Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Tiada daya maupun kekuatan kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Maha Suci Engkau kami tidak memiliki ilmu kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa lagi Maha perkasa, Maha Mulia lagi Maha Pengampun, Maha Mengatur segala urusan, Maha Menentukan takdir, Yang Memasukkan siang hari dalam malam hari dan memasukkan malam hari dalam siang hari sebagai peringatan bagi orang-orang yang memiliki penglihatan dan akal.
Maha Suci la dan Maha Tinggi, raja yang Maha Agung, lagi Maha Perkasa, Qadim dan Azali lagi Maha Abadi, Maha Hidup lagi Maha Mengatur segala sesuatu, yang telah menetapkan atas makhluk-Nya kehidupan yang fana, kematian dan bencana, perubahan dari satu keadaan menuju keadaan yang lain, perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, Dialah Yang Maha Esa dalam kekekalan-Nya sepanjang zaman meski keadaan datang silih berganti dan umur telah berakhir.
Aku memuji-Nya sebagaimana la memuji diri sendiri dan sebagaimana para hamba-Nya yang ikhlas yang baik dari kalangan para malaikat yang didekatkan, para nabi dan rasul dan orang-orang yang saleh memuji-Nya.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada hamba dan rasul-Nya junjungan kami Muhammad yang terpilih yang la utus sebagai rahmat bagi alam semesta dan penutup para nabi beserta keluarga yang baik dan suci, para sahabat Muhajirin maupun Anshar dan para pengikut jejak mereka dengan baik sampai hari kiamat, hari di mana manusia dibagi menjadi dua golongan, satu golongan di surga dan yang lain di neraka.
Amma ba’du.
Inilah karya yang penuh berkah insya Allah, kami menulisnya dengan tujuan sebagai bahan renungan atas umur manusia yang telah berlalu juga perubahan yang ia alami dari satu fase ke fase lain sejak perpindahannya dari sulbi ke dalam rahim sampai ia menempati salah satu tempat yaitu surga atau neraka.
Allah swt telah memerintahkan Rasul-Nya saw untuk memberi peringatan dan la mensifatkan beliau saw sebagai pembawa peringatan, la menjadikan merenung termasuk sifat orang-orang beriman yang selalu berserah diri, takut kepada-Nya, berhati nurani dan dia bersaksi. Allah swt berfirman :
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa’at bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Adz Dzariyaat : 55)
“Maka tetaplah memberi peringatan dan kamu disebabkan ni’mat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenun dan bukan pula seorang gila.” (Qs. Ath Thuur : 29)
“Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfa’at, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran.” (QS. Al A’laa : 9-10)
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (Qs. Al Ghasyiyah : 21-22)
“Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (Qs. Ghafir / Mukmin : 13)
“Sesungguhnya pada yang demikian benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaaf : 37).
Kami telah mendengar riwayat bahwa ketika turun firman Allah : “Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan kamu sekali-kali tidak tercela.” (Qs. Adz Dzariyaat : 54) Rasulullah saw sangat bersedih beliau saw khawatir kalau sudah dekat siksa diturunkan atas mereka dan beliau saw berputus asa untuk membimbing mereka, maka sesudah ayat ini Allah swt menurunkan firman-Nya : “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa’at bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Adz Dzariyaat : 55).
Hingga Rasulullah saw sangat gembira dan kegembiraan ini nampak di wajah beliau saw, semua ini tak lain karena rasa kasih sayang terhadap seluruh alam semesta yang Allah swt tanamkan pada diri beliau saw juga keinginan beliau saw yang mendalam untuk menasehati mereka dan agar mereka mau menerima petunjuk kebenaran, karena tujuan Allah mengutus beliau saw kepada mereka sebagai pembawa rahmat dan la mensifatkan beliau saw dengan sifat ini dalam kitab-Nya : “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang mu’min.” (Qs. Ath Taubah : 128).
Beliau saw sangat bersedih atas penolakan mereka terhadap kebenaran ini, hal ini disebutkan dalam firman Allah swt : “Maka (Apakah) barangkalikamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling , sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an ).” (Qs. Al Kahfi : 6)
Sesungguhnya umur adalah jangka waktu suatu masa seperti yang Allah firmankan : “Katakanlah: “Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu. “Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (Qs. Yunus : 16)
Umur ini adalah empat puluh tahun sejak kelahiran beliau saw sampai Allah swt mengutus beliau saw sebagai seorang rasul yang saat itu beliau saw tinggal bersama kaumnya di kota Mekkah.
Menurut kami sebaiknya kami membagi umur manusia yang panjang dan yang saling berjauhan kedua ujungnya ini menjadi lima umur, dan pada setiap fasenya seseorang mengalami berbagai macam keadaan yang tidak ia alami di fase yang lain, dan dalam setiap fase ia mengalami perkembangan yang berbeda-beda mengenai apa yang ia ketahui dan apa yang tidak ia ketahui , Allah swt berfirman : “Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al Waaqi’ah : 61).
Padahal sebenarnya umur yang ia alami adalah umur yang sama bukan yang lainnya meskipun keadan-nya berbeda-beda dan datang silih berganti, ia memiliki kesadaran yang sama juga menyadari setiap kejadian yang baik maupun yang buruk yang menimpanya sama halnya dengan pahala dan hukumannya.
Sebenarnya sudah lama terlintas di benak kami untuk menulis kitab ini, kemudian kami berniat untuk mengakhirkannya sampai pada usia enam puluh tiga tahun yang merupakan masa usia Rasulullah saw menurut riwayat yang shahih, tetapi ada yang berpendapat usia beliau saw enam puluh tahun dan ada juga yang berpendapat enam puluh lima tahun.
Masa usia itu telah berlalu dan sekarang telah mencapai enam puluh tujuh tahun lebih beberapa bulan, maka kami memohon kepada Allah swt kebaikan dan keberkahan umur dan akhir yang baik, kami berlindung kepada Allah swt dari keburukannya, fitnahnya dan akhir yang buruk sesungguhnya la sebaik-baik tempat memohon dan harapan yang termulia.
Kami memohon kepada-Nya Dzat Yang Maha Suci dan meminta-Nya dengan sangat agar la tetap menghidupkan kami selagi kehidupan itu lebih baik bagi kami dan mematikan kami selagi kematian itu lebih baik bagi kami.
Ya Allah, janganlah Engkau mematikan kami untuk disiksa dan janganlah Engkau tangguhkan ajal kami untuk mendapatkan cobaan, ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kehidupan terbaik dan kematian terbaik juga masa terbaik di antara keduanya, kami berlindung kepada-Mu dari kehidupan yang buruk dan kematian yang buruk juga masa yang buruk di antara keduanya, hidupkanlah kami seperti hidupnya orang-orang yang berbahagia, kehidupan orang-orang yang Engkau senangi kehidupannya, matikanlah kami seperti matinya para syuhada’ dan matinya orang-orang yang Engkau senangi pertemuan dengannya.
Tutuplah usia kami dengan akhir yang baik dalam kelembutan dan keselamatan begitu juga orang-orang yang kami cintai dan para pecinta kami, orang-orang yang setia kepada kami karena-Mu serta seluruh kaum muslimin wahai Dzat Yang Maha Penyayang, aamiin.
Buku ini kami beri judul : “Sabilul Iddikar wal i’tibar bima yamurru bil insan waa yanqadhi lahu minal a’mar.”
Kami memohon kepada Allah Ta’alaa agar la berkenan menyebarkan manfaatnya secara merata dan menjadikannya ikhlas semata-mata karena-Nya Yang Maha Mulia, sebagai pendekat untuk keridhaan-Nya dan berada di sisi-Nya di surga berkat karunia dan rahmat-Nya, kemurahan dan kemuliaan-Nya sesungguhnya la Maha Pemurah, Maha Mulia, Maha Baik lagi Maha Penyayang.
Inilah permulaan inti pembahasan kitab ini, hanyalah Allah swt Yang Memberi pertolongan dan kemudahan, Yang Menunjukkan kepada jalan yang benar, dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah swt. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nyalah aku kembali, Dialah Tuhanku tiada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku berserah diri dan hanya kepada-Nya aku bertaubat.
Ketahuilah kami telah mengamati sekilas pandang usia yang telah dialami manusia dan kami mendapatinya kembali kepada lima fase, masing-masing terdapat batasnya dan di setiap fase manusia mengalami perubahan keadaan, dalam hal ini setiap orang mengalami perbedaan juga persamaan keadaan.
Umur pertama : Sejak Allah menciptakan Adam as dan menanamkan di punggung beliau keturunannya golongan yang bahagia maupun yang celaka, keturunan ini terus berpindah dari satu sulbi ke rahim dari satu rahim ke sulbi yang lain sampai masing-masing keluar dari bapak ibunya.
Umur kedua : Sejak keluarnya manusia dari kedua orang tuanya ke dunia ini sampai kematiannya dan keluarnya dari dunia ini.
Umur ketiga : Sejak keluarnya manusia dari dunia sebab kematian sampai Allah membangkitkannya dengan tiupan sangkakala dan masa ini disebut masa Barzah.
Umur keempat : Sejak keluarnya manusia dari kubur atau dari tempat manapun yang dikehendaki Allah dengan tiupan sangkakala untuk hari kebangkitan sampai dikumpulkan di hadapan Allah untuk ditimbang dan dihisab juga melewati sirath, mengambil buku amalan dan peristiwa kiamat yang dahsyat lainnya.
Umur kelima : Sejak masuknya manusia dalam surga untuk selamanya dan inilah umur yang tiada batasnya atau sejak masuknya penduduk neraka dalam neraka.
Di dalamnya keadaan mereka berbeda-beda ada yang menetap selamanya tanpa batas akhir di dalamnya, merekalah orang-orang kafir dan keadaan merekapun juga berbeda beda ada juga yang keluar darinya, merekalah orang-orang beriman yang bermaksiat, baik karena mendapat syafaat atau dengan cara yang lain seperti yang akan kami terangkan di tempatnya yaitu umur kelima.
Kami akan menjelaskan secara singkat satu persatu umur ini sesuai dengan waktu dan tempat tanpa bertele-tele juga tidak terlalu singkat hingga kosong dari faedah-faedah utama yang menimbulkan pertanyaan dan sangat perlu untuk dijelaskan, tetapi untuk penjelasan yang panjang lebar secara keseluruhan tidak ada jalan untuk itu karena menimbulkan penjelasan yang sangat panjang dan bisa membosankan.
Allah telah mengeluarkan keturunan ini dari punggung Adam setelah la menitipkannya di dalamnya ketika la mengeluarkan mereka bersamaan untuk mengadakan perjanjian pengikraran akan keesaan dan ketuhanan, peristiwa ini terjadi di lembah Nu’man yaitu sebuah lembah di dekat padang Arafah seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya : “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Qs. Al-A’raaf : 172)
Disebutkan dalam sebuah riwayat : “Ketika Allah swt mengambil persaksian atas mereka (para anak cucu Adam as), la menuliskan sebuah tulisan atas perjanjian ini dan menyimpannya di dalam Hajar Aswad, inilah arti ucapan orang yang hendak mencium Hajar Aswad saat bertawaf di Ka’bah : “Ya Allah, kami beriman kepada-Mu, memenuhi janji-Mu dan mempercayai kitab-Mu.”
Sudah tidak diragukan lagi hal ini menunjukkan bahwa benih manusia kala itu memiliki wujud, pendengaran dan ucapan tetapi wujud ini berada di tingkatan lain bukan seperti wujud sewaktu ia keluar ke dunia karena tingkatannya banyak sekali hal ini sebagaimana yang diketahui oleh para pakarnya.
Telah diriwayatkan dari Rasulullah saw : “Bahwa beliau saw telah menjadi nabi sedangkan Adam as masih antara air dan tanah, antara ruh dan jasad, dan beliau saw ikut turun bersama Adam ketika beliau diturunkan, dan beliau saw ikut bersama Nuh as ketika beliau menaiki kapal dan juga bersama Ibrahim as ketika beliau dilempar di kobaran api Namrud.”
Hal ini meskipun berlaku secara umum pada seluruh keturunan yang kala itu berada dalam sulbi para nabi tersebut tetapi wujud Rasulullah saw di dalamnya lebih sempurna.
Hal ini beliau saw ketahui dan perasaan di masa itu masih melekat bersama beliau saw sampai beliau muncul di alam duniawi ini dan ungkapan beliau ini menunjukkan keunggulan beliau saw dibandingkan makhluk lainnya karena keistimewaan yang ada pada diri beliau saw dan sebab itulah beliau saw mengingatkan akan keistimewaannya.
Adapun keturunan lainnya bisa dikatakan mereka juga masih merasakan perasaan yang ada di saat itu terutama saat perjanjian tetapi tidak melekat pada kesadaran mereka sebagaimana yang melekat pada diri Nabi saw. Sudah pasti keturunan ini sudah ada di punggung Adam as meskipun sewaktu beliau as masih di surga, hal ini diterangkan dalam hadits syafaat : “Bukankah yang mengeluarkan kalian dari surga tak lain dosa bapak kalian Adam as.”
Disebutkan dalam riwayat tentang hujjah Nabi Musa as terhadap Nabi Adam as : “Engkaulah yang telah mengeluarkan manusia dari surga karena dosamu.”
Juga diriwayatkan : “Sesungguhnya Allah swt ketika mengeluarkan manusia dari sulbi Adam as para malaikat as melihat mereka yang mana manusia telah memenuhi dataran dan lembah-lembah, para malaikat berkata : “Wahai Tuhan kami, dunia tidak akan cukup untuk mereka,” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku menjadikan untuk mereka kematian,” mereka berkata : “Kalau begitu tidak akan nyaman kehidupan mereka,” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku menjadikan untuk mereka angan-angan.”
Juga diriwayatkan : “Sesungguhnya ketika Allah mengeluarkan manusia dari sulbi Adam as, beliau melihat salah seorang dari mereka berwajah tampan lalu beliau bertanya tentang dia, dijawab : “Dialah anakmu Dawud as,” Adam as bertanya kepada Tuhannya : “Berapa umur yang Engkau tetapkan bagi Dawud as ?” Allah menjawab : “Enam puluh tahun,” beliau meminta Tuhannya untuk memberinya tambahan umur, lalu Allah berkata : “Inilah yang Aku tetapkan baginya,” lalu Adam as berkata : “Aku tambahkan untuknya dari umurku empat puluh tahun,” sedangkan Allah swt telah menetapkan umur Adam as selama seribu tahun.”
Ketika Nabi Musa as melihat dalam kitab Taurat sebuah umat yang disifatkan dengan sifat-sifat yang terpuji dan mulia, beliau bertanya kepada Tuhannya tentang umat itu : “Siapakah umat ini ? Dan siapakah Nabinya ? Dan beliau meminta agar umat ini dijadikan sebagai umatnya.
Allah swt menjawab : “Itulah umat Ahmad saw,” lalu beliau meminta Tuhannya untuk menampakkan umat itu di hadapannya, Allah berkenan menampakkan mereka di hadapannya.”
Riwayat ini akan disebutkan secara lengkap di pemba hasan terakhir umur ini, riwayat ini disebutkan dalam salah satu kitab tafsir ketika pada ayat yang artinya : “Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thuur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Qashash : 46).
Jadi, sudah jelas dari apa yang kami terangkan dan yang belum kami terangkan yang mengungkap bahwa manusia telah memiliki wujud sebelum mereka keluar ke alam dunia. ini dan bahwa Rasulullah saw dalam hal ini memiliki wujud yang paling sempurna. Inilah yang disebutkan oleh paman Rasulullah saw Al Abbas ra dalam bait syair memuji Rasulullah saw di antara isinya :
Sebelumnya engkau tinggal dengan nyaman dalam naungan dan
dalam simpanan ketika lembaran masih putih
lalu engkau turun di bumi ini sedangkan dirimu belum menjadi manusia
belum menjadi gumpalan daging maupun gumpalan darah
tetapi masih berupa nutfah yang menaiki kapal Nuh dan telah
menghancurkan berhala nasar dan menenggelam-kan pemujanya
Engkau berpindah dari sulbi yang satu ke rahim yang lain
Apabila suatu alam telah lewat diganti oleh alam selanjutnya
Hingga pada bait :
Sampai tiba dalam rahim terbaik yang mengandungmu
Rahim khindif yang agung yang tidak dapat diukur kata-kata.
Nasar adalah patung kaum Nabi Nuh as, sedangkan Khindif adalah isteri Ilyas bin Mudlar nenek Rasulullah saw.
Diriwayatkan bahwa Adam as mendengar bacaan tasbih dari cahaya Rasulullah saw dalam bentuk siulan di sulbi beliau seperti siulan suara burung, ketika Hawa mengandung Syits as cahaya itu berpindah kepada Hawa lalu berpindah kepada Syits as, kemudian terus berpindah cahaya itu pada sulbi-sulbi yang suci dan rahim-rahim yang mulia sampai terlahirlah Rasulullah saw dari kedua orang tuanya yang mulia tanpa tersentuh sedikitpun oleh kotoran dan perbuatan najis masa Jahiliyah, yang kala itu penduduknya melakukan pernikahan yang batil tetapi Allah swt mensucikan beliau dari hal semacam ini, dan seperti yang disabdakan oleh beliau saw : “Aku terlahir dari pernikahan dan bukan terlahir dari perbuatan zina.”
Disebutkan dalam tafsir mengenai firman Allah : “Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Qs. Syuaraa’ : 218-219)
Ibnu Abbas ra berkata : “Bahwa itulah perpindahan beliau saw dari sulbi seorang nabi ke sulbi nabi yang lain seperti Ismail, Ibrahim, Nuh, Syits, dan Adam as.” Dalam hal ini sama sekali tidak ada perbedaan pendapat.
Adapun pertemuan beliau saw dengan Nabi Adam as di langit dunia ketika malam Mi’raj kala itu beliau saw dalam umurnya di dunia sedangkan Nabi Adam di Barzah.
Sedangkan bayangan hitam yang beliau saw lihat dari sebelah kanan dan sebelah kiri Adam as, ketika beliau saw bertanya tentangnya dan dikatakan : “Itulah keturunannya.” Disimpulkan mereka adalah orang-orang yang telah meninggal dunia dan nampaklah perbedaan amal perbuatan mereka atau bisa juga bermakna yang lain.”
Adapun pertemuan Nabi Musa as dengan Nabi Adam as sewaktu menghujatnya ini bisa diartikan ketika itu keduanya berada di alam barzah tetapi bisa juga bermakna yang lain, hanyalah Allah Yang mengetahui perkara yang sesungguhnya.
********
Penutup Umur Ini
Wahab bin Munabih berkata : “Ketika Musa as membaca lempengan (taurat) beliau menjumpai di dalamnya keutamaan umat Muhammad saw.
la bertanya : “Wahai Tuhan, siapakah umat Muhammad yang aku dapati dalam lempengan taurat ini ?”
Allah swt menjawab : “Merekalah umat Ahmad, mereka rela menerima rezki sedikit yang Aku berikan kepada mereka dan Aku rela menerima dari mereka amalan yang sedikit, Aku masukkan salah seorang dari mereka ke dalam surga hanya dengan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.”
Ia berkata : “Sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat kelak di hari kiamat mereka akan dibangkitkan sedangkan wajah mereka bagai bulan purnama, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad kelak di hari kiamat aku bangkitkan mereka dalam keadaan wajah, leher dan kaki mereka bercahaya karena bekas wudhu dan sujud.”
Ia berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat yang mana selendang mereka pada punggung mereka, pedang mereka di pundak mereka, mereka orang-orang yang bertawakkal dan penuh keyakinan, mereka bertakbir di puncak tempat ibadah mereka, mereka berjihad dengan segala kesungguhan hingga mereka akan memerangi Dajjal jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat dalam sehari semalam mereka shalat lima waktu, terbagi lima waktu di siang hari, pintu-pintu langit terbuka untuk mereka dan rahmat turun atas mereka, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt menjawab : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan sebuah umat yang mana bumi menjadi tempat sembahyang dan bersuci mereka, mereka dihalalkan mendapatkan harta rampasan perang, jadikanlah mereka umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat yang berhaji untuk-Mu di Baitul Haram, mereka tidak mendapat apapun di tempat itu, mereka menangis tersedu-sedu dan mereka bertalbiyah dengan suara serentak, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
Ia bertanya : “Lalu apa yang Engkau berikan kepada mereka atas perbuatan ini?”
Allah swt berkata : “Aku tambahkan ampunan untuk mereka dan Aku memberi mereka syafaat untuk orang-orang di belakang mereka.”
Ia berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat yang tidak mengerti apa apa, impian mereka sedikit sekali, mereka memberi makan hewan tunggangan, mereka meminta ampun atas dosa-dosa mereka, seorang dari mereka mengangkat sesuap makanan ke mulutnya, tidaklah makanan itu sampai masuk ke dalam perut melainkan ia telah diampuni, ia memulainya dengan menyebut nama-Mu dan mengakhirinya dengan memuji-Mu, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
Ia berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat yang kelak di hari kiamat lebih dahulu masuk surga sedangkan mereka adalah yang paling terakhir diciptakan, wahai Tuhan jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat kitab suci mereka ada dalam hati dan mereka membacanya, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat, bila seorang dari mereka berniat melakukan satu kebaikan tetapi tidak sempat melakukannya, maka akan dicatat satu kebaikan untuknya, bila ia melakukannya akan dituliskan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat tidak seorang dari mereka berniat melakukan kejelekan tetapi tidak sempat ia lakukan, maka tidak dituliskan dosa untuknya dan bila ia melakukannya hanya ditulis satu kejelekan saja, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Itulah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat, mereka adalah sebaik baik manusia, mereka menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemunkaran, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt berkata : “Mereka adalah umat Ahmad.”
la berkata : “Wahai Tuhan, sesungguhnya aku dapati dalam lempengan taurat sebuah umat, kelak di hari kiamat merek akan dibangkitkan menjadi tiga golongan : satu golongan masuk surga tanpa perhitungan, satu golongan akan diperhitungkan dengan perhitungan yang mudah, dan segolongan lagi akan dihukum, kemudian mereka akan masuk surga, jadikanlah mereka sebagai umatku.”
Allah swt : “Mereka adalah umat Ahmad.”
Musa as berkata : “Wahai Tuhan, Engkau bentangkan seluruh kebaikan ini untuk Ahmad dan umatnya, jadikanlah aku termasuk dalam umatnya.”
Allah swt berkata : “Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu dengan risalah-Ku dan firman-Ku kepada manusia, maka terimalah apa yang telah Aku berikan kepadamu dan jadilah sebagai orang-orang yang bersyukur.”
Dari ibnu Abbas ra berkata : “Suatu hari Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabatnya : “Apa pendapat kalian mengenai ayat ini : “Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thuur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Qashash : 46)
Mereka menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau saw berkata : “Ketika Allah swt berdialog dengan Musa as, ia bertanya : “Wahai Tuhan, apakah Engkau menciptakan makhluk yang lebih mulia di sisi-Mu daripada aku ? Engkau telah memilihku di antara manusia dan Engkau telah berbicara langsung denganku di bukit Tursina.”
Ia menjawab : “Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwa Muhammad lebih mulia di sisi-Ku dari seluruh makhluk-Ku, sesungguhnya Aku telah melihat hati hamba-hamba-Ku, Aku tidak menjumpai sebuah hati lebih merendah daripada hatimu, oleh karena itu Aku memilihmu di antara manusia dengan risalah dan firman-Ku, oleh karena itu hendaknya engkau mati dalam keadaan bertauhid dan mencintai Muhammad.”
Musa as bertanya : “Wahai Tuhan, apakah di kalangan kalangan umat-umat ada yang lebih mulia di sisi-Mu daripada umatku, Engkau telah memberi mereka naungan awan dan Engkau telah menurunkan burung-burung kepada mereka?”
Allah swt menjawab : “Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui bahwa keutamaan umat Muhammad dibanding umat-umat lain seperti keutamaan-Ku atas seluruh makhluk-Ku.”
Musa as bertanya : “Wahai Tuhan, apakah aku bisa melihat mereka?”
Allah swt menjawab : “Engkau tidak dapat melihat mereka, tetapi jika engkau ingin mendengar suara mereka akan Aku perkenankan.”
Musa as berkata : “Sungguh aku menginginkannya.”
Allah swt berkata : “Wahai Umat Muhammad,” merekapun seluruhnya menjawab serentak : “Kami penuhi panggilan-Mu ya Allah,” sedangkan mereka masih dalam tulang sulbi nenek moyang mereka.
Kemudian Allah swt berkata : “Shalawat dan salam Ku untuk kalian, rahmat-Ku telah mendahului murka-Ku, ampunan-Ku telah mendahului siksa-Ku, sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian sebelum kalian memohon ampun kepada-Ku, Aku telah kabulkan doa kalian sebelum kalian berdoa kepada-Ku dan Aku telah memberi kalian sebelum kalian meminta kepada-Ku, barangsiapa si antara kalian yang menemui Aku dengan bersaksi Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, niscaya Aku ampuni dosa dosanya.”
Kemudian Allah swt ingin menunjukkan karunia-Nya kepadaku akan hal itu, Allah swt berfirman : “Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Qashash : 46)
Hal ini mengenai umatmu sehingga Kami per-dengarkan Musa as suara mereka.
Hal ini disebutkan oleh Syeikh Al Arif Billah Abdul Aziz Ad Diraini ra dalam kitab Taharatul qulub.
Inilah pertengahan dari semua tahapan umur itu dan inilah intinya, umur ini adalah masa taklif atau masa kewajiban untuk menjalankan perintah dan larangan Allah yang membuahkan pahala dan hukuman, kenikmatan yang abadi di sisi Allah atau siksa yang abadi dan jauh dari Allah.
Dalam umur ini terdapat banyak perbedaan pada manusia dari segi waktu yang ditetapkan lama dan pendeknya, oleh karena itu umur ini sebagai langkah permulaan yang menyerupai alam barzah yang mana di dalamnya nampak beberapa hal yang berkaitan dengan akhirat yang menunjukkan titik perbandingan setelah kebangkitan nanti dan juga tersisa di dalamnya sedikit dari urusan duniawi yang ada pada manusia sebelum kematiannya.
Permulaan yang kami sebutkan dalam umur ini adalah masa kehamilan karena di masa ini akan nampak sedikit makna urusan duniawi yang akan nampak pada seseorang sekeluarnya ia dari perut ibunya, juga melekat padanya makna wujud seseorang dalam sulbi-sulbi dan rahim-rahim yang dahulunya mengalami perpindahan sebelum akhirnya ia muncul dalam perut ibunya melalui kehamilan.
Allah swt telah menyebutkan hal ini maksudku kehamilan juga proses perubahan yang ada di dalamnya lebih dari satu ayat dalam Al Qur’an, Allah swt berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami jadikan Kami jadikan bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Qs. Al Mukminuun : 12-14) Allah swt berfirman : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (Qs. Al Hajj : 5)
Banyak pula riwayat-riwayat hadits yang menyebutkan hal ini dari Rasulullah saw , di antara yang paling lengkap adalah riwayat Abdullah bin Mas’ud ra yang disebutkan dalam shahihain, ia berkata : “Rasulullah saw bersabda kepada kami dan beliau adalah seorang yang jujur lagi terpercaya : “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya menjadi air mani selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah dalam jumlah waktu yang sama, kemudian menjadi segumpal daging dalam jumlah waktu yang sama, kemudian Allah mengirimkan seorang malaikat kepadanya, ia meniupkan ruh padanya, ia disuruh menuliskan empat ketentuan, menulis rezkinya, ajalnya, amalannya, celaka atau bahagianya, demi Dzat yang Tiada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seorang dari kalian melakukan amal perbuatan penduduk surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya tinggal sehasta, lalu keluarlah ketentuan, kemudian ia melakukan amal perbuatan penduduk neraka dan akhirnya masuklah ia ke dalam neraka, sesungguhnya seorang dari kalian melakukan amal perbuatan penduduk neraka hingga jarak antara dia dengan neraka tinggal sehasta, lalu keluarlah ketentuan, kemudian ia melakukan amal perbuatan penduduk surga dan akhirnya masuklah ia ke dalam surga.” (HR. Bukhari Muslim)
Keterangan dalam hadits shahih ini seharusnya membuat orang-orang taat lagi berbuat baik lebih khawatir apalagi para ahli maksiat yang selalu berbuat kejelekan.
Kemudian manusia akan tinggal dalam perut ibunya sampai waktu yang dikehendaki oleh Allah, ia keluar darinya bisa dalam waktu sedikitnya masa kehamilan atau waktu yang paling lama atau waktu yang relatif yaitu sembilan bulan, bila ia telah keluar dari perut ibunya itulah merupakan umur duniawinya yang pertama. Allah swt telah menyebutkan permulaan umur ini dalam kitab-Nya berikut perpindahan manusia dari satu fase ke fase lain dari satu keadaan ke keadaan yang berbeda, Allah swt berfirman : “Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.” (Qs. Al Hajj : 5)
Dalam ayat lain disebutkan : “Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu, (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (Qs. Ghafir / Mukmin : 67)
Banyak sekali ayat-ayat yang menyebutkan hal ini.
Jadi, manusia dalam usia ini berpindah dari masa kecil sampai dewasa melalui usia atau mimpi basah, kemudian menjadi seorang pemuda, lalu menjadi paruhbaya sampai berusia lanjut hingga tua renta sampai masa yang dikehendaki Allah seperti yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya.
Bila manusia telah dilahirkan dari perut ibu ia akan menangis hal ini disebabkan pukulan setan yang terla’nat yang mana tak seorangpun terlepas dari pukulan ini kecuali Isa bin Maryam as dan ibunya, hal ini karena Allah telah melindungi keduanya dari pukulan itu melalui keterangan ibu Maryam isteri Imran : “Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk . ” (Qs. Ali Imran : 36)
Sama seperti yang diterangkan dalam riwayat hadits. Sesungguhnya iblis telah datang untuk menusuknya dan ternyata tusukannya hanya mengenai penghalang saja.
Termasuk sunnah yang dianjurkan adalah mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi, dan mengumandangkan iqamah di telinga kirinya dengan tujuan untuk mengingatkannya akan fitrah yang telah Allah ciptakan manusia dalam keadaan itu yaitu tauhid.
Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Allah swt berfirman : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah) yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (QS. Ar-Ruum : 30)
Termasuk perkara yang sangat dianjurkan bagi kedua orang tua adalah melindungi anaknya dari segala sesuatu yang dapat mengeluarkannya dari batas fitrah, berusaha sebisa mungkin mendidiknya dengan baik dan menjauhkannya dari para penyusu yang buruk karena air susu dapat merubah tabiat seperti yang telah diterangkan dalam riwayat hadits. Hendaknya keduanya menanamkan dalam hati-nya keagungan syiar agama, batas-batas Allah swt, cinta kebaikan, cinta melakukannya, cinta orang-orang yang baik, dan keduanya mendorongnya untuk melakukannya, juga berusaha menanamkan kebencian kepada kejelekan, perbuatannya dan para pelakunya.
Jangan sampai keduanya menanamkan dalam hatinya cinta dunia, godaannya, condong untuk menikmatinya dan hendaknya keduanya tidak membantunya mewujudkannya karena hal ini termasuk perbuatan jelek terhadapnya dan memalingkannya dari jalan yang lurus.
Hendaknya keduanya menyuruhnya shalat, puasa semampunya bila ia telah berumur tujuh tahun dan memukulnya di umur sepuluh tahun bila ia berani meninggalkannya, menghalanginya bergaul dengan teman teman yang tidak baik juga orang-orang yang lalai baik yang masih kecil ataupun yang dewasa, memberi perhatian khusus dalam mengawasinya terutama bila sudah mulai bisa membedakan, berusaha membimbingnya bertutur kata dan berperilaku yang baik agar ia tumbuh dengan akhlak yang baik, berusaha menanamkan pada dirinya kebiasaan kebiasaan baik hingga sewaktu ia menginjak dewasa akan mudah baginya untuk melakukannya karena kebaikannya sudah menjadi kebiasaan, kebanyakan tugas-tugas yang penting di masa-masa ini berkaitan erat dengan orang tua dan para pengasuhnya.
Termasuk perkara yang penting adalah menjaga anak kecil dari anak-anak yang bukan berasal dari golongan yang baik dan lingkungan yang baik, seperti yang telah dikatakan : “Kebanyakan rusaknya tingkah laku anak-anak timbul dari teman-teman sejawat mereka.”
Imam Hujatul Islam telah menyebutkan di bab Riyadhatun Nafsi dalam kitab Ihya’nya sebuah keterangan yang memuaskan bagaimana cara melatih dan menerapkan pendidikan yang baik terhadap anak-anak. Masa sejak ia dilahirkan sampai menginjak dewasa adalah masa keringanan dari Allah, tidak ada taklif (paksaan) bagi anak-anak untuk melakukan shalat ataupun puasa dan perintah agama lainnya kecuali perintah kepada orang tua untuk mendidik mereka tentang perintah agama.
Disebutkan dalam hadits : “Telah diangkat pena (catatan amalan) dari tiga orang : anak kecil sampai usia baligh, orang yang tertidur sampai ia bangun dan orang gila sampai ia sadar.”
Hal ini merupakan karunia dan keringanan dari Allah. Amal kebaikan yang dilakukan oleh anak kecil sebelum baligh akan dicatat dalam buku amalan kedua orang tuanya yang Islam.
Bila keduanya mendidiknya dan merawatnya dengan baik, maka ada harapan dari karunia Allah swt Ia tidak akan menghalangi keduanya mendapat pahala, amal saleh anaknya setelah ia dewasa bahkan masih ada harapan dari karunia Allah bahwa keduanya akan mendapatkan pahala yang sama seperti pahalanya.
Hal ini seperti yang diisyaratkan oleh riwayat hadits mengenai mengajak orang lain pada kebaikan, sudah pasti keduanya telah mengajak anaknya pada jalan yang benar selama keduanya menunaikan haknya dengan memberi pendidikan yang baik, menyuruhnya pada kebaikan dan melarangnya melakukan perbuatan yang buruk. Wallahu a’lam.
Bila anak kecil telah akil baligh berarti ia telah menjadi seorang mukallaf yaitu ia terkena kewajiban dari Allah melalui perintah dan larangan, janji dan ancaman, pahala dan hukuman, Allah juga menyuruh kedua malaikat penjaganya untuk menulis kebaikan dan kejelekannya, yang satu di sebelah kanan yaitu yang menulis kebaikan dan yang satu lagi di sebelah kirinya yaitu yang menulis kejelekan.
Allah swt berfirman : “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs . Al Infithaar : 10-12)
Allah swt berfirman : “(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qs . Qaaf : 17-18)
Keduanya telah diperintah untuk mengawasi seluruh ucapan dan tingkah lakunya, yang baik maupun yang buruk semasa hidupnya sampai ia meninggal dunia, kemudian keduanya akan menyertainya kelak di hari kiamat ketika ia berdiri di hadapan Allah swt dan keduanya bersaksi untuknya dan juga bersaksi atas keburukannya.
Allah swt berfirman : “Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi.” (Qs. Qaaf : 21)
Hendaknya seorang ayah atau pengasuhnya meng ingatkan kembali anaknya saat menginjak dewasa tentang ilmu keimanan, perintah dan larangan bila sebelumnya mereka telah mengajari anaknya tentang perkara ini sebelum ia baligh karena saat ini ia telah berada di fase yang lain juga keadaan yang berbeda.
Meskipun ia telah dewasa dan telah menjadi seorang yang dikenai taklif perintah Allah swt, ia masih membutuhkan tambahan motivasi dan nasehat mengenai perkara di atas dari kedua orang tuanya juga kewajiban lainnya seperti shalat, puasa, meninggalkan perkara haram seperti zina, homo seksual, meminum minuman keras, merampas harta orang lain dengan cara yang batil seperti riba’, mencuri, berkhianat dan lain sebagainya.
Hal-hal ini meskipun termasuk perkara yang harus diketahui oleh seorang yang telah menginjak akil baligh, tetapi bila sebelum baligh ia tidak pernah mengenalnya, maka kewajiban orang tua menganjurkannya untuk mempelajarinya dan mengamalkannya melalui nasehat entah dengan cara mewajibkannya atau menganjurkannya dengan sangat, cara semacam ini berbeda-beda sesuai keadaan orang tua dan anak-anaknya.
Bila seorang anak telah menginjak akil baligh berarti ia telah memasuki permulaan masa remaja yang mana ia penuh semangat dan kuat, sudah sepantasnya di usia ini ia lebih banyak melakukan amal kebajikan dan menghindari kemaksiatan karena ia masih memiliki semangat yang tinggi dan kekuatan fisik yang masih sempurna juga usia yang masih muda, di samping itu usia ini merupakan masa yang membahayakan dan menghawatirkan karena kebanyakan pemuda di usia ini mereka lebih condong kepada kesenangan duniawi yang fana dan bermalas-malasan melakukan amal saleh.
Jarang sekali dijumpai remaja yang tumbuh dalam keadaan istiqomah dan taat, yang antusias beramal saleh dan meninggalkan kesenangan duniawi yang fana.
Oleh karena itu diriwayatkan dalam hadits : “Tuhanmu takjub terhadap seorang pemuda yang tidak ada dosanya.”
Bahkan Rasulullah saw menggolongkan pemuda yang tumbuh dalam lingkup ibadah kepada Allah termasuk salah satu dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya di hari tiada naungan kecuali naungan-Nya.
Diriwayatkan bahwa Allah swt berkata : “Wahai yang meninggalkan kesenangannya demi Aku, engkau bagi-Ku seperti salah seorang malaikat-Ku.”
Jadi, sudah menjadi kewajiban seorang pemuda untuk benar-benar memelihara masa mudanya dari perbuatan yang dapat menjerumuskannya dalam murka Allah dan dari siksa-Nya yang pedih, hendaknya ia juga menjadikan masa mudanya sebagai tangga untuk menggapai ridha Allah swt dan pahalanya yang besar.
Hendaknya ia mengikuti wasiat Rasulullah saw karena beliau saw adalah orang yang paling menyayangi diri kita melebihi diri kita sendiri, bapak dan ibu kita, beliau saw bersabda : “Pergunakanlah lima perkara sebelum (datangnya lima perkara) : “Masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum masa sakitmu, waktu luangmu sebelum kesibukanmu, kekayaanmu sebelum kefakiranmu, dan hidupmu sebelum matimu.” Nabi saw bersabda : “Tidaklah melangkah kaki seorang hamba di hari kiamat hingga ia ditanyai tentang lima perkara : Tentang umurnya kemana ia habiskan? Masa muda-nya untuk apa ia pergunakan? Dan hartanya darimana ia memperolehnya dan kemana ia belanjakan?”
Masa muda adalah masa untuk memperoleh berbagai macam keutamaan, ilmu-ilmu dan memperoleh kedudukan yang tinggi dalam agama dan lain sebagainya, salah seorang penyair menyinggung masalah ini :
Bila seorang pemuda telah mencapai usia dua puluh tahun Sedangkan ia belum mendapat prestasi yang membanggakan, maka tiada kebanggaan baginya.
Penyair lain berkata :
Bila engkau tidak dapat menjadi mulia di masa mudamu,
Maka selama hidupmu engkau tidak akan mendapat kemuliaan,
Bukankah masa gemilang dalam umurmu hanyalah di usia mudamu,
Ambillah darinya prestasi dan janganlah engkau menyia – nyiakannya.
Para salaf saleh yang berumur panjang dalam keadaan ibadah dan taat kepada Allah, mereka menganjurkan para pemuda untuk memanfaatkan masa muda mereka : “Pergunakanlah masa muda kalian sebelum kalian menjadi seperti kami saat ini.” Maksud mereka di usia yang tua renta nan lemah tidak dapat melakukan banyak amal saleh padahal di usia mereka yang demikian mereka telah mendahului para pemuda dalam berlomba-lomba menuju jalan Allah dan bersungguh-sungguh dalam mentaati-Nya.
Kemudian seorang pemuda akan berpindah dari masa muda ke masa dewasa, di masa inilah usia seseorang akan matang dan telah mencapai kesadaran yang sempurna.
Ibnu Al Jauzi telah membagi umur menjadi lima bagian :
- Masa kecil sampai ia menginjak umur lima belas tahun.
- Masa remaja (umur lima belas tahun) sampai ia menginjak umur tiga puluh lima tahun.
- Masa dewasa (umur tiga puluh lima tahun) sampai ia menginjak umur lima puluh tahun.
- Masa lanjut usia (umur lima puluh tahun) sampai ia menginjak umur tujuh puluh tahun.
- Masa tua renta (umur tujuh puluh tahun) sampai akhir umurnya.
Para ulama lainnya telah membagi umur sama seperti yang beliau bagi atau hampir sama.
Setelah seseorang mencapai akal yang sempurna dan umur yang cukup hanya tinggal menunggu datangnya kebijaksanaan dan pengetahuan dari Allah, juga timbulnya rasa pasrah yang lebih kepada Allah bagi seorang hamba yang diberi taufik dan yang selalu mendapat perhatian khusus dari Allah, Allah swt berfirman :
“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al Qashash : 14)
“Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai.” (Qs. Al-Ahqaf : 15)
Ketika Rasulullah saw baru berumur empat puluh tahun Allah menurunkan wahyu kepadanya dan mengutusnya kepada seluruh manusia sebagai pembawa berita gembira dan pembawa peringatan.
Hampir bisa disimpulkan dalam usia dewasa ini tanda tanda jalan hidup seseorang, baik dan buruknya, saleh dan rusaknya dengan tanda-tanda yang dominan padanya, bahkan kami mendengar bahwa seseorang jika telah mencapai usia empat puluh tahun tetapi kebaikannya tidak dapat melebihi keburukannya, maka setan akan mengusap wajahnya dan berkata : “Aku bersumpah demi bapakku, wajah ini tidak akan beruntung.”
Juga dikatakan : “Barangsiapa yang telah mencapai usia empat puluh tahun tetapi kebaikannya tidak melebihi kejelekannya hendaknya ia bersiap-siap menuju neraka.”
Usia empat puluh tahun adalah umur yang Allah beritakan tentangnya : “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (Qs. Fathiir : 37)
Hal ini menurut salah satu pendapat ulama tetapi ada pendapat lain yang menyatakan yaitu enam puluh tahun, tetapi pendapat di atas lebih diunggulkan.
Syeikh Al Arif Abdul Wahab bin Ahmad Asy Sya’rani menyebutkan dalam kitab Bahrul Maurud : “Kami diikat perjanjian ketika kami berumur empat puluh tahun untuk melipat kasur tidur (mengurangi tidur) kecuali hanya sekejap, kami tidak lupa dalam setiap nafas bahwa kami adalah para musafir menuju akhirat sehingga tiada tempat untuk berpijak bagi kami sedikitpun di dunia ini, dan agar kami meyakini bahwa sesaat dari umur kami setelah usia empat puluh tahun adalah menyamai seratus tahun sebelumnya, begitu juga agar kami setelah berusia empat puluh tahun tidak bersantai-santai, tidak tersibukkan oleh pekerjaan dan tidak gembira sedikitpun akan materi duniawi, ini semua dikarenakan setelah empat puluh tahun umur semakin pendek dan tidak pantas bagi orang yang akan menghadapi dahsyatnya kematian untuk lalai, bersantai dan bermain-main.”
Imam Malik berkata : “Kami mendapati segolongan orang mereka mempelajari fiqih sampai umur empat puluh tahun, setelah mencapai umur empat puluh tahun mereka sibuk mengamalkan ilmu mereka sehingga tiada waktu kosong untuk menoleh sedikitpun pada materi duniawi.”
Ketika Imam Syafiii berusia empat puluh tahun beliau berjalan menggunakan tongkat, kalau ada yang bertanya kepadanya mengenaia hal ini beliau berkata : “Agar aku teringat bahwa aku seorang musafir.” Beliau juga berkata : “Demi Allah, sekarang ini aku merasa diriku bagaikan seekor burung yang terkurung dalam sangkar, burung-burung yang lain telah keluar darinya terbang di udara hingga tinggal dia sendiri dalam keadaan pincang dalam sangkar, begitu juga keadaanku sekarang, tiada yang tersisa dari keinginanku untuk tinggal di dunia ini, tak ada seorangpun temanku yang kuperkenankan memberiku sedekah atau menyebut sedikipun mengenai dunia di hadapanku kecuali yang memang diharuskan oleh syariat atasku, yang menjadi saksi antara aku dan dia adalah Allah bila ia berani menyebut sedikit tentang dunia selain yang diwajibkan atasku, akan aku katakan : “Cukuplah Allah sebagai penolongku dan semoga Allah menjadikan seluruh saudara-saudaraku juga demikian amin.”
Wahab bin Munabih ra berkata : “Aku pernah membaca sebuah kitab yang isinya mengatakan : “Bahwa setiap pagi ada malaikat yang berseru dari langit keempat : “Wahai orang-orang yang berumur empat puluh tahun kalian adalah tanaman yang sudah mendekati masa panennya, wahai orang orang yang berumur lima puluh apa yang telah kalian lakukan? Dan apa yang kalian tinggalkan? Wahai yang berumur enam puluh tidak ada udzur lagi bagi kalian, andaikan seluruh makhluk tidak pernah diciptakan, andaikan mereka diciptakan dan mereka mengetahui untuk apa mereka diciptakan, telah tiba saatnya, berhati-hatilah kalian.”
Yang berusia dewasa akan berpindah ke masa tua yaitu dari usia lima puluh ke tujuh puluh seperti yang disebutkan oleh Ibnu Jauzi. Allah swt berfirman : “Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu, (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).” (Qs. Ghafir / Mukmin : 67)
Dalam usia ini mulai nampak pada manusia tanda kelemahannya dan kekuatannya semakin berkurang dan mundur hingga kekuatan berubah menjadi lemah, saat inilah yang disebutkan oleh Nabi saw sebagai persiapan kematian yaitu antara enam puluh sampai tujuh puluh.
Nabi saw bersabda : “Panen usia umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh.”
Di usia itu pula Nabi saw dicabut nyawanya, beliau saw meninggal dunia dalam usia enam puluh tiga tahun menurut riwayat yang benar begitu juga Abu Bakar, Umar dan Ali ra.
Adapun Usman ra hidup sampai berumur delapan puluh tahun lebih.
Allah berfirman : “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur mu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pem beri peringatan?” (Qs. Fathiir : 37)
Ada yang berpendapat umur di atas ada enam puluh tahun seperti yang telah kami sebutkan tadi.
Pembawa peringatan adalah Al Qur’an atau rasul atau uban, disebutkan dalam hadits : “Allah tidak memberi udzur sedikitpun kepada seseorang yang telah Allah mundurkan ajalnya hingga mencapai enam puluh tahun.”
Sesungguhnya umat ini termasuk umat yang paling pendek umurnya, sedangkan umat-umat terdahulu ada yang berumur seribu tahun atau yang hampir mendekatinya bahkan ada yang lebih dari itu.
Seorang ulama berkata : “Pada umat terdahulu seseorang tidak akan mencapai usia baligh melainkan kalau usianya telah melampaui delapan puluh tahun.”
Bahkan diriwayatkan ada salah seorang yang meninggal dunia dalam usia dua ratus tahun sedangkan banyak orang orang di sekitarnya merasa kasihan terhadapnya karena umurnya yang pendek.
Juga diriwayatkan bahwa Ibrahim as menjalankan khitan pada usia delapan puluh tahun, ketika Allah menyuruhnya untuk berkhitan.
Diriwayatkan ketika Rasulullah saw merasa betapa pendeknya umur umatnya bila dibanding umat-umat terdahulu, beliau saw memohon kepada Allah untuk mereka karena bila usia mereka pendek berarti tidak akan panjang hari-hari mereka untuk taat kepada Allah dan beramal untuk akhirat mereka dengan demikian bagian mereka mencapai pahala Allah dan derajat yang tinggi akan sedikit sekali, lalu Allah memberinya malam lailatul qadar yang mana malam itu lebih baik dari seribu bulan sebagai ganti untuk memperpanjang umur mereka dan melipat gandakan pahala mereka hingga andaikan seorang dari mereka berbuat taat kepada Allah di malam itu seakan-akan ia telah beribadah seribu bulan dan hal itu lebih dari delapan puluh tahun.
Barangsiapa yang beribadah di malam lailatul qadar selama dua belas tahun seakan-akan ia telah hidup dalam keadaan beribadah kepada Allah selama seribu tahun atau lebih, coba renungkanlah jumlahnya, sudah pasti hal ini Allah anugerahkan kepada umat ini berkat rasul-Nya, besarnya kemuliaan beliau saw di sisi-Nya, besarnya perhatian beliau saw terhadap umatnya dan besarnya keinginan beliau saw agar umatnya mendapat kebaikan.
Di usia ini yaitu usia lanjut biasanya seseorang lebih banyak berharap kepada Allah, lebih memperhatikan bekal akhiratnya, hidup zuhud lebih tekun beribadah terutama bagi orang yang telah diberi taufik oleh Allah, di usia ini adalah waktu memperbanyak khusyu’, meninggalkan perbuatan yang sia-sia dan permainan yang tidak berguna.
Oleh karena itu, orang lanjut usia yang melakukan kebalikan dari perbuatan di atas dianggap orang yang buruk keadaannya dan jelek kepribadiannya.
Disebutkan dalam hadits shahih : “Ada tiga golongan kelak di hari kiamat Allah tidak mengajak mereka berbicara, tidak memandang mereka, tidak membersihkan mereka dan mereka mendapat siksa yang pedih, di antara yang disebutkan oleh Beliau saw adalah seorang tua yang berzina.”
Memang perbuatan ini sangatlah keji bagi siapapun tetapi lebih buruk dan lebih bejat lagi bila dilakukan orang yang lanjut usia, karena biasanya orang yang berada di usia ini lebih bertambah takut kepada Allah dan lebih malu kepada-Nya.
Di usia ini semakin banyak uban yang bermunculan, itulah cahaya seorang muslim seperti yang disebutkan dalam hadits : “Barangsiapa yang berambut uban dalam keadaan Islam, rambut itu akan menjadi cahaya baginya.”
Kami telah mendengar bahwa yang pertama kali beruban adalah Nabi Ibrahim as, ketika beliau melihat uban beliau bertanya : “Wahai Tuhan, apakah ini?” Tuhannya menjawab : “Itu adalah merupakan tanda kewibawaan,” Ia berkata : “Wahai Tuhan, tambahkanlah untukku.”
Rambut putih merupakan pengingat seseorang akan dekatnya ajal, pelipat hamparan angan-angan, penyeru dekatnya waktu keberangkatan dan cepatnya perpindahan, dikatakan : “Rambut putih adalah pertanda dekatnya ajal dan penolak angan-angan.”
Juga dikatakan : “Betapa buruknya melakukan kemaksiatan bila rambut telah beruban.”
Ibnu Nabata berkata : “Ketahuilah bahwa uban adalah celah kehidupan yang tidak dapat ditambal dan tidak dapat dibenahi kerusakannya oleh zaman, dialah cahaya yang muncul di atas rambut yang akan mengantar orang-orang ke tempat tumpukan tulang belulang, maka janganlah kalian membakar cahaya uban kalian dengan api dosa kalian.”
Nabi saw bersabda : “Allah ta’ala berkata : “Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, kesepakatan antara Aku dengan makhluk-Ku bahwa Aku malu kalau Aku menyiksa hamba-Ku laki-laki dan perempuan yang telah berusia lanjut dalam keadaan Islam.” Kemudian beliau saw menangis lalu ditanya : “Apa yang membuatmu menangis wahai Rasulullah?” Beliau saw menjawab : “Aku menangisi seseorang yang mana Allah malu kepadanya sedangkan ia tidak malu kepada Allah.”
Termasuk perkara yang dianjurkan adalah menghormati seorang muslim yang telah lanjut usia , Nabi saw bersabda : “Termasuk mengagungkan Allah adalah menghormati seorang muslim yang lanjut usia, pengemban Al Qur’an yang tidak berbangga-bangga juga tidak menjauhinya dan imam yang adil.”
Nabi saw bersabda : “Tidak termasuk golongan kami seseorang tidak menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih kecil, menyuruh pada perbuatan yang ma’ruf dan melarang kemunkaran.”
Nabi saw bersabda : “Tidaklah seorang pemuda menghormati seorang yang sudah tua melainkan kelak setelah ia berada di usia tua Allah akan menjadikan dirinya dihormati orang.”
Imam Ghazali ra berkata : “Berdasarkan hadits ini tersirat kabar gembira bahwa umurnya akan dipanjangkan disertai dengan imbalannya.”
Disunnahkan merubah warna rambut uban dengan warna kuning atau merah, diharamkan merubahnya dengan warna hitam kecuali bagi seorang pejuang di jalan Allah untuk menakut-nakuti musuh.
Kemudian seseorang akan berpindah dari usia lanjut menjadi tua renta yaitu antara tujuh puluh tahun sampai akhir umurnya seperti yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi, seseorang tetap akan disebut sebagai orang tua meskipun ia telah melewati usia itu sampai meninggal dunia.
Dalam usia ini manusia mengalami kelemahan pada seluruh anggota tubuhnya dan panca inderanya juga kekuatannya.
Allah berfirman : (kamu) sesudah kuat itu menjadi lemah (kembali) dan beruban. Dia Menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum : 54)
Diantaranya ada pula yang dipanjangkan usianya sampai menjadi pikun. Allah berfirman : “Dan (adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.” (Qs. Al-Hajj : 5)
Yaitu ketakutan dan berkurangnya akal, dan Nabi saw berlindung kepada Allah dalam doanya dari keadaan ini : “Aku berlindung kepada-Mu dari usia panjang yang menjadikan pikun.” Dan disebutkan dalam hadits yang lain beliau saw juga berlindung dari buruknya masa tua.
Disebutkan dalam kitab Zabur : “Barangsiapa yang telah berusia tujuh puluh tahun ia akan mengeluh bukan karena penyakit.”
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman ra berkata : “Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, berapa umur umatmu?” Beliau saw menjawab : “Pada umumnya umur mereka antara enam puluh tahun sampai tujuh puluh tahun.” Mereka kembali bertanya : “Wahai Rasulullah sedangkan yang berumur tujuh puluh?” Beliau saw menjawab : “Sedikit sekali di kalangan umatku yang mencapainya. Semoga Allah merahmati yang telah berusia tujuh puluh dan semoga Allah merahmati yang telah berusia delapan puluh.”
Disebutkan dalam sebuah syair : Jika penyakitmu adalah usia tujuh puluh berarti tidak ada
Tabib untuk penyakitmu melainkan engkau mati
Seseorang yang telah pergi menunaikan tujuh puluh kali haji
Ke tempat yang ia datangi ini masihlah dekat
Juga diungkapkan : Seorang bila telah mencapai usia delapan puluh tahun atau lebih
Tidaklah beda dengan anak kecil yang diasuh oleh bidan
Tetapi masih banyak angan-angan yang diharapkan olehnya
Padahal angan-angan itu bagi yang mengharap-kannya bisa terjadi bisa juga tidak
Juga dikatakan : Barangsiapa yang berusia panjang kekuatannya akan diusangkan oleh waktu
la akan dikhianati oleh kedua kepercayaannya yaitu telinga dan matanya
Juga dikatakan : Hari-hari mendatangi kita silih berganti dan sesungguhnya
Kita digiring ke liang lahat sedang mata melihatnya
Tiada yang dapat mengembalikan masa muda yang telah berlalu
Dan tiada yang dapat menghilangkan rambut putih yang ada di kepala ini
Juga dikatakan : Kenikmatan hidup adalah kesehatan dan masa muda
Bila keduanya telah pergi dari seseorang berarti hilanglah kenikmatan itu
Bila orang lanjut usia berkata : “Sudah cukup,” betapa membosankan
Hidup ini, dan sesungguhnya kelemahanlah yang membosankannya
Suatu kali Ma’an bin Zaidah mendatangi Al Makmun, Makmun bertanya : “Bagaimana keadaanmu di usia tua renta ini? la menjawab : “Aku bisa jatuh hanya karena tersandung kotoran unta dan cukup di ikat hanya dengan sehelai rambut,” ia bertanya : “Bagaimana keadaanmu dalam makanan, minuman dan tidurmu? la menjawab : “Bila aku lapar aku marah dan bila aku makan aku merasa jengkel, bila aku berada di antara terjaga.” Ia bertanya : “Bagaimana keadaanmu dengan para orang-orang aku mengantuk dan bila aku di atas kasurku aku wanita? Ia menjawab : “Kalau wanita yang buruk rupa aku tidak menginginkan mereka, sedangkan para wanita yang cantik tidak menginginkanku,” Makmun berkata : “Kalau begitu tidak pantas orang sepertimu dianggap muda, lipatgandakanlah imbalan untuknya dan haruskanlah ia menetap di rumahnya, biarkan masyarakat yang mengunjunginya dan jangan biarkan ia mengunjungi siapapun.” (Disebutkan dalam kitab Rabial Abrar).
Ketahuilah usia yang panjang dalam beribadah kpada Al lah sangatlah diinginkan dan terpuji, Nabi saw bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya.”
Nabi saw bersabda : “Janganlah seorang dari kalian menginginkan kematian, kalau ia memang orang baik semoga ia mendapat tambahan, kalau ia pendosa semoga ia dapat bertaubat.”
Tetapi Nabi saw telah meminta perlindungan kepada Allah dari dipanjangkannya usia beliau sampai pada usia yang hina yaitu dalam keadaan pikun dan kacau pikiran seperti yang telah dijelaskan di atas.
Sebaik-baik umur adalah keberkahannya dan diberi taufik untuk beramal saleh juga mendapat kebaikan yang khusus dan umum.
Terkadang Allah memberi berkah kepada hamba – hamba pilihan-Nya dalam usia mereka yang pendek hingga dalam usia itu kebaikan dan manfaat yang mereka peroleh lebih banyak daripada orang-orang lain yang berusia panjang.
Contohnya Imam Syafi’i beliau wafat dalam usia lima puluh empat tahun, Imam Hujjatul Islam meninggal dunia dalam usia lima puluh lima tahun, Imam Al Qutub Syarif Abdullah bin Abu Bakar Al Idrus ba’alawy meninggal dunia dalam usia lima puluh empat tahun, Imam Nawawi meninggal dalam usia kurang dari lima puluh tahun, Al Imam Al Khalifah yang saleh Umar bin Abdul Aziz yang meninggal dalam usia kurang dari empat puluh tahun.
Juga masih banyak para imam lainnya yang berusia pendek tetapi kebaikan dan keberkahan mereka Allah sebarkan ke seluruh penjuru negeri dan seluruh kalangan yang khusus maupun umum, itu semua karena karunia Allah yang la berikan kepada siapa saja yang la kehendaki.
Umat Muhammad sangatlah besar keberkahannya dan memiliki kedudukan di sisi Allah melebihi umat-umat lainnya, padahal umat ini secara keseluruhan usianya lebih pendek dibanding umat-umat terdahulu seperti yang telah disebutkan di atas.
Selanjutnya, akhir dari usia ini adalah masa tua renta yang mana kebanyakannya seseorang jatuh sakit sampai ia meninggal dunia atau ada juga yang meninggal tanpa sakit tetapi jarang sekali terjadi, hal ini dianggap jarang bila dibandingkan dengan kebanyakan orang yang meninggal dunia karena penyakit.
Imam Hujatul Islam menyebutkan dalam kitab Ihya’ saat membahas tentang menjaga diri dari angan-angan panjang dan melalaikan dekatnya ajal : “Jika engkau mengatakan : “Sesungguhnya kebanyakan kematian disebabkan oleh penyakit dan jarang sekali yang mati secara mendadak,” ketahuilah bahwa kematian bisa terjadi secara tiba-tiba, seandainya engkau tidak meninggal dunia secara tiba-tiba sesungguhnya penyakitpun datangnya secara tiba-tiba, kalau engkau jatuh sakit engkau tidak dapat melakukan amal saleh yang merupakan bekal untuk akhirat”.
Ketahuilah memperpendek angan-angan dan banyak mengingat kematian merupakan perkara yang sangat dianjurkan sedangkan mengulur-ngulur angan-angan dan melupakan kematian merupakan perkara yang dibenci dan telah diriwayatkan kecaman mengenai hal ini. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah,. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorag di antara kamu; lalu ia berkata : “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Munafiquun : 9-11)
Allah berfirman : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkannya Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. Al Hadiid : 16)
Allah berfirman : “Katakanlah : “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. Al Jumu’ah : 8)
Rasulullah saw bersabda : “Banyaklah mengingat penghancur kelezatan (kematian).
“Beliau saw pernah ditanya : “Apakah ada orang lain kelak akan dibangkitkan bersama para syuhada’? Beliau saw menjawab : “Orang yang mengingat kematian sehari semalam sebanyak dua puluh kali.”
Beliau saw pernah ditanya : “Siapakah orang-orang yang paling pandai di antara manusia ? Beliau saw menjawab : “Mereka adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik mempersiapan diri untuk menghadapinya, merekalah orang-orang yang pandai, mereka pergi dengan membawa kemuliaan di dunia dan akhirat.”
Nabi saw bersabda : “Kematian adalah perkara gaib yang paling dekat ditunggu.”
Bila kematian adalah perkara gaib yang paling dekat ditunggu kedatangannya sudah sepatutnya adanya persiapan yang matang untuk menyambut, kedatangannya setiap waktu yang kemungkinan ia akan datang di waktu itu, juga dalam keadaan dan waktu-waktu yang lain, besarnya kemungkinan ia akan tiba saat itu.
Imam Hujatul Islam mengatakan dalam kitab Al Bidayah : “Ketahuilah bahwa kematian tidak datang di waktu tertentu, dalam keadaan tertentu dan di usia tertentu tetapi ia pasti datang, jadi mempersiapkan diri untuknya lebih baik dari persiapan diri untuk dunia.”
Di tempat yang lain dalam kitab Bidayah beliau juga mengatakan : “Jangan sampai engkau meninggalkan berpikir tentang dekatnya ajal dan tibanya kematian yang memutus segala angan-angan, datangnya hal ini di luar kendali dan timbulnya penyesalan karena berlama-lama dalam buaian tipuan.”
Di kalangan para salaf saleh ada yang bila dikatakan kepadanya : “Sesungguhnya engkau mati besok,” niscaya ia tidak mendapat ruang waktu lagi untuk menambah amal salehnya karena ia telah berada di puncak kesibukan beramal saleh dan benar-benar mengkhususkan diri untuk akhiratnya.”
Salah seorang salaf berkata kepada sebagian orangyang meminta nasehat darinya : “Lihatlah, segala sesuatu yang engkau inginkan kematian mendatangimu dalam keadaan itu, maka lazimilah sejak sekarang dan segala sesuatu yang engkau inginkan kematian mendatangimu dalam keadaan tidak itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.”
Disebutkan dalam hadits : “Hiduplah di dunia seakan-akan engkau orang asing atau orang yang melewati jalan dan anggaplah dirimu dalam golongan penghuni kubur.”
Nabi saw bersabda : “Apa yang aku butuhkan dari dunia ini sesungguhnya perumpamaan antara aku dan dunia seperti seorang pengendara yang berjalan di hari yang sangat panas ia menjumpai sebuah pohon yang rindang lalu ia berteduh di bawahnya sejenak, kemudian pergi meninggalkannya.”
Banyak mengingat kematian dan merasakan dekat-nya ajal mengandung banyak manfaat di antaranya membuat hidup zuhud di dunia, merasa puas menerima rezki yang sedikit, lebih meneguhkan amalan saleh yang merupakan bekal akhirat, lebih menjauhkan diri dari kemaksiatan dan mendorongnya untuk segera bertaubat kepada Allah bila ia telah melakukannya.
Sedangkan melupakan kematian dan mengulur-ngulur angan-angan berdampak timbulnya perkara yang bertolak belakang dengan manfaat di atas di antaranya lebih berambisi terhadap materi duniawi, lebih rakus untuk mengumpulkannya, menikmati kesenangannya, tertipu oleh kemewahannya, menunda-nunda taubat dan malas melakukan amalan saleh.
Para salaf saleh berkata : “Barangsiapa berangan-angan panjang buruklah amal perbuatannya.”
Nabi saw bersabda : “Generasi pertama umat ini selamat karena hidup zuhud dan keyakinan yang kokoh, sedangkan generasi terakhir umat ini hancur karena rakus dan angan-angan yang panjang.”
Ali kw berkata : “Perkara yang paling aku takutkan atas kalian adalah mengikuti hawa nafsu dan angan-angan yang panjang, adapun mengikuti hawa nafsu dapat menghalangi seseorang dari jalan yang benar sedangkan angan-angan yang panjang membuat orang lupa akan akhiratnya.”
Tidak ada baiknya angan-angan yang membuat orang lupa akan akhiratnya, angan-angan inilah yang mana Nabi saw memohon perlindungan Allah darinya, Nabi saw bersabda : “Aku berlindung kepada-Mu dari segala angan angan yang membuatku lalai.”
Di antara doa Nabi saw : “Aku berlindung kepada-Mu dari dunia yang menghalangi kebaikan akhirat, dari kehidupan yang menghalangi baiknya kematian dan dari angan-angan yang menghalangi baiknya amal perbuatan.”
Bila hati seseorang dikuasai perasaan bahwa ia akan hidup lama di dunia tentu saja ia lebih mencurahkan perhatian terhadapnya, berusaha untuk mengumpulkannya hingga ia lalai akan akhirat dan mengambil bekal untuk akhiratnya sampai kematian menjemputnya dalam keadaan demikian hingga ia menghadap kepada Allah dalam keadaan bangkrut dari amalan saleh dan penuh penyesalan di saat tidak bermanfaat penyesalan itu, ia akan mengatakan : “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (Amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr : 24)
“Dia berkata : “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” ( QS . Al Mukminuun : 99-100 )
Jika seseorang jatuh sakit hendaknya ia segera bertaubat, lebih banyak beristighfar dan berdzikir kepada Allah juga memohon ampun kepada-Nya atas dosa-dosanya di masa lalu, karena ia tidak tahu bisa jadi ia akan meninggal di waktu sakit ini, bisa jadi ajal telah mendekatinya agar ia mengakhiri amal perbuatan dan menutup usia dengan berbagai kebaikan karena amal perbuatan tergantung pada akhirnya.
Penyakit merupakan pengingat akan akhirat dan pengingat ia akan kembali kepada Allah, sebab itu ia harus memberi wasiat apa yang perlu ia wasiatkan yang berkenaan tentang kepentingan urusan dunia akhiratnya terutama yang berkaitan dengan hak-hak orang lain karena perkara ini sangatlah berat dan sulit untuk terlepas darinya.
Dikala ia sakit sebaiknya ia benar-benar berprasangka baik kepada Allah, Nabi saw bersabda : “Jangan sampai seorang di antara kalian meninggal dunia melainkan ia berprasangka baik kepada Allah.”
Hendaknya perasaan inilah lebih banyak menguasai hatinya, karena Allah berkata : “Aku tergantung prasangka hamba-Ku terhadap Ku dan Aku menyertainya saat ia menyebut-Ku.”
Suatu kali Rasulullah saw pernah mengunjungi seorang pemuda yang jatuh sakit, beliau saw bertanya : “Bagaimana engkau dapati keadaanmu? Ia menjawab : “Aku mengharap (rahmat) Tuhanku dan aku takut akan dosa-dosaku,” lalu beliau saw bersabda : “Tidaklah kedua perasaan ini berkumpul dalam hati seorang muslim di saat semacam ini melainkan Allah akan memenuhi harapannya dan mengamankannya dari apapun yang ia takuti.”
Meski demikian hendaknya seorang yang sakit lebih besar pengharapannya terutama jika mulai nampak tanda-tanda kematian dan dekatnya ajal agar ia meninggal dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah dan berharap penuh pada keluasan karunia-Nya dan senang bertemu dengan-Nya.
Disebutkan dalam hadits : “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun senang bertemu dengannya dan barangsiapa yang tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.”
Juga ada riwayat yang semakna : “Sesungguhnya seorang hamba muslim bila ajal datang menjemputnya ia akan diberi kabar gembira akan rahmat Allah dan karunia-Nya hingga ia senang bertemu dengan Allah dan Allah pun senang bertemu dengannya, dan sesungguhnya seorang munafik bila ajal datang menjemput ia diberi kabar akan siksa Allah hingga ia benci bertemu dengan Allah dan Allahpun benci bertemu dengannya.”
Orang-orang mukmin yang bertakwa akan diberi kabar gembira tentang rahmat Allah ketika mereka hendak meninggal dunia hingga hampir saja ruh-ruh mereka melayang dari jasad mereka karena rindu kepada Tuhan mereka dan senang bertemu dengan-Nya ketika malaikat memberi salam kepada mereka dan mengabarkan bahwa mereka akan masuk surga juga mereka tidak akan mengalami ketakutan ataupun kesedihan.
Allah berfirman : “(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka) : “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. An Nahl : 32)
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Allah.” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepaa mereka (dengan mengatakan) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.
Sampai pada firman-Nya : Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Fushshilat : 30-32)
Bagi orang yang sakit hendaknya ia berhati-hati jangan sampai tubuhnya atau bajunya terkena najis yang dapat menghalanginya menunaikan shalat, jangan sampai ia meninggalkan shalat dan hendaknya ia menunaikannya sesuai keadaannya, dalam keadaan duduk atau berbaring semampunya karena jangan sampai amal perbuatannya ditutup dengan menghilangkan tiang agama yaitu shalat.
Sedangkan bagi keluarga dan sahabatnya yang berada di sekitarnya hendaknya menganjurkan dan membantunya menunaikan shalat.
Ia perlu mengetahui bahwa kewajiban shalat tidak akan gugur darinya selama ia masih sadar dan hendak-nya ia banyak membaca : Telah diriwayatkan : “Barangsiapa yang membacanya sebanyak empat puluh kali lalu ia meninggal dunia karena sakit itu ia meninggal dalam keadaan syahid.”
Selain itu hendaknya ia banyak membaca surat Al Ikhlas.
Termasuk bacaan yang disebutkan oleh Rasulullah saw bahwa barangsiapa yang membacanya ketika ia sakit, kemudian ia meninggal karena sakit itu ia tidak akan disentuh oleh api neraka, bacaan itu adalah : Bila orang yang sakit semakin parah penyakitnya dan sudah nampak tanda-tanda ajal mendekat, yang harus dilakukan oleh keluarga maupun kerabat yang hadir di sekitarnya melihatnya bila mereka menjumpai tanda-tanda ketakutan padanya hendaknya mereka mengingatkannya akan amal baiknya, keluasan rahmat Allah, besarnya ampuan Allah bagi orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang kurang beramal saleh, dahulu para salaf saleh menganjurkan hal ini kepada orang-orang yang hadir di hadapan orang orang yang sekarat bahkan di antara salaf yang dalam keadaan sekarat meminta para hadirin untuk melakukan hal ini.
Termasuk perkara yang dianjurkan adalah mereka mentalqininya ucapan laa ilaaha illallah karena Nabi saw bersabda : “Talqinilah orang yang akan mati di antara kalian bacaan laa ilaaha illallah, karena barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallah ia akan masuk surga.”
Bila ia telah membacanya tidak perlu diingatkan kembali kecuali bila ia berbicara yang lainnya.
Hendaknya juga dibacakan surat Yasin yang penuh berkah karena Nabi saw bersabda : “Bacakanlah surat Yasin bagi orang yang akan mati di antara kalian.”
Dikatakan : “Hal ini dapat memudahkan keluarnya ruh karena kematian sangatlah dahsyat dan terkadang dimudahkan bagi sebagian orang yang beriman.”
Mengenai riwayat bahwa malaikat maut berkata : “Sesungguhnya aku sangat berlemah lembut terhadap setiap mukmin.” Terkadang orang yang sekarat saat nyawa mereka dicabut menghadapi berbagai macam fitnah naudzu billah. Oleh sebab itu, hendaknya orang-orang yang hadir banyak membacakan Al Qur’an, mengingatkannya dengan hadits hadits yang berisi pengharapan dan cerita orang-orang saleh saat mereka meninggal dunia.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa setan terla’nat lebih dekat kepada seorang hamba menjelang kematiannya karena ia ingin menggodanya tetapi : “Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (Qs. An Nahl : 100)
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat ; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim : 27)
Para salaf saleh rahimahullah sangat takut terhadap su’ul khatimah (akhir yang buruk), cerita mereka mengenai hal ini banyak sekali dan akan panjang bila disebutkan, sesungguhnya ada riwayat yang membuat mereka takut seperti sabda Nabi saw : “Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya sesungguhnya seorang dari kalian berbuat seperti amalan penduduk surga hingga tiada jarak antara dia dengan surga kecuali sejengkal saja tetapi ia didahului ketentuan (kitab), kemudian ia berbuat amalan penduduk neraka hingga iapun dimasukkan ke dalam neraka, sesungguhnya seorang dari kalian berbuat seperti amalan penduduk neraka hingga tiada jarak antara dia dan neraka kecuali sejengkal, tetapi ia didahului ketentuan (kitab) lalu ia berbuat amalan penduduk surga hingga iapun dimasukkan ke dalam surga.”
Nabi saw bersabda : “Ada kalanya seseorang melakukan amal perbuatan penduduk surga yang nampak dalam pandangan masyarakat, sedangkan ia termasuk penduduk neraka, dan ada kalanya seseorang melakukan amal perbuatan penduduk neraka yang nampak dalam pandangan masyarakat, sedangkan ia termasuk penduduk surga.”
Riwayat semacam ini banyak sekali.
Para ulama berkata : “Yang paling banyak dikhawatirkan (naudzu billah) mengalami su’ul khatimah adalah orang-orang yang meremehkan shalat, selalu minum-minuman keras, pendurhaka kedua orang tua, orang yang suka mengganggu kaum muslimin juga yang terus menerus melakukan dosa besar tanpa bertaubat kepada Allah, hal ini diterangkan oleh firman Allah : “Kemudian akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.” (Qs. Ar Ruum : 10)
Sebaiknya seorang muslim selalu mengharap karunia Allah agar Ia tidak mencabut kenikmatan Islam yang telah la berikan kepadanya terlebih dahulu tanpa permintaan darinya, di samping itu ia khawatir berubah karena ia kurang mensyukuri kenikmatan ini yang merupakan nikmat terbesar.
Salah seorang salaf pernah bersumpah dengan nama Allah bahwa tak seorangpun yang merasa aman dari tercabutnya islam dari dirinya kecuali ia pasti tercabut.
Hendaknya ia selalu memohon kepada Allah dengan penuh kesungguhan agar la berkenan memberinya khusnul khatimah.
Diriwayatkan bahwa iblis terla’nat berkata : “Telah memotong punggungku seseorang yang meminta kepada Allah khusnul khatimah, aku katakan : “Kapan ia akan merasa takjub terhadap amalannya, aku khawatir ia telah cerdas menyikapinya.”
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu demi cahaya wajah-Mu, demi kemuliaan-Mu atas diri-Mu, khusnul khatimah saat kematian bagi kami, orang-orang yang kami kasihi dan seluruh kaum muslimin wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
Tuhan kami janganlah engkau belokkan hati kami setelah Engkau memberi kami petunjuk, berilah kami rahmat dari sisi-Mu sesungguhnya Engkau Maha Pemberi, Tuhan kami berilah kami kesabaran dan matikanlah kami dalam keadaan Islam.
Disunnahkan membaringkan orang yang sedang sekarat di sebelah kanannya sambil menghadap kiblat, jika ia telah meninggal hendaknya kedua matanya dipejamkan karena kala itu pandangannya tertuju ke atas, disebutkan dalam hadits : “Sesungguhnya pandangan mata mengikuti ruh.”
Dan di saat itu sebaiknya orang-orang yang ada di sekitarnya memperbanyak istighfar untuknya, memintakan rahmat untuknya dan banyak berdoa karena para malaikat mengamini doa mereka. Adapun menangis diperbolehkan tetapi bersabar lebih baik dan lebih utama.
Adapun menjerit, menyebut-nyebut sifat si mayit, menaburkan tanah di atas kepala, menampari wajah dan merobek pakaian, semuanya diharamkan secara keras berdasarkan larangan dan ancaman dari riwayat-riwayat hadits yang shahih.
Dimakruhkan seseorang menginginkan kematian atau berdoa memohon kematian hanya karena bencana yang menimpanya seperti penyakit atau kemiskinan atau bencana lainnya, kalau ia memang takut terjadi fitnah dalam agamanya ia boleh mendambakan kematian dan terkadang hal ini disunnahkan, Nabi saw bersabda : “Jangan sampai seorang dari kalian mendambakan kematian karena bencana yang menimpanya, kalau memang harus demikian hendaknya ia berdoa : “Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku dan matikanlah aku bila kematian lebih baik bagiku.”
Nabi saw bersabda : “Janganlah seorang dari kalian mendambakan kalian, kalau ia orang yang baik semoga kebaikannya ditambah, kalau ia orang yang jahat semoga ia bertaubat.”
Sesungguhnya kematian merupakan ketetapan bagi seluruh manusia baik kalangan khusus maupun umum, dalam hal ini Allah menyama ratakan antara yang kuat dan yang lemah, yang hina dan yang mulia, dengannya la menghancurkan orang-orang yang kejam, dengannya la membinasakan para kaisar dan raja. Ia menjadikannya anugerah yang paling berharga dan kedekatan bagi orang beriman dan bertakwa, sedangkan bagi orang-orang kafir dan munafik dijadikan sebagai penyesalan dan hukuman yang berat.
Maha Suci Dzat Yang Maha Berkuasa lagi Maha Perkasa, Maha Esa, selalu dalam keesaan-Nya dan kekekalan-Nya, terlepas dari kematian dan kehancuran, Dialah Maha Awal tanpa permulaan dan Maha Akhir tanpa batas, Allah berfirman : “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Qs. Ar Rahman : 26-27)
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-NYalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al Qhashash : 88)
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185)
********
Penutup Umur Ini
Dari Anas ra berkata : “Rasulullah saw bersabda :
“Anak yang baru lahir sampai akil baligh amal kebajikannya akan dicatat untuk kedua orang tuanya, kalau ia melakukan kejelekan tidak akan dicatat dosa untuknya maupun untuk kedua orang tuanya, kalau ia telah menginjak dewasa dan kewajiban (taklif) sudah ditulis atasnya, Allah swt menyuruh kedua malaikat yang menyertainya untuk selalu menjaganya dan membimbingnya, jika sudah berusia empat puluh tahun dalam keadaan Islam Allah akan menjaganya dari tiga perkara : Kegilaan, lepra, dan kusta, bila telah berumur lima puluh tahun Allah akan meringankan perhitungannya, bila telah berumur enam puluh tahun Allah akan memberinya rasa pasrah diri kepada-Nya mengenai apa saja yang ia sukai, bila telah berumur tujuh puluh tahun ia akan dicintai penduduk langit, bila telah berumur delapan puluh tahun Allah swt akan menuliskan kebaikannya dan memaafkan kejelekannya, bila telah berusia sembilan puluh tahun Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu maupun yang akan datang dan memberinya syafaat pada keluarganya dan la menjadi tawanan Allah di bumi, bila ia telah dikembalikan pada usia yang pikun supaya ia tidak mengetahui apa yang dahulunya ia ketahui, Allah tetap mencatat pahala amal kebajikan yang ia lakukan di masa sehatnya, kalau ia melakukan kejelekan tidak akan ditulis dosa atasnya.”
Hadits ini disebutkan oleh Syeikh Ahmad bin Ali bin Abil Qasim Al Yamani dalam kumpulan empat puluh hadits yang beliau susun mengenai pengampunan dosa yang lalu maupun yang akan datang.
Nabi saw bersabda : “Seseorang akan meninggal sesuai dengan cara hidupnya dan akan dibangkitkan sesuai dengan kematiannya.”
Nabi saw bersabda : “Bila Allah menginginkan kebaikan untuk seorang hamba la akan memandikannya, beliau saw ditanya : “Apa sabunnya? Beliau saw menjawab : “Ia memberinya taufik untuk beramal saleh sebelum meninggal dunia.”
Suatu kali ada jenazah lewat di hadapan beliau saw lalu beliau saw bersabda : “Bisa jadi ia beristirahat atau ia yang diistirahatkan, mereka bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah yang beristirahat dan apa yang diistirahatkan? Beliau saw menjawab : “Seorang hamba mukmin beristirahat dari kepayahan dan kesengsaraan dunia menuju rahmat Allah, sedangkan orang yang jahat, maka masyarakat negeri ini, pohon dan binatang beristirahat darinya.”
Nabi saw pernah berkata kepada Abu Dzar ra : “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya dunia adalah penjara bagi orang yang beriman, kuburan adalah tempat keamanannya dan surga adalah tempat kembalinya, wahai Abu Dzar sesungguhnya dunia surga bagi orang kafir, kuburan adalah tempat siksaannya dan neraka adalah tempat kembalinya.”
Ibnu Abbas ra berkata : “Bila kalian melihat tanda kematian pada seseorang berila ia kabar gembira agaria menemui Tuhannya dalam keadaaan berprasangka baik kepada-Nya, bila ia masih hidup, maka takuti-takutilah ia.”
Dari Ali ra berkata : “Sesungguhnya bila seorang mukmin meninggal dunia tempat shalatnya dan tempat naiknya amalannya menangisinya, lalu beliau membaca ayat : “Maka langit dan bumi tidak mengisi mereka.” (Qs. Ad Dhukhaan : 29)
Nabi saw bersabda : “Barangsiapa yang matinya bertepatan selesainya Ramadhan ia akan masuk surga, barangsiapa yang matinya bertepatan selesainya Arafah ia akan masuk surga, dan barangsiapa yang matinya bertepatan setelah ia bersedekah ia akan masuk surga.”
Nabi saw bersabda : “Barangsiapa yang meninggal dunia pada malam jum’at atau hari jum’at ia akan terlindungi dari siksa kubur dan kelak di hari kiamat ia akan datang dengan membawa gelar sebagai seorang syahid.”
Inilah yang disebut Barzah.
Allah berfirman : “Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs. Al Mukminuun : 100)
Bila seorang hamba muslim meninggal dunia dan sudah dipastikan kematiannya langkah yang harus ditempuh untuk mempersiapkannya menuju kubur dengan memandikannya, mengkafani dan menshalatinya, sebaiknya hal ini dilakukan menurut cara yang sesuai dengan sunnah Nabawi.
Hendaknya diumumkan kematiannya kepada keluarga, kerabat, tetangga, teman-teman dan orang-orang yang saleh agar mereka berdoa untuknya, memohonkan rahmat untuknya menyaksikan dan menghadiri shalat jenazahnya.
Disunnahkan bagi yang mendengar kematian saudaranya sesama muslim setelah ia mengucapkan : “Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun,” untuk membaca : “Ya Allah, jadikanlah buku catatannya di Illiyin, catatlah ia di sisi-Mu sebagai orang-orang yang baik, berilah ganti keluarganya yang telah ditinggalkannya, ampunilah kami dan dia wahai Tuhan alam semesta.”
Dan disunnahkan untuk mendoakannya dan menyebutnya dengan baik, karena Nabi saw bersabda : “Sebut-sebutlah kebaikan orang yang telah meninggal di antara kalian dan janganlah membicarakan keburukan mereka.”
Nabi saw bersabda : “Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka bumi, maka barangsiapa yang kalian puji kebaikannya berarti iapun demikian.”
Tetapi tidak sepantasnya terlalu berlebihan memberi pujian yang dapat menyebabkan kebohongan dan yang semisalnya.
Sesungguhnya alam barzah adalah tempat antara dunia dan akhirat, ia lebih mirip dengan akhirat bahkan ia termasuk bagian darinya tetapi ia adalah tempat yang didominasi oleh ruh-ruh dan urusan gaib sedangkan tubuh hanyalah mengikuti pola ruh dalam arti ia juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh ruh baik itu kenikmatan dan kesenangan atau siksa dan kesusahan.
Ruh-ruh akan tetap kekal sedangkan tubuh akan hancur tanpa ada yang tersisa kecuali tulang belakang dan kelak manusia di hari kebangkitan akan disusun darinya seperti yang telah diriwayatkan dalam hadits.
Tetapi dalam hal ini ada pengecualian yaitu jasad para nabi as, sesungguhnya mereka tetap hidup dalam liang kubur mereka begitu juga orang yang mati syahid di jalan Allah, Allah berfirman : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS. Ali Imran : 169)
Disebutkan dalam riwayat yang shahih bahwa ruh mereka berada dalam perut burung hijau berkeliling di surga dan tinggal ditempat lampu-lampu yang tergelantung di Arasy.
Juga diriwayatkan bahwa ruh-ruh orang-orang beriman berada dalam seekor burung putih memakan buah-buahan surga.
Mengantarkan jenazah seorang muslim, menshalati-nya dan menghadiri pemakamannya sangat besar pahalanya, disebutkan dalam hadits shahih : “Barangsiapa yang mengantarkan jenazah seorang muslim hingga ia dishalati, ia mendapat pahala satu qirath, bila ia tetap bersamanya hingga menghadiri pemakamannya ia mendapat dua qirath, sedangkan satu qirath adalah seperti gunung uhud.”
Juga diriwayatkan : “Barangsiapa yang mengantarkan jenazah saudaranya muslim, Allah akan menyuruh malaikat untuk mengantar jenazahnya dan menshalatinya jika ia meninggal kelak.”
Hendaknya segera mengantarkan mayit ke kuburnya karena Nabi saw bersabda : dalam tiang kubur, maka disunnahkan bagi orang yang meletakkannya untuk membaca : “Dengan nama Allah dan berdasarkan agama Rasulullah saw.”
Kemudian orang yang berada di sekitar liang kubur menaburkan tanah sebanyak tiga kali sambil membaca pada taburan pertama : “Darinya kami ciptakan kamu.”
Pada taburan kedua : “Dan ke dalamnya kami kembalikan kamu.”
Pada taburan ketiga : “Dan darinya kami keluarkan kamu sekali lagi.”
Kemudian menguburnya dengan tanah sedikit demi sedikit dengan penuh lemah lembut, bila ia telah diratakan dengan tanah, maka sebaiknya orang-orang yang hadir berdiam sejenak membacakan Al Qur’an, memintakan ampun untuk si mayit dan mendoakan keteguhan untuknya karena saat itu ia sedang ditanya seperti yang dijelaskan dalam riwayat hadits, ia ditanya oleh malaikat Munkar Nakir yang merupakan penguji seseorang dalam kubur, keduanya menanyai mayit setelah ia dimakamkan seperti yang diriwayatkan : “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu?
Barangsiapa yang diberi ketetapan oleh Allah ia akan menjawab : “Allah Tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad nabiku.”
Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah ia akan bingung dan ragu sesuai amal perbuatannya di dunia ini yang penuh dengan keraguan, penyelewengan, tidak mentaati perintah Allah dan melakukan perbuatan haram, hingga ia hanya bisa menjawab : “Ha ha aku tidak tahu,” seperti yang disebutkan oleh berbagai riwayat hadits yang shahih dan di saat itulah kedua malaikat akan memukulinya, menghimpit kuburnya dan menyiksanya.
Adapun seorang mukmin yang diberi keteguhan, yang lurus dalam keimanan dan ketaatan semasa hidupnya, maka kedua malaikat akan memberinya kabar gembira, memberi keluasan pada kuburnya, memenuhinya dengan cahaya, kenikmatan dan ia dikelilingi oleh amalan salehnya seperti shalat, sedekah, puasa, membaca Al Qur’an, dzikirnya kepada Allah, amal saleh itu akan melindunginya dari ketakutan dan kedahsyatan.
Nabi saw bersabda : “Sesunggguhnya kubur dapat menghimpit, andaikan seseorang dapat lolos darinya pasti Sa’ad bin Mu’adz akan lolos, padahal disebabkan kematiannyalah Arasy Allah terguncang.”
Dikatakan : “Sesungguhnya kebanyakan siksa kubur karena tiga perkara Ghibah (membicarakan orang lain), Namimah (mengadu domba), dan kurang bersih dalam membersihkan kencing.”
Disebutkan dalam hadits : “Kebanyakan siksa kubur karena kurang bersih dalam membersihkan kencing.”
Dan riwayat hadits mengenai dua orang lelaki yang beliau saw mendengar keduanya disiksa dalam liang kubur lalu beliau saw menyuruh agar sebatang dahan kurma ditancapkan di atas kubur mereka, beliau saw bersabda : “Semoga saja keduanya mendapat keringanan selama kedua dahan ini masih basah, sesungguhnya keduanya disiksa bukan karena dosa besar, yang satu suka mengadu domba dan yang satu lagi kurang bersih dari kencing.”
Hadits ini shahih dan sudah terkenal.
Nabi saw selalu memperbanyak memohon perlindungan dari siksa kubur dan beliau saw menganjurkannya dibaca dalam doa setelah bacaan tasyahud setiap shalat dan pada bacaan pagi dan petang karena adzab kubur dan kenikmatannya merupakan perkara yang nyata.
Kenikmatan dalam kubur diperuntukkan bagi orang orang beriman dan taat sedangkan siksa kubur diperuntukkan bagi orang kafir, munafik dan suka berbuat maksiat, masing masing dari kedua golongan ini berbeda-beda dalam mendapat kenikmatan dan siksaan sesuai tingkatan amal perbuatan mereka di dunia baik itu perbuatan yang membuahkan pahala dan kenikmatan atau yang membuahkan hukuman dan siksaan.
Lain daripada itu kenikmatan kubur atau siksa-annnya lebih banyak dirasakan oleh ruh daripada dirasakan oleh tubuh, padahal keduanya yaitu ruh dan jasad sama-sama merasakan kenikmatan kubur atau siksanya.
Dalam hal ini terdapat permasalahan dan perbedaan pendapat tetapi pendapat yang benar adalah yang kami sebutkan bahwa ruh dan jasad sama-sama merasakan nikmat kubur atau siksanya insya Allah.
Di antara perkara yang Allah jadikan manfaat dan menjadi perisai bagi seorang mayit dalam kubur adalah berdoa untuknya, memohon ampun dan bersedekah atasnya, hal ini telah dituturkan oleh banyak riwayat begitu juga mimpi mimpi yang baik dari orang-orang saleh.
Disebutkan dalam hadits bahwa Sa’ad bin Ubadah ra bertanya kepada Rasulullah saw : “Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, andaikan ia masih hidup ia pasti bersedekah, apa kiranya berguna baginya bila aku bersedekah atasnya?” Beliau saw menjawab : “Ya.” Lalu saat menggali sebuah sumur dan ia berkata : “Ini sedekah atas ibuku.”
Ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kedua orang tuaku telah meninggal dunia, apakah masih ada yang bisa aku lakukan untuk berbakti pada keduanya?” Beliau saw menjawab : “Ada empat perkara : memohonkan ampunan untuk keduanya, menepati janji keduanya, berbuat baik kepada sahabat kedua-nya dan menyambung tali kerabat yang tidak terhubung kecuali melalui keduanya.”
Diriwayatkan dari Nabi saw : “Kalau bukan karena orang-orang yang masih hidup, pasti celakalah orang-orang yang telah mati.”
Karena orang-orang yang telah meninggal dunia mendapat kiriman doa, istighfar dan permohonan rahmat untuk mereka dari orang yang masih hidup.
Nabi saw bersabda : “Umatku adalah umat yang dirahmati, memasuki liang kubur dengan membawa dosa sebesar gunung dan keluar dari kubur sedangkan mereka telah diampuni berkat permohonan ampun dari mereka yang masih hidup untuk mereka yang sudah mati.”
Diriwayatkan bahwa hadiah-hadiah berupa sedekah, bacaan doa dan bacaan Al Qur’an dari yang masih hidup untuk yang sudah mati akan dibawa oleh para malaikat kepada mereka dalam wadah dari cahaya yang tertutup oleh kain-kain sutera, para malaikat berkata kepada salah seorang dari mereka : “Inilah hadiah yang dikirim oleh si Fulan kepadamu,” hingga si mayit senang dan bergembira atas kiriman ini.”
Kami pernah mendengar bahwa ada seseorang bermimpi melihat salah seorang yang telah meninggal dunia, ia ditanya tentang keadaannya lalu ia menjawab : “Aku disambut oleh malaikat dengan kobaran api neraka untuk membakar wajahku, lalu si Fulan yang masih hidup berkata : “Semoga Allah merahmati si Fulan,” hingga api itupun padam.”
Hadiah yang paling besar berkah dan manfaatnya untuk orang mati adalah bacaan Al Qur’an yang dihadiahkan pahalanya kepada mereka.
Hal semacam ini telah dilakukan oleh umat Islam selama berabad-abad dan di berbagai tempat, para ulama dan orang-orang saleh dari kalangan salaf dan khalaf telah menganjurkannya dan ada beberapa hadits yang menyebutkannya hanya saja hadits-hadits itu dhoif, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafidz Suyuti ra bahwa hadits-hadits dhoif boleh diamalkan untuk fadilah amalan dan hal ini termasuk dari sekian fadilah itu.
Di antara kiriman hadiah bacaan Al Qur’an yang paling bermanfaat untuk orang-orang yang telah mati (dan memang seluruh surat dari Al Qur’an bermanfaat penuh dengan keberkahan), bacaan itu adalah membaca surat Al Ikhlas sebelas kali, hal ini telah dibuktikan melalui mimpi-mimpi yang penuh keberkahan dari para salihin.
Oleh karena itu, hendaknya seseorang membaca surat ini sesuai jumlah di atas baik setiap malam atau setiap hari atau dalam jumlah yang lebih banyak atau kurang darinya meskipun pada setiap malam jum’at dan menghadiahkan pahalanya untuk kedua orang tua, guru-gurunya dan orang orang yang berhak atasnya.
Jangan sampai ia lupa mendoakan, membacakan istighfar dan bersedekah untuk orang yang telah meninggal hingga kelak setelah ia mati ia akan dilupakan oleh orang-orang setelahnya dan menjadi seperti orang-orang yang sebelumnya, karena orang yang mengingat ia akan diingat, dan yang melupakan akan dilupakan, perbuatan baik bagaikan hutang dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
Ketahuilah bahwa berziarah kubur merupakan perkara yang dianjurkan dan Rasulullah saw telah mengizinkannya setelah sebelumnya beliau saw melarang hal ini, ziarah kubur orang memiliki banyak manfaat bagi peziarah yang hidup dan mati yang diziarahi.
Nabi saw bersabda : “Ziarahilah kaubur karena ia dapat mengingatkan akan kematian.”
Nabi saw bersabda : “Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziaralah karena sesungguhnya ia dapat menimbulkan rasa zuhud di dunia dan mengingatkan kalian pada akhirat.”
Nabi saw bersabda : “Tak seorangpun yang menziarahi kubur saudaranya dan duduk di dekatnya melainkan ia akan merasa senang kepadanya dan ruhnya dikembalikan kepadanya sampai orang itu bangun dari tempat itu.”
Nabi saw bersabda : “Yang paling menyenangkan seorang mayit dalam kuburnya adalah bila ia dikunjungi oleh orang yang ia cintai semasa di dunia.”
Bagi peziarah bila memasuki pemakaman atau melewatinya hendaknya ia mengucapkan : “Salam sejahtera bagi kalian tempat orang-orang beriman, kelak akan ditepati janji kalian dan kami insya Allah akan mengikuti kalian, kalian pendahulu kami dan kami pengikut kalian, aku memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan kalian, ya Allah ampunilah kami dan mereka.”
Disunnahkan berziarah malam jum’at dan hari jum’atnya, begitu juga malam sabtu sampai batas waktu terbitnya matahari sabtu pagi, begitu juga hari senin karena dikatakan : “Bahwa ruh-ruh orang yang telah meninggal dunia kembali ke kubur mereka di waktu-waktu ini.” Dan hal ini telah disebutkan oleh berbagai riwayat.
Bagi peziarah kubur hendaknya saat berziarah mereka memperbanyak bacaan istighfar, doa, memohon rahmat dan membaca Al Qur’an semampunya lalu menghadiahkan pahalanya kepada ahli kubur, juga mengambil pelajaran dari mereka dan mengingat bahwa ia sebentar lagi juga seperti mereka.
Bila ia mendatangi kubur kedua orang tuanya, kerabatnya, dan handai taulannya hendaknya ia berdiam sejenak di tempat mereka sambil memperbanyak istighfar dan doa untuk mereka karena mereka sangat senang dan bergembira akan hal ini.
Begitu juga bila ia mengunjungi kubur orang-orang saleh hendaknya ia memperbanyak doa di sana karena di antara mereka yang diziarahi ada yang doa dikabulkan oleh Allah sewaktu dipanjatkan di kubur itu, hal ini telah banyak dibuktikan hingga penduduk kota Baghdad menamakan kubur As Sayyid Al Imam Musa Al Kadzim ibnul Imam Ja’far Shadiq sebagai obat yang manjur (untuk terkabulnya doa dan terlepasnya segala kesulitan) begitu juga kubur Ma’ruf Al Karkhi yang juga berada di Baghdad mendapat sebutan yang sama.
Sedangkan di kalangan Saadah Alaa Ba’alawy ada yang duduk lama di makam Sayyidina Al Faqih Al Muqaddam di bawah terik matahari hingga ia bercucuran keringat andaikan diperas bajunya pasti keluar keringatnya, meski demikian ia tidak merasakan kepanasan karena tenggelam dalam panjatan doa, kisah ini diceritakan dari Syeikh Abdullah bin Alwi dan yang lainnya.
Adapun mengusap kuburan dan menciuminya bukanlah perkara yang disunnahkan justru yang dimakhruhkan dan menjadi lebih makhruh lagi bila bertawaf mengitarinya.
Sebagian ulama berkata : “Bila peziarah tidak dapat berdiri di hadapan wajah si mayit, maka lebih baik berdiri di hadapan kepalanya.” Ia berpendapat bahwa si mayit lebih merasakan orang yang berdiri di hadapan wajahnya daripada yang berdiri menghadap kepalanya atau bagian lainnya.
Ketahuilah bahwa amal perbuatan orang-orang yang masih hidup akan dilaporkan kepada keluarga dan kerabat mereka yang telah meninggal dunia, jika mereka melihat amalan itu baik mereka ikut bergembira dan mendoakan agar yang masih hidup tetap diberi keteguhan, bila mereka melihat selain itu mereka menjadi sedih atas apa yang mereka lihat dan mereka mendoakan agar yang masih hidup diberi hidayat dan taufik untuk beramal saleh.
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya amal perbuatan kalian ditampakkan kepada kerabat kalian yang telah meninggal dunia, kalau amalan itu baik mereka bergembira tetapi bila tidak demikian, mereka berkata : “Ya Allah, janganlah Engkau matikan mereka hingga Engkau memberi mereka petunjuk sebagaimana Engkau telah memberi kami petunjuk.”
Nabi saw bersabda : “Amal perbuatan dilaporkan kepada Allah setiap hari senin dan kamis, dilaporkan kepada para nabi, bapak dan ibu mereka setiap hari jum’at, mereka bergembira dengan amal kebaikan mereka (yang masih hidup) dan wajah mereka semakin bercahaya dan berbinar-binar, oleh karena itu takutlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang yang telah meninggal dunia diantara kamu.”
********
Penutup Umur Ini
Ketahuilah bahwa manusia akan berkumpul di alam Barzah di masa antara dua tiupan sangkakala karena di waktu itu tak ada makhluk yang tersisa kecuali yang tidak mati saat itu, Allah berfirman : “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa dikehendaki yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang Allah.” (Qs. Az Zumar : 68)
Ini tiupan yang pertama yang mengakibatkan kematian seluruh makhluk yang hidup dan tiada yang tersisa kecuali Allah Yang Maha Hidup lagi Maha berdiri sendiri yang tidak akan mati, inilah kiamat yang pertama, selanjutnya akan terjadi kiamat (tiupan) kedua yang mengakibatkan seluruh makhluk yang mati menjadi hidup kembali atas izin Allah, itulah firman Allah : “Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing masing).” (Qs. Az Zumar : 68)
Masa di antara kedua tiupan ini adalah empat puluh tahun. Adapun yang diperkecualikan oleh Allah dan firman-Nya : “Kecuali siapa yang dikehendaki Allah.” (Qs. An Naml : 87)
Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai mereka, ada yang mengatakan : “Mereka adalah para malaikat.” Ada yang mengatakan : “Para nabi.” Ada yang mengatakan : “Para syuhada’.” Pendapat inilah yang paling dipercaya tetapi ada juga yang berpendapat lain. Nabi saw bersabda : “Kelak Dajjal akan muncul di tengah-tengah umatku selama empat puluh,” si perawi mengatakan : “Aku tidak tahu persis apakah empat puluh hari atau empat puluh bulan atau empat puluh tahun,” kemudian Allah akan mengutus Isa bin Maryam as, ia mirip Urwah bin Mas’ud Ats Tsaqafi ra, beliau akan mencarinya dan membunuhnya.”
Kemudian manusia akan tinggal selama tujuh tahun tanpa ada permusuhan antara satu dengan lainnya.
Lalu Allah akan mengirim angin dingin dari arah Syam, hingga tiada seorangpun di muka bumi yang ada dalam hatinya kebaikan meski sebesar atom, atau keimanan, melainkan angin itu akan mencabut nyawanya, hingga seandainya seorang dari kalian masuk ke dalam lubang gunung ia akan menghampirinya dan mencabut nyawanya, lalu yang tersisa hanyalah orang-orang jahat bagaikan ringannya seekor burung dan buaian binatang buas, mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemunkaran, lalu datanglah setan kepada mereka dalam jelmaan manusia, ia berkata : “Apa kalian tidak mau mengikuti seruanku?” Mereka bertanya : “Lalu apa yang engkau perintahkan pada kami?” Ia menyuruh mereka menyembah berhala dan di saat itu kehidupan mereka di puncak kenikmatan duniawi.
Kemudian ditiuplah sangkakala, maka setiap yang mendengarnya saling berjatuhan satu sama lain, yang pertama kali mendengarnya adalah seseorang yang sedang membetulkan tempat minum air untanya lalu orang-orang pun pada berjatuhan, kemudian Allah mengirim (menurunkan) hujan bagaikan tetesan air sehingga dari tetesan itu tumbuhlah jasad-jasad manusia.
Selanjutnya ditiup kembali sangkakala dan merekapun berdiri sambil melihat, lalu diserukan : “Wahai manusia, segeralah menghadap Tuhan kalian. Tahanlah mereka, sesungguhnya mereka akan ditanyai.”
Kemudian dikatakan : “Keluarkanlah dari mereka yang akan menjadi penghuni neraka,” ditanyakan : “Dari masing masing golongan berapa?” Dijawab : “Dari setiap seribu orang keluarkanlah sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang,” itulah hari yang menyebabkan anak kecil beruban dan itulah hari ditampakkannya betis-betis.
Nabi saw bersabda : “Tidak akan terjadi hari kiamat pada orang yang mengucapkan : “Tiada Tuhan selain Allah.”
Disebutkan dalam hadits lain : “Hingga yang tersisa orang-orang jahat yang berbuat kekacauan di muka bumi seperti kacaunya keledai, hari kiamat akan menimpa mereka.”
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat Allah akan menggegam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya lalu la berkata : “Akulah raja, mana raja-raja dunia?!”
Nabi saw bersabda : “Kelak hari kiamat Allah akan melipat langit langit dan mengambilnya dengan tangan kanan lalu la berkata : “Akulah raja, manakah orang-orang yang kejam? Manakah orang-orang sombong? Lalu Ia melipat bumi dengan tangan kiri dan berkata : “Akulah raja, manakah orang-orang yang kejam? Manakah orang-orang yang sombong?”
Nabi saw bersabda : “Islam akan usang seperti usangnya sebuah baju hingga tidak diketahui apa itu puasa, shalat, ibadah dan sedekah, lalu kitabullah ta’ala akan diangkat dalam semalam hingga tiada tersisa satu ayatpun di muka bumi ini dan yang tersisa segolongan orang saja di antara mereka ada laki-laki dan perempuan tua yang mengatakan : “Kami dapati ayah-ayah kami mengikuti kalimat ini laa ilaaha illallah, dan sekarang kami hanya bisa mengucapkannya.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya kalian tidak akan menyaksikan hari kiamat hingga sebelumnya kalian melihat sepuluh tanda-tandanya, pertama matahari terbit dari barat, kemudian munculnya asap, Dajjal, munculnya Dabbah (binatang besar), kemudian tiga kali gerhana, gerhana di ufuk barat, gerhana di ufuk timur dan gerhana di Jazirah Arab, munculnya Isa, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, dan yang terakhir timbullah pancaran api dari Yaman dari lembah Aden.”
Ketahuilah bahwa waktu datangnya hari kiamat merupakan perkara yang hanya diketahui oleh Allah swt, tak seorangpun yang mengetahuinya kecuali Dia, sebagaimana firman Allah : “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” (Qs. Al A’raaf : 187)
Allah berfirman : “Dan di sisi-Nya-lah pengetahuan tentang hari kiamat.” (Qs. Az-Zukruf : 85)
Pengetahuan makhluk ini hanya terkait pada tanda tandanya yang menunjukkan kiamat telah mendekat, tanda-tandanya banyak sekali seperti yang disebutkan oleh riwayat-riwayat hadits yang shahih, bahkan sudah banyak yang nampak darinya dan hanya tersisa yang akan muncul tanda-tanda yang umum seperti matahari terbit dari ufuk barat, munculnya Dajjal terla’nat, binatang-bintanang bumi, turunnya Isa as dan hal-hal semisalnya.
Allah swt memerintahkan Israfil as untuk meniup sangkakala untuk kedua kalinya, Allah berfirman : “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Qs. Yasiin : 51)
Allah berfirman : “Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing masing).” (Qs. Az Zumar : 68)
“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah : “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Qs. Ath Taghabun : 7)
“Tidaklah Allah menciptakan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Qs. Luqman : 28)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah : “Berjalanlah di (muka) bumi, makaperhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Al Ankabut : 19-20)
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah Dialah yang hak dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tidak ada keraguan padanya; dan bahwasannya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Qs. Al Hajj : 6-7)
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Fushshilat : 39)
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata : “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah : “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (Qs. Yasiin : 78-79)
Diriwayatkan dari Abu Razin Al ‘Uqaili ra berkata : “Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah mengembalikan makhluk-Nya dan apa tanda-tandanya pada makhluk-Nya?” Beliau saw menjawab : “Pernahkah engkau melewati salah satu pebukitan di kampungmu yang tandus, lalu pada kesempatan lain engkau melewatinya dan ia telah ditumbuhi tanaman hijau? la menjawab : “Ya,” Nabi saw bersabda : “Itulah tanda-tandanya pada makhluknya.”
Al Qurtubi Rahimahullah menyebutkan dalam kitab At Tadzkirah sebuah hadits yang panjang dari riwayat Abu Hurairah ra berkata : “Rasulullah saw bersabda kepada kami ketika itu kami bersama beberapa sahabatnya,” hadits yang panjang ini beliau sebutkan sampai pada firman Allah : “Ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Qs. Ibrahim : 48)
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Qs. Ibrahim : 48)
Lalu Allah menjadikannya bumi datar yang luas, kemudian memanjangkannya seperti bentangan kulit yang tidak akan engkau dapati adanya dataran yang tinggi atau rendah.
Kemudian Allah membentak makhluk-Nya sekali bentakan dan mereka sudah berada di bumi yang digantikan sebagaimana keadaan mereka semula saat mereka mati, barangsiapa yang semula berada dalam perut bumi ia tetap berada di dalam perutnya dan barangsiapa yang semula berada di atas permukaannya ia tetap berada di atas permukaannya.
Kemudian Allah menurunkan atas kalian curahan air dari bawah Arasy yang disebut Al Hayawan (kehidupan) langitpun menurunkan hujan atas kalian selama empat puluh hari sehingga air berada di atas kalian sekitar dua belas hasta.
Lalu Allah menyuruh jasad-jasad untuk tumbuh dan ia pun tumbuh seperti tumbunya pohon sayuran, setelah sempurna pertumbuhan jasad kalian sebagaimana semula lalu Allah berkata : “Hiduplah para pembawa Arasy.” Merekapun hidup kembali.
Kemudian la berkata : “Hiduplah Jibril, Mikail dan Israfil,” kemudian Allah menyuruh Israfil untuk mengambil sangkakala, lalu Allah memanggil ruh-ruh makhluk-Nya, lalu digiringlah ruh-ruh itu dan ruh-ruh kaum muslimin memancarkan cahaya sedangkan yang lainnya gelap gulita, kemudian Allah mengambil ruh-ruh itu dan meletakkannya dalam sangkakala.
Kemudian ia berkata kepada Israfil : “Tiuplah untuk kebangkitan.” Iapun meniupnya lalu keluarlah ruh-ruh itu bagaikan lebah-lebah yang memenuhi antara langit dan bumi, lalu Allah berkata : “Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku setiap ruh harus kembali ke jasadnya masing-masing.” Lalu ruh-ruh itu masuk ke bumi menuju jasadnya masing-masing melewati indra penciuman lalu menjalar ke seluruh tubuh seperti aliran racun yang menjalar pada orang yang terkena gigitan ular.
Kemudian bumi terbelah atas kalian dan Akulah (Rasullah saw) yang pertama kali bangkit, lalu kalian keluar dari dalam bumi dalam bentuk pemuda yang berusia tiga puluh tiga tahun, saat itu lisan kita berbicara dengan bahasa Suryani, mereka keluar dengan segera dari kuburnya.
“(Menuju) kepada Tuhan mereka.” (Qs. Yasiin : 51)
“Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata : “Ini adalah hari yang berat.” (Qs. Al Qamar : 8)
“(Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya itulah hari ke luar (dari kubur).” (Qs. Qaaf : 42)
“Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan orangpun dari mereka.” (Qs. Al Kahfi : 47)
Sangkakala : Tanduk besar yang terbuat dari cahaya tiada yang mengetahui kebesarannya kecuali Allah swt.
Disebutkan dalam hadits : “Sesungguhnya yang hancur dari manusia adalah seluruh tubuhnya kecuali satu tulang yaitu tulang belakang, darinyalah akan dibentuk kembali makhluk itu.
“Bila Allah Yang Maha Kuasa hendak membangkitkan manusia, la menyuruh langit menurunkan hujan yang deras menyerupai tetesan mani lelaki hingga manusia tumbuh dari tempat semula mereka dikuburkan seperti tumbuhnya tanaman kemudian Allah mengutus Israfil dan menyuruhnya untuk meniup kembali sangkakala untuk kebangkitan kemudian ruh-ruh itu kembali ke jasadnnya masing-masing dan merekapun hidup kembali atas izin Allah, mereka dibangkitkan dan bumi terbelah untuk mereka, kuburan pun terbelah, selanjutnya ruh dan jasad itu dikumpulkan di hadapan Allah di padang mauqif (suatu tempat) di hari kiamat.
Allah berfirman : “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjalanan.” (Qs. Al Kahfi : 47-48)
Allah berfirman : “(Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka ke luar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami.” (Qs. Qaaf : 44)
Rasulullah saw bersabda : “Seseorang akan meninggal dunia sesuai dengan cara hidupnya dan ia akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan matinya.”
Nabi saw bersabda : “Kelak manusia akan dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak berpakaian, kaum wanita bercampur baur dengan lelaki.” Aisyah ra berkata : Betapa buruknya, satu sama lain akan saling berpandangan! Nabi saw menjawab : “Keadaan saat itu lebih dahsyat bagi mereka daripada menginginkan hal itu.”
Nabi saw bersabda : “Kelak manusia akan dibangkitkan dalam keadaan yang paling lapar, paling haus, telanjang dan paling payah, barangsiapa yang memberi makan karena Allah, maka Allah akan memberinya makanan, barangsiapa yang memberi minum karena Allah, maka Allah akan memberinya minum, barangsiapa yang memberi pakaian karena Allah, maka Allah akan memberinya pakaian dan barangsiapa yang berbuat karena Allah, maka Allah akan mencukupinya, jika mereka telah keluar dari kubur mereka, mereka diperintah untuk berjalan ke tempat perkumpulan. Dikatakan : “Bahwa ia adalah tanah yang penuh berkah dan tanah suci di Syam, kemudian mereka digiring oleh para malaikat ke tempat itu.”
Telah diriwayatkan bahwa Allah swt akan memunculkan api dari inti bumi Aden, kemudian api itu akan menggiring manusia menuju ke tanah mahsyar, ada yang berpendapat : “Api dimunculkan dari Barhut sebuah lembah berada di dataran rendah Hadramaut, api itu akan berjalan mengikuti mereka dan berpindah bersama mereka, baik sore hari maupun di pagi hari dan ia berjalan seperti jalannya seekor unta, di saat itulah nampak pada manusia amal yang saleh akan mengikuti pelakunya dan selalu bersamanya untuk menghiburnya, barangsiapa yang buruk amalannya ia akan ditakut-takuti dan dicela, bisa jadi amalan itu akan menaikinya dan memaksanya untuk memikulnya, Allah berfirman : “Sambil mereka memikul dosa – dosa di atas punggungnya . Ingatlah , amatlah buruk apa yang mereka pikul itu.” (Qs. Al An’aam : 31)
Allah berfirman : “Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” (Qs. Al Ankabut : 13) Dan setiap orang akan datang bersama malaikat penjaganya yang selalu mencatat amal perbuatannya semasa hidupnya di dunia, Allah berfirman : “Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi.” (Qs. Qaaf : 21)
Dan akan nampak bagi orang-orang yang bermaksiat perbuatan buruk yang mereka lakukan di dunia yang ketika mereka mati sedangkan mereka belum bertaubat kepada Allah atas perbuatan itu.
Bahkan diriwayatkan bahwa para pemakan riba’ perut mereka akan membesar hingga terkadang mereka bangun dan terkadang terjatuh karena besarnya perut mereka, sedangkan para pezina kemaluan mereka akan membesar hingga mereka menyeretnya di atas tanah, sedangkan para peminum-minuman keras akan dibangkitkan sambil membawa gelas minuman keras di tangan mereka, para pembohong, orang orang yang suka membicarakan keburukan orang lain dan tukang adu domba kelak lidah mereka akan memanjang terjulur sampai dada mereka, adapun orang yang enggan berzakat kelak harta mereka akan menjelma menjadi ular-ular yang besar yang meliliti mereka. Sedangkan orang-orang yang sombong akan dibangkitkan menyerupai semut kecil yang akan diinjak-injak oleh orang yang baik dan jahat, serta masih banyak yang lainnya.
Allah berfirman : “Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.” (Qs. Ar Rahman : 41)
Disebutkan dalam hadits : “Sesungguhnya kelak manusia akan dibangkitkan dalam tiga golongan ada yang berkendaraan, ada yang berjalan di atas kaki dan di atas wajah mereka.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya yang menjalankan mereka di atas kaki dapat menjalankan mereka di atas wajah mereka.”
Diriwayatkan dari hadits Muadz bin Jabal ra berkata : “Aku pernah bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu mengenai firman Allah : “Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok.” (Qs. An Nabaa’ : 18)
Nabi saw menjawab : “Wahai Muadz bin Jabal, sesungguhnya engkau telah menanyakan suatu perkara yang sangat besar, kemudian beliau saw menangis dan berkata : “Kelak di kalangan umatku akan dibangkitkan sepuluh golongan yang berbeda-beda, Allah telah memisahkan mereka dari golongan kaum muslimin, Ia telah merubah wujud mereka, ada yang berwujud kera, ada yang berwujud babi, ada yang terbalik kaki mereka berada di atas dan wajah mereka diseret di atasnya, ada yang buta sedang mondar mandir, ada yang bisu tuli tidak mengerti apa-apa, ada yang melipat lidah mereka yang terjulur sampai dada, air nanah mengalir dari mulut mereka dan orang-orangpun merasa jijik terhadap mereka, ada yang tangan dan kaki mereka terputus, ada yang tersalib pada tiang neraka, ada yang lebih busuk dari bangkai dan ada yang memakai pakaian terbuat dari ter (aspal) yang sangat panas.
Adapun yang berwujud kera adalah kaum wanita yang suka mengadu domba, adapun yang berwujud babi adalah yang suka memakan barang haram dan menarik pajak, adapun yang kepala dan wajah mereka terbalik adalah para pemakan riba, adapun yang buta adalah yang tidak adil dalam memberi putusan hukum, adapun yang tuli dan bisu adalah yang merasa takjub terhadap amal perbuatan mereka, sedangkan yang melipat lidah mereka adalah para ulama dan para hakim yang mana ucapan mereka bertentangan dengan perbuatan mereka, adapun yang terputus tangan dan kaki mereka adalah orang-orang yang suka mengusik tetangga, adapun yang tersalib pada tiang-tiang neraka adalah orang orang yang suka melapor orang lain kepada penguasa, adapun yang lebih busuk dari bangkai adalah orang-orang yang menikmati kelezatan duniawi sedangkan mereka tidak mengeluarkan hak Allah dari harta mereka, adapun yang memakai pakaian aspal adalah orang-orang sombong yang suka membanggakan diri.” Hadits ini disebutkan oleh Al Imam Qurtubi dalam kitab Tadzkirah.
Rasulullah saw bersabda : “Kelak manusia akan dibangkitkan di atas tanah putih cemerlang bagaikan putih telur yang bersih tiada tanda bagi siapapun di dalamnya.”
“Kelak manusia akan dibangkitkan di satu dataran yang terbuka akan terdengar seruan dari malaikat yang menyeru mereka dan tidak ada yang luput dari pandangan mata para malaikat itu.”
Itulah tempat di hari kiamat tatkala seluruh makhluk baik itu jin, manusia, setan, binatang ternak dan binatang buas semuanya berkumpul di sana, kemudian para Malaikat as turun kepada mereka atas perintah Allah, para malaikat mengelilingi mereka barisan demi barisan hingga tiada jalan untuk melarikan diri bagi orang-orang yang dhalim, Allah berfirman : “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menebus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (Qs. Ar Rahman : 33-35)
Sampai pada firman-Nya : “Dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (daripadanya).” (Qs. Ar Rahman : 35)
Orang-orang yang berada di tempat itu saling berdesakan satu sama lain dan matahari mendekati kepala mereka sekitar satu mil.
Perawi hadits ini mengatakan : “Aku tidak tahu apakah artinya satu mil jarak di bumi atau mil dalam arti alat yang digunakan untuk memakai celak.”
Saat itulah manusia mengalami kesulitan, kepanasan dan kehausan yang tiada mengetahui dahsyatnya selain Allah, mereka berkeringat hingga keringat mereka merembes ke dalam bumi sepanjang empat puluh hasta.
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat matahari akan mendekati bumi dan manusia akan berkeringat, ada di antara mereka yang keringatnya mencapai mata kakinya, ada yang mencapai setengah betisnya, ada yang mencapai lututnya, ada yang mencapai pahanya, ada yang mencapai pinggangnya, ada yang mencapai mulutnya (beliau saw mencontohkan dengan meletakkan tangannya di mulutnya), ada juga yang menutup bagian kepalanya (beliau saw mengusapkan tangannya pada kepalanya).”
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat seseorang akan berada di bawah naungan sedekahnya.”
Nabi saw bersabda : “Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya di hari tiada naungan kecuali naungan-Nya Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu terikat kepada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki dirayu oleh seorang wanita bangsawan dan cantik, lalu ia berkata : “Sesungguhnya aku takut kepada Allah,” seseorang mengeluarkan sedekah ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan tangan kanannya, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan menyendiri lalu mengalirlah air matanya.”
Arti dalam naungan-Nya : Di bawah naungan Arasy Allah.
Nabi saw bersabda : “Barangsiapa yang memberi tempo bagi orang yang kesulitan atau memaafkannya, kelak Allah akan menaunginya dalam naungan-Nya.”
Nabi saw bersabda : “Barangsiapa yang ingin melihat tentang hari kiamat hendaknya ia membaca : “Al-Quran surat At-Takwir, Al-Infithar, Al-Insyiqaq”.
Tatkala orang-orang di Padang Mahsyar terlalu lama berdiam di sana, sedang mereka dilanda kesulitan yang Maha Hebat, mereka bermusyawarah di antara mereka mengenai siapa yang akan mereka datangi agar ia dapat memberi mereka syafaat di hadapan Tuhan agar la segera memberi mereka keputusan Nya dan membebaskan mereka dari keadaan ini, mereka mendatangi Adam as tetapi Adam menolak dan menyuruh mereka meminta kepada Nuh as, Nabi Nuh pun menolak dan menyuruh mereka datang pada Nabi Ibrahim as, Nabi Ibrahim pun demikian dan menyuruh mereka kepada Musa as, dan Musa pun menyuruh mereka kepada Isa as dan Beliau as menyuruh mereka kepada Nabi Muhammad saw, saat itulah Nabi saw berkata : “Akulah yang akan memberi syafaat, akulah yang akan memberi syafaat.” Lalu Beliau menghadap Allah, meminta izin, kemudian bersujud dan memuji-Nya, Beliau saw diperintah untuk mengangkat kepala dan memohon syafaat lalu Beliau saw diberi syafaat.
Hadits-hadits shahih mengenai hal ini banyak sekali dan sudah terkenal, dan dikatakan : “Itulah Maqamul Mahmud yang diinginkan oleh orang-orang terdahulu maupun yang terakhir, Allah berfirman : “Dan pada sebagihan malam hari bersem bahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Qs. Al Israa’ : 79)
Telah diriwayatkan bahwa anak-anak kecil kaum muslimin yang telah meninggal sebelum mencapai akil baligh, mereka diberi izin untuk memberi minum orang tua mereka, mereka menerobos kerumunan orang-orang untuk mencari orang tua mereka dan memberi mereka minum sedangkan saat itu manusia berada di puncak kehausannya.
Hingga diceritakan : “Bahwa salah seorang shalihin bertekad untuk tidak menikah, lalu ia bermimpi melihat dirinya berada di padang kiamat, ia mengalami kehausan yang tidak terbayangkan, lalu ia melihat anak-anak kecil yang memegang gelas berisi air, mereka memberi minum seseorang dan membiarkan yang lainnya, ia meminta minum dari mereka tetapi mereka menjawab : “Kami hanya memberi minum orang tua kami,” di pagi harinya ia segera minta untuk dikawinkan dengan harapan agar Allah memberinya seorang anak yang meninggal masih kecil agar ia tergolong orang orang yang diberi minum di tempat yang sangat dahsyat kesusahannya. Kami memohon kepada Allah kelembutan dan keselamatan berkat karunia-Nya, aamiin.”
Semua manusia di Padang Mahsyar benar-benar mengalami kesulitan yang sangat besar, bahkan ada sebuah riwayat : “Kelak orang-orang kafir akan berkata : “Wahai Tuhan, bebaskanlah aku meski harus ke neraka.”
Bila Rasulullah saw telah meminta syafaat kepada Tuhannya agar la memberi keputusan-Nya pada para hamba dan membebaskan mereka dari keadaan itu, Allah menyuruh para malaikat yang mengemban Arasy yang agung untuk membawa Arasy itu ke tempat pemberhentian di hari kiamat, dan di bawalah surga, kemudian diletakkan di sebelah kanan Arasy, begitu juga agar neraka (semoga Allah melindungi kita darinya) dibawa ke sebelah kiri Arasy, kemudian seluruh makhluk di hadapkan kepada Allah untuk diperhitungkan.
Di antara mereka ada yang tidak dihisab, merekalah orang yang paling dahulu (sabiqun), ada juga yang dihisab dengan sangat mudah, ada juga yang dihisab dengan sangat teliti dan orang yang dihisab secara demikian itu bakal akan disiksa, kemudian manusia ada yang menerima buku catatan dengan tangan kanan, ada juga dengan tangan kiri dan ada pula yang menerima dari belakang punggung mereka, kemudian Allah akan menanyai para rasul tentang penyampaian risalah kepada umat mereka dan Ia juga menanyai umat-umat itu : “Apakah para rasul telah menyampaikan risalah kepada mereka?”
Allah berfirman : “Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka).” (Qs. Al A’raaf : 6-7)
Di saat itulah ada sebagian wajah yang putih berseri dan ada pula yang hitam muram, Allah berfirman : “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan) : “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Ali Imran : 106-107)
Dan tiada seorangpun melainkan ia akan dibawa menghadap kepada Allah untuk ditanya tentang amal perbuatannya, Rasulullah saw bersabda : “Tak seorangpun dari kalian melainkan Allah akan mengajaknya berbicara secara langsung tanpa adanya juru bicara antara dia dengan-Nya, ia melihat sebelah kanannya yang ia lihat hanyalah amalannya, melihat sebelah kirinya tiada yang ia lihat melainkan amalannya, ia melihat ke depan tiada yang ia lihat melainkan neraka di hadapannya, sebab itu waspadailah neraka meskipun dengan setengah buah kurma.”
Nabi saw bersabda : “Tidak bergerak kedua kaki seorang hmba (di hari kiamat) kecuali ia ditanya tentang empat perkara : Tentang masa mudanya ia habiskan untuk apa? Tentang umurnya ia habiskan untuk apa? Tentang hartanya dari mana ia peroleh? Dan kemana ia keluarkan. Dalam sebuah riwayat : “Tentang ilmunya ia gunakan untuk apa?”
Di tempat itu kelak yang menjadi saksi atas perbuatan manusia adalah lidah, kaki, tangan, dan kulit mereka, menurut sebagian tafsir yang dimaksud dengan kulit adalah “kemaluan” mereka.
Allah berfirman : “Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs. An Nuur : 24)
Allah berfirman : “Pada hari itu Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Qs. Yasiin : 65)
Allah berfirman : “Dan mereka berkata kepada kulit mereka : “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab : “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata.” (Qs. Fushshilat : 21)
Begitu juga bumi menjadi saksi atas perbuatan mereka yang baik maupun yang buruk, Allah berfirman : “Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (Qs. Al Zalzalah : 4)
Rasulullah saw bersabda : “Tahukah kalian berita apa yang ia bawa?” Ia akan bersaksi atas perbuatan setiap hamba laki-laki maupun wanita di atasnya, ia akan berkata : “la melakukan ini di hari ini.”
Ibnu Umar ra berkata : “Rasululah saw bersabda : “Allah akan mendekatkan hamba yang beriman hingga merapat, kemudian la memberitahukan dosa-dosanya, sehingga ketika ia takut akan celaka Allah berkata padanya : “Telah kututup untukmu selama di dunia dan sekarang aku ampuninya untukmu.”
Memang hari kiamat sebagaimana telah disifatkan tentang lama dan kedahsyatannya tetapi terkadang Allah meringankan bagi seorang mukmin yang bertakwa hingga waktunya seperti waktu orang yang mengerjakan shalat fardhu, disebutkan dalam sebuah riwayat : “Lamanya Seperti antara waktu antara dhuhur dengan ashar.” Inilah yang disebutkan dalam hadits.
Tempat yang paling berat kesulitannya bagi orang-orang di Mahsyar adalah ketika Allah menyuruh neraka dibawa di hadapan-Nya, ia digiring dengan tujuh puluh ribu rantai, masing masing rantai dikendalikan oleh tujuh puluh ribu malaikat, ketika neraka telah mendekati penduduk Mahsyar, mereka mendengarkan suaranya yang memekik dan menakutkan, saat itulah para makhluk berjalan merangkak, para nabi merasa kasihan terhadap mereka, orang-orang yang aman dari siksapun ikut takut hingga masing-masing rasul as berkata : “Wahai Tuhanku, selamatkanlah diriku, aku tidak meminta-Mu yang lainnya.” Kecuali Rasulullah saw sesungguhnya di saat itu beliau saw terus berkata : “Umatku, umatku.”
Diriwayatkan bahwa : “Beliau saw maju mendekati neraka dan menghalaunya dari seluruh makhluk, sesungguhnya neraka diperintah untuk mentaatinya, iapun kembali pada kendali para malaikat yang memegang rantainya hingga mereka menempatkannya sesuai perintah Allah di sebelah kiri Arasy Allah.”
Lalu ditetapkanlah hisab dan keadilan hingga meskipun perkara yang terjadi di antara sesama hewan seperti yang diriwayatkan : “Bahwa kambing yang bertanduk digiring untuk menuntut keadilan atas kambing yang tidak bertanduk.”
Diriwayatkan bahwa setelah hewan-hewan saling membalas satu sama lain Allah berkata kepada mereka : “Jadilah kalian tanah,” di saat itulah orang-orang kafir berkata : “Duhai, seandainya aku menjadi tanah,” seperti yang disebutkan dalam ayat Al Qur’an.
Kemudian didirikanlah mizan untuk menimbang seluruh amal perbuatan manusia.
Allah berfirman : “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Qs. Al Anbiyaa’ : 47)
Allah berfirman : “Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangannya kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (Qs. Al A’raaf : 8-9)
Ditimbanglah keburukan dan kebaikan, barangsiapa yang amal kebaikannya lebih berat dari kejelekannya berarti ia beruntung dan barangsiapa yang kejelekannya lebih berat dari kebaikannya berarti ia merugi, barangsiapa yang seimbang kebaikan dan kejelekannya, ada yang berpendapat : “Ia akan dihentikan di tempat yang tinggi antara surga dan neraka, kemudian ia akan menuju ke surga berkat rahmat Allah.”
Diriwayatkan ada seorang malaikat berdiri di atas timbangan, bila timbangan seorang hamba menjadi berat ia akan berseru : “Sesungguhnya Fulan bin Fulan telah berat timbangannnya dan ia berbahagia tanpa akan merasa kesusahan selamanya.” Bila ringan timbangan seorang hamba ia akan berseru : “Sesungguhnya Fulan bin Fulan timbangannya ringan , ia celaka tanpa akan merasakan kebahagiaan selamanya.”
Adapun hadits yang masyhur tentang seseorang yang mendapat sembilan puluh sembilan catatan dosa-dosanya, ia tergolong dari umat ini.
Lalu dibentangkan jembatan di atas neraka Jahannam, manusia diperintah untuk melewatinya, diriwayatkan bahwa ia lebih tajam dari pedang dan lebih tipis dari rambut, manusia yang akan melewati tergantung amalan mereka, barangsiapa yang sempurna keimanannya dan selalu cepat dalam berbuat ketaatan, perjalanannya di atas jembatan itu akan ringan ia melewatinya seperti kilat yang menyambar, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang seperti larinya unta yang sangat kuat, dan ada yang seperti orang yang berlari cepat.
Ada juga yang merangkak, ada yang terkena sambaran api neraka dan ada yang jatuh terperosok di dalamnya.
Yang pertama kali melewatinya adalah para rasul as, saat itu masing-masing rasul berkata : “Wahai Tuhan, selamatkanlah kami, selamatkanlah kami.” Yang pertama kali melewatinya di kalangan rasul adalah Nabi Muhammad saw dan di kalangan umat-umat adalah umat beliau saw.
Lalu dikirimlah sifat amanat dan tali silaturahmi, keduanya berdiri di sekitar jembatan itu, di jembatan itu ada pelicin dan rantai-rantai bagai duri-duri tumbuhan Sa’ dan, ia akan menarik siapapun yang diperintahkan untuk ditarik.
Orang-orang beriman akan mendatangi telaga Rasulullah saw, mereka meminum dari telaga itu hingga hilanglah rasa haus mereka, airnya lebih putih dari susu, lebih harum dari misik dan lebih manis dari madu, di dalamnya ada dua saluran yang dialirkan dari sungai kautsar, panjang telaga itu sejauh perjalanan satu bulan, begitu juga lebarnya, disekitarnya terdapat ceret-ceret yang jumlahnya sebanyak jumlah bintang di langit, barangsiapa yang meminum seteguk saja tidak akan merasa kehausan selamanya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai letak telaga itu apakah setelah jembatan (shirath) itu, atau sebelum masuk ke surga, atau ia terletak di tempat timbangan dan jembatan, hal ini masih merupakan perkiraan.
Umat Muhammad saw akan dikenali di antara umat umat lain karena bagian leher, lengan dan betis mereka. bercahaya berkat air wudhu seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw.
Ada sebagian orang yang diusir dari telaga setelah Rasulullah saw melihat dan mengenali mereka, mereka digiring ke sebelah kiri, lalu Nabi saw berkata : “Sesungguhnya mereka adalah teman-temanku,” dikatakan kepada beliau : “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.”
Kemudian setelah itu para nabi, para siddiq, para ulama, orang-orang saleh dan orang-orang beriman diberi izin untuk memberi syafaat sesuai dengan kedudukannya di sisi Allah, hingga ada seorang dari umat ini yang memberi syafaat bagi orang banyak seperti jumlahnya kabilah rabi’ah dan mudhar, ada yang memberi syafaat satu orang dan ada juga yang memberi syafaat untuk dua orang.
Yang pertama kali diberi izin memberi syafaat adalah Nabi Muhammad saw, beliau saw bersabda : “Akulah yang pertama kali memberi syafaat dan pertama kali diterima syafaatnya.”
Beliau saw adalah nabi yang paling besar syafaatnya dan paling tinggi kedudukannya di sisi Tuhannya dan Beliau saw memiliki banyak syafaat.
Syafaat yang pertama dan terbesar adalah syafaat beliau saw saat pemutusan hukum, Nabi saw bersabda : “Aku terus memberi syafaat hingga aku diberi sebuah lorong yang berisi orang-orang yang sebenarnya telah diperintah untuk dimasukkan ke dalam neraka.”
Nabi saw bersabda : “Aku terus memberi syafaat hingga malaikat Malik berkata kepadaku : “Engkau tidak menyisakan sedikitpun kemarahan Tuhanmu atas umatmu.”
Termasuk diantara syafaat Nabi saw : Beliau saw memberi syafaat kepada segolongan umatnya yang telah masuk neraka hingga mereka dapat keluar darinya dan kepada segolongan umatnya untuk menambah kenaikan derajat mereka di surga juga bentuk syafaat yang lainnya, sampai beliau saw berkata kepada Tuhannya : “Izinkanlah aku memberi syafaat kepada siapapun yang mengucapkan Laa ilaaha illallah,” Allah swt berkata : “Sesungguhnya hal itu bukan urusanmu, tetapi demi kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku Aku tidak akan menjadikan orang beriman kepada-Ku meski sehari seperti orang yang tidak beriman kepada – Ku.”
Kemungkinan orang-orang yang dimaksud adalah orang orang yang berada dalam genggaman Dzat Yang Maha Penyayang dari api neraka.
Dari Abu Hurairah ra berkata : “Aku pernah bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling beruntung mendapat syafaatmu kelak di hari kiamat?” Nabi saw menjawab : “Manusia yang paling beruntung mendapat syafaatku adalah orang yang mengucapkan : “Laa ilaaha illallah,” dengan tulus dari hatinya.”
Dari Zaid bin Arqam ra berkata : “Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan tulus ia akan masuk surga,” beliau saw diranya : “Wahai Rasulullah , apa tanda ketulusannya?” Beliau saw menjawab : “Ucapan itu dapat menghalanginya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah.”
Dari Anas ra berkata : “Aku pernah meminta Rasulullah saw memberiku syafaat kelak di hari kiamat,” beliau saw berkata : “Insya Allah aku akan melakukannya,” aku bertanya : “Kalau begitu dimana aku harus mencarimu?” Beliau saw menjawab : “Pertama kali engkau mencariku di jembatan (shirath),” aku bertanya : “Bila aku tidak menemukanmu di jembatan?” Beliau saw berkata : “Carilah aku di tempat penimbangan (mizan),” aku bertanya : “Kalau aku masih belum menemukanmu di tempat penimbangan?” Beliau saw menjawab : “Maka carilah aku di telaga sesungguhnya aku tidak akan beranjak dari selain tiga tempat ini.”
Ketahuilah bahwa termasuk perkara yang paling berat di hari kiamat adalah perkara mendhalimi orang lain karena hal ini adalah perbuatan yang tidak akan dibiarkan oleh Allah, disebutkan dalam hadits : “Kedhaliman ada tiga : Kedhaliman yang tidak akan diampuni oleh Allah yaitu syirik, kedhaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah yaitu seseorang mendhalimi orang lain dan kedhaliman yang tidak akan diperhatikan oleh Allah yaitu seorang hamba mendhalimi dirinya mengenai hubungannya dengan Tuhannya.”
Nabi saw bersabda : “Apakah kalian mengetahui siapakah orang yang bangkrut di kalangan umatku? Mereka (para sahabat) menjawab : “Seorang yang bangkrut di kalangan kami adalah yang tidak memiliki uang sedirhampun maupun barang. Nabi saw berkata : “Orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah yang datang di hari kiamat dengan membawa shalat, zakat, puasa sedangkan ia telah mencela orang ini, menuduh orang itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan telah memukul orang itu, hingga kebaikannya diberikan kepada orang yang dianiayanya setelah habis pahala kebaikannya sedangkan ia belum melunasi semuanya, diambillah dari dosa-dosa mereka yang dianiaya tersebut dan dibebankan atasnya kemudian ia dilempar ke neraka.”
Diriwayatkan bahwa kelak di hari kiamat seseorang akan merasa senang bila ia memiliki hak walaupun itu terhadap ayahnya atau anaknya hingga ia dapat menuntut dari mereka dan walaupun hal itu dapat menyulitkan keadaan mereka.
Disebutkan dalam hadits : “Barangsiapa yang mempunyai tanggungan milik saudaranya hendaknya ia segera melunasinya sebelum tiba hari tiada bermanfaat uang dinar maupun dirham, yang ada hanyalah kebaikan dan keburukan, kalau ia memiliki amal kebaikan akan diambil dari amalan itu, kalau tidak maka akan diambil dari kejelekan mereka kemudian diletakkan diatas kejelekannya, lalu ia dilempar ke neraka.”
Kemudian ketahuilah bahwa hari kiamat adalah hari yang sangat dahsyat sebagaimana firman Allah : “Tidakkah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (Qs. Al Muthafifin : 4-6)
Pada hari itu manusia akan menunggu (dihisab) dalam waktu yang sangat lama dan menghadapi cobaan yang teramat berat.
Allah telah menggambarkan dalam kitab-Nya yang mulia tentang kedahsyatan keadaan yang menegangkan pada hari itu, begitu juga Rasulullah saw telah menjelaskan hal itu dalam haditsnya serta para salaf saleh menjelaskan keadaan hari itu sesuai dengan apa yang mereka terima dari Allah dan rasul-Nya.
Para ulama telah mengumpulkan dalam buku-buku yang mereka tulis keterangan yang banyak sekali mengenai keadaan dan kedahsyatan hari kiamat, contohnya : Buku yang membahas tentang perihal kematian dan keadaan setelahnya dalam kitab Ihya’ karya Hujatul Islam Imam Ghazali dan buku karya beliau juga yang berjudul Ad Durrah Al Fakhirah Fii Kasyfi Uluumil Aakhirah.
Dan kitab Ad Tadzkirah karya Imam Qurtubi, kitab Syarah Shudur Fii Ahwalil Mauta Wal Kubur dan kitab Al Budur Safirah Fii Ahwalil Akhirah karya Imam Al Hafidz Suyuti.
Dari semua itu, kami telah membahas pokok-pokok dan intinya saja yang wajib diketahui oleh kita semua. Barangsiapa yang merasa cukup dengan keterangan ini, maka pembahasan ini sudah cukup baginya dan barangsiapa yang ingin memperluas pengetahuannya mengenai hal ini sebaiknya ia membaca buku-buku yang telah kami sebutkan di atas dan buku-buku lainnya yang membahas tentang hal itu. Semoga Allah memberi taufik dan pertolongan.
********
Penutup Umur Ini
Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang membebaskan seorang muslim dari satu kesulitan di dunia, maka Allah akan membebaskan darinya satu kesulitan di hari kiamat, barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib) nya di dunia dan akhirat.”
Nabi saw bersabda : “Setiap nabi memiliki satu doa yang mustajab yang telah ia panjatkan, sesungguhnya aku sembunyikan doaku sebagai syafaat bagi umatku, doa ini akan diperoleh insya Allah oleh siapapun yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan apapun.”
Nabi saw bersabda : “Kalau kalian mau aku beritahu kalian tentang apa yang pertama kali Allah ucapkan kepada orang-orang beriman di hari kiamat dan yang pertama kali mereka katakan kepada-Nya, para sahabat berkata : “Baiklah wahai Rasulullah, semoga Allah bershalawat dan bersalam kepadamu,” Allah Ta’alaa berfirman kepada orang-orang beriman : “Apakah kalian senang bertemu dengan-Ku?” Mereka menjawab : “Ya, wahai Tuhan kami,” Allah Ta’ala berfirman : “Apa yang membuat kalian demikian?” Mereka menjawab : “Harapan akan ampunan-Mu, rahmat-Mu dan ridha-Mu,” Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya Aku telah tetapkan rahmat-Ku untuk kalian.”
Nabi saw bersabda : “Ketika Allah menciptakan surga, ia mengutus Jibril ke surga, la berkata : “Lihatlah surga itu dan apa yang telah Aku persiapkan di dalamnya,” Jibril mendatanginya dan melihatnya juga apa yang telah Allah sediakan di dalamnya untuk para penghuninya. Setelah itu Jibril kembali kepada-Nya dan berkata : “Demi kemuliaan-Mu tidaklah seseorang yang mendengarnya pasti ia akan memasukinya,” lalu Allah menyuruh agar surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan, lalu la berkata : “Sekarang kembalilah ke sana dan lihatlah apa yang telah Aku siapkan di dalamnya untuk para penghuninya,” Jibril kembali melihat ke surga dan ternyata surga telah dikelilingi hal hal yang tidak menyenangkan, Jibril kembali kepada Allah dan berkata : “Demi kemuliaan-Mu sungguh aku takut tak seorangpun mau memasukinya,” Allah berkata : “Pergilah ke neraka dan lihatlah di dalamnya, apa yang telah aku persiapkan di dalamnya untuk para penghuninya,” Dilihatnya, ternyata neraka berisi azab yang bermacam-macam, Jibril kembali kepada-Nya dan berkata : “Demi kemuliaan-Mu tidak seorangpun yang mendengarnya akan memasukinya,” lalu Allah menyuruh agar neraka dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan, Ia berkata : “Kembalilah ke sana,” Setelah itu Jibril berkata : “Demi kemuliaan-Mu sungguh aku takut tak seorangpun akan selamat darinya.”
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat akan didatangkan penduduk dunia yang paling nikmat hidupnya sedangkan ia termasuk penghuni neraka lalu dimasukkan jarinya kedalam api neraka kemudian ia ditanya : “Wahai anak Adam, apakah engkau pernah melihat kebaikan sebelum ini?” Apakah engkau pernah mengalami kenikmatan sebelum ini? la menjawab : “Demi Allah tidak wahai Tuhan.” Dan didatangkan orang yang paling susah hidupnya semasa di dunia sedangkan ia termasuk penduduk surga, lalu dimasukkan jarinya ke dalam surga, kemudian ia ditanya : “Wahai anak Adam, apakah engkau pernah melihat keburukan sebelum ini? Apakah engkau pernah merasakan kesusahan sebelum ini? la menjawab : “Demi Allah, aku tidak pernah merasa kesusahan atau kesulitan sebelum ini.”
Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa ia pernah teringat akan api neraka lalu ia menangis, Rasulullah saw bertanya : “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab : “Aku teringat api neraka hingga aku menangis, apakah kalian kelak di hari kiamat akan teringat keluarga kalian?” Beliau saw menjawab : “Adapun di tiga tempat tak seorangpun akan mengingat orang lain, yaitu di tempat timbangan hingga ia mengetahui apa timbangannya ringan ataukah berat, di waktu (penerimaan) buku catatan amal ketika dikatakan : “Bacalah buku catatan amal kalian,” hingga ia mengetahui bukunya diterima di sebelah kanan atau kirinya. Atau di balik punggungnya, dan sewaktu di jembatan ketika ia berada di atas punggung neraka Jahannam.”
Nabi saw bersabda : “Bila penduduk surga telah masuk surga dan penduduk neraka telah masuk neraka, dibawalah kematian hingga di tempatkan di antara surga dan neraka, kemudian ia disembelih, lalu terdengarlah sebuah seruan : “Wahai penduduk surga, tiada lagi kematian bagi kalian, wahai penduduk neraka tiada lagi kematian bagi kalian,” sehingga penduduk surga semakin bergembira sedangkan penduduk neraka semakin bertambah kesedihannya.”
Rasulullah saw bersabda : “Penduduk surga ada seratus dua puluh golongan, yang delapan puluh golongan berasal dari umat ini sedangkan yang empat puluh golongan berasal dari umat-umat lainnya.”
Rasulullah saw bersabda : “Aku tidak pernah melihat seperti surga, orang yang mencarinya terlupakan (lalai), dan juga tidak seperti neraka, orang yang berlari darinya tertidur.”
Nabi saw bersabda : “Barangsiapa yang takut ia akan bergegas, barangsiapa bergegas akan segera sampai tujuan, ketahuilah sesungguhnya barang (anugerah) Allah sangatlah mahal, ketahuilah bahwa anugerah Allah adalah surga.”
Nabi saw bersabda : “Akulah manusia yang pertama kali keluar sewaktu para manusia dibangkitkan (dari kubur), akulah pemimpin mereka sewaktu para manusia datang, akulah pembicara mereka sewaktu mereka mendengar, akulah pemberi syafaat mereka sewaktu mereka tertahan, akulah pemberi mereka kabar gembira sewaktu mereka putus asa, kelak kemuliaan dan kemenangan ada di tanganku, kelak bendera Al Hamd ada di tanganku, akulah anak Adam yang paling mulia di sisi Tuhanku, seribu orang pembantu akan berada di sekelilingku, mereka bagaikan mutiara putih atau untaian berlian.”
Semoga Allah bershalawat dan bersalam kepada beliau dan menambah anugerah dan kemuliaannya di sisi-Nya.
Umur ini adalah yang terpanjang secara mutlak, ia adalah umur yang terbaik dan paling menyenangkan bagi penghuni surga, dan merupakan umur terburuk dan paling menyengsarakan bagi penghuni neraka.
Kami mulai pembahasan umur ini dengan penjelasan tentang neraka dan penghuninya karena kelak orang-orang beriman yang bertakwa akan melewatinya sebelum mereka masuk ke dalam surga.
Allah berfirman : “Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Qs. Maryam : 71-72)
Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. Ath Tahriim : 6)
Allah berfirman : “Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.” (Qs. Al Muddatstsir : 26-28)
Allah berfirman : “Maka, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).” (Qs. Al Lail : 14-16)
Allah berfirman : “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (naik) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (Qs. Al Humazah : 4-9)
Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Qs. Al Kahfi : 29)
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang kafir kepada ayat ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An Nisaa’ : 56)
Allah berfirman : “Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (Qs. Fathiir : 36-37)
Allah berfirman : “Dan barangsiapa yang ringan timbangan-nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” (Qs. Al Mukminuun : 103-104)
Sampai pada firman Allah : “Allah berfirman : “Tinggalkanlah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (Qs. Al Mukminuun : 108 )
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa.” (Qs. Al Zukruf : 74-75)
Sampai pada firman Allah : “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” (Qs. Al Zukruf : 77)
Ayat-ayat yang menyebutkan tentang keadaan neraka dan keadaan penghuninya banyak sekali, begitu juga riwayat riwayat hadits dari Rasululah saw mengenai hal ini banyak sekali, kami akan menyebutkan sedikit saja untuk menjadi bahan renungan.
Rasulullah saw bersabda : “Api kalian ini masih satu bagian dari tujuh puluh bagian neraka Jahannam,” Sahabat mengatakan : “Wahai Rasulullah, sedemikian itu sudah cukup,” beliau saw berkata : “Sesungguhnya api neraka lebih panas enam puluh sembilan kali lipat dari api kalian di dunia ini.”
Nabi saw bersabda : “Neraka Jahannam dinyalakan selama seribu tahun hingga memerah, kemudian dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga memutih, kemudian dinyalakan selama seribu tahun lagi sampai menjadi hitam pekat.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksaannya adalah seseorang yang memiliki dua sandal dan dua talinya yang terbuat dari api neraka, sehingga otaknya mendidih karenanya seperti mendidihnya masakan dalam kuali, sehingga ia tidak menganggap ada orang yang lebih dahsyat siksannya dari dirinya, padahal itu adalah merupakan siksaan yang paling ringan.”
Nabi saw bersabda : “Di antara mereka (penduduk neraka) ada yang dibakar oleh api neraka sampai kedua mata kakinya, ada yang dibakar oleh api neraka sampai kedua lututnya, ada yang dibakar oleh api neraka sampai pinggangnya dan ada juga yang dibakar oleh api neraka sampai lehernya.”
Nabi saw bersabda : “Wahai manusia, menangislah kalian, jika kalian tidak dapat menangis, maka berusahalah untuk menangis, sesungguhnya penduduk neraka menangis di neraka hingga air mata mereka mengaliri wajah mereka bagaikan anak sungai, hingga habislah air mata mereka lalu mengalirlah darah hingga mata mereka bernanah yang mana andaikan perahu-perahu dijalankan di atasnya pasti akan berjalan.”
Nabi saw bersabda : “Penduduk neraka akan ditimpa kelaparan sesuai dengan siksa yang mereka alami, mereka meminta pertolongan lalu diberi pertolongan dengan makanan dari pohon berduri, yang tidak dapat membuat gemuk dan tidak menghilangkan rasa lapar, mereka meminta makanan lagi, lalu mereka diberi makanan yang menyebabkan tersedak, mereka teringat sewaktu di dunia mereka menghilangkan tersedak ini dengan minuman, merekapun meminta minum, diangkatlah di hadapan mereka air yang mendidih dengan rantai-rantai besi setelah mendekati wajah mereka air itu menghanguskan wajah mereka, kemudian setelah air itu masuk ke perut mereka, air itu akan memotong-motong isi perut mereka, lalu mereka berkata : “Panggilkan penjaga neraka Jahannam.” Para penjaga itu berkata : “Bukankah para rasul telah mendatangi kalian dengan keterangan-keterangan? Mereka menjawab : “Benar,” para penjaga itu berkata : “Kalau begitu berdoalah kalian dan tidaklah doa orang-orang kafir itu melainkan hanyalah sia-sia belaka,” beliau saw melanjutkan : “Mereka berkata : “Panggillah Malik, “lalu mereka berkata : “Wahai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja,” Malik menjawab : “Kalian akan tetap tinggal (di neraka ini).”
Al A’mas berkata : “Diriwayatkan bahwa antara seruan mereka kepada Malik dan jawabannya Malik kepada mereka berjarak seribu tahun.”
Lalu beliau saw melanjutkan sabdanya : “Mereka berkata : “Mohonlah pada Tuhan kalian, tiada yang lebih baik bagi kalian daripada Tuhan kalian,” mereka berkata : “Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan kami adalah orang orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dhalim.” Beliau saw melanjutkan : “Allah menjawab seruan mereka : “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan-Ku.” Beliau saw melanjutkan : “Saat itulah mereka benar benar putus asa dari segala kebaikan dan di saat itulah mereka menjerit keras, penuh penyesalan dan merasa celaka.”
Telah diriwayatkan bahwa di dalam neraka terdapat ular ular seperti punuk unta khurasan dan kalajengking-kalajengking sebesar Baghal (peranakan kuda dengan keledai) yang berpelana, sekali gigit saja seseorang akan merasakan sakitnya selama empat puluh tahun dan andaikan satu timba air dingin dari neraka dituangkan di dunia pasti membuat busuk seluruh penduduk dunia, andaikan setetes minyak zaqqum menetes di dunia pasti akan merusak kehidupan penduduk bumi, andaikan seorang penduduk neraka keluar ke bumi pasti seluruh penduduk bumi akan binasa karena bau busuknya dan kejelekan bentuknya.
Sesungguhnya pintu-pintu neraka ada tujuh seperti yang Allah firmankan : “Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari neraka.” (Qs. Al Hijr : 44)
Dan neraka ada tujuh tingkatan tersusun satu sama lain.
Yang pertama : Jahannam, dikatakan : “Ia diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang bermaksiat.”
Kedua : Saqar
Ketiga : Ladza
Keempat : Al Hutamah
Kelima : Sa’ir
Keenam : Jahim
Ketujuh : Al Hawiyah, neraka paling bawah yang tidak ada dasarnya.
Semua tujuh tingkatan neraka ini diliputi dengan siksa yang pedih, hukuman yang dahsyat dan membinasakan, meskipun berbeda-beda siksaannya yang mana setiap tingkatan siksanya lebih pedih daripada yang di atasnya, semoga Allah melindungi kita semua, orang tua kita, orang orang yang kita cintai dan seluruh umat Islam dari api neraka berkat karunia dan kemurahan-Nya.
Ketahuilah bahwa penduduk neraka terbagi menjadi dua : golongan pertama yaitu orang-orang beriman yang bermaksiat yang memasukinya, golongan ini tidak tinggal kekal dalam neraka tetapi mereka akan keluar darinya berkat syafaat dan rahmat Allah kepada sebagian mereka sebelum selesainya hukuman dan sebagian lagi setelahnya, mereka berbeda-beda tingkatannya.
Diriwayatkan bahwa orang beriman yang paling akhir keluar dari neraka dan yang paling lama tinggal di dalamnya, ia akan keluar setelah tujuh ribu tahun, demikianlah umur dunia menurut pendapat yang menyatakannya.
Tiada seorangpun dari golongan orang-orang yang meng-Esa-kan Allah (muwahhid) di neraka, bahkan akan dikeluarkan darinya siapapun yang ada keimanan dalam hatinya meski seberat biji atom seperti yang disebutkan oleh hadits-hadits shahih.
Golongan kedua dari penghuni neraka adalah orang orang yang kafir kepada Allah, orang-orang musyrik dan orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dengan lisan mereka dan menyembunyikan kekafiran dalam hati mereka.
Orang-orang yang kafir kepada Allah bermacam-macam, ada golongan Yahudi, Nasrani, Majusi dan lain sebagainya, mereka semua kekal di neraka untuk selama-lamanya, Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir; mereka itu mendapat la’nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam la’nat itu, tidak akan diinginkan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (Qs. Al Baqarah : 161-162)
Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. An Nisaa’ : 116)
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Qs. Al Maidah : 72)
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (Qs. An Nisaa’ : 145)
Telah diriwayatkan bahwa gigi orang-orang kafir di neraka bagaikan gunung uhud dan kulit mereka menebal sekitar empat puluh dua hasta, dan seorang kafir menyeret lidahnya yang panjangnya satu farsah atau dua farsah (jarak sekitar 8 km) hingga diinjak oleh orang-orang, Allah membesarkan tubuh orang-orang kafir di neraka agar siksa mereka berlipat ganda dan hukuman mereka semakin pedih.
Kemudian bila orang-orang bertauhid yang bermaksiat telah dikeluarkan dari api neraka hingga tak seorangpun dari mereka yang tersisa di dalamnya, ditutuplah pintu-pintunya bagi orang-orang kafir, Allah berfirman : “Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (Qs. Al Humazah : 8-9)
Di antara mereka ada yang diletakkan dalam tabut (peti) yang penuh berisi api neraka kemudian dikunci di dalamnya, mereka terus menerus demikian selamanya berada dalam siksa Allah dan kemurkaan-Nya tanpa batas akhir, kami memohon kepada Allah keselamatan dan mati dalam keadaan Islam, kami berlindung kepada Allah dari keadaan yang dialami oleh penghuni neraka.
********
Tentang Surga Dan Kenikmatannya Serta
Berbagai Macam Kemuliaan Yang Allah Siapkan Untuk Penghuninya Di Dalamnya
Ketahuilah banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyebutkan tentang surga, jumlahnya tiada batas bahkan tidak dapat disebutkan semuanya tetapi kami akan menyebutkannya secara singkat sebagai bahan renungan dan pengenalan, di antaranya : Allah berfirman : “Dan sampaikanlah berita gembira kepada agi mereka mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” (Qs. Al Baqarah : 25)
Sampai pada firman-Nya : “Dan mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al Baqarah : 25)
Allah berfirman : “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombongan-rombongan (pula).” (Qs. Az Zumar : 73)
Sampai pada firman-Nya : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Az Zumar : 75)
Allah berfirman : “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (Qs. Ar Rahman : 46)
Sampai pada firman-Nya : “Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia.” (Qs. Ar Rahman : 78)
Allah berfirman : “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Berada dalam surga keni’matan.”
Sampai pada firman-Nya : “(Yaitu) segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.” (Qs. Al Waqi’ah : 10-40)
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.”
Sampai pada firman-Nya : “Dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).” (Qs. Al Insaan : 5-22)
Allah berfirman : “Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.
Sampai pada firman-Nya : “Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebagihannya kamu makan.” (Qs. Az Zukhruf : 70-73)
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.”
Sampai pada firman-Nya : “Sebagai karunia dari Tuhanmu, Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.” (Qs. Ad Dukhaan : 51-57)
Allah berfirman : “(Apakah) perumpamaan (penghuni) syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka.” (Qs. Muhammad : 15)
Allah berfirman : “(Bagi mereka) surga ‘Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas.”
Sampai pada firman-Nya : “Di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Qs. Fathiir : 33-35)
Allah berfirman : “Dan didekatkan surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).
Sampai pada firman-Nya : “Dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (Qs. Qaaf : 31-35)
Allah berfirman : “Sesungguhnya, orang-orang yang bertawakkal itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (Qs. Al Qamar : 54-55)
Rasulullah saw bersabda : ” Allah Ta’ala berfirman dalam hadits Qudsi : “Aku telah persiapkan bagi para hamba-Ku yang saleh segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia, kalau kalian mau bacalah : “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. As Sajadah : 17)
Rasulullah saw bersabda : “Dua surga dari perak berikut piring-piringnya dan seluruh isinya, dua surga dari emas berikut piring piringnya dan seluruh isinya, Dan tiada penghalang antara penghuni surga Adn untuk memandang Tuhan mereka kecuali Rida’ul Kibriya’ (pakaian kebesaaran Allah di wajahnya).
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya di surga ada seratus tingkatan, di antara setiap satu tingkat dengan yang lain jaraknya seperti antara langit dan bumi, sedangkan Firdaus adalah tingkat surga tertinggi, darinya terpancarlah empat sungai surga, di atasnyalah Arasy (singgasana Allah) berada, bila kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah kepada-Nya surga Firdaus.”
Nabi saw bersabda : “Tempat cambuk seorang penghuni surga adalah lebih baik dari dunia seisinya, seandainya seorang wanita penduduk surga menampakkan diri kepada penduduk bumi pasti ia akan menyinari seluruh penjuru dunia, dan memenuhinya dengan bau yang harum, kerudung yang ia kenakan di kepalanya lebih baik dari dunia seisinya.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya di surga ada sebuah pohon yang naungannya bila ditempuh oleh seorang pengendara dalam jangka waktu seratus tahun masih belum bisa melampauinya, dan sejengkal tempat seorang di antara kalian di surga lebih utama dari pada seluruh bumi yang disinari oleh matahari atau yang digelapinya.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya seorang mukmin di surga memiliki sebuah kemah yang terbuat dari sebuah mutiara, panjangnya sekitar enam puluh mil, di setiap sudutnya terdapat istri bagi seorang mukmin yang mereka tidak dapat saling memandang satu sama lain, dan si mukmin akan mengelilingi mereka.”
Abu Hurairah ra berkata : “Aku pernah bertanya : “Wahai Rasulullah, manusia tercipta dari apa?” Beliau saw menjawab : “Dari air,” aku bertanya lagi : “Sedangkan surga terbuat dari apa bangunannya?” Nabi saw menjawab : “Batu bata terbuat dari emas dan batu bata terbuat dari perak sedangkan perekatnya adalah minyak kasturi yang harum, tanamannya adalah mutiara dan batu yakut, dan tanahnya adalah minyak za’faran, barangsiapa yang memasukinya ia akan merasa nikmat dan tidak akan susah, ia akan kekal tidak sementara ataupun mati, pakaiannya tidak akan usang dan ia akan menjadi muda kembali selamanya.”
Nabi saw bersabda : “Golongan pertama yang memasuki surga wajah mereka bagai bulan purnama, sedangkan golongan kedua wajah mereka lebih indah dari bintang kejora di langit, setiap lelaki di antara mereka memiliki dua isteri, masing-masing isteri memakai tujuh puluh pakaian yang mana betisnya dapat terlihat dari luarnya.”
Rasulullah saw bersabda : “Penduduk surga akan memasuki surga dalam keadaan muda belia, bersih, bercahaya wajahnya masing-masing, mata mereka laksana bercelak dan berumur sekitar tiga puluh tahun atau tiga puluh tiga tahun.”
Suatu hari beliau saw bersabda kepada para sahabatnya : “Berjuanglah kalian untuk menggapai surga, sesungguhnya surga tidak pernah terlintas di hati seseorang, demi Tuhan pemilik Ka’bah ia (surga) adalah cahaya yang bersinar dan wewangian yang sangat harum, istana yang kokoh, sungai yang mengalir, buah yang banyak lagi matang, isteri-isteri yang cantik dan menawan, pakaian-pakaian yang banyak, tempat yang abadi, dalam kehidupan yang senang, di tempat yang tinggi, tiada cacat nan indah,” mereka berkata : “Kami akan berjuang untuknya wahai Rasulullah,” beliau saw berkata : “Katakanlah : “Insya Allah.”
Nabi saw bersabda : “Pohon kurma di surga dahannya terbuat dari batu zamrud hijau, dedaunannya emas merah, pelepahnya adalah pakaian bagi penduduk surga, darinya pakaian dan kain mereka, buahnya bagaikan timba lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, lebih halus dari mentega dan tidak berbiji.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya penduduk surga makan dan minum, tidak meludah, tidak kencing, tidak buang air besar dan tidak beringus,” para sahabat bertanya : “Lalu bagaimana makanan yang telah dimakannya?” Nabi saw menjawab : “Keluar menjadi sendawa dan keringat seperti tetesan kasturi, mereka diberi ilham bacaan tasbih, takdis dan tahmid.” Dalam riwayat lain disebutkan : “Dan takbir seperti mereka diilhami untuk bernafas.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya seorang lelaki penghuni surga diberi kekuatan seratus lelaki dalam memakan, meminum, berhubungan badan dan syahwatnya.”
Nabi saw bersabda : “Seorang malaikat berseru : “Wahai penduduk surga, kinilah saatnya bagi kalian hidup sehat dan tidak akan sakit untuk selamanya, kinilah saatnya bagi kalian untuk hidup dan tidak mati selamanya, kinilah saatnya bagi kalian tetap muda dan tidak tua selamanya, kinilah saatnya bagi kalian bersenang-senang dan tidak susah untuk selamanya.”
Itulah firman Allah : “Dan diserukan kepada mereka : “Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (Qs. Al A’raaf : 43)
Nabi saw pernah ditanya : “Apakah Kautsar itu?” Beliau saw menjawab : “Itulah sungai yang Allah berikan kepadaku (di surga) ia lebih putih dari susu, lebih manis dari madu di dalamnya ada seekor burung yang lehernya seperti leher unta,” Umar berkata : “Sungguh sangat nikmat,” Rasulullah saw berkata : “Orang yang memakannya lebih nikmat darinya.”
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya di dalam surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya dapat terlihat dari dalamnya, dan bagian dalamnya dapat terlihat dari luarnya,” lalu bangunlah seorang Arab mendekatinya dan bertanya : “Diperuntukkan untuk siapa ya Rasulullah?” Beliau saw menjawab : “Bagi yang bertutur kata baik, suka memberi makanan, suka berpuasa dan menunaikan shalat malam saat orang-orang tertidur.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya Allah berkata kepada penduduk surga : “Wahai penduduk surga,” mereka menjawab : “Kami penuhi panggilan-Mu wahai Tuhan kami, dan kebaikan ada di tangan-Mu,” Allah bertanya : “Apakah kalian telah ridha?” Mereka menjawab : “Bagaimana kami tidak ridha wahai Tuhan sedangkan Engkau telah memberi kami anugerah yang tidak Engkau berikan kepada seorang makhlukpun,” Ia bertanya : “Maukah Aku memberi kalian yang lebih baik dari itu?” Mereka bertanya : “Wahai Tuhan, apa ada yang lebih baik dari itu?” Ia menjawab : “Aku berkenan meridhai kalian dan Aku tidak akan murka terhadap kalian untuk selamanya.”
Diriwayatkan bahwa orang-orang fakir akan masuk surga setengah hari sebelum orang-orang kaya yaitu lima ratus tahun sebelumnya, sungai-sungai di surga mengalir tanpa menempel di permukaan tanah, masing-masing penduduk surga tingginya enam puluh hasta sesuai tinggi bapak mereka Nabi Adam as, kedudukan paling rendah di surga yaitu orang yang diberi seperti sepuluh kali dunia seisinya, ia memiliki seribu pembantu, tujuh puluh dua isteri bidadari, ia akan meman dang kenikmatannya dan kemuliaan yang Allah siapkan bagin ya selama seribu tahun, pangkal setiap pohon di surga terbuat dari emas, pintu-pintu surga ada delapan dan jumlah tingka tannya sesuai dengan jumlah ayat-ayat Al Qur’an, semoga Allah menjadikan kita termasuk penghuninya berkat karunia dan kemurahan-Nya.
********
Penutup Umur Ini
Kami akhiri kitab ini, insya Allah dengan pembahasan tentang kelak orang-orang mukmin akan memandang wajah Tuhannya di surga dan penjelasan tentang luasnya rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
Allah berfirman : “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (Qs. Yunus : 26)
Disebutkan dalam tafsir ayat ini bahwa pahala terbaik adalah surga dan tambahannya adalah memandang kepada Allah swt.
Allah berfirman : “Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (Qs. Al Qiyamah : 22-23)
Rasulullah saw bersabda : “Bila penduduk surga telah memasuki surga, Allah swt bertanya : “Apa kalian ingin sesuatu yang Aku tambahkan untuk kalian?” Mereka menjawab : “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah kami (menyenangkan kami)! Bukankah Engkau memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka! Beliau saw melanjutkan : “Lalu la membuka hijab (Penghalang) sehingga tiada sesuatu yang diberikan kepada mereka lebih mereka senangi daripada memandang kepada Tuhan mereka swt.”
Dalam riwayat lain disebutkan : “Kemudian beliau saw membaca : “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (Qs. Yunus : 26)
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ra berkata : “Ketika kami berada di tempat Rasulullah saw lalu kami memandang bulan purnama, kemudian beliau saw bersabda : “Sesungguhnya kalian akan memandang Tuhan kalian secara kasat mata sebagaimana kalian memandang bulan ini, kalian tidak ragu dalam memandang Nya, kalau kalian mampu untuk terus menjalankan shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum terbenamnya matahari, maka lakukanlah, kemudian Beliau saw membaca ayat : “Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” ( Qs. Thahaa : 130)
Yang dimaksud kedua shalat dalam ayat di atas, adalah shalat subuh dan ashar.
Dari Abu Razin Al Uqaili berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah : “Wahai Rasulullah, apakah kelak di hari kiamat kita semua dapat memandang Allah secara kasat mata?” Beliau saw menjawab : “Ya,” aku bertanya : “Lalu apa tanda-tandanya pada makhluk-Nya?” Beliau saw menjawab : “Wahai Abu Razin, bukankah kalian masing-masing dapat memandang bulan purnama secara kasat mata?” Aku menjawab : “Ya,” beliau saw berkata : “Maka Allah lebih agung, sesungguhnya bulan purnama itu salah satu dari makhluk Allah swt.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya penghuni surga bila telah memasuki surga, mereka akan menempatinya sesuai amal perbuatan mereka, lalu mereka diberi izin kira-kira kalau seperti hari di dunia yaitu hari jum’at, mereka mengunjungi Tuhan mereka, lalu nampaklah pada mereka Arasy-Nya , ia nampak di hadapan mereka di salah satu kebun surga, lalu diletakkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya, mimbar-mimbar dari mutiara, mimbar dari batu yakut, mimbar dari batu zabarjud, mimbar dari emas dan mimbar dari perak, orang yang paling rendah tingkatannya (tiada yang rendah di antara mereka) akan duduk di atas kursi terbuat dari kasturi dan kapur, mereka tidak menganggap orang-orang yang duduk di kursi lebih mulia tempat duduknya dari mereka.”
Abu Hurairah ra berkata : “Aku bertanya kepada beliau saw : “Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan?” Beliau saw menjawab : “Ya, apakah kalian ragu ketika melihat matahari dan bulan?” Kami menjawab : “Tidak,” Beliau saw bersabda : “Begitu juga kalian tidak akan ragu ketika melihat Tuhan kalian dan tak seorangpun yang ada di tempat itu melainkan Allah akan mengajaknya berbicara, hingga la berkata kepada salah seorang dari mereka : “Wahai Fulan bin Fulan, apakah engkau ingat di hari itu engkau mengatakan ini dan itu,” la mengingatkan orang itu sebagian dosa dosanya di dunia, orang itu berkata : “Apakah Engkau tidak berkenan mengampuniku?” Ia berkata : “Ya, karena luasnya ampunan-Ku engkau dapat mencapai kedudukanmu ini.” Di saat mereka demikian tiba-tiba mereka diliputi sebuah awan dari atas, awan itu mencurahkan hujan wewangian yang tidak pernah mereka jumpai bau seperti itu, Allah berkata : “Bangkitlah kalian menuju kepada karunia yang telah Aku siapkan untuk kalian, ambillah sesuka kalian,” lalu mereka mendatangi sebuah pasar yang telah dikelilingi para malaikat, pasar yang tidak pernah dilihat oleh mata sebelumnya, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati, saat itu kita akan mengambil apa yang kita sukai, tidak ada jual beli di dalamnya, di pasar itulah para penghuni surga saling bertemu.”
Beliau saw melanjutkan : “Datanglah seseorang yang memiliki kedudukan tinggi ia bertemu dengan orang yang lebih rendah darinya, orang itu merasa canggung melihat pakaiannya, belum selesai percakapan mereka tiba-tiba ia telah diberi pakaian yang lebih baik darinya, hal itu tak lain karena tak seorangpun yang boleh bersedih di dalamnya, kemudian kita kembali ke rumah kita dan disambut oleh isteri-isteri kita, mereka berkata : “Selamat datang, sungguh engkau lebih tampan dibanding saat engkau pergi meninggalkan kami, iapun berkata : “Sesungguhnya hari ini kami telah duduk bersama Tuhan kami Yang Maha Agung, jadi sudah pasti kami berubah seperti saat kami kembali sekarang.”
Kenikmatan yang terbaik dan teragung adalah memandang wajah Allah Yang Mulia di tempat yang penuh kenikmatan dan kemuliaan.
Semoga Allah berkenan memberikan anugerah itu pada kita beserta orang tua kita, orang-orang yang kita cintai dan seluruh kaum muslimin berkat rahmat dan karunia-Nya sesungguhnya Dia Maha Penyayang.
********
Riwayat Tentang Keluasan Rahmat Allah
Allah berfirman :
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (Qs. Al A’raaf : 156)
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Hijr : 49)
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah : “Salaamun-alaikum.” Tuhanmu telah menetapkan atas diri Nya kasih sayang.” (Qs. Al An’aam : 54)
“Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Az Zumar : 53)
“Dan barangsiapa yang mengerjakannya kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nisaa’ : 110)
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat, la menurunkan darinya satu rahmat yang dibagi untuk manusia, jin, burung, binatang ternak, dan binatang buas, dengan rahmat ini mereka saling menyayangi, dan la menyimpan sembilan puluh sembilan rahmat-Nya yang la gunakan untuk merahmati para hamba-Nya kelak di hari kiamat.”
Diriwayatkan kelak di hari kiamat Allah mengeluarkan sebuah tulisan dari bawah Arasy yang berbunyi : “Sesungguhnya rahmat-Ku telah mendahului murka-Ku dan Akulah Yang Maha Penyayang.”
Maka dikeluarkanlah dari neraka orang-orang sejumlah penduduk surga.
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat Allah akan bertajalli di hadapan kita dalam keadaan senyum, Ia berkata : “Bergembiralah wahai orang-orang Islam sesungguhnya tak seorangpun dari kalian melainkan Aku telah gantikan tempatnya di neraka seorang Yahudi atau Nasrani.”
Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya yang beriman daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.”
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat Allah akan memberi ampunan sehingga iblis memanjangkan lehernya dengan harapan ia memperolehnya.”
Yaitu kelak di hari kiamat. Iblis yang terlaknat sama sekali tidak akan mendapat ampunan Allah karena ia termasuk golongan yang berputus asa dari ampunan Allah dan rahmat-Nya, dan ia adalah pemimpin orang-orang musyrik.
Sedangkan Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. An Nisaa’ : 116)
Nabi saw bersabda : “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka dirinya akan diharamkan oleh Allah dari api neraka.”
Nabi saw bersabda : “Kelak di hari kiamat sebuah suara akan berseru dari bawah Arasy : “Wahai umat Muhammad, adapun kesalahan kalian terhadap-Ku telah Aku ampunkan, yang tersisa hanyalah persoalan yang terjadi di antara kalian, hendaknya kalian saling memberi maaf dan masuklah ke dalam surgaku dengan sebab rahmat-Ku.”
Inilah akhir pembahasan kami dalam karya tulis yang penuh berkah ini insya Allah, keberkahan berasal dari Allah, segala keutamaan dan kebaikan berada di tangan Allah, segala urusan adalah milik Allah, dan tiada daya maupun kekuatan kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung, cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.
Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan terimalah taubat kami sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi karunia.
Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada Mu).
Semoga Allah bershalawat kepada junjungan kami Muhammad hamba dan utusan-Nya, yang dipercayai untuk menerima wahyu-Nya.
Beserta keluarganya yang baik dan suci, para sahabatnya yang membimbing dan selalu mendapat petunjuk, beserta para pengikut jejak mereka dengan baik sampai hari kiamat, begitu juga kami golongkanlah bersama mereka dan di dalam mereka berkat rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
Alhamdulillah selesailah penulisan kitab ini berkat pertolongan dan taufik dari Allah.
Selesai penulisannya hari Minggu pagi tanggal 29 Sya’ban tahun 1110 H, semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam yang terindah kepada Sahibul Hijrah Nabi saw.
Segala puji Allah Tuhan alam semesta.