Terjemah Matan Abu Syuja (Taqrib) [PDF]

المُقَدِّمَة

Pendahuluan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ، الحَمْدُ لِله رَبِّ العَالَمِينَ، وَصَلّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ وَآلِهِ الطَّاهِرِينَ وَصَحَابَتِهِ أَجْمَعِينَ

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. Dan shalawat atas Nabi Muhammad, keluarganya yang bersih dan seluruh sahabatnya.

قَالَ القَاضِي أَبُو شُجَاعٍ أَحْمَدُ بن الحُسَين بن أحْمَد الأصْفِهَانِي رَحْمَةُ اللهِ تَعَالَى: سَألَنِي بَعْضُ الأصْدِقَاءِ حَفِظَهُمُ اللهُ تَعَالَى أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَراً فِي الفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ الإِمَامِ الشَّافِعِي رَحْمَةُ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِ وَرِضْوَانُهُ فِي غَايَةِ الاخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الإيجَازِ، لِيَقْرُبَ عَلَى المُتَعَلِّمِ دَرْسُهُ وَيَسْهُلَ عَلَى المُبْتَدِئِ حِفْظُهُ، وَأَنْ أُكْثِرَ فِيهِ مِنَ التَّقْسِيمَاتِ وَحَصْرِ الخِصَالِ، فَأَجَبْتُهُ إِلَى ذَلِكَ طَالِبًا لِلثَّوَابِ، رَاغِباً إلَى اللهِ تَعَالَى فِي التَّوفِيقِ لِلصَّوَابِ، إنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَديرٌ وَبِعِبَادِهِ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

Qadhi Abu Syujak Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Asfahani berkata: Sebagian teman (semoga mereka dijaga oleh Allah) memintaku untuk menyusun ringkasan fiqih madzhab Syafii yang sangat ringkas dan sangat sederhana, agar mudah dipelajari oleh pelajar dan mudah dihafal oleh pemula, dan hendaknya saya memperbanyak pembagian. Maka aku penuhi permintaan itu karena mencari pahala, dengan memohon petunjuk kepada Allah, sesungguhnya Ia maha kuasa terhadap apa yang Ia kehendaki dan maha lembut dan mengetahui terhadap hambanya.

الطَّهَارَة

Bersuci

 

المِيَاهُ الَّتِي يَجُوزُ التَّطْهِيرُ بِهَا سَبْعُ مِيَاهٍ: مَاءُ السَّمَاءِ وَمَاءُ البَحْرِ وَمَاءُ النَّهْرِ وَمَاءُ البِئْرِ وَمَاءُ العَيْنِ وَمَاءُ الثَّلْجِ وَمَاءُ البَرْدِ

Air yang dapat dibuat untuk bersuci ada tujuh: yaitu air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air sumber, air salju, air dingin

ثُمَّ المِيَاهُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ: طَاهِرٌ مُطَهِّرٌ غُيْرُ مَكْرُوهٍ وَهُوَ المَاءُ المُطْلَقُ، وَطَاهِرٌ مُطَهِّرٌ مَكْرُوهٌ وَهُوَ المَاءُ المُشَمَّسُ، وَطَاهِرٌ غُيرُ مُطَهِّرٍ وَهُوَ المَاءُ المُسْتَعْمَلُ وَالمُتَغَيِّرُ بِمَا خَالَطَهُ مِنَ الطَّاهِرَاتِ، وَمَاءُ نَجِسٍ وَهُوَ الَّذِي حَلَّتْ فِيهِ نَجَاسَةٌ وَهُوَ دُونَ القُلَّتَيْنِ أَوْ كَانَ قُلَّتَينِ فَتَغَيَّرَ.

Lalu air itu ada 4 macam: (1) air suci dan menyucikan tanpa makruh yaitu air mutlak, (2) air suci dan menyucikan dengan makruh yaitu air panas; (3) air suci tapi tidak menyucikan yaitu air yang terpakai dan air yang berubah karena tercampur perkara suci (4) air najis yaitu air yang terkena najis dan tidak mencapai 2 qullah atau mencapai 2 qullah tapi berubah.

وَالقُّلَّتَانِ: خَمْسُ مِائَةِ رِطْلٍ بَغْدَادِيٍّ تَقْرِيباً فِي الأَصَحِّ

Adapun 2 qullah adalah kira-kira 500 ritl baghdad menurut pendapat yang lebih sahih.

فَصْلٌ: وَجُلُودُ المَيْتَةِ تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ إلَّا جِلْدَ الكَلْبِ وَالخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا. وَعَظْمُ المَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ إلَّا الآدَمِيَّ

Pasal: Kulit bangkai dapat suci dengan disamak kecuali kulit anjing dan babi dan hewan yang terlahir dari keduanya atau dari salah satunya. Dan tulang bangkai itu najis kecuali tulang mayat manusia

فَصْلٌ: وَلَا يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ أَوَانِيِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، وَيَجُوزُ اسْتِعْمَالُ غَيرِهِمَا مِنَ الأَوَانِي

Pasal: Tidak boleh menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak. Dan boleh menggunakan wadah yang selain dari emas dan perak.

فَصْلٌ: وَالسِّواَكُ مُسْتَحَبٌّ فِي كُلِّ حَالٍ إلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ

Pasal: Bersiwak itu hukumnya sunah dalam setiap keadaan kecuali setelah condongnya matahari bagi yang berpuasa.

وَهُوَ فِي ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اسْتِحْبَاباً: عِندَ تَغَيُّرِ الفَمِّ مِنْ أَزْمٍ وَغَيرِهِ وَعِندَ القِيَامِ مِنَ النَّومِ وَعْندَ القِيَامِ إِلَى الصَّلاَةِ

 Bersiwak sangat disunah dalam 3 keadaan: (1) ketika berubahnya bau mulut, karena lamanya diam atau yang lain. (2) setelah bangun tidur, (3) ketika hendak melaksanakan shalat.

فَصْلٌ: وَفُرُوضُ الوُضُوءِ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ عِنْدَ غَسْلِ الوّجْهِ وَغَسْلُ الوَجْهِ وَغَسْلُ اليَدَينِ مَعَ المِرْفَقَينِ وَمَسْحُ بَعْضِ الرَّأسِ وَغَسْلُ الرِّجْلَيْنِ إِلَى الكَعْبَيْنِ وَالتَّرْتِيبُ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ.

Pasal: Fardhu-nya wudhu enam perkara: (1) Niat saat membasuh wajah. (2) Membasuh wajah. (3) Membasuh kedua tangan sampai siku. (4) Mengusap sebagian kepala. (2) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki. (6) Tertib seperti yang kami sebut.

وَسُنَنُهُ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ وَغَسْلُ الكَفَّيْنِ قَبْلَ إِدْخَالِهِمَا الإِنَاءَ وَالمَضْمَضَةُ وَالاسْتِنْشَاقُ وَمَسْحُ جَمِيعِ الرَّأسِ وَمَسْحُ الأُذُنَيْنِ ظَاهِرِهِمَا وَبَاطِنِهِمَا بِمَاءٍ جَدِيدٍ وَتَخْلِيلُ اللِّحْيَةِ الكَثَّةِ وَتَخْلِيلُ أَصَابِعَ اليَدَينِ وَالرِّجْلَينِ وَتَقْدِيمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى وَالطَّهَارَةُ ثَلاَثاً ثَلاَثاً وَالمُوَالاَةُ

 Sunahnya wudhu sepuluh perkara: (1) Membaca bismillah. (2) Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan keduanya ke wadah air. (3) Berkumur dan menghirup air ke hidung, (4) mengusap seluruh kepala, (5) mengusap kedua telinga luar dalam dengan air baru, (6) menyisir dengan jari jenggot yang tebal (7) membasuh sela-sela jari tangan dan kaki, (8) mendahulukan bagian kanan dari kiri, (9) menyucikan masing-masing 3 kali, (10) bersegera.

فَصْلٌ: وَالاسْتِنْجَاءُ وَاجِبٌ مِنَ البَوْلِ وَالغَائِطِ، وَالأَفْضَلُ أَنْ يَسْتَنجِيَ بِالأحْجَارِ ثُمَّ يَتْبَعُهَا بِالمَاءِ، وَيَجُوْزُ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى المَاءِ أَوْ عَلَى ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ يَنْقِي بِهِنَّ المَحَلُّ فَإذَا أَرَادَ الاقْتِصَارَ عَلَى أَحَدِهِمَا فَالمَاءُ أَفْضَلُ.

Pasal: Instinja atau membersihkan diri itu wajib setelah kencing dan bab. Yang utama adalah bersuci dengan memakai beberapa batu kemudian dengan air. Boleh bersuci dengan air saja atau dengan tiga batu yang dapat membersihkan tempat najis. Apabila hendak memakai salah satu dari dua cara, maka memakai air lebih utama.

وَيَجْتَنِبُ اسْتِقْبَالَ القِبْلَةِ وَاسْتِدْبَارَهَا فِي الصَّحْرَاءِ، وَيَجْتَنِبُ البَوْلَ وَالغَائِطَ فِي المَاءِ الرَّاكِدِ وَتَحْتَ الشَّجَرَةِ المُثْمِرَةِ وَفِي الطَّرِيقِ وَالظِّلِ وَالثَّقْبِ وَلاَ يَتَكَلَّمُ عَلَى البَوْلِ وَالغَائِطِ وَلَا يَسْتَقْبِلُ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ وَلَا يَسْتَدْبِرُهُمَا

 Dan hendaknya tidak menghadap kiblat atau membelakanginya di tempat terbuka, dan hendaknya tidak kencing atau bab di air yang diam, di bawah pohon yang bisa berbuah, di jalan, di tempat bernaung, di lubang. Dan hendaknya tidak berbicara saat kencing atau bab, dan tidak menghadap matahari dan bulan atau membelakangi keduanya.

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُنْقِضُ الوُضُوءَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: مَا خَرَجَ مِنَ السَّبِيلَيْنِ وَالنَّوْمُ عَلَى غَيْرِ هَيْئَةِ المُتَمَكِّنِ وَزَوَالُ العَقْلِ بِسَكْرٍ أَوْ مَرَضٍ وَلَمْسُ الرَّجُلِ الْمَرْأَةَ الأجْنَبِيَّةَ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ وَمَسُّ فَرْجِ الآدَمِي بِبَاطِنِ الكَفِّ وَمَسُّ حَلْقَةِ دُبُرِهِ عَلَى الجَدِيدِ

Pasal: Perkara yang membatalkan wudhu enam perkara: sesuatu yang keluar dari dua jalan (depan belakang), tidur dalam keadaan tidak tetap, hilang akal karena mabuk atau sakit, sentuhan laki-laki pada wanita bukan mahram tanpa penghalang, menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam, menyentuh kawasan sekitar anus (dubur) menurut qaul jadid.

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُوجِبُ الغُسْلَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ: ثَلاَثَةٌ تَشْتَرِكُ فِيهَا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ وَهِيَ إلتِقَاءُ الخِتَانَينِ وَإنْزَالُ المَنِي وَالمَوْتُ وَثَلاَثَةٌ تَخْتَصُّ بِهَا النِسَاءُ وَهِيَ الحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالوِلَادَةُ

Pasal: Perkara yang mewajibkan mandi enam perkara:, tiga di antaranya berlaku untuk laki-laki dan perempuan yaitu: bersetubuh, keluar sperma dan mati. Tiga lainnya khusus untuk perempuan yaitu: haid, nifas dan melahirkan.

فَصْلٌ: وَفَرَائِضُ الغُسْلِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَةُ وَإزَالَةُ النَّجَاسَةِ إِنْ كَانَتْ عَلَى بَدَنِهِ وَإيْصَالُ المَاءِ إِلَى جَمِيعِ الشَّعْرِ وَالبَشَرَةِ. وَسُنَنُهُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ وَالوُضُوءُ قَبْلَهُ وَإمْرَارُ اليَدِ عَلَى الجَسَدِ وَالمُوَالاَةُ وَتَقْدِيمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى

Pasal: Fardhunya mandi itu tiga perkara, yaitu: niat, menghilangkan najis jika ada pada badan, mengalirkan air ke seluruh rambut dan kulit. Kesunahan mandi itu lima perkara: membaca bismillah, wudhu sebelum mandi, menggosokkan tangan pada badan, bersegera, mendahulukan (anggota badan) yang kanan dari yang kiri.

فَصْلٌ: وَالاغْتِسَالَاتُ المَسْنُونَةُ سَبْعَةَ عَشَرَ غُسْلاً: غُسْلُ الجُمْعَةِ وَالعِيدَيْنِ وَالاسْتِسْقَاءِ وَالخُسُوفِ وَالكُسُوفِ وَالغُسْلُ مِنْ غُسْلِ المَيِّتِ وَالكَافِرِ إذَا أَسْلَمَ وَالمَجْنُونِ وَالمُغْمَى عَلَيهِ إِذَا أَفَاقَا وَالغُسْلُ عِنْدَ الإحْرَامِ وَلِدُخُولِ مَكَّةَ وَلِلْوُقُوفِ بِعَرَفَةَ وَلِلْمَبِيتِ بِمُزْدَلِفَةَ وَلِرَمْيِ الجِمَارِ الثَّلاَثِ وَلِلطَّوَافِ وَلِلسَّعْيِ وَلِدُخُولِ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ

Pasal: Mandi yang disunahkan itu ada 17 , yaitu: Mandi Jumat, dua hari raya, shalat minta hujan (istisqa), gerhana bulan, gerhana matahari, setelah memandikan mayit, orang kafir apabila masuk Islam, orang gila dan ayan (epilepsi) apabila sembuh, saat akan ihram, akan masuk Makkah, wukuf di Arafah, menginap di Muzdalifah, melempar Jumrah yang tiga, tawaf, sai, masuk kota Madinah.

فَصْلٌ: وَالمَسْحُ عَلَى الخُفَّيْنِ جَائِزٌ بِثَلاَثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَبْتَدِئَ لُبْسُهُمُا بَعْدَ كَمَالِ الطَّهَارَةِ، وَأَنْ يَكُونَا سَاتِرَيْنِ لِمَحَلِّ غَسْلِ الفَرْضِ مِنَ القَدَمَيْنِ، وَأَنْ يَكُونَا مِمَّا يُمْكِنُ تَتَابُعُ المَشْيِ عَلَيْهِمَا.

Pasal: Mengusap kedua khuf boleh dengan 3 syarat: hendaknya memakai keduanya setelah sempurnanya bersuci, hendaknya keduanya menutupi telapak kaki yang wajib dibasuh, dan hendaknya keduanya memungkinkan untuk dipakai untuk berjalan

وَيَمْسَحُ المُقِيمُ يَوْماً وَلَيْلَةً وَالمُسَافِرُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهِنّ، وَابْتِدَاءُ المُدَّةِ مِنْ حِينِ يُحْدِثُ بَعْدَ لُبْسِ الخُفَّيْنِ، فَإنْ مَسَحَ فِي الحَضَرِ ثُمَّ سَافَرَ أَوْ مَسَحَ فِي السَّفَرِ ثُمَّ أَقَامَ أَتَمَّ مَسْحَ مُقِيمٍ.

.Orang mukim dapat memakai khuf selama satu hari satu malam. Sedangkan musafir selama tiga hari tiga malam. Masanya dihitung dari saat hadas (kecil) setelah memakai khuf. Apabila memakai khuf di rumah kemudian bepergian atau mengusap khuf di perjalanan kemudian mukim maka dianggap mengusap khuf untuk mukim.

وَيَبْطُلُ المَسْحُ بِثَلاَثَةِ أَشْيَاءَ: بِخَلْعِهِمَا وَانقِضَاءِ المُدَّةِ وَمَا يُوجِبُ الغُسْلَ

 Mengusap khuf batal dengan tiga perkara: melepasnya, habisnya masa dan perkara yang mewajibkan mandi.

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ التَّيَمُّمِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: وُجُودُ العُذْرِ بِسَفَرٍ أَوْ مَرَضٍ وَدُخُولُ وَقْتِ الصَّلاَةِ وَطَلَبُ المَاءِ وَتَعَذُّرُ اسْتِعْمَالِهِ وَإعْوَازُهُ بَعْدَ الطَّلَبِ وَالتُّرَابُ الطَّاهِرِ لَهُ غُبَارٌ فَإِنْ خَالَطَهُ جَصُّ أَوْ رَمْلٌ لَمْ يَجُزْ.

Pasal: Syarat-syarat tayamum itu lima perkara: adanya udzur karena perjalanan atau sakit, masuk waktu shalat, mencari air, tidak dapat menggunakan air dan tidak ada air setelah mencari, debu yang suci. Apabila tercampur najis atau pasir maka tidak sah.

وَفَرَائِضُهُ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: النِّيَّةُ وَمَسْحُ الوَجْهِ وَمَسْحُ اليَدَيْنِ مَعَ المِرْفَقَيْنِ وَالتَّرْتِيبُ.

 Fardhunya tayammum empat perkara: niat, mengusap wajah, mengusap kedua tangan sampai siku, tertib.

وَسُنَنُهُ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: التَّسْمِيَةُ وَتَقْدِيمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى وَالمُوَالَاةُ.

 Sunahnya tayammum ada 3 (tiga) yaitu: (a) Membaca bismillah, (b) mendahulukan yang kanan dari yang kiri, (c) bersegera.

وَالَّذِي يُبْطِلُ التَّيَمُّمَ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: مَا أَبْطَلَ الوُضُوءَ وَرُؤْيَةُ المَاءِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَلاَةِ وَالرِّدَّةِ

Yang membatalkan tayammum ada 3 (tiga) yaitu: (a) perkara yang membatalkan wudhu, (b) melihat air di selain waktu shalat, (c) murtad.

وَصَاحِبُ الجَبَائِرِ يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيَتَيَمَّمُ وَيُصَّلِي وَلَا إِعَادَةَ عَلَيْهِ إنْ كَانَ وَضَعَهَا عَلَى طُهْرٍ وَيَتَيَمَّمُ لِكُلِّ فَرِيضَةٍ وَيُصَلِي بِتَيَمُّمٍ وَاحِدٍ مَا شَاءَ مِنَ النَوَافِلِ

Orang yang memakai perban mengusap di atasnya, bertayammum dan shalat dan tidak perlu mengulangi shalatnya apabila saat memakai perban dalam keadaan suci. Satu tayammum berlaku untuk satu kali shalat fardhu dan 1 shalat sunah. Satu kali tayammum dapat dipakai beberapa kali shalat sunah.

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَائِعٍ خَرَجَ مِنَ السَبِيلَيْنِ نَجِسٌ إِلَّا المَنِيَّ

Setiap benda cair yang keluar dari dua jalan (anus dan kemaluan) hukumnya najis kecuali sperma.

وَغَسْلُ جَمِيعُ الأَبْوَالِ وَالأَرْوَاثِ وَاجِبٌ إِلَّا بَوْلِ الصَّبِيَّ الَّذِي لَمْ يَأْكُلْ الطَّعَامَ فَإِنَّهُ يَطْهُرُ بِرَشِّ المَاءِ عَلَيْهِ

Membasuh kencing dan kotoran (tinja) itu wajib kecuali kencing bayi laki-laki kecil yang belum memakan makanan (kecuali ASI) maka cara menyucikannya cukup dengan menyiramkan air.

وَلَا يُعْفَى عَنْ شَيْءٍ مِنَ النَّجَاسَاتِ إِلَّا اليَسِيرَ مِنَ الدَّمِ وَالقَيْحِ وَمَا لَا نَفْسَ لَهُ سَائِلَةٌ إِذَا وَقَعَ فِي الإنَاءِ وَمَاتَ فِيهْ فَإنَّهُ لَا يُنَجِّسُهُ

 Perkara yang najis tidak dimaafkan kecuali sedikit seperti darah hewan yang tidak mengalir apabila jauh ke dalam bejana (wadah) dan mati maka tidak menajiskan isi bejana.

وَالحَيَوَانُ كُلُّهُ طَاهِرٌ إِلَّا الْكَلْبَ وَالخِنْزِيرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا

Seluruh binatang itu suci kecuali anjing dan babi dan yang lahir dari keduanya atau salah satunya.

وَالمَيْتَةُ كُلُّهَا نَجِسَةٌ إِلَّا السَّمَكَ وَالجَرَادَ وَالآدَمِيَّ.

Adapun bangkai itu najis kecuali ikan, belalang dan manusia.

وَيُغْسَلُ الإنَاءُ مِنْ وُلُوغِ الكَلْبِ وَالخِنْزِيرِ سَبْعَ مَرَّاتٍ إِحْدَاهُنَّ بِالتُّرَابِ وَيُغْسَلُ مِنْ سَائِرِ النَّجَاسَاتِ مَرَّةً تَأْتِي عَلَيْهِ وَالثَّلاَثُ أَفْضَلُ

Bejana yang terkena jilatan anjing dan babi harus dibasuh 7 (tujuh) kali salah satunya dengan tanah. Sedang najis yang lain cukup dibasuh sekali namun 3 kali lebih baik.

وَإِذَا تَخَلَّلَتْ الخَمْرَةُ بِنَفْسِهَا طَهُرَتْ وَإنْ خَلَّلَتْ بِطَرْحِ شَيْءٍ فِيهَا لَمْ تَطْهُرْ

Apabila khamar (arak) menjadi anggur dengan sendirinya maka ia menjadi suci. Apabila perubahan itu karena memasukkan sesuatu maka tidak suci.

فَصْلٌ: وَيَخْرُجُ مِنَ الفَرْجِ ثَلاَثَةُ دِمَاءٍ: دَمُ الحَيْضِ وَالنِّفَاسِ وَالاسْتِحَاضَةُ،

Ada 3 macam darah yang keluar dari kemaluan wanita: (a) darah haid, (b) darah nifas, (c) darah istihadlah.

فَالحَيْضُ هُوَ الدَّمُ الخَارِجُ مِنْ فَرْجِ المَرْأَةِ عَلَى سَبِيلِ الصِّحَّةِ مِنْ غَيْرِ سَبَبِ الوِلاَدَةِ وَلَوْنُهُ أَسْوَدٌ مُحْتَدَمٌ لَذَّاعٌ،

Darah haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan dengan cara sehat bukan karena melahirkan. Dan warnanya kehitam-hitaman, terasa panas dan diikuti mual-mual pada perut.

وَالنِّفَاسُ هُوَ الدَّمُ الخّارِجُ عَقِبَ الوِلَادَةِ

Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan.

وَالاسْتِحَاضَةُ هُوَ الدَّمُ الخَارِجُ فِي غَيْرِ أَيَّامِ الحَيْضِ وَالنِّفَاسِ

Istihadlah adalah darah yang keluar di selain hari-hari haid dan nifas.

وَأَقَلُّ الحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَأَكْثَرُهُ خَمْسَةُ عَشَرَ يَوْماً وَغَالِبُهُ سِتٌ أَوْ سَبْعٌ

Paling sedikitnya darah haid adalah satu hari satu malam. Dan yang paling banyak adalah 15 hari. Umumnya 6 (enam) atau 7 (tujuh) hari.

وَأَقَلُّ النِّفَاسِ لَحْظَةٌ وَأَكْثَرُهُ سِتُّونَ يَوماً وَغَالِبُهُ أَرْبَعُونَ يَوماً

Paling sedikitnya nifas adalah sebentar dan paling banyak 60 hari dan umumnya 40 hari.

وَأَقَلُّ الطُّهْرِ بَيْنَ الحَيْضَتَينِ خَمْسَةَ عَشْرَ يَوْماً وَلاَ حَدَّ لِأَكْثَرِهِ

Paling sedikitnya masa suci di antara dua masa haid adalah 15 hari. Dan tidak ada batas untuk paling banyaknya.

وَأَقَلُّ زَمَنِ تَحِيضُ فِيهِ المَرْأَةُ تِسْع سِنِينَ وَأَقَلُّ الحَمْلِ سِتَّةُ أَشْهُرٍ وَأَكْثَرُهُ أَرْبَعُ سِنِينَ وَغَالِبُهُ تِسْعَةَ أَشْهُرٍ

Usia minimal wanita haid adalah 9 (sembilan) tahun. Paling sedikitnya usia kehamilan 6 bulan. Paling panjang kehamilan 4 tahun. Umumnya masa hamil adalah 9 bulan.

وَيَحْرُمُ بِالحَيْضِ وَالنِّفَاسِ ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ: الصَّلاَةُ وَالصَّوْمُ وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ وَمَسُّ المُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَدُخُولُ المَسْجِدِ وَالطَّوَافُ وَالوَطْءُ وَالاسْتِمْتَاعُ بِمَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ.

Perkara yang diharamkan saat haid dan nifas ada 8 (delapan) yaitu shalat, puasa, membaca Al-Quran, menyentuh Al-Quran, membawa Al-Quran, masuk masjid, tawaf, hubungan intim (jimak), (suami) mencumbu di antara pusar dan lutut.

وَيَحْرُمُ عَلَى الجُنُبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ الصَّلاَةُ وَقِرَاءَةُ القُرْآنِ وَمَسُّ المُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَالطَّوَافُ وَاللُّبْثُ فِي المَسْجِدِ،

Perkara yang diharamkan bagi orang junub ada 5 (lima) yaitu shalat, membaca Al-Quran, menyentuh Al-Quran, membawa Al-Quran, tawaf, tinggal di masjid.

وَيَحْرُمُ عَلَى المُحْدِثِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ الصَّلاَةُ وَالطَّوَافُ وَمَسُّ المُصْحَفِ وَحَمْلُهُ

Perkara yang diharamkan saat hadas kecil ada 3 (tiga) yaitu shalat, tawaf, menyentuh Al-Quran dan membawanya.

الصَّلَاةُ

Shalat

 

الصَّلاَةُ المَفْرُوضَةُ خَمْسٌ

Shalat yang di wajibkan itu ada lima

الظُّهْرُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا زَوَالُ الشَّمْسِ وَآخِرُهُ إِذَا صَارَ ظِلُّ كُلِّ شَيْءٍ مِثْلُهُ بَعْدَ ظِلِّ الزَّوَالِ

Shalat Dhuhur. Awal waktunya adalah condongnya matahari sedang akhir waktu dzuhur adalah apabila bayangan benda sama dengan ukuran bendanya.

وَالعَصْرُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا الزِّيَادَةُ عَلَى ظِلِّ المِثْلِ وَآخِرُهُ فِي الاخْتِيَارِ إِلَى ظِلِّ المِثْلَيْنِ وَفِي الجَوَازِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ

(b) Shalat Ashar. Awal waktunya adalah apabila bayangan sama dengan benda lebih sedikit. Akhir waktu Ashar dalam waktu ikhtiyar adalah apabila bayangan benda 2 (dua) kali panjang benda; akhir waktu jawaz adalah sampai terbenamnya matahari.

وَالمَغْرِب وَوَقْتُهَا وَاحِدٌ وَهُوَ غُرُوبُ الشَّمْسِ وَبِمِقْدَارِ مَا يُؤَذِّنُ وَيَتَوَضَّأُ وَيَسْتُرُ العَوْرَةَ وَيُقْيمُ الصَّلَاةَ وَيُصَلِي خَمْسَ رَكَعَاتٍ

(c) Shalat maghrib. Awal waktunya adalah terbenamnya matahari (sedang akhir waktunya) adalah setelah selesainya adzan, berwudhu, menutup aurat, mendirikan shalat dan shalat 5 (lima) rakaat.

وَالعِشَاءُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ الشَّفَقُ الأَحْمَرُ وَآخِرُهُ فِي الاخْتِيَارِ إِلَى ثُلُثُ اللَّيْلِ وَفِي الجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الفَجْرِ الثَّانِي

(d) Shalat Isya’. Awal waktunya adalah apabila terbenamnya sinar merah sedangkan akhirnya untuk waktu ikthiyar adalam sampai 1/3 (sepertiga) malan; untuk waktu jawaz adalah sampai terbitnya fajar yang kedua (shadiq).

وَالصُّبْحُ وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوعُ الفَجْرِ الثَّانِي وَآخِرُهُ فِي الاْخْتِيَارِ إلَى الأَسْفَارِ وَفِي الجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ

(e) Shalat Subuh. Awal waktunya adalah terbitnya fajar kedua (fajar shadiq) sedang akhirnya waktu ikhtiyar adalah sampai isfar (terangnya fajar); akhir waktu jawaz adalah sampai terbitnya matahari.

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصَّلَاةِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: الإسْلاَمُ وَالبُلُوغُ وَالعَقْلُ وَهُوَ حَدُّ التَّكْلِيفِ

Syarat wajibnya shalat ada 3 (tiga) yaitu Islam, akil baligh (dewasa), berakal sehat itu adalah batas mulainya kewajiban (taklif).

وَالصَّلَوَاتُ المَسْنُونَةُ خَمْسٌ العِيدَانِ وَالكُسُوفَانِ وَالاسْتِسقَاءُ. وَالسُّنَنُ التَّابِعَةُ لِلفَرَائِضِ سَبْعَةَ عَشْرَ رَكْعَةٍ رَكْعَتَا الفَجْرِ وَأَرْبَعٌ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَهُ وَأَرْبَعٌ قَبْلَ العَصْرِ وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ المَغْرِبِ وَثَلاَثُ بَعْدَ العِشَاءِ يُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ مِنهُنَّ

Adapun shalat sunah ada 5 (lima) yaitu Idul Fitri dan Idul Adha, gerhana matahari (kusuf as Syamsi) dan gerhana bulan (khusuf al qamar); shalat istisqa’ (minta hujan). Adapun shalat sunah rawatib yang bersamaan dengan shalat fardhu ada 17 (tujuh belas) rakaat. Yaitu dua rakaat sebelum shalat subuh, empat rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat setelah dhuhur, empat rakaat sebelum ashar, dua rakaat setelah maghrib dan tiga rakaat setelah isya’ dengan shalat witir (ganjil) dengan satu rakaat terakhir.

وَثَلاَثُ نَوَافِلَ مُؤَكَّدَاتٌ: صَلَاةُ اللَّيْلِ وَصَلاَةُ الضُّحَى وَصَلاَةُ التَّرَاوِيحِ

Ada 3 (tiga) shalat sunah mua’akkad yaitu shalat malam, shalat dhuha dan shalat tarawih

فَصْلٌ وَشَرَائِطُ الصَّلاَةِ قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: طَهَارَةُ الأَعْضَاءِ مِنَ الحَدَثِ وَالنَّجِسِ وَسَتْرُ العَوْرَةِ بِلِبَاسٍ طَاهِرٍ وَالوُقُوفُ عَلَى مَكاَن ٍطَاهِرٍ وَالعِلْمُ بِدُخُولِ الوَقْتِ وَاستِقْبَالُ القِبْلَةِ. وَيَجُوزُ تَركُ القِبْلَةِ فِي حَالَتَينِ فِي شِدَّةِ الخَوْفِ وَفِي النَّافِلَةِ فِي السَّفَرِ عَلَى الرَّاحِلَةِ

Syaratnya shalat sebelum melaksanakan shalat ada 5 (lima) yaitu sucinya anggota badan dari hadas dan najis, menutup aurat dengan kain yang suci, berdiri pada tempat yang suci, tahu masuknya waktu shalat, menghadap kiblat. Boleh tidak menghadap kiblat dalam dua keadaan yaitu ketika sangat takut dan shalat sunah di atas kendaraan dalam perjalanan.

فَصْلٌ: وَأَرْكَانُ الصَّلَاةِ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ رُكْناً: النِّيَّةُ وَالقِيَامُ مَعَ القُدْرَةِ وَتَكْبِيرَةُ الإحْرَامِ وَقِرَاءَةِ الفَاتِحَةِ وَبِسمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيمِ آيَةٌ مِنهَا وَالرُّكُوعُ وَالطُّمَأنِينَةُ فِيه وَالرَّفْعُ وَاعْتِدَالُ وَالطُّمَأنِينَةُ فِيهِ وَالسُّجُودُ وَالطُمَأنِينَةُ فِيهِ وَالجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَالطُّمَأنِينَةُ فِيهِ وَالجُلُوسُ الأَخِيرُ وَالتَّشَهُّدُ فِيهِ وَالصَّلاَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فِيهِ وَالتَّسْلِيمَةُ الأُولَى وَنِيَّةُ الخُرُوجِ مِنَ الصَّلاَةِ وَتَرتِيبُ الأَرْكَانِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ

Rukun-rukun (fardhu) shalat ada 18 (delapan belas). Berdiri apabila kuasa, takbirotul ihram, membaca al-fatihah dengan basmalah-nya, ruku’, tumakninah dalam ruku’, bangun dari ruku’, i’tidal (berdiri setelah ruku’), tuma’ninah saat i’tidal, sujud, dan tuma’ninah saat sujud, duduk di antara dua sujud dan tuma’ninah, duduk terakhir, dan tasyahud (tahiyat) saat duduk terakhir, membaca shalawat pada Nabi saat tahiyat akhir, salam pertama, niat keluar dari shalat, tertib sesuai urutan rukun di atas .وَسُنَنُهَا قَبْلَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ: الأَذاَنُ وَالإقَامَةُ، وَبَعْدَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ التَّشَهُّدُ الأَوَّلُ وَالقُنُوتُ فِي الصُّبْحِ وَفِي الوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ

Sunahnya shalat sebelum melaksanakan shalat ada dua yaitu adzan dan iqamah. Sunahnya shalat saat melaksanakan shalat ada dua yaitu tahiyat (tasyahud) pertama dan membaca qunut saat shalat subuh dan shalat witir pada pertengahan kedua bulan Ramadan.

وَهَيْأَتُهَا خَمْسَةُ عَشَرَ خَصْلَةً رَفْعُ اليَدَيْنِ عِنْدَ تَكْبِيرَةِ الإحْرَامِ وَعِنْدَ الرُّكُوعِ وَالرَّفْعِ مِنْهُ وَوَضْعُ اليَمِينِ عَلَى الشِّمَالِ وَالتَّوَجُّهُ وَالاسْتِعَاذَةُ وَالجَهْرُ فِي مَوْضِعِهِ وَالإسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ وَالتَّأْمِينُ وَقِرَاءَةُ سُورَةٍ بَعْدَ الفَاتِحَةِ وَالتَّكْبِيرَاتُ عِنْدَ الرَّفْعِ وَالخَفْضِ وَقَولِ سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ رَبَنَا لَكَ الحَمْدُ وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَوَضْعُ اليَدَينِ عَلَى الفَخِذَيْنِ فِي الجُلُوسِ يَبْسُطُ اليُسْرَى وَيَقْبِضُ اليُمْنَى إِلاَّ المُسَبِّحَةَ فَإنَّهُ يُشِيرُ بِهَا مُتَشَهِّداً وَالافْتِرَاشُ فِي جَمِيعِ الجَلْسَاتِ وَالتَّوَرُّكُ فِي الجَلْسَةِ الأَخِيرَةِ وَالتَّسْلِيمَةُ الثَّانِيَةُ

Sunah Ha’iah-nya Shalat itu ada lima belas yaitu:
(a) Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram (b) Mengangkat tangan saat ruku’ (c) Mengangkat tangan saat bangun dari ruku’ (d) Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (e) Tawajjuh (f) Membaca audzubillah (g) Mengeraskan suara dan memelankan suara sesuai tempatnya (h) Membaca amin (i) Membaca surat setelah membaca Al-Fatihah (j) Membaca takbir saat naik atau turun (k) Mengatakan sami’a-Allahu liman hamidah robbana walakal hamdu dan tasbih saat ruku’ dan sujud (l) Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha saat duduk; membuka tangan kiri sedang tangan kanan menggenggam kecuali jari telunjuk yang menunjuk saat tahiyat (m) Duduk iftirasy pada setiap duduk. (n) Duduk tawarruk pada duduk yang akhir (o) Salam yang kedua.

فَصْلٌ: وَالمَرْأَةُ تَخَالِفُ الرَّجُلَ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ: فَالرَّجُلُ يُجَافِي مِرْفَقَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَيُقِلُّ بَطْنَهُ عَنْ فَخِذَيْهِ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَيَجْهَرُ فِي مَوَاضِعِ الجَهْرِ وَإِذَا نَابَهُ شَيْءٌ فِي الصَّلاَةِ سَبَّحَ وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ مَا بَيْنَ سُرَّتِهِ وَرُكْبَتِهِ وَالمَرْأَةُ تُضَمُّ بَعْضَهَا إِلَى بَعْضٍ وَتُخْفِضُ صَوْتَهَا بِحَضْرَةِ الرِّجَالِ الأَجَانِبِ وَإذَا نَابَهَا شَيْءٌ فِي الصَّلاَةِ صَفَقَتْ وَجَمِيعُ بَدَنِ الحُرَّةِ عَوْرَةٌ إِلاَّ وَجْهِهَا وَكَفَّيْهَا وَالأَمَةُ كَالرِّجَلِ

Shalat perempuan berbeda dengan laki-laki dalam 5 (lima) perkara: (a) Laki-laki menjauhkan kedua sikutnya dari lambungnya. (b) Laki-laki menjauhkan perut dari kedua pahanya dalam ruku’ dan sujud – Laki-laki mengeraskan suara di tempat yang dianjurkan mengeraskan suara (c) Apabila imam melakukan kesalahan, laki-laki mengucapkan tasbih (subhanallah). (d) Aurat laki-laki antara pusar dan lutut. (e) Perempuan mendekatkan sikunya satu sama lain. (f) Perempuan memelankan suaranya di dekat laki-laki bukan mahram (g) Apabila imam melakukan kesalahan, makmum perempuan bertepuk tangan. (h) Seluruh badan perempuan itu aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Sedang budak perempuan auratnya seperti laki-laki

فَصْلٌ: وَالَّذِي يُبْطِلُ الصَّلَاةَ أَحَدُ عَشَرَ شَيْئاً الكَلاَمُ العَمْدُ وَالعَمَلُ الكَثِيرُ وَالحَدَثُ وَحُدُوثُ النَّجَاسَةِ وَانكِشَافُ العَوْرَةِ وَتَغَيُّرُ النِّيَةِ وَاستِدْبَارُ القِبْلَةِ وَالأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالقَهْقَهَةُ وَالرِّدَّةُ

Perkara yang membatalkan shalat ada 11 (sebelas): – Perkataan yang disengaja – Gerakan yang banyak – Hadas (kecil dan besar) – Adanya najis – Terbukanya aurat – Berubahnya niat – Membelakangi kiblat – Makan – Minum – Tertawa terbahak-bahak – Murtad

فَصْلٌ: وَرَكَعَاتُ الفَرَائِضِ سَبْعَةُ عَشَرَ رَكْعَةً فِيهَا أَرْبَعٌ وَثَلاَثُونَ سَجْدَةً وَأَرْبَعٌ وَتِسْعُونَ تَكْبِيرَةً وَتِسْع تَشَهُّدَاتٍ وَعَشْرُ تَسْلِيمَاتٍ وَمِائَةٌ وَثَلَاثٌ وَخَمْسُونَ تَسْبِيحَةٍ وَجُمْلَةُ الأَرْكَانِ فِي الصَّلَاةِ مِائَةٌ وَسِتَّةٌ وَعِشْرُونَ رُكْناً فِي الصُّبْحِ وَثَلاَثُونَ رُكْناً وَفِي المَغْرِبِ اثْنَانِ وَأَرْبَعُونَ رُكْناً وَفِي الرُّبَاعِيَّةِ أَرْبَعَةٌ وَخَمْسُونَ رُكْناً وَمَنْ عَجَزَ عَنِ القِيَامِ فِي الفَرِيضَةِ صَلَّى جَالِساً وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الجُلُوسِ صَلَّى مُضْطَجِعاً

Jumlah rakaat shalat fardhu ada 17 (tujuh belas) rakaat, 34 sujud, 94 takbir, 9 tahiyat, 10 salam, 153 tasbih. Jumlah rukun dalam shalat ada 126 rukun. Shalat subuh 30 rukun, maghrib 42 rukun, shalat empat rakaat ada 54 rukun. Barang siapa yang tidak mampu berdiri dalam shalat fardhu maka boleh shalat duduk, yang tidak mampu duduk, boleh shalat tidur miring.

فَصْلٌ: وَالمَتْرُوكُ مِنَ الصَّلاَةِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ: فَرْضٌ وَسُنَّةٌ وَهَيْئَةٌ، فَالفَرْضُ لَا يَنُوبُ عَنْهُ سُجُودُ السَهْوِ بَلْ إِنْ ذَكَرَهُ وَالزَّمَانُ قَرِيبٌ أَتَى بِهِ وَبَنَى عَلَيْهِ وسَجَدَ لِلسَّهْوِ، وَالسُّنَّةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ التَّلَبُّسِ بِالفَرْضِ لَكِنَّهُ يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا، وَالهَيْئَةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ تَرْكِهَا وَلَا يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ. عَنْهَا وَإِذَا شَكَّ فِي عَدَدِ مَا أَتَى بِهِ مِنَ الرَّكَعَاتِ بَنَى عَلَى اليَقِينِ وَهُوَ الأَقَلُّ وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ وَسُجُودُ السَّهْوِ سُنَّةٌ وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ

Perkara yang ditinggal dalam shalat ada tiga macam yaitu fardhu, sunah dan hai’ah. Adapun fardhu yang tertinggal tidak perlu mengganti apabila murni karena lupa tetapi apabila ingat dan waktunya dekat maka harus dilakukan dan sujud sahwi. Sedang sunah yang tertinggal tidak perlu mengulangi apabila sudah melakukan hal yang fardhu akan tetapi hendaknya melakukan sujud sahwi. Sedang hai’ah yang tertinggal tidak perlu mengulangi dan sujud sahwi. Apabila ragu dalam jumlah rakaat shalat, maka lakukan berdasar rakaat yang yakin yaitu yang paling sedikit dan hendaknya sujud sahwi. Sujud sahwi itu sunah dan dilakukan sebelum salam.

فَصْلٌ: وَخَمْسَةُ أَوْقَاتٍ لَا يُصَلَّى فِيهَا إِلَّا صَلَاةٌ لَهَا سَبَبٌ بَعْدَ صَلاَةِ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ وَعِنْدَ طُلُوعِهَا حَتَّى تَتَكَامَلَ وَتَرْتَفِعَ قَدْرَ رُمْحٍ وَإذَا اسْتَوَتْ حَتَى تَزُولَ وَبَعْدَ صَلَاةِ العَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَعِنْدَ الغُرُوبِ حَتَّى يَتَكَامَلُ غُرُوبُهَا

 

Ada lima waktu yang tidak boleh melakukan shalat kecuali shalat yang memiliki sebab yaitu setelah shalat subuh sampai terbit matahari; saat terbit matahari sampai sempurna dan naik sekitar satu tombak; saat matahari tepat di tengah sampai condong; setelah shalat asar sampai matahari terbenam; saat matahari terbenam sampai sempurna terbenamnya

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الجَمَاعَةِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَعَلَى المَأْمُومِ أَنْ يَنْوِيَ الائتِمَامَ دُونَ الإِمَامِ وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الحُرُّ بِالعَبْدِ وَالبَالِغُ بِالمُرَاهِقِ وَلَا تَصَحُّ قُدْوَةُ رَجُلٍ بِامْرَأَةٍ وَلَا قَارِئٍ بِأُمِّي، وَأَيَّ مَوْضِعٍ صَلَّى فِي المَسْجِدِ بِصَلاَةِ الإِمَامِ فِيهِ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلاَتِهِ أَجْزَئَهُ مَا لَمْ يَتَقَدَّمْ عَلَيْهِ وَإِنْ صَلَّى خَارِجَ المَسْجِدِ وَالمَأْمُومُ قَرِيباً مِنْهُ وَهُوَ عَالِمٌ بِصَلاَتِهِ وَلَا حَائِلَ هُنَاكَ جَازَ.

Shalat jamaah itu hukumnya sunah mu’akkad. Makmum harus berniat jadi makmum sedang imam tidak wajib niat menjadi imam. Boleh orang yang merdeka bermakmum pada budak, orang baligh pada yang belum baligh. Tidak sah laki-laki bermakmum pada wanita, orang yang pintar membaca Quran kepada yang buta huruf. Makmum boldh shalat di tempat mana pun dari posisi imam di masjid asal imam tahu shalatnya itu hukumnya sah selagi makmum tidak mendahului imam. Apabila imam shalat di masjid sedang makmum di luar masjid yang dekat, dan imam tahu atas shalat makmum, dan tidak penghalang antara keduanya hukumnya boleh.

فَصْلٌ: وَيَجُوزُ لِلْمُسَافِرِ قَصْرِ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ بِخَمْسِ شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ سَفَرُهُ فِي غَيْرِ مَعْصِيَةٍ وَأَنْ يَكُونَ مَسَافَتُهُ سِتَّةُ عَشَرَ فَرْسَخاً بِلَا إِيَابٍ وَأَنْ يَكُونَ مُؤَدِّياً لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ وَأَنْ يَنْوِيَ الْقَصْرَ مَعَ الإِحْرَامِ وَأَنْ لَا يَأْتَمَّ بِمُقِيمٍ

Boleh bagi musafir untuk mengqashar shalat yang empat rakaat menjadi 2 (dua) rakaat dengan 5 (lima) syarat: (a) Bukan perjalanan maksiat. (b) Jarak yang ditempuh mencapai 16 farsakh[1]. (c) Shalat empat rakaat. (d) Niat qashar saat takbiratul ihram (takbir pertama). (e) Tidak bermakmum pada orang mukim.

وَيَجُوزُ لِلمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالعَصْرِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ وَبَيْنَ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ

Musafir boleh menjamak (mengumpulkan) shalat antara shalat dzuhur dan ashar dalam satu waktu yang mana saja dan antara shalat maghrib dan isya’ di waktu mana saja yang disuka

وَيَجُوزُ لِلْحَاضِرِ فِي المَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِي وَقْتِ الأُوْلَى مِنْهُمَا

Orang yang bukan musafir juga boleh menjamak shalat dalam keadaan hujan dengan syarat melakukannya di waktu yang pertama.

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الجُمْعَةِ سَبْعَةَ أَشْيَاءَ: الإِسْلَامُ وَالبُلُوغُ وَالعَقْلُ وَالحُرِّيَةُ وَالذُّكُورِيَّةُ وَالصِّحَةُ وَالاسْتِيطَانُ.

Syarat wajibnya shalat Jum’at ada 7 (tujuh) perkara:
(a) Islam (b) Baligh (c) Berakal sehat (d) Merdeka (e) Laki-laki (f) Sehat (g) Bertempat tinggal tetap (istithan, mustautin)

وَشَرَائِطُ فِعْلِهَا ثَلَاثَةٌ أَنْ تَكُونَ البَلَدُ مِصْراً أَوْ قَرْيَةً وَأَنْ يَكُونَ العَدَدُ أَرْبَعِينَ مِنْ أَهْلِ الجُمْعَةِ وَأَنْ يَكُونَ الوَقْتُ بَاقِياً فَإنْ خَرَجَ الوَقْتُ أَوْ عَدِمَتْ الشُّرُوطُ صُلِيَتْ ظُهْراً.

Syarat melaksanakan shalat Jumat ada 3 (tiga):

(a) Adanya tempat itu berupa kota atau desa. (b) 40 jamaah Jum’at harus terdiri dari ahli Jum’at (yang diwajibkan shalat Jum’at) (c) Waktunya cukup untuk melaksanakan shalat. Apabila waktunya habis atau syarat tidak terpenuhi, maka diganti shalat dzuhur.

وَفَرَائِضُهَا ثَلاَثَةٌ خُطْبَتَانِ يَقُومُ فِيهِمَا وَيَجْلِسُ بَيْنَهُمَا وَأَنْ تُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ فِي جَمَاعَةٍ.

Fardhu-nya shalat Jum’at ada 3 (tiga) yaitu: (a) Adanya dua khotbah yang dilakukan dengan berdiri. (b) Duduk di antara 2 (dua) khotbah. (c) Shalat dua rakaat secara berjamaah.

وَهَيْأَتُهَا أَرْبَعُ خِصَالٍ: الغُسْلُ وَتَنْظِيفُ الجَسَدِ وَلُبْسُ الثِّيَابِ البِيضِ وَأَخْذُ الظُّفْرِ وَالطِيْبُ.

Perilaku yang disunahkan dalam Jum’at ada 4 (empat): (a) Mandi keramas dan Membersihkan badan (b) Mengenakan pakaian putih. (c) Memotong kuku (d) Memakai wewangian.

وَيُسْتَحَبُّ الإنْصَاتُ فِي وَقْتِ الخُطْبَةِ.

Dan disunahkan diam di waktu khotbah.

وَمَنْ دَخَلَ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ يَجْلِسُ

Apabila orang masuk masjid saat imam sedang khotbah hendaknya dia shalat 2 (dua) rakaat yang ringan kemudian duduk.

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ العِيدَيْنِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَهِيَ رَكْعَتَانِ يُكَبِّرُ فِي الأُولَى سَبْعاً سِوَى تَكْبِيرَةِ الإحْرَامِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْساً سِوَى تَكْبِيرَةِ القِيَامِ وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ يُكَبِّرُ فِي الأُولَى تِسْعاً وَفِي الثَّانِيَةِ سَبْعاً

Shalat dua hari raya –Idul Fitri dan Idul Adha– hukumnya sunah muakkad. Shalat ied terdiri dari 2 (dua) rakaat. Dengan takbir 7 (tujuh) kali selain takbirotul ihram pada rakaat pertama dan takbir lima kali pada rakaat kedua selain takbir untuk berdiri. Setelah selesai shalat wajib adanya khotbah dua. Khotbah pertama takbir 9 (sembilan) kali dan khotbah kedua takbir 7 (tujuh) kali.

وَيُكَبِّرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيْلَةِ العِيدِ إِلَى أَنْ يَدْخُلَ الإِمَامُ فِي الصَّلَاةِ وَفِي الأَضْحَى خَلْفَ الصَّلَوَاتِ المَفْرُوضَاتِ مِنْ صُبِحِ يَوْمِ عَرَفَةَ إِلَى العَصْرِ مِنْ آخِرِ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ.

Sunah membaca takbir sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam masuk ke masjid untuk shalat. Sedang dalam idul adha hendaknya membaca takbir setelah shalat fardhu sejak paginya hari Arafah sampai Ashar-nya hari tasyriq

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الكُسُوفِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ فَإِنْ فَاتَتْ لَمْ تُقْضَ. وَيُصَلِّي لِكُسُوفِ الشَّمْسِ وَخُسُوفِ القَمَرِ رَكْعَتَيْنِ، فِي كُلِّ رَكْعَةٍ قِيَامَانِ يُطِيلُ القِرَاءَةَ فِيهِمَا وَرُكُوعَانِ يُطِيلُ التَّسْبِيحَ فِيهِمَا دُونَ السُّجُودِ وَيَخْطُبُ بَعْدَهَا خُطْبَتَيْنِ وَيُسِرُّ فِي كُسُوفِ الشَّمْسِ وَيَجْهَرُ فِي خُسُوفِ القَمَرِ

Shalat gerhana itu sunah mu’akkad. Apabila tidak melaksanakan tidak perlu mengqadha. Hendaknya shalat gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf) 2 (dua) rakaat. Dalam setiap rakaat berdiri 2 (dua) kali dengan membaca bacaan Quran yang panjang. Dan membaca 2 (dua) ruku’ dengan membaca bacaan tasbih yang panjang tanpa sujud.
Setelah shalat, membaca dua khotbah. Bacaan bersifat pelan (sirri) untuk gerhana matahari; dan keras (jahr) pada gerhana bulan..

فَصْلٌ: وَصَلَاةُ الاسْتِسْقَاءِ مَسْنُونَةٌ فَيَأْمُرُهُم الإمَامُ بِالتَّوْبَةِ وَالصَّدَقَةِ وَالخُرُوجِ مِنَ المَظَالِمِ وَمُصَالَحَةِ الأعْدَاءِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ثُمَّ يَخْرُجُ بِهِمْ فِي اليَوْمِ الرَّابِعِ فِي ثِيَابِ بِذْلَةٍ وَاستِكَانَةٍ وَتَضَرُّعٍ وَيُصَلِّيَ بِهِمْ رَكْعَتَيْنِ كَصَلَاةِ العِيدَيْنِ ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَهُمَا وَيُحَوِّلُ رِدَاءَهُ وَيُكَثِّرُ مِنَ الدُّعَاءِ والاسْتِغْفَارِ وَيَدْعُو بِدُعَاءِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ: اللهم اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ وَلَا تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ وَلَا مُحِقٍّ وَلَا بَلاَءٍ وَلَا هَدْمٍ وَلَا غَرْقٍ اللهم عَلَى الظِرَابَ وَالآكَامَ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الأوْدِيَةِ اللهم حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللهم اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً مَرِيعاً سَحًّا عَاماً غَدَقاً طَبَقاً مُجَلِّلاً دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ اللهم اسْقِنَا الغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ القَانِطِينَ اللهم إِنَّ بِالعِبَادِ وَالبِلَادِ مِنَ الجُهْدِ وَالجُوعِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إلاَّ إلَيْكَ اللهم أنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدْرِ لَنَا الضَّرْعَ وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنَ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ البَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ غُيْرُكَ اللهم إنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنتَ غَفَّاراً فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً. وَيَغْتَسِلُ فِي الوَادِي إِذَا سَالَ وَيُسَبِّحُ لِلرَّعْدِ وَالبَرْقِ

Shalat meminta hujan (istisqo’) hukumnya sunah. Imam hendaknya memerintahkan makmum untuk taubat, sedekah, keluar dari kedzaliman, berbuat baik pada musuh dan puasa tiga hari kemudian pada hari keempat, imam keluar (ke tanah lapang) bersama mereka dengan memakai pakaian harian serta hati tenang dan tunduk. Imam mengerjakan shalat dua rakaat bersama mereka seperti shalat ‘Id. Setelah shalat dilanjutkan dengan berkhotbah, membalikkan selendangnya, serta memperbanyak doa dan istighfar. Hendaknya imam berdoa dengan doa Rasulullah -shollalloohu ‘alaihi wasallam-, yaitu:

Ya Allah, jadikanlah hujan ini sebagai siraman yang membawa rahmat dan jangan menjadikannya sebagai siraman yang membawa adzab, kecelakaan, bencana, kehancuran, dan ketenggelaman. Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) meresap di bukit dan onggokan tanah serta menyirami akar-akar tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, jauhkanlah dari kami dan janganlah menjadi bencana bagi kami.
Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) meresap di bukit dan onggokan tanah serta menyirami akar-akar tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah, jauhkanlah dari kami dan janganlah menjadi bencana bagi kami.
Ya Allah, turunkan kepada kami hujan deras, yang menyenangkan, mengalir luas lagi lebat dan merata sampai hari kiamat.
Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah, sesungguhnya para hamba(Mu) dan negeri-negeri mengalami kelelahan, kelaparan, dan kesempitan yang tidak bisa kami adukan kecuali kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman-tanaman dan perbanyaklah untuk kami susu (hewan peliharaan kami). Turunkanlah kepada kami berkah langit dan tumbuhkanlah untuk kami berkah bumi. Hilangkanlah musibah dari kami. Tidak ada yang mampu menyibakkannya selain Engkau. Ya Allah, kami memohon ampunan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun. Turunkanlah kepada kami banyak hujan dari langit. Apabila air telah mengalir, hendaknya mandi di lembah dan bertasbih untuk kilat dan petir.

فَصْلٌ: وَصَلاَةُ الخَوْفِ عَلَى ثَلاَثَةِ أَضْرُبٍ أَحَدَهُمَا أَنْ يَكُونَ العَدُوُّ فِي غَيْرِ جِهَةِ القِبْلَةِ فَيُفََرِّقُهُم الإمَامُ فِرْقَتَيْنِ فِرْقَةٌ تَقِفُ فِي وَجْهِ العَدُوِّ وَفِرْقَةٌ خَلْفَهُ فَيُصَلِي بِالفِرْقَةِ الَّتِي خَلْفَهُ رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَتَمْضِي إِلَى وَجْهِ العَدُوِّ وَتَأتِي الطَّائِفَةُ الأُخْرَى فَيُصَلِي بِهَا رَكْعَةً ثُمَّ تُتِمُّ لِنَفْسِهَا وَيُسَلِّمُ بِهَا.

Shalat khauf ada 3 (tiga) macam. Pertama, adanya musuh bukan di arah kiblat. Dalam hal ini imam memisah makmum ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama berdiri menghadap musuh sedang kelompok kedua di belakangnya. Imam shalat dengan kelompok kedua satu rakaat kemudian kelompok kedua menyenmpurnakan shalatnya sendiri dan terus menghadap musuh. Kelompok pertama datang dan imam shalat satu rakaat dengan kelompok pertama yang menyempurnakan shalatnya dan imam mengucap salam dengan kelompok pertama.

وَالثَّانِي أَنْ يَكُونَ العَدُوُّ فِي جِهَةِ القِبْلَةِ فَيَصِفُّهُمُ الإمَامُ صَفَّيْنِ وَيَحْرُمُ بِهِمْ فَإذَا سَجَدَ سَجَدَ مَعَهُ أَحَدُ الصَّفَّيْنِ وَوَقَفَ الصَّفُّ الآخَرُ يُحْرُسُهُم فَإذَا رَفَعَ سَجَدُوا وَلَحِقُوهُ.

Kedua, musuh berada di arah kiblat. Imam membariskan makmum dalam dua baris dan melakukan takbirotul ihrom dengan semuanya. Apabila imam sujud, maka ia sujud dengan salah satu shaf/barisan jamaah sedang shat/barisan yang lain berdiri menjaga. Apabila imam bangun, maka shaf kedua sujud dan ikut menyusul berdiri bersama imam dan barisan yang lain.

وَالثَّالِثُ أَنْ يَكُونَ فِي شِدَّةِ الخَوْفِ وَالْتِحَامِ الحَرْبِ فَيُصَلِّي كَيْفَ أَمْكَنَهُ رَاجِلاً أَوْ رَاكِباً مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ وَغَيْرَ مُسْتَقْبِلٍ لَهاَ.

Ketiga, situasi dalam keadaan sangat menakutkan dan perang sedang berkecamuk. Maka siapapun hendaknya shalat sebisanya baik dalam keadaan sambil jalan kaki atau naik kendaraan, menghadap kiblat atau tidak menghadap kiblat.

فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ لُبْسَ الحَرِيرِ والتَّخَتُّمُ بِالذَّهَبِ وَيَحِلُّ لِلنِّسَاءِ وَقَلِيلُ الذَّهَبِ وَكَثِيرُهُ فِي التَّحْرِيمِ سَوَاءٌ وَإذَا كَانَ بَعْضُ الثَّوْبِ إبْرَيْسِمًا وَبَعْضُهُ قُطْناً أَوْ كَتَّاناً جَازَ لُبْسُهُ مَا لَمْ يَكُن الإبْرَيْسِمُ غَالِباً.

Laki-laki haram memakai pakaian dari sutra dan memakai cincin emas tapi halal bagi perempuan. Sedikit dan banyak sama haramnya. Apabila sebagian pakaian terdiri dari sutera sedang sebagian yang lain kain katun maka boleh memakainya selagi suteranya tidak dominan.

فَصْلٌ: وَيَلْزَمُ فِي المَيِّتِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: غَسْلُهُ وَتَكْفِينُهُ وَالصَّلاَةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ.

Empat perkara wajib dilakukan terhadap mayat (jenazah) yaitu: memandikan, mengafani, menyalati dan memendam mayat.

وَاثْنَانِ لَا يُغْسَلاَنِ وَلاَ يُصَلَّى عَلَيْهِمَا الشَّهِيدُ فِي مَعْرَكَةِ المُشْرِكِينَ وَالسِّقْطُ الِّذي لَمْ يَسْتَهِلَّ صَارِخاً.

Ada dua mayat yang tidak perlu dimandikan dan disalati yaitu muslim yang mati syahid untuk memerangi orang kafir dan bayi lahir keguguran yang tidak bersuara (menjerit).

وَيُغْسَلُ المَيِّتُ وِتْراً وَيَكونُ فِي أَوَّلِ غُسْلِهِ سِدْرٌ وَفِي آخِرِهِ شَيْءٌ مِنَ كَافُورٍ.

Mayat dimandikan ganjil, basuhan yang pertama dicampuri daun kelor dan di akhir basuhan sedikit dicampuri kapur barus.

وَيُكَفَّنُ فِي ثَلاَثَةِ أَثْوَابِ بِيضٍ لَيْسَ فِيهَا قَمِيصٌ وَلَا عِمَامَةٌ

dan dikafani tiga pakaian yang putih tidak ada didalamnya komis dan serban.

وَيُكَبَّرُ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ يَقْرَأُ الفَاتِحَةَ بَعْدَ الأُولَى وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِي صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ الثَّانِيَةِ وَيَدْعُو لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ فَيَقُولُ اللهم هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيا وَسَعَتِهَا وَمَحْبُوبِهِ وَأَحِبَّائِهِ فِيهَا إِلَى ظُلْمَةِ القَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيه كَانَ يَشْهَدُ ألَّا إِلَه إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا اللهم إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُو لٍ بِهِ وَأَصْبَحَ فَقِيراً إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِينَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ اللهم إنْ كَانَ مُحْسِناً فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ وَإنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهِ فَتْنَةَ القَبْرِ وَعَذَابِهِ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَجَافِ الأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثُهُ آمِناً إِلَى جَنَّتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ، وَيَقُولُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ اللهم لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ، وَيُسَلِّمُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ.

Dan bertakbir untuknya empat takbiran, membaca fatihah setelah takbir yang pertama dan bersolawat kepada nabi SAW setelah takbir yang kedua dan berdoa untuk mayat setelah takbir yang ketiga seraya berkata: “ ya Allah ya Tuhan kami ini adalah hambamu dan anak laki-laki hambamu. Dia telah keluar dari dunia dan luasnya dunia dan yang dicintainya dan kekasih yang dicintainya menuju alam yang gelapnya kubur dan sesuatu yang akan ditemuinya. Dia telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau yang maha satu tidak ada teman bagimu serta menyaksikan bahwa nabi Muhammad adalah hambamu dan utusanmu. Dan tuan lebih tau. Ya Allah dia telah menempat disisimu dan tuan adalah sebaik baik tempat untuknya. Dan dia sekarang membutuhkan rahmatmu dan engkau adalah dzat yang kaya atas siksaannya. Kami datang kepadamu berharap sebuah pertolongan untuknya. Ya Allah bila dia baik maka tambahkan kebaikannya dan bia dia jelek maka ampunilah dia dan temukan dia sebab rahmatmu ridhomu dan selamatkan dia dari fitnah dan adzab kubur. Dan luaskanlah kuburnya sisihkan tanah dari sekitarnya dan temukanlah dia sebab rahmatmu dengan kesentausaan dari siksamu sampai engkau bangkitkan dengan kesentausaan ke sorgamu dengan rahmatmu wahai dzat yang paling penyayang.

Dan setelah takbir yang keempat berdoa: “ Ya Allah jangan engkau tahan pahalanya dan selamatkan dia dan janganlah engkau fitnah setelah kepergiannya dan ampunilah kami dan dia”. dan mengucap salam setelah berdoa sesudah takbir yang keempat.

وَيُدْفَنُ فِي لَحْدٍ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ وَيُسَلُّ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ بِرِفْقٍ وَيَقُولُ الَّذِي يُلْحِدُهُ: بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ وَيُضْجَعُ فِي القَبْرِ بَعْدَ أن يُعَمَّقَ قَامَةً وَبَسْطَةً وَيُسَطَّحُ القَبْرُ وَلَا يُبْنَى عَلَيْهِ وَلاَ يُجَصَّصَ وَلَا بَأْسَ بِالبُكَاءِ عَلَى المَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ وَلَا شَقِّ جِيبٍ وَيُعَزَّى أَهْلُهُ إِلَى ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ دَفْنِهِ وَلاَ يُدْفَنُ اثْنَانِ فِي قَبْرٍ إلاَّ لِحَاجَةٍ.

dan dikubur dilubang lahat dengan menghadap kiblat dan diturunkan dari arah kepalanya dengan pelan-pelan. dan bagi yang memasukkan mayat kelahat maka berdoa: “Dengan menyebut nama Allah dan mengikuti agama Rasulullah SAW” dan membaringkannya di kubur setelah kubur didalamkan sedalam tinggi orang dan lebih setelpak tangan. Kubur ditimbun tinggi tengah dan tidak boleh dibangun, dilep pkai semen. Dan tidak apa apa menangisi mayit dengan tanpa mengeluh dan tanpa menobek nyobek kerah baju. Dan di ta’ziyahi ahli mayit sampai tiga hari terhitung setelah pemakamannya. Dan tidak boleh dikubur dua orang dalam satu kubur kecuali ada keperluan.

الزَّكَاة

Zakat

تَجِبُ الزَّكَاةُ فِي خَمْسَةِ أَشْيَاءَ، وَهِيَ: المَوَاشِي وَالأَثْمَانِ وَالزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ وَعُرُوضِ التِّجَارَةِ

Zakat itu wajib dalam lima perkara yaitu binatang, harga, tanaman, buah, harta dagangan.

فَأَمِّا المَوَاشِي فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِي ثَلاَثَةِ أَجْنَاسٍ مِنْهَا، وَهِيَ: الإبِلُ وَالبَقَرُ وَالغَنَمُ. وَشَرَائِطُ وُجُوبِهَا سِتَّةُ أَشْيَاءَ الإسْلاَمُ وَالحُرِّيَةُ وَالمِلْكُ التَّامُّ وَالنِّصَابُ وَالحَوْلُ وَالسَّوْمُ

Adapaun binatang wajib dizakati dalam tiga jenis antara lain unta, sapi, kambing. Syarat wajibnya ada enam perkara yaitu Islam, merdeka, memiliki yang sempurna, mencapai nishab (jumlah minimum), haul (setahun).

وَأَمَّا الأَثْمَانُ فَشَيْئَانِ الذَّهَبُ وَالفِضَّةُ وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيهَا خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الإسْلاَمُ وَالحُرِّيَّةُ وَالمِلْكُ التَّامُّ وَالنِّصَابُ وَالحَوْلُ

Adapun zakat barang berharga ada dua perkara yaitu emas dan perak. Adapun wajib zakatnya emas dan perak ada lima yaitu Islam, merdeka, kepemilikan sempurna, nisob, haul.

وَأَمَّا الزُّرُوعُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيهَا بِثَلاَثَةِ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مِمَّا يَزْرَعُهُ الآدَمِيُّونَ وَأنْ يَكُونَ قُوتاً مُدَّخَراً وَأَنْ يَكُونَ نِصَاباً وَهُوَ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ لاَ قِشْرَ عَلَيهَا

Adapun biji-bijian zakat wajib dengan tiga syarat: di antara yang ditanam manusia, hendaknya termasuk makanan pokok yang dapat disimpan, dan hendaknya lima wasak tanpa kulit

وَأَمَّا الثِّمَارُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِي شَيْئَيْنِ مِنهَا ثَمْرَةُ النَّخْلِ وَثَمْرَةُ الكَرْمِ وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الزَّكَاةِ فِيهَا أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الإسْلاَمُ وَالحُرِّيَّةُ وَالمِلْكُ التَّامُّ وَالنِّصَابُ

Adapun buah-buahan maka wajib zakat dalam dua perkara: buah kurma dan buah anggur, dan syarat wajib zakat ada empat perkara: Islam, merdeka, kepemilikan yang sempurna, nishab

وَأمَّا عُرُوضُ التِّجَارَةِ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيهَا بِالشَّرَائِطِ المَذْكُورَةِ فِي الأَثْمَانِ.

Adapun harta dagangan maka wajib zakat dengan syarat-syarat yang disebut dalam emas dan perak

فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الإِبِلِ خَمْسٌ وَفِيهَا شَاةٌ وَفِي عَشْرٍ شَاتَانِ وَفِي خَمْسَ عَشَرَةَ ثَلاَثُ شِيَاهٍ وَفِي عِشْرِينَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ وَفِي خَمْسَ وَعِشْرِينَ بِنْتُ مَخَاضٍ وَفِي سِتٍّ وَثَلاَثِينَ بِنْتُ لَبُونٍ وَفِي سِتٍّ وَأَرْبَعِينَ حِقَّةٌ وَفِي إِحْدى وَسِتِّينَ جَذْعَةٌ وَفِي سِتٍّ وَسَبْعِينَ بِنْتَا لَبُونٍ وَفِي إِحْدَى وَتِسْعِينَ حِقَّتَانِ وَفِي مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِينَ ثَلاَثُ بَنَاتُ لَبُونٍ ثُمَّ فِي كُلِّ أَرْبَعِينَ بِنْتُ لَبُونٍ وَفِي كُلِّ خَمْسِينَ حِقَّةٌ

Permulaan nisab onta itu 5 ekor. Dan (zakatnya) untuk 5 ekor adalah 1 ekor biri-biri umur 1-2 tahun. 10 ekor unta adalah 2 ekor biri-biri umur 1-2 tahun. 15 ekor unta adalah 3 ekor biri-biri umur 1-2 tahun. 25 ekor unta adalah 1 ekor unta betina umur 1-2 tahun. 38 ekor unta adalah 1 ekor unta betina umur 2-3 tahun. 46 ekor unta adalah 1 ekor unta betina umur 3-4 tahun. 61 ekor unta adalah 1 ekor unta betina umur 4-5 tahun. 76 ekor unta adalah 2 ekor unta betina umur 2-3 tahun. 91 ekor unta adalah 2 ekor unta betina umur 2-3 tahun. 121 ekor unta adalah 3 ekor unta betina umur 2-3 tahun. Kemudian untuk tiap 40 ekor (seterusnya) zakatnya 1 ekor unta betina umur 2-3 tahun, dan untuk tiap 50 ekor (seterusnya) zakatnya 1 ekor unta betina umur 3-4 tahun.

فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ البَقَرِ ثَلاَثُونَ وَفِيهَا تَبِيعٌ، وَفِي أَرْبَعِينَ مُسِنَّةٌ وَعَلَى هَذَا فَقِسْ

Permulaan nisab lembu itu 30 ekor, untuk jumlah ini zakatnya 1 ekor tabi’ (anak lembu jantan umur 2-3 tahun). 40 ekor lembu adalah 1 ekor musinnah (anak lembu betina umur 2-3 tahun) dan untuk seterusnya dapat dianalogikan.

فَصْلٌ: وَأَوَّلُ نِصَابِ الغَنَمِ أَرْبَعُونَ وَفِيهَا شَاةٌ جَذْعَةٌ مِنَ الضَّأْنِ أَوْ ثَنِيَّةٌ مِنَ المَعْزِ وَفِي مِائَةٍ وَإحْدَى وَعِشْرِينَ شَاتَانِ وَفِي مِائَتَينِ وَوَاحِدَةٌ ثَلاَثُ شِيَاهٍ وَفِي أَرْبَعِمِائَةٍ أَرْبَعُ شِيَاهٍ ثُمَّ فِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ

Permulaan nisab kambing 40 ekor zakatnya adalah 1 ekor biri-biri (domba) yang telah tanggal gigi serinya (boleh juga yang berumur 1-2 tahun meskipun belum copot gigi serinya) atau 1 ekor kambing betina yang telah tanggal gigi serinya (boleh juga yang berumur 2-3 tahun meskipun belum tanggal gigi serinya). Untuk 121 ekor kambing zakatnya 2 ekor biri-biri (dengan keadaan gigi atau umur seperti di atas). 201 kambing zakatnya 3 ekor biri-biri (dengan keadaan gigi atau umur seperti di atas). Kemudian untuk seterusnya bagi tiap-tiap 100 ekor zakatnya 1 ekor biri-biri (dengan keadaan gigi atau umur seperti di atas).

فَصْلٌ: وَالخَلِيطَانِ يُزَكِّيَانِ زَكَاةَ الوَاحِدِ بِسَبْعَةِ شَرَائِطَ: إِذَا كَانَ المُرَاحُ وَاحِداً وَالمَسْرَحُ وَاحِداً وَالمَرْعَى وَاحِداً وَالفَحْلُ وَاحِداً وَالمَشْرَبُ وَاحِداً وَالحَالِبُ وَاحِداً وَمَوْضِعَ الحَلْبِ وَاحِداً

Dua orang yang berserikat (memiliki kambing) mengeluarkan zakat (kambingnya) dengan 7 macam syarat: 1. Jika tempat menyimpan ternak itu satu; 2. tempat melepasnya satu; 3. tempat menggembalanya satu; 4. pejantannya satu; 5. tempat minumnya satu; 6. pemerahnya satu; 7. tempat pemerahnya satu.

فَصْلٌ: وَنِصَابُ الذَّهَبِ عِشْرُونَ مِثْقَالاً وًفِيهِ رُبْعُ العُشُرِ وَهُوَ نِصْفُ مِثْقَالٍ وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ، وَنِصَابُ الوَرِقِ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَفِيهِ رُبْعُ العُشُرِ وَهُوَ خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ وَلاَ تَجِبُ فِي الحُلِيِّ المُبَاحِ زَكَاةٌ

Nisab emas adalah 20 miskal (96 gram). Untuk jumlah ini zakatnya seperempatnya sepersepuluh (2.5%) yaitu sama dengan 1/2 miskal. Untuk selebihnya (dizakati) menurut perhitungan.

Nisab perak adalah 200 dirham (200 talen atau 672 gram) untuk jumlah ini zakatnya seperempatnya sepersepuluh (2.5%) yaitu (sama dengan) 5 dirham. Untuk selebihnya (dizakati) menurut perhitungannya. Untuk perhiasan emas perak yang mubah (diperbolehkan) tidaklah wajib dizakati.

فَصْلٌ: وَنِصَابُ الزُّرُوعِ وَالثِّمَارِ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ وَهِيَ أَلْفٌ وَسِتُّمِائَةِ رِطْلٍ بِالعِرَاقِي وَفِيمَا زَادَ بِحِسَابِهِ وَفِيهَا إنْ سُقِيَتْ بِمَاءِ السَّمَاءِ أَوْ السَّيْحِ العُشْرُ وَإِنْ سُقِيَتْ بِدُوْلاَبٍ أَوْ نَضْحٍ نِصْفُ العُشْرِ

Nisah hasil pertanian dan buah-buahan itu 5 ausuq yaitu 1600 kati menurut neraca negeri Irak.[1] Untuk selebihnya (harus dizakati) menurut perhitungannya. Dan untuk jumlah 5 ausuq tersebut, jika diairi dengan air hujan atau air sungai (yang mengalir sendiri ke sawah) maka zakatnya sepersepuluhnya (10%). Jika diairi (dengan air sungai atau perigi yang ditimba) dengan kerekan atau alat penyiram (yang digerakkan oleh tenaga binatang) maka zakatnya setengahnya sepersepuluh (5%).

فَصْلٌ وَتُقَوَّمُ عُرُوضُ التِّجَارَةِ عِنْدَ آخِرَ الحَوْلِ بِمَا اشتُرِيَتْ بِهِ وَيُخْرَجُ مِنْ ذَلِكَ رُبْعُ العُشْرِ وَما اسْتُخْرِجَ مِنْ مَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ يُخْرَجُ مِنْهُ رُبْعُ العُشْرِ فِي الحَالِ وَمَا يُوجَدُ مِنَ الرِّكَازِ فَفِيهِ الخُمْسُ

(Hendaklah) dihitung barang-barang dagangan itu ketika akhir tahun dengan harga berapa barang-barang itu telah dibeli. Dan wajiblah dikeluarkan dari harga barang-barang dagangan itu (jika telah mencapai nisabnya) seperempatnya sepersepuluh (2.5%).

Apa yang telah digali dari tambang emas dan perak, harus dikeluarkan (zakat) dari padanya sepertempatnya sepersepuluh (2.5%) seketika itu juga. Dan apa yang didapat dari rikaz (barang-barang terpendam dari jaman jahiliyah) zakatnya adalah seperlima (20%)

فَصْلٌ: وَتَجِبُ زَكَاةُ الفِطْرِ بِثَلاَثَةِ أَشْيَاءَ: الإسْلاَمُ وَبِغُرُوبِ الشَّمْسِ مِن آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَوُجُودُ الفَضْلِ عَنْ قُوتِهِ وَقُوتِ عِيَالِهِ فِي ذَلِكَ اليَوْمِ وَيُزَكَّى عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَّنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ مِنَ المُسْلِمِينَ صَاعاً مِن قُوتِ بَلَدِهِ وَقَدْرُهُ خَمْسَةُ أُرْطَالٍ وَثُلْثٌ بِالعِرَاقِي

Wajib zakat fitrah karena tiga hal: (a) Islam; (b) terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadan; (c) adanya kelebihan dari makanan keluarganya untuk hari itu.

فَصْلٌ: وَتُدْفَعُ الزَّكَاةُ إِلَى الأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ الَّذِينَ ذَكَرَهُمُ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيلِ. وَإلَى مَنْ يُوجَدُ مِنْهُم وَلاَ يَقْتَصر عَلَى أَقَلِّ مِنْ ثَلاَثَةٍ مِن كُلِّ صِنْفٍ إلَّا العَامِلَ

Zakat (haruslah) diberikan kepada 8 (delapan) golongan yang telah disebutkan oleh Allah di dalam firmannya: “Sesungguhnya zakat-zakati itu hanyalah diberikan kepada orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pekerja urusan zakat (amil zakat), orang-orang yang dijinakkan hatinya (karena baru memeluk Islam), hamba sahaya yang sedang berikhtiar menebus dirinya untuk jadi orang merdeka, orang-orang yang punya hutang (karena kepentingan agama), orang yang berperang untuk agama Allah (tanpa gaji dari pemerintah) dan musafir yang kehabisan bekal dalam perjalanan”, Dan kepada siapa saja yang bisa didapat dari mereka ini zakat harus diberikan, bila ternyata tak bisa didapat kesemuanya). Dan sedikitnya tidak boleh kurang dari 3 orang (yang harus diberi zakat) dari tiap golongan di atas kecuali amil (amil boleh hanya seorang).

وَخَمْسَةٌ لاَ يَجُوزُ دَفْعَهَا إِلَيْهِم الغَنِيُّ بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ وَالعَبْدُ وَبَنُو هَاشِمٍ وَبَنُو المُطَّلِبِ وَالكَافِرُ وَمَنْ تَلْزَمُ المُزَكِي نَفَقَتُهُ لاَ يَدْفَعُهَا إِلَيْهِم بِاسْمِ الفُقَرَاءِ وَالمَسَاكِينَ

5 (lima) orang yang zakat tak boleh diberikan kepada mereka: (1) orang yang kaya uang atau pencaharian; (2) hamba sahaya; (3) Bani Hasyim dan Bani Mutalib; (4) orang kafir. (5)Orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggungan orang yang zakat tidak boleh zakat itu diberikan kepada mereka dengan nama fakir miskin.

الصَّوْمُ

Puasa

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الصِّيَامِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ الإسْلاَمُ وَالبُلُوغُ وَالعَقْلُ وَالقُدْرَةُ عَلَى الصَّوْمِ

Syarat wajib puasa ada empat yaitu Islam, balig, berakal sehat, mampu

وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ النِّيَّةُ وَالإمْسَاكُ عَنِ الأَكْلِ وَالشُّربِ وَالجِمَاعِ وَتَعَمُّدُ القَيِءِ

Adapun fardhu puasa ada empat yaitu niat, menahan diri dari makan dan minum, bersetubuh, sengaja muntah.

وَالَّذِي يَفْطُرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ: مَا وَصَلَ عَمْداً إِلَى الجَوْفِ أَوِ الرَّأسِ وَالحُقْنَةُ فِي أَحَدِ السَّبِيلَيْنِ وَالقَيْءُ عَمْداً وَالوَطْءُ عَمْداً فِي الفَرْجِ وَالإنْزَالُ عَنْ مُبَاشَرَةٍ وَالحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالجُنُونُ وَالإغْمَاءُ كُلَّ اليَوْمِ وَالرِّدَّةُ

Yang membatalkan puasa ada sepuluh yaitu suatu benda yang sampai dengan sengaja ke dalam perut dan kepala dan suntik ke salah satu dua jalan (kemaluan depan belakang), muntah dengan sengaja, bersetubuh secara sengaja di kemaluan wanita, keluar mani (sperma) sebab persentuhan, haid, nifas, gila, murtad.

وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلاَثَةُ أَشْيَاءَ تَعْجِيلُ الفِطْرِ وَتَأخِيرُ السَّحُورِ وَتَرْكُ الهَجْرِ مِنَ الكَلاَ

Dan disunahkan dalam berpuasa itu 3 hal: segera berbuka, mengakhirkan sahur, meninggalkan perkataan buruk.

وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ أَيَّامٍ: العِيدَانِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ الثَّلاَثَةِ

Diharamkan berpuasa di lima hari, yaitu dua hari raya dua (Fitri dan Adha) dan tiga hari Tasyriq (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah).

وَيُكْرَهُ صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ إلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ أَوْ يَصِلَهُ بِمَا قَبْلَهُ

Dan dimakruhkan (makruh tahrim) berpuasa pada hari keraguan ( tanggal 30 Sya’ban), kecuali bila bertepatan dengan hari kebiasaan bagi dia (berpuasa sunah) atau menyambung dengan hari sebelumnya.

وَمَنْ وَطِئَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ عَامِداً فِي الفَرْجِ فَعَلَيْهِ القَضَاءُ وَالكَفَّارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَإنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِيناً لِكُلِّ مِسْكِينٍ مُدٌّ

Barang siapa bersetubuh pada siang hari bulan Ramadhan dengan sengaja pada kemaluan (muka atau belakang) wajiblah ia mengqadha’ dan membayar kafarat (denda) yaitu memerdekakan budak mukmin. Jika tidak ada, wajiblah ia berpuasa 2 bulan berturut-turut. Jika tidak dapat (mengerjakannya) wajiblah ia memberi makan kepada 60 orang miskin, untuk tiap orang 1 mud (6 ons makanan pokok).

وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ مِنْ رَمَضَانَ أَطْعَمَ عَنْهُ لِكُلِّ يَوْمٍ مُدٌ

Barang siapa meninggal dunia sedang ia mempunyai tanggungan puasa dari Ramadan, haruslah dikeluarkan makan atas namanya(kepada orang miskin, oleh walinya dari harta peninggalannya) untuk tiap hari 1 mud).

وَالشَّيْخُ إِذَا عَجَزَ عَنِ الصَّوْمِ يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُداً وًالحَامِلُ

Orang tua yang telah lanjut usia (pikun, termasuk juga orang sakit yang tak ada harapan untuk sembuh) jika tidak kuat berpuasa, boleh berbuka (tidak puasa) dan harus memberi makan (kepada orang miskin) untuk tiap hari 1 mud.

وَالمُرْضِعُ إِنْ خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا القَضَاءُ وَإنْ خَافَتَا عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَعَلَيْهِمَا القَضَاءُ وَالكَفَّارَةُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالعِرَاقِي

Wanita hamil dan wanita yang menyusui jika kuatir akan terganggu kesehatan dirinya, boleh berbuka (tidak puasa) dan wajiblah keduanya mengqadha. Jika keduanya kuatir akan (terganggu kesehatan) anaknya, boleh berbuka puasa dan wajib mengqadha’ serta membayar kafarat untuk tiap hari 1 mud yaitu 1/2 kati Irak (6 ons).

وَالمَرِيْضُ وَالمُسَافِرُ سَفَراً طًوِيلاً يُفْطِرَانِ وَيَقْضِيَانِ

Orang sakit dan orang musafir yang bepergian jauh boleh keduanya berbuka dan harus mengqadha’.

فَصْلٌ: وَالاعْتِكَافُ سُنَّةٌ مُسْتَحَبَّةٌ وَلَهُ شَرْطَانِ: النِّيَّةُ وَاللُّبْثُ فِي المَسْجِدِ

I’tikaf (iktikaf) atau berdiam diri di masjid itu adalah sunah yang disenangi oleh Allah. Dan i’tikaf itu mempunyai 2 syarat, yaitu niat dan berdiam di masjid.

وَلاَ يَخْرُجُ مِنَ الاعْتِكَافِ المَنْذُورِ إلَّا لِحَاجَةِ الإنْسَانِ أَوْ عُذْرٍ مِنْ حَيْضٍ أَوْ مَرَضٍ لَا يُمْكِنُ المُقَامُ مَعَهُ

Seseorang tidak boleh keluar dari (masjid ketika menjalankan) i’tikaf yang dinazari kecuali untuk keperluan manusia (seperti kencing dan berak) atau karena terhalang oleh haid atau sakit yang tak memungkinkan orang berdiam di masjid

وَيَبْطُلُ بِالوَطْءِ

Dan batallah i’tikaf itu sebab persetubuhan (hubungan intim).

الحَجُّ

Haji

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ الحَجِّ سَبْعَةُ أَشْيَاءَ: الإسْلاَمُ وَالبُلُوغُ وَالعَقْلُ وَالحُرِّيَّةُ وَوُجُودُ الزَّادِ وَالرَّاحِلَةِ وَتَخْلِيَةُ الطَّرِيقِ وَإمْكَانُ المَسِيرِ

Syarat-syarat (orang) wajib melakukan haji itu ada 7 (tujuh) yaitu (a) Islam; (b) balig (cukup umur); (c) Berakal sehat (tidak gila); (d) merdeka (bukan budak); (e) (bisa mengerjakan, yakni), i) ada bekalnya (ongkos dirinya pulang pergi dan belanja untuk keluarganya yang ditinggal); ii) ada kendaraannya (kepunyaan sendiri atau menyewa, bagi penduduk di luar kota Makkah yang jauhnya 15 farsakh atau lebih lebih). (f) Aman jalannya; (g) Bisa pergi (berkesampaian).

وَأَرْكَانُ الحَجِّ أَرْبَعَةٌ: الإحْرَامُ مَعَ النِّيَّةِ وَالوُقُوفُ بِعِرَفَةَ وَالطَّوَافُ بِالبَيْتِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالمَرْوَةَ

syarat-syarat haji itu ada 4 (empat): (a) Menjalankan ihram dengan niat (niat memasuki ibadah haji dengan mengenakan pakaian tak berjahit pada tanggal 9 Dzulhijjah); (b) Wukuf (berhenti) di Arafah (setelah rembang matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah); (c) Tawaf (berkeliling) di (sekitar) Ka’bah (7 kali). (masuk waktunya tengah malam Nahr / malam 10 Dzulhijjah. Akhir waktunya tak terbatas. Diakhirkannya di luar hari Nahr makruh. Diakhirkannya di luar hari-hari tasyriq sangat makruh). (d) Sa’i (berjalan cepat pulang pergi) antara bukit Safa dan Marwah (7 kali, dimulai dari Shofa dan diakhiri pada Marwah).

وَأَرْكَانُ العُمْرَةِ أَرْبَعَةٌ الإحْرَامُ وَالطَّوَافُ وَالسَّعْيُ وَالحَلْقُ أَوِ التَّقْصِيرُ فِي أَحَدِ القَوْلَيْنِ

Rukun umrah itu ada 3 (tiga) yaitu (a) Ihram; (b) Thawaf dan Sa’i; (c) Bercukur rambut kepala atau memendekkannya, menurut salah satu qaul (pendapat) yang kuat.

وَوَاجِبَاتُ الحَجِّ غَيْرُ الأَرْكَانِ ثَلاَثَةٌ: الإحْرَامُ مِنَ المِيقَاتِ وَرَمْيُ الجِمَارِ الثَّلَاثِ وَالحَلْقُ

Wajib haji selain rukun itu ada 3 (tiga) yaitu: (a) Ihram mulai dari miqat; (b) Melontar jumrah tiga; (c) Bercukur rambut kepala (memendekkannya saja. Yang lebih utama bagi pria bercukur dan bagi wanita memendekkannya).

وَسُنَنُ الحَجِّ سَبْعٌ الإفْرَادُ وَهُوَ تَقْدِيمُ الحَجِّ عَلَى العُمْرَةِ وَالتَّلْبِيَةُ وَطَوَافُ القُدُومِ وَالمَبِيتُ بِمُزْدَلِفَةَ وَرَكْعَتَا الطَّوَافِ وَالمَبِيتُ بِمِنَى وَطَوَافُ الوَدَاعِ وَيَتَجَرَّدُ الرَّجُلُ عِنْدَ الإحْرَامِ مِنَ المَخِيطِ وَيَلْبَسُ إِزَاراً وَرِدَاءً أَبْيَضَيْنِ

Sunahnya haji ada 7 (tujuh): (1) Ifrad, yaitu mendahulukan ibadah haji sebelum umrah; (2) Talbiyah (mengucapkan Labbaikallahumma labbaik, Labbaika laasyarika laka labbaik, Innalhamda wanni’mata laka walmulka laa syarika lak); (3) Tawat qudum (tawaf sebelum wukuf di Arafah); (4) Bermalam di Muzdalifah; (5) Bersalat sunah 2 rakaat setelah thawaf; (6) Bermalam di Mina; (7) Tawaf wada’ (tawaf ketika hendak keluar dari Makkah).

فَصْلٌ: وَيَحْرُمُ عَلَى المُحْرِمِ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ: لُبْسُ المَخِيطِ وَتَغْطِيَةُ الرَّأْسِ مِنَ الرَّجُلِ وَالوَجْهِ مِنَ المَرْأَةِ وَتَرْجِيلُ الشَّعْرِ وَحَلْقِهِ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَالطِّيبُ وَقَتْلُ الصَّيْدِ وَعَقْدُ النِّكَاحِ وَالوَطْءُ وَالمُبَاشَرَةُ بِشَهْوَةٍ

Haram bagi orang yang ihram 10 (sepuluh) perkara: (1) Mengenakan pakaian berjahit; (2) menutup (seluruh atau sebagian) kepala bagi pria dan wajah bagi wanita; (3) Menyisir rambut; (4) Memotong rambut; (5) Memotong kuku; (6) Memakai wangi-wangian; (7) Membunuh binatang buruan (di darat); (8) Melakukan akad nikah (menikah sendiri atau menikahkan orang lain); (9) Bersetubuh; (10) Bersentuhan (antara pria dan wanita) dengan syahwat.

وَفِي جَمِيعِ ذَلِكَ الفِدْيَةُ إِلَّا عَقْدَ النِّكَاحِ فَإنَّهُ لَا يَنْعَقِدُ وَلاَ يُفْسِدُهُ إِلَّا الوَطْءُ فِي الفَرْجِ وَلَا يَخْرُجُ مِنْهُ بِالفَسَادِ

Dalam (pelanggaran terhadap) semua itu ada fidyah (tebusan), kecuali akad nikah, karena akad nikah itu sesungguhnya tidak sah. Dan tidak ada yang merusakkan ihram itu kecuali persetubuhan pada kemaluan. Sedang orang yang ihram itu tidak boleh (keluar) dari (ihramnya) rusak, (tetapi harus meneruskan ibadah hajinya hingga selesai).

وَمَنْ فَاتَهُ الوُقُوفُ بِعَرَفَةَ تَحَلَّلَ بِعَمَلِ عُمْرَةٍ وَعَلَيْهِ القَضَاءُ وَالهَدْيُ وَمَنْ تَرَكَ رُكْناً لَمْ يَحِلّ مِنْ إحْرَامِهِ حَتَّى يَأتِي بِهِ. وَمَنْ تَرَكَ وَاجِباً لَزِمَهُ الدَّمُّ. وَمَن تَرَكَ سُنَّةً لًمْ يَلْزَمْهُ بِتَرْكِهَا شَيْءٌ

Barang siapa tertinggal (tidak) melakukan wuquf di Arafah, maka (wajiblah) ia tahallul (keluar dari ihram haji) dengan mengerjakan umrah dan wajiblah ia mengqadha’ (hajinya) dan membayar dam (denda). Barang siapa yang meninggalkan rukun (haji), tidaklah ia boleh keluar dari ihramnya sehingga ia (selesai) menunaikannya. Dan barang siapa meninggalkan wajib (haji) haruslah ia membayar dam. Dan barang siapa meninggalkan sunah (haji) tidaklah wajib ia membayar sesuatu karena apa yang telah ditinggalkannya itu.

فَصْلٌ: وَالدِّمَاءُ الوَاجِبَةُ فِي الإحْرَامِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: أَحَدُهَا الدَّمُّ الوَاجِبُ بِتَركِ نُسُكٍ وَهُوَ عَلَى التَّرتِيبِ شَاةٌ فَإنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ثَلَاثَةُ فِي الحَجِّ وَسَبْعَةٌ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ

Denda-denda yang wajib (dibayar ketika ada pelanggaran) di dalam ihram itu ada 5 (lima) macam: Pertama, Denda yang wajib (dibayar) karena meninggalkan kelakuan yang diperintahkan di dalam haji, yaitu secara urut ialah seekor domba. Jika tidak mendapatkannya, wajib berpuasa 10 hari, 3 hari di kerjakan di waktu haji dan 7 hari dikerjakan jika telah pulang ke keluarganya (telah sampai di rumah).

وَالثَّانِي الدَّمُّ الوَاجِبُ بِالحَلْقِ وَالتَّرَفُّهِ وَهُوَ عَلَى التَّخْيِيرِ شَاةٌ أَوْ صَوْمُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ أَوْ التَّصْدِيقُ بِثَلاَثَةِ آصُعٍ عَلَى سِتَّةُ مَسَاكِينَ

Kedua, denda yang wajib (dibayar) karena bercukur rambut dan memakai wangi-wangian, yaitu boleh dipilih: seekor domba atau puasa 3 hari atau bersedekah 3 sha’ (12 mud / 72 ons) makanan pokok kepada 6 orang miskin.

وَالثَّالِثُ الدَّمُ الوَاجِبُ بِإحْصَارٍ فَيَتَحَلَّلُ وَيُهْدِي شَاةً

Ketiga, Denda yang wajib (dibayar) karena terkepung (oleh musuh) atau terhalang (jalan melakukan haji karena begal). Maka boleh bagi orang yang ihram itu tahallul dan barus menghadiahkan seekor domba.

وَالرَّابِعُ الدَّمُّ الوَاجِبُ بِقَتْلِ الصَّيْدِ وَهُوَ عَلَى التَّخْيِيرِ إنْ كَانَ الصَّيْدُ مِمَّا لَهُ مِثْلٌ أَخْرَجَ المِثْلَ مِنَ النَّعَمِ أَوْ قَوَّمَهُ وَاشْتَرَى بِقِيمَتِهِ طَعَاماً وَتَصَدَّقَ بِهِ أَوْ صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْماً وَإنْ كَانَ الصَّيْدُ مِمَّا لاَ مِثْلَ لَهُ أَخْرَجَ بِقِيمَتِهِ طَعَاماً أَوْ صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْماً

Keempat, Denda yang wajib (dibayar) karena membunuh binatang buruan, yaitu boleh dipilih: jika binatang buruan itu termasuk yang ada penyerupaannya (seperti kijang, penyerupaannya ialah kambing, maka wajiblah mengeluarkan binatang penyerupaannya atau (kalau tidak) memberi harganya dan membeli dengan harga tersebut makanan dan menyedekahkannya (kepada orang miskin); atau (kalau tidak) haruslah berpuasa sebagai gantinya untuk setiap mud 1 hari. Dan jika binatang buruan itu termasuk yang tidak ada penyerupaannya, maka wajib mengeluarkan (menyedekahkan) makanan seharga binatang itu (kepada orang miskin) atau berpuasa sebagai gantinya untuk setiap mud 1 hari.

وَالخَامِسُ الدَّمُّ الوَاجِبُ بِالوَطْءِ وَهُوَ عَلَى التَّرتِيبِ بَدَنَةٌ فَإنْ لَمْ يَجِدْهَا فَبَقَرَةٌ فَإنْ لَمْ يَجِدهَا فَسَبْعٌ مِنَ الغَنَمِ فَإنْ لَمْ يَجِدهَا قَوَّمَ البَدَنَةَ وَاشْتَرَى بِقِيمَتِهَا طَعَاماً وَتَصَدَّقَ بِهِ فَإنْ لَمْ يَجِدْ صَامَ عَنْ كُلِّ مُدٍّ يَوْماً وَلاَ يُجْزِئُهُ الهَدْيُ وَلاَ الإِطْعَامُ إلَّا بِالحَرَمِ وَيُجْزِئُهُ أَنْ يَصُومَ حَيْثُ شَاءَ

Kelima, denda yang wajib (dibayar) karena hubungan intim, yaitu secara urut: seekor onta, jika tidak ada, maka (sebagai gantinya) seekor lembu. Jika tidak diperolehnya, maka (sebagai gantinya) 7 ekor kambing. Jika tidak ada, maka hendaklah memberi harga onta tersebut dan dengan harga itu hendaklah membeli makanan dan menyedekahkannya (kepada orang fakir atau miskin). Jika tidak diperolehnya juga, maka wajib berpuasa sebagai gantinya untuk setiap mud 1 hari. Hadiah dan pemberian makanan itu tidak cukup dilakukan kecuali di Tanah Haram, sedangkan berpuasa tersebut cukup dilakukan di mana saja orang yang membayar denda itu menghendaki.

وَلاَ يَجُوزُ قَتْلُ صَيْدِ الحَرَمِ وَلاَ قَطْعُ شَجَرِهِ وَالمُحِلُّ وَالمُحْرِمُ فِي ذَلِكَ سَوَاءٌ

Tidak boleh orang membunuh binatang buruan Tanah Haram dan tidak boleh memotong pohon-pohonnya. Orang yang sudah tahallul dan orang yang tengah berihram dalam soal ini adalah sama.

كِتابُ البُيُوعِ وَغَيْرِهَا مِنَ المُعَامَلاَتِ

Kitab Jual Beli dan Transaksi lain

البُيُوعُ ثًلاَثَةُ أَشْيَاءَ: بَيْعُ عَيْنٍ مُشَاهَدَةٍ فَجَائِزٌ وَبَيْعُ شَيءٍ مَوْصُوفٍ فِي الذِّمَّةِ فَجَائِزٌ إِذَا وُجِدَتِ الصِّفَةُ عَلَى مَا وُصِفَ بِهِ وَبَيْعُ عَيْنٍ غَائِبَةٍ لَمْ تُشَاهَدْ وَلَمْ تُوصَفْ فَلاَ يَجُوزُ وَيَصِحُّ بَيْعُ كُلِّ طَاهِرٍ مُنْتَفَعٍ بِهِ مَمْلُوكٍ وَلاَ يَصِحُّ بَيْعُ عَيْنٍ نَجِسَةٍ وَلَا مَا لَا مَنْفَعَةَ فِيهِ

Jual beli itu ada tiga macam: (a) Jual beli benda yang kelihatan di depan penjual dan pembeli, maka hukumnya adalah boleh. (b) Jual beli benda yang disebutkan sifatnya saja dalam janji (tanggungan) maka hukumnya adalah boleh jika didapati sifat tersebut sesuai dengan apa yang telah disebutkan; (c) Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat, maka tidak boleh (tidak sah). Dan sah menjual setiap benda suci yang bisa diambil manfaatnya serta dapat dimiliki. Dan tidak sah menjual benda najis dan benda yang tak ada manfaatnya.

فَصْلٌ: وَالرِّبَا فِي الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ وَالمَطْعُومَاتِ، فَلاَ يَجُوزُ بَيْعُ الذَّهَبِ بِالذَّهَبِ وَلَا الفِضَّةِ كَذَلِكَ إِلاَّ مُتَمَاثِلاً نَقْداً وَلاَ بَيْعُ مَا ابْتَاعَهُ حَتَّى يَقْبِضُهُ وَلَا بَيْعُ اللَّحْمَ بِالحَيَوَانِ وَيَجُوزُ بَيْعُ الذَّهَبِ بِالفِضَّةِ مُتَفَاضِلاً نَقْداً وَكَذَلِكَ المَطْعُومَاتُ لاَ يَجُوزُ بَيْعُ الجِنْسِ مِنْهَا بِمِثْلِهَ إِلاَّ مُتَمَاثِلاً نَقْداً وَيَجُوزُ بَيْعُ الجِنْسِ مِنْهَا بِغَيْرِهِ مُتَفَاضِلاً نَقْداً وَلاَ يَجُوزُ بَيْعُ الغَرَرِ

Riba itu berlaku pada emas, perak dan makanan. Tidak boleh jual beli (bukan menukar) emas dengan emas, begitu juga perak dengan perak kecuali kalau sepadan berat timbangannya serta kontan. Tidak boleh menjual benda yang telah dibelinya sehingga benda itu dipegangnya (ada pada tangan yang hendak menjual itu). Tidak boleh menjual (menukar) daging dengan hewan. Boleh menjual (menukar) emas dengan perak tidak sebanding beratnya asal kontan. Begitu juga makanan, tidak boleh menjual (menukar) satu jenis yang semacam kecuali sebanding (ukuran atau takarannya) dan kontan. Boleh menjual (menukar) satu jenis daripada makanan itu dengan (jenis makanan) lainnya yang tidak sebanding asal kontan. Tidak boleh menjual barang yang tidak terang (gharar).

فَصْلٌ: وَالمُتَبَايِعَانِ بِالخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا وَلَهُمَا أَنْ يَشْتَرَطَا الخِيَارَ إَلَى ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَإذَا وَجَدَ بِالمَبِيعِ عَيْبٌ فَلِلْمُشْتَرِي رَدُّهُ

Penjual dan Pembeli ada waktu pilihan selama mereka berdua belum berpisah. Mereka berdua diberi hak untuk memberikan syarat untuk waktu pilihan sampai tiga hari. Bila ditemukan dalam benda yang dibeli cacat maka pembeli boleh mengembalikannya.

وَلاَ يَجُوزُ بَيْعُ الثَّمْرَةِ مُطْلَقاً إِلاَّ بَعْدَ بُدُوِّ صَلاَحِهَا وَلاَ بَيْعُ مَا فِيهِ الرِّبَا بِجِنْسِهِ رَطْباً إِلاَّ اللَّبَنَ

Tidak boleh menjual buah kecuali sesudah jelas matang/tua. Tidak boleh berjualan dalam benda yang sejenis secara tidak sama kecuali susu.

فَصْلٌ: وَيصِحُّ السَّلَمُ حَالاً وَمُؤَجَّلاً فِيمَا تَكَامَلَ فِيهِ خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ مَضْبُوطاً بِالصِّفَةِ وَأَنْ يَكُونَ جِنْساً لَم~ يَخْتَلِطْ بِهِ غَيْرُهُ وَلَمْ تَدْخُلْهُ النَّارُ لإحَالَتِهِ وَأَنْ لاَ يَكُونَ مُعَّيناً وَلاَ مِنْ مُعَيَّنٍ

Akad salam (pemesanan) itu sah baik barang diterima secara langsung dan barang yang tidak diterima langsung (yaitu pemesanan) akan barang-barang yang sempurna terpenuhi di dalamnya lima syarat (yakni): (1) Barang itu dapat dipastikan keadaannya dengan sifat; (2) Barang itu adalah sejenis barang yang tidak bercampur aduk dengan jenis-jenis lainnya. (3) Barang itu tidak terkena api untuk (maksud) diubahnya dan keadaan mentah menjadi masak: artinya tidak dimasak. (4) Barang itu bukan yang ditentukan (ditunjuk). (5) Barang itu bukan juga sebagian dari barang-barang yang ditentukan (ditunjuk).

ثُمَّ لِصِحَّةِ السَّلَمِ فِيهِ ثَمَانِيَةُ شَرَائِطَ: وَهُوَ أَنْ يَصِفَهُ بَعْدَ ذِكْرِ جِنْسِهِ وَنَوْعِهِ بِالصِّفَاتِ الَّتِي يَخْتَلِفُ بِهَا الثَّمَنُ وَأَنْ يُذْكَرَ قَدْرُهُ بِمَا يُنْفِي الجَهَالَةَ عَنْهُ وَإنْ كَانَ مُؤَجَّلاً ذُكِرَ وَقْتُ مَحِلِّهِ وَأَنْ يَكُونَ مَوْجُوداً عِنْدَ الاسْتِحْقَاقِ فِي الغَالِبِ وَأَنْ يُذْكَرَ مَوْضِعُ قَبْضِهِ وَأَنْ يَكُونَ الثَّمَنُ مَعْلُوماً وًأَنْ يَتَقَابَضَا قَبْلَ التَّفَرُّقِ وَأَنْ يَكُونَ عَقْدُ السَّلَمِ نَاجِزاً لَا يَدْخُلُهُ خِيَارُ الشَّرْطِ

Untuk menjadi sahnya barang yang dipesan itu ada 8 (delapan) syarat yaitu: (1) Barang yang dipesan hendaklah menyifati barang itu setelah menyebutkan jenis dan macamnya dengan sifat-sifat yang (dapat) membedakan harga barang itu dari yang lain. (2) Haruslah menyebutkan kadar ukuran atau takarannya dengan keterangan yang (dapat) menghilangkan ketidakmengertian tentang barang itu. (3) Kalau pesanan itu barang yang tidak diterima langsung, maka yang dipesan harus menyebutkan waktu penerimaannya. (4) Barang itu pada umumnya harus ada pada waktu yang dijanjikan. (5) Yang dipesani harus menyebutkan tempat serah terima barang pesanan itu. (6) Haruslah harganya sudah diketahui. (7) (Pemesan kepada yang dipesani) harus membayar harga barang pesanan tersebut sebelum berpisah. (8) Akad pemesanan (akad salam) itu harus terus jadi, tidak boleh dimasuki khiyar bersyarat.

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَ رَهْنُهُ فِي الدُّيُونِ إِذَا اسْتَقَرَّ ثُبُوتُهَا فِي الذَّمَّةِ، وَلِلرَّاهِنِ الرُّجُوعُ فِيهِ مَا لَمْ يَقْبِضْهُ وَلاَ يَضْمَنُهُ المُرْتَهِنُ إِلاَّ بِالتَّعَدِّي وَإذَا قَبَضَ بَعْضَ الحَقِّ لَمْ يَخْرُجْ شَيْءٌ مِنَ الرَّهْنِ حَتَّى يَقْضِى جَمِيعَهُ

Setiap sesuatu yang boleh dijual boleh pula digadaikan untuk keperluan hutang piutang. Jika tetap hutang piutang itu menjadi tanggungan (se pigadai). Bagi si pegadai boleh mengurungkan gadaiannya selagi barangnya belum diterima oleh penerima gadaian. Penerima gadaian tidak (harus) mengganti barang gadaian itu kecuali kalau ia melanggar (tidak menepati amanah). Dan jika penerima gadaian masih menerima sebagian haknya (uang penebusan) belumlah persoalan gadaian itu terlepas (beres) sehingga si pegadai memenuhi semua hak penerima gadaian itu (semua uang penebusnya).

فَصْلٌ: وَالحَجْرِ عَلَى سِتَّةٍ الصَّبِيُّ وَالمَجْنُونُ وُالسَّفِيهُ المُبَذِّرُ لِمَالِهِ وَالمُفْلِسُ الَّذِي ارْتَكَبَتْهُ الدُّيُونُ وَالمَرِيضُ فِيمَا زَادَ عَلَى الثُّلُثِ وَالعَبْدُ الَّذِي لَمِ يُؤْذَنْ لَهُ فِي التِّجَارَةِ. وَتَصَّرُّفُ الصَّبِيِّ وَالمَجْنُونِ وَالسَّفِيهِ غَيْرُ صَحِيحٍ وَتَصَرُّفُ المُفْلِسِ يَصِحُّ فِي ذِمَّتِهِ دُوْنَ أَعْيَانِ مَالِهِ وَتَصَرُّفُ المَرِيضِ فِيمَا زَادَ عَلَى الثُّلُثِ مَوْقُوفٌ عَلَى إِجَازَةِ الوَرَثَةِ مِنْ بَعدِهِ وَتَصَرُّفُ العَبْدِ يَكُونُ فِي ذِمَّتِهِ يُتْبَعُ بِهِ بَعْدَ عِتْقِهِ

Larangan membelanjakan adalah terhadap enam orang yaitu: (1) Anak-anak; (2) Orang gila; (3) Orang bodoh yang memubadzirkan urangnya (memboroskan uang semaunya). (4) Orang pailit (bangkrut) yang menanggung banyak hutang. (5) Orang sakit (yang mengkhawatirkan) dalam hal berwasiat menyedekahkan lebih dari sepertiga hartanya. (6) Hamba sahaya atau budak yang tidak diijinkan berdagang oleh tuannya. (a) Pembelanjaan oleh anak-anak, orang gila dan orang safih adalah tidak sah. (b) Pembelanjaan oleh orang pailit adalah sah atas tanggungannya sendiri (asal) bukan pembelanjaan harta yang sedang diawasi. (c) Pembelanjaan orang sakit dalam jumlah lebih besar dari sepertiga hartanya adalah diserahkan atas ijin ahli warisnya sesudah ia wafat. (d) Pembelanjaan budak (tanpa seijin tuannya) adalah tidak sah dan segala akibatnya menjadi tanggung jawab sendiri, (artinya) bahwa ia dituntut sendiri sesudah merdeka jika dalam pembelanjaannya tadi merusak sesuatu.

فَصْلٌ: وَيَصِحُّ الصُّلْحُ مَعَ الإقْرَارِ فِي الأَمْوَالِ وَمَا أَفْضَي إِلَيهَا، وَهِوَ نَوْعَانِ: إِبْرَاءٌ وَمُعَاوَضَةٌ فَالإبْرَاءُ اقْتِصَارُهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَى بَعْضِهِ وَلاَ يَجُوزُ تَعْلِيقُهُ عَلَى شَرْطٍ وَالمُعَاوَضَةُ عُدُولُهُ عَنْ حَقِّهِ إِلَى غَيْرِهِ وَيَجْرِي عَلَيْهِ حُكْمُ البَيْعِ وَيَجُوزُ لِلإنْسَانِ أَنْ يُشَرِّعَ رَوْشَناً فِي طَرِيقٍ نَافِذٍ بِحَيْثُ لَا يَتَضَرَّرُ المَارُّ بِهِ وَلاَ يَجُوزُ فِي الدَّرْبِ المُشْتَرَكِ إِلاَّ بِإذْنِ الشُّرَكَاءِ وَيَجُوزُ تَقْدِيمُ البَابِ فِي الدَّرْبِ المُشْتَرَكِ وَلاَ يَجُوزُ تَأْخِيرُهُ إِلاَّ بِإِذْنِ الشُّرَكَاءِ

Sah berdamai (shuluh) disertai iqrar (pengakuan) dalam harta dan sesuatu yang mengalir kesana. Damai itu ada dua macam: membebaskan dan mengganti. Adapun membebaskan meringkas perdamaian dari stu hak kesebagian hak. Tidak boleh menggantungkan hak kepada sarat. Pembebasa pengganti memindahkan hak ke yang lain. Dan berlaku dalam perdaian ini hokum jual beli. Dan diperbolehkan membuka daun jendela dijalan lintas yang tidak membahayakan orang yang berjalan. Tidak boleh dalam gerbang kecuali dengan mendapa ijin serikatnya. Tidak boleh memajukan pintu dalam gerbang milik bersama dan juga tidak boleh membelakangkan pintu gerbang milik bersama kecuali dengan ijin serikatnya.

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ الحِوَالَةِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ رِضَا المُحِيلِ وَقَبُولُ المُحْتَالِ وَكَوْنُ الحَقُّ مُسْتَقِرًّا فِي الذِّمَّةِ وَاتِّفَاقُ مَا فِي ذِمَّةِ المُحِيلِ وَالمُحَالِ عَلَيْهِ فِي الجِنْسِ وَالنَّوْعِ وَالحُلُولِ وَالتَّأْجِيلِ وَتَبْرَأُ بِهَا ذِمَّةُ المُحِيلِ

Sarat Hiwalah ada empat: 1. relanya yang mindah 2. penerimaan yang dipindah 3. keadaan hak masih dalam tanggungan 4. kesepakatan tanggungan yang mindah, yang dipindah dan yang menerima pindahan dalam jenis, macam, jatuh tempo, segera Membebaskan tanggungan itu adalah itu adalah hak yang memindahkan

فَصْلٌ: وَيِصُحُّ ضَمَانُ الدُّيُونِ المُسْتَقِرَّةِ فِي الذِّمَّةِ إِذَا عُلِمَ قَدْرُهَا وَلِصَاحِبِ الحَقِّ مُطَالَبَةُ مَنْ شَاءَ مِنَ الضَّامِنِ وَالمَضْمُونِ عَنْهُ إِذَا كَانَ الضَّمَانُ عَلَى مَا بَيَّنَّا وَإذَا غَرِمَ الضَّامِنُ رَجَعَ عَلَى المَضْمُونِ عَنْهُ إِذَا كَانَ الضَّمَانُ وَالقَضَاءُ بِإذْنِهِ وَلَا يَصِحُّ ضَمَانُ المَجْهُولِ وَلَا مَا لَمْ يَجِبْ إِلاَّ دَرْكِ المَبِيعِ

Sah menanggung hutang yang masih dalam tanggungan ketika diketahui perkiraan yang akan ditanggung. Bagi yang punya hak berhak meminta kapan saja dari yang menanggung dan yang ditanggung ketika barang yang ditanggung itu adalah jelas. Dan ketika barang itu sudah di di tempuhi yang menanggung maka meminta kembali terhadap yang ditanggung ketika tanggungan itu telah diijinkan olehnya. Tidak sah menanggung tanggungah yang tidak diketahui dan juga tidak sah menanggung sesuatu yang tidak wajib kecuali dalam bab tingkatan perdagangan

فَصْلٌ: وَالكَفَالَةُ بِالبَدَنِ جَائِزَةٌ إِذَا كَانَ عَلَى المَكْفُولِ بِهِ حَقٌّ لِآدَمِيٍّ

Menanggung perawatan badan itu boleh ketika yang dirawat itu adalah hak Adam

فَصْلٌ: وَلِلشِّرْكَةِ خَمْسُ شَرَائِطَ: أَنْ يَكُونَ عَلَى نَاضٍّ مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ وَأَنْ يَتَّفِقَا فِي الجِنْسِ وَالنَّوْعِ وَأَنْ يُخْلَطَا المَالَيْنِ وَأَنْ يَأذَنَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنهُمَا لِصَاحِبِهِ فِي التَّصَرُّفِ وَأَنْ يَكُونَ الرِّبْحُ وَالخُسْرَانُ عَلَى قَدْرِ المَالَيْنِ وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنهُمَا فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ وَإذَا مَاتَ أَحَدُهُمَا بَطَلَتْ

Kerja sama ada lima syarat: 1. kerja sama dalam uang baik diham atau dinar 2. Mufakat dalam jenid dan macam 3. Dicampurkannya dua harta
4. Saling mengijinkan kepada yang lain dalam beroperasi 5. Untung dan rugi dibebankan kepada dua harta Semua dari kedua belah pihak berhak merusak akad kapan saja. Ketika salah seorang meninggal maka batal.

فَصْلُ: وَكُلُّ مَا جَازَ لِلإنسَانِ التَّصَرُّفُ فِيهِ بِنَفْسِهِ جَازَ لَهُ أَنْ يُوَكِّلَ فِيْهِ أَوْ يَتَوَكَّلَ وَالوَكَالَةُ عَقْدٌ جَائِزٌ لِكُلٍّ مِنْهُمَا فَسْخُهَا مَتَى شَاءَ وَتَنْفَسِخُ بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا وَالوَكِيلُ أَمِينٌ فِيمَا يَقْبِضُهُ وَفِيمَا يُصْرِفُهُ وَلاَ يَضْمَنُ إِلَّا بِالتَّفْرِيطِ، وَلاَ يَجُوزُ أَنْ يَبِيعَ وَيَشْتَرِيَ إِلاَّ بِثَلاَثَةِ شَرَائِطَ أَنْ يَبِيعَ بِثَمَنِ المِثْلِ وَأَنْ يَكُونَ نَقْداً بِنَقْدِ البَلَدِ وَلاَ يَجُوزُ أَنْ يَبِيعَ مِنْ نَفْسِهِ وَلَا يُقِرُّ عَلَى مُوَكِّلِهِ

Setiap sesuatu yang diperbolehkan mengoperasikannya maka diperbolehkan mewakilkan atau menerima wakil. Berwakil adalah akad yang diperbolehkan. Masing Masing punya hak untuk membatalkan akad kapan saja. Akad wakil dinyatakan batal sebab metinya salah seorang dri mereka. Wakil harus bisa dipercaya dalam sesuatu yang diterima dan yang akan ditasarufkannya. Wakil tidak mengganti kecuali dalam kecerobohan. Wakil tidak boleh menjual atau membeli kecuali tiga syarat: 1. Menjual dengan harga umum 2. Mengoperasikan harta dengan uang daerah tersebut 3. Tidak diperbolekan menjual sendiri dan tidak harus ditetapkan oleh yang mewakilkan.

فَصْلٌ: وَالمُقِرُّ بِهِ ضَرْبَانِ حَقُّ اللهِ تَعَالَى وَحَقٌّ لِآدَمِيٍّ فَحَقُّ اللهِ تَعَالَى يَصِحُّ الرُّجُوعُ فِيهِ عَنِ الإقْرَارِ بِهِ وَحَقُّ الآدَمِيِّ لاَ يَصِحُّ الرُّجُوعُ فِيهِ عَنِ الإقْرَارِ بِهِ، وَتَفْتَقِرُ صِحَّةُ الإقْرَارِ إِلَى ثَلاَثَةِ شَرَائِطَ: البُلُوغُ وَالعَقْلُ وَالاخْتِيَارُ وَإنْ كَانَ بِمَالٍ اعْتُبِرَ فِيهِ شَرْطٌ رَابِعٌ وَهُوُ الرُّشْدُ.

Pengakuan itu ada dua macam: hak Alloh dan hak adam. Hah Alloh disahkan mencabut pengakuan. Dan hak adam tidak sah mencabut kembali pengakuan. Pengakuan membutuhkan tiga sarat: 1. Baligh
2. Berakal 3. Pilihan. Dan bila pengakuan berhubungan dengan harta maka ada sarat yang keempat yaitu pandai.

وَإذَا أَقَرَّ بِمَجْهُولٍ رَجَعَ إِلَيْهِ فِي بَيَانِهِ وَيَصِحُّ الاسْتِثْنَاءِ فِي الإقْرَارِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ وَهُوَ فِي حَالِ الصِّحَّةِ وَالمَرَضِ سَوَاءٌ

Dan ketika mengakui sesuatu yang tidak jelas maka dia harus mencabut kembali dengan keterangan. Disahkan mengistisna I dalam pengakuan ketika disambungkan yaitu dalam sehat dan sakit sama.

فَصْلُ: وَكُلُّ مَا يُمْكِنُ الانْتِفَاعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ جَازَتْ إِعَارَتُهُ إِذَا كَانَتْ مَنَافِعُهُ آثَاراً وَتَجُوزُ العَارِيَةُ مُطْلَقَةً وَمُقَيَّدَةً بِمُدَّةٍ وَهِيَ مَضْمُونَةٌ عَلَى المُسْتَعِيرِ بِقِيمَتِهَا يَوْمَ تَلَفِهَا

Pasal: Setiap perkara yang bisa di ambil manfaat dan barangya tetap maka boleh dipinjamkan, jika kemanfaatanya itu berupah bekas, dan pinjaman itu boleh secara mutlaq atau dibatasi dengan waktu, dan pinjaman itu menjadi tanggungan peminjam di hari rusak.

فَصْلٌ: وَمَنْ غَصَبَ مَالاً لِأَحَدٍ لَزِمَهُ رَدُّهُ وَأَرْشُ نَقْصِهِ وَأُجْرَةُ مِثْلِهِ فَإِنْ تَلِفَ ضَمِنَهُ بِمِثْلِهِ إنْ كَانَ لَهُ مِثْلٌ وَبِقِيمَتِهِ إنْ لَمْ يَكُن لَهُ مِثْلٌ أَكْثَرَ مَا كَانَتْ مِنْ يَوْمِ الغَصْبِ إِلَى يَوْمِ التَّلَفِ

Semua sesuatu yang bisa diambil manfaatnya serta utuh bendanya maka diperbolehkan meminjamkan ketikan hasilnya bisa terlihat nyata. Diperbolehkan meminjam baik mutlak atau dikayyiti. Dengan wktu. Pinjaman akan diganti oleh orang yang meminjam dengan harganya pada haru rusaknya pinjaman.

فَصْلٌ: وَالشُّفْعَةُ وَاجِبَةٌ بِالخُلْطَةِ دُونَ الجِوَارِ فِيمَا يَنْقَسِمُ دُونَ مَا لاَ يَنْقَسِمُ وَفِي كُلِّ مَا لَا يُنْقَلُ مِنَ الأَرْضِ كَالعَقَارِ وَغَيْرِهِ بِالثَّمَنِ الَّذِي وَقَعَ عَلَيْهِ البَيْعُ وَهِيَ عَلَى الفَوْرِ فَإنْ أَخَّرَهَا مَعَ القُدْرَةِ عَلَيْهَا بَطَلَتْ. وَإذَا تَزَوَّجَ امْرَأَةً عَلَى شِقْصٍ أَخَذَهُ الشَّفِيعُ بِمَهْرِ المِثْلِ وَإذَا كَانَ الشُّفَعَاءُ جَمَاعَةً اسْتَحَقُّوهَا عَلَى قَدْرِ الأَمْلاَكِ

Menambah modal itu adalah wajib dalam harta yang dikerjasamakan dibawahnya dalam sesuatu yang bisa dibagi dan dalam hal yang tidak bisa dibgi dari pekarangan atau yang lain maka dengan harga yang berlaku dalam jual beli secara kontan. Bila mengakhirkannya disertai ada kemampuan atasnya maka batal. Ketika seseorang menikahi perempuan atas bagian dia maka dia harus menambahkan modal untuk umumnya maskawin. Ketika modal diberikan jamaah maka mereka semua memiliki hak kepemilikan.

فَصْلٌ: وَلِلْقِرَاضِ أَرْبَعَةُ شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ إِلَى نَاضٍّ مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ وَأَنْ يَأْذَنَ رَبُّ المَالِ لِلعَامِلِ فِي التَّصَرُّفِ مُطْلَقاً أَوْ فِيمَا لاَ يَنْقَطِعُ وُجُودُهُ غَالِباً وَأنْ يَشْتَرِطَ لَهُ جُزْءاً مَعْلُوماً مِنَ الرِّبْحِ وَأَنْ لاَ يُقَدَّرَ بِمُدَّةٍ. وَلاَ ضَمَانَ عَلَى العَامِلِ إِلاَّ بِعُدْوَانٍ وَإذَا حَصَلَ رِبْحٌ وَخُسْرَانٌ جُبِرَ الخُسْرَانُ بِالرِّبْحِ

Bagi hasil ada empat sarat: 1. Hendaklah dalam biadang uang baik dirham atau dinar. 2. Pemilik harta hendaklah mengijinkan kepada karyawan mutlak dam mentasarufkan atau dalam sesuatu yang tidak habis wujudnya. 3. Pemilik harta hendakalah mensaratkan jus yang sudah diketahui dari untung 4. Tidak menentukan waktu. Dan pekerja tidak mengganti kecuali permusuhan Ketika berhasil untung atau rugi maka di tambeli dari keuntungn

فَصْلٌ: وَالمُسَاقَاةُ جَائِزَةٌ عَلَى النَّخْلِ وَالكَرْمِ، وَلَهَا شَرْطَانِ: أَحَدُهُمَا أَنْ يُقَدِّرَهَا بِمُدَّةٍ مَعْلُومَةٍ وَالثَّانِي أَنْ يَعَيِّنَ لِلْعَامِلِ جُزْءاً مَعْلُوماً مِنَ الثَّمْرَةِ

Musaqah (siraman) itu boleh dalam kurma dan anggur. Akat siraman mempunyai dua sarat: 1. Ditetukan perkiraan masanya 2. Yang benyirami menentukan juz yang ditentukan dari buah

 ثُمَّ العَمَلُ فِيهَا عَلَى ضَرْبَيْنِ عَمَلٌ يَعُودُ نَفْعُهُ إِلَى الثَّمْرَةِ فَهُوَ عَلَى العَامِلِ وَعَمَلٌ يَعُودُ نَفْعُهُ إِلَى الأَرْضِ فَهُوَ عَلَى رَبِّ المَالِ

Pekerjaan dalam musaqah ada dua macam: 1. Pekerjaan yang manfaatnya kembali kepada buah. Ditanggung oleh karyawan
2. Pekerjaan yang akan kembali kepada tanah. Dibebankan kepada yang punya tanah

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا أَمْكَنَ الانْتِفَاعُ بِهِ مَعَ بَقَاءُ عَيْنِهِ صَحَّتْ إِجَارَتُهُ إِذَا قُدِّرَتْ مَنْفَعَتُهُ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ بِمُدَّةٍ أَوْ عَمَلٍ

Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan keadaannya tetap utuh (tidak berubah), maka boleh disewakan, jika manfaatnya itu ditentukan dengan salah satu perkara: Dengan waktu atau pekerjaan

وَإطْلاَقُهَا يَقْتَضِي تَعْجِيلُ الأُجْرَةِ إِلاَّ أَن يُشْرِطَ التَّأجِيلَ

Ijarah secara mutlak mengharuskan ongkos secara tunai, kecuali jika disayatkan penangguhan

وَلاَ تَبْطُلُ الإجَارَةُ بِمَوتِ أَحَدِ المُتَعَاقِدَيْنِ وَتَبْطُلُ بِتَلَفِ العَيْنِ المُسْتَأجَرَةِ وَلاَ ضَمَانَ عَلىَ الأَجِيرِ إلاَّ بِعُدْوَانٍ

Ijarah tidak menjadi batal karena meninggalnya salah seorang di antara kedua orang yang melakukan akad. Akan tetapi, ijarah itu batal karena rusaknya barang yang disewakan.

Tidak ada tanggungan bagi si penyewa atas barang sewaan kecuali jika ia rusak karena kecerobohannya.

فَصْلٌ: وَالجُعَالَةُ جَائِزَةٌ وَهُوَ أَنْ يَشْتَرِطَ فِي رَدِّ ضَالَّتِهِ عِوَضاً مَعْلُوماً فَإذَا رَدَّهَا رَادٌّ اسْتَحَقَّ ذَلِكَ العِوَضَ المَشْرُوطَ

Sayembara itu boleh. Hendakla mensyaratkan dalam mengembalikan harta yang hilang yang sudah diketahui. Maka bila ada orang yang mengembalikan maka dia berhak mendapat ganti yang disyaratkan.

فَصْلٌ: وَإذَا دَفَعَ إِلَى رَجُلٍ أَرْضاً لِيَزْرَعَهَا وشَرَّطَ لَهُ جُزْءاً مَعْلُوماً مِنْ زَرْعِهَا لَمْ يَجُزْ، وَإنْ أَكْرَاهُ إِيَّاهَا بِذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ أَوْ شَرَّطَ لَهُ طَعَاماً مَعْلُوماً فِي ذِمَّتِهِ جَازَ

Ketika seseorang memberikan tanah kepada orang lain untuk ditanami dan mensaratkan jus yang sudah diketahui dari jenis tanamannya maka tidak boleh. Bial ai memaksanya ditukar dengan emas atau perak atau mensaratkan ditukar dengan makanan yang diketahui dalam tanggungannya maka boleh.

فَصْلٌ: وَإحْيَاءُ المَوَاتِ جَائِزٌ بِشَرْطَيْنِ أَنْ يَكُونَ المُحْيِي مُسْلِماً وَأَنْ تَكُونَ الأَرْضُ حُرَّةً لَمْ يَجُرَّ عَلَيْهَا مِلْكٌ لِمُسْلِمٍ وَصِفَةُ الإحْيَاءَ مَا كَانَ فِي العَادَةِ عِمَارَةٌ لِلْمُحْيَا. وَيَجِبُ بَذْلُ المَاءِ بِثَلاَثَةِ شَرَائِطَ أَنْ يَفْضُلَ عَنْ حَاجَتِهِ وَأَنْ يَحْتَاجُ إِلَيهِ غَيْرُهُ لِنَفْسِهِ أَوْ لِبَهِيمَتِهِ وَأَنْ يَكُونَ مِمَّا يُسْتَخْلَفُ فِي بِئْرٍ أَوْ عَيْنٍ

Membuka garapan baru itu boleh ketika yang membuka areal baru adalah muslim dan bumi yang dibuka adalah areal bebas. Tidak boleh membuka areal baru yang sudah dimiliki muslim. Dan sifat pembukaan areal baru adalah sepanjang berlaku dalam membuka areal beru. Dan wajib menyerahkan air dengan tiga sarat: tersisa atas kebutuhannya sendiri, ada orang lain yang membutuhkan dari padanya atau ternaknya dan air tersebut bisa diganti dalam sumur atau air mata.

فَصْلٌ: وَالوَقْفُ جَائِزٌ بِثَلاَثَةِ شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ مِمَّا يُنْتَفَعُ بِهِ مَعَ بَقَاءِ عَيْنِهِ وَأَنْ يَكُونَ عَلَى أَصْلٍ مَوْجُودٍ وَفَرْعٍ لاَ يَنْقَطِعْ وَأَنْ لاَ يَكُونَ فِي مَحْظُورٍ

Wakaf itu boleh dengan tiga syarat: 1. Benda yang bisa dimanfaatkan serta bendanya utuh. 2. Wakaf kepada sesuatu (orang atau barang) yang ada dan penerus yang tidak terputus 3. Wakaf tidak dalam hal yang dilarang

وَهُوَ عَلَى مَا شَرَّطَ الوَاقِفُ مِنْ تَقْدِيمٍ أَوْ تَأخِيرٍ أَوْ تَسْوِيَةٍ أَوْ تَفْضِيلٍ

Wakaf itu sesuai syarat waqif seperti mendahulukan atau mengakhirkan atau menyamakan atau melebihkan.

فَصْلٌ: وَكُلُّ مَا جَازَ بَيْعُهُ جَازَتْ هِبَتُهُ وَلاَ تَلْزَمُ الهِبَةُ إِلَّا بِالقَبْضِ وَإذَا قَبَضَهَا المَوْهُوبُ لَهُ لَمْ يَكُن لِلْوَاهِبِ أَنْ يِرْجِعَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَالِداً وًإِذَا أَعْمَرَ شَيْئاً أَوْ أَرْقَبَهُ كَانَ لِلْمُعَمَّرِ أَوْ لِلمُرَقَّبِ وِلِوَرَثِتِهِ مِنْ بَعْدِهِ

Setiap perkara yang bisa dijual maka boleh dihibahkan. Hibah harus dilakukan dengan serah terima. apabila orang yang diberi (mauhub lah) sudah menerima barang hibah maka tidak boleh bagi pemberi hibah (al wahib) mencabut kembali pembariannya kecuali bapak.

فَصْلٌ: وَإِذَا وَجَدَ لُقَطَةً فِي مَوَاتٍ أَوْ طَرِيقٍ فَلَهُ أَخْذُهَا أَوْ تَرْكِهَا، وَأَخْذُهَا أَوْلَى مِنْ تَرْكِهَا إِنْ كَانَ عَلَى ثِقَةٍ مِنَ القِيَامِ بِهَا وَإذَا أَخَذَهَا وَجَبَ عَلَيْهِ أَنْ يَعْرِفَ سِتَّةَ أَشْيَاءَ وِعَاءَهَا وَعِفَاصَهَا وَوِكَاءَهَا وَجِنْسِهَا وَعَدَدِهَا وَوَزْنَهَا، وَيَحْفَظَهَا فِي حِرْزِ مِثْلِهَا ثُمَّ إِذَا أَرَادَ تَمَلُّكَهَا عَرَّفَهَا سَنَةً عَلَى أَبْوَابِ المَسَاجِدِ وَفِي المَوْضِعِ الَّذِي وَجَدَهَا فِيهِ فَإنْ لَمْ يَجِدْ صَاحِبَهَا كَانَ لَهُ أَنْ يَتَمَلَّكَهَا بِشَرْطِ الضَّمَانِ

Apabila menemukan luqatah (barang temuan) di bumi mati atau jalan maka boleh diambil atau ditinggalkan. Mengambil lebih utama dari meninggalkan apabila ia percaya dapat menjaganya. apabila mengambilnya maka wajib baginya mengetahui enam perkara

وَاللُّقَطَةُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَضْرُبٍ أَحَدُهَا مَا يَبْقَى عَلَى الدَّوَامِ فَهَذَا حُكْمُهُ، الثَّانِي مَا لَا يَبْقَى كَالطَّعَامِ الرَّطْبِ فَهُوُ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَكْلِهِ وَغَرْمِهِ أَوْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ، الثَّالِثُ مَا يَبْقَى بِعِلاَجٍ كَالرُّطُبِ فَيَفْعَلُ مَا فِيهِ المَصْلَحَةَ مِنْ بَيْعِهِ وَحِفْظِ ثَمَنِهِ أَوْ تَجْفِيفِهِ وَحِفْظِهِ، الرَّابِعُ مَا يَحْتَاجُ إِلَى نَفَقَةٍ كَالحَيَوَانِ وَهُوَ ضَرْبَانِ حَيَوَانٌ لاَ يَمْتَنِعُ بِنَفْسِهِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ أَكْلِهِ وَغَرْمِ ثَمَنِهِ أَوْ تَرْكِهِ وَالتَّطَوُّعِ بِالإنْفَاقِ عَلَيْهِ أَوْ بَيْعِهِ وَحْفْظِ ثَمَنِهِ وَحَيَوَانٌ يَمْتَنِعُ بِنَفْسِهِ فَإنَ وَجَدَهُ فِي الصَّحْرَاءِ تَرَكَهُ وَإِنْ وَجَدَهُ فِي الحَضَرِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ الأَشْيَاءِ الثَّلاَثَةِ فِيهِ

Barang temuan ada empat macam: pertama sesuatu yang bisa awet dalam waktu lama, maka ini adalah hukumnya, kedua sesuatu yang tidak awet seperti makanan basah, maka yang menemukan dapat memilih antara memakannya dan menggantinya atau menjualnya dan menyimpan uangnya, ketiga sesuatu yang bisa awet dengan penanganan seperti kurma, maka ia melakukan yang terbaik berupa menjualnya dan menyimpan uangnya atau mengeringkannya dan menyimpannya, keempat sesuatu yang butuh nafkah seperti hewan, dan ini ada dua macam, hewan yang tidak dapat menjaga dirinya sendiri, maka ia dapat memilih antara memakannya dan mengganti harganya, atau tidak memakannya dan dengan suka rela menafkahinya, atau menjualnya dan menyimpan uangnya, dan hewan yang dapat menjaga dirinya sendiri, jika ia menemukan di alas maka ia meninggalkannya dan jika menemukan di perkampungan maka ia boleh memilih tiga perkara

فَصْلٌ: وَإِذَا وُجِدَ لَقِيطٌ بِقَارِعَةِ الطَّريقِ فَأَخْذُهُ وَتَرْبِيَتُهُ وَكَفَالَتُهُ وَاجِبَةٌ عَلَى الكِفَايَةِ وَلاَ يُقَرُّ إِلَّا فِي يَدِ أَمِينٍ فَإنْ وُجِدَ مَعَهُ مَالٌ أَنْفَقَ عَلَيهِ الحَاكِمُ مِنهُ وَإنْ لَمْ يُوجَدْ مَعَهُ مَالٌ فَنَفَقَتُهُ فِي بَيْتِ المَالِ

Bila seseorang menemukan sesuatu di tengah jalan maka mengambilnya, membesarkan dan merawatnya itu adalah wajib kifayah. Temuan tidak selalu tetap ditangan orang yang bisa dipercaya. Dan bila ditemukan ada harta bendanya maka hakim menafkahkannya. Bila ditemukan tidak ada harta bendanya maka nafkahnya diambilkan dari Baitul mal.

فَصْلٌ: وَالوَدِيعَةُ أَمَانَةٌ وَيُسْتَحَبُّ قَبُولُهَا لِمَنْ قَامَ بِالأَمَانَةِ فِيهَا وَلَا يَضْمَنُ إِلَّا بِالتَّعَدِّي

Titipan itu adalah kepercayaan. Disunahkan menerima kepercayaan bagi orang yang mampu melaksanakan amanah. Dan tidak mengganti kecuali teledor.

وَقَوْلُ المُودَعِ مَقْبُولٌ فِي رَدِّهَا عَلَى المُودِعِ وَعَلَيْهِ أَنْ يَحْفَظَهَا فِي حِرْزِ مِثْلِهَا وَإذَا طُولِبَ بِهَا فَلَمْ يُخْرِجْهَا مَعَ القُدْرَةِ عَلَيهَا حَتَّى تَلِفَتْ ضَمِنَ

Ucapan orang yang menitipkan diterima tentang mengembalikan titipan terhadap yang menerima titip. Dan orang yang dititipi harus menjaga di tempat wajarnya menyimpan. Bila disuruh mengembalikan dan dia tidak mengeluarkannya padahal dia bisa maka dia harus mengganti.

 

كِتَابُ الفَرَائِضِ وَالوَصَايَا

Faro’id dan Wasiat

الوَارِثُونَ مِنَ الرِّجَالِ عَشْرَةٌ: الابْنُ وَابنُ الابْنِ وَإنْ سَفَلَ وَالأَبُّ وَالجَدُّ وَإنْ عَلاَ وَالأَخُ وَابنُ الأَخِ وَإنْ تَرَاخَى وَالعَمُّ وَابْنُ العَمِّ وَإنْ تَبَاعَدَا وَالزَّوْجُ وَالمَوْلَى المُعْتِقُ

Ahli waris dari golongan laki-laki ada sepuluh: (1) Anak laki-laki. (2) cucu laki-laki dari anak laki-laki ke bawah. (3) Ayah. (4) Kakek ke atas. (5) Saudara laki-laki. (6) keponakan laki-laki (putera dari kakak/adik laki-laki) ke bawah. (7) Saudara ayah. (8) Putera dan saudara ayah sekalipun jauh. (9) Suami. (10) Tuan yang telah memerdekakan hamba budak-nya.

الوَارِثَاتُ مِنَ النِّسَاءِ سَبْعٌ البِنْتُ وَبِنْتُ الابْنِ وَالأُمُّ وَالجَدَّةُ وَالأُخْتُ وَالزَّوْجَةُ وَالمَوْلاَةُ المُعْتِقَةُ

Ahli waris dari golongan perempuan ada tujuh (1) Anak perempuan. 2. Cucu perempuan (dari anak laki-laki). (3) Ibu. (4) Nenek perempuan. (5) Saudara perempuan. (6) Isteri. (7) Nyonya yang telah memerdekakan hamba budak-nya

وَمَنْ لَا يَسْقُطُ بِحَالٍ خَمْسَةٌ: الزَّوْجَانِ وَالأَبَوَانِ وَوَلَدُ الصُّلْبِ

Orang yang tidak gugur (hak warisnya) dalam keadaan bagaimanapun ada lima yaitu: (1) Suami. (2) Isteri. (3) Ayah. (4) Ibu. (5) Anak kandung.

وَمَنْ لَا يَرِثُ بِحَالٍ سَبْعَةٌ: العَبْدُ وَالمُدَبَّرُ وَأُمُّ الوَلَدِ وَالمُكَاتَبُ وَالقَاتِلُ وَالمُرْتَدُّ وَأَهْلُ مِلَّتَيْنِ

Orang yang tidak dapat mewarisi dalam keadaan bagaimanapun itu ada tujuh yaitu: (1) Hamba sahaya. (2) Budak mudabbar (yaitu budak yang disanggupi akan dimerdekakan bila tuannya telah meninggal dunia). (3) Budak Ummul walad (yaitu hamba sahaya perempuan yang mempunyai anak dari tuannya). (4) Budak mukatab (yaitu hamba sahaya yang sedang mengangsur tebusan dirinya untuk merdeka). (5) Pembunuh. (6) Orang murtad. (7) Pemeluk dua agama (yang berlainan).

وَأَقْرَبُ العَصَبَاتِ الابْنُ ثُمَّ ابْنُهُ ثُمَّ الأَبُّ ثُمَّ أَبُوهُ ثُمَّ الأَخُ لِلأَبِّ وَالأُمُّ ثُمَّ الأَخُ لِلأَبِّ ثُمَّ ابنُ الأَخِ لِلأَبِّ وَالأُمِّ ثُمَّ ابْنُ الأَخِ لِلأَبِّ ثُمَّ العَمُّ عَلَى هَذَا التَّرتِيبِ ثُمَّ ابْنُهُ فَإنْ عُدِمَتْ العَصَبَاتُ فَالمَوْلَى المُعْتِقُ

Asabah paling dekat adalah anak laki-laki. Lalu Cucu laki-laki dari anak laki-laki. Lalu ayah. Lalu Kakek. Lalu Saudara kandung (seayah dan seibu). Lalu Saudara seayah. Lalu Putera saudara kandung (seayah seibu) alias keponakan. Lalu Putera saudarayah) seayah alias keponakan. Lalu Paman (saudara ayah) menurut urutan di atas.
Lalu Putera paman (sepupu). Apabila ashabah-ashabah tersebut telah tiada, maka pemilik hamba sahaya

فَصْلٌ: وَالفُرُوضُ المَذْكُورَةُ فِي كِتَابِ اللهِ تَعَالَى سِتَّةٌ النِّصْفُ وَالرُّبْعُ وَالثُّمُنُ وَالثُّلُثَانِ وَالثُّلُثُ وَالسُّدُسُ

Pasal; Bagian pasti yang disebut dalam Al-Quran ada enam, yaitu: setengah, seperempat, seperdelapan, dua pertiga, sepertiga, seperenam

فَالنِّصْفُ فُرْضُ خَمْسَةٍ البِنْتُ وَبِنْتُ الابِنِ وَالأُخْتُ مِنَ الأَبِّ وَالأُمِّ وَالأُخْتُ مِنَ الأَبِّ وَالزَّوْجُ إِذَا لَمْ يِكُنْ مَعَهُ وَلَدٌ

Setengah itu bagian pasti lima orang: (1) Anak perempuan. (2) Cucu perempuan (dari anak laki-laki). (3) Saudara perempuan kandung (4) Saudara perempuan seayah. (5) Suami jika tidak bersama anak.

وَالرُّبْعُ فَرْضُ اثْنَينِ الزَّوْجُ مَعَ الوَلَدِ أَوْ وَلَدُ الابْنِ وَهُوَ فَرْضُ الزَّوْجَةِ وَالزَّوْجَاتِ مَعَ عَدَمِ الوَلَدِ أَوْ وَلَدِ الابْنِ

Seperempat adalah bagian untuk (tiap orang dari) dua orang ahli waris di bawah ini:Suami yang bersama anak laki-laki/perempuan atau bersama cucu laki-laki/perempuan dari anak laki-laki. 2. Dan 1/4 dan tersebut adalah bagian untuk seorang istri (bagian) untuk beberapa orang isteri (2-4) yang tak bersama anak laki-laki/perempuan atau cucu laki-laki/perempuan dari anak laki-laki si mayit.

وَالثُّمُنُ فَرْضُ الزَّوْجَةِ وَالزَّوْجَاتِ مَعَ الوَلَدِ أَوْ وَلَدِ الابْنِ

Seperdelapan adalah bagian seorang istri dan beberapa orang istri yang bersama anak atau cucu

وَالثُّلُثَانِ فَرْضُ أَرْبَعَةٍ البِنْتَيْنِ وِبِنْتَيِ الابْنِ وَالأُخْتَيْنِ مِنَ الأَبِّ وَالأُمِّ وَالأُخْتَيْنِ مِنَ الأَبِّ

2/3 (dua pertiga) adalah bagian untuk (tiap-tiap golongan ahli waris dari) empat golongan di bawah ini, yaitu: 1. Dua orang anak perempuan atau lebih. 2. Dua orang cucu perempuan (dari anak laki-laki) atau lebih. 3. Dua orang saudari perempuan seayah seibu (kandung) atau lebh.
4. Dua orang saudari perempuan kandung (seayah seibu).

وَالثُّلُثُ فَرْضُ اثْنَيْنِ الأُمِّ إِذَا لَمْ تُحْجَبْ وَهُوَ لِلاثْنَيْنِ فَصَاعِداً مِنَ الإخْوَةِ وَالأَخَوَاتِ مِنْ وَلَدِ الأُمِّ

1/3 (sepertiga) adalah bagian untuk (tiap orang dari) dua orang (di bawah ini):

  1. Ibu, jika tidak terhalang (mahjub).
    Dan 1/3 tersebut adalah untuk dua orang atau lebih saudara laki-laki dan perempuan seibu.

وَالسُّدُسُ فَرْضُ سَبْعَةٍ الأُمُّ مَعَ الوَلَدِ أَوْ وَلَدِ الابْنِ أَوِ اثْنَيْنِ فَصَاعِداً مِنَ الإخْوَةِ وَالأَخَوَاتِ وَهُوَ لِلجَدَّةِ عِندَ عَدَمِ الأُمِّ وَلِبِنتِ الابْنِ مَعَ بِنتِ الصُّلْبِ وَهُوَ لِلأخْتِ مِنَ الأبِّ مَعَ الأُختِ مِنَ الأبِّ وَالأمِّ وَهُوُ فَرْضُ الأَبِّ مَعَ الوَلَدِ أَوْ وَلَدِ الابِنِ وَفَرْضُ الجَدِّ عِندَ عَدَمِ الأَبِّ وَهُوَ فَرْضُ الوَاحِدِ مِنْ وَلَدِ الأُمِّ

Seperenam adalah bagian pasti tujuh orang, yaitu : Ibu yang beserta anak (laki-laki/perempuan) atau cucu (laki-laki / perempuan dari anak laki-laki); atau yang beserta dua orang atau lebih saudara laki-laki / perempuan si mayit.. 1/6 ini untuk nenek (satu atau lebih) ketika tidak ada ibu si mayit. Untuk cucu perempuan (dari anak laki-laki) yang beserta anak perempuan si mayit sendiri. Seperenam tersebut adalah (juga bagian) untuk saudara perempuan seayah yang beserta saudara perempuan seayah seibu. 1/6 tersebut adalah bagian untuk ayah yang beserta anak laki-laki/perempuan si mayit atau yang beserta cucu laki-laki / perempuan dari anak laki-laki si mayit. Dan bagian untuk kakek ketika tidak ada ayah si mayit. Dan 1/6 tersebut adalah bagian untuk seorang saudara laki-laki / saudara perempuan seibu.

وَتَسْقُطُ الجَدَّاتُ بِالأُمِّ وَالأَجْدَادِ بِالأَبِ وَيَسْقُطُ وَلَدُ الأُمِّ مَعَ أَرْبَعَةِ الوَلَدِ وَوَلَدِ الابنِ وَالأَبِّ وَالجَدِّ وَيَسْقُطُ الأَخُ لِلأَبِ وَالأُمِّ مَعَ ثَلاَثَةٍ الابْنِ وَابْنِ الابِنِ وَالأَبِ وَيَسْقُطُ وَلَدُ الأَبِ بِهَؤُلَاءِ الثَّلَاثَةِ وَبِالأَخِ لِلأَبِّ وَالأُم

Semua nenek itu dapat gugur sebab ibu, dan semua kakek itu dapat gugur sebab ayah, dan sadara dari ibu itu dapat gugur jika bersama empat anak dan cucu laki dan ayah dan kakek, dan saudara kandung dapat gugur jika bersama tiga orang yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan ayah, dan saudara dari ayah itu dapar gugur dengan tiga orang tadi dan dengan saudara kandung.

وَأَرْبَعَةٌ يُعَصِّبُونَ أَخَوَتِهِم الابْنُ وَابْنُ الابنِ وَالأَخُ مِنَ الأَبِّ وَالأُمِّ وَالأَخُ مِنَ الأَب

Empat oran dapat menjadikan ashobah saudari-saudarinya, yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, saudara kandung, saudara dari ayah.

وأربعة يرثون دون أخواتهم وهم الأعمام وبنو الأعمام وبنو الأخ وعصبات المولى المعتق

Empat orang dapat mendapat warisan tidak saudari-saudarinya yaitu paman dari ayah, anak-anak paman dari ayahm anak anak saudara, ashobah tuan yang memerdekakan.

فَصْلُ وَتَجَوُّزُ اَلْوَصِيَّةُ بِالْمَعْلُومِ وَالْمَجْهُولِ وَالْمَوْجُودِ وَالْمَعْدُومِ وَهِيَ مِنْ اَلثُّلْثِ فَإِنْ زَادَ وُقِفَ عَلَى إِجَازَةِ اَلْوَرَثَةِ وَلَا تَجُوزُ اَلْوَصِيَّةُ لِوَارِثٍ إِلَّا أَنْ يُجِيزَهَا بَاقِي اَلْوَرَثَةِ وَتَصِحُّ اَلْوَصِيَّةُ مِنْ كُلِّ بَالِغٍ عَاقِلٍ لِكُلِّ مُتَمَلِّكٍ وَفِي سَبِيلِ اَللَّهِ تَعَالَى وَتَصِحّ اَلْوَصِيَّةُ إِلَى مِنْ اِجْتَمَعَتْ فِيهِ خَمْسُ خِصَالِ اَلْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالْأَمَانَةُ

Diperbolehkan berwasiat terhadap sesuatu yang diketahui atau yang tidak diketahui. Yang berwujud atau yang tidak. Boleh Berwasiat Asal Tidak Melebihi 1/3 Warisan. Apabila Lebih Dari 1/3 Maka Diserahkan Kepada Seluruh Ahli Waris. Tidak Diperbolrhkan Berwasiat Kepada Sebagian Ahli Waris Kecuali Bila Seluruh Ahli waris Membolehkannya. Sah Berwasiat Dari Setiap Orang Yang Balig, Berakal Yang Memiliki Sesuatu dan Dijalan Allah. Sah Berwasiat Terhadap Seseorang Yang Memiliki Lima Hal. 1. Islam. 2. Balig. 3. Berakal. 4. Merdeka. 5. Amanah ( Dapat Dipercaya ).

 

كِتَابُ النِّكَاحِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ مِنَ الأَحْكَامِ وَالقَضَايَا

Kitab nikah dan hukum-hukum dan perkara yang berhubungan dengan nikah

النِّكَاحُ مُسْتَحَبٌّ لِمَنْ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ

Nikah disunahkan bagi orang yang membutuhkan

وَيَجُوزُ لِلْحُرِّ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ أَرْبَعِ حَرَائِرَ وَلِلْعَبْدِ بَيْنَ اثْنَيْن

Boleh bagi seorang merdeka mengumpulkan empat istri. Dan boleh bagi seorang hamba mengumpulkan dua istri.

وَلَا يَنْكَحُ الحُرُّ أَمَةً إِلَّا بِشَرْطَيْنِ عَدَمُ صَدَاقِ الحُرَّةِ وَخَوْفُ العَنَتِ

Seorang Yang Merdeka Tidak Diperbolehkan Menikahi Budak Perempuan Kecuali dengan dua sarat: (1) Tidak punya mahar orang merdeka (2) Takut (terjerumus) zina.

وَنَظَرُ الرَّجُلِ إِلَى المَرْأَةِ عَلَى سَبْعَةِ أَضْرُبٍ

Pandangan laki-laki ke perempuan itu ada tujuh macam:

أَحَدُهَا نَظْرَةٌ إِلَى أَجْنَبِيَّةٍ لِغَيْرِ حَاجَةٍ فَغَيْرُ جَائِزٍ

(1) Pandangan ke perempuan tanpa keperluan maka tidak boleh

وَالثَّانِي نَظْرَةٌ إِلَى زَوْجَتِهِ أَوْ أَمَتِهِ فَيَجُوزُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى مَا عَدَا الفَرْجِ مِنْهُما

  1. Pandangan ke Istrinya atau ke budaknya maka boleh memandang selain kemaluan.

وَالثَّالِثُ نَظْرَةٌ إِلَى ذَوَاتِ مَحَارِمِهِ أَوْ أُمَّتِهِ اَلْمُزَوِّجَةِ فَيَجُوزُ فِيمَا عَدَا مَا بَيْنَ اَلسُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ

  1. Memandang perempuan kerabat atau amat yang dinikahi diperbolehkan memandang selain sesuatu mulai pusar sampai lutut.

وَالرَّابِعُ اَلنَّظَرُ لِأَجَلِ اَلنِّكَاحِ فَيَجُوزُ إِلَى اَلْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ

  1. Memandang perempuan karena akan dinikahi maka diperbolehkan memandang ke wajah dan dua telapak tangan.

وَالْخَامِسُ اَلنَّظَرُ لِلْمُدَاوَاةِ فَيَجُوزُ إِلَى اَلْمَوَاضِعِ اَلَّتِي يُحْتَاجُ إِلَيْهَا

  1. Memandang perempuan yang sedang diobati maka diperbolahkan memandang tempat yang dibutuhkan untuk diobati.

وَالسَّادِسُ اَلنَّظَرِ لِلشَّهَادَةِ أَوْ لِلْمُعَامَلَةِ فَيَجُوزُ إِلَى اَلْوَجْهِ خَاصَّةً

  1. memandang perempuan uang member kesaksian atau untuk memperkerjakan maka diperbolehkan memandang khusus wajah.

وَالسَّابِعُ اَلنَّظَرِ إِلَى اَلْأُمَّةِ عِنْدَ اِبْتِيَاعِهَا فَيَجُوزُ إِلَى اَلْمَوَاضِعِ اَلَّتِي يَحْتَاجُ إِلَى تَقْلِيبِهَا

  1. Memandang budak perempuan yang aka dibelinya maka boleh memandang tempat yang dajadikan pedoman diterimanya dalam jual beli budak.

فَصْلٌ وَلَا يَصِحُّ عَقْدُ اَلنِّكَاحِ إِلَّا بِوَلِيِّ وَشَاهِدِي عَدْلٍ

Tidak Sah Nikah Kecuali Dengan Kehadiran Seorang Wali Dan Kehadiran Dua Saksi Yang Adil

وَيَفْتَقِرَ اَلْوَلِيُّ وَالشَّاهِدَانِ إِلَى سِتَّةِ شَرَائِطَ : اَلْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورَةُ وَالْعَدَالَةُ

Seorang Wali dan Dua Saksi Membutuhkan enam Syarat. 1. Islam 2. Balig 3. Berakal 4. Merdeka 5. Laki Laki 6. Adil

إِلَّا أَنَّهُ لَا يَفْتَقِرُ نِكَاحَ اَلذِّمِّيَّةِ إِلَى إِسْلَامِ اَلْوَلِيِّ وَلَا نِكَاحَ اَلْأُمَّةِ إِلَى عَدَالَةِ اَلسَّيِّدْ

Kecuali Pernikahan Seorang Amat Dimmi, Maka Tidak Membutuhkan Islamnya Seorang wali dan nikahnya Seorang Amat tidak Membutuhkan Adilnya Tuan.

وَأَوْلَى اَلْوُلَاةُ اَلْأَبُ ثُمَّ اَلْجَدُّ أَبُو اَلْأَبِ ثُمَّ اَلْأَخُ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ اَلْأَخُ لِلْأَبِ ثُمَّ اِبْنُ اَلْأَخِ لِلْأَبِ وَالْأُمِّ ثُمَّ اِبْن اَلْأَخِ لِلْأَبِ ثُمَّ اَلْعَمُّ ثُمَّ اِبْنُهُ عَلَى هَذَا اَلتَّرْتِيبِ فَإِذَا عَدِمَتْ اَلْعَصَبَاتْ فَالْمَوْلَى اَلْمُعَتَّقُ ثُمَّ عَصْبَاتُهْ ثُمَّ اَلْحَاكِمُ

Wali yang utama adalah: 1. Ayah. 2. Kakek ( Bapaknya ayah ) 3. Saudara laki laki seayah seibu 4. Saudara laki laki se ibu saja; 5. Anak laki laki saudara laki laki se ayah se ibu 6. Anak laki laki saudara laki laki se ayah saja; 7. Paman ( saudara ayah ) 8. Anak paman ( saudara ayah ). Apabila urutan wali diatas tidak ada semua maka 9. tuan yang memerdekannya. Kemudian bila tidak ada semua mulai nomor 1 sampai 9 maka ahli waris asobahnya nomor 9. 10. Hakim.

وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُصَرِّحَ بِخِطْبَةِ مُعْتَدَّةٍ وَيَجُوزُ أَنْ يُعَرِّضَ لَهَا وَيَنْكِحَهَا بَعْد اِنْقِضَاءِ عُدَّتِهَا

Tidak Diperbolehkan Menjelaskan Lamaran Seorang Yang Dalam Keadaan Iddah. Dan diperbolehkan Menawarkan Lamaran dan Nikah Kepadanya Setelah Selesai Iddah.

وَالنِّسَاءُ عَلَى ضَرْبَيْنِ ثَيِّبَاتٌ وَأَبْكَارٌ فَالْبِكْر يَجُوز لِلْأَبِ وَالْجَدِّ إِجْبَارُهَا عَلَى اَلنِّكَاحِ وَالثَّيِّبُ لَا يَجُوزُ تَزْوِيجُهَا إِلَّا بَعْدَ بُلُوغِهَا وَإِذْنِهَا

Perempuan itu ada dua Gadis dan Janda. Maka Seorang gadis diperbolehkan Bagi Seorang Ayah dan Kakek Memaksa Nikah Kepadanya. Sedangkan Janda. Maka tidak diperbolehkan dinikahkan kecuali setelah dewasa dan mengizinkan

فَصْلُ وَالْمُحَرَّمَاتُ بِالنَّصِّ أَرْبَعُ عَشْرَةً

Wanita mahram (yang haram dinikah) ada Empatbelas.

سَبْعٌ بِالنِّسَبِ وَهُنَّ اَلْأُمُّ وَإِنْ عَلَتْ وَالْبِنْتُ وَإِنَّ سَفْلَتَ وَالْأُخْتُ وَالْخَالَةُ وَالْعَمَّةُ وَبِنْتُ اَلْأَخِ وَبِنْتُ اَلْأُخْتِ

Tujuh Sebab Nasab: Ibu dan ke atas, Anak Perempuan dan ke bawah, Saudara Perempuan, Bibi dari Ibu, Bibi dari Ayah, Anak Perempuan Saudara laki-laki, Anak perempuan Saudara Perempuan

وَاِثْنَتَانِ بِالرَّضَاعِ اَلْأُمُّ اَلْمُرْضِعَةُ وَالْأُخْتُ مِنْ اَلرَّضَاعِ

Dua sebab susuan: Ibu Yang Menyusui, dan Saudara perempuan Sesusuan.

وَأَرْبَعُ بِالْمُصَاهَرَةِ أُمُّ اَلزَّوْجَةِ وَالرَّبِيبَةُ إِذَا دَخَلَ بِالْأُمِّ وَزَوْجَةُ اَلْأَبِ وَزَوْجَةِ اَلِابْنُ

Empat Sebab Perkawinan: Ibu Istri, Anak Tiri Yang Sudah disetubuhi Ibunya, Istri Ayah, Istri Anak

وَوَاحِدَة مِنْ جِهَةِ اَلْجَمْعِ وَهِيَ أُخْتُ اَلزَّوْجَةِ وَلَا يَجْمَعُ بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَعَمَّتِهَا وَلَا بَيْنَ اَلْمَرْأَةِ وَخَالَتِهَا

Satu Sebab Mempersatukan; Yaitu Saudara Perempuan Istri. Tidak Boleh Dibarengkan antar Perempuan dan Bibi dari Bapak atau Ibunya.

وَيَحْرِمَ مِنْ اَلرَّضَاعِ مَا يَحْرِمُ مِنْ اَلنِّسَبِ

Dan diharamkan sebab susuan Sebagaimana Sebab Keturunan.

وَتُرَدُّ اَلْمَرْأَةُ بِخَمْسَةِ عُيُوبٍ بِالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَالْبَرَصِ وَالرَّتْقِ وَالْقَرْنَ

Perempuan boleh dikembalikan sebab lima hal; Gila, Lepra, Belang, Tersumbat Daging, Tersumbat Tulang

وَيَرُدَّ اَلرَّجُلُ بِخَمْسَةِ عُيُوبٍ بِالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَالْبَرَصِ اَلْجُبِّ وَالْعُنَّة

Laki-laki boleh dikembalikan sebab Lima hal: Gila, Lepra. Belang. Terpotong Kemaluannya. Impoten.

فَصْلٌ وَيُسْتَحَبُّ تَسْمِيَةُ اَلْمُهْرِ فِي اَلنِّكَاحِ فَإِنَّ لَمْ يُسَمِّ صَحَّ اَلْعَقْدُ

Disunahkan Menyebutkan mahar dalam nikah. Bila tidak disebutkan dalam nikah maka akad nikahnya tetap sah

وَوَجَبَ اَلْمُهْرُ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ أَنْ يَفْرِضَهُ اَلزَّوْجُ عَلَى نَفْسِهِ أَوْ يَفْرِضُهُ اَلْحَاكِمُ أَوْ يَدْخُلُ بِهَا فَيَجِب مَهْرْ اَلْمَثَلِ

Mahar menjadi wajib karena tiga hal: Dia mewajibkan terhadap dirinya sendiri, Atau diwajibkan oleh hakim, Atau telah menyetubuhinya. Maka wajib membayar umumnya mahar.

وَلَيْسَ لِأَقَلّ اَلصَّدَاق وَلَا لِأَكْثَرِهِ حَدّ

Tidak ada batasan untuk sedikit atau banyaknya mahar .

وَيَجُوزَ أَنْ يَتَزَوَّجَهَا عَلَى مَنْفَعَةٍ مَعْلُومَةٍ

Diperbolehkan seorang menikahi perempuan dengan maskawin kemanfaatan sesuatu

وَيُسْقِطَ بِالطَّلَاقِ قَبْلَ اَلدُّخُولِ بِهَا نِصْفُ اَلْمُهْرِ

Mahar bisa gugur separuh akibat talak sebelum menyetubuhinya

فَصَلَ وَالْوَلِيمَةُ عَلَى اَلْعُرْسِ مُسْتَحَبَّةً وَالْإِجَابَةُ إِلَيْهَا وَاجِبَةً إِلَّا مِنْ عُذْرٍ

Pasal: Walimah Nikah adalah Sunah dan memenuhi undangannya adalah wajib kecuali ada uzur

فَصْلٌ وَالتَّسْوِيَةُ فِي اَلْقِسْمِ بَيْنَ اَلزَّوْجَاتِ وَاجِبَهُ

Menyamakan giliran antara beberapa istri adalah wajib

وَلَا يَدْخُلُ عَلَى غَيْرِ اَلْمَقْسُومِ لَهَا بِغَيْرِ حَاجَةٍ

Tidak boleh masuk selain istri yang mendapat giliran kecuali ada hajat

وَإِذَا أَرَادَ اَلسَّفَرَ أَقْرَعَ بَيْنَهُنَّ وَخَرَجَ بِاَلَّتِي تَخْرُجُ لَهَا اَلْقُرْعَةُ

Ketika Suami hendak bepergian maka dia mengundi antara beberapa istri dan bepergian dengan yang undiannya keluar

وَإِذَا تَزَوَّجَ جَدِيدَةً خَصَّهَا بِسَبْعِ لَيَالٍ إِنّْ كَانَتْ بِكْرًا وَبِثَلَاثٍ إِنْ كَانَتْ ثَيِّبًا

Ketika suami beristri lagi maka ia memberi istri muda tersebut tujuh malam jika ia gadis, dan tiga hari bila ia janda.

وَإِذَا خَافَ نُشُوزَ اَلْمَرْأَةِ وَعَظَهَا فَإِنْ أَبَتْ إِلَّا اَلنُّشُوزَ هَجَرَهَا فَإِنْ أَقَامَتْ عَلَيْهِ هَجَرَهَا وَضَرَبَهَا

Ketika suami kuatir puriknya istri maka dia nasehati, bila istri menolak untuk dinasehati maka harus pisah ranjang. dan bila istri tetap purik maka bisa memukulnya.

وَيُسْقِطَ بِالنُّشُوزِ قِسْمُهَا وَنَفَقَتُهَا

dan karena purik tersebut gugurlah jatah gilir dan jatah nafkah.

فَصَلٌ وَالْخُلْعُ جَائِزٌ عَلَى عِوَضٍ مَعْلُومٍ

Khuluk (perceraian dari istri) diperbolehkan dengan pengganti yang diketahui

وَتَمْلِكُ بِهِ اَلْمَرْأَةُ نَفْسَهَا

Dan dengan khuluk wanita memiliki dirinya sendiri

وَلَا رَجْعَةَ لَهُ عَلَيْهَا إِلَّا بِنِكَاحٍ جَدِيدٍ

tidak boleh rujuk kecuali dengan pernikahan baru

وَيَجُوزَ اَلْخُلْعُ فِي اَلطُّهْرِ وَفِي اَلْحَيْضِ

dan khuluk diperbolehkan dalam keadaan suci dan pada saat haid.

وَلَا يُلْحِقُ اَلْمَخْتَلْعَة اَلطَّلَاقُ

Wanita yang dikhuluk tidak bisa di cerai.

فَصْلٌ وَالطَّلَاقُ ضَرْبَانِ صَرِيحٌ وَكِنَايَةٌ

Dan perceraian itu ada dua jenis: Jelas dan Sindiran

فَالصَّرِيحُ ثَلَاثَةُ أَلْفَاظٍ اَلطَّلَاقُ وَالْفِرَاقُ وَالسَّرَاحُ وَلَا يَفْتَقِرُ صَرِيحُ اَلطَّلَاقِ إِلَى اَلنِّيَّةِ

Talak Jelas itu ada tiga kata: cerai dan pemisah dan bebas. Talak Yang Jelas tidak membutuhkan niat

وَالْكِنَايَةُ كُلُّ لَفْظٍ اِحْتَمَلَ اَلطَّلَاقَ وَغَيْرَهُ وَيَفْتَقِرُ إِلَى اَلنِّيَّةِ

talak kinayah yaitu semua lafaz yang mungkin talak dan lainnya, dan kinayah itu membutuhkan niat.

وَالنِّسَاءُ فِيهِ ضَرْبَانِ

Dan perempuan dalam (urusan) talak itu ada dua macam :

ضَرْبٌ فِي طَلَاقِهِنَّ سَنَةٌ وَبِدْعَةٌ وَهْيَ ذَوَاتُ اَلْحَيْضِ

macam pertama yaitu, perempuan yang dalam talaknya (dihukumi) sunah (tidak haram) dan bid’ah (haram), yaitu wanita yang sudah/sudah haid.

فَالسُّنَّةُ أَنْ يُوقِعَ اَلطَّلَاقَ فِي طُهْرٍ غَيْرِ مُجَامِعٍ فِيهِ

sunah yaitu menjatuhkan talak ketika suci dan belum disetubuhi

وَالْبِدْعَةُ أَنْ يُوْقِعَ اَلطَّلَاقَ فِي اَلْحَيْضِ أَوْ فِي طُهْرٍ جَامِعَهَا فِيهِ

bidah yaitu menjatuhkan talak ketika haid atau ketika suci tapi disetubuhi

وَضَرْبٌ لَيْسَ فِي طَلَاقِهِنَّ سَنَةٌ وَلَا بِدْعَةٌ وَهُنَّ أَرْبَعٌ اَلصَّغِيرَةُ وَالْآِيسَة وَالْحَامِلُ وَالْمَخْتَلْعَة اَلَّتِي لَمْ يَدْخُلْ بِهَا

macam kedua yaitu, perempuan yang dalam talaknya tidak sunah dan tidak bid’ah, mereka ada empat: yaitu anak kecil, perempuan yang sudah tidak haid, hamil, perempuan yang di khuluk yang tidak dikumpuli.

فَصْلٌ وَيَمْلِكُ اَلْحُرُّ ثَلَاثَ تَطْلِيقَاتٍ وَالْعَبْدُ تَطْلِيقَتَيْنِ

Orang merdeka memiliki tiga talak, dan hamba memiliki dua talak

وَيَصِحَّ اَلِاسْتِثْنَاءُ فِي اَلطَّلَاقِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ

Dan sah mengecualikan dalam cerai ketika disambungkan dengan (ucapan) cerai

وَيَصِحَّ تَعْلِيقُهُ بِالصِّفَةِ وَالشَّرْطِ

Dan sah pula menggantungkan cerai dengan sifat dan sarat

وَلَا يَقَعُ اَلطَّلَاقُ قَبْلَ اَلنِّكَاحِ

cerai tidak sah sebelum menikah

وَأَرْبَعٌ لَا يَقَعُ طَلَاقُهُمْ اَلصَّبِيُّ وَالْمَجْنُونُ وَالنَّائِمُ وَالْمُكْرَهُ

Ada empat orang yang tidak sah cerainya: Anak Kecil, Orang gila, Orang yang tidur, Orang yang dipaksa.

فَصْلٌ وَإِذَا طَلَّقَ اِمْرَأَتَهُ وَاحِدَةً أَوْ اِثْنَتَيْنِ فَلَهُ مُرَاجَعَتُهَا مَا لَمْ تَنْقَضِّ عُدَّتُهَا فَإِن اِنْقَضَتْ عُدَّتُهَا حَلَّ لَهُ نِكَاحِهَا بِعَقْدٍ جَدِيدٍ وَتَكَوَّنَ مَعَهُ عَلَى مَا بَقِيَ مِنْ اَلطَّلَاقِ

Ketika suami menalak istrinya satu atau dua kali, maka boleh rujuk sebelum habis iddahnya. Dan ketika habis iddahnya maka boleh menikah kembali dengan pernikahan baru serta mendapatkan sisa talak

فَإِنْ طَلَّقَهَا ثَلَاثًا لَمْ تُحَلْ لَهُ إِلَّا بَعْدَ وُجُودِ خَمْسِ شَرَائِطَ اِنْقِضَاءُ عُدَّتِهَا مِنْهُ وَتَزْوِيجُهَا بِغَيْرِهِ وَدُخُولُهُ بِهَا وَإِصَابَتَهَا وَبَيْنُونَتَهَا مِنْهُ وَانْقِضَاءِ عُدَّتِهَا مِنْهُ

Bila dia menalak tiga kali maka tidak diperbolehkan baginya kecuali dengan adanya lima syarat: Habisnya iddah darinya, Sudah dinikahi laki laki lain, Sudah disetubuhi oleh laki laki lain tersebut , Sudah ditalak bain oleh laki laki lain tersebut, Habisnya iddah dari laki laki lain tersebut.

فَصْلٌ وَإِذَا حَلَف أَنْ لَا يَطَأُ زَوْجَتَهُ مُطْلَقًا أَوْ فِي مُدَّةٍ تَزِيدُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ فَهُوَ مَوَّلٍ وَيُؤَجِّلُ لَهُ إِن سَأَلَتْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ ثُمَّ يُخَيِّرُ بَيْنَ اَلْفِئَةِ وَالتَّكْفِيرَ أَوْ اَلطَّلَاقِ فَإِنْ اِمْتَنَعَ طَلْقٌ عَلَيْهِ اَلْحَاكِمُ

Bila suami sumpah tidak menyetubuhi istrinya secara mutlak atau dalam waktu lebih dari empat bulan, itu adalah sumpah ila’. Dan ditunggu bila seorang istri meminta dalam waktu empat bulan tersebut. Kemudian suami disuruh memilih antara bersetubuh dan bayar kiffarat atau cerai. Bila suami menolak maka diceraikan hakim

فَصْلٌ وَالظِّهَارُ أَنْ يَقُولَ اَلرَّجُلُ لِزَوْجَتِهِ أَنْتَ عَلَيَّ كَظَهْرٍ أُمِّيٍّ فَإِذَا قَالَ ذَلِكَ وَلَمْ يَتْبَعْهُ بِالطَّلَاقِ صَارَ عَائِدًا وَلَزِمَتْهُ اَلْكَفَّارَةُ وَالْكَفَّارَةُ عِتْقَ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيمَةٍ مِنْ اَلْعُيُوبِ اَلْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلٍّ مِسْكِينٍ مُدٍّ وَلَا يَحِلُّ لِلْمُظَاهِرِ وَطْؤُهَا حَتَّى يَكْفُرَ

Dhihar adalah seorang suami mengucapkan kepada istrinya: “ kamu bagi saya seperti punggung ibuku. Maka ketika suami mengatakan itu dan tidak diikuti dengan talak maka dia boleh kembali kepada istrinya dan wajib membayar kiffarat. Adapun kiffarat dhihar adalah: Memerdekakan budak perempuan mukmin yang selamat dari cacat melakukan pekerjaan, Apabila tidak menemukan maka harus puasa dua bulan berturut turut, Apabila tidak mampu maka memberi makan 60 miskin, setiap miskin satu mud. dan ia Tidak diperbolehkan menyetubuhi istrinya sampai ia membayar kiffarat.

فَصْلٌ وَإِذَا رَمَي اَلرَّجُلُ زَوْجَتَهُ بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ اَلْقَذْفِ إِلَّا أَنْ يُقِيمَ اَلْبَيِّنَةَ أَوْ يُلَاعِنُ فَيَقُولُ عِنْدَ اَلْحَاكِمِ فِي اَلْجَامِعِ عَلَى اَلْمِنْبَرِ فِي جَمَاعَةٍ مِنْ اَلنَّاسِ أَشْهَدُ بِاَللَّهِ أَنَّنِي لَمِنْ اَلصَّادِقِينَ فِيمَا رَمَيْتُ بِهِ زَوْجَتِي فُلَانَةً مِنْ اَلزِّنَا وَإِنَّ هَذَا اَلْوَلَدِ مِنْ اَلزِّنَا وَلَيْسَ مُنِّيَ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ وَيَقُولُ فِي اَلْمَرَّةِ اَلْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظَهُ اَلْحَاكِمُ وَعَلَيَّ لَعْنَةِ اَللَّهِ إِنْ كُنْتُ مِنْ اَلْكَاذِبِينَ

Ketika Seorang Suami Menuduh Zina kepada Istrinya Maka dia Harus di Had Tuduhan Kecuali biala dia Mempunyai Saksi Atau saling Melaknati. dia Harus Bersumpah di depan Hakim dengan disaksikan Masyarakat di atas Mimbar: Saya Bersaksi dengan nama Allah bahwa Saya adalah orang Yang Jujur terhadap apa yang saya Tuduhkan Terhadap Istri Saya dan Anak ini adalah Dari Zina Bukan Dari Saya” Empat Kali, Dan Pada ucapan Yang kelima, setelah dia dinasihati Hakim: Saya dilaknat Allah Bila Saya Bohong

وَيَتَعَلَّقُ بِلِعَانِهِ خَمْسَةُ أَحْكَامِ سُقُوطُ اَلْحَدِّ عَنْهُ وَوُجُوبُ اَلْحَدِّ عَلَيْهَا وَزَوَالُ اَلْفِرَاشِ وَنَفْيُ اَلْوَلَدِ وَالتَّحْرِيمُ عَلَى اَلْأَبَدِ

Dengan Laknat Bisa Menggugurkan Lima: Gugurnya Had dari Laki Laki, Wajib Had Terhadap Perempuan, Hilangnya Alas Tidur, Haram Untuk Selama Lamanya.

وَيُسْقِطُ اَلْحَدُّ عَلَيْهَا بِأَنَّ تَلْعَنْ فَتَقُولُ أَشْهَد بِاَللَّهِ إِنَّ فُلَانًا هَذَا لَمِنْ اَلْكَاذِبِينَ فِيمَا رَمَانِي بِهِ مِنْ اَلزِّنَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ وَتَقُولُ فِي اَلْخَامِسَةِ بَعْدَ أَنْ يَعِظهَا اَلْحَاكِمُ وَعَلَىَّ غَضَبُ اَللَّهِ إِنْ كَانَ مِنْ اَلصَّادِقِينَ

Had Terhadap Istri Bisa Gugur Bila Istri melaknati dengan Ucapan: Saya Bersaksi dengan nama Allah, bahwa orang Ini bohong tentang apa yang ia dituduhkan terhadap Saya, empat kali, Dan yang Kelima Semoga Saya Dimarahi Allah Andai Dia Benar

فَصْلٌ وَالْمُعْتَدَّةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ مُتَوَفًّى عَنْهَا وَغَيْرُ مُتَوَفًّى عَنْهَا فَالْمُتَوَفَّى عَنْهَا إِنْ كَانَتْ حَامِلاً فَعَدَّتُهَا بِوَضْعِ اَلْحَمْلِ وَإِنْ كَانَتْ حَائِلاً فَعِدَّتُهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرِ وَعَشْرَ وَغَيْرُ اَلْمُتَوَفَّى عَنْهَا إِنْ كَانَتْ حَامِلاً فَعَدَّتُهَا بِوَضْعِ اَلْحَمْلِ وَإِنْ كَانَتْ حَائِلاً وَهِيَ مِنْ ذَوَاتِ اَلْحَيْضِ فَعِدَّتُهَا ثَلَاثَةُ قُرُوءِ وَهِيَ اَلْأَطْهَارِ وَإِنْ كَانَتْ صَغِيرَةً أَوْ آيسَة فَعَدَّتْهَا ثَلَاثَةُ أَشْهُرِ

Perempuan iddah itu ada dua macam: ditinggal mati dan tidak ditinggal mati. Iddah akibat ditinggal mati maka apabila hamil iddahnya adalah melahirkan. Dal bila tidak hamil maka iddahnya empat bulan sepuluh hari. Iddah akibat cerai bukan ditinggal mati apabila hami mak iddahnya melahirkan, dan jika tidak hamil dan masih subur ( haid ) maka iddahnya tiga kali suci. Iddah bagi perempuan yang dicerai yang msih kecil atau perempuan yang sudah luas ( tidak haid lagi ) maka iddahnya tiga bulan.

وَالْمُطْلَقَةِ قَبْلَ اَلدُّخُولِ بِهَا لَا عِدَّةً عَلَيْهَا

Perempuan yang dicerai sebelum dikumpuli tidak punya iddah.

وَعِدَّةِ اَلْأُمَّةِ بِالْحَمْلِ كَعِدَّةٍ اَلْحُرَّة وبَالْإِقَرَاءْ أَنْ تَعْتَدَّ بِقُرْأَيْنِ وَبِالشُّهُورِ عَنْ اَلْوَفَاةِ أَنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرَيْنِ وَخَمْسِ لَيَالٍ وَعَنْ اَلطَّلَاقِ أَنْ تَعْتَدَّ بِشَهْرِ وَنِصْفِ فَإِنَّ اِعْتَدَتْ بِشَهْرَيْنِ كَانَ أَوْلَى

Iddahnya amat yang hamil seperti iddahnya perempuan yang merdeka, dan yang iddahnya perempuan budak yang dengan ukuran suci adal dua kali suci. Budak perempuan yang ditinggal mati dan tidak hamil maka iddahnya dua bulan lima malam. Iddah budak perempuan yang dicerai bukan ditinggal mati adalah satu bulan lima belas hari, bila iddah dengan dua bulan itu lebih utama.

فَصْلٌ وَيَجِبُ لِلْمُعْتَدَّةِ اَلرَّجْعِيَّةِ اَلسُّكْنَى وَالنَّفَقَةُ وَيَجِبُ لِلْبَائِنِ اَلسُّكْنَى دُونَ اَلنَّفَقَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ حَامِلاً

Wajib bagi perempuan yang ditalak Raja i tempat tinggal dan nafkah. Wajib bagi perempuan yang ditalak bain tempat tinggal tidak ada nafkah kecuali dalam kondisi hamil.

وَيَجِب عَلَى اَلْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا اَلْإِحْدَادُ وَهُوَ اَلِامْتِنَاعُ مِنْ اَلزِّينَةِ وَالطَّيُّبْ وَعَلَى اَلْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجَهَا وَالْمَبْتُوتَةِ مُلَازَمَة اَلْبَيْتِ إِلَّا لِحَاجَةٍ

Wajib bagi perempuan yang ditinggal mati suaminya melakukan ihdad yaitu tidak berhias dan memakai harum-haruman dan harus tetap di dalam rumah kecuali ada hajat

فَصْلٌ وَمَنْ اسْتَحْدَثَ مِلْكُ أُمَّةِ حَرُمَ عَلَيْهِ اَلِاسْتِمْتَاعُ بِهَا حَتَّى يَسْتَبْرَئَهَا، إِنّْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ اَلْحَيْضِ بِحَيْضَة، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ اَلشُّهُورِ بَشَهْرٍ فَقَطْ، وَإِنْ كَانَتْ مِنْ ذَوَاتِ اَلْحَمْلِ بِالْوَضْعِ، وَإِذَا مَاتَ سَيِّدٌ أَمْ اَلْوَلَدِ اِسْتَبْرَأَتْ نَفْسَهَا كَالْأُمَّةِ

Barang siapa mempunyai amat baru, haram baginya menyetubuhinya sehingga menyucikannya, bila amat tersebut masih haid maka dengan satu haid, dan bila memiliki bulan maka cukup satu bulan, dan apabila dia hamil maka dengan lahirnya anak. Dan ketika tuannya meninggal maka dia merdeka dengan sendirinya seperti amat

فَصْلٌ وَإِذَا أَرْضَعْتْ اَلْمَرْأَةُ بِلَبَنِهَا وَلَدًا صَارَ اَلرَّضِيعُ وَلَدَهَا بِشَرْطَيْنِ أَحَدَهُمَا أَنْ يَكُونَ لَهُ دُونَ اَلْحَوْلَيْنِ وَالثَّانِي أَنْ تُرْضِعُهُ خَمْسَ رَضَعَاتٍ مُتَفَرِّقَاتٍ

Bila seorang perempuan menyusui dengan susunya sendiri terhadap anak maka anak tersebut menjadi anaknya dengan dua syarat: Anak yang disusui kurang dari dua tahun dan Dia menyusuinya lima susuan secara terpisah

وَيَصِيرُ زَوْجُهَا أَبًا لَهُ وَيَحْرِمُ عَلَى اَلْمُرْضِعِ اَلتَّزْوِيجَ إِلَيْهَا وَإِلَى كُلٍّ مِنْ نَاسَبَهَا وَيَحْرِمُ عَلَيْهَا اَلتَّزْوِيجُ إِلَى اَلْمُرْضِعِ وَوَلَدِهِ دُونَ مَنْ كَانَ فِي دَرَجَتِهِ أَوْ أَعْلَى طَبَقَةٍ مِنْهُ

Dan suami dari perempuan tersebut menjadi ayah anak yang di susuinya.

Diharamkan bagi anak yang disusui menikah ibu yang menyusuinya dan juga haram nikah dengan yang satu nasab dengan ibu tersebut. Haram juga bagi ibu yang menyusui menikahkan anaknya dengan anak yang disusuinya ke atas dan ke bawah

فَصْلٌ: وَنَفَقَةِ اَلْعَمُودَيْنِ مِنْ اَلْأَهْلِ وَاجِبَةً لِلْوَالِدَيْنِ وَالْمَوْلُودِينَ فَأَمَّا اَلْوَالِدُونْ: فَتَجِبُ نَفَقَتُهُمْ بِشَرْطَيْنِ اَلْفَقْرُ وَالزَّمَانَة أَوْ اَلْفَقْرُ وَالْجُنُونُ وَأَمَّا اَلْمَوْلُودُونَ فَتَجِب نَفَقَتُهُمْ بِثَلَاثِ شَرَائِطِ اَلْفَقْرُ وَالصِّغَرُ أَوْ اَلْفَقْرُ وَالزَّمَانَة أَوْ اَلْفَقْرُ وَالْجُنُونُ

 

Nafkah penopang bagi keluarga itu wajib atas kedua orang tua dan anak.

Adapun orang tua maka wajib dinafkahi deng dua syarat: 1. Fakir dan tertekan. 2. Fakir dan gila.

Adapun anak wajib dinafkahi denga tiga syarat: 1. Fakir dan kecil. 2. Fakir dan tertekan. 3. Fakir dan gila.

وَنَفَقَةِ اَلرَّقِيقِ وَالْبَهَائِمِ وَاجِبَةٍ وَلَا يُكَلَّفُونَ مِنْ اَلْعَمَلِ مَا لَا يُطِيقُونَ

Menafkahi hamba dan hewan ternak adalah wajib. Mereka semua tidak boleh dipaksa melakukan hal yang mereka tidak mampu.

وَنَفَقَةُ اَلزَّوْجَةِ اَلْمُمْكِنَةِ مِنْ نَفْسِهَا وَاجِبَةً وَهِيَ مَقْدِرَةٌ فَإِنَّ كَانَ اَلزَّوْجُ مُوسِرًا فَمُدَانَ مِنْ غَالِبِ قُوتِهَا وَمِنْ اَلْأَدَمْ وَالْكُسْوَةُ مَا جَرَتْ بِهِ اَلْعَادَةُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَمَدَّ مِنْ غَابَ قُوتُ اَلْبَلَدِ وَمَا يَأتَدْمْ بِهِ اَلْمُعْسِرُونَ وَيُكْسُونَهُ وَإِنْ كَانَ مُتَوَسِّطًا فَمَدَّ وَنِصْفٌ وَمِنْ اَلْأَدَمْ وَالْكُسْوَةُ اَلْوَسَطَ

Menafkahi istri yang pasrah atas dirinya adalah wajib, dan nafkah tersebut diukur, Apabila suami kaya maka dua mud makanan pokok istri, beserta lauk dan pakaian yang berlaku didaerah setempat.

Dan apabila suaminya miskin maka satu mud umumnya daerah setempat yang digunakan lauk dan pakaian orang miskin.

وَإِنْ كَانَتْ مِمَّنْ يَخْدِمُ مَثَلُهَا فَعَلَيْهِ إِخْدَامُهَا

Dan bila biasanya dilayani maka wajib bagi suami untuk melayaninya.

وَإِنْ أَعْسَر بِنَفَقَتِهَا فَلَهَا فَسْحُ اَلنِّكَاحِ وَكَذَلِكَ إنْ أُعْسَرَ بِالصَّدَاقِ قَبْلَ اَلدُّخُولِ

Dan bila suami lebih sulit untuk menafkahinya maka bagi istri berhak untuk membatalkan nikah, begitu juga maskawin sebelum disetubuhi

فَصْلٌ وَإِذَا فَارَقَ اَلرَّجُلُ زَوْجَتَهُ وَلَهُ مِنْهَا وَلَدٌ فَهِيَ أَحَقّ بِحَضَانَتِهِ إِلَى سَبْعِ سِنِينَ ثُمَّ يُخَيَّرُ بَيْنَ أَبَوَيْهِ فَأَيَّهُمَا اِخْتَارَ سُلِّمَ إِلَيْهِ

Dan ketika seorang lelaki menalak istrinya dan mempunyai anak maka sang ibu lebih berhak merawatnya sampai umur tujuh tahun, kemudian setelah umur tujuh tahun anak disuruh memilih antara keduanya, mana yang dipilih kepadanya anak dia diserahkan.

وَشَرَائِطُ اَلْحَضَانَةِ سَبْعٌ اَلْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالدِّينُ وَالْعِفَّةُ وَالْأَمَانَةُ وَالْإِقَامَةُ وَالْخُلُوُّ مِنْ زَوْجٍ فَإِنَّ اِخْتَلَّ مِنْهَا شَرْطٍ سَقَطَتْ

Dan syarat merawat itu ada tujuh: Berakal, Merdeka, Mempunyai sifat terjaga, Amanah, Bermukim, Belum memiliki suami baru. Apabila ada salah satu sarat yang tidak dimiliki maka gugur.

كِتَابُ الجِنَايَاتِ

Kitab Pidana

اَلْقَتْل عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ عَمْدُ مَحْضٍ وَخَطَأ مَحْضٍ وَعَمْدُ خَطَأ

Membunuh itu ada tiga macam: Murni sengaja, Murni keliru, Sengaja keliru

فَالْعَمْدُ اَلْمَحْضُ أَنْ يَعْمِدَ إِلَى ضَرْبِهِ بِمَا يَقْتُلُ غَالِبًا وَيَقْصِدُ قَتْلَهُ بِذَلِكَ فَيَجِب اَلْقَوَدُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَفَا عَنْهُ وَجَبَتْ دِيَةً مُغَلَّظَةً حَالَةً فِي مَالِ اَلْقَاتِلِ

Membunuh murni sengaja yaitu sengaja memukulnya dengan alat yang bisa membunuh pada umumnya dan menyengaja membunuhnya dengan alat tersebut, maka wajib dikisos. Apabila korban memberi maaf dia wajib diyat yang diberatkan seketika itu, diambilkan dari harta pembunuh.

وَالْخَطَأُ اَلْمَحْضُ أَنْ يَرْمِيَ إِلَى شَيْءٍ فَيُصِيبُ رَجُلاً فَيَقْتُلْهُ فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ بَلْ تَجِبُ عَلَيْهِ دِيَةٌ مُخَفَّفَةٌ عَلَى اَلْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةً فِي ثَلَاثِ سِنِينَ

Membunuh murni salah yaitu melempar sesuatu kemudian mengenai seseorang hingga mati. Maka tidak di qisos tapi wajib diyat yang diringankan bagi aqilah (keluarga pembunuh) dan ditangguhkan sampai tiga tahun.

وَعَمْدُ اَلْخَطَأُ أَنْ يَقْصِدَ ضَرْبَهُ بِمَا لَا يَقْتُلُ غَالِبًا فَيَمُوتُ فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ بَلْ تَجِبُ دِيَةٌ مُغَلَّظَةٌ عَلَى اَلْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةً فِي ثَلَاثِ سِنِينَ

Membunuh sengaja salah yaitu seorang memukul dengan alat yang tidak membunuh pada umumnya tetapi ia mati. Maka tidak di qisos tapi wajib diyat bagi aqilah (keluarga pembunuh) dan ditangguhkan sampai tiga tahun.

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ اَلْقِصَاصِ أَرْبَعَةٌ أَنْ يَكُونَ اَلْقَاتِلُ بَالِغًا عَاقِلاً وَأَنْ لَا يَكُونُ وَالِدًا لِلْمَقْتُولِ وَأَنْ لَا يَكُونَ اَلْمَقْتُولُ أَنْقَصَ مِنْ اَلْقَاتِلِ بِكَفْرٍ أَوْ رِقٍّ

Syarat wajib qisos ada empat: Yang membunuh baligh, Yang membunuh berakal, Yang membunuh bukan orang tua yang dibunuh Yang terbunuh lebih kurang dari yang membunuh sebab kafir atau hamba.

وَتَقْتُلَ اَلْجَمَاعَةُ بِالْوَاحِدِ

Dan kelompok dapat dibunuh sebab membunuh satu orang.

وَكَّلُ شَخْصَيْنِ جَرَى اَلْقِصَاصُ بَيْنَهُمَا فِي اَلنَّفْسِ يَجْرِي بَيْنَهُمَا فِي اَلْأَطْرَافِ

Setiap dua orang yang qisas berlaku bagi keduanya dalam urusan nyawa, maka qisas berlaku bagi keduanya dalam urusan anggota tubuh

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ اَلْقِصَاصِ فِي اَلْأَطْرَافِ بَعْدَ اَلشَّرَائِطِ اَلْمَذْكُورَةِ اِثْنَانِ اَلِاشْتِرَاك فِي اَلِاسْمِ اَلْخَاصِّ، اَلْيُمْنَى بِالْيُمْنِى، وَالْيُسْرَى بِالْيُسْرَى، وَأَنْ لَا يَكُونُ بِأَحَد اَلطَّرَفَيْنِ شَلَلٍ

Syarat wajib qisos anggota tubuh setelah syarat di atas tersebut di atas ada dua lagi: sama namanya, kanan dengan kanan, kiri dengan kiri. dan hendaknya tidak ada cacat di salah satu dua anggota

وَكُلَّ عُضْوِ أَخْذِ مِنْ مُفَصَّلٍ فَفِيهِ اَلْقِصَاصُ

Setiap anggota yang dipotong dari ruas maka ada qisasnya

وَلَا قِصَاص فِي اَلْجُرُوحِ إِلَّا فِي اَلْمُوْضِحَةِ

 Dan tidak ada qisos dalam melukai kecuali menampakkan tulang

فَصْلٌ وَالدِّيَةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ مُغَلَّظَةً وَمُخَفَّفَةً

Diyat itu terbagi menjadi dua: diyat yang berat dan diyat yang ringan.

فَالْمُغَلَّظَة مِائَة مِنْ اَلْإِبِلِ ثَلَاثُونَ حِقَّةً وَثَلَاثُونَ جَذَعةً وَأَرْبَعُونَ خَلِفَةً فِي بُطُونِهَا أَوْلَادُهَا

Diyat yang diberatkan adalah seratus unta dari hiqqoh dan tiga puluh unta jada’ah dan empat puluh onta yang diperutnya ada anaknya

وَالْمُخَفَّفَةَ مِائَةٌ مِنْ اَلْإِبِلِ عِشْرُونَ حِقَّةَ وَعِشْرُونَ جِذْعهُ وَعِشْرُونَ بِنْت لِبَوْنَ وَعِشْرُونَ اِبْن لِبَوْنَ وَعِشْرُونَ بِنْت مَخَاضٍ

Diyat yang ringan adalah seratus onta dari 20 hikkoh dan 20 jada’ah dan 20 bintu labun dan 20 ibnu labun dan 20 bintu mahod

فَإِنْ عُدِمَتْ اَلْإِبِلُ اِنْتَقَلَ إِلَى قِيمَتِهَا وَقِيلَ يَنْتَقِلُ إِلَى أَلْفِ دِينَارِ أَوْ اِثْنَيْ عَشَرَ أَلْفَ دِرْهَمٍ، وَأَنْ غَلَّظَتْ زَيْدْ عَلَيْهَا اَلثُّلُثُ

Bila tidak ada onta maka beralih pada harga unta. Menurut pendapat yang lain: beralih pada seribu dinar atau dua belas dirham. Bila diyat yang diberatkan maka ditambah sepertiganya.

وَتُغْلِظَ دِيَةُ اَلْخَطَأِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ إِذَا قُتِلَ فِي اَلْحَرَمِ أَوْ فِي اَلْأَشْهُرِ اَلْحَرَمَ أَوْ قَتْلِ ذَا رَحِمٍ مُحَرَّمٍ

Diberatkan diyat pembunuhan keliru di 3 tempat: Ketika membunuh di tanah haram, Membunuh di bulan Haram, Membunuh kerabat yang dimuliakan

وِدِّيَّةً اَلْمَرْأَةِ عَلَى اَلنِّصْفِ مِنْ دِيَةِ اَلرَّجُلِ وِدِّيَّةً اَلْيَهُودِيِّ وَالنَّصْرَانِيِّ ثُلْثُ دِيَةِ اَلْمُسْلِمِ وَأَمَّا اَلْمَجُوسِيُّ فَفِيهِ ثُلْثَا عَشَرَ دِيَةَ اَلْمُسْلِمِ

Diyat seorang perempuan adalah separo dari diyat laki laki. Dan diyat Yahudi, Nasrani adalah sepertiga diyat Muslim, adapun Majusi adalah 2/3 per sepuluh ( 66,6 % ) diyat Muslim

وَتُكْمِلَ دِيَةُ اَلنَّفْسِ فِي قَطْعِ اَلْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ وَالْأَنْفَ وَالْأُذُنَيْنِ وَالْعَيْنَيْنِ وَالْجُفُونَ اَلْأَرْبَعَةَ وَاللِّسَانِ وَالشَّفَتَيْنِ وَذَهَاب اَلْكَلَامِ وَذَهَابِ اَلْبَصَرِ وَذَهَابِ اَلسَّمْعِ وَذَهَابِ اَلشَّمِّ وَذَهَابِ اَلْعَقْلِ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَيَيْنِ

Dan diyat pembunuhan disempurnakan dalam memotong kedua tangan, kedua kaki, hidung, kedua telinga, kedua mata, Pelupuk mata yang empat, lisan, kedua bibir, menghilangkan suara, menghilangkan penglihatan, menghilangkan pendengaran, menghilangkan penciuman, menghilangkan akal, menghilangkan kemaluan, menghilangkan dua telor.

وَفِي اَلْمُوَضَّحَةِ وَالسِّنِّ خَمْسٍ مِنْ اَلْإِبِلِ

Dan dalam luka yang menampakkan tulang dan gigi maka lima onta

وَفِي كُلِّ عُضْوٍ لَا مَنْفَعَةً فِيهِ حُكُومَةٌ

Dan semua anggota yang tidak ada manfaat maka didalamnya ada hukuman

وِدِّيَّةً اَلْعَبْدِ قِيمَتَهُ

Dan diyatnya hamba adalah harga dari hamba tersebut.

وِدِّيَّةً اَلْجَنِينِ اَلْحُرِّ غِرَّةَ عَبْدٍ أَوْ أُمَّةٍ وِدِّيَّةٍ اَلْجَنِينِ اَلرَّقِيقِ عَشَر قِيمَةَ أُمَّةٍ

Dan diyat janin yang merdeka adalah seperti halnya hamba atau amat. Dan diyat janin hamba 1/10 harga ibunya.

فَصْلٌ وَإِذَا اِقْتَرَنَ بِدَعْوَى اَلدَّمِ لَوْثٌ يَقَعُ بِهِ فِي اَلنَّفْسِ صِدْقُ اَلْمُدَّعِي حُلِفَ اَلْمُدَّعِي خَمْسِينَ يَمِينًا وَاسْتَحَقَّ اَلدِّيَةَ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ لَوْثٌ فَالْيَمِينُ عَلَى اَلْمُدَّعَى عَلَيْهِ

Ketika bersama tuduhan pembunuhan ada petunjuk yang dapat meyakinkan kebenaran penuduh maka penuduh disumpah lima puluh kali dan ia berhak dian, dan jika tidak ada petunjuk maka sumpah wajib bagi orang yang tertuduh

وَعَلَى قَاتِلِ اَلنَّفْسِ اَلْمُحَرَّمَةِ كَفَّارَةَ عِتْقِ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيمَةٍ مِنْ اَلْعُيُوبِ اَلْمُضِرَّةِ فَإِنَّ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ

dan yang membunuh jiwa yang mulia harus membayar kifarat yaitu memerdekakan budak yang beriman yang selamat dari aib yang membahayakan. Dan bila tidak menemukan maka harus berpuasa dua bulan berturut turut.

كِتَابُ الحُدُودِ

Kitab had

وَالزَّانِي عَلَى ضَرْبَيْنِ مُحْصَنٌ وَغَيْرُ مُحْصَنٍ فَالْمُحْصَنُ حَدُّهُ اَلرَّجْمُ وَغَيْرُ اَلْمُحْصَنِ حَدُّهُ مِائَةُ جَلْدَةِ وَتَغْرِيبُ عَامٍ إِلَى مَسَافَةِ اَلْقَصْرِ

Orang yang berzina dua macam: Muhson dan Ghoiru Muhson, Zina Muhson Hadnya Di rajam. dan Ghoiru Muhson Hadnya adalah 100 cambukkan dan diasingkan selama setahun sejauh perjalanan shalat Qosor

وَشَرَائِطِ اَلْإِحْصَانِ أَرْبَعٌ: اَلْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَوُجُودُ اَلْوَطْءِ فِي نِكَاحٍ صَحِيحٍ

Syarat Muhson ada empat: Baligh, Berakal. Merdeka dan adanya Wati dalam nikah yang sah

وَالْعَبْدِ وَالْأُمَّةِ حَدَّهُمَا نِصْفَ حَدِّ اَلْحُرِّ

Seorang hamba laki-laki dan hamba perempuan hadnya separo dari hadnya orang merdeka.

وَحُكْمِ اَللِّوَاطِ وَإِيتَانْ اَلْبَهَائِمِ كَحُكَمِ اَلزِّنَا

Had Liwati dan menyetubuhi hewan adalah seperti Zina

وَمَنْ وَطِئَ فِيمَا دُون اَلْفَرَجِ عَزَّرَ وَلَا يَبْلُغُ بِالتَّعْزِيرِ أَدْنَى اَلْحُدُودِ

Barang siapa yang wati selain farji maka ditakzir, dan takzir tidak boleh sampai minimal Had


QADZAF / TUDUHAN ZINA

فَصْلٌ وَإِذَا قَذَفَ غَيْرُهُ بِالزِّنَا فَعَلَيْهِ حَدُّ اَلْقَذْفِ بِثَمَانِيَةِ شَرَائِطِ ثَلَاثَةٌ مِنْهَا فِي اَلْقَاذِفِ وَهُوَ أَنْ يَكُونَ بَالِغًا عَاقِلاً وَأَنْ لَا يَكُونَ وَالِدَا لِلْمَقْذُوفِ وَخَمْسَةٌ فِي اَلْمَقْذُوفَ وَهُوَ أَنْ يَكُونَ مُسْلِمًا بَالِغًا عَاقِلاً حُرًّا عَفِيفًا

Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina maka dia berhak dihad dengan delapan sarat: Tiga di yang menuduh yaitu: baligh, berakal dan bukan orang tua yang dituduh. Lima yang di tertuduh yaitu: Yang dituduh baligh, berakal, berakal merdeka dan terjaga dari perbuatan zina

وَيَحِدُّ اَلْحَرُّ ثَمَانِينَ وَالْعَبْد أَرْبَعِينَ

Dan dihad orang merdeka 80 kali dan hamba 40 kali

وَيُسْقِط حَدُّ اَلْقَذْفِ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءِ إِقَامَةِ اَلْبَيِّنَةِ أَوْ عَفْوِ اَلْمَقْذُوفَ أَوْ اَللَّعَّانِ فِي حَقِّ اَلزَّوْجَةِ

Had menuduh bisa gugur dengan tiga sarat: Mendatangkan saksi, maaf dari yang dituduh atau lian di hak suami istri


HUKUMAN PEMINUM KHAMR / MIRAS

فَصْلٌ وَمَنْ شَرِبَ خَمْرًا أَوْ شَرَابًا مُسْكِرًا يُحَدُّ أَرْبَعِينَ وَيَجُوز أَنْ يَبْلُغَ بِهِ ثَمَانِينَ عَلَى وَجْهِ اَلتَّعْزِيزِ وَيَجِبُ عَلَيْهِ بِأَحَدِ أَمْرَيْنِ بِالْبَيِّنَةِ أَوْ اَلْإِقْرَارِ وَلَا يَحِدُّ بِالْقَيْءِ وَالَاسْتَنْكَاحْ

Barang siapa minum arak atau minuman yang memabukkan maka dia di had 40 kali. Dan boleh sampai 80 kali sebagai takzir. Dan wajib atasnya dua hal: saksi atau sumpah. Dan tidak dihad dengan sebab muntah atau bau mulut


HUKUMAN BAGI PENCURI

فَصْلٌ: وَتُقْطَعُ يَدُ اَلسَّارِقِ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ أَنْ يَكُونَ بَالِغًا عَاقِلاً وَأَنْ يَسْرِقَ نِصَابًا قِيمَتُهُ رُبْعُ دِينَارٍ مِنْ حِرْزِ مِثْلِهِ لَا مِلْكَ لَهُ فِيهِ وَلَا شُبْهَةَ فِي مَالِ اَلْمَسْرُوقِ مِنْهُ

Tangan Pencuri dipotong dengan tiga sarat: Baligh, Bearakal, mencuri mencapai satu nisob yaitu seharga ¼ dinar dari umumnya simpanan dan tidak ada milik baginya atau serupa milik

وَتُقْطَعُ يَدُهُ اَلْيُمْنَى مِنْ مُفَصَّلِ اَلْكُوعِ فَإِنْ سَرَقَ ثَانِيًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ اَلْيُسْرَى فَإِنْ سَرَقَ ثَالِثًا قُطِعَتْ يَدُهُ اَلْيُسْرَى فَإِنْ سَرَقَ رَابِعًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ اَلْيُمْنَى فَإِنْ سَرَقَ بَعْدَ ذَلِكَ عُزِّرَ وَقِيلَ يَقْتُلُ صَبْرًا

Dan dipotong tangan yang kanan pencuri dari ruas pergelangan tangan. Dan bila mencuri kedua maka dipotong kaki kiri dan bila mencuri ketiga maka dipotong tangan kanan dan bila mencuri lagi maka dipotong kaki kanan dan bila mencuri lagi yang kelima maka di ta’zir. Menurut pendapat lain dibunuh sedikit demi sedikit

 

 فَصْلٌ: وَقُطَاعُ اَلطَّرِيقِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامِ إِنْ قَتَلُوا وَلَمْ يَأْخُذُوا اَلْمَالَ قُتِلُوا فَإِنْ قَتَلُوا وَأَخَذُوا اَلْمَالَ قُتِلُوا وَصُلِبُوا وَإِنْ أَخَذُوا اَلْمَالَ وَلَمْ يتْقُلُوَا تُقْطَعَ أَيْدِيَهُمْ مِنْ خِلَافِ فَإِنَّ أَخَافُوا اَلسَّبِيلُ وَلَمْ يَأْخُذُوا مَالاً وَلَمْ يَقْتُلُوا حُبِسُوا وَعُزِّرُوا وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ قَبْلَ اَلْقُدْرَةِ عَلَيْهِ سَقَطَ عَنْهُ اَلْحُدُودُ وَأُخِذَ بِالْحُقُوقِ

Begal itu ada 4 macam. Bila membunuh dan tidak mengambil harta maka dia harus dibunuh. Bila membunuh dan mengambil harta maka dia harus dibunuh dan disalib. Dan bila mengambil harta dan tidak membunuh maka dipotong tangan dan kakinya selang seling. Dan bila hanya menakut nakuti, tidak mengambil harta dan tidak membunuh maka dia harus dipenjara dan ditakzir. Dan bila bertobat sebelum di kuasakan maka gugur had dan pengambilan hak.

 

فَصْلٌ: وَمَنْ قُصِدَ بِأَذًى فِي نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيمِهِ فَقَاتَلَ عَنْ ذَلِكَ وَقَتَلَ فَلَا ضَمَان عَلَيْهِ

Barang siapa nyawanya menjadi sasaran, atau hartanya atau istrinya, lalu ia bertengkar membela hal tersebut dan membunuh maka ia tidak wajib mengganti

وَعَلَى رَاكِبِ اَلدَّابَّةِ ضَمَانَ مَا أَتْلَفَتْهُ دَابَّتُهُ

wajib bagi pemilik hewan mengganti yang dirusakkah hewannya


HUKUMAN PEMBERONTAK

(فصل) ويقاتل أهل البغي بثلاث شرائط أن يكونوا في منعة وأن يخرجوا عن قبضة الإمام وأن يكون لهم تأويل سائغ ولا يقتل أسيرهم ولا يغنم ما لهم ولا يذفف على جريحهم.

Pemberontak diperangi denga tiga sarat: 1. Mereka di daerah kekuasaan 2. Hendakklah mereka dikeluarkan dari kekuasaan imam 3. Mereka mudah diatur. Tawanan mereka tidak dibunuh, harta mereka tidak dijarah dan tidak dipercepat sebab melukainya


HUKUMAN MURTAD

فَصْلٌ: وَمَنْ اِرْتَدَّ عَنْ اَلْإِسْلَامِ اُسْتُتِيبَ ثَلَاثًا فَإِنْ تَابَ وَإِلَّا قُتِلَ وَلَمْ يُغْسَلْ وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يُدْفَنْ فِي مَقَابِرِ اَلْمُسْلِمِينَ

Barang siapa keluar dari Islam maka disuruh bertobat sampai tiga kali, jika mau bertobat maka selesai permasalahannya. Dan bila tidak mau bertobat maka dibunuh, dan tidak dimandikan dan tidak disalati dan tidak pula dikuburkan di kuburan muslim.

فَصْلٌ وَتَارِكُ اَلصَّلَاةِ عَلَى ضَرْبَيْنِ أَحَدُهُمَا أَنْ يَتْرُكَهَا غَيْرَ مُعْتَقَدِ لِوُجُوبِهَا فَحُكْمِهَا حُكْمُ اَلْمُرْتَدِّ وَالثَّانِي أَنَّ يَتْرُكُهَا كَسَلاً مُعْتَقِدًا لِوُجُوبِهَا فَيُسْتَتَاب فَإِنْ تَابَ وَصَلَّى وَإِلَّا قُتِلَ حَدًّا وَكَانَ حُكْمُهُ حُكْمَ اَلْمُسْلِمِينَ

Orang yang meninggalkan shalat itu ada dua macam: Pertama mereka meninggalkan shalat karena tidak yakin atas wajibnya shalat maka hukumnya adalah hukum murtad. Kedua mereka meninggalkannya karena malas maka disuruh bertobat. jika mau bertobat dan melaksanakan shalat maka selesai permasalahannya, Bila tidak mau maka dibunuh sebagai had dan hukumnya sama dengan hukum muslim

كِتَابُ الجِهَادٍ

Kitab jihad

وَشَرَائِطُ وُجُوبِ اَلْجِهَادِ سَبْعُ خِصَالٍ اَلْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورِيَّةُ وَالصِّحَّةُ وَالطَّاقَةُ عَلَى اَلْقِتَالِ

Syarat Wajib Jihad ada tujuh Islam, Balig, Berakal, Merdeka, Laki-Laki, Sehat dan Mampu berperang

وَمِنْ أُسِرَ مِنْ اَلْكُفَّارِ فَعَلَى ضَرْبَيْنِ ضَرْبٌ يَكُونُ رَقِيقًا بِنَفْسِ اَلسَّبْيِ وَهُمْ اَلصِّبْيَانُ وَالنِّسَاءُ وَضَرْبٌ لَا يَرَقَّ بِنَفْسِ اَلسَّبْيِ وَهُمْ اَلرِّجَالُ اَلْبَالِغُونَ وَالْإِمَامُ مُخَيَّرٌ فِيهِمْ بَيْنَ أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ اَلْقَتْلُ وَالِاسْتِرْقَاقُ وَالْمَنُّ وَالْفِدْيَةُ بِالْمَالِ أَوْ بِالرِّجَالِ يَفْعَلُ مِنْ ذَلِكَ مَا فِيهِ اَلْمَصْلَحَةُ

Tawanan dari kafir ada dua macam: 1 Menjadi Hamba dengan sendirinya. mereka meliputi Anak Anak, Wanita. 2. Tidak langsung menjadi hamba . Mereka adalah Kaum Pria yang sudah baligh. Pimpinan memilih mereka antara 4 hal: 1. Dibunuh 2. Jadi budak 3. Memberikan keamanan 4. Bayar keamanan dengan harta mereka atau disuruh melakukan kemaslahatan.

وَمَنْ أَسْلَمَ قَبْلَ اَلْأَسْرِ أُحْرِزَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَصِغَارُ أَوْلَادِهِ

Barang siapa masuk islam sebelum ditawan maka dijaga harta, darah anak kecilnya.

وَيُحْكَمُ لِلصَّبِيِّ بِالْإِسْلَامِ عِنْدَ وُجُودِ أَسْبَابٍ: أَنْ يَسْلَمَ أَحَدُ أَبَوَيْهِ أَوْ يَسبِّيهِ مُسْلِمٌ مُنْفَرِدًا عَنْ أَبَوَيْهِ أَوْ يُوجَدُ لَقِيطًا فِي دَارِ اَلْإِسْلَام

Anak kecil dihukumi Islam tatkala ada tiga sebab: 1. Islam salah satu orang tuanya 2. Ditawan orang Islam secara tersendiri dari kedua orang tuanya 3. Ditemukan di daerah Islam.

فَصْلٌ وَمَنْ قَتَلَ قَتِيلاً أُعْطِيَ سَلَبُهُ وَتُقْسَمُ اَلْغَنِيمَةُ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَمْسَةِ أَخْمَاسٍ فَيُعْطَى أَرْبَعَةُ أَخْمَاسُهَا لِمَنْ شَهِدَ اَلْوَقْعَةَ وَيُعْطَى لِلْفَارِسِ ثَلَاثَةُ أَسْهُمِ وَلِلرَّاجِلِ سَهْمٌ وَلَا يُسْهِمُ إِلَّا لِمَنْ اِسْتَكْمَلَتْ فِيهِ خَمْسُ شَرَائِطَ اَلْإِسْلَامُ وَالْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورِيَّةُ فَإِنْ اِخْتَلَّ شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ رَضَخَ لَهُ وَلَمْ يُسْهِمْ

Barang siapa membunuh lawan dalam perang maka salab (benda yang dipakai lawan) diberikan kepadanya. Sesudah itu harta jarahannya dibagi menjadi 5: 1. 4/5 nya diberikan kepada orang yang hadir dalam perang. Bagi yang bawa kuda mendapat 3 bagian dan yang berjalan mendapat 1 bagian. Dan tidak diberi bagian kecuali yang menyempurnakan 5 syarat: Islam, Balig, Berakal, Merdeka, Laki-laki

Barang siapa kehilangan satu dari sarat tersebut maka diberi sedikit dan tidak (sebesar) bagian ghanimah

وَيُقْسَمُ اَلْخُمُسُ عَلَى خَمْسَةِ أَسْهُمِ سَهْمٌ لِرَسُولِ اَللَّهِ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْرِفُ بَعْدَهُ لِلْمَصَالِحِ وَسَهْمِ لِذَوِي اَلْقُرْبَى وَهُمْ بَنُو هَاشِمْ وَبَنُو اَلْمَطَّلِّبِ وَسَهْمٌ لِلْيَتَامَى وَسَهْمٌ لِلْمَسَاكِينِ وَسَهْمٌ لِأَبْنَاءِ اَلسَّبِيل

Seperlima ganimah dibagi menjadi lima bagian. satu bagian Rasulullah. satu bagian untuk kerabat Rasulullah yaitu bani Hasyim dan bani Mutholib. Satu bagian untuk anak-anak yatim satu bagian untuk miskin. Dan satu bagian untuk ibnu sabil.

فَصْلٌ وَيُقْسَمُ مَالُ اَلْفَيْءِ عَلَى خَمْسِ فِرَقٍ يُصْرَفُ خُمُسُهُ عَلَى مَنْ يُصْرَفُ عَلَيْهِمْ خَمْسُ اَلْغَنِيمَةِ وَيُعْطَى أَرْبَعَةُ أَخْمَاسُهَا لِلْمُقَاتِلَةِ وَفِي مَصَالِحِ اَلْمُسْلِمِين

Dibagi harta fai’ (rampasan tanpa perlawanan) menjadi 5 bagian: seperlimanya diberikan kepada orang yang berhak 1/5 gonimah. Dan empat per limanya untuk berperang dan kemaslahatan muslim

فَصْلٌ: وَشَرَائِطُ وُجُوبِ اَلْجِزْيَةِ خَمْسُ خِصَالِ اَلْبُلُوغُ وَالْعَقْلُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالذُّكُورِيَّةُ وَأَنْ يَكُونَ مِنْ أَهْلِ اَلْكِتَابِ أَوْ مِمَّنْ لَهُ شُبْهَةُ كِتَابِ

Syarat wajib jizyah ada lima: balig, berakal, merdeka, laki-laki, dari ahli kitab atau serupa kitab

وَأَقَلَّ اَلْجِزْيَةُ دِينَار فِي كُلٍّ حَوْلَ وَيُؤْخَذُ مِنْ اَلْمُتَوَسِّطِ دِينَارَانِ وَمِنْ اَلْمُوسِرِ أَرْبَعَةَ دَنَانِيرَ وَيَجُوزُ أَنْ يَشْتَرِطَ عَلَيْهِمْ اَلضِّيَافَةُ فَضْلاً عَنْ مِقْدَارِ اَلْجِزْيَةِ

Upeti paling sedikit adalah satu dinar setiap tahun. Di ambil dari orang sedang dua dinar. Dari yang kaya empat dinar. Dan boleh mensyaratkan mereka agar menjamu sebagai lebihan dari jizyah

وَيَتَضَمَّنُ عَقْدُ اَلْجِزْيَةِ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ أَنْ يُؤَدُّوا اَلْجِزْيَةُ وَأَنْ تَجْرِيَ عَلَيْهِمْ أَحْكَامُ اَلْإِسْلَامِ وَأَنْ لَا يَذْكُرُوا دِينَ اَلْإِسْلَامِ إِلَّا بِخَيْرٍ وَأَنْ لَا يَفْعَلُوا مَا فِيهِ ضَرَرٌ عَلَى اَلْمُسْلِمِينَ وَيُعْرَفُونَ بِلُبْسِ اَلْغِيَارِ وَشَدِّ اَلزُّنَّارِ وَيَمْنَعُونَ مِنْ رُكُوبِ اَلْخَيْل

Akad jizyah menuntut empat hal: Mereka membayar jizyah, Berlaku dilingkungan mereka hukum Islam, Mereka tidak boleh menyebut Islam kecuali dengan sebutan yang baik, Mereka tidak melakukan sesuatu yang membahayakan muslim, mereka diketahui dengan memakai pakaian yang berbeda dan memakai sabuk, mereka dilarang mengendarai kuda.

كِتَابُ الصَّيْدِ وَالذَّبَائِحِ

Kitab Buruan dan Sembelihan

ومَا قُدِرَ عَلَى ذَكَاتِهِ فَذَكَاتُهُ فِي حَلْقِهِ وَلَبَّتِهِ وَمَا لَم يُقْدَرْ عَلَى ذَكَاتِهِ فَذَكَاتُهُ عَقْرُهُ حَيْثُ قُدِرَ عَلَيْه

Hewan yang dapat disembelih maka tempat sembelihannya adalah lehernya dan tempat dalinya, dan bila tidak dapat disembelih maka tempat sembelihannya adalah menikamnya sebisanya

وَكَمَالُ اَلذَّكَاَة أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ قَطْعُ اَلْحُلْقُومِ وَالْمَرِيءِ وَالْوَدَجِينْ وَالْمُجَزَّأَ مِنْهَا شَيْئَانِ قَطْعُ اَلْحُلْقُومِ وَالْمَرِيءِ

Kesempurnaan menyembelih empat hal: memotong tenggorokan (aliran nafas), kerongkongan (aliran makanan), kedua urat leher. Dan kecukupan menyembelih dua hal: Memotong tenggorokan dan kerongkongan

وَيَجُوزُ اَلِاصْطِيَادُ بِكُلِّ جَارِحَةٍ مُعَلِّمَةٍ مِنْ اَلسِّبَاعْ وَمِنْ جَوَارِحِ اَلطَّيْرِ

Diperbolehkan berburu dengan semua hewan yang bisa melukai dari binatang buas yang terdidik dan dari burung yang terdidik

وَشَرَائِطُ تَعْلِيمِهَا أَرْبَعَةٌ أَنْ تَكُونَ إِذَا أُرْسِلَتْ اِسْتَرْسَلَتْ وَإِذَا زُجِرَتْ اِنْزَجَرَتْ وَإِذَا قَتَلَتْ صَيْدًا لَمْ تَأْكُلْ مِنْهُ شَيْئًا وَأَنْ يَتَكَرَّرَ ذَلِكَ مِنْهَا

Sarat terdidiknya hewan ada empat: Ketika dilepas dia pergi,  ketika dilarang dia berhenti, Ketika dia berburu dia tidak memakannya sedikit pun, Hal ini terulang ulang

فَإِنْ عَدِمَتْ أَحَدُ اَلشَّرَائِطِ لَمْ يَحِلَّ مَا أَخَذَتْهُ إِلَّا أَنْ يُدْرِكَ حَيًّا فَيُذَكِّي

Ketika salah satu syarat tidak ada maka hewan tangkapannya tidak halal kecuali buruan tersebut ditemuinya dalam keadaan hidup dan disembelihnya.

وَتَجُوزَ اَلذَّكَاَة بِكُلِّ مَا يَجْرَحُ إِلَّا بِالسِّنِّ وَالظَّفَرِ

Boleh menyembelih dengan segala sesuatu yang bisa melukai kecuali gigi dan tulang

وَتَحِلُّ ذَكَاَةُ كُلِّ مُسْلِمٍ وَكِتَابِي وَلَا تَحِلِّ ذَبِيحَةُ مَجُوسِيٍّ وَلَا وَثَنِي

Halal sembelihannya muslim dan juga halal sembelihannya kitabi. dan tidak halal sembelihannya majusi dan penyembah berhala.

وذَكَاَةُ اَلْجَنِينِ بَذَكَاَة أُمِّهِ إِلَّا أَنْ يُوجَدَ حَيًّا فَيُذَكَّى

Dan cara menyebelih janin yang ada di kandungan adalah dengan menyembelih induknya kecuali bila didapatinya masih hidup maka harus disembelih

وَمَا قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ إِلَّا اَلشُّعُورَ اَلْمُنْتَفَعَ بِهَا فِي اَلْمَفَارِشِ وَالْمَلَابِس

Anggota yang terpotong dari hewan yang masih hidup adalah bangkai kecuali rambut yang dimanfaatkan untuk tikar dan pakaian

فَصْلٌ وَكُلُّ حَيَوَانِ اِسْتِطَابَتْهُ اَلْعَرَبُ فَهُوَ حَلَالٌ إِلَّا مَا وَرَدَ اَلشَّرْعُ بِتَحْرِيمِهِ

Semua hewan yang dianggap baik oleh orang arab adalah halal kecuali bila ada syara’ yang menyatakan keharumannya

وَكُلُّ حَيَوَانٍ اَسِتْخَبْثَتْهُ اَلْعَرَبُ فَهُوَ حَرَامٌ إِلَّا مَا وَرَدَ اَلشَّرْعُ بِإِبَاحَتِهِ

Semua hewan yang dianggap jelek oleh orang arab maka haram kecuali ada syara’ yang menyatakan kehalalannya

وَيَحْرُمُ مِنْ اَلسِّبَاعِ مَا لَهُ نَابٌ قَوِيٌ يَعْدُو بِهِ وَيَحْرُمُ مِنْ اَلطُّيُورِ مَا لَهُ مِخْلَبٌ قَوِيٌّ يَجْرَحُ بِهِ

haram binatang buas yang bertaring kuat. Dan haram burung yang berkuku kuat yang bisa melukai

وَيَحِلُّ لِلْمُضْطَرِّ فِي اَلْمَخْمَصَةِ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ اَلْمَيِّتَةِ اَلْمُحَرَّمَةِ مَا يَسُدُّ بِهِ رُمْقَهُ

Halal bagi orang yang darurat yang sangat lapar memakan bangkai yang diharamkan untuk menutup laparnya

وَمَيِّتَتَانِ حَلَالَانِ اَلسَّمَكُ وَالْجَرَادُ وَدَامَانْ حَلَالَانَ اَلْكَبِدُ وَالطِّحَال

Ada dua bangkai yang halal keduanya yaitu ikan dan belalang. Dan dua darah yang halal yaitu hati dan limpa.

فَصْلٌ وَالْأُضْحِيَّةُ سَنَةٌ مُؤَكَّدَةٌ

Kurban itu sunah muakad

وَيُجْزِئُ فِيهَا اَلْجِذْعُ مِنْ اَلضَّأْنِ وَالثَّنِيِّ مِنْ اَلْمَعْزِ وَالثَّنِيِّ مِنْ اَلْإِبِلِ وَالثَّنِيِّ مِنْ اَلْبَقَرِ

Dalam kurban cukup anak domba dan kambing kacang yang berumur dua tahun dan unta berumur dua tahun dan sapi berumur dua tahun

وَتُجْزِّئُ اَلْبَدَنَةُ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةُ عَنْ سَبْعَةٍ وَالشَّاةُ عَنْ وَاحِدٍ

Unta dan sapi itu mencukupi 7 orang, dan kambing itu mencukupi satu orang

وَأَرْبَعٌ لَا تُجْزِئُ فِي اَلضَّحَايَا اَلْعَوْرَاءُ اَلْبَيِّنُ عَوَرُهَا وَالْعَرْجَاءُ اَلْبَيِّنُ عَرَجُهَا وَالْمَرِيضَةُ اَلْبَيِّنُ مَرَضُهَا وَالْعَجَفَاءُ اَلَّتِي ذَهَبَ مُخُّهَا مِنْ اَلْهُزَالِ

Empat hewan tidak bisa untuk berkorban: Buta yang jelas butanya, Pincang yang jelas pincangnya, Sakit yang jelas sakitnya, Kurus sampai kurang otaknya

وَيُجْزِئُ اَلْخَصِيُّ وَالْمَكْسُورُ اَلْقَرْنِ وَلَا تُجْزِئُ اَلْمَقْطُوعَةُ اَلْأُذُنِ وَالذَّنَبِ

Mencukupi hewan yang hilang kemaluannya dan yang pecah tanduknya. Dan tidak cukup untuk kurban hewan yang terpotong telinganya dan yang terpotong ekornya

وَوَقْتُ اَلذَّبْحِ مِنْ وَقْتِ صَلَاةِ اَلْعِيدِ إِلَى غُرُوبِ اَلشَّمْسِ مِنْ آخِرٍ أَيَّامِ اَلتَّشْرِيقِ

Waktu kurban adalah mulai dari waktu shalat id sampai terbenamnya matahari akhir hari tasyrik

وَيُسْتَحَبَّ عِنْدَ اَلذَّبْحِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: اَلتَّسْمِيَةُ وَالصَّلَاةُ عَلَى اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسْتِقْبَالُ اَلْقُبْلَةِ وَالتَّكْبِيرُ وَالدُّعَاءُ بِالْقَبُولِ

Dan disunahkan ketika menyembelih lima hal: Membaca bismillah, Baca solawat kepada nabi SAW, Menghadap kiblat, Membaca takbir, Doa terkabul.

وَلَا يَأْكُلُ اَلْمُضَحِّي شَيْئًا مِنْ اَلْأُضْحِيَّةِ اَلْمَنْذُورَةِ وَيَأْكُلُ مِنْ اَلْمُتَطَوِّعِ بِهَا وَلَا يَبِيعُ مِنْ اَلْأُضْحِيَّةِ وَيُطْعِمُ اَلْفُقَرَاءُ وَالْمَسَاكِينُ

Orang yang berkurban nazar tidak boleh sedikit pun makan kurbannya. dan boleh bagi yang berkurban sunah ikut memakannya. dan tidak diperbolehkan kurban itu dijual. dan kurban itu untuk makan fakir dan miskin

فَصَلٌ وَالْعَقِيقَةُ مُسْتَحَبَّةٌ وَهِيَ اَلذَّبِيحَةُ عَنْ اَلْمَوْلُودِ يَوْمَ سَابِعِه

Akikah itu sunah. Akikah adalah sembelihan untuk anak yang baru dilahirkan yaitu hari ketujuh

وَيُذْبَحَ عَنْ اَلْغُلَامِ شَاتَانِ وَعَنْ اَلْجَارِيَةِ شَاه

Anak laki laki 2 kambing dan anak perempuan 1 kambing

وَيُطْعِمَ اَلْفُقَرَاءُ وَالْمَسَاكِين

Untuk makan fakir dan miskin

 

كِتَابُ السَّبْقِ وَالرَّمْيِ

Lomba dan Memanah

وَتَصِحَّ اَلْمُسَابَقَةُ عَلَى اَلدَّوَابِّ وَالْمُنَاضِلَةِ إِذَا كَانَتْ اَلْمَسَافَةُ مَعْلُومَةً وَصِفَةُ اَلْمُنَاضِلَةِ مَعْلُومَةً

Boleh perlombaan pakai kendaraan dan lomba memanah ketika jaraknya jelas dan sifat perlombaan jelas

وَيَخْرُجُ اَلْعِوَضُ أَحَدُ اَلْمُتَسَابِقِينَ حَتَّى إِنَّهُ إِذَا سَبَقَ اِسْتَرَدَّهُ وَإِنْ سَبَقَ أَخْذُهُ صَاحِبُهُ لَهُ

Hadiah dikeluarkan salah satu dua pemain perlombaan, jika dia menang maka hadiah dikembalikan kepadanya. Dan bila kalah maka hadiah diambil musuhnya.

وَإِنْ أَخْرَجَاهُ مَعًا لَم يُجِزْ إِلَّا أَنْ يُدْخِلَا بَيْنُهُمَا مُحَلِّلاً فَإِنْ سَبَقَ أَخْذُ اَلْعِوَضَ وَإِنْ سَبَقَ لَمْ يَغْرِمْ

Dan bila mereka berdua sama-sama mengeluarkan hadiah maka tidak boleh, kecuali dengan orang ketiga yang di sebut muhallil. Bila ia menang maka berhak mengambil hadiah. Dan bila ia kalah mak ia tidak mengganti

 

كِتَابُ الأَيْمَانِ وَالنُّذُورِ

Kitab Sumpah Dan Nadzar

لَا يَنْعَقِدُ اليَمِينُ إِلَّا بِاللهِ تَعَالَى أَوْ بِاسْمٍ مِنْ أَسْمَائِهِ أَوْ صِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ ذَاتِهِ

Sumpah tidak sah kecuali dengan nama Allah atau salah satu nama-nama Alloh atau salah satu dari sifat-sifat dzat Allah

وَمَنْ حَلَفَ بِصَدَقَةِ مَالِهِ فَهُوَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ الصَّدَقَةِ وَكَفَّارَةِ اليَمِينِ

Barang siapa sumpah akan menyedekahkan hartanya maka dia dapat memilih antara sedekah dan kafarat sumpah

وَلَا شَيْءَ فِي لَغْوِ اليَمِينِ

Dan tidak ada (kewajiban) apapun dalam sendau gurau sumpah.

وَمَنْ حَلَفَ أَنْ لَا يَفْعَلَ شَيْئًا فَأَمَرَ غَيْرَهُ بِفِعْلِهِ لَمْ يَحْنَث

Barang siapa bersumpah tidak akan melakukan sesuatu, lalu menyuruh orang lain melakukan sesuatu tersebut, maka dia tidak melanggar sumpah.

وَمَنْ َحَلَفَ عَلَى فِعْلِ أَمْرَيْنِ فَفَعَلَ أَحَدَهُمَا لَمْ يَحْنث

Barang siapa bersumpah akan melakukan dua pekerjaan, lalu dia melakukan salah satu pekerjaan tersebut maka dia tidak melanggar sumpah

وَكَفَّارَةُ اليَمِينِ هُوَ مُخَيَّرٌ فِيهَا بَيْنَ ثَلاَثَةِ أَشْيَاءَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤمِنَةٍ أَوْ إطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ كُلُّ مِسْكِينٍ مُدٌّ أَوْ كِسْوَتُهُم ثَوْبًا ثَوْبًا فَإن لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ

Kafarat sumpah adalah seseorang dapat memilih antara tiga perkara: (1) merdekakan budak yg beriman (2) Memberi makan 10 orang miskin, setiap satu miskin satu mud, atau memberi pakaian mereka (3) Bila tidak menemukan maka puasa tiga hari

فَصْلٌ: وَالنَّذَرُ يَلْزَمُ فِي المُجَازَاةِ عَلَى مُبَاحٍ وَطَاعَةٍ كَقَوْلِهِ إنْ شَفَى اللهُ مَرِيضِي فَلله عَلَيَّ أَنْ أَصُوم أَوْ أَتَصَدَّقُ وَيَلْزَمُهُ مِنْ ذَلِكَ مَا يَقَعُ عَلَيْهِ الاسْم

Nadzar itu wajib (dilaksanakan) di suatu balasan atas perkara boleh dan taat kepada Allah. Seperti ucapan seseorang: “bila Allah menyembuhkan penyakit saya maka Saya akan shalat atau puasa atau sedekah” maka semuanya wajib atsnya bila terjadi atasnya nama yang diucapkan.

وَلَا نَذَرَ فِي مَعْصِيَةٍ كَقَوْلِهِ إِنْ قَتَلْتُ فُلَانَا فَلِلَّهِ عَلَيَّ كَذَا

 Dan tidak boleh nadzar dalam maksiat seperti ucapan seseorang: jika aku  membunuh fulan maka saya harus begini karena Allah

وَلاَ يَلْزَمَهُ عَلَى تَرْكِ مُبَاحٍ كَقَوْلِهِ لَا آكُلُ لَحْمًا وَلاَ أَشْرَبُ لَبَنًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ.

Nadzar tidak wajib (dilaksanakan) karena meninggalkan perkara mubah, seperti ucapannya: “ saya tidak akan makan daging dan saya tidak akan minum susu” dan yang senada dengannya.