- Dari Abu Abdur Rahman Auf bin Malik ra. ia berkata: “Rasulullah saw. menshalati jenazah, lalu saya hafalkan doa yang dibaca oleh beliau: ALLAAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ‘AAFIHI WA’FU ‘ANHU, WA AKRIM NUZULAHU, WA WASSI’ MADKHALAHU WAGHSILHU BILMAAITS TSALJI WAL BARADI, WANAOOIHI MINAL KHATHAAYA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADHA MINADDANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA ADKHILHUL JANNATA WA A’IDZHU MIN ‘ADZAABIL QABRI WAMIN ‘ADZAABIN NAARI (Ya Allah, ampunilah dosanya, kasihanilah ia, selamatkanlah ia, maafkanlah ia, sambutlah kedatangannya, lapangkan kuburnya, mandikanlah ia dengan air es dan embun, bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana Engkau bersihkan kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya yang lebih baik, gantilah keluarganya yang lebih baik serta gantilah istrinya menjadi yang lebih baik, masukkanlah ia ke dalam surga, hindarkanlah ia dari siksa kubur dan siksa api neraka)”. Abdur Rahman berkata: “Hingga saya ingin sekiranya saya sendiri yang menjadi mayit itu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. Abu Qatadah dan Abu Ibrahim Al Ashhali dari ayahnya dimana ayahnya termasuk sahabat Nabi dari Nabi saw. bahwasanya bila beliau menshalatkan jenazah, beliau selalu berdoa: ALLAAHUMMAGHFIR LIHAYYINAA WA MAYYITINAA WA SHAGHIIRINAA WA KABIIRINAA WA DZAKARINAA WA UNTSANAA WA SYAHIDINAA, WA GHAAIBINAA, ALLAAHUMMA MAN AHYAITAHU MINNAA FA AHYIHI ‘ALAL ISLAAMI WAMAN TAWAFFAITAHU MINNAA FATAWAFFAHU’ALAL IIMAANI, ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WALAA TAFTINNAA BA’DAHU (Ya Allah, ampunilah kami, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, yang kecil maupun yang besar, yang laki-laki maupun yang perempuan, yang hadir maupun yang tidak hadir. Ya Allah, barangsiapa yang Engkau hidupkan diantara kami maka hidupkanlah dengan menetapi agama Islam dan barangsiapa yang Engkau wafatkan maka wafatkanlah dalam keadaan iman. Ya Allah, janganlah Engkau menghalangi kami dari pahalanya dan jangan pula Engkau datangkan fitnah sesudah kami)”. (HR. At Turmudzi dari Abu Hurairah dan Al Ashali, dan HR. Abu Daud dari Abu Hurairah dan Abu Qatadah).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Jika kamu menshalatkan jenazah maka hendaknya tulus ikhlas dalam berdoa untuknya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau ketika menshalatkan jenazah membaca: “ALLAAHUMMA ANTA RABBUHAA WA ANTA KHALAQTAHAA WA ANTA HADAITAHAA LIL ISLAAMI WA ANTA QABADHTA RUUHANAA WA ANTA A’LAMU BISIRRIHAA WA ‘ALAANIYATIHAA JIKNAA SYUFA’AA-A LAHU FAGHFIR LAHU (Ya Allah, Engkau adalah Tuhannya, Engkaulah yang menciptakannya, yang menunjukkannya kepada Islam, yang mengambil nyawanya dan Engkaulah yang lebih mengetahui tentang apa yang tersembunyi dan yang jelas daripadanya. Kami datang untuk memintakan syafaat kepadanya, maka ampunilah dia)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Watsilah bin Al Asqa’ ra. ia berkata: “Saya menshalatkan seorang jenazah bersama dengan Rasulullah saw. dimana saya mendengar Rasulullah saw. berdoa: “ALLAAHUMMA INNA FULAANAN BIN FULAAN FII DZIMMATIKA WA HABLI JIWAARIKA FAOIHI MIN FITNATIL OABRI WA ‘ADZAABIHI WA ANTA AHLUL WAFAAI WALHAMDI, ALLAAHUMMA FAGHFIR LAHU WARHAMHU INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sesungguhnya Fulan bin Fulan adalah berada dalam tanggunganMu dan tali perlindungan-Mu maka hindarkanlah ia dari fitnah dan siksa kubur. Engkau adalah Dzat yang menepati janji dan terpuji Ya Allah, ampuni dan kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abdullah bin Abu Aufa ra. sesungguhnya ia menshalatkan jenazah putrinya, maka ia bertakbir empat kali. Dan sesudah takbir yang ke empat ia tetap berdiri kira-kira selama antara dua takbir untuk memohonkan ampun dan berdoa lalu ia berkata: “Dahulu Rasulullah saw. juga berbuat yang demikian ini”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesudah ia takbir keempat, ia berhenti sejenak hingga kami mengira ia akan takbir yang kelima, lalu ia salam ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai kami bertanya kepadanya : “Mengapa engkau berbuat demikian ?”. Ia menjawab: “Sungguh aku tidak menambah sesuatu perbuatan apa pun dari apa yang telah kami lihat dari Rasulullah saw.”. Atau ia berkata: “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah saw.”. (HR. Al Hakim).
- Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Bersegeralah kamu dalam menguburkan jenazah sebab jika ia orang yang shalih maka berarti kamu menyegerakan ia kepada kebaikan. Dan sebaliknya jika ia termasuk orang jahat berarti kamu telah dengan segera melepaskan kejahatan dari tanggunganmu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Maka lebih baik kamu segerakan agar ia cepat-cepat mendapatkan balasan”.
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Bila jenazah telah diletakkan dan diangkat orang pada pundaknya, maka jika ia (mayit) itu baik ia berkata: “Segerakanlah aku”. Tetapi bila jenazahnya bukan orang baik, ia berkata kepada keluarganya: “Alangkah celakanya, akan dibawa ke mana aku ini”. Suara rintihan mayit itu dapat didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia. Dan andaikata manusia mendengarnya pasti ia pada pingsan”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jiwa seorang mukmin itu tergantung pada hutangnya hingga hutang itu dibayar”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Hushain bin Wahwah ra., bahwasanya ketika Thalhah sakit Nabi saw. datang menjenguknya dan bersabda: “Tidaklah saya perhatikan Thalhah melainkan ia akan segera mati dan bila ia mati maka segera beritahukan kepadaku dan cepat-cepatlah dikubur sebab tidak layak jenazah seorang mukmin ditahantahan di tengah-tengah keluarganya”.(HR. Abu Daud)
- Dari Ali ra. ia berkata: “Ketika kami mengantarkan jenazah di makam Bagi’, Rasulullah saw. mendekati kami lalu duduk maka kami pun duduk di sekelilingnya. Beliau membawa tongkat kecil dan sambil menukikkan tongkatnya ke tanah, beliau bersabda: “Tiada seseorang dari kamu melainkan ia telah ditentukan tempatnya di neraka atau di surga”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah tidak sebaiknya kita bertawakkal saja pada ketentuan itu ?”. Beliau menjawab: “Beramallah kamu sebab semuanya itu sudah dimudahkan untuk meraih apa yang sudah ada ketentuan baginya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini masih ada kelanjutannya.
- Dari Abu Amr dan ada yang memanggilnya Abu Abdullah, ada pula yang memanggilnya dengan Abu Laila Utsman bin Affan ra. ia berkata : “Bila Nabi saw. telah selesai menguburkan jenazah maka beliau berdiri dan bersabda : “Memohonlah ampun untuk saudaramu dan mohonlah kamu pada Allah agar ia diberi keteguhan hati sebab ia sekarang sedang ditanya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Amr bin Ash ra. ia berkata: “Jika kamu telah selesai mengubur saya maka tinggallah sejenak di sekitar kuburku selama kira-kira orang menyembelih kambing hingga dibagibagikan dagingnya supaya saya merasa agak tenang dan supaya saya dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh utusan Tuhanku”. (HR. Muslim).
Imam Syafii berkata : “Sangat baik juga jika dibacakan ayat-ayat al Qur’an dan akan lebih baik lagi jika menghatamkan al Our an.
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orangyang datang sesudah mereka (kaum Muhajirin dan anshar) yang mana mereka berdoa : “Wahai Tuhan kami, berilah ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami”. (QS. Al Hasr : 10).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi saw.: “Sesungguhnya ibu saya telah mati mendadak. Dan andai kata ibuku sempat berbicara tentu ia akan bersedekah, maka apakah ia akan mendapatkan pahala jika saya bersedekah untuknya. Beliau menjawab: “Ya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal : yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan baginya”. (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Ketika ada jenazah lewat, maka para sahabat memuji mayit itu atas kebaikannya. Maka beliau bersabda: “Wajib baginya”. Kemudian di waktu lain ada jenazah lewat, maka para sahabat menceritakan kejahatannya, maka beliau bersabda: “ Wajib baginya”. Lantas Umar bin Khattab bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan ‘wajib baginya’ itu ?”. Beliau menjawab: “Orang yang telah kamu puji kebaikannya itu wajib baginya masuk surga dan terhadap orang yang kau katakan jahat itu wajib baginya neraka. Kamu semua ini merupakan saksi Allah di muka bumi ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abul Aswad ra. ia berkata: “Ketika saya datang ke Madinah, saya duduk bersama Umar bin Khattab, mendadak ada jenazah lewat maka saya memuji kebaikan mayit itu dan Umar bin Khattab berkata: “Wajib baginya”. Kemudian lewat lagi jenazah lain maka saya menyebut kebaikan mayit itu, maka Umar bin Khattab ra. berkata: “Wajib baginya”. Kemudian lewat jenazah yang lainnya dan saya menyebut kejahatan jenazah itu, maka Umar bin Khattab berkata: “Wajib baginya”. Akhirnya Abul Aswad bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan ‘wajib baginya’ itu, ya amirul mukminin?”. Umar menjawab: “Saya berkata seperti yang dikatakan oleh Nabi saw. yaitu setiap muslim yang disaksikan oleh empat orang dengan kesaksian baik, maka akan dimasukkan Allah dalam surga”. Kami bertanya: “Jika disaksikan orang tiga?”. Ia menjawab: “Juga (dimasukkan surga) jika disaksikan oleh tiga orang”. Kami bertanya lagi: “Jika (disaksikan oleh dua orang ?”. Ia menjawab: “Juga (dimasukkan, surga jika disaksikan) oleh dua orang”. Lalu kami tidak menanyakan seandainya disaksikan oleh seorang saja”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada orang muslim yang kematian tiga anak kecilnya melainkan ia akan dimasukkan dalam surga berkat rahmat Allah terhadap anak-anaknya itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang dari ummat Islam yang kematian tiga orang anaknya maka ia tidak akan tersentuh api neraka kecuali hanya sekedar menepati janji sumpah”. (HR. Bukhari dan Muslim) “
Yang dimaksud dengan “menepati sumpah” yaitu firman Allah yang artinya: “Dan tidak ada seorang pun dari kamu melainkan melewati neraka itu”. Yang dimaksud dengan “melewati neraka itu” adalah melewati sirathal mustagim yaitu titian yang dipasang di atas neraka jahannam. Mudah-mudahan Allah memberi keteguhan kepada kita di dalam melewati titian itu”.
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Ada seorang perempuan datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya Rasulullah saw. orang laki-laki telah memborong hadits tuan maka berilah bagi kami kesempatan suatu hari yang kami akan datang kepadamu supaya tuan mengajarkan kepada kami apa yang telah diajarkan Allah kepada tuan”. Beliau bersabda: “Kumpullah kamu pada hari yang telah ditentukannya”. Maka berkumpullah mereka pada hari dan tempat yang telah ditentukan itu, dan beliau mengajarkan apa yang telah diajarkan Allah kepadanya dimana beliau bersabda: “Tiada seorang perempuan dari kamu semua yang kematian tiga anaknya kecuali mereka nanti menjadi dinding penghalang dari api neraka bagi perempuan itu”. Lalu perempuan itu bertanya: “Jika kematian dua orang anak bagaimana ?”. Beliau menjawab: “Dua orang anak yang mati juga nanti menjadi tirai”, (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. melakukan perjalanan bersama para sahabatnya, dan tatkala sampai di Hijr yaitu suatu perkam-pungan kaum Tsamud, beliau bersabda: “Janganlah kamu semua masuk ke daerah orang-orang yang disiksa melainkan kamu semua menangis. Dan jika kamu tidak bisa menangis maka janganlah kamu masuk daerah mereka agar supaya kamu tidak tertimpa apa yang telah menimpa mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ketika beliau hendak melewati Hijr, beliau bersabda: “Janganlah kamu masuk daerah orang-orang yang suka menganiaya dirinya sendiri kecuali jika kamu menangis, supaya kamu tidak tertimpa apa yang telah menimpa mereka”. Kemudian Rasulullah saw. mengudungi kepalanya dan mempercepat jalannya hingga keluar dari lembah Hijjr itu?’.
- Dari Kaab bin Malik ra. bahwasanya Rasulullah saw. keluar pada waktu perang Tabuk pada hari Kamis, dan memang beliau sangat senang bepergian pada hari Kamis itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Jarang sekali Rasulullah saw. keluar bepergian kecuali hari Kamis”.
- Dari Shakhr bin Wada’ah Al Ghamidi Ash Shahabi ra. sesungguhnya Rasulullah saw. berdoa: “ALLAAHUMMA BAARIK LI UMMATII FII BUKUURIHAA” (Ya Allah, berilah berkah buat ummatku terutama di waktu pagi harinya). Dan juga bila beliau hendak melepas kepergian pasukan perang maka beliau melepasnya di waktu pagi hari. Juga Shakhr adalah seorang pedagang selalu mengirimkan barang dagangannya di waktu pagi hari hingga ia menjadi orang kaya dan melimpah hartanya”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Andaikata manusia mengetahui mengenai bahayanya bepergian sendirian sebagaimana yang aku (Nabi saw.) ketahui pasti tak seorang pun yang berani berjalan sendirian di waktu malam hari”. (HR. Bukhari).
- Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya ra. berkata: “Rasulullah saw. telah bersabda: “Orang yang bepergian sendirian itu laksana syetan dan dua orang yang bepergian juga berarti dua syetan, sedangkan tiga orang itu baru disebut rombongan”. (HR. Abu Daud, Nasai dan Turmudzi).
- Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah bersabda: “Jika ada tiga orang melakukan perjalanan bersama-sama maka hendaklah memilih salah seorang dari mereka sebagai pemimpin rombongan”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Abbas ra., dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sebaik-baik teman adalah empat orang dan sebaik-baik pasukan adalah empat ratus orang serta sebaik-baik bala tentara adalah empat ribu orang. Dan tidak dapat dikalahkan oleh dua belas ribu orang sebab dianggap sedikit”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika kamu mengadakan perjalanan dan melewati tanah yang subur maka berilah kesempatan pada unta untuk memakan rumputnya. Dan apabila kamu bepergian lalu melewati tanah yang tandus maka percepatlah jalannya dan kejarlah jangan sampai untanya kehabisan tenaga. Dan jika kamu melakukan perjalanan lalu hendak berhenti di waktu malam maka janganlah kamu berhenti dan mendirikan kemah di tengah jalan sebab jalan itu merupakan jalannya binatang yang sangat berbahaya pada waktu malam”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: “Bila Rasulullah saw. berada dalam perjalanan dan hendak berhenti di waktu malam maka beliau tidur di atas pinggang sebelah kanannya, dan bila beliau berhenti setelah menjelang subuh maka beliau menegakkan lengannya dan tidur di atas tapak tangannya”. (HR. Muslim )
Para ulama mengatakan: “Beliau menegakkan lengannya agar tidak terlelap tidurnya hingga kehilangan subuhnya atau tidak dapat melaksanakan shalat subuh tepat pada waktunya.
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Hendaknya kamu bepergian pada waktu malam, sebab bumi ini seolah-olah terlipat di waktu malam hari”. (HR. Abu, Paud).
- Dari Abu Tsa’labah Al Khusanni ra. ia berkata: “Biasanya manusia itu bila berhenti dalam perjalanan, mereka berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah pada suatu lembah. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya berpisah-pisahmu dalam kelompok dan lembah yang berbeda-beda itu adalah ajaran setan”. Maka sejak itu bila mereka berhenti dalam perjalanan (untuk berkemah) maka kelompok yang satu berkumpul dengan kelompok lainnya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Sahl bin Amr, ada yang memanggilnya Sahl bin Ar Rabi bin Amr Al Anshari yang terkenal dengan sebutan Hanzhalah dimana ia termasuk jajaran sahabat yang ikut mengadakan Baitur Ridhwan ra. ia berkata: “Sewaktu Rasulullah saw. berjalan tiba-tiba melihat unta yang telah lengket perutnya dengan punggungnya (sebab sangat kurusnya), maka beliau bersabda: “Takutlah kamu kepada Allah terhadap binatang-binatang yang bisu ini. Tunggangilah dengan cara yang baik dan juga berilah makan dengan cara yang baik”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Ja’far Abdullah bin Ja’far ra. ia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah saw. telah memboncengkan saya di belakang kendaraannya dan beliau menyampaikan rahasia kepada saya yang mana rahasia itu tidak akan saya sampaikan kepada siapa pun juga. Dan jika beliau mau berhajat maka beliau menutupinya dengan tonggak atau berdinding pohon kurma”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain ada tambahan: “Rasululiah saw. pernah masuk kebun milik seorang sahabat Anshor dan menjumpai seekor unta. Ketika unta itu melihat Nabi saw. lalu merintih dan mencucurkan air mata. Maka Nabi saw. mendekatinya dan mengusap punggung dan kedua telinganya sehingga unta itu diam. Kemudian beliau bertanya: “Siapa pemilik unta ini ?”. Dan siapa yang memiliki unta ini ?”. Maka datanglah pemuda Anshor sambil berkata: “Unta itu milik saya, ya Rasulullah saw. !”. Beliau bersabda: “Apakah kamu tidak takut kepada Allah terhadap apa yang telah diberikan Allah untukmu?. Sesungguhnya unta ini mengeluh dan mengadu kepadaku bahwa kamu selalu membuatnya lapar dan lelah”. (HR. Abu Daud, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Barqani).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Jika kami berhenti dalam bepergian, maka kami tidak melakukan shalat sunat terlebih dahulu sebelum melepaskan tali kekang binatang yang kami kendarai”. (HR. Abu Daud).
Pada bab-bab terdahulu sudah banyak disinggung mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan bab ini, antara lain berbunyi :
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Ketika kami dalam bepergian tiba-tiba datang seseorang berkendaraan menoleh ke arah kanan dan ke arah kiri, lalu beliu bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kelebihan kendaraan maka hendaklah ia memberikan kepada orang yang tidak punya kendaraan. Dan barangsiapa yang memiliki kelebihan bekal maka hendaknya memberikan kepada orang yang tidak punya bekal. Kemudian beliau menyebutkan berbagai macam harta sehingga kami merasa bahwa tiada hak bagi seseorang memelihara / memiliki kelebihan harta”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata, bahwasanya ketika Rasulullah saw. akan pergi berperang beliau bersabda: “Hai para sahabat Muhajirin dan Anshor, sungguh sebagian dari kawan-kawanmu ada yang tidak punya harta dan keluarga. Oleh karena itu hendaklah ada diantara kamu yang menggabungkan dua atau tiga orang dengannya”. Kemudian tiada salah seorang dari kami melainkan ia bergantian kendaraan dengan orang yang digabungkannya. Jabir ra. berkata: “Saya menggabungkan dua atau tiga orang dan bagianku untuk dapat naik unta sama dengan mereka”. (HR. Abu Daud).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bila bepergian biasa berada di belakang lalu beliau membantu orang-orang yang lemah dan menaikkannya ke atas kendaraannya serta mengajaknya”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Allah ta’ala menjadikan untuk kamu semua kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai, supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat tuhanmu. Apabila kamu telah duduk di atasnya dan hendaklah kamu mengucapkan: SUBHAANAL LADJZII SAKHKHARA LANAA HAADZAA WAMAA KUNNAA LAHUU MUORINIINA WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUN OALIBUUN (Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami) (QS. Zukhruf: 12 – 14).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, sesungguhnya Rasulullah saw. bila hendak naik unta dalam bepergian, maka beliau mengucapkan takbir (ALLAAHU AKBAR!) tiga kali dan berdoa: SUBHANAL LADZII SAKHKHARA LANAA HAADZAA WAMAA KUNNAA LAHU MUQRINIIN, WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUN. ALLAAHUMi. MA INNAA NAS ALUKA FII SAFARIINA HAADZAL BIRRA WATTAQWA WA MINAL “”AMALI MAA TARDHAA. ALLAAHUMMA HAWWIN ‘ALAINAA SAFARANAA HaDZAA WATHWI ANNA BU’DAHU. ALLAAHUMMA ANTASH SHAAHIBU FIS SAFARI WAL KHALIIFATU FIL AHLI. ALLAAHUMMA INNII A’UDZUBIKA MIN WA TSAARIS SAFARI WAKA-AABATIL MUNDHARI WA SUUIL MUNQALABI FIL MAALI WAL AHLI (Maha suci Tuhan menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kepada-Mu kebaikan, takwa dan amal yang Engkau ridhai dalam kepergian kami. Ya Allah, mudahkanlah segala urusan kami dalam kepergian kami dan perpendeklah jarak kepergian ini kepada kami. Ya Allah, Engkau adalah teman di dalam bepergian dan pengganti bagi keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah, saya berlindung kepadaMu dari kesukaran dalam bepergian, penglihatan yang menyedihkan dan busuknya kembali baik mengenai kekayaan atau keluarga dan anak kami). Dan juga bila beliau hendak pulang maka beliau membaca doa tersebut di atas dengan diberi tambahan: “AAYIBUUNA TAAIBUNA “AABIDUUNA LIRABBINAA HAAMIDUUN” (Kami telah kembali bertaubat dan tetap beribadah serta memuji kepada Tuhan kami)”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Sarjis ra. ia berkata: “Bila Rasulullah hendak bepergian maka beliau memohon perlindungan kepada Allah dari kesukaran perjalanan, dan mohon perlindungan dari melihat pemandangan yang menyedihkan, bimbang setelah ketenangan, doa orang yang teraniaya serta mohon perlindungan dari prasangka buruk terhadap keluarga dan harta yang ditinggalkannya”. (HR. Muslim).
- Dari Ali bin Rabi’ah ia berkata: “Saya telah menyaksikan Ali bin Abu Thalib pada saat diberi kendaraan untuk dikendarainya, dimana ketika ia meletakkan kakinya di kendaraannya ia membaca : BISMILLAAH, dan ketika ia telah duduk dipunggungnya ia membaca ALHAMDU LILLAAHIL LADZII SAKHKHARA LANAA HAADZAA WAMAA KUNNAA LAHUU MUORININ WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNOALIBUUN, lalu ia membaca “ ALHAMDULILLAH, tiga kali dan : ALLAAHU AKBAR, tiga kali dan membaca : SUBHAANAKA INNII ZHALAMTU NAFESII FAGHFIR LII INNAHUU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA, lantas ia tertawa. Ada seseorang bertanya: “Ya amirul mukminin, kenapa engkau tertawa ?”. Ia menjawab: “Saya melihat beliau melakukan seperti yang saya lakukan ini, lalu beliau tertawa, ketika saya bertanya: “Kenapa tuan tertawa ?”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya Tuhan maha suci kagum terhadap hamba-Nya yang bila berdoa membaca: IGHFIR LII DZUNUUBI, sebab ia sadar bahwa tidak ada yang sanggup mengampuni dosa-dosanya kecuali Aku (Allah)”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Bila kami mendaki/jalannya menanjak maka kami membaca takbir, dan bila jalannya turun/landai maka kami membaca tasbih”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata : “Bila Nabi saw. bersama pasukannya mendaki bukit maka mereka membaca takbir, dan bila mereka turun maka membaca tasbih”. (HR. Abu Daud)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Apabila Nabi saw. kembali dari ibadah haji atau umrah, lalu beliu mendaki bukit atau gundukan pasir maka beliau membaca takbir tiga kali dan membaca: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR. AAYIBUUNA
TAAIBUUNA ‘AABIDUUNA SAAJIDUUNA LIRABBINAA HAAMIDUN. SHADAOALLAAHU WA’DAHU WANASHARA ‘ABDAH WAHAZAMAL AHZAABA WAHDAH (Tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada yang menyekutuinya. Bagi-Nya segala kekuasaan dan segala puji. Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Kami adalah orang yang siap akan pulang, bertaubat, beribadah, bersujud dan memuji kepada Tuhan kami. Semua janji Allah pasti benar. Dia selalu menolong hamba-Nya dan mengalahkan musuh-Nya dengan sendirian”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan : “Bila beliau kembali dengan pasukannya, atau dari ibadah haji dan umrah”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ada seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah saw., sesungguhnya kami akan bepergian, maka berilah kami pesan”. Beliau bersabda: “Hendaknya kamu bertakwa kepada Allah dan membaca takbir setiap kali mendaki”. Tatkala laki-laki itu pergi beliau berdoa: ALLAAHUMMATHWI LAHUL BA’IIDA WA HAWWIN ‘ALAIHIS SAFARA (Ya Allah, pendekkanlah baginya jarak yang jauh dan mudahkanlah urusannya selama dalam perjalanan)”. ( HR. Turmudzi).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Ketika kami bersama Nabi saw. dalam bepergian, maka apabila kami mendaki maka kami tahlil dan takbir (yaitu LAA ILAAHA ILLALLAAHU ALLAAHU AKBAR) dengan suara keras. Lantas beliau bersabda: “Hai manusia, kasihanilah dirimu sendiri sebab kamu semua tidaklah berdoa kepada Dzat yang tuli dan tidak kepada Dzat yang jauh. Sesungguhnya Ia bersamamu. Ia Maha mendengar lagi sangat dekat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga doa yang sangat mustajab yang tidak diragukan lagi untuk dapat diterima yaitu: doa orang yang teraniaya, doa orang yang dalam bepergian dan doa orang tua terhadap anaknya”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. sesungguhnya jika Rasulullah saw. khawatir atau gentar terhadap suatu kaum maka beliau membaca: “ALLAAHUMMA INNAA NAJ’ALUKA FII NUHUURIHIM WANA’UUDZU: BIKA MIN SYURUURIHIIM (Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau di depan mereka dan kami berlindung dari kejahatan mereka)”. (HR. Abu Daud dan Nasai).
- Dari Khaulah binti Hakim ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berhenti di suatu tempat lalu membaca: A’UDZU BI KALIMAATILLAAHIT TAMMAATI MIN SYARRI MAA KHALAQ (Saya berlindung diri dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan yang Ia ciptakan), niscaya ia tidak akan terganggu oleh sesuatu apapun hingga ia pergi meninggalkan tempat tersebut”. ( HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Jika Rasulullah saw. bepergian dan waktu menyelang malam maka beliau membaca doa : YAA ARDHU RABBII WA RABBUKILLAAH. A’UUDZUBIKA MIN SYARRI MAA FIIKI WA SYARRI MAA KHULIOA FIIKI WA SYARRI MAA YADIBBU ‘ALAIKI. WA A’UUDZUBIKA MIN SYARRI ASADIN WA ASWADA WA MINAL HAYYATI WAL AORABI WAMIN SAAKINIL BALADI WAMIN WALIDIN WAMAA WALAD (Hai bumi, Tuhanmu dan Tuhanku adalah Allah. Saya berlindung dari kejahatanmu, hai bumi, yaitu kejahatan yang berada dalam perutmu, kejahatan yang diciptakan padamu, kejahatan binatang melata di atasmu. Saya berlindung diri dari kejahatan binatang buas, manusia, ular, kalajengking dan dari bahaya jin, iblis dan setan)”. (HR. Abu Daud). |
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bepergian itu merupakan sebagian dari siksa dimana seseorang terpaksa harus mengurangi makan, minum dan tidurnya. Oleh sebab itu, jika telah selesai urusan salah seorang dari kamu dalam bepergian maka hendaklah cepat-cepat pulang kepada keluarganya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu telah lama berpisah dengan keluArqamu maka janganlah mengetuk Pintu kepada keluarganya di waktu malam”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang seseorang mengetuk pintu kepada keluarganya di waktu malam”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah mengetuk pintu kepada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang (pulang) di waktu pagi atau sore”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengenai hal ini, diterangkan dalam hadits Ibnu Umar ra. yang termaktub pada bab tentang sunnatnya membaca takbir pada saat mendaki dan membaca tasbih pada saat turun bagi orang yang bepergian dan juga hadits berikut ini:
- Dari Anas ra. ia berkata: “Kami kembali bersama-sama Nabi saw., dan tatkala kami telah melihat kota Madinah, beliau membaca : AAYIBUUNA TAAIBUNAA ‘AABIDUUNA LIRABBINAA HAAMIDUUNA (Kami adalah orang yang baru pulang, orang yang bertaubat, beribadah dan memuji kepada Tuhan kami). Beliau terus membaca doa ini hingga kami sampai di Madinah”. (HR. Muslim).
- Dari Ka’ab bin Malik ra. bahwasanya Rasulullah saw. bila baru datang dari bepergian langsung menuju ke Masjid dan melakukan shalat sunat dua rakaat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tidaklah halal bagi seorang perempuan yang mengaku iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali ia bersama dengan muhrimnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya ia mendengar Nabi saw. bersabda: “Jangan sekalikali seorang laki-laki meninggalkan sendiri pergi kecuali bersama dengan muhrimnya. Dan orang perempuan tidak boleh bepergian kecuali dengan muhrimnya”. Seorang laki-laki bertanya: “Ya Rasulullah saw. istriku pergi berhaji sedangkan saya tercatat untuk pergi perang”. Beliau bersabda: “Pergilah kamu berhaji bersama istri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Umamah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang memberi syafaat kepada orang yang membacanya”. (HR. Muslim).
- Dari An Nawwas bin Sam’an ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat kelak akan didatangkan Al Qur’an dan orang yang mengamalkannya di dunia, didahului oleh surat Al Bagarah dan Ali Imran untuk membela orang yang mengamalkannya”. (HR. Muslim).
- Dari Utsman bin Affan ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik orang diantara kamu semua adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al Qur’an”. (HR. Muslim). ‘ |
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang yang mahir/pintar dalam membaca Al Qur’an kelak akan bersamasama dengan malaikat yang mulia-mulia lagi sangat patuh. Sedangkan orang yang merasa sulit/susah di dalam membaca Al Qur’an namun terus berusaha maka ia akan mendapatkan dua pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan Orang mukmin yang membaca Al. Qur’an adalah seperti utrujah, dimana buah itu baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al Qur’an adalah seperti buah kurma, di mana buah itu tidak punya bau tetapi rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang
Mengenai hal ini, diterangkan dalam hadits Ibnu Umar ra. yang termaktub pada bab tentang sunnatnya membaca takbir pada saat mendaki dan membaca tasbih pada saat turun bagi orang yang bepergian dan juga hadits berikut ini:
- Dari Anas ra. ia berkata: “Kami kembali bersama-sama Nabi saw., dan tatkala kami telah melihat kota Madinah, beliau membaca : AAYIBUUNA TAAIBUNAA ‘AABIDUUNA LIRABBINAA HAAMIDUUNA (Kami adalah orang yang baru pulang, orang yang bertaubat, beribadah dan memuji kepada Tuhan kami). Beliau terus membaca doa ini hingga kami sampai di Madinah”. (HR. Muslim).
- Dari Ka’ab bin Malik ra. bahwasanya Rasulullah saw. bila baru datang dari bepergian langsung menuju ke Masjid dan melakukan shalat sunat dua rakaat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tidaklah halal bagi seorang perempuan yang mengaku iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali ia bersama dengan muhrimnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya ia mendengar Nabi saw. bersabda: “Jangan sekalikali seorang laki-laki meninggalkan sendiri pergi kecuali bersama dengan muhrimnya. Dan orang perempuan tidak boleh bepergian kecuali dengan muhrimnya”. Seorang laki-laki bertanya: “Ya Rasulullah saw. istriku pergi berhaji sedangkan saya tercatat untuk pergi perang”. Belau bersabda: “Pergilah kamu berhaji bersama istri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Umamah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bacalah Al Qur’an karena Al Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang memberi syafaat kepada orang yang membacanya”. (HR. Muslim).
- Dari An Nawwas bin Sam’an ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Pada hari kiamat kelak akan didatangkan Al Qur’an dan orang yang mengamalkannya di dunia, didahului oleh surat Al Bagarah dan Ali Imran untuk membela orang yang mengamalkannya”. (HR. Muslim).
- Dari Utsman bin Affan ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik orang diantara kamu semua adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al Qur’an”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang yang mahir /pintar dalam membaca Al Qur’an kelak akan bersamasama dengan malaikat yang mulia-mrulia lagi sangat patuh. Sedangkan orang yang merasa sulit/susah di dalam membaca Al Qur’an namun terus berusaha maka ia akan mendapatkan dua pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al. Qur’an adalah seperti utrujah, dimana buah itu baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca Al Qur’an adalah seperti buah kurma, di mana buah itu tidak punya bau tetapi rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang
membaca Al Qur’an adalah seperti bunga yang mana baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an adalah seperti hanzalah yang mana tidak berbau dan rasanya pahit”.(HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Umar bin Khattab ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan al Kitab (Al Qur’an) dan akan merendahkan kaum lainnya dengannya juga”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tidak ada dengki atau iri hati yang dibolehkan kecuali dalam dua hal yaitu: seorang laki-laki yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami Al Qur’an lalu ia membaca dan mengamalkannya siang dan malam hari, dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah lalu dinafkahkan untuk kebaikan baik di waktu malam maupun siang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Ada seorang laki-laki membaca surat Al Kahfi, sedangkan tidak jauh dari tempatnya ada seekor kuda yang terikat tali pada kanan kirinya. Mendadak orang itu diliputi dengan awan yang selalu mendekat kepadanya hingga menyebabkan kudanya akan lari ketakutan. Dan pada pagi harinya ia datang kepada Nabi saw. dan menceritakan apa yang baru saja terjadi itu, lalu beliau bersabda: “Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al Qur’an itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan : “ALIF LAAM MIIM”, itu merupakan satu huruf tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf” (HR. Turmudzi).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya seseorang yang di dalam dadanya tiada sedikit pun dari Al Qur’an, maka ia seperti rumah yang kosong”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kelak (pada hari kiamat) akan diperintahkan kepada orang yang suka membaca Al Qur’an: Bacalah dengan baik dan tartil sebagaimana kalau membaca di dunia, karena sesungguhnya tempatmu (derajatmu) tergantung pada akhir ayat yang kamu baca”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Musa ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Berhati-hatilah kamu terhadap Al Qur’an. Demi Dzat yang jjwa Muhammad dalam genggaman-Nya, sungguh Al Qur’an itu akan lebih cepat lepasnya melebihi lepasnya unta dari tali ikatannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan orang yang memahami Al Qur’an adalah bagaikan unta yang terikat. Jika unta itu diperhatikan terus ikatannya maka ia akan tetap tertahan dan sebaliknya jika dilepas maka ia akan pergi lari”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak senang mendengar sesuatu (sebagaimana Nabi) selain mendengar seseorang melagukan bacaan Al Qur’an dengan suara keras dan merdu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Al Asy’ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Sungguh kamu telah dikaruniai oleh Allah sebagian suara bagusnya keluarga Nabi Daud”. (HR. Bukhari dan Muslim ).
Dalam riwayat Muslim dikatakan, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Musa ra.: “Andaikata kamu mengetahui semalam ketika saya (Nabi saw.) sedang mendengar bacaanmu yang merdu”.
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. membaca Surat Wattiini waz Zaituuni, maka saya belum pernah sama sekali mendengar suara yang lebih merdu daripada suaranya beliau”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Lubadah Basyir bin Abdul Mundzir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak mau melagukan Al Qur’an dengan merdu maka ia tidak termasuk golonganku”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Nabi saw. bersabda kepadaku: “Bacakanlah untukku Al Qur’an”. Saya berkata: “Ya Rasulullah saw., saya harus membacakan Al Qur’an untuk tuan, padahal Al Qur’an itu diturunkan kepada tuan ?”. Beliau bersabda: “Saya ingin mendengar bacaan Al Qur’an dibaca oleh orang lain”. Maka akhirnya saya membacakan untuk beliau surat An Nisa’ hingga sampai ayat: FAKAIFA IDZAA JIKNAA MIN KULLI UMMATIN BI SYAHIIDIN WAJIKNAA BIKA ‘ALAA HAAULAA-I SYAHIIDAA (Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti, apabila Kami mendatangkan saksi dari tiap-tiap ummat dan Kami mendatangkan kamu sebagai saksi atas mereka), lalu beliau bersabda: “Sudah cukup sampai sini saja”. Saya menoleh kepada beliau tibatiba beliau mencucurkan air matanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Rafii Al Mu’alla ra. ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Sukakah kamu bila aku ajarkan kepadamu tentang surat yang paling istimewa dalam Al Qur’an sebelum kamu keluar dari Masjid ?”. Lalu beliau memegang tanganku, dan tatkala saya mau keluar dari Masjid saya berkata: “Ya Rasulullah saw., sesungguhnya tuan tadi berjanji akan mengajarkan kepadaku tentang surat yang paling istimewa dalam Al Qur’an”. Beliau bersabda: “ALHAMDULILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN, yaitu tujuh Ayat yang sering dibaca dan Al Qur’an yang agung yang telah diturunkan kepadaku (Nabi)”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. bercerita tentang keutamaan surat QUL HUWALLAAHU AHAD, dimana beliau bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surat itu menyamai sepertiga Al Qur’an”. Dalam riwayat lain dikatakan : “Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya : “Apakah diantara kamu ada yang tidak mampu membaca sepertiga dari Al Qur’an setiap malamnya ?”. Para sahabat merasa berat terhadap apa yang disabdakan beliau, dan akhirnya berkata : “Siapakah diantara kami yang mampu berbuat begitu, ya Rasulullah saw. ?”. Beliau bersabda : “QUL HUWALLAAHU AHAD itu menyamai sepertiga Al Qur’an”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Said ra. bahwasanya ada seseorang mendengar orang lain membaca QUL HUWALLAAHU AHAD, diulangi berulang kali. Pada pagi harinya ia pergi menyampaikan kejadian ini kepada Rasulullah saw., dan seakan-akan ia menganggap remeh atau kecil pahalanya”. Kemudian beliau bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surat itu menyamai sepertiga Al Qur’an”. (HR Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, sesungguhnya Rasulullah saw. bercerita tentang keutamaan surat QUL HUWALLAAHU AHAD dimana beliau bersabda : “Sesungguhnya surat ini menyamai sepertiga Al Qur’an”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya ada seorang laki-laki berkata :“Ya Rasulullah saw., sesungguhnya saya senang surat ini, yaitu QUL HUWALLAAHU AHAD”. Beliau bersabda: “Kecintaanmu terhadap surat itu dapat memasukkan kamu ke dalam surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Uqbah bin Amir ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Tidakkah kamu perhatikan beberapa ayat yang telah diturunkan semalam, dimana ayat itu tidak ada bandingannya sama sekali ?, yaitu surat QUL A’UUDZU BIRABBIL FALAO dan surat QUL A’UUDZU BIRABBIN NAAS”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Rasulullah saw. biasa berlindung kepada Allah dari gangguan jin dan kejahatan manusia hingga turun dua surat Mu’awwidzatain (yaitu QUL a’uudzu birabbinnaas dan QUL A’uudzu birabbil falag) Setelah kedua surat itu diturunkan maka beliau selalu membacanya dan meninggalkan doa-doa lainnya didalam mohon perlindungan”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Di dalam Al Qur’an terdapat Surat yang berisi tiga puluh ayat, dimana surat itu dapat memberi syafaat kepada seseorang hingga ia diampuni, yaitu surat TABAARAKAL LADZII BIYADIHIL MULKU (Surat Tabaarak)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Bagarah di waktu malam maka, telah tercukupi”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu jadikan rumahmu seperti kuburan. Karena sesungguhnya setan itu akan lari terbirit-birit dari rumah bila di dalamnya dibacakan surat Al Bagarah”. (HR. Muslim).
- Dari Ubay bin Ka’ab ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ya Abal Mundzir, apakah kamu tahu ayat dari Al Qur’an yang paling istimewa menurut pendapatmu ?”. Saya menjawab: “ALLAAHU LAA ILAAHA HUWAL HAYYUL QAYYUUM?”. Lalu beliau menepuk dadaku serta bersabda: “Mudah-mudahan ilmu pengetahuanmu semakin luas dan mendalam, ya Abu Mundzir”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. memberi kepercayaan kepada saya untuk mengelola zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datang seseorang dan mengambil segenggam makanan, maka orang itu saya tangkap dan saya berkata: “Sungguh akan saya laporkan kepada Rasulullah”, ia berkata: “Saya seorang yang miskin dan banyak tanggungan keluarga serta saya sangat berhajat pada ma kanan itu, maka akhirnya orang itu saya lepaskan. Pagi-pagi beliau bertanya: “Hai Abu Hu rairah, apa yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam ?”. Saya menjawab: Ya Rasulullah saw. ia mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia miskin dan banyak tanggungan keluarga, maka saya merasa kasihan dan akhirnya ia aku lepaskan”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia mendustaimu dan nanti malam ia akan datang lagi”. Maka saya percaya bahwa ia datang lagi sebab beliau telah mengatakan hal itu sehingga saya benar-benar menjaga makanan itu. Maka benar, orang itu datang lagi dan mengambil segenggam makanan dan saya tangkap hingga saya berkata: “Sungguh kamu akan saya laporkan kepada Nabi saw.”. Ia berkata: “Maafkanlah saya, sebab saya adalah orang miskin yang mempunyai banyak keluarga, dan saya tidak akan mengulangi lagi”. Saya merasa kasihan kepadanya maka akhirnya saya lepaskan. Pagi-pagi Rasulullah bertanya kepadaku: “Hai Abu Hurairah, apa yang telah diperbuat oleh tawananmu tadi malam ?”. Saya menjawab: “Ya Rasulullah saw., ia mengeluh sangat membutuhkan makanan sedangkan ia orang miskin dan banyak tanggungan keluarga maka saya merasa kasihan dan akhirnya ia aku lepaskan”. Beliau bersabda: “Sunggguh ia itu berdusta kepadamu dan ia akan kembali lagi”. Kemudian saya jaga benar-benar untuk yang ketiga kalinya. Mendadak ia kembali lagi dan mengambil segenggam makanan, maka orang itu saya tangkap dan saya berkata: “Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah saw. Kamu telah mengulangi tiga kali dan kamu telah berjanji tidak akan mengulangi tetapi kamu mengulangi lagi”. Ia berkata: “Lepaskan saya, saya akan mengajarimu beberapa kalimat yang sangat berguna bagimu”. Lantas saya bertanya: “Kalimat apakah itu ?“. Ia berkata: “Apabila kamu hendak pergi tidur, bacalah ayat kursi yang berbunyi : ALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUM. sampai akhir ayat, maka kamu akan terjaga oleh Allah dan tidak akan didekati setan hingga pagi hari”. Kemudian ia saya lepaskan. Kemudian pada pagi harinya saya ditegur oleh Rasulullah saw.: “Apakah yang dilakukan oleh tawananmu tadi malam ?”. Saya menjawab: “Ya Rasulullah saw., ia telah mengajarkan kepadaku beberapa kalimat, yang ia katakan sangat berguna bagiku hingga saya melepaskannya”. Beliau bertanya: “Kalimat apakah itu ?”. Saya menjawab: “Ia berkata kepadaku: “Bila kamu hendak pergi tidur maka bacalah ayat kursi dari awal hingga akhir, yaitu ayat: ALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL OAYYUUM”. Dan ia juga berkata kepadaku: “Pasti Allah selalu memberi perlindungan kepadamu dan setan tidak akan berani datang kepadamu sampai pagi hari”. Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya ia berkata benar kepadamu meskipun ia itu pembohong. Tahukah kamu siapa yang datang itu, hai Abu Hurairah ?”. Saya menjawab: “Saya tidak tahu”. Beliau bersabda: “Ia itu adalah setan”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Darda’ ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat dari permulaan surat Al Kahfi pasti ia akan terpelihara dari godaan Dajjal. Dalam riwayat lain dikatakan: “Sepuluh ayat dari akhir surat Al Kahfi”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Ketika Jibril duduk di sisi Nabi saw. mendadak terdengar suara yang datangnya dari arah atas. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan berkata: “Ini adalah suara pintu langit yang terbuka dimana pintu itu sebelumnya belum pernah terbuka, lalu turunlah daripadanya Malaikat”. Ia berkata pula: “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, yang mana ia belum pernah turun kecuali hari ini. Selanjutnya ia memberi salam serta berkata: “Sambutlah kabar gembira dengan diturunkannya dua cahaya penerangan yang diberikan oleh Allah kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seorang Nabi sebelum kamu, yakni Fatihatul kitab dan ayat yang terakhir dari surat Al Bagarah. Tiada kamu membaca satu huruf daripadanya pasti akan diberikan apa yang kamu inginkan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila berkumpul suatu kaum di suatu majlis (rumah-rumah Allah) untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an, maka akan turun kepada mereka ketenangan, selalu diliputi dengan rahmat dan dikerumuni oleh malaikat serta mereka selalu disebut-sebut Allah di depan malaikat yang ada di sisi-Nya”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman. Bila kamu semua hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, tanganmu sampai dengan siku-siku, usaplah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari buang air atau menyentuh perempuan kemudian kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan menggunakan debu yang suci yakni sapulah mukamu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak menyulitkan kamu semua tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Maidah : 6).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti ummatku akan dipanggil dalam keadaan putih bersinar anggota wudhu’nya dari bekas wudhu’. Dan barangsiapa yang mampu memperlebar putihnya maka kerjakanlah hal itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkatawSaya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Perhiasan seorang mukmin kelak di hari kiamat akan sampai pada batas di mana ia berwudhu”. (HR. Muslim).
- Dari Utsman bin Affan ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu’ lalu menyempurnakan wudhu’nya maka akan keluar semua dosa-dosanya hingga ada yang keluar dari bawah-bawah kukunya”. (HR. Muslim).
- Dari Utsman bin Affan ra. ia berkata: “Saya telah melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhu saya ini, lalu beliau bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu seperti ini maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, sedangkan shalat dan jalannya menuju ke Masjid merupakan pahala tambahan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Jika seorang muslim atau mukmin berwudhu maka tatkala ia membasuh mukanya keluarlah semua dosa yang dilihat dengan kedua matanya dari mukanya bersamaan dengan tetesan air Wudhu’ yang terakhir. Jika ia membasuh kedua tangannya maka keluarlah semua dosa yang diperbuat oleh kedua tangannya bersamaan dengan tetesan air yang terakhir. Dan jika ia membasuh kedua kakinya maka keluarlah semua dosa yang diperbuat oleh kedua kakinya bersamaan dengan tetesan air Wudhu yang terakhir. Dengan demikian dia akan benar-benar bersih dari semua dosa”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. pergi ke kubur dan mengucapkan: ASSALAMU “ALAIKUM DAARA QAUMIM MUKMINIIN WA INNAA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN. (Semoga kesejahteraan tetap terlimpahkan kepadamu, hai ahli kubur dari orang-orang mukrnin. Insya Allah kami akan bertemu dengan kamu), saya merasa senang karena saya telah mengetahui saudarasaudaraku”. Para sahabat bertanya: “Tidakkah kami ini saudara tuan, ya Rasulullah saw.?“. Beliau menjawab: “Kamu semua adalah sahabatku. Sedangkan saudara-saudara kita adalah yang belum datang sekarang ini”. Para sahabat bertanya lagi: “Bagaimana tuan dapat mengetahui orang-orang yang belum datang sekarang ini dari ummatmu, ya Rasulullah saw.?”. Behau menjawab: “Bagaimana pendapatmu seandainya ada seseorang mempunyai kuda belang putih cemerlang berada di tengah-tengah kuda hitam kelam, tidakkah mudah ia mengenali kudanya ?”. Para sahabat berkata: “Benar, ya Rasulullah saw.”. Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya saudara-saudara (ummatku kelak akan datang (di hari kiamat) dalam keadaan putih cemerlang bekas wudhu, dan saya yang akan membimbing mereka ke telaga”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kamu saya tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosadosamu dan juga dapat mengangkat derajatmu ?“ Para sahabat menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah”. Beliau bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu dalam masa keberatan (atas hal-hal yang tidak disenangi), memperbanyak langkah menuju Masjid dan menantikan shalat setelah shalat. Maka inilah yang dinamakan Ar Ribath, inilah yang dinamakan Ar Ribath (mengikat diri dalam ketaatan)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Malik Al Asy’ari ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bersuci itu sebagian dari iman”. (HR. Muslim). – Hadits ini dipaparkan dengan lengkap pada bab tentang sabar.
- Dari Umar bin Khattab ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tiada seseorang dari kamu yang berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, dan setelah berwudhu membaca: ASYHADU ALLAA ILLAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIKALAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH (Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya), melainkan pasti akan dibukakan baginya delapan pintu surga dan ia dipersilahkan masuk lewat pintu mana yang ia sukai”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat Turmudzi ada tambahan: “ALLAAHUMMAJ’ALNII MINAT TAWWAABIINA WAJ’ALNII MINAL MUTATHAHHIRIIN (Ya Allah jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang suci).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata manusia mengetahui pahalanya adzan dan barisan (shaf) pertama dalam shalat, kemudian mereka tidak dapat meraihnya kecuali dengan undian/antri pasti mereka akan ikut undian untuk mendapatkannya. Dan andaikata mereka mengetahui pahala yang terdapat dalam cepat-cepat mendatangi tempat shalat pasti mereka akan cepatcepat mendatanginya. Serta andaikata mereka mengetahui besarnya pahala berjamaah shalat isya” dan shubuh pasti mereka akan mendatanginya meskipun dilakukan dengan merangkak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Muawiyah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Para Muadzin (orang yang adzan) adalah orang yang paling panjang lehernya kelak di hari kiamat”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Abdur Rahman bin Sha’sha’ah sesungguhnya Abu Said Al Khudri berkata kepadanya: “Sesungguhnya saya perhatikan kamu, ternyata kamu suka pada kambing dan suka berada di tengah-tengah hutan. Maka jika kamu berada di tengah-tengah kambingmu atau berada di tengah-tengah hutan lalu kamu adzan untuk shalat maka keraskanlah suaramu. Sesungguhnya tiada sesuatu yang mendengar adzan itu, baik ia berupa jin atau manusia atau lainnya melainkan pasti menjadi saksi baginya di hari kiamat”. Demikianlah yang saya dengar dari Rasulullah saw.”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika terdengar seruan shalat (adzan) maka setan akan lari sambil mengeraskan kentutnya sehingga orang tidak mendengar adzan itu. Bila adzan telah selesai maka setan akan datang lagi. Dan bila mendengar suara igamat maka segera ia lari lagi sampai selesai. Jika igamat selesai maka ia pun datang lagi dan berusaha mengacau orang yang shalat dengan berkata: “Ingatlah ini dan itu. Ia mengingatkan sesuatu yang tadinya tidak ingat hingga orang tidak tahu pada rakaat keberapa ia shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bila kamu mendengar adzan maka tirukanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin (orang yang adzan), lalu bacalah shalawat atasku karena orang yang membacakan satu shalawat atasku maka Allah akan memberikan rahmatnya sepuluh kali. Kemudian mintalah wasilah kepada Allah untukku karena itu adalah suatu derajat dalam surga yang hanya disediakan oleh Allah untuk hamba-Nya, dan saya mengharap semoga sayalah yang mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan kepada Allah untukku wasilah pasti berhak mendapatkan syafaatku”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila kamu mendengar suara adzan maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh orang yang adzan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang setelah mendengar adzan membaca: ALLAAHUMMA RABBA HAADZIHID DA’WATIT TAAMMAH, WASH SHALAATIL OAAIMAH, AATI MUHAMMADINIL WASIILATA WAL FADHIILAH, WAB’ATSHU — MAQAAMAM MAHMUUDANIL LADZII WA’ADTAHU (Ya Allah, Tuhan yang menguasar seruan imi dan Shalat yang akan dilaksanakan, berikanlah Suatu wasilah kepada Muhammad, dan berilah keutamaan serta dudukkanlah ia dalam tiny katan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya), maka orang itu berhak. menda patkan syafaatku besok pada hari kiamat” (HR. Bukhari).
- Dari Said bin Abu Waqqas ra. dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda: “Barangsiapa yang bila mendengar ada orang adzan membaca doa: ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH, WA RADHIITU BILLAAHI RABBAA, WABI MUHAMMADIN RASUULAA WABIL ISLAAMI DIINAA (Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan utusan-Nya. Saya rela Allah menjadi Tuhan, Muhammad menjadi rasul dan Islam menjadi agama), maka orang itu akan diampuni dosanya”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Doa yang diucapkan di antara adzan dan Iqamah itu tidak akan ditolak”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar”. (QS. Al Ankabut :15).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana menurut kamu seandainya di depan pintu rumah seseorang terdapat sungai dimana ia mandi setiap hari lima kali di sungai itu ? Apakah masih tertinggal suatu kotorannya?”. Para sahabat menjawab : “Tidak”. Beliau melanjutkan sabdanya: “Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu dimana Allah menghapus dosa-dosanya dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan shalat lima waktu adalah bagaikan sungai yang penuh dengan air mengalir pada pintu salah seorang dari kamu lalu ia mandi lima kali dalam sehari di sungai itu”. (HR. Muslim),
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya ada seorang laki-laki mencium seorang wanita, lantas ia datang kepada Nabi saw. dan menceritakan apa yang telah dilakukannya. Maka Allah menurunkan ayat: AOIMISH SHALAATA THARAFAYIN NAHAARI WA ZULAFAN MINAL LAILI. INNAL HASANAT YUDZHIBNAS SAYYIAAT (Dan dirikanlah shalat baik di waktu pagi maupun sore dan sebagian dari waktu malam karena sesungguhnya kebaikan itu dapat menghapus dosa-dosa). Laki-laki itu bertanya : “Apakah itu hanya khusus untuk diri saya ?”. Beliau menjawab: “Untuk semua ummatku tanpa kecuali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwasanya Rusulullah saw. bersabda: “Shalat lima waktu, dan Jum’at yang satu hingga Jum’at berikutnya merupakan kifarat (penebus) atas dosa-dosa yang dilakukannya diantara waktu itu selama ia menjauhi dosa-dosa besar”. (HR. Muslim).
, 5, Dari Utsman bin Affan ra. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang menghadiri shalat fardhu lalu menyempurnakan wudhunya dan khusuk di dalam shalatnya melainkan shalatnya itu akan menjadi penebus atas dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya selama ia tidak berbuat dosa besar. Yang demikian itu untuk sepan-jang masa” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :“Barangsiapa yang mengerjakan shalat Shubuh dan Ashar maka pasti ia masuk surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Zuhair Umarah bin Ruwaihah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk neraka orang yang mengerjakan shalat Subuh sebelum terbit matahari dan shalat Ashar sebelum terbenamnya matahari”. (HR. Muslim).
- Dari Jundub bin Sufyan ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Shubuh berarti ia berada dalam jaminan Allah. Oleh sebab itu perhatikanlah hai anak Adam jangan sampai Allah menuntut kamu semua karena jaminan-Nya terganggu”.(HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Malaikat penjaga siang dan malam itu saling bergantian. Dan mereka akan berkumpul kembali pada waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar. Kemudian Malaikat yang bertugas diwaktu malam naik ke langit dan ditanya oleh Allah mengenai keadaan manusia padahal sebenarnya Allah lebih mengetahui keadaan manusia: “Bagaimana keadaan hamba-Ku ketika kamu tinggalkan ?”. Para malaikat menjawab: “Ketika kami meninggalkan mereka, mereka sedang melakukan shalat dan juga sewaktu kami datang, mereka juga sedang melakukan shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jarir bin Abdullah Al Bajali ra. ia berkata: “Sewaktu kami berada di sisi Nabi saw. pada suatu malam, beliau sedang melihat pada bulan purnama seraya bersabda: “Sesungguhnya kamu nanti akan melihat Tuhan sebagaimana kamu melihat bulan purnama ini dimana kamu tidak akan silau dalam melihatNya. Oleh karena itu jika kamu mampu untuk tidak meninggalkan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya maka lakukanlah shalat itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Beliau melihat bulan pada malam tanggal empat belas”.
- Dari Buraidah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan shalat Ashar maka terhapuslah amal kebaikannya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang pergi ke Masjid di waktu pagi dan sore maka Allah akan menyediakan makanan baginya di dalam surga setiap ia pergi pada waktu pagi atau sore”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian berjalan ke rumah-rumah Allah (Masjid) untuk menunaikan shalat fardhu maka setiap langkahnya akan dapat menghapuskan dosanya dan juga bisa mengangkat derajatnya”. (HR. Muslim).
- Dari Ubai bin Ka’ab ra. ia berkata: “Ada seorang sahabat Anshor yang setahu saya tiada seorang pun yang rumahnya lebih jauh menuju ke Masjid daripada rumahnya, namun ia tidak pernah terlambat shalat jamaah di Masjid Lantas ada seseorang bertanya: “Andaikata kamu membeli keledai niscaya kamu dapat menaikinya pada waktu gelap atau waktu panas”. la menjawab: “Saya tidak senang andaikata rumahku dekat dengan Masjid sebab saya selalu berharap agar setiap perjalananku menuju ke Masjid itu, baik saat pergi maupun saat pulang tercatat sebagai amal kebaikan”. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Allah telah mengumpulkan semua pahala perjalananmu itu”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Di sekitar Masjid ada tempat kosong (belum ditempati orang), maka Bani Salamah bermaksud untuk pindah di dekat Masjid. Kejadian itu terdengar Nabi saw. lalu beliau bersabda: “Aku mendengar, katanya kamu bermaksud pindah di dekat Masjid ?”. Mereka menjawab: “Benar, ya Rasulullah saw., kami memang bermaksud seperti itu”, Akhirnya beliau bersabda: “Hai bani Salamah, tetaplah di rumah (kampungmu) sebab bekas langkah kakimu tercatat sebagai amal kebaikan. Tetaplah tinggal di rumahmu sebab bekas-bekas langkahmu akan dicatat sebagai amal kebaikan”. Mereka berkata: “Kami tidak jadi pindah rumah”. (HR. Muslim). Bukhari juga meriwayatkan yang intinya sama, riwayat dari Anas ra.
- Dari Abu Musa ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling besar pahalanya di dalam shalat adalah orang yang paling jauh jarak perjalanannya dari tempat shalat, lalu orang yang agak jauh dan orang yang menunggu shalat berjamaah bersama imam lebih besar pahalanya daripada orang yang shalat sendirian kemudian tidur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Buraidah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Beritahukan kepada orang yang pergi ke Masjid di waktu malam gelap bahwa untuknya telah disediakan cahaya yang sempurna besok di hari kiamat (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Maukah kamu saya tunjukkan suatu perbuatan yang dapat menghapus dosa-dosamu dan juga dapat mengangkat derajatmu ?“. Para sahabat menjawab: “Baiklah ya Rasulullah”. Beliau bersabda: “Yaitu menyempurnakan wudhu atas hal-hal yang tidak disukai, memperbanyak langkah menuju ke Masjid-Masjid, dan menunggu shalat setelah Shalat. Maka itulah yang dinamakan Ar Ribath, maka itulah yang dinamakan Ar Ribath (mengikat diri dalam ketaatan)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Bila kamu semua melihat seseorang sering pergi ke masjid maka saksikanlah bahwa ia benar-benar beriman kepada Allah. Allah berfirman: “INNAMAA YAKMURU MASAAJIDALLAAHI MAN AAMANA BILLAAHI WAL YAUMIL AAKHIRI (Sesungguhnya yang memakmurkan MasjidMasjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang telah dianggap melakukan shalat selama ia tetap tertahan menunggu shalat, tidak ada yang menahannya kembali ke rumahnya melainkan hanya shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Malaikat senantiasa memohonkan rahmat kepada seseorang selama ia berada di tempat shalat yang baru dikerjakan selama ia tidak berhadas. Malaikat itu berdoa: “ALLAAHUMMAGH FIRLAHU ALLAAHUMMAR HAMHU (Ya Allah, ampunilah dosanya dan berilah rahmat pada orang itu)”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. sesungguhnya pada suatu malam Nabi saw. mengakhirkan shalat Isya’ hingga tengah malam, lalu beliau melihat kami sehabis shalat sambil bersabda: “Orang-orang telah selesai shalat dan telah tidur, sedangkan kamu semua tetap dianggap melakukan selama kamu menantikan shalat”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Shalatnya seseorang dengan berjamaah itu akan dilipatkan pahalanya dua puluh tujuh kali atas shalat yang dikerjakan di rumah atau di pasar. Yang demikian itu disebabkan karena seseorang yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke Masjid dengan tujuan untuk mengerjakan shalat maka setiap kali ia melangkahkan kakinya akan diangkat baginya satu derajat dan dihapuslah satu dosanya. Dan apabila ia mengerjakan shalat maka malaikat memohonkan rahmat kepadanya selama ia tetap duduk di tempat shalatnya dan selama ia tidak berhadats, dimana malaikat itu berdoa: ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAIHI, ALLAAHUMMARHAMHU, dan ia telah dianggap mengerjakan shalat selama ia menunggu shalat beri: kutnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Telah datang seorang yang buta kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya Rasulullah, tiada seseorang yang menuntun saya untuk pergi ke Masjid” lalu orang itu minta keringanan kepada Nabi saw. untuk mengerjakan shalat di rumahnya, maka beliau pun memberi izin kepadanya. Tiba-tiba ketika orang itu akan bangkit untuk pulang, maka beliau bertanya kepadanya: “Apakah kamu mendengar suara panggilan adzan ?”. Ja menjawab: “Ya”. Lalu beliau bersabda: “Kamu harus datang ke Masjid”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah, ada yang memanggilnya Amr bin Qais yang lebih terkenal dengan nama Ummi Maktum dimana ia seorang muadzin (juru adzan) ra. ia berkata: “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya di kota Madinah ini banyak halhal yang sangat membahayakan dan banyak pula binatang buas”. Beliau bersabda: “ Apabila kamu mendengar panggilan: HAYYA ALASH SHALAH HAYYA ALAL FALAAH, maka harus mendatanginya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh aku bermaksud untuk menyuruh kamu semua mengumpulkan kayu bakar. Lantas aku menyuruh seseorang untuk adzan dan menyuruh pula orang lain untuk mengimaminya (orang banyak) kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak berjamaah dan membakar rumahrumah mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Barangsiapa yang ingin bertemu dengan Allah sebagai orang muslim maka ia harus benar-benar menjaga shalat ketika mendengar suara adzan. Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kita tuntunan-tuntunan yang penuh petunjuk (sunanul Huda) dan sungguh shalat berjamaah itu termasuk sunanul Huda. Andaikata kamu semua shalat di rumahmu sebagaimana kebiasaan orang yang tidak senang berjamaah berarti kamu semua telah meninggalkan sunnah Nabi. Dan jika kamu meninggalkan sunnah Nabi berarti kamu tersesat. Sungguh pada zaman Nabi tiada seorang pun yang tertinggal shalat berjamaah kecuali orang-orang munafik yang jelas-jelas munafik. Hingga pernah terjadi, ada seseorang yang terpaksa shalat berjamaah dengan didukung (dibantu) oleh dua orang sehingga ia dapat berdiri pada suatu barisan (shaf)”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah saw. telah mengajarkan sunanul Huda yakni shalat di Masjid dimana terdengar adzannya”.
- Dari Abu Darda’ ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. telah bersabda: “Bila di suatu dusun/desa/kampung yang di situ terdapat tiga orang lalu tidak melakukan (shalat) berjamaah maka pasti mereka telah. dijajah oleh setan. Oleh sebab itu hendaknya kamu melakukan shalat dengan berjamaah sebab srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian”. (HR. Abu Daud).
- Dari Utsman bin Affan ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dengan berjamaah maka seolah-olah ia telah mengerjakan shalat setengah malam. Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjamaah maka seolah-olah ia telah mengerjakan shalat malam semalam suntuk”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat At Turmudzi dari Utsman ra. ia berkata, Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dengan berjamaah maka ia dianggap telah mengerjakan shalat setengah malam, dan siapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan Shubuh dengan berjamaah maka ia dianggap melakukan shalat semalam suntuk”. (HR At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata manusia mengerti keutamaan shalat Isya’ dan Shubuh dengan berjamaah pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan cara merangkak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tiada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi shalat Isya’ dan Shubuh. Andaikata mereka mengetahui keutamaan yang terkandung dalam kedua shalat itu pasti mereka akan mendatanginya meskipun dilakukan dengan merangkak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’alah berfirman: “Peliharalah shalatshalatmu dan pelihara pula shalat wustha (Ashar)”. (QS. Al Bagarah: 238)
Allah ta’ala berfirman: “Apabila kamu bertaubat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjamaah”. (QS. At Taubat: 5).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Amal apakah yang paling utama?”. Beliau menjawab: “Mengerjakan shalat pada waktunya”. Saya bertanya lagi: “Lantas apa lagi”. Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Saya bertanya lagi: “Lantas apa lagi”. Beliau menjawab : “Berjuang pada jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Islam itu ditegakkan dengan lima dasar yaitu: Mensaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berangkat haji ke Baitullah dan berpuasa di bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Aku (Nabi) diperintahkan untuk memerangi orang hingga mereka menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Jika mereka telah mengerjakan itu semua maka ia terjaga darah dan hartanya kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan amal mereka terserah Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Muadz ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah mengutusku untuk pergi ke Yaman dan bersabda: “Sesungguhnya kamu akan datang kepada orang-orang ahli kitab, maka ajaklah mereka untuk menyatakan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu adalah utusan-Nya. Jika mereka telah patuh kepadamu dalam hal demikian itu maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Tuhan telah mewajibkan mereka untuk mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Dan jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah memerintahkan mereka untuk memberi sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang yang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin. Dan jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu maka peliharalah darah/kehormatan dan harta mereka. Hendaknya kamu takut terhadap doanya orang yang teraniaya sebab tidak ada dinding penghalang antara doa itu dengan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesungguhnya batas yang memisahkan seseorang dengan orang yang kafir dan syirik adalah shalat (maksudnya bila ia meninggalkan shalat berarti ia telah kufur)”. (HR. Muslim).
- Dari Buraidah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Ikatan janji antara kami (orang Islam) dengan mereka orang-orang kafir adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat berarti ia telah kafir”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Syagig bin Abdullah At Tabi’i yang mempunyai suatu keistimewaan ra. ia berkata: “Para sahabat Nabi Muhammad tiada memandang sesuatu amal perbuatan sekiranya ditinggalkan dapat menyebabkan kekafiran kecuali shalat”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali akan Qihisab Allah pada seorang hamba besok pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah shalat. Bila shalatnya bagus (sempurna) maka berbahagia dan beruntunglah ia, tetapi sebaliknya bila shalatnya rusak (tidak sempurna) maka merugi dan menyesallah ia. dan apabila di dalam shalat fardhunya ada kekurangan maka Allah berfirman: “Lihatlah, kalau-kalau hamba-Ku ini mempunyai shalat sunnat untuk mencukupi kekurangan shalat fardhunya”. Lantas setelah dihisab shalatnya, barulah dihisab amal-amal yang lainnya”. (HR. At-Turmudzi).
- Dari Jabir bin Samurah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. menghampiri kami dan bersabda: “Mengapa kamu semua tidak berbaris sebagaimana Malaikat berbaris di sisi Tuhannya?”. Kami bertanya: “Bagaimana barisan malaikat di sisi Tuhannya ?”. Beliau menjawab: “Mereka menyempurnakan barisan pertama dan merapatkan barisannya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata manusia mengerti keutamaan shaf awal dan adzan, lalu mereka tidak dapat memperolehnya kecuali dengan ikut antri/undian pasti mereka akan mengikuti undian /antrian itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik shaf orang lakilaki adalah shaf yang paling depan dan yang paling jelek adalah shaf yang paling belakang Sedangkan sebaik-baik shaf orang perempuan adalah yang paling belakang dan yang paling jelek adalah yang paling depan”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. melihat para sahabatnya mundur ke belakang, maka beliau bersabda: “Majulah kamu dan ikuti aku (nabi) dan orang-orang yang di belakangnya harus mengikutimu. Tiada seseorang yang mundur hingga mereka akan diundurkan oleh Allah”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Mas’ud ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mengusap-usap bahu kami tatkala kami sedang shalat, seraya bersabda: “Rapikanlah barisanmu dan jangan membengkok sebab hal itu dapat membuat hatimu bengkok. Dan Orang-orang dewasa yang pandai hendaknya mendekat kepadaku (Nabi), kemudian orangorang yang dibawahnya, lalu orang yang dibawahnya lagi”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, RasuluHah saw. bersabda: “Luruskanlah barisan-barisanmu karena meluruskan barisan itu termasuk kesempurnaan shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dikatakan: “SeSungguhnya meluruskan barisan itu termasuk mendirikan shalat”.
- Dari Anas ra. ia berkata: “Tatkala igamat untuk shalat dikumandangkan maka Rasulullah saw. selalu menoleh kepada kami dan bersabda: “Luruskan barisanmu dan rapatkan karena aku (Nabi saw.) bisa melihatmu dari belakang punggungku”. (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Lalu kami meluruskan bahunya dengan bahu temannya dan meluruskan juga telapak kakinya dengan telapak kaki temannya”.
- Dari An Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Kamu harus benar-benar meluruskan barisanmu atau Allah akan menyelisihkan hati diantara kamu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dalam riwayat Muslim, sesungguhnya Rasulullah saw. meluruskan barisan kami sebagaimana beliau meluruskan anak panah sampai beliau beranggapan bahwa kami sudah sadar (melakukannya sendiri). Pada suatu hari beliau langsung keluar dan berdiri mendadak ketika akan takbir beliau melihat ada seseorang yang dadanya menonjol tidak lurus dalam barisan itu maka beliau bersabda: “Hai hamba Allah, kamu semua harus meluruskan barisanmu atau Allah akan menyelisihkan diantara kamu”.
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Rasulullah saw. memasuki sela-sela barisan sambil mengusap bahu dan dada kami sambil bersabda: “Janganlah kamu berselisih (berbengkok-bengkok) dalam barisanmu sebab nanti menjadi bengkok pula hatimu. Sesungguhnya Allah akan mengaruniakan rahmat kepadanya dan Malaikat-Nya pun memohonkan rahmat kepada orang-orang yang berada di barisan pertama”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Luruskan barisan-barisSanmu, rapatkan bahumu, tutuplah lubanglubang barisanmu, bersikap lunaklah terhadap saudara-saudaramu dan jangan kamu renggangkan barisanmu sebab akan ditempati setan. Barangsiapa yang menyambung suatu barisan maka Allah akan menyambungnya dan sebaliknya siapa yang memutuskan suatu bartsan maka Allah pun akan memutuskannya”. (HR Abu Daud).
- Dari Anas ra. sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Rapatkan barisan-barisanmu dan berdekat-dekatanlah kamu serta ratakan lehermu. Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh aku (Nabi) telah melihat setan-setan masuk pada sela-sela barisan seperti kambing hitam yang kecil-kecil”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sempurnakanlah barisan pertama, lalu di barisan yang belakangnya. Jika ada yang kurang penuh maka harus pada barisan yang paling belakang”. (HR. Abu Daud).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah dan MalaikatNya memberi dan memohonkan rahmat kepada orang-orang yang berada di barisan sebelah kanan”. (HR. Abu Daud). :
- Dari Al Barra’ ra. ia berkata: “Bila kami shalat di belakang Nabi saw. maka kami senang berada di sebelah kanan beliau sebab beliau menatap kami dengan wajahnya hingga saya mendengar beliau berdoa: “RABBI OINII ‘ADZAABAKA YAUMA TUB’ATSU atau TAJMA’U IBAADAKA (Ya Allah, hindarkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari Kau bangkitkan atau Kau kumpulkan hamba-hambaMu)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tempatkanlah imam itu tepat di tengah-tengah dan tutuplah sela-sela barisanmu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ummul mukminin ummu Habibah binti Abu Sufyan ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang mengerjakan shalat sunat karena Allah setiap hari dua belas rakaat kecuali Allah akan menyediakan baginya rumah di surga atau kecuali ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya shalat bersama Nabi saw. dua rakaat sebelum Dhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah shalat Jum’at, dua rakaat sesudah shalat Maghrib dan dua rakaat setelah shalat Isya’ (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Mughaffal ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Diantara tiap adzan dan igamat ada shalat sunat. Diantara adzan dan igamat ada shalat sunat. Diantara adzan dan igamat ada shalat sunat. Setelah mengucapkan yang ketiga kali, beliau bersabda: “Bagi siapa yang suka mengerjakannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunat dua rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh”. ( HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. tidak lebih memperhatikan shalat sunat melebihi shalat sunat dua rakaat fajar (dua rakaat sebelum shalat Subuh)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata, Nabi saw. bersabda: “Shalat sunat dua rakaat sebelum Shalat Subuh itu lebih baik daripada dunia Seisinya”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dua rakaat fajar itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya”.
- Dari Abdullah Bilal bin Rabiah ra. yaitu muadzin Rasulullah saw. datang kepada beliau untuk adzan shalat Subuh, tiba-tiba ia ditanyai oleh Aisyah ra. hingga terlambat adzannya sampai waktu pagi-pagi benar. Bilal lantas adzan dan dilanjutkan igamat untuk shalat Subuh. Sedangkan beliau belum juga keluar. Setelah Nabi saw. keluar untuk mengimami shalat, Bilal memberitahu kepada beliau bahwa Aisyah ra. telah menanyainya hingga waktu pagi-pagi benar, namun tuan belum juga keluar. Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya aku sedang melakukan shalat sunat dua rakaat sebelum-Subuh terlebih dahulu”. Bilal berkata: “Ya Rasulullah saw., sesungguhnya tuan sudah berada pada waktu pagi-pagi benar”. Beliau bersabda: “Meskipun lebih pagi dari itu, aku tetap akan shalat sunat sebelum Subuh sesempurna mungkin”. (HR. Abu Daud).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. shalat dua rakaat yang ringan antara adzan dan igamatnya shalat Subuh”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : “Beliau shalat dua rakaat fajar dengan ringan hingga saya bertanya pada diriku sendiri: “Apakah beliau itu membaca surat Al Fatihah pada kedua rakaat itu ?”.
Dalam riwayat Muslim dikatakan : “Bahwa beliau mengerjakan shalat sunat dua rakaat fajar dengan ringan tatkala mendengar adzan”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Bila fajar telah menyingsing”.
- Dari Hafshah ra. bahwasanya bila Rasulullah saw. telah mendengar suara adzan yang dikumandangkan untuk shalat Subuh dan waktu shalat Subuh benar-benar sudah tiba maka beliau segera mengerjakan shalat sunat dua rakaat dengan ringan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Bila fajar telah menyingsing maka beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan”.
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. biasa melakukan shalat sunat malam dua rakaat-dua rakaat salam dan melakukan shalat Witir satu rakaat di akhir malam dan juga biasa melakukan shalat dua rakaat sebelam Subuh ketika mendengar panggilan adzan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Bahwa Rasulullah saw. pada rakaat pertama dari shalat fajarnya selalu membaca: QULUU AAMANNA BILLAAHI WAMAA UNZILA ILAINAAA … (terdapat pada surat Al Bagarah), dan pada rakaat kedua beliau membaca: AAMANNAA BILLAAHI WASYHAD BI ANNAA MUSLIMUUN. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa pada rakaat kedua belsau membaca ayat: TA’AALAU ILAA KALIMATIN SAWAAIN BAINAA WA BAINAKUM (terdapat pada surat Ali Imran)”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. pada dua rakaat fajar membaca: QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN dan QUL HUWALLAAHU AHAD”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Selama satu bulan saya telah melihat beliau melakukan shalat dua rakaat fajar dengan selalu membaca : QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN dan QUL HUWALLAAHU AHAD”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Apabila Nabi Saw. telah selesai mengerjakan shalat dua rakaat fajar maka beliau berbaring pada pinggang sebelah kanan”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. biasa shalat sunat sebelas rakaat setelah shalat Isya’ hingga Subuh dimana setiap dua rakaat beliau salam dan satu rakaat shalat Witir. Dan apabila muadzin telah diam selesai mengumandangkan adzan serta fajar benar-benar telah menyingsing dan muadzin telah datang kepada beliau maka segera beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan kemudian berbaring pada pinggang sebelah kanan sampai muadzin itu mengumandangkan igamat”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan shalat sunat dua rakaat fajar maka hendaklah ia berbaring pada pinggang sebelah kanan”. (HR. Abu Daud dan At. Turmudzi).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya shalat dua rakaat sebelum shalat Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya bersama-sama Rasulullah saw.”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Nabi saw. tidak pernah meninggalkan shalat sunat empat rakaat sebelum shalat Dhuhur”. (HR. Bukhari). –
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. biasa melakukan shalat sunat empat rakaat sebelum shalat Dhuhur di rumah, lalu beliau mengimami shalat. Setelah itu beliau pulang dan mengerjakan shalat sunat dua rakaat di rumah. Beliau biasa mengimami shalat Maghrib lalu pulang ke rumah dan melakukan shalat sunat dua rakaat. Dan beliau selalu mengimami Shalat Isya” lalu beliau pulang dan mengerjakan shalat sunat dua rakaat di rumah”. (HR. Muslim).
- Dari Ummu Habibah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang selalu mengerjakan shalat sunat empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah akan mengharamkan dirinya dari api neraka”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Saib ra. bahwasanya Rasulullah saw. selalu mengerjakan shalat sunat empat rakaat setelah matahari tergelincir, sebelum beliau mengerjakan shalat Dhuhur. Beliau bersabda: “Sesungguhnya saat-saat itu pintu-pintu langit terbuka. Oleh sebab itulah aku bermaksud agar amal kebaikanku dapat naik ke atas dalam situasi seperti itu”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya bila Nabi saw. tidak melakukan shalat sunat empat rakaat sebelum shalat Dhuhur maka beliau mengerjakannya setelah shalat Dhuhur”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ali bin Abu Thalib ra. ia berkata: “Nabi saw. senantiasa melakukan shalat sunat empat rakaat sebelum shalat Ashar, yang dipisah dua rakaat salam dimana salamnya itu ditujukan untuk Malaikat Mugarrabin dan kaum muslimin mukminin yang mengikutinya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada seseorang yang senang shalat sunat empat rakaat sebelum shalat Ashar”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ali bin Abu Thalib ra. bahwasanya: Nabi saw. selalu mengerjakan shalat sunat dua rakaat sebelum shalat Ashar”. ( HR. Abu Daud). “
Hadits tentang shalat sunat sesudah shalat Maghrib telah disebutkan pada bab-bab terdahulu yaitu hadits dari Ibnu Umar dan dari Aisyah ra. yang mana keduanya itu merupakan hadits shahih yang isinya bahwa Nabi saw. selalu mengerjakan shalat sunat dua rakaat sesudah shalat Maghrib”.
- Dari Abdullah bin Mughaffal ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Shalatlah kamu semua sebelum mengerjakan shalat Maghrib”. Kemudian pada perintah yang ketiga kali beliau bersabda: “Bagi orang yang senang mengerjakannya”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sungguh, saya telah melihat tokoh-tokoh sahabat Rasulullah saw. selalu tergesa-gesa mengerjakan shalat sunat Maghrib”. (HR. Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Pada masa Rasulullah saw..kami shalat sunat dua rakaat sesudah matahari terbenam dan sebelum shalat Maghrib”. Lalu ada orang yang bertanya: “Apakah Rasulullah saw. juga mengerjakan shalat sunat itu Anas ra. menjawab: “Beliau hanya melihat kami yang sedang mengerjakan Shalat sunat dua rakaat itu sedangkan beliau sendiri tidak menyuruh dan juga tidak melarang”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sewaktu kami berada di Madinah, bila muadzin telah mengumandangkan panggilan adzan Maghrib maka banyak orang yang tergesa-gesa mengerjakan shalat sunat dua rakaat hingga jika ada orang asing masuk Masjid itu ia akan mengira bahwa shalat Maghrib telah usai karena banyaknya orang yang mengerjakan shalat sunat itu”. (HR. Muslim).
Hadits tentang shalat sunat sebelum dan sesudah Isya’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. yang telah disebutkan di atas tadi, dimana Ibnu Umar ra. berkata: “Saya telah melakukan shalat sunat dua rakaat setelah shalat Isya’ bersama-sama dengan Nabi saw.”. Dan juga hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal di mana beliau bersabda: “Antara adzan dan igamat itu terdapat shalat sunat”.
Hadits tentang shalat sunat setelah shalat Jumat antara lain hadits Ibnu Umar ra. yang telah disebutkan di depan, yaitu: Ibnu Umar ra. telah melakukan shalat sunat dua rakaat sesudah shalat Jumat bersama-sama dengan Rasulullah saw.”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila diantara kamu telah mengerjakan shalat Jumat maka hendaklah ia mengerjakan shalat sunat empat rakaat sesudah shalat Jumat itu”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. tidak mengerjakan shalat sunat setelah shalat Jum’at hingga beliau pulang. Kemudian beliau melakukan shalat sunat dua rakaat di rumahnya”. (HR. Muslim).
- Dari Zaid bin Tsabit ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Hai manusia, shalatlah kamu di rumahmu karena sesungguhnya seutama-utama shalat adalah shalatnya seseorang yang dilakukan di rumahnya kecuali Shalat fardhu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Lakukanlah shalat-shalat sunat di rumahmu dan jangan kamu jadikan rumahmu itu seperti kuburan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila seseorang dari kamu telah selesai melakukan shalat fardhu di Masjid maka hendaknya ia memberikan bagian dari shalatnya untuk dikerjakan di rumahnya, sebab dengan shalat itulah Allah akan menjadikan kebaikan di rumahnya”. (HR. Muslim).
- Dari Amr bin Atha’ bahwasanya Nafi’ bin Jubair menyuruh ia pergi kepada Saib bin Yazid keponakan Amir, untuk menanyakan tentang sesuatu yang terjadi antara ia dengan Muawiyah dalam masalah shalat. Saib berkata: “Benar, saya melakukan shalat Jumat bersama Muawiyah di istana. Setelah imam mengucapkan salam saya langsung berdiri untuk mengerjakan shalat sunat di tempat itu. Ketika Muawiyah pulang dan masuk ke rumahnya, ia memanggil saya dan berkata: “Jangan kau ulangi lagi apa yang telah kamu perbuat tadi. Jika kamu selesai mengerjakan shalat Jumat maka jangan langsung kamu sambung dengan shalat sunat sebelum kamu berbicara atau keluar. Sebab Rasulullah saw. menyuruh kami demikian, yakni supaya kami tidak menyambung suatu shalat dengan shalat lain sebelum berbicara atau keluar”. (HR. Muslim).
- Dari Ali ra. ia berkata: “Shalat Witir itu , tidak diharuskan sebagaimana shalat fardhu, namun beliau selalu mengerjakannya dan bersabda: “Sesungguhnya Allah itu tunggal (yakni Esa) dan sangat menyukai yang witir. Oleh karena itu shalat Witirlah kamu semua hai ahli Qur’an”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi). ,
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Dari tiap| tiap waktu malam, Nabi saw. pernah menger| jakan shalat Witir. Beliau pernah melakukan Shalat Witir pada permulaan malam, pernah pada pertengahan malam dan juga pernah mengerjakan shalat Witir di akhir malam. Dan | waktu shalat Witir yang paling akhir beliau ‘ lakukan adalah sampai habis sahur”. (HR. | Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Akhirilah shalat malammu dengan shalat Witir”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Shalat witirlah kamu sebelum waktu Shubuh”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata: “Bahwasanya Rasulullah saw. sering melakukan shalat sunat di waktu malam sedangkan Aisyah membujur di depannya. Apabila beliau akan mengerjakan shalat witirnya maka beliau membangunkan Aisyah untuk diajak mengerjakan shalat Witir”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bila beliau tinggal menyelesaikan shalat witirnya saja maka beliau bersabda: “Hai Aisyah ra. bangun dan Shalat witirlah kamu”.
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Kejarlah shalat Subuh dengan Witir”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang khawatir tidak dapat bangun tengah malam maka shalatlah Witir pada permulaan malam. Dan siapa yang yakin dapat bangun tengah malam atau akhir malam maka shalatlah Witir pada akhir malam, sebab shalat yang dilakukan di akhir malam akan disaksikan oleh malaikat dan lebih utama”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Kekasihku (Nabi saw. telah berpesan kepadaku agar supaya selalu berpuasa tiga hari dalam satu bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Shalat Witir sebelum tidur disunatkan bagi orang yang sekiranya tidak bisa bangun di akhir malam. Namun bagi orang yang yakin dapat bangun di akhir malam maka hal itu akan sangat lebih baik lagi jika dikerjakan di akhir malam”.
- Dari Abu Dzarr ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Setiap pagi, tiap-tiap persendian tubuhmu itu berkewajiban bersedekah. Setiap ucapan tasbih dianggap bersedekah, setiap tahmid adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan melarang dari perbuatan mungkar adalah sedekah. Kesemuanya itu hanya dapat dicukupi dengan mengerjakan shalat dua rakaat shalat Dhuha”. (HR. Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. sudah terbiasa melakukan shalat Dhuha empat rakaat dan kadang-kadang beliau menambahnya menurut kehendak Allah”. (HR. Muslim).
- Dari Ummu Hani’ Fakhitah binti Abu Thalib ra. ia berkata: “Pada saat penaklukan kota Makkah saya datang kepada beliau dan saya dapatkan beliau sedang mandi. Ketika beliau telah selesai mandi beliau mengerjakan shatat Dhuha delapan rakaat. Itulah shalat Dhuha”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Zaid bin Arqam ra. bahwasanya ia telah melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha, maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha itu pada selain saat-saat seperti ini adalah lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: “Shalat Dhuha situ adalah shalatnya orang yang kembali kepada Allah yaitu pada waktu anak-anak unta bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Qatadah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Jika salah seorang dari kamu masuk ke dalam Masjid maka jangan duduk dulu sebelum ia mengerjakan shalat dua rakaat (shalat tahiyatul masjid)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya mendatangi Rasulullah, sedangkan saat itu beliau berada di Masjid. Kemudian beliau bersabda: “Shalatlah dua rakaat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada Bilal: “Hai Bilal, coba ceritakan kepadaku amal perbuatan yang telah kamu kerjakan dan merupakan amal yang » paling bisa kamu andalkan dalam Islam, sebab aku telah mendengar suara sandalmu berada di hadapanku di dalam surga”. Bilal berkata: “Tiada suatu amal yang bisa saya andalkan selain bila saya bersuci (berwudhu) baik di waktu siang maupun malam maka saya pergunakan untuk melakukan shalat sekemampuanku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila telah dikerjakan shalat maka bertebaranlah kamu semua di muka bumi, dan carilah karunia Allah serta berdzikirlah kepada Allah sebanyakbanyaknya supaya kamu semua beruntung”. (QS. Al Jum’ah : 10)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik hari dimana terbit matahari adalah hari Jum’at. Pada hari itulah Nabi Adam diciptakan, dimasukkan dalam Surga dan juga pada hari itu Nabi Adam dikeluarkan dari surga”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu lalu ia menyempurnakan wudhunya, kemudian mendatangi shalat Jum’at dan mendengarkan serta memperhatikan khutbah maka dosanya akan diampuni mulai dari hari itu sampai pada hari Jum’at berikutnya dan ditambah dengan tiga hari. Dan barangsiapa (saat khutbah) bermain-main kerikil maka sia-sialah Jum’ahnya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Shalat lima waktu, Jum’ah yang satu hingga Jum’ah lainnya dan Ramadhan satu hingga Ramadhan berikutnya dapat menjadi penebus atas dosa-dosa yang dilakukannya diantara kesemuanya itu selama dosadosa besar dijauhi”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dan Ibnu Umar ra. keduanya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda di atas mimbarnya: “Orang-orang yang sudah biasa meninggalkan shalat Jum’at harus segera menghentikannya atau kalau tidak maka Allah akan mengunci hati mereka hingga mereka itu tergolong orang-orang yang lalai”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu mendatangi shalat Jum’at maka hendaklah ia mandi (lebih dahulu)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Mandi Jum’at adalah wajib bagi orang yang sudah dewasa”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Samurah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berwudhu pada hari Jum’at maka ia sangat beruntung pada hari itu, dan barangsiapa yang mandi maka mandi itu lebih baik baginya”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Salman ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang yang mandi pada hari Jum’at dan bersuci sekemampuannya terus memakai harum-haruman/wangi-wangian. Setelah itu ia keluar (untuk melaksanakan shalat Jum’at) dan tidak memisahkan antara dua orang (yang telah duduk di Masjid), lalu mengerjakan shalat sebagaimana yang telah ditetapkan kemudian ketika imam berkhutbah ia diam dan memperhatikan melainkan ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah dikerjakan antara hari itu dan antara hari Jum’at berikutnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi janabat, lalu ia segera ke Masjid (paling awal) maka seolaholah ia telah berkurban unta. Dan barangsiapa yang datang pada gelombang atau tahap kedua maka ia seolah-olah telah berkurban seekor lembu. Dan siapa yang datang ke Masjid pada gelombang ketiga maka ia seolah-olah telah berkurban seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada gelombang yang keempat maka ia seolah-olah berkurban seekor ayam jantan. Dan barangsiapa yang datang ke masjid pada gelombang yang kelima maka ia seolah-olah berkurban sebutir telur. Dan siapa yang datang dimana imam telah keluar untuk berkhutbah maka para Malaikat datang mendengarkan nasehat peringatan (yaitu khutbah)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Tatkala Rasulullah saw. membicarakan masalah |, hari Jum’at maka beliau bersabda: “Pada hari ini ada suatu saat yang bila seseorang muslim melakukan shalat bertepatan dengan saat itu lalu ia berdoa memohon kepada Allah maka pasti Allah akan mengabulkan doanya itu”. Beliau memberi isyarat dengan tangannya bahwa saat itu sangat sebentar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, Abdullah bin Umar ra. bertanya: “Apakah kamu pernah mendengar cerita dari ayahmu tentang saat yang istimewa pada hari Jum’at dari Rasulullah?”. Abu Burdah menjawab: “Ya, saya pernah mendengar ayahku berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Saat itu (yang istimewa) adalah diantara duduknya imam di atas mimbar sampai selesai shalat”. (HR. Muslim).
- Dari Aus bin Aus ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya seutamautama hari adalah hari Jum’at. Maka pada hari itu perbanyaklah membaca shalawat atasku sebab bacaan shalawatmu itu pasti sampai atau disampaikan kepadaku”. (HR. Abu Daud).
- Dari Sa’ad bin Abu Waggas ra. ia berkata: “Kami bersama-sama Rasulullah saw. keluar dari kota Makkah menuju ke kota Madinah. Dan ketika kami mendekati Azwara tiba-tiba beliau turun dari kendaraannya, kemudian mengangkat kedua tangannya seraya berdoa sejenak lalu sujud lama sekali. Beliau melakukannya hingga tiga kali. Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya saya memohon kepada Allah agar supaya saya diberi izin untuk memberi syafaat kepada ummatku. Lalu Allah memperkenankannya sepertiga dari ummatku maka saya sujud syukur kepada Tuhanku. Setelah itu saya mengangkat kepala dan memohon kepada Allah agar saya diberi izin memberi syafaat kepada ummatku dan Allah pun memperkenankan sepertiga dari ummatku. Malam-: ya saya sujud syukur kepada Tuhanku karena bersyukur. Setelah itu saya mengangkat kepalaku lagi untuk memohon kepada Allah agar supaya saya diberi izin untuk memberi syafaat kepada ummatku dan Allah pun memperkenankan sepertiga ummatku yang lain, makanya saya sujud kepada Allah (karena bersyukur)”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Dan pada waktu malam maka bertahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Allah mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Isra’ : 79).
Allah ta’ala berfirman: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (artinya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur hanya untuk mengerjakan shalat malam)”. (QS. As Sajdah: 16).
Allah ta’ala berfirman: “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam”. (QS. Adz Dzariyat: 17).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. sudah biasa mengerjakan shalat sunat di waktu malam hingga menjadi bengkak kedua mata kakinya. Kemudian saya berkata kepada beliau: “Ya Rasulullah saw. kenapa tuan berbuat yang demikian padahal dosa-dosa tuan baik yang telah lalu maupun yang akan datang sudah diampuni ?”. Beliau menjawab: “Tidakkah sudah semestinya aku menjadi hamba Allah yang bersyukur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Al Mughirah ra. sebagaimana hadits tersebut di atas yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
- Dari Ali ra. bahwasanya pada suatu malam ketika ia tertidur bersama Fatimah, lalu beliau mengetuk pintu serta bersabda: “Mengapa kalian tidak mengerjakan shalat ?”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab ra. dari ayahnya, bahwa Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik orang adalah Abdullah andaikata ia suka shalat malam”. Salim berkata: “Maka setelah itu Abdullah tiada tidur malam kecuali sedikit sekali”. ( HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Hai Abdullah, janganlah kamu seperti Fulan dimana ta bangun malam namun tidak mengerjakan shalat sunat malam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Pernah seseorang bercerita di hadapan Nabi saw. mengenai orang yang tidur di waktu malam hingga pagi (tidak bangun pada waktu malam), maka beliau lantas bersabda: “Orang itu telah dikencingi oleh setan”, atau beliau bersabda: “telinganya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Setan telah mengikat tengkuk kepala salah seorang dari kamu semua sewaktu tidur dengan tiga ikatan. Pada tiaptiap ikatan itu setan berkata: “Masih jauh malam maka tidurlah lagi”. Bila orang itu bangun dan berdzikir kepada Allah maka putuslah satu ikatan. Dan bila ia berwudhu maka putuslah satu ikatan lagi. Dan bila ia mengerjakan shalat maka putuslah semua ikatan itu sehingga pada waktu pagi ia akan tangkas dan tenang jiwanya, sedangkan kalau tidak begitu maka ia akan lesu dan malas”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Salam ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Hai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalatlah kamu semua dikala manusia tidur terlelap maka pasti kamu semua akan masuk surga dengan selamat”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seutama-utama puasa Sesudah puasa Ramadhan adalah berpuasa dibulan Muharram. Dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu adalah shalat sunat di waktu malam”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Shalat di waktu malam adalah dua rakaat dua rakaat. Dan bila kamu khawatir terlanjur subuh maka shalat Witirlah kamu satu rakaat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Nabi saw. shalat malam dua rakaat dua rakaat, dan shalat watir satu rakaat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah tidak puasa dalam suatu bulan sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah berpuasa dalam bulan itu. Juga beliau sering berpuasa dalam suatu bulan hingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah berbuka dalam suatu bulan. Demikian pula jika kamu ingin melihat shalat Nabi saw. pasti kamu dapat melihatnya. Demikian pula bila kamu ingin melihat tidur Nabi saw. akan dapat melihatnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. shalat malam sebelas rakaat. Dalam setiap sujud lamanya kira-kira seolah seorang dari kamu membaca lima’puluh ayat sebelum beliau mengangkat kepalanya. Beliau shalat dua rakaat sebelum shalat Subuh lalu beliau berbaring pada pinggang sebelah kanannya hingga muadzin mengumandangkan panggilan igamat untuk shalat Subuh”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah shalat malam melebihi dari sebelas rakaat, baik di bulan Ramadhan maupun bulan lainnya dimana beliau shalat empat rakaat, namun jangan kamu tanyakan mengenai kekhusukan dan lamanya. Kemudian beliau shalat empat rakaat yang juga jangan kamu tanyakan mengenai kekhusukan dan lamanya. Selanjutnya beliau mengerjakan shalat tiga rakaat. Akupun bertanya, kepada beliau: “Ya Rasulullah, apakah tuan akan tidur sebelum Witir ?”. Beliau menjawab: “Hai Aisyah ra. sesungguhnya kedua mataku terpejam, namun hatiku tidak akan pernah tidur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. biasa tidur pada permulaan malam dan bangun di akhir malam lantas mengerjakan shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Pada Suatu malam aku shalat bersama Nabi saw. dan beliau terlalu lama dalam berdiri hingga timbul niat tidak baik bagiku”. Ada seseorang yang bertanya: “Niat apa yang timbul dalam dirimu?. ia menjawab: “Aku niat akan duduk dan meninggalkan shalat bersama beliau” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Pada suatu malam saya shalat bersama Nabi saw. Maka setelah beliau selesai membaca surat Al Fatihah, beliau membaca surat Al Bagarah. Dalam hati saya berkata: “Beliau akan ruku’ bila telah mendapatkan seratus ayat, ternyata setelah mendapatkan seratus ayat, beliau melanjutkan bacaannya. Saya pun mengira mungkin beliau akan menghabiskan surat Al Bagarah dalam satu rakaat lalu ruku’, namun setelah selesai membaca surat Al Bagarah ternyata beliau melanjutkan membaca surat An Nisa’ hingga selesai, kemudian beliau memulai lagi membaca surat Ali Imran dengan bacaan yang sangat hati-hati dan jelas atau tartil. Tiap-tiap ada ayat tasbih maka beliau membaca tasbih dan tiap-tiap ada ayat yang memerintahkan untuk berdoa maka beliau berhenti untuk berdoa serta bila ada ayat yang memerintahkan untuk mohon perlindungan maka beliau berlindung diri. Setelah itu baru beliau ruku’ dan membaca: SUBHAANA RABBIYAL AZHIIM. Lamanya RUKU’ hampir menyamai! dengan lamanya berdiri, lalu membaca: SAMIALLAAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANAA LAKAL HAMDU. Lantas beliau berdiri yang mana lamanya hampir menyamai dengan lamanya ruku’. Setelah beliau sujud dengan membaca: SUBHAANA RABBIYAL A’LAA, dimana lamanya sujud hampir sama dengan lamanya berdiri”. (HR. Muslim). “
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Rasulullah saw. ditanya: “Apakah yang paling utama dalam shalat itu ?”. Beliau menjawab: “Lamanya berdiri”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Shalat yang paling disenangi oleh Allah adalah shalatnya Nabi Daud as., dan juga puasa yang paling disenangi oleh Allah adalah cara puasa yang dijalankan oleh Nabi Daud as. Yaitu beliau (nabi Daud) tidur setengah malam dan bangun pada sepertiga malam dan tidur lagi seperenamnya dan juga beliau (nabi Daud) puasa satu hari dan berbuka satu hari”. (HR. Bukhari dan Mus-lim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di dalam suatu malam itu terdapat suatu saat atau waktu yang mana bila seorang muslim memohon kebaikan kepada Allah, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun urusan akhirat pasti Allah mengabulkannya. Dan saat atau waktu (yang istimewa itu) ada pada setiap malam”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwaSanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah Seorang dari kamu akan mengerjakan shalat malam maka hendaknya memulai dengan dua rakaat yang ringan”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Jika Rasulullah saw. mengerjakan shalat malam maka beliau memulainya dengan shalat dua rakaat yang ringan”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Jika Rasulullah saw. tidak sempat mengerjakan shalat malam karena sakit atau sesuatu hal lainnya, maka beliau mengerjakan shalat dua belas rakaat pada waktu siangnya”. (HR. Muslim).
- Dari Umar bin Khattab ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tertidur hingga tidak membaca wiridnya (hizibnya) atau sesuatu kebiasaan baik lainnya, lalu dibacanya diantara waktu shalat Subuh dan shalat Dhuhur, maka sudah tertulis baginya sama dengan melaksanakannya di waktu malam”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah sangat mengasihi seorang laki-laki yang bangun di waktu malam untuk mengerjakan shalat dan juga ia mampu membangunkan istrinya yang mana bila istrinya enggan bangun ia menyiramkan air di mukanya. Juga Allah sangat mengasihi seorang perempuan yang bangun untuk shalat malam dan membangunkan suaminya dimana jika ia menolaknya maka disiramlah muka suaminya dengan air”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. dan dari Abu Said ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika seorang laki-laki membangunkan istrinya diwaktu malam, lalu keduanya mengerjakan shalat dua rakaat bersama-sama maka masingmasing tergolong orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah”. (Abu Daud).
- Dari Aisyah ra. berkata, bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Jika salah seorang dari kamu akan mengerjakan shalat sementara ia mengantuk maka hendaklah ia tidur dulu hingga hilang rasa kantuknya. Sebab bila seseorang itu mengantuk dalam shalatnya maka bisa jadi ia bermaksud memohon ampun kepada Allah malah mengumpat dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang dari kamu sedang mengerjakan shalat di waktu malam, lalu ia membaca Al Qur’an melalui lisannya tetapi ia tidak mengetahui apa yang sedang dibacanya maka hendaklah ia tidur terlebih dahulu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat sunat di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Rasulullah saw. sangat menganjurkan untuk selalu mengerjakan shalat sunat pada malam bulan Ramadlan, namun beliau tidak mewajibkannya”. Maka beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat sunat di malam bulan Ramadlan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah maka diampunilah dosanya yang telah lalu”. (HR. Muslim). .
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an pada malam qadar. Tahukah kamu apakah malam qadar itu ? Malam qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al Qadar 1-5).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an pada malam yang penuh berkah”. (QS. Ad Dukhan: 3)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang beribadah bangun malam pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah maka dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Beberapa sahabat Nabi saw. telah memimpikan lailatul qadar pada tujuh malam yang terakhir di bulan
Ramadhan. Maka beliau bersabda: “Saya perhatikan impianmu bertepatan dengan tujuh malam yang akhir (di bulan Ramadhan). Oleh karena itu barangsiapa yang ingin mencari lailatul qadar maka hendaklah ia bersungguhsungguh pada tujuh malam yang terakhir”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. selalu beri’tikaf pada sepuluh malam yang terakhir di bulan Ramadhan dan bersabda: “Carilah lailatul qadar pada malam-malam sepuluh yang terakhir di bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bersungguh-sungguhlah kamu dalam mencari malam Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam yang terakhir di bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Bila telah masuk sepuluh malam yang terakhir di bulan Ramadhan maka beliau selalu menghidupkan malamnya dengan beribadah, dan beliau selalu membangunkan keluarganya serta bersungguhsungguh dan selalu mengencangkan sarungnya (tidak bersetubuh dengan istrinya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. Selalu bersungguh-sungguh (dalam beribadah) di bulan Ramadhan tidak seperti di bulanbulan lainnya. Dan pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan beliau lebih bersungguh-sungguh lagi dalam beribadah tidak seperti malam-malam lainnya”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw. bagaimana menurut pendapat tuan andaikata saya mengetahui lailatul qadar, apakah yang harus saya baca pada waktu itu ?”. Beliau bersabda: “Bacalah: ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII (Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pengampun dan suka pada ampunan maka ampunilah saya)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata aku tidak khawatir akan memberatkan kepada ummatku niscaya aku perintahkan wajib bersiwak (gosok gigi) pada tiap-tiap akan menjalankan shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Apabila beliau bangun tidur, maka beliau selalu menggosok giginya dengan kayu siwak (sekarang sikat gigi)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Kami selalu menyediakan siwak dan air wudhu untuk Nabi saw. maka bila beliau bangun tidur, segera beliau bersiwak, berwudhu dan shalat”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Saya sudah berulang kali menganjurkan kepadamu untuk bersiwak”. (HR Bukhari). |
- Dari Suraih bin Hani’ ia berkata: “Saya telah bertanya kepada Aisyah ra. tentang perbuatan yang pertama kali dikerjakan Nabi saw. bila masuk rumahnya ?”. Aisyah ra. menjawab: “Beliau bersiwak”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Saya pernah masuk rumahnya Nabi saw. sedangkan ujung siwak beliau masih berada di mulutnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bersiwak itu dapat membersihkan mulut dan menjadikan keridhaan Tuhan”. (HR. Nasai dan Ibnu Huzaimah).
Bukhari juga menyebutkan hadits ini di dalam kitab shahihnya dengan sighat Jazm sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah ra.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Ada lima macam dari fithrah (kebersihan badan) yaitu: khitan, mencukur rambut di sekitar kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu di ketiak dan mencukur kumis”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sepuluh macam daripada fithrah yaitu mencukur kumis, memelihara jenggot, bersiwak, menghirup air ke hidung, memotong kuku, membasuh celah-celah jari, mencabut bulu di ketiak, mencukur rambut di sekitar kemaluan dan cebok”. Orang yang meriwayatkan hadits ini berkata: “Dan saya lupa yang ke sepuluh, hanya saja kalau tidak salah adalah berkumur”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Potonglah kumis dan peliharalah jenggot”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman : “Mereka tidaklah diperintah kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat. Demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al Bayyinah: 5).
Allah ta’ala berfirman: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. (QS. At Taubah: 103).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Islam itu ditegakkan atas lima dasar, yaitu pengakuan tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad saw. itu adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke baitullah dan puasa pada bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Thalhah bin Ubaidillah ra. bin Utsman bin Amr bin Kaab At Taimi ra. ia berkata: “Seorang laki-laki dari ahli Najd datang kepada Nabi saw. dengan rambut yang terurai. Kami dapat mendengar suaranya namun kami tidak dapat memahami apa yang dikatakannya. Ia mendekat kepada beliau dan menanyakan tentang Islam, maka beliau bersabda: “Lima kali shalat dalam sehari semalam”. Ia bertanya: “Apakah bagi saya ada kewajiban shalat lainnya ?”. Beliau menjawab: “Tidak, kecuali kamu mengerjakan shalat sunat”. Dan beliau melanjutkan sabdanya: “Dan puasa pada bulan Ramadhan”. Ia bertanya: “Apakah bagi saya ada kewajiban puasa lainnya ?”. Beliau menjawab: “Tidak, kecuali kamu mau mengerjakan puasa sunat”. Rasulullah saw. juga menjelaskan mengenai kewajiban zakat, maka laki-laki itu bertanya: “Apakah bagi saya ada kewajiban zakat yang lam ?”. Behau menjawab. “Tidak, kecuali bila kamu mau bersedekah”. Lantas laki laki itu pergi sambil berkata: “Demi Allah, saya tidak akan menambahi dan mengurangi apa yang telah ditentukan”. Maka beliau lantas bersabda: “Sungguh berbahagia bila ia benar”. (HR. Bukhari dan Mushm).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi saw. mengutus Muadz ke Yaman, lalu beliau bersabda: “Ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwasanya aku adalah utusan-Nya. Setelah mereka menerima ajakanmu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka untuk menjalankan shalat lima waktu sehari semalam. Bila mereka telah mematuhi apa yang kamu beritahukan maka beritahukan pula kepadanya bahwa Allah mewajibkan mereka untuk mengeluarkan zakat yang diambil dari orang kaya untuk diberikan kepada orangorang yang miskin”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Aku (Nabi saw.) diperintah untuk memerangi orang-orang hingga mereka mau menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad saw. adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Dan bila mereka telah melakukan semuanya itu maka terjagalah dirinya dan hartanya kecuali dengan hak Islam, dan mengenai perhitungan mereka terserah Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “sewaktu Nabi saw. telah wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah serta banyak orang Arab yang kembali menjadi kafir, maka Umar ra. bertanya kepada Abu Bakar ra.: “Bagaimana kamu memerangi manusia ?, sedangkan beliau pernah bersabda: “Aku (Nabi saw.) diperintah untuk memerangi manusia hingga ia mengucapkan: Laa ilaaha illallaah. Bila seseorang telah mengucapkan kalimat itu maka terjagalah harta dan jiwanya kecuali dengan hak-Nya, dan mengenai perhitungan amalnya terserah Allah”. Maka Abu Bakar ra. berkata: “Demi Allah, saya akan memerangi orang yang membeda-bedakan antara shalat dan zakat karena zakat itu adalah haknya harta. Demi Allah, jika mereka menahan sehelai tali surban yang biasa mereka berikan Nabi saw. pasti mereka akan saya perangi karena menahan tali surban itu”. Umar ra. lantas berkata: “Demi Allah, apa yang telah dikatakan oleh Abu Bakar itu telah aku mengerti bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk berperang dan saya pun telah mengerti bahwa yang dikatakan oleh Abu Bakar itu adalah suatu kebenaran”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Ayyub ra. bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Beritahukan kepadaku suatu amal perbuatan yang menyebabkan aku dapat masuk surga”. Beliau menjawab: “Sembahlah Mlah dan jangan sekali-kali kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan hubungkan tali persaudaraan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwasanya ada seorang Badui datang kepada Nabi saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amal perbuatan yang menyebabkan aku dapat masuk surga ?”. Beliau menjawab: “Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, memberikan zakat yang diwajibkan dan berpuasa di bulan Ramadhan”. Badui itu berkata: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh saya tidak akan menambahi ketentuan itu”. Dan ketika orang Badui itu telah pergi maka beliau bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat seseorang yang tergolong penghuni surga maka lihatlah orang Badui itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Saya telah berbaiat kepada Nabi saw. untuk selalu melaksanakan shalat, memberikan zakat dan memberi nasehat kepada setiap orang Islam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
9, Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang yang memiliki emas atau perak yang tidak dikeluarkan zakatnya melainkan besok pada hari kiamat akan dibentuk berupa lempengan dan dibakar dalam api neraka jahannam, kemudian lempengan itu disetrikakan pada pinggang, dahi dan punggungnya. Tiap-tiap lempengan itu menjadi dingin maka diulang lagi siksaannya hingga dalam masa satu hari dimana sehari itu sama dengan lima puluh ribu tahun sehingga selesai putusan semua hamba. Baru setelah itu ia akan ditunjukkan jalan ke mana ia akan dimasukkan, apakah ke surga atau ke neraka”. Ada seseorang bertanya: “Bagaimana kalau memiliki ‘ unta ?”. Beliau menjawab: “Begitu juga orang yang memiliki unta tetapi tidak mau mengeluarkan zakatnya. Diantara zakatnya adalah memerah susunya ketika di tempat memberi minum unta untuk diberikan kepada orang yang lewat di situ. Maka (orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya dari unta yang dimiliki) kelak di hari kiamat ia akan dihamparkan di tanah yang lapang, lalu unta-untanya dikumpulkan semua tanpa kecuali dan tak ada yang tertinggal seekor pun, kemudian untanya itu satu persatu akan menginjak-injak dan menggigit-gigitnya dimana bila unta yang satu telah selesai menyiksanya maka akan diulang oleh unta yang lainnya dalam masa satu hari yang lamanya kira-kira lima puluh ribu tahun hingga selesai semua putusan semua hamba. Setelah itu ia baru ditunjukkan jalannya ke surga atau ke neraka”. Ada seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana kalau memiliki lembu dan kambing ?”. Beliau menjawab: “Demikian juga orang yang memiliki lembu dan kambing yang tidak mau mengeluarkan zakatnya, maka kelak di hari kiamat akan dihamparkan baginya tanah yang lapang, lalu dikumpulkan semua lembu dan kambingnya tanpa ada yang ketinggalan seekor pun dan bahkan hampir semua lembu dan kambing itu memiliki tanduk, baik tanduknya bengkok maupun tanduk yang telah patah untuk menanduki dan menginjak-injak orang tersebut. Bila yang satu telah selesai menyiksanya maka akan diulang oleh lembu dan kambing yang lainnya dalam masa satu hari dimana satu hari itu sama dengan lima puluh ribu tahun sehingga telah selesai semua putusan hamba. Kemudian ia baru ditunjukkan kemana akan dimasukkan, be neraka atau ke surga”. Ada seseorang bertanya lagi “Ya Rasulullah saw. bagaimana kalau memiliki kuda ?”. Beliau menjawab: “Kuda itu ada tiga macam. Ada kuda yang dapat mendatangkan dosa bagi pemiliknya. Ada kuda yang dapat menutup hajat pemiliknya, dan ada juga kuda yang dapat mendatangkan pahala bagi pemilik. nya. Adapun kuda yang dapat mendatangkan dosa bagi pemiliknya yaitu kuda yang dipelihara dengan tujuan untuk kesombongan dan bangga-banggaan serta untuk memusuhi Islam, maka kuda yang seperti inilah yang dapat mendatangkan dosa bagi pemiliknya Adapun kuda yang dapat menutup hajat pemiliknya yaitu kuda yang digunakan untuk kepentingan yang diridhai oleh Allah, lalu ja tidak melupakan hak dan kewajibannya dalam hal pemeliharaan, maka kuda seperti inilah yang dapat menutup hajat pemiliknya. Adapun kuda yang dapat mendatangkan pahala yaitu kuda yang digunakan untuk perjuangan dalam Islam untuk membela kepentingan ummat Islam. Kuda jenis ketiga inilah yang apabila dilepas di tanah lapang lalu makan sesuatu di Situ, maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu akan dicatat sebagai kebaikan bagi pemiliknya. Dan bahkan kotoran dan air kencingnya pun akan dicatat sebagai kebaikan bagi pemiliknya. Dan apabila kuda itu lepas tali kekangnya lalu meloncat-loncat maka langkahnya pun akan dicatat sebagai kebaikan bagi pemiliknya. Dan bila kuda itu dibawa pemiliknya melewati sungai Jalu kudanya minum air di sungai padahal pemiliknya tidak bermaksud memberi minum maka Allah akan mencatat apa yang diminum itu sebagai kebaikan bagi pemiliknya”. Ada seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, bagarmana kalau memiliki keledai ?”. Beliau menyawab: “Mengenai keledai belum pernah:diturunkan kepadaku ayat yang menerangkannya kecuali ayat yang bersifat umum yang berbunyi: FAMAN YAKMAL MITSQAALA DZARRATIN KHAIRAY YARAH. WAMAY YAKMAL MITSQAALA DZARRATIN SYARRAYYARAH (Barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat atom pasti akan melihat balasannya. Dan siapa yang melakukan kejahatan seberat atom pasti ia akan melihat balasannya pula)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar supaya kamu bertakwa, yaitu pada hari tertentu. Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain. Dan wajib bagi orang yang berat untuk melaksanakannya jika mereka tidak berpuasa) membayar fidhyah yaitu: memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang batil). Oleh karena itu, barangsiapa diantara kamu menyaksikan bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka ia harus menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari lain”. (QS. Al Bagarah: 183-185).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, Allah telah berfirman: “Semua amal perbuatan anak Adam akan kembali pada dirinya sendiri manfaatnya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa itu sebagai perisai. Oleh sebab itu bila kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan ributribut. Bila ada seseorang mencaci maki atau mengajak berkelahi maka hendaklah ia berkata: “Aku sedang berpuasa”. Demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada bau minyak kasturi di sisi Allah. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yaitu gembira ketika berbuka dan kegembiraan saat menghadap Tuhannya karena besarnya pahala berpuasa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dikatakan: “Ia telah meninggalkan makan dan minum serta sahwatnya karena Aku. Puasa itu bagi-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Kebaikan Itu akan ditulis dan dibalas dengan sepuluh kali lipat”.
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Setiap perbuatan anak Adam akan dilipat gandakan. Kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman: “Kecuali puasa, sebab puasa itu bagiKu dan Aku yang akan membalasnya. Ia telah meninggalkan makan dan sahwat karena Aku. Orang yang berpuasa akan memperoleh dua kegembiraan yaitu gembira tatkala berbuka dan bergembira tatkala bertemu dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih harum daripada bau minyak kasturi”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw,. bersabda: “Barangsiapa yang sedekah sepasang (dua kendaraan) dalam jihad fi sabilillah, maka ia kelak akan dipanggil dari semua pintu surga: “Hai hamba Allah, inilah yang lebih baik”. Barangsiapa yang tergolong orang yang biasa melakukan shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa yang suka berjihad maka kelak ia akan dipanggil dari pintu jihad. Dan siapa yang termasuk ahli puasa maka kelak ia akan dipanggil dari pintu puasa (Ar-Rayyan), dan siapa yang termasuk ahli bersedekah maka kelak ia akan dipanggil Allah dari pintu sedekah”. Abu Bakar ra. bertanya: “Demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah saw. tidakkah ada orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu karena darurat, maka apakah ada orang yang dipanggil dari semua pintu itu ?”. Beliau menjawab: “Ada, dan saya mengharap mudah-mudahan engkau termasuk golongan mereka”, (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Saad ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : “Sesungguhnya dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Ar Rayyan dimana kelak di hari kiamat nanti orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu itu, dan tidak ada yang bisa masuk lewat pintu itu Seorang pun kecuali mereka yang berpuasa serta penjaga pintu itu selalu mengucapkan: “Mana orang-orang yang berpuasa ?”. Kemudian mereka berdiri dan tak seorang pun selain mereka yang boleh masuk lewat pintu itu. Jika semua orang yang berpuasa itu telah masuk semua maka pintu itu ditutup. Oleh sebab itulah tak seorang pun yang bisa masuk lewat pintu itu selain mereka (yang berpuasa)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang hamba yang mengerjakan puasa sehari saja semata-mata karena Allah melainkan dirinya akan dijauhkan dari api neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun karena puasanya yang sehari itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan ridha Allah semata maka dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika telah datang bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, serta dibelenggulah setan-setan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Berpuasalah kamu sebab melihat bulan dan berbukalah kamu karena melihat bulan. Apabila cuaca buruk maka sempurnakanlah bilangan bulan sya’ban yakni digenapkan tiga puluh hari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Bila cuaca buruk (berawan) maka kamu semua harus berpuasa tiga puluh hari”.
1, Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. adalah orang yang paling pemurah dari semua orang, terlebih lagi bila di bulan Ramadhan yaitu bulan dimana beliau selalu ditemui oleh Malaikat Jibril. Hampir setiap malam Jibril datang untuk bertadarrus Al Qur’an. Sungguh, beliau lebih pemurah lagi bila telah ditemui malaikat Jibril melebihi angin yang kencang”. (HR. Brikhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Bila telah masuk sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan maka Rasulullah saw. selalu menghiduphidupkan malam-malam itu dengan ibadah dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan sarungnya (tidak menggauli istrinya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Janganlah kamu semua mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari selain orang yang sudah terbiasa melakukan puasa. (Bagi orang yang sudah terbiasa menjalankan puasa) maka berpuasalah pada hari itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu berpuasa sebelum datang bulan Ramadhan. Berpuasalah kamu karena melihat bulan dan berbukalah kamu karena melihat bulan. Dan bila bulan terhalang awan maka sempurnakanlah hingga tiga puluh hari”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila telah sampai pertengahan bulan Sya’ban maka janganlah kamu berpuasa”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Yaqdhan Ammar bin Yasir ra. ia berkata: “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang masih diragukan (yaitu tanggal 30 sya’ban), maka benar-benar telah berbuat maksiat kepada Abul Qasim (Nabi Muhammad saw.)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Thalhah bin Ubaidillah ra. ia berkata: “Sesungguhnya jika Nabi saw. melihat bulan terbit, maka beliau membaca: “”ALLAAHUMMA AHILLAHU “ALAINAA BIL AMNI WAL IIMAANI WASSALAAMATI WAL ISLAAMI. RABBII WA RABBUKALLAAHU HILAALU RUSYDIN WA KHAIRIN (Ya Allah, terbitkanlah bulan itu kepada kami dengan aman, iman dan selamat serta Islam. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, bulan yang membawa petunjuk dan kebaikan”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sahurlah kamu semua karena di dalam sahur itu terdapat berkah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Zaid bin Tsabit ra. ia berkata: “Kami sahur bersama Nabi saw. lalu kami mengerjakan shalat”. Ada seseorang yang bertanya: Berapa lama diantara sahur hingga shalat Subuh itu?”. ia menjawab: “Kurang lebih bacaan lima puluh ayat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Tukang adzan Nabi saw. ada dua orang yaitu Bilal dan putra Ummu Maktum. Rasulullah saw. bersabda: “Bila Bilal mengumandangkan adzan malam maka makan minumlah kamu semua hingga kamu mendengar adzannya putra Ummu Maktum”. Beliau melanjutkan sabdanya: “Jarak antara kedua adzan itu hanya sekedar . turunnya yang pertama (Bilal) dan naiknya yang kedua (yaitu Ummu Maktum)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Keutamaan antara puasa kami dan puasanya ahli kitab adalah makan sahurnya “. (HR. Muslim).
- Dari Sahl bin Saad ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Manusia itu selalu dalam kebaikan selama mereka segera berbuka puasa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Athiyah ra. ia berkata: “Saya bersama dengan Masrug pergi kepada Aisyah ra., lalu Masrug berkata kepada Aisyah ra.: “Ada dua orang laki-laki sahabat Nabi saw. ingin mengejar suatu kebaikan, dimana yang satu menyegerakan berbuka sebelum shalat Maghrib dan orang yang kedua berbuka setelah Shalat Maghrib”. Aisyah ra. bertanya: “Siapakah yang menyegerakan berbuka sebelum shalat Maghrib ?”, Masrug menjawab: “Abdullah, yakni Abdullah bin Mas’ud”. Kemudian Aisyah ra. berkata: “Demikianlah Rasulullah saw. melakukannya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah azza wajalla berfirman: “Hamba-Ku yang paling Aku (Allah) senangi adalah yang paling cepat jika berbuka puasa”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Umar bin Khattab ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika telah datang malam dari sini (Timur) dan waktu siang telah berlalu dari sini dan matahari telah terbenam maka orang yang berpuasa boleh berbuka”. ( HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abu Aufa ra. ia berkata: “Kami pergi bersama dengan Rasulullah saw., sedangkan beliau saat itu sedang berpuasa. Dan ketika matahari terbenam maka beliau bersabda kepada salah seorang diantara para sahabat: “Hai Fulan, turun dan buatkan makanan untuk kami”. Ia menjawab: “Nanti sore saja”. Beliau bersabda lagi: “Turun dan buatkan makanan untuk kami”. la menjawab: “Hari masih siang”. Beliau bersabda lagi: “Turun dan buatkan makanan untuk kami”. Abu Ibrahim berkata: “Lantas Fulan tadi turun dan membuatkan makanan untuk para sahabat. Rasulullah saw. minum lalu bersabda: “Bila kamu semua mengetahui bahwa waktu malam telah datang dari sini, maka orang yang berpuasa boleh berbuka”. Beliau menunjuk ke arah Timur”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Salman bin Amir Ad Dabiyyi As Sahabi ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jika berbuka salah seorang dari kamu maka hendaknya berbuka dengan kurma. Jika tidak ada maka berbukalah dengan air sebab air itu dapat membersihkan”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. selalu berbuka dengan beberapa bijih kurma yang baru masak sebelum menjalankan shalat. Jika tidak ada kurma yang baru masak maka beliau berbuka dengan beberapa bijih kurma kering. Dan jika tidak ditemukan kurma kering, maka beliau berbuka dengan meneguk air beberapa teguk”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor, dan jangan ributribut (marah-marah). Dan jika ada orang memaki atau mengajak berkelahi maka hendaknya berkata: “Aku sedang berpuasa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak suka meninggalkan berkata dusta dan selalu menyjalankannya maka Allah tidak akan memperdulikan puasanya itu dimana ia telah bersusah payah meninggalkan makan dan minum”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kamu lupa lalu ia makan atau minum maka hendaknya ia menyempurnakan puasanya, sebab Allah-lah yang telah memberi makan dan minum kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Lagith bin Sabrah ra. ia berkata : “Saya bertanya : “Ya Rasulullah saw., beritahukan kepada kami tentang wudhu ?”. Beliau menjawab: “Sempurnakan wudhumu, basuhlah sela-sela jarimu dan perdalamlah di dalam menghirup air ke dalam hidung kecuali bila kamu berpuasa”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seutama-utama puasa setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di waktu malam”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Nabi saw. tidak pernah berpuasa melebihi puasanya di bulan Sya’ban dimana beliau sering berpuasa sebulan penuh dalam bulan Sya’ban itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Beliau sering berpuasa hampir penuh satu bulan dan hanya sedikit yang tidak puasa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Mujibah Al Bahiliyah dari ayahnya atau dari pamannya bahwasanya ia pernah datang kepada Nabi saw. kemudian ia pergi lama. Dan setelah satu tahun ia kembali dan datang kepada Nabi saw. dalam keadaan sudah berubah bentuk dan sikapnya, lantas ia berkata: “Ya Rasulullah, apakah tuan masih mengenal saya ?”. Beliau malah balik bertanya: “Siapakah kamu?”. Ia menjawab: “Saya Bahili, Orang yang pernah datang kepada tuan setahun yang lalu”. Nabi saw. bertanya: “Mengapakah kamu sudah berubah bentuk yang demikian bagusnya ?”. Ia menjawab: “Sejak saya berpisah dengan tuan, saya tidak pernah makan kecuali di waktu malam”. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Kamu telah menyiksa dirimu. Puasalah pada bulan Ramadhan dan satu hari setiap bulan”. Ia berkata: “Tambahlah bagi saya, sebab saya masih merasa kuat”. Beliau menjawab: “Puasalah tiga hari setiap bulan”. Ia berkata: “Tambahlah bagi saya, sebab saya masih merasa kuat”. Beliau bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan yang dimuliakan dan berhentilah. Beliau berkata seperti ini hingga tiga kali sambil menunjukkan jarinya yang tiga dan dikumpulkan lantas direnggangkan jarinya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada suatu har: dimana seseorang beramal shalih di dalamnya lebih disenangi oleh Allah daripada hari-hari ini yaitu sepuluh hari permulaan bulan Dzulhijjah”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah saw., meskipun berjuang dijalan Allah ?”“. Beliau bersabda: “Meskipun hanya berjuang dijalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya lalu ia tidak menginginkan balasan apa-apa daripada yang telah dikorbankannya”” (HR. Bukhari).
- Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah ditanya mengenai puasa di hari Arafah, lalu beliau menjawab: “Puasa pada hari itu (Arafah) dapat menebus dosa setahun yang telah lalu dan dosa setahun yang akan datang”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh orang-orang supaya berpuasa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Qatadah ra. bahwasanya Rasulullah saw. pernah ditanya tentang puasa pada hari Asyura, lalu beliau menjawab: “Puasa itu dapat menebus dosa setahun yang telah lalu”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata aku (Nabi saw.) masih hidup hingga tahun mendatang pasti aku akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharram”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Ayyub ra. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikutinya dengan berpuasa enam hari.di bulan syawal maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Qatadah ra. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. pernah ditanya tentang puasa hari senin, lalu beliau bersabda: “Hari Senin itu adalah hari kelahiranku, hari mulai aku diutus dan merupakan hari permulaan Al Qur’an diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Amal perbuatan itu diperiksa setiap hari Senin dan Kamis. Oleh karena itu. aku merasa senang bila saat diperiksa amalku sementara aku sedang berpuasa”. (HR. Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. selalu bersungguh-sungguh dalam berpuasa Senin Kamis”. (HR. At Turmudzi).
Puasa tiga hari setiap bulan yang paling utama adalah puasa pada ayyamul biidh, yaitu puasa tanggal 13, 14 dan 15. Ada yang mengatakan bahwa ayyamul biidh itu adalah tanggal 12, 13, dan 14. Namun pendapat pertama yang lebih masyhur.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Kekasihku Rasulullah telah berpesan kepadaku tentang tiga hal yaitu supaya saya berpuasa tiga hari setiap bulan, supaya saya melakukan shalat Dhuha dua rakaat dan hendaknya saya shalat Witir sebelum tidur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Darda’ ra. ia berkata : “Kekasihku Rasulullah saw. telah berpesan kepadaku untuk tidak meninggalkan tiga hal selama hidup saya, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan supaya saya tidak tidur sebelum mengerjakan shalat Witir”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Berpuasa tiga hari setiap bulan adalah seperti puasa sepanjang masa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Mu’adzah Al Adawiyah bahwasanya ia pernah bertanya kepada Aisyah ra “Apakah Nabi saw. selalu berpuasa tiga hari setiap bulannya ?”. Aisyah ra. menjawab: “Ya” Lalu saya bertanya lagi: “Bulan apa saja beliau berpuasa?”. Aisyah ra. menjawab: “Tidak perduli bulan apa beliau berpuasa”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika kamu hendak berpuasa tiga hari setiap bulan maka berpuasalah pada tanggal 13, 14 dan 15”. (HR. Turmudzi).
- Dari Qatadah bin Milhan ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah menyuruh kami berpuasa pada hari ayyamul biidh yakni tanggal 13, 14, dan 15”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. tidak pernah berbuka (tidak berpuasa) pada ayyaamul biidh, baik beliau berada di rumah maupun sedang bepergian”. (HR. Nasai).
- Dari Zaid bin Khalid Al Juhanni ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang memberi buka (makanan) pada orang yang berpuasa maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa itu dengan tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ummu Umarah Al Anshari ra. bahwasanya Rasulullah saw. datang ke rumah Ummu Umarah dan ia pun menghidangkan makanan untuk beliau, lantas beliau bersabda: “Makanlah hai Ummu Umarah”. Ia menjawab: “Saya sedang berpuasa”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya orang yang berpuasa akan selalu didoakan oleh Malaikat bila ada orang makan di tempatnya sampai orang itu selesai makan atau sampai orang itu menjadi kenyang”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. datang kepada Saad bin Ubadah ra. lalu Ubadah menghidangkan roti dan mentega. Maka beliau pun memakannya seraya bersabda: “Telah berbuka orang-orang yang berpuasa di tempatmu dan mereka memakan makananmu serta Malaikat mendoakanmu”. (HR. Abu Daud). .
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. beri’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. selalu beri’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau dipanggil Allah. Kemudian setelah beliau wafat maka kebiasaannya itu diteruskan oleh para istri beliau”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Biasanya Rasulullah saw. beri’tikaf sepuluh hari di bulan Ramadhan. Kemudian pada tahun dimana beliau wafat, beliau beri’tikaf dua puluh hari (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa yang mengingkarinya maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan sesuatu dari alam semesta”. (QS. Ali Imran: 97).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Islam itu ditegakkan atas lima dasar yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad saw. adalah utasan-Nya, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan berpuasa pada bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda dalam suatu khutbahnya: “Hai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji kepada kamu semua. Oleh karena itu berhajilah”. Ada seorang laki-laki bertanya: “Apakah harus pergi haji setiap tahun, ya Rasulullah saw.?“. Beliau diam sejenak, hingga laki-laki itu bertanya sampai tiga kali, baru kemudian beliau menjawab: “Seandainya takut mengatakan “ya” berarti menjadi wajib, dan pasti kamu tidak mampu”. Beliau terus bersabda: “Tinggalkan apa yang tidak aku perintahkan, sebab ummat-ummat terdahulu binasa lantaran banyaknya pertanyaan dan karena mereka senang berselisih dengan Nabinya. Maka dari itu, bila aku perintahkan kepadamu sesuatu hal maka laksanakanlah dengan sekuat tenagamu, dan apa yang aku larang maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Nabi saw. pernah ditanya : “Amal perbuatan apakah yang paling utama ?“. Beliau menjawab: “Yaitu beriman kepada Allah dan rasul-Nya”. la bertanya: “Kemudian apa lagi ?“. Beliau menjawab: “Berjuang di jalan Allah”. Ia bertanya lagi: ‘ Kemudian apa lagi ?“. Beliau menjawab: “Haji yang mabrur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan haji lalu ia tidak berkata kotor dan tidak melakukan kefasikan, maka ia kembali bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasutullah saw. bersabda: “Satu umrah sampai umrah berikutnya merupakan penebus atas dosadosa yang terjadi diantara kedua umrah itu, dan haji mabrur tiada balasannya kecuali surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Ya Rasulullah, menurut kami amal perbuatan yang paling utama itu berjuang di jalan Allah. Tidakkah kami lebih baik selalu berjuang di jalan Allah terus-menerus ?”. Beliau menjawab: “Tetapi berjuang di jalan Allah yang paling utama adalah haji mabrur”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada hari dimana Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka melebihi daripada dalam hari Arafah”. (HR. Muslim). –
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Melakukan umrah pada bulan Ramadhan dapat menyamai haji atau dapat menyamai haji bersama aku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Bahwasanya ada seorang wanita bertanya: “Ya Rasuluilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan hamba-Nya untuk berhaji. Tetapi pada saat kewajiban itu sampai kepada ayahku usianya sudah sangat tua dimana ta sudah tidak mampu lagi untuk bepergian. Apakah boleh saya menghajikannya ?”. Beliau menjawab: “Boleh” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Lagith bin Amir ra. bahwasanya ia datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Sesungguhnya ayahku adalah seorang tua renta yang tidak mampu untuk berangkat haji dan umrah bahkan ia tidak dapat bepergian sama sekali”. Beliau bersabda: “Berhaji dan umrahlah kamu untuk ayahmu”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Saib bin Yazid ra. ia berkata: “Saya pernah berhaji bersama dengan Rasulullah saw. yaitu pada waktu haji wada’ yang mana saat | itu saya baru berumur tujuh tahun”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi saw. bertemu dengan suatu rombongan di Rauha’ lalu beliau bertanya: “Siapakah rombongan itu?”. Mereka menjawab: “Orang-orang Islam”. Lalu mereka ganti bertanya: “Dan kamu semua Siapa ?”. Beliau menjawab: “Saya adalah utusan Allah”. Lalu seorang wanita mengangkat anak kecilnya sambil bertanya: “Apakah anak kecil ini juga berhaji ?”. Beliau menjawab: “Ya” dan pahalanya untuk kamu”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah berhaji dengan naik kendaraan sedangkan kendaraan itu sambil membawa be kalnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Abbas ra. la berkata: ““Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz merupakan pasarpasar sejak jaman jahiliah. Kaum muslimin merasa khawatir berdosa jika berdagang pada musim haji, lantas turun ayat: LAISA “ALAIKUM JUNAAHUN ANTABTAGHUU FADHLAM MIN RABBIKUM (Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia Tuhanmu) dalam musim haji”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semua. Dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. At Taubat: 36).
Allah ta’ala berfirman: “Telah diwajibkan atas kamu untuk perang, padahal berperang itu adalah suatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal sesuatu itu amat baik bagimu, dan boleh jadi pula sesuatu itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Bagarah: 216).
Allah ta’ala berfirman: “Berangkatlah kamu, baik kamu merasa ringan ataupun merasa berat. Dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu pada jalan Allah”. (QS. At Taubah : 41).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam kitab taurat, injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah ?. Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan, dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. At Taubah : 111).
Allah ta’ala berfirman: “Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk (tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai udzur dengan orang-orang yang berjihad pada jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut perang) satu derajat. Kepada masingmasing mereka, Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk (tidak ikut perang) dengan pahala yang besar, yaitu beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang”. (QS. An Nisa’ : 95 – 96).
Alah ta’ala bertirman : “Har orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu pernyataan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?. (Yaitu) kamu periman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjhad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan memasukkan kamu ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi karunia lain) yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Ash Shaf: 10-13).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah ditanya tentang amal apakah yang paling utama ?”. Beliau menjawab: “Beriman kepada Allah dan rasul-Nya”. Ditanyakan: “Lalu apa lagi”. Beliau menjawab: “Berjihad di jalan Allah”. Ditanyakan lagi: “Kemudian apa lagi ?”. Beliau menjawab: “Haji mabrur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud. ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw., amal apakah yang paling disukai oleh Allah?”. Beliau menjawab: “Mengerjakan shalat tepat waktunya”. Saya bertanya lagi: “Lalu apa lagi ?”. Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Saya bertanya lagi: “Lalu apa lagi ?”. Beliau menjawab: “Berjihad pada jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata : “Saya bertanya kepada Rasulullah saw.: “Amalan apakah yang paling utama, ya Rasulullah saw.?”. Beliau menjawab: “Beriman kepada Allah dan berjihad di jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, pergi di waktu pagi atau sore untuk berjihad di jalan Allah itu lebih baik daripada dunia seisinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said, Al Khudri ra. ia berkata: “Telah datang seorang laki-laki kepada beliau dan bertanya: “Siapakah manusia yang paling utama ?”. Beliau menjawab: “Yaitu orang mukmin yang berjuang dengan diri dan hartanya di jalan Allah”. Kemudian siapa lagi ?. Beliau menjawab: “Orang mukmin yang menyendiri di tempat yang sunyi untuk menyembah kepada Allah dan menjauhi manusia sebab kejahatannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Saad ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Penjaga garis depan perjuangan fi sabilillah sehari lebih baik daripada dunia seisinya. Tempat cambuk di dalam surga lebih baik daripada dunia seisinya. Dan seorang yang pergi berjuang di jalan Allah, baik di waktu pagi maupun sore itu lebih baik daripada dunia seisinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Salman ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Berjaga pada garis terdepan (dalam jihad) sehari saja lebih baik daripada berpuasa sebulan penuh yang waktu malamnya digunakan untuk beribadah. Dan jika ia mati saat berjaga itu maka dilanjutkanlah amalnya yang sudah biasa dilakukan, dan dilanjutkan pula rizkinya serta diselamatkan dari siksa kubur”. (HR. Muslim).
- Dari Fadhalah bin Ubaid ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Setiap orang yang meninggal dunia akan terputus semua amalnya kecuali amalnya orang yang berjaga di jalan Allah (berjihad). Sesungguhnya amal itu akan terus berkembang hingga besok hari kiamat, dan ia akan selamat dari fitnah kubur”. (HR. Abu Daud dam At Turmudzi).
- Dari Utsman ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Berjaga di garis terdepan dalam jihad sehari lebih baik daripada seribu hari di lain tempat”. (HR. At Turmudzi).
Pa | 10. Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah telah menjamin orang yang keluar untuk berjuang dijalan Allah dimana keluarnya itu semata-mata hanya untuk berjihad pada jalanku, ia beriman kepada Allah dan membenarkan risalah Allah dengan jaminan masuk surga dan ia akan dikembalikan kepada keluarganya dengan membawa pahala dan harta rampasan. Demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, tiada luka yang menimpanya sewaktu berjuang melainkan besok pada hari kiamat ia akan datang sebagaimana keadaannya waktu terluka, warna darahnya merah tetapi baunya seperti bau minyak kasturi. Demi Dzat yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, andaikata tidak terlalu memberatkan kepada kaum muslimin pasti aku tidak akan meninggalkan peperangan untuk berjuang pada jalan Allah selama-lamanya namun aku tidak mendapatkan kesempatan hingga aku membebankan kepada mereka. Tetapi mereka juga tidak mendapatkan kesempatan hingga aku membebankan kepada mereka dan mereka merasa berat untuk meninggalkan aku. Demi Dzat yang jiwaku (Muhammad) dalam genggaman-Nya, aku ingin berjihad sampai titik darah penghabisan lalu hidup dan berjihad lagi dan tewas lagi, kemudian hidup lagi dan berjihad lagi dan tewas di medan laga”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang yang terluka sewaktu berperang di jalan Allah, melainkan ia akan datang besok hari kiamat dalam keadaan masih basah bermandikan darah dimana warna darahnya merah tetapi baunya berbau minyak kasturi”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Muadz ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang berjuang dalam perjuangan di jalan Allah selama orang memerah susu unta maka wajib baginya masuk surga. Dan barangsiapa yang terluka dalam berperang maka kelak pada hari kiamat ia akan datang sederas darah yang mengalir sewaktu terkena luka. Luka itu warnanya seperti zakfaran dan berbau minyak kasturi”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Seorang sahabat Nabi saw. berjalan di suatu lembah maka dilihatnya ada sebuah mata air yang segar lalu ia merasa kagum dan berkata: “Andaikata saya menyendiri (meninggalkan manusia) lalu saya beribadah di lembah ini, tetapi saya tidak akan melakukannya sebelum mohon ijin kepada Nabi saw.”. Lalu ia mengutarakan kehendaknya kepada beliau, maka beliau bersabda: “Janganlah kamu melakukan seperti itu. Sesungguhnya ikut serta seseorang dalam perjuangan dijalan Allah lebih utama daripada shalat di rumah selama tujuh puluh tahun. Apakah kamu semua tidak senang jika Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu kedalam surga ?“. Berjuanglah dijalan Allah Ba rangsiapa yang berjihad/berjuang di jalan Allah selama orang memerah susu unta maka ia masuk surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Ada seseorang bertanya: “Perbuatan apakah yang dapat menyamai dengan berjihad di jalan Allah?”. Beliau menjawab: “Kamu tidak akan mampu untuk melakukannya”. Beliau mengulangi jawabannya hingga dua atau tiga kali, dimana beliau tetap bersabda: “Kamu tidak akan mampu untuk melakukannya”. Lantas beliau bersabda: “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang selalu berpuasa, beribadah, membaca Al Qur’an dengan tiada berhenti dari puasa dan shalat sampai orang yang berjihad di jalan Allah itu kembali (dari perang)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dikatakan, bahwa ada seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amal perbuatan yang dapat menyamai berjihad di jalan Allah”. Beliau bersabda: “Tidak pernah saya dapatkan”. Lantas beliau melanjutkan sabdanya: “Apakah kamu mampu bila ada orang pergi berjihad di jalan Allah terus kamu masuk masjid mengerjakan shalat dengan tidak ada hentihentinya dan kamu berpuasa tanpa berbuka ?”. Beliau bersabda lagi: “Siapa yang mampu berbuat yang demikian ini?”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik penghidupan seseorang adalah orang yang memegang tali kendali kudanya untuk berjihad di jalan Allah, dimana setiap kali mendengar panggilan untuk berjihad di jalan Allah maka segera ia melompat ke atas punggung kudanya dengan menyerahkan dirinya untuk terbunuh dimana pun juga. Atau seseorang yang hidup dengan ternaknya di suatu lembah dimana ia selalu mengerjakan shalat, menunaikan zakat dan beribadah kepada Tuhannya hingga ia meninggal dunia dan ia selalu berhubungan dengan manusia di situ dengan baik”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu ada seratus derajat yang telah disediakan oleh Allah untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, dimana jarak antara derajat yang satu dengan derajat lainnya seperti jarak antara langit dengan bumi”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang merasa puas dengan Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasul maka baginya berhak masuk surga”. Kemudian Abu Said merasa heran, lalu berkata: “Coba ulangi sekali lagi, ya Rasulullah saw. “. Maka beliau pun mengulangi lagi, dan bersabda: “Dan masih ada yang lain, yaitu Allah akan mengangkat hamba-Nya dengan seratus derajat di dalam surga yang mana jarak antara derajat yang satu dengan lainnya itu seperti jarak antara langit dengan bumi”. Abu Said bertanya: “Apakah stu, ya Rasulullah “saw. ?”. Beliau menjawab: “Berjihad di jalan Allah”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Bakr bin Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Saya mendengar kata-kata ayah saya sewaktu berada di depan musuhnya: “Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pintupintu surga itu berada dibawah naungan pedang”. Lalu ada seseorang yang berpakaian kusut bangkit dan bertanya : “Hai Abu Musa, apakah kamu benar-benar mendengar beliau bersabda seperti itu ?”. Abu Musa menjawab: “Ya benar”. Maka segera orang itu kembal! kepada teman-temannya dan berkata: “Saya ucapkan selamat kepadamu”. Kemudian ia memecahkan tempat pedang dan membuangnya lalu berangkat dengan pedang terhunus menuju ke tempat lawan dan berperanglah ia hingga meninggal dunia”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abs Abdur Rahman bin Jabr ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada kaki seorang hamba yang telah terkena debu sewaktu berjuang di jalan Allah melainkan kakinya itu tidak akan tersentuh api neraka”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, RasululJah saw. bersabda: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah hingga susu kembali ke teteknya. Dan tidak akan berkumpul debu yang menempel pada seorang hamba sewaktu berjihad di jalan Allah dengan asapnya neraka jahanam”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka, yaitu mata yang suka menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga malam dalam jihad fi sabilillah”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Zaid bin Khalid ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mempersiapkan bekal untuk orang yang berperang di jalan Allah, maka ia dianggap telah ikut berperang. Dan barangsiapa yang menjaga keluarga orang yang pergi berjuang di jalan Allah dengan baik maka ia telah dianggap ikut berperang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Umamah ra. ia berkata: “RaSulullah saw. bersabda: “Seutama-utama sedekah adalah mempersiapkan tenda untuk naungan sewaktu berperang dijalan Allah, memberikan pelayan untuk ikut berperang-di jalan Allah atau memberi kendaraan yang kuat untuk digunakan berperang di jalan Allah”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. bahwasanya ada seorang pemuda dari suku Aslam berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin ikut berperang namun aku tidak memiliki bekal apa-apa”. Bellau bersabda: “Datanglah kamu kepada Fulan sebab ia telah siap ikut berperang namun mendadak ia sakit”. Lantas pemuda itu datang kepada Fulan dan berkata: “Rasulullah saw. kirim salam buat kamu”, dan pemuda itu juga berkata: “Berikanlah bekal yang telah kamu siapkan itu kepadaku”. Lalu Fulan berkata kepada istrinya: “Berikanlah bekal yang telah saya persiapkan itu kepadanya dan jangan kamu menahannya barang sedikit pun. Demi Allah, jangan kamu menahannya sedikit pun dari bekal itu pasti kamu akan mendapatkan berkat”.(HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah mengutus pasukan kepada bani Lahyan di mana beliau bersabda: “Tiap rumah yang didalamnya terdapat dua orang laki-laki hendaknya keluar seorang untuk berjihad dan (yang seorang lagi menjaga rumah), sedangkan pahalanya dibagi antara keduanya itu”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Setiap ada dua orang laki-laki dalam suatu rumah maka hendaklah mengirim seorang (untuk berjuang). Kemudian beliau bersabda kepada seorang yang tinggal di rumah: “Siapa yang tinggal di rumah menjaga keluarga dan harta orang yang pergi berjuang dengan baik maka ia mendapatkan bagian pahala setengah dari pahala orang yang pergi berjuang”.
- Dari Al Barra’ ra. ia berkata: “Telah datang seorang laki-laki berpakaian besi kepada Nabi saw. dan bertanya : “Ya Rasulullah, apakah saya ini berperang dulu atau masuk Islam dulu ?”. Maka beliau menjawab: “Masuklah Islam dulu baru kamu berperang”. Maka ia pun masuk Islam lalu pergi perang hingga terbunuh. Kemudian beliau bersabda : “Ia telah berbuat sedikit tetapi pahalanya sangat besar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang yang telah masuk surga ingin kembali lagi ke dunia meskipun ia memiliki kekayaan yang melimpah banyaknya kecuali orang yang mati syahid. Ia (orang yang mati syahid) ingin kembali lagi ke dunia kemudian terbunuh (dalam berperang) sebanyak sepuluh kali karena ia melihat kehormatan yang diberikan kepadanya (di surga)”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sebab ia melihat kelebihan orang yang berjihad”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah, bersabda: “Semua dosa orang yang mati syahid itu diampuni oleh Allah kecuali hutangnya”. (HR. Muslim). :
Dalam riwayat lain dikatakan: “Mati sewaktu ikut berjuang di jalan Allah itu sebagai penebus semua dosanya kecuali hutangnya .
- Dari Abu Qatadah ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah berdiri di tengah-tengah para sahabatnya untuk menyampaikan pidato dimana beliau bersabda bahwa berjuang di jalan Allah dan beriman kepada Allah itu merupakan amal perbuatan yang paling utama. Lalu ada seseorang yang bangkit dan bertanya: “Ya RaSulullah saw. bagaimana jika saya mati terbunuh dalam berjuang di jalan Allah, apakah dosa-dosaku diampuni oleh Allah ?”. Beliau bersabda: “Benar, bila kamu terbunuh sewaktu . berjuang di jalan Allah sedangkan kamu sabar, ikhlas maju pantang mundur”. Kemudian beliau bertanya: “Apa yang kamu tanyakan tadi ?”. Ia menjawab: “Bagaimana jika saya mati terbunuh dalam berjuang di jalan Allah, apakah dosa-dosaku diampuni oleh Allah ?”. Beliau lalu bersabda kepadanya: “Ya, bila kamu mati terbunuh sedangkan kamu sabar, ikhlas dan maju pantang mundur (tidak membelakangi musuh) kecuali hutang. Sebab Jibril berkata kepadaku demikian”. (HR. Muslim).
30 Dari Jabir ra. ia berkata: “Seorang lakilaa bertanya : “Di manakah tempat saya, ya Rasulullah jika saya mati terbunuh ?”. Beliau menjawab: “Di dalam surga”. Lalu ia melemparkan beberapa butir kurma yang ada di tangannya, kemudian ia bergegas pergi perang hingga terbunuh”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata : “Rasulullah saw. diiringi para sahabatnya telah lebih dahulu sampai di Badr daripada orang musyrikin. Tak lama kemudian datanglah orang-orang musyrik, maka Rasulullah saw. bersabda: “Jangan sekali-kali ada seseorang dari kamu yang maju atau berbuat sebelum aku memulainya”. Lalu Orang-orang musyrik mendekat maka beliau bersabda: “Bangkitlah kamu semua menuju ke Surga yang luasnya seluas langit dan bumi”. Anas ra. berkata: “Umair bin Humam Al AnShari ra. bertanya: “Ya “Rasulullah saw., apakah surga itu luasnya seluas langit dan bumi ?” Jawab beliau: “Benar”. lalu Umair berkata: “Untung, untung”. Rasulullah saw. bertanya: “Mengapa kamu berkata untung, untung ?”. Umair menjawab: “Tidak ada apa-apa ya Rasulullah saw., hanya saja saya ingin menjadi ahli surga”. Beliau akhirnya bersabda : “Sesungguhnya kamu termasuk ahli surga”. Kemudian ia mengeluarkan beberapa butir kurma dari kantongnya dan memakannya, lantas berkata: “Andaikata saya hidup sampai menghabiskan kurma ini, berarti terlalu lama hidup saya ini. Lalu dibuangnya kurma yang tersisa di tangannya dan ia maju memerangi orang-orang musyrik/ kafir hingga ia gugur di medan perang”. (HR. Muslim)
- Dari Anas ra. ia berkata: “Orang-orang Najd datang menghadap Nabi saw. dan mereka mengusulkan agar beliau berkenan mengirim para sahabat yang dapat mengajarkan Al Qur’an dan sunnah Nabi saw. kemudian beliau mengabulkan permohonannya dan dikirimlah tujuh puluh sahabat Anshor yang dikenal sebagai Al Ourra’ itu. Diantara mereka yang dikirim itu adalah pamanku yang bernama Haram. Ke tujuh puluh sahabat Anshor itu benar-benar mahir untuk membaca Al Qur’an dan mereka sangat tekun membacanya di waktu malam hari. Sedangkan di siang harinya mereka bekerja keras untuk membantu memenuhi kebutuhan orang-orang Sufi yang menetap di serambi Masjid dan para fakir miskin dengan cara mengambilkan air dan diletakkan di serambi Masjid dan mengambil kayu bakar lalu dijual dan dibelikan bahan makanan buat mereka. Setelah Nabi saw. melepas mereka (para sahabat Al Ourra”), tiba-tiba mereka dibunuh di tengah perjalanan oleh orang-orang Najd yang tidak bertanggung jawab sebelum mereka sampai di tempat tujuan. Sebelum mati terbunuh mereka berdoa: “Ya Allah, sampaikanlah tentang berita peristiwa pembunuhan ini kepada Nabi kami, bahwa kami sudah gugur bertemu dengan Engkau. Sungguh kami telah ridha kepada-Mu dan juga Engkau telah meridhai kami”. Dan diantara orang-orang Najd itu sewaktu membunuh pamanku yang bernama Haram, ia menikam pamanku (yakni pamannya Anas ra.) dengan tombak dari belakang hingga tembus ke dadanya, dan ketika itu Haram berkata: “Beruntunglah aku, demi Tuhan penguasa Ka’bah”. Kemudian beliau bersabda : Bahwasanya saudarasaudaramu telah gugur terbunuh, dan mereka berdoa: “Ya Allah, sampaikanlah tentang peristiwa pembunuhan ini kepada Nabi kami, bahwa kami telah gugur bertemu dengan Engkau. Sungguh kami telah ridha kepada-Mu dan juga Engkau telah meridhai kami”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Pamanku yaitu Anas bin Nadhr tidak hadir dalam perang Badr, lalu ia berkata: “Ya Rasulullah saw., saya tidak dapat ikut pada peperangan pertama dimana tuan menghadapi kaum musyrikin Andaikata Allah mentakdirkan saya bisa ikut memerangi kaum musyrikin pasti Allah akan melihat apa yang akan saya lakukan” Sewaktu tiba saatnya perang Uhud dimana sebagian kaum muslimin lari meninggalkan medan peperangan maka ia berdoa: “Ya Allah SWT saya mohon maaf atas perbuatan teman-temanku dan saya berlepas diri kepada-Mu dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik”. Kemudian ia maju perang dan bertemu dengan Sa’ad bin Mu’adz lantas berkata: “Hai Sa’ad bin Mu’adz, demi Tuhannya Nadhr, mari kita ke surga. Sesungguhnya saya sudah mencium baunya surga di dekat bukit Uhud”. Sa’ad berkata: “Ya Rasulullah saw., saya tidak mam. pu mengikuti perjuangannya”. Anas ra. berkata: “Kami temukan luka-luka di badannya sebanyak delapan puluh lebih berupa tikaman pedang, tombak dan anak panah dan kami menemukannya sudah terbunuh dicincang oleh kaum musyrikin hingga tidak ada yang mampu mengenalinya kecuali saudara putrinya yang mengenal ujung-ujung jarinya”. Anas ra. juga berkata: “Kami berpendapat bahwa sebab diturunkannya ayat berikut ini adalah sebab peristiwa itu. Ayat itu adalah: “MINAL MUKMINIINA RIJAALUN SHADAOUU MAA’AAHADUULLAAHA ‘ALAIHI FAMINHUM MAN OADHAA NAHBAHU (Diantara orang-orang mukmin itu ada seorang laki-laki yang menepati janjinya kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah janjinya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Samurah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tadi malam aku bermimpi ada dua orang datang kepadaku dan mengajakku naik ke sebuah pohon. Lalu kedua orang itu memasukkan aku ke dalam sebuah rumah yang sangat bagus dan lengkap yang belum pernah aku melihat rumah yang lebih bagus dari rumah itu, kedua orang itu berkata: “Rumah ini adalah rumahnya orang-orang yang mati syahid”. (HR Bukhari).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya Ummu Rabi’ binti Al Barra’ yakni Ummu Haritsah bin Suragah datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya Rasulullah, tidakkah tuan ceritakan kepadaku tentang Haritsah yang mati terbunuh pada perang Badr. Jika ia berada di dalam surga maka aku akan bersabar dan bila ia di dalam neraka maka aku akan berusaha untuk meratapinya”. Beliau bersabda: “Hai Ummu Haritsah, sesungguhnya surga itu bertingkat-tingkat dan Haritsah (putramu) itu berada di surga Firdaus yaitu suatu tingkatan surga yang sangat tinggi”. (HR. Bukhari).
- Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: “Ayahku yang telah gugur dalam perang Uhud dibawa menghadap Nabi saw. sedangkan ia telah dicincang oleh kaum musyrikin. Kemudian saya ingin membuka mukanya tetapi para sahabat melarangku. Lantas Nabi saw. bersabda: “Malaikat selalu menaunginya dengan sayapnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Hunaif ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang benar-benar minta mati syahid, maka Allah akan menyampaikannya ke tingkatan orangorang yang mati syahid meskipun ia meninggal dunia di atas ranjangnya (tempat tidurnya)”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang minta mati syahid maka ia akan dikabulkannya meskipun ia mati terbunuh”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada yang dirasakan oleh orang yang mati syahid ketika terbunuh melainkan hanya seperti dicubit”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Abu Aufa ra. bahwasanya Rasulullah saw. pada suatu hari ketika menanti datangnya musuh hingga matahari tergelincir ke barat, kemudian beliau berkhutbah sambil berdiri di tengah-tengah para sahabatnya: “Hai manusia, janganlah kamu mengharapkan kedatangan musuh dan mohonlah keselamatan kepada Allah. Dan andaikata kamu terlanjur menghadapi musuh maka bersabarlah dan ketahuilah bahwa surga itu berada di bawah naungan pedang”. Lantas beliau berdoa: ALLAAHUMMA MUNZILAL KITAABI, WAMUJRIYAS SAHAABI WAHAAZIMAL AHZAABI, IHZIMHUM WANSHURNAA ‘ALAIHIM (Wahai Dzat yang menurunkan Al! Kitab, yang menjalankan awan dan Dzat Yang mengalahkan musuh maka kalahkanlah mereka dan tolonglah kami dalam menghadapi mereka)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Sa’d ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua doa yang tidak akan tertolak atau hampir tidak pernah tertolak yaitu doa ketika adzan dan doa ketika terjadi perang campuh”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Apabila beliau berperang maka beliau berdoa: “ALLAAHUMMA ANTA ‘ADHUUDI WA NASHIHRIHI BIKA AHUULU WABIKA ASHUULU WABIKA UQAATILU (Ya Allah, Engkaulah sandaran dan penolongku, hanya karena Engkaulah aku berdaya, hanya karena Engkaulah aku dapat mencapai tujuan dan hanya karena Engkaulah aku berperang)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. bila merasa gentar tatkala menghadapi suatu kaum maka beliau berdoa: “ALLAAHUMMA INNAA NAJ’ALUKA FII NUHUURIHIM WANA ‘UUDZUBIKA MIN SYURUURIHIM (Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau di depan mereka, dan kami berlindung diri kepada-Mu dari kejahatan mereka)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda “Kuda itu diikat kebaikan pada ubun-ubunnya sampai hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Urwah Al Barigi ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Kuda itu selalu diikat kebaikan yaitu pahala dan hasil rampasan perang pada ubun-ubunnya hingga hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra., Rasuluilah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menahan kuda untuk persediaan perang di jalan Allah karena iman kepada Allah dan percaya serta membenarkan janjinya maka kenyangnya, segarnya, kotorannya dan air kencingnya itu besok pada hari kiamat berada dalam timbangan kebaikan orang itu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Mas’ud ra. ia berkata: “Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw. dengan membawa unta yang terkendalikan, lalu orang itu berkata: “Unta ini untuk berjuang di jalan Allah”. Rasulullah saw. bersabda: “Bagimu besok di hari kiamat akan dibalas dengan tujuh ratus unta yang terkendali”. ( HR. Muslim).
- Dari Abu Hammad, ada yang menyebut Abu Su’ad, dan ada juga yang menyebut Abu Amir, ada yang menyebut Abu Amr, ada yang menyebut Abul Aswad, dan ada juga yang menyebut Abu Abs Uqbah bin Amir Al Juhanni ra. ia berkata: “Saya telah mendengar belau berkhutbah di atas mimbar, dimana beliau bersabda: “Siapkanlah kekuatanmu semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh. Ingatlah kekuatan itu adalah kepandaian memanah. Ingatlah bahwa kekuatan itu adalah kepandaian memanah. Ingatlah bahwa kekuatan Itu adalah kepandaian memanah”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abs Uqbah bin Amir Al Jauhanni ra. ia berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Akan terbuka bagimu beberapa negeri dan Allah akan mencukupimu, maka janganlah salah seorang dari kamu merasa enggan untuk bermain panahan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abs Uqbah bin Amir Al Juhanni ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang pernah belajar memanah lalu pandai atau mahir memanah, kemudian ia meninggalkan atau melupakannya maka ia tidak termasuk golongan kami atau ia benarbenar telah durhaka”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Abs Uqbah bin Amir Al Juhanni ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memasukkan ke dalam surga kepada tiga orang lantaran satu panah, yaitu pembuat panah dimana sewaktu membuat panah hanya mengharapkan kebaikan pahala, orang yang memanahkannya dan orang yang memberikan anak panah kepada pemanah. Hendaknya kamu berlatilah memanah dan berlatih naik kendaraan (kuda/unta), namun bila kamu berlatih memanah itu lebih baik daripada kamu hanya berlatih naik kendaraan. Maka barangsiapa yang sudah belajar memanah lalu ia melupakannya karena benci, maka sikap seperti itu adalah ibarat suatu nikmat yang ditinggalkannya atau diingkarinya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Salamah bin Al Akwa’ ra. ia berkata: “Nabi saw. pernah melewati sekelompok orang yang sedang berlatih memanah, lalu beliau bersabda: “Berlatih memanahlah kamu, hai bani Ismail karena sesungguhnya ayahmu adalah ahli memanah”. (HR. Bukhari).
- Dari Amr bin Absah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memanahkan satu anak panah di jalan Allah, maka hal itu dapat menyamai dengan memerdekakan budak” (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Yahya Khuraim bin Fatik ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengeluarkan belanja untuk kepentingan jihad di jalan Allah maka tercatat untuknya tujuh ratus kali lipat ganda”. (HR. At Turmudzi) ,
- Dari Abu Said ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tiada seorang hamba yang berpuasa satu hari semata-mata karena Allah, melainkan Allah akan menjauhkan dirinya dari api neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun sebab puasanya itu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Umamah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa satu hari hanya semata-mata karena Allah, maka Allah menjadikan antara dirinya dengan parit neraka sejauh langit dan bumi”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mati padahal ia belum pernah berjuang dan memang dalam hatinya tidak tergerak untuk berjuang maka ia telah mati di salah satu cabang nifak”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Tatkala kami bersama Nabi saw. dalam suatu peperangan, beliau pernah bersabda: “Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang bila kamu berjalan atau menyeberangi lembah mereka selalu menyertaimu, hanya saja mereka terhalang oleh suatu penyakit”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Mereka terhalang oleh udzur”.
Dan dalam riwayat lain juga dikatakan: “Mereka menyertaimu dalam pahala”. (HR. Bukhari dan Anas, dari riwayat Muslim dari Jabir).
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Sesungguhnya ada seorang Badui datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya Rasulullah, ada seseorang yang berperang hanya mengharapkan harta rampasan perang, ada orang yang berperang hanya ingin agar terkenal dan ada juga orang yang berperang karena menginginkan kedudukan”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Ada orang yang berperang hanya ingin agar terkenal sebagai pemberani, dan ada juga yang berperang karena mempertahankan keluarganya”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ada juga orang yang berperang karena marah”. Maka siapakah yang termasuk orang berjuang di jalan Allah ?”. Beliau bersabda: “Barangsiapa yang berperang dengan niat untuk menegakkan kalimat Allah maka itulah yang disebut berjuang di jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berangkat perang lalu ia mendapatkan harta rampasan perang dan selamat maka berarti ia telah mendapatkan dua pertiga dari pahalanya. Dan barangsiapa yang berjuang atau berperang lalu ia terbunuh maka sempurnalah pahalanya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Umamah ra. sesungguhnya ada seorang laki-laki berkata: “Ya Rasulullah saw., izinkanlah saya pergi merantau”. Lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya merantaunya ummatku adalah berjuang di jalan Allah”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abdullah bin Arnr bin Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Kembali dari medan peperangan itu pahalanya seperti sewaktu berperang”. (HR. Abu Daud).
- Dari Saib bin Yazid ra ia berkata: “Ketika Nabi saw. pulang dari perang tabuk disambut oleh orang-orang di Tsaniyatul wada’ dan saya juga turut menyambut beliau bersamasama rombongan anak-anak”.(HR. Abu Daud)
Dalam riwayat Bukhari dikatakan: “Kami pergi dan bertemu dengan Rasulullah saw. bersama-sama anak-anak ke Tsaniyatul wada”.
- Dari Abu Umamah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Siapa yang tidak ikut berperang atau tidak membantu mempersiapkan bekal perang atau tetap di rumah tetapi ia tidak menjaga keluarga orang yang berangkat perang dengan baik maka ia akan ditimpa musibah sebelum datangnya hari kiamat”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Lawanlah orang-orang musyrik dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Amr, ada yang menyebutnya Abu Hakim Nu’man bin Mugarrin ra. ia berkata: “Saya telah menyaksikan Rasulullah saw. jika tidak mulai peperangan pada waktu pagi hari maka beliau mengundurkan hingga matahari tergelincir ke barat dan menangguhkan peperangan hingga datangnya angin sore serta menunggu saat-saat yang tepat untuk memperoleh kemenangan”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu mengharapkan berhadapan dengan musuh dan bila terpaksa berhadapan dengan musuh maka bersabarlah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dan dari Jabir ra. berkata, bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Peperangan itu harus mempergunakan siasat bagaikan tipuan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang tergolong mati syahid itu ada lima yaitu orang yang mati karena: thaun (wabah), sakit perut, tenggelam, tertimpa gempa bumi dan orang yang gugur di medan peperangan di jalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bertanya: “Siapakah yang kamu anggap mati syahid diantara kamu ?”. Para sahabat menjawab: “Ya Rasulullah, orang yang gugur sewaktu berjuang di jalan Allah itulah yang disebut orang mati syahid”. Beliau bersabda: “Jika demikian, maka sedikit sekali ummatku yang tergolong mati syahid”. Lalu para sahabat balik bertanya: “Lantas siapa saja (yang tergolong mati syahid), ya Rasulullah saw.?”. Beliau menjawab: “Barangsiapa yang gugur sewaktu berjuang di jalan Allah maka ia mati syahid. Barangsiapa yang mati karena terkena wabah maka ia adalah mati syahid. Dan barangsiapa yang mati karena sakit perut maka ia mati syahid. Dan barangsiapa yang mati karena tenggelam maka ia mati syahid”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mati terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia mati syahid”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abul A’war Said bin Zaid bin Amr bin Nufail, yaitu salah seorang dari sepuluh orang yang pasti masuk surga, ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mati karena mempertahankan hartanya maka ia termasuk mati syahid. Dan barangsiapa yang mati terbunuh karena mempertahankan darah maka ia mati syahid. Dan barangsiapa yang mati terbunuh karena mempertahankan agamanya maka ia mati syahid, dan barangsiapa yang mati terbunuh karena mempertahankan keluarganya maka ia adalah mati syahid”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw. dan bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana menurut tuan jika ada seseorang bermaksud merampas hartaku ?”. Beliau menjawab: “Janganlah kau berikan hartamu kepadanya”. Ia bertanya: “Bagaimana jika ia menyerangku ?”. Beliau menjawab: “Seranglah dia”. Ia bertanya: “Bagaimana jika ia membunuhku ?”. Beliau menjawab: “Kamu termasuk mati: syahid”. Ia bertanya lagi: “Bagaimana jika aku membunuhnya?”. Beliau bersabda: “Ia berada di dalam neraka”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Akan tetapi ia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu?, yaitu melepaskan budak dari perbudakan”. (QS. Al Balad : 11 – 12).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memerdeka. kan satu orang budak Islam, maka Allah akan membebaskan dengan setiap anggotanya, anggota orang yang membebaskannya itu dari api neraka, hingga kemaluan tertebus dengan kemaluan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw. amal perbuatan apa saja yang paling utama ?” Beliau menjawab: “Iman kepada Allah dan berjuang di jalan Allah”. Abu Dzar berkata: “Saya bertanya: “Memerdekakan budak yang bagaimana yang paling utama ?”. Beliau menjawab: “Yaitu budak yang paling disayang majikannya dan yang paling mahal harganya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kamu kepada kedua orang tuamu, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun tetangga yang jauh, teman sejawat dan budak yang kamu miliki”. (QS. An Nisa’ : 36).
- Dari Ma’rur bin Suwaid ra. berkata: “Saya telah melihat Abu Dzar memakai suatu perhiasan yang sama dengan perhiasan yang dipakai oleh pelayannya, maka saya menanyakan hal itu kepadanya. Kemudian ia bercerita bahwasanya pada masa Nabi saw. ia pernah memaki seseorang lalu orang itu berbalik mencela ibunya (Abu Dzar). Lantas beliau bersabda: | “Sesungguhnya kamu masih berbaur dengan sifat jahiliah. Mereka itu adalah saudaramu dan juga pelayanmu. Allah telah menjadikan mereka (pelayan) di bawah kekuasaanmu. Makanya, barangsiapa yang merasa saudaranya berada di bawah kekuasaannya maka hendaklah ia memberi makan seperti apa yang kamu makan, memberi pakaian sebagaimana pakaian yang kamu pakai dan janganlah kamu menuntut mereka untuk mengerjakan sesuatu yang ia tidak mampu untuk mengerjakannya serta bila kamu menyuruh melakukan kerja berat maka bantulah mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Bila salah seorang pelayanmu menyajikan makanan untukmu maka jika tidak diajak duduk makan bersama maka hendaknya ia diberi sesuap atau dua suap makanan karena sesungguhnya pelayan itulah yang memasak makanan tersebut”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya budak yang selalu menunaikan kewajiban majikannya dan Ia Juga tekun beribadah kepada Allah maka ia mendapatkan pahala dua kali lipat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bagi seorang budak yang dapat melaksanakan segala kewajibannya dengan baik (yaitu kewajiban terhadap majikan dan kewajiban terhadap Allah) maka ia mendapatkan dua pahala. Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah berada dalam genggaman-Nya, kalau bukan karena untuk berjuang di jalan Allah dan untuk berhaji serta untuk berbuat baik kepada ibu, pasti saya lebih senang untuk mati dalam keadaan menjadi budak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seorang budak yang selalu taat beribadah kepada Tuhannya dan melaksanakan kewajiban majikannya yaitu berupa kebenaran, ketaatan dan nasehat, maka ia mendapat dua pahala”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang mendapatkan dua pahala yaitu: ahli kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepada Nabi Muhammad saw:: seorang budak yang selalu menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap majikannya, dan seorang yang memiliki budak perempuan lalu ia mendidik dan mengajarinya dengan sebaik-baiknya lalu memerdekakannya kemudian ia mengawininya, maka ia mendapatkan dua pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ma’qil bin Yasar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Beribadah dalam situasi kacau balau bagaikan hijrah kepadaku”. (HR. Muslim ). :
Allah ta’ala berfirman: “Dan kebaikan apapun yang telah kamu perbuat maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Al Bagarah : 215).
Allah ta’ala berfirman: “Hai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka”. (QS. Hud : 85).
Allah ta’ala berfirman: “Kecelakaan yang besarlah bagi orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi. Tidakkah orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang dahsyat yaitu hari yang mana manusia dibangkitkan untuk menghadap Tuhan semesta alam”. (QS. Muthaffifin: 1-6).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada seorang laki-laki yang biasa memberi hutang kepada orang lain dimana ia selalu berkata, kepada pelayannya: “Jika kamu menagih orang yang tidak bisa membayar (hutangnya) maka maafkanlah ia semoga Allah memaafkan kami hingga bila ia berhadapan dengan Allah maka Allah memaafkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ketika seseorang dihadapkan untuk dihisab dari ummat terdahulu ternyata ia tidak mempunyai amal kebaikan sedikit pun, hanya saja ia adalah seorang . kaya yang suka memberi hutang kepada orangorang, dan ia menyuruh para pelayannya untuk memaafkan orang-orang yang tidak dapat membayar. Maka Allah berfirman: “Kami lebih pantas untuk memaafkannya, maka maafkanlah orang itu”. (HR. Muslim).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Ketika dihadapkan kepada Allah, orang-orang yang telah dikaruniai harta kekayaan, dan Allah bertanya kepadanya: “Apa yang telah kamu lakukan terhadap harta kekayaanmu di dunia ?”. Hudzaifah berkata: “Mereka tidak akan mampu menyembunyikan sesuatu apapun di hadapan Allah”. Lantas orang itu menjawab. “Hai Tuhanku, Engkau telah memberi harta kekayaan dan saya telah menggunakannya untuk hubungan dagang dengan sesama manusia, dimana saya selalu bersikap lemah-lembut dengan memberi keringanan terhadap orang kaya dan menangguhkan terhadap orang yang miskin”. Kemudian Allah ta’ala berfirman: “Aku yang lebih pantas untuk berbuat seperti itu, maafkanlah hamba-Ku”. Lalu Uqbah bin Amir dan Abu Mas’ud ra. berkata: “Demikianlah yang telah kami dengar dari lisan Rasulullah saw.” (HR. Muslim). .
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menangguhkan hutang orang yang belum bisa membayar hutangnya atau membebaskannya maka kelak di hari kiamat Allah akan memberi naungan kepadanya di bawah naungan Arsy yang waktu itu tidak ada naungan kecuali naunganNya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Jabir ra. berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. membeli seekor unta, maka beliau menimbang harganya dan beliau melebihinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Sufyan Suwaid bin Qais ra. berkata: “Saya dan Makhramah Al Abdi membawa dagangan kain dari Hajar. Kemudian Nabi saw. datang kepada kami dan menawar beberapa celana. Dan saya mempunyai seorang tukang timbang yang kami bayar, lalu beliau berkata kepada tukang timbang: “Timbanglah dan lebihi”. (HR. Abu Daud dan At Turmudazi). |
Allah ta’ala berfirman: “Dan katakanlah : Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (QS. Thaha: 114).
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah : Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az Zumar: 9)
Allah ta’ala berfirman: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu semua dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS. Mujadalah: 11).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambahamba-Nya hanyalah para ulama”. (QS. Fathir: 28).
- Dari Muawiyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ia dipandaikan dalam ilmu agama”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada sifat hasud yang (dibolehkan) kecuali dalam dua hal yaitu hasud atau iri hati kepada seseorang yang dikaruniai harta kekayaan oleh Allah lalu ia dapat menggunakannya untuk membela kebenaran dan iri hati kepada seseorang yang dikaruniai ilmu pengetahuan lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh Allah bagaikan hujan lebat yang turun ke bumi. Maka sebagian tanah atau bumi ada yang subur sehingga dapat menumbuhkan tanam-tanaman dan rumput-rumputan yang banyak. Dan ada pula bumi yang gersang yang hanya dapat menampung air yang oleh Allah dimanfaatkan oleh manusia untuk minum memiberi minum hewan ternak dan untuk kepentingan pertanian. Dan ada pula beberapa bumi atau tanah yang kering keras yang tidak dapat menampung air dan tidak dapat pula menumbuhkan tumbuhtumbuhan. Itulah perumpamaan orang yang pandai ilmu agama Allah dan mempergunakannya apa yang telah diberikan oleh Allah kepadaku, lalu ia mengamalkannya, perumpamaan orang takabur yang tidak mau memperdulikannya dan perumpamaan orang yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang ditugaskan kepadaku untuk menyampaikannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Sa’ad ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda kepada Ali ra.: “Demi Allah, kalau Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran ajakanmu maka yang demikian itu lebih baik bagimu daripada hewan ternak yang segar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sampaikanlah apa yang telah kamu dapatkan dariku walaupun hanya satu ayat, dan ceritakanlah tentang bani Israil dengan tiada batas. Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menentukan tempatnya di dalam neraka”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengajak orang lain kepada suatu petunjuk (kebaikan) maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikutinya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga yaitu : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang selalu mendoakan kepadanya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Dunia dengan segala isinya itu terkutuk kecuali dzikir dan taat kepada Allah dan orang alim dan orang yang belajar”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang keluar (rumah) untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga kembali”. (HR. Turmudzi).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Orang mukmin tidak akan merasa kenyang untuk berbuat kebaikan hingga tercapai tujuannya yaitu surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Umamah ra. bahwasanya Rasukullah saw. bersabda: “Keutamaan orang alim dengan orang yang rajin beribadah namun tidak pandai adalah seperti kelebihanku terhadap orang yang paling rendah diantara kamu semua”. Kemudian Nabi saw. meneruskan sabdanya: “Sesungguhnya Allah dan malaikatNya serta penghuni langit dan bumi bahkan sampai semut yang ada di sarangnya pun dan juga ikan selalu memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Darda’ ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas terhadap apa yang dilakukannya. Dan sesungguhnya para penghuni langit dan bumi bahkan sampai ikan yang ada di lautan pun selalu memintakan ampun kepada orang yang pandai. Keutamaan orang alim dengan orang yang rajin beribadah namun tidak alim adalah bagaikan keutamaan bulan purnama terhadap bintangbintang yang lain. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambil ilmu maka ia benar-benar telah mengambil bagian yang sempurna”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Semoga Allah memberikan cahaya berkilauan kepada orang yang mendengar sesuatu dariku lalu ia menyampaikannya sebagaimana yang telah ia dengar, sebab banyak orang yang lebih menghayati sesuatu yang disampaikan kepadanya daripada ia mendengar sendiri”. (HR. At Turmudzi).
15, Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ditanya sesuatu tentang ilmu lalu ia menyembunyikannya maka kelak di hari kiamat ia akan dikendalikan dengan kendali dari api neraka”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seharusnya semata-mata untuk mencari ridha Allah, laluia tidak mempelajarinya untuk mencari ridha Allah tetapi hanya untuk mencapai kedudukan atau kekayaan dunia saja maka ia kelak tidak akan mendapatkan baunya surga pada hari kiamat”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu pengetahuan dari para pemiliknya tetapi Allah mencabut ilmu dengan mematikan orang-orang yang pandai hingga jika sudah tidak ada orang yang pandai maka orang-orang akan mengangkat orang bodoh untuk: menjadi pemimpinnya, dimana bila mereka ditanya tentang sesuatu maka mereka menjawabnya tidak berdasarkan ilmu dan akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat”. (QS. Al Bagarah: 152).
Allah ta’ala berfirman: “Sungguh jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat kepadamu”. (QS. Ibrahim : 7)
Allah ta’ala berfirman: “Dan ucapkanlah ALHAMDU LILLAH. (QS. Al Isra’ : 111).
Allah ta’ala berfirman: “Dan penutup doa mereka adalah ALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam)”. (QS. Yunus: 10).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Sesungguhnya ketika Nabi saw. isra’ maka beliau diberi dua gelas yang berisi arak dan susu. Lantas beliau memperhatikan kedua gelas itu dan mengambil gelas yang berisi susu. Kemudian Malaikat Jibril berkata: “ALHAMDU LILLAAHIL LADZII HADAAKA LIL FITHRATI LAU . AKHADZTAL KHAMRA GHAWAT UMMATUKA (Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada tuan pada kesucian. Andaikata tuan mengambil arak niscaya tersesatlah ummatmu)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Segala sesuatu yang tidak dimulai dengan memuji kepada Allah maka menjadi putus (tidak sempurna perbuatannya)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Jika anak seseorang meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat: “Kamu telah mencabut anak hamba-Ku ?“. Para Malaikat menjawab: “Benar”. Allah bertanya: “Kamu telah mencabut buah hatinya ?”. Malaikat menjawab: “Ya”. Allah bertanya: “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?”. Malaikat menjawab: “la memujiMu dengan membaca: INNAA LILLAAHI WAINNAA ILAIHI RAAJIUUN“. Lantas Allah berfirman: “Buatkanlah rumah untuk hamba-Ku ini di surga dan berilah nama Baitul Hamdi”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah merasa puas terhadap hamba-Nya yang bila makan ia selalu memuji kepada Allah dan juga bila minum ia juga memuji-Nya”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi saw. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi saw. dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al Ahzab: 56).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. 1 berkata, bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang membaca shalawat sekali saja maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat untuknya”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Manusia yang paling dekat denganku kelak di hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Aus bin Aus ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kamu semua adalah hari Jumat. Oleh karena itu perbanyaklah membaca shalawat untukku pada hari itu sebab bacaan shalawatmu itu akan diperlihatkan kepadaku”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah saw. bagaimana shalawat kami dapat diperlihatkan kepada tuan sementara jasad tuan sudah menjadi tanah?”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada bumi untuk memakan jasad para Nabi”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh sangat hina seseorang yang mendengar namaku disebut sedangkan ia tidak membacakan shalawat untukku”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan dan bacalah shalawat untukku sebab bacaan shalawatmu itu akan sampai kepadaku di mana pun kamu berada”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan ruhku sehingga aku dapat menjawab salam kepadanya”. (HR. Abu Daud).
7 Dari Abu Alura. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang bakhil yaitu orang yang apabila disebut namaku di sisinya maka ia tidak mau membaca shalawat untukku”. (HR. Turmudazi).
- Dari Fadhalah bin Ubaid ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. mendengar seseorang berdoa sewaktu shalat dimana ia tidak mengagungkan nama Allah dan juga tidak membaca shalawat untuk Nabi saw., maka RaSulullah saw. bersabda: “Orang ini tergesagesa”. (Setelah selesai shalat) beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya atau kepada orang lain: “Jika salah seorang dari kamu semua Shalat maka mulailah dengan memuji dan menyanjung Tuhan lalu membaca shalawat untuk nabi saw. baru setelah itu kamu mengutarakan doa sekehendakmu”. (HR. Abu Daud | dan At Turmudzi). |
- Dari Abu Muhammad Ka’ab bin Ujzah ra. ia berkata: “Nabi saw. telah datang kepada | kami, lantas kami bertanya: “Ya Rasulullah SaW. sesungguhnya kami sudah mengerti tata”. Cara mengucapkan salam kepada tuan namun kami belum mengerti bagaimana cara membacakan shalawat untuk tuan ?”. Beliau menjawab” “ALLAAHUMMA SHAT LI YALAA MU HAMMADIN WA’AL AA AAL MUHAMMA DIN KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAAIHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID ALLAAHUMMA BAARIK YALAA ML HAM MAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KA MA BAARAKTA ‘ALAA AALI IBRAAHIIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID (Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga beliau sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada keluarga nabi Ibrahim Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang paling terpuji dan Maha Agung. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga beliau sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang paling terpuji dan Maha Agung) (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Mas’ud ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah datang kepada kami sementara kami berada di majlisnya Sa’ad bin Ubadah, lalu Basyir bin Sa’ad bertanya kepada beliau: “Allah telah menyuruh kami untuk membaca shalawat buat tuan, lantas bagaimana kami membacakan shalawat buat tuan ?”. Mendadak beliau terdiam sejenak hingga kami khawatir jika pertanyaan kami tidak berkenan di hati beliau, tetapi akhirnya beliau bersabda: “Ucapkanlah: ALLAAHUMMA SHALLI “ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA ‘ALAA IBRAAHIIM WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA AALI IBRAAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID (Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada beliau dan keluarga beliau sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada keluarga nabi Ibrahim. Dan limpahkanlah keberkahan kepada beliau dan kepada keluarga beliau sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang paling Terpuji dan Maha Agung). Dan mengenai ucapan salam sebagaimana yang telah kamu mengerti itu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Humaid Saidi ra. ia berkata: “Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah saw., bagaimana kami membacakan shalawat untuk mu ?”. Beliau bersabda: “ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AZWAAJIHI WA DZURRIYYATIHI KAMAA SHALLAITA ‘ALAA IBRAAHIM WABAARIK “ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AZWAAJIHII WA DZURRIYYATIHI KAMA BAARAKTA ‘ALAA IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID (Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada nabi Muhammad dan keluarga beliau beserta istri-istri dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada keluarga nabi Ibrahim. Dan limpahkan pula keberkahan kepada Muhammad beserta istriistri dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi keberkahan kepada nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang paling Terpuji dan Maha Agung”. (HR . Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan sungguh berdzikir kepada Allah itulah yang paling besar”. (QS. Al Ankabut: 45).
Allah ta’ala berfirman: “Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu”. (QS. Al Bagarah : 152).
Allah ta’ala berfirman: “Dan berdzikirlah kamu kepada tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara baik di waktu pagi maupun di waktu sore. Dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai”. (QS. Al A’raf : 205)
Allah ta’ala berfirman: “Berdzikirlah kamu dengan sebanyak-banyaknya kepada Allah agar supaya kamu beruntung”. (QS. Al Anfal : 45).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya lakilaki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang selalu benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang khusu”, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang selalu berdzikir kepada Allah maka Allah akan menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al Ahzab: 35).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kamu kepada-Nya, baik di waktu pagi maupun di waktu sore”. (QS. Al Ahzab: 42).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua kalimat yang sangat mudah untuk diucapkan dan berat timbangannya serta sangat disenangi oleh Dzat Yang Maha Pemurah yaitu SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI SUBHAANALLAAHIL ‘AZHIIM (Maha suci Allah dan dengan memuji kepada-Nya Maha suci Allah Yang Maha Agung)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, bila aku mengucapkan : SUBHAANALLAAH WALHAMDU LILLAAH WALAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR (Maha suci bagi Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah dan Allah Maha Besar), maka itu lebih baik dan lebih aku sukai daripada segala sesuatu yang disinari matahari”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan : LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR (Tiada Tuhan kecuali Allah Dzat yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan dan Puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) sebanyak seratus kali dalam satu hari maka pahalanya sebanding dengan memerdekakan sepuluh budak, dan ditulis baginya seratus kebaikan, dihapus dosanya sebanyak seratus dosa dan menjadi perisai bagi dirinya dari kejahatan setan pada hari itu hingga sore hari, serta tidak ada yang lebih utama daripadanya kecuali seseorang yang membacanya lebih banyak. Dan beliau bersabda pula: “Barangsiapa yang mengucapkan: SUBHAANALLAHI WABIHAMDIHI sebanyak seratus kali dalam sehari maka diampunilah dosa-dosanya meskipun dosanya itu sebanyak buih di samudra”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Ayyub Al Anshari ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA “ALAA KULLI SAI-IN OADIIR sebanyak sepuluh kali maka seperti memerdekakan budak sebanyak empat orang dari keturunan nabi Ismail”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Sukakah kamu saya beritahukan suatu kalimat yang paling disenangi oleh Allah ?”. Sesungguhnya kalimat yang paling disenangi oleh Allah adalah: SUBHAANALLAAHU WABIHAMDIHI!”. (HR. Muslim). ,
- Dari Abu Malik Al Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kesucian itu merupakan sebagian dari iman. ALHAMDU LILLAAH itu dapat memenuhi timbangan, dan SUBHAANALLAAH WALHAMDU LILLAAH itu juga dapat memenuhi apa yang ada di anta-ra langit dan bumi”. (HR. Muslim).
- Dari Saad bin Abu Waqas ra. ia berkata: “Telah datang seorang Badui Arab kepada Nabi saw. dan berkata: “Ajarkanlah kepadaku suatu kalimat yang bisa saya baca ?”. Beliau bersabda: “Bacalah: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, ALLAAHU AKBAR KABIIRA, WALHAMDU LILLAAHI KATSIIRAA, WA SUBHAANALLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN, WALAA HAULA WALAA OUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘AZIIZIL HAKIIM (Tidak ada Tuhan selain Allah Dzat Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya Allah Maha besar. Segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya. Maha suci Allah Tuhan semesta alam dan tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah Dzat yang Maha mulia dan Maha bijaksana). Orang Badui itu berkata: “Kesemuanya itu hanya untuk Tuhanku, lantas mana yang untuk kepentingan saya?”. Beliau bersabda: “Ucapkanlah ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAHDINII WARZUONII (Ya Allah ampunilah saya, kasihanilah saya, tunjukkaniah saya dan berilah saya rizki)”. (HR. Muslim).
- Dari Tsauban ra. ia berkata: “Bila Rasulullah selesai mengerjakan shalat maka beliau membaca istighfar sebanyak tiga kali dan membaca: ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat Yang Maha Sejahtera dan dari Engkaulah segala kesejahteraan. Engkaulah yang senantiasa memberi berkah, wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Mulia). Ditanyakan kepada Auzai dimana dia adalah seorang perawi hadits: “Bagaimana istighfar itu ?”. Dia menjawab: “Rasulullah saw. membaca: ASTAGHFIRULLAAH, ASTAGHFIRULLAAH”. (HR. Muslim).
- Dari Al Mughirah bin Syu’bah ra. ia berkata: “Sesungguhnya bila Rasulullah saw. selesai mengerjakan shalat dan telah mengucapkan salam, maka beliau membaca: LAA ILAAHA ILLALLAAHNU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAH-IN OADIIR, ALLAAHUMMA LAA MANIA LIMAA A’THAITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA, WALAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tidak ada Tuhan selain Dzat Yang Maha Esa, tidak ada sekutu baginya. Bagi-Nya segala kekuasaan dan puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tiada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, dan juga tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau halangi serta tidak akan berarti apa-apa kekayaan bagi orang yang kaya karena semuanya itu berasal daripada-Mu)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Zubair ra. ia biasa membaca setiap selesai shalat dan sesudah salam: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHI, LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALAA NA’BUDU ILLAA IYYAAHU, LAHUN NIKMATU WALAHUL FADHLU WALAHUTS TSANAAUL HASANU LAA ILAAHA ILLALLAAHU, MUKHLISHIINA LAHUDDIINA WALAU KARIHAL KAAFIRUUN (Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan dan puji dan Dia Kuasa atas segala sesuatu. Dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Mu. Bagi-Nya segala nikmat keutamaan dan segala pujian yang baik. Tidak ada Tuhan kecuali Allah dengan ikhlas menganut agama-Nya walaupun orang-orang kafir membencinya). Ibnu Zubair berkata: “Rasulullah saw. senantiasa membaca bacaan tersebut setiap selesai shalat”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Sesungguhnya orang-orang fakir dari sahabat Muhajirin datang kepada Nabi saw. dan berkata: “Orang-orang kaya telah mendapatkan derajat tinggi dan kebahagiaan yang abadi, dimana mereka melakukan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa, mereka memiliki harta melimpah hingga dapat berangkat haji, umrah, berjuang dan dapat pula bersedekah”. Beliau bersabda: “Sukakah kamu bila kami ajari sesuatu yang dapat mengejar pahala orang-orang yang telah mendahului kamu dan juga orang yang sesudahmu nanti serta tak seorang pun yang lebih baik daripada kamu kecuali ia melakukan seperti apa yang kamu lakukan ?”. Mereka menjawab: “Baiklah”. Beliau bersabda: “Hendaklah kamu membaca tasbih, tahmid dan takbir tiga puluh tiga kali setiap selesai shalat”. Abu Shalih yang meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah ra. berkata: “Sewaktu beliau ditanya mengenai bagaimana cara mengucapkannya, maka beliau bersabda: SUBHAANALLAAH, ALHAMDU LILLAAH dan ALLAAHU AKBAR, masingmasing dari tiga kalimat itu dibaca tiga puluh tiga kali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim ada tambahan: “Lalu para sahabat Muhajirin yang fakih itu datang lagi kepada Nabi saw. dan berkata: “Setelah saudara-saudara kami yang kaya itu mendengar apa yang kami lakukan maka mereka mengerjakan seperti apa yang kami kerjakan”. Kemudian beliau bersabda “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya”.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang membaca tasbih (SUBHANALLAAH) tiga puluh tiga kali setiap habis shalat, membaca tahmid (ALHAMDU LILLAAH) tiga puluh tiga kali setiap habis shalat dan membaca takbir (ALLAAHU AKBAR) tiga puluh tiga kali lalu untuk melengkapi jumlah seratus ia membaca: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN OADIIR, maka diampunilah semua dosa kesalahannya meskipun dosanya itu seperti buih di samudra”. (HR. Muslim).
- Dari Ka’ab bin Ujzah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Wirid setelah shalat fardhu yang tidak akan mengecewakan para pembacanya adalah tasbih, tahmid dan takbir, yang masing-masing dibaca sebanyak tiga puluh tiga kali”. (HR. Muslim).
- Dari Sa’ad bw Abu Waggas ra. aa berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. selalu memohon perlindungan kepada Allah setiap kali habis shalat yaitu dengan mengucapkan kalimat-kalimat ALLAAHUMMA INNII AUUDZUBIKA MINAL JUBNI WAL BUKHLI WA AUUDZUBIKA MIN AN ARUDDA ILAA ARDZALIL ‘UMUURI WA ‘AUUDZUBIKA MIN FITNATID DUN-YAA WA AUVUDZUBIKA MIN FITNATIL QABRI (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung diri kepada-Mu dari sifat penakut dan kikir. Saya berlindung kepada-Mu dari dipanjangkan umur hingga tidak mampu berbuat apa-apa dan saya berlindung diri kepada-Mu dari fitnah dunia dan juga berlindung diri dari fitnah kubur)”. (HR. Bukhari).
- Dari Muadz ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah memegang tangannya seraya bersabda: “Ya Muadz, aku benar-benar sayang kepadamu. Aku berpesan kepadamu, janganlah sekali-kali setiap kali habis shalat kamu tidak membaca: ALLAAHUMMA A’INNII “ALAA DZIKRIKA WASYUKRIKA WAHUSNI IBAADATIK (ya Allah, tolonglah saya untuk selalu menyebut nama-Mu dan bersyukur kepada-Mu serta memperbaiki ibadahku kepada-Mu)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu bertasyahud maka hendaklah memohon perlindungan kepada Allah dari empat macam, dimana ia berkata: ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WAMIN ‘ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal)”. (HR. Muslim).
- Dari Ali ra. berkata: “Bila Rasulullah saw. melakukan shalat, maka pada akhir bacaan antara tasyahud dan salam beliau selalu membaca: ALLAAHUMMAGHFIR LIIMAA OADDAMTU WAMAA AKHKHARTU WAMAA ASRARTU WAMAA A’LANTU WAMAA ASRAFTU WAMAA ANTA A’LAML BIHII MINNII ANTAL MUOADDIMU WA ANTAL MUAKHKHIRU LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Ya Allah, ampunilah dosaku yaitu dosa yang telah lalu, dosa yang akan datang, dosa yang saya lakukan dengan sembunyi-sembunyi, dosa yang aku lakukan dengan terang-terangan, dosa karena berlebihlebihan dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku sendiri. Engkau adalah Dzat yang mendahulukan dan juga Dzat yang mengakhirkan. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau)”. ( HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sewaktu Nabi saw. ruku’ dan sujud, beliau sering membaca: SUBHAANAKALLAAHUMMA RABBANA WABIHAMDIKA ALLAAHUMMAGHFIR LI! (Maha suci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji kepada-Mu ya Allah ampunilah dosaku)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata: “Sesungguhnya ketika ruku’ dan sujud beliau selalu membaca SUBBUUHUN QUDDUUSUN RABBUL MALAAIKATI WARRUUH ( Maha suci Tuhannya malaikat dan Jibril)”. (HR. Muslim).
20 Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasujullah saw. bersabda : “Sewaktu ruku’ maka agungkanlah nama Tuhan dan tatkala sujud maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa sebab sudah sepatutnya bila doamu sewaktu sujud itu dikabulkan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia bersujud. Oleh sebab itulah perbanyak membaca doa (saat itu)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. tatkala bersujud sering membaca: ALLAAHUMAGHFIR LII DZANBII KULLAHU DIQQAHU WAJILLAHU WA AWWALAHU WA AAKHIRAHU WA ‘ALAANIYYATAHU WASIRRAHU (ya Allah, ampunilah semua dosaku, baik dosa kecil maupun dosa besar, baik dosa yang pertama maupun dosa yang terakhir, dan baik dosa yang terang-terangan maupun dosa yang tersembunyi)”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Pada suatu malam, beliau meninggalkanku tanpa sepengetahuanku, lalu saya meraba-raba beliau, dimana saat itu beliau sedang ruku’ atau sujud dengan membaca: “SUBHAANAKA WABIHAMDIKA LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Maha suci Engkau dan dengan memuji kepada-Mu. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau). Dalam riwayat lain dikatakan : “Sewaktu tangan saya menyentuh kedua telapak kaki beliau yang sedang ditegakkan dan waktu itu beliau berada di dalam Masjid, beliau membaca: ALLAAHUMMA INNI A’UDZUBIKA BI RIDHAAKA MIN SAKHAATIKA WABI MU’AAFATIKA MIN ‘UQUUBATIKA WA ‘AUUDZUBIKA MINKA LAA UHSHII TSANAAAN “ALAIKA ANTA KAMAA ATSNAITA “ALAA NAFSIKA (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dengan kesejahteraan-Mu dan siksaan-Mu. Dan saya berlindung kepada-Mu dengan rahmat-Mu dari Siksaan-Mu. Aku tidak dapat menghitung berapa banyak pujian bagi-Mu sebagaimana Engkau memuji kepada Dzat-Mu sendiri)”. (HR. Muslim).
- Dari Sa’ad bin Abu Waggas ra. ia berkata: “Ketika kami berada di hadapan beliau maka beliau bertanya: “Apakah kamu-kamu ini tidak mampu mengerjakan seribu kebaikan setiap harinya ?”. Lalu salah seorang diantara kami yang duduk bertanya: “Bagaimana mungkin kami mengerjakan seribu kebaikan ?”. Beliau bersabda: “Seseorang yang membaca tasbih sebanyak seratus kali maka ditulis baginya seribu kebaikan atau dihapus seribu dosanya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Setiap persendian di waktu pagi harus disedekahi. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap amar ma’ruf nahu mungkar adalah sedekah. Kesemuanya itu dapat dicukupkan dengan melaksanakan shalat Dhuha dua rakaat yang ia kerjakan”. (HR, Muslim)
- Dari Ummul mukminin Juwairiyah binti Harits ra. berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. pada waktu pagi telah keluar menjalankan shalat subuh sedangkan ia (Juwairiyah) sudah duduk di Masjid. Setelah beliau pulang sesudah mengerjakan shalat Dhuha, Juwairiyah tetap duduk. Lantas beliau bersabda: “Sejak tadi kamu belum beranjak dari tempatmu?”. Dia menjawab: “Benar”. Nabi saw. bersabda: “Aku tadi membaca empat kalimat sebanyak tiga kali yang jika ditimbang dengan apa yang kamu baca sejak tadi hingga kini pasti seimbang, yaitu: SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI “ADADA KHALOIH WA RIDHAA-A NAFSIH, WAZINATA ‘ARSYIH, WAMIDAADA KALIMAATIHI (Aku mensucikan Allah dengan memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, dan hingga mendapatkan keridhaan-Nya dan seberat Arasy-Nya dan sepanjang kalimatnya)”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain yang berbunyi: “SUBHAANALLAAHI ‘ADADA KHALQIH, SUBHAANALLAAHI RIDHAA NAFSIH, SUBHAANALLAAH ZINATA ‘ARSYIH SUBHAANALLAAH MIDADA KALIMAATIH”.
Dalam riwayat At Turmudzi dikatakan “Sukakah aku ajarkan kepadamu brberapa kalimat yang bisa kamu baca ?”, yaitu SUBHAANALLAAHI ‘ADADA KHALQIH, SUBHAANALLAAH ‘ADADA KHALQIH, SUBHAANALLAAH ‘ADADA KHALQIH SUBHAANALLAAH RIDHAA NAFSIH, SUB-. HAANALLAAH RIDHAA NAFSIH, SUB. HAANALLAAH RIDHA NAFSIH, SUBHAANALLAAH ZINATA ‘ARSYIH, SUBHAANALLAAH ZINATA ARSYIH, SUBHAANALLAAH ZINATA “ARSYIH, SUBHANALLAAH MIDAADA KALIMAATIH, SUBHAANALLAAH MIDAADA KALIMAATIH, SUBHAANALLAAH MIDAADA KALIMAATIH””.
- Dari Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi saw Beliau bersabda: “Perumpamaan orang yang dzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir kepada Allah, bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dengan orang yang mati”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Perumpamaan rumah yang digunakan untuk berdzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk berdzikir kepada Allah adalah bagaikan perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah ta’ala berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku dan Aku selalu menyertainya bila ia mengingat kepada-Ku. Jika ia mengingat pada-Ku dalam hatinya maka Aku mengingatnya di dalam Dzat-Ku. Dan jika mengingatKu di tengah-tengah rombongan maka Akupun akan mengingatnya dalam rombongan yang lebih baik dari rombongannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
29, Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Telah sampai lebih dahulu Al Mufarridun”. Para sahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan Mufarridun ?”. Beliau menjawab: “Yaitu orang-orang yang gemar berdzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah: LAA ILAAHA ILLALLAAH””. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abdullah bin Basyr ra. ia berkata: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.: “Ya Rasulullah saw., sesungguhnya syariat Islam yang kami terima sudah sangat banyak, kemudian coba beritahukan kepada kami sesuatu yang harus betul-betul aku pegang baik-baik” Beliau bersabda: “Supaya lisanmu kamu buat basah dengan senantiasa berdzikir kepada Allah”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Jabir ra. dari Nabi saw. beliau berSabda: “Barangsiapa yang mengucapkan: SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI maka akan ditanamkan baginya sebatang pohon di dalam surga”. (HR. At Turmudzi).
, 33. Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Pada malam isra’ aku bertemu dengan nabi Ibrahim as. dan beliau bersabda: “Hai Muhammad, sampaikan salamku buat ummatmu dan beritahukan bahwa Surga itu tanahnya subur dan airnya segar serta Surga itu merupakan kebun yang mana namanya adalah kalimat: SUBHAANALLAAH WALHAMDU LILLAAHI, WALAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR?”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Darda’ ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Maukah saya beritahukan kepadamu tentang sebaik-baik dan sesuci-suci amal perbuatan di hadapan tuhanmu serta setinggi derajat dan lebih baik daripada menafkahkan emas dan perak, dan lebih baik daripada menghadapi musuh lalu kamu penggal leher mereka dan mereka juga memenggal lehermu?”. Para sahabat menjawab: “Baiklah”. Beliau bersabda: “Berdzikirlah kamu kepada Allah”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Sa’ad bin Abu Waggas ra. ia berkata: “Sesungguhnya ia masuk bersama-sama dengan Rasulullah saw. ke tempat scorang perempuan dimana perempuan itu di hadapannya ada bijih kurma dan kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk menghitung bacaan tasbihnya, lalu beliau bersabda: “Maukah kamu saya beritahu tentang amalan yang lebih ringan daripada yang kamu lakukan ini ?”. Yaitu bacalah: SUBHAANALLAAHI ‘ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAAI, WA SUBHAANALLAHI “ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI, WA SUBHAANALLAAHI ‘ADADA MAA BAINA DZAALIKA, WASUBHAANALLAAHI ‘ADADA MAA HUWA KHAALIO. ALLAAHU AKBAR ‘ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAAI. ALLAAHU AKBAR ‘ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI, ALLAAHU AKBAR “ADADA MAA BAINA DZAALIKA, ALLAAHU AKBAR ‘ADADA MAA HUWA KHAALIQ. ALHAMDU LILLAAH ‘ADADA MAA KHALAOA FIS SAMAAI. ALHAMDU LILLAAH ‘ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI, ALHAMDU LILLAAH ‘ADADA MAA BAINA DZAALIK, ALHAMDU LILLAAH ‘ADADA MAA HUWA KHAALIQ. LAA ILAAHA ILLALLAAH ‘ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAAI, LAA ILAAHA ILLALLAAH ‘ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI, LAA ILAAHA ILLALLAAH ‘ADADA MAA BAINA DZAALIK, LAA ILAAHA ILLALLAAH ‘ADADA MAA HUWA KHAALIQ. LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH ‘ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAAI. LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH ‘ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI, LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH ‘ADADA MAA BAINA DZAALIK. LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH ‘ADADA MAA HUWA KHAALIQ”” (HR. Turmudzi).
- Dari Abu Musa ra. ia berkata, Rasulullah saw. telah bersabda kepada saya: “Maukah kamu saya tunjukkan salah satu dari beberapa perbendaraan surga ?”. Saya menjawab: “Mau, ya Rasulullah saw. “. Lalu beliau bersabda: “Yaitu : LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah sambil berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring”. (QS. Ali Imran: 189-190).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. selalu berdzikir kepada Allah pada setiap saat”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Andaikata ketika kamu bersetubuh dengan istri membaca: BISMILLAAH, ALLAAHUMMA JANNIBNASY SYAITHAAN WA JANNIBISY SYAITHAAN MAA RAZAOTANAA (dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkanlah syetan dari rizki yang telah Kau’ berikan kepada kami, Lalu dari hasil persetubuhan itu dilahirkan anak, maka anak itu kelak tidak akan mudah terganggu oleh syetan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Hudzaifah ra. dan Abu Dzar ra. ia berkata: “Bila Rasulullah saw. hendak tidur maka beliau membaca doa: BISMIKALLAAHUMMA AHYAA WA AMUUTU (Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati), dan bila beliau bangun dari tidur maka beliau membaca: ALHAMDU LILLAAHIL LADZII AHYAANA BA’DA MAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR (Segala puji bagi Allah Dzat yang menghidupkan dan mematikan kami dan hanya kepada-Nyalah kami kembali”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Dan bersabarlah kamu dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan sore dengan mengharapkan keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka”. (QS. Al Kahfi : 28).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala mempunyai Malaikat-Malaikat yang selalu – mondar-mandir di jalan untuk mencari majlis dzikir. Apabila mereka telah menemukan suatu kaum yang sedang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil Malaikat lainnya sambil berkata: “Mari ke sini menyaksikan apa yang kamu cari”. Maka para Malaikat itu mengerumuni majlis dzikir itu dengan sayap mereka hingga ke langit dunia. Kemudian Allah bertanya kepada mereka padahal Tuhan lebih mengetahuinya: “Apa yang telah diucapkan oleh hamba-Ku?.” Malaikat itu menjawab: “Mereka mensucikan-Mu, membesarkan-Mu, memujiMu dan mengagungkan-Mu”. Tuhan bertanya:
“Apakah mereka pernah melihat-Ku?”. Malaikat menjawab: “Sungguh mereka sama sekali belum pernah melihat-Mu”. Tuhan bertanya: “Bagaimana seandainya mereka pernah melihat-Mu?”. Malaikat menjawab: “Andaikata mereka pernah melihat Engkau pasti mereka akan lebih giat lagi dalam beribadah kepadaMu dan lebih giat membesarkan-Mu dan mensucikan-Mu”. Tuhan bertanya: “Apa yang mereka minta?”. Malaikat menjawab: “Mereka meminta surga”. Tuhan bertanya: “Apakah mereka sudah pernah melihat surga?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka sama sekali belum pernah melihat surga”. Tuhan bertanya : “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Andaikata mereka pernah melihat surga pasti ia akan lebih giat beribadah, giat meminta dan lebih giat mengharapkannya”. Tuhan bertanya: “Dari apakah mereka berlindung?”. Malaikat menjawab: “Mereka berlindung dari api neraka”. Tuhan bertanya : “Apakah mereka pernah melihat neraka?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka belum pernah melihatnya”. Tuhan bertanya: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Andaikata mereka melihatnya niscaya mereka akan lebih menjauhkannya dan mereka akan lebih takut kepadanya”. Tuhan berfirman : “Saksikanlah olehmu bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka”. Salah satu Malaikat berkata: “Di dalam majlis itu ada seseorang yang bukan ahli dzikir, ia datang di situ sebab ada suatu hajat”. Tuhan berfirman : “Mereka semua tergolong ahli dzikir, dimana tak seorang pun yang duduk di situ yang akan mendapatkan siksaan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan, dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai Malaikat-malaikat yang selalu berjalan mencari majlis dzikir. Dan bila mereka telah menemukan majlis dzikir maka masing-masing Malaikat akan membentangkan sayapnya hingga memenuhi ruangan yang berada diantara majlis dzikir dan langit bumi. Selanjutnya bila ahli dzikir itu telah pulang kembali ke rumahnya masing-masing maka Malaikat segera naik ke langit dan ditanya oleh Allah yang sebenarnya lebih mengetahui: “Dari mana kamu semua datang?”. Para malaikat menjawab: “Kami baru mendatangi hamba-hamba-Mu di bumi yang sedang membaca tasbih, takbir untuk-Mu dan bermohon kepada-Mu”. Allah bertanya: “Apa yang mereka minta?”. Malaikat menjawab: “Mereka meminta surga-Mu”. Allah bertanya: “Apakah mereka pernah melihat surga-Ku?”. Malaikat menjawab: “Belum pernah”. Allah bertanya: “Bagaimana seandainya mereka mengetahui surga-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka mohon diselamatkan”. Allah bertanya: “Mereka mohon diselamatkan dari apa?”. Para Malaikat menjawab: “Dari neraka-Mu ya Allah”. Tuhan bertanya: “Apakah mereka pernah melihat neraka-Ku?”. Para Malaikat menjawab: “Belum pernah”. Tuhan bertanya: “Bagaimana seandainya mereka mengetahui neraka-Ku?”. Para malaikat menjawab: “Mereka akan memohon ampun kepada-Mu” Kemudian Allah berfirman: “Aku telah mengampuni mereka dan Aku akan memenuhi permohonan mereka dan menjauhkan mereka dari apa yang mereka minta diselamatkan”. Para Malaikat berkata: “Ya Allah, di dalam majlis itu ada si Fulan yang banyak berdosa. Ia kebetulan lewat lalu ikut duduk bersama mereka”. Allah ta’ala berfirman: “Si Fulan Juga Aku ampuni (dosanya). Mereka semua termasuk ahli dzikir dimana tak seorang pun yang duduk di situ yang mendapatkan siksaan”.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Abu Said ra. keduanya berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda: “Tidak duduk suatu kaum di suatu majlis untuk berdzikir kepada Allah melainkan mereka akan dikelilingi oleh Malaikat diliputi dengan rahmat, diturunkan ketenangan dan Allah selalu menyebut-nyebutnya di hadapan Malaikat yang ada di sisi-Nya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Wagid Harits bin Auf ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. duduk bersama-sama dengan sahabatnya di Masjid, tiba-tiba datang tiga orang dimana yang dua menuju Rasulullah saw. sedangkan yang seorang pergi begitu saja. Adapun salah seorangnya melihat tempat kosong di tengah majlis, lalu ia duduk di tengah majlis, sedangkan yang satu lagi sudah duduk di ujung majlis serta yang satu lagi sudah pergi meninggalkan majlis tersebut. Setelah beliau selesai memberikan nasehat, beliau bersabda: “Maukah kamu saya beritahu tentang ketiga orang itu? Salah seorang diantara mereka itu mendekat kepada Allah, maka Allah mendekatinya. Sedangkan orang yang kedua merasa malu maka Allah menghargai malunya dan yang lain pergi berpaling maka Allah juga berpaling daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. ia berkata: “Muawiyah keluar menuju ke suatu lingkaran orang-orang di dalam Masjid, lalu ia bertanya: “Apa sebabnya kamu duduk melingkar?”. Mereka menjawab: “Kami duduk melingkar untuk berdzikir kepada Allah”. Muawiyah bertanya lagi: “Benarkah kamu duduk melingkar untuk berdzikir kepada Allah?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, kami benar-benar duduk untuk tujuan berdzikir kepada Allah”. Muawiyah berkata: “Sebenarnya saya tidak menyumpah kamu karena ragu-ragu tetapi karena Rasulullah saw. bila keluar menuju ke lingkaran sahabat-sahabatnya lalu beliau juga bertanya: “Apa sebabnya kamu duduk melingkar?”. Para sahabat menjawab: “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah yang telah menunjukkan kepada kami tentang Islam dan juga sekaligus menganugerahkan kepada kami”. Beliau bertanya: “Demi Allah, benarkah kamu duduk ini dengan tujuan untuk berdzikir kepada Allah?”. Sesungguhnya aku tidak bersumpah kepada kamu semua karena ragu-ragu melainkan karena malaikat Jibril datang kepadaku dan memberitahukan bahwa Allah membanggakan kamu semua di depan para Malaikat”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan berdzikirlah kamu semua kepada Allah di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut serta dengan tidak mengeraskan suara, baik di waktu pagi maupun sore. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raf: 205).
Allah ta’ala berfirman: “Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhan sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya”. (QS. Oaf : 39)
Allah ta’ala berfirman: “Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu di waktu sore dan pagi”. (QS. Al Mukmin: 55).
Allah ta’ala berfirman: “Berdzikirlah kepada Allah di Masjid-Masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya di waktu pagi maupun sore. Yaitu orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, atau jual beli dari berdzikir kepada Allah”. (QS. An Nur: 36-37).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Daud pada waktu sore dan pagi”. (QS. Ash Shaad : 18)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang di waktu pagi dan sore selalu membaca: SUBHAANALLAAH WABIHAMDIHI (Maha suci Allah dan dengan memuji kepada-Nya) sebanyak seratus kali maka kelak di hari kiamat tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada ia kecuali orang-orang yang membaca seperti itu atau orang yang membacanya lebih dari seratus . kali”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw. dan berkata: “Ya Rasulullah, tadi malam aku disengat kalajengking”. Lalu beliau bersabda: “Seandainya tadi sore kamu membaca: A’UUDZU BIKALIMAATILLAAHIT TAMMAATI MIN SYARRI MAA KHALAQA (Saya berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang diciptakan: nya) pasti kamu tidak akan diganggu oleh makhluk-Nya yang galak”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bahwasanya beliau bila di waktu pagi selalu membaca: “ALLAAHUMMA BIKA ASHBAHNAA WABIKA AMSAINAA WABIKA NAHYAA WABIKA NAMUUTU WAILAIKAN NUSYUUR (Ya Allah, atas Engkau saya berada di waktu pagi, atas Engkau saya berada di waktu sore, atas Engkau saya hidup, atas Engkau saya mati dan hanya kepada-Mulah kami kembali)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Abu Bakar Siddig berkata: “Ya Rasulullah saw., ajarkanlah kepadaku suatu kalimat yang bisa kami baca di waktu pagi dan sore”. Beliau bersabda: “Bacalah: ALLAAHUMMA FAATHIRAS SAMAAWAATI WAL ARDHI, AALIMAL GHAIBI WASY SYAHAADATI, RABBA KULLI SYAI-IN WA MALIIKAHU, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA, A’UUDZUBIKA MIN SYARRI NAFSII WASYARRISY SYAITHAANI WASYIRKIHI (Ya Allah, Dzat yang menciptakan langit dan bumi, Dzat yang mengetahui semua yang gaib dan terangterangan, Tuhan dan pemilik sesuatu. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan kejahatan syetan dan sekutunya). Beliau bersabda: “Bacalah kalimat-kalimat tersebut di atas bila kamu berada di waktu pagi, sore dan ketika hendak tidur”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Nabi Allah bila waktu sore selalu membaca: “AMSAINAA WA AMSAL MULKU LILLAAHI WALHAMDU LILLAAHI LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDL WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR. RABBI AS-ALUKA KHAIRA MAA FII HAADZIHIL LAILATI WA KHAIRA MAA BA’DAHU. WA A’UUDZUBIKA MIN SYARRI MAA FII HAADZIHIL LAILATI WA SYARRI MAA BA’DAHU. RABBI A’UUDZUBIKA MINAL KASALI WA SUUIL KIBARI. A’UUDZUBIKA MIN “ADZAABIL FIN NAARI WA ‘ADZAA: BIN FIL QABRI (Kami berada di waktu sore Segala kekuasaan dan pujian bagi Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa. Bayinya segala kekuasaan dan segala puji dan Dia kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan di waktu berikutnya. Kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan malam ini dan kejelekan sesudahnya. Ya Allah, kami mohon perlindungan kepada-Mu dari sifat malas dan tua yang menyulitkan. Kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa di kubur)”. Dan jika berada di waktu pagi maka doa itu tetap dibaca dengan mengganti kalimat: AMSAINAA WA AMSAL MULKU LILLAAHI dengan kalimat: ASHBAHINAA WA ASHBAHAL MULKU LILLAAHI”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Khubaib ra. berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Bacalah QUL HUWALLAAHU AHAD, QUL ‘AUUDZU BIRABBIL FALAQ dan QUL ‘AUUDZU BIRABBIN NAAS sebanyak tiga kali bila telah masuk waktu sore dan memasuki waktu pagi, niscaya kamu terjaga dari segala bentuk kejahatan”. (HR. Abu Daud dan At Tumudzi).
- Dari Utsman bin Affan ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang hamba yang membaca diwaktu pagi dan sore yaitu : BISMILLAAHIL LADZII LAA YADHURRU MA’ASMIHII SYAIUN FIL ARDHI WALAA FIS SAMAAI WAHUWAS SAMIIUL ‘ALIIM (Dengan menyebut nama Allah, Dzat yang tidak akan berbahaya dengan asma-Nya segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit. Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui) sebanyak tiga kali melainkan ia tidak akan tertimpa oleh sesuatu kejahatan”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring serta mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”. (QS. Ali Imran: 189-191).
- Dari Hudzaifah ra. berkata: “Sesungguhnya bila Rasulullah saw. hendak beranjak ke tempat tidur, maka beliau membaca: BISMIKALLAAHUMMA AHYAA WA AMUUT (Dengan menyebut nama-Mu, ya Allah saya hidup dan saya mati)”. (HR. Bukhari).
- Dari Ali ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepadanya dan kepada Fatimah ra.: “Bila kamu hendak tidur maka bacalah takbir (ALLAHU AKBAR) sebanyak tiga puluh tiga kali”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Tasbih (SUBHANALLAAH) sebanyak tiga puluh empat kali”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Membaca takbir sebanyak tiga puluh empat kali”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang dari kamu hendak menuju ke tempat tidur maka hendaklah ia menyapu tempat tidurnya dengan ujung kain sebab ia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, lalu membaca: BISMIKA RABBII WADHA ‘TU JANBII WABIKA ARFAUHU, IN AMSAKTA NAFSII FARHAMHAA, WAIN ARSALTAHAA FAHFADHHAA BIMAA TAHFAZHU BIHI IBAADIKASH SHAALIHIIN (Dengan menyebut nama-Mu, wahai Tuhanku. Saya meletakkan pinggangku dan dengan menyebut nama-Mu aku mengangkatnya. Bila Engkau menahan jiwaku maka kasihanilah ia, dan bila Engkau melepaskannya maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sesungguhnya bila Rasulullah saw. mendatangi tempat tidurnya maka beliau meniup kedua tangannya lalu membaca QUL “AUUDZU BIRABBIL FALAOlQ dan QUL ‘AUUDZU BIRABBINNAAS selanjutnya mengusapkan kedua tangannya ke seluruh tubuhnya”. (HR. Bukhari dan MusIm).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Bila Nabi saw. beranjak menuju ke tempat tidurnya di waktu malam maka beliau menyatakan atau merapatkan kedua telapak tangannya, lalu ditiup lantas membaca: QUL HUWALLAAIHU AHAD, QUL ‘AUUDZU BIRABBIL FALAQ dan QUL ‘AUUDZU BIRABBIN NAAS. “Setelah membaca itu beliau mengusapkan kedua tangannya ke seluruh badannya di mulai dari kepala, mukanya dan seluruh badan bagian depan. Yang demikian ini diulang hingga tiga kali”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Al Barra’ bin Azib ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah bersabda kepadaku: “Bila kamu hendak tidur maka berwudhulah lebih dahulu sebagaimana mengerjakan wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada pinggangmu sebelah kanan, lalu membaca: ALLAAHUMMA ASLAMTU NAFESII ILAIKA, WA WAJJAHTU WAJHII ILAIKA, WA FAWWADHTU AMRII ILAKA, WA ALJAKTU ZHAHRII ILAIKA, RAHBATAN WARAGHBATAN ILAIKA, LAA MALJA-A WALAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA, AAMANTU BI KITAABIKAL LADZII ANZALTA, WABINABIYYIKALLADZII ARSALTA (Ya Allah, kami menyerahkan diriku kepada-Mu, kami menghadapkan wajahku kepada-Mu, kami menyerahkan segala urusanku kepadaMu, dan kami sandarkan punggungku kepadaMu dengan penuh harapan dan rasa takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung atau tempat keselamatan dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Kami beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan juga beriman kepada nabi-Mu yang Engkau utus). Bila kamu mati dalam tidur itu maka kamu mati dalam keadaan bersih. Dan jadikanlah bacaan itu sebagai akhir dari doa yang kamu baca”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya bila Rasulullah saw. akan beranjak menuju ke tempat tidurnya maka beliau membaca: “ALHAMDU LILLAAHIL LADZII ATH’AMANAA WASAQAANAA WAKAFAANAA WA AAWAANAA FAKAM MIMMAN LAA KAAFII LAHU WALAA MU’AWIYA (Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberi makan dan minum kepada kami dan yang telah memberi kecukupan dan memberi tempat kepada kami. Maka banyak orang yang tidak ada yang mencukupi dan memberi tempat)”. (HR. Muslim).
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata: “Sesungguhnya bila Rasulullah saw. hendak tidur maka beliau meletakkan tangan kanannya di bawah Pipinya lalu membaca doa: “ALLAAHUMMA QINII “ADZAABAKA YAUMA TUB’ATSU ‘IBAADAKA” (Ya Allah selamatkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari dimana Kau bangkitkan semua hamba-Mu)”. (HR. At Turmudzi) Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dari Hafshah ra. dan disitu dijelaskan bahwa Rasulullah saw..membaca doa itu sebanyak tiga kali.
Allah ta’ala berfirman: “Tuhanmu telah berfirman: “Berdoalah kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan”. (QS. Mukmin: 60).
Allah ta’ala berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan-Mu dengan rendah diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al A’raf : 55).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila hambahamba-Ku bertanya padamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku”. (QS. Al Bagarah: 186).
Allah ta’ala berfirman: “Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan”. (QS. An Naml : 62).
- Dari Aisyah ra. bin Basyir, dari Nabi saw. beliau bersabda : “Doa itu adalah ibadah”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah Saw. sangat menyukai doa yang menyeluruh dan meninggalkan doa yang tidak seperti itu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. ia berkata : “Doa yang pa: ling sering dibaca oleh Nabi saw. adalah: ALLAAHUMMA AATINAA FIDDUN-YAA HASANAH WAFIL AAKHIRATI HASANAH WAQINAA ‘ADZAABAN NAAR (Ya Allah berikanlah kebaikan kepada kami, baik kebaikan di dunia maupun kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka)”. (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim ada tambahan: “Bila Anas ra. hendak berdoa dengan suatu doa maka ia memulai dengan membaca doa ini terlebih dahulu atau bila ia berdoa maka ta selalu memasukkan doa ini ke dalam doa yang dibacanya”.
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. sering membaca doa: “ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WATTUQAA WAL ‘AFAAFA WAL GHINAA (Ya Allah, sesungguhnya saya memohon petunjuk bertambahnya takwa dan terpeliharanya kehormatan diri saya dan kekayaan kepada-Mu)”. (HR. Muslim).
- Dari Tharig bin Asyyam ra. ia berkata: “Bila ada orang masuk Islam maka beliau selalu mengajarkan shalat, lalu beliau menyuruhnya untuk berdoa dengan kalimat: “ALLAAHUMMAGHFIR LII WARHAMNII! WA ‘AAFINII WARZUONII (Ya Allah, ampunilah saya, kasihanilah saya dan berilah saya petunjuk, selamatkanlah saya dan berilah saya rizki)”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Dari Thariq, bahwasanya ia telah mendengar Nabi saw. kedatangan seseorang yang bertanya: “Ya Rasulullah saw., apakah yang mesti saya ucapkan bila saya memohon kepada Tuhan?”. Beliau bersabda: “Bacalah: ALLAAHUMMAGHFIR LII WARHAMNII WA ‘AAFINII WARZUQNII (Ya Allah, ampunilah saya, kasihanilah saya, selamatkan saya dan berilah saya rizki), sebab do’a itu sudah dapat mencakup dunia dan akhirat”.
- Dari Ibnu Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. berdoa: “ALLAAHUMMA MUSHARRIFAL QULUUB SHARRIF QULUUBANAA ‘ALAA THAA’ATIKA (Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, belokkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Berlindunglah kamu semua kepada Allah daripada beratnya cobaan, tertimpa kesusahan dan buruknya takdir serta ejekan musuh)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. selalu membaca doa: “ALLAAHUMMA ASHLIH LII DIINIIL LADZII HUWA ‘ISHMATU AMRII, WA ASHLIH LH DUN-YAAYAL LATII FIIHAA MA’AASYII, WA ASHLIH LII AAKHIRATIIL LATII FIIHAA MA-AADII, WAJ ‘ALIL HAYAATA ZIYAADATAN LII FI) KULLI KHAIRIN WAJ’ALIL MAUTA RAAHATAN LII MIN KULLI SYARRIN (Ya Allah, baikkanlah agamaku yang merupakan pokok kehidupanku, baikkanlah duniaku yang di dalamnya saya mencari penghidupanku, baikkanlah akhiratku yang merupakan tempat saya kembali, serta jadikanlah hidup ini untuk menambah kebaikan bagi diriku dan jadikanlah akhirat itu merupakan tempat peristirahatan dari segala kejelekan)”. (HR. Muslim).
- Dari Ali ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Ucapkanlah: ALLAAHUMMAHDINI! WA SADDIDNII (Ya Allah, berikanlah kami petunjuk dan kebenaran)”. Dalam riwayat lain dikatakan: “ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WAS SADAD (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk dan kebenaran kepada-Mu)”. (HR. Muslim). –
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. selalu membaca doa: “ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MINAL ‘AJZI WAL KASAL WALJUBNI WAL HARAM WAL BUKHLI. WA A’UUDZUBIKA MIN “ADZAABIL QABRI, WA AUUDZUBIKA MIN FIINATIL MAH YAA WAL MAMAAT (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lemah, malas, takut, tua bangka dan kikir. Dan juga saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan dari fitnah hidup serta dari fitnah mati)”.
Dalam riwayat lain ada tambahan: “WADHALA’ID DAINI WA GHALABATIR RIJAAL (Serta dari keberatan hutang dan paksaan orang)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Bakar Siddig ra. bahwasanya ia pernah berkata kepada Rasulullah saw.: “Ajarkanlah kepada saya suatu doa yang dapat saya baca tatkala shalat”. Beliau bersabda: “Bacalah: ALLAAHUMMA INNII ZHALAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WALAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA, FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM” (Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan penganiayaan yang banyak dan tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan pengampunan yang langsung daripada-Mu dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa ra. dari Nabi saw. bahwasanya Nabi saw. sering berdoa dengan doa ini: “ALLAAHUMMAGHFIRLI! KHATHIIATI WAJAHLII WAISRAAFII FH AMRII WAMAA ANTA A’LAMU BIHI MINNII, ALLAAHUMMAGHFIRLII JADDII WAHAZLI WA. KHATHAII WA ‘AMDII WAKULLU DZAALIKA ‘INDII, ALLAAHUMMAGHFIRLII MAA QADDAMTU WAMAA AKHKHARIU WAMAA ASRARTU WAMAA A’LANTIU WAMAA ANTA A’LAMU BIHI MINNII ANTAL MUQADDIMU WA ANTAL MUAKH.KHIRU WA ANTA ‘ALAA KULLI SYAIIN QADIIR (Ya Allah, ampunilah dosa kesalahanku, kebodohanku, keterlaluanku dalam segala hal, serta apapun yang Engkau lebih mengetahuinya daripadaku. Ya Allah, ampunilah yakni kesungguhanku, keteledoranku, kesalahanku dan kesengajaanku yang mana semuanya itu ada dalam diriku. Ya Allah, ampunilah dosaku yang telah lalu dan dosa yang akan datang, dosa yang aku lakukan dengan sembunyisembunyi maupun yang aku lakukan dengan terang-terangan dan segala dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau adalah Dzat yang mendahulukan dan Dzat yang mengakhirkan dan Engkau adalah Dzat Yang mengetahui segala sesuatu)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. selalu membaca doa: “ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN SYARRI MAA ‘AMILTU WAMIN SYARRI MAA LAM A’LAMU (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejelekan apa yang telah kami perbuat dari kejelekan apa yang belum kami perbuat)”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Diantara doa yang dibaca oleh Rasulullah saw. adalah: “ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA , MIN ZAWAALI NIKMATIKA WATAHAW| WULI ‘AAFIYATIKA WA FAKHATI NIQMA TIKA WAJAMII’I SAKHATIKA (Ya Allah, ‘ sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, bergesernya kesejahteraan-Mu, mendadaknya cobaan-Mu dan berkumpulnya semua murka-Mu)”. , (HR. Muslim).
- Dari Zaid bin Arqam ra. ia berkata: “Rasulullah saw. sering membaca doa: “ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MINAL ‘AJZ1I WAL KASALI WAL BUKHLI WAL HARAMI WA ‘ADZAABIL QABRI, ALLAAHUMMA AATI NAFSII TAOWAAHAA, WAZAKKUHAA ANTA KHAIRU MAN ZAKKAAHAA, ANTA WALIYYUUHAA WAMAULAAHAA. ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ILMIN LAA YANFA’ WAMIN OALBIN LAA YAKHSA’ WAMIN NAFSIN LAA TASYBA’ WAMIN DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA (Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lemah, malas, kikir, tua bangka dan siksa kubur. Ya Allah berikanlah rasa takwa ke dalam hatiku, dan bersihkanlah hatiku karena Engkau adalah Dzat yang paling bisa membersihkannya dan Engkau adalah Pelindung dan Penguasanya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak tenang, dari nafsu yang tidak puas dan dari doa yang tidak dikabulkan) (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. sering membaca doa: “ALLAHUMMA LAKA ASLAMTU, WABIKA AAMANTU, WA ILAIKA TAWAKKAL TU, WA ILAIKA ANABTU, WABIKA KHASHAM. TU, WA ILAIKA HAAKAMTU, FAGHFIRI MAA QADDAMTU WAMAA AKHKHARTU WAMAA ASRARTU WAMAA A’LANTu, ANTAL MUQADDIMU WA ANTAL MUAKHIKHIRU, LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Ya Allah, hanya kepada-Mulah aku berserah diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya kepada-Mulah aku bertawakkal, hanya kepada-Mulah aku kembali, hanya karena pertolongan-Mulah aku dapat berjuang, hanya kepada-Mulah aku bertahkim. Maka dari itu ampunilah semua dosaku, baik yang telah lalu maupun yang akan datang, baik dosa yang tersembunyi maupun dosa yang aku lakukan dengan terang-terangan. Engkau adalah Dzat yang mendahulukan dan Dzat yang mengakhirkan. Tiada Tuhan kecuali Engkau)”.
Ada seorang perawi yang memberi tambahan: “ WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. sering berdoa dengan doa: ALLAAHUMMA INNII ‘AUUDZUBIKA MIN FITNATIN NAARI WA “ADZAABIN NAARI, WAMIN SYARRIL GHINAA WAL FAQRI (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari fitnah dan siksaan api neraka serta dari kaya dan miskin yang buruk)”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Ziad bin Alagah dari pamannya yaitu Outbah bin Malik ra. ia berkata: “Nabi saw. sering membaca doa: ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN MUNKARAATIL AKHLAAQI WAL A’MAALI WAL AHWAA| (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari akhlak, amal perbuatan dan hawa nafsu yang jahat)”. (HR. At Turmudai).
- Dari Syakal bin Humaid ra. ia berkata: “Aku bertanya: “Ya Rasulullah saw., ajarkanlah kepadaku suatu doa”. Kemudian beliau bersabda. “Ucapkanlah: ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN SYARRI SAM’III WAMIN SYARRI BASHARI, WAMIN SYARRI LISAANII, WAMIN SYARRI QALBII WAMIN SYARRI MANINYYI (ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari jahatnya pendengaranku, jahatnya penglihatanku, jahatnya lisanku, jahatnya hatiku dan dari jahatnya angan-anganku)”. (HR. Aru Daud dan At Turmudzi).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. sering membaca doa: ALLAAHUMMA INNII “AUUDZUBIKA MINAL BARASHI WAL JUNUUNI WAL JUDZAAMI WA SAYYI-IL ASQAAMI (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, dari penyakit gila, penyakit kusta dan penyakit yang berat)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. sering berdoa dengan doa ini: “ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MINAL JUU’ FA-INNAHU BI’SADH DHAJIII, WA A’UUDZUBIKA MINAL KHIYAANATI FAINNAHAA BI’SATIL BITHAANATU (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari lapar sebab lapar itu teman tidur yang paling jelek. Dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat khianat sebab khianat itu sejelek-jelek teman)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ali ra. ia berkata: “Sesungguhnya ada seorang budak mukatab datang kepadanya dan berkata: “Sesungguhnya saya tidak punya sesuatu untuk membayar angsuran guna memerdekakan diriku, maka berilah saya bantuan”. Kemudian Ali ra. berkata: “Maukah kamu saya ajari beberapa kalimat yang telah diajarkan Nabi saw. kepadaku dimana bila kamu mempunyai hutang sebesar gunung sekalipun niscaya Allah akan memberi pertolongan kepadamu untuk melunasi hutangmu, yaitu bacalah: ALLAAHUMMAKFINII BI HALAALIKA “AN HARAAMIKA WA AGHNINI BI FADHLIKA’AMMAN SIWAAKA (Ya Allah, cukupkanlah kepadaku rizki yang halal dan jauhkanlah aku dari rizki yang haram Dan jadikanlah aku kaya dengan karunia-Mu yang mana sebenarnya tidak ada yang mampu memberi kekayaan kecuali Engkau)”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Imran bin Hushain ra. ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. pernah mengajarkan dua kalimat kepada ayahnya (Husham) untuk berdoa yaitu: “ALLAAHUMMA ALHIMNII RUSYDII, WA ‘AIDZNII MIN SYARRI NAFSII (Ya Allah, ilhamkanlah kepadaku petunjuk dan lindungilah aku dari kejahatan diriku sendiri) ‘ (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Fadhl Abbas bin Abdul Muc thalib ra. berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah saw. ajarkanlah kepadaku sesuatu vang aku L harus memohonnya kepada Allah”. Beliau bersabda: “Mohonlah kesejahteraan kepada .Allah”. setelah beberapa hari lagi saya datang “ lagi dan berkata: “Ya Rasulullah saw., ajarkanalah kepadaku yang mana aku dapat memohon « kepada Allah”. Beliau bersabda: “Hai Abbas, hai paman Rasulullah, mohontah kesejahteraan di dunia maupun di akhirat kepada Allah)”. (HR. At Turmudzi)
- Dari Syahr bin Hausyab berkata: “Saya pernah bertanya kepada Ummu Salamah ra.: “Hai ummul Mukminin, doa apakah yang paling sering dibaca oleh beliau tatkala beliau di tempatmu?”. Ummu Salamah menjawab: “Doa yang paling sering dibaca beliau adalah: YAA MUOALLIBAL QULUUBI, TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIKA (Wahai Dzat yang membolak-baJikkan hati, tetapkanlah hatiku untuk selalu memeluk agama-Mu)”. (QS. At Tumudzi).
- Dari Abu Darda’ ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Diantara doa yang dibaca oleh Nabi Daud adalah: “ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA HUBBAKA WAHUBBA MAN YUHIBBUKA WAL ‘AMALAL LADZII YUBALLIGHUNII HUBBAKA. ALLAAHUMMAJ’AL HUBBAKA AHABBA ILAYYA MIN NAFSII WA AHLI WAMINAL MAAIL BAARIDI (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu untuk selalu dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan amal perbuatan yang dapat menghantarkan untuk dapat mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepada-Mu melebihi cintaku kepada diriku sendiri, keluargaku dan melebihi daripada air yang sejuk)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. telah bersabda: “Perbanyaklah kamu membaca: YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Mulia)”. (HR. Turmudi).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Nasai, dari Rabiah bin Amir Ash Shahabi.
- Dari Umamah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. berdoa dengan doa yang sangat panjang (banyak) hingga kami tidak dapat menghafalkannya sedikit pun, lalu kami berkata: “Ya Rasulullah saw., engkau berdoa dengan doa yang sangat banyak, hingga kami tidak dapat menghafalkannya sedikit pun”. Beliau bersabda: “Maukah kamu saya tunjukkan sebuah doa yang mencakup semuanya itu ?”. Yaitu ucapkanlah: Al LAAHUMMA INNI! ASALUKA MIN KHAIRI MAA SA-ALAKA MINHU NABIYYUKA MUHAMMADUN SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM, WANA’UUDZUBIKA MIN SYARRI MAASTA’ADZAKA MINHU NABIYYUKA MUHAMMADUN SHALLALLAAHU ‘ALAI!I WASALLAM, WA ANTAL MUSTA’AANU WA ‘ALAIKAL BALAGH WALAA HAULA WALAA OUWWATA ILLAA BILLAAH (Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu sebaik-baik apa yang telah diminta oleh nabiMu Muhammad saw.,, dan aku berlindung kepada-Mu dari sejelek-jelek apa yang nabiMu Muhammad saw. berlindung kepada-Mu. Engkau adalah Dzat yang paling pantas dimintai pertolongan dan hanya kepada-Mulah yang pantas disampaikan segala macam keluhan. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Diantara doa Rasulullah saw. adalah: “ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA MUUJIBAATI RAHMATIKA WA ‘AZAAIMI MAGHFIRATIKA, WASSALAAMATA MIN KULLI ITSMIN WAL GHANIIMATA MIN KULLI BIRRIN, WALFAUZA BILJANNAH, WANNAJAATA MINAN NAARI ( Ya Allah, aku meminta kepada-Mu atas terpenuhinya rahmat-Mu, kepastian ampunan-Mu, selamat dari segala dosa, memperoleh segala kebaikan serta beruntung mendapatkan surga dan selamat dari api neraka)”. (HR. Al Hakim Abu Abdullah).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami”. (QS. Al Hasyr: 10)
Allah ta’ala berfirman: “Dan mohon ampunlah kamu atas dosa-dosamu, dan dosadosa orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan”. (QS. Muhammad: 19)
Allah ta’ala berfirman: Dengan mensitir doa Nabi Ibrahim: “Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku serta orang-orang mukmin pada hari dilaksanakannya hisab”. (QS. Ibrahim : 41)
- Dari Abu Darda’ ra. berkata, Sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim yang mendoakan kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya melainkan Malaikat akan berkata: “Dan untuk kamu juga seperti itu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Darda’ ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Doa seorang muslim kepada saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu adalah sangat mustajab. Di atas kepala seorang muslim yang berdoa itu ada Malaikat yang ditugaskan supaya tiap ia berdoa baik untuk saudaranya supaya disambut: AAMIN WALAKA BIMITSLIN (Semoga dikabulkan dan untukmu sendiri juga seperti itu)”. (HR. Muslim).
- Dari Usamah bin Zaid ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang diperlakukan baik lalu ia berkata kepada orang yang berbuat baik padanya itu: “Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan kepadamu”. maka telah cukup memujinya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kau berdoa jelek pada dirimu sendiri, berdoa jelek kepada anak-anakmu dan berdoa jelek kepada hartamu sendiri. Janganlah kamu berdoa seperti itu terutama di waktu dimana Allah menerima doa lalu doamu dikabulkan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sedekat-dekat seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia bersujud. Oleh karena itu banyak-banyaklah berdoa di dalam sujud”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Doa seseorang itu akan selalu dikabulkan selagi ia tidak terburuburu, dimana ia mengucapkan: “Aku telah berdoa kepada Tuhanku tetapi Tuhan tidak mengabulkan do’aku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Doa seseorang itu akan dikabulkan selagi ia tidak berdoa untuk berbuat dosa atau berdoa untuk memutuskan tali persaudaraan dan selagi ia tidak terburu-buru”. Ditanyakan: “Apa yang dimaksud dengan terburu-buru?”. Beliau bersabda: “Ia berkata: Aku telah berdoa tetapi aku tidak pernah melihat doaku dikabulkan”. Bila sudah seperti itu maka ia merugi dan ia juga enggan untuk berdoa lagi”.
- Dari Abu Umamah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah ditanya: “Di waktu apakah doa itu didengar (dikabulkan)?”. Beliau menjawab: “Yaitu (doa yang dipanjatkan) pada tengah malam yang akhir dan setelah shalat fardhu”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ubadah bin Samit ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang muslim di bumi yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa melainkan Allah pasti mengabulkannya atau Allah akan menghindarkannya dari segala macam marabahaya selagi ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa atau memutuskan tali persaudaraan”. Diantara para sahabat ada yang berkata: “Kalau begitu banyak-banyaklah berdoa”. Beliau bersabda: “Allah lebih banyak anugerah-Nya”. (HR. At Turmudzi).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim dari Abu Said, dimana dalam riwayat itu terdapat tambahan: “Atau Allah menyimpan pahalanya sebesar permohonannya”.
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata: “Bila Rasulullah saw. menghadapi suatu kesulitan maka beliau berdoa: “LAA ILAAHA ILLALLAAHUUL AZHIIMUL HALIIM. LAA ILAAHA ILLALLAAHU RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM. LAA ILAAHA ILLALLAAHU RABBUSSAMAAWAATI WARABBUL ARDHI RABBUL ‘“ARSYIL KARIIM (Tiada Tuhan kecuali Allah, Dzat yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tiada Tuhan kecuali Allah, Tuhannya Arsy yang agung. Tidak ada Tuhan kecuali Allah, Tuhannya langit dan bumi serta Tuhannya Arsy yang mulia)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah SWT. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah, yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”. (QS. Yunus: 62-64)
Allah ta’ala berfirman: “Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, lalu makan dan minumlah kamu”. (QS. Maryam : 25-26).
Allah ta’ala berfirman: “Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrob, ia dapatkan makanan di sisinya. Zakaria bertanya: “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?”. Maryam menjawab: “Makanan itu dari Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki tanpa hitungan”. (QS. Ali Imran: 37).
Allah ta’ala berfirman: “Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu. Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri”. (QS. Al Kahti: 16-17)
- Dari Abu Muhammad Abdur Rahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq ra. ia berkata: “Sesungguhnya Ahli Suffah adalah orang-orang yang miskin dan suatu ketika Nabi saw. bersabda:” Barangsiapa yang memiliki makanan untuk dua orang maka hendaklah ia makan bertiga. Dan siapa yang memiliki makanan untuk empat orang maka hendaklah ia makan berlima atau berenam”. Maka Abu Bakar membawa tiga orang sedangkan Nabi saw. sendiri membawa sepuluh orang. Kemudian Abu Bakar makan bersama Nabi saw. dan tinggal di sana hingga selesai shalat Isya”, lalu ia pulang ke rumahnya setelah jauh malam. Dan sesampainya di rumah ia ditegur oleh istrinya: “Apakah yang menahanmu hingga kamu menelantarkan tamumu itu ?”. Abu Bakar bertanya : “Apakah mereka itu belum kau beri makan”. Istrinya menjawab: “Mereka menolak karena menunggu kedatanganmu”. Abdur Rahman berkata: “Lalu saya bersembunyi, maka Abu Bakar memanggil-manggil: “Hai si tolol”. Ia terus memaki dan mencaci-makiku”. Kemudian ia berkata kepada tamu-tamunya: “Silahkan makan seadanya, demi Allah aku sendiri tidak akan makan”. Abdurrahman berkata: “Demi Allah, setiap kali kami mengambil makanan maka dari bawahnya menyumber makanan yang lebih banyak lagi sehingga mereka merasa kenyang semua dan sisa makanan itu justru lebih banyak daripada sebelum dimakan. Selanjutnya Abu Bakar memperhatikan makanan yang semakin bertambah banyak itu serta berkata kepada istrinya: “Hai saudari bani Friras, apakah ini ?”. Istrinya berkata: “Alangkah senangnya hatiku, sekarang makanannya bertam- bah banyak daripada sebelum dimakan bahkan lipat tiga kali”. Lalu Abu Bakar makan dan berkata: “Sesungguhnya sumpahku tadi adalah karena godaan setan”. Setelah Abu Bakar makan sesuap dari makanan itu maka ia membawa sisa makanan itu kepada Nabi saw. dan meninggalkan makanan itu tetap berada di tempat beliau. Waktu itu sedang ada rapat antara kami dengan suatu kaum untuk membahas mengenai suatu perjanjian. Setelah selesai rapat kami membagi orang-orang yang rapat itu menjadi dua belas kelompok yang masingmasing kelompok terdiri dari beberapa orang yang hanya Allah saja yang tahu jumlahnya. Mereka semua makan dari sisa makanan yang ada di tempat Nabi saw. itu”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Abu Bakar dan istrinya bersumpah untuk tidak makan. Demikian juga tamu-tamunya bersumpah untuk tidak makan sebelum Abu Bakar mau makan bersama. Lantas Abu Bakar berkata: “Sumpah itu adalah semata-mata dari godaan setan, maka :a meminta agar supaya menghidangkan makanan dan ia bersama tamunya makan bersama. Maka setiap mereka mengangkat makanan maka dari bawahnya menyumber makanan yang lebih banyak. Ia lantas berkata kepada istrinya: “Hai saudari bani Firas, apakah ini ?”. Istrinya berkata: “Alangkah senangnya hatiku, sungguh makanan ini malah bertambah banyak daripada sebelum dimakan”. Setelah selesai makan ia membawa sisanya ke tempat Nabi saw. dan Nabi saw. pun berkenan makan makanan itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya Abu Bakar berpesan kepada Abdur Rahman agar supaya ia melayani tamu-tamunya dengan sebaik-baiknya karena ia akan pergi ke tempat Nabi saw. dan ia juga berpesan agar tamunya disuruh makan sebelum ia datang. Setelah Abdur Rahman tiba di rumah, maka segera ia menghidangkan makanan seadanya kepada tamunya seraya berkata: “Silahkan makan”. Mereka bertanya: “Sedang di mana tuan rumahnya?” Abdur Rahman berkata: “Ia berpesan kepadaku agar aku menghidangkan makanan kepada kamu semua, sebab nanti jika ia datang sementara kamu semua belum makan maka aku yang akan dimarahi”. Mereka tetap tidak mau makan. Maka ketika ia (Abu Bakar) datang maka aku terus bersembunyi sebab aku yakin bahwa aku akan dimarahi, dan ia bertanya kepada para tamunya: “Apa yang sedang kamu perbuat?”. Mereka menceritakan apa adanya, lalu ia memanggil-manggil: “Hai Abdur Rahman”. Aku terdiam saja. Dan ia pun memanggil lagi: “Hai Abdur Rahman”. Aku pun tetap diam saja. Kemudian ia memanggil lagi: “Hai Si tolol”, saya bersumpah jika kau mendengar panggilanku maka kau harus segera datang”. lalu aku pun keluar dan berkata: “Silahkan tuan bertanya kepada tamu-tamu tuan”. Para tamu berkata: “Betul, ia tadi sudah menghidangkan makanan untuk kami semua”. Abu Bakar berkata: “Jadi kamu semua menunggu saya, padahal saya tidak akan makan pada malam ini” Mereka berkata: “Demi Allah, kami tidak akan makan sebelum engkau mau makan bersama kami”. Abu Bakar berkata: “Celaka kamu semua tidak mau menikmati hidanganku yang telah aku persiapkan. Hidangkan makanan itu”. Kemudian makanan itu pun keluar dan ia mengulurkan tangannya seraya berkata: “BISMILLAH, maka kata (sumpah) yang tadi itu hanya dari pengaruh syetan”. maka ia makan bersama-sama dengan para tamu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu “Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sungguh pada ummatummat sebelum kamu ada orang-orang yang mendapatkan ilham. Dan andaikata pada ummatku ada salah seorang yang mendapatkan ilham maka ia adalah Umar”. (HR. Bukhari). (Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah ra.)
- Dari Jabir bin Samurah ra. ia berkata: “Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abu Waqqas ra. kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. hingga dipecat oleh Umar dan diganti oleh Ammar bin Yasir ra. Sedemikian berat pengaduan penduduk Kufah hingga mereka berkata: “Sesungguhnya ia tidak sempurna shalatnya”. Lalu Umar memanggilnya dan betkata: “Hai Abu Ishag, mereka mengadukan bahwa kamu tidak bisa sempurna shalatnya”. ‘ Sa’ad menjawab: “Adapun saya, demi Allah, sesungguhnya saya shalat bersama mereka persis seperti shalatnya Rasulullah saw. tidak menyimpang sedikit pun. Bila saya shalat isya maka saya agak lama pada rakaat pertama dan saya lebih cepat pada dua rakaat yang akhir”. Umar berkata: “Memang demikiankah persangkaan mereka kepada dirimu, hai Abu Ishaq”. Lalu Umar mengirim Sa’ad bersama dengan beberapa orang ke Kufah untuk menyelidiki mengenai penduduk Kufah secara keseluruhan. Pada tiap-tiap Masjid yang didatanginya ia selalu bertanya mengenai keadaan Saad dan pada umumnya mereka banyak yang memuji Saad hanya saja ketika ia masuk ke Masjid bani Abas, di situ ada seseorang yang berdiri yang bernama Usamah bin Qatadah dan biasa dipanggil dengan Abu Sa’dah, ia berkata: “Bila kamu bertanya tentang Sa’ad maka sesungguhnya ia adalah pemimpin yang tidak pernah memimpin pasukan, tidak membagi harta rampasan perang dengan rata dan ia tidak adil dalam menentukan hukum”. Maka Sa’ad berkata: “Demi Allah, aku akan berdoa tiga macam yaitu, ya Allah jika hamba-Mu itu berdusta hanya karena riya dan sum’ah dan mencari nama saja maka panjangkanlah umurnya dan lanjutkan kemiskinannya serta hadapkanlah ia dengan berbagai fitnah”. Kemudian doa itu dikabulkan sehingga apabila ia ditanya oleh seseorang maka ia menjawab: “Saya menjadi tua renta ini dan ditimpa dengan berbagai macam fitnah adalah karena doa Sa’ad”.
Abdul Malik bin Umair ra. perawi hadits ini dari Jabir bin Samurah berkata: “Saya telah melihat sendiri Usamah berumur sangat tua hingga kedua kelopaknya menutupi kedua matanya, dan ia selalu duduk-duduk di pinggir jalan untuk menunggu perempuan yang lewat di situ”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Urwah bin Zubair ra. berkata: “Se. Sungguhnya Said bin Zaid Amr bin Naufal ra. telah diadukan oleh Arwa bin Aus kepada Marwan bin Hakam dimana Said itu dituduh merampas sebagian tanahnya Kemudian Said berkata: “Saya mengambil tanahnya setelah mendengar sabda Rasulullah saw “. Marwan bertanya: “Apa yang telah kamu dengar dari Rasulullah saw?”. Said menjawab: “Barangsiapa yang merampas sejengkal tanah dengan cara zhalim maka akan dikalungkan ke lehernya tujuh petala bumi”. Lantas Marwan berkata: “Aku tidak akan minta bukti-bukti: setelah kamu berkata begitu”. Kemudian Said berdoa” “Ya Allah, jika Arwa berdusta maka butakanlah matanya dan semoga ta mati di bumi yang didakwakan itu”. Urwah menceritakan bahwa Arwa memang betul-betul buta sebelum mati dan pada suatu saat ia berjalan di tanah yang didakwakan itu tiba-tiba ia jatuh terperosok ke dalam lubang sehingga ta mati di situ”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan, dari Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar dengan intisari yang sama. Dan diceritakan bahwa ia melihat Arwa itu buta berjalan meraba-raba dinding sambil berkata: “Saya tertimpa seperti ini karena doanya Said”. dan sewaktu ia berjalan di tanah yang didakwakan itu serta merta terperosok ke dalam sebuah sumur yang ada di situ hingga ia mati, dan di sumur itulah kuburannya”.
- Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: “Sewaktu perang Uhud dimulai, pada malam harinya ayah memanggilku seraya berkata: “Menurut dugaanku, aku adalah orang yang pertama kali akan terbunuh diantara sahabatsahabat Nabi saw. dan aku tidak meninggalkan seorang pun yang lebih aku sayangi melebihi daripadamu selain Rasulullah saw. Dan saya meninggalkan hutang maka bayarlah hutangku itu serta aku berpesan rawatlah baik-baik saudara perempuanmu”. Tepat benar, pada esok harinya ayahkulah yang pertama terbunuh dan aku menguburkannya bersama orang lain dalam satu liang kubur. Setelah enam bulan lamanya hatiku merasa tidak enak karena membiarkan ayah bersama orang lain dalam satu liang kubur, maka aku keluarkan lagi dari kuburnya dan waktu itu jasad ayahku masih utuh tetap seperti pada hari aku masukkan jasadnya keliang kubur hanya saja telinganya yang berubah. Kemucian jasad ayah aku masukkan dalam liang kubur yang tersendiri”. (HR. Bukhari)
- Dari Anas ra. berkata: “Sesungguhnya ada dua orang sahabat Nabi saw. keluar dari majlis Nabi saw. dalam malam gelap gulita. Tiba-tiba dari arah depan kedua sahabat itu keluar dua cahaya mirip lampu. Dan ketika keduanya saling berpisah maka cahaya mirip lampu itu pun memisah menyertai masing-masing sahabat Nabi saw. itu sehingga sampai di rumahnya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra.-ia berkata: “Rasulullah saw. telah mengirim sepuluh orang matamata dalam peperangan yang dikepalai oleh Ashim bin Tsabit Al Anshari ra. Setelah mereka berangkat dan sampai di Hudah yaitu tempat di antara Usfan dan Mekkah, mereka telah diketahui oleh sekelompok bani Hudzail yaitu bani Lihyan, lalu kaum bani Hudzail itu memanggil seratus ahli panah untuk menyerang rombongan Ashim. Ketika Ashim dan temantemannya merasa bahwa akan ada bahaya, maka segera ia bersembunyi di suatu tempat namun akhirnya mereka dikepung oleh bani Lihyan seraya berkata: “Menyerahlah kamu, dan kami berjanji tidak akan membunuh seorang pun dari kamu”. Lantas Ashim berkata: “Hai kaum muslimin, saya tidak rela berada dibawah kekuasaan orang kafir. Ya Allah, beritahukan kepada Nabi Muhammad keadaan kami in”. Kemudian mereka diserang dengan anak panah hingga Ashim meninggal dunia. Dan tiga orang diantara mereka ada yang menyerah mau menerima perjanjian yaitu Khubaib, Zaid bin Datsinah dan ada seorang lagi. Dan ketika mereka telah menyerah maka dilepaslah tali busur untuk mengikat tiga orang itu, sehingga orang yang ketiga melihat perbuatan yang sewenang-wenang itu segera berkata: “Ini adalah penghianatan yang pertama. Demi Allah, saya tidak mau damai dengan kamu semua, dan bagi saya lebih baik mengikuti jejak temanteman yang telah gugur”. Ia berpendapat lebih baik dibunuh daripada damai dengan mereka. Lalu mereka menyiksa dan membunuhnya. Sedangkan dua tawanan ini dibawa ke Makkah yang selanjutnya dijual. Peristiwa ini terjadi setelah perang Badr. Kemudian Khubaib ra. itu dibeli oleh putra-putri Al Harits bin Amir untuk dibunuh sebagai balas dendam kepada Hubaib yang telah membunuh ayahnya (Al Harits) dalam perang Badr. Maka Khubaib tinggal bersama mereka sebagai tawanan hingga menunggu saat pembunuhannya. Pada suatu hari Khubaib meminjam pisau pencukur dari putri Al Harits, maka ketika telah dipinjami mendadak ada anak kecil yang merangkak ke tempat Khubaib dan duduk di pangkuan Khubaib hingga menimbulkan rasa takut mereka jangan-jangan anak itu nanti dibunuh oleh Khubaib. Khubaib lalu berkata: “Apakah kamu merasa khawatir kalau aku akan membunuh anak kecil ini ?. Sama sekali saya tidak akan membunuhnya”. Maka Putri Al Harits itu berkata: “Demi Allah, aku belum pernah melihat tawanan yang lebih baik dari Khubaib. Dan pada suatu hari aku pernah melihat ia makan buah anggur di tangannya padahal tangannya diikat dengan rantai besi dan juga waktu itu di Makkah tidak ada buah anggur”. Selanjutnya putri Al Harits itu berkata: “Sesungguhnya itu adalah rizki karunia dari Allah yang diberikan kepada Khubaib”. Kemudian setelah Khubaib dikeluarkan dari bumi haram untuk dibunuh, maka Khubaib minta izin untuk mengerjakan shalat dua rakaat. Maka mereka juga memberi izin. Setelah shalat Khubaib berkata: “Demi Allah andaikata bukan karena dugaanmu bahwa aku takut mati Pasti aku akan mengerjakan shalat sebanyakbanyaknya. Ya Allah, hitunglah bilangan mereka dan bunuhlah mereka dengan bercerai-berai” Kemudian Khubaib mengalunkan syair yang artinya: “Saya tidak memperdulikan ketika dibunuh dalam kedaan muslim. Walau bagaimana bentuk kematianku asalkan karena Allah, dan hal yang demikian itu adalah dalam rangka membela kalimah Tuhan dan kalau Tuhan berkenan pasti Ia akan memberkahi potonganpotongan anggota yang berserakan” Khubaib adalah orang yang bisa ditiru oleh setiap muslim, dimana ia sabar dan mengerjakan shalat ketika akan dibunuh. Dan Nabi saw. telah memberitakan keadaan sahabat-sahabatnya yang tertimpa musibah itu kepada sahabatnya. Kemudian orang kafir mengutus beberapa orang untuk mengambil jenazah Ashim bin Tsabit tatkala mereka mendengar bahwa ia dibunuh oleh bani Lihyan sebab ia adalah orang yang telah membunuh tokoh kafir Quraisy. Tetapi Allah telah mengutus lebah yang mirip seperti payung untuk melindungi jenazah Ashim dimana lebah itu menyerang utusan orang kafir yang ingin mengambil jenazah Ashim itu hingga akhirnya mereka tidak dapat mengambil sedikitpun dari anggota tubuh Ashim”. (HR. Bukhart).
Pada bab-bab yang lain (yang terdahulu) telah dijelaskan mengenai hadits-hadits yang serupa antara lain yaitu hadits tentang pemuda yang berguru pada Pendeta dan tukang sihur, hadits tentang Juraij, hadits tentang tiga pemuda yang masuk gua lalu tertutup oleh batu besar, hadits tentang seseorang yang mendengar awan berkata: “Siramlah kebun si Fulan, dan lain sebagainya.
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Sama sekali saya tidak pernah mendengar Umar ra: mengatakan sesuatu: “Saya perkirakan akan terjadi begini”, melainkan terjadi apa yang diperkirakan itu”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hujurat: 12).
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya”. (QS. Bani Israil: 26).
Allah ta’ala berfirman: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Oaaf : 12).
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya sudah seharusnya bila seorang mukallaf itu senantiasa menjaga lisannya dari segala perkataan yang membawa maslahat. Andaikata berbicara dan diam itu sama-sama tidak membahayakan dan sama-sama tidak membawa maslahat maka lebih baik diam, sebab pembicaraan yang tidak membawa maslahat itu kadang-kadang melantur pada hal-hal yang haram atau tidak baik. Itulah yang umum terjadi.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw. siapakah yang paling utama diantara kaum muslimin ?”“. Beliau menjawab: “Yaitu orang yang dimana orang-orang Islam yang lain merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (HR. Bukhari dan Muslim). :
- Dari Sahl bin Saad ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang berani menjamin aku atas selamatnya apa yang ada di antara dagunya dan apa yang di antara pahanya maka aku (Nabi saw.) berani memberi jaminan surga kepadanya”. (HR Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang itu bisa tergelincir ke neraka lantaran mengucapkan perkataan tanpa difikir terlebih dahulu dimana luas neraka itu lebih luas daripada jarak antara timur dan barat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. Beliau bersabda : “Seseorang itu bisa saja terangkat derajatnya lantaran mengucapkan suatu perkataan yang diridhai oleh Allah yang sebenarnya perkataan itu tanpa dipertimbangkan lebih dahulu. Dan sebaliknya seseorang itu bisa saja terjerumus ke dalam neraka lantaran ia mengucapkan perkataan yang sangat dibenci oleh Allah yang mana perkataannya itu tanpa dipertimbangkan lebih dahulu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abdur Rahman Bilal bin Harits Al Muzanni ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang itu bisa jadi karena mengucapkan suatu perkataan yang diridhai Allah yang mana ia tidak menyangka akan sampai yang demikian itu, lalu Allah mencatat dalam keridhaan-Nya lantaran perkatannya itu sampai hari ia bertemu dengan-Nya, Dan sesungguhnya seseorang itu bisa jadi karena mengucapkan perkataan yang sangat dibenci Allah yang mana ia tidak menyangka akan sampal demikian atu, lalu Allah mencatat dalam kebenaan-Nya lantaran perkataannya itu sampai hari ta bertemu dengan Tuhannya”. (HR. Malik dalam kitab Al Muwaththa’ dan At Turmudzi).
- Dari Sufyan bin Abdullah ra. ia berkata: “Saya berkata : “Ya Rasulullah saw. terangkan kepadaku tentang sesuatu yang dapat aku gunakan sebagai pegangan”. Beliau bersabda: “Katakanlah: “Tuhanku adalah Allah, lalu tetaplah dalam jalan yang benar ?”. Saya bertanya lagi: “Ya Rasulullah, apa yang paling tuan khawatirkan tentang diriku ?”. Beliau memegang lidahnya sambil bersabda: “Ini”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu banyak berbicara kecuali untuk berdzikir kepada Allah. Sebab banyak berbicara yang selain untuk berdzikir itu dapat menyebabkan kerasnya hati, padahal sesungguhnya orang yang paling jauh dengan Allah adalah orang yang paling keras hatinya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang terjaga dari kejahatan antara dua tulang dagunya dan kejahatan apa yang di antara dua pahanya oleh Allah maka ia masuk surga”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Uqbah bin Amir ra. ia berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasulullah saw. apa yang dapat menyelamatkan atu ?”. Beliau menjawab: “Tahanlah Iidahmu, tetaplah berada di dalam rumahmu dan tangisilah dosamu”. (HR. At lurmudzi) .
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Jika tiba waktu pagi maka anggota badan manusia memperingatkan kepada lidahnya seraya berkata: “Takutlah kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami sebab nasib kami tergantung kamu. Bila kamu lurus maka kami pun lurus, dan bila kamu menyeleweng maka kami pun menyeleweng”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Muadz ra. ia berkata : “Ya Rasulullah saw. beritahukan kepadaku tentang amal perbuatan yang dapat memasukkan diriku kedalam surga dan dapat menjauhkan aku dari ap! neraka?”. Beliau bersabda : “Kamu benar-benar menanyakan sesuatu yang sangat besar Sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah, yaitu : hendaknya kamu menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan berhaji ke Baitullah bagi orang yang mampu”. Lalu beliau bersabda : “Maukah kamu saya beritahukan tentang pintu-pintu kebaikan?. Puasa adalah perisai, sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air dapat memadamkan api dan melakukan shalat malam”. Kemudian beliau membaca ayat yang artinya : “(Lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka, sedangkan mereka selalu berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, serta mereka menafkahkan sebagian rizki yang telah Kami berikan kepada mereka. Seseorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu bermacam-macam nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan)”.
Kemudian beliau bersabda : “Sukakah kamu saya tunjukkan pokok dari semua itu dan tiang puncaknya ?”. Saya berkata : “Baiklah, ya Rasulullah saw.”. Beliau bersabda : “Pokok segala sesuatu itu adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah”. Beliau bersabda lagi : “Maukah kamu saya tunjukkan kunci dari semuanya itu?”. Saya menjawab : “Baiklah ya Rasulullah saw.”. Beliau lantas memegang lidahnya sambil bersabda : “Peliharalah ini”. Saya berkata : “Apakah kami nanti akan dituntut terhadap apa yang kami ucapkan?”. Beliau bersabda : “Celaka kamu, apakah kamu kira orang tersungkur dalam neraka karena mukanya, tiada lain hanya karena lidah mereka”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. pernah bertanya: “Apakah kamu mengerti, apa itu menggunjing ?”. Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Menggunjing yaitu menceritakan keadaan temanmu yang ia tidak menyukainya”. Ada seorang sahabat yang bertanya: “Bagaimana seandainya saya menceritakan keadaan yang sebenarnya dari saudaraku itu ?”. Beliau menjawab: “Bila kamu menceritakan keadaan yang sebenarnya terjadi pada temanmu maka berarti kamu telah menggunjingnya, dan bila kamu menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada temanmu maka kamu betul-betul membohongkannya”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Bakar ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. pada khutbahnya di waktu haji wada’ di Mina pada hari raya Idul Adha dimana beliau bersabda: “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatan dirimu haram diganggu sebagaimana haramnya harimu ini di bulanmu ini dan di negerimu ini. Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikannya?”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Aku berkata kepada Nabi saw. : “Cukup puaskah tuan dengan Shofiyah yang begini dan begitu?”. Sebagian perawi mengatakan : “Maksudnya yaitu keadaan Shofiyah yang pendek”. Lalu beliau bersabda : “Kamu telah mengeluarkan perkataan yang keji, yang andaikata perkataan itu dicampur dengan air laut niscaya dapat mempengaruhinya”. Aisyah ra. berkata : “Aku pernah menceritakan keadaan seseorang kepada beliau, namun beliau malah bersabda : “Aku tidak suka menceritakan keadaan seseorang meskipun aku akan mendapatkan upah sekian dan sekian banyaknya”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sewaktu aku dimi’rajkan, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga dimana mereka mencakar-cakar muka dan dada mereka, lantas aku bertanya : “Siapa mereka Jibril?”. Jibril menjawab : “Mereka itu adalah orang-orang yang suka memakan daging sesama manusia dan mengganggu kehormatan sesama manusia (artinya : suka menggunjing)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram darahnya, kehormatan dirinya dan haram juga hartanya”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman : “Bila mendengar perkataan yang tidak bermanfaat maka mereka berpaling dari mereka”. (QS. Al Qashash : 55)
Allah ta’ala berfirman : “Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna”. (QS. Al Mukminun : 13. |
Allah ta’ala berfirman : “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawabannya”. (QS. Bani Israil : 36).
Allah ta’ala berfirman : “Dan apabila kamu melihat orang-orang mengolok-olok ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu upa (pada larangan ini) maka janganlah kamu duduk bersama dengan orang yang zhalim itu sesudah teringat akan larangan itu”. (QS. Al An’am : 68)
- Dari Abu Darda’ ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Siapa yang mencemarkan kehormatan saudaranya maka kelak di hari kiamat Allah akan mencampakkan api neraka melalui mukanya”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Itban bin Malik ra. dalam haditsnya yang panjang dan masyhur sebagaimana yang telah tercantum dalam bab Penuh harapan di atas, dimana di antaranya ia -berkata : “Ketika Nabi saw. melaksanakan shalat, beliau bertanya : “Di mana Malik bin Dukhsyum ?“. Ada seseorang yang menjawab : “Dia itu orang munafik yang tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya”. .Lantas Nabi saw. bersabda : “Jangan berkata begitu, tidakkah kamu tahu bahwa ia mengucapkan : Laa ilaaha Illailaah (Tiada Tuhan . kecuali Allah) yang diucapkan hanya karena Allah semata, dan Allah sendiri mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan kalimat tauhid itu hanya karena Allah semata”. . (HR. Bukhari dan Muslim)…”
- Dari Ka’ab bin Malik ra. di dalam haditsnya yang panjang mengenai kisah taubat sebagaimana tercantum dalam bab taubat, di mana di antaranya ia berkata: “Sewaktu Nabi saw. duduk bersama sahabatnya di Tabuk, beliau bertanya: “Apa yang sedang dilakukan oleh Ka’ab bin Malik?”. Seorang dari bani Salamah menjawab: “Ya Rasulullah saw., dia tertahan dan terpesona dengan mantel dan selendangnya”. Lantas Muadz bin Jabal ra. berkata kepadanya: “Alangkah buruknya kata-katamu itu. Demi Allah, ya Rasulullah saw. kami tidak mengetahuinya kecuali ia dalam kebaikan”. Lantas Rasulullah saw. terdiam saja”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah, sesungguhnya ghibah (menggunjing) itu dibolehkan dalam rangka mencapai tujuan yang dibenarkan syara’ yang mana bila tanpa ghibah maka tujuan itu tidak dapat dicapai. Ghibah yang dibolehkan adalah bila ghibah itu dalam enam keadaan yaitu:
- Sebab teraniaya. Orang yang teraniaya boleh mengadukan orang yang menganiaya kepada hakim atau penguasa yang mempunyai kekuasaan untuk menyadarkan tindakan aniaya itu.
Misalnya orang yang teraniaya berkata: “Fulan telah menganiayaku demikian”.
- Sebab minta pertolongan untuk melenyapkan kemungkaran dan menegur orang yang berbuat maksiat.
Misalnya: orang berkata: Fulan telah berbuat begini, dengan maksud agar orang yang berbuat maksiat ditindak. Andaikata tidak dengan tujuan itu maka hal itu diharamkan.
- Sebab minta nasehat. Misalnya seseorang berkata pada orang lain yang dianggap bisa memberi nasehat: “Saya dianiaya oleh ayah, saudara dan istriku atau oleh Fulan. Lantasbagaimana baiknya?”.
- Sebab memberi nasehat atau peringatan kepada kaum muslimin agar tidak terjerumus dalam kejahatan.
- Sebab menegur kefasikan seseorang dengan terus terang, misalnya kepada orang yang minum-minuman keras, orang yang merampas harta orang lain, orang yang menjalankan kebatilan dan lain-lain. Dalam hal ini seseorang boleh langsung menegur tindakannya yang tidak benar itu.
- Dalam hal memberi pengertian atau penjelasan. Misalnya ada orang yang lebih terkenal dengan sebutan: si buta, si tuli dan si bisu, dll.
Dalam hal ini seseorang boleh menyebut dengan gelar itu, tetapi kalau dengan maksud mengejek maka diharamkan. Dan jika bisa hindari gelar atau sebutan seperti 1tu.
Itulah enam hal atau sebab yang telah disepakati Ulama’, dimana mereka menetapkah hal itu dengan berlandaskan hadits-hadits shahih, antara lain:
- Dari Aisyah ra. berkata: “Sesungguhnya ada seseorang minta izin kepada Nabi saw., lalu beliau bersabda: “Izinkanlah dia, sebab ia adalah sejahat-jahat orang yang ada di tengah keluarganya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Maksudnya: orang itu sangat sombong.
- Dari Asiyah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak menyangka kalau si Fulan dan si Fulan itu mengetahui tentang agama kami”. (HR. Bukhari).
- Dari Fatimah binti Qais ra. ia berkata: “Saya telah mendatangi Nabi saw. dan berkata: “Sesungguhnya aku telah dilamar oleh Abul Jahm dan Muawiyah”. Lalu beliau bersabda: “Muawiyah itu orang miskin yang tidak memiliki harta kekayaan. Sedangkan Abul Jahm itu adalah orang yang tidak pernah menaruh tongkat dari bahunya (orang yang suka memukul)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Abul Jahm itu adalah orang yang suka memukul istrinya”.
- Dari Zaid bin Arqam ra. ia berkata: “Sewaktu kami dalam perjalanan bersama Rasulullah saw. tiba-tiba rombongan itu mendapatkan kesukaran, lalu Abdullah bin Ubai berkata: “Jangan mau menolong orang yang bersama Rasulullah saw. hingga mereka semua meninggalkan tempat ini”. Apabila kami telah kembali ke Madinah niscaya orang-orang yang mulia itu akan mengusir orang-orang rendahan”. Kemudian saya melaporkan hal ini kepada Rasulullah saw., beliau lantas mengutus seseorang untuk memanggil Abdullah bin Ubai namun ia tidak mengakui apa yang telah diperbuatnya dan bahkan ia menguatkan dirinya dengan sumpah hingga akhirnya orang-orang di situ berkata: “Zaid itu telah berdusta kepada Nabi saw.”. Seketika itu hatiku menyadi sedih di dalam menanggapi apa yang mereka katakan sehingga akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada nabi-Nya untuk membenarkan aku, yang berbunyi: IDZAA JAA-AKAL MUNAAFIQUUNA dan seterusnya. Lalu beliau memanggil mereka agar mereka mau bertaubat memohon ampun, tetapi mereka semuanya enggan dan menggelengkan kepala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Hindun istri Abu Sufyan lapor kepada Nabi saw.: “Sesungguhnya Abu Sufyan itu adalah suami yang sangat kikir. ia tidak pernah memberi belanja yang cukup kepadaku dan anak-anakku kecuali bila aku mengambilnya sendiri tanpa sepengetahuannya”. Beliau bersabda: “Ambillah belanja yang cukup untuk kamu dan anakmu dengan cara yang baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “(Janganlah kamu Ikuti) orang yang suka mencela, yang ke sana Ke mart mengadu domba”. (QS. Nun : 11).
Allah ta’ala berfirman: “Tiada suatu ucapan yang dtucapkannya melamkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (yaitu Raqib dan Atid)”. (QS. Oaf: 18).
- Dari Hudzaifah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata. “Sesungguhnya suatu ketika Rasulullah saw. berjalan melewat: kuburan yaitu dua kuburan, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang ada di dalam kuburan ini sedang disiksa Keduanya disiksa bukan sebab dosa besarnya, tetapi kedua hal itu merupakan sesuatu yang sangat besar. Salah seorang dari kedua orang itu suka berjalan ke sana ke mari untuk mengadu domba dan yang satu lagi ia ttdak membersihkan diri bila kencing”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Maukah kamu saya beritahu tentang apakah ‘Adhhu itu?”. Lanjut sabda Nabi saw.: ADHHU yaitu pembicaraan yang disebar luaskan di tengah-tengah masyarakat untuk tujuan adu domba. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu saling tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (QS. Al Maidah: 2)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah ada seseorang dari sahabatku yang melaporkan perihal seseorang kepadaku sesuatu apapun sebab aku lebih suka keluar kepada kamu dengan dada yang bersih”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Mereka bersembunyi dari manusia tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak meridlainya. Dan Allah adalah Dzat Yang Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan”. (QS. An Nisa’: 108).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Kamu semua akan mendapatkan manusia yang sifatnya seperti barang tambang. Sebaik-baik mereka di masa Jahiliyah adalah baik pula sesudah Islam dengan catatan mereka benar-benar memahami agama. Kamu semua mendapatkan sebaik-baik manusia dalam masalah agama ini adalah orang yang tadinya sangat benci kepada Islam. Dan juga kamu semua akan mendapatkan seburukburuk manusia, yaitu orang yang bermuka dua — dimana ia datang kepada satu kelompok dengan muka yang satu dan datang ke kelompok lain ia gunakan muka yang lain”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Muhammad bin Zaid sesungguhnya ada beberapa orang berkata kepada kakeknya Abdullah bin Umar ra. : “Sesungguhnya bila kami datang menghadap penguasa maka kami mengatakan kepada mereka lain dengan apa yang kami katakan bila keluar dari hadapan mereka”. Kemudian Abdullah bin Umar berkata: “Pada zaman Rasulullah saw. kami menganggap hal itu termasuk perbuatan nifak”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahuinya”. (QS. Bani Israil: 36).
Allah ta’ala berfirman: “Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (yaitu Raqib dan Atid)”. (QS. Oaff : 18).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan, dan setiap kebaikan akan membawa ke surga. Orang yang jujur itu akan selalu berkata benar hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya berdusta itu membawa kepada kejahatan, dan setiap kejahatan akan membawa ke neraka. Orang yang selalu berdusta akan selalu bohong hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Empat sifat, yang barangsiapa memiliki sifat itu maka ia benar-benar munafik. Dan barangsiapa yang memiliki sebagian dari sifat-sifat itu maka ia telah memiliki sebagian dari sifat munafik hingga ia meninggalkannya, yaitu bila dipercaya ia berkhianat, bila berkata selalu berdusta dan bila berjanji ia tidak menepati serta bila berdebat maka ia keterlaluan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengaku bermimpi tentang suatu impian yang sebenarnya ia tidak memimpikannya maka kelak ia akan dituntut untuk menyambung dua biji gandum padahal hal itu tidak mungkin ia lakukan. Barangsiapa yang mendengarkan pembicaraan orang dimana bila yang bersangkutan itu merasa tidak senang bila pembicaraannya didengar maka kelak di hari kiamat akan dituangkan di telinganya cor-coran timah. Dan barangsiapa yang menggambar suatu benda hidup maka ia nanti akan disiksa dan dituntut untuk meniupkan ruh ke dalam gambar itu, padahal ia tidak akan mungkin untuk meniupkannya”. (HR. Bukhari). .
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sejahat-jahat berdusta adalah
- Dari Samurah bin Jundub ra. ia berkata: “Rasulullah saw. sering bertanya kepada para sahabatnya: “Apakah diantara kamu ada yang bermimpi?”. Maka sahabat itu menceritakan apa yang telah diimpikannya. Pada suatu hari beliau bersabda kepada kami: “Semalam ada dua orang yang datang kepadaku (dalam mimpi) dan berkata: “Mari kita pergi”, dan aku pun pergi bersama kedua orang itu. Di dalam verjalanan aku lihat orang tengah berbaring dan di dekatnya ada seorang yang berdiri dengan memegang batu yang besar. Lalu orang yang berdiri itu memukul orang yang tengah berbaring itu dengan batu hingga remuk kepalanva dan batu itu menggelinding ke sana ke mari Setelah kepala orang yang remuk itu pulih kembali, maka orang yang berdiri itu kembali mengambil batu dan melakukan seperti apa yang dilakukan sebelumnya. Maka aku bertanva kepada kedua orang itu: “Maha suci Allah, siapakah orang itu?”. Kedua orang itu malah berkata kepadaku: “Mari kita pergi, mari kita pergi”. Maka kami pun melanjutkan perjalanan. Lalu (dalam perjalanan itu) aku lihat seseorang yang berbaring dan di dekatnya ada seorang yang berdiri dengan membawa gergaji besi. Lalu orang yang berdiri itu membelah tubuh orang yang berbaring menjadi dua sisi mukanya vaitu ia membelah dari mulut sampai ke tengkuknya, kemudian sisi muka yang lain diperlakukan seperti perlakuan yang pertama. Setelah selesai maka muka itu utuh kembali seperti semula Setelah utuh maka muka itu digergaji lagi seperti sebelumnya tadi. Maka aku bertanya kepada kedua orang itu: “Maha suci Allah, stapakah orang itu?”. Tapi kedua orang itu hanya berkata: “Mari kita lanjutkan perjalanan, mari kita pergi”. Maka kami pun melanjutkan perjalanan hingga kami mendapatkan tungku yang sangat besar dan kudengar di situ ada ributribut dan suara jeritan. Setelah aku lihat ternyata di dalamnya ada orang laki-laki dan perempuan yang telanjang dimana dari bawahnya dinyalakan api. Bila api didekatkan kepada mereka maka mereka menjerit-jerit. Maka, aku tanyakan kepada kedua orang itu: “Maha suci Allah, siapakah itu ?”. Tetapi kedua orang itu hanya berkata: “Mari kita lanjutkan perjalanan, mari kita pergi”. Maka kami pun melanjutkan perjalanan, lalu kami dapatkan sungai yang airnya berwarna merah seperti darah yang di dalamnya ada orang yang berenang sedangkan di tepi sungai ada orang yang mengumpulkan batu. Jika orang yang berenang itu sampai di pinggir, maka ia membuka mulutnya dan dimasukkan batu ke dalam mulutnya itu. Setelah itu ia berenang lagi ke tengah. Setiap kali ia menepi maka ia membuka mulutnya dan dimasukkan batu itu ke dalam mulutnya oleh orang yang di tepi sungai itu. Maka aku bertanya: “Siapakah orang itu?”. Namun kedua orang itu terus mengajakku meneruskan perjalanan, hingga mendapatkan orang yang buruk mukanya dan kejam yang selalu mengelilingi api yang telah dinyalakannya. Aku bertanya kepada kedua orang itu: “Siapakah ini?”. Kedua orang itu terus mengajakku pergi untuk melanjutkan perjalanan hingga kami sampai di taman yang luas yang di dalamnya terdapat beraneka macam bunga dan orang yang sangat tinggi hingga aku tidak dapat melihat kepalanya karena sangat tingginya, dan di sekitarnya ada banyak anak yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Lantas aku bertanya kepada kedua orang itu: “Siapakah orang itu dan siapa pula anak-anak itu?”. Namun kedua orang itu hanya berkata: “Mari kita pergi, mari kita pergi?”. Maka kami pun melanjutkan perjalanan hingga kami sampai pada sebuah pohon yang sangat besar lagi sangat indah yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kedua orang itu . berkata: “Mari kita naik”. Lalu kami naik dan ternyata kudapatkan sebuah istana yang sangat indah yang terbuat dari emas dan permata. Maka kami pun mendekat dan mengetuk pintu gerbang istana itu dan kami pun masuk ke dalamnya. Setelah kami masuk maka kami disambut oleh orang-orang yang sangat tampan tetapi ada juga yang rupanya jelek. Kedua orang itu berkata kepada orang yang jelek mukanya: “Pergi dan mandilah di sungai itu”. Di situ memang ada sungai yang sangat jernih airnya. Setelah ia mandi di sungai itu, maka berubahlah mukanya menjadi bagus-bagus. Kedua orang itu berkata: “Ini adalah surga Adn dan tempat inilah kamu nanti tinggal”. Lalu aku melihat ke atas dan terlihatlah sebuah mahligai seperti awan putih. Kedua orang atu berkata kepadaku: “Inilah tempat tinggalmu?”. Aku berkata kepada kedua orang itu: “Mudahmudahan Allah selalu memberkahi kamu berdua. Tinggalkan aku sebab aku akan masuk ke mahligai itu”. Kedua orang itu berkata: “Sekarang ini belumlah saatnya, dan kelak kamu pasti memasukinya”. Aku berkata kepada kedua Orang itu: “Sejak tadi aku telah melihat keajaiban-keajaiban, apakah sebenarnya semuanya itu ?”. Kedua orang itu berkata: “Kini akan kami ceritakan kepadamu. Adapun orang yang pertama yaitu seseorang yang kepalanya dipukuli dengan batu adalah seseorang yang mempelajari Al Qur’an dan mengerti isinya lalu ia tidak mengamalkannya dan orang yang suka meninggalkan shalat fardhu. Adapun orang yang dibelah dari mulut sampai tengkuknya, maka itu adalah orang yang senang membuat berita bohong hingga berita itu tersiar ke manamana. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada di atas tungku besar dalam keadaan telanjang adalah orang-orang yang berbuat zina, baik laki-laki maupun perempuan. Adapun orang yang berenang di sungai lalu dimasukkan batu ke dalam mulutnya maka ia adalah orang yang suka makan harta riba. Adapun orang yang tinggi yang berdiri di taman adalah Nabi Ibrahim, dan anak-anak yang berada di sekitarnya adalah anak-anak yang mati dalam keadaan bersih (masih kecil)”.
Dalam riwayat Bargani dikatakan: “Anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih”. Ada sebagian kaum muslimin berkata . “Ya Rasulullah saw. bagaimana anak-anak musyrik?”. Beliau bersabda : “Dan anak-anak orang musvrik”. Adapun orang-orang yang sebagian tampan dan sebagian lagi jelek maka ta adalah orang yang mencampur adukkan antara amal shalih dengan amal kejahatan lalu Allah mengampuni dosa-dosanya”. (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan dua orang yang mengajakku ke tanah yang suci. Kemudian kami berjalan hingga mendapatkan sebuah bejana seperti tungku yang sebelah atasnya tampak sempit dan sebelah bawahnya tampak luas. Tatkala api itu dinyalakan maka tungku bersama isinya naik ke atas dan bila api dipadamkan maka tungku itu turun kembali. Tungku itu berisi orang laki-laki dan perempuan yang telanjang. Lalu kami mendapatkan sebuah sungai yang airnya seperti darah dimana di tengah-tengahnya ada orang yang berusaha untuk ke tepi sungai tetapi ketika ia hampir sampai tepi ia dilempar batu ke mulutnya sehingga ia kembali lagi ke tengah. Setiap kali orang itu mau keluar maka dilemparkanlah batu ke mulutnya hingga ia kembali lagi ke tengah. Selanjutnya kedua orang itu membawaku naik ke sebuah pohon dan memasukkan aku ke dalam rumah yang aku belum pernah melihat rumah yang lebih indah daripadanya. Di dalamnya ada orang yang sudah tua dan ada juga yang masih muda. Kemudian aku melihat orang yang dirobek-robek mulutnya yaitu orang yang senang berdusta dan selalu membuat berita bohong lalu disebar luaskan ke segala penjuru, maka ia disiksa hingga hari kiamat. Setelah itu aku melihat ada orang yang dipecah kepalanya maka itu adalah orang yang dikaruniai oleh Allah kepandaian memahami Al Qur’an tapi ia tidak mau mengamalkan isinya, baik di waktu siang maupun malam. Oleh sebab itu ia akan selalu disiksa hingga hari kiamat. Adapun rumah yang pertama kali kamu masuki adalah rumahnya kaum mukminin pada umumnya. Sedangkan rumah yang ini adalah rumahnya para suhada’ (orang. yang mati syahid). Sebenarnya aku adalah Jibril dan yang satu ini adalah Mikail. Angkatlah kepalamu. Maka aku segera mengangkat kepalaku, mendadak aku lihat semacam awan telah berada di atasku. Kedua orang itu berkata: “Itulah tempatmu nanti”. Aku bertanya: “Tinggalkanlah c aku sebab aku akan memasuki rumahku”. Kedua orang itu berkata: “Sesungguhnya masih ada sisa umur yang harus kamu sempurnakan. Jika kamu telah menyempurnakannya maka kamu pasti akan datang ke tempatmu”. (HR. Bukhari).
BOLEH Ketahuilah, bahwa berdusta itu pada dasarnya hukumnya haram. Nainun dalam beberapa hal ada juga berdusta yang diperbolehkan dengan memenuhi persyaratannya. Perkataan merupakan suatu sarana untuk menyampaikan maksud tertentu. Bila sesuatu yang dimaksud itu mengandung kebaikan dan bisa disampaikan dengan jalan tidak berdusta, maka hukumnya berdusta dalam hal ini adalah haram. Sebaliknya jika sesuatu yang dimaksud itu tidak bisa disampaikan kecuali dengan harus berdusta maka berdusta itu diperbolehkan. Bahkan ada berdusta yang diwajibkan, seperti orang muslim yang bersembunyi dari orang yang menganiayanya dimana ia akan dibunuh atau dirampas hartanya, lalu ada Orang jahat yang menanyakannya maka orang yang mengetahui wajib berdusta (tidak boleh menunjukkannya meskipun ia mengetahuinya), demikian juga bila seseorang dititipi sesuatu lantas ada orang yang bermaksud jahat untuk merampoknya maka ia harus berdusta (tidak boleh mengaku). ini berdasarkan hadits berikut :
Dari Ummu Kulsum ra. bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah dihukumi berdusta (meskipun ia berdusta) orang yang mendamaikan persengketaan orang lain yang sedang berselisih hingga akhirnya dapat mendatangkan kebaikan atau menjadikan orang lain berkata dengan baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim ada tambahan: “Sesungguhnya Ummi Kulsum berkata: “Saya tidak pernah mendengar Rasulullah saw. membolehkan berdusta dalam segala sesuatu yang diucapkan kecuali dalam tiga hal yaitu:
- Ketika sedang berkecamuknya perang (dalam peperangan).
- Mendamaikan persengketaan orang lain yang sedang bermusuhan.
- Pembicaraan suami kepada istrinya atau pembicaraan istri kepada suaminya”.
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahuinya”. (QS. Al Isra’: 36).
Allah ta’ala berfirman: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (yaitu Raqib dan Atid)”. (QS. Oaff: 18)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang itu telah dianggap berdusta bila selalu menceritakan segala apa yang didengarnya”. (HR. Muslim).
Maksudnya: bercerita tanpa mempertimbangkan baik buruknya hasil pendengarannya itu.
- Dari Samurah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mencentakan suatu berita dari aku (Nabi) dimana ia mengetahui bahwa berita itu adalah dusta maka ia termasuk salah seorang pendusta”. (HR. Muslim).
- Dari Asma’ ra. sesungguhnya ada seorang perempuan bertanya: “Sesungguhnya aku adalah seorang istri yang dimadu. Apakah aku berdosa bila aku berlagak puas terhadap apa yang tidak diberikan oleh (suamiku)?”. Lalu beliau bersabda: “Orang yang bertagak puas dalam hal apa yang diberikan kepadanya adalah seperti orang yang memakai pakaran palsu atau tipuan saja”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Jauhilah olehmu perkataan-perkataan dusta”. (QS. Al Hajj : 30)
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahuinya”. (QS. Al Isra’: 36).
Allah ta’ala berfirman: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan di dekatnya ada Malaikat pengawas yang selalu hadir (yaitu Raqib dan Atid)“. (QS. Oaff : 18).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar selalu mengawasi”. (QS. Al Fajr : 14).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu”. (QS. Al Furqan: 72).
- Dari Abu Bakrah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Maukah kamu saya beritahu tentang dosa yang paling besar?”. Kami menjawab: “Baiklah ya Rasulullah saw.”. Lantas beliau bersabda: “Yaitu menyekutukan Allah dan berani kepada kedua orang tua”. Pada saat itu beliau masih bersandar. Lalu beliau duduk dan bersabda: “Perhatikanlah, hindarilah ucapan keji (tipuan) dan saksi palsu”. Beliau mengulang-ulang beberapa kali hingga dalam hati kami berkata: “Mudah-mudahan beliau lekas diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Zaid bin Tsabit bin Adh Dhahhak Al Anshari ra. yang mana termasuk orang yang ikut Baitur Ridhwan berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang bersumpah dengan agama selain Islam sedangkan ia sengaja berdusta maka seperti apa yang diucapkannya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu benda maka kelak di hari kiamat ia akan disiksa dengan benda itu. Dan seseorang tidak berkewajiban menunaikan nadzar apa yang tidak dimilikinya. Dan mengutuk orang mukmin adalah seperti membunuhnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Tidak sepantasnya bila orang yang jujur itu senang mengutuk”, (HR. Muslim).
- Dari Abu Darda’ ra. berkata, Rasulullah Saw, bersabda: “Orang-orang yang senang melaknat itu kelak di hari kiamat tidak akan bisa memberi syafaat dan juga tidak bisa menjadi saksi“, (HR. Muslim).
- Dari Samurah bin Jundub ra. berkata, Rasulullah saw, bersabda: “Jangantah kamu mengutuk dengan La’natullah, murka Allah dan dengan api neraka”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi). ,
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw, bersabda: “Bukanlah disebut orang mukmin jika ia senang menghina, senang mengutuk, senang melakukan perbuatan keji dan senang berkata kotor”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Darda’ ra, berkata, Rasulullah: saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang bila. – mengutuk sesuatu maka kutukannya itu akan .. naik ke langit namun pintu-pintu langit tertutup ,tidak mau menerimanya, Lalu kutukan itu kembali lagi ke bumi, namun pintu-pintu bumi tidak mau menerima kutukan tersebut. Selanjutnya kutukan itu akan lari ke kanan dan ke : kiri. Bila kutukan itu tidak mendapatkan tempat maka ia akan mencari orang yang dikutuknya. Bila orang yang dikutuk itu pantas untuk menerimanya maka kutukan itu menimpa. ‘ orang itu. Sebaliknya bila orang itu tidak pantas mendapatkan kutukan, maka ia kembali kepada orang yang telah mengucapkan kutukan itu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Imran bin Hushain ra. ia berkata: “Sewaktu Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan, beliau mendengar suara kutukan yang dilontarkan oleh seorang wanita Anshor kepada unta yang dinaikinya sebab tidak mau jinak. Kemudian beliau bersabda: “Ambillah semua benda yang berada di atas unta itu dan lepas- kanlah unta itu sebab telah terkena kutukan”. Imran berkata: “Maka sesudah itu, aku melihat unta itu berjalan ke sana ke mari di tengahtengah kerumunan orang tetapi tak seorang pun yang mengganggunya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Barzah Nadhlah bin Ubaid Al Aslami ra. berkata: “Sewaktu seorang budak perempuan naik seekor unta yang dibebani dengan barang-barang kaumnya, tiba-tiba ia melihat Nabi saw. dan ia terdesak ke suatu bukit sebab banyaknya orang, lalu ia berkata: “Hus, ya Allah kutuklah unta ini”. Nabi saw. lantas bersabda: “Janganlah bersama kami unta yang telah dikutuk atau terkena kutukan”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Ingatlah, kutukan Allah itu ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat aniaya”. (QS. Hud: 18).
Allah ta’ala berfirman: “Kemudian seorang penyeru (Malaikat) mengumumkan diantara kedua golongan itu: “Kutukan Allah itu ditimpakan kepada orang-orang yang zhalim”. (QS. Al A’raf : 44).
Disebutkan dalam hadits yang shahih bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah mengutuk orang yang menyambung rambut dan juga mengutuk orang yang minta disambung rambutnya serta Allah mengutuk orang yang memakan harta riba dan orang-orang yang suka menggambar”. Rasulullah saw. juga bersabda: “Allah mengutuk orang yang merusak tugu penunjuk jalan atau tapal batas”. Dan beliau juga bersabda: “Allah mengutuk orang yang mencuri meskipun ia hanya mencun telur”. – Beliau bersabda: “Allah mengutuk orang yang mengutuk orang yang mengutuk kedua orang tuanya dan juga Allah mengutuk orang yang menyembelih binatang bukan tujuan karena Allah”. Beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang mengada-ada dalam masalah agama, maka Allah, Malaikat dan semua manusia akan mengutuknya”. Beliau pernah berdoa: “Ya Allah, kutuklah Ri’lan, Dzakwan dan Ushayyah. Mereka itulah orang-orang yang telah menyalahi Allah dan Rasul-Nya”. Ketiganya itu merupakan nama suku bangsa Arab. Dan beliau juga bersabda: “Allah mengutuk orangorang Yahudi sebab mereka telah membangun makam-makam Nabinya menjadi Masjid, dan Allah juga mengutuk laki-laki yang berlagak dan bertingkah laku menyerupai wanita dan sebaliknya orang-orang perempuan yang berlagak dan bertingkah laku menyerupai lakilaki”.
Kesemuanya yang tersebut di atas tadi adalah hadits shahih yang mana sebagian berada di dalam shahih Bukhari dan Muslim dan sebagian lain berada dalam salah satu dari kedua shahih itu.
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang yang beriman, baik lakilaki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 58)
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Mencaci maki orang Islam adalah perbuatan yang menyalahi agama (fasik), dan membunuh orang Islam berarti kufur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzar ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seseorang yang menuduh orang lain dengan fusuk atau kufur melainkan tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri bila ternyata yang dituduhnya tidak nyata-nyata memiliki sifat itu”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Dua orang yang saling mencaci maki adalah seperti apa yang dikatakannya. Sedangkan dosanya dipikul oleh orang yang memulai terlebih dahulu sebelum yang dianiaya itu membalas makiannya”. (HR Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Telah didatangkan kepada Nabi saw. seorang pemabuk, lalu beliau bersabda: “Pukullah orang itu”. Abu Hurairah ra. berkata: “Di antara kami ada yang memukul dengan tangannya, ada yang memukul dengan sandalnya dan ada juga yang memukul dengan kainnya. Lalu setengah masyarakat ada yang mengutuk: “Mudah-mudahan Allah menghinakan kamu”. Kemudian beliau bersabda: “Jangan kamu berkata seperti itu dan jangan pula kamu membantu syetan dalam merusak nama baiknya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “BarangSiapa yang menuduh budaknya melakukan zina maka kelak di hari kiamat ia akan dihukum dera kecuali bila budaknya benar-benar berbuat zina”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu mencaci maki orang yang telah meninggal dunia sebab mereka telah dihadapkan kepada apa yang telah mereka kerjakan”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 58).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang Islam yaitu orang yang membuat selamat orang— orang muslim lainnya dari gangguan lidahnya dan tangannya. Sedangkan orang yang berhijrah yaitu orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “BarangSiapa yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah ia memenuhi apa yang menjadi angan-angannya yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir, serta berbuatlah kepada sesama manusia sebagaimana ia sendiri merasa senang bila diperlakukan seperti itu”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara”. (QS. Al Hujurat: 10)
Allah ta’ala berfirman: “Dengan bersikap lemah-lembut kepada orang-orang mukmin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir”. (QS. Al Maidah: 54).
Allah ta’ala berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka”. (QS. Al Fath: 29).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Janganlah kamu semua saling membenci, saling hasud menghasud, saling belakang membelakangi dan saling memutuskan tali persaudaraan, namun jadilah kamu semua sebagai hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim tidak boleh mendiamkan saudara muslimnya lebih dari tiga hari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Pintu-pintu surga itu selalu dibuka setiap hari Senin dan hari Kamis. Lalu pada hari itu dosa-dosa setiap hamba akan diampuni selain yang menyekutukan Allah dengan sesuatu lainnya, selain yang berselisih dengan saudaranya, dimana dikatakan: “Tunggulah dua orang ini hingga mereka damai, tunggulah dua orang ini hingga mereka damai”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Amal-amal perbuatan itu dihadapkan kepada Allah setiap hari Kamis dan Senin …….. (dan seterusnya sebagaimana tersebut di atas)”.
Allah ta’ala berfirman: “Ataukah mereka hasud kepada manusia lantaran karunia yang telah Allah berikan kepada mereka”, (QS. An Nisa’: 54).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Jauhilah olehmu sifat hasud. Sebab sesungguhnya hasud itu dapat menghabiskan amal-amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”. Atau beliau bersabda: “Dapat menghabiskan rumput”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”. (QS. Al Hujurat: 12).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang nyata diperbuatnya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 58).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Jauhilah olehmu prasangka sebab prasangka itu adalah sedustadusta pembicaraan. Dan janganlah kamu meraba-raba mencari kesalahan orang lain. Dan jangan pula kamu saling berdebat, saling menghasud, saling membenci dan saling membelakangi tetapi jadilah kamu hamba Allah yang selalu bersaudara sebagaimana yang diperintahkan kepadamu. Orang Islam yang satu dengan muslim lainnya tidak boleh menganiayanya, menghina dan mengejeknya. Takwa itu berada di sini, takwa itu berada di sini. Beliau menunjuk ke dadanya seraya bersabda: “Seseorang itu sudah dianggap jahat bila ia mengejek saudara muslimnya. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram mengganggu darahnya, kehormatan dan harta bendanya. Sesungguhnya Allah tidak memandang tubuhmu dan tidak memandang pula bentukmu dan amal perbuatanmu tetapi Allah memandang kepada hatimu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Janganlah kamu saling menghasud, saling membenci dan jangan pula kamu selalu meraba-raba mencari kesalahan orang lain. Dan janganlah kamu menjelek-jelekkan tetapi jadilah kamu sebagai hamba Allah yang bersaudara”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Janganlah kamu saling memutuskan tali persaudaraan, saling belakang-membelakangi, saling membenci dan saling menghasud, tetapi jadilah kamu sebagai hamba Allah yang bersaudara”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Janganlah kamu menawar barang dengan tujuan untuk menjerumuskan orang lain dan jangan pula kamu menjual barang dagangan dengan tujuan untuk menjatuhkan harga penjualan yang lain”. (HR. Muslim, tetapi sebagian besar juga diriwayatkan oleh Bukhari).
2 Dan Muawtyah ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda. “Sesungguhnya jika kamu mencari-cari kesalahan kaum muslimin maka berarti kamu akan mcnjatuhkan mereka atau nyaris menjatuhkan mereka” (HR. Abu Daud).
3 Dan Ibnu Mas’ud ra ta berkata: “Sesungguhnya ada seseorang telah dihadapkan kepadanya dimana orang itu masih meneteskan air arak dani penggotnya, lalu ia berkata. “Sesungguhnya kami telah dilarang untuk mencari-can kesalahan, tetapi bila kamu benar benar mengetahui adanya penyelewengan maka kami pasti menghukumnya”. (HR. Abu Daud).
Allah ta’ala berfirman: “Hat orang-orang yang beriman, jauhilah berburuk sangka sebab Sesungguhnya prasangka itu adalah dosa”. (QS. Al Hujurat: 12)
- Dari Abu Hurasrah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Jauhilah olehmu prasangka sebab prasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan” (HR. Bukhan dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum menghina kaum lain sebab boleh jadi orang yang dihina itu lebih baik daripada yang menghina. Dan janganlah sekelompok wanita menghina wanita lain sebab boleh jadi orang yang dihina itu lebih baik daripada yang menghina. Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri serta jangan pula kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan ialah fasik sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zhalim”. (QS. Al Hujurat: 11).
Allah ta’ala berfirman: “Kecelakaan bagi orang yang mengumpat lagi pula mencela”. (QS. Al Humazah: 1).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang telah dianggap berlaku jahat jika ia mengejek saudara muslimnya”. (HR. Muslim).
| 2. Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun hanya sebesar atom”. Lalu ada seorang bertanya: “Sesungguhnya ada seseorang yang senang memakai pakaian yang indah dan memakai sandal yang bagus”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu indah, dan sangat menyukai keindahan. Sesungguhnya kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia”. (HR. Muslim).
- Dari Jundub bin Abdullah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada seorang lakilaki berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan berkenan mengampuni dosanya si Fulan”. Lalu Allah ta’ala berfirman: “Siapa yang bersumpah dengan nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni dosa si Fulan”. Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa Fulan, dan Aku telah menghapus amal kebaikanmu”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara”. (QS. Al Hujurat: 10).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya mereka yang menyukai tersebarnya kekejian di tengah-tengah orang mukmin, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat”. (QS. An Nur : 19).
- Dari Watsilah bin Asga’ ra. berkata, RaSulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu memperlihatkan kegembiraan atas duka cita yang telah menimpa saudaramu, maka Allah akan menyelamatkannya dan menggantikan cobaan itu kepadamu”. (HR. At Turmudzi).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 58).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua hal yang terdapat dalam diri manusia dimana hal itu dapat mengakibatkan kufur yaitu menghina nasab dan meratapi orang yang meninggal dunia”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 58).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengangkat senjata untuk melawan kami maka tidaklah termasuk ummatku dan barangsiapa yang menipu kami maka ia tidak termasuk ummatku”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya Rasulullah saw. melewati suatu tumpukan makanan yang akan dijual. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan itu dan jari-jarinya terasa basah. Kemudian beliau bertanya “Hai penjual makanan, apa ini ?”. ia menjawab: “Kena hujan ya Rasulullah saw.”. Beliau lantas bersabda: “Kenapa tidak kamu letakkan di atas hingga orang yang mau membeli itu dapat melihatnya?”. Barangsiapa yang menipu kami maka tidaklah termasuk golongan ummatku”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu menawar barang dagangan dengan maksud untuk menipu orang lain”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. melarang untuk menawar barang dagangan dengan tujuan untuk menipu urang lain”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Sesungguhnya ada seseorang sedang bercerita kepada Nabi saw. bahwa dia telah ditipu dalam berjual beli, lalu beliau bersabda: “Kepada siapa kamu beli barang itu ? Katakanlah kepadanya: “Tidak boleh ada penipuan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengganggu dan menipu istri atau budak orang lain maka ia tidaklah termasuk golonganku”. (HR. Abu Daud). ,
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah janji-janjimu itu”. (QS. Al Maidah : 1).
Allah ta’ala berfirman: “Tepatilah janjimu itu karena sesungguhnya janji itu akan dipertanyakan (dimintai pertanggung jawabannya)”. (QS. Al Isra”: 34).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada empat sifat, yang barangsiapa memiliki sifat itu maka ia benar-benar munafik. Dan barangsiapa memiliki sebagian dari sifat-sifat itu maka ia memiliki sebagian dari sifat nifak hingga ia meninggalkannya yaitu: bila dipercaya ia berkhianat, bila berkata selalu berdusta dan bila berjanji tidak pernah ditepati serta bila berdebat selalu berlebihan (keterlaluan)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar dan Anas ra. mereka berkata, Nabi saw. telah bersabda: “Bagi orang yang tidak pernah menepati janji (berkhianat) kelak di hari kiamat akan memiliki Sebuah bendera yang bertuliskan: “Inilah pengkhianatan fulan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Bagi seorang pengkhianat kelak di hari kiamat akan ada bendera tertancap di pantatnya. Lantas dengan bendera itu ia ditarik ke atas sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Ketahuilah, bahwa tiada pengkhianat yang lebih jahat melebihi pemimpin rakyat yang berkhianat”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Allah telah berfirman: “Ada tiga kelompok yang besok di hari kiamat akan Aku musuhi yaitu orang yang berjanji dengan menyebut nama-Ku lantas ia berkhianat, orang yang menjual orang merdeka (bukan budak) lalu ia makan hasil penjualan itu dan orang yang memperkerjakan prgswsi lalu setelah pegawai itu menyelesaikan pekerjaannya tetapi ia tidak mau memberikan upahnva”. (HR. Bukhari).
Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu hilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan orang yang menerimanya”. (QS. Al Bagarah : 264).
Allah ta’ala berfiman: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak mengiringi apa yang dinafkahkan itu dengan menyakiti perasaan orang yang menerimanya”. (QS. Al Bagarah: 262).
- Dari Abu Dzar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Ada tiga kelompok manusia yang mana besok di hari kiamat Allah tidak akan berbicara dengan mereka, tidak akan melihat mereka, tidak akan mengampuni dosanya dan bagi mereka akan memperoleh siksaan yang sangat pedih”. Beliau mengulangi sabdanya itu hingga tiga kali. Abu Dzar berkata: “Alangkah kecewa dan rugi mereka itu. Siapa mereka itu, ya Rasululah saw. ?”. Beliau bersabda: “Yaitu orang yang memanjangkan kainnya (karena sombong), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Orang yang memanjangkan kainnya, yaitu orang yang menurunkan kainnya hingga sampai di bawah mata kaki karena sombong”.
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu semua mengatakan bahwa dirimu suci. Dialah orang yang paling mengetahui tentang orangorang yang bertakwa”. (QS. An Najm: 32).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapatkan azab yang sangat pedih”. (QS. Asy Syura: 42).
- Dari Iyadh bin Himar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku agar supaya kamu semua itu bersikap rendah diri sehingga tidak ada seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain, dan juga tidak ada seorang pun yang berlaku sombong kepada orang lain. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila seseorang itu berkata (sebab sombong): “Celakalah manusia”, maka sesungguhnya dia sendiri adalah orang yang paling celaka”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfiman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu”. (QS. Al Hujurat: 10).
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu saling tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (QS. Al Maidah: 2).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu saling memutus tali persaudaraan, janganlah kamu saling membelakangi, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu semua saling menghasud. Dan jadilah kamu sebagai hamba Allah yang bersaudara. Tidaklah dihalalkan seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Ayyub ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah dihalalkan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari dimana bila keduanya saling bertemu maka keduanya saling membuang muka. Adapun orang yang paling baik dari keduanya itu adalah yang paling dahulu mengucapkan salam”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Amal-amal perbuatan itu dihadapkan Allah setiap hari Senin dan Kamis, lalu Allah mengampuni dosa setiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun kecuali orang yang berselisih dengan saudaranya, dimana Allah berfirman: “Tangguhkan dulu dua orang (yang berselisih) ini hingga damai kembali”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya syetan telah frustasi untuk disembah lagi di jazirah Arab namun syetan selalu berusaha untuk merusak hubungan baik antara sesama manusia (bangsa Arab)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak dihalalkan bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Barangsiapa yang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari lalu ia mati maka ia masuk neraka”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Khirasy Hadrad bin Abu Hadrad Al Aslami, ada juga yang memanggilnya: As Sulami Ash Shahabi ra. bahwasanya ia mendengar Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang mendiamkan saudaranya selama satu tahun maka bagaikan menumpahkan darahnya (atau membunuhnya)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tidak dihalalkan seorang mukmin mendiamkan seorang mukmin lainnya lebih dari tiga hari. Bila sudah lebih dari tiga hari, maka hendaklah salah seorang diantara keduanya itu menemui dan mengucapkan salam kepada yang lain. Bila yang diberi salam itu mau menjawab maka keduanya telah sama-sama mendapatkan pahala. Namun bila yang diberi salam itu tidak mau menjawab salamnya berarti ia telah memborong dosa dan orang yang mengucapkan salam sudah tidak dapat disebut orang yang mendiamkannya”. (HR. Abu Daud).
Abu Daud berkata: “Bila mendiamkannya kerena Allah semata maka ia tidak termasuk golongan yang ini”.
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya berbisik-bisik itu adalah dari syetan”. (QS. Mujahadah: 10).
1.Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Bila ada tiga orang maka janganlah dua orang diantara kamu berbisik tanpa menyertakan orang ketiga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud, dan ada tambahan bahwasanya Abu Shalih bertanya kepada Ibnu Umar: “Bagaimana kalau empat orang?”. Ibnu Umar ra. berkata: “Tidak apa-apa”. Di dalam kitab Al Muwatha’, Malik meriwayatkan hadits ini dari Abdullah bin Dinar ia berkata: “Aku dan Ibnu Umar berada di rumah Khalid bin Ukbah yang berlokasi di pasar, lalu datanglah seorang lakilaki hendak berbisik dengan Ibnu Umar padahal tiada yang bersama Ibnu Umar kecuali aku. Maka ia memanggil seseorang lagi hingga genap empat orang. Akhirnya ia berkata kepadaku dan kepada orang ketiga yang dipanggilnya itu: “Silahkan kamu menyisih sebentar sebab saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah ada dua orang berbisik-bisik tanpa’ menyertakan satu orang yang lain”.
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila kamu sedang bertiga maka janganlah kamu berdua berbisik tanpa menyertakan yang ketiga hingga kamu berkumpul dengan orang banyak. Sebab hal itu dapat menyusahkan orang yang tidak diajak berbisik-bisik”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An Nisa’: 36).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada seorang wanita disiksa dan masuk neraka lantaran masalah kucing dimana ia mengurungnya sampai mati. Kucing itu dikurung dalam keadaan lapar tidak diberi makan dan minum dan tidak pula membebaskannya supaya mencari makan sendiri dari serangga atau binatang-binatang kecil lainnya di bumi ini untuk dimangsanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya ia berjalan bertemu dengan pemuda-pemuda Quraisy yang sedang meletakkan burung untuk dijadikan sasaran memanah dalam latihan, namun tak satu pun anak panahnya yang mengenai sasarannya. Ketika mereka melihat Ibnu Umar maka mereka meninggalkan tempat (memisahkan dirinya masing-masing), lalu Ibnu Umar ra. berkata: “Siapa yang melakukan seperti ini Allah akan mengutuk orang yang berbuat seperti ini. Dan sesungguhnya Rasulullah saw. mengutuk orang yang mempergunakan hewan bernyawa untuk sasaran (dalam memanah)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melarang penganiayaan binatang yang akan dibunuh”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Ali Suwaid bin Mugarrin ra. berkata: “Sebagaimana diketahui bahwa kami adalah tujuh orang bersaudara dari keluarga Mugarrin. Dan tiada seorang pembantu (budak) bagi kami kecuali hanya seorang. Suatu ketika adik kami memukul pembantu itu, lalu Rasulullah saw. menyuruh kami untuk memerdekakannya”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Adikku yang ketujuh”.
- Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. ia berkata: “Ketika aku memukul budakku dengan cambuk, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang: “Ketahuilah, hai Mas’ud”. Karena dalam keadaan marah maka aku tidak mengerti suara siapakah itu. Ketika sudah dekat, ternyata suara itu adalah sabda Rasulullah saw.,, lalu beliau melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah hai Mas’ud, bahwasanya Allah lebih berkuasa menyiksa kamu daripada siksaanmu terhadap budakmu itu”. Lantas aku berkata: “Aku tidak akan memukul budak lagi sesudah ini untuk selama-lamanya”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Lalu jatuhlah cambuk itu dari tanganku karena takutnya”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Lalu aku berkata: “Ya Rasulullah saw., budak itu sudah merdeka karena Allah”. Beliau lantas bersabda: “Andaikan kamu tidak segera memerdekakannya pasti kamu akan disiksa dan dibakar oleh api neraka (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memukul budaknya sebagai hukuman atas sesuatu yang telah diperbuatnya atau barangsiapa menamparnya maka tebusannya adalah memerdekakannya”. (HR. Muslim).
- Dari Hisyam bin Hakim bin Hizam ra bahwasanya ia berjalan melewati para petani yang disiksa di negeri Syiria dimana mereka (petani) itu dijemur di terik sinar matahari dan disiram dengan minyak tanah pada kepalanva Kemudian Hisyam berkata: “Mengapa mereka diperlakukan seperti ini?”. Seseorang menyjawab: “Mereka disiksa sebab tidak mau membayar pajak”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Mereka ditawan sebab tidak mau membayar pajak”. Lalu Hisyam berkata: “Aku bersaksi bahwa aku benar-benar telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang yang menyiksa sesama manusia di dunia”. Kemudian Hisyam masuk ke kediaman Gubernur dan mengungkapkan masalah yang baru saja terjadi dan memerintahkan agar mereka segera dibebaskan dan akhirnya mereka pun dibebaskan”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melihat keledai yang dicap mukanya maka beliau sangat tidak senang melihat yang demikian itu. Lalu Ibnu Umar berkata: “Demi Allah, aku tidak akan memberi cap pada binatang di mukanya”, dan beliau memerintahkan agar supaya memberi cap keledainya pada kedua pantatnya. Maka ia adalah orang yang pertama kali memberi cap pada kedua pantatnya”. (HR. Muslim). .
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata: “Suatu ketika ada seekor keledai sedang lewat di hadapan Nabi saw. dimana keledai itu ada cap di mukanya, maka beliau bersabda: “Allah akan melaknat orang yang memberi cap di mukanya keledai itu”. (HR. Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain dikatakan: “Rasulullah saw. telah melarang untuk memukul dan memberi cap pada binatang di mukanya”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah mengutus kami dalam suatu pasukan dan bersabda: “Nanti bila kamu semua mendapatkan fulan dan fulan yaitu dua orang Quraisy maka bakarlah dengan api”. Mendadak ketika kami akan berangkat, beliau bersabda lagi: “Tadi aku menyuruh kamu semua untuk membakar fulan dan fulan. Tetapi sesungguhnya tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Allah. Oleh sebab itu, bila nanti kamu bertemu dengan dua orang itu maka bunuhlah mereka”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Ketika kami bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan dan beliau sedang berhajat (ke belakang) tiba-tiba kami melihat seekor burung yang memiliki dua anak, lalu kami mengambil kedua anak burung itu hingga induknya datang dengan terbang berputar-putar. Lantas Nabi saw. datang dan bersabda: “Siapa yang membuat burung itu menjadi susah lantaran diambil anaknya?”. Segera kembalikan anak burung itu kepadanya”. Kemudian daripada itu, Rasulullah saw. juga melihat sarang semut yang telah kami bakar. Lalu beliau bertanya: “Siapa yang membakar sarang semut ini?”. Kami menjawab: “Kami” Beliau bersabda: “Sesungguhnya siapa pun tidak ada yang pantas untuk menyiksa sesuatu dengan api kecuali Tuhannya api itu sendiri”. (HR. Abu Daud).
Allah.ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak untuk menerimanya”. (QS. An Nisa’: 58).
Allah ta’ala berfirman: “Apabila sebagian dari kamu mempercayai sebagian yang lain maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya)”. (QS. Al Bagarah: 283).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Mempersulitnya orang kaya dalam hal pembayaran hutang adalah suatu penganiayaan. Maka bila tanggungannya dilemparkan atau dipindahkan kepada orang lain hendaklah diikuti terus (diterima)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang meminta kembali pemberiannya bagaikan anjing yang memakan kembali muntahannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Perumpamaan orang yang menarik kembali sedekahnya adalah bagaikan anjing yang muntah-muntah lalu anjing itu mencari-cari muntahannya kemudian dimakan kembali”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Orang yang meminta kembali pemberiannya adalah bagaikan orang yang memakan kembali muntahannya”.
- Dari Umar bin Khattab ra. ia berkata: “Telah kuberikan seekor kuda kepada seseOrang untuk kepentingan berjuang di jalan Allah namun ia tidak memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya maka aku bermaksud untuk membelinya. Aku berprasangka bahwa ia mau menjualnya dengan harga yang murah. Kemudian aku menanyakan hal ini kepada Nabi saw. dan beliau lantas bersabda: “Janganlah kamu beli dan jangan pula kamu menarik kembali sedekahmu meskipun ia memberikan kepadamu dengan harga satu dirham. Sebab sesungguhnya orang yang menarik kembali pemberiannya adalah bagaikan orang yang memakan kembali muntahannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim maka sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. An Nisa’: 10).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat”. (QS. Al An’am : 153).
Allah ta’ala berfirman: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, maka katakanlah: “Mengurus secara patut urusan mereka adalah sangat baik dan jika kamu bergaul dengan mereka maka mereka adalah Saudaramu. Allah mengetahui siapa yang berbuat kerusakan dan yang mengadakan perbaikan”. (QS. Al Bagarah : 220)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SaW.. beliau bersabda “Jauhilah olehmu tujuh hal yang membinasakan”. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, tujuh hal itu apa saja ?”. Beliau bersabda: “Yaitu menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena hak, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari perang jihad dan menuduh orang berzina padahal orang itu adalah orang mukmin yang selalu menjaga diri”. (HR. Bukhari dan Muslim). :
Allah ta’ala berfirman: “Orang-orang yang memakan riba itu tidak akan dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit jiwa /gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berpendapat bahwa sesungguhnya jual beli itu riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan ) dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”…..
Sampai dengan firman Allah, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu semua kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum diambil) jika kamu semua adalah benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al Bagarah: 275-278).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mengutuk orang yang makan riba dan orang yang memberi makan dengannya”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat At Turmudzi dan yang lain ada tambahan: “Orang yang menjadi saksi dan orang yang menulis riba”.
Allah ta’ala berfirman: “Dan tiadalah mereka diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus”. (QS. Al Bayyinah: 5).
Allah ta’ala berfirman: “Janganlah kamu semua menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan si penerima, seperti menafkahkan hartanya karena riya’ kepada sesama manusia”. (QS. Al Bagarah: 264).
Allah ta’ala berfirman: “Mereka bermaksud riya’ dihadapan manusia dan mereka tidaklah menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. An Nisa’: 142).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah ta’ala berfirman: “Aku adalah yang paling tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa yang melaksanakan suatu amal dengan mempersekutukan Aku kepada selain Aku maka Aku akan meninggalkannya dan tidak memperdulikannya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Manusia yang paling pertama diputuskan kelak di hari kiamat adalah orang yang mati syahid. la dihadapkan dan ditanya beberapa nikmat Tuhan. Dan sesudah diakuinya maka ia’ditanya: “Untuk apakah nikmat-Ku padamu?”. Ia menjawab: “Aku berperang di jalan-Mu hingga mati syahid”. Allah berfirman: “Kamu bohong. Kamu berjuang agar dikatakan sebagai orang yang pemberani, dan hal itu sudah kau peroleh”. Maka Allah memerintahkan untuk menyeret Orang itu ke dalam neraka. Orang kedua yang diajukan adalah orang yang belajar dan mengajar serta senang membaca Al Qur’an. Ia dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya dan ia pun mengakuinya, lalu ditanya: “Untuk apakah nikmat-nikmat itu?”. la menjawab: “Saya gunakan untuk belajar dan mengajar Al Qur’an serta saya senang membaca Al Qur’an untuk-Mu”. Allah berfirman: “Kamu bohong. Kamu belajar Al Qur’an agar dikatakan sebagai orang yang pandai dan kamu membaca Al Qur’an agar dikatakan sebagai gari’, dan hal itu sudah diakuinya”. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret orang itu hingga akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka. Orang ketiga yang diajukan adalah orang yang dilapangkan rizkinya dan dikaruniai kekayaan yang banyak dimana ia dihadapkan dan diperlihatkan nikmat-nikmat yang telah diterimanya serta ia pun mengakuinya, lalu ditanya: “Kamu gunakan untuk apa nikmat-nikmat itu?”. Ia menjawab: “Semuanya itu aku amalkan untuk mencapai keridhaan-Mu”. Allah berfirman: “Kamu bohong. Kamu berbuat seperti itu agar kamu dikatakan sebagai orang yang pemurah, dan hal itu sudah diakuinya”. Kemudian Allah memerintahkan untuk menyeret dan akhirnya ia dilemparkan ke dalam api neraka”. (HR. Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya ada beberapa orang yang berkata: “Sesungguhnya bila kami masuk kepada penguasa maka kami mengatakan kepadanya lain dari apa yang kami katakan bila kami berada di luar”. Ibnu Umar ra. berkata: “Pada zaman Rasulullah saw. kami menganggap hal itu termasuk perbuatan nifak”. (HR. Bukhari).
- Dari Jundub bin Abdullah bin Sufyan ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada orang lain, maka Allah akan memperdengarkannya (memalukannya) kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa yang memperlihatkan amalnya maka Allah akan memperlihatkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas.
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu pengetahuan yang seharusnya hanya karena mencari ridha Allah lalu ia tidak mencarinya melainkan hanya untuk mendapatkan kekayaan duniawi maka ia kelak di hari kiamat tidak akan mendapatkan harumnya surga”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Dzar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. pernah ditanya: “Bagaimana menurut tuan jika ada seseorang melakukan suatu kebaikan lalu disanjung oleh orang banyak?”. Beliau menjawab: “Itulah awal kabar gembira bagi orang mukmin”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah kepa| da orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya”. (QS. An Nur: 30).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya”. (QS. Al Isra’: 36).
Allah ta’ala berfirman: “Tuhan mengetahui pandangan mata yang berkhianat”. (QS. Al Mukmin: 19).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”. (QS. Al Fajr: 14)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Bagi anak Adam telah ditentukan bagian zinanya yang sudah pasti dikerjakannya. Zinanya kedua mata adalah melihat, zinanya telinga adalah mendengar, zinanya lisan adalah berbicara, zinanya tangan adalah memukul, zinanya kaki adalah berjalan dan zinanya hati adalah bernafsu dan beranganangan yang kesemuanya itu dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Hindarilah olehmu duduk-duduk di pinggir jalan”. Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah saw., kami tidak bisa meninggalkan tempat duduk kami (di jalan) itu dimana kami bisa berbincang-bincang di sana”. Rasulullah saw. bersabda: “Bila kamu enggan tidak duduk di sana maka penuhilah hak jalan itu”. Sahabat bertanya: “Apakah hak jalan itu, ya Rasulullah saw. ?”. Beliau menjawab: “Yaitu memejamkan mata, membuang kotoran, menjawab salam serta menyuruh berbuat baik dan mencegah yang mungkar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Thalhah Zaid bin Sahl ra. ia berkata: “Ketika kami duduk di halaman rumah yang dekat jalan dimana kami sedang berbincang-bincang di situ, tiba-tiba Nabi saw. datang dan mendekati kami seraya bersabda: “Mengapa kamu duduk-duduk di pinggir jalan?. Hindarilah duduk di pinggir jalan”. Kami berkata: “Kami duduk di sini tidak mengganggu. Kami di sini sedang bertukar fikiran dan berbincang-bincang”. Beliau bersabda: “Jika begitu maka penuhilah haknya yaitu: memejamkan mata, menjawab salam dan berbicara yang baik”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Saya bertanya tentang melihat sesuatu yang diharamkan namun datangnya mendadak/tiba-tiba kepada Nabi saw., lalu beliau bersabda: “Pejamkanlah matamu”. (HR. Muslim).
- Dari Ummu Salamah ra. ia berkata: “Sewaktu saya bersama Maimunah di dekat Nabi saw. lalu Ummi Maktum masuk. Peristiwa ini terjadi setelah turunnya ayat yang memerintahkan kami untuk berhijab. Lantas Nabi saw. bersabda: “Berhijablah (buatlah dinding penghalang) kamu daripadanya”. Kami berkata: “Bukankah ia itu buta yang tidak dapat melihat dan tidak dapat mengetahui kami, ya Rasulullah saw.”. Nabi saw. bersabda: “Apakah kamu juga buta ? Tidakkah kamu melihat orang itu?”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Zaid ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Orang laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama laki-laki, begitu juga seorang perempuan tidak boleh melihat aurat sesama perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh bersentuhan kulit dengan sesama laki-laki dalam satu selimut, begitu juga seorang perempuan tidak boleh bersentuhan kulit dengan sesama perempuan dalam satu selimut”. (HR. Muslim).
Allah taala berfirman: “Bila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada orang perempuan maka mintalah dari belakang tabir”. (QS. Al Ahzab: 53).
- Dari Uqbah bin Amir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Jauhilah olehmu mendekati perempuan”. Lalu ada seorang sahabat Anshor bertanya: “Bagaimana jika mendekati perempuan yang masih kerabatnya Istri?”. Beliau bersabda: “Mendekati perempuan yang masih kerabatnya istri berarti mati”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kamu duduk menyendiri (bersepi-sepian) dengan seorang perempuan kecuali bersama dengan muhrimnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Buraidah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Haramnya para istri pejuang di jalan Allah terhadap orang yang tidak ikut perang adalah seperti haramnya ibu mereka. Orang yang tidak ikut berperang di jalan Allah dan diserahi oleh para pejuang di jalan Allah untuk menjaga istrinya lalu ia mengkhranatinya maka kelak di hari kiamat ia akan dihentikan oleh pejuang (di jalan Allah itu) untuk diambil kebaikan-kebaikannya sekehendak hatinya hingga ia puas”. Kemudian beliau menoleh kepada kami seraya bersabda: “Bagaimana perasaanmu?”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah mengutuk laki-laki yang menyerupai perempuan dan juga mengutuk perempuan yang menyerupai laki-laki”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. mengutuk orang laki-laki yang meniru perempuan dan juga mengutuk perempuan yang meniru laki-laki”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. mengutuk orang laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan juga mengutuk perempuan yang memakai pakaian seperti laki-laki”. (HR. Abu Daud). ‘
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda “Ada dua macam penghuni neraka yang belum pernah aku lihat yaitu orang-orang yang memiliki cambuk seperti ekor lembu lalu cambuk itu digunakan untuk memukul sesama manusia, dan perempuan yang memakai pakaian tetapi tampak seperti telanjang dimana ia merayu-rayu dan berlenggaklenggok membesarkan kondenya seperti punggung unta. Mereka itu tidak akan masuk surga dan bahkan tidak akan mencium bau harumnya surga. Dan sesungguhnya harumnya surga itu dapat dicium sejauh perjalanan ke sana dan sini”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu semua makan dengan tangan kiri sebab sesungguhnya syetan itu makan dengan tangan kiri”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kamu semua makan dan minum dengan tangan kiri sebab syetan itu makan dan minumnya dengan tangan kirinya”. (HR. Musim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya orangorang Yahudi dan Nasrani tidak senang menyemir rambut, maka hendaklah kamu berbeda dengan mereka (tidak mengikuti kebiasaannya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Catatan : Menyemir rambut dengan warna hitam tidak boleh, kecuali bagi pejuang yang sedang menghadapi musuh agar tampak masih muda, sebab warna rambutnya masih hitam padahal umurnya sudah tua hingga musuhnya menjadi gentar. Semir rambut yang dibolehkan adalah kuning atau merah.
- Dari Jabir ra. ia berkata: “Pada hari penaklukan kota Makkah, Abu Quhafah yaitu ayahnya Abu Bakar dihadapkan kepada Rasulullah saw. sebab rambut kepalanya dan jenggotnya seperti bunga matahari karena sangat putihnya. Lantas beliau bersabda: “Rubahlah warna rambut itu, namun jangan memakai hitam (jauhilah warna hitam)”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melarang untuk membuat jambul (kuncung)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah melihat seorang anak yang dicukur sebagian rambutnya dan sebagian yang lain dibiarkannya. Kemudian beliau melarang semua manusia untuk melakukan seperti itu dan beliau bersabda: “Cukurlah rambutnya semua atau kau biarkan semuanya”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abdullah bin Ja’far ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah memberi kesempatan kepada keluarga Ja’far selama tiga hari. Setelah tiga hari beliau datang dan bersabda: “Janganlah kamu semua menangisi saudaraku ini setelah hari ini tiba”. Lantas beliau bersabda: “Panggillah kemari anak-anaknya saudaraku ini”. Lalu kami dihadapkan kepada beliau seolah-olah kami adalah anak kecil. Lantas beliau bersabda: “Panggilkan tukang cukur”, lalu ia disuruh memotong rambut kami”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ali ra. ia berkata: “Rasulullah saw. melarang wanita mencukur rambut kepalanya”. (HR. An Nasai).
Allah ta’ala berfirman: “Yang mereka sembah selain Allah tidak lain adalah berhala. Dan ” mereka tidak lain hanyalah menyembah syetan yang durhaka yang dilaknati oleh Allah. Syetan itu berkata: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang telah ditentukan (untuk saya) dan saya akan benarbenar menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka serta akan menyuruh mereka (memotong telinga binatang ternak) lalu mereka benar-benar memotongnya, dan saya akan menyuruh mereka (merubah ciptaan Allah) lalu mereka benarbenar merubahnya”. (QS. An Nisa’: 117 -119).
- Dari Asma’ ra. bahwasanya ada seorang perempuan bertanya kepada Nabi saw.: “Ya Rasulullah saw. sesungguhnya putriku tertimpa penyakit panas hingga rontok rambutnya dan saya akan segera menikahkannya, maka apakah boleh saya menyambung rambutnya”. Beliau bersabda: “Allah mengutuk orang yang menyambung rambut dan yang disambung rambutnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Orang yang menyambung rambut dan orang yang minta rambutnya disambung”.
- Dari Aisyah ra. dengan isi hadits yang sama seperti tersebut di atas dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
- Dari Humaid bin Abdur Rahman bahwasanya pada musim haji ia mendengar Muawiyah sedang berkhutbah dimana ia menerima ikatan rambut dari pengawalnya, lalu ia berkata: “Hai ahli Madinah, dimana ulama-ulama kamu semua?”. Saya telah mendengar Nabi saw. melarang ikatan rambut seperti ini dan beliau bersabda: “Sesungguhnya binasanya Bani Israil adalah ketika wanitanya banyak yang menggunakan ikatan rambut”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ibnu Umar ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah mengutuk orang . yang menyambung rambut dan orang yang disambung rambutnya, serta orang yang membuat tahi lalat dan orang yang minta dibuatkanya tahi lalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya ia berkata: “Allah mengutuk orang yang membuat tahilalat dan orang yang minta dibuatkan tahi lalat, orang yang mengerok alisnya dan orang yang memangur giginya serta mempercantik diri dengan mengubah ciptaan Allah. Lantas ada seorang perempuan yang memprotes Ibnu Mas’ud, maka Ibnu Mas’ud berkata: “Mengapa aku tidak mengutuk orang yang jelas dikutuk oleh Rasulullah saw. sedangkan di dalam kitab Allah, Allah berfirman: “Apapun yang disampaikan oleh Rasul kepadamu, laksanakanlah dan apapun yang dilarangnya maka hindarilah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah kamu semua mencabut rambut uban sebab uban itu kelak di hari kiamat sebagai cahaya bagi orang Islam”. (HR. Abu Daud, Turmudzi dan Nasai).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunan kami maka perbuatannya itu tidak akan diterima”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Qatadah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Bila salah seorang dari kamu hendak buang air maka janganlah sekali-kali memegang kemaluannya dengan tangan kanan, dan jangan pula cebok dengan menggunakan tangan kanannya serta jangan pula kamu bernafas di dalam tempat air minum”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah salah seorang dari kamu semua ada yang berjalan dengan Memakai sandal satu atau memakai satu Sepatu, namun hendaknya kedua kaki bersandal semua atau tidak memakai sandal Semua”,
Dalam riwayat lain dikatakan: “Atau hendaklah kedua kakinya tidak memakai semua”. (HR, Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bila tali sandal diantara kamu putus, maka janganlah ia berjalan dengan satu sandal saja sehingga sandal yang putus itu diperbaiki lagi”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang seseorang memakai sandal dengan berdiri”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Janganlah kamu semua membiarkan api di rumahmu ketika kamu tidur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. ia berkata: “Telah terjadi kebakaran rumah di Madinah tadi malam karena penghuninya sendiri. Lantas kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah saw. maka beliau bersabda: “Sesungguhnya api itu merupakan musuhmu. Oleh sebab itu bila kamu hendak tidur maka padamkanlah api itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda: “Tutuplah bejana, ikatlah tempat air, tutuplah pintu-pintu dan padamkanlah lampu sebab syetan itu tidak akan mampu melepaskan ikatan dan tidak dapat membuka pintu serta tidak dapat membuka bejana. Andaikata salah seorang dari kamu tidak mendapatkan benda untuk menutupnya kecuali hanya sebuah lidi maka letakkanlah lidi itu di atas bejana. Dan meletakkan lidi itu sebutlah nama Allah karena sesungguhnya tikus itu dapat menyebabkan kebakaran rumah”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman : “Katakanlah: Aku tidak meminta upah kepadamu atas da’wahmu, dan aku bukanlah termasuk orang yang memaksakan diri”. (QS. Shad: 86).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Kami dilarang untuk memaksakan diri”. (HR. Bukhari).
- Dari Masruq berkata: “Kami masuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud ra. lalu ia berkata: “Hai ummat manusia, barangsiapa yang mengetahui tentang sesuatu maka hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya, dan barangsiapa yang tidak mengetahui maka katakanlah: “Allah lebih mengetahui. Sebab yang demikian itu termasuk setengah ilmu pengetahuan juga. Allah telah berfirman: “Katakanlah, Aku tidak meminta upah kepadamu dan Aku bukanlah termasuk orang yang memaksakan diri”. (HR. Bukhari).
- Dari Umar bin Khattab ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Orang yang meninggal dunia itu akan disiksa sesuai dengan ratapan yang ditujukan kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah termasuk golonganku orang yang menampar-nampar pipi, menyobek kerah baju dan menjerit-jerit seperti jeritannya orang jahiliyah (saat meratapi mayit)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Burdah berkata : “Abu Musa Al-Asy’ari ra. sedang sakit lalu ia pingsan sedangkan kepalanya jatuh di pangkuan istrinya. Kemudian istrinya itu meratapinya dengan menjerit-jerit namun saat itu Abu Musa tidak dapat menjawab sesuatu kepada istrinya.
Setelah sadar dari pingsannya. ia berkata: “Aku lepas tangan terhadap orang yang mana Rasulullah saw. lepas tangan daripadanya. Sesungguhnya Rasulullah saw. lepas tangan terhadap orang-orang yang menjerit, mencukur rambut dan menyobek-nyobek bajunya tatkala tertimpa musibah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Al Mughirah bin Syu’bah ra. berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa (meninggal dunia) diratapi oleh keluarganya maka sesungguhnya kelak di hari kiamat ia akan disiksa sesuai dengan ratapan keluarganya kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ummu Athiyah Nusaibah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami sewaktu kami berbaiat supaya kami tidak meratapi orang yang meninggal dunia”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Nu’man bin Basyir ra. ia berkata: “Sewaktu Abdullah bin Rawahah ra. pingsan, saudara putrinya menangis sambil berkata:
“Hai orang yang menjadi pelindungku, hai orang yang berbuat begini dan begitu”. Ia menghitung kebaikan saudaranya. Ketika sadar, Abdullah lantas berkata: “Apa saja yang kamu katakan, nanti pasti ditanyakan kepadaku: “Benarkah kamu berbuat seperti itu?”. (HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Ketika Sa’ad bin Ubadah ra. sakit, Rasulullah saw. bersama Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abu Waqas dan Abdullah bin Mas’ud ra. menyjenguknya. Tatkala beliau masuk ke rumahnya tiba-tiba Sa’ad bin Ubadah sedang pingsan, lalu beliau bertanya: “Apakah ia telah meninggal dunia?”. Orang-orang yang berada di sekitarnya menjawab: “Belum, ya Rasulullah saw.”. Kemudian beliau menangis. Dan pada saat orang-orang melihat beliau menangis maka mereka pun ikut menangis. Lantas beliau bersabda: “Apakah kamu semua belum pernah mendengar?, Sesungguhnya Allah tidak menyiksa karena air mata dan tidak pula sebab sedih, namun Allah menyiksa atau mengasihinya karena ini (beliau menunjuk ke lidahnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Malik Al Asy’ari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang meratapi orang mati, bila ia tidak bertaubat sebelum matinya maka kelak di hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan berpakaian dari aspal dan memakai baju besi sebab berpenyakit kudis”. (HR. Muslim).
- Dari Usaid bin Abu Usaid at Tabii menceritakan tentang seseorang yang telah berbarat dimana ia berkata: “Diantara pesan Rasulullah saw. kepada kami tentang kebaikan yang harus kami laksanakan ialah kami tidak boleh melanggar kebaikan, kami tidak boleh mencakar-cakar muka, kami tidak boleh menjerit-jerit dengan mengucapkan perkataan yang buruk, kami tidak boleh menyobek kerah baju dan kami tidak boleh meraut-raut rambut”. (HR. Abu Daud).
- Dari Abu Musa ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Tiada orang yang mati lalu orang-orang menangisinya dan berkata: “Hai pelindungku, hai tuanku atau lainnya kecuali ia akan diserahkan kepada dua Malaikat yang selalu mendorongnya seraya berkata: “Apakah kamu benar seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang itu?”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua hal yang berada dalam diri manusia dimana hal itu dapat mengakibatkan kufur yaitu: menghina nasab dan meratapi orang yang mati”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang dukun, lalu beliau menjawab: “Tidak apa-apa (tiada bermanfaat apa-apa)”. Mereka berkata lagi: “Ya Rasulullah saw., mereka kadangkadang dapat mengungkap suatu kejadian yang benar-benar terjadi”. Kemudian Nabi saw. bersabda : “Itu kalimat yang nyata yang dicuri oleh Jin lalu dibacakan pada telinga dukun, kemudian dukun itu mempercampur adukkannya dengan seratus kedustaan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dari Aisyah ra. dikatakan bahwa Aisyah pernah mendengar Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Malaikat turun di awan dan mengungkap hal-hal yang telah diputuskan di langit (oleh Allah), dan syetan ikut mencuri dengar, lalu syetan itu memberitahukan kepada dukun dan mereka membumbui dengan seratus kebohongan dari diri mereka sendiri”.
- Dari Shafiyyah binti Abu Ubaid dari salah Seorang istri Nabi saw. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang datang kepada dukun (tukang ramal) lalu menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya maka ia tidak diterima Shalatnya selama 40 hari”. (HR. Muslim).
- Dari Oabishah bin Mukharig ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Menggores atau menebak nasib dan meramal dengan melepaskan burung itu termasuk jibt (kepercayaan yang tidak bersumber kepada i Allah)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mempelajari sebagian dari ilmu nujum, berarti ia mempelajari sebagian dari ilmu sihir, selalu meningkat menurut banyaknya yang dipelajari”. (HR. Abu Daud).
- Dari Muawiyah bin Hakam ra. berkata : “Saya bertanya, Ya Rasulullah saw. sesungguhnya saya baru saja melampaui masa jahiliyah dan Allah telah mendatangkan agama Islam. Banyak diantara kami yang masih senang mendatangi dukun”. Beliau bersabda: “Jangan kamu mendatangi mereka”. Saya berkata: “Diantara kami ada orang yang masih percaya dengan burung yang terbang”. Beliau bersabda: “Itu adalah kepercayaan yang ada di dalam dada mereka, maka biarkanlah mereka”. Saya berkata lagi: “Diantara kami ada orang yang senang menghitung-hitung”. Beliau bersabda: “Ada sebagian dari Nabi yang suka menghitung-hitung. Barangsiapa yang hitungannya cocok maka itu hanyalah kebetulan saja”. (HR. Muslim). :
- Dari Abu Mas’ud Al Badri ra. bahwasanya Rasulullah saw. melarang dari hasil penjualan anjing, hasil pelacuran dan hasil perdukunan”. (HR. Bukhari dan Muslim). “
- Dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada sakit menular dan tidak ada sial sebab sesuatu (Misalnya lewat burung atau tokek). Dan aku sangat kagum pada Fal”. Para sahabat bertanya: “Apakah fal itu?”. Beliau menjawab: “Yaitu ucapan yang baik”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada sakit menular dan tidak ada sial sebab sesuatu. Dan andaikata itu terjadi maka hanya terbatas di dalam rumah, istri dan kuda (kendaraan)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Buraidah ra. bahwasanya Nabi saw. tidak pernah merasa sial sebab adanya sesuatu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Urwah bin Amir ra. ia berkata: “Sewaktu disebut-sebut tentang sial sebab sesuatu di hadapan Nabi saw. maka beliau bersabda: “Yang paling baik adalah Fal (yaitu meramal yang baik dan dapat menimbulkan harapan) dan janganlah kamu melarangnya kepada orang Islam. Bila salah seorang dari kamu melihat sesuatu yang tidak disenanginya maka hendaklah ia membaca: ALLAAHUMMA LAA YAKTII BIL HASANAATI ILLAA ANTA WALAA YADFA’US SAYYIAATI ILLAA ANTA, WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BIKA (Ya Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan melainkan Engkau, dan tidak ada yang dapat menghindarkan bahaya kecuali Engkau serta tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan-Mu)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang melukis gambar-gambar maka kelak di hari kiamat ia akan disiksa, dan dikatakan kepada mereka: “Hidupkanlah apa yang telah kamu buat (lukisan)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah datang dari bepergian, sedangkan di rumahku terdapat gambar lukisan. Maka sewaktu melihatnya menjadi berubahlah mukanya seraya bersabda: “Hai Aisyah ra., sekeraskeras siksa Allah SWT. besok hari kiamat adalah siksaan terhadap orang-orang yang menyaingi Ciptaan Allah. Aisyah ra. berkata: “Lalu lukisan itu saya potong-potong untuk saya jadikan satu atau dua bantal”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Setiap pelukis (orang yang menggambar) tempatnya di dalam neraka. Dan hasil lukisannya kelak akan dihidupkan untuk menyiksa pelukis gambar tersebut di neraka jahannam”. Ibnu Abbas ra. berkata: “Apabila kamu terpaksa harus menggambar maka gambarlah pepohonan atau sesuatu yang tidak bernyawa”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menggambar atau melukis suatu gambar (yang bernyawa) di dunia maka kelak di hari kiamat akan dituntut untuk meniupkan ruh ke dalamnya, padahal dia tidak akan mampu untuk meniupkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya siksaan Allah yang paling keras adalah siksaan terhadap orang-orang yang suka menggambar atau melukis besok di hari kiamat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah ta’ala berfirman: “Siapa yang lebih berbuat aniaya daripada orang yang mencoba-coba untuk mencipta seperti ciptaan-Ku?. Cobalah ia menciptakan sebutir jagung, atau cobalah mereka mencipta sebutir biji tumbuh-tumbuhan, atau cobalah ia mencipta sebutir gandum”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Thalhah ra. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar/lukisan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Jibril pernah berjanji untuk datang kepada Nabi saw. namun ditunggu-tunggu Jibril tidak datang-datang hingga beliau merasa gelisah. Ketika beliau keluar (dari rumah) maka bertemulah dengan Jibril dan ketika ditanya Ia menjawab: “Sesungguhnya aku tidak dapat masuk kedalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar/lukisan”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Jibril pernah berjanji kepada Nabi saw. untuk datang pada suatu saat. Setelah tiba waktu perjanjiannya Jibril belum kunjung datang”. Kata Aisyah ra. lagi: “Beliau meletakkan tongkatnya lalu bersabda: “Allah dan rasul-Nya tidak mungkin menyalahi janji“. Mendadak ketika beliau menoleh tiba-tiba ada anjing kecil yang berlari di bawah ranjangnya, kemudian beliau bertanya: “Kapan anjing ini masuk?”. Aisyah ra. menjawab: “Demi Allah, aku tidak mengetahuinya”. Maka beliau memerintahkan untuk mengeluarkan anjing itu. Kemudian datanglah Jibril dan beliau langsung bertanya: “Engkau telah berjanji kepadaku dan aku pun telah lama duduk menanti namun engkau belum juga datang”. Jibril menjawab: “Anjing yang ada di dalam rumahmu itulah yang menyebabkan saya tidak dapat masuk. Sesungguhnya saya tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hayyaj bin Hushain berkata: “Ali bin Abu Thalib telah berkata kepadaku: “Maukah kamu saya utus sebagaimana Rasulullah saw. mengutusku? Yaitu jangan kamu biarkan suatu gambar kecuali kamu menyobeknya dan jangan pula kamu biarkan kuburan menjulang tinggi, kecuali kamu ratakan”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memelihara anjing bukan untuk berburu atau menjaga ternak maka pahalanya akan dikurangi setiap harinya dua qirath”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Pahalanya dikurangi satu qirath”.
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memelihara anjing maka amal kebaikannya setiap harinya akan dikurangi satu qirath kecuali bila anjing itu untuk menjaga tanaman atau hewan ternak”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Barangsiapa yang memelihara anjing bukan untuk berburu atau bukan untuk menjaga ternak atau kebun maka pahala orang itu setiap harinya akan dikurangi satu qirath”.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah bersabda: “Malaikat itu tidak mau bersama rombongan orang yang ada anjingnya atau lonceng/kelontengan”. (HR. Muslim). :
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Lonceng/kelontengan itu termasuk salah satu serulingnya syetan”. (HR. Abu Daud)
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah melarang menaiki unta yang suka makan kotoran (tahi)”. (HR. Abu Daud).
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Meludah di dalam Masjid itu perbuatan dosa dan tebusannya adalah membuang ludah itu sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ludah itu ditanam bila lantai Masjid itu berupa tanah atau pasir. Dan apabila lantai Masjid itu terbuat dari ubin maka ludah itu harus dibuang dan dibersihkannya”.
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat ingus atau air ludah atau dahak yang menempel di tembok kiblat, maka beliau mengoreknya (membersihkannya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Masjid-Masjid itu tidak patut ada air kencing atau kotoran lainnya meskipun hanya sedikit. Dan sesungguhnya Masjid itu tempat untuk berdzikir kepada Allah dan tempat untuk membaca Al Qur’an serta suatu tempat untuk menyampaikan apa yang telah disabdakan oleh beliau”. . (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mendengar seseorang mencari barangnya yang hilang di dalam Masjid maka hendaklah ia mengatakan: “Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu”, karena sesungguhnya Masjid itu dibangun bukan untuk itu“. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Bila kamu semua melihat orang berjual beli di dalam Masjid maka hendaklah kamu mengatakan: “Mudah-mudahan Allah tidak memberikan keuntungan bagimu”. Dan bila kamu semua melihat sese| orang mencari barangnya yang hilang di Masjid, maka hendaklah ia mengatakan: “Mudahmudahan Allah tidak mengembalikannya kepadamu”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Buraidah ra. berkata : “Sesungguhnya ada seseorang sedang mencari barangnya yang hilang di dalam Masjid dimana ia berkata:
“Siapa yang dapat mengembalikan/menemukan untaku yang merah?”. Lantas beliau bersabda: “Mudah-mudahan untamu tidak ketemu. Sesungguhnya masjid itu dibangun hanya untuk beribadah”. (HR. Muslim).
- Dari Amir bin Syuaib ra. dari ayahnya dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah saw. telah melarang berjual beli didalam Masjid, melarang mencari barang yang hilang di dalam Masjid dan melarang mengalunkan syiir didalam Masjid”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
- Dari Saib bin Yazid Ash Shahabi ra. ia berkata: “Aku berada di dalam Masjid lalu terasa ada seseorang yang melemparku. Setelah kuamati ternyata di situ ada Umar bin Khattab dan berkata: “Panggillah kedua orang itu”. Maka saya pun datang dengan membawa dua orang itu. Umar lantas bertanya: “Dari mana kamu berdua ini?”. Kedua orang ini menjawab: “Dari Thaif”. Kemudian Umar berkata: “Andaikata kamu berdua termasuk penduduk negeri ini pasti saya akan menyakitimu, sebab kamu berani sekali bersuara keras di dalam Masjid Rasulullah saw.”. (HR. Bukhari)
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memakan dari pohon ini yaitu bawang maka janganlah sekali-kali mendekati Masjid kami”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Masjid-Masjid kami”.
- Dari Anas ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang memakan dari pohon ini yaitu bawang maka janganlah sekali-kali ia mendekati kami dan jangan sekali-kali ia shalat bersama kami”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang memakan bawang merah atau bawang putih (dalam keadaan mentah) maka hendaklah ia menjauh dari kami atau hendaklah ia menjauhkan diri dari Masjid kami”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan : “Barangsiapa yang memakan bawang merah atau bawang putih (dalam keadaan mentah) atau memakan kucai maka hendaklah ia jangan mendekati Masjid kami sebab Malaikat juga merasa terganggu terhadap apa yang mengganggu manusia”.
- Dari Umar bin Khattab ra. bahwasanya pada hari Jum’at ia berkata dalam khutbahnya: “Hai manusia, kamu suka makan dua pohon yang tidak sedap baunya yaitu bawang merah dan bawang putih. Sungguh, saya telah melihat Rasulullah saw. jika mendapatkan seseorang berbau bawang maka beliau memerintahkannya untuk keluar ke bagi’. Oleh sebab itu barang siapa yang memakan bawang maka hendaklah dimasak terlebih dahulu agar baunya menjadi hilang”. (HR. Muslim).
- Dari Muadz bin Anas Al Juhanni ra. bahwasanya Nabi saw. melarang untuk duduk mendekap lutut sewaktu imam berkhutbah pada hari Jumat”. (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
- Dari Ummu Salamah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang memiliki hewan kurban maka bila bulan Dzulhijjah telah masuk, janganlah sekali-kali memotong sedikit pun dari bulu atau kukunya hingga hewan itu disembelih”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah melarang kamu semua bersumpah dengan menyebut nama ayahmu. Dan barangsiapa yang mau bersumpah maka hendaklah menyebut nama Allah atau ia diam saja (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan : “Barangsiapa yang bersumpah maka janganlah ia bersumpah melainkan dengan menyebut nama Allah atau hendaklah ia diam saja”.
- Dari Abdur Rahman bin Samurah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu bersumpah dengan menyebut nama-nama berhala atau jangan pula kamu bersumpah dengan menyebut nama ayahmu”. (HR. Muslim).
- Dari Buraidah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang bersumpah : “Demi amanah”, maka ia tidak termasuk golonganku”. (HR. Abu Daud).
- Dari Buraidah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah lalu ia berkata: Sesungguhnya saya melepaskan diri dari Islam, lalu ia mendustakannya maka ia seperti apa yang diucapkannya. Sedangkan bila ia membenarkannya maka ia tidak akan bisa kembali kepada Islam dengan selamat” (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya ia men3 dengar pada seseorang yang berkata: “Tidak, | demi Ka’bah”, lalu Ibnu Umar berkata: “Janganlah kamu bersumpah dengan yang selain | Allah, sesungguhnya saya telah mendengar | Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah dengan tidak menyebut nama Allah, maka ia benar-benar telah kufur atau , musyrik”. (HR. Turmudzi).
Sebagian ulama’ menerangkan bahwa beliau telah bersabda dengan benar-benar kafir atau musyrik, agar perbuatan itu benar-benar dijauhi, sebagaimana yang telah beliau sabdakan: “Riya’ itu syirik”. :
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang bersumpah atas harta benda seorang muslim yang bukan haknya maka ia kelak akan bertemu dengan Allah, sedangkan Allah memurkainya”. Untuk memperkuat sabdanya, beliau membacakan ayat Al Qur’an kepada kami yaitu : “Sesungguhnya orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, maka mereka itu tidak akan men’ dapatkan kebahagiaan (pahala) di akhirat. Dan Allah tidak akan berkata dengan mereka dan tidak akan melihat mereka besok di hari kiamat dan tidak pula mensucikan mereka. Bagi mereka adalah siksaan yang sangat pedih)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Umamah Iyas bin Tsa’labah Al Haritsi ra. bahwasanya Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang merampas hak orang muslim lainnya dengan sumpahnya (yang palsu) maka Allah mewajibkan baginya masuk neraka dan mengharamkan dirinya masuk surga”. Ada sahabat yang bertanya:
“Walaupun yang dirampas itu kadarnya kecil, ya Rasulullah saw. Beliau menjawab: “Meskipun hanya sekecil kayu arak (yaitu kayu untuk bersiwak)”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Termasuk dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua, membunuh dan sumpah palsu“. (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain dikatakan : “Ada seorang Badui datang kepada Nabi saw. dan bertanya : “Ya Rasulullah, apa sajakah yang termasuk dalam katagori dosa besar itu?”“. Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah”. ia bertanya : “Lantas apa lagi?”. Beliau menjawab : “Sumpah palsu”. Saya bertanya : “Apakah yang dimaksud dengan sumpah palsu itu?”. Beliau menjawab: “Yaitu orang yang merampas hak orang lain dengan menggunakan sumpah yang mengandung kebohongan”.
- Dari Abdur Rahman bin Samurah ra. berkata, Rasulullah saw. telah bersabda kepadaku: “Bila kamu telah terlanjur bersumpah lalu dipandang ada sesuatu yang lebih baik daripada itu (yang disumpahkannya) maka hendaklah ia mengerjakan yang lebih baik itu dan tebuslah sumpahmu itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah lalu ia melihat ada sesuatu yang lebih baik dari itu (yaitu dari apa yang disumpahkannya itu) maka hendaklah ia menebus sumpahnya dan melakukan yang lebih baik itu”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah, andaikan aku bersumpah lalu aku melihat ada sesuatu yang lebih baik daripada apa yang telah aku sumpahkan, pasti aku akan menebus sumpahku itu dan melakukan apa yang lebih baik itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kalau seseorang itu melanjutkan sumpahnya terhadap keluarganya, maka yang demikian itu lebih besar dosanya dibanding membayar denda sumpah yang -diwajibkan oleh Allah kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Allah Tidak menghukum kamu lantaran sumpah-sumpahmu ‘ yang tidak dimaksud (untuk bersumpah) tetapi Dia menghukum kamu sebab sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Tebusan sumpah itu adalah memberi makan sepuluh orang miskin yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluArqamu, atau memberi pakaian kepada mereka, atau memerdekakan budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian itu maka kifaratnya adalah puasa tiga hari. Yang demikian itu adalah kifaratnya sumpahsumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpah-sumpahmu”. (QS. Al Maidah: 89).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Diturunkannya ayat: LAA YUAAKHIDZUKUM BILLAGHWI FII AIMAANIKUM, disebabkan karena adanya seorang laki-laki yang suka mengucapkan: “Tidak, demi Allah” dan “Ya Demi Allah”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bersumpah (dalam jual beli) itu dapat mempercepat lakunya barang dagangan namun menghilangkan berkahnya penghasilan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Qatadah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Jauhilah olehmu banyak bersumpah di dalam berjual beli karena sesungguhnya sumpah itu dapat mempercepat lakunya barang dagangan tetapi menghilangkan berkahnya”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah patut seseorang memohon dengan menyebut-nyebut Dzat Allah kecuali ha-nya untuk memohon surga”. (HR. Abu Daud)
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang berlindung diri kepadamu dengan menyebut nama Allah maka berilah ia perlindungan. Barangsiapa yang meminta dengan menyebut nama Allah maka kabulkanlah permintaannya. Dan barangsiapa yang mengajak kamu (dalam kebaikan) maka penuhilah ia. Barangsiapa yang berbuat baik kepadamu maka balaslah. Dan jika kamu tidak mampu untuk membalasnya maka doakanlah ia hingga kamu merasa telah membalasnya”. (HR. Abu Daud dan Nasai).
- Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya sejahat-jahat nama menurut Allah adalah orang yang menamakan dirinya: Raja diraja (rajanya para raja)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sufyan bin Uyainah berkata bahwa Rajanya para raja itu semisal dengan Syahansyah (raja diraja)”.
- Dari Buraidah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu memanggil orang munafik dengan sebutan tuan sebab andaikata ia benar-benar menjadi tuan berarti kamu menyebabkan Tuhanmu memurkai kamu semua”. (HR. Abu Daud)
- Dari Jabir ra. berkata : “Sesungguhnya Rasulullah saw. telah masuk rumahnya Ummu Saib atau Ummu Musayyab, lalu Beliau bertanya : “Kenapa kamu menggigil hai Ummu Musayyab ?”. Ia menjawab : “Sebab sakit panas, semoga ia tidak diberkahi Allah”. Beliau bersabda : “Janganlah kamu mencaci maki penyakit panas sebab penyakit itu dapat menghilangkan dosa-dosa anak Adam seperti tiupan api tukang las dapat menghilangkan karat-karat besi”. (HR. Muslim)
- Dari Abu Mundzir Ubai bin Ka’ab ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu mencaci maki angin. Dan bila kamu melihat ada angin kencang yang tidak kamu senangi maka bacalah doa: ALLAAHUMMA INNAA NAS-ALUKA MIN KHAIRI HAADZIHIRRIIHI WAKHAIRI MAA FIIHAA WAKHAIRI MAA UMIRAT BIHI WANA’UDZUBIKA MIN SYARRI HAADZIHIR RIIHI WASYARRI MAAFIIHAA WA SYARRI MAA UMIRAT BIHI (Ya Allah, Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu akan kebaikan angin ini, kebaikan apa yang terkandung di dalamnya dan kebaikan apa yang diperintahkan kepadanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan angin ini dan kejelekan apa yang terkandung di dalamnya serta kejelekan apa yang diperintahkannya)”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Angin itu merupakan bagian dari rahmat-rahmat Allah. Kadangkala angin itu membawa rahmat dan kadang juga membawa bencana. Makanya, bila kamu melihat angin maka janganlah kamu mencacinya. Mohonlah kepada Allah akan kebaikan angin itu dan berlindunglah dari kejahatan angin itu”. (HR. Abu Daud).
- Dari Aisyah ra. ia berkata : “Apabila ada angin ribut maka beliau selalu membaca do’a : ALLAAHUMMA INNI AS-ALUKA KHAIRA —. HAA WAKRAIRA MAA FIIHAA WA KHAIRA MAA URSILAT BIHI, WA ‘AUUDZU— BIKA MIN SYARRIHAA WA SYARRI MAA FIIHAA WA SYARRI MAA URSILAT BIHI (Ya , Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMuakan kebaikan angin itu, kebaikan apa yang . terkandung di dalamnya dan kebaikan yang dilepaskannya. Dan aku berlindung diri dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang terkandung di dalamnya dan kejahatan apa yang dilepaskannya)”. (HR. Muslim). )
- Dari Zaid bin Khalid Al Juhanni ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu semua memaki ayam jantan atau jago sebab ayam jantan itu dapat membangunkan seseorang untuk shalat”. (HR. Abu Daud)
- Dari Zaid bin Khalid Al Juhanni ra. ia berkata: “Kami menjalankan shalat Subuh bersama Nabi saw. dalam keadaan basah di Hudaibiyah sebab malamnya turun hujan. Setelah selesai shalat beliau mendatangi para sahabatnya dan bertanya : “Apakah kamu mengetahui tentang apa yang difirmankan Tuhanmu kepadamu?”. Mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Beliau bersabda : “Allah telah berfirman: “Pagi hari ini ada hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada juga yang kafir. Adapun orang yang berkata : “Turunnya hujan ini sebab karunia dan rahmat Allah”, maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan mengingkari bintang. Sedangkan orang yang berkata: “Kami diberi hujan ini sebab pengaruh bintang-bintang ini dan itu”, maka itulah orang yang kafir kepadaKu dan mempercayai bintang-bintang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila ada seseorang berkata kepada saudaranya: “Hai orang kafir”, maka salah seorang dari keduanya itu menjadi kafir. Jika orang yang dikatakan kafir itu benar-benar orang kafir maka ia itu jelas ia yang kafir. Tapi sebaliknya bila orang yang dikatakan kafir itu tidak kafir maka ucapannya kembali kepada orang yang mengucapkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan “kafir”, atau: “musuh Allah” padahal orang yang dipanggilnya itu tidak demikian kenyataannya maka hal itu akan kembali kepada orang yang mengucapkannya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bukanlah disebut orang mukmin, orang yang suka mencela, mengutuk, berbuat keji dan berkata kotor”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Semua perbuatan yang keji kembalinya pasti menjelekkan dirinya sendiri. Dan semua perbuatan yang diperbuat dengan berdasarkan rasa malu (yaitu perbuatannya diperhitungkan) maka pasti akan menghiasi dirinya sendiri”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Rusaklah orang yang berlebihlebihan dalam berbicara”. Beliau mengulanginya hingga tiga kali”. (HR. Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat membenci Orang yang berlagak fasih dalam berbicara yaitu ia mempermainkan lidahnya sebagaimana lembu mempermainkan lidahnya”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Jabir bin Abdullah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang aku cintai dan kelak di hari kiamat ia akan duduk berdekatan denganku adalah orang yang baik budi pekertinya. Dan orang yang sangat aku benci dan besok di hari kiamat ia akan duduk sangat jauh denganku adalah orang yang suka berbicara, orang yang berlagak fasih dalam berbicara dan orang yang bermulut besar”. (HR. At Turmudzi).
- Dari Aisyah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Jangan sekali-kali kamu semua mengucapkan kalimat: “Nafsuku busuk”, tetapi hendaklah ia mengatakan: “Nafsuku tercela”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu memberi nama anggur dengan nama Karm sebab Karm itu adalah orang yang beragama Islam”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya Karm itu adalah hatinya orang yang beriman”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dikatakan: “Mereka menyebutnya Karm, Sesungguhnya Karm itu adalah hatinya orang yang beriman .
- Dari Wail bin Hajr ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Janganlah kamu mengatakan Karm, tapi sebutlah dengan inab dan hablah”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lainnya, kemudian ia mengungkapkan rahasia kewanitaan (sifat-sifatnya) kepada suaminya sehingga seolah-olah suaminya itu melihat wanita yang diungkapkannya itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah ada diantara kamu semua yang berdoa dengan mengatakan: ALLAAHUMMAGHEFIR LII IN SYIKTA, ALLAAHUMMARHAMNII IN SYIKTA (Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau berkenan dan kasihanilah aku jika Engkau berkenan). Tetapi hendaklah ia betul-betul mantap di dalam berdoa sebab tidak ada yang memaksa Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan : “Tetapi hendaklah ia betul-betul mantap dan optimis karena sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang berat untuk dikabulkan”.
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Bila salah seorang dari kamu semua berdoa maka hendaklah ia benar-benar mantap dalam doanya, dan janganlah sekali-kali ia mengucapkan: ALLAAHUMMA IN SYIKTA FA A’THINII (Ya Allah, jika Engkay menghendaki maka kabulkanlah permohonanku). Karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Hudzaifah bin Yaman ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Janganlah kamu semua mengatakankan : MAASYAA ALLAAH WASYAA- A FULAN (Sesuatu yang dikehendaki Allah dan dikehendaki oleh fulan) namun ucapkan( lah: MAASYAA ALLAAH TSUMMA SYAAA FULAN (Sesuatu yang dikehendaki oleh Allah kemudian fulan menghendakinya)”. (HR. Abu Daud).
Yang dimaksud dengan makruh berbicara sehabis shalat isya’ di sini adalah sebagaimana penjelasan berikut ini:
- Bila yang dibicarakan termasuk hal yang boleh dibicarakan maka hal itu boleh dibicarakan sesudah shalat Isya’.
- Bila yang akan dibicarakan itu termasuk hal yang diharamkan atau makruh, maka membicarakannya setelah shalat Isya’ sangatlah diharamkan dan dimakruhkan.
- Bila yang akan dibicarakan itu mengandung kebaikan seperti akan menyampaikan pengajian, mengajar akhlak mulia, berbincangbincang dengan tamu maka membicarakannya sesudah shalat Isya’ tidaklah dimakruhkan bahkan sunat hukumnya.
1.Dari Abu Barzah. ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw. tidak senang tidur sebelum shalat Isya’ dan juga tidak senang berbicara sesudah shalat Isya’”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata: “Sewaktu Rasulullah saw. shalat Isya’ pada akhir hayatnya, tatkala telah salam beliau bersabda: “Bagaimana menurut kamu tentang malam ini ?. Ketahuilah bahwasanya seratus tahun lagi tiada seorang pun dari orang-orang yang ada hari ini”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata : “Sesungguhnya para sahabat sedang menanti-nanti kedatangan Nabi saw. dan waktu itu beliau datang kepada mereka menjelang tengah malam, lantas beliau mengimami shalat Isya’, selanjutnya beliau berpidato, sabdanya: “Ketahuilah, bahwasanya umat manusia telah selesai shalat lalu tidur. Sungguh kamu semua dicatat selalu mengerjakan shalat selama kamu menantikan shalat”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulul:ah saw. bersabda: “Bila seorang suami mengajak istrinya untuk tidur bersama (bersetubuh) lalu istrinya enggan untuk memenuhinya, kemudian suaminya bermalam dalam keadaan marah terhadap istrinya, maka istrinya itu dikutuk oleh Malaikat hingga pagi hari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan : “Hingga istrinya itu mau melayani suaminya”.
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Seorang istri yang suaminya berada di rumah tidak diperbolehkan melakukan puasa sunat kecuali jika mendapatkan izinnya. Dan istri itu tidaklah diperbolehkan mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya kecuali atas izin suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Apakah diantara kamu semua tidak merasa takut bilamana mengangkat kepalanya sebelum imam, dimana Allah akan menjadikan kepalanya seperti bentuk kepala keledai?”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. melarang seseorang untuk bertolak pinggang sewaktu mengerjakan Shalat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah sempurnah shalat (seseorang) yang shalat di dekat makanan. Dan tidak sempurna pula shalatnya orang yang sedang menahan diri dari buang air dan kentut”. (HR. Muslim).
- Dari Anas bin Malik ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Kenapa masih ada orangOrang yang melihat ke atas sewaktu mengerjakan shalat”. Beliau sangat bersungguh-sungguh dalam memberi peringatan hingga akhirnya beliau bersabda: “Mereka harus segera menghentikan perbuatannya itu atau kalau tidak mau menghentikannya niscaya matanya akan disambar”. (HR. Bukhari).
- Dari Aisyah ra. berkata: “Saya menanyakan kepada Nabi saw. tentang menoleh sewaktu shalat, lalu beliau menjawab: “Itu suatu pencurian yang dilakukan oleh syetan dari shalatnya seorang manusia”. (HR. Bukhari).
- Dari. Anas ra. berkata, Rasulullah saw bersabda : “Hindarilah olehmu menoleh pada saat shalat sebab menoleh dalam shalat itu merupakan suatu kebinasaan. Dan jika ia terpaksa melakukannya maka lakukanlah di shalat sunat saja dan jangan di dalam shalat wajib”. (HR. At Turmudzi). .
- Dari Abu Martsad Kannaz bin Hushain ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu semua mengerjakan shalat dengan menghadap ke arah kubur dan juga janganlah kamu duduk-duduk di atas kubur”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Juhaim Abdullah bin Harits bin Shimmah Al Anshari ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Andaikata orang yang berjalan lewat depannya orang shalat mengetahui besarnya dosa yang ditimpakan kepadanya pasti ia akan lebih suka berhenti selama empat puluh daripada ia lewat di depan orang yang shalat”. Perawi hadits ini mengatakan: “Sesungguhnya ia tidak tahu apakah yang dimaksud dengan kata: “empat puluh”, apakah 40 hari atau 40 bulan atau 40 tahun”. (HR. Bukhari dan ‘ Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Bila igamat sudah dikumandangkan maka tidak ada shalat kecuali shalat wajib”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Janganlah kamu mengkhususkan malam Jumat saja untuk bangun shalat malam diantara malam-malam yang lain. Dan jangan pula kamu mengkhususkan puasa hanya pada hari Jumat saja diantara hari-hari lain kecuali bila kamu semua mengerjakan puasa wajib”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Jangan sekali-kali diantara kamu semua hanya mengerjakan puasa di hari Jumat saja kecuali bila disambung dengan hari sebelumnya atau hari sesudahnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Muhammad bin Abbad berkata: “Saya bertanya kepada Jabir ra.: “Apakah beliau itu melarang berpuasa di hari Jumat?”. Ia menjawab: “Ya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ummul Mukminin Juwairiyah binti Harits radiyallah anha, “Sesungguhnya pada hari Jumat Nabi saw. masuk ke rumahnya, sedangkan ia berpuasa. Kemudian beliau bertanya: “Apakah kemarin kamu berpuasa?”. ia menjawab : “Tidak”. Beliau bertanya lagi: “Apakah besok pagi kamu hendak berpuasa juga?”. Ia menjawab: “Tidak”. Akhirnya beliau bersabda: “Berbukalah (tidak usah berpuasa) hari ini”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata : “Sesungguhnya Nabi saw. melarang untuk berpuasa terus-menerus tanpa berbuka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar. ia berkata: “Rasulullah saw. melarang untuk berpuasa terus-menerus tanpa berbuka”. Para sahabat bertanya: “Sesungguhnya tuan juga berpuasa terus-menerus tanpa berbuka”. Beliau bersabda: “Aku tidaklah seperti kamu semua. Sesungguhnya aku diberi makan dan minum”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh bila seseorang dari kamu duduk di atas bara api lalu terbakar kainnya dan tembus ke kulitnya maka yang demikian itu lebih baik daripada ia duduk-duduk di atas kuburan”. (HR. Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Rasulullah saw. telah melarang menembok kubur, dudukduduk di atas kubur dan melarang mendirikan bangunan di atas kubur”. (HR. Muslim).
1, Dari Jarir ra. ia berkata: bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Setiap budak yang melarikan diri (dari majikannya) maka ia benarbenar terlepas dari tanggungjawab majikannya”. (HR. Muslim).
- Dari Jarir ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Bila seorang budak melarikan diri maka shalatnya tidak diterima”. (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Maka ia telah kafir”.
Allah ta’ala berfirman: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera. Dan janganlah belas kasihan kepada keduanya di dalam menegakkan agama Allah bila kamu semua beriman kepada Allah dan hari akhir”. (QS. An Nur : 2).
- Dari Aisyah ra. berkata : “Sesungguhnya bangsa Quraisy dipusingkan dengan masalah seorang wanita dari suku Makhzum yang mencuri, lalu mereka saling bertanya : “Siapa yang paling pantas diutus untuk memintakan perlakuan khusus (keringanan) masalah ini kepada Rasulullah saw.?”“. Akhirnya mereka mengatakan : “Tiada yang pantas diutus kecuali Usamah kekasih Nabi saw. itu”. Selanjutnya Usamah menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw. dan beliau bersabda: “Pantaskah kamu meminta keringanan dalam hal hukumanhukuman yang telah ditetapkan oleh Allah“. Setelah itu beliau berdiri dan berpidato: “Sesungguhnya ummat sebelum kamu semua itu binasa lantaran bila ada orang yang terhormat diantara mereka itu mencuri maka mereka membiarkannya dan sementara bila yang mencuri itu orang lemah maka dilaksanakanlah hukuman itu kepadanya. Demi Allah, andaikata Fatimah putriku itu mencuri pasti aku yang akan memotong tangannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan : “Maka wajah beliau berubah dan bersabda: “Pantaskah kamu meminta keringanan dari hukumanhukuman yang telah ditetapkan oleh Allah ?“. Lalu Usamah berkata: “Ya Rasulullah saw., mohonkanlah ampun untuk diriku“: Kemudian beliau memerintahkan untuk mendatangkan perempuan itu lalu dipotonglah tangannya”.
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menyakiti orang mukmin dan mukminat dengan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohorigan dan dosa yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 58).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Takutlah kamu semua kepada dua hal yang terkutuk”. Para shahabat bertanya : “Dua hal itu apa saja ?”. Beliau menjawab : “Orang yang buang air di tengah jalan umum atau orang yang buang air di tempat untuk berteduh/berlindung”. (HR. -: Muslim).
- Dari Jabir ra. berkata : “Sesungguhnya Rasulullah saw. melarang untuk kencing di air yang tidak mengalir”. (HR. Muslim). .
- Dari Nu’man bin Basyir ra. berkata, bahwasanya ayahnya telah membawanya menghadap Nabi saw. dan berkata : “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang budakku kepada anakku ini”. Kemudian Rasulullah saw. bertanya : “Apakah semua anakmu kau beri seperti apa yang kau berikan kepada anakmu ini?”, Ayah menjawab: “Tidak”. Beliau bersabda : “Tariklah kembali pemberianmu itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Rasulullah saw. bertanya : “Apakah kamu berbuat seperti itu berlaku untuk semua anakmu?”. Ayah menjawab: “Tidak”. Beliau bersabda : “Takutlah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu kepada semua anakmu”. lalu ayah menarik kembali pemberian itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Rasulullah saw. bertanya: “Hai Basyir, apakah kamu memiliki anak selain yang ini?”. Ayah menjawab : “Ya”. Beliau bertanya lagi : “Apakah semua anakmu kau beri budak seperti yang kau berikan kepada anak ini ?”. Ayah menjawab: “Tidak”. Beliau bersabda : “Jika begitu, janganlah kamu saksikan kepadaku, sebab aku tidak akan menjadi saksi terhadap perbuatan yang tidak adil”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Janganlah kamu mempersaksikan perbuatan yang tidak adil kepadaku”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Persaksikanlah kepada orang selain aku”.
Kemudian beliau bertanya : “Bukankah kamu merasa senang bila anak-anakmu sama di dalam berbakti kepadamu?”. Ayah menjawab: “Benar”. Lantas beliau bersabda : “Jika begitu, janganlah kamu membeda-bedakan pemberian kepada anak-anakmu”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Zainab binti Abu Salamah ra. ia berkata : “Aku masuk ke rumahnya Ummu Habibah istri Nabi saw. sewaktu ayahnya mati, ia minta minyak haruman yang biasa dipakai yaitu yang berwarna kuning. Lalu ia menyuruh budaknya untuk mengoleskan pada dagu dan pipinya seraya berkata : “Demi Allah, kini aku tidak lagi menyukai minyak harum-haruman ini, tetapi karena aku mendengar Rasulullah saw. dalam khutbahnya : “Seorang wanita tidak boleh berkabung atas kematian seseorang melebihi tiga hari kecuali karena kematian suaminya. Bila kematian suaminya maka hari berkabungnya empat bulan sepuluh hari. Yang demikian itu bila ia beriman kepada Allah dan hari akhir”. Zainab berkata : “Aku pernah masuk ke rumah Zainab binti Jahsyi ketika saudaranya meninggal, ia minta diolesi minyak wangi serta berkata : “Demi Allah, sebenarnya saya tidak membutuhkan wangi-wangian ini lagi, hanya saja saya pernah mendengar Rasulullah saw. berkhutbah di mimbarnya: “Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak dibolehkan berkabung atas kematian seseorang melebihi tiga hari kecuali bila yang mati itu suaminya dimana diperbolehkan berkabung sampai empat bulan sepuluh hari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. berkata : “Rasulullah saw. telah melarang orang kota menjualkan barangnya orang desa yang baru datang sebelum sampai di pasar, meskipun orang itu saudara kandungnya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu menawar barang yang akan dijual di pasar sebelum dibawa ke pasar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu menawar barang yang baru turun dari kendaraan dan jangan pula orang kota menjualkan barang orang desa”. Kemudian Thowus berkata kepadanya: “Apa maksudnya orang kota tidak boleh menjualkan barangnya orang desa?”. ia menjawab : “Ia tidak boleh menjadi makelar”. (HR. Bukhari)
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Rasulullah saw. telah melarang menjualkan barangnya orang desa. Janganlah kamu menawar barang untuk menjerumuskan orang lain, janganlah kamu menjual barang dengan tujuan untuk merusak dagangan saudaranya, janganlah meminang pinangan saudaranya, dan jangan pula istri menuntut suaminya agar mencerai madunya demi kepentingannya sendiri agar terpenuhi”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Rasulullah saw. melarang untuk menawar barang dagangan yang belum masuk pasar, melarang orang kota menjualkan barangnya orang Badui (pedalaman), melarang seorang istri yang menuntut suaminya agar menceraikan madunya, melarang menawar barang yang sedang ditawar oleh saudaranya, melarang menawar barang dengan tujuan untuk menjerumuskan orang lain dan melarang membiarkan ternak tidak diperah susunya hingga teteknya penuh dengan air susu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu menjual barang dengan tujuan untuk menjatuhkan barang dagangan temannya dan jangan pula meminang pinangan saudaranya kecuali bila saudaranya itu memberi izin kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim) “
- Dari Ukbah bin Amir ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin itu saudaranya orang mukmin. Oleh karena itu tidak boleh seorang mukmin menjual dengan tujuan untuk menjelekkan apa yang dijual oleh kawannya dan juga tidak boleh meminang pinangan saudaranya sampai ia melepaskan-. nya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai tiga hal perbuatan dan juga membenci tiga hal untuk kamu semua. Allah suka bila kamu semua menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu serta Allah suka bila kamu semua selalu berpegang teguh tali agama Allah dan tidak bercerai berai. Allah benci bila kamu semua banyak berbicara, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta benda”. (HR. Muslim).
- Dari Warrad, penulisnya Mughirah berkata: “Mughirah telah mendiktekan (membacakan) kepadaku di dalam menulis sebuah surat kepada Muawiyah: “Sesungguhnya Nabi saw itu setiap selesai mengerjakan shalat fardhu selalu membaca: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU. LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA “ALAA KULLI SYAI-IN OADIIR. ALLAAHUMMA LAA MAANI’A LIMAA ATHAITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WALA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tiada Tuhan kecuali Allah, yaitu Dzat Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. BagiNya semua kekuasaan dan segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang mampu menghalangi terhadap apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau halangi serta tidak berarti apa-apa kekayaan bagi yang memilikinya sebab semuanya berasal daripadaMu). Dan juga Mughirah menulis surat kepada Muawiyah yang isinya bahwa Rasulullah saw. melarang untuk banyak bicara, boros dalam membelanjakan hartanya dan terlalu banvak mengajukan pertanyaan serta beliau juga melarang berlaku durhaka kepada kedua orang tua, mengubur hidup-hidup anak perempuannya, melarang suka menolak (kikir) dan suka minta tolong”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Janganlah diantara kamu semua mengacungkan pedang kepada saudaranya sebab ia tidak tahu kalau-kalau . syetan itu melepaskan (pedang itu) dari tangannya lalu menjadikan ia terjerumus dalam jurang neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan bahwasanya Abul Qasim bersabda : “Barangsiapa yang mengacungkan sepotong besi kepada saudaranya maka Malaikat melaknatinya meskipun yang diacungi besi itu adalah saudara kandungnya sendiri”.
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Rasulullah saw. melarang untuk memberikan atau menerima pedang yang terhusus”. (HR. Abu Daud dan At Turmudzi).
- Dari Abu Tsa’sya’ ia berkata: “Kami duduk bersama Abu Hurairah ra. di dalam Masjid lalu juru adzan mengumandangkan adzannya, lantas ada seseorang yang keluar dari Masjid maka Abu Hurairah menatapkan pandangannya hingga orang itu keluar dari Masjid. Kemudian setelah itu Abu Hurairah berkata: “Adapun orang itu (tadi) maka ia benar-benar telah durhaka kepada Abul Qasim (Nabi Muhammad saw.)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang ditawari harum-haruman maka janganlah menolaknya sebab harum-haruman itu sangat ringan bila dibawa namun sangat harum baunya”. (HR. Muslim).
- Dari Anas bin Malik ra. bahwasanya Nabi saw. tidak pernah menolak harum-haruman”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Musa ra. ia berkata: “Beliau mendengar ada seseorang memuji orang lain dengan setinggi-tingginya, lalu beliau bersabda : “Kamu telah mematahkan atau menghancurkan punggungnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Bakrah ra. bahwasanya ada seseorang yang diceritakan di depan Nabi saw. dan disanjung-sanjung. Lalu Nabi saw. bersabda: “Kamu telah memotong leher kawanmu”. Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan Nabi saw. juga bersabda : “Jika kamu ingin memuji atau menyanjung seseorang maka ucapkanlah : “Saya kira ia begini dan begitu. . Allahlah yang akan menentukan hal itu dan janganlah ada seseorang yang mendahului Allah dalam memuji atau menyanjung orang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Pari Hammam bin Harits dari Migdad ra. berkata: “Sesungguhnya ada orang sedang memuji Utsman, lalu Migdad segera berjongkok untuk mengambil kerikil-kerikil dan langsung ditaburkan kepada orang yang menyanjung itu ke mukanya. Kemudian Utsman bertanya : “Mengapa kamu berbuat seperti itu ?”. Ja menjawab: “Sesungguhnya beliau telah bersabda : “Bila kamu semua melihat seseorang memuji atau menyanjung (orang lain) maka taburkanlah tanah ke mukanya”. (HR. Muslim).
Hadits-hadits tersebut di atas menunjukkan tentang larangan memuji atau menyanjung. Tetapi banyak juga hadits-hadits shahih yang membolehkan memuji atau menyanjung. Untuk mencari jalan keluarnya dari dua perbedaan ini para ulama berpendapat bahwa bila orang yang disanjung itu sempurna imannya dan diperkirakan tidak terpengaruh dengan sanjungan itu maka kita boleh untuk memuji atau menyanjungnya. Sebaliknya bila orang yang dipuji atau disanjung itu dikhawatirkan akan berubah sikapnya hingga menyebabkan ia bertambah sdmbong atau angkuh dan lain sebagainya maka memuji atau menyanjungnya adalah dilarang.
Adapun hadits-hadits yang memperbolehkan untuk memuji adalah hadits Rasulullah saw. yang pernah disabdakan kepada Abu Bakar yaitu: “Aku berharap semoga kamu termasuk orang-orang yang dapat masuk surga dari beberapa pintu”, dan pada suatu ketika beliau juga pernah bersabda kepadanya: “Kamu tidak termasuk orang-orang yang memanjangkan kain sarung karena sombong “. Dan beliau juga pernah bersabda kepada Umar : “Syetan tidak akan melihat kamu berjalan di suatu jalan kecuali syetan itu akan menyimpang mencari jalan lain”.
Allah ta’ala berfirman: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu meskipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”. (QS. An Nisa’ : 78).
Allah ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu menjatuhkan diri kamu sendiri ke dalam jurang kebinasaan”. (QS. Al Bagarah : 195).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata “Sesungguhnya Umar bin Khattab ra. keluar menuju ke Syam/Syiria. Sesampainya di Sarg ia bertemu dengan para komandan perang diantaranya: “Abu Ubaidah bin Jarrah dan kawan-kawannya. Mereka memberitahu kepadanya mengenai berjangkitnya wabah di negeri Syam. Ibnu Abbas ra. berkata: “Lalu Umar ra. berkata kepadaku: “Panggillah semua sahabat Muhajirin yang pertama”. Maka saya memanggil mereka lantas Umar bermusyawarah dengan mereka dan menceritakan kepada mereka bahwa di negeri Syam telah terjangkit wabah”. Mereka berselisih pendapat, diantara mereka ada yang berpendapat: “Kami telah keluar untuk suatu urusan maka sebaiknya jangan kembali”. Dan yang lain ada yang berpendapat: “Telah bersamamu sebagian besar manusia dan sahabat Nabi saw., maka kami tidak setuju jika mereka kamu bawa ke tempat yang sedang dilanda wabah”. Kemudian Umar ra. berkata : “Pergilah kamu dan panggillah sahabat-sahabat Anshor”. Maka saya memanggil mereka dan terjadilah seperti apa yang terjadi sewaktu bermusyawarah dengan sahabat Muhajirin dimana mercka saling berbeda pendapat. Lantas Umar ra. berkata: “Pergilah kamu dan panggillah tokoh-tokoh Muhajirin Quraisy yang ikut menaklukkan kota Makkah”. Maka saya memanggil mereka, dan diantara mereka tidak ada perbedaan pendapat lalu mereka berkata: “Sebaiknya kamu membawa umat ini dan jangan membawa mereka ke tempat yang sedang dilanda wabah”. Kemudian Umar berseru di tengah-tengah ummatnya: “Sesungguhnya besok pagi saya akan pulang, maka bersiapsiaplah kamu semua untuk pulang”. Abu Ubaidah berkata : “Kenapa kita harus lari dari ketentuan Allah?”. Umar ra. berkata : “Seandainya bukan kamu yang bicara seperti itu pasti …. (karena Umar tidak ingin berselisih pendapat dengan Ubaidah). Benar kami melarikan diri dari takdir Allah dan menuju ke takdir Allah yang lain. Bagaimana sikap kamu -seandainya kamu memiliki unta lalu dibawa ke sebuah lembah yang di situ ada dua ladang dimana ladang yang satu subur dan yang satunya lagi kering. Bila kamu menggembalakan pada ladang yang subur bukankah berarti karena takdir Allah ?. Dan juga andaikata kamu menggembalakan di ladang yang kering, bukankah itu karena ketentuan Allah ?”. Lalu datanglah Abdur Rahman bin Auf yang sejak tadi tidak ada di situ sebab ada suatu kepentingan, dan ia berkata : “Aku sangat setuju berdasarkan pengetahuan yang telah aku terima dari sabda Rasulullah saw.: “Jika kamu dengar adanya wabah berjangkit di suatu daerah maka janganlah kamu memasukinya. Dan bila di suatu daerah terjangkit wabah maka kamu yang berada di situ janganlah keluar daripadanya”. Kemudian Umar ra. memuji kepada Allah dan segera barangkat pulang”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Usamah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda :. “Bila kamu semua mendengar berita adanya wabah yang melanda suatu daerah maka janganlah kamu masuk atau datang ke daerah itu. Dan bila kamu berada di daerah yang sedang dilanda wabah maka janganlah kamu keluar dari daerah itu”. (HR. Bukhari dan Muslim )
Allah ta’ala berfirman: “Dan tidaklah kafir Sulaiman itu tetapi syetan itulah yang kafir dimana mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. (QS. Al Bagarah: 102).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Hindarilah olehmu tujuh macam hal yang dapat membinasakan”. Para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah saw., apakah tujuh hal yang membinasakan itu ?”. Beliau bersabda: “Yaitu menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak, makan harta riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari peperangan sewaktu berjihad, dan menuduh berzina kepada wanita mukmin yang selalu menjaga kesucian dirinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata : “Rasulullah saw. melarang untuk bepergian sambil membawa Al Qur’an ke daerah musuh”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Ummu Salamah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang minum dengan menggunakan bejana dari perak bagaikan ia menuangkan api neraka ke dalam perutnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim dikatakan: “Sesungguhnya orang yang makan atau minum dengan menggunakan bejana perak dan emas”.
- Dari Hudzaifah ra. ia berkata : “Sesungguhnya Nabi saw. melarang kami memakai kain sutra, baik yang halus maupun kasar. Dan juga beliau melarang kami minum dengan menggunakan bejana emas dan perak. Beliau juga bersabda: “Itu semua hanyalah untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kamu nanti di akhirat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah ra. dikatakan bahwa Hudzaifah berkata : “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Janganlah kamu semua memakai sutra, baik yang halus maupun yang kasar. Dan jangan pula kamu minum dengan menggunakan bejana dari emas dan perak serta jangan pula kamu makan dengan menggunakan piring dari emas atau perak”.
- Dari Anas bin Sirin berkata: “Tatkala aku bersama dengan Anas ra. ke rumahnya orang Majusi maka di situ aku dijamu dengan faludzaj (roti yang dimasak dengan tepung, air dan madu) yang dihidangkan dengan wadah terbuat dari perak, namun Anas ra. tidak mau memakannya. Lalu Anas berkata kepada orang Majusi: “Pindahkanlah”. Maka orang Majusi itu pun memindahkan makanan ke tempat yang terbuat dari kayu, lantas dihidangkannya lagi maka Anas ra. baru mau memakannya”. (HR. Baihagi).
- Dari Anas ra. ia berkata: “Nabi saw. melarang orang laki-laki memakai pakaian yang dicelup seperti za’faran”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. ia berkata: “Nabi saw. telah melihatku sedang memakai dua pakaian yang dicelup dengan warna kuning, lalu beliau bertanya : “Apakah ibumu yang menyuruhmu untuk memakai pakaian itu ?”. Aku menjawab: “Apakah aku harus membasuhnya?”. Beliau bersabda : “Bakar sajalah pakaian itu”.
Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Sesungguhnya pakaian itu adalah termasuk pakaiannya orang kafir maka janganlah kamu memakainya”. (HR. Muslim)
- Dari Ali ra. ia berkata : “Saya masih ingat ajaran Rasulullah saw. yaitu tidaklah dianggap yatim bila sudah baligh, dan tidaklah boleh diam dari pagi hingga malam hari”. (HR. Abu Daud).
- Dari Qais bin Abu Hazim ia berkata: “Abu Bakar telah masuk ke rumah seorang perempuan dari suku Ahmas yang bernama Zainab. Abu Bakar melihat perempuan itu diam tidak mau berbicara, maka Abu Bakar bertanya : “Kenapa perempuan itu tidak mau berbicara?”. Orang-orang di situ berkata: “Ia memang berniat untuk diam”. Lantas Abu Bakar berkata kepadanya: “Berbicaralah kamu, sebab perbuatanmu itu tidak dibolehkan karena termasuk perbuatan orang-orang jahiliyah”. Akhirnya perempuan itu mau berbicara”. (HR. Bukhari)
- Dari Said bin Abu Waggas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Barangsiapa yang mengaku bernasab kepada orang selain ayah: nya sedangkan ia tahu bahwa ia bukan ayahnya maka ia diharamkan masuk surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. ‘ beliau bersabda: “Janganlah kamu semua membenci ayahmu. Barangsiapa yang mem: benci ayahnya maka ia adalah kafir”. (HR. Bu: khari dan Muslim).
- Dari Yazid bin Syarig bin Tharik ia berkata: “Saya telah melihat Ali sedang berkhutbah di atas mimbar, dan saya mendengar ia berkata “Demi Allah, tiada kitab yang kami baca kecuali kitab Allah dan tulisan yang tertulis pada lembaran ini”. Kemudian ia membuka lembaran itu yang di dalamnya ada catatan umurumur unta yang harus dikeluarkan zakatnya dan berbagai ketentuan hukum pidana. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda : “Madinah adalah bumi haram yaitu daerah yang terletak antara air dan Tsaur. Barangsiapa yang membuat kekacauan atau sengaja menempatkan pengacau di situ maka ia akan dikutuk oleh Allah, Malaikat dan segenap manusia serta besok di hari kiamat nanti Allah tidak akan mau menerima taubat dan tebusannya. Janji umat Islam adalah sama. Barangsiapa yang berhianat . kepada seorang muslim maka ia akan mendapatkan kutukan Allah, Malaikat dan.segenap manusia serta kelak di hari kiamat ia tidak akan . diterima taubat dan tebusannya. Barangsiapa yang mengaku bernasab dengan selain ayahnya atau mengaku bermajikan kepada selain majikannya maka ia akan mendapatkan kutukan Allah, Malaikat dan segenap manusia serta kelak di hari kiamat ia tidak akan diterima taubat dan tebusannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Dzarr ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Seseorang yang mengaku bernasab dengan selain-ayahnya padahal ia mengetahuinya maka ia menjadi kafir. Barangsiapa yang mengakui suatu barang yang bukan miliknya, maka ia tidak termasuk golongan kami dan hendaklah ia mempersiapkan diri untuk tetap di dalam neraka. Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan kafir atau musuh Allah, padahal orang itu tidak demikian maka panggilan itu akan kembali kepada dia sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Orang-orang yang menyalahi perintah-Nya hendaknya takut akan ditimpakannya cobaan atau siksaan yang amat pedih”. (QS. An Nur : 63).
Allah ta’ala berfirman: “Dan Allah memperingatkan kamu semua terhadap diri (siksaan)-Nya”. (QS. Ali Imran: 27).
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras”. (QS. Al Buruj: 12)
Allah ta’ala berfirman: “Dan begitulah azab Tuhanmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (QS. Hud : 102).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala memiliki rasa cemburu. Allah merasa cemburu bila ada seseorang yang mengerjakan sesuatu yang diharamkan-Nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan maka berlindunglah kepada Allah (yaitu dengan membaca: A’udzu billaahi minasy syaithaanir rajiim)”. (QS. Al A’raf : 200).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa jika mereka ditimpa was-was dari syetan, mereka ingat kepada Allah (dengan dzikir): ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya”. (QS. Al A’raf : 201).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri (melakukan perbuatan yang berdosa), mereka segera ingat kepada Allah Jalu memohon ampun terhadap dosadosa mereka, dan siapa lagi yang dapat meng, ampuni dosa selain daripada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungaisungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal”. (QS. Ali Imran: 134-135).
Allah ta’ala berfirman: “Dan bertaubatlah kamu semua hai orang-orang yang beriman. Mudah-mudahan kamu semua beruntung”. (QS. An Nur : 31).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah dengan mengatakan: “Demi Latta,dan Uzza”, maka hendaklah ia segera mengucapkan: “Laa ilaaha illallaah”. Dan barangsiapa yang berkata kepada kawannya: “Aku akan menipu engkau”, maka hendaklah segera bersedekah”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari An Nawwas bin Sim’an ra. ia berkata: “Pada suatu pagi Rasulullah saw. bercerita tentang. Dajjal dengan suara yang kadang merendah dan kadang meninggi hingga kami mengira bahwa Dajjal itu berada di antara kebun kurma. Dan sewaktu kami pergi ke kebun, Beliau tahu pasti bahwa kami mencari Dajjal, maka beliau bersabda : “Kenapa kamu?”, Kami menjawab: “Ya Rasulullah saw., menurut cerita tuan bahwa kami mengira Dajjal itu berada di dalam kebun kurma ini. Beliau bersabda: “Selain Dajjal, ada yang lebih saya khawatirkan. Bila Dajjal muncul sedangkan saya masih berada di tengah-tengah kamu semua maka saya saja yang akan melawannya tanpa kamu semua. Namun jika Dajjal keluar sedangkan saya sudah tidak berada di sisimu semua maka masing-masing di antara kamu harus bisa mempertahankan dirinya sendiri. Allah sebagai gantiku di dalam melindungi setiap orang Islam. Dajjal itu adalah seorang pemuda yang rambutnya keriting, matanya agak menonjol keluar. Kalau boleh aku mengumpamakan ia itu seperti Abdul Uzza bin Oathan. Barangsiapa yang bertemu dengan Dajjal maka hendaklah membaca permulaan surat Al Kahfi kepadanya. Dajjal itu akan keluar dari antara Syam dan Irak, lalu ia membuat onar atau kekacauan kekanan dan ke kiri. Hai hamba Allah teguhkanlah pendirianmu. Kami bertanya : “Berapa lama ia di permukaan bumi, ya Rasulullah saw.?”. Beliau menjawab: “Empat puluh hari. Satu hari sama dengan setahun, dan sehari seperti satu bulan sehari seperti seminggu dan hari-hari yang lain seperti hari-hari biasa”. Kami bertanya : “Ya, Rasulullah saw., pada hari yang sama dengan setahun apakah kita cukup mengerjakan shalat seperti satu hari biasa saja?” Beliau menjawab: “Tidak, perkirakanlah sendiri”. Kami bertanya : “Bagaimana kecepatannya di permukaan bumi ini?”. Beliau bersabda: “Bagaikan awan yang terdorong angin. Ia mendatangi suatu kaum lalu mengajak mereka, maka mereka pun mempercayainya dan menganut apa yang diperintahkannya. la menyuruh langit untuk segera menurunkan hujan maka turunlah hujan dan ia juga menyuruh bumi atau tanah untuk menumbuhkan tanaman maka tumbuhlah tanam-tanaman sehingga kembalilah para penggembala dengan keadaan ternaknya yang segar bugar, teteknya penuh dengan air susu serta gemuk-gemuk. Kemudian ia datang kepada suatu kaum namun mereka menolak ajakannya itu dan ia pergi meninggalkan mereka. Kemudian keadaan mereka (yang tidak mau ikut ajakan Dajjal) sangat menyedihkan sebab tiada sedikit pun harta kekayaannya, ia berjalan melewati daerah yang gersang sambil berkata: “Keluarkanlah simpananmu”, maka simpanan kekayaan daerah itu mengiringi Dajjal sebagaimana raja lebah yang diiringi oleh pasukan lebah. Ia memanggil seorang pemuda lalu dipenggal dengan pedang menjadi dua lalu dibuang sejauh mungkin, lalu Dajjal memanggilnya, maka pemuda (yang dipotong/dipenggal itu) -. datang dengan muka yang berseri-seri sambil tertawa. Dalam situasi yang demikian Allah mengutus Nabi Isa bin Maryam dimana beliau turun pada menara putih di sebelah timur Damaskus. Beliau turun dengan meletakkan kedua telapak tangannya pada sayap kedua: Malaikat. Bila beliau menundukkan kepala maka meneteslah air matanya dan bila beliau menengadah maka jatuhlah seperti butiranbutiran mutiara dan tiada seorang kafir pun . yang membau nafasnya kecuali seketika itu ia mati serta nafasnya sejauh pandangan mata. Beliau mengejar Dajjal sampai tertangkap di Bab Lud, lantas beliau membunuhnya. Kemudian Nabi Isa datang pada suatu kaum yang dipelihara oleh Allah dari gangguan Dajjal lalu beliau mengusap muka mereka dan menceritakan kepada mereka mengenai derajat mereka di dalam surga. Dalam situasi seperti itu akhirnya Allah memberi wahyu kepada Nabi Isa as.: “Sesungguhnya Aku telah mendatangkan makhluk kepada hamba-Ku yang tiada seorang pun dapat memeranginya. Maka ungsikanlah hamba-Ku itu ke bukit Thur”. Allah mendatangkan Ya’juj Ma’juj. Mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat-tempat yang tinggi. Rombongan pertama dari mereka berjalan melewati danau Thabariyah dan meminum semua air di danau itu hingga rombongan yang terakhir berkata: “Tadi di sini banyak air”, Nabi Isa beserta sahabatnya dalam posisi terjepit hingga harga kepala scekor sapi lebih berharga daripada seribu dinar”. Nabi Isa merasa benci kepada Ya’juj Ma’juj dan akhirnya beliau berdoa kepada Allah dan selanjutnya Allah mendatangkan penyakit kepada Ya’juj Ma’juj hingga mereka mati tergeletak. Akhirnya Nabi Isa beserta para sahabatnya turun dari gunung ke bumi. Dan di situ tiada ditemukan sejengkal tanah pun kecuali sudah terpenuhi oleh bangkai busuk. maka Nabi Isa beserta sahabatnya berdoa kepada Allah. Lalu Allah mengirim burung: burung yang besarnya seperti leher unta lantas burung itu mengambil dan membuang bangkai Ya’juj Ma’juj pada suatu tempat yang dikehendaki Allah. Selanjutnya Allah menurunkan hujan lebat hingga rumah-rumah penduduk tergenang air untuk mencuci bumi sehingga bumi menjadi bersih bagaikan batu yang licin, latu diperintahkan kepada bumi: “Keluarkanlah tumbuhan itu buah-buahan dan juga keluarkanlah berkahnya”. Maka waktu itu manusia hanya cukup makan satu buah delima dan berteduh dengan kulitnya dan diberi berkah susu dimana susu seekor unta cukup untuk beberapa kelompok manusia, susu seekor sapi cukup untuk satu suku dan air susu kambing cukup untuk beberapa orang. Sewaktu dalam keadaan seperti itu Allah mengutus angin segar yang masuk dari bawah ketiaknya serta mencabut semua ruh setiap orang mukmin dan muslim. Sedangkan orang-orang yang jahat masih tetap hidup di dunia dimana mereka saling membuat kekacauan bagaikan keledai, maka pada saat itulah mulainya hari kiamat”. (HR. Muslim).
- Dari Rib’i bin Hirasy berkata: “Aku pergi dengan Ibnu Mas’ud ra. ke tempatnya Hudzaifah bin Al Yaman, lalu Ibnu Mas’ud berkata kepada Hudzaifah: “Ceritakanlah kepadaku tentang Dajjal yang telah kamu dengar dari Nabi saw.”. Hudzaifah berkata: “Sesungguhnya Dajjal itu datang dengan membawa air dan api. Adapun apa yang dilihat oleh manusia air pada hakekatnya adalah api yang membakar Sebaliknya apa yang terlihat oleh manusia api maka sebenarnya itu adalah air yang dingin lagi pula segar. Barangsiapa diantara kamu yang bertemu dengan Dajjal maka hendaklah menjatuhkan pilihan pada apa yang terlihat api karena sesungguhnya itu air yang segar dan baik”. Kemudian Ibnu Mas’ud ra berkata “Saya juga sudah mendengar mengenai berita itu“. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra.berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Dajjal akan muncul di tengah-tengah ummatku dan dia tinggal selama empat puluh. Saya tidak tahu apakah empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah mengutus isa putra Maryam untuk mencari dan membinasakannya. Kemudian orang: orang tinggal selama tujuh puluh tahun dimana waktu itu tidak ada lagi permusuhan antara satu orang dengan orang lain. Kemudian Allah mengirim angin sejuk dari arah Syam. Maka tak seorang pun yang di dalam hatinya ada iman dan kebaikan meskipun sebesar atom melainkan dicabut nyawanya hingga andaikata ada seseorang yang berada di dalam goa di kaki gunung pasti angin itu mengejarnya dan mencabut nyawanya. Sedangkan orang yang jahat tetap hidup di bumi di mana kehidupan mereka bagaikan burung dan binatang buas jiwanya dan mereka sedikit pun tiada mengenal kebaikan dan tidak mau mencegah kemungkaran. Sampai-sampai syetan itu mirip dengan mereka seraya berkata : “Tidakkah kamu mau mengikuti perintahku?”. Mereka bertanya: “Apa yang kamu perintahkan kepada kami?”. Kemudian syetan itu menyuruh mereka untuk menyembah arca, padahal waktu itu mereka dikerumuni rizki yang lancar dan kehidupan mereka lebih sejahtera. Kemudian ditiuplah sangkakala maka setiap yang mendengar sangkakala itu pasti menundukkan dan mengangkat lehernya. Orang yang pertama kali mendengar adalah orang yang sedang merawat kebunnya, seketika itu ia mati dan mati pula orang-orang yang ada di sekelilingnya. Kemudian Allah menurunkan hujan dan bangkitlah jasad-jasad manusia , karenanya. Lalu ditiup kembali sangkakala yang kedua kalinya maka menjadi bangkitlah semua manusia untuk menunggu putusannya masing-masing. Lantas ada suara : “Hai manusia, menghadaplah kamu semua kepada tuhanmu dan nanti kamu akan dituntut segala amal perbuatannya.”. Kemudian ada suara lagi: “Keluarkan bagian neraka”. Ditanya: “Berapa?”. Dikatakan: “Setiap seribu, sembilan ratus sembilan puluh sembilan”. Pada waktu itulah ada anak kecil segera beruban dan pada hari itu pula dibukanya rahasia yang tertutup”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada sebuah negeri pun yang tidak diinjak oleh Dajjal kecuali hanya Makkah dan Madinah. Tiada suatu jalan di kedua negeri itu melainkan di situ pasti dijaga oleh Malaikat yang saling berbaris, maka tertahanlah Dajjal di tempat yang gersang dekat Madinah. Kemudian kota Madinah digoncangkan sebanyak tiga kali untuk mengeluarkan orang kafir dan orang munafik dari kota Madinah”. (HR. Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Bangsa Yahudi Ashbahan yang jumlahnya 7.000 pasukan dengan memakai pakaian seragam akan mengikuti jejak-jejak Dajjal”. (HR. Muslim).
- Dari Ummu Syarik ra. bahwasanya ia mendengar Nabi saw. bersabda: “Sungguh manusia akan berusaha untuk melarikan diri dari Dajjal hingga mereka lari ke atas gunung”. (HR. Muslim).
- Dari Imran bin Hushain ra. ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada suatu perkara yang lebih besar mulai dari diciptakannya Nabi Adam sampai dengan datangnya hari kiamat melebihi daripada Dajjal”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Sewaktu Dajjal muncul (ke dunia) maka datanglah seorang mukmin kepadanya, lalu ia disambut oleh pengawalpengawal Dajjal seraya ditanya: “Mau kemana ‘” kamu?”. ia menjawab: “Aku ingin menjumpai orang yang baru saja muncul keluar”. Mereka bertanya kepada orang mukmin itu: “Apakah kamu tidak percaya dengan Tuhan kami?”. ia menjawab: “Tiada keraguan sedikit pun tentang Tuhan kami”. Mereka berkata : “Bunuhlah orang ini !”. Salah seorang dari mereka ada yang berkata dengan temannya: “Bukankah Tuhanmu telah melarang kamu untuk membunuh tanpa perintahnya?”. Selanjutnya mereka membawa orang mukmin itu menghadap Dajjal. Pada saat orang mukmin itu melihat Dajjal, maka ia berkata: “Inilah Dajjal yang disebut-sebut Rasulullah saw. hai manusia. Kemudian Dajjal memerintahkan agar supaya orang mukmin ditelentangkan dan disiksa, dipecahkan kepalanya serta dipukuli bertubi-tubi bagian punggung dan perutnya. Lantas Dajjal bertanya : “Tetapkah kamu membandel tidak mau mempercayai kami?”. Orang mukmin itu menjawab: “Kau pendusta, hai Al Masihul Dajjal”. Kemudian Dajjal memerintahkan agar supaya orang mukmin itu dibelah tubuhnya menjadi dua mulai dari kepala hingga alat vitalnya dengan menggunakan gergaji, lalu Dajjal menginjak-injak dan dikatakan supaya bangkit. Sesudah bangkit seperti semula maka ia ditanya Dajjal: “Belum percayakah kamu kepadaku?”. Orang mukmin itu menjawab: “Sedikitpun tidak bergeser pengetahuanku tentang kau, bahkan bertambah meyakinkan”. Selanjutnya orang mukmin itu berkata lagi: “Hai manusia, Sesungguhnya Dajjal tidak akan bisa berbuat seperti ini lagi kepada siapa pun setelah ia memperlakukan aku seperti ini”. Lantas Dajjal memegang orang mukmin itu untuk disembelih namun tiba-tiba Allah menjadikan tubuh orang mukmin itu yaitu badan yang berada diantara . leher dan tulang belakang seperti baja hingga Dajjal tidak mampu untuk menyembelihnya. Selanjutnya Dajjal memegang kedua tangan dan kedua kakinya untuk dilemparkan ke suatu tempat yang kebanyakan manusia menyangka neraka namun sesungguhnya itu adalah surga”. Kemudian Rasulullah saw. bersabda : “Inilah manusia yang paling besar persaksiannya menurut Tuhan seru sekalian alam”. (HR. Muslim).
Bukhari juga meriwayatkan sebagian hadits ini dengan kandungan maksud yang sama.
- Dari Al. Mughirah bin Syu’bah ra. ia berkata: “Tidak ada seorang pun yang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang Dajjal melebihi pertanyaanku, dan sesungguhnya beliau bertanya kepadaku: “Apa yang sedang kamu ‘khawatirkan?”. Aku menjawab: “Orang-orang banyak yang berkata, bahwa Dajjal itu memiliki gunung roti dan sungai air?”. Beliau bersabda: “Itu sangat kecil atau remeh di sisi Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tiada seorang Nabi pun melainkan ja telah memperingatkan kepada ummatnya tentang Dajjal (si buta sebelah yang sangat pendusta). Ingatlah bahwa Dajjal itu buta sebelah dan sesungguhnya Tuhan itu tidak buta sebelah serta diantara kedua mata Dajjal itu terdapat tulisan: K F R”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sukakah aku jelaskan kepadamu semua tentang cerita Dajjal yang belum pernah dijelaskan oleh seorang Nabi kepada umatnya. Sesungguhnya Dajjal itu matanya buta sebelah dan ia muncul dengan membawa semacam surga dan neraka. Apa yang dikatakan surga oleh Dajjal sebenarnya adalah neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. selalu menyebut-nyebut Dajjal di tengah-tengah manusia, dimana beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah, Ketahuilah, bahwa Dajjal itu matanya buta sebelah kanan. Matanya itu seperti buah anggur yang menonjol keluar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Hari kiamat itu tidak akan datang sebelum kaum muslimin berperang melawan kaum Yahudi hingga orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon lantas batu dan pohon itu berkata: “Hai orang Islam, inilah orang Yahudi berada di belakangku, maka datanglah kemari dan bunuhlah dia”. Semua pohon berkata begitu kecuali pohon Ghorgad (sejenis cemara) karena pohon itu adalah pohonnya orang Yahudi”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, dunia tidak akan binasa sebelum ada orang yang berjalan di kubur lalu ia duduk di sebelah kubur sambil berkata: “Aduh celakanya orang yang berada di sebelah kubur ini. Ia begitu bukan karena mempunyai hutang melainkan karena adanya ujian yang sangat berat”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Hari kiamat tidak akan datang sebelum sungai Efrat memunculkan bukit emas yang menimbulkan peperangan dimana setiap seratus orang akan mati terbunuh sebanyak sembilan puluh sembilan daripadanya dan masing-masing dari mereka berkata: “Mudah-mudahan aku yang selamat”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sungai Efrat nyaris memunculkan emas yang disimpannya. Dan barangsiapa yang mendapatkannya maka janganlah ia mengambil sedikit pun daripadanya”.. (HR. Bukhari dan Muslim).
16 Dari Abu Hurairah ra berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang akan menampakan kota Madinah dalam keadaan yang sangat baik, tiada yang tertinggal seorang pun kecanali binatang dan burung yang mampu mencati makan sendiri ke sana ke mari. Orang yang paling akhir meninggalkan Madinah adalah dua orang pengpembala kambing dari Muzainah yang akan menuju ke Madinah dimana memanggil-manggil kambingnya tiba-tiba bertemu dengan binatang buas hingga ketika mereka sampai di Tsaniyatul Wada’ mereka jatuh tersungkur dan matilah keduanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Kelak di akhir zaman akan dijumpai ada pemimpin-pemimpinmu menabur-naburkan uang yang jumlahnya tidak dapat dihitung”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Kelak akan datang kepada manusia suatu zaman di mana ada seseorang yang berkeliling mengedarkan sedekahnya yang berupa emas namun tak seorang pun yang mau mengambilnya. Dan akan kamu lihat ada seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita yang ingin berlindung kepadanya karena sedikitnya laki-laki dan banyaknya perempuan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw beliau bersabda: “Seseorang membeli tanah ke pada orang lain lalu orang yang beli tanah itu menemukan sebuah bejana yang berisi emas di sekitar tanah yang dibelinya itu. Lantas orang yang membeli tanah itu berkata kepada orang yang menjual: “Ambillah emasmu itu sebab aku hanya membeli tanahnya saja kepadamu dan tidak membeli emas”. Penjual tanah itu menjawab : “Saya menjual tanah dengan segala isi kandungannya kepadamu”. Lalu mereka membawa permasalahannya itu kepada seorang hakim, maka orang yang mengadil: itu malah bertanya: “Apakah masing-masing dari kamu mempunyai anak?“. Salah seorang dari keduanya berkata: “Saya punya anak laki-laki”, dan yang seorang lagi berkata : “Saya mempunyai anak perempuan”. Kemudian hakim itu berkata: “Nikahkan saja anak laki-laki itu dengan anak perempuan itu dan berikan emas itu kepadanya agar bisa dimanfaatkan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ada dua orang perempuan masing-masing membawa dua anak, lalu datanglah seekor serigala menerkam salah seorang anak itu. Kemudian salah seorang dari kedua perempuan itu berkata : “Yang diterkam serigala itu anakmu”. Dan perempuan yang satu lagi juga berkata : “Yang diterkam itu anakmu”. Akhirnya keduanya menghadap Nabi Daud untuk minta keadilan, dan Nabi Daud memenangkan perempuan yang lebih tua, maka keluarlah kedua perempuan itu dari tempatnya Nabi Daud menuju kepada Nabi Sulaiman dan keduanya pun menceritakan kejadian itu kepada Nabi Sulaiman.
Lantas Nabi Sulaiman bersabda: “Ambilkan pisau dan anak itu akan saya belah menjadi dua”. Perempuan yang lebih muda berkata : “Jangan engkau lakukan itu, semoga Allah memberi rahmat kepadamu”. Kemudian Nabi Sulaiman memutuskan bahwa anak itu adalah anak orang perempuan yang lebih muda”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Mirdasy Al Aslami ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Orang-orang yang shalih akan pergi (meninggal dunia) terlebih dahulu hingga yang tersisa adalah orang-orang yang seperti ampas gandum atau kurma dimana Allah sedikit pun tidak memperhatikan mereka”. (HR. Bukhari).
- Dari Rifa’ah bin Rafai’ Az Zuragi ra. berkata: “Telah datang Malaikat Jibril kepada Nabi saw. dan bertanya: “Bagaimana menurutmu tentang orang-orang yang telah ikut perang Badr di antara kamu semua?”. Beliau menjawab: “Mereka adalah golongan umat Islam | yang paling utama”. atau ungkapan yang semisal dengan itu. Lalu Jibril berkata: “Demikian juga Malaikat-Malaikat yang ikut perang Badr”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Bila Allah menurunkan siksaan maka siksaan itu akan mengenai seluruh ummat atau kaum yang berada di situ kemudian mereka dibangkitkan sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jabir ra. ia berkata : “Ada sebuah tonggak batang kurma yang biasa digunakan Rasulullah saw. untuk berdiri tatkala berkhutbah, maka ketika sudah dibuatkan mimbar kami mendengar yintihan anak unta dari tonggak itu sehingga Nabi saw. turun dan memegang tonggak itu dan menjadi diamlah tonggak itu”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Ketika hari Jumat tiba, Nabi saw. duduk di atas mimbar tiba-tiba menjeritlah batang kurma yang biasa digunakan Nabi saw. untuk berkhutbah dulu sehingga batang kurma itu hampir saja terbelah”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Tonggak batang kurma itu menjerit seperti jeritan anak kecil. Kemudian Nabi saw. mengambil dan mendekapnya, lantas terdengarlah rintihan seperti rintihan anak kecil yang didiamkan dari tangisnya hingga tonggak kurma itu diam”. Beliau bersabda : “Tonggak kurma itu menangis atau merintih-rintih kerena ia tidak akan mendengar khutbah lagi”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Tsa’labah Al Khusanni Jurtsum bin Nasyir ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kamu menyianyiakannya. Allah juga telah menetapkan beberapa batasan maka janganlah kamu melanggarnya, serta Allah juga mengharamkan beberapa hal, maka janganlah kamu mengabaikannya. Allah mendiamkan beberapa hal karena merasa kasihan dan memberi rahmat kepadamu bukan karena lupa maka janganlah kamu membicarakannya lebih jauh”. (HR. Darugutni).
- Dari Abdullah bin Abu Aufa ra. ia berkata : “Kami telah mengikuti tujuh kali peperangan bersama dengan Rasulullah saw. dan kami semua memakan belalang”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Kami memakan belalang bersama-sama, dengan Rasulullah saw.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Orang mukmin itu tidak akan terperosok dua kali dalam lubang yang sama”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga kelompok yang kelak di hari kiamat tidak akan diajak bercakapcakap oleh Allah, tidak akan dilihat oleh Allah dan juga tidak akan dimaafkan oleh Allah serta mereka akan diberi siksaan yang sangat pedih, yaitu:
- Orang yang memiliki kelebihan air di padang pasir tetapi menolak permintaan orang yang sedang dalam perjalanan,
- Orang yang menawar barang orang lain sesudah asyar lalu ia bersumpah dengan nama Allah untuk membelinya dengan beberapa syarat, lalu disetujuinya tetapi ia mengkhianatinya,
- Dan orang yang berjanji untuk berbaiat (mendukung) pemimpin hanya karena keduniaan saja dimana bila permintaannya dipenuhi maka ia menepati janjinya dan bila sebaliknya maka ia tidak mau menepati janjinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Antara dua kali tiupan sangkakala itu kira-kira empat puluh. Orang-orang bertanya: “Hai Abu Hurairah, apakah empat Puluh hari?”. Abu Hurairah ra. menjawab: “Aku tidak akan menjelaskannya”. Mereka bertanya lagi: “Apakah empat puluh tahun?”. Abu Hurairah menjawab : “Aku tidak akan menjelaskannya”. Mereka bertanya lagi: “Apakah empat puluh bulan?”. Abu Hurairah menjawab: “Aku Tidak akan menjelaskannya”. Dan hancurlah semua anggota tubuh manusia kecuali tulang ekornya dimana dengan tulang ekor itulah nanti anggota tubuhnya akan disusun kembali. Kemudian Allah menurunkan hujan dari langit dan bangkitlah semua manusia dengan serentak sebagaimana tumbuhnya biji tanaman yang disebar”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Sewaktu Nabi saw. dalam suatu majlis dimana beliau sedang bercerita tentang suatu kaum tiba-tiba datanglah seorang Badui dan bertanya : “Kapan hari kiamat itu tiba?”. Rasulullah saw. terus melanjutkan ceritanya hingga orang-orang yang dihadapannya berkata: “Beliau sebenarnya mendengar apa yang ditanyakan oleh Badui itu namun rupanya beliau tidak senang dengan pertanyaan itu”. Dan diantara mereka ada yang berkata : “Barangkali beliau tidak mendengar pertanyaan itu?”. Setelah beliau selesai bercerita, lalu beliau bersabda: “Mana orang yang menanyakan tentang datangnya hari kiamat?”. Badui itu menjawab: “Saya ya Rasulullah saw.”. Beliau bersabda: “Bila kepercayaan (amanat) sudah disia-siakan, maka tunggulah saat datangnya hari kiamat”. ia bertanya lagi: “Bagaimana menyia-nyiakan amanat itu?”. Beliau bersabda: “Bila sesuatu urusan sudah diberikan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah datangnya kiamat”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Mereka para imam bila memimpin shalat maka kamulah yang beruntung sebab bila mereka (imam) maka kamu beruntung dan bila mereka salah maka kamu juga tetap beruntung (mendapatkan pahala) dan mereka sendirilah yang menanggung dosanya”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dengan mensitir firman Allah yang berbunyi: “KUNTUM KHAIRA UMMATIN UKHRIJAT LINNAASI (Kamu semua adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia), ia berkata “Sebaik-baik manusia di tengah-tengah manusia adalah mereka yang datang dengan leher terantai lalu mereka masuk Islam”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Allah merasa kagum terhadap kaum yang masuk surga karena rantai”. (HR. Bukhari).
Maksudnya: Kaum itu ditawan dan diikat dengan rantai kemudian mereka masuk Islam dan masuk surga.
- Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. — beliau bersabda: “Tempat yang paling disenangi Allah adalah Masjid, dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar”. (HR. Muslim).
- Dari Salman Al Farisi, diantara perkataannya ia berkata: “Kalau bisa janganlah kamu orang yang pertama kali masuk pasar dan jangan pula kamu termasuk orang yang paling terakhir keluar dari pasar, sebab pasar itu adalah tempat perjuangan syetan dan di pasar itu juga syetan memasang benderanya”. (HR. Muslim).
Al Bargani meriwayatkan di dalam hadits shahihnya dari Salman dimana Salman berkata bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kamu menjadi orang yang pertama kali masuk pasar dan jangan pula kamu menjadi orang yang terakhir keluar dari pasar sebab di pasar itulah syetan bertelur dan beranak”.
- Diri Ashim Ahwal dari Abdullah bin Sarjis ra. ia berkata : “Saya bertanya : “Ya Rasulullah, semoga Allah mengampuni tuan”.
Behau bersabda: “Juga bagimu, hai Abdullah”. Ashum berkata: “Apakah Rasulullah saw, memohonkan ampun untukmu?” Abdullah menjawab: “Ya (behau memohonkan ampun untukKu), dan juga bagimu”. Kemudian ia membaca avat: “WASTAGHFIR LI DZAMBIKA WALIL MUKMINIINA WAL MUKMINAAT (Dan mohonlah ampun untuk dosamu dan dosa segenap orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan)”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Mas’ud Al Anshari ra. berkata, Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya sebagian dari ajaran-ajaran Nabi yang ditemukan manusia adalah : bila kamu tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah menurut kehendakmu”. (HR. Bukhari).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Nabi saw. bersabda : “Persoalan yang pertama kali diadili oleh Allah dari sekian banyak persoalan manusia kelak di hari kiamat adalah masalah pertumpahan darah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Malaikat itu diciptakan dari . nur, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepadamu yakni dari tanah dan air”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Akhlak budi pekerti Rasulullah saw. adalah Al Qur’an”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, Rasulullah saw – bersabda: “Barangsiapa yang suka bertemu dengan Allah maka Allah akan suka bertemu dengan kamu, dan barangsiapa yang tidak suka bertemu Allah maka Allah juga tidak suka bertemu dengan kamu. Saya bertanya : “Apakah berarti takut mati, sebab kami semua takut mati?”. Beliau menjawab : “Bukan demikian, tetapi bila seorang mukmin menerima kabar baik tentang rahmat, keridhaan dan surga Allah maka ia ingin sekali bertemu dengan Allah, lantas Allah juga suka bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir bila mendengar berita tentang siksaan dan murka Allah maka ia tidak suka bertemu dengan Allah dan Allah juga tidak suka bertemu dengannya”. (HR. Muslim)
- Dari Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyay ra. berkata: “Tatkala Nabi beri’tikaf pada suatu malam saya datang mendekatinya. Setelah selesai berbicara dengan beliau saya pun kembali dan beliau juga ikut bangkit mengantarkan aku. Dan kebetulan di situ ada dua Sahabat Anshor yang sedang berjalan. Ketika sahabat itu melihat ada Nabi saw. maka mereka mempercepat jalannya, maka Nabi saw. bersabda: “Waspadalah sesungguhnya ini adalah Shafiyah binti Huyay”. Kemudian mereka berkata “Maha suci Allah, ya Rasulullah saw ” Beliau lantas bersabda “Sesungguhnya syetan itu berjalan dalam badan anak Adam bersama dengan aliran darah. Oleh karena itu aku kha watir kalau syetan itu menyusupkan kejahatan ke dalam hatimu atau ya mengatakan sesuatu” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Fadil Al Abbas bin Abdul Muththalib ra. ia berkata: “Saya telah menyaksikan perang Hunain bersama dengan Rasulullah saw. bahkan saya dan Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muththalib tidak pernah berpisah dengan Rasulullah saw. dimana beliau mengendarai keledainya. Ketika kaum muslimin telah berhadapan dengan kaum musyrikin dan kaum muslimin terdesak mundur maka Rasulullah saw. melompatkan keledainya dan saya yang memegang kendali keledai itu untuk memperlambat jalannya keledai itu. Sedangkan Abu Sulyan yang membawa bekal Rasulullah saw. lalu beliau bersabda “Hat Abbas, pang gillah sahabat sahabat yang telah ikut berbatat di pohon Samurah”. Abbas adalah seorang yang memiliki suara lantang ia memanggil dengan suara yang sangat keras. “Dimanakah para sahabat yang telah berbarat di bawah pohan Samurah?”. Demi Allah, ketika mereka mendengar suaraku maka segera menyambutnya sehagaimana seekor lembu telah mendengar rintihan anaknya seraya menjawab. “Ya labaik, ya Ja baik”. Kemudian berperanglah mereka dengan orang-orang kafir sambil menyeru kepada sahabat anshar: “Ya ma’syaral Anshar ya ma’tsaral Anshor”. Sedangkan Rasulullah saw melihat jalannya pertempuran dari atas keledainya kemudian beliau mengambil kerikil dan melemparkannya ke arah orang-orang kafir sambil bersabda: “Demi Tuhan Muhammad, mundurlah hai orang-orang kafir”. Setelah itu tiba-tiba pertempuran menjadi reda. Demi Allah, hal itu terjadi setelah beliau melemparkan kerikil-kerikil ke arah orang-orang kafir dan saya melihat serangan orang-orang kafir tidak membawa dampak apa-apa dan mereka akhirnya terdesak mundur”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra.ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Hai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan Dia tidak mau menerima kecuali yang baik-baik. Dan Allah telah memerintahkan kepada kaum mukminin sebagaimana yang diperintahkan kepada para utusan-Nya. Allah telah berfirman yang artinya: “Hai para Rasul, makanlah makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih”. Juga Allah telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari makanan yang baikbaik yang telah Kami berikan kepadamu”. Selanjutnya beliau menceritakan mengenai seorang laki-laki yang kusut badan dan rambutnya dimana ia berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, sementara apa yang dimakannya haram, apa yang diminumnya juga haram serta ia diberi makanan haram maka bagaimana mungkin doanya dapat dikabulkan ?”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Ada tiga kelompok manusia yang kelak di hari kiamat Allah tidak akan mau berbicara dengan mereka, tidak mau memaafkannya dan juga Allah tidak akan melihat mereka. Dan sebaliknya mereka akan diberi siksaan yang sangat pedih yaitu: orang tua yang berzina, penguasa yang suka berdusta dan orang miskin yang sombong”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Saihan, Jaihan dan Nil kesemuanya adalah sungai-sungai surga”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata : “Rasululilah saw. memegang tanganku lantas bersabda: “Allah menjadikan tanah pada hari Sabtu, menjadikan gunung pada hari Ahad, menjadikan pohon pada hari Senin, menjadikan apa yang tidak disukai pada hari Selasa, menjadikan cahaya pada hari Rabu dan menyebarkan binatang-binatang pada hari Kamis serta menjadikan Nabi Adam pada waktu sesudah Ashar hari Jumat, pada akhir penciptaan-Nya berada pada saat terakhir dari waktu siang yakni saat antara waktu Ashar sampai masuknya waktu malam”, (HR. Muslim).
.48. Dari Abu Sulaiman Khalid bin Walid ra. berkata : “Telah putus di tanganku pada waktu perang Muktah sebanyak sembilan pedang, dan yang tahan di tanganku hanyalah pedang dari Yaman”. (HR. Bukhari).
- Dari Amr bin Ash ra. bahwasanya ia “mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bila seorang hakim memutuskan suatu hukum dan ia berijtihad lalu benar ijtihadnya maka ia memperoleh dua pahala. Dan bila ia memutuskan suatu hukum dan ia berijtihad lalu ijtihadnya salah maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Aisyah ra. berkata, bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Sakit panas itu adalah termasuk uapnya neraka jahannam, maka dinginkanlah dengan air”. (HR. Bukhari dan Muslim). .
- Dari Aisyah ra. dari Nabi saw. beliau bersabda : “Barangsiapa yang mati dimana ia masih punya hutang puasa maka walinya hendaknya berpuasa untuknya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Auf bin Malik bin Thufail bahwasanya Aisyah ra. diberitahu bahwa Abdullah bin Zubair telah mengomentari mengenai apa yang dibeli atau diberikan oleh Aisyah ra. dimana Abdullah bin Zubair berkata: “Demi Allah, Aisyah harus menghentikan tindakannya (yaitu bersedekah yang terlalu banyak) atau kalau tidak, akan saya tahan belanjanya”. Aisyah bertanya : “Apakah benar Abdullah bin Zubair berkata begitu?”. Para sahabat menjawab: “Benar”. (Setelah nyata) maka Aisyah ra. bernadzar: “Demi Allah, aku bernadzar tidak akan berbicara dengan Ibnu Zubair untuk selamalamanya. Dan saya tidak akan melanggar nadzarku””. Ketika peristiwa itu sudah berlangsung lama maka ia (Ibnu Zubair) berusaha minta tolong kepada orang lain agar Aisyah ra. mau mengajaknya berbicara namun Aisyah ra. berkata: “Tidak, demi Allah saya tidak akan menerima permintaannya untuk selama-lamanya. Saya tidak akan melanggar nadzarku”. Setelah hal itu berlangsung lama maka Ibnu Zubair minta tolong kepada Mizwar bin Makhzamah dan Abdurrahman bin Aswad bin Abdu Yaghuts, dimana ia berkata : “Aku tuntut kamu berdua dengan nama Allah agar dapat mengusahakan aku dapat masuk ke rumah Aisyah ra. karena memang sesungguhnya tidak halal baginya untuk bernadzar memutuskan hubungan dengan aku”. Lalu Mizwar dan Abdurrahman membawa Ibnu Zubair ke rumah Aisyah ra. dan sesampainya di sana mereka minta izin serta mengucapkan salam: “Assalamu alaiki warahmatullaahi wabarakatuh, bolehkah kami masuk ?“. Aisyah ra. menjawab: “Silahkan masuk”. Mereka berkata: “Apakah kami semuanya boleh masuk ?“. Aisyah ra. menjawab: “Masuklah semua”. Aisyah ra. tidak tahu bahwa diantara mereka itu ada Ibnu Zubair. Ketika mereka telah masuk rumah, Ibnu Zubair langsung masuk ke hijab dan mendekap Aisyah ra. dengan meminta maaf dan menangis. Sedangkan Mizwar dan Abdurrahman memohon agar Aisyah ra. mau mengajak bicara dan menerima permintaan Ibnu Zubair serta keduanya mengatakan bahwa Nabi saw. melarang terhadap sikap Aisyah ra. yang telah mendiamkan Ibnu Zubair karena tidaklah halal bagi Seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari tiga malam. Ketika keduanya sudah banyak memberikan peringatan dan menyadarkan Aisyah ra. maka akhirnya Aisyah ra. sadar dan menangis seraya berkata: “Sesungguhnya saya telah bernadzar dan nadzar itu merupakan hal yang sangat memberatkan. Keduanya terus mendesak Aisyah agar mau memaafkan Ibnu Zubair. Kemudian Aisyah ra. menebus nadzarnya dengan memerdekakan budaknya sebanyak empat puluh budak. Dan setelah itu jika Aisyah ra. teringat nadzarnya. maka ia menangis hingga membasahi kerudungnya”. (HR. Bukhari).
- Pari Ukbah bin Amir ra. berkata : “Sesungguhnya Rasulullah saw. keluar ke tempat pemakaman orang-orang yang mati syahid dalam perang Uhud, lalu beliau mendoakan kepada mereka setelah delapan tahun dari ke guguran mereka sebagaimana layaknya seseorang berpamitan mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang masih hidup dan orang yang mati Kemudian beliau naik mimbar dan bersabda: “Aku bakal maju di depan kamu semua, dan akulah yang menyaksikanmu dan janji bagi kamu semua adalah telaga dan sesungguhnya aku melihat telaga itu dari ternpat ini. Sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kamu semua dari syirik tetapi aku khawatir kamu semua saling berlomba dalam masalah keduniaan”. Ukbah ra. berkata : “Itulah saat-saat terakhir bagiku melihat Rasulullah saw.”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan: “Tetapi aku khawatir terhadap kamu dalam masalah dunia dimana kamu semua akan saling berlomba dan saling membunuh hingga kamu semua binasa sebagaimana umat terdahulu itu binasa”. Ukbah ra. berkata : “Itulah yang terakhir kali saya melihat Rasulullah saw. berdiri di atas mimbar”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Sesungguhnya aku akan maju di depan kamu semua, aku menyaksikan kamu semua. Demi Allah sesungguhnya aku telah melihat telagaku. Sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci kekayaan bumi. Sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kamu syirik sepeninggalanku nanti, tetapi aku lebih mengkhawatirkan kamu nanti akan saling berlomba dalam masalah keduniaan”.
- Dari Abu Zaid Amr bin Akhthab Al Anshari ra. berkata : “Kami shalat Subuh bersama Nabi saw., lalu beliau naik mimbar dan berkhutbah hingga datang waktunya shalat Dhuhur. Ketika waktu shalat Dhuhur tiba maka beliau turun dari mimbar dan mengerjakan shalat. Setelah itu beliau naik mimbar lagi dan berkhutbah hingga tiba waktu shalat Ashar. Ketika tiba waktu shalat Ashar beliau turun dari mimbar untuk shalat. Setelah itu beliau naik mimbar lagi dan berkhutbah hingga matahari terbenam. Beliau memberitahukan kepada kami tentang apa yang telah lalu dan apa yang akan datang yang bakal terjadi. Orang yang paling pandai adalah orang yang paling kuat hafalannya diantara kami”. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang bernadzar untuk taat kepada Allah, maka ia harus melaksanakan nadzar itu. Dan barangsiapa yang bernadzar untuk durhaka kepada Allah maka ia tidak boleh durhaka kepada Allah (tidak boleh melaksanakan nadzarnya itu)”. (HR. Bukhari).
- Dari Ummu Syarik ra. ia berkata: “Sesungguhnya Nabi saw. telah memerintahkan kepadanya untuk membunuh cecak, dan beliau bersabda : “Cecak itu salah satu hewan yang dulu selalu meniup-niupkan api sewaktu Nabi Ibrahim dibakar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang membunuh cecak pada pukulan pertama maka ia mendapatkan pahala sekian dan sekian. Dan barangsiapa yang membunuhnya pada pukulan yang kedua maka ia mendapatkan pahala sekian. Dan bila ia membunuh pada pukulan yang ketiga maka ia mendapatkan pahala sekian dan sekian”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Barangsiapa yang membunuh cecak pada pukulan pertama maka baginya akan ditulis seratus kebaikan dan bila pada pukulan kedua maka pahalanya kurang dari itu, dan bila yang ketiga maka pahalanya kurang dari itu lagi”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada seseorang berkata : “Sungguh aku akan menyedekahkan sesuatu, lalu ia pergi dan memberikan sedekahnya kepada seorang pencuri. Pagi harinya orangorang sudah ramai membicarakan bahwa tadi malam ada sedekah yang diberikan kepada seorang pencuri. Lantas orang itu berkata : “Ya Allah hanya bagi-Mulah segala puji”. Sungguh aku akan menyedekahkan sesuatu, lalu ia pergi dan memberikan sedekahnya kepada seorang pelacur. Pagi harinya orang-orang sudah ramai membicarakan bahwa tadi malam ada orang bersedekah diberikan kepada seorang pelacur. Lantas orang (yang sedekah) itu berkata : “Ya Allah hanya bagi-Mulah segala puji”. Sungguh aku akan menyedekahkan sesuatu, lalu ia pergi untuk memberikan sedekahnya kepada orang kaya. Pagi harinya orang-orang sudah ramai membicarakan bahwa tadi malam ada orang yang bersedekah diberikan kepada orang kaya. Lantas orang (yang bersedekah itu) berkata : “Ya Allah hanya bagi-Mulah segala puji. Sungguh aku telah bersedekah kepada seorang pencuri, kepada pelacur dan bersedekah kepada orang kaya”. Mendadak ada suara yang ditujukan kepadanya: “Adapun sedekahmu kepada pencuri, tidak menutup kemungkinan ia mau berhenti dari mencuri. Adapun sedekahmu kepada pelacur, mudah-mudahan ia segera berhenti dari berzina. Dan sedekahmu kepada orang kaya mudah-mudahan ia mau mengambil i’tibar dan ia segera menyedekahkan sebagian harta yang telah dikaruniakan Allah kepadanya”. (HR. Bukhari).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dengan maksud yang sama.
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Kami bersama dengan Nabi saw. menghadiri suatu resepsi dan dihidangkanlah daging paha kambing yang menjadi kesenangan beliau, maka beliau segera menggigitnya, lalu bersabda: “Aku adalah orang yang paling terkemuka kelak di hari kiamat, Tahukah kamu, mengapa demikian ?. Allah akan mengumpulkan ummat terdahulu dan yang terkemudian di suatu lapangan luas hingga diantara mereka dapat saling melihat dan mendengar dan matahari akan didekatkan dengan mereka hingga semua manusia merasakan susah dan penderitaan yang sangat berat. Lantas manusia itu berkata: “Apakah ada yang tahu sampai kapan kita akan terus mengalami seperti ini ?. Tidakkah kalian mempunyai pandangan siapa yang pantas untuk dimintai syafaatnya kepada Tuhan demi keselamatan kita ?”. Sebagian dari mereka berkata kepada lainnya: “Pantasnya kepada bapak kita Nabi Adam”. maka mereka pun mendatangi Nabi Adam dan berkata : “Wahai Adam, engkau adalah ayah manusia. Allah menciptakan engkau dengan tangan-Nya dan meniupkan kepadamu dari ruh-Nya serta Allah telah memerintahkan Malaikat untuk sujud kepadamu serta yang telah menempatkanmu di dalam surga. Bukankah engkau bersedia memberi syafaat kepada kami kepada Tuhan, tidakkah engkau perhatikan penderitaan kami dan sampai kapankah penderitaan ini ?”. Nabi Adam menjawab: “Sesungguhnya Tuhan hari ini sangat marah. Tidak pernah Tuhan marah seperti ini, baik sebelum maupun sesudah hari ini. Tuhan telah melarangku untuk tidak mendekati pohon tertentu tetapi aku melanggarnya. Nafsi, nafsi, nafsi (diriku, diriku, diriku) pergilah kamu semua kepada orang selain aku. Pergilah kamu kepada Nabi Nuh”. Lalu mereka pun mendatangi Nabi Nuh dan berkata : “Wahai Nuh, engkau adalah utusan yang pertama kali diutus ke bumi, Allah telah menyebutmu sebagai hamba yang sangat bersyukur. Tidakkah engkau perhatikan penderitaan kami ini, dan sampai kapan penderitaan ini, bukankah engkau bersedia memberi syafaat buat kami kepada Tuhan?”. Nabi Nuh menjawab: “Sesungguhnya Tuhan hari ini sangat marah. Tidak pernah Tuhan marah seperti kali ini baik sebelum maupun sesudah hari ini. Sesungguhnya doa yang sangat mustajab sudah aku gunakan untuk membinasakan kaumku yariq kafir. Nafsi, nafsi, nafsi (diriku, diriku, diriku). Pergilah kepada orang selain aku, pergilah kepada Nabi Ibrahim”. Lantas mereka pun mendatangi Nabi Ibrahim dan berkata: “Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari ahli bumi. Berikanlah syafaat buat kami kepada Tuhan. Tidakkah engkau perhatikan sampai kapan penderitaan ini ?”. Nabi Ibrahim berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Tuhan pada hari ini sangat marah. Tidak pernah Tuhan marah seperti ini, baik sebelum maupun sesudah hari ini. Sesungguhnya aku telah tiga kali berdusta, diriku, diriku, diriku. Pergilah kamu semua kepada orang selain aku. Pergilah kamu semua kepada Nabi Musa”. Kemudian mereka pun mendatangi Nabi Musa dan berkata : “Wahai Nabi Musa, engkau adalah utusan Allah, Allah telah menjadikan engkau lebih mulia dibanding dengan manusia lainnya lantaran risalah dan kalam-Nya. Berilah syafaat buat kami tidakkah engkau perhatikan penderitaan yang kami alami”. Nabi Musa menjawab: “Sesungguhnya Tuhan hari ini sangat marah. Tidak pernah Tuhan marah seperti hari ini baik sebelum maupun sesudah hari ini. Dan aku telah membunuh orang yang tidak berhak aku bunuh. Jawabnya nabi Musa : nafsi, nafsi, nafsi (diriku, diriku dan diriku sendiri) Pergilah kamu kepada selain aku. Coba pergilah kepada Nabi Isa”. Kemudian mereka pun mendatangi Nabi Isa dan berkata : “Wahai Nabi Isa, engkau adalah utusan Allah dan engkau adalah salah seorang Nabi yang dapat berbicara dengan manusia sewaktu masih di buaian Tolong berilah kami syafaatmu kepada Tuhan Tidakkah engkau perhatikan penderitaan yang kami alami ini ?”. Nabi Isa menjawab: “Sesungguhnya Tuhan hari ini sangat marah. Tuhan tidak pernah marah seperti ini baik sebelum maupun sesudah hari ini. (Nabi Isa tidak menyebutkan dusa-dosanya), ia langsung berkata : “Nafsi, nafsi, nafsi (diriku, diriku, diriku)”. Pergilah kamu semua kepada Nabi Muhammad saw.”. Lantas mereka pun mendatangi Nabi Muhammad saw. (Dalam riwayat lain dikatakan: “Mereka mendatangiku) dan mereka pun berkata : “Wahai Muhammad saw., engkau adalah utusan Allah dan penutup semua Nabi. Allah telah mengampuni semua dosa-dosamu, baik dosa yang telah lalu maupun dosa yang akan datang. Tolong syafaatilah kami kepada Tuhanmu. Tidakkah engkau perhatikan penderitaan yang telah kami alami ini ?”. Kemudian aku (Nabi Muhammad saw.) datang ke bawah Arsy dan bersujud kepada Tuhan. Lalu Allah memberi ilham beberapa pujian kepadaku yaitu suatu yang belum pernah diilhamkan kepada seseorang sebelumku. Selanjutnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad saw. angkatlah kepalamu, dan mohonlah pasti Aku kabulkan serta berikan syafaatmu”. Kemudian aku (nabi Muhammad saw.) mengangkat kepala dan berkata: “Wahai Allah, ummatku: wahai Allah, ummatku: wahai Allah ummatku”. Allah berfirman: “Hai Muhammad saw. masukkanlah ummatmu yang tidak dihisab ke dalam surga lewat pintu ‘ kanan dan yang selain mereka masukkanlah mereka lewat pintu-pintu yang lain bersamasama dengan ummat yang lain”. Kemudian beliau bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, jarak antara ambang pintu surga yang satu dengan lainnya adalah seperti jarak antara Makkah dengan Hajar atau antara Makkah dengan Bushra”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata: “Nabi Ibrahim datang dengan membawa Hajar (ibu Ismail) dan putranya (yakni Ismail) yang masih menyusu ibunya (ke Makkah), dan Nabi Ibrahim menempatkan Hajar di dekat Baitullah di bawah suatu pohon besar di atas Zamzam di sebelah atas Masjidil Haram. Waktu itu di Makkah masih sulit ditemukan air dan belum ada manusia. Ibrahim menempatkan Hajar dan putranya di sana dengan diberi sekantong kurma dan sebuah bejana yang berisi air. Setelah itu Nabi Ibrahim pergi meninggalkan mereka, namun Hajar mengejarnya dan bertanya : “Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi dan kami kamu tempatkan di lembah tak bermanusia dan tidak ada sesuatu ?”. Hajar terus mengulangi pertanyaannya itu tapi Nabi Ibrahim tidak memperdulikannya. Dan Hajar akhirnya berkata: “Apakah Allah menyuruhmu seperti ini?”. Nabi Ibrahim menjawab: “Ya”. Selanjutnya Hajar berkata : “Jika demikian Allah tidak akan menyia-nyiakan kami”. Lalu Hajar pun kembali ke lembah semula. Kemudian Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya. Ketika ia sampai di Tsaniyah, yaitu suatu tempat yang jauh hingga istri dan anaknya tidak dapat melihatnya, Nabi Ibrahim mengangkat kedua tangannya dengan menghadap ke arah Baitullah seraya berdoa yang artinya: “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku telah menernpatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tiada tanaman di dekat Baitullah yang mulia. Wahai Tuhan kami, kami berbuat begitu agar mereka mau mengerjakan shalat. Maka dari itu jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur. Hajar terus meneteki putranya (Ismail) dan ia minum dari air yang telah disediakan oleh Nabi Ibrahim. Tatkala air dalam bejana itu habis maka Hajar dan putranya menjadi kehausan. Hajar tidak tega melihat anaknya kehausan maka ia segera pergi naik ke Shafa yaitu sebuah bukit yang dekat lalu ia berdiri di atas bukit itu dan melihat ke lembah kalaukalau ada manusia, namun ia tidak melihat seorang pun, maka segera ia turun dari Shata hingga ia sampai di suatu lembah. Sampai di lembah ia melihat ke atas kemudian berjalan Cepat hingga naik ke puncak Marwah. Sesampainya di Marwah ia melihat kalau-kalau ada orang lewat, tetapi tak seorang pun dilihatnya. Yang demikian itu dilakukan oleh Hajar sebanyak tujuh kali.
Ibnu Abbas ra. mengatakan, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Oleh sebab itulah para jemaah haji harus melakukan sai dari Shafa ke Marwah. Tatkala Hajar sampai di bukit Marwah untuk yang ketujuh kalinya, terdengarlah suara yang tertuju kepadanya: “Tenanglah, dan sesudah ia perhatikan, lalu ia berkata : “Suaramu telah aku dengar, kalau-kalau kamu membawa air tolonglah kami”. Kemudian Malaikat itu menggarukkan kakinya ke tanah dan muncullah sumber mata air yang kemudian terkenal dengan Zamzam (ada yang mengatakan bahwa Malaikat itu menggaruk dengan sayapnya). Selanjutnya Hajar berusaha mengumpulkan air dan membatasinya dengan tangan serta mengisi bejananya itu. Dan sumber mata air itu justru mengeluarkan air yang deras setelah diambil airnya”. .
Dalam riwayat lain dikatakan : “Sesuai dengan yang diambilnya”. Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Mudahmudahan Allah melimpahkan rahmat kepada ibunya Ismail. Dan andaikata Hajar tidak membendung air zamzam yang mengalir dan membiarkan mengalir sendiri pasti air zamzam itu akan menjadi sumber yang sangat besar manfaatnya”.
Ibnu Abbas ra. melanjutkan ceritanya: “Lalu Hajar minum dan menyusui anaknya. Malaikat lantas berkata kepadanya: “Janganlah kamu khawatir disia-siakan sebab di sini akan dibangun Baitullah oleh anakmu ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyianyiakan penjaga Baitullah. Waktu itu Baitullah masih berupa gundukan tanah tinggi dan sering dilanda banjir, namun air itu hanya lewat di kanan dan kiri Ka’bah (Baitullah).
Suatu saat lewatlah rombongan dari suku Jurhum yang berasal dari Kada’. Mereka berhenti di tempat itu. Tiba-tiba mereka melihat burung terbang di situ maka mereka berkata: “Sesungguhnya burung itu beterbangan di atas air, padahal menurut pengetahuan kami di lembah ini tidak ada air”. Lalu mereka mengirim seseorang untuk mengadakan pencarian air dan akhirnya mereka menemukan air itu. Utusan itu kembali ke rombongannya dan menceritakannya, lantas mereka mendekati sumber air itu dan di situ ada Hajar. Mereka bertanya : “Bolehkah kami tinggal di dekatmu?”. Hajar menjawab: “Boleh, tetapi kamu semua tidak berhak menguasai air ini”. Mereka menjawab: “Baiklah”.
Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Hajar sangat senang atas datangnya suku Jurhum sebab mereka itu suka bergaul. Akhirnya mereka bertempat tinggal bersama Hajar dan mereka juga mengajak keluarga mereka untuk bertempat di situ hingga menjadi beberapa kelompok keluarga. Ismail telah menginjak dewasa, maka ia belajar bahasa Arab dari mereka. Dan ketika Ismail menjadi dewasa maka menjadi kebanggaan mereka. Dan setelah ditemukan gadis yang dikaguminya maka akhirnya ia dinikahkan dengan gadis diantara mereka itu dan akhirnya ibu Hajar wafat. Setelah pernikahan Ismail, datanglah Nabi Ibrahim mengunjungi putranya yang telah lama ditinggalkan, namun ia tidak bertemu dengan Ismail. Lalu Nabi Ibrahim bertanya kepada istri Ismail tentang keadaan Ismail, maka istrinya menjawab: “Ia baru saja keluar untuk mencari rizki buat kami”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “la sedang berburu untuk kami”. Selanjutnya Nabi Ibrahim bertanya tentang penghidupan Ismail setiap harinya, maka dijawab oleh istrinya: “Keadaan kami sangat menyedihkan dan kami selalu dalam kesulitan”, dan ia mengeluh kepada Nabi Ibrahim. Lantas Nabi Ibrahim berkata: “Jika suamimu datang, tolong sampaikan salamku kepadanya dan katakan kepadanya agar ia segera mengganti kayu bagian bawah pintu. Tatkala Ismail datang maka seolah-olah ia menemukan sesuatu yang ganjil, maka ia segera bertanya kepada istrinya: “Apakah ada orang yang datang ?”. Istrinya menjawab: “Ya. tadi ada orang tua yang datang ke sini dengan sifatsifat begini dan begitu. Ia menanyakan keadaan penghidupan kami dan saya pun memberitahukan bahwa kami hidup dalam kesulitan”. Ismail bertanya: “Apakah ia berpesan kepadamu?“ Istrinya menjawab: “Ya, ia berpesan agar menyampaikan salam kepadamu dan kamu disuruh mengganti kayu pintumu yang sebelah bawah. Ismail berkata: “Itu adalah bapakku’”. beliau memerintahkan kepadaku, agar aku menceraikan kamu, maka kembalilah kamu kepada keluArqamu”. Lalu Ismail menceraikan istrinya dan kawin lagi dengan wanita Jurhum yang lain. Tak lama kemudian, datanglah bapaknya Ismail (Ibrahim) namun ia tidak bertemu dengan Ismail. Kemudian ia masuk dan bertanya kepada istrinya Ismail dan dijawab: “Ia sedang mencari rizki untuk kami”. Nabi Ibrahim bertanya: “Bagaimana keadaan penghidupan kamu?”. Istri Ismail menjawab: “Kami selalu berbahagia dan selalu dalam kemudahan”, serta ia memuji kepada Allah. Ibrahim bertanya lagi : “Apakah yang kamu makan?”. Istrinya menjawab: “Daging”. Serta Nabi Ibrahim bertanya lagi: “Apa yang bisa kamu minum?”. Istrinya menjawab: “Air”, Selanjutnya Nabi Ibrahim berdoa: “ALLAAHUMMA BAARIK LAHUM FIL LAHMI WAL MAA-I (Ya Allah, berikanlah berkah kepada mereka di dalam makan daging dan minum air)”.
Nabi saw. bersabda: “Waktu itu belum mereka dapatkan atau temukan biji-bijian, dan ‘ andaikata ada pasti Ibrahim mendoakan buat mereka”.
Ibnu Abbas ra. melanjutkan ceritanya: “Daging dan air itu tidak akan tidak ada (artinya selalu ada) bagi penduduk Makkah”.
Dalam riwayat lain dikatakan: “Nabi Ibrahim datang dan bertanya: “Dimana Ismail?”. Istri Ismail menjawab: “Ia pergi berburu”. Dan Istri Ismail itu berkata. Silahkan masuk untuk makan Jan minum air”. lalu Nabt Ibrahim berdoa TALLAAHUMMA BAARIK LANIUM FI THA AAMIHIM WASYARAABIHIM (Ya Allah berkahilah mereka dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum)”.
Tbau Abbas ra. berkata, bahwasanya Nabi Muhammad saw. bersabda: “Demikian itu berkat doanya Nabi Ibrahim”.
Ibrahim lantas bersabda: “Bila suamimu datang. maka sampaikan salamku kepadanya dan suruhlah ia tetap mempertahankan kayu pintunya yang sebelah bawah”. Sewaktu Ismail datang ia langsung bertanya : “Apakah ada seseorang yang datang ke sini ?”. Istrinya menjawab: “Benar, tadi ada orang tua datang ke sini dimana orang tua itu sifatnya sangat baik dan ia menanyakan tentang kamu kepadaku maka aku pun menceritakannya, ia menanyakan kepadaku tentang penghidupan kami maka aku beritahukan kepadanya bahwa kami berada dalam kebahagiaan”. Ismail bertanya : “Apakah orang itu berpesan kepadamu?”. Istrinya menjawab: “Benar, ia berpesan kepadamu agar kamu tetap mempertahankan kayu pintumu yang sebelah bawah”. Ismail berkata : “Itu adalah bapakku dan kamulah yang diibaratkan kayu pintu sebelah bawah itu. Bapakku memerintahkan agar aku tetap mempertahankan kamu (sebagai istri)”. Kemudian setelah beberapa lama, Ibrahim datang dan waktu itu Ismail sedang membuat anak panah di bawah pohon besar di dekat air zamzam. Ketika ia melihat ayahnya (Ibrahim) maka ia segera bangkit mendekatinya dan keduanya saling berpelukan sebagaimana layaknya seorang bapak kepada anaknya. Lalu Nabi Ibrahim bersabda: “Hai Ismail, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku”. Ismail berkata: “Lakukanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepada Bapak”. Ibrahim bertanya : “Kamu mau membantuku?”. Ismail berkata: “Aku siap membantu bapak”. Ibrahim bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk membangun sebuah rumah di sini”. Ibrahim menunjuk ke tanah gundukan yang agak tinggi yang berada di dekatnya. Dan saat itulah Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah dan Ismail mengangkat batu itu (sebagai pembantu ayahnya). Dan ketika Ismail mengembalikan batu untuk tempat tegak bapaknya, mereka berdua selalu membaca doa: “RABBANAA TAQABBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII’UL “ALIM (Wahai Tuhan kami, terimalah apa yang telah kami perbuat ini. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Palam riwayat lain diceritakan: “Sesungguhnya Nabi Ibrahim keluar dengan membawa Ismail dan ibunya Ismail sambil membawa sebuah ember berisi air dimana ibunya Ismail selalu minum air itu hingga air susunya dapat memancarkan air dengan baik hingga sampai di Makkah. Di sana sa ditempatkan di bawah pohon besar dan Nabi Ibrahim meninggalkannya, lalu ibu Ismail (Hajar) mengejarnya hingga sampai di Kada’. Sesampainya di Kada’ ibu Ismail memanggil Ibrahim dari belakang “Has Ibrahim, kepada siapa engkau tinggalkan kami?”. Ibrahim menjawab: “Kepada Allah” Ibu Ismail berkata: “Aku rela dengan pemeliharaan Allah”. Kemudian kembali ke tempat semula dan selalu minum air ember itu agar air susu untuk anaknya dapat memancar dengan baik. Ketika air ember itu habis maka ia berkata: “Lebih baik aku pergi untuk melihatlihat barangkali ada orang lewat”. Kemudian ia pergi dan naik ke Shafa lantas memperhatikan barangkali ada seseorang, tetapi sa tidak melihatnya. Kemudian dia turun ke lembah dan pada saat di lembah ia berjalan cepat menuju ke Marwah. Hal yang demikian itu dilakukan berulang kali, hingga ia berkata“Lebih baik aku pergi melihat apa yang sedang dilakukan oleh anakku”. .
Lantas ia pergi dan melihat anaknya. Anaknya tetap dalam posisi semula dan bahkan anaknya itu tampak akan meninggal dunia sehingga membuatnya tidak tenang. Lalu ia berkata : “Lebih baik aku pergi dan melihat-lihat barangkali aku menemukan seseorang”. Kemudian ia naik ke Shafa lalu memperhatikan barangkali ada orang, namun ia tidak melihat seorang pun sehingga sempurnalah ia mondarmandir sebanyak tujuh kali. Lalu ia berkata lagi: “Lebih baik aku melihat keadaan anakku, apa yang sedang diperbuatnya”.
Tiba-tiba ada suara didekatnya, maka ia segera menyambutnya: “Jika engkau mempunyai kebaikan maka berilah kami air”. Waktu itu Malaikat Jibril menggaruk tanah dengan tumitnya hingga keluarlah sumber air. Ibu Hajar sangat terkejut lalu ia membatasi air itu dengan kedua tangannya”. (Hadits ini masih ada lanjutannya …) (HR. Bukhari).
61. Dari Said bin Zaid ra. ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Cendawan itu merupakan bagian dari nikmat (yang banyak manfaatnya) dan air cendawan itu dapat digunakan untuk obat sakit mata”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah ta’ala berfirman: “Dan mohon ampunlah kamu kepada Tuhanmu”. (QS. Mukmin : 55).
Allah ta’ala berfirman: “Dan mohon ampunlah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisa’ : 106).
Allah ta’ala berfirman: “Bertasbihlah kamu dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Dzat yang menerima taubat (penerima taubat)”. (QS. Nasyr: 3).
Allah ta’ala berfirman: “Bagi orang-orang yang bertakwa, pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan di sana ada istri-istri yang disucikan serta keridlaan Allah. Allah Maha melihat akan hamba-hambaNya, yaitu orang-orang yang berdoa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka”, yaitu orang-orang yang sabar, yang benar dan yang taat, yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan yang memohon ampun di waktu sahur”. (QS. Ali Imran: 17).
Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya lalu ia memohon ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisa’ : 110).
Allah ta’ala berfirman: “Allah sekali-kali tidak akan memberi azab kepada mereka, sedangkan kamu berada diantara mereka. Dan tidak pula Allah akan mengazab mereka sedangkan mereka memohon ampun”. (QS. Al Anfal : 33).
Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang bila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka segera ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya, sedangkan mereka mengetahui”. (QS. Ali Imran: 135).
- Dari Al Aghar Al Muzanni ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh, kadangkala tumbuh dalam perasaan hatiku lalu aku beristighfar sebanyak seratus kali sehari”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya aku dalam waktu sehari memohon ampun dan bertaubat kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali lebih”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, andaikata kamu tidak berbuat dosa pasti Allah akan mengambil kamu semua dan mendatangkan kaum baru yang berbuat dosa lalu mereka memohon ampun kepada Allah, maka Allah pun mengampuni dosa mereka”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Umar ra. ia berkata : “Kami menghitung Rasulullah saw. membaca: “RABBIGHFIRLII WATUB ‘ALAIYYA INNAKA ANTAT TAU WAABUR RAHIIM (Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Penerima taubat lagi Maha Penyayang)”. sebanyak seratus kali dalam sekali duduk”. (HR. Abu Daud dan At Tumudzi).
- Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa melanggengkan membaca istighfar maka Allah akan melapangkan segala kesempitannya, memudahkan segala kesulitannya dan memberi rizki yang tiada terduga-duga”. (HR. Abu Daud).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa membaca: ASTAGHFIRULLAAHAL LADZIIM LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL OQAYYUUMU WA ATUUBU ILAIHI (Saya memohon ampun kepada Allah Dzat Yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, yang hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya dan saya bertaubat kepada-Nya), maka dosadosanya akan diampuni Allah meskipun ia telah lari meninggalkan perang”. (HR. Abu Daud, At Turmudzi dan Al Hakim)…
- Dari Syaddad bin Aus ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Puncaknya istighfar adalah orang yang mengucapkan: “ALLAAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAOTANII WA ANAA ‘ABDUKA WA ANAA ‘ALAA AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA TU, A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA ‘TU, ABUU-U LAKA BINIKMATIKA ‘ALAIYA WA ABUU-U BIDZAMBII FAGHFIRLII FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZDZUNUUBA ILLAA ANTA (Ya Allah, Engkaulah Tuhanku yang tiada Tuhan kecuali Engkau, yang telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, aku tidak mampu melaksanakan ketentuan dan janji-Mu. Aku mengakui atas nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan aku juga mengakui atas semua ‘dosa-dosaku, maka ampunilah diriku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau)”. Barangsiapa yang membacanya pada waktu siang dengan penuh keyakinan kemudian dia mati pada hari itu sebelum malam maka ia penghuni surga. Dan barangsiapa yang membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan dengan apa yang dibacanya kemudian ia mati sebelum pagi maka ia termasuk penghuni surga”. (HR. Bukhari).
- Dari Tsauban ra. berkata : “Jika Rasulullah saw. selesai mengerjakan shalat maka beliau membaca istighfar tiga kali dan membaca: “ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM, TABAARAKTA DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang maha sejahtera dan dari Engkaulah segala kesejahteraan. Engkaulah yang selalu memberi keberkahan, wahai Dzat yang Maha Agung lagi Maha Mulia)”.
Al Auzi, seorang perawi hadits ini ditanya tentang istighfar, maka ia menjawab: “Bacaan istighfar itu adalah: ASTAGHFIRULLAAH, ASTAGHFIRULLAAH””. (HR. Muslim).
- Dari Aisyah ra. ia berkata: “Sebelum meninggal dunia, beliau senantiasa membaca: “SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI, ASTAGHFIRULLAAHA WA ATUUBU ILAIHI (Maha suci Allah dan dengan memuji kepadaNya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. ia berkata. “Saya mudengar Rasulullah saw. bersabda: “Allah taalah berfirman: “Hai anak Adam, selagi kamui ber doa dan mengharap kepada-Ku pasti Aku akan mengampuni dosa yang telah kamu pesan dan Aku tidak memperdulikan jumlahnya Hai anak Adam, andaikata dosamu seperti awan di langit, lalu kamu meminta ampun kepada Ku pasti Aku mengampunimu dan Aku tidar akan memperdulikan berapa banyak dosarnu Hai anak Adam, andaikata kamu datang kehadapan-Ku dengan membawa dosa seisi bum, lalu bertemu dengan-Ku tanpa menyekutukar kepada-Ku pasti Aku mengampuni dosa itu’ (HR. At Turmudzi).
- Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Hai kaum wanita, bersedekahlah kamu dan perbanyaklah membaca istightar sebab aku telah melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita”. Salah seorang wanita bertanya: “Mengapa kami sebagai penghuni yang terbanyak?”. Beliau bersabda: “Sebab humu suka mengutuk dan tidak mengakut kebarkan suami. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang sempurna akal dan agamanya itu dapat mengalahkan orang yang sempurna akalnya”. Wanita itu bertanya lagi: “Apakah yang dimaksud dengan kekurangan sempurna akal dan agama ?”. Beliau menjawab: “Persaksian dua orang wanita itu sama dengan seorang laki-laki, dan wanita itu sering terjadi beberapa hari tidak shalat”. (HR. Muslim).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada di dalam surga dan (di dekat) mata air-mata air. (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman”. Dan Kami lenyapkan rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya”. (QS. Al Hijr: 45 – 48).
Allah ta’ala berfirman: “Hai hamba-hambaKu, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka dahulu adalah orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga. Kamu dan istri-istrimu digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan piala-piala dan di dalam surga terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan karena amal-amal yang kamu kerjakan dahulu. Di dalam surga itu ada buahbuahan yang banyak sekali untukmu yang sebagiannya sudah kamu makan”. (QS. Az Zukhruf : 68-72).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat yang aman, yaitu di dalam surga (taman-taman) dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah Kami akan mengawinkan mereka dengan bidadari-bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala.kekhawatiran). Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka jahim, sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS. Dukhah: 51-57).
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil berpandang- pandangan. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamer murni yang ditutup (tempatnya) dan tutupnya adalah minyak kesturi, dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlombalomba. Dan campuran khomer itu adalah tasnim (yaitu) mata air yang diminum orang-orang yang didekatkan kepada Allah”. (QS. Al Muthaffifin: 22 – 28).
- Dari Jabir ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Para penghuni surga itu juga makan dan minum, tetapi mereka tidak pernah buang air, tidak pernah buang ingus dan tidak pernah pula kencing. Namun apa yang mereka makan di dalam surga itu akan menjadi sendawa seperti bau minyak kesturi. Mereka diilhamkan untuk selalu bertasbih dan bertakbir sebagaimana mereka diilhamkan untuk bernafas”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Allah telah berfirman: “Aku akan menyediakan buat mereka dari hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga serta belum pernah terlintas dalam benak hati seseorang, dan cobalah membaca: “FALAA TA’LAMU NAFSUN MAA UKHFIYA LAHUM MIN QURRATI A’YUN” (Maka tidak ada satu jiwa pun yang mengetahui sedapnya mata yang disembunyikan buat mereka)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Rombongan yang pertama kali masuk surga itu bagaikan bulan purnama, lalu rombongan berikutnya bagaikan bintang yang paling cemerlang menerangi langit. Mereka semua itu tidak pernah kencing, buang air besar, meludah dan tidak pernah keluar ingusnya. Sisir mereka terbuat dari emas. Keringat mereka berbau minyak kesturi. Kerikil mereka dari kayu cendena yang sangat harum. Istri mereka bidadari yang cantik jelita. Bentuk tubuh mereka sama seperti bentuk ayahnya, Nabi Adam, yaitu tingginya enam puluh hasta”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim yang lain dikatakan: “Bejana mereka terbuat dari emas di dalam surga, keringat mereka berbau minyak kesturi. Masing-masing dari mereka mempunyai dua istri yang terlihat sumsum betisnya dari balik daging karena sangat cantiknya. Diantara mereka tidak pernah terjadi pertengkaran dan tidak juga ada saling membenci. Hati mereka bagaikan hati seorang saja. Mereka senantiasa bertasbih kepada Allah baik di waktu pagi maupun sore”.
- Dari Al Mughirah bin Syu’bah ra., dari Rasulullah saw. beliau bersabda: “Nabi Musa pernah bertanya kepada Tuhan: “Bagaimana tingkatan ahli surga yang paling rendah?”. Allah menjawab: “Yaitu orang yang datang setelah ahli surga dimasukkan dalam surga, lalu ia baru disilahkan untuk masuk ke dalam surga”. Orang itu berkata: “Wahai Tuhan kami, bagaimana aku harus masuk, sementara manusia-manusia yang lainnya sudah musuk pada masing-masing tempatnya dan telah mengambil bagiannya ?”. Allah berfirman: “Puaskah kamu bila kau disediakan seluas kerajaan seorang raja di dunia ?”. ia menjawab: “Wahai Tuhan, aku sudah merasa puas”. Allah berfirman: “Bagimu seluas itu, dan sepadan dengan itu, sepadan dengan itu, dan sepadan dengan itu, dan sepadan dengan itu”. Tatkala Allah berfirman untuk yang kelima kalinya, orang itu berkata: “Wahai Tuhan, aku sangat puas”. Allah berfirman: “Inilah bagianmu dan sepuluh kali dari itu, serta segala apa yang diingini dan disenangi oleh nafsu dan matamu”. Ia berkata: “Wahai Tuhan, aku sangat puas”. Nabi Musa bertanya: “Wahai Tuhan, bagaimana tingkatan ahli surga yang paling tinggi?”. Allah berfirman: “Yaitu orang-orang yang telah Aku sediakan kehormatan mereka dengan tangan-Ku dan kemudian Aku tutup sehingga tidak terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam benak hati manusia”. (HR. Muslim).
- Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya aku (Nabi saw.) tahu persis penghuni neraka yang paling terakhir keluar dari neraka dan penghuni surga yang paling terakhir memasukinya yaitu orang yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu Allah berfirman kepadanya: “Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga”. Kemudian orang itu pergi menuju surga dan ia membayangkan bahwa surga itu telah penuh. Maka ia akhirnya kembali dan berkata: “Wahai Tuhan, aku mendapatkan surga telah penuh”. Allah berfiman kepadanya: “Pergi dan masuklah ke dalam surga, sebab bagimu seluas dunia dan sepuluh kali lipat daripada dunia”. Kemudian ia berkata : “Apakah Engkau mengejekku dan mentertawakanku sedangkan Engkau adalah Mahadiraja ?”. Ibnu Mas’ud ra. berkata: “Sesungguhnya saya melihat Rasulullah saw. tertawa hingga tampak gigi gerahamnya, serta beliau juga bersabda : “Demikian itu adalah tingkatan ahli surga yang paling rendah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Musa ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu tersedia sebuah tenda untuk orang mukmin yang terbuat dari mutiara yang berlubang yang tingginya enam puluh mil. Di tenda itu orang mukmin beserta keluarganya dapat bebas berkeliling hingga salah seorang dari mereka tidak dapat melihat yang lainnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pohon dimana bila seseorang mengendarai kuda untuk mengelilingi pohon itu dengan lari kuda yang sangat kencang/ cepat selama seratus tahun pasti ia tidak akan mampu untuk mengelilinginya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya juga meriwayatkan, dari Abu Hurairah ra. Nabi saw. bersabda: “Orang yang berjalan dengan kendaraan di bawah naungan (pohon di surga) itu selama seratus tahun maka ia tidak akan mampu mengelilinginya”.
- Dari Abu Said Al Khudri ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: “Sesungguhnya penduduk surga itu dapat melihat orang-orang yang berada di tingkatan atasnya sebagaimana kamu melihat bintang yang sangat cemerlang di langit yang tinggi dari arah timur dan dari arah barat sebab perbedaan tingkatan mereka”. Para sahabat berkata : “Ya Rasulullah saw., itu adalah tingkatan para Nabi yang tidak mungkin dicapai oleh orang lain selain Nabi”. Beliau bersabda: “Benar, demi Dzat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Jarak antara dua ujung panah di dalam surga lebih baik daripada segala apa yang terbit dan yang terbenam di atasnya matahari”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Anas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga atu terdapat pasar dimana setiap hari Jumat ahli surga mendatanginya. Di situ mereka tertiup angin dari selatan daan mengenai wajah dan pakaian mereka lalu mereka menjadi lebih : tampan dan indah. Lantas bila mereka pulang untuk menjumpai istrinya maka bertambah bagus dan indahlah mereka hingga astrinya , berkata: “Demi Allah, engkau benar-benar bertambah tampan/bagus dan indah”. Mereka pun menjawab: “Dan kamu, demi Allah sungguh telah bertambah tampan/ bagus dan bertambah indah sepeninggalanku tadi” (IR. Muslim).
- Dari Sahl bin Saad ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya ahli surga itu dapat melihat tingkatan-tingkatan yang ada di atasnya sebagaimana kamu melihat bintang yang berada di langit”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Sahl bin Sa’ad ra. ia berkata: “Saya telah menyaksikan Rasulullah saw. bercerita tentang surga hingga selesai di dalam suatu majlis, lalu pada akhir ceritanya beliau bersabda: “Di surga itu ada sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam benak hati manusia. Kemudian beliau membaca ayat: “TATAJAAFA JUNUUBUHUM ‘ANIL MADHAAJI’I sampai dengan ayat: “FALAA TA’LAMU NAFSUM MAA UKHFIYALAHUM MIN OURRATI A’YUNII. (QS. As Sajdah: 1617)”. (HR. Bukhari).
- Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Bila ahli surga telah masuk ke dalam surga, maka ia akari mendengar suara yang bunyinya: “Sesurngguhnya kamu semua akan hidup dan tidak akan mati untuk selama-lamanya. Sesungguhnya kamu sernua akan sehat dan tidak akan pernah sakit untuk selama-lamanya. Sesungguhnya kamu semua akan selalu muda terus dan tidak akan pernah tua untuk selama-lamanya. Sesungguhnya kamu semua akan selalu diliputi dengan kenikmatan dan tidak akan pernah terputus untuk selama-lamanya”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya tempat salah seorang di dalam surga yang paling rendah adalah dikatakan kepada mereka: “Sebutkan apa yang menjadi keinginanmu”. Maka ia menyebutkan keinginannya dan menghitung keinginannya. Lalu ditanyakan kepadanya: “Apakah kamu telah menyebutkan semua keinginanmu?”, ia menjawab: “Ya, sudah semua”.
Lalu dikatakan kepadanya: “Bagianmu adalah apa yang kamu inginkan dan yang sepadan dengan apa yang kamu inginkan”. (HR. Muslim).
- Dari Abu Said Al Khudri ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman kepada ahli surga: “Wahai ahli surga”. Mereka menjawab: “Labaik, wahai Tuhan kami, yang segala kebahagiaan dan kesenangan berada di tangan-Mu”. Lalu Allah bertanya: “Apakah kamu semua merasa puas?”. Mereka menjawab: “Bagaimana kami tidak puas, Engkau telah memberikan kepada kami segala seSuatu yang tidak Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu”. Allah bertanya : “Maukah kamu semua Aku berikan sesuatu yang lebih utama daripada semua itu?”. Mereka balik bertanya: “Apakah yang lebih utama dari semuanya itu?”. Allah berfirman: “Akan Aku tetapkan keridhaan-Ku untuk kamu semua, maka setelah itu Aku tidak akan pernah marah kepadamu untuk selama-lamanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Jarir bin Abdullah ra. ia berkata: “Kami bersama-sama Rasulullah saw. lalu beliau melihat bulan di malam bulan purnama, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu semua nanti akan melihat Tuhan dengan mata telanjang sebagaimana kamu melihat bulan ini dimana kamu semua tidak akan silau di dalam melihat-Nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Dari Syuhaib ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Jika. ahli surga telah masuk ke dalam surga, maka Allah berfirman: “Maukah Aku menambahkan sesuatu untukmu semua?“, Mereka menjawab: “Bukankah wajah . kami telah Engkau cerahkan ?, bukankah kamu telah Engkau masukkan dalam surga ?, dan bukankah Engkau telah menyelamatkan kami semua dari neraka?”. Kemudian Allah membuka tirai penutup-Nya. Tiada karunia yang lebih mereka senangi melebihi daripada melihat kepada Allah”, (HR. Muslim),
Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya Di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Doa mereka di dalam surga adalah: “SUBHAANALLAAH”” (Maha suci Engkau, ya Allah), dan salam penghormatan mereka adalah: “SALLAAMUN”, dan penutup doa mereka adalah: “ALHAMDU LILLAAHI RABBIL “AALAMIIN” (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)”.
“Segala puji bagi Allah Dzat yang telah memberi petunjuk untuk menyelesaikan tugas ini, dan kami tidak akan mendapatkan petunjuk andaikata Allah tidak memberi petunjuk kepada kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat pada Nabi Muhammad saw. yaitu hamba-Mu dan utusan-Mu yang ummi. Dan limpahkan pula rahmat kepada keluarga, istri-istri dan anak cucu Nabi Muhammad saw. sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula berkah kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Nabi yang ummi, keluarganya, istri-istrinya dan anak cucunya sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya di alam semesta ini, Engkaulah Dzat yang terpuji lagi Maha Agung”.
TAMAT