1- الحَمـدُ لِلَّهِ الَّذِي قَـد أَخـرَجَا * نَتَـائِجَ الفِـكرِ لِأَربَـابِ الحِـجَا
1) Segala puji bagi Allah, Dzat yang sungguh telah menampakkan berbagai bentuk pemikiran kepada orang-orang yang memiliki akal.
2- وَحَـطَّ عَنهُم مِن سَمَـاءِ العَقلِ * كُلَّ حِجَـابٍ، مِـن سَحَابِ الجَهلِ
2) Dan Dzat yang telah menghilangkan (menyingkap) setiap tabir penutup yakni kabut kebodohan dari langit akal pikiran.
3- حَتَّى بَدَت لَهُـم شُمُوسُ المَعْرِفَة * رَأَوا مُخَــدَّرَاتِـهَا مُنكَــشِفَه
3) Sehingga menjadi terbit (terang) matahari pengetahuan bagi mereka, yang akhirnya mereka dapat melihat setiap permasalahan rumit terurai dengan jelas.
4- نَحمَـدُهُ جَـلَّ عَـلَى الإِنعَامِ * بِنِعــمَةِ الإِيمَــانِ وَالإِسـلاَمِ
4) Kami memuji kepada Allah Yang Maha Agung atas segala nikmat, yakni nikmat yang berupa iman dan Islam.
5- مَـن خَصَّنَا بِخَيرِ مَن قَد أُرسِلاَ * وَخَيرِ مَـن حَـازَ المَقَامَـاتِ العُلاَ
5) Dia adalah Dzat yang telah memberi keistimewaan kepada kita dengan manusia terbaik yang terutus dan sebaik-baik manusia yang mendapatkan derajat tinggi.
6- مُحَـمَّدٍ، سَيِّـدِ كُـلِّ مُقتَفَى * العَـرَبِيِّ الهَـاشِـمِيِّ المُصـطَفَى
6) Yaitu Nabi Muhammad, pemimpin dari orang orang-orang yang diikuti (ditaati), berbangsa Arab, keturunan bani Hasyim dan manusia pilihan.
7- صَـلَّى عَلَيهِ اللَّهُ مَـادَامَ الحِجَا * يَخُـوضُ مِـن بَحرِ المَعَانِي لُجَجَا
7) Semoga Allah swt. selalu melimpahkan tambahan rahmat kepada Beliau sepanjang akal pikiran masih tetap bergerak menyelami permasalahan-permasalahan rumit dari makna-makna yang luasnya bak laksana lautan.
8- وَآلِـهِ وَصَـحبِهِ ذَوِي الهُدَى * مَـن شُبِّهُـوا بِأَنجُــمٍ، في الِاهتِدَا
8) Dan (semoga Allah swt. juga melimpahkan tambahan rahmat-Nya) kepada keluarga dan para sahabat Beliau, para pemilik petunjuk. Adalah mereka yang diibaratkan bintang-bintang dalam memberikan petunjuk.
9- وَبَعـدُ فَـالمَنـطِقُ لِلـجَنَانِ * نِسبَتُهُ كَـالنَّحـــوِ لِلِّسَــانِ
9) Dan setelah membaca basmalah, hamdalah, shalawat serta salam, kedudukan ilmu Mantiq bagi hati sebanding dengan kedudukan ilmu nahwu bagi lisan.
10- فَيَعصِمُ الأَفكَارَ عَن غَيِّ الخَطَا * وَعَـن دَقِيقِ الفَهـمِ يَكشِفُ الغِطَا
10) Ilmu ini menjaga pikiran dari terjadinya kesalahan yang tidak disengaja dan membuka penutup pemahaman yang rumit.
11- فَهَـاكَ مِن أُصُـولِهِ قَوَاعِـدَا * تَجـمَعُ مِـن فُنُـونِهِ فَـوَائِـدَا
11) Maka ambillah beberapa kaidah dari dasar-dasar ilmu Mantiq, di mana kaidah tersebut dapat mengumpulkan beberapa faidah dari cabang-cabang ilmunya.
12- سَمَّيـتُهُ بِالسٌّلَّــمِ المُنَـورَقِ * يُرقَـى بِـهِ سَمَـاءُ عِلـمِ المَنطِقِ
12) Aku namakan (karya ini) dengan nama Sulam Munawrag (tangga yang dihiasi), di mana dengan karya ini dapat digapai ilmu mantiq yang tinggi laksana langit.
13- وَاللهَ أَرجُـو أن يَكُونَ خَالِصَا * لِـوَجـهِهِ الكَـرِيمِ لَيـسَ قَالِصَا
13) Dan hanya kepada Allah aku berharap, semoga kitab ini menjadi karya yang murni karena Allah semata dan tiada berkurang sedikit pun manfaatnya.
14- وَأَن يَكُـونَ نَـافِعًا لِلمُبـتَدِي * بِـهِ إِلَــى المُطَـوَّلاَتِ يَهتَـدِي
14) Dan semoga kitab ini bermanfaat bagi pemula yang baru mempelajari ilmu Mantiq, hingga mendapatkan petunjuk agar sampai pada kitab-kitab yang lebih luas pembahasannya.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU MANTIQ
15- وَالخُلـفُ فِي جَـوَازِ الاِشتِغَالِ * بِــهِ عَـلَى ثَـلاَثَـةٍ, أَقــوَالِ
15) Perbedaan ulama’ mengenai hukum boleh tidaknya memperdalam ilmu Mantiq ada tiga pendapat.
16- فَابنُ الصَّـلاَحِ وَالنَّوَاوِي حَرَّمَا * وَقَـالَ قَـومٌ يَنبَـغِي أَن يُعـلَمَا
16) Ibnu Sholah dan An-Nawawi, keduanya mengharamkan, dan segolongan ulama’ berpendapat, sebaiknya ilmu Mantiq itu diketahui (dipelajari).
17- وَالقَـولَةُ المَشهُـورَةُ الصَّحِيحَه * جَـوَازُهُ لِـكَامِـلِ القَـرِيحَـه
17) Sedangkan menurut pendapat yang masyhur dan benar (shahih), boleh mempelajarinya bagi orang yang memiliki akal sempurna (daya nalar yang sempurna).
18- مُمَـارِسِ السٌّـنَّةِ وَالكِتَـابِ * لِيَـهتَدِي بِـهِ إِلَـى الصَّـوَابِ
18) Dan juga sosok manusia yang senantiasa membiasakan diri mengamalkan kandungan As-Sunnah dan Al-Qur’an, agar dengan hal ini seseorang mendapatkan petunjuk mendapatkan kebenaran.
MACAM-MACAM ILMU
19- إِدرَاكُ مُفـرَدٍ, تَصَـوٌّرًا عُـلِم * وَدَركُ نِسـبَةٍ, بِتَـصدِيقٍ, وُسِـم
19) Menemukan makna mufrad itu dikenal dengan nama tashawwur dan sedangkan menemukan adanya nisbat (penyandaran) hukum disebut dengan tashdiq.
20- وَقَـدِّمِ الأَوَّلَ عِنـدَ الوَضـعِ * لِأَنَّــهُ مُقَــدَّمٌ بِـالطَّبــعِ
20) Dahulukanlah yang pertama (tashawuur) pada saat peletakan, karena sesungguhnya bagian yang pertama tersebut didahulukan secara tabiaf (natural)
21- وَالنَّظَـرِي مَا احتَاجَ لِلتَّـأَمٌّلِ * وَعَكسُـهُ هُـوَ الضَّرُورِيٌّ الجَلِي
21) Ilmu nadhari adalah ilmu yang membutuhkan angan-angan (pemikiran) dan kebalikannya adalah ilmu dharury yang jelas.
22- وَمَـا بِهِ إِلَى تَصَـوٌّرٍ وُصِل * يُدعَـى بِقَـولٍ شَـارِحٍ فَلتَبتَهِل
22) Sesuatu yang digunakan menghantarkan pada tashawwur disebut “qaul syarikh”, maka sungguh carilah.
23- وَمَـا لِتَصـدِيقٍ بِهِ تُوُصِّـلاَ * بِحُـجَّةٍ يُعـرَفُ عِنـدَ العُقَـلاَ
23) Sesuatu yang digunakan menghantarkan pada tashdig dikenal di kalangan ulama dengan sebutan “hujjah”.
DILALAH WADHIYAH
24- دَلَالَـةُ اللَّفـظِ عَلَى مَا وَافَقَه * يَدعُـونَـهَا دَلاَلَـةَ المُطَـابَقَـه
24) Petunjuk berbentuk lafaz (kata/suara) atas makna yang sesuai dengan lafaz tersebut, maka ulama Mantiq menyebutnya dengan nama dilalah muthabaqah.
25- وَجُـزئِهِ تَضَمٌّنًا وَمَـا لَـزِم * فَهـوَ التِـزَامٌ إِن بِعَقـلٍ التُـزِم
25) Dan (petunjuk) atas sebagian dari makna lafaz tersebut dinamakan dengan dilalah tadzhammun, dan (petunjuk) atas hal yang lazim (terkait erat) maka dinamakan dilalah iltizam, jikalau lazim ditetapkan dengan perantaraan akal (hati).
PEMBAHASAN LAFAZ
26- مُستَعمَلُ الأَلفَاظِ حَيثُ يُوجَدُ * إِمَّـا مُـرَكَّـبٌ وَإِمَّـا مُفـرَدُ
26) Lafaz-lafaz yang terpakai (musta’mal) manakala dijumpai, ada yang berbentuk susunan (murakab) dan ada yang berbentuk tunggal (mufrad)
27- فَـأَوَّلٌ مَـا دَلَّ جُزؤُهُ عَلَـى * جُـزُءِ مَعنَـاهُ بِعَـكسِ مَـا تَلاَ
27) Adapun yang pertama (murakab) adalah lafaz yang bagian-bagian penyusunnya menunjukkan bagian dari maknanya. Pengertian ini terbalik dengan pengertian lafaz mufrad yang mengiringinya.
28- وَهوَ عَلَى قِسمَينِ أَعنِي المُفرَدَا * كُلِّـيُّ او جُـزئِيٌّ حَيثُ وُجِـدَا
28) Dan lafaz tersebut, maksudku adalah mufrad, manakala ditemukan terbagi menjadi dua macam, yaitu kulliy dan juz’iy.
29- فَمُفـهِمُ اشـتِرَاكٍ الـكُلِّيٌّ * كَـأَسَـدٍ، وَعَكـسُهُ الجُــزئِيٌّ
29) Lafaz yang memberi pemahaman adanya isytirak (kesamaan antar individu maknanya) disebut dengan kulliy, seperti lafaz (singa). Sedangkan kebalikannya adalah juz’iy.
30- وَأَوَّلاً لِلذَّاتِ إِن فِيهَا اندَرَج * فَانسُـبهُ أَو لِعَـارِضٍ إذَا خَـرَج
30) Golongkanlah lafaz yang pertama (kulliy) pada dzat apabila lafaz tersebut masuk di dalam dzat (hakikat sesuatu). Atau golongkanlah pada’aridz (sifat) ketika lafaz tersebut keluar dari dzat.
31- وَالكُلِّيَاتُ خَمسَةٌ دُونَ انتِقَاص * جِنسٌ وَفَـصلٌ عَرَضٌ نَوعٌ وَخَاص
31) Lafaz-lafaz kulliy tidak kurang (dan tidak lebih) ada 5 (lima) macam, yaitu jenis, fashal, “irdhz, nau” dan khasز
32- وَأَوَّلٌ ثَلَاثَـةٌ بِـلاَ شَطَـط * جِنـسٌ قَرِيبٌ أَو بَعِيـدٌ أَو وَسَط
32) Adapun yang pertama (jenis) tidak lebih dari 3 (tiga) pembagian, yaitu parib (dekat), ba’id (jauh) dan wasath (tengah-tengah)
HUBUNGAN LAFAZ TERHADAP MAKNA
33- وَنِسبَةُ الأَلفَـاظِ لِلمَعَـانِي * خَمـسَةُ أَقسَـامٍ بِـلاَ نُقصَـانِ
33) Penisbatan (pertalian) beberapa lafaz bersama makna-makna yang dikandung, tidak kurang dan tidak lebih dari 5 (lima) macam.
34- تَوَاطُـؤٌ تَشَـاكُكٌ تَخَالُفُ * وَالِاشـتِرَاكُ عَكـسُهُ التَّـرَادُفُ
34) Yaitu tawathu, tasyakuk, takhaluf, isytirak, dan kebalikan dari isytira yaitu taraduf,
35- وَاللَّفـظُ إِمَّـا طَلَبٌ أَو خَبَرُ * وَأَوَّلٌ ثَـلَاثَــةٌ سَتُـذكَــرُ
35) Sebuah lafaz adakalanya menunjukkan arti thalab (tuntutan) atau khabar (berita). Dan lafaz yang pertama (Hala) terbagi tiga macam, seperti keterangan yang akan disebutkan.
36- أَمـرٌ مَعَ استِعلاَ وَعَكسُهُ دُعَا * وَفِي التَّسَـاوِي فَالتِمَـاسٌ وَقَـعَا
36) Yaitu amr ketika disertai tuntutan yang bernada tinggi, dan kebalikannya adalah du’a. Dan pada derajat yang sejajar, maka disebut dengan iltimas.
KULL, KULLIYYAH, JUZ, JUZ’IYYAH
37- الكُـلٌّ حُكمُنَا عَلَى المَجمُوعِ * كَـكُلٌّ ذَاكَ لَيــسَ ذَا وُقُـوعِ
37) Kull adalah penghukuman kita atas kumpulan individu seperti contoh dalam hadits “semua itu tidak terjadi”.
38- وَحَيثُمَا لِكُـلِّ فَـردٍ حُكِمَا * فَـإِنَّـهُ كُلِّـيَّةٌ قَــد عُلِـمَا
38) Dan seandainya yang dihukumi adalah setiap individu maka hukum tersebut dikenal dengan nama kulliyah.
39- وَالحُكـمُ لِلبَعضِ هُوَ الجُزئِيَّه * وَالجُــزءُ مَعـرِفَـتُهُ جَـلِـيَّه
39) Dan hukum atas sebagian individu disebut dengan juz’iyyah dan pengertian mengenai juz sudah jelas.
MUARRIFAT
40- مُعَـرِّفٌ عَلَى ثَلاَثَـةٍ قُسِـم * حَـدُّ وَرَسـمِيُّ وَلَفـظِيُّ عُـلِم
40) Mu’arrif (definisi) terbagi menjadi tiga, yaitu Had, Rasim dan Lafdzi yang telah diketahui
41- فَالحَـدٌّ بِالجِنسِ وَفَصـلٍ وَقَعَا * وَالرَّسـمُ بِالجِـنسِ وَخَـاصَةٍ, مَعَا
41) Had tam (sempurna) terealisasi dengan menggunakan jenis garib dan fashl garib. Dan Rasm tam terwujud dengan menggunakan jenis garib dan khash (sifat khusus) secara bersamaan
42- وَنَاقِـصُ الحَدِّ بِفَصلٍ أَو مَـعَا * جِنـسٍ بَعيِــدٍ لاَ قَـرِيبٍ وَقَـعَا
42) Dan Had naqish (tidak sempurna) terealisasi dengan menggunakan fashl garib saja, atau fashl garib bersama dengan jenis ba’id, bukan dengan jenis garib.
43- وَنَاقِـصُ الرَّسمِ بِخَاصَةٍ فَقَـط * أَو مَـعَ جِنـسٍ أَبعَـدٍ قَدِ ارتَبَط
43) Rasm naqish terealisasi dengan menggunakan kliash saja, atau (khash) bersama dengan jenis ba’id yang memiliki hubungan
44- وَمَـا بِلَفـظِيٍّ لَدَيهِم شُـهِرَا * تَبـدِيـلُ لَفـظٍ بِرَدِيـفٍ أَشهَرَا
44) Adapun mu’arrif yang dikenal di kalangan ulama Mantiq dengan sebutan “ta’rif lafdzi” adalah mengganti sebuah lafaz dengan lafaz Jain yang semakna dan lebih masyhur.
45- وَشَـرطُ كُـلٍّ أَن يُرَى مُطَّرِدَا * مُنعَكِـسًا وَظَـاهِـرًا لاَ أَبعَـدَا
45) Persyaratan setiap fa’rif adalah harus terlihat muttharid mun’akis serta dhahir, bukan sesuatu yang jauh dari kepahaman hati.
46- وَلاَ مُسَـاوِيًـا وَلاَ تَجَـوٌّزَا * بِـلاَ قَــرِينَةٍ بِـهَا تُحُــرِّزَا
46) Dan bukan sesuatu yang sama (tingkat kesamarannya) serta bukan berbentuk lafaz yang dibuat majaz tanpa disertai garinah (indikator) yang digunakan menjaga makna (dari selain yang dikehendaki).
47- وَلاَ بِمَـا يُدرَى بِمَحدُودٍ وَلاَ * مُشـتَرَكٍ مِـنَ القَــرِينَةِ خَـلاَ
47) Dan ta’rif tidak terkait dengan sesuatu yang dapat diketahui melalui perantara perkara yang didefinisikan. Serta tidak menggunakan lafaz musitarak yang terlepas dari adanya garinah.
48- وَعِنـدَهُم مِن جُمـلَةِ المَردُودِ * أَن تَدخُـلَ الأَحكـَامُ فِـي الحُدُودِ
48) Menurut pakar ilmu Mantiq, termasuk perkara yang ditolak adalah masuknya hukum-hukum pada beberapa rasm.
49- وَلاَ يَجُوزُ فِي الحُـدُودِ ذِكرُ أَو * وَجَـائِزٌ فِي الرَّسـمِ فَادرِ مَا رَوَوا
49) Dan tidak diperbolehkan menyebutkan kata 3! (atau) dalam had dan diperbolehkan dalam rasm, maka pahamilah apa yang mereka riwayatkan.
QODLIYYAH
50- مَا احتَمَلَ الصِّـدقَ لِذَاتِهِ جَرَى * بَينَهُــمُ قَضِــيَّةً وَخَــبَرَا
50) Suatu lafaz yang dengan sendirinya (secara dzatiyah) memungkinkan benar (dan bohong) terlaku di kalangan ulama ahli Mantiq dengan sebutan qadhiyah dan khabar
51- ثٌّمَ القَضَـايَا عِندَهُـم قِسمَانِ * شَـرطِـيَّةٌ حَمـلِيَّةٌ وَالثَّـانِـي
51) Kemudian menurut mereka, qadhiyah ada dua pembagian: yaitu qadhiyah syarthiyah dan qadhiyah harnliyah. Dan qadhiyah yang ke dua (hamliyah)…
52- كُلِّــيَّةٌ شَخــصِيَّةٌ وَالأَوَّلُ * إِمَّــا مُسَـوَّرٌ وَإِمَّـا مُهـمَلُ
52) …terbagi menjadi qadhiyah kulliyah dan qadhiyah syakhshiyah. Dan yang pertama (kulliyah) adakalanya musauwwar dan adakalanya muhrnal,
53- وَالسٌّـورُ كُلِّيًّا وَجُـزئِيًّا يُرَى * وَأَربَـعٌ أَقسَـامُـهُ حَيثُ جَـرَى
53) Sur diketahui adakalanya kulliy dan adakalanya juz’iy. Dan pembagian sur ada empat macam, dalam setiap posisi diberlakukannya sur.
54- إِمَّـا بِكُلٍّ أَو بِبَعـضٍ أَو بِلاَ * شَـيءٍ وَلَيـسَ بَعضُ أَو شِبهٍ جَلاَ
54) Adakalanya menggunakan lafaz atau atau dengan dan atau lafaz yang jelas serupa.
55- وَكُلٌّـهَا مُوجَـبَةٌ وَسَـالِبَه * فَهـيَ إِذَن إِلَـى الثَّـمَانِ آيِـبَه
55) Dan keseluruhan dari beberapa qadhiyah di atas (syakhshiyah, kulliyah musawuwar kulli, kulliyah musawwar juz’iy dan muhmalah) adakalanya mujab (kalimat positif) dan salibah (kalimat negatif). Maka dari itu qadhiyah harnliyah kembali menjadi delapan macam.
56- وَالأَوَّلُ المَوضُـوعُ فِي الحَملِيَّه * وَالآخِـرُ المَحـمُولُ بِـالسَّـوِيَّه
56) Juz pertama dalam susunan qadhiyah hamliyah disebut mawdhu’ dan juz akhir disebut dengan mahmul. Dan (keduanya) sama menyertai.
57- وَإِن عَلَى التَّعلِيقِ فِيهَا قَد حُكِم * فَـإِنَّـهَا شَـرطِـيَّةٌ وَتَنقَـسِم
57) Jika dalam qadhiyah yang dihukumi adalah unsur pengkaitan (satu sisi qadhiyah dengan yang lain), maka qadhiyah tersebut disebut dengan syarthiyah. Dan qadhiyah syarthiyah ini terbagi
58- أَيـضًا إِلَـى شَرطِـيَّةٍ مُتَّصِلَه * وَمِثـلِهَا شَـرطِـيَّةٍ مُنفَـصِلَـه
58) …juga menjadi qadhiyah syarthiyah muttashilah. Dan yang menyamai adalah adalah qadhiyah syarthiyah munfashilah.
59- جُـزآهُمَا مُقَـدَّمٌ وَتَـالِـي * أَمَّــا بَيَــانُ ذَاتِ الِاتِّصَـالِ
59) Dua bagian (juz) penyusun dari dua qadhiyah tersebut adalah mugaddam dan tily. Adapun penjelasan dari qadhiyah muttashilah adalah.
60- مَـا أَوجَبَت تَـلاَزُمَ الجُزأَينِ * وَذَاتُ الِانفِصَــالِ دُونَ مَيــنِ
60) …qadhiyah yang menetapkan saling beriringan (kebersamaan) antara dua bagian (juz) penyusun qadhiyah. Dan tanpa berbohong, qadhiyah munfashilah adalah.
61- مَـا أَوجَبَت تَنَافُـرًا بَينَهُمَا * أَقسَـامُـهَا ثَـلاَثَـةٌ فَلتُـعلَـمَا
61) … qadhiyah yang menetapkan saling menafikan (mentiadakan) antara mugaddam dan tily. Dan pembagian qadhiyah munfashilah ada tiga, maka sebaiknya diketahui.
62- مَـانِعُ جَمعٍ أَو خُلُوٍّ أَو هُمَا * وَهـوَ الحَقِيـقِيٌّ الأَخَـصٌّ فَاعلَمَا
62) Yaitu mini’u jam’in (mencegah berkumpul), miani’u khulwin (mencegah ketiadaan), mini’u jam’in wa khulwin (mencegah berkumpul dan ketiadaan). Jenis yang ketiga adalah yang hakiki dan yang lebih khusus, maka ketahuilah!
TANAQUDH
63- تَنَاقُـضٌ خُلفُ القَضِيَّتَينِ فِي * كَيـفٍ وَصِـدقُ وَاحِـدٍ أَمرٌ قُفِي
63) Tanaqudh (perlawanan) adalah perbedaan antara dua qadhiyah dalam segi kaif (positif-negatif) dan kebenaran salah satunya (serta kebohongan yang lain) merupakan perkara yang diikuti.
64- فَـإِن تَكُن شَخصـِيَّةً أَو مُهمَلَه * فَنَقـضُهَا بِالـكَيفِ أَن تُبَـدِّلَـه
64) Apabila qadhiyah tersebut berbentuk syakhshiyah atau muhmalah, maka perlawanannya dari segi kaif adalah dengan kamu mengganti kaif dari qadhiyah tersebut.
65- وَإِن تَكُن مَحصُـورَةً بِالسٌّـورِ * فانقُـض بِضِـدِّ سُورِهَـا المَذكُورِ
65) Jika qadhiyah tersebut dibatasi dengan siir maka perlawanannya adalah dengan menggunakan kebalikan dari stir qadhiyah tersebut.
66- فََـإِن تَكُـن مُوجَبَـةً كُلِّـيَّه * نَقِيضُهَـا سَـالِبَـةٌ جُــزئِيَّـه
66) Dan jika qadhiyah tersebut berbentuk mujabah kulliyah, maka perlawanannya adalah salibah juz’iyah.
67- وَإِن تَكُـن سَـالِبَـةً كُلِّـيَّه * نَقِيضُـهَا مُـوجَـبَةٌ جُـزئِيَّـه
67) Kemudian apabila berbentuk salibah kulliyah, maka perlawanannya adalah mujabah juz tyah.
AKS MUSTAWI
68- العَكـسُ قَلبُ جُـزأَيِ القَضِيَّه * مَـعَ بَقَـاءِ الصِّـدقِ وَالكَـيفِيَّه
68) ‘Aks mustawi adalah membalik dua juz qadhiyah disertai tetapnya kebenaran dan kaifiyah (ijab-salb).
69- وَالكَـمِّ إِلاَّ المُـوجَبَ الكُـلِّيَّه * فَعَـوضُـهَا المُوجَـبَةُ الجُـزئِيَّـه
69) Serta tetapnya kamm (kulliyahjuz’iyyah), kecuali kamm mujabah kuliyyah, maka ahli Mantiq menggantinya dengan mujabah juz’iyyah.
70- وَالعَكـسُ لاَزِمٌ لِغَيرِ مَـا وُجِد * بِـهِ اجتِمَـاعُ الخِسَّـتَينِ فَاقتَصِد
70) “Aks mustawi adalah kelaziman pada (setiap qadhiyah), selain bentuk yang di dalamnya terkumpul dua perkara yang rendah (juz’iyyah dan salibah), maka berbuat adillah dalam segala hal.
71- وَمِثـلُهَـا المُهمَـلَةُ السَّلـبِيَّه * لِأَنَّهَــا فِـي قُـوَّةِ الجُـزئِيَّـه
71) Dan menyamai bentuk yang terkumpul dua hal yang rendah adalah muhmalah salibah, karena bentuk ini kekuatan maknanya menyamai juz’iyyah salibah.
72- وَالعَكـسُ فِـي مُرَتَّبٍ بِالطَّبعِ * وَلَيـسَ فِـي مُـرَتَّبٍ, بِالوَضـعِ
72) ‘Aks secara istilah dijumpai dalam susunan yang bersifat fhab’iy (karakteristik) dan ‘aks tidak dijumpai dalam susunan yang bersifat wadl’iy (penyebutan pembicara).
QIYAS
73- إِنَّ القِيَـاسَ مِن قَضَـايَا صُوِّرَا * مُستَـلزِمًـا بِالـذَّاتِ قَولاً آخَرَا
73) Sesungguhnya qiyas adalah ucapan atau pemikiran yang tersusun dengan bentuk tertentu dari beberapa qadhiyah dan dengan pendirinya (dzatiyah) menetapkan ucapan lain.
74- ثُمَّ القِيَـاسُ عِندَهُـم قِسـمَانِ * فَمِـنهُ مَـا يُدعَـى بِالِاقـتِرَانِي
74) Kemudian giyas menurut ahli Mantiq ada dua macam. Termasuk di antaranya ada yang dinamakan igtirari.
75- وَهـوَ الَّذِي دَلَّ عَلَى النَّـتِيجَةِ * بِقُـوَّةٍ وَاخـتَصَّ بِـالحَمـلِيَّـةِ
75) (Qiyas igtirani) adalah giyas yang menunjukkan pada natijah (kesimpulan) dengan maknanya. Dan giyas igtirani tertentu hanya dalam qadhiyah harliyah.
76- فَـإِن تُـرِد تَركِـيبَهُ فَرَكِّبَـا * مُقَـدِّمَـاتِـهِ عَـلَى مَـا وَجَبَا
76) Apabila kamu menghendaki menyusun giyas, maka susunlah mukaddimah-mukaddimahnya sesuai ketentuan yang diharuskan.
77- وَرَتِّـبِ المُقَـدِّمَاتِ وَانـظُرَا * صَحِيـحَهَا مِـن فَـاسِدٍ مُختَبِرَا
77) Urutkanlah beberapa mukaddimah dan kajilah yang shahih dan yang fasid dengan melakukan uji coba (eksperimen).
78- فَـإِنَّ لاَزِمَ المُقَـدِّمَاتِ * بِحَسَـبِ المُقَـدِّمَاتِ آتِ
78) Karena kelaziman (kesimpulan) dari beberapa mukaddimah akan muncul menyesuaikan mukaddimah-mukaddimahnya.
79- وَمَـا مِنَ المُقَدِّمَـاتِ صُغـرَى * فَيَجِـبُ اندِرَاجُـهَا فِي الكُبرَى
79) Mukaddimah yang berbentuk shughra dari beberapa mukaddimah yang ada, maka had ashghar-nya wajib termuat dalam pemahaman had awsath dari mukaddimah kubra.
80- وَذَاتُ حَـدٍّ أصـغَرٍ صُغـرَاهُمَا * وَذَاتُ حَــدٍّ أَكبَرٍ كُبـرَاهُمَا
80) Mukaddimah yang memiliki had ashghar adalah yang disebut shughra dari keduanya. Sedangkan yang memiliki had akbar adalah yang disebut kubra dari keduanya.
81- وَأَصـغَرٌ فَــذَاكَ ذُو انـدِرَاجِ * وَوَسَـطٌ يُلـغَى لَـدَى الإِنتَاجِ
81) Dengan demikian, had ashghar termuat dalam pemahaman had akbar (karena termuat dalam awsath-nya). Dan wasath (awsath) kemudian ditinggalkan saat mencetuskan natijah.
SYAKL
82- الشَّكـلُ عِنـدَ هَؤُلاَءِ النَّـاسِ * يُطـلَقُ عَـن قَضِيَّـتَى قِيَـاسِ
82- Syakl menurut ahli Mantiq diucapkan atas sebuah bentuk yang dihasilkan dari susunan dua qadhiyah giyas…
83- مِـن غَيرِ أَن تُعتَـبَرَ الأَسـوَارُ * إِذ ذَاكَ بِالضَّـربِ لَـهُ يُشَـارُ
83) …dengan tanpa (disyaratkan) mempertimbangkan beberapa sir. Karena apabila mempertimbangkan beberapa siir, maka bentuk tersebut diidentifikasi (disebut) dengan nama dharb.
84- وَلِلمُقَدِّمَـاتِ أَشكَـالٌ فَقَـط * أَربَعَةٌ بِحَسَـبِ الحَـدِّ الوَسَط
84) Dalam beberapa mukaddimah (dua mukaddimah) terdapat bermacam syakl yang hanya berjumlah empat, sesuai had wasatli-nya.
85- حَمـلٌ بِصُغرَى وَضعُهُ بِكُبرَى * يُدعَـى بِشَكـلٍ أَوَّلٍ وَيُـدرَى
85) Menjadikan had wasath sebagai mahmul pada mukaddimah shughira dan menjadi mawdhu’ pada mukaddimah kubra disebut syakl pertama. Dan hal tersebut bisa difahami.
86- وَحَملُهُ فِي الكُلِّ ثَانِيـًا عُرِف * وَوَضعُهُ فِي الكُـلِّ ثَالِثًـا أُلِف
86) Menjadikan had wasath sebagai inahmul pada kedua mukaddimah disebut syakl kedua. Dan menjadikan had wasath sebagai mawdhu’ pada kedua mukaddimah disebut syakl ketiga.
87- وَرَابِعُ الأَشكَالِ عَكسُ الأَوَّلِ * وَهيَ عَلَى التَّرتِيبِ فِي التَّكَـمٌّلِ
87) Bentuk keempat dari syakl adalah kebalikan syakl pertama. Dan peringkat kesempurnaan syakl adalah sesuai dengan urutan ini.
88- فَحَيثُ عَن هَـذَا النِّظَامِ يُعدَلُ * فَفَاسِـدُ النِّظَـامِ. أَمَّـا الأَوَّلُ
88) Apabila berpindah dari urutan (ada pengulangan had wasath) semacam ini, maka giyas akan menjadi rusak runtutannya. Kemudian membahas syakl pertama.
89- فَشَرطُهُ الإِيجَـابُ فِي صُغرَاهُ * وَأَن تُـرَى كُلِّــيَّةً كُبــرَاهُ
89) ..maka syaratnya mukaddimah shughra harus mujabah dan mukaddimah kubra-nya diketahui berbentuk kulliyah.
90- وَالثَّانِ أن يَختَلِفَا فِي الكَيفِ مَع * كُلِّيَّةِ الكُبـرَى لَـهُ شَـرطٌ وَقَع
90) Dan syakl kedua, syarat yang ada adalah kedua mukaddimahnya berbeda dalam segi kaif-nya (ijab dan salb) serta mukaddimah kubra harus berbentuk kuliyyah.
91- وَالثَّالِثُ الإِيجَابُ فِي صُغرَاهُمَا * وَأَن تُرَى كُلِّـيَّةً إِحــدَاهُمَـا
91) (Syarat) syakl ketiga adalah ijab dalam mukaddimah shughra dan diketahui salah satu dari kedua mukaddimah harus berbentuk kuliyyah.
92- وَرَابِعٌ عَـدَمُ جَمعِ الخِسَّـتَين * إِلاَّ بِصُـورَةٍ فَفِيهَــا يَسـتَبِين
92) Syakl keempat (disyaratkan) tidak berkumpulnya dua perkara yang rendah (juz’iyyah dan salibah), kecuali dalam satu bentuk, maka dalam bentuk ini jelas terkumpul dua perkara yang rendah.
93- صُغـرَاهُمَا مُـوجَبَةٌ جُزئِـيِّه * كُبــرَاهُمَـا سَالِــبَةٌ كُلِّــيَّه
93) (Satu bentuk di atas) adalah mukaddimah shughra berupa mujabahjuz’iyyah, dan mukaddimah kubra berupa salibah-kuliyyah.
94- فَمُنــتِجٌ لِأَوَّلٍ أَربَــعَةُ * كَـالثَّـانِ ثُمَّ ثَالِـثٌ فَسِـتَّةُ
94) Maka yang mencetuskan natijah dari syakl pertama ada empat macam dharb, seperti syakl kedua. Kemudian dari syak! ketiga ada enam macam dharb.
95- وَرَابِـعٌ بِخَمـسَةٍ قَد أَنتَجَا * وَغَيـرُ مَـا ذَكَـرتُهُ لَـن يُنتِجَا
95) Syakl keempat mencetuskan natijah dengan lima macam dharb. Dan selain yang telah aku sebutkan, tidak dapat mencetuskan natijah.
96- وَتَتبَعُ النَّتِيـجَةُ الأَخَسَّ مِـن * تِلـكَ المُقَـدِّمَـاتِ هَكَـذَا زُكِن
96) Natijah selalu mengikuti mukaddimah yang nilainya rendah dari beberapa mukaddimah yang ada. Demikian ini sudah diketahui adanya.
97- وَهَـذِهِ الأَشكَـالُ بِالحَـملِىِّ * مُختَصَّـةٌ وَلَيـسَ بِالشَّـرطِـيِّ
97) Beberapa syakl ini tertentu berada dalam qadhiyah hamliyah, dan tidak ada dalam qadhiyah syarthiyyah.
98- وَالحَـذفُ فِي بَعـضِ المُقَدِّمَاتِ * أَوِ النَّتِــيجَةِ لِعِــلمٍ آتٍ
98) Pembuangan dalam sebagian mukaddimah atau natijah datang (ada), karena (bagian yang terbuang) sudah diketahui.
99- وَتَنتَـهِي إِلَى ضَـرُورَةٍ لِمَـا * مِـن دَورٍ, او تَسَلـسُلٍ قَـد لَزِمَـا
99) Mukaddimah-mukaddimah (yang tersusun) harus sampai pada titik dharuri (pasti dan bisa diterima). Karena (jika tidak), daur dan tasalsul akan tetap (terjadi).
QIYAS ISTISNA’I
100- وَمِنـهُ مَـا يُدعَى بِالِاستِثنَائِي * يُعـرَفُ بِالشَّـرطِي بِـلاَ امتِـرَاءِ
100) Dan sebagian giyas ada yang disebut istitsna’i, dan dikenal juga dengan nama syarthi dengan tanpa keraguan.
101- وَهوَ الَّذِي دَلَّ عَـلَى النَّتِيجَةِ * أَو ضِـدِّهَـا بِالفِـعلِ لاَ بِالقُـوَّةِ
101) Istitsna’i adalah giyas yang menunjukkan natijah atau kebalikannya secara nyata, tidak secara makna.
102- فَـإِن يَكُ الشَّرطِيٌّ ذَا اتِّصَالِ * أَنتَـجَ وَضـعُ ذَاكَ وَضـعَ التَّالِي
102) Apabila qadhiyah syarthiyyah berbentuk muttashil, maka peng-itshat-an mugaddam (pada qadhiyah istitsna’iyyah) akan mencetuskan natijah peng: itsbat-an taly.
103- وَرَفـعُ تَـالٍ رَفعَ أَوَّلٍ, وَلاَ * يَلـزَمُ فِي عَكسِـهِمَا لِمَا انجَلَى
103) Dan pe-nafi-an taly (pada qadhiyah istitsna’iyyali) akan menetapkan natijah pe-nafi-an mugaddami. Dan tidak serta merta natijah dapat dihasilkan dari kebalikan keduanya, karena alasan yang jelas.
104- وَإِن يَكُن مُنفَصِلاً فَوَضعُ ذَا * يُنـتِجُ رَفـعَ ذَاكَ وَالعَكـسُ كَذَا
104) Dan apabila qadhiyah syarthiyyah berbentuk munfashil, maka peng-itsbatan satu sisi dari qadhiyah akan mencetuskan natijah pe-nafi-an sisi yang lain. Demikian pula sebaliknya.
105- وَذَاكَ فِي الأَخَصِّ ثُمَّ إِن يَكُن * مَـانِعَ جَمـعٍ فَبِوَضـعِ ذَا زُكِن
105) Dan kaidah tersebut berlaku dalam qadhiyah munfashil yang paling khusus. Kemudian apabila qadhiyah munfashil berbentuk mani’u jam’in, maka dengan mengz-itsbat-kan satu sisi dapat diketahui.
106- رَفعٌ لِذَاكَ دُونَ عَكسٍ وَإِذَا * مَـانِعَ رَفـعٍ كَانَ فَهوَ عَكسُ ذَا
106) ….pe-ngfi-an sisi yang lain, tidak sebaliknya. Dan apabila berbentuk mani’u rafin (khulwin), maka hal ini (kaidah pencetusan natijah-nya) kebalikan dari kaidah tersebut (pada mani’u jam’in).
LAWAHIQUL QIYAS
107- وَمِنـهُ مَـا يَدعُونَهُ مُرَكَّبَا * لِكَـونِهِ مِـن حُجَـجٍ قَـد رُكِّبَا
107) dari gias, ada yang oleh ulama Mantiq disebut giyas murakkab. Karena (giyas ini) tersusun dari beberapa hujjali (giyas).
108- فَرَكِّبَـنهُ إِن تُرِد أَن تَعلَمَه * وَاقـلِب نَتِيـجَةً بِـهِ مُقَـدِّمَـه
108) Maka sungguh susunlah giyas tesebut, apabila kamu ingin mengetahuinya. Dan jadikanlah natijah di dalamnya, menjadi mukaddimah (shughra)
109- يَلـزَمُ مِن تَركِيبِهَا بِأُخرَى * نَتِيـجَةٌ إِلَـى هَلُـمَّ جَــرَّا
109) …dimana dari penyusunan mukaddimah ini bersama mukaddimah lain dengan sendirinya akan menghasilkan natijah, begitu seterusnya.
110- مُتَّصِلَ النَّتَائِجِ الَّذِي حَوَى * يَكُـونُ أَو مَفصُـولَهَا كُلُّ سَوَا
110) Natijah muttashil (maushul) adalah giyas murakkab yang memuat (menyebutkan) beberapa natijah. Atau (kebalikannya) adalah natijah mafshul. Dan masing-masing sama-sama menghasilkan tujuan.
111- وَإِن بِجُزئِيٍّ عَلَى كُلِّي استُدِل * فَـذَا بِالِاستِقـرَاءِ عِنـدَهُم عُقِل
11) Apabila perkara juz’iy digunakan sebagai dalil atas perkara kully, maka hal ini menurut ahli Mantiq dikenal dengan istigra’.
112- وَعَكسُهُ يُدعَى القِيَاسَ المَنطِقِي * وَهـوَ الَّـذِي قَدَّمـتُهُ فَحَقِّـقِ
112) Dan kebalikan dari istigra’ disebut giyas manthigi, yakni giyas yang sudah aku sebutkan di depan. Maka nyatakanlah perbedaannya!
113- وَحَيثُ جُزئِيُّ عَلَى جُزئِي حُمِل * لِجَـامِعٍ فَـذَاكَ تَمثِـيلٌ جُـعِل
113) Dan seandainya perkara juz’iy disamakan hukumnya dengan perkara juz’iy yang lain karena adanya titik persamaan, maka hal itu dijadikan sebagai tamtsil.
114- وَلاَ يُفِيـدُ القَطـعَ بِالدَّلِـيلِ * قِيَـاسُ الِاستِقـرَاءِ وَالتَّمـثِيلِ
114) Qiyas istigra’ dan tamtsil tidak berfaidah menjadikan sebuah natijah dari sebuah dalil menjadi gath’i (pasti).
HUJJAH
115- وَحُجَّـةٌ نَقلِـيَّةٌ عَقلِــيَّه * أَقسَـامُ هَـذِي خَمـسَةٌ جَلِـيَّه
115) Hujjah, adakalanya nagliyyah dan “agliyyah, Sedangkan pembagian hujjah ‘agliyyah ini ada lima macam secara jelas.
116- خَطَـابَةٌ شِعـرٌ وَبُرهَانٌ جَدَل * وَخَـامِسٌ سَفسَـطَةٌ نِلتَ الأَمَل
116) Khithabah, Syi’ir, Burlian, jadal, dan yang kelima adalah safsatah. Maka kamu akan mendapatkan pengharapanmu.
117- أَجَلٌّهَـا البُرهَـانُ مَا أُلِّفَ مِن * مُقَـدِّمَـاتٍ بِـاليَقِـينِ تَقـتَرِن
117) Hujjah paling kuat adalah burhan. Yaitu giyas yang disusun dari beberapa mukaddimah yang dibarengi yagin (keyakinan).
118- مِـن أَوَّلِيَّـاتٍ مُشَاهَـدَاتِ * مُجَــرَّبَـاتٍ مُتَــوَاتِـرَاتِ
118) (Mukaddimah bersifat yakin) ini dihasilkan dari awwaliyyat, musyahadat, mujarrabat, mutawattirat….
119- وَحَـدَسِيَّـاتٍ وَمَحسُوسَاتِ * فَتِلـكَ جُمــلَةُ اليَقِيـنِيَّاتِ
119) …. hadasiyyat, dan mahsusat. Itulah kumpulan dari mukaddimah bersifat yakin.
120- وَفِـي دَلاَلَـةِ المُقَـدِّمَـاتِ * عَـلَى النَّتِـيجَـةِ خِـلاَفٌ آتِ
120) Dan tentang menunjukkannya (keyakinan dan dugaan) pada mukaddimah, atas (keyakinan dan dugaan) pada natijah, terdapat perbedaan pendapat.
121- عَقـلِيُّ او عَـادِيُّ او تَوَلٌّـدُ * أَو وَاجِـبٌ وَالأَوَّلُ المُـؤَيَّـدُ
121) (Pendapat pertama) bersifat ‘agli, atau (kedua) ‘adiy, atau (ketiga) atau (keempat) wajib. Dan dapat dikuk ( pat) waj (pendapat) pertama adalah yang dikukuhkan
122- وَخَـطَأُ البُرهَانِ حَيثُ وُجِدَا * فِـي مَـادَةٍ أَو صُـورَةٍ فَالمُبتَدَا
122) Kesalahan burhan sekiranya dijumpai, adakalanya terjadi dalam madah (penyusun) atau dalam shurah (bentuk). Bagian pertama….
123- فِي اللَّفظِ كَاشتِرَاكٍ او كَجَعلِ ذَا * تَبَـايُنٍ مِثـلَ الرَّدِيـفِ مَأخَـذَا
123) …adakalanya) pada sisi lafaz, seperti isytirak (persekutuan makna), atau seperti menjadikan lafaz yang berbeda maknanya (tabayun) menyamai lafaz yang semakna (muradif) dari sisi pengambilannya.
124- وَفِي المَعَـانِي لِالتِبَاسِ الكَاذِبَه * بِـذَاتِ صِـدقٍ فَافهَـمِ المُخَاطَبَه
124) Dan pada sisi makna, karena keserupaan gadliyah yang mengandung kebohongan dengan gadliyah yang benar. Maka pahamilah bahasa perkataannya.
125- كَمِثلِ جَعلِ العَرَضِي كَالـذَّاتِي * أَو نَـاتِجٍ إِحـدَى المُقَـدِّمَـاتِ
125) Seperti menjadikan ‘aradli seperti dzati. Atau menjadikan natijah menyamai salah satu dari beberapa mukaddimahnya.
126- وَالحُكمُ لِلجِنسِ بِحُكمِ النَّـوعِ * وَجَعـلُ كَالقَطـعِيِّ غَيرِ القَطعِي
126) Dan menghukumi jenis dengan hukum nau’. Serta menjadikan selain gath’i seperti gath’i.
127- وَالثَّانِ كَالخُـرُوجِ عَـن أَشكَالِهِ * وَتَركِ شَـرطِ النَّتـجِ مِن إِكمَالِهِ
127) Kesalahan yang kedua (shurah / bentuk) adalah seperti keluar dari beberapa syakl dari giyas. Dan meninggalkan syarat dalam pencetusan natijah, merupakan penyempurna dari kesalahan shurah.
128- هَـذَا تَمَـامُ الغَـرَضِ المَقصُودِ * مِـن أُمَّهَـاتِ المَنـطِقِ المَحمُودِ
128) Bab penutup ini adalah penyempurna tujuan yang dimaksud dari dasardasar manthig yang terpuji.
129- قَـدِ انتَهَى بِحَمـدِ رَبِّ الفَـلَقِ * مَـا رُمـتُهُ مِن فَنِّ عِـلمِ المَنطِقِ
129) Sungguh telah selesai, dengan memuji Tuhan Penguasa Subuh, apa yang aku inginkan dari cabang ilmu manthig.
130- نَظَمَـهُ العَبـدُ الذَّلِيـلُ المُفتَـقِر * لِرَحمَـةِ المَـولَى العَظِيمِ المُقتَدِر
130) Yang telah disyairkan oleh seorang hamba yang hina, dan amat membutuhkan rahmat dari Pemberi Nikmat, Yang Maha Agung dan Maha Kuasa.
131- الأَخضَـرِيٌّ عَابِـدُ الرَّحمَـنِ * المُـرتَجِـي مِـن رَبِّـهِ المَنَّـانِ
131) Seorang dari wilayah Akhdhar, yang menyembah Allah Yang Maha Pengasih, dan mengharap dari Tuhannya yang Maha Memberi Nikmat…
132- مَغفِـرَةً تُحِيـطُ بِـالذٌّنُـوبِ * وَتَكشِـفُ الغِـطَا عَنِ القُلُوبِ
132) ..pengampunan yang menghilangkan semua dosa dan membuka penutup hati,
133- وَأَن يُثِيـبَنَا بِجَنَّـةِ العُــلاَ * فَإِنَّـهُ أَكــرَمُ مِـن تَفَـضَّلاَ
133) Dan (mengharap) Dia membalasku dengan surga yang tinggi. Karena Allah swt Pemberi Anugerah Paling Mulia,
134- وَكُن أَخِي لِلمُبتَدِي مُسَامِـحَا * وَكُـن لِإِصلاَحِ الفَسَادِ نَاصِحَا
134) Jadilah, wahai saudaraku, orang yang memudahkan bagi mubtadi’ (pemula), Dan jadilah orang yang mengharapkan kebaikan dalam membenarkan kesalahan.
135- وَأَصلِـحِ الفَسَـادَ بِالتَّـأَمٌّـلِ * وَإِن بَـدِيهَـةً فَـلاَ تُبَـدِّلِ
135) Perbaikilah kesalahan dengan melalui analisa, dan jika hanya sekilas pandang saja, maka janganlah kamu menggantinya.
136- إِذ قِيـلَ كَـم مُزَيِّفٍ صَحِيحَا * لِأَجـلِ كَـونِ فَهـمِهِ قَبيِحَـا
136) Karena telah diterangkan, “Banyak ditemukan orang memalsukan ucapan benar, lantaran sebab jeleknya pemahaman yang ia miliki”.
137- وَقُل لِمن لَم يَنتَصِف لِمَقصِدِي * العُـذرُ حَـقُّ وَاجِـبٌ لِلمُبتَدِي
137) Katakan kepada mereka yang tidak adil terhadap tujuanku, ‘pembelaan adalah hak yang wajib bagi pemula’.
138- وَلِبَنِي إِحـدَى وَعِشـرِينَ سَنَه * مَعـذِرَةٌ مَقبُـولَةٌ مُستَـحسَنَـه
138) Dan bagi anak-anak usai dua puluh satu tahun, terdapat alasan yang bisa diterima dan dinilai baik.
139- لَاسِيَّـمَا فِي عَـاشِرِ القُـرُونِ * ذِي الجَهـلِ وَالفَسَـادِ وَالفُتُـونِ
139) Terlebih (bagi seusia seseorang) yang hidup di abad ke sepuluh hijriyah, yang lekat dengan kebodohan, kerusakan dan banyaknya fitnah.
140- وَكَـانَ فِـي أَوَائِـلِ المُحَـرَّمِ * تَألِيـفُ هَـذَا الرَّجَـزِ المُنَظَّـمِ
140) Dan pada permulaan Muharram, syair berbahar Rajaz ini dibuat dan tersusun.
141- مِـن سَنَـةٍ إِحـدَى وَأَربَعِينَ * مِـن بَعـدِ تِسعَـةٍ, مِـنَ المِئِينَ
141) Pada tahun empat puluh satu, setelah tahun sembilan ratus.
142- ثُمَّ الصَّـلاَةُ وَالسَّـلاَمُ سَرمَدَا * عَـلَى رَسُـولِ اللهِ خَيرِ مَن هَدَى
142) Kemudian shalawat dan salam moga abadi tercurahkan kepada Rasulillah, sebaik-baik orang yang member petunjuk.
143- وَآلِـهِ وَصَحبِـهِ الثِّقَـاتِ * السَّـالِكِـينَ سُبُـلَ النَّجَــاةِ
143) Kepada keluarga dan para sahabatnya yang terpercaya, yang selalu berjalan di jalan keselamatan.
144- مَا قَطَعَت شَمسُ النَّهَارِ أَبرُجَا * وَطَلَـعَ البَدرُ المُنِيرُ فِي الـدٌّجَى
144) Selama matahari siang menempuh sekumpulan bintang, dan selama bulan purnama yang bersinar terbit di kegelapan.