Kitab Thibbun Nabawi Dan Terjemah [PDF]

Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian makhluk. Semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi yang paling mulia. penutup para nabi. Muhammad , kepada sanak keluarga. dan para sahabat beliau, amma ba’du:

 

Berikut ini adalah beberapa pasal pembahasan penting berkaitan dengan petunjuk Rasulullah dalam ilmu pengobatan yang beliau gunakan dan beliau rekomendasikan untuk digunakan oleh orang lain. Kami akan menjelaskan! hikmah dalam pengobatan beliau yang tidak mampu dicapai oleh pakar kedokteran terhebat sekalipun? Dengan memohon pertolongan kepada Allah dan bersandar pada daya dan kekuatan Allah, penulis memulai pembahasan ini:

 

Penyakit ada dua macam, penyakit hati dan penyakit jasmani. Kedua penyakit itu disebutkan dalam Al-Qur’an.

 

Penyakit Hati

Penyakit hati sendiri terbagi menjadi dua: Penyakit syubhat yang disertai keragu-raguan dan penyakit syahwat yang disertai kesesatan. Kedua penyakit itu disebutkan dalam Al-Qur’an. Berkenaan dengan penyakit syubhat. Allah “ berfirman:

 

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya.” (Al-Bagarah: 10) Allah  juga berfirman:

 

“Supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan.” (Al-Muddatstsir: 31)

 

Berkenaan dengan orang-orang yang diajak untuk mengambil hukum dari Kitabullah dan Sunnah Rasul lalu mereka menolak dan berpaling dari ajakan tersebut, Allah berfirman:

 

“Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul mengadili di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit: atau (karena) mereka ragu-ragu atau (karena) takut kalaukalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zhalim kepada mereka. Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (An-Nur: 48-50)

 

Semua ayat ini berkaitan dengan penyakit syubhat dan keraguan. Adapun penyakit syahwat, difirmankan oleh Allah

 

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertagwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya …” (Al-Ahzab: 32)

 

Ayat ini berkaitan dengan penyakit syahwat zina. Wallahu a’lam.

 

Penyakit Jasmani

Berkenaan dengan penyakit jasmani. Allah  berfirman:

 

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit.” (An-Nur: 61)

 

Allah menyebutkan penyakit jasmani dalam haji, ketika berpuasa dan saat berwudhu, tentunya karena suatu rahasia tersembunyi yang amat menakjubkan yang menjelaskan kepada kita keagungan Al-Qur’an, bahwa bila kita memahami dan mengerti kandungannya, kita tidak lagi membutuhkan petunjuk lain.

 

Selain itu, formula pengobatan penyakit jasmani ada tiga: Menjaga kesehatan, menjaga tubuh dari unsur-unsur berbahaya dan mengeluarkan zat-zat berbahaya dari dalam tubuh. Allah  menjelaskan ketiga  formula medis itu di tiga tempat berbeda. Dalam persoalan puasa, Allah  berfirman: .

 

“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka). maka (wajiblah baginya bershiyam), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu. pada hari-hari yang lain.” (Al-Bagarah: 184)

 

Allah membolehkan orang sakit untuk tidak berpuasa karena alasan sakit dan untuk orang yang sedang bepergian demi menjaga kesehatan dan stamina tubuhnya. Yakni kesehatannya tidak terganggu saat berpuasa karena orang tersebut harus melakukan aktivitas berat (perjalanan) dan juga kesulitan berpuasa seperti saat tubuh membutuhkan suntikan energi sementara tidak ada makanan yang masuk ke dalam tubuh sehingga mengganggu proses tersebut. Tubuh pun menjadi lemas dan loyo. Dengan alasan itu Allah membolehkan orang yang sedang melakukan perjalanan untuk tidak berpuasa. demi menjaga kesehatannya dan stamina agar tidak menjadi lemah.

 

Berkenaan dengan ibadah haji, Allah  berfirman:

 

“Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: bershiyam atau bersedekah atau berkurban.” (Al-Bagarah: 196)

 

Allah membolehkan orang yang sakit. atau kepalanya bermasalah seperti banyak kutu. berpenyakit kulit, atau karena hal lain, untuk mencukur rambut kepalanya saat melakukan ihram. Yakni untuk mengusir uap-uap jahat yang diakibatkan masalah di kepalanya karena mengendap di balik rambut. Kalau rambut kepala dicukur, pori-pori akan terbuka dan semua uap jahat itu akan keluar dengan sendirinya. Proses pengeluaran zat berbahaya ini bisa dianalogikan dengan segala bentuk proses pengeluaran zat-zat berbahaya yang mendekam dalam tubuh.

 

Zat yang berbahaya bila mendekam dan tidak segera diatasi ada sepuluh: Darah apabila sudah bergejolak, mani bila keluar secara terusmenerus”, air seni, kotoran, kentut, muntah, bersin, kantuk, rasa lapar dan rasa dahaga. Masing-masing dari sepuluh zat ini, bila ditahan, dapat menimbulkan penyakit. Allah telah memperingatkan, agar kita mengeluarkan zat berbahaya yang paling ringan sekalipun, seperti uap jahat yang mengendap di balik rambut. tentunya agar kita pun mengeluarkan zat berbahaya yang lebih sulit lagi dikeluarkan. Itulah metodologi Al-Qur’an, menjadikan hal yang lebih rendah untuk mengindikasikan hal yang sama pada yang lebih tinggi. Adapun berkaitan dengan pemeliharaan tubuh dari unsur-unsur berbahaya, Allah  berfirman dalam masalah wudhu:

 

“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik.” (An-Nisa: 43)

 

Orang yang sakit dibolehkan mengganti air dengan debu untuk bersuci, demi menjaga tubuhnya dari unsur yang berbahaya. Itu merupakan indikasi terhadap sikap pemeliharaan tubuh dari unsur dalam maupun luar yang berbahaya.

 

Allah  mengajarkan kepada para hamba-Nya tiga formula medis tersebut dengan berbagai kaidah ilmu kedokteran yang bersifat komprehensif.

 

Kita pun bisa menengok petunjuk Nabi  dalam persoalan yang sama. Kita akan menjelaskan bahwa petunjuk Nabi dalam masalah pengobatan adalah petunjuk yang paling sempurna. Adapun penyakit hati, urusannya jelas diserahkan kepada para rasul karena memang hanya dari mereka dan hanya di tangan mereka solusinya. Karena hati hanya menjadi baik bila mengenal Rabb dan Penciptanya, mengenal asma dan sifat-Nya, perbuatan dan hukum-hukum yang ditetapkan-Nya, hanya dengan mendahulukan segala hal yang diridhai dan disenanginya, menjauhi segala larangan dan hal-hal yang menyebabkan kemurkaan-Nya. Kesehatan dan kehidupan bagi hati manusia hanya bisa dicapai dengan cara itu. Sementara cara itu hanya bisa dipelajari melalui para rasul. Kalau ada anggapan bahwa hati bisa menjadi baik tanpa mengikuti petunjuk para rasul, sungguh merupakan anggapan yang keliru. Karena yang demikian itu hanyalah kehidupan, kesehatan, dan kekuatan hasrat/nafsu kebinatangan yang penuh syahwat semata. Sementara kehidupan. kesehatan dan kekuatan hati yang sesungguhnya justru terabaikan.

 

Orang yang tidak bisa membedakan antara kesehatan hati yang penuh syahwat kebinatangan dengan kesehatan hati sesungguhnya, hendaknya ia menangisi hatinya sendiri. karena hatinya sudah mati. Hendaknya ia meratapi cahaya hatinya yang kini tenggelam dalam lautan kegelapan.

 

 

Adapun pengobatan penyakit jasmani sendiri ada dua. Pertama, sistem pengobatan yang sudah Allah ilhamkan kepada manusia dan juga binatang. Pengobatan ini tidak memerlukan penanganan tenaga medis. seperti mengobati rasa lapar, rasa haus. rasa kedinginan dan rasa capek dengan kondisi yang menjadi kebalikannya atau dengan sesuatu yang dapat menghilangkan semua kondisi tersebut.

 

Kedua, pengobatan yang membutuhkan analisa dan diagnosa. Seperti pengobatan penyakit-penyakit yang serumpun yang menyerang pencernaan sehingga menyebabkan tubuh tidak stabil, yakni menjadi panas, dingin, kering atau lembab. Bisa juga mengalami komplikasi dua suhu sekaligus. Penyakit ini pun juga ada dua macam: Penyakit secara fisik dan penyakit kondiktif. Yakni penyakit yang terjadi karena ada unsur materi yang masuk ke dalam tubuh atau karena kejadian tertentu. Perbedaan antara kedua penyakit ini, bahwa penyakit kondiktif terjadi setelah materi berbahaya dalam tubuh sudah berhasil disingkirkan sehingga secara fisik sudah tidak ada lagi. namun pengaruhnya masih ada pada sistem metabolisme tubuh. Sementara penyakit fisik artinya terjadi saat materi berbahaya itu ada dalam tubuh. Bila penyakit terjadi saat materi masih mengendap dalam tubuh, maka diagnosa dilakukan terhadap materi penyebab penyakit terlebih dahulu, baru dilakukan diagnosa terhadap jenis penyakitnya. kemudian terhadap obatnya.

 

Adapun penyakit kondiktif, bentuknya adalah ketika salah satu organ tubuh mengalami ketidakstabilan, seperti berubah bentuknya. atau kelainan dalam rongganya, kelainan pembuluh darahnya, kulitnya menjadi kasar, iritasi, berkurangnya jumlah sel. kelainan tulang atau pergeseran letak. Kalau seluruh organ tubuh tertata secara benar dalam tubuh, maka posisi tersebut berada dalam posisi yang wajar Sebaliknya, ketika letak organ-organ tubuh tersebut berubah, maka itu disebut kelainan posisi.

 

Adapun penyakit umum adalah yang meliputi penyakit fisik dan penyakit kondiktif. Penyakit-penyakit fisik menyebabkan kelainan sistem metabolisme tubuh sehingga tidak stabil. Kelainan sistem metabolisme itulah yang disebut penyakit, setelah betul-betul bisa menimbulkan bahaya fisik. Aplikasinya ada delapan macam, empat di antaranya simpel dan empat lainnya berupa komplikasi: Empat pertamanya adalah dingin. panas, lembab dan kering. Sementara empat komplikasinya adalah panas dan lembab. panas dan kering, dingin dan lembab. dingin dan kering. Itu bisa terjadi karena ada unsur materi yang mengendap dalam tubuh, atau bisa juga karena hal lain.

 

Kalau secara fisik tidak menimbulkan bahaya. ketidakstabilan sistem metabolisme tubuh itu tetap dalam lingkaran kesehatan tubuh.

 

Tubuh itu memiliki tiga macam kondisi: Normal, tidak normal. antara normal dan tidak normal. Dalam kondisi pertama. tubuh disebut sehat. Dalam kondisi kedua. tubuh dikatakan sakit. Sementara kondisi ketiga, disebut kondisi antara sehat dan tidak sehat. Karena. satu kondisi tidak akan berubah menjadi kebalikannya. kecuali setelah melalui masa antara keduanya terlebih dahulu.

 

Hal yang menyebabkan tubuh keluar dari kondisi normal bisa berasal dari dalam tubuh, karena kondisi tubuh yang panas atau dingin. lembab atau kering, bisa juga berasal dari faktor luar tubuh. Karena suhu yang diterima tubuh terkadang bisa cocok namun terkadang tidak cocok.

 

Bahaya yang mengancam kesehatan tubuh terkadang berasal dari kelainan dalam sistem metabolisme tubuh. seperti ketidakstabilan metabolisme. Namun bisa juga berasal dari kerusakan pada salah satu organ tubuh. Bisa juga berasal dari kelemahan daya tahan atau energi tubuh. Semua itu kembali kepada peningkatan kestabilan tubuh ketika tubuh tidak membutuhkan peningkatan kestabilan, atau pengurangan kestabilan tubuh ketika tubuh tidak perlu dikurangi kestabilannya, atau perekatan organ-organ tubuh yang tidak perlu direkatkan, atau pergeseran organ tubuh yang tidak perlu digeser, atau ekspansi sistem metabolisme pada tubuh yang tidak membutuhkan ekspansi metabolisme, atau perubahan letak dan bentuk organ tubuh yang tidak perlu diubah, sehingga tubuh menjadi tidak stabil.

 

Tenaga medis adalah orang yang seharusnya bisa merenggangkan organ tubuh bila kerekatannya membahayakan tubuh atau sebaliknya, atau mengurangi peningkatan kestabilan kalau peningkatan itu berbahaya. atau sebaliknya. Sehingga kesehatan tubuh yang hilang dapat dipulihkan atau bila tubuh sudah sehat bisa dijaga kesehatannya dengan cara yang sesuai atau paling agak sesuai. Juga menolak penyakit yang ada dengan memberikan anti atau penangkalnya sehingga penyakit itu hilang total. Atau menolak timbulnya penyakit itu dengan tindakan preventif sebelum terjadi. Semua itu bisa kita lihat dalam petunjuk Rasulullah secara lengkap dan sempurna. Kita memohon daya, kekuatan. keutamaan, dan ilmu dari Allah .

 

 

 

Di antara petunjuk yang diajarkan oleh Nabi adalah bahwa beliau biasa melakukan pengobatan untuk diri sendiri dan juga memerintahkan orang lain yang terkena penyakit baik itu keluarga atau para sahabat beliau untuk melakukan pengobatan sendiri. Namun beliau dan para sahabatnya tidak memiliki kebiasaan menggunakan obat-obatan kimia yang disebut Egrobadjin. Kebanyakan obat-obatan yang mereka gunakan adalah makanan sehat non kimiawi. Terkadang makanan sehat itu mereka campurkan dengan zat lain sebagai pengimulsi atau sekadar untuk menghilangkan bentuk asalnya saja. Obat-obatan berupa makanan sehat itu adalah jenis obat yang biasa digunakan oleh berbagai etnis di berbagai negara, baik itu bangsa Arab, Turki atau kalangan kaum badui dan yang lainnya secara keseluruhan. Hanya bangsa Romawi dan Yunani yang gemar menggunakan obat-obatan kimia. Sementara orang-orang India juga lebih banyak menggunakan obat-obatan berupa makanan sehat (homopetik atau non-kimiawi).

 

Kalangan medis sepakat bahwa selama penggunaan makanan sehat sudah cukup digunakan dalam pengobatan, tidak perlu menggunakan obat. Selama bisa menggunakan obat-obatan sederhana. tidak perlu menggunakan obat-obatan kimia. Mereka menegaskan, “Setiap penyakit yang masih bisa diatasi dengan makanan sehat dan pencegahan, tidak memerlukan obat-obatan.” Mereka juga menegaskan, “Seorang dokter juga tidak boleh ketagihan menggunakan obat”. Karena apabila obat itu tidak menemukan penyakit yang sesuai dalam tubuh, atau menemukannya tetapi dosis dan penggunaan obat itu tidak sesuai, justru akan mengganggu dan merusak kesehatan tubuh.”

 

Para pakar kedokteran justru lebih sering berobat dengan menggunakan makanan sehat. Mereka masuk dalam salah satu dari tiga golongan ahli medis yang ada.

 

Solusinya sebagai berikut: bahwa pada dasarnya obat-obatan itu juga makanan. Bangsa atau komunitas masyarakat yang membiasakan diri mengonsumsi makanan-makanan sehat. akan jarang terserang penyakit. Pengobatannya pun cukup dengan makanan sehat. Sementara penduduk perkotaan kebanyakan makanan yang mereka konsumsi adalah makanan variatif atau kompositif. Sehingga obat yang harus mereka konsumsi juga obat-obatan kimia. Karena penyakit yang mereka derita pada umumnya juga mengandung komplikasi. Sehingga obat-obatan kimia lebih cocok terhadap penyakit mereka. Penyakit yang biasa diderita orang-orang dusun dan juga para sahabat Nabi adalah penyakit sederhana, sehingga obatnya cukup berupa makanan sehat. Ini merupakan bukti nyata menurut ilmu kedokteran.

 

Penulis menegaskan: Ada hal lain (dari petunjuk Rasul), yang bila dibandingkan dengan ilmu kedokteran tenaga medis pada umumnya, seperti perbandingan ilmu kedokteran dengan ilmu pengobatan orang-Orang awam. Hal ini sudah diakui oleh kalangan cerdik pandai dan tokoh-tokoh ilmu kedokteran yang ada. Sebagian di antara mereka menyatakan bahwa ilmu kedokteran yang mereka miliki adalah ‘analogi’. Ada juga yang berpendapat bahwa ilmu kedokteran mereka adalah eksperimen. Ada juga berani mengatakan bahwa ilmu kedokteran mereka adalah wangsit dan prediksi yang tepat. Ada juga yang menyatakan bahwa banyak dari ilmu kedokteran!” diadopsi dari hewan ternak. Seperti yang kita lihat bahwa kucing-kucing hutan apabila sempat memakan binatang-binatang beracun segera mendekati pelita dan menjilati minyaknya untuk mengobati dirinya. Kita juga bisa melihat ular yang baru keluar dari dalam tanah kalau pandangan matanya kabur, segera mendekati daun razyang lalu mengelebatkan matanya di depan daun tersebut. Seperti juga seekor burung yang suhu tubuhnya terlalu panas segera membenamkan diri ke dalam air laut. Dan banyak lagi contoh lain yang disebutkan dalam dasar-dasar ilmu kedokteran.

 

Bagaimana mungkin semua teori kedokteran semacam itu bisa dibandingkan dengan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada RasulNya yang menjelaskan apa yang bermanfaat dan mendatangkan bahaya. Perbandingan antara ilmu kedokteran yang mereka miliki dengan wahyu seperti perbandingan antara ilmu-ilmu yang mereka miliki dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para nabi. Bahkan ajaran para nabi mengandung unsur pengobatan terhadap banyak penyakit yang belum bisa diungkap oleh otak para pakar ilmu kedokteran terhebat sekalipun, belum bisa dicapai oleh pengetahuan, eksperimen dan analogi mereka. Yakni pengobatan penyakit hati dan penyakit ruhani, memperkuat ketahanan jiwa, rasa bersandar dan tawakal kepada Allah, berpulang kepada hukum-Nya, tunduk dan pasrah di hadapan-Nya, merendahkan diri di depan-Nya, selalu bersedekah, berdoa, bertaubat, istighfar, berbuat baik kepada sesama, menolong orang susah, menghilangkan kesulitan orang lain dan sebagainya. Semua bentuk pengobatan ini telah dicoba oleh berbagai bangsa dengan segala jenis agama mereka, ternyata mereka mendapatkan bentuk-bentuk pengobatan semacam itu memiliki pengaruh untuk kesembuhan dalam batas yang tidak pernah dicapai oleh pengetahuan medis di kalangan dokter dengan segala eksperimen dan analogi mereka.

 

Kami telah mencoba bentuk pengobatan ini demikian juga selain kami telah mencobanya dalam banyak kasus penyakit. Ternyata ia dapat berfungsi lebih dari yang bisa dilakukan dengan obat-obatan biasa. Bahkan bila dibandingkan dengannya. obat-obatan kimia itu tak ubahnya ramuan-ramuan obat sederhana di mata para dokter. Itu berlaku dalam tatanan hukum hikmah ilahi. tidak keluar dari tatanan hukum itu sedikitpun. Akan tetapi faktor kesembuhan itu juga bermacam-macam. Kalau hati sudah terikat dengan Rabb dari sekalian makhluk, Pencipta dari segala obat dan penyakit, Pengatur yang mengurus segala sesuatu sesuai kehendak-Nya sendiri, pasti hati tersebut memiliki berbagai macam obat yang tidak dimiliki oleh hati yang jauh dan berpaling dari Allah. Kalau ruhani kuat, maka tabiat dan jiwa manusianya juga menjadi kuat. Tabiat dan jiwa seseorang akan saling mendukung dalam mengusir dan mengatasi penyakit. Tidak mungkin dipungkiri bahwa obat yang paling mujarab itu dimiliki oleh orang yang tabiat dan jiwanya kuat, yang selalu merasa senang dan tentram karena menjadi dekat dengan Penciptanya, merasa suka dan nikmat berdzikir kepada Allah, seluruh kekuatan tertuju hanya kepada Allah. selalu memohon pertolongan dan bertawakal kepada Allah. Kekuatan yang ada pada dirinya dapat menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh. Hal ini tidak akan dipungkiri kecuali oleh sebodoh-sebodohnya manusia, oleh orang yang paling bebal otaknya, paling kusam jiwanya dan paling jauh dari Allah serta dari hakikatnya sebagai manusia”. Berikut ini akan kami paparkan faktor penyebab hilangnya penyakit karena sengatan binatang berbisa dengan membaca surat Al-Fatihah sebagai ruqyah, sehingga orang yang tersengat itu bisa sembuh tanpa mengerang-erang kesakitan lagi”.

 

Itulah dua macam pengobatan ala nabi. Dengan bersandar pada kekuatan Allah, penulis akan mencoba mengulas kedua bentuk pengobatan itu semaksimal mungkin dan dalam batas ilmu pengetahuan penulis yang masih amat rendah dan bersifat fana belaka. dengan bekal yang amat sedikit pula. Akan tetapi kami selalu memohon karunia dari Zat yang memiliki segala kebaikan, mencari keutamaan dari-Nya karena Dia Mahaperkasa lagi Maha Memberi karunia.

 

 

Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Zubair, dari Jabir bin Abdillah, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin Allah  Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim” dari ‘Atha, dari Abu Hurairah bahwa ia berkata: Rasulullah  bersabda:

 

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.”

 

Sementara dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan hadits dari Ziyad bin Ilagah, dari Usamah bin Syuraik diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Suatu saat aku sedang berada bersama Nabi . tiba-tiba datanglah beberapa lelaki badui. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami boleh berobat?” Beliau menjawab, “Betul hai para hamba Allah, berobatlah! Karena setiap kali Allah menciptakan penyakit, pasti Allah juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja.” Mereka bertanya, “Penyakit apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Lanjut usia.” Dalam lafazh lain disebutkan, “Setiap kali Allah menurunkan penyakit. Allah pasti menurunkan penyembuhnya. Hanya ada orang yang mengetahuinya dan ada yang tidak mengetahuinya.”

 

Dalam Musnad Imam Ahmad juga diriwayatkan dari Abu Mas’ud secara marfu, “Setiap kali Allah menurunkan penyakit, Allah pasti menurunkan penyembuhnya. Hanya ada orang yang mengetahuinya dan ada yang tidak mengetahuinya.”

 

Sementara dalam Musnad dan As-Sunan diriwayatkan dari Abu Khuzamah ia menceritakan, “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah engkau membolehkan kami melakukan ruqyah (pengobatan dengan Al-Qur’an) atau melakukan pengobatan dengan suatu obat. atau melakukan penangkalan penyakit? Apakah itu dapat menolak takdir Allah?” Beliau menjawab. “Justru semua itu adalah takdir Allah.”

 

Hadits-hadits di atas mengandung pengabsahan terhadap adanya sebab musabab dan sanggahan terhadap orang yang menolak kenyataan tersebut. Ungkapan, “Setiap penyakit pasti ada obatnya,” artinya bisa bersifat umum sehingga termasuk di dalamnya penyakit-penyakit mematikan dan berbagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter karena belum ditemukan obatnya. Padahal Allah telah menurunkan obat untuk penyakit-penyakit tersebut, akan tetapi manusia belum dapat menemukan ilmu obat penyakit tersebut, atau Allah belum memberikan petunjuk kepada manusia untuk menemukan obat penyakit itu. Karena ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas yang diajarkan oleh Allah. Oleh sebab itu, kesembuhan terhadap penyakit dikaitkan oleh Rasulullah dengan proses “kesesuaian obat dengan penyakit yang diobati. Karena setiap ciptaan Allah itu pasti ada antinya. Maka setiap? penyakit pasti ada obat yang menjadi antinya agar penyakit itu sembuh. Oleh karena itu. kesembuhan terhadap penyakit dikaitkan oleh Rasulullah dengan proses “kesesuaian” obat dengan penyakit yang diobati. Itu merupakan tambahan penjelasan, jadi yang diakui bukan hanya eksistensi obat untuk setiap penyakit. Karena kalau obat itu diberikan dengan cara yang salah atau diberikan dengan dosis yang berlebihan, justru bisa menyebabkan munculnya penyakit lain. Kalau dosisnya kurang, juga tidak bisa mengobati. Waktu yang tidak tepat. juga bisa menyebabkan obat tersebut tidak berfunasi. Apabila tubuh juga tidak mampu menerima obat tersebut”, atau daya tahan tubuhnya kurang mendukung dalam mengonsumsi obat itu, atau ada pantangan yang dikonsumsi sehingga menghilangkan fungsi obat tersebut, kesembuhan juga tidak bisa dicapai, karena tidak ada ‘kesesuaian”. Kalau benar-benar ada ‘kesesuaian’, penyakit pasti sembuh. Ini adalah penafsiran hadits yang paling tepat.

 

Kedua, bisa juga hadits itu secara lahir bersifat umum. tetapi maksudnya adalah khusus. Apalagi penyakit yang bisa masuk kategori ungkapan tersebut jauh lebih banyak dari yang tidak termasuk kategorinya. Karena ungkapan seperti itu ada dalam setiap bahasa. Sehingga artinya adalah, “Sesungguhnya setiap kali Allah menciptakan penyakit yang bisa disembuhkan, pasti Allah juga menciptakan obatnya”.” Sehingga tidak termasuk di dalamnya penyakit-penyakit yang memang tidak bisa disembuhkan.

 

Ungkapan itu sama dengan firman Allah terhadap angin yang Allah ciptakan untuk menyerang kaum ‘Ad, “… menghancurkan segala sesuatu dengan perintah dari Rabb-nya …” (Al-Ahqaf: 25), yakni segala sesuatu dapat dihancurkan, sedangkan merupakan sifat angin adalah menghancurkannya. Banyak lagi contoh sejenisnya.

 

Siapa saja yang memperhatikan penciptaan segala sesuatu yang saling berlawanan di dunia ini, segala sesuatu yang saling mengalahkan, saling menolak dan saling menguasai (secara dialektis), pasti akan mengetahui secara jelas kemahasempurnaan kekuasaan Allah, kebijaksanaan dan kecanggihan hasil ciptaan-Nya, serta rububiyah, keesaan dan kekuatan Allah. Segala sesuatu selain Allah pasti ada lawannya, pasti ada yang menjadi antinya. Hanya Allah yang Mahakaya yang tidak membutuhkan sesuatu apapun. Sementara selain Allah, pasti akan membutuhkan yang lain.

 

Dalam hadits-hadits shahih tersebut mengandung perintah untuk berobat, dan itu tidak bertentangan dengan tawakal. Sebagaimana halnya itu tidak bertentangan dengan menolak lapar, dahaga, panas, dan dingin dengan hal-hal yang menjadi kebalikannya. Bahkan hakikat tauhid itu hanya sempurna dengan melakukan tuntutan bagi hukum sebab musabab, baik menurut ketentuan takdir-Nya maupun syariatNya. Menolak hukum sebab akibat berarti melecehkan sikap tawakal itu sendiri, seperti halnya melecehkan perintah dan kebijaksanaan Allah serta melemahkannya, karena orang yang menolak hukum sebab akibat seolah-olah berkata, “Meninggalkan hukum sebab akibat itu lebih memperkuat tawakal.” Padahal meninggalkan hukum sebab akibat itu justtu menandakan sikap lemah yang bertentangan dengan tawakal. Karena hakikat tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allah untuk mendapatkan hal yang berguna bagi diri si hamba dan menolak hal-hal yang berbahaya dalam urusan dunia dan akhirat. Namun penyandaran itu harus diiringi dengan melakukan ikhtiar. Bila tidak, maka berarti menentang kebijakasanaan dan syariat Allah. Jangan sampai seorang hamba menjadikan kelemahannya sebagai tawakal, atau ketawakalannya sebagai satu kelemahan.

 

Hadits itu juga mengindikasikan bantahan terhadap orang yang menolak berobat. Karena ada orang yang berpendapat: ‘Kalau kesembuhan itu sudah ditakdirkan oleh Allah, maka berobat itu tidak ada gunanya. Kalau memang tidak ditakdirkan, berarti juga tidak berguna.” Padahal demikian juga dengan penyakit yang hanya terjadi dengan takdir Allah, sementara takdir Allah itu tidak dapat ditolak atau dipungkiri.

 

Pertanyaan seperti itulah yang dilontarkan oleh orang-orang badui yang menjumpai Rasulullah. Adapun para sahabat yang utama tentunya adalah orang-orang yang paling mengenal Allah, mengenal kebijaksanaan dan sifat-sifatNya, sehingga tidak mungkin mengajukan pertanyaan seperti itu.

 

Nabi telah menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang komplit dan tuntas, “Semua obat-obatan itu, ruqyah dan doa-doa penangkal penyakit adalah termasuk takdir Allah.” Tidak ada sesuatu pun yang keluar dari takdir-Nya. Takdir Allah dapat ditolak dengan takdirNya pula.? Penolakan itu sendiri juga termasuk takdir-Nya. Maka tidak ada jalan apapun untuk keluar dari takdir-Nya dalam bentuk apapun. Demikian ini seperti menolak takdir lapar, haus, panas dan dingin dengan hal-hal yang merupakan kebalikannya. Juga seperti menolak takdir musuh dengan jihad. Semuanya adalah takdir Allah. orang yang berusaha menolak. yang ditolak. dan penolakan itu sendiri.

 

Kepada orang yang mengajukan pertanyaan semacam itu bisa diberi jawaban: Kalau kalian berkesimpulan demikian, berarti kalian tidak boleh melakukan ikhtiar apapun yang bisa membawa manfaat dan menolak kemudharatan. Kalau kemudharatan atau manfaat sudah ditakdirkan, tidak ada yang bisa menolaknya. Kalau tidak ditakdirkan, tidak akan ada jalan untuk bisa membuatnya terjadi. Kalau sikap itu dilakukan, pasti akan timbul kerusakan agama dan urusan dunia. juga kerusakan alam raya. Oleh sebab itu, pernyataan itu tidak akan diajukan kecuali oleh orang yang menentang dan menolak kebenaran. la bisa saja menyebutkan takdir tetapi untuk menolak hujjah ahli kebenaran terhadapnya. Seperti orang-orang musyrik” yang berkata, “Kalau Allah menghendaki tentu kami dan bapak-bapak kami tidak akan berbuat kemusyrikan …” (Al-An’am: 148). atau “… Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun nenek moyang kami …” (An-Nahl: 35). Semua itu mereka ucapkan untuk membantah hujjah Allah terhadap mereka dengan diutusnya para rasul.

 

Kepada orang yang mengajukan pernyataan di atas, bisa kita katakan: Masih ada bagian ketiga yang tidak Anda sebutkan. yakni bahwa Allah telah menakdirkan demikian dengan sebabnya sekaligus. Kalau sebabnya Anda lakukan, maka akibatnya pun akan terjadi. Kalau tidak Anda lakukan, maka tidak akan terjadi.

 

Kalau orang itu menyangkal, “Kalau Allah menakdirkan sebab itu pada diriku, aku akan melakukannya. Tetapi kalau Allah tidak menakdirkannya, aku juga tidak bisa melakukan perbuatan tersebut.”

 

Jawabannya: Apakah Anda bisa menerima alasan yang sama dari budak Anda, anak Anda atau pegawai Anda misalnya? Yakni ketika mereka menggunakan alasan itu untuk tidak mentaati perintah dan larangan Anda. Kalau Anda menerima alasan mereka, jangan Anda mengeluh kalau mereka menentang Anda atau mengambil harta Anda, merusak kehormatan Anda atau mengabaikan hak-hak Anda. Kalau Anda tidak menerima alasan mereka, bagaimana mungkin alasan Anda diterima ketika Anda melanggar hak-hak Allah terhadap diri Anda? Diriwayatkan dalam sebuah riwayat israiliyat (riwayat Ahli Kitab):

 

Bahwa Ibrahim Khalilullah pernah bertanya. “Ya Rabbi. dari manakah penyakit itu berasal?” Allah menjawab. “Dari-Ku.” Ibrahim kembali bertanya, “Lalu dari mana asal obatnya?” Allah menjawab, “Dari-Ku juga.” Kembali Ibrahim bertanya. “Kalau begitu. apa gunanya dokter?” Allah menjawab, “Ia adalah makhluk yang diutus oleh Allah untuk membawa obat dari-Nya.”

 

Ungkapan Nabi, “Setiap penyakit pasti ada obatnya,” memberikan penguatan jiwa kepada orang yang sakit dan juga dokter yang mengobatinya, selain juga mengandung anjuran untuk mencari obat dan menyelidikinya. Karena kalau orang sakit sudah merasakan pada dirinya satu keyakinan bahwa ada obat yang akan dapat menghilangkan sakitnya, ia akan bergantung pada harapan, rasa panas dari keputusasaan akan menjadi dingin dan terbukalah baginya pintu harapan. Bilamana jiwanya sudah kuat. suhu panas insting seseorang akan meningkat. Itulah yang bisa menimbulkan semangat kebinatangan. kejiwaan, dan semangat alamiah dalam tubuhnya. Bilamana semangat seperti itu sudah meningkat, maka stamina yang mendukung tubuhnya juga meningkat sehingga mampu mengatasi, bahkan menolak penyakit. Demikian juga bagi si dokter sendiri, kalau ia sudah meyakini bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, ia juga bisa terus mencari obat dari suatu penyakit dan terus melakukan penelitian.

 

Penyakit hati juga tidak berbeda dengan penyakit badan. Setiap penyakit hati yang Allah ciptakan, pasti Allah ciptakan juga obat dari penyakit tersebut yang menjadi antinya. Kalau seseorang sudah mengetahui obat tersebut, lalu ia menggunakannya dan secara bertepatan obat itu bertemu dengan penyakit tersebut, penyakit itu pun akan sembuh dengan izin Allah .

 

 

Nabi memberi petunjuk agar kita mencegah “over dosis” dan makan secara berlebihan sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan. Beliau juga memberikan formula khusus yang harus diperhatikan dalam soal makan dan minum.

 

Dalam Musnad dan yang lainnya diriwayatkan dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Tidak ada “bencana’ yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Kalau terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga untuk mimuman, dan sepertiga sisanya untuk nafasnya.”

 

 

Penyakit ada dua macam: Penyakit fisik dan penyakit non fisik. Penyakit fisik adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan materi dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi-fungsi normal tubuh seharihari. Ini adalah penyakit umum. Penyebabnya adalah mengonsumsi makanan lain sebelum makanan dalam tubuh tercerna dengan sempurna. Atau mengonsumsi makan secara berlebihan dari kebutuhan tubuh sendiri. mengonsumsi makanan yang kurang berguna. mengonsumsi makanan yang sulit dicerna atau banyak mengonsumsi berbagai jenis makanan. Kalau seseorang terlalu sering mengonsumsi makanan-makanan seperti itu dan terbiasa mengonsumsinya. akan mengakibatkan berbagai macam penyakit. ada yang mudah diatasi ada juga yang sulit disembuhkan. Kalau seseorang mengonsumsi makanan secara seimbang, yakni hanya mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan tubuh seimbang dalam porsi dan kualitasnya, tubuh akan dapat mengambil manfaat dari semua makanan tersebut lebih banyak daripada makanan yang banyak jumlahnya.

 

Makanan memiliki tiga tingkatan: pertama, tingkat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kedua, tingkat memadai. Ketiga. tingkat kemewahan. Nabi  telah mengajarkan, bahwa seseorang cukup mengonsumsi beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. sehingga staminanya tidak melorot dan tubuh tidak menjadi lemah. Kalau lebih dari itu, bisa saja ia mengonsumsi makanan sepertiga volume yang bisa ditampung oleh perut, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiga lagi untuk napas. Demikianlah yang paling bermanfaat bagi tubuh dan hati, karena kalau perut itu sudah penuh dengan makanan, maka minuman akan sulit masuk. Kalau dipenuhi dengan minuman, maka ia akan sulit bernapas sehingga akan mudah capek dan terkena penyakit, seperti layaknya wanita yang hamil karena membawa beban berat. Di samping konsekuensi lain, seperti kerusakan hati dan kelemahan organ-organ tubuh untuk menjalankan ibadah. bahkan terdorong untuk melakukan perbuatan maksiat yang menjadi konsekuensi syahwat yang tidak tertahankan.

 

Perut yang penuh oleh makanan dapat membahayakan hati dan tubuh.“ Itu kalau sering terjadi atau bahkan terus-menerus. Tetapi kalau sesekali saja, tidak apa-apa. Abu Hurairah -pernah minum susu di hadapan Nabi secara terus menerus sampai ia berkata, “Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan membawa kebenaran, rasanya perutku sudah tidak bisa menampung susu ini lagi.”

 

Para sahabat juga pernah makan di hadapan Nabi secara terus menerus hingga kenyang. Terlalu kenyang justru melemahkan stamina dan tubuh, meskipun tubuh akan tumbuh subur. Tubuh hanya akan menjadi kuat dengan takaran makanan yang diterimanya, bukan karena banyaknya makanan.

 

Karena pada diri manusia terdapat unsur tanah, unsur udara dan unsur air. Maka, Nabi juga membagi perut manusia untuk menampung ketiga unsur tersebut. Kalau ada orang bertanya, “Mana lagi tempat untuk unsur api pada tubuh manusia?” Ini persoalan yang dikaji oleh kalangan kedokteran. Mereka menyatakan, “Memang benar tubuh mengandung unsur api tetapi bukan bersifat materi melainkan berupa reaksi. Api merupakan salah satu dari empat unsur sixtosit” (unsur substansial) pada tubuh.

 

Namun banyak kalangan terpelajar lain baik dari kalangan medis atau yang lainnya, yang menentang pendapat mereka. Para penentang pendapat tersebut menyatakan: Tubuh tidak mengandung unsur api sedikitpun meksipun secara reaksional. Mereka memiliki beberapa alasan:

 

Sudut Pandang Pertama

Bahwa unsur api bisa diklaim sebagai unsur yang turun dari langit lalu bercampur dengan unsur-unsur lain yakni unsur air dan bumi. Bisa juga dikatakan bahwa unsur ini lahir dan tercipta dengan sendirinya.

 

Kemungkinan pertama jelas mustahil. karena dua alasan juga. Alasan pertama, karena secara alami api itu justru selalu naik ke atas. Kalau ia turun. berarti ia meninggalkan pusat keberadaannya menuju alam dunia ini. Alasan kedua, bahwa ketika api itu turun dari langit, ia harus melewati rotasi uap kapur yang amat dingin sekali. Kita telah menyaksikan sendiri di dunia ini bahwa api yang sebesar apapun akan bisa dipadamkan dengan air yang lebih sedikit. Lalu bagaimana mungkin unsur-unsur api tersebut akan bisa melalui rotasi uap kapur di antariksa yang amat dingin sekali dan ukuran yang juga amat besar sekali. sudah pasti unsur-unsur itu akan padam.

 

Alasan Kedua: Kalau dikatakan bahwa unsur api itu tercipta dengan sendirinya, itu jauh lebih tidak mungkin lagi. Karena unsur yang menjadi api sebelum tercipta menjadi api tentunya memiliki wujud, seperti tanah, air atau udara. karena unsur yang ada hanyalah empat itu saja. Calon api itu dahulunya menyatu pada salah satu dari unsur tersebut, bersenyawa dengannya. Unsur yang bukan api kalau bertemu dengan unsur-unsur besar yang juga bukan api juga bukan merupakan bagian dari api, tentu saja tidak siap untuk berubah menjadi api. Karena pada hakikatnya unsur itu bukanlah api. Unsur-unsur yang bercampur dengan api itu adalah unsur dingin, bagaimana mungkin akan siap berubah menjadi api?

 

Kalau ada yang menyela: Kenapa tidak mungkin kalau ternyata sudah ada unsur-unsur api yang merubah unsur-unsur lain itu menjadi api karena bercampur dengannya?

 

Jawabannya, bahwa ulasan terhadap proses terwujudnya unsurunsur inti api itu sendiri sama dengan ulasan pertama.

 

Kalau ada yang menjawab: Karni melihat sendiri, bahwa ketika batu kapur yang telah dibakar dan padam diperciki kembali dengan air, api pun keluar terpisah darinya. Kalau sinar matahari mengenai kaca pembesar, akan muncul api. Kalau batu kita pukul dengan besi, akan terlihat api memercik. Semua jenis api tersebut tercipta ketika terjadi percampuran unsur. Kenyataan ini menggugurkan apa yang telah disimpulkan oleh penulis pada bagian pertama di atas.

 

Mereka yang tidak menerima kesimpulan itu menyatakan: Kami tidak mengingkari bahwa bila dua benda digesekkan dengan keras akan timbul percikan api, seperti batu yang dipukul dengan besi. Demikian juga dengan pemanasan melalui media sinar matahari yang mampu menghasilkan api, yakni ketika diarahkan ke kaca pembesar. Akan tetapi pada jenis tumbuhan dan hewan, kami menganggap itu mustahil.

 

Karena tidak ada unsur gesekan yang dapat menimbulkan api, hewan dan tumbuhan juga tidak memiliki transparansi dan penyimpan cahaya yang setara dengan kaca pembesar. Bagaimana tidak? Bukankah sinar matahari juga mengenai tubuh mereka, tetapi tidak timbul api sedikitpun? Karena cahaya tidak bisa menembus perut mereka. bagaimana mungkin akan timbul api?

 

Sudut Pandang Kedua

Dalam pokok persoalan ini, kalangan medis bersepakat. air yang mendekam lama bisa mencapai suhu yang panas sekali secara alami. Kalau suhu panas itu disebabkan oleh unsur api. tentu itu mustahil. Karena unsur api yang demikian ringan bagaimana bisa bertahan dalam unsur-unsur air dalam waktu yang amat lama sekali tanpa menjadi padam? Padahal api yang besar sekalipun bisa dipadamkan dengan air yang sedikit saja.

 

Sudut Pandang Ketiga

Kalau secara reaktif hewan dan tumbuhan itu mengandung unsur api. tentunya akan kalah oleh unsur air yang ada di dalamnya. Unsur api akan didominasi oleh unsur air. Unsur yang kalah karena didominasi oleh unsur lain pasti akan berubah jenisnya menjadi sama dengan unsur yang mendominasinya. Karena secara aksiomatik unsur api yang demikian kecil pasti akan berubah menjadi air yang menjadi lawan dari api.

 

Sudut Pandang Keempat

Sesungguhnya Allah  menyebutkan penciptaan manusia dalam Al-Qur an dalam banyak ayat. Pada sebagian ayat Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan oleh-Nya dari air. Pada sebagian ayat. Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah. Namun di ayat yang lain, Allah menceritakan bahwa manusia diciptakan oleh-Nya dari senyawa air dengan tanah, yakni tanah liat. Sementara dalam ayat lain lagi Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan oleh-Nya dari tanah bakar, yakni sama dengan tembikar. Tanah bakar artinya tanah yang dipanasi oleh sinar matahari dan didinginkan oleh angin sehingga berubah wujud menjadi shalshal yang menyerupai tembikar. Namun tidak dalam satu ayat pun Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari api. Bahkan penciptaan dari api itu merupakan ciri khas penciptaan Iblis.

 

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Muslim dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Para malaikat itu diciptakan dari cahaya. Iblis itu diciptakan dari api. Sementara Adam diciptakan dari bahan yang telah dilukiskan kepada kalian.”

 

Hadits ini tegas. bahwa Allah menciptakan Adam hanya dari bahanbahan yang telah disebutkan oleh Allah dalam Kitab-Nya. Sementara Allah tidak pernah menceritakan dalam Kitab-Nya bahwa Dia menciptakan Adam dari api, dan tidak pernah pula menyebutkan bahwa dalam unsur ciptaannya, Adam mengandung unsur api.

 

Sudut Pandang Kelima

Paling tidak, yang bisa mereka jadikan sebagai alasan hanyalah suhu panas yang mereka saksikan pada tubuh hewan, yakni bahwa itu menunjukkan adanya unsur api. Padahal tidak ada indikasi ke arah itu. Karena sebab adanya suhu panas lebih umum dibandingkan dengan api. Suhu panas terkadang bisa berasal dari api, tetapi terkadang juga bisa berasal dari aktivitas, atau dari pantulan sinar. dari temperatur panas udara atau karena berdekatan dengan api. Dan semua itu harus melalui media temperatur udara yang panas. Panas tidak harus berasal dari api.

 

Kalangan yang mendukung pendapat adanya unsur api pada manusia” menyatakan: Sudah dimaklumi bahwa kalau air dan tanah bercampur pasti akan mengeluarkan panas sehingga campuran kedua unsur itu menjadi bersenyawa dan matang. Kalau itu tidak terjadi, berarti salah satu unsur belum bersenyawa atau bersatu dengan unsur lainnya. Demikian pula halnya apabila kita menaburkan bibit tanaman di atas tanah liat yang tidak bisa ditembus oleh air dan sinar matahari, tentu bibit itu akan rusak. Maka realitanya adalah bahwa dalam senyawa dua unsur itu tercipta unsur yang menjadi ‘masak’ dan matang secara alami. Kalau itu terjadi, berarti unsur api memang ada. Kalau tidak terjadi proses tersebut, berarti senyawa dua unsur tersebut tidaklah terpanasi dengan sendirinya. Kalaupun ada unsur pemanas alami hanyalah bersifat reaksi. Kalau reaksi panas itu hilang maka unsur yang ada tidak akan menjadi panas secara alami, secara reaktif juga tidak berubah menjadi panas. Bahkan akan menjadi dingin sekali. Akan tetapi kenyataannya di antara jenis makanan dan obat-obatan ada yang menjadi panas secara alami. Maka terbukti panas itu terjadi semata-mata karena adanya ester api.

 

Juga, kalau tubuh tidak mengandung unsur pemanas, tentunya akan mengalami rasa dingin yang amat sangat. Karena kalau secara alami sudah mengarah ke suhu dingin sementara tidak ada unsur logam atau unsur penghantar panas lain yang mengantisipasinya, pasti akhirnya sampai pada titik beku. Bila itu terjadi, tubuh tidak akan memiliki? sensitifitas terhadap suhu dingin lagi. Karena suhu dingin sudah sampai kepadanya. Suhu tidak akan bereaksi bila bertemu suhu yang sama. Kalau tidak bereaksi, berarti juga tidak bisa merasakannya. Kalau tidak bisa merasakan dingin, berarti juga tidak akan terganggu oleh hawa dingin tersebut. Kalau dingin yang menyerang lebih rendah suhunya, tentu lebih tidak terasa lagi. Kalau tubuh tidak mengandung unsur pemanas secara alami, tentunya tubuh tidak akan bereaksi karena hawa dingin dan tidak akan terganggu sama sekali.

 

Namun pendapat mereka itu dibantah: Sesungguhnya dalil-dalil kalian itu hanyalah membantah pendapat mereka yang menyatakan bahwa unsur-unsur api itu tetap utuh ketika terjadi percampuran dengan unsur lain, tetap menjadi api dan tetap memiliki karakter sebagai api. Namun kami tidak berpendapat demikian. Kami hanya berpendapat bahwa materi api akan rusak bila terjadi percampuran dengan unsur lain (air).

 

Ada lagi sebagian orang yang berpendapat: Kenapa tidak bisa dikatakan misalnya bahwa ketika tanah, air dan udara bercampur, panas yang dapat memasak campuran tersebut hingga matang adalah panas sinar matahari atau benda langit lainnya. Lalu hasil komposisi ketiga unsur tersebut ketika sampai pada titik masak yang optimal, tentu akan responsif terhadap karakter komposisif tersebut dengan media panas yang ada, baik benda itu tumbuhan, hewan ataupun logam. Kenapa tidak mungkin bila dikatakan bahwa sumber panas pada komposisi ketiga unsur tersebut adalah faktor karakteristik dan energi yang diciptakan oleh Allah saat terjadi persenyawaan, bukan unsur-unsur api khusus yang bersifat reaktif? Kalian tidak akan mempunyai alasan untuk menolak adanya kemungkinan tersebut sama sekali. Banyak kalangan medis terkemuka yang mengakui hipotesis tersebut.

 

Sementara mengenai ulasan tentang sensitifitas tubuh terhadap hawa dingin, kita tegaskan: Itu menunjukkan bahwa tubuh mengandung unsur panas dan unsur penghangat. Tidak ada yang menolak hal itu. Akan tetapi mana indikasi bahwa yang bisa menjadi penghangat itu hanyalah unsur api? Meskipun setiap api bisa menjadi penghangat. tetapi logikanya tidak bisa dibalik begitu saja. Bahkan realita justru menunjukkan sebaliknya, “Di antara unsur penghangat adalah api.”

 

Adapun berkaitan dengan pendapat kalian bahwa bentuk asli api itu akan dengan sendirinya rusak. maka jawabannya bahwa kebanyakan kalangan medis berpendapat bahwa bentuk asli api tersebut tidaklah rusak. Pendapat yang mengatakan bentuk asli api itu rusak adalah pendapat yang keliru. Kalangan medis mutakhir kalian telah mengakui kekeliruan pendapat itu dalam sebuah buku berjudul Asy-Syifaa. Ia berhipotesis bahwa semua jenis unsur tersebut tetap utuh seluruhnya sesuai dengan struktur alaminya ketika bersenyawa dengan unsur lain. Semoga Allah memberikan taufik-Nya. ‘

 

Metodologi pengobatan Nabi terhadap penyakit ada tiga cara: Pertama, dengan menggunakan obat-obat alamiyah. Kedua, dengan menggunakan obat-obat Ilahiyah. Ketiga, kombinasi dari kedua jenis pengobatan tersebut.

 

Kami akan memaparkan ketiga jenis pengobatan tersebut langsung dari petunjuk Nabi . Kita mulai dengan ulasan tentang obat-obatan alamiyah yang beliau resepkan dan beliau gunakan sendiri. Kemudian kita akan mengulas pengobatan Ilahiyah dan pengobatan kombinasi antara kedua jenis pengobatan itu.

 

Indikatornya adalah bahwa Rasulullah  hanya diutus untuk menjadi pemberi petunjuk, mengajak ke jalan Allah dan menuju Surga-Nya. Memperkenalkan Allah, menjelaskan kepada umatnya apa-apa yang bisa membawa kepada keridhaan Allah bahkan memerintahkan mereka untuk melakukan hal-hal tersebut. Beliau juga menjelaskan apa saja yang menyebabkan kemurkaan Allah dan melarang mereka melakukannya. Nabi menceritakan kisah para nabi lain, para rasul berikut kondisi mereka bersama umat-umat mereka, kisah penciptaan alam semesta, awal penciptaan makhluk dan Hari Kebangkitan mereka, bagaimana jiwa manusia bisa menjadi sengsara atau berbahagia serta berbagai sebab yang melatarbelakanginya.

 

Sementara pengobatan jasmani itu merupakan penyempurna dari ajaran syariat, sehingga bukan merupakan sasaran sesungguhnya. Pengobatan itu hanya digunakan bila dibutuhkan saja. Kalau bisa tanpa itu, yakni dengan mengarahkan obsesi dan energi tubuh untuk memberikan terapi hati dan terapi psikologi, menjaga kesehatan hati serta menyingkirkan penyakit yang menyelimutinya dan juga menjaga hati dari hal-hal yang membahayakannya, maka itulah sasaran utama, itulah sasaran sesungguhnya dari ajaran syariat.

 

Memperbaiki kondisi jasmani tanpa memperbaiki hati tidak ada gunanya sama sekali. Kalaupun badan rusak, selama hati tetap baik, bahayanya amatlah kecil sekali. Yakni bahaya yang akan hilang, dan kemudian disusul dengan manfaat yang justru berkesinambungan dan sempurna. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

Diriwayatkan dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Nafi. dari Ibnu Umar bahwa Nabi  pernah bersabda:

 

“Sesungguhnya demam itu atau demam yang berat itu berasal dari uap api Jahannam. Maka dinginkanlah dengan air.” “

 

Hadits ini terlihat rumit bagi mayoritas kalangan medis yang kurang memahami. Hadits ini mereka anggap bertentangan dengan sistem terapi dan pengobatan terhadap demam. Berikut ini penulis akan memberikan penjelasan. dengan daya dan kekuatan Allah, ditinjau dari sudut pemahaman fiqih dan argumentasinya: Kami tegaskan:

 

“Konteks ucapan Nabi itu ada dua macam: pertama yang bersifat umum untuk seluruh manusia di muka bumi. Kedua: yang bersifat khusus untuk sebagian manusia saja. Contoh bentuk konteks pertama adalah ucapan-ucapan beliau pada umumnya. Adapun bentuk konteks kedua, seperti ucapan beliau, “Janganlah kalian menghadap kiblat ketika kalian buang air kecil atau besar, jangan juga kalian membelakanginya, namun menghadaplah ke arah timur atau barat.” Ucapan itu tidak beliau tujukan kepada mereka yang tinggal di timur atau barat, juga tidak kepada para penduduk Irag. Tetapi ucapan itu beliau tujukan kepada penduduk Al-Madinah dan yang searah dengannya, seperti Syam dan negeri-negeri lam. Demikian juga ucapan beliau, “Kiblat berada antara timur dan barat.”

 

Bila hal ini sudah diapahami. maka perlu diketahui bahwa ucapan beliau itu khusus untuk penduduk Hijaz dan sekitarnya. Karena kebanyakan penyakit demam yang terjadi di sana termasuk jenis demam vang dapat muncul sewaktu-waktu (quotidian fever) yakni yang terjadi karena panas terik matahari. Demam semacam itu bisa diatasi dengan air dingin. dengan cara diminum atau dibuat mandi. Demam adalah sejenis suhu panas yang unik yang menyala-nyala di jantung”, lalu melalui perantaraan energi tubuh dan darah dalam pembuluh darah tersalurkan ke seluruh tubuh, sehingga terasa membara dan bisa membahayakan aktivitas alamiah tubuh itu sendiri.

 

Demam sendiri ada dua macam: Yang pertama demam yang bersifat simtomatik, yakni yang terjadi akibat pembengkakan. aktivitas berlebih. panas matahari atau karena emosi yang tidak terkontrol dan yang lainnya.” Yang kedua, demam penyakit. Demam inipun ada tiga macam. Demam ini hanya menjangkiti organ vital, lalu kemudian menyebarkan panas ke seluruh tubuh. Kalau sumbernya berkaitan dengan energi tubuh, disebut dengan deman sehari (quotidian fever). karena pada umumnya ia akan hilang dengan sendirinya dalam sehari. Paling lama, ia akan hilang dalam tiga hari. Kalau sumbernya berasal dari kontaminasi unsur lain, disebut demam ufniyah. Demam yang satu ini ada empat jenis: Demam kuning (Yellow Fever), demam hitam (Black Fever), Boutonnese Fever dan demam berdarah. Jika sumbernya berasal dari organ keras yang utama maka ia dinamakan dengan hectic, sedangkan demam ini terbagi dalam tiga macam.

 

Terkadang demam juga bisa sangat bermanfaat bagi tubuh bahkan bisa berfungsi daripada obat. Seringkali demam sehari dan demam ufniyah itu menjadi faktor pematangan berbagai unsur berat yang hanya bisa matang dengan demam tersebut. Terkadang juga berguna untuk membongkar sumbatan-sumbatan pada tubuh yang tidak bisa diatasi dengan obat-obat pelarut.”

 

Selain itu, penyakit mata yang terjadi pada usia dini dan lanjut. juga seringkali bisa disembuhkan oleh demam secara ajaib dan cepat. Demam juga berguna mengatasi penurunan stamina dan konuulsi berat, serta berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran-kotoran berat dalam tubuh.

 

Beberapa pakar kedokteran terkemuka mengemukakan kepada penulis. bahwa banyak sekali penyakit yang indikasi kesembuhannya bisa diketahui bila muncul demam, sehingga si sakit bisa berharap segera sembuh. Sehingga untuk penyakit yang bersangkutan, bisa jadi demam itu lebih berguna daripada obat sekalipun. Karena demam berfungsi memanaskan berbagai racun dan unsur-unsur berbahaya dalam tubuh. Bila semua racun dan unsur-unsur tersebut sudah masak betul, obat akan bisa menuntaskannya. Artinya, semua racun dan unsur tersebut sudah siap untuk dikeluarkan dari dalam tubuh sehingga mempercepat proses kesembuhan”.

 

Kalau hal ini sudah dipahami dengan baik, berarti kemungkinan yang dimaksudkan dengan demam dalam hadits di atas adalah demam simtomatik. Demam semacam itu bisa diredakan segera dengan cara berendam dalam air dingin atau minum air dingin bercampur es. Si pasien tidak lagi melakukan pengobatan lain. Karena yang ada dalam tubuh hanya sejenis unsur panas” yang bersenyawa dalam energi tubuh. Demam itu sudah bisa hilang ketika unsur dingin sudah sampai ke dalam tubuh. Unsur dingin itu bisa meredakan dan meredam panasnya yang bergejolak tanpa perlu mengeluarkan unsur tertentu dari dalam tubuh atau menunggu proses pematangannya.

 

Namun bisa juga yang dimaksud dengan demam itu adalah segala jenis demam.

 

Seorang pakar kedokteran ternama Galinews mengakui hal itu, yakni bahwa air dingin berguna mengatasi demam. Dalam makalah ke sepuluh dalam bukunya ‘Kiat Kesembuhan ia menegaskan, “Kalau seorang pemuda berdaging baik. bertubuh subur dalam keadaan marah atau dalam keadaan demam yang sangat sementara tidak ada pembengkakan dalam tubuhnya, lalu ia mandi dengan air dingin atau berenang di air dingin, langkah itu tidak bermanfaat.” Ia melanjutkan, “Dan kami menganjurkan hal itu tanpa hanti-hentinya.”

 

Ar-Raazi dalam kitabnya. Al-Kabir, menegaskan, “Kalau energi tubuh kuat sementara demam yang terjadi juga sangat tinggi. proses pematangan jelas, sementara dalam tubuh tidak terdapat pembengkakan atau luka. maka air dingin amat berguna bila diminum. Kalau si pasien bertubuh subur sementara suhu cuaca panas, dan ia terbiasa mandi dengan air dingin, maka itu juga dibolehkan.”

 

Ungkapan dalam sabda Nabi  “.. demam itu berasal dari uap Neraka Jahannam.” yakni panas demam yang bergejolak. Sama dengan sabda Nabi  lainnya. “Panas matahari yang terik berasal dari uap Jahannam.” Berkenaan dengan dua hadits di atas, ada dua interpretasi:

 

Pertama: Yakni bahwa panas tersebut merupakan contoh dan bagian kecil yang diambil dari Jahannam, agar para hamba Allah menjadikannya sebagai indikasi Neraka dan menjadikannya sebagai pelajaran. Kemudian Allah mentakdirkan keberadaan uap Neraka Jahannam dengan beragam sebab yang menjadi penyebabnya. Sebagaimana jiwa, gembira, senang, serta nikmat adalah bagian dari kenikmatan Surga, yang Allah perlihatkan dalam kehidupan dunia ini. Sebagai pelajaran dan indikator keberadaan Surga itu sendiri. Allah mentakdirkan keberadaan Surga itu dengan berbagai sebab yang menjadi konsekuensinya.

 

Kedua: Yang dimaksudkan dalam hadits itu adalah tamtsil. Allah mengumpamakan panas demam yang bergejolak seperti uap Jahannam. Allah juga mengumpamakan terik matahari dengan uap Jahannam. Sebagai peringatan bagi manusia akan panasnya siksa Neraka. Bahwa panas yang menyengat itu diumpamakan sebagai uap api Neraka. Yakni bahwa orang yang mendekatinya akan tersentuh oleh panas tersebut.

 

Sementara ungkapa beliau dalam sabdanya, “Dinginkanlah dengan air.” Diriwayatkan dengan dua redaksi, pertama kata abridu (lihat buku asli) ditulis dengan huruf hamzah yang di-fathah-kan. Diambil dari kata abrada artinya membuat sesuatu menjadi dingin. Kebalikan dari kata askhana yang artinya menghangatkan. Kedua, dengan hamzah washal di-dhammah-kan. Diambil dari kata barada, yabrudu. Artinya sama, hanya saja, ungkapan kedua ini lebih fasih. baik dari segi bahasa, maupun penggunaan. Penggunaan bentuk kata ruba’i (abridu), bukan tsulatsi (barada) bagi mereka dipandang sebagai bahasa rendah. AlHammasi pernah berkata:

 

“Kalaulah aku mendapatkan gejolak cinta dalam hatiku, aku akan berlari mendinginkan diri dengan sumber air desaku. Andaikan aku dapat mendinginkan diri dengan air sungaiku, siapa yang menyalakan api di atas tumpukan sampah berdebu.” Sementara ungkapan beliau dalam sabdanya., “… dengan air.” juga ada dua pengertian. Pertama. segala jenis air. Itulah pengertian yang benar. Kedua, air Zamzam. Mereka yang berpendapat demikian beralasan dengan hadits Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari Abu Jamrah Nashr” bin Imraan Adh-Dhuba’i bahwa ia meriwayatkan. “Aku pernah belajar kepada Ibnu Abbas di kota Mekkah. Tiba-tiba aku terserang demam. Maka Ibnu Abbas berkata. “Dinginkan dengan air Zamzam. Karena Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya demam itu atau demam yang berat itu berasal dari uap api Jahannam. Maka dinginkanlah dengan air.” Atau (ia berkata), “… dengan air Zamzam.”

 

Sayangnya perawi hadits tersebut ragu-ragu. Kalau ia meriwayatkannya dengan tegas. tentu kesimpulannya adalah: bagi penduduk Mekkah. hendaknya menggunakan air Zamzam, karena air Zamzam itu melimpah bagi mereka. Tetapi bagi penduduk kota lain, dengan air apa saja yang ada pada mereka.

 

Kemudian menurut mereka yang berpendapat bahwa air tersebut adalah segala jenis air, ternyata juga masih ada perbedaan pemahaman, yaitu: apakah air tersebut untuk disedekahkan. atau digunakan. Ada dua pendapat. Tetapi yang benar adalah bahwa air tersebut untuk digunakan. Menurut hemat penulis. mereka yang berpendapat bahwa air itu untuk disedekahkan adalah karena mereka bingung memahami bagaimana air dingin dapat digunakan untuk mengatasi demam. Mereka tidak mengerti caranya. Namun pendapat mereka itu ada sisi baiknya juga. Yakni bahwa balasan itu Allah berikan tergantung pada jenis amal yang dikerjakan. Memberikan seteguk air kepada orang yang dahaga amatlah terpuji. Kita juga memuji Allah atas demam yang Allah lenyapkan dari diri kita: sebagai ganjaran yang setimpal. Tetapi itu bisa dipahami dari pengertian hadits dan indikasi maknanya saja. Sementara maksud sesungguhnya dari hadits itu adalah bahwa air tersebut untuk digunakan. Abu Nu’aim dan ulama lain menceritakan sebuah hadits dari Anas yang berderajat marfu’.

 

“Kalau salah seorang di antara kalian demam, hendaknya ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin selama tiga malam di waktu faiar.“

 

Dalam Sunan Ibnu Majah dari hadits Abu Hurairah secara marfu’ disebutkan. “Demam itu berasal dari tiupan panas api Jahannam, maka singkirkanlah dengan menggunakan air dingin.” “

 

Dalam Kitab Musnad dan selainnya dari hadits Al-Hasan, dari Samurah dengan derajat marfu’, “Demam adalah sebagian dari pakaian api Neraka. maka dinginkanlah api itu dari kalian dengan air dingin.”

 

Rasulullah  sendiri apabila demam. beliau meminta diambilkan satu girbah (tempat air terbuat dari kulit) air. lalu beliau guyurkan ke kepala beliau, lalu beliau mandi.

 

Dalam As-Sunan dari hadits Abu Hurairah diriwayatkan bahwa ia berkata: Suatu saat ada orang yang menyebut-nyebut demam di sisi Rasulullah . Tiba-tiba seorang lelaki mengecamnya. Rasulullah  bersabda:

 

“Jangan mencela demam. Karena demam dapat menghapuskan dosa sebagaimana api melenyapkan karat pada besi.”

 

Karena bila seseorang demam, ia perlu meninggalkan berbagai jenis makanan buruk, lalu mengonsumsi berbagai jenis makanan dan obat yang bermanfaat, hal itu amat membantu untuk membersihakan tubuh dan membuang berbagai kotoran dan kelebihan yang tidak berguna menghilangkan unsur-unsur makanan yang buruk. Sehingga, prosesnya mirip dengan fungsi api terhadap besi dalam menghilangkan karatnya dan inti besi. Proses semacam itu sudah amat dikenal oleh kalangan medis.

 

Adapun pembersihan hati dari segala noda dan kotorannya serta proses mengeluarkan berbagai zat berbahaya dari hati, juga hal yang sudah dikenal di kalangan dokter jiwa. Dan realita yang mereka dapatkan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi :5. Hanya bedanya, bila penyakit hati itu sudah sulit diharapkan kesembuhannya,” obat ini sudah tidak bermanfaat lagi untuk mengobatinya.

 

Demam amat bermanfaat bagi jasmani dan ruhani. Bila demikian kenyataannya. maka mengecam penyakit demam jelas merupakan perbuatan zhalim dan sikap memusuhi.

 

Suatu kali, ketika penulis sendiri pernah terserang demam, penulis teringat ucapan salah seorang penyair:

 

“Telah tiba sang penghapus dosa. dan kini ia bersiap akan pergi: celakalah penyakit yang datang dan pergi ini. Kala hendak pergi, ia berkata: apa yang kau inginkan? Aku berkata: jangan sekali-kali engkau datang lagi. Sang demam berkata: celaka engkau, kenapa engkau mencaci yang dilarang oleh Rasulullah untuk dicaci. Mengapa engkau mengatakan: telah datang sang penghapus dosa, selamat datang. sungguh menyenangkan penyakit yang datang dan pergi ini. Kala sang penyakit akan berpamit pergi, ia bertanya: apa yang engkau inginkan? Engkau menjawab, “Janganlah engkau pergi.” Hal itu tentu lebih baik engkau lakukan. Sekarang aku akan pergi. Demam itu pun pergi dengan cepat sekali.”

 

Diriwayatkan dalam sebuat atsar namun penulis tidak mengetahui kedudukan atsar itu”:

 

“Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun.”

 

Riwayat ini memiliki dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke dalam seluruh anggota tubuh dan sendi-sendinya. Sementara jumlah sendi-sendi tubuh ada tiga ratus enam puluh. Maka demam itu dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.

 

Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang tidak akan hilang seratus persen dalam setahun. Sebagaimana sabda Nabi, “Barangsiapa menenggak minuman keras, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari.” Karena pengaruh minuman keras itu masih tetap ada tubuhnya, pembuluh nadi dan anggota tubuhnya selama empat puluh hari. Wallahu a’lam.

 

Abu Hurairah berkata: Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki seluruh organ tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang terkena demam.”

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami’-nya dari hadits Rafi bin Khudajj secara marfu’:

 

“Apabila salah seorang di antara kalian terserang demam-sedangkan demam itu adalah percikan api Neraka-hendaknya ia memadamkan demam itu dengan air dingin atau berendam di sungai yang mengalir. Hendaknya ia mandi sesudah fajar, sebelum terbit matahari. Hendaknya ia mengucapkan:

 

“Dengan nama-Mu ya Allah, sembuhkanlah penyakit hamba-Mu ini, dan luruskanlah petunjuk Rasul-Mu.”

 

Lalu berendam sebanyak tiga kali selama tiga hari berturut-turut.

 

Kalau sembuh, Alhamdulillah. Bila belum sembuh juga, ulangi hingga lima hari. Kalau belum sembuh juga, hingga tujuh hari.

 

Umumnya tidak pernah lebih dari tujuh hari, dengan izin Allah.”

 

Penulis tegaskan: Semua cara itu amatlah efektif bila dilakukan di musim kemarau di negeri-negeri panas berdasarkan beberapa catatan yang telah kami jelaskan sebelumnya. Karena dalam cuaca demikian temperatur air juga menjadi lebih dingin karena tidak bersentuhan langsung dengan sinar matahari (yakni berada jauh di dalam tanah). Energi menjadi lebih besar, karena tiga faktor yang saling membantu: tidur, sedikitnya aktivitas dan temperatur air yang dingin, sehingga energi yang dibutuhkan menjadi maksimal. Obat yang manjur—air dingin—mengantisipasi demam yakni demam yang tidak disertai pembengkakan organ tubuh dan tidak mengandung unsur-unsur buruk dari luar tubuh atau unsur-unsur merusak lainnya. Demam itu akan bisa diredam dengan izin Allah terutama pada malam-malam tertentu yang disebutkan dalam hadits. hari-hari dimana banyak wabah demam berjangkit di sebagian negeri tertentu: karena para penduduknya belum terlalu heterogen dan masih amat mudah bereaksi bila diberi obat manjur.

 

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan sebuah hadits dari Abul Mutawakkil. dari Abu Said Al-Khudri: Ada seorang lelaki yang datang menemui Nabi &

. Lelaki itu mengadu, “Saudaraku terserang penyakit perut melilit.” Dalam riwayat lain diceritakan, “Perutnya melilitlilit.” Maka beliau bersabda, “Minumkanlah ia madu.” Lelaki itu pun pulang ke rumah. Tak lama ia kembali lagi dan berkata, “Sudah kuminumkan madu. tetapi belum juga sembuh.” Dalam riwayat lain dikisahkan, “… bahkan penyakitnya semakin bertambah.” Demikian dikisahkan bahwa dia mengatakan demikian dua atau tiga kali. Setiap kembali, Rasulullah selalu bersabda, “Minumkanlah ia madu.” Pada kali yang ketiga atau keempat beliau menambahkan, “Sungguh Mahabenar Allah, dan sungguh perut saudaramu yang berdusta.”

 

Dalam Shahih Muslim disebutkan, “Saudaraku terserang buangbuang air.” Yakni karena rusaknya pencernaan sehingga perut besarnya bermasalah.

 

Madu memiliki banyak khasiat. Madu dapat membersihkan kotoran yang terdapat pada usus, pembuluh darah dan yang lainnya, dapat menetralisir kelembaban tubuh, baik dengan cara dikonsumsi atau dioleskan, amat bermanfaat untuk lanjut usia dan mereka yang memiliki keluhan pada dahak atau yang metabolismenya cenderung lembab dan dingin. Madu amat bergizi, melembutkan sistem alami tubuh, mengawetkan pasta atau makanan yang direndam dengan pasta, menghilangkan rasa obat yang tidak enak, membersihkan lever, memperlancar buang air kecil, cocok untuk mengobati batuk berdahak. Bila diminum dalam keadaan panas dicampur dengan air mawar, bisa berguna mengusir serangga dan pengaruh opium. Kalau diminum begitu saja dicampur dengan air putih, bisa berguna mengobati sakit akibat gigitan anjing gila (rabies) atau akibat keracunan jamur”. Kalau sebongkah daging segar dimasukkan ke dalamnya. akan bisa terawetkan selama tiga bulan.

 

Demikian juga apabila buah labu. mentimun, labu. pumpkin, dan terong direndam dalam madu, juga bisa terawetkan dalam waktu yang sama. Bahkan buah-buahan yang direndam dalam madu bisa bertahan hingga enam bulan. Madu juga bisa digunakan untuk pembalseman mayat, sehingga bisa disebut: pembalseman yang aman. Bila dioleskan ke tubuh dan rambut yang berkutu, akan bisa membunuh kutu dan menghilangkan ketombe. Madu juga dapat memanjangkan rambut. memperindah dan melembutkannya. Kalau digunakan sebagai celak, akan mempertajam pandangan mata. Kalau digunakan untuk bersikat gigi bisa memutihkan dan mengilatkan gigi. bisa menjaga kesehatan gigi dan menyehatkan gusi. Madu juga berfungsi membuka simbul-simbul pembuluh darah dan membersihkan kotorannya. Bila dijilat saja bisa menghilangkan dahak, mencuci lambung dan menyingkirkan kotorannya, bisa juga menghangatkan tubuh secara stabil dan membuka penyumbat-penyumbat dalam tubuh. Madu juga bermanfaat untuk lever dan ginjal serta kandung kemih. Sementara madu tidak terlalu berbahaya untuk penderita kelainan lever dan limpa, seperti zat-zat gula lainnya.

 

Selain itu, madu relatif aman dari kerusakan, relatif kurang berbahaya termasuk untuk mereka yang terkena penyakit kuning. Untuk menghilangkan bahayanya sama sekali, bisa dicampur dengan cuka buah dan sejenisnya, bahkan bisa berubah menjadi obat yang bermanfaat sekali.

 

Madu bisa menjadi makanan bila dicampur dengan makanan, menjadi obat bila dicampur dengan obat-obatan, bisa menjadi minuman bila dicampur dengan minuman, bisa menjadi zat gula bila dicampur dengan karbohidrat, bisa menjadi cream pelembut kulit bila dicampur dengan cream, bisa menjadi minuman berenergi bila dicampur dengan minuman sejenis. Tidak ada suatu zat yang setara dengan madu yang diciptakan oleh Allah, tidak ada yang lebih baik. tidak ada yang sama atau sekadar mendekati kualitasnya. Madu menjadi satu-satunya andalan orang-orang terdahulu. Bahkan buku-buku pengobatan klasik tidak pernah menyebut-nyebut unsur gula selain madu. unsur gula lain baru dikenal oleh kedokteran belakangan ini saja.

 

Nabi biasa meminum madu dicampur dengan air, untuk membersihkan air liur. Namun kebiasaan itu menyimpan sebuah rahasia menakjubkan untuk menjaga kesehatan. Kiat itu hanya dipahami oleh orang-orang yang cerdas saja. Nanti hal itu akan kami ulas dalam pembahasan tentang petunjuk Nabi dalam menjaga kesehatan.

 

Dalam Sunan Ibnu Majah, terdapat riwayat marfu’ dari Abu Hurairah:

 

“Barangsiapa meminum tiga sendok madu dalam tiga pagi saja setiap bulan, niscaya ia tidak akan terkena penyakit berat.” “

 

Dalam riwayat lain disebutkan:

 

“Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat: madu dan AlQuran.”

 

Di situ dikombinasikan antara kedokteran manusia dengan kedokteran Ilahi, antara terapi fisik dengan terapi ruhani, antara obat berunsur bumi dengan obat berunsur langit.

 

Bila hal ini sudah dipahami, maka demikianlah yang digambarkan oleh Nabi berkaitan dengan madu: madu berfungsi menyingkirkan kotoran yang terkumpul di lambung dan usus. Karena madu memang mengandung unsur penolak segala macam kotoran. Terkadang, lambung dihinggapi oleh zat-zat lengket yang menghalangi makanan akibat kandungan unsur perekatnya. Bila zat-zat perekat itu menempel di lambung, ia akan bisa merusak lambung sekaligus merusak makanan yang masuk. Maka obat yang dibutuhkan adalah yang mampu menyingkirkan unsur-unsur perekat tersebut. Madu adalah obat pencema. Madu amat cocok untuk mengobati penyakit semacam itu, Terutama sekali bila dicampur dengan air panas.

 

Perintah mengonsumsi madu secara berulang-ulang itu juga mengandung rahasia medis yang mengagumkan. Obat harus dikonsumsi dengan dosis dan kuantitas yang tepat sesuai dengan penyakit yang diderita seseorang. Kalau dosisnya kurang. tidak akan menghilangkan penyakitnya secara keseluruhan. Tetapi kalau dosisnya berlebihan juga bisa melemahkan tubuh sehingga menimbulkan bahaya lain. Nabi memerintahkan lelaki tadi untuk meminumkan madu kepada saudaranya yang sakit dengan dosis yang sesuai untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Namun dosis yang diminumkannya tidak mencapai takaran yang pas. Ketika lelaki itu datang memberitahukan keadaan si sakit, Nabi mengerti bahwa dosis yang diberikan memang belum cukup. Setelah ia datang berulang-ulang, beliau menekankan untuk terus menambah dosisnya sehingga mencapai dosis yang sesuai dengan kebutuhan untuk mengatasi penyakit tersebut. Ketika obat itu diminumkan secara berulang-ulang, dengan izin Allah penyakit itu pun sembuh. Pengenalan terhadap dosis obat, cara mengonsumsi obat dan kadar berat ringannya penyakit adalah formula ilmu kedokteran yang terbesar.

 

Sementara sabda beliau, “Sungguh Mahabenar Allah”! dan sungguh perut saudaramulah yang berdusta,” mengisyaratkan bahwa obat tersebut memang manjur. Penyakit itu masih terasa bukan karena obatnya yang tidak berkhasiat. akan tetapi karena perutnya yang bermasalah karena terlalu banyak mengandung zat-zat merusak. Sehingga beliau terus memerintahkan agar pengobatan diulang, karena unsur yang harus dibersihkan terlalu banyak.

 

Kedokteran ala Nabi memang berbeda dengan ilmu medis para dokter pada umumnya. Kedokteran Nabi bersifat pasti dan absolut serta bernilai kedokteran Ilahi, berasal dari wahyu dari lentera kenabian serta kesempurnaan intelegensi. Sementara kedokteran lain kebanyakan bersifat diagnosis, perkiraan dan eksperimen belaka. Memang tidak disangkal, banyak sekali orang yang tidak mampu memanfaatkan kedokteran ala nabi ini. Penyebabnya adalah bahwa kedokteran Nabi hanya bisa dimanfaatkan bila disertai dengan keyakinan dan sugesti terhadap kesembuhan serta mengoptimalkan penggunaannya dengan iman dan kepasrahan. Al-Qur’an sebagai obat penyakit juga hanya akan berfungsi mengobati berbagai kotoran hati bila dipergunakan dengan cara tersebut. Bagi orang munafik, Al-Qur’an justru semakin mempertebal najis kemunafikan mereka, semakin memperparah penyakit kemunafikan mereka. Bagaimana mungkin terapi fisik Al-Qur’an akan berguna buat mereka? Terapi kenabian hanya sesuai dengan tubuh yang sehat ruhaninya. Sebagaimana pengobatan Al-Quran hanya berguna bagi mereka yang berjiwa sehat dan berhati hidup. Mengapa banyak orang enggan menggunakan pengobatan ala nabi? Tak jauh berbeda alasannya dengan kenapa mereka tidak menggunakan pengobatan Al-Qur’an, padahal jelas pengobatan Al-Qur’an amat bermanfaat. Bukan karena pengobatan tersebut yang tidak berkhasiat, tetapi memang tabiat jiwa manusianya yang buruk, diri manusianya yang tidak mampu menerimanya, Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya bahwa ia pernah mendengar sang ayah bertanya kepada Usamah bin Zaid. “Apa hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah  berkaitan dengan penyakit pes?” Usamah menjawab: Rasulullah  pernah bersabda:

 

“Pes adalah hukuman yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan Bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah pes di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun bila pes itu mewabah di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian demi menghindari penyakit itu.” “?

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Hafshah binti Sirin bahwa ia menceritakan: Anas bin Malik berkata: Rasulullah  bersabda:

 

“Pes adalah mati syahid bagi setiap Muslim. “

 

Secara bahasa, pes adalah sejenis wabah. Demikian disebutkan oleh penulis Ash-Shihah. Sementara di kalangan medis, pes itu dikenal sebagai pembengkakan yang mematikan, menimbulkan radang yang amat parah, dan rasa sakit yang luar biasa. sehingga seputar organ yang terkena penyakit itu menjadi hitam, hijau, atau abu-abu. Kemudian akan muncul nanah dengan cepat. Biasanya. pes menyerang tiga tempat: ketiak. bagian belakang telinga, dan ujung hidung, serta di bagian daging tubuh yang lunak.”

 

Dalam sebuah atsar dari Aisyah  disebutkan bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah , “Penyakit perut sudah kami ketahui. Lalu apa yang dimaksud dengan penyakit pes?” Beliau menjawab. “Kelenjar yang muncul seperti yang dialami oleh unta, muncul pada bagian belakang ketiak dan sejenisnya.”

 

Kalangan medis menandaskan: Kalau muncul bisul di bagian daging tubuh yang lunak dan berlemak, di belakang telinga atau hidung. sementara bentuk bisul itu amat berbau busuk sekali. maka itulah yang disebut sebagai pes. Penyebab penyakit itu adalah darah kotor yang cenderung bau dan busuk yang kemudian membentuk suatu unsur yang merusak organ tubuh serta merubah strukturnya. Terkadang bisa mengeluarkan darah bercampur nanah dan menyebabkan kerusakan jantung?’, menimbulkan muntah-muntah, hilang keseimbangan bahkan juga kehilangan kesadaran. Meskipun istilah itu juga berlaku untuk semua jenis peradangan yang membahayakan jantung sehingga mematikan, namun dalam kasus pes ia hanya menyerang daging berkelenjar, karena seluruh organ tubuh tidak mampu menerimanya akibat terlalu beratnya jenis radang ini, kecuali yang bentuknya hanya ringan. Yang paling parah adalah yang menyerang ketiak dan bagian belakang telinga karena letaknya yang dekat dengan kepala. Yang paling ringan yang disebut pes merah, baru kemudian pes kuning. Sementara jenis yang kehitaman adalah yang paling sulit dihindarkan oleh seseorang.

 

Karena pes adalah wabah dan banyak terjadi di negeri-negeri yang mengalami peperangan, maka kata wabah diidentikkan dengan pes sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khalil. “Wabah adalah pes.” Ada juga yang berpendapat bahwa kata wabah digunakan untuk setiap jenis penyakit yang diderita oleh banyak orang.

 

Penjelasannya. bahwa wabah dan pes masing-masing memiliki pengertian umum dan spesifik. Setiap jenis pes adalah wabah dan tidak setiap wabah itu pes. Demikian juga berbagai jenis penyakit umum lainnya, sifatnya lebih umum daripada pes. Karena pes hanya salah satu jenis penyakit umum.

 

Pes adalah semacam luka. koreng. dan peradangan berat yang terjadi pada sebagian bagian tubuh seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Kami tegaskan: Segala bentuk borok dan pembengkakan itu hanyalah pengaruh dari pes. bukan pes itu sendiri. Akan tetapi kalangan medis ketika tidak dapat mengidentifikasi selain tanda-tanda yang nampak maka mereka mengidentikkannya dengan penyakit pes.

 

Pes memang istilah yang sering digunakan untuk hal berikut.

 

  1. Untuk beberapa pengaruh penyakit tersebut. Itulah yang sering diungkapkan oleh kalangan medis.

 

  1. Untuk kematian mendadak. Itulah yang dimaksudkan dalam sebuah hadits shahih, “Pes adalah kematian syahid bagi setiap Muslim.”

 

  1. Penyebab munculnya pengaruh penyakit tersebut di atas.

 

Diriwayatkan sebuah hadits shahih, “Pes adalah sisa siksaan yang ditimpakan kepada Bani Israil.” Ada juga sebuah riwayat menyebutkan, “Pes adalah penyakit jin.” Sebuah riwayat lain menyebutkan. “Pes adalah akibat doa seorang Nabi.” “

 

Berbagai penyakit dan faktor-faktor penyebabnya itu hingga kini belum ada penangkalnya di kalangan tenaga medis, bahkan tidak ada kiat untuk mengindikasikan datangnya penyakit tersebut. Sementara para rasul memberitahukan berbagai perkara yang masih ghaib bagi orang lain. Bahkan berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh penyakit bes itu pun tidak mampu disangkal oleh para tenaga medis bahwa itu terjadi dengan sugesti sebagai mediatornya. Pengaruh sugesti pada tubuh dan segala penyakit yang dideritanya bahkan juga kematian yang dialaminya adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri kecuali oleh orang yang paling tidak mengerti pengaruh dari sebuah sugesti, serta reaksi yang ditimbulkan olehnya pada tubuh dan segala organ. organnya. Allah memang telah menciptakan pengaruh dalam sugesti terhadap tubuh manusia. Di antara pengaruh yang ditimbulkan oleh sugesti adalah munculnya wabah dan polusi udara. Sugesti amat berperan pula ketika tubuh didominasi oleh berbagai unsur jelek yang menyebabkan rusaknya pernapasan. terutama juga ketika terjadinya gejolak darah. Juga ketika terjadi gejolak libido (syahwat). Sugesti yang ditunggangi nafsu setan akan mendominasi jiwa orang-orang yang terkena gejala-gejala semacam itu. selama itu tidak diatasi oleh kekuatan yang lebih hebat lagi. yakni doa dan dzikir, permohonan dan ketundukan kepada Allah, sedekah dan membaca Al-Wuran. Karena semua ibadah itu pun akan menghasilkan sugesti yang berbasis kekuatan malaikat sehingga mampu menyingkirkan sugesti setan tersebut, mencegah dampak buruk dan bahaya yang ditimbulkannya. Kami dan banyak orang lain juga pernah mencoba cara itu berkali-kali, hanya Allah yang mengetahui berapa kali kami telah melakukannya. Kami melihat sejauh mana dan sebesar apa pengaruh sugesti ibadah itu dalam menguatkan jiwa dan menolak unsur-unsur jahat. Yakni sebelum unsur jahat itu betul-betul mendekam dan lama dalam tubuh sehingga menjadi amat sulit disingkirkan. Orang yang mendapatkan taufik dari Allah. setelah merasakan gejala-gejala unsur jahat segera menggunakan sugesti penolak tersebut yang akan segera menyingkirkan semua unsur jahat itu. Sugesti ibadah menjadi obat yang paling manjur dalam hal ini. Kalau Allah berkehendak melakukan takdir dan ketetapannya. Allah akan menutup hati seorang hamba sehingga ia tidak mampu mengetahui. membayangkan atau mengenalinya sehingga ia tidak merasakan kehadirannya dan bahkan tidak menginginkan kehadirannya. Semua takdir dan ketetapan itu dikembalikan kepada Allah juga.

 

Kami akan memperjelas semua keterangan ini secara lebih gamblang lagi ketika kami mengulas metode pengobatan dengan ruqyah (bacaan Al-Qur’an), beberapa doa tolak bala” yang diajarkan oleh Nabi (uwadz nabawiyah), dzikir, doa, dan amal kebajikan).

 

Di sini kami menjelaskan bahwa perbandingan ilmu pengobatan Ahli Medis dengan pengobatan Nabi ini seperti perbandingan peng obatan primitif dibandingkan dengan pengobatan medis modern. Para pakar kedokteran dan tenaga medis mengakui hal itu. Kami juga menjelaskan bahwa tabiat fisik manusia amat mudah dipengaruhi oleh sugesti. Sehingga energi ruayah dan doa dapat mengatasi berbagai bentuk obat-obatan lain bahkan energinya mampu menyingkirkan racun mematikan sekalipun.

 

Sasaran pembahasan di sini adalah bahwa polusi udara adalah bagian dari faktor optimal dan penyebab utama penyakit pes. Sementara polusi materi udara yang mengakibatkan berjangkitnya wabah terjadi karena perubahan materi udara menjadi buruk karena dominasi sistem peredaran udara yang jelek, seperti adanya gangguan bau busuk. tengik dan udara beracun. sepanjang perputaran satu tahun, meskipun lebih banyak terjadi di penghujung musim kemarau, juga di musim gugur pada umumnya. Karena pada saat itu banyak terkumpul sisa-sisa call-bladder (zat pahit) yang tajam dan zat-zat lain pada musim kemarau namun hingga berakhir musim kemarau zat-zat tersebut belum terkontaminasi. Pada musim gugur, polusi juga banyak terjadi karena udara dingin, karena uap dan sisa-sisa di musim kemarau yang sudah terkontaminasi. Uap dan zat itu terkumpul. terpanasi dan berubah menjadi busuk sehingga menimbulkan penyakit demam busuk. Terutama sekali bila menyerang tubuh yang siap menerima zat-zat tersebut. kurang olah raga dan terlalu banyak makan. Tubuh orang seperti itu amatlah mudah terserang penyakit.

 

Musim yang terbaik adalah musim semi. Acrotes menegaskan, “Pada musim gugur, penyakit itu semakin mewabah dan lebih mematikan. Adapun di musim semi adalah musuh yang paling menyehatkan dan paling sedikit terjadi kematian pada musim itu.”

 

Sudah menjadi kebiasaan para apoteker dan pengurus mayat untuk meminjam uang dan berutang pada musim semi dan musim kemarau untuk menghadapi musim gugur. Karena musim gugur adalam musim semi mereka (musim panen mereka). Mereka adalah orang yang paling senang menghadapi musim gugur dan paling merindukan kehadirannya.

 

Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

 

“Apabila bintang sudah terbit, segala bencana akan hilang dari setiap negeri.”

 

Ada yang menafsirkan bahwa artinya adalah terbitnya bintang kejora. Ada juga yang menafsirkan bahwa artinya adalah tumbuhnya tanaman di musim semi. Ungkapan seperti juga terdapat dalam Al-Qur’an, “Binatang dan pohon-pohon tunduk kepada-Nya.” Sebab pertumbuhan yang optimal pada tanaman terjadi pada musim semi yang mana segala macam wabah penyakit hilang pada musim tersebut.

 

Adapun saat terbitnya bintang kejora bersamaan dengan terbitnya fajar. justru berbagai macam penyakit bertambah demikian pula ketika tenggelamnya bintang tersebut.

 

At-Tamimi menyebutkan dalam kitab Maadatul Bagaa, “Waktu yang paling rusak dan paling berbahaya bagi tubuh sepanjang tahun ada dua: Pertama, saat tenggelamnya bintang kejora ketika terbit fajar. Kedua: Saat terbitnya dari Timur sebelum terbitnya matahari ketika kedudukan. nya sejajar dengan orbit bulan. Yakni waktu berakhirnya musim semi. Namun kerusakan alam lebih banyak ditimbulkan saat bintang itu tenggelam daripada saat dia terbit.”

 

Abu Muhammad bin Qutaibah menandaskan, “Bintang kejora itu datang dan pergi membawa wabah penyakit bagi umat manusia dan juga binatang unta. Namun saat tenggelamnya lebih berbahaya daripada saat terbitnya.”

 

Berkaitan dengan hadits di atas, ada juga pendapat lain, dan barangkali ini adalah pendapat yang lebih utama. Yakni bahwa arti bintang tersebut adalah bintang kejora. sementara arti bencana di situ adalah hama yang menyerang tanaman dan buah-buahan di musim dingin dan awal musim semi. Semua hama itu akan lenyap ketika muncul bintang kejora pada waktu yang disebutkan. Oleh sebab itu, Rasulullah 8& melarang menjual buah-buahan atau membelinya bila belum layak dimakan.

 

Namun yang menjadi sasaran pembahasan di sini adalah bagaimana petunjuk Nabi berkaitan dengan penyakit pes.

 

Ketika Nabi melarang umatnya untuk masuk ke wilayah terjadinya wabah pes dan melarang mereka keluar dari wilayah terjadinya penyakit tersebut, beliau telah menggabungkan sistem pencegahan optimal. Karena masuk ke daerah wabah sama saja dengan menyerahkan diri kepada penyakit, menyongsong penyakit di istananya sendiri, dan berarti juga menolong membinasakan diri sendiri. Itu bertentangan dengan ajaran syariat dan disiplin logika. Melarang umatnya untuk masuk ke wilayah wabah adalah bentuk pencegahan yang memang dianjurkan oleh Allah, yakni mencegah diri kita untuk tidak masuk ke wilayah dan lembah yang membawa derita.

 

Sementara dengan melarang keluar dari wilayah wabah, mengandung dua maksud:

 

Pertama: Mendorong jiwa manusia untuk percaya kepada Allah, bertawakal kepada-Nya dan tabah serta ridha menghadapi takdir-Nya.

 

Kedua: Seperti dinyatakan oleh para pakar kedokteran bahwa apabila seseorang ingin menyelamatkan diri dari wabah panyakit yang menimpanya. maka ia harus mengeluarkan kelembaban berlebih dari tubuhnya””, melakukan diet, mengetatkan segala aktivitas. kecuali olah raga dan mandi, keduanya harus betul-betul dihindari secara total. Karena tubuh penderita pada umumnya tidak lepas dari berbagai unsur jahat yang tersembunyi dalam tubuh. Semua unsur itu akan menggeliat bila seseorang melakukan olah raga atau mandi. sehingga seluruh unsur bercampur menjadi satu. Hal itu bisa menimbulkan penyakit lain yang juga berbahaya. Pada saat terkena wabah. seseorang dianjurkan banyak istirahat dan mengurangi aktivitas. Sementara untuk keluar dari wilayah wabah dibutuhkan banyak tenaga. dan itu amat berbahaya sekali.

 

Demikianlah ulasan para pakar medis klasik dan mutakhir. sehingga pengertian medis dari hadits tersebut semakin jelas. Hadits tersebut mengandung pengobatan dan penjagaan kesehatan terhadap penyakit fisik dan ruhani.

 

Kalau ada orang berkata: Ucapan Nabi, “Janganlah keluar dari wilayah itu untuk menghindari penyakit tersebut,” itu menunjukkan bahwa pengertiannya bukanlah seperti yang kalian sebutkan. Karena dengan demikian orang yang bepergian karena suatu keperluan tertentu tidaklah dilarang. Demikian juga tidak ada halangan bagi orang yang hendak melakukan perjalanan jauh sekalipun.

 

Jawabannya: Tidak ada satu orang ahli medis pun yang mengatakan bahwa orang yang terkena penyakit pes harus meninggalkan seluruh aktivitasnya, sehingga ia tak ubahnya seperti benda mati saja. Namun yang disarankan adalah mengurangi aktivitas sedapat mungkin. Orang yang sekadar menghindari tidak berarti ia banyak bergerak. tetapi sekadar menghindarinya saja. Dengan tidak banyak bergerak dan memperbanyak istirahat, kondisi fisik dan ruhani akan semakin baik. Akan membuat seseorang lebih dekat pada sikap tawakal kepada Allah dan berserah diri terhadap takdir-Nya. Adapun orang yang selalu beraktivitas seperti tukang. buruh. musafir. tukang pos (kurir) dan yang lainnya. tidak mungkin diperintahkan untuk meninggalkan semua aktivitas mereka secara total. Namun cukup mereka meninggalkan aktivitas yang tidak berguna, seperti berlari-lari dan sejenisnya. Wallahu a’lam. Sementara larangan Nabi kepada umatnya untuk masuk ke wilayah terjadinya wabah pes juga memiliki beberapa hikmah:

 

1 Menjauhkan din dari berbagai hal yang membahayakan.

 

  1. Mencari keselamatan dan kesehatan yang merupakan inti kehidupan dunia dan akhirat.

 

  1. Agar tidak menghirup udara yang dicemari oleh bau busuk dan kotoran yang menyebabkan mereka sakit.

 

  1. Agar mereka tidak berdekatan dengan orang-orang sakit yang bisa menyebabkan mereka sakit, sehingga mereka dapat tertular akibat berdekatan dengan mereka. Dalam Sunan Abu Daud disebutkan sebuah riwayat marfu’, “Mendekati wilayah penyakit berarti kebinasaan.” “‘ Ibnu Qutaibah berkata. “Yang dimaksud dengan al. irag adalah mendekati wilayah penyakit,” artinya berdekatan dengan wabah penyakit dan orang-orang sakit.”

 

  1. Menjaga jiwa mereka dari kebiasaan meramal atau bersikap optimis dengan tanda atau signal-signal tertentu. Karena ramalan itu justru akan membahayakan peramalnya sendiri.

 

Walhasil, secara umum larangan masuk ke negeri dimana terjadi wabah pes adalah larangan untuk berjaga-jaga dan pencegahan. larangan untuk tidak menjerumuskan diri kepada hal yang berbahaya. Perintah untuk menjauhkan diri dari penyakit itu mengandung perintah untuk bertawakal, berserah diri dan pasrah. Hal pertama mengandung unsur pendidikan dan pengajaran. sementara hal kedua mengandung ajaran untuk pasrah dan berserah diri.

 

Dalam Ash-Shahih diriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khatthab  pernah pergi ke negeri Syam hingga ketika sampai di Saragh, beliau bertemu dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan teman-temannya. Mereka memberitahukan bahwa ada wabah terjadi di negeri Syam. Mereka saling berselisih paham. Beliau berkata kepada Ibnu Abbas, “Tolong panggilkan orang-orang Al-Muhajirin yang awal.” Ia pun memanggil orang-orang Al-Muhajirin yang awal dan mengajak mereka bermusyawarah. Mereka pun berbeda pendapat. Sebagian di antara mereka berkata, “Bukankah engkau pergi ke sana untuk suatu urusan? Kami memandang tidak ada gunanya engkau pulang kembali.” Sementara sebagian lagi berkomentar, “Tetapi engkau pergi bersama banyak orang lain dan juga para sahabat Rasulullah. Tidak sepantasnya engkau mengajak mereka mendatangi wabah tersebut.” Maka Umar – berkata, “Sudah, cukup. Lekas panggilkan orang-orang Al-Anshar.” Maka orang-orang Al-Anshar pun dipanggil. Mereka pun diajak bermusyawarah.

 

Mereka pun berbuat sama dengan kalangan Al-Muhajirin. Mereka juga saling berbeda pendapat satu dengan yang lain. Akhirnya Umar kembali berkata, “Sudah, cukup. Sekarang tolong panggilkan tokohtokoh Quraisy, yakni mereka ikut dalam penaklukan kota Mekkah.” Mereka pun dipanggil. Ternyata mereka sepakat dan tidak ada perbedaan pendapat di antara mereka. Mereka berkata, “Kita pulang saja, jangan kita mendatangi wilayah wabah tersebut.” Maka Umar pun mengumumkan kepada orang-orang yang bersama beliau, “Hari ini aku akan bertahan di atas punggung (tunggangan) hingga pagi hari. Lakukanlah hal yang sama. Berubahlah kalian mengikuti diriku.” Abu Ubaidah bin Al-Jarrah bertanya. “Wahai Amirul Mukminin! Bukankah itu berarti kita berlari dari takdir Allah?” Beliau menjawab, “Untung engkau mengucapkan perkataan itu, hai Abu Ubaidah. Benar, kita berlari dari satu takdir Allah kepada takdir-Nya yang lain. Coba kamu fikirkan. Seandainya kamu memiliki seekor unta yang kamu gembalakan di sebuah lembah yang memiliki dua tempat, yang satunya subur”? dan yang satunya gersang. Bukankah kamu akan menggembalakannya di lokasi yang subur? Bila kamu lakukan itu, berarti kamu melakukannya dengan takdir Allah. Dan kalau kamu menggembalakannya di tempat yang gersang, kamu juga melakukannya dengan takdir Allah.”

 

Maka datanglah Abdurrahman bin Auf yang saat itu sedang keluar mencari rizki. la berkata. “Dalam persoalan ini, saya memiliki pengetahuan dari Rasulullah  Saya pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

 

 

“Kalau kalian berada di suatu negeri dimana terjangkit pes, janganlah kalian keluar dari negeri itu. Dan kalau kalian mendengar pes itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kalian masuk ke dalamnya.”

 

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadits dari Anas bin Malik, ia menceritakan: Suatu saat datanglah sekelompok orang dari Urainah dan Ukal menemui Nabi. Mereka mengeluh bahwa mereka terjangkit penyakit Istisqa. Maka beliau bersabda, “Coba kalian keluar dan mencari unta zakat, kalian minum air susu dan air seninya.” Mereka pun melakukannya. Ketika mereka sembuh. mereka justru menyerang sekelompok gembala Muslim, membunuh mereka, dan melarikan untanya. Mereka justru memerangi Allah dan Rasul-Nya. Maka Rasulullah segera mengirim utusan untuk mengejar mereka. Mereka pun ditangkap, dipotong tangan dan kaki mereka, bahkan mata mereka ditusuk dan dijemur di bawah sinar matahari yang terik hingga mati.

 

Indikator medis dalam hadits ini adalah bahwa penyakit yang disebutkan di situ adalah Istisqa. Diriwayatkan oleh Muslim berkaitan dengan riwayat ini bahwa mereka berkata, “Kami mengalami penyakit di Al-Madinah. Perut kami tiba-tiba menggembung dan anggota tubuh kami gemetar … dan seterusnya.” “

 

Penyakit yang disebutkan dalam hadits itu adalah jawa, yakni sejenis penyakit perut. Sementara penyakit Istisqa adalah sejenis penyakit fisik yang disebabkan oleh sejenis benda asing bertekstur dingin meresap ke dalam rongga-rongga berbagai organ tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan. Baik organ tubuh luar seluruhnya, atau tempat-tempat kosong yang terdapat di dalamnya terjadi metabolisme dan pencernaan makanan. Bentuk penyakit ini ada tiga: bagian yang menyerang tubuh yang berdaging-dan ini yang paling berbahaya bagian yang menyerang rongga tubuh. dan busung.

 

Karena obat yang dibutuhkan untuk penyakit ini adalah obat perangsang yang memiliki takaran seimbang dan dapat memperlancar metabolisme sesuai kebutuhan. semua kriteria itu ternyata ada pada air seni unta dan susu. maka Nabi memerintahkan mereka meminumnya. Susu unta bisa memperlancar metabolisme, memperlunak sisa makanan dalam tubuh dan membuka penyumbatan. Karena kebanyakan makanan yang dikonsumsi unta adalah rerumputan. gaishum, akar-akaran, babons, chrysantenum. idzkhir. dan sejenisnya yang kesemuanya adalah obat pencahar.

 

Penyakit ini pada umumnya terjadi disertai keluhan lever saja”, atau bisa juga disertai komplikasi lain. Kebanyakan disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi. Susu unta Arab amat berguna membuka atau menyingkirkan sumbatan tersebut sebagaimana telah dijelaskan.

 

Ar-Razi menandaskan. “Air susu unta Arab bisa membantu menyembuhkan penyakit lever atau kerusakan metabolisme.”

 

Al-sraili menyatakan, “Susu unta Arab adalah susu yang paling rendah protein dan lebih banyak kandungan airnya, lebih sedikit unsur makanannya. Sehingga lebih berfungsi membongkar sumbatan dan membersihkan perut serta menolak benda asing. Itu bisa terindikasikan oleh minimnya kadar garam dalam susu unta Arab karena rendahnya tingkat panas alami pada tubuhnya. Oleh sebab itu susu ini dikenal sebagai susu yang paling berkhasiat memperbaiki fungsi lever dan membongkar sumbatannya serta memperlunak zat makanan yang keras?” bila belum terlalu lama mendekam dalam perut. Susu ini juga secara spesial berguna mengatasi penyakit istisqa, kalau digunakan dalam keadaan hangat langsung sehabis diperah. dicampur dengan air susu anak unta yang juga hangat seperti air seni yang keluar dari hewan lain juga. Semua itu akan menambah unsur garam dan memperlancar pembongkaran penyumbatan dan pembersihan perut. Kalau proses pembersihan itu terhalangi, harus ditambah dengan obat pencahar lain.

 

Penulis Al-Qanun menandaskan, “Sama sekali tidak perlu dihirau. kan pendapat yang menyatakan bahwa tekstur susu itu berlawanan dengan terapi penyakit Istisqa. Padahal harus diketahui. bahwa susy unta itu amatlah bermanfaat untuk mengobati penyakit tersebut karena susu itu mengandung zat pencahar dengan kadar seimbang. Di antara khasiat susu itu adalah reaksinya yang cepat. Kalau si sakit may mengonsumsi susu tersebut sebagai pengganti makanan dan minuman, penyakitnya itu pasti akan sembuh. Itu sudah banyak dicoba oleh sebagian orang yang pernah dengan terpaksa terdampar di negeri Arab sehingga mereka terpaksa meminum air susu unta. Ternyata penyakit Istisqa yang mereka derita sembuh. Susu unta terbaik adalah susu unta Arab Badui. karena itu unta yang paling baik mutunya.”

 

Kisah dalam hadits di atas menunjukkan disyariatkannya berobat dan melakukan terapi. Hadits itu juga menunjukkan bahwa air kencing binatang yang berdaging halal adalah suci. Karena berobat menggunakan makanan atau minuman haram tidak boleh”. Ternyata mereka juga tidak diperintahkan mencuci mulut mereka, meski mereka baru masuk Islam setelah mereka meminum air seni unta. Demikian juga pakaian mereka yang terkena air seni tersebut tidak diperintahkan untuk dicuci karena mereka akan melaksanakan shalat. Bila penjelasan Nabi ditangguhkan padahal saat itu amatlah perlu penjelasan itu diberikan, tentu tidaklah sesuai dengan kaidah syariat. Hadits itu juga memberikan indikasi agar kita menghukum seorang kriminal sesuai dengan kriminalitas yang dilakukannya. Yakni ketika mereka membunuh penggembala Muslim dan menusuk matanya.

 

Itu disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya. Hadits itu juga memberikan indikasi bagaimana menghukum sekelompok orang yang melakukan pembunuhan. bahwa mereka harus dibunuh secara bersamaan pula, dan harus dipotong tangan dan kaki mereka. Itu adalah ganjaran yang ditetapkan oleh Allah atas perbuatan nekat mereka”? dan karena mereka melakukan pembunuhan terhadap penggembala itu. Hadits itu juga menunjukkan bahwa orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya bila sampai membunuh dan merampok harus dipotong kaki dan tangannya dalam satu waktu, lalu dibunuh. Hadits itu juga mengindikasikan bahwa perbuatan kriminal berat hukumannya juga berat. Mereka telah menjadi murtad setelah sebelumnya masuk Islam, bahkan membunuh seorang Muslim dan memotong-motong tubuh korbannya. Mereka juga merampok dan secara terang-terangan menentang Allah dan Rasul-Nya. Hadits itu juga menunjukkan bahwa hukuman bagi mereka yang murtad” dan melakukan pembunuhan massal. harus dihukum masing-masing seperti yang membunuh secara langsung.

 

Sebagaimana dimaklumi bahwa tidak setiap masing-masing mereka melakukan pembunuhan langsung. Namun Nabi tidak menanyakan hal tu. Demikian juga orang yang menculik seorang Muslim dan membunuhnya. juga harus dihukum bunuh. Mereka tidak bisa dimaafkan, dan hukuman mati itu tidak bisa dibayar dengan ganti rugi. Demikianlah madzhab kalangan ulama Al-Madinah, juga salah satu dari pendapat Imam Ahmad. Bahkan Syaikh kami (Ibnu Taimiyah) juga memilih pendapat itu dan memfatwakannya.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abu Hazim bahwa ia pernah mendengar Sahal bin Saad ditanya tentang cara pengobatan luka yang dilakukan oleh Rasulullah  pada perang Uhud. Ia mengisahkan bahwa pada perang itu beliau terluka wajahnya dan tulang pipinya retak, bahkan topi besi beliau juga pecah. Fatimah binti Rasulullah sendiri yang mencuci darah beliau. sementara Ali bin Abi Thalib menuangkan air ke atasnya dan tameng. Ketika Fatimah melihat bahwa darah pada tubuh Rasulullah – justru semakin bertambah banyak mengalir, ia mengambil sepotong kain dan membakarnya. Setelah menjadi abu, Fatimah menempelkan abu itu pada luka Rasulullah -. Darah pun berhenti mengalir” karena abu kain yang dibuat dari merang. Ternyata abu itu amat berkhasiat menghentikan darah pada luka, karena mengandung unsur pengering yang kuat namun tidak panas menggigit. Karena obat pengering luka yang menggigit justru akan menguras darah.

 

Bila abu tersebut dicampur dengan cuka dan disemburkan ke hidung orang yang terkena mimisan, darahnya juga akan berhenti.

 

Penulis Al-Qanun menandaskan, “Merang amat berguna mengeringkan luka dan mengobati luka yang masih basah sehingga mengering. Kertas Mesir pada zaman dahulu dibuat dari bahan ini. Komposisi ini bersifat dingin dan kering, sementara abunya berguna mengobati sariawan serta menghentikan darah yang mengalir pada luka, bahkan bisa mencegah infeksi pada luka akibat infeksi.” :

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Said bin Jubair. dari Ibnu Abbas, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Kesembuhan bisa diperoleh dengan tiga cara: Dengan meminum madu, dengan pembekaman. dengan besi panas, dan aku melarang umatku (menggunakan) pengobatan dengan besi panas.”

 

Abu Abdillah Al-Mazari? menandaskan, “Penyakit karena penyumbatan ada tiga jenis: Jenis yang menyerang darah, jenis kuning, jenis yang menyerang tenggorokan dan jenis hitam. Jenis yang menyerang darah, caranya adalah dengan mengeluarkan darah yang tersumbat. Bila termasuk ketiga jenis lainnya, caranya adalah dengan mengonsumsi obat pencahar yang berkhasiat untuk mengatasi setiap sumbatan yang komplikasi sekalipun. Dengan menyebut madu. seolaholah Nabi  hendak mengisyaratkannya sebagai obat pencahar. Sementara bekam sebagai proses mengeluarkan darah kotor. Sebagian kalangan ulama menyebutkan bahwa proses pengeluaran darah kotor termasuk dalam sabda beliau ‘pembekaman’. Kalau semua cara tersebut tidak menemui hasil, maka metode pamungkasnya adalah kayy (pengobatan dengan besi panas). Nabi menyebut kayy sebagai metode pengobatan, karena pengobatan itu digunakan ketika kuatnya penyakit mengalahkan kekuatan obat-obat tersebut. sehingga obat yang diminum tidak lagi bermanfaat.

 

Sementara arti sabda Nabi , “Aku melarang umatku (menggunakan) pengobatan dengan besi panas,” dan dalam hadits lain, “Aku tidak suka melakukan pengobatan dengan besi panas,” merupakan suatu isyarat bahwa pengobatan besi panas hanya menjadi cara terakhir saja. yakni bila sudah terpaksa sekali. Pengobatan dengan besi panas tidak boleh tergesa-gesa dilakukan karena penyakit yang akan diatasi dengan besi panas terkadang justru lebih ringan rasa sakitnya dibandingkan dengan sakit karena besi panas itu sendiri.”

 

Sebagian kalangan medis menandaskan, “Sementara berbagai penyakit metabolisme terkadang terjadi karena adanya suatu unsur materi yang mengganggu atau nonmateri. Unsur materi yang mengganggu sendiri terkadang bersifat panas, dingin, lembab atau kering, atau bisa juga merupakan kombinasi dari beberapa sifat tersebut. Di antara empat sifat tersebut, ada dua sifat yang aktif, yakni panas dan dingin. Oleh sebab itu ucapan Nabi secara langsung menyentuh metode terapi terhadap penyakit yang diakibatkan suhu dingin dan panas” sebagai contoh saja. Kalau penyakitnya panas, kita atasi dengan cara mengeluarkan darah, dengan pembekaman misalnya dan sejenisnya. Karena cara itu dapat mengeluarkan unsur buruk dari dalam tubuh serta mendinginkan metabolisme”. Namun kalau penyakitnya dingin, bisa kita atasi dengan pemanasan. Cara itu bisa dilakukan dengan meminum madu. Kalau di samping itu juga perlu mengeluarkan zat dingin dari tubuh, madu juga bermanfaat untuk itu, karena madu mengandung zat pemasak dan perencah, pelembut, pencahar dan pelunak. Dengan semua zat itu, seluruh zat dingin berbahaya bisa dikeluarkan dengan cara mudah dan aman dari berbagai bentuk obat pencahar berat.

 

Adapun kayy, karena setiap penyakit fisik terkadang bersifat tajam dan terkadang mudah berkembang menjadi dingin atau panas, maka kayy pada dasarnya tidak dibutuhkan. Namun kalau penyakit itu sudah menahun, maka pengobatan terbaik setelah mengeluarkan unsur berbahaya dari tubuh adalah kayy. Yakni meletakkan besi panas pada tubuh yang boleh terkena kayy. Karena penyakit itu hanya bisa menahun karena unsur dingin yang kuat dan sudah mendekam lama dalam organ tubuh sehingga merusak metabolisme dan merubah substansinya menjadi mirip dengan unsur dingin dan akhirnya menjadi hiperaktif dalam organ bersangkutan. Unsur itu harus dikeluarkan dari dalam tubuh dengan kayy melenyapkan unsur api yang terdapat dalam tubuh melalui kayy terhadap organ bersangkutan.

 

Dengan hadits ini, kita mempelajari cara penyembuhan seluruh penyakit fisik. Kita juga dapat memetik pelajaran penyembuhan penyakit sederhana melalui sabda beliau, “Sesungguhnya demam itu berasal dari uap Jahannam, maka dinginkanlah dengan air.”

 

Adapun bekam, disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah dari hadits Jubarah bin Al-Mughallis, namun ia perawi yang dhaif, dari Katsir bin Salim diriwayatkan bahwa ia berkata: Saya mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah  pernah bersabda:

 

“Setiap kali aku melewati sekelompok orang pada malam Al-Isra, pasti mereka berkata, “Hai Muhammad, perintahkan umatmu untuk menggunakan bekam.” “

 

Sementara Imam At-Tirmdzi meriwayatkan dalam Jami’-nya dari hadits Ibnu Abbas dengan makna senada bahwa beliau bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan bekam, hai Muhammad.” “

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Thawus, dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berbekam dan memberi upah kepada tukang bekamnya.’

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Humaid Ath-Thawil, dari Anas diriwayatkan bahwa Rasulullah  pernah dibekam oleh Abu Thayyibah. maka Nabi memerintahkan agar ia diberi upah dua sha’ bahan makanan. Beliau menurunkan beban dharibah bagi orang tersebut’?, lalu beliau berkata kepada para sahabat, “Sebaikbaik cara pengobatan bagi kalian adalah bekam.”

 

Dalam Jami’ At-Tirmidzi diriwayatkan dari Abbad bin Manshur bahwa ia berkata: Saya pernah mendengar Ikrimah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas memiliki tiga orang budak yang pandai membekam, Dua di antaranya biasa mengambil upah dari beliau dan keluarganya ketika membekam. Sementara seorang di antaranya biasa membantu beliau dan keluarga beliau dengan kepandaian bekamnya. Ibnu Abbas pernah berkata: Nabi « bersabda, “Orang yang paling baik adalah seorang tukang bekam, karena ia mengeluarkan darah, meringankan otot kaku dan mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya.” Sesungguhnya Rasulullah saat mi’raj, setiap kali melewati sekelompok malaikat. setiap itu pula mereka berkata. “Hendaknya engkau membiasakan diri melakukan bekam.” Ibnu Abbas menambahkan, “Waktu terbaik untuk melakukan bekam adalah tanggal tujuh belas, sembilan belas dan dua puluh satu. Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya pengobatan terbaik bagi kalian adalah sa’uuth, ladud, bekam dan jalan kaki. Rasulullah : pernah melakukan ladud. Beliau pernah berkata, “Siapa yang bisa melakukan ladud terhadapku? Mereka semua diam saja. Yang tinggal di rumah ini hanyalah yang bisa melakukan ladud. yakni Al-Abbas.” Hadits ini gharib. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah”.

 

Adapun manfaat bekam di antaranya adalah membersihkan permukaan tubuh secara lebih baik daripada cuci darah. Cuci darah mungkin lebih baik untuk membersihkan bagian tubuh yang lebih dalam. Sementara bekam mengeluarkan darah kotor dari sekitar bawah kulit.

 

Penulis tegaskan: Penjelasan tentang bekam dan juga cuci darah, bahwa kedua cara itu juga amat berbeda-beda aplikasinya pada setiap zaman dan tempat, lingkungan, heterogensi, negeri-negeri panas dan musim-musim yang panas. Di lingkungan panas yang rata-rata darah orang-orangnya amat matang, bekam lebih baik dari cuci darah. Karena darah mereka matang, lalu memancar dan mengalir ke bagian atas tubuh bagian dalamnya (bawah kulit), sehingga proses bekam dalam mengeluarkan darah kotor yang tidak bisa dikeluarkan dengan cara cuci darah. Oleh sebab itu bekam lebih berkhasiat pada anak-anak kecil dibandingkan cuci darah, demikian juga bagi mereka yang tidak tahan menjalani cuci darah.

 

Kalangan medis juga menegaskan bahwa di negeri-negeri panas bekam lebih bermanfaat daripada cuci darah. Namun disarankan untuk melakukannya di pertengahan bulan atau sesudah pertengahan bulan. Secara umum, pada tanggal seperempat akhir setiap bulannya, itulah yang terbaik. Karena pada awal bulan, darah belum bergejolak dan belum meningkat. Namun pada akhir bulan, darah sudah menjadi tenang kembali. Dan di pertengahan bulan atau sesudahnya beberapa hari. darah berada di puncak frekuensinya.

 

Penulis Al-Qanun menegaskan, “Rasulullah memerintahkan kita menggunakan bekam bukan di awal bulan. karena komposisi unsurunsur darah belum bergejolak pada saat itu. juga bukan pada akhir bulan. karena pergolakan darah sudah berhenti. Tetapi yang benar adalah di pertengahan bulan, ketika komposisi unsur-unsur darah dan frekuensinya meningkat tajam karena cahaya pada peredaran bulan yang juga memuncak frekuensinya. Diriwayatkan dari Nabi sz bahwa beliau bersabda:

 

“Pengobatan yang terbaik bagi kalian adalah bekam dan cuci darah.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan:

 

“Obat yang terbaik adalah bekam dan cuci darah.”

 

Sabda Nabi. “Pengobatan yang terbaik bagi kalian adalah bekam,” merupakan isyarat terhadap penduduk Hijaz dan negeri-negeri panas lainnya, karena darah mereka encer. yakni bahwa bekam itu lebih cocok terhadap tubuh mereka sehingga mampu menarik keluar panas tubuh mereka dan berkumpul di balik kulit. Juga karena pori-pori tubuh mereka lebar dan stamina tubuh mereka bagus. Namun cuci darah berbahaya buat mereka. Bekam dapat memecah saluran darah tetapi tetap sealur dan konsisten, diiringi dengan terbukanya sumbatan pembuluh darah, terutama pembuluh yang tidak banyak mengeluarkan darah. Meskipun cuci darah pada masing-masing organ tubuh tetap memberikan khasiat. Contohnya adalah cuci darah pada dada amat berguna mengobati lever dan limpa yang panas demikian juga berbagai peradangan berdarah, selain juga berguna mengobati radang paru-paru, juga bermanfaat untuk usus dan ginjal! serta berbagai penyakit darah dari mulai lutut hingga pinggul. Cuci darah pada kelopak mata amat berguna mengobati berbagai penyakit tubuh (yang berkaitan dengan darah. atau bila terjadi darah kotor pada tubuh)”. Sementara cuci darah pada bagian punggung amatlah bermanfaat mengobati berbagai penyakit kepala, leher, kelebihan darah atau darah kotor. Sementara cuci darah pada pipi amat berguna memperbaiki sakit limpa, asma. bronkus dan penyakit kepala dan bagian-bagiannya.

 

Sementara bekam di pundak amat berguna mengobati penyakit pundak dan leher. Bekam di bagian pelipis amat berguna mengobati penyakit kepala dan bagian-bagiannya, seperti wajah, gigi, telinga. mata. hidung dan kerongkongan, kalau terjadi karena kelebihan darah atau darah kotor atau karena kedua-duanya.

 

Anas bin Malik menceritakan, “Dahulu Rasulullah pernah berbekam pada bagian pundak dan dua pelipis beliau.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim juga diriwayatkan bahwa Rasulullah  pernah melakukan bekam sebanyak tiga kali: Sekali pada pelipisnya dan dua kali pada pundaknya.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Anas bahwa Rasulullah  pernah melakukan bekam saat beliau sedang berihram pada bagian kepala karena penyakit pusing yang diderita beliau.”

 

Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari Ali bahwa Jibril pernah turun menemui Rasulullah  untuk mengajarkan bekam pada dua pelipis dan pundak beliau.”

 

Sementara dalam Sunan Abu Daud disebutkan dari hadits Jabir bahwa Rasulullah  pernah melakukan bekam pada pinggulnya karena penyakit pegal-pegal yang dideritanya.”

 

Kalangan medis berbeda pendapat tentang pembekaman pada satu titik di tengkuk yang disebut titik gamahduwah.

 

Abu Na’im dalam bukunya Ath-Thibbun Nabawi menyebutkan sebuah hadits marfu’. “Hendaknya kalian melakukan bekam di titik gamahduwah di bagian tengkuk, karena itu dapat menyembuhkan lima macam penyakit.” Ta menyebutkan. “Di antaranya adalah lepra.”

 

Dalam hadits lain disebutkan. “Hendaknya kalian melakukan bekam di titik gamahduwah di bagian tengkuk, karena itu dapat menyembuhkan tujuh puluh dua macam penyakit.”

 

Sebagian kalangan medis menganggap bahwa bekam di titik itu cukup baik”, karena bisa mengatasi rabun dan benjolan yang timbul di mata serta berbagai penyakit mata lainnya. juga berkhasiat mengatasi sakit pada belakang alis dan pelupuk mata.

 

Dikisahkan bahwa Ahmad bin Hambal pernah bermaksud melakukan bekam. Beliau berbekam pada dua sisi tengkuknya. namun tidak menyentuh titik gamahduwah. Di antara pakar medis yang tidak me

 

nyukainya adalah penulis Al-Qanun. Beliau menandaskan, “Bekam pada titik itu dapat menimbulkan penyakit lupa, sebagaimana yang dinyatakan junjungan kita. penghulu kita Rasulullah Muhammad  bahwa sesungguhnya bagian otak belakang adalah letak kemampuan menghapal. Bekam dapat melenyapkan kemampuan itu.”

 

Namun kalangan lain membantah bahwa hadits itu tidak shahih. Kalaupun hadits itu shahih, maka bekam hanya membahayakan bagian belakang kepala bila digunakan tidak pada saat dibutuhkan. Namun kalau digunakan saat organ itu kelebihan darah. secara medis dan menurut ajaran syariat itu amatlah bermanfaat. Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa Rasulullah  sendiri pernah melakukan bekam pada beberapa titik di belakang kepalanya sesuai kebutuhan. Beliau juga melakukan bekam di bagian tubuh lain sesuai kebutuhan.

 

Bekam di lokasi bawah dagu amat berguna mengatasi penyakit gigi, penyakit wajah dan tenggorokan, bahkan juga bisa membersihkan darah kepala dan telapak tangan. bila memang dilakukan secara proporsional.

 

Bekam pada bagian telapak kaki bisa sama fungsinya dengan cuci darah pada urat shaafin, yakni urat besar di bagian mata kaki, bisa mengatasi penyakit koreng di paha dan betis dan penyakit gatal-gatal pada biji kemaluan.

 

Sementara bekam pada lokasi bawah dada juga berguna mengatasi bisul di paha bahkan juga penyakit kudis dan jerawat, penyakit ambeien, bawasir, penyakit gajah, dan gatal punggung.

 

 

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami’-nya dari hadits Ibnu Abbas secara marfu’:

 

“Sesungguhnya waktu terbaik kalian melakukan bekam adalah pada tanggal 17, 19, dan 21.” “

 

Dalam hal yang sama juga diriwayatkan dari Anas, “Rasulullah biasa melakukan pembekaman pada pelipis dan pundaknya. Beliau biasa melakukannya pada tanggal 17, 19 atau 21.” ”

 

Dalam Sunan Ibnu Majah dari Anas diriwayatkan secara marfu :

 

“Barangsiapa ingin melakukan pembekaman, hendaknya memilih hari ke-17, 19, atau 21. Jangan sampai mengalami ketidakstabilan darah, karena itu bisa mematikan.” “

 

Sementara dalam Sunan Abu Daud, dari hadits Abu Hurairah disebutkan secara marfu’, bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa melakukan bekam pada tanggal 17, 19 atau 21, maka itu menjadi obat segala penyakit.”

 

Yakni setiap penyakit yang disebabkan oleh kelebihan darah.

 

Hadits-hadits ini amat relevan dengan konsensus para ahli medis yang menyatakan bahwa proses pembekaman pada paruh kedua dan hari-hari berikutnya dari kwartal ketiga setiap bulannya lebih baik daripada yang dilakukan pada awal atau akhir bulan. Namun bila pembekaman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tubuh, tetap saja akan berguna. meski dilakukan di awal atau akhir bulan.

 

Al-Khallal menandaskan: Ishmah bin Isham menceritakan: Hambal telah menceritakan sebuah riwayat kepada kami. Ia berkata: Abu Abdillah, Ahmad bin Hambal biasa melakukan bekam kapanpun terjadi ketidakstabilan pada aliran darahnya. Beliau melakukannya juga pada saat kapan pun bila dibutuhkan.

 

Penulis Al-Qanun menjelaskan, “Waktu pembekaman (yang terbaik) dilakukan pada siang hari yakni jam dua hingga jam tiga. Dan, ditentukan waktunya seusai mandi, kecuali bagi orang yang berdarah beku, ia harus mandi air hangat terlebih dahulu, hingga tubuhnya menghangat, baru dilakukan pembekaman.”

 

Kami tidak menyukai pembekaman pada saat perut kenyang. Karena itu bisa mengakibatkan timbulnya penyumbatan darah atau berbagai penyakit parah lainnya. terutama bila makanan yang disantap terlalu berat dan tidak sehat.

 

Dalam sebuah atsar disebutkan:

 

“Pembekaman yang dilakukan saat haus, bisa membantu proses penyembuhan. Sementara bila dilakukan saat kenyang, bisa menimbulkan penyakit. Bila dilakukan pada tanggal 17, itu juga membantu penyembuhan.”

 

Pemilihan waktu-waktu tersebut untuk melakukan pembekaman hanyalah dilakukan sebagai tindakan preventif dan berjaga-jaga saja”. demi menjaga kesehatan dan menghindarkan bahaya. Adapun dalam soal terapi. kapan saja dibutuhkan pembekaman bisa saja dilakukan.

 

Arti ucapan dalam riwayat di atas. “… jangan sampai menimbulkan ketidakstabilan darah, karena itu bisa mematikan,” merupakan indikasi ke arah tindakan preventif tersebut. Yakni ungkapan agar darah itu tidak bergejolak. Arti darah yang tidak stabil yakni aliran darah yang bergejolak. Namun sebagaimana diriwayatkan. Imam Ahmad justru melakukan pembekaman setiap bulannya, bila darahnya mengalami pergolakan.

 

Sementara hari yang dipilih dalam satu minggu, disebutkan oleh AlKhallal dalam Al-Jami’, “Harb bin Ismail menceritakan sebuah riwayat kepada kami. Ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Imam Ahmad, “Apakah ada hari dimana pembekaman tidak disukai (makruh) dilakukan?” Beliau menjawab, “Ada riwayat mengenai hal itu, yakni pada hari Rabu dan Sabtu.” Riwayat yang sama disebutkan dari Al-Husain bin Hissan bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Abdillah tentang bekam. “Kapan bekam tidak disukai?” Beliau menjawab, “Hari Sabtu dan hari Rabu. Ada juga yang mengatakan hari Jumat.”

 

Al-Khallal meriwayatkan dari Abu Salamah dan Abu Said AlMaagburi, dari Abu Hurairah secara marfu :

 

“Barangsiapa yang melakukan bekam pada hari Rabu atau hari Sabtu, lalu ia terserang penyakit panu atau kusta, hendaknya ia menyalahkan dirinya sendiri.”

 

Al-Khallal juga meriwayatkan: Muhammad bin Ali bin Ja’far mengabarkan bahwa Yagub bin Bakhtaan menceritakan sebuah riwayat kepada mereka. Ia berkata: Imam Ahmad pernah ditanya tentang berkapur dan berbekam pada hari Sabtu dan Rabu. Imam Ahmad menganggapnya makruh. Beliau berkata, “Aku pernah mendengar seseorang melakukan bekam dan sejenisnya pada hari Rabu, lalu ia terserang kusta.” Aku bertanya kepada beliau”, “Apakah karena ia meremehkan hadits tersebut?” Beliau menjawab. “Ya.”

 

Dalam kitab Al-Afrad diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dari hadits Nafi bahwa ia menceritakan: Abdullah bin Umar pernah bercerita kepadaku, “Darahku bergejolak, tolong panggilkan seorang tukang bekam. Tetapi jangan anak kecil atau orang yang sudah tua renta Karena aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

 

“Bekam itu bisa menambah daya tahan tubuh, bisa menambah kemampuan berpikir. Lakukanlah bekam dengan menyebut nama Allah. Namun jangan kalian lakukan pada hari Kamis, Jumat Sabtu dan Ahad. Lakukanlah pada hari Senin. Lepra dan kusta hanya turun pada hari Rabu.” “

 

Ad-Daruqutni berkata: Ziyad bin Yahya menyendiri dalam meriwayatkan hadits tersebut, dan Ayyub telah meriwayatkannya dari Nafi’, dalam riwayat ini beliau bersabda. “Berbekamlah kalian pada hari Senin dan Selasa dan janganlah kalian berbekam pada hari Rabu.”

 

Sementara Abu Daud juga meriwayatkan dalam Sunan-nya dari hadits Abu Bakrah bahwa beliau tidak suka melakukan bekam pada hari Selasa. Beliau mengatakan, “Rasulullah  pernah bersabda, “Hari Selasa adalah hari berdarah. Ada satu waktu di hari itu dimana darah tidak bisa berhenti mengalir.”

 

Semua hadits terdahulu mengandung anjuran untuk berobat dan anjuran untuk melakukan bekam. Namun semua itu dilakukan pada saat dibutuhkan saja. Orang yang sedang berihram juga boleh melakukan bekam. Kalau pembekaman itu mengharuskan sebagian rambut dicukur, juga tidak apa-apa. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa bila sampai mencukur sebagian rambut harus membayar fidyah, itu perlu ditinjau kembali. Tidak tepat bila dikatakan wajib membayar fidyah bila orang berpuasa melakukan bekam. Karena dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah ». juga pernah melakukan bekam pada saat puasa. Namun apakah dengan demikian puasanya batal, atau tidak? Itu masalah lain. Yang benar, bahwa puasanya tetap batal karena bekam. Di situ ada riwayat shahih dari Rasulullah :z, dan tidak ada dalil yang membantahnya. Dan, hadits paling shahih yang membantahnya adalah hadits hijamah beliau ketika beliau sedang berpuasa.

 

Namun itu tidak menunjukkan bahwa puasa beliau tidak batal. kecuali bila memenuhi empat hal: Pertama, bahwa puasa yang beliau lakukan adalah puasa wajib. Kedua, beliau dalam keadaan mukim. Ketiga, saat beliau tidak dalam keadaan sakit yang membutuhkan bekam. Keempat, bahwa riwayat ini terjadi setelah riwayat, “Orang yang membekam dan dibekam sama-sama batal puasanya.” Kalau keempat hal ini terpenuhi. perbuatan Rasulullah itu bisa dijadikan dalil bahwa puasa itu tidak batal karena bekam. Kalau tidak terpenuhi. bisa saja puasa yang beliau lakukan adalah puasa sunnah sehingga bisa dibatalkan karena bekam dan sejenisnya. Atau bisa juga puasa Ramadhan. tetapi saat bepergian. Atau bisa juga pada bulan Ramadhan saat beliau mukim, tetapi beliau melakukan bekam itu dalam keadaan terpaksa,” seperti sakit yang mengharuskan beliau berbuka. Atau bisa juga dilakukan di bulan Ramadhan dan tanpa kebutuhan mendesak. namun hukum bekam di sini dijadikan sebagai hukum asal.

 

Lalu sabda Nabi . “Orang yang membekam dan orang yang dibekam sama-sama batal puasanya,” adalah hukum yang datang belakangan. Sehingga akhirnya itulah yang dijadikan standar hukumnya. Namun sayang keempat hal tersebut tidak terjadi satu pun apalagi keempat-empatnya!

 

Hadits tersebut juga mengandung konsekuensi dibolehkannya membayar upah seorang dokter dan tenaga medis lainnya tanpa terlebih dahulu melakukan transaksi pengupahan. Bisa diberikan upah selayaknya sesuai dengan kapasitasnya, atau dengan harga yang disepakatinya.

 

Hadits ini juga mengandung hukum dibolehkannya bekerja dengan profesi sebagai tukang bekam. Meskipun orang yang merdeka tidak layak mengambil upah dari pekerjaan itu, tetapi hukumnya tidak haram. Karena Nabi memberikan upah kepada tukang bekam, dan tidak melarang tukang bekam itu untuk mengambil upah tersebut. Kalau dikatakan bahwa upah itu adalah “uang kotor’, tak ubahnya dengan sabda beliau yang menyatakan bawang merah dan bawang putih sebagai barang kotor. Namun keduanya tidak menjadi haram karena sabda tersebut.

 

Hadits itu juga menunjukkan bahwa seorang tuan boleh mengambil bayaran dari budaknya atas sesuatu yang ditentukan setiap hari sesuai dengan kemampluannya. Dan, bagi budak tersebut berhak menggunakan kelebihan dari yang ia bayarkan itu. seandainya ia dilarang menggunakannya.’” Berarti, seluruh penghasilannya menjadi milik tuannya, sehingga penentuan itu tidak ada gunanya. Padahal, apa yang melebihi upahnya secara otomatis menjadi milikinya, yang dapat ia gunakan sekehendak hatinya. Wallahu a’lam.

 

 

 

Diriwayatkan dalam kitab Shahih dari hadits Jabir bin Abdillah bahwa Nabi  pernah mengutus seorang tenaga medis kepada Ubay bin Ka’ab. Tenaga medis itu memotong urat dan melakukan kayy padanya.!

 

Saat Saad bin Muadz terpanah dalam suatu peperangan pada pundaknya, Nabi melakukan kayy terhadapnya. Kemudian lukanya membengkak, sehingga beliau mengulangi kayy tersebut. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah melakukan kayy terhadap Saad bin Muadz di bagian pundaknya di daerah Misygash. Lalu Saad ganti melakukan kayy terhadap beliau, atau mungkin dilakukan oleh salah seorang sahabat beliau lainnya. Dalam lafal lain disebutkan: Ada seorang lelaki Al-Anshar yang terpanah di pundaknya di Misygash. Lalu Nabi menyuruhnya agar diterapi dengan kayy.

 

Abu Ubaidah menceritakan: Seorang lelaki pernah dibawa ke hadapan Nabi  yang direkomendasikan untuk dilakukan terapi kayy. ‘“ Beliau berkata, “Terapi dia dengan kayy atau dengan batu panas.” Abu Ubaidah menjelaskan, “Terapi dengan batu panas disebut raahf, yaitu batu yang dipanaskan kemudian digunakan untuk mengompres bagian tubuh yang sakit.”

 

Fadhal bin Dukain berkata: Sufyan menceritakan sebuah riwayat kepada kami. dari Abu Zubair. dari Jabir diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah menerapinya dengan kayy di bagian pundaknya.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari diceritakan dari hadits Anas bahwa ia pernah diterapi dengan kayy di bagian pinggang. padahal Nabi  masih hidup.”

 

Dalam Sunan At-Tirmidzi dari Anas diceritakan bahwa Nabi pernah mengobati As’ad bin Zurarah yang tertusuk duri dengan kayy.’ Sebelumnya telah disebutkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Di situ juga disebutkan. “Aku tidak suka diterapi dengan kayy”. dalam hadits lain, “Dan saya tidak memperbolehkan umatku melakukan pengobatan dengan terapi kayy.”

 

Dalam Jami’ At-Tirmidzi dan yang lainnya disebutkan dari Imran bin Husayyin bahwa Nabi  pernah melarang terapi kayy.’” Ia berkata, “Kalau kita mendapatkan musibah penyakit. lalu kita menggunakan kayy, maka kita pun akan merugi dan tidak akan sembuh.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Kami dilarang menggunakan kayy.” Disebutkan. “Karena dengan itu kita tidak akan beruntung dan kita juga tidak akan sembuh.

 

Al-Khattabi berkata. “Beliau melakukan kayy terhadap Saad hanya: dengan tujuan menghentikan darah yang mengalir dari luka Saad. Karena beliau khawatir ia kehabisan darah sehingga meninggal dunia. Dalam kasus ini, kayy bisa digunakan. Demikian juga dalam kasus orang yang terpotong tangan atau kakinya. Adapun yang dilarang adalah melakukan kayy dengan tujuan pengobatan dari suatu penyakit tertentu. Dimana dalam hal ini banyak orang yang berkeyakinan bahwa hanya dengan kayy penyakitnya bisa sembuh. bila tidak mereka akan mati. Maka mereka dilarang menggunakan kayy dengan niat seperti itu. Ada juga yang berpendapat bahwa larangan itu hanya ditujukan kepada Imran bin Husayyin saja, karena ia terkena penyakit kulit, dan letaknya berbahaya bila diobati dengan kayy. Oleh sebab itu, ia dilarang melakukan terapi dengan cara tersebut. Sehingga larangan itu ditujukan kepada kayy yang dikhawatirkan dapat mengdatangkan bahaya. Wallahu a’lam.

 

Ibnu Qutaibah menjelaskan, “Kayy ada dua jenis: Kayy yang dilakukan orang sehat agar tidak sakit. Itulah yang dimaksud dalam hadits, “Orang yang melakukan kayy, berarti ia tidak bertawaka! kepada Allah.” Karena dengan cara itu ia berusaha menolak takdir terhadap dirinya. Yang kedua, kayy untuk mengobati luka yang mengalirkan darah terus atau anggota tubuh yang terpotong. Dalam kasus ini kayy bisa menyembuhkan. Adapun bila digunakan sebagai terapi umum yang bisa berhasil dan bisa juga tidak, lebih tepat bila dikatakan hukumnya makruh.”

 

Diriwayatkan dalam kitab Shahih dari hadits tentang 70 ribu orang umat yang akan masuk Surga tanpa hisab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak suka berobat dengan jampi-jampi. tidak suka berobat dengan kayy, tidak suka bertakhayul dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.”

 

Berbagai hadits yang menceritakan tentang terapi dengan kayy meliputi empat hal: Pertama, bahwa Nabi pernah melakukannya. Kedua, beliau tidak menyukainya. Ketiga, beliau memuji orang yang tidak melakukannya. Keempat. bahwa beliau melarangnya.

 

Tidak ada kontradiksi antara keempat hal tersebut, alhamdulillah.

 

Perbuatan beliau menunjukkan bahwa kayy itu dibolehkan. Bila beliau menyatakan tidak suka. bukan berarti beliau melarangnya. Ketika beliau memuji orang yang tidak melakukannya, itu menunjukkan bahwa lebih baik dan lebih utama untuk tidak melakukannya. Kalau beliau melarang, maka itu menunjukkan hukumnya makruh. menurut pendapat yang terpilih. Atau, bahwa yang dilarang adalah kayy yang tidak dibutuhkan. Karena, jika dia melakukan hal tersebut, dikhawatirkan akan terjadi penyakit. Wallahu a’lam.

 

 

Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Atha bin Abi Rabbah, dari Ibnu Abbas diriwayatkan bahwa ia berkata, “Maukah engkau kuperlihatkan wanita penghuni Surga?” Atha menjawab. “Mau,” Beliau berkata, “Ada seorang wanita berkulit hitam datang menemui Rasulullah s£ dan berkata, “Saya memiliki penyakit epilepsi. Dan bila kumat, auratku terbuka. Doakanlah aku kepada Allah.” Rasulullah berkata. “Kalau engkau bersabar, engkau akan masuk Surga. Tetapi kalau engkau mau, aku akan mendoakanmu hingga sembuh.” Wanita itu berkata, “Aku akan bersabar. Akan tetapi bila kumat, auratku terbuka. Doakanlah agar auratku tidak terbuka bila kumat.” Beliau lalu mendoakannya.”!!

 

Penulis berkata, “Penyakit eplilepsi ada dua jenis: Epilepsi karena pengaruh ruh jahat yang merusak, dan epilepsi karena unsur merusak dalam tubuh. Jenis kedua inilah yang dibicarakan oleh kalangan medis. tentang faktor penyebab dan metode terapinya.

 

Adapun jenis epilepsi yang disebabkan pengaruh ruh jahat. diakui keberadaannya oleh para pakar medis dan cendekiawan mereka. namun mereka tidak mampu mengatasinya. Mereka menyadari bahwa metode terapinya adalah melalui kekuatan ruh baik,” baik dan tinggi derajatnya, untuk mengatasi kekuatan jahat tersebut sehingga segala pengaruhnya bisa diatasi, bahkan segala reaksinya bisa dihilangkan sama sekali, Hal itu sudah ditandaskan oleh Hippocrates dalam salah satu bukunya. la menyebutkan beberapa jenis terapi penyakit epilepsi.

 

Kemudian ia menandaskan pula, “Semua terapi ini hanya berfungsi pada epilepsi yang diakibatkan oleh unsur-unsur buruk dan materi berbahaya dalam tubuh. Adapun untuk penyakit epilepsi yang diakibatkan pengaruh ruh jahat. terapi ini tidak berguna sama sekali.”

 

Adapun kalangan medis yang kurang berpengetahuan dan berstrata rendah, demikian pula kalangan kaum zindig. mereka semua menaingkari jenis epilepsi akibat pengaruh ruh jahat. Mereka menyatakan bahwa pengaruh ruh jahat itu tidak akan menimbulkan efek pada tubuh korban. Sebenarnya merekalah yang bodoh. Karena tidak ada kaidah kedokteran yang menolak keberadaannya. Semua itu adalah realitas sesuatu yang konkrit. Penisbatan penyakit epilepsi kepada faktor unsur berbahaya dalam tubuh memang benar untuk sebagian jenis penyakit ini. namun tidak semuanya.

 

Kalangan medis terdahulu biasa menyebut jenis epilepsi ini sebagai Penyakit Ilahi. Mereka mengatakan, penyebabnya adalah ruh jahat. Adapun Gelineus dan pakar lain menafsirkan kembali sebutan tersebut, “Mereka menyebutkan sebagai penyakit ilahi karena penyakit ini muncul di bagian kepala sehingga membahayakan bagian tubuh yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan Ilaah secara zhahir, karena di situlah terletak otak manusia.”

 

Penakwilan semacam itu muncul karena ketidaktahuan mereka terhadap hakikat alam ruh, aturan kehidupan mereka dan pengaruhpengaruhnya.

 

Lalu muncullah kalangan pakar medis zindig yang akhirnya hanya mengakui keberadaan epilepsi jenis kedua saja,

 

Setiap orang yang mengenal hakikat ruh (metafisika) dan pengaruhnya, pasti akan menertawakan kebodohan mereka, karena betapa lemahnya akal mereka. Teori terapi untuk jenis pertama ini ada dua sisi: Satu sisi dari pihak si sakit, dan sisi yang lain dari pihak tenaga medis. Sisi yang berasal dari si sakit adalah sugesti dan kekuatan bermunajat hanya kepada Sang Pencipta dari seluruh ruh dan keghaiban. Lalu memohon perlindungan secara benar kepada sandaran hati dan lisan. Itu sama halnya dengan pemberantasan. Pemberantasan harus menggunakan senjata, dan itu hanya sempurna dengan dua hal: Pertama, senjatanya harus tepat dan bermutu baik. Kedua, pelaku yang menggunakan senjata itu harus kuat. Bila salah satu dari dua hal itu tidak terpenuhi, senjata itu tidak akan banyak memberi faidah. Apalagi bila kedua-duanya tidak terpenuhi. Yakni kondisi hati yang rusak tauhid. hya. rusak sikap tawakal dan ketakwaannya serta ketaatannya, dan tidak pula memiliki senjata!!

 

Sisi kedua. dari pihak tenaga medis. Pihak tenaga medis juga harus memiliki kedua syarat tersebut. Sampai-sampai sebagian thabib hanya perlu mengucapkan, “Keluar!” atau menyebut nama Allah”, atau meng. ucapkan, “Laa haula wa laa guwwata illa billah.”

 

Nabi  sendiri pernah (saat mengobati penyakit ini) hanya mengucapkan.

 

“Keluarlah, wahai musuh Allah!! Aku ini Rasulullah.”

 

Kami pernah melihat Syaikh kami (Ibnu Taimiyah) mengirimkan orang untuk berkomunikasi dengan ruh yang merasuk ke dalam tubuh orang yang terkena epilepsi. Orang itu berkata. “Syaikh berpesan kepadamu. “Keluarlah! Jasad ini tidak halal bagimu.” Maka si sakit pun langsung sadar.” Terkadang Syaikh langsung yang berkomunikasi dengan ruh setan tersebut. Terkadang setan itu membangkang sehingga terpaksa dikeluarkan dengan dipukul, baru si sakit akan siuman dan tidak merasa sakit sedikit pun. Kami sendiri sering sekali menyaksikan hal itu.

 

Beliau juga sering kali membaca ayat berikut di telinga orang yang terkena epilepsi:

 

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (Al-Mukminun: 115)

 

Beliau pernah menceritakan kepadaku bahwa beliau suatu kali membacakan ayat itu di telinga orang yang terkena epilepsi. Ruh setan yang ada dalam tubuhnya berkata, “Ya.” Itu diucapkan dengan suara yang panjang. Beliau menjelaskan, “Maka aku ambil sebatang tongkat dan kupukulkan di urat leher di belakang kepalanya hingga tanganku terasa keram karena terlalu keras memukulnya Orang-orang yang hadir yakin bahwa orang tersebut pasti mati karena dipukul sedemikian rupa, Saat dipukul. ruh setan itu berkata, “Saya menyukainya.” Aku men. jawab. “Ya. tetapi dia tidak menyukaimu.” Ruh itu berkata lagi, “Aku ingin berhaji bersamanya.” Aku menjawab, “Ya. tetapi ia tidak mau berhaji bersamamu.” Ruh itu berkata lagi. “Kalau begitu aku akan meninggalkannya sebagai penghormatan bagimu.” Aku menjawab, “Tidak. kau harus meninggalkannya demi mentaati Allah dan RasulNya.” Ruh itu berkata lagi. “Sudah, kalau begitu aku keluar.” Orang itu lalu duduk. menoleh ke kiri dan ke kanan dan berkata, “Kenapa aku bisa berada di tempat Syaikh?!” Orang-orang di situ berkata. “Ya, dan engkau dipukuli sedemikian rupa.” Orang itu kembali berkata, “Kenapa aku dipukuli? Apa dosaku?” la sama sekali tidak merasa bahwa dia dipukul.

 

Beliau juga biasa mengobati dengan ayat Al-Kursi. Beliau juga menyuruh si sakit untuk banyak membacanya, demikian juga orang yang mengobatinya, di samping juga membaca Al-Muawwidzatain.

 

Secara umum, jenis epilepsi semacam ini dan cara penyembuhannya hanya diingkari oleh orang yang sedikit ilmu, pikiran dan akalnya. Kebanyakan kesurupan yang terjadi adalah karena lemahnya pengetahuan agama dari orang yang menjadi korban, karena hati dan lisan mereka sudah jauh dari kebiasaan berdzikir dan membaca ta’awudz serta berbagai cara belindung diri yang dianjurkan Nabi dan perlindungan keimanan. Maka ruh jahat tersebut menyusup ke dalam tubuh orang tersebut yang sudah tidak memiliki kekebalan lagi. Bisa jadi ketika itu orang tersebut tidak memiliki perisai sama sekali, sehingga ruh jahat itu bisa mempengaruhinya.

 

Seandainya tabir itu terbuka, pasti kita akan menyaksikan bahwa kebanyakan jiwa manusia bisa saja dikatakan telah mengidap jenis penyakit epilepsi karena pengaruh ruh jahat tersebut. Artinya, jiwa mereka berada dalam pengaruhnya, berada dalam tawanannya sehingga disetir sesuka hati. tidak bisa lagi membangkang atau menyelisihi keinginannya lagi. Itulah penyakit epilepsi terbesar yang korbannya tidak akan pernah siuman kecuali saat nyawa meninggalkan badan. Pada saat itulah baru terbukti bahwa orang seperti itulah yang terserang epilepsi yang sesungguhnya. Wallahu! musta’an. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

 

Cara mengobati jenis epilepsi semacam ini selain harus diiring dengan cara berpikir yang sehat. harus kembali kepada iman yang diajar. kan oleh para rasul. Hendaknya Surga dan Neraka selalu dibayangkan di hadapan mata, selalu hadir di dalam hati, kemudian mengingat para pen. duduk dunia dengan segala musibah dan malapetaka yang menjadj pelajaran.”’ di samping kehancuran tanah kelahiran mereka seperti hujan lebat di berbagai tempat. Sehingga. mereka berubah menjadi sepert orang-orang yang terkena epilepsi, tak sadarkan diri. Orang yang tidak meyakini hal itu akan berpikir sebaliknya.

 

Kalau Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, si hamba pasti sadar dari sakitnya tersebut. Kemudian bisa memandang para penghuni yang terserang penyakit epilepsi di sekelilingnya. di kiri dan kanannya. manusia dengan segala tingkat kedudukan mereka. Di antara mereka ada yang terserang penyakit gila berat. Ada juga yang sesekali sadar sebentar, namun kemudian menjadi gila kembali. Ada juga yang gila sebentar dan siuman sebentar. Kalau sedang sadar, ia akan melakukan perbuatan orang sadar dan perbuatan orang berakal. Namun kemudian ia kembali terserang epilepsi sehingga kembali kesurupan.

 

Sementara jenis epilepsi kedua yaitu yang disebabkan unsur-unsur berbahaya dalam tubuh. Itu sejenis penyakit yang menghalangi berbagai organ tubuh terpenting untuk beraktivitas dan bereaksi secara optimal, meski tidak secara mutlak. Sehingga tidak ada aktivitas dan rasa yang menyusup ke dalam organ-organ tersebut dan dalam tubuh si sakit secara terus menerus dan optimal. Terkadang penyakit ini timbul karena faktor-faktor lain seperti “angin duduk’ yang mendekam di lubang-lubang pada tubuh. Bisa juga karena uap jahat yang menyusup ke sebagian anggota tubuh. Bisa juga karena sejenis energi perusak yang menyebabkan otak mengerut karena berusaha menahan gangguannya, lalu seluruh anggota tubuh mengejang sehingga tubuh si korban tidak mungkin lagi dapat berdiri tegak. Ia akan terjatuh dan pada umumnya mulutnya akan mengeluarkan busa.

 

Penyakit ini terhitung sebagai salah satu jenis penyakit yang bersifat insidentil. bila dilihat dari munculnya rasa sakitnya saja. Tetapi bisa juga dikategorikan penyakit menahun bila dilihat dari lamanya penyakit ini mendekam dalam tubuh, bahkan sulit untuk disembuhkan terutama sekali bila usia si sakit melebihi 25 tahun. Penyakit ini khusus menyerang bagian otak, bagian inti otak. Penyakit epilepsi dalam kondisi demikian dianggap sebagai penyakit tetap. Hippocrates menandaskan, “Penyakit epilepsi itu akan terus mereka idap hingga mati.”

 

Dengan demikian. wanita hitam yang datang menemui Rasulullah  sebagaimana disebutkan dalam hadits terdahulu-yakni yang terkena ayan dan tersingkap auratnya—bisa jadi terkena ayan/epilepsi jenis ini. Maka Nabi pun menjanjikan Surga kepadanya karena kesabarannya terhadap penyakit ini. bahkan mendoakan agar auratnya tidak tersingkap bila penyakitnya kumat. Nabi memberi pilihan kepadanya, antara bersabar dan ia akan memperoleh Surga, atau didoakan sehingga sembuh, tanpa ada jaminan masuk Surga. Wanita itu akhirnya memilih bersabar dan mendapatkan jaminan masuk Surga.

 

Kisah itu mengandung indikasi dibolehkannya meninggalkan usaha berobat dan menyembuhkan penyakit. Di samping itu, penyembuhan penyakit karena pengaruh ghaib melalui doa dan pendekatan diri kepada Allah itu lebih bermanfaat daripada penyembuhan medis. Pengaruh dan efeknya. daya kerja dan reaksinya terhadap tubuh secara alami juga lebih besar daripada pengaruh obat-obatan kimia. Kami dan banyak pakar lain yang telah melakukan eksperimen dalam hal ini.

 

Kalangan pakar kedokteran mengakui bahwa pengaruh energi tubuh dan reaksinya dalam menyembuhkan penyakit amat fantastis sekali. Sementara yang paling berbahaya bagi dunia medis adalah kaum zindig, kaum jahil dan kafir.

 

Secara zhahir, penyakit epilepsi yang diidap oleh wanita” dalam kisah terdahulu termasuk jenis ini. Namun bisa jadi juga termasuk hasil pengaruh ruh jahat. Rasulullah mengajukan pilihan untuk wanita tersebut antara bersabar dan masuk Surga, dengan doa dan kesembuhan. Wanita itu memilih bersabar, tetapi meminta agar auratnya tetap terpelihara. Wallahu a’lam.

 

 

 

Ibnu Majah meriwayatkan dalam Sunan-nya dari hadits Muhammad bin Sirin, dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

 

“Obat irqun nasa adalah bagian pinggul kambing Arab yang dilelehkan kemudian dibagi menjadi tiga, lalu diminum sehari satu bagian.” 

 

Irqun Nasa adalah sejenis penyakit yang bermula di sendi tulang pinggul, lalu turun ke belakang paha bahkan bisa sampai ke tumit. Semakin lama penyakit itu semakin turun sehingga tubuh si sakit menjadi kurus, demikian juga pahanya. Hadits tersebut mengandung makna etimologis dan juga mengandung pengertian medis.

 

Secara etimologis hadits ini mengandung indikasi dibolehkannya menyebut penyakit ini irgun nasa. Tidak sebagaimana pendapat kalangan yang melarangnya. Mereka mengatakan bahwa nasa adalah urat itu sendiri. Sehingga sama saja halnya dengan membubuhkan sesuatu kepada sesuatu itu sendiri. Itu jelas tidak mungkin.

 

Untuk menjawab pernyataan ini kita tegaskan dua hal: Pertama. bahwa kata irg (urat) artinya lebih luas dibandingkan dengan nasa. Jadi bisa dikatakan itu merupakan pembubuhan sesuatu yang umum kepada yang lebih spesifik. Seperti ucapan, “Semua uang itu, atau sebagiannya.” Yakni sebagian uangnya. Kedua, bahwa nasa adalah penyakit yang Secara insindentil menyerang urat. Jadi seperti pembubuhan sesuatu kepada tempat dan posisinya. Ada yang berpendapat. penyakit ini dalam bahasa Arab disebut Irqun Nasa (urat lupa), karena rasa sakitnya menyebabkan si sakit melupakan segalanya. Yakni rasa sakit pada sendi pinggul dan terus ke telapak kaki. di belakang tumit dari bagian sisi kaki, antara tulang ujung betis hingga hampir pertengahan telapak kaki,

 

Adapun pengertian medis yang terkandung dalam hadits itu telah dijelaskan terdahulu. bahwa kata-kata Rasulullah itu ada dua macam: Yang pertama. yang bersifat umum dan berlaku di setiap zaman dan tempat, pada setiap orang dan keadaan. Yang kedua, khusus pada sebagian perkara saja. Penyakit ini termasuk macam yang kedua. Karena. ucapan ini ditujukan Nabi kepada masyarakat Arab dan Hijaz serta daerah-daerah sekitarnya. terutama sekali daerah-daerah badui. Teknik terapi inilah yang paling berguna untuk jenis penyakit tersebut. Karena, penyakit ini timbul akibat kekeringan. Terkadang diakibatkan oleh sejenis materi yang kental dan lengket. Cara mengatasinya tentu saja dengan obat pencahar. Daging pinggul memiliki dua khasiat: Pertama, untuk pematangan dan pelunakan. kedua, untuk mematangkan dan mengeluarkan unsur berbahaya pada tubuh. Penyembuhan penyakit tersebut membutuhkan kedua hal itu.

 

Kenapa harus kambing Arab? Karena seratnya sedikit, ukurannya kecil, dagingnya lunak dan khasiatnya baik karena makanannya. Kambing Arab biasa menyantap rumput darat yang panas, rumput syaih dan gaishum dan sejenisnya. Semua jenis rerumputan itu bila dikonsumsi oleh binatang. karakternya akan berpindah ke dalam daging binatang tersebut. Tentunya setelah semua rumput itu dikunyah dengan halus ketika disantap sehingga akhirnya hancur dalam pencernaan. Terutama sekali pada bagian daging pinggul. Namun reaksi semua tumbuhan itu pada susu binatang lebih jelas daripada reaksinya pada daging. Namun khasiat sebagai pelembut dan pencahar pada daging pinggul tidak terdapat pada susu.

 

Demikianlah sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa obatobatan yang dikonsumsi oleh mayoritas bangsa-bangsa di dunia dan bangsa-bangsa badui dahulu adalah obat-obatan tunggal. Demikian juga yang digunakan oleh tabib-tabib India. Adapun Romawi dan Yunani justru lebih berkonsentrasi pada obat-obatan ramuan kimia. Umumnya, manusia mengakui bahwa seorang dokter akan merasa bahagia bila bisa mengobati penyakit melalui makanan sehat. Kalau ia tidak mampu, maka dengan obat tunggal. Bila tidak mampu juga, baru beralih kepada obat ramuan.

 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tradisi umum bangsa Arab terutama kalangan baduinya lebih mengenal penyakit ringan, sehingga obat-obatan sederhana juga cukup mengatasinya. Karena makanan mereka umumnya juga sederhana. Adapun berbagai penyakit komplikasi kebanyakan muncul karena makanan-makanan komplikatif yang beragam dan banyak jenisnya pula. Maka obat yang cocok adalah obat-obatan ramuan pula. Wallahu a’lam

 

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami’-nya serta Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Asma binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bertanya. “Dengan apa engkau melancarkan buang air?” Asma menjawab. “Dengan Syubrum.” Beliau berkata, “Itu obat panas dan cepat reaksinya.” Kemudian Asma melanjutkan, “Aku juga melancarkan buang air kecil dengan mengonsumsi sana.” Rasulullah  bersabda. “Kalau ada obat yang bisa menyembuhkan seseorang dari kematian, obat itu pasti sana.”

 

Dalam Sunan Ibnu Majah dari Ibrahim bin Abi Ailah diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Aku pernah mendengar Abdullah bin Ummu Hiram’? yang pernah shalat bersama Rasulullah sebelum dan sesudah berkiblat ke Ka’bah, mengatakan: Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

 

“Hendaknya kalian menggunakan Sana dan Sunuut’?, Karena pada keduanya terdapat obat semua penyakit kecuali As-Sam.” Sebagian sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan As-Sam?” Beliau menjawab, “Kematian.”

 

Ucapan Nabi dalam hadits tersebut, “Dengan apa engkau melancar. kan buang air?” Yakni melunakkannya sehingga bisa berjalan lancar dan tidak pada posisi berhenti dan membahayakan karena tertahannya kotoran dalam perut. Oleh sebab itu, obat pencahar disebut juga ‘obat pelancar. Dalam bahasa Arabnya masyiyyan, dengan wazan fa’ilan. Ada juga yang mengatakan bahwa disebut demikian, karena orang yang mengonsumsi obat tersebut secara lancar terus berjalan untuk pergi buang air.

 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah  bertanya, “Dengan apa engkau mengobati sembelitmu?” Asma menjawab, “Dengan syubrum.” Syubrum adalah sejenis obat tradisional terbuat dari kulit akar pohon. Unsurnya panas dan kering, mencapai tingkat keempat. Yang terbaik adalah yang agak kemerahan, agak tipis dan ringan menyerupai kulit yang dilipat. Pokoknya secara umum ia termasuk obat yang direkomendasikan oleh kalangan medis agar tidak digunakan, karena berbahaya dan daya pencaharnya yang amat kuat sekali.

 

Rasulullah sendiri bersabda, “Obat itu panas dan reaksinya cepat sekali.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Panas dan kering,” (harr yaarr). Abu Ubay menandaskan, “Kebanyakan mereka menyebutnya dengan huruf yaa (yaarr—lihat buku asli). Memang ada dua pendapat. Pertama, ‘Panas dan cepat reaksinya’. Yakni kuat daya pencaharnya. Dan, memang demikianlah obat tersebut. Pendapat ini dipilih oleh Abu Hanifah Ad-Dinawari. Kedua,-dan ini pendapat yang benarkata kedua itu hanya merupakan sifat untuk menguatkan sifat pertama. Jadi seperti penguat yang dalam bahasa Arab disebut taukid lafzhi tetapi juga merupakan penguat yang disebut taukid ma’nawi.

 

Oleh sebab itu banyak sekali ungkapan yang mengaitkan kata dengan sifatnya yang hampir sama bunyinya, seperti hasan basari (cantik bejik), yakni orang yang kecantikannya sempurna. Kadang juga disebut hasan gasan. Demikian juga dengan kata syaithan laithan dan haarr jaarr. Padahal kata jaarr memiliki arti yang berbeda, yakni menarik atau menyeret sesuatu yang mengenainya. Jadi karena saking panas dan kuatnya tarikannya, seolah-olah dapat mencabut dan melucuti sesuatu. Sementara kata yaarr secara bahasa sama dengan jaarr. Seperti kata shihri, shiriij, shahara, shaharij (tangki), atau bisa juga merupakan sifat terpisah.

 

Adapun sana secara bahasa juga dibunyikan dengan dua cara sanad atau sana. Artinya adalah sejenis tumbuhan dari Hijaz, yang terbaik adalah yang tumbuh di Mekkah. la adalah sejenis obat mujarab dan aman dari efek samping, cukup stabil, panas dan kering sekali. Berkhasiat mencaharkan unsur kuning dan hitam serta memperkuat otot!” jantung. Itu merupakan manfaat yang baik sekali. Khasiat utamanya adalah menghilangkan gangguan atau luka dalam tubuh, merenggangkan otot, memperlebat rambut, menghilangkan kutu dan pusing berat, kudis, jerawat, gatal-gatal, dan epilepsi. Lebih baik meminum air perasannya yang sudah dimasak daripada memakannya dalam bentuk bubuk. Ukuran atau dosis yang dikonsumsi adalah tiga sendok makan. Bila sudah dalam bentuk cairan, lima sendok makan. Jika dimasak dan dicampur dengan kismis merah dan sejenisnya, lebih baik lagi.

 

Imam Ar-Razi menandaskan, “Sana dan chahtriz dapat menghancurkan berbagai kotoran-kotoran yang tajam, bermanfaat mengobati kudis dan gatal-gatal. Masing-masing diminum antara 4 hingga 7 sendok makan perhari.”

 

Adapun Sanuut, ada delapan pendapat yang menafsirkannya. Pertama, artinya adalah madu’”. Kedua, kemungkinan adalah bagian dari minyak samin yang mengeluarkan bintik-bintik hitam pada permukaan minyak tersebut. Demikian ditandaskan oleh Umar bin Abu Bakar AsSaksaki. Ketiga, Sanuut adalah biji-bijian yang menyerupai jinten. (demikian disebutkan oleh Ibnu Al-Arabi, namun dengan lafal berbeda). Keempat, jinten manis. Kelima, artinya adalah Razyanj. Diceritakan oleh Abu Hanifah Ad-Dinawari dari sebagian masyarakat badui. Keenam. Syabt. Ketujuh, kurma. Demikian ditegaskan oleh Abu Bakar Ibnu As-Sunni Al-Hafizh. Kedelapan, madu yang dicampurkan dengan samin. Demikian ditegaskan oleh Abdul Lathif Al-Baghdadi.

 

Sebagian kalangan medis menyatakan, “Yang terakhir ini lebih tepat dan lebih mendekati kebenaran. Yakni bahwa sana itu digunakan setelah ditumbuk dan dicampur dengan madu dan minyak samin, baru kemudian diminumkan dengan sendok. Itu lebih baik daripada dikonsumsi secara tunggal. Karena madu dan samin bisa menambah kualitas sana’? dan membantu pula proses pencaharan. Wallahu a’lam.

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan yang lainnya dari hadits Ibnu Abbas secara marfu’, “Sesungguhnya terapi yang terbaik bagi kalian adalah sa’uuth (gurah). laduud dan bekam serta obat pencahar.” Obat pencahar’? di sini adalah sejenis obat yang dapat memperlancar dan memudahkan buang air.

 

 

 

Diriwayatkan? dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Qatadah, dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan, “Rasulullah  memberikan keringanan kepada Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Al-Awwam  untuk mengenakan kain sutera dalam rangka mengobati penyakit eksim yang mereka alami.” Dalam riwayat lain diceritakan. “Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Al-Awwam  mengeluh karena banyak kutunya kepada Nabi, pada suatu peperangan (ghazatin). Maka Nabi memberikan keringanan kepada mereka untuk mengenakan gamis dari sutera. Saya sendiri melihat mereka mengenakannya.” 

 

Hadits ini terkait dengan dua hal: Pertama, dengan persoalan fiqih. Kedua, dengan persoalan medis.

 

Adapun persoalan fiqihnya sebagaimana diakui oleh ajaran sunnah adalah dibolehkannya bagi kaum wanita mengenakan sutera secara mutlak. Sementara bagi kaum lelaki diharamkan, kecuali dalam kondisi terpaksa atau untuk suatu kepentingan yang dianggap sah. Di antaranya karena udara yang sangat dingin, sementara hanya ada kain sutera yang bisa menyelimuti tubuh. Atau mengenakan kain sutera untuk tujuan peperangan ketika sakit gatal-gatal” dan banyak kutu, sebagaimana yang diindikasikan dalam hadits Anas yang shahih di atas.

 

Pendapat yang membolehkan adalah riwayat yang lebih shahih dari Imam Ahmad. dan juga riwayat lebih shahih dari Imam Asy-Syaff’i. Karena, hukum asalnya” adalah tidak adanya pengkhususan. Kalau distenisasi (keringanan) itu berlaku untuk sebagian umat Islam karena suatu alasan, maka distenisasi itu juga berlaku bagi setiap orang yang memiliki alasan tersebut. Karena hukum itu bersifat umum karena keumuman penyebabnya.

 

Sementara kalangan yang tetap melarang mengenakan sutera secara mutlak bagi kaum lelaki menyatakan bahwa hadits yang mengharamkannya bersifat umum, sementara hadits-hadits yang memberi distenisasi, kemungkinan hanya dikhususkan untuk Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Al-Awwam. Namun, mungkin juga berlaku karena selain mereka. Kalau keduanya mungkin, maka lebih tepat bila kita mengambil hukum yang lebih umum. Oleh sebab itu sebagian perawi menandaskan tentang hadits ini, “Saya masih belum tahu, apakah distenisasi itu masih berlaku bagi selain mereka berdua atau tidak?”

 

Yang benar bahwa distenisasi itu bersifat umum. Karena hukum kebiasaan dalam syariat demikian, kecuali bila ada pengkhususan dan tidak ada orang lain yang dilibatkan dalam kekhususan tersebut. Seperti ucapan Nabi kepada Abu Burdah, “Sah untukmu, tetapi tidak sah untuk selainmu.” Demikian juga firman Allah kepada Nabi sehubungan dengan pernikahan beliau dengan wanita yang menyerahkan diri kepadanya:

 

“… hanya khusus bagimu, tidak untuk selainmu dari kalangan Mukminin …”

 

Diharamkannya sutera adalah cara untuk mencegah kemungkinan perbuatan haram lainnya. Oleh sebab itu sutera masih dibolehkan bagi kaum wanita, demikian juga untuk kaum lelaki untuk kebutuhan dan kepentingan yang mendesak. (Dan ini adalah kaidah) bahwa sesuatu yang diharamkan karena menjadi sebab perbuatan haram, bisa saja dibolehkan demi sebuah kemaslahatan dam kepentingan yang mendesak. Sebagaimana melihat aurat diharamkan demi mencegah terjadinya perbuatan haram. Maka melihat aurat itu dibolehkan demi kemaslahatan bila memang dibutuhkan. Demikian juga dengan diharamkannya shalat sunnah di waktu-waktu yang dilarang shalat. demi mencegah terjadinya kemiripan bentuk dengan para penyembah matahari. Oleh sebab itu, masih dibolehkan shalat sunnah pada waktu-waktu tersebut demi kemaslahatan tertentu. Kasus yang sama adalah diharamkannya riba fadhal deni menjaga agar tidak terjadi riba nasi’ah. Oleh sebab itu riba fadhal dibolehkan dalam kebutuhan mendesak. seperti Arayah’”, Kami telah mengupas secara tuntas berkaitan dengan halal haramnya pakaian sutera dalam buku kami At-Tahbir Lima Yahillu wa Yahrumu min Libasil Harir.

 

Adapun persoalan medis dalam hadits terdahulu adalah bahwa sutera itu termasuk jenis obat yang berasal dari binatang. Oleh sebab itu, sutera dikategorikan sebagai obat hewani. Karena memang diproses pembuatannya dari hewan. Manfaatnya amat banyak, bahkan amat reaktif. Di antara khasiatnya adalah memperkuat dan menenangkan jantung, bahkan berfungsi mengobati banyak gangguan jantung. Demikian juga berfungsi menanggulangi efek obat-obatan. Obat ini juga berfungsi mempertajam penglihatan jika digunakan sebagai celak. Sementara bubuk sutera-yakni yang diproduksi di kalangan medismemiliki tekstur panas dan kering sekali. Ada juga yang mengatakan teksturnya panas dan lembab. Ada juga yang berpendapat bahwa teksturnya stabil (menurut ilmu medis) Kalau digunakan sebagai pakaian, memberikan suhu panas yang sedang, namun cukup untuk menghangatkan badan, di samping juga bisa mendinginkan badan bila dibaluri di kulit tubuh.

 

Ar-Razi menandaskan, “Ibrasum’” lebih panas dari kattan tetapi lebih dingin dari katun. Ia berfungsi menumbuhkan daging. Setiap kain yang kasar otomatis menguruskan badan dan membuat kulit menjadi keras, demikian pula sebaliknya.”

 

Penulis menegaskan, “Pakaian itu ada tiga macam: Pertama, pakaian yang memanaskan dan menghangatkan tubuh. Kedua, menghangatkan tapi tidak memanaskan tubuh. Ketiga, tidak memanaskan dan tidak pula menghangatkan tubuh. Namun tidak ada pakaian yang bisa memanaskan tubuh tetapi tidak menghangatkannya. Karena, pakaian yang bisa memanaskan tubuh sudah tentu dapat menghangatkannya. Pakaian yang dibuat dari bahan bulu, wol dapat memanaskan dan menghangatkan. Sementara pakaian dari katun. kattan dan sutera dapat menghangatkan namun tidak dapat memanaskan. Pakaian dari bahan kattan, dingin dan kering. Sementara pakaian dari wol. panas dan kering. Adapun pakaian dari katun/kapas, sedang. Pakaian dari sutera lebih halus dari pakaian katun, meskipun tidak sepanas kain katun. Penulis Al-Minhaj menandaskan, “Mengenakan pakaian sutera tidak bisa memanaskan tubuh seperti halnya mengenakan pakaian katun, namun bersifat stabil.”

 

Setiap pakaian yang lebih halus dan berkilat tentu lebih sedikit kadar panasnya bagi tubuh yang memakainya, lebih bisa meredam iritasi pada kulit, bahkan lebih nyaman digunakan pada musim panas dan di negeri-negeri panas.

 

Demikianlah sifat pakaian sutera. Kain sutera juga tidak mengandung sifat kering dan kasar yang dimiliki oleh kain-kain jenis lain, sehingga amat bermanfaat mengatasi eksim. Karena eksim itu timbul dari suhu panas, kering, dan kasar. Oleh sebab itu, Rasulullah memberikan distenisasi kepada Zubair dan Abdurrahman untuk mengenakan kain sutera. untuk tujuan mengobati gatal-gatal. Kain sutera juga dapat menghindari munculnya kutu. Karena komposisi dari sutera bertentangan dengan komposisi kutu.

 

Jenis kain yang dapat menghangatkan akan tetapi tidak memanaskan adalah kain yang dibuat dengan bahan campuran besi, timah, kayu, tanah dan sejenisnya.

 

Kalau ada pertanyaan, “Kalau memang pakaian sutera itu adalah pakaian yang paling ‘stabil’ dan paling nyaman di badan, kenapa syariat Islam yang sempurna dan mulia ini mengharamkannya, padahal syariat Islam menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang burukburuk?”

 

Jawabannya, “Pertanyaan semacam ini bisa dijawab oleh setiap golongan kaum Muslimin dengan jawaban berikut:

 

Orang-orang yang mengingkari adanya hikmah tersembunyi dan alasan suatu hukum, karena kaidah ‘hukum harus beralasan’ sudah tercabut dari akarnya, mereka merasa tidak perlu menjawab pertanyaan ini.

 

Adapun orang-orang yang bisa menerima hikmah dan alasan suatu hukum-dan mereka adalah mayoritas-ada yang menanggapi bahwa syariat mengharamkan sutera bagi kaum lelaki agar jiwa mereka bersabar dan meninggalkannya karena Allah, sehingga mendapatkan pahala kesabaran. Apalagi kain sutera masih bisa digantikan dengan kain lain.

 

Ada juga yang menjawab bahwa sutera itu pada asalnya diciptakan untuk kaum wanita. seperti halnya perhiasan emas. sehingga diharamkan bagi kaum lelaki, demi mencegah terjadinya bahaya keserupaan dengan kaum wanita.

 

Ada juga yang menjawab bahwa sutera diharamkan bagi kaum lelaki karena bisa melahirkan sikap ujub, berbangga-bangga dan sombong.

 

Ada juga yang berpendapat bahwa sutera itu diharamkan karena bisa mempengaruhi tubuh sehingga bersifat kewanitaan dan kebanci-bancian, bukan bersifat perkasa dan kelaki-lakian. Kalau mengenakan sutera, hati seorang lelaki akan memiliki sifat seperti wanita. Oleh sebab itu kebanyakan orang yang mengenakannya pasti memiliki sifat-sifat kewanitaan tersebut, bersifat seperti banci, feminin dan genit. Hal itu amat jelas sekali, meskipun ia pada asalnya adalah orang perkasa dan lelaki sejati Dengan mengenakan sutera, maka kejantanan dan keperkasaannya tentu akan berkurang, kalau tidak hilang sama sekali. Orang yang berjiwa kasar, mungkin akan sulit memahami hal ini. Hendaknya ia berserah diri kepada Allah yang menetapkan syariat, lagi Mahabijaksana. Oleh sebab itu pendapat yang paling tepat dari pendapat yang ada ialah bahwa seorang wali dilarang mengenakan pakaian sutera kepada anak laki-lakinya yang masih kecil, karena bila demikian si anak akan tumbuh dengan sifat kewanitaan.

 

Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari, dari

 

Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

 “Sesungguhnya Allah menghalalkan sutera dan emas bagi kaum wanita umatku, namun mengharamkannya bagi kaum lelaki.”

 

Dalam lafal lain:

 

“Pakaian sutera dan emas diharamkan bagi kaum lelaki umatku, namun dihalalkan bagi kaum wanita mereka.”

 

Sementara dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan riwayat dari Hudzaifah, bahwa Rasulullah melarang kaum lelaki mengenakan sutera, dibaj (beludru persia) dan duduk di atas sutera tersebut. Beliau menandaskan, “Sutera itu adalah bagian mereka di dunia ini, sedangakan bagian untuk kalian, di akhirat nanti.”

 

Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Jami’-nya dari hadits

 

Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Obatilah penyakit radang pinggang dengan kayu Bahar dan minyak Zaitun.”

 

Penyakit radang pinggang ini menurut kalangan medis ada dua macam: ada penyakit radang pinggang sungguhan dan ada pula yang tidak sungguhan. Sakit radang pinggang sungguhan adalah sejenis pembengkakan pada sekitar pinggang bagian dalam, yakni bagian dalam tulang rusuk. Dan yang tidak sungguhan rasa sakitnya mirip dengan sakit radang pinggang sungguhan, namun berasal dari angin yang mendekam dan membahayakan (angin duduk). Angin tersebut mendekam di rongga perut di antara lipatan tulang rusuk sehingga menimbulkan rasa sakit yang mirip dengan sakit radang sesungguhnya. Hanya saja rasa sakitnya menyebar. sementara sakit radang yang sesungguhnya memiliki rasa sakit yang terpusat di satu tempat.

 

Penulis Al-Qanun menegaskan, “Terkadang di sekitar pinggang, lipatan rusuk dan otot dada dan tulang rusuk terdapat pembengkakan yang menyakitkan sekali yang disebut Syaushah dan Birsaam atau sakit radang. Terkadang rasa sakit pada wilayah-wilayah tersebut bukan diakibatkan pembengkakan, akan tetapi karena angin duduk, namun disangka termasuk penyakit ini, karena wilayah sakitnya sama. Karena sakit radang artinya sakit di wilayah yang meradang. Target pembahasan di sini adalah masalah sakit radang. Kalau di bagian tubuh tertentu ada rasa sakit oleh sebab apapun, sakit itu dinisbatkan kepada wilayah tersebut. Demikianlah arti dari ucapan Hippocrates, “Sesungguhnya orang-orang yang terserang sakit radang banyak memanfaatkan kamar mandi.” Ada yang mengatakan, “Maksudnya adalah setiap orang yang sakit radang pinggang, sakit di bagian paru-paru karena metabolisme yang rusak, atau karena makanan yang terlalu keras dan lengket, meski tanpa ada pembengkakan atau demam. bisa disebut sakit radang.”

 

Sebagian kalangan medis menegaskan bahwa arti sakit radang disebut Dzaatil Janbi, berasal dari bahasa Yunani, yakni sejenis penyakit berupa pembengkakan pada bagian pinggang, atau pembengkakan pada organ dalam. Pembengkakan pada bagian tubuh tertentu, disebut radang. kalau hanya berupa peradangan saja. Penyakit radang yang sesungguhnya memiliki lima gejala: Demam, batuk, rasa sakit lokal, sesak napas, dan mengerasnya denyut nadi.”

 

Terapi yang disebutkan dalam hadits bukan untuk penyakit radang semacam itu. Akan tetapi untuk jenis radang akibat angin duduk. Karena akar bahar atau yang disebut juga kayu India seperti dijelaskan dalam sebagian lafal hadits, merupakan sejenis obat yang ditumbuk hingga halus, lalu dicampur dengan minyak zaitun yang sudah dipanaskan, lalu dibalurkan di bagian tubuh yang terkena angin duduk tersebut lalu diurut. atau bisa juga diminum. Itu memang obat yang manjur untuk penyakit tersebut. Amat berkhasiat menghilangkan materi yang mengganggu dan mengusirnya. memperkuat organ-organ dalam, membuka penyumbatan. Kayu tersebut memiliki semua khasiat tersebut. Al-Masihi menandaskan, “Kayu itu bersifat panas. kering, dan costive. bisa menahan perut dan menguatkan organ tubuh bagian dalam, mengusir angin, dan membuka penyumbatan. Amat berguna mengobati peradangan. menghilangkan kelebihan kelembaban. Kayu tersebut juga baik untuk otak. Ada yang berpendapat bahwa kayu bahar juga amat berguna untuk penyakit radang sesungguhnya, kalau peradangan itu akibat unsur dahak (radang tenggorokan). terutama sekali ketika penyakit itu sudah berangsur sembuh. Wallahu a’lam.”

 

Dzaatil janbi (radang) termasuk penyakit berbahaya. Dalam hadits shahih, dari Ummu Salamah diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Saat Rasulullah $ mulai sakit di rumah Maimunah. setiap kali beliau merasa agak ringan sakitnya beliau keluar dan mengimami shalat. Saat beliau merasa agak berat, beliau berkata, “Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.” Penyakit beliau akhirnya semakin parah hingga tidak sadarkan diri” karena demikian parah sakit beliau. Saat itu berkumpullah istri-istrinya dan juga paman beliau, Abbas. Ummu Al-Fadhal binti Al-Harts, dan Asma binti Umais. Mereka semua bermusyawarah untuk mencekoki beliau dengan ladud. Mereka pun sepakat mencekoki beliau saat beliau pingsan. Saat beliau siuman. beliau bertanya, “Siapa yang mengobatiku seperti ini?” Yang hadir di situ menjawab, “Itu perbuatan kaum wanita yang datang menjenguk ke sini. Tangan mereka menunjuk ke negeri Habasyah. Ummu Salamah’” dan Asma mencekoki beliau. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Kami khawatir itu adalah panyakit Dzaatil Janbi.” Beliau bertanya. “Apa yang kalian gunakan untuk mengobatiku?” Mereka menjawab, “Kayu India dan beberapa tetes minyak zaitun.” Beliau menjawab, “Allah tidak akan pernah memberikan kepadaku penyakit seperti itu.” Kemudian beliau berkata. “Setiap orang di sini harus dicekoki obat itu, kecuali pamanku, Abbas.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Aisyah  diriwayatkan bahwa ia menceritakan. “Kami mencekoki Rasulullah  dengan obat, namun beliau memberikan isyarat agar kami tidak melakukannya. Kami beranggapan itu hanya ketidaksukaan orang yang sakit terhadap obat. Namun. ketika siuman. beliau bersabda, “Bukankah aku sudah melarang kalian untuk tidak mencekokiku? Setiap orang yang ada di sini harus dicekoki obat itu, kecuali Abbas, karena ia tidak menyaksikan kalian.”

 

Abu Ubaid menandaskan: Al-Ashmu’i pernah menjelaskan, “Ladud adalah sejenis obat yang dicekokkan melalui sisi mulut, diambil dari kata ladid al-wadi, sedangkan al-wajur adalah sejenis obat yang dicekokkan di tengah-tengah mulut. sementara sa’uuth (gurah) adalah obat yang dimasukkan melalui lubang hidung.

 

Fiqih yang bisa dipahami dari hadits ini adalah bahwa hukuman bagi orang yang melakukan tindakan kriminal disesuaikan dengan kadar kriminalitasnya, kalau bukan merupakan tindakan mengharamkan hak Allah. Itulah pendapat yang pasti benar berdasarkan belasan dalil yang telah kami paparkan di kesempatan lain. Itulah pendapat yang dinukil dari Imam Ahmad, yang juga pendapat dari Al-Khulafa Ar-Rasyidin. Hukuman tersebut bisa diaplikasikan dalam bentuk gishas, tamparan, pukulan, dan sejenisnya. Ada beberapa hadits yang tidak dapat dibantah sama sekali, sehingga pendapat tersebut layak dijadikan pegangan. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebuah hadits yang keshahihannya masih perlu ditinjau, yakni sebagai berikut. Nabi pernah terkena penyakit pusing sehingga terpaksa melumuri kepalanya dengan inai. Beliau bersabda, “Dengan izin Allah, obat ini berkhasiat menghilangkan pusing.”

 

Pusing di sini artinya rasa sakit pada bagian kepala (atau seluruhnya). Bila hanya menyerang separuh kepala saja disebut migrain. Kalau menyerang seluruh bagian kepala disebut baidhah atau pusing helm, diserupakan dengan helm perang yang memang menutupi seluruh kepala. Terkadang hanya menyerang bagian belakang atau depan kepala saja. Penyebabnya banyak dan jenisnya pun bermacam-macam. Hakikat penyakit pusing adalah panas di bagian kepala dan semacam demam yang terjadi karena berkumpulnya uap di bagian kepala’” yang berusaha menembus keluar namun tidak bisa sehingga memaksakan untuk keluar seperti bejana”? yang tertekan paksa bila air di dalamnya menggelegak. Segala sesuatu yang lembab. bila dipanasi akan menuntut tempat yang lebih luas dari tempatnya sebelumnya. Kalau uap tersebut mengisi seluruh kepala sehingga tidak mungkin lagi menyebar dan mencari jalan keluar, kepala pun berputar. Itu disebut gamang alias mabuk laut.

 

Pusing bisa muncul karena banyak sebab, salah satunya adalah karena kuatnya salah satu dari empat unsur pada manusia. (demikian secara berurut. pertama hingga keempat).

 

Kelima, terjadi karena luka tukak lambung”?. Kepala menjadi sakit karena efek pembengkakannya. karena bersambungnya urat saraf dari lambung ke kepala.

 

Keenam, karena angin duduk yang terdapat di lambung lalu naik ke kepala, sehingga menyebabkan terjadinya pusing.

 

Ketujuh, karena imflamasi pada urat lambung sehingga menyebabkan kepala sakit dengan sakitnya lambung karena bersambungnya saraf antara kedua organ tubuh tersebut.

 

Kedelapan, rasa pusing yang diakibatkan oleh lambung yang terlalu penuh dengan makanan sehingga sebagian sisa makanan tidak terolah dan mengakibatkan kepala pusing dan berat.

 

Kesembilan, pusing yang muncul setelah berhubungan badan karena adanya miskordinasi sel-sel tubuh sehingga menyebabkan pusing karena kenaikan suhu tubuh melebihi batas ketahanan tubuh itu sendiri.

 

Kesepuluh, pusing setelah muntah dan mengeluarkan seluruh makanan di perut, bisa jadi karena perut terlalu kering atau karena naiknya uap lambung ke kepala.

 

Kesebelas, pusing yang timbul karena suhu udara dan temperatur yang terlalu panas.

 

Kedua belas, karena udara terlalu dingin sehingga uap di kepala menjadi padat dan tidak menemukan jalan keluar.

 

Ketiga belas, karena begadang dan menahan tidur.

 

Keempat belas, karena tekanan pada bagian kepala akibat membawa beban berat di atas kepala.

 

Kelima belas, karena terlalu banyak berbicara sehingga stamina otak menurun.

 

Keenam belas, karena terlalu banyak aktivitas dan olah raga berlebihan’,

 

Ketujuh belas, karena masalah psikologis. seperti murung. sedih, waswas, banyak pikiran jelek (negative thinking). dan lain sebagainya.

 

Kedelapan belas, pusing yang muncul karena terlalu lapar. Karena uap perut tidak lagi memiliki tempat untuk beraksi, sehingga semakin menumpuk dan meningkat hingga akhirnya naik ke otak dan menyebabkan rasa sakit.

 

Kesembilan belas, pusing karena adanya pembengkakan pada bagian kulit otak sehingga penderita merasakan seolah-olah kepalanya dipukul dengan martil.

 

Kedua puluh, yang terjadi karena demam, karena panas demam tersebut juga menyerang kepala sehingga terasa sakit. Wallahu a’lam.

 

Adapun faktor yang menyebabkan penyakit migrain atau sakit kepala sebelah adalah adanya unsur tertentu yang menyerang bagian urat kepala itu sendiri, langsung menyerang bagian itu atau melalui organ tubuh lain lalu naik ke kepala. Sakit itu akhirnya diderita oleh sisi kepala yang lebih lemah dari sisi yang lain. Unsur tersebut bisa berupa uap, atau kotoran yang bersifat panas atau dingin. Ciri khas penyakit ini adalah munculnya gejala semacam denyutan di pembuluh darah. Kalau kepala diikat dengan kain dan denyutan itu berhenti, dengan sendiri rasa sakit pun mulai hilang.

 

Abu Nu’aim menyebutkan dalam karyanya, kitab Ath-Thibbun Nabawi, “Jenis pusing ini pernah diidap oleh Nabi  hingga satu atau dua hari sehingga beliau tidak keluar rumah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah  pernah berkhutbah di hadapan para sahabat dengan kepala masih terbalut oleh kain.”

 

Dalam Ash-Shahih disebutkan bahwa saat sakit menjelang wafat. nya, beliau berkata. “Betapa sakit kepalaku.” Beliau mengikat kepalanya pada waktu sakit.

 

Memibalut bagian kepala berguna untuk mengatasi migrain dan sakit kepala lainnya. Terapi terhadap penyakit ini beragam sesuai dengan keragaman jenis dan penyebabnya. Ada kalanya penyembuhannya dengan mengosongkan perut. Ada juga dengan makan. Ada juga dengan istirahat total. Ada pula dengan diikat di bagian kepala. Ada lagi yang penyembuhannya dengan penadinginan. Ada pula sebaliknya. yaitu dengan dihangatkan. Ada pula jenis yang penyembuhannya dengan menghindari suara atau melakukan gerakan.

 

Bila hal itu sudah dimaklumi, terapi sakit kepala menurut hadits ini dengan menggunakan inai masih bersifat parsial, tidak menyeluruh. Yakni terapi terhadap salah satu jenis sakit kepala. Bila terjadi sakit kepala akibat panas yang menyengat, sementara tidak ada unsur tertentu yang harus dikeluarkan dari tubuh, maka penyembuhannya dengan inai mujarab sekali. Caranya adalah dengan ditumbuk halus dan dicampur cuka untuk dibalurkan dan dibalut di kepala, sakit kepala pun langsung berkurang. Inai mengandung energi yang bisa mengatasi pusing. Bila digunakan untuk dibalurkan dan diikat di kepala. pasti bisa menghilangkan rasa sakitnya. Bahkan itu tidak hanya berlaku untuk penyakit kepala saja, bisa juga untuk berbagai rasa sakit di sekujur tubuh. Bila digunakan untuk membalut bagian tubuh yang bengkak dan meradang, bisa berguna meredakannya.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Tarikh-nya dan oleh Abu Daud dalam As-Sunan bahwa Rasulullah : setiap kali ada orang yang datang menemui beliau menceritakan sakit di kepalanya, pasti beliau bersabda. “Bekamlah.” Dan setiap kali orang menceritakan sakit di kakinya kepada beliau, beliau berkata, “Gunakan inai untuk membalutnya.”

 

Dalam riwayat At-Tirmidzi dari Salmah Ummu Rafi. pembantu Nabi , berkata, “Tidaklah Nabi  terkena luka, tidak pula duri, melainkan beliau menempelkan padanya inai.”

 

Inai pada awalnya dingin, namun akhirnya kering. Kekuatan pada pokok dan dahan inai merupakan komposisi dari kekuatan yang disadap dari semacam unsur air yang panas secura stabil. dengan energi pengikat yang berasal dari unsur tanah yang dingin pula.

 

Di antara khasiatnya misalnya sebagai peredam dari luka bakar. Inai juga mengandung energi yang sesuai dengan saraf bila digunakan sebagai pembalut. Bahkan bila dikunyah juga bisa mengobati sariawan dan bibir pecah-pecah, bisa juga mengobati pecah-pecah pada mulut bayi. Bila dibalutkan juga bisa mengobati bengkak-benykak dan peradangan berat. Bisa juga berfungsi mengeluarkan darah kotor” pada bisul.'”

 

Kalau bubuknya dicampur dengan malam (wax) dan minyak mawar, bisa digunakan untuk sakit pinggang!!

 

Di antara khasiat lainnya yaitu pada anak kecil mulai terserang cacar air. lalu bagian kakinya dibalut dengan inai. maka bagian matanya akan aman dari serangan cacar. Itu benar dan sudah terbukti mujarab, tidak diragukan lagi. Kalau bubuknya dibubuhkan di kain wol. bisa mengharumkannya dan mencegahnya dari ulat. Kalau daunnya saja jatuh ke dalam air. bisa merubah rasa air itu menjadi nikmat hingga ke dasarnya. Bisa diperas dan diminum airnya hingga empat puluh hari, setiap harinya bisa diminum dua puluh sendok ditambah dengan sepuluh sendok gula. Bisa juga disantap dengan daging domba muda. Bisa juga mengobati gejala penyakit lepra secara ajaib sekali.

 

Dikisahkan bahwa ada seorang lelaki yang kuku-kuku tangannya pecah-pecah. Ia bersedia memberikan banyak uang kepada orang yang bisa menyembuhkannya, namun tidak juga ia dapatkan. Suatu saat ada seorang wanita memberikan resep kepadanya untuk meminum air perasan inai selama sepuluh hari. Namun ia masih ragu. Akhirnya ia coba juga memeras dan meminum airnya. Ternyata ia sembuh. Kukukuku tangannya kembali menjadi bagus.

 

Kalau inai itu dijadikan semacam cream untuk membalut jari-jari tangan, akan berfungsi memperindah dan mengkilatkannya. Kalau diadon dengan minyak samin dan dibalutkan ke sisa peradangan yang sudah mengeluarkan cairan kuning, juga bermanfaat. Bisa juga menyembuhkan koreng yang sudah menahun secara ajaib sekali. Bisa berfungsi menumbuhkan rambut, memperkuat dan memperindahnya. Bisa juga memperkuat kepala. Bisa melindungi dari bercak-bercak dan jerawat yang tumbuh di betis, kaki dan sekujur tubuh.

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami’-nya, juga oleh Ibnu Majah dari Ugbah bin Amir Al-Juhani bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Jangan paksa orang-orang sakit untuk menyantap makanan atau minuman tertentu. Karena, sesungguhnya Allah  yang akan memberi mereka makan dan minum.” ‘

 

Sebagian pakar medis terkemuka menyatakan, “Sungguh ucapan Nabi tersebut mengandung pelajaran yang tidak ternilai harganya, mengandung hikmah-hikmah ilahiyah, terutama sekali bagi kalangan medis dan ahli-ahli pengobatan. Karena orang sakit bila sudah tidak berselera makan dan minum sebabnya adalah karena secara alami tubuh bekerja keras melawan penyakit. atau karena memang sekadar hilang atau berkurang nafsu makan saja, karena instino panas berkurang atau me. lemah. Apapun penyebabnya, dalam kondisi demikian memang tidak layak memberikan makan kepadanya.”

 

Harus diketahui bahwa rasa lapar adalah kebutuhan anggota tubuh terhadap makanan agar tubuh dapat menyerap sesuatu dari makanan yang bisa menggantikan sesuatu yang hilang darinya. Dimulai dari anggota tubuh paling jauh. terus menuju organ tubuh paling dekat sehingga berakhir di lambung. Pada saat itulah orang merasa lapar dan membutuhkan makanan. Kalau orang sedang sakit, organ-organ tubuh disibukkan oleh proses pembakaran dan pengeluaran zat berbahaya dari dalam tubuh sehingga tidak sempat menuntut suplai makanan dan minuman. Kalau si sakit dipaksa untuk makan atau minum, maka tubuh yang secara alami bekerja menjadi mandceg (Bahasa Jawa-penerj.). Organ tubuh akan sibuk mengolah makanan sehingga tidak sempat melakukan pembakaran terhadap materi berbahaya untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal itu tentu saja membahayakan si sakit, terutama sekali pada saat akut.

 

Atau saat tubuh sedang panas atau lemah, sehingga semakin memperparah kondisinya. mempercepat bencana yang ditakutkan. Dalam kondisi demikian, organ tubuh tidak boleh digunakan untuk bekerja. kecuali sekadar menyantap sesuatu yang dapat menambah stamina dan menguatkan tubuhnya tanpa memaksa tubuh mengonsumsinya secara paksa. Yakni dicari makanan atau minuman yang berserat lembut dan mudah larut, seperti juice Yanufar, apel, mawar segar dan sejenisnya. Sementara yang berupa makanan, seperti gulai yang aromanya tajam,” memompa staminanya dengan aroma yang sedap dan membangkitkan selera serta berita-berita yang menyenangkan. Karena, seorang dokter adalah pelayan dan penolong manusia, bukan perusak.

 

Harus diketahui, bahwa darah yang baik bisa menjadi pengganti makanan untuk tubuh. Sementara dahak adalah darah mentah yang terkadang bisa menjadi setengah masak. Kalau orang sakit memiliki banyak dahak, lalu ia tidak bisa menelan makanan. maka tubuh secara alami akan bergantung kepadanya dan membakarnya sehingga berubah menjadi darah yang merupakan makanan bagi organ tubuh sehingga tidak membutuhkan apa-apa lagi. Unsur alami tubuh adalah energi yang diciptakan oleh Allah untuk secara aktif mengatur dan menjaga kesehatan tubuh, bahkan terus menjaganya sepanjang hidup.

 

Terkadang harus diketahui juga meskipun jarang. orang sakit juga perlu dipaksa untuk makan dan minum. Yakni pada kasus-kasus penyakit yang berhubungan dengan beban mental.

 

Dengan dasar ini, maka hadits tersebut termasuk kategori bersifat umum namun bisa diberi kekhususan. Atau termasuk dalil umum yang terkadang dengan adanya dalil lain bisa diberi pengecualian. Arti hadits di atas. bahwa orang sakit itu terkadang bisa bertahan hidup tanpa makan berhari-hari yang mana orang sehat saja tidak mampu melakukannya.

 

Sementara sabda Nabi ::. “Sesungguhnya Allah-lah yang memberi makan dan minum kepada mereka,” mengandung pengertian lembut lebih dari sekadar yang sering diungkapkan oleh kalangan medis. Pengertian itu hanya bisa dipahami oleh orang yang memiliki perhatian terhadap gerak hati dan jiwa serta pengaruhnya terhadap kondisi normal”? tubuh. atau reaksi. tubuh secara alami karenanya. Sebagaimana hati dan jiwa juga seringkali bereaksi akibat kondisi tubuh secara normal. Di sini, kami sekadar menggarisbawahi suatu hal. Kami tegaskan: Apabila jiwa itu merasa masyqu! (sibuk) karena memikirkan yang dia cintai atau karena sesuatu yang dia benci atau yang membuatnya takut. maka seseorang akan kehilangan selera untuk makan dan minum. Bahkan ia tidak merasa lapar dan haus. juga tidak merasa kedinginan atau kepanasan. Dan bahkan tidak sempat lagi merasakan rasa sakit yang bagaimanapun dahsyatnya’”. Ia tidak merasakannya lagi sama sekali. Setiap orang pasti pernah merasakan hal semacam itu. Kalau jiwa seseorang sudah sibuk dengan hal yang menyedihkan hati sehingga tenggelam di dalamnya. tidak akan merasakan lagi rasa lapar yang melilit.

 

Kalau perasaan yang mengganggu hati adalah hal-hal yang menyenangkan, membangun sugesti, maka ia bisa menggantikan posisi makanan, sehingga terasa kenyang. Stamina juga bisa kembali bahkan berlipat ganda. Sirkulasi darah mengalir dengan baik ke seluruh tubuh sehingga tampak di permukaan kulit, wajah menjadi cerah dan terlihat bias-bias darah di kulit wajahnya. Karena kegembiraan secara otomatis mempermudah sirkulasi darah ke jantung sehingga juga mengaliri seluruh pembuluh darah hingga penuh. Dengan demikian organ-organ tubuh tidak lagi membutuhkan makanan seperti biasanya, karena sudah disibukkan dengan hal-hal yang lebih disukainya, lebih cocok dengan kebutuhan normalnya. Karena, apabila tubuh secara normal telah memperoleh hal yang disukainya, ia pasti akan lebih mendahulukannya dibandingkan yang lain.

 

Tetapi, kalau hal yang mengganggu hati itu bersifat menyakitkan, membuat sedih dan menakutkan, hati atau jiwa seseorang akan berusaha memeranginya. melawan, dan mempertahankan diri, sehingga tidak pula sempat menuntut suplai makanan. Pada proses pengusiran dan penolakan tersebut, tubuh tidak sempat menuntut makanan dan minuman. Kalau berhasil mengalahkan segala kegundahan dan kesulitan hati, staminanya akan kembali, bahkan bisa menggantikan stamina yang biasa didapatkan dari energi makanan dan minuman. Tetapi, kalau tidak mampu mengalahkan musuh hati, staminanya justru menurun, sebatas kekuatan musuh dalam hati tersebut. Kalau peperangan menghadapi musuh hati tersebut mengalami kekalahan dan kemenangan silih berganti, maka tubuh terkadang menjadi kuat staminanya, dan terkadang melemah. Kesimpulannya, peperangan itu mirip dengan peperangan di luar antara dua golongan yang bermusuhan, ada kemenangan dan ada kekalahan, ada yang mati, ada yang cedera, dan ada pula yang tertawan.

 

Orang sakit mendapatkan pertolongan dari Allah. Allah akan memberikan makanan tambahan kepadanya, lebih dari sekadar yang dapat diketahui oleh kalangan medis, di antaranya adalah suplai makanan dari darah menurut kadar kelemahan tubuh dan kekurangan suplai makanan yang diderita, juga tingkat kesungguhannya beribadah kepada Allah . la akan berhasil memperoleh kebutuhannya karena kedekatan dirinya kepada Allah. Karena, apabila hati seorang hamba sedang gundah, saat itulah rahmat Allah dekat dengannya. Kalau ia seorang wali Allah, ia juga bisa mendapatkan makanan ruhani yang akan memperkuat stamina dan energi tubuhnya, lebih dari stamina yang dihasilkan melalui energi makanan. Semakin kuat imannya, kecintaannya terhadap Rabbnya. kejinakan hati dan kegembiraannya serta keyakinanya terhadap Rabbnya, kerinduan dan rasa ridhanya kepada Rabbnya juga semakin bertambah, maka semakin besar energi yang bisa diserapnya sehingga sulit untuk diungkapkan, tidak bisa digambarkan oleh kalangan medis, bahkan tidak bisa dicapai oleh ilmu pengetahuan mereka.

 

Bila jiwa seseorang terlalu kasar, hatinya terlalu gersang untuk dapat memahami dan mempercayai kenyataan ini, silakan ia melihat kondisi banyak orang yang gemar menikmati lukisan, hati mereka sudah dipenuhi oleh rasa kecanduan terhadap lukisan-lukisan tersebut, atau mungkin juga terhadap kedudukan, harta atau ilmu pengetahuan misalnya. Banyak orang yang melihat adanya hal-hal ajaib pada diri mereka dan orang-orang seperti mereka, karena kegemarannya itu.

 

Dalam hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah  pernah melakukan puasa wishal (selama beberapa hari). namun kemudian beliau melarang para sahabat melakukan puasa wishal. Beliau bersabda, “Kondisiku tidaklah sama dengan kondisi kalian. Allah tetap terus menerus memberiku makan dan minum.” Dengan demikian dapat diketahui bahwa makanan dan minuman bukanlah santapan sebagaimana yang dipahami oleh manusia biasa. Karena, kalau tidak demikian. tentu beliau tidak akan melakukan puasa wishal, karena tidak akan jelas perbedaan antara kedua jenis makanan tersebut, bahkan beliau tentu juga tidak akan berpuasa. Karena beliau berkata. “Allah tetap terus menerus memberiku makan dan minum.”

 

Demikian juga Rasulullah menjelaskan perbedaan antara beliau dengan para sahabat dalam melakukan puasa wishal. Beliau mampu melakukan yang tidak mampu mereka lakukan. Kalau memang beliau makan dan minum sebagaimana yang biasa dipahami sebagai ‘makan’ dan ‘minum’, tentu beliau tidak akan berkata, “Kondisiku tidaklah sama dengan kondisi kalian.” Hadits itu hanya dipahami secara kasar demikian saja, bagi orang yang hanya sedikit pemahamannya tentang ‘makanan ruhani’ dan makanan hati. Padahal makanan itu demikian kuat pengaruhnya pada stamina tubuh, bahkan berfungsi sebagai motiVator dan makanan sehat. lebih dari pengaruh energi makanan biasa. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

Diriwayatkan dengan shahih bahwa beliau  bersabda:

 

“Cara pengobatan yang terbaik buat kalian adalah bekam dan gusth laut Janganlah kalian menyiksa anak-anak kalian dengan membiarkan mereka terkena penyakit udzrah.”

 

Dalam As-Sunan dan Al-Musnad diriwayatkan dari hadits Jabir bin Abdillah diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah  pernah menemui Aisyah t yang kala itu menemani seorang bayi yang hidungnya mengeluarkan darah. Rasulullah bertanya, “Ada apa ini?” Aisyah menjawab, “Ia terkena penyakit udzrah atau sakit di kepala.” Beliau berkata, “Celaka kalian. Jangan kalian bunuh anak-anak kalian. Wanita manapun yang anaknya terkena penyakit udzrah atau sakit di kepalanya hendaknya mencari gusth india, dicampur dengan air lalu digunakan sebagai gurah.” Maka Aisyah memerintahkan agar dicarikan bahan tersebut dan digunakan untuk mencekok bayi itu. Bayi itu pun sembuh.”

 

Abu Ubaid menuturkan riwayat dari Abu Ubaidah bahwa beliau menjelaskan. “Udzrah adalah sejenis penyakit yang menyerang tenggorokan akibat darah yang bergejolak. Kalau sudah diobati, disebut udzirah bihi, yang berarti dijauhkan atau dihindari. Ada juga yang berpendapat bahwa udzrah adalah sejenis penyakit koreng yang menyerang bagian telinga dan leher. Kebanyakan menyerang anak-anak kecil.

 

Adapun khasiat dari metode gurah menggunakan qusth yang dihaluskan. karena materi dari penyakit udzrah adalah darah yang didominasi oleh dahak. namun biasa menyerang anak-anak kecil. Qusth memberikan sifat kering yang berguna ‘mengikat anak lidah dan memposisikan secara tepat. Bisa jadi makanan ini hanya berkhasiat untuk penyakit ini saja, namun terkadang juga berguna mengobati berbagai jenis penyakit panas. Obat yang bersifat panas itu sendiri pada dasarnya adalah unsur api. namun sifat implementatifnya bisa berbeda. Penulis Al-Qanun menegaskan bahwa cara pengobatan radang tenggorokan dan sejenisnya adalah dengan menyantap gusth laut dicampur dengan rempah syabb dari Yaman dan biji kwarsa (dari Marf, Persia).

 

Qusth laut sendiri adalah kayu India yang berwarna putih. rasanya manis dan memiliki banyak khasiat. Mereka biasa menggunakan mengobati penyakit radang tenggorokan dengan sejenis obat telan atau sirup, yakni dengan cara disuapkan kepada anak-anak mereka. Maka Rasulullah  melarangnya dan menganjurkan mereka menggunakan bahan yang lebih berkhasiat untuk anak-anak mereka serta lebih mudah dicerna.

 

Sementara gurah adalah sejenis obat yang diteteskan ke dalam hidung. Terkadang berasal dari satu jenis dan terkadang merupakan ramuan. Biasanya ditumbuk, diayak, diadon, dan dikeringkan terlebih dahulu. Baru kemudian digunakan bila diperlukan. Caranya adalah dengan dicekokkan ke dalam hidung seseorang sambil berbaring, bagian bahunya diganjal agak tinggi agar kepalanya tertunduk sehingga obat gurah itu bisa langsung masuk ke otak, lalu penyakitnya akan dikeluarkan melalui bersin atau semburan hidung.

 

Nabi memuji cara pengobatan dengan metode gurah ini sebagaimana disebutkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya bahwa Nabi  juga pernah berobat dengan gurah.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari hadits Mujahid. dari Saad bahwa ia menceritakan. “Aku pernah sakit. Rasulullah  datang menjengukku. Beliau meletakkan tangannya di atas dadaku sehingga aku merasakan dingin tangan beliau di dadaku. Beliau berkata. “Engkau terserang hepatitis. Temuilah Al-Harts bin Kaldah dari Tsaqif”. la seorang Ahli Pengobatan. Suruh ia mengambil tujuh buah kurma Ajwah dari Al-Madinah, tumbuk dengan biji-bijinya, ”’ kemudian suruh dia mencekokkannya ke dalam mulutmu. 

 

Hepatitis adalah penyakit yang menyerang tubuh bagian lever sehingga menyebabkan rasa sakit. Seperti sakit perut. penyakit yang menyerang perut sehingga merasa sakit. Ladud sendiri artinya adalah obat yang dimasukkan melalui sisi kiri dan kanan si sakit (dalam keadaan tidak sadar). Kurma sendiri memiliki khasiat ajaib untuk menyembuhkan penyakit ini, terutama sekali kurma Al-Madinah. dan terutama sekali jenis Ajwah. Jumlah yang tujuh itu juga mengandung khasiat lain yang hanya bisa diketahui rahasianya oleh Allah.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan hadits Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya (Saad bin Abi Waqqash) bahwa ia menceritakan, “Rasulullah  pernah bersabda: 

 

“Barangsiapa yang di pagi hari menyantap tujuh butir kurma Aliyah, tidak akan terkena bahaya racun maupun sihir pada hari tersebut.”

 

Dalam lafal lain disebutkan:

 

“Barangsiapa yang menyantap tujuh butir kurma antara bagian pinggir yang sudah menghitam’? karena tuanya, maka ia tidak akan terkena racun hingga sore harinya.”

 

Kurma itu bersifat panas dalam larutannya meskipun dasarnya kering. Ada juga yang mengatakan bahwa sifatnya adalah lembab, atau juga ada yang mengatakan ‘stabil. Yang jelas kurma adalah makanan yang baik untuk menjaga kesehatan, terutama sekali bagi yang sudah biasa mengonsumsinya, seperti para penduduk Al-Madinah dan yang lainnya. Bahkan kurma adalah makanan terbaik di negeri-negeri dingin dan panas, dimana suhu panas menjadi tidak setajam dinginnya. Kurma di negeri itu lebih berkhasiat daripada di negeri-negeri dingin saja. karena di negeri-negeri tersebut perut para penduduknya bertemperatur dingin, sementara di negeri-negeri dingin temperatur perut justru panas. Oleh sebab itu negeri-negeri seperti Hijaz. Yaman. Thaif dan berbagai negara yang mirip dengannya menyukai makanan-makanan panas lebih dari para penduduk negeri-negeri lain, seperti kurma dan madu. Kita juga sering menyaksikan mereka menyantap lada dan jahe lebih banyak dari para penduduk negeri lain, sekitar 10 kali lipat atau lebih. Mereka menyantap jahe seperti para penduduk lain menyantap manisan. Penulis sendiri pernah menyaksikan di antara mereka yang menularkan kebiasaan itu!” di manapun mereka berpindah. Kebiasaan itu ternyata sesuai dengan mereka dan tidak membahayakan mereka karena temperatur perut mereka yang dingin sehingga panas makanan itu langsung keluar ke bagian kulit tubuh. Kita juga sering menyaksikan bahwa air-air sumur bisa menjadi dingin di musim panas dan menjadi agak hangat di musim dingin. Lambung juga bisa mampu mencerna secara baik makanan-makanan berat pada musim dingin, lebih dari yang bisa terjadi di musim panas.

 

Adapun para penduduk Al-Madinah, kurma bagi mereka hampir menyerupai fungsi gandum di daerah lain. Kurma menjadi makanan pokok mereka. Kurma Aliyyah sendiri adalah jenis kurma terbaik. Teksturnya agak keras, lezat, dan manis sekali.

 

Kurma bisa termasuk jenis makanan, obat atau buah-buahan. Kurma cocok dikonsumsi oleh hampir seluruh jenis tubuh manusia, bisa memperkuat panas tubuh alami, tidak menimbulkan ampas merusak di dalam tubuh seperti yang ditimbulkan oleh berbagai jenis makanan dan buah-buahan. Bahkan bagi yang sudah terbiasa mengonsumsinya, kurma bisa mencegah pembusukan dan kerusakan makanan dalam tubuh.

 

Hadits ini merupakan sebuah ungkapan umum namun ditujukan secara spesifik bagi para penduduk Al-Madinah dan sekitarnya. Tidak diragukan lagi bahwa masing-masing daerah memiliki keistimewaan sendiri dengan obat-obatan yang ada di daerah masing-masing yang mungkin tidak cocok untuk daerah lain. Obat-obatan yang tumbuh di suatu daerah akan berguna mengobati penyakit di daerah tersebut. mungkin karena pengaruh dari struktur tanahnya, suhu udara atau kedua-duanya. Karena masing-masing tanah juga memiliki sifat khas dan tekstur, mirip dengan perbedaan watak manusianya sendiri. Seringkali ada tumbuhan di sebagian daerah yang cocok menjadi makanan mereka, namun bagi penduduk daerah lain bisa manjadi racun pembunuh. Bisa jadi sesuatu yang menjadi obat pada suatu tempat justru menjadi makanan biasa di tempat lain. Ada juga obat untuk penyakit tertentu di suatu tempat justru menjadi obat penyakit lain di lain tempat. Obat-obatan yang cocok untuk penduduk suatu tempat, bisa saja tidak cocok untuk penduduk di tempat lain bahkan tidak berguna sama sekali.

 

Adapun khasiat dari tujuh butir kurma tersebut sudah menjadi porsi dan ketentuan dalam syariat. Allah menciptakan langit dan bumi masing-masing tujuh lapis. Jumlah hari dalam satu pekan juga tujuh. Manusia baru sempurna penciptaan dirinya dalam tujuh fase. Allah mensyariatkan kepada para hamba-Nya untuk berthawaf tujuh putaran, sa’i antara Shafa dan Marwah juga sebanyak tujuh putaran. melempar jumrah”” masing-masing tujuh kali. Takbir shalat led di rakaat pertama juga tujuh kali. Rasulullah #& pernah bersabda, “Perintahkanlah anak kalian shalat saat berumur tujuh tahun.” Bila anak sudah berumur tujuh tahun, ia sudah disuruh untuk memilih antara ayah atau ibunya (dalam kasus perceraian—ed.). Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Ayahnya sudah lebih berhak untuk memilikinya daripada ibunya.” Sementara dalam riwayat lain lagi disebutkan. justru sang ibu yang lebih berhak. Saat sakit, Rasulullah #5 memerintahkan agar kepalanya disiram dengan air dari tujuh girbah. Allah pernah memberi kuasa kepada angin untuk mengadzab kaum Aad selama tujuh malam. Nabi «& pernah berdoa kepada Allah agar memberikan pertolongan kepada kaumnya dengan tujuh masa sebagaimana yang diminta oleh Nabi Yusuf. Allah mentamtsilkan sedekah seseorang yang dilipatgandakan pahalanya seperti tujuh batang pokok padi yang masing-masing berisi seratus butir padi. Batang padi yang dilihat oleh sahabat Yusuf dalam mimpi juga berjumlah tujuh. Jumlah tahun saat mereka bercocok tanam juga tujuh. Pelipatgandaan pahala hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih. Yang masuk Surga di kalangan umat ini tanpa hisab ada tujuh puluh ribu orang.

 

Tidak diragukan lagi bahwa angka tujuh di sini mempunyai keistimewaan tersendiri. Tujuh meliputi berbagai makna sebuah bilangan dengan segala ciri khasnya. Karena bilangan itu ada yang genap dan (ada yang ganjil. Bilangan genap dalam tujuh ada dua, sementara ganjil juga ada dua. Jadi di sini ada empat level: genap) ada yang pertama dan kedua, demikian juga bilangan ganjilnya. Empat level ini tidak akan terwujud pada angka yang lebih kecil dari tujuh. Sehingga tujuh ini adalah angka sempurna, meliputi empat level tersebut. Bilangan genap dan ganjil pertama dan kedua. Yang kami maksud dengan dua witir pertama dan kedua adalah tiga dan lima. Bilangan genap pertama dan kedua adalah dua dan empat. Kalangan medis banyak mencermati bilangan tujuh ini, terutama sekali di Bahrain. Hippocrates menandaskan, “Segala sesuatu di alam semesta ini tertakar dalam tujuh bagian.” Bintang-bintang ada tujuh, hari-hari dalam satu pekan ada tujuh, jumlah jenis gigi manusia juga ada tujuh. Pertama gigi bayi berjumlah tujuh, lalu gigi anak balita berjumlah empat belas, baru kemudian gigi anak remaja, pemuda, selengah baya dan orang tua, kemudian lanjut usia hingga akhir usia. Allah lebih mengetahui tentang hikmah dan syariat yang ditetapkannya dalam mengkhususkan suatu jumlah. Bisa jadi karena dasar pengerlian itu, bisa jadi karena alasan lain?

 

Kebetulan bilangan itu terjadi pada penetapan jumlah kurma dalam hadits ini. dari negeri tertentu pula, yakni kota ini (Al-Madinah) saja, untuk melindungi diri dari sihir dan racun. Sebuah trik khusus yang seandainya diucapkan oleh orang-orang seperti Hippocrates, Galenius, dan pakar medis lainnya, tentu akan diterima oleh kalangan medis dengan pasrah, yakin, dan menurut saja. Padahal ucapan mereka itu hanyalah spekulasi, reka-reka dan dugaan belaka. Sementara sabda Rasulullah adalah sebuah keniscayaan, kepastian, berbukti absolut, dan wahyu tentu lebih layak untuk diterima dengan pasrah tanpa ditolak sama sekali. Pengobatan terhadap racun terkadang perlu dilakukan dengan ramuan khas, seperti berbagai jenis batu-batuan, permata, yagut, dan lain-lain. Wallahu a’lam.

 

Bisa jadi kurma memang memiliki khasiat mengobati beberapa jenis racun. Sehingga hadits itu bernuansa umum tetapi memiliki makna spesifik. Sehingga bisa saja kurma itu berkhasiat karena keistimewaan negeri tersebut dan karena kekhasan dari jenis tanahnya, untuk mengobati segala jenis racun. Akan tetapi ada hal yang harus dijelaskan di sini, yakni bahwa syarat seorang yang sakit bisa mengambil manfaat dari obat yang diminumnya adalah adanya keyakinan bahwa obat tersebut berkhasiat, sehingga tubuhnya secara alamiah bisa menerima kehadiran obat itu dan berfungsi mengobati penyakitnya. Bahkan, banyak sekali sistem terapi yang manjur karena adanya unsur keyakinan dan sugesti serta kepasrahan. Dalam hal ini, umat manusia telah melihat berbagai keajaiban. Karena secara alami orang yang sakit bisa menerima obat tersebut, hatinya menjadi tentram dan staminanya meningkat sehingga energi tubuh juga semakin kuat. Suhu panas tubuh secara alami juga terangsang untuk membantu mengusir zat berbahaya dalam tubuh. Sebaliknya. banyak jenis obat yang berkhasiat mengobati suatu penyakit. tetapi tidak berguna karena tidak adanya keyakinan. Tubuh secara alami tidak bisa menerimanya, sehingga tidak berfungsi sama sekali.

 

Coba analogikan hal itu pada berbagai jenis obat dan minuman,” cari jenis yang paling bermanfaat untuk mengobati penyakit hati dari jasmani, untuk kehidupan dunia dan akhirat. yakni Al-Qur’an yang merupakan penyembuh dari segala penyakit. Tenyata Al-Wur’an juga bisa tidak berguna bagi hati yang tidak meyakini adanya kesembuhan dan khasiat pada Al-Qur’an tersebut. Bahkan bisa semakin memperparah sakit seseorang. Padahal tidak ada obat bagi penyakit hati yang lebih manjur dari Al-Mur’an. Karena Al-Qur’an adalah terapi sempurna yang tidak membawa efek penyakit lain setelah proses penyembuhan, bahkan dapat menjaga kesehatannya secara optimal. memberikan pencegahan maksimal pula dari segala bahaya dan penyakit.

 

Meski demikian. karena kebanyakan hati manusia berpaling dari AlQuran, karena ketidakyakinan yang sempurna yang tidak memiliki keraguannya terhadapnya, karena tidak terbiasa menggunakannya dan karena sudah terbiasa dengan berbagai bentuk obat kimia yang diracik secara spekulatif saja,” akhirnya kesembuhan yang diharapkan tidak bisa tercapai. Segala bentuk kebiasaan akan lebih dominan dan mereka pun semakin enggan menggunakan Al-Guran, sehingga berbagai penyakit menahun semakin menggerogoti hati. Para pasien dan ahli medis menjadi terbiasa melakukan pengobatan tradisional atau dengan menggunakan resep ahli medis yang mereka hormati dan mereka agung-agungkan serta mereka percayai. Musibah justru semakin menggurita, obat-obatan semakin dipercanggih. berbagai penyakit dan wabah semakin membengkak jumlahnya sehingga sulit untuk disembuhkan. Setiap kali mereka mengobati berbagai jenis penyakit itu dengan metode terapi modern, kasus penyakit semakin mencuat dan bertambah. Seolah-olah mereka mendendangkan kata-kata berikut.

 

“Di antara bentuk keajaiban—keajaiban itu sendiri adalah kenikmatan adalah kesembuhan yang terlihat dekat tetapi sulit mencapainya Ibarat hidup di padang sahara menanti kematian terbunuh oleh dahaga sementara air masih terpikul di punggung kita.”

 

 

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Ja far bahwa ia menceritakan:

 

“Aku pernah melihat Rasulullah menyantap kurma dengan mentimun.” 

 

Kurma bersifat panas pada tingkat kedua, dapat memperkuat lambung yang bersuhu dingin sehingga terasa nyaman, selain juga menambah karbohidrat. Akan tetapi kurma cepat berubah baunya. membuat haus, mengotori darah dan menimbulkan sumbatan serta rasa sakit pada kantung kemih. di samping juga membahayakan gigi. Sementara mentimun itu bersifat dingin juga pada tingkat kedua. bisa meredam rasa haus. menambah stamina selain juga bisa menambah aroma karena ada unsur wangi di dalamnya. Mentimun bisa meredam panas pada lambung yang meradang. Bila dijemur dan ditumbuk halus. lalu diperas airnya dan diminum, bisa menghilangkan dahaga. memperlancar buang air kecil, bisa juga menghilangkan rasa sakit pada kantung kemih. Bila ditumbuk dan disaring kemudian digosok-gosokkan ke gigi. bisa membersihkan plak gigi. Bila ditumbuk daunnya lalu dijadikan sebagai pembalut tubuh yang sakit setelah dicampur dengan tangkai anggur, bisa berguna mengatasi gigitan anjing gila (rabies).

 

Kesimpulannya, buah yang satu ini bersifat panas sementara yang lain bersifat dingin. Masing-masing bisa memperbaiki kekurangan pada buah lainnya, bisa menghilangkan bahayanya dan dapat mengatasi temperatur atau sifat yang berlawanan dengannya, di samping masingmasing juga bisa mencegah pengaruh buruk pada buah yang lain. Ini adalah formula medis yang komprehensif. Basic dari metode menjaga kesehatan tubuh. Bahkan ilmu kedokteran seluruhnya berinduk pada formula ini. Penggunaan metode ini pada segala jenis makanan dan obat-obatan bisa memberikan improvisasi dan netralisasi, serta mencegah berbagai dampak negatif dari semua bahan tersebut dengan memberikan sesuatu yang berlawanan. Cara itu akan bisa membantu kesehatan tubuh, meningkatkan stamina dan pertumbuhan badan.

 

Aisyah  menandaskan. “Mereka berusaha membuat saya menjadi gemuk dengan berbagai macam makanan, tetapi tidak berhasil. Ketika mereka berusaha membuat saya gemuk dengan mentimun dan kurma. saya pun menjadi gemuk.”

 

Kesimpulannya, mencegah bahaya sesuatu yang bertemperatur dingin adalah dengan sesuatu yang panas. demikian juga sebaliknya. Panas kurma yang basah bisa dinetralkan dengan kurma kering. Sementara kurma kering bisa dinetralkan dengan kurma basah, masing-masing bisa menetralisir suhu yang lain. Itu adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan.

 

Dalam pembahasan terdahulu juga ada yang mirip dengan itu. saat Nabi  memerintahkan mengonsumsi Sana dan Sanuut. Sanuut adalah sejenis madu yang mengandung minyak yang dapat menetralisir Sana. Semoga Allah memberikan shalawat-Nya kepada Nabi yang telah mengajarkan hal-hal yang membangun hati dan badan. memperbaiki, kondisi pemiliknya di dunia dan di akhirat. .

 

 

 

Terapi itu seluruhnya ada dua macam: Tindakan preventif dan perlindungan kesehatan tubuh. Baru (yang ketiga) bila tubuh menerima campuran zat berbahaya, dibutuhkan proses pengusiran zat tersebut dengan cara yang tepat. Bahkan poros dari seluruh ilmu medis terletak pada tiga formula ini.

 

Tindakan preventif atau pencegahan itu sendiri ada dua jenis: Pencegahan dari hal-hal yang dapat menimbulkan sakit, atau dari halhal yang memperparah penyakit yang sudah ada sehingga setidaknya penyakitnya tidak bertambah. Cara pertama disebut pencegahan penyakit bagi orang sehat. Yang kedua, tindakan preventif bagi orang sakit. Kalau orang sakit mampu melakukan tindakan preventif, maka penyakitnya bisa dicegah agar tidak semakin parah sehingga ia bisa

 

meningkatkan stamina untuk mengusir penyakit tersebut.

 

Dasar amalan dari tindakan preventif itu adalah firman Allah

 

“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih).” (Al-Maidah: 6) Di sini orang sakit dicegah menggunakan air, karena air (pada kasus penyakit tertentu—pent.) bisa membahayakan kesehatan tubuhnya.

 

Dalam Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya disebutkan dari Ummul Mundzir binti Mais Al-Anshariyah. diriwayatkan bahwa ia menceritakan. “Rasulullah 8 pernah menemuiku bersama Ali. Saat itu Ali baru sembuh dari sakit. sementara kami memiliki buah kurma yang masih bergantung di tandannya. Lalu Rasulullah  berdiri memetik dan memakan kurma tersebut. Ali juga ikut berdiri untuk memakannya. namun Rasulullah mencegahnya, “Engkau baru sembuh dari sakit.” Akhirnya Ali mengurungkan niatnya. Segera kubuatkan bubur gandum dan rebusan sayur. Aku menghidangkannya kepada Ali. Nabi  bersabda, “Kalau ini silakan disantap. Niscaya lebih berguna untukmu.” Dalam lafal lain disebutkan, “Kalau ini silakan disantap, karena lebih cocok untukmu.”  Sementara dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari Shuhaib bahwa ia menceritakan: Aku pernah menemui Nabi , dan di hadapan beliau terhidang roti dan kurma. Beliau berkata. “Ke sini mendekat, lalu makanlah.” Aku pun mengambil kurma dan memakannya. Beliau bertanya. “Engkau makan kurma? Bukankah engkau sakit mata?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku sengaja mengunyah menggunakan sisi mulutku yang lain (yang tidak sejajar dengan mataku yang sakit).” Rasulullah pun tersenyum.

 

Dalam sebuah hadits yang terpelihara/dihapal, diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah akan memelihara dirinya dari bahaya dunia sebagaimana salah seorang kalian memelihara orang yang sakit dari bahaya makanan dan minuman.”

 

Dalam lafal lain disebutkan:

 

“Sesungguhnya Allah melindungi hamba-Nya yang beriman dari bahaya dunia.”

 

Adapun hadits yang beredar dari mulut ke mulut di kalangan banyak orang, “Pencegahan adalah inti pengobatan, dan lambung adalah sarang penyakit, biasakanlah tubuh melakukan setiap hal yang biasa dilakukannya.” Ucapan sebenarnya hanyalah kata-kata Al Harts bin Kaladah, seorang tabib Bangsa Arab. Tidak benar penisbatan hadits itu berasal dari Rasulullah. Demikian ditegaskan oleh banyak Imam ahli hadits.

 

Diriwayatkan juga bahwa Nabi  pernah bersabda:

 

“Sesungguhnya lambung itu ibarat kolam dalam tubuh. Seluruh pembuluh darah ibarat aliran air yang bermuara kepadanya. Kalau lambung sehat, maka seluruh pembuluh darah akan sehat. Kalau lambung sakit, maka seluruh pembuluh darah juga sakit.”

 

Al-Harts pernah juga menandaskan, “Inti pengobatan adalah pencegahan.” Pencegahan atau tindakan preventif menurut para pakar medis bila dilakukan terhadap orang yang sehat sama pentingnya dengan proses menghilangkan zat berbahaya dari orang sakit atau orang yang baru sembuh dari sakit. Tindakan preventif terbaik adalah yang dilakukan terhadap orang yang baru sembuh dari sakit. Karena kondisi alamiah tubuhnya belum pulih, staminanya masih lemah, sementara tubuh secara alami menanti suntikan energi dan seluruh organ tubuh juga siap menampungnya. Adanya gangguan zat berbahaya itu akan dapat menyebabkan kambuhnya penyakit. dan itu akan lebih parah daripada ketika pertama kali penyakit itu muncul.

 

Harus diketahui bahwa ketika Nabi  melarang Ali untuk memakan buah kurma yang masih tergantung di tandannya saat ia baru sembuh dari sakit, itu cara adaptasi terbaik”. Karena kurma yang masih berada di tangkai adalah buah kurma yang biasanya sengaja digantung di rumah untuk dimakan, tak ubahnya anggur-anggur yang masih tergantung di tangkainya. Buah-buahan secara umum berbahaya bagi orang yang baru sembuh dari sakit, karena mudah terkontaminasi sementara tubuh si sakit belum mampu mencegah bahayanya. Stamina tubuh belum memungkinkan untuk itu. Tubuh masih sibuk mengusir sisa-sisa penyakit dan mengenyahkannya dari dalam tubuh. Sementara kurma basah memiliki sifat khusus semacam ‘zat pemberat” bagi lambung yang menyebabkan lambung menjadi sibuk mengantisipasi dan mengatasinya sehingga tidak sempat melakukan pembersihan terhadap sisa penyakit dan berbagai efek buruknya. Sisa penyakit itu akan tetap tinggal (residue) dalam tubuh, bahkan bisa bertambah. Saat dihidangkan bubur gandum dan sayur rebus di hadapannya, Nabi  memerintahkannya untuk menyantap hidangan tersebut. Karena kedua jenis makanan itu adalah yang terbaik bagi orang yang baru sembuh dari sakit. Karena kuah dari gandum itu mengandung gizi dan unsur dingin, pelembut dan pengemulsi, di samping juga bisa meningkatkan stamina, sehingga cocok untuk orang yang baru sembuh dari sakit. Terutama sekali bila dimasak dengan rebusan sayur. Santapan yang cocok untuk orang yang berlambung lemah sehingga tidak menimbulkan serat yang berbahaya atau ampas yang dikhawatirkan.

 

Zaid bin Muslim menegaskan, “Umar  pernah memberikan pencegahan kepada orang sakit, karena saking susahnya menahan diri dari makanan, terpaksa orang itu menghisap biji-bijian.” Kesimpulannya, pencegahan itu adalah obat terbaik terhadap penyakit.” bisa mencegah timbulnya penyakit atau setidaknya mencegah agar penyakit itu tidak semakin parah dan menyebar.

 

Di antara hal yang seyogianya diketahui bahwa banyak hal yang dilarang untuk orang sakit, orang yang baru sembuh dari sakit bahkan juga orang sehat, akan tetapi bila diri seseorang betul-betul menginginkannya, seleranya amat menuntut mendapatkannya, sebaiknya dikonsumsi saja sedikit dalam takaran yang mampu dicerna dengan baik. Hal itu tidak akan berbahaya, bahkan akan berguna. Karena kondisi tubuh dan lambung akan saling terikat oleh rasa suka dan selera, keduanya akan secara kooperatif menghalau hal-hal yang dikhawatirkan bahayanya. Bisa jadi akan lebih berguna daripada mengonsumsi obat sekalipun yang tidak disukai oleh pasien.

 

Oleh sebab itu, Rasulullah  tidak menyalahkan Shuhaib-yang saat itu sedang sakit mata-untuk menyantap sedikit kurma. Beliau menyadari bahwa sekadar itu saja tidak akan membahayakannya.

 

Demikian juga diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah menemui Rasulullah  saat ia sedang sakit mata. Di hadapan beliau terhidang kurma yang sedang beliau santap. Beliau berkata, “Ali, kamu suka ini?” Beliau melemparkan sebutir kurma kepada Ali. Kemudian beliau melemparnya lagi, demikian seterusnya hingga tujuh butir, setelah itu beliau bersabda, “Itu saja untukmu, Ali.”

 

Hal senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Ikrimah, dari Ibnu Abbas  bahwa Nabi pernah menjenguk orang sakit dan bertanya kepadanya, “Apa yang engkau inginkan?” Orang itu menjawab, “Aku suka roti gandum.” Dalam lafal lain, “Aku suka makan kue ka’a.” Rasulullah  lalu memerintahkan kepada orang yang memiliki roti untuk memberikannya kepada saudaranya itu, kemudian beliau bersabda,’” “Jika salah seorang di antara kalian sakit dan ingin menyantap suatu jenis makanan, hendaknya diberikan kepadanya.“

 

Hadits ini mengandung rahasia medis yang amat lembut. Karena. kalau si pasien menyantap makanan yang diinginkannya secara normal dan alami. namun makanan itu mengandung bahaya tertentu bagi dirinya, makanan itu akan tetap berguna baginya atau setidaknya akan lebih sedikit bahayanya ketimbang makanan yang tidak disukainya. meskipun pada hakikatnya mengandung manfaat bagi tubuhnya. Kecenderungan seleranya yang sesuai dengan makanan itu dan tuntutan tubuhnya secara alamiah yang sesuai dengan makanan tersebut, akan bisa menepis bahaya.” Sebaliknya kecenderungan selera yang tidak sesuai terhadap suatu makanan meskipun makanan tersebut bergizi seringkali menimbulkan bahaya. Kesimpulannya, makanan yang lezat dan sesuai selera serta dapat diterima oleh diri seseorang, lalu dicerna dengan cara terbaik, terutama sekali ketika muncul selera terhadap makanan itu dengan keinginan yang murni dan kekuatan tubuh yang sehat.’” Wallahu a’lam. “

 

 

 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Nabi  melarang Shuhaib makan kurma dan menyalahkannya ketika menyantap makanan itu karena ia sedang sakit mata. Beliau juga mencegah Ali memakan kurma basah saat terkena sakit mata.

 

Abu Nu’aim menyebutkan dalam kitab Ath-Thibb An-Nabawi bahwa apabila salah seorang istri Rasulullah terkena sakit pada sebelah matanya, beliau tidak mendatanginya hingga matanya benar-benar sembuh.”

 

Ramad atau sakit mata di sini adalah sejenis pembengkakan pada lapisan mata yang berdaging yakni bagian putih mata yang terlihat. Penyebabnya adalah kemasukan salah satu di antara empat unsur: atau angin panas yang terlalu banyak kandungannya di bagian kepala atau tubuh seseorang, sehingga muncullah semacam bintitan yang menyerang bola mata, atau rasa sakit yang menyerang bagian mata sehingga secara alami mengeluarkan darah dan nanah dalam jumlah banyak. yang kemudian biasanya mendekati kesembuhan. Oleh sebab itu, bagian yang sakit biasanya membengkak.

 

Harus diketahui juga bahwa dari permukaan bumi ada dua jenis uap yang membumbung ke atas langit: Pertama adalah uap panas yang kering. Kedua adalah uap panas yang lembab. Keduanya bila membumbung akan terbentuk menjadi awan kebal sehingga menghalangi kita untuk bisa melihat langit. Demikian pula uap yang membumbung dari dasar lambung, sehingga mengganggu pandangan mata dan menimbulkan berbagai penyakit. Kalau kondisi tubuh kuat, uap itu akan naik ke lubang hidung dan berubah menjadi pilek. Kalau naik terlempar ke tenggorokan atau amandel. bisa menimbulkan radang tenggorokan atau sesak napas. Kalau terlempar ke pinggang akan bisa menimbulkan sakit pinggang. Kalau terlempar ke dada bisa menimbulkan sejenis asma. Bila merasuk ke jantung bisa menimbulkan gangguan jantung. Kalau naik ke mata bisa menimbulkan sakit “belekan’. Kalau berlari ke perut bisa menimbulkan mencret. Kalau terlempar ke dasar otak bisa menimbulkan penyakit lupa. Dan bila tempurung otak sudah menjadi lembab karena uap tersebut, pembuluh-pembuluh darah otak juga dipenuhi uap tersebut, bisa menyebabkan ngantuk yang sangat.

 

Oleh sebab itu, tidur disebut lembab, sementara begadang disebut kering. Kalau uap itu mendesak ke luar dari kepala sementara tidak ada jalan keluar, bisa menyebabkan pusing dan gangguan tidur (insomnia). Kalau uap itu cenderung ke salah satu sisi kepala, bisa menyebabkan migrain. Kalau menyerang bagian atas kepala dan bagian tengah tubuh, bisa menyebabkan sakit kepala membandel. Namun bila selaput otak menjadi dingin karenanya, atau sebaliknya menjadi panas atau lembab, lalu uap tersebut bergejolak, bisa menimbulkan bersin. Kalau kelembaban dahak meningkat sehingga panas tubuh secara alami juga meningkat, bisa menyebabkan pingsan dan stroke. Kalau menyerang mirrah sauda sehingga mengakibatkan ruang otak menjadi gelap, bisa menyebabkan rasa waswas. Kalau terus mengalir ke urat saraf, bisa menyebabkan epilepsi ringan. Namun bila menyebabkan kelembaban pada sistem saraf kepala, lalu berimbas pada seluruh pembuluh darah otak, bisa menyebabkan split atau mati sebelah. Kalau uap tersebut berasal dari energi kuning yang menyebabkan peradangan otak, bisa menyebabkan penyakit Birsame. Kalau ditambah dengan keluhan paru-paru, disebut Sirsame. Sebaiknya pembahasan ini dipahami dengan baik.

 

Maksudnya, bahwa berbagai zat pengganggu di bagian tubuh dan kepala itu bisa bersifat aktif pada saat mata sakit. Hubungan intim suami istri termasuk hal yang bisa menambah aktivitas dan gangguan zat tersebut. Karena bisa menyebabkan gerakan total pada tubuh, dan ruh secara alami. Tubuh memang bisa menjadi panas karena bergerak, itu jelas. Jiwa seseorang justru beraktivitas lebih banyak lagi demi mencari kepuasan dan kesempurnaan rasa. Ruh juga akan beraktivitas mengikuti gerakan jiwa dan tubuh. Elemen pertama yang bersentuhan dengan ruh pada tubuh manusia adalah hati’”. Dari situlah munculnya ruh untuk kemudian merasuk dalam tubuh. Adapun aktivitas alamiah adalah memancarkan air mani yang memang harus dikeluarkan dengan ukuran yang pas. Kesimpulannya, hubungan intim merupakan aktivitas total di mana tubuh, energi, organ biologis, ruh. dan jiwa kesemuanya ikut beraktivitas. Padahal setiap aktivitas otomatis menggugah seluruh organ tubuh dan memperlemahnya sehingga mempengaruhi organ-organ tubuh yang lemah. Mata saat sedang terkena sakit berada pada kondisi yang paling lemah. sehingga gerakan hubungan intim adalah gerakan yang membahayakannya.

 

Hippocrates menandaskan dalam bukunya Al-Fushul, “Melakukan perjalanan dengan perahu mengindikasikan bahwa setiap aktivitas itu jelas mempengaruhi tubuh.” Meski demikian, penyakit mata memiliki banyak faidah pula. Di antaranya adalah konsekuensi dari aktivitas preventif tubuh dan pembuangan kotoran, serta pembersihan kepala dan badan dari berbagai zat pengganggu dan zat busuk, di samping juga mencegah jasmani dan ruhani dari kondisi marah, sedih dan berduka, terlalu banyak melakukan aktivitas buruk dan berat. Dalam sebuah riwayat dari para ulama As-Salaf disebutkan, “Janganlah kalian membenci penyakit mata, karena penyakit mata bisa memutuskan urat menuju kebutaan.”

 

Di antara kiat menyembuhkan penyakit mata adalah istirahat dan mencari ketenangan serta tidak mengusap-usap mata atau mempergunakan mata secara berlebihan. Bila dilakukan sebaliknya, akan menyebabkan materi berbahaya semakin membandel. Sebagian orang terdahulu menyebutkan, “Perumpamaan para sahabat Nabi Muhammad adalah seperti mata, sedangkan obat mata adalah dengan tidak mengusapnya.”

 

Diriwayatkan sebuah hadits marfu’, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui yang sesungguhnya, “Terapi sakit mata (belekan) adalah dengan meneteskan air dingin di mata.” Itu termasuk terapi terbaik untuk jenis penyakit mata panas. Air adalah obat dingin yang dapat digunakan untuk meredam panas penyakit mata, kalau memang bersifat panas. Oleh sebab itu Abdullah bin Mas’ud  berkata kepada istrinya, Zainab yang terkena penyakit mata, “Kalau engkau melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah, tentu akan baik hasilnya dan lebih bisa diharapkan menyembuhkan penyakit matamu. Cipratkan air ke dalam matamu, kemudian bacalah doa berikut:

 

“Ya Allah, hilangkanlah penyakit ini wahai Rabb sekalian manusia. Sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Maha Menyembuhkan. Kesembuhan hanyalah dengan penyembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak diakhiri lagi dengan penyakit.”

 

Hal ini sudah sering dibahas berkali-kali bahwa bisa saja terapi ini bersifat spesifik untuk negeri tertentu dan untuk sebagian jenis penyakit mata saja. Sehingga janganlah kita menjadikan ucapan Nabi  yang bersifat parsial dan spesifik menjadi ucapan yang seolah-olah bersifat universal dan menyeluruh. Atau sebaliknya, jangan menjadikan ucapan yang bersifat umum menjadi ucapan yang bersifat khusus sehingga menjadi keliru dan tidak sesuai dengan kebenaran. Wallahu a’lam.

 

 

 

 

Abu Ubaid menyebutkan dalam Gharibul Hadits, “Dari hadits Abu Utsman An-Nahdi bahwa ia menyebutkan, “Ada sekelompok orang melewati sebuah pohon lalu memakan buahnya, namun tiba-tiba tubuh mereka seperti dihempas angin sehingga kejang-kejang. Maka Nabi  bersabda, “Dinginkan air dalam kantung kulit lalu siramkan kepada mereka di antara dua adzan.” Kemudian Abu Ubaid melanjutkan, “Mereka pun mendinginkan air tersebut. Arti kantung kulit di sini (dalam bahasa Arabnya ‘syinaan’) adalah tempat minum sejenis girbah. Di sini yang disebutkan adalah kantung air dari kulit, bukan gentong tanah liat, karena bersifat lebih mendinginkan air. Arti di antara adzan di sini adalah antara adzan Shubuh dan igamah. Igamah di sini disebut juga sebagai adzan.” Demikian kata-katanya.

 

Sebagian kalangan medis menandaskan: Cara terapi dari Rasulullah ini termasuk yang terbaik untuk jenis penyakit di atas kalau itu terjadi di negeri Hijaz, yakni negeri yang bertemperatur panas dan kering. Panas yang alami akan menjadi lemah di dalam perut para penduduk negeri ini. Disiramkannya air pada waktu yang disebutkan dalam riwayat di atas-yakni waktu terdingin dalam sehari-berarti mengumpulkan seluruh panas alami yang menyebar dalam tubuh sesorang yang mengusung energi tubuhnya sehingga semakin kuat membentuk energi letup. Energi itu terkumpul dari seluruh tubuh hingga ke bagian dalam tubuh yang menjadi sarang penyakit ini. lalu energi letup itu akan mendorong penyakit keluar sehingga bisa hilang dengan izin Allah . Kalau seandainya Hippocrates dan Gelenius serta pakar medis lainnya menuliskan resep obat ini untuk penyakit di atas, pasti para pakar medis lain akan tunduk dan merasa heran terhadap pengetahuan mereka.

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Apabila ada seekor lalat jatuh di bejana seorang di antara kalian, tenggelamkanlah. Karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terdapat obatnya. “

 

 Dalam Sunan Ibnu Majah dari Abu Said Al-Khudri diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

 

“Salah satu sayap lalat itu adalah racun, sementara yang lainnya adalah obat. Maka, apabila seekor lalat jatuh dalam makanan, tenggelamkanlah. Karena ia mendahulukan racun dan mengakhirkan obatnya.”

 

Hadits ini mengandung dua hal: Pertama persoalan fiqih dan kedua persoalan medis. Persoalan fiqih dalam hadits merupakan dalil yang jelas sekali bahwa apabila seekor lalat mati dalam air atau benda cair sejenis, tidaklah menyebabkan air itu menjadi najis. Itu adalah pendapat mayoritas ulama. Tidak ada seorang pun di antara ulama As-Salaf yang menentang hal itu.

 

Sumber dalilnya adalah bahwa Rasulullah memerintahkan agar lalat itu ditenggelamkan, yakni dimasukkan dalam makanan atau air. Padahal sebagaimana dimaklumi, dengan cara itu lalat tersebut akan mati, terutama sekali apabila air tersebut panas. Kalau karena hal tersebut air menjadi najis, maka itu merupakan nash bahwa makanan atau minuman itu menjadi rusak. Namun, ternyata Rasulullah memberikan cara mengatasinya. Hukum ini bahkan menjangkau’” kepada setiap hewan yang tidak mengalir darahnya, seperti lebah, kumbang, laba-laba dan sejenisnya. Karena, hukum itu berputar pada alasannya yang bersifat umum, hilang bila alasan tersebut hilang. Karena najis itu berasal dari darah hewan yang mendekam dalam tubuhnya saat mati, dan ternyata itu tdak berlaku untuk binatang yang tidak mengalir darahnya, maka hukum najis itu pun tidak berlaku lagi karena alasan najisnya tidak ada.

 

Mereka yang berpendapat bahwa tulang bangkai itu tidak najis menyatakan: Kalau hukum itu (tidak najis) berlaku pada binatang yang utuh yang jelas mengandung unsur kelembaban, mengandung kotoran dan bagian tubuh yang lunak, maka hukum itu lebih layak berlaku pada binatang bertulang yang jelas tidak mengandung kelembaban, kotoran, dan endapan darah sama sekali. Pendapat ini amat kuat dan layak dijadikan sandaran.

 

Orang yang dikenal pertama kali dalam Islam yang membicarakan persoalan binatang yang tidak mengalir darahnya ini (maa laa nafsa lahu sa’ilah) adalah Ibrahim An-Nakha’i . Dari beliaulah ulama memperoleh ilmu tentang persoalan ini. Nafs dalam bahasa Arab bisa juga diartikan sebagai ‘darah’. Seperti wanita yang mengalami haid disebut juga nifas, yakni mengeluarkan darah. Demikian juga wanita yang baru melahirkan, disebut nifas.

 

Sementara pengertian medis dalam hadits di atas dijelaskan oleh Abu Ubaid, “Arti menenggelamkan lalat di sini adalah membenamkan lalat tersebut agar keluar penawar yang terkandung di tubuhnya setelah mengeluarkan penyakit. Kata malaq artinya adalah tenggelam, seperti dua orang lelaki itu melakukan malaq, artinya saling menyelam dalam air.

 

Harus diketahui bahwa lalat itu menurut mereka adalah sebuah energi beracun diindikasikan dengan munculnya pembengkakan dan rasa gatal akibat sengatannya. Tak ubahnya seperti senjata. Kalau terjerumus dalam sesuatu yang membahayakannya, maka ia melindungi diri dengan senjatanya itu. Oleh karenanya, Nabi memerintahkan agar energi lalat yang beracun itu dihadapi dengan senjata yang Allah ciptakan pada sebelah sayapnya yang lain. Maka lalat itu pun ditenggelamkan dalam makanan atau minuman agar zat beracun itu teradaptasi dengan zat yang bermanfaat sehingga hilanglah bahayanya. Formula medis ini tidak mampu diselami oleh banyak pakar medis yang ada. Karena memang bersumber dari lentera kenabian. Meski demikian, seorang ahli pengobatan yang bijak dan mendapatkan taufig dari Allah pasti akan tunduk melakukan terapi ini dan mengakui manusia yang mengajarkan metode ini sebagai manusia paling sempurna, karena ia ditopang oleh wahyu ilahiyah, di luar kemampuan manusia biasa.

 

Tidak hanya satu ahli kedokteran yang telah menyebutkan bahwa sengatan kumbang atau kalajengking bila digosokkan pada tempat yang disengat lalat juga akan bermanfaat sekali, setidaknya dapat meredakannya, tidak lain karena unsur penawar (anti toksin) yang terdapat dalam lalat. Bahkan, bila bengkak pada ujung bulu mata yang disebut ‘bintitan’ setelah terlebih dahulu kepala lalat itu dipotong, dapat menyembuhkannya.

 

 

 

Ibnu As-Sunni menyebutkan dalam kitabnya riwayat dari salah seorang istri Nabi yang menceritakan, “Rasulullah  pernah menemuiku, saat itu di jariku tumbuh semacam jerawat. Beliau bertanya, “Engkau punya minyak wangi dzarirah?” Aku menjawab, “Punya.” Beliau berkata, “Bubuhkan di jerawatmu itu, lalu ucapkan doa:

 

“Ya Allah yang mengecilkan yang besar dan membesarkan yang kecil, kecilkanlah jerawat yang ada pada hamba.”

 

Dzarirah sendiri sebenarnya adalah obat India (berbentuk wewangian) dibuat dari sari batang pohon Dzarirah. Sifatnya panas dan kering, berguna meredakan radang lambung. lever, dan kekurangan cairan tubuh bahkan juga bisa menguatkan jantung.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Aisyah  bahwa ia menceritakan: 

 

“Aku membubuhi minyak wangi kepada Rasulullah dengan kedua tanganku dengan minyak dzarirah, pada Hajjatul Wada’ untuk melakukan tahallul dan ihram.”

 

Jerawat atau dalam bahasa Arabnya Batsrah adalah sejenis benjolan kecil terdiri dari semacam zat panas dan tumbuh secara alami. Biasanya menghinggapi suatu bagian tubuh, perlu ditunggu agar agak matang. baru dipecahkan dan dikeluarkan isinya. Dzarirah mengandung khasiat untuk melakukan proses itu. la bisa mematangkan dan mengeluarkan isi jerawat, di samping juga memberikan aroma yang wangi. Obat ini dapat mendinginkan panas jerawat. Oleh sebab itu penulis Al-Qanun menandaskan,” “Tidak ada yang lebih aku utamakan untuk meredam panas daripada dzarirah yang dicampur dengan air mawar dan cuka.”

 

 

Diriwayatkan dari Ali bahwa ia menceritakan, “Aku bersama Rasulullah pernah menemui seorang lelaki untuk menjenguknya karena punggungnya bengkak. Kami bertanya. “Wahai Rasulullah! Bengkak ini sudah bernanah.” Beliau bersabda, “Pecahkan saja bagian yang bengkak.” Ali menceritakan: Aku terus berada di situ hingga bengkaknya dibelah. sementara Rasulullah menyaksikannya.”

 

Abu Hurairah  juga menceritakan bahwa Nabi  pernah memerintahkan seorang tabib untuk membedah perut seorang lelaki yang mengalami penyakit busung. Ada yang bertanya, “Apakah pengobatan ini bisa berguna?” Beliau bersabda, “Yang menurunkan penyakit tentu juga menurunkan obatnya menurut kehendak-Nya.”

 

Inflamasi adalah tumbuhnya sesuatu pada salah satu anggota tubuh karena kelebihan zat tertentu secara tidak wajar sehingga terkumpul dan terlihat. Itu terjadi pada banyak kasus penyakit. Kandungannya sendiri bisa terdiri dari empat unsur yang ada, termasuk air dan udara. Kalau pembengkakan itu menumpuk, disebut juga dengan bisul. Setiap inflamasi panas berubah menjadi salah satu dari tiga bentuk: Mengempes, menjadi padat berisi nanah atau berubah menjadi keras. Kalau energinya kuat, isi bengkak itu akan teratasi sehingga menjadi kempes. Itu adalah yang terbaik pada kasus penyakit bengkak. Kalau energinya tidak kuat, isi bengkak hanya menjadi matang sehingga menjadi padat bernanah. Harus segera ditusuk untuk mengeluarkan nanah tersebut. Kalau energinya lebih kecil lagi, biasanya justru menjadi matang sekali dan mengeras sehingga sulit untuk ditusuk guna dikeluarkan isinya. Dikhawatirkan bagian tubuh yang bersangkutan akan membusuk karena penyakit terlalu lama mengendap sehingga dibutuhkan penanganan tenaga medis dengan cara dibedah atau cara lainnya demi mengeluarkan zat berbahaya yang membusuk dan dapat merusak organ bersangkutan.

 

Pembedahan memiliki dua keuntungan: Pertama, bisa dikeluarkannya zat berbahaya yang sudah membusuk dari dalam tubuh. Kedua, mencegah berkumpulnya zat-zat berbahaya lain yang dapat menguatkan penyakit,

 

Adapun sabda Rasulullah dalam lanjutan hadits, “… bahwa Nabi  pernah memerintahkan seorang tabib untuk membedah perut seorang lelaki yang mengalami penyakit busung.” maka arti busung di sini ada beberapa macam, di antaranya adalah munculnya sejenis cairan busuk dalam perut akibat kelaparan.

 

Kalangan medis sendiri berbeda pendapat tentang pembedahan kasus penyakit busung ini. Sebagian kalangan melarangnya karena berbahaya dan sangat tidak aman. Sebagian kalangan lain menandaskan membolehkannya bahkan berani mengatakan bahwa itulah satu-satunya cara penyembuhannya. Namun yang demikian itu menurut mereka berlaku untuk kasus busung parah. Karena busung itu sebagaimana telah disebutkan sebelumnya ada tiga macam: Yang pertama, busung gendang. Yakni pembusungan pada bagian perut akibat angin, bila perut dipukul akan menimbulkan suara mirip suara gendang. Yang kedua, busung daging. Yakni yang diiringi dengan pertumbuhan daging tubuh disertai kelenjar khusus yang menyebar bersama aliran darah di seluruh anggota tubuh. Jenis yang satu ini lebih parah dari jenis pertama. Jenis lain adalah busung botol. Yakni dengan munculnya unsur busuk pada bagian dasar perut yang saat bergerak terdengar seperti suara gemericik air dalam botol. Jenis inilah yang paling parah?” menurut mayoritas kalangan medis. Sebagian kalangan berpendapat, “Yang paling parah“? adalah busung daging, karena rasa sakitnya yang menyebar ke seluruh tubuh.”

 

Di antara kiat terapi busung botol ini adalah mengeluarkan cairan itu dengan pembedahan. Caranya mirip dengan bedah urat untuk mengeluarkan darah kotor. Akan tetapi cara ini berisiko, seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Kalau hadits ini shahih, maka bisa menjadi dalil . dibolehkannya membedah perut untuk mengobati busung tersebut. Wallahu a’lam.

 

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kirab Sunan-nya, dari hadits Abu Said Al-Khudri bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Kalau kalian menjenguk orang sakit, maka hiburlah dalam menghadapi takdir. Itu memang tidak akan menolak sesuatu, tetapi akan bisa memperbaiki?” kondisi jiwa si sakit.” 28 Hadits ini mengandung sebuah etika yang mulia sekali, terhitung cara terapi yang terbaik pula, yaitu: membimbing kepada kondisi yang biasa memperbaiki jiwa si sakit. Misalnya dengan ucapan yang secara alami bisa memperkuat kejiwaan, membangkitkan stamina bahkan juga merangsang panas tubuh secara wajar sehingga bisa membantu mengusir penyakit atau setidaknya meringankannya. Itulah target maksimal yang biasa diinginkan oleh seorang tenaga medis. Menghibur jiwa orang sakit dan memperbaiki mental serta menyebutkan dalam dirinya hal-hal yang menimbulkan kegembiraan mempunyai pengaruh luar biasa dalam penyembuhan sakitnya atau setidaknya meringankannya. Karena ruh dan energi tubuh semakin kuat karena hiburan tersebut. Sehingga tubuh secara alami akan dapat mengusir unsur berbahaya pada diri sendiri. Masyarakat seringkali menyaksikan sebagian orang sakit yang membaik staminanya karena dijenguk oleh orang-orang yang dicintai dan dimuliakannya. Dengan melihat, mengobrol dan (bercengkrama)“” dengan mereka, kondisinya menjadi lebih baik. Itulah salah satu manfaat mengunjungi orang sakit yang berkaitan dengan kondisi si sakit. Karena mengunjungi orang sakit itu memiliki empat keuntungan: Pertama, keuntungan untuk si sakit. Kedua, keuntungan untuk orang yang menjenguk. Ketiga, keuntungan untuk keluarga si sakit. Keempat, keuntungan untuk masyarakat umum.

 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa di antara petunjuk Nabi  adalah bahwa beliau biasanya menanyakan si sakit apa yang dikeluhkannya, bagaimana kondisinya sekarang? Beliau juga menyatakan apa yang ingin dimakannya, lalu meletakkan tangan beliau di atas keningnya, terkadang juga meletakkannya di atas dadanya, mendoakannya serta memberikan resep obat apa kiranya yang bisa membantu kesembuhannya. Terkadang beliau berwudhu dan mencipratkan air wudhunya ke tubuh si sakit. Terkadang beliau mengucapkan doa:

 

“Tidak apa-apa, mudah-mudahan menjadi pelebur dosa, insya Allah.” Semua itu beliau lakukan untuk menunjukkan betapa besarnya Sikap lembut beliau kepada orang sakit, betapa baik sikap beliau dan perhatian beliau terhadapnya. ..

 

 

 

 

Ini termasuk formula medis yang penting dan paling bermanfaat. Kalau seorang tenaga medis melakukan kesalahan dalam hal ini. akan membahayakan si sakit tanpa dia sadari. meskipun ia mengira akan berguna bagi pasien. Si dokter tidak boleh menggunakan alternatif obat lain dari buku standar ilmu kedokteran. Yang melakukan itu hanyalah seorang dokter yang tidak bijak. Karena. relevansi obat dan makanan terhadap tubuh pasien tergantung pula dengan kebiasaan dan kesiapan tubuhnya menerima obat dan makanan tersebut. Masyarakat badui, pesisir dan yang lainnya tidak merasakan manjurnya obat seperti Le Neuvar. air mawar segar atau yang sudah dimasak?” karena secara alami memang obat-obat itu tidak berpengaruh pada tubuh mereka. Bahkan. kebanyakan obat-obatan penduduk kota dan orang-orang yang biasa hidup makmur tidak bermanfaat buat mereka. Hal itu terbukti secara nyata.

 

Siapa saja yang mencermati apa yang kami sebutkan-yakni tentang terapi ala Nabi-pasti akan melihat semuanya relevan dengan kebiasaan setiap pasien dengan negeri asalnya serta lingkungan dimana ia tumbuh. Ini merupakan formula penting berkaitan dengan dasar-dasar pengobatan yang harus dicermati. Kalangan ahli medis terkemuka telah secara tegas menyatakan demikian. Bahkan seorang tabib Arab, malah mungkin tabib terbaik bangsa Arab Harits bin Kaladah. tak ubahnya seperti Hippocrates di tengah bangsanya, menegaskan, “Pencegahan adalah inti pengobatan. Lambung adalah rumah penyakit. Biasakanlah tubuh itu mengonsumsi yang biasa dikonsumsinya.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Puasa adalah obat.” Yang dimaksud dengan puasa di sini adalah menahan diri untuk tidak makan, yakni lapar. Puasa merupakan pengobatan terbaik dalam penyembuhan penyakit lambung, bahkan lebih baik dari terapi melalui obat pencahar kalau kondisi lambung tidak terlalu penuh, tidak terlalu banyak campuran zat makanan yang saling berlawanan sehingga menimbulkan gejolak.

 

Arti “lambung adalah rumah penyakit” yakni bahwa lambung itu adalah organ tubuh yang mengandung saraf. memiliki rongga menyerupai buah labu: terdiri dari tiga lapisan yang tersusun dari tulang muda kecil sekali berisi saraf yang disebut ‘iga’. lalu dilapisi oleh daging dan babat. Salah satu lapisannya panjang dan lapisan lain lebar sementara lapisan ketiga berupa organ asli! Mulut lambung lebih menyerupai saraf, sementara dasarnya lebih didominasi daging, bagian dalamnya mengandung semacam fiber. Letak lambung terkurung di tengah perut namun lebih condong ke kanan sedikit. Lambung memang diciptakan seperti itu karena suatu alasan yang amat mendalam dari Allah Yang Maha Mencipta dan Mahabijaksana. Lambung itu adalah rumah penyakit selain dikenal sebagai organ pencernaan dan metabolisme pertama. Di organ inilah semua makanan diproses menjadi matang, baru kemudian disalurkan ke lever dan usus. Dari lambung, masih tersisa ampas makanan yang belum bisa dicerna secara sempurna. Bisa jadi karena unsur gizi yang terlalu banyak. atau karena kualitas makanan yang buruk, atau karena cara makan yang tidak teratur. Bisa juga karena seluruh faktor tersebut yang tergabung menjadi satu. Sebagian di antara faktor tersebut seringkali tidak bisa dihindarkan oleh manusia sehingga lambung betul-betul menjadi rumah penyakit. Seolah-olah ini merupakan anjuran agar mengurangi makanan, mencegah nafsu dari syahwat, serta memelihara tubuh dari kelebihan serat yang tidak berguna.

 

Adapun secara hukum kebiasaan, karena kebiasaan itu ibarat tabiat bagi manusia. Oleh sebab itu dikatakan: kebiasaan adalah watak kedua. Kebiasaan berpengaruh besar pada tubuh. Sehingga satu orang saja bila dianalogikan dengan beberapa bentuk tubuh dengan beberapa macam kebiasaan, tentu orientasinya juga berbeda-beda. Meskipun misalnya tubuh-tubuh itu memiliki kesamaan pada sebagian hal. Contohnya adalah tiga jenis tubuh yang memiliki metabolisme panas di masa remaja. Yang pertama, terbiasa mengonsumsi makanan-makanan yang panas. Yang kedua, (terbiasa mengonsumsi makanan-makanan dingin. Yang ketiga, terbiasa mengonsumsi)? makanan-makanan yang bersuhu sedang. Tubuh pertama. bila mengonsumsi madu misalnya, tidak berpengaruh buruk. Tubuh kedua, bila mengonsumsi madu mungkin mengalami gangguan.” Sementara tubuh ketiga. bila mungkonsumsi madu, hanya sedikit mengalami gangguan. Kebiasaan adalah pilar penting dalam menjaga kesehatan dan juga menyembuhkan penyakit. Oleh sebab itu, terapi kenabian ini dihadirkan sebagai bagian dari kebiasaan itu, dalam pemanfaatan makanan dan obat-obatan atau yang lainnya. .

 

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim,?” dari hadits Urwah, dari Aisyah  diriwayatkan bahwa apabila ada salah seorang keluarganya yang meninggal dunia, kaum wanita berkumpul, kemudian bubar kecuali keluarga mereka dan orang-orang yang dekat dengan mereka. Setelah itu Aisyah memerintahkan disiapkan gulai daging. Lalu dibuatkan sejenis bubur gandum dan dicampurkan dengan gulai daging yang sudah dimasak tersebut. Baru kemudian Aisyah berkata, “Makanlah. Karena aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda, “Bubur daging ini dapat menentramkan hati pasien dan menghilangkan kesedihannya.” 

 

Sementara dalam Sunan Abu Daud disebutkan dari hadits Aisyah  pula bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Hendaknya kalian mengonsumsi makanan yang mungkin kurang enak tetapi bermanfaat, yakni bubur gulai daging.” 

 

Aisyah  melanjutkan, “Bila ada orang sakit dari kalangan keluarganya, Rasulullah tetap membiarkan gulai berada di atas tungku hingga berakhir pada salah satu ujungnya,” yakni sembuh atau meninggal dunia.

 

Masih dari Aisyah , diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah diberi tahu bahwa ada orang yang sakit dan tidak mau makan, beliau berkata, “Hendaknya kalian buatkan bubur daging, lalu suapkan kepadanya.” Beliau bersabda. “Demi Zat yang jiwaku ada di TanganNya, sesungguhnya makanan itu bisa membersihkan perut salah seorang di antara kalian sebagaimana salah seorang di antara kalian membersihkan wajah dari kotoran.” “

 

Kata talbin (gulai daging) sendiri adalah sejenis gulai yang lembut, setara dengan susu lemak. Al-Harawi menandaskan bahwa gulai ini disebut talbin karena serupa dengan lIaban (susu). putih dan lembut. Makanan ini amat bermanfaat bagi orang sakit. lembut dan masak benar, tidak kental dan mentah. Kalau kita mau mengetahui khasiat dari gulai daging ini. cukup kita ketahui khasiat dari sari gandum. Bahkan makanan ini lebih berkhasiat dari sekadar sari gandum. karena sudah berwujud gulai yang dibuat dari tepung gandum yang ditumbuk dengan kulitnya. Perbedaannya dengan sari gandum adalah bahwa sari gandum diperas dari gandum mentah sementara makanan ini dimasak dari tepung gandum. Khasiatnya jelas lebih terasa karena gandum yang sudah ditumbuk halus.

 

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebiasaan itu memiliki pengaruh dalam pemanfaatan makanan dan obat-obatan. Kebiasaan bangsa Arab ketika itu memang menggunakan sari gandum yang sudah ditumbuk, atau dari gandum yang masih mentah. Nilai gizinya lebih tinggi. reaksinya lebih cepat dan daya pembersihnya lebih kuat. Memang kebanyakan kalangan medis modern memprosesnya dari gandum mentah, sehingga menjadi lebih encer dan lebih lembut, tidak sulit ditelan oleh kondisi orang sakit. Namun itu tergantung pada kebiasaan penduduk kota dan kemakmurannya, tergantung juga dengan kadar kekentalan dari sari gandum yang sudah ditumbuk.

 

Maksudnya bahwa sari gandum itu dapat dicerna secara cepat, dapat membersihkan lambung dan merupakan makanan bergizi yang lembut. Kalau diminum dalam keadaan panas, daya pembersihnya lebih kuat dan reaksinya lebih cepat, bahkan bisa meningkatkan panas tubuh alami secara lebih maksimal, selain juga bisa lebih menyentuh dasar lambung.

 

Arti sabda Nabi  “… menenteramkan hati pasien …” ada dua riwayat tentang lafal hadits ini. Artinya sama, bahwa makanan ini ‘menenteramkan hati pasien. Karenan kata ijmaam artinya adalah ketenteraman.

 

Arti ucapan beliau, “… bisa menghilangkan sebagian kesedihan,” karena rasa duka dan kesedihan dapat mendinginkan kondisi kejiwaan, melemahkan panas tubuh yang alami, karena kecendrungan jiwa yang menuntut demikian di dalam hati, sebagai tempat kesedihan. Gulai daging itu ternyata bisa memperkuat temparatur panas alami dalam tubuh dengan menstimulator suhu tersebut sehingga bisa melenyapkan banyak unsur negatif yang menghinggapi tubuh, termasuk perasaan duka dan kesedihan.

 

Ada juga pendapat-dan ini yang lebih tepat—bahwa gulai daging itu dapat menghilangkan sebagian kesedihan dengan khasiat yang terkandung di dalamnya sebagai salah satu dari jenis makanan yang berkhasiat ‘menentramkan’. Karena memang ada makanan yang berkhasiat dapat memberikan kegembiraan. Wallahu a’lam.

 

Ada juga pendapat bahwa stamina orang yang sedang berduka itu melemah karena dominasi keputusasaan di seluruh organ tubuhnya. bahkan secara khusus pada bagian lambungnya akibat semakin sedikitnya porsi makan. Gulai daging inilah yang berfungsi memberi kelembaban pada tubuh, memperkuat dan menambah suntikan gizi. Reaksi itu juga menembus hati orang yang sakit. Akan tetapi seringkali banyak unsur campuran empedu, kotoran bahkan juga nanah dalam lambung orang sakit. Gulai ini juga berfungsi membersihkan lambung, mencuci, melicinkan”’? dan mencairkan unsur-unsur jahat tersebut. Di samping juga menstabilkannya. meleburkan unsur-unsur keras dan menyehatkannya. Terutama sekali bagi mereka yang terbiasa mengonsumsi roti gandum kasar. Itu kebiasaan penduduk Al-Madinah pada masa itu. Roti gandum kasar adalah makanan pokok nomor satu. Karena gandum halus masih amat jarang mereka dapatkan. Wallahu a’lam.

 

DI KHAIBAR DARI WANITA YAHUDI

 

Abdu Ar-Razzag menyebutkan dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik: bahwa seorang wanita Yahudi menghadiahkan seekor kambing yang sudah dimasak di Khaibar kepada Nabi . Beliau bertanya, “Apa ini?“ Wanita itu menjawab, “Hadiah.” Wanita itu khawatir kalau mengatakan “ini sedekah,” beliau tidak akan memakannya. Maka Rasulullah  menyantap sebagian daging tersebut. Para sahabat juga ikut menyantapnya. Namun kemudian beliau bersabda. “Hentikan!” Lalu beliau bertanya kepada wanita tersebut, “Apakah engkau membubuhi racun di daging ini?” Wanita itu balik bertanya, “Siapa yang memberitahukanmu tentang hal itu?” Beliau menjawab, “Tulang ini.” Beliau menunjuk ke kaki kambing yang masih berada di tangannya. Wanita itu mengaku, “Memang demikian.” Beliau bertanya lagi, “Mengapa engkau lakukan itu?” Wanita itu menjawab, “Aku ingin, jika engkau berdusta, maka orang-orang akan enyah darimu. Tetapi, jika engkau benar-benar seorang Nabi, makanan itu tidak akan membahayakanmu.” Akhirnya Rasulullah  meminta dibekam pada bagian pundaknya di tiga titik, dan memerintahkan para sahabat untuk berbekam juga. Namun sebagian di antara mereka meninggal dunia.”

 

Dari jalur lain disebutkan, “Rasulullah berbekam pada pundaknya untuk menghilangan pengaruh racun dari daging domba yang peliau makan. Yang melakukan bekamnya adalah Abu Hind dengan menggunakan tanduk dan pisau. la adalah mantan budak dari Bani Bavadhah, dari kalangan Al-Anshar. Setelah kejadian ini, beliau masih hidup hingga tiga tahun berikutnya, sampai akhirnya beliau wafat setelah menderita sakit yang membawa kepada kematian beliau. Beliau pernah berkata. “Aku masih merasakan pengaruh akibat makanan yang pernah kusantap dari daging kambing Khaibar. Sehingga” inilah saatnya usiaku berakhir.” Lalu Rasulullah  wafat sebagai syahid.”

 

Musa bin Uqbah menyatakan, “Terapi akibat racun adalah dengan cara memaksa keluar zat beracun dalam tubuh dengan menggunakan anti toksin (penawar racun). bisa jadi secara aktif atau reaktif. Bila tidak ditemukan obatnya, segera lakukan pembersihan racun secara menveluruh. Yang terbaik dalam hal ini adalah pembekaman. Terutama sekali di negara-negara yang bersuhu panas dan cuaca juga sedang panas. Sesungguhnya energi racun itu bisa menyelusup ke dalam darah, lalu mengalir dalam pembuluh darah dan urat tubuh hingga mencapai jantung. sehingga menyebabkan kematian. Darah adalah pintu masuk bagi racun menuju jantung dan organ-organ tubuh lainnya. Kalau orang yang keracunan itu mau menanganinya dengan mengeluarkan darah tersebut dengan segera, maka zat racun yang tercampur dalam darah itu pun akan bisa ikut keluar. Kalau ‘pemaksaan keluar’ itu bisa sempurna, racun tersebut tidak akan membahayakan. Bisa tersingkirkan, atau paling tidak energinya berkurang sehingga kondisi tubuh menjadi kuat. Reaksinya akan hilang atau berkurang.

 

Ketika Nabi  berbekam pada bagian bahu yang merupakan lokasi terdekat ke jantung yang mungkin dibekam, maka zat beracun dalam darah itu pun keluar. Tidak seluruhnya memang, karena sisanya masih mengendap meskipun sudah melemah reaksinya. sesuai dengan takdir yang dikehendaki oleh Allah untuk menyempurnakan seluruh tangga keutamaan pada diri beliau. Saat Allah sudah menghendaki untuk memberi kemuliaan mati syahid kepada beliau, bekas dari racun yang tersembunyi dari racun tersebut pun mulai tampak untuk merealisasikan takdir-Nya. Tampaklah rahasia dari firman Allah kepada musuh-musuhNya dari kalangan Yahudi: 

 

“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong: maka beberapa orang (di antara mereka) kamu telah dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh …” (Al-Baqarah: 87)

 

Dalam ayat itu Allah menyebutkan, “kamu telah dustakan,” yakni dengan kata kerja bentuk lampau, berarti sudah terjadi, dan pasti terjadi. Namun dalam lanjutan ayat Allah menyebutkan, “… kamu bunuh …” dengan bentuk kata kerja mudhari’, yakni karena itulah yang mereka tunggu dan nanti-nantikan. Wallahu a’lam. “

 

 

Sebagian orang menolak kemungkinan ini (tersihirnya Nabi ). Mereka berkata bahwa itu tidak mungkin terjadi pada beliau. Mereka menganggap itu mengindikasikan kekurangan dan cacat bagi beliau. Padahal persoalannya tidaklah sebagaimana yang mereka sangka. Tetapi sihir seperti juga hal-hal lain yang pernah menimpa Rasulullah  seperti penyakit, rasa sakit. Karena sihir adalah salah satu jenis penyakit. Cara kerjanya sama dengan racun, tidak ada perbedaan antara keduanya.

 

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah  bahwa ia menceritakan:

 

“Rasulullah  pernah terkena sihir, sehingga dalam halusinasinya, seolah-olah beliau mendatangi istri-istrinya, padahal pada hakikatnya beliau tidak mendatangi mereka.” “ Itu adalah jenis sihir yang paling berat.

 

Al-Gadhi bin Iyyadh menjelaskan, “Sihir adalah salah satu jenis penyakit, bisa saja mengenai Nabi  seperti halnya penyakit-penyakit lain, Sama sekali tidak mencemari nubuwah beliau. Sedangkan, jika dikata kan bahwa beliau berhalusinasi melakukan seuatu padahal beliau tidak melakukannya, maka imi bukan merupakan celah untuk mengurang “fat shidq beliau, karena adanya dalil serta ijma’ bahwa beliau itu ma’thum (terpelihara) dari perbuatan yang tidak benar Beliau bisa terkena sihir karena itu hanya berkenaan dengan urusan dunia yang bukan menjadi tujuan diutusnya beliau sebagai rasul. Yakni tak ubahnya seperti ben cana bencana lain yang terkadang menimpa seluruh manusia Maka bukan hal yang mustahil jika beliau mengalami halusinasi pada hal-hal yang tidak terjadi sesungguhnya akibat sihir, kemudian setelah uu pikran beliau kembali seperti biasa.”

 

Tujuan pembahasan di sini adalah memaparkan petunjuk beliau dalam mengobati penyakit yang satu ini. Ada dua riwayat dari beliau: Yang pertama, dan ini yang paling tegas, bahwa beliau mengenyahkan dan mematahkan sihir tersebut. Beliau  berdoa kepada Rabbnya  untuk menolong beliau dalam hal itu. Maka beliau diberi petunjuk, lalu mengeluarkan ‘alat santet yang dimasukkan pelakunya dari dalam sumur. Ternyata adalah sebuah sisir rambut, lalu dijemurkan di panas matahari. Ketika beliau mengeluarkannya, semua keluhan yang beliau rasakan segera hilang, seolah-olah timbul semangat setelah sebelumnya bagai terbelenggu. Ini adalah cara paling optimal dalam mengatasi sihir tersebut. Kiatnya mirip dengan mengeluarkan materi busuk dan mencabutnya dari dalam tubuh dengan dipaksa.

 

Yang kedua, membersihkan tempat yang dikenai sihir. Karena, sihir berpengaruh pada tubuh dan metabolisme dalam badan, bahkan secara langsung mengganggu pencernaan. Kalau pengaruh itu sudah mengena salah satu organ tubuh, lalu masih ada kemungkinan mengeluarkan  busuk yang ada pada organ tersebut, niscaya akan berguna sekali.

 

Abu Ubaid menyebutkan dalam kitab Gharibul Hadits dengan sanad yang hasan dari Abdurahman bin Abi Laila, “Nabi  pernah melakukan bekam pada bagian kepalanya dengan menggunakas tanduk, ketika beliau terserang thubb.” Arti thubb adalah sihir.

 

Hal ini amatlah sulit dipahami oleh orang yang sedikit ilmunya Mungkin ada yang bertanya-tanya, “Apa hubungannya bekam dengan sihir Apa hubungannya antara penyakut ini (sihir) dengan obat W (bekam)?” Kalau orang yang bertanya itu mendapatkan cara peng obatan ini dari Hippocrates, Ibnu Sina atau yang lainnya, tentu ia akan menerimanya dengan percaya dan pasrah. Ia bisa saja beralasan, “Yang memberikan resep ini adalah pakar dalam kedokteran yang tidak diragukan lagi.”

 

Harus diketahui bahwa unsur sihir yang menyerang Nabi bersarang di kepalanya, yakni ke dalam salah satu energi yang terkandung dalam kepala sehingga terjadilah halusinasi pada beliau, seolah-olah melakukan sesuatu. padahal beliau tidak melakukannya. Itu adalah ulah tukang santet yang menyerang tubuh dan materi darah dalam badan korbannya. Sehingga, materi tersebut menguasai perut bagian depan dan merusak sistem metabolisme normalnya.

 

Sihir itu terdiri dari berbagai pengaruh roh jahat dan reaksi energi alam. Itu disebut sihir komplikatif. Jenis sihir ini adalah yang terberat, terutama pada organ tubuh yang menjadi sasaran sihir. Penggunaan bekam untuk mengobati organ yang menjadi sakit karena gangguan sihir tersebut termasuk jenis terapi yang paling manjur, kalau memang dilakukan sesuai dengan cara yang seharusnya. Hipocrates menegaskan, “Sebuah zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh harus dipaksa keluar dari tempat pengendapannya dengan menggunakan berbagai metode yang layak digunakan untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya dari” dalam tubuh.”

 

Sebagian kalangan mengatakan bahwa ketika Rasulullah terkena penyakit ini, beliau mengalami halusinasi seolah-olah beliau melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya. Kalangan ini berpendapat bahwa penyebabnya adalah materi dalam darah dan sejenisnya yang menyerang otak untuk kemudian menyerang perut bagian depan sehingga merusak sistem metabolismenya yang normal. Penggunaan bekam untuk mengobati penyakit ini termasuk jenis pengobatan terbaik dan paling manjur, oleh sebab itu beliau berbekam. Itu terjadi sebelum beliau diberi wahyu bahwa itu adalah akibat sihir. Namun, ketika beliau menerima wahyu dari Allah  dan diberitahukan bahwa beliau telah terkena sihir, beliau beralih pada pengobatan yang sebenarnya, yaitu mengeluarkan sihir dan menangkalnya. Lalu beliau berdoa kepada Allah. Allah pun menunjukkan tempatnya. Kemudian beliau mengeluarkannya dari tempat tersebut. Tiba-tiba beliau siuman, seolah-olah baru sadar dari pingsannya. Sasaran utama dari sihir ini adalah tubuh dan Seluruh organ tubuh yang ada, bukan hati dan akal beliau. Oleh sebah Itu, beliau tidak sampai meyakini halusinasi yang beliau lihat, yakni ketika seolah-olah beliau mendatangi istri-istri beliau. Beliau justru me. nyadari bahwa itu hanvalah halusinasi belaka. bukan hal sesungguhnya, Kondisi seperti itu sering juga terjadi pada sebagian kasus penyakit. Wallahu a’lam.

 

Di antara terapi terbaik menghadapi sihir adalah dengan mengguna. kan obat-obatan ilahiyah. Yakni obat-obatan yang secara substansia| sudah berkhasiat. Karena. sihir berasal dari pengaruh roh jahat yang rendah. Cara mengatasi pengaruhnya adalah menangkal dan melawan. nya dengan pembacaan dzikir, ayat, dan doa yang secara aktif akan mematahkan kinerja dan pengaruh sihir. Semakin kuat dan jahat kinerja dan pengaruh suatu sihir. semakin sulit pula proses menghilangkannya. Bisa diibaratkan pertemuan dua unit pasukan. masing-masing pasukan dibekali dengan senjata dan persiapan matang. Pasukan mana saja yang lebih mampu mendominasi dan mengatasi yang lain, dia akan menang dan akan menjadi penguasa. Jika hati itu secara penuh bersama Allah, yakni selalu dzikir kepada Allah, senantiasa menghadapkan diri dan berdoa kepada-Nya dengan selalu mengucapkan dzikir dan memohon perlindungan kepada-Nya pula. selalu membaca wirid yang selayaknya ditujukan kepada Allah, antara lisan dan hatinya terdapat keselarasan. maka itu adalah kiat terbaik untuk menolak sihir, bahkan juga cara terbaik dalam mengobati tubuh yang terkena sihir.

 

Menurut para tukang sihir, ilmu sihir mereka akan bekerja secara Optimal terhadap orang-orang yang berhati lemah dan rentan, terhadap jiwa manusia yang dipenuhi nafsu syahwat yang tentunya selalu terkait dengan hal-hal yang hina. Oleh sebab itu wanita dan anak-anak adalah korban utama ilmu sihir mereka, demikian juga dengan orang-orang jahil dan penduduk-penduduk desa, selain orang yang lemah agamanya, sedikit rasa tawakalnya dan lemah pula tauhidnya. Selain itu, umumnya korban sihir adalah orang yang tidak terbiasa mengucapkan wirid, doa dan isti’adzah yang diajarkan oleh Nabi. Ringkasnya, sihir akan bekerja secara optimal terhadap hati yang lemah dan mudah bereaksi, yang lebih cenderung kepada perkara-perkara yang hina.

 

Sebagian kalangan menyatakan: Orang yang terkena sihir bisa menolong diri mereka sendiri. Karena kita melihat bahwa orang yang ter kena sihir itu seringkali hatinya bergantung pada sesuatu, banyak ber orientasi kepada sesuatu tersebut sehingga hatinya terikat padanya, cenderung dan menaruh perhatian penuh kepadanya. Sementara roh-roh jahat hanya akan dapat menguasai jiwa manusia yang memang siap untuk menjadi korbannya. Sihir itu bekerja menggiring jiwa yang lemah itu mengikuti kecenderungan sendiri, kecenderungan yang sesuai dengan wataknya, sehingga akhirnya jiwa tersebut dikuasai oleh sihir. Pengaruh sihir dan sejenisnya akan dengan mudah menguasai dirinya. Wallahu  a’lam.

 

 

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Jami’-nya. dari Ma’dan bin Abi Thalhah, dari Abu Darda bahwa ia menceritakan, “(Suatu saat) Nabi  muntah, lalu beliau berwudhu. Lalu aku berjumpa dengan Isauban di masjid Damaskus dan kuceritakan kepadanya kejadian tersebut. Ia pun berkata. “Memang benar demikian, aku sendiri yang menuangkan air wudhu itu untuk beliau.” At-Tirmidzi berkomentar. “Ini adalah riwayat paling shahih dalam bab ini.”

 

Muntah adalah salah satu dari lima cara mengosongkan perut: Yakni buang air besar, muntah. mengeluarkan darah kotor, mengeluarkan uap tubuh dan keringat. Semua cara ini telah dijelaskan dalam sunnah. Adapun buang air besar. disebutkan dalam sebuah hadits, “Pengobatan terbaik untuk kalian adalah Masy (pencahar).” Dalam hadits lain, “As-Sanaa”. Sementara mengeluarkan darah kotor telah dijelaskan dalam hadits-hadits tentang bekam. Mengeluarkan uap tubuh, nanti akan kita bahas sesudah pembahasan ini, insya Allah.

 

Adapun sistem pembersihan tubuh dengan keringat, umumnya tidak dilakukan dengan cuci darah, melainkan dengan dorongan tubuh secara alamiah yang memompa keringat keluar ke tubuh luar melalui pori-pori yang terbuka, sehingga keringat keluar melalui pori-pori tersebut.

 

Sementara muntah. adalah pengosongan perut dari bagian atas lambung.” Suntikan biasanya melewati bagian bawah lambung, sementara obat-obatan umumnya melewati bagian atas dan bawah sekaligus. Muntah sendiri ada dua jenis: Jenis pertama adalah terjadi akibat goncangan atau mabuk perjalanan. Jenis kedua adalah yang terjadi karena dipaksa atau dibuat. Muntah jenis pertama adalah muntah yang tidak boleh ditahan. kecuali bila terlalu berlebihan dan dikhawatirkan bisa menyebabkan sakit keras atau mati. Bila demikian halnya, bisa dicegah dengan menggunakan berbagai cara menghentikan muntah. Adapun jenis kedua akan sangat bermanfaat sekali bila dibutuhkan, tentunya dengan memperhatikan waktu dan beberapa syarat lain yang akan disebutkan nanti.

 

Penyebab muntah sendiri ada sepuluh:

 

  1. Kelebihan empedu kuning sehingga menyerang bagian atas lambung.

 

  1. Kelebihan semacam dahak kental dan lengket yang terkadang masuk dan mengganggu lambung dan perlu dikeluarkan.

 

  1. Karena lemahnya lambung sendiri sehingga lambung tidak bisa mencerna makanan dengan baik, sehingga terpaksa dibuang melalui jalur atas (mulut).

 

  1. Bercampurnya makanan dengan zat busuk sehingga mengganggu pencernaan dan melemahkan reaksinya.

 

  1. Terlalu banyak makan atau minum melebihi takaran yang bisa ditampung oleh lambung sehingga tidak bisa dipertahankan dan terpaksa dibuang atau dikeluarkan.

 

  1. Karena makanan atau minuman yang tidak sesuai dengan selera atau tidak cocok dengan lambung sehingga menuntut untuk dibuang dan dikeluarkan.

 

  1. Ada unsur dari dalam lambung yang mengguncang makanan berupa reaksi tubuh, perubahan infra struktur dan sejenisnya yang menyebabkan makanan harus dipaksa keluar.

 

  1. Adanya semacam ‘kerak’ sisa makanan yang menyebabkan rasa mual dan ingin muntah.

 

  1. Adanya faktor-faktor psikologis seperti beban pikiran yang berat. ke. sedihan yang mendalam. karena jiwa dan energi tubuh secara alami bekerja terlalu keras. terlalu banyak berpikir seperti mengurus tubuh mengolah makanan. mematangkan dan mencernanya. sehingga lambung menolak. Bisa juga terjadi goncangan dalam perut akibat tekanan jiwastres. Tubuh dan jiwa manusia memang bisa menimbulkan reaksi pada diri seseorang sehingga menggangau sistem metabolisme yang ada pada tubuhnya.

 

  1. Goncangan fisik karena tersugesti melihat orang yang muntah se. hingga ia ikut muntah tanpa sebab.”’ Karena, memang fisiknya secara tanpa sadar tergerak sendiri.

 

Salah seorang pakar medis pernah memberitahukan kepada penulis: Ada kemenakan perempuanku yang ahli di bidang ‘ilmu celak. Ia ber. profesi sebagai “dokter celak. Bila ia membuka pelupuk mata seseorang dan melihat ada penyakit mata di dalamnya, segera ia membubuhinya dengan celak, sehingga sembuh. Namun setelah lama menjalani profesi tersebut, ia berhenti. Aku bertanya kepadanya, “Kenapa berhenti?” Ja menjawab, “Takut ketularan. Karena penyakit mata itu bisa menular.” Temanku itu melanjutkan, “Ada lagi kasus lain, seorang lelaki melihat temannya menggaruk salah satu bagian tubuhnya karena koreng. Tanpa sadar ia ikut menggaruk di bagian tubuhnya sendiri di lokasi yang sama. Maka tumbuhlah koreng di lokasi tubuhnya itu!”

 

Penulis menegaskan: Semua itu terjadi karena adanya sugesti dalam diri seseorang. Karena materi yang menularinya pada dasarnya bersifat pasif, tidak aktif. Ia berubah menjadi aktif karena adanya unsur sugesti tersebut pada diri seseorang. Sugesti itulah yang mengaktifkan materi penyakit tersebut, bukan materi itu sendiri yang menimbulkan masalah. Karena komposisi makanan dalam tubuh di negara-negara panas atau di musim panas biasanya mendesak dan tertarik ke bagian atas tubuh (mulut), maka muntah pada saat itu lebih bermanfaat. Namun, di negara-negara dingin atau di musim dingin, makanan lebih bersifat mengeras dan menggumpal, tidak tertarik ke bagian atas tubuh, maka pengosongan perut dilakukan melalui buang air besar.

 

Cara melenyapkan berbagai unsur berbahaya dalam tubuh adalah dengan ditarik keluar atau dengan cuci perut. Penarikan keluar tentunya melalui jalur yang paling jauh, sementara cuci perut melalui, cara terdekat. Perbedaan antara keduanya adalah apabila unsur berbahaya itu secara aktif bergerak ke arah bawah atau ke atas, tidak secara konsisten berada di satu lokasi, maka pada saat itu perlu ditarik keluar. Bila bergerak naik. bisa ditarik dari bawah. Dan bila bergerak ke bawah, bisa ditarik dari atas. Namun kalau zat itu mendekam di satu lokasi, bisa dilakukan proses cuci perut dari jalur terdekat.

 

Kalau zat tersebut membahayakan organ tubuh bagian atas, ia harus ditarik dari bawah. Dan. bila berbahaya untuk organ tubuh bagian bawah. justru harus ditarik dari atas. Kalau mendekam di suatu tempat, harus segera dibersihkan melalui jalan terdekat.

 

Oleh sebab itu. Rasulullah sz sesekali berbekam pada bagian bahunya. sesekali di bagian kepalanya. dan pada saat lain di bagian telapak kakinya. Beliau memang melakukan proses pembersihan tubuh dari darah kotor yang mengganggu melalui jalur terdekat. Wallahu a’lam.

 

Muntah bisa membersihkan perut dan memperkuat lambung, juga bisa mempertajam pandangan mata. menghilangkan penat di kepala, berguna juga mengatasi luka ginjal. kantung kemih serta berbagai penyakit menahun seperti lepra. busung, bahkan sakit gigi dan stres serta penyakit hepatitis/sakit kuning.

 

Orang sehat juga hendaknya menggunakan cara ini sebulan paling tidak dua kali secara berturut-turut tanpa pembatasan waktu sehingga muntah kedua bisa mengatasi kekurangan dari muntah pertama, untuk membuang ampas makanan yang masih tersisa dari muntah pertama. Namun terlalu banyak muntah bisa merusak lambung sehingga justru memancing datangnya kotoran. membahayakan gigi, pandangan mata dan pendengaran. Bahkan juga bisa menimbulkan pusing. Muntah juga harus dihindari oleh orang yang sedang mengalami radang tenggorokan? atau lemah paru-paru, lemah tulang leher, mudah mengalami muntah darah atau sulit memberhentikan muntah.

 

Adapun kiat yang dilakukan banyak orang yang tidak bijaksana dengan cara makan sebanyak-banyaknya hingga lambung penuh, kemudian memuntahkannya kembali, jelas akan menimbulkan banyak mudharat. Di antaranya adalah mempercepat proses penuaan dan menyebabkan banyak penyakit berbahaya, bahkan dapat menjadikan muntah sebagai kebiasaan baginya.

 

Muntah yang dilakukan saat perut kering atau pencernaan lemah, tubuh terlalu kurus atau badan terlalu lemah, juga berbahaya. Yang terbaik adalah pada musim panas atau musim semi, bukan musim dingin dan musim gugur. Saat muntah, sebaiknya mata dipelototkan, perut dipegang erat-erat. Selesai muntah. segera mencuci muka dengan air dingin, saat perut dalam keadaan kosong. Setelah itu. hendaknya meminum juice apel dicampur sedikit mastic. Air mawar juga berkhasiat sekali memulihkan kondisi tubuh. Muntah berfungsi membersihkan bagian atas lambung, atau menarik makanan dari bawah lambung. Sebaliknya adalah buang air besar. Hippocrates menandaskan, “Pada musim panas, hendaknya proses cuci perut dilakukan dari bagian atas (muntah), lebih banyak dari proses melalui obat pencahar. Kebalikannya, pada musim dingin, dari bawah.” .

 

 

 

Imam Malik menyebutkan dalam Muwaththa-nya dari Zaid bin Aslam bahwa ada seorang lelaki pada masa hidup Rasulullah mengalami cedera, sehingga darahnya menggumpal Lelaki itu memanggil dua orang lelaki dari kalangan Bani Anmar Lalu mereka memeriksanya. la mengira bahwa Rasulullah berkata kepada mereka, “Siapa di antara kalian berdua yang lebih ahli di bidang medis?” Kedua orang itu balik bertanya, “Apakah dalam medis ada yang lebih baik, wahai Rasulullah?”

 

Rasulullah Kg menjawab, “Allah Yang menurunkan penyakit, tentu juga menurunkan obatnya. “

 

Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa seyogianya berikhtiar dalam setiap ilmu dan keterampilan untuk mencari orang yang lebih mahir, sebab ia lebih dekat pada yang benar. Demikianlah orang yang meminta fatwa itu hendaknya berikhtiar mencari orang yang lebih mengetahui untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya. Karena, yang lebih pandai akan akan lebih dekat pada yang benar. Sama halnya Orang yang tidak dapat mengetahui arah kiblat yang benar. Hendaknya ia mengikuti orang yang lebih mengetahui arah. Atas dasar inilah Allah menciptakan hamba-hambaNya. Selain itu, orang yang melakukan perJalanan di darat maupun di laut, tentu jiwanya akan lebih tenang bila mempercayakan petunjuk jalan kepada orang yang lebih ahli dan lebit: banyak pengetahuannya. Orang itulah yang akan dijadikan petunjuk atau dijadikan sandaran. Hal ini tentu saja sejalan dengan petunjuk wariat, fitrah, dan akal.

 

Sabda Nabi , “… Allah yang menurunkan penyakit, tentu juga menurunkan obatnya. Telah disebutkan juga dalam berbagai riwayat senada dalam banyak hadits. Di antaranya adalah hadits yang diriwayat. kan Amr bin Dinar, dari Hilal bin Yasar bahwa ia berkata. “Rasulullah  pernah menemui orang sakit untuk menjenguknya. Beliau lalu berkata, “Bawa ia ke dokter.” Ada orang bertanya. “Kenapa engkau berkata demikian. wahai Rasulullah?” Beliau menjawab. “Ya. Karena sesungguhnya setiap kali Allah menurunkan penyakit, Allah juga menurunkan obatnya.” Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebut. kan dari hadits Abu Hurairah secara martu’, “… setiap kali Allah menurunkan penyakit, Allah juga menurunkan obatnya.” “4 Hadits ini dan hadits senada lainnya telah disebutkan sebelumnya.

 

Berkaitan dengan Allah menurunkan penvakit beserta obatnya, para ulama berbeda pendapat tentang artinya. Sebagian berkata, “Arti menurunkan di sini adalah memberitahukan keberadaannya kepada para hamba.” Namun pendapat ini tidak ada sandarannya. Karena Nabi  telah mengabarkan tentang diturunkannya penyakit beserta obatnya itu dalam bentuk umum. Memang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Oleh sebab itu Rasulullah menegaskan, “Ada yang mengetahuinya dan ada yang tidak.”

 

Sebagian kalangan berpendapat bahwa arti menurunkan dalam hadits itu adalah menciptakan dan meletakkannya di muka bumi. Meskipun pendapat ini lebih baik dari pendapat sebelumnya, namun kata ‘menurunkan’ lebih bermakna spesifik dibandingkan dengan kata ‘menciptakan dan “meletakkan . Makna spesifik itu tidak dapat dinafikan begitu saja tanpa ada dalil yang menolaknya secara tegas.

 

Kalangan lain berpendapat bahwa Allah menurunkannya dengan perantaraan para malaikat yang diberi kuasa secara langsung untuk menciptakan obat maupun penyakit dan selainnya. Karena, para malaikat memang ditugaskan untuk mengatur alam semesta, termasuk urusan khusus manusia, semenjak manusia masih berada dalam rahim ibunya hingga meninggal dunia. Sehingga arti menurunkan penyakit beserta obatnya itu adalah dengan perantaraan para malaikat. Pengertian ini paling mendekati kebenaran dibandingkan dengan dua pendapat sebelumnya.

 

Kalangan lain berpendapat bahwa keumuman penyakit dan obat itu turun melalui perantaraan turunnya hujan dari langit yang menyebabkan tumbuhnya makanan dan bahan-bahan pangan pokok. obatobatan, dan penyakit, berbagai media tumbuhnya semua makanan itu, serla segala perangkat skundernya. Termasuk di dalamnya logam bumi yang bernilai tinggi yang turun dari atas gunung. Termasuk di dalamnya juga jenis obat-obatan, air sungai, dan buah-buahan. Ini semua termasuk dalam makna lafal tersebut secara umum dengan cara dipukul rata. Karena sebenarnya dengan hanya menyebutkan satu kata kerja. bukan dua kata kerja itu lebih baik. Dan cara ini sudah dikenal dalam bahasa Arab dan juga bahasa-bahasa lainnya di berbagai bangsa. Seperti disebutkan dalam ucapan seorang penyair:

 

“Aku memberi makan binatang itu jerami dan air dingin saja sehingga di pagi hari ia bisa mencari air sendiri pula.”

 

Penyair lain menyebutkan: “Aku telah melihat suamimu di pagi hari telah memanggul pedang dan tombak di pundaknya.”

 

Penyair lain menyebutkan: “Mereka menghaluskan alis mata dan mata mereka.”

 

Penafsiran ini adalah yang terbaik, wallahu a’lam.

 

Semua itu termasuk kesempurnaan hikmah Allah , termasuk keparipurnaan rububiyah-Nya. Selain memberi ujian para hamba dengan berbagai penyakit, Allah juga menolong mereka dengan sesuatu yang menggembirakan hati mereka, yakni obat-obatan. Sebagaimana Allah menguji para hamba dengan dosa-dosa, Allah juga memberi pertolongan kepada mereka dengan taubat, berbagai amal kebajikan pelebur dosa serta berbagai cobaan dan musibah yang dapat menggugurkan kesalahan. Allah menguji mereka dengan roh-roh jahat berupa setan, maka Allah juga menolong mereka dengan roh-roh baik, yakni para malaikat. Allah menguji umat manusia dengan syahwat, maka Allah juga menolong mereka dengan berbagai cara melampiaskan syahwat yang dibolehkan menurut syariat dan ketentuan, yakni hal-hal yang memenuhi selera, lezat, dan bermanfaat. Setiap kali Allah menguji para hamba-Nya dengan suatu hal, tentu Allah akan memberi pertolongan kepada mereka dengan suatu hal yang lain untuk menghadapi ujian tersebut bahkan mengatasinya. Hanya saja tetap ada perbedaan tingkat di kalangan hamba dalam ilmu mengenai hal antisipatif dan dalam cara memperoleh sesuatu tersebut serta jalan yang menggiring ke arahnya. Wallahul musta’an. ”

 

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud. An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari hadits Amru bin Syu’aib, dari ayahnya. dari kakeknya bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa yang melakukan tugas medis, sementara sebelumnya ia belum mempelajari ilmu pengobatan, maka ia bertanggung jawab (terhadap hasilnya).”

 

Hadits ini berkaitan dengan tiga hal: etimologis (bahasa), fiqih dan medis. Adapun masalah bahasa dalam hadits ini adalah bahwa kata thibb (medis) menurut bahasa Arab memiliki beberapa arti:

 

Pertama, perbaikan. Misalnya dikatakan, saya melakukan thibb terhadapnya, artinya: saya memperbaiki kondisinya. Bisa juga kata thibb itu diartinya sebagai sikap yang teliti dan taktis. “ Seperti diungkapkan oleh salah seorang ahli syair:

 

“Kalau kondisi tamim berubah secara drastis maka engkau tenaga medis untuk memperbaikinya dengan pendapat yang jitu …”

 

Arti lain dari kata thibb adalah: Kecerdikan. Al-Jauhari menandaskan, “Setiap orang cerdik adalah thabib. menurut masyarakat Arab.” Abu Ubaid menyatakan, “Asal arti kata thibb adalah kecerdikan dan kemahiran menangani berbagai hal, atau keterampilan dalam melakukan sesuatu. Misalnya dikatakan kepada seseorang thabbun dan thabib. “Lelaki itu tabib atau memiliki thibb, bila ia cerdik atau mahir, meskipun tidak berkaitan dengan pengobatan orang sakit. Ada lagi yang berpendapat, “Tabib artinya adalah lelaki cerdik. Disebut tabib karena kecerdikan dan kecerdikan dan kecerdasannya.” Sementara Algamah menyenandungkan syairnya:

 

“Kalau kalian menanyakan diriku tentang wanita, aku ini adalah tabib yang ahli tentang penyakit wanita

 

Kalau kepala lelaki sudah beruban atau sudah berkurang hartanya, ia tidak akan mendapat jatah lagi dari cinta wanita.”

 

Sementara, Antarah menandaskan dalam syairnya:

 

“Kalau engkau menutup hijab di hadapanku sesungguhnya aku ini tabib yang biasa menekuk lutut ksatria yang menyerah kalah.”

 

Yakni apabila engkau menutup hijabku dan menutup wajahmu karena tidak suka kepadaku, sesungguhnya aku adalah orang yang cerdik dan terampil yang biasa melucuti ksatria yang mengenakan pakaian perang sekalipun.

 

Arti lain dari kata thibb adalah: Kebiasaan. Biasa diungkapkan misalnya, “Itu bukanlah thibb-ku.” Artinya, bukan kebiasaanku. Farwah bin Musaik menyatakan, “Kebiasaan kami bukanlah sebagai pengecut! Akan tetapi kebiasan kami menghadap kematian dan menaklukkan orang lain ….”

 

Ahmad bin Al-Husain berkata, “Ketidakberdayaan bukanlah kebiasaanku di tengah mereka, hanya saja aku dibenci oleh orang yang jahil nan lalai ….”

 

Arti lain dari kata thibb adalah: Sihir. Bila dikatakan, “Orang itu terkena thibb,” artinya, terkena sihir.

 

Dalam Ash-Shahih disebutkan dari hadits Aisyah diriwayatkan bahwa saat Rasulullah terkena sihir kaum Yahudi lalu datang dua malaikat dan duduk di sisi kepala beliau dan di sebelah kaki beliau. Salah Satu malaikat itu bertanya, “Bagaimana keadaan orang ini (Rasulullah)?” Malaikat yang satu lagi menjawab, “Ia terkena thibb (sihir).” Malaikat pertama bertanya lagi, “Siapa yang menyihirnya?” Malaikat kedua menjawab, “Orang Yahudi.”

 

Abu Ubaid menyatakan. “Orang yang tersihir dikatakan ‘terkena thibb’. karena kata thibb itu adalah bahasa kiasan dari sihir. Kata ini juga biasa digunakan sebagai kiasan untuk orang yang terkena sengatan binatang. Sebagian mengatakan. thibb artinya adalah salim (selamat), yakni sebagai ungkapan optimis selamat dari bahaya. Orang Arab juga biasa menggunakan kata dengan ungkapan mafazah (kejayaan atau keselamatan) dari tanah tandus yang membinasakan, yang tidak mengandung air di dalamnya. Mereka menggunakan kata mafazah sebagai ungkapan optimis akan terbebas dari kebinasaan. Kata thibb terkadang artinya adalah obat itu sendiri. Seperti diungkapkan oleh Ibnu Al-Aslat. “Siapakah yang mau menyampaikan beritaku kepada Hassan: Apakah obatmu itu sihir atau kegilaan saja?”

 

Adapun ungkapan Al-Hammasi. “Kalaulah aku terkena thibb: aku tetap begini saja, dan bila aku tersihir. aku tidak akan sembuh …”. yang dimaksudkan dengan terkena thibb dalam ungkapan itu adalah terkena sihir. Namun yang dimaksud dengan tersihir di situ justru adalah terkena penyakit.

 

Al-Jauhari mengungkapkan. “Orang yang sakit, bisa juga disebut mashur (terkena sihir)” Lalu ia menyenandungkan bait syair di atas. Artinya, kalau yang menimpaku ini berasal dari cinta dan kasihmu.

 

Aku mohon kepada Allah kelanggengannya, aku tidak ingin kehilangannya, baik itu berupa penyakit atau sihir sekalipun.

 

Kata thabb berarti orang yang mengetahui dalam banyak hal. Demikian pula thabib disebut thabb. Namun. bila disebut thibb, artinya adalah pekerjaan tabib atau ahli medis. Sementara kata thubb, artinya adalah sebutan untuk sebuah tempat. Ibnu As-Sikkit berkata dalam syairnya: Aku bertanya, “Apakah kalian telah membawa tunggangan kalian di thubb, untuk mendapatkan air terbaik yang ada di sana?”

 

Arti sabda Nabi, “… man tathabbaba (… melakukan pengobatan …),” dan tidak mengatakan man thabba, karena wazan kata ‘tathabba’ sama dengan tafa’ala, menunjukkan adanya usaha memaksakan diri atau usaha melakukan sesuatu di luar batas kemampuan, padahal bukan ahlinya. Seperti kata tahallama (memaksa diri bersabar), tasyajja’d (memberanikan diri), tashabbara (menabahkan diri) dan kata-kata sejenisnya. Demikianlah, orang-orang Arab biasa menggunakan wazan tafa’ala untuk menunjukkan unsur pemaksaan. Seperti disebutkan dalam syair:

 

“Dan Qais Alayan, serta siapa saja yang memaksa diri berbudi sebagaimana Wais.”

 

Adapun persoalan syariat dalam hadits di atas adalah diwajibkannya pemberian jaminan, dari pihak tenaga medis yang tidak ahli, kalau ia berusaha menekuni ilmu pengobatan dan mempraktikkannya. sementara sebelumnya ia tidak memiliki pengetahuan tentang pengobatan. Dengan kejahilannya. bisa saja ia membahayakan nyawa banyak orang. karena secara nekat ia melakukan perbuatan tanpa ilmu. Dengan demikian, ia telah mengelabui pasien. sehingga ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Ini adalah ijma ulama.

 

Al-Khattabi berkata. “Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat bahwa seorang tenaga medis apabila melakukan keteledoran lalu menyebabkan kematian pasien. maka ia bertanggungjawab. Dokter yang mempraktikkan satu ilmu atau melakukan tindakan medis yang tidak diketahuinya, kalau karena perbuatannya ia menyebabkan orang meninggal dunia, ia hanya wajib membayar diyat (denda), tidak harus memberi pertanggungjawaban. misalnya dengan gishash. (Karena) ia melakukan tugasnya hanya dengan izin pasien. Bahkan tindakan salahnya itu-menurut mayoritas ulama fiqih menjadi tanggung jawab walinya.

 

Penulis menegaskan: Jadi, tenaga medis itu ada lima golongan: Pertama, golongan tenaga medis yang ahli dan memiliki kompetensi layak di bidang medis, belum pernah gagal dalam praktik medisnya, namun dengan takdir Allah dan juga karena faktor dari yang diobati, saat ia melakukan praktik terapi terjadilah kecelakaan dengan hilangnya anggota badan atau bahkan nyawa pasien. atau setidaknya hilangnya fungsi organ yang bersangkutan. Dalam kasus ini. tenaga medis tidak dikenai tanggungjawab berdasarkan kesepakatan ulama. Karena hal itu adalah penanganan yang diizinkan. Sebagai contoh, misalnya seorang anak kecil yang dikhitan, dan umurnya memang sudah layak untuk berkhitan, pihak tenaga medis juga sudah memiliki keahilan di bidang khitan mengkhitan, namun anggota tubuh anak kecil yang bersangkutan itu rusak atau bahkan nyawanya melayang. Pada saat itu, si dokter tidak dikenai tanggung jawab. Atau ada orang yang harus diamputasi organ tubuhnya, lalu proses pembedahan dilakukan sesuai prosedur yang ada, namun ternyata, nyawanya melayang, tenaga medis juga tidak bertanggung jawab.

 

Demikian setiap kasus dimana pihak pelaku tidak melakukan perbuatan semena-mena sehingga menyebabkan kecelakaan. Tak ubahnya seperti pelaksanaan hudud menurut kesepakatan ulama atau pelaksanaan gishash menurut mayoritas ulama. Berbeda dengan pendapat Abu Hanifah Lk yang tetap mewapbkan — pertanggungjawaban Demikian juga kasus hakim yang member hukuman taar terhadap pelaku kriminal, Suami yang memukul istimya, seorang guru yang me. mukul muridnya yang masih kecik dan seorang penyewa binatang tunggangan yang memukul tunggangannya Berbeda dengan pendapat Imam Abu Hanifah dan Asy Syafi’i yang tetap mewajibkan pertanggung jawaban dalam perkara ini. Imam Asy Syali’i hanya mengecualikan orang yang memukul tunggangan sewaannya.

 

Kaidah dalam persoalan ini, baik yang telah menjadi ijma’ ulama dan yang masih diperdebatkan, kecelakaan akibat tindakan kriminal jelas ada pertanggungjawabannya menurut kesepakatan ulama. Sementara kecelakaan akibat perbuatan yang wajib dilakukan, tidak ada pertanggungjawaban, menurut kesepakatan ulama. Di antara dua hal itu, baru ada perbedaan pendapat Abu Hanifah mewajibkan adanya pertanggungjawaban secara mutlak Sementara Imam Malik dan Imam Ahmad menganggap tidak ada pertanggungjawaban sama sekali. Adapun Imam Asy-Syafi’i memberi rincian, bila kecelakaan itu bisa diukur kadarnya, maka tidak perlu pertanggungjawaban. Namun bila tidak dapat diukur, maka harus ada pertangaungjawaban. Abu Hanifah beralasan bahwa adanya iein untuk melakukan suatu perbuatan karena adanya jaminan keselamatan. Imam Ahmad dan Imam Malik berpandangan bahwa izin itu sendiri sudah menggugurkan jaminan. Adapun Asy-Syafi’i berpandangan bahwa kecelakaan yang bisa diukur tidak bisa dikurangi lagi. sehingga ibarat sebuah nash atau dalil tegas. Adapun yang (tidak)8′ terukur seperti hukuman ta’zir dan ta’dil, kesemuanya adalah masalah ijtihadiyah. Jadi apabila ada kecelakaan harus ada pertanggungjawaban. karena sama halnya dengan tindakan seorang musuh.

 

Kedua, tenaga medis yang tidak ahli, namun ia memaksakan diri melakukan praktik medis sehingga menyebabkan nyawa orang melayang. Dalam hal ini, bila si korban sudah mengetahui bahwa ia tidak memiliki keahlian tapi ia mengizinkannya juga untuk melakukan pengObatan, maka ia tidak bertanggungjawab. Kasus ini tidaklah bertentangan dengan zhahir dari hadits di atas. Karena, konteks dan alur pembicaraan dalam hadits itu menunjukkan bahwa ia memperdayal pasien dan orang tersebut mencitrakan dirinya sebagai tenaga medis, padahal tidak demikian halnya.

 

Kalau si pasien beranggapan bahwa ia adalah tenaga medis lalu mengizinkannya untuk melakukan pengobatan terhadap dirinya karena itulah yang dia ketahui. dokter itu harus bertanggungjawab akibat kesalahannya. Demikian juga bila tenaga medis itu memberikan resep kepadanya. sementara si pasien meyakini bahwa dia memberikan resep itu atas dasar pengetahuan dan keahliannya. lalu menyebabkan si pasien binasa. maka ia bertanggungjawab. Hadits di atas secara eksplisit (zhahir) atau setidaknya secara zhahir menunjukkan ke arah itu.

 

Ketiga, seorang tenaga medis yang ahli yang berlisensi, sudah betul-betul berkompeten di bidangnya, akan tetapi ia berbuat kekeliruan dengan menangani organ tubuh yang sehat sehingga justru menjadi rusak. Seperti tangan seorang tenaga medis yang tanpa sengaja memotong bagian vital tubuh pasien. maka pada kasus ini ia tetap bertanggungjawab, karena itu termasuk keteledoran. Apabila ia dikenai diyat (denda) sepertiga hartanya atau lebih. maka menjadi tanggungan walinya. Namun kalau ia tidak memiliki wali, apakah menjadi tanggungan Baitul Mal? Ada dua pendapat dalam hal ini. Masing-masing pendapat diriwayatkan dari Imam Ahmad. Ada yang berpendapat bahwa apabila si dokter adalah seorang kafir dzimmi, maka diambil dari hartanya sendiri. Apabila ia Muslim. baru ada dua pendapat dalam hal itu.

 

Kalau tidak ada dari Baitul Mal atau kesulitan untuk membawa uang kontan tersebut dari Baitul Mal, apakah diyat dengan itu gugur? Atau harus diambil juga dari pihak yang bersalah? Ada dua pendapat pula dalam hal ini, namun yang lebih masyhur adalah bahwa kewajiban itu gugur.

 

Keempat, seorang tenaga medis yang ahli dan berkompeten di bidangnya, lalu ia berijtihad memberikan resep kepada pasiennya, namun ia keliru dalam mendiagnosa penyakit pasien sehingga menyebabkan kematiannya. Dalam kasus ini ada dua riwayat. Yang pertama, bahwa diyat (denda)nya dibayarkan oleh Baitul Mal. Yang kedua, bahwa dendanya dibayar oleh pihak wali tenaga medis tersebut. Pendapat itu juga ditegaskan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya Khata’ AlImam wal Hakim.

 

Kelima, seorang tenaga medis yang ahli serta berkompeten di bidangnya, namun ia melakukan amputasi terhadap lelaki (normal), anak kecil, atau orang gila tanpa izin pasien atau walinya, atau mengkhitan seorang anak kecil tanpa izin walinya. lalu terjadi kecelakaan medis. Dalam kasus ini, sebagian sahabat kami menandaskan, “Ia bertanggung jawab. Karena itu akibat perbuatan yang dilakukan tanpa in.”

 

Tetapi kalau itu diizinkan oleh orang yang telah baligh, wali anak kecil atau orang gila tersebut, maka si dokter tidak bertanggungjawab.

 

Ada juga kemungkinan bahwa pihak tenaga medis tidak bertanggungjawab sarna sekali karena ia melakukan pengobatan sebagai baktinya. Tidak ada hak untuk menyalahkan orang yang melakukan sesuatu dengan suka rela (bakti). Demikian juga kalau pihak tenaga medis melakukan kekeliruannya karena semena-mena atau teledor, izin dari wali sama sekali tidak menggugurkan tanggung jawabnya. Kalau tidak karena keteledoran, sama sekali tidak ada hak untuk meminta tanggungjawabnya.

 

Kalau ada yang berpendapat bahwa apabila ia melakukannya tanpa zin pasien, maka ia dianggap teledor. Kalau dengan izin pasien, tidak dianggap teledor.

 

Penulis menegaskan: Keteledoran atau bukan sebenarnya kembali kepada bentuk perbuatannya, sehingga tidak ada pengaruhnya apakah diizinkan atau tidak. Inilah masalah yang perlu ditinjau kembali.

 

Tenaga medis yang dimaksudkan dalam hadits ini meliputi orang yang melakukan pengobatan dengan memberikan resep atau sekadar memberikan petunjuk pengobatan. Yakni yang biasa disebut sebagai tabib. Bila ia mahir di bidang pengobatan mata, disebut kuhhal (spesialis mata). Kalau ia ahli dibidang operasi dan pembedahan disebut Jara’ihi (ahli bedah). Kalau ia ahli di bidang sunat menyunat disebut khatin (bang supit). Kalau ahli di bidang pengobatan melalui metode mengeluarkan darah dari lubang hidung dan sejenisnya, disebut fashid. Sementara yang ahli di bidang pembekaman disebut hajjam (spesialis bekam). Yang ahli di bidang balut membalut, menjahit luka dan menyambung bagian tubuh yang sobek disebut sebagai mujabbir. Yang ahli di bidang pengobatan dengan besi panas dan api dikenal sebagai kawwa, Yang ahli di bidang suntik menyuntik disebut Hagin (tukang suntik). Pengobatan itu bisa berlaku untuk hewan peliharaan atau manusia, Sebutan sebagai dokter atau tenaga medis secara bahasa bisa dilekatkan kepada mereka semua sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Sebagian tenaga medis yang mengambil spesialisasi di bidang penyakit tertentu mengikuti perkembangan kebiasaan yang ada, sama halnya dengan spesialisasi hewan sesuai dengan kekhususan suatu kaum.

 

Seorang tenaga medis yang ahli dalam upaya pengobatannya selalu memperhatikan dua puluh perkara berikut:

 

  1. Mencermati jenis penyakit. termasuk kategori penyakit apa?
  2. Memperhatikan penyebab penyakit. Dari mana penyakit itu berasal? Penyebab utama dari penyakit itu apa?

3 Stamina pasien. Apakah staminanya mampu melawan penyakit atau terlalu lemah untuk dapat mengatasinya? Kalau staminanya kuat, mampu melawan dan mengatasi penyakit. sang dokter akan membiarkan saja obat bekerja secara lunak, tidak perlu mengaktifkannya.

  1. Metabolisme pasien secara normal. bagaimana kondisinya?

5, Metabolisme pasien yang tidak normal.

  1. Usia pasien.
  2. Kebiasaan pasien.
  3. Musim saat mengobati pasien. musim apa? Dan obat apa yang cocok pada musim tersebut?

9, Negeri dan tanah kelahiran pasien.

  1. Kondisi cuaca saat terjadi penyakit.
  2. Mencermati obat yang digunakan melawan penyakit.
  3. Meneliti daya kerja dan kualitas obat, dan perbandingan dengan stamina pasien.
  4. Yang menjadi target terapi bukanlah semata-mata melenyapkan sumber penyakit saja, tetapi menghilangkannya dengan cara aman tanpa menimbulkan efek yang lebih kompleks. Bila cara terapi itu dianggap tidak aman karena menimbulkan efek penyakit lain yang lebih kompleks, lebih baik dibiarkan saja. Cara terbaik pada saat itu adalah mencoba meringankan penyakit yang ada. Seperti penyakit yang menyerang mulut pembuluh darah. Kalau diterapi dengan cara mengamputasinya atau menyumbatnya, dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi.
  5. Diupayakan terapi dimulai dengan metode yang paling sederhana. Bila mungkin diobati dengan makanan sehat, tidak perlu diberi obat. Kecuali bila harus disembuhkan dengan obat. Bila mungkin diobati dengan obat tunggal, tidak perlu mengobatinya dengan obat ramuan. Kecuali bila obat sederhana itu tidak mampu meredam penyakit. Di antara kebahagiaan dokter adalah ketika mampu mengobati penyakit cukup dengan makanan sehat, bukan dengan obat, Atau sekadar dengan obat-obatan tunggal, tanpa obat-obat ramuan,
  6. Diteliti terlebih dahulu penyakitnya, apakah memang bisa diobati atau tidak? Kalau tidak mungkin diobati. cukup dijaga stamina dan kondisi tubuh pasien, jangan dipaksakan untuk disembuhkan kalau memang tidak bisa memberikan hasil apa-apa. Kalau penyakit tersebut dapat diobati, harus diteliti, apakah bisa dilenyapkan seratus persen atau tidak? Kalau tidak mungkin dilenyapkan juga harus diteliti, apakah masih bisa diringankan atau dirninimalkan atau tidak? Kalau tidak mungkin diminimalkan, paling tidak dihentikan kerjanya sehingga tidak bertambah parah. tetapi harus difokuskan ke arah itu, dengan memperkuat stamina dan memperlemah reaksi penyakit.
  7. Tidak mencampuradukkan proses pembakaran penyakit dengan gurah atau cuci perut. Penyakit terlebih dahulu dibakar, bila proses pembakaran sudah sempurna, baru didorong keluar.
  8. Hendaknya seorang tenaga medis juga memiliki pengalaman tentang penyakit psikologis, penyakit hati dan terapinya. Karena itu merupakan pondasi besar dalam terapi penyakit fisik. Reaksi yang muncul pada fisik manusia adalah akibat reaksi kejiwaan dan hati seseorang. Itu adalah sesuatu yang jelas dapat dilihat. sudah terbukti kebenarannya. Kalau seorang dokter memang cukup mengenal ilmu kejiwaan dan penyakit hati serta terapinya, ia bisa dikatakan sebagai dokter yang sempurna. Sementara dokter yang tidak memiliki wawasan dalam ilmu kejiwaan meskipun ia ahli di bidang pengobatan penyakit fisik, ia bisa disebut setengah dokter. Setiap dokter yang tidak berusaha mengobati penyakit dengan cara memperhatikan kondisi kejiwaan, meneliti kesehatan hati dan kondisi tubuh secara keseluruhan, di samping juga berupaya memperkuat mental dan inner power-nya dengan mengajak bersikap jujur, berbuat baik dan ihsan, serta menghadap kepada Allah dan Hari Akhir, dia bukanlah seorang dokter sejati, melainkan hanya mendokterkan diri yang kurang berkompeten. Di antara pondasi terpenting dalam mengobati orang sakit adalah menganjurkan berbuat baik dan kebajikan, berdzikir, berdoa, bersikap tunduk kepada Allah, memohon dan memelas serta bertaubat kepada-Nya. Semua per: buatan tersebut berpengaruh amat besar dalam mengusir penyakit dan mengupayakan kesembuhan, lebih dari yang dapat dilakukan dengan berbagai obat-obatan biasa. Namun semua itu tergantung pula dengan kesiapan hati, keyakinan dan kepasrahannya dalam upaya menolak penyakit.
  9. Bersikap lembut dan santun terhadap orang sakit, seperti sikap kita terhadap anak kecil.
  10. Berusaha menggunakan semua jenis pengobatan biasa dan peng obatan ilahiyah, di samping juga dengan sugesti. Karena banyak kalangan pakar medis yang menggunakan sugesti atau placebo dan membuahkan hasil yang menakjubkan, bahkan tidak bisa dilakukan dengan penggunaan obat-obatan. Seorang dokter yang handal akan berusaha menggunakan segala cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit.
  11. Ini adalah senjatanya para dokter, yakni bahwa dalam melakukan upaya penyembuhan dan pengobatan hendaknya bertumpu pada enam hal: Menjaga kesehatan yang ada, mengembalikan kesehatan yang hilang sebisa mungkin, melenyapkan penyakit atau meminimalkannya sebisa mungkin, mencari alternatif yang paling sedikit bahayanya dan menyingkirkan yang lebih berbahaya, meninggalkan yang manfaatnya lebih sedikit demi mendapatkan manfaat yang lebih besar. Enam perkara ini adalah poros dari proses pengobatan. Seorang dokter yang tidak menjadikan enam perkara ini sebagai ukhiyyah? basis ilmu pengobatannya, bukanlah seorang dokter. Wallahu a’lam.

 

Penyakit memiliki empat kondisi: Permulaan, proses peningkatan, proses puncak dan proses menurun yang tersisa. Seorang ahli medis bisa mencermati masing-masing dari kondisi penyakit tersebut dengan menggunakan berbagai cara yang sesuai dengan masing-masing kondisi tersebut. Dalam setiap fase tersebut seorang ahli medis juga menggunakan segala hal yang wajib digunakan. Bila pada fase gejala penyakit seorang tenaga medis melihat bahwa kondisi tubuh pasien membutuhkan cara mengaduk sisa-sisa makanan, untuk kemudian dibakar dan dikeluarkan dari dalam tubuh, ia harus segera melakukannya. Kalau proses tersebut kehilangan pada saat permulaan sakit karena sesuatu hal, atau karena stamina tubuh yang lemah dan tidak memungkinkan untuk melakukan proses cuci perut, bisa juga karena kondisi sendi tubuh terlalu dingin atau terlalu payah menahan sakit, hendaknya proses itu dihindari untuk baru dilakukan saat penyakit mulai meningkat. Karena kalau dipaksa untuk dilakukan, kondisi tubuh akan semakin gamang karena sibuk mengunyah obat sehingga kehilangan kesempatan menghadapi dan melawan penyakit secara optimal, Contohnya adalah seperti kita mendatangi sebiang ksatria yang sedang sibuk memerangi musuh lalu menyibukkannya tk ngan urusan lam Sebaiknya dalam kondisi demikian diupayakan mem. bantu peningkatan stamina sebisa mungkin.

 

Bila penyakit sudah berhenti dan tidak bereaksi untuk sementara, bisa diupavakan cuci perut dan mencabut penyakit dari akar-akarnya. Bila penyakit mulai menurun. lebih baik lagi bila dilakukan upaya ter, sebut. Yakni bisa diumpamakan bila pihak musuh sedang kehilangan kekuatannya dan tidak memegang senjatanya, tentu akan lebih mudah ditaklukkan. Kalau musuh sedang mundur meninggalkan medan perang, akan lebih mudah lagi mengalahkannya. Musuh itu terlihat ganas dan berbahaya sekali pada saat muncul pertama kalinya. saat pengurasan stamina dan saat kekuatannya sedang memuncak. Demikian juga halnya dengan obat dan penyakit.

 

Di antara tanda kecerdikan seorang tenaga medis adalah kemampuannya menggunakan cara terapi termudah“!, sebelum beralih kepada cara yang lebih sulit. Secara bertahap menggunakan obat yang berdaya kerja ringan, baru yang berat. Kecuali kalau dikhawatirkan bila terlanjur kehilangan energi tubuh, maka bisa digunakan obat yang berdaya kerja lebih kuat. Dalam melakukan terapi tidak hanya menggunakan satu cara saja sehingga sulit diterima oleh fisik pasien dan reaksinya juga minim sekali. Jangan memaksakan obat yang memiliki daya kerja tinggi di musim panas terik. Sebelumnya telah kita bahas bahwa bila memungkinkan terapi dengan menggunakan makanan sehat, tidak perlu menggunakan obat. Kalau penyakitnya membandel dan sulit ditebak. apakah berunsur panas atau dingin, jangan langsung diberikan pencegahnya sebelum jelas kondisinya. Jangan dicoba segala obat yang bisa berakibat fatal, tetapi boleh dicoba obat yang tidak membahayakan.

 

Kalau terjadi komplikasi, harus dicermati beberapa kriteria khusus yang berjumlah tiga: Pertama, jika kesembuhan salah satu penyakit tergantung pada penyakit lain, seperti bengkak dan koreng, maka hendak: nya tenaga medis mengobati bengkak terlebih dahulu. Kedua, salah satunya bisa jadi penyebab dari penyakit lain. Seperti penyumbatan rongga hidung, demam dan flu. Penyebab itu harus terlebih dahulu dihilangkan. Ketiga, salah satu penyakit tersebut lebih penting dari yang lain. Seperti penyakit biasa dengan penyakit menahun. Penyakit bias itu harus terlebih dahulu diatasi tanpa mengabaikan penyakit yang lain.

 

Kalau satu penyakit mengalami komplikasi dengan gejala penyakit maka penyakit tersebut harus lebih dahulu diatasi. Terkecuali bila gejala penyakit tersebut lebih ganas dari penyakitnya, seperti influensa. mak. rasa sakitnya harus diatasi terlebih dahulu, baru penyumbatan rongga hidungnya diatasi. Kalau proses terapi dengan cuci perut itu bisa digantikan dengan mengosongkan perut, berpuasa, atau tidur, tidak perlu dilakukan cuci perut. Karena kesehatan tubuh yang bisa dipelihara, harus dipelihara dengan cara sepadan atau setidaknya dengan yang seimbang. Kalau perlu diubah menuju kondisi yang lebih optimal, baru dilakukan meski dengan menggunakan obat penawarnya atau anti penyakit.

 

Diriwayatkan dengan shahih dari hadits Jabir bin Abdullah bahwa di antara utusan Tsaqif ada seorang lelaki yang terkena penyakit lepra. Maka Nabi segera mengutus seseorang menemuinya untuk memberikan perintah, “Pulanglah, kami sudah membaiatmu. ” ?

 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya secara mua’allaq dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Larilah dari orang yang terkena lepra seperti kalian lari dari singa.”

 

 Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi  bersabda:

 

“Janganlah kalian terlalu lama memandang orang yang terkena lepra.”

 

Sementara dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa beliau bersabda:

 

“Janganlah orang sakit ikut makan bersama orang sehat.” “

 

Diriwayatkan juga dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda:

 

“Berbicaralah dengan orang yang terkena lepra dengan jarak antara engkau dan dia kira-kira satu tombak atau dua tombak.” “

 

Lepra (juzaam) adalah sejenis penyakit ganas karena menyebarnya virus hitam di sekujur tubuh lalu merusak sistem metabolisme organ tubuh bersangkutan, bahkan dapat merusak ruas dan ujung organ tubuh?” sehingga organ tubuh tersebut hancur dan berjatuhan kerat demi kerat. Disebut juga sebagai penyakit singa. Penamaan penyakit ini sebagai penyakit singa memiliki tiga alasan menurut kalangan medis. Yang pertama, karena penyakit ini banyak juga menyerang singa. Kedua, karena penyakit ini menyerang bagian wajah korbannya sehingga wajah penderitanya memerah dan membuatnya seperti singa.” Ketiga, karena penyakit ini memangsa siapa saja yang mendekatinya atau berdekatan dengannya dengan bibit penyakitnya seperti halnya singa menyerang mangsanya.

 

Penyakit ini menurut kalangan ahli medis termasuk jenis penyakit menular yang juga penyakit turunan. Orang yang berdekatan dengan orang yang terkena penyakit lepra dan juga penderita TBC bisa tertular hanya melalui baunya saja. Dan karena demikian sayangnya terhadap umatnya, dan demi memberi nasihat kepada mereka, Nabi  melarang mereka mendekati berbagai faktor yang bisa menyebabkan mereka terkena penyakit dan kerusakan pada tubuh dan hati mereka.?” Bisa jadi memang terkadang tubuh itu memiliki kesiapan laten untuk menerima penyakit tersebut. Sehingga terkadang tubuh secara alami mudah bereaksi, mudah menerima aksi tubuh orang lain yang berdekatan dan bersenggolan dengannya, secara langsung bereaksi. Terkadang rasa takut dan khawatir pada diri seseorang bisa menjadi faktor utama seseorang terkena penyakit tersebut. Karena kelemahan jiwa itu amat reaktif, bisa menguasai daya dan kekuatan alami tubuh. Terkadang hanya bau tubuh orang yang sakit tercium oleh orang yang sehat sudah bisa menyebabkan ia tertular penyakit tersebut. Ini hal yang sudah terbukti secara nyata pada sebagian kasus penyakit. Memang bau adalah salah satu faktor penularan. Namun demikian tetap harus ada kesiapan tubuh untuk menerima datangnya penyakit itu. Nabi  pernah menikahi seorang wanita, saat beliau hendak menggaulinya, beliau mendapatkan bercak putih pada kulitnya, maka beliau bersabda, “Kembalilah kepada keluArqamu.”

 

Sebagian kalangan beranggapan bahwa semua hadits-hadits ini bertentangan dengan berbagai hadits lain yang menggugurkannya atau berlawanan. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari hadits Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah  memegang tangan seorang lelaki yang terkena lepra, lalu memasukkannya ke dalam nampan makanan sambil berkata, “Makanlah dengan menyebut Asma Allah, percayalah kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Jabir bin Abdillah?! berdasarkan riwayat dalam Ash-Shahih dari Abu Hurairah, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Tidak ada penyakit menular dan tidak ada pula ramalan.” ??

 

Kami menyatakan bahwa di antara semua hadits yang sama-sama shahih tidak ada kontradiksi, alhamdulillah. Kalaupun terjadi kontradiksi, bisa jadi salah satu dari hadits tersebut sebenarnya bukan hadits Rasulullah akibat kekeliruan sebagian perawi hadits meskipun mereka orang yang dapat dipercaya lagi kuat hapalannya. Karena perawi yang tsigah pun terkadang bisa keliru. Atau bisa juga salah satu hadits itu memansukh atau menghapuskan hukum pada hadits yang lain, kalau memang hukum naskh bisa diberlakukan dalam kasus tersebut. Atau bisa juga kontradiksi itu hanya sebatas pemahaman orang yang mendengarnya saja, bukan pada substansi ucapan Nabi . Salah satu dari ketiga kemungkinan itu pasti ada dalam kasus ini. Adapun dua hadits yang sama-sama shahih, sama-sama tegas namun saling bertentangan dilihat dari sudut manapun, dimana salah satunya tidak memansukh hukum hadits yang lain, sama sekali tidak pernah terjadi. Sungguh Mahasuci Allah, tidak mungkin ada kontradiksi dalam ucapan Nabi  yang jujur lagi terpercaya itu. dimana yang keluar dari mulut beliau hanyalah kebenaran belaka. Masalahnya timbul dari kekurangpahaman terhadap riwayat atau hadits. tentang pembedaan antara hadits shahih dengan hadits tidak shahih, atau ketidakpahaman terhadap maksud hadits sehingga dipahami tidak sebagaimana mestinya. Atau bisa jadi karena kedua faktor tersebut sekaligus. Dari situlah terjadi perbedaan pendapat dan kerusakan pemahaman sebagaimana yang terbukti telah terjadi. Wa billahittaufik.

 

Ibnu Qutaibah dalam bukunya Ikhtilaful Hadits menyebutkan sebuah kisah tentang para musuh hadits dan Ahli Hadits, dimana mereka menyatakan, “Ada dua hadits yang kontradiktif. Kalian meriwayatkan dari Nabi  bahwa beliau bersabda, “Tidak ada penyakit menular dan tidak ada pula ramalan.” Ada seorang sahabat bertanya, “Bukankah penyakit itu ada di bagian tubuh unta, lalu karena bersentuhannya dengan unta lain menjadi tertular?” Beliau menjawab dengan balik bertanya, “Lalu siapa yang menulari unta pertama?” Kemudian kalian meriwayatkan juga dari Rasulullah , “Janganlah Orang yang memiliki penyakit makan bersama orang yang sehat,” juga hadits, “Larilah dari orang yang menderita lepra seperti engkau lari dari singa.” Ada juga seorang lelaki penderita lepra yang datang untuk membaiat beliau masuk Islam. Beliau mengutus orang untuk membaiatnya dan menyuruhnya untuk segera pergi dan tidak mengizinkannya bertemu. Beliau bersabda, “Kesialan itu bisa ada pada diri wanita, rumah, dan hewan kendaraan.” Mereka menjelaskan bahwa semua ini berbeda, tidak bisa diserupakan satu dengan yang lain.

 

Abu Muhammad berkata, “Kami menegaskan bahwa dalam persoalan ini tidak ada perbedaan pendapat. Masing-masing dari pengertian tersebut memiliki konteks dan letak tersendiri. Kalau masing-masing sudah diletakkan di posisinya, perbedaan pendapat itu dengan sendirinya hilang.”

 

Penularan ada dua macam. Yang pertama, penularan penyakit lepra. Orang yang terserang lepra akan mengeluarkan bau menyengat sehingga bisa menyebabkan orang yang lama bergaul dan berbicara dengannya ikut terserang penyakit tersebut. Demikian juga istri orang yang terkena lepra. Saat berhubungan intim, terjadilah interaksi langsung sehingga penyakit itu menularinya, bahkan ia bisa langsung terserang lepra tersebut. Demikian juga anaknya, bisa mewarisi penyakit ini saat sudah dewasa. Sama halnya dengan orang yang mengidap penyakit TBC, sesak napas atau penyakit luka paru-paru. Para ahli medis banyak yang menganjurkan dengan keras agar kita tidak bergaul dengan penderita TBC dan juga penderita lepra. Namun yang mereka maksud bukanlah bahwa penyakit itu menular, tetapi karena bau busuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut, bahwa orang yang terlalu lama menghirup udara busuk penyakit itu bisa juga akhirnya terkena penyakit yang sama. Kalangan medis tentu saja amat tidak akrab dengan istilah sial dan peruntungan.

 

Demikian juga penyakit kurap yang menyerang unta, yakni yang dikenal dengan istilah eksim basah. Bila seekor unta berbaur dengan unta lain yang terkena eksim, saling menggosok-gosokkan badannya atau berada di lokasi dimana unta sakit itu mendekam, maka air dari penyakit itu bisa berpindah kepadanya sehingga ia terserang penyakit

 

yang sama. Itulah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi , “Janganlah orang yang sakit itu makan bersama orang yang sehat.” Karena tidak diinginkan yang berpenyakit berbaur dengan yang sehat, agar penyakit kudis dan sejenisnya?” tidak menular kepadanya.” Penularan kedua adalah seperti pada kasus penyakit pes yang mewabah di suatu negeri, sehingga sebagian orang keluar dari negeri itu karena takut tertular. Nabi  bersabda:

 

“Apabila terjadi wabah pes di suatu negeri sementara kalian sedang berada di dalam negeri tersebut, janganlah kalian keluar. (Semenjara) bila wabah itu terjadi di suatu negeri sementara kalian berada di luar negeri tersebut, jangan kalian memasukinya.”

 

Artinya, bahwa bila penyakit itu ada di suatu negeri, kita tidak boleh keluar dari negeri itu. Seolah-olah kalian beranggapan bahwa lari dari takdir Allah akan menyelamatkan kalian dari bencana Allah. Sementara arti (sabda beliau), “Apabila penyakit itu mewabah di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke negeri itu.” bahwa dengan tinggal di tempat yang tidak terjangkit wabah pes, itu lebih menenangkan jiwa dan lebih baik untuk kehidupan kalian. Dengan pengertian inilah terkadang wanita atau rumah bisa dikatakan membawa sial, sehingga suami dari wanita itu atau pemilik rumah itu tertimpa musibah atau malapetaka. Bisa dikatakan, wanita itu menularkan kesialannya kepadaku. Itulah pengertian dari sabda Rasul, “Tidak ada penyakit menular …”

 

Sementara kalangan lain berpendapat: Alasan untuk menjauhi orang yang terkena lepra dan menghindarinya adalah sebagai anjuran saja, sebagai ikhtiar dan bimbingan. Adapun makan bersama penderita lepra, perbuatan Nabi #£ sendiri menunjukkan hal itu boleh-boleh saja, hukumnya tidak haram.

 

Segolongan lain berpendapat: Ungkapan dengan dua anjuran tersebut itu bersifat parsial, bukan menyeluruh. Masing-masing diucapkan oleh Nabi sesuai dengan kondisinya. Sebagian orang memiliki iman dan tawakal yang kuat sehingga ia mampu menolak penyakit menular dengan kekuatan tawakalnya, sebagaimana kekuatan tubuh yang kuat juga dapat menolak penyakit dan menggugurkannya. Sebagian orang tidak memiliki iman dan tawakal sekuat itu, maka Nabi memerintahkannya untuk berjaga-jaga dan bersikap waspada. Demikian juga (beliau) melakukan kedua hal tersebut agar bisa menjadi panutan bagi umatnya. Orang yang kuat dari golongan umatnya bisa mengambil cara tawakal dan keyakinannya kepada Allah, sementara yang lemah bisa berjaga-jaga dan mawas diri. Keduanya adalah cara yang benar. Salah Satunya ditujukan untuk Mukmin yang kuat imannya, sementara yang lainnya untuk Mukmin yang lemah imannya. Sehingga masing-masing dari dua golongan kaum Mukminin itu memiliki hujjah dan keteladanan Sesuai dengan kondisi mereka dan sesuai pula dengan karakter yang mereka miliki. Nabi pernah melakukan pengobatan dengan besi panas dan memuji orang yang tidak melakukan pengobatan dengan cara itu, bahkan beliau mengkaitkan juga sikap orang yang tidak menggunakan cara pengobatan itu dengan tawakal dan sikap menolak ramalan. Banyak lagi contoh lainnya. Ini merupakan metode yang cermat dan baik sekali. Siapa yang menguasai metode ini dan diberi pemahaman fiqih yang cukup. pasti ia akan bisa menyelesaikan banyak sekali persoalan yang dia hadapi dengan ajaran sunnah yang shahih.

 

Segolongan lain berpendapat bahwa perintah untuk menghindari dan menjauhi penderita lepra adalah karena masalah alamiah, yakni berpindahnya penyakit melalui sentuhan, pergaulan, dan bau ke tubuh orang sehat. Itu terjadi karena pembauran dan sentuhan secara berulang kali.” Adapun sekadar makan dengannya sebentar saja untuk suatu kebutuhan mendesak, tidaklah mengapa, dan tidak akan terjadi penularan dengan sekali berkumpul dalam waktu singkat. Nabi melarangnya sebagai pencegahan terjadinya bahaya dan demi menjaga kesehatan tubuh. Boleh saja bergaul dan berkumpul untuk suatu keperluan, sama sekali tidak ada kontradiksi dalam hal itu.

 

Segolongan ahli medis lain menyatakan bahwa orang yang terkena kusta yang makan bersama seseorang adalah penderita kusta khusus yang berbeda dengan kusta lainnya. Tidak setiap kusta sama. Penularan itu juga tidak terjadi pada setiap orang. Ada orang yang tidak terkena bahaya kusta tersebut dan tidak tertulari. Yakni penderita kusta ringan, dari virus kusta tersebut, kemudian tidak berkesinambungan, dan kondisinya kembali seperti semula, tidak menjalar ke seluruh tubuh. Tentu penyakit itu lebih tidak mampu lagi menjangkiti orang lain.

 

Sebagian kalangan medis lainnya menyatakan bahwa masyarakat jahiliyah dahulu berkeyakinan bahwa penyakit wabah itu menular dengan sendirinya, tanpa disandarkan kepada Allah . Maka Nabi meruntuhkan keyakinan mereka tersebut dan sengaja makan bersama penderita kusta untuk menjelaskan kepada mereka bahwa Allah-lah yang memberi penyakit dan menyembuhkannya. Beliau juga melarang mendekati penderita kusta untuk menjelaskan kepada umatnya bahwa segala penyebab penyakit kusta itu memang Allah ciptakan untuk bisa menularkan penyakit dengan ketentuan Allah kepada korban-korbannya. Larangan beliau itu bertujuan untuk menetapkan kaidah sebab akibat. Dengan ikut makan bersama penderita kusta beliau hendak menjelaskan bahwa penyakit itu tidak bekerja dengan sendirinya sedikitpun. Hanya Allah yang apabila menghendaki mencabut penyakit tersebut sehingga tidak bisa memberi pengaruh apa-apa. Dan bila Allah menghendaki, Allah akan mempertahankan penyakit itu dan menguatkannya sehingga pisa memberi pengaruh.

 

Sebagian kalangan medis lain menyatakan: Seluruh hadits itu ada yang menjadi nasikh (penghapus hukum) dan ada yang mansukh (dihapus hukumnya). Maka perlu ditinjau terlebih dahulu masa sejarahnya. Kalau diketahui mana di antara kedua riwayat tersebut yang datang bejakangan, itu yang dianggap nasikh. Kalau tidak dapat diketahui, maka kita menyikapi hadits-hadits tersebut apa adanya.

 

Segolongan ahli medis lain menyatakan: Yang benar bahwa sebagian dari hadits itu mahfuzh (terpelihara dalam ingatan), sementara yang lain tidak mahfuzh. Mereka juga mengulas tuntas hadits, “Tidak ada penyakit menular ….” Mereka menegaskan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan hadits itu lebih dahulu, kemudian ia ragu dan meninggalkannya. Silakan merujuk kembali ucapan mereka dalam hal ini. Sebagian sahabat Abu Hurairah bertanya kepadanya, “Kami pernah mendengarmu menyampaikan hadits itu, namun beliau tetap tidak mau menyampaikannya lagi. Abu Salamah mengungkapkan, “Aku tidak tahu. apakah Abu Hurairah lupa, atau memang salah satu hadits itu sudah me-mansukh-kan hukum hadits lainnya.” Adapun hadits Jabir yang menceritakan bahwa Nabi  pernah menggandeng tangan orang yang terkena penyakit lepra, lalu mengajaknya makan bersama beliau dalam satu nampan,” hadits itu tidak sahih. Yang paling tegas mengenai derajat hadits ini adalah yang dikatakan oleh Imam At-Tirmidzi, “Hadits ini gharib.” Namun beliau tidak menyatakan shahih atau hasan atas hadits tersebut. Sementara Syu’bah dan yang lainnya menyatakan, “Hindarilah hadits-hadits yang gharib.” Imam At-Tirmidzi juga menyatakan, “Itu juga diriwayatkan dari perbuatan Umar, dan itu lebih shahih riwayatnya.”

 

Demikian hal yang berkaitan dengan dua hadits kontroversial yang bertentangan dengan hadits-hadits larangan. Salah satunya ternyata sudah diralat oleh Abu Hurairah dan beliau tidak lagi mau meriwayatkannya, sementara hadits yang lain tidak shahih dari Rasulullah . Wallahu a’lam.

 

Kami telah mengulasnya secara lengkap persoalan ini dalam kitab Miftah Dar As-Sa’adah?”’ dengan riwayat yang lebih panjang dari ini, Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari hadits Abu Darda bahwa Rasulullah 8 bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan menurunkan obatnya dan menjadikan obat untuk (setiap penyakit), namun jangan kalian berobat dengan yang haram.”

 

Imam Al-Bukhari menyebutkan dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud’? bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada sesuatu yang diharamkan kepada kalian.”

 

Dalam kitab Sunan dari Abu Hurairah diriwayatkan bahwa Rasulullah  pernah melarang menggunakan obat-obat yang kotor (najis menurut syara).

 

Dalam Shahih Muslim dari Tharig bin Suwaid Al-Ja’fi, diriwayatkan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi  tentang khamar, maka Nabi melarangnya atau tidak senang ia membuat minuman itu. Ia berkilah bahwa ia membuatnya untuk dijadikan obat. Rasulullah  menanggapi, “Khamr itu bukan obat, melainkan penyakit.”

 

Sementara dalam As-Sunan diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang khamr yang dicampurkan dengan obat. Beliau bersabda, “Khamr itu penyakit, bukan obat.” Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi.

 

Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Tharig bin Suwaid AlHadhrami bahwa ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya di negeri kami terdapat banyak anggur yang kami jadikan minuman (wine) kemudian kami meminumnya.” Beliau menjawab, “Jangan!” Aku kembali mengulangi pertanyaan, lalu aku menjelaskan bahwa kami biasa memberikannya sebagai obat untuk orang sakit. Beliau bersabda, “Sesungguhnya khamr itu bukanlah obat, melainkan penyakit.”

 

Sementara dalam Sunan An-Nasa’i diceritakan, “Ada seorang dokter yang mencampurkan kodok ke dalam ramuan obatnya, sementara Rasulullah  melihatnya. Maka beliau melarang dokter itu membunuh kodok tersebut.”

 

Disebutkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa yang berobat dengan khamr, niscaya Allah tidak akan memberinya kesembuhan.”

 

Berobat dengan sesuatu yang diharamkan adalah perbuatan buruk baik menurut akal maupun menurut syariat. Dalam syariat telah kami jelaskan berbagai hadits di atas, dan masih banyak yang lainnya. Sementara menurut logika adalah bahwa Allah  mengharamkan sesuatu karena sesuatu itu jelek. Allah tidak pernah mengharamkan yang  baik-baik untuk umat ini sebagai hukuman buat mereka sebagaimana yang Allah haramkan terhadap Bani Israil, seperti dalam firman-Nya:

 

“Disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka …”. (An-Nisa’: 160)

 

Allah hanya mengharamkan sesuatu kepada umat ini tidak lain karena kejelekannya. Allah mengharamkannya demi melindungi mereka juga dan menjaga jangan sampai mereka memakannya. Maka tidak semestinya kalau sesuatu yang haram itu digunakan untuk mengobati penyakit dan sejenisnya. Karena meskipun barang haram itu memiliki khasiat menghilangkan penyakit, namun pasti akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi di dalam hatinya karena kekuatan jahat yang dikandung barang haram tersebut. Berarti si pasien telah berusaha menghilangkan penyakit fisik dengan resiko penyakit hati.

 

Sesuatu yang diharamkan berarti harus dijauhi dan dihindari dengan segala cara. Menjadikannya sebagai obat berarti memberi motivasi untuk mencarinya. Itu jelas bertentangan dengan kaidah ‘tujuan syariat.

 

Demikian juga karena “Sang Pencipta’ ajaran syariat ini sudah menegaskan bahwa minuman keras itu penyakit, maka tidak mungkin dijadikan sebagai obat. Minuman keras juga bisa menciptakan perangai buruk pada tubuh dan pikiran seseorang. Karena tubuh secara alami juga akan menerima reaksi dari struktur minuman keras secara nyata sekali. Kalau kinerjanya sudah jelek, pasti tubuh akan meresponnya dengan jelek pula. Lalu bagaimana kalau minuman keras itu sendiri memang sudah jelek secara substansial? Oleh sebab itu Allah mengharamkan kepada para hamba-Nya berbagai jenis makanan dan minuman serta pakaian yang tidak baik karena akan berpengaruh buruk pula bagi tubuh dan kejiwaan seseorang.

 

Di samping itu, bila obat-obatan haram itu dibolehkan, terutama sekali bila memnang amat disukai oleh hawa nafsu, pasti akan menggiring seseorang menikmati keinginan syahwat dan kelezatan semata. Terlebihlebih lagi bila hati seseorang mempercayai khasiat dari obat-obat haram tersebut, dapat menghilangkan penyakitnya sehingga sembuh sama sekali. Jadilah obat-obatan haram itu sebagai sesuatu yang paling disukainya. Ajaran syariat tentu saja akan menutup jalan ke arah itu sebisa mungkin. Tidak diragukan lagi bahwa terdapat kontradiksi dan kontroversi antara menutup jalan untuk mengonsumsinya dengan membuka jalan untuk mengonsumsinya.

 

Ditambah lagi, bahwa obat haram tersebut sebenarnya tidaklah bertambah membantu pengobatan seperti yang diklaim selama ini. Misalnya saja “Induk Segala Kerusakan’, yakni minuman keras, yang tidak ada unsur obat sama sekali yang Allah ciptakan di dalamnya. Minuman keras amatlah berbahaya bagi otak yang merupakan sentral pikiran manusia menurut kalangan medis dan juga menurut banyak kalangan ahli fiqih dan ahli kalam. Filosof Hippocrates sendiri menegaskan saat mengulas berbagai jenis penyakit ganas, “Bahaya minuman keras terhadap kepala amatlah ganas sekali. Karena minuman keras amat cepat naik ke pusat kepala dengan membawa berbagai zat tertentu. Itulah yang akhirnya akan mengganggu daya pikir seseorang.” Sementara penulis kitab Al-Kamil menegaskan, “Salah satu ciri khas minuman keras adalah bahayanya terhadap otak dan saraf.”

 

Adapun obat-obat haram selain minuman keras ada dua jenis: Pertama, yang tidak disukai oleh jiwa seseorang, tidak menggiurkan sehingga membantu tubuh mengusir penyakit. Seperti racun dan daging ular atau berbagai makanan menjijikkan sejenisnya. Pada saat itu, obat tersebut akan menjadi beban bagi tubuh secara alami sehingga hanya akan menjadi penyakit, bukan obat. Kedua, yang disukai oleh jiwa seseorang seperti minuman yang sering dikonsumsi oleh wanita hamil misalnya. Bahayanya lebih besar dari manfaatnya. Logika saja bisa menetapkan bahwa barang semacam itu sudah tentu haram. Akal dan fitrah memang selalu sejalan dengan ajaran syariat dalam persoalan ini.

 

Di sini terkandung sebuah rahasia yang amat lembut berkaitan dengan substansi berbagai benda haram yang tidak bisa dijadikan sebagai obat. Karena, salah satu kriteria obat adalah bahwa sesuatu yang akan dijadikan obat itu harus dapat diterima, memang diyakini berkhasiat dan mengandung keberkahan yang diciptakan Allah di dalamnya. Karena sesuatu yang bermanfaat adalah yang memiliki berkah. Sesuatu yang paling bermanfaat adalah sesuatu yang paling banyak berkahnya. Orang yang penuh berkah, dimanapun ia berada, adalah orang yang selalu bisa diambil manfaat darinya dimana ia tinggal. Dan dapat dimaklumi bahwa keyakinan seorang Muslim bahwa sesuatu itu haram pasti akan menghalangi munculnya keyakinan bahwa sesuatu itu mengandung berkah dan manfaat, seiring dengan optimisme terhadap sesuatu tersebut sehingga bisa diterima oleh tubuhnya secara alami. Bahkan semakin tebal iman seseorang tentu ia akan semakin membenci sesuatu yang haram tersebut dan semakin hilang keyakinannya terhadap sesuatu itu, di samping tubuhnya juga semakin alergi terhadapnya. Kalau pada saat itu ia dipaksa mengonsumsinya, sesuatu itu akan menjadi penyakit baginya, bukan obat. Kecuali bila keyakinan akan keharaman sesuatu itu hilang, demikian juga pesimisme dan kealergiannya terhadap sesuatu tersebut. Namun itu jelas bertentangan dengan konsep iman sehingga seseorang mungkin hanya akan me: nerima sesuatu itu sebagai penyakit belaka. Wallahu a’lam.

 

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Kaab bin Uzjah bahwa ia menceritakan: Kepalaku pernah mengalami gangguan. Aku dibawa menemui Rasulullah , sementara kutu-kutu kepalaku bertebaran di wajahku. Beliau bersabda, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih menderita daripadamu sekarang ini sebagaimana yang kusaksikan sendiri.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau memerintahkannya menggundul kepalanya, lalu memberi makan enam fakir miskin, atau menyembelih seekor kambing, atau berpuasa tiga hari.”

 

Kutu muncul di kepala dan badan melalui dua hal: Pertama, dari luar tubuh. Kedua, dari dalam tubuh. Faktor dari luar adalah kotoran dan daki yang melekat di permukaan tubuh. Faktor kedua dari dalam tubuh, yakni dari komposisi zat yang busuk dan bau yang menguap keluar dari lokasi antara kulit dengan daging. Dengan adanya kelembaban pada darah, bau itu menyebar hingga keluar dari kulit melalui pori-pori. Itulah yang menyebabkan munculnya kutu. Biasanya itu terjadi setelah sembuh dari sakit karena unsur kotoran. Kepala anak kecil lebih sering dihinggapi kutu karena kelembaban kepala mereka dan karena banyaknya faktor penyebab munculnya kutu yang mereka miliki. Oleh sebab itu Nabi  pernah menggundul kepala anak-anak Bani Ja’far. Cara terapinya adalah dengan menggundul kepala agar pori-pori terbuka dan segala zat berbahaya itu menguap keluar, sehingga daya serangnya berkurang. Setelah itu sebaiknya kepala dioles dengan obat yang dapat membasmi kutu dan mencegah munculnya kembali.

 

Menggundul kepala itu ada tiga macam. Salah satunya menggundul kepala dengan alasan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Kedua, menggundul kepala yang merupakan bid’ah dan syirik. Ketiga, menggundul kepala untuk suatu keperluan dan terapi. Yang pertama, itu dilakukan pada waktu haji atau umrah. Yang kedua, menggundul kepala dengan tujuan untuk selain Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid ajaran tasawuf untuk guru-guru mereka. Misalnya ada di antara mereka yang berkata, “Aku mencukur rambut demi si Fulan. Dan kamu menggundul kepalamu untuk si Fulan.” Itu sama halnya dengan ucapan, “Aku bersujud kepada si Fulan.” Karena menggundul kepala mengandung unsur ketundukan, merendahkan diri, dan peribadatan.

 

Oleh sebab itu menggundul kepala merupakan penyempurna ibadah haji, bahkan menurut Imam Asy-Syafi’i termasuk salah satu rukun haji, yakni bahwa ibadah haji itu tidak sempurna kecuali dengan menggundul kepala. Menggundul kepala berarti meletakkan ubun-ubun kepala di hadapan Rabb-nya, tunduk terhadap ke-Mahaagungan-Nya, merendahkan diri di hadapan ke-Mahamuliaan-Nya. Menggunduli kepala merupakan salah satu manifestasi ibadah yang tertinggi. Oleh sebab itu kalangan masyarakat Arab bila ingin menghina tawanan atau membebaskannya terlebih dahulu mereka menggundul kepalanya baru mereka bebaskan. Lalu muncullah para syaikh yang mengajarkan kesesatan dan menentang ajaran Allah yang mana landasan ajaran mereka adalah kemusyrikan dan bid’ah. Mereka menginginkan para murid mereka untuk menyembah mereka. Maka mereka mewajibkan para murid berhias (dengan menggundul kepala untuk mereka) sebagaimana para murid juga bersujud kepada mereka, sujud yang diberi nama lain, yakni meletakkan kepala di hadapan Syaikh! Demi Allah, sujud itu hanya ditujukan kepada Allah, juga meletakkan kepala di hadapan-Nya  Mereka juga mewajibkan para murid untuk bernadzar dan bertaubat kepada mereka, di samping bersumpah dengan menyebut nama-nama mereka. Itulah yang dimaksudkan dengan menjadikan mereka sebagai Rabb, bahkan sesembahan.

 

Allah  berfirman:

 

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai – Rabb. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam.” (Ali Imran: 79-80)

 

Ibadah yang paling mulia adalah ibadah shalat. Banyak para Syaikh, ulama-ulama gadungan dan kalangan diktator berusaha mengambil bagian dari shalat ini untuk mereka. Kalangan syaikh mengambil bagian paling utama dari shalat, yaitu sujud. Sementara ulama gadungan mengambil bagian lain, yaitu rukuk. Bila salah seorang di antara mereka bertemu dengan yang lain, mereka akan melakukan rukuk (menundukkan badan) seperti yang mereka lakukan terhadap Allah dalam shalat. Sementara para diktator mengambil bagian ‘berdiri’ dari shalat. Kalangan masyarakat yang merdeka dan para budak semuanya berdiri menghormati para raja diktator mereka sebagaimana layaknya penyembahan, sementara para raja itu duduk di atas kursi mereka.

 

Rasulullah telah melarang ketiga perbuatan tersebut secara rinci. Melakukan ketiga perbuatan itu merupakan pelanggaran nyata, sehingga Rasulullah  melarang bersujud kepada selain Allah seraya bersabda, “Tidaklah layak salah seorang di antara kalian bersujud kepada yang lain.”

 

Beliau juga menyalahkan Muadz ketika ia bersujud kepada beliau seraya bersabda, “Huh!” Diharamkannya sujud semacam itu sudah menjadi aksioma dalam ajaran agama ini. Memperbolehkan?” orang bersujud kepada sesamanya, berarti menentang Allah dan Rasul-Nya, dan itu adalah bentuk tertinggi dari ritual ibadah. Kalau (seorang musyrik) memperbolehkan sujud kepada sesama manusia, berarti ia memperbolehkan menyembah kepada selain Allah. Diriwayatkan dengan shahih bahwa ada orang bertanya kepada Rasulullah, “Boleh. kah seseorang menundukkan badan kepada orang lain?” Beliau men. jawab. “Tidak.” “Kalau memeluk dan menciumnya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Orang itu bertanya lagi. “Kalau menyalaminya?” Rasulullah menjawab, “Ya, boleh.”

 

Demikian juga halnya dengan mermbungkukkan badan pada saat memberi penghormatan. termasuk bersujud. Di antaranya disebutkan dalam firman Allah, “Dan masuklah kedalam pintu itu dengan bersujud …” yakni dengan membungkukkan badan. Karena tidak mungkin masuk melalui pintu dalam keadaan bersujud meletakkan kening di atas tanah.?”

 

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa beliau melarang para sahabat berdiri saat beliau duduk sebagaimana yang dilakukan kalangan non Arab sebagai penghormatan terhadap orang lain. Bahkan beliau juga melarangnya dalam shalat. Beliau memerintahkan para sahabat untuk shalat sambil duduk, bila beliau rmmengimami mereka sambil duduk, meskipun mereka dalam keadaan sehat, tidak memiliki udzur untuk shalat duduk. Dengan tujuan agar mereka tidak berdiri di belakang beliau saat beliau duduk. Padahal mereka berdiri untuk Allah. Bagaimana pula apabila berdirinya untuk selain Allah, untuk beribadah dan menghormatinya?

 

Maksud pembahasan di sini adalah jiwa manusia yang masih jahil dan sesat sering menggugurkan peribadatan kepada Allah  Yakni dengan menyekutukan Allah dengan selain-Nya, rukuk dan sujud serta berdiri kepadanya seperti yang dilakukan pada waktu shalat. Atau bersumpah atas nama selain Allah, bernadzar kepada selain Allah, menggundul kepala untuk selain Dia, menyembelih dan berthawaf untuk selain Allah, yakni dengan berthawaf bukan di sekeliling Baitullah. Atau mengagungkan selain Allah dengan cinta, takut, berharap kepadanya serta mentaatinya sebagaimana layaknya mengagungkan Allah bahkan lebih daripada itu. Menyamakan segala sesembahan dari golongan sesama makhluk dengan Allah, Rabb sekalian makhluk. Mereka adalah para penentang dakwah rasul. Merekalah yang menyeleweng dari ibadah kepada Allah. Merekalah orang-orang yang berkata, sementara mereka di neraka saling berbantah-bantah dengan tuhan-tuhan mereka.

 

“Demi Allah sesungguhnya kami dahulu berada dalam kesesatan yang nyata: karena kami menyamakan kalian dengan Rabbul “alamin …”

 

Merekalah yang dikomentari oleh Allah

 

“Di antara manusia ada yang mencari tandingan-tandingan bagi Allah lalu mencintai mereka seperti mencintai Allah. Sementara orang-orang yang beriman lebih besar cinta mereka kepada Allah.” (Al-Bagarah: 165)

 

Semua itu termasuk perbuatan syirik kepada Allah. Sedangkan Allah tidak mengampuni dosa syirik.

 

Inilah pembahasan yang berkaitan dengan petunjuk Nabi  dalam menggunduli rambut. Barangkali ini adalah ulasan terpenting yang berkaitan dengan persoalan ini yang paling penting dalam pembahasan ini. Wallahu a’lam.

 

 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Ibnu Abbas bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Penyakit “ain itu memang ada. Seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu sesuatu itu adalah ‘ain.”

 

Masih dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi memberi rekomendasi untuk melakukan ruqyah terhadap penyakit hummah, “ain, dan namlah.”

 

Sementara dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Penyakit “ain itu benar-benar ada.”

 

Dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan dari hadits Aisyah  bahwa ia menceritakan, “Penderita “ain di zaman Nabi  diperintahkan berwudhu, kemudian penderita ‘ain ini mandi. “

 

Sementara dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia menceritakan: “Rasulullah memerintahkan kepadaku atau memerintahkan agar kami membaca ruqyah? untuk menangkaj penyakit “ain.”

 

Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari hadits Sufyan bin Uyainah, dari Amru bin Dinar, dari Urwah bin Amir, dari Ubaid bin Rifa’ah Az. Zuragi bahwa Asma binti Umais pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Bani Ja’far terkena ‘ain. Apakah aku boleh meruqyah mereka?” Beliau menjawab, “Boleh. Kalau ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu sesuatu itu adalah “ain.” At-Tirmidzi berkata, “Derajat hadits ini hasan shahih.”

 

Diriwayatkan oleh Imam Malik dari Ibnu Syihab, dari Abu Umamah? bin Sahal bin Hanif diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Amir bin Rabi’ah pernah melihat Sahal bin Hunaif sedang mandi. Ia berkata, “Demi Allah, sungguh aku tidak pernah melihat seperti yang kulihat hari ini: kulit yang bagus seperti kulit perawan.” Tiba-tiba Sahal terpeleset jatuh. Lalu Rasulullah datang menemui Amir dan memarahinya. Beliau bertanya, “Atas dasar apa seorang Muslim membunuh saudaranya sendiri? Kenapa engkau tidak mendoakan keberkahan dan mandi untuk dirinya?” Amir segera membasuh wajah, kedua tangan, siku dan lutut serta jari-jari kakinya, baru kemudian bagian dalam kain sarungnya dengan air dalam baskom, lalu mengguyurkan air itu ke tubuhnya. Baru kemudian ia pergi bersama orang banyak.” .

 

Diriwayatkan juga oleh Imam Malik dari Muhammad bin Abu Umamah bin Sahal, dari ayahnya (yakni meriwayatkan hadits ini). Disebutkan di situ:

 

“Sesungguhnya penyakit “ain itu ada. Berwudhulah untuk menghadapinya. Lalu ia pun berwudhu.” Sementara Abdurrazzaq meriwayatkan juga dari Ma’mar, dari Ibnu Thawus, dari ayahnya) secara martfu’:

 

“Penyakit “ain itu nyata. Kalau ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, tentu sesuatu itu adalah “ain. Apabila salah seorang di antara kalian tertuntut untuk mandi, hendaknya ia mandi.”

 

Hadits ini secara bersambung shahih.

 

At-Tirmidzi menjelaskan, “Pelaku ‘ain (yakni yang melakukan ‘ain atau sejenis hipnotis) diperintahkan mandi dengan menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak tangannya di mulut dan berkumur-kumur, lalu disemburkan?!’ ke dalam baskom tersebut. Baru setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom, lalu memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan air baskom tersebut. Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan air baskom itu ke lutut kirinya. Baru kemudian membasuh bagian tubuh di balik kain, namun baskom itu tidak usah diletakkan di atas tanah atau lantai. Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena (‘ain) dari arah belakang satu kali guyuran.

 

Penyakit “ain itu sendiri ada dua jenis: ‘ain insi (“ain berunsur manusia) dan “ain jinni (‘ain berunsur jin). Diriwayatkan dengan shahih dari Ummu Salamah bahwa Nabi  pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata, “Ruqyah wanita ini, ia terkena ‘ain.“

 

Al-Husain bin Mas’ud Al-Farra berkata: Adapun sabda beliau “sa’fatun” (kusam) bermakna “nadzratun” (terkena ‘ain dari unsur jin). Dikatakan pada dirinya terdapat ‘ain yang disebabkan karena pandangan jin, yang lebih cepat daripada lepasnya anak panah.

 

Diriwayatkan dari Jabir secara marfu :

 

“Sesungguhnya ‘ain itu dapat memasukkan seseorang ke dalam kubur dan unta ke dalam kwali.”

 

Dari Abu Sa’id diriwayatkan bahwa, “Nabi  pernah memohon berlindungan dari godaan jin dan dari ‘ain manusia.”

 

Sebagian kalangan yang picik, kurang wawasan dan intelektualnya menolak adanya “ain. Mereka menyatakan, “Itu cuma halusinasi, bukan realitas.” Mereka adalah manusia paling jahil. paling picik wawasan dan kemampuan intelektualnya, bahkan bisa dikatakan sebagai manusia yang paling kolot, paling kaku wataknya dan paling jauh dari ilmu tentang roh, jiwa dan sifat-sifatnya, perbuatan dan pengaruh-pengaruhnya.

 

Kalangan intelektual dari berbagai bangsa dan agama, mereka tidak menolak adanya ‘ain. tidak mengingkarinya. meskipun mereka berbeda pendapat tentang faktor penyebabnya dan sisi pengaruh lain ditimbulkannya. Sebagian kalangan berpendapat. “Orang yang melakukan sihir ‘ain. bila melakukan sebuah ritual tertentu yang jahat, maka akan muncul dari matanya sebuah kekuatan beracun yang langsung menyentuh korban “ain sehingga membahayakannya. Mereka menyatakan bahwa hal itu tidak mustahil sebagaimana kita tidak mengingkari munculnya kekuatan berbisa yang dimiliki oleh seekor ular yang juga bisa menyentuh manusia lalu membinasakannya. Kekuatan itu amat dikenal pada sebagian jenis ular tertentu, yakni bila pandangan matanya tertuju pada seseorang bisa menyebabkan kematiannya. Demikian juga seorang ahli “ain atau hipnotis.

 

Sebagian kalangan lain memiliki pendapat berbeda. Mereka menyatakan bahwa memang tidak mustahil kalau mata sebagian orang bisa mengeluarkan semacam eter-eter halus yang tidak kasat mata, lalu menyentuh korban “ain sehingga menembus pori-pori tubuhnya sehingga mencelakakannya.

 

Kalangan lain berpendapat: Allah telah menjalankan takdir-Nya untuk menciptakan apa saja yang Dia kehendaki, termasuk bahaya, yakni ketika mata orang yang melakukan ‘ain atau hipnotis tertuju kepada korbannya meskipun ia sendiri pada dasarnya tidak memiliki energi, bakat atau pengaruh apa-apa secara substansial.

 

Yang terakhir ini adalah pendapat dari kalangan yang menolak adanya hukum sebab akibat, energi dan berbagai pengaruh pada alam. Mereka telah menutup pintu terhadap adanya reaksi timbal balik, pengaruh dan sebab akibat. Mereka berseberangan dengan seluruh kaum intelektual. Padahal tidak diragukan bahwa Allah telah menciptakan pada tubuh dan jiwa, kekuatan dan sifat-sifat dasar yang berbeda. Banyak di antara energi dan karakter itu yang memiliki keistimewaan dan energi offensif. Orang berakal tidak dapat mengingkari adanya pengaruh jiwa pada tubuh. karena itu realitas konkrit. Wajah manusia misalnya, bisa terlihat memerah sekali bila melihat sesuatu atau orang yang membuatnya segan dan malu. Bisa juga berubah menjadi pucat menguning bila melihat sesuatu atau orang yang ditakuti. Bahkan seringkali terjadi orang menjadi sakit dan lemah energi tubuhnya bila melihat sesuatu tertentu. Semua itu adalah berkat reaksi offensif dari ruh manusia. Karena erat sekali hubungan energi itu dengan mata, maka akhirnya dinisbatkan kepadanya (‘ain). Bukan mata itu sendiri yang menimbulkan energi, akan tetapi karena pengaruh dari ruh. Ruh itu sendiri bermacam-macam karakter dan kekuatan energinya, sifat dan keistinewaannya. Jiwa orang pendengki akan dapat mencelakakan diri orang yang didengkinya secara nyata. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada rasul-Nya memohon perlindungan dari bahaya orang yang dengki.

 

Pengaruh orang yang mendengki terhadap orang yang didengkinya dalam mendatangkan dampak adalah hal yang tidak dapat dipungkiri kecuali oleh orang yang sudah keluar dari hakikat kemanusiaannya. Itulah esensi dari daya serang ‘ain. Karena jiwa yang busuk dan pendengki bisa melakukan tipu daya jahat, dan menghadapi orang yang menjadi sasaran kedengkian sehingga memberikan sebuah pengaruh yang khas pula. Yang paling mirip dengan kasus ini adalah ular. Racun ular mengandung daya sebuah energi. Kalau menghadapi musuhnya, ia menampakkan kemarahan dan mempersiapkan diri dengan tipu daya jahat yang membahayakan. Di antaranya adalah proses pergolakan energi yang semakin menguat sehingga bisa menyebabkan keguguran janin. Terkadang juga bisa menyebabkan kebutaan. Sebagaimana sabda Nabi  berkenaan dengan sejenis ular yang disebut “al-abtar wa dzu aththufiyataini (jenis ular yang membinasakan dan pemilik dua bisa), “Kedua jenis ular tersebut mampu membutakan mata dan menggugurkan kandungan.” Ada juga yang mampu mempengaruhi manusia hanya sekadar dengan penglihatan tanpa bersentuhan karena saking jahatnya jiwa yang terkandung dalam tubuhnya, dan karena saking hebatnya pengaruh dari proses pembusukan dirinya.

 

Pengaruh tersebut tidak tergantung pada kontak fisik saja sebagai. mana yang diduga oleh orang yang sedikit wawasan dan pengetahuannya tentang ilmu alam dan ilmu syariat. Namun pengaruh itu ter. kadang terjadi melalui kontak fisik, dan terkadang bisa terjadi dengan saling berhadapan saja, bahkan bisa terjadi melalui penglihatan atau dengan serangan roh terhadap korbannya. Terkadang juga bisa melalui mantera, doa, ruqyah dan ta’awudz. Bahkan terkadang bisa terjadi melalui sugesti dan halusinasi saja.

 

Ahli hipnotis sendiri pengaruhnya juga tidak hanya bertumpu pada penglihatan, bahkan ia terkadang buta. Cukup ia diberi deskripsi tentang sesuatu, maka jiwanya langsung bisa mempengaruhinya, meskipun ia tidak melihat orang yang dimaksud. Banyak sekali kalangan pakar ‘ain atau hipnotis yang bisa mempengaruhi korban hipnotisnya tanpa melihat, hanya sekadar mendengar gambaran sosoknya saja.

 

Allah  telah berfirman tentangnya:

 

“Dan hampir-hampir saja orang-orang kafir itu mencelakakan dirimu dengan pandangan mata mereka …” (Nun: 51)

 

Dan juga dalam firman-Nya:

 

“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh, dari kejahatan rmmakhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila

telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (Al-Falaq: 1-5)

 

Jadi, setiap orang yang melakukan ‘ain adalah pendengki. Namun, tidak setiap orang pendengki mampu melakukan “ain. Karena kedengkian itu lebih bersifat umum dibandingkan dengan ‘ain, maka memohon perlindungan dari kedengkian orang sudah meliputi memohon perlindungan dari orang yang melakukan “ain. Hasad atau kedengkian ibarat anak panah yang meluncur dari orang yang dengki atau orang yang melakukan ‘ain ke arah orang yang didengki dan orang yang diserang “ain. Luncuran anak panah itu terkadang bisa mengenai sasaran dan terkadang juga luput. Kalau serangan itu tepat sasaran dan sasaran itu tidak memiliki tameng/penangkalnya. pasti akan memberikan pengaruh kepadanya, tidak bisa tidak. Kalau tepat sasaran, namun sasarannya mawas diri, memiliki senjata penangkal yang tidak bisa ditembus oleh anak panah apapun. luncurannya tidak akan memberi pengaruh. Bahkan bisa jadi anak panah itu akan berbalik arah ke pelemparnya sendiri. Perbuatan tersebut ibarat anak panah yang sesungguhnya. ‘Ain merupakan anak panah yang berasal dari jiwa dan roh, sementara anak panah sesungguhnya berasal dari materi konkrit dan tubuh kasar. Asal muasalnya adalah saat pelaku ‘ain kagum pada sesuatu, lalu diikuti dengan munculnya proses jahat dalam dirinya kemudian untuk meluncurkan racunnya, ia menggunakan pandangan mata ke arah orang yang diserangnya dengan “ain.

 

Terkadang seseorang bisa mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri, terkadang ia bisa mengarahkannya tanpa kehendaknya, melainkan dengan sendirinya. Pelakunya termasuk jenis manusia yang paling jahat. Sahabat-sahabat kami dari kalangan ahli fiqih menyatakan, “(Sesungguhnya) bila diketahui ada orang yang melakukan hal itu, maka penguasa (kaum Muslimin) harus memenjarakannya, lalu dipenuhi seluruh kebutuhannya hingga akhir hayat.” Tentu memang demikianlah jalan yang paling tepat.

 

Sasaran pembahasan di sini adalah pengobatan ala Nabi terhadap penyakit yang satu ini. Caranya ada beberapa macam:

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya, dari Sahal bin Hunaif bahwa ia menceritakan, “Kami pernah melewati sebuah sungai, lalu aku masuk dan mandi di situ. Aku keluar dalam keadaan basah dan demam. Hal itu diadukan kepada Rasulullah , lalu beliau bersabda, “Perintahkan Abu Tsabit berta’awudz.” Aku bertanya, “Wahai baginda Nabi, apakah ruqyah itu baik?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya ruqyah yang sesungguhnya hanyalah untuk penyakit jiwa, demam dan Sengatan binatang.” 287 Penyakit jiwa di sini adalah penyakit “ain. Orang Arab biasa mengucapkan, “Fulan terkena penyakit jiwa,” yakni terkena “ain. Nafis artinya pelaku “ain. Sengatan yang dimaksud dalam hadits itu adalah sengatan kalajengking dan sejenisnya.

 

Di antara bentuk ta’awudz (perlindungan diri) dan ruqyah adalah memperbanyak membaca surat Al-Falag dan An-Naas, Al-Fatihah dan ayat Al-Kursi. Bentuk ta’awudz lain adalah dengan menggunakan cara Nabi, yakni membaca:

 

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang paripurna dari kejahatan makhluk ciptaan-Nya.” Juga bacaan lain:

 

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang paripurna dari gangguan setan dan binatang serta dari gangguan ‘ain yang dahsyat.” Atau bacaan lain seperti:

 

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang paripurna yang tidak bisa dilewati oleh manusia yang shalih apalagi yang fajir, dari kejahatan segala ciptaan-Nya, agar terbebas dan selamat dari segala keburukan yang turun dari langit atau yang naik ke atas langit serta kejahatan di bumi ini dan kejahatan yang keluar dari bumi, dari keburukan bencana siang dan malam, serta dari keburukan tamu yang datang di malam hari dan di siang hari, kecuali tamu yang datang membawa kebaikan, ya Rahman ….” Cara ta’awudz lain adalah doa:

 

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang paripurna dari kemarahan dan siksa-Nya, dari kejahatan para hamba-Nya serta dari bisikan setan bila datang menggangguku.”

 

Atau doa lain:

 

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan wajah-Mu yang Mahamulia, dengan kalimat-kalimatMu yang paripurna, dari keburukan saat engkau mencabut nyawaku. Ya Allah, sesungguhnya engkau akan menyingkap rahasia dosa dan utang. Ya Allah, sesungguhnya tentara-Mu tidak akan pernah terkalahkan, janji-Mu tidak akan pernah terpungkiri, Mahasuci Engkau, dan segala puji bagi-Mu ….”

 

Doa ta’awudz lain adalah:

 

“Aku berlindung dengan wajah-Mu yang Mahaagung yang tidak ada sesuatu yang lebih agung dari-Nya, dengan kalimat-kalimatNya yang paripurna yang tidak bisa dilewati oleh orang yang shalih apalagi oleh orang fajir, dengan asma Allah Al-Husna, yang kuketahui di antaranya dan yang belum kuketahui, dari kejahatan segala ciptaanNya, agar aku terbebas dan selamat dari kejahatan setiap yang jahat yang tak mampu kuhadapi kejahatannya, serta dari segala yang jahat yang engkau akan cabut pula nyawanya. Sesungguhnya Rabbku memberi petunjuk menuju jalan yang lurus.”

 

Doa ta’awudz lain adalah:

 

“Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Engkau. Hanya kepada-Mu aku bertawakal, dan Engkau adalah Rabb Arsy yang Agung. Setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan setiap yang tidak Allah kehendaki . tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan apapun melainkan dengan pertolongan Allah. Aku mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu, dan menghitung segala bilangan. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku sendiri, dari kejahatan setan dan bala tentaranya, serta dari kejahatan setiap makhluk yang akan Engkau cabut nyawanya. Sesungguhnya Rabbku memberi petunjuk menuju jalan yang lurus.” Bisa juga ditambahkan:

 

“Aku membentengi diriku dengan pertolongan Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar melainkan Dia, sesembahanku dan sesembahan segala sesuatu. Aku berpegang teguh pada kekuatan Rabbku. Rabb dari segala sesuatu. Aku bertawakal kepada Yang Mahahidup dan yang tidak mati. Aku memohon disingkirkannya kejahatan hanya dengan daya dan kekuatan Allah. Cukuplah Allah sebaik-baik Yang Memberi pertolongan dan sebagai wakilku. Cukuplah Rabb dari seluruh hamba-Nya. Cukuplah Allah Yang Maha Mencipta segala makhluk, cukuplah Allah sebagai Pemberi rizki untuk segala (makhluk) yang diberi rizki. Cukuplah Allah bagiku, dan Dia-lah cukup bagiku. Cukuplah bagiku Allah yang di tangan-Nya kerajaan segala sesuatu, dan Dia-lah yang menyelamatkan, dan Dia-lah Yang menyelamatkan dan cukuplah Allah, dan hanya Allah yang mencukupi diriku. Cukuplah untuk diriku pertolongan Allah yang menguasai segala sesuatu, yang memberi perlindungan dan tidak membutuhkan perlindungan. Cukuplah Allah bagi diriku, cukuplah pendengaran Allah bagi setiap yang berdoa, tidak ada lagi yang dituju setelah Allah. Cukuplah Allah bagi diriku, yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakal, Rabb dari Arsy yang agung.”

 

Setiap orang yang telah mencoba doa-doa dan ta’awudz tersebut, pasti akan mengetahui betapa besar manfaatnya dan betapa besar kebutuhan kita akan semua doa-doa tersebut. Karena semua doa itu bisa mencegah sampainya pengaruh ‘ain, bahkan menolaknya setelah sampai, tergantung pada tingkat iman orang yang mengucapkannya, juga besar nya kekuatan jiwa dan kesiapannya, ketawakalan dan ketabahan hatinya. Karena doa-doa dan ta’awudz tersebut adalah senjata, dan senjata itu ter. gantung juga pada orang yang menggunakannya.

 

Kalau orang yang melakukan ‘ain pun merasa khawatir terhadap bahaya ‘ain itu bagi dirinya dan bagi orang yang terserang ‘ain, hendak. nya ia segera mencegah bahaya itu dengan berdoa:

 

“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadanya.”

 

Sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh Rasulullah  kepada Amir bin Rabi’ah-setelah ia melakukan ‘ain terhadap Sahal bin Hunaif-, “Kenapa engkau tidak mendoakan keberkahan untuknya …” yakni mengucapkan, “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadanya.”

 

Di antara kiat mencegah ‘ain adalah ucapan:

 

“Masya Allah (Terserah apa yang Allah kehendaki), tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah …”

 

Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari ayahnya bahwa apabila ia mengagumi sesuatu yang dilihatnya, atau memasuki salah satu kebunnya, ia berkata, “Masya Allah (Terserah apa yang Allah kehendaki), tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah …”

 

Cara lain adalah seperti ruqyah Jibril terhadap Nabi sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya:

 

“Dengan keberkahan nama Allah aku meruqyahmu dari setiap penyakit yang mengganggumu, dari kejahatan setiap diri dan “ain dari orang yang dengki kepadamu. Dengan nama Allah, aku meruqyahmu.”  Banyak kalangan As-Salaf yang berpendapat bahwa sebaiknya dituliskan ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian membentuk motivasi. Mujahid menyatakan, “Boleh saja menulis ayat Al-Qur’an, lalu mencucinya dan meminumkan airnya kepada orang sakit.” Riwayat yang sama disebutkan dari Abu Qilabah. Dikisahkan dari Ibnu Abbas  bahwa beliau pernah memerintahkan dituliskan dua ayat Al-Qur’an untuk seorang wanita yang sulit melahirkan, lalu direndam dan airnya diminumkan kepadanya. Abu Ayyub berkomentar, “Aku pernah melihat Abu Qilabah menulis ayat Al-Qur’an. kemudian beliau merendamnya dan meminumkannya kepada seorang lelaki yang terserang penyakit.”

 

Kiat lain adalah dengan cara memerintahkan pelaku ‘ain untuk mencuci tubuh, jari jemari, dan bagian dalam kain sarungnya. Dalam hal ini ada dua pendapat. Pertama, yang dimaksud dengan bagian dalam kain sarung di sini adalah kemaluan. Kedua, maksudnya adalah ujung kain sarung bagian dalam menyentuh tubuh dari samping kanan. Lalu airnya digunakan untuk menyiram kepala orang yang terkena ‘ain secara langsung. Ini adalah metodologi yang tidak akan mungkin dicapai oleh para pengobatan modern dari pakar medis. Cara ini juga tidak akan berfungsi bagi orang yang menyangkal kebenarannya, melecehkan, meragukan atau sekadar mencoba-coba saja, tidak meyakini akan khasiatnya.

 

Jika di alam semesta terdapat banyak karakteristik yang penyakitnya sama sekali tidak diketahui oleh kalangan medis, bahkan menurut mereka, semua itu adalah diluar dari analogi alam yang bekerja secara istimewa. Maka, apalagi yang hendak dipungkiri oleh kalangan zindig dan orang-orang bodoh berkaitan dengan berbagai keistimewaan yang karakteristik syariat? Selain itu, cara pengobatan dengan rendaman ayat Al-Qur’an ini juga mengandung hal-hal yang bisa diterima oleh akal sehat dan diakui relevansinya. Patut diketahui, bahwa penawar racun ular itu terdapat pada dagingnya. Terapi pengaruh jiwa yang lepas kendali emosinya agar dan memadamkan api amarah, dengan cara meletakkan tangan dan mengusap-usapkannya ke tubuh hingga kemarahannya reda. Sama halnya dengan orang yang membawa bara api, lalu ia ingin melemparkan ke tubuh kita, lalu kita siram dengan air saat bara itu masih berada di tangannya hingga padam. Oleh sebab itu, pelaku ‘ain diperintahkan untuk mengucapkan, “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadanya,” untuk mengusir kinerja jahat tersebut dengan doa yang merupakan kebaikan untuk orang yang menjadi korban ‘ainnya,. Karena, obat sesuatu adalah penawarnya. Karena. kinerja jahat itu terlihat jelas pada beberapa tempat rawan pada tubuhnya. dan karena kinerja jahat itu menuntur pengaruh yang menembus keluar, dan tidak ada celah yang lebih lemah selain lubang-lubang tubuh serta bagan dalam pakaian—terutama ungkapan kias untuk kemaluan. Maka, bila dibasuh dengan air. pengaruh dan proses itu akan berhenti.

 

(Demikian juga) bahwa seluruh tempat bagi roh-roh jahat memiliki karakteristik khusus yang sesuai dengan sifat setan. Artinya, membasuhnya dengan air akan melenyapkan unsur api setan itu dan melenyapkan racun tersebut. Terdapat satu masalah lain, yaitu sampainya pengaruh mandi ke dalam hati, yaitu tempat organ tubuh yang paling cepat dan tembus, sehingga unsur api dan racun tersebut padam dengan air, lalu orang yang menjadi korban ‘ain sembuh. Ini seperti halnya binatang-binatang beracun, setelah ia menyengat dengan racunnya, racun sengatannya akan berkurang pada mangsanya sendiri, sehingga tubuh si mangsa itu mendapatkan kenyamanan. Karena nyawa binatang beracun akan terus memberikan pengaruh yang mengganggu mangsa yang disengatnya. Kalau binatang itu dibunuh, rasa sakit akan berkurang. Ini adalah realitas yang kongkrit. Meskipun di antara faktor penyebabnya adalah kegembiraan pada diri mangsa yang tergigit dan sugesti yang muncul karena ia berhasil membunuh musuhnya. Kondisi tubuh secara alami akan menguat sehingga mampu mengusir rasa sakit. Kesimpulannya, air bekas mandi orang yang melakukan “ain adalah untuk melenyapkan kinerja jahat yang muncul dari tubuhnya. Tentunya air tesebut menjadi berkhasiat bila dibantu oleh motivasi pelakunya.

 

Kalau ada orang bertanya: Kalau pelakunya itu disuruh mandi, itu memang relevan. Tetapi apa relevansi mengguyurkan air bekas mandi itu ke tubuh korban “ain? Jawabannya: Air itu berfungsi memadamkan unsur api pada “ain, melenyapkan kinerja jahat dari pelaku. Bila unsur api yang berkembang dari diri pelaku “ain berhasil dipadamkan, maka pengaruh unsur api itupun bisa diredam dari diri korbannya setelah sang korban bersentuhan kulit dengan pelakunya. Air yang digunakan untuk memadamkan bara besi bisa dikategorikan sebagai obat perangkat alami yang disebutkan oleh kalangan medis. Maka air yang digunakan untuk memadamkan unsur api pada tubuh pelaku ‘ain juga tidak bisa dipungkiri sebagai obat yang cocok.

 

Ringkasnya, segala bentuk terapi buatan manusia bila dibandingkan dengan pengobatan ala Nabi, bisa dianalogikan seperti antara metode pengobatan mereka dibandingkan dengan pengobatan tradisional, bahkan lebih rendah lagi. Karena. perbedaan tingkat yang ada antara mereka dengan para nabi tentu saja amat jauh sekali, lebih jauh dari perbedaan tingkat antara mereka dengan orang-orang badui. Ukurannya tidak bisa diketahui oleh manusia. Kita telah mengetahui sendiri saat melakukan akad persaudaraan yang terdapat antara hikmah dan syara’ (antara Muhajirin dan Anshar). ternyata tidak ada kontradiksi antara keduanya. Allah akan memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki menuju kebenaran, dan membukakan pintu selebar-lebarnya kepada siapa saja yang terus menerus berusaha mengetuk pintu taufik-Nya. Allah-lah yang memiliki kenikmatan azali dan hujjah yang tertinggi.

 

Di antara kiat terapi terhadap penyakit ‘ain adalah melakukan tindakan preventif terhadapnya, misalnya menutupi sisi-sisi yang baik orang yang dikhawatirkan terkena ‘ain dengan sesuatu yang bisa menolak “ain. Seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah, “Bahwa Utsman bin Affan – pernah melihat seorang anak kecil yang cakap sekali. Beliau berkata, ‘”Warnailah belahan dagunya dengan warna hitam agar ia tidak terserang ‘ain.” Kemudian ia menjelaskan artinya, “Hitamkanlah belahan dagunya, yakni lumuri dengan sesuatu yang hitam bagian tengah dagu yang membelah pada wajah anak kecil itu.” Al-Khattabi menyebutkan dalam kitabnya. Gharibul Hadits, “Diriwayatkan bahwa Utsman melihat seorang anak kecil yang terkena “ain, lalu beliau berkata, “Hitamkan belahan dagunya.” Abu Amr menuturkan: Aku pernah bertanya kepada Ahmad bin Yahya tentang arti riwayat itu, beliau berkata. “Yang dimaksud dengan belahan dagu itu adalah belahan yang terdapat di bagian tengah dagu. Menghitamkan di situ artinya melumuri dengan yang warna hitam, yakni melumuri bagian dagu yang terbelah itu untuk menolak “ain tersebut.” Di antara contoh lain adalah hadits Aisyah  bahwa Rasulullah  pernah berkhutbah dengan mengenakan imamah (sorban yang dikenakan di kepala—ed.) vang diberi warna hitam. yakni berwarna hitam pekat.” Hadits ini dijadikan sebagai dalil penggunaan kata dasm (hitam). Dengan pengertian ini, penyair menggunakan kata-kata tersebut dalam Syairnya:

 

Tidak ada aib yang lebih dibutuhkan oleh orang yang sempurna untuk memeliharanya dari “ain

 

Di antara ruqyah untuk menolak “ain adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Abdillah At-Tayyahi: Suatu saat dalam perjalanan hajinya atau peperangan. ia mengendarai seekor unta yang bagus sekali. Di antara rombongan yang mengiringinya terdapat seorang lelaki ahli ‘ain yang hampir setiap memandang sesuatu pasti membuat sesuatu itu rusak atau binasa. Ada orang berkata kepada Abu Abdillah, “Jagalah untamu itu dari serangan ‘ain.” Beliau menanggapi, “Ia tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadap untaku.” Ahli ‘ain itu segera diberitahu tentang kata-katanya. Maka ia mencari kesempatan dimana Abu Abdillah tidak bersama untanya. Saat ia pergi, ahli “ain mendatangi untanya dan menatapnya sehingga unta itu bergetar lalu roboh. Saat Abu Abdillah datang, ia diberitahukan kejadian itu, bahwa seorang ahli ‘ain telah melakukan ‘ain terhadap untanya sehingga keadaan unta tersebut sebagaimana yang ia lihat sendiri. Ia berkata, “Tunjukkan kepadaku di mana laki-laki itu!” Ia ditunjukkan tempatnya. Ia pun segera berdiri di hadapan orang itu seraya berkata:

 

“Dengan nama Allah, yang tertahan akan tertahan, batu-batuan tetap saja mengering, bintang berekor tetap saja bersinar, ku: kembalikan “ain itu kepada pemiliknya dan kepada orang yang paling menyukai ‘ain tersebut (Firman Allah), “Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan berbalik kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah ….” (Al-Mulk: 3-4)

 

Kedua bola mata lelaki itu tiba-tiba keluar, dan unta itupun berdiri dalam keadaan sehat wal afiat. ..

 

 

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari hadits Abu Darda bahwa ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa di antara kalian mengeluhkan sesuatu atau mendapatkan keluhan salah seorang saudaranya, hendaknya ia mengucapkan: Ya Allah, Rabb kami yang ada di atas langit, sungguh Mahasuci nama-Mu dan agama-Mu di langit dan di bumi,” seperti juga rahmat-Mu di atas langit, maka jadikanlah rahmat-Mu ada di bumi. Ampunilah dosa dan kesalahan kami: Engkau adalah Rabb dari Orang-orang shalih. Turunkanlah rahmat dari sisi-Mu, kesembuhan dari kesembuhan-Mu terhadap keluhan ini.’ Niscaya dengan izin Allah akan sembuh.”

 

Sementara dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Sa’id AlKhudri bahwa Jibril  pernah datang menemui Nabi  lalu berkata. “Hai Muhammad! Apakah engkau sakit?” Beliau menjawab, “Ya.” Jibril berkata:

 

“Dengan Asma Allah aku meruqyahmu dari segala penyakit yang mengganggumu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau “ain yang dengki. Semoga Allah memberimu kesembuhan. Dengan Asma Allah, aku meruqyahmu.”

 

Kalau ada orang bertanya, “Apa pendapat Anda tentang hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, “Tidak ada ruqyah kecuali terhadap penyakit “ain atau sengatan binatang berbisa,” Yakni binatang beracun?”

 

Jawabannya, “Rasulullah  tidak menafikan dibolehkannya ruqyah untuk selain itu. Namun maksud hadits itu adalah bahwa tidak ada ruayah yang lebih utama dan lebih bermanfaat daripada ruqyah terhadap ‘ain dan sengatan binatang berbisa. Itu ditunjukkan oleh alur pembicaraan dalam hadits. Karena ketika Sahal bin Hunaif terkena “ain, ia bertanya, “Apakah ruqyah itu baik?” Rasulullah menjawab, “Tidak ada ruqyah kecuali terhadap penyakit “ain atau sengatan binatang berbisa.” Makna itu juga ditunjukkan oleh banyak hadits tentang ruqyah yang bersifat umum maupun khusus. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari hadits Anas, ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Tidak ada ruqyah kecuali terhadap penyakit “ain, sengatan binatang berbisa atau darah yang tidak mengalir.” ?!

 

Sementara dalam Shahih Muslim disebutkan:

 

“Rasulullah  memberi izin untuk ruqyah terhadap ‘ain, gigitan binatang berbisa dan penyakit semut.”

 

 

Dikeluarkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Sa’id Al-Khudri, ia menceritakan:

 

“Ada beberapa orang sahabat Nabi yang berada dalam suatu perjalanan. Mereka singgah di salah satu dusun di Arab dan bertamu kepada penduduknya. Namun para penduduk itu menolak menerima mereka sebagai tamu. Tiba-tiba pemimpin penduduk itu disengat binatang berbisa. Mereka mengupayakan segala sesuatu namun tidak juga menghasilkan apa-apa. Sebagian berkata, “Coba kalian temui beberapa orang lelaki tadi. Kemungkinan ada di antara mereka yang memiliki keahlian mengobati.” Para penduduk itu pun mendatangi mereka dan berkata, “Pemimpin kami tersengat binatang berbisa dan kami sudah mengupayakan segala sesuatu, tetapi gagal semuanya. Apakah ada salah seorang di antara kalian yang memiliki keahilan mengobati?” Salah seorang di antara mereka menjawab, “Ya, saya bisa meruqyah. Akan tetapi tadi kami meminta menjadi tamu kalian dan kalian menolaknya. Aku tidak akan mengobatinya kecuali bila kalian memberikan kompensasi.”

 

Akhirnya mereka berdamai dengan janji memberikan kepadanya sebagian kambing ternak mereka. la datang, meludahi pemimpin kampung itu sambil membaca Al-Fatihah. Tiba-tiba orang itu berdiri seolah-olah baru lepas dari ikatan. Ia bangkit dan berjalan, seolah-olah tidak pernah sakit. Akhirnya mereka memenuhi janji dengan memberikan separuh dari kambing-kambing para penduduk. Sebagian di antara mereka berkata kepada yang lain, “Bagi-bagikanlah.” Orang yang melakukan ruqyah itu berkata, “Jangan lakukan sesuatu sebelum kita menjumpai Rasulullah.

 

Biar kita beritahukan kepada beliau dan kita lihat apa yang beliau perintahkan nanti.” Datanglah mereka menemui Rasulullah  dan menceritakan kepada beliau semua yang terjadi. Beliau bertanya, “Dari mana engkau tahu bahwa (Al-Fatihah) itu adalah ruqyah?” Kemudian beliau melanjutkan, “Kalian telah bertindak benar. Bagi-bagikanlah kambingkambing itu, dan berikan kepadaku jatah pembagian itu.”???

 

Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunan-nya dari hadits Ali, ia berkata: Rasulullah  bersabda, “Sebaik-baik obat adalah Al-Qur’an.”

 

Suatu hal yang dimaklumi bahwa sebagian ucapan itu terkadang memiliki keistimewaan dan khasiat yang mujarab. Bagaimana pula dengan ucapan dari Rabbul ‘alamin yang diutamakan dari seluruh ucapan sebagaimana keutamaan Allah di atas seluruh makhluknya. Ucapan Allah adalah obat yang sempuma. perlindungan yang optimal, cahaya yang memberi petunjuk, rahmat yang luas. yang seandainya diturunkan di atas gunung pasti gunung itu akan hancur berkeping-keping karena keagungan dan kemuliaan ucapan tersebut.

 

Allah  berfirman:

 

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an itu sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.” (Al-Isra’: 82)

 

Kata min (dari) dalam ayat ini memiliki pengertian untuk menjelaskan jenis, bukan yang menjelaskan bagian. Itulah pendapat yang lebih tepat, seperti dalam firman Allah:

 

“Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal shalih dari mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Fath: 29)

 

Mereka semua berasal dari kaum Mukminin dan yang beramal shalih. Apalagi surat Al-Fatihah, yang Allah tidak pernah menurunkan surat dalam Al-Qur’an, Taurat, atau Zabur maupun Injil yang setara dengan Surat ini: surat yang mengandung berbagai makna yang tercakup dalam Kitab-kitab Allah, meliputi berbagai dasar dari Asma Rabb dan kuncikunci pokoknya, yaitu dalam kata-kata: Allah, Ar-Rabb, Ar-Rahman, Ar-Rahim??, ditetapkannya keberadaan Hari Pembalasan, disebutkannya dua macam tauhid: Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah.

 

Dalam surat ini juga disebutkan betapa butuhnya seorang hamba kepada Allah , untuk memohon pertolongan hanya kepada-Nya, untuk memohon petunjuk kepada-Nya, serta dikhususkannya semua permohonan itu hanya kepada-Nya. Di situ juga disebutkan doa yang paling utama secara umum dalam sisi manfaat dan kewajiban. Siapakah hamba yang tidak membutuhkan hidayah? Hidayah menuju jalan yang lurus yang meliputi kesempurnaan makrifat dan tauhid serta ibadah seorang hamba itu sendiri. Yakni dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta berjalan lurus di atas konsep tersebut hingga datang kematian.

 

Al-Fatihah juga meliputi penjelasan tentang klasifikasi umat manusia menjadi golongan yang mendapatkan kenikmatan (Islam) karena mereka mengenal kebenaran, mengamalkannya, mencintainya dan mendahulukan kepentingan Allah, serta golongan yang dimurkai oleh Allah: yakni yang menyimpang dari kebenaran setelah mengenal kebenaran itu. Yang ketiga, golongan yang tersesat karena tidak mengenal kebenaran. Ketiganya adalah golongan umat manusia. Al-Fatihah juga mengandung penetapan terhadap takdir dan ajaran syariat, asma, dan sifat Allah, Hari Akhir dan berita kenabian, pensucian jiwa, perbaikan hati, dan kisah tentang ke-Mahaadilan Allah dan ihsan-Nya, bantahan terhadap seluruh Ahli Bid’ah dan kebatilan. Seperti juga kami sebutkan dalam buku kami, Al-Kabir, tentang Syarah Al-Fatihah. Maka dengan sebagian keistimewaan yang kami sebutkan ini saja sudahlah cukup AlFatihah itu menjadi obat dari berbagai penyakit, bisa digunakan untuk meruqyah terhadap sengatan binatang berbisa.

 

Kesimpulannya, Al-Fatihah itu mengandung keikhlasan beribadah, pujian kepada Allah, penyandaran urusan hanya kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya serta meminta dengan sepenuh hati untuk mendapatkan seluruh kenikmatan: hidayah yang mendatangkan seluruh kenikmatan dan menolak segala marabahaya. Al-Fatihah adalah obat yang paling sempurna dan terbaik. Ada yang berpendapat bahwa letak dari “unsur penyembuh’ dalam Al-Fatihah terdapat pada ayat:

 

“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”

 

Tidak diragukan lagi bahwa dua klausa dalam ayat itu adalah bagian terkuat sebagai penyembuh. Karena keduanya merupakan penyandaran dan ketawakalan yang mutlak, permohonan perlindungan dan pertolongan. menunjukkan kebutuhan dan permintaan. dan gabungan dari segala bentuk tujuan ibadah: yakni hanya mempersembahkan ibadah kepada Allah semata. Sarana terbaik dalam ibadah adalah memohon pertolongan kepada Allah untuk beribadah kepada-Nya. Kesemuanya itu tidak ada dalam ayat yang lain dari surat Al-Fatihah.

 

Suatu saat di Mekkah. penulis terserang penyakit. Penulis berusaha mencari obat dan juga juru medis. Sambil menunggu penulis mengobati diri dengan surat Al-Fatihah. mengambil air Zamzam dan meminumnya?” sambil terus membaca surat tersebut berulang-ulang. Ternyata penulis bisa sembuh total. Mulai saat itu penulis bersandar pada pembacaan surat itu untuk mengobati berbagai keluhan, ternyata khasiatnya amat manjur sekali.

 

Khasiat ruqyah dengan surat Al-Fatihah dan yang lainnya dalam mengobati berbagai binatang beracun merupakan hal yang ajaib sekali. Karena berbagai binatang berbisa memberikan pengaruh melalui proses busuk dari jiwa mereka yang sudah jahat seperti dijelaskan sebelumnya. Senjatanya adalah antup (penyengat)”” berbisa yang digunakan untuk menyengat mangsanya. Biasanya mereka hanya menyengat bila sedang marah. Kalau sudah marah. racun dalam tubuhnya akan bergejolak sehingga terpancar keluar. Allah telah menciptakan obat bagi setiap penyakit dan lawan atau anti dari segala sesuatu. Jiwa orang yang meruqyah akan berpengaruh pada orang yang diruqyah sehingga menimbulkan aksi dan reaksi sebagaimana yang terjadi antara obat dan penyakit. Jiwa orang yang diruqyah menjadi kuat dan staminanya meningkat karena ruqyah tersebut untuk menghadapi penyakitnya sehingga penyakit itu ditolaknya dengan izin Allah. Poros pengaruh obat terhadap penyakit juga pada aksi dan reaksi. Sebagaimana hal itu bisa terjadi pada setiap bentuk obat dan penyakit alami, maka itu pun bisa terjadi pada obat dan penyakit ruhani. Semburan dan tiupan bisa membantu proses pelembaban dan sirkulasi udara serta bermanfaat untuk jiwa yang diruqyah secara langsung dengan dzikir dan doa. Karena ruqyah itu keluar dari hati peruqyahnya dan dari mulutnya. Bila lafal itu keluar dari mulutnya diiringi dengan sesuatu dalam tubuhnya berupa udara, nafas dan riak atau ludah, maka pengaruhnya akan lebih optimal, lebih efektif, dan lebih mengena. Adanya persenyawaan antara keduanya merupakan kinerja yang lebih reaktif, mirip dengan proses ramuan obat-obatan.

 

Ringkasnya, jika orang yang meruqyah berhadapan langsung dengan roh-roh jahat untuk kemudian mengunggulinya. Saat diruqyah, memang perlu sekali meniupkan udara untuk melenyapkan pengaruh tersebut. Semakin besar kekuatan jiwa orang yang meruqyah, ruqyahnya pun semakin sempurna. Penggunaan tiupan dalam ruqyah seperti halnya rohroh jahat menggunakan sengatannya yang beracun. Penggunaan tiupan ini memiliki rahasia lain. Trik ini sering digunakan oleh roh-roh baik dan roh-roh jahat. Oleh sebab itu para penyihir atau du-kun santet sering menggunakan cara ini, demikian juga orang-orang beriman. Allah “ig berfirman:

 

 

“…. dan dari kejahatan wanita-wanita penyihir yang meniupkan pada buhulan …” (Al-Falaq: 4)

 

Sebab, tiupan bisa ikut mengalami proses sesuai dengan sihirnya, (sikap) kemarahan dan serangan. Lalu, tiupan-tiupan itu mengirim anak panah, dilepaskan melalui tiupan dan ludah yang membawa sedikit liur agar pengaruhnya semakin kuat. Para wanita penenung biasa menggunakan tiupan untuk memaksimalkan kekuatan sihirnya, meskipun tidak langsung menyentuh korban sihir, namun tiupan itu diarahkan kepada buhulan untuk kemudian ditiupkan dengan mantera sehingga akan berpengaruh pada korban sihir melalui perantaraan ruh jahat. Ruh yang baik akan menghadapinya dengan proses yang sama melalui ruqyah yang juga menggunakan tiupan. Mana dari kedua roh itu yang lebih kuat, dialah yang akan menang. Perseteruan antara satu jenis ruh dengan ruh yang lain serta perlawanan yang terjadi dari keduanya se-perti halnya perseteruan dan perlawanan antara tubuh kasat, serangan dan alatalatnya sama. Bahkan asal dari perseteruan dan peperangan adalah antara jiwa manusia. Tubuh menjadi tentara dan alat perangnya saja. Akan tetapi orang yang dikalahkan oleh inderanya tidak akan merasakan adanya pengaruh, aksi dan reaksi ruh karena inderanya telah demikian mendominasi dirinya dan dimensi-dimensi ragawi alam ruh dan hukum-hukum serta gerak-geriknya. Artinya, bahwa apabila ruh itu kuat dan mengikuti proses kandungan makna Al-Fatihah dengan bantuan tiupan dan ludah, pasti akan mampu igatasi ruh jahat tersebut sehingga bisa tersingkirkan. Wallahu a’lam…

 

 

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Musnad-nya dari hadits Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan:

 

“Ketika Rasulullah  shalat, pada saat beliau sujud, tiba-tiba seekor kalajengking menyengat jari tangannya. Maka Rasulullah keluar dan berkata: “Semoga Allah melaknat kalajengking. Ia tidak membiarkan (tidak membeda-bedakan) antara seorang nabi dan tidak pula yang lainnya.” Kemudian Rasululah menyuruh diambilkan bejana yang berisi air dan garam, lalu bagian yang disengat kalajengking tersebut direndam dengan air dan garam itu sambil membaca: qul huwallahu ahad dan muawwidzatain hingga rasa sakitnya reda.”  Dalam hadits ini terkandung petunjuk terapi dengan menggunakan gabungan antara obat alami dengan obat ilahiyah. Dalam surat Al-Ikhlas terdapat penjelasan tentang kesempurnaan tauhid, ilmu, dan keyakinan, penetapan ke-Mahaesaan Allah yang konsekuensinya adalah penafian segala jenis penyekutuan terhadap-Nya, penetapan Allah sebagai tempat bergantung yang pasti bagi setiap makhluk, untu menetapkan segala keparipurnaan bagi Allah. karena seluruh makhluk bergantung kepada. Nya dalam segala kebutuhan mereka. Artinya, seluruh makhluk yang berada di langit maupun yang berada di bumi menghadap kepada-Nya.

 

Surat ini juga menafikan bahwa Allah itu memiliki bapak dan anak, dan menetapkan bahwa Allah tidak memiliki sekutu. Surat ini juga mengandung penafian terhadap nasab dan keturunan bagi Allah, menetapkan bahwa Allah terbebas dari segala mitra dan tandingan, itu menjadi kekhususan bagi Allah. Sehingga surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an. Dalam Asma-Nya, Ash-Shamad (salah satu Asma Allah), terkandung penetapan akan seluruh ke-Mahasempurnaan-Nya, penafian terhadap adanya sekutu bagi Allah, menjauhkan Allah dari segala tandingan dan saingan. Sementara dalam Asma-Nya, Al-Ahad, terkandung penafian terhadap segala bentuk sekutu bagi Allah Yang Mahamulia. Ketiga dasar ini adalah inti dari ajaran tauhid.

 

Dua surat yang disebut mu’awwidzatain (Al-Falag dan An-Naas) mengandung permohonan perlindungan dari segala marabahaya secara umum maupun khusus. Karena, permohonan perlindungan dari segala kejahatan makhluk ciptaan Allah meliputi permohonan terhadap segala bentuk kejahatan yang dikhawatirkan (menimpa dirinya), baik itu dalam tubuh maupun dalam jiwa. Memohon perlindungan dari gelap gulita, yakni malam hari dan tanda kekuasaan Allah pada malam hari, yakni bulan bila sedang tidak tampak. Ayat ini mengandung permohonan perlindungan terhadap segala kejahatan roh-roh jahat yang cahayanya terhalangi oleh sinar matahari dan kehidupan makhluk lain di siang hari. Saat malam menjadi gelap dan bulan tidak bersinar, mulailah kejahatan itu merajalela dan membuat ulah. Permohonan perlindungan dari wanitawanita tukang sihir yang meniup buhulan meliputi juga permohonan perlindungan dari kejahatan seluruh tukang sihir dengan segala macam sihirnya. Permohonan perlindungan dari kejahatan orang yang dengki termasuk juga permohonan perlindungan terhadap jiwa-jiwa busuk yang dengan kedengkian dan pandangan matanya bisa membahayakan kita. Surat kedua, (An-Naas) terkandung di dalamnya permohonan perlindungan terhadap kejahatan setan dari kalangan manusia dan jin. Kedua surat ini menggabungkan permohonan perlindungan terhadap segala macam kejahatan. Kedua surat ini memiliki kedudukan tinggi dalam penjagaan dan perlindungan diri terhadap berbagai kejahatan sebelum terjadi. Oleh sebab itu, Rasulullah berpesan kepada Uabah bin Amir untuk selalu membaca kedua surat ini seusai shalat (wajib). Demikian disebutkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Jami’-nya. Ajaran ini mengandung sebuah rahasia besar tentang perlindungan diri di antara satu shalat dengan shalat yang lain. la mengatakan, “Tidak ada permohonan perlindungan yang lebih baik dari permohonan perlindungan dengan kedua surat ini. Diriwayatkan dari Rasulullah  bahwa beliau pemah disihir dengan sebelas buhulan. Lalu Jibril turun membawa kedua surat ini. Setiap kali beliau membaca kedua surat ini, terputuslah satu buhulan, demikian seterusnya hingga terputus seluruh buhulan tersebut, seolah-olah beliau baru saja terlepas dari ikatan.

 

Adapun unsur pengobatan alami dalam hadits ini adalah bahwa garam memang berguna untuk menghadapi banyak jenis racun, terutama sekali sengatan kalajengking. Penulis Al-Qanun menegaskan, “Garam bisa digunakan dengan campuran bubuk kain linen (rami) untuk mengatasi sengatan kalajengking.” Demikian juga disebutkan oleh pakar medis lainnya.

 

Garam memiliki energi penyedot dan pelarut sehingga bisa menyedot dan melarutkan racun. Karena sengatan kalajengking mengandung unsur api. maka ia perlu didinginkan, disedot. dan dikeluarkan. Komposisi antara air yang bersifat mendinginkan panas sengatan dan garam yang memiliki kemampuan menyedot dan mengeluarkan racun, menjadi cara terapi yang paling optimal, paling mudah dan sederhana. Hadits ini juga mengandung peringatan mengenai terapi terhadap penyakit ini, yaitu dengan cara pendinginan, penyedotan, dan pengeluaran racun yang ada. Wallahu a’lam.

 

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Abu Hurairah, ia menceritakan, “Ada seorang lelaki datang menjumpai Rasulullah  lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Tadi malam aku disengat kalajengking!” Beliau bersabda, “Jika di waktu sore engkau mengucapkan:

 

“Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang paripurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan,” niscaya sengatan itu tidak akan membahayakanmu.” ?”

 

Harus diketahui bahwa obat-obat Ilahiyah bisa berkhasiat melawan penyakit yang sudah menyerang atau mencegahnya sebelum datang. Kalaupun penyakit itu datang ia tidak akan membahayakan lagi, meskipun menimbulkan rasa sakit. Adapun obat-obatan alami hanyalah berkhasiat melawan penyakit yang sudah datang menyerang. Ta’awudz dan dzikir bisa mencegah datangnya penyakit, bisa dengan cara menghalangi datangnya pengaruh penyakit tersebut tergantung tingkat kesempurnaan dari orang yang melakukan ta’awwudz” itu sendiri, kekuatan dan kelemahannya. Ruayah dan ta’awudz bisa digunakan untuk menjaga kesehatan dan menghilangkan penyakit.

 

Adapun fungsi pertama (mencegah penyakit), sebaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain dari hadits Aisyah, ia menceritakan:

 

“Biasanya apabila Rasulullah hendak tidur di pembaringannya, beliau meniup kedua telapak tangannya dengan mengucapkan Qul huwallahu ahad dan muawwidzatain, kemudian mengusapkannya di wajah beliau dan ke sekujur tubuh yang dapat dicapai oleh kedua tangannya.”

 

Disebutkan juga dalam hadits mengenai ta’awudz Abu Darda secara marfu ‘:

 

“Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau. Hanya kepada-Mu aku bertawakal, dan Engkau adalah Rabb dari Arsy yang agung.”

 

Sebelumnya telah diulas yang di dalamnya terdapat kata-kata, “Barangsiapa yang mengucapkannya di waktu pagi, maka ia tidak akan terkena musibah hingga sore hari. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di waktu sore, maka ia tidak akan terkena musibah hingga malam hari.”

 

Disebutkan juga dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim:

 

“Barangsiapa membaca dua ayat dari surat Al-Bagarah dalam suatu malam, maka dua ayat itu cukup baginya.”

 

Demikian juga disebutkan dalam Shahih Muslim dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa singgah di suatu rumah (tempat) lalu mengucapkan:

 

‘Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimatNya yang paripurna dari kejahatan setiap makhluk-Nya’, ia tidak akan terkena marabahaya hingga meninggalkan rumah (tempat) tersebut.”

 

Demikian juga disebutkan dalam Sunan Abu Daud: bahwa Rasulullah  bila hendak melakukan perjalanan beliau mengucapkan di waktu malam:

 

“Wahai bumi! Rabbku dan Rabbmu adalah Allah. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu dan kejahatan segala yang ada padamu serta kejahatan segala makhluk yang merayap di atasmu. Aku berlindung kepada Allah dari bahaya singa dan jin, dari bahaya ular dan kalajengking, dari bahaya penduduk negeri, dari bahaya ayah dan anak.”

 

Adapun fungsi kedua (mengobati penyakit), telah disebutkan sebelumnya berupa ruqyah dengan Al-Fatihah, ruqyah terhadap sengatan kalajengking dan binatang berbisa lainnya yang akan disebutkan kemudian.

 

Dalam hadits Anas  dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah  memberi izin untuk melakukan ruqyah terhadap sihir, ‘ain dan penyakit semut.

 

Dalam Sunan Abu Daud disebutkan riwayat dari Syifa binti Abdullah, ia menceritakan, “Rasulullah  pernah menemuiku. Saat itu aku sedang bersama Hafshah. Beliau bertanya, “Kenapa engkau tidak mengajarkannya ruqyah terhadap penyakit semut seperti engkau mengajarkannya menulis?”

 

Penyakit semut adalah sejenis koreng yang muncul di antara kedua kening. Penyakit ini amat dikenal kala itu. Disebut penyakit semut, karena orang yang ter-kena penyakit ini merasakan kesemutan di bagian yang terkena penyakit ini, seolah dikerubungi dan digigit semut. Penyakit ini ada tiga jenis.

 

Ibnu Mwutaibah dan ulama lain menyatakan: Kalangan Majusi meyakini bahwa tubuh semut yang ditumbuk bisa menjadi obat seorang anak yang terkena penyakit semut. Seperti diungkapkan seorang ahli syair:

 

“Tidak ada salah kami, kecuali karena penyakit semut yang menyerang sebagian orang mulia”? sementara kami tidak biasa membunuh semut.” Diriwayatkan oleh Al-Khallal bahwa Syifa binti Abdullah biasa melakukan ruqyah untuk mengatasi penyakit semut itu di masa jahiliyah, Saat ia berhijrah menemui Nabi sebelumnya di Mekah ia sudah berbaiat-ia berkata, “Wahai Rasulullah, dahulu di masa jahiliyah aku biasa melakukan ruqyah terhadap penyakit semut. Dan sekarang aku ingin menyerahkan pengetahuanku ini kepadamu.” Ia memberitahukan ilmunya itu kepada Rasulullah:

 

“Dengan nama Allah ‘shalt’.”

 

Sehingga keluar dari mulutnya tanpa membahayakan siapapun juga. Ya Allah, singkirkanlah sakit ini. “Ya Rabb sekalian manusia.” Ia melakukan ruqyah itu dengan sebuah kayu hingga tujuh kali, lalu mengarahkan kayu itu ke tempat yang bersih dan menggosok-gosokkan kayu itu di atas batu dengan lumuran cuka keras lalu dilumurkan ke tubuh yang terkena penyakit semut.” Hadits itu mengandung dalil dibolehkannya wanita mengajar menulis.

 

 

Sebelumnya telah disebutkan sabda Nabi  “Tidak ada ruqyah selain untuk penyakit “ain atau sihir.” Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari hadits Aisyah, “Rasulullah memberikan izin untuk meruqyah terhadap gigitan ular dan sengatan kalajengking.” Diriwayatkan dari Ibnu Syihab Az-Zuhri bahwa ia berkata, “Salah seorang sahabat Nabi terkena gigitan ular. Maka Nabi  bersabda. “Adakah yang pandai meruqyah?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya keluarga Hazm biasa melakukan ruqyah untuk mengobati gigitan ular. Karena engkau melarang ruqyah, mereka meninggalkan kebiasaan itu.” Beliau berkata, “Panggilkan Umarah bin Hazm.” Mereka pun memanggilnya. lalu ia ditawarkan untuk meruqyah. Rasulullah menegaskan, “Tidak apa-apa.” Maka ia pun melakukannya dengan izin Rasulullah, meruqyah orang tersebut.”

 

Dikeluarkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah , ia menceritakan, “Dahulu di masa Rasulullah, apabila ada orang yang mengeluh karena koreng dan luka, beliau melakukan seperti ini dengan jarinya”! (Sufyan mencontohkan dengan meletakkan jari telunjuknya di atas tanah lalu mengangkatnya) sambil berkata: –

 

“Dengan nama Allah, tanah negeri kami dengan air ludah sebagian di antara kami, semoga sembuhlah penyakit ini dengan izin Rabb kami.” “02 Ini termasuk bentuk terapi yang mudah dan sederhana namun amat berkhasiat dan multifungsi. Cara ini termasuk terapi yang bersifat lembut, untuk mengobati berbagai macam koreng dan luka yang masih segar, terutama sekali bila tidak ada obat-obatan lain. Karena bahanbahannya bisa didapatkan di seluruh negeri. Sudah dimaklumi bahwa sifat dari tanah yang murni adalah dingin dan kering, bisa berfungsi mengeringkan kelembaban koreng dan luka yang mencegah agar tidak membesar dan tidak mengeluarkan nanah, terutama sekali di negerinegeri panas. Mereka yang memiliki metabolisme panas biasanya bila terkena koreng dan luka, seringkali diikuti pencernaan mereka yang tidak baik dan panas, sehingga terjadilah komplikasi antara metabolisme yang panas dengan negeri yang panas dan juga luka yang panas, bertemu dengan tanah murni yang dingin dan kering. lebih dingin dari berbagai bentuk obat-obatan tunggal yang berunsur dingin. Tanah yang dingin itu bisa mengatasi penyakit yang panas, terutama sekali bila tanah itu sudah dicuci dan dikeringkan. Koreng biasanya juga memiliki kelembaban yang tidak sehat dan cairan putih. Semuanya itu bisa dikeringkan oleh tanah, karena strukturnya yang memang kering dan kasar sehingga berfungsi mengatasi kelembaban yang tidak baik yang sering menghalangi kesembuhan luka. Dengan cara itu, metabolisme organ tubuh yang sakit bisa distabilkan. Bila sudah stabil. stamina tubuhnya juga akan meningkat sehingga penyakitnya bisa ditanggulangi, dengan izin Allah.

 

Arti hadits di atas, bahwa Rasulullah mengambil ludahnya sendiri lalu meletakkan di ujung jari telunjuk, kemudian diletakkan di atas tanah sehingga sebagian tanah itu melekat, baru diusapkan pada luka tersebut. Beliau juga mengucapkan kalimat yang berisi pengambilan berkah (dengan menyebut)“ Asma Allah, menyerahkan urusan kepada-Nya, bertawakal kepada-Nya sehingga dua jenis terapi itu dapat dikomposisikan dan pengaruhnya menjadi lebih kuat.

 

Apakah yang dimaksudkan oleh Nabi dengan “… tanah negeri kami,” adalah tanah di seluruh penjuru bumi? Atau khusus tanah AlMadinah? Ada dua pendapat dalam hal ini. Tidak diragukan lagi bahwa tanah itu memiliki khasiat yang tidak dimiliki banyak obat lain, berguna mengobati berbagai penyakit kronis. Galenius menyatakan. “Di Aleksanderia aku pernah melihat banyak orang yang terkena penyakit luka hati (lever) dan busung. Mereka menggunakan tanah lempung Mesir untuk dilumurkan pada betis, paha, lengan, punggung dan rusuk mereka. Ternyata khasiatnya amat mujarab sekali.” Ia melanjutkan, “Melalui proses yang sama, balsem seperti ini bisa juga digunakan untuk mengobati bengkak yang membusuk, radang tenggorokan dan beri: beri.” Ia melanjutkan, “Saya mengetahui sendiri ada segolongan orang yang badan mereka terserang semacam beri-beri karena banyak mengeluarkan darah dari dubur. ternyata bisa diobati dengan tanah ini secara ajaib. Ada lagi sekelompok orang yang mengalami busung lapar karena lapar berkepanjangan sehingga banyak organ tubuhnya yang terserang penyakit secara hebat, ternyata juga bisa sembuh lewat terapi ini dan hilang penyakitnya sama sekali.”

 

Penulis buku Al-Kitab Al-Masihi menyatakan, “Energi tanah yang berasal dari daerah Kunus, termasuk kepulauan Mushthaki, adalah energi pembersih dan penguras, bisa merangsang tumbuhnya daging pada luka serta mengeringkan koreng.”

 

Bila demikian khasiat tanah-tanah tersebut, bagaimana pula dengan tanah terbaik di muka bumi, tanah yang paling penuh dengan berkah, tanah yang pernah tersentuh oleh liur Rasulullah, dibarengi ruqyah dengan menyebut Asma Rabbnya serta menyerahkan urusan hanya kepada-Nya. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kekuatan energi ruqyah dan pengaruhnya tergantung pada kekuatan orang yang meruqyah serta reaksi dari pihak yang diruqyahnya terhadap ruqyah tersebut. Realitas ini tidak dipungkiri oleh kalangan medis manapun, selama ia adalah Muslim yang berakal. Kalau salah satu dari kriteria tersebut hilang. entah apa yang bisa dikatakan lagi. ‘.

 

 

 

 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Utsman bin Abil Ash diceritakan bahwa ia pernah mengeluh kepada Rasulullah menngenai sakit yang dirasakan pada tubuhnya semenjak ia masuk Islam. Maka Nabi  bersabda:

 

“Letakkan tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkan bismillah tiga kali, dan ucapkan doa berikut sebanyak tujuh kali: .

 

“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari keburukan apa yang kudapati dan kukhawatirkan akan terjadi.”

 

Dalam terapi ini terdapat bebarapa hal, di antaranya: Menyebut Asma Allah, menyerahkan urusan kepada-Nya, memohon perlindungan dengan kemuliaan dan kekuasaan-Nya dari rasa sakit. Semua cara itu dapat menghilangkan rasa sakit, lalu diulang-ulang agar lebih manjur dan lebih mengena. Sama halnya dengan meminum obat yang juga harus berulang-ulang agar bisa mengeluarkan materi penyakit. Bilangan yang tujuh kali itu mengandung keistimewaan tersendiri yang tidak ditemukan pada bilangan lainnya. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi pemah menjenguk keluarganya yang sedang sakit, beliau mengusap tubuhnya dengan tangan kanan beliau sambil berkata:

 

“Ya Allah, Rabb dari sekalian manusia! Lenyapkanlah rasa sakitnya, berikanlah kepadanya kesembuhan karena Engkau adalah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan karena pertolongan-Mu: kesembuhan yang tidak diiringi dengan sakit lain.”

 

Dalam ruqyah terdapat tawasul kepada Allah dengan kesempurnaan rububiyah dan rahmat-Nya agar mendapat kesembuhan. Karena, memang Allah jualah yang memberi kesembuhan. Sesungguhnya kesembuhan itu hanya berasal dari-Nya. Maka ruqyah ini sudah mengandung tawasul kepada Allah dengan tauhid, ihsan, dan RububiyahNya.

 

 

 

Allah swt berfirman:

 

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (AlBagarah: 155-157)

 

Dalam Al-Musnad diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Setiap orang yang tertimpa musibah lalu ia mengucapkan, “Innaa lillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami akan kembali jua), ya Allah, berikanlah kepadaku pahala atas musibah yang menimpaku ini dan berikanlah kepadaku ganti yang lebih baik darinya,” pasti ia akan mendapatkan pahala dari Allah dengan musibah tersebut dan mendapatkan ganti yang lebih baik lagi darinya.”

 

Kalimat istirja’ (ucapan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dan doa tersebut di atas) adalah ucapan paling ampuh untuk mengobati sakit karena musibah. amat mujarab bagi orang yang tertimpa musibah di dunia dan di akhirat. Karena kalimat itu mengandung dua pokok penting yang bila diketahui oleh seorang hamba dengan sebaik-baiknya, pasti ia akan terhibur dari musibahnya.

 

Pokok pertama: Bahwa seorang hamba. keluarga, dan hartanya adalah benar-benar milik Allah :. Semua itu diberikan kepada seorang hamba hanya sebagai pinjaman belaka. Kalau Allah mengambilnya kembali, tak ubahnya pemberi pinjaman mengambil kembali pinjamannya dari peminjam.

 

Demikian pula, bahwa segala sesuatu itu diapit oleh dua kali ketidakadaan: sebelumnya pernah tidak ada dan akan kembali menjadi tidak ada. Milik seorang hamba hanya barang yang dipinjam untuk waktu yang sementara saja. Karena bukan dia yang menciptakan barangnya tersebut dari ketidak adaannya sebelum itu sehingga ia bisa mengakuinya sebagai milik pribadi yang sesungguhnya. Bukan pula dia yang menjaga barang tersebut dari kerusakan setelah keberadaannya, ia tidak bisa melestarikan keberadaan barang tersebut. Ia tidak memiliki pengaruh atau kepemilikan sesungguhnya terhadap barang itu. ia hanya bisa mengurus barang itu sebagaimana layaknya orang yang diperintah dan dilarang, bukan sebagaimana layaknya pemilik sesungguhnya. Oleh sebab itu, ia hanya bisa mengurus barangnya itu sesuai dengan perintah dari Pemilik sesungguhnya. yaitu Allah .

 

Pokok kedua: Tempat kembali dan berpulangnya seorang hamba hanyalah kepada Allah, Sang Penguasa yang Hag. la pasti akan meninggalkan dunia ini di belakang punggungnya, untuk kembali kepada Allah seorang diri, seperti dahulu ia diciptakan, tanpa sanak saudara, tanpa harta dan tanpa keluarga. Namun yang dibawanya hanyalah kebajikan dan keburukan. Kalaulah demikian awal keberadaan seorang hamba dan akhir keberadaannya, bagaimana ia harus bergembira sedemikian rupa atas adanya sesuatu, atau bersedih sedemikian rupa karena kehilangan sesuatu! Sugesti seorang hamba kapanpun juga menjadi hal yang paling prinsipil untuk mengobati penyakit ini.

 

Di antara kiat penyembuhannya adalah dengan menyadari seyakinyakinnya bahwa segala yang menimpanya tidak akan pernah meleset. Sementara segala yang tidak akan menimpanya tidak akan pernah mengenainya.

 

Allah  berfirman:

 

“Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul  Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 22-23)

 

Kiat lain adalah dengan memandang musibah itu sendiri sehingga ia menyadari bahwa Rabbnya itu menyediakan sesuatu yang lebih kekal dan lebih baik dari musibah itu, namun menyimpannya untuk di akhirat nanti, bila ia bersabar dan ridha, tentunya sesuatu yang lebih agung berlipat-lipat dibandingkan dengan musibah itu sendiri. Bahkan bila Allah menghendaki, Allah bisa menciptakan yang lebih agung dari itu lagi.

 

Kiat lain, memadamkan api musibah dengan menyikapinya seperti sikap orang-orang shalih dalam menghadapi musibah. Hendaknya ia menyadari bahwa di setiap lembah ada Bani Saad’” (perumpamaan yang artinya, setiap kehidupan pasti mengalami musibah-pent.). Hendaknya ia menengok ke sebelah kanan, pasti ia akan melihat musibah yang sama. Lalu menengok ke sebelah kiri, pasti akan melihat juga kesulitan yang sama”. Kalau ia selidiki seluruh dunia ini. pasti ia akan melihat orang-orang yang tertimpa musibah, mungkin dengan kehilangan orang yang dicintai, atau terkena marabahaya. Karena kegembiraan dunia hanyalah mimpi di kala tidur, atau seperti bayangan yang sirna. Jika kesenangan itu membuat kita tertawa sedikit, akhirnya akan membuat kita menangis berkepanjangan. Kalau menggembirakan satu hari, akan menimbulkan kesedihan satu abad. Kalau memberi kenikmatan sejenak, akan melenyapkan kesenangan yang lama. Setiapkali mengisi suatu rumah dengan kebaikan, pasti ia akan mengisi juga rumah itu dengan cobaan. Setiap kali mengisi suatu hari dengan keceriaan, pasti suatu hari juga akan memberikan keburukan.

 

Ibnu Mas’ud  menyatakan, “Setiap kegembiraan itu pasti menyimpan kesusahan. Setiap rumah yang dipenuhi dengan kegembiraan, pasti juga akan dipenuhi dengan kesedihan.”

 

Sementara Ibnu Sirin menyatakan, “Setiap kali ada tawa, pasti akan diiringi dengan tangisan juga.”

 

Hindun binti An-Nu’man menyatakan, “Aku pernah memandang diri kami sendiri saat kami menjadi manusia yang paling mulia dan memiliki kekuasaan yang paling kuat, namun sebelum matahari tenggelam, ternyata kami menyaksikan diri kami sendiri telah berubah menjadi orang yang paling miskin. Semua itu adalah hak Allah, karena setiap kali Allah mengisi suatu rumah dengan kebaikan, pasti Allah akan mengisinya juga dengan cobaan.”

 

Ada seseorang yang meminta kepada Hindun untuk menceritakan keadaannya itu. Ia menuturkan, “Saat itu, setiap orang di tanah Arab pasti mengharap kebaikan kami. Namun di sore harinya, setiap orang di tanah Arab ini pasti kasihan memandang kami.”

 

Saudara perempuannya yang bernama Hurgah binti An-Nu man menangis pada suatu hari saat ia masih menjadi orang terhormat. Ada orang bertanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis? Mungkin ada orang yang menyakitimu?” Ia menjawab, “Tidak. Namun aku melihat adanya kemewahan dalam rumahku. Karena setiap kali suatu rumah dipenuhi dengan kegembiraan. pasti akan dipenuhi dengan kesedihan.”

 

Ishaq bin Thalhah menuturkan. “Pada suatu hari aku menemui Hurqah. lalu bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau memandang kisah hidup para raja?” Ia menjawab, “Keadaan kami hari ini tidak lebih baik dari keadaan kami hari kemarin. Kami menjumpai dalam kitab. kitab. bahwa setiap keluarga yang menikmati kebaikan, pasti akan disusul setelah itu dengan kesusahan. Setiap kali zaman menampakkan pada suatu kaum hal yang disukai oleh mereka. maka zaman itu juga masih menyembunyikan suatu hari yang mereka benci.” Ia melanjutkan seraya berkata dalam bait syair-syairnya:

 

“Saat kami sedang memimpin banyak massa dan kami adalah penguasa, ternyata kami hanyalah stir yang mengikuti arus saja. Hus, celakalah dunia yang kenikmatannya tidak kekal selamanya, bagaikan roda berputar membawa kita dan mengarah entah ke mana.”

 

Kiat lain untuk menyembuhkan penyakit ini adalah dengan menyadari bahwa sekadar rasa duka tidak akan mampu menolak, bahkan semakin menjadi-jadi. Bahkan sebenarnya kedukaan itu hanyalah proses bertambahnya penyakit.

 

Kiat lain untuk menyembuhkan penyakit ini adalah dengan menyadari bahwa kehilangan pahala sabar dan berserah diri adalah musibah terbesar dalam arti sesungguhnya. Pahala itu sendiri adalah shalat. rahmat, dan hidayah yang Allah janjikan bagi orang yang bersabar dan mengucapkan istirja’.

 

Kiat lain adalah dengan menyadari bahwa rasa duka itu akan membuat musuh senang dan mengganggu temannya sesama Muslim di samping membuat murka Allah, memancing orang kehilangan daya kontrol, menggugurkan pahala dan melemahkan jiwa. Kalau seorang Muslim bersabar dan memohon pahala. ia akan bisa menjauhkan dirinya dari setan, membuat setan putus asa. membuat ridha Rabbnya, menyenangkan temannya sendiri, menyusahkan musuhnya, menolong saudara-saudaranya dan menghibur mereka sebelum mereka menghiburnya. Itulah sikap teguh dan kesempurnaan teragung. Bukan malah menampar-nampar pipi, menyobek-nyobek pakaian, menyumpahnyumpah dan memaki takdir.

 

Kiat lainnya adalah dengan menyadari bahwa kesabaran dan harapan akan pahala menimbulkan kelezatan dan kesenangan yang menyusul kemudian, jauh lebih banyak daripada yang bisa diperoleh dengan tidak datangnya musibah menghilangkan apa yang dia miliki.

 

Cukup bagi dirinya untuk mendapatkan Baitul Hamdi”” yang dibangun di Surga-Nya atas pujiannya kepada Allah dan istirja yang diucapkannya saat tertimpa musibah. Coba lihat, musibah mana yang lebih besar: musibah dunia yang sementara atau musibah hilangnya Baitul Hamdi di dalam Surga yang abadi?

 

Dalam Sunan At-Tirmidzi disebutkan secara marfu’:

 

“Ada segolongan manusia di Hari Kiamat nanti yang berharap andaikan kiranya di dunia dahulu kulit mereka dikuliti saja dengan pisau pengulit di dunia ini, karena mereka melihat betapa besarnya pahala yang diterima oleh mereka yang mendapatkan musibah di dunia.”

 

Ada kalangan ulama As-Salaf yang menyatakan, “Kalau tidak ada musibah di dunia ini, tentu kita akan datang di Hari Kiamat nanti dalam keadaan bangkrut.”

 

Di antara kiat penyembuhan terhadap penyakit ini adalah dengan menentramkan hati melalui harapan memperoleh pengganti dari Allah. Karena segala sesuatu pasti ada gantinya, kecuali Allah, tidak ada yang bisa menggantikan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam syair:

 

“Segala sesuatu ada penggantinya meskipun hilang dari tangan kita, namun tidak ada pengganti untuk Allah bila kita menyia-nyiakan hak-Nya.”

 

Kiat lain, dengan menyadari bahwa jatah yang kita terima dari datingnya musibah itu adalah sikap kita terhadapnya. Bila kita meridhainya, kita akan mendapatkan pahala ridha. Kalau kita mengutuknya, kita akan mendapatkan dosa mengutuknya. Kita hanya mendapatkan sesuatu dari sikap kita saja, tinggal pilih yang terbaik dari sikap itu atau yang terburuk. Kalau musibah itu menyebabkan seseorang kecewa bahkan menjerumuskannya pada kekafiran, maka ia akan tertulis dalam Catatan orang-orang yang binasa. Kalau menyebabkan rasa sedih dan menyebabkan seseorang lalai menjalankan kewajiban, atau menyebabkannya terjerumus dalam perbuatan haram, ia akan tercatat dalam golongan orang-orang yang lalai. Kalau musibah itu menyebabkan seseorang kehilangan kesabaran dan selalu mengeluh, maka ia akan tercatat sebagai golongan orang-orang yang rugi. Kalau menyebabkan seseorang menentang Allah atau mencela Hikmah-Nya, berarti ia telah mengetuk pintu kezindigan atau memasukinya. Namun kalau musibah itu menimbulkan kesabaran dan ketabahan, niscaya ia akan tercatat (dalam golongan orang-orang yang sabar. Dan apabila menyebabkan dirinya ridha, maka ia akan tercatat) dalam golongan orang-orang yang ridha. Kalau menimbulkan pujian dan rasa syukur, maka ia akan tercatat dalam kalangan orang-orang yang bersyukur. Ia akan berdiri di bawah panji Al-Hamdu bersama kalangan orang-orang yang banyak memuji. Kalau menimbulkan cinta kasih dan rasa rindu untuk berjumpa dengan Allah, ia akan tercatat dalam golongan orang-orang yang cinta kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya.

 

Dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan At-Tirmidzi diriwayatkan dari hadits Mahmud bin Labid secara marfu’:

 

“Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, niscaya Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridha (dengan cobaan itu), maka baginya keridhaan Allah. Dan, barangsiapa tidak ridha, maka baginya kemurkaan (Allah).”

 

Imam Ahmad menambahkan:

 

“Dan barangsiapa yang merasa gundah, maka baginya kegundahan.” Kiat lainnya adalah dengan menyadari bahwa kalaupun seseorang berduka lara hingga sampai pada puncak kedukaan, akhirnya ia terpaksa bersabar juga. Namun kesabaran semacam itu sama sekali tidak terpuji dan tidak mendapat pahala.

 

Sebagian ahli hikmah menyatakan: Orang yang berakal dapat berbuat pada hari pertama terjadinya musibah seperti yang diperbuat oleh orang bodoh beberapa hari kemudian. Orang yang tidak bersabar dengan kesabaran orang-orang mulia, maka ia akan bergembira seperti kegembiraan hewan ternak.”

 

Dalam Ash-Shahih diriwayatkan secara marfu’:

 

“Kesabaran yang sesungguhnya adalah pada saat benturan musibah pertama kali.” Al-Asy’ats bin Qais menyatakan, “Kalau engkau bersabar dengan iman dan berharap pahala, itu akan baik bagi kita. Kalau tidak, kita hanya akan bergembira seperti layaknya hewan ternak.”

 

Di antara kiat penyembuhan lainnya adalah dengan menyadari bahwa obat yang paling manjur buat seseorang adalah melakukan segala yang sesuai dengan yang disukai oleh Allah dan diridhai-Nya. Ciri khas dan rahasia cinta kasih adalah melakukan hal yang sesuai dengan kehendak yang dicintai. Orang yang mengakui mencintai orang lain namun ia membenci hal yang disukai oleh orang yang dicintainya. dan ia justru menyukai hal yang dibenci oleh orang yang dicintainya. maka ia telah membuktikan sendiri bahwa cintanya itu palsu, bahkan sebenarnya ia membenci orang tersebut.”

 

Abu Darda menyatakan, “Apabila Allah memutuskan suatu perkara, Allah senang bila keputusannya itu diterima dengan ridha.”

 

Imran bin Hushain menyatakan dalam Al-Illah, “Yang paling kucintai adalah yang paling dicintai oleh Allah.” Demikian juga dinyatakan oleh Abu Al-Aliyyah.

 

Semua obat dan terapi ini hanya berguna bagi orang-orang yang mencintai Allah, tidak bisa setiap orang menggunakannya sebagai terapi dan obat.

 

Kiat terapi lain adalah dengan menimbang antara dua kelezatan dan dua kenikmatan, mana yang lebih besar di antara keduanya dan mana yang lebih kekal: kelezatan sesuatu yang hilang karena musibah yang dialaminya, atau kelezatan pahala Allah baginya bila bersabar. Bila salah satu dari keduanya sudah diyakini lebih kuat, hendaknya ia memuji Allah atas taufig-Nya itu. Kalau ia memilih yang lebih kecil dari segala sisi, maka sadarilah bahwa musibahnya terhadap akal, hati, dan agamanya, lebih besar daripada musibah yang dialaminya di dunia.

 

Kiat lain terhadap musibah adalah dengan menyadari bahwa yang memberi musibah itu kepadanya adalah Allah yang Mahabijaksana, Rabb dari segala makhluk yang bijak, Ar-Rahman, Rabb dari segala makhluk yang penuh rahmat. Dan juga menyadari bahwa Allah mengirimkan musibah itu kepadanya bukan untuk membinasakannya, bukan untuk menyiksanya dan juga bukan untuk menyakitinya. Tetapi Allah memberikan cobaan itu untuk menguji kesabaran, keridhaan dan keimanannya. Agar Allah mendengar doa dan penyerahan dirinya kepada-Nya, agar ia bersimpuh di depan pintu-Nya, dengan mengharapkan rahmat-Nya, memasrahkan kehancuran hatinya di hadapan-Nya, dan menyampaikan keluh kesah kepada-Nya.

 

Syaikh Abdul Qadir berpesan, “Hai anakku! Sesungguhnya musibah Hu tidak datang untuk membinasakanmu, namun muncul untuk menguji kesabaran dan imanmu. Hai anakku! Takdir itu ibarat binatang buas, dan binatang buas itu tidak mau memakan bangkai.”

 

Artinya. bahwa musibah itu ibarat peniup api pandai besi di tangan seorang hamba untuk mencairkan amalannya, yang bisa jadi akan berubah menjadi emas kuning kemerahan atau berubah menjadi benda busuk tak berguna. Seperti diucapkan dalam syair:

 

“Kami telah mencairkan benda yang kami kira logam mulia, ternyata peniup api itu membuktikan bahwa benda itu hanya besi busuk belaka.”

 

Kalau peniup api itu tidak berguna baginya di dunia ini, masih ada lagi peniup api terbesar yang menantinya di depan mata. Kalau seorang hamba mengetahui bahwa masuknya dia dalam perapian atau tungku api dunia dan tempat pencairan amal di dunia itu lebih baik, dan bahwa ia pasti akan mendapatkan satu dari dua peniup api, di dunia atau di akhirat. maka hendaknya ia menyadari kadar kenikmatan Allah dengan tungku dunia itu baginya.

 

Di antara terapi lain adalah dengan menyadari bahwa kalau bukan musibah dan cobaan di dunia ini, tentu seorang hamba akan terkena penyakit ujub dan takabbur, bahkan bisa menimbulkan Fir’aunisme dan kebekuan dalam hatinya. Kesemuanya itu menjadi penyebab kebinasaannya cepat atau lambat. Di antara rahmat dari Allah Ar-Rahman terhadap hamba-Nya adalah dengan terus memantaunya melalui berbagai bentuk musibah sebagai ‘obat hati’-nya sehingga bisa mencegah mereka dari berbagai penyakit. memelihara kesehatan peribadatan mereka kepada Allah serta mengenyahkan berbagai unsur busuk, jelek dan mematikan dari hati mereka. Mahasuci Allah yang selalu memberikan rahmat melalui cobaan-Nya, memberi cobaan melalui kenikmatan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam syair:

 

“Terkadang melalui cobaan Allah memberikan kenikmatannya, betapapun besarnya cobaan itu. Namun terkadang melalui kenikmatan Allah justru memberikan ujiannya terhadap kaum tertentu.”

 

Kalau Allah tidak mengobati para hamba-Nya melalui cobaan dan bala, niscaya mereka akan melampaui batas, berbuat semena-mena dan tidak mengenal aturan. Bila Allah menginginkan kebaikan bagi hambaNya, Allah akan mencurahkan obat kepada mereka berupa ujian dan cobaan sesuai dengan kondisinya, untuk mengenyahkan berbagai penyakit mematikan yang mereka idap. Bila seorang hamba sudah ditempa. dicuci dan dibersihkan dengan berbagai cobaan, berarti ia sudah layak mendapatkan kedudukan dunia yang paling terhormat, yakni sebagai seorang hamba sejati, bahkan juga mendapatkan pahala akhirat yang terbesar, yakni melihat wajah Allah dan dekat dengan-Nya.

 

Kiat lain untuk mengobati penyakit musibah adalah dengan menyadari bahwa kepahitan dunia itu sendiri adalah kemanisan untuk akhirat. Demikianlah Allah membolak-balikkan keduanya. Kemanisan dunia justru akan menjadi kepahitan akhirat. Beralih dari kepahitan yang terbatas menuju kemanisan yang abadi itu lebih baik daripada kebalikannya.

 

Kalau masih juga belum jelas. kita bisa mencermati ucapan Nabi Muhammad  yang jujur lagi dapat dipercaya:

 

“Surga itu ditopang dengan hal-hal yang dibenci oleh nafsu, sementara Neraka itu ditopang dengan hal-hal yang disukai oleh syahwat.”

 

Untuk memahami konteks ini akal manusia memang bertingkattingkat, dan demi memahaminya terkuaklah hakikat seorang manusia sejati. Kebanyakan orang lebih mendahulukan kenikmatan sementara daripada kebahagiaan abadi yang tidak pernah terputus, sehingga mereka tidak mampu menahan kepahitan sejenak demi kenikmatan selamanya, menghinakan diri sebentar demi kemuliaan abadi, atau menahan cobaan sesaat demi keselamatan tak terbatas. Karena yang tampak oleh mata itulah yang ada menurut mereka, sementara yang akan datang hanyalah fatamorgana. Karena keimanan mereka sudah lemah dan syahwat sudah demikian menguasai diri mereka. Dari situlah lahir kecenderungan mendahulukan kehidupan dunia dan menolak kehidupan akhirat.

 

Itulah halnya pandangan terhadap realitas hanya dari berbagai manifestasi yang terlihat pada banyak perkara dari dasar hingga prinsip-prinsipnya saja. Adapun pandangan tajam yang bisa menembus segala realitas terbatas, pasti akan bisa mencapai berbagai akibat dan tujuan dari segala realitas yang ada, sehingga kesimpulannya akan berbeda.

 

Cobalah kita mengajak diri kita sendiri untuk mencari apa yang telah dipersiapkan oleh Allah untuk orang-orang yang taat berupa kenikmatan yang kekal serta kebahagiaan yang sejati di samping juga kejayaan yang terbesar, lalu mencari apa yang Allah persiapkan pula untuk orang-orang yang lalai dan kurang amalan berupa kehinaan dan siksa serta kekecewaan yang berkepanjangan. Setelah itu pilihlah antara dua hal tersebut yang paling sesuai dengan diri kita. “Masing-masing akan beramal sesuai dengan keahliannya.” Masing-masing orang akan mengejar apa yang sesuai dengan karakter dirinya atau apa yang lebih layak buat dirinya. Maka jangan anggap remeh bentuk terapi seperti ini, karena baik tenaga medis maupun pasien sendiri amatlah perlu menjabarkan persoalan ini. Semoga Allah memberikan taufiq-Nya.

 

 

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim terdapat hadits Ibnu Abbas  bahwa Rasulullah  saat tertimpa kesusahan biasa berdoa:

 

“Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah yang Mahaagung dan Mahalembut. Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah, Rabb dari Arsy yang agung. Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah, Rabb dari langit (yang tujuh“), Rabb dari bumi serta Rabb dari Arsy yang mulia.”

 

Dalam Jami’ At-Tirmidzi diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah  apabila merasa bersedih karena suatu hal, beliau mengucapkan:

 

“Ya Allah Al-Hayyu (Yang Mahahidup), Al-Qayyum (Yang Maha Terjaga), dengan rahmat-Mu aku memohon keselamatan.”

 

Riwayat lain dari Abu Hurairah bahwa apabila Rasulullah mengalami kegundahan karena suatu hal. beliau memandang ke arah langit sambil berkata: 

 

“Mahasuci Allah yang Mahaagung.”

 

Namun bila beliau bersungguh-sungguh sekali dalam doanya, beliau mengucapkan:

 

“Ya Hayyu ya Qayyum.”

 

Dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa Rasulullah bersabda:

 

“Doa untuk menghadapi musibah adalah sebagai berikut:

 

“Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri biarpun sekejap mata. Perbaikilah segala urusanku, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau.”

 

Dalam masalah yang sama juga diriwayatkan dari Asma binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah  pernah berkata kepadaku, “Maukah engkau kuajarkan beberapa kata yang berguna untuk diucapkan pada saat kesusahan atau di tengah musibah:

 

“Ya Allah ya Rabbi, aku tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kalimat itu diulang hingga tujuh kali. Sementara dalam Musnad Imam Ahmad dari Ibnu Mas’ud diriwayatkan dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Bila seorang hamba tertimpa kesedihan atau duka lara, lalu ia berkata, “Ya Allah, aku ini adalah hamba-Mu (dan anak hambaMu”), dan anak dari hamba perempuan-Mu: ubun-ubunku berada di tangan-Mu, berjalan di atas (selalu mengikuti) hukum-Mu Yang Engkau Mahaadil takdir-Mu: aku memohon kepada-Mu melalui setiap nama-Mu yang Engkau sebutkan sendiri atau engkau cantumkan dalam Kitab-Mu, atau engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau Engkau sembunyikan di alam keghaibanMu, agar Engkau menjadikan Al-Qur’an ini sebagai penyejuk hatiku, cahaya dalam dadaku, pelenyap kesedihanku, penghilang kegundahanku. Bila seorang hamba melakukan itu, pasti kesedihan dan kedukaannya akan lenyap dan berganti dengan kegembiraan.”

 

Dalam At-Tirmidzi diriwayatkan dari Saad bin Abi Waggas menceritakan: Rasulullah  bersabda, “Doa Dzun Nun (Nabi Yunus) saat masih berada dalam perut ikan paus adalah sebagai berikut:

 

“Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau, Mahasuci Engkau: sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang zhalim.”

 

Setiap Muslim berdoa dengan doa tersebut, pasti akan dikabulkan.” Dalam riwayat lain, “Sungguh aku mengetahui sebuah ucapan yang setiap kali orang yang terkena musibah mengucapkannya, pasti Allah akan membebaskannya dari musibah tersebut. Yakni ucapan Nabi saudaraku, Yunus.”

 

Dalam Sunan Abu Daud”? diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri diriwayatkan bahwa ia menceritakan: (Rasulullah suatu hari masuk masjid. Tiba-tiba ia melihat seorang lelaki Al-Anshar yang dikenal bernama Abu Umamah. Beliau berkata:) “Hai Abu Umamah, kenapa kulihat engkau berada di masjid di luar waktu shalat?” Abu Umamah menjawab. “Aku tersiksa karena kesedihan dan utang, wahai Rasulullah!” Rasulullah berkata, “Maukah engkau aku ajarkan kata-kata yang bila engkau ucapkan niscaya Allah  akan menghilangkan kesedihan-kesedihanmu dan menyelesaikan utangmu.” Abu Umamah menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Rasulullah  bersabda, “Ucapkanlah di waktu pagi dan petang:

 

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan kezhaliman orang lain.”

 

Abu Umamah berkata, “Lalu doa itu kulakukan, dan Allah pun melenyapkan kesedihan dan utang yang melilitku.”

 

Dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa yang selalu beristighfar, Allah akan memberikan penyelesaian dari segala kesulitannya, dan jalan keluar dari setiap kesempitannya serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

 

Dalam Al-Musnad disebutkan bahwa Nabi  apabila bersedih karena suatu perkara, beliau melakukan shalat. Karena Allah berfirman, “… ambillah pertolongan dari kesabaran dan shalat …”

 

Sementara dalam As-Sunan diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Hendaknya kalian berjihad, karena jihad akan membuka pintu Surga. Dan dengan jihad, Allah akan menghilangkan kesedihan dan kedukaan hati …”

 

Sementara dalam As-Sunan diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa yang banyak bersedih dan berduka, hendaknya ia memperbanyak membaca Laa haula wa laa quwwata illa billah.”

 

Diriwayatkan juga dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim bahwa kalimat itu merupakan salah satu harta karun Surga. Sementara dalam Sunan At-Tirmidzi disebutkan bahwa kalimat itu adalah salah satu pintu Surga.”

 

Berikut ini beberapa jenis obat yang terdiri dari lima belas macam jenis obat. Kalau penyakit sedih dan duka itu tidak juga hilang dengan Obat-obat itu, maka berarti penyakitnya sudah kronis dan sudah mengakar kuat sehingga perlu dilakukan pengurasan secara total:

 

  1. Dengan tauhid Rububiyah.
  2. Dengan tauhid Uluhiyah.
  3. Dengan tauhid Ilmiyah dan I’tiqadiyah (keyakinan tauhid secara ilmiah dan secara imani).
  4. Dengan mensucikan Allah dari keyakinan bahwa Allah menzhalimi hamba-hambaNya atau menyiksa mereka tanpa sebab dari si hamba sendiri yang mengharuskan dirinya disiksa.
  5. Dengan pengakuan dari seorang hamba bahwa dirinya telah berbuat zhalim.
  6. Dengan tawasul kepada Allah melalui hal yang paling disukai-Nya, yakni melalui asma dan sifat-Nya. Di antara asma dan sifat yang paling meliputi pengertian tersebut adalah Al-Hayyu dan Al. Qayyum.
  7. Dengan memohon pertolongan kepada Allah semata.
  8. Dengan pengakuan seorang hamba terhadap Allah melalui harapan kepada-Nya.
  9. Merealisasikan tawakal. penyerahan diri kepada Allah dan pengakuan terhadap-Nya bahwa nyawanya berada di tangan Allah. Allah-lah yang berhak untuk memperlakukannya sesuai kehendak-Nya. Allah akan tetap memutuskan segala sesuatu dan seorang hamba hanya akan mengikuti takdir-Nya saja.
  10. Menenangkan jiwanya dalam taman Al-Quran, menjadikan AlQur’an itu ibarat musim semi yang sejuk bagi makhluk hidup, menerangi diri dengan cahaya Al-Qur’an (menghadapi kegelapan”) dari syahwat dan syubhat. Juga menghibur diri melalui Al-Guran dari segala kehilangan, dari segala musibah, lalu menjadikan AlQur’an itu sebagai obat dalam dadanya sehingga menjadi bersih dari kesedihan, menjadi lenyap segala kedukaan dan kegundahan.
  11. Beristighfar.
  12. Bertaubat.
  13. Berjihad.
  14. Melaksanakan shalat.
  15. Menyelamatkan diri dari segala bentuk daya dan kekuatan serta menyerahkan keduanya kepada Allah yang ditangan-Nya segala bentuk daya dan kekuatan.

 

 

 

Allah menciptakan umat manusia berikut seluruh anggota tubuh mereka dengan masing-masing memiliki kesempurnaan tersendiri. Bila kesempurnaan itu lenyap, pasti seseorang akan merasa sakit. Selain itu Allah juga menciptakan kesempurnaan pada penggerak organ tubuh, yakni hati. Bila kesempurnaan hati lenyap. maka timbullah rasa sakit dan bahkan penyakit itu sendiri, seperti rasa gundah, sedih, dan murung.

 

Kalau mata kehilangan potensi daya lihatnya, atau telinga kehilangan potensi daya dengarnya, dan (lidah) kehilangan potensi kemampuan bicaranya, berarti seluruh organ itu kehilangan kesempurnaannya.

 

Hati diciptakan untuk dapat mengenal Penciptanya, rasa cinta dan tauhid kepada-Nya, kegembiraan bersama Allah, keceriaan karena cinta kepada Allah, merasa ridha kepada-Nya, bertawakal, memberikan kasih dan benci untuk kemuliaan-Nya, memusuhi siapa pun karena-Nya serta selalu berdzikir kepada-Nya. Menjadikan”? Allah sebagai yang lebih dicintai dari segala sesuatu, lebih diharapkan dari segala sesuatu, lebih agung dalam hatinya dari segala sesuatu. bahkan tidak ada kenikmatan, kegembiraan, dan kelezatan serta kehidupan kecuali dengan pertolongan-Nya.

 

Semua itu baginya tak ubahnya seperti makanan, kesehatan dan hidup itu sendiri. Orang yang kehilangan makanan, kesehatan atau hidupnya, pasti akan diserang oleh kesedihan, duka dan kemurungan dari berbagai arah. Bahkan jiwanya bagai tergadaikan saja.

 

Penyakit paling parah bagi hati adalah penyakit syirik, dosa, kelalaian, atau sikap meremehkan kecintaan dan keridhaan Allah, enggan bertawakal kepada-Nya serta amat jarang bersandar kepadaNya, lebih cenderung kepada selain-Nya, kecewa menghadapi takdirNya, atau merasa ragu terhadap janji dan ancaman-Nya.

 

Bila kita mencermati berbagai bentuk penyakit hati tersebut, kita akan mendapatkan bahwa segala bentuk persoalan ini dan berbagai persoalan sejenisnya adalah penyebab dari berbagai penyakit tersebut. Bahkan hanya itulah penyebabnya. Maka obat satu-satunya adalah yang terkandung dalam terapi kenabian yang berupa hal-hal yang menjadi antinya. Karena penyakit itu bisa dihilangkan dengan antinya sementara kesehatan tubuh itu bisa dipelihara dengan hal yang serasi dengan nilai kesehatan. Kesehatan juga bisa dipelihara melalui berbagai terapi kenabian. Sementara penyakit itu memang harus dilawan dengan antinya.

 

Tauhid bisa membuka pintu kebajikan, kegembiraan, kelezatan, keceriaan dan rasa suka pada diri seorang hamba. Taubat dapat menguras segala bentuk materi dan unsur berbahaya yang menjadi penyebab penyakit, lalu memberikan prevensi terhadap penyakit lain. Pintu kebahagiaan dan kebaikan akan dibuka untuk seorang hamba dengan tauhid, dan pintu kejahatan akan ditutup melalui taubat dan istighfar.

 

Kalangan ahli medis klasik sering menyatakan, “Siapa pun yang ingin bertubuh sehat, hendaknya makan dan minum sedikit saja. Siapa saja yang ingin berhati sehat, hendaknya ia meninggalkan dosa-dosa.”

 

Tsabit bin Qurrah menandaskan, “Tubuh akan merasa nyaman dengan sedikit makanan. Jiwa akan menjadi tentram dengan sedikit berbuat dosa. Sementara lidah akan merasa enak bila sedikit berbicara.”

 

Dosa itu ibarat racun bagi hati. kalaupun tidak sampai membunuhnya. paling tidak melemahkannya, dan itu pasti. Kalau stamina hati sudah lemah, ia tidak akan mampu menolak penyakit. Abdullah bin Mubarak sang dokter jiwa Islam menyatakan: “Kulihat dosa itu mematikan jiwa, kecanduan dosa akan menjadikan pelakunya menjadi hina. Meninggalkan dosa berarti menghidupkan hati pelakunya, maka yang terbaik adalah meninggalkan segala bentuk dosa.” Pada dasarnya hawa nafsu adalah penyakit hati yang paling parah. Melawan hawa nafsu adalah obatnya yang paling manjur. Karena pada dasarnya jiwa manusia itu diciptakan dalam keadaan jahil dan suka berbuat zhalim (dengan kejahilannya itu)”‘ jiwa manusia menganggap bahwa kesembuhan bisa dicapai dengan memperturutkan hawa nafsu. Padahal justru itu adalah penyebab kerusakan dan kebinasaan jiwa. Dengan kezhalimannya, jiwa tidak bisa menerima nasihat seorang dokter lagi. Bahkan ia menjadikan penyakit seperti obat yang akhirnya dengan sengaja dikonsumsinya, lalu menjadikan obat seperti penyakit sehingga justru dijauhi. Dengan memilih penyakit dan menjauhi obat, muncullah berbagai macam penyakit dan wabah yang membuat pusing kalangan medis bahkan nyaris tidak bisa disembuhkan. Yang lebih parah lagi, kejadian itu dijadikan alasan untuk mengkambing hitamkan takdir, menganggap suci diri sendiri dan secara tidak langsung mengecam kondisi sendiri bahkan kecaman itu semakin menjadi-jadi sehingga secara terus terang lisannya mengecam Allah.

 

Kalau seorang pasien sudah mencapai kondisi demikian, maka janganlah ia” mengharapkan kesembuhannya, kecuali bila ia mendapatkan rahmat dari Rabb-nya yang memberikan kepadanya kehidupan yang baru, menganugerahkan kepadanya metode penyembuhan yang baik. Oleh sebab itu hadits Ibnu Abbas dalam doa menghadapi musibah mengandung nilai tauhid Uluhiyah dan Rububiyah serta penyebutan sifat Allah sebagai Yang Mahaagung dan Mahalembut. Kedua sifat itu memang saling melengkapi karena kekuasaan Allah yang Mahasempuma, karena rahmat, ihsan dan pengampunan Allah, juga penyebutan sifat Rububiyah Allah terhadap alam semesta yang berwujud makro ataupun mikro termasuk Arsy yang menjadi atap seluruh makhluk sekaligus sebagai makhluk terbesar. Sifat Rububiyah yang sempurna mengandung konsekuensi mentauhidkan Allah, bahwa tidak ada yang berhak diibadahi. dicintai, ditakuti, diharapkan, diagung-agungkan dan ditaati kecuali Allah. Keagungan Allah yang bersifat mutlak mengharuskan ditetapkannya segala sifat kesempurnaan bagi Allah serta menolak segala bentuk kekurangan dan penyerupaan Allah dengan makhlukNya, Kemahalembutan Allah mengharuskan adanya kesempurnaan rahmat, kebaikan dan ihsan terhadap makhluk-Nya.

 

Ilmu hati adalah bila hati mengenal semua itu sehingga menimbulkan cinta kasih, pengagungan dan tauhid kepada Allah. Akhirnya ia bisa mendapatkan kebahagiaan, kelezatan dan kegembiraan. Semua itu dapat menolak rasa sakit akibat musibah. kesedihan dan kemurungan. Kita bisa saksikan orang sakit yang bila mendapatkan hal-hal yang menggembirakan, menyenangkan dan menguatkan jiwanya, ternyata tubuhnya menjadi kuat dalam menolak penyakit fisik. Maka kesembuhan penyakit hati itu sendiri tentunya lebih memungkinkan lagi.

 

Kalau kita memperbandingkan antara sempitnya musibah dan luasnya segala gambaran di atas yang terkandung dalam inti doa menahan musibah, pasti kita akan mendapatkan persesuaian dalam upaya melapangkan musibah tersebut serta mengeluarkan hati menuju suasana lapang, ceria dan berbahagia. Semua hal tersebut akan dapat diyakini oleh orang yang hatinya tersinari cahaya, jiwanya sudah betulbetul mengenal hakikat.

 

Selain itu, doa: “Wahai Yang Mahahidup. dengan rahmat-Mu aku memohon keselamatan, ternyata memiliki pengaruh juga untuk menyembuhkan penyakit secara ajaib sekali. Karena sifat “hidup’ mengandung gambaran dari seluruh sifat-sifat kesempurnaan yang harus dimiliki oleh “yang hidup’. Oleh sebab itu asma Allah yang terbesar yang bila digunakan saat berdoa akan mempermudah doa itu terkabul dan bila digunakan saat memohon menyebabkan permohonan itu juga mudah terpenuhi, adalah A/l-Hayyu Al-Oayyum. Hidup yang sempurna, tentu saja menjadi lawan dari sakit dan wabah. Oleh sebab itu karena kehidupan para ahli Surga memang sempurna, maka mereka tidak mengalami rasa sedih, kemurungan dan kesusahan hati bahkan juga tdak menderita suatu penyakit apapun. Hidup yang kurang sempurna, akan membahayakan aktivitas”! juga dan menyebabkan kemampuan untuk terjaga berkurang. Sementara kesempurnaan seseorang untuk tetap terjaga juga menunjukkan kesempumaan hidupnya. Yang hidup secara sempurna dan absolut tentunya tidak akan (kehilangan) sifat kesempurnaan lain sama sekali. Yang selalu terjaga berarti tidak akan kesulitan melakukan segala perbuatan yang mungkin. Mengambil wasilah atau perantaraan dari sifat Allah Al-Hayyu dan Al-Jayyum tentunya berpengaruh melenyapkan yang bertentangan dengan kehidupan serta membahayakan aktivitas.

 

Kasus yang hampir sama ketika Nabi bertawasul kepada Rabb-nya dengan sifat Rububiyah-Nya terhadap Jibril, Mikail dan Israfil agar memberikan kepada beliau hidayah dalam perkara yang diperselisihkan umat manusia dengan izin-Nya. Allah menugaskan ketiga malaikat tersebut mengurus kehidupan. Jibril diberikan tugas untuk menyampaikan wahyu yang merupakan kehidupan hati. Mikail diberi tugas oleh Allah untuk mengurus hujan yang menjadi kehidupan manusia dan hewan. Sementara Israfil diberi tugas untuk meniup sangkakala yang menjadi sebab hidupnya seluruh makhluk dan kembalinya arwah-arwah ke dalam jasadnya. Bertawasul kepada Allah dengan sifat RububiyahNya terhadap tiga malaikat yang diberi tugas mengurus kehidupan itu tentunya berpengaruh mewujudkan apa yang dimohon seseorang.

 

Sasaran pembahasan di sini adalah bahwa asma Allah Al-Hayyu Al-Qayyum memiliki pengaruh secara khusus dalam pengabulan doa seseorang serta pencegahan terhadap berbagai bencana.

 

Dalam As-Sunan dan Shahih Abi Hatim diriwayatkan secara marfu’, “Asma Allah yang paling agung ada pada dua ayat berikut:

 

“Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa: Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (AlBagarah: 163)

 

Dan juga pada awal surat Ali Imran:

 

“Alif laam miim. Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya… “ (Ali Imran: 1-2)

 

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini shahih.” Dalam As-Sunan dan Shahih Ibnu Hibban juga diriwayatkan hadits Anas: –

 

“Ada seorang lelaki yang berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu bahwa segala puji adalah bagi-Mu, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau Yang Maha Memberikan karunia, Pencipta langit dan bumi, wahai Yang Mahaagung lagi Mahamulia, wahai Al-Hayyu Al-Gayyum.’ Maka Nabi  bersabda: “Ia berdoa kepada Allah dengan perantaraan asma Allah yang paling agung yang bila digunakan untuk berdoa niscaya doanya terkabul, dan bila digunakan untuk memohon niscaya permohonannya terpenuhi.”

 

Oleh sebab itu apabila Nabi bersungguh-sungguh dalam berdoa, beliau mengucapkan, “Wahai Al-Hayyu Al-Qayyum.”

 

Ucapan beliau dalam doa:

 

“Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri biarpun sekejap mata. Perbaikilah segala urusanku, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau.”

 

Doa tersebut mengandung pembuktian sikap berharap-harap dari Yang Memiliki segala kebaikan di kedua tangan-Nya, tidak menyerahkan si hamba kepada dirinya sendiri. namun menyerahkan urusan hanya kepada-Nya dengan bertauhid kepada-Nya yang tentunya kesemua itu memiliki pengaruh kuat untuk menolak penyakit.

 

Demikian juga doa:

 

“Allah adalah Rabbku, aku tidak menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu.”

 

Adapun hadits Ibnu Mas’ud yang artinya, “… sesungguhnya aku adalah hamba-Mu dan anak dari hamba-Mu.” Hadits ini mengandung berbagai makrifat ilahiyah dan rahasia penghambaan diri manusia yang tidak dapat dijelaskan dalam buku ini. Hadits ini mengandung pengakuan seorang hamba terhadap kehambaan dirinya, penghambaan ayah dan ibunya, dan bahwa ubun-ubunnya sekalipun berada dalam kekuasaan Allah sehingga bisa digerakkan oleh Allah sekehendak-Nya. Seorang hamba tidak memiliki kemampuan untuk menguasainya tanpa izin-Nya, untuk memberi manfaat, mudharat, mematikan, menghidupkan atau membangkitkan. Karena saat ubun-ubun seseorang berada di tangan Allah. berarti si hamba itu tidak memiliki kemampuan mengurus perkaranya sendiri, bahkan sebaliknya ia selalu berada dalam genggaman Allah. tunduk di bawah kekuasaan-Nya.

 

Adapun sabda beliau. “… mengikuti keputusan-Mu, Yang Engkau Mahaadil dalam takdir-Mu.” yakni mencakup dua hal penting yang menjadi poros tauhid: Pertama: Pengakuan takdir, dan bahwa hukum atau keputusan Allah itu pasti akan berlaku bagi hamba-Nya. pasti akan terjadi atas dirinya, tidak akan terlepas sama sekali dan tidak ada jalan untuk menghindarinya.

 

Kedua: Bahwa Allah itu bersikap Mahaadil dalam segala keputusan-Nya, tidak sedikit pun menzhalimi hamba-hambaNya. Allah tidak pernah keluar dari konsekuensi sebagai Yang Mahaadil dan Yang Maha Berbuat Ihsan. Karena faktor penyebab kezhaliman adalah karena orang yang berbuat zhalim itu merasa perlu berbuat kezhaliman, atau karena ia bodoh dan pandir. Dan faktor itu tidak mungkin dimiliki oleh Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Yang Mahakaya dan juga tidak membutuhkan segala sesuatu, bahkan segala sesuatu yang selalu membutuhkan-Nya. Faktor itu juga tidak berlaku bagi Yang Maha Bijaksana, dimana tidak ada sebiji zarrah pun segala makhluk yang ada di bawah takdirnya yang dapat keluar dari kebijaksanaan dan bahkan selalu memuji-Nya. mereka semua juga tidak akan mampu keluar dari takdir dan kehendak-Nya. Hukum Allah pasti akan berlaku sesuai kehendak dan takdir-Nya. Oleh sebab itu Nabi Hud  menegaskan saat kaumnya menakut-nakuti beliau kepada tuhan-tuhan mereka:

 

“Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu”. Hud menjawab, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus.” (Huud: 54-56)

 

Yakni meskipun Allah menguasai para hamba dan memperlakukan mereka sekehendak-Nya. Allah tetap dalam jalan yang lurus, hanya berbuat dengan keadilan dan kebijaksanaan. dengan ihsan dan rahmat. Sedangkan ucapan beliau, “… selalu mengikuti keputusan-Mu.” sesuai dengan firman Allah di atas. “Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya …”

 

Sementara ucapan. “… selalu Mahaadil dalam takdir-Mu …” sesuai dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus.”

 

Kemudian bertawasul dengan menyebut asma Allah yang Allah sebutkan sendiri untuk diri-Nya, ada yang diketahui oleh para hamba dan ada yang tidak mereka ketahui. ada juga yang Allah simpan di alam keghaiban-Nya sehingga tidak diketahui oleh malaikat yang dekat sekalipun atau seorang Nabi yang diutus sebagai rasul sekalipun. Itu adalah wasilah (sarana) terbaik dan paling disukai oleh Allah bahkan yang paling memudahkan untuk mencapai apa yang menjadi permohonan.

 

Kemudian seorang hamba bisa memohon kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an yang merupakan penyejuk hati, seperti musim semi yang menjadi penyejuk bagi makhluk hidup. Demikianlah Al-Qur’an itu menjadi penyejuk bagi hati, menjadikan Al-Qur’an sebagai penyembuh bagi kemurungan dan kesedihannya. Sehingga fungsinya bisa menjadi obat yang mengusir penyakit dan mengembalikan stamina, kesehatan dan kestabilan tubuh. Bisa berfungsi mensterilkan jiwa dari kesedihan seperti halnya zat pembersih yang mensterilkan barang dari karat dan kotoran atau sejenisnya. Penyembuhan ini akan semakin optimal? bila si pasien meyakini khasiatnya untuk menghilangkan penyakitnya serta memberikan kepadanya kesembuhan yang sempurna, kesehatan dan stamina prima. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

Sementara doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) di atas mengandung kesempurnaan tauhid dan pensucian Allah, Rabb  serta pengakuan seorang hamba terhadap kezhaliman dan dosa dirinya sendiri. Itu merupakan obat terbaik untuk mengusir bencana, kesedihan dan kemurungan, bahkan juga merupakan sarana terbaik kepada Allah untuk menyelesaikan kebutuhan-Nya. Karena tauhid dan pensucian Allah mencakup penetapan segala bentuk kesempurnaan bagi Allah, menolak berbagai bentuk aib dan kekurangan bagi Allah atau penyerupaan Allah dengan segala sesuatu. Pengakuan terhadap kezhaliman diri sendiri juga mengandung keimanan seorang hamba terhadap ajaran syariat, pahala dan siksa. sehingga menimbulkan rasa takluk diri sendiri kepada Allah dan berpulang kepada-Nya serta pengakuan terhadap segala kekhilafan. pengakuan terhadap kehambaan diri dan juga kebutuhan diri kepada Allah. Sehingga di sini ada empat hal yang bisa dijadikan sebagai tawasul: Tauhid, pensucian Allah, penghambaan diri dan pengakuan terhadap dosa-dosa.

 

Adapun hadits Abu Umamah, “Ya Allah. aku berlindung kepada-Mu dari kemurungan dan kesedihan,” doa ini mengandung delapan perkara, setiap dua di antaranya berpasangan: Kemurungan dan kesedihan, ibarat dua bersaudara. Rasa lemah dan kemalasan. juga dua bersaudara. Rasa takut dan pelit atau kikir, juga dua bersaudara. Terbelit utang”” dan berada di bawah kekuasaan orang lain, juga dua bersaudara. Sesuatu yang buruk bila merasuk ke dalam hati, bila karena faktor masa lalu dapat menimbulkan huzn (kesedihan). Dan bila karena faktor yang belum terjadi, akan menimbulkan hamm (kemurungan). Dengan kedua musibah itu seorang hamba bisa kehilangan kemaslahatan yang seharusnya dia dapatkan. Bisa jadi karena ia tidak mampu atau karena lemah. Bisa juga karena kurang keinginan atau malas. Mandulnya kebaikan dan potensi yang dimilikinya sehingga tidak berguna untuk dirinya dan masyarakatnya. mungkin karena faktor pribadinya, yakni rasa takut atau karena faktor finansial. yakni kekikiran. Sementara kekuasaan orang lain terhadap diri seseorang bisa karena sebab utang, dan itu adalah kesalahan, bisa juga karena faktor kezhaliman orang lain. Hadits itu sudah memuat permohonan perlindungan dari seluruh keburukan itu.

 

Adapun pengaruh istighfar dalam menolak kemurungan dan kesedihan serta kesempitan hati adalah berdasarkan aksioma”’ yang telah diketahui oleh para agamawan dan orang-orang berakal pada setiap umat bahwa kemaksiatan dan kerusakan menyebabkan kesedihan dan kemurungan, rasa takut dan duka lara bahkan juga kesempitan dalam hati serta berbagai penyakit hati lainnya. Bahkan sebagian di antara ahli maksiat, bila sudah merasa cukup berbuat maksiat atau merasa bosan, mereka akan melakukan berbagai maksiat lain untuk menentramkan jiwa mereka dan membebaskan hati mereka dari kemurungan dan kesedihan mereka. Seorang tokoh maksiat menyebutkan”:

 

“Cawan maksiat itu kuteguk penuh kelezatan, sementara cawan lain kugunakan untuk mengobati penyakit hati.”

 

Bila demikian pengaruh dosa dan maksiat dalam hati, maka obatnya hanyalah taubat dan istighfar. Adapun shalat, fungsinya hanya untuk menentramkan dan memperkuat jiwa saja, di samping untuk melapangkan, menggembirakan dan mencapai kelezatan. Fungsi paling besar dari shalat adalah komunikasi hati dan jiwa kepada Allah, memperoleh kelezatan dengan berdzikir. menggembirakan diri dengan bermunajat kepada-Nya serta menghadap Allah dengan menggunakan seluruh anggota tubuh, kekuatan dan organ yang ada demi menghambakan diri kepada-Nya. yakni dengan meletakkan setiap organ tubuh pada posisinya serta sibuk dengan shalat sehingga tidak lagi bergantung pada sesama makhluk”? bercengkrama dan mengobrol dengan mereka. Kekuatan hati dan seluruh anggota tubuhnya terdorong untuk mendekati Rabb dan Pencipta mereka, serta beristirahat dari musuh-musuh mereka saat melakukan shalat. Sehingga shalat bagi mereka betul-betul merupakan obat dan entertainer terbaik bahkan juga makanan paling sehat yang cocok dengan kondisi hati mereka yang sehat. Adapun hati yang sakit ibarat badan yang sakit, tidak akan mungkin bisa serasi dengan makanan-makanan sehat.

 

Shalat merupakan penolong terbaik untuk mendapatkan berbagai kebaikan dunia dan akhirat, serta untuk menolak berbagai bahaya dunia dan akhirat. Shalat bisa mencegah dari perbuatan dosa, mencegah penyakit hati serta mengusir penyakit dari dalam tubuh, menyinari hati, dan memutihkan wajah, menimbulkan semangat pada anggota tubuh dan jiwa manusia, mempermudah rizki, menolak kezhaliman, menolong orang yang terzhalimi, meredam syahwat, menjaga kenikmatan, menolak bahaya, menurunkan rahmat, mencegah kegundahan, serta berguna juga mengobati berbagai penyakit perut.

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya, dari hadits Mujahid, dari Abu Hurairah ia menceritakan: ”Rasulullah  pernah melihatku saat aku sedang sakit perut. Beliau berkata, “Hai Abu Hurairah! Apakah engkau sakit perut?” Abu Hurairah menjawab, “Betul, wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda. “Shalatlah, karena shalat itu mengandung obat.”

 

Hadits ini juga diriwayatkan secara mauquf dari Abu Hurairah bahwa beliaulah yang melontarkan ucapan itu kepada Mujahid, dan bunyinya mirip. Beliau menggunakan istilah bahasa Persia ketika bertanya, “Apakah engkau sakit perut?”

 

Kalau hati kalangan medis kafir belum juga merasa puas dengan cara pengobatan ini, ajak ia berbicara dengan bahasa medis: Shalat itu adalah olah jiwa dan sekaligus juga olahraga secara bersamaan. Karena shalat terkomposisikan dari berbagai bentuk gerakan dan olah tubuh, berdiri tegak (menegakkan punggung), rukuk, sujud, duduk bersimpuh, berpindah dari satu gerakan ke gerakan lain serta berbagai aktivitas tubuh lainnya sehingga seluruh persendian ikut bergerak, sementara seluruh organ tubuh bagian dalam turun pula berdenyut, seperti lambung, usus, seluruh organ pernapasan, dan organ metabolisme. Tidak diragukan lagi bahwa seluruh gerakan itu berfungsi memperkuat tubuh dan mengusir berbagai unsur berbahaya terutama sekali melalui pancaran energi jiwa dan ketentraman hati saat melakukan shalat, karena dengan itu tubuh secara alami menjadi kuat dan penyakitnya tersingkirkan.

 

Akan tetapi penyakit kekafiran dan penyakit berpaling dari kebenaran yang diajarkan oleh para rasul lalu menggantinya dengan keyakinan atheisme adalah penyakit yang hanya mempunyai satu obat, yaitu Neraka:

 

“….api yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan (berpaling) dari iman …” (Al-Lail: 14-16)

 

Adapun pengaruh jihad dalam menolak kesedihan dan kemurungan adalah suatu hal yang sudah bisa dimaklumi dan dirasakan oleh insting seseorang. Karena apabila jiwa seseorang sudah meninggalkan kebatilan, meninggalkan cengkraman dan kekuasaan kebatilan tersebut, jiwanya itu akan merasa sedih dan murung. akan sengsara dan penuh kekhawatiran. Namun bila diperangi karena Allah, pasti Allah akan menggantinya dengan kegembiraan dan semangat.

 

Allah  berfirman:

 

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman, dan menghilangkan panas hati orangorang mu’min.” (At-Taubah: 14-15)

 

Tidak ada sesuatu yang lebih mampu mengenyahkan kesedihan, kemurungan dan kegundahan hati daripada jihad. Wallahul musta’an.

 

Sementara pengaruh dari ucapan La haula wa laa guwwata illa billah, dalam menghilangkan penyakit kesedihan adalah karena ucapan tersebut mengandung penyerahan diri kepada Allah, dan pelepasan diri dari segala daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata. Plus penyerahan segala urusan kepada Allah tanpa menggugatNya dalam segala hal. Semua itu berlaku untuk segala bentuk perubahan dari satu kondisi ke kondisi lain di alam semesta yang berwujud mikro maupun makro, juga kekuatan yang ada pada masingmasing perubahan itu. Kesemuanya hanya berasal dari pertolongan Allah semata. Maka tidak ada ucapan yang bisa menggantikan kalimat tersebut.

 

Di sebagian atsar atau riwayat disebutkan bahwa tidak ada malaikat yang bisa turun dari langit lalu kembali naik ke atas langit tanpa Laa haula wa laa quwwata illa billah. Ternyata kalimat ini memang berfungsi kuat untuk mengusir setan. Semoga Allah memberikan pertolonganNya.

 

 

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmdizi dalam Jami’-nya dari Buraidah, ia menceritakan: Khalid pernah mengadu kepada Nabi  ia berkata, “Wahai Rasulullah! Aku susah tidur.” Rasulullah menjawab. “Bila engkau hendak tidur di pembaringanmu. hendaknya engkau mengucapkan doa berikut:

 

“Ya Allah, Rabb dari langit yang tujuh serta segala yang dinaungi olehnya, Rabb dari bumi yang tujuh serta segala yang menaunginya, Rabb dari segala jenis setan dan siapa saja yang disesatkan oleh mereka: jadikanlah penyelamat bagiku dari segala kejahatan seluruh makhluk-Mu, sehingga tak satu pun di antara mereka yang menzhalimiku, melanggar hakku. Sungguh mulia pertolongan-Mu, sungguh besar puja-puji bagi-Mu, tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Engkau saja.”

 

Masih dalam Jami’ At-Tirmidzi diriwayatkan dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah mengajarkan mereka untuk mengatasi rasa takut atau terkejut:

 

“Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimatNya yang paripurna dari kemurkaan-Nya, siksa dan kejahatan hamba: hambaNya, serta dari hembusan setan. Aku berlindung kepada-Mu ya Rabbi dari para setan yang mendatangiku.”

 

Abdullah bin Umar “mengajarkan doa itu kepada anak-anaknya yang sudah nalar (tamyiz). Bagi yang belum nalar beliau mengalungkan doa itu di leher mereka setelah dituliskan di kertas dan sejenisnya.”

 

Tentunya ta’awudz yang semacam itu berfungsi menyembuhkan penyakit tersebut.

 

 

 

 Diriwayatkan dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah  bersabda: 

 

“Bila kalian melihat kebakaran, ucapkanlah takbir. Karena takbir bisa memadamkan api.”

 

Karena kebakaran yang menjadi faktor penyebabnya adalah api, sementara api sendiri adalah materi dasar dari penciptaan setan, maka api mengandung unsur perusak atau total destruktif yang memang relevan dengan setan dan perbuatannya, untuk menolong dan memperlancar misi setan. Dengan demikian, api secara alami memang selalu membumbung dan memiliki karakter merusak. Kedua hal itu (membumbung dan merusak) artinya membumbung dari bumi dan merusak kehidupan di bumi. Keduanya adalah jalan hidup setan, provokasi yang didengung-dengungkan setan. Dengan kedua karakter itulah setan membinasakan umat manusia. Baik setan ataupun api, kedua-duanya selalu ingin di atas dan selalu ingin membuat kerusakan. Namun ke-Mahaperkasaan Allah akan membungkam dan meredam seluruh sepak terjang setan tersebut.

 

Oleh sebab itu takbir berpengaruh besar memadamkan api kebakaran. Karena ke-Mahabesar-an Allah  tidak bisa ditandingi oleh segala sesuatu. Kalau seorang Muslim bertakbir kepada Rabbnya, takbirnya itu akan berpengaruh meredam api dan meredam energi setan yang diciptakan juga dari api, sehingga kebakaran itu akan padam. Kami dan banyak lagi kaum Muslimin lainnya telah mempraktikkan cara ini. dan kami dapatkan hasilnya sebagaimana yang kami harapkan. Wallahu a’lam.

 

 

 

Kestabilan tubuh, kesehatan dan kebugarannya hanya bisa dicapai melalui unsur kelembaban yang dapat menandingi panas. Unsur pelembab adalah materi dasar. Sementara suhu panas berfungsi mematangkan materi tersebut dan mengusir sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna, lalu memperbaiki dan menstabilkannya. Namun kalau tidak berhasil, justru akan merusak badan, sehingga tubuh tidak bisa berdiri tegak.

 

Demikian juga dengan kelembaban yang merupakan makanan bagi suhu panas tersebut. Kalau tidak ada kelembaban, pasti badan sudah menjadi terbakar, kering dan rusak. Kedua unsur itu harus saling melengkapi, karena tubuh hanya bisa berdiri tegak dengan kedua unsur tersebut. Masing-masing menjadi materi yang berguna untuk yang lain. Panas menjadi materi dasar untuk suhu lembab, menjaga dan mengawetkannya sehingga tidak mudah rusak dan terkontaminasi.

 

Sementara kelembaban merupakan materi dasar untuk suhu panas, menyuntik gizi dan memberi daya tahan. Kalau salah satu dari dua unsur itu terlalu mendominasi tubuh seseorang secara berlebihan pula, pasti akan terjadi ketidakberesan dalam sistem metabolisme tubuh sesuai kadar kelebihan unsur tersebut. Suhu panas selamanya akan mengkontaminasi unsur dingin sehingga tubuh akan membutuhkan pengganti dari zat yang hilang setelah tubuh mengalami proses pembakaran untuk tetap prima, yakni melalui makanan dan minuman. Kalau suhu dingin melebihi kemampuan energi panas melakukan pembakaran, kekuatan panas akan melemah sehingga tidak mampu melakukan pembakaran terhadap zat-zat tubuh yang tidak berguna sehingga terkontaminasi menjadi materi busuk yang berbahaya, dan akhirnya merusak dan merapuhkan tubuh seseorang serta meng: akibatkan berbagai macam penyakit sesuai dengan jenis materi yang dihasilkan oleh kontaminasi tersebut, dan juga tergantung pada daya tahan tubuh menghadapinya. Semua itu merupakan pelajaran yang bisa dipetik dari firman Allah, “Makan dan minumlah akan tetapi jangan berlebih-lebihan …”

 

Allah membimbing para hamba-Nya untuk mengonsumsi makanan dan minuman untuk dapat mengolah tubuh menjadi prima, untuk mengganti unsur-unsur yang hilang karena proses pembakaran dan kontaminasi alami, tentunya sesuai dengan kadar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia itu sendiri, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi. Kalau melebihi takaran, berarti berlebih-lebihan. Keduanya dapat mengganggu kesehatan, bisa menimbulkan penyakit. Yakni bahwa meninggalkan makan dan minum, atau berlebihan dalam makan dan minum, sama-sama mengganggu kesehatan.

 

Menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh bisa diambil pelajarannya dari kedua ayat di atas. Karena tidak diragukan lagi bahwa selamanya tubuh itu mengalami perubahan sel dan kontaminasi unsurunsur yang terdapat di dalamnya. Semakin sering terjadi proses perubahan dan pembakaran, unsur panas juga semakin melemah karena kehilangan materinya. Karena seringnya terjadi proses pembakaran akan menghilangkan juga unsur dingin. Kalau unsur panas melemah, proses metabolisme juga melemah, sampai pada akhirnya melenyapkan unsur dingin di sisi lain dan memadamkan panas tubuh secara total. Pada saat itulah seorang hamba ditetapkan ajal kematiannya oleh Allah sesuai dengan takdir yang berlaku baginya.

 

Paling jauh manusia hanya bisa melalukan proses pengobatan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain dalam rangka menjaga tubuh hingga pada akhirnya mau tidak mau akan sampai ke puncaknya juga. Tujuan pengobatan bukan mengabadikan unsur panas dan dingin sehingga seorang bisa tetap awet muda. sehat dan kuat selamanya. Karena kondisi itu tidak akan bisa dicapai oleh umat manusia di dunia ini. Paling jauh seorang ahli medis hanya bisa menjaga kelembaban tubuh dari unsur-unsur merusak seperti pembusukan dan sejenisnya, juga menjaga unsur panas agar tidak terlalu meluap, lalu menstabilkan tubuh manusia dengan berbagai cara agar tubuh seseorang dapat menjadi prima sebagaimana kondisi langit dan bumi yang bisa tetap tegak, atau juga berbagai ciptaan Allah lainnya, semua juga bisa tegak dengan sistem kestabilan tadi.

 

Siapa saja yang menyelami petunjuk Nabi  pasti akan dia dapatkan petunjuk Nabi itu sebagai petunjuk yang paling utama yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Karena penjagaan kesehatan tergantung pada penjagaan makan. minum, pakaian, (tempat tinggal), udara, tidur, waktu terjaga, waktu beraktivitas, waktu istirahat, berhubungan seks, buang air, dan perawatan tubuh. Kalau seluruh hal ini telah diatur secara stabil, dan disesuaikan dengan kondisi tubuh, negeri, usia dan kebiasaan, niscaya kesehatan, keselamatan dan kondisi prima tubuh akan lebih terjaga hingga akhir usia.

 

Karena kesehatan adalah kenikmatan Allah yang terbesar bagi hambaNya, karunia Allah yang paling berharga, pemberian Allah yang tinggi nilainya. bahkan kesehatan dan keselamatan secara mutlak lebih besar dari seluruh kenikmatan lain. maka orang yang mendapatkan Taufiq dari Allah niscaya akan berusaha menjaga kesehatan tubuhnya dan memeliharanya dari segala hal yang dapat mengganggu kesehatannya.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari Ibnu Abbas  bahwa Rasulullah bersabda:

 

“Dua bentuk kenikmatan yang seringkali dilalaikan: Kesehatan dan waktu senggang.”

 

Sementara dalam Sunan At-Tirmidzi dan yang lainnya diriwayatkan dari hadits Abdullah bin Mihshan Al-Anshari bahwa Rasulullah bersabda:

 

“Barangsiapa yang bangun pagi hari dalam keadaan sehat wal “afiat tubuhnya, cukup sandang pangan pada hari itu, tak ubahnya ia mendapatkan seluruh dunia ini.” Sementara masih dalam Sunan At-Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah disebutkan dari Nabi “Kenikmatan pertama yang akan dimintai pertanggungjawaban dari seorang hamba di Hari Kiamat nanti adalah, “Bukankah kami telah menyehatkan tubuhmu? Bukankah kami telah memberikan kepadamu air yang sejuk?”

 

Dengan dasar ini sebagian kalangan As-Salaf menandaskan, “Itulah maksud dari firman Allah :

 

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.” (At-Takatsur: 8).

 

Yang dimaksud dengan kenikmatan yakni kesehatan.

 

Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau pernah berkata kepada Abbas, “Hai Abbas, hai paman Rasulullah! Mintalah kesehatan dan afiat di dunia dan di akhirat.” Riwayat lain dari Abu Bakar Ash-Shiddig bahwa ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah sz bersabda:

 

“Mintalah keyakinan dan keselamatan kepada Allah. Karena seorang hamba tidak akan mendapatkan sesuatu yang lebih berharga setelah keyakinan daripada keselamatan.”

 

Dalam riwayat ini digabungkan antara dua bentuk keselamatan, dunia dan akhirat. Karena kemaslahatan seorang hamba di dunia dan di akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan keyakinan dan afiat (keselamatan). Keyakinan akan dapat menghindarkannya dari berbagai siksa Akhirat. Sementara keselamatan berarti melepaskan dirinya dari berbagai bentuk penyakit dunia. penyakit hati ataupun penyakit jasmani.

 

Dalam Sunan An-Nasa’i diriwayatkan dari hadits Abu Hurairah secara marfu’ bahwa beliau  bersabda:

 

“Mintalah ampunan, kesehatan dan keselamatan dari Allah. Karena setelah keyakinan, tidak ada hal lain yang lebih berharga bagi seorang hamba daripada kesehatan.”

 

Ketiga faktor itu dapat melenyapkan berbagai keburukan yang lalu, yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Dengan mu’afat atau penyelamatan dari Allah. seorang hamba dijamin akan mampu secara konsisten dan terus-menerus dalam keadaan selamat.

 

Dalam Sunan At-Tirmidzi secara marfu’ juga diriwayatkan:

 

“Tidak ada sesuatu yang lebih disukai oleh Allah bila seorang hamba memintanya, daripada keselamatan.”

 

Abdurrahman bin Abu Laila meriwayatkan: Dari Abu Darda diceritakan: Aku pernah berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah! Bila aku mendapatkan keselamatan lalu aku bersyukur, itu lebih kusukai daripada aku mendapatkan musibah lalu bersabar.” Rasulullah menanggapi, “Rasulullah  sendiri juga menyukai untuk selalu selamat bersamamu.”

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ada seorang lelaki badui yang mendatangi Rasulullah dan berkata, “Apa yang harus kumohon dari Allah setelah menjalankan shalat lima waktu?” Rasulullah  menjawab, “Mintalah afiyat.” Orang itu mengulangi pertanyaannya, namun, beliau pun memberikan jawaban yang sama. Setelah pertanyaan diulang sebanyak tiga kali, beliau bersabda, “Mintalah afiat kepada Allah untuk di dunia dan di akhirat.”

 

Demikianlah persoalan kesehatan dan keselamatan menurut petunjuk Nabi , bagaimana beliau menjaga keduanya, sehingga menjadi jelas bagi siapa saja yang menelitinya bahwa Allah menyempurnakan petunjuk secara mutlak. Yang dengan cara itu, seorang hamba akan memperoleh kesehatan jasmani maupun ruhani. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan, dan hanya kepada-Nya kita bersandar. Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

 

Adapun makanan dan minuman, bukanlah termasuk kebiasaan Nabi untuk menahan diri mengonsumsi satu jenis makanan saja, tanpa mengonsumsi jenis makanan lain. Karena secara alami kebiasaan itu justru membahayakan. Terkadang bisa saja ia tidak bisa menyantap makanan yang dia sukai, sementara ia tidak mau mengonsumsi makanan lain, maka tubuhnya akan menjadi lemah atau bahkan bisa mati. Kalau ia memaksa untuk memakan makanan lain, tubuhnya secara alami tidak bisa menerimanya sama sekali, sehingga justru bisa membahavakan. Kebiasaan memakan satu jenis makanan saja, meskipun itu makanan terbaik. tetap akan berbahaya.

 

Beliau terbiasa mengonsumsi seluruh makanan yang biasa dimakan di negerinya. baik itu daging. buah-buahan. kurma atau makanan lainnya seperti yang disebutkan dalam berbagai petunjuk makan Rasulullah. silakan merujuk kembali ke sana. Kalau salah satu jenis makanan memiliki tekstur yang perlu dihaluskan atau distabilkan. maka beliau menstabilkannya dengan makanan yang bertekstur kebalikannya. Seperti ketika beliau menstabilkan kurma yang panas dengan semangka yang dingin. Kalau tidak ada. beliau menyantapnya juga sekadarnya, sebatas kebutuhan dan kecenderungan hatinya tanpa berlebihan sehingga tidak membahayakan tubuh secara alami. Kalau beliau tidak menyukai suatu jenis makanan, beliau tidak akan menyantapnya namun tidak menunjukkan ketidaksenangan beliau terhadap makanan tersebut. Ini merupakan sebuah kaidah yang amat penting dalam upaya menjaga kesehatan. Kalau seseorang memaksa diri untuk memakan makanan yang tidak disukainya, akibatnya bisa berbahaya, lebih dari manfaat yang bisa didapat dari makanan tersebut.

 

Anas menceritakan, “Rasulullah  tidak pernah menghina makanan. Kalau beliau suka. beliau makan. Namun kalau beliau tidak suka. beliau tidak menyantapnya dan membiarkannya begitu saja.” Saat dihidangkan seekor biawak panggang kepada beliau, beliau juga tidak memakannya. Ada orang bertanya, “Apakah makanan ini haram?” Beliau menjawab, “Tidak, akan tetapi makanan ini tidak ada di negeriku, sehingga aku tidak doyan.” Beliau selalu memperhatikan kebiasaan dan kesukaannya. Kalau beliau tidak terbiasa mengonsumsi suatu makanan di negerinya, beliau juga merasa tidak doyan, maka beliau menahan diri, namun tidak melarang orang lain yang menyukainya, yakni orang yang sudah terbiasa memakannya.

 

Beliau menyukai daging. Daging yang paling disukai oleh beliau adalah bagian lengan dan punggung kambing. Oleh sebab itu beliau pernah teracuni karena memakan bagian tubuh binatang itu (yang dibubuhi racun oleh seorang wanita Yahudi-pent.).

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan, “Rasulullah pernah dihidangi daging. Lalu bagian lengan daging itu diberikan kepada beliau. Beliau ternyata amat menyukainya.”

 

Abu Ubaidah dan yang lainnya juga meriwayatkan dari Dhaba’ah binti Az-Zubair bahwa ia pernah menyembelih seekor domba di rumahnya. Lalu Rasulullah  mengutus seseorang kepadanya untuk memerintahnya agar memberikan sebagian daging binatang tersebut kepada beliau. Dhaba’ah menjawab, “Yang tersisa hanya bagian lehernya saja”, Kami malu memberikannya kepada Rasulullah.” Utusan itu kembali kepada Rasulullah  dan memberitahukan beliau apa yang diucapkan Dhaba’ah. Beliau berkata. “Kembalilah kepadanya dan katakan silakan ia mengirimkan sisa daging tersebut. Karena bagian itu adalah bagian yang baik dari hewan tersebut, lebih baik dan lebih jauh dari unsur yang jelek.”

 

Tidak diragukan lagi daging yang paling ringan dari kambing adalah bagian lehernya, daging lengan dan pangkal bahu. Artinya lebih ringan untuk lambung dan lebih mudah dicerna. Itu merupakan cara menjaga makanan agar mencakup tiga fungsi: Pertama, banyak manfaatnya dan berpengaruh menambah stamina. Kedua, ringan di lambung dan tidak memberatkannya. Ketiga, mudah dicerna. Itulah jenis makanan terbaik. Mengonsumsi makanan seperti itu dengan porsi sedikit lebih baik daripada mengonsumsi jenis makanan lain meski lebih banyak porsinya.

 

Rasulullah 3z juga menyukai makanan manis dan juga madu. Ketiga jenis makanan itu-yakni daging, madu dan manisan-adalah jenis-jenis makanan terbaik dan paling bermanfaat untuk tubuh, hati dan anggota tubuh. Menyantap makanan seperti itu amatlah bermanfaat dalam menjaga kesehatan dan stamina, tidak berbahaya, kecuali bagi penderita penyakit tertentu.

 

Beliau biasa menyantap roti dengan lauk pauknya. terkadang lauknya adalah daging. Beliau pernah berkomentar, “Ini adalah makanan favorit penduduk dunia dan akhirat.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya. Terkadang beliau menyantapnya dengan semangka sebagai lauknya, terkadang dengan kurma. Beliau pernah mencampurkan kurma dengan potongan roti gandum, lalu berkata, “Ini (kurma) adalah lauk ini (roti).” Dilihat dari cara pengaturan gizi, roti gandum itu bersifat dingin dan kering. Sementara kurma itu bersifat panas dan basah, menurut pendapat yang benar. Menjadikan kurma sebagai lauk roti termasuk pengaturan gizi makanan yang terbaik, terutama sekali bagi yang sudah terbiasa mengonsumsinya, seperti penduduk Al-Madinah. Terkadang beliau menyantapnya dengan cuka sebagai lauknya. Beliau berkomentar, “Lauk terbaik adalah cuka.” Itu merupakan pujian Nabi terhadap lauk ini berkaitan dengan kondisi yang sedang beliau hadapi, bukan untuk lebih mengutamakan cuka dibandingkan dengan makanan lain, sebagaimana dipahami oleh sebagian orang jahil. Sebab munculnya hadits itu adalah saat Rasulullah masuk ke rumahnya pada suatu hari, lalu istrinya menghindangkan roti kepada beliau. Beliau bertanya, “Kalian memiliki lauk?” Mereka menjawab, “Kami hanya memiliki cuka.” Beliau bersabda, “Lauk terbaik adalah cuka.”

 

Artinya. menyantap roti dengan lauknya termasuk cara menjaga kesehatan. Berbeda dengan apabila kita hanya menyantap salah satunya saja. Karena lauk itu disebut idaam (penyerasi) sebab ia bisa menyeimbangkan roti sehingga bisa sesuai dengan konsep menjaga kesehatan. Persis dengan saat Rasulullah mengomentari dibolehkannya memandang wanita yang akan dipinang, “Sesungguhnya itu lebih baik untuk dijadikan idaam kalian berdua.” Yakni agar lebih dapat serasi dan harmonis. Artinya. seorang suami menikahi istrinya betul-betul dengan mengenal istrinya, sehingga tidak akan menyesal.

 

Beliau biasa menyantap buah-buahan dari negeri beliau sendiri yang baru dipetik. tidak pernah menghindarinya. Dan itu termasuk kiat menjaga kesehatan yang terbaik yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung. Sesungguhnya Allah  dengan kebijaksanaannya menciptakan pada setiap negeri jenis buah-buahan yang dapat memberikan manfaat kepada penduduknya ketika tiba musim panennya. Mengonsumsi buah-buahan semacam itu termasuk salah satu faktor menjaga kesehatan dan kestabilan tubuh. lebih dari manfaat obatobatan. Jarang sekali orang yang menghindari buah-buahan di negerinya sendiri karena takut sakit, terkecuali kalau tubuhnya mernang sudah sakit parah sekali, orang yang amat tidak sehat dan kurang staminanya.

 

Buah-buahan memiliki kelembaban. Temperatur yang panas, juga kondisi lambung yang panas akan memproses buah-buahan itu menjadi masak dan hilang zat berbahayanya, apabila tidak berlebihan mengonsumsinya dan tidak memaksa tubuh untuk menerima masukan melebihi kapasitasnya, dan buah-buahan tersebut juga belum rusak sebelum dikonsumsi, juga tidak dirusak mutunya dengan meneguk minuman setelah menyantapnya, atau dengan menyantap makanan lain sesudah mengonsumsinya, karena seringkali itu menimbulkan penyakit radang usus. Bila buah-buahan dikonsumsi dengan porsi seimbang, pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat, niscaya bisa menjadi obat yang berkhasiat.

 

 

Diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Aku tidak akan makan sambil bersandar.” Beliau juga pernah bersabda:

 

“Sesungguhnya aku duduk sebagaimana layaknya seorang hamba duduk. Aku juga makan sebagaimana seorang hamba makan.”

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya:

 

“Rasulullah pernah melarang seseorang makan sambil menelungkup.”

 

Arti bersandar dalam hadits di atas ditafsirkan (sebagian ulama) dengan bersila. Ada juga yang menafsirkan, “Bersandar pada sesuatu.” Ada juga yang menafsirkan bahwa artinya adalah bersandar ke samping. Salah satu dari tiga pengertian itu, bersandar ke samping itulah yang berbahaya saat makan, karena bisa menghalangi proses masuknya makanan secara alami dalam kondisi yang wajar sehingga akan sulit mencapai lambung bahkan bisa berakibat menekan lambung sehingga lambung tidak siap menerima makanan. Demikian juga karena posisi tubuh miring dan tidak tegak, makanan tidak akan mudah mencapai lambung.

 

Adapun dua penafsiran lainnya, termasuk cara duduk orang-orang yang sombong, berkebalikan dengan duduknya seorang hamba. Oleh sebab itu Rasulullah  bersabda, “Aku makan sebagaimana seorang hamba makan.” Beliau makan sambil duduk ig’a. Diriwayatkan juga bahwa beliau juga pernah duduk dengan tawarruk, di atas kedua lututnya, saat beliau makan, telapak kaki kirinya diletakkan di punggung telapak kaki kanannya. Beliau melakukan itu karena ketawadhuan beliau terhadap Rabbnya , demi menjaga adab di hadapan-Nya, demi menghormati makanan dan orang yang makan bersama beliau. Cara duduk beliau itu adalah cara duduk yang paling bermanfaat dan yang terbaik saat makan. Karena seluruh organ tubuh berada pada posisinya yang alami sebagaimana diciptakan oleh Allah, selain kandungan cara duduk ini terhadap adab-adab yang mulia. Makanan akan terkonsumsi dalam kondisi terbaik seandainya seseorang menyantapnya dalam posisi yang sealami mungkin. Itu hanya bisa terjadi kalau seseorang duduk dengan tegak lurus. Cara duduk yang terburuk saat makan adalah dengan bersandar ke arah samping, berdasarkan alasan tersebut di atas. Karena usus kecil dan berbagai organ metabolisme menyempit dalam kondisi demikian, sementara lambung sendiri tidak berada pada posisinya yang alami, karena posisinya justru tertekan ke lantai, sementara di belakangnya punggung dengan dibatasi beberapa organ tubuh metabolisme dan organ pernapasan.

 

Kalau yang dimaksudkan dengan bersandar di sini adalah bersandar di atas bantal atau kasur yang berada di bawah pinggul saat orang duduk. maka artinya adalah bahwa Rasulullah saat makan tidak sambil menduduki bantal dan sejenisnya seperti yang dilakukan oleh orangorang sombong dan mereka yang gemar makan. Akan tetapi yang beliau lakukan adalah makan dengan duduk seperti yang dilakukan oleh seorang hamba.

 

Beliau biasa makan dengan menggunakan tiga jarinya. Itu cara terbaik dalam makan. Makan dengan menggunakan dua jari atau satu jari amatlah tidak nyaman bagi orang yang makan, tidak menyenangkan dan akan mencapai waktu lama untuk bisa membuat kenyang. Sementara organ-organ pencernaan juga tidak merasa nyaman saat menyambut suap demi suap makanan yang terpaksa ditelan juga dengan sulit seperti apabila seseorang menerima haknya sebiji demi sebiji dan sejenisnya, tentu ia juga tidak merasa nyaman, tidak merasa suka. Sementara menyantap makanan dengan lima jari apalagi ditambah dengan telapak tangan, akan menyebabkan makanan menyerbu lambung dan organ-organ pencernaan. Bisa jadi seluruh organ tersebut akan kepayahan dan menyebabkan kematian. Atau setidaknya menyesakkan lambung dan organ pencernaan lainnya sehingga lambung sendiri tidak mampu menahannya, tidak lagi merasa enak dan nyaman. Cara makan terbaik adalah cara makan Rasulullah atau siapa saja yang mengikuti cara beliau. makan dengan tiga jari!!

 

Setiap orang yang memperhatikan makanan dan segala sesuatu yang dimakan Rasulullah setiap hari pasti akan mendapatkan bahwa beliau tidak pernah menggabungkan antara susu dengan ikan. antara susu dengan susu asam (yoghurt) atau antara dua jenis makanan yang sama-sama panas, sama-sama dingin. sama-sama lengket, sama-sama berserat kasar, sama-sama berunsur pencahar, sama-sama kental atau sama-sama cair. Beliau juga tidak pernah mencampuradukkan dua jenis makanan yang tidak mungkin dicampur, atau antara dua jenis makanan yang berunsur saling berlawanan, antara yang berserat kasar dengan yang berunsur pencahar, antara yang sulit dicerna dengan yang mudah dicerna, antara makanan panggang dengan makanan yang dimasak, antara yang segar dengan yang sudah didendeng atau dikeringkan. antara susu dengan telur, atau antara daging dengan susu. Beliau juga tidak mau menyantap makanan saat masih panas, atau makanan kemarin yang dihangatkan lagi keesokan harinya, atau makanan yang berbau amis dan terlalu asin, seperti makanan yang diawetkan. acar dan ikan atau daging asin. Karena semua jenis makanan tersebut memang berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan dan kondisi tubuh yang prima.

 

Beliau terkadang menyempurnakan gizi sebagian makanan dengan makanan lain, selama beliau bisa melakukannya. Beliau menyempurnakan makanan yang panas dengan yang berunsur dingin, yang kering dengan yang berunsur lembab. Contohnya saat beliau menyantap timun dengan kurma atau menyantap kurma dengan minyak samin. Beliau juga biasa meminum juice kurma untuk menetralisir makanan-makanan yang tajam.

 

Beliau juga memerintahkan agar kita bersantap malam meskipun hanya dengan segenggam kurma. Beliau menyatakan, “Meninggalkan makan malam bisa mempercepat penuaan.” At-Tirmidzi menyebutkannya dalam Jami ‘-nya, juga oleh Ibnu Majah dalam Sunah-nya.

 

Disebutkan juga oleh Abu Nu’aim: Rasulullah & melarang tidur sesudah makan. Beliau menyatakan bahwa itu termasuk penyebab kerasnya hati. Oleh sebab itu di antara saran kalangan medis adalah bila seseorang ingin menjaga kesehatannya, setelah ia bersantap malam, hendaknya ia berjalan beberapa langkah bila perlu hingga seratus langkah, baru tidur sesudahnya. Jangan langsung tidur, karena itu berbahaya sekali. Bahkan kalangan dokter Muslim menganjurkan setelah makan malam sebaiknya shalat terlebih dahulu agar makanan betul-betul mencapai bagian bawah lambung sehingga mudah dicerna dan diproses secara baik.

 

Beliau juga tidak terbiasa minum saat makan sehingga proses metabolisme menjadi rusak. terutama sekali apabila airnya dingin atau panas, amatlah merusak sekali. Seperti dinyatakan oleh seorang penyair:

 

“Janganlah sekali saat menyantap makanan panas atau dingin atau saat masuk kamar mandi kalian meminum air Kalau kalian melanggarnya, jangan salahkan siapa-siapa jika penyakit menyerang perutmu sendiri …”

 

Minum air saat lelah atau habis olahraga juga tidak baik, demikian juga seusai berhubungan badan, selesai makan atau sebelum makan langsung, atau sesudah makan buah-buahan. meskipun pada sebagian makanan hampir tidak menjadi masalah. Demikian juga sesudah keluar dari kamar mandi atau saat bangun tidur. Semua hal tersebut dapat mengganggu kesehatan. Kebiasaan sama sekali tidak bisa dijadikan alasan, karena itu kebiasaan buruk yang bisa dirubah.

 

 

 

 

Adapun petunjuk beliau saat minum termasuk salah satu cara menjaga kesehatan yang terbaik. Beliau biasa minum madu yang dicampur dengan air dingin. Itu termasuk kiat menjaga kesehatan tubuh, yang tidak bisa dicapai oleh pengetahuan para pakar medis. Madu yang diminum dan bercampur dengan liur. bisa menghilangkan dahak, mencuci lambung dan menghilangkan kotoran yang lengket pada lambung serta mengenyahkan berbagai kotorannya, menghangatkan tubuh agar stabil, menghilangkan berbagai sumbatan pada tubuh serta memperbaiki kondisi lever, ginjal dan kandung kencing. Madu lebih baik bagi lambung dibandingkan segala bentuk manis-manisan lainnya. Hanya saja madu memang berbahaya bagi orang yang terkena penyakit kuning karena tajam, bila penyakit kuningnya sudah amat parah, bahkan bisa jadi akan menambah parah. Untuk menetralisirnya bisa dicampur dengan cuka buah, karena dengan cara itu madu kembali menjadi berkhasiat dan berguna sekali.

 

Meminum madu jauh lebih bermanfaat daripada mengonsumsi berbagai jenis minuman lain yang diproses dari gula (atau kebanyakan berasal dari gula), terutama sekali bagi yang belum terbiasa mengonsumsi minuman-minuman tersebut atau tidak biasa menerimanya pada tubuh mereka. Bila mereka terpaksa meninumnya, semua minuman itu tidak akan sama serasinya dengan madu, bahkan tidak bisa mendekati khasiatnya. Memang yang menjadi dasar di sini adalah faktor kebiasaan. Kebiasaan itu bisa membangun pondasi tetapi juga bisa menghancurkan pondasi yang ada.

 

Minuman yang dikomposisikan antara yang manis dengan yang dingin, khasiatnya amat baik bagi tubuh, bahkan termasuk salah satu kiat terbaik menjaga kesehatan, menjaga stamina, energi tubuh, lever dan jantung. Minuman seperti itu bisa amat serasi dengan tubuh, bahkan menjadi sandaran kesehatan tubuh. Kalau minuman memiliki dua sifat tersebut. bisa juga berfungsi sebagai makanan tambahan dan sekaligus membantu proses masuknya makanan ke seluruh anggota tubuh secara optimal.

 

Air dingin bersifat lembab, dapat meredam panas dan menjaga kelembaban alami tubuh di samping juga mengganti unsur-unsur tubuh yang hilang, melembutkan makanan”? dan memberikan unsur makanan untuk dapat menembus pembuluh darah.

 

Kalangan medis berbeda pendapat: Apakah tubuh itu bisa disuntik oleh gizi? Ada dua pendapat.

 

Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa tubuh memang bisa menerima suntikan gizi, dengan dasar realitas yang mereka saksikan bahwa tubuh itu bisa tumbuh. bertambah besar dan bertambah staminanya terutama sekali pada masa-masa tubuh betul-betul membutuhkan gizi.

 

Antara binatang dan tumbuhan itu adalah titik temu pada banyak hal, di antaranya adalah kemampuan berkembangbiak, menerima suntikan gizi dan mengalami kestabilan. Tumbuhan memiliki kekuatan iritabilitas atau sensitifitas serta aktivitas yang serasi. Oleh sebab itu tumbuhan cukup disuntik gizi dengan air. Tidak bisa dipungkiri bahwa hewan juga memiliki semacam makanan dari jenis tumbuhan, atau bahkan merupakan makanannya yang paling sempurna.

 

Mereka menegaskan bahwa mereka tidak mengingkari akan energi gizi yang kebanyakan ada pada makanan. Namun yang mereka pungkiri adalah statemen bahwa air tidak mengandung gizi. bahkan makanan sendiri dapat mensuplai gizi dari unsur air juga. Tanpa air, suplai gizi tidak akan berjalan.

 

Mereka menegaskan: Karena air adalah materi kehidupan bagi hewan dan tumbuhan. Tidak diragukan lagi bahwa segala sesuatu yang lebih mendekati materi suatu hewan, pasti akan lebih mudah menjadi makanan baginya. Bagaimana pula apabila materi itu adalah unsur dasar dari hewan tersebut?

 

Allah  berfirman:

 

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup …” (Al-Anbiya : 30)

 

Maka bagaimana mungkin dapat ditolak bila unsur gizi makanan itu terkandung dalam materi yang menjadi dasar diciptakan segala yang hidup secara mutlak?

 

Mereka menegaskan: Kami menyaksikan sendiri orang yang kehausan saat merasakan kepuasan usai meneguk air dingin. stamina, semangat dan tenaganya datang kembali. bahkan ia mampu untuk tidak

 

makan sementara waktu. la sudah bisa merasakan manfaatnya meski baru meneguk sedikit air saja. Namun kita bisa mendapatkan bahwa orang yang kehausan tidak bisa mengambil manfaat dari makanan meski berjumlah banyak. Bahkan tidak mampu mendapatkan kembali stamina dan suntikan gizi dari makanan tersebut. Kita tidak bisa memungkiri bahwa air dapat membantu gizi makanan menembus ke seluruh organ tubuh dan anggota badan, dan bahwa suplai gizi hanya bisa sempurna dengan bantuan air. Kita justru mengingkari orang yang menganggap bahwa air tidak memiliki kandungan gizi sama sekali. Pendapat itu menurut kami lebih mirip pengingkaran terhadap masalah insting.

 

Segolongan kalangan medis lain memungkiri unsur gizi dalam air. Mereka beralasan dengan berbagai hal. Di antaranya karena pasokan air semata tidaklah cukup, sama sekali tidak bisa menggantikan fungsi makanan. Air juga tidak bisa membantu pertumbuhan anggota tubuh, tidak bisa mengganti sel-sel tubuh yang hilang akibat proses pembakaran serta berbagai hal lain yang memang tidak disangkal oleh seluruh pakar gizi. Pasokan gizi air memang mereka pahami sesuai dengan jenis ether pada air yang bersifat lembut dan ringan. Pasokan gizi air tentu saja sesuai dengan kapasitas air itu sendiri. Bahkan realitas juga membuktikan bahwa udara yang lembab dan dingin, lembut dan nikmat saja bisa memberi pasokan gizi, sesuai kadarnya. Bau yang wangi juga bisa menjadi sejenis gizi. Pasokan gizi dari air lebih terlihat dan lebih kentara dari itu semua.

 

Sasaran pembahasan di sini adalah bahwa air dingin yang dicampur dengan unsur pemanis seperti madu, kismis. kurma atau gula, bisa berubah menjadi lebih berkhasiat untuk tubuh, menjaga kesehatannya. Oleh sebab itu minuman yang paling disukai oleh Rasulullah adalah yang dingin dan manis. Air yang tawar hanya mampu memberi reaksi yang berkebalikan dari itu.

 

Air yang sudah didiamkan semalaman lebih berkhasiat daripada yang diminum saat didapatkan secara langsung. Saat memasuki kebun Abul Haitsam bin Taihan, beliau bertanya, “Ada sisa air yang terdinginkan semalaman dalam ghirbah kulit tidak?” Seseorang mengambilkan air itu dan beliau pun meneguknya.”“” Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dengan lafazh. “Sekiranya kalian memiliki air yang sudah didinginkan semalam dalam ghirbah kulit, kalau tidak. kami akan tenggak langsung dari mulut ghirbah.”

 

Air yang sudah didinginkan semalaman tak ubahnya seperti adonan yang sudah diberi ragi. Sementara air yang langsung diminum saat didapatkan tak ubahnya seperti jamur. Di samping itu. berbagai unsur tanah dan bumi memang terpisah dari air bila sudah diendapkan satu malam. Dan dahulu bila dicarikan air. Nabi 4: memilih air yang sudah didinginkan semalaman. Aisyah menceritakan sering diambilkan air tawar dari sumur sugya.

 

Air yang berada dalam ghirbah atau ghirbah kulit lebih nikmat rasanya daripada air dalam kendi atau wadah batu dan sejenisnya, terutama sekali air dalam ghirbah kulit. Oleh sebab itu Nabi mencari-cari air yang diendapkan semalaman dalam ghirbah kulit, bukan yang diendapkan dalam bejana-bejana lain. Air yang diendapkan dalam ghirbah kulit dan sejenisnya memiliki khasiat yang halus, karena ghirbah kulit memiliki pori-pori yang menyebabkan air bisa meresap ke dalamnya. Oleh sebab itu air dalam kendi yang berpori-pori lebih enak daripada air dalam keramik dan juga lebih dingin. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salamnya kepada ciptaan-Nya yang paling sempurna, paling mulia jiwanya dan paling utama petunjuknya dari segala ciptaan lainnya. Karena beliau telah menunjukkan umatnya untuk mendapatkan hal yang terbaik dan paling bermanfaat buat mereka. baik untuk jasmani maupun ruhani mereka, di dunia maupun di akhirat.

 

Aisyah menceritakan. “Minuman yang paling disukai oleh Nabi adalah yang dingin dan manis.”

 

Kemungkinan yang dimaksudkan adalah air tawar dingin. seperti air di mata air dan sumur jernih yang memang terasa manis. Karena beliau suka meminta dicarikan air tawar. Namun kemungkinan adalah air yang dicampur dengan madu, atau yang dicampur dengan kurma atau kismis tumbuk. Ada pendapat bahwa yang kedua inilah yang lebih tepat. Namun sebenarnya bisa mencakup kedua-duanya.

 

Sementara ucapan Nabi  dalam hadits shahih:

 

“Kalau ada yang memiliki air yang sudah terdinginkan semalaman dalam ghirbah kulit, aku mau meminumnya, kalau tidak. kami akan tenggak langsung dari mulut ghirbah.”

 

Itu menunjukkan dibolehkannya menenggak minuman dari mulut ghirbah. yakni cara meminum langsung dari mulut botol, ghirbah dan sejenisnya. Itu bisa saja terjadi-wallahu a’lam-saat kebutuhan mendesak sehingga orang terpaksa minum langsung dari mulut botol. Bisa juga riwayat itu menunjukkan dibolehkannya perbuatan tersebut. Karena sebagian orang ada yang menganggapnya makruh. Bahkan kalangan medis nyaris mengharamkannya. karena dianggap membahayakan lambung. Diriwayatkan dalam sebuah hadits-penulis tidak mengetahui kondisi hadits ini-dari Ibnu Umar bahwa ia meriwayatkan: Nabi $£ pernah melarang kami meneguk air langsung ke perut kami (dari mulut ghirbah). Beliau juga melarang kami menyiduk dengan satu tangan. Beliau pernah bersabda:

 

“Janganlah ada di antara kalian yang menjilat air sebagaimana yang dilakukan seekor anjing. Jangan minum di malam hari langsung dari bejana sebelum ia mengetahui pasti kondisi air tersebut, terkecuali bila tempatnya tertutup rapat.”

 

Hadits Al-Bukhari adalah yang paling shahih dalam persoalan ini. Kalaupun riwayat ini shahih. sama sekali tidak ada pertentangan antara kedua riwayat tersebut. Bisa jadi meneguk minuman dengan menggunakan tangan tidak memungkinkan saat itu, oleh sebab itu Rasulullah berkata, “… kalau tidak, kami akan langsung minum dari mulut ghirbah …” Meminum air dari mulut ghirbah langsung memang berbahaya bila air tertumpah ke wajah dan perut yang meminumnya, tak ubahnya seperti orang yang meminum air dari air sungai yang mengalir deras. Kalau seseorang meminumnya dalam keadaan tegak, dari tempat air yang tinggi dan sejenisnya, tak ada bedanya ia meminumnya dengan menciduknya dengan tangan atau langsung dengan mulutnya.

 

Di antara cara minum Nabi adalah dilakukan dengan duduk. Itulah petunjuk cara minum beliau yang wajar. Bahkan diriwayatkan dengan shahih bahwa beliau pernah melarang minum sambil berdiri. Diriwayatkan juga dengan shahih bahwa Rasulullah  pernah memerintahkan orang yang minum sambil berdiri untuk memuntahkan minumannya. Namun juga diriwayatkan dengan shahih bahwa beliau sendiri pernah minum sambil berdiri. Sebagian kalangan menandaskan bahwa riwayat kedua ini me-mansukh-kan riwayat pertama”.

 

Sebagian golongan menyatakan: Itu menjelaskan bahwa larangan beliau bukanlah bertujuan mengharamkannya. namun sekadar sebagai bimbingan. dan perbuatan itu lebih baik ditinggalkan.

 

Segolongan ulama lainnya menyatakan bahwa antara kedua riwayat tersebut tidak ada kontradiksi. Karena beliau minum sambil berdiri dalam keadaan mendesak. Beliau mendatangkan air Zamzam Saat orang-orang sedang berusaha mengambil air dari sumur itu, maka beliau pun ikut mengambilnya. Sebagian mereka memberikan air itu kepada beliau, lalu beliau meminumnya dalam keadaan berdiri. Sehingga beliau melakukan hal itu memang saat betul-betul dibutuhkan.

 

Minum sambil berdiri bisa menimbulkan banyak bahaya, di antaranya: Air minum itu tidak bisa mengalir secara optimal, tidak bisa bertahan dalam lambung dengan tenang untuk kemudian disirkulasikan oleh lever ke seluruh organ tubuh. Air turun secara langsung ke lambung, dikhawatirkan akan terjadi konfrontasi dengan suhu panas dalam perut dan mengganggu proses pembakaran, terlalu cepat ke bagian bawah tubuh tidak secara bertahap. Semua itu akan membahayakan orang yang meminumnya. Namun kalau dilakukan sesekali saja atau karena suatu kebutuhan, tidaklah berbahaya.

 

Hal itu tidaklah bisa di-counter dengan kebiasaan. Karena kebiasaan itu adalah tabiat statis, sehingga memiliki hukum tersendiri. Bisa disetarakan dengan perkara yang berada di luar giyas atau analogi menurut ahli fiqih.

 

Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari hadits Anas bin Malik, ia menceritakan, “Rasulullah  biasa bernapas tiga kali saat merninum air sambil berkata:

 

“Cara itu lebih memuaskan, lebih enak dan lebih sehat.”

 

Kata syarab (minuman) menurut istilah syariat dan para ulama adalah air. Arti bahwa Rasulullah bernapas saat minum, yakni bahwa beliau menjauhkan sejenak cangkir airnya dari mulutnya, lalu bernapas di luar, baru kemudian meneruskan minumnya, sebagaimana diisyaratkan secara tegas dalam hadits lain:

 

“Apabila salah seorang di antara kalian minum, janganlah ia bernapas dalam air, tetapi hendaknya dijauhkan dulu cangkir minumnya dari mulutnya.”

 

Cara minum semacam itu memiliki banyak hikmah dan faidah penting. Nabi  telah menjelaskan rangkuman dari semua hikmah tersebut dalam sabda beliau, “… cara itu lebih memuaskan, lebih enak dan lebih sehat.” Arti lebih memuaskan, yakni lebih mengenyangkan, lebih memenuhi selera dan lebih bermanfaat. Arti lebih sehat, yakni lebih dapat menyembuhkan ‘sakit dahaga’, karena air tersebut turun ke lambung beberapa kali. Siraman kedua bisa menutupi kekurangan siraman pertama untuk menenangkan rasa dahaga. Siraman ketiga lebih menyempurnakan lagi siraman kedua. Demikian juga, cara itu lebih selamat untuk menghadapi suhu panas lambung. Di samping itu juga lebih aman, agar lambung tidak terserang oleh hawa dingin dengan sekaligus dalam satu waktu.

 

Selain itu, cara di atas juga tidak bisa menghilangkan rasa dahaga karena konfontrasi susu dingin dengan panas secara spontan, lalu secara spontan pula memaksa hilangnya rasa haus. Padahal rasa haus yang digempur secara frontal itu tidak akan hilang sama sekali. Lain halnya bila digempur dengan perlahan dan bertahap.

 

Cara minum di atas juga lebih aman akibatnya dan lebih aman dari kemungkinan akibat penggempuran rasa haus secara spontan, yang dikhawatirkan dapat memadamkan proses pembakaran alami karena kuatnya rasa dingin air tersebut, atau setidaknya melemahkan proses tersebut sehingga mengakibatkan rusaknya proses metabolisme pada lambung dan lever dan juga menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit terutama sekali bagi para penduduk negeri-negeri panas seperti Hijaz, Yaman dan lain-lain. Atau di waktu-waktu panas seperti pada musim kemarau. Minum dengan cara sekaligus pada saat itu amatlah dikhawatirkan sekali. Karena suhu panas alami dalam tubuh pada musim panas amat lemah.

 

Arti ucapan Nabi  “… lebih nikmat …” yakni karena air tersebut masuk dengan mudah, terasa lebih nikmat dan bermanfaat. “Makanlah kalian dengan enak dan nikmat.” Enak saat menyantapnya dan nikmat sesudah memakannya. Ada juga yang menyatakan bahwa arti kata marii dalam hadits itu adalah lebih mudah mengalir karena ringannya, lain halnya bila jumlah airnya terlalu banyak. akan sulit mengalir ke dalam tubuh.

 

Di antara musibah yang bisa ditimbulkan oleh cara minum sekaligus adalah dikhawatirkannya terjadinya penyumbatan saluran kerongkongan akibat terlalu banyaknya air yang masuk. sehingga sulit bernapas. Namun kalau seseorang bernapas terlebih dahulu baru meneruskan minumnya, ia akan selamat dari kemungkinan itu. Di antara faidah lain dari cara minum Rasulullah itu adalah bahwa saat meneguk minumannya pertama kali, uap yang berasal dari jantung dan lever orang yang minum naik ke atas karena masuknya air dingin ke dalam tubuh sehingga uap panas itu secara alami terdesak keluar. Kalau seseorang meneguk minumannya secara sekaligus, maka turunnya air dingin itu akan secara bersamaan terjadi dengan naiknya uap keatas sehingga saling tolak menolak dan dorong mendorong. Itulah yang akhirnya mengakibatkan orang tersedak sehingga tidak merasa nikmat lagi saat meneguk air tersebut, tidak memuaskan dan tidak menghilangkan dahaganya secara optimal.

 

Abdullah bin Al-Mubarak, Al-Baihagi dan ulama lainnya meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda:

 

“Kalau salah seorang di antara kalian minum, hendaknya ia meneguknya seperti orang menghisap, bukan seperti orang menuang air. Penyakit lever itu di antaranya karena cara minum seperti itu.” ‘”

 

Hepatitis, yang dalam bahasa Arabnya Kubaad adalah sejenis penyakit pada lever (hati). Berdasarkan eksperimen telah dibuktikan bahwa cara minum sekaligus seperti itu yang langsung menggempur hati bisa menyebabkan sakit atau memperlemah suhu panas alaminya. Penyebabnya adalah konfrontasi langsung dengan suhu panas tersebut akibat masuknya air dingin dengan kuantitas tertentu. Kalau air itu turun secara bertahap sedikit demi sedikit, konfrontasi itu tidak akan terjadi dan tidak akan memperlemah kondisi lever. Contohnya seperti menyiram panci panas dengan air dingin, pasti akan terjadi letupan kecil. Namun bila disiram sedikit demi sedikit, tidak akan berbahaya.

 

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami’-nya dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda:

 

“Janganlah kalian minum sekaligus seperti seekor unta, akan tetapi minumlah dua atau tiga kali teguk. Sebutlah nama Allah bila kalian minum. Pujilah nama Allah selesai kalian“? minum.”

 

Membaca bismillah sebelum makan dan minum serta menyebut alhamdulillah seusai makan memiliki pengaruh yang amat menakjubkan terutama dalam kapasitas untuk memberi manfaat, menolak mudharat dan menambah kenikmatan. Imam Ahmad menegaskan. “Kalau makanan memenuhi empat kriteria, maka ia adalah makanan yang sempurna: Bila dibacakan bismillah sebelum disantap, dibacakan alhamdulillah setelah disantap. dimakan oleh banyak orang dan merupakan makanan yang halal.”

 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari hadits Jabir bin Abdullah, ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

 

“Tutuplah bejana dan tutuplah tempat minum, karena dalam satu tahun itu ada satu malam dimana wabah penyakit turun. Setiap kali wabah itu melewati bejana yang tidak bertutup atau tempat minum yang tidak bertutup, pasti akan menaruhkan bibit penyakitnya di tempat tersebut.”

 

Inilah yang tidak dapat dimengerti oleh otak kalangan ahli medis dan pengetahuan mereka. Itu sudah bisa dipahami oleh siapa saja yang mengenal persoalan dari kalangan orang-orang berakal melalui pengalaman dan eksperimen.

 

Laits bin Saad-salah satu perawi hadits-menyatakan, “Orang-orang ajam di kalangan kami sangat takut terhadap malam itu dalam satu tahun, yakni di bulan Kanun Al-Awwal.”

 

Diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah memerintahkan agar bejana itu diberi tutup meski hanya dengan sebatang kayu ranting. Dilintangkannya kayu ranting itu memiliki hikmah tersendiri, yakni untuk membiasakan seseorang untuk tidak lupa menutup bejananya, meski sesekali harus dengan ranting kayu. Bisa jadi juga ada seekor lalat yang akan terjatuh, namun akhirnya ia hinggap di ranting tersebut dan tidak jadi jatuh karena ranting itu berfungsi sebagai jembatan baginya.

 

Diriwayatkan juga dengan shahih dari Rasulullah bahwa beliau pernah memerintahkan menutup bejana dengan membaca bismillah. Karena membaca bismillah saat menutup bejana dapat mengusir setan. Menutup bejana itu sendiri dapat mencegah masuknya serangga. Oleh sebab itu beliau memerintahkan membaca bismillah dalam dua konteks ini, untuk dua tujuan tadi.

 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah melarang minum langsung dari mulut tempat minum.

 

Larangan ini mengandung banyak adab dan etika. Di antaranya, karena sgcara berkali-kali napas seseorang yang berhembus ke dalam tempat minum itu sehingga meninggalkan hawa dan bau busuk yang tidak disenangi orang lain. Adab lain, bahwa kemungkinan air yang masuk ke dalam perut orang yang meminumnya terlalu berlebihan sehingga membahayakannya”?. Adab lain, bisa jadi di tempat itu ada binatang yang bisa membahayakan orang yang meminum dari tempat itu secara langsung tanpa disadarinya. Adab lainnya, bisa jadi air tersebut mengandung kotoran dan sejenisnya yang tidak terlihat saat meminumnya sehingga masuk ke dalam perutnya. Adab lain, cara minum seperti itu bisa memberi kesempatan masuknya hawa ke dalam perut sehingga menyempitkan ruang masuknya air, lalu saling tolakmenolak dan pada akhirnya akan membahayakan dirinya. Dan masih banyak lagi hikmah-hikmah lainnya.

 

Kalau ada yang berkata: Bagaimana pendapat Anda tentang riwayat dalam Jami’ At-Tirmidzi bahwa Rasulullah  pada peperangan Uhud pernah meminta sekantung kulit air. Beliau berkata, “Buka tutupnya.” Lalu beliau meminum dari mulut kantung tersebut?

 

Jawabannya: Cukup kami jawab dengan ucapan At-Tirmidzi sendiri: Hadits ini sanadnya tidak shahih. Abdullah bin Umar Al-Umari dinyatakan lemah karena hapalannya. Bahkan saya tidak yakin apakah ia mendengar hadits ini langsung dari Isa atau tidak. Yakni Isa bin Abdullah yang meriwayatkan hadits ini dari salah seorang lelaki AlAnshar.

 

Dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan hadits dari Abu Said Al-Khudri bahwa ia menceritakan, “Rasulullah  melarang minum dari bagian cangkir yang terpecah dan melarang untuk bernapas dalam air minum.”

 

Ini termasuk di antara etika yang diajarkan derni kemaslahatan orang yang minum. Karena minum melalui bagian cangkir yang sompel memiliki beberapa bahaya:

 

  1. Kotoran yang biasanya ada di permukaan air, akan berkumpul di bagian cangkir yang sompel. lain halnya bagian pinggir cangkir yang masih mulus.

 

  1. Itu bisa mengganggu saat minum. Minum melalui bagian cangkir yang sompel atau pecah tidak bisa optimal dan baik.

 

  1. Kotoran dan sejenisnya biasa terkumpul di bagian cangkir yang pecah, karena tidak ikut terbersihkan saat dicuci, sebagaimana bagian cangkir yang masih baik.

 

  1. Bagian yang sompel adalah bagian yang jelek pada cangkir, yakni lokasi yang paling tidak bagus sehingga harus dihindari, lebih baik dicari bagian yang masih baik. Karena bagian yang buruk dari segala sesuatu pasti tidak ada baiknya. Ada salah seorang ulama AsSalaf yang melihat seorang lelaki membeli barang yang jelek kualitasnya. Ulama tadi berkata, “Jangan lakukan itu. Tidakkah engkau mengetahui bahwa Allah mencabut keberkahan dari segala barang yang jelek?”

 

  1. Bisa jadi bagian yang pecah itu memiliki belahan atau bagian runcing yang bisa melukai mulut orang yang minum lewat bagian tersebut. Dan banyak lagi bahaya-bahaya lainnya.

 

Adapun bernapas di air minum, resikonya adalah menimbulkan bau busuk pada air minum yang tidak disukai orang lain, terutama sekali Orang yang bau mulutnya mengalami perubahan buruk. Pokoknya secara umum napas orang yang minum akan tercampur ke dalam air tersebut.

 

Oleh sebab itu, Rasulullah menggabungkan antara larangan meniup air dan larangan terhadap bernapas dalam air dalam hadits At-Tirmidzi dan dinyatakan shahih oleh beliau, dari Ibnu Abbas  bahwa ia menceritakan: Rasulullah  melarang meniup air dan bernapas dalam air minum.

 

Kalau ada yang bertanya, “Bagaimana kalian memahami hadits Rasulullah  bahwa beliau bernapas tiga kali dalam bejana?”

 

Jawabannya: Kita menerima konteks hadits itu secara pasrah dan rela hati. namun tidak ada kontradiksi antara hadits itu dengan hadits di atas. Karena arti hadits itu adalah bahwa beliau bernapas tiga kali saat minum. Di situ disebutkan bejana, yakni tempat minum. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Ibrahim putra Rasulullah  meninggal dunia dalam tetek. yakni pada masa penyusuan. Terkadang Rasulullah meminum susu murni. terkadang meminum susu yang sudah dicampur dengan air.

 

Meminum air susu yang sudah dimaniskan di negeri-negeri panas terutama susu mumi atau yang dicampur air, mengandung khasiat yang banyak sekali dalam upaya menjaga stamina, melembabkan tubuh. menyegarkan lever, terutama susu yang berasal dari binatang ternak dari wilayah Syaih, Qaisham, Al-Khuzami dan sejenisnya. Karena susunya mengandung unsur gizi makanan, mengandung unsur minuman dan mengandung unsur obat.

 

Dalam Jami’ At-Tirmidzi diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Siapa saja di antara kalian yang hendak makan, hendaknya ia mengucapkan, “Ya Allah, berkatilah makanan kami ini dan berikanlah kami makanan yang lebih baik lagi.”

 

Apabila ia diberi minuman, hendaknya ia berdoa:

 

“Ya Allah, berkatilah minuman kami ini, dan tambahkanlah minuman lain untuk kami. Karena tidak ada yang bisa menggantikan makanan dan minuman sekaligus, kecuali susu.” “ At-Tirmidzi berkomentar, “Hadits ini hasan.”

 

Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah dibuatkan air nabiedz di awal malam. dan beliau baru meminumnya di pagi hari berikutnya atau di malam berikutnya. keesokan harinya atau malam berikutnya lagi, atau di keesokan harinya di waktu sore. Bila masih tersisa, beliau memberikannya kepada pelayannya atau dibuang.”

 

Arti nabiedz adalah air yang diberi kurma hingga berubah menjadi manis. Itu termasuk makanan dan sekaligus minuman. Manfaatnya amat besar sekali untuk meningkatkan stamina dan menjaga kesehatan tubuh. Beliau tidak pernah meminumnya lebih dari tiga hari setelah diendapkan, khawatir bila sudah memabukkan.

 

 

Beliau dikenal sebagai yang terbaik dalam cara berpakaian, yang paling bermanfaat cara berpakaiannya. paling simple, dan paling mudah untuk melepas atau mengenakan pakaiannya.

 

Yang sering beliau kenakan adalah kain sarung dan kain sorban. Karena itu yang paling simple dikenakan di badan dibandingkan yang lainnya. Beliau juga suka mengenakan gamis, bahkan itu adalah pakaian yang paling disukai oleh beliau.

 

Cara berpakaian beliau di antaranya adalah mengenakan pakaian yang paling bermanfaat untuk tubuh. Beliau tidak pernah membuat lengan baju yang terlalu panjang atau terlalu lebar. Lengan baju beliau sampai di pergelangan tangan saja. tidak lebih, sehingga tidak sulit dikenakan, menghalangi seseorang untuk bergerak dengan lincah dan cekatan atau untuk memukul. Namun beliau juga tidak mengenakan pakaian yang berlengan lebih pendek. sehingga harus menahan dingin dan panas.

 

Ujung kain dan gamis Rasulullah adalah hingga pertengahan betis, tidak melewati mata kaki sehingga mengganggu saat berjalan atau memperlambat jalan seolah-olah kakinya terbelenggu. Beliau juga tidak mengenakan pakaian yang lebih pendek sehingga terpaksa menahan dingin dan panas.

 

Sorban beliau juga tidak terlalu besar sehingga mengganggu kepala, memberatkan atau melemahkan kepala, menyebabkan kepala mudah lelah dan mudah terkena penyakit, seperti yang kita saksikan pada banyak teman-teman kita sekarang ini. Namun ukurannya juga tidak kecil sekali sehingga tidak cukup melindungi kepala dari panas dan dingin. Ukurannya sedang-sedang saja. Beliau sering mernasukkan ujung sorban ke balik bajunya bagian belakang. Itu juga memiliki banyak faidah dan lebih mantap posisinya, terutama sekali saat mengendarai kuda dan unta, saat berlari ke sana ke mari. Banyak orang yang sengaja membuat semacam igal sebagai ganti dari memasukkan sorban ke belakang leher. Sungguh amat jauh perbedaan antara kedua cara itu. di samping manfaat dan juga nilai keindahan keduanya yang amat berbeda!

 

Kalau kita mencermati cara beliau berpakaian, kita akan mendapatkannya sebagai cara berpakaian yang paling efisien dan paling efektif dalam upaya menjaga stamina dan kesehatan tubuh. jauh dari unsur menyusahkan dan menyiksa tubuh.

 

Beliau bisa mengenakan khuff saat bepergian, seterusnya atau setidaknya hampir selama bepergian, karena kakinya membutuhkan preventif terhadap hawa dingin dan panas. bahkan juga terkadang di saat beliau tidak bepergian.

 

Warna pakaian yang paling disukai oleh beliau adalah putih atau abu-abu, yakni seperti warna mesiu. Beliau tidak terbiasa mengenakan warna merah, hitam, warna oplosan atau metalik. Adapun hullah merah yang dikenakan oleh beliau adalah sejenis kain panjang dari Yaman yang mengandung warna merah, hitam dan putih, seperti juga hullah hijau. Beliau terkadang mengenakan hullah merah dan terkadang yang hijau. Sebelumnya ini juga telah dipaparkan. Keliru mereka yang mengira bahwa yang beliau kenakan adalah pakaian merah polos. Penjelasan terdahulu dirasa sudah cukup.

 

 

 

Rasulullah  menyadari bahwa beliau berada di tengah sebuah perjalanan. Dunia ini adalah perjalanan belaka, hanya sejenak beristirahat sepanjang umur seseorang. kemudian melanjutkan perjalanan menuju akhirat. Sehingga Rasulullah dan para sahabatnya tidak memiliki perhatian besar untuk membangun dan mempermegah tempat tinggal, memperindah”!, mempercantik dan mempertuasnya. Tempat tinggal terbaik bagi seorang musafir adalah yang mampu melindunginya dari panas dan dingin, melindunginya dari pandangan orang lain, menjaga agar binatang dan serangga tidak memasukinya, tidak khawatir roboh karena terlalu berat atap dan dindingnya, tidak menjadi tempat tinggal binatang karena terlalu luas. tidak menjadi sarang angin berbahaya karena terlalu tinggi. Letaknya juga tidak di bawah tanah sehingga mengganggu penghuninya, namun juga tidak terlalu tinggi. Sedang-sedang saja.

 

Itulah tempat tinggal yang paling standar. paling efisien dan paling nyaman, tidak terserang dingin dan panas. tidak terlalu sempit bagi penghuninya sehingga berdesakan, juga tidak terlalu besar sehingga kurang manfaat dan berlebihan dan akhirnya menjadi sarang binatang atau serangga belaka karena banyak yang kosong. Tidak ada bagian rumah yang berbau busuk sehingga mengganggu penghuninya. Sebaliknya, yang ada adalah bau yang harum semerbak. Karena Rasulullah suka mengenakan wewangian, selalu mengenakan wewangian. Wewangian yang beliau kenakan adalah yang paling wangi dan paling semerbak. Di rumah beliau tidak ada sampah yang menimbulkan bau busuk. Tidak syak, bahwa itu adalah rumah terbaik, rumah paling efisien dan paling bermanfaat, lebih serasi untuk tubuh dan lebih mampu . menjaga kesehatan penghuninya.

 

 

Siapa saja yang memperhatikan cara tidur dan aktivitas beliau, pasti akan mendapatkannya sebagai cara tidur terbaik dan paling bermanfaat untuk tubuh, untuk seluruh organ badan dan stamina. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Beliau bangun dan bersiwak. lalu berwudhu dan shalat sampai batas waktu yang diizinkan oleh Allah. Tubuh berikut organ-organnya dan energi tubuh mendapatkan hak yang pantas untuk tidur dan beristirahat, namun juga cukup berolahraga, di samping menangguk pahala. Itu adalah cara paling maslahat bagi hati dan tubuh manusia di dunia dan di akhirat.

 

Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun juga tidak menahan diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan. Beliau melakukannya dengan cara terbaik: tidur pada saat diperlukan dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berdzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat. tidak dalam keadaan kekenyangan karena makan dan minum, dan tidak langsung bersentuhan dengan tanah dan tidak berbaring di atas kasur yang terlalu tebal. Beliau memiliki kasur”? kulit berisi sabut. Beliau juga membaringkan kepalanya di atas bantal. Terkadang beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya.

 

Di sini kami akan membuat sub pembahasan tentang tidur yang bermanfaat dan yang berbahaya. Kami tegaskan: Tidur artinya adalah suatu kondisi dimana badan terselimuti oleh panas alami dan energi ke bagian dalam tubuh untuk beristirahat.

 

Tidur ada dua macam: Tidur yang alami dan yang tidak alami. Tidur yang alami adalah saat energi jiwa mencegah segala bentuk aktivitas tubuh. yakni energi indera dan gerakan hati. Kalau energi tersebut sudah menahan gerakan tubuh, saat itulah tubuh ibarat diulur. Segala bentuk kelembaban dan uap tubuh yang pada saat tubuh sedang beraktivitas seluruhnya bercerai-berai mengikuti aktivitas, namun saat tidur seluruhnya berkumpul di otak yang merupakan sumber energi, lalu bersembunyi dalam otak dan terulur. Itulah tidur yang alami. Adapun tidur yang tidak alami adalah yang dialami seseorang karena sakit atau karena suatu kondisi tertentu. Yakni saat kelembaban menguasai otak sedemikian rupa sehingga tidak mampu terjaga atau sadar. Atau karena unsur kelembaban dan uap memuncak-seperti saat kekenyangan atau kembung karena banyak minum-sehingga otak menjadi lemah dan berhenti beraktivitas. Saat itu energi menjadi tersembunyi dan energi jiwa juga berhenti beraktivitas. Terjadilah tidur.

 

Tidur memiliki dua faidah besar: pertama, istirahatnya seluruh anggota tubuh sehingga terbebas dari rasa lelah, panca indera juga menjadi nyaman, terlepas dari kerja berat saat terjaga, segala kepenatan juga lenyap. Kedua, sempurnanya metabolisme makanan dan proses pembakaran. Karena panas alami tubuh pada saat tidur menggelegak ke seluruh tubuh sehingga membantu proses tersebut. Oleh sebab itu tubuh secara lahir menjadi dingin, dan orang yang tidur cenderung membutuhkan selimut.

 

Tidur yang paling efisien adalah berbaring ke sebelah kanan agar makanan bisa berada pada posisi yang pas dalam lambung, mengendap secara proporsional. Karena lambung cenderung miring ke sebelah kiri sedikit. Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian dilanjutkan dengan berbaring ke sebelah kanan saja agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung. Jadi berbaring ke sebelah kanan dilakukan di awal tidur dan akhir tidur. Terlalu banyak berbaring ke sebelah kiri membahayakan jantung dan menyebabkan seluruh organ mengarah ke jantung, bahkan banyak unsur tubuh yang menyerang jantung.

 

Tidur yang terburuk adalah bertelentang. Tiduran telentang tidak menjadi masalah sekadar untuk beristirahat sejenak, bukan untuk tidur. Lebih buruk lagi tidur bertelungkup. Dalam Musnad dan Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari Abu Umamah bahwa ia menceritakan: Nabi pernah lewat di hadapan seorang lelaki yang sedang tidur menelungkup, maka beliau menyepaknya dengan kaki beliau sambil bersabda, “Bangun—duduk-itu adalah cara tidur para penghuni Jahannam.”

 

Hippocrates menyebutkan dalam buku At Tagdimah, “Kalau seorang yang sakit tidur menelungkup. padahal pada waktu sehat ia tidak terbiasa tidur demikian. itu menunjukkan otaknya tidak beres, atau memang ada penyakit di seputar perutnya.” Mereka yang menjelaskan bukunya menegaskan. “Karena itu bertentangan dengan kebiasaan baik. justru mencoba-coba kebiasaan buruk tanpa ada sebab yang secara lahir maupun batin.”

 

Tidur yang standar memberi kesempatan kepada energi alami melakukan aktivitasnya, menentramkan jiwa. memperbanyak sel-sel tubuh. hingga bisa jadi seseorang tertidur demikian nyenyaknya sehingga tidak memberi kesempatan ruh jahat untuk memasukinya.

 

Tidur siang itu tidak baik, karena bisa menimbulkan berbagai penyakit akibat kelembaban tubuh. menimbulkan banyak wabah, merusak pigmen tubuh. menyebabkan penyakit empedu. melemaskan syaraf. menimbulkan kemalasan, melelahkan syahwat, kecuali di musim panas pada tengah hari. Yang terburuk adalah tidur di awal siang. Namun yang lebih buruk lagi adalah tidur di akhir waktu Ashar. Saat Ibnu Abbas melihat salah seorang anaknya tidur di pagi hari, beliau berkata, “Bangun. Apakah kamu tidur saat dibagi-bagikannya rizki?”

 

Ada yang berpendapat bahwa tidur siang itu ada tiga macam: Khulug. khurug dan humug. Khulug adalah tidur di tengah hari. Disebut khulug (akhlak). karena itu adalah kebiasaan Rasulullah . Khuruq (perusak) adalah tidur di waktu Dhuha, sehingga mengganggu aktivitas dunia dan akhirat. Sementara humug (kebodohan) adalah tidur di waktu Ashar. Ada ulama As-Salaf yang menegaskan, “Siapa saja yang tidur sesudah Ashar, lalu akalnya dicabut, hendaknya ia hanya mencaci dirinya sendiri.”

 

Seorang ahli syair menyatakan:

 

“Sesungguhnya tidur di waktu dhuha dapat menyebabkan kemalasan bagi para pemuda, tidur Ashar dapat menimbulkan penyakit gila.”

 

Tidur pagi dapat menolak rizki. Karena itu adalah waktu mencari rizki. waktu dibagi-bagikannya rizki. Maka tidur pada saat itu dapat menolak rizki. kecuali karena suatu alasan atau karena kebutuhan mendesak. Selain itu tidur di pagi hari amat berbahaya bagi kesehatan, karena badan dimanjakan dan otot-otot menjadi rusak sehingga harus diperbaiki melalui olahraga. Tidur semacam itu tentu saja menyebabkan pegal linu. kelelahan dan kelemahan, dan kalau itu dilakukan sebelum buang air, beraktivitas dan olahraga. lambung disibukkan mengolah makanan. Tentu saja itu dapat menimbulkan penyakit kronis yang bisa melahirkan berbagai penyakit lainnya.

 

Tidur di bawah sengatan matahari juga dapat memancing penyakit terpendam. Tidur antara sinar matahari dengan tempat teduh juga tidak baik. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari hadits Abu Hurairah, ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Kalau salah seorang di antara kalian berada di bawah sinar matahari, tiba-tiba terkena teduh sehingga sebagian tubuhnya di bawah sinar matahari dan sebagian lain di tempat teduh. maka hendaknya ia bangkit.”

 

Dalam Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya disebutkan dari hadits Buraidah bin Al-Husaib”? bahwa Rasulullah  melarang seseorang duduk di antara sinar matahari dan tempat teduh” Ini merupakan peringatan terhadap larangan tidur antara kedua waktu itu.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Al-Barra bin Azib bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Kalau engkau menuju pembaringan, hendaknya engkau berwudhu seperti wudhu hendak shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan, lalu ucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku berserah diri kepada-Mu, mengarahkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan urusanku kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu: karena rasa sugesti dan takut kepada-Mu: Tidak ada tempat berlindung” dan tempat mencari keselamatan melainkan kepada-Mu jua. Aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan, Nabi yang Engkau utus.” Jadikanlah semua doa itu sebagai akhir dari ucapanmu. Kalau di malam itu engkau meninggal dunia, engkau meninggal di atas fitrah.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dari hadits Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah  seusai melakukan shalat (sunnah) Fajar, beliau berbaring dengan miring ke sebelah kanan.”

 

Ada pendapat bahwa hikmah dari berbaring ke sebelah kanan adalah bahwa agar orang tidak terlalu nyenyak tidurnya. Karena jantung seseorang itu agak miring ke sebelah kiri. Kalau seseorang tidur miring ke sebelah kanan. otomatis jantung akan mencari-cari posisinya yang seharusnya di sebelah kiri. Kondisi itu tentu saja menyebabkan seseorang tidak bisa terlalu nyenyak dalam tidurnya. Lain halnya bila seseorang berbaring dengan miring ke sebelah kiri. Itulah posisi jantung yang paling nyaman sehingga menyebabkan tubuh merasa nyaman sekali. namun akibatnya seseorang akan nyenyak sekali dalam tidurnya, merasa berat untuk bangun sehingga akan kehilangan banyak kepentingan dunianya dan akhiratnya.

 

Karena orang yang tidur tidak ubahnya seperti orang yang meninggal dunia, sebab tidur adalah saudara kembar kematian. maka mustahil bagi Allah  untuk tidur. Dan oleh karena itu pula para penghuni Jannah juga tidak tidur di dalam Surga. Karena orang yang tidur membutuhkan orang yang menjaga dan memelihara dirinya dari segala bencana yang bisa menimpanya. Menjaga badannya dari segala bentuk keburukan yang mungkin mengenainya. Allah sebagai Rabb dan Penciptanya, tentu akan selalu mengurus kebutuhannya. Oleh sebab itu Rasulullah  mengajarkan orang yang hendak tidur untuk mengucapkan beberapa kalimat yang menunjukkan penyerahan diri. permintaan perlindungan diri, rasa sugesti dan takut kepada Allah, yakni demi mendapatkan penjagaan optimal dari Allah dan pemeliharaan terhadap jiwa dan raganya, lalu selain itu Rasulullah juga membimbing”? agar seseorang mengingat imannya dan tidur dengan imannya tersebut serta menjadikan ungkapan keimanan sebagai akhir ucapannya sebelum tidur. Karena bisa jadi Allah mewafatkan dirinya dalam tidurnya. Kalau akhir ucapannya adalah ungkapan keimanan, ia akan masuk Surga.

 

Cara tidur seperti itu mengandung kemaslahatan hati, tubuh dan jiwa, baik pada saat tidur, saat terjaga, di dunia maupun di akhirat. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada umat Nabi yang selalu mencari kebajikan.

 

Arti ucapan, “Aku berserah diri kepada-Mu,” yakni menjadikan dirimu Muslim yang berserah diri seperti layaknya seorang hamba sahaya yang menyerahkan dirinya kepada tuan dan pemiliknya.

 

Penyerahan diri kepada Allah meliputi penyerahan diri secara totalitas kepada Allah, mengikhlaskan niat dan tujuan ibadah hanya kepada-Nya, serta memberi pengakuan dengan tunduk, pasrah dan menyerah kepada-Nya.

 

Allah  berfirman:

 

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah:”Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” (Ali Imran: 20)

 

Dalam ayat itu disebutkan kata ‘wajhi’ (diriku). yang asalnya berarti wajahku. Wajah merupakan bagian paling mulia pada diri manusia, pusat dari panca indera. Selain itu. wajah juga mengandung makna ‘menghadap’ dan mengarahkan tujuan. seperti dalam sebuah syair:

 

“Rabb dari seluruh hamba. kepada-Nya setiap “wajah! dan perbuatan ditujukan.”

 

Menyerahkan urusan kepada-Nya. artinya mengembalikan segala urusan kepada-Nya. Konsekuensinya adalah bahwa hati menjadi nyaman dan tentram, penuh dengan keridhaan terhadap apa yang dipilih dan ditakdirkan oleh Allah, terhadap apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Penyerahan segala urusan kepada Allah termasuk magam (tingkatan ibadah) paling mulia. Namun tidak ada alasan rasional berkaitan dengan tingkatan ibadah ini, karena ia merupakan tingkatan khusus, tidak sebagaimana pendapat mereka yang menganggap itu adalah masalah khilafiyah.

 

Penyandaran diri kepada Allah  mengandung kekuatan tawakal kepada Allah, merasa tentram menuju kepada-Nya, selalu bertawakal kepada-Nya. Seperti layaknya orang yang menyandarkan punggungnya kepada sebuah pilar yang kokoh, tidak akan khawatir kalau tiang itu roboh.

 

Saat hati memiliki dua kekuatan, kekuatan permohonan yang berisi harapan atau sugesti, serta kekuatan menghindari sesuatu yang berisi tasa takut kepada Allah sehingga si hamba selalu mengejar hal yang bermanfaat dan menghindari bahaya. maka berarti ia telah mengumpulkan dua perkara: penyerahan diri dan menghadapkan diri kepada Allah, lalu ia berkata, “… karena sugesti dan rasa takut kepada: Mu…

 

Kemudian dalam doa itu seorang Muslim memuji Rabb-Nya bahwa tidak ada tempat berlindung baginya selain kepada Allah, dan tidak ada tempat mencari keselamatan kecuali kepada-Nya jua. Karena Allah adalah tempat berlindung bagi seorang hamba dan tempatnya mencari keselamatan seperti disebutkan dalam hadits lain. “Aku berlindung kepada keridhaan-Mu terhadap kemurkaan-Mu, dengan ampunan-Mu terhadap siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu.” Allah  yang memberi perlindungan kepada hamba-Nya. menyelamatkannya dari siksa-Nya yang juga datang dengan kehendak dan kekuasaan-Nya. Semua bala bencana berasal dari Allah, dan segala pertolongan juga berasal dari-Nya. Kepada-Nya dimohon segala keselamatan dan hanya kepada-Nya juga tempat berlindung. Hanya kepada-Nya tempat berlindung dari segala bahaya yang juga berasal dari-Nya. Hanya kepada-Nya bisa mencari keselamatan dari musibah yang juga berasal dari-Nya. Allah adalah Rabb dari segala sesuatu, tidak ada sesuatu yang terjadi melainkan dengan kehendak-Nya.

 

Allah  berfirman:

 

“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya selain Dia sendiri ….” (Al-An’am: 17)

 

Allah  berfirman: 

 

“Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.” (Al-Ahzab: 17)

 

Lalu doa di atas ditutup dengan keimanan terhadap kitab-Nya dan Rasul-Nya yang merupakan kunci keselamatan dan kemenangan di dunia dan di akhirat. Itulah petunjuk Nabi dalam tidur, “Kalaupun beliau tidak berkata: Aku adalah Rasulullah, petunjuk hidupnya sudah cukup berbicara …”

 

Adapun petunjuk beliau saat terjaga adalah bahwa beliau bangun pagi pada saat sang jago-ayam-berkokok. Lalu beliau bertahmid kepada Allah. bertakbir. bertahlil. berdoa dan bersiwak. Kemudian beliau berwudhu dan tegak berdiri melakukan shalat di hadapan Rabbnya. bermunajat kepada Allah dengan membaca Kitab-Nya, memuji-Nya. mengharap-Nya dengan penuh sugesti dan rasa takut. Apakah ada cara lain untuk menjaga kesehatan hati, tubuh, ruh dan stamina di dunia dan di akhirat yang lebih baik daripada cara ini?

 

Adapun cara mengatur gerakan dan aktivitas—olahraga-kami sebutkan di sini sebuah pasal pembahasan yang akan kita dapatkan adanya keselarasan petunjuk beliau dalam hal itu. Karena cara beliau memang paripurna. yang terbaik dan yang paling tepat. Kami tegaskan:

 

Suatu hal yang dimaklumi bahwa tubuh seseorang untuk bisa bertahan hidup memerlukan makanan dan minuman. Makanan memang tidak seluruhnya akan menjadi bagian dari tubuh. Setiap proses pencernaan masih akan menghasilkan ampas yang apabila terlalu banyak dalam waktu yang lama akan menumpuk dalam jumlah banyak pula. Saat itu dengan kuantitas yang banyak dan kualitas yang berat, ampas tersebut akan berbahaya. bisa menyebabkan penyumbatan atau menyebabkan kegemukan, selain juga bisa menyebabkan beberapa penyakit dalam. Kalau dipompa keluar, obat-obatan pencahar seringkali mengganggu kesehatan. Karena kebanyakan adalah racun. Proses pemompaan keluar sendiri seringkali mengeluarkan juga zat-zat makanan yang masih bermanfaat. Sementara proses pengendapan ampas itu sendiri dapat memanaskan tubuh sehingga menyebabkan zat-zat basi ikut terpanaskan, atau mendinginkan tubuh sehingga memperlemah suhu panas alami dan menghambat proses pembakaran.

 

Ampas-ampas tersebut tidak diragukan lagi amatlah berbahaya bila dibiarkan dalam tubuh dan sama bahayanya bila dipaksa keluar. Olahraga adalah cara terbaik untuk mencegah lahirnya ampas makanan tersebut. Karena olahraga dapat memanaskan tubuh, mencairkan sisa ampas sehingga tidak mendekam terlalu lama. Di samping itu olahraga juga dapat membiasakan tubuh bergerak lincah dan penuh semangat, menambah nafsu makan, mengeraskan persendian, memperkuat otot dan urat, bahkan menyelamatkan diri seseorang dari berbagai akibat zat kimia juga kebanyakan penyakit pencernaan, bila digunakan secara proporsional dan pada waktu yang tepat dan tentunya dengan sistem yang tepat pula.

 

Waktu olahraga yang terbaik adalah setelah selesai proses pencemaan makanan. Olahraga yang proporsional adalah bila sampai menyebabkan warna kemerahan pada kulit. napas memburu dan badan terasa segar. Kalau harus mengeluarkan keringat, itu terlalu berlebihan. Bagian tubuh manapun yang dilatih dengan olahraga yang baik akan menjadi kuat. terutama sekali bila disesuaikan dengan jenis olahraga vang tepat. Bahkan setiap bentuk energi dilatih dengan cara yang sama. Orang vang banyak menghapal akan kuat daya hapalnya. Orang yang sering berpikir akan kuat daya pikirnya. Masing-masing anggota badan memiliki olahraga spesifik yang sesuai dengannya. Olahraga otak adalah membaca. Dimulai dengan membaca perlahan hingga keras-keras secara bertahap. Olahraga pendengaran adalah dengan mendengarkan bicara juga secara bertahap. dari mulai pembicaraan ringan hingga yang berat-berat. Demikian juga olahraga lidah. dilakukan dengan berbicara. Olahraga mata juga dilakukan dengan melihat. Olahraga kaki (berjalan) juga dilakukan secara bertahap. sedikit demi sedikit.

 

Adapun menunggang kuda. melempar lembing, gulat, lomba lari. kesemuanya adalah olahraga fisik. Semua jenis olahraga itu dapat menghilangkan berbagai bentuk penyakit menahun, seperti lepra. busung lapar dan sembelit.

 

Sementara itu olahraga batin dilakukan melalui belajar dan mempelajari adab. dengan bergembira dan bersukaria, bersabar. bersikap teguh, bersikap berani, mudah memaafkan, berbuat kebajikan dan sejenisnya yang bisa mengolah batin. Olahraga batin terbaik adalah bersabar. memupuk cinta kasih, bersikap berani dan suka berbuat baik. Orang yang melakukan olahraga batin ini sedikit demi sedikit pasti seluruh sifat tersebut betul-betul mengakar dalam dirinya dan menjadi tabiat yang kuat sekali.

 

Kalau kita mencermati petunjuk Nabi 4: dalam hal ini, kita akan mendapatkan petunjuk beliau itu sebagai penjagaan optimal terhadap kesehatan dan stamina, amat berguna dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.

 

Tidak diragukan lagi bahwa shalat saja mengandung cara menjaga kesehatan tubuh. Shalat mengandung komposisi gerak yang terbaik buat dirinya di samping hal-hal lain untuk menjaga kesehatan iman dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian juga dengan shalat malam. Shalat malam merupakan cara terbaik menjaga kesehatan dan cara terbaik untuk menolak berbagai penyakit menahun selain juga menjadi cara meningkatkan semangat jiwa dan raga serta hati seseorang. Seperti disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:

 

“Setan mengikatkan tiga buhul ikatan di kepala manusia bila ia tidur. Pada masing-masing buhulan itu setan memberi pukulan sambil berkata: “Nikmatilah malam yang panjang, tidurlah”. Kalau ia bangun lalu berdzikir kepada Allah. terbukalah satu ikatan. Bila ia berwudhu, terbukalah ikatan kedua. Dan bila ia sudah shalat, terbukalah seluruh ikatan sehingga ia berubah menjadi orang yang bersemangat jiwanya. Kalau tidak, ia akan berubah menjadi orang yang malas dan busuk jiwanya.”

 

Puasa yang disyariatkan juga termasuk di antara faktor penjaga kesehatan. sebagai olahraga bagi tubuh dan jiwa seseorang. Itu hal yang tidak dapat dipungkiri oleh orang yang sehat fitrahnya.

 

Adapun jihad dengan segala totalitas gerak tubuh yang terkandung di dalamnya termasuk di antara faktor terbaik dalam membina stamina, menjaga kesehatan, memperkuat jantung dan tubuh serta mengusir berbagai ampas makanan yang tidak berguna, bahkan juga menghilangkan kesedihan, kegundahan dan duka lara. Semua itu adalah hal yang hanya diketahui oleh orang yang memiliki peran dalam jihad itu sendiri. Demikian juga halnya dengan haji dengan berbagai manasik hajinya, juga perlombaan kuda dan lomba senjata. melakukan perjalanan untuk suatu keperluan atau untuk menemui saudara, memenuhi keperluan mereka, menjenguk orang sakit. mengiringi jenazah mereka, berjalan menuju masjid untuk melaksanakan shalat Jumat dan shalat jama’ah, melakukan beberapa gerakan saat berwudhu, mandi jinabat dan lain-lain.

 

Demikianlah, semua bentuk ibadah tersebut setidaknya merupakan olahraga batin dalam menjaga kesehatan dan mengusir ampas tidak berguna. Adapun kandungan lain berupa cara untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat serta menolak berbagai kejelekan dunia dan akhirat, maka itu adalah perkara lain lagi.

 

Dengan demikian pula kita mengetahui bahwa petunjuk Rasulullah  itu berada di atas segala petunjuk, dalam upaya merawat kondisi tubuh dan hati, memelihara kesehatan keduanya serta menolak berbagai penyakit. Tidak ada hal lain yang perlu dijelaskan lagi lebih dari itu bagi orang yang memiliki pemahaman yang sehat. Semoga Allah memberikan taufik-Nya. “

 

Adapun dalam soal! hubungan badan atau jimak, petunjuk Nabi adalah yang paling sempurna dalam konteks untuk menjaga kesehatan, untuk mendapatkan kenikmatan optimal dan kebahagiaan hati sehingga sasaran yang menjadi target hubungan intim dapat tercapai. Karena pada dasarnya hubungan badan itu diciptakan untuk tiga tujuan: Pertama, untuk memelihara keturunan dan keberlangsungan species manusia hingga sempurnanya proses penciptaan manusia yang telah Allah tetapkan di dunia ini. Kedua: Mengeluarkan air (mani) yang bila tetap mendekam dalam tubuh akan berbahaya bagi tubuh sendiri. Ketiga: Memenuhi hasrat, meraih kenikmatan dan menikmati karunia Allah. Kenikmatan terakhir ini adalah kenikmatan sejati yang hanya bisa didapatkan secara optimal di Surga nanti. Karena di Surga tidak ada regenerasi dan tidak ada unsur dalam tubuh yang harus dikeluarkan.

 

Kalangan medis terkemuka menandaskan: Sesungguhnya hubungan intim itu termasuk faktor paling utama dalam menjaga kesehatan.

 

Galenius menyatakan, “Unsur dominan pada sperma adalah api dan udara. Komposisinya panas dan lembab, karena sperma berasal dari darah murni yang merupakan makanan sesungguhnya dari seluruh anggota tubuh.”

 

Bila sudah jelas tingginya kandungan sperma, maka tidaklah selayaknya mengeluarkan mani selain dengan tujuan untuk menyambung keturunan atau sekadar untuk mengeluarkan kelebihan zat itu dari dalam tubuh. Karena kalau terlalu lama mengendap dalam tubuh bisa menimbulkan berbagai macam penyakit berbahaya, di antaranya penyakit stress, gila. epilepsi, dan berbagai penyakit lain. Pengeluaran sperma dari dalam tubuh bisa membantu penyembuhan berbagai penyakit tersebut. Karena kalau sperma terlalu lama mengendap dalam tubuh. ia akan menjadi rusak dan berubah menjadi zat beracun sehingga menimbulkan berbagai penyakit berbahaya seperti disebutkan di atas. Oleh sebab itu tubuh secara alami akan mengeluarkannya juga bila sudah terlalu banyak. meskipun seseorang tidak melakukan persetubuhan.

 

Sebagian kalangan As-Salaf menyebutkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan. Kalau bila suatu hari ia perlu berjalan banyak, ia tidak akan kesulitan melakukannya. Kedua. jangan sampai meninggalkan makan, karena usus bisa menyempit. Ketiga. jangan meninggalkan hubungan intim, karena air sumur itu bila tidak digunakan. airnya akan habis sendiri.”

 

Muhammad bin Zakaria menandaskan. “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ-organ tubuhnya akan melemah, sarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. selain itu penisnya juga akan mengkerut.” Beliau melanjutkan, “Aku melihat sendiri banyak kalangan yang sengaja tidak melakukan persetubuhan dengan niat membujang, maka tubuh mereka menjadi dingin, gerak-gerik mereka menjadi kaku dan mereka menjadi sering muram tanpa sebab. Nafsu makan mereka menjadi berkurang. demikian juga pencernaan mereka menjadi rusak.“

 

Di antara manfaat bersetubuh adalah menjaga pandangan mata, mengekang hawa nafsu, mampu menjaga kesucian diri agar tidak berbuat haram. Itu juga berlaku bagi wanita. Bersetubuh berguna bagi pria dan wanita di dunia dan di akhirat.

 

Oleh sebab itu, Rasulullah  selalu melakukan hubungan intim dengan teratur bahkan beliau menyukainya. Beliau pernah bersabda:

 

“Dari dunia kalian yang menjadi kesukaanku adalah wanita dan wewangian …”

 

Dalam kitab Az-Zuhd oleh Imam Ahmad dalam menyebutkan hadits ini disebutkan juga sebuah tambahan yang bermakna mendalam:

 

“Aku bisa bersabar untuk tidak makan dan tidak minum. tetapi aku tidak sabar untuk menjauhi wanita.”

 

Beliau  juga menganjurkan menikah kepada umatnya:

 

“Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan jumlah kalian yang banyak di hadapan para umat nanti.”

 

Ibnu Abbas menandaskan, “Orang yang terbaik di antara umat ini adalah yang paling banyak wanitanya (istri atau putrinya-—pent.).”

 

Rasulullah  pernah bersabda”:

 

“Aku sendiri juga menikahi wanita. makan daging, tidur dan shalat malam, berpuasa, dan makan. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, ia bukanlah golonganku.”

 

Beliau  juga bersabda:

 

“Hai kalangan pemuda! Siapa saja di antara kalian yang telah memiliki kemampuan biologis, hendaknya ia menikah. Karena menikah itu lebih mampu melindungi pandangan mata dan lebih mampu menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa. Karena puasa itu menjadi obatnya.”

 

Saat Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya:

 

“Kenapa engkau tidak menikah seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria?”

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Anas bin Malik bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah dalam keadaan suci dan tersucikan, hendaknya ia menikahi wanita-wanita merdeka.”

 

Dalam As-Sunan dari hadits Ibnu Abbas diriwayatkan juga secara martfu’:

 

“Kami belum pernah melihat pasangan yang saling menyinta dengan romantis seperti sepasang suami istri.”

 

Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari hadits Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Dunia ini adalah kenikmatan dan sebaik-baiknya kenikmatan dunia adalah wanita shalihah.”

 

Rasulullah  sendiri selalu menekankan umatnya agar menikahi wanita-wanita yang masih gadis, baik dan memiliki pemahaman agama yang cukup.

 

Dalam Sunan An-Nasa’i dari Abu Hurairah diriwayatkan bahwa Rasulullah  pernah ditanya tentang wanita yang bagaimanakah yang terbaik? Beliau menjawab:

 

“Yang selalu menggembirakan bila dipandang (oleh suami)’!, yang selalu mentaati perintah suami dan tidak pernah melanggar yang disukai oleh suaminya pada diri dan hartanya.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Wanita itu dinikahi karena hartanya, atau karena keturunannya, atau karena kecantikannya, atau karena agamanya. Beruntunglah kalian dengan agamanya, niscaya kalian akan terjaga dari keburukan.”

 

Rasulullah  juga menganjurkan seorang lelaki menikahi wanita yang subur dan beliau tidak menyukai wanita mandul sebagaimana dijelaskan dalam Sunan Abu Daud, dari Ma’gil bin Yasar diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki yang datang menjumpai Nabi  Lelaki itu menuturkan, “Aku menyukai seorang wanita yang memiliki keturunan yang baik dan cantik jelita, akan tetapi ia mandul. Apakah aku layak menikahinya?” Beliau menjawab, “Tidak,” Lelaki itu datang lagi untuk kedua kalinya, namun beliau tetap melarangnya. Saat ia datang untuk ketiga kalinya, Rasulullah .:z bersabda: “Nikahilah wanita yang subur dan menyukai anak. Karena aku akan berbangga dengan jumlah kalian di hadapan para umat di Hari Kiamat nanti.” Dalam Sunan At-Tirmidzi disebutkan secara marfu ‘:

 

“Ada empat hal termasuk sunnahnya para nabi: Menikah, bersiwak, menggunakan wewangian dan inai.”

 

Sementara dalam Al-Jami’ juga disebutkan:

 

“.. dan sikap malu (bukan menggunakan inai) …”

 

Penulis pernah mendengar Abul Hajjaj Al-Hafizh menyatakan, “Yang benar adalah khitan (khitan) bukan inai (henna). Huruf nuun-nya tidak tercantum dalam hasyiah. Demikian juga diriwayatkan oleh AlMuhamili dari Syaikh Abu Isa At-Tirmidzi.

 

Satu hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum berjima’ atau berhubungan badan adalah mencandai pasangan wanita, mencium dan mengulum lidahnya. Rasulullah sendiri biasa mencandai dan menciumi istrinya. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya bahwa Rasulullah  mencium Aisyah dan mengulum lidahnya.”

 

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah  melarang menyetubuhi seorang istri tanpa melakukan sofcore terlebih dahulu. Rasulullah  sendiri”? terkadang menyetubuhi seluruh istrinya dengan satu kali mandi. Dan terkadang beliau mandi setiap menggauli satu di antara mereka.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah  biasa menggilir istri-istrinya dengan satu kali mandi.

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari Abu Rafie’, mantan budak Rasulullah  bahwa Rasulullah biasa menggilir istriistrinya dalam satu malam, lalu beliau mandi setiap kali selesai menggauli satu di antara mereka. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah! Kenapa engkau tidak mandi satu kali saja?” Beliau menjawab, “Ini lebih suci dan lebih baik.”

 

Bagi orang yang bersetubuh lalu ingin mengulangi permainannya kembali, disyariatkan untuk berwudhu sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari hadits Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Apabila salah seorang di antara kalian menggauli istrinya, lalu ia ingin kembali menggaulinya, hendaknya ia berwudhu.”

 

Mandi dan wudhu setelah berhubungan badan dapat menambah semangat dan menjernihkan perasaan di samping juga mengganti ionion yang hilang setelah bersetubuh, selain itu juga lebih suci dan lebih bersih. Selain itu juga berfungsi mengumpulkan panas tubuh alami yang pada saat bersetubuh menyebar ke seluruh badan selain tentunya menciptakan kebersihan yang disukai oleh Allah, karena Allah tidak menyukai yang kotor. Semua itu menjadimanajemen terbaik dalam bersetubuh, menjaga kesehatan dan stamina.

 

Jima’ atau bersetubuh yang terbaik yang dilakukan sempurna proses metabolisme tubuh, setelah tubuh menjadi stabil suhu panas dan dinginnya, kekeringan dan kelembabannya, dalam volume dan tingkat kekosongannya. Bersetubuh bisa berbahaya saat perut sedang kenyang. Dan pada saat perut sangat kosong, lebih sedikit bahayanya dibandingkan saat kekenyangan. Bersetubuh juga lebih sedikit bahayanya saat tubuh mengalami kelembaban dibandingkan dengan saat tubuh kering. Saat tubuh panas, juga lebih sedikit bahayanya dibandingkan pada saat tubuh dingin.

 

Bersetubuh sebaiknya dilakukan pada saat syahwat menggelegak dan mengaliri seluruh tubuh tanpa paksaan, tanpa membayangkan sesuatu juga bukan karena memandang yang haram secara bertubi-tubi.

 

Tidak selayaknya nafsu birahi itu dipaksakan atau dibuat-buat, memaksa diri sendiri untuk bisa bersetubuh. Namun hendaknya seseorang segera bersetubuh pada saat nafsu birahinya bergejolak karena menumpuknya sperma dan gairahnya memuncak. Orang yang sudah terlalu tua atau masih terlalu belia jangan dipaksa berhubungan seks seperti halnya orang yang cukup umurnya. Demikian juga orang yang sedang kehilangan gairah seks seperti orang sakit, atau orang yang buruk rupa dan kondisinya atau menjijikkan. Bersetubuh dengan orangOrang seperti itu akan melemahkan stamina dan memperlemah libido seks secara khusus.

 

Sungguh keliru pandangan sebagian kalangan medis bahwa bersetubuh dengan janda itu lebih baik daripada dengan seorang gadis, lebih mampu menjaga kesehatan. Itu adalah analogi yang salah yang menjadikan sebagian orang salah kaprah. Hal itu bertentangan dengan pandangan orang orang berakal dan pendapat yang seolah menjadi konsensus hukum alam dengan ajaran syariat. Bersetubuh dengan gadis memiliki keistimewaan, terutama karena adanya ketertarikan yang lebih mendalam antara sang gadis dengan orang yang menyetubuhinya, karena hati seorang gadis lebih penuh dengan cinta. tidak terbagi-bagi cintanya. Itu semua tidak dimiliki oleh seorang janda. Nabi  bersabda, “Kenapa engkau tidak menikahi seorang gadis saja?”

 

Di antara kesempurnaan kehidupan Surga yang Allah ciptakan adalah hurun ‘ien (bidadari) yang tidak pernah tersentuh oleh siapa pun sebelumnya oleh kalangan penghuni Surga lainnya. Aisyah pernah bertanya kepada Nabi , “Kalau engkau melewati pohon yang sudah sering dipanjat dan pohon lain yang masih perawan. di pohon mana engkau menambatkan untamu?” Rasulullah menjawab, “Tentu saja di pohon yang masih perawan.” Yang dimaksudkan oleh Aisyah adalah bahwa dialah satu-satunya gadis perawan yang dinikahi oleh Rasulullah.

 

Wanita yang memenuhi kriteria untuk dicintai oleh seseorang akan sedikit sekali melemahkan tubuh karena menyebabkan banyak sekali mengeluarkan sperma yang harus dibuang dari dalam tubuh. Sebaliknya wanita yang tidak disukai atau yang menjijikkan dapat melemahkan tubuh, memperlemah stamina karena kurang mampu mengeluarkan sperma yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

 

Wanita haid haram digauli baik menurut ajaran syariat maupun berdasarkan kenyataan alami adalah karena memang berbahaya sekali. Kalangan medis sepakat melarangnya.

 

Cara bersetubuh yang terbaik adalah posisi laki-laki di atas wanita dengan menggunakan si wanita sebagai ‘kasur-nya, tentunya setelah bercumbu rayu dan saling berciuman terlebih dahulu. Oleh sebab itu

 

wanita disebut juga sebagai firaasy (kasur), sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, “Anak itu adalah hak “Si Kasur’ (wanita).”

 

Itu demi merealisasikan nilai kepemimpinan seorang lelaki terhadap wanita, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah :

 

“Laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (An-Nisa’: 34) Demikian juga disebutkan dalam syair: “Kalau aku sedang membutuhkannya, ia bisa menjadi kasur yang nyaman kutiduri, namun bila aku sedang menganggur, ia ibarat seorang pelayan yang menjilat kepada tuannya.”

 

Allah juga berfirman:

 

“Mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (Al-Bagarah: 187)

 

Pakaian yang terbaik adalah yang paling sempurna atau paling komplit. Dalam konteks ini, kasur bagi kaum lelaki sekaligus menjadi pakaiannya. Demikian juga selimut bagi kaum wanita sekaligus menjadi pakaiannya ciri keistimewaan ini diadopsi dari makna Al-Guran. Oleh sebab itu penggunaan kata “pakaian sebagai kiasan bagi suami istri terhadap masing-masing pasangannya amatlah baik sekali.

 

Masih ada sudut pandang lain: Yakni bahwa wanita juga bisa mengambil posisi sebaliknya sekali waktu sehingga berfungsi sebagai pakaian bagi si lelaki. Seperti disebutkan dalam sebuah syair:

 

“Tatkala sang lelaki yang tengah berbaring membalikkan badannya, tiba-tiba si wanita berlenggok dan berubah menjadi pakaian di atas tubuhnya …”

 

Yang dimaksud adalah posisi wanita di atas lelaki dan si lelaki melakukan ‘penetrasi’ dari belakang punggung si wanita. Itu adalah posisi yang tidak wajar, tidak sesuai dengan fitrah kaum lelaki di atas kaum wanita, bahkan jenis laki-laki yang secara fitrah di atas jenis wanita. Di antara kerusakan yang bisa ditimbulkan olehnya adalah bahwa air sperma menjadi sulit keluar. bahkan kemungkinan masih ada yang tersisa dalam organ seksual sehingga menjadi busuk dan membahayakan kesehatan. Selain itu, bisa jadi sebagian dari cairan kewanitaan tumpah ke bawah dari vaginanya. Bahaya lain, bahwa dalam posisi itu rahim tidak memiliki kemampuan menampung sperma untuk dicampur dengan mani si wanita dalam usaha penciptaan anak.

 

Selain itu pula, bahwa wanita itu menjadi objek dalam seksual baik menurut hukum alam ataupun menurut ajaran syariat. Kalau si wanita menjadi subjek, berarti ia melanggar ketentuan agama dan hukum alam. Kalangan Ahli Kitab biasa mendatangi istri-istri mereka dari arah samping dan mereka beralasan bahwa cara itu lebih memudahkan kaum wanita.

 

Sementara kalangan Quraisy dan orang-orang Al-Anshar biasa mendatangi kaum wanita langsung dari arah depan kelamin mereka Orang-orang Yahudi mengejek cara mereka bersetubuh, maka Allah  berfirman:

 

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki …” (Al-Bagarah: 223)

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Jabir, ia menceritakan: Dahulu orang-orang Yahudi pernah berkata, “Apabila seorang lelaki mendatangi seorang wanita dari arah belakang-namun tetap di bagian vaginanya-maka anaknya yang lahir nanti akan bermata juling.” Maka Allah menurunkan firman-Nya:

 

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki..” (Al-Bagarah: 223)

 

Sementara dalam lafal Muslim disebutkan:

 

“Kalau mereka ingin melakukannya dengan posisi ijba, tidak apa-apa. Bila ingin dengan posisi lain, juga tidak apa-apa, asal sasarannya tetap pada satu lubang (kemaluan).”

 

Arti ijba adalah posisi terbalik (menungging). Satu lubang, artinya tetap di kemaluan, yakni lubang anak dan tempat bercocok-tanam. Adapun dubur tidak pernah boleh dimasuki menurut ajaran seluruh para Nabi. Siapa saja yang menisbatkan pendapat itu kepada sebagian ulama As-Salaf, yakni bahwa dibolehkan menyetubuhi wanita lewat duburnya, sungguh amat keliru sekali.

 

Dalam Sunan Abu Daud, dari Abu Hurairah  diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Sungguh terlaknat orang yang menyetubuhi wanita pada anusnya.”

 

Dalam lafal Imam Ahmad dan Ibnu Majah disebutkan:

 

“Allah tidak akan memandang seorang lelaki yang bersetubuh dengan istrinya melalui anusnya.”

 

Dalam lafal At-Tirmidzi dan Ahmad disebutkan:

 

“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid atau menyetubuhi istrinya melalui anus, atau menemui seorang dukun dan mempercayai omongannya, berarti ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad.”

 

Dalam lafal Al-Baihagi:

 

“Barangsiapa bersetubuh dengan siapapun-laki-laki maupun wanita-melalui anusnya, berarti ia kafir.”

 

Sementara dalam Mushannaf Waki’ diriwayatkan bahwa Zum’ah bin Shalih meriwayatkan dari Thawus. dari ayahnya, dari Amru bin Dinar, dari Abdullah bin Yazid bahwa Umar bin Al-Khatthab menceritakan: Rasulullah  bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak merasa segan” menyampaikan kebenaran. Janganlah kalian menyetubuhi wanita dengan sodomi.” Di lain waktu beliau bersabda, “Janganlah kalian menyetubuhi wanita melalui anus.”

 

Sementara itu diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Thalq bin Ali bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Janganlah kalian menyetubuhi wanita dengan sodomi. Sesungguhnya Allah tidak pernah segan menyampaikan kebenaran.”

 

Dalam Al-Kamil oleh Ibnu Adi diriwayatkan oleh Ibnu Adi—dari hadits Al-Muhaimili, dari Said bin Yahya Al-Umawi-bahwa ia menceritakan: Muhammad bin Hamzah meriwayatkan dari Zaid bin Rafie’, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah bin Mas’ud secara marfu’:

 

“Janganlah kalian menyetubuhi wanita dengan sodomi.”

 

Kami pernah mendapatkan riwayat dari hadits Al-Hasan bin Ali AlJauhari, dari Abu Dzar secara marfu’:

 

“Barangsiapa bersetubuh dengan siapapun-laki-laki maupun wanita—melalui anusnya, berarti ia kafir.”

 

Ismail bin Iyasy, dari Syuraik bin Abu Shalih, dari Muhammad bin Al-Munkadir diriwayatkan dari Jabir secara marfu’:

 

“Bersikap malulah kepada Allah karena sesungguhnya Allah itu tidak pernah segan menyampaikan kebenaran. Janganlah kalian menyetubuhi wanita melalui dubur mereka.”

 

Diriwayatkan oleh Ad-Daruguthni melalui jalur ini, namun bunyinya:

 

“Sesungguhnya Allah tidak pernah segan menyampaikan kebenaran. Tidak halal menyetubuhi wanita melalui dubur mereka.”

 

Al-Baghawi meriwayatkan: Hudbah menceritakan sebuah riwayat kepada kami. Ia berkata: Hammam menceritakan sebuah riwayat kepada kami. la berkata: Qatadah pernah ditanya tentang seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya melalui anus. Qatadah berkomentar: Telah menceritakan kepadaku Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah  bersabda, “Itu adalah bibit perbuatan homo.”

 

Imam Ahmad  sendiri menyebutkan dalam Musnad-nya: Abdurrahman telah menceritakan sebuah riwayat kepada kami. Ia berkata: Hammam telah menceritakan sebuah riwayat kepada kami. Ia berkata: Kami mendengar riwayat dari Qatadah, dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kekeknya, “… dst.”

 

Masih dalam Al-Musnad diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menceritakan: Ayat berikut ini turun, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki..” (Al-Bagarah: 223), berkenaan dengan sekelompok orang Al-Anshar yang datang menjumpai Nabi  dan bertanya kepada beliau tentang ayat tersebut. Beliau menjelaskan, “Setubuhilah wanita dengan cara yang bagaimanapun, asalkan sasarannya tetap kemaluan.”

 

Masih dalam Al-Musnad diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menceritakan, “Umar bin Al-Khatthab pernah datang menemui Rasulullah  dan bertanya, “Wahai Rasulullah! Celaka aku.” Beliau balik bertanya, “Apa yang membuatmu celaka?” Umar menjawab, “Tadi malam aku membelokkan tungganganku (merubah posisi saat bersetubuh), tetapi tidak ada tanggapan terhadap perbuatanku itu.” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocoktanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki..” (Al-Bagarah: 223), silakan setubuhi dari depan atau dari belakang, tetapi hindari waktu haid dan hindari anus.”

 

Dalam Sunan At-Tirmidzi diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara marfu :

 

“Allah tidak akan memandang seorang lelaki yang menyetubuhi sesama lelaki atau menyetubuhi wanita melalui anusnya.”

 

Kami juga mendapatkan riwayat dari hadits Abu Ali Al-Hasan bin Al-Husain bin Duuma. dari Al-Barra bin Azib secara marfu :

 

“Ada sepuluh golongan dari umat ini yang berbuat kufur kepada Allah Yang Mahaagung: Pembunuh, tukang sihir, lelaki dayyuts, lelaki yang menyodomi wanita, orang yang tidak mau membayar zakat, orang yang mampu namun tidak berhaji hingga meninggal dunia, peminum khamr, orang yang suka mengadu domba, penjual senjata untuk perang haram, serta orang yang menikahi wanita yang masih mahramnya.”

 

Abdullah bin Abdul Wahhab menyatakan: Abdullah (bin Lahi’ah) menceritakan sebuah riwayat kepada kami, dari Misyrah bin Ha’aan, dari Ugbah bin Amir bahwa Rasulullah  bersabda, “Terlaknatlah orang yang menyetubuhi wanita lewat duburnya.” Yakni melalui lubang anus.

 

Dalam Musnad Al-Harts bin (Abi)’ Usamah, dari hadits Abu Hurairah, dari Ibnu Abbas diriwayatkan bahwa mereka berdua meriwayatkan: Sebelum wafat, Rasulullah  berkhutbah kepada kami. Itu adalah khutbah terakhir beliau di kota Al-Madinah hingga saat perjumpaan beliau dengan Allah . Dalam khutbah itu beliau memberi wejangan kepada kami:

 

“Barangsiapa yang menyetubuhi wanita melalui anusnya, atau menyetubuhi sesama lelaki atau anak kecil, di Hari Kiamat nanti ia akan dikumpulkan dalam keadaan berbau busuk lebih dari bau bangkai. Orang-orang di sekitarnya akan merasa terganggu oleh bau badannya. Demikian terus berlangsung hingga ia masuk ke dalam Neraka, atau setidaknya pahalanya dibatalkan oleh Allah. Allah tidak akan menerima pahala shalat wajib maupun sunnah yang dia lakukan. Ia akan dimasukkan ke dalam peti dari Neraka yang ditutup dengan paku-paku dari Neraka.”

 

Abu Hurairah «« berkata, “Itu bagi mereka yang belum bertaubat.” Abu Nuaim Al-Ashbahani menyebutkan dari hadits Khuzaimah bin Tsabit secara marfu’:

 

“Sesungguhnya Allah tidak pernah segan menyampaikan kebenaran. Janganlah kalian menyetubuhi wanita melalui anus mereka.”

 

Imam Asy-Syafi’i menceritakan”: Pamanku Muhammad bin Ali bin Syafi’ mengabarkan kepadaku: la berkata: Abdullah bin Ali bin As-Sa ib mengabarkan kepadaku. Ia berkata: Dari Amru bin Uhaihah bin Al-Qallah, dari Khuzaimah bin Tsabit: Ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi  tentang hukum menyetubuhi wanita melalui arah belakang. Beliau menjawab, “Halal.” Saat lelaki itu berpaling hendak pergi, beliau bertanya, “Bagaimana maksud ucapannya tadi? Dari lubang mana (kemaluan atau anus)? Yakni dari arah belakang atau memang dari lubang anus? Kalau dari arah belakang tetapi tetap di kemaluannya, maka memang halal ” Tetapi kalau dari arah belakang dan melalui anus, itu tidak boleh. Sesungguhnya Allah tidak pernah segan menyampaikan kebenaran. Janganlah kalian menyetubuhi wanita melalui anusnya.”

 

Ar-Rabi’ menceritakan: Ada orang bertanya kepada Imam Asy-Syafi i: Lalu bagaimana pendapatmu sendiri? Beliau menjawab, “Pamanku orang yang dapat dipercaya (tsigah). Abdullah bin Ali juga dapat dipercaya. Amru bin Al-Jallah pernah memuji Ali Al-Anshari ini”. Khuzaimah sendiri seorang yang tidak diragukan lagi kredibilitasnya. Sehingga aku sendiri tidak memberi keringanan sedikitpun. Perbuatan itu (menyetubuhi wanita di bagian anus) adalah haram.”

 

Penulis menegaskan: Dari sinilah muncul kekeliruan dari ulama yang diriwayatkan memperbolehkan cara bersetubuh di atas dari kalangan ulama As-Salaf dan para Imam. Sebenarnya para ulama memperbolehkan dubur sebagai jalan untuk melakukan penetrasi pada kemaluan, jadi artinya bersetubuh melalu jalan dubur (belakang), bukan di bagian dubur. Sehingga si pendengar akan merasa rancu yang selama ini mengganggap cara bersetubuh itu tidak haram, atau mereka yang tidak bisa membedakan antara kedua cara tersebut. Jadi demikianlah yang diperbolehkan oleh ulama As-Salaf dan para Imam. Mereka yang memahami selain itu jelas keliru sekali”.

 

Allah  berfirman:

 

“Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (Al-Bagarah: 222)

 

Mujahid menceritakan: Aku pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang penafsiran ayat tersebut, beliau menjelaskan, “Kita boleh menyetubuhi wanita dari arah yang sebelumnya diperintahkan oleh Allah untuk dijauhi. yakni pada saat haid.”

 

Ali bin Thalhah meriwayatkan, “Ibnu Abbas menjelaskan bahwa maksudnya adalah di bagian kemaluan, tidak boleh di bagian lain.”

 

Ayat mulia di atas mengindikasikan diharamkannya menyetubuhi wanita melalui duburnya. Itu ditinjau dari dua sisi: Pertama: Dibolehkannya menyetubuhi wanita adalah di bagian bercocok tanam-tempat keluarnya anak-bukan di bagian dubur yang merupakan sarang kotoran. Tempat keluar anak itulah yang dimaksud dalam firman Allah, “.. maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintakan Allah kepadamu …” (Al-Bagarah: 222). Allah juga berfirman, “… maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki …” (Al-Bagarah: 223)

 

Dibolehkannya menyetubuhi wanita dari arah belakang asal tetap di bagian kemaluannya, bisa dipahami dari ayat, “… bagaimana saja kamu kehendaki …” (Al-Bagarah: 223), yakni dari arah depan, dari arah belakang. Ibnu Abbas menjelaskan, “Arti firman Allah, “… maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu …”, yakni di bagian kemaluan. Allah mengharamkan bersetubuh meski melalui kemaluan bila sedang ada najis yang menghinggapinya (haid), maka bagaimana pula dengan tempat kotoran yang sudah pasti belum lagi ditambah akibat terputusnya keturunan, lalu dari menyodomi dubur wanita beralih ke sodomi terhadap anak-anak kecil?

 

Selain itu, wanita juga memiliki hak untuk disetubuhi oleh suaminya di bagian kemaluannya. Menyetubuhi wanita melalui anus berarti juga melenyapkan haknya tersebut sehingga kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi dan menyebabkan tujuannya tidak tercapai.

 

Selain itu, dubur atau anus tidaklah dipersiapkan untuk tujuan bersetubuh. tidak diciptakan untuk tujuan penetrasi. Yang dipersiapkan untuk tujuan itu adalah kemaluan vagina. Mereka yang beralih dari kemaluan menuju dubur saat bersetubuh, berarti menyimpang dari hikmah dan syariat Allah secara bersamaan.

 

Selain itu pula, ternyata sodomi juga berbahaya bagi pihak lelaki sendiri. Oleh sebab itu kalangan medis yang jenius bahkan juga kalangan ahli filsafat serta golongan lain melarang perbuatan itu. Karena vagina memiliki keistimewaan untuk menyedot sperma yang terpendam, untuk memberi kesenangan kepada pihak lelaki. Menyetubuhi wanita melalui dubur tidaklah membantu menyedot sperma secara keseluruhan karena melanggar aturan alam.

 

Selain itu, sodomi juga berbahaya pada sisi lain, yakni karena proses melakukannya membutuhkan gerakan-gerakan melelahkan sekali, berbeda dengan bersetubuh yang alami. Selain itu, dubur adalah tempat kotoran dan tahi. Lalu saat melakukan sodomi mau tidak mau seorang lelaki harus menghadap ke arahnya dan bersentuhan dengannya. Sodomi juga berbahaya sekali bagi pihak wanita, karena amatlah ganjil, amat jauh dari kebiasaan alami, bertentangan amat jauh dengan insting. Sodomi juga dapat menimbulkan kesedihan dan kedukaan hati, menimbulkan kesan buruk terhadap pelaku dan juga objek sodomi.

 

Sodomi bisa menghitamkan wajah, menggelapkan dada. memadamkan cahaya dada, menyelimuti wajah dengan kegersangan sehingga berubah menjadi tanda pengenalnya. akan mudah dikenali oleh orang yang memiliki firasat sedikit apapun. Sodomi melahirkan kebencian dan permusuhan yang keras, menyebabkan terputusnya hubungan antara pelaku dan objek sodomi, dan itu pasti. Sodomi dapat merusak kondisi pelaku dan objeknya sampai pada tingkat yang tidak bisa diharapkan sembuh lagi, kecuali apabila Allah menghendaki mereka untuk bertaubat secara tulus.

 

Sodomi juga bisa melenyapkan kebaikan-kebaikan mereka berdua lalu menyelimuti diri mereka dengan hal yang menjadi kebalikannya. Sodomi juga bisa menghilangkan cinta kasih lalu mengubahnya menjadi kebencian dan saling mencaci belaka.

 

Sodomi juga merupakan faktor utama yang menyebabkan hilangnya berbagai kenikmatan serta munculnya berbagai musibah. Karena sodomi menyebabkan turunnya laknat dan kemurkaan dari Allah, menyebabkan Allah berpaling dari pelakunya, tidak sudi lagi memandangnya. Kebaikan apalagi yang bisa diharapkan setelah itu?

 

Keburukan apalagi yang bisa dihindari sesudah itu? Bagaimana jadinya hidup seorang hamba ketika ia sudah dilaknat oleh Allah. dimurkai dan dijauhi oleh Allah, bahkan Allah tidak sudi lagi memandangnya?

 

Sodomi juga bisa menghilangkan rasa malu secara total. Padahal rasa malu itu adalah denyut kehidupan bagi hati. Kalau hati sudah kehilangan rasa malu, maka ia akan menganggap baik sesuatu yang jelek dan menganggap jelek sesuatu yang baik. Pada saat itu. hati sudah benar-benar rusak.

 

Sodomi juga menghalangi naluri seseorang untuk melakukan hal yang sesuai dengan fitrahnya. tetapi justru menyimpangkan seseorang dari tabiatnya secara fitrah menuju tabiat yang tidak pernah Allah ciptakan untuk makhluk hidup apapun. Karena itu adalah naluri yang terbalik. Kalau naluri sudah terbalik, maka hati, amal perbuatan dan jalan hidup juga menjadi terbalik. Pada saat itu, seseorang akan menganggap baik amal dan kebiasaan yang buruk, sehingga baik kondisi, amal perbuatan maupun ucapannya mengalir saja tanpa ikhtiar yang benar.

 

Sodomi bisa melahirkan sikap kurang ajar dan nekat yang tidak bisa terciptakan oleh perbuatan lainnya. Sodomi bisa juga melahirkan kehinaan, kerendahan dan hilangnya harga diri yang tidak bisa lahir dari perbuatan apapun selain sodomi.

 

Selain itu, sodomi juga dapat menyelimuti pelakunya dengan pakaian kemurkaan, kebencian dan kehinaan di mata manusia serta menyebabkan banyak orang meremehkan dan mengecilkanya. Itu merupakan realitas. Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Nabi yang membawa jalan selamat di dunia dan di akhirat dalam petunjuknya, yakni dengan cara menjalankan ajarannya. Celakalah di dunia dan di akhirat bagi orang yang melanggar jalan hidup dan ajarannya.

 

Hubungan badan yang berbahaya ada dua macam: Pertama, yang berbahaya menurut syariat. Kedua, yang berbahaya menurut hukum alam.

 

Hubungan badan yang berbahaya menurut syariat adalah hubungan badan yang diharamkan. Dan itu ada bertingkat-tingkat, sebagian lebih haram dari yang lain. Yang diharamkan karena faktor insidentil, lebih ringan keharamannya dibandingkan dengan yang diharamkan secara permanen. Seperti diharamkannya hubungan badan Saat ihram, saat berpuasa, saat i’tikaf, saat melakukan zhihar sebelum membayar kifarat, saat wanita sedang haid dan sejenisnya. Oleh sebab itu, tidak ada hukuman had untuk yang bersetubuh dalam semua kondisi tersebut.

 

Adapun bersetubuh yang haram secara permanen, ada dua jenis pula: Pertama, yang tidak mungkin menjadi halal selama-lamanya, seperti bersetubuh dengan wanita-wanita yang masih mahram. Bersetubuh dengan sesama mahram adalah bentuk persetubuhan yang paling berbahaya. Pelakunya wajib dibunuh secara had menurut segolongan ulama seperti Ahmad bin Hambal  dan yang lainnya. Bahkan berkaitan dengan hal itu diriwayatkan sebuah hadits shahih dan marfu’. Kedua, yang masih ada kemungkinan menjadi halal, seperti wanita asing (bukan istri tapi juga bukan muhrim). Bila wanita itu sudah bersuami, maka ada dua hak yang dilanggar bila disetubuhi. Pertama, hak Allah. Kedua, hak suaminya. Kalau dia diperkosa, ada tiga hak yang dilanggar. Kalau ia masih memiliki keluarga dan kerabat, semua keluarga dan kerabatnya akan ikut menanggung aib, sehingga ada empat hak yang dilanggar. Kalau wanita itu masih ada hubungan mahram dengan yang memperkosanya, ada lima hak yang dilanggar. Maka bahaya persetubuham semacam ini bergantung tingkat keharamannya.

 

Adapun bersetubuh yang berbahaya menurut hukum alam, juga ada dua macam: Yang berbahaya karena nilai kualitatifnya, seperti telah dijelaskan sebelumnya, dan yang berbahaya karena nilai kuantitatifnya, seperti melakukan hubungan banyak atau terlampau sering. hal itu bisa meruntuhkan stamina membahayakan saraf, menyebabkan tubuh menggigil, pucat dan kulit mengeriput, di samping mengaburkan pandangan mata dan seluruh energi tubuh dan juga memadamkan panas tubuh, melonggarkan pembuluh darah sehingga berkesempatan menampung berbagai ampas makanan berbahaya.

 

Waktu terbaik melakukan hubungan seks adalah setelah makanan tercerna dengan baik di lambung, pada temperatur udara yang stabil, bukan dalam keadaan lapar. Karena bila dilakukan saat lapar, dapat memperlemah panas tubuh yang alami. Namun juga jangan dilakukan saat perut kenyang, karena dapat menyebabkan berbagai penyakit penyumbatan dalam tubuh. Jangan juga dilakukan saat tubuh kelelahan, sesudah mandi, sesudah muntah atau buang air, atau sesudah mengalami goncangan psikologis, seperti kesedihan, kegundahan dan stress, atau mungkin juga terlalu bergembira.

 

 Waktu terbaik melakukan hubungan seks adalah di waktu malam, bila bertepatan dengan sempurnanya proses pencernaan makanan. Kemudian mandi atau berwudhu, lalu sesudah itu tidur, agar staminanya kembali pulih. Hindari olahraga atau aktivitas berat sesudah berhubungan seks. Karena bisa berbahaya sekali.

 

 

Asmara merupakan salah satu penyakit hati yang berbeda dengan semua penyakit lain, sebab maupun cara penyembuhannya. Bila sudah mengakar dan mendekam lama. akan sulit disembuhkan oleh dokter manapun, dan rasa sakitnya akan amat menyulitkan penderitanya.

 

Allah di dalam Al-Qur’an menceritakan tentang dua golongan manusia, tentang kaum wanita dan para pecandu anak-anak (lolita’s lover). Allah menceritakan tentang istri seorang bangsawan dalam kisah Yusuf. Allah juga menceritakan tentang kaum Luth, saat mereka didatangi oleh beberapa malaikat:

 

“Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku: maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertagwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina’. Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?” Luth berkata: “Inilah puteri-puteriku (negeri)ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal) (Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan).” (Al-Hijr: 67-72)

 

Adapun prediksi sebagian orang yang sama sekali tidak menghargai Rasulullah bahwa beliau pernah tergoda oleh Zainab binti Jahsy. bahwa beliau pernah melihat tubuh wanita itu lalu berkata, “Mahasuci Allah yang membolak-balikkan hati!. sehingga beliau tertusuk panah asmara. sungguh prediksi yang tidak tepat. Apalagi disebutkan bahwa kemudian Rasulullah berkata kepada Zaid. “Jaga dia baik-baik.” Sehingga Allah  berfirman:

 

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Tahanlah terus isterimu dan bertagwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti …” (Al-Ahzab: 37) Mereka beranggapan bahwa ini adalah kasus panah asmara. Sebagian di antara mereka bahkan akhirnya menulis buku tentang asmara, di situ mereka memaparkan kisah asmara para nabi. termasuk kejadian (bohong) di atas. Itu jelas merupakan kejahilan. Orang yang mengatakan hal itu berarti menuduh para Rasul serta memahami AlQuran tidak sebagaimana mestinya, menisbatkan kepada Nabi perbuatan yang tidak pernah beliau lakukan. Karena Zainab binti Jahsy adalah istri dari Zaid bin Haritsah. Rasulullah telah mengangkat Zaid sebagai anak, sehingga terkadang dipanggil. “Anak Muhammad.”

 

Zainab kala itu bersikap angkuh dan menyombongkan diri di hadapan Zaid. Maka Zaid bermusyawarah kepada Nabi untuk menceraikannya.

 

Rasulullah  berkata kepadanya, “Tahan, jangan ceraikan dulu istrimu, bertakwalah kepada Allah.” Beliau menyembunyikan dalam dirinya keinginannya untuk menikahi Zainab bila Zaid telah menceraikannya (berdasarkan perintah Allah-pent.). Beliau khawatir akan gunjingan masyarakat bahwa ia menikahi istri anaknya sendiri. Karena Zaid sudah dikenal sebagai anaknya. Itulah yang disembunyikan oleh Rasulullah  dalam hatinya.

 

Demikianlah rasa khawatir beliau yang sebenarnya yang beliau  alami. Oleh sebab itu Allah menyebutkan ayat ini dengan menuturkan beberapa kenikmatan yang diberikan-Nya, tidak mengecam beliau. Allah mengabarkan kepada beliau bahwa tidak selayaknya beliau takut kepada umat manusia dalam hal yang dihalalkan oleh Allah baginya. Allah lebih berhak untuk beliau takuti. Tidak sepantasnya beliau merasa tidak enak melakukan perbuatan yang dihalalkan oleh Allah kepadanya hanya karena takut kepada kecaman orang banyak. Kemudian Allah mengabarkan bahwa Allah akan menikahkan beliau dengan Zainab, setelah Zaid menunaikan maksudnya, yakni menceraikannya, agar perbuatan beliau itu dicontoh oleh umatnya.” Yakni bahwa seseorang boleh saja menikahi mantan istri anak angkatnya, bukan mantan istri anak kandungnya sendiri. Oleh sebab itu Allah menyebutkan dalam AlQWur’an berkenaan dengan wanita-wanita yang haram dinikahi:

 

“.. (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu) …” (An-Nisa’: 23)

 

Demikian juga dalam surat Al-Ahzab:

 

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu …” (Al-Ahzab: 40)

 

Demikian juga disebutkan dalam awal surat:

 

“Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja …” (Al-Ahzab: 40)

 

Coba cermati bagaimana Allah membela dan menjaga nama baik Rasulullah menghadapi kecaman orang-orang pada masa itu. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

Memang benar, bahwa Rasulullah mencintai istri-istri beliau. Yang paling dicintai di antara para istrinya adalah Aisyah. Namun kecintaan beliau terhadapnya atau terhadap siapapun juga selain Allah, tidaklah sampai pada puncak kecintaan. Bahkan diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda, “Kalau aku boleh mengambil salah seorang manusia di dunia ini sebagai teman akrab, tentu aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai teman akrab.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan, “Dan sahabat kalian ini (Rasulullah) adalah khalil (kekasih) Ar-Rahman.”

 

Panah asmara terhadap pribadi tertentu adalah penyakit yang menghinggapi hati yang kosong dari cinta kasih terhadap Allah . Hati yang berpaling dari Allah, menggantikan Allah dengan selain-Nya. Oleh sebab itu Allah . berfirman tentang Yusuf:

 

“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas…” (Yusuf: 24)

 

Dalil di atas menunjukkan bahwa keikhlasan merupakan faktor menolak hujaman panah asmara berikut berbagai akibatnya seperti perbuatan jahat. perbuatan keji yang memang merupakan hasil dan buah dari panah asmara. Begitu Allah memalingkan penyebabnya, berarti Allah juga menyimpangkan penyakitnya, yakni panah asmara.

 

Oleh sebab itu ada di antara ulama As-Salaf yang menyatakan. “Penyakit panah asmara adalah aktivitas hati yang kosong.” Yakni, (kosong) dari selain pribadi yang dicintainya.

 

Allah  berfirman:

 

“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa …” (Al-Qashash: 10)

 

Yakni bahwa hatinya kosong dari segala sesuatu, kecuali ingatan terhadap anaknya, Musa, karena saking cintanya ia kepada anaknya tersebut, karena hatinya sudah demikian bergantung padanya. Penyakit panah asmara ini terdiri dari dua hal: Anggapan baik terhadap pribadi yang dicintai dan keinginan kuat untuk mendapatkannya. Bila salah satu dari keduanya itu hilang, tidak lagi disebut penyakit panah asmara.

 

Sebab munculnya penyakit asmara ini telah membuat bingung banyak orang-orang pintar. Sebagian di antara mereka berusaha mengulasnya dengan konotasi negatif belaka. Maka kami tegaskan: Sungguh sudah merupakan hikmah Allah yang pasti terhadap ciptaan dan ajaran-Nya, bahwa Allah menciptakan adanya keselarasan dan kecocokan antara yang serupa perangainya, serta ketertarikan siapa saja kepada pribadi yang sesuai dengan dirinya, pribadi yang tabiatnya serasi dengan tabiatnya.

 

Di samping itu ada ketidakcocokan dan kebencian terhadap pribadi yang tidak memiliki keserasian dalam tabiatnya. Rahasia terjadinya kolaborasi dan komunikasi dua arah dalam dunia makro maupun mikro tidak lain adalah karena adanya keserasian, kesamaan dan juga keserupaan tabiat dan karakter. Sementara rahasia terjadinya tolak menolak dan disinteraksi antara berbagai hal di dunia ini tidak lain juga adanya ketidakserasian dan perbedaan karakter. Dengan adanya realitas itulah penciptaan dan ajaran Allah menjadi sempurna. Sesuatu akan cenderung kepada sesuatu lain yang menyerupai dirinya. Sesuatu akan menjauh dari sesuatu lain yang bertentangan dengan karakternya.

 

Allah  berfirman:

 

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya. agar dia merasa senang kepadanya.” (Al-A’raaf: 189)

 

Allah menjadikan faktor penyebab seorang laki-laki bisa senang berada di sisi wanita adalah kesatuan jenis atau species juga kesatuan materi dasar. Alasan munculnya segala kecocokan itu. karena si wanita berasal juga dari unsur si lelaki. Sehingga jelas yang menjadi alasan bukanlah penampilan yang cantik, bukan juga kesamaan atau keseragaman tujuan dan keinginan. bukan juga dalam akhlak dan jalan hidup. Meskipun semua itu juga termasuk faktor yang menimbulkan ketenangan dan rasa cinta.

 

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Ruh-ruh itu ibarat barisan tentara yang teratur: yang telah saling mengenal akan saling serasi, sementara yang tidak saling mengenal akan saling membenci.”

 

Sementara dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya disebutkan tentang sebab munculnya hadits di atas: Ada seorang wanita di Mekah (yang penampilannya)” amat lucu. Ia datang di kota AlMadinah, lalu singgah di rumah wanita yang juga suka melucu. Maka Nabi  bersabda, “… ruh-ruh itu ibarat barisan tentara …”

 

Syariat Allah  telah menetapkan bahwa kedudukan sesuatu sama dengan kedudukan sesuatu lain yang sama karakternya. Syariat tidak pernah memaksa memisahkan dua hal yang serasi, dan juga tidak pernah memaksa bersatunya dua hal yang berlawanan. Barangsiapa yang mengira bahwa itu mungkin terjadi, semata-mata karena kejahilannya saja terhadap ajaran syariat, atau karena ketidak tahuannya mana dua hal yang serupa dan mana dua hal yang berbeda. Adapun ajaran syariat sendiri, tidak pernah memberikan sebuah alasan pun untuk hal menolak dan disinteraksi antara berbagai hal di dunia ini tidak lain juga adanya ketidakserasian dan perbedaan karakter. Dengan adanya realitas itulah penciptaan dan ajaran Allah menjadi sempurna. Sesuatu akan cenderung kepada sesuatu Jain yang menyerupai dirinya. Sesuatu akan menjauh dari sesuatu lain yang bertentangan dengan karakternya.

 

Allah  berfirman:

 

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan isterinya. agar dia merasa senang kepadanya.” (Al-A’raaf: 189)

 

Allah menjadikan faktor penyebab seorang laki-laki bisa senang berada di sisi wanita adalah kesatuan jenis atau species juga kesatuan materi dasar. Alasan munculnya segala kecocokan itu. karena si wanita berasal juga dari unsur si lelaki. Sehingga jelas yang menjadi alasan bukanlah penampilan yang cantik, bukan juga kesamaan atau keseragaman tujuan dan keinginan. bukan juga dalam akhlak dan jalan hidup. Meskipun semua itu juga termasuk faktor yang menimbulkan ketenangan dan rasa cinta.

 

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Ruh-ruh itu ibarat barisan tentara yang teratur: yang telah saling mengenal akan saling serasi, sementara yang tidak saling mengenal akan saling membenci.”

 

Sementara dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya disebutkan tentang sebab munculnya hadits di atas: Ada seorang wanita di Mekah (yang penampilannya)”’ amat lucu. Ia datang di kota AlMadinah, lalu singgah di rumah wanita yang juga suka melucu. Maka Nabi  bersabda, “… ruh-ruh itu ibarat barisan tentara …”

 

Syariat Allah  telah menetapkan bahwa kedudukan sesuatu sama dengan kedudukan sesuatu lain yang sama karakternya. Syariat tidak pernah memaksa memisahkan dua hal yang serasi, dan juga tidak pernah memaksa bersatunya dua hal yang berlawanan. Barangsiapa yang mengira bahwa itu mungkin terjadi, semata-mata karena kejahilannya saja terhadap ajaran syariat, atau karena ketidaktahuannya mana dua hal yang serupa dan mana dua hal yang berbeda. Adapun ajaran syariat sendiri, tidak pernah memberikan sebuah alasan pun untuk hal itu. Kalau ada hanyalah pendapat manusia saja. Dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya. terlihatlah ciptaan dan ajaran-Nya. Dengan keadilan dan timbangan-Nya. tegaklah kemaslahatan ciptaan dan ajaran syariatNya: yakni dengan diciptakannya penyatuan dua hal yang serasi dan pemisahan dua hal yang saling berlawanan. Hal itu terbukti dalam kehidupan di dunia. dan akan berlaku pula pada kehidupan di akhirat.

 

Allah  berfirman:

 

“Kumpulkanlah orang-orang yang zhalim bersama teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah: maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke Neraka.” (Ash-Shaffat: 22-23)”

 

Umar bin Al-Khatthab. diikuti juga oleh Imam Ahmad pernah menyatakan, “Pasangan-pasangan mereka adalah orang-orang yang sejenis dan serupa dengan mereka.” Allah  berfirman:

 

“.. dan apabila ruh-ruh dipertemukan …” (At-Takwir: 7)

 

Yakni, tatkala masing-masing orang yang beramal dipertemukan dengan yang serupa dan sealur dengannya. Antara dua orang yang saling mencintai di jalan Allah akan saling dipertemukan di Surga. Antara dua orang yang saling mencintai di jalan setan juga dipertemukan di Neraka Al-Jahim. Seseorang akan dikumpulkan dengan idolanya, mau ataupun tidak mau. Dalam Shahih Al-Hakim dan yang lainnya disebutkan:

 

“Setiap kali seseorang itu mencintai orang tertentu, pasti ia akan dipertemukan dengannya (di Hari Kiamat).”

 

Cinta itu sendiri ada bermacam-macam. Yang paling mulia dan paling utama adalah cinta di jalan Allah dan cinta karena Allah. Cinta ini mengandung konsekuensi mencintai apa saja yang dicintai oleh Allah, dan juga mengandung konsekuensi mencintai Allah dan Rasul-Nya.

 

Cmta lain adalah cinta karena kebetulan sama jalan hidup atau agamanya, cinta karena madehab atau sekte tertentu. Cinta karena hubungan kerabat atau karena partnership dalam bisnis, atau karena tujuan apapun juga. Cinta lain adalah karena ingin mendapatkan sesuatu tertentu dari pihak yang dicintai. mungkin kehormatan, harta, pengajaran, bimbingan atau sekadar memenuhi kebutuhannya semata. Itu adalah cinta kasih sesaat yang bisa hilang apabila tuntutannya telah lenyap. Oleh sebab itu. siapa saja yang menyebabkan diri kita mencintainya karena suatu perkara. cinta kita kepadanya akan hilang dengan hilangnya perkara tersebut.

 

Adapun cinta karena adanya keserasian dan kecocokan antara yang mencintai dengan yang dicintai adalah cinta yang permanen, tidak akan hilang karena suatu hal tertentu. Cinta kasih orang yang terkena panah asmara adalah termasuk jenis cinta yang seperti itu. Karena rasa sukanya timbul dari dorongan jiwa dan reaksi kejiwaan, sehingga semua jenis cinta lain tidak akan mengalami hal-hal spesifik yang hanya dialami oleh cinta kasih orang yang terkena panah asmara, seperti rasa waswas, perasaan rindu dendam, hati yang kalut tidak karuan, dan sejenisnya.

 

Kalau ada yang menukas: Apabila penyebab terjadinya panah asmara adalah sebagaimana yang kalian paparkan, yakni adanya keserasian dan kecocokan jiwa, kenapa cinta tersebut terkadang tidak abadi pada dua belah pihak? Bahkan kita dapatkan ketidakabadian itu pada diri yang mencintai sendiri? Kalau penyebabnya adalah keserasian jiwa dan reaksi kejiwaan, tentu cinta kasih itu akan terikat sedemikian rupa antara kedua belah pihak.

 

Jawabannya: Terkadang suatu sebab bisa saja hilang karena hilangnya sesuatu yang menjadi syaratnya atau karena adanya suatu penghalang tertentu. Di sisi lain, bisa menghilangkan cinta kasih. Hal itu terjadi pasti karena salah satu dari tiga faktor: Pertama, cacat dalam cinta kasih itu sendiri, yakni bahwa cinta kasihnya hanyalah cinta sesaat, bukan cinta sejati. Dalam cinta sesaat memang tidak harus ada kebersatuan, namun justru terkadang menimbulkan kebencian. Kedua, ada penghalang dari pihak yang mencintai sehingga mencegah cinta kasihnya kepada pihak yang dicintai. Bisa jadi karena faktor fisik, faktor karakter, cara hidup, perbuatan, sosok dan sejenisnya. Ketiga, adanya penghalang pada diri yang dicintai yang menghalanginya untuk membale cinta orang yang mencintainya. Kalau bukan karena adanya penghalang itu, cinta kasih itu pasti bersambut (sebagaimana cinta kasih) yang dimiliki pihak kedua.

 

Kalau seluruh penghalang itu tidak ada, dan cinta kasih itu betulbetul sejati, tentu cinta kasih itu akan datang dari dua belah pihak.

 

Kalau bukan karena kesombongan, hasad, gila kekuasaan, dan permusuhan pada diri orang-orang kafir, tentu para rasul sudah menjadi orang yang paling mereka cintai. lebih dari diri mereka sendiri, harta, dan keluarga mereka. Karena penghalang itu hilang dari jiwa para pengikut para rasul. maka rasul-rasul tersebut menjadi orang-orang yang lebih mereka cintai dari diri mereka sendiri, harta dan keluarga mereka.

 

Artinya, bahwa ‘panah asmara’ adalah salah satu jenis penyakit yang juga mempunyai peluang untuk disembuhkan, bahkan ada beberapa cara terapi yang bisa dilakukan terhadapnya. Kalau orang yang tertikam panah asmara itu memiliki jalan yang sesuai dengan syariat dan masuk akal untuk mendapatkan sang kekasih, itulah obatnya. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Mas ud —bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Hai para pemuda! Siapa saja di antara kalian yang telah memiliki kemampuan biologis, hendaknya ia menikah. Karena menikah itu lebih mampu melindungi pandangan mata dan lebih mampu menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa. Karena puasa itu menjadi obatnya.”

 

Beliau memberi petunjuk kepada orang yang terkena panah asmara untuk melakukan salah satu dari dua cara: Pertama, adalah cara yang sesungguhnya. Kedua, adalah cara pengganti atau cara sementara. Beliau memerintahkan cara sesungguhnya yaitu sebagai upaya penyembuhan terhadap penyakit yang dia derita. Selama ia masih mampu melakukannya, tidak ada jalan lain yang bisa dilakukan.

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya, dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Kami tidak melihat cara terbaik bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah.”

 

Itulah?” sasaran yang disinggung oleh Allah setelah menyatakan  kehalalan kaum wanita merdeka dan juga para budak wanita bila dibutuhkan sebagai pasangan. Allah  berfirman:

 

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusiadijadikan bersifat lemah.” (An-Nisa : 28)

 

Allah menyebutkan keringanan-Nya dalam konteks ini namun Allah juga memberitahukan bahwa manusia itu lemah?“ Yakni sebuah indikator bahwa manusia itu lemah. tidak mampu menuntaskan syahwatnya. Oleh sebab itu Allah memperbolehkan baginya dalam soal wanita. untuk memilih wanita-wanita terbaik, dua. tiga. atau empat. Allah memperbolehkan bagi kaum lelaki untuk menikahi wanita manapun. termasuk budak wanita yang dimilikinya sehingga ia boleh menikahinya bila diperlukan, untuk mengobati penyakit syahwatnya. atau setidaknya sebagai keringanan bagi hamba Allah yang lemah dan sebagai rahmat baginya.

 

Kalau seseorang yang tertikarm panah asmara tidak memiliki jalan untuk bisa mendapatkan orang yang dicintainya menurut aturan syariat atau kemampuannya. atau bisa juga karena kedua-duanya. padahal penyakit ini adalah penyakit ganas. maka terapinya adalah memberikan kesan dalam jiwanya akan adanya keputusasaan terhadap harapannya itu. Karena kalau jiwa seseorang sudah merasa putus asa. ia akan merasa nyaman, tidak lagi terlalu mengejar buruannya.

 

Kalau dalam keputusasaan itu penyakit panah asmara masih belum hilang juga, tabiat seseorang akan mengalami gangguan hebat sehingga diperlukan cara terapi lain, yakni pada bagian pikirannya. Yakni dengan menanamkan kesadaran bahwa ketergantungan hati terhadap sesuatu yang tidak mungkin dicapai adalah kegilaan. Orang yang berpikiran begitu tak ubahnya orang yang hendak menjaring matahari. Ruhnya akan terus bergantung dan melambung tinggi, terus berputar bersama angan-angannya di tengah orbitnya. Bagi orang-orang berakal, itu hanya terjadi di kalangan orang-orang gila belaka.

 

Kalau tidak mungkin memperoleh kekasih hati dengan cara yang disyariatkan dan sesuai dengan kemarmnpuan, terapinya adalah dengan menempatkan diri sebagai orang yang berudzur. Karena Allah belum mengizinkan dirinya untuk memperolehnya. Maka terapi penyakit ini bagi sescorang hamba yang menginginkan keselamatan adalah dengan menjauhi angan-angannya tersebut Berikanlah kesan dalam dirinya bahwa apa yang dia cari itu tidak ada atau tidak mungkin digapai. tak ubahnya dengan segala hal yang mustahil.

 

Kalau nafsu amarahnya tidak juga bisa menerima cara tersebut, hendaknya ia meninggalkan angan-angannya itu karena dua hal: Karena takut kepada Allah. atau karena keyakinan bahwa hilangnya apa yang dia cintai itu lebih baik bagi dirinya. lebih berguna dan lebih berfaidah. bahkan akan menggiringnya mendapatkan sesuatu yang lebih lezat dan lebih menggembirakan. Karena orang berakal akan membuat perbandingan antara kehilangan sesuatu yang dicintai yang bersifat fana dengan kehilangan sesuatu yang lebih besar nilainya, lebih kekal, lebih bermanfaat dan lebih nikmat. Pasti akan jelas perbedaan antara keduanya. Janganlah kita menjual kelezatan abadi yang tidak memiliki resiko apapun untuk membeli kelezatan sesaat yang akan berubah wujud menjadi rasa sakit. Pada hakikatnya. kelezatan sesaat itu adalah mimpi tidur atau ilusi yang tidak ada realitasnya sama sekali. Bila kelezatannya telah musnah, tinggallah rasa susahnya. Bila syahwat sudah lenyap, yang tinggal hanya kesengsaraan saja.

 

Selain itu, ia bisa mendapatkan sesuatu yang lebih menyusahkan dibandingkan dengan hilangnya sesuatu yang dikasihinya. Bahkan bisa jadi ia akan tertimpa dua musibah sekaligus: Yakni kehilangan sesuatu yang lebih besar daripada hilangnya sang kekasih. serta terjadinya sesuatu yang lebih menyusahkan dari hilangnya apa yang dikasihinya tersebut. Kalau seseorang sudah yakin bahwa dengan mengejar kekasihnya dua musibah itu pasti akan dia rasakan, maka akan mudahlah baginya untuk meninggalkan angan-angannya. Ia akan berpandangan bahwa lepasnya sang kekasih lebih mudah untuk diterima dengan kesabaran. Intelejensi, agama, harga diri dan kemanusiaan yang ada pada dirinya memerintahkan dirinya untuk harus menanggung bahaya yang relatif lebih ringan yang kemudian dengan demikian cepatnya berubah menjadi kenikmatan, kegembiraan dan keceriaan. untuk menolak terjadinya bahaya yang lebih besar. Sementara kejahilannya, hawa nafsunya, kegilaan dan sikap meremehkannya, akan terus memerintahkannya mendahulukan kekasih yang fana dengan segala yang dimilikinya, dengan segala upaya. Sungguh, orang yang terpelihara adalah yang dipelihara oleh Allah.

 

Kalau jiwa seseorang masih belum bisa menerima obat ini, terapi ini tidak serasi dengan dirinya. cobalah ia memperhatikan apa akibat dan kerusakan di alam fana yang ditimbulkan oleh memperturutkan syahwatnya itu, betapa banyak kemaslahatan yang akan hilang karenanya. Memperturutkan syahwat panah asmara dapat menimbulkan berbagai kerusakan terbesar di dunia ini, faktor terbesar yang dapat melenyapkan berbagai kemaslahatan. Karena sikap itu akan menghalangi seorang hamba menggunakan kecerdasannya yang merupakan dasar kemampuannya, tonggak kemaslahatannya.

 

Kalau obat atau terapi ini juga tidak bisa diterima oleh jiwanya, hendaknya ia mengingatkan berbagai keburukan dari sang kekasih hati dan segala hal yang bisa menyebabkan dirinya membenci kekasihnya itu. Karena kalau ia terus memikirkan dan merenungkannya, pasti ia akan mendapatkan bahwa kejelekannya akan berlipat-lipat dari kebaikan yang mendorongnya mencintai sang kekasih. Silakan tanya para tetangga tentang berbagai kejelekannya yang tersembunyi. Karena kalau segala kebaikannya akan mendorong dirinya mencintainya kekasihnya itu, maka segala kejelekannya juga akan mendorongnya untuk membencinya dan tidak menyukainya. Coba buat perbandingan antara kedua sisi tersebut. Maka hendaknya ia memilih pintu pada sisi mana yang lebih dahulu terbuka baginya. Janganlah menjadi orang yang tertipu oleh kecantikan lahiriah saja yang terlihat lebih baik dari kulit yang penuh dengan kusta dan lepra. Alihkan pandangan dari sekadar kecantikan luar”? menembus sampai pada buruknya amal perbuatannya. Menyeberanglah dari sisi lahiriahnya yang cantik menuju kebusukan hati dan jiwanya.

 

Kalau terapi ini masih juga belum mampu menyembuhkanya, yang tersisa hanyalah kepasrahan total kepada Allah yang selalu mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Nya dalam keadaan terdesak. Hendaknya ia merebahkan diri di hadapan Allah, di depan pintu-Nya: memohon keselamatan, dengan penuh rasa tunduk, pasrah dan merendahkan diri.

 

Bila seseorang mendapatkan kesempatan untuk melakukan kepasrahan tersebut, berarti ia telah mengetuk pintu taufik. Namun hendaknya seseorang mawas diri, tidak demikian mudah menyebutnyebut kekasihnya dan mencelanya di hadapan orang banyak sehingga mengganggu harga dirinya. Karena bila dilakukan, ia telah berbuat ahalim dan melampaui batas.

 

Jangan tertipu oleh hadits palsu yang mengatasnamakan Rasulullah  yang diriwayatkan oleh Suwaid bin Said, dari Ali bin Mushir, dari Abu Yahya Al-Qattat, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi, diriwayatkan pula dari Ionu Mushir dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah dari Nabi. Diriwayatkan oleh Az-Zubair bin Bakar, dari Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Majisyun, dari Abdul Aziz bin Hazim, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas  dari Nabi -bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa tertikam panah asmara, lalu ia menjaga kesuciannya, lalu ia meninggal dunia, maka ia akan mati syahid.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan:

 

“Barangsiapa yang tertikam panah asmara, lalu ia menyembunyikan perasaannya, menjaga diri dan bersabar, akan Allah ampuni dosa-dosanya dan akan Allah masukkan ke dalam Surga-Nya.”

 

Namun hadits di atas tidak shahih, dan tidak layak keluar dari mulut beliau. Karena syahid adalah kedudukan tinggi di sisi Allah, diseiringkan dengan kedudukan para shiddig, harus dicapai dengan beberapa bentuk perbuatan dan kondisi tertentu yang merupakan syarat mutlak. Syahid ada dua macam: syahid umum dan syahid khusus. Syahid khusus adalah syahid fi sabilillah. Syahid umum ada lima, disebutkan dalam sebuah hadits shahih, namun mati setelah tertikam panah asmara tidak termasuk di dalamnya. Karena panah asmara bisa merupakan perbuatan syirik terhadap Allah dalam cinta, merupakan hasil dari kealpaan terhadap Allah serta membiarkan hati, jiwa dan cinta menjadi milik selain Allah. Maka bagaimana mungkin ia bisa termasuk kedudukan yang membawa syahid? Mustahil. Bahaya panah asmara terhadap hati melebihi segala sesuatu. Bahkan panah asmara bisa disebut sebagai khamar ruhani yang bisa menyebabkan jiwa menjadi mabuk kepayang sehingga menghalanginya untuk berdzikir dan mencintainya, untuk merasakan kenikmatan berdzikir kepada Allah dan bermunajat secara khusyu kepada Allah. Bahkan bisa menyebabkan hati menyembah selain Allah. Karena hati orang yang dirundung asmara akan menjadi hamba kekasihnya. Bahkan cinta kasih” adalah otak dari penghambaan diri. Cinta kasih itulah yang mengoptimalkan rasa tunduk, kecintaan dan kepasrahan mendalam. Maka bagaimana mungkin ketundukan hati kepada selain Allah itu bisa membawa seseorang kepada kedudukan paling mulia di kalangan Ahli Tauhid, di kalangan pemuka dan orangorang istimewa di antara mereka? Kalaupun sanad hadits ini amat jelas seperti matahari sekalipun, tetap merupakan riwayat yang keliru dan salah kaprah, tidak mungkin diriwayatkan dari Nabi adanya ungkapan ‘asmara’ dalam sebuah hadits shahih. sama sekali tidak mungkin.

 

Asmara sendiri ada yang halal dan ada yang haram. Bagaimana mungkin dipahami bahwa Rasulullah memvonis setiap orang yang tertikam panah asmara, lalu menyembunyikan perasaannya dan menjaga diri bahwa dia pasti syahid? Bagaimana kiranya apabila seseorang mencintai istri orang lain, atau menggemari anak-anak kecil atau pelacur, lalu dengan cintanya itu ia meraih derajat sebagai syahid? Hal itu tentu saja bertentangan dengan ajaran agama Rasulullah secara aksiomatik. Bagaimana tidak, karena panah asmara adalah salah satu jenis penyakit yang telah Allah ciptakan obatnya menurut syariat dan sebatas kemampuan. Sementara berobat itu sendiri bisa wajib, bila panah asmara itu bersifat haram. Bisa juga dianjurkan atau disunnahkan.

 

Kalau kita mencermati dan memperhatikan berbagai penyakit yang para penderitanya dijanjikan mati syahid oleh Rasulullah, pasti akan kita dapatkan pada penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi, seperti orang yang tertikam, orang yang terkena pes, orang yang tertimpa benda keras, orang yang terbakar, tenggelam, wanita yang meninggal saat bersalin. Kesemuanya adalah cobaan dari Allah, bukan karena perbuatan si hamba sendiri, juga tidak bisa disembuhkan, sehingga bukan merupakan faktor yang diharamkan, tidak juga menyebabkan kerusakan hati dan peribadatan kepada selain Allah seperti yang bisa muncul akibat tikaman panah asmara.

 

Bila keterangan ini masih belum cukup untuk membantah kebatilan penisbatan hadits ini kepada Rasulullah , silakan meniru sikap para ulama di bidang hadits dan seluk-beluknya. Tak seorang pun dari Imam yang dikenal sebagai hafizh yang mengakui kebenaran hadits tersebut atau setidaknya menyatakannya sebagai hadits hasan.

 

Bagaimana tidak? Ulama mengingkari Suwaid sebagai perawi hadits ini. Sehingga dengan sebab itu ia tertuduh secara dahsyat. bahkan sebagian ulama menganggap ia sudah layak diperangi alias dibunuh! Abu Ahmad bin Adi dalam Al-Kamil menandaskan, “Ini adalah salah satu hadits yang tidak diakui para ulama dari Suwaid.” Demikian juga dinyatakan oleh Al-Baihagi, “Ini termasuk yang tidak diakui dari Suwaid.” Juga dinyatakan oleh Ibnu Thahir dalam Adz-Dzakhirah. Lalu disebutkan oleh Al-Hakim dalam Tarikh Naisabur. Beliau berkata. “Saya merasa heran terhadap hadits ini, karena tidak pernah diriwayatkan dari selain Suwaid, padahal ia terpercaya”, dan disebutkan oleh Abu Al-Faraj Ibnul Jauzi di kitabnya Al-Maudhu’at adalah Abu Bakar Al-Arzak memarfu kannya pada mulanya dari jalur Suwaid lalu ia mengoreksinya. kemudian menghilangkan penyebutan nama Nabi paling banter hanya sampai pada Ibnu Abbas .

 

Di antara hal berbahaya lain yang tidak dapat dibayangkan adalah dinisbatkannya hadits ini kepada hadits Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah  dari Nabi . Orang yang mengenal ilmu hadits dan cacat-cacatnya meski hanya tingkat rendahan pasti menganggap hadits ini tidak mungkin shahih. Tidak mungkin juga termasuk hadits Ibnul Majisyun, dari Ibnu Abu Hazim. dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas  secara marfu’. Tingkat keshahihannya meski hanya mauguf hingga Ibnu Abbas saja masih diragukan.

 

Para ulama telah mengecam Suwaid bin Sa’id yang meriwayatkan hadits ini dengan berbagai tudingan kejam. Yahya Ibnu Ma’in juga menyangkal haditsnya ini sambil berkata, “Kalau aku memiliki kuda dan tombak, akan kuperangi orang ini.” Imam Ahmad menandaskan, “Ia orang yang matruk, tidak dipakai haditsnya.” An-Nasa’i menyatakan, “Ia tidak tsigah.” Sementara Al-Bukhari menandaskan. “Suatu saat ia menjadi buta karena sering menyampaikan hadits yang bukan riwayatnya.” Ibnu Hibban berkomentar, “Ia menyampaikan berbagai riwayat kusut dari para perawi tsigah. Riwayatnya harus dihindari.” Yang paling layak didengarkan di sini adalah ucapan Abu Hatim ArRazi, “Ia adalah perawi yang dapat dipercaya tetapi banyak memanipulasi hadits.” Ad-Daruguthni mengomentarinya, “Ia sebenarnya tsigah, tetapi ketika sudah tua kemungkinan ia mendapatkan riwayat dari hadits-hadits mungkar, lalu beliau memberikan rekomendasi.” Sungguh tidak pantas Imam Muslim mengeluarkan hadits ini, padahal kondisinya demikian. Akan tetapi Imam Muslim meriwayatkan hadits ini, “Kalau ada riwayat penyerta dari perawi lain, tidak ia riwayatkan sendiri, tidaklah munkar dan tidak syaadz, lain halnya hadits ini.” Wallahu a’lam.

 

 

Karena bau yang wangi adalah makanan ruh sementara ruh sendiri adalah pusat stamina, maka stamina juga meningkat melalui wewangian. Karena bau yang wangi dapat membersihkan otak dan jantung serta seluruh organ tubuh bagian dalam, menggembirakan hati dan menyenangkan jiwa serta memberi kesegaran ruhani. Wewangian adalah sesuatu yang paling cocok untuk ruh, yang paling serasi dengannya. Korelasi antara wewangian dengan jiwa yang baik amatlah erat sekali. Wewangian adalah salah satu dari dua hal yang paling disukai oleh Nabi dari perkara dunia’8, semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada beliau.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari disebutkan, “Bahwasanya Rasulullah  tidak pernah menolak wewangian.” Sementara dalam Shahih Muslim disebutkan:

 

“Barangsiapa yang ditawari wewangian, janganlah ia menolaknya. Karena wewangian itu semerbak baunya namun ringan dibawa ke mana-mana.”

 

Dalam Sunan Abu Daud dan An-Nasa’i diriwayatkan dari Abu Hurairah , dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa ditawari minyak wangi, janganlah ia menolak. Karena ringan bobotnya dan semerbak baunya.”

 

Sementara dalam Musnad Al-Bazzar, dari Nabi  diriwayatkan bahwa beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan menyukai keindahan, Mahabersih dan menyukai kebersihan, Mahamulia dan menyukai kemuliaan, Maha Pemurah dan menyukai kemurahan. Bersihkanlah teras dan halaman rumah kalian, jangan menyerupai orang-orang Yahudi yang biasa menyimpan akba?” di rumah-rumah mereka.” Akba artinya adalah sampah.

 

Ibnu Abi Syaibah menyebutkan: Rasulullah  memiliki sejenis sukkah yang selalu beliau gunakan untuk dibubuhi ke tubuhnya.” Diriwayatkan juga dengan shahih bahwa beliau bersabda:

 

“Sesungguhnya Allah memiliki hak terhadap setiap Muslim agar ia selalu mandi setiap tujuh hari sekali. Kalau ia memiliki minyak wangi, hendaknya ia menggunakannya.”

 

Wewangian memiliki khasiat bahwa para malaikat amat menyukainya sementara setan-setan amat membencinya. Karena yang paling disukai oleh setan adalah bau yang busuk dan menjijikkan. Ruh yang baik akan menyukai bau yang harum pula. Sementara ruh yang jelek akan menyukai bau yang busuk pula. Setiap ruh akan cenderung pada bau yang serasi dengannya. Yang baik akan dikumpulkan dengan baik, dan yang buruk akan dikumpulkan dengan yang buruk, laki-laki maupun wanita. Meskipun ungkapan di atas berlaku pada spesies manusia laki-laki dengan wanita, namun juga berlaku untuk semua jenis perbuatan, ucapan, makanan, minuman, pakaian dan wewangian”, dengan lafal umum maupun dengan keumuman maknanya.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari Abdurrahman bin An-Nu man bin Ma’bad bin Haudzah Al-Anshari, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasulullah  memerintahkan celak itsmid yang dibubuhi minyak wangi saat menjelang tidur. Namun beliau menambahkan, “Orang yang berpuasa hendaknya menjauhinya.” Abu Ubaid meriwayatkan bahwa arti dibubuhi minyak wangi, yakni dibubuhi minyak kesturi.

 

Sementara dalam Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya disebutkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah memiliki tempat celak yang beliau gunakan tiga kali di bagian mata. Sementara dalam riwayat At-Tirmidzi, dari Ibnu Abbas  bahwa Rasulullah sz bila bercelak, menorehkan celaknya tiga kali di bagian kanan matanya. Dimulai dari kanan dan di akhiri di bagian kanan, sementara di bagian kiri hanya dua kali.

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Barangsiapa yang menggunakan celak, hendaknya menggunakannya dengan hitungan ganjil.”

 

Ganjil di sini bisa juga dilihat pada sepasang mata, tiga kali di bagian kanan dan dua kali di bagian kiri, dan dalam hal ini bagian kanan lebih layak didahulukan, atau bisa juga dilihat pada masingmasing mata, sehingga di bagian kanan tiga kali dan di bagian kiri juga tiga kali. Memang ada dua pendapat dalam madzhab Imam Ahmad dan yang lainnya.

 

Mengenakan celak bisa membantu menjaga kesehatan mata, memperkuat cahaya penglihatan juga menjernihkannya, memperlembut materi busuk yang ada dalam mata serta memaksanya keluar, di samping juga menjadi hiasan untuk jenis celak tertentu. Bila digunakan saat tidur, celak memiliki khasiat lain, karena mengandung fungsi menyelimuti kelopak mata, maka celak dapat menenangkan mata sehingga tidak melakukan gerakan berbahaya selain juga memelihara kealamiannya. Itsmid sendiri memiliki keistimewaan tersendiri.

 

Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan dari Salim, dari ayahnya secara marfu’:

 

“Gunakanlah itsmid, karena itsmid bisa menjernihkan pandangan mata dan menumbuhkan bulu mata.” “”

 

Sementara dalam Kitab Abu Nu’aim disebutkan, “Sesungguhnya itsmid itu dapat menumbuhkan bulu mata. menghilangkan kotoran dan menjernihkan pandangan.”

 

Sementara dalam Sunan Ibnu Majah juga dari Ibnu Abbas  secara marfu’ diriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Celak yang terbaik buat kalian adalah itsmid. Karena itsmid dapat menjernihkan penglihatan dan menumbuhkan rambut.”

 

 

 

  1. ITSMID

Sejenis batu hitam bahan dasar celak didatangkan dari Ashfahan (Persia), yakni jenis celak terbaik, didatangkan dari belahan barat. Yang terbaik dari jenis celak ini adalah yang paling mudah melekat namun bagian dalamnya halus. tidak mengandung kotoran.

 

Komposisinya dari unsur dingin dan kering. berkhasiat menjaga dan memperkuat mata serta mengencangkan saraf. menjaga kesehatannya, menghilangkan daging lebih pada koreng dan bisul pada mata, lalu membersihkan kotoran, menjernihkan penglihatan serta menghilangkan pusing, bila digunakan sebagai celak mata dicampur dengan madu yang encer. Kalau ditumbuk dan dicampur dengan lemak segar, lalu dicampur dengan abu bakaran, akan mencegah gangguan serangga. Berkhasiat juga kepenatan. Itsmid adalah celak terbaik, terutama sekali untuk kaum tua yang sudah lamur matanya, bila dicampur sedikit kesturi.

 

  1. ATRUJI (SITRON)

Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:

 

“Perumpamaan seorang Mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti Atrujjah, rasanya enak dan baunyapun harum.”

 

Atrujjah memiliki banyak khasiat. Atrujjah terdiri dari komposisi empat macam materi: Kulit. daging (isi). zat asam dan biji. Masingmasing dari materi tersebut memiliki keistimewaan sendiri-sendiri. Kulitnya berunsur panas dan kering. Daging atau isinya berunsur panas dan lembab. Zat asamnya berunsur dingin dan kering. Sementara bijinya berunsur panas dan kering.

 

Di antara manfaat kulitnya adalah bila dibubuhkan di baju akan bisa mencegahnya dari gangguan ulat. Baunya yang semerbak bisa mengatasi udara busuk bahkan melawan wabah. Bila dikunyah, bisa mengharumkan bau mulut dan menetralisir udara. Bila dicampurkan di makanan akan bisa membantu pencernaan.

 

Penulis Al-Qanun menandaskan. “Perasan kulit atrujjah berkhasiat mengobati luka gigitan ular bila diminum dan ampasnya dibalutkan pada luka tersebut, sementara abu bakaran kulit tersebut berguna sekali bila dibalurkan pada penyakit kusta.”

 

Adapun dagingnya bila dilembutkan agar serasi dengan lambung yang panas, menjadi amat berguna bagi penderita Hepatitis, bisa meredam uap tubuh yang panas. Al-Ghafigi menyatakan, “Dagingnya berkhasiat mengobati ambeien bila dimakan.”

 

Adapun zat asamnya, berguna sekali mengatasi penyakit kuning, bisa meredakan jantung berdetak karena demam, berguna juga untuk mengobati iterus bila diminum dan dijadikan sebagai celak, bahkan juga bisa memberhentikan muntah, kuning, melembutkan makanan, memperbaiki kondisi tubuh, mengobati mencret, bahkan perasan jusnya bisa mengobati keputihan, menghilangkan keletihan bahkan bisa menghilangkan penyakit campak. Indikatornya adalah saat Nabi  menghilangkan tinta yang tumpah di atas sehelai pakaian dengan jus buah ini. Sehingga atrujjah memiliki energi yang bisa memperlembut, bisa memotong dan mendinginkan, namun di sisi lain juga bisa menghangatkan lever, memperkuat lambung serta mengurangi ketajaman penyakit hepatitis, bisa juga membantu menghilangkan kesedihan dan meredakan dahaga.

 

Sementara bijinya memiliki energi pengemulsi dan pengering. Ibnu Maswaih menyatakan, “Khasiat bijinya adalah menolak racun mematikan bila diminum air rebusan dua mitsgal biji atrujjah. Bila sudah dimasak, bisa digunakan sebagai balsam. Bila ditumbuk dan diletakkan di luka gigitan ular dan sejenisnya juga bermanfaat. Sifatnya bisa memperlembut dan bisa juga mengharumkan mulut, sebagaimana khasiat yang kebanyakan ada pada kulitnya.”

 

Ada juga yang menyatakan, “Berkhasiat mengobati akibat sengatan kalajengking bila diminum rebusan dua mitsgal bijinya yang sudah dikupas, dengan air panas. Demikian juga ditumbuk dan dibalurkan di bagian yang terluka.”

 

Ada lagi yang menyatakan, “Bijinya bisa mengatasi semua jenis racun, bisa juga mengobati akibat gigitan semua jenis serangga.”

 

Konon ada salah seorang Kaisar murka terhadap sebagian ahli medis sehingga mereka dipenjara dan disuruh memilih satu jenis lauk saja, tidak boleh lebih. Akhirnya mereka memilih atrujjah. Mereka ditanya. “Kenapa kalian memilih buah ini?” Mereka menjawab, “Karena dari mulanya ia sudah berbau harum, bentuknya menyenangkan, baunya wangi, dagingnya daging buah sejati. asamnya bisa menjadi lauk, bijinya bisa menjadi hiasan dan bisa juga menjadi minyak.”

 

Maka tepatlah bila sesuatu yang memiliki sekian banyak khasiat untuk diserupakan dengan contoh hidup, yakni seorang Mukmin yang suka membaca Al-Qur an. Sebagian ulama As-Salaf senang memandangi buah ini, karena memang indah dan bisa menggembirakan hati.

 

  1. ARUZZ (NASI)

Ada dua hadits batil dan palsu dinisbatkan kepada Rasulullah berkenaan dengan nasi. Pertama, “Kalau seandainya nasi itu manusia, tentu ia menyerupai lelaki yang lembut.” Kedua, “Segala sesuatu yang tumbuh dari bumi, pasti mengandung obat sekaligus penyakit, kecuali nasi, dimana pada nasi terdapat obat dan tidak ada penyakit.” Kami sengaja menyebutkan dua hadits palsu ini agar kita berhati-hati jangan sampai menisbatkannya kepada Rasulullah .

 

Nasi bersifat panas dan kering. Nasi termasuk biji-bijian yang amat layak menjadi makanan, setelah gandum, bahkan paling mudah dicerna dan memadatkan isi perut secara wajar, memperkuat lambung dan mencucinya untuk kemudian mengendap di situ beberapa saat. Bahkan kalangan medis India beranggapan bahwa nasi itu adalah makanan terbaik dan paling bermanfaat bila dimasak dengan susu lembu. Nasi memiliki khasiat menyuburkan tubuh, menambah hormon, meningkatkan gizi dan membersihkan pigmen tubuh.

 

  1. ARZ (BERAS KETAN)

Disebut juga shanaubar. Nabi menyebutkan dalam haditsnya:

 

“Perumpamaan seorang Mukmin adalah seperti rumput besar yang dipermainkan oleh angin, terkadang menjadi tegak dan terkadang menjadi miring. Sementara perumpamaan seorang mundfiq adalah seperti beras ketan: ia akan tegak saja di atas akarnya, namun sekali rubuh akan tumbang seluruhnya.”

 

Biji beras ketan bersifat panas dan lembab. Mempunyai sifat membakar, melembutkan dan mengemulsi. Agak lengket namun bisa dihilangkan dengan direndam air. Sulit dicerna oleh lambung namun mengandung banyak gizi. Baik untuk mengatasi batuk dan menghilangkan lendir paru-paru, menambah hormon, namun bisa menyebabkan lambung menjadi terlalu padat. Untuk mengatasinya, bisa dikonsumsi biji delima masam.

 

  1. KAYU IDZKHIR

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih berkaitan tentang kota Mekah, bahwa Rasulullah  bersabda. “Tanamannya pun tidak boleh dicabut.” Al-Abbas bertanya kepada Rasulullah, “Bagaimana dengan AlIdzkhir. wahai Rasulullah? Tanaman itu berguna untuk hewan dan kebutuhan rumah mereka?” Beliau menjawab. “Ya, kecuali Al-Idzkhir.”

 

Al-Idzkhir memiliki sifat panas pada tingkatan kedua, kering pada tingkatan pertama. Teksturnya lembut, bisa membuka penyumbatan dan lubang pembuluh darah, memperlancar buang air kecil dan juga buang air besar, bahkan bisa juga menghancurkan batu ginjal. mengempeskan inflamasi atau peradangan pada lambung, lever dan ginjal, bila diminum dan dibalutkan pada bagian yang bengkak. Bahkan bahan dasarnya bisa menguatkan akar gigi dan juga perut lambung, meringankan rasa mual dan menguatkan otot perut.

 

  1. BITHTHIKH (SEMANGKA)

Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Nabi  bahwa beliau pernah makan semangka dicampur dengan kurma muda yang sudah masak. beliau bersabda. “Panas di buah ini dinetralisir oleh unsur dingin di buah ini.”

 

Berkaitan dengan semangka ini ada beberapa hadits, namun tidak ada yang shahih kecuali satu hadits ini saja. Yang dimaksud di sini adalah semangka hijau (hijau kulitnya). Sifatnya dingin dan basah, bisa membersihkan lambung. Lebih mudah dicerna di lambung daripada timun dan sejenisnya. Bahkan juga mudah larut dalam unsur makanan lain bila bertemu di lambung. Dimakan dalam keadaan panas (dimasak), amat bermanfaat sekali. Kalau dimakan dalam keadaan dingin, ada efek samping ringan yang bisa dinetralisir dengan sedikit jahe dan sejenisnya. Sebaiknya dikonsumsi sebelum makan, yakni segera diiringi dengan makan, kalau tidak, akan bisa menyebabkan mual dan muntah, Sebagian kalangan medis menyatakan, “Bila dikonsumsi sebelum makan dapat mencuci perut dan menghilangkan penyakit dalam lambung.”

 

  1. BALH (KURMA MUDA)

Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Makanlah balh dengan kurma masak. Karena apabila setan melihat seorang manusia memakan kurma dengan balh atau kurma muda, ia akan berkata, “Anak Adam ini akan kekal dalam kebaikan, sehingga ia bisa memakan barang lawas dicampur dengan barang baru.”

 

Dalam riwayat lain disebutkan:

 

“Makanlah kurma masak dengan kurma muda. Sesungguhnya setan merasa sedih bila melihat manusia memakannya.” Setan akan berkata, “Manusia bisa hidup sampai saat ini sehingga mereka masih sempat makan barang baru (kurma muda) dicampur dengan barang usang (kurma tua).”

 

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam Musnad-nya, dan inilah lafalnya. Arti “baa’ (dengan) dalam hadits itu adalah “bersamaan’, yakni makanlah kurma jenis pertama bersamaan dengan kurma jenis kedua.

 

Sebagian kalangan medis menyatakan, “Nabi & hanya memerintahkan memakan balh (kurma muda) dengan kurma masak, namun tidak memerintahkan memakan busr (anak kurma) dengan kurma masak. Karena busr dan kurma masak, sama-sama bersifat panas, meskipun tentu saja kurma masak jauh lebih panas. Menurut medis, memang tidak tepat mengkomposisikan antara dua makanan yang sama-sama berunsur panas atau sama-sama berunsur dingin sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

 

Dalam hadits ini memberi peringatan terhadap kebenaran dasar ilmu kedokteran yakni dalam upaya menjaga kestabilan mengantisipasi satu jenis makanan dengan makanan lain, satu jenis obat dengan obat lain serta berbagai formula kedokteran lain dalam upaya menjaga kesehatan.

 

Balh memiliki sifat dingin dan kering, amat baik bagi mulut, gusi dan lambung, namun kurang baik untuk dada dan paru-paru. Karena teksturnya yang kasar. bisa sulit dicerna dalam lambung, sedikit kandungan gizinya. Di antara sesama jenis buah palm. balh menyerupai anggur muda di antara sekian jenis buah-buahan pohon biasa. Kedua jenis buah ini (kurma dan anggur muda), sama-sama bisa menyebabkan masuk angin, menyebabkan glegean (Bahasa Jawa) dan mengeluarkan gas, terutama sekali bila seseorang minum sesudah mengonsumsi buah tersebut. Efek samping tersebut bisa diatasi dengan mengonsumsi kurma tua, madu dan keju.

 

  1. BUSR (ANAK KURMA)

Diriwayatkan dalam hadits shahih bahwa Abul Haitsam bin AtTaihaan saat Nabi  bersama Abu Bakar dan Umar  bertamu kepadanya, ia menghidangkan setandan kurma muda, yang disebut idzg. seperti tandan anggur yang disebul ungud. Beliau bertanya, “Kenapa engkau tidak hidangkan kurma yang sudah masak saja?” Ia menjawab, “Aku ingin engkau memilih sendiri. mau yang masak atau yang masih pentil (busr).”

 

Kurma pentil bersifat panas dan kering, namun kadar keringnya lebih dominan dibandingkan panasnya. la juga bersifat menyeka kelembaban, membersihkan lambung, mengikat perut dan berguna juga untuk gusi dan mulut. Jenis yang terbaik adalah yang agak basah dan manis. Namun terlalu banyak memakan kurma muda dan kurma pentil dapat menyebabkan sembelit.

 

  1. BAIDH (TELUR)

Diriwayatkan oleh Al-Baihagi dalam Syu’abul Iman sebuah atsar yang marfu’, “Bahwasanya salah seorang nabi pernah mengadu kepada Allah bahwa tubuhnya merasa lemah. Maka Allah memerintahkannya memakan telur.” Namun keabsahan hadits ini masih dipertanyakan.

 

Telur yang baru lebih baik dari yang lama. Sementara di antara seluruh jenis telur unggas, telur ayam adalah yang terbaik. Sifatnya stabil, akan tetapi cenderung kepada unsur dingin.

 

Penulis Al-Qanun menyebutkan: Kuning telur bersifat panas dan lembab, bisa menambah darah yang sehat dan sempurna, memberikan suntikan gizi ringan, di samping itu juga amat mudah larut dalam lambung, yakni bisa dimasak lembut.”

 

Ahli medis lain menegaskan. “Kuning telur dapat mengurangi rasa sakit, bisa melegakan tenggorokan dan bronkus, baik untuk mengobati sakit tenggorokan, batuk, luka paru-paru, ginjal, dan kandung kencing. Di samping itu juga bisa mengurangi ganjalan pada pencernaan, terutama sekali bila dikonsumsi dengan minyak buah badam yang manis. Bisa juga membantu proses pembakaran di bagian dada, bisa memperlunak sisa makanan dan mengurangi ganjalan di tenggorokan.”

 

Sementara putih telur bila diteteskan ke mata yang mengalami bengkak meradang, bisa langsung mendinginkan radangnya dan menghilangkan rasa sakitnya. Bila dilumuri ke mata dicampur dengan abu pada saat pertama kali terjadi pembengkakan, akan mencegahnya agar tidak melepuh. Bila dilumuri ke wajah, bisa mencegahnya terbakar Sinar matahari Bila dicampur dengan serbuk kayu cendana lalu dioleskan ke kening, bisa mencegah terjadinya pengeriputan.

 

Penulis Al-Qanun berkenaan dengan obat-obatan penyakit jantung menegaskan, “Meskipun telur bukanlah termasuk obat-obatan optimal, namun jelas berkhasiat menguatkan jantung (yakni kuning telur). Kuning telur memiliki tiga keistimewaan: Pertama, mudah larut dalam darah. Kedua, sedikit ampasnya. Ketiga, bahwa darah juga berasal darinya, atau setidaknya unsurnya bisa berdampingan dengan darah yang menjadi makanan jantung. Selain itu, unsur telur juga ringan sekali. Oleh sebab itu para penderita penyakit pencernaan mudah sekali beradaptasi dengan telur sehingga mudah diserap oleh tubuh.”

 

  1. BASHAL (BAWANG MERAH)

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari Aisyah  bahwa ia pernah ditanya tentang bawang merah. Aisyah menjawab, “Makanan yang terakhir kali dimakan oleh Rasulullah, mengandung bawang merah.”

 

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim bahwa bila seseorang memakan bawang merah, ia tidak boleh masuk masjid. Bawang merah memiliki sifat panas pada tingkatan kedua, di samping juga memiliki sifat lembab berlebih. Bawang berkhasiat mencegah bahaya air yang sudah berubah bentuk dan rasanya, mengusir bau beracun, memancing selera makan, memperkuat lambung, membangkitkan gairah, memperbanyak hormon, membaguskan warna kulit, menghilangkan dahak serta membersihkan lambung.

 

Bagian tengahnya dapat menghilangkan panu, bila dibalurkan pada sekitar bagian tubuh yang terserang penyakit alopecia bisa bermanfaat sekali. Bila dicampur dengan garam, dapat menghilangkan ketombe. Bila dihirup baunya oleh orang yang baru meminum obat pencahar, bisa mencegah mual dan muntah serta menghilangkan bau obat tersebut. Bila airnya digunakan sebagai ‘gurah’, bisa membersihkan kepala. Bisa juga diteteskan ke telinga bila sulit mendengar atau berdengung, mengeluarkan nanah atau kemasukan air. Bau pedas yang menyebabkan keluarnya air mata juga berguna sekali. Bagian tengahnya baik sekali dipakai bercelak bila dicampurkan dengan madu untuk memperbagus bagian putih mata.

 

Bila dimasak, bawang merah juga mengandung banyak gizi, berguna mengobati penyakit kuning, batuk dan sesak napas, bisa memperlancar buang air kecil dan melunakkan buang air besar. Berkhasiat juga mengobati gigitan anjing (tapi bukan anjing gila) bila dibalurkan air perasannya ditambah sedikit garam pada bagian luka. Bahkan bila dibalurkan di dubur bisa membantu membuka lubang bawasir (ambeien).

 

Efek sampingnya. bawang merah bisa menyebabkan migrain. kepala pusing. menyebabkan masuk angin dan menggelapkan pandangan mata. Terlalu banyak mengonsumsinya bisa menyebabkan penyakit ‘pelupa’, merusak akal dan merubah bau mulut. di samping juga mengganggu sesama manusia bahkan juga para malaikat. Cara mengatasinya adalah dengan dimasak sehingga seluruh bahaya tersebut bisa dihilangkan.

 

Dalam As-Sunan disebutkan bahwa Rasulullah  memerintahkan orang yang hendak mengonsumsi bawang merah dan juga bawang putih agar mematikan efek sampingnya dengan cara memasaknya. Bau bawang merah juga bisa hilang dengan mengunyah buah rue.

 

  1. BADZINJAN (TERONG)

Dalam sebuah hadits palsu yang dibuat-buat atas Nabi , “Terong berkhasiat tergantung niat orang yang memakannya.” Ucapan semacam itu jelas amatlah tidak pantas dinisbatkan kepada orang berakal manapun, apalagi kepada salah satu dari nabi yang diutus oleh Allah.

 

Terong ada dua macam: Yang berwarna agak putih dan yang agak hitam. Ada juga perbedaan pendapat apakah unsurnya dingin atau panas. Yang benar adalah panas. Terong dapat menyebabkan penyakit campak, ambeien, penyumbatan pembuluh darah, kanker, kusta, merusak pigmen tubuh bahkan menyebabkan warna kehitaman, bisa juga menimbulkan bahaya bau mulut. Adapun yang berwarna putih dan panjang. tidak mengandung bahaya-bahaya tersebut. .»

 

 

 

 

 

  1. TAMR (KURMA)

Diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa yang mengonsumsi tujuh butir kurma di pagi hari (dalam riwayat lain: tujuh butir kurma Al-Aliyyah), pada hari itu ia tidak akan terganggu oleh racun ataupun sihir.”

 

Diriwayatkan juga dengan shahih bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Rumah yang tidak ada kurma di dalamnya, akan membikin lapar penghuninya.”

 

Diriwayatkan juga dengan shahih bahwa Rasulullah  biasa menyantap kurma dengan keju, atau menyantapnya dengan roti, dan terkadang juga menyantapnya begitu saja.

 

Sifat kurma adalah panas pada tingkatan kedua. Apakah sifatnya kering atau basah? Ada dua pendapat.

 

Kurma dapat menguatkan lever, melunakkan buang air besar, menambah stamina bila dicampur dengan bubuk kayu cemara, menyembuhkan radang tenggorokan. Namun bagi yang belum terbiasa mengonsumsinya seperti para penduduk di negeri-negeri dingin, bisa menyebabkan sembelit, menyebabkan sakit gigi dan menambah sakit kepala. Cara mengatasinya adalah dengan mengonsumsi buah badam dan apiun.

 

Kurma termasuk buah yang paling banyak mengandung gizi yang mengenyangkan dan dibutuhkan tubuh karena kandungan unsur panas dan lembab. Bila dikunyah dan ditelan. bisa pula membunuh cacing. Selain panas. buah ini juga memiliki energi tambahan. Bila kita terbiasa mengonsumsinya dengan langsung dikunyah dan ditelan, bisa mengeringkan dan melemahkan unsur cacing dalam tubuh, mengurangi bahkan juga memberantasnya sama sekali. Kurma adalah buah, makanan. obat, minuman sekaligus gula-gula.

 

  1. TIEN (BUAH TIN)

Karena buah tin tidak terdapat di kota Hijaz dan Al-Madinah, maka tidak ada hadits yang menyebut-nyebut buah ini. Karena tanah tempat tumbuhnya buah ini berlawanan dengan tanah tempat tumbuhnya pokok kurma. Akan tetapi Allah pernah bersumpah atas nama buah ini dalam Al-Quran karena buah ini banyak mengandung khasiat dan kegunaan. Yang benar bahwa buah yang disebut dalam Al-Quran adalah yang dikenal hingga kini sebagai buah tin.

 

Sifatnya panas. Apakah lembab atau kering, atau dua pendapat. Yang terbaik adalah yang berwarna putih. masak hingga ke kulitnya. Buah ini berkhasiat menghilangkan batu ginjal dan batu kencing. bisa juga sebagai bahan anti racun. Termasuk buah yang paling tinggi gizinya. Berguna juga untuk mengatasi sakit tenggorokan. dada dan juga bronkus. Bisa berkhasiat mencuci lever dan limpa, membersihkan dahak yang terbawa ke lambung, serta memberikan suntikan gizi yang cukup banyak pada tubuh. Hanya saja, buah ini bisa menimbulkan kutu kepala bila dimakan terlalu banyak.

 

Buah tin yang kering berguna bagi syaraf. Bila dimakan dengan buah badam dan buah pala, akan baik sekali. Galenius menandaskan, “Bila dimakan bersama dengan buah badam dan buah rue, selama tidak mengonsumsi racun mematikan, akan berkhasiat menjaga tubuh dari berbagai unsur berbahaya.”

 

Diriwayatkan dari Abu Darda bahwa ia pernah menghadiahkan kepada Nabi  sepiring buah tin. Beliau berkata, “Makanlah.” Maka Abu Darda ikut memakannya bersama beliau. Beliau  bersabda, “Kalau kukatakan bahwa ada buah yang turun dari Surga, pasti kupastikan: inilah buahnya. Karena buah surga itu tidak berbiji.

 

Makanlah, karena buah ini bisa mengatasi penyakit ambeien dan berguna mengatasi penyakit encok.” Namun keabsahan riwayat ini masih dipertanyakan.

 

Daging buah ini adalah yang terbaik, karena dapat memancing haus tetapi juga mampu meredam rasa haus akibat dahak asin. Berkhasiat juga mengobati penyakit batuk kronis, memperlancar buang air kecil, membongkar sumbatan pada lever dan limpa serta berguna untuk ginjal dan kandung kencing. Bila dikonsumsi dengan cara dikunyah akan bermanfaat secara ajaib untuk membuka saluran makanan terutama sekali bila dicampur buah badam dan pala. Namun amat tidak baik sekali bila dicampur dengan makanan-makanan berat.

 

Strawberi putih mirip dengan buah ini, hanya kandungan gizinya lebih sedikit dan agak berbahaya buat lambung.

 

  1. TALBINAH (TAJIN GANDUM)

Telah dijelaskan sebelumnya artinya adalah sejenis tajin dari gandum yang sudah ditumbuk (sehingga membentuk seperti gulai atau bubur). Kami juga telah menjelaskan bahwa bagi kalangan penduduk Hijaz, makanan ini lebih baik daripada air tepung yang belum ditumbuk. ‘..

 

 

 

 

  1. TSALJ (ES)

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Ya Allah, bersihkanlah diriku dengan air, es dan embun.”

 

Masalah fiqih yang terkandung dalam hadits ini adalah bahwa penyakit itu dapat diobati dengan antinya. Kotoran atau daki memiliki sifat panas membakar sehingga harus diantisipasi dengan es, embun atau air dingin.

 

Tidak bisa dikatakan bahwa air panas itu bisa membersihkan kotoran lebih baik. Karena air dingin mengandung unsur membekukan dan menguatkan tubuh, dan itu tidak terdapat dalam air panas. Kotoran itu sendiri menimbulkan dua pengaruh: daki dan kesat. Seharusnya dua pengaruh itu diantisipasi dengan zat yang dapat membersihkan dan memperkuat jantung. Disebutkannya air dingin, es dan embun merupakan isyarat terhadap dua hal tersebut.

 

Es tentu saja berunsur dingin, itu menurut pendapat yang benar. Salah orang yang mengatakan bahwa es berunsur panas. Memang kerancuan itu muncul, karena munculnya makhluk hidup dalam es. Itu bukan merupakan indikator bahwa es itu panas. Karena makhluk hidup juga bisa muncul dalam buah-buah berunsur dingin, bahkan juga dalam Cuka (bakteri fermentase). Adapun kenapa bisa mengundang haus, karena es mengundang panas, bukan karena unsur panas yang ada dalam es itu sendiri.

 

Es bisa membahayakan lambung dan saraf. Bila seseorang sakit gigi karena panas tubuh berlebih, bisa diredakan dengan es.

 

  1. TSAUM (BAWANG PUTIH)

Wujudnya mirip dengan bawang merah. Dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa hendak makan kedua benda ini, hendaknya dimasak dengan sempurna.” Rasulullah pernah diberi hidangan makanan yang mengandung bawang putih. Namun beliau mengirimkan kembali makanan itu kepada Abu Ayub Al-Anshari. Abu Ayub bertanya, “Wahai Rasulullah: apakah engkau tidak menyukainya sehingga memberikannya kepadaku?” Beliau menjawab. “Sesungguhnya aku senang bermungjat (memanjatkan doa) kepada Yang tidak mungkin aku bermunajat kepada-Nya bila aku memakan makanan itu.”

 

Demikianlah. Bawang putih bersifat panas dan kering hingga tingkatan keempat, bisa memberi kehangatan tingkat tinggi dan bisa juga mengeringkan secara optimal dan berkhasiat untuk orang-orang yang kedinginan dan untuk orang yang memiliki masalah dengan pencernaannya karena unsur dahak, demikian juga untuk orang yang nyaris terkena sembelit. Bawang putih juga bisa mengeringkan sisa sperma. membuka sumbatan serta mengurai angin duduk, membantu metabolisme makanan, menghentikan dahaga. melapangkan perut, memperlancar air seni, membantu mengobati sengatan binatang berbisa serta berbagai jenis inflamasi dingin, bisa digunakan sebagai pengganti koyo. Bila ditumbuk dan dijadikan pembalut untuk mengobati luka akibat Gigitan ulat berbisa atau kalajengking, akan berkhasiat sekali bahkan bisa mencabut racunnya. menghangatkan tubuh dan menambah panas badan, menghilangkan dahak, menghilangkan gas atau angin dan membersihkan tenggorokan. Bisa juga menjaga kesehatan badan secara umum, berguna untuk menjaga dari bahaya air yang sudah berubah bentuknya dan menyembuhkan batuk kronis. Bila dimakan dalam keadaan mentah, dimasak atau setidaknya dibakar, bisa berguna mengobati penyakit dada karena hawa dingin, menghilangkan sumbatan pada tenggorokan. Bila ditumbuk, dicampur dengan cuka, garam dan madu, kemudian dibalurkan pada bagian gigi geraham yang sudah keropos, bisa langsung merapuhkan dan menggugurkannya. Bila dibalurkan pada gigi yang sakit, akan bisa meredakan sakitnya. Bila dua suing bawang putih ditumbuk dicampur dengan air dan madu, bisa menghilangkan dahak dan cacing. Bahkan bila dibalurkan pada panu juga berkhasiat menghilangkannya.

 

Di antara efek sampingnya adalah dapat menyebabkan pusing, berbahaya bagi otak dan mata, melemahkan pandangan mata dan stamina, menyebabkan rasa haus dan membangkitkan penyakit kuning, menimbulkan bau mulut. Untuk mengantisipasinya, kunyah saja daun rue.

 

  1. TSARID (ROTI GANDUM DENGAN DAGING KUAH)

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Keutamaan Aisyah dibandingkan dengan seluruh wanita seperti keutamaan tsaried dibandingkan seluruh jenis makanan.”

 

Meskipun termasuk makanan “gado-gado”, tsaried terdiri dari roti dan daging. Roti adalah makanan pokok terbaik. Sementara daging adalah rajanya lauk-pauk. Kalau kedua jenis makanan dengan lauknya itu dikombinasikan, tidak ada lagi yang melampauinya.

 

Mereka kalangan medis masih berbeda pendapat, mana di antara roti dengan daging yang lebih baik. Yang benar, bahwa kebutuhan manusia kepada roti itu lebih umum dan lebih banyak. Sementara daging itu lebih tinggi nilainya dan lebih baik. Daging lebih menyerupai aura badan dibandingkan dengan materi lain. Daging adalah makanan para penghuni Surga. Kepada mereka yang meminta sayuran, mentimun, kacang panjang, adas dan bawang merah, Allah berfirman:

 

“Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik …” (Al-Bagarah: 61)

 

Banyak kalangan ulama As-Salaf” yang beranggapan bahwa kata fum (kacang) dalam ayat itu artinya adalah hinthah (gandum). Jadi ayat itu merupakan dalil bahwa daging itu lebih baik daripada gandum. Wallahu a’lam.

 

 

 

  1. JUMMAR (JANTUNG POKOK KURMA)

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar, ia menceritakan: Saat kami duduk-duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba dihidangkanlah jantung pokok kurma. Rasulullah #£ bersabda:

 

“Sesungguhnya ada pohon yang menyerupai seorang Muslim yang daunnya tidak pernah jatuh …”

 

Jummar ini memiliki sifat dingin dan kering pada tingkat pertama. Berkhasiat menyembuhkan koreng, berguna juga untuk menghentikan darah mengalir, sakit perut, sakit kuning serta darah tinggi. Kadar enzimnya juga lumayan, bisa memberikan suntikan gizi ringan, hanya agak lambat dicerna. Pokok kurma seluruhnya memang bermanfaat. Oleh sebab itu Rasulullah mengumpamakan pokok ini sebagai seorang Muslim, karena banyak mengandung manfaat dan kegunaan.

 

  1. JUBN (KEJU)

Dalam As-Sunan diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi  pernah diberikan keju dari Tabuk. Beliau meminta pisau, membaca bismillah dan memotong keju tersebut.” Diriwayatkan oleh Abu Daud. Para sahabat di Syam dan Irag juga biasa memakannya.

 

Keju yang basah dan tidak bergaram, amatlah baik untuk lambung, amat mudah tersuplai ke seluruh organ tubuh, bisa menambah gemuk, meringankan perut secara stabil. Yang bergaram atau yang asin lebih sedikit nilai gizinya daripada yang basah, kurang baik untuk lambung, berbahaya untuk usus, bahkan yang sudah agak lama disimpan akan membikin sakit perut. Demikian juga dengan keju bakar, berguna mengobati koreng dan mencegah mencret.

 

Sifatnya dingin dan lembab. Bila dikonsumsi setelah dibakar, lebih baik untuk pencernaan. Karena bakaran api bisa memperbaiki struktur dan teksturnya serta memperlunak esensinya, memperbaiki rasa dan aromanya. Keju lama bersifat panas dan kering. Bila dibakar, akan lebih baik juga, karena esensinya semakin lembut dan efek sampingnya bisa lenyap karena bakaran api membawa beberapa macam zat yang juga bersifat panas dan kering serta sesuai dengan keju. Keju asin bisa menguruskan badan, menyebabkan munculnya batu ginjal dan kandung kencing, tidak baik pula untuk lambung. Bila dicampur dengan bahanbahan pelunak, justru lebih tidak baik lagi karena semakin memperlancar masuknya keju tersebut ke lambung.

 

 

 

 

  1. HINNA (INAI)

Telah diriwayatkan hadits-hadits berkenaan dengan keutamaan inai ini pada pembahasan terdahulu, sehingga tidak perlu lagi diulang di sini.

 

  1. HABBATUS SAUDAA (JINTEN HITAM)

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Salamah, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Hendaknya kalian mengonsumsi jinten hitam. Karena jinten hitam mengandung obat untuk segala jenis penyakit, kecuali As-Saam.”

 

As-Saam adalah kematian.

 

Jinten hitam atau Al-Habbah As-Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia. Disebut juga dengan Kammun hitam atau Kammun India. Al-Harbi meriwayatkan dari Al-Hasan  bahwa jinten hitam disebut juga Khardal. Sementara Al-Harawi menceritakan bahwa jinten hitam juga disebut. Al-Habbah Al-Khadra (Biji Hijau) serta buah Al-Butm. Namun kedua istilah ini salah besar. Yang benar bahwa jinten hitam disebut juga Syuwainiz.

 

Jinten hitam memiliki banyak sekali khasiat. Arti sabda Nabi “obat dari segala jenis penyakit’, seperti firman Allah, “menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya.” yakni segala sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam memang berkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal. Jinten hitam bisa menyalurkan energi obat dingin dan basah ke sumber penyakit dengan amat cepat, bila dikonsumsi sekadarnya.

 

Penulis Al-Qanun dan kalangan medis lain menegaskan bahwa jinten hitam cocok dikombinasikan dengan Za’faran dalam tablet, karena memang energinya amat mudah menembus sasaran. Masih ada lagi kombinasi sejenis yang dikenal oleh para pakar industri farmasi. Tidaklah mustahil obat panas berkhasiat juga mengobati penyakitpenyakit panas secara khusus. Karena kita mendapati banyak jenis obatobatan seperti Enzoat serta berbagai bahan obat lain yang dicampurkan dengannya untuk mengobati penyakit mata, seperti juga sakkarin dan berbagai bahan panas lain. Penyakit mata bersifat panas menurut kesepakatan ahli medis. Belerang yang panas sekali juga berkhasiat mengobati gatal-gatal.

 

Syuwainiz sendiri bersifat panas dan kering pada tingkatan ketiga, berkhasiat menghilangkan gas, menghilangkan penyebab penyakit alopecia (botak), berguna juga mengobati kusta, demam yang disertai batuk berdahak dan sejenisnya, bisa juga membuka sumbatan, mengusir angin, mengeringkan lambung yang basah dan lembab. Kalau ditumbuk lalu dibuat adonan dengan campuran madu, kemudian diminum setelah dicampur air panas, bisa menghancurkan batu ginjal dan batu di kandung kencing, memperlancar air seni, haid dan ASI, bila diminum secara rutin berhari-hari. Kalau dipanaskan dengan campuran cuka buah, lalu dioleskan di perut, pasti akan membunuh bakteri. Bila diadon dengan air tepung basah atau tepung yang sudah dimasak, mampu mengeluarkan cacing dengan lebih kuat. la bersifat membersihkan, memotong dan mengurai. Berkhasiat juga rnenyembuhkan pilek dingin, bila ditumbuk dan diletakkan di sebuah kain lalu terus dihirup, niscaya pilek itu akan hilang.

 

Minyak jinten hitam amat berkhasiat mengobati kepala, bahkan juga mampu menghilangkan ketombe. Bila diminum kira-kira sesendok dicampur air, bisa juga menghilangkan sesak napas dan sejenisnya. Bila dibalutkan ke kepala, bisa juga mengatasi penyakit pusing biasa. Bila diadon dengan air, bisa juga berkhasiat menambah ASI. Bisa juga mengatasi influensa bila dijadikan sebagai gurah.

 

Bila dimasak dengan cuka dan digunakan untuk berkumur-kumur, berguna mengobati sakit gigi karena kedinginan. Bila digunakan sebagai gurah dalam bentuk bubuk. berguna untuk memancing air mata yang diperlukan. Bila digunakan sebagai pembalut dicampur dengan cuka. bisa mengatasi jerawat dan kudis bernanah. Bisa juga mengobati pembengkakan kelenjar kronis. bahkan juga tumor!

 

Jintan hitam bahkan juga berkhasiat mengobati Facial Paralyisis (kelumpuhan di bagian wajah) bila digunakan sebagai gurah dalam bentuk minyak. Bila diminum kira-kira satu gelas atau setengah gelas. bisa berkhasiat mengobati akibat gigitan tawon berbisa. Bila dibalurkan dalam bentuk dicampur dengan minyak Al-Habbah Al-Khadhra, lalu diteteskan di telinga tiga kali. bisa mengatasi hawa dingin, angin, dan penyumbatan.

 

Bila disangrai (digoreng tanpa minyak). lalu ditumbuk halus baru dicampurkan dengan minyak zaitun dan diteteskan di lubang hidung tiga kali atau empat kali. bisa berkhasiat mengatasi pilek yang disertai banyak bersin-bersin. Kalau dibakar dan dicampurkan dengan lilin yang dicairkan dengan minyak Sausan atau minyak inai, lalu dibalurkan pada luka di betis setelah terlebih dibersihkan dengan cuka, berkhasiat menyembuhkannya.

 

Bila ditumbuk dengan cuka lalu dibalutkan pada penyakit kusta dan panu hitam bahkan juga penyakit hazaz berat, bisa berkhasiat menyembuhkannya.

 

Bila ditumbuk halus, setiap hari dibalurkan ke luka gigitan anjing gila sebagian dua atau tiga kali oles, lalu dibersihkan dengan air, pasti berkhasiat sekali, bisa menyelamatkan dari kematian. Bila digunakan sebagai gurah dalam bentuk minyak, berguna mengatasi influensa dan tetanus, bisa mengusir kuman-kumannya. Bila dibakar, asapnya bisa mengusir serangga.

 

Bila dicairkan dengan Enzoat dicampur dengan air, lalu dioleskan di bagian bawah lingkaran perut baru dibubuhi dengan Syuwainiz, akan menjadi semacam balsem yang berkhasiat sekali mengatasi bawasir atau ambeien. Khasiatnya bahkan jauh lebih banyak dari yang telah kita paparkan di sini. Sebaiknya dikonsumsi secara rutin dua sendok saja. Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa terlalu banyak mengonsumsinya bisa mematikan.

 

  1. HARIR (SUTERA)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Nabi  memperbolehkan kepada Zubair dan Abdurrahman bin Auf mengenakan sutera karena penyakit gatal yang mereka derita. Sebelumnya juga telah dijelaskan khasiat dan kegunaan serta komposisi yang terkandung di dalamnya. sehingga tidak perlu diulang pembahasannya di sini”.

 

  1. HURF (CRESS/SELEDRI AIR).

Abu Hanifah (Ad-Dinauwari) menyatakan, “Hurf adalah sejenis biji yang digunakan sebagai obat. Sejenis dengan seledri darat yang diberitakan oleh Nabi. Tanaman ini disebut hurf. Sebagian kalangan awam menyebutkan biji Rasyad. Abu Ubaidah menyatakan, “Namanya adalah tsifa atau hurf.”

 

Kami tegaskan: Hadits yang diisyaratkan di situ adalah hadits Abu Ubaidah dan yang lainnya dari Ibnu Abbas, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Dua makanan apa yang mengandung kesembuhan? Seledri air dan kurma.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Al-Marasil )

 

Energinya ada dalam suhu panas dan kering pada tingkat ketiga. Sifatnya bisa menghangatkan dan memperlembut perut serta mengusir cacing dan kuman penyebab kebotakan, bahkan juga mengempeskan radang lever dan limpa, meningkatkan gairah seks, menghilangkan kudis bernanah dan impetigo.

 

Kalau dijadikan pembalut dicampur dengan madu. bisa mengempeskan. Dan bila dimasak bersama dengan inai, akan bisa menghilangkan kotoran di dada. Bila diminum. bisa berkhasiat melawan bisa/racun serangga dan luka akibat gigitannya.

 

Bila dibakar dan asapnya dihembuskan. bisa mengusir serangga dan menjaga rambut agar tidak rontok. Bila dicampur dengan tepung gandum bersama cuka, lalu dibalutkan, berkhasiat mengobati irg annasa (sakit pinggang) serta mengempeskan radang.

 

Bila digunakan untuk membalut dicampur dengan air. bisa mematangkan bisul, bisa menghilangkan pegal-pegal di sekujur tubuh. menambah stamina, menambah nafsu makan. berkhasiat mengatasi asma, sesak napas dan kelainan limpa, membersihkan paru-paru dan melancarkan buang air. Berkhasiat juga mengobati irgun nasa (semacam encok/sakit pinggang). penyakit di belakang pinggul. Bisa juga mengeluarkan ampas tubuh bila diminum atau disuntikkan ke tubuh serta membersihkan dada dan paru-paru dari dahak dan cairan lengket.

 

Bila diminum tepungnya, kira-kira lima sendok dicampur dengan air panas, bisa memudahkan buang air besar. mengusir angin. mengobati sejenis sembelit (usus berlipat) yang disebabkan hawa dingin. Bila ditumbuk dan diminum, berkhasiat mengatasi kusta.

 

Kalau dioleskan ke panu putih setelah dicampur cuka, bisa menyembuhkannya. Berkhasiat juga mengatasi pusing-pusing akibat hawa dingin atau pilek. Kalau disangrai (digoreng tanpa minyak) dan diminum, bisa menghentikan mencret. terutama sekali bila tanpa ditumbuk, karena sifatnya yang lengket ketika digoreng tanpa minyak. Kalau airnya digunakan untuk mencuci kepala, bisa membersihkannya dari kotoran dan segala yang lengket.

 

Galenius menegaskan, “Energinya mirip dengan biji mustard. Oleh sebab itu biasa digunakan sebagai param kocok mengobati sakit pinggang, sakit kepala dan segala penyakit yang membutuhkan obat penghangat. Terkadang juga dicampurkan dalam obat-obatan yang digunakan untuk mengobati asma melalui sebuah cara populer yakni realitas bahwa bahan ini memang mampu menghilangkan berbagai kotoran berat secara amat kuat sekali, seperti halnya biji mustard. Karena memang mirip dalam segala hal.”

 

  1. HULBAH (FENUGREEK)

Diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau menjenguk Saad bin Abi Waqqas di Mekah. Beliau berkata, “Panggilkan thabib.” Dipanggillah Al-Harits bin Kaldah. Ia memeriksa Saad, lalu berkata, “Tidak apa-apa. Ambilkan saja fariqah, yakni fenugreek dicampur dengan kurma ajwah yang masak, lalu dimasak dan dibuat gulai.” Makanan itu pun segera dibuat dan diberikan kepadanya hingga sembuh.

 

Energi hulbah bersifat panas pada tingkatan kedua. dan kering pada tingkatan pertama. Bila digodok dengan air. bisa menghaluskan tenggorokan, dada dan perut. bisa juga meredakan batuk dan radang tenggorokan serta asma dan sesak napas. di samping juga menambah stamina. Cocok untuk mengusir angin. dahak dan ambeien. Bisa juga membantu keluarnya enzim yang terdapat pada usus. mengencerkan dahak lengket pada dada. bisa juga mengatasi penyakit bronkus dan paru-paru. Bila diminum kira-kira lima sendok dicampur dengan gula batu, bisa melancarkan haid. Bila dimasak dan digunakan mencuci rambut. bisa mengkeritingkan rambut sekaligus menghilangkan ketombe.

 

Tepungnya bila dicampurkan dengan natron dan cuka lalu dibalutkan. bisa mengempeskan radang limpa. Bisa juga digunakan untuk berendam oleh seorang wanita bila terlebih dahulu direbus untuk mengatasi sakit rahim yang bengkak. Bila digunakan untuk mengompres tumor, berkhasiat mengobati dan mengempeskannya. Bila diminum airnya. berkhasiat menghilangkan sakit perut karena masuk angin, bahkan bisa melicinkan usus.

 

Kalau disantap setelah direbus dicampur kurma, madu dan buah tien lalu langsung dikunyah dan ditelan, bisa menghilangkan dahak lengket di bagian dada dan lambung, bahkan bisa mengatasi batuk berkepanjangan. Berkhasiat mengatasi sakit pinggang dan melapangkan perut. Bila dibalurkan di atas kuku yang retak-retak, akan bisa memulihkannya. Minyaknya juga berkhasiat menghilangkan pecah-pecah pada kulit akibat hawa dingin, bila dicampur dengan lilin. Khasiatnya masih jauh lebih banyak lagi dari yang kami sebutkan di sini. Diriwayatkan dari Al-Oasim bin Abdurrahman bahwa Nabi  bersabda:

 

“Berobatlah dengan menggunakan hulbah.”

 

Kalangan medis menandaskan, “Kalau manusia mengetahui khasiatnya, pasti mereka mau membelinya meski dengan harga emas.”

 

  1. KHUBZ (ROTI)

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Pada Hari Kiamat nanti, bumi akan berubah seperti roti: Allah Al-Jabbar akan meremasnya dengan tangan-Nya untuk mempersilakan penghuni Surga memasuki Surga mereka.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari hadits Ibnu Abbas bahwa makanan yang paling disukai oleh Nabi  adalah bubur dari roti dan juga bubur dari campuran kurma dan roti.”

 

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya dari hadits Ibnu Umar bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Sungguh aku suka seandainya aku memiliki sebongkah roti putih, terbuat dari gandum coklat, diisi dengan samin dan susu.”

 

Bangkitlah salah seorang dalam majelis itu, lalu pergi dan membuat roti tersebut, kemudian memberikannya kepada beliau. Beliau bertanya, “Dari mana samin ini berasal?” Lelaki itu menjawab, “Dari seekor biawak.”

 

Beliau berkata, “Buang saja saminnya.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari hadits Aisyah secara martfu :

 

“Hormatilah roti. Di antara kehormatan roti. bila sudah ada, jangan tunggu lauk pauknya lagi.”

 

Riwayat mauquf-nya mirip, namun riwayat marfu’-nya tidak benar, demikian juga yang sebelumnya. Adapun hadits larangan memotong roti dengan pisau adalah hadits batil, tidak ada asalnya dari Rasulullah . Yang diriwayatkan dari beliau adalah larangan memotong daging dengan pisau. namun juga tidak shahih.

 

Muhanna berkata: Aku pernah bertanya kepada Ahmad tentang hadits Abu Ma’syar. dari Hisyam bin Urwah. dari ayahnya, dari Aisyah, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Janganlah kalian memotong daging dengan pisau. Karena itu adalah perbuatan orang-orang ajam (non Arab/orang kafir).”

 

Perawi menyebutkan, “Hadits ini tidak shahih dan tidak dikenal.” Hadits Amru bin Umayah berlawanan dengan ini, demikian juga hadits Al-Mughirah. Hadits Amru adalah sebagai berikut: Rasulullah pernah memotong daging kambing dengan pisau. Sementara hadits Al-Mughirah, “Saat ia menjamu Rasulullah, beliau memerintahkannya mengambil roti, lalu dibakar. Kemudian ia mengambil pisau dan menyembelih seekor kambing.”

 

Jenis roti terbaik adalah yang paling mengembang dan sempurna adonannya. Dan di antara jenis roti yang mengembang dengan baik, yang terbaiknya adalah yang dibakar ditungku, baru roti open, setelah itu baru roti yang dibakar dengan bara. Roti terbaik adalah yang dibuat dari gandum terbaru. Roti yang paling banyak gizinya adalah roti kasar, meskipun agak lama dicerna, karena sedikit campurannya. Baru kemudian roti huwwara (lebih halus), dan roti khisykaar (roti gandum merah).

 

Saat terbaik makan roti adalah pada akhir hari dimana roti itu dibuat. Roti yang halus akan lebih lunak, lebih mengenyangkan, lebih basah dan lebih mudah dicerna, sebaliknya adalah roti yang kasar. Komposisi roti gangum adalah panas pada pertengahan tingkat kedua, hampir stabil kelembaban dan kekeringannya. Lebih dominan kering bagian yang terbakar api, namun bagian lain cenderung basah. Roti gandum mengandung khasiat yaitu mudah menggemukkan badan. Sementara roti sisir menimbulkan banyak ampas berat. Sementara roti kering, lebih lambat dicerna. Roti yang dicampur dengan susu bisa menyebabkan susah buang air, meski banyak gizinya, tetapi sulit dicerna. Roti gandum kasar bersifat dingin dan kering pada tingkatan pertama, nilai gizinya lebih rendah dibandingkan dengan roti gandum halus.

 

  1. KHALL (CUKA)

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih nya dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah pada suatu hari bertanya kepada salah seorang istri beliau apakah ada lauk? Istrinya menjawab, “Kami hanya memiliki cuka.” Beliau menyuruh diambilkan lauk tersebut lalu mulai menyantap makanannya sambil berkata, “Lauk terbaik adalah cuka. (lauk terbaik adalah cuka)”

 

Sementara dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari hadits Ummu Said, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Lauk terbaik adalah cuka. Ya Allah, berkatilah cuka ini. Rumah yang ada cukanya, tidak bisa dikatakan miskin.”

 

Cuka terdiri dari unsur panas dan unsur dingin, namun unsur dinginnya lebih kuat”. Sifatnya kering pada tingkatan ketiga, memiliki unsur pengering tingkat tinggi, dapat mencegah berhamburnya unsur makanan dalam tubuh selain itu juga dapat memperlancar buang air besar.

 

Cuka khamar, amat berguna mengobati radang lambung, mencegah penyakit kuning dan mencegah bahaya obat-obat kimia mematikan, bahkan bisa mengencerkan susu ibu dan darah bila terjadi pembekuan di dalam tubuh. Berguna juga untuk limpa, membasahkan lambung, memperkuat otot perut, menghilangkan dahaga, mencegah pembengkakan bila akan terjadi, membantu metabolisme, melawan dahak, memperlunak makanan-makanan berat serta memperlancar darah.

 

Bila diminum dengan campuran garam, berkhasiat mengobati racun akibat jamur mematikan. Bila dibuat gulai, bisa memotong amandel yang tumbuh di ujung langit-langit rongga mulut. Dan bila digunakan untuk berkumur dalam keadaan hangat, berkhasiat mengatasi sakit gigi dan memperkuat gusi.

 

Cuka juga berkhasiat untuk mengobati agnail (luka bernanah di sekitar kuku), bila dioleskan di bagian yang sakit, mengobati gigitan semut, bengkak panas, luka bakar, penambah nafsu makan, menenangkan lambung, amat berguna bagi kalangan muda, juga untuk musim panas di negera-negara panas.

 

  1. KHILAAL (TOOTHPICK/TUSUK GIGI)

Dalam kaitannya dengan khilaal (toothpick) terdapat dua hadits yang tidak benar. Pertama, diriwayatkan dari hadits Abu Ayyub Al-Anshari secara marfu. “Alangkah celakanya orang-orang yang mencungkil makanan! Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang paling disukai oleh Allah daripada makanan yang tersisa di mulut.” Dalam sanad hadits ini terdapat Wasil bin Saib. Al-Bukhari dan Ar-Razy berkata. “Wasil adalah perawi yang tidak diterima haditsnya.” An-Nasa’i dan Al-Azdy berkata. “Wasil haditsnya ditinggalkan.”

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Ahmad menceritakan: Aku pernah bertanya kepada ayahku (Ahmad bin Hambal) tentang orang tua yang menjadi nara sumber riwayat Shalih Al-Wuhaazhi yang dikenal bernama Muhammad bin Abdul Malik Al-Anshari: Atha telah menceritakan sebuah riwayat kepada kami. dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah  melarang mencungkil kotoran di sela-sela gigi dengan menggunakan sembilu dan kayu ais. Beliau menyatakan, “Keduanya akan menularkan penyakit lepra.” Abdullah melanjutkan: Aku pernah melihat sendiri Muhammad bin Abdul Malik adalah orang buta yang suka berdusta serta membuat hadits palsu.”

 

Mencungkil kotoran gigi (selilit) amat berguna untuk gusi dan gigi. dapat menjaga kesehatan dan berguna mencegah pembuatan bau mulut. Yang terbaik adalah pencungki! yang terbuat dari kayu palm. kayu Zaitun dan kayu khilaf. Mencungkil kotoran gigi dengan menggunakan kayu bamboo, kayu ais, kayu cendana dan kayu badur amat berbahaya.

 

 

 

 

 

  1. DUHN (MINYAK RAMBUT)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Asy-Syama’il dari hadits Anas bin Malik bahwa ia menceritakan:

 

“Rasulullah  biasanya menggunakan minyak rambut yang cukup banyak, merapikan jenggot seringkali menggunakan kain lap, seolah-olah pakaian beliau sendiri terbuat dari kain minyak.”

 

Minyak rambut berfungsi menyumbat pori-pori tubuh, menghalangi zat lain memasukinya. Bila digunakan setelah mandi dengan air hangat, berguna juga untuk menghaluskan kulit dan melembabkan badan. Bila digunakan untuk meminyaki rambut, bisa memperindah dan memanjangkannya selain juga menambah kesuburannya, bahkan juga bisa mengusir berbagai gangguan pada rambut. Dalam Sunan At-Tirmidzi disebutkan dari hadits Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Makanlah dengan minyak zaitun, dan gunakanlah untuk meminyaki rambut.”

 

Minyak rambut (terutama dengan minyak zaitun atau vaseline—pent.) di negeri-negeri panas seperti Hijaz dan lain-lain berkhasiat menjaga kesehatan dan memperbaiki kulit badan. Minyak rambut menjadi seperti kebutuhan primer bagi mereka. Adapun di negeri-negeri dingin. para penduduknya tidak membutuhkannya. Terlalu banyak menggunakannya di kepala bahkan bisa berbahaya bagi penglihatan.

 

Minyak rambut sederhana yang terbaik adalah dari minyak Zaitun, kemudian dari minyak samin, kemudian dari Vaseline. Adapun komposisi dari minyak rambut bersifat dingin dan lembab, seperti minyak bunga violet. berkhasiat mengobati penyakit pusing karena demam, bisa juga dijadikan obat tidur bagi penderita penyakit tak bisa tidur, melembabkan otak. Bisa juga mengatasi kulit pecah-pecah, terlalu kering atau keriput. Berkhasiat juga mengobati gatal-gatal dan eksim kering. Selain itu juga berguna untuk melumasi, baik sekali untuk orang yang sistem metabolismenya panas di musim kemarau.

 

Berkenaan dengan minyak zaitun ini. ada dua hadits batil dan palsu atas nama Rasulullah sz. Salah satunya adalah sebagai berikut, “Keutamaan minyak bunga violet dibandingkan dengan seluruh jenis minyak, bagaikan keutamaan diriku dibandingkan seluruh manusia.” Kedua. “Keutamaan minyak bunga violet dibandingkan seluruh jenis minyak adalah seperti keutamaan Islam dibandingkan seluruh agama.”

 

Ada juga jenis minyak rambut yang panas dan lembab, seperti minyak ben (Ben Tree Oil). Namun minyak itu bukan dihasilkan dari bunga pohon ben, tetapi justru dari biji putih keabuan seperti minyak peanut. biji yang banyak mengandung minyak dan lemak. berkhasiat mengatasi kejang saraf dan menormalkannya. Bisa juga mengatasi jamur, freckles dan panu. mengencerkan dahak kental serta melemaskan urat-urat tegang dan kering serta menghangatkan urat saraf.

 

Diriwayatkan sebuah hadits batil yang tidak ada asalnya, “Gunakanlah minyak ben, karena minyak itu bisa membuat kalian lebih disukai oleh istri-istri kalian.”

 

Di antara khasiat minyak zaitun adalah memutihkan gigi dan mengkilatkannya serta memeliharanya agar tidak berkarang. Bila diusapkan ke wajah dan kepala. tidak akan terkena keriput atau pecahpecah. Bila dioleskan di bagian pinggang, kemaluan dan sekitarnya. bisa berkhasiat membawa hawa dingin yang menyerang ginjal dan menghentikan air seni yang menetes-netes di ujung kemaluan.

 

 

 

  1. DZARIRAH (MINYAK WANGI DZARIRAH)

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah bahwa ia menceritakan, “Aku membubuhi Rasulullah dengan minyak wangi dzarirah yang ada di tanganku pada Hijjatul Wadaa. saat memulai ihram dan saat usai bertahallul.”

 

Sebelumnya telah diulas berbagai khasiat minyak wangi ini serta substansi yang terkandung di dalamnya”. sehingga tidak perlu diulang lagi di sini.

 

  1. DZUBAAB (LALAT)

Sebelumnya telah dikemukakan hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan secara bersamaan oleh Al-Bukhari dan Muslim, ketika Rasulullah memerintahkan agar lalat yang masuk di makanan ditenggelamkan saja karena di salah satu sayapnya terdapat obat. Sehingga bisa berfungsi sebagai anti bagi racun yang terdapat di sayap yang lain. Sebelumnya kami telah menjelaskan berbagai khasiat lalat ini.

 

  1. DZAHAB (EMAS)

Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi bahwa Nabi  memberi keringanan kepada Arfajah bin As’ad saat hidungnya terpotong. untuk menggantinya dengan hidung emas. Berkenaan dengan kisah Arfajah ini, kalangan ahli hadits hanya memiliki satu hadits ini saja.

 

Emas adalah perhiasan dunia dan keindahan di alam wujud ini, pencerah hati, penguat penampilan, bahkan juga rahasia Allah di muka bumi ini. Komposisi emas dengan berbagai jenisnya adalah panas dan halus, bisa dilebur ke dalam segala adonan logam lain yang sama-sama halus, bisa juga digunakan sebagai penyeimbang. Emas adalah jenis logam paling stabil dan paling mulia.

 

Di antara keistimewaan emas adalah apabila dipendam dalam tanah. tidak akan rusak karena unsur bumi dan tidak akan berkurang sedikitpun. Unsur dinginnya bila dicampur dengan obat-obatan akan mengandung khasiat juga mengobati lemah jantung dan goncangan yang terjadi karena unsur tertentu. Berkhasiat juga mengobati goncangan jiwa, kesedihan, kemurungan, ketakutan dan penyakit asmara. Khasiat lain adalah menggemukkan badan dan memperkuat tubuh. menghilangkan penyakit kuning serta memperindah warna kulit. berkhasiat juga mengatasi kusta serta seluruh jenis penyakit karena unsur hitam. Bisa juga berkhasiat bila dicampurkan dengan obat panyakit musang dan penyakit ular bila diminum dan dibalurkan. Bisa juga memperkuat dan membersihkan mata, bisa mengobati banyak jenis penyakit mata serta memperkuat organ-organ tubuh.

 

Bila dibiarkan beberapa saat dalam mulut bisa mengatasi uap busuk. Bila seseorang menderita penyakit yang harus diobati dengan kayy. bisa dilakukan kayy tersebut menggunakan emas. Tidak akan berbekas dan akan sembuh dengan cepat. Bila serbuknya digunakan sebagai celak, bisa memperkuat dan menjernihkan pandangan mata. Kalau digunakan sebagai cincin dengan emas itu sebagai matanya. lalu dipanaskan dan disetrikakan ke tulang sayap burung merpati. burung itu akan jinak dan mudah dilatih, tidak akan pergi ke mana-mana.

 

Emas juga memiliki keistimewaan dan khasiat yang ajaib untuk menguatkan jiwa. Oleh sebab itu diperbolehkan untuk digunakan dalam perang dan untuk dijadikan bagian dari senjata. Diriwayatkan oleh AtTirmidzi dari hadits Buraidah Al-Ashri  “Pada hari penaklukan kota Mekah, Rasulullah memasuki kota dengan membawa pedang yang sebagiannya dibuat dari emas dan perak.”

 

Emas adalah benda yang amat disukai setiap orang. Siapa saja yang mendapatkannya, hatinya pasti senang, lebih daripada bila ia mendapatkan benda-benda lain di dunia ini. Allah  berfirman:

 

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apaapa yang diingini, yaitu: wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak. kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (Ali Imran: 14)

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim. dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Kalau salah seorang manusia memiliki lembah dari emas, pasti ia akan ingin memiliki lembah serupa yang lain. Kalau ia sudah memiliki lembah kedua. pasti ia meminta yang ketiga. Padahal yang akan memenuhi anak Adam hanyalah tanah belaka. Allah akan memberikan taubat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.”

 

Demikianlah, sesungguhnya emas juga bisa menjadi penghalang terbesar antara seorang hamba dengan kejayaan terbesarnya di Hari Kiamat nanti, bisa menjadi hal terbesar yang menggiring kepada maksiat terhadap Allah. Karena emas, silaturrahmi bisa terputus, darah bisa tertumpah, perbuatan haram dilakukan, hak orang lain direbut dan terjadilah berbagai kezhaliman sesama hamba, membuat orang cinta dunia. menyebabkan seseorang tidak menyukai akhirat serta segala yang Allah persiapkan di sana untuk para wali-Nya. Berapa banyak hak yang hilang karena memperebutkan emas permata? Dan berapa banyak kebatilan yang dihidupkan karenanya? Karena emas, orang zhalim bisa berkuasa dan orang yang dizhalimi bisa semakin tertindas. Sungguh baik apa yang disebutkan oleh Abu Qasim Al-Hariri:

 

“Sungguh celaka benda penipu itu, berwarna kuning dan bermuka dua tak ubahnya mundfik saja Memiliki dua karakter bagi mata yang memandangnya, perhiasan, kecintaan dan warna yang memikat jiwa Asmara yang dikandungnya menyebabkan orang-orang yang menggemarinya, terpaksa melakukan berbagai hal yang membuat marah Sang Pencipta

 

Kalau bukan karena emas permata, tak akan dipotong tangan pencuri, tidak akan ada kezhaliman diperbuat orang fasik.

 

Kalau bukan para pemiliknya yang kikir yang menolak tamu yang mendatanginya, tidak akan oda orang kaya yang menolak menolong sesama

 

Tidak akan ada pula orang hasad yang perlu dikhawatirkan, tidak ada kejahatan yang ditakuti dari sesama manusia

 

Emas tidak akan membuat kita kaya saat datang kebutuhan mendesak kita, kecuali kalau kita berlari membawanya ibarat budak lari dari tuannya.”

 

 

 

 

  1. RUTHAB (KURMA MASAK YANG BELUM DIJEMUR)

Allah  berfirman kepada Maryam:

 

“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu …” (Maryam: 25-26)

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin Jafar, diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Aku pernah melihat Rasulullah  menyantap timun dengan kurma masak.” Sementara dalam Sunan Abu Daud diriwayatkan dari Anas bahwa ia menceritakan: Rasulullah  biasa berbuka puasa dengan menyantap beberapa kurma masak sebelum shalat. Kalau tidak ada kurma masak yang masih segar, beliau menyantap kurma masak yang sudah dijemur. Kalau tidak ada juga, beliau cukup meneguk air putih saja.

 

Karakter kurma masak yang segar adalah panas dan lembab, bisa memperkuat lambung basah dan amat serasi dengan kondisi lambung secara wajar, menambah stamina. menyuburkan pertumbuhan badan serta cocok sekali untuk mereka yang memiliki metabolisme dingin selain juga sarat gizi.

 

Kurma adalah buah-buahan yang paling cocok untuk penduduk AlMadinah dan juga kota-kota lain di negeri-negeri kurma. Kurma lebih berguna untuk tubuh. meskipun bagi yang belum terbiasa menyebabkan bau badan yang tidak sedap bahkan bisa menyebabkan kelebihan darah, dan bila dikonsumsi terlalu banyak menyebabkan pusing dan pandangan menjadi gelap serta menyebabkan sakit gigi. Cara mengatasinya adalah dengan mengonsumsi minuman sakanjabin (sejenis minuman dari Persia) dan sejenisnya.

 

Cara Nabi yang berbuka puasa dengan menyantap kurma atau air putih mengandung hikmat yang mendalam sekali. Karena saat berpuasa lambung kosong dari makanan apapun. Sehingga tidak ada sesuatu yang amat sesuai untuk lever yang dapat disuplay langsung ke seluruh organ tubuh serta langsung menjadi energi. selain kurma dan air. Karbohidrat yang ada dalam kurma lebih mudah sampai ke lever dan lebih cocok dengan kondisi organ tersebut. Terutama sekali kurma masak yang masih segar. Lever akan lebih mudah menerimanya sehingga amat berguna bagi organ ini sekaligus juga bisa langsung menjadi energi. Kalau tidak ada kurma segar. kurma masak yang kering pun baik, karena juga mengandung zat gula serta mengenyangkan. Bila tidak ada juga, cukup beberapa teguk air sekadar untuk memadamkan panasnya lambung akibat puasa sehingga siap menerima makanan sesudah itu, dan seseorang bisa makan dengan lahap.

 

  1. RAIHAN (DAUN KEMANGI ATAU DAUN RUKU-RUKU)

Allah  berfirman:

 

“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh rizki dan wewangian serta

 

jannah kenikmatan.” (Al-Waqiah: 88-89)

 

“Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.” (Ar-Rahman: 12)

 

Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa yang ditawari minyak wangi, jangan ia menolaknya. Karena minyak wangi itu ringan dibawa akan tetapi harum baunya.”

 

Sementara dalam Sunan Ibnu Majah dari hadits Usamah  dari Nabi  bahwa ia bersabda:

 

“Tidakkah ada di antara kalian yang bekerja keras untuk mendapatkan Surga? Surga tidak mengandung bahaya. Demi Surga dan Rabb dari Ka’bah, Surga itu adalah cahaya yang bersinar-sinar, penuh wewangian yang menggetarkan jiwa, penuh istana-istana yang tinggi menjulang. sungai-sungai yang selalu mengalir, kurma yang masak, istri yang cantik jelita, pakaian yang banyak dan beragam, tempat tinggal yang abadi di tempat yang sehat, buahbuahan dan sayur mayur, sandang pangan dan kenikmatan, dalam sebuah tempat yang tinggi dan megah?” Salah seorang sahabat berkata, “Kami mau wahai Rasulullah. Kami siap bekerja keras untuk mendapatkannya.” Beliau berkata. “Katakanlah: Insya Allah.” Mereka berkata, “Insya Allah.”

 

Raihan atau daun ruku-ruku daun kemangi adalah tumbuhan yang wangi dan berbau harum. Oleh sebab itu kalangan barat menyebutkan ais. Itulah yang dikenal di kalangan orang-orang Arab sebagai Raihan, orang-orang Irag dan Syam menyebutnya habag.

 

Jenis daun ini yang disebut Ais, memiliki karakter dingin pada tingkat pertama dan kering pada tingkat kedua. Di samping itu juga memiliki komposisi energi yang saling berlawanan. Yang dominan di dalamnya adalah unsur bumi yang dingin. Ada juga sejenis unsur panas yang halus. Khasiatnya adalah meringankan sakit kepala, memiliki daya pengering yang kuat sekali. Masing-masing unsurnya hampir sama kekuatan energinya. Daun ini mengandung kekuatan mencengkeram dari luar dan dalam sekaligus (diminum atau dioleskan).

 

Daun kemangi juga berkhasiat menghentikan mencret. bisa mencegah timbulnya uap panas dan lembab dari dalam tubuh, bila dihirup baunya. Berfungsi juga menenangkan detak jantung dan menimbulkan kegembiraan, bahkan juga mencegah wabah penyakit menular. Caranya juga bisa dengan meletakkannya di rumah.

 

Daun kemangi juga berkhasiat mengempeskan pembengkakan dalam dua cara, bila dicampurkan ke dalam makanan dan bila ditumbuk daunnya lalu digigit setelah dicampur sedikit dengan cuka buah. Bila dibalurkan di kepala, bisa memberhentikan darah mimisan. Bila daunnya yang sudah kering ditumbuk lalu ditaburkan di atas koreng yang basah, akan berkhasiat sekali. Daun ini juga berkhasiat memperkuat organ tubuh yang lemah bila dibalutkan. Berguna juga mengobati penyakit agnail. Bila ditaburkan di jerawat dan koreng pada bagian tangan dan kaki, juga berkhasiat. Apabila daun kemangi ini dibalurkan di badan, bisa berkhasiat menghentikan pendarahan serta menghisap cairan kotor serta bau busuk pada ketiak.

 

Bila dimasak. latu seseorang duduk di atas uapnya, bisa berkhasiat mengobati penyakit ambeien dan hernia serta tulang rapuh. Bila perasan airnya disiramkan ke bagian tulang yang patah dan belum ditumbuhi daging baru, berkhasiat memulihkannya. Bisa juga mengatasi ketombe, bisul dan luka di kulit kepala. Bisa mencegah rambut gugur bahkan juga menghitamkan rambut. Bila ditumbuk dan disiramkan sedikit air, lalu dicampurkan dengan minyak zaitun atau vaseline atau minyak mawar lalu dibalutkan, bisa mengatasi luka basah, kesemutan atau kulit terbakar serta berbagai bentuk pembengkakan, bawasir dan ruam.

 

Biji kemangi berkhasiat menghentikan pendarahan pada dada dan paru-paru, juga berkhasiat membersihkan lambung, namun tidak membahayakan dada dan paru-paru itu sendiri karena unsur pembersih yang ada padanya”, Khasiatnya. berguna mengobati sakit perut dan juga batuk. Dan itu jarang terdapat pada jenis obat-obatan lain. Ia juga berkhasiat memperlancar air seni, berguna mengobati luka pada kandung kencing serta mengobati akibat gigitan laba-laba berbisa. sengatan kalajengking. Akan tetapi jangan menggunakan kayu atau akarnya untuk membersihkan kotoran gigi, berbahaya sekali. Hatihatilah.

 

Adapun daun kemangi jenis dari Persia yang disebut habag, unsurnya panas menurut salah satu dari dua pendapat kalangan medis. Bila dihirup uapnya. bisa berguna mengatasi pusing karena demam. Bila dicampur dengan air, berubah menjadi dingin dan lembab, di samping juga dingin. Apakah ia berunsur lembab atau kering? Memang masih ada dua pendapat tentang hal itu. Yang benar. daun ini memiliki empat macam karakter. Daun ini juga bisa menghilangkan kantuk.

 

Bijinya bisa menghentikan mencret. meredakan perut mules, memperkuat jantung, berkhasiat mengobati berbagai penyakit karena unsur hitam.

 

  1. RUMMAN (DELIMA)

Allah  berfirman:

 

“Di dalam keduanya ada (macam macam) buah-buahan dan kurma Serta delima.” (Ar-Rahman: 68)

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara mauyuf dan secara marfu’:

 

“Setiap jenis dari delima kalian di dunia ini pasti merupakan hasil cangkokan dari delima Surga.”

 

Sementara riwayat maugulnya mirip. Harb dan perawi lain meriwayatkan dari Ali bahwa beliau berkata:

 

“Makanlah buah delima dan bagian dagingnya sekaligus, karena buah ini berfungsi membersihkan lambung.”

 

Delima yang manis bersifat panas dan lembab, amat baik untuk lambung dan berguna memperkuatnya dengan kandungan daya sedotnya yang ringan. Berguna juga untuk tenggorokan, dada dan paru-paru, selain juga baik untuk mengobati batuk. Airnya dapat memperbaiki lambung, memberikan suntikan gizi pada tubuh sedikit lebih banyak. namun amat mudah terselip di antara gigi karena terlalu halus dan tipis, di samping itu juga menghasilkan panas yang cukup dalam lambung dan juga angin. Oleh sebab itu juga bisa membantu meningkatkan stamina, namun tidak cocok untuk orang yang terkena demam. Ada lagi khasiatnya yang ajaib, yakni bila dimakan dengan roti, akan mengawetkan roti tersebut sehingga tidak rusak dalam lambung.

 

Delima asam bersifat dingin dan kering, memiliki styptic atau daya penahan darah ringan, berguna mengobati radang usus, memperlancar air seni lebih dari yang bisa dilakukan jenis delima lain. Bisa juga menstabilkan empedu, memberhentikan buang air akibat obat pencahar, mencegah muntah, melunakkan ampas makanan, meredam panas lever serta memperkuat seluruh organ tubuh. Berguna sekali mengatasi jantung berdetak serta berbagai penyakit jantung dan bibir lambung. Selain juga memperkuat lambung, membuang ampas dan mengatasi penyakit kuning dan menghentikan dari yang mengucur. Kalau airnya diperas bersama dengan sebagian dagingnya, lalu dimasak sebentar dicampur madu sehingga bentuknya menyerupai balsam lalu dibalurkan di kelopak mata, bisa menghilangkan kotoran kuning pada putih mata dan membersihkan mata dari lendir. Bila dioleskan pada gusi bisa mencegah bakteri perusak gigi. Bila air perasannya diambil dengan sedikit dagingnya, bisa melapangkan perut dan mengusir lendir busuk pada lambung serta mencegah Teritian Fever yang berkepanjangan.

 

Adapun delima yang rasanya sepat. tentu saja sifatnya sedangsedang saja, baik karakter dasar maupun reaksinya. antara jenis pertama dengan jenis kedua. Namun lebih cenderung sedikit ke jenis yang masam. Biji delima dicampur madu. amat berguna mengobati penyakit agnail dan koreng atau eksim basah, bahkan bisa menyembuhkan luka berdarah. Sebagian kalangan medis menyatakan, “Barangsiapa mengonsumsi tiga putik delima setiap tahun. ia akan selamat dari penyakit mata dalam satu tahun penuh.”

 

 

 

 

 

  1. ZAIT (MINYAK ZAITUN)

 

Allah  berfirman:

 

“.. yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api …” (An-Nur: 35)

 

Dalam Sunan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari hadits Abu Hurairah diriwayatkan dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

 “Konsumsilah minyak zaitun dan gunakan sebagai minyak rambut, karena minyak zaitun dibuat dari pohon yang penuh dengan berkah.”

 

Diriwayatkan oleh Al-Baihagi dan Ibnu Majah dari Abdullah (bin Umar) bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Gunakanlah minyak zaitun sebagai lauk dan gunakanlah sebagai minyak rambut, karena ia berasal dari pohon yang penuh dengan berkah.”

 

Minyak zaitun bersifat lembab pada tingkatan pertama. Keliru mereka yang menyatakan bahwa sifatnya kering. Teksturnya tergantung kandungan minyaknya. Minyak yang dihasilkan dari buah zaitun yang sudah masak adalah yang terbaik dan paling stabil. Yang dihasilkan dari buah yang mentah cenderung dingin dan kering. Yang dihasilkan dari buah zaitun merah memiliki kualitas sedang. Yang dibuat dari zaitun hitam mampu memberi kehangatan sekaligus kelembaban dengan stabil. Berkhasiat juga mengatasi racun. melapangkan perut dan mengeluarkan cacing. Jenis yang sudah tua lebih panas dan lebih berkhasiat. Bila diperas dengan campuran air, panasnya berkurang, lebih lembut namun lebih berkhasiat. Seluruh jenis zaitun berkhasiat menghaluskan kulit dan memperlambat pertumbuhan uban.

 

Juice zaitun yang diberi garam bisa menghentikan nyala api, memperkuat gusi. Daunnya berkhasiat menghadapi demam, kesemutan, koreng kering dan koreng basah (Nettel Rash), mencegah keringat berlebih dan banyak lagi khasiat lainnya sebagaimana pernah kami jelaskan sebelumnya.

 

  1. ZUBDAH (SARI MENTEGA)

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari dua anak Busr” As-Sullamain bahwa ia menceritakan: Rasulullah  pernah menemui kami, lalu kami menghidangkan kepada beliau mentega dan kurma. Beliau amat menyukai kurma dengan mentega.”

 

Mentega bersifat panas dan lembab, khasiatnya banyak sekali, di antaranya membantu pembakaran dan pencernaan, menyembuhkan bengkak-bengkak yang berada di samping telinga dan saluran kencing, atau bibir bengkak dan seluruh inflamasi yang dialami tubuh wanita dan anak-anak bila digunakan secara tunggal. Kalau dijilat, berguna memberhentikan pendarahan yang terjadi pada paru-paru, bisa juga mematangkan pembengkakan yang terjadi pada organ tersebut.

 

Mentega bisa berfungsi memperlunak kotoran, melemaskan saraf dan bengkak keras yang terjadi pada kandung empedu dan juga kerongkongan, berkhasiat juga mengatasi kekeringan yang terjadi. Bila dioleskan pada gusi bayi, berkhasiat sekali mempercepat pertumbuhan gigi. Berguna juga untuk mengatasi batuk yang timbul karena hawa panas atau hawa dingin, menghilangkan kudis dan kulit kasar, di samping juga memperlunak buang air besar. Namun bisa menghilangkan selera makan, tetapi bisa diatasi dengan yang manis-manis, seperti madu dan kurma. Saat Nabi mengkombinasikan antara kurma dan mentega, terdapat hikmah agar kedua jenis makanan tersebut saling melengkapi.

 

  1. ZABIB (KISMIS)

Berkaitan dengan kismis. ada dua hadits yang diriwayatkan namun tidak shahih. Pertama, “Makanan terbaik adalah kismis: karena dapat mengharumkan mulut dan mencairkan dahak.” Kedua, “Makanan terbaik adalah kismis: karena dapat menghilangkan lelah dan dapat memperkuat saraf serta meredakan kemarahan, di samping juga memperindah warna kulit dan mengharumkan bau mulut.” Hadits kedua ini juga tidak shahih dari Rasulullah .

 

Selanjutnya, kismis yang terbaik adalah yang berbentuk besar, banyak lemak dan daging atau isinya, tipis kulitnya, sudah dicabut bijinya atau kalaupun ada sangat kecil sekali. Materinya bersifat panas dan lembab pada tingkatan pertama. Sementara (bijinya) bersifat dingin dan kering. Sifatnya sama dengan anggur. karena kismis dibuat dari anggur. Yang manis bersifat panas. Yang asam bersifat dingin menggigit. Sementara yang putih lebih menggigit lagi.

 

Dagingnya amat cocok bagi paru-paru bila dimakan begitu saja. Demikian juga untuk sakit batuk, sakit ginjal dan kandung kencing, memperkuat lambung serta melemaskan otot perut.

 

Kismis yang manis lebih banyak nilai gizinya dibandingkan anggur sendiri, namun lebih sedikit gizinya dibandingkan dengan buah tien kering. Buah ini memiliki energi pembakar dan membantu pencernaan, mampu mencengkeram dan membantu proses metabolisme secara stabil. Secara umum, kismis bisa memperkuat lambung, lever dan limpa, berguna untuk mengobati sakit tenggorokan, dada, paru-paru, ginjal dan kandung kencing.

 

Yang terbaik adalah dimakan tanpa bijinya. Kismis mampu memberi suntikan gizi yang amat baik sekali, tidak menyebabkan penyumbatan sebagaimana kurma. Kalau dimakan dengan bijinya, akan lebih berkhasiat untuk lambung, lever dan limpa. Kalau dagingnya yang sudah dikunyah ditorehkan pada kuku yang sudah goyang, bisa cepat mencabutnya. Kismis yang manis yang tidak berbiji amat baik untuk para penderita lendir dan kebanyakan dahak, selain juga bisa menyuburkan lever serta berkhasiat menyehatkannya.

 

Kismis juga mengandung kegunaan untuk hapalan. Az-Zuhri berkata. “Barangsiapa yang ingin menghapal hadits. hendaknya ia makan kismis.” Al-Manshur meriwayatkan dari kakeknya Abdullah bin Abbas. “Biji kismis membawa penyakit. tetapi dagingnya adalah obat.”

 

  1. ZANJABIL (JAHE)

Allah  berfirman:

 

“Di dalam jannah itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe …” (Al-lnsaan: 17)

 

Abu Nu aim menyebutkan dalam kitab Ath-Thibb An-Nabawi dari hadits Abu Said Al-Khudri  bahwa ia menceritakan: Raja Romawi pernah menghadiahkan kepada Rasulullah  satu karung jahe. Beliau memberikan kepada setiap orang satu potong untuk dimakan. dan aku juga mendapatkan satu potong untuk kumakan.”

 

Jahe bersifat panas pada tingkatan kedua dan lembab pada tingkatan pertama. Jahe bisa menghangatkan tubuh. membantu pencernaan, melunakkan makanan dalam perut dengan stabil. berguna mengatasi penyumbatan lever yang terjadi karena hawa dingin dan lembab, juga mengobati mata lamur akibat kelembaban bila dimakan dan dijadikan celak. membantu kemampuan seks serta mengatasi angin duduk yang terjadi di usus dan lambung.

 

Secara umum, jahe amat baik bagi lever dan lambung yang mengalami metabolisme dingin. Bila dua potong jahe dicampur dengan gula lalu dicampur dengan air panas, bisa menghancurkan sisa makanan yang lengket dan berair. Bisa juga dicampurkan dengan adonan obat pencegah dahak agar mudah mencair.

 

Jahe yang agak asam bersifat kering dan panas, bisa menggugah gairah seks, menambah hormon, menghangatkan lambung dan lever, membantu pencernaan, menghapus dahak berlebih pada tubuh, menambah daya hapal serta cocok untuk lever dan lambung yang kedinginan, menghilangkan kelembabannya akibat memakan buah-buahan, mengharumkan bau mulut serta menolak bahaya makanan yang kasar dan dingin.

 

 

  1. SANA

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa sana disebut juga sanuut. Ada tujuh pendapat tentang sana ini. Pertama, yang dimaksud dengan sana adalah madu. Kedua, artinya adalah semacam kuman pada minyak samin yang memunculkan bercak-bercak hitam di dalamnya. Ketiga, artinya adalah yang menyerupai biji kamun atau jinten akan tetapi bukan jinten. Keempat, artinya adalah jinten Kirman. Kelima, artinya adalah buah qithmir.”’ Keenam, artinya adalah kurma. Ketujuh, artinya adalah jinten halus.

 

  1. SAFARJAL (QUINCE/SEJENIS JAMBU BIJI)

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Ismail bin Muhammad Ath-Thalhi, dari Syu’aib bin Hajib, dari Abu Said, dari Abdul Malik Az-Zubairi, dari Thalhah bin Ubaidillah bahwa ia menceritakan: Aku pernah menemui Rasulullah , saat itu di tangan beliau terdapat Wuince. Beliau berkata, “Berhenti, hai Thalhah! Buah ini dapat menguatkan hati.” Diriwayatkan oleh An-Nasa’i melalui jalur lain bahwa si perawi menceritakan: Aku pernah menemui Nabi, saat itu beliau sedang bersama beberapa orang sahabat beliau, dan di tangan beliau terdapat Wuince yang beliau hirup. Saat aku duduk di sisi beliau. beliau menyodorkan buah itu kepadaku sambil berkata, “Berhenti hai Abu Dzar! Sesungguhnya buah ini dapat menguatkan hati, menentramkan jiwa dan menghilangkan penyakit dada.” Dan telah diriwayatkan beberapa hadits lain yang berkenaan dengan Quince, tetapi riwayat-riwayat tersebut tidak shahih. Hadits-hadits di atas sebagai contohnya.

 

Muince bersifat dingin dan kering. Sifat itu bisa berbeda-beda, tergantung rasa dari jambu tersebut. Kesemuanya bersifat dingin menyerap, baik untuk lambung. Quince yang manis agak kurang dingin dan kurang kering, cenderung lebih stabil. Jenis yang masam lebih menggigit. lebih kering dan lebih dingin. Namun masing-masing dapat menghilangkan dahaga, menghilangkan mual, memperlancar air seni. memadatkan kotoran, mengobati luka usus. memberhentikan pendarahan dan sejenisnya, bermanfaat menghilangkan rasa mual, di samping juga mencegah naiknya uap tubuh bila dikonsumsi sesudah makan. Bila batang dan daunnya dicuci, akan berkhasiat seperti daun strawberi.

 

Bila dikonsumsi sebelum makan, bisa mengeraskan kotoran. Namun bila dikonsumsi sesudah makan bisa memperlunak kotoran dan mempermudah pencernaan terhadap makanan berat. Namun bila dimakan terlalu banyak. membahayakan saraf, bisa menyebabkan mencret. Bisa juga memberhentikan produksi empedu berlebih dalam lambung.

 

Kalau dipanggang, bisa lebih halus dan lebih ringan. Kalau bagian tengahnya dibolongi dan dibuang bijinya. lalu di bagian yang berlubang dimasukkan madu, sehingga terbentuk menjadi adonan, lalu menjadi abu panas, akan amat berkhasiat sekali.

 

Yang terbaik adalah apabila dimakan setelah dipanggang atau dimasak dengan madu. Bijinya bermanfaat untuk mengobati ganjalan di tenggorokan bahkan juga kelainan bronkus serta berbagai penyakit lainnya. Minyaknya bisa mencegah keringat berlebih dan memperkuat lambung. Selai dari buah ini amat berguna memperkuat lambung dan lever serta menguatkan jantung dan menentramkan jiwa.

 

Arti menguatkan hati dalam hadits di atas adalah menenteramkan hati. Ada juga yang berpendapat: Membuka dan melapangkan hati. Seperti air yang meluas dan semakin menjadi banyak. Penutup hati, bisa disetarakan dengan mendung di langit. Abu Ubaid menandaskan, “Arti kata thahha adalah penutup atau sesuatu yang berat”. Dalam bahasa Arab diungkapkan (artinya), “Di langit tidak ada thakhkha.” Artinya, “Tidak ada awan dan kegelapan.”

 

  1. SIWAK (KAYU SIWAK)

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi  bersabda: “Kalau bukan karena memberatkan umatku, pasti sudah kuperintahkan mereka bersiwak setiap kali hendak shalat.”

 

Dalam riwayat lain oleh Al-Bukhari dan Muslim juga: “Rasulullah  apabila bangun malam menyikat giginya dengan siwak.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari secara muallaq disebutkan:

 

“Bersiwak itu adalah cara mensucikan mulut dan mendapatkan keridhaan Allah.”

 

Sementara dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah apabila masuk rumah, yang pertama kali dilakukannya adalah bersiwak.” Hadits-hadits dalam masalah itu banyak sekali.

 

Diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah juga sempat bersiwak sebelum wafat. Riwayat shahih lain menyebutkan bahwa Rasulullah  bersabda, “Aku banyak sekali menganjurkan kalian bersiwak.”

 

Siwak yang terbaik adalah yang dibuat dari kayu araak dan sejenisnya. Jangan sampai dibuat dari pohon yang tidak dikenal, karena bisa jadi beracun. Penggunaannya juga harus sederhana. Kalau terlalu berlebihan, bisa jadi menghilangkan kilau gigi, bahkan bisa menyebabkan naiknya uap perut yang kotor ke kepala. Bila digunakan secara proporsional bisa membersihkan gigi, memperkuat akar gigi, melemaskan lidah, mencegah gigi keropos, mengharumkan mulut, menjernihkan otak dan menambah nafsu makan.

 

Yang terbaik kayu siwak digunakan saat masih basah dicampur dengan air mawar. Yang paling berkhasiat adalah akar pohon pala. Penulis At-Taisir menyebutkan, “Mereka mengira bahwa bersiwak dengan akar pokok pala setiap hari Kamis dalam satu Minggu bisa membersihkan kepala, menjernihkan panca indera dan mempertajam pikiran.

 

Siwak memiliki banyak manfaat. Di antaranya adalah mengharumkan mulut, menguatkan gusi, menghilangkan dahak, mempertajam pandangan mata, menghilangkan gigi keropos, menyehatkan lambung, menjernihkan suara, membantu pencernaan. mempermudah berbicara. memberi semangat dalam membaca, berdzikir dan shalat, mengusir kantuk. membuat Allah ridha. mengagumkan para malaikat, dan memperbanyak amal kebajikan.

 

Dianjurkan untuk bersiwak setiap waktu. terutama sekali saat shalat, berwudhu. bangun tidur, saat bau mulut berubah. Dianjurkan juga untuk orang yang sedang berpuasa atau tidak sedang berpuasa untuk melakukannya setiap waktu berdasarkan keumuman hadits-hadits yang ada, dan juga karena orang yang berpuasa perlu bersiwak, dan karena bersiwak itu bisa menyebabkan Allah menjadi ridha, dan (keridhaan Allah itu)?9 amatlah dibutuhkan saat orang berpuasa. lebih dari kebutuhan orang puasa terhadap makanan untuk berbuka. Bersiwak juga dapat membersihkan mulut, sementara kebersihan atau kesucian bagi orang yang berpuasa itu adalah yang terbaik.

 

Sementara dalam As-Sunan dari Amir bin Rabi’ah  diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Aku pernah melihat Rasulullah  amat sering sekali bersiwak, padahal beliau sedang berpuasa.” Al-Bukhari menyatakan: Ibnu Umar menegaskan, “Beliau  biasa bersiwak di awal siang dan akhir siang.”

 

Para ulama bersepakat bahwa orang yang sedang berpuasa boleh berkumur-kumur, baik saat dianjurkan atau diwajibkan melakukannya. Berkumur-kumur lebih dari sekadar bersiwak. Allah tidak bermaksud agar seorang hamba mendekatkan diri kepada-Nya dengan bau mulut yang busuk (saat berpuasa). Dan bau mulut itu pun bukan termasuk bagian dari ajaran yang disyariatkan saat beribadah. Allah hanya menyatakan, “… harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah pada Hari Kiamat nanti,” sebagai anjuran agar banyak berpuasa, bukan anjuran agar mulut dibiarkan menjadi bau. Justru orang yang berpuasa itu lebih membutuhkan siwak daripada orang yang tidak berpuasa. Selain itu, keridhaan Allah itu lebih agung dari sekadar anggapan bahwa mulut orang berpuasa itu harum.

 

Alasan lain, kecintaan seorang hamba kepada siwak itu lebih bernilai daripada kecintaannya terhadap baunya mulut orang yang berpuasa. Hal lain, siwak itu sendiri tidaklah menghalangi harumnya mulut orang yang berpuasa di sisi Allah pada Hari Kiamat nanti, yakni tidak akan hilang karena bersiwak. Justru seseorang akan datang di Hari Kiamat nanti dengan mulut yang lebih wangi dari kesturi sebagai tanda bahwa mereka berpuasa, meski di dunia tanda itu dihilangkan dengan siwak. Sebagaimana halnya orang yang terluka (fi sabilillah) di Hari Kiamat nanti akan datang sementara warna darahnya terlihat jelas dan baunya wangi bagai kesturi, sementara di dunia ini ia juga diperintahkan untuk mengobati lukanya.

 

Alasan lain, bau mulut orang yang berpuasa, memang tidak bisa hilang karena bersiwak. Karena penyebab bau mulutnya tetap ada, yakni kosongnya perut dari makanan. Yang bisa dihilangkan hanyalah pengaruh luarnya saja. yakni yang melekat pada gigi dan gusi.

 

Selain itu Nabi  mengajarkan kepada umatnya hal-hal yang disunnahkan atau dianjurkan kepada mereka saat berpuasa dan hal-hal yang dilarang. Namun Nabi  tidak mengkategorikan bersiwak termasuk yang dilarang. padahal beliau tahu bahwa mereka biasa melakukanya. Beliau bahkan telah manganjurkan mereka bersiwak dengan ucapan yang paling mengena, paling bersifat umum dan menyeluruh. Mereka juga sering menyaksikan beliau bersiwak saat beliau berpuasa, sangat sering sekali sehingga tidak bisa dihitung. Beliau juga menyadari bahwa mereka pasti akan menirunya, namun beliau tidak pernah berkata suatu waktu. “Janganlah kalian bersiwak setelah matahari tergelincir dari pertengahan hari.” Ditangguhkannya penjelasan beliau daripada waktu dibutuhkan, tidaklah mungkin. Wallahu a’lam.

 

  1. SAMN (MINYAK SAMIN/MINYAK HEWANI)

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dengan sanadnya dari hadits Shuhaib secara marfu’:

 

“Konsumsilah susu sapi, karena susu itu mengandung obat, minyak saminnya juga mengandung obat, hanya saja dagingnya mengandung penyakit.”

 

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Al-Hasan At-Tirmidzi: Muhammad bin Musa An-Nasa’i menceritakan sebuah riwayat kepadaku. Ia berkata: Diffa’ bin Daghfal As-Sadusi, dari Abdul Hamid bin Shaifi bin Shuhaib. dari ayahhya, dari kakeknya. Namun sanad ini tidaklah shahih.

 

Minyak samin bersifat panas dan lembab pada tingkatan pertama. Bisa berfungsi sedikit membersihkan organ tubuh, agak lembut, bisa mengempeskan pembengkakan yang terdapat pada bagian tubuh yang lunak. Energinya lebih kuat dari keju dalam melembutkan dan melakukan pembakaran. Galenius menandaskan, “Minyak samin bisa mengobati bengkak di telinga dan ujung hidung.” Kalau digosokkan ke bagian bawah gigi, bisa membuat gigi lebih cepat tumbuh.”

 

Kalau dicampurkan dengan madu dan pala pahit bisa mencuci dada dan paru-paru serta berbagai lendir. Hanya saja minyak samin menjaga berbahaya bagi lambung bila pencernaan seseorang mengandung banyak dahak.

 

Adapun minyak samin sapi dan kambing. bila diminum dengan madu, akan berkhasiat mengatasi sakit akibat racun mematikan. akibat digigit ular dan kalajengking. Dalam Kitab Ibnu As-Sinni, dari Ali bin Abi Thalib diriwayatkan bahwa ia berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih dari minyak samin untuk menyerap vitamin.”

 

  1. SAMAK (IKAN)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dan Ibnu Majah di dalam kitab Sunan-nya dari hadits Abdullah bin Umar dari Nabi  bahwasanya beliau bersabda, “Dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua darah, bangkai ikan dan belalang serta hati dan limpah.”

 

Ikan yang terbaik adalah yang paling lezat rasanya, ukurannya sedang. tipis kulitnya, dagingnya tidak keras dan tidak kering. di samping itu juga ikan tersebut hidup dalam air tawar yang mengalir dan subur, mengonsumsi tumbuh-tumbuhan, bukan kotoran. Tempat terbaik untuk ikan adalah dalam sungai yang berair baik, ada batu-batu karang tempat ikan tersebut bersembunyi, baru kemudian tempat-tempat berpasir. di air-air yang tawar dan tidak penuh kotoran serta tidak terlalu panas, tidak banyak berombak dan bergelombang, di samping juga terbuka sehingga terkena udara dan sinar matahari.

 

Ikan laut memang baik, lembut dan nikmat. Yang masih segar bersifat dingin dan lembab, agak sulit dicerna, bisa menghasilkan banyak lendir atau dahak, kecuali bagi para pelaut dan orang-orang yang terbiasa menyantapnya, justru memberikan campuran gizi yang baik. Ikan laut muda menyuburkan tubuh, menambah hormon serta bisa memperbaiki sistem pencernaan yang panas.

 

Adapun ikan asin yang terbaik adalah yang baru saja diasinkan. Sifatnya panas dan kering. Semakin lama semakin kering dan semakin panas. Jenis ikan kucing yang diasinkan bersifat lengket, disebut juga sebagai ikan jirri. Kalangan Yahudi tidak mau memakannya. Bila masih dalam keadaan segar, ikan dapat melemaskan otot perut. Bila sudah diasinkan dan sudah agak lama, bisa membersihkan saluran pernapasan  sehingga paru-paru serta memperindah suara. Bila ditumbuk dan dibalurkan di bagian luar tubuh. bisa berkhasiat mengeluarkan Amnion serta ampas makanan dari dalam tubuh melalui energi penghisap yang dimilikinya.

 

Air asin yang mengalir bila digunakan untuk berendam oleh orang yang menderita luka usus yang belum parah. niscaya berkhasiat menyembuhkannya. Air itu akan menghisap seluruh materi berbahaya keluar tubuh. Bila digunakan untuk air suntikan. berkhasiat menyembuhkan sakit pinggang atau encok.“

 

Bagian terbaik pada ikan adalah bagian dekat ekornya. Ikan yang gemuk dan segar berkhasiat menggemukkan badan dan memperbanyak daging serta lemak tubuh.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Jabir bin Abdullah  diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Nabi  pernah mengutus tiga ratus pengendara dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sebagai pemimpinnya di antara kami. Sampailah kami di sebuah pantai.” Kami merasa lapar sekali sehingga kami terpaksa menyantap apa saja. Tibatiba seekor ikan besar terlempar dari laut ke arah kami, yakni yang dikenal sebagai ikan paus. Selama setengah bulan kami menyantap ikan tersebut, bahkan kami menjadikan lemaknya sebagai lauk pula sehingga tubuh kami menjadi kuat. Abu Ubaidah mengambil salah satu tulang rusuk ikan tersebut, lalu beliau memboncengkan seorang lelaki di atas untanya sementara tulang itu beliau tancapkan sehingga beliau lewat di sampingnya.

 

  1. SILO (SAYUR REBUS)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud dari Ummi Al-Mundzir bahwa ia menceritakan, “Suatu hari Rasulullah masuk ke rumahku bersama Ali. Saat itu kami memiliki kurma-kurma yang digantung dengan tandannya. Rasulullah dan Ali langsung menyantapnya. Namun Rasulullah berkata, “Hah Ali, bukankah engkau baru sembuh dari sakit?” Aku pun membuatkan roti gandum dengan sayur rebus.

 

Rasulullah  bersabda, “Hai Ali! Silakan santap yang ini saja. Ini lebih sesuai untukmu.” At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib.”

 

Sayur rebus bersifat panas dan kering pada tingkatan pertama. Ada yang berpendapat bahwa sifatnya adalah lembab. Ada juga yang berpendapat bahwa sifatnya kombinasi antara dingin, memperlembut, membantu metabolisme. dan membuka jalan darah. Sayur yang berwarna gelap memiliki daya penghisap, berguna mengobati penyakit musang. mengobati kutu, ketombe”!, dan sejenisnya. Bila airnya dibalurkan ke kulit kepala, bisa juga membunuh kutu. Bila dicampur dengan madu lalu dioleskan ke badan yang gatal akan berkhasiat. Bisa juga berguna untuk membuka penyumbatan pada lever dan limpa.

 

Jenis yang agak kehitaman berkhasiat menguatkan otot perut. terutama bila dicampur dengan kacang adas. Keduanya memang kurang baik untuk pencernaan. Sementara jenis yang agak putih bila dicampur dengan kacang adas akan bisa memperlembut makanan, airnya bisa berkhasiat mengatasi mencret. bahkan juga bisa mengobati mencret dicampur dengan jinten dan bumbu dapur lain. Memang kadar gizinya sedikit dan kurang baik bagi pencernaan. bisa memanaskan darah. Namun itu bisa diatasi dengan cuka dan sejenisnya. Terlalu banyak mengonsumsi sayur, bisa menyebabkan sembelit dan masuk angin.

 

 

 

  1. SYUNIZ (AL-HABBAH AS-SAUDA)

Artinya adalah jinten hitam, dan telah dijelaskan pada huruf “Ha” () sebelumnya.

 

  1. SYUBRUM (KACANG KEDELAI)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Asma binti Umais bahwa ia menceritakan: Rasulullah pernah bertanya kepadanya, “Obat apa yang engkau gunakan sehingga engkau bisa berjalan lagi?” Asma menjawab, “Kacang kedelai.” Beliau berkata, “Itu kacang yang panas sifatnya.”

 

Syubrum atau kacang kedelai sendiri adalah sejenis pohon kecil yang bisa tumbuh besar seukuran seorang lelaki dewasa. Pohon ini memiliki batang merah berkilat keputihan. Di ujung batang-batangnya terdapat setumpuk daun, memiliki tunas bunga putih kekuningan yang biasanya sering gugur untuk digantikan dengan tunas lain. Tunas itu memiliki biji kecil menyerupai biji terebint berwarna merah atau kecoklatan. Biji itu berurat-urat dan memiliki kulit merah pula. Yang digunakan adalah kulit uratnya dan juga milk dari batang pohonnya.

 

Sifatnya panas dan kering pada tingkatan keempat. Mampu mengencerkan unsur hitam. kotoran kasar, cairan kuning dan dahak, mampu membentuk antibiotik dan sejenisnya, namun bila terlalu banyak dimakan bisa mematikan. Bila hendak dikonsumsi, hendaknya direndam dahulu dalam susu sehari semalam, dalam sehari susunya harus diganti dua atau tiga kali, lalu kacang itu dikeluarkan dan dijemur di tempat terlindung. Setelah itu dicampur dengan air mawar dan kathira “?, lalu diminum dengan campuran madu atau juice anggur. Satu sloki bisa dihargai dua hingga empat dawanig (satu dawanig —seperdelapan puluh empat dirham), tergantung kandungan energinya. Hunain menegaskan, “Adapun susu kacang kedelai sama sekali tidak bagus. Penulis tidak menganggapnya sebagai minuman standar sama sekali. Kalangan medis telah banyak menyebabkan kematian orang, akibat susu tersebut!!”

 

  1. SYAIR (GANDUM GREST/BAHAN BIR)

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Aisyah bahwa ia menceritakan: Konon apabila salah seorang keluarga Rasulullah terkena demam, beliau memerintahkan dibuatkan semacam gulai dari gandum grest. Setelah jadi, beliau memerintahkan keluarganya yang sakit itu untuk memakannya. Kemudian beliau bersabda:

 

“Gulai ini bisa menentramkan hati orang yang bersedih, menggembirakan hati orang yang sedang sakit sebagaimana salah seorang di antara kalian membersihkan wajahnya dari kotoran.”

 

Arti menentramkan di sini adalah memperkuatnya. Arti “menggembirakan”, yakni menghilangkan kesedihan.

 

Sebelumnya juga telah dijelaskan”” bahwa yang dimaksud dengan ‘gulai” adalah air rebusan gandum syair. Itu lebih banyak kandungan gizinya daripada tepung gandum tersebut. Amat berkhasiat mengatasi batuk, radang tenggorokan, baik untuk mengatasi ampas makanan berbahaya, memperlancar air seni, membersihkan lambung, menghilangkan dahaga, meredam panas tubuh. Gulai gandum juga mengandung energi pembersih, pelembut, dan energi yang membantu proses metabolisme.

 

Caranya, ambil saja sejumlah gandum sya’ier yang baik, lalu ambil air tawar jernih lima kali lipat dari jumlah gandum tersebut. Masukkan ke dalam sebuah panci bersih dan dimasak dengan api sedang hingga tersisa seperlimanya, lalu disaring. Konsumsi sesuai kebutuhan.

 

  1. SYAWIYY (DAGING BAKAR)

Berkaitan dengan kisah Ibrahim saat menjamu tamu-tamunya. Allah Sg berfirman. “Tak lama kemudian datanglah hidangan kambing hanidz.” Hanidz artinya adalah daging yang dibakar di atas batu panas membara.

 

Dalam Sunan At-Tirmidzi diriwayatkan dari Ummu Salamah  bahwa ia pernah menghidangkan kepada Nabi daging panggang. lalu beliau menyantapnya, baru kemudian beliau langsung shalat tanpa berwudhu. Imam At-Tirmidzi berkomentar, “Hadits ini shahih.” Dalam hal yang sama juga diriwayatkan dari Abdullah bin Al-Harts bahwa ia menceritakan, “Kami bersama Rasulullah pernah menyantap daging bakar di masjid.”

 

Dalam masalah yang sama juga diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah bahwa ia menceritakan: Suatu malam kami pernah bertamu bersama Rasulullah . Beliau meminta disediakan daging panggang. Beliau mengambil pisau dan mengerat sebagian daging tersebut. Lalu datanglah Bilal dan mengumandangkan adzan untuk shalat, maka beliau mencampakkan pisaunya itu sambil berkata, “Apa yang dilakukannya? Celakalah ia.”

 

Daging bakar terbaik adalah daging kambing jantan, kambing betina yang gemuk dan lembut. Sifatnya panas dan lembab tapi agak kering, sering menimbulkan bercak hitam. Cocok sebagai makanan bergizi bagi orang-orang sehat, orang-orang berstamina dan kalangan olahragawan. Daging yang masak betul lebih ringan bagi lambung dan lebih lembab sifatnya, demikian juga dibandingkan dengan daging goreng.

 

Yang paling jelek adalah daging yang dibakar di bawah sinar matahari. Daging yang dibakar di atas bara lebih baik daripada yang dibakar di atas api menyala. Itulah yang disebut hanidz (sate).

 

  1. SYAHM (GAJIH)

Disebutkan di dalam Musnad dari Anas, “Bahwasanya seorang Yahudi menjamu Rasulullah  lalu menghidangkan kepada beliau roti gandum dan gajih.”

 

Diriwayatkan dengan shahih dari Abdullah bin Mughaffal bahwa ia menceritakan, “Pada hari peperangan Khaibar, ada sekantung gajih yang tergantung di hadapanku. Aku pun memeluknya sambil berkata, “Aku tidak akan memberikannya kepada siapapun.” Aku menengok, tiba-tiba kulihat Rasulullah sedang tertawa, tidak mengatakan sepatah kata pun.”

 

Gajih atau lemak yang terbaik adalah yang berasal dari hewan yang sempurna. Sifatnya panas dan lembab, lebih lembab dari minyak samin. Oleh sebab itu apabila minyak samin dan gajih dibakar hingga meleleh, gajihlah yang terlebih dahulu membeku kembali.

 

Gajih berkhasiat menghilangkan gangguan tenggorokan, melegakan pernapasan, namun bisa berbau tengik. Itu bisa diatasi dengan jeruk nipis, garam dan jahe. Lemak domba jantan lebih keras dari lemaklemak lain. Namun lemak kambing tua lebih membantu proses pencernaan dan berkhasiat mengobati luka usus. Namun lemak domba jantan (yang tua) lebih kuat lagi. Dapat digunakan sebagai obat suntik untuk penyakit luka lecet dan tenesmus.

 

 

  1. SHALAT (SHALAT)

 

Allah  berfirman:

 

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al-Bagarah: 45)

 

Allah  juga berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar…” (Al-Bagarah: 115)

 

Allah juga berfirman:

 

“Perintahkanlah keluArqamu untuk shalat dan bersabarlah dalam melakukannya, kami tidak akan menanyakan rizki kepadamu, justru Kami yang akan memberikan rizki kepadamu, dan akibat yang baik itu hanyalah bagi orang bertakwa.”

 

Dalam As-Sunan disebutkan:

“Apabila Rasulullah mendapatkan kesulitan, beliau segera melaksanakan shalat.”

 

Sebelumnya juga telah dibahas terapi melalui shalat untuk berbagai penyakit secara umum sebelum menjadi parah sekali”? Shalat membawa rizki, menjaga kesehatan, mengusir gangguan, menolak penyakit, memperkuat hati, memutihkan wajah, menyenangkan jiwa, menghilangkan kemalasan. memotivasi organ tubuh. meningkatkan stamina. melapangkan dada, menyuntik gizi pada ruhani, menyinari jiwa, memelihara kenikmatan, menghilangkan bencana, membawa berkah, menjauhkan pelakunya dari setan dan mendekatkannya kepada Allah ArRahman.

 

Kesimpulannya, bahwa shalat memiliki pengaruh yang ajaib sekali dalam menjaga kesehatan jasmani dan ruhani serta mempertahankan stamina dan mengusir segala bentuk unsur yang membahayakannya. Apabila ada dua orang yang sama-sama terkena musibah atau terserang penyakit, bala dan cobaan, pasti yang melakukan shalat di antara keduanya akan merasa lebih ringan, dan akibat yang dia rasakan juga lebih aman.

 

Shalat juga memiliki pengaruh lain yang juga ajaib dalam menolak berbagai keburukan di dunia terutama sekali bagi mereka yang telah mampu melaksanakan shalat dengan sempurna lahir maupun batin. Merekalah yang dapat menolak berbagai keburukan dunia dan akhirat, dapat memperoleh berbagai kebaikan dunia dan akhirat. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mendapatkan semua itu kecuali shalat. Rahasianya adalah bahwa shalat itu merupakan tali penghubung antara seorang hamba dengan Allah  Sebatas kuatnya hubungan antara hamba dengan Rabbnya, sebatas itu pula akan dibukakan baginya berbagai pintu kebaikan dan dijauhkan darinya berbagai pintu keburukan serta dilimpahkan kepadanya taufik dari Rabbnya . Keselamatan, kesehatan, harta, kekayaan, rasa lapang, kenikmatan, kegembiraan, dan kesenangan serta segala sesuatu akan hadir di hadapan mereka, dan berlari mengejar mereka.

 

  1. SHABR (KETABAHAN)

Ketabahan adalah setengah dari iman. Karena ketabahan adalah sebuah unsur kompositif dari kesabaran dan rasa syukur sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang ulama As-Salaf:

 

“Iman itu separuhnya adalah kesabaran dan separuhnya lagi rasa Syukur.”

 

Allah  berfirman:

 

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (Ibrahim: 5)

 

Ketabahan itu bagian dari iman, bisa diibaratkan seperti kepala yang merupakan bagian dari tubuh. Ketabahan ada tiga macam: Ketabahan menjalankan kewajiban agar tidak disia-siakan, ketabahan menghindari yang haram sehingga tidak dilakukan, dan ketabahan menghadapi takdir dan gadha Allah sehingga tidak menyesalinya. Siapa saja yang memiliki tiga macam ketabahan itu secara sempurna. berarti telah sempurna ketabahannya, telah sempurna pada dirinya kelezatan dunia dan akhirat, kenikmatan”! kejayaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat pula. Kesemuanya itu hanya bisa dicapai oleh seorang hamba dengan melalui jembatan ketabahan, sebagaimana seorang hamba hanya bisa mencapai Surga melalui jalan yang lurus. Umar bin AlKhatthab  berkata, “Kehidupan terbaik yang bisa kita peroleh melalui ketabahan.”

 

Kalau kita perhatikan beberapa fase kesempurnaan yang bisa dicapai oleh manusia di dunia ini, pasti kita akan melihat bahwa kesempurnaan itu seluruhnya (bergantung pada ketabahan. Dan kalau kita cermati segala kekurangan yang pelakunya patut dicela bila ia masih mampu memperbaikinya, pasti akan kita lihat pula seluruhnya) karena tidak adanya ketabahan. Keberanian, harga diri, kedermawanan dan sikap mengalah, kesemuanya adalah ketabahan dan kesabaran untuk sesaat:

 

“Ketabahan ibarat mantera untuk mendapatkan harta tertinggi di angkasa, barangsiapa meramal mantera tersebut pasti akan mendapatkan kekayaannya.”

 

Kebanyakan penyakit fisik dan psikologis adalah berasal dari ketidaktabahan. Tidak ada hal yang dapat menjaga kesehatan hati. tubuh dan ruh kecuali ketabahan. Ketabahan adalah ‘cap’ utama bagi ahlul iman serta hiasan paling agung yang mereka miliki. Meskipun yang didapatkan dalam ketabahan hanya kebersamaan dengan Allah, yakni bahwa Allah menjadi penolong orang-orang yang tabah, selalu mencintai mereka, bahwa Allah selalu menyayangi orang-orang yang tabah, selalu memberi pertolongan kepada mereka, “Sesungguhnya pertolongan itu diperoleh bersama ketabahan.” Ketabahan adalah penyebab kejayaan.

 

Allah berfirman:

 

“Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (An-Nahl: 126)

 

Allah juga berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200)

 

  1. SHABIR (MAYONAISE)

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Al-Marasil dari hadits Qais bin Rafi Al-Qaisi bahwa Rasulullah  bersabda:

 

 “Ada kesembuhan dalam dua makanan: shabir dan mustard.”

 

Dalam As-Sunan dari hadis Ummu Salamah disebutkan, ia menceritakan: Rasulullah pernah menemuiku saat Abu Salamah meninggal dunia. Aku membuat Mayonaise untuk diriku sendiri. Beliau bertanya, “Ini apa hai Ummu Salamah?” Ummu Salamah menjawab, “Mayonaise, tapi tidak harum.” Beliau berkata, “Makanan ini bisa memudakan wajah, tapi jangan dikonsumsi kecuali di malam hari saja.” Beliau melarang kami memakannya di siang hari.

 

Mayonaise banyak kegunaannya, terutama jenis kue yang dari India. Berkhasiat menghilangkan ampas kuning pada otak dan saraf mata. Bila dioleskan pada kening dan pelipis dicampur dengan air mawar, bisa berkhasiat menghilangkan pusing-pusing. Berkhasiat juga mengobati radang hidung dan sariawan serta mengencerkan unsur hitam dan Melancholia.

 

Mayonaise Persia bahkan bisa mencerdaskan otak, memperkuat hati, membersihkan ampas kuning dan dahak dari dalam lambung. bila diminum dua sendok saja dicampur dengan air. Bisa juga menghilangkan nafsu syahwat berlebih dan merusak. Bila diminum dalam keadaan dingin, dikhawatirkan akan menyebabkan pendarahan hidung.

 

  1. SHAUM (PUASA)

Puasa adalah perisai terhadap berbagai penyakit jasmani dan ruhani. Kegunaannya terlalu banyak untuk dihitung dengan jari. pengaruhnya juga menakjubkan sekali dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai ampas makanan. menahan diri dari berbagai makanan berbahaya, terutama bila dilakukan secara proporsional, sederhana dan pada waktu-waktu yang diutamakan berpuasa menurut syariat. Kebutuhan tubuh terhadap puasa amat jelas sekali. Puasa juga mengandung obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Puasa juga mengandung khasiat yang manjur dalam menenteramkan detak jantung secara langsung atau tidak langsung. Hal itu tentu saja amat berguna bagi mereka yang memiliki pencernaan dingin dan lembab. Selain itu puasa juga berpengaruh banyak dalam menjaga kesehatan mereka.

 

Puasa termasuk jenis obat jasmani dan ruhani. Yakni apabila orang yang berpuasa betul-betul menjaga hal-hal yang harus dijaga menurut syariat dan hukum alam. Tubuh dan jantung amatlah banyak mengambil faidah dari ibadah puasa ini. Puasa bisa berfungsi menjaga tubuh dari ancaman berbagai unsur asing dan merusak tubuh, sehingga tubuh selalu siap menyingkirkannya. Puasa mampu mengusir seluruh zat berbahaya yang dihasilkan oleh unsur-unsur itu. tergantung pada tingkat optimalitas puasa tersebut. Puasa bisa menjaga orang yang melakukannya dari segala hal yang membahayakannya serta (menolong orang tersebut) untuk melaksanakan tujuan dari puasa tersebut, rahasia dan alasan dilakukannya puasa tersebut yang bernilai ghaib.

 

Karena tujuan adalah hal yang berbeda dari sekadar meninggalkan makan dan minum. Dengan alasan itulah puasa itu diberi keistimewaan dibandingkan dengan ibadah-ibadah lain. Karena puasa berfungsi memelihara seorang hamba bahkan menjadi perisai dari segala hal yang membahayakan jasmani dan ruhaninya cepat atau lambat, maka Allah berfirman:

 

“Hai orang-orang yang beriman: diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (Al-Bagarah: 183)

 

Salah satu tujuan berpuasa adalah sebagai perisai. Puasa menjadi alat preventif yang berkhasiat. Tujuan lain dari puasa adalah menyatukan hati dan keinginan untuk mencari keridhaan Allah, mengoptimalkan energi tubuh untuk melaksanakan hal-hal yang dicintai oleh Allah dan harus ditaati oleh sang hamba. Sebelumnya telah diulas sebagian di antara rahasia dan hikmah puasa, berkaitan dengan petunjuk Nabi  dalam berpuasa.“

 

 

 

 

  1. DHABB (BIAWAK PADANG PASIR)

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah  pernah ditanya saat dihidangkan kepada beliau biawak lalu beliau enggan memakannya, “Apakah (biawak itu) haram?” Beliau menjawab, “Tidak. Hanya saja binatang itu tidak ada di negeriku, sehingga aku tidak doyan.” Mereka menyantap biawak itu di hadapan beliau dan di atas meja makan beliau, sementara beliau hanya melihatnya saja.

 

Sementara dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Ibnu Umar  bahwa ia menceritakan, “Aku tidak menganggapnya halal tetapi juga tidak menganggapnya haram.” Biawak bersifat panas dan kering, dapat memperkuat kemampuan jima’.

 

Bila ditumbuk dan dibalurkan ke tempat yang terkena duri, bisa mencabut duri tersebut.

 

  1. DHIFDA’ (KODOK)

Imam Ahmad menyatakan, “Kodok tidak halal dijadikan sebagai obat, karena Rasulullah  melarang kita membunuhnya.”

 

Yang beliau maksudkan adalah hadits dalam Musnad-nya dari hadits Utsman bin Abdurrahman  bahwa ada seorang thabib yang menyebut-nyebut kodok sebagai bahan campuran obatnya di hadapan Rasulullah. Maka Rasulullah melarang thabib tersebut membunuhnya.”

 

Penulis Al-Qanun menegaskan, “Barangsiapa yang memakan darah kodok atau kulitnya, tubuhnya akan membengkak dan warna kulit tubuhnya akan menghitam, maninya akan terus keluar hingga mati. Oleh sebab itu kalangan medis tidak mau menggunakannya sebagai obat, karena khawatir akan bahayanya.”

 

Kodok sendiri ada dua jenis, kodok darat dan kodok air. Kodok darat bahkan bisa mematikan bila dimakan.

 

 

 

 

 

  1. THIB (MINYAK WANGI)

Diriwayatkan dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda:

 

“Dari dunia kalian, yang kusukai adalah wanita dan minyak wangi. Namun yang menjadi tambatan hatiku adalah shalat.”

 

Rasulullah seringkali menggunakan minyak wangi, beliau amat tidak menyukai bau busuk, bahkan merasa tersiksa sekali karenanya.

 

Minyak wangi adalah santapan ruhani yang menjadi poros stamina. Energi tubuh bisa meningkat dan bertambah karena minyak wangi sebagaimana energi tersebut bisa meningkat karena makanan dan minuman, kegembiraan dan ketentraman jiwa, karena bergaul dengan teman-teman karib, karena terjadinya berbagai peristiwa menggembirakan, karena kepergian atau hilangnya sesuatu yang tidak disukai, yakni sesuatu yang bila ada justru memberatkan jiwa seperti beban dan kebencian. Bergaul dengan orang-orang yang dibenci dapat menurunkan stamina, menyebabkan hati susah dan murung. Teman yang dibenci seperti halnya demam bagi tubuh, atau tak ubahnya seperti bau busuk bagi penciuman seseorang. Oleh sebab itu di antara yang ditekankan oleh Allah kepada para sahabat adalah agar mereka berakhlak dengan cara yang dituntunkan saat bergaul dengan Rasulullah, agar tidak mengganggu beliau.

 

Allah  berfirman:

 

“Tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan.

 

Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.” (Al-Ahzab: 53)

 

Artinya. bahwa sesuatu yang wangi itu adalah yang paling disukai oleh Rasulullah, pengaruhnya amat baik untuk kesehatan dan menolak berbagai macam penyakit berikut gejalanya. karena kekuatan alamiah yang ada padanya.

 

  1. THIN (TANAH LIAT)

Diriwayatkan dalam banyak hadits maudhu’ yang tidak satupun shahih berkaitan dengan tanah liat ini, di antaranya:

 

“Barangsiapa memakan tanah liat, berarti telah membantu dirinya sendiri menuju kematian.”

 

Demikian juga hadits:

 

“Hai Humaira! Janganlah engkau memakan tanah liat, karena tanah liat bisa menegangkan perut, menguningkan kulit dan menghilangkan kecerahan wajah.”

 

Seluruh hadits berkaitan dengan tanah liat ini adalah tidak shahih, tidak ada asalnya dari Rasulullah. Hanya saja tanah liat itu memang tidak bagus teksturnya, bisa menyumbat jalan darah, sifatnya dingin dan kering, mengandung unsur pengering yang kuat, menahan kelenturan otot perut, menyebabkan pendarahan dan mengakibatkan luka-luka pada bibir (sariawan).

 

  1. THALH (PISANG)

Allah  berfirman:

 

“.. dan pohon pisang yang bertumpuk-tumpuk …” (Al-Waqiah: 29)

 

Sebagian besar ahli tafsir memahami bahwa kata thalh dalam ayat di atas adalah pisang. Arti kata mandhud, yakni saling bertumpuktumpuk, seperti sisir, yakni bersisir-sisir. Ada juga yang berpendapat bahwa thalh adalah sejenis pohon berduri, namun masing-masing durinya berubah menjadi buah, karena bersisir-sisir, maka menyerupai pisang. Pendapat terakhir ini tampaknya lebih tepat. Disebutnya kata pisang oleh para ulama As-Salaf hanyalah sebagai perumpamaan saja, bukan pengkhususan. Wallahu a’lam.

 

Sifatnya panas dan lembab. Yang terbaik adalah yang masak dan manis. Berkhasiat menghilangkan gangguan pada dada, paru-paru dan batuk, bahkan juga luka ginjal dan kandung kencing, memperlancar buang air kecil, menambah hormon, memperkuat syahwat berhubungan seks, melemaskan otot perut, dan sebaiknya dikonsumsi sebelum makan. Terkadang bisa membahayakan lambung, menambah jumlah empedu dan dahak atau lendir. Cara mengatasinya adalah dengan mengonsumsi gula atau madu.

 

  1. THAL’ (MAYANG)

Allah  berfirman:

 

“dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang ” bersusun-susun …” (Qaaf: 10)

 

Allah  juga berfirman:

 

“… dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut …” (AsySyu’ara: 113)

 

Mayang kurma adalah buah yang baru tumbuh. Bagian kulitnya disebut kufri. Arti kata nadhid yakni bertumpuk-tumpuk atau bersisirsisir. Disebut nadhid karena selama buah itu masih dalam kulitnya. Bila sudah terbuka kulitnya, tidak disebut nadhid lagi. Adapun kata hadhiem dalam ayat di atas adalah yang saling berkumpul satu dengan yang lain, artinya mirip nadhid. Yaitu bila kulit pembungkusnya belum terbuka.

 

Mayang sendiri ada dua macam: Mayang jantan dan mayang betina. Talqieh (Pencangkokan) sendiri artinya adalah proses pengambilan bibit jantan—yang menyerupai tepung gandum—untuk diletakkan pada bibit betina. Disebut juga ta’bier. Sehingga bisa diserupakan dengan pengawinan jantan dengan betina.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Thalhah bin Ubaidillah bahwa ia menceritakan: Aku pernah lewat bersama Nabi  di hadapan sebuah pokok kurma. Beliau melihat sekelompok orang yang sedang mencangkok. Beliau bertanya, “Apa yang mereka lakukan?” Orang-orang menjawab, “Mereka sedang mengambil bibit jantan untuk dikawinkan dengan bibit betina.” Beliau berkata. “Kukira itu tidak berguna sama sekali.” Mereka mendengar ucapan Nabi tersebut. maka mereka pun meninggalkan pekerjaan itu. Ternyata hasilnya tidak baik. Rasulullah bersabda, “Itu hanya prediksiku saja. Kalau memang itu berguna, lakukan saja. Aku ini hanyalah manusia biasa. Prediksiku bisa saja salah atau benar. Akan tetapi kalau aku mengatakan kepada kalian ucapan dari Allah, aku tidak akan berdusta.”

 

Mayang kurma amat berkhasiat menambah stamina. menambah kemampuan seks. Tepung mayang bila dikonsumsi seorang wanita sebelum berhubungan seks, bisa membantu menuju kehamilan secara ajaib. Sifatnya memang amat dingin dan kering pada tingkatan kedua, memperkuat lambung dan mengeringkannya. Bisa juga menenangkan darah yang bergejolak. meskipun agak sulit dicerna.

 

Yang tahan mengonsumsinya hanyalah mereka yang memiliki metabolisme panas. Barangsiapa yang mengonsumsinya secara berlebihan. hendaknya ia segera menyantap jawarisy (obat penguat lambung) yang bersifat panas juga. Kurma bisa memperkeras buang air, memperkuat usus. Mirip dengan fungsi pati kurma. Demikian juga dengan tunas dan putik kurma. Terlalu banyak mengonsumsi mayang kurma bisa membahayakan lambung dan dada, bahkan bisa menyebabkan penyakit mencret. Cara mengatasinya adalah dengan mengonsumsi minyak samin atau dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

 

 

 

 

  1. “INAB (ANGGUR)

Dalam kitab Al-Gailaniyyat dari hadits Habib bin Yasar diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menceritakan, “Aku pernah melihat Rasulullah  menyantap anggur dengan kulitnya.” Abu Ja’far Al-Aqibli berkomentar, “Hadits ini tidak ada asalnya.” Penulis menegaskan: Memang dalam sanadnya terdapat Daud bin Abdul Jabbar Abu Sulaim Al-Kufi. Yahya menyatakan, “la seorang pendusta.” Diriwayatkan juga dari Nabi  bahwa beliau suka menyantap anggur dan semangka.”

 

Allah juga telah menyebut-nyebut anggur pada enam tempat dalam Al-Qur’an tentang sejumlah kenikmatan yang Allah berikan kepada para hamba-Nya di dunia dan juga di Surga nanti. Anggur termasuk buahbuahan yang terbaik dan paling banyak kegunaannya, bisa dimakan dalam keadaan basah maupun kering, yang hijau dan masak maupun yang masih mengkal. Anggur menjau buah sesungguhnya bila dikombinasikan dengan buah-buahan, menjadi makanan pokok bila digabungkan dengan makanan lain, menjadi lauk bila dikombinasikan dengan lauk lain, menjadi obat bila dicampur dengan obat lain dan menjadi minuman bila dicampur dengan minuman lain. Karakternya sama dengan biji-bijian, panas dan lembab. Yang terbaik adalah yang paling besar dan paling banyak airnya. Yang berwarna putih lebih baik daripada yang hitam, kalau sama-sama manisnya. Yang dibiarkan selama dua atau tiga hari setelah dipetik, itu lebih baik daripada yang baru dipetik pada hari tersebut.

 

Karena sifat buah ini mengandung gas dan mengembungkan perut. Buah anggur yang digantung sehingga kulitnya mengeriput, amatlah baik untuk dijadikan makanan, memperkuat tubuh, bahkan nilai gizinya sama dengan buah tien dan kismis. Bila bijinya dibuang, akan memudahkan buang air besar. Namun bila terlalu banyak dimakan bisa membikin pusing. Cara mengatasi bahayanya adalah dengan memakan delima mengkal. Kegunaan dari anggur adalah untuk memperlancar buang air besar, menggemukkan badan, dan bila bagus kualitasnya, bisa memberi suntikan gizi yang baik. Anggur adalah salah satu dari tiga buah-buahan yang disebutkan sebagai raja buah: Anggur, Tien, dan Kurma basah.

 

  1. “ASAL (MADU)

Sebelumnya telah dijelaskan berbagai khasiat madu Ibnu Juraij menceritakan: Az-Zuhri pernah menyatakan, “Minumlah madu, karena madu berguna membaguskan hapalan.”

 

Madu terbaik adalah yang paling jernih, yang putih dan tidak tajam serta yang paling manis. Madu yang diambil dari daerah gunung dan pepohonan liar memiliki keutamaan tersendiri daripada yang diambil dari sarang biasa. Dan itu tergantung pada tempat para lebah berburu makanannya.

 

  1. “AJWAH (KURMA AJWA)

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadits Saad bin Abi Waqqash, dari Nabi £ bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa mengonsumsi tujuh butir kurma Ajwa pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun ataupun sihir.”

 

Dalam Sunan An-Nasa’i dan Ibnu Majah dari hadits Jabir dan Abu Said, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Kurma Ajwa itu berasal dari Surga. Ia adalah obat dari racun, seperti jamur truffle, airnya adalah obat penyakit mata.”

 

Ada pendapat bahwa yang dimaksud dalam hadits adalah Kurma Ajwa Al-Madinah, yakni salah satu jenis kurma di kota itu, dikenal sebagai kurma Hijaz terbaik secara mutlak. Bentuknya amat baik, padat” agak keras dan kuat. namun termasuk kurma yang paling lezat, paling harum dan paling empuk.

 

Sebelumnya telah dijelaskan tentang kurma, karakter dan manfaatnya pada ‘huruf taa (. ). Demikian juga ulasan tentang khasiat Kurma Ajwa terhadap racun dan sihir, sehingga tidak perlu diulang lagi.”

 

  1. “ANBAR (IKAN PAUS)”

Telah dijelaskan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dalam kisah Abu Ubaidah bagaimana mereka menyantap ikan paus selama setengah bulan. bahkan mereka bisa menjadikan dagingnya sebagai bekal untuk dibawa ke kota Al-Madinah, bahkan sempat mengirimkannya kepada Nabi  Itu salah satu yang menunjukkan yang dimubahkan di laut itu bukan hanya ikan biasa saja, bahwa bangkai hewan laut itu halal.

 

Pendapat di atas itu dibantah dengan alasan bahwa ketika terlempar dari laut, ikan paus itu dalam keadaan hidup. kemudian ketika air surut, ia mati. Sehingga kematiannya adalah karena terpisah dari air.

 

Itu tidaklah benar. Karena mereka mendapatkannya dalam keadaan mati di pantai. Mereka tidak sempat melihatnya keluar dalam keadaan hidup, lalu mati karena terpisah dari air. Demikian juga kalau dikatakan bahwa ia dalam keadaan hidup ketika dilemparkan oleh air laut, sudah dimaklumi bahwa yang terlempar dari laut hanyalah hewan yang sudah mati, yang tidak hidup.

 

Selain itu, kalaupun dimisalkan benar yang mereka katakan, tidak bisa dijadikan syarat untuk kemubahannya. Karena tidak mungkin menghukumi sesuatu itu mubah bila masih diragukan sebab kemubahannya. Oleh sebab itu. Nabi  melarang memakan hewan buruan kalau didapatkan tenggelam dalam air, karena penyebab kematiannya meragukan, apakah senjata buruan atau air?

 

Adapun minyak Ambar atau minyak paus, termasuk jenis te baik setelah kesturi. Keliru mereka yang mengatakan bahwa minyaknya lebih baik dari kesturi, lalu menganggapnya sebagai ‘rajanya’ minyak wangi. Padahal telah diriwayatkan dari Nabi  bahwasanya beliau bersabda tentang minyak kesturi, “Kesturi adalah sebaik-baik minyak wangi.” Nanti akan dipaparkan berbagai keistimewaan dan kegunaan dari kesturi, sehingga disebut-sebut sebagai minyak wangi Surga. Kutbaan sebagai tempat tinggalnya orang orang-orang shiddig terbuat dari kesturi, bukan dari minyak ikan paus.

 

Yang mungkin membingungkan mereka yang berpendapat demikian adalah bahwa minyak ikan paus ini memang tidak bisa berubah dalam waktu yang lama, menyerupai emas. Namun itu tidaklah menunjukkan bahwa minyaknya adalah lebih baik dari minyak kesturi. Dengan satu keistimewaan itu saja minyak paus tidaklah dapat mengimbangi berbagai keistimewaan minyak kesturi.

 

Jenis minyak paus ini banyak dan warnanya juga beragam. Ada yang putih, kelabu, merah, kuning, hijau, biru, hitam dan warna-warna lain. Yang terbaik adalah yang berwarna kelabu, kemudian biru dan kuning. Yang terburuk adalah yang berwarna hitam.

 

Kalangan ilmuwan berbeda pendapat tentang unsur yang terkandung di dalamnya. Sebagian berpendapat bahwa unsurnya berasal dari tumbuhan di dasar laut yang dimakan oleh sebagian hewan laut. lalu setelah penuh, dikeluarkan dalam wujud kotoran, baru kemudian dicampakkan keluar oleh air laut.

 

Ada yang berpendapat bahwa asalnya dari unsur hujan yang turun dari langit di pulau-pulau di tengah lautan, lalu terlempar oleh ombak ke pinggir pantai. Ada juga yang berpendapat bahwa minyak itu berasal dari kotoran hewan laut yang menyerupai sapi. Ada juga yang berpendapat bahwa minyak wangi itu adalah bagian dari buih lautan”!

 

Penulis Al-Qanun menandaskan, “Minyak itu-menurut prediksiberasal dari mata air di lautan. Yang menyatakan bahwa ia berasal dari buih lautan atau dari kotoran binatang, itu adalah pendapat yang mustahil.”

 

Daging ikan paus bersifat kering dan panas, berfungsi memperkuat jantung dan otak, memperkuat panca indera dan seluruh organ tubuh, berguna mengatasi penyakit pes dan untuk menambah kekuatan, untuk mengatasi berbagai penyakit karena lendir, penyakit lambung dingin, penyakit angin duduk. Juga bisa mengatasi penyumbatan bila diminum atau dioleskan di bagian luar tubuh. atau dibakar dan dihirup asapnya. Berguna juga mengatasi pilek. pusing-pusing, migraine dingin, dan sejenisnya.

 

  1. UD (KAYU CENDANA)

Kayu cendana India ada dua macam: Yaitu yang digunakan sebagai obat, disebut kis atau gusth. nanti akan disebutkan pada huruf qaaf. Kedua, yang digunakan sebagai minyak wangi. disebut Al-Uluwwah.

 

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Ibnu Umar bahwa ia pernah mengasapi rumah dengan menggunakan kayu Al-Uluwwah, juga dengan menggunakan kapur barus yang dibakar bersamanya. Ia berkata, “Demikianlah cara Rasulullah  mengasapi rumahnya. Dikisahkan tentang kenikmatan ahli Surga. bahwa alat untuk pengasapan dan pengharum ruangan mereka adalah kayu Al-Uluwwah.

 

Majamir adalah jamak dari kata mujmar. Yakni kayu cendana dan sejenisnya yang digunakan untuk pengharum ruangan. Jenisnya bermacam-macam. Yang terbaik adalah kayu cendana India, kemudian baru kayu cendana Cina, baru kayu cendana Mandal. Jenis yang terbaik adalah yang berwarna hitam dan biru, keras, padat dan pekat. Yang kurang baik adalah yang ringan dan mengapung di atas air. Ada yang berpendapat bahwa kayu cendana adalah pohon yang ditebang lalu dipendam ke dalam tanah, maka pengurai tanah akan memakan bagian yang tidak berguna dari kayu itu, sehingga yang tersisa adalah kayu wangi yang tidak bisa termakan tanah. Bagian kulitnya yang tidak wangi pun akan membusuk dan terlepas.

 

Sifat kayu cendana itu kering pada tingkatan ketiga, berkhasiat membuka penyumbatan dan mengusir angin menghilangkan kelebihan kelembaban tubuh, memperkuat usus serta menormalkan detak jantung. Berguna juga untuk otak. memperkuat panca indera, menguatkan perut, bermanfaat mengobati beser (buang air kecil tidak terkontrol) yang terjadi karena suhu dingin pada kandung kencing.

 

Ibnu Samjun menyatakan”, “Kayu cendana banyak jenisnya namun semuanya bisa disebut dengan satu nama ‘Al-Uluwwah’. Kayu ini bisa dipergunakan bagian luar dan bagian dalamnya. Bisa dibakar secara tunggal, bisa juga dicampur dengan bahan lain. Bila dicampur dengan kapur barus, mengandung nilai medis tersendiri. Yakni bahwa masing-masing bisa saling melengkapi kekurangan unsur pada yang lain. Sistem pembakaran kayu cendana ini juga merupakan cara menjaga sirkulasi udara dan cara menjaga udara menjadi lebih baik. Karena udara adalah salah satu dari enam hal vital yang dibutuhkan makhluk hidup. Udara bersih. badan menjadi sehat.

 

  1. “ADAS (KACANG ADAS)

Diriwayatkan banyak hadits yang keseluruhannya batil, tidak shahih dari Rasulullah, berkenaan dengan adas ini, padahal beliau tidak pernah mengucapkan satupun dari hadits-hadits tersebut. Di antaranya adalah hadits berikut:

 

“Dengan adas ini, Allah telah mensucikan tujuh puluh nabi.” Hadits lain:

 

“Adas bisa melunakkan hati dan mempermudah seseorang meneteskan air mata. Adas adalah makanan orang-orang shalih.”

 

Yang paling tinggi derajatnya dan paling shahih berkenaan dengan adas ini adalah hadits berikut:

 

“Adas adalah kesukaan orang-orang Yahudi. Mereka lebih mengutamakannya dibandingkan dengan madu dan burung puyuh Surga.”

 

Adas bisa dikatakan sebagai teman bawang merah dan bawang putih, jenisnya jantan tetapi sifatnya betina, dingin dan kering. Ada dua energi berlawanan dalam adas: Pertama, energi yang memperkeras kotoran. Kedua, energi yang memperlunaknya. Kulit adas panas dan kering pada tingkatan ketiga, agak pedas (tajam) terhadap perut. Namun keunikannya justru pada kulitnya itu. Oleh sebab itu lebih baik disantap utuh daripada ditumbuk, lebih ringan di lambung dan lebih sedikit bahayanya. Karena isinya agak sulit dicerna, karena dingin dan kering.

 

Bisa juga menambah unsur hitam dalam tubuh, berbahaya bagi melancholia secara signifikan, berbahaya juga bagi saraf dan mata.

 

Adas amat tajam untuk darah, sebaiknya mereka yang kelebihan unsur hitam menjauhinya. Terlalu banyak mengonsumsi adas bisa mengakibatkan berbagai penyakit berat, seperti was was, lepra, dan demam. Efek sampingnya itu bisa diminimalkan dengan sayur rebus dan bayam serta banyak mengonsumsi lemak. Sangat tidak baik bila dikonsumsi dengan makanan yang miskin gizi. Hindari juga jangan sampai dicampur dengan yang manis-manis. karena bisa menyebabkan penyumbatan pada lever. Kecanduan memakan kacang ini juga bisa menggelapkan pandangan karena zat pengeringnya yang terlalu kuat, bisa menyebabkan susah buang air kecil dan menyebabkan pembengkakan dingin dan angin duduk. Jenis yang terbaik adalah yang agak putih dan gemuk serta yang mudah masak.

 

Adapun prediksi sebagian kaum jahil bahwa kacang ini adalah hidangan yang diberikan oleh Ibrahim Khalilullah kepada para tamunya, itu adalah riwayat dusta belaka. Yang diceritakan oleh Allah adalah bahwa beliau menjamu tamunya dengan daging bakar, yakni sate kambing muda.

 

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Ishaq bahwa ia menceritakan: Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang hadits yang berkaitan dengan kacang adas, “Kacang yang disucikan melalui lisan tujuh puluh nabi.” Beliau berkomentar, “Tidak pernah diucapkan oleh seorang nabi pun. Justru adas itu kurang baik, membikin masuk angin. Siapa yang menceritakan kepada kalian hadits tersebut?” Mereka menjawab, “Salam bin Salim.” Beliau bertanya lagi, “Dari siapa?” Mereka menjawab, “Katanya dari Anda.” Beliau berkata, “Dia bilang dariku pula?”

 

 

 

 

 

  1. GHAITS (HUJAN)

Disebutkan dalam Al-Guran pada beberapa ayat. Nama ghaits amat enak didengar dan enak pula rasanya bagi jasmani dan ruhani sekaligus. Dengan menyebut kata “ghaits’, terasa nyaman di telinga dan terasa enak di hati. Air hujan adalah air terbaik, paling lembut, paling berguna dan paling banyak berkahnya, terutama sekali apabila turun melalui awan berguntur dan berkumpul di danau-danau pegunungan.

 

Air hujan adalah air yang paling lembab dibandingkan seluruh jenis air, karena belum lama mendekam di bumi, sehingga belum banyak menyerap unsur kering dari bumi serta belum bercampur dengan unsur kering lain. Oleh sebab itu air hujan amat mudah berubah dan menjadi ‘apek’ baunya, karena saking lembutnya dan saking cepat reaksinya.

 

Apakah hujan musim semi lebih lembut dari hujan di musim dingin? Ada dua pendapat dalam persoalan ini.

 

Mereka yang lebih mengunggulkan hujan di musim dingin menyatakan: Karena panas matahari pada saat itu lebih sedikit, sehingga yang diserap dari air laut hanya bagian yang paling lembut saja, sementara cuaca pada saat itu juga bersih, tidak terdapat uap-uap dan asap serta debu yang bercampur dengan air hujan tersebut. Kesemua itu menjadikan hujan pada saat itu lebih lembut, lebih jernih dan bebas polusi.

 

Mereka yang lebih mengunggulkan hujan musim semi menyatakan: Panas di musim semi penyebab terjadinya penguapan uap berat sehingga menyebabkan udara menjadi ringan dan lembut, dan dengan sendirinya air hujan juga menjadi lembut, berbagai unsur bumi menjadi berkurang, di samping juga bertepatan dengan waktu hidup dan tumbuhnya berbagai jenis pohon dan tetumbuhan serta adanya udara bersih.

 

Asy-Syafi’i ak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan, “Kami pernah bersama Rasulullah , tiba-tiba turunlah hujan. Beliau menyingkap pakaiannya” agar terkena hujan sambil berkata, “Sesungguhnya air ini baru saja datang dari Rabbnya.”

 

Sebelumnya telah dijelaskan petunjuk Nabi  dalam Al-lstisga tentang bagaimana Nabi  meminta hujan, lalu beliau mengambil berkah air hujan pada saat pertama kali turun.

 

 

 

 

  1. FATIHATUL KITAB (SURAT AL-FATIHAH)

Disebut juga Ummul Qur’an, As-Sab’ul Matsaani, Asy-Syifa’ut Tam, Ad-Dawa’u An-Nafi’, Ar-Ruqyah At-Tammah. Al-Fatihah juga disebut sebagai kunci kekayaan dan kejayaan. penjaga stamina, penolak kesedihan, rasa murung. rasa takut dan rasa sedih bagi orang yang mengetahui kemuliaannya. memberikan haknya yang sesungguhnya, membacanya dengan tartil untuk menyembuhkan penyakitnya, mengetahui cara penyembuhan dan pengobatan melalui Al-Fatihah serta rahasia kenapa Al-Fatihah memiliki khasiat seperti itu.

 

Ketika sebagian sahabat menyadari hal itu, mereka menggunakan Al-Fatihah untuk mengobati orang yang terkena sengatan binatang beracun sehingga sembuh. Nabi bertanya kepada mereka, “Dari mana kalian mengetahui bahwa Al-Fatihah itu adalah ruqyah.”

 

Itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang terbantu oleh taufik, terbuka pandangan batinnya sehingga mengetahui rahasia surat ini serta manfaat yang terkandung di dalamnya berupa tauhid, pengenalan terhadap Asma, Sifat serta Af’aal (perbuatan) Allah yang dijelaskan dalam surat itu, berikut juga syariat, takdir. Hari Kiamat, pemurnian tauhid Ar-Rububiyah, kesempurnaan tawakal dan penyerahan diri kepada Yang Maha Memiliki segala urusan. yang memiliki segala pujian, yang di tangan-Nya terdapat segala kebaikan, kepada-Nya dikembalikan segala urusan. Kepada-Nyalah orang tersebut memohon dan meminta hidayah yang merupakan dasar kebahagiaan dunia dan akhirat.

 

Di samping itu ia juga mengetahui hubungan antara satu arti dengan arti selanjutnya, berusaha mendapatkan yang berguna untuk kehidupan dunia dan akhirat, menyingkirkan segala yang membahayakan kehidupan dunia dan akhirat. Ia juga mengetahui bahwa keselamatan sesungguhnya, keselamatan yang paling sempurna, kenikmatan yang paripurna bergantung pada surat itu, yang bergantung pada aplikasi dari kandungan surat tersebut. Sehingga semua itu sudah cukup baginya untuk menggantikan segala jenis obat, segala jenis jampijampi. serta membukakan baginya berbagai pintu kebaikan dan menolak baginya segala bentuk keburukan.

 

Itu adalah masalah yang membutuhkan dimunculkannya kembali satu fitrah lain, daya nalar lain, iman lain. Demi Allah, setiap kali kita mendapatkan sebuah ucapan yang batil atau kebid’ahan yang rusak, pasti Al-Fatihah mengandung bantahan terhadapnya, mengandung alasan untuk mementahkannya dengan cara yang paling efektif, paling tepat dan paling lugas. Setiapkali kita mendapatkan salah satu pintu makrifat kepada Allah, salah satu amalan hati dan obat terhadap suatu penyakit dan sejenisnya, pasti dalam Al-Fatihah terkandung kuncinya serta indikator menuju ke arahnya. Setiap persinggahan bagi orangorang yang menempuh jalan menuju Rabbnya, pasti awal dan ujung perjalanan itu ada pada surat Al-Fatihah.

 

Demi Allah! Sesungguhnya hakikat Al-Fatihah lebih agung dari itu lagi, lebih tinggi dari itu. Kalau seorang hamba telah merealisasikan maknanya, berpegang teguh padanya. memahami maksud dari ucapan tersebut, pasti Allah akan memberikan kesembuhan kepadanya. memberi penjagaan optimal kepadanya, memberikan cahaya yang terang benderang kepadanya. Bila ia memahaminya sebagaimana yang harus dipahami, kalaupun ia terjerumus dalam kebid ahan, kemusyrikan atau terkena penyakit hati, pasti hanya sekilas saja, tidak akan bersifat permanen.

 

Demikianlah. Al-Fatihah adalah kunci terbesar menuju harta karun di dunia dan harta karun di akhirat. Akan tetapi tidak setiap orang akan mampu membuka pintu dengan kunci ini. Kalau para pengejar harta karun ini mengerti rahasia dari surat ini, serta betul-betul memahami kandungannya, lalu membuat gerigi di ujung kunci ini sebagai matanya, di samping juga mahir menggunakan kunci tersebut, tentunya mereka akan memperoleh harta karun itu tanpa halangan, tanpa gangguan.

 

Kami menyatakan hal ini bukan sebagai kata penghias atau sebagai kiasan belaka, tetapi hal yang sesungguhnya. Akan tetapi Allah memiliki hikmah yang mendalam dalam menyembunyikan rahasia ini sehingga tidak diketahui oleh kebanyakan makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana Allah juga memiliki hikmah mendalam ketika menyembunyikan harta karun bumi terhadap kebanyakan orang.

 

Untuk memperoleh harta karun terpendam, terkadang peran serta makhluk-makhluk ghaib yang jahat seringkali digunakan oleh sebagian manusia. Hal itu tentu saja hanya dapat ditandingi oleh kekuatan ghaib yang mulia lagi tinggi belaka, kekuatan ghaib yang akan mengatasi ruh jahat dengan nilai keimanannya. dengan berbagai senjata yang tidak akan mampu dihadapi oleh para setan tersebut. Namun kebanyakan manusia tidak memiliki kekuatan ghaib yang mulia itu. sehingga tidak mampu menghadapi ruh-ruh jahat, tidak mampu mengatasinya dan merebut sebagian yang mereka miliki. Karena secara hukum, “Barangsiapa membunuh musuh, ia berhak mendapatkan harta rampasannya.”

 

  1. FAGHIYAH (HENNA BLOSSOM/BUNGA INAI)

Bunga ini termasuk bunga yang paling wangi. Diriwayatkan oleh AlBaihagi dalam kitab Syu abul Iman dari hadits Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya secara marfu’, “Bunga henna atau inai adalah rajanya bunga-bungaan di dunia dan di akhirat.”

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan, “Bunga yang paling disukai oleh Rasulullah  adalah bunga inai.” Kami tidak mengetahui kondisi kedua hadits ini. Kami tentunya tidak akan menjadikannya sebagai dalil dengan mengatakannya sebagai hadits Nabi  tanpa kami mengetahui keabsahannya.

 

Bunga inai ini bersifat stabil, antara panas dan dingin. memiliki sedikit perekat. Kalau diletakkan dilipatan pakaian dari wol. bisa menjaganya dari ulat. Sering dibuat campuran balsam gosok. Minyaknya bisa melemaskan organ tubuh dan melemaskan saraf.

 

  1. FIDHDHAH (PERAK)

Diriwayatkan dengan shahih bahwa Rasulullah  cincinnya terbuat dari perak sementara mata cincinnya juga terbuat dari bahan yang sama, bahkan ujung gagang pedangnya juga terbuat dari perak” Tidak ada riwayat yang shahih bahwa beliau melarang menggunakan perak atau menggunakan perhiasan dengan bahan campuran perak. Memang ada riwayat yang melarang minum menggunakan cawan dari perak. Masalah cawan tentunya lebih spesifik daripada hiasan dan pakaian. Oleh sebab itu wanita juga boleh mengenakan pakaian dan perhiasan yang tidak boleh digunakan sebagai cawan atau bejana. Bila diharamkan untuk digunakan sebagai cawan, tidak berarti harus diharamkan dipakai sebagai perhiasan dan pakaian. Dalam As-Sunan disebutkan, “Adapun perak. silakan kalian gunakan sebagai mainan.” Larangan membutuhkan dalil yang menetapkan adanya larangan tersebut. baik dalam bentuk nash atau dalil tegas, atau dalam bentuk ijjima’. Kalau salah satu dari dua jenis dalil itu terbukti ada, maka larangan itu berlaku. Kalau tidak terbukti, justru hukumnya adalah sebaliknya, bukan diharamkan terhadap kaum lelaki, tetapi justru dihalalkan. Nabi  pernah memegang emas di tangan kanannya dan sutera di tangan kirinya sambil berkata, “Kedua benda ini haram bagi kaum lelaki umatku, namun halal bagi kaum wanita.”

 

Perak adalah salah satu rahasia Allah di bumi ini, ibarat mantera untuk memenuhi kebutuhan, sebagai alat tukar di antara sesama manusia, sebagai teman yang selalu dicinta, amat dimuliakan dalam hati, menjadi pembicaraan dalam berbagai pertemuan, bila ada perak, tak ada pintu rumah yang tertutup menerimanya, tidak ada bosan-bosan orang membicarakan dan mempergaulinya, orang tidak akan merasa berat menyimpannya, jari-jemari merasa senang menunjuk ke arahnya, mata manusia juga seolah terikat kepadanya. Kalau ia bisa berbicara, niscaya akan didengar. Kalau ia bisa memberi syafa’at, niscaya syafa’atnya akan diterima. Kalau ia bisa bersaksi, niscaya persaksiannya juga diterima. Kalau ia mampu berbicara lalu ia berbicara dan berhenti, tidak akan dicela siapa pun juga. Kalau ia adalah orang tua yang sudah beruban, tetapi lebih tampan dari seorang pemuda pilihan.

 

Perak termasuk jenis obat penenang, berguna mengobati penyakit duka, murung dan kesedihan, lemah jantung dan jantung berdebar, bisa dicampurkan dalam adonan obat-obat berkualitas. Bahkan dengan khasiatnya perak mampu menyedot berbagai unsur perusak yang menyelusup ke jantung, terutama sekali bila dicampur dengan madu murni dan za’faran.

 

Komposisinya terdiri dari unsur dingin dari kering, namun bisa menghasilkan panas dan kelembaban sedemikian rupa. Surga yang Allah persiapkan bagi para wali-Nya ada empat macam: Dua Surga terbuat dari emas dan dua Surga lagi terbuat dari perak. Yakni segala cawan dan perhiasan yang terdapat di dalamnya terbuat dari kedua bahan itu.

 

Diriwayatkan dalam kitab Shahih dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda:

 

“Orang yang meminum dari cawan emas dan perak, sesungguhnya tidak lain ia sedang mempergolakkan api Neraka dalam perutnya sendiri.”

 

Diriwayatkan juga dengan shahih bahwa Rasulullah  bersabda:

 

“Janganlah kalian meminum dari cawan emas dan perak dan jangan kalian makan menggunakan nampan dari emas atau perak. Karena keduanya itu adalah milik mereka (orang-orang kafir) di dunia dan milik kalian di akhirat nanti.”

 

Ada pendapat bahwa alasan diharamkannya kedua bahan itu untuk menjadi tempat makan dan minum adalah karena bisa mempersempit fungsi dari uang. Kalau kedua bahan itu digunakan sebagai bejana, hilanglah hikmah yang menjadi tujuan dari emas dan perak, yakni untuk kemaslahatan umat manusia. Alasan lain adalah karena perbuatan itu mengandung unsur kesombongan dan membanggakan diri. Pendapat lain bahwa alasannya adalah karena perbuatan itu bisa menghancurkan hati orang-orang miskin, kalau mereka mengetahui dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri.

 

Kesemua alasan tersebut hanyalah alasan belaka. Alasan bisa mempersempit ruang penggunaan uang berarti mengharamkan mengenakan keduanya sebagai perhiasan atau menjadikannya sebagai cairan saja tanpa berfungsi sebagai bejana juga bukan sebagai uang. Kesombongan dan membanggakan diri bisa dilakukan dengan apa saja. bukan hanya dengan emas dan perak. Sementara masalah menghancurkan hati orang-orang miskin, sesungguhnya hati mereka juga bisa saja hancur karena melihat rumah-rumah yang megah, perkebunan yang menakjubkan, kendaraan yang mewah, (pakaian-pakaian yang indah, makananmakanan yang lezat dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu mubah. Kesemuanya adalah alasan-alasan yang kontroversial. Ada alasan, tetapi tidak ada tempat mengaitkannya.

 

Yang benar bahwa alasannya-wallahu a’lam-adalah karena perbuatan tersebut menimbulkan suatu kondisi tertentu dalam hati yang bertentangan dengan nilai ubudiyah secara zhahir. Oleh sebab itu Rasulullah  memberikan alasan bahwa kedua benda itu adalah milik orang-orang kafir di dunia. Karena orang-orang kafir memang tidak memiliki jatah berupa peribadatan yang didapatkan hasilnya oleh orangorang beriman di akhirat. Oleh sebab itu tidak layak digunakan oleh hamba Allah di dunia ini. Yang mengenakannya hanyalah mereka yang keluar dari peribadatan kepada-Nya serta rela hanya mendapatkan dunia yang sementara tanpa mendapatkan akhirat. Wallahu a’lam.

 

 

  1. DUR’AN (KITAB AL-QUR’AN)

 

Allah  berfirman:

 

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman …” (Al-Isra: 82)

 

Yang benar bahwa kata ‘dari dalam ayat di atas adalah menunjukkan jenis, bukan menunjukkan ‘sebagian’. Allah juga berfirman:

 

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada …” (Yunus: 57)

 

Al-Qur’an adalah pengobatan optimal terhadap seluruh jenis penyakit jasmani dan ruhani, penyakit dunia dan akhirat. Namun tidak setiap orang berkeahlian dan mendapatkan taufig untuk dapat menggunakannya. Kalau seorang pasien mahir menggunakan Al-Guran untuk mengobati penyakitnya, lalu melekatkannya pada penyakit tersebut dengan penuh kepercayaan, keimanan, penerimaan dan keyakinan yang tegas serta dengan memenuhi berbagai persyaratan, penyakit itu pasti akan terusir dan tidak akan datang lagi selama-lamanya.

 

Karena bagaimana penyakit akan bisa menantang ucapan Rabb Pencipta langit dan bumi yang kalau turun di hadapan gunung niscaya gunung itu akan hancur, dan kalau turun di bumi niscaya bumi itu akan terbelah? Setiap jenis penyakit hati dan jasmani, pasti dalam Al-Qur’an ada indikasi terhadap obatnya, penyebab atau cara pencegahannya, bagi orang yang diberikan pemahaman terhadap Kitabullah oleh Allah Pada awal pembahasan tentang medis telah dijelaskan bimbingan Al-Qur’an yang mulia terhadap dasar dan intisari pengobatan yang meliputi penjagaan terhadap kesehatan, mengusir unsur berbahaya. Lalu itu diperjelas dengan menunjukkan masing-masing dari jenis penyakit tersebut. Adapun pengobatan hati, telah juga dijelaskan secara rinci bersamaan dengan ulasan tentang berbagai jenis penyakit berikut kiat penyembuhannya.

 

Allah  berfirman:

 

“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasannya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka …” (Al-Ankabut: 51)

 

Maka orang yang tidak dapat disembuhkan oleh Al-Qur’an maka Allah tidak akan menyembuhkannya, dan orang yang tidak dicukupkan oleh Al-Qur’an maka Allah tidak akan mencukupkannya.

 

  1. DITSTSAA (MENTIMUN)

Dalam As-Sunan diriwayatkan dari hadits Abdullah bin Ja’far bahwa Rasulullah biasa menyantap mentimun dengan kurma masak.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).

 

Mentimun bersifat dingin dan basah pada tingkatan kedua. Memiliki kemampuan meredam panas lambung yang meradang, selain tahan lama, berguna mengobati penyakit kandung kencing. Baunya bahkan berkhasiat menyadarkan orang yang pingsan. Bijinya berkhasiat memperlancar buang air seni dan daunnya bila dibalutkan berguna juga mengobati gigitan anjing.

 

Mentimun agak sulit dicerna di lambung, dingin, dan terkadang berbahaya. Sebaiknya dikonsumsi bersama makanan lain yang bisa mengatasi unsur dinginnya dan kelembaban yang berlebih, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi  saat menyantapnya dengan kurma masak. Kalau dikonsumsi dengan kurma atau kismis atau madu, unsurenya bisa dinetralisir.

 

  1. DMUSTH (KAYU BAHAR WANGI/CENDANA LAUT)

Disebut juga kist. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Anas, dari Nabi  “Pengobatan terbaik bagi kalian adalah pembekaman dan gusth al-bahri.”

 

Dalam Al-Musnad dari hadits Ummu Qais, dari Nabi 8£ diriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan cendana India, karena ia mengandung tujuh macam penyembuhan di antaranya dapat menyembuhkan sakit pinggang.”

 

Kayu cendana sendiri ada dua macam: Yang pertama, berwarna putih, disebut Cendana Laut. Yang kedua, disebut cendana India“. Jenis kedua ini adalah yang paling panas, sementara yang putih lebih lunak. Khasiat keduanya amat banyak sekali.

 

Kedua jenis kayu cendana ini sama-sama panas dan kering pada tingkat ketiga, bisa menyerap dahak dan membersihkannya, memberhentikan pilek. Kalau diminum, berkhasiat mengatasi lemah lever dan lambung dan suhu dingin pada kedua organ itu. Juga berkhasiat bagi siapa terserang beberapa jenis demam. Bisa juga mengatasi sakit pinggang, berguna juga mengatasi racun. Kalau dibalurkan di wajah setelah diadon dengan air dan madu, bisa menghilangkan nodanodanya. Galenius menandaskan, “Berkhasiat juga mengobati penyakit tetanus dan rasa sakit pada pinggang serta membunuh virus lepra.”

 

Kalangan medis yang kurang wawasan tidak mengetahui bahwa obat ini berkhasiat mengatasi penyakit pinggang sehingga mereka menyangkalnya. Kalau mereka mendapatkan riwayat dari Gelenius ini, pasti mereka akan memperlakukannya seperti dalil dalam Islam. Bagaimana tidak? Kalangan medis semenjak dahulu telah mengetahui bahwa cendana laut ini berkhasiat mengatasi sejenis lendir pada penyakit pinggang! Itu disebutkan oleh Al-Khattabi, menukilnya dari Muhammad Ibnul Jahm.

 

Sebelumnya telah dijelaskan” bahwa perumpamaan kemampuan medis para dokter dibandingkan dengan ilmu medis kenabian, seperti perumpamaan antara ilmu medis modern dibandingkan dengan ilmu medis ortodok dan ilmu medis kalangan dokter yang tidak becus. Tentunya amatlah berbeda antara sesuatu yang didapatkan melalui wahyu dengan sesuatu yang didapatkan melalui eksperimen dan analogi belaka. lebih dari sekadar perbedaan antara seorang tuan yang mulia dengan budak yang hina dina.

 

Kalau kalangan medis yang jahil itu mendapatkan sebuah obat yang direkomendasikan oleh sebagian orang-orang Yahudi dan Nashrani serta kalangan medis musyrik, pasti mereka menerimanya dengan senang hati dan penuh kepercayaan, tidak akan berhenti bereksperimen.

 

Benar, kami pun tidak menyangkal bahwa kebiasaan itu memiliki pengaruh terhadap kemampuan seorang pasien mengambil manfaat dari obat yang dia gunakan. Orang yang sudah terbiasa mengonsumsi suatu makanan atau obat tertentu. obat atau makanan itu akan sesuai dengannya, akan serasi dan tidak berbahaya. Bahkan bisa jadi orang yang belum terbiasa tidak akan bisa mengambil manfaat dari makanan dan obat tersebut.

 

Ulasan banyak kalangan pakar medis-meskipun bersifat umumnamun bergantung pada sistem metabolisme masing-masing orang, tempat, waktu dan kebiasaan. Meskipun adanya hal-hal khusus itu tidaklah mengurangi kredibilitas ucapan dan ilmu pengetahuan mereka. Karena bagaimana mungkin menolak kredibilitas yang berasal dari orang yang paling jujur dan paling benar (Rasulullah)? Akan tetapi jiwa manusia memang dilengkapi dengan kejahilan dan kezhaliman, kecuali jiwa manusia yang mendapatkan pertolongan Allah dengan ruh iman, serta diberikan sinar oleh Allah dengan cahaya hidayah.

 

  1. QASHABUS SUKKAR (TEBU)

Diriwayatkan dalam sebagian lafal hadits shahih (berkenaan) dengan Al-Haudh, “Airnya lebih manis daripada gula.” Penulis hanya mengetahui lafal “gula’ dalam hadits, dalam riwayat ini saja.

 

Gula adalah komoditi baru, belum pernah diulas oleh kalangan medis terdahulu, bahkan mereka memang belum pernah mengenalnya, sehingga mereka tidak mengkategorikannya sebagai minuman. Mereka hanya mengenal madu, dan menggolongkannya sebagai obat.

 

Tebu bersifat panas dan lembab, berguna mengobati batuk, membersihkan lendir dan kandung kencing serta kerongkongan. Sifatnya lebih efektif daripada gula sendiri. Bisa juga membantu proses muntah, memperlancar air seni dan menambah stamina. Affan bin Muslim Ash-Shaffar menandaskan:

 

“Barangsiapa menghisap tebu setelah makan, maka pada hari itu ia akan terus bergembira.”

 

Tebu berkhasiat mengatasi gangguan dada dan tenggorokan bila terlebih dahulu dibakar. Namun di samping itu juga bisa menimbulkan angin. Itu bisa diatasi dengan terlebih dahulu dikupas dan dicuci dengan air panas.

 

Gula tebu sendiri bersifat panas dan lembab, menurut pendapat yang benar. Ada yang berpendapat bahwa sifatnya adalah dingin. Yang terbaik adalah yang berwarna putih dan bening””. Gula yang agak lama lebih lembut dari yang baru. Bila dimasak hingga berbuih, bisa meredakan haus dan batuk. Namun gula juga bisa membahayakan lambung yang menghasilkan enzim untuk proses metabolisme. Untuk mengatasi efek sampingnya itu, bisa dicampur dengan air jeruk nipis, bitter orange atau delima laffa.

 

Sebagian orang ada yang menganggapnya lebih baik dari madu,

 

karena dianggap tidak terlalu panas dan lebih lembut. Itu jelas merupakan pelecehan terhadap khasiat madu. Sesungguhnya khasiat madu berlipat-lipat lebih banyak daripada gula. Karena Allah telah menjadikan madu sebagai obat dan penyembuh,””’ sebagai lauk dan manisan. Khasiat apa dari gula yang bisa disetarakan dengan madu? Untuk memperkuat lambung, memperlunak kotoran, mempertajam pandangan mata, mengobati rabun, sesak napas, mengobati lumpuh dan stroke ringan serta berbagai jenis penyakit dingin yang menimpa tubuh karena unsur lembab sehingga tersedot dari dasar perut dan dari seluruh tubuh. Bahkan, juga bisa menjaga kesehatan, memanaskan tubuh, menambah stamina, melakukan pembakaran dan pembersihan, membuka mulut pembuluh darah, membersihkan usus, menghancurkan cacing, mencegah ‘kelolodan (tersumbatnya saluran tenggorokan karena terlalu banyak masuk makanan), serta pembusukan. Di samping itu madu juga bisa menjadi lauk yang baik, cocok untuk orang yang kelebihan dahak, manula dan mereka yang memiliki metabolisme dingin. Kesimpulannya, tidak ada sesuatu yang lebih berkhasiat dari madu. Apakah gula memiliki seluruh khasiat itu, atau yang mendekati seluruh khasiat itu? “:

 

 

 

 

 

  1. KITAB LIL HUMMA (RAJAH UNTUK DEMAM)

Al-Mawarzi berkata: Abu Abdillah pernah mendengar bahwa aku terserang demam. Beliau menuliskan ruqyah untukku:

 

“Dengan nama Allah Ar-Rahman Ar-Rahim. Dengan pertolongan Allah dan dengan ajaran Muhammad Rasulullah”? (Kami berfirman, “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan itu mereka orang-orang yang paling merugi.) Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil: Sembuhkanlah pemegang —. ruqyah ini dengan daya dan kekuatan serta kekuasaan-Mu, wahai —. Iaahul Haq. Amien.”

 

Al-Marwazi menyatakan, “Rajah itu dibacakan kepada Abu Abdillah-dan saya sendiri mendengarnya-: Abul Munzir Amru bin Mujma’ menceritakan sebuah hadits kepada kami, ia berkata: Yunus bin Hiban telah menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad bin Ali tentang hukum mengalungkan ruqyah. Beliau menjawab, “Kalau berasal dari Kitabullah atau ucapan Nabi, silakan kalungkan dan mintalah kesembuhan sebatas yang kamu bisa.” Aku berkata: Kalau begitu tuliskan ruqyah ini untuk mengobati demamnya:

 

“Dengan nama Allah dan dengan pertolongan Allah dan Muhammad Rasulullah, (hingga akhirnya) ia menjawab: Ya.”

 

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Aisyah  dan yang lainnya bahwa para ulama As-Salaf memberikan keringanan dalam hal itu. Bahkan Harb menyatakan. “Imam Ahmad sendiri tidak bersikap ekstrim melarangnya.” Ahmad berkata, “Ibnu Mas’ud amat tidak menyukai cara pengobatan seperti itu.” Ahmad juga pernah ditanya tentang rajah yang dikalungkan saat tertimpa musibah. beliau menjawab, “Aku mengira itu tidak apa-apa.” Sementara Al-Khallal menceritakan: Abdullah bin Ahmad menceritakan sebuah riwayat kepada kami, ia berkata: Aku pernah melihat ayahku menuliskan semacam rajah untuk orang yang ketakutan dan untuk menyembuhkan demam karena tertimpa musibah.”

 

* Ruqyah untuk Susah Melahirkan

Al-Khallal meceritakan: Abdullah bin Ahmad menceritakan sebuah riwayat kepada kami, ia berkata: Aku pernah melihat Ayahku menuliskan sebuah rajah untuk seorang wanita yang sulit melahirkan dalam sebuah kendi keramik berwarna putih – atau mungkin benda lainnya- disitu ditulis hadits Ibnu Abbas

 

“Tidak ada yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah AlHalim Al-Karim, Mahasuci Allah Rabb dan Al-Arsy yang agung. (Segala puji bagi Allah, Rabb dari sekalian makhluk). (Mereka seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi. (An-Nazi at: 46) mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Al-Ahaqaf: 35)”

 

Al-Khallal melanjutkan: Abu Bakar Al-Marwazi mengabarkan kepada kami, beliau berkata: Abu Abdillah pernah didatangi seorang lelaki yang bertanya, “Hai Abu Abdillah! Bisakah engkau membuatkan semacam rajah untuk wanita yang kesulitan melahirkan sejak dua hari? Beliau menjawab, “Suruh dia membawa sebuah baskom besar disertai Za’faran.” Aku melihat beliau menuliskan rajah bukan untuk satu orang saja.”

 

Diriwayatkan juga dari Ikrimah. dari Ibnu Abbas bahwa beliau menceritakan, “Suatu hari Isa bin Maryam lewat di hadapan seekor sapi, ternyata ia sedang kesulitan beranak.” Sapi itu berkata, “Wahai Kalimatullah! Berdoalah kepada Allah agar aku terbebas dari kesulitan di perutku ini.” Isa berkata, “Wahai yang menciptakan jiwa dari jiwa, yang membebaskan jiwa dari bahaya jiwa! Wahai yang mengeluarkan jiwa dari jiwa: Selamatkanlah sapi ini.” Sapi itu melahirkan anaknya, tiba-tiba sang anak sudah berdiri menciumnya.” Ibnu Abbas menandaskan, “Kalau ada wanita kesulitan melahirkan anaknya, tuliskan rajah untuknya.”

 

Seluruh jenis ruqyah yang disebutkan di atas, amat berguna bila ditulis. Banyak ulama yang memberikan kelonggaran hukum untuk ditulisnya ayat Al-Guran, bahkan mereka meyakini itu sebagai bentuk penyembuhan yang diperbolehkan oleh Allah.

 

Bentuk ruqyah atau rajah lain adalah yang ditulis di sebuah bejana yang bersih:

 

“Apabila langit terbelah. dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya langit itu patuh, apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, (Insyigag: 1-4)

 

Lalu airnya diminum oleh wanita hamil dan dipercikkan di perutnya.

 

*Ruqyah atau Rajah untuk Sakit Mimisan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah-semoga Allah mensucikan ruhnya—biasa menuliskan di keningnya:

 

“Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintah pun diselesaikan …” (Hud: 44)

 

Penulis sendiri pernah mendengar beliau mengatakan, “Aku seringkali menuliskan rajah ini untuk banyak orang yang sakit, Alhamdulillah, mereka sembuh.” Namun beliau melanjutkan, “Tidak boleh menulis rajah ini dengan darah mimisan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang jahil. Karena darah itu najis.” Kalamullah tidak boleh ditulis dengan darah tersebut.”

 

Bentuk rajah lain: Musa  pernah keluar dengan mengenakan kain, tiba-tiba beliau mendapatkan mata air maka beliau menutupnya dengan kainnya sambil mengucapkan:

 

“Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).” (Ar-Ra’d: 39)

 

*Rajah untuk Tetanus

Bisa dituliskan:

 

“Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah ,..(Al-Bagarah: 266)

 

“Dengan daya dan kekuatan dari Allah.”

 

Rajah lain: Saat sinar matahari mulai menguning, dituliskan rajah berikut:

 

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertagwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya” yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kami. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hadid: 28) 

 

Rajah untuk Mengobati Demam Segitiga Dituliskan di atas tiga lembar kertas halus, “Bismillah Farrat, Bismillah Marrat, Bismillahi Oallat.” Setiap hari diambil selembar kertas itu dan diletakkan di mulut, lalu ditelan dengan bantuan air.

 

* Rajah untuk Mengobati Sakit Pinggang/Encok

 

((Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Rabba kulli syai’in wa Malika kulli syai’in, wa Khalig kulli syai’in: Anta khalagtani wa Anta khalaqta ‘irqan nasaa fiyya falaa tusallithhu ‘alayya bi adza, wa laa tusallithni “alaihi biqath’in, wasyfini syifaan laa yughadiru saqaman, laa syaafiya illa Anta))

 

“Dengan nama Allah Ar-Rahman Ar-Rahim. Ya Allah, Rabb dari segala sesuatu. Raja dari segala sesuatu, Pencipta dari segala sesuatu: Engkau telah menciptakan diriku dan telah pula menciptakan penyakit pinggang ini pada diriku. Maka jangan engkau kuasakan penyakit ini pada diriku, janganlah engkau kuasakan pada diriku penyakit apapun juga. Berikanlah kesembuhan kepadaku, kesembuhan yang tidak diikuti oleh penyakit lain. Tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan Engkau semata.”

 

* Rajah untuk Mengobati Penyakit Salah Urat Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami ‘-nya dari hadits Ibnu Abbas  bahwa Rasulullah  pernah mengajarkan kepada mereka ruqyah untuk mengobati penyakit demam dan segala penyakit lainnya, yakni dengan mengucapkan:

 

((Bismillahil kabir, a’udzu billahil “azhim min syarri irqi “aarin wa min syarri harrin naar)) “Dengan nama Allah yang Mahabesar, aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung dari kejahatan penyakit salah urat serta dari keburukan panasnya api.”

 

* Rajah untuk Sakit Gigi Tuliskan saja di pipi yang berdekatan dengan gigi yang sakit kalimat berikut ini:

 

“Dengan nama Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Katakanlah, “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan (hati).”

 

(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” Bila perlu, bisa ditambahkan ayat berikut:

 

“Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am: 13)

 

* Rajah untuk Sakit Bisul Tuliskan saja ayat berikut:

 

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah:” Rabbku akan menghancurkannya (pada Hari Kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (Thaha: 105-107)

 

 

  1. KAM AH (JAMUR TRUFFEL)

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Jamur truffle itu termasuk bagian dari “Madu Surga”. Airnya mengandung obat untuk mata.” (Dikeluarkan dalam Ash-Shahihain).

 

Ibnul Arabi menyatakan, “Kata kam’ah adalah jamak dari kata kam’un. Itu bertentangan dengan aturan perubahan kata dalam Bahasa Arab. Karena antara lafal jamaknya dengan tunggalnya dibedakan dengan huruf taa. Seharusnya kata tungggalnya dengan taa sementara jamaknya tidak. Apakah memang benar itu kata jamak? Atau hanya merupakan simbol jamak saja? Ada dua pendapat dalam persoalan ini yang sama-sama populer. Mereka menyatakan bahwa yang keluar dari aturan hanya ada dua kata. Pertama kam’ah dan kam’un, kedua: khab’ah dan khab’un.” Selain Ibnul Arabi menegaskan, “Sebenarnya itu sesuai dengan aturan bahasa. Namun Al-Kam’ah adalah jamaknya, tunggalnya kam’un.” Ulama lain menegaskan, “Kedua kata itu samasama bisa digunakan untuk tunggal dan untuk jamak sekaligus.”

 

Mereka yang mengambil pendapat pertama beralasan bahwa biasanya mereka menjamakkan lafal kam’un menjadi akmu. Seorang penyair menyebutkan:

 

“Aku telah memetikkan untukmu jamur akmu dan jamur berwarna putih aku juga telah melarangmu memakan jamur yang jelek.”

 

Syair ini menunjukkan bahwa akmu adalah kata tunggal, jamaknya kam’ah. Kam’ah atau jamur Truffle ini muncul di tanah tanpa ditanam. Disebut kam’ah (tutup), karena memang tertutup tempat tumbuhnya. Dalam bahasa Arab diungkapkan “Persaksian itu dalam kam’ah,” artinya: tersembunyi. Jamur ini memang tersembunyi dalam tanah, tidak memiliki daun dan tidak juga memiliki batang.

 

Materinya berasal dari unsur bumi yang menguap, mendekam di dalam tanah dekat dengan permukaan tanah. Jamur ini menyembunyikan diri dari dinginnya musim dingin, lalu tumbuh karena siraman hujan musim semi. Akhirnya jamur ini muncul dan terlihat di permukaan bumi dalam wujud yang nyata. Oleh sebab itu, jamur ini disebut jamur cacar bumi. diserupakan dengan cacar, bentuk dan materinya. Karena materinya bersifat lembab”?, mengandung unsur darah dan muncul di permukaan tanah pada usia remaja, yakni pada saat unsur panas dan pertumbuhannya sedang mulai meningkat.

 

Jamur ini muncul di musim semi, bisa dimakan mentah atau setelah dimasak. Kalangan orang Arab menyebutnya Tumbuhan Guntur, karena saat banyak guntur terdengar, tumbuhan ini pun terlihat makin banyak. Bumilah yang memunculkan tumbuhan ini. Jamur truffle ini termasuk makanan orang-orang pedusunan, banyak terdapat di Negeri Arab. Yang terbaik adalah yang tumbuh di tanah berpasir yang sedikit airnya. Jenisnya pun bermacam-macam, ada yang beracun, warnanya cenderung kemerahan, bisa menyebabkan sesak napas.

 

Sifatnya dingin dan lembab pada tingkatan ketiga, tidak baik untuk lambung, sulit dicerna. Kalau seseorang kecanduan memakannya, bisa terserang lumpuh, stroke, dan sakit lambung. serta sulit buang air kecil. Yang masih basah lebih sedikit efek sampingnya dibandingkan yang sudah kering, Siapa yang hendak memakannya, hendaknya memendamnya di tanah liat, lalu merebusnya dengan air, garam dan thyme (tumbuhan pengharum makanan). Menyantapnya dengan minyak zaitun dan bumbu-bumbu panas dan pedas. Karena materinya berasal dari unsur bumi yang liat. Gizinya memang miskin sekali, akan tetapi mengandung air yang menunjukkan tumbuhan ini ringan. Bila digunakan sebagai celak. berkhasiat mengobati mata rabun dan penyakit mata panas.

 

Kalangan pakar medis mengakui bahwa air jamur truffle ini berkhasiat mengobati penyakit mata. Di antara pakar medis yang menyebutkannya adalah Al-Masihi, Penulis Al-Qanun dan yang lainnya.

 

Sabda Nabi , “Jamur truffle itu termasuk madu Surga,” ada dua pendapat tentang artinya:

 

Pendapat pertama: Bahwa madu yang diturunkan kepada Bani Israil bukanlah madu manis saja, tetapi di samping itu banyak lagi yang Allah berikan kepada mereka berupa tumbuhan yang ada begitu saja tanpa ada yang membuat, merawat, atau menanamnya. Karena kata mann (yang diterjemahkan sebagai madu Surga) adalah kata benda yang berarti kata maf’ul (objek, seperti: taken book — buku yang diambilpent.), artinya adalah ‘sesuatu yang dikaruniakan’. Segala yang Allah rizkikan secara mutlak tanpa campur tangan sang hamba dan tanpa perawatan darinya, itu termasuk karunia Allah terhadapnya. Karena tidak serupa dengan hasil pekerjaan seorang hamba, tidak tercampuri oleh hasil keringat seorang hamba.

 

Itu adalah karunia murni, meskipun seluruh kenikmatan juga bisa disebut mann atau karunia terhadap hamba. Namun kenikmatan yang tidak diusahakan dan dihasilkan oleh seorang hamba diberi kekhususan dengan sebutan mann atau karunia. Karena sifatnya memang (karunia) tanpa perantaraan seorang hamba. Bahkan Allah menjadikan makanan pokok mereka saat kehilangan pegangan jamur truffle ini, sehingga menggantikan posisi roti. Sementara lauk mereka adalah salwa (burung puyuh). Yakni menggantikan daging biasa.

 

Sementara untuk manisannya Allah memberikan kepada mereka air embun yang turun di pepohonan, bisa menggantikan posisi gula. Hidup mereka pun menjadi sempurna.

 

Cermatilah sabda beliau, “Jamur truffle adalah madu surga yang Allah turunkan kepada Bani Israil.” Allah menjadikannya sebagai bagian dari “Madu surga’, sebagai satuan dari sekian karunia surgawi. Karena madu yang turun di pohon termasuk bagian dari ‘Madu Surga’, atau karunia Allah tersebut, maka akhirnya kata mann lebih umum digunakan untuk arti madu menurut kebiasaan.

 

Pendapat kedua: Bahwa kam’ah itu memang menyerupai “Madu Surga’ yang turun dari langit, karena tidak dikumpulkan dengan susah payah dan dengan mengeluarkan tenaga, bahkan juga tidak perlu ditanam bibitnya atau disirami”

 

Kalau ada yang menyatakan, “Kalau memang begitu khasiat jamur truffle, bagaimana pula dengan bahaya atau efek samping yang ada padanya? Dari mana bahaya itu bisa datang?

 

Harus diketahui bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, telah mewujudkan segala sesuatu secara paripuma. Pada saat memulai menciptakan sesuatu, Allah telah membebaskan ciptaan-Nya dari cacat dan cela. Sementara segala cacat dan kekurangan itu muncul setelah mengalami interaksi, adaptasi dan percampuran dengan berbagai ciptaan lain. atau karena berbagai sebab lain yang mengakibatkan kerusakan pada ciptaan Allah. Kalau ciptaan itu dibiarkan pada bentuk asalnya tanpa diusik oleh hal-hal yang merusaknya, tentu tidak akan rusak.

 

Siapa saja yang memiliki pengetahuan terhadap kondisi alam semesta dan dasar penciptaannya, pasti akan mengetahui bahwa semua bentuk kerusakan itu, baik yang terjadi di udara, pada makhluk hidup serta kondisi keluarganya, semua itu terjadi setelah selesai proses penciptaan tentunya dengan berbagai sebab yang mengakibatkan adanya kerusakan tersebut. Segala amal perbuatan umat manusia dan pelanggaran mereka terhadap ajaran para rasul seringkali menyebabkan terjadinya kerusakan umum maupun khusus sehingga mengakibatkan munculnya berbagai wabah, penyakit, pes, terjadinya paceklik dan kekeringan serta hilangnya keberkahan di bumi, keberkahan buah dan tanaman, hilangnya khasiatnya, atau setidaknya berkurang banyak, di samping berbagai efek lain yang datang silih berganti.

 

Kalau pengetahuan kita tidak bisa mencapai hal itu, cukup pahami saja firman Allah:

 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.” (Ar-Rum: 41)

 

Silakan korelasikan makna ayat ini dengan kondisi alam semesta, cocokkan dengan realitas yang ada, pasti kita akan melihat proses terjadinya berbagai macam bencana. penyakit pada setiap waktu, menimpa buah-buahan, tanaman atau makhluk hidup lain. Kita juga akan mengetahui proses terjadinya berbagai macam bencana demi bencana yang datang silih berganti. Setiap kali umat manusia melakukan kezhaliman dan kefasikan, pasti Rabb mereka akan memunculkan berbagai bencana dan penyakit pada makanan, buahbuahan, lembah, air, badan, tubuh dan fisik mereka, bahkan juga pada wujud dan penampilan mereka. Lalu Allah menggantikan akibat berbagai kekurangan dan bencana tadi dengan munculnya perbuatan, kezhaliman dan kefasikan mereka yang lain.

 

Dahulu ukuran gandum, jawawut dan sejenisnya lebih besar dari ukurannya sekarang ini. Berkah pada semua tanaman itu juga lebih banyak daripada berkahnya saat sekarang ini. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya bahwa konon pada gudang harta Bani Umayah ditemukan sebuah pundi berisi biji gandum sebesar biji kurma, di pundi itu tertulis, “Ini adalah tanaman yang tumbuh di masa-masa keadilan.” Kisah ini dituturkan dalam Musnad beliau setelah atsar yang beliau riwayatkan sebelumnya.

 

Kebanyakan penyakit dan wabah secara umum merupakan sisa-sisa dari siksa yang menimpa umat-umat terdahulu. Tersisalah sebagian dari siksa tersebut yang terus memantau sisa dari amal perbuatan umat manusia: agar hukum yang adil dan keputusan yang bijaksana harus tetap ditegakkan. Nabi  telah memberikan isyarat kepada hal itu dalam kasus pes, “Ini adalah sisa dari adzab yang diturunkan kepada Bani Israil.”

 

Demikian juga saat Allah mengirimkan angin taufan kepada kaum Aad selama tujuh malam delapan hari, kemudian sedikit saja yang Allah sisakan dari bekas siksa pada hari-hari tersebut, atau yang setara dengan siksa tersebut, sebagai peringatan dan pelajaran bagi umat manusia.

 

Amal perbuatan orang-orang shalih dan orang-orang fasik memang telah dijadikan oleh Allah sebagai penyebab terjadinya berbagai hal di dunia ini sebagai konsekuensi yang wajib. Maka tertahannya berbagai kebajikan, tidak dilaksanakannya zakat dan sedekah, bisa mengakibatkan tertahannya air hujan dari langit, terjadinya berbagai paceklik dan kekeringan. Kezhaliman terhadap fakir miskin, kecurangan dalam menggunakan timbangan dan takaran serta tindakan semenamena terhadap orang lemah, menjadi faktor terjadinya kezhaliman para raja dan pemimpin yang tidak lagi menyayangi meskipun orang-orang memohon belas kasih mereka, yang tidak akan mengasihi meskipun orang-orang meminta mereka mengasihinya. Padahal mereka pada hakikatnya adalah hasil kerja rakyat sendiri yang terlihat dalam wujud para pemimpin. Karena dengan hikmah dan ke-Mahaadilan-nya, Allah memperlihatkan kepada umat manusia hasil dari amal perbuatan mereka dengan berbagai manifestasi dan perwujudan yang sesuai dengan kondisi mereka.

 

Terkadang dalam bentuk paceklik atau kekeringan, terkadang dalam bentuk datangnya musuh, terkadang dengan munculnya para pemimpin yang diktator, terkadang dengan munculnya berbagai penyakit massal, terkadang dengan munculnya rasa duka, rasa sakit atau kemurungan jiwa? sehingga mereka tidak bisa melepaskan diri darinya, terkadang dengan tertahannya berkah dari langit dan bumi. Terkadang bisa juga dengan dikuasakannya setan terhadap mereka sehingga menggiring mereka untuk mendapatkan siksa Allah yang sebesar-besarnya, agar hujjah Allah terbukti bagi kesesatan mereka, sehingga masing-masing tergiring menuju takdirnya.

 

Orang yang berakal akan memusatkan pandangan matanya ke seluruh penjuru alam sehingga ia dapat menyaksikannya, melihat berbagai realitas ke-Mahaadilan dan hikmah Allah. Pada saat itulah akan menjadi jelas (baginya) bahwa para rasul dan pengikut-pengikut mereka secara khusus selalu berada di atas jalur kebenaran, sementara seluruh manusia lain berada di atas jalan kebinasaan menuju kehancuran. Allah akan menyampaikan segala urusannya, tidak ada lagi penambal dari kesempurnaan hikmah-Nya, dan tidak ada juga yang mampu menolak perintah-Nya. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

Sementara sabda Nabi  yang menyatakan, “Jamur Truffle itu airnya mengandung obat untuk penyakit mata,” ada tiga pendapat dalam hal itu:

 

Pertama: Bahwa airnya itu dicampur dengan berbagai obat yang bisa mengobati penyakit mata, bukan hanya air itu saja yang digunakan sebagai obat. Demikian disebutkan oleh Abu Ubaid.

 

Kedua: Air itu digunakan sebagai obat setelah jamur itu dibakar terlebih dahulu dan diperas airnya. Karena api akan membuatnya menjadi lembut dan masak serta mencairkan berbagai ampas serta lendir yang tidak baik, sehingga yang tersisa adalah bagian yang berkhasiat saja.

 

Ketiga: Yang dimaksudkan adalah air yang hinggap di jamur tersebut, seperti air hujan. Karena itu merupakan air yang pertama kali meluncur ke bumi. Penisbatan air itu kepada jamur ini bukanlah penisbatan air yang merupakan bagian darinya, tetapi air yang menempel padanya. Demikian disebutkan oleh Ibnul Jauzi. Namun ini adalah pendapat yang paling jauh dari kebenaran dan paling lemah dari seluruh pendapat yang ada.

 

Ada juga pendapat bahwa air tersebut berkhasiat bila digunakan untuk mendinginkan mata. Air jamur itu sendiri adalah obat. Bila digunakan untuk penyakit lain, baru perlu dikombinasikan dengan bahan obat lainnya.

 

Al-Ghafigi menandaskan, “Air jamur truffle adalah obat terbaik untuk penyakit mata, bila diadon dengan bubuk itsmid dan digunakan sebagai celak akan memperkuat kelopak mata, menambah ketajaman mata batin?! serta menolak berbagai macam marabahaya.”

 

  1. KABBATS (BUAH POHON ARAAK YANG MASAK)

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari hadits Jabir  bahwa ia menceritakan, “Kami pernah bersama Rasulullah  menuai buang Al-Kabbats. Beliau berkata, “Ambillah yang berwarna hitam, karena itu yang terbaik.”

 

Buah Al-Kabbats adalah buah dari pohon Araak, yang terdapat di tanah Hijaz. Sifatnya panas dan kering. Khasiatnya persis seperti khasiat kayu araak sendiri. Yakni bisa memperkuat lambung, memperbaiki metabolisme, menghilangkan dahak. berkhasiat juga mengatasi sakit punggung dan banyak penyakit lain. Ibnu Juljul menyatakan, “Kalau diminum setelah dimasak, bisa memperlancar buang air kecil dan membersihkan kandung kencing.” Sementara Ibnu Ridhwan menandaskan, “Bisa memperkuat lambung dan menstabilkan buang air besar.”

 

  1. KATM (POHON LADA HITAM)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari Utsman bin Abdullah bin Mauhab bahwa ia meriwayatkan, “Kami pernah menemui Ummu Salamah. Lalu Ummu Salamah mengeluarkan sehelai rambut Rasulullah . Ternyata rambut beliau diwarnai dengan inai dan daun pohon lada hitam.” Sementara dalam As-Sunan yang empat diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau  bersabda:

 

“Bahan terbaik untuk merubah warna rambut kalian adalah inai dan daun lada hitam.”

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Anas bahwa ia menceritakan, “Abu Bakar biasa mewarnai rambut dengan inai dan daun lada hitam.”

 

Sementara dalam Sunan Abu Daud, dari Ibnu Abbas diriwayatkan bahwa ia menceritakan. Suatu hari ada seorang lelaki lewat di hadapan Nabi  Lelaki itu menggunakan inai. Beliau berkomentar, “Alangkah tampannya.” Lalu lewat lelaki lain yang mengenakan inai dan daun lada hitam (untuk mewarnai rambutnya). Beliau berkomentar, “Yang lebih tampan lagi.” Setelah itu lewat laki-laki lain yang mewarnai rambut dengan sejenis kunyit. Beliau berkomentar, “Inilah yang terbaik dari semuanya.”

 

Al-Ghafigi menyatakan, “Katm adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di daerah dataran rendah. Daunnya mirip dengan daun pohon zaitun, lebih tinggi dari tubuh manusia. Memiliki buah sebesar merica, namun di dalamnya ada bijinya. Kalau disiram dengan air, warnanya menjadi hitam. Bila air daunnya diperas lalu diminum beberapa sendok, akan menimbulkan muntah hebat, berkhasiat juga mengobati akibat gigitan anjing. Bahkan bila dimasak dengan air, akan keluar tinta”? yang bisa digunakan untuk menulis.” Al-Kindi menyatakan, “Biji katm bila digunakan sebagai celak, akan bisa menyerap air dari penyakit mata sehingga penyakit itu sembuh.”

 

Sebagian kalangan mengira bahwa katm adalah wasmah (Woad), yakni dun nil. Itu adalah keliru. Wasmah berbeda dengan katm. penulis Ash-Shihah”” menyatakan, “Katm adalah sejenis tumbuhan yang apabila dicampur dengan wasmah bisa digunakan sebagai celak.” Ada yang mengatakan bahwa wasmah atau Woad adalah sejenis tumbuhan yang daunnya panjang, warnanya cenderung kebiruan, lebih besar dari daun khilaf, menyerupai daun Cowpea (kacang sapi) namun lebih besar. Biasanya didatangkan dari Hijaz dan Yaman.

 

Kalau ada yang menyatakan: Diriwayatkan dalam Ash-Shahih dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan, “Rasulullah  tidak pernah mewarnai rambut.”

 

Jawabannya: Pernyataan seperti itu telah ditanggapi oleh Imam Ahmad bin Hambal. Beliau berkata. “Selain Anas ada yang pernah menyaksikan Rasulullah mewarnai rambutnya. Orang yang menyaksikan tentu memiliki kedudukan lebih dari orang yang tidak pernah menyaksikannya.” Imam Ahmad mengakui bahwa Nabi  pernah mewarnai rambut beliau. Beliau didukung oleh banyak kalangan Ahli Hadits lainnya. Namun Imam Malik menyangkalnya.

 

Kalau ada yang menyatakan: Diriwayatkan dalam Shahih Muslim adanya larangan untuk mewarnai rambut dengan pewarna hitam berkaitan dengan kasus Abu Quhafah saat ia datang menemui Rasulullah , sementara rambut dan jenggotnya seperti warna pohon tsaghamah, putih. Beliau berkata, “Ubahlah warna uban itu, tapi hindari warna hitam.” Sementara katm itu bisa menghitamkan rambut.

 

Jawabannya bisa dari dua sisi. Sisi pertama: Bahwa larangan itu adalah terhadap warna hitam polos. Kalau warna inai itu dikombinasikan dengan warna lain seperti katm dan sejenisnya, tidaklah menjadi masalah. Karena inai dicampur dengan daun lada hitam, membuat rambut menjadi merah kehitaman. Lain halnya dengan daun cowpea yang membuat rambut menjadi hitam pekat. Itulah jawaban terbaik.

 

Sisi lain: Bahwa warna hitam yang dilarang adalah warna hitam yang manipulatif. Seperti mewarnai rambut budak wanita atau wanita dewasa dengan warna hitam, sehingga bisa menipu pandangan suami atau tuan dari budak wanita itu. Atau mewarnai rambut orang yang sudah tua renta sehingga menipu mata wanita. Karena itu termasuk manipulasi dan penipuan. Kalau tidak mengandung unsur manipulasi atau penipuan, diriwayatkan dengan shahih dari Hasan dan Husain bahwa mereka berdua juga mewarnai rambut dengan warna hitam. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam kitab Tahdzibul Atsar, ia menceritakan dari Utsman bin Affan dan Abdullah bin Ja’far dan Saad bin Abi Waggas, Ugbah bin Amir, Al-Mughirah bin Syu’bah, Jarir bin Abdullah dan Amru bin Al-Ash , ia juga menceritakan dari sebagian tabi’in di antaranya Amru bin Utsman, Ali bin Abdullah bin Ababs, Abu Salamah bin Abdurrahman, Abdurrahman bin Al-Aswad, Musa bin Thalhah, Az-Zuhri dan Ayub, Ismail bin Ma’dikarib . Hal itu juga diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dari Muharib bin Ditsar, Yazid, Ibnu Jurajj, Abu Yusuf, Abu Ishag, Ibnu Abi Laila, Ziyad bin Alaqah, Ghailan bin Jami’, Nafi’ bin Jubair, Amru bin Ali Al-Mugaddami, Al-Gasim bin Sallam .

 

  1. KARAM (POHON ANGGUR)

Disebut juga habalah. Namun dimakruhkan menyebutkan karam, berdasarkan riwayat Muslim dalam Shahih-nya dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Janganlah kalian menyebut karam untuk buah anggur. Karena karam (kemuliaan) itu adalah lelaki Muslim.”

 

Dalam riwayat lain: “Karam adalah hati seorang mu’min.” Juga disebutkan pada riwayat lain:

 

“Janganlah kalian menyebutkan karam. Katakan saja inab atau habalah.”

 

Hal itu memiliki dua pengertian:

 

Pertama: Karena orang-orang Arab biasa menyebut pohon anggur sebagai karam (pohon kemuliaan), karena manfaat dan khasiatnya yang banyak. Maka Rasulullah tidak menyukai kalau pohon itu disebut demikian, yakni dengan nama atau sebutan yang menggugah orang untuk menyukainya dan menyukai komoditas yang berasal dari buah ini, yakni minuman keras yang disebut Raja Kejahatan. Beliau tidak suka kalau bahan minuman keras itu disebut dengan sebutan terbaik dan sebutan yang mengandung segala kebaikan.

 

Kedua: Artinya sama dengan sabda Nabi  “Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat dan orang yang miskin bukanlah orang yang suka berthawaf.” Yakni bahwa orang-orang Arab menyebut pohon anggur sebagai karam karena banyak khasiatnya, sementara hati seorang Muslim atau seorang lelaki Muslim itu lebih berhak untuk menyandang nama tersebut. Karena seorang Mukmin adalah yang terbaik. dan seluruh dirinya adalah manfaat. Itu merupakan cara memberi peringatan dan cara mengingatkan apa yang terdapat pada hati seorang Mukmin, berupa kebaikan dan kedermawanan, iman dan cahaya, petunjuk dan ketakwaan serta berbagai karakter lain dari nama tersebut yang lebih banyak daripada pohon anggur.

 

Demikianlah. Energi anggur bersifat dingin dan kering. Daun, batang hingga junjungannya memiliki unsur pendingin pada akhir tingkatan pertama. Bila ditumbuk dan dibalutkan di kening kepala, bisa mengatasi pusing, bisa meredakannya. Bisa juga mengatasi bengkak panas atau radang lambung.

 

Perasan air batang pohon anggur bila diminum bisa menghentikan muntah-muntah, bisa memperkuat otot perut. Demikian juga bila dikunyah bisa mengatasi kelembaban. Sementara perasan daunnya berkhasiat mengobati luka lambung, bisa memperlancar sirkulasi darah dan mengatasi sakit mag.

 

Bahkan getahnya-yang terdapat pada batangnya-menyerupai getah biasa, bila diminum, bisa mengeluarkan batu ginjal. Kalau dibalurkan, bisa menyembuhkan sakit kulit kudis bernanah, dan sejenisnya. Sebelum dibalurkan, organ bersangkutan harus dicuci terlebih dahulu dengan air dan air jeruk. Kalau dicampur dengan minyak zaitun lalu dibalurkan”? ke kulit, bisa menghilangkan rambut atau bulu.

 

Abu bakaran batang anggur bila dicampur dengan cuka dan minyak mawar serta buah rue lalu dibalurkan, berkhasiat mengobati bengkak di limpa. Energi bunga anggur bahkan bersifat menggigit, seperti minyak mawar. Khasiatnya juga banyak, mirip dengan khasiat pohon kurma.

 

  1. KARAFS (CELERI/DAUN SELEDRI)

Diriwayatkan sebuah hadits yang tidak shahih dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:

 

“Barangsiapa memakan daun seledri lalu tertidur, maka mulutnya menjadi wangi, tidurnya akan nyenyak, bebas dari gangguan sakit gigi dan geraham.”

 

Hadits ini batil. bukan berasal dari Rasulullah. Akan tetapi daun seledri kebun memang bisa membuat wangi mulut, bila dijilat dan ditelan, bahkan berkhasiat mengobati sakit gigi.

 

Sifatnya adalah panas dan kering. Ada yang berpendapat basah. Daun ini bisa membuka penyumbatan pada lever dan limpa. Daunnya bersifat lembab dan bermanfaat untuk lambung dan lever yang dingin, memperlancar buang air kecil, mengatasi dismenorrhea bahkan menghancurkan batu ginjal. Bijinya bahkan lebih kuat lagi, mampu memacu stamina, berkhasiat untuk mengobati Halitosis (Bau Mulut). ArRazi menyatakan. “Kalau khawatir tersengat kalajengking, sebaiknya dihindari memakan seledri.”

 

  1. KURRATS (LEEK/BAWANG PREI)

Berkaitan dengan daun ini diriwayatkan juga sebuah hadits yang tidak shahih dari Rasulullah , bahkan bisa dikatakan hadits batil dan palsu:

 

“Barangsiapa menyantap bawang prei kemudian tidur, maka tidurnya akan nyenyak dan terbebas dari angin karena ambeien. Namun malaikat akan menjauhinya karena bau mulutnya, hingga pagi hari.”

 

Bawang prei ada dua macam: Bawang prei air dan bawang prei Damaskus. Jenis bawang prei air adalah sejenis sayuran yang biasa dihidangkan bersama makanan di meja makan. Adapun jenis bawang prei Damaskus adalah yang memiliki kepala. Sifatnya panas dan bisa membikin pusing. Kalau dimasak dan dimakan atau diminum airnya, berkhasiat mengatasi ambeien dingin. Kalau bijinya ditumbuk dan diadon dengan sirup, lalu dioleskan di gigi geraham yang berulat, akan bisa mengobati dan mengeluarkan ulat tersebut, bahkan juga meredakan sakit yang timbul karenanya. Kalau uap bijinya diarahkan ke bagian dubur, bisa meringankan ambeien. Itu semua adalah manfaat dari bawang prei air. Di samping daun ini juga bisa merusak gigi dan gusi, membuat pusing dan menimbulkan mimpi buruk, mengurangi penglihatan, menimbulkan aroma tidak sedap, namun di sisi lain bisa memperlancar air seni, menghilangkan bau mulut, meningkatkan stamina, meski agak sulit dicerna.

 

  1. LAHM (DAGING)

Allah  berfirman:

 

“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (Ath-Thuur: 22)

 

Allah  juga berfirman:

 

“Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (Al-Waaqiah: 21)

 

Dalam Sunan Ibnu Majah dari hadits Abu Darda diriwayatkan dari Rasulullah  bahwa beliau bersabda:

 

“Rajanya makanan penduduk dunia dan penduduk Surga adalah daging.”

 

Sementara dari hadits Buraidah secara (marfu’) disebutkan, “Sebaik-baiknya lauk di dunia dan di akhirat adalah daging.”

 

Dalam Ash-Shahih diriwayatkan, “Keutamaan Aisyah dibandingkan seluruh wanita seperti keutamaan tsaried dibandingkan dengan seluruh jenis makanan.”

 

Tsaried adalah roti dan daging. Seorang penyair menyatakan:

 

“Saat kita menyantap roti dengan daging, maka Itu adalah amanah dari Allah, itulah tsaried.”

 

Az-Zuhri menyatakan, “Memakan daging dapat menambah stamina menjadi tujuh puluh kali lipat.” Muhammad bin Wasie’ menandaskan, “Daging dapat meningkatkan daya lihat.” Bahkan diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib  bahwa beliau berkata, “Makanlah daging, karena daging dapat membersihkan warna kulit, mengecilkan perut dan memperindah tubuh.”

 

Nafi berkata, “Apabila datang Ramadhan, Ibnu Umar tidak pernah meninggalkan daging. Kalau ia bepergian, juga tidak pernah lupa membawa daging.” Diriwayatkan juga dari Ali bahwa beliau berkata, “Barangsiapa meninggalkan makan daging selama empat puluh hari” akhlaknya akan berubah buruk.”

 

Adapun hadits Aisyah  yang diriwayatkan oleh Abu Daud secara marfu’ adalah sebagai berikut:

 

“Janganlah memotong daging dengan pisau, karena itu adalah kebiasaan orang-orang Ajam, Gigit saja, itu lebih enak dan lebih memuaskan.”

 

Riwayat ini ditolak oleh Imam Ahmad dengan landasan sebuah hadits shahih dari Rasulullah  bahwa beliau juga memotong daging dengan pisau, yakni dalam dua buah hadits yang telah dijelaskan sebelumnya”,

 

Daging sendiri bermacam-macam. Masing-masing berbeda-beda tergantung asal dan karakternya. Akan kami jelaskan hukum masingmasing jenis, sifat, manfaat dan bahayanya.

 

* Daging Domba

Sifatnya panas pada tingkatan kedua, namun lembab pada tingkatan pertama. Yang terbaik adalah yang sudah berusia satu tahun. Berfungsi menambah darah bersih yang memperkuat tubuh”? bagi orang yang pencernaannya baik. Bisa juga berfunasi memperbaiki metabolisme dingin dan stabil, juga bagi penggemar olahraga berat di berbagai tempat dan di berbagai musim yang dingin. Berguna juga bagi mereka yang kelebihan enzim, selain menguatkan daya ingat dan daya hapal. Namun daging domba yang sudah tua dan lemah tidak sehat. Demikian juga daging domba betina.

 

Yang terbaik adalah domba jantan yang berwarna hitam. Lebih ringan, tetapi lebih lezat dan lebih berkhasiat. Yang sudah dikebiri lebih baik lagi. Yang berwarna merah dan gemuk lebih ringan di perut, lebih bergizi. Sementara kambing biasa lebih sedikit gizinya, selain juga mengapung dalam lambung.

 

Daging terbaik adalah yang terjauh dari tulang. Bagian kanan lebih lunak dan lebih baik kualitasnya untuk lambung dibandingkan dengan bagian kiri. Bagian depan lebih baik dari bagian belakang. Bagian dari kambing yang paling disukai oleh Rasulullah adalah bagian depannya, juga seluruh bagian atas selain kepala, karena sifatnya lebih ringan dan lebih baik kualitasnya dari bagian bawah. Al-Farzdag pernah memberikan daging kepada seorang lelaki yang membeli daging. “Ambil bagian depannya. dan jauhilah bagi dirimu bagian kepala dan perut, karena penyakit terdapat pada keduanya.”

 

Daging leher juga lezat dan baik. mudah sekali dicerna dan cukup ringan. Daging lengan lebih ringan dan lebih lezat, lebih lembut dan lebih terbebas dari kotoran, di samping juga paling cepat dicerna. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah $& amat tertarik dengan daging bagian paha.”

 

Daging punggung amatlah bergizi. bisa menambah darah bersih. Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan secara martu’, “Daging terbaik adalah daging punggung.”

 

Daging kambing bandot bersifat kurang panas dan agak kering. Tetelannya tidak baik dan kurang baik pula untuk pencernaan, selain gizinya juga rendah. Sementara kambing betina justru jelek, amat kering. sulit dicerna dan bisa menghasilkan tetelan kehitaman.

 

Al-Jahizh menyatakan””: Salah seorang dokter terkemuka

 

berkata kepadaku, “Hai Abu Utsman, hendaknya engkau berhati-hati memakan daging kambing jantan. Karena daging itu bisa menyebabkan — kemurungan, mempergolak unsur hitam, menimbulkan penyakit lupa, merusak darah dan-demi Allah-ia juga dapat merusak keturunan.”

 

Sebagian kalangan medis menyatakan. “Yang tidak baik dari jenis kambing jantan adalah yang sudah berumur, terutama yang sudah lebih dari dua tahun. Namun tidak berbahaya bagi yang sudah terbiasa memakannya.” Galenius menganggap kambing berumur satu tahun itu sebagai makanan yang stabil dan mampu menstabilkan enzim dalam perut yang baik untuk pencernaan. Kambing betina lebih baik daripada yang jantan. Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam Sunan-nya dari Nabi .: bahwa beliau bersabda:

 

“Rawatlah kambing jantan itu baik-baik dan jauhkan dia dari gangguan binatang lain, karena kambing jantan itu adalah hewan Surga.”

 

Namun keabsahan hadits ini masih dipertanyakan.

 

Kalangan medis menjustifikasikan kambing jenis ini termasuk berbahaya. Namun itu adalah justifikasi yang bersifat spesifik. tidak bersifat umum, yakni hanya untuk lambung yang lemah dan pencernaan yang kurang baik, juga yang belum terbiasa mengonsumsi makanan berserat. Mereka itu adalah kalangan borjuis dari para penduduk perkotaan, mereka tentu saja minoritas dari masyarakat yang ada.

 

* Daging Kambing Muda

Sifatnya nyaris stabil, terutama sekali bila masih menyusu, dan bukan yang baru saja lahir. Dagingnya mudah dicerna karena mengandung energi susu, bisa mengencerkan kotoran, amat sesuai dengan kebanyakan orang pada kondisi secara umum. Lebih lembut dibandingkan dengan daging unta. Darah yang dihasilkan oleh daging inipun bersifat netral.

 

* Daging Sapi

Sifatnya dingin dan kering, sulit dicerna, amat sulit turun ke lambung. menambah darah hitam. namun hanya baik bagi orang yang kelelahan atau terlalu capek. Terlalu banyak mengonsumsi daging sapi bisa menyebabkan penyakit karena unsur hitam, seperti panu, kudis. gatal-gatal” bahkan lepra. penyakit gajah, kanker, dan was was, demam serta berbagai pembengkakan. Itu bagi orang yang belum terbiasa atau tidak mampu mengantisipasi bahayanya dengan merica misalnya. atau dengan bawang putih, jahe dan sejenisnya. Yang jantan lebih dingin, sementara yang betina lebih kering.

 

Daging anak sapi. terutama sekali yang gemuk, termasuk daging paling bergizi dan paling baik. paling lezat dan paling berkhasiat. Sifatnya memang panas dan lembab. Kalau tercerna dengan baik, bisa memberi suntikan gizi yang baik sekali.

 

* Daging Kuda

Diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih dari Asma  bahwa ia menceritakan, “Kami pernah menyembelih seekor kuda pada masa hidup Rasulullah . lalu memakannya.” Diriwayatkan juga dengan shahih bahwa Rasulullah  mengizinkan memakan

 

daging kuda. namun melarang memakan daging keledai.” Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam Ash-Shahihain.

 

Sementara hadits Migdam bin Ma’dikarib tidaklah shahih bahwa Rasulullah  melarang memakan daging kuda. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan yang lainnya dari kalangan Ahli Hadits. Bila daging kuda disebutkan secara bersamaan dengan daging bighal, keledai bukan berarti hukum dagingnya semuanya sama dalam segala sisi. Hukumnya berkaitan dengan saham dalam harta rampasan juga tidak sama. Allah seringkali menyebutkan secara berbarengan beberapa hal yang serupa, atau beberapa hal yang berlainan bahkan beberapa hal yang bertentangan. Firman Allah, agar kalian mengendarainya,” bukanlah berarti hewan itu dilarang untuk dimakan. Sebagaimana ayat itu tidaklah melarang kuda untuk digunakan selain untuk dikendarai, yakni bila dimanfaatkan untuk keperluan lain. Nash itu menegaskan manfaat kuda yang paling kentara. yakni untuk dikendarai. Dua hadits yang menegaskan halalnya daging kuda adalah shahih, tidak ada hadits lain yang bertentangan dengan kedua hadits tersebut.

 

Demikianlah. Daging kuda bersifat panas dan kering, tebal dan agak hitam, berbahaya dan tidak cocok untuk badan yang halus. 

 

* Daging Unta

Perbedaan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah seperti juga salah satu perbedaan antara kaum Yahudi dengan kaum Muslimin adalah bahwa baik Yahudi maupun Rafidhah sama-sama mencela unta dan tidak mau memakannya. Padahal sudah dimaklumi secara aksiomatik dalam agama Islam bahwa unta itu halal. Rasulullah – dan para sahabat beliau pernah memakannya dalam waktu lama, pada saat bepergian dan pada saat tidak bepergian.

 

Daging anak unta termasuk daging paling enak dan paling berkhasiat, bahkan juga paling banyak gizinya, tentunya bagi yang sudah terbiasa memakannya. Sama halnya dengan daging domba. Sama sekali tidak berbahaya dan tidak menyebabkan penyakit apapun. Hanya saja kalangan medis menganggapnya tidak baik bagi mereka yang terbiasa hidup mewah, yakni para penduduk kota yang tidak terbiasa makan daging unta. Karena unta mengandung unsur kering dan panas, bisa menambah darah hitam, di samping juga agak sulit dicerna.

 

Unta mengandung energi yang kurang baik. Oleh sebab itu Rasulullah menyuruh kita berwudhu setelah memakan daging unta dalam dua buah hadits shahih, tidak ada hadits yang bertentangan dengan kedua hadits itu. Dan juga tidak benar apabila berwudhu di situ ditakwilkan dengan ‘membasuh tangan”. Karena itu bertentangan dengan istilah yang baku tentang wudhu menurut sabda Rasulullah , karena Rasululllah juga membedakan antara daging unta dengan daging kambing. Bila memakan daging kambing, boleh berwudhu, boleh juga tidak, silakan pilih. Sementara bila memakan daging unta, wajib berwudhu. Kalau berwudhu di sini ditafsirkan sebagai “membasuh tangan’, maka demikian juga tentu tafsir dari sabda Nabi :

 

“Barangsiapa menyentuh kemaluannya, hendaknya ia berwudhu.” Selain itu, memakan daging unta tidak selamanya menggunakan tangan, misalnya bila disuapi. Kalau masih juga harus membasuh tangan, tentunya itu hanya perbuatan sia-sia, sama artinya juga dengan menafsirkan sabda Nabi  tidak sebagaimana pengertiannya yang wajar dan sesuai kebiasaan!

 

Juga tidak benar bila kedua hadits di atas dikonfrontasikan dengan hadits. “Akhir dari dua kebiasaan Rasulullah adalah tidak lagi berwudhu usai menyantap daging yang dimasak dengan api.” Hal itu berdasarkan beberapa hal:

 

Pertama: Karena hadits ini bersifat umum, sementara perintah berwudhu setelah memakan daging unta bersifat khusus.

 

Kedua: Bahwa sasarannya memang berbeda. Perintah berwudhu itu berkaitan dengan memakan daging unta, baik yang masih mentah atau yang sudah dimasak bahkan yang sudah dibuat dendeng sekalipun. Jadi keberadaannya yang sudah tersentuh api tidak membawa pengaruh apa-apa. Adapun tidak berwudhu setelah menyantap daging yang sudah dimasak dengan api. jelas mengandung penjelasan bahwa sentuhan api bukanlah faktor yang mengharuskan berwudhu. Maka mana hubungan antara keduanya? Kasus pertama mengandung faktor yang mengharuskan berwudhu, yakni memakan daging unta. sementara kasus kedua justru meniadakan faktor penyebab wudhu, yakni keberadaan daging yang sudah dimasak dengan api. Antara keduanya tidak kontradiksi pada sisi manapun.

 

Ketiga: Hadits itu tidak mengandung pembicaraan dengan lafal umum dari Allah yang menentukan syariat, namun hanya memberitakan tentang kejadian dua macam perbuatan, yang pertama dilakukan terlebih dahulu dari yang lain, sebagaimana itu sudah dijelaskan dalam hadits itu sendiri, “Mereka menghidangkan daging kepada Nabi £, lalu beliau memakannya. Lalu datanglah waktu shalat, lalu beliau berwudhu dan shalat. kemudian mereka menghidangkan kembali daging itu kepada Rasulullah, lalu beliau memakannya. Baru kemudian beliau shalat tanpa berwudhu lagi. Jadi yang terakhir beliau lakukan adalah: tidak berwudhu lagi setelah memakan daging yang sudah dimasak dengan api.”

 

Demikianlah disebutkan dalam hadits, namun perawi hadits menyebutkannya secara ringkas, untuk mengambil bagiannya sebagai dalil saja. Maka bagaimana mungkin hadits ini dijadikan sebagai dalil yang me-mansukh-kan perintah berwudhu? Kalaupun memang dalil benar merupakan dalil umum yang bersifat umum dan terakhir kali diriwayatkan, tetap tidak akan sah dijadikan sebagai dalil yang me-mansukh-kan. Dalil yang bersifat khusus harus tetap didahulukan. Itu suatu hal yang sudah amat gamblang.

 

* Daging Biawak Padang Pasir

Sebelumnya telah disebutkan hadits yang menghalalkannya, Sifat daging biawak ini panas dan kering, bisa meningkatkan gairah seks.

 

* Daging Kijang

Kijang adalah binatang buruan yang terbaik, paling enak dagingnya, sifatnya panas dan kering. Ada yang mengatakan sifatnya sangat netral. bermanfaat bagi tubuh yang stabil dan sehat. Anak kijang adalah yang terbaik dari binatang ini.

 

* Daging Rusa

Sifat daging ini panas dan kering pada tingkatan pertama. mengeringkan tubuh, amat cocok untuk tubuh yang cenderung lembab. Penulis Al-Qanun menandaskan, “Di antara binatang liar yang terbaik dagingnya adalah rusa. meskipun cenderung kehitaman.

 

* Daging Kelinci

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan, “Kami pernah kehilangan kelinci, akhirnya kami kirim orang untuk mencarinya kembali sampai berhasil kami tangkap. Abu Thalhah mengirimkan bagian pinggul kelinci itu yang telah dimasak. lalu beliau  menerimanya.”

 

Daging kelinci bersifat cenderung panas dan kering. Yang terbaik adalah bagian pinggulnya. Yang terbaik”” pula apabila dipanggang. bisa memperkuat otot perut, memperlancar buang air kecil, dan menghancurkan batu ginjal. Bila dimakan kepalanya, bisa membantu mengatasi kedinginan.

 

* Daging Keledai Liar

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Watadah , bahwa mereka pernah bersama Rasulullah dalam salah satu perjalanan umrah. Rasulullah  berburu keledai liar. Lalu beliau memerintahkan mereka memakannya, padahal mereka sedang berihram. Hanya saja Abu Qatadah sendiri tidak sedang berihram.”

 

Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari Jabir bahwa ia menceritakan, “Kami pernah makan kuda dan keledai liar pada peperangan Khaibar.” Dagingnya bersifat kering dan panas, banyak mengandung gizi, bisa menambah darah kental dan merah, hanya saja lemaknya bisa berkhasiat juga bila dicampur dengan minyak kayu cendana untuk mengobati sakit gigi, angin duduk serta angin yang mengganggu ginjal. Lemaknya justru baik untuk mengatasi penyakit kulit bila dilumurkan. Secara umum, daging binatang liar seluruhnya dapat menambah darah. Yang terbaik adalah kijang, baru kemudian kelinci.

 

* Daging Janin Ternak

Daging ini tidak bagus. karena banyak darah mengendap di situ. Namun hukumnya tidak haram. karena Nabi  bersabda, “Sembelihan janin sudah termasuk dalam sembelihan induknya.”

 

Kalangan penduduk Irag menolak makan daging ini. kecuali kalau memang didapatkan dalam keadaan hidup, disembelih terlebih dahulu. Mereka menakwilkan hadits di atas bahwa yang dimaksud dari hadits di atas yakni menyembelihnya sebagaimana sembelihan yang dilakukan terhadap ibunya. Mereka berkata: Hadits di atas merupakan hujjah atas keharamannya.

 

Itu adalah alasan yang rusak. Karena awal hadits itu adalah bahwa para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah! Kami menyembelih seekor kambing. tiba-tiba kami mendapatkan janin dalam perutnya, apakah kami boleh memakannya?” Rasulullah  menjawab, “Makanlah kalau kalian mau. Karena sembelihan janin sudah termasuk dalam sembelihan induknya.”

 

Demikian juga bahwa metode qiyas membawa konsekuensi bahwa janin itu halal, selama ia ada dalam kandungan, karena ia adalah bagian dari induknya, maka sembelihan pada sang induk berlaku untuk seluruh bagian tubuhnya. Itulah yang diisyaratkan oleh Rasulullah  dengan sabdanya. “ sembelihan janin sudah termasuk dalam sembelihan induknya.” Sebagaimana sembelihan sang induk berlaku untuk seluruh organ tubuhnya. Kalaupun tidak ada sunnah yang tegas, qiyas yang shahih sudah cukup untuk menetapkan kehalalannya. Semoga Allah memberikan taufik-Nya.

 

harus tetap didahulukan. Itu suatu hal yang sudah amat gamblang.

 

*Daging Biawak Padang Pasir

Sebelumnya telah disebutkan hadits yang menghalalkannya, Sifat daging biawak ini panas dan kering, bisa meningkatkan gairah seks.

 

* Daging Kijang

Kijang adalah binatang buruan yang terbaik, paling enak dagingnya, sifatnya panas dan kering. Ada yang mengatakan sifatnya sangat netral. bermanfaat bagi tubuh yang stabil dan sehat. Anak kijang adalah yang terbaik dari binatang ini.

 

* Daging Rusa

Sifat daging ini panas dan kering pada tingkatan pertama. mengeringkan tubuh, amat cocok untuk tubuh yang cenderung lembab. Penulis Al-Qanun menandaskan, “Di antara binatang liar yang terbaik dagingnya adalah rusa, meskipun cenderung kehitaman.

 

* Daging Kelinci

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik bahwa ia menceritakan, “Kami pernah kehilangan kelinci, akhirnya kami kirim orang untuk mencarinya kembali sampai berhasil kami tangkap. Abu Thalhah mengirimkan bagian pinggul kelinci itu yang telah dimasak. lalu beliau  menerimanya.”

 

Daging kelinci bersifat cenderung panas dan kering. Yang terbaik adalah bagian pinggulnya. Yang terbaik pula apabila dipanggang, bisa memperkuat otot perut, memperlancar buang air kecil, dan menghancurkan batu ginjal. Bila dimakan kepalanya, bisa membantu mengatasi kedinginan.

 

* Daging Keledai Liar

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Watadah , bahwa mereka pernah bersama Rasulullah dalam salah satu perjalanan umrah. Rasulullah  berburu keledai liar. Lalu beliau memerintahkan mereka memakannya, padahal mereka sedang berihram. Hanya saja Abu Qatadah sendiri

 

* Daging Dendeng

Dalam As-Sunan disebutkan hadits Bilal bahwa ia menceritakan, “Kami pernah menyembelih seekor kambing bersama Rasulullah . Saat itu kami sedang bepergian. Beliau berkata, “Awetkan dagingnya.” Aku terus saja menyantap daging tersebut hingga sampai di Al-Madinah.”

 

Dendeng termasuk makanan awetan terbaik, bisa menguatkan tubuh tapi juga bisa menimbulkan gatal. Untuk mengatasi efek sampingnya adalah abazir yang dingin dan lembab. Dendeng juga bisa memperbaiki sistem metabolisme yang panas. Makanan awetan memang bersifat panas, kering, dan garing. Baik bila dicampur dengan minyak samin, berbahaya karena bisa menimbulkan mencret, namun bisa diatasi dengan cara memasaknya dengan susu dan minyak. Bisa berkhasiat memperbaiki sistem metabolisme panas dan lembab.

 

  1. DAGING BURUNG

Allah  berfirman:

 

“Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (Al-Qaadiah: 21)

 

Sementara dalam Musnad Al-Bazzar disebutkan secara marfu :

 

“Nanti di Surga kalian akan melihat burung lalu timbullah selera kalian. Saat itu juga burung itu sudah menukik ke bawah dan terhidang dalam keadaan sudah terpanggang di hadapan kalian.”

 

Daging burung ada yang halal dan ada pula yang haram. Yang haram adalah yang memiliki cakar penyambar mangsa seperti elang, garuda, rajawali, dan sejenisnya. Demikian juga burung yang memakan bangkai, seperti burung nasar, heriang, bangau, burung magpie, gagak hitam, dan sejenisnya. Demikian juga burung yang dilarang dibunuh, seperti burung Hud-hud dan Suradi. Di samping burung yang harus dibunuh, seperti burung bangkai dan burung gagak sendiri. Burung yang halal sendiri ada bermacam-macam, di antaranya ayam.

 

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari hadits Abu Musa bahwa Nabi  pernah makan daging ayam betina.

 

Sifat daging unggas atau burung ini panas dan lembab pada tingkatan pertama, ringan di lambung, mudah dicerna, bagus untuk pencernaan, menambah sumsum dan hormon. menjernihkan suara, memperbagus warna kulit, memperkuat intelejensi, menambah darah segar. Sifatnya cenderung lembab. Ada yang berpendapat bahwa terlalu sering mengonsumsi ayam bisa menyebabkan encok. Namun itu tidak terbukti.

 

Daging ayam jantan lebih panas komposisinya, namun agak kurang lembab. Yang lebih tua umurnya berkhasiat mengobati mencret, asma, angin duduk, bila dimasak dengan bunga saf (Safflover), (kayu manis), pellicle. Daging ayam jantan yang sudah dikebir? amat tinggi gizinya, mudah dicerna. Jenis ayam broiler lebih mudah lagi dicerna, bisa memperlunak kotoran. Darah yang dihasilkan oleh daging ini juga amat lembut dan baik.

 

* Daging Duraj

Sifatnya panas dan kering pada tingkatan kedua, amat ringan, mudah dicerna, menghasilkan darah netral, namun terlalu banyak mengonsumsi daging ini bisa melemahkan penglihatan.

 

* Daging Puyuh

Khasiatnya bisa menambah darah dan mudah dicerna.

 

* Daging Angsa

Panas dan kering, miskin gizi. tidak baik kecuali bagi yang sudah terbiasa. Namun ampasnya tidak banyak.

 

* Daging Bebek

Sifatnya panas dan kering, sedikit nilai gizinya, kaya serat, namun susah dicerna, tidak baik untuk lambung.

 

* Daging Kalkun

Dalam As-Sunan diriwayatkan dari hadits Burayah bin Umar bin Safinah, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa ia menceritakan,

 

“Aku pernah memakan daging kalkun bersama Rasulullah .”

 

Sifatnya panas dan kering, agak sulit dicerna, namun berkhasiat untuk penggemar olahraga dan orang yang kecapekan.

 

* Daging Camar

Sifatnya kering dan enteng. Mengenai panas atau dinginnya. masih diperdebatkan. Bisa menambah darah hitam, cocok untuk orang yang kelelahan atau pekerja berat. Setelah disembelih, sebaiknya dibiarkan hingga sehari atau dua hari, kemudian baru dimakan.

 

* Daging Anak Burung Bluefish/Ikan Biru

Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam Sunan-nya dari hadits Abdullah bin Umar  bahwa Nabi  bersabda: “Barangsiapa yang membunuh meski hanya seekor anak burung atau yang lebih kecil dari itu tanpa hak, maka ia pasti akan ditanya oleh Allah.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa haknya?” Beliau menjawab, “Haknya adalah hendaknya kalian menyembelihnya dan memakannya. Jangan kalian potong kepalanya, lalu kalian buang.” 

 

Dalam Sunan-nya disebutkan juga dari Amru bin Asy-Syuraid. dari ayahnya bahwa ia menceritakan: Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa membunuh anak burung untuk bermain-main saja, maka sang burung akan menghadap Allah dan berkata, “Sesungguhnya si Fulan telah membunuh saya untuk bermain-main saja, bukan untuk keperluan tertentu.” “

 

Dagingnya panas dan kering, bisa memperkeras kotoran, menambah stamina. Kuahnya justru bisa melunakkan kotoran, berkhasiat memperkuat sendi tulang. Kalau dimakan dengan menggunakan jahe dan bawang merah, bisa memperkuat gairah syahwat. Namun tetelannya tidak baik.

 

* Daging Merpati

Sifatnya panas dan lembab. Merpati liar lebih kurang lembabnya. Namun anak burung merpati justru lebih lembab, terutama sekali yang dipelihara dalam kandang. Burung merpati yang baru besar lebih ringan dagingnya. lebih baik gizinya. Daging merpati jantan bahkan mengandung obat untuk mengatasi Anestesia (kehilangan iritabilita/kepekaan), stroke dan kedinginan. Demikian juga sekadar menghirup napas burung ini sudah berkhasiat. Khusus anak burung merpati, berkhasiat juga untuk kaum wanita, baik untuk ginjal dan menambah darah.

 

Diriwayatkan dalam hal yang sama sebuah hadits batil yang tidak ada asalnya dari Rasulullah  bahwa ada seorang lelaki yang datang mengadu kepada beliau bahwa dia kesepian. Rasulullah  bersabda, “Cari saja sepasang merpati.” Hadits terbaik dalam masalah ini adalah bahwa Rasulullah  pernah melihat seorang lelaki mengikuti seekor burung merpati. Beliau bersabda, “Setan laki-laki mengikuti setan perempuan.”

 

Utsman bin Affan sendiri dalam khutbahnya pernah memerintahkan membunuh sekawanan anjing dan menyembelih burung merpati.

 

* Burung Seriti

Sifatnya panas dan kering. bisa menghasilkan unsur hitam pada darah, mempersulit buang air besar. Daging ini termasuk yang paling rendah gizinya. Hanya saja memang berkhasiat mengobati penyakit busung lapar.

 

* Daging Sumana (sejenis burung kalkun)

Sifatnya panas dan kering, berkhasiat memperbaiki persendian, namun berbahaya bagi lever panas. Untuk mengatasi bahayanya bisa dikonsumsi cuka buah dan ketumbar. Unggas yang berasal dari daerah lumpur atau tempat-tempat jorok sebaiknya dihindari.

 

Daging-daging unggas memang lebih mudah dicerna disbandingkan dengan jenis binatang lain. Namun bagian yang semakin mudah dicerna, berarti semakin sedikit kandungan gizinya, seperti leher dan sayap. Otak unggas lebih baik daripada otak binatang ternak lain.

 

* Daging Belalang

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin Abu Awfa bahwa ia menceritakan:

 

“Kami pernah berperang bersama Rasulullah  dalam tujuh event peperangan, dimana kami menyantap daging belalang.”

 

Sementara dalam Musnad Ahmad disebutkan:

 

“Dihalalkan dua macam bangkai dan dua macam darah kepada kami. Bangkai ikan dan bangkai belalang. hati dan limpa.”

 

Hadits ini diriwayatkan secara marfu’ dan mauquf dari Ibnu Umar .

 

Sifat daging belalang itu kering dan panas, sedikit nilai gizinya. Terlalu banyak makan daging belalang menyebabkan kurus. Bila dibakar untuk pengharum ruangan, bisa berkhasiat mempermudah buang air kecil atau mengobati penyakit buang air tidak tuntas, terutama bagi kaum wanita. Bisa juga digunakan untuk mengobati ambeien. Belalang yang gemuk (yang tidak memiliki sayap) bila dibakar dan dimakan bisa berkhasiat mengobati terhadap sengatan kalajengking. Namun amat berbahaya untuk orang yang punya penyakit sawan (Epilepsi) atau punya pencernaan yang kurang baik.

 

Berkenaan dengan dimubahkannya bangkai belalang bila mati tanpa sebab tertentu, ada dua pendapat: Mayoritas“ ulama menghalalkannya. Namun Imam Malik mengharamkannya. Tidak ada perbedaan pendapat tentang dibolehkannya belalang bila mati karena sebab tertentu, seperti karena terjepit. terbakar dan sejenisnya. Sebaiknya memakan daging tidak terus menerus, karena bisa menyebabkan penyakit darah tinggi, kegemukan atau demam berat. Umar bin Al-Khatthab menyebutkan, “Hati-hatilah memakan daging. Daging bisa berbahaya seperti halnya minuman keras. Allah tidak menyukai penghuni rumah yang penuh dengan daging.”

 

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al-Muwaththa. Hippocrates menyebutkan, “Janganlah kalian jadikan perut kalian sebagai kuburan binatang-binatang.”

 

  1. LABAN (SUSU)

Allah  berfirman:

 

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (An-Nahl: 66)

 

Berkenaan dengan Surga, Allah berfirman:

 

“Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tiada berubah rasanya …” (Muhammad: 15)

 

Dalam As-Sunan diriwayatkan secara marfu :

 

“Barangsiapa diberikan oleh Allah makanan, hendaknya ia mengucapkan, “Ya Allah, berikanlah keberkahan bagi kami dalam makanan ini dan berikanlah kepada kami rizki yang lebih baik darinya.”

 

Sementara barangsiapa yang diberikan oleh Allah rizki minuman, hendaknya ia berkata:

 

“Ya Allah, berikanlah keberkahan bagi kami dalam minuman ini, dan tambahkanlah yang lebih dari ini.” Aku tidak mengetahui ada sesuatu yang bisa menggantikan posisi makanan sekaligus minuman, kecuali susu.” 

 

Susu meskipun secara kongkrit amatlah sederhana, tetapi sebenarnya secara mendasar merupakan komposisi alami dari tiga jenis unsur: unsur biologis, unsur minyak. dan unsur air. Unsur biologis pada susu bersifat dingin dan lembab. memberikan suntikan gizi pada tubuh. Sementara unsur minyak atau lemaknya bersifat netral antara panas dan lembab”?’, cocok untuk tubuh manusia yang sehat. banyak mengandung khasiat. Unsur airnya bersifat panas dan lembab, bisa memudahkan buang air besar, melembabkan tubuh. Secara umum, susu itu lebih dingin dan lebih lembab dari sekadar netral. Ada yang berpendapat bahwa energinya saat diperah adalah panas dan lembab. Ada juga yang berpendapat bahwa sifatnya adalah netral antara panas dan dingin. Susu yang terbaik adalah yang baru diperah. Setelah itu kualitasnya akan terus menurun dalam beberapa jam. Saat baru diperah. susu itu bersifat lebih dingin dan lebih lembab. Sementara susu yang sudah diasamkan adalah sebaliknya. Susu menjadi pilihan utama untuk wanita yang baru melahirkan selama empat puluh hari. Yang terbaik adalah yang paling putih, yang wangi, dan lezat rasanya, yang mengandung sedikit rasa manis dan tingkat lemaknya yang seimbang. kadar kekentalannya juga stabil. diperah dari hewan yang masih muda dan sehat, tidak terlalu gemuk. digembalakan di tempat yang baik rumput serta airnya”?. Susu seperti itu dapat menghasilkan darah segar yang baik, melembabkan tubuh yang kering, memberi suntikan gizi yang baik pula, membebaskan seseorang dari rasa murung. waswas dan berbagai penyakit karena unsur hitam dalam tubuh. Bila diminum dengan madu, bisa membersihkan luka dalam dari berbagai materi busuk. Bila diminum dengan gula, bisa memperbagus warna kulit.

 

Susu dapat memperbaiki ion tubuh setelah berhubungan intim, cocok sekali untuk orang yang berpenyakit dada dan paru-paru, baik untuk mereka yang mengidap TBC, namun kurang baik untuk kepala, lambung, lever, dan limpa. Bila terlalu banyak diminum bisa merusak gigi dan gusi. Oleh sebab itu, setelah minum susu sebaiknya berkumurkumur dengan air. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi  biasa meminum susu, kemudian meminta diambilkan air untuk berkumur-kumur. Beliau berkata, “Susu itu mengandung lemak.” Susu tidak baik bagi orang yang sedang terserang demam dan pusing, berbahaya bagi otak dan kepala yang lemah. Terlalu banyak minum susu bisa mengakibatkan pandangan menjadi gelap dan bisa menyebabkan rabun senja, sakit pada pesendian, penyumbatan lever, menyebabkan masuk angin pada bagian lambung dan usus. Cara mengatasinya adalah dicampur dengan madu dan jahe yang sudah dibuat semacam selai dan sejenisnya. Itu semua berlaku bagi yang belum terbiasa.  Susu Domba

 

Susu domba termasuk jenis susu yang paling kental dan lembab. Susu ini mengandung lemak dan protein, lebih dari yang dimiliki oleh kambing dan sapi. Namun di samping itu bisa menyebabkan dahak dan ampas serat. bisa menyebabkan panu bila terlalu sering dikonsumsi. Oleh sebab itu sebaiknya diminum? dengan campuran air agar tubuh tidak terlalu berat menerimanya, selain juga lebih mudah menghilangkan dahaga serta lebih mampu mendinginkan badan.

 

* Susu Kambing

Sifatnya lembut dan netral, bisa melemaskan otot perut, melembabkan tubuh yang kering. berguna juga mengobati luka tenggorokan, batuk kering dan pendarahan.

 

Susu secara umum adalah minuman berkhasiat untuk tubuh manusia, karena mengandung unsur gizi dan darah, karena manusia juga sudah terbiasa mengonsumsi susu pada masa kanak-kanak, di samping itu juga cocok dengan kebutuhan fitrah secara alami. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah  suatu malam saat diberangkatkan untuk Isra beliau dihidangkan secawan susu dan secawan arak. beliau memandang dua minuman itu, kemudian mengambil cawan yang berisi susu. dibril berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan dirimu kepada fitrah. Seandainya tadi engkau mengambil cawan berisi arak, umatmu pasti akan tersesat.”

 

Susu kambing yang diasamkan (Yoghurt) agak sulit masuk ke lambung, padat komposisinya, namun lambung yang panas akan mudah mencerna dan mengambil khasiat darinya.

 

* Susu Sapi

Susu sapi berkhasiat menambah gizi dan menyuburkan badan, bisa juga mengendorkan otot perut secara stabil. Jenis susu ini termasuk yang paling stabil bahkan yang terbaik. dibandingkan dengan susu kambing dan domba: yakni dalam kandungan lemak dan kadar kekentalannya.

 

Dalam As-Sunan dari hadits Abdullah bin Mas’ud diriwayatkan secara marfu’, “Hendaknya kalian mengonsumsi susu sapi, karena sapi itu memakan”” daun dari setiap pohon.”

 

* Susu Unta

Telah disebutkan sebelumnya pada awal pembahasan buku ini Di situ juga telah dipaparkan berbagai khasiat susu unta, sehingga tidak perlu diulang lagi di sini.

 

* Luban/Olibamun/frankincense

Disebut juga kundur, Diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau  bersabda, “Harumkan rumah kalian dengan Luban/olibanum dan bunga lawang.” Riwayat ini tidak shahih.

 

Akan tetapi diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah berkata kepada seorang lelaki yang mengeluh karena banyak lupa. “Hendaknya engkau mengonsumsi luban. Karena minuman ini bisa menyemangatkan hati dan menghilangkan penyakit lupa.”

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa beliau mengatakan bahwasanya meminum luban dicampur dengan gula lalu langsung ditelan, akan berkhasiat memperlancar air seni dan menghilangkan penyakit lupa.”

 

Sementara dari Anas diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki mengeluh kepadanya karena terserang penyakit lupa. Beliau berkata, “Hendaknya kalian mengonsumsi luban. Genangkanlah pada waktu malam. ketika pagi, ambil saja satu sendok kemudian diminum, niscaya berguna mengatasi penyakit lupa.”

 

Faktor penyebabnya adalah alami dan jelas sekali. Karena penyakit lupa bisa jadi karena sistem metabolisme dingin dan lembab yang secara tiba-tiba menyalah sehingga mendominasi otak. Akibatnya, otak tidak mampu lagi menyimpan data. Untuk penyakit ini. luban amat berkhasiat. Adapun kalau penyakit lupa itu disebabkan oleh faktor luar, mungkin disingkirkan secara cepat dengan mengonsumsi makanan-makanan basah. Perbedaan antara keduanya adalah unsur kering menyebabkan orang selalu terjaga dan mengingat hal-hal yang telah lalu. namun melupakan hal yang sedang terjadi. Sementara unsur lembab adalah sebaliknya.

 

Banyak hal yang secara spesifik bisa menimbulkan penyakit lupa, seperti pembekaman pada tengah bagian belakang kepala, terbiasa makan ketumbar basah atau apel masam, sering merasa murung dan sedih, memandangi air yang tidak mengalir dalam waktu lama atau kencing dalam air tersebut, memandangi tiang salib, terlalu banyak membaca papan-papan pengumuman. reklame atau tulisan di nisan kuburan. berjalan antara dua ekor unta yang basah tubuhnya, melemparkan kutu ke dalam kolam??, memakan sisa makanan tikus. Kebanyakan dari hal tersebut dapat diketahui melalui pengalaman dan eksperimen.

 

Artinya, bahwa luban itu berfungsi menghangatkan tubuh pada tingkatan kedua, dan mengandung unsur pengering pada tingkatan pertama. Ada juga unsur penyedotnya sedikit. Di samping itu, uban juga banyak khasiatnya. sedikit bahayanya. Di antara khasiatnya bahwa luban amat berkhasiat menghentikan pendarahan dan membersihkannya, mengatasi sakit perut dan mules, membantu pencernaan, mengusir angin, mengobati sakit mata, menumbuhkan daging pada bekas luka, memperkuat lambung yang lemah dan menghangatkannya, mengeringkan dahak serta membersihkan lendir pada dada, memperjelas penglihatan serta mencegah koreng yang semakin melebar.

 

Bila dikunyah dan dicampur dengan luban Persia, bisa menghilangkan dahak, berkhasiat mengobati lidah yang kaku, menambah daya pikir serta mencerdaskan otak. Kalau dibakar untuk mengharumkan ruangan. berguna mengusir wabah penyakit, dan dapat membuat udara menjadi harum semerbak.

 

 

 

  1. MAA (AIR)

Air merupakan materi kehidupan, merupakan rajanya minuman bahkan termasuk salah satu pilar alam semesta ini, bahkan merupakan pilarnya yang paling mendasar. Karena langit diciptakan dari uap air, sementara bumi terbuat dari buih air. Allah telah menciptakan segala sesuatu yang hidup dari air.

 

Memang masih diperdebatkan apakah air mengandung gizi atau sekadar melebur ke dalam gizi? Ada dua pendapat dalam hal ini, sebelumnya telah dijelaskan. Kami telah menjelaskan mana yang paling tepat di antara dua?“ pendapat itu berikut dalilnya. Air bersifat dingin dan lembab, bisa meredam panas, menjaga kondisi tubuh agar tetap lembab serta menggantikan sel-sel tubuh yang rusak di samping juga melembutkan makanan sehingga mampu menembus pembuluh darah.

 

Kualitas air bisa dilihat dari sepuluh cara: Pertama, melalui warnanya. Air yang baik berwarna jernih. Kedua, melalui baunya. Air yang baik tidak memiliki bau. Ketiga, melalui rasanya. Air yang baik adalah yang tawar dan terasa agak manis, seperti air sungai Nil dan Eufrat. Keempat, dari berat jenisnya, air yang baik adalah yang ringan dan lembut. Kelima, dari lokasinya. Air yang baik dari lokasi yang mengalir secara baik. Keenam, melalui sumbernya. Air yang baik berasal dari sumber mata air yang dalam. Ketujuh, hendaknya air itu terkena angin dan panas matahari. Yakni tidak tersembunyi di bawah tanah, sehingga tidak tersentuh udara atau sinar matahari. Kedelapan, melalui gerakan air tersebut. Air yang baik mengalir dengan deras dan cepat. Kesembilan, melalui kuantitasnya. Air yang baik yang jumlahnya banyak sehingga bisa menghilangkan campuran yang tidak baik. Kesepuluh, tempat air itu tertumpah. Air yang baik tertumpah dari arah utara ke selatan, atau dari arah barat ke timur.

 

Kalau berbagai sisi tinjauan itu dicermati, kita tidak akan mendapatkan air yang memenuhi semua persyaratan itu kecuali air sungai yang empat: Sungai Nil, Sungai Eufrat, Sungai Saihan, dan Sungai Jaihan. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah  diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Rasulullah bersabda:

 

“Saihan, Jaihan, Nil, dan Eufrat, kesemuanya adalah sungai-sungai Surga.”

 

Air bisa dikatakan ringan bila memenuhi beberapa hal berikut: Pertama, mudah menjadi panas atau menjadi dingin. Hippocrates menyebutkan, “Air yang mudah dipanaskan dan mudah didinginkan adalah air yang paling ringan.” Kedua, dengan timbangan. Ketiga, dua buah kapas yang sama beratnya dibasahkan dengan dua jenis air yang berbeda. Kemudian kedua kapas tersebut dikeringkan, baru kemudian ditimbang. Mana saja dari kedua kapas tersebut yang lebih ringan, maka air yang membasahinya lebih ringan.

 

Meskipun pada asalnya air itu dingin dan lembab, tetapi energinya bisa berpindah dan berubah-ubah karena berbagai faktor yang menimbulkan reaksi merubah energi air tersebut. Air yang terbuka pada bagian utaranya sementara bagian lainnya tertutup, akan berubah menjadi dingin, bahkan akan mengandung unsur kering karena angin utara. Demikian juga halnya dengan air yang terbuka hanya pada bagian-bagian tertentu yang lain saja. Air yang bersumber dari lokasi yang mengandung unsur logam, akan memiliki karakter sesuai dengan logam tersebut, bahkan mempengaruhi tubuh sesuai dengan kandungannya.

 

Air yang tawar amat berkhasiat untuk orang sakit dan orang sehat.

 

Air tawar yang dingin lebih berkhasiat dan lebih nikmat. Namun tidak baik bila diminum dengan langsung ditelan, atau diminum selesai berhubungan intim, sesudah sadar dari pingsan, sehabis bangun tidur setelah keluar dari kamar mandi, atau sesudah memakan buah-buahan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya”?. Adapun bila diminum sesudah makan, tidak apa-apa bila memang amat diperlukan, bahkan bisa seharusnya demikian, tetapi jangan banyak-banyak. Cukup diminum ala kadarnya saja, tidak akan berbahaya sama sekali, bahkan bisa memperkuat lambung dan menambah nafsu makan serta menghilangkan haus.

 

Air yang tidak mempunyai rasa memiliki reaksi yang sebaliknya. Air yang sudah diendapkan lebih baik daripada yang masih segar Sebelumnya telah dijelaskan bahwa air dingin akan memberi khasiat dari arah dalam tubuh lebih dari manfaat yang diberikan dari luar. Air panas sebaliknya. Air dingin juga berkhasiat mencegah darah menjadi bau serta naiknya uap perut ke kepala selain juga mencegah bau busuk, cocok dengan sistem metabolisme dan gigi, terutama pada waktu dan tempat yang panas. Namun air dingin berbahaya pada kondisi dimana tubuh membutuhkan pembakaran dan perubahan struktur, seperti pada saat pilek, pada saat mengalami pembengkakan berat atau kedinginan, sehingga air dingin bisa membuat sakit gigi. Terlalu banyak mengonsumSsinya juga bisa menyebabkan bergolaknya darah dan terjadi penurunan tekanan di samping juga sakit dada.

 

Air yang terlalu panas atau terlalu dingin berbahaya?” terhadap saraf dan terhadap sebagian besar anggota tubuh. Karena air yang terlalu dingin itu bisa mengubah sistem metabolisme, sementara air yang terlalu panas bisa mengentalkan darah“

 

Air panas bisa meredakan akibat sengatan berbagai materi panas, bisa membantu proses metabolisme dan pembakaran, mengeluarkan berbagai ampas makanan, memberi kelembaban dan sekaligus menghangatkan, namun bila diminum bisa merusak pencernaan, membuat makanan mengapung di bagian atas lambung, tidak mudah menghilangkan haus, mencairkan unsur tubuh, menyebabkan banyak penyakit, bahkan berbahaya bagi banyak penyakit. Hanya saja air panas baik untuk orang tua, orang-orang yang mengidap penyakit epilepsi, penyakit pusing dingin. dan penyakit mata. Yang terbaik adalah yang digunakan dari arah luar“.

 

Tidak ada hadits ataupun atsar shahih berkaitan dengan air yang panas karena terik matahari. Bahkan tak seorangpun dari kalangan medis terdahulu yang melarangnya atau tidak menyukainya. Air yang amat panas bisa melelehkan lemak ginjal.

 

Sebelumnya juga telah diulas tentang air hujan dalam pembahasan huruf  (ghin).

 

*Air Es dan Air Embun

Diriwayatkan dengan shahih dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Nabi  bahwa beliau biasa mengucapkan dalam doa istiftah dan yang lainnya:

 

“.. ya Allah, cucilah diriku dari dosa-dosaku dengan air es dan air embun …”

 

Es sendiri secara terpisah bersifat tajam dan mengandung uap. Air es juga demikian. Sebelumnya telah dijelaskan tentang letak hikmah kenapa mencuci itu menggunakan air, yakni karena hati membutuhkan pendinginan, perlu diberi kekebalan dan diperkuat. Dari hal ini dapat ditarik sebuah kaidah sebagai dasar medis atau pengobatan jasmani dan ruhani serta cara menyembuhkannya dengan menggunakan antinya. Air embun lebih halus dan lebih lezat daripada air es, sedangkan air yang membeku maka ia tergantung pada asalnya.

 

Es biasa mengambil energi dari gunung dan bumi di masa salju turun sehingga kualitasnya sesuai dengan lokasinya. Hindari meminum air bercampur es setelah mandi, setelah berhubungan badan, setelah berolahraga, dan setelah menyantap makanan panas, juga bagi yang mengidap batuk. sakit dada, sakit lever, dan bagi yang memiliki pencernaan tidak beres serta dingin.

 

* Air Sumur dan Air Selokan

Air sumur tidak begitu ringan. Sementara air selokan yang tersimpan di perut bumi amatlah berat. Karena air sumur lama mengendap dalam tanah sehingga tidak bisa terhindar dari pembusukan. Sementara air selokan tidak terkena sinar matahari. Sebaiknya kedua jenis air ini tidak diminum langsung, sebelum terkena udara dan terendapkan satu malam. Air selokan yang paling jelek adalah yang salurannya tercemar oleh timah. Demikian juga air sumur yang sudah lama tidak terpakai, terutama sekali bila tanahnya tidak baik. Air seperti itu bisa memunculkan wabah berat.

 

*Air Zamzam

Ini adalah rajanya air, air yang paling baik dan paling tinggi derajatnya, paling disukai, paling mahal harganya dan paling berharga bagi umat manusia. Air Zamzam adalah ‘lesung’ dibril dan ‘minuman Ismail.

 

 Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Nabi  bahwa beliau bersabda kepada Abu Dzar yang saat itu sudah tinggal di Mekkah selama empat puluh hari empat puluh malam, tanpa memiliki sedikitpun makanan. Nabi  berkata kepadanya, “Sesungguhnya air Zamzam itu adalah makanan bagi yang lapar …” Dalam riwayat selain Muslim ditambahkan, “… dan obat bagi penyakit …”.

 

Sementara dalam Sunan Ibnu Majah dari hadits Jabir bin Abdullah, dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Air Zamzam memberi khasiat sesuai dengan niat orang yang meminumnya.” Sebagian ulama menyatakan lemah hadits ini karena adanya perawi bernama Abdullah Al-Muammal meriwayatkan dari Muhammad bin Muslim?” (Al-Makki).

 

Kami mendapatkan riwayat dari Abdullah bin Al-Mubarak bahwa beliau pernah berhaji dan mendatangi sumur Zamzam sambil berdoa, “Sesungguhnya Ibnu Abil Maula” menceritakan sebuah riwayat kepada kami, dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir , dari Nabi  bahwa beliau bersabda:

 

“Air Zamzam itu berkhasiat tergantung niat orang yang meminumnya. Aku sengaja meminumnya untuk menghadapi rasa haus di akhirat nanti.”

 

Ibnu Abul Mawali seorang perawi yang dapat dipercaya, sehingga hadits ini hasan, bahkan sebagian ulama menyatakannya sebagai hadits shahih. Sebagian di antara mereka menganggapnya sebagai hadits maudhu’. Masing-masing dari kedua pendapat itu (yang menyatakan shahih atau palsu), adalah pendapat yang bersifat ekstrim.

 

Penulis sendiri dan banyak Muslim lainnya telah mencoba meminum air Zamzam dengan niat memperoleh berbagai keajaiban. Penulis pernah meminumnya dengan niat mendapatkan kesembuhan dari beberapa macam penyakit, dengan izin Allah seluruh penyakit itu sembuh. Penulis juga menyaksikan sendiri banyak di antara mereka yang menjadikan air zamzam sebagai makanan berhari-hari hingga setengah bulan atau lebih, tetapi mereka tidak merasakan lapar, bahkan bisa ikut berthawaf bersama orang lain. Bahkan ada yang memberitahukan kepada penulis bahwa seseorang ada yang bertahan hingga empat puluh hari dalam kondisi prima, bisa berhubungan seks dengan istrinya, bisa berpuasa, dan terus-menerus berthawaf hanya dengan minum air zamzam.

 

* Air Sungai Nil

Nil adalah salah satu sungai Surga di belakang pegunungan Al-Qamar di penghujung negeri Habasyah, berasal dari air hujan yang tergenang di sana, ditambah dengan berbagai aliran yang saling melengkapi sehingga Allah alirkan di permukaan bumi gersang yang tidak memiliki tumbuhan, akhir karena sungai itu tumbuhlah berbagai macam tumbuhan untuk binatang dan umat manusia.

 

Karena tanah dimana sungai itu dialirkan di Eplisia terkenal keras meskipun sering tercurahi hujan, tetap saja gersang, tak mampu menumbuhkan tanaman. Kalau turun hujan melampaui batas, akan membahayakan para penduduk sekitar dan banyak sekali aktivitas dan kemaslahatan yang terganggu. Maka Allah menurunkan hujan di negeri-negeri yang jauh, lalu mengalirkannya ke negeri tersebut melalui sebuah sungai yang besar. Pada waktuwaktu tertentu, Allah menambahkan jumlah air yang mengalir ke sana, sesuai dengan kebutuhan negeri itu secukupnya. Kalau air tersebut telah memenuhi kebutuhan para penduduk seluruhnya Allah mengizinkan sungai itu untuk berkurang dan turun ke bawah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik. Air Sungai Nil ini memenuhi sepuluh karakter sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya!. Air Sungai Nil termasuk jenis air paling ringan, paling lembut, paling tawar, dan paling manis.

 

* Air Laut

Diriwayatkan dengan shahih dari Nabi  bahwa beliau pernah bersabda berkaitan dengan air laut, “Air laut itu airnya suci dan mensucikan, bangkainyapun halal.”

 

Allah telah menjadikan air laut itu sebagai air yang asin sekali bahkan cenderung pahit, semuanya untuk kebutuhan umat manusia yang tinggal di daratan juga termasuk binatang-binatang darat. Karena air laut bersifat tenang dan tidak mengalir, banyak mengandung binatang-binatang yang banyak di antaranya mati dan tidak dikubur. Kalau air laut itu tawar dan manis, tentu akan menjadi amis karena bangkai binatangnya sehingga alam semesta akan tercemar karena bangkai-bangkai itu akan mendekam lama dalam lautan bersama makhluk hidup lainnya. Udara di dunia ini juga akan tercemari menjadi busuk baunya karena bangkai-bangkai itu, sehingga dunia ini seluruhnya tercemar. Namun hikmah Allah mengharuskan air laut itu menjadi asin, sehingga apabila seluruh bangkai di dunia ini ditenggelamkan ke dalamnya, tidak akan merubahnya sama sekali. Air laut tidak akan pernah berubah dari semenjak diciptakan hingga Allah menggulung dunia ini. Itulah penyebab utama mengapa air laut dibuat menjadi asin. Adapun penyebabnya secara reaktif adalah karena tanah dimana air laut itu berada sudah mengandung garam.

 

Mandi dengan air laut amat bermanfaat sekali untuk mencegah berbagai macam penyakit kulit. Namun bila diminum amat berbahaya untuk bagian luar dan dalam tubuh, karena bisa membikin perut menjadi gembung dan membuat kurus, bahkan juga bisa menimbulkan penyakit gatal-gatal dan kudis, bisa menimbulkan gas dan membikin haus.

 

Kalau seseorang terpaksa meminumnya, ia bisa melakukan beberapa trik untuk menghindari bahayanya: Di antaranya, hendaknya air itu dimasukkan ke dalam panci, di atas panci itu diletakkan beberapa batang bambu yang diujungnya dibuat woll yang baru dicabut dari kulit domba, lalu dimasak sehingga uapnya naik dan melekat di bulu tersebut. Bila sudah banyak, diperas. Lakukan saja terus-menerus sehingga terkumpul jumlah air yang diinginkan. Air yang sudah tersuling terkumpul dalam woll, yang tersisa di panci hanyalah ampasnya saja.

 

Cara lain, galilah tanah yang dalam di pinggir pantai sehingga air laut bisa menyerap hingga ke lubang itu. Buat lagi lubang di sampingnya, sehingga air di lubang pertama bisa masuk ke lubang kedua. Buat lagi lubang ketiga dan seterusnya sehingga air berubah menjadi tawar.

 

Kalau suatu saat seseorang terpaksa minum air keruh, caranya adalah dengan memasukkan biji apricot ke dalam air tersebut, atau sebatang kayu jati, bisa juga bara panas yang dipadamkan dalam air tersebut. Bisa juga dimasukkan ke dalam air tersebut tanah liat, tepung gandum. Pasti bagian yang keruh akan berkumpul di bagian bawah.

 

  1. MISK (KESTURI)

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah  bersabda, “Minyak wangi yang paling harum adalah kesturi.”

 

Sementara dalam Ash-Shahihain diriwayatkan dari Aisyah  bahwa ia menceritakan: Aku pernah membubuhi minyak wangi kepada Rasulullah  sebelum ihram dan pada saat hari penyembelihan serta sebelum berthawaf dengan menggunakan wewangian yang mengandung kesturi.”

 

Kesturi adalah rajanya wewangian. yang terbaik dan paling wangi. Kesturi seringkali dijadikan sebagai perumpamaan. Hal-hal lain sering diserupakan dengan kesturi, namun kesturi sendiri tidak bisa diserupakan dengan sesuatu apapun. Kesturi adalah wewangian Surga.

 

Sifatnya kering pada tingkatan kedua, bisa menenteramkan dan memperkuat jiwa, menguatkan organ tubuh bagian dalam seluruhnya bila diminum dan dihirup. Secara zhahir bila dioleskan ke tubuh, bisa berkhasiat bagi orang-orang tua dan mereka yang terserang kedinginan (kelembaban), terutama sekali pada musim dingin, amat baik untuk orang terkena rabun senja, jantung berdebar, lemas-lemas dengan memacu panas tubuhnya secara alami. Bisa juga memperindah putih mata dan menghilangkan kelembabannya, menghilangkan”? angin dari mata dan dari seluruh organ tubuh lainnya, serta menolak racun. Berkhasiat juga mengobati akibat gigitan ular berbisa. Khasiat lainnya masih banyak sekali. Bahkan kesturi merupakan obat penenang yang terbaik.

 

  1. MARZANJUSY (MARJORAM/TANAMAN BERAROMA PERMEN)

 

Berkaitan dengan tanaman ini diriwayatkan sebuah hadits yang  tidak kami ketahui keabsahannya:

 

“Hendaknya kalian menggunakan marjoram. Karena tumbuhan ini berkhasiat mengobati pilek.”

 

Sifat tumbuhan ini panas pada tingkatan ketiga, kering pada tingkatan kedua. Bila dihirup bisa mengobati pusing-pusing akibat hawa dingin atau karena pengaruh dahak, unsur hitam, pilek dan angin duduk. Bisa juga berkhasiat membuka penyumbatan yang terjadi pada bagian kepala dan lubang hidung, bisa mengempeskan bengkak dingin, berguna juga mengobat kebanyakan pembengkakan atau rasa sakit karena hawa dingin atau lembab.

 

Kalau dibubuhkan. berguna juga memperlancar buang air dan menolong persalinan. Kalau ditumbuk daunnya yang sudah kering lalu dibalutkan di bagian mata, bisa menghilangkan bekas darah yang muncul di bawah mata. Kalau dibalutkan setelah dicampur dengan cuka, berkhasiat mengatasi sengatan kalajengking.

 

Minyaknya berkhasiat juga mengatasi sakit punggung, dengkul dan menghilangkan capek. Orang yang terbiasa menghirup marjoram ini kedua matanya tidak akan pernah berair. Bila airnya digunakan untuk gurah dicampur dengan minyak pisang yang pahit, bisa mengatasi hidung tersumbat, berguna juga mengusir angin dari kepala.

 

  1. MILH (GARAM)

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dari hadits Anas secara marfu’, “Raja lauk-pauk kalian adalah garam.” Dikatakan sebagai raja, karena bisa memperbaiki kualitas dan bisa memantapkan rasa. Karena kebanyakan lauk hanya bisa menjadi lezat bila dicampur dengan garam.

 

Dalam Musnad Al-Bazzar secara marfu’ disebutkan:

 

“Kalian di tengah masyarakat ini tak lama lagi akan seperti garam dalam makanan. Makanan itu tidak akan enak tanpa garam.”

 

Disebutkan oleh Al-Baghawi dalam Tafsir-nya dari Abdullah bin Umar secara marfu’:

 

“Sesungguhnya Allah menurunkan empat berkah dari langit ke bumi: Besi, api, air, dan garam.”

 

Ada juga hadits mauguf yang senada dengan itu.

 

Garam memang bisa menambah kualitas tubuh manusia dan kualitas makanan mereka, bahkan bisa menambah kualitas segala sesuatu yang dicampur dengannya, seperti emas dan perak. Sebabnya adalah karena garam mengandung energi yang membuat emas semakin kuning dan perak semakin putih berkilat. Garam mengandung unsur pembersih, unsur pengemulsi, penghilang lendir berat, penyerap dan unsur yang memperkuat tubuh serta mencegah bau busuk dan kerusakan. Berkhasiat juga mengobati kudis bernanah.

 

Bila digunakan sebagai celak, bisa menghilangkan daging berlebih pada mata, bisa melenyapkan kotoran kuning. Garam inggris lebih baik lagi untuk tujuan ini. Bisa juga mencegah koreng agar tidak menyebar. Bisa juga melancarkan buang air besar. Kalau dioleskan ke perut orang yang terkena busung lapar, niscaya berkhasiat. Bisa juga membersihkan Gigi atau menghilangkan bau gigi, menguatkan dan mengokohkan gusi. Dan masih banyak (sekali) khasiat lainnya.

 

 

  1. NAKHL (POKOK KURMA)

 

Disebutkan dalam Al-Qur’an pada beberapa ayat. Dalam Shahih AlBukhari dan Muslim diriwayatkan dari Ibnu Umar  bahwa ia menceritakan:

 

“Saat kami sedang bersama dengan Rasulullah  (yakni dudukduduk bersama). Tiba-tiba dihidangkan setandan kurma. Maka Nabi  bersabda, “Sesungguhnya di antara jenis pohon” ada sebuah pohon yang diibaratkan seperti seorang Muslim laki-laki, daunnya tidak pernah jatuh. Beritahukan kepadaku, pohon apa itu?” Orangorang yang ada di situ mengira itu adalah pohon di daerah pedalaman. Akan tetapi dalam hati aku berkata, “Itu pohon kurma.” Aku ingin mengucapkan demikian bahwa itu adalah pohon kurma. Namun ketika aku melihat ke sekeliling, ternyata aku adalah orang yang paling kecil di situ, maka aku pun diam saja. Rasulullah  bersabda, “Itu adalah pohon kurma.” Aku menceritakan hal itu kepada Umar  maka Umar berkata, “Menurutku lebih baik engkau mengucapkannya saja, daripada akhirnya engkau menceritakan begini dan begitu.”

 

Hadits ini ada pelajaran bahwa seorang ulama boleh saja melontarkan pertanyaan kepada teman-temannya untuk melatih mereka dan mencari pendapat mereka. Hadits ini juga mengandung pelajaran dibolehkannya membuat giyasan atau perumpamaan. Ada juga pelajaran dalam hadits ini bahwa para sahabat juga memiliki rasa malu terhadap orang yang lebih besar dan lebih senior, serta menjaga bicara di hadapan mereka. Hadits ini juga mengandung pelajaran bahwa orang tua hendaknya bergembira dengan keberhasilan anaknya menjawab pertanyaan. Pelajaran lain, bahwa tidaklah aib seorang anak menjawab pertanyaan sesuai yang dia ketahui meski di hadapan orang tuanya, meskipun orang tuanya sendiri tidak mengetahui jawabannya. Itu bukanlah hal yang menjelekkan orang tua. Hadits ini juga mengandung pelajaran diserupakannya seorang lelaki Muslim dengan pohon kurma karena banyak memiliki kebaikan, selalu memberikan naungan, buahnya baik dan selalu ada sepanjang waktu.

 

Buah kurma bisa dimakan dalam keadaan masak. dalam keadaan kering. saat masih mentah bahkan ketika masih pentil. Buah kurma adalah buah sekaligus obat, makanan pokok dan sekaligus manisan, minuman dan sekaligus buah-buahan. Batang pohon kurma berguna untuk membuat bangunan, alat-alat pertukangan dan bejana. Daunnya dapat digunakan untuk membuat tikar, bejana, dan kipas, serta yang lainnya. Sabutnya bisa dibuat tali temali. isi kasur, dan yang lainnya. Kemudian terakhir, bijinya bisa digunakan sebagai makanan unta bahkan termasuk obat dan celak yang baik. Di samping itu buahnya yang baik. tumbuhannya yang baik. penampilannya yang baik dan enak dilihat. Bentuk buahnya yang baik juga menentramkan hati saat dilihat. Saat melihatnya, seseorang akan teringat dengan Penciptanya. Pembuatnya, keindahan ciptaan-Nya tersebut. kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kesempurnaan hikmah-Nya. Tak ada sesuatu yang lebih serupa dengan pohon itu selain seorang Mukmin, bahkan seorang Mukmin lebih baik dari pokok kurma serta lebih berguna secara lahir dan batin.

 

Kurma adalah pohon yang batangnya pernah mengeluh kepada Rasulullah  saat Rasulullah meninggalkannya, karena ia merasa rindu berada dekat dengan beliau, rindu mendengar ucapan beliau. Pohon itu juga yang Maryam pernah berteduh di bawahnya saat melahirkan Isa.

 

Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang sanadnya masih diragukan, “Hormatilah bibi kalian, pohon kurma. Karena pohon itu dibuat dari tanah liat yang menjadi bahan pembuatan Adam?”

 

Kalangan medis berbeda pendapat tentang keutamaan kurma dalam tandannya, apakah lebih baik, atau justru lebih baik yang di luar tandan? Allah menyeiringkan antara kedua jenis kurma tersebut dalam beberapa ayat dalam Kitab-Nya. Jadi alangkah mirip antara keduanya.

 

Meskipun salah satu dari kedua jenis kurma itu yang masih ada dalam genggaman kekuasaan pokoknya dan tempat tumbuhnya yang sesuai tentu saja lebih baik dan lebih berkhasiat.

 

  1. NARJIS (NARCISSUS/BUNGA BAKUNG)

Dalam sebuah hadits yang tidak shahih disebutkan, “Hendaknya kalian menghirup bunga bakung. Karena dalam jantung itu terdapat bibit penyakit gila. penyakit lepra dan kusta yang hanya bisa disingkirkan dengan mencium bunga bakung.”

 

Bunga bakung bersifat panas dan kering pada tingkatan kedua. Tabiat dasarnya bisa mematangkan luka bernanah yang sudah menyerang saraf. Bunga ini memiliki energi pembersih. penyedot, dan penarik yang kuat”! Bila dimasak dan diminum airnya atau dimakan setelah direbus, bisa merangsang muntah dan menyedot lendir di pusat lambung. Bila dimasak dengan campuran madu dan ervil atau bunga miju-miju, berkhasiat membersihkan kotoran koreng dan mematangkan jenis koreng yang susah matang.

 

Putiknya bersifat panas stabil dan lembut, berkhasiat mengobati pilek dingin, memiliki daya kontiminasi yang tinggi, mampu membuka sumbatan otak dan hidung. Berkhasiat juga mengobati lendir dan unsur hitam, namun justru membuat pusing kepala yang sudah panas. Bila dibakar dan dikeluarkan biji kerasnya lalu ditanam, akan tumbuh berlipat ganda. Orang yang terbiasa mencium baunya pada musim semi akan terbebas dari penyakit suka mengigau pada musim panas. Berkhasiat juga mengatasi sakit kepala akibat riak dan kebanyakan enzim. Bunga ini juga memiliki aroma yang harum yang dapat memperkuat jantung dan otak. berkhasiat mengobati banyak penyakit. Penulis At-Taisir menyebutkan” “Bila dihirup, bisa membantu mengobati penyakit epilepsi pada anak-anak.”

 

  1. NURAH (BLOSSOM)

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Ummu Salamah bahwa Rasulullah  apabila memasker tubuhnya, beliau memulainya dari bagian aurat dengan menggunakan blossom, baru kemudian ke seluruh bagian tubuhnya.” Dalam hal ini diriwayatkan beberapa hadits yang senada. Ada yang berpendapat”’ bahwa orang pertama yang masuk ke kamar mandi dengan membawa blossom adalah Sulaiman bin Daud.

 

Pada asalnya, blossom berasal dari kapur dua bagian dicampur dengan arsenic satu bagian, kemudian diaduk dengan air, baru kemudian dibiarkan di bawah sinar matahari atau dalam kamar mandi hingga masak dan berwarna biru pekat, baru kemudian dibalurkan ke tubuh. Setelah itu ditunggu satu jam sampai bereaksi, jangan disentuh dengan air dahulu, baru dibasuh. Setelah itu bagian yang dibalur dengan blossom itu dibalur lagi dengan inai untuk menghilangkan unsur panasnya.

 

  1. NABQ (RHAMNUS)

Disebutkan oleh Abu Nu’aim dalam kitabnya Ath-Thibbun Nabawi secara marfu:

 

“Saat Adam turun ke bumi, yang pertama kali dimakannya adalah buah rhamnus.”

 

Nabi  menyebutkan nabg atau buah rhamnus ini dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, “Nabi melihat Sidratul Muntaha saat Isra dan Mi’raj. Ternyata buah rhamnusnya sebesar Qilal Hajar.”

 

Buah rhamnus ini adalah buah dari pohon sidr, berkhasiat memperkuat otot perut, berguna mengobati mencret, melapisi lambung. meredakan muntah kuning, memberi suntikan pada tubuh, menimbulkan selera makan, namun juga menimbulkan dahak dan berkhasiat mengatasi disentri berat. Memang buah ini sulit dicerna. Tepungnya bisa memperkuat usus dan memperbaiki sistem metabolisme. Namun bahayanya bisa diatasi dengan royal jelly.

 

Masih diperdebatkan di kalangan medis, apakah sifat buah ini lembab atau kering. Ada dua pendapat dalam hal ini. Yang benar, bahwa buah yang basah bersifat dingin dan lembab, sementara yang kering bersifat dingin dan kering”.

 

 

  1. HINDIBA (SEJENIS SAYUR)

Berkaitan dengan jenis sayur ini ada tiga hadits yang diriwayatkan, tetapi tidak shahih dari Rasulullah  meskipun marfu’: “Makanlah buah hindiba dan jangan kalian campakkan ampasnya”. Karena pada setiap hari pasti ada tetesan air Surga yang tercurah kepadanya.” Hadits yang lain: “Barangsiapa yang memakan buah hindiba, kemudian tidur, ia tidak akan terkena racun ataupun sihir.” Hadits yang lain:

 

“Masing-masing dari daun pohon hindiba, pasti mengandung tetesan air dari Surga …”

 

Demikianlah. Buah ini menjadi misteri bagi pencernaan, bisa berbolak-balik sifatnya tergantung pada perubahan musim yang empat dalam satu tahun. Pada musim dingin sifatnya juga dingin dan lembab. Pada musim kemarau sifatnya panas dan kering, pada musim semi dan musim gugur sifatnya menjadi netral. Buah ini memiliki sifat pengikat dan mendinginkan, baik sekali untuk lambung. Bila dimasak dan dicampur dengan cuka, bisa memperkuat otot perut terutama sekali hindiba barat, lebih baik untuk lambung dan lebih mengikat, berkhasiat juga mengatasi lemah lambung. Kalau dibalutkan akan bisa meredakan inflamasi yang terjadi pada lambung, berkhasiat juga terhadap penyakit nigris (encok), berbagai jenis pembengkakan pada mata yang panas, bahkan bila dibalutkan daun dan akarnya bisa berkhasiat mengatasi sengatan kalajengking.

 

Buah ini juga berkhasiat memperkuat lambung, membuka penyumbatan yang terjadi pada lever. bermanfaat juga untuk mengatasi sakit yang bersifat panas dan dingin, membuka penyumbatan pada limpa, pembuluh darah dan usus serta membersihkan saluran ginjal. Yang terbaik untuk lever adalah yang paling pahit. juicenya berkhasiat menyembuhkan penyakit kuning yang tersumbat, terutama bila dicampur dengan kurma muda. Bila ditumbuk dengan daunnya, lalu dibalurkan pada radang tertentu. bisa mendinginkan dan mengkontaminasi inflamasinya. Bisa juga membersihkan dada dan meredam panas darah dan hepatitis. Lebih baik disantap tanpa dicuci dan dibersihkan. Karena kalau dicuci atau dibersihkan. energinya akan lepas. Selain itu buah ini juga mengandung energi tambahan sebagai penawar racun.

 

Kalau airnya digunakan sebagai celak, bisa mengobati rabun malam, Daunnya termasuk energi tambahan, berkhasiat menjadi penawar racun kalajengking bahkan juga penawar kebanyakan racun. Kalau airnya diperas lalu dicampurkan ke dalam minyak zaitun dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang mematikan, apabila airnya diperas lalu diminum, bisa mengatasi akibat gigitan kalajengking dan kelabang. Milknya bisa membersihkan putih mata.

 

 

 

 

  1. WARS (SEJENIS SESAME ATAU WIJEN)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami’-nya dari hadits Zaid bin Arqam, dari Nabi  bahwa beliau pernah menggambarkan tentang minyak zaitun dan wars sebagai obat sakit pinggang. Qadatah menjelaskan, “Dicekokkan kepada penderita penyakit pinggang dari arah pinggang yang sakit.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya dari hadits Zaid bin Arqam bahwa ia menceritakan:

 

“Rasulullah pernah menggambarkan obat penyakit pinggang, yakni wars, cendana laut dan minyak zaitun dicekokkan pada si sakit.”

 

Diriwayatkan dengan shahih bahwa ia menceritakan: Pada zaman Nabi. para wanita biasa berhenti beraktivitas ibadah tertentu selama empat puluh hari ketika nifas. Bahkan ada di antara kami yang memasker wajahnya dengan wars karena wajahnya berwarna merah kehitam-hitaman.”

 

Abu Hanifah seorang pakar bahasa Arab menandaskan, “Wars biasa ditanam dan bukan termasuk tumbuhan darat”, dan setahu saya tidak ada selain di tanah Arab, atau selain di negeri Yaman.”

 

Energinya yang panas dan kering ada pada awal tingkatan kedua. Yang terbaik adalah yang merah dan lembut di tangan” sedikit gabahnya. Berguna untuk penyakit gatal-gatal, eksim dan jerawat pada permukaan kulit, bila dibalurkan. Buah ini juga memiliki energi pengikat dan pewarna. Bila diminum, berkhasiat mengobati campak. Cara meminumnya adalah kira-kira satu sendok makan.

 

Komposisi dan khasiatnya mirip dengan cendana laut. Bila dibalurkan pada panu, eksim, jerawat dan kurap, berkhasiat sekali. Pakaian yang diwarnai dengan wars akan lebih kuat daya tahannya.

 

  1. WASMAH (WOAD)

 

Daun dari sungai Nil, bisa menghitamkan rambut. Sebelumnya?” telah dijelaskan perbedaan pendapat para pakar apakah boleh mewarnai rambut dengan warna hitam atau tidak. “

 

 

 

  1. YAQTHIEN (LABU MANIS)

Disebut juga dengan dubba atau qar’. Namun kata yagthien lebih bersifat umum. Karena secara bahasa bisa berarti pohon yang tidak berbatang, seperti semangka, timun dan sejenisnya. Allah berfirman:

 

“..Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu…” (Ash-Shaaffat: 146)

 

Kalau ada yang berkata bahwa pokok yang tidak memiliki batang disebut najm bukan syajar, syajar adalah pokok yang berbatang sebagaimana disebutkan oleh kalangan ahli bahasa, sementara dalam ayat di atas disebutkan syajar yagthin (sejenis pohon labu)?

 

Jawabannya: Kalau disebutkan secara lepas, kata syajar bisa ditujukan pada pohon yang berbatang atau tidak. Kalau diucapkan secara spesifik, baru hanya ditujukan kepada yang berbatang saja. Masalah penyebutan suatu nama secara lepas atau dengan kriteria khusus termasuk pembahasan yang luas dan penting sekali untuk dipahami dan disematkan dalam fase-fase bahasa. Kata yagthien yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah tumbuhan dari buah labu. Buahnya disebut dubba atau qar’, dan pohonnya disebut yaqthien.

 

Diriwayatkan dengan shahih dari hadits Anas bin Malik bahwa ia menceritakan:

 

“Ada seorang penjahit mengundang Rasulullah  makan di rumahnya, menikmati hidangan buatannya sendiri. Anas menceritakan: Maka akupun pergi bersama Rasulullah. Lalu dihidangkan kepada kami roti gandum dan sayur berisi labu dan dendeng. Aku melihat Rasulullah selalu mencari labu dimana saja berada di sekitar nampan makanan tersebut. Semenjak hari itu, akupun ikut menyukai labu.”

 

Abu Thalut menceritakan: Aku pernah menemui Anas bin Malik makan labu sambil berkata, “Sungguh engkau berasal dari pohon yang paling kusukai, karena Rasulullah pun amat menyukaimu.”

 

Dalam Al-Ghailaniyyat disebutkan hadits dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya. dari Aisyah . menceritakan: Rasulullah  pernah berkata kepadaku. “Hai Aisyah! Kalau engkau memasak makanan. perbanyaklah labunya, sesungguhnya labu itu dapat mengobati kesedihan hati.”

 

Labu bersifat dingin dan lembab. bisa memberikan suntikan gizi ringan, mudah masuk ke dalam perut. meskipun belum rusak sebelum dicerna. bisa menimbulkan ampas yang baik. Di antara khasiatnya adalah memberikan serat yang baik serasi dengan vitamin yang dikandungnya. Kalau dimakan dengan biji sawi atau jintan hitam. bisa menimbulkan rasa pedas. Bila dicampur garam, bisa menimbulkan ampas asin. Bila dicampur dengan unsur yang mengikat, bisa melahirkan ampas yang mengikat. Kalau dimasak dengan sejenis jambujambuan, bisa memberikan suntikan gizi yang amat baik terhadap tubuh.

 

| Sifatnya lembut dan berair, bisa memberikan suntikan makanan yang lembab berlendir, baik sekali untuk orang yang kepanasan, namun tidak cocok untuk mereka yang kedinginan dan orang yang kelebihan dahak. Airnya bisa menghilangkan dahaga dan menghilangkan pusing panas bila diminum dan disiramkan ke kepala. Bisa juga melemaskan perut tergantung penggunaannya. Orang yang kepanasan tidak akan mendapatkan obat yang lebih baik dan lebih cepat khasiatnya dari obat ini.

 

Di antara khasiatnya adalah bila lumurkan ke tepung, lalu dibakar di atas tungku dan dikeluarkan airnya. kemudian diminum dengan dicampur minuman ringan lain, bisa meredam panas yang menjadi-jadi, menghilangkan dahaga dan memberikan suntikan gizi yang baik sekali. Kalau diminum dengan buah guince dalam bentuk selai. bisa mempermudah keluarnya enzim. Kalau dimasak dan diminum airnya dengan madu atau campuran atau buah natron. bisa mencairkan dahak dan kelenjar. Kalau ditumbuk lalu dijadikan pembalut di bagian atas kepala. bisa membantu mengatasi radang otak. Bila diperas lalu airnya dicampur dengan air mawar. lalu diteteskan ke telinga, berkhasiat mengatasi pembengkakan dalam telinga. Labu itu sendiri berkhasiat mengobati bengkak mata dan encok panas.

 

Buah ini amat berkhasiat sekali bagi mereka yang memiliki pencernaan panas dan terserang demam. Kalau di dalam lambung bertemu dengan makanan yang tidak baik. bisa segera terkontaminasi sehingga kembali ke asalnya dan menjadi rusak serta menimbulkan ampas yang tidak baik pula. Cara mengatasinya adalah mencampurnya dengan cuka dan yang pahit-pahit.

 

Kesimpulannya, labu termasuk makanan paling lembut dan paling cepat bereaksi. Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah  seringkali memakan labu.”

 

Penulis berpandangan perlu menutup pembahasan ini dengan sebuah kajian ringkas namun penting sekali berkenaan dengan nasihat dan peringatan menyeluruh agar buku ini semakin bermutu. Penulis melihat bahwa apa yang ditulis oleh Ibnu Masawaih (Masuyah) dalam kitab Al-Mahadzier sangat baik untuk dinukil secara harfiyah. “Barangsiapa yang memakan bawang merah dalam empat puluh hari, lalu wajahnya menjadi merah kehitam-hitaman, hendaknya ia menyalahkan dirinya sendiri. Barangsiapa yang makan ala kadarnya lalu memakan garam, lalu terkena panu atau eksim, hendaknya ia menyalahkan dirinya sendiri. Orang yang memakan ikan dan telur sekaligus, lalu terkena mencret dan sejenisnya, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Barangsiapa yang masuk kamar mandi dalam keadaan kenyang lalu mencret, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Orang yang menyantap ikan dengan susu sekaligus lalu terkena penyakit kusta, lepra atau encok, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Orang yang memakan susu dengan juice buah sekaligus lalu terkena penyakit kusta atau encok, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Orang yang mengalami mimpi basah lalu tidak mandi lalu ia menggauli istrinya, lalu lahir anak yang gila atau idiot, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Barangsiapa yang memakan telur rebus dingin berlebihan, lalu terkena asma, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Barangsiapa bersetubuh lalu tidak bersabar menuntaskannya, kemudian ia terkena kencing batu, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri. Barangsiapa melihat wanita pada waktu malam, lalu terkena penyakit kelumpuhan wajah, atau terkena penyakit lain, hendaknya ia hanya menyalahkan diri sendiri.

 

Ibnu Al-Bukhtayasu menyatakan, “Jangan makan sekaligus antara telur dengan ikan, karena bisa menyebabkan mencret atau ambeien dan sakit gigi. Terlalu banyak makan telur bisa menimbulkan?” gatal-gatal pada wajah. Memakan yang asin-asin, ikan asin, atau melakukan gurah sesudah mandi, bisa menyebabkan panu dan eksim. Terbiasa makan ginjal kambing bisa menimbulkan sakit kandung kemih. Mandi dengan air dingin setelah makan ikan segar, bisa menyebabkan mencret. Menyebutuhi wanita haid bisa menyebabkan lepra. Bersetubuh tanpa menyentuh air sesudahnya bisa menyebabkan kencing batu. Terlalu berlama-lama di luar rumah, bisa menimbulkan sakit membandel.

 

Hippocrates menyatakan, “Sedikit makan yang berbahaya lebih baik daripada banyak memakan yang bermanfaat.” Ia juga menyatakan, “Selalulah menjaga kesehatan dengan tidak malas bekerja, dengan tidak makan dan minum terlalu banyak.”

 

Sebagian ahli hikmah menyatakan, “Barangsiapa yang ingin sehat, hendaknya ia mangatur makannya dengan baik, hendaknya ia makan dengan hati-hati dan minum di saat haus”, sedikit minum air, meluruskan badan setelah makan dan berjalan sejenak usai makan malam”. Jangan tidur dalam keadaan kenyang, hati-hati masuk kamar mandi setelah makan. Satu kali makan di musim kemarau nilainya lebih baik dari sepuluh kali makan di musim dingin. Makan dendeng daging kering di malam hari bisa membantu mempercepat ajal. Bersetubuh dengan wanita tua dapat mempercepat umur orang yang masih muda, membikin sakit badan orang yang sehat.”

 

Ungkapan yang sama diriwayatkan juga dari Ali . Namun riwayat itu tidak shahih. Namun sebagian isinya benar dari ucapan Al-Harits bin Kaladah, tabib Bangsa Arab, juga ucapan dari pakar medis lainnya. 

 

Al-Harts menyatakan. “Barangsiapa yang ingin awet muda—meski tidak ada awet mudah yang sebenarnya-hendaknya ia makan pagi selekasnya dan makan malam selekasnya. berpakaian sederhana, dan tidak terlalu sering berhubungan intim.”

 

Al-Harts juga pernah berkata, “Ada empat hal yang bisa merusak badan: Bersetubuh saat kenyang, masuk kamar mandi usai banyak makan. makan dendeng. dan bersetubuh dengan orang tua.”

 

Saat Al-Harts sedang menghadapi kematiannya, orang-orang berkumpul di sekelilingnya. Mereka berkata. “Wasiatkan kepada kami suatu amalan yang akan kami kerjakan setelah engkau wafat.” Beliau berkata. “Nikahilah wanita yang muda saja. makanlah buah yang sudah masak saja. jangan berobat bila tubuh masih mampu menahan penyakit. Hendaknya kalian mencuci perut setiap bulan, karena itu bisa membersihkan lendir, bisa mematikan kuman. bisa menumbuhkan daging. Bila salah seorang di antara kalian makan”, hendaknya ia tidur satu jam sesudahnya. Kalau ia makan malam, hendaknya berjalan terlebih dahulu 40 langkah sesudahnya.”

 

Ada seorang raja berkata kepada dokter pribadinya, “Kemungkinan engkau tidak akan selamanya bersamaku. Berilah kepadaku sebuah resep yang akan kupegang selamanya darimu, “Nikahilah hanya wanita yang muda saja. Janganlah memakan daging kecuali yang segar saja. Janganlah meminum obat kecuali kalau betul-betul sakit. Janganlah memakan buah kecuali yang sudah masak betul. Kunyahlah makanan dengan baik. Kalau engkau makan di siang hari, boleh saja engkau tidur sesudah itu. Kalau engkau makan di malam hari, jangan tidur terlebih dahulu sebelum berjalan limapuluh lang kah. Janganlah makan sebelum lapar. Jangan memaksa diri untuk berhubungan seks. Jangan menahan buang air kecil. Mandilah sebelum engkau dimandikan. Jangan makan selama perutmu masih penuh berisi makanan. Jangan makan makanan yang tidak mampu digigit oleh gigimu, sehingga lambung pun pasti tidak mampu mencernanya. Seminggu sekali hendaknya engkau muntah untuk membersihkan perutmu. Sebaik-baiknya harta karun adalah darah dalam tubuhmu, maka jangan dikeluarkan kecuali bila dibutuhkan. Hendaknya engkau selalu mandi, karena mandi bisa mengeluarkan kelebihan unsur yang tidak bisa dikeluarkan oleh obat-obatan.”

 

asy-Syafi’i menyatakan, “Ada empat hal yang bisa memperkuat tubuh: Makan daging. mencium wewangian, sering mandi meski tidak bersetubuh dan mengenakan pakaian katun. Sementara ada empat hal lain yang melemahkan tubuh: Terlalu sering bersetubuh, terlalu sering murung. terlalu banyak minum air dan terlalu banyak makan asam. Ada empat hal yang dapat memperkuat penglihatan: Duduk menghadap Ka bah. memakai celak sebelum tidur, melihat yang hijau-hijau dan membersihkan tempat pertemuan. Empat hal lain yang dapat melemahkan pandangan mata: Melihat yang kotor-kotor. melihat salib, melihat kemaluan wanita dan duduk membelakangi Ka’bah. Ada empat hal yang bisa memperkuat hubungan seks: Memakan anak burung, jamur truffle (besar), kacang tanah, dan uir-uir belalang (nama sejenis kacang). Ada empat hal yang bisa memacu kemampuan otak: Meninggalkan ucapan yang tidak berguna, bersugi atau bersiwak, duduk bersama orang-orang shalih, dan berkumpul bersama para ulama.”

 

Platon menyatakan. “Lima hal yang bisa merusak badan, bahkan bisa membunuh: Bersikap kikir pada saat kaya, meninggalkan orang_orang yang dicintai, sering marah. menolak nasihat, dan orang jahil yang menertawakan orang pintar.”

 

Thabib Al-Ma’mum menyatakan, “Hendaknya kalian menjaga beberapa perkara. Barangsiapa yang menjaganya, maka ia layak untuk tidak mendapatkan penyakit kecuali penyakit kematian: Jangan makan selama di dalam perutmu masih ada makanan. Jangan makan makanan yang menyusahkan gigimu untuk mengunyahnya sehingga lambung juga tidak akan mampu mencernanya. Hati-hati, jangan terlalu banyak berhubungan seks karena bisa mencuri cahaya kehidupanmu. Jangan menyetubuhi perempuan tua, karena bisa menyebabkan mati mendadak. Jangan mengeluarkan darah dari dalam tubuh, kecuali bila terpaksa. Hati-hati jangan sampai sengaja muntah di musim kemarau.”

 

Di antara ungkapan Hippocrates yang paling simpel dan padat adalah, “Segala sesuatu yang terlalu banyak akan berlawanan dengan kondisi alami tubuh.” Galineus pernah ditanya, “Kenapa engkau tidak pernah sakit?” Ia menjawab. “Karena aku tidak pernah memakan dua jenis makanan yang tidak baik sekaligus. Aku tidak pernah makan setelah perutku berisi makanan. Aku juga tidak membiarkan perutmu menampung makanan yang mengganggu.”

 

Ada empat hal lain pula yang dapat menyebabkan tubuh menjadi sakit: Banyak bicara, banyak tidur, banyak makan, dan banyak berhubungan seks. Banyak bicara bisa mengikis dan melemahkan otak serta mempercepat tumbuhnya uban. Banyak tidur bisa membuat muka menjadi pucat. bisa membutakan hati, menggoncang saraf mata, membuat malas bekerja. dan menimbulkan banyak lendir pada tubuh. Banyak makan bisa merusak mulut lambung, melemahkan tubuh, menimbulkan angin duduk, dan penyakit-penyakit akut. Banyak berhubungan seks bisa merusak tubuh. melemahkan stamina, mengeringkan kelembaban alami tubuh. menegangkan saraf dan menimbulkan penyumbatan, selain juga bahayanya bisa menyebar ke seluruh tubuh terutama sekali otak karena banyaknya hasil kontaminasi dari unsur psikologis. Hubungan seks dapat memperlemah tubuh. lebih dari yang dapat dilakukan seluruh jenis obat pencahar misalnya. bahkan hubungan seks bisa menyedot banyak sekali ion tubuh.

 

Yang terbaik adalah bila seseorang berhubungan seks karena unsur syahwat yang murni dari seorang wanita yang muda usia, cantik jelita dan halal baginya, di samping orang tersebut juga masih muda belia, sistem metabolisme dan kelembaban tubuhnya masih baik, sementara hatinya tidak tersibukan oleh ganjalan hati, tidak terlalu sibuk dan terisi oleh hal-hal yang seharusnya ditinggalkan seperti terlalu banyak makan, membersihkan isi perut terlalu banyak, olahraga berlebihan, terlalu panas atau terlalu dingin. Kalau sepuluh hal ini betul-betul diperhatikan, niscaya akan berguna sekali bagi seseorang. Bagian mana saja yang hilang, pasti ia akan terkena bahaya sesuai kadar hal tersebut yang hilang. Kalau seluruh hal tersebut hilang, atau kebanyakan dari hal-hal tersebut hilang, hasilnya adalah cepatnya kematian.

 

Melakukan penjagaan secara berlebihan pada waktu sehat. sama halnya dengan melakukan kesembronoan pada waktu sakit. Cara penjagaan yang seimbang itulah yang bermanfaat.

 

Gelenius berkata kepada teman-temannya: Hindari tiga hal dan jagalah empat hal lain, maka engkau sudah tidak membutuhkan dokter lagi. Jauhi debu, asap dan bau busuk. Hendaknya kalian memanfaatkan lemak, minyak wangi. manisan, dan kamar mandi. Jangan kalian makan melebihi takaran sehingga terlalu kenyang, jangan membersihkan kotoran gigi dengan menggunakan batang badzaruj”” dan kayu kemangi. Jangan juga memakan buah pala di waktu sore. Jangan tidur pada saat seseorang memiliki banyak lendir di bagian belakang kepalanya. Jangan makan saat seseorang mengalami depresi. Jangan berjalan cepat pada saat mimisan, karena bisa menyebabkan kematian”. Jangan muntah karena sakit mata. Jangan makan banyak daging pada musim kemarau. Orang yang terkena demam karena kedinginan, jangan tidur di bawah sinar matahari. Jangan sekali-kali memakan terong yang terlalu masak. Orang yang terbiasa meminum secangkir minuman hangat di musim dingin, akan terbebas dari berbagai macam penyakit. Siapa saja yang mengurut tubuhnya dengan kulit delima di kamar mandi, akan terbebas dari penyakit kulit dan gatalgatal. Siapa saja yang mengonsumsi lima bunga iris (sejenis teratai) dicampur dengan sedikit bunga mushthagi Rumania, kayu cendana mentah dan kasturi, maka sepanjang hidupnya lambungnya tidak akan lemah dan rusak. Barangsiapa yang memakan biji semangka dengan gula, akan bisa membersihkan batu dari lambungnya serta terbebas dari susah kencing.

 

Ada empat hal yang menyebabkan badan hancur: murung. sedih, lapar dan begadang, sedangkan empat hal yang bisa menggembirakan hati: Melihat hijau-hijauan, melihat air yang mengalir, melihat orang yang dicintai dan melihat buah-buahan.

 

 Sedangkan empat hal pula yang bisa menggelapkan penglihatan: Berjalan tanpa alas kaki, menghabiskan waktu pagi dan sore di hadapan orang yang dibenci, orang yang menyusahkan atau di hadapan musuh, lalu banyak menangis, dan melihat tulisan yang pelik.

 

Ada empat hal yang bisa memperkuat badan: Mengenakan pakaian lembut, masuk kamar mandi secara rutin, memakan makanan manis dan berlemak, serta mencium segala sesuatu yang harum.

 

Ada empat hal yang bisa mengusamkan wajah dan menghilangkan air, kecerahan, dan keceriaannya: dusta, sikap kurang ajar, banyak bertanya tanpa dasar ilmu, serta banyak maksiat.

 

Empat hal yang bisa menambah air dan keceriaan wajah: Kewibawaan, menepati janji, sikap murah hati. dan takwa.

 

Ada empat hal yang menimbulkan kebencian dan kemarahan siapa saja: Sikap sombong, dengki, pembohong. dan suka mengadu domba.

 

Ada empat hal yang bisa mempermudah rizki: Shalat malam, banyak beristighfar sebelum fajar, selalu bersedekah. dan berdzikir di awal dan di akhir siang.

 

Ada empat hal yang menghalangi rizki: Tidur pagi sedikit shalat, banyak malas, dan berkhianat.

 

Empat hal yang berbahaya bagi pemahaman dan intelejensi: Terlalu banyak makan asam-asam dan buah-buahan, tidur tengkurap, kesedihan, dan rasa murung.

 

Ada empat hal yang bisa menambah daya nalar atau pemahaman: Ketenangan hati, tidak banyak makan dan minum, pandai mengatur gizi makanan dengan mengonsumsi yang manis dan berlemak, serta mengeluarkan ampas berat dari dalam tubuh.

 

Di antara yang membahayakan otak adalah: Kecanduan makan bawang merah, sayur, zaitun dan terong. banyak berhubungan seks, menyendiri, banyak pikiran, mabuk, banyak tertawa, dan banyak murung. Sebagian kalangan ahli pikir menyatakan, “Tiga kali pertemuanku gagal, dan aku tidak menemukan penyebabnya, selain bahwa aku terlalu sering makan terong pada salah satu dari ketiga hari tersebut. pada hari yang lain aku terlalu banyak makan zaitun, dan pada hari ketiga aku terlalu banyak makan sayur.”

 

Kami telah menyuguhkan berbagai ulasan bermutu berkaitan dengan sub-sub pembahasan ilmiah dalam ilmu medis. Kemungkinan siapa saja yang meneliti tidak akan mendapatkan sebagian besar dari pembahasan kecuali dalam buku ini. Kami telah memperlihatkan betapa dekatnya ajaran syariat dengan ilmu kedokteran, dan bahwasanya ilmu kedokteran ala nabi bila dibandingkan dengan ilmu kedokteran yang ada masih jauh lebih baik dibandingkan dengan ilmu kedokteran modern bila dibandingkan ilmu kedokteran kaum badui atau orang-orang jahil.

 

Sebenarnya hakikat persoalannya jauh melampaui apa yang telah kami paparkan, lebih tinggi nilainya dari sekadar yang telah kami sampaikan. Akan tetapi ulasan kami bisa menjadi peringatan ringan terhadap banyak hal lagi di balik itu. Orang yang tidak mendapatkan karunia dari Allah berupa pemahaman yang benar secara rinci, hendaknya ia menyadari adanya energi yang ditopang oleh wahyu dari sisi Allah serta berbagai ilmu yang Allah berikan kepada para nabi di samping dukungan akal dan keyakinan yang Allah berikan pada energi tersebut. Lalu bandingkan dengan ilmu yang mereka miliki.

 

Kemungkinan ada orang yang berkata: Apa relevansi antara petunjuk Nabi dengan bab persoalan ini dan juga penyebutan berbagai energi obat-obatan. kaidah-kaidah ilmu kedokteran dan cara memelihara kesehatan?

 

Pertanyaan itu berasal dari kepicikan si penanya sendiri dalam memahami ajaran Rasulullah. Karena sesungguhnya semua itu berasal dari karunia Allah terhadap hamba yang Allah kehendaki. Bukan itu saja, bahkan berlipat-lipat dari itu. berlipat-lipat lagi dari semua lipatan itu yang bisa didapat dengan sedikit saja memahami ajaran beliau, bimbingan dan petunjuknya yang didapat dengan pahamanan yang baik dari Allah dan Rasul-Nya.

 

Kami telah mendapatkan adanya tiga dasar medis dari dalam AlQur’an. Maka bagaimana mungkin kita mengingkari syariat Nabi yang diutus sebagai ajaran yang membawa kemaslahatan dunia dan di akhirat termasuk kandungannya terhadap kemaslahatan tubuh? Sebagaimana ajaran ini pun mengandung ajaran untuk kemaslahatan hati. Ajaran Islam memberi petunjuk untuk menjaga kesehatan dan menyingkirkan berbagai macam bahaya melalui berbagai cara yang multikompleks. Perinciannya bisa dikembalikan kepada akal sehat, fitrah yang bersih, analogi. tanbieh dan isyarat (imaa) yang tepat. Hal itu juga bisa didapat pada cabang pembahasan ilmu fiqih. Maka jangan sampai kita bersikap antipati terhadap hal yang tidak kita ketahui.

 

Kalau seorang hamba sudah mendapatkan karunia bisa mendalami Kitabullah dan Sunnah Rasul secara sempurna melalui berbagai nash (dalil tegas) dan berbagai implementasinya, pasti tidak akan membutuhkan lagi ulasan lain. Bahkan ia bisa mengambil kesimpulan untuk berbagai disiplin ilmu yang benar yang ada dari kedua ajaran tersebut. Poros dari semua ilmu adalah pada pengenalan terhadap Allah, perintah dan ciptaan Allah. Semua itu diserahkan kepada para rasul yang merupakan ciptaan Allah yang paling mengenal Allah, perintah dan

 

Ciptaan-Nya, paling memahami hikmah Allah dalam ciptaan dan perintahNya.

 

Ilmu medis yang dimiliki oleh pengikut para rasul tentu saja lebih tepat dan lebih berkhasiat dibandingkan dengan ilmu medis manusia lainnya. Maka ilmu kedokteran dari pengikut nabi terakhir, penghulu dan Imam mereka Muhammad bin Abdullah. tentu merupakan pengetahuan medis yang paling tepat dan paling berkhasiat. Tentunya yang dapat mengerti itu semua adalah orang yang sudah mengerti pula ilmu medis yang dikuasai manusia. kemudian baru membandingkannya dengan ilmu medis dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Baru pada saat itu akan terbukti perbedaan kualitas antara keduanya. Umat Nabi Muhammad adalah umat yang paling sehat akal dan fitrahnya. paling tinggi ilmunya dan paling dekat dengan kebenaran. Karena mereka adalah umat terbaik pilihan Allah di antara seluruh umat, sebagaimana Rasul mereka adalah rasul terbaik pilihan Allah dari seluruh rasul. Ilmu, hikmah, dan kesantunan yang Allah anugerahkan kepada mereka, tidak dapat ditandingi oleh siapapun juga.

 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari hadits Bahj bin Hukaim, dari ayahnya. dari kakeknya bahwa ia menceritakan: Rasulullah  bersabda:

 

“Kami dapat menanding?” tujuh puluh umat sekaligus, kalian adalah yang terbaik dan paling mulia di sisi Allah.” 

 

Maka terlihatlah pengaruh dari kemuliaan Allah  dalam ilmu, akal dan kesantunan mereka bahkan juga dalam fitrah mereka. Mereka adalah umat yang pernah diperlihatkan segala bentuk ilmu dan akal orang-orang sebelum mereka, bahkan amal perbuatan dan tingkatantingkatan mereka, sehingga bertambahlah ilmu, kesabaran dan akal mereka di samping ilmu dan kesabaran yang telah Allah  berikan kepada mereka. Oleh sebab itu merekalah yang memiliki dasar darah yang baik, sementara kalangan Yahudi memiliki kecenderungan penyakit kuning sementara kaum Nashrani cenderung memiliki banyak dahak dan lendir pada tubuhnya.

 

Dengan alasan itulah kaum Nashrani banyak didominasi oleh kepandiran, kepicikan dalam pemahaman dan intelektualitas. Sementara kaum Yahudi lebih banyak didominasi rasa sedih, murung dan rendah diri. Sementara kaum Muslimin lebih didominasi oleh intelektual, keberanian, pemahaman (yang baik), kegembiraan dan (keceriaan).