Masalah Halal dan Haram adalah masalah yang sangat penting, yang harus diperhatikan oleh setiap mukmin yang mengharapkan amal ibadahnya diterima oleh Allah, sehingga dapat berhasil mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan alasan ini penyusun risalah ini menempatkan wasiat rasul tentang halal dan haram pada urutan pertama. Halal dan haram memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan mental spiritual seseorang. Oleh sebab itu, setiap mukmin harus memperhatikan betul terhadap masalah ini dan berusaha mencari yang halal dan mengabaikan yang haram, agar darah dan daging dalam tubuh ini benar-benar bersih dan suci.
- Pengaruh Makanan Halal
Hai, Ali, barangsiapa yang mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, maka agamanya bersih, hatinya lunak dan doanya tidak terhalang (dikabulkan oleh Allah).
2, Pengaruh Makanan Syubhat dan Haram
Hai, Ali, barangsiapa yang mengonsumsi makanan atau minuman yang syubhat, maka dia ragu terhadap agamanya dan gelap hati nuraninya.
Barangsiapa yang mengonsumsi makanan dan minuman haram, maka hatinya mati, ringkih agamanya, lemah imannya, Allah menolak doanya dan sedikit ibadahnya.
Keterangan:
Barang (makanan atau minuman) haram itu adakalanya barang itu sendiri memang haram, seperti daging babi atau arak, atau barang itu sebenarnya halal, tapi cara memperolehnya dengan jalan haram, seperti roti hasil curian atau barang itu
halal, diperoleh dengan cara yang benar, tetapi alat yang digunakan memperolehnya itu haram, seperti membeli roti dengan uang riba, uang hasil curian atau korupsi.
Imam Ali Al-Khawas berkata: Barangsiapa mengonsumsi makanan atau minuman haram aktif beribadah, maka orang itu tidak ubahnya burung merpati yang mengerami telur yang telah rusak. la capek dan lelah mengeraminya dalam waktu yang sangat lama, tetapi tidak membuahkan apa-apa, bahkan menghasilkan sesuatu yang tidak baik.
Beliau juga berkata:
Semua perbuatan maksiat yang dilakukan oleh setiap hamba itu disebabkanh oleh makanan haram. Barangsiapa makan barang haram dan ingin berbuat baik, maka dia menginginkan sesuatu yang mustahil. (Al-Minah As-Saniyyah: 7-8).
Hikayah I
Diriwayatkan dari Syekh Abu Yazid Al-Busthomi, bahwa dirinya telah beribadah kepada Allah swt. bertahun-tahun, tetapi dia tidak dapat merasakan nikmat dan kelezatan ibadah. Dia lalu menjumpai ibunya dan berkata: Wahai, Ibuku, saya belum pernah dapat merasakan nikmat dan kelezatan ibadah sama sekali. Tolonglah, renungkanlah, apakah Ibu pernah memakan barang haram, sewaktu Ibu mengandungku atau sewaktu menyusuiku. Sang ibu berpikir lama sekali, lalu berkata kepada putranya. Hai, anakku, ibu ingat, yaitu ketika ibu mengandungmu, Ibu pernah naik ke rumah bagian atas, lalu ibu melihat ada adonan makanan milik tetangga dijemur, ibu ingin memakan itu, lalu ibu mengambilnya sedikit, yaitu sebesar ujung jari dan ibu makan tanpa minta izin kepada pemiliknya. Abu Yazid berkata: Inilah penyebab yang membuat aku tidak dapat merasakan kelezatan ibadah. Lalu dia berkata: Tolonglah, Bu, temui pemilik barang tersebut dan mintalah kehalalannya. Sang ibu lalu melaksanakannya dan berhasil mendapatkan ridha dan kehalalan dari pemiliknya. Selang sesa’.t, Abu merasakan kelezatan ibadahnya yang amat luar biasa
Hikayah II
Diriwayatkan dari Syekh Ibrahin bin Adham r.a., sesungguhnya dirinya pernah di Makkah membeli kurma dari seseorang, lalu ada dua biji kurma jatuh di tanah di dekat kakinya. Dia menyangka, bahwa dua kurma itu termasuk yang ia belinya, tanpa pikir dia lalu memakannya. Dia kemudian pergi ke mesjid Al-Aqsho di kota Baitul Maqdis, lalu masuk ke Qubbatus Shahroh dan menyepi di sana. Sedangkan di tempat itu ada peraturan, siapa saja yang ada di tempat ini harus keluar mulai malam menjelang tiba, karena malaikat akan masuk dan beribadah sepanjang malam. Penjaga tempat ini, sesudah Ashar, berusaha menghalau setiap orang yang di dalamnya, agar keluar. Tetapi Ibrahim bin Adham bersembunyi. Lalu pintu Qubbatus Shahroh ditutup. Para malaikat mulai berdatangan dan masuk. Ketika masuk mereka berkata, di sini ada manusia, malaikat lain menyahut, ya, ada, yaitu Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah dari Khurosan. Yang lain pun menjawab, ya, benar. Malaikat lain menyahut, oh, darinya ada amal naik ke langit dan diterima tiap hari itu, lalu ada suara menyahut, ya, hanya saja ibadahnya itu berhenti sejak satu tahun ini dan selama ini doanya tidak dikabulkan, gara-gara dua biji buah kurma. Semalam suntuk para malaikat tersebut beribadah kepada Allah swt. hingga fajar.
Penjaga tempat suci ini lalu datang dan membuka pintunya. Ceritanya Ibrahim bin Adham lalu keluar dan pergi menuju kota Makkah langsung menuju toko tempat ia membeli kurma beberapa tahun lalu. Dia mendapati seorang pemuda di toko itu, dan berkata kepadanya, tahun lalu di tempat ini ada orang tua menjual kurma. Pemuda itu menjawab, ya, ia adalah ayah saya dan sudah meninggal. Lalu Ibrahim bercerita tentang pengalamannya yang berkaitan dengan dua biji buah kurma. Pemuda itu berkata: Saya menghalalkan bagianku. Tapi selain aku, ahli waris ayah itu masih ada, yaitu satu saudaraku perempuan dan ibu, Ibrahim berusaha menjumpai mereka dan minta kehalalan bagian mereka dalam dua kurma tersebut.
Keduanya menghalalkannya juga.
Syekh Ibrahim bin Adham lalu berangkat ke kota Baitul Magdis dan masuk ke Qubbah itu seperti biasanya, menjelang malam hari. Mereka berkata kepada yang lain, ini Ibrahim bin Adham, amal-amalnya ditangguhkan dan doanya tidak dikabulkan sejak setahun. Tetapi setelah ia membereskan urusan dua biji buah kurma yang dimakannya tanpa sengaja itu, maka amal-amalnya diterima, doa-doanya dikabulkan dan Allah swt. mengembalikannya pada derajatnya semula. Ibrahim bin Adham mendengar ucapan itu menangis karena gembira. Ia kemudian tidak makan, kecuali sekali dalam seminggu dengan makanan yang halal. (An-Nawadir: 36-37).
- Rezeki Haram dan Murka Allah
Hai, Ali, jika Allah swt. murka kepada seseorang, maka Dia memberinya rezeki berupa kekayaan yang haram. Apabila kemurkaan-Nya kepada orang tersebut bertambah, maka Allah akan menugaskan setan membantunya mengurusi harta kekayaan dan menemaninya mencari kekayaan, menyibukkannya dengan urusan dunia hingga lupa terhadap urusan agama dan memudahkan orang tersebut dalam hal urusan dunia lalu berkata: tenanglah, Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
- Pencari Harta Haram adalah Kawan Setan
Hai, Ali, tidaklah seseorang pergi mencari harta haram dengan berjalan kaki, melainkan ia ditemani setan, tidaklah seseorang pergi mencari harta haram dengan naik kendaraan, melainkan ia dibuntuti oleh setan, dan tidaklah seseorang mengumpulkan harta haram, melainkan setanlah yang memakannya. Siapa saja yang lupa menyebut asma Allah ketika berhubungan badan dengan istri, maka ia diikuti setan dalam ikhtiarnya mendapatkan anak.
Demikian itulah yang dimaksud firman Allah swt.:
…..Dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak serta beri janjilah mereka.
Keterangan:
Setan adalah golongan jin yang membangkang, perbuatanperbuatannya selalu mengarah pada pembangkangan dan kehancuran, senantiasa berusaha menghancurkan kehidupan umat manusia dcngan usahanya menjauhkan manusia dari hidayah Allah dan jalan yang benar. Setan adalah musuh Allah dan musuh manusia. Allah swt. telah memperingatkan kita agar mewaspadai tipu dayanya, memberi tahu kepada kita tentang permusuhannya dan mendorong kita agar terus melawannya dengan segala cara, sampai dorminasinya melemah. Dia berfirman:
Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Q.S. Fatbir: 6).
Setan itu sangat gigih dalam mengganggu manusia dan terus mencari kesempatan masuk jiwa manusia. Tetapi, jika jiwa manusia itu sehat dan bebas dari penyakit-penyakit jiwa yang merupakan pintu masuk setan, maka setan tidak akan berhasil menusuknya. Adapun penyakit-penyakit jiwa (hati) yang menjadi pintu masuk setan itu antara lain cinta harta.
5, Allah Menolak Sedekah dari Harta Haram
Hai, Ali, Allah swt. tidak menerima salat seseorang tanpa wudhu dan Dia tidak menerima sedekah dari harta haram.
keterangan:
Dalam hadis Nabi saw. disebutkan:
Barangsiapa yang mendapatkan uang (harta) dari cara yang tidak benar, lalu digunakan menyambung sanak famili, disedekahkan atau diinfakkan untuk membela agama Allah, maka harta itu dikumpulkan oleh Allah swt. seluruhnya, lalu dicampakkan ke neraka. (H.R. Abu Dawud).
Imam Sufyan Ats-Tsauri r.a. berkata:
Barangsiapa yang menginfakkan harta yang berasal dari harta haram di jalan kebaikan, maka ia seperti orang yang mencuci pakaian najis dengan air kencing. Pakaian yang najis itu tidak dapat disucikan, kecuali dengan air dan dosa itu tidak dapat dihapus, kecuali dengan harta halal. (Ihya Ulumuddin juz 2: 25).
- Harta Haram Penghalang Meningkatnya Iman
Hai, Ali, orang mukmin itu senantiasa bertambah meningkat agama (amal baik)nya, selama dia tidak memakan makanan haram. Barangsiapa yang menjauhi ulama, maka hatinya mati dan tidak tahu menjalankan taat kepada Allah swt.
Keterangan:
Dalam hadis Nabi saw. yang lain disebutkan:
“Barangsiapa makan barang halal selama empat hari, maka Allah akan menerangi hatinya dan mengalirkan sumber-sumber hikmah dari hatinya.”
Kedudukan Ulama
Ada sebuah riwayat dari Ka’ab bin Al-Ahbar r.a., ia berkata: Sesungguhnya Allah di hari kemudian nanti akan menghisab semua amal hamba. Apabila kejelekannya lebih berat dari amal baiknya, maka diperintahkan ke neraka. Ketika mereka, para hamba, itu berjalan menuju neraka, Allah berkata kepada Malaikat Jibril: Hai, Jibril, temuilah hamba-Ku ….. dan tanyakanlah kepadanya, apakah dia saat hidup di dunia pernah mendatangi majelis seorang ulama, agar Aku dapat mengampuninya, dengan syafaat si ulama tersebut? Malaikat Jibril melaksanakan perintah itu dan si hamba tersebut menjawab: Tidak pernah mendatangi majelis (pengajian) ulama. Malaikat Jibril lalu kembali menghadap kepada Allah dan berkata: Ya, Robbi, Engkau Maha Mengetahui tentang keadaan hamba-Mu, dia menjawab tidak pernah mendatangi majelis (pengajian) ulama. Allah swt. memerintahkan kepada Malaikat Jibril, bertanyalah kepada hamba itu: Apakah dia pernah mencintai seorang ulama? Malaikat Jibril pergi melaksanakan perintah itu, tetapi hamba itu menjawab tidak pernah mencintai seorang ulama. Malaikat kembali kepada Allah. Allah berfirman kepada Jibril: Tanyakanlah kepada hamba-Ku itu: Apakah dia pernah duduk makan yang dihadiri oleh seorang ulama. Malaikat Jibril pergi melaksanakan tugas tersebut. Tetapi si hamba itu menjawab tidak. Allah kemudian memerintah Jibril agar bertanya kembali kepada hamba tersebut: Apakah dia pernah tinggal di sebuah perkampungan yang di situ terdapat seorang ulama’ Malaikat Jibril melaksanakan perintah itu. Setelah ditanya tentang ini ternyata si hamba itu menjawab tidak. Allah kemudian berkata kepada Jibril, tanyakanlah kepadanya, apakah namanya sama dengan nama seorang ulama. Malaikat pergi dan menanyakan hal itu kepadanya. Tetapi si hamba itu menjawab tidak. Malaikat Jibril menghadap kepada Allah. Kemudian Allah memerintah Malaikat Jibril, agar bertanya lagi kepada hamba tersebut, apakah dia mencintai orang yang mencintai seorang ulama. Malaikat Jibril menjumpai hamba itu dan menanyakan kepadanya, apakah dia mencintai orang yang mencintai seorang ulama? Hamba itu menjawab: Ya, saya pernah menyukai orang yang mencintai ulama. Allah swt. berfirman kepada Malaikat Jibril: Tariklah tangan hamba itu dan tuntunlah ke surga. Sesungguhnya Aku telah mengampuninya, karena dia mencintai orang yang mencintai ulama. (An-Nawadir: 41).
- Pembaca Alqur-an yang Mengabaikan Halal dan Haram
Hai, Ali, barangsiapa yang membaca Alqur-an tetapi enggan menghalalkan (mengamalkan) apa yang dihalalkan di dalamnya dan tidak mengharamkan (menjauhi) apa yang diharamkan di dalamnya, maka dia termasuk golongan orang-orang yang melemparkan kitab Allah ke belakang punggung mereka.
Keterangan:
Dalam hadis Nabi Muhammad saw. dijelaskan:
Demi Dzat Yang Menguasai diri Muhammad, sesungguhnya Malaikat Zabaniyyah itu lebih mendahulukan menyambar orang-orang yang hafal Alqur-an daripada para penyembah patung. Para penghafal Alqur-an itu dicampakkan ke dalam neraka bersama para penyembah patung. Mereka, orang-orang yang hafal Alqur-an, protes kepada Allah seraya berkata: Hai, Tuhan kami, mengapa Engkau mencampurkan kami semua ke dalam neraka bersama orangorang yang telah memakan rezeki-Mu, tetapi menyembah selain Kamu? Padahal kami ketika hidup membaca kitabMu. Allah swt. berfirman: Benar hamba-hamba-Ku yang jelek. Kamu semua memang membaca kitab-Ku (Alqur-an), tetapi kamu semua tidak menghalalkan apa yang dihalalkan, tidak mengharamkan apa yang Aku haramkan, tidak mau merenungkan keajaiban-keajaibannya, dan tidak pula mengamalkan hukum-hukumnya. Orang yang alim itu tidaklah sama dengan orang bodoh, maka rasakanlah siksaan ini, sebab apa yang telah kamu perbuat sendiri. (Al-Washoya: 153).
- Adab dan Hikmah Wudhu
- Adab Wudhu
Hai, Ali, berusahalah semaksimal mungkin dalam menyempurnakan wudhu. Sesungguhnya wudhu itu separo dari iman. Apabila kamu berwudhu, maka janganlah kamu berlebihan memakai air, dan apabila kamu selesai membasuh dua kaki, bacalah surah Al-Qadr sebanyak sepuluh kali, maka Allah swt. akan menghilangkan kesusahanmu.
- Bacaan Sesudah Wudhu
Hai, Ali, apabila kamu telah usai mengerjakan bersuci (wudhu), maka ambillah air, lalu usapkanlah ke lehermu dengan kedua tanganmu dan bacalah:
Maha Suci Allah dan dengan memuji Kamu, aku bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau, hanya Engkau saja yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.
Sesudah itu arahkan pandanganmu ke arah tanah dan bacalah:
Aku bersaksi, sesungguhnya Muhammad adalah hamba an ulusan-Mu.
Barangsiapa yang mengamalkan ini, maka dosa-dosanya, yaik yang kecil maupun yang besar, diampuni oleh Allah swt.
3, Mandi pada Hari Jumat
Hai, Ali, barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, maka Allah mengampuninya semasa antara Jumat itu dan Jumat yang akan datang. Allah akan menjadikan amal ini berupa pahala di kuburnya dan memperberat timbangan (amal baik)nya.
- Keutamaan Orang yang Berada dalam Keadaan Suci
Hai, Ali, sesungguhnya para malaikat itu terus-menerus memohonkan ampun untuk setiap orang, selama orang itu dalam keadaan suci, belum hadas..
- Siwak dan Hikmahnya
Hai, Ali, memakailah siwak secara rutin, sebab bersiwak itu mengandung dua puluh empat manfaat (kebaikan) dalam agama dan tubuh.
- Salat Fardu dan Sunah
- Salat Tepat Waktu
Hai, Ali, laksanakanlah salat tepat pada waktunya. Sesungguhnya salat tepat pada waktunya itu merupakan induk segala kebaikan dan cahaya setiap ibadah (ibadah yang paling menonjol).
Keterangan:
Salat fardu itu harus dikerjakan, tidak boleh ditinggalkan sama sekali dan harus dikerjakan tepat pada waktunya. Karena, meninggalkan salat adalah perbuatan dosa dan berat siksanya, begitu pula mengerjakan salat tidak tepat pada waktunya.
Hikayah I
Ada sebuah riwayat: Dulu, pada zaman Nabi Musa a.s. ada seorang wanita Bani Israel menghadap kepada Nabi Musa a.s. dan berkata: Hai, Nabi Allah, aku telah melakukan zina hingga hamil dan melahirkan anak. Anak itu lalu aku bunuh. Nabi Musa marah dan mengusir wanita tersebut seraya berkata: Hai, wanita lacur, keluar dari tempat ini, agar tidak turun api dari langit yang dapat membakar kita semua, akibat perbuatan itu. Wanita itu keluar dengan hati yang sedih. Kemudian turunlah Malaikat Jibril dan berkata: Hai, Musa, Tuhan berkata kepadamu, mengapa engkau menolak orang yang bertobat. Tidakkah engkau mengetahui orang yang lebih jelek dari dia. Musa berkata: Hai, Jibril, siapa orang yang lebih jelek daripada wanita yang berzina, hamil, melahirkan anak, lalu membunuh anaknya itu? Malaikat Jibril menjawab: Yaitu orang yang meninggalkan salat dengan sengaja. Renungkanlah …… (Irsyadul ‘Ibad: 13).
Hikayah II
Ada sebuah riwayat dari seorang ulama salaf, bahwa pada suatu hari ia ikut mengubur saudara perempuannya yang telah meninggal dunia, lalu dompetnya yang berisi uang jatuh ke kuburannya, tetapi ia tidak merasa, hingga ia pulang. Sesampainya di rumah ia teringat dompetnya dan ia yakin, bahwa dompetnya jatuh ke kuburan adiknya. Lalu ia kembali ke kuburan dan menggali kuburan adiknya tersebut. Tetapi kemudian, ia melihat api menyala-nyala dari dalam kubur adiknya itu. Ia takut dan berhenti, tidak meneruskan usahanya menggali kuburan untuk mendapatkan dompetnya. Ia segera pulang dengan menangis dan sedih atas apa yang menimpah adiknya di kuburnya itu. Ia lalu berkata kepada ibunya: Hai, Ibu, ceritakanlah kepadaku tentang adikku dan perbuatannya di masa ia masih hidup. Sang ibu berkata, untuk apa engkau berkata seperti itu. Ia berkata: Hai, Ibuku, kuburan adikku itu menyala nyala apinya, Mendengar cerita ini ibunya menangis, lalu berkata: Hai, anakku, adik perempuanmu itu ketika hidup meremehkan salat dan suka mengakhirkannya.
Inilah azab orang yang suka mengakhirkan salat, maka bagaimana dengan halnya siksa orang yang tidak salat sama sekali. (Irsyadul ‘Ibad: 4),
Dalam sebuah riwayat disebutkan: Barangsiapa yang memelihara salat fardu dengan baik, maka akan dimuliakan oleh Allah dengan lima perkara, yaitu: 1. Dihilangkan kesulitan dalam bidang ekonominya, 2. Dibebaskan dari siksa kubur, 3. Menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya: 4. Berjalan di atas As-Shirot dengan amat cepat bagaikan kilat, 5. Masuk surga tanpa hisab.
Barangsiapa meremehkan salat fardu, maka akan disiksa oleh Allah dengan lima belas macam siksaan, lima siksaan di dunia, tiga siksaan ketika menghadapi maut, tiga siksaan ketika di kubur, tiga siksaan ketika bangkit dari kubur.
Lima siksaan di dunia itu berupa: 1. Umurnya tidak diberkati oleh Allah: 2. Wajahnya tampak tanda-tanda jelek: 3. Tiap amal perbuatannya tidak diberi pahala oleh Allah: 4. Doanya tidak dapat dinaikkan ke langit, dan 5. Tidak mendapat bagian dos orang-orang baik.
Adapun tiga siksaan ketika menghadapi maut adalah: 1. Mati dalam keadaan hina: 2. Merasakan kehausan yang mencekik, dan 3. Merasakan kelaparan yang luar biasa.
Sedangkan tiga siksaan ketika di kubur adalah: 1. Dihimpi’ oleh tanah: 2. Dibakar dengan api, siang dan malam: dan 3. Dililif ular dan digigitnya.
Adapun tiga macam siksaan ketika bangkit dari kuburnya adalah: 1. Kesulitan ketika dihisab, 2. Dimurkai oleh Allah: dan 3. Dimasukkan ke dalam neraka. (Irsyadul ‘Ibad: 12-13).
- Amalan yang Menyebabkan Jibril Ingin Menjadi Manusia
Hai, Ali, Malaikat Jibril ingin menjadi manusia, karena tujuh amal, yaitu: Salat fardu lima kali sehari-semalam bersama imam (berjamaah), berkumpul dengan para ulama, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memberi minum orang-orang yang haus, mendamaikan dua orang yang berselisih, memuliakan tetangga dan yatim. Oleh sebab itu, berusahalah mengamalkan amalan-amalan tersebut.
- Salat Malam (Tahajud)
Hai, Ali, laksanakanlah salat (sunah Tahajud) di malam hari, walaupun (sebentar) seperti lama memerah susu, sebab orang: yang mengerjakari salat Malam hari itu paling bagus wajahnya.
- Adab Salat
Hai, Ali, apabila kamu bertakbir untuk salat, maka renggangkanlah jari-jarimu dan angkatlah kedua tanganmu setinggi dua pundakmu. Apabila kamu telah bertakbir, maka letakkanlah tangan kananmu di atas tangan kiri di bawah pusar. Apabila engkau rukuk, maka letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu, dan renggangkanlah jari-jarimu.
Hai, Ali, kerjakanlah salat Subuh sedikit agak siang dan kerjakanlah salat Maghrib sesudah matahari terbenam lewat sepanjang memerah susu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk perbuatan para nabi a.s.
Keterangan:
Dalam hadis Nabi saw. disebutkan: Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki salat yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Beliau lalu bersabda: Apabila orang itu mati dalam keadaan seperti itu terus, maka dia mati dalam keadaan tidak mengikuti agama Muhammad. (H.R. Imam Thabrani dan Ibnu Hibban).
Dalam hadis yang lain diriwayatkan Ath-Thabrani dijelaskan: Barangsiapa salat di luar waktunya, tidak menyempurnakan wudhunya, tidak khusyuk dan tidak sempurna rukuk dan sujudnya, maka amalan salat itu keluar dalam keadaan berwarna hitam dan gelap seraya berkata: Mudah-mudahan Allah menyianyiakan kamu, seperti kamu menyia-nyiakan saya, dan Allah benar-benar melipat-lipatnya, seperti baju kumal dilipat lalu dilemparkan pada wajah orang tersebut.
- Keutamaan Salat Jamaah
Hai, Ali, kerjakanlah salat dengan berjamaah, sesungguhnya pergi salat berjamaah menurut Allah itu seperti bepergian melakukan haji dan umroh. Orang yang senang melakukan salat berjamaah hanyalah orang mukmin yang dicintai oleh Allah, dan orang yang tidak suka berjamaah hanyalah orang munafik yang dibenci Allah.
- Hamba yang Paling Dicintai Allah
Hai, Ali, hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah hamba yang bersujud kepada-Nya dengan membaca:
Hai, Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya pada diriku sendiri, maka ampunilah dosaku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau.
- Anjuran Melakukan Salat Dhuha dan Keutamaannya
Hai, Ali, kerjakanlah salat Dhuha, baik ketika dalam bepergian maupun di rumah, sebab pada hari kiamat nanti terdapat seruan dari atas surga: Di manakah orang-orang yang senantiasa mengerjakan salat Dhuha? Masuklah kalian semua ke surga dari pintu Adh-Dhuha dengan selamat, lagi aman sentosa. Allah tidak mengutus seorang nabi, kecuali beliau diperintahkan mengerjakan salat Dhuha.
- Salat Jamaah adalah Kemuliaan Orang Mukmin
Hai, Ali, di antara kemuliaan orang mukmin adalah istri yang ideal, salat berjamaah dan tetangga yang menyukainya.
- Keutamaan Puasa Ramadhan
Hai, Ali, barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan selama puasa itu menjauhi hal-hal yang dilarang Allah dan tidak melakukan kebohongan, maka Allah senang kepadanya dan memastikannya masuk surga.
Keterangan:
Setiap muslim wajib menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan baik, agar puasa yang dikerjakannya itu diterima oleh Allah swt.
Ada dua hal penting yang harus diketahui bagi setiap muslim ketika menjalankan puasa Ramadhan, yaitu:
- Hal-hal yang membatalkan puasa.
- Hal-hal yang membatalkan pahala puasa.
Hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab fikih, yaitu:
- Masuknya sesuatu pada jauf (rongga dalam).
- Masuknya sesuatu ke kepala (melalui lubang telinga atau luka yang tembus ke otak).
- Memasukkan sesuatu (obat) melalui gubul dan dubur.
- Sengaja bermuntah-muntah.
- Bersetubuh (jimak).
- Mengeluarkan mani karena bersentuhan kulit atau onani, baik dengan tangan sendiri atau istri.
- Menstruasi (haid).
- Nifas.
- Gila (hilang akal).
- Murtad (keluar dari Islam).
Adapun hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa berdasarkan ijmak ulama adalah bohong, ghibah (ngerasani) dan mencaci maki.
Dalam hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami, dari Anas r.a. disebutkan:
Lima perkara yang membatalkan (pahala) orang yang berpuasa dan merusak wudhu, yaitu: Berkata bohong, ghibah (ngerasani), adu domba, melihat yang disertai rasa senang dan sumpah palsu.
Dalam musnad Imam Ahmad disebutkan: Dulu, di zaman Rasulullah saw. ada dua wanita berpuasa dan mengalami kelaparan dan haus yang sangat di sore hari, hampir saja mereka mati. Kedua wanita itu dibawa ke hadapan Rasulullah saw. untuk meminta izin berbuka. Lalu beliau mengirimkan dua mangkok kosong dan bersabda kepada keduanya: Muntahkanlah apa yang telah kamu makan dalam mangkok itu. Salah seorang wanita itu memuntahkan darah dan daging busuk. Demikian juga wanita lainnya, hingga dua mangkok itu penuh muntahan darah dan daging busuk. Orang-orang pada heran melihatnya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Kedua wanita ini puasa (tidak makan) sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dan berbuka dengan sesuatu yang diharamkan-Nya, salah satunya menjumpai yang lain, lalu mereka berdua menggunjing (ngerasani) orang lain, dan inilah yang mereka makan itu.
- Keutamaan Puasa Syawal
Hai, Ali, barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan mengikutinya dengan berpuasa selama enam hari di bulan Syawal, maka Allah mencatatnya berpuasa setahun penuh.
- Berderma Dapat Menarik Rahmat Allah
Hai, Ali, sesungguhnya para wali Allah swt. itu tidak memperoleh kelapangan rahmat Allah dan keridhaan-Nya sebab banyak ibadah yang mereka kerjakan, tetapi mereka menerima kelapangan rahmat Allah dan keridhaan-Nya itu sebab kedermawanan hati mereka dan sebab sikap mereka yang meremehkan harta kekayaan dunia.
- Keutamaan Dermawan dan Kehinaan Orang Kikir
Hai, Ali, orang yang senang mendermakan hartanya itu dekat dengan Allah, dekat dengan rahmat-Nya dan jauh dari siksa-Nya. Sedangkan orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari rahmat-Nya dan dekat pada siksa-Nya.
Keterangan:
Ada riwayat menyebutkan: Bahwa Abdullah bin Al Mubarok pernah mampir ke kota Kufah dalam perjalanannya menuju Makkah untuk melakukan ibadah haji. Dalam perjalanan ini ia melihat seorang perempuan mencabuti bulu-bulu itik di tempat pembuangan sampah. Ia berhenti dan memperhatikannya. Ternyata, itik itu adalah bangkai. Ia lalu berkata: Hai, wanita, ini bangkai atau habis disembelih? Wanita itu menjawab: Bangkai, dan aku akan memakannya bersama keluargaku. Abdullah bin Al-Mubarok berkata kepada wanita itu: Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bangkai, tapi di desa ini engkau memakannya. Si wanita itu berkata: Hai, Tuan, pergilah. Tetapi Abdullah bin Al-Mubarok terus mengingatkannya, hingga akhirnya wanita itu berkata: Sesungguhnya saya, dan anak-anak yang masih kecil sudah tiga hari kelaparan, karena saya tidak menemukan sesuatu yang dapat kami masak untuk mereka. Lalu ia pergi, dan tidak lama lagi kembali dengan menuntun keledai yang di atas punggungnya terdapat bahan makanan, pakaian dan perbekalan lainnya menuju tempat tinggal wanita tersebut. Ia mengetuk pintu rumah wanita fakir itu dan masuk ke dalamnya seraya berkata kepadanya: Ini adalah bahan makanan, pakaian dan masakan makanan, ambillah, keledai dan muatannya ini semuanya aku berikan kepadamu. Kemudian ia menetap di kota Kufah ini, tidak melanjutkan perjalanannya ke kota Makkah, karena musim haji sudah lewat. Lalu ia kembali pulang ke negerinya, ketika para Hujjaj sudah pada pulang. Orang-orang menyambut kedatangannya. Tetapi ia berkata kepada mereka, aku tidak melakukan haji tahun ini. Kemudian ada seorang laki-laki berkata: Subhanallah, bukankah aku telah menitipkan uangku dan kita berangkat bersama-sama, kemudian saya mengambilnya kembali di Arafah. Laki-laki lainnya berkata: Bukankah engkau yang memberi minuman di tempat ini? Lainnya lagi berkata: Hai, Abdullah bin Al-Mubarok, tidakkah engkau membeli ini dan itu kepadaku? Abdullah bin Al-Mubarok berkata kepadanya: Saya tidak mengerti apa yang mereka katakan. Saya tahun ini tidak melakukan ibadah haji.
Ketika malam hari tiba dan Abdullah bin Al-Mubarok tidur, maka ia bermimpi melihat ada seseorang berkata: Hai, Abdullah, sesungguhnya Allah swt. telah menerima sedekahmu dan Dia mengutus seorang malaikat yang menjelma seperti kamu ke Makkah untuk melakukan haji untukmu. (An-Nawadir: 98-99).
Hai, Ali, saya telah melihat sebuah tulisan di pintu surga: Pintu tertutup bagi setiap orang yang kikir, orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya dan orang yang suka menggunjing.
- Tempat Orang Dermawan dan Orang Kikir
Hai, Ali, ketika Allah menciptakan surga, maka surga itu bertanya: Hai, Tuhanku, mengapa Engkau ciptakan aku? Allah menjawab: Untuk setiap orang yang suka mendermakan hartanya dan orang yang bertakwa. Lalu neraka bertanya: Hai, Tuhanku, mengapa Engkau menciptakan aku? Allah menjawab: Untuk setiap orang yang kikir dan orang yang sombong. Neraka berkata: Aku untuk mereka berdua.
- Tempat Orang yang Menentang Hawa Nafsunya
Hai, Ali, barangsiapa yang menentang hawa nafsunya, maka tempatnya adalah surga, dan barangsiapa yang menuruti hawa nafsunya, maka tempatnya adalah neraka.
Keterangan:
Hadis ini dimasukkan pada bab ini, karena pada umumnya tabiat manusia itu enggan menyedekahkan harta bendanya dan cenderung pada menyimpannya. Orang yang menentang hawa nafsunya, berarti melawan keengganannya bersedekah, orang yang demikian ini berarti gemar bersedekah.
5, Anjuran Berhati-hati Terhadap Doa Orang Dermawan
Hai, Ali, takutlah kamu pada doa orang yang suka mendermakan harta kekayaannya, karena sesungguhnya dia ketika terpeleset, maka Allah langsung menolongnya (tatkala dia berucap langsung dipenuhi oleh Allah).
- Keutamaan Memberi Makan kepada Sesama Muslim
Hai, Ali, barangsiapa memberi makan kepada sesama orang Islam dengan ikhlas, maka Allah mencatat untuknya sejuta kebaikan, menghapus sejuta kejelekannya dan mengangkat derajatnya seribu kali,
Hai, Ali, cintailah saudaramu, seperti engkau mencintai dirimu.
- Sedekah dengan Menjamu Tamu
Hai, Ali, carilah kebaikan di samping orang yang baik wajahnya dan muliakanlah setiap tamu, karena tamu itu jika datang ke suatu kaum, maka ia membawa rezekinya juga, dan apabila ia pergi, maka dia membawa dosa-dosa penghuni rumah yang didatangi, lalu membuangnya di laut.
Hai, Ali, malaikat itu tidak mau masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar atau patung-patung, orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya atau rumah yang tidak pernah dimasuki oleh tamu.
- Berbuat Baik kepada Setiap Orang
Hai, Ali, berbuat baiklah, meskipun kepada As-Suflah. Ali bertanya: Apa As-Suflah itu, ya, Rasulullah? Beliau menjawab, yaitu: Orang yang jika dinasihati, tidak mau menerimanya, jika dihalau, tidak mau pergi dan tidak peduli dengan apa saja yang dikatakan orang kepadanya.
- Sedekah Secara Rahasia
Hai, Ali, sedekah secara rahasia itu dapat memadamkan murka Allah, dapat menarik berkah dan rezeki yang banyak. Cepat-cepatlah mengeluarkan sedekah di pagi hari, sebab bencana itu turun sebelum pagi, dan godho’ itu dikembalikan di udara.
- Bersedekah dengan Harta Pilihan
Hai, Ali, apabila engkau bersedekah, maka bersedekahlah dengan sesuatu yang baik, yang kamu miliki. Sesungguhnya sedekah sesuap makanan yang halal itu lebih disukai oleh Allah daripada seratus mitsgol makanan haram. Sedekah yang kamu berikan sebelum engkau mati itu lebih baik daripada seratus mitsgol yang disedekahkan orang-orang untukmu sesudah kematianmu. Allah berfirman: Pada hari seseorang diperlihatkan amalnya yang telah dijalani.
- Anjuran Bersedekah untuk Orang-Orang Mati
Hai, Ali, bersedekahlah kamu untuk keluargamu yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Allah swt. telah menugaskan malaikat-malaikat yang membawa sedekah orang-orang yang masih hidup kepada mereka yarg telah meninggal. Mereka semua senang dengan (pahala) sedekah itu, lebih dari senang mereka di dunia. Mereka lalu berkata:
” Ya, Allah, ampunilah orang yang telah menerangi kubur kita dan berilah dia kabar gembira dengan surga, sebagaimana kita senang dengan sedekah-sedekah itu.
Keterangan:
Tiadalah mayat dalam kuburnya, kecuali ibarat orang tenggelam yang minta tolong dan selalu menanti doa dari anak, saudara atau temannya. Bilamana doa tersebut sampai padanya, maka hal itu lebih ia senangi daripada dunia seisinya. Dan sesungguhnya hadiah orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang mati, adalah doa dan istighfar. (H.R. Ad-Dailami)
Hikayah I
Ada sebuah kisah, yaitu: Ali bin Abi Tholib karromallahu wajhah pada suatu hari masuk pekuburan Madinah dan berseru: Hai, sekalian penghuni kubur: Assalamu ‘alaikum warahmatullahi. Kamu semua mau memberitahu aku tentang keadaan kalian semua, atau aku memberi tahu keadaan kalian semua. Lalu Ali mendengar suara: Alaikas salam warahmatullahi wabarakatuh. Ceritakanlah kepadaku keadaan keluargaku sepeninggalku. Lalu Ali berkata: Istri-istrimu telah menikah kembali, harta kekayaanmu telah dibagi-bagi, anak-anakmu telah menjadi yatim dan rumah-rumah yang kamu bangun dulu, telah jatuh ke sainganmu. Inilah berita yang dapat aku sampaikan. Nah, bagaimana keadaan kamu sekalian sekarang ini. Seorang mayat bersuara: Kain kafanku telah koyak, robek dan compang-camping, rambutku rontok, kulitku mengelupas, mataku keluar dan hidungku mencucurkan darah dan nanah Apa saja yang dulu aku berikan, sekarang kami dapati kembali dan apa saja yang aku simpan dan aku tinggalkan, merugikan kami. Kami semua digantungkan oleh amal-amal kami. (Tanwirul Qulub: 457).
Kita harus membantu orang-orang yang telah meninggal dengan cara berdoa dan bersedekah untuk mereka.
Hikayah II
Ada sebuah kisah, dari seorang ulama, bahwa pernah ada seorang laki-laki bernama Sholeh Al-Marsy r.a. bercerita: Pada malam Jumat saya keluar rumah menuju mesjid untuk melakukan salat fajar di mesjid jami’. Saya melewati sebuah kuburan dan terbersit di benak saya untuk berhenti di tempat ini sampai fajar terbit. Saya lalu salat dua rakaat, kemudian sava terserang kantuk, hingga tertidur sejenak. Dalam tidur yang sebentar itu melihat seolah-olah semua orang di kuburan itu bangkit dari kuburnya. Sebagian mereka memakai pakaian berwarna putih dan duduk-duduk sambil berbincang-bincang dan di situ ada seorang pemuda berpakaian kotor sedang duduk sendirian termenung sedih. Tidak lama kemudian, mereka disuguhi talam-talam yang ditutup kain. Setiap mereka mengambil talam, lalu masuk ke kuburnya, kecuali pemuda berbaju kotor itu. Ia tidak mendapatkan apa-apa, dan masuk ke kuburnya dalam keadaan sedih. Ketika itu saya bertanya kepadanya: Hai, hamba Allah, mengapa engkau tampak sedih? Apa yang tampak olehku ini? Ia berkata: Hai, Sholeh, apakah engkau melihat talam-talam? Saya jawab, ya, dan apa semua itu? Ia menjawab: Talam-talam itu adalah kiriman orang yang hidup untuk keluarganya yang telah meninggal dunia. Setiap kali mereka berdoa dan mengulurkan sedekah untuk mereka yang telah mati dikumpulkan dan hari Jumat dibagikan seperti yang kamu lihat. Sedangkan saya adalah orang asing dari India hendak ke Basrah (Irak) bersama ibuku untuk pergi haji ke Makkah. Tapi saya meninggal dunia di sini dan ibu saya kawin lagi, ia asyik dengan suaminya yang baru, hingga tidak lagi ingat kepada saya dengan doa-doa atau sedekah, sepertinya ia itu tidak memiliki anak. Ia benar-benar telah silau dengan harta dan kemewahan hidup, karena itu saya sedih. Karena tidak ada lagi orang yang mengingat saya.
Saya bertanya kepadanya: Di manakah tempat tinggal ibumu? Ia lalu menerangkan. Ketika pagi tiba, saya salat, kemudian saya berusaha mencarinya. Akhirnya, saya dapat menemukannya, dan langsung saya ketuk pintunya, lalu saya ditanya, siapakah ini? Saya jawab: Saya adalah Sholeh Al-Marsy. Saya dipersilakan masuk dan saya berkata: Allah memberi rahmat kepadamu. Apakah engkau memiliki anak, ia menjawab tidak. Apakah engkau punya anak meninggal dunia? Ia menjawab, ya, ja meninggal dunia ketika masih muda. Saya lalu menceritakan kepadanya keadaan anak itu seperti yang saya lihat dalam mimpi. Ia menangis dan sedih, kemudian menyerahkan uang 1000 dinar kepada saya, sebagai sedekah untuk anaknya. Uang itu saya bagi-bagikan hingga habis. Wanita itu berkata pula: Hari ini aku tidak akan melupakan anakku dengan berdoa dan sedekah untuknya. Jumat berikutnya saya pergi ke mesjid jami’ dan singgah di kuburan untuk duduk sebentar, ketika itu saya terserang kantuk hingga tidur dan bermimpi lagi seperti semula, dan melihat pemuda berpakaian bersih, gembira dan menebarkan senyuman lalu berkata: Hai, Sholeh, hadiahnya telah sampai, semoga Allah membalasmu. (An-Nawadir: 102-103).
Hikayah III
Ada seorang lelaki di Samargond sakit, lalu bernazar, apabila Allah menyembuhkannya, maka akan sedekah hasij semua kerjanya pada hari Jumat untuk kedua orangtuanya yang telah meninggal dunia. Pada suatu hari ia berkeliling sehari penuh mencari penghasilan untuk dibuat sedekah, tetapi tidak berhasil. Lalu ia meminta fatwa kepada seorang ulama. Beliau berkata kepadanya: Pergilah kamu dan mencarilah kulit semangka sekuatmu. Lalu cucilah dengan air bersih. Setelah itu buanglah kulit itu di jalan tempat keledai-keledai lewat. Jika ada keledai lewat, maka lemparkanlah kulit semangka ke arahnya, dengan niat supaya dimakan sebagai sedekah yang pahalanya niatkan untuk kedua orangtuamu. Dengan demikian engkau terbebas dari nazarmu. Saran itu dilakukannya pada malam Sabtu, lalu si laki-laki itu bermimpi melihat kedua orangtuanya memeluknya dan berkata: Engkau telah bersusah payah mencari kebaikan untuk kami dan engkau telah memberiku makan semangka yang menyenangkan. Allah swt. ridha padamu.
Sebagian ulama juga menuturkan kisah, bahwa ada seorang laki-laki bermimpi melihat orang-orang mati pada keluar dari kuburnya. Mereka tampak memunguti sesuatu dari atas kuburnya. Laki-laki itu berkata: “Saya tidak tahu sesuatu itu, saya ta’ajub (heran) melihat kenyataan itu. Di antara mereka saya melihat seorang laki-laki duduk dan tidak turut memunguti sesuatu bersama mereka. Kemudian saya mendekati laki-laki tersebut dan bertanya kepadanya: Sesuatu apa yang mereka punguti? Orang yang ditanya itu menjawab: Mereka memunguti bacaan-bacaan Alqur-an, sedekah, dan doa-doa yang dihadiahkan oleh orang-orang muslim kepada mereka. Selanjutnya laki-laki itu bertanya lagi: Mengapa kamu tidak turut memunguti bersama mereka? Orang itu menjawab: Aku tidak membutuhkannya. Laki-laki itu bertanya lagi, kenapa kamu tidak butuh? Orang jitu menjawab: Setiap hari anak saya mengkhatamkan Alqur-an sambil berjualan kue di pasar. Ketika saya bangun, saya pergi ke pasar tempat menjual kue. Tiba-tiba saya bertemu pemuda penjual kue yang selalu bergerak-gerak bibirnya dan saya bertanya kepadanya: Apa yang sedang engkau baca? Dia menjawab: Alqur-an. Dan saya hadiahkan pahalanya untuk orangtua saya dalam kuburnya.”
- Anjuran Ikhlas dalam Beramal
Hai, Ali, beramallah dengan ikhlas karena Allah, sebab Allah itu tidak menerima amal orang, kecuali yang ikhlas karena Allah swt. Dia berfirman”
”Barangsiapa yang berharap berjumpa dengan Tuhan-nya, maka ia harus melakukan perbuatan yang baik dan Janganlah ia berbuat syirik dalam ibadah kepada Tuhannya.”
- Berdoa Antara Azan dan Ikamah
Hai, Ali, berdoalah antara azan dan ikamah, sebab sesungguhnya doa di waktu ini tidak ditolak.
Keterangan:
Doa itu berarti permohonan. Berdoa yang berarti memohon itu hanya kepada Allah swt. Barangsiapa yang memohon kepada Allah swt., pasti dikabulkan dan dipenuhi oleh-Nya, sebagaimana firman-Nya:
” Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Al-Mu’min: 60).
Hanya saja wujudnya berbeda-beda. Adakalanya pemberian atau pengabulan Allah swt. itu berupa konkret, sesuai persis seperti permohonan. Karena, sesuatu yang lain justru lebih bermanfaat untuk pemohon dalam pandangan Allah. Adakalanya pemberian itu di dunia dan adakalanya di akhirat. Sebab, jika permohonannya itu dipenuhi di dunia, akan menyebabkan dia rusak. Walhasil, setiap doa itu pasti dikabulkan oleh Allah. Doa yang dikabulkan itu tentu ada tata cara, syarat-syaratnya dan pada waktu-waktu tertentu.
Adab atau tata cara berdoa yang memungkinkan dikabulkan itu ada sepuluh, yaitu:
- Memperhatikan waktu-waktu mulia, seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat, waktu sahur (tengah malam sampai menjelang fajar).
- Memperhatikan keadaan-keadaan tertentu, seperti ketika turun hujan, ibadah salat fardu, sesudah salat fardu, antara azan dan ikamah dan ketika bersujud.
- Menghadap kiblat dengan mengangkat kedua tangannya.
- Tidak mengeraskan suara.
- Tidak berapi-api.
- Khusyuk dan konsentrasi penuh.
- Mantap dengan doanya dan yakin dikabulkan.
- Mengulang-ulang doa sampai tiga kali.
- Memulainya dengan zikir kepada Allah, membaca tahmid, kemudian shalawat Nabi dan mengakhirinya dengan bacaan hamdalah dan shalawat Nabi.
- Bersih jiwa raganya, lahir dan batin dari hal-hal yang diharamkan Allah.
- Cara Berdoa
Hai, Ali, apabila engkau berdoa, maka beberkan (kedua telapak) tanganmu dan angkatlah setinggi dadamu, jangan engkau mengangkatnya ke atas melebihi kepala dan berisyaratlah kepada Allah swt. dengan jari telunjuk kananmu.
Hai, Ali, janganlah kamu mengeraskan suaramu ketika membaca Alqur-an dan doa, di saat orang-orang mengerjakan salat. Sebab hal yang demikian itu dapat mengganggu salat mereka.
- Zikir Sebelum Fajar, Sebelum Matahari Terbit dan Terbenam
Hai, Ali, barangsiapa yang berzikir kepada Allah swt. sebelum fajar, sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam, maka Allah merasa malu menyiksa orang tersebut dengan api neraka.
- Keutamaan Duduk di Tempat Usai Salat Subuh
Hai, Ali, apabila kamu selesai mengerjakan salat Subuh, maka tetaplah duduk di tempatmu sampai matahari terbit, karena sesungguhnya Allah swt. menetapkan untuk orang yang tetap duduk di tempatnya usai salat Subuh tersebut pahala haji dan umroh, pahala memerdekakan budak atau pahala sedekah seribu dinar untuk membela agama Allah.
- Bacaan Agar Dicatat Menjadi Wali Allah
Hai, Ali, barangsiapa setiap hari membaca sebanyak dua puluh lima kali istighfar:
“Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung untuk diriku, kedua orangtuaku, semua orang Islam laki-laki dan perempuan, semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan, yang hidup maupun yang telah meninggal dunia.” Maka Allah mencatat orang tersebut sebagai wali (kekasih) Nya.
- Zikir yang Menyebabkan Dimohonkan Maaf oleh Para Malaikat
Hai, Ali, barangsiapa setiap hari membaca sebanyak sepuluh kali zikir:
”Tidak ada Tuhan, kecuali Allah sebelum adanya segala sesuatu. Tidak ada Tuhan, kecuali Allah sesudah adanya sesuatu. Tidak ada Tuhan, kecuali Allah, Tuhan kami tetap kekal dan segala sesuatu akan sirna.”
Maka tiada satu pun malaikat di langit tinggal, melainkan memohonkan maaf untuk orang tersebut.
- Doa yang Menyebabkan Tidak Diperiksa Amalnya
Hai, Ali, barangsiapa setiap hari membaca:
“Ya, Allah, berilah aku berkah dalam kematian dan sesudahnya”, maka dia tidak diperiksa oleh Allah dengan apa yang dikerjakannya di dunia. Barangsiapa membaca takbir seratus kali sebelum matahari terbit dan seratus kali sebelum terbenam, maka Allah memberinya pahala seratus orang yang beribadah dan pahala seratus pejuang membela agama Allah. Barangsiapa yang membaca shalawat kepada saya seratus kali setiap hari atau malam, maka dia pasti mendapat syafaat dari saya. Dan banyak membaca istighfar itu merupakan benteng bagi orang-orang yang bertobat dari api neraka.
Keterangan:
Dalam hadis Nabi saw. disebutkan:
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: ” Barangsiapa yang melanggengkan membaca istighfar, maka Allah memberi jalan keluar bagi setiap kesulitan dan kesedihan yang dihadapinya dan memberinya rezeki yang tidak terduga-duga.” (H.R. Abu Dawud).
Susunan kalimat istighfar itu bervariasi, yang paling singkat adalah seperti:
“Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.”
“Hai, Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah tobatku.”
Ada lagi bentuk kalimat istighfar yang disebut Sayyiidul Istighfar, yaitu:
Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa membaca istighfar Seperti di atas pada pagi hari dengan iman, lalu mati pada hari itu sebelum malam hari, maka ia termasuk ahli surga, dan barangsiapa membacanya di malam hari dengan iman dan yakin, lalu mati sebelum matahari terbit, maka ia termasuk ahli surga. (H.R. Al-Bukhari).
- Kejujuran
- Berkata Jujur dan Larangan Berkata Bohong
Hai, Ali, berkatalah benar, sekalipun membahayakan kamu dalam tempo seketika itu, sesungguhnya berkata benar itu, tetap bermanfaat untukmu di hari kemudian. Janganlah berkata bohong, sekalipun berguna bagimu dalam tempo seketika itu, tapi sesungguhnya membahayakan di hari kemudian.
Keterangan:
Hai, Ali, barangsiapa banyak dosanya, maka hilanglah cahaya wajahnya.
Hai, Ali, berkatalah benar, jagalah perkataan, amanat, kedermawanan hati dan memelihara perut (dari makanan haram).
- Persahabatan
- Teman yang Jelek
Hai, Ali, teman yang paling jelek adalah teman yang suka gegabah terhadap temannya dan suka membuka rahasianya.
- Menjalin Persahabatan Sebanyak-banyaknya
Hai, Ali, seribu teman itu terasa sedikit, tetapi satu musuh terasa banyak.
3, Tanda-tanda Kesetiakawanan
Hai, Ali, kesetiakawanan itu memiliki tanda-tanda, yaitu:
- Dia (teman) itu sanggup mengeluarkan hartanya untuk kamu.
- Dia siap untuk mengorbankan jiwanya demi kamu.
- Dia siap mempertaruhkan kehormatannya demi kehormatanmu.
Hai, Ali, tobat orang bertobat itu tidak berguna, kecuali disertai dengan membersihkan perutnya dari hal-hal yang haram, dengan memperbaiki usahanya.
Keterangan:
Tobat adalah menyesali perbuatan-perbuatan jelek yang pernah dilakukan dan bertekad tidak mengulanginya kembali Serta menghindari hal-hal yang menjurus pada perbuatan tidak baik dengan terus memohon ampun (istighfar) kepada Allah Swt.
Setiap muslim harus buru-buru bertobat kepada Allah swt. atas dosa-dosa lahir dan batin yang pernah ia lakukan. Luqman Al-Hakim berkata kepada putranya: Hai, Anakku, janganlah kamu mengakhirkan tobat, karena mati itu datang secara tiba-tiba. Allah swt. telah perintah kepada semua orang yang beriman, agar bertobat, seperti dalam firman-Nya.
” Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai, orangorang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (Q.S. An-Nur: 31).
“Hai, orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat semurni-murninya.” (Q.S. At-Tahrim: 8).
”Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11).
Orang yang bertobat itu harus membersihkan harta kekayaannya dari hal-hal yang haram dengan cara meninjau kembali usahanya, makanan, minuman dan pakaiannya, semuanya harus serba halal. Orang yang bertobat, tetapi makanannya haram, itu tobatnya tidak ada gunanya.
Imam Sufyan Ats-Tsauri r.a. berkata:
“Orang yang berpenghasilan haram digunakan untuk taat kepada Allah, maka ia seperti mencuci pakaian najis dengan air kencing. Padahal pakaian yang najis itu harus dicuci dengan air. begitu pula halnya dengan dosa, tidak dapat dihapus kecuali dengan penghasilan yang halal.” (Ihya’ Ulumuddin 3: 25),
Tobat adalah jalan yang paling aman bagi setiap muslim, yang ingin mencari keselamatan di dunia dan akhirat, tidak ada jalan lain bagi setiap muslim, khususnya yang mengalami kegoncangan jiwa, stres dan tekanan mental selain kembali kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, karena keadaan seperti itu sangat mungkin timbul. Karena, dosa-dosa dan maksiat maksiat yang kita lakukan secara sadar atau tidak, Allah akan mengampuninya, jika mau bertobat, Dia berfirman:
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”
Hikayah I
Umar bin Al-Khaththab pada suatu hari masuk ke rumah Rasulullah saw. sambil menangis, kemudian Rasulullah saw. bersabda: Wahai, Umar, apa yang menyebabkan kamu menangis? Umar menjawab: Wahai, Rasulullah, di pintu ada seorang pemuda yang membakar hatiku sambil menangis. Rasulullah saw. bersabda: Wahai, Umar, suruhlah dia masuk ke sini. Pemuda itu masuk sambil menangis, Rasulullah lantas bertanya kepadanya: Wahai, anak muda, apakah kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu? Ia menjawab, tidak. Beliau bertanya: Apakah kamu membunuh seseorang tanpa hak? la menjawab, tidak. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosamu, meskipun (dosa itu) seperti tujuh langit. Ia berkata: Dosaku lebih besar daripada tujuh langit, tujuh bumi, dan gunung-gunung yang menjulang tinggi. Rasulullah saw, bertanya: Lebih besar mana dosamu dengan kursi? Ia menjawab, dosa saya lebih besar. Beliau bertanya: Lebih besar mana dosamu dengan Arasy? Ia menjawab, dosa saya lebih besar. Beliau bertanya: Lebih besar muna dosamu dengan ampunan Allah? Ia menjawab: Ampunan-Nya lebih besar dan lebih agung. Beliau bersabda: Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa yang besar, kecuali Allah Yang Maha Besar. Beliau bersabda lagi: Beritahukanlah kepadaku tentang dosamu itu. Ia berkata: Wahai, Rasulullah, sesungguhnya saya adalah penggali kubur (di mana pekerjaan itu telah aku tekuni) selama tujuh tahun, hingga ada seorang gadis dari golongan Anshar yang meninggal dunia, lalu saya gali kuburnya dan saya keluarkan dari kain kafannya. Tidak lama kemudian setan menggoda hati saya, lalu saya menyetubuhinya. Tidak lama kemudian, gadis itu bangkit dan berkata: Wahai, anak muda, celakalah kamu. Apakah kamu tidak merasa malu kepada Tuhan di hari pembalasan yang akan menggelar kursi-Nya untuk pengadilan dan mengumpulkan (pahala) dari orang yang menganiaya untuk orang yang dianiaya? Kamu tinggalkan aku dalam keadaan telanjang di barisan orang-orang mati dan kamu biarkan aku dalam keadaan junub di hadapan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Rasulullah saw. bersabda: Wahai, orang Jasik, tempatmu memang sepantasnya di neraka. Pergilah dari sini. Pemuda itu pun keluar dan bertobat kepada Allah Ta’ala selama 40 malam. Setelah menyempurnakan 40 malam, ia menengadahkan kepala ke atas seraya berdoa: Wahai, Tuhan Muhammad, Adam dan Hawa, jika Engkau menerima tobatku, maka beritahulah Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya, dan jika tobatku tidak diterima, maka turunkanlah api dari langit, lantas bakarlah aku dengan api itu, dan selamatkan aku dari siksaan akhirat. Maka Jibril datang kepada Nabi saw., lalu berkata, kesejahteraan buatmu, wahai, Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam untukmu. Nabi saw., lantas bersabda: Dia adalah Dzat Yang Maha Sejahtera, dari-Nya kesejahteraan dan kepada-Nya kesejahteraan itu kembali. Jibril berkata: Engkaukah yang menciptakan aku dan mereka. Engkaulah yang memberi rezeki kepada mereka? Beliau bersabda: Bukan, Allah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadaku. Jibril berkata: Engkaulah yang menerima tobat mereka? Beliau berkata: Bukan, Allah yang menerima tobatku dan tobat mereka. Jibril berkata: Terimalah tobat hamba-Ku karena sesungguhnya Aku telah menerima tobatnya. Nabi saw. lantas memanggil pemuda dan menyampaikan berita gembira, bahwa Allah Ta’ala telah menerima tobatnya.
Hikayah II
Al-Faqih berkata: Ayah saya bercerita, bahwa di kalangan Bani Israel ada seorang perempuan pelacur yang sangat cantik. Pintu rumahnya selalu terbuka dan setiap orang yang lewat bisa melihat dia sedang duduk di sofa yang berada persis di depan pintu rumahnya. Setiap orang yang melihat, pasti tertarik kepadanya dan seseorang baru diperbolehkan masuk, jika ia menyerahkan uang sepuluh dinar. Pada suatu hari ada seorang yang sangat taat beribadah lewat di depan pintu rumahnya. Ketika ia menoleh, ia melihat perempuan yang cantik itu sedang duduk di sofa, dan ia tertarik. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan ketertarikannya, tetapi ia tidak mampu, sehingga akhirnya ia menjual pakaiannya dan mengumpulkan uang yang diperlukan untuk bisa masuk ke rumah perempuan itu. Setelah terkumpul uang yang diperlukan, ia datang ke pintu rumah itu untuk menyerahkan uang yang dimaksud. Perempuan itu menerimanya dan memberikannya kepada orang yang mengurusinya seraya menjanjikan waktu yang ditentukan. Pada waktu yang telah ditentukan, ia datang ke situ, dan perempuan itu sudah berhias serta duduk di sofa. Ia masuk dan duduk bersama perempuan itu. Ketika ia mengulurkan tangan dan hendak merangkulnya, tiba-tiba atas rahmat Allah dan berkah ibadahnya, hatinya sadar. la merasa bahwa saat itu Allah dari atas Arsy-Nya sedang melihat perbuatannya. Ia benar-benar sadar, bahwa ia berada dalam suasana haram, yang bisa jadi akan menghapus semua amal baik. Hatinya bergetar dan wajahnya pucat. Melihat perubahan muka yang begitu mendadak, perempuan itu bertanya kepadanya: Apa yang menimpamu? Ia menjawab: Aku takut kepada Tuhanku. Maka izinkanlah aku keluar. Perempuan itu berkata: Bodoh kamu, banyak orang yang ingin memperoleh kesempatan seperti ini. Apa sebenarnya yang terjadi pada dirimu? la menjawab: Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Uang yang telah aku berikan kepadamu halal bagimu, izinkanlah aku keluar. Perempuan itu berkata kepadanya: Tampaknya kamu belum pernah melakukan hal seperti ini. Ia menjawab: Benar, aku belum pernah melakukannya. Perempuan itu bertanya: Dari mana kamu? Dan siapa namamu? Ia pun memberitahukan kepada perempuan itu, bahwa ia berasal dari desa ini dan namanya ini. Kemudian perempuan itu mengizinkannya keluar. Ia pun keluar dari rumah perempuan itu seraya menangis dan menaburkan debu di atas kepala sebagai tanda penyesalan yang mendalam. Melihat sikapnya tersebut, hati perempuan itu sangat terkesan dan berkata di dalam hatinya: Orang itu baru akan melakukan untuk yang pertama kalinya, tapi sudah demikian mendalam perasaan takutnya, lantas bagaimana dengan diriku yang telah melakukan dosa bertahun-tahun lamanya? Tuhan yang ia takuti juga sama dengan Tuhanku, .maka seharusnya aku lebih takut daripada dia. Kemudian ia bertobat kepada Allah Ta’ala. Ia menutup rapat-rapat pintu rumahnya dan mengenakan pakaian yang sangat tertutup serta tekun beribadah. Di dalam hatinya ia berkata: Bagaimana seandainya aku mencari laki-laki itu dan mudah-mudahan ia mau mengawini ku, sehingga aku selalu dekat dengannya dan bisa belajar banyak masalah agama darinya serta membantu dalam masalah ibadah kepada Allah Ta’ala.
Perempuan itu bergegas untuk mencarinya dan membawa serta harta yang cukup banyak dan pelayan-pelayannya. Perempuan itu tiba di desa yang disebutkan laki-laki itu dan menanyakan laki-laki yang dimaksud. Laki-laki itu diberi tahu, bahwa ada seorang perempuan yang mencarinya, maka ia pun keluar untuk menemuinya. Saat itu perempuan tadi membuka cadar yang menutupi wajahnya dengan maksud agar laki-laki itu mengenalinya. Ketika melihat perempuan itu, ia teringat peristiwa yang pernah terjadi dengannya, ia lalu menjerit dan meninggal dunia.
Perempuan itu gelisah dan berkata: Saya datang ke tempat ini karena ia, tetapi ia meninggal. Apakah ada orang di sekitar ini yang memerlukan istri. Orang-orang menjawab: Sesungguhnya ia memiliki seorang saudara yang saleh, tetapi ia miskin. Perempuan itu menjawab: Tidak apa-apa, saya orang yang berkecukupan. Akhirnya, ia kawin dengannya dan dikaruniai tujuh anak yang baik-baik dan menjadi panutan di kalangan Bani Israel.
Hai, Ali, seorang alim yang tidak bertakwa kepada Allah swt. itu kesan nasihat dan mau’izhahnya di hati orang-orang, bagaikan tetesan air hujan ke telur burung unta dan batu yang halus (tidak dapat meresap ke dalam).
Keterangan:
Al-Faqih berpendapat, bahwa orang yang menyuruh untuk berbuat baik itu harus dengan maksud mencari ridha Allah dan memuliakan agama. Diceritakan dari Ikrimah r.a., bahwa ada seorang melewati pohon yang disembah, maka ia pun marah dan bergegas pulang mengambil kapak dan menaiki keledainya menuju pohon itu hendak menebangnya. Di tengah jalan ia menemui iblis (semoga Allah mengutuknya) yang menyerupai manusia dan bertanya kepadanya: Apa urusanmu dengan pohon itu, biarkanlah orang yang menyembah itu semakin jauh dari Allah Ta’ala. Maka terjadilah perdebatan yang seru dan iblis mengulangi perkataannya itu sampai tiga kali. Setelah iblis merasa kalah dalam berdebat, iblis berkata: Pulang sajalah, dan tiap hari aku akan memberimu uang empat dirham. Setiap hari kamu bisa mengambil uang itu di bawah tikar. Ia berkata kepada iblis: Benarkah apa yang kamu katakan itu? Iblis menjawab: Ya, aku jamin kamu mendapatkan uang itu setiap hari. Maka ia pun pulang ke rumahnya, dan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh iblis itu selama dua atau tiga hari. Setelah itu ia tidak mendapatkan lagi. Kemudian ia mengambil kapak dan menaiki keledainya menuju pohon itu. Di tengah jalan, dijumpai oleh iblis yang menyerupai manusia dan bertanya kepadanya, mau ke mana kamu? Ia menjawab: Aku hendak menebang pohon yang disembah itu. Iblis berkata: Kamu tidak akan mampu melakukannya. Semula kamu hendak menebangnya, karena Allah Ta’ala, yang seandainya seluruh penghuni langit dan bumi ini berkumpul, niscaya tidak akan dapat merintangi kamu. Namun, sekarang kamu hendak menebang pohon itu karena kamu tidak mendapatkan uang lagi. Maka, seandainya kamu meneruskan niatmu itu, niscaya kami akan menebang lehermu. Ia pun mengurungkan niatnya.
Al-Faqih mengatakan, bahwa orang yang hendak melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus memiliki lima syarat, yaitu:
- Mempunyai ilmu, sebab orang yang bodoh tidak mungkin mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
- Ikhlas karena Allah Ta’ala dan demi tegak agama.
- Ramah dan sayang kepada orang yang diajak untuk berbuat baik, menjauhkan diri dari sifat kasar, sebagaimana pesan Allah Ta’ala kepada Musa dan Harun a.s. ketika diutus untuk menghadapi Fir’aun:
“Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.”
- Sabar dan penyantun. Allah Ta’ala berfirman dalam kisah Luqman:
“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah yang munkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.” (Q.S. Luqman: 17).
- Ia harus mengerjakan apa yang ia perintahkan kepada orang lain, supaya ia tidak diejek dan tidak termasuk ke dalam kategori orang yang disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya:
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan (kewajiban)mu sendiri.” (Q.S. al-Baqarah: 44).
Ulama dan Kedudukannya
Hai, Ali, orang mukmin yang selama empat puluh hari tidak menghadiri majelis ulama, maka ia menjadi keras kepala, buta hati dan gampang melakukan dosa-dosa besar. Karena, ilmu adalah dapat menghidupkan hati.
Keterangan:
Ulama yang dimaksud disini adalah Ulamauddin, yakni ulama yang mengajarkan tentang halal dan haram, yang menganjurkan berbuat baik dan mencegah perbuatan yang tidak baik. Ulama di sini adalah ulama yang Warotsatul Anbiya’ dan ulama yang mengemban amanat rasul. Rasulullah saw. bersabda:
“Ulama adalah orang-orang kepercayaan para rasul atas hamba-hamba Allah, selama mereka tidak menjilat penguasa dan rakus terhadap dunia. Apabila mereka rakus terhadap dunia, berarti mereka telah mengkhianati para rasul, maka jauhilah mereka dan berhati-hatilah terhadap mereka.”
“Jangan duduk bersama orang alim, kecuali orang yang mengajak kamu dari lima hal, yaitu: Dari keraguan pada keimanan ke yakin, dari takabur ke tawadhu ‘ (rendah diri), dari permusuhan pada perdamaian, dari riya ke ikhlas, dan dari rakus terhadap dunia ke zuhud.”
Hai, Ali, sesungguhnya Allah swt. tidak segan-segan menyiksa orang kaya yang menjadi pencuri dan orang alim yang fisik.
Keterangan:
Orang Kaya yang Mencuri adalah orang kaya yang tidak mau mengeluarkan sedekah, yang menjadi kewajibannya. Tidak memenuhi hak-hak orang lain dan orang kaya yang dalam usahanya mengumpulkan harta dengan cara menindas pengusaha lain.
Orang Alim Fasiq adalah orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. Ia mengerti halal dan haram, tetapi tidak mempedulikannya, mengerti perbuatan maksiat, tetapi ia mengerjakannya dan mengerti perbuatan baik, tetapi tidak mengamalkannya, bahkan kalau ada orang lain mengamalkannya, ia kurang menyukainya.
Dikatakan, bahwa ulama itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
- Ulama yang mengenal Allah dan mengetahui perintah-Nya.
- Ulama yang mengenal Allah, tetapi tidak mengetahui perintah-Nya.
- Ulama yang mengetahui perintah Allah, tetapi tidak mengenal Allah.
Ulama golongan pertama adalah mereka yang takut kepada Allah dan mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban terhadap-Nya. Ulama golongan kedua adalah mereka yang takut kepada Allah, tetapi tidak mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban terhadap-Nya. Sedangkan ulama golongan ketiga adalah mereka yang mengetahui hukum dan kewajibankewajiban terhadap-Nya, tetapi tidak takut kepada Allah.
”Tiadalah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, melainkan Allah mencabut rohnya tanpa syahadat, dan memanggilnya pemanggil dari langit: ‘Hai, orang yang berdosa, merugilah kamu di dunia dan akhirat’.”
Diriwayatkan juga dari Umar bin Khaththab r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya apabila orang alim itu tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmu itu melaknatinya dari perutnya, dan melaknatinya segala sesuatu yang terkena matahari, lalu malaikat hafazhah setiap hari menulis pada lembaran buku perbal amal sampai selesai. Inilah seorang hamba yang putus asa dari rahmat Allah, wahai, hamba Allah, hai, orang yang menyia-nyiakan hak-hak tuannya, hai, orang yang tidak mengamalkan ilmunya, kutukan Allah tetap padamu. Jika ia mati, maka Allah mencabut rohnya tanpa syahadat, dan kematian itu terhalang dari membawa iman”
- Larangan Ghibah dan Kafaratnya
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu mencela seseorang, sebab sesuatu yang ada pada orang itu. Karena, setiap daging itu pasti ada tulangnya (tiada orang yang sempurna, tanpa cacat). Dan ghibah itu tidak ada kafaratnya, kecuali meminta ridha dan maaf kepada yang bersangkutan.
Keterangan:
Ghibah adalah membicarakan orang lain tentang sesuatu yang tidak disukainya atau membicarakan aib atau kekurangan orang lain, baik aib badan, nasab, perbuatan, pekerjaan, ucapan, pengamalan agama atau harta kekayaannya, termasuk pakaian dan kendaraannya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Hindarilah ghibah, sesungguhnya ghibah itu lebih berat dosanya daripada zina.”
“Barangsiapa yang melakukan ghibah (ngerasani) terhadap saudaranya sesama muslim, maka Allah di hari kiamat nanti memindahkan wajah orang tersebut ke belakang. ”
Jabir bin Abdullah Al-Anshori r.a. berkata: Dulu, di zaman Rasulullah saw. bau ghibah itu terasa. Setiap ada yang melakukan ghibah, maka baunya menyengat setiap hidung setiap orang, karena sangat jarang ada ghibah. Tetapi zaman sekarang bau ghibah ini tidak lagi terasa, tidak lagi menyengat hidung orang, karena sangat banyak dilakukan ghibah di mana-mana, sehingga hidung orang-orang zaman sekarang tidak lagi peka terhadap bau ghibah, sebab sudah amat terbiasa. Hal ini seperti halnya, jika kita masuk ke tempat pengolahan kulit, maka kita pasti tidak betah berada di tempat itu lama-lama, karena bau busuk kulit-kulit itu sangat menyengat dan terasa ingin muntah, sebah kita tidak terbiasa. Tetapi para pegawai di situ dan orang-orang di sekitar tempat itu tidak lagi terganggu oleh bau busuk kulit, maka mereka bisa makan dan minum di tempat itu, karena sudah terbiasa,
Telah dikisahkan, bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s. keluar rumah, lalu bertemu iblis yang tangan kanannya membawa madu dan tangan kirinya membawa debu. Nabi Isa bertanya, untuk apakah madu dan debu itu, hai, iblis? Iblis menjawab: Madu ini untuk dioleskan pada setiap bibir orang yang sedang ghibah, agar semakin betah. Sedangkan debu ini aku taburkan ke wajah anak-anak yatim, agar orang-orang tidak suka melihatnya. (Mukhasyafatul Qulub: 62).
- Bahaya Lisan
Hai, Ali, Allah swt. tidak menciptakan sesuatu pada raga manusia yang lebih utama daripada lisan. Ia dapat membuat orang masuk surga dan dapat menyebabkannya masuk neraka. Karena itu, jagalah lisanmu, sesungguhnya dia adalah bagaikan anjing gila.
Keterangan:
Seorang cendekiawan berkata: Jasad manusia itu terdiri atas tiga bagian, yaitu: Hati, lidah, dan anggota badan lainnya. Allah memuliakan masing-masing bagian. Memuliakan hati adalah dengan makrifat dan tauhid, dan memuliakan lisan dengan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan, kecuali Allah dan membaca : Alqur-an, sedangkan kemuliaan anggota badan yang lain adalah dengan salat, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya.
Masing-masing bagian itu ada pengawas dan pemeliharaanNya. Hati diawasi oleh Allah sendiri, sehingga tidak ada yang mengetahui apa yang ada di dalam hati, kecuali Allah, Pemeliharaan lisan diserahkan kepada malaikat pencatat amal, di mana Allah Ta’ala berfirman:
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Q.S. Qaaf: 18).
Sedangkan pemeliharaan anggota badan yang lain, diserahkan pada perintah dan larangan. Masing-masing itu harus jujur. Kejujuran hati adalah tetap beriman, tidak dengki, tidak berkhianat dan tidak membuat tipu daya. Kejujuran lisan adalah tidak menggunjing, tidak bohong, dan tidak mengucapkan hal hal yang tidak berguna. Sedangkan kejujuran anggota badan lainnya adalah tidak maksiat kepada Allah dan tidak mengganggu sesama muslim. Barangsiapa hatinya tergelincir, maka ia munafik. Barangsiapa lisannya tergelincir, maka ia kafir. Dan barangsiapa anggota-anggota badannya tergelincir, maka ia orang yang durhaka.
Allah swt. menciptakan makhluk ini ada yang memiliki lidah (lisan) yang dapat berbicara dan ada yang tidak memiliki lisan. Ikan itu makhluk yang tidak berlidah. Konon, Allah swt. ketika menciptakan Adam a.s., Dia memerintahkan kepada malaikat agar bersujud kepadanya. Mereka sujud, kecuali iblis. Kemudian Allah mengeluarkan iblis dari surga dan menurunkannya ke bumi, Jalu dia datang ke laut. Makhluk yang pertama kali melihat iblis adalah ikan. Iblis lalu memberitahunya tentang penciptaan Adam a.s. dan mengatakan, bahwa Adam itu selalu memburu dan menangkapi binatang-binatang di laut dan di darat. Ikan itu menyampaikan berita tentang Adam dan perbuatannya ini kepada seluruh binatang laut. Karena perbuatan inilah, Allah menghilangkan lidah ikan. (Mukhasyafatul Qulub: 6).
- Larangan Melaknat
Hai, Ali, janganlah engkau melaknat seorang muslim atau binatang, karena laknat itu akan kembali kepada dirimu.
Keterangan:
Setiap orang Islam dilarang mengutuk ciptaan (makhluk) Allah swt. Baik binatang, makanan atau orang secara pribadi, sekalipun orang kafir, Yahudi, atau Nasrani. Adapun melaknati secara umum itu boleh, seperti ucapan mudah-mudahan Allah melaknati orang-orang yang zalim. Semoga Allah melaknati orang-orang kafir dan semoga Allah melaknati orang-orang yang fasik.
Kita di hari kiamat tidak akan ditanya dan tidak diminta tanggung jawab atas perbuatan tidak melaknat, kita tidak ditanya oleh Allah: Mengapa kamu tidak melaknat si anu? Bahkan andaikan kita sepanjang usia tidak pernah melaknat iblis, maka kita tidak akan ditanya dan tidak akan dipermasalahkan oleh Allah. (Al-Muroti Al-Ubudiyyah: 69).
Hai, Ali, pengamalan agama itu semuanya terpusat pada sifat malu. Malu adalah menjaga kepala dan apa saja yang ada padanya, serta menjaga perut dan apa yang ada padanya.
Keterangan:
Malu itu adalah suatu sifat yang ada pada hati yang mendorong dirinya meninggalkan perbuatan yang tidak baik dan mencegahnya teledor memenuhi hak orang yang mempunyainya. Malu itu termasuk perangai yang mulia dan agung. Sifat malu Itu pada dasarnya merupakan sifat bawaan wanita yang asli. Oleh sebab itu, apabila kaum wanita itu sudah sedikit atau berkurang memiliki sifat malu, maka itu pertanda hari kiamat telah dekat. (Nuzhatul Muttaqin: 1/484-486),
Al-Faqih menuturkan dari Al-Hakim Abul Hasan, dari Ishag, dari Bakar bin Munir, dari Muhammad bin Al-Haitsam, dari Abu Usman, dari Hisyam, dari Sufyan, dari Aban bin Ishaq, dari Ash-Shabbah bin Muhammad, dari Murrah, dari Abdullah bin Mas’ud r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda:
”Malulah kamu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya. Para sahabat berkata: Alhamdulillah kami sudah malu kepada Allah. Beliau bersabda: Bukan begitu, akan tetapi barangsiapa malu kepada Allah dengan malu sebenarnya, maka hendaklah ia menjaga kepala dan anggota tubuh yang berada di kepala (yaitu mata, hidung, telingd dan mulut), perut dan yang berada di rongga dada, dan hendaklah ia ingat mati dan kerusakan. Dan barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka ia harus meninggalkan kesenangan kehidupan dunia. Maka, barangsiapa yang telah mengerjakan yang demikian itu, niscaya ia telah benarbenar malu kepada Allah.”
Dari Al-Hasan, dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Malu itu termasuk iman, dan iman itu berada di dalam surga. Sikap kasar itu termasuk kerendahan budi, dan kerendahan budi itu berada dalam neraka.”
- Wara’ Tanda Kesempurnaan Iman
Hai, Ali, tidaklah sempurna agama seseorang yang tidak bertakwa kepada Allah swt. Tidaklah sempurna akal pikiran seseorang yang tidak dapat menjaga diri. Tidak sempurna iman seseorang yang tidak wara” (menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat, halal dan haram). Tidak sempurna ibadah orang yang tidak berilmu. Tidaklah disebut satria orang yang tidak gemar sedekah. Tidaklah discbut orang yang tepercaya orang yang tidak dapat menyimpan rahasia. Tidak ada tobat bagi orang yang tidak dapat petunjuk dan tidak disebut dermawan orang yang tidak memiliki rasa malu.
Keterangan:
Ulama salaf berbeda pendapat tentang batasan wara”, menurut Imam Al-Muhasibi ada tiga pendapat:
- Meninggalkan hal-hal yang ragu dalam hati. Pendapat ini adalah pendapat Imam Sufyan Ats-Tsauri, Ibrahim bin Adham, Wahaib bin Al-Ward dan Syu’aib bin Harb.
- Berhenti pada hal-hal yang syubhat. Pendapat ini adalah pendapat ulama ahli hadis.
- Meninggalkan hal-hal yang tidak ada masalah, karena takut ada masalah. Pendapat ini adalah pendapat Imam Thawus, Ibnu Sirin, dan Ayyub bin ‘Aum.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a., ia berkata: Segala sesuatu itu ada batasnya, dan batas-batas Islam itu adalah wara” (berhatihati), tawadhu’ (rendah hati), syukur dan sabar. Wara” merupakan puncak dari segala sesuatu, tawadhu’ merupakan pembebas dari kesombongan, sabar merupakan penyelamat dari neraka, dan syukur itu merupakan sarana untuk mencapai surga.
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau bersabda:
“Seandainya kamu mengerjakan salat sampai kamu bungkuk dan kamu puasa sampai kamu kurus seperti senar, maka tidak bermanfaat bagimu, kecuali dengan wara’.”
Al-Faqih menjelaskan, bahwa tanda wara’ itu adalah apabila seseorang menganggap sepuluh hal seperti di bawah ini merupakan kewajiban bagi dirinya. Kesepuluh hal itu adalah:
- Menjaga lisan dari menggunjing, karena Allah Ta’ala berfirman:
“Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Q.S. Al-Hujurat: 12).
- Menjauhkan diri dari prasangka yang tidak baik, karena Allah berfirman:
“Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa.” (Q.S. Al-Hujurat: 12).
Di samping ayat tersebut, Nabi saw. juga bersabda:
“Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu sejelekjelek perkataan.”
- Menjauhkan diri dari menghina orang lain, karena Allah berfirman:
“Janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka yang (dihina itu) lebih baik dari mereka (yang menghina).” (Q.S. Al-Hujurat: 11).
- Memejamkan mata dari segala hal yang diharamkan oleh Allah, karena Allah berfirman:
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman (supaya) mereka memejamkan mata mereka.” (Q.S. An-Nur: 30).
- Berkata benar, karena Allah berfirman:
” Apabila kamu berkata, maka hendaklah adil (benar).” (Q.S. Al-An’am: 182).
- Ingat akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya, supaya tidak timbul rasa sombong dalam dirinya, karena Allah berfirman:
“Bahkan (sebenarnya) Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu pada keimanan, Jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Hujurat: 17).
- Membelanjakan hartanya dalam kebenaran dan tidak membelanjakannya dalam kebatilan, karena Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Q.S. Al-furqan: 67).
- Tidak bertindak sewenang-wenang dan sombong, karena Allah berfirman:
”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (Q.S. Al-Qashash: 83).
- Menjaga waktu salat yang lima, termasuk rukuk dan sujudnya, karena Allah berfirman:
” Peliharalah waktu salat(mu), dan (peliharalah) salat Wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.” (Q.S. al-Baqarah: 238).
- Berpegang teguh pada sunah dan jamaah kaum muslimin, karena Allah berfirman:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu, agar kamu bertakwa.” (O.S. Al-An’am: 153).
- Orang yang Tidak Wara’ itu Lebih Baik Mati
Hai, Ali, orang yang tidak mau menjauhi perbuatanperbuatan maksiat itu lebih baik mati daripada hidup di permukaan bumi, karena hati orang itu tidak ada imannya.
- Pangkal Wara’
Hai, Ali, pangkal wara” adalah meninggalkan barang haram dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah swt. Dan pangkal kemuliaan adalah meninggalkan kemaksiatan.
- Nilai Akhlak yang Baik
Hai, Ali, sesungguhnya setiap orang itu dapat mencapai derajat orang yang berpuasa, yang aktif berjuang (perang) membela agama Allah dengan akhlak (bertingkah dan bertutur kata) yang baik.
Hai, Ali, jadilah engkau orang yang selalu bermuka manis, berseri-seri, sebab Allah swt. itu menyukai orang-orang yang berseri-seri wajahnya dan membenci orang-orang yang bermuka masam, cemberut dan galak.
- Nilai Berdiam
Hai, Ali, pangkal ibadah adalah diam, kecuali Zikir kepada Allah swt.
Keterangan:
Seorang cendekiawan mengatakan, bahwa diam itu mengandung 7.000 kebaikan dan semuanya itu dirangkum dalam tujuh kalimat, yang masing-masing kalimat mengandung seribu kebaikan. Ketujuh kalimat itu adalah:
- Diam itu merupakan ibadah tanpa susah payah.
- Diam itu merupakan perhiasan tanpa emas permata.
- Diam itu merupakan kewibawaan tanpa kekuasaan.
- Diam itu merupakan benteng tanpa pagar.
- Diam itu merupakan kekayaan tanpa merendahkan orang lain.
- Diam itu merupakan istirahat bagi malaikat pencatat amal. Diam itu merupakan penutup aib.
Ada yang mengatakan, bahwa diam itu merupakan hiasan bagi orang pandai dan tirai bagi orang yang bodoh.
Diriwayatkan dari Nabi Isa bin Maryam a.s., beliau bersabda:
”Setiap perkataan yang bukan zikir kepada Allah itu tidak ada gunanya. Setiap diam yang bukan untuk berpikir adalah kelalaian. Setiap pandangan yang bukan untuk mengambil pelajaran adalah sia-sia. Maka, beruntunglah orang yang perkataannya adalah zikir kepada Allah, diamnya adalah berpikir, dan pandangannya untuk mengambil pelajaran.”
- Penyebab Kematian Hati
Hai, Ali, banyak tidur itu menyebabkan hati menjadi mati dan dapat menghilangkan cahaya muka. Sedangkan banyak dosa itu juga menyebabkan hati mati dan menimbulkan penyesalan yang tiada henti.
- Syukur dan Sabar
Hai, Ali, barangsiapa yang dikaruniai nikmat oleh Allah, lalu bersyukur, diuji oleh Allah lalu sabar, dan berbuat dosa lalu memohon maaf, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia suka.
Keterangan:
Syukur itu berhubungan dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Adapun syukur dengan hati adalah berniat baik dan menyembunyikannya dari seluruh makhluk. Syukur dengan lisan adalah melahirkan syukur kepada Allah swt. dengan mengucapkan Alhamdulillah. Sedangkan syukur dengan anggota tubuh adalah menggunakan nikmat-nikmat itu untuk bakti dan taat kepada Allah swt. serta tidak menggunakan sedikit pun untuk maksiat kepada-Nya.
Diriwayatkan dari salah seorang tabiin, bahwa ia berkata: ”Barangsiapa merasa mendapat nikmat, maka hendaklah ia banyak-banyak mengucapkan Alhamdulillah.”
Al-Faqih menerangkan, bahwa memuji dan bersyukur kepada Allah adalah ibadah orang-orang terdahulu dan kemudian, ibadah para malaikat, ibadah para nabi, ibadah penghuni bumi, dan ibadah penghuni surga. Mengenai ibadah para nabi, Nabi Adam a.s. ketika bersin mengucapkan Alhamdulillah. Ketika Nabi Nuh a.s. diselamatkan oleh Allah bersama orang-orang yang beriman dari bahaya banjir, Allah memerintahkannya untuk mengucapkan Alhamdulillah, sebagaimana disebutkan dalam Alqur-an
“Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Mukminun: 28).
Nabi Ibrahim a.s. mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishag. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Q.S. Ibrahim: 39).
Nabi Dawud a.s. mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.” (Q.S. An-Nami: 15).
Ahli surga memuji kepada Allah dalam enam hal, yaitu:
- Sewaktu berpisah dengan orang-orang yang jahat,sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:
” Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai, orang-orang yang berbuat jahat.” (Q.S. Yasin: 59).
Pada saat itu orang mukmin mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Mukminun: 28).
- Sewaktu melewati shirath (titian), mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. ” (Q.S. Fathir: 34).
- Ketika mandi dengan air kehidupan dan melihat surga, di mana mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (Q.S. Al-A’raf: 43).
- Sewaktu mereka masuk surga, mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami di tempat ini.” (Q.S. Az-Zumar: 74).
- Sewaktu mereka telah menempati tempat masing-masing, di mana mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) karena karunia-Nya.” (Q.S. Fathir: 34-35).
- Sesudah makan, mereka mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-Fatihah: 2).
Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi saw., bahwa beliau bersabda:
” Ada dua sifat yang apabila keduanya berada pada diri seseorang, maka Allah mencatat orang itu sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Pertama, hendaklah ia melihat kepada orang yang berada di atasnya dalam masalah agama, lalu ia mengikuti jejaknya, dan (yang kedua adalah) hendaknya ia melihat orang yang berada di bawahnya dalam masalah dunia, Jalu ia bersyukur (dengan memuji) kepada Allah.”
Al-Faqih menjelaskan, bahwa kesempurnaan syukur itu berada dalam tiga hal, yaitu:
- Apabila Allah mengaruniakan sesuatu, maka renungkanlah siapa yang mengaruniai kamu, lalu kamu memuji kepadaNya.
- Merasa puas atas nikmat yang Allah berikan kepadamu.
- Selama sesuatu itu bermanfaat bagimu dan badanmu sehat, maka jangan melakukan maksiat kepada-Nya.
- Suka dan Duka dalam Agama
Hai, Ali, janganlah kamu berlebihan dalam suka cita, karena Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang bersuka ria. Hendaklah kamu banyak sedih dan prihatin, karena sesungguhnya Allah swt. menyukai setiap orang sedih dan prihatin.
Keterangan:
Ja’far bin Auf meriwayatkan dari Mas’ud, dari Auf bin Abdullah, ia berkata: Nabi saw. tidak pernah menoleh, kecuali dengan seluruh wajahnya. Dari hadis ini bisa diambil kesimpulan, bahwa tersenyum itu boleh, sedangkan tertawa tidak boleh.
Orang yang berakal sehat seyogyanya tidak tertawa, karena orang yang sedikit saja tertawa di dunia, maka nanti di akhirat akan banyak menangis. Lalu, bagaimana nanti keadaan orang yang banyak tertawa ketika di hari kiamat nanti? Allah Ta’ala berfirman:
“Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Q.S. At-Taubat: 82).
Hasan Al-Bashri berkata: Sungguh mengherankan, seseorang dapat tertawa, padahal di belakangnya ada api neraka dan Sungguh mengherankan ada orang yang bersuka ria, padahal di belakangnya ada kematian.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: Barangsiapa tertawa ketika melakukan perbuatan dosa, maka nanti akan masuk neraka dalam keadaan menangis.
Ada orang mengatakan, bahwa orang yang banyak tertawa di dunia, maka nanti akan banyak menangis di akhirat. dan orang yang banyak menangis di dunia, maka nanti akan banyak tertawa di akhirat.
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi berkata: Ada empat macam perbuatan yang tidak akan bisa menjadikan orang mukmin selalu tertawa dan gembira, yaitu: Memikirkan akhirat, sibuk mencari keperluan hidup, merasa sedih atas dosa-dosanya, dan memikirkan musibah yang memungkinkan akan menimpa dirinya. Oleh karena itu, seyogianya setiap muslim menyibukkan diri dengan keempat hal tersebut, agar terhindar dari banyak tertawa, karena banyak tertawa itu bukan perilaku orang yang beriman.
Setiap manusia seharusnya merasa sedih dengan lima hal, yaitu:
- Merasa sedih atas dosa-dosa yang lampau, karena ia telah melakukan perbuatan-perbuatan dosa, tetapi tidak tahu apakah ia mendapat ampunan Allah atau tidak. Oleh karenanya, ia harus berusaha untuk mendapatkan ampunan itu.
- Ia telah melakukan kebaikan-kebaikan, namun ia tidak tahu apakah kebaikan-kebaikan itu diterima oleh Allah atau tidak.
- Ia mengetahui perjalanan hidup yang telah dilaluinya, namun ia tidak tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang.
- Ia mengetahui, bahwa Allah mempunyai dua tempat, yakni surga dan neraka, namun ia tidak mengetahui ke tempat mana ia akan masuk.
- Ia tidak mengetahui, apakah Allah ridha atau murka kepadanya.
Barangsiapa tidak menghiraukan kelima hal itu, niscaya nanti di akhirat ia akan menghadapi lima kesusahan, yaitu:
- Menyesal atas harta yang dikumpulkan, baik yang diperoleh dengan cara yang halal maupun haram, yang ia tinggalkan kepada ahli waris yang memusuhinya.
- Menyesal, karena menunda-nunda amal kebaikan, sehingga catatan amal baiknya hanya sedikit, kemudian ia mohon izin untuk kembali ke dunia, agar bisa mengerjakan amal baik, namun tidak akan mungkin diizinkan.
- Menyesal atas dosa-dosa yang ia lihat dalam buku catatan, ternyata banyak sekali, sehingga kemudian ia mohon izin untuk kembali ke dunia, agar ia bisa bertobat, namun tidak akan diizinkan.
- Melihat begitu banyak orang yang menuntutnya, namun ia tidak bisa membayar, kecuali dengan amal-amal kebaikannya.
- Allah murka kepadanya dan tidak ada jalan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Abu Dzarr Al-Ghiffari r.a. meriwayatkan dari Rasulullah saw., beliau bersabda:
“Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Hai, Ali, setiap hari berganti pasti berkata, hai, anak keturunan Adam, saya adalah hari yang baru dan menjadi saksi amal perbuatanmu. Oleh sebab itu renungkanlah apa yang kamu kerjakan.
Keterangan:
Setiap muslim harus selalu memanfaatkan waktu, jangan sampai terlewatkan begitu saja dengan sia-sia tanpa dimanfaatkan untuk berbuat baik. Sebab waktu-waktu yang kita lalui selama hidup ini, itulah yang disebut umur dan kita besok di hari kiamat akan ditanya tentang umur yang diberikan oleh Allah kepada kita. Rasulullah saw. telah bersabda:
“Di hari kiamat nanti kedua telapak kaki setiap hamba tidak dapat beranjak dari tempatnya, sampai ia ditanyd tentang tiga perkara. Tentang umurnya, dihabiskan untuk apa? Tentang ilmunya, untuk apa ilmunya diamalkan, dar tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan dibelanjakan untuk apa.”
Hai, Ali, waspadalah kamu terhadap orang-orang yang lupa pada mati, yang hanya memikirkan harta kekayaannya. Ali berkata: Siapakah mereka itu, hai, Nabi Allah? Nabi saw. bersabda: Mereka itu adalah orang-orang kaya dan pemilik harta yang terus bekerja keras dan mengumpulkannya, seperti kerja keras seorang ibu merawat anaknya. Di akhirat nanti mereka itu adalah orang-orang yang rugi.
Keterangan:
Nabi saw. pernah bersabda:
” Harta kekayaan itu kesenangan dunia, tapi berbahaya di akhirat nanti. Orang-orang kaya itu ftdak bisa masuk ke kerajaan langit.”
“Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., siapakah umatmu yang jelek? Beliau menjawab: Orang-orang yang kaya.” (Ihya’ Ulumuddin: 3/218).
“Tidak ada sesuatu yang lebih dibenci oleh Allah, sesudah syirik daripada cinta dunia.”
” Orang-orang yang banyak hartanya adalah orang-orang yang paling rendah derajatnya, kecuali yang berkata dengan hartanya begini dan begitu (menyedekahkan hartanya kepada orang-orang di kanan, kiri, muka dan belakangnya). Tetapi sedikit sekali orang kaya yang seperti itu.”
Imam Al-Hasan berkata: Demi Allah, tidak ada seseorang. yang menghargai uang, kecuali ia direndahkan oleh Allah.
Ada sebuah riwayat, bahwa uang ketika pertama kali diciptakan, maka diambilnya oleh iblis, lalu diangkatnya, ditempelkan dahinya dan diciumnya, lalu berkata: Barangsiapa yang mencintai kamu, maka ia adalah hambaku dan pengikutku yang sejati. (Mukhasyafatul Qulub: 122).
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang paling baik menurut Allah adalah orang yang banyak memberi manfaat kepada orang jain. Orang yang paling jelek dalam pandangan Allah adalah orang yang berumur panjang, tetapi amal perbuatannya tidak baik. Sedangkan orang baik menurut-Nya adalah orang yang panjang usianya dan amal perbuatannya baik.
Orang yang sangat dikutuk oleh Allah swt. adalah orang yang makan sendirian, enggan memberi makan temannya dan suka memukuli budak (pembantu/bawahan)nya, menghormati orang-orang kaya dan meremehkan orang miskin. Lebih terkutuk lagi, adalah orang hidup dari penghasilan yang haram dan mati dalam keadaan seperti itu.
Orang yang lebih jelek dari itu adalah orang yang panjang usianya, jelek amal perbuatannya, tidak mau menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah, tetapi tetap mengharap ampunan dariNya. Orang yang lebih jahat dari itu adalah orang yang menampakkan persahabatan kepada sesama muslim, tetapi selalu merencanakan berbuat tidak baik kepadanya.
Orang yang lebih buruk dari semua itu adalah orang yang ketika masa mudanya lalai menjalankan perintah Allah dan enggan menjauhi larangan-Nya dan ketika masa tua bermalasmalas menjalankan perintah Allah dan tetap enggan menjauhi larangan-Nya.
- Tanda-tanda Sabar
Rasulullah saw. bersabda: Tanda-tanda kesabaran adalah baik keyakinan hatinya kepada Allah swt. dan baik dalam mengabdi (beribadah) kepada-Nya.
- Tanda-tanda Orang Mukmin
Hai, Ali, orang mukmin itu memiliki tiga tanda, yaitu:
- Tidak menyukai harta kekayaan.
- Tidak menyukai perempuan.
- Tidak mau membicarakan hal ihwal orang lain.
- Tanda-tanda Orang Berakal Sempurna
Hai, Ali, tanda orang yang berakal sempurna itu ada tiga, yaitu:
- Memanfaatkan harta kekayaan dunia untuk keperluan kehidupan di akhirat.
- Sabar dan tabah menghadapi tekanan.
- Sabar menghadapi berbagai cobaan.
- Tanda-tanda Orang yang Berilmu
Hai, Ali, tanda orang yang berilmu itu ada tiga, yaitu:
- Benar dan jujur dalam bertutur kata.
- Menjauhi hal-hal yang haram dan dilarang oleh agama.
- Bersifat tawadhu’.
- Tanda-tanda Orang Takwa
Hai, Ali, orang yang bertakwa itu memiliki tiga tanda, yaitu:
- Enggan berdusta dan takut berbuat yang tidak baik.
- Enggan bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat jahat.
- Meninggalkan separo barang yang halal, karena takut terjebak barang yang haram.
- Tanda-tanda Kejujuran
Hai, Ali, tanda-tanda kejujuran itu ada tiga, yaitu:
- Merahasiakan ibadah.
- Merahasiakan sedekah.
- Menyimpan maksiat.
- Tanda-tanda Orang yang Ahli Ibadah
Hai, Ali, tanda orang yang ahli ibadah itu ada tiga, yaitu:
- Tidak menyukai dirinya.
- Mengawasi dengan ketat pada dirinya.
- Lama ketika beribadah kepada Allah swt.
- Tanda-tanda Orang yang Saleh
Hai, Ali, tanda orang yang saleh itu ada tiga, yaitu:
- Selalu memperbaiki hubungan antara dirinya dan Allah swt. dengan amal yang baik.
- Selalu memperbaiki agamanya dengan memperbanyak mengamalkan ajarannya.
- Menyukai orang lain, seperti ia menyukai dirinya sendiri.
- Tanda-tanda Orang yang Bahagia di Akhirat
Hai, Ali, tanda orang yang bahagia di akhirat itu ada tiga, yaitu:
- Makanannya halal.
- Suka mendatangi ulama.
- Salat fardu secara berjamaah.
- Tanda-tanda Orang yang Beriman
Hai, Ali, orang mukmin sejati itu memiliki tiga tanda, yaitu:
- Cepat dalam menjalankan ibadah dan taat kepada Allah swt.
- Selalu menjauhi hal-hal yang haram dan hal-hal yang dilarang oleh Allah swt.
- Bersikap baik, sekalipun kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.
- Tanda-tanda Orang yang Bermurah Hati
Hai, Ali, tanda orang yang bermurah hati itu ada tiga, yaitu:
- Memaafkan orang salah, ketika ia mampu membalas.
- Mengeluarkan zakat.
- Gemar bersedekah.
- Tanda-tanda Orang yang Santun
Hai, Ali, tanda-tanda orang yang santun itu ada tiga, yaitu:
- Menjalin hubungan dengan orang yang memutus hubungan dengannya.
- Memberi orang yang tidak pernah memberinya.
- Memaafkan orang yang menzaliminya.
- Tanda-tanda Orang yang Sabar
Hai, Ali, tanda-tanda orang yang sabar itu ada tiga, yaitu:
- Sabar menjalankan perintah Allah dan sabar meninggalkan larangan Allah.
- Sabar menghadapi musibah.
- Sabar menghadapi kepastian (takdir) Allah swt.
- Tanda-tanda Orang yang Benar-benar Tobat
Hai, Ali, tanda-tanda orang yang bena -benar bertobat itu ada tiga, yaitu:
- Menjauhi hal-hal haram,
- Senang mencari ilmu.
- Tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.
- Tanda-tanda Kekafiran
Hai, Ali, tanda-tanda kekafiran itu ada tiga, yaitu:
- Ragu terhadap wujud (keberadaan) Allah swt.
- Benci terhadap orang yang beribadah kepada Allah swt.
- Lalai menjalankan ketaatan kepada Allah.
- Tanda-tanda Orang Munafik
Hai, Ali, tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu:
- Berdusta, jika berbicara,
- Ingkar, jika berjanji.
- Berkhianat, jika dipercaya. Orang munafik itu tidak dapat menerima nasihat.
3, Tanda-tanda Orang yang Pamer (Riya)
Hai, Ali, orang yang pamer (riya) itu ada tiga tandanya, yaitu:
- Menyempurnakan rukuk dan sujudnya ketika salat di hadapan orang lain.
- Tidak mau menyempurnakan rukuk dan sujudnya, ketika salat sendirian.
3, Giat beramal dan berzikir, baik di tempat sunyi atau di hadapan orang, ketika ada orang yang memujinya.
4, Tanda-tanda Orang Bodoh
Hai, Ali, tanda orang yang bodoh itu ada tiga, yaitu:
- Meremehkan kewajiban-kewajiban kepada Allah.
- Banyak bicara, selain zikir kepada Allah swt.
- Mencela (agama) Allah swt.
- Tanda-tanda Orang Tercela
Hai, Ali, tanda-tanda orang yang tercela itu ada tiga, yaitu:
- Sering berbohong.
- Sering bersumpah palsu.
- Sering mengeluhkan kebutuhannya kepada orang lain.
- Tanda-tanda Orang yang Celaka
Hai, Ali, tanda orang yang celaka itu ada tiga, yaitu:
- Makanannya haram.
- Tidak suka dekat dengan orang yang berilmu.
- Selalu salat sendiri.
- Tanda-tanda Orang yang Banyak Dosa
Hai, Ali, orang yang banyak dosa itu tandanya ada tiga, yaitu:
- Suka berbuat kerusakan.
- Suka mengganggu dan menyakiti sesama makhluk.
- Tidak menyukai petunjuk.
- Tanda-tanda Orang yang Suka Berbuat Zalim
Hai, Ali, tanda orang yang zalim itu ada tiga, yaitu:
- Tidak peduli pada makanannya, halal atau haram.
- Menekan dan menyulitkan orang yang memberinya utang (pinjaman).
- Menyakiti orang yang memberinya utang (pinjaman).
- Tata Cara dan Doa Masuk Mesjid
Hai, Ali, apabila engkau masuk ke mesjid, maka dahulukanlah kaki kanan, dan jika keluar, maka dahulukanlah kakimu sebelah kiri.
- Membaca Surah Yasin Pagi dan Sore
Hai, Ali, bacalah surah Yasin secara rutin ketika pagi dan sore, karena barangsiapa membacanya seperti itu, maka ia berada dalam lindungan dan penjagaan Allah swt.
Keterangan:
Fadhilah surah Yasin itu banyak, antara lain seperti diterangkan oleh Rasulullah saw. dalam hadis-hadisnya:
”Dari Nabi saw., sesungguhnya beliau bersabda: ‘Sesungguhnya segala sesuatu itu memiliki jantung, dan jantung Alqur-an itu adalah surah Yasin. Barangsiapa membaca surah Yasin, maka Allah mencatatnya seperti membaca Alqur-an sepuluh kali’.” (H.R. Imam At-Tirmidzi).
” Dari Atho’ bin Robah, ia berkata: Telah sampai padaku, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: ‘Barangsiapa membaca surah Yasin di pagi hari, maka semua kebutuhannya pasti terpenuhi’.”
“Ibnu Abbas r.a. berkata: ‘Barangsiapa membaca surah Yasin ketika pagi hari, maka ia diberi kemudahan sepanjang harinya sampai sore hari dan barangsiapa membacanya pada permulaan malam, maka ia diberi kemudahan semua urusannya sepanjang malamnya, hingga pagi hari’.”
- Membaca Surah Al-Hasyer Setiap Malam
Hai, Ali, barangsiapa membaca surah Al-Hasyer pada setiap malam hari, maka ia dicukupkan dari hal-hal tidak baik di dunia dan akhirat.
- Surah-surah Alqur-an yang Perlu Dibaca Pada Malam Jumat
Hai, Ali, barangsiapa yang membaca surah Al-Baqarah pada malam Jumat, maka muncullah cahaya yang memancar dari seluruh langit paling atas ke bumi paling bawah untuk orang tersebut.
Barangsiapa yang membaca surah Ad-Dukhan dan surah Al-Muluk pada malam Jumat, maka Allah swt. mengampuninya dan memberikan jaminan keselamatan dari fitnah di alam kubur.
Barangsiapa yang ketika hendak tidur membaca akhir surah Al-Kahfi, maka ia akan dibuatkan cahaya yang memancar dari kepala hingga kaki. Dan barangsiapa yang membaca surah Ath-Thariq ketika hendak tidur, maka ia diberi kebaikan oleh Allah swt. sebanyak bintang-bintang di langit.
5, Surah Al-Muluk dan Manfaatnya
Hai, Ali, barangsiapa yang membaca surah Al-Muluk dan membaca doa di bawah ini:
”Ya, Allah, jagalah diriku, dengan tetap memeluk Islam, baik ketika berdiri, duduk dan tidur. Janganlah Engkau bahagia, kan hati musuh dan orang yang hasud kepada kami.”
”Ya, Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan setiap makhluk. Engkau adalah Dzat yang mengendalikan mereka. Dan aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang ada pada-Mu.”
Maka Allah swt. menyelamatkan dia dari gangguan jin, manusia dan binatang.
Keterangan:
Surah Al-Muluk itu dapat menolong setiap orang yang membacanya dan membentenginya dari setiap kejahatan, dapat menjadi teman berdialog di alam kubur, menguatkan ketika menghadapi setiap pertanyaan di alam kubur dan menjadi teman setia di alam kubur.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Salah seorang sahabat Nabi saw. mendirikan tenda di atas kuburan, sedangkan ia tidak mengerti bahwa tempat itu adalah kuburan, tiba-tiba di tempat itu terdapat suara orang yang membaca surah Al-Muluk sampai selesai. Ia lalu menghadap kepada Nabi, dan menceritakan peristiwa itu kepada beliau. Nabi saw. bersabda: Surah Al-Muluk itu benteng dan penyelamat yang menyelamatkan dari siksa Allah swt.
Dari Ibnu Abbas r.a., sesungguhnya beliau bersabda kepada seseorang: Tidakkah engkau ingin aku beri tahu tentang sesuatu yang mengenakkanmu? Ia menjawab: Ya, tentu saja. Ia bersabda: Bacalah surah Al-Muluk (Tabarokalladzi Biyadihil Mulku ……. ) dan hafalkanlah, serta ajarkanlah kepada keluargamu, anakanakmu dan tetanggamu, karena surah Al-Muluk adalah penyelamat dan pembela yang membela pembacanya ketika di hadapan Allah pada hari kiamat nanti, dan memohonkan kepada Allah swt. agar Dia menyelamatkan dari siksa api neraka dan siksa kubur.
- Ayat Kursi dan Keutamaannya
Hai, Ali, apabila kamu menginginkan suatu kebutuhan, maka bacalah ayat Al-Kursi dan berdoalah kepada Allah dalam kesusahan dan kesulitan, lalu bacalah:
Maka Allah swt. akan menghilangkan kesusahan dan kesulitan serta memenuhi segala kebutuhan.
- Bacaan Ketika Menghadapi Permasalahan
Hai, Ali, apabila engkau menghadapi permasalahan, maka bacalah:
” Maha Suci Engkau, ya, Robbi, tidak ada Tuhan, kecuali Engkau, kepada-Mu kami pasrah, Engkau adalah Tuhan Arasy Yang Agung.”
- Doa yang Harus Diperbanyak
Hai, Ali, perbanyaklah berdoa atau memohon kepada Allah dengan doa yang diajarkan oleh Malaikat Jibril kepadaku, yaitu kelanggengan dalam agama Islam dunia dan akhirat.
9, Bacaan Ketika Melihat Hilal
Hai, Ali, apabila engkau melihat hilal, maka bacalah: tiga kali tiga kali, lalu berdoa:
”Maha Besar Allah, Maha Mulia dan Maha Kuasa terhadap segala sesuatu yang kami takuti.”
- Doa Ketika Bertemu Musuh
Hai, Ali, apabila engkau bertemu dengan orang yang kamu takuti musuh). maka bacalah doa:
”Ya, Allah, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menghindarkannya dariku, menghentikan kemarahannya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya.”
Bab terakhir ini membicarakan berbagai masalah (Funun Syatta), yang terjemahan ini kami beri judul: Tata Cara Menempatkan Diri di Tengah Masyarakat.
Apabila setiap orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat dapat menempatkan diri dan mengerti apa yang sebaiknya dikerjakan, maka akan terciptalah kerukunan dan perdamaian. Untuk mewujudkan hal ini, marilah kita renungkan wasiat Rasul di bawah ini:
- Memasyaratkan Salam
Hai, Ali, ucapkanlah salam terlebih dahulu kepada setiap orang Islam yang berpapasan denganmu, maka Allah akan mencatat dua puluh kebaikan untukmu. Jawablah salam orang yang memberikan salam, maka Allah akan mencatat empat puluh kebaikan kepada orang yang menjawab salam.
Keterangan:
Hukum memberi salam kepada sesama muslim itu Sunah. Sedangkan menjawab salam itu hukumnya Fardu Kifayah. Salam atau penghormatan di dalam Islam itu berupa kalimat:
Jawaban penghormatan atau salam itu seyogianya lebih baik dan lebih sempurna. Kalau ada seseorang memberi ucapan salam dengan kalimat di atas, maka kita harus menjawab dengan
kalimat: atau Ada sebuah riwayat, bahwa salah seorang keluarga Ali bin Tholib diberi ucapan salam oleh seorang hamba sahayanya, lalu beliau menjawab: (engkau bebas). Lalu ada salah
seorang bertanya: Engkau diberi salam, lalu engkau menjawab dengan memerdekakan budakmu itu. Beliau menjawab: Jawaban yang paling baik untuk budak adalah merdeka. Saya menguatkan firman Allah swt.:
” Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan (salam), maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (Q.S. An-Nisa’: 86),
- Menahan Emosi
Hai, Ali, hindarilah marah atau emosional, sebab marah itu berasal dari setan, dan setan itu lebih gampang menguasai dirimu di saat dalam keadaan marah.
- Mewaspadai Doa Orang yang Tertindas
Hai, Ali, berhati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, takutlah kepada doanya, sebab doa orang teraniaya itu pasti dikabulkan oleh Allah swt., sekalipun ia kafir. Persoalan kekafiran adalah urusannya sendiri.
- Menghindari Sumpah Palsu
Hai, Ali, hindarilah bersumpah dengan sumpah palsu, karena sumpah palsu itu menghabiskan dagangan, menghilangkan rezeki dan memperpendek usia.
- Amar Makruf dan Nahi Munkar
Hai, Ali, barangsiapa yang menganjurkan orang lain untuk berbuat baik dan mencegah mereka untuk tidak berbuat jahat, maka Allah akan menumpas musuhnya. Barangsiapa yang jujur dalam setiap urusan, maka Allah akan marah, karena kemarahan orang tersebut.
- Anjuran Menghibur Anak Yatim
Hai, Ali, apabila ada anak yatim menangis, maka Arasy berguncang. Kemudian dikatakan kepada Malaikat Jibril: Hai, Jibril, lebarkanlah neraka untuk orang yang membuat nangis anak yatim itu, dan luaskanlah surga kepada orang-orang yang menghiburnya.
Keterangan:
Ada salah seorang di zaman dahulu bercerita: Dulu aku ini adalah pemabuk dan selalu berbuat maksiat. Pada suatu hari aku melihat anak yatim, aku sangat sayang kepadanya, dan aku memuliakannya, sebagaimana layaknya anak yang dimuliakan dan disayang. Kemudian pada suatu malam, ketika tidur, aku bermimpi melihat Malaikat Zabaniyyah menangkap saya dan akan mencampakkan saya ke neraka Jahanam, tiba-tiba anak yatim tersebut menghalangi dan berkata: Hai, Malaikat Zabaniyyah, tinggalkan dia, aku menghadap langsung kepadanya dan membicarakan orang ini, Malaikat Zabaniyyah tidak menggubrisnya, lalu ada seruan: Bebaskan dia, Kami membebaskan dia, karena kebaikannya kepada si yatim itu. Lalu aku terbangun dan sejak itu aku berusaha keras memuliakan anakanak yatim.
Ada sebuah kisah, bahwa ada seorang memiliki anak-anak perempuan dari seorang istri keturunan Ali bin Abi Tholib meninggal dunia. Wanita ini hidup dalam keadaan miskin, hingga memaksanya harus pergi dari tempat itu. Dalam perjalanan hijrahnya, ia mampir ke sebuah mesjid, tinggal beberapa saat di sana. Lalu wanita mulia itu diam-diam keluar : dan anak-anaknya ditinggal di mesjid untuk mencari makanan, ja bertemu dengan pemuka desa yang beragama Islam dan bercerita tentang keadaannya beserta anak-anaknya, tetapi si pemuka desa itu tidak mempercayainya dan berkata kepadanya: Untuk membuktikan ucapanmu itu, kamu harus mendatangkan saksi. Wanita itu menjawab: Aku orang asing, tidak kenal siapa pun di sini. Pemuka desa itu tidak mempedulikannya.
Wanita mulia itu lalu berjumpa dengan seorang yang beragama Majusi, dan menceritakan keadaannya bersama anakanaknya yang kecil-kecil. Orang Majusi itu percaya dan langsung menyuruh salah satu anak perempuannya untuk menjemput mereka dan mengajaknya ke rumah. Laki-laki Majusi ini berusaha semaksimal mungkin untuk memuliakannya.
Adapun pembesar desa yang muslim itu pada malam hari bermimpi, sepertinya kiamat terjadi dan ia melihat Rasulullah saw. membawa Liwa’ul Hamdi di depan sebuah istana yang megah. Aku bertanya: Hai, Rasulullah, untuk siapakah istana ini? Beliau menjawab: Untuk seorang muslim. Ia berkata: Akulah satu-satunya muslim di sini. Rasulullah saw. menjawab: Datangkan saksi atas pengakuanmu sebagai muslim. Lalu ia bingung. Rasulullah saw. lalu membicarakan tentang wanita mulia tersebut. Laki-laki itu lalu terbangun dan sedih, karena ia telah menolak wanita mulia yang pernah meminta bantuan untuk anak-anaknya yang yatim itu. Oleh sebab itu dia berusaha mencari dan menemukannya di rumah orang Majusi. Ia memintanya, tetapi si Majusi menolaknya dan berkata: Aku telah memperoleh berkah dari mereka. Laki-laki muslim itu berkata: Serahkanlah wanita dan anak-anaknya itu kepadaku dan aku akan memberimu seribu dinar, tetapi laki-laki Majusi tetap menolaknya. Laki-laki muslim itu tetap memaksanya, si Majusi berkata: Saya lebih berhak merawat mereka, dan istana yang aku lihat dalam mimpi itu adalah milikku. Majusi berkata: Kami bangga dengan Islammu! Demi Allah, saya dan keluarga saya telah masuk Islam karena wanita ini. Sebelum tidur dan ketika tidur, saya melihat istana, seperti yang kamu lihat dalam mimpimu, dan Rasulullah saw. bersabda kepada saya: Apakah wanita dan anak-anaknya itu telah berada di rumahmu? Saya jawab iya. Beliau bersabda: Istana ini untukmu dan untuk seluruh keluargamu. Laki-laki pembesar yang muslim itu lalu kembali dalam keadaan sedih. (Mukhsyafatul Qulub: 214-221)
- Agama Adalah Nasihat
“ Hai, Ali, agama adalah nasihat (menghendaki kebaikan) – untuk Allah, Rasul-Nya dan seluruh orang-orang yang beriman.
Keterangan:
Nasihat adalah menghendaki baik kepada orang-orang yang dinasihati. Nasihat adalah tiang dan penegak agama. Agama itu sendiri disebut agama, karena agama Islam dengan kitah Allah dan Rasul-Nya itu, intinya mengarahkan manusia agar menjadi baik.
Nasihat untuk Allah, berarti meluruskan iman kepada-Nya, dan tulus dalam menjalankan ibadah kepada-Nya.
Nasihat untuk Rasul Allah adalah berarti membenarkan kerasulan para rasul Allah, patuh pada perintahnya dan berpegang teguh kepada sunah serta syariatnya.
Nasihat untuk orang-orang muslim, berarti membimbing mereka dan mengarahkannya untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat, menganjurkan mereka untuk berbuat baik dan mencegah mereka berbuat kemungkaran.
- Orang-orang yang Bakal Masuk Surga
Hai, Ali, ada tujuh golongan dari umatku yang kelak pertempat di surga, yaitu:
- Pemuda yang bertobat.
- Orang yang bersedekah secara rahasia.
- Orang yang melakukan salat Dhuha
- Orang yang kehilangan harta, tetapi merasa tidak berarti daripada ketinggalan satu kali salat berjamaah.
- Orang yang menangis karena takut kepada Allah.
- Orang yang mendekat ulama dalam majelis pengajiannya.
- Menuntun Orang Buta
Hai, Ali, barangsiapa yang menuntun orang buta dengan tangan kirinya, maka tangan kanan orang buta itu kelak akan menuntun tangan kananmu.
- Proses Kematian
Hai, Ali, mansia ketika dalam Syakarotul Maut (proses kematian), maka setiap persendian jasadnya mengucapkan salam perpisahan dengan yang lainnya, termasuk rambut yang memutih, juga mengucapkan salam perpisahannya dengan rambut-rambut yang hitam.
PENUTUP
Hai, Ali, peliharalah wasiatku ini, sebagaimana aku memeliharanya dari Malaikat Jibril, dari Tuhan Yang Maha Suci Asma’-Nya. Tiada Tuhan selain Allah.