Kitab Tanbihul Ghafilin Dan Terjemah [PDF]

Dengan menyebut nama Allah Yang Pemurah dan Pengasih. Segala puji kepunyaan Allah Yang telah berkenan memberi petunjuk kepada kami untuk memahami isi kandungan kitabNya, dan meninggikan derajat kami melebihi manusia lainnya, berkat kekasihNya yang sangat mulia. “

 

Puji yang mampu mengantarkan pada keridaanNya dan memetik karunia yang tersimpan di sisi-Nya, serta membina jiwa kami pandai mensyukuri nikmatNya, mengenal sifat atau hak kekasihNya. Rahmat Allah tetaplah kepada junjungan kami (Nabi) Muhammad, selaku Rasulullah dan Nabi terpilih, demikian pula kepada segenap keluarga, sahabat dan umat beliau.

 

Dalam melatar belakangi penulisan kitab karyanya yang berjudul ”TANBIIHUL GHAAFILIIN artinya: ” Pengingat manusia yang lengah” beliau Al-Faqih memberi komentar sebagai berikut: “Saya menghimpun nasihat-nasihat dan hikmah yang menarik lagi menyenangkan para pembaca kitab ini adalah terdorong olch rasa tanggung-jawab saya selaku hamba Allah yang diberi ilmu pengetahuan tentang: “Adab atau kesopanan, kebahagiaan di dalamnya, hikmah, wejangan, pendirian orang-orang salih dan upaya para Mujtahidin pada Zat Allah 

 

Dalam hal ini dilandasi Firman Allah di dalam Alquran:

 

Artinya:

“Yaklah mereka ke jalan Tuhanmu, dengan hikmah dan nasihat baik, atau terpaksa dengan berdebat secara baik pula, bahxwasanya Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang sesat dan siapa pula yang mendapat petunjuk jalanNva”. (An-Nahl 125)

 

Dan landasan hadis Nabi :

 

Artinya:

”Dari “Abdullah bin Mas’ud, katanya: “Beliau Nabi adalah pandai mengatur jadwal waktu ceramahnya kepadu kami, demi melenyapkan rasa jemu dari kami (dalam mengikutinya).” (Al-Hadis)

 

Sehubungan dengan itu Al-Faqih berpesan, penuh harap agar benarbenar kitab ini mendapat perhatian dan sambutan hangat dari para pembaca, khususnya generasi mudanya, lalu menjadi bahan pemikiran atau intropeksi terhadap diri sendiri (pengamalan dimulai dari dalam), kemudian keluar, diajarkan pada lain orang. Karena hal ini saya lakukan berdasarkan Firman Allah sebagai berikut:

 

Artinya:

”.. jadilah kamu orang cerdik-pandai lagi bertakwa kepada Allah, karena kamu selalu mengajarkan dan menekuni (ilmu yang ada pada) kitab”. (Ali Imran 79)

 

Setengah Ulama Tafsir, mengartikannya: ”… Jadilah kamu orangorang yang mengamalkan ilmu yang terkandung dalam kitab, sebagaimana kamu mengajarkan kepada manusia”.

 

Sedang pada ayat lain, Allah berfirman:

 

Artinya:

“.. Bahwasanya di antara hamba-hamba Allah yang paling takut, adalah para ‘Ulama .. .”. (Fathir 28)

 

Dan Firman Allah:

 

Artinya: “Hai orang yang berkemul, bangkitlah, kemudian berilah (olehmu Muhammad) peringatan (kepada mereka)”. (Al-Muddatstsir 1-2)

 

Juga Firman Allah:

 

Artinya:

 

“Teraplah kau sampaikan peringatan, karena hal itu sangat bermanfaat bagi orang mukmin”. (Ads-Dsariyaat 55)

 

Demikian pula dalam hadis, riwayat Rasulullah :

 

Artinya:

“Berpikir satu jam lebih ungsul dibandingkan dengan ibadat satu tahun”. (Al Hadis)”

 

Al-Faqih menegaskan: “Barangsiapa memandang rendah terhadap hikmah dan nasihat, serta perjalanan Ulama salaf, maka akibatnya terkena salah satu dari antara dua efek negatif, pertama: Membanggakan amalnya yang sangat terbatas, lalu beranggapan tingkatannya sejajar dengan para Ulama salaf, Kedua: Berlaku sombong dengan amalnya yang besar, lalu beranggapan lebih unggul dan sempurna daripada lainnya, maka menjadi batallah ibadatnya dan lenyap atau gugurlah semua amalnya.

 

Adapun bagi orang-orang yang pandai memetik hikmah pendirian dan perjalanan Ulama-ulama salaf, adalah sangat besar keuntungannya, karena ia akan merasa keterbatasan atau kekurangannya dalam beribadat dan beramal, sehingga menjadi pendorong, untuk meningkatkan, memperbaiki atau menyempurnakan ibadat dan amalnya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan para Ulama terdahulu.”

 

Untuk mengakhiri kata pendahuluan, Al-Faqih memanjatkan doanya sebagai berikut: “Ya Allah, kami memohon taufik dalam melakukan amal baik sebanyak-banyaknya, dan memperoleh keberkahan sebesarbesarnya, sesungguhnya Dia Maha Pemberi lagi Maha Berkuasa”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Amr Maula Murallib dari Ashim dan Muhammad Labied, Nabi & bersabda:

 

Artinya:

”Syirik kecil adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi kalian, lalu para sahabat bertanya, apakah svirik kecil itu. ya Rasulullah? Jawab beliau: “Riya, besok di hari Kiamat, Alah menyuruh mereka mencari pahala amalnya, kepada siapa tujuan amal mereka itu, FirmanNya. ”Carilah manusia yang waktu hidup di dunia, kamu beramal tujuannya hanya untuk dipuji atau disanjung oleh mereka, mintalah pahala kepada mereka itu”.

 

Al-Faqih menegaskan: Mereka diperlakukan kasar, adalah wajar, karena amal mereka di dunia hanyalah penipuan belaka, Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya orang-orgng Munafik itu menipu Allah, dan Dia pandai membalasnya, ketika salat, mereka malas melakukannya, hanya pujian manusialah tujuan utamanya. Mereka tidak mengingat Allah, kecuali hanya sedikit”. (Annisa 142)

 

Oleh karenanya semua amal mereka batal tidak sampai kepada Allah dan Allah lepas dari mereka. Demikianlah amal yang tidak disertai dengan keikhlasan.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, katanya Nabi  bersabda: “Allah berfirman: “Aku tidak memerlukan sekutu ataupun amal yang syirik padaKu, Barangsiapa melakukannya, maka terlepas dariKu (bukan urusanKu)”. (Al-Hadis Oudsi)

 

Dalam hadis tersebut mengandung pengertian bahwa: Amal baik apapun yang dilakukan tanpa ikhlas, tidak akan diterima dan tiada balasannya kecuali neraka. Dasarnya Firman Allah:

 

Artinya:

”Barungsiapa menghendaki kesenangan dunia (densan amalnya), maka Kumipun memenuhinya di dunia, apa yang Kami kehendaki bagi keinginannya, kemudian Kami masukkan dia Re neraka, keadaannya sangat hina dan terusir (jauh dari rahmutNya)”. (Al-Isra’ 18)

 

Artinya:

 

“Dan Barangsiapa menghendaki kesenangan di akhirat (dan pahala amalnya). dengan sepenuh hati melakukannya secara ikhlas dan beriman, maka mereka itulah orang yang usahahya diterima (amalnya memperoleh pahala)”. (A-Isra’ 19)

 

Artinya:

“Kepada setiapnya dari dua macam orang” Kami cukupi resekinya, dan pemberian Tuhanmu tiada (Seorangpun) dapat dihalangi”. (Al-Isra’ 20)

 

Ayat tersebut di atas kesimpulannya: “Tiada balasan bagi amal yang niatnya tidak karena Allah, sebab Allah hanya menerima amal yang ditujukan kepadaNya, lagi pula amal bukan karenaNya akibatnya hanya dicapai dan susah di neraka jahanam, disebutkan dalam hadis:

 

Artinya:

“Terkadang orang melakukan puasa tiada keuntungan baginya. kecuali lapar dan dahaga, dan terkadang orang beribadat di malam hari, tiada keuntungan baginya, kecuali jaga malam yang melelahkan yang dimaksud adalah amal ibadahnya sia-sia (tiduk berpahala)”.

 

Sekalipun penilaian umumnya masyarakat, dia orang yang tekun dan rajin beramal atau beribadat, tetapi jika disertai dengan riya dan sun’ah amal ibadatnya tidak berpahala. Demikian itu digambarkan oleh setengah Ulama Hikmah tidak jauh dengan orang datang ke pasar atau toko, sakunya penuh batu, sedang kebanyakan orang menilai dia bahagia atau beruntung, karena banyak uangnya, padahal dia sangat celaka, karena isi saku atau kantongnya tidak dapat dibelikan sesuatu apapun, kecuali sanjungan dan pujian orang belaka.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

 

“Kami selidiki segala amal yang mereka lakukan, lalu Kami Jadikan dia debu yang bertaburan”. (Al-Furgan 23)

 

Diriwayatkan oleh Imam Waki’ dari Sufyan Atstsauri, dan dari seseorang (Sahabat), dari Mujahid, katanya: “Seseorang menghadap Nabi  dan berkata: “Ya Rasulullah, bahwasanya aku bersedekah karena Allah, tetapi aku juga senang dipuji orang (bahwa, aku orang baik yang suka beramal), lalu turunlah ayat:

 

Artinya:

“Barangsiapa takut kepada Tuhannya dan mengharap pahala dariNya, maka lakukanlah amal baik dengan penuh ikhlas, jangan mempersekutukan seorangpun dalam beribadat (beramal) kepada Tuhannya”. (Al-Kahfi 110)

 

Sebagian Ulama Ilikmah menegaskan, bahwa: ”Barangsiap, melakukan tujuh amalan, tanpa dibarengi tujuh perkara, berarti hampa atau palsu amalannya, yaitu: 1. Takut kepada Allah, tapi tidak may mengurangi laku maksiat. 2. Percaya (mengharap) pahala dari Allah, tapi enggan beramal atau beribadat kepadaNya. 3. Bertekad akan melakukan kebaikan atau berbakti kepada Allah, tapi tidak dilakukan dalam kenyataan. 4. Berdoa kepada Allah, tapi tidak berusaha secara lahiriyah . 5. Mohon ampun (istighfar) kepada Allah, tapi tidak menyesali dosa yang telah dilakukan olehnya”. 6. Lahirnya berbuat kebaikan, tapi dalam (hatinya) tidak ikhlas. 7. Beramal atau beribadat, tapi tidak ikhlas, mengharap keridaan dari Allah.

 

Hadis dari Abu Hurairah dari Nabi , bahwasanya beliau bersabda:

 

Artinya:

 

“Di akhir saman akan timbul golongan-golongan yang menghimpun harta dunia dengan memperalat agama, bersandang (Wol) bulu domba, bicaranya sangat menarik, seperti manisnya madu, tetapi hatinya buas nclebihi serigala. Kelak mereka dimarahi oleh Allah, Dia mengutuk mereka demikian “Kalian berbuat sandiwara dan menentang kebesaranku, maka tunggulah saat Aku menimpakan fimah atau bala, sampai membingungkan manusia yang berakal tenang”. (Al-Hadis)

 

Lain halnya jika beribadat atau beramal secara ikhlas kemudian dengan tiba-tiba dipuji orang dan timbul rasa senang, maka dia tetap mendapat pahala. Berdasarkan hadis Nabi  sebagai berikut:

 

Artinya:

“Seseorang menghadap dan bertanya kepada Nabi : “Ya Rasulullah, bahwasanya aku beramal baik secara diam-diam, tibatiba diketahui orang, dia memudiku, lalu timbul dalam hatiku rasa gembira, dapatkah pahalanya bagiku? Beliau menjarsab: Dapat, bahkan dua macam (pertama) pahala diam-diam (kedua) pahala berterus terang”.

 

Kata Al-Faqih, dua macam pahala baginya: pertama pahala langsung dari amal atau ibadatnya, dan (kedua) pahala sampingan dari fihak yang mengikutinya (mengambil suri tauladan daripadanya). Hal ini berlandaskan hadis Nabi  sebagai berikut:

 

Artinya:

 

“Barangsiapa merintis (meletakkan dasar) jalan kebaikan, maka ia memperoleh pahala secara langsung dari perbuatannya, disamping juga dari pihak orang yang mengikuti jejaknya, demikian pula barangsiapa merintis jalan maksiat, maka ia tertimpa siksa sanda (kejahatan sendiri dan orang yang menirunya). (Al-Hadis)

 

Dalam hadis riwayat Abdullah bin Mubarrak Rasulullah bersabda: “Ketika amal seSeorang yang dikira besar juAllahnya oleh para malaikat dan mercka memujinya, ditunjukkan kepada Allah, maka Dia menolak dengan FirmanNya: “Kalian menyangka orang ini baik-baik, padahal sangat buruk, amal ibadatnya tidak ikhlas untukKu, maka pantaslah tempatnya di neraka sijjin. Dan sebaliknya, terjadi pula amal seSeorang yang dikira kecil nilainya oleh para malaikat, ternyata besar dipandangan Allah, karena ikhlas niatnya, maka sorga ‘Illiyyinlah balasannya.

 

Oleh karena itu, lakukanlah ibadat atau beramal dengan ikhlas karena Allah semata, sekalipun hanya sedikit, daripada banyak tetapi tidak ikhlas, Firman Allah:

 

Artinya:

Jika kebajikan itu sebesar sarrah adanya, pasti Dia lipat Gandakan dan Dia berikan pahala yang besar dari sisiNya. (An-Nisa’ 40)

 

Al-Kisah, seorang Ulama pergi ke Madinah, dia bertemu dengan Abu Hurairah berada di tengah-tengah kumpulan orang, kemudian dia bertanya kepadanya sesudah kumpulan orang itu bubar, katanya: ”Aku minta (demi Allah) anda menceriterakan hadis dari Nabi , Abu Hurairah menjawab:” Silahkan duduk baik-baik, dengarkanlah hadis yang aku memperolehnya langsung dari Rasulullah  dan tiada seorangpun bersama kami, setelah mengucapkan perkataan itu lalu ia bernafas panjang dan pingsanlah ia, kemudian sadar, seraya mengusap wajahnya ia berkata: “Dengarkanlah hadis yang aku perolehnya langsung dari Rasulullah , demikian itu diulang sampai tiga kali, setelah pingsan tiga kali pula, akhirnya ia berkata: “Rasulullah  bersabda: Ketika saatnya tiba Hari Kiamat, Allah memutuskan semua urusan makhlukNya, masing-masing tunduk kepadaNya, yang pertama dipanggil ialah pembaca Alquran, lalu ditanyakan kepadanya: Kamu telah mempelajari apa yang diwahyukan kepada utusanKu? Jawabnya: Ya Tuhan, Tanya: lalu apa yang kau amalkan di dalamnya? Aku membacanya di malam atapun siang hari. Kemudian Allah dan para malaikatNya menyanggahnya: “Kamu telah berbohong, karena semua itu kamu lakukan hanya ingin dipuji orang, dan itu sudah terlaksana di dunia. Yang kedua ialah, para hartawan, lalu ditanyakan kepadanya: Harta yang Aku berikan kepadamu, kau buat apa saja? Jawabnya: Kubelanjakan demi menyambung hubungan sanak-famili, dan disedekahkan. Lalu disanggah oleh Allah dan para malaikatNya: Kamu bohong, karena semua itu kau lakukan, agar kamu disebut dermawan, dan itu sudah terlaksana. Yang ketiga ialah, orang mati sabil (syahid), lalu ditanyakan kepadanya: Kenapa kamu terbunuh? Jawabnya, berperang fi sabilillah. Lalu disanggah oleh Allah dan para malaikat Nya: Kamu bohong, karena tujuanmu hanya supaya kamu disebut pahlawan yang gagah-berani, dan hal semacam itu sudah terlaksana di dunia.

 

Kata Abu Hurairah: Lalu Rasulullah , menepuk lututku seraya bersabda: “Hai Abu Hurairah, ketiga macam manusia itulah yang paling awal disiksa di neraka”. Dan ketika Muawwiyah mendengarnya, langsung menangis dan berkata: “Sungguh benar Allah dan RasulullahNya, dia sitir Alquran:

 

Artinya:

“Barangsiapa (tujuan amalnya) hanya menghendaki kesenangan dan keindahan dunia, pasti Kami sempurnakan balasannya di dunia, sedikitpun tidak dikurangi”. (Hud. 15)

 

Artinya:

“Itulah orang-orang yang tiada balasannya di akhirat, kecuali neraka, lenyaplah semua amal usahanya dan sia-sialah pekerjaannya”. (Hud 16)

 

Kata Abdullah bin Hanief Al-Inthagi: Allah berfirman kepada manusia di hari Kiamat, ketika mereka menanyakan balasan amalnya: ”Apakah belum kau terima pahalanya dulu? Belumkah Kami melapangkan kedudukan atau pengaruhmu? Apakah jabatan atau pemimpin belum kau peroleh? Apakah belum memperoleh dispensasi atau keringanan dalam usaha dagang atau proyekmu? Apakah belum kau raih apa saja di dunia?

 

Para Ulama Hikmah setengahnya telah meletakkan definisi ikhlas, sebagai berikut: Ikhlas, adalah tidak ingin (seseorang) amalnya yang baik dilihat orang, apalagi diperlihatkan, tidak jauh-nya seperti dia melakukan kejahatan yang tidak ingin diketahui umumnya masyarakat. Sedangkan setengah Ulama lainnya, meletakkan dasar ikhlas, ialah: “Tidak menghendaki pujian orang”.

 

Ditanyakan kepada seorang Ulama: “Sejauh mana seseorang disebut istimewa? Jawabnya, empat macam sifat yang dimilikinya, yaitu: “1. Ketika telah berani menanggalkan istirahatnya, 2. Memberi sesuatu yang ada padanya, 3. Tidak menghendaki kedudukan atau pengaruh, 4. Tetap pada pendiriannya, baik ketika diejek, ataupun dipuji.

 

Dari ‘Ady bin Hatim, Rasulullah bersabda: Sekelompok manusia diperintah meninjau sorga besok di hari Kiamat, hingga mereka mencium bau harumnya, dan melihat keindahan bangunannya, tetapi secara mendadak mereka diusir, disuruh menjauhinya, karena mereka bukan ahlinya, mereka sangat menyesal dan berkata: Ya Tuhan, kenapa kami disuruh meninjau balasan (sorga) kekasihMu, sedangkan balasanku adalah neraka? Allah berfirman: “Aku perlakukan demikian padamu, adalah sebagai balasanmu dahulu, di tempat sepi kamu lakukan dosadosa besar, tetapi di tengah-tengah mata umum berlagak ahli ibadat, yang sangat tekun, amal ibadatmu sekedar ingin pujian manusia, tidak takut kepadaKu, kamu besar-besarkan penilaian manusia, melebihi penilaianKu, maka tiba saatnya sekarang kamu merasakan kepedihan siksaanKu dan jauh dari sorgaKu.

 

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Ketika Allah menciptakan sorga ‘Adn, lengkap dengan keindahannya yang belum pernah dipandang mata, belum pernah didengar telinga dan belum pernah pula dibayangkan manusia, lalu ia disuruh berbicara: “Katanya:

 

Artinya:

“Sungguh berbahasia orang-orang mukmin . Lalu katanya pula:

 

Artinya:

“Bahwasanya setiap manusia yang kikir, munafik dan suka dipuji orang, haram mendekat (masuk) kepadaku”.

 

Menurut S. Ali bin Abu Thalib, ada 4 macam yang membuktikan riya, yaitu: ”1. Pemalas ketika tidak ada manusia, 2. Tetapi di hadapan manusia, sangat tangkas, 3. Amal ibadat-nya meningkat, ketika dipuji, 4. Tetapi menurun, ketika perilaku atau amal ibadatnya dicela.

 

Syaqiq bin Ibrahim menegaskan: “Ada tiga perkara merupakan benteng amal, yaitu: 1. Hendaknya mengakui bahwa amal atau ibadatnya adalah pertolongan Allah, agar penyakit ujub dalam hatinya musnah, 2. Semata-mata hanya mencari rida Allah, agar hawa nafsunya teratur . 3. Senantiasa mengharap rida Allah, agar tidak timbul rasa tamak atau riya. Maka dengan tiga perkara tersebut amal atau ibadat seseorang dapat ikhlas.”

 

Setengah Ulama Hikmah menegaskan: ”Demi sukses terpeliharanya amal atau ibadat, perlu empat perkara: ”1. Pengertian yang dapat membetulkan amal, karena tanpa ilmu amalnya dapat rusak, 2. Pengaturan niat, karena tanpa itu, amalnya tidak akan patut”. 3. Sabar dalam melakukannya, karena dengan itu, amal atau ibadatnya akan baik lagi sempurna, 4. Ikhlas yang menjadi syarat mutlak diterimanya amal atau ibadat.

 

Harram bin Hayyan menerangkan, bahwa: “Seseorang yang berbakti kepada Allah dengan sepenuh hati, pasti Allah menggerakkan hati orangorang Mukmin, simpati dan menaruh belas kasihan kepadanya”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Ketika Allah senang kepada seseorang, Dia katakan kepada Jibril, agar Jibrilpun menyenanginya, lalu diserukan kepada segenap penghuni langit agar merekapun menyenanginya, kemudian meratalah kasih sayang penghuni bumi kepadanya. Demikian pula ketika Allah marah kepada seseorang, lalu Dia serukan kepada semua makhlukNya agar memarahi atau mengutuknya”.

 

Seseorang bertanya kepada Syaqiq bin Ibrahim, katanya: “Umumnya masyarakat menganggap baik tentang diriku, lalu aku tak mengerti, apakah diriku ini baik atau tidak? Jawabnya: Cobalah kau lahirkan sikap yang (selama ini) kau sembunyikan, di muka orang-orang salih, jika sikapmu itu disetujui mereka, itu membuktikan bahwa kau baik, Dan jika tidak, berarti pula kau tidak baik. Kedua, coba tawarkan pada dirimu, kesenangan duniawi, jika kau menolaknya, itu membuktikan dirimu baik. Ketiga, coba kau tawarkan maut pada dirimu, jika dirimu mengharapkannya itu membuktikan bahwa kau baik, tetapi jika membencinya, berarti tidak baik. Kemudian jika tiga perkara itu telah ada pada dirimu, maka berdoalah kepada Allah, agar amal atau ibadatmu tidak terjangkit penyakit riya yang membahayakan amalmu.

 

Nabi  bersabda””: “Tahukah kamu siapa yang benar-benar mukmin? Mereka menjawab: “Allah dan RasulullahNya lebih tahu, kata beliau: “Dia yang tidak mati, hingga Allah memperdengarkannya apa-apa yang ia sukai, dan jika seseorang melakukan amal atau ibadat dalam rumah lipat 70, dan masing-masing berpintu besi, pasti Dia perlihatkannya, hingga masyarakat menyebut-nyebut dan melebihlebihkannya. Ditanyakan kepada Rasulullah, kenapa dilebih-lebihkan? Beliau menjawab: “Mukmin itu senang amalnya bertambah, Kemudian beliau bersabda : “Tahukah kamu, siapa yang lacut itu? Mereka menjawab: “Allah dan RasulullahNya lebih tahu, kata beliau: “Dia yang tidak mati, hingga Allah memperdengarkan kepadanya apa-apa yang ia tidak sukai, dan jika seseorang berbuat durhaka dalam rumah lipat 70, dan setiapnya berpintu besi, pasti Allah perlihatkan pakaian jahatnya, hingga masyarakat mengolok-olok berlebih-lebihan. Ditanya kepada beliau, kenapa dilebih-lebihkan? Beliau menjawab: ” Pelaku maksiat, lebih, senang meningkatkan maksiatnya”. (Al-Hadis).

 

‘Auf bin Abdullah menerangkan: “Pelaku kebaikan setengahnya menyeru kepada setengah lainnya, tiga perkara: ”1. Barangsiapa berama atau beribadat untuk akhirat, pasti Allah mencukupi urusan dunianya 2. Barangsiapa memperbaiki urusannya dengan Allah, pasti baik pula urusannya dengan sesama manusia, 3. Barangsiapa memperbaiki hatinya, pasti Allah memperbaiki pula lahirnya.

 

Kata Hamid Al-Lafaf: “Ketika Allah menghendaki keburukan bagi seseorang, tiga perkara akan menimpanya: yaitu: 1. Berilmu enggan beramal, 2. Bergaul! dengan orang-orang salih, tetapi tidak tahu dia (kurang ajar) kepada mereka, 3. Beramal atau beribadat, tetapi tidak ikhlas.

 

Al-Faqih menjelaskan: Semua itu terjadi akibat tujuan jahat dan parah penyakit hatinya, karena andaikan tujuannya benar, pasti ilmunya bermanfaat, dan amal atau ibadatnya ikhlas, serta tahu diri terhadap orang-orang salih.

 

Al-Faqih menjelaskan hadis dari seseorang kuat dengan sanadnya dari Jaballah Al-Yah-shubi, katanya: ”Kami dalam suatu peperangan bersama-sama dengan Abdul Malik bin Marwan, lalu bertemu seseorang yang suka bangun malam, ia sedikit sekali tidurnya, dan sebelumnya kami tidak kenal, namun rupanya ia adalah seorang sahabat Nabi  dis bercerita pada kami, bahwa ada orang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah yang besok dapat menyelamatkan? Beliau bersabda: “Jangan menipu Allah, dia bertanya lagi, Bagaimana kami menipuNya? Kata beliau: Yaitu, kamu beramal atau beribadat dan tidak karena Allah, dan lenyapkan riya, sebab riya itu syirik kepada Allah, dan besok di hari Kiamat orang yang riya dipanggil dengan 4 sebutan: 1. Kafir, 2. Pelacur, 3. Penipu. 4. Khasir (orang yang rugi), sesatlah amalmu dan lenyaplah pahalanya, saat ini mintalah pahala pada mereka yang kau tuju dulu, hai penipu! Al-Hadis.

 

Kata Al-Faqih: “Memelihara amal atau ibadat, lebih sulit daripada melakukannya, untuk itu, Barangsiapa menghendaki pahalanya selamat kelak, lakukanlah amal secara ikhlas tanpa riya, lalu jangan mengingatingatnya lagi.

 

Hal serupa dikuatkan oleh Abu Bakar Al-Wasithi ” , dia umpamakan kaca yang mudah pecah dan tidak dapat dipatri, demikian pula amal atau ibadat yang terkena penyakit riya atau ujub mudah rusak. Oleh karena itu lenyapkanlah riya dalam beramal, itu sangat utama, tetapi jika belum dapat, maka jangan sampai putus asa atau tidak melakukannya karena takut riya. Sebaiknya tabahkanlah dalam beramal seraya mohon ampun atas riyanya itu, dengan harapan Allah memberi taufik ikhlas dalam amal-amal yang lain. Disebutkan oleh peribahasa: “Dunia menjadi sepi, akibat matinya orang-orang yang riya, keramaian dunia karena ulah mereka dalam membangun pondok-pondok pesantren, madrasah, masjid dan lain-lain yang menjadi kepentingan umum, sekalipun amal itu riya, tetapi berkat doa setiap orang Islam yang ikhlas, maka bermanfaat juga baginya. Seperti yang pernah terjadi di zaman dulu, ceriteranya demikian: Ada orang membangun pasantren, niatnya kabur, kata hatinya: “Aku tidak mengerti karena Allah atau tidak, niatku membangun ini? Lalu ia memperoleh khabar lewat mimpinya: “Jika amalmu tidak karena Allah, padahal kaum Muslimin mendoakan kamu ”Lillahi Ta’ala”. Kemudian senanglah dia dengan berita itu.

 

Seseorang berdoa di dekat Hudzaifah bin Al-Yamani, isi doanya: “Ya Allah hancurkanlah orang-orang Munafik”. Lalu Hudzaifah menjelaskan kepadanya: “Umpama mereka itu hancur, lalu kamu tidak mungkin mampu menahan serangan musuh, karena merekapun ikut andil menyerang musuh”.

 

Kata Salman Al-Farisi: “Kekuatan orang mukmin didukung oleh orang Munafik, demikian pula orang Munafik tertolong berkat do’a orang Mukmin.

 

Kata Al-Faqih: “Kebanyakan orang menganggap bahwa, melakukan amal atau ibadat Fardu, tidak mungkin terselip unsur riya, tetapi setengah yang lain memungkinkan riya itu masuk pada amal atau ibadat Fardu atau lainnya.

 

Kemudian Al-Faqih menegaskan bahwa: “Jika seSeorang melakukan amal atau ibadat Fardunya karena riya semata, hingga umpama tidak riya tidak dapat melakukannya, maka itulah yang disebut munafik asli (sempurna), yang disebutkan dalam Alquran sebagai berikut:

 

Artinya:

“Bahwasanya orang-orang Munafik itu tempatnya pada jurang yang paling bawah di neraka, dan kamu sekali-kali tidak akun mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (An-Nisa 145)

 

Jurang terbawah adalah neraka Tawiyah, mereka bergabung dengan keluarga Fir’aun, sebab jika keimanan atau ketauhidan mereka itu benar, pasti mereka tidak keberatan melakukan ibadat atau amal yang difardukan.

 

Dan jika seseorang melakukan amal fardu secara sempurna atau dibuat sebaik mungkin, di muka orang ramai, sedangkan saat-saat sepi tidak, bahkan sekehendak hatinya, maka ia akan menerima pahala sesuai dengan apa yang ia lakukan, tentang melakukannya secara sempurna atau dibuat-buat baik di muka orang ramai itu tidak ada pahalanya, malahan hal itu akan dituntut oleh Allah .

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah bersabda:

 

Artinya:

 

”Barangsiapa lega hati berjumpa dengan Allah, maka Allahpun senang bertemu dengannya, sebaliknya barangsiapa enggan berjumpa dengan Alah, maka Allahpun enggan bertemu dengannya”.

 

Berjumpa dengan Allah, maksudnya dikembalikan ke negeri akhirat, melewati mati. Orang mukmin hatinya lega menghadapi datangnya mati, karena di saat itu (sakaratul maut) ia dihibur dengan keridaan Allah dan sorgaNya, sudah tentu ia lebih senang menerimanya daripada hidup terus di dunia. Sebaliknya orang kafir enggan mati, karena di saat itu ia diperlihatkan balasan amal perbuatannya berupa siksa, oleh karena itu ia kecut hatinya, benci padanya, yang mengundang kebencian pula bagi Allah untuk menerimanya.

 

Sehubungan dengan sabda Rasulullah tersebut, sahabat berkata: “Ya Rasulullah, kami belum senang mati?” Jawab beliau: “Tidak demikian, tetapi di saat itu (sakaratul maut), malaikat pembawa khabar gembira datang kepada orang mukmin, melaksanakan tugasnya memenuhi janji Allah kepadanya”. Sebaliknya kepada orang kafir kedatangan malaikat membuat gentar dan kecut hatinya, sehingga timbul rasa enggan untuk bertemu dengan Tuhannya.

 

Nabi bersabda’ : “Berceritalah tentang bani Israil, tidak apa-apa karena di zaman mercka terjadi berita yang anch atau ganjil”. Kemudian beliau menceriterakan sekelompok orang Bani Israil melewati suaty makam atau kuburan, lalu mereka berhenti dan salah seorang dari mereka berdoa memohon supaya mayit di dalam kuburan itu keluar. Benar juga selesai berdoa, mereka melihat kepala manusia timbul dari dalamnya, katanya: “Demi Allah, aku mati sejak 90 tahun yang lalu, sampai saat ini, rasa sakitnya belum juga sembuh, untuk itu hendaknya kalian berdoa, agar Allah mengembalikan aku seperti tadi (mati), padahal dia Orang yang tekun beribadat, terbukti bekas sujud pada dahinya.

 

Al-Faqih berpesan, agar setiap orang yang meyakinkan datangnya mati, hendaklah mempersiapkan bekal amal sebanyak-banyaknya dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa, karena maut datang tanpa informasi atau memberitahu sebelumnya. Hal ini berlandaskan keterangan Nabi , juga pesan beliau agar kita tabah hati, sabar dalam menghadapi ujian hidup berupa penderitaan (yang termasuk siksa dunia), padahal siksa dunia ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan siksa akhirat, dan mati adalah setengah dari siksa itu.

 

Nabi  bersabda”: “Sakitnya ketika nyawa berpisah dengan raga orang mukmin, kira-kira sejajar dengan dipukul pedang tiga ratus pukulan”. hal ini dirasakan oleh orang mukmin, apalagi yang diderita oleh selain mukmin.

 

Kata Abdullah bin Miswar: “Seseorang menghadap Nabi  minta ilmu-ilmu yang pelik, lalu beliau bertanya:” Apa yang sudah kamu lakukan pada pokok ilmu? Dia balik bertanya, saya tidak tahu, apa pokok ilmu itu? Beliau bertanya: “Kamu kenal Tuhan apa tidak? jawabnya, kenal lain apa yang kamu lakukan selama ini. untukNya? jawabnya: saya tidak tahu apa yang dikehendakiNya? Kata Nabi: kenal mati, jawabnya: Ya, Kemudian untuk itu, kamu punya persiapan apa? Jawabnya: Masya Allah, yaitu apa saja yang dapat saya lakukan, kata beliau:” Lakukanlah itu sebaik-baiknya, baru nanti (lain kali kamu) kembali lagi, dan aku akan memberimu ilmuilmu yang pelik. Al-Kisah, beberapa tahun sesudah itu, ia datang lagi menghadap Nabi , kata beliau: “Lekatkanlah kedua tanganmu pada dada, setiap sesuatu yang tidak senang bagi dirimu, jangan lakukan hal itu kepada sesama muslim, sebaliknya setiap sesuatu yang menyenangkan bagi dirimu, lakukanlah kepada sesama muslim. Yang demikian itu, adalah setengah dari ilmu-ilmu yang pelik. Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa: “Persiapan bekal untuk mati, adalah setengah dari pokok ilmu, hal ini sangat utama jika diperhatikan sepenuhnya”

 

Selanjutnya kata Abdullah bin Miswar, Rasulullah  membaca ayat ini:

 

Artinya:

 

“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah, memperoleh petunjuk, pasti Dia lapangkan dadanya memeluk agama Islam. Sebaliknya Barangsiapa disesatkan oleh Allah, pasti Dia sempitkan dadanya, sukar (seperti) naik ke langit. Demikianlah Allah menyiksa orang-orang yang ingkar”.

 

Dan kata beliau: “Ketika cahaya Islam menembus dada seseorang, menjadi lapanglah dada itu, ditanyakan kepada beliau: “Yang demikian itu punya bukti? Jawab beliau: “Ya, dalam kenyataah dia enggan pada tempat palsu (rakus dunia), berpaling darinya memilih tujuan kekal (suka beramal), dan mempersiapkan diri menyambut datangnya mati”. (Al-Hadis)

 

Dari Maimun Mahran, Nabi  berwasiat kepada seseorang sabdanya:

 

Artinya:

”Manfaatkanlah lima perkara, sebelum datangnya lima perkara yang lain: yaitu, 1. Saat mudamu sebelum tuamu, 2. Saat sehatmu sebelum kamu sakit, 3. Waktu lapang bagimu sebelum sibuk, 4. Ketika cukup kebutuhanmu sebelum melarat atau miskin. 5. Selama hidupmu sebelum mati merenggut lehermu .

 

Sehubungan dengan ini, Nabi  telah mengumpulkan dalam lima perkara ini ilmu sangat banyak, karena seseorang akan mampu melakukan segala sesuatu yang di hari tua tidak kuat melakukannya, dan kebiasaan berbuat dosa bagi pemuda sangat sulit menghentikannya di kala tua, untuk itulah pentingnya membiasakan diri bagi pemuda melakukan kebaikan, tujuannya kelak di hari tua mereka tidak mengalami kesulitan. Selanjutnya saat-saat sehat hendaknya dipergunakan untuk beramal atau beribadat, karena apabila dalam keadaan sakit, seseorang tidak mungkin kuasa memberikan hartanya untuk beramal, atau tenaganya untuk giat beribadat. Demikian pula waktu lapang, di malam hari, hendaknya diisi dengan salat malam, karena siang hari banyak kesibukan urusan anu, itu dan lain-lain, dalam hal ini Nabi  bersabda: “Musim dingin itu keuntungan bagi orang mukmin, malam panjangnya dibuat salat, sedang siangnya yang Pendek dibuat puasa”. Hadis riwayat lain adalah sebagai berikut:

 

Artinya:

“Malam adalah panjang. janganlah tidurmu membuatnya pendek. dan siang adalah terang. janganlah perbuatan dosamu membuatnya gelap”.

 

Demikian pula ketika cukup kebutuhanmu, manfaatkanlah untuk beramal dan beribadat sebaik-baiknya, jangan menunggu saat melarat atau miskin, yang tidak lagi memungkinkan seseorang giat atau mampu melakukannya

 

Yang terakhir, selama hidupmu, manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya, karena setiap denyutan jantungmu adalah butiran permata yang sangat berharga, ketika dimanfaatkan demi kebahagiaan dunia akhirat, yaitu beramal dan beribadat”.

 

Dikatakan dalam peribahasa Persi, maksudnya: “Di waktu kecil bermain-main dengan anak kecil, ketika menginjak remaja lupa karena hiburan, di kala tua lemah-lapuk, lalu kapan lagi dapat beramal untuk Allah, apalagi sesudah mati tidak memungkinkan melakukan sesuatu amal, atau ibadat. Untuk itu sepanjang hidup ini, manfaatkanlah demi keselamatan dunia akhirat, perbanyaklah bekal dan bersiap-siap menyambut datangnya mati, yang sewaktu-waktu menghampirinya.

 

Malaikat maut, pernah disapa oleh Nabi  ketika ia berada dekat kepala seorang sahabat Anshar, tegur beliau: “Kasihanilah sahabatku, dia orang mukmin! Sahut malaikat: “Gembirakanlah hai Muhammad, bahwasanya aku selalu belas kasihan kepada setiap mukmin, demi Allah aku menyambut nyawa manusia, ketika dari antara keluarganya ada yang menjerit, lalu aku tanyakan: “Kenapa harus menjerit? Demi Allah kami tidak menganiaya dan tidak lancang mendahului ajalnya, dalam hal (mencabut) nyawa ini, kami tidak menyalahinya, maka jika kamu rela akan sunnatullah, pasti berpahala, tetapi jika marah atau mengeluh, pasti berdosa.

 

Tidak ada artinya cemoohan buat kami, kami pasti akan kembali, untuk itu berhati-hatilah. Tiada penghuni rumah batu, atau penghuni kemah, di daratan ataupun lautan, kecuali semuanya dalam pengawasanku, tidak kurang dari 5x setiap harinya, hingga aku kenal mereka, melebihi kenal mereka terhadap dirinya masing-masing. Demj Allah, hai Muhammad, tiada seekor nyamuk aku cabut nyawanya kecuaj: seizin atau perintah Allah 

 

Nabi   melihat beberapa orang yang sedang tertawa terbahak. bahak, lalu Beliau menegur mereka: “Jika kalian memperbanyak ingat (mati) yang melenyapkan segala macam kelezatan, pasti tiada waktu bagi kalian untuk itu, kemudian kata beliau:

 

Artinya:

“Hendaklah kalian memperbanyak mengingat (mati) yang melenyapkan segala macam kelezatan, lalu sabda beliau pula: “Kubur adalah merupakan petamanan sorga bagi orang mukmin, dan merupakan bagian dari jurang-jurang neraka bagi orang kafir”?

 

Ketika Umar bertanya tentang mati kepada Ka’ab, jawabnya: “mati adalah seperti pohon duri (yang masuk) dalam tubuh manusia, setiap duri berkait dengan urat, kemudian ditarik sekuatnya, sehingga urat yang lemah-lemah putus, dan duri yang lemahpun tersisa (ketika membetur tulang keras).

 

Karena ngerinya mati, Sufyan Ats-Tsauri jika mengingatnya, ia tertegun atau diam tidak berbuat apa-apa, sampai beberapa hari, ketika dihadapkan masalah kepadanya, hanyalah “Tidak tahu” jawabnya.

 

Kata orang arif: “Bagi orang yang berakal sehat, tidak patut melupakan tiga perkara, yaitu: 1. Kerusakan dunia dan pergolakannya, 2. Mati, 3. Afat atau kerusakan dunia yang tidak mungkin dihindarkan.

 

Kata ‘Ashim Al-asham: “Empat perkara yang sering dilupakan nilainya, oleh umumnya manusia, yaitu: 1. Nilai masa muda yang hanya dapat dirasakan oleh orang tua, 2. Nilai kesehatan yang hanya dapat dirasakan oleh orang sakit, 3. Nilai keselamatan yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang terkena musibah atau bala, 4. Nilai hidup yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang di alam kubur (orang mati)”.

 

Komentar Al-Faqih: “Keterangan ini sependapat dengan hadis yang kami sebutkan di atas, (yakni): “IGHTANIM KHAMSAN QABLA KHAMSIN … (Manfaatkan lima perkara sebelum kedatangan lima perkara).

 

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, katanya: “Ayah tidak jarang mengatakan heran terhadap orang yang waktu sakarat atau dihinggapi mati, kenapa tidak mau menjelaskannya, sekalipun dia berakal schat dan fasih berbicara?

 

(Alkisah) setelah tiba saatnya sakaratul maut, ia masih dalam keadaan sadar (berakal sehat), lalu kuajukan pertanyaan kepadanya: “Kenapa ayah tidak menceriterakan tentang mati padahal dulu tidak habishabisnya heran pada orang berakal sehat yang bungkam seribu bahasa menjelaskannya? Jawabnya: “Wahai anakku, mati atau maut adalah sangat mengerikan, tidak dapat disebutkan, tetapi baiklah sekelumit kujelaskan untukmu: “Demi Allah beratnya bahuku seperti memikul sebuah gunung Radlwa, keluarnya nyawa seperti dari lobang jarum, seolah-olah di dalam tubuh tertanam pohon duri, langit merapat ke bumi dan aku dijepitnya. Wahai anakku, bahwasanya ada 3 periode yang dirasakan, yaitu: 1. Periode kafir, dan punya niat jahat akan membunuh Nabi Muhammad, aduh sangat celaka jika aku mati di saat itu. 2. Periode hidayah, masuk agama Islam dan mencintai Nabi Muhammad, hingga dipercaya memimpin pasukan Islam, aduh sangat bahagia atau beruntung jika aku mati di saat itu. 3. Periode sibuk urusan duniawi, oleh karena itu akau tidak tahu bagaimana nasibku disisi Allah .

 

Kata Abdullah: “Belum lagi aku bangun dari sisinya, dan ternyata beliau sudah menhembuskan napas terakhir di saat itu” semoga Allah mengasihinya.

 

Kata Syaqiq bin Ibrahim: Ada 4 perkara, kebanyakan manusia sependapat dengan aku, tetapi bertolak belakang dalam kenyataan, yaitu: 1. Pengakuan sebapai bamba Allah, tetapi mereka membebaskan dirinya dalam kenyataan, berlaku sekehendaknya 2. Mengakui bahwa rezeki mereka ditanggung Allah, tetapi dalam kenyataan mercka pelisah ketika tidak memperoleh kekayaan 3. Pengakuan akhirat lebih utam, daripada dunia, tetapi dalam kenyataan mercka sepanjang harinya, hany, menghimpun harta dunia semata, 4. Pengakuan pasti mati, tetapi dalan kenyataan berbuat sckehendak mereka scakan hidup selamanya.

 

Salman Al-Farisi mengatakan: “Ada tiga perkara yang mengherankan dan membuatku tertawa yaitu: 1. Berkhayal umur yang panjang, sedang maut selalu mengintainya, 2. melupakan maut, sedang maut tidak pernah melupakannya, 3. Suka tertawa riang, sedangkan nasibnya belum jelas apakah disenangi atau dimarahi oleh Allah  Dan pula tiga perkara lainnya, yang menyedihkan dan membuatku menangis, yaitu: 1. Perpisahan dengan sang kekasih, yaitu kepergian Nabi , beserta para sahabatnya dari dunia (wafatnya para pemuka agama), 2. Mengingat mati yang mengerikan, 3. Mengingat nasibku besok, apakah dimasukkan ke sorga ataukah ke neraka.

 

Rasulullah  bersabda: ”Jika hewan-hewan tahu tentang muti, seperti yang kamu ketahui, pasti kamu tidak akan merasakan daging hewan gemuk selamanya”. (Al-Hadis).

 

Kata Abu Hamid Al-Lafaf: “Tiga keuntungan bagi orang yang selalu mengingat mati, yaitu: 1. Cepat bertaubat, 2. Oana’ah, terhadap rezeki, tidak rakus atau tamak, 3. Rajin melakukan ibadat. Dan sebaliknya bagi yang melupakannya, tertimpa tiga macam keburukan, yaitu: 1. Menunda taubat, 2. Tidak rela atas rezeki (tamak atau rakus), 3. Malas beribadat (setengah ciri munafik)”.

 

Nabi Isa dituntut oleh orang kafir untuk menghidupkan mayit orang dahulu kala, karena mereka mengira Nabi Isa hanya dapat menghidupkan mayit yang baru-baru saja, dan mungkin mayit itu belum mati sebenarnya. lalu kata Nabi Isa: “Boleh kau pilih, mana yang kau kehendaki”. Mereka pilih Sam putra Nuh . Kemudian Nabi Isa memenuhi tuntutan mereka, pergi ke kuburnya, melakukan salat 2 rakaat, berdoa kepada Allah, lalu hiduplah Sam bin Nuh  dengan izin Allah. Mereka melihatnya putih rambut kepala dan jenggotnya, ditanyakan kepadanya: “Kenapa rambut dan jenggotmu berubah, padahal ketika itu belum ada uban? Jawabnya: Ketika terdengar panggilan keluar, aku mengira hari Kiamat telah tiba, akibatnya berubahlah rambut kepala dan jenggotku beruban, karena takutnya. Ditanyakan lagi kepadanya: “Sejak kapan kamu mati? Jawabnya: Sudan empat ribu tahun dan sakitnya (mati) membekas, hingga saat ini masih terasa.

 

Ada orang mengusulkan kepada Ibrahim bin Adham, agar memberi ceramah kepadanya, tetapi Jawabnya: Aku sementara ini disibukkan dengan 4 perkara, yaitu: 1. Pemikiran tentang Yaumul Miitsaag, saat Allah menentukan manusia, ini untuk sorga dan ini untuk neraka, aku tidak tahu termasuk kelompok manakah aku ini? 2. Pemikiran tentang nasibku, ketika malaikat meniupkan nyawa manusia dalam perut ibunya, sekaligus menentukan nasib untung dan celaka, maka aku tidak tahu, termasuk yang manakah aku ini? 3. Ketika malaikat maut datang akan mencabut nyawaku, ia bertanya: Ya Tuhan, digabungkan ruh-ruh Muslim, ataukah ruh-ruh Kafir, orang ini, aku tidak tahu jawaban Allah untukku, 4. Pemikiran tentang Firman Allah:

 

Artinya:

”Berpisahlah kamu pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat”. (Yaasiin 59)

 

Aku tidak tahu termasuk kelompok mana aku berada?

 

Kata Al-Faqih: “Berbahagialah orang yang diberi pengertian dan dibangunkan atau sadar dari lupanya, mau dipimpin untuk berpikir tentang urusan matinya, mudah-mudahan Allah mengakhiri umur kami dalam kebaikan, dan mudah-mudahan kami memperoleh kegembiraan seperti layaknya orang mukmin ketika mati, Firman Allah:

 

Artinya

“Bahwasannya orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulullahNva, lalu tetap teguh melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya, maka para malaikat akan datang membara khabar gambira, janganlah gentar atau sedih, dan bergembiralah dengan sorga yang disiapkan Allah untukmu“ (Fushshilat 30)

 

Artinya:

“Kami pelindung dalam kehidupan dunia dan kelak di akhirat, bagi kalian apa saja yang dunginkan dan diminta (pasti ) ada) di dalamnya”. (Fushshilat 31)

 

Ada 5 macam dan tingkatan berita gembira, yaitu: 1. Kepada masyarakat awam (umumnya orang mukmin), berupa: “Jangan merasa khawatir atau gentar, karena neraka bukanlah tempat kekal bagimu, dan syafa’at para Nabi, para wali pasti datang kepadamu, jangan sedih atau duka atas kurangnya pahala, dan sorga menjadi kepastian bagimu, 2. Kepada pelaku ibadat atau amal yang ikhlas, berupa: “Janganlah khawatir tidak diterimanya amal atau ibadatmu, ataupun kurangnya pahala, bahkan pahalamu berlipat ganda, 3. Kepada mereka yang bertaubat, berupa: ”Janganlah dosa-dosamu kau risaukan, pasti diampuni, dan jangan khawatir kekurangan pahala, karena sesudah taubat amalmu pasti dibalas pahala: 4. Kepada orang-orang zuhud, berupa: “Janganlah khawatir mahsyar atau hisab, dan jangan pula sedih atau duka, pahalamu yang berlipat ganda tetap utuh, sedikitpun tidak dikurangi, dan sorga menjadi kepastian bagimu, 5. Kepada para Ulama, berupa: “Janganlah gentar menghadapi hebatnya hari Kiamat, dan jangan sedih atau duka, sorga adalah balasan amalmu, demikian pula orang-orang yang mengikuti lakumu.

 

Suatu keuntungan yang sangat besar, bagi orang yang ketika sakaratul maut memperoleh berita gembira, karena hanya orang mukmin yang baik amalnyalah, yang memperolehnya, saat itu malaikat datang, ditanya: “Siapakah sebenarnya anda itu? Belum pernah kami melihat wajah seelok wajahmu, dan bau harum melebihi kamu, Jawabnya: “Kami adalah pendampingmu yang dulu selalu mencatat amalmu di dunia, demikian pula di akhirat kami tetap mendampingimu.

 

Oleh karena itu bagi orang yang pikirannya schat, seyogyanya, ia bangun dari kelengahannya dan sadar dari kelalaiannya. Ada empat perkara yang membuktikannya, yaitu: 1. Mengatur urusan dunia dengan qana’ah, tenang menghadapinya, tidak pendek akal atau waktu, 2. Urusan akhirat disegerakan, tidak ditunda-tunda dan perhatiannya penuh ditujukan ke sana, 3. Giat dalam urusan agama dengan mencari ilmu, 4. Saling menasihati dan sabar dalam hubungan sesama manusia.

 

Ada 5 sifat yang dimiliki manusia pilihan, yaitu: 1. Giat dan tekun beribadat, 2. Bermanfaat bagi sesama manusia, 3. Tidak mengganggu sesamanya, 4. Tidak iri pada milik orang lain, 5. Memperbanyak bekal menghadapi mati. Ketahuilah saudara bahwa kamu diciptakan untuk mati, seorangpun tidak mungkin lepas darinya, Firman Allah:

 

Artinya:

” Bahwasanya kamu akan mati, demikian pula mereka juga akan mati”. (As-Zumar 30)

 

Artinya: ” Katakanlah, tiada guna kamu lari menghindari maut, jika kamu lari dari mati atau perang”. (AlAhsab 16)

 

Setiap muslim wajib menyiapkan diri untuk mati, sebelum ia datang, Firman Allah:

 

Artinya:

Inginilah mati, jika kamu benar-benar beriman”. (Al-Bagarah 94)

 

Artinya:

“Mereka selamanya tidak ingin mati, karena tahu kejahatan dirinya, Allah Mengetahui orang yang berbuat aniaya ”. (Al-Bagarah 95)

 

Dua ayat tersebut menjadi landasan bagi mukmin sejati dan ikhlas amalnya tidak gentar menghadapi mati, bahkan merindukannya tetapi sebaliknya bagi pendusta atau munafik mati adalah sesuatu yang menakutkan, akibat ulah perbuatannya sendiri.

 

Kata Abu Darda: “Aku gembira ketika fakir, karena hal itu merendah kepada Allah, dan aku gembira ketika sakit, karena hal itu suatu penebus dosa, dan aku gembira kedatangan mati, karena aku rindu kepada Tuhanku.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Tiada seorangpun yang hidup, kecuali pasti akan merasakan mati dan itu lebih baik baginya, jika ia adalah seorang yang baik Allah berfirman:

 

Artinya:

” Apa yang disediakan Allah, adalah lebih baik bagi mereka yang berbakti”. (Ali Imran 198)

 

Dan jika ia pelaku keji, Allah berfirman:

 

Artinya:

“Bahwasanya Kami biarkan mereka bertambah dosanya, disediakan bagi mereka siksa yang sangat pedih ”. (Ali ‘Imran 178)

 

Dari Anas bin Malik, Nabi  bersabda: “Mati adalah kendaraan bagi orang mukmin”.

 

Ketika Nabi  ditanya: “Manakah orang mukmin yang paling baik? Jawab beliau: ”Yang paling baik budi pekertinya, dan mana orang mukmin yang paling kaya? Jawab beliau: “Yang selalu mengingat mati dan mempersiapkan bekalnya baik-baik”. (Hadis dari Ibnu Mas’ud)

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang berakal sempurna ialah yang selalu meneliti kekurangan dirinya, dan beramal untuk bekal mati. Adapun orang yang tidak kuasa mengendalikan hawa nafsunya dan berkhayal ampunan dari Allah, itulah orang yang lemah pikirannya. (Al-Hadis)

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Barrak ‘Azib, katanya: Kami bersama Rasulullah  mengiring mayit sahabat Anshar, setelah sampai di kubur beliau duduk dan kamipun duduk di sekitarnya diam sepertinya ada burung di atas kepala kami, kemudian beliau mengangkat kepala seraya bersabda: “Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur, diulang sampai dua-tiga kali”, lalu sabdanya pula: “Bahwasanya orang mukmin ketika akan mati, didatangi malaikat yang wajahnya putih seperti matahari, mereka duduk di depannya sambil memegang kafan sorga, tidak lama kemudian datang pula malaikat maut duduk di sebelahnya, menyeru kepadanya: “Hai jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan dan keridaan Allah (kata Nabi  lalu rohnya mengalir keluar seperti tetesan air, ia diterima dan dimasukkan kafan, kemudian dibawa keluar baunya harum seperti minyak kasturi, selanjutnya dibawa naik. Setiap melewati kumpulan para malaikat, mereka bertanya: ”Ruh siapakah yang harum ini? Dijawab, ruhnya fulan bin fulan, demikian itu hingga ke langit, penghuninya menyambut baik kedatangan ruh tersebut. Setiap menaiki jenjangnya malaikatul Murqarabun mengantarkan, hingga langit ke tujuh, Allah berfirman: “Tulislah ketentuannya di sorga ‘Illiyyin!”. Lalu dikembalikan ke bumi, karena dari sanalah Kami ciptakan, dan ke dalamnya Kami pulangkan, pada saat akan Kami bangkitkan. Maka bergabung lagi ruh tersebut dengan jasadnya di dalam kubur, tidak lama kemudian datanglah malaikat (Munkar-Nakir) seraya bertanya: “Siapa Tuhanmu? Jawabnya Allah Tuhanku, Apa agamamu? Jawabnya: “Islam agamaku, Bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang diutus di tengah-tengah kamu? Jawabnya: “Beliau utusan Allah, Dari mana pengetahuan itu? Aku belajar kitab Allah, iman kepadanya dan membenarkannya. Maka datanglah panggilan: “Betul hambaku berikan kepadanya hamparan dan pakaian sorga, dan bukakan pintu yang menuju sorga, agar bau dan hawanya ia nikmati, lapangkan kuburnya sejauh mata memandang, lalu datanglah seorang bagus atau tampan dan harum baunya seraya berkata: “Terimalah khabar gembira yang dulu dijanjikan Tuhan”, (Mayit) bertanya: “Siapa sebenarnya kamu itu? Jawabnya: “Aku ini adalah (jelmaan) amalmu yang baik dulu”. Kemudian katanya: “Ya Allah, segerakan hari Kiamat, agar aku dengan cepat dapat berkumpul bersama-sama keluarga dan sahabat-sahabatku”. Selanjutnya Nabi , bersabda:

 

Adapun orang kafir, ketika akan mati, didatangi malaikat yang hitam mukanya, hitam pula pakaiannya, mereka duduk di depannya, tidak lama kemudian datang pula malaikat maut duduk di sebelahnya, katanya: ”Hai ruh jahat, keluarlah menuju kemarahan Allah, tersebarlah ke semua anggota tubuhnya, lalu ruh dicabut, seperti mencabut besi dari bulu basah, urat dan ototnya putus-putus, ia diterima dan dimasukkan kain hitam, dibawa keluar, baunya basin bangkai, lalu dibawa naik. Setiap melewati kumpulan malaikat mereka bertanya: Ruh jahat siapakah yang bau busuk itu? Jawabnya, dengan sebutan yang sangat jelek: Ruh fulan bin fulan “hingga terdengar ke langit, akan masuk tapi pintu tidak dibukakan, (lalu Nabi membaca ayat):

 

Artinya:

sekali-kali tidak akan dibukakan pintu pintu lansir buat mereka, dan tidak dapat masuk sorsa (kecuali jika ada) onta bisa masuk kepada lobang jarum (hal ini tidak mungkin). Demikianlah balasan orang-orang yang salim”. (Al-A’raf 40)

 

Lalu perintah Allah: “Tulislah ketentuannya di Sijjin, terlemparlah ruh itu, Firman Allah:

 

Artinya:

“Barangsiapa menyekutukan Alah, tidak bedanya seperti terjun dari langit lain disambar burung besar, atau dibanting angin ke jurang curam sejauhnya”. (Al-Hajj 31)

 

Kemudian ruh melekat lagi ke tubuhnya di dalam kubur, tidak lama lagi datang malaikat (Munkar-Nakir) memegangnya dan menggertak: “Siapa Tuhanmu? Jawabnya: Aku tidak kenal, Apa agamamu? Aku belum mengenalnya, Bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang diutus di tengah hidupmu? Itupun aku tidak kenal, Maka datanglah seruan keras: “Dusta dia, hamparkan dan bukakan pintu neraka baginya, lalu terasalah hawa panas-nya, kubur menghempit dan hancurlah tulang rusuknya, tidak lama kemudian datang seorang bermuka buruk, basin baunya, seraya menggertak: “Sambutlah hari buruk bagimu, saat yang dulu kamu membantahnya ketika diperingatkan, ditanyalah kepadanya: “Siapakah kamu ini? Jawabnya: “Aku adalah laku jahatmu”, katanya, Ya Tuhan, tunda dulu hari Kiamat, jangan keburu hari kiamat”.

 

Al-Faqih, Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya orang mukmin dikunjungi malaikat yang memegang sutra berisi minyak kasturi (di waktu sakaratul maut), ia mencabut ruhnya sangat pelan, seperti mengambil rambut dari dalam adunan, seraya menyeru:

 

Artinya: “Hai jiwa yang tenang, pulanglah ke hadirat Tuhanmu dengan hati puas dan diridai Tuhan”. (A-Fajr 27-28) Pulanglah dengan rahmat dan rida Allah, ketika ruh keluar terus diletakkan pada minyak kasturi dan bunga-bunga, dibungkus sutra dan diunjukkan ke sorga ‘Illiyyin”.

 

Tetapi untuk orang kafir (ketika sakaratul maut) malaikat membawa kain bulu berisi api, lalu dengan sekerasnya ruh dicabut dari tubuhnya, dan dikatakan padanya: ”Hai jiwa yang jahat, keluarlah menuju kemarahan Tuhan, menuju tempat terhina dan siksaNya. Sesudah keluar, ruh tersebut diletakkan di atas bara api mendidih, dilipat dan dibawa ke neraka Sijjin”. (Al-Hadis) Hadis diriwayatkan Abu Ja’far dengan sanadnya Abdullah bin Umar ikatanya: Seorang mukmin ketika masuk kubur, menjadi luaslah kuburnya sampai 70 hasta, bunga-bunga harum bertaburan, sutra dihamparkan baginya, sedikit hafalan dari Alquran menjadi penerang baginya seperti cahaya matahari, layaknya seperti pengantin baru, tiada seorangpun yang berani membangunkan dari tidurnya kecuali sang kekasih (demikianlah nikmatnya).

 

Tetapi untuk orang kafir, kubur menjadi sempit dan hancurlah tulang rusuk ditelannya, ular sebesar leher unta menghampirinya dan menyabitnyabit dagingnya sampai hanya tinggal tulangnya, Malaikat yang buta tuli lagi bisu memukulnya dengan gada besi, jeritannya tidak didengar dan keadaannya tidak dilihat, ditambah lagi setiap pagi dan sore hidangan siksa api neraka untuk-nya.

 

Sehubungan dengan itu Al-Faqih menegaskan: “Barangsiapa menghendaki selamat siksa kubur, maka lakukanlah 4 perkara secara rutin atau langgeng, dan lenyapkanlah 4 perkara: yaitu, 1. Salat 5 waktu, 2. Banyak bersedekah, 3. Selalu membaca Alquran, 4. Banyak bertasbih .

 

Sedangkan 4 perkara lainnya ialah: 1. Dusta, 2. Khianat, 3. Ady domba, 4. Menyisakan air kencing“.

 

Rasulullah  bersabda: “Empat perkara dibenci Allah, yaitu: ”1. Main-main ketika salat, 2. Bergurau di tengah-tengah baca Alquran, 3. Berkata keji ketika puasa, 4. Tertawa-tawa di kuburan”.

 

Pesan Muhammad bin As-Samak ketika melihat kubur: “Janganlah tenang dan diamnya kubur, membujuk anda, tidak sedikit orang bingung di dalamnya, dan janganlah ratanya kubur, menipu anda, karena di dalamnya terdapat perbedaan yang menyolok, antara penghuni satu dan lainnya. Maka bagi akal sehat, sebaiknya sering memikirkan sebelum masuk ke dalamnya. Seperti yang dinyatakan Sufyan Ats-Tsauri: “Barangsiapa sering memikirkan tentang kubur, pasti dia memperoleh kebun-kebun sorga, tetapi bagi yang melupakannya, pasti terjerumus ke jurang neraka”.

 

Peringatan S. Ali bin Abi Thalib ketika berkhutbah: “Hai sekalian manusia, pikirkanlah maut yang tidak mungkin menghindarimu, di mana saja kau berada ia pasti menghampirimu, kamu lari, dia mengejarmu, ia selalu terikat pada ubun-ubunmu, lalu sebaiknya: carilah jalan selamat (diulang 2x) dan cepatlah, kubur di belakangmu selalu menggjar, Ingatlah: terkadang kubur itu merupakan kebun-kebun sorga, atau jurang-jurang neraka, setiap hari ia memperingatkan kita: “Aku adalah rumah gelap, tempat sunyi dan rumah ulat-ulat”. Pikirkanlah: Sesudah itu, kamu masuk hari yang lebih menggiriskan, anak kecil menjadi beruban, orang tua menjadi bingung seperti mabuk, para ibu lupa bayi (yang disusui)nya, kaum wanita hamil, langsung gugur kandungannya, suatu kenyataan yang sulit diingkarinya, mereka bukan mabuk akibat minuman keras, tetapi siksa Allah yang dahsyat lagi menggiriskan. Dan pikirkan sekali lagi: “Sesudah itu, akan terjadi kobaran api neraka yang sangat panas lagi curam, besilah perhiasannya, darah bercampur nanah yang mengalir darinya, jauh dari rahmat Allah. Sehubungan dengan itu menangislah orang-orang Islam, katanya: “Di samping itu terdapat sorga seluas langit-bumi, bagi orang yang bertagwa”. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan kita dari azab yang pedih, dan memasukkan kita ke dalam sorga kenikmatan. Amin”.

 

Usavid bin Abdurahman berkata: “Aku memperoleh khabar, bahwa: “Seorang mukmin yang meninggal, waktu dibawa (dalam pendoso) berkata: “Cepatkan membawaku ini”, dan setelah masuk kubur, tanahnya bicara: “Aku senang ketika kamu hidup di atasku, dan lebih senang lagi setelah kamu masuk perutku”. Tetapi ketika yang mati orang kafir, katanya (dalam pendusa): ”Pulangkanlah aku ini” dan setelah masuk kubur, tanahpun mengomel: “Sejak dulu aku benci kepadamu, ketika kau hidup di atasku, lebih-lebih setelah mati tidak habis-habisnya aku membencimu”.

 

Tampak S. Usman bin Afan menangis sewaktu berdiri di atas kubur, ditanyakan kepadanya: “Kenapa anda menangis karena kubur, padahal ketika diterangkan sorga dan neraka Anda tidak menangis?” Utsman menjawab, Rasulullah  bersabda: “Kubur adalah tempat awal bagi akhirat, jika seseorang selamat di kubur, maka harapan baik baginya, karena sesudah itu ringan baginya, tetapi jika seseorang celaka di kubur, maka pertanda buruk, karena sesudah itu sangat berat baginya”.

 

Kata Abdul Hamid bin Mahmud Al-Maghuli: “Aku sedang duduk bersama Ibnu Abas, lalu datanglah rombongan, bertanya kepadanya: ”Kami jamaah Haji, salah seorang di antara kami ada yang mati di daerah Zatish-Shifah, lalu kami mengurusnya, dan sewaktu menggali kubur, ada ular melingkar di dalamnya, kemudian pindah kubur lain, ternyata ada ularnya pula (hal itu) kami lakukan sampai 3x tetap ada ularnya, lalu apa yang kami lakukan terhadap mayit itu? Kata Ibnu Abas: “Itulah amal perbuatan mayit ketika di dunia, sebaiknya kuburlah ular itu, demi Allah Jika bumi ini kau gali semua, pasti kau temukan ular di dalamnya”. Lalu pulanglah mereka selesai menanam mayit tersebut dan mengembalikan barang bawaan (haji)-nya kepada keluarganya, mereka bertanya tentang amal perbuatannya. Jawab istrinya: “Dia penjual gandum dalam karung, untuk makan sehari-harinya, dia ambilkan dari karung tersebut, dan menggantinya dengan tangkai-tangkai gandum, seberat gandum yang dimakan sehari.

 

Al-Faqih dalam ulasannya tentang kisah tersebut mengatakan bahwa, ‘Khianat adalah penyebab salah satu dari siksa-siksa kubur, dan kenyataan yang mereka saksikan adalah berupa peringatan, agar kita tidak mudah khianat. Dikatakan bahwa setiap hari bumi menyeru kita, sebanyak 5x, seruannya demikian: 1. Hai umat manusia, kalian hidup, berjalan di atas punggungku, dan ke dalam perutkulah kalian mati atau dikembalikan. 2. Hai umat manusia, kalian makan di atasku, dan di dalam perutku kalian dimakan ulat, 3. Hai umat manusia, kalian bersenang-senang di atasku. uan di dalam perutku kalian akan menangis, 4. Hai umat manusia, di atas punggungku kalian bersorak sorai, dan bersedih di dalam perutku. 5, Hai umat manusia di atas punggungku kalian berbuat maksiat, di dalam perutku kalian disiksa.

 

Amr bin Dinar bercerita: Seseorang dari penduduk madinah punya saudara wanita di sebelah kota, dia sakit, tidak lama kemudian mati, sesudah ditanam, ia pulang teringat sesuatu dalam kantong yang jatuh atau tertanam kedalam kubur, lalu dengan bantuan penduduk setempat, kubur saudaranya digali lagi, dan sesuatu yang ikut tertanam itu dapat diketemukan, tetapi kemudian ia membuka sedikit lahad saudaranya, terlihatlah api menyala, dan diratakan tanahnya (ditanam kembali), sesudah itu ia pulang menanyakan kepada ibunya: Apakah yang dilakukan saudaraku ketika hidupnya? Jawabnya: Kenapa kamu bertanya tentang itu, padahal ia telah mati? Ia terus mendesak, dan akhirnya Ibu itu memberitahukan bahwa: Ia selalu mengakhirkan waktu salat, melengahkan kesucian, dan mengadu domba sesama tetangga. itulah akibatnya ia disiksa dalam kuburnya. Oleh karenanya, Barangsiapa menghendaki selamat dari siksa kubur, maka hindarkanlah penyakit adu domba (baik sesama tetangga atau orang lain).

 

Kata Al-Barak bin ‘Azib: Nabi  bersabda: Ketika orang Islam ditanya dalam kubur, maka ia mengakui bahwa tiada Tuhan yang lain kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusanNya demikian itu Firman Allah:

 

Artinya:

 

“Allah mengokohkan orang-orang Yang beriman dengan ucapan yang kokolwesuh dalam hidupnya di dunia dan di akhirat… (Ibrahim 27)

 

Kekokoh-teguhan orang mukmin akan dialami dalam menghadapi tiga fase, yaitu: 1. Fase melihat malakul maut, 2. Fase menjawab pertanyaan Munkar-Nakir, 3. Fase menghadapi perhitungan amal di hari Hisab.

 

Adapun perincian tiga fase tersebut di atas ialah sebagai berikut:

  1. Fase melihat malakul maut,
  2. Terpelihara dari kekafiran, dan taufik beristIqamah dalam tauhid, nyawa keluar dia tetap Islam.
  3. Malaikat menyenangkannya dengan rahmat.
  4. Ditunjukkan tempat kediaman (sorga)nya.

 

  1. Fase kubur atau menjawab pertanyaan Munkar-Nakir,
  2. Jawaban dengan ilham yang diridai Allah.
  3. Tiada rasa gentar atau takut.
  4. Bukannya di kubur, tetapi di kebun sorga.

 

  1. Fase perhitungan amal (yaumul -Hisab),
  2. Semua pertanyaan dijawab benar dengan ilham Allah.
  3. Perhitungannya ringan (mudah).
  4. Semua dosa dan kesalahannya diampuni.

 

Tetapi setengah Ulama lainnya, menyebutkan adanya empat fase, yaitu: ”1. Fase maut, 2. Fase kubur, 3. Fase perhitungan, 4. Fase shirar, lewat di atasnya seperti kilat”.

 

BERBAGAI PENDAPAT ATAU JAWABAN BENTUK PERTANYAAN KUBUR Seandainya ada orang bertanya tentang pertanyaan kubur, seperti apa bentuknya? Maka ikutilah pendapat atau jawaban para Ulama berikut ini:

 

  1. Setengahnya mengatakan bahwa: pertanyaan ditujukan pada ruh atau jiwanya, ketika itu jiwa masuk raga, hanya sampai batas dada.

 

  1. Setengah lainnya mengatakan: Ruh atau jiwa berada di antara raga dan kafan pembungkus, dan tentang pertanyaan kubur, hendaknya diterima dengan penuh iman, tanpa banyak bicara atau debat tentang kaifiyahnya.

 

Ada dua faktor penyebab yang membuatnya dia membantah tentang hal itu, yaitu:

  1. Pertanyaan kubur, tidak masuk akal, karena bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
  2. Tiadanya bukti atau dalil bahwa: pertanyaan kubur diterima akal sehat dan sejalan dengan hukum alam.

 

Kemudianjika kedua faktor tersebut di atas dijadikan tempat berpijak, untuk membantah atau menolak adanya pertanyaan kubur, maka berarti ia bukan orang agama, karena orang beragama (Islam) atau beriman, dituntut oleh Imannya, mengakui adanya kenabian dan mukjizat. Para Nabi mulai dari Nabi Adam hingga Nabi terakhir Muhammad  adalah manusia biasa dan bertabi’at sama, tetapi mercka mempunyai keistimewaan yang bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam, bukan hanya mukjizatnya saja, seperti tongkat menjadi ular, tongkat membelah lautan, tongkat menyumberkan air dari batu yang dipukul bagi Nabi Musa, api mendingin bagi Nabi Ibrahim, menghidupkan orang mati bagi Nabi Isa dan lain-lain yang kesemuanya itu akal manusia waras tidak sanggup menelannya. Akan tetapi kenabianpun bertentangan dengan tabiat alam, karena wahyu yang mereka terima terkadang langsung dari Allah lewat mimpi, atau lewat perjumpaan dengan malaikat, dan tidak segala umat manusia mampu menerima wahyu (binasa karenanya menurut hukum alam), tetapi sekali lagi para Nabi adalah manusia terpilih, manusia kuat dan tangguh.

 

Mengenai bukti atau dalil tentang adanya pertanyaan kubur sudah cukup memadai dari hadis-hadis Nabi yang telah dimuat dalam kitab ini, hal itu adalah merupakan landasan kuat untuk berpijak bagi orang yang mau beriman.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka kehidupan yang sempit akan menimpanya (termasuk siksa atau pertanyaan kubur) dan kelak di hari Kiamat Kami kelompokkan dalam keadaan buta”. (Thaa haa: 124)

 

Dan bukti atau dalil tentang hal itu, Firman Allah dalam Alquran Ibrahim 27:

 

Kata Al-Faqih, dengan sanadnya dari Sa’id bin Musayyab, dari Umar , Rasulullah  bersabda: “Ketika mukmin masuk kubur, datanglah dua malaikat mengujinya, mendudukan dan mengajukan pertanyaan kepadanya, padahal ia masih mendengar serakan sandal (pengantarnya) ketika pulang (dari melawat jenazah nya). Lain kedua malaikat tersebut bertanya: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? dan Siapa Nabimu? Jawabnya: ”Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad & Nabiku. Kata mereka berdua: ”Yang mengokohkan kamu pada ucapan itu adalah Allah, kamu boleh tidur nyenyak. Demikian arti firman Allah (Alquran S. Ibrahim 27). Dan sebaliknya bagi mereka yang aniaya, Allah tidak menunjukinya dengan taufikNya (mereka disesatkan), hingga mereka ketika ditanya oleh kedua malaikat: “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? dan siapa Nabimu? jawaban orang kafir atau munafik: “Tidak tahu”. Lalu keduanya menirukan jawaban: “Tidak tahu? Terimalah pukulan gada Ini, maka dengan pukulan mercka berdua, ia menjerit, semua makhluk mendengar suara jeritannya, kecuali manusia dan jin. (Al-Hadis).

 

Dari Abu Hazim: kata Ibnu Umar  Rasulullah  bersabda: “Apa yang kau lakukan, hai Umar, ketika malaikat berdua (MunkarNakir) datang mengujimu di kubur, rupanya hitam semu biru, siungnya mengguris bumi, panjang rambutnya, suaranya sekeras petir, matanya seperti kilat menyambar? Umar balik bertanya: ”Ya Rasulullah, sadarkah pikiranku (saat itu) seperti sekarang ini? Beliau menjawab: “Ya, (sadar seperti sekarang), sahutnya. Kalau begitu saya atasi keduanya dengan izin Allah  kata beliau: “Bahwasanya Umar adalah orang yang diberi taufik”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah: Nabi .bersabda: “Tiada seorang mayit, kecuali ia mendengkur dan segala hewan mendengar dengkurannya kecuali manusia. Jika mereka dengar pasti pingsan. Lalu ketika diantar ia berbicara: ” Cepatkan aku, kalau kalian tahu balasan amal baik di depanku pasti kalian mengantar aku secepatnya”. Yang demikian itu, bagi orang yang baik atau salih, tetapi bagi orang jahat, ia bicara: “Jangan terburu-buru, kalau kalian tahu bahaya mencekam di depanku, pasti kalian lambatkan mengantarku. Sesudah masuk kubur, datanglah dua malaikat yang hitam semu biru dari arah kepalanya, lalu ibadat atau salatnya berkata: Jangan datang dari arahku, karena terkadang semalaman ia jaga, mengkhawatirkan hal seperti ini. Mereka datang dari kakinya, lalu ditolak oleh ketaatan kepada kedua orang tuanya: “Jangan lewat arahku, karena ia berjalan tegak, mengkhawatirkan hal seperti ini. Mereka datang lewat kanannya, lalu sedekahnya melarang: Jangan lewat arahku, ia bersedekah, mengkhawatirkan hal seperti ini. Mereka melewati kirinya, lalu puasanya mencegah pula: Jangan melewati aku, karena ia lapar-dahaga, mengkhawatirkan hal seperti ini. Kemudian ia dibangunkan dan ditanya: “Tahukah orang yang menyampaikan ajaran kepadamu, katanya: siapa dia? Yaitu Nabi Muhammad  Jawabnya: “Aku bersaksi bahwa ia Rasulullah  Kata mereka berdua: Kamu hidup menjadi orang mukmin, mati mukmin, lapanglah kuburnya dan terbukalah keramah Allah baginya. Marilah kita mohon taufik dan benteng dari Allah, mohon perlindungan dari nafsu sesat lagi menyesatkan serta terlena, mohon perlindungan dari siksa kubur, sebagaimana Nabi  berlindung darinya.

 

Dari ‘Aisyah katanya: Semula aku tidak mengerti tentang adanya siksa kubur, sampai wanita yahudi datang minta sesuatu kepadaku, setelah kuberi (sesuatu) ia mendoakan aku. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan aku dari siksa kubur”.. Aku menyangka ucapannya itu hanyalah tipuan yahudi, akhirnya hal itu saya sampaikan kepada Nabi .Kata beliau: “Bahwasanya siksa kubur adalah benar, dan setiap muslim harus berlindung darinya, menyiapkan bekal amal baik secukupnya, karena Allah masih memudahkan amal baik selama ia hidup di dunia, nanti kalau sudah masuk kedalam kubur, amal baik sedikitpun tidak diperkenankan Allah, sekalipun ia ingin melakukannya, tinggal penyesalan saja yang ada. Maka bagi akal sehat, hendaknya berpikir tentang hal itu (orang mati), mereka yang sudah mati sangat menginginkan (kalau bisa) melakukan salat 2 rakaat, menyebut kalimat ”Lailaaha illallah” 1x, bertasbih 1x, tetapi semua itu tidak diperkenankan.

 

Kemudian mereka sangat mengherankan manusia yang masih hidup: ”Kenapa hari-hari yang berharga itu disia-siakan buat bermain-main yang tak berarti dan terlena (lupa diri)? Hai saudaraku, jangan sia-siakan hari-hari hidupmu, karena itu adalah pokok kekayaanmu, kamu dengan mudah mengumpulkan keuntungan sebesar-besanya, jika menghargai pokoknya. Nanti akan tiba saatnya kamu tidak dapat melakukan hal itu (sesudah mati), sekalipun kamu sangat menginginkannya (yaitu beriman, beramal dan beribadat kepada Allah ).

 

Akhirnya, marilah kita berdoa memohon taufik kepada Allah mempersiapkan bekal yang mencukupi di waktu sangat hajat agar tidak menyesal di kemudian hari, dan memohon agar dimudahkan ketika sakaratul maut, dan di kubur, Amin YaaRabal ‘aalamiin. Bahwasanya Dia Maha Pengasih, Maha Mencukupi dan sebaik-baik yang diserahi, tiada kekuatan dan daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Tinggi lagi Agung.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sebuah hadis dari ‘Aisyah .. . Katanya: “Ya Rasulullah, apakah pada hari kiamat kelak seseorang teringat pada kekasihnya? Jawab beliau: Dalam menghadapi tiga perkara seseorang tidak teringat kekasihnya, yaitu: “1. Saat ditimbang amalnya, baik berat ataupun ringan, 2. Saat menerima dokumen (catatan) amalnya, baik dari sebelah kanannya atau dari sebelah kirinya, 3. Saat munculnya ular naga dari neraka, lalu mengepung mereka ujarnya: “Tugasku mencekam tiga macam, yaitu: 1. Orang yang menyekutukan Allah, 2. Orang yang menentang kebenaran, berlaku kejam dan aniaya, 3. Orang yang tidak percaya adanya yaumul hisab.

 

Mereka diterkam dan dilemparkan ke jahanam, yang di atasnya terpampang shirat halus melebihi rambut, tajam melebihi pedang, di kanan kirinya terdapat bantolan dan duri-duri. Orang yang melewatinya bermacam-macam, ada yang secepat kilat, angin kencang, ada yang selamat, ada yang dicantol duri, dan ada pula yang tergelincir dan masuk jurang jahanam.

 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Antara dua tiupan terompet Israfil diperkirakan berjarak 40 tahun, (pertama mematikan kedua membangkitkan) lalu Allah datangkan hujan seperti sperma (mani laki-laki), kemudian manusia hidup lagi seperti tanaman semi.

 

Juga Rasulullah, bersabda: ” Ketika penciptaan langit bumi selesai, lalu Allah ciptakan terompet dan langsung diberikan kepada Israfil, kemudian ia tempelkan pada mulutnya dan memandang Arsy, siap menerima tugasnya. Tanyaku (Abu Hurairah): Ya Rasulullah, bagaimana bentuk terompetnya? Jawab beliau: “Bentuknya seperti tanduk mengkilat”, lalu besarnya? Sebesar langit-bumi (luas bulatannya) demi Allah Yang mengutusku jadi Nabi. Ja akan meniupkannya 3x, yaitu: 1. Tiup Faza untuk menakutkan, 2. Tiup Lish-Shagi untuk membinasakan, 3. Tiup Ba’ats untuk membangkitkan. Firman Allah:

 

Artinya:

“Saat terompet ditiup terkejut, dengarlah semua (makhluk) yang di langit-bumi, kecuali yang dikehendaki Allah dan mereka datang dengan merunduk”. (An-Naml: 87)

 

Dan saat bumi goncang. manusia seperti mabuk, setiap anak kandungan ibunya berguguran, setiap anak susuan dibiarkan tertinggal, anak yang sedikit besar menjadi beruban, setan lari tunggang langgang, hal itu tidak sebentar masa berlakunya, hingga Israrafil meniup terompet yang kedua kalinya: Firman Allah:

 

Artinya:

“Hai umat manusia, takutlah kepada Tuhanmu, bawasasanya goncangan hari Kiamat adalah suatu perisiwa yang sangat dahsyat”. (Al Hajj 1)

 

Artinya:

“Ingatlah, saat kau lihat soncangan itu, lupalah setiap wanita yang menyusui anaknya, berguguranlah setiap wanita hamil, dan kau lihat pula manusia menjadi mabuk keadaannya, sebenarnya mereka tidaklah mabuk, tapi akibat dahsyamya siksa Allah”. (Al-Hajj 2)

 

Artinya:

“Terompet Israfil ditiupkan, lalu binasalah Omakhluk) yang di langit dan di bumi. kecuali yang dikehendaki (hidup) oleh Allah. dan pada tiupan kedua kalinya. tiba-tiba mereka bangun, berdiri menunggu keputusan Allah”. (As-Zumar 68)

 

Mereka yang tetap hidup (dikecualikan dalam ayat tersebut) orang-orang mati syahid. Dan menurut lainnya adalah: Mikail, Israfil dan malaikat maut, mereka ditanya oleh Allah: “Siapa makhlukKu yang masih hidup? Jawabnya: Tuhan Engkaulah Yang Hidup kekal, sedang saat ini yang belum mati adalah: Jibril, Mikail, Israfil, Penanggung jawab ‘Arasy dan aku, lalu malakul maut ditugaskan membinasakan mereka”.

 

Sedangkan menurut riwayat Muhammad bin Ka’ab, dari seseorang (sahabat) dari Abu Hurairah : “Bahwasanya Allah berfirman: ”Matilah Jibril, Mikail, Israfil dan Penanggung jawab ‘Arsy, kemudian FirmanNya: ”Hai Malakul maut, siapa makhlukKu yang masih hidup? Jawabnya: “Engkaulah Yang Hidup Kekal, dan sementara ini hambaMu yang lemah (yakni) Malakul maut”. Lalu: “Hai Malakul maut, dengarkah Firman Ku?:

 

Artinya: “Setiap jiwa pusti merasakan maut atau mati”.

 

dan matilah engkau, karena engkau setengah dari hambaku pula, engkau adalah petugasKu. Maka matilah ia.

 

Riwayat lain menyebutkan bahwa: “Ketika ia diperintah mencabut ruhnya sendiri, ia pergi ke suatu tempat (antara surga dan neraka), maka dicabutlah ruhnya sendiri, seraya menjerit, seandainya ada makhluk lain yang masih hidup, mendengar jeritannya pasti binasa, katanya: “Jika aku mengetahui sakitnya mati, pasti akan lebih pelan lagi aku mencabut ruhruh orang mukmin.

 

Lalu Allah berfirman kepada dunia: “Dimanakah para raja dan putranya, raksasa dan anaknya, yang menyembah selain Aku, padahal ia makan rezeki dariKu?

 

Artinya:

Kepunyaan siapa kerajaan di saat ini?”

 

Tiada satupun yang bisa menjawab, kecuali jawaban Allah sendiri.

 

Artinya: “. Hanya kepunyaan Allah Yang Esa lagi Menang”. (Ghafir 16)

 

Selanjutnya Allah perintahkan langit menurunkan hujan seperti sperma selama 40 hari, hingga setinggi 12 hasta genangan air di atas bumi, lalu tumbuhlah makhluk seperti semula bagaikan tumbuhnya sayuran. FirmanNya: “Hidup kembali, hai Israfil dan Penanggung Arsy, lalu hiduplah mereka berdua, dan Israfil disuruh menempelkan terompetnya pada mulut. Berikutnya Allah memerintahkan hidup kepada Jibril dan Mikail, sesudah itu ruh-ruh lainnya dihidupkan kembali lewat tiupan terompet Israfil, mereka (ruh-ruh) itu memenuhi langit-bumi dan satu persatu masuk ke dalam wadah atau raganya masing-masing lewat hidung, dan bersemilah bumi (menumbuhkan mereka).

 

Kata Nabi :” Akulah orang yang pertama keluar dari bumi”. Adapun keterangan Nabi dalam hadis lain adalah sebagai berikut: “Bahwasanya ketika Jibril, Mikail dan Israfil dihidupkan kembali, maka pergilah mereka menuju makam Nabi  dengan buraq dan perhiasan sorga untuk beliau, maka bumi terbuka bagi beliau. Sabdanya: Hai Jibril hari apakah ini? Jawabnya: “Hari Kiamat, yang pasti, dan yang menggetarkan. Lalu di mana dan bagaimana nasib umatku? Jawabnya: Terimalah berita gembira, karena anda yang pertama keluar dari bumi. Kemudian Israfil ditugaskan meniup terompetnya, dan bangunlah mereka semua menghadapi kenyataan (kembali kami meneruskan hadis Abu Hurairah) lalu manusia keluar dari kubur masing-masing telanjang bulat, menuju Tuhannya, sehingga kering air matanya, akibat menangis, darah dan peluh membasahi tubuhnya hingga ke mulut. Mereka dengan terburuburu menuju mahsyar memenuhi panggilan Tuhan, mereka itu terdiri dari manusia, jin dan lain-lain, ketika berkumpul, turunlah malaikat-malaikat sebanyak penduduk bumi, mereka berbaris dan bertanya: “Adakah dari antara kalian yang membawa surat perintah hisab? Jawabnya: Tidak ada, lalu turun Pula ahli langit kedua dan berbaris, terus turun lagi yang ketiga dan berbaris, dan terus menerus hingga ahli langit ketujuh, mereka malindungi penghuni bumi.

 

Al-Faqih: Bahwasanya Allah memerintah langit dunia terbuka, dan keluarlah para malaikat dari dalamnya, dan turunlah ke bumi, selanjutnya berturut-turut langit kedua, ketiga dan sampai langit ketujuh, mereka berbaris sampai tujuh barisan Firman Allah:

 

Artinya:

“Hai sekalian jin dan manusia, jika kalian mampu menembus langit-bumi, tembuslah, dan kalian tidak mungkin mampu menembusnya, kecuali dengan kekuatan”. (Ar-Rahman 33)

 

Artinya:

“Di saat terbelahnya langit dengan awan, dan turunnya para malaikat dengan seketika”. (AM Furgan 25)

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda:” Bahwasanya Allah berfirman: “Hai sekalian jin dan manusia, Kuperingatkan bahwa yang ditulis dalam lembaran hanyalah amalmu, Barangsiapa melihat kebaikan terdapat di da! imnya, panjatkanlah puji syukur kepada Allah, dan jika bukan itu, maka jangan salahkan yang lain, kecuali dirimu sendiri. Keluarlah hewan panjang mengkilat menakutkan dari Jahannam, lalu Firman Allah:

 

Artinya:

”Bukankah suduh Kuperintahkan agar kamu (manusia): Tidak menuruti setan? Karena ia adalah musuh yang nyata”. (Yasin 60). Sembahlah Aku, inilah jalan yang benar (Yasin 61). Sungsuh setan telah menyesatkan manusia sebangsamu, tidak berpikirkah kamu (Yasin 62). JahannaAllah yang pernah diancamkan kepadamu (Yasin 63). Tiba saatnya kamu terjerumus ke dalamnya, akibat kekafiranmu (Yasin 64).

 

Di saat itu bertekuk lututlah semua umat, Kuman Allah:

 

Artinya:

 

“Di saat itu, kau lihat setiap umat bertekuk baru, setiapnya dipanggil supaya melihat catatan amalnya. Dan saat kamu menerima balasan amal pekerjaanmu. (Al-Jaatsiyah 28)

 

Lalu semua makhluk diberi keputusan oleh Allah, sampai antar hewan buas dan ternak, bahkan domba yang bertanduk dituntut balas oleh yang tidak bertanduk, lalu menjadi debulah semua hewan. Pada saat itulah orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekira dulunya tanah saja” (An-Naba 40).

 

Nafi dari Ibnu Umar , katanya: “Nabi , bersabda: “Di Hari Kiamat manusia dihimpun dalam keadaan telanjang seperta baru lahir dari kandungan ibunya, Tanya Siti ‘Aisyah: “Pria bersama wanita: Jawab beliau: “Ya, Kemudian ia bertanya lagi: “Alangkah hinanya, kemaluanku, sebagaian manusia melihat setengah yang lain. Jawab beliau seraya menepuk bahunya: Hai Putri Abu Bakar, saat itu manusia sangat sibuk, tiada kesempatan melihat itu, pandangan mereka tertuju ke langit, menunggu pengadilan Tuhan, selama 40 tahun tidak makan, dan tidak minum, Peluh mereka ada yang sampai ke tumit, betis, perut dan ada pula yang sampai mulut, akibat lamanya berdiri. Para malaikat berdiri mengelilingi ‘Arsy, lalu nama seseorang dipanggil oleh Allah seruan Nya: Fulan bin fulan”. Semua hadirin memperhatikan, dan datanglah orang itu menghadap Tuhannya, segeralah ia diadili, siapa saja yang pernah dianiaya olehnya datang menuntut balas, diambillah amal baiknya untuk menggantikan aniayanya (diberikan kepada orang yang dianiaya) demikianlah, saat emas, perak (uang, atau harta) dan lain-lain tidak berlaku untuk pembayaran yang sah. Amal baiknya terus dikuras, untuk membayar perbuatan aniayanya, jika sudah habis, padahal masih ada orang yang menuntutnya, maka dosa orang yang teraniaya dibebankan kepadanya setelah sidang pengadilan dinyatakan selesai, maka diserukan kepadanya: “Segeralah pulang ke neraka Hawiyah tempat peristirahatanmu, pada saat ini tidak lagi ada perbuatan zalim, bahwasanya Allah sangat cepat perhitungan dan pembalasanNya. Semua makhluk baik para malaikat terdekat ataupun Nabi-Rasulullah, di saat itu, mereka tidak aman atau tidak akan selamat, kecuali jika memperoleh perlindungan Allah .

 

Kata Mu’ad bin Jabal :, Nabi  bersabda: “Seseorang akan tegak berdiri terus menerus, sampai diajukan pertanyaan 4 perkara, yaitu: ”1. Umur, untuk apakah sepanjang hidupnya? 2. Jasmani, untuk apakah sampai binasa? 3. Ilmu, untuk apakah ilmu itu atau diamalkan atau tidak? 4. Harta, darimana dan cara bagaimana diperoleh, serta buat apa dibelanjakan?

 

Kata Ikrimah, “Di hari Kiamat, seorang ayah akan menjamah anaknya dan katanya: “Hai anakku, sebagai seorang ayah, aku minta sedikit amal baikmu, sekalipun hanya sebesar semut hitam, asalkan dapat meringankan bebanku ini. Jawabnya: “Akupun takut seperti yang engkau alami, oleh itulah aku tidak sanggup memenuhi permintaanmu sedikitpun. Lalu ia pergi kepada istrinya, dan katanya: “Sebagai seorang suami, aku minta sedikit amal baikmu, agar aku selamat dari apa yang kau lihat ini, Jawabnya: “Akupun takut seperti yang engkau alami saat ini, Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang-orang yang terlalu berat dosanya. jika minta bantuan orang lain, pasti tidak dapat dipikulkan (tidak dapat dibantu) sedikitpun, sekalipun ia kerabat terdekat”. (Kathir 18)

 

Kata Ibnu Mas’ud , Nabi  bersabda: “Bahwasanya orang kafir tenggelam dalam peluhnya, akibat lamanya (ia menunggu) di hari itu, hingga ia merengek: “Ya Tuhan, kasihanilah kami, sekalipun tempatnya di neraka”

 

Al-Faqih“: “Bahwasanya Nabi  bersabda: “Tiada seorang Nabi kecuali diijabah permohonannya (doanya) dan mereka pergunakan ketik, di dunia, sedang aku menyimpannya sebagian), untuk menolong umatk, di hari Kiamat, Ketahuilah bahwa: “Aku pemimpin semua manusia (Aku mengatakan ini) bukan untuk bangga-banggaan”, dan aku pulh manusia pertama yang timbul dari bumi, hal ini bukan bangga”, serta di tangankulah panji Al-Hamdi yang menaungi Nabi Adam beserta anak cucunya di hari Kiamat, (Aku mengatakan ini) bukan untuk bangga-banggaan. Saat itu kesulitan dan kegelisahan manusia semakin meningkat (bertambah hebat), hingga mereka minta syafaat kepada Nabi Adam untuk menyelesaikannya, namun Jawabnya: “Hal itu, bukan kuasa urusanku, karena akupun diusir dari sorga, akibat dosaku, saat ini aku tengah mengurus nasibku, dan cobalah minta syafa’at kepada Nabi Nuh. Datanglah mereka dan minta syafa’at kepada Nabi Nuh  Akan tetapi Jawabnya sama dengan Nabi Adam, karena aku telah membinasakan penghumi bumi (tenggelam) dengan doaku, dan cobalah minta syafaat kepada Nabi Ibrahim . Lalu datanglah mereka dan minta syafaat kepadanya, tapi Jawabnya, sama seperti kedua Nabi tersebut, karena akupun telah berdusta sampai 3x (Komentar Rasulullah ). ketiga dusta Nabi Ibrahim adalah demi tegaknya agama Allah, yaitu:

 

Firman-Nya:

 

Artinya:

  1. “Lalu ia memandang satu kali ke bintang-bintang”. (Ash-Shaffat 88)

 

 Kemudian ia berkata: “Sungguh aku sakit”. Dan firman-Nya:

 

Artinya:

  1. “Yang merusak berhala, itulah yang terbesar. (Al-Anbiya’ 63)

 

  1. Ketika Istrinya (Sarah) akan diganggu raja dlalim, jawabnya: “Ini adalah saudaraku”,

 

Karena itulah saat ini aku hanya memikirkan nasibku sendiri, cobalah kalian minta syaf’at kepada Nabi Musa . Lalu datanglah mereka dan minta syafa’at kepadanya, Jawabnya: sama seperti Nabinabi terdahulu, karena aku pernah membunuh orang tanpa hak, cobalah kalian minta syafa’at kepada Nabi Isa, Lalu daranglah mereka dan minta syafaat kepadanya. Jawabnya: Aku dan ibuku telah diangkat orang-orang sesat sebagai Tuhan, dan saat ini tiada sesuatu yang menjadi pemikiranku, kecuali nasibku sendiri, tetapi bagaimana menurut kalian, jika ada barang tertutup rapat, apakah kiranya kalian dapat menemuinya, jika tutupnya tidak dibuka? Jawab mereka: “Tidak, lalu katanya: “Bahwasanya Nabi Muhammad itulah penutup semua Nabi-nabi, dan ia diampuni oleh Allah, cobalah kalian minta syafaat kepada beliau itu, lalu mereka datang kepadaku, dan aku berkata kepada mereka: “Baiklah aku bantu kalian, sampai turun izinNya, untuk siapa yang dikchendaki dan diridai olehNya, menurut kehendakNya, kemudian jika Dia akan menyelesaikan makhlukNya, diserukan: “Dimanakah Muhammad berikut umatnya? kamilah yang terakhir di dunia, tetapi yang paling pertama hisabnya di hari Kiamat. Berdirilah aku beserta umatku, dan umat-umat itu membukakan jalan bagi kami, terdengar suara, hampir mereka itu merupakan Nabi-nabi, majulah aku ke pintu sorga dan mengetoknya, Suara menyapa: “Siapakah? Jawabku Muhammad, Rasulullah, terbukalah pintu, dan masuklah aku langsung bersujud, memuji Allah, dengan pujian yang belum pernah diucapkan manusia sebelumku, lalu aku diperintah bangun: Angkatlah kepalamu, berkatalah, pasti diperhatikan, mohonlah, pasti dikabulkan, berikan syafaatmu, pasti diterima. Kemudian aku berikan syafaat kepada orang-orang yang hatinya terdapat keimanan atau keyakinan sekalipun hanya sebesar semur hitam arau biji jagung, dan kalimat:

 

Ketika Umar bin Khathab masuk Masjid, ia melihat Ka’bul Akhba, tengah menasihati banyak orang, lalu kata Umar kepadanya: Hai Ka’bul Akhbar nasihatilah kami dengan cerita yang mebangkitkan rasa takur kepada Allah . Jawabnya: “Bahwasanya ada malaikat yang ditugaskan tegak berdiri terus, hingga tiada kenal membungkuk, ada pula lainnya yang terus sujud tiada kenal bangun hingga ditiupnya terompet Israfi, dan terus bertasbih sebagai berikut: “Maha suci Engkau ya Allah, segala puji bagiMu tiada kemampuan bagi kami melakukan ibadat sesempurnanya. Demi Allah yang jiwaku pada KekuasaanNya, di hari Kiamat neraka diperdekat, ia bergemuruh dengan alunan satu suara, saat itu tiada seorang Nabi, orang mati syahid, orang jujur, kecuali hanya berdoa: Ya Allah aku memohon keselamatan hanya untuk diriku seorang, sampai Nabi Ibrahim lupa putranya (Ismail dan Ishak) seraya berkata: “Ya Allah aku adalah kekasihMu (yakni) Ibrahim, Dan saat seperti itu hai Umar, jika engkau mempunyai amal sebanyak amalnya 70 orang Nabi, pasti perkiraanmu tidak mungkin selamat. (Maka para sahabat yang mendengarkan cerita itu semuanya menangis). Lalu kata Umar: Hai Kaab sekarang ceritakanlah kepada kami berita gembira, lalu ia mulai menceriterakannya: “Bahwasanya ada 313 syariat bagi Allah, tiada seorang menghadap Allah di hari kiamat, dengan salah satu syariat tersebut dengan catatan: mengikut sertakan kalimat: LAAILLAHHAILLALLAAHH, pasti dimasukkan sorga, demi Allah seandainya kamu tahu kebesaran rahmat Allah, pasti kamu kurang beramal.

 

Oleh karena itu, hai saudaraku: ”Siapkanlah dirimu dengan amal salih, dan menjauhi maksiat, karena tiada lama lagi hari Kiamat akan mendatangimu, kau pasti menyesal jika hidupmu kau sia-siakan, ketahuilah kematianmu itu adalah hari Kiamat bagimu, seperti yang dikatakan Mughirah bin Syu’bah: “Hari Kiamat kalian tunggu, padahal saat kematianmu itulah Kiamatmu”.

 

Isi ceramah Al-qamah bin Qays ketika menyambut pelepasan jenazah di kubur Allah adalah sebagai berikut: “Orang ini sudah sampai (tiba) kiamatnya, karena jika seseorang mati, terpampang-semua problem hari Kiamat, yaitu: “Sorga, neraka dan malaikat, tiada dapat lagi beramal, lalu keadaannya seperti di hari kiamat dan pada saatnya ia bangkit menurut keadaan matinya, oleh sebab itu siapa yang di akhir hidupnya (beramal) baik, pasti untung dan bahagia.

 

Kata Abu Bakar Al-Waasthi: “Keuntungan yang sangat besar dalam 3 fase, yaitu: Fase hidup, Fase mati, dan fase Kiamat. 1. Keuntungan dalam Fase hidup, yaitu: Jika sepanjang hidupnya dibuat ibadat atau taat kepada Allah 2. Keuntungan alam fase mati, yaitu: Jika matinya tetap teguh pada SYAHHADAT. 3. keuntungan dalam Fase Kiamat, yaitu: Jika bangkit dari kubur mendengar informasi atau berita bahwa: “Sorga disediakan baginya”.

 

Diceritakan oleh Yahya bin Mu’adz, ketika ketika di dalam majelisnya dibacakan ayat:

 

Artinya: ” Di hari Kiamat, Kami himpun orang yang taqwa kepada Tuhan Pemurah sebagai urusan terhormat”. (Maryam 85)

 

Artinya:

”Sedangkan orang-orang durhaka Kami halau ke Jahanam dengan keadaan sangat haus”. (Maryam 86)

 

Lalu ia berpesan: “Tenanglah hai manusia, kelak kamu berduyunduyun menghadap Tuhannya, satu persatu, secara mendetail amalamalmu ditanyakan. Adapun para wali dengan berkendaraan, dan hal itu akan terjadi saat bumi telah lenyap, Hai saudaraku, ingatlah kepahitan sehari sama dengan 50 ribu tahun, di saat mendebarkan penuh duka dan penyesalan, itulah hari yang sangat besar, saat manusia dibangkitkan semua untuk menghadap Tuhannya. Yaumul Hisab, saat diajukan pertanyaan dan ditimbangnya amal, saat kegoncangan, saat yang pasti, menakutkan, Yaumul ba’ats, saat semua manusia meninjau kembali catatan segala amalnya, saat manusia menjadi berbagai macam bentuk menurut amalnya. Saat ada yang bermuka putih berseri dan adapula yang bermuka hitam, tiada seorangpun menolong lainnya, tiada artinya tipudaya, saat seorang ayah tidak mampu menolong anaknya dan sebaliknya, bahaya selalu mencekamnya, orang-orang zalim tidak dapat beralasan, dikutuk dan disiksa, masing-masing dituntut mempertahankan dirinya sendiri, setiap wanita menyusui meninggalkan anaknya, setiap kandungan pasti gugur, saat manusia kelihatannya mabuk, tetapi bukan sebenarnya, melainkan akibat dahsyatnya siksaan hari Kiamat.

 

Kata Muqatil bin Sulaiman: “Manusia (makhluk lainnya) di hari Kiamat, akan berdiri menunggu (pengadilan Tuhan) selama 100 tahun, mereka tenggelam dalam peluhnya masing-masing, sesudah itu dalam masa 100 tahun lagi mengalami cuaca gelap membingungkan, dan tenggelam dalam kesibukan menuntut balas (laku aniaya orang lain) kepada Tuhan selama 100 tahun lagi. Diperkirakan hari Kiamat itu sepanjang 5000 tahun, tetapi bagi mukmin yang ikhlas dalam beribadat atau beramal, diperkirakan hanya sesaat saja. Karenanya hai manusia yang berakal sehat, bersabarlah menghadapi penderitaan di dunia, dengan taat beribadat kepada Allah, agar tidak sampai mengalami penderitaan yang menyedihkan di hari Kiamat nanti.

 

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah : ”Rasulullah  bersabda: “Dinyalakannya api neraka sejak 1000 tahun hingga merah membara, ditambah lagi 1000 tahun hingga putih meleleh, lalu 1000 tahun lagi hingga menghitam gelap, seperti malam yang gelap kelam”.

 

Yazid bin Martsad adalah orang yang tidak henti-hentinya menangis sampai tidak pernah kering matanya, ketika ditanyakan, Jawabnya: “Seandainya aku diancam kurungan penjara dalam kamar mandi atau WC selama 1000 tahun akibat kesalahanku, pasti aku mencucurkan air mata tiada hentinya, padahal Allah telah mengancam aku kurungan penjara api neraka yang dinyalakan sejak 3000 tahun yang lalu, kenapa aku tidak mencucurkan air mataku?

 

Al-Faqih Meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid, katanya: ”Di neraka Jahanam ada perigi-perigi berisi ular-ular sebesar leher unta, dan ketunggeng sebesar keledai, lalu orang-orang penghuni neraka lari mendekat ular tersebut, ketika menempel bibirnya terkupaslah rambut, kulit dan kukunya, mereka selamanya tidak akan Jepas dari gigitannya.

 

Dari Abdullah bin Jubair, bahwasanya Rasulullah  bersabda: ”Di dalam neraka terdapat ular-ular sebesar leher unta, ketika menggigit sekali 40 tahun rasa sakitnya belum juga sembuh, dan terdapat pula ketonggeng sebesar keledai, ketika menggigit sekali 40 tahun pula rasa sakitnya belum bisa sembuh”. (Al-Hadis).

 

A’masy dari Yazid bin Wahab dari Ibnu Mas’ud, katanya ” Bahwasanya apimu ini adalah seper 70 panasnya api neraka, lalu jika tidak dinginkan dalam laut 2x, pasti kamu tidak mungkin kuat memakainya (memasak dan lain-lain).

 

Nabi  bersabda: “Bahwasanya siksa paling ringan bagi penghuni neraka, yaitu yang bersandalkan api (itu saja) sanggup membuat otak mendidih, seakan api naik ke telinga, gigi, dan bibir. Bahkan usus pun sempat keluar dari bawah kakinya, dia berperasaan bahwa yang paling berat siksanya, padahal yang sebenarnya dia paling ringan siksanya di antara siksa-siksa neraka”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash, katanya: ” Bahwasanya penghuni neraka memanggil malaikat Malik sclama 40 tahun tidak dijawab, lalu jawabannya: “Tetaplah kalian di neraka”. Kemudian mereka memanggil Tuhan: “Ya Tuhan keluarkanlah kami dari neraka, kami berjanji tidak lagi mengulangi perbuatan maksiat, tetapi tidak dijawab sepanjang umur dunia lipat dua kali. Lalu jawabannya: “Hinalah kamu di neraka dan jangan banyak bacot atau ngomel”. Demi Allah sesudah itu tiada sedikitpun ucapan darinya, yang terdengar hanyalah nafas keluhan dan rintihan seperti suara keledai.

 

Seruan Qatadah: “Hai kaumku, apakah kamu menganggap hal itu akan menimpa dirimu, atau apakah kamu sanggup menghadapinya, padahal berbakti kepada Allah adalah jauh lebih ringan bagi kamu maka berbaktilah kepada Tuhanmu. Penghuni neraka mengeluh kira-kira 1000 tahun, dengan keluhan yang tak berarti, katanya:

 

Artinya:

“Baik kami mengeluh atau sabar (di dalam neraka), tidak ada tempat untuk melarikan diri”. (Ibrahim 21)

 

Lalu selama 1000 tahun mereka minta hujan, akibat dahaganya, jawabanNya lewat malaikat Jibril: Hai Jibril, mereka minta apa? Jawabnva: Engkau Maha Mengetahui ya Allah, mereka minta hujan. Kemudian diperlihalkan awan merah bagi mereka, sehingga mereka mengira hujan akan turun, tetapi tidak.

 

Datanglah kiriman berupa ketonggeng sebesar keledai menggigit mereka dengan gigitan yang sakitnya 1000 tahun. Mereka minta lagi hujan selama 1000 tahun, lalu diperlihatkan awan hitam yang mereka kira hujan akan turun, tetapi bahkan yang turun ular-ular sebesar leher unta, menggigit mereka dengan gigitan yang sakitnya 1000 tahun lagi Firman Allah:

 

Artinya:

“Kami beratkan siksa mereka diatus siksa”. (An Nahl 88)

 

Yang demikian itu, akibat kekafiran mereka, melanggar larangan Allah (melakukan maksiat). Oleh karenanya Barangsiapa ingin terhindar dari siksaNya, berlakulah sabar melakukan taat kepadaNya, dan menjauhi maksiat kepadaNya, mengekang hawa nafsu, karena sorga itu diliputi dengan kepayahan dan kesulitan, tetapi neraka diliputi kesenangan menuruti hawa nafsu. Seperti yang disebutkan oleh penyair:

 

”Pada usia tua cukup pengalaman menahan sifat kekanak-kanakan, ketika telah beruban. Aku lihat seseorang menginginkan ketenangan hidup -jika ranting telah kering sesudah basah (hijau)-nya. Hindarilah kawan buruk, hati-hatilah bergaul dengannya. jika tidak mampu, maka petiklah hatinya. Pilihlah kawan jujur dalam pergaulan, jauhilah perdebatan, pasti awet pergaulannya selama tidak saling berdebat. Dan bergaullah dengan para bangsawan dan yang baik budi, berakhlak mulia. Maka Barangsiapa bergaul baik dengan manusia yang tak mengenal budi, berarti budinya dilemparkan ke laut. Bagi Allah sorga seluas langit, tetapi Penuh kesukaran (untuk meraihnya).

 

Dari Abu Hurairah  katanya, Nabi  bersabda: “Allah menyeru Jibril, supaya meninjau sorga dengan segala persiapan penghuninya, setelah selesai, ia melaporkan: “Demi KemenanganMu, tiada seseorang mendengarnya, kecuali ia akan masuk ke dalamnya, maka diliputi dengan kesukaran. Lalu Jibril diseru meninjau lagi: setelah selesai, ia melapor lagi: ” Demi KemenanganMu aku khawatir, kalau tiada seorangpun yang bisa masuk ke dalamnya. Kemudian ia diutus meninjau mereka, dengan segala persiapan bagi penghuninya, setelah selesai ia melaporkan: “Demi kemenanganMu, orang yang mendengarnya tidak akan dimasukkan ke dalamnya, lalu diliputi dengan segala syahwat. Maka seruNya lagi: Tinjau ulang kembali, setelah selesai ia melaporkan: “Aku khawatir jika tiada seorangpun yang selamat (tidak terjerumus) ke dalamnya”.

 

Dan sabda Nabi : “Kalian bisa menyebutkan tentang sifat neraka, tetapi dalam kenyataannya api neraka adalah lebih dahsyat, dari sifat yang engkau sebutkan.

 

Dari Maimun bin Mahran, katanya: Ketika turunnya ayat yang mensifati neraka Jahannam, sahabat Salman memegang kepalanya, lalu keluar lari (pergi) karena tidak tahan atasnya, dan baru pulang setelah tiga hari”. Sedangkan ayatnya sebagai berikut:

 

Artinya:

“Bahwasanya neraka Jahannam adalah tempat kembali (semuanya) bagi mereka (pengikut setan)”. (Al Hijr 43)

 

Yazid Ar-Raaggasyi dari Anas bin Malik, katanya: “Jibril berkunjung kepada Nabi  di waktu bukan saatnya, mukanya kelihatan ada perubahan, Nabi bertanya: “Aku tidak pernah melihatmu berubah? Jawabnya: “Ya Muhammad aku datang bertepatan dengan perintah Allah tentang penyulutan api neraka, maka sungguh tidak pantas bagi yang mengetahui tentang kenyataan neraka Jahannam, siksa kubur, dan siksaNya yang terbesar, lalu bergembira, sebelum bebas atau aman darinya. Beliau bersabda: “Hai Jibril, jelaskan sifat-sifat jahanam tersebut! Jawabnya:” Bahwasanya sesudah selesai Jahannam itu diciptakan, lalu Allah menyalakannya selama 1000 tahun, sampai merah, 1000 tahun lagi, sampai putih, dan 1000 tahun lagi hingga hitam, hitam gelap dan sejak itu terus nyala membara tidak kenal padam sesaatpun. Demi Allah. jika terjadi kebocoran sebesar lubang jarum saja, pasti penghuni dunia musnah terbakar hangus akibat panasnya. Demi Allah, jika kain atau baju penghuni neraka ditanggalkan di antara langit-bumi, pasti binasa penghuni dunia akibat panas dan basinnya. Demi Allah jika satu mata rantai neraka diletakkan di atas bukit, pasti bukit atau gunung itu mencair sampai ke bawah bumi yang ketujuh. Demi Allah, jika seseorang disiksa di kutub barat, pasti masyarakat kutub timur hangus terbakar karena panasnya, neraka Jahannam adalah sangat dalam, dihiasi besi, air campur nanah minuman (penghuninya), potongan api pakaiannya. Di sana terdapat 7 pintu, setiapnya ada bagian tertentu dari pria dan wanita. Tanya Nabi : Pintunya apakah seperti pintu-pintu rumah kami? Jawabnya: “Tidak, tetapi selalu membuka, satu dengan lainnya berjarak 70.000 tahun, setiapnya 10x lipat dari lainnya. Lalu musuh-musuh Allah dihalau, sampai ke pintu disebut malaikat Zabaniyah dengan rantai belenggu, rantai dimasukkan mulut mereka hingga menembus pantat, tangan kiri diikat ke leher, tangan kanan dimasukkan dada menembus bahu, setan merangkul setiap manusia yang masuk kedalamnya dan malaikat menyambut dengan pukulan besi, mereka tidak dapat keluar darinya. Selanjutnya Nabi  bertanya: “Siapakah yang masuk lewat pintu-pintu tersebut? Jawabnya: “Orang Munafik, melewati pintu paling bawah, termasuk orang kafir akibat menentang mukjizat Nabi Isa , dan golongan Firaun, nama pintu itu Al-Hawiyah. Sedang pintu kedua disebut Jahim dan yang melewatinya adalah kaum musyrikin. Dan pintu ketiga disebut Sagar, dilewati kaum Shabi’in. Dan pintu keempat discbut Ladha dilewati Iblis dan penyembah api (kaum Majusi). Dan pintu kelima disebut Huthamah, dilewati orang-orang Yahudi. Dan pintu kcenam disebut Sa’ir, dilewati orang-orang Kristen.

 

Kemudian diaAllah Jibril, rupanya dia menghargai Rasulullah  sampai beliau bertanya: “Kenapa pintu ketujuh tidak kau jelaskan, Jibril? Jawabnya: Pintu yang dilewati umatmu yakni orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar, tetapi tidak bertaubat hingga datang ajalnya (sampai mati). Lalu beliau pingsan dengan penjelasan tersebut, sampai Jibril meletakkan kepala beliau di atas pangkuannya, baru setelah sadar, beliau bersabda: “Hai Jibril, sungguh aku sangat gelisah dan penuh prihatin, betulkah seseorang dari umatku akan masuk neraka? Jawabnya: ”Betul, yakni umatmu selalu melakukan dosa-dosa besar”. Lalu beliau menangis diikuti dengan tangisnya Jibril, hingga beliau masuk rumah tidak keluar, kecuali melakukan salat, dan tiada seorangpun yang diajak berbicara, di waktu salat beliau juga menangis, selalu berdoa kepada Allah. Kemudian datanglah Abu Bakar pada hari ketiga: ”ASSALAAMUALAIKUM YAA AHHLA BAITIR RAHMAN kirakira aku boleh menemui beliau? Mereka tidak memastikan jawabannya, sampai ia ikut menangis pula, berikutnya datanglah Umar memberi salam dan mohon diperkenankan seperti Abu Bakar, tetapi jawabnya sama, lalu menangis pula. Selanjutnya Salman Al-Farisi, memberi salam dan mohon diperkenankan seperti Abu Bakar, tetapi dijawah sama oleh keluarga beliau, akhirnya ia jatuh-bangun sambil menangis, hingga ke rumah Fatimah, ia menyampaikan tentang keadaan Rasulullah . Segera Fatimah datang menemui beliau , setelah memperoleh informasi dari Salman Al-Karisi tersebut. Katanya: “Ya Rasulullah, aku Fatimah”. Beliau tengah bersujud seraya menangis, ketika mendengar suara putrinya, beliau bangun dan mempersilahkan dia masuk. Fatimah masuk melihat Nabi , wajahnya pucat karena terlalu banyak menangis sedih, ia ikut menangis juga, dan bertanya: “Ya Rasulullah, Apakah yang terjadi pada dirimu? Beliau menjawab: “Jibril datang dan menjelaskan sifat-sifat neraka Jahannam kepadaku, dan dijelaskan pula bahwa: “Bagian Jahannam yang paling atas adalah diperuntukkan bagi umatku yang berbuat dosa-dosa besar, oleh karena itulah aku berduka atau sangat sedih dan tidak henti-hentinya aku menangis. Katanya: “Ya Rasulullah bagaimana cara masuknya? Jawab beliau: “Malaikat menghalaunya tanpa dihitamkan mukanya, mata mereka tidak biru, dan mulutpun tidak ditutup, setan juga tidak merangkul mereka, tanpa belenggu atau rantai. Lalu bagaimana cara malaikat menghalau mereka? Jawab beliau: “Bagi kaum pria jenggotnya yang diseret, sedang kaum wanita rambut kepalanya, mereka yang lanjut usia kebanyakan mengeluh: ” Alangkah tua dan lemahku?”, demikian pula yang muda-muda: “Aduh (eman – Jawa) kemudaan dan ketampanan atau kecantikanku, aku sangat malu, hingga dibawa ke Malaikat Malik, ia melihat mereka dan katanya: “Siapakah mereka, aku tidak pernah menjumpai orang-orang seperti ini (akan disiksa), mukanya tidak hitam, matanya tidak biru, mulut tidak disumbat, juga tidak dibelenggu bersama setan, leherpun tidak berantai sebagaimana penghuni neraka lainnya? Jawabnya: “Demikianlah tugasku mengantarkan orang-orang semacam ini. Kata Malik: “Hai orang-orang celaka, siapa kalian? Disebutkan dalam riwayat lain: “Ketika malaikat menghalau mereka, selalu menyeru: Wa Muhammad, setelah melihat Malik, mereka lupa nama Muhammad, karena wibawanya Malik, ditanya: “Siapakah kalian? Jawab mereka: “Kami adalah umat yang diamanati Alquran, kami berpuasa di bulan Ramadan, Sahut Malik: ”Alquran tiada diturunkan, kecuali kepada Umat Muhammad , lalu mereka menjerit: “Kami Umat Muhammad”. Sahut Malik selanjutnya: “Apakah di dalam Alquran tidak memuat tentang larangan berbuat maksiat? Dan setelah dekat jahanam, mereka diserahkan kepada malaikat Zabaniyah, sahut mereka: “Hai Malik, perkenankanlah aku menangis”. Setelah diperkenankan, mereka menangis hingga kering air matanya, lalu darahlah yang keluar dari tangis mereka. Sahut Malik: “Sebaiknya kalian menangis semacam ini, dulu ketika di dunia, pasti hari ini kalian tidak mungkin dijamah api neraka. Ia menyuruh Zabaniyah: ”Lemparkan mereka ke neraka, lalu menjeritlah mereka, dengan ucapan: ””LAAILAAHAAILLALLAH, maka menurunlah panasnya, Sahut Malik: “Hai api, bakar mereka? Jawabnya: Aku tak kuasa membakar mereka karena ucapan ””LAAILAAHAAILLALLAAHH”. Seru Malik: “Hai api ambillah mereka”. Jawabnya: Aku tak kuasa mengambil mereka, karena ucapan “LAAILAAHAAILALLAAHH”. Kata Malik demikianlah perintah Tuhan Penguasa ‘Arsy, lalu api mengambil mereka, ada yang sampai telapak kaki, lutut, perut, dan adapula yang sampai leher, ketika api merembet wajah mereka, Malik berkata: “Jangan jamah muka mereka, karena telah lama muka mereka bersujud kepada Allah, dan jangan jamah hati mereka, karena pernah haus di bulan Ramadan. Untuk sementara mereka menghuni neraka seraya membaca: YAA ARHAMAR RAAHIMIIN, YAA HANNAANU, YAA MANNAANU, Kemudian jika hukuman mereka habis, Allah menyeru dan bertanya, kepada Jibril: ”Hai Jibril, bagaimanakah keadaan umat Muhammad yang berbuat maksiat? Jawabnya: ”Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui”. FirmanNya: Tinjaulah keadaan mereka! Jibril segera menemui Malik yang tengah duduk di atas mimbar Jahanam. Ia bertanya kepada Jibril: “Ada urusan apakah kau kemari? Jawabnya: Bagaimana keadaan umat Muhammad yang berbuat maksiat? “Sungguh mengerikan keadaan mereka, tempatnya sempit, tubuh dan dagingnya terbakar hangus, kecuali wajah dan hati mereka yang berkilauan iman. Sahut Jibril: “Bukakan tutup mereka agar aku dapat melihatnya”. Setelah Zabaniyah membukakan tutup, mereka melihat Jibril dan bertanya: “Siapakah hamba yang sangat bagus itu? Malik menjawab: “Itulah Jibril pembawa wahyu kepada Nabi Muhammad, setelah mendengar asma Muhammad disebut, mereka menjerit: “Hai Jibril sampaikanlah salam kami kepada beliau, dan sampaikan bahwa yang memisahkan kami dengan beliau adalah perbuatan maksiat kami, dan tolong sampaikan tentang nasib atau keadaan kami dj neraka in! Lalu Jibril kembali menghadap Allah dan melaporkan segala apa yang telah dilihatnya, bahkan ia sampaikan permohonan mereka kepada Nabi Muhammad  yang tengah istirahat di kemah permata putih yang berpintukan 4000 buah, setiapnya daun pintu emas, kata Jibril: Ya Muhammad, aku telah melihat keadaan umatmu yang durhaka, disiksa dalam neraka, tempatnya sangat sempit, mereka kirim salam untukmu, dan mohon perhatianmu. Kemudian beliau pergi ke bawah ‘Arasy, dan bersujud, memuji Allah, FirmanNya: ”Angkatlah kepalamu, dan berdoalah, pasti Aku memberi, dan ajukan syafa’atmu, pasti diterima, Kata Beliau: Ya Tuhan, umatku yang durhaka, telah menjalani hukuman dari-Mu, maka terimalah syafaatku. JawabNya: “Aku terima syafa’at-mu untuk mereka, pergilah ke neraka dan bebaskan mereka yang pernah mengucapkan kalimat “LAAILAAHAA ILLALLAAHH”, Lalu beliau cepat-cepat pergi ke neraka, Malik menyambutnya dengan penuh hormat, tanya beliau: “Hai Malik, bagaimanakah nasib umatku yang durhaka? Jawabnya: “Sangat buruk keadaan mereka, tempatnya sempit”. Coba bukakan tutup pintunya! Ketika terlihat Nabi Muhammad, mereka menjerit: “Ya Muhammad, api membakar kulit kami”. Maka dibawalah mereka ke sungai di depan pintu sorga yang bernama: “Nahrul Hayawar”, setelah mandi berubahlah menjadi pemuda yang tampan (pemudi yang cantik jelita) bagaikan bulan, bola matanya, tapi pada dahinya tertulis: AL-JAHANAMIYYUN (bekas penghuni Jahannam) yang kemudian masuk sorga. Dan ketika penghuni neraka melihat mereka bebas dari hukuman, berkatalah penghuni neraka: “Seandainya kami beragama Islam sewaktu hidup di dunia, pasti kami dibebaskan dari neraka”. Yang demikian itu disebutkan dalam Alquran sebagai berikut :

 

Artinya:

“Pada suata saat kelak orang-orang kafir menginginkan, jika mereka sebapai pemeluk Islam”. (Al-Hijr 2)

 

Beliau Rasulullah & bersabda: “Maut itu kelak di kemudian hari, menjelma domba kibas berwarna putih bercampur hitam, lalu diserukan kepada penghuni sorga: “Kalian pernah mengenal maut? Setelah dipandang domba tersebut, maka jawabnya: “Ya kenal”. Demikian pula diserukan kepada penghuni neraka: “Kalian pernah mengenal maut? Setelah dipandang domba tersebut, Jawab mereka: ” Ya, kenal”. Kemudian dipotong atau disembelihlah domba tersebut di suatu tempat antara sorga dan neraka, dan sekali lagi diserukan kepada mereka: ” Hai penghuni sorga, kini kalian kekal hidup bersenang-senang di sorga, tanpa mengenal maut lagi. Dan hai penghuni neraka, kini kalian kekal pula dalam penderitaan dan kehinaan di neraka, tanpa mengenal batas (maut)”. Yang demikian itu disebutkan dalam Alquran, Firman Allah sebagai berikut:

 

Artinya:

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus”. (Maryam 32)

 

Kata Abu Hurairah : “Jangan seseorang yang durhaka bersenangsenang dengan nikmatnya, karena di balik itu semua Neraka Jahannam selalu mengintainya, setiap panasnya menurun atau berkurang, ditambah lagi nyalanya”.

 

Allah  Maha Mengetahui segala sesuatu.

 

 

 

 

Dari Abu Hurairah katanya: “Kami bertanya: Ya Rasulullah, sorga itu diciptakari dari apa? Jawab beliau: “Dari air, lalu, Jelaskan tentang bangunannya pada kami, kata beliau: “Dinding pertama emas, kedua perak dan lantainya kasturi sangat harum, dasarnya za’faran, kerikilnya mutiara dan yakut, Barangsiapa memasukinya langsung lega hatinya dan kekal tanpa batas mati, pakaiannya tidak mengenal lapuk, dan wajahnya tidak mengalami perubahan”. (Al-Hadis)

 

Kemudian sabda beliau pula: Ada tiga doa yang sulit di tolak, yaitu: 1. Pemimpin yang adil, 2. Orang yang selesai berpuasa, 3. Orang yang dianiaya, maka ketiga doa tersebut diangkat awan (sampai kepada Tuhan). Lalu diteliti dan FirmanNya: “Demi Kemenangan dan KeagunganKu, sungguh Aku Penolongmu (pasti membelamu) sekalipun (kamu harus) menunggu saatnya”. (Al-Hadis)

 

Nabi  bersabda: “Di sorga tertanam pohon besar (luas nya diperkirakan) 100 tahun perjalanan yang ditempuh kendara an, naungan pohon tersebut belum juga putus, hendaklah kalian membaca:

 

Artinya: “Naungan yang berkesinambungan panjangnya”.

 

Kenikmatan di sorga (pemandangan) yang tidak pernah dilihat mata, (lagu-lagu merdu) yang tidak pernah didengar telinga, dan segala kelezatan yang tidak pernah dirasakan oleh hati manusia, hendaklah kalian membaca:

 

Artinya:

“Lalu tiada seorangpun mengetahui apa yang dirahasiakan bagi mereka (yakni) berupa kenikmatan atau kepuasan nikmat setengah dari balasan amal yang mereka lakukan”. (As Sajdah 17) .

 

Dan tempat cemeti di sorga lebih baik dibandingkan dunia seisinya, hendaklah kalian membaca:

 

Artinya:

 

”…, Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan sorga, berarti ia sungguh beruntung, Kehidupan dunia itu tidak bedanya sekedar kesenangan semu yang memperdayakan ”. (Ali Imran 185)

 

Kata Ibnu Abbas: “Di sorga ada bidadari yang diciptakan dari empat macam. yaitu: Misik, ambar, kafur dan za’faran dan tepung atau debu tanahnya dicampur air hidup, setelah diciptakan lalu semuanya asyik kepadanya, jika ia berludah dalam lautan pasti airnya berubah tawar, pada lehernya tertulis:

 

(Barangsiapa ingin aku menjadi miliknya, maka berbaktilah kepada Tuhanku).

 

Mujahid menyebutkan: “Dasar sorga (landasannya adalah perak, debunya misik, akar-akaran pohonnya adalah perak, batang pohon atau dahannya mutiara dan zabarjad, daun dan buahnya sangat rendah, makan buahnya dengan cara apa saja bisa, baik berdiri. duduk ataupun berbaring tidak sulit”.

 

Kata Abu Huraimah : “Demi Zat Yang mewahyukan Alquran kepada Nabi Muhammad , Bahwasanya penghuni sorga setiap saat bertambah tampan atau cantik-cakep, berbeda dengan hidup di dunia, bertambah umur bertambah pula tuanya, giginya ompong, pipinya peot, rambutnya beruban dan nafasnya senen kemis”.

 

Rasulullah – bersabda: “Ketika penghuni sorga masuk ke dalamnya, dan penghuni neraka masuk kedalamnya, lalu diserukan: penghuni sorga, Allah pasti memenuhi janjiNya bagi kalian, Jawab mereka: ”Ya Tuhan janji apakah itu? Bukankah amal timbangan kami telah dimenangkan, wajah kami putih bercahaya, kami diperkenankan masuk sorga, dan dibebaskan dari neraka? Jawaban yang ada: “Dia bukakan hijab, lalu pandangan mereka tertuju kepadaNya, (Sabda Nabi ) Demi Zat Yang diriku di dalam KekuasaanNya: Belum pernah mereka memperoleh sesuatu (kenikmatan) yang melebihi lezatnya memandang Zat Allah . (Al-Hadis)

 

Kata Anas bin Malik: “Jibril berkunjung kepada Nabi  dengan cermin putih bertitik hitam di tengahnya, Nabi bertanya: ” Hai Jibril, apa arti cermin putih itu? Jawabnya: “Ini hari Jumat, sedang titik hitam di tengahnya adalah saat mustajabah” dalam hari Jumat, semua itu sudah diberikan kepadamu dan umatmu. Adapun umat sebelummu berada di belakangmu. Dalam hari Jumat, ada waktu atau saat, jika seorang mukmin berdoa pasti dikabulkan doanya. Masyarakat kami (malaikat) menyebutnya dengan ”Hari tambahan”. Kata beliau: “Apa arti yaumul mazid (hari tambahan) itu? Jawabnya: “Bahwasanya Tuhanmu membuat lembah di sorga Firdaus di dalamnya terdapat anak bukit dari misik, setiap Jumat disiapkan mimbar-mimbar emas, permata, yagut dan zabarjad, untuk para Shiddigin, para Syuhada, dan orang-orang salih. Para penghuni sorga lainnya, duduk di belakang mereka (yakni) di atas anak bukit, menghadap dan memuji Allah. Dia menyeru: “Kalian mintalah kepadaKu” lalu terdengar doa mereka: “Kami mohon keridaanMu ya Allah”. FirmanNya: “Sungguh Kami rida pada kalian, dengannya Ku perkenankan kalian menghuni rumahKu dan KemuliaanKu kepada kalian, lalu Dia izinkan mereka memandang Zat-Nya, sehingga bagi mereka tiada hari yang paling diharapkan, kecuali hari Jumat, terasa tambah lezat dan mulia bagi mereka”.

 

Keterangan hadis riwayat lain:” Allah menyeru malaikat: ”Siapkanlah hidangan untuk para kekasihKu, setelah disuguhkan berbagai macam makanan, terasa berlainan nikmat setiap suapnya, lebih lezat dari yang pertama, dan sehabis makan diberinya minuman yang rasanya berlainan pula setiap teguknya, Firman Tuhan: “AKU adalah Tuhanmu memenuhi apa yang telah dijanjikan kepadamu, sekarang mintalah kepadaKu, Jawab mereka: “Kami mohon keridaanMu dua atau tiga kali diulang. JawabNya: Sungguh AKU rida kepada kalian, dan AKU tambah dengan kehormatan terbesar, lalu berbukalah hijab, sehingga mereka dapat memandang Zat Allah sekehendakNya. Mereka bersujudlah kepadaNya dan FirmanNya: ”Angkatlah kepalamu, saat ini bukan masanya beribadat, mereka betulbetul lupa terhadap nikmat-nikmat sebelumnya, tiada nikmat yang melebihi dapat memandang Zat Allah . Mereka kembali dengan bau harum dari bawah ‘Arasy, dari bukit misik-putih bertaburanlah di atas kepala dan ubun-ubun kuda mereka, sesudah bertemu dengan istri-istri mereka yang bertambah cantik dari semula, dikatakan kepada mereka: “Kalian saat ini lebih bagus atau tampan dari biasanya”.

 

Sahut Ikrimah: “Penghuni sorga memiliki ketangkasan pemuda usia 33 tahun, atau pemudi yang sebaya, tinggi tubuhnya 60 hasta, sama dengan Nabi Adam  . kelihatan muda-muda bersih halus tanpa jenggot, 10 macam perhiasan pada bola matanya, setiap saat warnya mengalami perubahan meningkat 70 macam warna, dapat melihat wajahnya di depan istrinya, demikian pula di dadanya, dan betisnya, begitu sebaliknya istri dapat melihat wajah cantiknya di wajah suaminya, di dada dan betisnya, mereka tidak berludah dan tidak pula beringus, apalagi yang menjijikan sama sekali tidak ada.

 

Disebutkan dalam riwayat lain: “Seandainya seorang putri penghuni sorga memperlihatkan telapak tangannya dari langit, pasti antara langit. bumi menjadi terang karena sinarnya”.

 

Dari Zaid bin Argam, katanya: “Seorang ahli kitab bertanya kepada Nabi : “Ya Abal Qasim, benarkah penghuni sorga itu makanminum? Beliau menjawab: Ya, Demi Zat yang diri Muhammad di dalam kekuasaanNya setiap penghuni sorga berkekuatan 100 orang dalam makan, minum dan bersetubuh. Katanya: “Padahal menurut adatnya sesudah makan dan minum pasti buang air atau berhajat, kenapa mereka bersih tiada kotoran? Beliau menjawab: “Buang air atau hajat seseorang (penghuni sorga) adalah berupa keringat harum misik”.

 

Dari Mutab bin Suma penjelasannya tentang Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang-orang yang beriman dan beramal salih, bagi mereka kebahasiaan dan tempat kembali yang baik. (Ar-R@’ad 29)

 

Thuubaa: diartikan dengan pohon sorga yang rindang menaungi setiap rumah sorga, berbuah aneka macam buah, dan burung-burung besar, jika seseorang menghendakinya (ingin makan) cukup dengan memanggilnya, lalu dia jatuh di atas piring makan sudah berupa panggangan atau masakan lezat siap disantap, setelah selesai dia terbang lagi ke tempat semula.

 

Nabi  bersabda: “Angkatan pertama penghuni sorga bagi umatku seperti bulan purnama, Angkatan berikutnya seperti bintang langit yang sangat terang, sedang angkatan selanjutnya sesuai dengan tingkat mereka masing-masing, mereka tiada buang air besar atau kecil, tidak berludah dan tidak pula beringus, sisir rambut dibuat dari emas, ububnya kayu gahru harum, keringatnya misik, tubuhnya tinggi seperti Nabi Adam  60 hasta.

 

Kata Ibnu Abbas, Rasulullah  bersabda: “Penghuni sorga terdiri dari orang-orang muda semua, bersih, halus, tiada berambut selain kepala, alis dan kelopak mata, tinggi 60 hasta seperti Nabi Adam , usia 33 tahun sebaya Nabi ‘Isa  kulit putih, pakaian hijau, hidangan tersedia, burung menghadap dan berkata: “Hai kekasih Allah, minumanku telaga salsabil, makananku buah-buahan sorga, sayap dan belahan tubuhku sari makanan, dan sebelah lagi sari gorengan, lalu mereka makan sepuasnya. Dan setiap wali atau kekasih Allah dijatah perhiasan 70 macam, setiapnya berbeda-beda warna, 10 cincin terpasang pada jari-jari mereka,

 

cincin pertama diukir dengan tulisan:

 

1 .        Artinya: ” Keselamatan bagi kalian karena kesabaran kalian”.

 

Cincin kedua bertuliskan:

 

  1. Artinya: ”Silahkan kalian masuk sorga dengan selamat sejahtera”.

 

Cincin ketiga bertuliskan:

 

  1. Artinya: ”Sorga Kami wariskan bagi kalian, merupakan balasan amal yang kamu lakukan”.

 

Cincin keempat bertuliskan:

 

  1. Artinya: (Segala kesusahan dan keprihatinan telah lenyap dari hadapan kalian).

 

Cincin kelima bertuliskan:

 

  1. Artinya: “Aku berikan pakaian, permata atau emas-perak dan rumah indah berhias”.

 

Cincin keenam bertuliskan:

 

  1. Artinya: (AKU berikan kamu istri para bidadari).

 

Cincin ketujuh bertuliskan:

 

  1. Artinya: “Bagi kalian segala apa yang diinginkan dan kenikmatan mata memandang, sedang kalian kekal di dalam sorga”.

 

Cincin kedelapan bertuliskan:

 

  1. Artinya: (Kawan baikmu adalah para Nabi dan para shiddigin).

 

Cincin kesembilan bertuliskan:

 

  1. Artinya: (Jadilah kalian pemuda selamanya, tanpa tua).

 

Cincin kesepuluh:

 

  1. Artinya:

 

(Kalian menetap dilingkungan atau berdampingan dengan tetangga yang saling menghargai, tidak saling mengganggu ataupun menyakiti).

 

Al-Faqih menegaskan: “Barangsiapa melakukan 5 perkara secara tetap, pasti memperoleh kemuliaan dan penghormatan setinggi-tingginya. “Yaitu,

 

  1. Menahan diri dari segala maksiat, landasannya Firman Allah:

 

Artinya:

“Adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya, dan menahan diri (nafsu) dari maksiat, maka sorgalah tempat menetapnya”. (An-Nazi”at 40-41)

 

  1. Menerima dengan lega hati atas pemberian Allah berupa kekayaan dunia, berpedoman hadis sebagai berikut:

 

Artinya:

“Bahwasanya sorga itu (dibeli dengan harga) menjauhkan sifat rakus harta”. (Al-Hadis)

 

  1. Melakukan ibadat secara tertib, baik dan kontinyu dengan harapan ampunan dan sorga dari Allah, FirmanNya:

 

Artinya: .

“Sorga itulah yang Kami wariskan kepadamu, sebagai balasan amal yang kamu lakukan”. (As-Zukhruf 72)

 

  1. Menyenangi orang-orang salih dan menjalin hubungan (pergaulan) yang baik dengan mereka, dengan harapan syafa’at dari mereka, dasarnya hadis Nabi sebagai berikut:

 

Artinya:

“Perbanyaklah saudara atau kawan,karena setiap saudara atau kaan punya syafaat kelak di hari Kiamat”.

 

  1. Perbanyaklah berdoa dan memohon sorga, serta khusnul khatimah. Setengah Ulama hikmah menegaskan: “Membiarkan condong terhadap harta, sesudah mengerti pahala, adalah kebodohan, dan tiada kesungguhan dalam beramal sesudah mengerti besarnya pahala adalah lemah, karena di sorga tempat istirahat dan tiada yang dapat menikmatinya kecuali bagi orang yang sibuk beramal (tanpa mengenal lelah) di dunia. Sorga adalah tempat mereka yang suka sederhana dalam hidupnya, bukan mereka yang berlebih-lebihan, berfoya-foya dan bermewah-mewah”.

 

Ibrahim bin Ad-ham pernah akan masuk WC, ditahan penjaganya, dia disuruh membayar lebih dahulu, lalu ia prihatin dan katanya: ”Ya Allah, masuk tempat setan saya ditahan tanpa membayar, kemudian bagaimana tidak dipenjarakan jika ingin masuk ke tempat para Nabi dan para shiddigin tanpa membayar lebih dahulu?

 

Firman Allah kepada setengah para Nabi: “Hai umat manusia kalian berani membeli neraka membelanjakan harta pada kemaksiatan) dengan harga mahal (dan lega hati), tetapi membeli sorga dengan harga murah (mengeluarkan zakat, dan membelanjakan harta untuk kemaslahatan) tiada keberanian (sangat berat dalam hati dan kenyataan).

 

Kata Abi Hazim: “Jika seseorang ingin masuk sorga harus dengan cara mengekang hawa nafsunya, hal itu adalah sangat mudah dan ringan, dan Jika ingin bebas dari siksa neraka, harus dengan cara menempuh segala macam kesulitan di dunia, hal itu adalah terlalu ringan lagi mudah. Padahal kalian dapat masuk sorga, hanya dengan cara mengekang satu persen dari hawa nafsu kalian, dan dapat bebas dari siksa neraka, hanya dengan cara menempuh (bersabar) satu persen dari kesulitan dunia”.

 

Yahya bin Mw’adz Ar-Razi menegaskan: “Mengurangi kecintaan harta adalah tindakan yang sangat sulit, tetapi melepaskan sorga lebih sulit daripada itu, padahal sorga harus dengan mengurangi kecintaan atau kesenangan harta dunia.

 

Nabi  bersabda”: “Barangsiapa mohon atau rindu sorga 3x maka seorangpun membalasnya dengan doa:

 

ALLAAHUMMA ADKHILHULJANNATA.

Artinya: . ”Ya Allah, perkenankan ia masuk ke sorga”.

 

Dan barangsiapa berlindung dari siksa neraka 3x, maka nerakapun memohon:

 

ALLAHUMMA AJIRHHU MINAN NAAR

Artinya: ”Ya Allah, bebaskanlah dia dari api neraka”. (Al Hadis)

 

Sabda beliau pula: “Di sorga terdapat pasar yang tidak berlaku jual-beli di dalamnya, yang ada hanyalah pengungkapan masa lalu bagi penghuni sorga, ketika di dunia, cara melakukan ibadat, cara memikirkan nasib fakir-miskin dan hubungannya dengan yang kaya, peristiwa sesudah mati, mulai dari kubur hingga ke sorga dan lain-lain yang sangat mengasikkan mereka”.

 

Dari Ibnn Mas’ud, katanya: “Semua manusia kelak akan berdiri dj perbatasan neraka, mereka lewat di atasnya dengan jembatan menurut amal perbuatannya, ada yang secepat kilat, secepat angin kencang, secepat kuda balap, secepat lari maraton, secepat burung terbang, secepat jalan unta, dan ada yang menggunakan ibu jari kakinya, lalu tersungkur ke neraka, karena licinnya shirat jembatan, halus, tipis, setajam pedang lagi berduri. Dan disebelah kanan-kirinya para penjaga (malaikat) siap menyeret mereka, maka dari mereka ada yang selamat, ada yang luka sekalipun akhirnya selamat, dan ada pula yang terjerumus ke dalamnya. Para malaikat berdoa: “Ya Allah, selamatkan mereka, selamatkan mereka”. Ada orang yang sesudah lulus melewati shirat tersebut dia paling akhir masuk sorga, perkiraannya di sorga tidak punya bagian tempat, lalu berdoalah ia. ”Ya Allah berilah aku tempat di sorga. JawabNya: “Jika Aku berikan suatu tempat, pasti kamu akan memilih lainnya”. Jawahnya: “Tidak, demi KemenanganMU, maka ditempatkanlah ia di tempat itu, Tetapi diperlihatkan pula kepadanya tempat yang lebih baik. maka dia menginginkan tempat itu dan memohonlah ia kepada Allah, jawabNya: “Jika Aku berikan itu, pasti kamu menginginkan lainnya yang lebih baik, dan hal itu diulangi sampai empat kali, akhirnya Allah berfirman: ” Bagian sorgamu adalah 10x luasnya dunia, dan ini adalah tempat yang paling rendah di sorga”. Sahut Ibnu Mas’ud: “Beliau Nabi  tertawa sampai gigi geraham terlihat, sewaktu mengisahkan hal ini (sorga).

 

Dan disebutkan pula oleh beliau bahwa: ” Kecantikan wanita dunia yang salihah” melebihi kecantikan para bidadari sorga, karena amal perbuatannya sewaktu hidup di dunia”, Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya Kami ciptakan para bidadari secara langsung (menjadi gadis), dan Kami menjadikannya tetap perawan, penuh cinta dan sebaya umurnya, disediakan untuk orang-orang penghuni kanan”. (Wagi’ah 35, 36, 37, 38)

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah Rasulullah  bersabda: “Allah menjadikan rahmat 100 bagian, lalu 99 bagian di kekang, dan yang satu diturunkan di bumi, sehingga makhluk di bumi saling berkasih-sayang satu dengan lainnya, sampai-sampai kuda menjunjung kakinya, mengkhawatirkan anaknya terinjak”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan, katanya Rasulullah  bersabda: “Ada 100 rahmat bagi Allah, yang diberikan penghuni dunia hanya satu, sekalipun satu tapi mencukupi mereka sampai ajalnya. Di hari Kiamat Allah mencabutnya hingga sempurna 100 seperti asalnya, lalu diberikan kepada para kekasihNya dan orang-orang yang berbakti kepadanya (penuh 100 rahmat).

 

Al-Faqih mengulang penjelasan Nabi  kepada orang-orang mukmin, diserukan agar mensyukuri rahmat yang menjadikan mulia, dapat beramal salih, mengikuti petunjukNya.

 

Firman Allah:

Artinya:

“Bahwasanya rahmat Allah sangat dekat bagi orang-orang yang berlaku baik”. (Al A’raf 56)

 

Artinya:

“Barangsiapa mengharapkan rahmat dan bertemu Tuhannya, maka lakukanlah amal salih dengan ikhlas, jangan mempersekutukun seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (Al-Kahfi 110)

 

Dan Firman Allah:

 

Artinya:

”RahmatKu meliputi segala sesuatu … (Al-A’raf 156)

 

Kata Ibnu Abbas, ketika ayat tersebut turun, lalu Iblis menyahut: ”Saya bagian dari itu”, demikian pula Yahudi dan Nasrani, lalu turunlah lanjutan ayat tersebut:

 

Artinya:

”Lalu rahmat tersebut. Ku-tetapkan khusus untuk orang-orang yang bertakwa tidak svirik, mengeluarkan zakat hartanya, dan yang beriman pada ayat-ayat Kumi”. (Al-A’raf 156)

 

Maka dengan lanjutan ayat tersebut, Iblis putus asa, tidak mengharap rahmatNya, sedang Yahudi dan Nasrani tidak mengakui kesalahannya. Kemudian turunlah ayat berikutnya:

 

Artinya:

“Yaitu orang-orung yang beragama Islam (mengikuti Rasulullah), Nahi Ummi yang namanya tertulis di dalam kitab Taurat dan Injil”. (Al-A’raf 157)

 

Sesudah turun ayat tersebut (Al-A’raf 157), maka Yahudi dan Nasrani tidak lagi berani mengharap rahmat Allah , dan yang pantas mengharap rahmat terbesar adalah khusus orang-orang mukmin. Oleh sebab ity kita wajib bersyukur atas karunia “Iman dari Allah, dan berharaplah kepadaNya. Sebagaimana Yahya bin Mu’adz berdoa sebagai berikut: “Y, Allah Engkau turunkan rahmat satu kepada kami, dan Engkau muliakan kami dengan rahmat memeluk Islam, maka jika Engkau sempurnakan rahmat yang 100 (seratus rahmat), kenapa kami dungu, tidak mengharap ampunan dariMu?

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Atha-k dari seorang sahabat: “Rasulullah  datang pada waktu kami tengah tertawa, lalu kata beliau: “Apakah (tidak khawatir) kalian tertawa gembira, padahal di belakangmu api neraka mengintai selalu? Demi Allah, aku tidak suka kalian selalu tertawa, lalu beliau pergi dari kami, dan kami diam, seakan ada burung di atas kami, lantas beliau kembali lagi dan bersabda: “Jibril berkunjung kepadaku dan berkata: “Allah berfirman: “Kenapa kau patahkan hati hambaKu, sampaikan kepadanya bahwa: “Aku Pengampun dan Penyayang, tetapi siksaKu sangat pedih”. Dan dalam Alquran:

 

Artinya:

”Kabarkanlah kepada hamba-hambaKu, bahwasanya Aku Pengampun dan Penyayang, dan siksuKu sungat pedih. (Al-Hijr 49-50)

 

Dari Ibnu Yazid, Rasulullah   bersabda: “Bahwasanya tiada dosa yang tidak diampuni oleh Allah, dulu pernah terjadi di zaman umat sebelum kamu, seseorang membunuh 99 orang, lalu bertanya kepada seorang pendeta: “Aku telah berdosa besar yaitu membunuh 99 orang, apakah masih bisa aku bertaubat? Jawabnya: Tidak bisa, karena perbuatanmu terlalu besar dosanya, kemudian ia mengayunkan pedangnya dan matilah pendeta yang ditanya itu, sehingga sempurnalah baginya 100 orang yang telah dibunuh. Akhirnya bertanya lagi kepada pendeta lainnya: “Aku telah membunuh 100 orang, apakah masih bisa aku berataubat? Jawabnya: “Sebetulnya perbuatanmu terlalu besar dosanya, akupun kurang begitu mengerti, tapi di sana terdapat dua kampung, kampung pertama namanya Basrah masyarakatnya baik-baik (yakni) melakukan amalan penghuni sorga, dan kampung kedua namanya Kafrah masyarakatnya melakukan maksiat sebagaimana penghuni neraka, Lalu jika kau ke Bashra melakukan amal seperti dilakukan masyarakatnya, maka taubatmu insya Allah diterima. Sesudah itu pergilah ia ke Basrah dengan tujuan seperti semula, yakni bertaubat, tetapi di tengah jalan terkena musibah hingga mengakhiri hayatnya (mati), Alkisah, dengan kematiannya itu timbullah perdebatan sengit antara dua malaikat (1. Malaikat azab, 2. Malaikat Rahmat), sampai keduanya mengajukan masalahnya kepada Tuhan, akhirnya diputuskan kepada mereka, agar mengukur jarak yang terdekat dari kedua kampung tersebut, lalu berarti ia termasuk dalam masyarakatnya. Kemudian setelah di ukur ternyata ia lebih dekat ke kampung Bashra sekedar ujung Jari, dan berarti ia termasuk ketentuan dari masyarakat Basrah yang melakukan amalan ahli sorga”.

 

Dari Abdullah bin Mas’ud, katanya: “Tiga perkara, aku bersumpah atasnya, dan yang keempat aku sudah memastikan kebenarannya, pertama: “Seseorang yang dipelihara Allah di dunia, tidak mungkin diserahkan kepada lainnya di hari Kiamat, kedua: Allah tidak akan memperlakukan sama terhadap orang yang punya andil dalam menegakkan Islam dengan yang tidak punya saham sama sekali, ketiga: “Seseorang yang mencintai suatu golongan, pasti berkumpul bersama golongan tersebut di hari Kiamat. Keempat: “Seseorang yang tidak ditutupi (permohonannya) di dunia, pasti akan dipenuhi di akhirat”.

 

Dan Ibnu Mas’ud  katanya: “Empat ayat dari surat Nisa sangat berharga bagi umat Islam, melebihi dunia berikut isinya, yaitu Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya Allah tidak mengampuni orang-orang musyrik tetapi selain itu dapat diampuni bagi siapa yang Dia Kehendaki Barangsiapa syirik kepada Allah, berarti ia telah melakukan dosa besar”. (An-Nisa’ 48)

 

Artinya:

“Seandainya ketika mereka berbuat salim itu datang kepadamu (Muhammad), lalu mohon ampun kepada Allah dengan dukungan istighfar RasulullahNya, pasti mereka mendapatkan Maah Pengampun dan Penyayang”. (An-Nisa’ 64)

 

Artinya:

“Jika dosa-dosa besar kalian hindurkan seperti yang ditetapkan hukum Islam, pusti Dia mengampuni dosa-dosamu yang kecil, dan Dia memasukkanmu ke sorga (yakni) temput yang sangat mulia”. (An-Nisa’ 31)

 

Artinya:

“Barangsiapa melakukan kejuhatan atau menganiaya dirinya, lalu mohon ampunan Allah, pasti akan memperoleh Allah Pengampun dan Penyayang”. (An-Nisa 110)

 

Kata Jabir bin Abdullah Al-Anshari, Nabi  bersabda: “Syafa’atku berlaku bagi mereka (umatku) yang melakukan dosa-dosa besar, tetapi bagi mereka yang mendustakannya pasti tidak mungkin memperolehnya”. (Al-Hadist)

 

Selanjutnya ia (Jabir bin Abdullah) menyatakan: “Bagi orang yang tidak melakukan dosa besar, mereka tidak memerlukan syafaat” dasarnya ayat 31 S. An-Nisa.

 

Dari Muhammad bin Munkadir, dari Jabir pula, katanya: ” Rasulullah  datang kepada kami lalu bersabda: “Baru saja Jibril datang kepadaku tadi, katanya: “Hai Muhammad, demi Allah: “Bahwasanya ada seseorang melakukan ibadat kira-kira 500 tahun di atas puncak sebuah gunung, yang luas, panjangnya 30×30 hasta, dan laut melingkar di sekitarnya seluas 4000 farsakh dari setiap penjuru, dibawah gunung tersebut terdapat sumber air jernih kira-kira satu jari lebarnya, dan terdapat pula pohon buah delima yang sengaja disediakan oleh Allah untuknya (setiap hari mengeluarkan buahnya satu biji), setiap sore sesudah berwudu buah tersebut diambil dan dimakan, kemudian ia lakukan salat seraya berdoa mohon diambil nyawanya di tengah-tengah melakukan sujud, dan agar tubuhnya tidak tersentuh bumi atau lainnya, hingga ia bangkit di hari Kiamat tengah bersujud kepada Allah. Maka permohonannya dikabulkan oleh Allah , karena itu setiap kami lewat (naik-turun langit) pasti dia tengah bersujud, sahut Jibril: “Kami temukan tulisannya di lauhil mahfuzh, bahwa ia akan dibangkitkan kelak di hari Kiamat, dan diajukan kepada Allah , FirmanNya: “Masukkanlah hamba-KU ini ke sorga karena rahmatKU, tetapi ia menjawab: “Melainkan karena amalku semata”. Lalu Dia tugaskan malaikat untuk menghitung semua amalnya dan nikmat pemberianNya, ternyata setelah penotalan amal keseluruhan selesai, dan mulai dengan menghitung nikmatnya mata saja sudah melebihi pahala ibadatnya sepanjang 500 tahun, padahal nikmat-nikmat lainnya jauh lebih besar dan berharga. Lalu FirmanNya: “Lemparkan ia ke neraka, tetapi di tengah perjalanan menuju neraka, ia menyadari kekeliruannya dan menyesal seraya berkata: Ya Allah, masukkanlah aku ke sorga karena rahmatMU”. Akhirnya FirmanNya kepada malaikat: ” Kembalikanlah dia”. Lalu ditanya:” Siapakah yang menciptakan kamu dari asalnya (tiada)?

 

Jawabnya: “Engkau ya Allah”. Lalu hal itu dikarenakan amalmu ataukah rahmatKu? Jawabnya: “Karena rahmatMu”. Siapakah yang menguatkan kamu beribadat sepanjang 500 tahun? Jawabnya: “Engkau ya Allah”, Dan siapakah yang menempatkan kamu di atas gunung, dikelilingi laut sekitarnya, di kaki gunung tersebut memancar sumber air tawar dan tumbuh pohon delima yang buahnya kau petik setiap sore, padahal menurut hukum adat, delima hanya dapat berbuah setahun sekali, lalu kay minta mati dalam keadaan bersujud, siapakah yang melakukan itu semua: Jawabnya: “Engkau ya Allah”. FirmanNya: “Maka sadarlah kamu, bahwa semua itu adalah semata karena rahmatKu, dan sckarang Aku masukkan kamu ke sorga semata karena rahmatKu, kemudian sahut Jibril: “Segalagalanya (di alam ini) bisa ada atau terjadi, semata hanya karcna rahmat Allah ”.

 

Kata IHasan , Nabi  bersabda:” Ketika seorang Muslim menjelang matinya (hatinya selalu mengharap rahmat Allah dan takut atau khawatir siksaanNya, pasti Allah memenuhi harapannya dan menjauhkan rasa takut atau khawatirnya.

 

Sabda beliau pula”. Tiada seorangpun dan kamu yang selamat, hanya mengandalkan amalnya sendiri, Mereka (para sahabat) bertanya: “Engkau juga tidak ya Rasulullah?” Jawab beliau: “Akupun tidak, kecuali jika Allah mencurahkan rahmatNya. Oleh karena itu berlaku sedanglah kalian, lakukanlah secara langgeng semua ibadat atau amalmu, baik di pagi atau sore hari, dan sedikit malam, berlaku sedanglah agar kalian selamat”.

 

Dari Anas bin Malik, beliau Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Ringankanlah olehmu jangan dipersulit, dan Gembirakanlah olehmu jangan dibuat gelisah”. (Al-Hadis)

 

Pernyataan Ibnu Mas’ud: “Di hari Kiamat manusia dibanjiri rahmat, sampai-sampai Iblis menengadahkan kepalanya menginginkannya, karena luasnya rahmat Allah, dan syafaatnya orang-orang yang dikehendaki olehNya.

 

Sabda Nabi : Di hari Kiamat akan ada seruan dari bawah ‘Arasy: ”Hai Muhammad, dosamu Aku maafkan, tinggal dosa di antara sesama kamu, maka hendaklah saling memaafkan di antara sesamamu, lalu masuklah ke sorga karena rahmatKu”. (Al-Hadis)

 

Pernyataan Fudlail bin ‘Iyadl: Manusia normal atau sehat ialah yang punya rasa takut kepada Allah, tetapi jika ia sakit atau lemah melakukan ibadat atau beramal, maka mengharap rahmat Allah, itu diutamakan.

 

Ibnu Abi Rawad berkata: “Allah memberi wahyu kepada Nabi Dawud : “Hai Daud besarkanlah hati orang yang berdosa, dan ingatkanlah orang yang jujur (Siddiqin). Sahutnya: “Bagaimana aku dapat melakukannya?” Kemudian FirmanNya: “Besarkanlah hati mereka yang berdosa bahwa tiada sedikitpun dosa yang tidak Aku maafkan, dan ingatkanlah mereka para Siddiqin, agar tidak membanggakan diri dengan amalnya, sebab jika Aku tegakkan keadilan dan perhitunganKu pada seseorang, pasti ia binasa”.

 

Katanya lagi, Allah berfirman: Aku-lah Allah Penguasa sekalian raja-raja, hati mereka di dalam genggamanKu, bagi setiap bangsa yang Ku-ridai, pasti Kujadikan hatinya rahmat bagi mereka sebaliknyabagi setiap bangsa yang Kumarahi, pasti Kujadikan hati (raja)nya azab bagi mereka, oleh karenanya jangan sekali-kali kamu memarahinya (raja), bertaubatlah kepadaKu, pasti Aku jadikan hatinya lunak kepadamu”.

 

Nabi  bersabda”: “Jika seorang mukmin mengetahui siksa di sisi Allah, pasti seorangpun tidak berani mengharap sorgaNya dan jika orang kafir mengetahui rahmat di sisi Allah, pasti seorangpun tidak berputus asa dari rahmatNya”. (Al-Hadis)

 

malu kepada Allah serta para petugas pencatat amal para malaikatNya) jika melakukan pelanggaran, hendaklah tekun beribadat, karena ibarat tanaman yang sudah saatnya mengetam, tidak bisa ditunda lagi.

 

Demikian pula bagi para pemuda hendaklah bertaqwa kepada Allah (yakni) menjauhi laranganNya dan menjalankan perintahNya, karena siapakah yang mengetahui datangnya ajal? Karena bagi para pemuda yang bertakwa dijanjikan akan memperoleh naungan di bawah ‘Arasy kelak di hari Kiamat, seperti hadis yang diceritakan kepada kami’”, Rasulullah  bersabda: “Ada 7 macam manusia yang akan memperoleh pengayoman Allah kelak di hari Kiamat, di saat tiada pengayoman kecuali dari Allah, yaitu:”1. Pemimpin yang adil-bijaksana, 2. Pemuda yang selalu taat atau tekun beribadat, 3. Seseorang yang hatinya cinta masjid, selalu mengikuti kegiatan di masjid (salat berjamaah dan lain-lain), sekalipun dia bekerja di luar, tetapi hatinya tetap di dalamnya. 4. Dua orang yang saling menjalin hubungan baik (bergaul) berdasarkan agama Allah, baik sewaktu berkumpul atau berpisah. 5. Seseorang yang selalu berzikir (ingat) kepada Allah di tempat sunyi, sehingga bercucuran air matanya, karena takutnya kepada Allah, 6. Seseorang yang beramal atau bersedekah secara sembunyi, sehingga (orang di sisinya) sebelah kiri, tiada mengetahui amal yang dilakukan (dirinya) sisi kanan, 7. Seorang pria yang dirayu wanita cantik melakukan perbuatan serong (berzina), lalu menolaknya: “Aku takut kepada Allah Yang Menang lagi Tinggi”.

 

 

 

 

Kata Al-Faqih”, Umar bin Abdul ‘Aziz berkata: “Bahwasanya Allah tidak menurunkan malapetaka secara merata, akibat perbuatan maksiat orang-orang tertentu, tetapi jika laku maksiat sudah merajalela, tiada seorangpun yang mau membenahinya, maka sudah sepantasnya jika seluruh masyarakat atau bangsa itu menanggung resiko (malapetaka) nya”.

 

Dan disebutkan pula, bahwa Allah memberitahu Nabi Yusya’ bin Nuh : “Aku akan menghancurkan seluruh bangsamu (yakni) 40.000 orang baik-baik dan 60.000 para pelaku maksiat. Lalu ia bertanya: “Ya Tuhan, bagi mereka yang durhaka sudah sepantasnya, tetapi kenapa mengikutkan yang baik-baik?” JawabNya: “Karena membiarkan laku maksiat yang Aku membencinya, bahkan mereka bersenang-senang (makan-minum) bersama mereka (yang berbuat durhaka)”.

 

Kata Abu Hurairah , Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Hendaklah kalian mengajak (orang pada) kebaikan, sekalipun kalian belum mampu melaksanakannya, dan ceguhlah (orang yang berbuat) kemunkaran, sekalipun kalian belum mampu menghentikannya”.

 

Kata Anas bin Malik  Nabi  bersabda: “Setengah manusia ada yang menjadi perintis kebaikan dan pembasmi kejahatan, dan sebaliknya ada yang menjadi perintis kejahatan dan penghalang atau  penghambat kebaikan, maka beruntunglah mereka yang diciptakan Allah menjadi perintis kebaikan, dan celakalah mereka yang mendalangi atau merintis laku maksiat dengan kekuasaannya,” Maksudnya: Orang yang menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran itulah yang disebut: “Perintis kebaikan dan pembasmi kejahatan, dan dia pulalah yang disebutkan Allah:

 

Artinya:

“Orang-orang yang beriman, baik pria utau wanita, setenguhnya menjadi penolong bagi setengah lainnya, menganjurkan kebaikan dan mencesuh kemungkaran…”. (AtTaubat 71)

 

Sedangkan yang mendalangi atau merintis laku maksiat dan merintangi kebaikan, itulah setengah dari tanda bukti (orang) munafik, Finnan Allah:

 

Artinya:

“Orang-orang munafik, pria dan wanita, setengah dengan setengah lainnya adalah sama, mendalangi kejahatan dan merintangi kebaikan…” (At-Taubah 67)

 

Pernyataan Ali bin Abu Thalib : Amal yang paling utama ”Amar ma’ruf nahi munkar, serta membenci orang fasik”, amar ma’ruf berarti membentengi orang mukmin, dan Barangsiapa melarang kemungkaran berarti menjatuhkan munafik.

 

Said dari Qatadah, katanya: “Sewaktu Nabi #£ masih di Makkah, ada seseorang bertanya: “Engkau ini yang mengaku Rasulullah?” Jawab beliau: ”Ya”,” Lalu apakah amal yang paling disukai Allah?” Jawab beliau: “Beriman kepada Allah”. “Sesudah itu?” Jawab beliau: “Menyambung tali persaudaraan”. “Kemudian apa lagi?” Jawab beliau: “Amar maruf. Nahi munkar”. “Dan amal apakah yang dibenci Allah?” Jawab beliau: ”Syirik kepada Allah”. “Sesudah itu?” Jawab beliau: “Memutuskan tali persaudaraan”. ” Kemudian apa lagi?” Jawab beliau: “Tidak melaksanakan amar maruf dan tidak pula melarang kemungkaran”. (Al-Hadis).

 

Sufyan Tsaur menyatakan: “Jika kau lihat qari”” disenangi tetangganya dan disanjung kawannya, maka bisa dipastikan dia tidak tegas (suka mengambil hati) dalam melaksanakan amar maruf-nahi munkar”.

 

Kata Al-Faqih Rasulullah  bersabda: “Jika ada seseorang melakukan maksiat, masyarakatnya diam seribu bahasa, padahal mereka mampu melarangnya, pasti Allah akan menimpakan azab secara merata sebelum masyarakat tersebut binasa (mati)”.

 

Penegasan Al-Faqih: “Dalam hal melarang perbuatan maksiat tersebut, Nabi meletakkan syarat mampu atau kuasa, berarti masyarakat diwajibkan bertindak membasmi para pelaku maksiat, jika kebanyakan mereka orang yang baik-baik. Karena umat ini dipuji oleh Allah, dalam Firman-Nya:

 

Artinya:

”Kamu umat terbaik yang ditunjukkan kepada masyarakat umumnya, untuk menganjurkan kebaikan dan membasmi kemungkaran, dan beriman kepada Allah, seandainya ahli kitab beriman, pasti lebih baik bagi mereka, setengahnya ada yang beriman tetapi muvoritas orang-orang fasik”. (Ali Imran 110)

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

”Hendaklah ada di antara kamu, manusia yang menyerukan kebaikan dan menyuruh yang ma’ruf, serta membasmi kemungkaran, itulah manusia yang untung”. (Ali Imran 104)

 

Sedang manusia yang tidak mau membasmi kemungkaran diperingatkan dengan ayat berikut ini:

 

Artinya:

”Mereka tidak saling melarang kemungkaran yang mereka lakukan, sungguh buruk perbuatan mereka”. (Al-Maidah 79)

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

“Kenapa para Ulama dan cerdik-pandai agama membiarkan atau tidak melarang mereka berkata keji dan makan harta haram, sungguh buruk perbuatan mereka”. (Al-Maidah 63)

 

Penjelasan Al-Faqih: ”Seyogyanya bagi yang amar ma’ruf itu melakukan apa yang diperintahkan tersebut, agar dapat memantapkan dirinya sendiri.

 

Abu Darda menegaskan: “Barangsiapa memperingatkan di depan orang banyak, berarti ia telah membuka malu padanya, tetapi jika memberinya peringatan atau nasihat itu (hanya 4 mata) maka manfa’atnya akan diperoleh, dan jika peringatan atau nasihatnya itu tidak diperdulikan, maka boleh menyuruh (mohon bantuan lain) yang baik untuk melarang maksiatnya, hal ini jika tidak ditanggulangi secara serius, pasti akan membudaya di masyarakat yang akhirnya mereka tertimpa azab (binasa).

 

Al-Faqih dari Nu’man bin Basyir katanya: “Aku dengar Rasulullah  bersabda: ”Orang yang berpendirian kokoh pada kebenaran (hag-hag Allah) dan yang lemah diumpamakan seperti tiga orang penumpang kapal laut, mereka masing-masing punya bagian tugas sendiri-sendiri, ada yang di bawah dan ada pula yang bagian tugasnya di atas. Di tengah-tengah perjalanan atau berlayar, tiba-tiba orang yang di bawah akan melobangi kapalnya dengan kapak, dan ketika ditanya oleh kawannya: “Apa tujuanmu melobangi kapal?” Jawabnya: ”Tujuanku supaya dekat dengan air, mudah mengambil air atau membuangnya. Lalu kawan yang satu membelanya: “Biarkan dia melakukan apa saja di bagiannya sendiri. Tetapi yang lain melarangnya: “Jangan biarkan dia melobangi kapal kita, pasti tenggelam dan berarti kita akan binasa karenanya”. Maka jika mereka mampu mencegahnya pasti selamatlah ia dan semuanya, tetapi jika mereka tidak melarangnya, pasti binasalah ia dan semuanya”.

 

Kata Abu Darda , “Hendaklah kalian melakukan ‘amar maruf nahi mungkar”, jika tidak, pasti Allah akan menjadikan kamu diperintah atau dikuasai oleh orang zalim yang tidak sopan terhadap orang tua dan tidak kasihan terhadap anak-anak, lalu orang-orang baik dari kamu berdoa, tetapi tidak akan diterima doanya, mereka minta bantuan, tetapi tidak akan ditolong, mereka minta ampun, namun tidak akan diampuni dosanya”.

 

Kata Hudzaifah : Nabi  bersabda: “Demi Allah, sungguh kalian harus “amar ma’ruf nahi mungkar”, atau jika tidak, pasti Allah akan menimpakan malapetaka kepada kalian, kemudian sesudah itu kalian panjatkan doa, pasti tidak diterima oleh Allah (Al-Hadis).

 

Kata Ali  Nabi  bersabda: “Jika umatku sudah gentar menghadapi penganiaya (sehingga mereka tidak berani berterus terang di depannya menyatakan “Engkau orang zalim”, maka berpisalah dengan umat tersebut (artinya mereka mengalami kehancuran dan terhina).

 

Kata Abu Sa’id Al-Hudri , Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Ketika seseorang kamu melihat kemungkaran, maka basmilah dengan kekuasaannya (bertindak tegas), jika tidak dapat, maka berantaslah dengan (lewat penerangan) ceramah, nasihat dan lain: lain, jika tidak berani, muka membencinya di dalam hati, tetapi dengan cara demikian (membenci) adalah suatu bukti aman yang lemah”.

 

Tetapi menurut penjelasan setengah Ulama bahwa, yang dimaksud dengan: 1. Kekuasaan bagi para Penguasa, 2. Nasihat, ceramah bagi para Ulama, cerdik-pandai, juru penerangan atau bagian penyuluhan, wakilwakil rakyat dan lain-lain, 3. Membencinya di dalam hati bagi masyarakat umum, karena setiapnya mempunyai kedudukan dan kekuatan sendiri-sendiri.

 

Al-Faqih menegaskan: “Seyogyanya tujuan amar ma’ruf nahi munka, itu mencari rida Allah, menegakkan agamaNya dan tidak ada sedikitpun unsur mementingkan diri sendiri semata, insya Allah jika tujuannya demikian Allah pun segera memberi pertolongan kepada kita, dan berkenan memimpin kita dengan “TAUFIQ” dariNya. Firman Allah:

 

Artinya:

“Jika kalian menesakkan agama Allah, pasti Allah-pun menolong kalian”. (Muhammad )

 

Sebuah cerita dari Ikrimah: Seseorang berjalan melewati Pohon yang tengah dipuja-puja (disembah) masyarakat setempat dia marahmarah dan pulang mengambil kapak (alat memotong dan kembali lagi ketempat pohon tersebut dengan cepat-cepat menggunakan kendaraannya (khimar), di tengah perjalanan iblis mencegatnya dan bertanya”: “Mau kemana, kelihatan tergesa-gesa kamu?” Jawabnya: ”Aku akan memenuhi janjiku kepada Allah setelah melihat pohon yang dipuja-puja oleh masyarakat setempat (yakni) akan kupotong hingga tumbang pohon itu”. Sahut Iblis: “Dengan dasar apa keberanianmu melarang mereka memuja pohon, biarkanlah mereka tersesat jauh dari rahmat Allah”. Maka terjadilah perkelahian sengit antara keduanya, hingga 3x Iblis dapat dikalahkan. Namun katanya: ” Pulanglah, hal itu menguntungkan bagimu, dan janjiku setiap hari memberi uang sebanyak 4 dirham kepadamu di tempat tidurmu”. Orang itu menggertak: “Benarkah kata-katamu itu?” Jawabnya: “Benar, aku berjanji kepadamu”. Lalu ia menuruti Iblis pulang ke rumahnya, dan sebagaimana janjinya, Iblis benar-benar memberinya uang 4 dirham selama dua hari, diletakkan di tempat tidurnya, tetapi pada hari ketiga, bangun tidur orang itu mencari-cari uang tersebut tetapi kosong tiada apa-apa dan pada hari-hari berikutnya pun tidak mendapatkan apa-apa di tempat tidurnya. Akhirnya segera mengambil kapaknya, dan naik kendaraannya, pergi menuju ke tempat pohon tersebut, akibat tidak memperoleh uang 4 dirham, lalu di tengah perjalanan Iblis mencegatnya, dan bertanya: “Kau tidak mungkin dapat melakukannya (memotong pohon itu), karena tujuannya berbeda dengan yang pertama. Jika tujuanmu pertama (marahmarahmu) itu karena Allah, sampai-sampai seandainya seluruh penghuni langit-bumi merintangi kamu, pasti tidak akan dapat, tetapi tujuanmu kali ini, hanya sebab kamu tidak memperoleh uang 4 dirham, maka jika kau langsungkan maksudmu itu, pasti aku akan membinasakanmu, maka ja urungkan maksudnya dan tetaplah pohon itu dipuja-puja masyarakat setempat.

 

Al-Faqih menjelaskan: “Ada 5 syarat amar ma’ruf nahi mungkar” yaitu: ”1. Berilmu, karena umumnya masyarakat belum mengerti mana yang maruf dan yang munkar. 2. Dasarnya ikhlas semata mencari rida Allah dan menegakkan agamaNya. 3. Menggunakan metode yang baik, penuh rasa kasih sayang terhadap obyek (orang yang dinasihati), katakata lunak, sikap ramah tamah sebagaimana pesan Allah kepada Nabi Musa dan Harun  ketika menghadapi Fir’aun.  4. Berlaku sabar dan tenang berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

”Hai anakku dirikanlah salat, dan jalankanlah “amar ma’ruf nahi munkar” serta bersabarlah terhadap sesalu musibah atau penderitaanmu, Bahwasanya yang demikian itu, adalah setengah dari hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. (Luqman 17)

 

  1. Melakukan hal-hal yang diperintahkan (menyesuaikan ucapan dan perbuatannya), agar terhindar dari ejekan masyarakat dan ancaman Allah dalam FirmanNya:

 

Artinya:

“Kenapa kalian menyuruh orang lain melakukan kebaikan, sedangkan dirimu sendiri kau biarkan terlena, padahal kalian membaca kitab? Tidakkah kau punya pikiran?” (Al-Bagarah 4)

 

Kata Anas bin Malik, Nabi  bersabda: “Pada malam Isra’ aku melihat banyak manusia menggunting bibirnya sendiri, lalu tanyaku pada Jibril: “Kenapa mereka itu?” Jawabnya: “Mereka juru bicara (ahli pidato) umatmu, yang memerintahkan kebaikan kepada orang lain, tetapi dirinya sendiri dibiarkan tidak terurus, Padahal mereka berpijak (dengan) membaca kitab, apakah mereka tidak normal otaknya? Tambah Qatadah: ”.. maka sia-sialah Perbuatanmu “amar ma’ruf nahi munkar”, kepada lain orang.

 

Kata Abu Mu’awiyah dengan sanadnya dari Nabi  sabdanya: “Hari ini kalian hidup pada suasana keagamaan yang sangat subur, sehingga terlihat jelas bagimu, adanya 2 macam gila (mabuk) yaitu: ”1. Gila mata pencaharian (pekerjaan), 2. Gila Kebodohan (tentang kebenaran), Dan saat ini kalian bebas “amar ma’ruf nahi mungkar”, berjuang menegakkan agama Allah, tetapi kelak melakukan semua itu terasa sangat berat bagi kalian, akibat rakus harta yang membudaya di kalangan masyarakat, akhirnya “amar ma’ruf nahi munkar” tidak lagi berfungsi, perjuangan bukan lagi demi tegaknya agama Allah (melainkan hanya sekedar alat demi tercapainya pangkat tinggi, kedudukan dan harta). Oleh karena itu bagi mereka yang tulus ikhlas menegakkan kebenaran, dengan berpijak pada Alquran, baik secara diam-diam atau terbuka pahalanya membandingi para sahabat Muhajirin dan Anshar (Al-Hadis).

 

Kata Al-Hasan, Nabi  bersabda: “Barangsiapa sengaja meninggalkan kampung (lama) menuju kampung (baru) demi tegaknya agama, sekalipun hanya satu jengkal, maka sudah dapat dipastikan dia penghuni sorga, kawan Nabi Ibrahim  dan Nabi Muhammad .

 

Kalau Nabi Ibrahim  pindahnya, dari Hiran menuju Syam, seperti yang dimuat dalam Alquran, Firman Allah:

 

Artinya:

“Pernyataan Ibrahim: “Sungguh aku akan pindah (demi tegaknya agama) Tuhanku, bahasanya Dia Mulia lagi bijaksana”. (Al Ankabut 26)

 

Artinya:

“Ibrahim bertekad pergi (meninggalkan kampungnya) menuju taat dan keridaan Tuhan, maka (katanya) aku pergi ke Tuhanku, pasti Dia tunjuki aku”. (Ash-Shaffat 99)

 

Dan beliau Nabi  pindahnya dari Mekkah menuju Madinah. Kemudian bagi mereka yang hidup di lingkungan masyarakat (ahli) maksiat, lalu berpindah dengan tujuan mencari rida Allah, maka berarti mereka telah mengikuti sunah Rasulullah  dan Nabi Ibrahim , dan kelak bersama-sama di sorga. Amin. Firman Allah:

 

Artinya:

”.. Barangsiapa keluar dari rumahnya, dengan tujuan pindah menuju keridaan Allah dan RasulullahNya, lalu mati di tengah perjalanan, maka pahalanya dipastikan (sorga) di sisi Allah, Dia adalah Pengampun dan Penyayang”. (An-Nisa 100)

 

Dan Nabi  bersabda: Setiap muslim yang berpindah rumah demi mudahnya melakukan ibadat dan rida Allah serta RasulullahNya, sekalipun baru naik ke kendaraan atau selangkah jalannya, tiba-tiba mati, maka pahalanya disamakan dengan orang sudah berhijrah. Dan setiap muslim yang meninggalkan rumah atau kampungnya demi tegaknya agama Allah, tiba-tiba tertimpa musibah” hingga mati sebelum perang, maka dicatat mati syahid. Dan setiap muslim yang meninggalkan rumah atau kampungnya demi menunaikan ibadat haji ke Baitullah, tapi mati sebelum sampai ke tujuannya, maka sudah dipastikan sorga Allah baginya”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih menegaskan: “Barangsiapa berdomisili atau bermukim di suatu kampung yang masyarakatnya durhaka (berbuat maksiat), lalu tidak pindah (bertahan), dan tetap melakukan ibadat, maka ia dimaafkan selama membenci mereka (laku maksiatnya).

 

Pernyataan Ibnu Mas’ud : ”Bagi seseorang yang melihat kemungkaran, tetapi tiada kemampuan memberantasnya maka cukup baginya dengan membenci laku mungkar tersebut”.

 

Dan setengah sahabat menganjurkan kita membaca doa sebagai berikut:

 

ALLAAHUMMA INNA HAADZA MUNKARAN FALAA TUAAKHIDZNII BIHII.

 

Artinya:

“Ya Allah, bahwasanya masyarakat kami melakukan kemungkaran, sedang -tiada kemampuan bagi kami memberantasnya, maka janganlah sekali-kali menjadi beban tuntutan bagi kami”.

 

Dan doa tersebut ketika dibaca, pahalanya sama dengan ”Amar ma’ruf nahi mungkar”.

 

Umar bin Jabir dari Abu Umayah, katanya: tentang ayat (di bawah ini) kutanyakan kepada Abu Tsa’labah Al-Khusyani, jawabnya: ”Hal itu memang telah kutanyakan langsung kepada beliau . Lalu beliau bersabda: “Hai Abu Tsa’labah, jalankan “amar ma’raf nahi mungkar”,

 

dan jika datang suatu saat di mana harta lebih diutamakan daripada lainnya, orang kikir menjadi pedoman (ikutan) masyarakat, dan sombong (bangga) dengan penemuan atau pendapatnya, maka peliharalah dirimu baik-baik. Karena sesudah itu tibalah saatnya bersabar, bagi yang berpegang teguh seperti yang kalian jalankan saat sekarang ini”, maka pahalanya sebanding dengan 50 orang. Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, yang dimaksud sebanding dengan 50 orang (apakah setingkat) kami atau sebangsa mereka? Beliau menjawab: ”Sebanding dengan pahala 50 orang tingkatan kamu (para sahabat Nabi)”. Inilah ayat yang ditanyakan Abu Umayah sebagai berikut:

 

Artinya:

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu baikbaik, tidak membahayakan kepadamu ulah perbuatan orang yang tersesat, ketika kalian telah mendapat hidayah Allah melakukan kebaikan …” (Al Maidah 105)

 

Qais bin Abu Hazim mendengar Abu Bakar berkata: ”Kalian membaca ayat (di bawah) ini, tetapi cara menafsirkan jauh menyimpang dari yang semestinya. Karena aku dengar sendiri Rasulullah bersabda: “Tiada suatu masyarakat yang tengah asyik berbuat maksiat, lalu tiada seorangpun yang berani melarangnya, kecuali Allah akan segera menimpakan siksa (penderitaan hidup) bagi mereka”.

 

Inilah ayat yang dimaksud oleh Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq :

 

Artinya:

 

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu baik-baik, tidak membahayakan kepadamu ulah perbuatan orang yang tersesat, ketika kalian telah memperoleh hidayah Allah melakukan kebaikan, kepada Allahlah temput kembali kalian, semua dan Kami ukun mengungkap sesala perbuatan kalian”. (Al Maidah 105)

 

Ibnu Mas’ud, ketika ditanya tentang penafsiran ayat tersebut di atas, jawabnya: “Bukan di masa sekarang (masa para sahabat Nabi) pengetrapan ayat tersebut, tetapi ketika manusia telah hanyut dibawa arus hawa nafsu, secara membudaya, perdebatan lebih diutamakan daripada menjalin ukhuwah Islamiyah, maka setiap manusia (muslim) wajib memelihara dirinya, maka saat itulah masa pengetrapan ta’wil atau tafsirannya.

 

 

 

 

 

Kata Al-Faqih, dari Abdullah bin ‘Ubaid: Nabi Adam  berkata: ”Ya Allah, Engkau menangkan Iblis, sehingga tiada kekuatan bagiku menghadapinya, kecuali dengan pertolonganMu, JawabNya: “Setiap anak cucumu (manusia) lahir, pasti Kuperintahkan petugas yang memelihara dari tipu daya iblis, dan para jin yang jahat. Nabi Adam berkata: “Ya Allah, tambahkanlah bagiku”, JawabNya: “Setiap kebaikan dibalas 10, dan mungkin ditambah lagi, sedangkan keburukan hanya dibalas satu, dan mungkin dilenyapkan”, Katanya: “Ya Allah, tambahkanlah bagiku”, JawabNya: “Taubat selalu diterima, selama masih hidup”, Katanya: “Ya Allah. tambahkanlah bagiku”, JawabNya :

 

Artinya:

”Katakanlah, hai hambaKu yang berlebih-lebihan dalam hidupnya, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, bahwasanya Allah mengampuni semua dosa, Dia Pengampun dan Penyayang”. (As-Zumar 53)

 

Al-Faqih dari perawi yang kuat dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas katanya: Wahsyi yang membunuh paman Nabi (sahabat Hamzah), dia kirim surat dari Mekkah untuk Rasulullah , isinya: “Bahwasanya aku tertarik masuk Islam, tetapi keberatanku hanya karena ayat Alquran sebagai berikut:

 

Artinya:

“Orang-orang yang tidak mempersekutukan Nlah dengan lainnya, dan tidak membunuh manusia, (jiwa) yang Allah mengharamkannya, kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak serong (bersina), maka Barangsiapa melanggar semua itu, tiada dasar diterima taubanya.” (Al-Furqan 68)

 

Lalu turunlah ayat berikutnya:

 

Artinya:

“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta beramal salih, maka Allah mengganti dosa-dosa mereka dengan kebaikan” (Al-Furqan 70)

 

Artinya:

 

””Bahwasanya Allah tidak memberi umpun kepada orang yang menyekutukan Dia, dan yang diampuni adalah dosa-dosa selain svirik, bagi orang yang Dia kehendaki. (An-Nisa 116)

 

Lalu ayat tersebut disampaikan kepada Wahsyi, dan jawabannya: ”Ayat tersebut membutuhkan syarat, padahal aku tidak tahu persis, Allah akan mengampuni dosaku atau tidak”. Dan turunlah ayat berikutnya:

 

Artinya:

“Katakanlah, hai hambaKu yang berlebih-lebihan dulam hidupnya, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. bahwasanya Alah mengampuni semua dosa. Dia Pengampun dan Penyayang”. (As-Zumar 53)

 

Dan ayat tersebut disampaikan lagi kepada Wahsyi, ia merasakan lega dengan turunnya ayat ini, karena tiada satupun syarat yang memberatkan dirinya, dan akhirnya ia menuju Madinah untuk menyatakan keIslamannya di hadapan Rasulullah Muhammad .

 

Al-Faqih dari Abdullah bin Sufyan katanya: Muhammad bin Abdurrahman As-Sulami menyampaikan tulisan kepadaku, katanya pula, dari ayahnya: “Kami bersama sahabat lainnya duduk-duduk dengan Nabi  di Madinah: “Kemudian seseorang dari mereka ada yang menanyakan: “Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa bertaubat kira-kira setengah hari menjelang matinya, pasti diterima taubatnya. Lalu sahutku meyakinkannya, jawabnya: ”Ya”, bahkan yang lain menyahut: Aku dengar beliau  bersabda: Barangsiapa bertaubat kira-kira sesaat menjelang matinya, pasti diterima taubatnya. Dan ada lagi yang menyahut: “Aku dengar beliau # bersabda: “Barangsiapa bertaubat sebelum nyawa sampai tenggorokan, pasti diterima taubatnya” (Al-Hadis).

 

Al-Faqih, dari Muhammad bin Mutharrif katanya: Allah berfirman: “Sungguh kasihannya, manusia berbuat dosa lalu mohon ampun padaKu, dan Aku mengampuninya, lalu berdosa lagi dan istighfar lagi, dan AKU mengampuninya, Amboy kasihannya, ia tiada tega atau kuat meninggalkan dosanya, tetapi tiada berputus asa dari rahmatKu, oleh karena itu hai para malaikat saksikanlah bahwa: “Aku tetap mengampuni dosanya”.

 

Al-Faqih”, dari Mughits bin Sumai, katanya: Pada zaman dahuly ada seseorang yang selalu maksiat, suatu ketika di tengah perjalanan ia teringat perbuatannya lalu berdoa:

 

ALLAAHUMMA GHUFRAANAKA 3x.

 

“Ya Alah, ampunilah aku.” Sesudah itu ia mati, maka Allah mengampuni segala dosanya.

 

Muhammad bin ‘Ajlan dari Mak-khul, katanya: “Ketika Nabi Ibrahim  naik ke alam malakut (langit) melihat seseorang (yang di bumi) tengah melakukan zina, lalu ia berdoa, maka matilah orang itu, dan melihat lagi pencuri tengah operasi (di bumi), lalu ia berdoa, maka matilah ia. Kemudian Allah berfirman: “Hai Ibrahim, tinggalkan mereka itu, karena dari antara mereka itu ada yang bertaubat, dan Aku menerimanya, atau menurunkan anak-cucu yang taat beribadat, atau ditentukan celaka di neraka jahannam.

 

Al-Faqih menjelaskan: “Dengan cerita tersebut menunjukkan bahwa, seseorang yang mau bertaubat (sungguh-sungguh) pasti diterima taubatnya, oleh karena itu Islam tidak menghendaki manusia berputus asa dari rahmat Allah . FirmanNya:

 

Artinya:

“Bahwasanya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah. kecuali mereka yang kafir”. (Yusuf 87)

 

Dan FirmanNya pula:

 

Artinya:

” Dialah yang menerima taubat para humbaNya dan memaafkan kesalahannya, Dia Mengetahui perbuatan kalian”. (Asy-Syuura 25)

 

Oleh karena itu, seyogyanya bagi manusia normal akal, bertaubatlah setiap waktu (istifhfar) kepada Allah, agar tidak terjerumus dalam golongan manusia durhaka, dengan demikian selamatlah insya Allah, seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Abu Bakar Sidiq , Rasulullah bersabda: “Tidak di golongkan manusia terjerumus atau berlumuran dosa, orang yang selalu istighfar, sekalipun mengulang 10x. setiap harinya. Dan sabda beliau pula: “Demi Allah, setiap harinya aku bertaubat kepada Allah 100x”. Kata S. Ali &e: “Ketika kudengar dari Nabi, pasti kumanfaatkan benar-benar, dan ketika kuperoleh dari lainnya, pasti kusumpah dia, baru aku percaya, Abu Bakar cerita padaku: Rasulullah  bersabda: Tiada seseorang berbuat dosa, kemudian (menyesali perbuatannya) dengan berwudu sesempurnanya, lalu salat 2 rakaat dan istighfar, kecuali diampuni dosanya oleh Allah. Selanjutnya beliau mensitir Firman Allah:

 

Artinya:

”Barangsiapa berbuat jahat atau menganiaya diri, kemudian istighfar kepada Allah (sesudah itu) pasti memperoleh (umpunan) Allah Yang Pengampun dan Penyayang”. (An-Nisa 110)

 

Atau Firman Allah pula:

 

Artinya:

“Orang-orang yang apabila berbuat keji atau menganiaya diri, mereka lalu teringat Allah, kemudian mohon ampun atas perbuatan dosanya. Maka siapa lagi yang dapat mengampuni dosa kecuali Allah Akhirnya mereka tidak terus menerus berbuat keji dan mereka mengetahui”. (Ali Imran 135)

 

Artinya:

“ituadah balasan mereka (berupa) ampunan Tuhannya, dan sorga yang dibawahnya sungai-sungai mengalir. dan kekal di dalamnya, dan itu pulalah sebaik-baik pahala orang yang beramal”. (Ali Imran 136)

 

Dari Hasan Bashri, Nabi  bersabda: Ketika Allah mengusir Iblis, lalu Iblis bersumpah: “Demi Engkau Yang Menang, sungguh aku tidak rela bercerai dengan manusia, sampai nyawa dan raganya berpisah (mati), kemudian FirmanNya: Demi Kemenangan dan KeagunganKu, tiada tertutup taubat bagi hambaKu hingga nyawa sampai ke tenggorokan”.

 

Qasim dari Abu Umamah Bahili, Nabi  bersabda: “Malaikat di kanan (Raqib) peranannya lebih tinggi dari yang di kiri (‘Atid), (terbukti) ketika seseorang melakukan kebaikan ia tulis 10 kebaikan, tetapi ketika berbuat jahat, lalu akan ditulis (oleh Atid), maka Raqib menegurnya:

 

“Tunggu dulu kira-kira 6 atau 7 jam, jika ia beristighfar, maka tidak ditulis, tetapi jika tidak, maka ditulis satu.

 

Al-Faqih menambahkan, hal ini tepat dengan hadis:

 

Artinya:

“Orang-orang yang bertaubat dari dosa, seperti orang yang tiada berdosa”. (Al-Hadis)

 

Riwayat lain menyebutkan: “Seseorang jika berbuat dosa, tidak langsung dicatat, hingga menambahnya (dosa lainnya), sampai 3x, lalu jika berkumpul 5x dosa, dan ia melakukan kebaikan satu kali, ditulis 5 kebaikan baginya, sedang yang 5 kebaikan lainnya merupakan pengganti 5 dosa tersebut. Kemudian Iblis menjerit: “Mana tahan aku menggoda manusia, segala potensi atau kekuatan yang ada telah dikerahkan hingga 5x, ternyata dapat digagalkan hanya dengan (amal) kebaikan satu kali, jika demikian sia-sialah pekerjaanku selama ini.

 

Dari Shafwan bin ‘Assal Al-Muradi, Nabi  bersabda: ”Di (bumi) belahan barat Allah membuat pintu terbesar untuk taubat, lebar kira-kira 70 atau 40 tahun perjalanan, selamanya terbuka hingga matahari terbit dari barat (hari Kiamat).

 

Pendapat Sa’id bin Musayyib, tentang arti ayat (di bawah) ini, ialah: ”Orang yang berbuat dosa, lalu bertaubat, kemudian berbuat dosa lagi, dan bertaubat lagi”. Inilah ayatnya:

 

Artinya:

“Bahwasanya Dia Pengampun terhadap orang yang selalu kembali (bertaubat) kepadaNya”. (Al-Isra’ 25)

 

Setengah Ulama hikmah mengatakan: “Ada 6 perkara yang dimiliki, orang ‘Arif’ yaitu: 1. Ketika dapat berzikir kepada Allah ia merasa pua, hatinya, 2. Ketika mengintropeksi (membaca tentang riwayat dirinya, merasa rendah, 3. Ketika mempelajari ayat-ayat Allah, dapat memetik ‘tibar darinya, 4. Ketika berangan-angan (akan melakukan) maksiat, dapa tertahan dirinya, 5. Ketika mengingat ampunan Allah, ia bergembira 6. Ketika teringat laku dosa-dosa (yang telah lalu), segera istighfar (mohon ampun).

 

Al-Faqih , dari Az-Zuhri, katanya: “Sahabat Umar bin Khathab -masuk kepada Nabi seraya menangis, lalu beliau tanya: “Apa yang menyebabkan kamu menangis, hai Umar?” Jawabnya: “Ya Rasulullah di pintu ini seorang pemuda membakar hatiku, dia menangis”. Lalu beliau bersabda: “Bawalah dia ke mari, hai Umar”. Kemudian masuklah ia sambil menangis, dan Rasulullah 5£ bertanya: “Hai pemuda, kenapa engkau menangis?” Jawabnya: “Ya Rasulullah, aku telah banyak berbuat dosa, dan aku khawatir (Tuhan) Yang Perkasa marah padaku” Selanjutnya beliau bertanya: “Hai pemuda, kau menyekutukan Allah dengan sesuatu?” Jawabnya: “Tidak”, Lalu: “Apakah kau membunuh manusia, tidak semestinya?” Jawabnya: “Tidak”. Kemudian Rasulullah bersabda: “Bahwasanya Allah akan mengampuni dosamu, sekalipun besarnya 7x langit bumi dan gunung-gunung dan tanya beliau: “Dosamu sebesar Ummul Kursi?” Jawabnya: “Lebih dari itu”. “Sebesar ‘Arsy” Jawab-nya: “Lebih besar dari itu”. Beliau 5 bertanya lagi: “Dosamu sebesar Ampunan Allah?” Jawabnya: “Ampunan Allah adalah lebih besar”. Sabda beliau: “Bahwasanya tiada yang dapat mengampuni dosa besar, kecuali Allah Yang Besar maaf dan ampunan-Nya”. Hai pemudi katakanlah dosamu kepadaku!” Jawabnya: “Malu kepada engkau ya Rasulullah”, desak beliau:” Katakanlah terus terang kepadaku”, Jawabnya: ”Ya Rasulullah, perbuatanku menggali kubur sejak 7 tahun, sehingg: suatu saat mayat gadis anshar kugali, kutelanjangi kafannya, lalu ditinggal pergi, tetapi hawa nafsuku mengajak kembali dan kukumpuli (zina) dengannya, sampai puas, setelah kutinggalkan belum berapa jauh, tiba tiba gadis itu bangun dan berkata: “Celaka kau hai pemuda, kau tidak malu kepada Tuhan yang kelak membalasmu di hari Kiamat, jika datang saatnya setiap penganiaya dituntut balas, kau biarkan aku telanjang, dan berhadats besar (jinabat) di muka Tuhanku”. Setelah Rasulullah mendengar cerita pemuda itu, segera bangkit keras, sabdanya: “Hai orang fasik, pantaslah tempatmu neraka, cepatlah keluar dari rumah ini”. Lalu keluarlah pemuda itu dan bertaubat kepada Allah selama 40 hari, pada malam terakhir ia berdoa menengadah ke langit: “Ya Tuhannya Nabi Muhammad, Nabi Adam dan Ibu Hawa, jika aku telah Kau beri ampun, sampai kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya, tetapi tidak, lebih baik Kau bakar aku di dunia, dan bebaskan dari siksa akhirat. Kemudian Jibril turun, setelah uluk salam, dan menyampaikan salam Tuhan kepada Nabi Muhammad . Jawab beliau: “Dia-lah Salam, daripadaNya salam dan kepadaNya kembali Salam”. Kata Jibril: “Allah mengajukan pertanyaan, Apakah engkau yang menciptakan makhluk?” Jawab beliau: “Allah-lah Yang menciptakan aku dan semua makhluk”. Lalu: “engkau pemberi rezeki mereka?” Jawab beliau: ”Allah-lah yang memberi rezeki kepadaku dan mereka”. Lalu: “engkau Penerima taubat mereka?” Jawab beliau: “Allah-lah yang menerima taubatku dan mereka”. Kemudian Jibril berkata: “FirmanNya: “Maafkanlah hambaku (pemuda) itu, karena Aku telah memaafkannya. Selanjutnya beliau segera memanggil pemuda itu dan memberitahu bahwa Allah telah menerima taubatnya dan memaafkan kesalahannya”.

 

Al-Faqih mengulas cerita dalam hadis tersebut: “Seyogyanya bagi yang otaknya normal, pandai-pandailah memetik ibarat dari hadis tersebut dan mengerti bahwa: “Berzina dengan orang hidup, jauh lebih besar dosanya dibandingkan dengan mayit”. Dan hendaklah bertaubat dengan sepenuh jiwa, seperti “Pemuda tersebut di hadis”, pasti Allah menerima taubatnya dan memaafkannya”.

 

Penjelasan Ibnu Abbas  mengenai ayat (di bawah) ini. Definisi taubat nashuha ialah: “Menyesali perbuatannya (dalam hati), lisannya mengucapkan istighfar dan bertekad tidak lagi mengulangi sepanjang umurnya. Inilah ayatnya:

 

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Alah, dengan taubat nashuha (yang sebenarnya). (AtTuhrim 8)

 

Nabi  bersabda: “Orang yang istighfar hanya dimulutnya saja, sedang perbuatan dosanya tetap dilakukan, maka tidak bedanya dengan orang yang main-main (senda-gurau) dengan Tuhan”.

 

Rabi’ah ‘Adawiyah menegaskan: “Istighfar yang hanya diucapkan, tanpa niat berhenti dari perbuatannya, berarti taubatnya palsu, bahkan tidak dianggap taubat. Karena ada 3 syarat bagi yang taubat yaitu: “1. Menyesali perbuatannya, 2. Mulutnya mengucapkan Istighfar “, 3. Azam atau niat tidak lagi mengulangi perbuatannya. Jika ketiga syarat itu dipenuhi, pasti diampuni dosanya sekalipun bagaimana besarnya dosa itu. Allah Maha Pengampun.

 

Di zaman dulu ada seorang raja (bani Israil) tertarik kepada orang ahli ibadat, agar ia suka mendampingi raja atau berkunjung ke istana. Oleh orang tersebut dijawab: “Baik tuan raja, tetapi seandainya pada suatu ketika aku bermain-main dengan putri raja (bercumbu rayu) di depan tuan, maka tindakan apa yang dijatuhkan kepadaku?” Kemudian raja itu marah-marah, katanya: “Hai pelacur, kau berani berbuat semacam itu di mukaku?” Jawabnya: ”Hai raja, sebetulnya aku punya Tuhan Yang Pemurah, sekalipun 70x dalam sehari aku berbuat dosa, pasti Dia tidak marah padaku, tidak mengusirku, dan rezeki bagiku tetap (tidak dikurangi) lalu coba kau pikir, berarti suatu kedunguan atau bodoh, jika aku pindah dari pintuNya, lalu aku menjerumuskan diri pada orang yang belum tahu bukti pelanggarannya, sudah marah-marah, apalagi jika telah terbukti aku melanggarnya”. Kemudian ia pergi dari istana raja tersebut.

 

Al-Faqih menjelaskan adanya dua macam dosa, yaitu: 1. Dosa manusia kepada Tuhannya, 2. Dosa manusia kepada sesamanya. Dan dosa no. 1 taubatnya harus memenuhi 3 syarat sebagaimana ditegaskan oleh Rabi’ah Adawiyah (tersebut di atas). Maka bagi yang memenuhi 3 syarat tersebut diampuni dosanya, kecuali jika meninggalkan salah satu fardu atau kewajiban terhadap-Nya, dan sia-sialah taubatnya selama fardu itu belum dipenuhi. Adapun dosa no. 2 tidak akan ada artinya seseorang bertaubat, selama belum dihalalkan oleh yang bersangkutan.

 

Kata seseorang dari Tabi’in: “Orang melakukan dosa, tetapi sesudah itu terbayang terus dosanya dalam ingatan, lalu menyesal dan istighfar sehingga ia masuk sorga. Akhirnya setan mengeluh: ”Celaka aku, seandainya aku tahu (demikian) pasti tidak bersusah payah aku menjerumuskan dia ke dalam perbuatan dosa.”

 

Kata Abu Bakar Washithi: “Sebaiknya bersikaplah santai atau tenang dalam menghadapi segala sesuatu, kecuali pada 3 perkara, yaitu: ”1. Melakukan salat, ketika telah masuk waktunya, 2. Menanam mayit, termasuk pengurusannya, 3. Bertaubat sesudah berbuat dosa.

 

Penegasan setengah Ulama hikmah: Ada 4 perkara yang membuktikan seseorang diterima taubatnya, yaitu. ”1. Mengekang katakata dusta, ghibah” dan yang tidak berfaidah. 2. lenyapnya sifat hasud, dengki dan iri hati, 3. Mampu menghindari kawan yang jahat, 4. Siap menghadapi mati, tekun beribadat dan selalu istighfar serta menyesali dosa yang sudah-sudah.

 

Ditanyakan kepada seorang Ulama hikmah: “Apakah buktinya jika taubat seseorang itu diterima? Jawabnya: 4 perkara, yaitu: ”1. Membatasi atau mengakhiri pergaulannya dengan kawan jahat, dan memperbaharuinya dengan kawan-kawan baik, 2. Kegiatan maksiat pasif, diganti dengan ibadat, 3. Rakus harta lenyap dalam hatinya, diganti dengan cinta amal (memprihatinkan) akhirat. 4. Tentang rezeki, hatinya mantap Allah-lah yang menanggungnya, sehingga kesibukan beralih pada ibadat, melakukan perintah Allah. Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya Alah senang kepada orang-orang yang taubat dan mensucikan diri”. (M-Bagarah 222)

 

Maka dengan demikian ia memperoleh 4 perkara, yaitu: “1. Masyarakat senang, karena Allah senang kepadanya, 2. Masyarakat selalu memelihara dengan mendoakan baik kepadanya, 3. Masyarakat melupakan dosa atau kesalahannya yang dahulu, 4. Masyarakat selalu mendekati dan membantunya”. Dan Allah memuliakannya dengan empat perkara, yaitu: ”1, Membersihkan segala dosanya, seakan tidak pernah berdosa, 2. Dia senang kepadanya, 3. Dia melindunginya dari gangguan setan, 4. Dia menentramkan hatinya (merasa aman) sebelum keluar dari dunia”. FirmanNya:

 

Artinya:

“Malaikat akan turun kepada mereka, menyeru agar tidak takut dan jangan susah, dan besarkanlah hati dengan sorgu yang telah disiapkan bagimu”. (Fushshilat 30)

 

Kata Khalid bin Madan: “Ketika dimasukkan ke sorga (orang-orang bertaubat) bertanya: Tidakkah kami harus masuk neraka dulu, sebelum masuk sorga?” Lalu dijawab: “Sebetulnya kalian melewatinya, ia tengah padam”.

 

Dari Hasan, Nabi  sehabis menghukum (rajam) hingga wanita yang berzina itu mati, kemudian beliau menyolati mayit-nya, ketika ditanya: “Ya Rasulullah, Engkau telah menghukumnya, dan engkau pula menyolatinya?” Jawabnya: “Sungguh Allah telah menerima taubatnya, seandainya ia lakukan 70x dosa seperti itu, pasti Allah mengampuninya.

 

Dia bertaubat sungguh-sungguh, yang sudah pasti diterimanya, sekalipun sebesar apapun dosanya”

 

Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa menghina seorang mukmin, akibat dosanya, maka berarti sama dengan melakukan dosa tersebut dan pantaslah jika ia terjerumus ke dalamnya. Bahkan lebih dari itu, pasti ia sendiri akan melakukannya sebelum mati, dan terasa malu akibat dosa tersebut, (rahasianya) diketahui oleh masyarakatnya.

 

Al-Faqih menjelaskan: “Sebetulnya seorang mukmin itu (jika terjerumus berbuat dosa) tidak ada unsur kesengajaan baginya, berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

” Tetapi Allah membuatmu cinta keimanan, yang menghias hatimu (indah), dan membangkitkan rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan Mereka itulah yang berdiri tegak di jualan lurus”. (Al-Hujurat 7)

 

Tetapi kemungkinan dapat terjadi (berbuat dosa) itu, ketika ia “lupa diri” tiada kemampuan menahan diri dari hawa nafsu yang tengah meluapluap, dan jika ia telah menyadari atau bertaubat maka tidak dibenarkan kita menghinanya.

 

Dari Ibnu Abas  katanya: “Seseorang yang bertaubat dan diterima oleh Allah, maka malaikat pencatat amal menghapus (melupakan) perbuatan yang sudah ditulis atas izin Allah, termasuk anggota badanpun juga lupa, bumi melupakannya, semua itu tiada ingatan untuk memberi kesaksian di hari Kiamat atas perbuatan dosa yang pernah dilakukan.

 

Dari S. Ali bin Abi Thalib, Nabi   bersabda: “Empat ribu tahun sebelum makhluk diciptakan, telah terpampang sebuah tulisan di sekitar ‘Arasy sebagai berikut:

 

Artinya:

 

“Bahwasanya Aku Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman dan beramal salih, kemudian tetap tegak-kokoh di jalun yang benar”. (Thaha 82)

 

TENTANG TAUBAT BAGIAN II

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas  katanya: “Rasulullah   membicarakan tentang pintu taubat, tanya Umar bin Khathab, Apa pintu taubat itu? Jawabnya: “Pintu taubat itu di bumi belahan barat, daun pintu 2 dari emas, mutiara dan yakut, antara pintu (tiangnya) satu dan lainnya berjarak kira-kira 40 tahun ditempuh kendaraan cepat, siang-malam terbuka sejak diciptakannya, setiap manusia taubat sungguh-sungguh, pasti melewatinya. Mw’adz bin Jabal bertanya: Ya Rasulullah, apakah taubat nasuha itu? Jawab beliau: ”Menyesali perbuatan dosanya, niat berhenti, tidak mengulangnya dan minta ampun kepada Allah .

 

Kemudian matahari-bulan terbenam di pintu tersebut, kedua daunnya tertutup rapat dan pada saat itulah taubat tidak diterima termasuk amal baru juga tidak diterima, semua orang dinilai menurut keadaan semula (sebelum pintu tersebut ditutup) jika ia baik, maka melanjutkan kebaikannya, Firman Allah:

 

Artinya:

”Di hari datangnya setengah ayat-ayat Tuhanmu, seseorang imannya tiada berguna (iman yang baru), jika tidak beriman sejak semula (sebelum pintu tertutup) atau kebaikan yang dilakukan (berdasarkan iman semula). Katakanlah: “Hendaklah kalian menunggu, Kami beserta kalian menunggu”. (Al-An’am 158)

 

Ibnu Mas’ud menegaskan: “Pintu taubat tetap terbuka dan siapa saja diterima kecuali 3, yaitu: 1. Iblis 2. Qabil pembunuh Habil, 3. Pembunuh para Nabi.

 

Al Faqih, dari Abu Hurairah , Rasulullah   bersabda: “Taubat siang malam menyeru dari udara: “Barangsiapa menerima aku, pasti selamat dari azab, hal itu sepanjang tahun sampai matahari terbit dari barat dan saat itu ia diangkat.” | Intisari hadis-hadis tersebut di atas berupa anjuran agar manusia ‘ bertaubat, dan jika bertaubat pasti diterima-Nya, Firman Allah:

 

Artinya: ”Bertaubatlah hai sekalian orang mukmin, agar kamu menang, selamat dari siksa dan memperoleh rahmat Allah.” (An Nuur

 

Artinya :

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan sesungguhnya, mudah-mudahan Tuhan melenyapkan dosadosamu dan memasukkanmu ke sorga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya”. (At-Tahrim 8)

 

Artinya :

“Orang-orang yang bila berbuat keji (dosa besar) atau menganiaya diri (dosa kecil) teringat Allah lalu mohon ampun atas dosa-dosanya, Tiada yang dapat mengampuni dosa, kecuali Allah. dan sesungguhnya itu tidak berbuat dosa terus (lagi). sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran 135)

 

Nabi  bersabda”:

 

Artinya:

 

“Bahwasannya aku beristighfar dan bertaubat (tidak kurang dari seratus kali setiap harinya”.

 

Riwayat lain, beliau bersabda:

 

Artinya :

” . . . Hai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Alah, sungguh aku bertaubat kepadanya (tidak kurang dari) 100x setiap hari dan malamnya.” (Al Hadis)

 

Penegasan Al Faqih: “Bagi kita (manusia biasa) yang tidak tahu persis dosanya diampuni atau tidak sudah sepantasnya setiap saat bertaubat dan istighfar sebanyak-banyaknya, mengingat beliau Rasulullah    yang sudah dapat dipastikan tidak mempunyai dosa sama sekali, tetapi beliau setiap harinya tidak pernah kurang dari 100x bertaubat dan beristighfar. Cobalah camkan baik-baik.

 

Ibnu Abbas   dalam menafsirkan ayat (di bawah) ini, “Manusia selalu berkata: “Aku akan bertaubat besok, besok, hingga kedatangan maut dalam keadaan yang seburuk-buruk ia mati” Dan inilah ayatnya:

 

Artinya:

”Bahkan manusia itu akan berbuat maksiat terus menerus, (dan menunda taubatnya)”. (Al-Qiyamah 5)

 

Nabi  bersabda: “Binasalah orang yang menunda-nunda (yaitu) yang selalu mengatakan: “Besok, besok aku akan bertaubat.”

 

Setiap manusia hendaknya bertaubat setiap waktu, sehingga saat datangnya maut, ia sudah bertaubat, karena Allah  berfirman:

 

”Dia-lah Allah Penerima taubat hambaNya dan memaafkan semua kejahatan”. (As Syura 25)

 

Ibnu Mas’ud menegaskan, “Barangsiapa membaca:

 

ASTAGHFIRULLAAHAL ‘ADHIIM, ALLADZII LAAILAA-HA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH (3x)

 

Artinya:

“Aku mohon ampun kepada Alah Yang Agung, tiada Tuhan kecuali Dia Yung Hidup tesak kokoh mengatur mahkluknya aku bertaubat kepadaNya”. sebanyak 3x pasti diampuni dosa-nyg sekalipun sama dengan buih laut banyaknya”.

 

Ayub dari Abu Qilabah, katanya: “Ketika Iblis dikutuk, ia minta: ”Demi Engkau Yang Menang aku tidak henti-hentinya menggoda: manusia, hingga matinya. Lalu Allah menjawab :” Demi Kemenangan dan KeagunganKu, pintu taubat tidak tertutup bagi manusia hingga matinya”. Cobalah kita perhatikan kebesaran rahmat-Nya kepada manusia yang beriman sekalipun mereka berdosa, sebagaimana FirmanNya dalam surat An-Nur 31, dan Al Bagarah 222 Dan hadis Nabi .

 

Seseorang bertanya kepada 5. Ali : “Aku telah melakukan dosa, jawabnya: “Bertaubatlah kepada Allah”, katanya lagi:” Aku telah berbuat dosa”, Jawabnya: ” Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kau ulangi lagi, kemudian katanya: “Sampai kapan?” Jawabnya: “Sampai setan kecewa dan menyesal”.

 

Mujahid ketika menjelaskan ayat 17 surat An-Nisa’: “Selama belum mati, dan disegerakan tidak mengulur-ulur waktu.” Dan inilah ayatnya:

 

Artinya:

”Buhwasannya taubat itu bagi mereka yang berbuat dosa akibut kedunguannya, lalu dalam waktu pendek (sesudah itu) segera bertaubat”. (An Nisa 17)

 

Dari Abu Hurairah : Nabi  bersabda: “Ketika seseorang berbuat dosa, lalu berkata: “Ya Allah, aku telah berdosa, maka ampunilah aku.

 

JawabNya: “HambaKu ini menyadari adanya Tuhan Pengampun dosa dan Penuntut dosa, maka Aku memberinya ampunan.”

 

Hal ini adalah berkat kemuliaan Nabi Muhammad  padahal manusia zaman dahulu jika berbuat dosa, langsung di hukum, yang semula halal menjadi haram baginya, dan bukti laku jahatnya dapat dibaca di pintu rumah atau badannya (Fulan bin Fulan telah berbuat dosa). Demikianlah cara mereka bertaubat. Tetapi bagi manusia (umat) Muhammad tidak demikian, Alquran surah Annisa 110.

 

Oleh karena itu bertaubatlah setiap pagi dan sore, sebab kata Mujahid: “Muslim yang tidak bertaubat setiap pagi atau sore, masuklah ia golongan penganiaya diri, seperti salat 5 waktu, yang menjadi alat penyuci dosa-dosa kecil (setiap hari dan tidak terasa).

 

Al-Qamah dari Ibnu Mas’ud, katanya: “Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, aku telah bermesraan (peluk-cium dan lain-lain,. selain zina, di sebuah taman dengan wanita cantik.” Lalu beliau diam sejenak, dan turunlah ayat:

 

Artinya:

”Tesakkan salat pada pagi dan sore hari, (salat 5 waktu). bahwasannya amal kebaikan itu dapat melebur dosa. hal ini adalah peringutan bagi orang yang sadar (akan bertaubaw)”. (Hud 114)

 

Dan setelah ayat tersebut dibaca di mukanya, lalu Umar bertanya: “Ayat ini ditujukan kepada orang ini (khusus) ataukah kepada umumnya masyarakat”. Jawab beliau: “Bagi setiap orang atau umumnya masyarakat.”

 

Al Faqih”, dari Abu Hurairah  katanya: “Pada suatu selesai salat Isyak berjamaah dengan Rasulullah keluarlah aku dan kebetulan di jalan bertemu seorang wanita berkerudung, katanya: “Hai Abu Hurairah aku telah berdosa besar (yakni) berzina dan setelah Jahir anak (hasi perzinahan) itu kubunuh”. Jawabnya: ”Celaka kau dan binasa, demi Allah kau tiada maaf (taubat). Lalu ia menjerit dan pingsan. Kemudian paginya aku menceriterakan kepada Nabi . Jawab beliau :

 

Artinya :

“Kita berasal dari Allah dan kepadaNya-lah kita akan dikembalikan”.

 

Hai Abu Hurairah apa dasar fatwamu itu? Jawabnya : “Dasarnya ialah Alquran surat Al-Furgan 68, 69, 70).

 

Karena menyesal dengan fatwanya kata Abu Hurairah, “Aku telusuri jalan-jalan Madinah seraya bertanya di manakah wanita kemarin itu, sampai anak-anak mengira aku gila, dan Alhamdulillah dia diketemukan di tempat kemarin itu, langsung dijelaskan kepadanya tentang diterimanya taubatnya, ia sangat bergembira, katanya: ” Hai Abu Hurairah, kini dosaku akan kutebus dengan menyedekahkan hartaku (yakni) sebuah kebun. Perlu diketahui bahwa kafir adalah dosa terbesar, tetapi jika seseorang bertaubat dari kekafirannya, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu, FirmanNya:

 

Artinya:

“Bilang pada orang-orang kafir, jika kalian berhenci dani kekafiran, pasti dosa-dosa terdahulu diampuni.” (Al Anfal 38)

 

Dari Yazid Ar-Raggasyi: “Abu Hurairah ketika berkhutbah mengatakan: “Aku dengar Rasulullah  bersabda: ”Di hari Kiamat makhluk termulia adalah Nabi Adam, baginya 3 perkara sebagai udzurnya, pernyataan Allah: 1. Hai Adam jika para pendusta tidak dikutuk dan dibenci serta diancam siksa, dan sudah ditetapkan manusia-jin, menjadi isi neraka, pasti hari ini rahmatKu atas keturunanmu semuanya. 2. Hai Adam, anak cucumu tidak disiksa dengan api neraka, kecuali jika mereka dihidupkan kembali (di dunia) berkepala batu melakukan maksiat dan tidak bertaubat 3. Hai Adam, Kuangkat hakim (engkau) di antara anakcucumu, saksikan timbangan amal mereka: “Barangsiapa lebih berat amalnya sekalipun sebesar semut hitam, pasti penghuni sorga, dan mereka tidak dimasukkan neraka, kecuali para penganiaya (orang zalim).

 

Dari Aisyah , Rasulullah  bersabda: “Tiga suratan amal, yaitu: ”1, Yang diampuni Allah, 2. Yang tidak diampuni, 3. Yang tidak tersisa sedikitpun. Sedang no. 2 yang tidak diampuni, ialah syirik, FirmanNya:

 

Artinya:

”Bahawusannya orang yang syirik kepada Alah, dilarang masuk sorgaNya, dan pantaslah di neraka.” (Al Maidah 72)

 

Dan no. 1 yang diampuni Allah, maka urusannya ditangan Allah  Dan no. 3 yang tidak tersisa sedikitpun, maka dosa seseorang terhadap sesamanya yang pasti dibalas, dan setiapnya dikembalikan kepada yang berhak (dianiaya).

 

Dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda’”: “Siapakah umatku termiskin? Mereka menjawab: “Yang miskin harta dan banyak hutang, sampai alat rumah tangganya habis terjual. Rasulullah menjelaskan bahwa Muflis yaitu: “Orang yang datang (kelak di hari Kiamat) dengan membawa banyak amal lengkap salat dan puasanya, tetapi pada akhirnya (ia divonis) masuk ke neraka, karena bekal amal yang banyak itu dibuat melunasi (tuntutan) orang yang dianiaya, dicaci maki, dituduh dan lain-lain bahkan setelah amalnya habis padahal fihak penuntut masih ada, maka dosa fihak penuntut dibebankan kepadanya sebagai alat pembayarnya, demikian seterusnya jika masih ada yang menuntut balas.” Marilah kita mohon taufik kepada Allah, agar bertaubat. Kata Ibnu Sirrin: “Hendaklah berhati-hati, sampai berhenti melakukan amal baik, karena tiada dasar bagi orang yang telah bertaubat, mengulangi kejahatannya, kemudian beruntung (bahagia).

 

Oleh karena itu, dosa-dosa terdahulu hendaknya diingat selalu, scakan baru dilakukan, agar tetap bertaubat, memperbanyak Istighfar, mensyukuri nikmat, dan memikirkan kenikmatan akhirat yang telah dijanjikan Allah bagi orang salih, agar tetap beramal salih dan menghindari laku maksiat.

 

Zaid bin Wahb dari Abu Dzar  katanya:” Ya Rasulullah, terangkan isi shuhuf Musa kepada kami, Jawab beliau  “Enam kalimat, yaitu: “1. KeherananKu terhadap orang yang meyakini neraka, kenapa sempat tertawa? 2. Meyakini adanya mati, kenapa sempat bersuka ria: 3. Meyakini adanya hisab amal, kenapa sempat berbuat jahat, 4. Beriman akan takdir, kenapa bersusah-payah? 5. Menyaksikan dunia itu bergolak, kenapa condong kepadanya?, 6. Meyakini adanya sorga, tapi kenapa tidak memperbanyak amal salih?

 

LAAILAAHA ILLALLAAHHU MUHAMMADUR RASUULULLAH

 

Artinya:

“Tiada Tuhan yang lain, kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah RasulullahNya”.

 

Ibnu Mas’ud, pada suatu hari ketika melewati kota Kufah, melihat sekumpulan orang fasik, tengah minum arak dan dihibur Zadan, penyanyi bersuara merdu merangkap penabuh rebana. Katanya: “Alangkah baiknya jika kemerduan suaranya itu dibuat membaca Alquran”. Zadan yang mendengar kata-kata itu, bangkit membanting biolanya, dan segera menemui Ibnu Mas’ud, sambil menangis menyatakan bertaubat kepada Allah, di muka Ibnu Mas’ud, akhirnya Ibnu Mas’ud pun mendekapnya dan menangis, katanya: “Kenapa aku tidak senang kepada orang yang disenangi Allah, ia telah terbaubat”. Dan ia selalu mendampingi Ibnu Mas’ud, belajar Alquran sampai pandai (menjadi orang Alim), ia banyak sekali meriwayatkan hadis dari Ibnu Mas’ud .

 

Kata Al-Faqih: “Cerita ayahku demikian: “Dulu di zaman Bani Israil ada seorang wanita cantik (pelacur), ia selalu membuka pintu rumahnya ketika duduk di atas dipannya, siapa manusia yang tidak tergila-gila melihat kecantikannya, bila lewat di muka rumahnya, sedangkan tarifnya 10 dirham bagi peminatnya. Alkisah, pada suatu hari lewatlah seorang ahli ibadat di muka rumahnya, dan sangat tertarik kepadanya, sekalipun ia telah berusaha melupakannya tetapi tetap gelisah, akhirnya ia mengambil uangnya 10 dirham. diserahkan kepadanya (lewat wakilnya) dengan perjanjian siap datang tepat pada waktunya.

 

Kemudian setelah sampai pada janjinya, masuklah orang itu dan duduk bersama pelacur di atas ranjang, tetapi ketika baru mengulurkan tangan, ia teringat Allah  bahwa Dia Melihat perbuatan maksiatnya, dan amalnya terdahulu pasti lenyap akibat maksiat tersebut. Ia menjadi gemetar dan bermuka pucat, lalu wanita itu bertanya: “Kenapa wajahmu berubah, ada apa? Jawabnya: “Aku takut Tuhanku, dan izinkanlah aku keluar.” Kata wanita tersebut: ”Celaka kau, tidak sedikit para pemuda dan orang tua berharap seperti kau, kenapa kau bersikap pasif?” Jawabnya: “Sekali lagi aku hanya takut Allah, dan uang 10 dirham itu kuhalalkan untukmu, izinkan aku keluar.” Katanya: “Belum pernah melakukan semacam ini kau?” Jawabnya: ”Belum”, Lalu: “Siapa namamu? dan dari mana asalnya?” Lalu ia diizinkan keluar sesudah memberitahukan nama dan asal kampungnya, Dia keluar sambil menangis, kepalanya ditimbuni dengan tanah, sehingga wanita itu berkata dalam hatinya: “Orang ini, baru akan melakukan dosa sudah sedemikian takutnya, sedangkan aku berbuat dosa sudah bertahun-tahun, padahal Tuhannya yaitu Tuhanku, maka aku harus lebih takut dibandingkan dia.” Kemudian ia bertaubat, tidak lagi melayani segala macam si hidung belang untuk melampiaskan nafsunya di jalan serong, kini ia berbalik 180” menjadi ahli ibadat yang tekun, bangkitlah perasaannya: “Sebaiknya aku pergi menemui si abid dulu siapa tahu ia mau mengawaniku, sehingga aku pandai, belajar agama kepadanya, dan bersama-sama melakukan ibadat, menegakkan agama Allah. Lalu ia pergi dengan harta dan pembantunya ke kampung ahli ibadat dulu. Setelah bertemu, Abid dulu itu, teringat perbuatannya ia menjerit dan untuk selamanya (mati). Karena sedihnya wanita itu mencari saudaranya agar mau mengawininya, alkisah, setelah kawin dengan saudara ahli ibadat itu, melahirkan anak 7 orang anak laki-tak dan semuanya menjadi Nabi-nabi Bani Israil. Allah Maha Mengetahui.

 

Al Faqih, dari Ibnu Abbas  katanya: “Tiada seorang mukmin berbakti kepada kedua orang tuanya (Ibu Bapak), kecuali dibukakan pintu sorga baginya, dan Allah tidak akan meridainya jika salah satu dari keduanya marah kepadanya, hingga lenyap marahnya (ada yang bertanya) sekalipun ia penganiaya? Jawabnya: “Sekalipun ia penganiaya”. Riwayat lain mengatakan: “Allah membukakan pintu neraka bagi yang dimarahi kedua orang tuanya.”

 

Al Faqih, dari ‘Athak katanya: “Nabi Musa  minta dipesani Tuhan”, Jawabnya: “Tetaplah dengan Aku” Lalu ia minta dipesani lagi Jawabnya: “Berbaktilah kepada Ibumu”, Ketiga kalinya: “Berbaktilah kepada Ibumu, dan Pesan Tuhan yang terakhir: “Berbaktilah kepada ayahmu.”

 

Kata Ibnu Umar  ”Ada orang bertanya: “Ya Rasulullah, aku akan berjihad fi sabilillah, Beliau  bertanya: “Kedua orang tuamu apakah masih ada? Jawabnya: “Keduanya masih hidup”. Lalu beliau   bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua, memerlukan jihad”. Maka dengan hadis ini jelaslah bahwa: “Berbakti kepada kedua orang tua adalah lebih besar atau penting dibanding dengan jihad fi sabilillah.

 

Bahz bin Hakim, dari ayah dan eyangnya, katanya: “Aku bertanya kepada Nabi , Ya Rasulullah, siapakah yang harus aku taati? Beliau menjawab: ”Ibumu.” Kemudian siapa? Beliau menjawab: “Ibumu,” Lalu siapa lagi? Jawabnya: ” Ibumu,” Dan siapa lagi? Jawabnya: ” Bapakmu,” dan yang terdekat serta yang dekat dengan famili.”

 

Kata Al Faqih Rasulullah  bersabda: “Jika ada kata-kata yang lebih ringan dari hus, untuk membantah kedua orang tua, pasti dilarang mengucapkannya, oleh karena itu orang yang durhaka kepada Orang tua dengan cara apapun ia lakukan, pasti tidak dapat masuk sorga, sebaliknya orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan cara apa saja yang dapat dilakukannya, pasti tidak masuk neraka.”

 

Al Faqih, menegaskan: “Sekalipun (umpamanya) perintah berbakti kepada kedua orang tua itu tidak dimuat Alquran dan umpamanya tidak keras tekanannya, pasti akal sehat akan mewajibkannya, oleh karena itulah bagi yang berakal sehat harus mengerti kewajibannya terhadap keduanya, Apalagi hal itu telah ditekankan oleh Allah dalam semua kitabNya (yakni) Taurat, Injil, Zabur dan Al Furqan, juga telah disampaikan kepada para Nabi bahwa: “Rida Allah tergantung rida kedua orang tua, demikian pula marahNya tergantung kemarahan kedua orang tua.”

 

Tiga Ayat saling berkaitan, jika ada salah satu terpisah darinya, Allah tidak menerimanya, yaitu:

 

 Artinya:

“Lakukanlan salat dan keluarkanlah sakat oo (An-Nisa’ 77)

 

Barangsiapa melakukan salat tanpa mengeluarkan zakat, salatnya sia-sia (tidak diterima).

 

Artinya: ”

”Berbaktilah kepada Allah dan kepada RasulullahNya …..(An-Nisa’ 59)

 

Barangsiapa menyembah Allah, tetapi tidak percaya kepada Rasulullah Nya (Muhammad ), tidak diterima.

 

Artinya: “Bersyukur (berbaktilah) kepudukKu dan kepada orangtuarmu. (Luqman 14)

 

Barangsiapa berbakti kepada Allah, tanpa bakti kepada kedua orang tuanya, pasti tidak diterima.

 

Sedangkan dasar dari hadis, Rasulullah  bersabda: “Bahwasannya kutukan kedua orang tua, dapat memutuskan dasar anak tersebut ketika ja durhaka kepada keduanya, maka Barangsiapa membiarkan keduanya berarti sama dengan melupakan Tuhannya, dan Barangsiapa hidup sezaman dengan kedua atau salah satu orang tuanya, lalu tidak berbakti kepada mereka berdua, sehingga ia masuk neraka, berarti telah dijauhkan oleh Allah “£.

 

Dan ketika beliau  ditanya: “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab:”1. Salat tepat pada waktunya, 2. Berbakti kepada kedua orang tua, 3. Jihad menegakkan agama Allah.

 

Fargad As-Sinji mengatakan: “Dalam suatu kitab, aku menemukan keterangan sebagai berikut: “Tidak pantas anak berbicara di muka kedua orang tuanya, kecuali atas izinnya, dan tidak boleh berjalan dimukanya, atau di kanan-kirinya, kecuali ketika dipanggil ia harus mendatanginya, dan selayaknya berjalan di belakangnya sebagai pengiringnya.

 

Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, saat ini ibuku mengigau di tempatku, aku mendulangnya dan mewudukannya serta kugendong di atas bahuku, hal ini apakah termasuk aku membalas jasa kepadanya? Beliau menjawab: ”Belum ada satu persenpun dari jasa (kebaikan)nya, tetapi engkau sudah termasuk berbakti. dan Allah akan membalasmu dengan pahala yang sangat besar, sekalipun amalmu tidak seberapa kepadanya.”

 

Kata Hisyam’ : “Ketetapan hikmah demikian: “siapa mengutuk jawabnya, dia sendiri yang terkutuk, demikian pula yang mengutuk ibunya, dia sendiri yang terkutuk, Barangsiapa merintangi agama Allah pasti dikutuk, dan orang yang menyesatkan orang buta di jalan, termasuk orang yang menyembelih tanpa menyebut asma Allah, juga dikutuk orang yang merusak tanda-tanda perbatasan tanah.”

 

Rasulullah  bersabda: “Sungguh dosa yang paling besar adalah memaki kedua orang tuanya, Sahabat bertanya: ” Kenapa sampai terjadi memaki kedua orang tuanya? Beliau menjawab: ”Asalnya seseorang memaki ayah orang lain, kemudian ayahnya sendiri dibalas dengan makian orang tersebut atau memaki ibu orang lain, kemudian dibalasnya. (Al Hadis). |

 

Aban dari Anas – katanya: “Di zaman Rasulullah  ada seorang pemuda yang sangat tekun beribadat, dan banyak amalnya (ia bernama) Al Oamah, tiba-tiba sakit keras dan istrinya mengutus orang memanggil Rasulullah . Lalu beliau mengutus Bilal, S. Ali, Salman dan Amr melihatnya dari dekat, ketika itu Al Oamah tengah sakaratul maut, oleh mereka ditalkin dengan kalimat thayyibah””, tetapi ia tidak mampu mengucapkannya, Lalu mereka menyuruh Bilal pergi menyampaikan beritanya kepada Rasulullah  Beliau bertanya: “Ia masih punya avahIbu?” Jawabnya: “Tinggal ibunya sangat tua”, kata beliau: “Hai Bilal temuai ibunya, salamku kepadanya, katakanlah: “Apakah kau datang menemui Rasulullah atau Rasulullah yang menemui (datang) kepadamu?” Jawabnya: “Akulah yang harus menemui beliau, dan setelah sampai kepada Nabi, beliau bertanya: “Sampaikan berita yang benar kepadaku tentang anakmu?” Jawabnya: ”Ia tekun beribadat, salat, puasa dan bersedekah sebanyak-banyaknya, sampai aku tidak mengetahuinya, Lalu hubunganmu dengannya? Jawabnya: “Ta membuatku marah (menyakiti hatiku)”, Kata beliau: ”Apa sebabnya?” Jawabnya: “Ia terlalu menurun kemauan istrinya, sehingga mengabaikan aku serta menentang kepadaku. Lalu beliau bersabda: “Karena marahnya Ibu, ia sulit mengucapkan kalimah thayyibah. Alkisah Bilal diperintah mengumpulkan kayu bakar untuk membakarnya. Dan Ibunya bertanya: “Ya Rasulullah, anakku tersayang akan kau bakar di muka mataku? Siapa yang merelakannya?” Beliau menjawab: ”Hai ibu Al Oamah, siksa Allah lebih pedih lagi kekal, oleh karena itu maafkanlah dia, berilah keridaanmu kepadanya, pasti Allah memberi ampun kepada anakmu, demi Allah, salat dan sedekahnya tiada berguna selama kau marah kepadanya. Kemudian dia mengangkat kedua tangannya dan berkata: ”Ya Rasulullah, aku bersaksi kepada Allah di langit, dan engkau ya Rasulullah, dan para hadirin, bahwa ku maafkan dia, dan aku rida kepadanya. Sesudah itu Bilal diperintah kembali ke tempat Al Oamah, dan ketika menginjak pintu rumahnya, terdengar suaranya mengucapkan kalimah Thayyibah. Lalu kata Bilal: “Hai sekalian manusia, kemarahan ibu Al Oamah itulah yang menyulitkan Al Oamah membaca kalimah Syahadat, terbukti setelah ibunya memaafkan atau meridainya, maka dengan mudah Al Oamah mengucapkannya, dan matilah ia pada hari itu. Kemudian Rasulullah  datang, memerintah agar segera dimandikan, dikafankan, dan disalati oleh beliau. Sesudah selesai ditanam, beliau berdiri di atas tepi makamnya seraya bersabda: ” Hai sekalian sahabat Muhajirin-Anshar, Barangsiapa terlalu mengutamakan istri daripada ibunya, pasti dikutuk oleh Allah, semua ibadatnya baik fardu ataupun sunnah tidak diterima. (Al Hadis).

 

Pengertian ayat-ayat Alquran (di bawah) ini, kata Ibnu Abbas -sebagai berikut, yaitu: “Mengenal dan memperhatikan kewajibannya terhadap hak kedua orang tua sejak hidupnya, hingga matinya, serta mendoakan terus kepada keduanya, sesudah mereka tidak ada (mati). Inilah ayat-ayat tersebut:

 

Artinya:

“Tuhanmu menyuruh asar kamu tidak menyanbah kecuali hanya kepadaNya, dan berbaktilah kepada kedua orang tuamu apabila salah satu atau keduanya telah tua, di sisimu, maka janganlah kamu memperlihatkan sikap jemuatau mengatakan ‘hus kepada keduanya, seandainya engkau membuangkan kencing atau ( kotoran ibu atau bapakmu, maka hidungmu jangan kau tutupi, dan mukamu jangan dibuat muram. karena keduanya telah melakukan lebih dari itu sewaktu kecilmu, jangan sekali-kali membentak, berkatalah dengan lemuah-lembut, sopan, ramah dan hormat kepada keduanya”. (Al-Isra’ 23)

 

Artinya:

”Merendahlah kepada keduanya sebaik-baiknya, dan berdoalah untuk keduanya: “Ya Tuhan, kasihanilah keduanya sebagaimana mereku memeliharaku ketika kecilku.” (Al-Isra’ 24)

 

Kata seorang Tabi’in: “Barangsiapa berdoa  setiap harinya, untuk kedua orang tuanya, berarti telah memenuhi kewajibannya terhadap mereka berdua. Firman Allah:

 

Artinya:

“Berbaktilah kepudaKu dan kepada mereka berdua, kepadaku: luh kay dikembalikan”. (Luqman 14)

 

Berbakti kepada Allah (diantaranya) melakukan salat 5x setiap hari dan Malamnya, demikian pula kepada kedua orang tua 5x mendoakan setiap hari dan malamnya.

 

Artinya: .

”Tuhanmu Maha Mengetahui isi hatimu, jika kamu benar-benar baik, buhasannya Dia Maha Pengampun terhadap orang yang kembali (bertaubat).” (Al Isra’ 25)

 

Kewajiban seorang anak dalam rangka memenuhi hak kedua kedua orang tua menginginkan makanan, maka berilah, 2. Ketika ingin pakaian, berilah pakaian” Rasulullah sz dalam menerangkan ayat:

 

Artinya:

“Bantulah keduanya di dunia dengan baik, yaitu makanan ketika lapar dan pakaian jika memerlukannya, 3. Ketika memerlukan bantuan apa saja, bantulah dia,, 4. Mendatangi pangsilannya, 5. Mematuhi segala perintahnya, dengan catatan bukan perintah maksiat atau mengatakan kejelekan lain, 6. Ketika berbicara pakailah kata-kata yang baik, lunak, lemah lembut, tidak kasar, 7. Tidak boleh memangsil nama kecilnya, 8. Senang kepada keduanya sebagaimana senang pada dirinya sendiri, demikian pula sebaliknya, membenci bagi keduanya sebagaimana pada dirinya sendiri, 10. Memohonkan ampunan untuk keduanya serta ralunat Allah seperti doa yang dipakai Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim :

 

Artinya:

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, serta segenap umat Islum (pria dan wanita) pada hari Kiamat.”

 

 Kata seSeorang (Sahabat Nabi): Salah satu dari antara penyebah kesulitan penghidupan, ialah tidak mendoakan orang tuanya. Dan apakah yang memuaskan kedua orang sesudah matinya? Jawabnya: Tiga perkara, yaitu : “1. Dia menjadi orang baik, sebab menggembirakan keduanya. 2. Menyambung famili dan kawan-kawan kedua orang tuanya, 3. Beristighfar untuknya, dan memohonkan untuk keduanya, serta bersedekah untuk keduanya.

 

Nabi   bersabda”: “Ketika manusia telah mati, terhentilah semua amalnya, kecuali 3 perkara, yaitu: 1. Amal Jariyah, 2. Ilmu yang bermanfaat, 3. Anak salih yang mendoakan kedua orang tuanya.

 

Sabda beliau  pula: Jangan putuskan hubungan dengan orang yang dulunya kawan baik kedua orang tua, (jika kamu berbuat demikian) pasti padaAllah sinar cahayamu.

 

Seorang bertanya kepada Nabi ” Ya Rasulullah, orang tuaku sudah mati keduanya, apakah bisa aku berbakti kepada keduanya sesudah mati? Beliau menjawab: Ya bisa, beristighfarlah untuk keduanya, dan menghubungi famili dari keduanya”. Allah Maha Mengetahui.

 

Dari Abu Hurairah : bahwasannya Nabi

 bersabda:

 

Artinya:

“Setengah kewajiban orang tua memenuhi hak anak, ada 3 Perkara, yaitu: 1. Memberi nama yang baik ketika lahir, 2. Mendidiknya dengan Alquran (asama Islam), 3. Mensawinkan ketika hendak dewusa”.

 

Seseorang mengadu kepada Umar katanya: “Anakku ini berani kepadaku, Tanya Umar kepada anak tersebut: “Kau tidak takut kepada Allah? Kau berani kepada ayahmu, karena melakukan kewajibanmu memenuhi hak ayahmu. Tanya anak itu: “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban, memenuhi hak anak? Jawabnya, ada yaitu :”1. Memilihkan Ibu yang baik, jangan sampai terhina akibat ibunya 2. Memilihkan nama baik, 3. Mendidik dengan Alquran (agama Islam). Kemudian kata anak tersebut: “Demi Allah, dia tidak memilihkan ibu yang baik, dia wanita yang dibeli 400 dirham itulah ibuku, lalu aku diberi nama “Kelelawar jantan”, kemudian dia mengabaikan pendidikan Islam bagiku, sampai satu ayatpun aku tidak pernah diajari olehnya. Maka Umar menoleh kepada ayahnya seraya berkata: ” Kau telah durhaka kepada anakmu. sebelum ia berani kepadamu, pergilah kau.”

 

Kata Al Faqih” , cerita Abu Hafsh: “Seseorang datang dan mengeluh, kepadanya, akibat dipukul anaknya hingga sakit. Abu Hafsh terkejut. “Subhanallah ”, ada anak memukul ayahnya?” Jawabnya: Benar, sampa sakit. Ja bertanya lagi: ” Pernahkah kau mendidiknya tentang kesopanan?” “Tidak”, “Membaca

 

Alquran?”, “Tidak”. “Lalu apa kesibukan anak itu?” ”Tani” Kemudian Abu Hafsh berkata: “Sekarang engkau mengerti apa sebabnya ia memukul?” Jawabnya: “Tidak”. Kata Abu Hafs: “Begini, kira-kira tengah santai-santai ia mengendarai khimar menuju ladang, diapi: sapi dan kerbau dan dikawal anjingnya, tiba-tiba kau menyapanya dan mungkin kau dianggap sapi yang mengganggu, lalu engkau dipukulnya hal itu suatu keuntungan bagimu, karena ia tidak memukul kepalamu, bersyukurlah dengan mengucap :

 

ALHAMDU LILLAAHHI RABBIL ‘AALAMIN”.

 

Kata Tsabit Banany: “Seorang ayah dipukul anaknya di suatu tempat, tetapi ketika masyarakat akan membantu (ayah tersebut), malah bilangnya: “Biarkanlah ia jangan dibalas pukul, karena aku dulu pernah memukul ayahku di tempat ini, maka sekarang aku mendapat giliran balasan dari anakku sendiri. mudah-mudahan cukuplah tebusannya di sini saja, tidak sampai ia disalahkan.

 

Setengah Ulama hikmah menegaskan: “Barangsiapa berani kepada kedua orang tuanya, pasti tidak akan menikmati kesenangan dari anaknya, Barangsiapa tidak bermusyawarah dalam mengatasi urusannya, pasti tidak tercapai tujuannya, dan Barangsiapa tidak mengalah (bersikeras ingin menang sendiri) di tengah keluarganya, pasti lenyap kesenangan hidupnya.

 

Dari Asy-Syu’bi, Nabi :z bersabda:

 

“Allah selalu mengasihi orang tua (ibu atau bapak) yang mendorong anaknya, agar berbakti kepadanya (dengan artian) ia tidak memerintahnya melakukan sesuatu di luar kemampuannya.

 

Seorangsalih tidak pernah menyuruh anaknya ketika ada kepentingan apapun, bahkan senang kepada orang lain untuk melakukannya, lalu ada yang bertanya: “Kenapa kau bersikap semacam itu?” Jawabnva: “Aku khawatir kalau ia membantahku, dan jika demikian berarti aku jerumuskan dia ke neraka, padahal aku sayang padanya, dan tidak mungkin aku membakarnya dengan api neraka”. Hal serupa dilakukan pula oleh Khalaf bin Ayub.

 

Kemanusiaan yang beradab ialah: 1. Berbakti kepada kedua orang tua, 2. Memelihara pergaulan atau hubungan yang baik dengan familinya, serta menghormati kawannya, 3. Bersikap ramah, dan sopan kepada keluarga (anak-istri)nya, dan para pembantunya serta menjaga agama mereka, 4. Pandai membelanjakan hartanya untuk keluarga dan kerabat serta kepentingan agama (baik zakat atau sedekah sunnah), 5. pandai menjaga lisan dari kata-kata terlarang, 6. Senang tinggal di rumah (tekun beribadat), 7. Giat bekerja, tidak bermalas-malasan, 8. Menghindari pergaulan dengan orang-orang jahat atau orang yang suka mencampuri urusan lain orang. Demikianlah menurut Al Fudlail bin ‘Iyadl.

 

Kebahagiaan seseorang ditentukan oleh 4 perkara, yaitu: 1. Istri yang baik atau salihah, 2. Anak-anak terdidik patuh kepadanya, 3. Bergaul dengan orang-orang salih, 4. Mata pencaharian tidak jauh tempatnya (cukup dari dalam negeri). Demikianlah sabda Rasulullah .

 

Tujuh macam amal jariyah yaitu: 1. Membangun masjid, sepanjang dibuat salat, 2. Membuat saluran air minum, selama diminum masyarakat, 3. Menulis mush-haf (Alquran), selama dibaca orang, 4. Menggali sumur, selama digunakan orang, 5. Menanam pohon atau tanaman, selama dimakan orang atau burung dan lain-lain, 6. Mendidik atau mengajarkan ilmu, selama dimanfaatkan, 7. Tinggalan anak salih, selama mendoakan dan istighfar untuknya. Yakni ketika punya anak didik ilmu dan Alquran ayahnya memperoleh pahala selama anak tersebut melaksanakan ajaran ilmu atau Al-Ouran, tetapi ketika punya anak dibiarkan terlantar pendidikannya (sehingga menjadi fasik-lacur), maka ayahnya disamping menanggung dosa sendiri (akibat terlena) juga dosa-dosa anaknya. Demikianlah Yazid Raqqasyi, riwayat Anas bin Malik.

 

 

 

 

 

Dari Abu Ayyub  katanya: “Seorang dusun menghentikan perjalanan Nabi  katanya: Ya Rasulullah, terangkan pekerjaan yang dapat mengantarkan aku ke sorga dan yang menyelamatkan aku dari siksa neraka, Jawab beliau :

 

Artinya:

“Ada 4 perkara, yaitu: 1. Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, 2. Melakukan salat 5x sehari semalam. 3. Mengeluarkan sukat (fitrah atau harta), 4. Silaturrahmi ””.

 

Al-Faqih, dari Abdullah  katanya: ”Di suatu sore (hari) ARAFAH kami duduk bersama Rasulullah  lalu kata beliau “Orang yang memutuskan hubungannya dengan famili tidak akan kuat duduk bersama kami, hendaklah berdiri, lalu ada seorang di belakang bangun, tetapi sejenak kembali lagi, dan Rasulullah  bertanya: “Kenapa kamu bangun?” Jawabnya: “Ya, Rasulullah ketika engkau bersabda, aku cepatcepat pergi ke rumah bibiku yang memutuskan hubungannya denganku”, ”Lalus Kenapa kau datang, aneh kedatanganmu ini?” Jawabku: “memberitahu sabda mu tadi, lalu ia istighfar untukku dan aku juga istighfar untuknya”, Selanjutnya sabda beliau: “Bagus kamu, sekarang silahkan duduk, karena Allah tidak akan menurunkan rahmatNya kepada suatu golongan yang setengahnya memutuskan hubungan famili”.

 

Penegasan Al Faqih: “Memutuskan tali persaudaraan adalah dosa besar, rahmat tertolak baginya, berikut kawan-kawan terdekat dengannya, Oleh karena itu, setiap muslim wajib bertaubat dari pemutusan terhadap saudara atau famili, istighfar dan secepatnya memperbaiki hubungan dengannya, agar memperoleh rahmat Allah, dan terhindar dari api neraka”.

 

Amal yang paling cepat pahalanya adalah silaturrahmi, dan dosa yang disegerakan akibatnya adalah putusnya hubungan persaudaraan dan penganiayaan. (Al Hadis).

 

Al Faqih , dari Amr bin Syw’aib, katanya: ”Seseorang datang dan bertanya kepada Nabi : Familiku tetap bersikeras memutuskan hubungan kepadaku, sekalipun telah kucoba menyambungnya, aku berlaku baik, bahkan mercka menganiayaku, aku membantu, bahkan mereka jahat kepadaku, kemudian apakah boteh aku menyesuaikan atau membalas perbuatan mereka? Jawab beliau : Jangan, karena jika kau membalas mercka, berarti kau sama dengan mereka, bahkan hendaklah engkau cari jalan yang lebih baik dan tetap menyambung mereka, maka bantuan Allah selalu kepadamu sepanjang engkau berbuat demikian”.

 

Tiga perkara, setengah dari sikap atau akhlak penghuni sorga, yaitu: Berlaku baik terhadap orang yang jahat kepadamu, 2. Memaafkan orang yang menganiayamu, 3. Pemurah terhadap orang yang kikir kepadamu.”

 

Al Faqih, dari Dlahak ketika menafsiri ayat (di bawah) ini katanya: “Terkadang bisa terjadi, orang bersilaturrahmi umumya tinggal 3

 

hari, kemudian Allah menambahnya 30 tahun, demikian sebaliknya terkadang bisa terjadi, orang umurnya 30 tahun lagi, karena memutuskan silaturrahmi, maka dikurangi hingga tinggal 3 hari.

 

Inilah ayat yang ditafsirinya:

 

Artinya:

“Allah menghapus ketentuan yang Dia kehendaki, atau menetapkannya…. ” (Ar-Ra’ad 39)

 

Rasulullah  bersabda: “Tiada mungkin takdir tertolak, kecuali dengan doa, dan tiada mungkin umur bertambah, kecuali dengan kebaikan atau taat, dan terkadang rezeki seseorang tertunda akibat laku maksiat”. (Riwayat Tsauban)

 

Al Faqih menjelaskan: “Ada 2 macam pengertian tentang bertambah umur, yaitu: 1. Bertambah kebaikannya, 2. Bertambah umurnya (benarbenar) seperti hadis tersebut di atas. Tetapi ada yang mengatakan bahwa umur tidak dapat bertambah, dasarnya Firman Allah:

 

Artinya:

“Ketika ajal sampai padu mereka, muka tidak dapat diundurkan atau dimajukan sekalipun hanya sesaat, Dan ada lagi yang mengatakan bahwa bertambuh umur, artinya: “sekalipun sudah mati tetapi pahalanya tetap berjalan (ditulis terus)”. (Al A’raf 34)

 

Sa’id dari Qatadah, katanya: Nabi  bersabda: ”Bertakwalah kepada Allah, dan sambunglah kerabatmu, pasti memperoleh kebaikan di dunia dan lebih dari itu kelak di akhirat.

 

Ada fatwa demikian, Kerabatmu yang tidak pernah kau kunjungi sama sekali, tidak pernah kau ringankan bebannya dengan hartamu, maka berarti kau telah memutuskan silaturrahmi dengannya.

 

Shuhuf yang diturunkan Allah, setengahnya berbunyi sebagai berikut: “Hai anak cucu Adam sambunglah kerabatmu, bantulah dengan hartamu, jika kau kikir, sedikitlah dari hartamu, kunjungilah dengan berjalan kaki.”

 

Beliau Nabi : bersabda:

 

Artinya:

“Sambunglah kerabarmu, sekalipun hanya dengan uluk salam kepadanya”. (Al Hadis)

 

Ada 3 perkara, yang tidak perlu dibedakan antara muslim dan kafir, yaitu: ”1. Ketika mengikat perjanjian dengannya, tepatilah (baik ia muslim atau kafir), 2. Menyambung hubungan kefamilian dengannya (baik muslim atau kafir), 3. Menyampaikan amanatnya”. Demikian kata Maimun bin Mahram.

 

Di dalam Taurat tertulis sebagai berikut:

 

Artinya:

”Bertakwalah kepada Tuhanmu, dan kepada Redua orang tuamu hendaklah berbakti, serta sumbunglah kerabatmu, pasti Kupanjangkan umurmu, dan Kumudahkan pertambahan hartamu, serta Kulenyaupkan kesulitanmu.” Demikian kata Ka’bul Akhbar, dan ia bersumpah: ”Demi Alah yang membelahkan laut bagi Musa  dan kaumnya”.

 

Adapun ayat-ayat Alquran yang mendasarinya ialah sebagai berikut:

 

”Bertakwalah kepada Allah, yang kau minta (hajatmu terpenuhi) kepadaNya, dan peliharalah pertalian persaudaraa atau kerabatmu (jangan kau putuskan ikatan dengan mereka)”. (An-Nisa’ 1)

 

Artinya :

“Lakukanlah kewajibanmu, memenuhi hak mereka…..” (Ar-Rum 38)

 

Artinya:

“Bahwasannya Allah menyuruh kamu berlaku adil (man kepada Allah) dan berlaku baik kepada sesama makhluk, serta menyambung hubungan famili, melarang laku keji, mungkar dan penganiayaan. Dia menasihati kamu agar kamu menyadari . (ingat..)”. (An-Nahl 90)

 

Kata Utsman bin Madh’un : Semula aku masuk Islam hanya karena malu kepada beliau Rasulullah  sebagai kawan karibku yang — selalu menganjurkan agar aku masuk Islam (sehingga waktu itu) aku belum mantap benar. Kemudian pada suatu hari ketika aku duduk bersamanya, ia mengabaikan aku, bahkan seakan beliau berbicara dengan orang disebelahnya, sesudah itu kembali beliau menghadapku dan bersabda: “Jibril turun dengan menyampaikan ayat tersebut diatas”. Lalu aku bergembira dan Iman mulai merasuk dalam jiwaku, aku pergi menjumpai paman beliau Abu Thalib, dan kuceriterakan tentang turunnya ayat tersebut. Jawabnya: ”Ikutilah Muhammad, pasti kau beruntung dan terpimpin, demi Allah dia (keponakanku) hanya memerintahkan agar berakhlak dan budi yang mulia. Jika ia benar atau dusta, tujuannya hanyalah semata demi kebaikan, ketika beliau  mendengar pembicaraan pamannya (Abu Thalib) semacam itu. Beliau mengajaknya agar mau Islam, tetapi ia menolaknya, lalu turun ayat:

 

Artinya:

“Bahwasannya engkau tiada kuasa memberi petunjuk kepada Siapa yang engkau cintai, terapi Allah-lah Pemberi petunjuk orang yang Dia kehendaki ….” (Qashash 56)

 

Ayat lain menyatakan:

 

Artinya:

“Apakah sekira kamu berkuasa, akan membuat kerusakan di atas bumi? dan memutuskan ikatan kekeluargaan? Mereka yang berbuat semacam itulah. orang-orang yang dikutuk Allah dan ditulikan telingu mereka, serta dibuat buta mata mereka” (Muhammad 22-23)

 

Allah berfirman: “Akulah Ar Rahman (Yang Pemurah) dan engkau rahim, siapa memutuskan engkau berarti rahmatKu pun akan Kuputuskan, dan yang menyambungmu berarti pula menyambung rahmatKu.

 

Rahim bergantung pada ‘Arasy, siang malam ia berdoa: Ya Tuhan, sambunglah ikatan orang yang menyambungku, dan putuskanlah ikatan orang yang memutuskan ikatan denganku.

 

Ketika ilmu dipamerkan manusia, sedang amal perbuatannya dilupakan, kasih sayang hanya diatas bibir, tanpa meresap ke hati (penuh rasa benci) dan ikatan kekeluargaan diputuskan maka kutukan Allah kepada mereka, telinga ditulikan dan mata hati mereka dibutakan.” Demikian kata Hasan Bashri.

 

Al Faqih”, dari Yahya bin Salim, katanya: “Pada zaman seorang asal Khurasan yang salih bermukim di Mekah, orang mempercayakan (titip) harta kepadanya. Lalu seseorang menitipkan uang sebanyak 10.000 dinar kepadanya, ia pergi mengurus kepentingan lainnya, setelah selesai kembalilah ia mengambil uang titipan tersebut, tetapi ia (yang dititipi uang) telah meninggal dunia, kemudian tanya kepada keluarganya.

 

Jawabnya: ”Kami tidak tahu menahu tentang titipannya itu. Alkisah, ia minta pendapat para Ulama Fiqih di Mekah tentang hal itu Jawab mereka: “Kami berharap ia termasuk penghuni sorga, cobalah nanti malam (lewat tengah malam) kau panggil dia di sumur Zam-zam: ”Hai Fulan bin Fulan, aku yang menitipkan uang kepadamu dulu”. Lalu ja turuti nasihat para Ulama tersebut tetapi sampai 3x panggilan, tiada jawaban. Dan akhirnya ia kembali kepada para Ulama tadi, Kata mereka: INNAALILLAAHI WA INNAA ILAIHHI RAAJI’UUN, kami takut jika sahabatmu termasuk penghuni neraka, cobalah kini kau pergi ke Yaman dan Bairut, di sana ada sumur, panggillah ia lewat tengah malam. Setelah ditemukan sumur tersebut, maka mulailah ia memanggilnya, panggilan sekali, ada jawaban. Lalu ditanya: ” Kasihan kenapa kau di sini? Aku melihatmu dulu orang baik-baik?” Jawabnya, Familiku di Khurasan, dan aku memutuskan hubungan dengan mereka sampai mati, lalu aku dituntut akibat ini, dan ditempatkan di sini, sedangkan uangmu masih ada, ku tanam di rumah, siapappun dari keluargaku tiada yang tahu, untuk itu minta izinlah kepada mereka agar kau dapat menggali simpanan uang itu, pasti masih utuh kau temui di sana”. Sesudah itu segeralah ia kembali ke tempat uang tersebut dan ternyata masih utuh seperti semula.

 

Al Faqih menegaskan: “Bagi yang familinya dekat, cara menyambung persaudaraan, cukup saling menghadiahi atau memberi dan berkunjung, jika harta tiada, maka tenagapun bisa, dan bagi yang jauh, caranya dengan saling menyurati, tetapi jika berkunjung lebih diutamakan.

 

Keuntungan bersilaturrahmi ada 10 perkara, di antaranya: 1. Memperoleh rida Allah, karena Dia yang memerintahkannya, 2. Membuat mereka gembira, berdasarkan hadis:

 

Artinya: “Amal yang paling utama adalah membuat seorang mukin, bergembira.“ (Al Hadis)

  1. Kesukaan para malaikat, karena mereka senang bersilaturrahm, 4. Pujian kaum musllimin kepadanya, 5. Memarahkan Iblis terkutuk 6. Memanjangkan usia, 7. Menambah barakah (cukup) rezekins, 8. Membuat senang yang telah mati, karena ayah dan eyang suka jika cucunya bersilaturrahmi, 9. Memupuk rasa kasih-sayang di antar keluarga atau famili, sehingga timbul semangat saling membantu, ketika berhajat, 10. Menambah pahala sesudah matinya, karena akan selalu, dikenang, dan didoakan karena kebaikannya.

 

Ada 3 macam manusia yang dilindungi Allah kelak di hari Kiamat, yaitu: 1. Orang yang menyambung ikatan kekeluargaan dipanjangkan usianya, dilapangkan kuburnya, juga rezekinya, 2. Wanita yang ditinggal mati suaminya dan anak yatim yang ditinggalnya ia pelihara baik-baik, sampai Allah mencukupi mereka atau mati, 3. Orang yang suka mengundang anak yatim dan fakir-miskin untuk makan bersama. (Demikian kata Anas :52)

 

Rasulullah  bersabda: ”Ada dua (macam) langkah manusis yang disenangi Allah, yaitu: 1. Langkah melakukan salat, 2. Langkah bersilaturrahmi kepada keluarga atau familinya”. (HR. Hasan).

 

Ada 5 perkara, Barangsiapa melanggengkannya maka bertambah tambah kebaikannya seperti gunung besar, dan dilapangkan rezekinya. yaitu: 1. Selalu bersedekah (sedikit atau banyak), 2. Silaturrahmi kepada keluarga atau familinya, 3. Tetap berusaha menegakkan Islam, 4. Tetuf suci (selalu berwudu), dan tidak membuang-buang air, 5. Tetap berbaki kepada kedua orang tuanya. Allah Maha Mengetahui.

 

 

 

 

 

Al Faqih, dari Abdullah bin Amr, katanya: Rasulullah  bersabda:

 

“Tujuh macam manusia yang Allah tidak memberi rahmat kepada mereka di hari Kiamat, bagi mereka disediakan siksa yang berat, dan digiring ke neraka bersama penghuni neraka lainnya, yaitu:

 

  1. Senggama antara pria dengan sesama prianya (liwath).
  2. Orang bersenggama dengan hewan.
  3. Orang yang onani.
  4. Orang mengumpuli istrinya pada lobang belakang (pantat).
  5. Orang yang bersetubuh dengan istri dan putrinya.
  6. Orang yang zina dengan istri tetangganya.
  7. Orang yang menyakiti tetangganya secara terang-terangan di muka masyarakat, kecuali jika bertaubat sesuai dengan tuntunan agama (memenuhi syaratnya).

 

Dari Ibnu Mas’ud  , katanya: “Rasulullah  bersabda: “Demi . Allah, seseorang tidak dianggap Islam, sehingga semua orang selamat dari gangguan hati, lisan dan tangannya. Dan belum dianggap beriman, sepanjang belum aman tentram tetangganya dari ulah (gangguan)nya. Para Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, berupa apa saja gangguannya itu? Jawab beliau: ” Berupa penipuan dan penganiayaan”.

 

Al Faqih, dari Said bin Musayyab, katanya: Nabi  bersabda: “Kehormatan tetangga atas tetangga lainnya, seperti kehormatan ibunya”. |

 

Al Faqih, dari Abdullah bin ‘Amr, ia menyuruh sahayanya: ”Potonglah kambing lalu berilah tetangga kami (yang) Yahudi itu”. Lalu sesaat sesudah itu berkata lagi: “Hai punakawan, jika kau memotong kambing berilah tetangga kami (yang) Yahudi itu”. Jawab pembantunya:

 

“Kau repotkan kami akibat Yahudi itu”, Sahut Abdullah: “Celaka kau ketahuilah pesan Nabi :

 

Artinya:

“Bahwasanya Nabi  senantiasa berpesan agar kamu, perlakukan tetangga dengan baik, sehingga kami mengira dia punya hak waris”.

 

Al Faqih , Syuraih Al-Ka’by katanya: Nabi  bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, berkata baiklah atau diam, dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hormatilah tetangganya, dan Barangsiapa berima kepada Allah dan han Akhir hormatilah tamunya, pada hari pertamanya (sehari-semalam) dan mertamunya (3 hari), sedang selebihnya dianggap sedekah”.

 

Al Faqih , dari Hasan Bashri katanya: “Rasulullah  ditanya: ”Apakah hak tetangga kepada tetangga lainnya?” Beliau menjawab: “Jika berhutang kau beri hutangan, undangannya kau penuhi, jika sakit kan ziarahi, jika minta tolong kau beri pertolongan, jika kena musibah kan hibur, jika mendapat keuntungan, kau ucapkan selamat, jika mari, kau antar jenazahnya, jika bepergian, kau jaga rumah dan anak-anaknya, janganlah engkau menyakitinya dengan bau masakan, kecuali jika kau beri dari masakan itu kepadanya”.

 

Riwayat lain ditambah, Dan jangan meninggikan bangunan (melebihi tinggi) bangunannya, kecuali melegakan hatinya.

 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah  bersabda: “Tiada henti-hentinya jibril pesan agar aku bersikap baik terhadap tetangga, sehingga aku mengira bahwa dia punya hak waris”.

 

Juga dari Abu Hurairah , Rasulullah  bersabda: “Hai Abu Hurairah, jadilah manusia yang wara””, pasti kau jadi manusia paling tekun beribadat, dan jadilah manusia qana’ah””, pasti kau pandai bersyukur, dan senanglah bagi sesama manusia seperti kau menyenangi bagi dirimu, pasti menjadi sempurna mukminmu, dan perlakukan tetanggamu dengan sebaik-baiknya, pasti sempurna muslimmu, dan sedikitkan kau tertawa, karena akibat banyak tertawa dapat mematikan hati (mengeras seperti batu). Firman Allah,

 

Artinya:

”Sembahlah Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, dan berbaktilah kepada kedua orang tua, juga kepada saudara terdekat atau famili, anak yatim, dan orang-orang miskin, Serta tetangga dekat atau sekeluarga, ataupun tetangga orang lain, kawan dalam perjalanan dan orang perantauan”. (An-Nisa’ 36)

 

Ada 3 macam tipe tetangga, yaitu: 1. Punya tiga hak, 2. Punya dua hak, 3. Punya satu hak. Tipe no. 1 yang punya tiga hak, ialah: Tetangga yang masih kerabat dan muslim. Tipe no. 2 yang punya dua hak, ialah: Tetangga yang bukan masih kerabat tetapi muslim, Tipe no. 3 yang punya satu hak, ialah: Tetangga yang kafir dzimmi ”. Adapun tiga hak tersebu, yaitu: 1. Hak keluarga atau famili, 2. Hak tetangga, 3. Hak muslim Sedangkan dua hak tersebut Yaitu: 1. Hak tetangga. 2. Hak muslim. Dapat satu hak, yaitu: hak tetangga.

 

Kata Abu Dzar Ghifary: “Kekasihku (yakni) Nabi Muhammad  pesan 3 perkara kepadaku, yaitu: 1. Kepada pimpinan kaum Muslimip curahkan perhatian dan ketaatanmu, sekalipun ia bermuka buruk dan orang rendahan (menurut pandangan manusia umum). 2. Ketika masak kuah, maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu, 3. Lakukanlah salat tepat waktunya.

 

Seseorang mengadu kepada Nabi . – akibat gangguan tetangganya, lalu beliau menyarankan: “Peliharalah dirimu jangan sampai menggaggunya, dan bersabarlah atas gangguannya, maut cukup memisahkan kalian berdua”.

 

Definisi (pengertian) baik dalam bertetangga, bukan sekedar tidak mengganggunya, tetapi lebih dari itu berlaku sabar dalam menghadapi ulah (gangguan) tetangganya. Demikian menurut Hasan Bashri.

 

Definisi Silaturrahmi, bukan sekedar membalas hubungan baiknya, tetapi lebih dari itu (memulai) menyambung ikatan kekeluargaan yang hampir atau sudah punah, serta bersikap lunak kepada orang yang bersikeras. Dan belum disebut penyabar bagi orang yang sckedar menyesuaikan kesabaran masyarakatnya, tetapi lebih dari itu jika masyarakatnya acuh tak acuh, ia tetap berlaku sabar. Demikian menurut Amr bin ‘Ash.

 

Fatwa Al Faqih: “Bagi seorang muslim seyogyanya berlaku sabar dalam menghadapi gangguan tetangganya, dan jangan mengganggunya, ciptakanlah suasana atau rasa aman baginya, baik dari lisan, tangan atau auratnya. Aman dari lisan berarti tidak pernah menggunjingnya, dan aman dari tangan berarti tidak menaruh rasa curiga kepadanya, seandainya lupa tidak mengunci pintu rumah, maka tidak ada kecurigaan kepadanya, dalaman dari auratnya berarti tidak membuka malunya, seandainya pergi lalu ada informasi atau laporan bahwa tetangganya masuk ke rumahnya, maka hatinya tetap merasa aman, sekalipun betul-betul nyata.

 

Tiga tradisi jahiliyah yang perlu dilestarikan dalam masyarakat muslim, yaitu: 1. Bersungguh-sungguh dalam menghormat dan menjamu tamu yang berkunjung kepadanya, 2. Tidak mencerai istrinya hingga tua, agar tidak sampai sia-sia hidupnya, 3. Berani berkorban, demi mengurangi beban penderitaan atau kesulitan tetangganya, sekalipun harus melunasi atau membayarkan hutangnya. Demikian kata Ibnu Abbas -::.

 

Rasulullah  bersabda”: Seseorang (tetangga) kelak di hari Kiamat, akan menuntut (tetangga)nya: “Ya Tuhan, saudaraku ini Engkau lapangkan rezekinya, dan aku tidak, hingga ketika aku lapar di siang hari, ia kenyang, kemudian aku menuntutnya, kenapa ia menutup pintunya dan mencegah aku dari sesuatu yang telah dilapangkan baginya”.

 

Al Faqih menegaskan: “Berbuat baik kepada tetangga secara sempurna, dapat dilakukan dalam 4 perkara, yaitu: ”1. Membantunya semaksimal mungkin (menurut kemampuan yang ada padanya), 2. Tidak tamak terhadap sesuatu (harta) miliknya, 3. Tidak menyakiti atau menganggunya, 4. Berlaku sabar dalam menghadapi penganiayaan atau gangguannya.

 

Sudah dianggap bengis atau kejam seseorang yang berbuat salah satu dari 10 perkara di bawah ini, yaitu:

  1. Seseorang (pria atau wanita) yang ketika berdoa hanya sekedar minta untuk dirinya, tanpa mengikut sertakan kedua orang tuanya dan masyarakat mukmin (orang beriman).
  2. Seseorang yang bisa baca Alquran, tetapi setiap harinya kurang atau tidak membaca 100 ayat.
  3. Seseorang yang masuk masjid, tidak ada rasa mengagungkannya dengan melakukan salat 2 rakaat (Tahiyyatal Masjid) hingga keluar.
  4. Seseorang yang melewati kuburan Muslimin, tanpa uluk salam dan mendoakan penghuninya (ahli kubur).
  5. Seseorang yang dengan mudah meninggalkan salat Jumat di tengah perjalanan (di kota lain).
  6. Seseorang yang tiada minat belajar ilmu (agama), sekalipun di daerahnya ada orang alim sedangkan dirinya masih terhitung bodoh.
  7. Dua orang yang tidak saling menyapa, ketika berjumpa di tengah perjalanan.
  8. Seseorang yang menolak datang pada waktu walimatur ‘arus.
  9. Pemuda yang tidak pandai memanfaatkan masa kepemudaannya, sehingga menjadi pengangguran, menuntut ilmu tidak, kesopanan nol (tidak berakhlak).
  10. Seseorang yang membiarkan tetangganya mati kelaparan, sedang dirinya kenyang.

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Ibnu Umar ., katanya: “Muka hitam, mata semu biru dan lidah keluar sampai dada mengalirkan liur, sangat basin baunya, setiap manusia jijik melihatnya, demikian kelak para peminum arak di hari kebangkitan. Kalian haram untuk salam kepadanya, sekalipun sakit jangan mendekati atau mengunjunginya, jika mati jangan disalati.

 

Peminum arak, ketika menganggap arak itu halal, tiada bedanya dengan penyembah berhala (jahiliyah modern di abad nuklir saat ini), demikian menurut Masruk. Sedang Ka’bul Akhbar mengatakan: “Lebih baik minum segelas api daripada arak satu gelas.”

 

Dari Ibnu Umar, Rasulullah  bersabda: “Setiap yang memabukkan adalah arak (asli atau campuran). Dan Barangsiapa gemar minum arak di dunia, sampai mati tidak bertaubat, maka jangan mengharap kenikmatan rasa arak (yang halal) di akhirat kelak”.

 

Al Faqih, dari Nabi  sabdanya:” Setiap minuman yang memabukkan haram (mentah atau masak), banyak atau sedikit tetap haram”. Bahkan kata Al Faqih: “Arak yang sudah diolah (dimasak) lebih besar dosa (peminumnya), jika dibandingkan dengan tuak (arak mentah). Karena besar kemungkinan ia menganggapnya halal, dengan alasan macam-macam (umpamanya ini araknya sedikit, campurannya banyak dan lainlain), maka dengan demikian terjerumuslah ia dalam kekafiran.

 

Dari Az Zuhry:”Materi khutbah Utsman  : “Hai sekalian manusia, hati-hatilah terhadap arak yang menjadi pangkal kekejian, hati-hatilah terhadap arak yang menjadi pangkal kekejian dan sumber segala dosa.

 

Dulu hidup seorang ahli ibadat yang tekun ke mesjid, pada suatu saat ia tertarik seorang wanita cantik (pelacur) dan hingga berkenalan akrab dengannya. Karena akrabnya sehingga ia dikuasai oleh pelacur itu, lalu ia dipaksa memilih salah satu dari tiga laku maksiat, yaitu: 1. Minun arak, 2. Berzina dengan pelacur tersebut, 3. Membunuh bayi. Alkisah 1 memilih minum arak yang dikira laku maksiat paling ringan, tetapi fakr, berbicara, justru kctiga-tiganya dilakukan sesudah minum arak, dalan, keadaan mabuk ia berzina lalu membunuh bayi disisinya. Seru Utsman selanjutnya: “Oleh karena itu hindarilah arak, yang menjadi biang kelad, segala perbuatan dosa, sungguh percayalah, bahwa: “Iman dengan arak tidak mungkin bersatu dalam tubuh manusia, satu dari antara keduanya pasti keluar (yakni) orang mabuk mulutnya mengeluarkan kata-kata kufur, dan hal itu menjadi kebiasaan hingga mati, akibatnya ia kekal d, neraka. Harumnya sorga (punya daya tarik) sejauh 500 tahun perjalanan, namun demikian ada 4 tipe manusia yang tidak mampu menciumnya, yaitu: 1. Manusia kikir, 2. Manusia pemberi yang mengundat-undat pemberiannya, sekalipun beralasan macam-macam, 3. Peminum arak, 4. Manusia yang berani atau durhaka terhadap kedua orang tuanya, (HR. Sa’id).

 

Ada 10 macam manusia yang dikutuk Allah, akibat berurusan dengan arak, yaitu: 1. Peminumnya, 2. Penyelenggara pesta (yang menjamu) arak, 3. Pembawa dan yang dibawakan, 4. Pedagangnya, 5. Dagangannya, 6. Penjual ecerannya (kios, kedai dan toko), 7. Pembelinya (bakul dan lainslain), 8. Pemerasnya, 9. Bos, pemilik, majikan yang mengongkosi buruh meras arak, 10. Petani arak (Penanamnya). Demikian penegasan Ibnu Mas’ud .

 

Pemabuk arak bangkainya berbau busuk, kelak bangkit dari kuburnya (di hari Kiamat), berkalungkan botol arak, dan gelas pegangannya, ular dan ketonggeng mengerumuni kulit dagingnya. kakinya beralaskan api yang menggegarkan otaknya, tempatnya di neraka bersama Fir’aun dan Haman. (Al Hadis).

 

Barangsiapa memberi makan peminum arak, sekalipun hanya sesuap, maka ular dan ketonggeng akan menggigitnya kelak, sebagai balasan dari Allah. Dan Barangsiapa berusaha membantu hajatnya, berarti ikut mendobrak Islam. Barangsiapa menghutanginya, berarti ikut membunuh orang mukmin. Duduk berdampingan dengannya, kelak di hari Kiamat buta atau bisu tak berhujah. Barangsiapa meminum arak, maka jangan kau kawinkan, ketika sakit jangan dikunjungi, jika menjadi saksi tidak sah persaksiannya, Demi Allah ia dikutuk dalam Taurat, Injil, Zabur dan Alquran, dan ia kafir terhadap segenap kitab tersebut di atas, tiada orang menghalalkan arak, kecuali orang kafir, dan aku (Muhammad) bebas daripadanya (tidak bertanggungjawab) dunia akhirat. (HR. Siti Aisyah .-.)

 

Ka’bul Akhbar ditanya: “Betulkah arak juga diharamkan dalam kitab Taurat?” Jawabnya: “Betul, seperti ayat:

 

Artinya:

”Bahwasannya minum arak, judi, sesajen, berhala, undian nasib dengan cara apapun, adalah perbuatan keji dari setan. Maka hindarilah semua itu (jika menginginkan) kamu menang atau beruntung”. (Al-Maidah 90)

 

Juga disebut dalam Taurat. Bahwasannya Kami turunkan kebenaran untuk melenyapkan yang batil, dan membatalkan permainan, alat musik, dan arak, sungguh celaka orang yang gemar arak, Allah bersumpah: “Barangsiapa melanggar larangan arak, akan dibiarkan haus, dahaga di hari tiada air setetespun. Tetapi Barangsiapa tak mau mengenal arak dunia, pasti dikenalkan rasa nikmatnya arak sorga dari Hadlratul Qudsy (Demikian kata ‘Athak bin Yasar).

 

Al-Faqih menasihati: “Hendaklah berhati-hati, jangan sampai kau minum arak, karena ada 10 bencana akibatnya, diantaranya: 1. Menempatkan diri pada magam gila, bahan tertawaan atau ejekan anak kecil, rendah di kalangan masyarakat beradab (normal akal), sebagaimana cerita Ibnu Dunya: “Di kota Bagdad aku melihat pemabuk, kencing di tengah jalan, lalu diusapkan atau dibuat membasuh mukanya, seraya membaca:

 

ALLAAHHUMMA) ALNII MINAT TAWAABIIN, WAJALNII MINAL MUTATHAHHIRIIN (doa habis wudu). Dan ada lagi pemabuk muntah di tengah jalan, lalu mulut dan janggutnya dijilati anjing, kepada anjing: “Hai Tuan-tuan agung, jangan kotori saputangan 2. Bencana miskin dan sinting (rusak akalnya), 3. Bencana percekcokan,” dan permusuhan di antara keluarga dan teman-teman.

Firman Allah:

 

Artinya:

””Bahwasannya setan bertujuan membukar permusuhan di antara kamu dengan arak dan judi, melupakan sikrullah dan kewajiban salat, maka berhentilah kamu dari perbuatan itu semua,” (Al Maidah 91)

  1. Bencana sebagaimana tercantum dalam ayat tersebut, yaitu: terhalang mengingat Allah dan melakukan salat, 5. Bencana zina (dengan Orang lain atau bekas istrinya), sekalipun lahirnya istri, tetapi menurut syariat Islam bukan lagi istri, akibat mabuk ia menceraikan istrinya tidak terasa. Lalu talag jatuh, berarti ia berzina dengan bekas istrinya, 6. Menjadi perintis kejahatan, karena dalam keadaan mabuk ringan baginya melakukan aneka maksiat, 7. Mengganggu malaikat Hafadhah karena memaksanya ke tempat fasik yang bau busuknya, 8. Bencana hukum dera 80 kali pukulan disaksikan masyarakat Muslim, jika tidak dihukum di dunia, maka hukuman tersebut dilaksanakan di akhirat, pukulan api neraka yang dahsyat, disaksikan orangtua dan kawan-kerabatnya, 9. Tertolak amal baik dan doanya selama 40 hari (untuk minum satu kali), 10. Tidak bertanggung jawab atas keselamatan imannya, karena bisa terjadi mati tidak membawa iman.

 

Kesepuluh bencana itu adalah siksa atau penderitaan yang pasti dirasakan di dunia, sedangkan siksa akhirat lebih pedih, minumannya air hamim yang sangat panas, dan makanannya dari zaqum. Oleh karena itu bagi manusia normal, tidak mungkin memilih sedikit kesenangan (minum arak) dengan melempar jauhkan kenikmatan besar dan kelezatan yang kekal abadi.

 

Tafsir ayat (di bawah) ini, menurut Mugatil bin Sulaiman adalah sebagai berikut: Ketika penghuni sorga menginjak pintunya, terlihat yang di bawahnya mengeluarkan dua sumber di sumber pertama mereka minum lalu bersihlah perut mereka dari segala kotoran, kemudian di sumber kedua mereka mandi lalu bersihlah tubuh mereka dari segala kotoran. Sesudah itu datanglah sambutan (ucapan):

 

Artinya:

“Selamat sejahtera atas kalian, baik nian silahkan masuk (dan menetaplah) untuk selama-lamanya”.

 

Kendaraan unta terbuat dari yagut merah, dan emas permata berkendalikan mutiara, sengaja disiapkan bagi mereka, setiap penghuninya disiapkan pula sepasang perhiasan (yang jika diperlihatkan di dunia, seluruh lapisan masyarakat dunia pasti memperoleh sinar atau terangnya perhiasan itu), mereka dilayani oleh para malaikat dalam mencari tempatnya masing-masing. Gedung dari perak, loteng emas selalu menunggunya, mereka datang segera disambut bidadari cantik-cantik bagai mutiara bertebaran, lengkap dengan aneka perhiasan, dan bejanabejana perak serta gelas-gelas emas, segenap malaikat memberi salam dengan penuh rasa gembira menyambut kedatangannya. Para bidadari yang bola matanya berhias 70 aneka perhiasan, semerbak harumnya dapat dicium dari jarak 100 tahun perjalanan. Memandang jernih dan bersih wajahnya, bisa terpantul atau terlihat wajah sendiri (melebihi kaca atau cermin pengilau), memandang dadanya terlihat buah dada yang sangat menarik di balik bajunya demikian pula urat-urat betisnya yang membikin para pernuda pusing kepala. Mereka bersemayam di gedung panjang satu farsakh persegi, yang berpintu emas sebanyak 4000, lantainya permadani emas mutiara meliputi ruangan, dan setiapnya ranjang menyamai 70 ranjang dunia. Ketika duduk, menginginkan buah-buahan, lalu pohonnya mendekat mudah memetik buah dan memakannya, semua pahala itu merupakan balasan bagi orang-orang ahli tagwa, memelihara dari minum arak dan aneka maksiat atau perbuatan keji. Adapun penghuni neraka ketika digiring sampai pintunya, petugasnya menyambut dengan Pukulan besi, setiap anggota tubuh merasakan siksanya masing-masing (panasnya api, gigitan ular atau pukulan besi), sekali pukul amblas atau tenggelan ke dalam api (sedalam) 40 tahun, belum sampai ke dasarnya, lalu Uap api mengangkatnya kembali ke atas, dan pukulan kembali oleh petugas sedalam-dalamnya, keadaan kulit disebutkan pada ayat sebagai berikur:

 

Artinya:

l

“Setiap kulit mereka rusak, lalu Kami ganti dengan kulit baru, “Sur merasakan pedihnya asab. Bahwasannya Allah Menang lagi Menghukumi”. (An Nisa’ 56)

 

Proses pergantian kulit dirasakan 70x setiap harinya, air hamim mendidih disediakan ketika mereka terasa sangat haus, padahal air itu baru didekatkan pada mukanya saja langsung rontok dagingnya dan giginya, masuk perut, usus menjadi masak dan putus-putus, Firman Allah:

 

Artinya:

“Dengan air (hamim) itu hancur-duluh isi perut dan kulit mereka, serta cambuk-cambuk besi siap memukul mereka”. (Al Hajj 20. 21)

 

Bertahun-tahun mereka disiksa, mengeluh atau memanggil petugasnya, tetapi satupun tiada yang memperhatikan panggilannya, lalu memanggil malaikat Malik selama 40 tahun, juga tidak ada sahutannya hingga mereka putus asa dan katanya: ”lebih baik bersabar”, tetapi sedikitpun laku sabar mereka tiada berarti (tiada berguna), katanya:

 

Artinya:

” Bagi kami tiada bedanya mengeluh atau bersabar, sama sekali tiada tempat untuk melarikan diri”. (Ibrahim 21)

 

Siksa tersebut di atas ditujukan bagi orang kafir, namun orang Islam yang Minum arak, lalu mabuk mengeluarkan kata-kata kufur hingga mati imannya terlepas (Na’udzubillah min dzalik) alias kafir, maka ia tidak lepas dari sasaran ayat tersebut (siksa yang sangat pedih). Oleh karena itu janganlah sekali-kali minum arak atau bergaul dengan para penggemarnya, tidak menutup kemungkinan terkena abunya jika selalu bergaul dengan mereka, ingatlah selalu pedihnya siksa Allah dan ngerinya hari Kiamat, agar lenyap rasa ingin atau condong minum arak.

 

Inilah ayat-ayat yang ditafsirkan diatas oleh Muqatil bin Sulaiman:

 

Artinya:

 “Ingatlah di hari Kami kumpulkan yang bertagwa kepada Tuhan Yang Pemurah (dengan) berkendaraan”. (Maryam 85)

 

Artinya:

“Dan Kami halau orang-orang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahasa”. (Maryam 86)

 

Sangsi bagi peminum arak adalah sebagai berikut: 1x minum hitam hatinya, 2x dilepaskan malaikat Hafadhah (penjaga manusia), 3x dibiarkan malakul maut, 4x Nabi Muhammad  tidak bertenggungjawab, 5x putus hubungan dengan para sahabat atau jamaah muslimin, 6x tiada ikatan dengan Jibril pembawa wahyu (Alquran) 7x tiada hubungan dengan Israfil, 8x putus dengan pembawa dan pembagi rezeki (yakni) Mikail, 9x putus dengan langit, 10x putus dengan bumi, 11x ikan di laut atau air lepas darinya, 12x putus dengan matahari-bulan, 13x dengan bintang-bintang, 14x putus dengan makhluk seluruhnya, 15x pintu pintu sorga mengharamkannya, 16x pintu-pintu neraka siap menunggu kedatangannya, 17x putus dengan penanggungjawab ‘Arasy, 18x putus dengan Kursy, 19x dengan putus dengan ‘Arasy, 20x putus dengan rahmat Allah 46. Demikian Hasan Bashry.

 

Al Faqih”, dari Asmak binti Yazid, katanya: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa coba-coba minum arak (hanya sekedarnya tanpa mabuk), maka selama 1 minggu salatnya tertolak, jika sampai mabuk, maka 40 hari salatnya tertolak, dan jika mati sebelum bertaubat, matinya kafir, tetapi jika bertaubat, Allah menerima taubatnya, kemudian sesudah taubat minum lagi, maka sepantasnya Allah meminumkan padanya darah campur nanah penghuni neraka.

 

Riwayat lain menyebutkan: 1x minum arak, tertolak salat, puasa dan amal-amal lainnya selama 40 hari, 2x minum, tertolak semua itu selama 80 hari, 3x tertolak, 120 hari, 4x minum arak, maka darahnya halal dibunuh karena ia telah kafir, dan pantaslah Allah memberinya minuman darah campur nanah penghuni neraka”. (Al Hadis)

 

Jika dosa-dosa itu diibaratkan rumah, maka minum arak adalah kuncinya, barangsiapa minum arak berarti telah masuk pintu segala dosa. (Al Hadis)

 

Orang tua yang merestui anak atau putrinya kawin dengan peminum, berarti mendorongnya pada berzina, karena saat ia mabuk istrinya ditalqg atau dicerai tidak terasa, lalu tetap bersetubuh dengannya, yang berarti berbuat zina. Demikian menurut seorang sahabat Nabi.

 

Peminum arak tingkatannya sama dengan penyembah berhala (Jahiliyyah), hal ini berpijak dua ayat dibawah ini (Allah menyebutkan rijsun pada keduanya, yang artinya najis):

 

Artinya:

”Bahwasannya arak, judi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan punah adalah najis, termasuk perbuatan setan, karena itu hindarilah ia agar engkau memperoleh keberuntungan.” (Al Maidah 90)

 

Kedua, ayat sebagai berikut:

 

Artinya:

”.. Lalu hindarilah berhala-berhala najis itu, dan hindari pula kata-kata dusta”. (Al Hajj 30)

 

Minum arak siang berarti ia syirik hingga sore, dan minum arak sore berarti ia syirik hingga pagi hari, (demikian Ibnu Mas’ud) lebih lanjut ia mengatakan: “Ketika peminum arak mati kuburlah ia, dan tahanlah aku, lalu coba gali kembali kuburnya, pasti ia berpaling dari kiblat, jika tidak (berpaling) bunuhlah aku”.

 

Rasulullah  bersabda: “Aku diutus sebagai Hudan (petunjuk) dan rahmat bagi alam seluruhnya, untuk mengikis habis kebudayaan (tradisi) jahiliyah, segala alat musik dan berhala. Dan Allah bersumpah: “Demi KemenanganKu, tiada seseorang minum arak dunia, kecuali Aku haramkan atasnya di hari Kiamat, dan yang meninggalkannya, pasti Aku berinya minum dari HadIratil Qudsy. (HR. Anas)

 

Abu Wa-il dari Syaqiq bin Salman. Ketika diundang walimahan ia melihat orang-orang pemain, penari dan penyanyi lalu cepat-cepat pulang, katanya: “Aku dengar Ibnu Mas’ud berkata: ”Bahwasannya nyanyian itu menumbuhkan nifak di hati, bagai air menyuburkan biji-biji tanaman”.

 

‘Athak bin Sa-ib dari Abdurrahman Sulamy, katanya: Beberapa orang peminum arak, di zaman Mu’awiyah menjadi Gubernur Syam, mengatakan: ”Ini halal, dasarnya Firman Allah (sampai akhir ayat).

 

Artinya:

“Tiada dosa bagi orang yang beriman dan beramal salih di dalam apa yang mereka makan ….. ” (Al Maidah 93)

 

Lalu secepatnya Mw’awiyah memberitahu Umar bin Khattab (Amirul mukminin di Madinah), Jawab Umar: “Segera dibawa ke Madinah untuk diadili, sebelum mempengaruhi Islam lainnya. Kemudian para sahabat dikumpulkan dan diajak musyawarah dalam masalah mereka (peminum arak tersebut). Jawab para sahabat: ”Hai Umar, mereka telah menyalah gunakan Firman Allah dan membuat hukum yang tidak seizin Allah maka potong saja leher mereka”. Lalu Umar minta pendapat S. Ali, jawabnya: ”Suruhlah bertaubat, jika membangkang potong lehernya, dan jika mematuhi kami (bertaubat), maka lakukan hukum dera pada mereka 80x pukulan, Kemudian mereka memilih taubat, dan sesudahnya dihukum dera 80x pukulan.

 

Saat turunnya ayat (Al Maidah 90) yang melarang arak para sahabat bertanya: Bagaimana nasib saudara-saudara kami yang mati, sedang mereka gemar arak? Lalu dijawab dengan ayat 93 Surat Al Maidah sebagai berikut:

 

Artinya:

”Tiada dosa bagi orang-orang beriman dan beramal salih karena mukan (makanan) mereka terdahulu, ketika mereka bertakwa dan beriman serta beramal salih, kemudian tetap bertakwa dan beriman, kemudian tetap bertakwa dan beramal salih, Allah senang orang-orang yang beramal salih”.

 

 

Al Faqih , dari Ibnu Mas’ud  katanya: Beliau  bersabda:

 

Artinya:

“Hendaklah kalian berbicara jujur, karena benar menuntun kebaikan, dan mengantarkan ke sorga, seseorang selalu berkata benar hingga akhirnya dicatat sebugai orang yang sidig di sisi Allah, dan jauhilah kamu berkata dusta, karena dusta akan menyeret kepada perbuatan keji (kejahatan), dan perbuatan keji itu menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka, seseorang yang selalu berkata dusta maka akhirnya ia akan dicatat pendusta di sisi Allah sebagai seorang pendusta”. (Al Hadis)

 

Al Faqih dari Ibnu Mas’ud  katanya pula:

 

Artinya:

“Ada tiga perkara yang membuktikan seseorang itu munafik. yaitu: 1. Ketika berkata, pasti dusta, 2. Ketika berjanji, pasti mengingkarinya, 3. Ketika bersumpah curang atau cidera”.

 

Hal ini didukung ayat 75, 76, 77 surat At-Taubah.

 

Al Faqih , dari Malik katanya: Lukman Hakim ditanya, Prestasi apakah yang mengantarkan anda pada tingkat tertinggi? Jawabnya: 1. Berkata benar, 2. Melaksanakan (kewajiban) amanat, 3. Tidak mencampuri urusan siapapun, kecuali berhubungan denganku.

 

Rasulullah   ditanya: “Mungkinkah seorang mukmin menjadi penakut?” Jawabnya: ”Ya”, lalu mungkinkah menjadi kikir?”, Jawabnya: ”Ya”, “mungkinkah menjadi pendusta?” Jawabnya: “Tidak mungkin”. (Al Hadis).

 

Rasulullah  bersabda: “Peganglah 6 perkara bagimu, yaitu 1. Benar kata-katanya, 2. Tepat janjinya, 3. Sampai amanatnya, 4. Terpelihara kemaluannya, 5. Terjaga matanya (dari segala maksiat), 6. Selamat tangannya (dari penganiayaan, mencuri dan maksiat lainnya), pasti kujamin sorga bagimu”. (Al Hadis) Ulasan Al Faqih tentang hadis tersebut, di atas: Enam perkara yang disebut Nabi   adalah mencakup semua kebaikan, diantaranya: 1. Benar kata-katanya, meliputi kalimah tauhid, yaitu benar-benar sesudah membaca kalimat: “LAAILAAHA ILLALLAAH, benar kepada Allah dan juga kepada sesama manusia, 2. Tepat janjinya, baik kepada Allah atau kepada sesama manusia berbuat baik atau ihsan kepada sesama manusia, 3. Sampai amanatnya, baik melakukan amanat Allah (kewajiban bagi semua hamba-Nya), atau amanat dari sesama manusia (berupa perkataan, anak, harta dan kehormatan), 4. Terpelihara kemaluannya, dari hal-hal yang syubhat dan haram serta tidak dilihat lain orang. Karena Nabi   melaknat orang yang melihat (kemaluan) dan yang dilihat, 5. Terjaga matanya, dari melihat aurat sesamanya, wanita cantik bukan muhrim, dan rakus harta, Firman Allah:

 

Artinya:

“Jangan kau belalakkan matamu pada apa yang Kami berikan perlengkapan mereka (harta) dunia, untuk Kami coba mereka dengan kemewahan itu”.

 

  1. Selamat tangannya, dari segala yang haram (apakah itu harta, wanita dan lain-lain).

 

Di masa Rasulullah dulu, terkadang orang terlanjur berkata sepatah kata bisa terjerumus munafik, tetapi kata-kata serupa di zaman sekarang aku mendengar dari kalian setiap harinya (lebih dari) 10x dan anehnya hal semacam itu dianggap ringan (seakan tidak berbahaya) seperti berdusta yang membuktikan bahwa seseorang jadi munafik. (Demikian Hudzaifah bin Yaman).

 

Bagi orang Islam seyogyanya pandai menahan diri dari dusta, jangan membiasakannya, agar tidak terjerumus menjadi orang munafik, dan perintis laku dosa, yang akhirnya menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya disamping dosa akibat perbuatannya sendiri.

 

Al Faqih, dari Samudra  katanya: ”Sehabis salat Subuh kebiasaan beliau    menghadap kami dan katanya: “Dari antara kalian semalam ada yang mimpi? Jawab kami tidak ada, kata beliau: “Semalam aku mimpi kedatangan dua orang, mereka menggandeng tanganku, pergi sampai ke lapangan datar, lalu terlihat dua orang, satu berbaring dan satunya lagi berdiri pegang batu besar, dihantamkan pada kepala orang yang berbaring, sampai hancur-luluh dan batunya mengelundung. Batu diambil lagi menuju tempat semula, ternyata orang pertama itu kepalanya Sudah pulih seperti asalnya (utuh), lalu dihantamkan lagi pada kepalanya Aku heran: “SUBHAANALLAAH apa-apaan ini?” Tetapi kata dua orang itu: “Terus jalan, marilah!” Kemudian bertemu dua orang lain, satu, terlentang dan satu berdiri pegang bantolan besi untuk merobek pipinya ditarik hingga mundur, yang kiri dapat giliran, lalu kembali ke kanan dan dirobek lagi, demikian seterusnya. Aku heran: “SUBHAANALLAAH apa-apan itu?” Tapi keduanya meneruskan perjalanan hingga terlihat bangunan, atas seperti dapur, bawahnya luas, di dalamnya campur pria. wanita, maka jika teras uap api dari bawah, naiklah mereka, dan jika terasa berkurang turunlah mereka, jika api datang mereka menjerit dan naik, hingga hampir keluar, dan jika padam turun lagi ke bawah. Kataku: “SUBHAANALLAAH” apa-apan itu?” Tapi kedua orang itu mengajak terus, hingga terlihat sungai dan orang berenang, yang satu di tepi atau dipinggirannya menghimpun batu-batu, ketika yangg berenang ke pinggir mulutnya terbuka dimasuki batu, lalu berenang lagi ke tengah, lalu kembali ke pinggir dan mulutnya disuapi batu lagi, demikian seterusnya tiada hentinya, Aku heran, “SUBHAANALLAAHH” apa-apaan itu?” Kedua orang itu, mengajak terus, hingga sampai pada orang yang di sebelahnya api besar dan ia kobar-kobarkan api itu, Aku heran: “SUBHAANALLAAH apa itu?” Keduanya mengajak terus, hingga sampai ke kebun bunga-bungaan, terlihat orang sedikit tinggi dikelilingi oleh anak-anak, kataku: “SUBHAANALLAAH apa itu? Kedua orang itu mengajakku terus, hingga sampai ke pohon rindang baik sekali lalu kami memanjatnya, terlihat kota bangunannya batu emas-perak, kami mengetuknya dan pintunya terbuka, kami masuk, tapi ditarik dua orang itu, dan dimasukkan ke gedung yang lebih baik dan indah, di atas terlihat gedung putih bagaikan kaca, diberitahukan bahwa: Itulah rumahmu, tanyaku “Boleh aku masuk?” Jawab mereka: “Kini belum saatnya, kelak pasti kau memasukinya”, Lalu kataku, “Hal hal yang menakjubkan yang kulihat malam ini, apa maksudnya semua itu?” Mereka menjawab: Pertama, Orang yang bisa membaca Alquran (mengerti), tetapi tidak mengamalkan isinya dan melupakan salat fardu 5 waktu, sebagai balasannya batu menghantam kepalanya terus-menerus tiada henti-hentinya, 2. Pembawa berita bohong, disebar luaskan ke seluruh masyarakat, sebagai balasannya pipinya dirobek-robek hingga mundur ke belakang, 3. Pelacur pria-wanita, sebagai balasannya dikurung dalam dapur penuh api dan asapnya, 4. Tukang mengisap darah (lintah darat), memakan riba, sebagai balasannya berenang di dalam sungai darah dari disuapi batu-batu terus-menerus, 5. Malaikat Malik, penjaga neraka, 6. Nabi Ibrahim orang sedikit tinggi di taman dan dikelilingi anak banyak, mereka adalah anak-anak yang mati masih suci (fitrah), 7. Rumah pertama, adalah persediaan orang-orang mukmin (pada umumnya) yang satunya untuk orang-orang mati syahid, Kemudian kedua orang yang mengajak Nabi, Jibril dan Mikail. (Masalah), Dimana anak-anak orang musyrik yang mati sejak fitrah atau kecil? Jawabnya: Banyak pendapat, ada yang mengatakan di sekeliling Nabi Ibrahim, dan ada yang mengatakan menjadi sahaya penghuni sorga, dan ada pula yang masuk neraka. Allah-lah Yang Mengetahui.

 

Al Faqih, dari Ibnu Mas’ud  katanya: “Keterangan yang paling benar adalah Kitab Allah (Alquran), dan ucapan temulia adalah zikrullah (kalimat thayyibah), dan separah-parah buta adalah buta hati, sedikit tapi mencukupi adalah lebih berharga daripada banyak melupakan, dan penyesalan tiada terhingga, adalah kelak di hari Kiamat, sebaik-baik kekayaan adalah kaya hati, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Arak (khamar) adalah gudang segala dosa, dan wanita adalah perangkap setan, dan kepemudaan adalah setengah (bagian) dari gila, seburuk-buruk penghasilan adalah riba, dan sebesar-besar dosa adalah pendusta.

 

Nabi  bersabda: “Dusta adalah tidak patut, kecuali di 3 tempat: 1. Ketika perang, 2. Ketika mendamaikan dua orang yang berselisih atau bertengkar, 3. Demi kemaslahatan atau memperbaiki akhlak istrinya”. (Al Hadis) .

 

Pernyataan seorang Tabi’in: “Camkan, benar adalah perhiasan para waliyullah, sedang dusta alamat celaka, Firman Allah:

 

Artinya: “Di saat ini, yang bermanfaat (hanyalah) kebenaran orang-orang sidiq”.

 

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertukwaluh kepuda Allah dun bergaullah dengun orang-orang yang jujur”. (At Taubah 119)

 

Artinya:

“Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukan (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang takwa”.

 

Artinya:

“… Bagi mereka tersedialah segala apa yang mereka inginkan …..”

 

Sedangkan para pendusta dicela dan dikutuk Allah, dalam FirmanNya:

 

Artinya:

”Sungguh celuka orang-orang yang suka berdusta …..”

 

Artinya:

“Tiada orang kejam melebihi (kejamnya) orang yang berdusta kepada Allah, mereka diseru masuk Islam (tapi berpaling darinya), Allah tidak akan menunjuki orang-orang kejam”.

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , Nabi bersabda:

 

“Kalian mengerti ghibah?” Para sahabat menjawab: “Allah dan RasulullahNya-lah lebih mengetahui, Jalu beliau   bersabda:

 

Artinya:

“Ketika kau ungkap hul-hal utuu keuladaan kawanmu (sedungkan) ia benci tentang pengungkapan hal itu kepada orang lain, maka itulah yang disebut ghibuh”.

 

Lalu ditanyakan:”Bagaimana kalau sesuai dengan kenyataan?” Jawab beliau  :

 

Artinya:

“Jika hal (yang kau ungkap) itu sesuai dengan kenyataan orang itu, berarti itu ghibah, tetapi jika tidak sesuai, malahan itu disebut “buhtun””,

 

Al Faqih, sekalipun hanya mengatakan: “Baju dia terlalu pendek atau panjang dan lain-lain,” itu sudah termasuk ghibah”.

 

Dari Ibnu Abi Najh, katanya: “Seorang wanita pendek seusai menghadap Nabi   dikatakan oleh ‘Aisyah: “Pendek nian orang itu”. Jawab Beliau (menegurnya), berdosa kamu (ghibah), kata “Aisyah: Aku sekedar mengatakan apa adanya, sesuai dengan kenyataan yang ada padanya, Sabda beliau  : “Kamu telah mengungkap kejelekannya”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id Hudry, Nabi  bersabda: “Di malam Isra diperlihatkan suatu kelompok tengah disayatsayat daging pinggangnya, lalu disuapkan ke mulutnya dengan seruan: Santaplah daging saudaramu yang dulu kau menyantapnya, lalu tanyaku: Siapa mereka itu Jibril? Mereka itu adalah umatmu yang mengejek atau menghina orang lain, baik dengan isyarah ataupun tindakan nyata”.

 

Kata Al Faqih mendengarkan cerita ayahnya: Nabi   berada di rumah, sedang para sahabat (Ahlish-shuffah) berada di masjid, dan Zaid bin Tsabit tengah menyampaikan atau mengulang hadis-hadis Nabi   Secara kebetulan ada orang mengantar daging kepada Nabi    dilihat oleh para sahabat tersebut, lalu mereka menyuruh Zaid supaya minta, karena telah lama tidak memakan daging. Setelah berangkat, mereka sibuk membicarakan Zaid (ia begini dan begitu dan lain-lain). Kemudian setelah Zaid menyampaikan pesan mereka, beliau bersabda: “Zaid, sampaikan kepada mereka: “Sebenarnya kalian telah makan daging, “Jawab mereka: “Demi Allah, kami lama tidak makan daging”. Zaid kembali kepada Nabi, beliau tetap bersabda: “Sebenarnya kalian telah makan”. Karena mereka tidak merasa memakannya, maka menghadaplah kepada beliau   . Dan sabdanya: ” Kalian telah makan saudaramu, hingga saat ini masih berbekas di gigimu, coba meludah agar terbukti merahnya daging itu. Setelah mereka meludah, nyatalah kepada mereka “Ludahan darah”. Kemudian mereka bertaubat dan mohon maaf kepada Zaid yang telah dibuat pesta pora (dagingnya) oleh mereka”.

 

Kata Jabir bin Abdullah   : Terasa angin bau busuk di sekitar Rasulullah  , lalu sabdanya: Bau busuk ini adalah suatu bukti adanya orang-orang munafik tengah menjelek-jelekkan orang Islam, (yakni) Allah memperlihatkan kepada umat Islam yang taat, kebusukan nyata dari apa yang telah dilarang oleh Allah kepada hambaNya.

 

Ditanyakan kepada setengah Ulama hikmah: Apa hikmah yang terkandung di dalam bau busuk itu? Jawabnya: ”Suatu bukti yang diperlihatkan kepada Nabi  berikut para sahabatnya (di waktu itu), tetapi saat sekarang karena terlalu banyak (ghibah), sampai hidung kita berbau semacam itu, maka seakan tidak terasa bau busuk itu (sudah tawar, menter – Jawa), tidak berbeda dengan orang masuk ke tempat samak tulang, untuk pertamanya tidak tahan hidungnya, tetapi lama-kelamaan (para pekerja samak di situ) makan-minum tidak merasakan bau apa-apa, sebab hidung mereka sudah tawar penuh bau tersebut.

 

Salman Al Farisy di tengah perjalanan bersama para sahabat (diantaranya Umar ) berhenti di suatu tempat membuat kemah, ia tidur dan lainnya masak, setengahnya berkata: Apa tujuan orang ini, enakenak datang kemah sudah berdiri dan makanan tersedia. Lalu mereka bangunkan Salman, disuruh minta lauk kepada Nabi . Tetapi sabda beliau kepada Salman, “Sampaikan bahwa mereka sudah terlebih dahulu makan lauk-pauk”, lalu ia kembali menemui mereka dan menyampaikan sabda beliau . Jawab mereka, “Kami belum makan sedikitpun”, kata Salman: “Beliau tidak mungkin berdusta, maka sebaiknya kalian datanglah menemuinya”. Setelah mereka menghadap, beliau  bersabda: “Kalian telah makan daging saudaramu (Salman), ia tengah tidur kalian mengatakan (anu dan itu) kepadanya, kemudian beliau  membaca ayat sebagai berikut:

 

Artinya:

“Hai orang:orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan lain, dan jangan pula setengah kamu menggunjing (ghibah) setengan lainnya, Maukah seseorang darimu makan daging saudaranya yang mati Pasti kamu jijik (tidak mau). Bertakwalah kepada Allah, buhwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang.” (Hujurat 12). (HR. Asbath dari As-Sudy)

 

Kata Ibnu Abbas   ayat 12 Al-Hujurat tersebut di atas, asbabun nuzulnya” sebagai berikut: Di tengah perjalanan para sahabat diatur, agar setiap dua orang mampu membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum). Kebetulan Salman diikutkan pada dua orang, tetapi ketika ia lupa tidak melayani keperluan keduanya, ia disuruh minta lauk-pauk kepada Nabi  . Dan setelah ia berangkat, keduanya berkata: “Seandainya ia pergi ke sumur, pasti surutlah sumurnya”. Sewaktu Salman menghadap, beliau  bersabda: “Sampaikan kepada keduanya, bahwa kalian sudah makan lauk-pauknya”. Setelah ia menyampaikan kepada mereka berdua, lalu keduanya menghadap Nabi  dan katanya: ”Kami tidak makan lauk-pauk”. Sabda beliau: Aku lihat merahnya daging pada mulut kalian berdua,” jawabnya, ” Kami tidak makan lauk-pauk, dan seharian kami tidak makan daging”. Kemudian bersabdalah beliau : “Kalian telah mengatakan saudaramu (Salman) maukah kalian daging orang mati?” Jawab mereka: Tidak”. ”Nah, jika kalian tidak mau makan daging orang mati, maka janganlah kalian mengatakan kejelekan orang lain (ghibah), sebab yang demikian itu, berarti makan daging saudaranya, maka turunlah ayat 12 Al Hujurat tersebut diatas.

 

Tabiat manusia umumnya, jika dijelek-jelekkan lain (orang) pasti emosi, marah-marah, minimum timbul rasa benci kepadanya (yang menjelekkan), tetapi lain halnya dengan Ulama ‘Arif Bijaksana seperti Hasan Bashry, ia diberitahu oleh seseorang bahwa dirinya dijelekjelekkan (si Fulan), lalu ia membalasnya dengan menghadiahkan makanan lezat-lezat (yakni) kurma istimewa (ruthab), seraya mengatakan: “Aku dengar kau telah memberikan amal baikmu kepadaku, lalu akupun ingin membalas pemberianmu itu, sekalipun mungkin tidak sesuai dengan apa yang kau berikanpadaku”.

 

Ketika Ibrahim bin Ad-hham menjamu makan para undangannya, setengahnya ada yang menjelek-jelekkan seSeorang, langsung ia mengingatkan, Kebiasaan yang berlaku, roti didulukan, baru makan daging, tetapi kalian tidak, makan daging dulu sebelum roti”.

 

Di hari Kiamat seseorang menerima kitab atau catatan amalnya, laly ada amal baik yang dia tidak merasa melakukannya, katanya: “Ya Tuhan, amal apa dan dari mana itu? JawabNya, “Itulah amal baik seseorang yang ghibah (mengungkap kejelekanmu), dan engkau tidak terasa”. (demikian Abu Umamah Bahily ).

 

Hai sekalian manusia dusta, kalian kikir harta kepada kawankawanmu, di akhirat kalian murah terhadap lawanmu, maka kikir kalian tidak menguntungkan diri, dan kemurahan kalian tidak terpuji, (demikian kata Ibrahim bin Ad-hham).

 

Ghibah bagi para gariik dijadikan buah-buahan, bagi fasik merupakan jamuan, bagi wanita dibuat hiburan, dan Jauk-pauk bagi anjing-anjing manusia, tetapi bagi manusia bertakwa merupakan pembuangan kotoran. (ungkapan seorang hakim).

 

Empat perkara dapat membatalkan puasa, wudu dan menyia-nyiakan amal baik, yaitu: 1. Ghibah, 2. Bohong, 3. Namimah (adu domba), 4. Memandang wanita (cantik) yang diharamkan melihatnya. Keempat perkara itu merupakan pupuk keburukan, sepereti air menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan minum arak pimpinan segala dosa (dosa paling besar). Demikian sabda Rasulullah . (Riwayat Anas bin Malik ) |

 

Barangsiapa menjelang matinya baru taubat dari ghibah, maka is paling akhir masuk sorga, sedangkan yang tidak bertaubat (dari ghibah) sampai mati, maka ia paling dulu masuk neraka” (Ka’bul Akhbar dari kitab para Nabi terdahulu).

 

Nabi Isa bertanya pada sahabatnya: “Apa yang kau lakukan ketika ada orang tidur kemaluannya terbuka? Kau pasti menutupnya!

 

Jawabnya: “Ya, pasti”. Kata Isa: “Malahan kau membukanya lebih lebar”, Jawab mercka: “SUBHAANALLAAH, kenapa kami harus membukanya lebih lebar?” Kata Nabi Isa: “Bukankah ketika seseorang mengungkap kejelekan (orang) lain, lalu kau melebarkannya (dengan menambahnambahi) kejelekan yang tidak diungkap dia, yang berarti kau membuka auratnya lebih lebar lagi”.

 

Sewaktu masuk masjid Jami’ aku mendengar orang bicara tentang kejelekan orang (lain), aku mencegahnya, lalu ia berhenti. Kemudian ia bicarakan lainnya, dan berputar pada orang pertama lagi, anehnya aku terpengaruh hingga masuk kedalam pembicaraan tersebut. Sewaktu malam aku mimpi dipaksa makan daging babi oleh orang hitam tinggi, pertamanya aku menolak. Lalu ia membentak keras, Kamu telah makan aku terkejut bangun. Demi Allah, sesudah itu selama 3 atau 4 (tigaempat) hari, bau busuk babi masih terasa dalam mulutku setiap aku makan. (Demikian Khalid Ar-Rib’i)

 

Ghibah lebih kejam dari pada perang, sebagaimana pernyataan Iyaas bin Mw’awiyah (lengkapnya sbb.): Sufyan bin Husbain ketika duduk bersamanya, menceritakan kejelekan orang yang barusan lewat, Jalu kata Iyaas, Diam, hai Sufyan: “Kau pernah memerangi Roma? Jawabnya: tidak. Turki? Juga tidak, Kemudian katanya: Roma dan Turki selamat dari kekejamanmu, tetapi saudaramu (sesama muslim) tidak selamat dari kekejamanmu. Lalu Sufyan menyadari perbuatannya, dan sesudah itu ia tidak pernah lagi ghibah.

 

Ada 3 majelis yang dijauhkan dari rahmat Allah, yaitu:

  1. Yang semata hanya menceriterakan kekayaan atau harta dunia, 2. Yang penuh gelak-tawa, 3. Ghibah. (demikian Hatim Zahid).

 

Ambillah 3 perkara darimu (bagi mukmin) agar menjadi orang yang baik, yaitu:

  1. Jika kamu tidak mampu memberi keuntungan padanya, sekali-kali janganlah kau merugikannya, 2. Jika kamu tidak mampu membuat ia gembira, maka janganlah menyusahkan atau mempersulitnya, 3. Jika tidak mampu memujinya, maka janganlah mencelanya. (Demikian Yahya bin Mw’adz Razy).

 

Kata Mujahid: Setiap manusia didampingi malaikat, jika menyebur kebaikan saudaranya, maka ia mendukungnya, “baginya dan bagimu”. Tetapi jika mengatakan kejelekan saudaranya, maka ia berkata, “Kamu membuka aurat orang, periksalah dirimu dan bersyukurlah kepada Allah yang menyimpan rahasia (kejelekan)mu”.

 

Ibrahim bin Ad-ham ketika duduk memenuhi undangan makan, mendengar kata orang: Fulan kenapa tidak kelihatan? Sahut mereka: Dia tidak pandai bergaul. Lalu Ibrahim berkata: “Hal inilah yang memuakkan aku, memenuhi undangan makan, kalian menjelek-jelekkan seorang muslim, terus ia keluar, hingga 3 hari ia tidak makan.

 

Jika 3 perkara tidak kau lakukan, maka jangan berbuat 3 perkara, yaitu:

 

  1. Jika tidak mampu melakukan kebaikan, maka jangan kau berbuat jahat,
  2. Jika dirimu tidak mampu berperan aktif (berguna) pada masyarakat, maka janganlah berlaku kejam terhadap mereka,
  3. Jika kamu tidak kuat puasa, maka daging saudaramu (manusia) jangan kau santap. (Setengah Ulama Hikmah).

 

Jika aku mampu memberhentikan diri berghibah, maka bagiku lebih eruntung dibandingkan memperoleh dunia berikut isinya, sekalipun Ibelanjakan fi sabilillah, dan jika mataku terpelihara dari hal yang haram, aka bagiku sangat berharga, dibanding dunia seisinya dibuat sedekah fi ilillah, (demikian Wahb Makky) selanjutnya ia mensitir ayat:

 

Artinya:

“Katakanlah kepada orang mukmin, agar ia memejamkan muta (dari hal-hal yang haram)”.

 

(Masalah) Sah-kah taubatnya ghibah tanpa minta maaf (memberitahu) orang yang dibicarakan? Dalam hal ini banyak pendapat. Setengah ulama membolehkan (sah) dan setengah yang lain tidak (tidak sah). Dan ada lagi (Al-Faqih) yang berpendapat sebagai berikut, pertama: Jika ghibah itu telah didengar orang yang dikatakan jeleknya, maka harus minta maaf (minta halal) kepadanya. Kedua: Jika belum didengar ghibahnya itu, maka dicukupkan dengan Istighfar dan berjanji kepada Allah untuk tidak mengulangi kembali.

 

Ibnu Sirin, ketika ada seseorang minta maaf dan minta dihalalkan, akibat menjelek-jelekkan tempo dulu, Jawab Ibnu Sirin: “Kenapa aku menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah”. Maksudnya ia memberi isyarah agar minta ampun kepada Allah . Oleh karenanya, jika ghibah itu belum didengar orangnya, sebaiknya tidak perlu memberitahu kepadanya, cukup bertaubat kepada Allah dan menggantinya dengan mendoakannya baik kepadanya, dan dia tetap tenang adanya.

 

Adapun buhtan (memfitnah) cara taubatnya sbb:

  1. Menarik kembali khabar bohong yang dia sampaikan dahulu,
  2. Minta maaf atau dihalalkan kepada yang difitnah,
  3. Minta ampun kepada Allah atas perbuatan fitnahnya itu.

 

Karena buhtan adalah dosa besar sejajar dengan menyembah berhala, FirmanNya:

 

Artinya:

“Tinggalkan semua yang najis (berhala-berhala itu) dan jauhkan pula kata-kata dusta, tuduhan palsu dan bohong”.

 

Seorang ahli zuhud membelikan kapuk istrinya, lalu istrinya berkata: Para pedagang kapuk telah berbuat curang kepadamu, cara menjualnya.

 

Kemudian ia dicerai, dan orang bertanya: Kenapa ia dicerai, Jawabnya,

 

Aku khawatir tuntutan para pedagang kapuk di hari Kiamat, lalu diriku sertakan namaku (istri Fulan … dan… ), oleh karena itu dia Segera dicerai.

 

Ada tiga laku ghibah yang tak berdosa, yaitu:

  1. Membicarakan penganiayaan raja kejam,
  2. Membicarakan kebejatan moral, ahklak manusia brutal (yang sengaja memperlihatkan laku) maksiatnya di muka umum.
  3. Membicarakan kesalahan tukang mengada-adakan acara keagamaan yang tidak punya dasar (bid’ah).

 

Tetapi jika yang disebut-sebut itu pribadinya, maka tetap ghibah yang berdosa. Nabi  bersabda: Sebutlah keburukan dan bahayanya pelacur, agar orang lain berhati-hati.

 

Ada tiga efek negatif, akibat ghibah, yaitu:

 

  1. Kufur, mengungkap kejelekan seorang muslim, lalu ketika diingatkan, Jawabnya: Ini kan bukan ghibah, mengungkap kenyataan yang ada padanya, maka dengan demikian dia berani menghalalkan sesuaru yang telah diharamkan olah Allah dan hukumnya kafir.
  2. Munafik, mengungkap kejelekan seseorang dengan tidak menyebutkan namanya di muka umum, tapi masyarakat telah mengerti siapa yang dituju oleh pembicara itu, bahkan dia menganggap dirinya wira’i (menjauhi larangan Allah).
  3. Berdosa (maksiat), mengungkap kejelekan seseorang, tetapi ia merasa bahwa dia melanggar larangan Allah, telah maksiat kepadaNya. Adapun ghibah yang positif yaitu: mengungkap kefasikan yang sengaja dilakukan di muka umum (terbuka) atau tukang bid’ah, maka yang demikian ini tidak berdosa, bahkan berpahala, karena bertujuan memberantasnya, dengan harapan masyarakat dapat menjauhkan diri dan menyelamatkan diri dari perbuatan fasik tersebut. Nabi bersabda:

 

“Ungkaplah keburukan para pelacur, agar masyarakat berhati-hati dari padanya”.

 

Cerita ayahku: Para Nabi (tidak merangkap Rasulullah) cara menerima wahyu bermacam-macam, ada yang mendengar suara, dan ada yang bermimpi. Ada seorang dari antara mereka bermimpi (mendapat seruan demikian). Jika kau keluar pagi-pagi, maka pertama yang kau lihat makanlah, yang kedua simpanlah, yang ketiga terimalah (baik-baik), yang keempat janganlah putus asa, dan yang kelima larilah daripadanya. Lalu pada pagi harinya yang dilihat adalah gunung hitam besar, lalu ia berhenti bengong, katanya: seruan makan apa yang kulihat, dan seruan Tuhan pasti benar (membawa manfaat pada manusia), ketika dilakukan, Lalu ia mendekati gunung tersebut dan setelah dekat gunung menjadi beku (mengecil) satu suap, langsung dimakan terasa manis madu, dan membaca: ALHAMDULILLAAH. Dan terus berjalan menemukan bokor emas, seruan (diingat-ingat) simpanlah, lalu ia menggali tanah dan disimpanlah emas itu di dalamnya, tapi ketika ditinggalkan emas itu muncul keluar, terus ditanam lagi hingga berulang 3x, katanya: Seruan Tuhan sudah aku lakukan, dan ia meneruskan perjalanannya hingga sampai di suatu tempat, ia melihat burung dikejar elang, setelah burung tahu manusia, burung itu berkata: Hai Nabi Allah tolonglah aku, lalu diterimanya dengan baik dan dimasukkan kantongnya, Elang pun berkata: Hai Nabi Allah laparku tiada tertahan sejak pagi, aku memburu mangsaku, dan jangan kau putuskan harapanku dari rezekiku. Ia teringat seruan keempat: Jangan putus asa, lalu berupaya mengatasi masalah tersebut dengan memotong sedikit daging pahanya diberikan elang tadi, hingga terbang. Dan dilepaskanlah burung tadi. Yang kelima ia melihat bangkai busuk baunya, dan larilah ia daripadanya. Kemudian di malamnya ia berdoa: Ya Tuhan, seruanMu sudah kulakukan dan terangkan maksudnya. Jawaban Tuhan lewat mimpinya:

 

Pertama yang kau makan, adalah “marah” yang semula kelihatan sebesar gunung, namun bisa menjadi kecil manis madu rasanya, jika bersabar dan tabah atau menahannya.

 

Kedua, amal baik sekalipun disimpan, tetap terlihat (masyarakat).

 

Ketiga, menerima amanat atau melakukannya dengan sebaikbaiknya, jangan curang atau mengkhianatinya,

 

Keempat, berupayalah dalam membantu orang yang datang (minta pertolongan) padamu, sekalipun kamu ada urusan pribadi.

 

Kelima, ghibah, maka hindarilah bergaul dengan manusia yang senang mengungkap kejelekan, kesalahan, atau kelemahan lain.

 

Al Faqih , dari Hudzaifah   katanya: Aku dengar Rasulullah  bersabda: “Tidak akan masuk sorga, tukang adu domba”

 

Al Faqih, dari Abu Hurairah  katanya, Rasulullah  bersabda: ”Tahukah orang paling jahat di antaramu? Mereka menjawab: Allah dan RasulullahNya lebih mengetahui, beliau menjelaskan: yaitu orang bermuka dua, menghadap ke sini dengan muka dan kesana dengan muka yang lain”.

 

Al-Faqih, dari Ibnu Abbas  katanya: Nabi  melewati dua kubur baru, sabdanya: (Orang di) kedua kubur ini tengah disiksa, bukan akibat dosa besar, melainkan yang satu akibat air kencing tidak bersih (ceboknya), sedang yang satunya lagi tukang adu-domba, Lalu beliau mengambil ranting pohon hijau dibelah dua dan ditancapkan pada keduanya. Mereka (sahabat) bertanya: Ya Rasulullah, apa maksudnya engkau lakukan itu? Beliau menjawab: Semoga Allah meringankan siksa keduanya, selama ranting ini belum kering.

 

Maksudnya bukan akibat dosa besar (yang disebut hadis tersebut) menurut pandangan umumnya manusia, padahal efek sampingannya sangat berbahaya, karena sisa air kencing merembes atau menetes, pakaian jadi najis dan tidak sah dibuat salat dan lain-lain, ibadat, dan ingatlah di akhirat hanya ada dua tempat, jika tidak masuk sorga berarti dibakar api neraka.

 

Dan bagi orang yang suka adu-domba, hendaklah bertaubat, karena hal itu sangat terhina di dunia, dan siksa di kubur, dan di neraka kelak di hari Kiamat, tetapi jika bertaubat, insya Allah diterima selama belum mati.

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Manusia paling jahat yaitu yang bermuka dua, datung ke tempaat dengan mukanya dan ke tempat lam dengan muka lain pula, Barangsiapa bermulut dua di dunia. maka di hari Kiamat Allah membuatkan mulut dua dan api” (HR. Hasan)

 

Tukang mengejek, memaki dan mengadu domba adalah disebutkan. Ada 3 perkara yang mengakibatkan beratnya siksa kubur, yaitu:

 

  1. Ghibah: 2. Kurang bersihnya air kencing, 3. Adu domba.

 

Penjual hamba sahaya memperingatkan pembelinya “Hamba sahaya” ini punya ciri adu-domba, maka karena ciri itu dianggap enteng, pembeli itu tidak mengurungkannya. Setelah beberapa hari di tempat majikannya yang baru, ia berkata kepada istri majikan, “Suami nyonya rupanya sudah tidak cinta lagi buktinya ia akan kawin lagi, maukah nyonya berusaha agar ia tetap mencinta? Istri majikan, jawabnya: Ya. Cobalah nanti jika suami nyonya tidur, cukurlah jenggot di lehernya. Lalu hamba itu beralih membujuk majikan (pria)nya, katanya: ”Istri tuan, kini mencintai pris Jain bermain dengannya, dan rencananya akan membunuh tuan, jika ingin tahu buktinya, cobalah tuan berpura-pura tidur. Kemudian majikan itu pura-pura tidur, tidak lama kemudian istrinya datang dengan pisau Cukur di tangannya. Maka suami (majikan)nya, mengira bahwa istrinya benar-benar akan membunuhnya, ia segera bangun merebut pisau di tangan istrinya, dan dibunuhlah istrinya sendiri itu. Berita ini dicium oleh orang tua istrinya, mereka datang langsung membunuh menantu (suami) tersebut. Dan peristiwa ini berkesinambungan sampai orang tua suami (majikan) itu, tidak menerimanya, yang akhirnya terjadilah pertumpahan darah (pertempuran) di antara kedua belah fihak, yaitu fihak keluarga suami dengan keluarga istrinya.

 

Kata Yahya bin Aktsam, Fitnah (adu-domba) lebih berbahaya dan lebih buruk daripada sihir, karena fitnah lebih cepat proses kejahatannya, juga lebih berbahaya daripada setan, karena setan hanya dapat berupa bisikan dan khayal-bayangan, tetapi fitnah langsung. berhadapan dan praktek nyata. Firman Allah:

 

Artinya: “Pembawa kayu bakar”. (Lahab 4).

 

Para Mufassirin, sepakat mengartikannya, pembawa fitnah (adudomba), yang diserupakan dengan kayu-penyulut api permusuhan dan peperangan.

 

Derajat paling rendah diakibatkan 4 perkara, yaitu,

 

  1. Fitnah,
  2. Dusta,
  3. Hutang,
  4. Yatim (Kata Aktsam bin Shaifi).

 

Seseorang menempuh perjalanan 700 Km., tujuannya hanya akan belajar kalimat tujuh, yaitu :

 

  1. Sesuatu yang berat melebihi langit,
  2. Yang luas melebihi bumi.
  3. Yang keras melebihi batu,
  4. Yang panas melebihi api,
  5. Yang dingin melebihi zamharir,
  6. Yang dalam melebihi lautan,
  7. Yang buruk melebihi racun

 

Kemudian menemukan jawabannya sbb:

 

  1. Menuduh orang yang tidak berbuat, adalah lebih berat melebihi langit,
  2. Kebenaran, adalah sangat luas melebihi bumi,
  3. Orang kafir bersikeras melebihi batu,
  4. Rakus sangat panas melebihi api,
  5. Hajat terhadap famili terdekat jika tidak terpenuhi, adalah dingin melebihi zamharir,
  6. Hati menerima apa adanya (gana’ah) adalah sangat dalam melebihi lautan.
  7. Adu-domba (Fitnah) sangat buruk dan jahat melebihi racun. (demikian ‘Utbah bin Abi Lubabah).

 

Rasulullah  bersabda: Ketika sorga diciptakan, ia mendapat seruan, Bicaralah, Lalu katanya, Sangat beruntung manusia yang masuk padaku, Firman Allah: Demi Kemenangan dan KeagunganKu, 8 macam manusia haram menetap padamu, yaitu:

 

  1. Peminum arak (khamar),
  2. Pelacur,
  3. Tukang adu domba (pemfitnah),
  4. Germo, penampung pelacur (dayuts yang membiarkan istrinya berzina),
  5. Polisi,
  6. Wadam (pria yang berlagak wanita),
  7. Yang memutus (tali persaudaraan) famili,
  8. Sumpah dengan Asma Allah, akan melakukan kebaikan, tetapi tidak diwujudkan dalam kenyataan. (Demikian Nafi dari Ibnu Umar). Barangsiapa menerangkan keadaan orang lain kepadamu, pasti akan menyampaikan tentang keadaanmu pula kepada lain orang (Hasan Bashry).

 

Umar sewaktu jadi Khalifah, kedatangan seseorang yang melaporkan tentang keadaan orang lain, lalu kata Umar:

  1. Jika kau mau, akan dicek kebenaran laporanmu itu,
  2. Tetapi jika dusta, berarti kau diancam ayat: .

 

Artinya:

“Jika seorang fasik datang dengan laporan atau keterangan, maka dicek (selidikilah) lebih dahulu …..” (Al Hujurat 6)

  1. Jika laporanmu benar, berarti kau diancam pula ayat:

HAMMAAZIM MASSYAAIMBINAMIIM

 

Artinya:

“Pengejek yang suka mengadu domba”.

  1. Jika kau mau, maka aku memaafkanmu.

 

Lalu ia memilih dimaafkan oleh Umar bin Abdul Aziz, katanya: Maafkan aku, ya Amir dan aku tidak akan mengulanginya.

 

Anak zina (maksudnya manusia berwatak anak zina yaitu suka memfitnah dan mengadu domba) tidak mampu menyimpan amanat pembicaraan, sedang bangsawan yaitu yang tidak mengganggu tetangganya.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

”Pengejek yang suka mengadu domba, kikir tiada budi, pendurhaka yang keterlaluan, sombong selain dari semua itu ia anak gina”. (Demikian Abdullah bin Mubarak)

 

Seorang Ulama hikmah dikunjungi kawannya, sudah menjadi kebiasaan orang yang lama tidak jumpa, menceriterakan keadaan kawannya yang lain, tetapi Ulama itu tidak suka dan menegumya, Ha kawan, lama kau tiada berkunjung, kini kau datang dengan 3 dosa, yaitu: 1. Mengundang kebencianku kepada sesama kawan, 2. Kau membuat kacau pikiranku, 3. Aku menuduh kau dusta.

 

Kemarau panjang melanda Bani Israil, lalu Nabi Musa berdoa bersama-sama kaumnya, tetapi hujan tiada kunjung datang, sekalipun telah 3x berdoa, sampai Nabi Musa berdoa: Ya Allah, 3x hambamu memohon, tetapi belum Kau terima juga. JawabNya, Doamu tidak Kuterima, karena di antara kaummu ada orang suka memfitnah (adudomba), Lalu: Siapa dia? JawabNya: Hai Musa Aku mengharamkan adudomba, kenapa hal itu harus Ku-perbuat? Taubatlah kalian semua, Maka turunlah hujan, sesudah mereka bertaubat. (Ka’bul Akhbar).

 

Seseorang datang kepada Sulaiman bin Abdul Malik yang tengah duduk bersama Zuhry, kata Sulaiman, Informasi yang datang padaku, bahwa engkau menjelek-jelekkan aku, benarkah itu? Jawabnya: Tidak, aku tidak merasa berbuat itu semua. Lalu katanya: Pembawa informasi itu benar-jujur, Zuhry menyahut: Orang yang suka mengadu-domba itu tidak benar dan tidak jujur. kemudian kata Sulaiman kepada Zuhry: Engkau benar, dan katanya pula kepada orang tadi: Selamat Jalan.

 

Jika ada orang melaporkan, tentang caci-maki kawanmu, maka berarti orang itu (yang melapor) adalah telah mencaci-maki kamu. (Seorang Ulama Hikmah)

 

Seseorang yang mengada-ada pujian kepadamu, pasti di lain saat dia akan mengada-ada caci-makian kepadamu (Wahb bin Munabbih).

 

Jika seseorang melapor kepadamu bahwa Fulan menjelek-jelekkan namamu, maka hadapilah dengan 6 perkara:

  1. Jangan mudah percaya, sebab persaksian orang yang suka adu-domba tidak sah.

Firman Allah :

 

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu dengan berita, sebaiknya kau selidiki terlebih dahulu, agar tidak sampai terjadi suatu kaum kau balas dengan kebodohan (jika demikian), maka kelak kau menyesal”. (M Hujurat 6)

 

  1. Engkau wajib melarang fitnah itu, yang berarti kau jalankan amar ma’ruf nahi munkar,

 

  1. Kau harus-benci terhadap perbuatannya, karena ia maksiat.

 

  1. Engkau jangan menyangka buruk kepada saudaramu yang difitnah itu, karena hal itu dilarang. Firman Allah. :

 

Artinya: .

””Buhwasanya setenguh berprasangka buruk itu berdosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan lain….”( Al Hujurat 12)

 

  1. Kau jangan menyelidiki keadaan orang yang difitnah itu, karena hal itu larangan Allah, (Al Hujurat 12).

 

  1. Engkau jangan memperluasnya, maksudnya perbuatan orang yang mengadu-domba itu (kamu tidak senang atau membencinya) jangan disampaikan kepada siapapun. :

 

WABILLAAHII TAUFIK (hanya dengan taufik Allah-lah).

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan : bahwasanya Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Dengki dan husud keduanya dapat menghapus amal kebaikan seperti api membakur kayu”.

 

Dan dengan sanad serupa, Ibrahim bin ‘Iliyah bin Ubbad bin Ishak dari Abdurrahman bin Mu’awiyah, katanya: Nabi  bersabda: “Tiga perkara, seseorang tidak dapat selamat darinya, yaitu:

 

  1. Prasangka buruk,:, 2. Hasud, 3. Rasa khawatir (tidak memperoleh sesuatu).

 

Sahabatbertanya: Ya. Rasulullah, dengan cara apa menyelamatkannya? Jawabnya:

 

  1. Ketika rasa hasud menyelinap di hatimu, jangan kau turuti berlanjut,
  2. Ketika kau berprasangka buruk kepada seseorang, jangan kau selidiki sampai terbukti,
  3. Ketika kau khawatir tidak memperoleh (kebaikan), maka berusahalah hingga tercapai (pantang mundur).

 

Al-Faqih dalam penjelasannya: Ketika dalam hatimu terselip rasa hasud, maka jangan dibuktikan dalam alam kenyataan (lahiriyah), sebab Allah akan memaafkan selama hasud itu belum diucapkan dan dilakukan. Dan ketika berprasangka buruk, maka jangan berusaha mencari faktanya, kemudian ketika punya niat untuk sesuatu yang baik, lalu mendengar suara burung dan lain-lain menjadikan ragu atau melemahkan, maka sampaikan niat atau tujuan itu hingga berhasil dengan baik.

 

Diriwayatkan bahwa, Rasulullah  adalah senang pada optimis, dan membenci pesimis, ataupun licik, sebab sifat semacam itu adalah warisan jahiliyah, kita berharap dan berlindung hanya kepada Allah semata. J Pp g nanya kep

 

Ketika terdengar burung(hantu dan sebangsanya yang menegangkan), hendaklah berdoa, “Ya Allah tiada burung, kecuali Engkau pemiliknya, tiada kebaikan kecuali dariMu, Tiada Tuhan kecuali Engkau, dan tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah”.

 

Lalu sampaikan tujuanmu, karena tidak ada sesuatu yang dapat membahayakan dirimu, kecuali seizin Allah.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , katanya: Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Jangan saling membenci, suling menghusud, dan jangan pula menipu (pura-puru menyuru barang, untuk menjatuhkan lain), maka jadilah hamba Allah yang akur (bersaudura)”.

 

Hai anakku, mawas dirilah, lenyapkan rasa hasud, dan dengki, sebab hal itu akibatnya akan membahayakan dirimu secara nyata, sebelum dinyatakan pada musuhmu”. (Pesan Mu’awiyah)

 

Tiada kejahatan melebihi hasud, karena sebelum hasud itu mengena sasarannya, terlebih dahulu 5 bencana menimpa penghasud (orang yang hasud)nya, yaitu:

 

  1. Hatinya selalu kacau.
  2. Ditimpa bala (cobaan) yang tiada pahala baginya.
  3. Seburuk-buruk celaan.
  4. Dimarahi Tuhan.
  5. Tidak mendapat taufik Allah . (Demikian Al-Faqih)

 

Ingatlah, bahwa kenikmatan itu selalu diintai musuhnya, Siapa musuhnya ya Rasulullah Jawabnya: Mereka yang hasud itulah musuhnya”. (Al-Hadis)

 

Persaksian ahli baca Alquran dapat diterima oleh siapa saja, tetapi antara mereka tidak dapat diterima, karena di antara mereka ada rasa saling menghasud dan iri hati. (Demikian Malik bin Dinar)

 

Enam golongan yang masuk neraka akibat 6 perkara, yaitu:

 

  1. Para pejabat pemerintah, akibat aniaya (zalim),
  2. Para fanatik kebangsaan, akibat kesombongan,
  3. Para kades (kepala Desa atau Lurah) akibat congkak,
  4. Para tengkulak atau pedagang, akibat curang,
  5. Masyarakat desa, akibat jahil atau kebodohan,
  6. Para Ulama atau Cerdik-pandai, akibat hasud”.

 

Yang dimaksud para Ulama, yakni mereka yang saling menghasud.

 

Untuk itu, tujuan mencari ilmu wajib diatur (yaitu mencari rida Allah dan akhirat). Peringatan Allah kepada orang-orang Yahudi sbb:

 

Artinya:

“Mereka saling menghasud, karena Allah melebihkan (pemberi karunia) kepada mereka”. (Demikian Al-Faqih mengulas hadis tersebut)

 

Seorang Ulama Hikmah mengatakan: Hati-hatilah kamu jangan sampai iri hati (hasud), sebab dosa-dosa yang diperbuat di langit ataupun di bumi (pada pertama kalinya) adalah akibat iri hati. Di langit, Iblis membangkang perintah Allah (disuruh hormat kepada Adam) adalah akibat iri hati kepada Adam, sehingga ia dikutuk oleh Allah. Lalu di bumi, Kabil membunuh adiknya (Habil) adalah akibat iri istri yang cantik.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Bacalah kisah dua putra Adam, ketika mereka berdua mengajukan korbannya, maka yang seorang (Habil) diterima, dan (Qabil) ditolak, katanya, Sungguh aku akan membunuh kamu, Jawabnya: “Bahwasanya Allah hanya menerima dari orang yang bertakwa”. (Al-Maidah 27)

 

Orang hasud tidak mungkin hidup senang, dan orang tiada berbudi, orang yang jemu, tidak awet dijadikan kawan, tiada kemanusiaan bagi pembohong, orang curang (khianat) tidak diterima pendapatnya, dan tiada akhlak bagi orang yang moralnya. (demikian Ahnaf bin Qasy)

 

Aku tidak pernah iri kepada seseorang karena harta jika ia penghuni sorga kenapa aku iri, padahal ia penghuni sorga lalu jika ia penghuni mereka, buat apa aku iri, karena ia akan masuk neraka. (Ibnu Sirin)

 

Hai sekalian manusia, kenapa kalian iri kepada saudaramu jika ia (orang yang kau hasud) diberi sesuatu karena kemuliaannya di sisi Allah, lalu untuk apa kau iri kepada orang yang dimuliakan Allah, jika tidak, maka buat apa iri kepada orang yang akan masuk neraka? (Hasan Bashry)

 

Tiga orang yang doanya tertolak, yaitu:

 

1 Yang haram makannya,

  1. Yang suka ghibah,

3, Yang hasud kepada umat Islam. (Demikian Al-Faqih).

 

Hasud tidak diperkenankan, kecuali kepada dua perkara, yaitu:

 

  1. Seseorang yang diberi kepandaian Alquran, lalu mengamalkannya sctiap hari dan malamnya,
  2. Seseorang yang dikaruniai harta, lalu bersedekah siang-malam. (HIR. Ibnu Syihab, Salim, dan ayahnya).

 

Yang dimaksud dalam hadis tersebut, yakni bersungguh-sungguh menginginkan amalan yang dilakukan mereka, seperti bangun malam (melakukan salat dan baca Alquran), bersedekah.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

”Jangan menginginkan upa yang diberikan Allah sebagai karunia kepada setengah kamu atas lainnya”.

 

Artinya:

“Mintalah kepada Allah dari karuniaNya”.

 

Oleh karena itu setiap muslim wajib membersihkan diri dari hasud, karena dengan hasud berarti seseorang menentang hukum Allah, dan berarti pula menentang kepastianNya dalam hal memberi karunia kepada siapa yang Ia kehendaki (diridaiNya). (Al-Faqih).

 

Abu Hurairah bertanya tentang kewajiban muslim terhadap sesamanya, Jawab beliau ,

 

Artinya:

Kewajiban seorang muslim dalam memenuhi hak terhadap sesamanya, enam yaitu:

 

  1. Ketika berjumpa memberi salam,

2 Kerika diundang, memenuhinya,

  1. Ketika minta nasihat, berilah nasihat yang benar,
  2. Ketika bersin lalu bertahmid, maka doakan,
  3. Ketika sakit, tengoklah,
  4. Ketika meninggal dunia, antarkanlah sampai ke kuburnya”. (HR. A’la, dari ayah’nya Abdurrahman, dari Abu Hurairah )

 

Al-Faqih, dari Anas bin Malik  katanya: Aku melayani Nabi  sejak usia 8 tahun, pelajaran pertama kata beliau, Hai Anas sempurnakan wudumu untuk salat, agar malaikat penjagamu sayang dan menambah umurmu. Hai anas, sempurnakan mandi jinabatmu, karena setiap rambut (di bawahnya) ada jinabat. Tanyaku: Ya Rasulullah, bagaimana caraku menyempurnakan? Jawabnya: Resapkan hingga ke dalam rambutrambutmu dan bersihkan kulitnya, agar kau diampuni dosanya. Hai Anas, salat Dhuha jangan kau lupakan, karena itu, kelakuan orangorang yang kembali pada Allah. Dan tambahlah salat malam, dan siang karena selama kau salat para malaikat mendoakan kamu. Hai Anas, ketika salat berdirilah dengan tegak dihadapan Allah dan ketika rukuk, letakkan kedua tanganmu pada lututmu, renggangkanlah jari-jarimu dan renggangkan pula kedua lengan tangan dari pinggangmu, dan ketika ‘tidak tegaklah hingga setiap anggota kembali ketempatnya, ketika sujud, wajah melekat ke tanah, jangan seperti burung mematuk makanan, dan kedua lengan tangan jangan kau hamparkan seperti pelanduk, dan ketika duduk di antara kedua sujud, jangan seperti anjing duduk, letakkanlah pantat di antara kedua kaki dan letakkan pula bagian atas tapak kaki ke tanah, sebab salat yang tidak sempurna rukuksujudnya, tiada nilai bigi Allah. Dan langgengkanlah suci dari hadats (punya wudu) sepanjang siang dan malam, sewaktu-waktu maut menghampirimu, kau dalan keadaan suci (berwudu), dengan demikian berarti kau mati syahid.

 

Hai Anas, berilah salam setiap kau masuk rumah, dan jika ada perlu (kamu keluar) berilah salam kepada setiap muslim yang berjumpa denganmu, agar kelezatan iman merasuk dalam kalbu, dan ketika keluar kau terkena dosa, maka kembali dengan diampuni dosamu.

 

Hai Anas, janganlah kau pendam hasud, dengki kepada seorang muslim baik siang atau malam hari. Inilah ajaranku, Barangsiapa mengikuti ajaranku, berarti cinta kepadaku, yang berarti pula ia akan berdampingan denganku di sorga.

 

Hai Anas, ketika kau amalkan dan berhati-hati (memelihara) sebaikbaiknya pesan atau ajaranku ini, maka tiada sesuatu yang lebih dicinta, dari pada maut, karena di situlah istiraharmu. Membersihkan kalbu dari hasud dan dengki terhadap sesama muslim adalah sunnah Rasulullah, Barangsiapa mengikuti sunah Rasulullah atau melakukannya, berarti cinta Rasulullah yang diperkenankan mendampingi beliau di sorga. Oleh karena itu setiap muslim diwajibkan membersihkan diri dari hasud dan dengki, karena hal itu merupakan amal yang utama. (Demikian Al Faqih dalam mengulas hadis tersebut di atas).

 

Al-Faqih dari ayahnya, dengan sanadnya dari Anas bin Malik katanya: “Ketika kami mendampingi Nabi 55, tiba-tiba beliau bersabda: Seorang penghuni sorga akan mengunjungimu dengan kedua sandal ditangan kirinya, lalu tidak lama sesudah itu datanglah ia, memberi salam dan duduk bersama kami. Kemudian pada hari berikutnya Rasulullah bersabda sebagaimana hari pertama, dan datanglah ia, dengan keadaan seperti kemarin. Dan pada hari ketiga beliau  bersabda sebagaiman hari pertama dan kedua, ia datang lagi, ketika ia akan pulang Abdullah bin ‘Amr Al-Ash mengikuti dan berkata kepadanya: Pada keluargaku adi sedikit masalah, sehingga aku tidak akan pulang selama 3 hari-malam, dan jika kau mengizinkan aku akan bermalam di tempatmu selama itu (8 hari-malam), Jawabnya: Baiklah, Kembali pada Anas, katanya: Abdullah bin ‘Amr bicarakan tentang waktu bermalam di tempat orang itu, ia menyatakannya tidak bangun (salat) malam, hanya berzikir ketika tidur sampai bangun fajar, dan wudu’nya sempurna, salatnya khusyuk, dan tidak puasa sunah, demikian yang diamalkannya selama 3 hari-malam aku dirumahnya, ya tidak lebih dari itu, cuma dia tidak berkata-kata, kecuali yang baik. Dan setelah habis waktuku (3 hari-malam), maka kataku kepadanya: Sebenarnya di dalam rumah tangga (keluarga)ku tiada masalah apa-apa, aku hanya sekedar ingin tahu amalanmu karena Nabi  bersabda sampai 3x bahwa kau adalah penghuni sorga, maka aku usahakan  bermalam di rumahmu, dengan tujuan nanti aku mengetahui amalanmu akan menirunya, tetapi menurut aku kau tiada kelebihan, lalu apa yang menjadikan beliau bersabda demikian itu? Jawabnya: Amalanku ya seperti yang kau lihat selama itu, Lalu aku permisi pulang, tapi kemudian m aku dipanggil, katanya, Disamping itu, ada lagi yaitu: Aku tidak punya rasa iri atau dengki, terhadap muslim (artinya: segala apa yang mereka miliki dari kenikmatan). Lalu kataku, Inilah yang disabdakan oleh Nabi  sampai tiga kali, tentang engkau, dan itulah yang kami belum mampu melakukannya”.

 

Lima perkara yang dinyatakan orang hasud atau dengki, dalam menentang Allah, yaitu: 1. Ja membenci nikmat Allah yang diberikan pada lain orang, 2. Ia tidak rela ketentuan Allah dalam hal pembagian rezeki padanya, hati kecilnya berbicara, Kenapa demikian caraMu membagi rezeki dil. 3. Ia kikir terhadap karunia Allah. 4. Ia menghina kekasih Allah, karena harapannya melenyapkan nikmat Allah yang diberikan kepada orang tersebut. 5. Ia pasukan (bala tentara)nya iblis, yang selalu siap membantunya. (Demikian kata seorang Ulama hikmah).

 

Sangsi bagi orang hasud atau dengki ialah sbb:

  1. Ia selalu rendah dan terhina di tengah-tengah (pergaulan) masyarakatnya,
  2. Ia dibenci dan dikutuk oleh para malaikat,
  3. Pikiran selalu kacau dan duka terutama di tempat sunyi (sendiran)
  4. Terasa berat dan sulit ketika menghadapi naza’ (sakaratul my) dibayangi rasa takut,
  5. Menanggung malu dan siksa di hari Kiamat,
  6. Tempatnya, di neraka yang membakar dirinya. (demikian Al-Faqih) Allah Maha Mengetahi.

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Mash’ab, dari ayahnya dari Ka’bul Ahbar: “Orang sombong kelak di hari Kiamat mengecil sekecil semut, ia terhina di tempat mana saja, masuk neraka diberi minum thinatul khabal (yaitu) darah campur nanah penghuni neraka”.

 

Dari Sufyan bin Mis’ar katanya: Husain bin S. Ali  lewat pada orang miskin yang tengah sarapan roti di atas kain. Lalu mereka menawarkannya: Hai Aba Abdillah mari makan bersama kami, ia segera turun seraya berkata:

 

Artinya:

“Bahwasanya Allah tidak senang orang sombong”.

 

Dan ia duduk ikut makan bersama, katanya pula, Aku telah memenuhi tawaranmu, sekarang tiba giliranku mengajak kalian makan bersama di rumahku, ia menyuruh sahayanya: “Hidangkanlah makanan apa saja yang kau simpan”.

 

Dengan sanad tersebut, di atas pula, Al Faqih meriwayatkan Sufyan, Abu Hazim, Abu Hurairah, Rasulullah  bersabda: Ada 3 golongan manusia yang dibiarkan dan jauh dari rahmat Allah di Kiamat, mereka disiksa dengan siksaan amat pedih, yaitu:

 

  1. Tua bangka yang tetap berzina,
  2. Penguasa yang bohong,
  3. Kere (orang fakir) yang sombong”.

 

Al-Faqih, Rasulullah  bersabda: Tiga golongan manusia perintis (masuk) sorga pertama, yaitu:

 

  1. Yang mati syahid,
  2. Rakyat kecil yang sangat sibuk (dengan urusan penghidupan)nya di dunia, tetapi tidak lupa urusan (amal dan ibadat) akhiratnya,
  3. Rakyat gembel (fakir) yang banyak anaknya dan selalu merendah (tawadlu”),

 

Dan ada pula 3 golongan manusia perintis jalan neraka (masuk pertama), yaitu:

 

  1. Penguasa keras kepala (kejam),
  2. Jutawan atau hartawan yang tidak mengeluarkan zakatnya,
  3. Kere (miskin) tetapi sombong”.

 

Ada 3 manusia dari 3 golongan yang sangat dibenci Allah, yaitu:

 

  1. Tua bangka yang fasik,
  2. Hartawan yang kikir,
  3. Kere (gembel miskin) yang sombong.

 

Dan ada pula 3 manusia dari 3 golongan yang sangat dicintai Allah yaitu:

 

  1. Seorang pemuda yang bertagwa,
  2. Seorang miskin tapi dermawan,
  3. Jutawan atau hartawan yang merendah. (Al Hadis).

 

Tidak akan masuk sorga manusia yang sombong, sekalipun hanya seberat zarrah (biji jagung). Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, aku senang pakaian bersih, sandal dan tali pecutku, masukkah ke dalamnya? Jawabnya: “Bahwasanya Allah itu Indah, dan senang keindahan, dan senang ketika nikmatNya membekas pada yang diberiNya, Sebaliknya Dia benci kemiskinan dan bergaya miskin, sombong ialah berpaling dari kebenaran dan manusia”. (HR. Habib bin Abi Tsabit dari Yahya bin Lu’lah).

 

Tidak termasuk sombong, orang yang mau menjahit sandalnya, menembel pakaiannya dan wajahnya bersujud di tanah menyembah Allah”. (HR. Hasan)

 

Sifat sombong lenyap dari jiwa manusia yang dapat berbaju wol, membetulkan sandalnya, berkendaraan khimar, memerah sendiri kambingnya dan makan bersama dengan keluarga (anak istri)nya, serta duduk bersama orang miskin”. (Al-Hadis)

 

Nabi Musa  bertanya: Ya Tuhan, siapa makhluk yang Kau benci? JawabNya, Manusia sombong, yang kasar ngomongnya, tetapi imannya lemah serta kikir”.

 

Merendah diri (tawadlu”) adalah suatu sikap yang dapat mengangkat atau menjadi mulia, dan setiap nikmat pasti ada yang sentimen, kecuali tawadlu’. (Urwah Zubair)

 

Hasil bergana’ah yaitu istirahat (tenang), dan hasil tawadlu’ yaitu simpatisan masyarakat. (Ulama Hikmah)

 

Kapten tentara Hajjaj (bernama Muhallab Abi Sufrah) mengenakan pakaian sutra, berjalan dengan sombongnya, ditengah jalan diingatkan (oleh Mutharrif Abdullah Syuhairy): Hai …., berjalanmu dimarahi Allah dan RasulullahNya? Jawab Kapten, Kau belum kenal, siapa aku ini? Jawabnya: Aku sudah lama mengenalmu, yaitu sperma yang sangat keji asalmu, dan akhir hayatmu bangkai yang keji dan busuk, dan selama ini yang kau bawa (di dalam perutmu) adalah kotoran bau. Maka dengan jawaban seperti itu, langsung ia sadar, dan merubah sikap hidupnya.

 

Seorang mukmin berbangga dengan Tuhannya (Allah), dan mulia karena agama (Islam)nya, sedangkan munafik berbangga dengan bangsanya, dan anggapannya mulia dengan hartanya (Ahli Hikmah).

 

Ketika ada orang tawadlu’, maka kamupun harus membalasnya dengan tawadlw’, tetapi ketika ada orang sombong, maka atasi mereka, karena laku sombong bagi mereka suatu penghinaan dan balasan darimu merupakan sedekahmu (Hadis dari Umar ). ‘

 

Tiada seseorang bertawadlu’ karena Allah, kecuali diangkat menjadi mulia”, (Hadis dari Abu Hurairah .)

 

Pokok tawadlu yaitu:

  1. Mengucapkan salam kepada orang Islam yang kau kenal,
  2. Rela duduk di mana saja dalam majelis,
  3. Amal dan takwanya tidak senang jika disebut-sebut. (Demikian Umar -).

 

Camkanlah, sombong adalah sifat orang kafir dan Fir’aun, sedangkan tawadlu’ adalah sifat para Nabi dan orang baik-baik. Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya mereka jika ada sebutan ”LAA ILAAHA ILLALLAAIN” menyombongkan diri”, (Shaffat 35)

 

Artinya:

“Qarun, Fir’aun dan Ilaman, sungguh sombong di atas bumi, Musa menyampaikan ajaran agama dan mukjizat, karenanya mereka tidak luput dari kehancuran (seperti orang-orang terdahulu yang semestinya menjadi peringatan bagi mereka)”. (Ankabut 39)

 

Artinya:

“Orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah akan masuk neraka jahannam sebagai manusia terhina”. (Ghafir 60)

 

Artinya:

”Diserukan, masuklah kalian lewat pintu jahannam dan kekal di dalamnya, itulah seburuk-buruk tempat orang yang sombong”. (Zumar 72)

 

Adapun orang tawadlu’ Allah memujinya dalam ayat-ayat sebagai berikut:

 

Artinya:

”Hamba-hamba Allah yang hidup di atas bumi selalu tawadlu’ ketika disapa orang jahil, mereka menjawab dengan kata-kata yang penuh keselamatan”. (Furqan 63)

 

Artinya:

”Merendahlah kepada orang-orang yang beriman (para pengikutmu)”. (Asy Syu’ara 215)

 

Artinya: ”Bahwasannya engkau (Muhammad) manusia yang berahklak mulia dan berbudi tinggi”. (Al Qalam 4)

 

Di antara ahklak beliau   yang paling dikenal adalah tawadlu’, sampai terbiasa berkendaraan khimar dan memenuhi undangan rakyat kecil, serta duduk bersama orang-orang miskin dan rendahan. Di sing nyatalah bahwa tawadlu’ adalah ahklak paling mulia dan bobot orang baik-baik (Salihin), maka seyogyanya kita mengikuti jejak mereka.

 

Umar bin Abdul Aziz sudah terbiasa habis Isya menulis keperluannya, tiba-tiba pada suatu malam datanglah seorang tamu, sedangkan lampunya ketip-ketip hampir mati, lalu kata tamunya: Hai Amirul mukminin, lampunya akan kuperbaiki, Jawabnya: “Tidak berprikemanusiaan, seseorang yang memakai tenaga tamunya”. Lalu: Bolehkah sahaya anda kupanggil? Jawabnya: Tidak, ia tengah menikmati tidurnya, kemudian Umar bangun mengisi lampunya dengan minyak tanah. Tanya tamu itu: Ya Amir, anda sendiri yang memperbaikinya? Jawabnya: “Ketika aku bangun namaku Umar, dan kembali juga tetap Umar, tawadlu’ adalah sebaik-baik manusia di sisi Allah.

 

Ketika Umar Khatthab berkunjung ke Syam (Syiria), para pejabat dan Ulama setempat dalam rangka menyambut kedatangan pembesarnya, mohon naik kendaraan (kereta) agar para hadirin melihatnya, tetapi jawab Umar, Kalian mengira urusan ini dari bawah, sebenarnya urusan ini dari atas (langit). (Demikian Qais Abu Hazim).

 

Riwayat lain, ceriteranya sbb: Ketika Umar berkunjung ke Syam, naik kendaraan (unta) bergantian dengan pembantunya, setiap satu farsakh, dan tepat masuk kota jatuh giliran pembantu naik kendaraannya dan Umar menuntunnya, kebetulan jalannya becek, lalu dengan menuntun unta sandalnya dikempit pada ketiaknya, Abu Ubaidah Jarrah (gubernur Syiria) datang pertama menyambutnya dan berkata: ”Ya Amir, seluruh pejabat Syiria siap menyambutnya, oleh karena itu bagaimana nanti jika mereka mengetahui Amirul mukminin bersikap demikian? Jawabnya: “Bahwasanya Allah telah menjunjung kami mulia dengan Islam, oleh karena itu kami tidak peduli ejekan orang”.

 

Salman Farisy (gubernur Mada’in) ketika berjalan di pasar dipanggil oleh seorang terkemuka kota itu (dikira kuli), disuruh membawakan segala belanjanya. Dia tidak menolaknya, dan setiap orang berpapasan dengannya (ia sedang membawakan belanja tadi) berkata: Semoga Allah selalu menolong gubernur dan menambah kebaikannya, bawaannya itu diminta untuk dibawakan tetapi ia terus membawakan belanja hingga ke rumah orang tadi. Setelah mengerti dari setiap orang yang berpapasan dengan Salman, orang itu sangat malu dan minta maaf kepadanya, katanya: “Aku berjanji tidak akan menghina orang lagi, sesudah peristiwa yang membuatku malu ini”.

 

Seorang gubernur Kufah (Ammar Yasir) pernah membeli makanan ternak (rumput), setelah dilayani oleh penjualnya, rumput itu diangkat di atas bahunya dan dibawa sendiri sampai ke rumahnya.

 

Abu Hurairah  setelah dilantik menjadi gubernur kota Bahrain, ia memulai masuk kota dengan naik himar, masyarakat belum mengenal gubernurnya yang baru, mereka berjejal di jalan, sampai ia berkata kepada khalayak ramai: Berilah jalan bagi amir 2x, demikian akhlak sahabat Nabi.  selalu tawadlu’, padahal mereka mulia dipandang Allah, para malaikatNya dan semua masyarakatnya.

 

Kata Abu Hurairah Nabi  bersabda: Harta tidak akan kurang karena disedekahkan (sebagaian kecilnya), dan orang pemaaf ditambah kemuliaannya oleh Allah.

 

Nabi  tengah makan daging kering (dendeng) di nampan (talam) sambil duduk bertekuk lutut (hal itu terjadi di rumah ‘Aisyah), lalu masuklah seorang wanita buruk omongannya, katanya: “Lihatlah orang itu duduknya seperti sahaya (hamba), Jawab beliau  : Betul, sejak lama hal itu kualami, baik duduk atau makanku. Lalu beliau mempersilahkan makan. Tetapi jawabnya: Tidak, kecuali kau suapi dengan tanganmu, Beliau memenuhi permintaannya, tapi kata wanita itu: Tidak, kecuali jika kau suapi aku dengan mulutmu (seperti burung memberi makan anaknya), kebetulan beliau tengah makan daging yang berotot, lalu dikeluarkan dan diberikan wanita itu, dan ketika makanan itu masuk dalam perut, tiba-tiba ia merasa malu, sampai tidak dapat melihat orang dan tidak mendengar lagi ia berkata keji hingga matinya.

 

Kunci harta kekayaan bumi dipercayakan kepadaku, lalu aku ditawari: Pilih menjadi Hamba dan Nabi ataukah manjadi Nabi dan Raja, lalu isyarat Jibril kepadaku agar aku tawadlu (pilih) menjadi Hamba dan Nabi, kemudian isyarat itu kupenuhi (menjadi Hamba dan Nabi) dan kelak manusia pertama keluar dari bumi adalah aku dan yang pertama pula dalam memberi syafaat. (HR. Hasan)

 

Barangsiapa tawadlu’ karena khusyuk, maka Allah meninggikan derajatnya di hari Kiamat, sebaliknya Barangsiapa membanggakan diri, maka Allah merendahkannya di hari Kiamat (Ibnu Mas’ud).

 

Barangsiapa mati, sedang ia tidak melakukan 3 perkara, pasti masuk sorga, yaitu:

 

  1. Sombong,
  2. Curang,
  3. Hutang (Hadis riwayat Qatadah).

 

Al Faqih, Ali bin Abu Thalib masuk pasar membeli gamis seharga 6 dirham, katanya: (kepada pembantunya), Hai orang hitam, pilihlah mana yang kau sukai, lalu pembantunya memilih gamis yang lebih baik, dan S. Ali memakai sisa pilihannya, dan ketika dipakai lengannya terlalu panjang, lalu dipotong kanan-kirinya dengan pisau, tepat hari itu Jumatia berkhutbah maka sisa potongan (benang)nya terlihat di tapak tangannya. Dan ketika ia melihat orang memakai kain di bawah tumitnya, Ali berkata: Naikkan kainmu, hal itu lebih memelihara kebersihan kainmu, serta lebih takwa di dalam hatimu, juga lebih berkah bagimu (artinya tidak mudah terlepas dan tidak mudah rusak).

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda: Allah  berfinnan: “Kebesaran adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu, maka Barangsiapa menyerupai Aku dalam hal Kebesaran atau Kibir, Aku lemparkan dia ke dalam api neraka”. Al-Faqih dalam mengulas hadis tersebut di atas, mengatakan, Kedua sifat Allah tersebut dimuat dalam Alquran, oleh karenanya manusia yang lemah (seperti aku) ini, tidak pantas menyandang (sombong)nya.

 

 

Al-Faqih , Rasulullah  bersabda: “Tiada penimbun makanan kecuali orang yang durhaka”.

 

Kata Ibnu Umar, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Barangsiapa menimbun bahan makanan selama 40 hari berarti memutuskan (hubungan) dengan Alah, dan rahmatNyapun putus baginya”.

 

Rasulullah  bersabda: “Orang yang mengimpor makanan (dari luar negeri atau luar daerah demi kemakmuran masyarakat bangsanya) diberkati rezekinya, dan orang yang menyimpan bahan makanan (dengan tujuan membubungkan harga) adalah terkutuk”. (Sa’id Musayyab dari Umar )

 

Seorang pemuda akan mencari pekerjaan, sebelumnya diajak orang tuanya bertanya kepada Nabi  lalu Jawab beliau :

 

  1. Anakmu jangan kau ikutkan penjual gandum, karena menimbun bahan makanan 40 malam, lebih keji dibandingkan dengan pelacur atau peminum arak,
  2. Danjangan diikutkan jagal (tukang potong hewan), karena rasa kasih dalam hatinya lenyap,
  3. Dan jangan pula kepada pedagang kain kafan (khusus), karena ia selalu berharap umatku (dewasa atau anak-anak) musnah, bahkan ia lebih suka dari dunia dan isinya”. (HR. Syu’by).

 

Larangan yang dimaksud dalam hadis tersebut di atas, membeli bahan makanan penduduk setempat (lalu ditimbun), padahal mereka tengah membutuhkan sekali. Sedangkan mengimpor dari luar (sekalipun ditimbun) tidak termasuk dalam larangan ihtikar, tetapi jika masyarakar setempat sangat membutuhkannya dan dia tidak menjualnya maka ia tergolong manusia jahat, yang tiada rasa kasih sayang terhadap sesama muslim. Dan yang utama dia menjual timbunan makanannya, jika tidak, maka harus dipaksa untuk menjualnya, dan jika ternyata menolak, maka di hukum ta’zir (dipukul), tentang harga tidak dibatasi, hanya di suruh menjual dengan harga umum.

 

Aku tidak akan menentukan harga, bahwasanya Allah-lah yang menentukannya. (Al-Hadis).

 

Beliau  bersabda pula: Mahal-murah, keduanya dari Allah, pertama disebut keinginan dan kedua disebut ketakutan.

 

harga itu akan dimurahkan, maka Allah menaruh rasa takut hati mereka, sehingga simpanan yang ada dikeluarkan semua, murahlah harganya, dan jika harga itu akan dimahalkan, maka Allah menenangkan hati mereka, sehingga bahan makanan tetap tertimbun dan mahallah harganya. (Al-Hadis).

 

Jika orang Islam saling menaruh rasa kasih sayang terhadap sesama muslimnya, pasti Allah membalasnya dengan kasih-sayang dan pahala yang sangat besar. Seperti kisah seorang abid di zaman dulu, ia berjalan melihat gundukan (bukit) pasir, di dalam hatinya terlintas keinginan: Seandainya gundukan pasir itu menjadi beras atau gandum, pasti kenyanglah kaumku yang tengah menderita kelaparan. Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabinya: Katakan kepada Fulan bahwa Allah telah membalas pahala bagimu, seperti bersedekah beras atau gandum sebesar bukit pasir itu (kata Al-Faqih): Ketika abid itu berniat baik, maka Allah membalasnya pahala niatnya dan rasa kasih sayangnya terhadap sesama muslimnya.

 

Ada orang minta nasihat Abdullah Abbas – . Jawabnya:

 

Artinya:

“Baik, kupesankan 6 perkara kepadamu, yaitu:

 

  1. Hendaklah engkau yakin terhadap sesuatu (reseki) yang telah menjamin bagimu,
  2. Lakukanlah (salar dll) tardu yang diwajibkan padamu, tepat pada wakrunya,
  3. Basahilah lisanmu dengan selalu bersikir kepada Alah,
  4. Jangan kau ikut ajakan setan, sebab ia hasud kepada manusia
  5. Janganlah duniamu kau makmurkan, sebab ia akan merusak akhiratmu,
  6. Nasihatilah umat Islam berdasarkan rasa kasih sayang kepada mereka sepanjang hidupmu.

 

Seyogyanya kita saling mengasihi dan menyayangi kepada sesama muslim, itulah bukti kesejahteraan dan kebahagiaan (Demikian nasihat Al-Faqih) bahkan, lebih lanjut beliau menyebutkan 11 bukti lainnya, yaitu:

 

  1. Tidak rakus harta, keinginannya sangat mendambakan akhirat,
  2. Bersemangat dalam melakukan ibadat dan belajar Alquran,
  3. Bicara hanya secukup keperluannya,
  4. Aktif melakukan salat 5 waktu (dengan berjamaah),
  5. ‘Tawadlu’ (rendah hati),
  6. Pergaulannya terbatas pada orang-orang salih,
  7. Wira’i (berhati-hati) dalam hal haram,
  8. Dermawan (pemurah hati) dan baik,
  9. Kasih sayang terhadap sesama insan (makhluk),
  10. Dapat diambil manfaatnya oleh sesama insan (makhluk).
  11. Selalu mengingat datangnya mati (maut).

 

Disamping itu, beliau menyebutkan 11 bukti kebinasaan, yaitu:

 

  1. Rakus harta,
  2. Pemuasan nafsu (syahwat) dan kelezatan dunia semata tujuan utama hidupnya,
  3. Bicaranya banyak lagi keji,
  4. Tiada perhatian terhadap salat 5 waktu,
  5. Barang haram dan syubhat menjadi lalap hariannya, dan para penjahat atau pelacur pergaulan sehari-harinya,
  6. Bejat moral,
  7. Sombong,
  8. Kikir, tiada rasa kasih-sayang,
  9. Tidak tahu hak dan kewajiban terhadap sesama muslim,
  10. Kikir harta, (tidak mau zakat atau sedekah),
  11. Lupa bahwa dirinya akan mati.

 

 

 

 

 

Al-Faqih , nasihat Nabi Isa kepada para sahabatnya (AlHawariyyin), Hai garam bumi, janganlah kalian berbuat kerusakan, sebab segala kerusakan dapat diobati dengan garam, tetapi jika garam itu sendiri yang rusak maka diobati apapun tidak bisa. Hai para sahabatku yang setia: Janganlah memungut bayaran anak didik, kecuali sebagaimana kesadaranmu terhadap aku, ketahuilah: pada dirimu terbukti adanya dua kejahilan yang menyolok, yaitu:

  1. Tertawa terbahak-bahak,
  2. Tidur nyenyak lupa bangun malam.

 

Al Faqih dalam keterangannya: Yang dimaksud garam bumi adalah para Ulama yang aktif mengajarkan ilmunya, menunjukkan Jalan yang benar, dan menyempurnakan akhlak manusia, tetapi Jika Ulama itu sendiri tidak lagi berfungsi, maka masyarakat awam akan hidup dalam kegelapan. Fungsi Ulama adalah penyuluh umat, dan penerang masyarakat ke jalan lurus yang diridai Allah  disamping sebagai pewaris para Nabi, yang selalu berpijak pada Allah:

 

Artinya:

“Katakanlah, aku tiada mengharapkan bayaran darimu, kecuali agar kalian mengasihi kerabatku. Sedangkan bayaranku teluh ditanggung oleh Allah.

 

Dan tertawa terbahak-bahak adalah kurang baik (makruh), juga semalaman tidur, lupa bangun malam adalah pertanda kurang sehat akal.

 

Tidur pagi hari menunjukkan ahmak (degil), sedangkan yang baik tidur siang hari, dan di sore hari menunjukkan kebodohan” (Al-Hadis).

 

Al-Faqih’, pada suatu hari Nabi  melihat orang ngomong, ngomong disertai tawa-tawa, lalu beliau mengingatkan mereka. Hendaklah kalian ingat hal-hal yang melenyapkan kelezatan, tanya sahabat: Apakah itu ya Rasulullah, Jawabnya: Yaitu mati. Kemudian beliay melihat lagi orang-orang tengah tertawa terbahak-bahak, sahdanya: “Demi Allah, ingatlah kalian, jika kalian mengetahui sebagaimana yang aku ketahui, pasti sedikit tertawa dan banyak tangis bagi kalian. Dan pada kesempatan yang lain beliau melihat lagi hal semacam itu, lalu beliau uluk salam dan bersabda: “Pada mulanya Islam itu asing, dan akan kembali: seperti semula (asing), beruntunglah manusia asing (beragama Islamj kelak di hari Kiamat, Siapa dia itu ya Rasulullah, Jawabnya: “Mereka yang mau memperbaiki (akhlak manusia) di saat kebejatan (moral melanda semua) manusia.

 

Al-Faqih  Di saat Nabi Musa  ditinggal pergi, ia minta nasihat Nabi Khidir seLalu nasihatnya sebagai berikut:

 

Artinya:

“Hai Musa, jangan terlalu banyak bicara, dan jangan pers tanpa perlu, dan jangan tertawa tanpa sebab, jusa jangan mentertasgakan orang salah (nyongklok —menuding mukanya). dan dosa-dosa yang kau perbuat, hai putra Ali Imran.

 

Nabi  tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, menoleh. kecuali dengan wajah penuh (Artinya: tidak memeloroki)”. (Ja’far Aut, Mas’ud, dari Auf Abdillah).

 

Al-Faqih dalam penjelasannya: Bahwa berpijak dari hadis tersebut di atas, tersenyum hukumnya sunah, sedang tertawa terbabak-bahak makruh, maka bagi akal sehat seyogyanya menjauhinya, karena dengan itu berarti menyimpan banyak tangis di akhirat, firman Allah:

 

Artinya:

”Sedikitkanlah tertawamu dan perbanyaklah tangismu, hal itu merupakan balasan amal perbuatan mereka”.

 

Aneh bagiku, orang yang diintai api neraka, masih sempat tertawa terbahak-bahak, dan orang yang bersuka-ria padahal maut tidak akan Iepas darinya (Hasan Bashry). Lebih lanjut kata Hasan Bashry: “Hai pemuda (yang tengah, tertawa) apakah kamu sudah selamat dari shirat?. Jawabnya: Belum, Lalu kau dapat memastikan tempatmu sorga atau neraka? Jawabnya: Juga belum, lalu apa penyebabnya kau tertawa? pemuda itu tidak lagi tertawa seperti semula.

 

(Kata Al Faqih), Pemuda itu benar-benar meresapi nasihat ulamanya, ‘ sehingga ia bertaubat dari tertawa yang tiada dibenarkan alasannya. terbukti nyata kemanjuran nasihat seorang Ulama yang mengamalkan ilmunya, nasihatnya membekas di hati umatnya, berbeda dengan nasihat kebanyakan ulama masa kini (di abad modern) nasihatnya tiada berbekas sama sekali, hal ini akibat ulama itu sendiri terlengah akan mengamalkan ilmunya. Barangsiapa tertawa di saat berbuat maksiat, maka akan bercucuran tangis di neraka (Ibnu Abbas ). Artinya: Orang yang banyak tertawa di dunia, pasti banyak tangis di akhirat, sebaliknya orang yang banyak tangis di dunia, pasti banyak suka-rianya di sorga”.

 

Ada 4 perkara, penghapus tertawa dan kesenangan orang beriman, yaitu:

  1. Ingat kehidupan akhirat,
  2. Sibuk bekerja (memenuhi nafkah) untuk diri dan keluarganya,
  3. Kacau pikiran, akibat dosa yang pernah diperbuat,
  4. Datangnya bala (musibah).

(Demikian Yahya Mw’adz Razy).

 

Oleh sebab itu, seyogyanya kita menyibukkan diri memikirkan semua itu, agar tiada kesempatan tertawa yang bukan sifat orang mukmin Firman Allah: |

 

Artinya:

“Apakah dengan ajaran ini, kalian ta’ajub (heran)?, tertawa, ridak menangis? Sedangkan kalian terlengah”, (An-Najm 59-61)

 

Dan kepada mereka yang prihatin, pujian Allah sbb:

 

Artinya:

”Mereka bersujud sambil menangis, dan bertambah khusyu nya”. (Al-Isra?’ 109)

 

Al-Faqih: Setiap orang seyogyanya, mau memikirkan 5 perkara, yaitu:

  1. Dosa-dosa terdahulu, sudah diampuni oleh Allah atau tidak.
  2. Diterima amal baiknya atau tertolak.
  3. Membaca riwayat hidupnya secara jujur, dan bagaimana hidupny (cara mendaya gunakan sisa umur yang masih ada),
  4. Di akhirat hanya ada 2 tempat, (sorga dan neraka), maka di tempat! manakah ia masuknya.
  5. Allah rida atau marah padanya.

 

Kemudian jika malas memikirkan 5 perkara ketika hidup di dunia ini, mau atau tidak, pasti harus menanggung 5 perkara berikutnya, yaitu:

1, Penyesalan terhadap harta yang ditinggalkan kepada ahli waris yang kelak memusuhinya,

  1. Penyesalan terhadap sedikit amal-baiknya,
  2. Penyesalan akibat banyaknya perbuatan dosa,
  3. Penyesalan akibat banyaknya penuntut, yang harus dibayar dengan sedikit amalnya, lalu ditambah dengan beban berat (dosa) para penuntutnya,

5, Sekali Allah murka tetap memarahinya, tiada jalan baginya untuk meminta ridaNya.

 

Rasulullah  bersabda: Seandainya kau tahu sebagaimana yang aku ketahui, pasti kau banyak menangis, sedikit tawa, dan kau keluar ke daratan tinggi menjerit-jerit (menangis) kepada Tuhan, dan kau tiada kesempatan bercanda dengan istrimu, atau ketenangan di ranjangmu. Dan aku menginginkan sewaktu aku diciptakan seandainya menjadi pohon yang ditebang orang (urusannya tidak berkesinambungan, berbeda dengan urusan manusia kelak). (HR. Abu Dzar )

 

Setiap pagi dan sore hari, orang mukmin disibukkan dengan memikirkan hari Kiamat, Hasan Bashry sendiri, kelihatannya selalu sedih seperti barusan mengubur ibunya sendiri (seperti orang di tinggal mati ibunya). (demikian Yunus dari Hasan Bashry).

 

Tafsiran ayat (di bawah) ini, menurut Auza’i sbb: “Kenapa suratan amal ini tiada tertinggal yang kecil atau yang besar, kecuali ditulisnya?”. Yang kecil tersenyum dan yang besar tertawa. Inilah ayatnya:

 

Artinya:

 

“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal seseorang). lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya. dan mereka berkata: “Aduhai Celaka, kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar. melainkan ia mencatat semuanya”. (Al Kahfi 49)

 

Maksudnya, seandainya kau tahu sesuatu yang aku ketahui, pasti sedikitlah tertawamu, banyak tangisnya, dan seseorang dari kamu bersujud sampai punggungnya putus, menjerit sampai suaranya habis, kau akan menangis kepada Allah sekalipun tidak dapat menangis yang sesungguhnya, seperti layaknya orang menangis. (Abdullah Umar, bin Ash )

 

Setiap orang pasti menangis di hari Kiamat, kecuali 3 mata:

 

  1. Mata yang dibuat menangis karena takut Allah,
  2. Mata yang terpejam ketika melintasi hal-hal yang diharamkan Allah.
  3. Mata yang dibuat jaga malam ketika jihad menegakkan agama Allah. (Sufyan bin Muhammad Ajlan)

 

Aku sangat menyesali perbuatanku (tertawa satu kali) yaitu: ketika berdebat dengan Amr ‘Ubaid golongan Qadariyah (yang tak meyakinkan ketentuan Allah yang sudah selesai), perasaanku menang saat itu sampai aku tertawa, Lalu katanya: Engkau membahas ilmu sambil tertawa, maka cukup alasan bagiku untuk tidak mengajak bicara denganmu selamanya. Kemudian yang menjadi penyesalanku ialah seandainya tidak tertawa, pasti ia salut terhadap pendapatku, dan menjadi kemaslahatan ilmu. (Abu Hanifah).

 

Barangsiapa memejamkan matanya dari hal-hal yang tidak perlu (dilihat), berarti taufik Allah baginya untuk khusyuk, dan Barangsiap? menanggalkan kesombongan, berarti taufik tawadlu’ baginya, dan jika bicara secukup keperluannya, berarti memperoleh hikmah, dan jiks makannya sederhana berarti memperoleh taufik menikmati lezatnya beribadat. Dan barangsiapa tidak suka sendagurau, pasti diberi wibawa dan keindahan, lebih dari itu jika meninggalkan tertawa, pasti bertambah hebat wibawanya, dan jika tidak mengharap hak milik (harta kekayaan) lain orang, pasti disenangi banyak orang (masyarakat). (Muhammad Abdullah ‘Abid)

 

Dan barangsiapa tidak menyibukkan diri mengoreksi kesalahan orang lain, pasti memperoleh taufik mengoreksi kekurangan dirinya, dan “jika dapat melenyapkan keraguan terhadap sifat-sifat Allah, pasti selamat “ dari penyakit nifak (tidak munafik).

 

Tentang firman Allah (di bawah) ini, Rasulullah  bersabda:

  1. Heranku terhadap orang yang meyakinkan adanya maut, kenapa masih sempat bersuka ria?,
  2. Dan terhadap orang yang meyakinkan adanya neraka, kenapa sempat tertawa?,
  3. Dan terhadap orang yang meyakinkan ketentuan Allah, kenapa sempat berduka cita?,
  4. Dan terhadap orang yang meyakinkan bahwa dunia itu bukan tempat kekal, kenapa tenang-tenang (santai)?,
  5. Dan Tiada Tuhan yang lain, kecuali Allah, Muhammad adalah Rasulullah Allah.

 

Inilah FirmanNya:

 

Artinya:

“Di bawahnya ada lembaran emas yang diukir  tulisan (tersebut diatas)”.

 

Gelak tawanya mukmin, berarti kelengahannya (lupa) terhadap urusan akhirat, sebab jika ia tidak lengah pasti tidak mungkin tertawa”. (Tsabit Bunany).

 

Capailah kegembiraan yang tiada (batas) sedihnya, (sedang caranya yaitu) dengan keprihatinan yang tidak (disertai) kesenangan. Artinya:

 

Kegembiraan kekal (di akhirat) tidak mungkin tercapai, tanpa menguasai nafsu (syahwat), prihatin menahan segala keinginannya. (Yahya Muadz, Rasy). Selanjutnya dikatakan, adanya 3 perkara penyebab hati membatu (keras), yaitu:

  1. Terlalu banyak tertawa,
  2. Belum terasa lapar, makan lagi,
  3. Ngomong kosong (bicara ke sana ke mari tiada perlunya).

 

Rasulullah  bersabda”:

 

Artinya: ”Binasalah orang vans berdusta untuk membuat bahan tertawa bagi manusia, celaka dia, celaka dia, celaka dia (diulang 3x)”. Terkadang orang ngomong (hanya) satu kata, membuat ketawa lawan bicara (orang disekeliling)nya, padahal Allah marah kepadanya dan orang-orang yang di-sekelilingnya. Dan terkadang orang berbicara satu kata yang diridai Allah, lalu ia memperoleh rahmat dan Allah meratakan rahmatNya kepada orang yang disekelilingnya. (Ibrahim Nakha-i)

 

Rasulullah  bersabda: Hai Abu Hurairah, jadilah orang wira’i, pasti engkau menjadi ahli ibadat terbaik, dan bergana’ah-hb, pasti engkau pandai bersyukur, dan senangilah buat orang lain sepet’ engkau menyenangi buat dirimu sendiri, pasti engkau benar-benar mukmin(sempurna), dan penuhilah hak tetangga (berbuat baik terhadi? mereka), pasti engkau menjadi muslim (sebenarnya), dan sedikitlah tertawa, karena banyak tertawa hati menjadi mati (keras). Nasihat Umar kepadaku: “Barangsiapa banyak tertawa, kurang  berwibawa, dan senang bergurau, dikecilkan (disepelekan) orang, dan adat kebiasaan seseorang, tidak dirahasiakan, Barangsiapa banyak bicara, banyak pula salahnya, dan yang tidak punya malu, kurang wira’i (yang berarti keras kepala atau mati hatinya), tiada tempat bagi orang yang mati hatinya, kecuali neraka. (Demikian Malik Dinar dari Ahnaf Oais) Berhati-hatilah kalian, jangan sampai tertawa terbahak-bahak, sebab baginya 8 bahaya mengancamnya, yaitu:

 

  1. Para Ulama dan ahli pikir mencela kamu,
  2. Orang jahil berani (nglamak – Jawa) kepadamu,
  3. Jika kau jahil, pasti meningkat kedunguanmu, dan jika kau pandai, pasti merosotlah (derajat) ilmu padamu, berdasarkan hadis sbb:

 

Artinya: “Bahwasanya orang pandai, ketika tertawa satu kali, berarti hilanglah ilmunya satu utahan?”. -.

  1. Terlena akan dosa-dosa terdahulu,
  2. Dan berani berbuat dosa (maksiat), untuk jangka panjang, karena dengan tertawa hati menjadi keras (mati),
  3. Lengah terhadap mati dan kehidupan akhirat,
  4. Kalian bertambah berat tanggungan dosanya, akibat orang yang tertawa karena kalian,

8. Tertawa terbahak-bahak penyebab hujan tangis di akhirat. (Nasihat Al-Faqih).

 

Al-Faqih, Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya marah bara (emosi) dari api, Barangsiapa tengah dihinggapinya (dalam keadaan) tegak maka atasilah dengan duduk, dan jika ia duduk maka turunkanlah dengan berbaring”.

 

Al Faqih, Rasulullah , bersabda:

 

Artinya:

”Hati-hatilah kamu dari marah, karena marah berarti api membarabara dalam hati manusia, tahukah kamu ketika seseorang dihinggapi emosi (marah), matanya merah, urat urat lehernya tegak oleh karena itu jika seseorang marah, maka berbaringlah rebahkanlah badannya di tanah (insya Allah dingin)”.

 

Manusia dalam hal marah ini bermacam-macam, ada yang cepat marah, tetapi cepat pula dingin (reda), yang berarti seimbang. Dan ada pula yang lamban tetapi lambat pula redanya, berarti seimbang juga, Dalam hal ini yang paling baik adalah lamban emosinya tetapi cepat sembuh (reda), sebaliknya yang paling jahat yaitu cepat emosi lambat sembuhnya.

 

Kata Abu Umamah Bahily, Rasulullah  bersabda: Barangsiapa mengekang marahnya, padahal mampu baginya melampiaskan emosinya, dan terus dikekang (bersabar), pasti Allah memenuhi hatinya dengan ridaNya di hari Kiamat”.

 

Hai anak Adam, ketika kau marah ingatlah Aku, pasti Aku . damu (dengan memberi rahmat kepadamu), dan relakan ingat kepada hal itu lebih berharga dibanding pembelaanKu padamu, itu lebih berharga dibanding pembelaanmu sendiri”. (Termuat dalam Injil).

 

Kata Umar Abdul Aziz kepada orang yang membangkitkan kemarahannya: “Jika kau tidak membangkitkan emosiku, pasti kau sudah kuhukum, sikap demikian ini berpijak.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

”Mereka yang mampu mengekang emosinya”. (Ali Imran 134)

 

Oleh karena itu kesempatan mengekang amarahnya, dimanfaatkan sebaik-baiknya.

 

Umar Abdul Aziz ketika akan menangkap peminum yang tengah mabuk (akan dihukum dera), lalu ia di caci maki orang tersebut, langsung ia mengurungkannya, dan ketika ditanya: “Ya Amir (raja), kenapa kau urungkan?. Jawabnya: “Karena ia membangkitkan emosiku, lalu.jika aku menghukumnya, khawatir atas dasar emosi (kemarahanku), padahal aku takut menghukum seseorang hanya karena membela kepentingan pribadi”.

 

Maimun Mahran ketika akan memukul pembantunya (akibat kesalahan menumpahkan kuah dan hidangan pada badan Maimun karena ia tergelincir), lalu ia berkata: Hai majikanku, Firman Allah:

 

Artinya:

”Mereka yang mampu mengekang emosinya”.

Jawabnya: “Baiklah ”.

 

Firman selanjutnya:

 

Artinya:

“Dan suka memaafkan kesalahan orang”.

Jawabnya: ”Kumaafkan kesalahanmu”.

 

Kemudian FirmanNya:

 

Artinya:

“Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.

Jawabnya: “Mulai saat ini kau bebas (merdeka) karena Allah”.

 

Barangsiapa tidak memiliki tiga perkara, maka tidak mungkin menikmati lezatnya iman, yaitu:

  1. Kesabaran dalam menghadapi kedunguan si jahil,
  2. Wira’i yang menjaganya dari hal-hal yang haram,
  3. Akhlak (etika) dalam pergaulan dengan masyarakat. (Al-Hadis).

 

Seseorang punya kuda sangat baik, lalu pada suatu hari kelihatan patah kaki depannya (satu), ketika bertanya pada pembantunya, Kenapa kakinya patah, siapa yang mematahkannya? Jawabnya: Aku sendiri, Kenapa kau lakukan? Jawabnya: Sengaja agar pikiranmu kacau, Kemudian kata majikan tersebut: Aku akan membalas pelakunya (yaitu setan), katanya: Mulai saat ini kau merdeka, pergilah dan bawalah kuda itu untukmu. Nasihat Al Faqih: Seyogyanya orang Islam bersifat sabar dan tenang, yang membuktikan setengah sifat para muttagin terpuji.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Barangsiapa bersabar dan memaafkan, maka hal itu adalah urusan yang sangat diutamakan”.

 

Artinya:

”Tidak serupa antara kebaikan dan keburukan, berantaslah keburukan itu dengan cara yang baik, maka dengan demikian musuh berbalik menjadi kawan akrab”.

 

Artinya:

“Ibrahim adalah orang yang benar-benar sabar, ia selalu mengintropeksi diri (mengingat dosa dan kekhilafannya), serta bertaubat”.

 

Artinya:

”Bersabarlah seperti Ulul ‘Azmi (semangatnya membaja) dari para Rasulullah”.

 

Pengertian ayat (di bawah) ini, menurut Hasan sebagai berikut:

 

Artinya:

“Ketika orang-orang jahil (dungu) mencaci-maki, mereka Sabar menanggapinya”.

 

Dulu ada seorang abid, setan kesulitan akan menyesatkannya, pada suatu hari ia keluar ada perlu, lalu setan mengikutinya akan menggoda lewat syahwat dan marahnya, tetapi tidak berhasil, dilanjutkan lewat ketakutannya, dibayangkan kepadanya seakan dijatuhi gunung besar, ia zikir kepada Allah sampai terhindar, setan kemudian menjelma menjadi hewan buas (seperti singa dan lain-lain), tapi ia tetap tabah. Setan berusaha menjelma ular melingkari kaki ketika salat, terus menjalar sampai kepalanya, ketika akan sujud ular membuka mulutnya seakan menyantap kepalanya, tapi ia hanya menyingkirkannya, langsung sujud. Setelah selesai salat setan berkata: Sudah ku usahakan menyesatkanmu tapi tidak berhasil, sekarang aku tunduk berkawan denganmu. Jawabnya: Ketika kau menakut-nakuti, aku tidak takut, Alhamdulillah, sekarangpun aku tidak mau menerimamu menjadi kawanku. Kata setan, Tahukah kamu, bagaimana keadaan keluargamu sepeninggalmu? Jawabnya: Aku telah mati sebelum mereka, Lalu tidakkah kau tanya, bagaimana aku menyesatkan manusia? Jawabnya: Baiklah kudengarkan. Kata setan:

dengan 3 perkara, yaitu:

  1. Kikir,
  2. Marah,
  3. Mabuk.

 

Pertama: kikir. Kami menghantui mereka (bayangan) bahwa: Harta sedikit, sayang jika dikeluarkan zakat (kewajibannya).

 

Kedua: marah. Kami permainkan seperti anak main bola, sekalipun ia seorang yang mampu menghidupkan orang mati dengan doanya, kami tidak pernah putus asa menyesatkannya, karena ia yang membangun dan kami yang merusaknya cukup dengan satu kata.

 

Ketiga: mabuk.

Kami sangat mudah tinggal menuntunnya saja kepada maksiat seperti menuntun kambing.

 

Di dalam pernyataan setan, orang marah dikuasai olehnya, seperti bola di tangan anak-anak, oleh karena itu seseorang harus sabar agar tidak sampai dikuasai setan dan tidak pula disesatkannya (kepada perbuatan maksiat).

 

Pada suatu saat Iblis datang menggoda Nabi Musa  , katanya: Kamu pilihan Allah untuk risalah, dan kalimullah, sedang aku manusia biasa yang ingin bertaubat kepada Tuhan, cobalah kau membantuku agar diterima taubatku, Nabi Musa senang, ia berwudu, salat dan berdoa: Ya Tuhan, Iblis di antara makhlukMu bertaubat, maka terimalah taubatnya. Jawab Tuhan (dengan wahyuNya): Hai Musa, dia tiada bertaubat, Kata Musa: Ya Tuhan, ia minta taubat, Jawab Tuhan: Aku penuhi doamu Musa, serukan padanya bersujud di makam Adam, lalu Kuterima taubatnya. Nabi Musa dengan senang menyampaikannya pada Iblis, Tetapi apa jawabnya: Ketika hidupnya aku menolak sujud padanya, kenapa sesudah mati aku harus sujud kepadanya? Lalu katanya: Atas kebaikanmu padaku, maka 3 perkara kuhadiahkan padamu, yaitu:

 

  1. Ketika marah, ingatlah padaku, karena aku masuk tubuhmu beredar dengan peredaran darah,
  2. Di tengah peperangan, ingatlah padaku, karena aku menggugah ingatan mereka (sayang) terhadap keluarga (anak-istri) mereka, dan harta kekayaan yang ditinggalkan, sehingga mereka mundur,
  3. Hati-hatilah berduaan dengan wanita bukan muhrim, karena akulah yang mendalangi mereka memuaskan syahwat mereka.

 

Hai anakku, 3 perkara tiada tampak, kecuali pada 3 perkara, yaitu:

 

  1. Orang sabar, tiada tampak, kecuali ketika marah,
  2. Pemberani tiada tampak, kecuali tengah bertempur,
  3. Saudara tiada tampak, kecuali tengah membutuhkan bantuan (hal penting). (Demikian nasihat Lugman Hakim).

 

Seseorang memuji Ulama Tabi’in, lalu ia diminta alasan Nyata tentang pujiannya itu, katanya:

  1. Kau pernah mengujiku tengah marah, hingga nyata kesabarankus Jawabnya belum.
  2. Kau pernah mengujiku, di dalam perjalanan, hingga nyata padamu kebaikan akhlakku? Jawabnya: Belum,
  3. Kau pernah mengujiku tentang amanatku, hingga nyata padamu aku orang terpercaya? Jawabnya: Belum, kata Ulama tersebut.

 

Celaka kau, seseorang tidak boleh memuji lain orang, sebelum nyata padanya 3 perkara tersebut di atas.

 

Tiga akhlak terpuji, tidak mungkin tercapai, kecuali penghuni sorga, yaitu:

  1. Memaafkan penganiaya (orang yang zalim) pada dirinya,
  2. Murah hati terhadap orang yang kikir kepadanya,
  3. Menolong orang yang menyalahi dirinya. Yafsiran ayat (di bawah) ini, ditanyakan Rasulullah kepada Jibril, Jawabnya: “Kutanyakan dulu kepada Allah Yang Maha Tahu, Tidak lama kemudian ia datang dan berkata: “Hai Muhammad, bahwasanya Allah memerintah kepadamu agar menyambung kembali saudara atau famili yang memutuskan ikatan persaudaraan denganmu, dan bermurah hati terhadap orang yang kikir kepadamu, serta memaafkan orang yang pernah menganiaya dirimu. Inilah ayatnya:

 

Seseorang mencaci-maki Abu Bakar Shidiq , sedang Rasulullah  duduk dan tenang, Abu Bakarpun tenang. Setelah orang tersebut diam (dari makiannya), Abu Bakar menjawabnya, dan Rasulullah cepat: cepat bangun dari duduknya, lalu Abu Bakar mengejar seraya berkata: Ya Rasulullah, ia memaki-maki aku (sedang engkau tetap tenang), saat aku membalasnya, kenapa engkau pergi? Jawab beliau , Sebetulny malaikat sudah melemparkan makiannya itu (kepada dirinya), di saat engkau tenang, tetapi sewaktu kau balas makian itu, maka malaikat pergi, dan duduklah setan, kemudian aku tidak senang duduk bersama setan.

 

Lalu beliau bersabda, Tiga perkara kebenaran yaitu:

 

  1. Tiada manusia dianiaya lalu memaafkannya, karena mengharap rida Allah, kecuali pasti ditingkatkan (derajat) kemuliaannya.
  2. Tiada orang menghimpun harta kekayaan dengan cara minta-minta (ngemis), kecuali ditambah miskinnya,
  3. Tiada manusia pemurah (memberi) ikhlas karena Allah, kecuali ditambah berkah (cukup) oleh Allah. (HR. ibnu ‘Ajlan, Sa’id Maghbury, dari Abu Hurairah )

 

Al Faqih, Rasulullah  bersabda: Segala sesuatu punya ke istimewaan, dan majelis teristimewa yang menghadap kiblat, dan majelis kalian itu dengan amanat, kalian jangan salat di belakang orang tidur, dan orang berhadats, bunuhlah ular dan ketongeng, sekalipun tengah melakukan salat, jangan tutup dinding dengan kain, dan barangsiapa membuka atau membaca surat kawan atau saudaranya tanpa izinnya, berarti ia membuka neraka. Dan barangsiapa ingin kuat, berserah dirilah kepada Allah, jika ingin mulia, takwalah kepada Allah, jika ingin menjadi manusia terkaya, yakinlah akan jaminan Allah melebihi (harta) yang ditangannya. Kemudian sabdanya pula: Tahukah kamu manusia yang paling jahat? Yaitu orang yang kenyang (sendiri) tidak perduli (membantu) kanan kirinya, berwatak bengis, dan memukul pembantunya. Lalu siapakah yang lebih jahat dari itu? Yaitu: Manusia yang suka membenci dan dibenci lainnya. Lalu siapakah yang melebihi itu? Yaitu: Orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, tidak menerima maaf atau udzur lain orang. Lalu siapakah yang melebihi itu? Yaitu: Manusia yang tidak bisa diharap kebaikannya, dan orang lain tidak tentram karena gangguannya. Kemudian beliau  menirukan nasihat Nabi Isa s: Hai Bani Israil, hikmah jangan kau katakan pada orang jahil, berarti kau aniaya pada hikmah itu, dan jangan pula kau simpan (dari ahlinya) berarti kau aniaya pula orang yang berhak atas itu. Dan jangan kau tanggapi orang jahat (membalas kejahatannya) mengakibatkan lenyapnya kebaikanmu di sisi Tuhan. Hai bani Israil, pada dasarnya segala urusan itu terbagi menjadi tiga, yaitu:

 

  1. Yang baik (terang) baiknya, ikutilah.
  2. Yang buruk (terang) buruknya, hindarkanlah,
  3. Yang meragukan, maka kembalikan kepada Allah dan Rasulullah Nya.

 

Landasan zuhud ‘” di dunia 4 perkara, yaitu:

 

  1. Kemantapan diri atas janji Allah (dalam menjamin) dunia dan akhiratnya,
  2. Pujian dan celaan manusia tiada perbedaan baginya (tidak bangga karena dipuji dan tidak merasa hina ketika dicela)
  3. Ikhlas dalam segala amal,
  4. Memaafkan terhadap orang yang menganiaya, tidak memarahi pembantu (keluarga)nya, serta bersikap tenang dan sabar. (Seorang Ulama hikmah)

 

Lima perkara dapat mengangkat derajat pelakunya, yaitu:

 

  1. Tidak makan kecuali yang halal,
  2. Setiap hari minta rezeki (halal) kepada Allah,
  3. Menganggap dirinya seperti orang mati,
  4. Berserah diri sepenuh hati kepada Allah, jika diganggu atau dimarahi orang katakanlah: Kehormatan sudah kuserahkan penuh kepada Allah.
  5. Ketika bersalah atau berdosa, segeralah minta ampun kepada Allah (Nasihat Abu Dardak).

 

Di perang Uhud Rasulullah  patah gigi serinya, para sahabat berkata: Ya Rasulullah, kenapa orang yang mematahkan gigi serimu, tidak kau doakan agar binasa? Jawabnya: Bahwasanya aku diutus bukan untuk mengutuk manusia, melainkan agar berdakwah dan rahmat (doanya sebagai berikut:)

 

ALLAAHHUMMAHHDI QAUMII FA INNAHHUM LAA YALAMUUN.

 

Artinya:

 

“Ja Allah, tunjukilah kaumku, sebab mereka belum mengerti”. Sabdanya pula: “Barangsiapa mengekang lisannya dari kehormatan orang Islam, pasti Allah memaafkan kesalahannya di hari Kiamat, dan Barangsiapa mengekang amarahnya, pasti Allah mengamankan marahNya di hari Kiamat”. (Al-Hadis).

 

Ketika Nabi  menyaksikan arena dan juara (angkat batu) beliau menawarkan: Kalian mengukur kekuatan dengan angkat batu, lalu sekira kutunjukkan orang yang lebih kuat dari kamu, mau? Jawabnya: Baiklah ya Rasulullah, Yaitu: Orang yang emosi (marah), lalu mampu mengekangnya dan bersabar”. (HR. Mujahid).

 

Barangsiapa membalas penganiayaan dengan doa (agar ia binasa), berarti menyulitkan Nabi Muhammad  di tengah-tengah para Nabi Rasulullah lainnya, dan membuat Iblis bersorak-sorai di tengah-tengah orang kafir. Dan bagi yang memaafkan penganiaya (dholim padanya) berarti menyulitkan Iblis ditengah-tengah orang-orang kafir dan melegakan Nabi Muhammad  di tengah-tengah para Rasulullah dan orang-orang salih”. (Demikian Yahya Mw’adz).

 

Pada hari kiamat kelak berseru penyeru: “Mana orang-orang yang pahalanya dijamin oleh Allah Azza wa Jalla?” Maka berdirilah orang-orang yang suka memaafkan manusia, kemudian mereka masuk ke dalam surga. (Al-Hadis).

 

Kemanusiaan ialah: Tawadlu’ dalam pemerintahan, memaaf kan ketika berkuasa (menjabat pemerintahan), dan pemurah tanpa mengungkap-ungkap pemberian (Ahnaf Oais).

 

Orang-orang mukmin adalah patuh dan baik, seperti unta yang dikendali hidungnya, ketika dituntun patuh, dan ketika perintah berhenti di gunung, juga mau. (HR. ‘Athiyah).

 

Bersabarlah ketika emosi (marah), jangan terburu-buru menurutinya, karena hal itu sangat merugikan, di antaranya:

  1. Menyesal,
  2. Diejek masyarakat,
  3. Disiksa Allah. (Demikian nasihat Al-Faqih).

 

Dan selanjutnya beliau mengemukakan adanya 3 keuntungan bagi yang sabar yaitu:

  1. Gembira hatinya,
  2. Masyarakat memujinya,
  3. Jaminan pahala dari Allah. Benar pahit sabar itu hanya pada awalnya, namun manis pada akhirnya, seperti sya’ir berikut ini:

 

Artinya:

“Pada mulanya sabar terasa pahit, tetapi kemudian manis melebihi madu rasanya”.

 

Allah Maha Mengetahui segalanya.

 

Al-Faqih. , Bertakwalah kepada Allah, karena di dalamnya sumber segala kebajikan, dan berjihadlah, karena ia tempat menempa karakter umat Islam, berzikirlah selalu kepada Allah serta membaca Alquran, karena ia menyinari hatimu di bumi, dan keharuman namamu di langit. Dan kuncilah lisanmu, kecuali kata-kata baik, karena hal itu merupakan senjata bagimu dalam memerangi setan (demikian nasihat beliau  kepada manusia).

 

Definisi takwa ialah: Melakukan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, disamping memelihara lisan dari kata-kata yang tidak baik, agar memperoleh keuntungan, dan selamat. Jika tidak mampu melakukan hal itu (berkata baik), maka lebih baik diam, pasti menang (artinya dilindungi dari godaan setan), dan Allah menyimpan rahasia (aib)nya. (demikian Al-Faqih).

 

Al-Faqih , Rasulullah  bersabda: Barangsiapa memukul budaknya, maka tebusannya memerdekakannya, dan jika memelihara lisannya, pasti rahasianya dijaga baik-baik. Dan jika emosinya ditahan, pasti selamat dari siksa, Barangsiapa minta maaf, pasti Allah memaafkannya.

 

Rasulullah  bersabda” ”:

 

Artinya:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, wajib menghormati tamu, dan tetangganya, serta berkata baik atau diam”.

 

Al Faqih, hai kemenakanku, orang-orang dulu enggan bicara yang tak perlu atau bukan urusannya, hal semacam itu sia-sia bagi mereka, kecuali Kitab Allah, amar ma’ruf nahi munkar dan keperluan hidup harian. Siapa sanggup membantah Firman Allah:

 

Artinya:

“Padahal bagi kamu ada para malaikat yang mengawasi perbuatanmu, yang mulia penulis amal-perbuatanmu?”. (Al-Infithar 10-11)

 

Artinya:

“Malaikat yang satu duduk di sebelah kanan, dan yang lain. sebelah kiri”. (Qaaf 17).

 

Artinya:

“Tiada sepatah katupun yang diucapkan, kecuali senaniiasa. diawasi malaikat Ragib dan ‘Atid”. (Qaaf 18)

 

Dan siapa yang tidak malu ketika rahasianya dibongkar (catatar amalnya), ternyata bukan urusan keagamaan, atau keduniaan yang utama, tetapi hanyalah masalah sepele yang tiada berarti, dan yang berlebih lebihan semata. (demikian nasihat ‘Athak bin Rabah).

 

Rasulullah  bersabda”: Tiada patut bagi orang mukmin, jika tidak mempunyai 4 sifat berikut ini, yaitu:

 

  1. Diam, yaitu permulaan ibadat,

2, Tawadlu,

  1. Zikir kepada Allah,
  2. Meringankan (mengurangi) keburukan”.

 

Seseorang dianggap baik Islamnva, jika mampu menyampingkan hal-hal yang bukan urusannya (tidak mencampuri urusan orang lain). (Hadis Rasulullah  dari Abu Hurairah )

 

Kata-kata yang telah dikeluarkan adalah bagai anak panah, dan berikut ini pernyataan 4 orang tokoh (negarawan), yaitu:

 

  1. Raja Kisra: Aku tidak menyesali perkataan yang belum terucapkan, tetapi terkadang menyesali yang sudah diucapkan.
  2. Raja Cina: Kata-kataku belum diucapkan aku tetap menguasainya, tetapi jika sudah diucapkan maka ia memiliki aku,
  3. Kaisar Romawi: Aku lebih mudah mengekang apa yang belum diucapkan, dan tidak mungkin menarik kata-kata yang sudah diucapkan,
  4. Raja India: Heranku dari orang yang mengatakan sepatah kata, jika dituntut berbahaya, dan jika tidak, pasti sia-sia. (Abu Bakar ‘Ayyasy).

 

Rabi’ Khaitsam sudah terbiasa, sejak pagi hari menyiapkan kertas dan pena, setiap berkata (ngomong) pasti ditulis, hingga sore harinya ia mengevaluasi (mengontrol)nya.

 

Demikian hati-hatinya orang zahid dalam memelihara lisannya hidup di dunia, dan seyogyanya orang Islam menyusun (administrasi) amalnya, selama hidup di dunia, sebelum diperiksa (dihisab) di akhirat, karena hal semacam itu di dunia sangat ringan, jika dibandingkan hisab akhirat. (Demikian Al-Faqih).

 

Pernyataan kawan Rabi’ Khaitsam, Sejak 20 tahun aku bersahabat dengannya (Rabi”), belum pernah sepatah katapun yang dicela”. (Ibrahim Taimy). Dan kata Musa Sa’id: Di saat Husain putra S. Ali  terbunuh, kawan Rabi berkata: “Pada hari ini kemungkinan Rabi’ berbicara, lalu ia menemui Rabi menyampaikan khabar terbunuhnya Husain, kemudian Rabi menengadah ke langit seraya berdoa: “Ya Allah, Pencipta langitbumi, Yang mengetahui ghaib dan nyata, Engkau-lah Yang mengatasi segala urusan yang diperselisihkan hambaMu”. Rabi’ sedikitpun tidak menambah, kecuali doa tersebut di atas.

 

Kebodohan akan nampak nyata dengan 6 perkara berikut ini:

 

  1. Memarahi orang (lain), hewan dll. yang tidak mengena sasaran.
  2. Ngomong-ngomong yang tiada manfaatnya (ngobrol bukan urusannya),
  3. Memboroskan harta (memberi sesuatu kepada orang yang tidak memerlukan).
  4. Membuka rahasia di depan umum,
  5. Gampang kena pengaruh lain (segala tutur orang dipercaya),
  6. Tidak mampu membedakan mana kawan dan mana lawan. semestinya kawan ditaati dan lawan diawasi, lawan utama adalah setan yang harus dihindarkan. (Ulama hikmah)

 

Setiap kalimat tidak berorientasi (tertuju) pada zikrullah adalah siasia (laghwun), dan diam tanpa berpikir adalah terlengah, dan penglihatan tanpa perhatian adalah permainan, oleh karena itu beruntunglah orang yang kata-katanya senantiasa tertuju pada zikrullah, diamnya tidak kosong dari berpikir, dan penglihatannya mengandung pengertian. (Demikian Nabi Isa )

 

Sedikit bicara banyak kerja, itulah semboyan mukmin sedangkan orang munafik: “Banyak ngomong pelaksanaan kosong (Nol)”. (Pernyataan Auza’i).

 

Lima perkara tidak mungkin dimiliki orang munafik, yaitu:

 

  1. Fiqih (pengertian) agama,
  2. Wira’ (berhati-hati dalam mengendalikan lisan),
  3. Manis muka (ramah-tamah),
  4. Cahaya menembus hati sanubari,
  5. Kasih-sayang terhadap sesama muslim”. (Al-Hadis).

 

Baik dan tidaknya perkataan manusia, tergantung amal perbuatannya, jika amalnya baik, kata-katanya pun juga baik, dan jika amalnya buruk, omongannyapun keji dan kotor”. (Yahya Aktsara). Dan nasihat Lukman Hakim: “Hai anakku, Barangsiapa berkawan dengan orang buruk atau jahat, pasti binasa (tidak selamat), jika masuk lokasinya, pasti tertuduh, dan orang yang tidak mampu mengekang lidahnya, pasti menyesal.

 

Untunglah orang yang:

 

  1. Mampu mengendalikan lisannya (dari kata-kata keji dan jorok),
  2. Melapangkan rumahnya (menggembirakan seluruh anggota keluarga),
  3. Menangisi dosa-dosanya”. (Al-Hadis).

 

Bahwasanya orang yang bijak itu lisan dibelakang, hati di muka, setiap pembicaraan pasti dipikir lebih dahulu, jika membawa maslahah dikeluarkan, tetapi jika akibatnya membahayakan lebih baik dikekang. Sebaliknya orang jahil akalnya di ujungnya, berbicara tidak dipikir dulu maslahah dan mafsadahnya (Al-Faqih dari ayahnya, dari Hasan Bashry).

 

Al-Faqih dari ayahnya pula, dengan sanadnya dari Abu Dzar Ghifary  Rasulullah  bersabda: Di dalam shuhuf Ibrahim  di muat teladan, nasihat (seperti), Manusia normal hendaknya pandai memelihara perkataannya, pandai membaca sikon, menekuni bidangnya (urusan yang dihadapi). Barangsiapa menilai bicara termasuk amal, maka jangan bicara kecuali jika sangat perlu (penting).

 

Rasulullah  bersabda, Seyogyanya bagi manusia sehat akal jangan mencampuri urusan, kecuali 3 perkara, yaitu:

 

  1. Bekerja keras demi kemaslahatan dunianya,
  2. Memperbanyak amal demi kebahagiaan akhiratnya,
  3. Menghibur diri (dan keluarga) dengan hal-hal yang tidak terlarang.

 

Dan seyogyanya pandai membagi waktu siangnya dalam 4 bagian, yaitu:

 

  1. Untuk munajat kepada Tuhan,
  2. Mengevaluasi tingkah-lakunya (mengoreksi diri),
  3. Belajar ilmu, agama dan minta wejangan Ulama,
  4. Memenuhi kebutuhan nafsu yang diridai Allah (bercanda dengan istri atau menghibur keluarga).

 

Dan seyogyanya pula, teliti terhadap urusannya, mengenal orangorang di masanya, dan memelihara aurat serta lisannya. (Menurut AlFaqih wejangan tersebut di atas juga dimuat dalam hikmat Nabi Daud ).

 

Lukman Hakim berkunjung ke tempat Nabi Daud , ia tengah membuat baju besi (perang), Lukman sangat mengagumi kerjanya, maunya bertanya tapi dikekang hikmatnya, akhirnya tidak jadi bertanya. Sesudah selesai baju dipakai seraya berkata, “Sebaik-baik baju besi dibuat perang, dan baik pula yang mengerjakannya”. Sahut Lukman: “Diam itu hikmah, tetapi sangat sedikit yang mampu melakukannya”. (Anas Malik).

 

Artinya:

“Ilmu adalah perhiasan, sedang diam keselamatan, lalu ketika engkuu berbicara, jangan terlalu banyak”.

 

Artinya:

” Jika engkau menyesal kurenu diam sekali, maka hal itu lebih baik, daripada kau menyesal akibat ngomong berulang kali”.

 

Mereka setengahnya mengatakan (berupa sya’ir), .

 

Artinya:

“Seorang pemuda bisa mati akibat terpeleset kata-katanya. tapi mati karena kaki terpeleset tidaklah ada, “

 

Artinya:

Janganlah ngomong yang kau tak senang, karena ucapan lisan (tentang sesuatu) akan tertuju”.

 

Humaid Abbas dalam sya’irnya:

 

Artinya:

“Sungguh tiada sesuatu yang diketahui tempatnya, sewajarnya dikunci (penjara) seperti lisan yang rendah. Dalam mulutmu kau kunci dari segala yang bukan urusanmu, dengan kunci kokoh, karena kata-kata itu terkadung keluar dari bergurau, tetapi berupa senjata (racun) yang secepatnya membuwa kematian. Diam sungguh lebih utama dibanding dengan kata-kata gurau, oleh sebab itu jadilah pendiam agar kau selamat, jika bicara lurusluh. Jangan pula berubah terhadap kawan, jika membenci sederhanakanlah, karena kau tidak mengerti, padu suatu saat kau membenci kekasihmu, atau mengusihi yang kau benci, oleh karena itu berpikirlah (pikirkanlah).

 

Diam, menyimpan 7000 kebaikan, semuanya disimpulkan pada 7 kata-kata berikut ini:

 

  1. Diam adalah merupakan ibadat tanpa jerih payah,
  2. Ia berupa perhiasan tanpa repot berhias,
  3. Kemegahan tanpa kerajaan,
  4. Benteng tanpa pagar,
  5. Kecukupan tanpa permisi,
  6. Melegakan malaikat bagian administrasi,
  7. Menyimpan (menutupi) aib-aibnya,

 

Dinyatakan pula bahwa: Diam adalah keindahan bagi cerdik-pandai (ilmuwan), dan hijab (penutup) bagi orang awam”. (Ulama Hikmat)

 

Pada dasarnya jasmani manusia terbagi 3, yaitu:

  1. Hati,
  2. Lisan, dan
  3. Anggota badan.

 

Dan masing-masing punya keistimewaan. Keistimewaan hati tauhid dan makrifat, Lesan, dengan syahadatain dan baca Alquran, sedangkan anggota badan keistimewaannya dengan melakukan salat, tawaf, puasa dan lain-lain. Dan setiapnya punya pengawas, yaitu:

 

  1. Hati pengawasnya Allah
  2. Lisan, Ragib Atid (Alquran S. Qaaf 18).
  3. Anggota badan, diserahkan pada Amr (perintah) dan Nahyu (larangan), setiapnya diharap tepat-jujur.

 

Adapun kejujuran hati dengan beriman, tidak hasud, iri, khianat atau pemalsuan. Sedangkan lisan, dengan tidak mengungkap keburukan orang lain, bohong dan mencampuri urusan orang lain. Dan kejujuran anggota badan, dengan tidak melakukan maksiat, tidak mengganggu sesama manusia (muslim). Ketidakjujuran mereka masing-masing diberi sanksi sebagai berikut:

 

  1. Munafik, bagi yang hatinya tidak jujur.
  2. Kafir, bagi yang lesannya tidak jujur (terpeleset),
  3. ‘Ashi (maksiat), bagi yang anggota badannya tergelincir” (Hakim).

 

Hai (para) pemuda, jika kau mampu mengendalikan 3 perkara (di bawah ini), pasti kau selamat. Yaitu:

 

  1. Lisan,
  2. Alat fital (kemaluan),
  3. Perut”. (Hasan dari Umar Khaththab).

 

Seorang pembantu dari Ethiophia terlihat hikmatnya (pertama kali yaitu): Ketika majikannya menyuruh menyembelih kambing, lalu minta bagian yang terbaik, kemudian diambilkan hati dan lidahnya. Di hari berikutnya majikan minta bagian kambing yang terburuk, lalu diambilkan lagi hati dan lidah, kemudian majikan bertanya: Kenapa kau berikan ini lagi? Jawabnya: Tiada yang terbaik pada bagian tubuh, kecuali anggota ini (hati dan lidah), jika keduanya baik, seluruh tubuhnya baik, dan jika buruk keduanya, maka buruk pula seluruh tubuhnya”.(Lukman Hakim)

 

Banyak bicara, pasti banyak salahnya, banyak harta, pasti banyak dosanya, dan buruk akhlak, pasti tersiksa. (Hasan Bashry)

 

Lemparan senjata (anak panah), lebih ringan dari pada lemparan kata-kata, karena hal ini tidak pernah gagal (sasarannya), tetapi senjata (anak panah) sering luputnya. (Sufyan Tsaury)

 

Nasihat anggota badan kepada lisan setiap paginya: lisan, kami tuntut kau dengan asma Allah, luruslah, karena sclamatan kami tergantung kelurusanmu, dan kecelakaan juga terserah kecuranganmu (Sa’id Hudry).

 

Hai sekalian manusia, tiada seorang bepergian jauh tanpa bekal, apalagi perjalanan yang sangat jauh (akhirat), tentu dengan bekal, sedangkan bekalnya, yaitu:

 

  1. Salat malam 2 rakaat, untuk menerangi kubur,
  2. Sedekah kepada fakir-miskin, untuk menyelamatkan diri dari siksa
  3. Haji, untuk mengatasi bahaya besar.
  4. Bagilah waktumu dalam 2 bagian yaitu:
  5. Bekerja keras mencari harta,
  6. Beribadat dan beramal untuk akhirat, janganlah kau tambah.
  7. Dan bagilah pula bicaramu dalam 2 bagian yaitu:
  8. Yang bermanfaat bagi kehidupan duniamu,
  9. Dan yang kekal di akhirat kelak, janganlah kau tambah.
  10. Dan harta kekayaanmu bagilah dalam 2 bagian yaitu:
  11. Dibelanjakan buat nafkah keluarga,
  12. Amal (bekal) akhirat, janganlah kau tambah.

 

Demikian nasihat Abu Dzar Ghifary, sesudah itu dia mengeluh: Kekacauan membunuhku pada satu hari yang tiada mungkin dikejar Maksudku, cita-cita dan kehendak (harapan)ku lebih jauh melebihi umus (ajal)ku, hingga tidak lagi beramal.

 

Jangan banyak ngomong selain zikir kepada Allah, karena itu mengakibatkan hati beku (mati), yang berarti jauh dari Allah, sekalipun demikian kalian tidak merasakan (tiada tahu).(Pesan Nabi Isa ).

 

Seandainya hatimu terasa keras, tenaga berkurang (badan lemah), rezekipun kurang, maka camkanlah bahwa kejadian semacam itu akibat campur tangan urusan orang lain (membahas yang bukan haknya).

 

 

 

Al-Faqih, kata Abu Darda’, Para Ulama tinggal sedikit (banyak yang wafat) dan kebanyakan orang dungu tidak mau belajar (oleh karena itu), belajarlah sebelum lenyap ilmu itu dengan wafatnya para Ulama. Kenapa kalian lebih rakus (harta) disibukkan dengan sesuatu (rezeki) yang sudah dijamin Allah? menganggap enteng pada tugasmu?

 

Sepengetahuanku tiada orang jahat melebihi tukang tapal kuda, kecuali:

 

  1. Orang yang tidak mengeluarkan zakat,
  2. Yang mengakhirkan waktu salat,
  3. Tidak memperdulikan bacaan (belajar) Alquran,
  4. Tidak memikirkan nasib para budak (rakyat kecil).

 

Rakus ada dua macam, yaitu:

 

  1. Yang tercela, hingga melupakan kewajibannya, menghimpun harta untuk kesombongan.
  2. Yang tidak tercela, tidak sampai meninggalkan kewajibannya dan tidak untuk kesombongan, karena di antara para sahabat ada juga yang kaya raya, Rasulullah $£ tidak mencela (tidak melarang)nya, (demikian penjelasan Al Faqih).

 

Al Faqih, Khafshah putri Umar berkata kepada ayahnya, Sungguh Allah telah memberi (rezeki) kepadamu sebanyaknya, juga kebaikan, kenapa tidak makan dan berpakaian melebihi biasanya? Jawab Umar : Engkau akan kuajak bertahkim pada dirimu sendiri, ia mengingatkan keadaan Rasulullah  yang disaksikan pula oleh Khafshah (istri beliau ) hingga ia menangis. Kemudian kata Umar: Kedua kawanku telah menempuh jalan (semacam ini), lalu jika aku menempuh jalan selain itu, pasti aku bersimpangan dengan jalan kedua kawanku, demi Allah aku akan bersabar mengikuti jejak kehidupan keduanya sekalipun berat, dan mudah-mudahan aku diberi kemampuan mencapai kehidupan keduanya dengan lunak dan puas”.

 

Al-Faqih””, kata Masruk: Kutanyakan kepada ‘Aisyah . Hai Ibu, Apa yang sering disabdakan beliau 52 ketika masuk rumah? Jawabnya, Yang sering beliau sabdakan yaitu:

 

  1. Seandainya manusia punya 2 lembah penuh emas, pasti ingin 3 (lembah emas), dan tiada yang dapat menghentikan (menghabisi) keinginan mereka kecuali tanah (mati dikubur),
  2. Allah selalu menerima siapa yang mau bertaubat,
  3. Allah memberi harta ini, hanya sebagai sarana, untuk melakukan salat, dan agar dikeluarkan zakatnya.

 

Segala sesuatu yang ada pada manusia, pasti binasa kecuali dua yaitu: 1. Rakus harta, dan 2. Menghayalnya. (HR. Qatadah dari Anas Malik )

 

Dua perkara yang sangat dikhawatirkan pada kalian, yaitu:

 

  1. Berkhayal (panjang angan-angan) yang mengakibatkan lupa akhirat,
  2. Menuruti nafsu, yang mengakibatkan terhalangnya kebenaran”. (S. Ali AbiThalib ).

 

Tiga perkara mengakibatkan (mengundang) tiga malapetaka, yaitu:

  1. Sibuk dengan urusan duniawi, pasti tertimpa derita kesibukan yang tiada henti-hentinya,
  2. Rakus harta, pasti tertimpa derita kekurangan (kemiskinan),
  3. Kikir harta, pasti tertimpa kekacauan yang tiada senangnya”. (AlHadis).

 

Ketika Abu Darda’ meninjau masyarakat Himsh, ia mengatakan sebagai berikut:

 

  1. Tidakkah kau malu, membangun (gedung) yang tidak mungkin kau diami selamanya?,
  2. Rerkhayal (angan-angan) yang tidak mungkin tercapai?
  3. Pengumpulan harta yang tidak mungkin kau nikmati (dimakan)? telah terjadi manusia sebelum kamu membangun (gedung) megah-megahan, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, dan berkhayal sejauh-jauhnya, akhirnya dengan terpaksa harus mendiami liang kubur dan khayalannya hanya tipu daya belaka, serta (harta) yang dihimpun sepanjang hidupnya hancur berantakan”.

 

Jika kau ingin mendampingi kawanmu (Rasulullah  dan Abu Bakar Shidiq), jaitlah sendiri bajumu (yang rusak), sol sendirilah sandalmu, dan jauhkan khayalanmu, serta jangan makan terlalu kenyang”. (Demikian nasihat S. Ali Thalib kepada Umar Khaththab ).

 

Pernah aku melihat Umar mengenakan gamis 12 tambalan tengah khutbah di atas mimbar. (Abu Usman Nahdy).

 

Pada suatu hari S. Ali Thalib  pergi ke pasar mengenakan baju tebal kumal (belum dicuci), lalu ada yang menegur: Hai Amiral mukminin, kenapa tidak mengenakan baju tipis yang lebih baik? Jawabnya: Dengan ini aku lebih khusyuk, dan menyerupai orang salihin, serta lebih baik bagi orang mukmin mengambil teladan”.

 

Sebaik-baik manusia yang tidak rakus harta, sedang sejahat-jahatnya yaitu: yang menghimpun harta melebihi cukup”. (Abu Dzar).

 

Tiga pokok dosa, yaitu:

 

  1. Hasud, berpangkal dari Oabil (putra Adam) membunuh adiknya (Habil), akibatnya ia mati Kafir, neraka tempat kekalnya,
  2. Rakus, bermula dari Adam supaya menikmati segala buah sorga, kecuali pohon Kuldy, lalu ia melanggarnya (rakus), akibatnya diusir dari sorga,
  3. Sombong, bermula dari Iblis menolak perintah Allah (sujud pads Adam), akibatnya ia dikutuk”. (Hakim).

 

Lima perkara Adam wasiat kepada anak-anak dan cucunya, yaitu:

 

  1. Jangan santai (tenang) dengan harta (dunia), dulu aku santai di sorga lalu diusir darinya,
  2. Jangan turutkan nafsu wanita, dulu aku menyesal akibat memenuhi nafsu (Tawa (makan pohon Kuldy),
  3. Setiap akan berbuat pikir dulu akibatnya, karena jika dulu aku pikirkan perbuatanku terlebih dahulu, pasti tidak berakibat seperti ini,
  4. Tinggalkanlah perbuatan yang meragukan, karena dulu aku meragukan makan pohon Kuldy itu, tetapi tidak perduli, akibatnya aku menyesal,
  5. Musyawarahkanlah segala urusan, karena dulu ketika aku berbuat, tidak musyawarah dulu dengan para malaikat”.

 

Empat hadis (di bawah) ini adalah intisari dari 4000 hadis menjadi 400, dan dari 400 hadis menjadi 40 hadis akhirnya menjadi 4 hadis, yaitu:

  1. Jagan ikatkan hatimu pada wanita, karena hari ini dia milikmu, dan esok hari milik orang lain, jika kau tunduk padanya, pasti neraka tempatmu,
  2. Jangan ikatkan pula pada harta, karena harta hanya pinjaman semata, saat ini milikmu, dan esok hari milik orang lain, oleh karena itu, janganlah kau tertipu olehnya dengan menyenangkan lain orang, resiko dosa kau tanggung sendiri. Lebih dari itu kau akan kikir (tidak mau) menunaikan kewajiban membayar zakatnya karena khawatir miskin mendengarkan bisikan setan,
  3. Lenyapkan keraguan hati, karena seorang mukmin hatinya kacau dengan syubhat, menjauhi haram, tentram dengan halal,
  4. Jangan lakukan sesuatu, kecuali sampai benar-benar mempersiapkan alasan yang benar nyata kelak di sidang pengadilan Allah . (Demikian pernyataan Syaqiq Balkhy).

 

Rasulullah   bersabda:

 

Artinya: “Bersikaplah sebagai orang asing kau hidup di dunia ini, atau bagai nuris (pelancong). dan bersiaplah sebagai penghuni kubur”, (HR. Mujahid dari Ibnu Umar ) Ketika datang waktu pagi, janganlah kau (lakukan kebaikan) menunggu sore, dan jika sore datang, maka janganlah kau berkhayal hingga pagi, manfaatkanlah hidup ini sebelum mati, dan kesehatanmu sebelum sakit, karena kau belum tahu siapa kamu kelak di akhirat (HR. Mujahid dari Ibnu Umar ) Empat kemuliaan jaminan Allah bagi orang yang mampu menghentikan khayalannya, yaitu:

  1. Mampu beribadat, karena rasa takut menghadapi kesulitan beramal, tidak dikhayal-khayalkan, yang ada hanyalah rasa akan mati.
  2. Kekacauan pikiran menurun,
  3. Rela hidup sederhana, karena bersemangat menuju akhirat,
  4. Hatinya bersinar terang.

 

Sedangkan metode yang sanggup membuat hati bersinar terang yaitu:

  1. Perutlapar,
  2. Bergaul dengan orang salih,
  3. Membaca dosa-dosa terdahulu,
  4. Tidak berkhayal.

 

Karena berkhayal akibatnya rugi 4 perkara yaitu:

  1. Malas beribadat,
  2. Pikiran kacau harta,
  3. Rakus harta,

4, Keras hati.

 

Dan penyebabnya ialah lawan dari keseluruhan metode penerang hati tersebut di atas, yaitu: perut kenyang, kawan jahat, lupa dosa terdahulu, dan berkhayal. (demikian Al-Faqih).

 

Selanjutnya kepada umat Islam diserukan, agar melenyapkan hayalan, sebab kita tidak tahu persis dalam nafas yang mana kita mati atau langkah yang mana, Firman Allah:

 

Artinya:

“Ketika ajal manusia tiba, pasti tidak dapat diundur atau dimajukan sesaatpun”.

 

Untuk itulah kita (orang beriman) harus selalu mengingat mati, agar sebelumnya dapat mempersiapkan bekal sempurna, dan 6 perkara inilah yang patut dibuat bekal, yaitu:

 

  1. Ilmu penunjuk akhirat,
  2. Kawan pendamping beribadat dan pengingat laku dosa,
  3. Mengenal dan waspada terhadap musuh,
  4. Pandai mengambil i’tibar dari bukti kebesaran Allah dan peredaran siang-malam,
  5. Berlaku baik terhadap sesama manusia, agar tidak menjadi musuh kelak di akhirat,
  6. Bersiap-siap menghadapi maut sebelum ia tiba, agar tidak menyesal di akhirat. (Pesan Al Faqih).

 

Rasulullah  bersabda” ”, Kalian ingin masuk sorga? Jawab mereka: “Ingin ya Rasulullah, Lalu sabdanya: ”Lenyapkan khayalanmu dan hendaklah malu kepada Allah dengan sungguh-sungguh,sahut mereka: Ya Rasulullah, kami sudah malu kepada Allah, beliau : ” Bukan demikian, yang dimaksud ialah ingat kubur dan siksanya, memelihara kepala dan panca indra, dan Barangsiapa ingin mulia di akhirat, tinggalkan kemewahan dunia, itulah yang dimaksud dengan malu kepada Allah, dengan demikian menjadi kekasih-Nya.

 

Rasulullah membacakan ayat:

 

Artinya:

“Kalian dilupakan oleh kemeirzahan dunia. sampai masuk ke dalam kubur”. (AtTakatsur 1-2).

 

Lalu sabdanya: “Manusia mengaku, Ini hartaku, Ini kepunyaanku, ketahuilah: kepunyaanmu tidak bermanfaat, kecuali yang dimakan sampai habis, atau dipakai sampai rapuh, atau yang disedekahkan, itulah yang tetap”. (HR. Humaidy Thawil dari ‘Ajl)

 

Lima kalimat berikut ini dimuat dalam Taurat, yaitu:

 

  1. Kecukupan disimpan oleh qna’ah,
  2. Keselamatan di dalam ‘uzluh (mengasingkan diri dari keramaian)
  3. Kebebasan di dalam mengekang syahwat,
  4. Mahabbah (cinta) di dalam menyisihkan keinginan,
  5. Kegembiraan kekal di dalam sabar (sementara hidup di dunia). (Hasan Bashry)

 

Nabi 5 bersabda: Hai ‘Aisyah, jika kau ingin bersamaku, cukupkan dari (harta) dunia ini sekedarnya saja, seperti bekal orang bepergian, dan berhati-hatilah (jangan bergaul) dengan orang kaya, jangan bersalin pakaian (baru) sebelum yang lama kau tambal. (HR. Urwah Zubair dari ‘Aisyah )

 

Ya Allah, cukupkanlah orang yang senang padaku dengan rezeki yang baik, dan perbanyaklah harta dan anak bagi yang membenciku”. (Al-Hadis).

 

Rasulullah  bersabda”, Rakus harta akibatnya susah dan gentar sedang zuhud menjadikan hati senang pikiran tenang dan jasmani riang. Yang dikhawatirkan bagiku bukan kemiskinan tetapi malah kekayaan harta, jika harta dunia terbuka luas bagimu seperti umat terdahulu, pasti kamu berebut seperti mereka, kemudian membinasakan kamu sebagaimana yang dialami umat terdahulu. Dan sabdanya pula: ”Kemaslahatan umat diawali zuhud dan yakin, dan kehancurannya akibat kikir dan khayalan belaka”. (Al-Hadis).

 

 

Al Faqih , kata Anas Malik  : Para fuqara mengirimkan seorang wakilnya menghadap Rasulullah -: katanya: “Ya Rasulullah, kami atas nama wakil para fukara menghadapmu, Jawab beliau : Selamat jumpa denganmu dan mereka, engkau datang mewakili orang-orang yang disenangi Allah, lalu katanya: Ya Rasulullah, orang-orang fakir kami mengatakan, bahwa: Orang-orang kaya mampu melakukan segala amal baik, ibadat haji oke, kami tidak, sedekah oke, kami tidak, dan ketika sakit mereka kirim uang buat tabungan. Jawabnya: “Sampaikan kepada mereka, bahwa jika mereka sabar akan memperoleh 3 pahala yang tidak diperoleh orang-orang kaya, yaitu:

 

  1. Di dalam surga ada mahligai yang terbuat dari mira delima yang berwarna merah, para penghuni sorga melihatnya seperti masyarakat dunia melihat bintang di langit, siapapun tidak boleh masuk ke dalamnya, kecuali Nabi fakir, syuhada’ fakir, dan mukmin fakir.
  2. Para fuqara-masakin lebih dulu masuk sorga 500 tahun (waktu dunia) sebelum orang-orang kaya, mereka bebas bergembira dan Nabi Sulaiman Daud masuknya ke sorga 40 tahun sesudah para nabi lainnya, akibat diberi kerajaan dunia.
  3. Bacaan tasbih, tahmid takbir dan tahlil para fuqara masakin, jauh lebih unggul dibandingkan dengan bacaannya orang kaya sekalipun mereka tambah dengan sedekah 1000 dirham, demikian pula amal kebaikan lainnya. Kemudian wakil dari fuqara itu, pulang menyampaikan khabar gembira dari Nabi kepada rekan-rekannya,

 

Jawab mereka: “Kami rela ya Tuhan, dan kami sangat lega hati”.

 

Catatan :

Inilah bacaan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil,

 

Artinya:

“Maha Suci Allah, sesala puji basiNya, tiada Tuhan yang lain kecuali Allah, Allah Maha Besar.

 

Al-Faqih “, kata Abu Dzar , kekasihku  berwasiat 7 perkara, yang tidak boleh kutinggalkan, yaitu:

  1. Mendekati dan menyenangi fakir-miskin,
  2. Senantiasa memandang ke (pada orang di) bawahku,
  3. Tetap mengikat tali persaudaraan sekalipun mereka menjauh dan memutuskannya,
  4. Memperbanyak ucapan: sebagai perbendaharaan kebaikan,
  5. Jangan minta apapun kepada manusia.
  6. Jangan takut dihina atau dicela dalam menegakkan kebenaran (hukum Allah),
  7. Sampaikan kebenaran sekalipun terasa pahit dan berat”. Demikian patuhnya Abu Dzar, hingga tidak mau minta diambilkan pecutnya ketika jatuh dari untanya”.

 

Al-Faqih , Kata malaikat: Ya Tuhan, orang-orang kafir Kau lapangkan rezekinya (harta duniawi), dan dihindarkan dari bala, JawabNya: “Kau lihat siksa mereka, sesudah dilihat malaikat berkata: Ya Tuhan, sia-sia harta yang diberikan kepada mereka. Kemudian malaikat berkata: Ya Tuhan, orang-orang mukmin Kau sempitkan harta (rezeki) nya, dan Kau uji dengan bala, JawabNya: Kau lihat dulu pahalanya, Sesudah dilihat, mereka berkata: Tiada artinya penderitaan di dunia bagi Nabi  bersabda” , Orang kaya harta tempatnya paling bawah kelak, kecuali yang memanfaatkannya begini-begini diulang 4x (artinya sedekah ke kanan, kiri, muka dan belakang), dan sangat sedikit yang berbuat demikian.

 

Baik di sorga atau neraka orang kaya selalu di bawah, kecuali yang selalu sedekah ke kanan, kiri, muka dan belakang, dan yang mau amal demikian sangat jarang, sebab setan selalu menggoda mereka. (Ulasan Al-Faqih).

 

Pernyataan setan, 3 perkara membinasakan orang kaya, yaitu:

 

  1. Aku menghias pandangannya, hingga enggan melaksanakan kewajiban (zakatnya),
  2. Kubantu dalam membelanjakan hartanya pada pemborosan (hal-hal yang tidak bermanfaat),
  3. Kurangsang agar hatinya cinta harta, sehingga menghalalkan segala cara untuk memperolehnya”. (Al-Hadis).

 

Keinginanku untuk memadukan antara usaha dagang dengan ibadat tidak berhasil, lalu aku memilih ibadat saja. Demi Allah, tiada keinginan bagiku membuat toko di dekat masjid, dengan tujuan aktif salat berjamaah dan setiap hari memperoleh keuntungan 40 dinar untuk sedekah fi sabilillah. Ditanya: Kenapa tidak? Jawabnya: Karena hisabnya berat kelak di hari Kiamat. (Abu Darda)

 

Kemiskinan derita di dunia, tetapi bahagia di akhirat, sedangkan kaya gembira di dunia, tetapi susah di akhirat (Al Hadis).

 

Setiap orang punya hobi, sedang hobiku fakir dan jihad (perang), Barangsiapa senang keduanya berarti senang kepadaku, dan yang membencinya berarti pula membenciku”. (HR. Anas Malik).

 

Berdasarkan hadis tersebut di atas, maka setiap muslim wajib menyenangi fakir-miskin (Al-Faqih dalam ulasannya). Firman Allah:

 

Artinya:

 

“Bersabarlah kamu bersaul dengan orang-orang yang selalu berdoakepada Tuhan. pasi-sore semata hanya mengharap keridaan Nya. dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka”. (Kahfi 28)

 

Tokoh bani Fazarah (Uyainah Hishin) masuk rumah Rasulullah , kebetulan Salman Farisy, Shuhaib Sinan Ar-Rumy, dan Bilal Habsyi berada di situ, mengenakan pakaian buruk dan bau keringat, lalu Uyainah berkata: Kami adalah bangsawan yang punya harga diri, lalu jika kami masuk, mereka hendaknya dikeluarkan, karena bau mereka mengganggu kami, dan istimewakanlah waktu bagi kami, lalu turunlah ayat tersebut di atas melarang mengusir mereka, dan disuruh sabar bergaul dengan para pelaku salat 5 waktu, dan janganlah pandanganmu berpaling dari mereka, sekedar menginginkan kemewahan dunia, dan jangan pula turuti orang-orang yang hatinya berpaling dari ajaranKu sekedar memuaskan nafsunya, maka segala urusannya sia-sia (Asbabunnuzul).

 

Berdasarkan hadis tersebut di atas pula, setiap muslim wajib menyenangi dan berbuat baik kepada mereka (fuqara-masakin), sebab derajat mereka lebih tinggi di sisi Allah dan bisa diharap syafaatnya.

 

Di hari Kiamat, seseorang dipanggil dan Allah berkata ramah atau kepadanya, seperti orang minta maaf, lalu FirmanNya: Demi Kemenangan dan keagunganKu, harta dunia Kujauhkan darimu, bukan karena Aku memandang hina kepadamu, tetapi hanya karena telah Aku sediakan kemuliaan dan karunia bagimu. Keluarlah ke barisan itu, cari orang yang pernah membantumu secara tulus ikhlas, ajaklah mereka bersamamu, lalu ia mencarinya hingga ketemu orang-orang yang pernah membantunya dulu dan mereka diajak bersama-sama masuk sorga (HR. Hasan ).

 

Berkenalanlah (bergaullah) dengan fakir-miskin sebanyakbanyaknya, bersikap sopanlah terhadap mereka, karena mereka akan diberi kekuasaan kelak, Tanya: Ya Rasulullah, kekuasaan yang dimaksud: Jawabnya: Kelak di hari Kiamat diserukan kepada mercka: Perhatikan orang yang dahulu memberi makanan dan minuman kepadamu sekalipun hanya seteguk air, serta yang memberi pakaian sekalipun hanya kain sehelai, lalu ajaklah dan gandenglah tangan mercka masuk sorga”. (HR, Hasan). Lima kemuliaan diperoleh fakir-miskin, yaitu:

 

  1. Pahala salat, sedekah dan lain-lain melebihi pahala orang kaya
  2. Pahala dari keinginan yang tidak terpenuhi,
  3. Masuk sorga lebih dulu,
  4. Enteng hisabnya,
  5. Sedikit menyesal, sebab orang kaya ingin seperti orang miskin kelak, (Ulasan Al-Faqih).

 

Sedekah 1 dirham lebih unggul dibanding 100.000 dirham, Tanya: Kenapa demikian ya Rasulullah? Jawabnya: Karena yang 100.000 dirham hanya 100 dari seluruh harta kekayaannya, sedangkan yang 1 dirham disedekahkan dengan senang hati 5090 dari miliknya yang hanya 2 dirham (HR. Zaid Salam).

 

Tanya sahabat: “Jika kami menginginkan sesuatu, lalu tidak terpenuhi, berpahalakah kami? Jawab Nabi . Dengan amalan mana lagi kau peroleh pahala, jika tidak dengan demikian? (HR. Hasan )

 

Menginginkan sesuatu, lalu tidak tercapai, tetapi tetap sabar dan mengharap pahala dari Allah, maka hal itu lebih baik dibanding sedekah 100.000 dinar fi sabilillah (Dlahak).

 

Keterangan tersebut berdasarkan firman Allah:

 

Artinya:

“Lakukanlah salat dan tunaikan sakat, serta ikutilah ajaran Rasulullah, pasti kumu dikasihi Tuhan”.

 

Berdasarkan ayat tersebut di atas, hak fakir-miskin menduduki urutan kedua dari hak Allah, disamping fungsi lainnya, yaitu:

 

  1. Berfungsi sebagai dokter bagi orang kaya, karena jika sakit ia diperintahkan sedekah kepada fakir-miskin,
  2. Berfungsi sebagai pembersih, karena dengan sedekah dosa-dosa orang kaya lenyap, atau sebagai pembersih hartanya dengan memberikan zakat,
  3. Sebagai pesuruh, karena ketika orang kaya akan bersedekah mengirim orang tuanya yang mati, ia pergi atau mengundang fakir miskin dan memberikan sedekah kepada mereka,
  4. Penjaga harta kekayaan, sebab harta yang dikeluarkan zakatnya (sedekahnya) dipelihara dari aneka bala (bencana). (Demikian AlFaqih).

 

Kuberitahukan kepadamu raja-raja di sorga, yaitu:

 

  1. Yang hidupnya ( di dunia) terhina dan teraniaya,
  2. Yang ditolak lamarannya oleh wanita (bangsawan atau hartawan),
  3. Kesulitan hidupnya di dunia (mengalami jalan buntu),
  4. Yang memendam cita-cita hingga mati belum tercapai, padahal jika benar-benar minta kepada Allah, pasti Allah memberinya”. (AlHadis).

 

Terkutuklah orang yang memuliakan karena harta kekayaannya, dan menghina seseorang karena kemiskinannya”. (Ibnu Abbas )

 

Kami (yang miskin) berlaku tidak adil terhadap kawan-kawan yang kaya, Kenapa demikian? Karena mereka makan, kamipun makan, minum, mereka punya kelebihan harta yang selalu dilihat, kamipun ikut melihatnya (melok nyawang – Jawa), tetapi yang satu ini Kami tidak ikut yaitu: Tuntutan pengadilan harta mereka (dihisab), kami bebas cuci tangan”. (Abu Darda)

 

Baik yang kaya atau miskin, punya 3 pilihan, masing-masing, yaitu:

  1. Pilihan orang miskin: Jiwa tentram, hati senang dan enteng hisabnya.
  2. Pilihan orang kaya: Kerisauan (kesibukan) jiwa, kelelahan pikiran dan beratnya hisab”. (Syaqiq Zahid).

 

Empat tanpa empat dusta, yaitu:

  1. Mengaku cinta Allah, tanpa menjauhi yang haram,
  2. Menginginkan sorga tanpa membelanjakan hartanya untuk taat kepada Allah,
  3. Mengaku cinta Rasulullah, tanpa mengikuti sunah (ajaran) beliay
  4. Menginginkan kemuliaan (pangkat tinggi), tanpa bergaul dengan fakir-miskin (Hatim Zahid).

 

Empat perkara perintang kebaikan, yaitu:

  1. Sombong kepada bawahannya,
  2. Durhaka terhadap kedua orang tua,
  3. Menghina pelancong (orang terasing),
  4. Menghina orang karena kefakiran atau kemiskinannya. (Seorang Ulama Hikmah).

 

Perintah (Wahyu) Allah padaku, bukan agar mengumpulkan harta atau menjadi pedagang, melainkan agar bertasbih dan bertahmid dan selalu bersatu dengan orang-orang yang bersujud, beribadat kepada Yuhan sepanjang hidupnya hingga yakin sungguh-sungguh”, (Al-Hadis).

 

Kata Sa’id Hudry   Hai sekalian manusia, jangan sampai kalian bersusah payah mencari rezeki yang haram, karena sabda Rasulullah. : Ya Allah, matikanlah aku sebagai fakir-miskin, jangan dimatikan kaya, dan himpunlah aku bersatu dengan mereka, di hari Kiamat, sungguh celaka orang yang fakir di dunia dan menderita di akhirat”. Seusai memeriksa ghanimah yang diterima dari hasil perang Kadisiyah, Umar Khathab menangis, Tanya Abdurrahman ‘Auf: Ya Amirul mukminin, kenapa menangis, padahal hari ini saat menggembirakan dan menyenangkan? Jawabnya: Betul, tetapi pemberian ini membangkitkan yasa kebencian dan permusuhan di antara mereka.

 

Setiap umat diuji, sedangkan umatku diuji dengan harta kekayaan”. (HR. Ibnu Abbas .:.)

 

Sesuatu yang paling dikasihi Allah adalah kemiskinan, karena para Nabi adalah manusia yang paling dikasihi Allah, mereka diuji dengan kemiskinan”. (HR. Ibnu Umar )

 

Al Faqih, Wahyu Allah kepada Musa : “Telah mati seorang kekasihKu, datanglah kau ke tempatnya dan urusi jenazahnya “. Lalu Musa berangkat mencarinya, di kota tidak ketemu, di desa juga tidak, lalu ia bertanya kepada orang penggali tanah, Jawabnya: Di lokasi kamu bekerja ini, ada orang sakit, mungkinkah itu? Kata Musa: Benar setelah dilihat ia sudah mati di atas tanah berbantal batu merah. Lalu Musa berdiri seraya menangis: Ya Tuhan, kekasihMu ini menderita sakit, tiada seorangpun merawatnya. JawabNya: Hai Musa, jika Aku kasih kepada seseorang, maka Aku jauhkan ia dari dunia.

 

Yang pertama diambil Iblis (uang di bumi) adalah uang mas (dinar), lalu diawasi dengan kedua matanya, seraya dikatakan: “Barangsiapa mencintaimu berarti ia pembantu (hamba)ku” (Abbad Katsir dari Hasan).

 

Iblis datang menjelma orang tua kepada Nabi Sulaiman, lalu Nabi Sulaiman  bertanya kepadanya: Apa yang kau lakukan terhadap umat Nabi Isa? Jawabnya: Kuajak mereka menyembah dua Tuhan selain Allah, lalu kepada umat Muhammad? Jawabnya: Kubujuk mereka dengan emas dan perak, hingga mencinta keduanya melebihi “LAA ILAAHA ILLALLAAH”. Kata Nabi Sulaiman: Aku berlindung kepada Allah dari godaanmu”. mendadak lenyaplah ia (HR. Abdul Mun’im, Idris dari ayahnya, Wahb Manbah).

 

Fakir-miskin wajib mengerti karunia Allah yang diberikan kepadanya, bahwa Allah menjauhkan harta, karena akan dimuliakan kelak di sisiNya, seperti kemuliaan para Nabi dan para WaliNya, bersyukurlah kepadaNya, jangan mengeluh, bersabarlah menghadapi kesulitan dunia, hal itu lebih baik daripada dunia, seandainya kefakiran tidak punya keistimewaan selain mengikut jejak Rasulullah »: pasti cukup besar. (Nasiha, -Faqih)

 

Al-Faqih , Jibril (tengah duduk bersama Nabi :  berkata: ” Ada malaikat yang tidak pernah turun ingin berkunjung kepadamu. Tidak lama kemudian ia datang mengucapkan salam, dan berkata: Allah menawarkan kepadamu, agar memilihnya:

 

  1. Kunci segala sesuatu dan kekayaan yang belum pemah diberikan kepada siapapun (baik sebelum atau sesudahmu), tanpa mengurangi bagianmu di akhirat.

 

  1. Atau bagimu diterima seluruhnya kelak di akhirat? Jawab beliau . Bagiku diterima seluruhnya kelak di akhirat”.

 

Nabi  bersabda, Jazirah Makkah ini telah ditawarkan berubah menjadi emas bagiku, lalu aku menjawab, Ya Tuhan, lebih baik bagiku kenyang sehari untuk memujiMu dan lapar sehari untuk memohon kepadaMu”. (HR. Shafwan Sahm dan Abdul Wahab Bajid).

 

WA BILLAAHIT TAUFIQ

 

 

 

 

Al Faqih, Nabi  bersabda: Barangsiapa tujuannya akhirat, pasti Allah menyatukan seluruhnya, ia jadi kaya hati, dan dunia merendah kepadanya, Dan yang tujuannya semata harta dunia, maka Allah memberantakkan urusannya, hidupnya selalu dibayangbayangi kemiskinan, dan harta dunia tiada diperoleh kecuali yang ada ketentuannya”.

 

Al-Faqih, Umar  masuk ke rumah Nabi, beliau bangun di atas tikarnya yang membekas pada pinggangnya, lalu ia menangis melihatnya. Kemudian beliau bersabda: Kenapa kau menangis, Umar? Ingatanku pada raja Kaisar dan Kisra dengan segala kemewahan dan kemegahannya, padahal engkau Rasulullah Allah sampai di pinggangmu membekas garisgaris tikar. Beliau bersabda: Mereka diberi kesenangan kontan (hanya) di dunia, sedangkan kami kesenangannya kelak di akhirat”.

 

Al-Faqih, S. Ali berkata: Yang benar-benar dikhawatirkan – menimpa kamu dua perkara, yaitu:

 

  1. Mengkhayal (panjang angan-angan).
  2. Menuruti nafsu, karena akibatnya (pertama) lupa akhirat, (kedua) menentang kebenaran padahal dunia telah merayap membelakangi kami, sedang akhirat akan datang pada kami, masing-masing punya anak-anak, maka jadilah anak-anak akhirat jangan anak-anak dunia, bahwasanya saat ini beramal tiada hisab, sedang kelak yang ada hanya hisab, tiada amal. Maksudnya perbanyaklah amal dalam kesempatan hidup ini, karena kelak tidak dapat beramal.

 

Al Faqih , kata Hasan Bashry, Kucari khutbah Nabi  selama  tahun, tidak ketemu, lalu aku diberitahu bahwa khutbah tersebut ditangan sahabat Anshar, ternyata ia adalah Jabir Abdillah  lalu tanyaku: Betulkah kau mendengar khutbah Nabi . Jawabnya: Ya, kudengar langsung dari Rasulullah : “Hai sekalian manusia, bagi kalian ada petunjuk, maka berdirilah pada petunjuk itu, dan kalian punya batas, maka ikutilah batas yang ditentukan bagi kalian. Bahwasanya seorang mukmin berada di antara dua kehawatiran, antara ajal masa silam, ia tak tahu bagaimana Allah akan berbuat kepadanya, dan masa mendatang juga tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Dari itu setiap manusia harus berbekal demi kepentingan dirinya, dari waktu hidupnya untuk matinya. Ketahuilah, dunia diciptakan buat kalian, dan kalian diciptakan buat akhirat. Demi Allah, sesudah mati tiada jalan bertaubat, dan setelah dunia hancur tiada tempat, kecuali sorga atau neraka. Sengaja aku mengatakan demikian ini, dan aku mohon ampun kepada Allah buat aku dan kalian.

 

Sahl Abdillah Tutsary sudah terbiasa membelanjakan hartanya demi kepentingan taat (ibadat) kepada Allah, lalu Ibu dan saudaranya mengadukan hal itu kepada Abdullah Mubarrak, kata mereka: Ia bersedekah tidak dikira-kira, kami khawatir jatuh miskin. Lalu hal itu disampaikan kepada Sahl, Jawabnya: Ya Aba Abdirrahman, bagaimana menurut anda, jika seorang (kota) membeli pekarangan dan ladang atau sawah di desa lalu ia pindah ke desa, kemudian harta kekayaan yang di kota apakah harus ditinggalkan, padahal ia tidak kembali lagi ke kota (untuk selamanya)? Kata Abdullah Mubarrak: Sahl telah memenangkan kamu (mengeluh) yaitu: Orang yang akan pindah ke lain daerah tidak harus menyisakan sesuatu (harta kekayaan)nya di tempat lama (yang ditinggalkan), demikian pula orang yang akan pindah dari dunia ke akhirat, kenapa harus menyisakan harta kekayaanrya di dunia?

 

Orang berakal sehat, pasti rela hidup sederhana di dunia, menyibukkan diri dengan amal akhirat, karena akhirat itulah tempat kenikmatan kekal, sedang harta dunia hanya fitnah, rusak dan tipu daya belaka”. (Pernyataan Al Faqih).

 

Ketika Adam-Hawa turun ke bumi, mereka langsung pingsan 40 hari, akibat bau busuknya dunia ini, dan kehilangan bau sorga” (Juwaibir dari Dlahak).

 

Sangat mengherankan, orang yang percaya adanya tempat kekal, lalu sangat sibuk di tempat tipuan sementara”. (Al-Hadis)

 

Seorang berparas elok, pakaian putih memberi salam ketika mendatangi majelis Nabi  Sesudah dijawab (salamnya), ia bertanya: Ya Rasulullah, apakah dunia ini? Jawabnya: Bagai impian orang tidur, sedang penghuninya akan dibalas dan disiksa. Lalu, akhirat? Jawabnya: Kekal, setengahnya di sorga dan setengah lainnya di neraka. Kemudian sorga? Jawabnya: Pengganti dunia bagi orang yang mencintainya, tidak selamat dari Jahannam selamanya. Lalu siapa umatmu yang terbaik? Jawabnya: Yang taat (beribadat) kepada Allah selama hidupnya, dan bersungguhsungguh bagai orang mengejar kafilah (sesuatu yang tertinggal). Berapa lama? Jawabnya: Seperti lamanya orang tertinggal dari beberapa kafilah. Lalu jarak antara dunia dan akhirat berapa lama? Jawabnya: Sekejap mata, kemudian ia pergi. Sabda Beliau #£: Dialah Jibril datang kepadamu agar kamu zuhud dunia, dan senang akhirat. (HR. Muhammad Munkadir, dari Jabir ra.).

 

Ditanyakan kepada Nabi Ibrahim si. Kenapa Allah mengangkatnya sebagai Khalilullah. Jawabnya 3 perkara, yaitu:

 

  1. Jika aku diperintah memilih dua hal, pasti kupilih yang untuk Allah daripada lainnya,
  2. Hatiku tidak pernah kacau tentang rezeki yang telah dijamin Allah,
  3. Baik siang atau malam aku makan pasti bersama tamu.

 

Empat perkara penghidup hati, yaitu:

 

  1. Ilmu,
  2. Rida (rela),
  3. Qanaah,
  4. Zuhud.

 

Dari ilmu tumbuhlah rida, rida menyampaikan pada qana’ah dan seterusnya menjadi zuhud. Sedangkan zuhud bertingkat-tingkat yaitu:

  1. Mengenal dunia dan meninggalkannya,
  2. Beribadat kepada Allah dengan sopan,
  3. Rindu akhirat dan berusaha memperolehnya. (Ulama Hikmah)

 

Hikmah turun dari langit, masuk ke dalam segala hati, kecuali 4 yaitu:

 

  1. Yang condong dunia
  2. Kacau untuk hari esok,
  3. Dengki saudara,
  4. Ambisi kedudukan. (Demikian Yahya Mw’adz Razy)

 

Selanjutnya ia mengatakan, Tiga perkara, membuktikan akan sempurna, yaitu:

 

  1. Meninggalkan dunia, sebelum ditinggalkannya,
  2. Membangun kubur sebelum masuk ke dalamnya,
  3. Melakukan hal-hal yang diridai Allah sebelum menghadapNya,

 

Enam perkara bukti sungguh-sungguh, berusaha masuk sorga. yaitu:

 

  1. Mengenal dan mentaati Allah, dan mengenal serta menentang setan,
  2. Mengenal dan menuruti kebenaran, dan mengenal serta menjauhi batil.
  3. Mengenal dan tidak perduli dunia, dan mengenal serta berupayi memperoleh akhirat. (S. Ali Thalib).

 

Rasulullah  bersabda?: Tanda celaka itu empat hai Ali, yaitu:

 

  1. Kering air mata (tidak pernah menangis),

2, Keras hati,

  1. Senang dunia,
  2. Berkhayal jauh. (HR. Ja’far Shadiq, Muhammad Baqir, Ali Zainul Abidin, Husain putra S. Ali ).

 

Seandainya nilai dunia ini satu sayap nyamuk (di sisi Allah), pasti tidak mungkin diberikan orang kafir sekalipun hanya air seteguk. (AlHadis).

 

Nabi  pernah melihat ulat bergerak-gerak di (pembuangan) kotoran, lalu beliau bertanya kepada orang-orang: Tahukah kalian bahwa orang-orang di sini jijik melihat ulat ini? Jawabnya: Betul ya Rasulullah. Lalu sabdanya: “Demi Allah, dunia lebih jijik di sisi Allah melebihi orangorang sini melihat ulat tersebut. (Syahr Hausyab dari Abdurrahman Usman)

 

Dunia merupakan penjaranya orang mukmin, dan kubur sebagai bentengnya, sedang sorga tempat tinggalnya. (Al-Hadis)

 

Terkadang seorang mukmin sekalipun kelihatan mewah dan nikmat, tapi jika dibanding kemewahan dan kenikmatan sorga, ia seakan berada dalam penjara, karena ketika mati diperlihatkan sorga dan kemuliaannya, ia menyadari bahwa selama di dunia seakan berada di penjara. Sedangkan orang kafir ketika mati diperlihatkan kepadanya siksa neraka, lalu perasaannya serasa semula di sorga. Dari itu, orang pikirannya sehat tidak mungkin merasa senang hidup di penjara, dan hendaklah memperhatikan keterangan Alquran tentang dunia, agar tidak tertipu olehnya.

 

Jatinya:

 

“Bahwasannya kehidupan duniawi ini ibarat air yang kami, turunkan dari langit lalu menumbuhkan makanan manusia dan hewan. hingga jika bumi ini telah terhias dengan sepak, hasilnya dan terlihat indah. lalu pemiliknya mengira bahan menguasainya. tiba-tiba datanglah asab Kami di malam atau  siang hari, lalu musnahlah semuanya seakan tiada sesuatupun sebelumnya, Demikianlah dunia kami jelaskan kepada orang-orang yang berpikir”. (Yunus 24)

 

Orang Syiria datang dan ditanya oleh Nabi : tentang luas mereka, dan aneka nikmat yang mereka peroleh, lalu tanya pula: Dibuat apa semua itu? Jawabnya: Aneka bahan makanan kami. lalu nantinya semua itu ke mana (jadi apa)? Jawabnya ma’lum (jadi air kencing dan kotoran. Kemudian sabda beliau: Demikianlah dunia ini dan segalanya.

 

Dunia diibaratkan ladang Allah, dan manusia adalah tanamannya, sedangkan maut adalah paculnya, malaikat maut yang mengetam hasilnya, dan kubur sebagai tempat penyimpanan (lumbung)nya, sedang Kiamat mesin penggilingnya, sorga-neraka tempat pemuasnya, setengahnya di sorga dan setengah lainnya di neraka (Yahya Mu’adz Razy).

 

Hai anakku, dunia adalah lautan dalam, dan kebanyakan manusis tenggelam di dalamnya, oleh karena itu jadikanlah takwa kepada Allah bahtera (perahu) di dunia ini. (Lugman Hakim).

 

Syair menyebutkan: Bahwasanya manusia yang cerdas akal menjauhkan diri dari dunia, khawatir tipu dayanya. Mereka benar benar mempertimbangkan akibatnya, setelah tahu bahwa dunia bukas tempat abadi, lalu dunia mereka ibaratkan lautan, dan amal salih bahteranya, dan amal sebagai barang daganganmu, kerajinan beramal sebagai keuntungannya, waktu (hari) sebagai gelombangnya, tawakal sebagai naungannya, Alquran sebagai petunjuknya, tali pengikat adalih mengekang nafsu, maut adalah ujungnya, Kiamat pasarannya, dan Allah adalah pemiliknya.

 

Di hari Kiamat, dunia memperlihatkan kebolehannya, seraya berkata: Ya Tuhan, jadikan aku sebagai tempat (rumah) para hambaMu yang terbaik, JawabNya: Tidak, selayaknya kau menjadi debu yang beterbangan”. (Fudlail Iyadl).

 

Di hari Kiamat, dunia berupa wanita tua keriput, ompong dan tampak gigi siungnya, buruk rupanya, setiap orang benci melihatnya, dan tiada yang mau mengenalnya. Itulah dunia yang dahulu diperebutkan manusia, hingga saling berkelahi, dan berperang karenanya. (Ibnu Abbas )

 

Lalu diserukan agar (dunia) terjun ke jurang neraka, tetapi iapun berseru: Di mana kawan-kawan dan pengikutku? Maka ikutlah semuanya. (Hadis riwayat lain).

 

Sebenarnya dunia tidaklah berdosa dan tidak pula disiksa, tetapi sengaja diterjunkan ke neraka, untuk menunjukkan kebinasaannya di sisi Allah, seperti berhala yang dimasukkan neraka,

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya kamu dan yang kau sembah selain Allah menjadi batu bara jahanmam, pasti kau masuk kedalamnya”. (Anbiva’ 98) |

 

Orang mukmin seyogyanya beramal demi akhirat, dan tidak “disibukkan dunia semata, kecuali sekedar mencukupi keperluannya yang ‘ lazim dan utama, tanpa mengaitkan hati dan pikiran padanya (Al Faqih  dalam ulasannya).

 

Sungguh aneh kamu, sibuk bekerja mencari dunia (harta) yang sudah pasti mendapatkannya, tetapi malas beramal demi akhirat, padahal ia | tidak mungkin diperoleh, tanpa beramal. (Nabi Isa Maryam )

 

Barangsiapa cinta dunia merasuk ke kalbunya, maka terancam 3 bahaya, yaitu:

  1. Kesibukan yang tiada kunjung bebas dari kesulitan.
  2. Berhayal yang tiada ujung puncaknya,
  3. Rakus yang tiada menjamin kepuasan dan kecukupan.

 

Sedangkan dunia dan akhirat saling berlomba mengejar, maka orang yang mengejar akhirat dikejar dunia, sehingga rezekinya diterima dengan cukup, dan orang yang mengejar dunia dikejar akhirat, sehingga maut mencekik dengan tiba-tiba (mendadak).” (Abu ‘Ubaidah Asady)

 

Kata Abu Hazim: Menurut pendapatku dunia itu ada dua alternatif, yaitu:

  1. Sesuatu yang untukku tidak akan terlepas dariku,
  2. Sesuatu yang untuk lain orang, lalu tidak mungkin kukejar.

 

Allah melarang lain orang atas hakku, seperti melarang aku akan hak orang lain. Maka pada bagian mana aku harus menghabiskan umurku, juga menurutnya: harta dunia yang diberikan ada dua bagian, yaitu:

  1. Akan terlepas dariku sebelum ajalku, lalu tiada kemampuan bagiku mempertahankannya,
  2. Yang tetap padaku sampai ajalku, dan kutinggalkan pada Jain orang. Lalu dunia yang mana aku harus melanggar Tuhan untuk memperolehnya. (Ibrahim Yusuf dari Kinanah)

 

Salman menangis tengah sakit didatangi Sa’ad Abi Waqash, Saad: Kenapa kamu menangis? Padahal ketika Rasulullah  wafat, beliau rida kepadamu. Jawabnya: Menangisku bukan karena takut mati, tetapi pesan beliau  kepada kami: bawalah bekal dari dunia ini secukupnys sebagaimana bekal orang bepergian, sedangkan disekitarku ini macam-macam, padahal yang ada hanyalah bejana, kaleng, panci dan tempat wudu.

 

Kata Sa’ad: Hai Salman, berpesanlah pada kami, agar kami manfaatkan sepeninggalmu. Lalu katanya: Hai Sa’ad, ketika akan memulai sesuatu sebutlah asma Allah, demikian pula ketika memutuskan perkara, dan melakukan suatu keputusanmu (A’masy, Sufyan dan gurunya).

 

Orang bertanya: Ya Rasulullah siapa orang yang paling zuhud? Jawabnya: Orang yang tidak lupa kubur dan siksanya, dan yang mengurangi perhiasan dunia, mengutamakan yang kekal daripada yang sementara, dan tidak menghitung harinya, serta anggapannya sudah mati (tergolong orang mati)”. (Juwaibir dari Dlahak).

 

Anggapanku tidak tepat tentang 4 perkara, yaitu:

  1. Anggapanku kekayaan itu dalam banyaknya harta, ternyata meleset, dan yang benar adalah qana’ah.
  2. Istirahah itu dalam banyak, ternyata meleset, yang benar sedikit, (maksudnya bertambah banyak bertambah sibuk atau repot dan tidak bisa istirahah),
  3. Kehormatan dalam bentuk lahir, ternyata meleset, yang benar dalam taqwa,
  4. Nikmat dalam makan-minum, ternyata meleset, yang benar dalam tertutupnya cela dan dosa, serta dalam Islam (maksudnya ketika Allah merahasiakan kesalahan kita, maka itulah nikmat).

 

( Takim) Orang yang setiap harinya menganggap dunia ini sangat penting (diutamakan melebihi lainnya), maka Allah menimpakan 3 bencana, yaitu:

 

  1. Kekacauan yang tiada henti-hentinya,
  2. Kesibukan yang tiada istirahatnya,
  3. Perasaan fakir(miskin) sepanjang hidupnya. (Al-Hadis)

 

Manusia hidup di dunia ini bagaikan tamu, sedang harta bagaikan pinjaman, maka tamu harus segera berangkat meninggalkan tempat dan pinjaman harus segera dipulangkan. (Abdullah Masud).

 

Jika segala keburukan diibaratkan rumah, maka kuncinya adalah cinta harta dunia, dan jika kebaikan diibaratkan rumah maka kuncinya adalah zuhud dunia (Fudlail Iyadl).

 

Rasulullah  bersabda, Allah telah berfirman: “HambaKu yang mukmin sedikit saja Kulapangkan dunianya merasa gembira, padahal hal semacam itu berarti jauh dariKu, dan merasa susah jika Kusempitkan dunia baginya, padahal hal semacam itu lebih dekat denganKu. Lalu beliau baca ayat:

 

Artinya:

“Apakah mereka menganggap bahwa apa yang Kami berikan berupa harta dan anak-anak itu, Kami menyeserakan bagi mereka semua kebaikan, tetapi mereka tidak merasa (tidak mengerti), bahwa hal itu merupakan ujian bagi mereka bagaimana memanfaatkan pemberian Allah itu”. (Al-Mukmimun 55-56)

 

Pada suatu hari Rasulullah  keluar, lalu memegang Abu Dzar seraya bersabda: Hai Abu Dzar, sebetulnya di mukamu ada gunung penghalang yang sulit didaki kecuali orang yang ringan bawaannya, ia bertanya: Ya Rasulullah, bawaanku termasuk yang ringan atau yang berat ? Jawabnya: Apakah kau punya makan untuk sehari ini? Ya, lalu untuk esok hari? Ya, Kemudian untuk lusa? Jawabnya: Tidak. Sabda beliau : ”Jika kau punya makanan (3 hari) untuk lusa, pasti kau termasuk orang yang berat bawaannya”. (HR. Anas Malik ).

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI

 

 

Al-Faqih , Rasulullah  bersabda: Hai anak Abas, akan kuajarkan kepadamu kalimat-kalimat yang bermanfaat bagimu, Jawabnya: Baiklah ya Rasulullah, lalu sabdanya: Pelihara baik-baik perintah Allah, pasti Allah memeliharamu baik-baik pula, hindarilah JaranganNya karena Dia selalu mengawasimu, bertagarrublah kepadaNya saat kau gembira, pasti Dia menolongmu di saat kau sulit, Jika minta kepadaNya, pasti dikabulkan, jika minta tolong, pasti ditolong. Apa yang ditulis oleh kalam di lauh Mahfudh mengenai apa saja yang akan terjadi sudah kering hingga Kiamat. Oleh karena itu, seandainya makhluk seluruhnya akan berbuat sesuatu yang bermanfaat bagimu, yang tiada tulis (takdir) nya, pasti mereka tidak kuasa. Demikian pula sebaliknya, seandainya mereka akan mengganggumu dengan sesuatu yang tiada tulisnya atasmu, pasti mereka tidak kuasa. Beramallah untukNya, dengan bersyukur dan yakin. Camkanlah, bahwa bersabar atas segala yang kau benci, adalah sangat baik, dan ketahui pula bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan pemecahannya (yang akhirnya menjadi kemudahan)”.

 

(Al-Hadis) Al-Faqih , S. Ali Thalib -: berpesan: Ingatlah 5 perkara dariku, ingatlah dua, dua dan satu yaitu: Ingatlah, seseorang tidak boleh takut kecuali pada dosanya, tidak boleh mengharap kecuali kepada Tuhannya, Jika belajar tidak boleh malu seandainya belum tahu, tidak boleh malu menyatakan: “Aku tidak mengerti”, ketika ditanya suatu masalah yang belum tahu, dan ketahui pula bahwa: Sabar dalam menghadapi segala urusan, seperti kepala di badan, lalu jika kepala lepas dari badannya, rusaklah badan tersebut, demikian pula jika sabar lepas dari suatu urusan, lalu rusaklah urusan (keadaan) itu.

 

Kemudian katanya: Maukah kalian, kutunjukkan orang Faqih Jawab mereka: Baiklah ya Amiral mukminin. Lalu katanya pula: Faqih yaitu: orang yang tidak mematahkan semangat (harapan) orang lain, dari rahmat Allah, dan tidak membela orang bersalah, tidak mengajak orang lain pada laku maksiat, dan tidak berani menyatakan (fulan) orang bijak pasti dalam sorga, sebagaimana tidak menyatakan (fulan) orang maksiat pasti dalam neraka, hingga Tuhan memutuskannya.

 

Dan orang yang amalnya terbaik, tidak boleh merasa aman dari balasan Allah, karena FirmanNya:

 

Artinya:

“Tiada orang yang merasa aman dari hukuman Allah, kecuali Orang yang rugi”.

 

Dan manusia paling jahat tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena FirmanNya:

 

Artinya:

“Bahwasanya tiada yang putus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orans kafir”.

 

Al Faqih, Yazid Raggasyi berkata: Ketika seseorang masuk kubur, lalu tegaklah salatnya di sebelah kanannya, dan zakat di kirinya, kebaikan melindunginya, serta sabar selaku pembelanya, juga ia menghimbau kepada yang lain: Marilah kita bela, jika tidak, aku sanggup mengatasinys dan menolak siksa baginya”.

 

Berdasarkan hadis tersebut di atas, jelas bahwa sabar adalah ama paling utama, Firman Allah:

 

Artinya:

”Bahwasanya orang-orang sabar dipenuhi pahalanya tanpa batas”.

 

Seseorang datang mengadu kepada Nabi  katanya: Ya Rasulullah hartaku telah habis dan badanku sakit, beliau menjawab: Tiada kebaikan bagi orang yang tidak habis hartanya dan tidak pernah sakit badannya, bahwasanya Allah jika kasih kepada seseorang, lalu mengujinya dengan bala dan ketika itu Allah memberi kesabaran padanya. (Abu Warrad dari Muhammad Muslim)

 

Orang yang dimasukkan bui (penjara) secara aniaya oleh penguasa, hingga mati, maka matinya syahid, demikian pula yang dipukul hingga mati, maka matinya syahid”. (Ali Abu Thalib)

 

Terkadang Allah cara meninggikan pangkat atau derajat seseorang dengan ujian nyata (bala) pada badannya, karena orang tersebut tidak dapat mencapai dengan amalnya, lalu diuji, hingga tercapai kemuliaan tersebut. (Alhadis)

 

Ketika turun ayat (di bawah) ini, Abu Bakar berkata: Ya Rasulullah, mungkinkah kami bergembira sesudah ayat ini? Jawab beliau :” Semoga Allah memberi ampun padamu hai Abu Bakar, segala penderitaanmu, sakit, lelah, duka nestapa dll. gangguan kepadamu, itulah yang akan dibalas (sebagai tebusan dosa)”. (Al-Hadis)

 

Inilah ayatnya:

 

Artinya:

“… barangsiapa berbuat kejahatan, pasti dibalas kejahatan tersebut dan tiada pelindung baginya ataupun penolong selain Allah”. (An-Nisa’ 123)

 

Adapun S. Ali Abu Thalib , ketika turunnya ayat 123 S. An-Nisa’ Nabi bersabda: Telah turun ayat yang bagi umatku lebih baik dibanding dunia scisinya, lalu beliau membaca ayatnya sesudah itu beliau bersabda: “Seseorang jika berbuat dosa, lalu kena musibah (bala) di dunia, past Alah tidak akan menyiksa dua kali (jadi musibah (bala) itulah sebagai siksanya)”. (Al-Hadis)

 

Seseorang tidak mungkin menduduki tingkat orang salih, kecuali dengan sabar menderita kesulitan, dan gangguan, Nabi – diseru bersabar, FirmanNya:

 

Artinya:

“Berlaku sabarlah, seperti sabarnya para Rasulullah yang semangatnya besar (Ulul ‘asmi)”. (Demikian Al-Faqih)

 

Khabab Art, berkata: Kami mendekati Nabi  yang tengah bersandarkan sorban di bawah nauangan Kakbah, kami mengeluh atas penderitaan kami seraya berkata: Ya Rasulullah, doakan kami agar Allah menolong. Kemudian beliau duduk, mukanya merah dan berkata: “Dulu orang-orang sebelummu, terkadang didatangkan seseorang dibuatkan liang (dan ditanam), setelah ditanam, diambilkan gergaji dan dibelah menjadi dua badannya, dan tetaplah agamanya tidak berubah akibat siksa itu”. (Al-Hadis).

 

Orang yang hidupnya sangat mewah di bumi, kelak dihadapkan dihari Kiamat, dimasukkan neraka sejenak, lalu diangkat sudah hitam terbakar. Ketika ditanya: Dulu di bumi kau pernah merasakan kesenangan? Jawabnya: Tidak, sejak aku dijadikan terus-menerus terkena musibah (bala). Dan orang yang hidupnya selalu menderita dihadapkan, Jalu dimasukkan dalam sorga sejenak, keluar bagai bulan purnama wajahnya, ketika ditanya: Dulu di bumi, kau pernah mengalami kesulitan Jawabnya: “Tidak, sejak aku dijadikan selalu senang dan nikmat”. (HR Humaid, dari Anas Malik )

 

Orang pertama dipanggil masuk sorga ialah yang selalu bersyukur mengucapkan Alhamdulillah baik dalam waktu senang atau susah, maka manusia bersabarlah di saat menderita kesulitan, dan menyadari sepenuhnya bahwa hal itu sangat kecil jika dibandingkan dengan pemberian Allah berupa kenikmatan dan kesenangannya, bercerminlah (mengambil contoh) kepada Nabi  dalam menghadapi ancaman atau penganiayaan (gangguan) orang-orang musyrik”. (Sa’id Jubair dari Ibnu Abbas )

 

Rasulullah  tengah (melakukan salat) di depan Kakbah dan Abu Jahl sedang duduk bersama segerombolan anak sehari sesudah menikmati pesta pora memotong domba (hari kemarinnya), lalu katanya: Siapakah nanti yang akan meletakkan tai (kotoran) domba yang dipotong kemarin di atas punggung Muhammad, disaat ia sujud? Lalu berangkatlah di antara mereka (orang) yang terkutuk, meletakkan tai (kotoran) domba di atas punggung beliau  (di antara kedua bahunya) tengah beliau sujud, dan mereka tertawa terbahak-bahak. Kata Ibnu Mas’ud: “Seandainya aku mampu atau kuat, pasti kusingkirkan kotoran itu dari atas punggung beliau . Dan beliau tetap sujud tidak mengangkat kepalanya, sampai diketahui oleh putrinya (yakni) Fathimah yang saat itu menginjak dewasa (masih remaja), lalu dibuangnya kotoran di atas punggung Nabi  seraya mencaci maki mereka. Habis salat beliau berdoa: ”Ya Allah binasakanlah orang Ouraisy” hingga 3x dengan suara keras, hingga mereka ketakutan, selanjutnya berdoa: Ya Allah, binasakanlah Abu Jahl, ‘Ugbah, ‘Utbah, Walid Mughirah dan Umayah Khalaf. Sahut Ibnu Mas’ud: “Demi Allah, mereka dibinasakan oleh Allah dipertempuran Badr. (HR. Amr Maimun dari Ibnu Mas’ud )

 

Seseorang (Nabi) mengeluh kepada Tuhan: Ya Tuhan, kenapa orang mukmin yang (taat) melakukan perintahMu dan menjauhi laranganMu, Engkau sulitkan harta dunianya, dan dihadapkan pada bala. Sedangkan yang kafir pembangkang dan pelanggar laranganMu, terhindar dari bala, dan dimudahkan harta dunianya? Lalu turunlah wahyu: Bahwasanya semua bala hambaKu setiapnya bertasbih dan bertahmid mengagungkan Aku, jika seorang mukmin berbuat maksiat, Kujauhkan (dipersulit) dunia baginya, dan Kuhidangkan bala, demi menebus laku maksiat (dosa-dosa) nya, hingga ia menghadap Aku, dan Kubalas amal baiknya. Adapun orang kafir, jika berbuat dosa, lalu Ku mudahkan dunia (harta) baginya, dihindarkan dari bala, hingga ia menghadap Aku, lalu Kubalas segala dosa-dosanya. (HR. Abdullah Harits dari Ibnu Abbas )

 

Al-Faqih, kata Anas Malik : “Ketika Allah akan member kebaikan kepada seseorang, atau menjadikannya kekasih, maka dicurahkan bala sebanyaknya, lalu jika berdoa maka di sambut kedua kalinya, dengan sambutan: “Labbaika wa sadaika”, tidaklah kau minta, kecuali Kupenuhi, atau Kujauhkan bala yang lebih buruk, dan Kusimpan yang lebih baik bagimu. Lalu jika datang Kiamat dihadapkan dan ditimbang amalnya, salat, puasa sedekah dan haji menurut timbangan masing-masing, kemudian orang yang sering terkena bala tidak ditimbang amalnya, tetapi pahala dicurahkan sebanyaknya, seperti dulu di dunia dicurahkan bala baginya, hingga mereka yang sehat ingin seandainya badan mereka dicabit-cabit dengan gunting, karena melihat besarnya pahala yang diberikan kepada orang yang sering kena bala. Demikian Firman Allah: “Sungguh akan dibayar kontan tanpa perhitungan, bagi mereka yang sabar”.

 

Cerita zaman dulu, dua orang (mukmin dan kafir) berangkat mencari rezeki (mengail ikan), setiap jala diangkut orang kafir menyebut nama berhalanya, lalu dapat ikan banyak, sedang orang mukmin menyebut asma Allah, jala diangkat hampa sampai menjelang waktu Magrib baru terasa akan memperoleh ikan, tetapi setelah jala. diangkat kosong lagi, ia pulang dengan tangan kosong dan orang kafir pulang penuh dengan ikan. Lalu malaikat penjaga orang mukmin menyesal, dan ketika naik langit diperlihatkan kepadanya tempat orang mukmin di sorga, katanya: Demi Allah, tidak seberapa penderitaannya di dunia, jika persediaan tempatnya semacam ini. Dan ketika diperlihatkan kepadanya tempat orang katis di neraka ia berkata: Demi Allah, harta dunia yang diperolehnya tiada artinya, jika kelak dikembalikan di tempat semacam ini.

 

Empat alasan dari empat golongan manusia tertolak yaitu:

 

  1. Tidak sempat beribadat karena disibukkan harta kekayaan, Jawabnya: Kamu tidak melebihi Nabi Sulaiman kekayaannya.
  2. Tidak dapat bebas melakukan ibadat, karena pekerjaan (terikat peraturan majikan dll), lalu dijawab: Nabi Yusuf melebihi itu, tetapi tetap beribadat,
  3. Tidak bisa beribadat, karena kemiskinan, lalu dijawab: Kamu tidak miskin melebihi Nabi Isa ,
  4. Tidak bisa ibadat akibat sakit, lalu dijawab: Sakitmu tidak melebihi Nabi Ayyub .

 

Sehingga mereka tidak bisa memberikan alasan apa-apa kelak di hari Kiamat. Bahkan orang-orang salihin gembira dengan derita (penyakit) serta kesulitan dalam hidup, sebab hal itu, merupakan penebus dosadosanya.

 

Barangsiapa mampu melakukan 3 perkara, berarti dapat mencapai kebaikan dunia-akhirat, yaitu:

 

  1. Rela pada ketentuan (gadla dan takdir),
  2. Sabar menerima ujian (bala),
  3. Selalu berdoa dalam waktu apapun (terutama) ketika gembira”. (HR. Ibnu Mas’ud )

 

Al-Faqih, seseorang berkunjung tengah Nabi  berbaring, lalu bertanya: Sakitnya apa (yang dirasakan) ya Rasulullah? Jawabnya: Lapar, lalu ia keluar sambil menangis, dan berusaha memperoleh makanan (dengan membantu mengambilkan air), setelah dapat upah korma, ia kembali kepada beliau  akan memberikannya, Lalu sabdanya: Tidak sepantasnya pekerjaan itu kau lakukan, tetapi hanya karena cintamu kepadaku, Jawabnya: Ya benar Rasulullah, demi Allah aku mencintaimu, selanjutnya beliau bersabda: Jika benar-benar kau cinta padaku, maka bersiap-siagalah menerima ujian (bala) dengan baju tebal, karena hal itu sangat cepat menimpa orang yang mencintai aku, melebihi banjir (air bah) yang turun dari gunung ke dalam jurang”.

 

Ketika kamu menjumpai orang yang dipenuhi segala keinginan (hajad)nya, padahal ia suka berbuat maksiat, maka hal itu adalah istijraj (penghulu), selanjutnya beliau membaca ayat:

 

Artinya:

“Saat mereka lupa ajaran Alah, lalu Kami melapangkan (membuka) kepentingannya. hinssa mereka bangga dengan yang diperolehnya. tetapi mendadak mereka putus asa (kehilangan sesuatu)(Al Anam )

 

Tanya Abu Hurairah : siapakah yang terberat ujian hidupnya Jawab beliau : yaitu, para Nabi, lalu orang-orang salih, dan yang serupa, serta yang mengikutinya”. (Al Hadis).

 

Dan dinyatakan pula bahwa: Ada 3 perbendaharaan kebajikan, yaitu: Merahasiakan sedekah, penyakit dan merahasiakan bala”. Aku mengutip setengah kitabnya orang Hawariyin, yaitu, Jika bala menimpamu, bergembiralah, karena berarti kamu menetapi jalannya para Nabi dan orang-orang salih, tetapi jika kegembiraan yang kaudapati, bersedihlah karena perjalananmu bersimpangan dengan jalan para Nabi dan Salihin. (Wahb Manbah). Demikian pula wahyu Allah kepada Nabi Musa (sama dengan kutipan tersebut di atas).

 

Doa Fatih Maushily tengah menderita kelaparan(sekeluarga): Ya Tuhan, seandainya aku tahu sabab musababnya penderitaan ini, pasti akv Jakukan yang melebihinya (amal baik bukan maksiat).

 

Barangsiapa sedikit harta banyak anak (keluarga)nya, dan tetap melakukan salat dengan baik, maka di hari Kiamat akan berdampingan denganku (beliau seraya merapatkan dua jari (telunjuk dan tengah)” (Al Hadis)

 

Demi Allah, tiada Tuhan yang lain kecuali Dia, terkadang perutku ditekan ke tanah akibat laparnya, dan diikat dengan batu. Pernah juga semalam duduk di jalan raya, lewatlah Abu Bakar, lalu kutanyakan tentang ayat Alquran (semestinya tiada tujuan aku bertanya) sekedar memancingnya agar ia mengajak pergi ke rumahnya, tetapi ia terus lewat (tidak tahu maksudku), kemudian Umar lewat juga dan kutanyakan sesuatu ayat (tujuanku tiada lain seperti di atas), tetapi ia terus lewat tidak tahu maksudku. Ketika Nabi  lewat tersenyuAllah beliau, mengerti tujuan (isi hatiku) sabdanya: “Hai Abu Hurairah, kataku: Baik ya Rasulullah, sabdanya pula: “Ikutilah aku”, beliau berjalan dan aku mengikutinya masuk ke rumahnya dan terlihatlah segelas susu, lalu beliau bertanya kepada istrinya: “Dari mana susu ini? Jawabnya: dari seorang yang menghadiahkan untuk anda. Sabdanya pula: Hai Abu Hurairah, pergilah ke ahli shufah (panggil mereka), sebenarnya hatiku berat sebab jika mereka datang apa artinya susu itu, padahal perasaanku lebih berhak meminumnya seteguk demi memulihkan tenagaku. Tetapi karena ketaatanku kepada Allah dan RasulullahNya, pergilah aku memanggil mereka, setelah mereka datang, duduk bersama-sama, kemudian beliau memanggil aku: Hai Abu Hurairah, serahkan gelas susu ini kepada mereka agar meminumnya satu demi satu, lalu kuterima gelas itu dan diedarkan kepada mereka, setelah mereka kenyang minum susu, dikembalikannya kepada Rasulullah  gelas dipegang beliau bersabda: Hai Abu Hurairah, tinggal aku dan kau yang belum minum, maka minuAllah sambil duduk, dan sesudah itu, beliau terus mengulangi perintahnya: MinuAllah, minuAllah, sampai kataku: “Demi Allah Yang mengutusmu menjadi Rasulullah Hak, aku sudah kenyang sungguh, tiada tempat lagi di perutku, dan gelas kusampaikan kepada beliau”. Baru kemudian beliau mengucapkan “Alhamdulillah” sambil minum sisa susu tersebut. (HR. Mujahid dari Abu Hurairah ra.)

 

Para sahabat Nabi  disamping mengalami gangguan penganiayaan kafir Quraisy, juga menderita kelaparan tetapi mereka tetap sabar, hingga Allah memudahkan mereka. Demikian pula Barangsiapa sabar pasti memperoleh kemudahan (dilapangkan, segalanya), karena setiap kesulitan pasti berubah menjadi kemudahan. Dan para salihin senantiasa bergembira di saat menderita (mengalami kesulitan), karena pengertian dan keyakinan mereka tentang adanya pahala yang dijanjikan Allah  (Al Faqih)

 

Waktu di Bahrain, seorang wanita kaya, keluarga (anaknya banyak, termasuk budak (pembantu)nya juga banyak, menjamuku sayang kelihatannya tidak bahagia (susah selalu). Dan ketika aku aka pulang, bertanya: Kenapa anda kelihatan susah, mungkin punya hajat: Jawabnya: Ya, dan jika kau ke negeri ini, mengharap tinggal di sini lagi, setelah beberapa tahun kemudian, aku pergi lagi ke Bahrain, aku heran melihat perubahan total keluarganya, tidak lagi kelihatan para budak (pembantunya), Wajahnya berseri, kelihatan gembira. Lalu tanyaku: Apa kabar, baik-baik saja bukan? Jawabnya: Ketika kau pulang, kami menerus diuji, setiap mengirimkan barang, kapalnya tenggelam, lewat darat juga selalu dapat cobaan bala, hingga semua pembantu dan anak-anakku musnah (mati karena musibah). Lalu kataku: Semoga Allah menyayang anda, dulu kulihat anda selalu dalam keadaan susah, tetapi sekarang rupanya senang, gembira? Jawabnya dulu, saat memperoleh kenikmatan harta, hatiku selalu dibayang-bayangi rasa kekhawatiran: “Jangan-jangan amal kebaikanku dibayar kontan di dunia oleh Allah”. Tetapi sekarang harta dan anak-anakku telah musnah, aku tetap berharap: ”Mudah mudahan Allah telah menyediakan kebaikan (pahala) bagiku di akhirat”. Maka dengan itulah aku bergembira. (Demikianlah Usman Abdul Hamid Lahig dari ayahnya, neneknya, dari Muslim Yasar, katanya:”….)

 

Seorang sahabat bertemu dengan kawan wanita lama (yang dikenal) sejak masa Jahiliyah, setelah puas omong-omong, masing-masing meninggalkan tempat (berpisah di tengah jalan), tetapi pria itu rupanya tidak sampai hati, setiap langkah menoleh, setiapnya menoleh kawannya itu, akhirnya ia terbentur dinding dan berbekaslah pada wajahnya. Kemudian ia sampaikan hal (peristiwa)nya kepada Nabi , Jawab beliau: “Ketika seseorang dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia segerakan akibatnya di dunia (berupa ujian atau bala). (Demikian hadis dari Hasar Bashry). Kutunjukkan kepada kalian, suatu ayat yang membesarkan harapan, yaitu:

 

Artinya:

“Suatu musibah (bala) yang menimpa dirimu. adalah amul perbuatanmu sendiri, dan Allah memaafkan setengah banyak”. (Asy-Syura 30)

 

Oleh karena itu, setiap musibah yang menimpa kita, adalah tidak luput dari (akibat) laku curang, maksiat atau dosa kita, dinyatakan di dunia sebagai balasan, dan barangsiapa dibalas (laku maksiatnya) di dunia, maka tidak diulangi di akhirat, demikian pula jika Allah telah memaafkan laku maksiatnya (di dunia), maka tidak akan menuntut di hari Kiamat dengan siksaNya”. (Demikian Ali Abu Thalib)

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Tiada suatu musibah menimpa orang mukmin, baik berupa duri atau yang melebihi itu, kecuali Nlah menghapus satu dosa dengannya”. (HR. ‘Aisyah )

 

 

 

 

 

MM Faqih, kata Mu’adz Jabal , Surat ta’ziyah Nabi  atas kematian anakku (isinya) sbb: “Dari Muhammad Rasulullah Allah  buat Mw’adz Jabal, Salam sejahtera bagimu, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang lain, kecuali Dia (Ammaa badu atau sesudahnya). Semoga Alah membesarkan pahalamu, dan memberi kesabaran bagimu, serta memberi rasa syukur pada kami dan kamu.

 

Kemudian, selain itu, (ketahuilah) bahwa: Jiwa harta dan anakanak kita adalah pemberian Allah Yang Pemurah, Dia menitipkannya kepada kita, sehingga kita bergembira dengannya, sampai batas waktu tertentu, dan Dia tarik kembali pada waktu tertentu pula. Kemudian Dia mewajibkan kita bersyukur atas pemberianNya, bersabar atas ujianNya. Dan anakmu adalah setengah dari pemberianNya yang menggembirakan, dan titipan atau amanatNya pula, Dia telah menggembirakanmu dengannya, dan saat ini Dia mengambilnya dengan jaminan pahala besar, ketika engkau sabar dan ikhlas.

 

Oleh karena itu, hai Mw’adz, jangan sampai pahala yang besar itu, kau lenyapkan akibat duka cita terhadapnya, pasti kau menyesal tiada terhingga, jika kau mengetahui pahala yang sebesar itu lenyap dari tanganmu, padahal musibah itu tiada artinya di bandingkan dengan pahala tersebut. Dan ingat pula, bahwa duka cita tidak mungkin mengembalika orang yang sudah mati, di samping tidak mengurangi kesedihan (yang dialami), oleh karena itu pula, lenyapkanlah duka atau susahmu, dengar (suatu pemberian) yang akan kau terima, seakan (pemberian itu) sudah kau terima”.

 

Wassalam.

 

Cara menghilangkan duka cita atau penyesalan, dengan mengingat datangnya maut pada dirinya, seakan maut telah tiba maka dengan cara semacam itu lenyaplah kesedihan, yang mana kesedihan tidak mungkin menolak maut, bahkan melenyapkan pahala musibah, karena mengeluh semata hanya mengadukan Tuhannya, dan menolak putusanNya. (Ulasan Al Faqih).

 

Al Faqih, Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa pikirannya sedih akibat harta dunia, berarti membenci Tuhannya, dan yang mengeluh akibat musibah, berarti memarahi Tuhannya, dan yang menjilat (nuwun inggih) orang kaya, lenyaplah 2/3 (dua pertiga) amalnya, dan orang yang diberi kepandaian Alquran, lalu tidak mengamalkan isi kandungannya, hingga disiksa di neraka, berarti ia dijauhkan dari rahmatNya. (Na’udzu billah min dzaalik)”.

 

Empat baris berturut-turut dimuat dalam Taurat, yaitu:

 

  1. Barangsiapa membaca kitab Allah, dan beranggapan tidak memperoleh ampunan maka ia termasuk orang yang mengecilkan ayat-ayat Allah.
  2. Orang yang mengeluh akibat musibah yang menimpa padanya, berarti mengeluh kepada Tuhan.
  3. Orang yang murung (sedih berlebihan), akibat kehilangan (sesuatu) atau tidak terlaksana, berarti ia membenci keputusan atau ketentuan Tuhan.
  4. Orang yang menjilat-jilat (tawadlu”) kepada orang kaya, berarti (keyakinan) agamanya lenyap dua pertiganya”. (Demikianlah Wahb Munabbih).

 

Rasulullah  bersabda: Orang yang ditinggal mati 3 anak kandungnya, tidak akan masuk neraka, kecuali melakukan sumpah. Yakni Firman Allah:”Tiada seorangpun dari kamu, melainkan ia akan melewati api neraka”. (Hadis dari Abu Hurairah 5)

 

Tiada Seorang muslim tertimpa musibah, sekalipun peristiwa ity Sudah lewat (lama), ia membayangkannya seraya membaca: Innaalillaahhi Wa innaa ilaihhi raaji’uun”, kecuali Allah memberinya pahala (baru) Seperti dulu ta menerima pahala musibah tersebut”.

 

Usman Affan telah terbiasa jika memperoleh anaknya (pada harj ke tujuh) ia menggendongnya, ketika ditanya: Kenapa anda lakukan seperti itu? Jawabnya: Agar cintaku meresap kepadanya, dalam hatiku, sehingga menambah besar pahalaku (nanti jika aku) mati”.

 

SeSeorang membawa anaknya kepada Rasulullah -, lalu anak ity mati, dan beliau menanyakan masalahnya, diberitahu bahwa dia kematian anaknya. Sabdanya: Kenapa tidak kau beritahukan padaku? Mari kita berta’zivah ke rumahnya, orang itu kelihatan sedih seraya berkata: Ya Rasulullah, harapanku tertumpu padanya, agar dapat membantu aku di saat aku tua dan lemah. Lalu beliau  bersabda: Tidak gembirakah kau, di saat Kiamat anak itu disuruh: Masuklah Ke sorga, lalu katanya: Dan kedua orang tuaku ya Tuhan? hal itu diulang hingga 3x, dan ia tetap bersikeras minta agar mengikutkan kedua orang tuanya, hingga diterima syafa’atnya, hingga kamu masuk ke sorga? (Hadis dari Anas Malik )

 

Maka lenyaplah duka orang itu, berdasarkan hadis ini sunnah hukumnya ta’ziyah kepada kawan yang ditimpa musibah”. (Ulasan Al Faqih)

 

Al-Faqih, Nabi Musa bertanya: Ya Tuhan sebesar apa pahala menengok orang sakit? JawabNya: Aku ampuni dosanya seperti bayi lahir dari ibunya. Lalu yang mengantarkan jenazah? JawabNya: Kelak bangun dari kuburnya diantar para malaikat ke mahsyar. Lalu yang ta’ziyah (menghibur yang terkena musibah)? JawaabNya: Kuberi nauangan, di saat tiada naungan kecuali naungan ‘ArasyKu”.

 

Tiada kekangan yang lebih disenangi Allah kecuali dua perkara, yaitu:

 

  1. Mengekang amarah dengan kesabaran,
  2. Mengekang musibah dengan kesabaran pula.

 

Dan tiada tetesan yang lebih disenangi Allah, kecuali dua tetesan yaitu: 1. Tetesan darah ketika jihad atau menegakkan agama Allah,

  1. Tetesan air mata ketika sujud di tengah malam sunyi, tiada yang tahu kecuali Allah

 

Dan tiada langkah yang disenangi Allah, kecuali dua langkah yaitu:

 

  1. Langkah menuju (masjid) melakukan salat fardu (berjamaah)
  2. Langkah bersilaturrahmi (menyambung ikatan persaudaraan)”.

(HR. Aban Salih, Umair, Anas Malik -)

 

Ketika Nabi Sulaiman ditinggal mati putranya, ia sangat sedih, lalu datanglah dua malaikat (menghiburnya dengan mendramakan kenyataan yang dialami olehnya), seakan punya urusan (sengketa). Malaikat pertama berkata: Sang raja, aku menanam biji (sudah tumbuh baik) tapi belum kunikmati hasilnya, tahu-tahu dicabut oleh orang ini. Ia menyatakan kebenaran pengaduan orang pertama, bertanya pada orang kedua: Kenapa kau lakukan? Jawabnya: Aku berjalan menuju jalan raya, di tengahtengahnya tanaman kurang sedap dipandang mata, lalu kupindahkan ke kanan-kiri jalan, tidak tahunya diantaranya ada tanaman orang ini yang kucabut, Lalu Nabi Sulaiman bertanya: Kenapa menanam di tengah jalan, tidak tahukah kamu bahwa setiap orang memerlukannya? Jawab malaikat: Kenapa kau harus sedih atau duka atas kematian anakmu, tidak sadarkah bahwa: Mati adalah jalan menuju akhirat? Kemudian ia taubat, tidak lagi duka berlebihan atas kematian anaknya (Demikian hadis dari Abu Darda’).

 

Di tengah perjalanan, Ibnu Abbas memperoleh berita tentang kematian putrinya, lalu ia membaca: ”Innaalillaahhi wa innaa ilaihi raajiuun”. dan berkata: “Aurat yang ditutup oleh Allah dan beban yang Dia selesaikan, serta pahala yang Ia datangkan bagiku, kemudian turun dari kendaraannya melakuan salat dua rakaat, katanya: Kami melakukan perintah Allah dalam ayat:

 

Artinya:

“Jadikanlah sabar dan salat sebasai penolongmu …..” (Al-Bagarah 45)

 

Ucapkanlah: Innaa lillaahhi wa innaa ilaihhi raaji’uun”, Ketika seseorang darimu tali sandalnya putus, karena itu termasuk musibah”, (Al-Hadis).

 

Al-Faqih, Nabi  bersabda: Barangsiapa ditimpa musibah lalu membaca: Innaa lillaahhi wa innaa ilaihhi raaji’uun” seperti yang diperintahkan Allah, dan berdoa: Ya Allah berilah pahala bagiku, dalam musibah ini, dan gantilah yang lebih baik, maka Allah memberinya (yang lebih baik). Umi Salamah berkata:

 

Lalu ketika Abu Salamah (suaminya) meninggal aku baca doa tersebut, tetapi teringat siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah, tahutahu Allah menggantikannya Nabi  yang mengawininya.

 

Memukul paha sewaktu ditimpa musibah, menggugurkan pahalanya, dan yang dianggap sabar adalah pada pukulan pertama mengekangnya), sedang besarnya pahala sesuai dengan besar kecilnya musibah, dan yang membaca ”Innaa lillaahhi wa innaa ilaihhi raji’uun”, Allah pasti menambah pahala baru, seperti saat terjadinya musibah”. (HR. Shalin Muhammad dengan sanadnya Anas Malik )

 

Al-Faqih dalam nasihatnya: Manusia berakal seyogyanya memikirkan pahala musibah kelak ketika diterima di hari Kiamat, saat itu ia menginginkan seandainya ditinggal mati dulu oleh keluarga dan handai taulannya, agar memperoleh pahala musibah yang ditentukan Allah bagi setiap orang sabar, Firman Allah:

 

Artinya:

 

“Sungguh Kami akan mengujimu (dalam bentuk) kekhawatiran. kelaparan, sedikit harta, kematian jiwa, dan kurangnya buah-buahan, dan sembirakanlah (dihibur) mereka yang sabar. Yaitu yang ketika ditimpa musibah menyatakan: Innaalillaahi wa innaa ilaihhi raaji’uun. Mereka itulah yang memperoleh salawat (tautik dan ampunan) dari Tuhan mereka serta rahmatNva, dan mereka itulah yang memperoleh petunjuk”. (Al-Bagarah 155 – 157)

 

Ketika Ibrahim putra Rasulullah  (dari istri Mariyah Qibthiyah) meninggal dunia, beliau menangis, mencucurlah air matanya, lalu Abdurrahman menegurnya: Ya Rasulullah, kenapa menangis, bukankah baginda telah melarangnya? Jawab beliau: Tidak, tetapi aku dilarang merintih dan bernyanyi, dua suara bodoh lagi lacur, serta dilarang mencakar muka, merobek baju. Karena merintih adalah perbuatan setan termasuk nyanyi, main-main dan serulingnya, tetapi ini adalah airmata rahmat yang diletakkan Tuhan pada hati hambaNya yang punya belaskasih (rahmat), Barangsiapa tidak punya rahmat, tidak akan memperoleh rahmat. Sabdanya pula: “Hati merasa sedih, dan mata mencucurkan air (mata), tetapi tidak menyatakan sesuatu yang menjadikan kemarahan Allah .

 

Bahwasanya Allah telah melenyapkan kesalahan dan kelupaanmu, dan sesuatu yang kamu tidak mampu melakukannya, dan dibolehkan di saat terpaksa (darurat) sesuatu yang telah dilarang bagimu, dan telah memberikan 5 perkara kepadamu, yaitu:

 

  1. Kekayaan dari rezeki karuniaNya, lalu Allah menawarkan kepadamu supaya meminjamkan fi sabilillah secara ikhlas, dengan pengembalian yang berlipat ganda (dari 10 hingga 700) bahkan tanpa hisab (tiada hitungan banyaknya),

 

  1. Salawat dan rahmat, ketika kamu rela dan sabar menghadapi pengambilan secara paksa olehNya (musibah),

 

  1. ‘Yambahan nikmat, ketika kamu bersyukur,

 

  1. Seandainya kamu berdosa sampai kafir, lalu mau bertaubat kepadaNya, maka Dia tetap menerima taubatmu bahkan mencintaimu, FirmanNya:

 

Artinya:

“Bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang bersuci”.

 

  1. Seandainya Jibril dan Mikail diberi seperti yang diberikan kepadamu, pasti perasaan mereka “sangat luar biasa” memperoleh pemberian itu, FirmanNya:

 

Artinya:

”Mohonlah kepadaku, pasti Kupenuhi permohonanmu itu (Al-Mukmin 60). (Demikian kata Hasan Baslay)

 

Rasulullah  bersabda: “Tiada sesuatu yang bisa dikemukakan scseorang di dcpannya yang sangat disenangi dan yang lebih besar pahalanya daripada anak yang dikemukakan di depannya kira-kira umur 12 tahun.

 

Sabdanya pula: Yang dianggap sabar, yaitu pada bala pertama, dan jika waktunya telah lewat terserah mau sabar atau tidak, lalu manusia berakal yaitu yang sabar pada pertama (awal mulanya). (HR. Yahya Jabir ‘Atha-i).

 

Di waktu meninggalnya putra Abdullah Mubarrak, orang Majusi ta’ziyah kepadanya, dan katanya: Seorang yang berakal harus berbuat (di hari ini) sesuatu yang akan dilakukan orang bodoh sesudah 5 hari. Lalu Abdullah Mubarrak berkata kepada kawannya: Ingat-ingat (tulis)lah ini, maksudnya: Orang Majusi tidak mengerti pahala dan sorga, bisa memberi nasihat semacam itu”.

 

Barangsiapa menghibur orang yang ditimpa musibah, maka pahala seperti yang ditimpa musibah”. (Al-Hadis). Sabar terbagi 3 bagian, yaitu:

  1. Sabar melakukan ibadat (taat),
  2. Sabar menjauhi maksiat,
  3. Sabar ditimpa musibah.

 

Setiapnya mempunyai derajat, bagi yang sabar ditimpa musibah, ditingkatkan derajatnya 300 derajat, dan bagi yang sabar ibadat 600 derajat, sedang bagi yang menjauhi maksiat 900 derajat”. (Al-Hadis).

 

Inilah tulisan pertama dalam Lauh Mahfudh,

 

Artinya:

”Aku-ah Allah, tiada Tuhan yang lain, kecuali Aku, dan Muhammad RasulullahKu, orang yang menerima putusanKu, sabur menghadapi ujianKu dan mensyukuri nikmat-Ku pasti dicatat sebagai orang yang sidiq, dan dibangkitkan bersama-sama orangorang sidig di hari Kiamat, Adapun orang yang tidak menerima putusanKu, tidak sabar menghadapi ujian (bala)Ku, dan tidak mensyukuri nikmat (pemberian) Ku, pasti binasa, silahkan mencari Tuhan selain Aku”. (HR. Ibnu Abbas )

 

Sebenarnya bala itu hanya satu, tetapi jika mengeluh (yang ditimpa bala tersebut menjadi dua, yaitu:

  1. Bala musibah,
  2. Bala kehilangan pahalanya musibah” (Abdullah Mubarrak).

 

Orang yang merasa berat tengah ditimpa musibah, hendaklah, mengingat musibah kehilangan aku (Muhammad), karena itulah musibah terbesar”. (HR. S. Ali Thalib )

 

Orang yang merindukan sorga, segeralah melakukan kebaikan, dan yang takut neraka, segeralah melupakan syahwatnya, orang yang ingat akan mati, tinggalkan kesenangan, orang yang zuhud dunia ringan (merasakan) segala derita musibah baginya. (HR. Ali Thalib)

 

Enam baris dibawah ini, dimuat dalam kitab terdahulu yaitu:

 

  1. Orang yang susah memikirkan dunia, berarti marah kepada Allah,
  2. Mengeluh pada musibah, berarti mengeluh pada Allah,
  3. Orang yang tidak memperdulikan dari mana rezekinya, maka Allah juga tidak memperdulikan dari pintu mana ia masuk neraka,
  4. Orang yang melakukan maksiat dengan hati senang (sambil tertawa), pasti masuk neraka dengan cucuran air mata tak henti-hentinya,
  5. Orang yang disibukkan dengan memuaskan syahwatnya, pasti Allah menghilangkan rasa takut pada akhirat,
  6. Orang yang menjilat-jilat orang kaya, pasti derita kemiskinan selalu terbayang di kelopak matanya”. (Demikian Al-Faqih)

 

 

 

 

Al-Faqih'”, Abu Umamah Bahily, bertanya kepada Amr Anbasah : “Apa yang menjadikan anda orang keempat pada urutan (tokoh) Islam? Jawabnya: Dulu aku mengakui sesat (manusia tersesat), dan tidak menyembah berhala, kemudian datang khabar gembira dari Mekkah, langsung aku berangkat (dengan kendaraan) menuju Mekkah menemui Rasulullah  secara sembunyi, karena memang saat itu suasana belum mengizinkan dakwah terbuka bagi Islam. Setelah bertemu aku bertanya: “Siapa anda? Jawabnya: Nabi, Apa Nabi itu? Utusan Allah, Allah mengutus anda? Ya, Lalu diutus untuk apa? Untuk bertauhid kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, serta membasmi berhala dan bersilaturrahmi. Lalu siapa yang menyertai anda melakukan tugas ini? Seorang merdeka (Abu Bakar) dan seorang hamba (Bilal). Bolehkah jika aku menyertai tugas anda ini? Jawabnya: Belum saatnya bagimu, sebaiknya kamu pulang dulu ke negeri atau daerahmu, dan pada suatu saat (aku menang) datanglah kamu menemuiku. Lalu aku pulang dan telah menyatakan keislamanku. Maka dari situlah aku merasa tokoh keempat dalam Islam, sebab pernyataan beliau  waktu itu yang Islam baru dua orang (Abu Bakar dan Bilal). Dan ketika aku mendengar beliau hijrah ke Madinah, langsung aku mengikutinya (dengan kendaraan), tanyaku: Masih ingatkah anda kepadaku? Ya masih, bukankah kau pernah berkunjung ketika aku masih di Mekkah? Ya benar. Sekarang ajarkanlah kepadaku seperti yang anda terima dari Tuhanmu, Lalu beliau  bersabda: “ketika habis salat Subuh, istirahatlah (tidak melakukan salat sunnah) hingga matahari terbit setinggi satu atau dua tombak (saat matahari terbit jangan lakukan salat, sebab ketika itu terbit di antara 2 tanduk setan dan bersamaan dengan sujudnya orang kafir). Baru setelah itu yakni matahari tinggi  atau 2 tombak melakukan salat (sunah Isyrak, Dhuha dan lain-lain) hingga masuk waktu Zuhur. Karena salat di waktu itu disaksikan para malaikat, dan ketika matahari persis diatas (waktu istimewa) hentikan salat, karena saat itu nyalanya jabannam baru melakukan salat sesudah bayangan condong ke timur (masuk waktu Zuhur), hingga masuk waktu Asar, dan sesudah itu istirahatlah hingga terbenam matahari (di saat matahari terbenam jangan lakukan salat karena ta terbenam di antara dua tanduk setan dan bersamaan dengan sujudnya orang kafir.

 

Kemudian tanyaku pula: Bagaimana mengenai wudu? Jawabnya. Tiada seSeorang menyiapkan wudunya, lalu berkumur dan menghirup air (dalam hidung dan mengeluarkannya), kecuali keluarlah dosa-dosa mulut dan hidungnya. Lalu membasuh muka seperti yang Allah perintahkan, kecuali keluarlah dosa-dosa wajahnya bersamaan dengan tetesan air, laly membasuh kedua tangan sampai siku-siku, maka keluarlah dosa-dosa tangannya dari ujung jari bersama tetesan air, lalu mengusap kepala, maka dosa-dosa keluar dari ujung rambut bersama air, lalu membasuh kedua kaki sampai mata kaki, maka keluarlah dosa-dosa kaki dari ujung jari bersama tetesan air.

 

Selanjutnya berdiri memuji (berdoa sehabis wudu) kepada Allah, dan melakukan salat 2 rakaat, maka keluarlah dosa-dosanya seperti baru lahir dari kandungan ibunya”. (AlHadis)

 

Al-Faqih  Rasulullah  bersabda: Akan kutunjukkan amalan yang mampu melenyapkan dosa dan meninggikan derajat, yaitu:

  1. Menyempurnakan wudu di saat kesulitan (musim dingin),
  2. Sabar menderita,
  3. Akan salat berjamaah di masjid,
  4. Menantikan salat (hatinya tertuju untuk melakukan salat fardu berikutnya) sesudah melakukan salat (fardu yang pertama),
  5. Ikutilah ribath pertahanan dari musuh, yang berarti berpahala sama dengan orang yang bertahan di garis terdepan melawan musuh”.

 

Al-Faqih dari ayahnya dengan sanadnya Abdullah Sallam, katanya: Kutemukan analisa dari wahyu Allah, sbb: Orang yang selalu memperbaharui wudunya (setiap berhadats, wudu), dan tidak senang masuk (mengganggu) wanita dalam rumah (mengajak maksiat), dan tidak mencari (hal-hal) yang tidak halal, pasti akan diberi kekayaan (rezeki) tanpa perhitungan (banyaknya)”.

 

Orang yang tidur dalam keadaan berwudu (suci) bersama kemul suci (istrinya sendiri), maka ia bermalam dengan malaikat dalam kemulnya, dan ketika malam bangun, lalu malaikat berdoa: “Ya Allah, ampunilah hambamu ini, sebab ia tidur dalam keadaan suci”. (HR. Abu Hurairah )

 

Kulihat cara Usman Affan berwudu, demikian: Pertama air dituangkan pada kedua tangannya dan mencucinya 3x, lalu berkumur dan menghirup air 3x, lalu membasuh muka 3x, mengusap kepala, kemudian membasuh kedua kaki 3x selanjutnya berwudu. ”Caraku berwudu ini, adalah seperti wuduk yang dilakukan Rasulullah . Sabda beliau : “Orang yang berwuduk seperti cara yang aku lakukan, lalu salat 2 rakaat secara khusyuk (tidak mengingat urusan dunia), pasti dosa-dosa terdahulu atau kemudian, diampuni baginya”. (Dari Imran Abban).

 

Rasulullah  bersabda: ”Beristiqamahlah kamu (lakukan amal secara tetap atau langgeng), tiada terhitung keuntungannya, camkanlah, bahwa: Amalmu yang terbaik adalah salat, dan tiada yang kuat memelihara wudu kecuali orang mukmin (akhlak orang mukmin). Dari itu berwadalah (dalam keadaan sucilah) setiap hari, sekalipun akan tidur tetaplah dalam keadaan (wudu) suci, sebab yang demikian ini dikasihi Allah dan para malaikat penjaga”. (Dari Tsauban )

 

Al-Faqih dari ayahnya dengan sanadnya Umar Khatthab , katanya: “Ketika ia mengirim utusan (seseorang sahabat) untuk mengambil kelambu Kabah di Mesir, di tengah perjalanan (Syiria) utusan itu bermalam di dekat (rumah sebelah) biara pendeta terpandai, lalu ia ingin menemuinya, dan ketika mengetuk pintunya hingga lama tidak dibukakan, dan setelah dibukakan ia masuk, lalu berkata-kata dengan gembira, tetapi kenapa tadi tidak segera dibukakan pintu? Jawabnya: Karena kami lihat kamu orang yang hebat, bagai raja, dan kami takut, itulah sebabnya aku tidak segera membukakan pintu, dan firman Allah kepada Musa demikian: “Hai Musa jika kau takut raja, berwudu-llah bersama anggota keluarga semuanya, maka orang yang berwudu berad, dalam lindungan (keamanan)Ku, karena itu pintu kami tutup, sampai kami seluruh anggota keluarga berwudu, dan melakukan salat, terasalah aman bagi kami dan pintu kami buka untukmu”.

 

Saran Al Faqih: Orang berwudu berarti mensucikan diri dengan ai sebagai tanda menyuci dosa-dosanya, karena akan menghadap Tuhannya, yang berarti pula bertaubat, seyogyanya mulailah dengan baca Basmalah, dan jika berkumur dan menghirup air, berarti membasuh mulut dari dusta, ghibah dan lain-lain, jika membasuh muka berarti menutup pandangan yang dilarang syara’, demikian seterusnya dalam anggota-anggota lainnya sampai habis, lalu berdoa.

 

Orang mukmin ketika habis berwudu membaca:

 

Artinya:

“Maha Suci Engkau ya Allah, sesala puji basiMu, aku mengakui ada Tuhan yang lain, kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu?”.

 

Ditutup stempel lalu diletakkan di bawah ‘Arsy, tidak dibuka hinggi nanti hari Kiamat diserahkan kepadanya ”. (Al-Hadis). Nabi  bersabda: “Ketika seseorang dari kamu habis wudu membaca (doa):

 

Artinya: 

“Aku mengakui tiada ada Tuhan yang lain, kecuali Allah Yang Esa tiada sekutu bagiNya, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasulullah Nya, maka pintu sorga (delapan pintu) dibuka baginya, boleh memilihnya dari mana dia masuk, seenaknya)”. (HR. Uqbah Amir dari Umar Khattab )

 

Barangsiapa melakukan 5 perkara disertai dengan iman, kelak di hari Kiamat past masuk sorga, yaitu:

  1. Salat 5 waktu tepat pada waktunya, sempurna wudu, rukuk dan sujudnya,

2, Menunaikan zakat harta dengan riang hati, lalu sabdanya, Demi Allah, tidak dapat melakukannya, kecuali orang mukmin,

3, Melakukan puasa Ramadan,

4, Haji ke Baitullah,

5, Menunaikan amanat,

 

Yang dimaksud amanat yaitu mandi jinabat, demikian Abu Darda’.

 

Al-Faqih, Rasulullah  habis salat Subuh bersabda kepada Bilal: Ungkapkanlah kepadaku amalan terbaik bagimu dalam Islam sebab semalam aku mendengar serakan sandalmu di sorga! Jawabnya: “Tiada amalan terbaik bagiku dalam Islam, kecuali setiap aku berwudu baik siang atau malam bari pasti kumanfaatkan untuk salat berapa (rakaat) saja yang ditentukan Allah bagiku, Dan riwayat lain: Tiada aku berhadats, kecuali berwudu (memperbaharuinya), dan tiada berwudu kecuali melakukan salat (sunnah wudu) 2 rakaat”,

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI.

 

 

 

 

 

Al-Faqih , Nabi . bersabda: Salat 5 waktu diaumpamakan sungai, mengalir di depan pintu rumah seseorang kamu, setiap hari 5x dibua mandi, lalu apakah masih ada kotoran (daki) yang melekat padanya:

 

Ulasan Al-Faqih: yang dimaksud, adalah salat 5 waktu sanggup membersihkan dosa-dosa, kecuali dosa besar, yang demikian itu jika dilakukan dengan khusyuk, sempurna rukuk dan sujudnya. Tetapi jika tidak demikian, maka salatnya ditolak.

 

Al-Faqih , kata Khalid: ”Saat kami duduk mengelilingi Rasulullah  , masuklah seorang laki-laki ke Masjid dan salat, sesudah selesai lalu mengucap salam kepada kami (Nabi dan para sahabat), Kemudian sabda beliau : Ulangilah salatmu, karena kamu belum salat. Orang itu mengulangi salatnya dan kembali mendekati beliau  sehabis salat. Sabdanya pula: Ulangilah salatmu, karena kamu belum salat, hingga 3x. Sesudah selesai ia bertanya: Aku belum tahu persis di mana letak kesalahan salatku ini? Jawab beliau  : Tidak dianggap sempurna salat seseorang, hingga berwudu secara sempurna (seperti perintah Allah) demikian: Pertama membasuh muka, lalu kedua tangan sampai siku, mengusap (setengah kepala, dan membasuh kedua kaki hingga matakaki (sesudahnya baru melakukan salat) diawali dengan bertakbir, lalu bertahmid (baca doa iftitah) dan seterusnya (fatihah atau) membaca Alquran sedapatnya. Kemudian turun rukuk kedua tangan diletakkan pada lutut dengan tenang semua ruas dan tunduk (membungkuk), lalu (i’tidal) mengangkat kepala seraya membaca: ”Sami’allaahhu liman hamidah”, tegak berdiri hingga tegak pula punggungnya dan setiap anggota kembali semula. Lalu takbir dan sujud menekankan wajah ke tanah hingga tenang semua ruasnya serta merendah, lalu takbir dan duduk meluruskan tulang punggung. Selanjutnya sabda beliau: Tidak sempurna salat seSeorang hingga melakukan demikian (yang dijelaskan di atas). seyogyanya orang melakukan salat sebagaimana dijelaskan dalam hadis tersebut di atas, secara sempurna baik dalam rukuk, sujud dan lain-lain agar benar-benar salatnya sebagai penebus dosa terdahulu. (AlFaqih)

 

Al-Faqih , kata Harits Maula Usman: Ketika kami duduk bersama Usman  di suatu hari, lalu datanglah muazin dan ia minta air wudu, katanya sehabis berwudu, wudu Rasulullah   yang kulihat tidak jauh dengan wuduku ini, sabdanya: Orang yang berwudu seperti wuduku ini, terus salat Zuhur, pasti diampuni dosanya sejak Subuh hingga Zuhur, dan jika salat Asar, pasti diampuni dosanya sejak Zuhur hingga Asar, dan jika salat Magrib, pasti diampuni dosanya sejak Asar hingga Magrib, dan jika salat Isyak, pasti diampuni dosanya, sejak Magrib hingga Isyak, kemudian tidur, setelah bangun lalu salat Subuh, pasti diampuni dosanya sejak Isyak hingga Subuh, ini lah kebaikan yang sanggup melenyapkan dosa-dosa. Ditanya: Itu disebut kebaikan (hasanah), lalu Bagiyatush-salihah itu yang mana? Jawab beliau  , yaitu:

 

Orang yang menginginkan (mati) menghadap Allah tetap dalam Islam (sebagai seorang muslim), lakukanlah salat 5 waktu tepat pada waktunya, tepat saat azan dikumandangkan. Bahwasannya Allah mensyari’atkan sunnatul Huda dan salat berjamaah adalah setengah dari sunah tersebut. (Syi’ar agama) Demi Allah, orang yang tidak salat berjamaah (melakukan salat di rumahnya masing-masing) berarti mengabaikan sunah Rasulullah  yang berarti pula tersesat. Sungguh munafik nyata di zaman kami dulu, bagi orang yang meninggalkan salat berjamaah, terkadang seorang di tegakkan dalam shaf atas dukungan dua orang, dan orang yang berwudu secara sempurna lalu pergi ke masjid dan valat, baginya ditulis satu hasanah setiap langkahnya, bahkan dinaikkar derajatnya (satu), diampuni dosanya (satu), hingga setiap langkah kamj buat pendek langkahnya agar tambah banyak hitungannya. Salat Jamaah adalah lebih utama 25 derjat, melebihi salat munfarij (sendirian). (Hadi dari Ibnu Mas’ud.)

 

Ketika kami akan pindah rumah mendekati masjid (pekarangan sekelilingnya yang kosong), lalu beliau  datang ke rumah kami (setelah mendengarnya) di kampung Bani Sulimah, dan sabdanya: “Hai Bani Salimah, katanya kalian akan pindah mendekati Masjid? Mereka jawab: Benar ya Rasulullah, alasan kami tempat ini jauh dari Masjid, sedang di keliling masjid banyak pekarangan kosong, lalu sabdanya: Hai Bani Salimah, tetaplah kamu di sini karena bekas tapak kakimu akan ditulis (sebagai saksi), Jawab mereka: Dengan demikian (karena sabda beliau ) kami tidak lagi ingin pindah mendekati masjid”. (Dari Jabir Abdullah ).

 

Orang yang melakukan salat berjamaah hingga 40 hari berturutturut, dan satu rakaatpun tidak pernah ketinggalan, maka Allah menentukan dua kebebasan baginya, yaitu:

 

  1. Bebas api neraka,
  2. Bebas nifak (tidak munafik)”. (HR. Anas Malik )

 

Al-Faqih , Nabi  bersabda: Orang yang berwudu dengan sempurna lalu salat dengan sempurna pula, baik rukuk, sujud dan bacaannya, maka salatnya berkata: Mudah-mudahan Allah menjagamu seperti kau menjaga aku, kemudian naiklah ke langit sangat terang sinar cahayanya, ia masuk pintu langit hingga kepada Allah , dan memohonkan ampun bagi pelakunya. Demikian sebaliknya, jika tidak sempurna rukuk, sujud dan bacaannya, lalu berkata: “Mudah-mudahan Allah menghinakan kamu, seperti perbuatan sembronomu (gegabah) terhadap aku, kemudian naiklah ke langit diliputi kegelapan, akan masuk tapi pintu tertutup baginya, akhirnya salatnya dilipat bagai baju kumal, dan dipukulkan pada muka pelakunya”.

 

Akan kutunjukkan orang (pencuri) paling buruk, yaitu Orang yang mencuri dalam salatnya, tanya sahabat: Apa yang dimaksud dengan mencuri salatnya? Beliau  menjawab: yaitu, tidak sempurna rukuk dan sujudnya (tidak tumakninah atau tenang). (HR. Hasan)

 

Salat adalah neraca atau timbangan, orang yang menepati timbangannya, pasti cukup, sebaliknya yang curang, mencurinya, maka kamu telah tahu ancaman Allah terhadap pencuri timbangan”. (Salman Faris)

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Salat Isyak dan Subuh dianggap paling berat bagi orang munafik, tetapi seandainya mereka mengetahui pahala keduanya. pasti akun mendatangsinya sekalipun dengan merangkak-rangkak”. (Muttafaqun ‘alaih)

 

Sampaikanlah khabar gembira bagi yang berjalan di malam gelap menuju masjid, bahwa kelak di hari Kiamat mereka akan memperoleh sinar cahaya sangat terang. (HR. Buraidah ) .

 

Sungguh aku menginginkan perintah salat, lalu diigamati dan salat berjamaah, kemudian aku keluar dengan para pemuda yang membawa ikatan kayu-kayu, lalu kubakar rumah orang-orang yang mendengar azan tetapi tidak mau datang (ke masjid) melakukan salat berjamaah”. (HR. Abu Hurairah )

 

Lima salat Fardu bagi umat manusia (hamba Allah), telah diwajibkan oleh Allah, maka orang yang melakukannya dengan sempurna tidak meremehkan, dia punya janji (ketentuan) di sisi Allah untuk dimasukkan sorga, tetapi bagi yang meninggalkannya karena meremehkannya, maka tiada baginya ketentuan di sisi Allah, terserah kepada Allah apakah dikasihi atau disiksa orang tersebut. (HR. Ubadah Shamit )

 

Pendapat ‘Atha-k tentang ayat di bawah ini, sbb:

 

Artinya:

“Orang-orang yang tidak bisa lupa akibat dasangan atau Jualan untuk berzikir kepada Allah, yaitu: “Mereka yang aktif salat berjamaah. Demikian pula wat yang artinya: ”Merenggangkan lambung mereka dari ranjang tidurnya, yaitu: yang melakukan salat Isyak (di akhir malam).

 

Al-Faqih , Ibnu Abbas . berkata: Di saat hari Kiamat semua makhluk (termasuk) jin, manusia dan lain-lain dikumpulkan di suatu lapangan terbuka, mereka berbaris dalam keadaan bertekuk lutut, lalu diserukan: Pada hari ini, kalian akan mengetahui orang-orang yang mulia, kemudian mereka yang setiap saat memuji Allah berdiri tegak dibawa ke sorga lalu diumumkan lagi yang kedua kalinya: Pada hari ini, kalian akan menyaksikan orang-orang yang mulia, kemudian mereka yang merenggangkan lambungnya dari ranjang tidurnya, untuk berdoa, karena takut dan berharap kepada Allah, serta menyedekahkan setengah rezekinya, berdiri tegak, dibawa ke sorga, lalu pengumuman yang ketiga kalinya: “Pada hari ini, kalian akan menyaksikan orang-orang yang mulia, kemudian mereka yang tidak lupa akibat dagangan atau jual-belinya dari zikir kepada Allah, tetap salatnya, dan pengeluaran zakatnya, berdiri tegak pergi ke sorga.

 

Kemudian sehabis itu, keluarlah makhluk yang bagian kepala dan Jehernya dari api neraka, sorot matanya ditujukan kepada semua (manusia dan jin) yang ada di Mahsyar, katanya dengan lantang: “Tugasku adalah mencari tiga orang, yaitu:

 

  1. Yang kejam dan melawan (Allah dan RasulullahNya), lalu mereka diambil dari tengah barisan, seperti burung mematuk biji (wijen) dan dilemparkan ke jahannam,

 

  1. Yang menyakiti Allah dan RasulullahNya, mereka diambil dan dilemparkan ke jahannam,

 

  1. Para penggambar patung atau hewan bernyawa, mereka diambil dan ditenggelamkan dalam Jahannam.

 

Sehabis itu, disebarkanlah lembaran (catatan) amal dan ditimbang, lalu mereka dipanggil untuk dihisab.

 

Semula Iblis dapat dilihat secara nyata sebagaimana bertemu dengan manusia, lalu seseorang bertanya: Hai Iblis, bagaimana caranya agar aku seperti kamu? Jawabnya: Lupakanlah salatmu, dan bersumpahlah setiap berbicara (kata-kata benar atau dusta). Kemudian orang itu berkata: Aku sudah berjanji kepada Allah, tidak akan melupakan salat, dan tidak pula bersumpah sepanjang umurku. Lalu jawabnya: Tiada seorangpun belajar kepadaku dengan menipu seperti ini, kecuali kamu, dan janjiku kepada Allah untuk tidak menasihati baik kepada manusia selamanya”.

 

Manusia paling mulia, yaitu yang memperhatikan peredaran matahari dan bulan. Ditanya: Hai Abu Darda’, mereka itu mw’adzdzin? Jawabnya: “Semua umat Islam yang sungguh-sungguh melakukan salat dan memelihara waktunya”. (Abu Dardza ).

 

Al-Faqih, Rasulullah  bersabda: “Salat adalah merupakan keridaan Tuhan, kesenangan para malaikat, perilaku para Nabi, cahaya marifat, pokok iman, terkabulnya doa, dan amal, keberkahan rezeki, dan rahmat jasmani, senjata melawan musuh, kebencian setan, syafa’at bagi pelakunya dengan para malaikat, sebagai penerang kubur, lemek atau hamparan di bawah lambungnya, jawaban Munkar-Nakir, kawan pendamping di kubur hingga Kiamat, dan merupakan pelindung serta mahkota dan pakaian badannya, cahaya penerang di mukanya, penutup api neraka, dan merupakan hujjah bagi mukmin di hadapan Allah , memberatkan amal dalam timbangan, penolong jalan di atas jembatan atau shirath, kunci pembuka sorga, karena meliputi tasbih, tauhid, pembersih dan memuliakan Allah , serta bacaan dan doa. Amal paling utama yaitu melakukan salat tepat pada waktunya”.

 

Rasulullah  bersabda: ”Salat adalah amal pertama bagi seseorang yang akan dihisab di hari Kiamat, maka jika salatnya sempurna dimudahkan baginya hisab, tetapi jika terdapat kekurangan maka Allah menyeru malaikat: Adakah salat sunah baginya, jika ada tutuplah kekurangan Fardunya dengan sunah tersebut dan jika sudah sempurna teruskanlah amal lainnya sesuai hisab itu”. (Hasan Bashry)

 

Dinyatakan pula bahwa: Orang yang aktif melakukan salat berjamaah secara mudawamah atau langgeng, pasti Allah menjamin 5 perkara kepadanya, yaitu:

 

  1. Selamat dari penghidupan yang sempit,

 

  1. Selamat siksa kubur,

 

  1. Catatan amal diterima dengan kanan,

 

  1. Melewati jembatan atau shirath seperti kilat menyambar,

 

  1. Masuk sorga tanpa hisab.

 

Adapun orang yang gegabah atau melupakan salat fardu 5 waktu dengan berjamaah, pasti diancam 12 siksa (penderitaan), yaitu masing: masing tiga di dunia, saat maut, dan di dalam kubur. Sedang perinciannys adalah sebagai berikut:

 

  1. Penderitaan di dunia, yaitu:

 

  1. Pekerjaan dan rezeki selalu kurang (tidak berkah).
  2. Amalnya tertolak (tidak diterima).
  3. Bukti kebaikan di mukanya lenyap (tidak ada), dari itu dibend masyarakatnya.

 

  1. Saat menjelang maut, yaitu:

 

  1. Nyawa keluar (dicabut) dalam keadaan dahaga.
  2. Lapar.
  3. Mencabutnya dengan kekerasan (sekerasnya).

 

  1. Di dalam kubur, yaitu:

 

  1. Pertanyaan (Munkar-Nakir) dengan bentakan keras, sanggup melupakan jawaban atau janji bingung.
  2. Gelap kuburnya.
  3. Lagi sempit, menjepit badannya.

 

  1. Di hari Kiamat, yaitu:

 

  1. Berat tanggungan hisabnya.
  2. Dimarahi Allah.
  3. Disiksa api neraka.

 

Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Dzar . Ada orang bertanya : Hai Ibnu Abbas, menurut anda, di mana kira-kira tempatnya kelak: orang bangun malam (sahur) puasa di siangnya, tetapi tidak melakukan salat, tidak salat berjamaah hingga matinya? Jawabnya: Di neraka. Karena tidak puas dengan jawaban tersebut, orang tersebut berulang-ulang datang kepadanya selama satu bulan, tetapi Ibnu Abbas, tetap sebagaimana jawaban pertama: Di neraka. (Demikian Mujahid)

 

Al Faqih, kata S. Ali Abu Thalib :

 

Artinya:

“Akan tiba suatu saat, Islam dikenal hanya namanya saja Formalitas belaka), Alquran tinggal tulisan saja (tidak dipelajari dan diamalkan isi kandungannya), Masjid di sana-sini ramai dan megah (bangunannya belaka. tetapi) aktifitas janaalunya nol, Ulama Saman itu terburuk di kolong langit, karena mereka membingungkan masyarakat (umat)nya, dari merekalah awal mulanya bencana (fitnah) dan kepada mereka pula akibat buruknya”.

 

Tiada jalan yang nyata dan praktis dalam menanggulangi wabah (bencana), atau menempuh cita-cita dan segala hajat, kecuali diserty doa, sedang doa paling ampuh adalah salat, sejarah adalah fakta yang sulit dipalsukan, bencana-bencana besar di dunia, yang menimpa orang, orang zaman dahulu cukup disingkirkan hanya dengan salat, dan sedikit manusia yang ditimpa bencana, kecuali upaya penyingkirannya dengan salat, Firman Allah tentang kisah Nabi Yunus :

 

Artinya:

“Seandainya Yunus bukan pelaku salat, pasti ia menderita (mengeram) dalam peru Itu, hingga hari Kiamat”. (Shaffat 143: 144) (tafsir Ibnu Abbas)

 

Berdoa di saat selamat sejahtera (tiada bala) berarti berlindung kepada Allah dari turunnya bala (tolak bala), sehingg di waktu tertimpa musibah sudah bersandar kuat”. (Hasan Bashry)

 

Tiada karunia terbaik bagi manusia, dibandingkan dengan taufik melakukan salat (sunnah) dua rakaat”. (Al-Hadis)

 

Seandainya aku disuruh memilih di antara salat 2 rakaat dengan sorga, pasti salat 2 rakaat itulah pilihanku, sebab dengannya akv memperoleh rida Allah, sedangkan sorga hanya sekedar memuaskan nafsu (keinginan)ku”. (Demikian Ibnu Sirin)

 

Sejak diciptakannya (langit) selalu dipenuhi para malaikat yang melakukan salat, tiada sesaatpun berhenti melakukannya. Di setiap langka berlaku ibadat dengan cara yang berbeda, sesuai tugas mereka masing masing, ada yang tegak kokoh hingga Kiamat, ada yang membungkuk rukuk terus-menerus, ada yang sujud selamanya, dan ada pula yang mengerutkan sayapnya karena hebatnya (takut kepada Allah), ada yang di Illiyin dan ‘Arsy, thawaf mengelilingi ‘Arsy seraya bertasbih, bertahmid dan istighfar bagi penghuni bumi. Lalu ibadat mereka yang berbeda itu dipadukan oleh Allah dalam bentuk “SALAT” sebagai karunia bagi orang-orang mukmin, yang mencakup aneka bentuk peribadatan penghuni langit, ditambahkan pula Alquran agar dibaca, di pelajari dan diamalkan bagi mereka”. (Demikian pernyataan yang diterima Al-Faqih)

 

Untuk selanjutnya orang-orang mukmin dituntut, agar pandaipandai mensyukuri nikmat (yakni berupa) melakukan salat dengan sempurna (baik), syarat, pokok dan kusyu’nya.

 

FirmanNya:

 

Artinya:

“Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. melakukan salat dan membelanjakan (pada jalan Allah) setengah rezeki pemberian Allah”. (Al-Bagarah 3)

 

Kata salat tidak dapat berdiri sendiri, pasti selalu berdampingan  dengan kata “tegak atau kerja atau laku” kan, untuk lebih meyakinkan cobalah membuka Alquran, yang dimaksud adalah perintah melakukan salat dengan sempurna, Syarat, pokok dan khusyuknya”. Dan bagi mereka yang tidak mematuhi perintah Alquran (yakni) melakukan salat dengan sempurna, camkan ancamanNya.

 

Artinya: ”Celakalah bagi orang-orang salat (Yaitu) pelaku salat yang melupakan inti tujuannya”. (Al-Ma’un 4-5)

 

Hal ini perlu diketahui, bahwa: “Banyak orang salat memenuhi tempat-tempat ibadat (baik di masjid, langgar atau mshalla), tetapi sangat sedikit yang betul-betul melakukannya, dengan artian: Khusyuk menyempurnakan rukuk dan sujudnya”. (Keterangan Al-Faqih).

 

Nabi  bersabda: “Bahwasanya setengah kamu, ada yang melakuka, salat, lalu tidak diterima, kecuali sepertiga, atau seperempat, atay seperlima, seperenam (beliau  menyebutkan) hingga sepersepuluhnya” (Al-Hadis).

 

Artinya: Tidak diterima, kecuali yang sadar atas salatnya, sedang . yang lupa tidak dianggap salat.

 

Sabda Beliau  pula:

 

Artinya:

“Orang yang melakukan salat 2 rakaat, dengan khusvuk menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya, pasti dosa: dosanya diampuni (keluar) seperti baru lahir dari kandungan ibunya”. (Al Hadis)

 

Hadis tersebut menekankan adanya pengertian menghadap Allah, karena jika hati disibukkan dengan bisikan (selain Allah maka tidak bedanya dengan orang menghadap presiden (raja) minta grasi (maaf) kepadanya, atas kesalahan yang diperbuatnya lalu di tengah menghadap, ia konsentrasinya kurang, menoleh ke kanan-kiri tidak memperdulikan raja (seakan-akan menghina kepadanya), kira-kira orang semacam ini apakah layak raja menerimanya? Demikian pula pelaku salat yang melupakan in tujuannya, tidak mungkin Allah menerimanya.

 

Dan perlu diketahui pula, bahwa salat diumpamakan, bagaikan pesta pora (walimah) yang diselenggarakan oleh raja, dengan aneka masakan dan minuman lezat-lezat dan nikmat rasanya, disediakan untuk pa undangannya. Demikian pula salat Allah mengundang para pelakunya untuk menikmati aneka persediaan gerakan (yang diumpamakan makanan lezat) dan zikir atau bacaan (yang diumpamakan minumannya).

 

Ada 12.000 (dua belas ribu) faedah yang dikandung oleh salat, dan juAllah sebanyak itu disimpulkan menjadi 12 golongan faedah besar yang perlu diperhatikan benar-benar sebelum melakukan salat, demi kesempurnaannya. Dan 12 faedah besar itu 6 di antaranya tersebar di luar (sebelum salat) sedang 6 lainnya tersebar di dalam (melakukan salat), yaitu:

 

  1. Mengandung ilmu pengetahuan, hal ini berpijak pada hadis Nabi :

 

Artinya:

“Amal sedikit dibarengi ilmu pengetahuan, adalah lebih baik daripada amal banyak penuh kebodohan”.

 

  1. Wudu, hadisnya:

 

Artinya:

”Tidak sah salat, kecuali dengan suci (berwudu)”.

 

  1. Pakaian, Firman Allah:

 

Artinya:

”Gunakanlah pakaianmu setiap salat”.

 

  1. Menjaga waktu, Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya salat adalah merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang mukmin”…

 

  1. Menghadap kiblat, Firman Allah:

 

Artinya:

“Hadapkanlah wajahmu ke Masjidil Haram, di mana Saja kau berada, hadapkanlah wajahmu kearahnya ……”

 

  1. Niat, hadisnya:

 

Artinya:

“Bahwasanya segala amal tergantung akan niat tujuan)nva, bagi setiap orang terserah (ditentukan) pada niat(tujuan )nya ”

 

  1. Takbiratul Ihram, hadisnya:

 

Artinya:

“Diawali dengan takbir, dan diakhiri salam”.

 

  1. Berdiri tegak, Firman Allah:

 

Artinya:

”Tegaklah berdiri dengan khusyu’ karena Allah”.

 

  1. Membaca (Fatihah), Firman Allah:

 

Artinya:

“Bacalah ayat Alquran yang mudah bagimu”.

 

  1. Rukuk, Firman Allah:

 

Artinya:

“Rukuklah”

 

  1. Sujud, Firman Allah:

 

Artinya:

”Dan sujudlah”.

 

  1. Duduk, hadisnya:

 

Artinya: “Ketika bangkit dari sujud, lalu duduk tasyahud, maka selesai-lah salatnya”.

 

Kemudian ketika pokok salat (12) ini sudah selesai, patrikan ikhlas ke dalamnya (dicap ikhlas) demi kesempurnaannya.

 

Firman Allah:

 

Artinya: “Sembahluh Allah dengan ikhlas bagiNya agama Sesempurnanya”.

 

Yang dimaksud dengan Ilmu pengetahuan, yaitu meliputi 3 Pengetahuan, di antaranya:

  1. Tentang perbedaan wajib dengan sunah.
  2. Khusus dalam hal wudu (antara wajib dengan sunah),
  3. Waspada terhadap tipu daya setan, sehingga sanggup memeranginya.

 

Dalam hal wudu disempurnakan dengan 3 perkara:

  1. Hati bersih dari hasud,
  2. Suci badan dari dosa,
  3. Seluruh anggota wudu dibasuh secara sempurna, tanpa boros air.

 

Dalam hal pakaian disempurnakan dengan 3 perkara pula, yaitu:

  1. Berasal dari yang halal,
  2. Bersih dari najis,
  3. Menyesuaikan sunnatur Rasulullah, tidak dibuat menyombongka diri (kebanggaan).

 

Dalam hal menjaga waktu, perlu memperhatikan 3 perkara yaitu:

  1. Matahari, bintang atau bulan, demi mengetahui masuknya waktu,
  2. Suara azan,
  3. Saat datangnya (masuk)nya waktu (hati selalu mengingatnya).

 

Dalam hal menghadap kiblat, disempurnakan dengan 3 perkar. yaitu:

  1. Muka atau wajah,
  2. Hati menghadap Allah,
  3. Khusyuk tawadlu’.

 

Tentang niat, disempurnakan dengan 3 perkara juga, yaitu:

  1. Tahu salat yang dilakukan,
  2. Perasaannya tengah berdiri di hadapan Allah,
  3. Menyadari isi hati disibukkan urusan duniawi, lalu bismillah.

 

Tentang takbir, disempurnakan dengan 3 perkara, yaitu:

1.Bertakbir dengan betul,

2, Kedua tangan diangkat setinggi daun telinga,

  1. Mengingat keagungan Allah.

 

Ketika berdiri, disempurnakan dengan 3 perkara, yaitu:

  1. Diarahkan pada tempat sujud,

2, Hati diarahkan (tertuju) pada Allah,

  1. Tidak menoleh kanan kiri.

 

Dalam hal bacaan, disempurnakan dengan 3 juga, yaitu:

  1. Fatihah dengan betul dan tertib,

2.Mengingat arti-artinya,

  1. Mengamalkan isi kandungannya.

 

Rukuk disempurnakan dengan 3 pula, yaitu :

  1. Punggung merata tidak turun atau naik,
  2. Kedua tapak tangan memegang lutut, dan jari-jari renggang
  3. ‘Thuma’ninah dan bertasbih.

 

Sujud disempurnakan dengan 3 pula, yaitu:

  1. Kedua telapak tangan di muka telinga,
  2. Kedua lengannya tidak dihamparkan (siku di atas),
  3. ‘Tuma’ninah dan bertasbih.

 

Duduk disempurnakan dengan 3 pula, yaitu:

  1. Duduk di atas kaki kiri, sedang kanan tegak,
  2. Bertahiyyat dengan tadhim, dan berdoa bagi dirinya dan orangorang mukmin,
  3. Mengucap salam secara sempurna. dan sedangkan salam yang sempurna, yaitu: Niatnya untuk para malaikat, Islam di kanan-kirimu, pandangan mata tidak melebihi bahu.

 

Ikhlas disempurnakan dengan 3 pula, yaitu:

 

  1. Semata mengharap rida Allah,
  2. Mengakui bahwa melakukan nya atas taufik Allah,
  3. Memelihara salat dengan sebaik-baiknya, sehingga benar-beny, kelak mendampingi dalam menghadap Allah, di hari Kiamat.

 

Dan seyogyanya orang salat tahu persis apa yang tengah dilakukan dan tahu nilainya agar banyak bersyukur atas taufik Allah sampai ia mampu melaksanakan salat. Karena salat mencakup segala aspek kebaikan berupa gerakan dan ucapan atau zikir, ketika ia bertakbir lalu disambut oleh Allah, “HambaKu ini tahu, “Akulah yang terbesar melebihi segala sesuatu, buktinya ia menghadap Aku, ditambah dengan gerakan mengangkat kedua tangan yang berarti ia cuci tangan dari segala sesembahan selain Allah, lalu membaca tasbih, tahmid dan tahlil, atau doa Iftitah, disambung dengan ta’awudz, yaitu:

 

Artinya:

“Aku berlindung kepada Allah dari segala godaan setan terkutuk”.

 

Dan dilanjutkan dengan bacaan surat Fatihah, terasa sangat nikmat karena ia bukan golongan yang dimarahi Allah, dan bukan pula golongan tersesat dari jalan yang Dia ridai. Juga terasa sangat untung karena bisa mengikuti jejak para Nabi (khususnya Nabi Muhammad ).

 

Dan sewaktu rukuk terasa pula nikmatnya tunduk pada KebesaranNya, menghadap dengan penuh dosa, mengharap rahmat dan ampunanNya, seraya bertasbih:

 

Artinya:

”Maha Suci Tuhanku, Yang Agung dengan segala pujianNya”

 

Kemudian i’tidal, mengangkat kepala seraya membaca:

 

Artinya:

“Allah Yang Mendengar Hamba-nya memuji”.

 

Diteruskan dengan:

 

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL US SAMAAWAATI WAMILULARDLI WAMIL-U MAA SYITA MIN SYAI-IM BADU.

 

Artinya:

“Ya Tuhan, segala puji bagiMu sepenuh langit – bumi dan sepenuh apa yang Kau Kehendaki sesudah itu”.

 

Dilanjutkan dengan sujud, yang berarti tawadlu’ serendahnya pada Kebesaran dan KekuasaanNya, yang berarti pula: Ya Tuhan, Engkaulah pembentuk wajah elok ini, dilengkapi dengan mata, telinga dan lidah, yang semuanya merupakan kebutuhan utama bagiku, sekarang kuserahkan di hadapanMu, dan rahmatilah aku, seraya membaca:

 

Artinya,

“Maha Suci Allah, Tuhanku Yang Tinggi lagi Terpuji”.

 

Hal itu dilakukan dua kali setiap satu rakaat, dan di antara keduanya duduk yang disebut ”Julus bainassajdatain” seraya berdoa,

 

Artinya:

“Ya Allah, ampuni daku, kasihanilah. cukupilah dan “ngkatlah aku. serta berilah rezeki. tunjukilah aku dan sehatkanlah”.

 

Kemudian ketika duduk tasyahud membaca:

 

Artinya:

“Segala kerjaan atau kebesaran hidup. puja dan puji adalah kepunyaan Allah”.

 

Kata Hasan Bashry, “Di masa jahiliyah orang-orang mengatakan pada sesembahan (berhala)nya: “Hidup tetap kamu”. Sedang umat Islam diserukan membaca:

 

Artinya:

Yakni “Hidup vans kekal abadi, Kerajaan yang langgeng adalah kepunyaan Allah ”.

 

WASH-SHALAWAATU” demikian pula salat hanya kepada Allah”, WATH-THAYYIBAATU” dan segala kebaikan yang dimulai dari syahadat itu hanya hak Allah. Lalu membaca:

 

” AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WA BARAAKATUH.

 

Artinya:

“Semosa salam sejahtera untukmu, hai Nabi, yang telah melaksanakan tugas dan menasihati umatmu?.

 

Artinya:

“Ampunan Allah semoga tetap pada kami dan para hambaAllah yang salih”.

 

Artinya:

“Aku bersaksi bahwa, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah”.

 

Artinya:

“Dan aku bersaksi buhwa Nabi Muhammad Rasulullah Allah penutup sekalian Nabi dan pilihan Allah bagi semua mukhluk”.

 

Kemudian bersalawat atas Nabi, dan berdoa bagi orang-orang mukmin (pria dan wanita). Dan uluk salam, menoleh ke kanan dan ke kiri, pernyataan bahwa kalian aman dan selamat dari (gangguan)ku jika aku sudah keluar dari salat ini. Tiga kehormatan bagi pelaku salat, yaitu:

 

  1. Taburan rahmat Allah mulai kepala sampai langit,
  2. Dikelilingi malaikat mulai dari bawah tapak kaki sampai langit.
  3. Seruan para malaikat: Seandainya orang itu tahu kepada siapa ia bermungajat, pasti tidak rela berpisah (menghentikan) dengan salatnya. (demikian Hadis Nabi dari Hasan Bashry).

 

Dari itu, seyogyanya umat Islam tahu nilai-nilai salat yang sangat tinggi, dan bersyukur atas karunia petunjuk dan taufik Allah, sehingga mampu melakukan salat. (Himbauan dari Al-Faqih).

 

Seorang Nabi Allah (namanya) Daniyal  dulu, ketika menyampaikan keterangan kepada umatnya, tentang sifat-sifat umat Muhammad  , “Mereka melakukan salat, dan seandainya umat Nuh   melakukan salatnya (umat Muhammad), pasti mereka tidak mungkin tenggelam. Dan seandainya dilakukan oleh kaum ‘Ad, pasti mereka tidak mungkin dimusnahkan dengan angin taufan yang dahsyat. Dan jika dilakukan kaum Tsamud, pasti mereka tidak sampai binasa. (Sa’id Qatadah).

 

Dan selanjutnya seruan Qatadah: “Peliharalah salat sebab yang demikian itu sebaik-baik akhlak (kelakuan orang mukmin). Nabi : bersabda:

 

Artinya:

“Umatku adalah umat yang dirahmati, Allah melenyapkan bala dari mereka karena keikhlasan dan doa mereka, serta salat dan orang-orang lemah dari mereka”. (HR. Khalf Khalifah dari Abu Laits)

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI

 

Al Faqih , Ada orang menghadap dan mohon kepada Nabi , katanya: “Terangkanlah amal yang dapat mengantarkan aku ke sorga! Jawab Beliau:

 

Artinya:

“Jadilah Muazin penghimpun salat berjamaah. katanya: Jika tidak mampu? Jadilah Imam salat berjamaah dengan mereka katanya: Jika tidak bisa? Berdirilah di shaf pertama setiap salat”.

 

Sebab-sebabnya diturunkanayat (di bawah) ini, dalam mengutamakan para muazin (orang yang azan),

 

Artinya:

“Siapa orang yang lebih baik ucapannya melebihi orang yang mengajak manusia menghadap Allah (melakukan salat), dan beramal salih (salat sunah di antara adzan dan Iqamah) dan ia menyatakan: “Bahwasannya aku adalah orang muslim”.

 

Demikian Waki’ meriwayatkan dari Abdullah Walid, Muhammad Nafi’, dari Aisyah…

 

Nabi  bersabda”: Bagi Muazin diampuni dosanya sejauh Suaranya, dan pahala baginya sejuAllah pahala orang yang salat berjamaah bersamanya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka”.

 

Rasulullah  bersabda: “Orang sakit adalah tamu Allah Sepanjang menderita sakit, setiap hari amalnya ditingkatkan sejajar dengan 70 orang mati syahid, setelah sembuh dibersihkan dosanya seperti baru dilahirkan oleh ibunya, dan jika mati dimasukkan sorga tanpa hisab. Sedang Muazin seperti petugas keamanan pintu Allah, setiap kali azan pahalanya sejuAllah pahala para Nabi (1000 Nabi), dan Imam adalah menteri-Nya, setiap salat disediakan 1000 pahala orang jujur (sidiq), dan pengajar (orang alim) adalah wakilnya, setiap menyampaikan hadis (petuah ditulis beribadat 1000 tahun, dan santri atau pendengar atau pengikut pengajiannya, yang bejalar baik pria atau wanitanya adalah pembanu Allah, tiada balasan bagi mereka kecuali sorga”. (Hadis dari Sa’ad Abi Wagash, Khaulah Hakam Salmiyah).

 

Muazin diibaratkan petugas keamanan pintu Allah, hanya sebagai tamsil (perumpamaan) saja, karena ia memberi waktu demi menghadap Allah bagi para manusia. Dan Imam mentriNya, karena ia diikuti jamaah (orang-orang) ketika salat. (Demikian Al-Faqih menjelaskan).

 

Sabda beliau , Mu’adzin diampuni dosanya, sepanjang atau sejauh suaranya, hal ini dibenarkan oleh semua lapisan benda (baik yang hidup atau mati, yang basah atau yang kering).

 

Seruan Sa’id Khudry . Ketika berada di ladang atau tempa’ terbuka, maka kumandangkanlah azan sekerasnya, karena Rasulullah  bersabda: “Semua makhluk mulai dari pohon, batu, pasir, manusia atau jif yang mendengar suara azan (dari seorang Muazin) pasti bersedia menjadi saksi kelak di hari Kiamat baginya di sisi Allah “.

 

Nabi  bersabda: “Allah kelak membangkitkan Bilal (muazif Rasulullah ) di hari Kiamat, berkendaraan onta (kendaraan) sorga seraya mengumandangkan azan di atas kendaraannya dan ketika sampai pada: ASYYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYH HADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH, maka setiap orang saling memandang, sahutnya: “Kami menyaksikan apa yang kau saksikan”, hingga ke mahsyar, di mahsyar disambut dengan perhiasan sorga, dan Bilal adalah orang pertama, lalu orang-orang salih dari para muazin”?,

 

Di Hari Kiamat Muazin sangat panjang lehernya dari semua manusia, dan yang pertama ditahkim adalah para Nabi, para Syuhada’ dan para Muazin. Dari sekian banyaknya muazin, yang pertama diseru adalah Muazin Kakbah (Masjid Haram), Lalu Masjidil Agsha, kemudian Masjid-masjid lainnya”. (HR. Qatadah dari Abu Hurairah )

 

Seandainya aku jadi Muazin, pasti tidak perduli (lainnya) sekalipun tidak ikut jihad (perang Sabil). (Demikian Ibnu Mas’ud). Hal serupa juga dinyatakan oleh Sa’ad Abi Wagash -.

 

Seandainya aku jadi Muazin, pasti tidak peduli (lainnya), gekalipun tidak haji sunah, asalkan haji wajib sudah dilakukan”. (Umar Khatthab )

 

Sedikitpun tiada yang kusesalkan, kecuali permohonanku kepada Nabi  seandainya petugas azan (Muazin) itu dipercayakan kepada Hasan-Husain (putranya dan cucu beliau ). Demikian Ali Thalib k.w.

 

Daerah atau kota yang banyak Muazin (suara azan)nya, pasti berkurang dinginnya (penderitaan atau bencananya). (Al Hadis).

 

Nabi .bersabda: Ketika Muazin mengumandangkan suara azannya, maka setan terbirit-birit (lari) sejauh Rauha-k 30 mil dari Madinah”. (HR. Jabir Abdullah).

 

Al-Faqih dalam saran (nasihat)nya: “Pahala mengumandangkan azan adalah sangat besar, untuk itu setiap Muazin harus memiliki akhlak, sifat dan pengertian sebagai berikut:

 

  1. “Tahu persis waktu salat (jadwal waktu) dan memelihara baik-baik.
  2. Memelihara hak dan kehormatannya, tidak sampai ada yang merasa terganggu karena azannya.
  3. Jangan marah-marah ketika ada orang membantu (menggantinya): akibat terlambat atau tidak ada.
  4. Menghiasnya dengan suara merdu (menarik pendengarnya).
  5. Mengharap pahala dari Allah, tidak boleh mengundat.
  6. Amar maruf nahi munkar, berkata benar kepada yang kaya ataupun yang miskin.
  7. Menantikan datangnya Imam, jika tidak memberatkan jamaahnya,
  8. Tidak marah-marah ketika orang menduduki tempatnya di Masjid,
  9. Jangan terlalu lama antara azan dan iqamah.
  10. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keindahan Masjid tidak sampai dibuat main-main anak kecil.

 

Demikian pula bagi Imam, dalam melakukan tugasnya perlu memilik 10 perkara, demi kesuksesan tugas dan kesempurnaannya yaitu:

 

  1. Harus fasih dan benar membaca Alquran, tidak banyak salah.
  2. Setiap takbir hendaknya jelas dan benar.
  3. Memelihara diri dari hal-hal yang haram dan syubhat.
  4. Menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
  5. Pakaian dan badannya bersih dari segala kotoran.
  6. Tidak terlalu panjang surat yang dibacanya, kecuali jika jamaah rela (menghendaki bacaan panjang).
  7. Jangan membanggakan diri (ujub atas amalnya).
  8. Tidak terburu-buru memulai salat, kecuali istighfar lebih dahulu, sebagai pimpinan para jamaahnya.

9, Pemanjatan doa sesudah salat, jangan khusus bagi dirinya, yang berarti menyalahi jamaahnya.

  1. Jika ada orang asing (turis, tamu dan lain-lain) datang ke Masjidnya tanyakanlah apa maksud (tujuan)nya.

 

Nabi  bersabda: Lima orang kujamin masuk sorga, yaitu:

  1. Wanita salih yang taat pada suaminya.
  2. Anak salih yang taat pada kedua orang tuanya.

3, Orang yang meninggal di tengah jalan (perjalanan menuju) ke Makkah (demi menunaikan ibadat haji dan lain-lain).

  1. Orang yang baik budi pekertinya (akhlakul karimah).
  2. Orang yang azan (muazin) karena Allah, (yakni) berlandaskan iman dan harapan pahala Allah. (Dari Sa’id Khudry )

 

Dari Abu Hurairah Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Imam adalah yang menjamin (makmumnya), dan Muasin adalah pemegang amanat, Ya Allah, pandaikanlah para Imam, dan ampunilah para Muasin”. (Al-Hadis)

 

Muazin dipercaya memegang amanat, bagi umat (masyarakat Muslim), tentang jadwal waktu salat dan puasa, oleh karenaitu harus benarbenar memperhatikan hal tersebut agar tidak sampai membingungkan masyarakat. Azan Fajar (Subuh) jangan dikumandangkan, kecuali jika Fajar telah terbit, agar tidak mengaburkan sahur dengan salat Subuh, Dan azan Magrib jangan dikumandangkan, kecuali jika matahari sudah terbenam, agar tidak mengaburkan buka puasa umat.

 

Dan Imam adalah yang menjamin sah atau tidaknya salat bagi para makmum yang mengikutinya. (Al-Faqih dalam ulasannya)

 

Al Faqih Rasulullah  bersabda: Pada hari Kiamat 3 orang akan berdiri di atas gunung kasturi, mereka tidak gentar dengan adanya hisab, dan tidak pula bingung akibat dahsyatnya hari Kiamat, mereka itu ialah:

 

  1. Seorang Imam jamaah salat, yang disenangi, disegani dan diikuti, masyarakat (jamaah)nya.
  2. Seorang Muazin (petugas azan) salat 5 waktu, yang semata hanya mengharap rida Allah
  3. Seorang Pembantu (hamba) yang taat kepada Allah dan majikannya,

 

Tidak halal bagi seorang muslim memandang atau meneliti rumah sesamaa muslimnya, kecuali atas izinnya orang yang melanggar (ketentuan ini) berarti telah menghancurkannya, dan berarti pula merusak janjinya, Dan tidak boleh kencing ditahan sewaktu melakukan salat dan tidak boleh bagi seorang muslim menjadi imam salat tanpa seizin jamaahnya, melanggar ketentuan ini, akibatnya salatnya (imam tersebut) tidak diterima, sekalipun salatnya diterima. Demikian pula tidak boleh berdoa khusus bagi (seorang imam)nya, tanpa mengikut sertakan para jamaahnya orang yang melanggarnya berarti khianat pada jamaahnya. (Hadis dari Abu Hurairah )

 

Seandainya manusia mengetahui pahala azan dan shaf pertama, pasti mereka berundi untuk memperebutkan. Dan seandainya tahu pahala orang pertama yang mendatangi panggilan azan, pasti mereka pada berlomba, dan seandainya mereka tahu pahala salat Isvak dan Subuh berjamaah, pasti mereka akan datang dengan merangkak-rangkak (ngesod-ngesod – Jawa). (HR. Abu Salih dari Abu Hurairah ).

 

Juwaibir Dlahak berkata: Abdullah Zaid mimpi mengumandangkan azan, lalu diajarkan kepada Bilal, dan ketika Bilal diperintah naik ke atas (menara) azan, maka terdengarlah suara gemuruh di Madinah, dan beliau  bersabda: Kalian mengerti apa suara gemuruh itu? Jawab sahabat: Allah dan RasulullahNya lebih mengetahui, Kata beliau: Bahwasanya Allah menyerukan pintu-pintu langit hingga Arsy terbuka menyambut azan Bilal, Tanya Abu Bakar: Apakah bagi Bilal saja? Jawabnya: Tentu bagi segenap Muazin, dan kelak jiwa mereka berkumpul dengan jiwa para Syuhadak. Dan kelak diserukan pula: Mana para Muadzin? Lalu mereka berdiri tegak di atas gunung kasturi dan kapur barus”. (Al-Hadis)

 

Rasulullah  bersabda: Lima orang ditolak salatnya, yaitu:

  1. Wanita yang berani (marah-marah) pada suaminya.
  2. Pembantu (hamba) yang melarikan diri, hingga pulang ke majikannya.
  3. Mendiamkan (tidak bertanya atau menyapa) saudaranya, lebih dari 3 hari.

4, Langganan tetap (peminum) arak atau khamr.

  1. Imam yang dibenci jamaahnya. (Hadis dari Anas Malik)

 

Kebencian pada dasarnya terbagi dua, yaitu:

  1. Kebencian yang dibenarkan.
  2. Kebencian yang salah.

 

Adapun kebencian yang dibenarkan, ada 2 faktor penyebabnya, yaitu:

  1. Akibat akhlaknya kurang baik,
  2. Akibat bacaannya banyak salah (kurang tepat).

 

Maka jika seorang Imam dibenci jamaahnya akibat dua faktor tersebut di atas, sebaiknya mundur (prei) dulu, jangan diteruskan menjadi imam, efeknya berat kelak.

 

Akan tetapi jika faktor penyebabnya, hanya karena Imam selalu menganjurkan kebaikan, kemudian jamaahnya membenci, ini namanya kebencian yang salah. Dan Imam harus tetap menjalankan misinya, jangan perdulikan mereka (Kafilah terus berlalu, sekalipun anjing menggonggong). (Demikian Al-Faqih menjelaskan)

 

Rasulullah  bersabda: “Para Muazin yang melakukan tugasnya, dengan ikhlas mengharap pahala Allah, kelak di hari Kiamat bangkit dari kuburnya mengumandangkan azannya, semua makhluk yang mendengar bersedia menjadi saksinya (baik) batu, pohon, pasir, manusia dan benda-benda basah atau kering. Dan Allah mengampuni dosanya, sejauh suara kumandangnya, baginya diberi pahala orang-orang (jamaah) salat karena suara azannya, dan dikabulkan permohonannya di antara azan dan igamat. (Pahalanya) terkadang disegerakan di dunia, atay disimpan di akhirat. Atau diselamatkan dari bahaya, mereka adalah orang pertama yang menerima pakaian sorga sesudah Nabi Ibrahim  Nabi Muhammad  dan para Nabi-Rasulullah (baru kemudian parg Mumin). Mereka disambut oleh para malaikat (70.000 malaikat) dan diantar dengan kendaraan Yakut merah dari kubur sampai ke Mahsyar (HR. Jabir Abdullah).

 

Ada 3 orang diselamatkan dari siksa kubur, yaitu:

  1. Muazin,
  2. Para syuhada,
  3. Orang yang mati di malam atau hari Jumat. (Demikian Ibnu Abbas )

 

Abdul A’laaTaimy berkata: Tiga orang tegak di atas kasturi ketika manusia pada umumnya ditimpa rasa tegang dan takut menghadapi hisab, yaitu:

 

  1. Imam jamaah (kaum) yang semata mengharap rida Allah 45.
  2. Pembaca Alquran yang semata mengharap rida Allah
  3. Muazin yang semata mengharap rida Allah .

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang menjawab suara asan, maka baginya seperti pahala muasin”. (Al-Hadis)

 

Nabi  sewaktu mendengar suara azan, beliau menjawab: ”Allaahhu Akbar 2x, lalu membaca dua kalimat syahadat, dan ketika muazis membaca Hayya ‘alash-shalaah, Hayya ‘Alal Falaah, beliau menjawab: ”Laahaula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiim”. (Hadis riwaya’ lain)

 

Al-Faqih dalam seruannya: ”Suara azan seyogyanya dijawab ditirukan), dan perlu dihayati lafaz artinya, setiapnya terkandung arti lahir dan batin. Allaahhu Akbar artinya:” Allahlah Yang Besar dan Agung, dan berarti amal bagiNya lebih wajib dan utama, dari itu, utamakanlah amal karena Allah, jangan terlalu disibukkan urusan duniawi. Asyhaadu allaa Haaha illallaah artinya: Allah satu, tiada sekutu bagiNya, Ia memberi perintah agar kalian melakukan segala perintahNya, karena satupun tiada yang sanggup memberi apaapa kecuali Dia, tiada mampu menyelamatkan kamu dari siksa kecuali Dia, Asyhhadu anna Muhammadar rasuulullaah artinya: “Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, Dia mengutusnya agar kamu percaya dan membenarkannya, melakukan perintah salat berjamaah, lalu mengikuti tuntunannya. Hayya ‘alashshalaahh artinya: Cepat-cepat tegakkan salat tepat pada waktunya dan dengan sempurna, jangan sampai menundanya. Hayya ‘alal falaah artinya: Cepat-cepatlah berusaha memperoleh keuntungan dan kebahagiaan dengan melakukan salat, agar selamat dari siksa Allah. Allaahu Akbar artinya: “Allah Yang Besar, lalu menegakkan perintahNya, janganlah menunda dan meremehkannya, Laailaaha illallaah artinya: “Allah satu, tiada sekutu bagiNya, dari itu segala amal perbuatan ikhlaskanlah kepadaNya (untukNya).

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI

 

 

 

Al-Faqih , Rasulullah  bersabda: Bersiwaklah (gosoklah gigi) kamu, sebab ada 10 manfaatnya, yaitu:

  1. Mulut menjadi bersih,
  2. Memperoleh rida Allah,
  3. Disenangi malaikat,
  4. Mata menjadi jernih,
  5. Gigi menjadi putih,
  6. Gusi jadi kuat,
  7. Menghilangkan karang (gudal),
  8. Mencernakan makanan,
  9. Menghilangkan balgham,
  10. Pahala salat menjadi ganda.

 

Pernafasan segar, melenyapkan bau mulut yang menjadi sarana membaca Alquran. Al-Faqih, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

 

“Wudu setengah iman, siwak bagian wudu, seandainya tidak khawatir memberatkan umatku, pasti diwajibkan bersiwsak setiap sdat. Sulat dua rakaat (sebelumnya) bersiwak, adalah lebih utama dibundingkan 70 raka’at tanpa bersiwak (lebih dahulu)”.

 

Al-Faqih, Nabi  bersabda: “Lima perkara setengah dari fitrah (kejadian manusia), yaitu:

 

  1. Mencukur kumis,
  2. Memotong kuku,
  3. Menyukur bulu alat fital,
  4. Menyabut bulu ketiak,
  5. Siwak (gosok gigi).

 

Bersiwak habis makan adalah lebih utama dibanding memperoleh dua sahaya wanita. (Ibnu Umar).

 

Jibril tidak henti-hentinya berpesan kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira ia termasuk ahli waris dan berlaku baik kepada sahaya wanita, sampai aku mengira akan dipastikan waktu memerdekakannya, dan berpesan agar bersiwak, sampai aku khawatir gusiku habis, dan agar aku berbuat baik kepada istri, sampai aku mengira diharamkan cerai, dan agar aku salat di malam hari, sampai aku mengira sebaik-baik umatku ialah orang yang tidak tidur di malam hari. (Al-Hadis)

 

Pernah terjadi keterlambatan Jibril, setelah datang Nabi  bertanya: Kenapa kau terlambat? Jawabnya: “Bagaimana aku datang, sedangkan kamu belum memotong kuku, kumis, dan belum membersihkan kuku jari (pinggirnya), juga belum bersiwak, katanya pula: “Tidaklah kami turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu” (Maryam 65). (A’masy dari Mujahid).

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Hak kewajiban sedap muslim ialah: 1. Mandi di (setiap) hari Jumat, 2. bersisak. 3. Memakai harum minyak”.

 

Memotong kuku di hari Jumat, Allah menyingkirkan penyakitnya dan memasukkan obat ke dalamnya”. (Humaid Abdurrahman).

 

Pesan bidadari sorga kepada Rasulullah  di malam Isra, katanya: “Hai Muhammad, anjurkanlah siwak kepada umatmu, karena setiap bersiwak, menambah indah dan bagus mereka”. (Al-Hadis).

 

Rasulullah  bersabda: “Orang yang motong kukunya pada hari Jumat terhindar dari penyakit kusta”. (Ibnu Syihab).

 

Nabi  mencukur bulu alat fital, dipastikan setiap 40 hari sekali, sedangkan memotong kuku setiap Jumat sekali. (Al-Hadis). Sedapkanlah bau mulut (dengan bersiwak setiap saat), karena mulut adalah alat membaca Alquran?”. (Al-Hadis). Ada 3 tujuan dalam bersiwak, yaitu:

  1. Karena Allah dan mengikun jejak-Rasulullah (sunah Rasulullah),
  2. Memelihara kesehatan,
  3. Pamer (riya).

 

Pertama yang bertujuan karena Allah dan mengikuti sunah Rasulullah, pasti memperoleh pahala, dan untuk setiap salat yang bersiwak 70x lebih pahalanya, dibanding yang tidak bersiwak..

 

Kedua yang tujuannya memelihara kesehatan, tidak ada pahalanya.

 

Dan ketiga yang tujuan pamer (riya) bakal ada tuntutan dan berdosa.

(Keterangan Al-Faqih)

 

Kata Thawus dan Ibnu Abbas  dengan ayat (di bawah) ini, Tuhas mengujinya dengan memelihara 5 (dibagian kepala, dan 5 di badan. Yang di kepala yaitu: 1. Mencukur kumis, 2. Berkumur, 3. Menghirup air hidung, 4. Bersiwak, 5. Menyisir rambut kepala.

 

Dan yang di badan yaitu:

 

  1. Memotong kuku, 2. Khitan, 3. Menyabut bulu ketiak, 4. Menyukur bulu alat fital, 5. Istinja (bebersih) dengan air.

 

Dan inilah ayatnya:

 

Artinya: “Ingatlah ketika Allah menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan) lalu ia menunaikannya, Firmannya: “Sungguh Aku menjadikanmu Imam bagi seluruh manusia” (Al-Bagarah 124)

 

 

 

 

Al Faqih, Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya Jumat adalah hari yang paling utama bagimu, pada hari itu Adam diciptakan, dan dikembalikan (mati), pada hari itu pula terompet ditiupkan, dan matinya semua makhluk, dari itu bacalah salawat padaku sebanyaknya, pasti sampai kepadaku. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah sampai salawatku kepadamu, sedang engkau telah tiada? Jawanya: “Boleh saja kau sangka aku tiada (rusak), bahwasanya Allah telah mengharamkan bumi membinasakan jasmani para Nabi . (Al-Hadis)

 

Dalam lain riwayat, ditambah dengan” . . . dan tiada seseorang mengucapkan salam kepadaku, kecuali Allah mengembalikan jiwa (ruh) ku sampai aku menjawab salam tersebut”.

 

Al-Faqih , Rasulullah  bersabda: “Orang yang berwudu dan mandi pada hari Jumat, lalu berangkat (ke Masjid) lebih pagi, mengambil tempat dekat Imam, mendengarkan khutbah serta memperhatikannya, dan tidak /agha (berbuat sia-sia), maka pahala setiap langkahnya seperti pahala puasa dan bangun malam sepanjang satu tahun”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih, Matahari tidak akan terbit dan terbenam pada sesuatu hari yang paling utama, kecuali hari Jumat, dan tiada sesuatu (hewan) melata di bumi, kecuali ia takut dan gentar pada hari Jumat, kecuali bangsa ji dan manusia. Dan disetiap pintu Masjid tegaklah dua malaikat penulis siapa yang datang terdahulu, pahalanya sejajar dengan berkurban onta, berikutnya seperti berkurban kambing, sesudah itu seperti bersedekah burung, dan bersedekah telur, lalu ketika imam telah duduk digulunglah tulisan (lembaran) itu. (Al-Hadis)

 

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang berwudu dengan sesempurnanya di hari Jumat, lalu mendengarkan (khutbah) dan mendekat serta memperhatikannya, maka ia diampuni dosa-dosa yang dilakukan antara jumat itu dengan sebelumnya, bahkan ditambah tiga hari. Dan orang yang bermain kerikil (ditengah khatib berkhutbah) berarti salatnya lagha, orang lagha berarti percuma jumatannya (Sia-sia). (A’masy dari Salih dari Abu Hurairah )

 

Jumat adalah hari yang sangat utama, karena pada hari itu Adam dijadikan, dan Allah memasukkan sorga serta mengeluarkannya dari sorga, pada hari itu pula terjadinya Kiamat, pada hari itu terdapat saat mustajabah, jika orang mukmin berdoa tepat pada saat itu pasti dikabulkan”. (Hadis dari Abu Salamah dari Abu Hurairah )

 

Aku tahu persis saat itu, yaitu akhir saat hari itu, ketika Adam diciptakan”. (Abu Salamah dari Abdullah Salam). Firman Allah:

 

Artinya:

”Manusia diciptakan bersifat terburu-buru”.

 

Mendatangi salat Jumat bagiku lebih baik dibanding ibadat sunnah Haji”. (Sa’id Musayyab).

 

Jika aku minum segelas api lebih baik daripada segelas arak, jika minum segelas arak lebih baik daripada tidak salat Jumat, dan jika tidak Salat lebih baik daripada melangkahi leher (banyak) orang”. (Kabut Akhbar).

 

Tengah Rasulullah  (berkhutbah) membaca ayat di atas lalu Ibnu Mas’ud bertanya kepada Ubay Ka’ab: “Kapan ayat itu turun? Ubay hany menjawab dengan isyarat, sesudah salat ia berkata: Jumatanmu (ibadatmy sia-sia (tidak berpahala) Kemudian Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah . Jawab beliau : “Benar kata-kata Ubay” dan selanjutnya sabda beliau : Orang yang mandi dihari Jumat, dan memakai minyak harum tidak melengkahi leher, lalu salat semampunya, dan mendengarkan imam (berkhutbah), pasti diampuni dosa-dosa yang dilakukan antara dua jumat”. (Al-Hadist).

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Hari Jumat adalah hari besar vans paling utama, di sisi Allah dan lebih besar daripada Hari raya Fitri atau Hari raya Adlhah.

 

Pada hari itu ada 5 peristiwa dan saat sangat penting, yaitu:

 

  1. Diciptakannya Adam,
  2. Diturunkannya ke bumi,
  3. Dikembalikannya (mati) kepada Allah,
  4. Saat mustajabah (terkabulnya doa), siapa saja berdoa minta apa saja pasti dipenuhi (jangan yang diharamkan Allah),
  5. Terjadinya hari Kiamat, dan tiada satupun malaikat muqarrab di langit atau di dunia, kecuali merasa iba dari hari Jumat . (Hadis dari Abdurrahman Yazid, dari Lubabah Abdul Mundhir).

 

Di hari Jumat setan keluar dengan para pembantunya, meramaikan pasar dengan panjinya, sedang malaikat duduk di pintu Masjid menulis manusia yang datang lengkap dengan alamatnya, hingga imam naik mimbar, maka orang yang mendekat dan mendengarkan khutbah penub perhatian, tanpa main-main, pasti memperoleh dua pahala, sedangkan yang menjauh dari imam tetapi mendengarkan serta memperhatikannya memperoleh satu pahala. Kemudian yang dckat dengan imam tetapi perbuat lagha, tidak mendengarkan maka baginya dua dosa, yang berkata hus/cih berarti lagha dan sia-sialah jumatannya. Lalu Ali berkata : Demikianlah hadist yang kuperoleh dari Nabi : –

 

Salih Murry ketika berangkat ke masjid akan salat Subuh hari Jumat), melewati kuburan, katanya: “Aku akan diam sementara di sini hingga terbit fajar, ia salat sunah 2 rakaat, selanjutnya tertidur seraya duduk bersandar, sampai ia mimpi bahwa: Para penghuni kubur tersebut pada keluar, duduk-duduk dan berbicara (ngobrol), lalu terlihat padanya seorang pemuda berpakaian kumai duduk menvendiri dan sedih, tidak lama kemudian datanglah nampan atau talam ditutup saputangan, dan setiap penghuni yang memperolehnya, langsung kembali masuk ke kubur, hingga tinggal seorang pemuda yang menyendiri tadi tidak dapat suatu apapun, ia berdiri sedih akan masuk lagi ke kuburnya, lalu aku bertanya: “Hai pemuda, kenapa sedih dan apa yang dibawa orang-orang tadi? Jawabnya: “Itulah kiriman doa atau sedekah dari saudara mereka yang masih hidup dan disampaikan pada malam Jumat. Sedang aku orang dari Sind, diajak menunaikan ibadat haji oleh ibuku, lalu di Bashrah aku sampai ajal (mati), dan sesudah itu ibuku kawin lagi, ia tidak berbicara kepada suaminya (bapa tiri) bahwa punya anak, ia lupa daratan (akibat kekayaan) sampai Jupa kepadaku, maka aku sangat sedih karena sepeninggalku tiada satupun orang yang mengingat aku, Salih bertanya: “Di mana rumah ibumu? ia menunjukkan alamatnya. Kemudian sesudah siang, kucari rumah yang ditunjukkan alamatnya tadi malam, sampai kutemukan, lalu aku bertanya: Apakah ibu punya anak? Jawabnya: “Tidak, Lalu: Apakah dulu pernah punya anak? ia menarik nafas panjang seraya berkata: “Ya, dahulu aku punya anak mati masih muda”. Kemudian kuceriterakan kepadanya tentang peristiwa tadi malam, yang diderita oleh anaknya itu, sampai ia bercucuran air matanya ke pipi, katanya: “Anakku, yang pernah kukandung dalam perutku, minum air susuku, dan menjadi buah hatiku. Lalu ia serahkan uang 1000 dirham, seraya berkata: “Sedekahkanlah buat anakku itu, dan mulai saat ini aku tidak akan melupakannya dengan panjatan doa dan sedekah untuknya sepanjang hidupku. Kemudian uang itu kusedekahkan, dan jumat berikutnya aku Pergi ke kuburnya, setelah salat 2 rakaat tertidur, dan mimpi seperti jumat dulu, penghuninya pada keluar, dan pemuda itu bersih dan indah pakaiannya wajahnya berseri, ia menemuiku dan katanya: “Semoga Allah membalas pahala padamy atas bantuanmu, dan hadiah ibuku telah sampai padaku. Lalu tanyaku: “Taukah kamu tentang keunggulan hari Jumat? Jawabnya: Ya, bahkan burung-burung di udara menyambutnya dengan “selamat datang, selamat datang”. (Demikian cerita ayahku, sahut Al-Faqih).

 

Al-Faqih, Jibril datang kepada Nabi  dengan cermin putih berbintik hitam di tengahnya, Apa itu Jibril? Jawabnya: Inilah Jumat, Allah menurunkan agar menjadi Hari raya bagimu dan umat sepeninggalmu, di dalamnya penuh kebaikan bagimu, orang yang berdoa pada hari itu pasti dikabulkan jika sudah ditentukan baginya, dan jika bukan ketentuannya, maka diberi yang lebih baik darinya, sedang bagi kami (para malaikat) disebut dengan ”Yaumul mazid” artinya hari tambahan karunia, juga disebut Ilari besar, Nabi  bertanya: Kanapa demikian? Jawabnya: Karena Allah membuat lapangan luas (di sorga) dasarnya kasturi putih, dan setiap Jumat, para Nabi datang, duduk di atas mimbar dari cahaya bertaburan permata, yang diliputi dengan kursikursi dari nur tempat duduk para Siddiqin dan para syuhada’, kemudian datang pula penghuni sorga ‘Adn mereka duduk di dataran tinggi kasturi itu, Firman Allah kepada mereka: “Aku adalah Yang menepati janjiKu, dan Penyempurna nikmat bagimu, di sini adalah tempat KehormatanKu, mintalah kepadaKu”. Lalu kata mereka: “Ya Tuhan, kami memohon keridaan dan sorgaMu, JawabNya: “Kutempatkan kamu di sorgaKu adalah bukti keridaanKu”. Hal itu bertepatan dengan naiknya Imam salat (khatib) hingga selesai acara salat Jumat, Lalu dibukakan bagi mereka segala yang belum pernah mereka nikmati di dunia. Sesudah itu, mereka kembali ke tempat masing-masing, dan merasa tidak ada yang lebih baik, lebih penting dalam menambah kehormatan dan kemuliaan, selain hari Jumat, itulah sebabnya disebut “Yaumul mazid” dan pada hari itu pula terjadinya hari Kiamat”. Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Salat 5 waktu Gika dilakukan secara) berjamah, dan salat jumat hingga jumat berikutnya adalah jadi penebus dosa-dosa yang diperbuat di antara keduanya, sepanjang tidak berbuat dosa-dosa besar”. (Hadis dari Anas Malik )

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI

 

Al-Faqih , Nabi bersabda:

 

Artinya:

“Ketika seseorang (dari kamu) masuk ke Masjid, muka lakukanlah salat (sunah Tahiyatul Masjid) 2 rakaat, sebelum duduk”. (A-Hadis)

 

Hadis tersebut di atas berlaku jika masuknya itu di saat diperbolehkan melakukan salat sunah, tetapi jika masuknya di saat terlarang melakukan salat, maka tetap tidak boleh, dicukupkan dengan membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir dan salawat. Dan pahala membaca semua itu hampir sama dengan salat “Tahiyyatal Masjid” dan berarti ia termasuk orang yang mengagungkan Masjid. (Al-Faqih menjelaskan).

 

Al-Faqih , Ketika Salman Farisy membeli seorang hamba (pembantu wanita), lalu Abu Darda memberi nasihat (lewat surat) sebagai berikut: “Hai kawanku, manfaatkan sebaik-baiknya masa hidup ini demi semangatnya beribadat, sebelum kedatangan bala yang menghalanginya. Dan manfaatkan pula kesempatan demi tercapainya berkah doa dari para penderita bala, belas kasihanilah anak-anak yatim, dengan mengusap kepala dan memberinya makan, agar hatimu lunak dan tercapai segala maksud (tujuan).

 

Hai Kawanku, pernah kusaksikan seseorang mengeluh akibat terasa keras hatinya (di hadapan Nabi) lalu beliau  bersabda: Apakah kau menghendaki lunak hati dan tercapai maksudnya? Jawabnya: Ya

 

Kemudian sabda beliau: “Belaskasihanilah anak-anak yatim, dengan mengusap kepalanya, dan memberinya makan, pasti berubah menjadi lunak hatimu dan tercapai maksudmu”.

 

Seterusnya kata Abu Dzar: ”Kawanku, Jadikanlah masjid bagai rumahmu, karena kudengar Rasulullah « bersabda: Masjid itu adalah rumah setiap orang bertakwa, dan Allah menjamin kepada orang yang menganggapnya sebagai rumahnya, dengan kelapangan hati, kesenangan dan kepuasan serta mudah melewati shirath, dan selamat dari api neraka, cepat menuju keridaan Allah .

 

Hiduplah di dunia ini bagai seorang tamu, dan Jadikanlah masjid itu sebagai rumahmu, dan latihlah lunak hatimu dan belas kasihan, bertafakkurlah dan menangis selalu, jangan sampai hawa nafsu mengakibatkan pikiran atau hatimu kacau. (Hakim Umair )

 

Tidak pantas bagi orang mukmin, keluar tempat kecuali tiga tempat, yaitu: 1. Meramaikan masjid (mengikuti kegiatan masjid), 2. Rumah tempat tinggalnya, 3. Tempat yang diperlukan (ada urusannya). (Qatadah)

 

Keadaan orang munafik di dalam masjid adalah seperti burung dalam sangkar, sedangkan orang mukmin di dalam masjid adalah seperti ikan di dalam air (betah atau senang)”. (Nazzal Saburah).

 

Khalf Ayyub tengah duduk di masjid, tiba-tiba pembantunya datang menanyakan sesuatu, lalu ia mengajaknya ke luar masjid, untuk menjawab dan ketika ditanya: “Kenapa demikian. Jawabnya: “Sejak lama aku tidak pernah berbicara masalah duniawi di dalam masjid, hingga sekarangpun aku tidak berani melanggarnya”. (Khalaf Ayyub).

 

Seseorang akan dapat memperoleh kedudukan di sisi dengan mengagungkan perintah-perintahNya. Baitullah dan hambaNya, sedang masjid adalah termasuk Baitullah, dari itu orang mukmin yang mengagungkannya berarti pula mengagungkan Allah (demikian Al Faqih).

 

Selamanya aku tidak pernah bersandar di masjid (menyandarka Punggungnya), atau membujurkan kaki, atau membahas urusan duniawi di masjid”. (Ahli zuhud)

 

Seruan Al-Faqih:” Keterangan di atas hendaklah dijadikan tuntunan bagi kita, sebagaimana para salihin mengagungkan masjid (tempa beribadat).

 

Lima amalan di bawah ini, tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah dan para sahabat (pengikut)nya, yaitu:

 

  1. Membiasakan salat berjamaah (tetap).
  2. Mengikuti tuntunan Rasulullah (sunahurrasul).
  3. Meramaikan masjid (dengan kegiatan ‘ubudiyah).
  4. Membaca (belajar dan mengajar) Alquran.
  5. Berjuang menegakkan kalimatullah (agama Islam), (demikian kata Auza’).

 

Kata Hasan Ali -: “Tiga orang yang selalu dilindungi Allah, yaitu:

  1. Orang yang masuk masjid Lillaahhi Ta’ala (karena Allah), ia adalah tamu Allah hingga pulang rumah.
  2. Orang ziarah (silaturrahmi) kepada kawan (muslim)nya berdasarkan Lillaahhi Ta’alaa berarti ziarah kepada Allah.
  3. Orang yang beribadat Haji atau Umrah Lillaahhi Ta’ala, yang berarti utusan Allah sampai pulang.

 

Tiga benteng pertahanan seorang mukmin, yang melindunginya dari bisikan atau gangguan setan, yaitu:

 

  1. Masjid,
  2. Zikrullah,
  3. Membaca Alquran.

 

Untuk memperoleh bidadari sorga dikenakan mas kawin (mahi atau seri kawin), sedangkan mas kawinnya ialah: “Membersihkan masjid (dari segala kotoran yang ada di dalamnya) dan meramaikannya (denga mengikuti aktivitas masjid, terutama salat jamaah). (Hasan Bashry)

 

Kata Anas Malik :

 

Artinya:

“Orang yang menyalakan lampu di masjid, maka tiada hentinya malaikat dan penangsungjawab “Arasys memohonkan ampun basinya, selama lampu itu menyala di masjid”.

 

Masjid adalah merupakan rumah Allah di bumi (Baitullah) dan orang yang salat di masjid berarti tamu Allah, yang wajib dihormati dan dimuliakan (oleh tuan rumah)”. (Umar Khatthab).

 

Al-Faqih menerangkan bahwa: Ada 15 keagungan masjid yaitu:

 

  1. Mengucap salam ketika masuk, jika orang-orang tengah duduk, tetapi jika tiada orang atau tengah melakukan salat, maka uluk salam ditujukan dirinya sendiri dan para hamba Allah yang salih.

 

  1. Salat sunah 2 rakaat, berdasarkan hadis Nabi .

 

Artinya:

“Segala sesuatu punya adab atau aturan, sedang aturan masuk masjid yaitu: “Salat sunah 2 rakaat”. (Al-Hadise)

 

  1. Tidak menyelenggarakan jual beli di dalamnya.

 

  1. Tidak menghunus pedang (senjata tajam dan lain-lain).

 

  1. Tidak mencari barang (sesuatu) yang hilang.

 

  1. Tidak mengeraskan suara, kecuali zikir yang sekira tidak mengganggu lain orang (tasywisy).

 

  1. “Tidak membahas masalah duniawi.

 

  1. Tidak mengadakan perang mulut (bertengkar).

 

  1. Tidak melangkahi orang duduk (menyakitinya).

 

  1. Tidak mendesak dan menyempitkan lain orang dalam barisan (shaf).

 

  1. Tidak melewati orang salat (di mukanya).

 

  1. Tidak meludah di dalamnya.

 

  1. Tidak membunyikan jari-jari (menekuk-nekuknya).

 

  1. Melenyapkan kotoran atau najis, anak-anak kecil, orang gila dan menegakkan hukum had.

 

  1. Selalu berzikir kepada Allah.

 

Nabi  bersabda: Akan terjadi pada umatku (kelak di suatu saat) masjid dibuat membahas aktifitas urusan duniawi, mereka bukan termasuk sabilillah (ahli menegakkan agama), oleh karena itu kamu  jangan ikut mencampuri urusannya”. (Hasan )

 

Nabi  bersabda: Ada 4 macam yang asing di dunia ini, yaitu:

 

  1. Alquran di dalam dada orang kejam (zalim).
  2. (Bangunan) Masjid di sekitar masyarakat (daerah) tarikushshalah (tidak melakukan salat).
  3. Alquran (Mush-haf) di rumah (orang yang tidak pernah) dibaca.
  4. Orang baik (salih) yang hidup di kelilingi (di tengah-tengah) manusia biadab (tak berakhlak). (Hadist dari Zuhry dari Abu Hurairah -)

 

Nabi  bersabda: “Masjid-masjid itu kelak berbentuk onta dari ambar berkaki putih, leher za’faran, kepala kasturi, dahi zabarjad hijau, dibawa oleh Muazin dengan dukungan para imam, di hari kiamat i berjalan bagai kilat menyambar, hingga orang mengira: “Itulah para malaikat mugarrab, dan para Nabi Rasulullah Allah, Lalu sangkaan itu diperingatkan: “Mereka itu bukan .para malaikat mugarrab dan bukan pula para Nabi Rasulullah Allah sebagaimana perkiraan kalian, tetapi mereka adalah umat Nabi Muhammad  yang aktif mengikuti salat berjamaah lima waktu (sehari semalamnya). (Demikian Anas Malik meriwayatkan)

 

Masjid-masjid itu kelak di hari Kiamat bagaikan kapal laut (bahtera), yang dihiasi permata yakut, dan memberi pertolongan (Pembelaan) terhadap para ahlinya (sivitas masjid terutama yang berjamaah salat 5 waktu). (Demikian WAHB MUNABBIH)

 

Kata S. Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhah.

 

Artinya:

“Pada suatu saat akan terjadi Islam dikenal hanya namanya saja Alquran hanya tulisannya, masjid-masjid dibangun dengan megah dan indah, tetapi jamaahnya kosong tidak ingat Allah (sikrullah), sejahat-jahat manusia saat itu adalah pura Ulama, sebab merekalah yang menyalakan fimah macam-macam, dan kepada mereka pula kembalinya”.

 

 

 

Al-Faqih , dari Abu Dzar Ghifary: “Salat adalah tiang agama, dan jihad adalah puncak amal, sedangkan sedekah adalah suatu keistimewaan (ajaib), diulang sampai 3x, Lalu ditanya tentang puasa, Jawabnya: Alat pendekat kepada Allah, tidak ada keistimewaannya. Lalu sedekah manakah yang paling utama? Jawabnya: “Yang terbanyak, dan dibacakan pula ayat:

 

Artinya:

“Kamu tidak akan mencapai bakti sempurna. sebelum membelanjakan setengah harta yang kau cintai”. (Ali “Imran 92)

 

Dan jika tidak punya? Jawabnya: Kelebihan harta, jika tidak punya Ya membantu dengan tenaga, Jika tidak kuat? Jawabnya: memelihara diri dari api neraka, sekalipun hanya dengan sedekah setengah biji kurma. Jika itu juga tidak punya? Jawabnya: “Tahan dirimu (tidak sampai menyakiti orang)”. Disebutkan dalam riwayat lain bahwa ini adalah Hadis Rasulullah .

 

Al-Faqih, Nabi  bersabda: “Setiap matahari terbit dua malaika’ memanggil masyarakat dunia dari sebelahnya, semuanya mendengaf panggilan itu, kecuali jin dan manusia, yaitu: “Sekalian manusia, cepat cepatlah menuju Allah, bahwasanya yang sedikit dapat mencukupi, adalah lebih baik, daripada yang banyak melupakan. Lalu kata mereka berdua: “Ya Allah, berilah ganti, pada orang yang membelanjakan hartanya, dan binasakanlah harta orang yang kikir”.

 

Al-Faqih  kata Ibnu Abbas .: “Rasulullah  menemukan orang berpegang kelambuh Kakbah seraya berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu dengan keagungan rumah ini, ampunilah aku”. Lalu beliau  bersabda: “Hai hamba Allah, mintalah kepada Allah dengan keagungan (kehormatan)mu, karena orang mukmin lebih besar (lebih dihonnati) di sisi Allah daripada Kakbah lalu katanya: “Ya Rasulullah, dosaku sangat besar, Sabdanya: “Apa dosamu? Jawabnya: “Aku orang banyak (kaya) harta, ternak dan kuda, tetapi jika peminta-minta datang padaku, mukaku seakan dibakar api, Sabdanya pula: Minggirlah hai fasik, jangan dekati aku, jangan kau bakar aku dengan apimu, demi Allah, seandainya kamu salat dan puasa 1000 tahun, tetapi tidak tahu budi pemberian Allah, pasti Allah melemparkan kamu ke jurang neraka, tahukah kamu bahwa: “Tidak tahu budi itu adalah kufur, tempatnya di neraka, sedangkan pemurah (dermawan) itu iman, dan tempatnya di sorga.

 

Nabi  bersabda: ”Pemurah (dermawan) adalah pohon yang akarnya di sorga, sedangkan dahan-dahannya menurun ke dunia, maka orang yang memegangnya akan ditarik ke sorga, Dan kikir adalah pohon yang akarnya di neraka, dahannya ke dunia, maka orang yang memegangnya akan ditarik pula ke neraka”. (Hadis dari ‘Aisyah )

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang kikir jauh dari Allah, jauh sorganya. jauh dari manusia, dan dekat nerakanya. Dan pemurah (loman) dekat pada Alah dekat sorganya, mudah bergaul manusia. jauh api neraka”. (Al-Hadis)

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Peliharalah  hartamu dengan mengeluarkan zakat, dan sembuhkanlah (obatilah) para pasicumu (yang sakit dari keluarsamu) dengan bersedekah, dan atasilah (ditolak) aneka balaak dengan memanjatkan doa”. (Al-Hadis)

 

Rasulullah  bersabda: ”Jika ada peminta-minta janganlah kau patahkan harapannya (dengan kerasnya penolakan), hendaklah kau jawab dengan sopan dan ramah, atau memberi sedikit atau penolakan yang baik, karena yang datang padamu itu terkadang bukan manusia atau jin, yang sekedar menguji kamu, bagaimana kau memanfaatkan nikmat yang Allah berikan kepadamu”. (Abdurrahman Salmany).

 

Rasulullah  bersabda: “Orang yang bersedekah di siang atau malam hari pasti dijaga dari mati tergigit hewan berbisa, atau kerobohan (sesuatu) atau mati mendadak pada hari atau malam itu”. (HR. Sa’id Mas’ud Kindy).

 

Nabi  bersabda: “Harta kekayaan tidak menjadi habis (berkurang) dengan atau karena bersedekah, dan orang yang suka memaafkan kesalahan lain atau penganiayaan terhadap dirinya, pasti ditambab kemuliaannya, dan orang yang tawadlu’ karena Allah, pasti diangka derajatnya”. (Dari Abu Hurairah )

 

Ikrimah dari Ibnu Abbas  katanya: “Dua dari setan dan dua dari Allah, lalu membaca ayat:

 

Artinya:

“Setan membayang-bayangi pikiranmu dengan kemiskinan dan menyuruh kikir (berbuat keji).

 

Sedangkan Allah menjanjikan pengampunan bagimu dan karunia, (yaitu agar kamu taat beribadat dan bersedekah demi tercapainya pengampunan dan karunia daripadaNya).

 

Allah sangat luas karuniaNya dan Mengetahui (balasan bersedekah bagi hambaNya. (Al-Bagarah 268) Rasulullah bersabda: “Masyarakat (suatu kaum) yang melanggar janjinya (kepada Allah), pasti diuji dengan pembunuhan (peperangan dan lain-lain), dan masyarakat yang membiarkan adanya pelacuran merajalela ‘ di wilayahnya, pasti dicoba bala banyak kematian, dan tiada masyarakat ‘ yang menolak pengeluaran zakat, kecuali Allah menunda turunnya hujan ‘ bagi mereka”. (HR. Buraidah)

 

Tiga baris tulisan terpampang di pintu sorga yaitu:

 

Artinya: : ”Tidak ada Tuhan yang lain kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah Allah”.

 

Artinya: ”Umat berdosa, Tuhan Yang Pengampun”.

 

Artinya:

“Kami memperoleh (ganjaran) apa yang telah kami amalkan mendapat laba apa yang telah kami berikan, dan merugi apa yang kami tinggalkan”. (Demikian Dlahak dari Nazaal Sabrah).

 

Dan dinyatakan pula bahwa, orang yang menolak 5 perkara pasti dibalas pula dengan 5 penolakan yaitu:

 

  1. Menolak kewajiban mengeluarkan zakat, pasti ditolak kesclamatan atau keamanan atau terpeliharanya harta.

 

  1. Tidak (enggan) bersedekah, pasti dikurangi keschatan jasmaninya (kesehatan rohani sudah nyata berkurangnya, yakni dengan enggan sedekah).

 

  1. Menolak wajib zakat tanaman (padi, jagung dan lain-lain) pasti ditolak berkah (cukup)nya tanah.

 

  1. Menolak doa (tidak mau berdoa), pasti ditolak mentah-mentah oleh | Allah (Dia enggan menerima orang yang enggan berdoa).

 

  1. Menolak salat (enggan melakukannya atau sembarangan dalam memeliharanya), pasti ditolak oleh kalimat syahadat”LAA ILAAHA ILLALLAAH” yang berarti mendaftarkan diri sebagai orang pertama penghuni kekal neraka (saat matinya).

 

Satu dirham disedekahkan ketika badannya sehat dan sayang (kikir) pada uang tersebut, adalah lebih utama dibanding 100 dirham diwasiatkan menjelang mautnya. (Ibnu Mas’ud ).

 

Di zaman Nabi Isa ada orang dijuluki (sebutan) Mal’un, karena kikirnya. Pada suatu hari datanglah seorang (pejuang) yang akan pergi perang, katanya: “Coba, berilah aku senjata untuk berperang, demi keselamatanmu dari api neraka”. Ia tidak memperhatikan permintaan orang, sampai orang tersebut pergi. Tetapi sesudah itu MaPun menyesal, dan dipanggillah orang tersebut, lalu ia berikan pedang kepadanya. Dan pulanglah pejuang itu, tengah perjalanan ia bertemu dengan Nabi Isa bersama seorang ‘Abid (Ahli ibadat) selama 70 tahun. Kata Isa: “Hai pejuang dari mana pedang itu? Jawabnya: Dari Mal’un. Dan Nabi gembira mendengarnya, dan bertepatan dengan itu, Mal’un tengah duduk di depan pintu rumahnya, mendadak ia berdiri akan menyambut Nabi Isa bersama Abid itu, Jalu kata ‘Abid tersebut: “Aku akan segera pergi (menjauhinya), sebelum terbakar dengan apinya”. Kemudian turunlah wahvu: “Hai Isa, katakanlah kepada hambaKu (Mal’un) bahwa Aku sudah mengampuni dosanya karena sedekah pedangnya itu, dan karena dia senang kepadamu, juga sampaikan kepada ‘Abid tersebut bahwa: Dia adalah kawanmu kelak di sorga”. Tetapi ‘Abid menjawab: “Aku tidak rela berkawan dia di sorga. Lalu turun pula wahyu berikutnya: “Hai Isa, katakan kepada ‘Abid itu, bahwa: Kau tidak relaakan keputusanKu, dan menghina orang, oleh karena itu mulai saat ini Kujadikan dia Mal’un dan penghuni neraka kelak. Dan yang semula disebut Mal’un kini menggantikan tempatnya ‘Abid di sorga (menjadi penghuni sorga kelak)”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Bahwasanya dari pintu langit malaikat menyeru: “Orang yang menghutangkan hari ini (di dunia), pasti dibayar kelak (di akhirat). Dan ada pula dari neraka yang berseru: “Hai sekalian manusia, kau diciptakan atau dilahirkan untuk mati, dan kini kau membangun untuk rusak binasa”.

 

Ditanyakan kepada Nabi : “Ya Rasulullah, ketika engkau keluar dari dunia, maka permukaan bumi lebih baik bagi kami ataukah di dalam perutnya”. Kata Abu Hurairah . Sabda beliau : Jika para penguasa kamu orang baik-baik, dan para hartawannya dermawan, serta segala urusan dimusyawaratkan, maka di Permukaan bumi adalah lebih baik daripada di dalam perutnya. Tetapi jika para penguasa kamu orang jahatjahat, dan para jutawannya (orang kaya) kikir-kikir, serta segala urusan dipercayakan kaum wanita, maka di dalam perut bumi adalah lebih baik dari pada diatasnya. (Al-Hadis)

 

Jika kau menginginkan atau kuat menabung ditempat yang paling aman dari gangguan ulat atau para penjahat (pencuri), maka lakukanlah yaitu dengan bersedekah (Tabungan akhirat). (Ibnu Mas’ud)

 

Orang yang mengeluarkan wajib zakatnya, dan menjamu tamu, menyampaikan amanat, maka berarti telah lenyap sifat kikir darinya. (Al-Hadis).

 

Bersedekahlah kamu, kecil atau besar sedekah tersebut karena 19 kebaikan terkandung di dalamnya, yaitu 5 dinikmati di dunia, dan lima lainnya di akhirat:

 

a.Lima faedah yang dinikmati di dunia:

 

  1. Membersihkan harta, Sabda Nabi :” Ingatlah bahwa jual beli itu selalu diliputi oleh lagha, sumpah dan dusta, dari itu bersihkanlah dengan sedekah.

 

  1. Membersihkan dosa-dosa yang diperbuat badan,

Firman Allah:

 

Artinya:

“Ambillah setengah harta mereka demi kebersihan dan kesucian mereka”. (AtTaubah 103)

 

  1. Menolak aneka bala dan penderitaan (penyakit), Hadistnya:

 

Artinya:

“Sembuhkanlah (keluarga atau saudara atau kawan) kamu yang sakit dengan bersedekah”. (Al-Hadis)

 

  1. Membesarkan (membuat gembira) hati orang miskin, sedang sebaik-baik amal adalah membuat gembira orang mukmin.

 

  1. Memberkahkan harta dan lapang rezekinya, Firman Allah:

 

Artinya: “Apa saja yang kau sedekahkan (dibelanjakan), Dia mengguntinya”.

 

  1. Dan 5 faedah akhirat:

 

  1. Sedekahnya diganti dengan naungan baginya.
  2. Mengurangi beban tanggungan (hisab)nya.
  3. Menambah berat timbangan amal baiknya.
  4. Memudahkan lewat di atas jembatan (shirath).
  5. Meningkatkan derajatnya di sorga.

 

Seandainya tiada faedah sedekah kecuali hanya memperoleh doa fakir-miskin, maka bagi akal sehat sepantasnya melakukannya (pasti bersedekah), apalagi dengan bersedekah dapat memperoleh keridaan Allah, dan mendongkolkan setan (demikian Al-Faqih).

 

Sedekah bukan pekerjaan ringan, karena seseorang tidak mungkin mampu melakukannya sebelum melepaskan 70 belenggu syetan, lagi pula sedekah adalah sunah (kelakuan) para salihin”. . (Suatu riwayat).

 

Al-Faqih, Pada suatu hari Abdullah Zabir mengirim uang 2 kantong berisi 180.000 (seratus delapan puluh ribu perak) kepada ‘Aisyah yang tengah berpuasa, lalu dibagi-bagikan semuanya, hingga sore habis dan tidak menyisakan sepeserpun. Lalu menjelang buka ia menyuruh pembantunya menyiapkan hidangan buka puasa. Kemudian disiapkan roti dan minyak zaitun, seraya berkata (pembantunya): Apakah tidak dapat mengambil uang yang dibagi-bagi itu barang sedirham saja untuk mem beli daging?. Lalu Jawabnya: “Sudahlah, kau jangan marah kepadaku, seandainya kau ingatkan tadi, tentu aku bisa melakukannya.

 

Kata Urwah Zubair: “Aku melihat ‘Aisyah sedekah 70.000 (tujuh puluh ribu) dirham, sedangkan baju bagian pinggangnya terbelah”.

 

Ketika Abdul Malik Abjar menerima pusaka sebanyak 50.000 (lima puluh ribu) dirham, lalu dibagi-bagikan masing-masing satu kantong kepada saudara-saudaranya seraya berkata: “Aku setiap berdoa memohonkan sorga bagi saudara-saudaraku, kenapa aku harus kikir (harta dunia) terhadap mereka?

 

Seorang wanita cantik minta-minta (datang) kepada Hasan Abu Sinan, lalu ia menyuruh pembantunya: “Berikan 400 (empat ratus)

 

dirham kepadanya”. Ketika ditanyakan: Kenapa kau berikan uang sebesa, itu, kepada seorang peminta yang biasanya hanya cukup diberi satu dirham? Jawabnya: “Karena kecantikannya itu aku khawatir di tengah meminta minta ada orang yang jahil menggunakan kesempatan merusak, kehormatannya, oleh karena itulah aku memberinya cukup besar agar ia berhenti dari pekerjaan (meminta-minta) dan aku berharap ada orang yang menikahinya.

 

Seorang sahabat menerima hadiah kepala kambing, katanya: ”Kawanku Fulan lebih berhajat daripada aku, dan berikanlah kepala kambing itu kepadanya, tetapi kawan pertama itu berkata: ”Kawanku (yang kedua) lebih berhajat, daripada aku lalu diberikan kepadanya, tetapi kawan ini juga berkata. ” Kawanku saja yang lain, hal itu berputar hingga tujuh rumah dan akhirnya kembali lagi pada sahabat pertama yang diberi kepala kambing tersebut dan turunlah firman Allah:

 

Artinya:

“Mereka mengutamakan kawan melebihi dirinya sendiri. sekalipun mereka sendiri kelaparan”. (Hasyr 9)

 

Riwayat lain menyebutkan bahwa: “Seorang sahabat Anshar puasa, ketika berbuka, tidak ada makanan buat berbuka lalu terpaksa hanya minum air, kemudian esok harinya berpuasa lagi bukanya juga hanya minum air, pada hari ketiga ia merasa sungguh-sungguh lapar, lalu ia diingatkan (diajak) ke rumah oleh sahabat Anshar lainnya, setelah sampai di rumah ia bertanya: “Bu ini ada tamu, apa punya makanan? Jawab istrinya: “Ada, untuk makan seorang”. Padahal ia dan istrinya juga puasa anak-anaknya juga belum makan, katanya: ”Tidurkan dulu anak-anak sebelum makan, nanti sewaktu tamu makan padamkanlah lampunya, Jalu duduk bersamanya seakan-akan makan bersama.” Hal itu dilakukan hingga kenyanglah tamunya itu.

 

Kemudian pada pagi harinya ia salat Subuh, berjamaah dengan Rasulullah  dan sesudah beliau salam, berkata kepada sahabat Anshar: “Sungguh Allah sangat rida atas perbuatanmu dan istrimu, lalu beliau membaca ayat tersebut di atas, yang artinya: “Mereka mengutamakan kawan melebihi pada dirinya sendiri, sekalipun mereka sendiri kelaparan, dan orang yang tida kikir, itulah orang-orang yang beruntung”. (Hasyr 9)

 

Kata Hamid Laffaf: “Aku rida padamu dengan empat perkara, sekalipun jauh jika dibandingkan dengan para sahabat Nabi  dahulu, yaitu:

  1. Perhatikanlah kekuranganmu dengan kewajibanmu, sebagaimana dulu para sahabat memperbanyak amal sunah.
  2. Harus khawatir jika dosa-dosamu tidak diampuni Allah, sebagaimana dulu para sahabat khawatir jika amalnya tidak diterima Allah.
  3. Jauhilah hal-hal yang haram, sebagaimana dulu para sahabat menjauhi hidup mewah (berlebihan).
  4. Rasa setia kawan (belas kasih) kepada mereka hendaklah diutamakan, sebagaimana dulu para sahabat belas kasih kepada musuh-musuhnya (setelah terbukanya kota Makkah atau mengampuni lawannya).

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdul Faraj Ady, katanya: “Ketika Nabi Isa melewati suatu kampung, masyarakatnya mengadukan seorang tukang penatu yang sering merobekkan pakaian masyarakat (orang yang meletakkan pakaiannya untuk dipenatu kepadanya), lalu ditahannya. Lalu atas dasar pengaduan itu, Nabi Isa berdoa kepada Allah (yang doanya pasti dikabulkan), agar ia tidak dapat membawa bungkusan baju-baju itu ke rumahnya, Kemudian pergilah tukang penatu itu untuk menatu pakaian dan membawa 3 potong roti, tiba-tiba Seorang yang biasa beribadah di gunung mengucapkan salam dan bertanya: “Hai penatu, kau punya roti, berikanlah kepadaku! Sejak aku lama tidak makan. Tukang penatu memberinya sepotong, dan Abid menerimanya seraya berdoa: “Mudah-mudahan Allah mengampuni dosamu dan mensucikan hatimu”. Lalu ia berikan sepotong lagi, Abid menerima seraya berdoa: “Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa: dosa terdahulu dan yang akan datang bagimu”. Lalu ia berikan lagi sepotong, dan Abid berdoa: “Mudah-mudahan Allah membangunkan gedung bagimu di sorga”. Maka ketika sore tukang penatu pulang dengan sclamat. Setelah masyarakat menyaksikan ia pulang dengan selamat, maka mengadu lagi kepada Nabi Isa . Dan kata Isa : “Panggil ia kemari. Sesudah tukang penatu datang, ia ditanya: “Apa yang kau lakukan di hari ini hai tukang penatu? Jawabnya: “Seorang Abid yang biasa beribadah di puncak gunung itu, datang kepadaku dan minta makan, lalu kuberikan 3 potong roti untuknya, dan setiapnya ia berdoa. Kemudian kata Isa: “Mari kulihat bungkusanmu itu setelah dibuka, ternyata yang dibungkus (isinya) itu, berupa ular hitam yang mulutnya dibelenggu besi. Dan kata Isa selanjutnya: “Hai ular, Jawabnya: “Baik Nabiyullah, Bukankah diperintah membinasakan orang ini? Jawabnya: “Ya, tapi sewaktu Abid datang minta makan kepadanya, dan ia memberikan 3 potong roti, dan setiapnya Abid itu berdoa serta doanya didukung (diamini) oleh para malaikat, dengan demikian para malaikat atas perintah Tuhan membelenggu mulutku dengan besi. Lalu Nabi Isa  berkata kepadanya: ”Rubahlah kelakuan atau amal perbuatanmu yang tak terpuji itu, karena hal itu sangat merugikan masyarakat, untunglah dalam hal ini kau diampuni oleh Allah berkat sedekahmu itu”.

 

Al-Faqih meriwayatkan lagi dengan sanadnya dari Salim Abul Jady, katanya: “Seorang wanita membawa anaknya keluar, lalu serigala menerkam anaknya itu, dan ibu itu mengejarnya, di tengah jalan bertemu orang minta-minta (pengemis), dan roti yang dibawa itu diberikan kepadanya, dan tidak lama kemudian serigala datang memulangkan anaknya itu. Lalu terdengar olehnya suara sesuap demi sesuap”.

 

Dan dengan sanad serupa, A’masy dari Abu Sufyan dari Mutib Sumay, katanya: “Seorang pendeta yang sudah 60 tahun beribadat di biaranya, lalu tergoda seorang pelacur, hingga melanggar larangan Allah, menjelang kematiannya ia memberi sepotong roti kepada pengemis. Sesudah mati amalnya ditimbang, lebih berat dosanya daripada 60 tahun ibadatnya. Tetapi sesudah ditambah dengan sedekah roti sepotong, mendadak berubah timbangannya menjadi lebih berat amal baiknya daripada dosanya, dan selamatlah ia berkat sedekahnya.

 

Sehubungan dengan itu, ada yang menyatakan bahwa sedekah dapat menolak 76 bahaya kejahatan. Bahkan Abu Dzar Ghifary menyebutkan: “Tidak mungkin orang dunia dapat bersedekah, sebelum menang (menerobos) kubu pertahanan setan sebanyak 70 benteng (kubu) penghalangnya. Dan disebutkan pula oleh Qatadah bahwa: Sedekah mampu memadamkan dosa seperti air memadamkan api.

 

Pada suatu hari ‘Aisyah tengah duduk, lalu datanglah seorang wanita yang menutupi tangan dengan lengan bajunya, dan ketika ditanya jawabnya: Jangan tanyakan hal ini hai Ummul Mukminin. tetapi setelah didesak, ia menjawab, katanya: Aku punya orang tua (ayah-Ibu), dulu waktu hidupnya, ayah seorang dermawan sedang ibuku tidak pernah bersedekah kecuali hanya sepotong gajih (lemak) dan baju lowakan (yang sudah dipakai), lalu sesudah mereka tiada, aku mimpi seolaholah hari Kiamat telah terjadi, dan aku melihat ibuku di tengah-tengah orang banyak, ia menutup aurat hanya dengan baju lowakan dan gajih di tangannya dijilati terus, seraya menjerit: “Aduh haus, haus padahal ayahku tengah memberi minum orang banyak yang mengelilingi telaga dan memang avahku termasuk dermawan (suka bersedekah), lalu aku membawanya segelas untuk ibuku, kemudian terdengar suara: “Hati-hati orang yang memberi minum pasti tangannya akan mati”, lalu bangunlah aku dan terperanjat karena ternyata tanganku telah mati.

 

Ketika Malik Dinar duduk-duduk, datanglah seorang peminta-mint dan ia menyeru istrinya supaya mengambilkan keranjang yang penuh kurma, lalu diberikannya separoh keranjang. Kemudian tegur istrinya: “Pantaskah seorang seperti anda disebut zuhud, dan pantaskah kiranya menghadiahkan kurma separuh-separuh kepada raja? Lalu diberikan lagi separuh keranjang kurma itu kepada pengemis tadi, dan berkatalah Malik kepada Istrinya:

 

Artinya: “

”Tangkap dan belenggulah ia, lalu masukkan ke neraka Jahim kemudian dengan rantai panjang 70 hasta ikatlah ia, Bahwasanya ia tidak beriman kepada Allah Yang Agung, dan tidak memberi mukan orang-orang miskin”. (Al-Haggah 30-34)

 

Tanya istri: “Kenapa berat sekali? Jawabnya: “Demikianlah siksa orang kafir dan orang yang tidak mau bersedekah kepada orang miskin. Kemudian katanya pula: “Hai wanita kami telah meletakkan setengah rantai dari leher kami itu dengan iman, maka setengah yang lain harus dengan sedekah”.

 

Al-Faqih berkata: “Muhammad Fadlil meriwayatkan dengan sanadnya dari masyarakat Bashrah, katanya: “Ada seorang peternak (Badwi) langka bersedekah, lalu ia bersedekah domba kecil kurus, dan di malam harinya ia mimpi seakan domba-domba seluruhnya menyerang dengan tanduknya, kecuali domba kecil kurus itu membelanya. Dan setelah bangun ia berkata: “Demi Allah, aku akan berusaha semaksimal mungkin memperbanyak kawan-kawanmu, akhirnya ia sering bersedekah dari kambing (domba-domba)nya itu”.

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Setiap orang pasti akan menghadap dan bicara langsung dengan Tuhannya, ia menoleh ke kanan terlihatlah amal kebaikan yang dilakukannya, dan ke kiri terlihatlah perbuatan jahatnya, kemudian ke depan terlihatlah api, dari itu peliharalah dirimu dari sengatan api sekalipun dengan sedekah separuh biji kurma.

(HR. A’masy dari Khaitsamah, dari Ady Hatim )

 

Ada 10 amalan yang sanggup mengantarkan manusia ke tingkat manusia baik dan derajat tertinggi, yaitu:

  1. Memperbanyak sedekah.
  2. Memperbanyak bacaan Alquran.
  3. Bergaul atau menggabungkan diri dengan orang-orang yang selalu zikir kepada Allah, dan akhirat.
  4. Bersilaturrahmi kepada kawan atau saudara terdekat.
  5. Menengok orang atau kawan yang sakit.
  6. Mengurangi bergaul dengan orang kaya yang melupakan akhirat.
  7. Sering memikirkan kehidupan kelak di akhirat.
  8. Mengurangi hayalan (angan-angan)nya, dan sering mengingat mati (maut).
  9. Sedikit bicara, banyak diam.
  10. Tawadlu’, hidup sederhana dalam berpakaian, menyenangi orang miskin dan belas kasihan kepada anak-anak yatim serta mengusap kepalanya.

 

Demikian nasihat Al-Faqih, dan selanjutnya kata beliau: “Ada 7 perkara pembangkit semangat scdekah dan memperbesar pahalanya, yaitu:

 

  1. Bersedekah dengan harta halal, berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

“Bersedekahtlah dari hasil usahamu yang halal (baik) …”

 

  1. Memberinya mulai dari harta sedikit jangan menunggu kaya atau banyak harta).

 

  1. Menyegerakannya, khawatir tidak punya kesempatan bersedekah sebelum mati.

 

  1. Memilih harta yang paling baik, khawatir digolongkan orang-oran yang bakhil (kikir), berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

“Jangan kau pilihkan yang buruk-buruk untuk sedekah, sedang kamu enggan menerimanya, kecuali jika mata terawup dan ketahuilah bahwa Allah Maha Raya lagi terpuji”.

 

  1. Bersedekah dengan samar-samar, khawatir riya.

 

  1. Tidak mengundat-undat, khawatir sia-sia amalnya.

 

  1. Tidak menyakiti atau menghina yang diberi, takut dosa, Firman Allah:

 

Artinya:

“Jangan batalkan pahala sedekahmu dengan mengunda tundat dan menyakiti (menghina)”. (Al-Bagarah)

 

ALLAH MAHA MENGETAHUI

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas  katanya: “Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya sorga diukupi daa diperhias setiap tahun (yaitu) setiap masuknya bulan Ramadan, ketika datang malam pertama datang pula angin yang disebut Mutsirah, ia menggoyangkan daun-daun sorga dan menggerakkan daun pintunya sehingga terdengarlah suara para bidadari di sorga berseru: “Siapakah kira-kira yang meminang kepada Allah untuk mengawini setengah kami, dan mereka bertanya: “Hai Ridwan, malam apa ini? Jawabnya: “Hai para bidadari jelita, inilah malam pertama bulan Ramadan. Lah Allah berfirman: “Hai Ridwan, bukakanlah pintu-pintu sorga bagi Umat Muhammad”. Dan hai Malik: Tutuplah pintu-pintu neraka dari orang orang berpuasa (umat Muhammad), Dan FirmanNya pula: ”Hai Jibril, turunlah ke bumi, belenggu setan-setan itu dan lemparkanlah ke lautan agar tidak mengganggu umat Muhammad berpuasa. Lagi pula setiap malam Ramadan Allah berseru 3x: “Orang yang berdoa, pasti dikabulkan, dan yang bertaubat pasti diterima, yang mohon ampun pasti diampum dosanya. Lalu diserukan pula: “Siapakah yang akan menabung pada Zat Yang Kaya tidak pernah miskin, Yang selalu menepati tiada zalim,”. Dan setiap Ramadan Allah membebaskan sejuta penghuni neraka, bahkan pada hari atau malam Jumatnya dibebaskan sejuta perjamnys, kemudian di hari terakhir (Ramadan) dibebaskan lagi penghuni neraks sejuAllah orang yang dibebaskan sejak awal Ramadan, hingga akhirnya Di malam (lailatul) Oadar malaikat Jibril beserta para malaikat banyak turun berduyun-duyun ke bumi dengan panji hijau yang diletakkan d atas Kakbah, seriapnya membeberkan sayapnya 600 sayap, di antaranya dua sayap tidak pernah dihamparkan, kecuali di malam itu. Merek memberi salam kepada umat Muhammad yang tengah melakukan salat zikir (baik berdiri atau duduk) dan menjabat tangannya, mendukung doa (mengamini) mereka hingga terbit fajar”. Dan sesudah fajar mereka diseru kembali oleh Jibril, tetapi mereka bertanya, bagaimana dengan hajat para umat Muhammad? Jawab Jibril: Allah memberi rahmat kepada merka dan memaafkan kesalahannya, kecuali 4 orang, yaitu: 1. Pecandu arak (pemabuk), 2. Pemberani kepada kedua orang tuanya (durhaka kepada mereka berdua), 3. Pemutus silaturrahmi, 4. Pemboikot kawan atau saudaranya (tidak menyapa) lebih dari 3 hari. lalu di malam “Idul Fitri para malaikat berdiri di perempatan jalan dan berseru: “Hai umat Muhammad, keluarlah (menyembah dan memohon) kepada Tuhan Yang Pemurah, Pemberi yang besar, dan mengampunkan dosa-dosa besar, sesudah mereka keluar ke tempat salat ‘Id, lalu Allah berfirman: “Hai para malaikat apa balasan mereka? Jawabnya: “Ya Tuhan, lunasilah bayaran (pahala) mereka, dan FirmanNya: ” Kuperlihatkan padamu hai malaikat, tentang pahala puasa dan bangun malam mereka di bulan Ramadhan, adalah keridaanKu dan ampunanKu kepada mereka. FirmanNya pula: “Hai hambaKu mintalah, demi Kemenangan dan KeagunganKu segala permintaanmu baik urusan duniawi, ataupun agama pasti dipenuhi (dikabulkan)”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah  bersabda: “Pada setiap bulan Ramadan Allah . memberi 5 perkara yang tiada dirasakan oleh umat lainnya, yaitu:

  1. Harumnya minyak kasturi pada mulut ketika berpuasa, kelak di sisi Allah.

 

  1. Permohonan ampun dari malaikat bagi yang berpuasa hingga berbuka.

 

  1. Dibelenggunya setan hingga mereka tiada kebebasan menggoda yang tengah berpuasa.

 

  1. Setiap hari sorga dipercantik bagi orang yang berpuasa, FirmanNya: “Hampir para hambaKu yang salih terlepas dari keberatan dan godaan dan kembali kepadamu”.

 

  1. Allah mengampuni mereka di akhir Ramadan, Ketika ditanya: “Ya Rasulullah, di malam (lailatul) gadar? Beliau menjawab: Bukan, tetapi bayaran seorang pegawai di akhir pekerjaan selesai”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah  katanya, Rasulullah  bersabda: “Sungguh Ramadan telah datang di bulan Ramadan dan saat awal Ramadan, angin datang dari bawah ‘Arsy, lalu pohon-pohon sorga menyanyikan lagu-lagu merdu, bidadari keluar dan berdoa: “Ya Tuhan, berilah dalam bulan ini suami yang menyenangkan dari hamba-hambaMu, maka setiap yang berpuasa pasti dikawinkan dengan dua orang bidadari dalam kemah permata berlubang, Firman Allah”:

HUURUN MAQHUURAATUN FIL KHIYAAM

 

Artinya:

“Bidadari yang menetap dalam kemah-kemah”

 

Dan masing-masing memakai 70 pakaian yang beraneka warna, 70 aneka minyak harum, dan setiapnya pula ranjang yagut merah, beranyam permata, yang setiap ranjang berisi 70 kasur seprei sutra berkilauan, dan setiap wanita diberi 70 sahaya, semua itu hanya balasan dari puasanya, belum balasan amal-amal lainnya. (Al Hadis)

 

Nabi  bersabda: “Rajab adalah bulan bagi umatku yang punya keistimewaan seperti keistimewaan umatku melebihi lainnya, dan Sya’ban adalah bulan bagiku yang keistimewaannya, seperti aku melebihi Nabi lainnya, adapun Ramadan bulan bagi Allah, yang punya keistimewaan seperti Allah melebihi makhlukNya. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan, katanya: ”Nabi  keluar, sedang kebanyakan orang tengah perang mulut, lalu beliau bersabda: “Sebetulnya aku akan memberitahukan tentang ”Lailatul Oadar”, tetapi kekhawatiranku jangan-jangan kalian bersandar kepadanya, dan mudah-mudahan menjadi lebih baik, karenanya carilah ”Lailatul Oadar” itu pada malam 21, 23, 25, 27 dan akhir malam Ramadan, sedangkan tandanya: “Malam itu cuaca terang, tidak panas dan tidak dingin, pagi harinya matahari terbit tidak terlalu tajam sinarnya, dan orang yang bangun di malam itu terdorong oleh imannya dan mengharap pahala dari Allah, pasti Allah mengampuni dosa-dosa terdahulu baginya.

 

Isyarah Nabi  tentang puasa dan bangun malam itu berdasarkan jman atas pahala yang dijanjikan Allah, dan ikhlas serta khusyuk karena Allah, sedang cara memperolehnya dengan mengagungkan Ramadan, menjaga perkataan dusta, ghibah dan omong kosong, serta anggota badan dari maksiat dan hati dari hasud, memusuhi muslim, atau menghinanya Dan kesemua itu juga harus disertai rasa tagwa (takut) tidak diterimanya amalyang tengah dilakukan. (Demikian Al-Faqih). . Kata Utama hikmah: “Ya Tuhan, Engkau menjamin pahala orang yang ditimpa musibah di dunia dan akhirat, jika puasaku Engkau tolak, maka janganlah Kau haramkan kami dari pahala musibah, ya Allah Yang Pemurah”,

 

Kami puasa bersama Rasulullah – dan ketika malam 23 Nabi melakukan salat hingga sepertiga malam, lalu malam 24 beliau tidak keluar, dan pada malam 25 beliau salat dengan kami hingga tengah malam, sabdanya: “Seandainya kami lanjutkan salat malam ini, dan sabdanya pula: “Orang yang keluar melakukan salat Isyaak berjamaah bersama imam hingga ia pulang, maka ditulis pahala seperti bangun malam baginya. Kemudian beliau tidak keluar pada malam 26, dan keluarnya pada malam 27, berikut keluarganya semua diajak salat hingga aku khawatir tidak akan sahur (menjelang Subuh). (Demikian kata Abu Dzar Ghifary — ) Bahwasanya Rasulullah sz keluar tengah malam Ramadlam melakukan salat di Masjid, lalu diikuti oleh para sahabat, dan pada pagi harinya orang-orang ramai membahasnya, hingga bertambah banyak lagi pada malam kedua, bahkan lebih banyak lagi pada malam berikut (ketiga)nya, orang-orang menunggu hingga tidak tertampung di dalam Masjid, dan beliau  tidak keluar hingga fajar, sesudah salat Subuh beliau menghadap para sahabat dan sabdanya: “Bukan berarti aku tidak tahu suasana kalian di malam hari. tetapi aku khawatir jika salat malam diwajibkan, lalu kalian tidak dapat melakukannya”.

 

Demikian ‘Aisyah , dan selanjutnya kata ‘Aisyah pula: “Nabi  selalu menganjurkan salat di malam Ramadan, tanpa mewajibkannya, hingga beliau wafat, hal serupa juga ditiru di masa Khalifah Abu Bakar  dan di awal Khalifah Umar  tetapi selanjutnya Umar menghimpun banyak orang agar salat berjamah dengan Ubay bin Ka’ab selaku imamnya”. (Dari Aisyah )

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari S. Ali Thalib , katanya: “Bahwasanya Umar bin Khatthab menyelenggarakan salat Tarawih berjamaah adalah berdasarkan hadis yang ia peroleh dariku.

 

Mereka bertanya: “Hai Amiralmukminin mana hadisnya? Jawabnya: “Aku dengar Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya di sekeliling ‘Arasy terdapat “HADLIRATULOUDSY” dari cahaya, para malaikat yang tidak terhitung besar juAllahnya bersama-sama melakukan ibadat tiada henti-hentinya di tempat itu, lalu jika malam Ramadan mereka mohon dan diizinkan oleh Allah turun ke bumi bersama-sama melakukan ibadat (salat) dengan manusia, setiap malam, maka Barangsiapa bersentuhan dengan mereka, pasti menjadi bahagia hidupnya tidak akan menderita selamanya”.

 

Kata Umar sesudah mendengar hadis tersebut: “Kami adalah berhak melakukan itu, lalu ia menghimpun jamaah bersama-sama melakukan salat Tarawih dan menguatkannya”.

 

Pada suatu malam Ramadan S. Ali Thalib : keluar, lalu mendengar tadarus Alquran di Masjid-masjid, kemudian berdoa: ”Mudah-mudahan Allah menambah terangnya kubur Umar Khattab, seperti ia menerangi Masjid-masjid kami dengan tadarus Alquran”. Doa serupa dibacakan pula oleh Usman bin Affan .

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas – katanya, Nabi  bersabda: “Tiada hari yang paling disenangi Allah dalam arena amal salih bagi seseorang, kecuali sepuluh hari awal (tanggal 1 s/d 10) Dzul Hijjah, Tanya sahabat: “Sekalipun jihad fi sabilillah ya Rasulullah? Jawabnya: “Sekalipun jihad fi sabilillah, kecuali jika seseorang keluar dengan keseluruhan harta miliknya dibawa, dan tidak (sedikitpun) kembali (yakni) habis hartanya dan mati syahid”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bin Abdillah katanya: Rasulullah  bersabda: “Tiada hari yang paling utama dan disenangi Allah dalam rangka amal salih, daripada hari-hari 10 awal Dzulhijjah. Ditanya: “Tidak pula menyerupai jihad fisabilillah? Jawabnya: Tidak menyerupainya, kecuali jika seseorang berjihad hingga putus kudanya dan mukanya disusupkan ke tanah. Riwayat lain menyebutkan: “Sampai kudanya putus, dan darahnya tertumpah (mati syahid)” (AlHadist).

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Athaak dari ‘Aisyah , katanya: “Seorang penyanyi muda, melakukan puasa setiap terbitnya bulan Dzulhijjah, ketika ditanya oleh Rasulullah : “Kenapa kamu lakukan puasa di hari-hari ini, dan apa motifnya? Jawabnya: Karena di hari ini, ditegakkannya syi’ar-syi’ar dan manasik haji, mudah-mudahan aku termasuk orang yang didoakan oleh para pelakunya (melakukan syi’ar-syi’ar agama dan beribadat dengan manasik hajji). Lalu beliau  bersabda: “Puasamu setiap hari (selama 10 hari) berarti seimbang dengan membebaskan 100 budak, sedekah 100 onta, dan 100 kuda untuk jihad menegakkan agama Allah, dan jika (puasa) di hari tarwiyah (tanggal 8) bagimu sama dengan membebaskan 2000 budak, sedekah 2000 onta dan ) kuda untuk jihad menegakkan agama Allah, dan jika (puasa) di bari ‘Arafah (tanggal 9) bagimu sama dengan puasa 2 tahun (yakni tahun sebelum dan sesudahnya). Dalam riwayat lain ditambahkan: “dan puasa d hari ‘Asyuraa bagimu sama dengan puasa satu tahun”. Setengah mufassirin (ahli tafsir) menyatakan ayat:

 

Kami janjikan kepada Musa 30 malam, lalu disempurnakan dengan 10 malam, hingga sempurnalah migat ketetapan Tuhan 40 malam” Bahwa yang 10 yaitu awal bulan Dzulhijjah.

 

Dan ayat:

 

Allah berbicara langsung kepada Musa, dan ayat:

 

Allah mendekatkan Musa, hingga ia mendengar langsung Firman Tuhan, Semua itu adalah diterima Musa pada 10 hari awal bulan Dzulhijjah, demikian pula ditulis dalam Lauh-lauh juga pada malammalam (10 hari) awal Duzlhijjah.

 

Kalian hendaknya berpuasa pada 10 hari awal Dzulhijjah, berdoa dan istighfar sebanyaknya serta bersedekah, karena Nabi  bersabda: ”Celakalah orang yang tidak bisa memperoleh kebaikan dalam hari hari 10 (awal Dzulhijjah), manfaatkanlah terutama berpuasa pada hari (tanggal 9), karena sangat besar keuntungannya di hari itu”. (Abu Dards )

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah “Ubaid ‘Umair Laits, katanya: ” Bahwasanya 5 doa dibawa Jibril untuk Nabi Musa, agar dibaca pada hari-hari 10 (Dzulhijjah) yaitu:

 

Artinya:

 

“Tiada Tuhan yang lain, kecuali Allah Yang Esa, tiada sekutu baginya, segala kerajaan dan puji aduluh kepunyaanNya, Dia hidup tanpa mati, segula kebaikan di bawah kekuasaanNya, Dia kuasa atas segala sesuutu .

 

Artinya:

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang lain kecuali Allah, tiada sekutu bagiNya, Maha Esa, Dia tempat meminta, tiada kawan maupun anak bagiNya”.

 

Artinya:

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang lain kecuali Allah Yang Esa tempat meminta, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Yang menyamai seorangpun kepadaNya,”.

 

Artinya:

“Aku nyatakan bahwa tiada Tuhan yang lain, kecuali Allah Yang Esa, tiada sekutu bagiNya, segala kerajaan dan pujian hanya Dia pemiliknya, Yang menghidupkan dan mematikan, Dia Hidup tanpa mad, segala kebaikan di bawah Kekuasaan Nya, dan Kuasa atas sesala sesuatu.

 

Artinya:

“Allah-lah Yang menjamin dan mencukupi kebutuhanku, Dia Mendengar setiap orang yang berdoa kepadaNya, selain Dia tiada yang dapat diandalkan dalarn memenuhi permintaan dan kebutuhan”.

 

Dinyatakan pula bahwa kalimat-kalimat tersebut dimuat dalam Injil, dan dijelaskan oleh Nabi Isa kepada para sahabatnya (Hawariyyin) tentang keutamaan dan pahalanya yang tiada terhingga banyaknya, bagi yang membaca pada hari-hari awal Dzulhijjah (yakni mulai tanggal 1-10)

 

Seseorang memperoleh mimpi indah seakan-akan lima cahaya besar berada di dalam rumahnya, sesudah membaca doa (kalimat-kalimat) tersebut di atas pada hari-hari awal Dzulhijjah. (Abu Nadir Hasyim Qasim),

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Tiada hari yang Agung dan lebih dicinta bagi Allah melebih hari-hari “wal Dzulhijjah, oleh itu, bacalah takbir, tahmid dan tahlil sebanyaknya, pada hari itu ”. (Mujahid dari Ibmu Umar )

 

Nafi dari Ibnu Umar  bahwa ia selalu bertakbir pada 10 hari awal Dzulhijjah, baik dalam keadaan berbaring atau duduk-duduk. Demikian pula Athak Abu Rabah, bahkan dijalan-jalan ataupun di pasar. Sedangkan Sa’id Jubair dan Abdurrahman Abu Laila dan para Ulama fiqih, bertakbir pada hari raya dan tasyrik, Takbir tersebut yaitu:

 

Aku melihat Tsabit Bunany terkadang memutus bacaan hadis, pada hari-hari 10 itu dengan zikir, ALLAAHU AKBAR 3x, dan katanya: “Hari-hari ini adalah untuk zikir, dan demikianlah para ulama melakukan”. (Ja’far Sulaiman)

 

Selanjutnya kata Ja’far: “Malik Dinar juga melakukan hal yang sama (seperti yang dilakukan Tsabit Bunany).

 

Tetapi kata Nakha-i: “Yang melakukan hal semacam itu, hanyalah para pegawai pabrik tenun saja”, (Mughirah Syu’bah dari Abu Mas’yar).

 

Tentang takbir keliling pada hari-hari 10 awal Dzulhijjah, Mujahid mengatakan: “Yang melakukan hal semacam itu hanyalah para pegawai pabrik tenun atau orang-orang yang berkeliling”. (Laits Sulaiman).

 

Orang yang takbir sendirian tanpa suara keras (adalah diutamakan), tetapi jika dengan suara untuk menyiarkan agama dan mengingatkan orang-orang, maka tidak apa-apa, karena yang demikian itu juga berdasarkan hadis Nabi . (Demikian pernyataan Al-Faqih).

 

Nabi  bersabda: “Bahwasanya Allah memilih hari itu 4 hari (yaitu hari Jumat, hari Arafah, hari raya ‘idul Adlha, dan hari raya ‘Idul Fitri), dan bulan juga 4 bulan (yaitu: Rajab, Dzul Oadah, Dzulhijjah dan Muharram), dan wanita juga 4 orang (yaitu: Maryam putri Imran, Khadijah putri Khuwailid yang pertama-tama masuk Islam, beriman kepada Allah dan RasulullahNya di antara kaum hawa sedunia, lalu Asiyah putri Muzahim istri Firaun, kemudian Fatimah putri Rasulullah K wanita terkemuka di sorga), dan 4 orang yang mendahului ke sorga (yaitu: Nabi Muhammad  orang pertama Islam dari bangsa Arab, Salman Farisy orang Islam pertama dari bangsa Faris, Shahib dari bangsa Romawi dan Bilal dari bangsa Habsyi). Dan yang dirindukan oleh sorga juga 4 orang (yaitu: S. Ali Thalib, Salman, ‘Amr Yasir dan Miqdad Aswad ). Sedangkan alasan hari-hari 4, ialah sebagai berikut:

 

  1. Hari Jumat, karena di dalamnya ada saat-saat yang mustajabah, siapa berdoa di saat itu, baik urusan duniawi atau ukhrawy pasti dikabulkan.

 

  1. Hari Arafah, karena di hari itu Allah berbangga dan FirmanNya: ”Hai para malaikatKu, saksikanlah kedatangan hamba-hambaKu dalam keadaan rambut terurai, dan berdebu, harta benda mereka dan tenaganya dikorbankan demi Aku, dan saksikan pula bahwa: ”Aku telah mengampuni mereka”.

 

  1. Hari raya ‘Idul-Adlha, karena jika seseorang menyembelih (berkorban) domba, maka tetesan darah pertama adalah sebagai penebus dosa-dosa yang telah ia lakukan.

 

  1. Hari raya Idul Fitri, karena habis melakukan puasa Ramadan, lalu melakukan salat Hari raya, maka Firman Allah: “Hai malaikat, bahwasanya pegawai itu minta gajinya, sedangkan hamba-hambaKu baru selesai melakukan puasa sebulan penuh, dan ia melakukan salat Idul Fitri mengharap gaji (upah)nya, maka saksikan olehmu bahwa: “Aku mengampuni mereka”. Dan diserukan pula: “Hai umat Muhammad, kembalilah ke rumahmu, dan dosa-dosamu telah berubah menjadi kebaikan. (Demikianlah hadis dari Ibnu Mas’ud 20)

 

Nabi  bersabda: “Hai Fatimah, bangunlah dan selesaikanlah (domba) kurbanmu, bahwasanya Allah mengampuni dosa-dosamu pada tetesan pertama darah domba sembelihan (korban) mu itu”. (Salim Abul Jady).

 

Mengenai perintah Nabi kepada Fatimah tersebut ditanyakan oleh Imran Husain : Ya Rasulullah, apakah hal itu khusus bagimu dan keluargamu ataukah bagi umumnya umat Islam? Jawabnya: “Bagi umumnya umat Islam”.

 

Rasulullah  bersabda: ”Berkorban (menyembelih) dombalah kamu, dan bergembiralah dengannya, karena orang yang membawa domba (korbannya) ketika akan disembelih dan ia dihadapkan ke kiblat, maka tanduk, kotoran, darah, rambut dan bulunya disiapkan kelak untuknya di hari Kiamat, dan ketika darah menetes ke tanah berarti jatuh pulalah dalam lindungan Allah, dari itu sedikit bersedekahlah kamu, pasti memperoleh pahala sebesar-besarnya”. (Hadis dari ‘Aisyah ).

BAB 39

Tentang Keutamaan Hari Ke-10 Muharram

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas , katanya, Rasulullah  bersabda: ”Barangsiapa puasa pada hari ‘Asyura (tanggal 10) Muharram, pasti Allah memberi 10.000 pahala malaikat, 10.000 pahala orang ibadat Hajji dan Umrah, 1.000 para syuhada’, dan Barangsiapa mengusap kepala anak pada yatim pada tanggal 10 Muharram, pasti Allah mengangkat derajatnya dengan setiap rambut yang diusap. Dan Barangsiapa memberi buka orang yang berpuasa ‘Asyura, pahalanya sama dengan mengenyangkan perut umat Muhammad seluruhnya. Sahabat bertanya: “Apakah yang menyebabkan Allah melebihkan dari ‘Asyura, ya Rasulullah? Jawabnya: “Karena di hari itulah Allah menciptakan langit-bumi, gunung, lautan, lauh, galam dan manusia (yaitu) Adam-Hawa, juga sorga serta memasukannya Adam ke sorga, demikian pula lahirnya Ibrahim, dan diselamatkannya dari kobaran api Namrud pada hari ‘Asyura, tenggelamnya Fir’aun juga di hari itu, Nabi Ayub disembuhkan dari penyakit tahunannya juga di hari itu, Adam diterima taubatnya. Nabi Daud diampuni dosanya dan Nabi Sulaiman dipulihkan kerajaannya juga pada hari itu, terakhir segala hari (terjadinya) hari Kiamat juga pada hari ‘Asyura itu”. (Al-Hadis).

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ikrimah katanya: ‘Asyura ialah hari diterimanya taubat Nabi Adam  dan mendaratnya perahu Nabi Nuh, lalu ia bersyukur kepada Allah dengan berpuasa, dan di hari itu pula Firaun tenggelam di laut (Merah) yang dibelah dengan tongkat Musa , lalu Bani Israil dianjurkan berpuasa, dari itulah jika kau mampu berpuasa-lah di hari ‘Asyura itu”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad Maisarah, katanya: Orang yang di hari ‘Asyura melapangkan belanjanya kepada keluarga, pasti Allah melapangkan rezekinya selama satu tahun, hal ini telah dibuktikan kebenarannya secara nyata oleh Sufyan.

 

Kata Said Jubair dari Ibnu Abbas  katanya: “Sewaktu Nabi £ baru hijrah ke Madinah, beliau melihat Yahudi puasa di hari ‘Asyura, lalu bertanya kepada mereka, jawab mereka:” Pada hari ini Allah memenangkan Musa dan Bani Israil terhadap Fir’aun dan bala tentaranya, maka patutlah kami mengagungkannya dengan berpuasa. Kemudian beliau bersabda: “Kamilah yang lebih patut mengikuti jejak Musa daripada kamu, dan beliau menganjurkan para sahabat melakukan puasa”. (Al-Hadis).

 

Al-Faqih dalam keterangannya: “Disebut ‘Asyura karena persis hari ke sepuluh Muharram, tetapi menurut pendapat lain: “Disebut demikian karena para Nabi dimuliakan dengan 10 kehormatan, yaitu:

 

  1. Diterimanya taubat Nabi Adam

2 Diangkatnya derajat Nabi Idris

  1. Mendaratnya kapal Nabi Nuh

4 Dilahirkan dan dilantiknya Nabi Ibrahim selaku Khalilullah serta diselamatkannya dari kobaran api Namrudz.

  1. Diterimanya taubat Nabi Daud
  2. Diangkatnya Nabi Isa ke langit.
  3. Diselamatkannya Nabi Musa
  4. Ditenggelamkannya Fir’aun.
  5. Dikeluarkannya Nabi Yunus dari dalam perut ikan.
  6. Dikembalikannya kerajaan Nabi Sulaiman

 

Dan ada lagi pendapat lain: “Disebut ‘Asyura karena adanya 10 kehormatan bagi umat (Muhammad) ini, yaitu:

 

  1. Bulan Rajab dijadikan bulan kemuliaan umat ini, melebihi umat lainnya.
  2. Bulan Sya’ban dijadikan bulan kemuliaan Nabi Muhammad melebihi nabi-nabi lainnya.
  3. Bulan Ramadan, melebihi keutamaan bulan lainnya, sebagaimana Allah mengungguli semua makhlukNya.
  4. Malam (Lailatul) Oadar melebihi 1000 bulan dalam kebaikannya.
  5. Hari raya Fitri sebagai hari pembalasan (puasa).
  6. Hari-hari pertama hingga 10 Dzulhijjah adalah hari berdizik, kepada Allah.
  7. (Berpuasa di) hari ‘Arafah, dapat menebus dosa selama 2 tahun.
  8. Hari raya Adl-ha adalah hari kurban.
  9. Hari Jumat adalah hari paling mulia di antara semua hari.
  10. (Berpuasa di) hari ‘Asyura, dapat menebus dosa selama satu tahun.

 

Setiapnya adalah suatu kemuliaan dari Allah yang diberikan kepada umat Muhammad, demi tertebusnya dosa dan kebersihan mereka.

 

Hisyam Urwah dari ‘Aisyah, katanya: Masyarakat Ouraisy sudah terbiasa melakukan puasa hari ‘Asyura sejak zaman Jahiliyah, demikian pula Nabi  melakukan puasa sejak di Makkah, hingga ke Madinah (sesudah hijrah), lalu sabda beliau:

 

Artinya:

“Dulu aku pernah memerintah kalian berpuasa, ‘Asyura (dengan wajib), sekarang terserah kepada kalian, siap melakukannya boleh, dan yang tidak jusa boleh (berarti adi perubahan hukum dari wajib menjadi Sunah). Al-Hadis

 

‘Aisyah: Hari ‘Asyura ialah tanggal 9 Muharram, dan pendapat  lain mengatakan tanggal 11 Muharram, tetapi umumnya tepat tangga 10 Muharram, dan sunah melakukan puasa pada tanggal 9 yang disebut (kesembilan) Muharam.

 

WALLAAHU ALAM

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid Aslam katanya, Rasulullah  bersabda: “Ada lima tingkatan pahala amal, yaitu:

 

  1. Amal dengan pahala setimpal (balasan yang sama), yakni amal kejahatan dibalas satu (setimpal dengan perbuatannya), atau seseorang yang sudah memasang niatnya melakukan kebaikan, namun tidak terlaksana, maka dibalas satu kebaikan baginya.

 

  1. Amal yang menentukan, yakni amal orang yang menyembah Allah tanpa menyekutukanNya, pasti masuk sorga. Sebaliknya yang menyembah Allah disertai dengan menyekutukan Dia, pasti masuk neraka.

 

  1. Amal dengan balasan 10 kebaikan, yakni orang yang melakukan kebaikan pasti dibalas dengan 10 kebaikan.

 

  1. Amal dengan balasan 700x pahala, yakni setiap amal yang bersifat menegakkan agama Allah, atau membelanjakan hartanya demi tegaknya agama Allah.

 

  1. Amal yang tidak diketahui pahalanya, kecuali Allahlah Yang Mengetahuinya, yakni amal puasa.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Shadagah Yamany, katanya: ”Bilal masuk ke rumah Nabi  dan beliau tengah bersantap, lalu beliau menawarkan, sabdanya: “Hai Bilal, silahkan makan, Jawabnya: ”Aku puasa ya Rasulullah, lalu sabda beliau: ” Kami akan makan rezeki kami dan Bilal di dalam sorga, bahwasanya orang yang puasa ketika berada di tengah manusia yang sedang makan, maka bertasbihlah anggota tubuhnya dan para malaikat mendoakannya: “Ya Allah, ampunilah dan kasihanilah ia, sepanjang ia berada di tempat itu”. (Al-Hadis) Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Musa Al-Asy’ary  katanya: “Ketika kami berlayar di tengah samudra, tiada yang dilihat selain air, kami angkat layar, tiada pulau yang terlihat, lalu datanglah seruan: “Hai anak kapal, berhentilah aku akan memberitahukan sesuatu, kepadamu (seruan sampai 7x) aku tidak memperdulikannya, dan pada, seruan terakhir kami bertanya: “Hai… kamu sudah menyaksikan nasib kami, maka kami tidak akan mudah terpengaruh olehmu, tetapi jika aka, memberitahu, katakanlah kepada kami, Jawabnya: “Aku beritahukan putusan Allah atas diriNya, yaitu: “Tiada orang yang (berpuasa) menghauskan dirinya di hari (kemarau) yang panas, kecuali Allah memberi kepuasan di hari Kiamat”.

 

Cerita serupa diriwayatkan pula oleh Abdullah Mubarrak dari Washi Maula, dari Abu Uyainah, Lagit Abi Burdah dari Abu Musa Al-‘Asyan  dan sejak itu ia tidak pernah absen, puasa di hari Kemarau yang sangat panas (terik)”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Malik Asyan, katanya, Rasulullah  bersabda: “Ada enam kebaikan, yaitu:

  1. Jihad memerangi musuh Allah.
  2. Puasa di waktu kemarau (panas terik).
  3. Sabar ketika ditimpa musibah (penderitaan).
  4. Tidak suka berdebat, sekalipun ia di pihak yang benar (bukan masalh prinsip tentang agidah).
  5. Salat tepat pada waktunya (sekalipun) di musim kemarau atas keadaan yang sangat sulit.
  6. Selalu menyempurnakan wudu, sekalipun dalam keadaan dingin dan lain -lain kesulitan.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Darda : katanya “Seandainya tidak karena tiga perkara, pasti aku tidak memperdulikan” mati dengan segera, yaitu:

  1. Meletakkan dahi di tanah bersujud kepada Allah.
  2. Puasa di waktu panas terik, hingga terasa lapar dan haus yani sesungguhnya.
  3. Berkumpul dengan orang-orang yang teguh pendirian dan memegang ucapan yang dikeluarkannya, seperti memilih biji-biji kurma yang baik.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ( katanya: Rasulullah  mengajarkan tiga perkara yang tidak akan kutinggalkan sepanjang hidupku (sampai mati), yaitu:

  1. Agar melakukan salat (sunah) Witir sebelum tidur.
  2. Puasa 3 hari setiap bulannya.
  3. Agar tidak mudah meninggalkan salat (sunah) Dhuha.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hafshah  katanya: “Ada empat perkara, Nabi  tidak pernah absen (tidak ditinggalkan), yaitu:

  1. Puasa di hari ‘Asyura (tanggal 10 Muharram).
  2. Puasa 3 hari setiap bulannya.
  3. Puasa di hari-hari awal Muharram (yakni tanggal 1 hingga 10 bulan Muharram).
  4. Salat sunah Fajar atau sebelum salat Subuh 2 rakaat

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari 5. Ali  katanya, Nabi  bersabda: “Berpuasalah di bulan sabar yakni bulan Ramadan, dan tiga hari setiap bulan, yang berarti sama dengan puasa sepanjang zaman, dan bermanfaat besar dalam menghapus rasa dengki serta iri hati. (AlHadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah Syaqiq ‘Uqaily, katanya: “Di Madinah aku bertemu Abu Dzar Ghifary, lalu aku bertanya: “Anda tengah berpuasa? Jawabnya: “Ya”. Dan mereka tengah menantikan Umar Khatthab mempersilahkan masuk, dan sewaktu di dalam (sudah masuk) dijamu (hidangan beberapa) makanan, lalu ia makan dan aku menegur (dengan isyarat) tanganku, kemudian jawabnya: “Aku tidak melupakan kata-kataku kepadamu (bahwa) aku tengah berpuasa, karena aku puasa setiap bulannya 3 hari, berarti aku selalu puasa”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah ‘Amr bin :Ash Katanya: “Aku adalah tengah menekuni ibadat, lalu dikawinkan oleh ayahku. Kemudian pada suatu saat ia masuk ke rumahku, kebetulan aku tiada di rumah, ia bertanya kepada istriku: “Bagaimana keadaan suamimu?” Jawabnya: “ia adalah seorang suami (pria) yang baik, tidak tidur di malam hari, dan tidak pula makan di siangnya. Hal itu telah diketahui oleh ayahku, dan tegurnya kepadaku: “Engkau sudah kukawinkan dengan wanita Muslimat yang baik, tetapi kenapa engkau membiarkannya? Jawabnya: “Aku merasa kuat dan tekun beribadat”, Lalu berita ini disampaikan kepada Rasulullah, dan aku dipanggil, sabda beliau : “Tetapi aku tidur dan salat, berpuasa juga tidak, karena itu lakukanlah salat dan tidurlah, serta berpuasalah setiap bulan tiga hari, Lalu kataku: “Ya Rasulullah, aku mampu melakukan lebih dari itu, Jawab beliau: “Berpuasalah sehari dan tidak puasa sehari (yakni) puasanya Nabi Daud . Lalu beliau bertanya: “Berapa hari kau khatam (membaca) Alquran? Jawabku: Dua hari, dua malam. Kata beliau: ”Khatamkanlah dalam 15 hari, Sahutku: “Ya Rasulullah, aku sanggup kurang dari itu. Kata beliau: “Khatamkan dalam waktu 7 hari. Setiap orang beramal pasti bersifat tamak dan rakus, dan setiapnya bersifat lelah atau jemu, maka orang yang jemunya itu dikembalikan pada sunahku, berarti ia memperoleh petunjuk, tetapi orang yang jemunya itu dikembalikan pada lainnya, maka berarti telah binasa. Kemudian Abdullah ‘Amr berkata: “Seandainya dulu aku menerima keringanan Nabi, pasti aku merasa senang melebihi bertemu dengan keluarga dan memperoleh hartaku, dan saat ini aku sudah tua, sudah terasa lemah, tetapi tidak meninggalkan (sunah) yang diperintahkan beliau  kepadaku”.

 

Ketika Ibnu Abbas ditanya tentang puasa, ia menjawab:” Kubacakakan hadis setengah perbendaharaan yang tersimpan, yaitu: “Jika kau mau berpuasa seperti Nabi Daud “ lakukanlah (sehari puasa sehari tidak), atau puasanya Nabi Sulaiman (3 hari pada setiap awal bulan yakni tanggal 1 sd. 10, dan 3 hari pada pertengahan bulan yakni tanggal 11 sd. 20, dan 3 hari pada akhir bulan yakni tanggal 21 sd 30). Atau puasanya Nabi  (setiap dan selamanya, makannya sya’ir, berpakaian tebal kasar, setiap malam melakukan salat hingga terbit fajar, setiap datang di suatu tempat pasti melakukan salat 2 rakaat). Atau puasanya Maryam (Ibunya Isa  ) yaitu puasa 2 hari dan tidak puasa 2 hari demikian sepanjang hidupnya.

 

Puasanya Nabi Muhammad  yaitu puasa tiga hari setiap bulannya (yakni hari-hari putih 13, 14 dan 15) yang berarti sama puasa sepanjang zaman.

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang puasa satu bulan penuh pada bulan Ramadan lalu ditambah 6 hari Syawal, maka berarti sama dengan puasa sepanjang samun ”. (Al-Hadis)

 

Puasa satu bulan penuh (dalam bulan Ramadan) pahalanya sama dengan 300 hari, sedang 6 hari puasa sama dengan 60 hari, karena Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang yang melakukan kebaikan, dibalas dengan 10x lipat ganda pahalanya”. Lalu setiap hari berarti sama dengan 10 huri. (Demikian Abu Hurairah 5)

 

Puasa hari Sabtu hukumnya makruh menurut setengah Ulama karena menyerupai orang Kristen Nashara (Demikian Al-Faqih).

 

Tentang puasa Syawal, Ibrahim Nakha-i menjelaskan: ” Hal itu adalah Puasanya wanita yang membayar hutang ketika haid di bulan Ramadan. Tetapi setengah Ulama lainnya menganjurkan puasa 6 hari Syawal tidak harus bersambung-sambung (yang baik dipisah-pisah) agar tiada serupa dengan puasanya orang-orang Kristen.

 

Sedangkan pendapat Al-Faqih dalam hal ini: “Dilakukan secara bersambung atau berpisah sama saja, karena sudah terlepas dari bulan Ramadan (yakni dengan) adanya Hari raya Idul Fitri.

 

WALLAAHU ALAM

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ayyub, katanya: “Ketika para sahabat memuji dan mengharapkan seorang pemuda yang cakap dan tangkas, kata mereka: “Sangat beruntung pemuda itu jika mau mendayagunakan kecakapan dan ketangkasannya diarahkan untuk perang menegakkan agama Allah (Sabilil-lah)”. Lalu dijawab oleh Nabi : “Yang disebut Sabilillah (me-negakkan agama Allah) itu, bukan hanya perang saja, tetapi ketahuilah bahwa: “Orang yang bekerja atau berusaha memberi nafkah yang halal kepada keluarganya itu disebut Sabilillah, orang yang bekerja atau membantu kedua orang tuanya disebut Sabilillah, orang yang memberi belanja anak keluarga dari yang halal juga disebut Sabilillah, dan orang yang bekerja atau berusaha dengan tujuan menghimpun kekayaan sebanyaknya lagi bangga atau sombong, maka itu berarti jihad fi Sabilisy-Syaithan (di jalan setan – tersesat)”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Tsauban  katanya, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Dinar yang paling berharga ialah yang diberikan (dibelanjakan) untuk keluarganya, dan dinar yang diberikan untuk keperluan penegakan agama Allah, serta dinar yang diberikan kepada kawan-kawan seperjuangan (dalam menegakkan agama Allah)”.

 

Keluarga yang paling utama menurut Rasulullah ialah: Orang yang, bekerja ataun berusaha demi memenuhi nafkah anak keluarga yang masih, kecil-kecil, tiada pahala yang lebih besar daripada itu. (Demikian Abu Qilabah).

 

Dari Abu Salamah, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Buhwasanya sedekah itu adalah dari hurta (yang melebihi cukup), dan orang yang memberi lebih utama daripada yang diberi (di buwah) dan utamakan orang yang terdekat, yakni keluarga” (Al-Hadis)

 

Al-Faqih dari ayahnya, dari Tsabit Bunany ketika di rumah Anas, katanya: “Aku dengar Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya Allah menjamin 3 macam hutang, yaitu:

 

  1. Hutang yang digunakan untuk kawin, karena takut berzina, lalu sampai mati ternyata tidak dapat mengembalikan, maka Allahlah yang menjamin (membayar)nya di hari Kiamat.

 

  1. Hutang yang digunakan untuk membantu orang Islam yang akar berangkat perang menegakkan agama Allah.

 

  1. Hutang yang dibuat membungkus atau mengkafani orang (islam) yang meninggal. Maka Allah akan membalas pahala yang memuaskan kepada orang yang memberikan hutang atau pinjaman tersebut kelak di hari Kiamat.

 

Lalu Tsabit Bunany menyampaikannya kepada Hasan Bashry, ds kata Hasan Bashry:” Kemungkinan (faidah) yang keutamaannya melebi jtu tidak disebutkan, akibat Anas sudah menginjak lanjut usia dan lemah” Yaitu (no. 4) Hutang yang digunakan untuk memberi nafkah keluarganys tetapi sampai mati tidak mampu mengembalikannya, sekalipun usah dengan berbagai macam jalan (yang halal) telah ditempuh olehnya, maka tiada tuntutan baginya dari fihak yang memberi hutang, kelak di hari Kiamat”. (Al-Hadis)

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda: “Di langit ada dua malaikat yang tugasnya hanya berdoa, yang satu doanya, “Ya Allah, berilah ganti, bagi orang yang membelanjakan hartanya (pada yang diridai Allah). Dan yang kedua doanya: “Ya Allah binasakanlah (harta) orang kikir dengan segera”. (Al-Hadis)

 

Dari Makkhul, Nabi  bersabda: “Orang yang mencari harta halal demi memenuhi kebutuhannya janganlah dengan cara mintaminta, dan berusaha demi keluarganya, serta membantu tetangganya, maka di hari Kiamat wajahnya bagai bulan purnama. Dan orang yang menghimpun harta (sekalipun) halal, dengan tujuan sombong, pamer dan membanggakan dirinya, kelak di hari Kiamat Allah marah kepadanya”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas Malik, Katanya: “Ya Rasulullah pilih mana bersedekah roti sepotong dengan salat sunah 100 rakaat? Jawabnya: “Bersedekah roti sepotong, bahkan lebih aku senangi daripada salat sunah 200 rakaat. Lalu aku bertanya: “Ya Rasulullah, pilih mana memenuhi hajat (keinginan) seorang muslim dengan salat sunah 100 rakaat? Jawabnya: “Memenuhi hajat orang Muslim, bahkan lebih kusenangi daripada salat sunah 1000 rakaat. Lalu tanyaku: ”Ya Rasulullah, pilih mana meninggalkan sesuap makanan haram dengan salat 1000 rakaat? Jawabnya: “Meninggalkan sesuap makanan haram, bahkan lebih kusenangi daripada salat 2000 rakaat. Lalu Tanyaku:” Ya Rasulullah, pilih mana menghindari ghibah (menggunjing) dengan salat 1000 rakaat? Jawabnya: “Tidak menggunjing orang, bahkan lebih kusenangi daripada salat sunah 10.000 rakaat. Tanyaku lagi: “Ya

 

Rasulullah, pilih mana menyampaikan hajat (wanita) janda dengan salat sunah 10.000 rakaat? Jawabnya: “Menyampaikan hajat seorang janda, bahkan lebih kusenangi daripada salat sunah 30.000 rakaat. Ya Rasulullah, pilih mana duduk-duduk bersama keluarga (anak-istri) dengan dudukduduk di masjid? Jawabnya: “Duduk sesaat bersama mereka, bahkan lebih kusenangi daripada i’ftikaf di masjidku ini. Ya Rasulullah, lebih utama manakah membelanjakan harta demi keperluan keluarga dengan Sabilillah? Jawabnya: “Satu dirham untuk belanja keluarga adalah lebih baik daripada 1000 dinar dibelanjakan demi perang Sabil. Tanyaku lagi, “Ya Rasulullah, pilih mana berbakti kepada kedua orang tua dengan beribadat 1000 tahun? Jawabnya: “Ya Anas, dengan datangnya kebenaran, hancurlah kebatilan pasti yang batil akan hancur binasa, maka berbakti kepada kedua orang tua adalah lebih kusenangi daripada beribadat 2.000.000 (dua juta) tahun”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Kabsyah AnMary, katanya, “Rasulullah mentamsilkan dunia dengan 4 orang, yaitu:

 

  1. Orang yang diberi ilmu dan harta kekayaan, lalu dimanfaatkannya pada hal-hal yang diridai Allah.

 

  1. Orang yang diberi ilmu tanpa harta kekayaan, lalu berkata: “Seandainya Allah memberi harta padaku pasti aku dapat melakukan sebagaimana Fulan, maka keduanya berpahala sama.

 

  1. Orang yang diberi harta kekayaan tanpa ilmu, lalu hartanya dikeluarkan bukan pada hal-hal yang diridai Allah, (inilah yang binasa).

 

  1. Orang yang tidak berilmu dan tidak pula berharta, lalu ia berkata: “Seandainya aku orang kaya, pasti aku lakukan seperti Fulan (yang berharta itu), maka keduanya sama dosa dan hukumannya”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas Malik  katanya Rasulullah  bersabda: “Bahwasannya disorga terdapat bilik-bilik yang dalamnya terlihat dari luar, dan sebaliknya, lalu para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kira-kira siapa yang berhak menjadi penghuninya? Jawabnya: ”Yaitu mereka yang senang bersedekah (memberi makanan) dan yang baik kata-katanya serta selalu berpuasa, menyebarkan salam, melakukan salat di malam hari (ketika kebanyakan manusia tidur nyenyak). Sahaba’ bertanya: “Ya Rasulullah, patutlah bagi mereka menjadi penghuninya tetapi siapa yang bisa melakukannya? Jawabnya: Yaitu yang membacsa

 

“SHUBHAANALLAH WAL HAMDU LILLAAHHI WALAAILAA HHA ILLALLAAHHU WALAAHHU AKBAR”, maka ia telah baik kata-katanya, dan yang memberi makan keluarganya berarti tela memberi makan, dan yang puasa Ramadan berarti selalu berpuasa, dan yang bertemu sesama muslim lalu memberi salam, berarti menyebarkan salam, yang salat Isyak dan Subuh berjamaah berarti salat malam, di tengah orang-orang Yahudy, Nasrani dan Majusi) nyenyak tidur”. (Al-Hadis).

 

WALLAAHU ALAM

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar . ketika memukul sahayanya, lalu dipanggil oleh Nabi  sabdanya: “Janganlah kau pukul wajah-wajah (sahaya) yang salat, berilah mereka makan sebagaimana yang kau makan, dan pakaian seperti yang kau pakai, jika memberatkan maka juallah mereka.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Amir Syu’by, katanya: “Seorang sahabat minta air kepada tetangganya, lalu dipanggillah sahayanya, karena sahaya (wanita) itu lambat, maka tetangga itu memakinya: “Pelacur kau”. Kemudian sahabat itu memperingatkan, bahwa: “Kau akan dihukum dera kelak di hari Kiamat, jika tidak sanggup menghadapkan 4 orang saksi yang membenarkan dakwaanmu itu. Lalu sahaya itu dibebaskan seketika itu, kata sahabat: “Mudah-mudahan pembebasannya bisa menebus tuduhan (dosa)mu itu”.

 

Dari Abu Dzar  Nabi  bersabda: “Saudaramu yang sahayamu itu, Allah menjadikan mereka taat kepadamu, karena itu orang yang saudaranya di bawah perintahnya, maka harus diberi makan seperu yang ia makan, dan pakaian seperti yang ia pakai, dan jangan dipaksa melakukan pekerjaan yang di luar kemampuan mereka, dan jika ia melakukan perintah (pekerjaan)mu yang berat, maka bantulah mereka”.

 

Dari Abu Bakar Shiddiq  Nabi  bersabda: “Tidak bisa masuk sorga orang yang jelek akhlaknya, muliakanlah mereka seperti engkau memuliakan anak-anakmu, berilah mereka makan dari makanan yang kau makan, lalu aku bertanya: “Ya Rasulullah, dari dunya (harta) ini mana yang bermanfaat bagi kami? Jawabnya: “Kuda yang kau siapkan untuk perang Sabil, dan sahaya yang meringankan pekerjaanmu, tapi anggaplah saudara ketika melakukan salat”.

 

Ada orang bertanya: “Ya Rasulullah, berapa kali kami harus memaafkan sahaya? Jawabnya: “Setiap hari 70x” (Al-Hadis).

 

Dari Qatadah  katanya, ”Pesan terakhir dari Nabi :

 

Artinya:

“Peliharalah salat dan sahayanya? yakni tidak boleh berlaku sekehenduk hati (sesenang-senang) kepadanya”.

 

Dari Abu Hurairah Nabi   bersabda: “Seorang wanita masuk neraka, akibat mengikat kucing di rumahnya, tidak memberinya makan, minum dan tidak pula membebaskannya, agar ia mencari makanan di tempat sampah di atas bumi, hingga mati”. (Al-Hadis)

 

Kata Hasan Bashry, Nabi  ketika berjalan melihat seekor unta diikat, lalu sesudah selesai memenuhi keperluannya dan kembali lewat jalan itu, onta itu masih diikat, kemudian beliau  bertanya kepada pemiliknya: “Dari tadi kau biarkan ontamu diikat tanpa diberi makan? Jawabnya: “Tidak diberi makan, Lalu sabda beliau: “Hati-hatilah kamu, kelak ia akan menuntut engkau di hadapan Allah  di hari Kiamat”.

 

Isi khutbah Nabi  adalah sebagai berikut:

 

Artinya:

“Hai sekalian umat manusia, bertakwulah kepada Allah ketiku menggunakan sahaya, berilah mereka makan seperti yang kau makan, dan pakaian seperti yang kau pakai, janganlah kau puksa melakukan pekerjaan yang di luar kemampuannya, karena mereka berdaging dan berdarah seperti kamu, berhati-hatilah, Barangsiapa menganiaya mereka maka akulah musuhnya kelak di hari Kiamat, dan Allah hakimnya”. (Hadis dari Abu Khair dari S. Ali Thalib )

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

 

“Ada 3 macam orang yung pahalanya dilipat sandakan, yaitu:

  1. Orang yang punya sahaya wanita, dan dididiknya dengan baik. lalu dibebuskan dan dikawininya.

 

  1. Seorang ahli kitab yang beriman kepada Nabinya, kemudian itu mengalami masa Nabi Muhammad , lalu ia pun beriman kepada Beliau.

 

  1. Seorang sahaya yang melakukan kewajibannya terhadap Allah dan tuan atau majikannya. (Hadis dari Abu Buradah dar Abu Musa )

 

Seorang sahaya harus mendahulukan kepentingan majikannya, dar pada salat berjamaah”. (Hasan Bashry)

 

Hal itu lebih baik didahulukan, ketika waktu salat lapang dan cukup dan tidak mengkhawatirkan waktunya habis, tetapi jika tidak demikian maka ia harus mendahulukan salat daripada kepentingan majikan (Demikian Al-Faqih) berdasarkan hadis Nabi sebagai berikut:

 

Artinya:

 

“Tidak wajib (tidak perlu) taat kepada makhluk dalam melanggar larangan Allah (Al-Khaliq)”. (Al-Hadis)

 

Dan bagi majikan hendaklah menyayangi sahayanya, sehingga tidak sampai terjadi menyuruh suatu pekerjaan yang di luar kemampuannya, sebagaimana Allah tidak memaksa hambaNya untuk melakukan hal-hal yang di luar batas kemampuannya. Juga harus memperlakukan dengan baik, karena hal itu adalah bagian dari akhlakul karimah yang wajib dimiliki orang mukmin. Nabi bersabda:

 

Artinya:

“Tidak bisa masuk sorga, orang yang jelek perangainya, muliakanlah mereka seperti engkau memuliakan anak-anakmu, dan berilah mereka makan dari makanan yang kau makan (jangan membedakannya)”. (Al-Hadis)

 

Abdullah Umar  ketika melihat sepotong roti terbuang, lalu ia menyuruh sahayanya untuk mengambil dan membersihkannya. Kemudia ketika masuk waktu Magrib, ia akan berbuka puasa bertanya: “Mana Sepotong roti itu? Jawabnya: “Sudah dimakan”. Lalu ia dimerdekakan berdasarkan hadis Nabi  sebagai berikut:

 

Artinya:

”Orang yang menemukan roti, lalu mengambil dan memakannya, maka belum sampai ke dalam perutnya, kecuali Allah telah mengampuninya”. Sahut Abdullah Umar : ”Aku tidah berani menjadikan (seseorang) yang sudah diampuni dosanyo oleh Allah, dijadikan sahaya”.

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah Abu Aufa, katanya:” Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang mengusap kepala anak yatim disertai kasih sayang kepadanya, pasti Allah membalas setiap rambut yang diusap dengan satu kebaikan dan mengampuni dosanya serta mengangkat derajatnya”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas , katanya, Rasulullah  bersabda: “Orang yang memelihara anak yatim (dari umat Islam) menjamin makan dan minumnya sampai ia dewasa (cukup sendiri), pasti Allah mewajibkan sorga baginya, kecuali jika ia berbuat dosa-dosa (besar) yang tidak dapat diampuni oleh Allah. Dan orang yang kehilangan buah hati (kesayangan)nya, lalu sabar mengharap pahala dari Allah, pasti sorga wajib baginya, kecuali berbuat dosa (besar) yang tidak bisa diampuni. Dan ketika ditanya: “Apakah kesayangan itu?” Jawabnya: ”Matanya”. 

 

Dan orang yang punya 3 orang putri, ia memelihara dan mendidiknya hingga mati atau kawin, maka Allah mewajibkan sorga baginya, kecuali Jika berbuat dosa yang tidak bisa diampunkan oleh Allah. Lalu seorang Badwy bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana jika hanya 2 orang putri? Jawab beliau :” Dua putri juga (berarti sama). Kata Ibnu Abbas: “Hadis ini termasuk hadis yang ganjil”.

 

Seseorang mengeluh di hadapan Nabi  akibat hatinya keras, lalu beliau  bersabda: “Usaplah kepala anak yatim dan makan, pasti berubah menjadi lunak hatimu”. (HR. Abu Darda).

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad Fadli, Ketika Ibnu Umar ditanya tentang dosa besar, ia menjawab: “Dosa besar itu ada 9 (sembilan) yaitu:

 

  1. Menyekutukan Allah (syirik).
  2. Sengaja membunuh orang mukmin (muslim).
  3. Melarikan diri dari jihad (perang) Sabil.
  4. Menuduh wanita yang baik dengan berbuat zina.
  5. Merampas (makan) harta anak yatim.
  6. Mengenyangkan perut dengan harta riba.
  7. Berani (durhaka) kepada ayah-bunda (kedua orang tua).
  8. Percaya, melakukan atau menyuruh berbuat sihir (santet, tenung dan lain-lain yang sebangsa dengan sihir).
  9. Menghalalkan yang haram (baik berupa makanan, pakaian, dan lain-lain).

 

Dari Mujahid, Ibnu Abbas & berkata: “Ada 6 dosa yang sanggup membinasakan pelakunya, dan tidak diterima taubatnya, yaitu:

 

  1. Merampas (makan) harta anak yatim.
  2. Menuduh wanita yang baik, berbuat zina.
  3. Melarikan diri dari jihad (perang) Sabil.
  4. Percaya, menyuruh atau berbuat sihir (santet, tenung dan lainnya yang sebangsa dengan itu).
  5. Menyekutukan Allah (syirik).
  6. Menganiaya atau membunuh Nabi (utusan) Allah.

 

Penafsiran Ibnu Abbas , tentang ayat (di bawah) ini, ialah sebagai berikut:

 

Artinya:

 

“Bahwasanya orang-orang yang merampus (makan) harta anak yatim adalah salim, yang berarti dia makan api (di dalam perutnya), dan kelak di akhirat akan dilemparkan ke dalam neraka Syair”.

 

Oleh karena itu: “Berbahagialah keluarga yang di dalamnya terdapat anak yatim disayang dan dipelihara dengan baik, dan sebaliknya sangat celaka bagi keluarga yang menganiaya dan menyakiti anak yatim.

 

Ada orang bertanya kepada Nabi : “Aku pemelihara anak yatim, lalu sejauh mana aku boleh memukulnya? Jawab beliau: “Engkau boleh memukul dengan tujuan mendidiknya, seperti engkau mendidik anak kandungmu sendiri, selama tidak melukai (mencelakai)nya. (jangan sampai berbuat kejam kepadanya)”. (Al-Hadis).

 

Terkadang tempelengan itu lebih berharga bagi anak (didik khususnya anak) yatim, melebihi makanan lezat. (Fudlai ‘Tyadl).

 

Tetapi menurut Al-Faqih, sebaiknya berusaha mendidik anak (khususnya anak) yatim, dengan metode yang paling baik, tidak dengan menghukum atau memukul, yang penting sampai pada tujuan pendidikan , (berhasil baik), karena menghukum atau memukul anak yatim, sangat berat resikonya.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id Musayyab dari Umar Khathab  katanya: ” Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya ‘Arasy bergoncang karena tangisnya, akibat anak yatim itu dipukul, lalu Firman Allah: “Hai malaikatKu, siapa manusia yang menyakiti (menangiskan) anak yang ayahnya telah tertanam di bumi? (Padahal Allah telah Mengetahuinya), Jawab malaikat: “Ya Allah, kami tidak tahu. Lalu FirmanNya: ”Saksikanlah, bahwa orang yang menghiburnya, pasti Aku akan memberi kepuasan (nikmat) kelak di hari Kiamat”. Dan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah yaitu mengusap kepala mereka dengan penuh rasa kasih sayang, demikian pula Umar Khathab .

 

Dari Abdurrahman Abza, Firman Allah kepada Nabi Daud – “Jadilah seorang bapak yang penuh rasa kasih sayang terhadap anak yatim, dan ketahuilah bahwa orang yang menanam pasti akan memetik buah atau hasilnya”. Dan istri yang salihah adalah seperti raja bermahkota cmas di hadapan suaminya, setiap dipandang pasti menggembirakan. Dan sebaliknya wanita yang buruk akhlaknya adalah beban berat bagi suami terhadap orang tua”.

 

Dari Zaid Aslam, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Aku dan pemelihara anak yatim di sorga (berdampingan) rapat, seperti kedua jari ini, seraya menunjukkan jari telunjuk dan tengah”. (A-Hladis)

 

Dari Abu Imran, Abu Khalil berkata: “Aku membaca dalam masalah Nabi Daud nyang artinya: “Ya Tuhan, balasan apakah bagi pemelihara anak yatim dan janda, yang mengharap keridaan-Mu? Jawabnya: ” Yaitu naunganKu di hari tiada naungan, kecuali naungan Ku (‘Arasy).

 

Dari Auf Malik Asy-ja’i, Nabi  bersabda: “Orang muslim yang punya 3 orang putri, (lalu ia mendidiknya), membelanjai sampai kawin atau mati, maka semua itu menjadi dinding atau benteng neraka. Seorang wanita bertanya: “Jika dua? Jawabnya: “Atau dua putri”. (Al-Hadis)

 

Nabi  bersabda: “Aku dan wanita hitam pipinya di sorga sepert dua jari ini, (yakni) wanita yang ditinggal mati suaminya, lalu bertahan hingga sanggup berhasil mendidik (memelihara) putrinya sampai kawi? atau mati”. (Al-Hadis)

 

Yazid Raggasyi dari Anas Malik , Nabi  bersabda: “Orang yang membelikan makanan (jajan) untuk anak-anaknya berarti sama dengar bersedekah hingga mereka menikmatinya, dan hendaklah mendahulukan yang putri dari yang putra (laki-laki), karena Allah lebih mengasihinya, dan orang yang mengasihi (putri)nya, berarti ia menangis karena takut kepada Allah yang berarti (orang itu) pula diampuni dosanya, dan yang menggembirakan (putri)nya, pada hari kesusahan (Kiamat) Allah akan membalas dengan menggembirakannya”. (Al-Hadis)

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah dan Zaid Khalid , katanya: “Ada dua orang berselisih dan mengadukan masalahnya kepada Rasulullah . Orang pertama berkata: “Ya Rasulullah, putuskanlah di antara kami dengan (hukum) kitab Allah”. Dan orang keduapun (lebih pandai) berkata: “Benar ya Rasulullah, dan izinkanlah aku berbicara. Lalu beliau memperkenankan ia berbicara, katanya: “Anakku adalah sahaya orang ini, dan berzina dengan istrinya, lalu masyarakat menyuarakan bahwa: “Anakku harus dihukum rajam”. Lalu kutebus (hukuman) tersebut dengan 100 domba dan satu sahaya wanita. Tetapi menurut para ahli ilmu: “Anakku hanya dikenakan hukum dera 100x dan dibuang (ke tempat lain) 1 tahun (diasingkan). Sedangkan istri orang itu dikenakan hukum rajam. Kemudian beliau  bersabda: “Demi Allah, aku akan memutuskannya dengan hukum (kitab) Allah, dan domba-domba serta sahaya wanitamu harus dikembalikan. Adapun anakmu dijatuhi hukum dera 100x dan dibuang 1 tahun. Lalu beliau 2 menyuruh Unais Aslamy pergi ke rumah istrinya (orang ini), jika ia mengakui perbuatannya (berzina), maka rajaAllah.

 

Ternyata ia mengakui perbuatannya dan langsung dirajam. (Al-Hadist) Al-Faqih dalam ulasannya: “Berdasarkan hadis tersebut menyatakan hukum zina, bahwa: “Pelacur pria atau wanita yang belum kawin, dijatuhi hukuman dera 100x Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang yang bersina pria-wanita, maka hukuAllah setiapnxa pukulan dera (jika belum kawin), dan janganlah menaruh rasa iba dalam menegakkan hukum Allah, karena Allah Maha Pengasih dan Pewayang kepada hambaNya, dan orang yang belum merasakan hukuman di dunia, pasti akan dihukum (merasakannya) di akhirat. jika kalian beriman kepada Allah dan hari Akhirat (maka lakukanlah hukum Allah itu) dan hendaklah dipersaksikan (pelaksanaannya) di hadapan jamaah orang beriman (Umat Islam)”. (An-Nur 2)

 

Pelaksanaan hukum ini di hadapan umum, tujuannya agar semua orang jera dan merasa malu, demikian perintah Allah. Karena terkadang orang berbuat maksiat (sebelumnya) sudah berani mengambil resiko (menjalani hukuman) sepanjang tidak dihadapan umum, tetapi jika dibuka malunya di muka umum, ia merasa jatuh martabatnya, dan tidak lagi terhormat di mata masyarakatnya. Maka dengan demikian terpeliharalah martabat, kehormatan dan keselamatan umat Islam. Sedangkan bagi mereka yang sudah bersuami atau beristri, maka dijatuhi hukuman rajam, jika berbuat zina, seperti yang dialami oleh Ma’iz Malik. Dan seorang wanita yang hamil atau mengandung akibat perbuatan zina, menghadap Nabi  mengakui perbuatannya, maka walinya disuruh menjaga hingga melahirkan, dan sesudah melahirkan langsung dijatuhi hukuman rajam. Demikianlah hukum zina yang dilaksanakan zaman Nabi .

 

Adapun bagi pemuda atau pemudi yang belum kawin, cukup dengan hukum dera, dan jika berzina mushan, maka dirajam. Dan seandainya hukuman itu tidak dijalankan di dunia, maka pasti akan diterima kelak di akhirat, kalau memang tidak sungguh-sungguh bertaubat.

 

Oleh karena itu, peliharalah dirimu dari perbuatan zina, karena hal Itu adalah keji dan dosa besar. Firman Allah:

 

Artinya:

“Janganlah kamu mendekati (apalasi berbuat) sina, itu adalah perbuatan keji yang mengakibatkan atau mengundang kemarahan Allah, dan sebagai jalan yang paling buruk”. (Isra’ 32)

 

Zina adalah seburuk-buruk jalan menuju ke neraka, dan di lain ayat Allah berfirman:

 

Artinya:

“Janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi”. (Al An’am 151)

 

Seperti yang disebutkan oleh hadis:

 

Artinya:

“Kedua tangan itu bisa berbuat sina, demikian pula kedua mata”. (Al-Hadis)

 

Firman Allah:

 

Artinya:

”Anjurkanlah orang-orang mukmin, agar memejamkan atau menundukkan pandungan mereka, dun memelihara kehormatan (alat fitalnya, yang demikian itu sangat baik bagi mereka, Allah Mengetahui secara mendalam atas perbuatan mereka”. (An-Nur 30)

 

Dan Firman Allah:

 

Artinya:

“Dan anjurkan pula kepada orang-orang mukmin wanita, usur memejamkan pandangan mereka dan memelihara kehormatan (alat vital)nya, …” (AnNur 31)

 

Kedua ayat tersebut adalah suatu perintah Allah kepada orang-orang mukmin (baik pria atau wanita) agar memejamkan atau menundukkan pandangan matanya dan memelihara kehormatannya, dari laranganlarangan yang mengakibatkan jatuhnya martabat atau kehormatannya. Agar sesama muslim terpelihara kehormatannya serta terhindar dari percampuran turunan. Dan Allah mengharamkan zina, juga dalam Taurat, Injil, Zabur dan Alquran, karena zina merupakan dosa besar yang menjadi sarang pelanggaran kehormatan sesama muslim dan mencampur adukkan darah atau keturunan.

 

Jafar Abu Thalib sejak belum masuk agama Islam tidak pernah berbuat zina, katanya: ”Aku tidak senang jika ada orang melanggar kehormatanku, demikian pula aku tidak akan melanggar atau merusak kehormatan fihak atau lain orang.

 

Hati-hatilah kamu dari perbuatan zina, karena mengakibatkan tertimpa 6 bahaya, 3 penderitaan dirasakan di dunia dan 3 lainnya di akhirat, yaitu:

 

  1. Penderitaan di dunia:
  2. Kurangnya rezeki (tidak pernah cukup).
  3. Jauh dari perbuatan baik (kebajikan).
  4. Dibenci dan dijauhi banyak orang (masyarakat).

 

  1. Siksa di akhirat:
  2. Dimarahi (mendapat murka) Allah.
  3. Sangat berat dalam hisab (perhitungan amalnya).
  4. Dimasukkan ke dalam neraka, yakni api yang besar, disebutkan dalam hadis sebagai berikut: “Bahwasanya apimu itu sepertujuh puluh bagian dari api jahanam”. (Demikian seorang sahabat menjelaskan).

 

Pernah beliau  minta diterangkan tentang sifat-sifat neraka, oleh Jibril dijawab: ” Ya Muhammad, api neraka adalah hitam gelap, seandainya jatuh ke bumi sebesar lobang jarum, pasti bumi terbakar seluruhnya, dan seandainya pakaian penghuni neraka ditanggalkan di antara langitbumi, pasti seluruh penduduk (masyarakat) dunia binasa (mati), akibat bau basinya, dan seandainya setetes zagum diletakkan di atas bumi, pasti semua makanan penduduk dunia menjadi rusak karenanya. Dan seandainya seorang malaikat (dari yang 19 malaikat) turun ke bumi, pasti masyarakat dunia menjadi binasa seluruhnya, karena melihat bentuk yang sangat buruk. Dan seandainya satu mata rantai (pergelangan) yang disebutkan Alquran, itu jatuh ke bumi, pasti akan menembus 7 lapisan bumi dan tidak dapat tinggal. Lalu Nabi  bersabda: “Sudah, cukup Jibril dan beliau menangis bersama malaikat Jibril”. Selanjutnya beliau bersabda: “Hai Jibril, kenapa engkau menangis, padahal engkau sangat dekat dengan Allah? Jawabnya: “Ya Muhammad, sekalipun aku dekat dengan Allah, tapi apa yang dapat menjamin aku selamat darinya? Jika Allah merubah dan mengujiku seperti yang dialami Harut-Marut dan Iblis terkutuk? Demikianlah karena takutnya kepada Allah, sekalipun Jibril berkedudukan tinggi di sisi Allah, tetap ia menangis. Lalu kenapa orang yang banyak berbuat maksiat tidak dapat menangis, dari itu janganlah kita mudah ditipu oleh hidup, kekuasaan atau kekuatan dan kesehatan kita, ketahuilah bahwa dunia ini akan lenyap, tetapi siksanya tetap atau lama dan sangat pedih, hati-hatilah jangan sampai berbuat zina, yang mengakibatkan atau mengundang kemarahan Allah, siksa zina yang paling berat yaitu yang terus menerus berbuat zina (yaitu jiks seseorang telah mencerai istrinya, sedangkan ia goblok tidak tahu bahws ikatannya sudah terlepas, ia tidak mengerti atau tidak merasa cerai), dani? tetap bersetubuh dengan istri-nya dalam keadaan haram (zina), dan tidak mau bertanya atau mengakui (di hadapan orang ‘alim) ia takut rahasianya terbongkar (malu), tetapi ia tidak takut dibongkar rahasianya di akhiraf nanti, di hari semua rahasia pasti dibongkar.

 

Oleh karena itu, peliharalah dirimu dari perbuatan zina, sebab kamu tidak kuat menderita hukuman atau siksa Allah, dan segeralah bertaubat, selama Allah masih mau menerima taubatmu. Jangan sampai menyesal di kemudian hari (sesudah mati), dan memuji orang-orang yang pandai memelihara kehormatan dari laku haram, FirmanNya:

 

Artinya:

“Orang-orang yung memelihara kehormatan (alat vital)nya kecuali kepada istri atau budak sahaya mereka, lalu mereka tidaklah dicela. Kemudian Barangsiapa menginginkan (orang lain) melebihi ketentuan yang ada, maka berarti melampau batas (berdosa)”.(Al-Mukminun 5-7)

 

Bagi seorang muslim diwajibkan menjauhi dan bertaubat dari zina serta berusaha mencegah siapa saja yang akan berbuat zina karena wabah penyakit tha’un (kolera dan lain-lain) sangat mudah berjangkit dari setiap tempat (lokasi) yang dibuat zina atau pelacuran.

 

Al-Faqih meriwayatkan dari Ikrimah, katanya: Aku mendengar Kaab memberi nasihat kepada Ibnu Abbas , demikian: “Jika kau menyaksikan pedang telah dihunus dan darah mengalir, berarti hukum Allah disepelekan (tidak diamalkan), lalu Allah membalas setengah (manusia berperang) dengan setengah lainnya. Dan jika kau saksikan keadaan sudah kering (kemarau panjang) tiada hujan, maka ketahuilah berarti banyak manusia menentang pengeluaran zakat, sampai Allah menunda turunnya hujan. Dan jika kau saksikan berjangkitnya wabah penyakit (tha’un), maka berarti perzinaan (pelacuran) telah membudaya di negeri itu”.

 

 

 

 

 

 

AL Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah katanya, Nabi  bersabda: “Di malam Isra’, aku dengar petir di langit ke7 dan halilintar seri kilat, juga aku melihat orang orang yang perutnya sebesar gedung yang diisi ular-ular nampak dari luar, tanyaku kepada Jibril: “Siapa itu? Jawabnya: “Itulah mereka yang memakan barang riba”. (Al-Hadis).

 

Dari ‘Atha-k Khurasany, Abdullah Salam berkata: ”Ada 72 dosa yang dipendam oleh barang riba, diantaranya yang paling kecil yaitu seperti berzina dengan ibu kandungnya di dalam Islam, dan 1 dirham uang riba lebih bahaya daripada 30x lebih berbuat zina, dan katanya: “Semua makhluk (manusia) dipersilahkan berdiri tegak, kecuali penyantap barang riba tidak bisa tegak, kecuali seperti orang kemasukan jin, atau seperti pemabuk yang sempoyongan, sebentar berdiri, lalu jatuh (begitulah seterusnya)”.

 

Ayat yang terakhir tentang hukum Islam ialah ayat riba, hingga Rasulullah  wafat, belum tuntas membeberkan masalah riba secara menyeluruh (tentang bagian macam-macamnya), oleh karena itu hindarilah barang riba yang sudah dijelaskan (beliau di dalam Alquran) ataupun yang masih diragukan, yang besar ataupun yang kecil. (Demikian Umar Khathab )

 

Hadis dari S. Ali Thalib  katanya: “Rasulullah  menguruk penyantap barang riba dan yang mewakilinya, kedua orang saksi dan juru tulis (administrator)nya, juga mengutuk wanita yang membuat tai lalat (andeng-andeng) atau yang minta dibuatkan, dan mengutuk seorang pria yang kawin demi halalnya wanita yang sudah ditalak Ba’in (cerai tiga) bagi pria yang mentalaknya, dan pria yang dihalalkan untuknya. Juga mengutuk manusia yang menentang pengeluaran zakat hartanya(Al-Hadis).

 

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi  bersabda: “Orang yang bersedekah dengan barang (harta) haram, pasti tidak berpahala, dan tiada berkatnya jika dibelanjakan (baik untuk keluarga atau orang lain), bahkan menjadi bekal sempurna di dalam neraka, jika harta itu dibiarkan begitu saja”.

 

Dari Abu Rafi’, katanya: “Gelangku (binggel) perak kujual kepada Abu Bakar Shiddig , setelah ditimbang ternyata gelangku lebih berat sedikit daripada dirhamnya, lalu Abu Bakar menggunting kelebihannya, dan aku berkata: “Selebihnya buat engkau ya Khalifah!. Tetapi jawabnya: “Tidakkah kau dengar sabda Rasulullah :

 

Artinya:

“Orang yang menambah dan yang ditambah (timbangannya) keduanya masuk neraka”. (Al-Hadis)

 

Nabi  bersabda: “Penukaran (penjualan) perak dengan perak, harus sama berat timbangannya, sedang selebihnya adalah barang riba, demikian pula gandum dengan gandum harus sama dan selebihnya adalah barang riba, disebutkan pula oleh beliau: ”Sya’ir, kurma dengan garam. Maka orang yang menambah atau minta tambahan (timbangannya) berarti telah berbuat riba”. (HR. Sa’id Khadry, ‘Ubaidah Shamit dan Abu Hurairah)

 

Sebuah negeri, kota atau kampung yang masyarakatnya telah membudayakan perzinaan dan penyantapan riba, pasti segera binasa negeri tersebut atau rusaklah masyarakatnya.

 

Orang yang berjualan atau berdagang sebelumnya tidak pandai atau tidak belajar agama, pasti terjerumus menyantap riba, lalu semakin terjerumus (ke tengah) dan akhirnya tenggelam sedalamnya”. (S. Ali Abu Thalib)

 

Umar Khathab, melarang orang-orang yang tidak pandai agama berdagang di pasarnya, demikian pula mereka yang mengurangi ukuran dan timbangan”. ((Ala-k Abdurrahman dari ayah dan eyangnya).

 

Kekurangtegasan dalam menindak 4 kejahatan, bagi aparat pemerintah, adalah suatu bukti negeri itu tidak lama lagi akan binasa, yaitu:

 

  1. Perzinaan atau pelacuran, yang mengakibatkan negeri itu wajib menerima hukuman wabah penyakit tha’un bagi masyarakatnya.
  2. Curang dalam mengukur (tekstil, bahan bangunan dan lainlainnya).
  3. Curang dalam menimbang dan menukar, yang ketiga-tiganya mengakibatkan wajibnya masyarakat menderita kelaparan, yang ditimbulkan oleh langkanya hujan.
  4. Mengenyangkan perut dengan barang riba, yang mengakibatkan mereka binasa dengan pedang (perang). (Demikian Laits dari Abdurrahman Tsabit).

 

Kata Ubaid Muhariby: ” Aku berjalan di pasar mengikuti S. Ali Abu Thalib  yang membawa tongkat kecil, lalu ketika ia melihat pedagang yang tidak tepat cara mengukur dan menimbangnya, segera tongkat kecil itu berbicara dan mengingatkannya: ”Tepatkanlah ukuran atau timbanganmu”.

 

Ibnu Abbas  berkata: “Hai orang ‘Ajam (orang asing negeri Arab), kami tengah menyelesaikan dua masalah yang terbukti sanggup membinasakan manusia zaman dahulu, yaitu: “Masalah ukuran dan timbangan”. Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Pada suatu saat (saman) akan terjadi semua manusid pasti menyantap riba. Para sahabat terkejut dan meyakinkannve: “Semuanya menjadi penyantap riba, ya Rasulullah? Jawabnya“

 

“Orang yang tidak makan riba secara langsung, pasti ditimpa debu (dosanya, akibat mendukungnya sebagai saksi, atau administrator (penulis)nya, atau mendiamkan (rela) di hatinya.

 

Demikian itu seperti yang dikemukakan Abu Bakar: “Orang yang menambah dan minta tambah (ukuran atau timbangan) keduanya masuk neraka”.

 

Oleh karena itu, belajarlah hai para pedagang sedikit ilmu yang dapat menyelamatkan diri dari riba, dan berhati-hatilah dalam mengukur atau menimbang. Firman Allah:

 

Artinya:

“Neraka lail mengancam orang-orang yang curang dalam timbangan atau ukuran, yaitu: “Mereka yang minta dilebihkan (dihangatkan) timbangannya, ketika membeli, tetapi curang menjual dan merugikan orang lain. Tidakkah percaya ada kebangkitan? Di hari yang sungguh dahsyat, saat manusia dan dihadapkan kepada Tuhan Pengatur segala alam”. (Al Muthaffifin 1-6)

 

Di saat amal perbuatan mereka (besar atau kecil) semuanya diminta pertanggung jawabannya, baik yang nyata atau yang tersembunyi. Firman Allah:

 

Artinya:

“Mereka memperoleh (bulasan) yang diperbuat di hadapannya, Tuhanmu sedikitpun tidak menganiaya”. (Al-Kahfi 42)

 

Maka beruntunglah mereka yang mampu berlaku adil ketika jual-beli dalam hal ukuran atau timbangan, dan sebaliknya: “Binasa dan celakalah, mereka yang merugikan atau merampas hak orang lain. :

 

Dari Umar   Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Keadilan adalah merupakan neraca timbangan Allah di bumi, lalu orang yang menggunakannya pasti dibimbing ke sorga, sebaliknya yang tidak mau tahu (curang), pasti dijerumuskan ke neraka”. (Al-Hadis)

 

Ketahuilah bahwa keadilan itu seperti diterapkan dari raja keadilan terhadap rakyat sesamanya, oleh karena itu tegakkanlah keadilan agar selamat dari siksa yang sangat pedih.

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir Abdullah Rasulullah bersabda: “Pemberian Allah kepada Nabi Musa bin Imran, dimuat dalam Alwah, berupa 10 perkara, yaitu:

  1. Hai Musa jangan syirik (musrik) kepada Allah, karena telah menjadi keputusanKu bahwa: ”Api neraka akan menyengat muka orangorang musyrik”.

 

  1. Berbaktilah kepadaKu dan kedua orang tuamu, pasti Aku menghindarkan segala bahaya darimu, diperpanjang usia atau masa hidupmu dengan penghidupan yang baik, lalu dialihkan ke alam yang lebih baik.

 

  1. Janganlah engkau membunuh jiwa (manusia) tanpa alasan nyata kebenarannya, karena akibatnya dunia luas dan langit dengan segala penjurunya akan menjadi sempit bagimu, dan kau pulang ke dalam neraka dengan penuh murka dariKu.

 

  1. Jangan menyalah gunakan sumpahKu pada dusta dan pelanggaran, karena tidaklah Aku mensucikan orang yang tidak membersihkan dirinya, serta tidak memuliakan asma-asmaKu.

 

  1. Janganlah kau hasud (iri hati) atas pemberianKu kepada orang lain, akibatnya menjadi musuh nikmatKu, menolak kehendakKu, dan membenci ketentuan rezeki bagi hamba-hambaKu, dan bukanlah kumpulanku orang yang suka hasud (dengki) itu.

 

  1. Janganlah engkau menjadi saksi buta (sesuatu yang diluar pengetahuan, ingatan dan akal serta perasaanmu), akibatnya Aku akan menuntut saksi-saksi itu dengan cermat atas persaksian mereka.

 

  1. Janganlah mencuri (merampok, korupsi dan lain-lainnya), dan jangan pula berzina dengan istri tetanggamu, pasti rahmatKu tertutup bagimu, demikian pula pintu-pintu langit.

 

  1. Janganlah berkurban (menyembelih domba) untuk selain Aku, karena segala kurban tidak diterima, kecuali yang disembelih dengan menyebut asma-Ku secara ikhlas untuk Ku.

 

  1. Cintalah kepada sesama manusia, seperti kau mencinta dirimu sendiri.

 

  1. Luangkanlah hari Sabtu, melulu beribadat kepadaKu, dan liburkanlah keluargamu.

 

Lalu Nabi  bersabda: “Hari Sabtu adalah dijadikan Hari raya bagi Nabi Musa  sedangkan aku dipilihkan oleh Allah, Jumat sebagai hari libur”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad Ka’ab Ourdiy, katanya: “Ketika Rasulullah sz tegak di atas mimbar, tangan kanannya digenggam seraya bersabda: ”Ini catatan (kitab) Allah, yang berisi daftar penghuni sorga, daftar nama dan keturunan mereka, tidaklah bertambah dan dikurangi. Dan terkadang orang yang akan bahagia (terdaftar penghuni sorga), melakukan perbuatan ahli celaka (neraka), sehingga masyarakat menganggapnya dari golongan celaka, tetapi tibatiba ditolong oleh ketentuan Allah, hingga ia kembali ke jalan lurus sebelum sampai ajalnya (mati) sekalipun hanya dalam waktu (selama) memerah susu onta. Dan sebaliknya, terkadang orang yang akan celaka, melakukan amalan ahli bahagia, sehingga masyarakat menilai ia golongan ahli bahagia (sorga), tetapi menjelang ajal (mati)nya, ia kufur, kembali melakukan perbuatan ahli celaka, sekalipun hanya dalam masa (selama) memerah susu onta. Oleh karena itu, orang berbahagia adalah hanya menurut kepastian rahmat karunia Allah, dan amal perbuatan adalah dititik beratkan pada akhir hayat (penutup)nya”.

 

Dari Fudlail Ubaid, Rasulullah  bersabda (ketika menunaikan Hajji Wada’): “Ingatlah, akan kusampaikan kepada kamu, tentang sifatsifat mukmin, yaitu orang yang sanggup menciptakan kedamaian harta dan jiwa mereka (orang lain). Dan Muslim yaitu: “Orang yang sanggup menciptakan rasa aman orang lain dari ucapan dan tindakannya. Sedangkan Mujahid yaitu:” Orang yang berani atau mampu menaklukkan nafsunya demi berbakti kepada Allah, Dan Muhajir, yaitu: “Orang yang menyingkirkan segala dosa dan kekhilafan”. (Al-Hadis)

 

Kata Abu Darda’: “Sembahlah Allah, seakan kamu melihatNya, dan anggaplah dirimu golongan orang mati. Dan ketahuilah bahwa: “Sedikit (harta) yang mencukupi (keperluan hidup), ada-lah lebih utama daripada banyak tetapi membuat lupa diri. Dan setiap kebaikan tidak akan lenyap, sedang perbuatan dosa tidak akan dilupakan (kelak)”.

 

Dari Ibnu Umar  Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Kebaikan tidak akan lenyap, dan dosa tidak dilupakan, Tuhan tidak rusak (mati), dan berbuatlah sesuka hatimu, Wakni segala amalmu pasti dibalas)”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih dalam ulasannya: ”Jika kamu berbuat kebajikan pasti menerima pahalanya dan jika berbuat kejahatan pasti menanggung balasan siksanya di hari Kiamat, Firman Allah:

 

Artinya:

“Jika kamu beramal baik, keuntungannya bagi kamu sendiri, dan jika berbuat juhat, maka ruginya kau tanggung sendiri”.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Dan Tuhanmu tidak berbuat aniaya kepada siapapun …” Yakni Dia tidak akan mengurangi pahala amal baik, dan tidak pula menyiksa seseorang tanpa berdosa. Karena Dia telah mengutus seorang Rasulullah bagi manusia, yang sangat baik dan bermanfaat bagi umatnya Seperti telah Dia jelaskan jalan yang menuju ke sorga dan yang ke neraka

 

Dari Abu Hurairah  Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Kamu diibaratkan orang yang menyalakan api, lalu serangga berebut akan masuk pada api, kemudian aku menahan agar tidak sampai kau terjerumus ke dalam api tersebut”. (Al-Hadis)

 

Yakni beliau mencegah kamu berbuat dosa, agar tidak sampai terjerumus ke dalam api.

 

Ada 5 perkara yang menjadikan Nabi Adam diterima taubatnya dan ada 5 perkara pula yang mengakibatkan Iblis ditolaknya. Yaitu:

 

 

  1. Lima perkara yang menjadikan Adam diterima taubatnya:
  2. Mengakui perbuatan dan menyesalinya.
  3. Menyadari (kesalahan) dirinya.
  4. Segera bertaubat (tidak menundanya).
  5. Selalu berharap atas rahmat Allah.
  6. Tidak mudah putus asa.

 

  1. Lima perkara yang menolak taubatnya Iblis:
  2. Tidak berani mengakui dan menyesali perbuatannya.
  3. Tidak mencela dirinya sendiri.
  4. Tidak segera bertaubat.
  5. Tidak mengharap rahmat Allah.
  6. Mudah putus asa.

 

Maka siapa saja yang keadaan hidupnya seperti Nabi Adam, pasti diterima taubatnya, tetapi sebaliknya yang seperti Iblis sudah tentu ditolak mubatnya (tinggal pilih dan mengintrospeksi diri kita masing-masing).

 

Pernyataan Ibrahim Ad-ham: ”Scandainya aku masuk neraka sedang aku taat kepada Allah, maka lebih baik bagiku, daripada aku dimasukkan sorga padahal aku melanggar laranganNya. Maksudnya sekalipun dimasukkan sorga tetapi pernah melanggar laranganNya, maka tetap merasa malu kepada Allah, akibat dosanya. Dan seandainya dimasukkan neraka sedang ia tidak pernah berbuat dosa, maka ia tidak merasa malu dan tetap berharap rahmatNya agar dikeluarkan darinya.

 

Malik Dinar berjumpa dengan ‘Utbah Ghulam yang hanya mengenakan kemeja tua (di musim dingin), ia tengah tegak berpikir dan mencucurkan peluhnya, ketika ditanya: “Kenapa anda berada di tempat ini? Jawabnya: “Hai Ustadz, di tempat inilah dulu aku pernah melanggar larangan Allah (aku tengah berpikir dan merasa malu kepadaNya, sampai peluh bercucuran karenanya, sekalipuyn musim dingin)”.

 

Orang yang menjelang tidurnya tidak mengingat perbuatannya sepanjang hari itu, maka bagai pedagang yang hanya pandai menjual tapi tidak punya perhitungan sama sekali, akhirnya bangkrut dagangannya. Maksudnya tidak mengingat yaitu: “Jika melakukan kebaikan hendaklah bersyukur kepada Allah, dan Jika berbuat keji (dosa) hendaklah istighfar kepadaNya, dan jika tidak demikian akhirnya tidak akan merasa selamanya. (Demikian Makkhul Syamy)

 

HambaKu, Akulah raja yang tidak rusak dan tidak mati, berbaktilah kepadaKu (melakukan) segala perintah dan menjauhi segala larangan Ku, hingga Aku jadikan kau tidak mati. HambaKu, Akulah Tuhan Pencipta segala sesuatu dengan “KUN FA YA-KUUN” Jadilah, maka terwujudlah sesuatu itu” (Di antara isi kitab terdahulu).

 

Nasihat Abu Muhammad Yazid: “Usahakanlah agar tidak sampai berbuat jahat terhadap orang yang sangat kau cintai. Ketika ditanya: “Mungkinkah orang melakukan kejahatan terhadap kekasih (orang yang dicintai)nya? Jawabnya: “Ya, dirimu sendiri yang sangat kau cintai dan kau sayangi, jika engkau berbuat dosa berarti kau telah melakukan kejahatan kepadanya”.

 

Nasihat seorang Ulama hikmah: “Hendaklah kau perhatikan (jangan mengecilkan) Tuhan, dan makhluk serta dirimu sendiri. Maksudnya: Mengecilkan Tuhan, yaitu: “Kesibukanmu dalam pekerjaan yang lain melebihi kewajibanmu terhadap Tuhan”. Dan mengungkap keburukan orang lain, berarti engkau mengecilkan makhluk, dan mengecilkan dirimu sendiri yaitu: “Engkau tidak melaksanakan perintah-perintah Allah (dan tidak menjauhi laranganNya)”.

 

Aku sangat menyesal atas perbuatan dosaku, dan menangis sejak 40 tahun lalu, demikian pernyataan Kahmas Hasan, dan ketika ditanyakan, dosa apakah yang pernah dilakukan? Jawabnya: “Saudaraku berkunjung (bertamu) kepadaku, lalu aku membeli ikan untuk dimakan bersama, secara mendadak aku berdiri, sedangkan ia masih makan, dan aku mengambil tanah dari kebun tetanggaku untuk membersihkan tanganku”. Sabda Rasulullah :

 

Artinya:

“Yang dianggap dosa kecil oleh umumnya manusia, tahu-tahu sangat besar di sisi Allah, dan sebaliknya dosa yang kecil di sisi Allah justru dianggap besar oleh umumnya manusia”.

 

Pernyataan seorang sahabat: “Sekalipun kecil, tetapi dilakukan secara kontinyu (terus menerus) akhirnya menjadi dosa besar, demikian sebaliknya tidak dianggap besar jika selalu istigfar”.

 

Empat faktor penambah besarnya dosa, yaitu:

  1. Menganggap kecil (remeh) terhadap dosa yang diperbuat olehnya.
  2. Menganggap tidak ada efek sampingan dari perbuatan dosanya (seakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya).
  3. Berbangga (senang) atas perbuatan dosanya.
  4. Menyambung perbuatan dosanya (terus menerus berbuat dosa) (Demikian Awwam Hausab).

 

Peringatan Al-Faqih: “Janganlah terpengaruh dengan ayat:

 

Artinya:

“Orang yang melakukan kebaikan dibalas dengan 10 lipat ganda pahalanya, dan orang yang berbuat kejahatan tidak dibalas. kecuali serupa dengannya. dan mereka tidak dianiaya.

 

Alasannya di dalam ayat ini disyaratkan bagi yang menghadap dengan membawa amal kebaikan, beramal mudah tetapi ikhlas itulah yang sulit (dapat selamat) hingga di akhirat. Dan kejahatan satu dibalas satu, tetapi ada 10 tanda atau ciri, yaitu:

  1. Memarahkan Allah, padahal Dia Kuasa atasnya setiap saat.

2 Menyenangkan musuhNya (yaitu) Iblis.

  1. Menjauhkan diri dari sorga.
  2. Mendekatkan diri ke neraka.
  3. Meremehkan kepentingan diri sendiri.
  4. Mencoreng hitamkan dirinya.
  5. Mengganggu para malaikat yang menjaganya.
  6. Membuat prihatin Nabi di kuburnya.
  7. Memberatkan kesaksian “siang dan malam” atas kejahatan dirinya.
  8. Menyalahi semua makhiuk (mengkhianati anak Adam dan lainlain) atau merusak hak kawan akibat dosanya itu.

 

Dan akibat dosa itu bisa jadi terlambatnya hujan, dengan demikian nyatalah pengkhianatan dirinya terhadap semua makhluk.

 

Oleh karena itu berhati-hatilah jangan sampai berbuat dosa, karena Sekikir-kikir manusia ialah yang kikir terhadap keselamatan dirinya, dan yang berbuat maksiat berarti membinasakan dirinya (tidak menyayangi dirinya sendiri).

 

Berhati-hatilah jangan sampai berbuat dosa, karena ia mengakibatkan Sial, bagai peluru dari senapan yang menembus dinding bakti (taat), akhirnya memberi peluang hawa dan memadamkan pelita hati (marifat). (Seorang Ulama Hikmah).

 

Ada orang bertanya kepada Ulama, katanya: “Kenapa kami mendengarkan pengajian tetapi tidak dapat melaksanakannya? Jawabnya: Karena terhalang oleh 5 faktor, yaitu:

 

  1. Allah telah memberi nikmat kepadamu, tapi kamu tidak pandai bersyukur.
  2. Setiap kamu berbuat dosa tidak cepat-cepat istighfar.
  3. Setiap bertambah ilmu, tidak segera kau amalkan (tidak suka mengamalkannya).
  4. Kamu berkumpul dengan orang salih, tetapi tidak pandai mengambil suri tauladan darinya.
  5. Setiap kamu menanam orang mati, tapi kamu tidak pandai mengambil i’tibar darinya.

 

Dari Al-Faqih, dan ayahnya, Rasulullah bersabda: “Setiap hari ada 5 malaikat turun (ke bumi), yaitu: Pertama, turun di Makkah, seruannya: “Ingatlah manusia, siapa yang berani meninggalkan kewajiban terhadap Allah, pasti rahmat Allah putus baginya”. Kedua turun di Madinah, seruannya: Ingatlah, orang yang meninggalkan sunnatur Rasulullah pasti tidak memperoleh syafaatnya”. Ketiga turun di Baitul Magdis, serunya: “Ingatlah, orang yang makan barang atau harta haram. pasti tidak diterima segala amalnya”, Keempat turun di Pemakaman orang Islam, serunya: “Hai Penghuni kubur, apa yang kau inginkan dan kau sesalkan? Jawabnya: “Kami menyesal karena tidak bisa menambah amal, dan usia cuma-cuma dulu (membuang-buang waktu yang sangat berharga) di dunia. Dan kami iri terhadap orang yang salat berjamaah secara kontinyu, dan membaca Alquran, serta membaca salawat Nabi, istighfar, padahal kini kami tidak dapat melakukan semua itu. Kelima turun di pasar-pasar umat Islam, serunya: “Hai para manusia, tenanglah, sebab ketentuan Allah tentang hukuman balasan sudah pasti adanya, maka bagi yang takut, segeralah membenahi dirinya dan bertaubat dari dosa-dosanya.

 

Kami perlihatkan kepadamu, tapi kamu tidak menginginkannya, dan kami takuti tapi tidak diindahkan, seandainya tidak ada lagi orang yang khusyuk dan bayi-bayi menyusu, serta hewan ternak, dan para lanjut usia yang salat, pasti sudah dituangkan siksa di atasmu dengan segera”.

 

Dari ‘Aisyah, Rasulullah  bersabda: ”Hai ‘Aisyah, hati-hatilah kamu, jangan sampai berbuat dosa-dosa kecil, karena semua itu pasti dituntut oleh Allah”.

 

Dosa kecil diibaratkan orang mengumpulkan kayu-kayu kecil, lalu sesudah dihimpun dibakar dengan api. Di dalam Taurat, dimuat: “Orang yang menanam pasti memetik (buah) keselamatan. Dan di Injil, dimuat: “Orang yang menanam keburukan, pasti memetik (buah) penyesalan. Dan di Alquran dimuat:

 

Artinya:

”Orang vans berbuat keburukan, pasti dibalas”.

 

Ketika ada dua pilihan, Pertama: Banyak dosa dan banyak amal. Kedua: Sedikit dosa dan sedikit amal. maka Ibnu Abbas . memilih: Sedikit dosa itulah yang aku senangi. (Abu Qasim Muhammad)

 

Al-Faqih dalam kuliahnya: “Di dalam kitabulah terdapat dalil, bahwa “Orang meninggalkan maksiat adalah lebih utama daripada melaksanakan bakti (taat), sebab syarat dari Allah bahwa: “bakti (taat) yang berpahala itu hanya dapat dibawa ke akhirat, sedang meninggalkan maksiat tiada Syarat apapun baginya. FirmanNya: .

 

 Artinya: “Orang yang membawa kebaikan pasti memperoleh 10 lipat Banda pahalanya ”.

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

“Dan mengekang diri duri menuruti hawa nafsu, maka sorga itulah tempat (kembalinya )”.

 

Akhirnya, kami memohon ampunan dari Allah .

 

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Musa Asy’arry de katanya, Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya Allah memberi kesempatan kepada orang zalim, maka ketika menangkap padanya tidaklah dilepas dan tiada selamat, lalu beliau membaca ayat:

 

Artinya:

“Demikianlah siksa Tuhanmu, ketika menviksa masyarakat (suatu negeri atau) dusun yang salim, siksaNya sungguh pedih dan dahsyat”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah  Rasulullah  bersabda: ” Orang yang menganiaya (harta atau kehormatan) saudaranya, maka hendaklah minta halal seketika itu sebelum dituntut di hari tiada dinar dan dirham, lalu jika ia punya amal salih maka diambillah amalnya untuk membayar penganiayaannya itu, dan jika tidak punya, maka kejahatan (orang yang dianiaya) dibebankan kepadanya”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah  Rasulullah  bersabda: “Tahukah kalian siapa orang yang muflis? Jawab sahabat: “Orang yang miskin harta dan peralatan rumah tangga di jual untuk membayar hutangnya, tetapi masih belum lunas”. Kata beliau: “Muflis, yaitu umatku yang membawa salat, zakat dan puasa semuanya penuh, kelak di hari Kiamat habis untuk membayar perbuatan aniayanya (yakni) memaki orang, menuduh itu makan harta ini, dan membunuh anu, serta memukul dan lain-lain, maka jika amal kebaikannya sudah habis sedang penganiayaannya belum dibayar lunas, diambillah dosa-dosa orang yang dianiaya itu dibebankan kepadanya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka”. (Al-Hadis)

 

Kata Abu Maisarah: “Orang mati yang barusan dikubur, ditanya oleh kedua malaikat (Munkar-Nakir), kata mereka: “Kami akan memukul kamu 100x, jawabnya: “Aku dahulu beramal ini dan itu dari kebaikan, lalu keduanya menurunkannya 10x, dan segala amal baiknya ia tuturkan semuanya, hingga pukulan tinggal 1x, mereka berdua berkata: “kami akan memukul kamu 1x, setelah terjadi pukulan 1x, menyalalah api di kuburnya, dan sahutnya: “Kenapa kalian memukul aku? Jawab mereka: “Karena kamu pada suatu saat lewat, melihat orang teraniaya dan minta tolong kepadamu, tetapi kamu biarkan dia teraniaya”. Kemudian akal sehat berbicara: “Jika seseorang disiksa akibat tidak menolong (membiarkan) orang yang dianiaya, maka bagaimana beratnya siksa orang yang secara langsung berbuat aniaya (zalim)? Camkanlah wahai saudaraku!.

 

Terkadang si pembaca Algur’an (pada hakikatnya) mengutuk dirinya sendiri. Ketika ditanya: Kenapa demikian? Jawabnya: “Ia membaca “ALLANATU ALADHDHAALIMIIN” artinya: “Kutukan Allah atas orang-orang zalim” padahal ia sendiri telah berbuat aniaya, yang berarti kutukan itu kembali kepadanya. (Maimun Mahran)

 

Al-Faqih menyatakan: “Tiada dosa yang paling besar selain aniava, alasannya jika dosa kepada Allah, Dia Pemurah untuk memaafkannya. tetapi jika dosa itu berhubungan dengan sesama manusia, maka harus minta maaf kepada orang yang dianiaya, dan jika ia sudah mati, maka wajib memohonkan istigfar baginya, mudah-mudahan dengan demikian dapatlah dihalalkan (dosanya) di hari Kiamat.

 

Maimun Mahran menyarankan: “Jika seseorang telah berbuat aniaya kepada lain orang, kemudian minta maaf, tetapi tidak dimaafkan, maka bacakanlah istighfar untuknya setiap habis salat, insya Allah bebas dari tuntutan penganiayaan tersebut”.

 

Dari Ibnu Mas’ud, katanya: “Orang yang membantu penganiayaan, atau menunjukkan teori pembelaannya dalam rangka menjatuhkan hak seorang muslim, pasti dimarahi Allah dan menanggung resiko (dosa)nya Orang yang paling goblok (bodoh) ialah: Yang menjual akhirat demi kepentingan dunianya, bahkan yang melebihi itu, ada lagi, yaitu: Yang menjual akhirat (agama)nya demi kepentingan lain orang”. (Pernyataan Umar Khathab )

 

Aku tidak pernah melakukan amal baik demi (untuk) lain orang, berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang yang beramal baik, maka pahala (keuntungannya) untuk dirinya sendiri, dan yang berbuat keburukan resikonya ditanggung sendiri”. Dengan demikian jika aku beramal baik kepada lain, berarti keuangannya untuk diriku sendiri, dan jika berbuat buruk kepada orang lain, berarti aku telah merugikan diriku sendiri. (Demikianlah S. Ali dalam pernyataannya)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said — katanya: “Salah seorang sahabat Muhajirin ingin menemui Nabi £ sendirian karena akan menyampaikan hajat pribadinya. Ketika itu beliau berada di Bath-ha tengah memimpin tentaranya, setiap malam keliling dan kembalinya di waktu Subuh. Kebetulan malam itu beliau tertahan sampai pagi, dan ketika akan naik kendaraannya, beliau terkejut, kendali kendaraannya di pegang oleh sahabat tadi, ia berkata: “Ya Rasulullah, aku punya hajat yang harus kusampaikan kepadamu, jawabnya: “Lepaskan kendaraanku dan hajatmu tercapai, tetapi sahabat tadi tidak memperdulikan, akhimya dipecutlah ia, karena beliau  khawatir terlambat jamaah salat Subuh. Setelah selesai salat, beliau bertanya kepada para sahabat: “Siapakah yang terkena cambukku tadi?

 

Beliau mengulangi seruannya agar yang terkena cambuknya itu segera menghadap. Kemudian sahabat tadi menghadap beliau seraya berkata: “AUUDZU BILLAAHHI TSUMMA BIRASUULIHII, Artinya: ” Aku berlindung kepada Allah dan Rasulullah-Nya”. Sabda beliau: “Dekatlah kepadaku, lalu ia mendekat di depan beliau . sabdanya: “Terimalah tambuk ini dan pukulkan kepadaku, sebagai balasanmu kepadaku, Orang yang paling goblok (bodoh) ialah: Yang menjual akhirat demi kepentingan dunianya, bahkan yang melebihi itu, ada lagi, yaitu: Yang menjual akhirat (agama)nya demi kepentingan lain orang”. (Pernyataan Umaar Khathab )

 

Aka tidak pernah melakukan amal baik demi (untuk) lain orang, berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang yang beramal baik. maka pahala (keuntungannya) untuk dirinya sendiri, dan yang berbuat keburukan resikonya ditanggung sendiri”. Dengan demikian jika aku beramud baik kepada lain, berarti keunungannya unuk diriku sendiri, dan jika berbuat buruk kepada orang lain. berarti aku telah merugikan diriku sendiri. (Demikianlah S. Ali dalam pernyataannya)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Said  katanya: “Salah seorang sahabat Muhajirin ingin menemui Nabi  sendirian karena akan menyampaikan hajat pribadinya. Ketika itu beliau berada di Bath-ha tengah memimpin tentaranya, setiap malam keliling dan kembalinya di waktu Subuh. Kebetulan malam itu beliau tertahan sampai pagi, dan ketika akan naik kendaraannya, beliau terkejut, kendali kendaraannya di pegang oleh sahabat tadi, ia berkata: “Ya Rasulullah, aku punya hajat yang harus kusampaikan kepadamu, jawabnya: “Lepaskan kendaraanku dan hajatmu tercapai, tetapi sahabat tadi tidak memperdulikan, akhimya dipecutlah ia, karena beliau khawatir terlambat jamaah salat Subuh. Setelah selesai salat, beliau bertanya kepada para sahabat: “Siapakah yang terkena cambukku tadi? Beliau mengulangi seruannya agar yang terkena cambuknya itu segera menghadap. Kemudian sahabat tadi menghadap beliau seraya berkata: “NUUDZU BILLAAHHI TSUMMA BIRASUULIHII,

 

Artinya:

” Aku berlindung kepada Allah dan Rasulullah-Nya”. Sabda beliau: ”Dekatlah kepadaku, lalu ia mendekat di depan beliau  sabdanya: “Terimalah tambuk ini dan pukulkan kepadaku, sebagai balasanmu kepadaku, Jawabnya: “AUUDZU BILLAAH jangan sampai aku mencambuk NabiNya, Beliau mengulangi seruannya hingga berulang-ulang, akhirnya bersabdalah beliau: “Kamu harus membalas aku atau memaafkan, lalu ia buang pecut itu dari tangannya seraya berkata: “Aku telah memaafkan ya Rasulullah. Kemudian beliau bersabda:

 

Artinya:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. tiada seseorang menganiaya orang mukmin, kecuali Allah membalasnya di hari Kiamat”.

 

“Berbuat dosa 70x secara langsung dengan Allah, adalah lebih baik dan ringan, daripada menghadap KepadaNya dengan membawa satu dosa yang berhubungan dengan sesama manusia”. (Sufyan Tsaury)

 

Tidaklah pantas bagi orang yang punya hutang, makan dengan lauk pauk berminyak (digoreng) atau yang lebih rendah dari itu, jika hutangnya belum dibayar”. (Ibrahim Ad-ham)

 

Pernyataan Fudlail Iyadi:

 

“Membaca Alquran saru ayat lalu diamalkan sungsuh-sungsuh, bagiku lebih utama daripada membaca 1000x khatam, dan membuat gembira hati orang mukmin serta memenuhi keinginan mau hajamnya. bagiku lebih utama daripada beribadat seumur kidup. Dan menyampingkan harta dunia bagiku lebih utama daripada beribadat sebanyak ibadarnya masyarakat langit-bumi. Dan meninggalkan segantang haram. bagiku lebih utama daripada 100x badal haji dengan uang hudal”.

 

Faktor penyebab lenyapnya iman seSeorang, kebanyakan dari perbuatan aniaya terhadap sesamanya. Abu Qasim Hakim ketika ditanya: “Dosa apakah yang dapat melenyapkan iman seseorang? Jawabnya, ada 3 faktor, yairu:

 

  1. Tidak pandai mensyukuri nikmat Islam.

2 Tiada rasa khawatir kehilangan iman (lenyap dari dadanya).

  1. Zalim (menganiaya) terhadap sesama muslim.

 

Dari Humaid dari Anas Malik  katanya Nabi 38 telah berpesan: “Sering-seringlah mengingat maut agar engkau melupakan lainnya, dan bersyukurlah karenanya menjadi bertambah nikmatmu. Dan selalu berdoa, karena kamu tidak tahu persis doa manakah yang diterima bagimu. Dan aku mencegah kalian berbuat 3 perkara, yaitu:

  1. Jangan mengingkari janji, dan jangan pula mempengaruhi atau membantu orang lin berbuat demikian.
  2. Jangan berbuat aniaya, karena orang yang dianiaya, pasti dibela oleh Allah
  3. Jangan menipu, karena akibatnya

 

Manshur dari Mujahid dari Yazid Samurah, katanya: “Neraka Jahanam itu berlobang-lobang seperti (tebing) yang dipantai laut, kinya ular-ular sebesar onta, dan ketonggeng sebesar keledai, jika ada orang menjerit minta dispensasi (diringankan), maka disuruh keluar lewat tepi, ketika akan keluar disambut oleh ular dan ketonggeng yang merobek muka dan bibir mereka akhirnya lari lagi ke tengah, rasanya seperti kudis Yang sangpat gatal. lalu digaruk-garuk sehingga nglontoklah kulitnya dan terlihatlah tulangnya. Ketika ditanya: “Kenapa kau?” Jawabnya: “Terkena penyakit yang mengganggu”. Diberitahukan kepadanya bahwa: “Itulah balasanmu dahulu mengganggu orang mukmin. Firman Allah:

 

Artinya:

“Kami lebihkan kepada mereka siksa di atas siksa, akibat perbuatan mereka merusak (menggunggu)”.

 

Umar menyatakan: “Sudah dianggap tersesat, orang yang berbuat 3 perkara, yaitu:

 

  1. Mencela perbuatan orang lain, padahal dirinya sendiri melakukan hal serupa.
  2. Mengorek kelemahan atau kesalahan orang lain, tetapi kekurangan dirinya tidak diperhatikan.
  3. Mengganggu kawannya dengan perbuatan yang tiada manfaatnya (untuk dirinya).

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

”Dari buwah ‘Arasy terdengar panggilan kelak di hari Kiamat: “Hai umat Muhammad, segala dosamu yang secara lanpsung hubungan dengan Aku maka Aku telah memaatk suanya, dan sisanya (berupa tuntutan) dari sesama kamu, hendaklah saling memaafkannya. lalu masuklah ke sorga dengan rahmarku”. (Al Hadis)

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah katanya, Rasulullah  bersabda: “Ada orang bepergian, di tengah jalan terasa sangat dahaga, tidak lama kemudian terlihat olehnya sebuah sumur, Jaluia turun mengambil air dan minum, setelah keluar dari sumur, terlihat pula anjing tengah menjilat-jilat tanah karena haus, lalu hatinya berkata: “Anjing ini merasa haus atau dahaga seperti yang kurasakan tadi, lalu ia kembali turun ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air, lalu digigitnya hingga berhasil naik dengan membawa air untuk diberikan kepada anjing tersebut, kemudian Allah memuji perbuatannya itu dan mengampuni dosanya”. (Al-Hadis)

 

Tanya sahabat: “Ya Rasulullah, berpahalakah menolong hewan itu? Jawabnya: “Menolong segala yang bernyawa (hidup) berpahala”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan, Rasulullah bersabda: “Yang bisa masuk sorga hanya orang yang punya rasa belas kasih”. Sabdanya pula: “Bukan kasih sayang buat pribadinya saja, tetapi merata pada umumnya manusia (berperi kemanusiaan), dan tiada yang sanggup merahmati semua manusia, kecuali Allah .

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu ‘Ubaidah dari Abdullah, katanya: “Ketika kau saksikan saudaramu dijatuhi hukuman akibat dosanya, jangan kau kutuk dan jangan membantu setan dalam membinasakan saudaramu itu, bahkan hendaklah kamu priharin (berdoa): .

 

ALLAHUMMARHAMMHU ALLAAHUMMA TUB ‘ALAIHI. Artinya:

 

“Ya Allah kasihanilah dia, dan terimalah taubatnya Serta ampulah dia”.

 

Kata Sya’by: “Kata Nu’man Basyir di dalam khutbahnya di atas mimbar, sesudah bersyukur kepada Allah: “Aku mendengar Rasulullah , bersabda:

 

Artinya:

“Umat Islam hendaknya saling nasihat menasihati, dan saling mengasihi dan menyayangi di antara mercka, bagaikan satu tubuh, jika sebasian terasa sakit, maka semua anggota tubuh merasakannya, hingsa tidak dapat tidur, sampai sembuh sakitnya’. (Al-Hadis)

 

Anas Malik  berkata: “Ketika Umar  jaga malam, ia bertemu dengan serombongan orang yang baru datang, ia mengkhawatirkan rombongan itu habis kecurian, lalu ia mendatangi Abdurrahman ‘Auf. Ditanya: “Kenapa kedatanganmu di malam seperti ini ya Amiral mukminin? Jawabnya: “Kulihat serombongan orang datang dan dikhawatirkan jika mereka tidur akan kecurian, oleh karena itu marilah kita jaga mereka, lalu mereka berdua berjaga di dekat kemah rombongan itu sampai Subuh, dan setelah Subuh ia berseru: “ASHSIIALAAH, ASHSHALAAH berulang-ulang sampai mereka bangun, kemudian mereka berdua meninggalkannya”.

 

Tambah Al-Faqih: “Seyogyanya kita mengambil suri tauladan dari para sahabat Nabi, Firman Allah:

 

Artinya: “Kasih sayang di antara mereka”,

 

Dan mereka saling mengasihi, bukan terbatas pada sesama umat Islam, bahkan sampai kepada kafir Dhimmy (kafir yang tidak bermusuhan secara nyata).

 

Ketika Umar melihat seorang kafir dhimmy tua tengah minta-minta, ja memanggilnya, katanya: “Kami tidak berbuat adil kepadamu, karena menarik bea cukai darimu, sewaktu kau masih remaja, kemudian sesudah tua, kami membiarkan engkau terlantar, lalu Umar memberi uang belanja kepadanya dari zakat (baitul mal).

 

  1. Ali sewaktu melihat Umar naik kendaraan di Abthah, menyapanya: “Mau pergi ke mana hai Amiral mukminin? Jawabnya: “Mencari onta yang lepas dari baitul mal (onta sedekah orang). Sahut Ali “Sungguh kau telah merendahkan para khalifah yang diangkat sesudahmu”. Jawabnya: “Ya Abal Hasan, Demi Allah yang mengutus Muhammad seandainya ada onta itu di pinggir sungai Furat, pasti Umar akan dituntut di hari Kiamat, karena tiada berharga seorang pemimpin acuh terhadap kepentingan umat Islam dan orang fasik yang mengganggu ketentraman umat Islam.

 

Dari Hasan, Rasulullah  bersabda: “Para wali Abdal umatku, masuk sorga bukan karena banyaknya salat dan puasa, tetapi karena Allah kasihan mereka sebab kebersihan dada mereka (dari iri dan dengki) dan kelunakan hati serta kasih-sayang terhadap sesama muslim (semua umat Islam). (Al-Hadis)

 

Abu Wahab Muhammad Fa’anlany meriwayatkan dengan sanadnya dari Humaid, dari Anas Malik, Nabi  bersabda: “Ada 4 hak kewajiban umat Islam, yaitu:

 

  1. Membantu orang yang beramal kebaikan (Ta’awanu ‘alal birri wattagwa).
  2. Memohonkan ampun orang yang berdosa (istighfar untuk mereka).
  3. Mendorong mereka yang terbelakang (dengan doa).
  4. Mencintai mereka yang bertaubat”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ayyub, katanya: ” Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Ada 6 hak kewajiban seorang muslim terhadap sesamanya. Barangsiapa meninggalkan satu berarti meninggalkan satu hak kewajibannya, yaitu:

  1. Ketika diundang harus memenuhi undangannya.
  2. Ketika sakit harus menengoknya.
  3. Ketika meninggal dunia harus mengantar jenazahnya.
  4. Ketika berpapasan (berjumpa) menyampaikan salam (ucap salam).
  5. Ketika minta saran atau nasihat, maka berilah menurut kemampuan yang ada.
  6. Ketika bersin, doakanlah (dengan ucapan YARHAMUKALLAH) semoga anda dikasihi Allah.

 

Rasulullah  bersabda: “Setiap Nabi pasti pernah menggembala kambing, tanya sahabat: Ya Rasulullah, engkau juga? Jawabnya: “Ya, aku juga pernah menggembalanya”. (Al-Hadis)

 

Tambah Al-Faqih: “Hikmah yang terkandung di dalamnya (menggembala kambing), yaitu: “Untuk menguji sampai sejauh mana kesabaran dan kesayangan serta keuletan mereka, demi membekali mereka dalam menghadapi umat manusia, sehingga mereka tidak mudah terkejut ketika diganggu dan disakiti mereka.

 

Nabi Musa  berkata: “Ya Tuhan, kenapa aku diangkat sebagai pilihanMu? JawabNya: “Karena kasih sayangmu terhadap makhlukKu, yaitu sewaktu kau menggembala domba (punya) Syw’aib, ada seekor domba lari, lalu kau mengejamya sampai payah, setelah kena ia kau dekap, seraya berkata: “Hai miskin kau telah memayahkan aku, dan kau sendiri”. Maka dengan itulah Aku memilih dan mengangkatmu sebagai Nabi-Rasulullah”.

 

Dari Abu Hurairah  Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang menyimpan rahasia sesama muslimnya, Alah menyimpan pula rahasianya di dunia dan di akhirat orang yang melepaskan kesulitan saudaranya di dunia, telah pasti melepaskan kesulitunnya di akhirat, pasti Allah tetap menolong seorang hamba. seluma itu menolong saudaranya (umat Islam)”. (A-Hadis)

 

Qatadah dari Anas, dari Nabi  sabdanya:

 

Artinya:

“Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan (kekuasaan)Nva, seseorang belum dianggap sempuma imannya, hingga menyukai bagi saudara muslimnya seperti apa yang ia sukai bagi dirinya sendiri berupa kebuikun”. (A-Hadis)

 

Sya’by dari Umar, katanya: “Allah tidak menyayangi orang yang tiada rasa belas kasihan, dan tidak pula memberi ampunan kepada orang yang tidak mau memaafkan, serta tidak menerima taubatnya orang yang tidak menerima taubat saudaranya”.

 

Orang yang pemurah (senang mengasihi), pasti dikasihani Allah Yang Pengasih, oleh karena itu kasihanilah masyarakat dunia, pasti kau dikasihi oleh yang di langit”. (Kata seorang sahabat).

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang tidak punya rasu belas kasihan terhadap sesamunya, pasti lah tidak kasih pula kepadanya.” (Al-Hadis)

 

Kata Qatadah: tercantum di dalam Injil: “Hai anak Adam, jika engkau menyayangi (sesamanya, pasti engkaupun) disayangi pula, maka bagaimana kamu disayangi oleh Allah, jika kamu tidak sayang kepada hambaNya?

 

Sudah menjadi kebiasaan (tradisi baik) bagi Abu Darda, mendekati anak-anak, untuk membeli burung mereka, lalu dilepaskan seraya berkata “Terbanglah, dan bebaslah kamu mencari penghidupan sendiri”.

 

Syaqiq Zahid menyatakan: “Ketika kamu ingat atau bertemu dengan orang yang berbuat jahat, kemudian kamu tidak ada rasa belas kasihan kepadanya, maka berarti kamu jahat melebihi dia. Dan jika kamu ingat atau bertemu dengan orang yang beramal baik, kamu tidak punya rasa nikmat berbakti (ibadat) dalam hatimu, berarti kamu adalah orang jahat.

 

Dari Malik Anas, Nabi  bersabda: “Jangan memperbanyak bicara, selain berzikir kepada Allah, agar hatimu tidak membeku, karena akibatnya jauh dari Allah, tetapi kamu tidak merasa (tidak tahu). Dan jangan mengorek kesalahan lain, seakan engkau Tuhannya, pandanglah dengan penuh kesadaran bahwa engkau hamba. Keadaan manusia hanya ada dua, sakit dan sehat maka kasihanilah yang sakit, dan bersyukurlah kepada Allah atas kesehatan”.

 

Kata Abu Abdillah Syammy: “Aku pergi ke rumah Thawus lalu keluarlah orang tua, katanya: “Akulah Thawus, Jawabanku: ”Jika kav Thawus pasti sudah pikun. Jawabnya: “Seorang ‘Alim tidak mungkin pikun, sekarang bertanyalah segera, Jawabku: “Jika kau mengingat aku, pasti akupun mengingatmu, lalu katanya: “Jika kau mau, aku dapat menyingkat semua isi Taurat, Injil dan Alquran (bagimu) dalam 3 kalimat, Aku menjawab: “Cobalah aku ingin mengetahuinya. Katanya:

“1. Takudah kepada Allah, hingga tiada yang kau takuti, kecuali Allah.

  1. Berharaplah kepadaNya, melebihi rasa takutmu kepadaNya,
  2. Cintalah kepada sesamamu, seperti engkau mencintai dirimu sendiri.

 

Kata Amr Yasir: “Orang yang dapat menghimpun 3 perkara, berarti sempurnalah iman yang ia himpun yaitu:

  1. Beramal (bersedekah) ketika keadaannya serba berkurang (tidak cukup keperluannya).
  2. Menyadari (menginsafi) diri sendiri.
  3. Menyebar luaskan salam kepada semua orang.

 

Umar Abdul Aziz dalam pernyataannya: “Amal yang paling disenangi aleh Allah tiga, yaitu:

  1. Memaafkan sewaktu ia sanggup atau berkesempatan membalas (dendam kepadanya).
  2. Berlaku adil sewaktu emosi (marah).
  3. Menaruh belas kasihan terhadap sesama hamba Allah. Karena hal itu menjadikan Allah sayang kepadanya.

 

Hisyam dari Hasan, katanya: “Allah memberi wahyu kepada Adam: “Hai Adam, ada empat perkara yang dapat menarik atau mengumpulkan kebaikan untukmu dan anak cucumu, yaitu:

 

  1. Satu untukKu, yaitu kamu wajib menyembah Aku dan haram menyekutukan Aku dengan siapapun”.
  2. Satu untukmu, yaitu amal perbuatanmu, Aku akan membalas ketika kamu sangat membutuhkannya.
  3. Satu antaramu dan Aku, yaitu dari kamu berupa doa, sedang dariKu menerima (mengabulkannya).
  4. Satu antara kamu dengan sesamamu (manusia dengan manusia), yaitu bergaul dengan mereka seperti layaknya engkau senang diajak bergaul.

 

WALLAAHU ALAM

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id Musayyab, bahwa: “Umar, Ubay Ka’ab dan Abu Hurairah  semuanya masuk kepada Nabi  seraya bertanya: “Ya Rasulullah siapakah orang yang paling pintar? Jawabnya: “yang berpikir”. Lalu siapakah yang paling (tekun) beribadat? Jawabnya: “Yang berpikir”. Lalu, yang paling utama: Jawabnya: “Yang selalu berpikir”. Lalu kata mereka: “Ya Rasulullah, bukankah orang berpikir itu, sempurna akhlaknya, fasih tutur katanva, tangannya pemurah, dan tinggi kedudukannya? Jawabnya: “Semua itu, faktor penyebab (perlengkapan) kepuasan hidup di dunia, sedang akhirat yang di sisi Tuhan itu, hanya bagi orang yang bertakwa, orang yang berpikir (sempurna akalnya) yaitu yang bertakwa, sekalipun kelihatannya rendah hidupnya di dunia. (takwa ialah: berbakti kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya).

 

Menurut Malik Dinar: “Seseorang yang merasakan bukti takut dan berharap kepada Allah, berarti ia benar-benar berpedoman perkara yang kokoh. Sedangkan bukti takut, yaitu: ”Menjauhi maksiat (larangan) Allah. Dan bukti berharap, yaitu: “Menjalankan perintahNva”.

 

Adapun menurut Ulama lainnya: “Bukti berharap, vairu melakukan segala amal yang diridai Allah secara ikhlas karenaNya. Dan bukti takut, yaitu: ”Menjauhi segala laranganNya”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sya’by Ibnu Abbas. katanya kepada Umar – sewaktu ia ditikam Lu’luah Majusv: “Ha Amiral mukminin, engkau telah Islam sewaktu kebanyakan manusia masih kafir, dan engkau telah berperang bersama Nabi sewakru (beliau) diejek orang. Bahkan ketika beliau wafat sangat rida kepadamu, dan tiada umat Islam yang menentangmu, sekarang anda menjadi syahid. Kemudian ia menjawab: “Bahwasanya orang yang tertipu ialah orang yang engkau sanjung-sanjung, demi Allah, seandainya aku mempunyai harta seisi dunia ini, pasti akan dipergunakan demi tertebusnya diri dari hari Kiamat”.

 

Rasulullah  bersabda: “Orang beriman itu berada di antara dua ketakutan, yaitu: “Antara ajal terdahulu, tidak tahu persis apa tindakan Allah baginya. Dan ajal mendatang, juga tidak tahu persis bagaimana keputusan Allah terhadapnya, oleh karena itu seseorang wajib berbekal amal demi keselamatan dirinya, dan dari dunia untuk akhirat, dari hidup untuk matinya. Maka demi Allah yang jiwa Muhammad di bawah kekuasaanNya: “Sesudah mati, tiada kesempatan istighfar dari dosa, dan tiada tempat di sana, kecuali “sorga dan neraka”. (HR. Hasan Bashry dari Jabir )

 

Beliau  bersabda: “Firman Allah:

 

Artinya:

 

”Demi Keagungan dan KemenanganKu, tiada berkumpul dua rasa takut, atau rusa tentram bagi hambaKu. Orang yang di dunia takut KepadaKu, pasti Kuberikan rasa aman baginya di akhirat, dan orang yang hidupnya di dunia merasa aman dariku, pusti di akhirat diancam rasa takut (sungguh-sungguh tukut)”.

 

‘Ady Arthat, menawarkan kepada para jamaahnya: “Maukah kalian, aku sampaikan hadis yang kuterima langsung dari Rasulullah , lalu jamaah menjawab: ”Ya”. Kemudian katanya: “Rasulullah  bersabda: “Di langit ke-7 para malaikat bersujud terus sejak di ciptakan hingga hari Kiamat, persendian mereka terus gemetar, karena takutnya kepada Allah, jika hari Kiamat tiba mereka mengangkat kepala seraya membaca: “SUBHAANAKA MAA ‘ABADNAAKA HAQQA ‘IBAADATIKA”.,

 

Artinya: “Maha suci Engkau ya Tuhan, sebenarnya kami belum menyembah kepadaMu (dengan artian yang sesungguhnya). (Riwayat Amrbin Manshur)

 

Setiap akan tidur Abu Maisarah berkata: “Seandainya ibuku dulu tidak melahirkan aku, lalu dijawab oleh istrinya: “Hai Abu Maisarah, Allah telah memberi karunia kepadamu dan petunjuk Islam. Sahutnya: “Benar, tetapi Dia menjelaskan bahwa: “Kami harus melewati neraka, dan seterusnya tiada penjelasan bahwa: ” Kami akan keluar darinya”.

 

Yang saya irikan bukan para malaikat terdekat (dengan Tuhan) atau para Nabi-Rasulullah, karena mereka juga akan dituntut di hari Kiamat, tetapi aku iri terhadap para bayi yang belum lahir, (Fudlail Iyadl).

 

Kesusahan faktor penyebab nafsu makan berkurang, rasa takut faktor penyebab enggan bermaksiat, dan pengharapan adalah motifasi beribadat, ingat mati adalah faktor penyebab enggan mencampuri urusan orang”. (Ahli hikmah)

 

Rasulullah  bersabda: “Ketika seorang mukmin hatinya terasa bergetar, karena takut kepada Allah, maka berguguranlah dosanya seperi rontoknya daun kering dari tangkai (pohon)nya”. (Al-Hadis)

 

Ketika beliau  ditanya tentang keluarga, jawabnya: ” Keluargaku ialah setiap mukmin yang bertakwa sampai hari Kiamat, sedangkan waliwaliku ialah para muttagin, dan setiapnya tidak ada kelebihan, kecuali takwa kepada Allah”. (Al-Hadis)

 

Rasulullah  bersabda:” Ada 3 faktor penyebab selamat dan 3 lainnya penyebab binasa, yaitu:

 

  1. Tiga faktor penyebab selamat:
  2. Berlaku adil dalam lega hati atau marah, yakni tidak mudah dijebak oleh hawa nafsu.
  3. Berlaku sederhana, baik sewaktu kaya atau miskin.
  4. Tetap bertakwa kepada Allah, baik sewaktu sendirian atau bersama masyarakat umum.

 

  1. Tiga faktor penyebab binasa:

 

  1. Rakus dan kikir terhadap yang ditaati.
  2. Mudah dijebak oleh hawa nafsu (menurutinya).
  3. Membanggakan diri (atas amal atau lainnya). (HR. Rabbi’ dari Hasan).

 

Rabbi’ Khaitsam setiap malam bangun dan menangis, karena takut kepada Allah, lalu ibunya bertanya: “Kenapa hai anakku apakah kau pernah membunuh? Jawabnya: “Ya”. Lalu siapa orang nya? Mungkin . ibumu bisa berusaha memohonkan maaf kepada keluarganya? Jawabnya: “Terimakasih ibu, sesungguhnya yang aku bunuh itu adalah “nafsuku sendiri”.

 

Al-Faqih dalam pernyataannya: “Ada 7 perkara yang dapat membuktikan adanya takwallah yaitu:

 

  1. Lisan tidak pernah berdusta, ghibah dan bicara kosong (tidak bermanfaat), ia digunakan hanya untuk zikrullah, tilawatul Alquran dan belajar agama (ilmu).

 

  1. Perut tidak pernah makan, kecuali yang halal dan hanya secukupnya (tidak berlebihan).

 

  1. Mata tidak melihat, kecuali yang dihalalkan, dan pandangannya atas dunia, bahkan menjadi peringatan bagi dirinya.

 

  1. Tangan tidak pernah bergerak, kecuali untuk taat kepada Allah semata.

 

  1. Kaki terpelihara dari perbuatan maksiat.

 

  1. Hati penuh rasa kasih sayang terhadap sesama muslim, tidak kenal Iri, dengki ataupun hasud.

 

  1. Ibadah atau taatnya dilandasi dengan penuh keikhlasan, jauh dari riya dan nifak.

 

Dengan demikian matusia yang bertakwa dengan bukti-bukti tersebut, termasuk manusia yang dijamin dengan ayat: ?

 

Artinya: . ”Negeri akhirat bagi Tuhanmu, hanya disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Zukhruf 35)

 

Dan ayat:

 

Artinya: “Orang-orang yang bertakwa, pasti selamat dan bahagia”. (Naba’ 31)

 

Dan ayat:

 

Artinya: “Orang-orang bertakwa selalu pada posisi sangat . menguntungkan (terjamin keamanannya)”. (Dukhan 51)

 

Dan ayat:

 

Artinya: “Setiap orang masuk neraka, ini adalah ketetapan yang past dari Tuhanmu. Kemudian hanya orang yang bertakwalah yang akan Kami selamatkan, sedang orang salim dibiarkan tetap berlutut di dalam neraka”. (Maryam 71-72)

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Awam, dari Ka’bul akhbar, katanya: “Tafsir tentang ayat 71 S. Maryam yaitu: “Masuk neraka Jahanam, maksudnya didatangkan lemak yang sangat basin baunya, dan ketika manusia meletakkan kaki lalu diseru: “Peganglah bagianmu dan biarkanlah bagianku, kemudian bagiannya yang sudah dikenal itu ditelan, maka selamatlah orang-orang mukmin, dan pakaiannya basah. Petugas (penjaga) Neraka memegang tongkat besi bercabang dua, yang berkekuatan sekali dorong 700.000 manusia terjerumus ke neraka”.

 

Hasan dari Imran Husin. Ayat (di bawah) ini diturunkan ketika beliau  berada di tengah perjalanan bersama kami. ayatnya yaitu:

 

Artinya:

”Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Allah, bahwasannya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian dahsyat”. (Al-Hajj 1)

 

Lalu beliau bersabda: “Tahukah kamu apakah itu? Jawab mereka: Allah dan RasulullahNya lebih mengetahui. Sabdanya: Di hari Allah berfirman kepada Adam: “Bangun dan siapkan bagian neraka dan sorga. Tanya Adam: ”Ya Tuhan, berapa bagian masing-masing? JawabNya: “Setiap 1000 orang, 999 bagian neraka dan satu sorga”. Para sahabat menangis mendengarnya. Lalu beliau 8 bersabda: “Harapanku semoga kalian sepertiga penghuni sorga” kemudian mereka bertakbir. Dan beliau bersabda: “Sebelum seorang Nabi diutus pasti ada orang jahiliyahnya, mereka itulah yang akan memenuhinya, ditambah dengan orang-orang munafik. Sedangkan kalian di tengah umat manusia, tidak bedanya

 

Seperti tai lalat di pinggang onta. Sungguh aku mengharap kalian dua pertiga dari penghuni sorga, lalu mereka bertakbir lagi atas kabar gembira tu. Sabdanya pula: “Bahwasanya yang hidup bersama kalian ini ada dua makhluk, keduanya jika berkumpul dengan siapa saja, pasti melebihi juAllah banyaknya Ya’juj-Majuj dan orang-orang kafir dari jin dan manusia”.

 

Abul-Hasan Bashry dalam nasihatnya: “Kalian jangan tegiur dengan keterangan, bahwa: “Seseorang pasti bersama-sama dengan orang yang dicinta (kelak)”. Karena derajat orang abrar (yang taat) tidak mungkin dicapai, kecuali dengan mengikuti amaliah mereka. Dan orang-orang Yahudi, Kristen dan semua ahli bid’ah semua mencintai para NabiRasulullah, tetapi tidaklah mungkin berkumpul dengan mereka (para Nabi-Rasulullah).

 

Rasulullah  bersabda: “Orang yang tiada peningkatannya dari hari kemarin dengan sekarang, berarti rugi, dan yang menurun (kebaikannya) berarti terkutuk, dan orang yang tiada peningkatan berarti berkurang (menurun grafiknya), jika demikian keadaannya maka lebih baik mati baginya”. (Al-Hadis)

 

Al-Faqih dari ayahnya: Kata Handhalah: “Nasihat Nabi ketika itu, sangat diresap dalam hati, dan sanggup mencucurkan air mata, serta menyadarkan diri kami, tetapi sesudah itu kami disibukkan dengan urusan harta dunia, hingga kami melupakannya. Tiba-tiba kami ingat kembali dan sadar, lalu aku berseru “Han-dhalah munafik”. Sahut Abu Bakar: “Tidak, kamu tidak menafik Handhalah”. Selanjutnya kami menghadap Nabi seraya berkata: “Handhalah munafik” Jawab beliau : “Tidak, kamu tidak munafik” Sahut kami: “Ya Rasulullah, Nasihatmu tadi sangat diresap di hati, sanggup mencucurkan air mata serta menyadarkan diri kami, tetapi sesudah itu kami disibukkan dengan urusan harta sehingga kami melupakannya. Lalu sabda beliau: “Ya Handhalah, seandainya keadaanmu tetap seperti semula, para malaikat pasti menjabat tanganmu di jalan-jalan dan mengunjungimu ke rumah di tempat tidurmu, tetapi sifat manusia (tabiatnya) memang demikian, terkadang ingat dan terkadang lupa”. (Al-Hadis).

 

‘Aisyah ra: “Aku bertanya tentang ayat (di bawah) ini kepada Nabi . Apakah mereka yang berbuat dosa, lalu takut? Jawabnya: “Tidak, setapi mereka yang berbuat baik atau taat dan takut tidak diterima dari mereka”.

 

Ini ayatnya:

 

Artinya:

“Dan mereka yang telah melakukan apa yang dilakukan sedang haci mereka tetap merasa takut”. (Al-Mukminun 60)

 

Orang yang melakukan kebaikan saja berperasaan khawatir 4 perkara, lalu bagaimana perasaan takut bagi yang bermaksiat? Sedang 4 perkara yang dikhawatirkan yaitu:

 

  1. Khawatir ditolak, sebab Allah hanya menerima (amal) orang yang bertakwa.
  2. Khawatir riya. Firmannya:

 

Artinya:

”Mereka yang diperintah agar menyembah Allah secara ikhlas, bagiNya agama sesempurnanya”.

  1. Khawatir dalam memelihara keselamatannya, FirmanNya:

 

Artinya:

“Orang yang datang dengan amal kebaikan lalu pahalanya dilipar gandakan 10x kebaikan, dengan syarat amal kebaikan itu dibawa ke akhirat”.

  1. Khawatir kerendahan dalam berbakti, karena tidak tahu persis Apakah tetap dalam taufikNya atau tidak. FirmanNya:

 

Artinya:

“Dan tiada taufikKu, kecuali dengan pertolongan Allah, kepadanya aku berserah dan kembali”.

 

 

 

 

 

 

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Darda’, Rasulullah  bersabda: “Ingatlah, aku akan memberitahu kepadamu, amal yang paling baik dan mulia di sisi Tuhanmu, yang dapat mengangkat derajat tertinggi, dan bagimu lebih baik daripada bersedekah mas-perak, dan lebih baik daripada mati syahid membela agama Allah, yaitu Zikrullah (mengingat Allah)”. (Al-Hadis).

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ja’far, Rasulullah  bersabda: “Ada 3 amalan yang paling berat timbangannya, yaitu:

  1. Menginsafi diri sendiri
  2. Membantu saudaranya dengan harta.
  3. Zikrullah.

 

Pernyataan Mu’adz Jabal: “Tiada amalan yang dapat membebaskan manusia dari siksa Allah, seperti zikrullah (ia sebagai penebus dosa)”. Ketika ditanya: sekalipun perang sabil? Jawabnya: “Ya, perang sabil, tidak dapat membandinginya, Firman Allah:

 

Artinya:

”Zikrullah itulah Yang Besar (yakni) orang yang mengingat Allah pasri diingat olehNya”.

 

Dari Hasan Bashry: “Nabi  ditanya: Ya Rasulullah amal apa yang paling utama? Jawabnya: “Jika engkau mati bibirmu basah dengan Zikrullah”.

 

Malik Dinar menegaskan: “Orang yang lebih suka mendengar pembicaraan manusia, daripada “Kalamullah” pasti amalnya (sedikit), buta mata hatinya dan percuma hidupnya (sia-sia).

 

Dari Anas Malik, Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Zikrullah adalah suatu bukidi adanya iman, dan bebas nifak dan benteng dari serangan setan serta api neraka”. (Al-Hadis)

 

Wahb Munabbih dari Ibnu Abbas, katanya: Ada 5 perkara (wahyu Allah) yang diserukan oleh Nabi Yahya kepada kaumnya (Bani Israil) yaitu:

  1. Menyembah Allah dan tidak syirik kepadaNya, karena diumpamakan syirik itu bagaikan orang membeli sahaya (pria) lalu dipelihara dan dikawinkan dengan sahaya wanita, setelah itu diberi modal usaha (uang untuk) berdagang, demi mencukupi kebutuhan rumah tangganya dan sisa labanya diberikan kepada majikannya, tetapi sisa labanya itu tiba-tiba diberikan kepada musuh majikannya, sehingga majikan diberi sangat sedikit. Kemudian cobalah dipikir yang baik (kembalikanlah pada dirimu sendiri) apakah rela jika kamu diperlakukan seperti ini?

 

  1. Salat, dan diumpamakan seperti orang minta izin bertemu (menghadap) raja, tetapi setelah raja memperkenankannya untuk didengar usul dan permohonannya, ia menoleh ke kanan-ke kiri bersikap acuh atas permohonan yang diajukan. Kemudian kira-kira bagaimana jika seorang raja diperlakukan sedemikian rupa?

 

  1. Puasa, dan diumpamakan bagaikan orang memakai pakaian perang lengkap dengan senjatanya, lalu sulit diserang oleh lawan.

 

  1. Bersedekah, dan diumpamakan orang terjebak dan dimasukkan perangkap musuh, lalu ia menebusnya dengan juAllah tertentu, dari hasil kerjanya (diangsurnya) hingga lunas tebusan tersebut, sesudah itu baru dibebaskan dari penjara musuh.

 

5, Zikrullah, dan diumpamakan bagaikan suatu masyarakat (bangsa) suatu negara yang memiliki benteng pertahanan kuat yang sulit diterobos musuh, akhirnya mereka selamat dan aman dari musuh.

 

Kemudian Nabi  bersabda: “Aku menyuruh kalian melakukan apa yang telah diserukan oleh Nabi Yahya kepada masyarakatnya, disamping 5 perkara lagi sebagai tambahan dariku, yaitu: Pelihara persatuan umat, dan selalu berbakti atau taat, serta hijrah, jihad. Maka orang yang berusaha menghadapkan kembali tradisi (kebudayaan lama) jahiliyah, berarti ia segabai isi (bangkai) jahannam. Sahud Ibnu Umar: “Bacaan hamdalah (ALHAMDULILLAH) sanggup membuka pintu-pintu langit bagi pengucapnya, dan takbir (ALLAAHHU AKBAR) memenuhi di antara langit-bumi, tasbih (SUBHAANALLAH ) tiada yang tahu persis juAllah pahalanya kecuali Allah FirmanNya:

 

“Ketika ada seorang manusia menyebut-Ku sendirian, maka Akupun menyebutnya sendirian, dan ketika ia menyebut-Ku di tengah Orung banyak, maka Aku-pun menyebutnya dikalangan jamaah yang lebih baik lagi mulia. Juga berkata: “Tiada seorang manusia (menjelang) tidurnya berzikir kepada Allah hingga memejamkan matanya, kecuali ia ditulis (dianggap) sikir sepanjang tidurnya, hingga bangun”.

 

Yang dimaksud dengan zikir Allah kepada hambaNya, yaitu: “Memberi maaf dan ampunan”. Maka jika seseorang berzikir kepada Allah, lalu Dia menyambutnya dengan ampunan. (Penjelasan Al-Faqih). Kata S. Ali : “Seseorang berzikir adalah atas kehendak Allah (diingatkan olehNya), maka dimaafkan dosanya dengan berzikir tersebut, Dan Islam itu melewati 2 pedang, pertama: “Sewaktu masih kafir, masuk Islam karena takut perang, Kedua: “Jika keluar (murtad) dari Islam dijatuhi hukuman bunuh. Dan dosa itu berada di antara 2 kewajiban, pertama: Wajib menghindarinya. Kedua: Wajib bertaubat, bagi yang . terlanjur berbuatnya”. Penafsiran ayat (di bawah) ini, menurut Ibnu Abbas:

 

Artinya:

“Aku berlindung (kepuda Alah) dari kejuhatan setan khunnas”.

 

Katanya: ”Setan itu menguasai daerah hati (bersarang dalam perasaan nafsu-syahwat), lalu ketika asma Allah disebut ia mundur, tetapi ketika lupa asma Allah tersebut maka berbisiklah ia dan mengajak berbuat segala yang berlawanan dengan ke selamatan manusia, serta ajaran Allah dan RasulullahNya. Rasulullah  bersabda: “Segala sesuatu pasti punya alat pembersih sedangkan alat pembersih hati manusia ialah “Zikrullah”.

 

Kata Ibrahim Nakha-i: “Ketika seorang muslim masuk rumahnya seraya mengucap salam, lalu setan sedih katanya: “Tiada tempat bagiku di sini”, dan ketika akan makan mengucap basmalah (BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM), maka setan berkata: “Tiada tempat dan makanan serta minuman bagiku, lalu keluarlah ia dengan kecewa”.

 

Dari ‘Aisyah  Rasulullah  bersabda: “Ketika kamu hendak makan, hendaklah membaca “BISMILLAAH” dan ketika lupa pada awalnya (tidak membaca basmalah) maka bacalah pada akhirnya”. (Al-Hadis)

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Ketika kamu makan dengan tidak membaca bismillah terlebih dahulu, maka setan menyertai makan kamu, tetapi jika membacanya (Bismillah), maka setan ditolak dari makanan itu, bahkan ja akan memuntahkannya (makanan yang terlanjur ia makan) maka ia memulainya dengan makanan baru”.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Muhammad (Kawan Anas Malik), katanya: “Iblis mengusulkan hak rumahnya kepada Tuhan: “Ya Tuhan, Kau buatkan Anak Adam rumah khusus untuk berzikir kepadaMu, lalu mana rumahku? Jawab-Nya: “Rumahmu yaitu: “Tempat pemandian”, dan mana majelisku? JawabNya: ”Majelismu yaitu: ”Pasar”, dan apakah bacaanku? Jawabnya: “Bacaanmu yaitu: “Syair nyanyi-nyanyian merdu, dan mana ceritaku? JawabNya: “Yaitu dusta”, dan mana azanku? JawabNya: “Yaitu alat musik (seruling dan lain-lain), dan mana utusanku? JawabNya: “Yaitu para dukun, dan mana kitabku.

 

JawabNya: “Yaitu gincu palsu (tai lalat, lukisan dan lain-lain). Jalu apakah perangkapku? JawabNya: ”Yaitu para wanita, dan apa makananku? JawabNya: “Makanan yang tidak disebutkan asmaKu (basmalah), lalu mana minumanku? JawabNya: ” Yaitu segala minuman yang memabukkan (seperti arak, wiski, dan lain-lain). Nasihat Fudlail: ”Peliharalah 5 perkara, yaitu:

  1. Segala sesuatu yang menimpa dirimu, adalah dari (qadla) Allah, dari itu janganlah kamu menyalahkan makhluk (kawan).
  2. Peliharalah lidah (perkataan)mu agar mereka tidak terganggu olehmu, dan kamu selamat dari siksa Allah.
  3. Yakinlah pada janji Tuhan tentang rezeki, agar kamu menjadi orang beriman (mukmin).
  4. Berzikirlah selalu (sebagai persiapan mati), agar kamu mati tidak dalam keadaan lupa diri.
  5. Berzikirlah sebanyak-banyaknya agar kamu dijaga dari perbuatan dosa.

 

Ibrahim Ad-ham pernah memutus pembicaraan tentang urusan duniawi bagi seseorang, katanya: “Apakah perkataanmu itu mengharap Pahala? Jawabnya tidak, lalu kamu merasa aman dari siksa Allah? Jawabnya: “Tidak, Kemudian buat apa perkataan yang tidak dapat harap pahalanya dan tidak dapat menyelamatkan dari siksa Allah? Kan lebih baik berzikir kepada Allah .

 

Janji Allah dalam kitabNya yang diturunkan kepada para nabi: “Orang yang tekun berzikir kepadaKu, hingga tiada kesempatan berdoa baginya, maka Aku akan memberi yang lebih baik daripada (melebihi) yang berdoa. (Ka’bul Akhbar).

 

Masyarakat langit merasa lega melihat terangnya rumah yang dibuat berzikir kepada Allah, rumah itu bagaikan lampu penerang di tengah kegelapan, tetapi terlihat suram-gelap oleh mereka Rumah yang tidak dibuat zikir. (Fudlail ‘Iyadl).

 

Nabi Musa bertanya: “Ya Tuhan, bagaimana cara mengetahui Perbedaan antara kekasihMu dengan kebencianMu? JawabNya: Hai Musa bagi kekasihKu ada dua tanda bukti, yaitu:

 

  1. Mudah berzikir kepadaKu, sehingga Akupun zikir kepadanya di alam malakut langit-bumi.
  2. Terpelihara dari segala yang haram dan kemarahanKu, sehingga ia selamat dari siksa dan marahKu.

 

Demikian pula bagi kebencianKu ada tanda bukti, yaitu:

  1. Mudah lupa zikir kepadaKu.
  2. Mudah menuruti nafsu, sehingga terjerumus ke dalam kancah kemungkaran dan haram, akhirnya mereka disiksa.

 

Abu Malih dari ayahnya: Ada seorang sahabat bersama Nabi  menggunakan kendaraan, dan ketika ontanya tergelincir ia berkata: ”Celaka setan” lalu beliau memperingatkan: Jangan kau menyebut demikian, sebab setan akan bangga, sombong sebesar rumah, tetapi hendaklah kau menyebut: “Bismillah, pasti ia mengecil sekecil lalat”.

 

Nabi  bersabda: “Cara melenyapkan dosa dari majelis, yaitu ketika berdiri mengucapkan:

 

Artinya:

“Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji bagiMu, aku bersaksi tidak adu Tuhan yang lain, kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepuduaMu”.

 

Jika majelis itu tempat berzikir, maka akan seimbang hingga Kiamat, dan jika majelis itu tempat bermain, maka ucapan itu sebagai penebus atau pelenyap dosa yang diperbuat dalam “majelis tersebut.

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Oasyim Abdirrahman Muhammad, dari Muhammad Wasi’ katanya, Umar

 

berkata Rasulullah  bersabda: “Orang yang menginjak pasar dengan mengucapkan:

 

Artinya:

“Tiada Tuhan lain, kecuali Allah Yang Esa dan tiada serikat bagiNya, kerajaan dan kekuasaan serta puji adalah milikNya. Dia Menghidupkan dan mematikan. Iidup tanpa mati, segala kebaikan berada di bawah KekuasaanNya, Dia berkuasa atas segala-galanya, Dia tetapkan sejuta kebaikan, dan menghapus sejuta dosa serta meningkatkan sejuta pangkat (derajat).”

 

Al-Faqih dalam kuliahnya menyatakan: “Zikir kepada Allah adalah amal Ibadah yang paling unggul, sebab setiap ibadat ditentukan kapasitas (kadar) dan waktunya, bahkan terkadang ada yang dilarang jika tidak menetapi waktunya, atau melebihi ketentuan yang berlaku, tetapi Zikir kepada Allah, tiada ketentuan waktu dan juAllah banyaknya. Firman Allah:

 

Artinya:

“Hai orang-orang beriman bersikirlah kepada Allah sebanyaknya”. (Ahzab 41)

 

Yakni segala hal, tingkah dan keadaan apa saja. Dan ketahuilah tentang 4 keadaan manusia, yaitu:

 

  1. Berbakti atau taat, hal ini perlu diingat: “Yang demikian ini, adalah taufik dan petunjuk Allah”, dan berharaplah agar diterima taatnya.
  2. Maksiat, di saat ini harus ingat dan segera bertaubat.
  3. Nikmat, maka bersyukurlah.
  4. Ujian, cobaan atau kesulitan, maka hadapilah dengan penuh kesabaran dan usaha, serta berharap agar dilapangkannya (oleh Allah .)

 

Dan ketahui pula ada 5 faedah zikir, yaitu:

 

  1. Berisi bukti rida Allah.
  2. Meningkatkan aktifitas taat.
  3. Selama Zikir dilindungi dari gangguan setan.
  4. Hati menjadi lunak.
  5. Terpelihara dari laku maksiat.

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah  katanya:” Ada lima sikap penyebab terbukanya lima tambahan berikutnya, yaitu:

  1. Pandai bersyukur, pasti terbuka tambahan baginya, Firman Allah:

 

Artinya: “Jika kau bersyukur, pasti Kutambahkan nikmat bagimu”.

  1. Berlaku sabar, pasti terbuka pahala baginya, FirmanNya:

 

Artinya: “Orang yang berlaku sabar, pahalanya dipenuhi dengan juAllah fada perhitungan”.

  1. Bertaubat, pasti dikabulkan (diterima), FirmanNya:

 

Artinya: ”Dia-lah Yang menerima taubat hamba-Nya”.

  1. Beristighfar, pasti terbuka ampunan baginya, Firman Allah:

 

Artinya: ”Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sebab Dia Pengampun”.

  1. Berdoa, pasti dikabulkan, FirmanNya:

 

Artinya:

”Berdoalah kepadaKu, pasti Aku kabulkan”.

 

Menurut riwayat lain, ditambah angka 6, yaitu: “Bersedekah, pasti terbuka tambahan (ganti)nya, FirmanNya:

 

Artinya:

” Apa saja yang disedekahkan (sedikit atau banyak), pusti Dia menggantinya”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Doa seorang muslim pasti dikabulkan, terkadang diberikan segera di dunia, atau disimpan (diberi pahala) di akhirat kelak, atau dibuat penebus dosanya, menurut bobot doa tersebut dengan catatan bukan doa dalam 2 hal, (yaitu):

  1. Untuk laku maksiat.
  2. Memutuskan silaturrahmi. (Al Hadis)

 

Yazid Raqqasyi berkata: “Di hari Kiamat, setiap manusia diberitahv tentang doa yang tidak dipenuhi segera di dunia, kataNya: “Inilah pahals atau balasan doa yang sengaja ditahan (ketika kau hidup di dunia),

 

ia mengagumi besarnya pahala tersebut, sehingga ia mengharapkan semua doanya hanya dibalas di akhirat saja, tidak disegerakan di dunia. Demikianlah besarnya doa yang diberikan di akhirat. Numan Basyir, Nabi  bersabda:

 

Artinya: “Doa adalah Ibadah (pengabdian kepada Allah)”.

 

Kemudian beliau membaca ayat sebagai berikut:

 

“Tuhanmu berfirman: “Mintalah kepadakKu, pasti dikabulkan, bahtrasanya orang-orang yang sombong (tidak mau berdoa) dan berbakri kepadaKu, pasti mereka dijerumuskan ke jahannam sebagai manusia terhina”. (Ghafir 60)

 

Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Seorang hamba selalu dalam kebaikan (memperoleh pahala doa) dengan catatan tidak terburu-buru. Tanya sahabat: Apa maksudnya ya Rasulullah? Jawabnya: “Mengucapkan: “Aku sudah berdoa tetapi tidak dikabulkan”. (Al Hadis)

 

Hasan menengok Abu Usman Nahdy sewaktu sakit, serunya: “Hai Abu Usman berdoalah, lalu ia berdoa diawali dengan pujian Allah, dan ayat-ayat Alquran serta salawat, lalu kedua tangannya diangkat termasuk

 

aku sendiri juga mengangkat tangan, kemudian berkatalah ia (sesudah “desai berdoa): “Terimalah kabar gembira, bahwa: “Doa kita diterima oleh Allah”. Sahut Hasan: “Berani juga kau menyatakan sesuatu atas asma Allah”. Jawabnya: “Ya, Hasan, seandainya kau ceritakan suatu hadis kepadaku, pasti aku percaya, lalu kenapa aku tidak percaya kepada (Firman) Allah:

 

Artinya:

“Berdoalah kepadaKu pasti dikabulkan”.

 

Sesudah mereka keluar, maka Hasan berkata: “Sungguh, dia lebih pandai daripada aku”.

 

Nabi Musa bertanya kepada Tuhan: ”Saat manakah yang terbaik untuk berdoa? JawabNya: “Engkau adalah hamba, Aku Tuhan, setiap engkau berdoa pasti Kuterima, Musa mengulanginya beberapa kali, akhirnya Tuhan berfirman:” Berdoalah di tengah malam, pasti dikabulkan, sekalipun penarik cukai”.

 

Ada orang minta didoakan oleh Rabi’ah ‘Adawiyah, jawabnya: “Semoga Allah mengasihi engkau, berbaktilah kepadaNya, berdoa, pasti Dia mengabulkannya, sebab Dia mengabulkan orang yang tengah menderita atau terjepit lalu mohon kepadaNya”.

 

A’masy dari Malik Harits, katanya, Allah berfirman: “Orang yang tekun zikir kepadaKu, hingga tiada kesempatan berdoa, pasti Aku akan memberinya melebihi orang yang berdoa”.

 

Allah Berfirman: Kamu berdoa, sedang hatimu berpaling dariKu, berarti perbuatanmu palsu. (Ja’far Bargan dari Salih Yasar)

 

Ada orang mengadu kepada ahli hikmah, katanya: “Kenapa doa kami tidak dikabulkan, padahal Allah berfirman: “Berdoalah kepadaKu, pasti dikabulkan”. Jawabnya: “Ada 7 faktor penghambatnya, yang selama ini kau melakukannya, yaitu:

 

  1. Perbuatan yang mengundang amarah Allah, dan tidak segera bertaubat atau menyesalinya.
  2. Pernyataan palsu, yaitu mengatakan: “Kami hamba Allah”, tetapi tidak seperti buruh taat kepada majikannya.
  3. Tidak melaksanakan Alquran, sekalipun membacanya, tetapi acuh terhadap perintah atau larangan yang dikandungnya.
  4. Mengingkari pengakuan sebagai umat Muhammad, karena SunnaturRasulullah ditinggalkan begitu saja, sehingga tetap makan (melanggar barang) haram.
  5. Mengerti bahwa: “Dunia tiada harganya di sisi Allah walau sebanyak sayap nyamuk”, tetapi karenanya perasaanmu menjadi tentram.
  6. Kau mengerti bahwa dunia fana (rusak), tetapi kau berbuat seakan akan kekal baginya.
  7. Mengerti akhirat lebih utama daripada dunia, tetapi tidak beramal demi akhirat dengan sepenuh hati, bahkan berlaku sebaliknya.

 

Al Faqih menambahkan nasihatnya: “Perut seorang berdoa harus suci dari makanan haram yang menjadi faktor penyebab suatu doa ditolak”.

 

Ya Rasulullah, aku telah berdoa, tetapi tidak dikabulkan, Jawabnya: “Hai Saad, hindarkan makanan haram, ketahuilah “Setiap perut yang diisi dengan yang haram, sekalipun hanya sesuap nasi maka doanya ditolak selama 40 hari”. (Sa’ad Abu Waqash).

 

Disamping itu tidak boleh terburu-buru (mengatakan doanya tertolak), sebab pada dasarnya setiap doa pasti diterima hanya saat (ketentuan waktu) pelaksanaan (dipenuhi)nya berada di tangan Tuhan, segera atau lambat atau ditunda di akhirat, maka semuanya tergantung pada Kekuasaan dan KehendakNya.

 

Nabi Musa, ketika berdoa agar Fir’aun dibinasakan lalu Nabi Harun mendukung dengan Amin, kemudian Allah berfirman:

 

Artinya:

“Sungguh doa kalian telah dikabulkan, lalu hendaklah kalian Istiqamah (tetap)”.

 

Kata Ibnu Abbas: “Jarak antara doa dan Fir’aun dibinasakan, diperkirakan memakan waktu 40 tahun”.

 

Dari Yazid Raqqasyi, Rasulullah  bersabda: “Ketika Allah mencintai (mengasihi) hambanya, lalu Dia pukul mukanya dengan ujicoba, seperti onta latihan (dijauhkan dari tempat air), agar dikasihi pula oleh masyarakat langit. Dan setiap doa yang dipanjatkan, pasti dikabulkan (dari tiga perkara atau salah satu dari 3 perkara tersebut yaitu:

  1. Dipenuhi keinginannya dengan segera,
  2. Dibuat menebus laku dosanya,
  3. Dipenuhi kelak di akhirat (sebagai simpanan).

 

Pernyataan seorang ahli hikmah: “Ada empat manusia Yang tidak akan menikmati kebahagiaan, yaitu:

 

  1. Kikir membalas bacaan salawat Nabi (ketika mendengar salawat, tidak ikut membacanya)
  2. Kikir menjawab suara azan.
  3. Kikir membantu atau membelanjakan hartanya demi kebaikan (kikir beramal baik).
  4. Kikir doa (tidak mau berdoa) baik demi kebaikan dirinya atau sesama mukmin, habis melakukan salat fardu.

 

Dari Ibnu Abbas, Nabi  bersabda: “Ketika kamu berdoa, maka angkatlah kedua tanganmu (caranya) telapak tangan di atas, jangan dibalik, kemudian diusapkan pada wajahmu jika sudah selesai”. (Al Hadis)

 

WALLAAHU ALAM

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Dua kalimat yang ringan di bibir (mudah diucapkan), tetapi berat dalam timbangan amal, dan sangat disenangi Tuhan, Yang pemurah, yaitu: SUBHAANALLAAHI WA BIHAMDIHII (Maha suci Allah dan segala puji bagiNya), dan SUBHAANALLAAHIL ‘ADHIIMI WA BIHAMDIHII (Maha Suci Allah lagi Agung dan segala puji bagiNya)”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Khalid ‘Imran, Nabi  bersabda: ”Siapkanlah perisaimu! Mereka bertanya: “Apakah ada musuh? Jawabnya: “Tidak, maksudku perisai dari api neraka. Apa itu ya Rasulullah? Jawabnya: “Mengucapkan: SUBHANALLAAHI WALHAMDU LILAAHHI WALAAILAAHHA ILLALLAAHHU WALLAAHHU AKBAR WALAA HAULA WALAAQUWWATA ILLAA BILLAAHHIL ‘ALIYYIL ‘ADHIM. (Maha Suci Allah dan segala puji bagiNya Tiada Tuhan lain, kecuali Allah, Yang Maha Besar Dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Tinggi lagi Agung), lalu ucapan itu akan mendahului dan menyingkirkan neraka dan memelihara keselamatannya, kelak dihari Kiamat”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sariadnya dari Dlahak dari Ibnu Abbas, katanya: “Kata Israfil kepada Nabi : “Hai Muhammad, bacalah: Sebanyaknya, yang diketahui Allah, Maka orang yang membacanya 1x, Allah menentukannya 5 perkara, yaitu:

  1. Dihimpun dengan orang yang berzikir sebanyak-banyaknya.
  2. Dianggap paling utama dari orang yang berzikir siang-malam.
  3. Dijadikan tanaman sorga baginya.
  4. Segala dosanya lenyap, seperti gugurnya pohon kering.
  5. Dirahmati oleh Allah, dan tidak disiksa.

 

Kata Ibnu Abbas: “Saat Allah menciptakan ‘Arasy, para malaikat disuruh mengangkatnya, tidak kuat karena beratnya, lalu mereka disuruh mengucapkan: “SUBHAANALAAH” mendadak menjadi ringan (dan mereka kuat mengangkatnya). Sesudah itu para malaikat membacanya terus menerus, tiada hentinya. Kemudian saat Adam diciptakan ia bersin (disuruh membaca: “ALHAMDU LILLAAH sesudah ia membacanya, maka Allah menjawab: “YARHAMUKALLAAH” dan karena rahmat itulah Aku menciptakan kalian (manusia).

 

Kata Malaikat: ”Inilah kalimat mulia lagi baik, yang tidak layak diabaikan, lalu direntetkan dengan kalimat pertama, menjadi: ””SUBHAANALLAAHI WAL HAMDU LILLAAH” dan mereka membacanya tiada putus-putusnya, hingga Allah mengutus Nabi Nuh , Karena kaum Nabi Nuh , adalah manusia pertama pencipta patung berhala, maka diserukan kepada Nabi Nuh dan kaumnya agar membaca: ””LAA ILAAHA ILLAALLAAH’. agar memperoleh rida Allah.

 

Kata para malaikat: “Inilah kalimat ketiga yang besar dan baik, lalu disusun dengan dua kalimat tersebut di atas, sehingga mereka membacanya tiada putus-putusnya: “SUBHAANALLAAHI WAL HAMDU LILLAAHI WALAAILAAHAA ILLALLAAH”.

 

Kemudian Allah mengutus Nabi Ibrahim dengan berkorban, yang ditebusnya dengan domba, sewaktu ia melihat domba tersebut membaca: ””ALLAAHU AKBAR”, karena gembiranya melihat nikmat Allah itu. Dan para malaikat menganggapnya “ini kalimat keempat”, yang sungguh besar dan baik, hingga disusun menjadi bacaan: “SUBHANALLAAHI WALHAMDU LILLAAHI, WALA ILAAHAA ILLAALLAAHU WALLAAHU AKBAR”.

 

Sampai pada saat Jibril menyampaikannya kepada Nabi  beliau kagum seraya membaca: “LAAHAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM”. Sahut Jibril, susunlah dengan kalimat sebelumnya, sehingga akhirnya sempurna menjadi bacaan:

 

Kata Ibnu Mas’ud: Tentang akhlak, rezeki dan harta pembagiannya sudah ditentukan oleh Allah, baik kepada orang yang disenangi ataupun dibenci, tetapi tentang iman lain, Allah memberikan khusus kepada orang yang dicinta olehNya, oleh karena itu jika Allah mencinta seseorang, pasti diberinya iman. Dan orang yang kikir harta demi bersedekah, atau takut musuh hingga enggan berjihad serta keberatan bangun (salat) malam, maka bacalah sebanyaknya: “LAAILAAHAA ILLAALLAAHU WALLAAHHU AKBAR, WASUBHAANALLAAHII WALHAMDU LILLAAH”.

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda: “Bacaan (di bawah) ini, bagiku lebih baik dibandingkan dengan memperoleh harta sepenuh bumi ini, sepanjang matahari memancarkan sinarnya”.

 

Inilah bacaannya:

 

Dari Samurah Jundub, Nabi 5 bersabda: ” Empat kalimat (di bawah) Ini sangat utama, dibaca dengan cara sesuka hatimu, mana saja yang didahulukan, boleh diurutkan sebagai berikut:

 

Ibnu Mas’ud sudah terbiasa membaca:

 

Itulah qardlan hasanan (simpanan terbaik), sewaktu ia mendengar pengemis membaca ayat sebagai berikut:

 

Artinya:

“Siapakah orang yang senang meminjami harta (hutangan) yang baik kepada Allah?”.

 

Kalimat tersebut di atas adalah merupakan pengganti sedekah bagi orang miskin yang ingin bersedekah, agar dapat memperoleh pahalanya sedekah (Al Faqih).

 

Ketika para sahabat beramai-ramai memberi sedekah atas anjuran Rasulullah , maka Abu Umamah tetap diam di majelis ta’lim beliau  seraya menggerakkan bibirnya, ketika beliau bertanya: “Kenapa kau gerakkan bibirmu? Jawabnya: ”Ya Rasulullah mereka beramai-ramai memberi sedekah, sedangkan aku tiada sedikitpun harta untuk itu, lalu aku membaca:

 

Kemudian beliau  bersabda: “Hai Abu Umamah, itu lebih baik bagimu, dibanding dengan engkau bersedekah satu mud emas, kepada fakir-miskin”.

 

WALAAHU ALAM

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad Abdurrahman, Nabi  bersabda :” Ketika ada orang (umatku) mengucap alm kepadaku, sesudah aku tiada, maka Jibril menyampaikannya kepadaku, katanya: “Hai Muhammad inilah salam dari Fulan putra fulan, lalu beliau menjawabnya: “WA’ALAJHHIS SALAAM? artinya: Salam, rahmat dan berkah Allah juga tetapkanlah kepadanya”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas Malik, katanya: “Rasulullah  naik ke mimbar, membaca: “AMIN”, lalu naik dan membaca: “AMIN”, lalu naik dan membaca: “AMIN”, kemudian duduk di atasnya, lalu Mw’adz Jabal bertanya: “Ya Rasulullah, apa sebab ketika naik mimbar tadi, baginda mengucapkan amin sampai 3x? Jawabnya: Jibril datang dan berkata: “Hai Muhammad, orang yang menemui Ramadan tetapi tidak diampuni dosanya hingga mati, maka masuklah ke neraka, Allah menjauhkan rahmat darinya. Jawabku: “AMIN”. Dan orang yang mendapatkan kedua atau salah satu orang tuanya, tetapi tidak berbakti kepadanya hingga mati, masuklah ke neraka, Allah menjauhkan tahmat darinya. Jawabku: ” AMIN”. Dan orang yang mendengar sebutan asmamu, tidak bersalawat hingga mati, masuklah ke neraka, Allah menjauhkan rahmat darinya. Jawabku:” AMIN”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Musayyab, kata Umar: “Aku mendengar bahwa Doa setiap orang ditahan di antara langit-bumi, ia tidak akan naik, kecuali jika dibacakan salawat Nabi.

 

Dari Muhammad Munkadir dari Jabir Abdullah, Nabi  bersabda: “Orang yang bersalawat kepadaku setiap hari 100x, pasti dipenuhi 100 hajat (keinginan)nya, 70 berupa urusan akhirat dan 30 urusan duniawi”, (Al Hadis) ,

 

Said Umair Anshary, salah satu peserta (tentara) pasukan perang Badar berkata, Rasulullah  bersabda: “Orang yang bersalawat kepadaku Satu kali dengan ikhlas, maka Allah memberi rahmat sepuluh kepadanya, dan derajatnya ditingkatkan 10 tingkat, serta diampuni 10 dosanya”.

 

Al Faqih dari ayahnya: “Sufyan Tsaur ketika thawaf, melihat orang setiap mengangkat kaki dan meletakannya membaca salawat, lalu diperingatkan: “Hai kawan, kamu tidak bertasbih dan bertahlil, melainkan terus bersalawat saja, apa dasarnya? Jawabnya: “Siapa anda, scmoga Allah menyelamatkan anda. Jawabnya: ”Sufyan Tsaury. Lalu katanya: “Seandainya anda bukan orang popular saat ini, pasti aku enggan memperkenalkan diri (membuka rahasia)ku ini, katanya: “Sewaktu aku menunaikan haji bersama ayah, lalu ia tertimpa musibah (sakit) di tengah jalan, pada suatu malam aku tengah menjaganya, mendadak ia meninggal dunia sedang mukanya berubah menjadi sangat hitam INNAALILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN”, mukanya segera ditutup dengan sarung, dan di tengah kesusahan itu aku tertidur, mimpi bertemu dengan orang sangat bagus wajahnya dan berpakaian bersih serta semerbak bau harum, mendekati mayit ayahku, ia membuka wajahnya dan mengusapnya, akhirnya wajah ayahku berubah menjadi sangat putih, lalu ia kembali dan dengan cepat aku memegang gemisnya seraya bertanya: “Siapakah anda ini? Jawabnya: “Masa kamu tidak kenal? Aku inilah Muhammad bin Abdullah, pembawa wahyu Allah (Alquran), dan ayahmu adalah orang yang terlalu menuruti nafsunya, banyak dosanya, tetapi ia senang bersalawat kepadaku, kemudian sewaktu ditimpa musibah yang demikian ini, ia minta bantuanku dan aku cepatcepat membantunya, dan ketahuilah bahwa, “Aku senang membantu orang yang banyak bersalawat kepadaku”. Akhirnya aku terbangun dari mimpiku, dan terbukti dengan nyata perubahan wajah ayahku menjadi sangat putih. Dari Amr Dinar, dari Abu Ja’far, Nabi  bersabda: “Orang yang enggan atau lupa bersalawat kepadaku, berarti ia tersesat jauh dari jalan sorga”. (Al Hadis)

 

Pari Abu Hurairah, dari ayahnya, Nabi  bersabda: “Ada empat faktor penyebab penyesalan (kekecewaan) yaitu:

 

  1. Kencing berdiri.
  2. Terburu mengusap dahi sebelum selesai salat.
  3. Tidak menjawab suara azan (Mu’adzin).
  4. Tidak bersalawat kepadaku, saat aku disebut orang (kikir membaca salawat).

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda: ”Bersalawatlah kepadaku, karena dengan salawat lenyaplah kotoran (dosa)mu, dan memohonlah kepada Allah dengan wasilahku. Para sahabat bertanya: “Apa itu wasilah (perantaraan) ya Rasulullah? Jawabnya: “Yaitu, derajat tertinggi di sorga, yang tidak mungkin dapat diperoleh, kecuali hanya oleh satu orang (manusia), harapanku mudah-mudahan: ”Aku (Muhammad)lah satusatunya manusia yang mencapainya”.

 

Seandainya balasan salawat bagi pembacanya, terbatas hanya memperoleh syafaat Nabi  itu saja sudah dapat dipastikan (cukup) menjadi kewajiban bagi manusia yang berotak normal, untuk meningkatkan (memperbaiki)nya, apalagi dengan adanya jaminan diampuni dosanya dan memperoleh salawat (rahmat) dari Allah”.

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Orang yang bersalawat sekali (1x) kepadaku, pasti Allah memberi 10 rahmat kepadanya, dan dilenyapkan 10 dosa-dosanya”. (Al Hadis)

 

Jika anda ingin membuktikan secara nyata, tentang kebesaran (bacaan) salawat, dibandingkan dengan ibadat lainnya, coba perhatikan dan analisalah ayat berikut ini:

 

Artinya:

“Bahwasanya Allah dan para malaikatNya, bersulawar kepada Nabi  (oleh karena itu) bersalawatlah dan uluk salaAllah kepadanya, hai orang-orang yang beriman”.

 

Pada setiap Ibadah, seruannya langsung ditujukan oleh Allah kepada hambaNya, tetapi ada kelainan (keistimewaan) khusus (ibadat) salawat, bahkan dinyatakan: “Allah sendirilah mengawalinya (bersalawat), lalu diikuti oleh para malaikat, pada akhirnya diserukan dengan tekanan wajih bersalawat manusia yang beriman (Mukmin dan Muslim)”. Maka dengan demikian terbukti dengan nyata bahwa: “Salawat adalah ibadat yang paling istimewa (tertinggi) di antara ibadat-ibadat lainnya”. (Al Faqih dalam ulasannya).

 

Dari Abdurrahman Abu Laila, dari Ka’ab Ujrah: Kami bertanya: ”Ya Rasulullah, bagaimana sebaiknya (cara) bersalawat kepadamu? Jawabnya, ”Bacalah:

 

Setengah lainnya, salawat yaitu:

 

Setengah lagi, salawat yaitu:

 

Artinya: “Ya Allah, aku mohon persaksian dariMu dan para malaikatMu, bahwa: “Aku bersalawat kepada Nabi Muhammad ”.

 

Dan ada pula salawat seperti di bawah ini:

 

Artinya: “Ya Allah, tetapkanlah salawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya Nabi yang ummi, dan seluruh kerabat serta sahabatnya, sepanjang manusia berzikir atau melupakan (juAllah mereka).

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah ‘Amr, Rasulullah  bersabda: “Kelak di hari Kiamat, ada orang diajukan ke depan (Mahkamah Pertimbangan Agung), lalu ditunjukkan 99 bendel ) (berisi catatan perbuatan) dosa-dosanya, panjang setiapnya selebar (sejauh) mata memandang. Mulailah bendelan-bendelan tersebut. diletakkan pada daun timbangan, sedangkan pada daun sebelahnya diletakkan pula “Kertas seujung jari” berisi “Syahadat” LAAILAAHHA ILLALLAAHH, WA ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHHUU WA RASUULUHH”, tidak diduga sebelumnya bahwa: “Ternyata berat kertas kecil itu, mampu mengalahkan berat bendelan-bendelan tersebut, otomatis lenyaplah segala dosanya”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muthallib Hanthab, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Bacaan yang teristimewa bagiku dan para Nabi terdahulu. yaitu: “LAAILAAHHA ILLALLAAHH”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah  bersabda: “Jibril turun seraya membaca ayat:

 

Artinya:

“Di hari bumi berubah (disanti) dengan lainnya, demikian langit. makhluk seluruhnya menuju Allah Yang Esa dan Perkasa. (Ibrahim )

 

Beliau  bertanya: “Bagaimana manusia saat itu? JawabNya: ” Ya Muhammad, mereka di atas bumi putih tiada seorangpun (pernah) berbuat dosa di tempat itu. Ketika Jahanam mengaung sekali (1x), para malaikat lari mencari pegangan kuat (yakni) ‘Arsy, dan setiapnya berdoa: “Ya Tuhan, selamatkanlah hamba, gunung-gunung seperti cabutan bulu, berhamburan dan berubah menjadi cairan, akibat takutnya dari Jahannam, maka jahannam yang mengaung sekali itu dipertahankan oleh 70.000 Malaikat Pemegang kendalinya, hingga diajukan kepada Allah, lalu diseru: “Hai Jahannam berkatalah, sahutnya ”LAA ILAAHA ILLALLAAH demi Kemuliaan dan KeagunganMU, saat ini aku akan membalas para (makhluk) pemakan rezekiMu tetapi tidak menyembah kepadaMu, siapa saja tidak akan selamat dariku kecuali yang Engkau izinkan. Lalu Nabi  bertanya: Apa maksudnya Engkau izinkan ya Jibril? Jawabnya: “Umatmu yang yakin dengan “LAA ILAAHA ILLALLAAH diizinkan melewatinya (selamat darinya). Sabda beliau : ””ALHAMDU LILLAAH Pemberi ilham Syahadat LAA ILAAHA ILLALLAAH”.

 

Kata Athak Abu Rabah: ”Kutanyakan kepada Ibnu Abbas, tentang ayat:

 

Artinya:

”(Allah) Pengampun dosa-dosa manusia yang menyakini ”LAA ILAAHA ILLALLAAH” dan Dia Penerima taubat mereka yang meyakininya, tetapi siksaNya sangat tajam (keras) terhadap para penentang kalimat tersebut”.

 

Nasihat Al Faqih: “Bagi setiap orang hendaklah memperbanyak ucapan: “LAA ILAAHA ILLALLAAH” dan setiap hari (siang-malam). hendaklah memohon kepada Allah, agar tidak sampai Imannya terlepas darinya, dan peliharalah dirimu agar tidak sampai berbuat maksiat, kerena tidak sedikit orang yang mengucapkan kalimat tersebut, tetapi di akhir hayatnya Imannya lepas, akibat perbuatan jahatnya, akhirnya mati kafir, sungguh tiada kecelakaan yang lebih besar dibandingkan dengan “semula menyatakan Islam, lalu di akhir hayatnya menjadi kafir” itulah suatu kerugian besar tiada terhingga.

 

Penyesalan terbesar bukan dialami oleh mereka yang keluar gereja lalu masuk neraka, tetapi bagi seorang muslim yang keluar dari masjid, lalu dijerumuskan ke dalam neraka, hal itu faktor penyebabnya adalah amal perbuatannya sendiri. Terkadang seseorang terjerumus dalam urusan harta orang, belum sempat minta dihalalkan terburu kedatangan ajalnya (alias mati), atau bertengkar dengan istrinya sampai jatuh haram (dengan ucapan talak misalnya), tetapi karena anaknya banyak, lalu (eman) kasihan mencerainya (secara hukum adat di depan pengadilan agama), hingga mati dalam keadaan haram, dan terkadang akibat itu Imannya lenyap.

 

Oleh karena itu, benahilah segala urusanmu sebelum maut merenggut nyawamu, dengan sebaik-baiknya, kepastiannya secara mendadak (tanpa pemberitahuan terlebih dahulu), jika demikian maka kamu akan menderita atau menyesal selamanya, dan oleh karena itu pula, hendaklah memperbanyak zikir kalimat ””LAA ILAAHA ILLALLAAH”. Hasan Bashri menyatakan: “Kalimat itu harga sorga”.

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Harga sorga yaitu: ”LAA ILAAHA ILLALLAAH”. (Al Hadis)

 

Tanya Abu Hurairah :”Ya Rasulullah, siapakah manusia terdahulu menikmati syafaatmu? Jawabnya: ” Yaitu, orang yang mengucapkan ”LAA ILAAHA ILLALLAAH?” dengan ikhlas (sepenuh) hatinya”.

 

Penjelasan Mujahid, tentang ayat:

 

Artinya:

“Pada suatu saat (saman) akan terjadi orang-orang kafir masuk Islam (menjadi muslim) yaitu di saat mereka pernah beriman dengan kalimat ”LAA ILAAHA ILLALLAAH” keluar dari neraka, dan pada hari itu orang-orang menyesal, kata mereka: “Aduuuh, seandainya kami dulu beriman”. (Al Hijr 2)

 

Artinya:

“Orang yang datang di akhirat dengan kebaikan (yaitu ”LAA ILAAHA ILLALLAAH”) maka ia akan memperoleh balasan lebih baik berupa sorga. Dan sebaliknya. ”Orang yang datangnya dengan kejahatan (Yaitu: ”Syirik”) maka mukanya tersungkur ke dalam neraka”.

 

Penjelasan Hasan Bashry tentang ayat:

 

Artinya: .

Tiada balasan bagi orang yang beramal baik (yaitu: “Yang Meyakini ”LAA ILAAHA ILLALLAAH”), kecuali sorga”.

 

Dari Ibnu Abbas: “Pada suatu hari Jibril berkata kepada Nabi :

 

“Hai Muhammad, Salam Tuhan untukmu, FirmanNya: “Kenapa engkau sedih, padahal Allah lebih Mengetahui? Jawabnya: “Pikiranku tertuju kepada umatku kelak di hari Kiamat, Lalu tentang urusan orang kafir atau Islam? Jawabnya: “Tentang orang-orang yang meyakini “LAA ILAAHA ILLALLAAH”. Kemudian Jibril mengajak beliau ke makam Bani Salimah, ia pukulkan sayap kanannya seraya berkata: “Bangunlah dengan izin Allah, lalu bangkitlah wajah putih seraya membaca: “LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADURRASUULULLAAH”.ALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN. Kata Jibril: “Kembalilah, lalu ia kembali ke makamnya, dan ia pukulkan sayap kirinya seraya berkata: “Bangunlah dengan izin Allah lalu keluarlah muka hitam, mata biru dan mengeluh: “Celaka aku dan menyesal. Kata Jibril: ” Kembalilah, lalu ia kembali ke kuburnya. Kemudian Jibril berkata: “Demikianlah mereka akan dihidupkan kelak di hari Kiamat, persis dengan keadaan sewaktu matinya.

 

Dengan dasar kenyataan yang ada, beliau #£ bersabda:

 

Artinya:

“Ajarkanlah mayit-mayitmu dengan kalimah ”LAA ILAAHA ILLALLAAII” sebab kalimat itu sanggup menggugurkan dosa hingga tuntas. Tunya sahabat: “Bagaimana jika dibaca sewaktu hidupnya ya Rasulullah? Jawabnya: “Bahkan lebih menggugurkannya lebih tuntas lagi”. (Al Hadis)

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Datangilah mayit-mayit kalian, dan ajarkanlah kalimat thawibah kepada mereka dan beritahukan kepada mereka akan sorga, karena bugi yang bersabar dan mengerti (dari pria wanita) menderita kebingungan saat itu,Iblis pun sangat dekat waktu itu (yaitu): saat ukan meninggal dunia dan meninggalkan semua kekasih. Dan mereka jungan kau patahkan dari rahmut Allah, karena ia sangat berat penderitaannya, dan sangat dahsyat keadaannya, Demi Allah, menghadapi Malaikat maut sangat berat, melebihi pukulan pedang 1000x”.

 

Al Kisah di zaman Bani Israil ada dua orang yang sangat populer namanya di kalangan masyarakat, Pertama ahli Ibadah dan yang kedua terkenal sebagai pelacur. Kemudian orang pertama (ahli ibadat) mati, dan Nabi Musa diberitahu lewat wahyu bahwa ia masuk neraka. Tidak lama kemudian pelacur itupun mati tetapi Nabi Musa diberitahu bahwa ia masuk sorga. Kasus ini diselidiki oleh Nabi Musa, ia bertanya kepada istri ahli ibadat itu. Jawabnya: “Suamiku adalah seorang yang tekun beribadat, engkaupun menyaksikannya demikian. Tanya Musa: ”Selain itu? Jawabnya: ” Setiap menjelang tidur ia berkata: “Sungguh untung kami jika yang diajarkan Musa itu benar. Kemudian pertanyaan beralih kepada istri pelacur itu, kata Musa: “Apa amal suamimu itu? Jawabnya: “Ia Seorang pelacur dan engkau menyaksikannya, Lalu selain itu? Jawabnya: “Setiap menjelang tidur ia membaca: “LAA ILAAHA ILLALLAAH WAL HAMDU LILLAAH berdasarkan ajaran Nabi Musa  .

 

Nabi . bersabda: “Orang yang membaca “LAA ILAAHA ILLALLAAH” berdasar iman sungguh-sungguh, maka keluarlah dari mulutnya seekor burung hijau bersayap putih-putih dari mutiara yagut lalu terbang ke langit, hingga dengungnya terdengar di bawah ‘Arasy bagaikan lebah, sampai diserukan: “Tenanglah, Jawabnya: “Tidak, sebelum Engkau mengampuni dosa pembacanya, kemudian Dia memberi ampun orang yang membacanya. Akhirnya burung itu diberi 70 lidah untuk beristighfar (memohonkan ampun) bagi pembaca: “LAA ILAAHA ILLALLAAH” hingga kiamat”. Sesudah tiba saatnya Kiamat, ia menyambut pembaca kalimat tersebut dan mengantarkannya ke sorga”.

 

Saat Fir’aun tenggelam, Nabi Musa berdoa: Ya Allah, berilah petunjuk cara mensyukuri nikmat pemberianMu ini, JawabNya: “Bacalah: “LAA ILAAHAA ILLALLAAH?”. Lalu ia minta tambahan, dijawab: “Hu Musa, seandainya tujuh isi langit bumi diletakkan pada daun timbangan, lalu kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAAH” pada daun lainnya, pasti lebih berat ””LAA ILAAHA ILLALLAAH?”.

 

Ada tiga hal yang tidak dihijab dari Allah, yaitu:

 

  1. Keyakinan pada”LAA ILAAHA ILLALLAAH”.

 

  1. Doa orang yang optimis (meyakinkan diri bahwa doanya pasti dikabulkan).

 

  1. Doa orang tua terhadap anak atau putranya dan doa orang yang dianiaya. (Demikian kata Mujahid).

 

Orang yang membaca ”LAA ILAAHA ILLALLAAH” dengan ikhlas, lalu dipanjangkannya karena mengagungkan, pasti dosanya dihapus oleh Allah sebanyak 4000 dosa besar. Ditanya: ”Jika dosanya tidak sampai 4000? Jawabnya: “Untuk menghapus dosa tetangga dan keluarganya yang muslim”. (Salah seorang sahabat)

 

Al Faqih menegaskan: “Orang yang selalu mengamalkan 7 kalimat, pasti mulia di sisi Allah, malaikat dan diampuni dosanya, sekalipun sebesar buih di lautan, dan diberi nikmatnya beribadat, hidup atau mati baginya sama saja baiknya, yaitu:

 

  1. Sebelum melakukan pekerjaan (amal baik) tidak lupa membaca Basmalah (BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM).

2, Sesudahnya mengucapkan hamdalah (ALHAMDU LILLAAHI RABBIL ‘AALAMIIN).

3, Jika terjadi kekeliruan segera istighfar (ASTAGHFIRULLAHHAL ‘AZHIIM).

  1. Ketika bersanggupan (janji) melakukan sesuatu hal, berkata: “INSYA ALLAH” (artinya: “Jika Tuhan Menghendaki, aku akan melakukannya).

5, Ketika menghadapi masalah yang menyulitkan membaca: “LAAHAULA WALAA OUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM”.

  1. Ketika ditimpa musibah (bala) membaca: INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJIUUN”.
  2. Setiap hari (siang-malam) bibirnya selalu berzikir kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAAH”.

 

Dari Amr Dinar dari Jabir Abdullah dari seorang sahabat: “Muadz Jabal sewaktu akan meninggal berkata kepada para penengoknya (orang di sekitarnya): “Sampaikanlah sebuah hadis ini aku mendengarnya dari Rasulullah  sabdanya demikian:

 

Artinya:

 

“Orang yang membaca kalimat ”LAA ILAAIIA ILLALLAAH” dengan ikhlas dan yakin hatinya, pasti masuk sorga”. (Al Hadis)

 

Sabdanya pula:” Orang yang diajari (dituntun) dengan kalimat” LAA ILAAHA ILLALLAAH” menjelang matinya, pasti masuk sorga”.

 

Juga beliau bersabda:

 

“Orang yang hidupnya di dunia di akhiri dengan kalimat ”LAA ILAAHA ILLALLAAH” pasti masuk sorga”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid Aslam, dari Amr Dinar, dari Jabir Abdullah, Nabi  bersabda: “Akan kuajarkan kepada kalian wasiat (seruan) Nabi Nuh  kepada putranya: “Aku serukan kepadamu, hai anakku dua perkara, yaitu: “Membaca kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAH”, Seandainya bumi-langit diletakkan di atas daun timbangan, dan kalimat tersebut pada daun lawannya, pasti lebih berat kalimat tersebut daripada keduanya (bumi-langit). Kedua, yaitu “Membaca tasbih: ”SUBHAANALLAAHI WABIHAMDIHI’ karena tasbih itu adalah salatnya para malaikat dan doanya semua makhluk, dan dengan itu semua makhluk memperoleh rezeki.

 

Dan pula aku melarangmu dua perkara, yaitu: “Janganlah syirik kepada Allah, sebab sorga haram bagi orang yang syirik kepada Allah, Kedua, yaitu: ”Kamu Janganlah sombong, sebab baginya haram masuk sorga, sekalipun kesombongan itu hanya seberat biji sawi”. (Al Hadis).

 

Disebutkan pula dalam suatu hadis, bahwa: “Orang yang membaca kalimat”LAA ILAAHA ILLALLAH pasti masuk sorga, dengan catatan diserta dengan ikhlas, dan ikhlas tidak mudah dicapai kecuali bagi orang yang sanggup mengekang maksiat (perbuatan dosa), menyimpang dari catatan itu berarti bukan ikhlas namanya, melainkan hanya berupa pinjaman belaka, yang pada saatnya akan ditarik kembali, dan akhirnya lepaslah tersebut daripadanya.

 

Al Faqih menjelaskan: “Dalam hal IMAN manusia terbagi nienjadi dua, yaitu:

 

  1. Iman pemberian, yakni iman yang sanggup menghindarkannya dari laku maksiat (perbuatan dosa), dan menjadi motifasi (pendorong) suka beramal dan beribadat atau taat.
  2. Iman pinjaman, yakni iman yang tidak mampu membendung laku maksiat, dan tidak mampu membangkitkan rasa senang beramal dan beribadat atau taat, karena ia memiliki sepenuhnya (barang pinjaman tersebut).

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAAH” adalah harga sorga. Dalam riwayat lain disebutkan:

 

Artinya:

“Kunci (alat) pembuka sorga yaitu kalimat ”LAA ILAANA ILLALLAAII”, setiup kunci harus bersisi, setengahnya yaitu bibir yang selalu basuh sikir kepada Allah. dan bersih dari luka seperti menggunjing, dan lain-lain. Demikian pula hati harus bersih duri segala penyakitnya seperti: “Iri, hasud, khianat. Tidak ketinggalan pula perut juga harus suci duri makanan (barang) haram atau subhat, sedangkan anggota tubuh lainnya harus disibukkan dengan beribudut atau taat, serta bersih dari segala maksiat”.

 

Kata Abu Dzar, aku bertanya kepada Nabi &: “Ya Rasulullah, berilah aku amalan yang sanggup mendekatkan diriku ke sorga, dan menjauhkannya dari neraka, Sabda beliau $£: “Sehabis melakukan dosa, Cepat-cepatlah (bertaubat dan) melakukan amal kebaikan karena 10x lipat pahala baginya. Aku bertanya: Ya Rasulullah, apakah LAA ILAAHA ILLALLAAH termasuk amal kebaikan? Jawabnya: “Bahkan amal kebaikan yang paling unggul”.

 

Salamah Zaid dari Hudzaifah Yamany, katanya: “(Pada suatu saat) Islam menjadi kabur, hingga seorangpun tiada yang mengerti tentang balat, dan puasa, dan setengahnya masih ada yang ingat: “Dulu, orangOrang sebelum kami menyebutkan ”LAA ILAAHA ILLALLAAH” lalu kami ikut menyebutnya. Ketika ditanya, apakah faedahnya? Jawabnya: “Kalimat tersebut dapat menyelamatkan mereka dari api neraka, dan memasukkannya ke sorga”.

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud, katanya:

 

Artinya:

”Alquran adalah pemberi svafaat dan pasti diterima syafaatnya, dan pemimpin yang dipercaya, maka orang yang berpimpinan Alquran pusti dibimbing ke sorsa, dan orang yang menolak pimpinannya pasti dijerumuskan ke neraka”. (Al Hadis)

 

Ketika Umar menunaikan haji seorang budak diangkat mewakili kepemimpinan di Makkah, oleh Nafi’ Abdul Harits (seorang pejabat Mekkah), Tanya Umar: Pemerintahan di Mekkah kau serahkan kepada siapa? Jawabnya:” Kepada Abdurrahman Abu Abza, sahut Umar: ” Kenapa kau berani mengangkat seorang turunan budak memimpin (mengatasi) bangsawan Ouraisy? Jawabnya: “Habis lainnya tiada lagi yang pandai tentang Alquran , sahutnya: ”Ya benar, nyata kepada kita bahwa: Allah mengangkat derajat seseorang dengan Alquran juga merendahkannya dengan Alquran, setengahnya yaitu Abdurrahman yang dijunjung derajatnya oleh Alquran.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud, katanya: “Alquran adalah sebagai hidangan, jamuan Allah, maka pelajarilah sebaik mungkin, karena ja adalah pengikat hubungan dengan Allah Yang kokoh, dan sebagai cahaya penerang, obat penyembuh yang sangat besar gunanya, menjaga manusia yang berpegang dengannya, sebagai juru penyelamat bagi pengikutnya, tegak lurus tidak tersesat, mutiara yang terkandung di dalamnya tiada mengenal habis, tidak bakal lapuk akibat terlampau banyak diulang bacanya. Dari itu, bacalah Alquran karena setiap hurufnya dibalas 10 kebaikan, ketahuilah jika aku membaca:”ALIF LAAM MIIM berarti ALIF 10, LAM 10, dan MUM 10 kebaikan balasan darinya.

 

A’masy dari Abu Salih dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Orang yang melapangkan penghidupan sesama muslim (yang) tengah kesulitan dunia, pasti Allah melapangkannya kelak (ketika ia menghadapi kesulitan di) akhirat, dan orang yang meringankan beban seseorang pasti Allah meringankannya dunia akherat. Allah tetap menolong seorang hamba yang selalu menolong saudara sesama muslimnya. Dan orang yang tengah menuntut ilmu agama, pasti Allah memudahkan baginya jalan menuju sorga. Ketika ada suatu jamaah (masyarakat) berkumpul dalam rumah Allah (Masjid, surau dan lain-lain) belajar dan memperdalam kitab Allah, pasti mereka dijamin aman, diberi rahmat dan sekelilingnya dijaga oleh para malaikat, dan selalu disebut-sebut namanya oleh Allah di hadapan para malaikatNya.

 

Dari Yazid Abu Habib, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Siapa saja yang belajar Alquran, pusti kedua orang tuanya diringankan siksanya, sekalipun mereka berdua itu kafir”. (Al Hadis)

 

Kata Abdullah Amr ‘Ash: “Kenabian seakan mengelilingi diri orang yang membaca Alquran, perbedaannya ia tidak menerimanya secara langsung. Dan bagi orang yang merasa rendah atas pemberian Allah berupa pandai Alquran, berarti ia telah menganggap kecil terhadap apa yang diagungkan Allah  dan sebalik-nya, berarti membesarkan apa yang kecil atau remeh bagi Allah. Dan ia tidak boleh bersikap acuh seperti orang bodoh, atau menyesal dan dengki sebagaimana sikap yang dimiliki kebanyakan manusia, tetapi ia harus lapang dada dan pemaaf.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Orang yang pandai Alquran sebaiknya (terkenal) sebagai orang Tahajjud (bangun malam) di saat kebanyakan manusia tengah tidur, dan puasa di siang harinya, serta merasa sedih di tengah umumnya manusia pada tertawa, berlaku khusyuk sekalipun umumnya manusia pada sombong. Sering-seringlah menangis, sedih, sabar, pendiam dan lunak hati atau pemurah. Tidak boleh lupa, keras kepala, pemarah dan berlaku kejam”.

 

Dari Mw’adz Jabal, Nabi  bersabda: “Ada  perkara yang asing di dunia ini, yaitu:

 

  1. Alquran di dada manusia zalim (penganiaya).
  2. Orang salih di tengah-tengah manusia jahat.
  3. Mushaf (Alquran) dijadikan pajangan di dalam rumah, tetapi tidak pernah dipelajari (dibaca).

 

Orang yang membaca Alquran, seakan-akan ia melihat Nabi  lalu ia membaca:

 

Artinya:

“Alquran diwahvukun kepadaku agur menjadi peringatanmu dan orang-orang di sekitarnya”. (An’am bagimu dar di sek ” (An’am 19)

 

Ada sebuah hadis yang menyebutkan bahwa: “Di sorga bertingkat sejuAllah bilangan ayat Alquran, hingga diserukan kepada orang yang pandai Alquran (kelak di hari Kiamat): “Bacalah dan naiklah setingkat bagi setiap ayat, jika hafalannya habis, maka diserukan pula: Seandainya kamu melebihi (ayat yang dibaca itu) pasti Kami menambah pula bagimu”. (Demikian pernyataan Muhammad Ka’b Quradly).

 

Khalid Basyir dari Husain Ali, Nabi  bersabda: “Orang membaca Alquran tengah salat berdiri, pahala setiap hurufnya 100 kebaikan, jika alatnya duduk, maka hanya separohnya (50 kebaikan), dan jika diluar alat setiap hurufnya 10 kebaikan, dan bagi yang mendengarkannya (dengan cacatan mengharap pahala Allah), setiap hurufnya satu kebaikan, sedangkan bagi yang membacanya sampai khatam baginya memperoleh maqam doa mustajab, terkadang dikabulkan doa tersebut di segerakan di dunia, atau kelak di akhirat.

 

Artinya:

Nabi  bersabda: Ada 3 Faktor penvebub menjadi munufik, bagi orang yang menghinu atau merendahkannya, yaitu:

  1. Pejabat atuu pemimpin yang adil.

2, Orang tua dalam Islam.

  1. Orang yang pandai membaca dan mengajarkan) Alquran. (Al Hadis).

 

Dari Abu Umamah, Nabi  menganjurkan kami agar mempelajari Alquran, dan tentang keistimewaannya dijelaskan beliau sebagai berikut: “Pelajarilah Alquran, kelak di hari Kiamat ia akan menemui ahlinya saat ia (pembacanya) sangat memerlukan bantuannya, bentuknya sangat indah, lalu katanya: “Anda mengenal aku? Jawabnya: “Siapakah sebenarnya engkau ini? Jawabnya: “Akulah yang selalu anda senangi, disanjungsanjung, bahkan anda merepotkan diri tahajjud (bangun malam) hanya karena aku, dan di siang haripun aku dibacanya. Jawabnya: Engkau Alquran ya? Benar, lalu ia dibimbing menghadap Allah, ia diberi kerajaan yang kekal, mahkota dihiaskan pada kepalanya, dan pula kedua orang tuanya, dihiasi dengan perhiasan yang tidak dapat dibandingkan dengan nilai dunia sekalipun dilipat gandakan, sampai mereka berdua bertanya: “Balasan amal kami yang mana semua ini? Di jawab: “Inilah pahala anakmu yang belajar (mengajarkan) Alquran”.

 

Rasulullah  bersabda: ”Pelajarilah kedua pelita penerang (yaitu Surat Al Bagarah dan Ali Imran), karena di hari Kiamat mereka berdua akan menjumpaimu berupa mega (awan) yang menaungi, atau burungburung yang menaungi dengan sayapnya, mereka sanggup menjadi pembela bagi pembaca dan pengamalnya”.

 

Nabi  bersabda: ”Pelajarilah surat Al Bagarah, karena ia membawa barakah bagi yang memanfaatkannya, dan yang meninggalkannya akan menyesal, dan tidak dapat menerima para ahli sihir, serta orang-orang yang tak jujur”.

 

Semua itu hanya berlaku bagi orang yang benar-benar mempelajari Alquran, tidak main-main di dalamnya, dan mematuhi segala ajarannya, serta tidak dimanfaatkan untuk mencari penghidupan (makan) dengannya. (Al Faqih).

 

Saad Abi Waqash menyatakan: “Orang yang khatam Alquran di siang hari, maka para malaikat memohonkan ampun baginya di sore hari, jika khatam di malam hari, maka dimohonkan ampunan pagi harinya. Sedangkan para sahabat sering mengkhatamkannya di siang hari”.

 

Keterangan Abdullah Mubarrak: “Para Salihin kebanyakan khatam Alquran di siang hari musim kemarau, dan dimalam hari musim hujan (dingin), agar doa para malaikat bagi mereka lebih lama dan banyak”.

 

Qatadah dari Anas, dari Abu Musa Asy’ary, Nabi  bersabda: Orang mukmin yang membaca Alquran diumpamakan seperti jeruk (rasanya) manis, (baunya) sedap, tetapi yang tidak membacanya seperti buah korma (rasanya) enak (baunya) tidak ada. Dan diumpamakan lagi: “Orang berdosa (fajir) yang membaca Alquran seperti bunga harum baunya, pahit rasanya, sedangkan yang tidak membacanya seperti handlalah (bau rasanya) pahit, lagi pula berbau basin”.

 

Dari ‘Uqbah ‘Amir, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Orang yang baca Alquran tartil, pelun-pelan adalah Seperti orang yung merahasiakan sedekahnya, sedangkan yang membacanya dengan suara keras adalah seperti orang yang bersedekuh terang-terangan ”.

 

Dari Walid Abdullah, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Segala dosa diperlihatkan kepadaku, muka uku melihut dosa Yang paling besar yaitu: “Orang yang pandai Alquran tetapi acuh terhadap (si kandungannya, alias tidak mengamalkannya)”.

 

Dari Thalg Habib, Nabi  bersabda: “Orang yang mempelajari Alquran, lalu melalaikannya dengan tiada alasan, maka direndahkan untuk setiap ayat satu tingkatan, dan kelak di hari Kiamat berpenyakit kusta (kudis), serta tiada pembela baginya.

 

Dalam lain riwayat, Nabi  bersabda: “Orang yang belajar Alquran, lalu melalaikannya, dengan tidak beralasan tepat, maka kelak di hari Kiamat berpenyakit kusta (yakni) tangannya putus-putus.

 

Adl-Dlahak menyatakan: “Orang yang belajar Alquran lalu melalaikannya, berarti akibat dari perbuatan dosanya, lalu ia membaca:

 

Artinya:

”Musibuh yang menimpa dirimu adalah akibat perbuatan (dosa)mu, dan banyak pulau yang dimaafkan oleh Allah. Dan musibah terbesar yaitu: ”Melalaikan Alquran”. (Asy Syuraa 30)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hanifah, katanya: ”Orang yang menghatamkan Alquran 2x (dalam waktu) setahun, berarti ia sudah menunaikan kewajiban karena beliau Nabi  membaca Alquran di hadapan Jibril setiap tahunnya (hanya) 1x, dan pada tahun kewafatan beliau mengkhatamkan 2x.

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Katsir Oais katanya: “Tengah aku duduk dengan Abu Darda di Masjid Damsyik, ada orang menghadap katanya: “Aku dari Madinah sengaja menghadapmu, sebab aku dengan engkau perawi hadis Rasulullah  Abu Darda bertanya: “Kedatanganmu dikhususkan menimba ilmu (belajar hadis)? Jawabnya: Benar, lalu kata Abu Darda’: “Aku dengar Nabi  bersabda: “Orang yang sengaja menempuh perjalanan demi menimba ilmu, pasti Allah memudahkan jalan menuju sorga kepadanya, dan malaikat membeberkan sayapnya untuk melindunginya, karena rela pada perbuatannya. Dan orang “Alim (pandai) dimohonkan ampun oleh masyarakat langit, bumi dan ikan-ikan air, tentang keistimewaannya melebihi ahli ibadat seperti bulan purnama mengalahkan bintang lainnya. Para Ulama adalah pewaris para Nabi, sedangkan mereka tidak mewariskan harta (emas-perak) tetapi ilmulah yang mereka wariskan. Maka orang yang memperolehnya berarti telah memperoleh warisan sebanyaknya”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Masud, katanya: “Ada dua macam rakus yang tidak pernah memuaskan, yaitu: 1. Penimba ilmu, 2. Penghimpun harta dunia, tetapi keduanya jauh berbeda (yakni), yang pertama selalu menambah rida Allah, sedangkan yang kedua, semakin jauh tersesat. Lalu ia membaca:

 

Artinya:

“Para Ulama-lah hamba-hamba Allah yang paling takwa kepadaNya”.

 

Juga membaca ayat:

 

Artinya:

“Tidak, tidaklah demikian, tetapi manusia terlalu melungguar batas jika ia merasa kaya (cukup)”.

 

A1 Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad Sirin, katanya: “Di masjid Basrah Aswas Syari’ tengah menyampaikan ceramahnya di muka umum, sedangkan di sudut lain banyak orang berkumpul tengah menimba ilmu fiqih. Kemudian aku masuk dan salat ”Tahiyyatal Masjid”, selesai salat, terlintas dalam benak: “Seandainya aku berkumpul dengan orang-orang yang tengah zikir, mungkin zikirku diterima dan memperoleh rahmat, atau jika aku bergabung dengan para penimba ilmu fiqih, aku dapat menambah pengertian dari mereka. Tetapi karena kurang mantapnya, lalu aku keluar, tidak memilih majelis keduanya, kemudian di malam harinya aku mimpi dikunjungi orang yang berkata:” Seandainya engkau bergabung dengan mereka atau yang tengah menimba ilmu fiqih, pasti kamu bertemu Jibril duduk bersama mereka”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa ingin menyaksikan orang dibebaskan Allah dari neraka, maka pandanglah para penimba ilmu agama (para santri), maka demi Allah yang Muhammad di bawah kekuasaanNya, tiada seorang santri (penimba ilmu) yang mengunjungi pintu orang ‘alim secara rutin, kecuali Allah mencatat setiap huruf yang dia pelajari dan setiap langkah kakinya, disamakan dengan ibadat satu tahun. Dan setiap langkah menjadi satu kota di sorga dan setiap itu pula dimohonkan ampun oleh bumi, setiap hari (pagi dan petang). Para malaikat siap menjadi saksi, sahutnya: “Inilah orang-orang yang dibebaskan Allah dari neraka”.

 

Al Faqih dari Abu Ja’far, katanya: “Ketika Nabi  masuk masjid, beliau menjumpai dua perkumpulan, pertama: ” Kumpulan ahli zikir, dan kedua: ” Kumpulan penimba ilmu fiqih dan berdoa mengharap rahmat Allah. Lalu beliau bersabda: “Kedua kumpulan ini adalah baik, tetapi salah satu dari keduanya ada yang lebih baik (lebih afdlal), Mereka yang berzikir adalah minta kepada Allah, akan diterima atau tidaknya terserah, sedangkan yang ini: “Mereka belajar dan mengajar kepada yang bodoh dan aku diutus selaku GURU atau PENGAJAR atau PENDIDIK, untuk itu mereka inilah yang paling utama, lalu beliau duduk menyertai mereka.

 

Menurut Abu Darda’: “Belajar satu masalah (agama) bagiku lebih baik daripada tahajjud (bangun) semalam suntuk”.

 

Pernyataan Ibnu Mas’ud: “Sekarang kalian hidup di zaman “AMAL lebih baik daripada ILMU”, tetapi di masa datang ”ILMU lebih utama daripada AMAL.

 

Dari Sa’id Musayyab, dari Abu Sa’id Khudry, Rasulullah  bersabda: “Di dunia ini amal yang paling utama tiga, yaitu:

 

  1. Menimba ilmu, karena orang yang selalu menimba ilmu menjadi kekasih Allah.
  2. Jihad atau perang sabil, karena orang yang jihad adalah Waliyullah.
  3. Mencari penghidupan (kasab), karena pengusaha yang takwa kepada Allah, adalah SHIDDIQULLAH.

 

Aban dari Anas, Nabi  bersabda: “Orang yang menimba ilmu bukan karena Allah, maka ia keluar dari dunia(meninggal) dipaksa oleh ilmunya, agar mengikhlaskannya karena Allah. Sedangkan yang ikhlas karena Allah, maka ia seperti orang puasa di siang hari dan bangun (tahajjud) di malamnya. Adapun belajar ilmu agama (sekalipun hanya satu masalah) adalah lebih baik daripada punya emas sebesar gunung Abu Qubais dibelanjakan untuk menegakkan agama Allah”.

 

Ada orang bertanya: “Sampai di manakah baiknya manusia itu belajar? Jawab Abdullah Mubarrak: “Sepanjang kebodohan itu buruk baginya, maka disitulah baik baginya belajar (berarti tiada batasnya)”.

 

Anjuran Mw’adz Jabal: “Belajarlah ilmu, sebab belajar itu adalah suatu kebaikan, dan menimbanya adalah ibadat, sedang mengingatnya adalah tasbih, lalu mengadakan penyelidikan padanya berarti jihad, kemudian mengajarkannya berarti sedekah, dan memberikannya kepada orang yang berbak adalah tagarrub, karena ilmu itu adalah cara untuk menempuh tingkatan atau derajat sorga. Ilmu adalah kawan di saat sunyi (kesepian) atau di tengah pengasingan, ia sebagai penunjuk jalan kegembiraan, dan penolong saat kesukaran, penghias di antara kawan, dan senjata penghalau musuh, Allah mengangkat derajat bangsa atau masyarakat dunia dengan ilmu, sehingga menjadi pimpinan yang dapat dicontoh, malaikat senang bersahabat dengan mereka, bahkan mengusap-usap mercka dengan sayapnya, segala benda basah-kering mendoakan mereka yang berilmu, sampai ikan-ikan di laut, serangga dan hewan-hewan buas darat-laut, apalagi ternak. Sebab ilmu adalah penghidup hati dari kebodohan, pelita kegelapan, kekuatan dari segala kelemahan, dan alat menempuh derajat ABRAR (baik) dunia-akhirat. Dan perhatian ditujukan kepadanya serupa dengan puasa, mengingatnya serupa dengan tahajjud, dan dengannya terjalin hubungan sanak saudara, dengannya pula mengetahui halal dari yang haram, dia sebagai pembimbing dalam beramal, dan amal tetap menjadi bimbingannya, Allah memberikan ilmu tertentu kepada orang yang akan bahagia. haram bagi yang rugi dan celaka”.

 

Al Faqih dari Abu Qasim Abdirrahman, ia meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan Bashry, katanya: “Amal yang paling utama adalah jihad, kecuali menimba ilmu, karena ia lebih utama daripada jihad. Orang yang sengaja belajar ilmu agama (sekalipun) satu bab, maka malaikat melindungi dengan sayapnya, segala burung udara mendoakannya, juga hewan-hewan buas hutan, dan lautan, serta Allah membalas dengan pahala 70 orang Siddiq. Oleh karena itu, tuntutlah ilmu, dan carilah ketenangan untuknya, kesabaran, kesopanan dan tawadlu’, kepada pendidiknya, para penimbanya (pelajar), jangan menyalah gunakannya dengan menyaingi Ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau menjilat penguasa dan sombong kepada manusia, janganlah menjadi Ulama kejam yang dimarahi Allah, yang akhirnya dijerumuskan ke dalam Jahannam.

 

Timbalah ilmu yang tidak merusak akidah (ibadat)mu kepada Allah, dan beribadatlah tetapi jangan ditinggalkan (mencari) ilmu, kareng ILMU tanpa IBADAH tak berguna, dan IBADAH tanpa ILMU siasia jadinya, bahkan bisa juga terjadi jika sudah kurus-kering badannya, tiba-tiba keluar dengan pedangnya menentang umat Islam, padahal seandainya ia orang berilmu, pasti dihalangi ilmunya agar tidak sampai berbuat hal-hal yang rendah. Dan diumpamakan ia sesat jalan, malah tekun menambah jauhnya, karena salahnya lebih banyak daripada benarnya. Ketika ditanyakan: “Dari mana kau peroleh keterangan ini, hai Abu Sa’id? Jawabnya: “Aku peroleh dari 70 sahabat pasukan perang Badar, dan selama 40 tahun aku menimba ilmu”.

 

Nasihat Abu Darda’: “Wahai umat manusia, belajarlah ilmu (agama) kepada para Ulama, sebelum mereka wafat, karena dengan meninggalnya para Ulama berarti kehilangan ilmu”.

 

Dari Abdullah Amr, Rasulullah  bersabda: “Allah tidak melenyapkan ilmu langsung dicabut dari hati seseorang, tatapi dengan matinya para Ulama, sampai jika tidak ada orang ‘Alim, maka masyarakat akan mengangkat pemimpin yang bodoh-dungu, dan ketika ditanya (tentang suatu masalah) jawabannya sesat dan menyesatkan”.

 

Abdullah bin Mubarak ditanya: “Seandainya kamu diberitahukan bahwa: “Kamu akan mati nanti sore, maka jawaban apakah yang tepat bagimu? Jawabnya: “Aku akan menuntut ilmu”.

 

Pertanyaan Ibrahim Nakha-l: “Ahli Fiqih itu selalau dalam keadaan salat, kenapa demikian? Jawabnya: Karena ia selalu zikrullah dalam melaksanakan yang halal atau haram”.

 

Ulama adalah sebagai “Pelita zaman”, ia menerangi masyarakat yang hidup di zamannya.

 

Salim Abil Jad menyatakan: “Pertama aku dibeli tuanku seharga 300 dirham, lalu dimerdekakan, kemudian pertanyaan ditujukan pada diriku: “Apakah yang harus aku lakukan? Ketika itu aku memilih menimba ilmu, dan tidak lama kemudian seorang raja berkunjung ke rumahku, tetapi aku menolaknya.

 

Sewaktu Salih Murry bertamu kepada Raja, dipersilahkan duduk bersandarkan bantal, katanya:” Hasan menyatakan Ilmu itu meningkatkan kedudukan para bangsawan dan menjunjung budak ke tingkat merdeka.

 

Jika tidak demikian, maka siapakah yang mendudukan Salih Murry di dekat Raja, kalau bukan ilmu?

 

Musayyab dari Abu Bakar dari ‘Aun Abdullah, Ada orang datang kepada Abu Dzar, katanya: “Aku ingin menimba ilmu, tetapi khawatirku nanti tidak dapat melaksanakannya, Jawabnya: “Camkanlah, bersandar pada ilmu lebih baik daripada bersandar pada kedunguan”. Lalu ia pergi dan bertanya kepada Abu Darda’, dan dijawab sama dengan yang pertama, bahkan ditambah: “Manusia akan dihidupkan kembali kelak di hari Kiamat sesuai keadaannya ketika mati, Alim dibangkitkan Alim, dan yang bodoh juga dalam keadaan bodoh. Kemudian tanya kepada Abu Hurairah, Jawabnya: “Kamu tidak akan meremehkan ilmu sebagaimana kamu tidak mempelajarinya.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Tehnik (cara) ibadat yang paling tepat dan utama ialah menimba ilmu agama dengan sungguhsungguh, sampai berhasil membedakan mana yang halal dan haram. Seorang ahli fiqih adalah tantangan berat bagi setan melebihi 1000 ahli ibadat yang dungu, dan setiap sesuatu pasti bersendi, sedangkan sendi agama adalah ilmu fiqih”.

 

Perdebatan sengit dikalangan Ulama Bashrah (ketika itu) tentang harta dan ilmu, mana yang lebih utama, mereka belum juga dapat memutuskan, akhirnya ditanyakan kepada Ibnu Abbas, Jawabnya: ”Ilmu lebih utama daripada harta”. Lalu apa alasannya? Jawabnya: “Sebab ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan Fir’aun, Ilmu sanggup memelihara pemiliknya, tetapi harta merepotkan kamu, ilmu diberikan hanya kepada orang yang dikasihi Allah, tetapi harta kepada siapa saja tanpa pandang bulu (yang disayang Allah atau tidak), bahkan yang tidak disayang diberi lebih banyak lagi, perhatikan FirmanNya:

 

Artinya:

“Seandainya munusia tidak berkumpul menjadi suatu masyarukat, pasti orung-orung kafir diberi gedung beratap peruk dan tangga bertingkut untuk kemegahan”. (Zukhuf 33)

 

Dan ilmu yang diajarkan (diberikan) kepada lain orang, tidak semakin berkurang, melainkan bertambah, sedangkan harta menjadi surut jika diberikan lain orang, dan seorang hartawan hilang namanya sesudah mati, sedangkan orang Alim menjadi lebih harum namanya. Seorang hartawan dituntut setiap dirham dari dan dengan cara bagaimana memperolehnya serta dibelanjakan kemana atau untuk apa saja?, sedangkan orang berilmu dari setiap hadis memperoleh satu tingkat atau derajat di sorga”.

 

Pernyataan S. Abu Thalib : “Ada tiga tingkatan manusia yaitu: 1. Ilmuan RABBANY (Ulama yang takut kepada Allah), 2. Santri (penimba ilmu) yang tegak di jalan selamat, 3. Seluruh rakyat jelata (masyarakat awam) yang mudah dipengaruhi selalu mengikuti arah angin (setiap suara berseru). Dan ilmu baik daripada harta, ia memelihara dirimu, tetapi harta harus kau jaga. Ilmu semakin bertambah jika diamalkan, tetapi harta menjadi berkurang jika dibelanjakan. Dan Ulama hidup kekal, sekalipun jasmaninya telah tiada, lagipula tutur kata (ajaran)nya selalu dikenang di dalam hati sanubari.

 

Pernyataan Abu Darda’:”Manusia hanya ada dua, Pertama: ” Pendidik (Ulama), Kedua:” Anak didik (santri, pelajar atau pengangsu ilmu) keduaduanya sama-sama berpahala, selain itu tiada gunanya (bagai sampah).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Ulama adalah manusia yang dipercaya pura Rasulullah, untuk mendidik dam membimbing umat manusia, sepanjang tidak nuwun ingsih (menjilat) penguasa, rakus harta, tetapi jika mereka telah mencampuri urusan pergolakun dunia (politik), muka berarti telah berbuat jauh (menyimpang) dari para Rasulullah, sebaiknya hatihati dan hindarilah mereka”.

 

Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Darda’, katanya: “Tiada orang pandai tanpa belajar, dan bukanlah orang ‘Alim jika tidak mengamalkan ilmunya”. Katanya pula: “Bahaya yang menimpa orang dungu hanya 1x, tetapi bagi yang mengerti tanpa melaksanakan pengertianya sampai 7x. Kelak di hari kiamat yang aku takuti bukan tuntutan: “Sejauh mana ilmu pengetahuan Tetapi: “Sampai sejauh mana kau mengamalkan ilmu pengetahuan itu?”.

 

Nabi Isa dalam penegasannya: “Orang yang dikenal besar namanya di alam atas (malaikat) yaitu: “Orang ‘Alim yang mengamalkan serta mengajarkan ilmunya”.

 

Umar bertanya: “Ibnu Salam, siapa yang disebut ilmuan? Jawabnya: “Yaitu, yang melaksanakan ilmunya. Lalu, apa faktor penyebab lenyapnya ilmu dari dada manusia? Jawabnya: “Tamak, (yakni) seorang rakus menyalah gunakan ilmunya, hingga seakan-akan ilmunya telah lenyap dari dadanya”.

 

Nabi ‘Isa berkata: “Tiada manfaatnya orang buta membawa lampu, yang dapat mengambil manfaatnya justru orang lain. Dan tiada manfaat rumah gelap (di dalam), lampu dipasang di belakang, dan apa perlunya membahas ilmu hikmah jika tidak untuk diamalkan? Katanya pula: “Sayang sekali, banyak pohon tidak ada buahnya, dan ribuan ulama tetapi tidak seluruhnya pandai mendidik, banyak sekali buah-buahan tetapi tidak seluruhnya baik, dan alangkah banyaknya ilmu, tetapi tidak keseluruhannya bermanfaat”.

 

Orang yang pandai mengamalkan ilmu yang telah ada (dimiliki), pasti diberi taufik untuk menimba (meraih) ilmu yang belum ia memiliki”. (demikian Auzai’).

 

Peringatan Sahl Abdullah: “Manusia semuanya mati, kecuali Ulama, dan mereka mabuk semuanya, kecuali yang mengamalkan ilmunya, dan mereka semuanya tertipu (yang mengamalkan ilmunya) kecuali yang tulus ikhlas, dan merekapun khawatir.

 

Nabi  bersabda: ”Hati-hatilah kamu, jangan duduk berdekatan dengan orang pandai, kecuali yang mengajakmu dari 5 ke 5 yaitu:

 

  1. Dari keraguan kau diajak menuju ke “keyakinan”.
  2. Dari kesombongan kau diajak menuju “Tawadlu”.
  3. Dari permusuhan kau diajak menuju perdamaian.
  4. Dari riya kau diajak menuju ke ”ikhlasan”.
  5. Dari rakus harta kau diajak menuju zuhud.

 

Nasihat S. Ali Abu Thalib: “Orang pandai jika tidak mengamalkan Umunya, orang enggan menimba ilmu darinya, sebab ilmunya tidak bermanfaat pada dirinya, sekalipun ia telah menghimpun ilmu sebanyakbanyaknya. Pada zaman Bani Israil, ada orang menghimpun ilmu sejuAllah 80 peti besar ilmu, lalu Allah memberitahu kepadanya lewat NabiNya:

 

”Scandainya engkau tambah lagi dua kali lipat ilmu yang ada padamu, tetap tidak banyak arti bagimu, sepanjang engkau tidak mengamalkan 3 perkara, yaitu:

 

  1. Jangan senang harta (dunia), karena ia bukanlah tempat pemukiman tetap bagi orang mukmin.
  2. Jangan berkawan dengan setan, karena ia bukan kawan orang beriman (mukmin).
  3. Jangan menyakiti atau mengganggu kepada sesama mukmin, karena hal itu bukan sifat orang mukmin.

 

Kata Sufyan Uyainah: “Kebodohan adalah sangat buruk, sedangkan manusia terpandai yaitu yang mengamalkan ilmunya, dan yang berilmu tapi tidak demikian, berarti bodoh juga. Dan bagi orang bodoh diampuni dosanya sebanyak 70 dosa, yang tidak diampuni bagi orang pandai satu dosa.

 

Ada tiga perkara yang diherankan oleh Malaikat yaitu:

 

  1. Orang pandai yang fasik, mengajari orang apa (ilmu) yang tidak diamalkan.
  2. Makam (kuburan) pendurhaka, yang dibangun dengan baik, (yakni) bata dan semen.
  3. Mengukir (memberi) nama makam mavit durhaka.

 

Di hari Kiamat, ada 3 macam orang yang sangat menyesal, yaitu:

 

  1. Majikan yang punya sahaya seorang salih, ia masuk sorga sedang majikannya dijerumuskan ke neraka.
  2. Seorang hartawan yang telah bersusah payah menghimpun hartanya, tetapi zakatnya tidak dikeluarkan hingga ajal (maut) datang, lalu hartanya diwaris, dan oleh pewarisnya dibuat sarana taat atau beribadat, hingga mereka masuk sorga karena harta itu, sedang ia dijerumuskan ke neraka (akibat hartanya).
  3. Seorang pandai yang mendidik masyarakat (anak didik)nya, tetapi ja melupakan pendidikan (ajaran) yang disampaikan, sehingga masyarakat selamat karena pendidikan (ajaran)nya, sedang ia sendiri dijerumuskan ke neraka.

 

Ada orang bertanya: “Ulama fiqih setempat berpendapat demikian. Lalu Hasan Bashry bertanya kepadanya: “Ulama Fiqih yaitu: “Orang yang zuhud (tidak senang) harta, dan ia sungguh-sungguh berharap pada akhirat, selalu ingat laku dosanya, tetap tekun beribadat. Jika para Ulama disibukkan menghimpun harta halal, maka masyarakat awam akan bersantap harta syubhat, dan jika pada Ulama bersantap harta subhat, maka masyarakat awam menyantap (nguntal) yang haram, apalagi jika Ulama telah berani nyantap haram, maka masyarakat awam nyantap (menjadi) kafir.

 

Al Faqih dalam mendukung keterangan tersebut di atas, memberinya alasan sebagai berikut: Karena jika Ulama disibukkan menghimpun harta halal, maka masyarakat awam menirunya, padahal mereka tidak mengerti (batas halal-haram), akhirnya mereka terjebak pada syubhat. Dan jika Ulama menyantap syubhat, lalu ditiru, padahal mereka tidak mampu membedakan syubhat-haram, akhirnya mereka menerjang yang haram. Dan jika Ulama berani menerjang haram, lalu ditiru bahkan mereka menganggap-nya (yang diperbuat ulama itu) halal, akhirlah mereka menjadi kafir, akibat “Menghalalkan yang haram”.

 

Kelak di hari Kiamat orang-orang dungu akan menuntut (memegang) orang ‘Alim seraya berkata: “Kamu orang pandai, tetapi kenapa aku kau biarkan saja, tidak menunjuki atau melarang kami, hingga kami terjerumus ke dalam kebinasaan ini?

 

Sahabat bertanya: “Manakah manusia paling berbahaya? Beliau Nabi F menjawab: “Orang pandai ketika bejat moralnya(tiada berakhlak)”.

 

Jika sudah terjadi hal semacam ini, maka hancurlah alam sekelilingnya (masyarakat lingkungannya).

 

Saat sekarang ini belajar ilmu dianggap rakus, mendengarkannya sekedar hiburan, membahasnya keinginan syahwat, dan mengamalkannya bagaikan orang mencabut nyawa.

 

Nabi  bersabda: “Barangsiapa menuntut ilmu, berlandaskan 4 perkara, pasti masuk neraka yaitu:

 

  1. Menyaingi para Ulama.
  2. Mempengaruhi orang-orang bodoh (dengan berdebat).
  3. Agar populer di masyarakat.
  4. Menarik harta dari penguasa, kemuliaan atau pangkat dunia.

 

Kata Sufyan ‘Tsaury: ”Dasar ilmu itu diam, kedua memperhatikan, ketiga menghafalkan, keempat melaksanakan, kelima menyampaikan tablig)

 

Nasihat Abu Darda:

 

”Sudilah anda pendidik, atau anak didik atau pendengar (yang baik), jungun menjudi orung keemput (yakni) bukun pendidik, bukan pelajar utau bukun pendengur buik, jiku demikian halnya, pusti unda binasa”. :

 

Ada tiga tipe (macam) Ulama, yaitu:

  1. Mengenal Allah dan perintahNya.
  2. Mengenal Allah tapi tidak kenal perintahNya.
  3. Mengenal perintahNya, tapi tidak kenal Allah.

 

  1. Mengenal Allah dan perintahNya, yaitu: orang pandai yang takut kepada Allah (bertagwa dengan sesungguhnya), ketika melaksanakan hukum, perintah atau menghindari laranganNya.
  2. Mengenal Allah tapi tidak kenal perintahNya, yaitu: Orang yang takut kepada Allah, tetapi buta masalah hukum, tidak mengetahui mana yang halal dan yang haram, serta tidak tahu perintahperintahNya.
  3. Mengenal perintahNya, tapi tidak kenal Allah, yaitu: Orang pandai hukum atau ilmu agamaNya (Islam), tatapi tidak takut kepadaNya.

 

Kata Al Faqih: “Aku mendengar dari ayahku, dari Muhammad Janah, dari Abu Hafs, katanya: “Ada 10 keistimewaan bagi orang pandai (Ulama, sarjana, atau para pendidik), yaitu: 1. Keikhlasan, 2. Ketagwaan, 3. Nasihat, 4. Kasih-sayang, 5. Tanggungjawab, 6. Sabar, 7. Tenang, 8. Tawadlu’, 9. Bersih dari harta lain. 10. Selalu muthala’h kitabnya dan pemurah kepada siapa saja yang memerlukan ilmunya.

 

Juga ada 10 sifat buruk, bahkan lebih buruk lagi, jika dimiliki orangorang tertentu (orang pandai), yaitu: 1. Berlaku kejam ketika berkuasa, 2. Kikir ketika banyak harta, 3. Thama’ bagi Ulama, 4. Rakus bagi si miskin, 5. Tidak malu pada bangsawan, 6. Berselera muda, padahal sudah tua, 7. Pria mencontoh wanita (menyerupai cara berpakaian dan lainlain), 8. Wanita mencontoh pria dalam berlagak, berpakaian dan lain-lain. | 9, Ahli zuhud berdekatan (sengaja mendekati) dengan ahli harta dunia, 10. Kebodohan bagi ahli ibadat (amal tanpa ilmu). (Demikian kata Hafs).

 

Perkataan orang ahli hikmah menjadi hiburan bagi orang bodoh, sebaliknya ucapan orang bodoh menjadi catatan bagi orang ahli hikmah (Demikian ungkapan seorang hakim).

 

Kata Al Faqih: “Orang bodoh ketika mendengar tutur kata ahli hikmah, mereka menganggapnya jenaka dan ganjil, sehingga menjadi hiburan bagi mereka. Sebaliknya, ucapan orang bodoh ketika melewati telinga orang ahli hikmah sangat terasa buruknya ucapan itu, sehingga dapat menjadi catatan (peringatan) bagi mereka, untuk dijauhkannya, Keinginan (hasrat atau hobbi) orang bodoh yaitu: “Mendengarkan, Sedangkan Ulama, yaitu: “Meriwayatkan, dan orang zuhud yaitu: “Memelihara, dan melaksanakan”.

 

WABILLAHIT TAUFIIQ

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Laits, katanya: “Ada 3 orang menghadap Nabi  tengah duduk dengan para sahabatnya, Orang pertama menduduki tempat yang lowong, yang kedua duduk di | belakang majelis, dan yang ketiga terus pergi, setelah beliau  selesai menyampaikan nasihatnya beliau bersabda: “Aku memberitahukan kepadamu tentang tingkah ketiga orang tersebut, yaitu:

  1. Orang pertama mendekat kepada Allah, maka Allahpun mendekar kepadanya.
  2. Orang kedua: Malu kepada Allah, maka Allahpun malu kepadanya.
  3. Orang ketiga: “Berpaling dari Allah, maka Allah juga memalingkan dia.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Syahr Hausyab, katanya, Lugmanul Hakim menasihati putranya: “Hai anakku, ketika kamu melihat jamaah tengah berzikir, maka duduklah bersama mereka, karena jika engkau pandai bermanfaatlah ilmumu, dan jika engkau bodoh, maka kau dapat menimba ilmu dari mereka, dan kemungkinan mereka diberi rahmat oleh Allah, maka kau memperoleh bagian daripadanya. Dan ketika kamu melihat masyarakat yang tidak berzikir, maka hati-hatilah jangan mendekati mereka, karena jika kau pandai tiada manfaat ilmu yang ada padamu, dan jika kamu bodoh, maka menambah kesesaranmu, dan kemungkinan mereka dimarahi oleh Allah, hingga kamu tertimps marahNya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, Abu Sa’id Khudry, Nabi  bersabda:” Allah menugaskan malaikat yang keliling dunia, ketika bertemu dengan jamaah zikrullah, mereka berseru: “Marilah ini tujuanmu, lalu mereka duduk bersama di majelis itu, setelah naik ke langit, mereka melaporkan kepada Allah: “Kami tinggalkan mereks bertahmid, bertasbih dan berzikir kepadaMu, Lalu apa yang mereka inginkan? Jawab mereka sorga, lalu apakah mereka telah melihatnya? jawabnya: Belum, lalu bagaimana seandainya mereka melihatnya? Jawabnya: “Pasti mereka bertambah semangatnya dan sungguh-sungguh mengharap. Dan mereka mohon perlindungan dari neraka, sekalipun belum pernah melihatnya, jika diperlihatkan kepada mereka pasti mereka lebih takut lagi, Lalu FirmanNya: “Hai para malaikat, saksikanlah bahwa Aku sudah mengampuni mereka. Kata mereka: “Dari antara mereka masih ada yang berdosa, sebenarnya tiada tujuan ke sana, hanya datang karena suatu kepentingan. Jawabnya: “Merekalah kaum yang tak rugi siapa saja yang duduk bersama mereka”.

 

Sebelum makhluk diciptakan, Allah telah menulis dua kalimat dan diletakkan di bawah Arsy, yaitu:

 

  1. Bagi orang yang berbuat baik, tetapi pergaulannya dengan orang jahat, jika amalnya berubah menjadi dosa, dan kelak dikumpulkan dengan mereka di hari Kiamat.

 

  1. Bagi orang yang berbuat buruk, tetapi pergaulannya dengan orang baik-baik yang taat beribadat, dan menyenangi mereka, maka perbuatannya dianggap amal baik, kelak dihimpun dengan mereka di hari Kiamat”. (Ka’bul Akhbar)

 

Kata Al Faqih: “Orang yang duduk bersama orang pandai, sekalipun tidak dapat mengingat ilmu yang disampaikannya, akan memperoleh tujuh kemuliaan, yaitu:

 

  1. Kemuliaan orang yang belajar.
  2. Mengekang laku dosa, sepanjang dekat dengan orang pandai.
  3. Ketika berangkat menuju majelisnya dituruni rahmat oleh Allah.
  4. Ketika berdampingan dengannya, memperoleh rahmat yang diberikan kepada orang pandai tersebut.
  5. Ditulis kebaikan, sepanjang mendengarkan tutur kata (nasihat)nya.
  6. Diliputi para malaikat dengan sayapnya, karena mereka sangat rela kepadanya.
  7. Setiap langkah ditulis kebaikan dan penebus dosa baginya serta dinaikkan tingkat derajatnya.

 

Selanjutnya ditambah lagi dengan enam kemuliaan, yaitu:

  1. Senang mengikuti (hadir) di majelis Ulama
  2. Mendapat pahala kebaikan setiap orang yang mengikuti jejaknya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti tersebut.
  3. Ketika orang pandai itu diampuni maka memberi syafaat baginya.

4, Berhati tenang atau dingin, jauh dari pergaulan dengan orang fasik.

  1. Masuk perjalanan orang-orang terpelajar (terdidik) dan para salihin,
  2. Termasuk penegak perintah Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

“Jadilah manusia yang taat kepadu Tuhan, karena mengajarkan kitabNya.

 

Semua kemuliaan tersebut di atas adalah bagi mereka yang lemah (tidak mampu mengingat) ajaran yang disampaikan oleh orang pandai, sedangkan bagi mereka yang kuat ingatannya bahkan dilipat gandakan kemuliaannya.

 

Sorga Allah di dunia yaitu “Majelis Zikir” atau pengajian, siapa masuk ke dalamnya, pasti bahagia. Nabi  bersabda: ”Satu majelis baik, bagi seorang mukmin, menjadi penebus dua juta majelis busuk”. Terkadang orang keluar rumah menanggung dosa sebesar gunung Thihamah, tetapi ketika ia mendengarkan ilmu dibahas (pengajian), merasa takut dan bertaubat, maka pulang dengan bersih dari segala dosa, oleh karena itu dekatilah majelis ilmu, tiada majelis yang lebih mulia melebihi majelis ilmu”. (Umar Khathab).

 

Humaid dari Anas, katanya, Ada orang bertanya: “Kapan terjadinya Kiamat? Nabi  menjawab:” Persiapan apa bagimu untuk menyambutnya? Jawabnya: ”Persiapanku bukan memperbanyak salat dan puasa, tetapi hanya cinta kepada Allah dan RasulullahNya, Lalu beliau bersabda:

 

“Seseorang akan berkumpul dengan orang yang dicinta, dan kamu juga akan berkumpul dengan orang kau cinta. Sahut Anas: “Kaum muslimin tidak pernah bergembira, melebihi senangnya sewaktu mendengar hadis tersebut . (Al Hadis)

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Tiga kalimat kukatakan dengan hak, yaitu: “Orang yang Allah pimpin di dunia, pasti di akhiratpun Dia pimpin. Dan tidak sama antara orang yang punya bagian dalam Islam dengan yang tiada bagian. Dan seseorang pasti dikumpulkan dengan siapa yang ia cintai. Yang keempat, yaitu: yang ditutupi (aibnya) di dunia oleh Allah, pasti di akheratpun tutupi pula.

 

Ketika masuk pasar Abu Hurairah berkata: ” Kamu di sini. sedangkan warisan Nabi Muhammad # dibagi-bagi di Masjid, mereka segera pergi ke Masjid, kata mereka: “Hai Abu Hurairah, kenapa tiada kelihatan orang membagi-bagi warisan?”. Jawabnya: “Masakan kamu tidak tahu?” Jawab mereka: “Yang kulihat hanyalah orang berzikir dan baca Alquran” Abu Hurairah berkata: “Itulah warisan Nabi Muhammad ”.

 

Seandainya pagi-pagi aku pergi ke suatu kaum, bertanya tentang satu masalah agama, atau sebaliknya orang bertanya kepadaku, maka bagiku lebih baik daripada membelanjakan 100 ekor kuda demi perang sabil. (Demikian Al Qamah Qais)

 

Nabi  bersabda: “Ketika ada jamaah berzikir lalu diseru ”Tegaklah kamu, segala dosamu telah diganti dengan kebaikan, dan para malaikat ikut duduk bersama mereka sejuAllah bilangan mereka”.

 

Orang-orang yang habis mendengarkan pengajianku, terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kafir, 2. Munafik, 3. Betul-betul mukmin. Karena yang aku sampaikan hanyalah Alquran dan hadis Rasulullah , maka orang tak percaya berarti kafir, dan yang ragu berarti munafik, serta yang menyesali perbuatannya dan mengikuti ajaran Allah dan RasulullahNya, itulah yang benar-benar mukmin. (Demikian Syaqiq Zahid).

 

Kata Al Faqih: “Barangsiapa duduk bersama 8 macam manusia, maka bertambah pula 8 sifat, yaitu:

  1. Duduk bersama orang kaya bertambah cinta harta.
  2. Duduk bersama orang miskin, bertambah syukur dan rela atas pemberian Allah.
  3. Duduk bersama penguasa, bertambah keras hati lagi sombong.
  4. Duduk bersama anak-anak, bertambah senang bermain dan bergurau.
  5. Duduk bersama pelacur, bertambah berani berbuat maksiat dan menunda-nunda taubat.
  6. Duduk bersama orang salih, bertambah tekun ibadat dan menjauhi maksiat.
  7. Duduk bersama Ulama bertambah ilmu dan takwa.
  8. Duduk bersamawanita, bertambah bodoh dan syahwat serta condong pada pikiran mereka.

 

Ada 3 macam tidur dan tertawa yang dibenci Allah, yaitu: 1. Tidur di majelis zikir, 2. Tidur sesudah salat Subuh, 3. Tidur sebelum salat Isyak. Sedangkan tertawa yaitu: 1. Tertawa di belakang mayit, 2. Di majelis zikir, 3. Di atas kubur.

 

Menurut Abu Yahya Warrag, musibah ada 4 macam, 1. Terlambat dari takbiratulnya imam, 2. Terlambat mendatangi majelis zikir, 3. Terlambat perang sabil, 4. Terlambat Wuguf di Arafah, ketika ia menunaikan ibadat haji.

 

Duduk di majelis ilmu adalah tujuan agama, dan berguna bagi kesehatan jasmani, sedang duduk bersama orang fasik menodai agama, dan sangat buruk bagi kesehatan jasmani.

 

Nabi  bersabda:” Melihat wajah orang pandai (agama) adalah ibadat, demikian pula melihat Ka’bah juga ibadat, serta melihat Alquran”.

 

Kata Al Faqih: “Seandainya orang datang ke majelis ‘Alim tujuannya hanya melihat wajahnya, pasti cukup memberi motivasi bagi manusia berakal normal untuk memperhatikannya. Padahal Nabi  menempatkan dia sebagai wakilnya, sabdanya:

 

Artinya:

 

“Orang ziarah kepada orang “alim, seakan iu siaruh kepuduku, berjubat tangun dengannya seakan berjubat tungun denganku, duduk bersumunya seakan duduk bersamaku, dun yang duduk bersamaku di dunia, pasti Allah mendudukkannya bersumaku kelak di sorga”.

 

Ulama diibaratkan bagai bintang-bintang, jika ia terbit, masyarakat sekitarnya memperoleh petunjuk dengannya, dan jika gelap mereka bingung. Dan kematiannya bagai lubang di dalam Islam, selamanya tidak dapat ditutup dengan apapun.

 

 

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Nabi  bersabda: “Allah senang kepada orang yang mengucapkan ALHAMDU LILLAAH sesudah selesai makan atau minum”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Asma binti Yazid, katanya: “Aku dengar Rasulullah  bersabda: “Jika Allah menghimpun makhluk seluruhnya (mulai pertama hingga akhir), lalu diseru dengan suara yang didengar oleh semuanya: “Hari ini akan dijelaskan, siapa yang pantas memperoleh kehormatan. Bangkitlah orang yang lambung mereka jauh dari tempat tidur (yakni tidak tidur di waktu malam untuk beribadat kepada Allah), lalu bangunlah mereka, tetapi juAllahnya terbatas. Diserukan lagi: “Bangkitlah hai para pedagang jujur untuk zikir kepada Allah, bangunlah mereka dengan juAllah sedikit. Diserukan lagi: “Bangkitlah orang yang selalu bersyukur memuji Allah ketika senang atau duka, lalu bangunlah mereka dengan juAllah sedikit pula. Kemudian semua makhluk (manusia) dihisab.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan, Nabi Musa bertanya: “Ya Tuhan, bagaimana Adam pandai mensyukuri nikmatMu kepadanya. Kau jadikan ia dengan kekuasaanMu, lalu diberinya roh, ditempatkan di sorga, kenapa malaikat diperintah sujud kepadanya? JawabNya: “Hai Musa, ia mengerti bahwa semua itu dari Aku, lalu ia memujiKu, itulah syukurnya kepadaKu.

 

Dari Sa’id dari Qatadah, Nabi  bersabda: “Orang yang diberi 4 macam, untung dunia-akhirat, yaitu: 1. Bibir yang selalu zikir, 2. Hati yang selalu bersyukur, 3. Badan selalu sabar, 4. Istri seorang mukmin yang salihah.

 

Dari sekian banyak doa Nabi Daud, di antaranya yaitu:

 

Artinya: ” “Ya Allah, aku memohon empat perkara kepadaMu, dan berlindung dari emput pula kepudaMu, yaitu:

  1. Bibir yang selalu bersikir kepudaMu.
  2. Yati selalu bersyukur.
  3. Badan bersubur.
  4. Istri yang membuntu urusanku duniu-ukhirut.

 

Dan aku berlindung dari emput pulau, yaitu:

  1. Dari anak yang memperdaya aku.
  2. Dari istri yang menjadikan aku berubun sebelum wuktunya.
  3. Dari harta yang membahayakan.
  4. Dari tetangga, yang meruhusiakun kebaikunku dan menvebur luaskan (membuka) rahasia keburukanku.

 

Mw’awiyah bertanya kepada kawan-kawannya, bagaimana pend ka berbeda-beda, lalu Ndapatmu tentang kesejahteraan? Jawab mere katanya: “Kesejahteraan itu dalam 4 perkara, yaitu:

  1. Rumah kediaman
  2. Penghidupan yang cukup
  3. Istri yang memuaskan
  4. Tidak mengganggu lain orang.

 

Dua kenikmatan yang wajib disyukuri, yaitu:

  1. Jauh dari pintu raja (penguasa)
  2. Jauh dari pintu dokter (rumah sakit, PUSKESMAS dan lain-lain). (Demikian Sutyan Tsaury)

 

Seorang muslim yang sehat wal afiat berarti telah mencapai puncak kenikmatan dunia-akhirat, karena pokok nikmat yaitu: “Sehat wal aftat” sedang pokok nikmat akhirat yaitu: ”Islam”.

 

Dari Ibnu Abbas, Nabi  bersabda: “Ada dua kenikmatan yang sering dilupakan manusia, yaitu: “Sehat wal ‘afiat, dan waktu luang (senggang)”.

 

Diberi nikmat hendaklah bersyukur dengan mengucapkan: ”ALHAMDULILLAAH”, dan diberi musibah (kesusahan) hendaklah istighfar “ASTAGHFIRULLAAHAL ‘AZHIIM”, dan jika terasa ditekan oleh kemiskinan hendaklah memperbanyak ucapan, ”LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM”. (Seorang Ulama Tabi’in).

 

Nabi  bersabda: “Makanan sempurna yaitu yang di dalamnya mengandung 4 unsur, yaitu:

 

  1. Halal, 2. Disebut asma Allah, 3. Banyak yang makan (bersama), 4. Ucapan ””ALHAMDU LILLAAH” sesudahnya”.

 

Dari Hasan, Nabi  bersabda: “Seseorang yang diberi nikmat (banyak atau sedikitnya nikmat) lalu mengucapkan “ALHAMDU LILLAAH”, berarti ia memperoleh nikmat yang lebih besar daripada yang baru dinikmati olehnya”.

 

Nabi  bersabda: “Aku kagum terhadap sikap orang mukmin, segala kejadian yang menimpa dirinya dianggap baik, diberi nikmat lalu bersyukur sangat baik baginya, dan diuji bahaya lalu bersabar, juga sangat baik baginya”.

 

Ketika Mak-khul ditanya tentang ayat:

 

Artinya:

“Di hari Kiamat lalu kamu ditanya tentang nikmat (Yang dirasakan)”.

 

Jawabnya: “Yang dimaksud nikmat, berupa minuman, makanan (yang mengenyangkan perut), tidur nyenyak, rumah kediaman, elok rupa (tampan-cantik), badan dan Tain-lain.

 

Nabi Isa mengenakan pakaian serba bulu seraya menangis di depan para sahabatnya, wajahnya beruba karena laparnya, bibirnya kering akibat haus, rambut dada dan lengannya panjang, mengucapkan salam, katanya: “Akulah yang menurunkan dunia ini di tempatnya dengan izin Allah, tidaklah heran ataupun bangga. Hai Bani Israil, ringankanlah dunia (persoalannya) agar ringan pula bagimu, dan mulia bagimu akhirat, janganlah menghina akhirat pasti mulia bagimu dunia, sebab dunia bukan tempat kemuliaan, fitnah dan kerugian sering ia timbulkan. Jika kamu benar-benar kawan dan sahabatku, maka tetapkan hatimu membenci dan memusuhi dunia, jika tidak, maka kamu bukan sahabatku, Hai Bani Israil, jadikanlah masjid sebagai rumahmu, dan kubur sebagai rumah kediamanmu, jadilah kamu seperti tamu. Coba bayangkanlah burungburung yang tidak bercocok tanam dan tidak pula mengetam, tetapi Allah memberi rezeki tetap kepada mereka. Hai Bani Israil, makanlah voti tepung jagung, dan rempah-rempah atau buah-buahan, maklumilah bahwa kamu tidak sanggup mensyukurinya, lalu bagaimana kamu mampu mensyukuri nikmat yang melebihi itu?”.

 

Sa’id Jubai, berkata: “Manusia pertama masuk surga ialah orang yang lalu mengucapkan kalimat Alhamdulillah, baik di kala senang maupun susah”,

 

Al Faqih berkata:” Bersyukur adalah ibadat manusia terdahulu hingga trakhir, ibadat para malaikat, para Nabi dan masyarakat bumi serta ahli surga.

 

Yang dilakukan para Nabi, yaitu:

  1. Ketika Nabi Adam (pertama) bersin mengucapkan ””ALHAMDULILLAH”.
  2. Ketika Nabi Nuh dan orang-orang mukmin diselamatkan dari bahaya yang menimpa kaumnya diperintah mengucapkan:

 

Artinya:

Segala puji bagi Allah Yang menyelaumutkan kumi dari para penganiaya”. (Al Mukminun 28)

  1. Ucapan Nabi Ibrahim

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah Yang memberi Ismu’il di hari tuaku, Dia mengabulkan doa(ku)”. (Ibrahim 39)

  1. Nabi Daud dan Sulaiman pembaca:

 

Artinya:

“Segala puji bugi Alluh Yung melebihkan kami utas semua hambaNya yang mukmin”. (Nahl 15)

 

Yang dilakukan para penghuni surga di enam tempat yaitu:

  1. Ketika dipisahkan dari manusia pendurhaka, membaca:

 

Artinya:

“Segala puji bugi Allah Yang menyelamatkan kami dari pura penganiaya “(Al Mukminun 28)

2, Ketika melewati shirat, mereka membaca:

 

Artinya :

“Segula puji bagi Allah Yang melenyapkan kedukaan kami, Dia Pengampun lagi Muhu Mensyukuri”.

  1. Sesudah mandi ”Maul-Hayat” air hidup dan melihat surga membaca:

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah, Yang menunjuki kami hingga mencapai ini, dan tiduklah mungkin memperoleh ini, seundainya kami tiduk ditunjuki oleh Allah”.

  1. Setelah masuk surga, membaca:

 

Artinya:

“Segula puji bugi Allah, Yang memenuhi junjiNya dan mewariskan bumi bagi kami”.

 

  1. Ketika mereka telah memperoleh tingkat masing-masing, membaca: .

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah, Yang menghapus kedukaan kami, Dia Pengampun lagi terpuji”. (Fathir 34). Yang menempatkan kami di kediaman kekal, semata hanya karuniaNya”. (Fathir 35)

 

  1. Ketika habis makan, membaca:

 

Artinya: “Segala puji bagi Allah seru sekalian ulam ”. (Fatihah 2)

 

Seorang ahli hikmah mengungkapkan: “Aku disibukkan mensyukuri empat perkara, yaitu:

 

  1. Seribu macam makhluk ciptaan Allah yang paling mulia adalah anak Adam, sedangkan aku termasuk di dalamnya.

 

  1. Pria (derajatnya) melebihi wanita, sedang aku berada di dalamnya.

 

  1. Islam adalah agama terbaik yang diterima Allah, sedang aku di dalamnya (seorang muslim).

 

  1. Umat Muhammad adalah umat terbaik, sedangkan aku termasuk di dalamnya.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Empat macam makhluk ciptaan Allah, yaitu: 1. Malaikat, 2. Jin, 3. Manusia, 4. Setan. Kemudian mereka dibagi 10, yang 9 dari para malaikat, dan yang satu berupa: “Jin, manusia dan setan”.

 

Riwayat lain menyebutkan 10 bagian, yang 9 berupa jin dan setan, dan yang satu manusia. Selanjutnya manusia dibagi 125 macam, yang 100 Ya’juj-Ma’juj dan Sanuj, malug dan lain-lain, yang kesemuanya kafir, neraka tempatnya, dan yang 25 manusia-(12 Rumawi, Kharaz, dan Sighlab, dan 6 di barat atau di antara Zith, Habasy, dan Zinj, dan 6 di timur atau di antaranya: Turki, Khagan, Ghazu, Negro, Keling Kimak, Yamk dan semuanya masuk neraka kecuali yang Islam). Dan tinggal satu bagian dari 25 itu yaitu: Umat Islam, oleh karena itu wajiblah bersyukur atas nikmat ini, dan mengertilah bahwa Allah telah memilihnya dari berjutajuta makhluk hingga diciptakan sebagai orang beriman. Selanjutnya umat Islam dibagi 73 golongan, yang 72 menuruti nafsunya dan tersesat, sedangkan yang mengikuti ”SunnaturRasulullah” hanyalah satu, (yakni) yang berani melemahkan nafsu dan akalnya tunduk mengikuti tuntunan

 

Allah, dan RasulullahNya, hingga selamat tidak tersesat dari jalan lurus (Islam).

 

Ada dua macam syukur, yaitu:

 

  1. Syukur umum, artinya: “Mengakui nikmat itu dari Allah, lalu lisannya mengucapkan syukur.
  2. Syukur khusus, artinya: “mengucapkan lewat mulut, makrifat dalam hati, semua anggota tubuh dipelihara dari hal-hal yang tidak halal, termasuk memelihara omongan jorok, tak berguna dan lain-lain. Menurut Muhammad Ka’ab, syukur ialah: “Amal perbuatan,

 

sebagaimana Firman Allah:

 

Artinya:

“Beramallah kamu (bersvukurlah), yukni: Jadikanlah Semua amal perbuatanmu itu untuk mensyukuri nikmat karunia Tuhanmu”.

 

Amr Syw’aib dari ayah dan neneknya, Nabi  bersabda: “Ada dua Sifat terpuji, bagi orang yang bersikap tersebut dianggap bersyukur, dan Sabar, yaitu:

  1. Memandang orang yang lebih tinggi dalam masalah agama, agar dapat meniru dan mengikuti jejaknya.
  2. Memandang orang yang lebih rendah dalam urusan duniawi, agar mudah bersyukur kepada Allah.

 

Al Faqih berkata:” Syukur itu dalam 3 hal, yaitu:

  1. Ketika menerima nikmat, ingatlah Pemberinya lalu memuji kepadaNya (Allah 45).
  2. Menerima nikmat dengan rela dan puas.
  3. Jangan gunakan nikmat dalam maksiat.

 

Orang yang diberi 4 sifat, berarti melebihi kebaikan yang ada pada keluarga Daud tentang dunia, yaitu:

 

  1. Takut kepada Allah, baik sewaktu sepi-sendiran (dua orang priawanita) atau di muka umum, sehingga mengurungkan perbuatan yang dianggap keji.
  2. Berhemat, baik sewaktu kaya atau miskin.
  3. Berlaku sedang (adil), baik ketika marah atau tidak.
  4. Selalu memuji Allah, baik sewaktu senang atau susah. (Demikian pernyataan Nabi Sulaiman, Daud )

 

Manusia yang sangat beruntung, yaitu yang menerima nikmat terbesar, berupa: “Aman dari siksa (di alam kubur) dan menunggu pahalanya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, Rasulullah  bersabda: “Orang yang mencari harta halal demi terpeliharanya harga diri (tidak sampai minta-minta), dan memberi nafkah keluarganya, serta berbuat baik kepada tetangganya, maka di hari Kiamat berwajah bulan purnama ia dibangkitkan. Sedangkan mereka yang tujuannya menghimpun harta semata, untuk berbanggaan, sombong, maka di hari Kiamat dimarahi oleh Allah”.

 

Al Faqih meriwayatkan dcngan sanadnya dari Nashr Yahya, katanya: “Nabi Daud sudah terbiasa menyamar, menanyakan tentang kelakuan umatnya, Pada suatu hari ia bertemu Jibril (menyerupai manusia), ia menyapa: “Hai Pemuda bagaimana pendapatmu tentang Daud? Jawabnya: “Ia hamba terbaik, tapi ada pula kelemahannya, Lalu:” Apa kelemahannya? Jawabnya: “Makannya mengambil dari Baitul-mal punya orang Islam padahal Allah sangat menyayangi manusia yang makan dari hasil jerih payah sendiri. Lalu ia pulang seraya menangis: Ya Tuhan tunjukilah aku agar dapat menciptakan usaha atau pekerjaan sendiri sehingga tidak lagi aku makan belanja dari Baitul mal. Kemudian ditunjuki cara bekerja (yakni) memproduksi alat atau pakaian perang dengan melunakkan besi, hal ini dikerjakan sesudah pulang dari kantornya (melayani keperluan masyarakatnya), sehingga dengan menjual hasil karyanya ia dapat membelanjai keluarganya, tanpa mengambil dari Baitul Mal. Firman Allah:

 

Artinya:

 

“Kami lunakkan besi bagi Daud, dan Kami tunjuki (cara membuat) pakaian perang dari besi, agar terpelihara dari senjata (musuh) ketiku perang”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Tsabit Bunany, katanya: “Rasa aman (‘Afiah kesejahteraan) ada 10, yang sembilan ada pada “DIAM” dan yang satu: ” Dalam menghindari pergaulan masyarakat umum. Dan ibadat juga 10 bagian, yang 9 dalam mencari rezeki, dan yang satu: “Dalam kelakukan Ibadah”.

 

Dari Jabir Abdullah, Rasulullah  bersabda: “Orang yang cara usahanya dengan minta-minta, pasti Allah membuka pintu kemiskinan baginya, dan orang yang memelihara dirinya pasti Allah membantunya. Dan orang yang terima apa adanya, pasti Allah akan memberi kecukupan padanya. Jika seseorang pergi ke lembah dengan seutas tali untuk mengambil kayu, lalu dijual ke pasar dengan harga (satu mud korma), maka baginya lebih baik daripada minta-minta (mengemis), baik diberi atau tidak”.

 

Nabi  bersabda: “Berdaganglah pakaian atau kain, karena dulu ayahmu Ibrahim juga pedagang kain”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Dulu Nabi Zakaria (juga bekerja sebagai) tukang kayu”.

 

Dari Hisyam Urwah dari ayahnya, dari Aisyah, katanya: “Nabi Sulaiman terkadang memegang daun kelapa (Janur – Jawa) ketika berkhutbah, bahan keranjang dianyam lalu dibuat berbelanja dan lainlain. Kerajinan tangan dan jika sudah jadi (selesai) dijual pelayannya ke pasar.

 

Syaqiq Ibrahim dalam menafsirkan ayat:

 

Artinya:

“Seundainya Alluh melapungkan reseki kepada humbaNya pasti mereka melumpaui batas( bejat moralnya). tetapi Allah memberinya .menurut sekehendaknya demi kebaikan hambaNya, Allah Mengetahui semua humbaNya secaru detail dan mengawasinya?. (Asy Syura 27)

 

Seandainya Allah memberi rezeki tanpa usaha pasti manusia semakin rusak, dan banyak peluang baginya berbuat kejahatan tetapi Dia Bijaksana menghiburnya dengan usaha, agar tidak banyak berbuat kerusakan.

 

Kata Sa’id Musayyab: “Tidak (kurang) baik bagi manusia yang tidak bekerja (menghimpun harta) halal, karena dengannya dapat menunaikan kewajiban (agama)nya, dan memelihara kehormatannya”.

 

Penegasan Umar Khathab: “Hai orang-orang fakir-miskin, angkatlah kepalamu, bekerja keraslah, karena banyak cara usaha itu, jadilah penanggung diri sendiri (jangan memberatkan orang)”. Abu Salih berkata: ”Umar menyuruh kami bekerja sama (antara) 3 orang, yaitu: Yang satu membidangi usaha (mengolah pekerjaan), yang satu memasarkan, dan yang lainnya mengikuti perang Sabil, Sahut Abu Salih: ”Saat ini aku tiba waktunya pergi ke medan laga, memelihara perdamaian diperbatasan”.

 

Al Faqih dari Abu Ja’far, dari Abdullah Mubarrak, katanya: “Orang yang berhenti usahanya (di pasar atau di mana saja ia berusaha), turunlah wibawanya dan rusaklah moralnya”.

 

Oleh karena itu bekerjalah, agar harga dirimu terpelihara, tidak sampai dihina banyak orang, apa lagi jika sampai memberatkan (tanggungan) orang.

 

Dari Jabir Abdullah, Nabi  bersabda: “Orang yang menanam tanaman atau pohon (buah), lalu dimakan manusia, hewan, burung atau hewan buas, berarti ia telah bersedekah”.

 

Dari Anas, Nabi  bersabda:” Seandainya hari Kiamat tiba, sedangkan kamu memegang biji, jika bisa kamu tanam maka laksanakanlah.

 

Dari Mak-khul, Nabi  bersabda: Hati-hatilah kamu, suka mencela atau memuji, dan jangan pula menghina atau berlagak mati, (maksudnya) selalu menggantungkan diri pada orang lain, enggan berusaha atau malas bekerja.

 

A’masy dari Abu Muharrig, katanya: “Ada seorang pemuda lewat, lalu Abu Bakar dan Umar berkata: “Untung sekali, jika ketangkasan dan kecakapan pemuda itu dimanfaatkan untuk jihad fi sabilillah, pasti besar sekali pahalanya. Lalu Nabi  bersabda: “Jika ia bekerja membantu kedua orang tuanya yang sudah tua, berarti ia telah jihad fi sabilillah, dan jika ia berusaha memenuhi nafkah anak-istrinya, berarti ia telah jihad fi sabilillah, dan jika ia bekerja demi keperluan hidupnya sendiri, berarti ia telah jihad fi sabilillah (agar tidak sampai minta-minta), dan jika ia berusaha sekedar populeritas (mencari nama) dan untuk kebanggan dirinya, berarti ia telah masuk jalan (perangkap) setan”.

 

Dari Ibnu Umar, Nabi  bersabda: “Allah selalu mengasihi (senang) kepada setiap orang mukmin yang tekun bekerja, memenuhi nafkah keluarganya (jika ia sebagai ayah), dan tidak senang kepada orang sehat yang menganggur, tidak beramal dunia juga tidak akhirat.

 

Ja’far Shadig dari Muhammad Baqir, katanya: Nabi  biasa pergi ke pasar membelikan keperluan keluarganya, dan ketika ditanya, jawab beliau: Jibril menasihati aku, bahwa: “Orang yang berusaha memenuhi nafkah keluarganya, agar tidak tamak kepada lain orang, berarti telah jihad fi sabilillah”.

 

Anas berkata: “Ada orang minta-minta kepada Nabi  lalu ditanya: “Kamu tidak punya apa-apa di rumah? Jawabnya: “Ya, hanya tikar sobek yang kami duduki, kami tidur di atasnya (dan dibuat bantal atau kemul, piring dibuat makan, minum dan mencuci kepala. Lalu sabdanya: “Bawalah kemari semuanya. Setelah diserahkan kepada beliau, lalu ditawarkan kepada para sahabat, siapa mau membeli ini? Seorang menawar satu dirham. Ditawarkan kembali: “Siapakah yang mau membeli ini, lebih satu dirham? ada orang menawar 2 dirham. Lalu diberikan dan uangnya diserahkan kepada orang tadi, beliau bersabda: “Ini uangnya, yang 1 dirham belikanlah makanan untuk keluargamu dan yang satunya lagi kau belikan kapak dan bawalah ke sini, Lalu ia melaksanakan petunjuk Nabi tersebut, kemudian ia datang lagi kepada Nabi seraya membawa kapaknya. Dan beliau memasangkan kayu untuk pegangan kapak tersebut. seru beliau: “Carilah kayu, lalu dijual dan jangan ke sini selama 15 hari. Kemudian ia lakukan seruan itu dan dapat menghimpun 10 dirham uang untuk nafkah keluarganya, ia selanjutnya memberitahu Nabi  Sabdanya: “Usaha semacam ini adalah sangat baik bagimu daripada kau datang di hari Kiamat sedang (pekerjaan mintamintamu akan menjadi) titik hitam di mukamu, yang tidak dapat hilang kecuali dengan api neraka”.

 

Seorang ahli hikmah berkata: “Seyogyanya bagi orang yang berakal sehat, jangan memilih suatu negeri (untuk menjadi tempat tinggal), yang tidak menghimpun lima perkara, yaitu:

 

  1. Penguasa yang berwibawa (kuasa penuh).

2, Para hakim yang adil

  1. Pasar yang hidup.
  2. Sungai yang mengalir (tak kenal kering).
  3. Dokter yang pandai.

 

Dan ketika ditanya: “Usaha apakah yang paling baik? Jawabnya: “Usaha yang halal demi terpenuhinya kebutuhan hidup, dan demi kelestarian beribadat, serta kelebihannya ditabung pada bank Akhirat (amal jariah).

 

Adapun keuntungan akhirat yaitu: “Ilmu yang diamalkan dan disebar luaskan, serta amal salih yang biasa dilakukan (yakni) sunnaturRasulullah yang ditegakkan. Dan ketika ditanya: “Penghasilan dari usaha apakah Yang paling buruk atau jahat? Jawabnya: “Yaitu, penghasilan dengan jalan atau usaha haram, dan dikeluarkan untuk maksiat, dan membantu orang yang menentang Tuhan, hendaknya hal semacam itu cepat-cepat kau tinggalkan.

 

Adapun hasil amal akhirat yang buruk, yaitu: Mengingkari kebenaran dengan latar belakang hasud, dan perbuatan maksiat yang terus-menerus, serta sunah atau perilaku busuk yang ditegakkan karena zalim dan melanggar”.

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Qatadah, Nabi bersabda: “Jika kau mau, aku bersumpah, bahwa Peda-gang itu tidak beres, dan aku heran kenapa mereka itu selamat, di siang hari bersumpah, tetapi di malamnya ia menghitung-hitung”. Al Faqih dari Hamzah Muhammad dari Abu Qasim Ahmad Ham dari Yahya, katanya: “Aku peroleh penjelasan dari ahli ilmu, bahwa: “Agama dan dunia tidak mungkin tegak tanpa adanya 4 perkara, yaitu: “Ulama dan pemerintah, serta pejuang dan pedagang”. Kata Al Faqih: “Seorang ahli zuhud menjelaskan bahwa, Pemerintah yaitu: Pelindung dan pengayom rakyat, dan Ulama sebagai pewaris Nabi yang menunjuki makhluk ke jalan lurus (akhirat), sedangkan masyarakat umum adalah pengikutnya. Dan Para Pejuang adalah pasukan tentara Allah, untuk memberantas orang-orang kafir. Sedangkan para pedagang, yaitu yang diamati Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemerintah dan Ulama hendaklah diikuti jejak ajarannya, dan tentara memberantas atau mengamankan kerusuhan, tetapi jika mereka berlaku sombong dan tamak, maka keamanan tidak mungkin terwujud bagi masyarakat, sedangkan pedagang jika khianat, maka manusiapun juga tidak bakal tenang. Pernyataan seorang ahli hikmah: “Rugi dunia-akhirat bagi para pedagang yang tidak bersifat tiga yaitu:

 

  1. Mulutnya suci dari bohong, laghwu (main-main atau bergurau) dan sumpah.
  2. Hatinya suci dari penipuan, khianat dan iri.
  3. Jiwanya selalu memelihara salat Jumat, dan salat jamaah, selalu menimba ilmu, dan mengutamakan rida Allah daripada lainnya.

 

  1. Ali menegaskan: “Para pedagang yang tidak pandai agama, “pasti terjerumus dalam riba, lalu terjerumus (terus, yakni buta masalah agama) tentang halal-haram dalam (menggunakan cara) menghimpun harta dan keuntungan”.

 

Jangan melihat pakaian orang pasar, karena di dalamnya terdapat serigala-serigala. Dan berhati-hatilah dari tiga orang, yaitu: 1. Tetangga yang kaya. 2. Ahli gurra pasaran (murahan) 3. Ulama pernerintah. (Demikian Sufyan Tsaury).

 

Sewaktu masuk pasar, Muhammad Syimal berkata: “Hai penghuni pasar, jualanmu sepi, dan busuk barangnya, dan teranggamu penghasud, serta nerakalah tempat kediamanmu. (Muhajn mad Syimal).

 

Kata Ibnu Abbas: “Usaha halal adalah sangat berat melebihi beratnya memindahkan sebuah gunung”.

 

Kata Yunus Ubaid: ”Saat ini jarang sekali orang berusaha yang halal sekalipun sedikit, dan sedikit yang dipercaya, mengikuti sunnaturRasulullah, bertambah hari semakin mengurang.

 

Kata Muw’adz Jabal: “Setiap orang pasti menghadap Allah kelak di hari Kiamat, ditanya tentang 4 perkara, yaitu:

  1. Jasmani dimanfaatkan untuk apa sampai binasa.
  2. Umurnya untuk apa hingga habis,
  3. Bagaimana (sejauh mana) ilmunya diamalkan,
  4. Darimana memperoleh harta (dengan cara apa ) dan digunakan untuk apa?.

 

Kata Ulama hikmah: “Rakus adalah cara bagi orang munafik dalam memperoleh harta, lalu tidak bersedekah akibat keraguannya, sekali-kali bersedekah disertai riya. Sedangkan orang mukmin cara memperolehnya dengan rasa takut, dan memegangnya seraya bersyukur, lalu membelanjakannya dengan ikhlas karena Allah.

 

Heran, orang meninggalkan makanan halal karena khawatir penyakit, tapi kenapa tidak berani meninggalkan yang haram karena takut api neraka? (Kata Ibnu Syabrumah).

 

Kata Yahya Mw’adz Razy: “Taat disimpan di almari Allah, sedangkan donadalah kunci pembukanya, dan gigi kunci tersebut. adalah harta halal. Oleh karena itu doa tidak bakal diterima, kecuali dengan harta halal.

 

Dari Ibnu Zubair, dari Jarir, Rasulullah  bersabda: ” Hai sekalian manusia, seSeorang tidak akan mati sebelum rezekinya habis, oleh karena itujangan beranggapan datangnya rezeki itu lambat, bertakwalah kepada Allah, dan gunakan cara yang baik dalam mencari rezeki, lalu ambillah yang halal bagimu, dan hindarkanlah yang haram.

 

Ulama hikmah berkata: Ada 4 pengertian tentang rezeki, bagi umumnya manusia, yaitu:

 

  1. Tahu bahwa rezeki itu dari Allah, dan meyakinkan adanya usaha sendiri (tanpa itu tidak bakal menerima rezeki), maka sikap semacam ini musyrik.
  2. Tahu bahwa rezeki itu dari Allah, tetapi meragukannya (diberi atau tidak), maka ia munafik.
  3. Meyakinkan bahwa rezeki itu dari Allah, tetapi enggan mengeluarkan zakatnya, bahkan dibelanjakan pada maksiat, maka fasiklah ia.
  4. Meyakinkan bahwa rezeki itu dari Allah, dan bekerja atau usaha itu hanya sekedar perantara (faktor penyebab datangnya rezeki), tidak mempengaruhi dapat atau tidaknya, lalu kewajiban zakatnya ia penuhi, dan tidak dibelanjakan pada maksiat, maka itulah mukmin yang tulus ikhlas.

 

Kata Zaid Arqam: “Setiap malam pembantu Abu Bakar Shiddiq, membawa hasil (makanan), dan ia tidak mau memakannya sebelum tahu persis dari mana dan cara bagaimana ia memperoleh makanan itu.

 

Pada suatu malam ia datang dengan makanan dan Abu Bakar langsung memakannya, baru sesuap yang dimakan, lalu pembantu itu berkata : “Biasanya Tuan terlebih dahulu bertanya, tetapi kenapa malam ini tidak? Jawabnya: ”Celaka kau, hal ini karena lapar, dari mana kau peroleh ini? Jawabnya: “Dulu di zaman Jahiliyah, aku pernah menjampi orang lalu ia memberikan upah kepadaku, kemudian mereka mengadakan walimah, lalu aku ingat janji itu, dan mereka memberi makanan itu kepadaku. Lalu Abu Bakar (langsung membaca: INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHHI RAAJIUUN”, ia berusaha muntah, agar makanan tersebut keluar, tetapi tidak dapat sampai wajahnya hijau, hingga kebanyakan orang menyarankan agar ia minum, sesudah minum air segelas, lalu muntahlah ia, dan terus muntah sampai habislah perut (isi Perutnya). Sahut kebanyakkan orang: “Kenapa sesuap saja kau berbuat demikian? Jawabnya: “Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

 

”Allah mengharamkan sursa, bugi orang yang makan atau diberi makanan haram “. (Al Hadis)

 

Kata Al Faqih: “Orang yang menginginkan (usaha harta) halal, maka harus memelihara 5 perkara, yaitu:

 

  1. Kewajiban terhadap Allah tidak ditunda karenanya, tidak menghambat apalagi menghalangi kewajiban.
  2. Seorangpun tidak yang merasa dirugikan atau diganggu akibat usahanya.
  3. Bertujuan memelihara kehormatan (harga) diri, dan keluarga bukan semata menghimpun harta sebanyak-banyaknya.
  4. Tidak membinasakan (memaksakan) diri dalam usaha.
  5. Tidak beranggapan rezeki itu diperoleh dengan usahanya, tetapi anggaplah datangnya langsung dari Allah, sedangkan bekerja atau usaha semata hanya faktor penyebab datangnya rezeki.

 

Nabi  bersabda: “Orang yang memperoleh harta haram arau dengan cara haram, lalu disedekahkan atau untuk silaturrahmi, atau dibelanjakan fi sabilillah, maka semuanya dihimpun dan dilemparkan ke neraka.

 

Kata Imran Husain: “Haji dan umrah seseorang tidak diterima, akibat menggunakan harta riba, demikian pula jihad dan sedekahnya serta memerdekakan budaknya, dengan harta riba, suap, hasil penipuan, khianat, korupsi, jambret curian dan lain-lain yang haram, kemudian katanya: “Lima lawan lima.

 

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi  bersabda: “Orang yang bersedekah dengan harta haram sia-sia (tidak berpahala) dan jika di-belanjakan, maka tidak berkah, serta menjadi api neraka jika ditinggal mati. Bahwasanya Allah tidak akan menghapus kotoran dengan kotoran tetapi Dia akan menghapuskan yang busuk dengan yang baik”.

 

Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Bahwasanya, harta baik itu didatangkan dari lain tempat, dan pedagang yang paling jahat ialah yang tinggal di tengah-tengahmu, yang selalu bertengkar denganmu, tetapi terkadang berserikat denganmu”.

 

Sewaktu beliau  ditanya: “Usaha apakah yang terbaik? Jawabnya: “Usaha yang dilakukan dengan tangannya sendiri, dan setiap jual-beli yang baik, tiada syubhat di dalamnya, juga tidak saling menipu”.

 

Kata Qatadah:

 

Artinya:

“Pedagang yang benar dan jujur, kelak di hari Kiumat akan bernaung di bawah naungan Arsy”.

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari A’masy dari ‘Athiyah ‘Auf, katanya: “Pesan Jabir Abdullah: “Hai ‘Athiyah, peliharalah pesanku ini, yaitu:

 

  1. Hendaklah kamu cinta terhadap keluarga Nabi Muhammad dan para sahabatnya, serta mereka yang mencintai keluarga beliau sekalipun misalnya mereka terjerumus dalam dosa.

 

  1. Hendaklah kamu membenci manusia yang membenci Nabi Muhammad dan keluarganya, sekalipun ia ahli puasa dan bangun malam.

 

  1. Hendaklah kamu senang memberi hadiah atau makanan.

 

  1. Hendaklah kamu ucap salam di tempat mana saja.

 

  1. Lakukanlah salat malam (Tahajjud), ketika kebanyakan manusia tidur, karena aku mendengar Rasulullah bersabda: “Allah tiada mengangkat Nabi Ibrahim sebagai Khalilullah, kecuali karena ia senang menjamu (memberi makan) orang, dan menyebarkan salam, serta salat malam ketika kebanyakan orang tidur.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ghairan Habib, katanya:” Ada orang datang kepada Ibnu Abbas dan berkata:”orang-orang Muhajirin dan Anshar mengatakan, bahwa: Kami tiada berarti? Jawabnya: ”Benar, kamu akan berarti jika menegakkan salat, mengeluarkan zakat, | puasa dan haji ke Baitullah, serta menjamu tamu, pasti kamu akan bisa masuk sorga”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Syuraih Khaz’, katanya:” Aku mendengar Rasulullah  bersabda: ”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah menjamu tamunya,  jaizahnya yaitu sehari-semalam, dan jamuannya hingga 3 hari, selebihnya dianggap sedekah”.

 

Dari Athak, Nabi Ibrahim ketika mau makan, dan tiada tamu yang menyertai makan bersama, lalu keluar hingga satu atau dua mil mencari orang untuk diajak makan bersama.

 

Dari Ikrimah: Nabi Ibrahim dikenal bapaknya tamu, rumahnya berpintu empat menghadap keempat penjuru, hingga tahu persis dari arah mana datangnya tamu,

 

Jika aku menjamu kawan-kawanku sebanyak satu atau dua sha’, maka bagiku lebih senang daripada keluar ke pasar memerdekakan budak. (S. Ali)

 

Ibnu Umar jika punya makanan enak-enak, ada orang kaya lewat ja tidak gairah memanggilnya, tetapi jika orang miskin, maka segera memanggilnya, seraya berkata: “Aku tidak memanggil orang yang tidak menginginkan ini, dan tidak pula membiarkan orang yang menginginkan benar-benar.

 

Ketika beliau  ditanya: “Amal apakah yang kebanyakan memasukkan orang ke surga? Jawabnya: “Takwallah dan husnul khulug (baik budi). Dan amal apakah yang kebanyakan memasukkan orang ke neraka? Jawabnya: ” Kedua lubang, (Yakni mulut dan kemaluan) dan su-ul khlulug (jelek akhlaknya).

 

Dari ‘Aisyah, katanya: “Berakhlak baik, dan baik terhadap tetangga, shilaturrahmi kepada kerabat, semuanya memakmurkan masyarakat, dan menambah umur, sekalipun yang melakukannya bukan muslim.

 

Dari Ibnu Umar, katanya: “Ketika kami berada di masjid, tiba-tiba seorang pemuda Anshar memberi salam dan bertanya kepada Nabi &£: “Siapakah orang mukmin yang paling utama? Jawabnya: “Yang terbaik akhlaknya. Lalu: Yang lebih sempurna pikirannya? Jawabnya: “Yang sering mengingat mati, dan memperbanyak bekal untuknya, kemudian beliau menghadap kepada kami seraya berkata: “Hai para Muhajirin dan Anshar, ada 5 faktor penyebab datangnya cobaan, dan aku berlindung kepada Allah, semoga kalian tidak terkena, yaitu:

 

  1. Jika maksiat (Pelacuran) telah membudaya di suatu masyarakat, pasti dicoba dengan wabah penyakit menjalar (wabah tha’un), dan penyakit yang dulu belum pernah ada.

 

  1. Jika curang dalam mengukur atau menimbang dagangan, maka ada dua bahaya yang menimpa, yaitu:
  2. Beratnya biaya hidup,
  3. Penganiayaan penguasa.

 

  1. Jika enggan berzakat, maka akan terjadi Jangka hujan, seandainya tidak ada hewan, pasti hujan tidak akan diturunkan selamanya.

 

  1. Jika Janji Allah dikhianati, demikian pula ajaran RasulullahNya, pasti musuh, lain agama akan diberi kesempatan menjajahnya.

 

  1. Jika menghukumi perkara tidak menggunakan Kitab Allah, pasti mereka menjadi binasa, akibat perselisihan yang terjadi di antara mereka.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi 3£ bersabda: “Harta kalian tidak mungkin sanggup melapangkan orang-orang, tetapi dengan senyum mukamu dan akhlakmu yang baik, pasti mereka menjadi lapang.

 

Dari Abdurrahman Jubair, dari ayahnya Nawas Sam’an Anshary Aku bertanya kepada Nabi 8£ tentang ”kebaikan (Al Birr) dan dosa. Jawabnya: “Al birru adalah baik budinya, sedang dosa yaitu: “Perbuatan yang meragukan hati, dan takut diketahui lain orang”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Kemuliaan seseorang ditentukan oleh agamanya (bagaimana dalam melakukan ajarannya), dan kemanusiaan ditentukan oleh akalnya, sedang kebangsawanannya ditentukan oleh akhlaknya”.

 

Kata Ibnu Abbas: “Akhlak mulia dapat mencairkan dosa, sepert matahari mencairkan lemak, sedangkan akhlak buruk merusak amal perbuatan seperti cuka merusak madu”.

 

Yahya bin Sa’id dari Mu’adz Jabal, katanya: “Akhir wasiat Nab! kepadaku (yakni) ketika kakiku berada di atas kendaraan, ” Perbaikilab

 

akhlakmu kepada orang-orang, hai Muw’adz Jabal”. Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah  bersabda: Baik budi perkerti adalah kendali rahmat Allah dihidungnya, sedangkan kendali itu & tangan malaikat, ia menarik pada kebaikan, dan ia mendorongnya ke surga. Sedangkan buruk akhlak, kendali dari siksa Allah di hidungnya, dan kendali itu di tangan setan, setan mendorongnya pada kejahatan, dan kejahatan menjerumuskan ke neraka.

 

Dari Jabir Abdullah, Nabi  bersabda: “Bahwasanya agama Islam inilah yang telah aku ridai (rela) untuk diriku, dan tidaklah pantas padanya, kecuali dua sifat (yakni) murah hati dan baik budi, Maka muliakanlah agama ini dengan kedua sifat tersebut jika kamu masih tetap menjadi pemeluknya.

 

Ketika seseorang mengundang tamu, hendaklah memperhatikan 3 perkara, yaitu:

 

  1. Tidak memberatkan (memaksa) diri, dan tidak pula melebihi batas kemampuan yang ada padanya dan sunnaturRasulullah.

 

  1. Tidak menjamu makanan kecuali dengan makanan yang halal.

 

  1. Hendaklah selalu memperhatikan waktu salat, jangan sampai dengan adanya acara tersebut orang-orang dipaksa mengakhirkan waktu salat.

 

Bagi tamu yang diundang juga harus memperhatikan adanya 3 perkara, yaitu:

 

  1. Duduk di tempat yang renggang, tidak berdesak-desakan (atau apa adanya tempat).

 

  1. Menerima apa adanya hidangan, jangan mencela atau mentertawakan, jika tidak selaras dengan hatinya.

 

  1. Mendoakan orang yang mengundang (menjamu), sehabis makan dan ketika akan keluar, semoga diberi barakah.

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang mengeluarkan zakat hartanya, dan menjumy tamu, serta menghadiahkannya pada kerabatnya Yang jauh, maka berarti dipelihara dari keburukan nafsunya”. (Al Hadis)

 

WABILLAAHIT TAUFIIQ

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Salim Abu Jady, katanya: “Nabi ‘Isa dalam nasihatnya bersabda: “Jangan kau simpan makanan esok hari, karena esok hari ada rezki tertentu. Cobalah perhatikan semut siapa pemberi rezekinya? Jika kau katakan: “Semut perutnya kecil, lalu lihatlah burung, ia bersayap, dan perhatikan pula hewan-hewan berbadan besar dan gemuk.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Mijlaz, katanya: “Umar berkata: “Aku tidak peduli tentang keadaanku sewaktu pagi, bergembira atau susah, karena aku tidak tahu persis mana yang lebih baik bagiku senang ataukah susah”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Muthallib Hanthab, Nabi  bersabda: “Setiap perintah dan larangan dari Allah sudah kusampaikan kepadamu, Ingatlah bahwa Malaikat Jibril telah membisikkan dalam perasaan hatiku, bahwa Satu jiwapun tidak akan mati hingga habis rezeki yang telah ditentukan untuknya, maka siapa merasa terlambat sesuatu padanya, hendaklah menuntut dengan cara baik, karena kamu tidak mungkin mendapatkan apa yang ada pada Allah, dengan sesuatu yang lebih baik daripada berbuat taat kepadaNya.

 

Dari Ibnu Abbas, Nabi  bersabda: “Orang yang menghendaki jadi manusia terkuat, berserahlah kepada Allah, dan yang menghendaki jadi manusia paling mulia, bertakwalah kepadaNya, dan yang menghendaki jadi paling kaya, mantapkanlah atas Allah melebihi (kekayaan) yang telah dipegangnya (harta telah ada).

 

Nasihat Nabi Daud kepada putranya (Sulaiman): “Hai putraku, bukti takwa seseorang ada tiga, yaitu:

 

  1. Bertawakkal secara baik, dalam menempuh sesuatu yang tercapai.
  2. Lega hati terhadap apa yang telah terlaksana (terjadi pada dirinya).
  3. Sabar dengan lepasnya sesuatu yang telah diraih (dipegang) tanganmu.

 

Abu Mu’thi Balkhy berkata kepada Hatim Al’Asham: Betulkah engkau berjalan di hutan tanpa bekal, semata hanya bertawakkal? Jawabnya: “Tidak, aku bepergian jauh pasti berbekal, lalu apa bekalnya: Jawabnya: “Empat perkara bekalku yaitu:

 

  1. Aku yakin bahwa dunia seisinya adalah milik Allah .
  2. Semua makhluk adalah hambaNya.
  3. Segala usaha atau bekerja, adalah semata hanya faktor penyebab saja, sedangkan rezeki di tangan Tuhan.
  4. Dan aku yakin bahwa: “KetentuanNya pasti berlaku bagi setiap makhluk.

 

Kata Abu Murtthi: Itulah bekal yang paling baik, karena bekalmu itu sanggup menempuh perjalanan yang sangat jauh (yakni akhirat), maka tiada artinya jika hanya perjalanan di atas bumi (dunia).

 

Syaqiq dalam nasihatnya:” Camkan dan peliharalah 3 perkara berikut ini, yaitu:

 

  1. Berbaktilah kepada Allah, pasti Dia mengokohkan kamu.
  2. Tentang atau perangilah musuhNya, pasti Allah membantu kamu.
  3. Yakinlah dengan mantap atas janji-janjiNya, pasti Dia mendatangkannya kepadamu.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Seandainya orang pandai memelihara ilmunya, dan menyampaikannya kepada yang berhak, pasti mereka mulia di kalangan masyarakat (zaman)nya, tetapi mereka salah alamat, memberikannya kepada ahli dunia untuk memperoleh harta dunia, maka rendahlah mereka. Aku dengar Nabi  bersabda: “Orang yang konsentrasi pikirannya ditujukan untuk urusan akhirat semata, pasti Allah mencukupi segala keperlu dunianya, sebaliknya orang yang disibukkan dengan urusan dunia, maka Allah tidak perduli, akan dibinasakan atau disiksa jurang api neraka yang mana.

 

Di Taurat dimuat: “Hai anak Adam, gerakkan tanganmu pasti Kami berikan rezekimu, dan taatlah kepadaKu dalam segala perintah dan jangan kau ajarkan padaKu apa yang menjadi kemaslahatanmu”.

 

Sendi (pokok) tegaknya Islam itu, 4 yaitu:

  1. Yakin.
  2. Adil.
  3. Sabar.
  4. Jihad. (Demikian S. Ali)

 

  1. Yakin ada dua, yaitu:
  2. Beramal dengan ikhlas karena Allah, tidak mengharap harta dunia atau pujian manusia.
  3. Merasa tenang atas janji-janji Allah (tentang rezeki)

 

  1. Adil, ada dua yaitu:
  2. Cepatlah melakukan kewajiban, sebelum dituntut.
  3. Hak yang belum terpenuhi, boleh kau menuntutnya dengan cara yang baik atau lunak.

 

  1. Sabar, ada dua, yaitu:
  2. Sabar dalam melakukan kewajiban (taat).
  3. Sabar mengekang maksiat (pelanggaran).

 

  1. Jihad, ada dua, yaitu:
  2. Tidak sampai lupa musuh (yakni) setan, karena jika melupakannya, pasti kau diterkam olehnya, bagai domba lengah diterkam mangsanya (serigala).
  3. Relakan bagianmu yang sederhana, agar kau tidak tertipu, karena umumnya cobaan manusia adalah tentang harta. (Demikian penafsiran para Ulama)

 

Syaqiq bertanya kepada Hatim ‘Asham: “Berapa tahun kau di tempatku? Jawabnya: ”30 tahun. Lalu apakah yang kau peroleh selama itu? Jawabnya: “Aku hanya mempelajari 6 kalimat, seandainya aku mampu melakukannya, pasti selamat dari fitnah ini, tanya Syaqiq: Apakah kalimat-kalimat itu, mungkin aku mampu melakukannya hingga selamat.

 

  1. Jawabnya: “Aku memperhatikan Firman Allah:

 

Artinya:

“Tiada suatu hewan bumi melatu, kecuali Allah menjamin resekinya”. (Hud 6)

 

Dan aku juga termasuk dari antara hewan melata yang Dia jamin, dan aku yakin bahwa: “(rezeki) bagianku, pasti sampai kepadaku, karena Allah memberi rezeki hewan besar (gajah) tanpa melupakan yang kecil (yakni) nyamuk. Oleh karena itulah aku berserah penuh kepadaNya, tanpa ragu sedikitpun. Kata Syaqiq: “Bagus pendapatmu”. Lalu yang kedua?

 

  1. Jawabnya: “Aku menelaah ayat:

 

Artinya:

“Orang mukmin udaluh bersaudura”. ujurat 10)

 

Maka pandanganku terhadap semua orang mukmin adalah sebagai saudaraku, yang harus saling menyayangi, dan aku tahu persis bahwa: Pertengkaran atau perselisihan ataupun permusuhan yang melanda umat manusia, umumnya akibat adanya iri, atau hasud. Oleh karena itu rasa iri atau hasud itu, benar-benar aku usir (kulenyapkan) dari dalam hatiku, hingga berubahlah hatiku, seandainya umat Islam di timur menderita, maka aku sangat prihatin, seakan derita itu aku yang menanggungnya. Demikian pula, seandainya orang mukmin di ujung barat memperoleh keuntungan, pasti aku bergembira, seakan akulah penerima keuntungan itu.

 

Kata Syaqiq: Bagus pendapatmu itu, lalu yang ketiga?

 

  1. Jawabnya: “Aku perhatikan: “Setiap manusia punya kekasih, dan kasih dituntut bukti, maka aku memperoleh kasih sayangku pada “taat kepada Allah”, karena semua kekasih pada suatu saat mung ‘ (dapat) putus, kecuali taat kepada Allah yang tetap menyertaiku d kubur, di mahsyar, di shirat. Oleh karena itulah taat kepada All kujadikan kasih sayangku. Kata Syaqiq: “Sangat tepat pendapat itu. Lalu yang keempat?

 

  1. Jawabnya: “Aku melihat, setiap manusia punya musuh, dan set permusuhan membutuhkan kewaspadaan dan hati-hati, sedang musuhku yaitu: “Setan dan para penentang Allah (kafir), tet aku tahu persis kelemahannya, karena jika aku bergulat dan 1 membunuhku berarti aku mati syahid, sebaliknya aku membunuhny aku berpahala, yang berat adalah permusuhan dengan setan, karena ia melihatku, sedangkan aku tidak melihatnya, ia berusaha menjerumuskan aku ke jurang neraka. Oleh karena itulah aku selalu waspada sepanjang hidupku dari (tipu) dayanya, dan aku tinggalkan segala permusuhan dengan lainnya. Kata Syaqiq: “Bagus benar pendapatmu itu, Lalu yang kelima?

 

  1. Jawabnya: “Aku melihat, setiap orang yang berumah dan setiapnya perlu dirawat, sedangkan rumahku adalah kubur, lalu aku disibukkan memakmurkannya. Kata Syaqiq: “Bagus pendapatmu itu, lalu yang keenam?

 

  1. Jawabnya: “Aku perhatikan bahwa: Setiap sesuatu pasti ada yang mengejarnya, sedangkan pengejarku malaikat maut, dan aku tidak tahu persis kapan ia menangkap aku. Oleh karena itu aku berlagak penganten yang akan diantarkan ke rumah suami, hingga sewaktuwaktu ia datang, tidak minta ditunda lagi.

 

Kata Syaqiq: “Bagus benar pendapatmu, jika aku mampu melakukannya, pasti selamat termasuk kau juga”.

 

Dari Abdurrahman Ali Laila: “Ada orang bertanya: Ya Nabiyallah, Sebaiknya onta kulepaskan lalu aku bertawakkal, atau onta diikat lalu twakkal kepada Allah? Jawab beliau : Ikatlah dulu, baru kau tawakkal kepada Allah”.

 

Seorang ahli hikmah berkata: “Ada tiga sifat yang ada pada seorang Waliyullah, yaitu:

 

  1. Yakin kepada Allah dalam segala sesuatu.
  2. Membutuhkan Allah dalam segala sesuatu. 3. Segala sesuatu dikembalikan kepada Allah.

 

Kata Fudlail ‘Iyadl: “Manusia yang paling disenangi oleh sesamanya, yaitu: “Yang tidak berhajat (minta) kepada sesama, sebaliknya, yang paling dibenci, yaitu: “Orang yang sering hajat (meminta-minta) kepada sesamanya.

 

Dan orang yang dicintai Allah, yaitu: “Yang berhajat (mohon bantuan) kepada Allah, selalu berdoa kepadaNya. Sebaliknya yang pa ling dibenci, yaitu: Yang tidak berhajat dan tidak mau berdoa kepadaNya.

 

Wasiat terakhir bagi putra Lukman Hakim, yaitu: Hai putraku, hingga saat ini sudah banyaklah pesanku kepadamu, dan sekarang pesan bapak 6 perkara, yang mengandung ilmu orang-orang terdahulu hingga manusia terakhir, yaitu:

 

  1. Jangan terlalu sibuk urusan duniawi (harta), kecuali sekedar mencukupi keperluan sisa umurmu di dunia.
  2. Sembahlah Tuhanmu menurut hajatmu kepadaNya.
  3. Beramallah untuk akhirat sesuai dengan keinginanmu untuk bermukim di sana.
  4. Berdaya upayalah membebaskan dirimu dari api neraka, selama kau meragukan keselamatanmu (bebas dari api neraka).
  5. Imbangkanlah keberanianmu berbuat maksiat dengan kekuatan kesabaranmu menghadapi (menanggung) siksa Allah.
  6. Carilah tempat yang tidak dilihat oleh Allah dan malaikatNya (mana bisa?), jika kau akan berbuat maksiat kepadaNya.

 

Menurut seorang ulama hikmah: “Perbedaan antara yakin dengan tawakkal, yaitu: “Yakin, benar-benar percaya kepada Allah dengan segala amal yang menyampaikannya ke akhirat. Sedangkan tawakkal: ”benarbenar percaya kepada Allah, dalam segala usaha dunia.

 

Tawakkal terbagi menjadi dua, yaitu:

 

  1. ‘Tawakkal tentang rezeki, maka tidak boleh gelisah, prihatin di dalamnya.
  2. Tawakkal tentang pahala amal, harus percaya dan tenang pada janji Allah, dan khawatir terhadap amalnya, apakah diterima atau tidak, kau belum tahu persis duduk masalahnya.

 

Dari Atha Sa’ib dari Ya’la Murrah, katanya: “Pendapatku yang dilontarkan kepada S. Ali dan kawan-kawan: “Sebaiknya kami menjaga Amirul mukminin, tentang keselamatannya, karena saat ini dalam keadaan perang, dan kekhawatiran kami jika beliau diculik. Lalu ketika ia keluar akan jamaah Subuh, kami di pintu rumahnya ditanya: “Kenapa kalian di sini? Jawab kami: “Menjagamu ya Amiral mukminin, saat ini dalam keadaan perang, dan kekhawatiran kami, jika engkau ada yang menculik, S. Ali bertanya: “Kalian menjagaku dari orang atas atau bawah (langit-bumi)? Jawab kami: “Dari masyarakat bumi, karena kami tidak mampu menjagamu dari masyarakat langit. Lalu jawabnya: “Tiada sesuatu yang terjadi di bumi, kecuali ketentuan dari langit, dan setiap orang pasti dijaga oleh dua (orang) malaikat untuk menolak bahaya yang akan menimpanya, jika takdir tiba, maka kedua malaikat melepaskannya, sehingga terjadilah sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah.

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Qatadah, katanya: “Abdullah Mutharrif berkata: “Terkadang kau menemui dua macam manusia, yang satu lebih banyak puasa, salat dan sedekahnya, tetapi yang satu lagi lebih banyak pahalanya, (yaitulah yang lebih kuat wira’inya).

 

Wira artinya: “Berhati-hati dalam melakukan hukum, menghindari barang syubhat, takut mendekati haram.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Umarah, katanya: Abdullah rawahah ketika akan berangkat menuju perang Muth’ah usul: “Ya Rasulullah, nasihatilah aku, Jawabnya: “Kamu akan mendatangi tempat yang (masyarakatnya) sedikit bersujud, maka perbanyaklah bersujud. Tambah lagi ya Rasulullah, Jawabnya: ”Zikirlah kepada Allah, ia dapat membantu mencapai keinginanmu, dan hajatmu, lalu berangkat, tetapi kembali lagi dan minta tambahan, jawabnya: ”Zikirlah kepada Allah, Dia tunggal senang kepada tunggal, Kata Abdullah, tambahkan bagiku, Jawabnya: “Kau jangan malas, dan jangan merasa lemah jika berbuat kesalahan 10x untuk melakukan kebaikan satu kali.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah  bersabda: “Enam perkara ini aku menjamin masuk surga jika kau menerimanya, yaitu:

 

  1. Jika bicara jangan bohong.
  2. Jika berjanji jangan meleset (khianat).
  3. Jika dipercaya jangan pula khianat.
  4. Peliharalah matamu dari hal-hal haram.
  5. Pelihara pula kemaluan (alat fital)mu, jangan sampai berbuat haram (zina dan lain-lain).
  6. Peliharalah tangan-kakimu dari hal-hal haram (mencuri, bermain, maksiat dan lain-lain).

 

Hasan dari Imran Husain, Nabi # bersabda: “Allah berfirman: “Hai hambaKu, laksanakan kewajibanmu padaKu, pasti kamu menjadi manusia terbaik dalam hal ibadat. Dan hindarilah laranganKu pasti kau jadi manusia terbaik dalam hal wira’i. Dan terimalah rezeki yang Kuberikan padamu, pasti kau jadi manusia terkaya”.

 

Kata Fudlail Tadi: ” Ada 5 bukti kebahagian seseorang, yaitu:

  1. Keyakinan dalam hati (mantap)
  2. Wira’i dalam agama
  3. Zuhud dalam dunia (harta).
  4. Malu di mata (ketika berbuat maksiat).
  5. Takut kepada Allah di seluruh tubuh (badan).

 

Dan ada 5 pula bukti kecelakan seseorang, yaitu:

  1. Keras hati, tidak menerima nasihat siapapun.
  2. Kering mata, tidak punya rasa kasih sayang.
  3. Tidak punya rasa malu melakukan pelanggaran terhadap hukum Allah (Ndableg – Bahasa Jawa).
  4. Rakus harta dunia, hingga lupa daratan.
  5. Berhayal tiada batas (panjang angan-angan).

 

Kami tinggalkan 99% (sembilan puluh sembilan persen) dari yang halal, khawatir subhat atau haram. (Demikian Umar dan Ibnu Mas’ud). Tutur seorang ahli hikmah: “Keadaan dunia ini serba ajaib, heranku kepada manusia yang tertipu dalam 5 perkara, yaitu:

 

  1. Dilebihkan hartanya (oleh Allah), kenapa tidak digunakan untuk persiapan kelak di masa-masa sangat hajat kepadanya?
  2. Pandai bicara, kenapa hanya menuruti nafsu, menyampingkan peringatan Allah dan bacaan Alquran?
  3. Sehat fisiknya dan tiada kesibukan, kenapa tidak puasa setiap bulannya 3 hari, padahal jika pahala yang besar dari puasa itu menyambutnya, ia merasa kecewa, karena tidak memperolehnya?
  4. Tidur sampai pagi, kenapa tidak memperhatikan besarnya pahala salat malam sekalipun 2 rakaat.

 

  1. Yang berani melanggar larangan Allah, padahal ia tahu persis bahwa Allah tidak perduli (membiarkan)nya di hari Kiamat, kenapa ia tidak berpikir lebih jauh, tentang akibat perbuatannya?

 

Menghindarkan diri dari satu sen uang haram, lebih utama daripada sedekah 100.000 sen. (Kata Abdullah Mubarrak).

 

Abdullah Mubarrak ketika menulis hadis (di Syam), penanya patah. lalu ia pinjam pena kawannya, sesudah selesai ia lupa memasukkannya ke tempat penanya (ia punya). Setelah pulang ke Mawu, melihar pena kawannya, cepat-cepat kembali ke Syam mengembalikannya.

 

Sya’by dari Numan Basyir, Rasulullah , bersabda: “(Barang yang) haram dan yang halal sudah sangat jelas, tetapi di antara keduaawa ada barang-barang yang syubhat (tidak jelas halal haramnya), tidak diperhatikan oleh umumnya manusia, maka orang yang memelihara dirinya dari syubhat, berarti bersih agama dan kehormatannya. Sedangkan yang terjerumus ke dalam syubhat, berarti terjerumus pula dalam haram, seperti orang menggembala domba di sekeliling tempat larangan, mungkin lama-lama ia melanggar larangan tersebut. Ingarlah, setiap raja punya aturan (larangan) dan larangan Allah, yaitu hal-hal yang haram.

 

Dan ingat pula, bahwa di dalam tubuh manusia, terdapat segumpal dara(hati), jika itu baik, pasti baik pula seluruh anggota tubuhnya. dan jika rusak, maka rusak pulalah seluruh anggota tubuhnya (yakni jantung hati)

 

Setiap sesuatu punya batas, sedangkan batas-batas Islam itu 4yaitu: 1. Wira’i, 2. Tawadlu’, 3. Syukur, 4. Sabar. (Demikian Abu Musa Asy’ary).

 

Penjelasannya:

 

  1. Wira’i adalah pokok utama dari segala sesuatu
  2. Tawadlu yang berarti bebas dari kesombongan.
  3. Syukur, mencapai surga.
  4. Sabar, menyelamatkan dari api neraka.

 

Nabi bersabda: “Seandainya kau salat hingga bungkuk, dan puasa sampai kurus seperti senar, maka semua itu tiada guna bagimu, kecuali menurut Wira’i

 

Menurut Al Faqih: bukti adanya wira’i yaitu: “Jika telah menganggap adanya 10 kewajiban pada dirinya, yaitu:

  1. Memelihara lisan tidak sampai ghibah (menggunjing), Firman Allah:

 

 Artinya: “Janganlah setenguh kamu menggunjing terhadap setengah lainnya”. (Hujurat 12)

  1. Tidak buruk sangka, FirmanNya:

 

Artinya: ”Hindarkanlah prasangka buruk, karena setengahnya adalah dosa”. (Hujurat 12) Hadis Nabi :

 

Artinya: ”Hati-hatilah kamu dari prasangku buruk, karena hal itu adalah perkataan puling bohong”.

  1. Tidak menghina (merendahkan) orang, Firman Allah:

 

Artinya: ” Janganlah suatu masvarakat menghina lainnya, mungkin juga yang dihina itu adalah lebih baik daripada yang mengejek”. (Hujurat 11)

  1. Memelihara pandangan mata dari yang haram, Firman Allah:

 

Artinya: “Katakanlah, puda orang-orang mukmin, agar memejamkan pandangan matanya dari yung harum ”. (Nur 30)

  1. Bicara benar, FirmanNya:

 

Artinya: ”Berkutalah yang jujur (adil)”.

  1. Mengingat nikmat Allah padanya, agar tidak sombong. Firman Allah:

 

Artinya: “Bahkan Allah-lah yang memberi karunia kepadamu, ketika kau diberi petunjuk, hinggu kau beriman. Jika kau benar-benar  beriman”. (Hujurat 17)

  1. Menggunakan hartanya dalam kebenaran bukan pada kebatilan, Firman Allah:

 

Artinya:

”Orang-orung yang membelanjukan hartanya tiada berlebihan, dan tiuda kikir, mereka tenguh-tenguh (berlaku sedung), dalam hal itu”. (Furqan 67)

  1. Tidak ambisi kedudukan dan tidak pula berlaku sombong, Firman Allah:

 

Artinya:

“Negeri akhirat senguja Kumi sediukan bugi mereka yang tidak umbisi kedudukan dunia, dan tidak pula suka merusak”. (Qashash 83)

  1. Memelihara (waktu) salat 5x, dan menyempurnakan ruku’ sujudnya, FirmanNya:

 

Artinya:

”Peliharalah (wuktu-waktu) salat, terutama sala pertengahan, tesakkanlah dengan khusyuk, diam bermunajat”. (Bagarah 238)

  1. Istiqamah mengikuti SunnaturRasulullah dan jamaah umat Islam. Firman Allah:

 

Artinya: “Inilah ujaran yang menuju kepada keridaanKu (jalan lurus-benur), lulu ikutilah, jangan mengikuti jalan-jalan lain, ika demikian), pusti menyimpang jauh dari jualan Allah”.

Demikianlah pesan Dia kepadamu asur kamu bertakwa”. (An’am 153)

 

Nasihat Muhammad Ka’ab : ”Hindarkanlah 3 macam perbuatan bagimu selama-lamanya, yaitu:

  1. Menganiaya siapapun, Firman Allah:

 

Artinya: “Penganiayaan itu puda dusarnya akan kembali (dirasa oleh kamu sendiri (kelak).

  1. Menipu siapapun dengan cara apapun, Firman Allah:

 

Artinya: “Penipuan pada hakekutnyu akan kembali (menimpa) pelaku (ahlinya sendiri”.

  1. Menyalahi janji, Firman Allah:

 

Artinya:

“Orang yang menyalahi janji pada dasarnya juga akan kembali (kerugiannya) dipikul diri pelakunya sendiri”. Pernyataan Ibrahim Ad-ham: “Zuhud terbagi 3, yaitu:

 

1, Zuhud wajib, artinya menghindari yang haram.

2), Zuhud sunah, artinya zuhud dari yang halal (mengambil sekedar untuk bekal (sarana) beribadat).

  1. Zuhud keselamatan, artinya: “Menghindari yang syubhat, agar tidak sampai terjerumus pada haram (agar selamat darinya).

 

Pernyataannya pula: Bahwa Wira’i juga ada dua, yaitu:

 

  1. Wira’i wajib atau Fadlu, yakni menghindari maksiat.
  2. Wira’i berhati-hati, yakni: Menghindari syubhat.

 

Sedih juga ada dua, yaitu:

 

  1. Sedih yang menguntungkan, yakni sedih memikirkan akhirat dan hal-hal yang akan menimpa dirinya.
  2. Sedih yang membahayakan, yakni sedih memikirkan harta dunia dan keindahannya (hingga sibuk karenanya, melupakan kewajiban terhadap Tuhannya).

 

Al Faqih menambahkan, bahwa: Wira’i yang asli (murni) yaitu, “Memelihara pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan dan memelihara mulut dari perkataan bohong dan menggunjing, serta memelihara seluruh anggota badan (indra-indra) dari yang diharamkan.

 

Ketika Umar Khathab membagi minyak (dari Syam dalam drum besar) kepada umat Islam, putranya mengusapkan bekas minyak yang ada pada wadah tersebut pada rambutnya, lalu di ketahui oleh Umar, dan katanya: ”Rambutmu rupa-rupanya senang minyaknya umat Islam yah, Kemudian rambutnya langsung dicukur, seraya berkata: “Yang demikian ini lebih ringan bagimu, daripada menggunakan minyak milik masyarakat (umat Islam)”.

 

Ibrahim Ad-ham pernah nyarter (menyewa) kendaraan (onta) dalam rangka bepergian ke kota Amman (untuk sekali jalan), di tengah perjalanan pecutnya (cambuk ontanya) jatuh, lalu cepat-cepat turun dan kendaraannya diikat dan ia berjalan kaki mengambilnya, ketika ditanya: “Kenapa tidak berputar saja dengan kendaraannya itu untuk mengambil cambuknya? Jawabnya: Aku menyewa kendaraan ini untuk pergi (sekali jalan) bukan untuk kembali”.

 

Abu Razyin dari Mw’adz, katanya: “Ketika aku bepergian bersama Nabi  dengan Himar, lalu beliau memanggilku: Sabdanya: “Hai Mu’adz, tahukah kamu, apakah hak Allah yang diwajibkan kepada semua hambaNya? Jawabku: “Allah dan RasulullahNya-lah yang mengetahui, Kata beliau: “Kewajiban manusia (hamba) ialah menyembah Allah, tidak syirik kepadaNya. Lalu sesudah itu apalagi? Jawabku: Allah dan RasulullahNya-lah yang mengetahui, kata beliau: “Memasukkan mereka (manusia yang melaksanakan kewajibannya terhadap hak Allah) ke dalam surga”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ayyub Anshary, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Empat perkara setengah dari sunnatur-Rasulullah, yaitu:”Menggunakan harum-haruman, kawin (nikah), siwwak dan malu”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Ugbah ‘Amir, Nabi  bersabda: “Setengah dari penjelasan para Nabi terdahulu, yang diperoleh umat manusia, yaitu: ”Jika kau tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu”. Yakni sekira perbuatan itu tidak sarnpai menjatuhkan martabat harga dirimu dalam agama, hingga menjadi faktor penyebab malu, maka boleh kau lakukan apa saja yang sudah pasti tidak memalukan kamu”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud, Nabi  bersabda: Hendaklah malu kepada Allah, Mereka menjawab: “ALHAMDULILLAH kami sudah melakukannya (malu kepada Allah). Kata beliau: ” Bukan demikian, tetapi yang dimaksud adalah malu dengan artian nyata, yakni memelihara kepala dan indera-indera dari laku dosa, trmasuk perut dan makanan yang masuk ke dalamnya, dan selalu mengingat maut, siksa kubur, Maka orang yang menginginkan akhirat pasti berani meninggalkan kesenangan dunia, dan yang mampu berbuat demikian itulah yang disebut malu kepada Allah secara nyata.

 

Dari Hasan, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Sifat malu adalah bugian dari IMAN, sedangkan IMAN bermukim di surga. Dan laku keji adalah setengah duri kebejutan moral, yang bersurung di jurang neruka”. (Al Hadis)

 

Pernyataan Al Farisy (Salman): ”Jika aku mati, lalu hidup lagi, dan mati lagi, kemudian hidup lagi hingga 3x, maka bagiku lebih baik daripada melihat auratku atau orang lain”. Kata S. Ali: “Allah mengutuk orang yang melihat aurat (lain orang) dan yang dilihatnya”.

 

Nabi  bersabda: “Haram bagi orang yang telanjang di kamar mandinya, tanpa tutup atau sarung”.

 

Tidak pantas bagi orang yang akan masuk kamar mandi, kecuali dengan 2 sarung, yang satu untuk menutup auratnya dan yang lain untuk menutup matanya dari aurat lain orang”. (Hasan Bashry).

 

Nabi Isa dalam nasihat (peringatan)nya:

 

Artinya: ” ”Hati-hatilah kamu dari pandangan mata (sendiri), karena hal itu daput menumbuhkan syahwat dalam hati, dan hal semucam itu suduh cukup sebugai fitnah bagi dirinya”. Orang fasik ialah: “Orang yang tidak memelihara (memejamkan) pandangan matanya dari pintu orang dan aurat mereka”. (Ahli Hikmah)

 

Dari ‘Atha-k, Nabi  melewati orang yang tengah mandi, lalu beliau bersabda: “Hai sekalian manusia, bahwasanya Allah adalah sangat pemalu, sabar, suka menutup dan orang yang menutup (auratnya), serta yang pemalu, oleh karena itu tutupilah (aurat) dirimu dari pandangan mata lain orang sewaktu mandi”.

 

Dari Anas Malik, “Nabi  ketika akan buang air (kencing) tidak menyingsingkan kainnya, hingga berjongkok dekat ke tanah”.

 

Penjelasan Al Faqih: “Ada dua macam malu, yaitu:

 

  1. Malu kepada Allah, maksudnya: “Merasakan nikmat dari Allah, hingga tidak sampai hati (malu) berbuat maksiat (melanggar larangan)Nya.
  2. Malu kepada sesama manusia, maksudnya: “Menutup pandangan mata dari hal-hal yang tidak halal bagimu”.

 

Umar melihat Nabi  tengah menangis, lalu bertanya: “Kenapa engkau menangis ya Rasulullah? Jawabnya: “Jibril memberitahu bahwa: ”Allah malu akan menyiksa seorang manusia yang sampai tua (beruban) di dalam Islam, lalu kenapa orang tua itu tidak malu berbuat dosa sesudah ia beruban di dalam Islam?”

 

Dari Bahz Hakim dari ayahnya: “Ya Rasulullah, apa yang harus kami lakukan terhadap aurat? Jawabnya: ”Peliharalah auratmu kecuali terhadap istri dan budakmu, Lalu: “Bagaimana ketika tempat sepi (sendirian)? Jawabnya: ” Allah lebih berhak, jika kamu malu kepadaNya”.

 

Nasihat seorang Ulama kepada putranya: ”Hai putraku, jika nafsu syahwatmu mengajak berbuat dosa, maka pandanglah ke atas, hendaklah kau malu kepada masyarakat langit (yang mengawasimu), jika tidak, maka tundukkan matamu ke bumi dan hendaklah malu kepada penghuninya, dan jika demikian kau belum bisa melakukannya, maka anggaplah kau sendiri sebangsa hewan tak berakal”.

 

Fudlail ‘Iyadl dalam ungkapannya: ”Kau tutup pintu rumahmu, dan tabir kau turunkan karena malu kepada manusia, tetapi kenapa kau tidak malu kepada Alquran yang ada pada dadamu, dan tidak malu kepada Allah Yang Besar dan sesuatu apapun tidak samar bagiNya (tidak lepas dari pengawasanNya).

 

Pelajaran hikmah yang dituturkan Manshur ‘Amr sebagai berikut: “Orang yang selalu melihat kekurangan (keburukan) dirinya, pasti tidak akan mengorek keburukan orang lain. Dan orang yang rela menerima rezeki pemberian Allah, pasti tidak iri (sedih) terhadap apa yang ada di tangan orang lain. Dan orang yang kejam (menganiaya orang), pasti ia akan binasa karenanya (perbuatannya sendiri). Dan orang yang menggali sumur untuk menjerumuskan kawannya, pasti ia akan terjerumus sendiri ke dalamnya. Dan orang yang membuka rahasia orang, berarti membongkar rahasianya sendiri. Dan orang yang melupakan kesalahannya pasti akan membesar-besarkan kesalahan lain orang. Dan orang yang sombong, akan digelincirkan oleh akalnya sendiri. Dan yang menyombongkan dirinya pada orang banyak, pasti terhina. Siapa yang berlebih-lebihan dengan amal perbuatannya, pasti cepat jemu. Dan orang yang membanggakan dirinya, pasti jatuh (patah). Dan siapa yang memakimaki orang (menggoblok-goblokkan Orang) pasti dibalas dengan makian pula. Dan orang yang bergaul (berkawan) dengan orang rendah (rusak moralnya), pasti terhina. Dan Yang bergaul (duduk) dengan Ulama, pasti mulia dan terhormat.

 

Barangsiapa berkeliaran di arena (lokasi) kejahatan (tempat maksiat), pasti dituduh. Dan orang yang mengecilkan peranan agama, pasti terjerumus karenanya. Dan orang yang mengambil harta kekayaan orang pasti menjadi miskin.

 

Barangsiapa ingin (mengharapkan) sejahtera, harus berlaku sabar. Dan orang yang berjalan tanpa tujuan (tidak tahu persis arah tujuannya) pasti malang dan menyesal.

 

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, pasti beruntung dan bahagia sedangkan yang tidak berpengalaman, pasti ditipu orang. Dan orang yang menentang kebenaran, pasti kalah (lemah-hancur). Dan orang yang membawa (tanggungan) di luar batas kemampuannya, pasti lemah, tidak berdaya.

 

Barangsiapa menyadari tentang ajalnya, pasti khayalanya berkurang. Dan Barangsiapa yang membiasakan menempuh jalan kebodohan (acuh terhadap kebenaran), pasti jauh dari jalan menuju keadilan (kebenaran).

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid Maisarah, Allah berfirman: ” Aku tidak menilai perkataan orang bijak, tetapi yang Ku-lihat adalah tujuan (niat)nya, maka jika niatnya ditujukan kepadaKu, maka Aku jadikan diamnya berarti berpikir, bicaranya sebagai zikir sekalipun ia diam (tanpa kata-kata).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibrahim Nakha-i, katanya: “Terkadang orang berbicara menjengkelkan, tetapi tujuannya baik, maka Allah merubah penerimaan para pendengarnya dengan rasa maaf, hingga kebanyakan orang menyatakan bahwa: “Dia bertujuan baik, tidak buruk. Dan sebaliknya bisa terjadi (terkadang) orang teratur susunan kata-katanya (baik dan menarik), tetapi dilandasi dengan tujuan buruk, maka Allah merubah penerimaan para pendengarnya sesuai dengan tujuan pembicara tadi, hingga mereka menyatakan “Sekalipun susunan kata-katanya teratur, tetapi jelas tujuannya buruk”.

 

Orang-orang salih terdahulu saling memberi nasihat lewat tulisan (surat) kepada kawannya 3 kalimat, yaitu:

  1. Orang yang beramal untuk akhirat, pasti Allah mencukupi segala kebutuhan (urusan) dunianya.
  2. Orang yang niat tujuannya baik, pasti Allah menyatakannya (baik pula dalam kenyataan) lahir.
  3. Orang yang memperbaiki hubungan dengan Allah, pasti Allah memperbaiki hubungannya dengan sesamanya (manusia).

 

Penafsiran ayat (di bawah) ini menurut Hasan adalah sebagai berikut:

 

Artinya: Katakunluh: ”Setiup orang beramal adulah ditentukan oleh niat tujuunnya (yakni) suhnya amal ditentukan oleh niat (tujuan)nya”.

 

Nabi  bersabda: ”Niat (tujuan) seorang mukmin adalah lebih baik dari amal perbuatannya”. (Al Hadis)

 

Al Faqih dalam ulasannya: “Alasannya niat itu saja sudah berpahala, sedangkan amal tanpa adanya niat tidak berpahala. Dan seseorang bisa memasang niat “Akan beramal baik selama hidupnya”, dan tidak dapat melakukan kebaikan selama hidupnya. Beralasan pula bahwa: ”Niat itu adalah perbuatan hati, sedangkan hati adalah pangkal makrifat dan pokok segala amal, segala yang tumbuh dari pokok adalah lebih utama dari lainlainnya. :

 

Nabi  bersabda: “Seseorang dihadapkan (kelak di hari Kiamat) dengan membawa kebaikan sebesar gunung, lalu diserukan: “Barangsiapa pernah dianiaya oleh fulan (ini), boleh menagihnya, lalu ia dihabiskan amal kebaikannya untuk membayar mereka tiada sisa sedikitpun, sampai ia menjadi kelabakan (bingung), akhirnya Tuhan berseru kepadanya: ”Bagimu masih ada simpanan pahala yang tidak diperlihatkan kepada malaikat atau siapapun dari makhlukKu, lalu apakah itu? JawabNya: Yaitu kau berniat akan melakukan kebaikan, Aku menentukan pahala bagimu berlipat ganda 70x kebaikan.

 

Seorang abid (dari Bani Israil), sewaktu lewat melihat anak gunung, lalu tergerak hatinya: “Seandainya gunung itu menjadi tepung atau beras, pasti aku dapat memberi makan mereka yang tengah dilanda kelaparan (pasti mereka kenyang dengannya). Kemudian Allah memberitahu lewat NabiNya: “Katakanlah kepada abid itu bahwa: Allah telah menentukan pahala seandainya gunung itu menjadi tepung atau beras lalu kamu sedekahkan (yakni) ia memperoleh pahala sedekah tepung atau beras sebesar gunung itu”.

 

Diriwayatkan pula bahwa: “Di hari Kiamat seseorang terkejut ketika dihadapkan, ia melihat catatan amalnya ada ibadat haji, umrah. jihad, zakat dan sedekah, lalu hatinya bertanya: “Dari mana semua amal ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya (di dunia), kemungkinan ini bukan catatan amalku? Lalu FirmanNya: “Bacalah catatan amalmu itu, dulu kau pernah berkata: “Seandainya aku punya harta pasti menunaikan ibadat haji, jihad dan semua yang tercatat di dalamnya, Aku tahu persis bahwa: “Niat (tujuan)mu itu adalah sungguh-sungguh, maka pahala semua itu Aku berikan sekarang ini.

 

Al Faqih dalam penjelasannya: “Niat akan dinilai benar selama orangnya tidak kikir, misalnya: Ia melihat orang tengah haji mengalami kekurangan, lalu ia berkata: “Seandainya aku cukup harta pasti aku menunaikannya, tapi karena bekalnya jauh dari cukup, maka sedikit bekal ini kuberikan saja untuk membantu orang yang akan pergi haji, demikian pula pada amal-amal lainnya seperti jihad, dan lain-lain. Tetapi jika ia kikir untuk membantunya, hingga diketahui persis: Seandainya ia punya lebih banyak dari itu, pasti tetap kikir, maka orang yang demikian ini tidak berpahala, dari niatnya.

 

Sahl Sa’ad Sa’idy berkata: Nabi  bersabda: “Niat (tujuan) seorang mukmin adalah lebih baik dari amalnya, sebaliknya orang munafik amalnya melebihi niatnya, dan setiapnya beramal atas (sesuai) dengan niatnya.

 

Dari Muhammad Ali, Nabi  bersabda: “Barangsiapa senang kepada seseorang (lillahi ta’ala) sebab keadilan yang ia lakukan, padahal menurut ketentuan Allah ia termasuk penghuni neraka, maka Allah akan senang kepadanya seperti ia mencinta penghuni surga. Dan Barangsiapa membenci seseorang (lillahi ta’ala) sebab kekejaman yang ia perbuat, padahal dalam ketentuan Allah ia termasuk penghuni surga, maka Allah akan memberi pahala seperti ia membenci penghuni neraka.

 

Wahyu Allah kepada Nabi Musa: “Hai Musa, pernahkah kau beramal UntukKu? Jawabnya: “Ya Tuhan, salatku untukMu. sedekah dan zikir UntukMu, dan puasa juga untukMu, FirmanNya:

 

“Salat adalah sebagai bukti bagimu, puasa perisai untukmu, sedekah jadi naunganmu, dan zikir adalah cahaya penerang bagimu. Lalu mana amal untukKu? Jawabnya: ”Ya Tuhan tunjukkanlah kepadaku amal UntukMu, FirmanNya: “Hai Musa, apakah kau sudah menyenangi kekasih Ku (para waliyullah), dan menentang musuhKu? Kemudian sejak itu Nabi Musa mengerti bahwa amal yang paling utama yaitu: “Senang atau cinta karena Allah, dan membenci karena Allah”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Buhwasunya Alah sekali-kali tidak menilai bentuk rupamu atau bunyaknya hartamu, dan tidak pula menilai keadaanmu, tetapi yang Dia nilai adalah amal perbuatan dan niat hatimu”.

 

Dari ‘Aisyah, Nabi  bersabda: “Orang yang bertujuan menempuh rida Allah, dengan daya upayanya yang membikin marah orang, maka Allah akan meridainya, dan membuat masyarakat rela kepadanya. Sebaliknya orang yang mencari kerelaan masyarakat, dengan jalan atau cara yang membuat marah Allah, maka Allah akan marah kepadanya, dan menggerakkan masyarakat marah pula kepadanya”.

 

A’masy dari Abu Amr Syaibany dari Abu Mas’ud Anshary, katanya: Ada orang usul kepada Nabi : “Ya Rasulullah, berilah aku kendaraan untuk berjihad. Jawabnya: “Pergilah kepada fulan, ia akan memberikan kendaraan padamu, lalu ia pergi dan diberi onta satu ekor, kemudian ia memberitahu Nabi, dan beliau bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang menunjukkan jalan kebaikan, pasti ia berpuhala serupa dengan yang melakukannya, (Penunjuk jalan kebaikan serupa (pahalanya) dengan yang melaksanakannya)”. (Al Hadis)

 

Hudzaifah Yaman berkata: “Ada orang peminta-minta datang, semula orang-orang diam (tidak memberi kepadanya), lalu ada seorang (mengawali) memberi, kemudian lainnya juga memberi maka Nabi bersabda: “Barangsiapa memberi teladan amal baik, lalu diikuti lain orang. maka ia berpahala dan pahala mereka yang mengikuti jejaknya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan orang yang mermtis perbuatan jahat (mengawalinya) lalu ditiru lain orang, maka ia memikul dosanya sendiri ditambah dosanya orang-orang yang menirunya, setikitpun tidak dikurangi

 

Dari Tamin Ad-Dary, Nabi  bersabda: “Lima perkara bagi orang yang datang di hari Kiamat dengan membawa 5 perkara tersebut tidak dnolak masuk surga, yaitu:

 

  1. Nasihat untuk Allah, yakni mengajak manusia beriman dan berbakti kepadaNya, serta berharap semuanya beriman.
  2. Nasihat untuk RasulullahNya yakni membenarkan semua ajarannya dan mengikuti sunnatur Rasulullah.
  3. Nasihat bagi kitabNya, yakni mempelajari, mengamalkan serta mengajarkan, agar manusia melaksanakan isi kandungannya.
  4. Nasihat bagipemimpin umat Islam, yakni menaati kepemimpinannya, amar maruf nahi munkar, tidak menentang.
  5. Nasihat bagi seluruh umat Islam, yakni mencintai mereka seperti pada diri sendiri, dan menahan mereka (berbuat keji) seperti menahan diri sendiri, dan selalu bergaul dengan mereka penuh rasa kasih-sayang.

 

Kata Al Faqih: “Banyak orang yang tidur dicatat baginya pahala bertahajud (bangun malam), sebaliknya tidak sedikit orang bertahajud, tetapi dianggap tidur (catatannya), yakni jika seseorang sudah terbiasa bangun malam dan salat hingga fajar. lalu pada suatu malam tertidur sampai pagi, ketika bangun rasanya sedih dan menyesal seraya membaca:

INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJIUN, akhirnya ia dicatat bertahajjud karena niatnya. Sedangkan di lain fihak, orang tidak terbiasa bertahajud, lalu bangun dan mengira saat Subuh telah iba, ia pergi ke masjid, tahu-tahu belum masuk waktu Subuh, katanya: “Seandainya aku tahu masih belum Subuh, pasti tidak bangun tadi-tadi”.

 

Maka baginya dicatat golongan yang tidur semalam suntuk, sekalipun di tengah malam bangun”.

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ubaidah, dari Ibnu Mas’ud, katanya: “Faktor penyebab selamat dua, yaitu: 1. Takwallah, 2. Niat. Dan faktor penyebab binasa juga dua, yaitu: 1. Putus asa, 2. Membanggakan amalnya (ujub).

 

Kata Wahb Munabbih: “Di zaman dahulu ada seorang Abid, telah beribadat selama 70 tahun (siangnya puasa) berbuka hanya setiap hari Sabtu, lalu ia punya hajat dan dipanjatkan kepada Allah, tetapi tidak terpenuhi, akhirnya menyesal dan katanya: “Hai badanku sendiri, seandainya kau punya kebaikan, pasti dipenuhi keinginanmu itu, hal ini faktor penyebabnya adalah dosa (kesalahan)mu sendiri”. Kemudian datanglah malaikat dan berkata: “Hai anak Adam, ketika kamu tawadlw’ (merendah diri), hal itu lebih baik dibandingkan dengan ibadatmu sepanjang 70 tahun itu”.

 

Sya’by bercerita: “Ada orang diberi keistimewaan (yakni), ketika panas terik dinaungi “awan” di tengah perjalanannya, lalu ada orang ingin ikut berjalan di belakangnya agar terkena naungan “awan” dari padanya, kemudian dia (yang punya keistimewaan) itu ujub dan katanya: “Manusia seperti kau ingin berjalan di bawah naunganku? Lalu keduanya berjalan, dan setelah bersimpang jalan (berpisah), tahu-tahu keistimewaan orang itu lenyap, pindah kepada orang yang dihina (awan berbalik menaungi orang yang dihina tadi)”.

 

Kesempurnaan taubat, yaitu: “Selalu mengingat dosa yang diperbuat, dan kesempurnaan amal, yaitu: “Menghindarkan ujub, beramal (beribadat), sedangkan kesempurnaan syukur, “Menyadari adanya kekurangan atas dirinya”. (Umar )

 

Di tengah-tengah menyampaikan khutbah Umar Abdul Aziz berhenti sebentar, khawatir ada rasa ujub di hatinya, dan ketika menulis, ia merobeknya karena takut ujub seraya membaca doa sebagai berikut:

 

Artinya:

“Ya Allah uku berlindung kepadamu dari keburukan nafsuku”.

 

Kata Mutharrif: tidur semalam disertai penyesalan di pagi harinya, bagiku lebih baik daripada bangun malam tetapi ujub di pagi harinya.

 

‘Aisyah ketika ditanya: Sampai sejauh mana ukuran kebaikanku? Jawabnya: Selama belum punya perasaan baik. Lalu: Sampai sejauh mana aku harus mengakui kekeliruanku? Jawabnya: Ketika berperasaan bahwa dirinya sudah baik (yakni: Jika seseorang tekun melakukan kebaikan dan menyadari kekurangannya (yang dikehendaki syari’at), maka harus berperasaan kurang atau belum baik, dan jika seseorang berperasaan bahwa dirinya sudah baik, maka timbullah ujub yang berarti salah dan berdosa.

 

Seorang pemuda berusaha mengasingkan diri dari keramaian, demi tenangnya beribadat, lalu datang keduasesepuh kampungnya, dan berkata: “Hai pemuda, sikap dan caramu beribadat menjauh dari keramaian adalah berat mungkin kamu tidak mampu bertahan lama. Lalu Jawabnya: Menghadap kepada Allah kelak di hari Kiamat, adalah melebihi apa yang kulakukan selama ini. Mereka berdua mengingatkan: “Seandainya kau masih punya kerabat dan kau beribadat seperti ini adalah sangat utama. jawabnya: “Jika Tuhan rela padaku, pasti mereka akan rida padaku. Kata mereka: “Kau masih terlalu muda dan belum banyak pengalaman, kami khawatir engkau ujub. Jawabnya: “Orang yang mengenal dirinya, tidak mungkin ujub. Kedua sesepuh saling berpandangan seraya berkata: “Mungkin pemuda ini sudah mencium bau surga, hingga nasihat kami ini tada berarti baginya.

 

Nabi Daud pergi beribadat selama satu tahun di pesisir, sesudah itu berdoa: Ya Tuhan, punggungku terasa panas, pandanganku lemah, air mataku kering, dan aku belum tahu persis bagaimana tentang nasibku. Lalu dijawab, lewat seekor katak: “Hai utusan Allah, ibadatmu selama satu tahun itu kau undat-undat?

 

Demi Allah, aku bertasbih di pesisir ini selama 60 tahun. Juga memuji kepada Tuhan, sampai persendianku terasa gemetar karena takutnya kepada Allah. Kemudia Daud menangis. Demikian pula yang dialami oleh Musa  sesudah dia membunuh orang tanpa disengaja.

 

Nasihat Al Faqih: Ada empat faktor penghapus rasa ujub, yaitu:

 

  1. “Tahu persis bahwa: “Taufik dan hidayah untuk beramal itu dari Allah, lalu bersyukur kepada Allah dan tidak bangga dengan amalnya.

 

  1. “Tahu persis bahwa nikmat itu dari Allah, dan mensyukurinya serta tidak bangga dengan amalnya.

 

  1. Takut amalnya tidak diterima, dan otomatis dia tidak bangga atas amalnya.

 

  1. Menyesali perbuatan dosa-dosanya terdahulu, lalu khawatir mengalahkan kebaikannya, kemudian jauh dari rasa bangga dengan amalnya.

 

Orang yang belum tahu persis hasil amalnya (kelak di hari Kiamat, pasti tidak berani membanggakannya, dan hal ini adalah menimpa setiap orang, oleh karena itu, tidak pantas seseorang ujub atas amalnya.

 

Dari Al Faqih, Ibnu Abbas berkata: Pertama kudengar ayat (di bawah) ini tidak tahu persis siapa pembawanya, hingga Ka’ab datang di tempat Umar, katanya: Hai Ka’ab berceritalah dengan yang mirip kitabullah, Jawabnya: ”Kelak semua makhluk dibangkitkan di lapangan terbuka, mereka saling melihat dan mendengar, dan setiap kelompok dipanggil dengan pimpinan pengajarnya, yang benar ataupun yang sesat.

 

Pertama dipanggil pimpinan yang benar, ia menerima suratan amalnya dengan kanan, sedangkan dosa-dosanya dirahasiakan, ia membaca bagian yang dirahasiakan atau dosa-dosanya, sedangkan amal baiknya sangar jelas dilihat banyak orang, katanya: Celaka aku, kemudian dibagian akhir tertulis: “Semua dosa sudah diampunkan bagimu, dan ia diberi mahkota cahaya terang, serta diperintah memanggil bawahan yang dipimpinnya, dan menyampaikan kepada mereka bahwa, akan memperoleh seperti yang telah ia terima, setelah datang ia memohon: “Ya Allah, jadikanlah mereka seperti yang telah kami terima. Sebaliknya jika ja pimpinan tersesat, ia menerima suratan amalnya dengan tangan kiri, sebab kanannya dibelenggu. Lalu ia membacanya, dan dijawab: “Kamu telah beramal ini tetapi semua itu sudah dibalas di dunia, sehingga dosadosanya nampak jelas di hadapan umum, kata mereka: ”Celaka fulan, dan di bagian akhir tertulis: Pantaslah siksa bagimu, kemudian wajahnya berubah hitam, dan diberinya mahkota dari neraka yang sangat terang asapnya, ia diperintahkan menjumpai bawahan yang dipimpinnya, dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka juga akan menderita seperti yang ia derita. Sesudah mereka datang, berkata: “Ya Allah, kami jangan dimasukkan golongan dia, yang terkutuk. Akhirnya semua anak buahnya itu mengutuk dan menjauh darinya, FirmanNya: 

 

Artinya:

”Mereka saling mengutuk dan menuduh kafir di antara (di lingkungan) mereka sendiri”.

 

Masrug menyatakan “Seseorang akan menjadi alim, jika takut kepada Allah, dan sebaliknya akan menjadi bodoh, jika ujub atas amal perbuatannya.

 

Dari Mujahid, Sa’id Ash menyerukan agar orang-orang memujinya di tempat Usman. Kemudian Miqdad Aswad langsung mentaburkan tanah kepada mereka yang memuji, seraya berkata: “Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Taburkan tanah atau pasir kepada mereka yang memuji orang”.

 

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas: “Ketika di Mina, Jamaah Yaman bertanya kepada Nabi : ”Jelaskanlah kepada kami keutamaan ibadat Haji, Jawabnya: “Baiklah, setiap langkah dari rumah orang yang berniat menunaikan ibadat Haji, dosa-dosa tubuhnya rontok seperti rontoknya daun kering dari pohonnya, demikian pula umrah. Lalu setelah di Madinah ia mengucap salam dan berjabat tangan denganku, maka dijabat oleh malaikat. Dan ketika sampai di Dzul HULAIFAH mandi sunah ihram, maka semua dosanya disucikan, dan ketika berpakaian (niat) ihram, maka Allah memperbaharui kebaikannya, dan ketika membaca: “LABBAIKALLAAHUMMA LABBAIK, disambut dengan: LABBAIKA WASA’DAKA ASMAU KALAAMAKA WA ANZHURU ILAIKA”, Artinya: “Aku mendengar bacaanmu dan memperhatikan kamu”. Dan ketika di Makkah melakukan thawaf dan sa’i, maka dituangkan kebaikan baginya, dan ketika wukuf di Arafah dan berdoa bersama, maka Dia berfirman: “Hai para malaikat dan segenap masyarakat langit, lihatlah para hambaKu datang dari segenap penjuru jauh, dalam keadaan terurai dan berdebu, harta dan tenaga mereka korbankan demi Kemenangan dan KemurahanKu, Aku memaafkan mereka dari dosa-dosanya, seperti bayi baru lahir dari (ibunya, demikian pula ketika balang (lempar) jumrah dan tahallul (mencukur rambur), serta thawaf ifadlah (zairah), maka diserukan dari bawah ‘Arasy: “Kembalilah kalian, segala dosa telah diampuni bagi kalian, dan perbaharuilah amal pebuatan kalian.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari S. Ali, katanya: Kerika aku bersama Rasulullah  melakukan thawaf, bertanya: “Ya Rasulullah, jelaskan tentang keutamaan Baitullah padaku! Jawabnya: “Rumah ini sengaja dibangun, untuk menebus dosa-dosa umatku. Lalu keutamaan Hajar Aswad? Jawabnya: Asalnya permata surga, bersinar seperti matahari ketika diawal turunnya, tetapi kemudian berubah hitam akibat sentuhan tangan musyrikin.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abbas Mirdas: Di hari Arafah Rasulullah banyak berdoa ditujukan demi agar memperoleh ampunan dan rahmat, lalu Tuhan menjawabnya: “Aku sudah menerima doa tersebut kecuali penganiayaan yang terjadi di antara mereka. Beliau  mendesak: Ya Tuhan, Engkau Kuasa dan mampu mengganti penganiayaan (orang yang dianiaya) dengan yang lebih baik dari pada menuntut balas kepada si penganiayanya. Permohonan ini tidak segera dijawab, baru esoknya hari Muzdalifah doa diulangi lagi, kemudian dijawab: “Kami ampunkan mereka semua, lalu beliau tersenyum. Ketika ditanya sahabat: Ya Rasulullah kenapa tersenyum? Jawabnya: “Karena Iblis sewaktu tahu bahwa doaku diterima demi umatku, maka ia meletakkan tanah di atas kepalanya dan merintih: ”Celaka aku dan binasa”. Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

“Orang yang melukukan Ilaji ke Baitullah, dun tidak mengeluarkan kata-kata keji, tidak fasik (mencaci-maki utau berbuat melanggar) muka dosu-dosanya dilenyapkan seperti bayi yang lahir dari perut ibunya”.

 

Kata Umar : Orang pergi ke Kakbah melakukan thawaf, maka diampuni dosa-dosanya seperti bayi lahir dari ibunya.

 

Nabi  bersabda: ”Setan tidak pernah merasa sangat rendah, hina, lemah disertai dengan mendongkol seperti di hari Arafah, kecuali karena ia melihat turunnya rahmat dan ampunan Allah terhadap dosa-dosa besar, demikian pula ketika perang Badar.

 

Kata Umar Abdul Aziz:” Tentang Haji dan keutamaannya disebutkan pula dalam wahyu Allah kepada Nabi Musa . Kata Musa: Ya Tuhan, jelaskan padaku tentang Haji dan keutamaannya, JawabNya: Rumah Pilihan dari segala rumah, dan terlarang bagi yang diharamkan oleh Ibrahim Khalilullah, mereka datang dari seluruh penjuru dunia dengan talbiyah, seperti panggilan seorang hamba kepada Tuhannya. Kata Musa: Apa pahalanya?

 

JawabNya: “Ampunan dariKu dan berhak memberi syafa’at kepada saudara-saudara (famili) terdekat serta para tetangganya.

 

Kata Musa: Jika ada harta yang kurang baik atau niat yang tidak ikhlas (bersih) dari mereka? JawabNya: “Yang tidak bersih niatnya atau kurang baik hartanya, Aku mengampunkan mereka, karena sesuatu yang baik untuk yang baik pula.

 

Abu Harun Abdy dari Abu Sa’id Khudry, katanya: “Kami pergi Haji bersama Umar waktu pertama ia jadi Kahlifah, ia berdiri di depan Hajar Aswad, katanya: “Engkau adalah batu yang tidak bisa mendatangkan manfaat ataupun bahaya, seandainya aku tidak melihat Nabi  mencium engkau, pasti akupun tidak melakukannya.

 

Lalu Ali berkata: “Ya Amiralmukminin, kau jangan berkata seperti itu, karena batu ini dapat mendatangkan manfaat ataupun bahaya, dan seandainya engkau bukan orang pandai Alquran, pasti aku tidak mengingatkannya. Lalu ia bertanya: “Ya Hasan, bagaimana keterangannya? Jawabnya, Firman Allah:

 

Artinya:

“Ketika Tuhunmu mengambil janji unuk Adam sewaktu mereka dikeluarkan dari pungsung mereka dan dipersuksikun kepada mereka: ”Bukankah Aku Tuhan kalian? Jawab mereka: “Benur, Pengakuan mereka dicatat dan dimusukkan (catutan tersebut) di Hajar Aswad, maka ia memegang amanat Alah, dan dijadikan saksi bagi setiap orang yang pernah menyentuhnya, kelak di hari Kiamat. Kata Umar: “Yu Abal Hasan, Aluh telah memberi ilmu kepadamu tidak sedikit.

 

Setelah lanjut usia, Ibnu Abbas buta mata, dan berkata: “Yang paling kusesalkan yaitu: “Karena aku belum pernah melakukan Haji dengan jalan kaki, padahal FirmanNya:

 

Artinya: “Mereka datang mengunjungimu (Kakbah) dengan berjalan . dun berkendaraan cepat. dari penjuru dunia (jauh)”. (Hajj 27)

 

Komentar Al Faqih: “Jika jaraknya dekat, maka tiada apa melakukan Haji dengan berjalan kaki (hal itu adalah) utama, tetapi jika jaraknya jauh, berkendaraan adalah lebih utama, karena mungkin berjalan kaki sangat memberatkan, dan mungkin dapat merusak akhlaknya.

 

Kata Hasan Bashry: “Para melaikat selalu menyambut kehadiran orang yang melakukan ibadat haji, mereka mengucapkan salam kepada para pengendara onta, dan berjabat tangan dengan yang berkendaraan himar, sedangkan kepada orang yang berjalan kaki mereka memeluknya.

 

Dari Dlahak, Nabi  bersabda: “Setiap muslim yang berjihad fi sabilillah, lalu tertimpa musibah (kecelakaan) jatuh dari kendaraan (ontanya) dan diinjaknya, arau digigit hewan, atau mati sebab apa saja, maka ia dianggap mati syahid. Dan setiap muslim yang tujuan keluar dari rumahnya, niat berhaji ke Baitul Haram, lalu meninggal sebelum ibadat Hajinya selesai, maka diwajibkan surga baginya”.

 

Nabi  bersabda: “Ya Allah, berilah ampun orang yang melakukan ibadat Hajji dan orang yang dimohonkan ampun olehnya (yang berhaji).

 

‘Atha dari Umar, Nabi  bersabda: ”Salat di masjidku, sama dengan melakukan salat 1000x di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.

 

Riwayat lain menyebutkan sebagai berikut: Salat di masjidku ini, lebih utama daripada salat 10.000x di tempat lain, kecuali Masjidil Haram. Dan Salat di Masjidil Haram lebih utama daripada salat 100.000x di tempat lain. Dan salat ketika perang sabil lebih utama dibanding dengan 200.000x salat. Kemudian beliau  bersabda: “Maukah kutunjukkan yang lebih utama dari semua itu? Yaitu orang yang tahajud (bangun di tengah malam gelap), lalu menyempurnakan wudu dan melakukan salat 2 rakaat semata hanya ingin (mencari) rida Allah .

 

Yazid Basyir dari Ibnu Umar, Nabi  bersabda:

 

Artinya: “Islam dibangun atas 35 pokok, yaitu:

  1. Menyatakan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah Allah.
  2. Melakukan sulat 5 x sehuri semalam.
  3. Mengeluarkan sakat (harta atau fitrah).
  4. Puasa di bulan Ramadan.
  5. Menunaikan ibadat Haji ke Baitullah.

 

Dari Sa’id Musayyab, Nabi  bersabda: “Bahwasanya Allah akan memasukkan dalam satu kali Haji 3 orang ke dalam surga, yaitu:

  1. Orang yang berpesan (haji).
  2. Orang yang menunaikan (ibadat Haji).
  3. Orang yang (mengongkosi) ibadat Hajji, atau menghajikan orang.

 

Demikian pula umrah dan jihad (sebagaimana yang berlaku pada hajji)

 

WALLAAHU ALAM

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda: “Tidak akan menyatu debu perang sabil dengan asap neraka jahannam dalam tubuh seorang manusia selamanya. Demikian pula antara kikir dengan iman dalam hati seseorang selamanya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dai Hasan, Nabi sz bersabda: “Berangkat perang sabil (baik) pagi atau sore hari, adalah lebih utama daripada ibadat 60 tahun.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas: ” Abdullah Rawahah ditugaskan oleh Nabi  dalam (pasukan perang) tepat pada hari Jumat, katanya: ” Aku berangkat nanti sehabis salat Jumat, sedangkan kawannya berangkat pagi-pagi, sesudah salat ditanya oleh Nabi :

 

“Kenapa kau tidak berangkat bersama kawanmu tadi pagi? Jawabnya: “Aku ingin salat bersamamu, lalu menyusul kawan-kawanku. Sabda beliau : “Seandainya engkau sedekah sepenuh (isi) permukaan bumi, tidak dapat mengejar keunggulan pergi mereka di pagi itu.

 

Kata Salman Farisy: “Bertahan di garis depan tepi laut semalam adalah lebih utama daripada puasa penuh satu bulan dan di malamnya tahajud. Dan jika mati dalam keadaan itu, maka dilindungi dari siksa kubur, aman dari ketakutan besar, dan pahala amalnya berkesinambungan Siang malam, hingga hari Kiamat. Dan berziarah kepadanya (orang mati Syahid semacam itu) sama dengan ribath (bertahan di garis depan dalam perang sabil) hingga hari Kiamat.

 

Abdullah Ubaid Umar dari ayahnya, Rasulullah  ditanya: “Apakah Islam itu? Jawabnya: “Tutur kata baik, memberi makan dan menyebarkan Salam. Lalu amalan apakah yang paling utama di dalam Islam? Jawabnya: Yaitu, orang yang pandai menyelamatkan orang lain (sesama muslimnya) dari gangguan tangan dan perkataannya. Lalu salat yang paling utama? Jawabnya: ”Lama berdiri. Sedekah yang paling utama? Jawabnya:

 

“Pemberian menurut kemampuannya dari yang kekurangan (belum cukup hidupnya), lalu iman paling utama? Jawabnya: “Sabar dan pemurah atau pemaaf. Kemudian jihad paling utama? Jawabnya: Yaitu, orang yang (bertempur) hingga kudanya terbunuh dan dia sendiri darahnya mengalir. Lalu memerdekakan budak? Jawabnya: ” Yang paling utama, yaitu yang paling tinggi harganya”. Nabi  bersabda: Tidak dapat menyatu debu perang sabil dengan asap jahannam dalam hidung seseorang”. Sabda beliau  pula: Setiap mata di hari Kiamat pasti menangis, kecuali tiga, yaitu:

 

  1. Mata yang menangis di dunia, karena takut Allah.
  2. Mata yang dipejamkan dari segala larangan Allah.
  3. Mata yang dibuat jaga dalam perang sabil.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Tiga orang (masing-masing) , diperlihatkan kepadaku, pertama masuk surga, di lain pihak 3 orang pertama masuk neraka, yaitu:

 

  1. Tiga orang yang pertama masuk surga:
  2. Yang mati syahid (gugur dalam pertempuran membela agama Allah).
  3. Pembantu (hamba sahaya) yang selalu taat beribadat kepada Allah, sekalipun dalam keadaan sibuk pekerjaan majikan (tuan)nya.
  4. Fakir-miskin yang tidak mau mengemis, sekalipun menanggung beban anak-istri.

 

  1. Tiga orang yang pertama dijerumuskan ke dalam nereka:
  2. Penguasa yang kejam, dan menindas rakyat kecil dengan aneka undang-undang yang memberatkan (di luar batas kemampuan rakyatnya).
  3. Orang kaya enggan mengeluarkan zakat hartanya.
  4. Fakir-miskin besar mulut (sombong).

 

Nabi  ketika ditanya:

 

Artinya:

“Amal apakah yang paling utama? Jawabnya: “Melakukan salat tepat pada waktunya, dan berbakti kepada kedua orangtua, serta jihad (perang) sabil (Membela agama Allah)”.

 

Maimun Mahran dari Ibnu Abbas, katanya: Orang yang sedekah seekor kuda untuk perang sabil, pahalanya sama dengan orang (yang berangkat perang sabil) dengan harta dan jiwanya, dan orang sedekah pedang untuk perang sabil, kelak pedangnya berbunyi (di hari Kiamat): “Aku adalah pedang punya Fulan, dan aku tetap akan berperang hingga saat ini, dan orang sedekah anak panah dalam perang sabil, maka Allah akan menyimpan dan memeliharanya hingga kelak diperlihatkan sebesar gunung Uhud di mata umum. Dan orang yang menanggung orang yang Perang sabil, maka diberi panji Allah di hari Kiamat, dan yang sedekah perisai, maka kelak dijadikan pula perisai terhadap api neraka. Dan yang terbunuh (tertikam), maka kelak menjadi cahaya, baunya harum seperti misik-kasturi yang dapat dicium oleh semua makhluk, yang memberi minum kawannya di perang sabil, maka Allah memberinya minum rahig makhtum (minuman lezat masih tertutup) di hari Kiamat. Dan orang yang berziarah kepada kawannya perang sabil, maka setiap langkah dibalas pahala satu kebaikan pangkatnya dinaikkan dan diampuni dosanya, dan orang yang berjaga malam saat perang sabil, maka Allah memberi keamanan di hari semua manusia takut besar di hari Kiamat.

 

Kata Ibnu Abbas: Dalam rangka membantu orang lemah, berjalanlah di belakang pasukan perang sabil, juga mengayomi orang yang ketakutan, pasti diberi pahala sebanyak pahala mereka (yang perang), tanpa mengurangi bagian pahala mereka Berkata seorang sahabat: “Pedang (senjata perang) adalah sebagai kunci surga, maka ketika dua pasukan sudah saling berhadapan, maka para bidadari menghias diri mengintai jalannya peperangan dan ketika ada orang maju, mereka berdoa: ” Ya Allah tolonglah ia dan menangkan ia, dan ketika ia mundur, maka para bidadari segera berpaling daripadanya, seraya berdoa: “Ya Allah ampunilah ia, maka jika terbunuh, diampunilah ia dengan tetesan darah pertamanya, lalu dua orang bidadari turun mengusap debu yang ada pada wajahnya.

 

Seorang habsyi (Ethiopia) bertanya kepada Nabi s5: Ya Rasulullah, di manakah tempatku, padahal aku seorang bermuka buruk, baunya busuk dan bukan pula bangsawan, jika aku perang sabil hingga mati? Jawabnya: ”Di Surga, Lalu ia masuk Islam, katanya: Domba-dombaku sebaiknya dibuat apa? Jawabnya: “Hadapkanlah ke arah Madinah, dan diseru: ”Kembalilah kalian, lalu semuanya pulang ketempatnya”. Kemudian ia menuruti seruan Nabi  ia maju kemedan laga. Setelah diadakan gencatan senjata, diserukan oleh Nabi: “Periksa semua pasukan, ternyata orang Habsyi tersebut mati di sebuah jurang. Kemudian beliau mendatangi tempat tersebut seraya bersabda: “Kini wajah dan rupamu telah dirubah menjadi bagus oleh Allah, baumu harum, dan kedudukanmu meningkat. Beliau menangis, dan berpaling, tanya sahabat: “Ya Rasulullah kenapa berpaling? Jawabnya: “Demi Allah, aku melihat istri-istrinya (para bidadari) berebut mendekatinya, sampai gelang kaki mereka terlihat.

 

Ada 3 macam (tipe) para pejuang Sabil, yaitu:

 

  1. Para pemelihara kendaraan (yang menyiapkan dan lain-lain)
  2. Yang secara langsung bertempur di medan laga.
  3. Yang melayani kebutuhan mereka dalam berperang.

 

Semuanya berpahala sama. Sedangkan yang paling utama yaitu: Yang memelihara kendaraan, dan ketika perang diserukan, langsung maju berperang. Dan kedua sahaya, saat perang diserukan, langsung berangkat, seperti yang disebutkan beliau : pahala terbesar adalah bagi orang-orang yang melayani kebutuhan mereka (dalam perang sabil)”.

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Tiada seorang manusia yang sudah mati, lalu diberi tempat baik di sisi Allah, kemudian menginginkan pulang ke dunia, sekalipun hartanya seisi dunia, kecuali orang mati syahid, karena ja telah melihat kebesaran pahala mati syahid, dan dari situlah timbul keinginan pulang ke dunia, agar dapat terbunuh sekali lagi dalam medan laga (perang sabil)”.

 

Menurut tafsiran Sa’id Jubair tentang ayat:

 

“Ketika terompet ditiup. lalu semuu penghuni langit dan masyarakat bumi pingsan, kecuali yang dikehenduki Allah (yakni orang mati svahid dengan pedungnya terhunus di sekeliling ‘Arsy”. Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Orang yang ingin (mohon) mati syahid dengan sungguh-sungguh, kemudian (ternyata) mati biasa, maka diberi pahala seperti orang mati syahid. Para pejuang (perang) sabil diberi 3 perkara, yaitu:

  1. Dihidupkan kembali lengkap dengan segala kebutuhannya di surga, bagi yang terbunuh mati.
  2. Pahala sebesarnya, bagi yang menang perang.
  3. Diberi rezeki baik, bagi yang lanjut usia.

 

Ibnu Mas’ud dalam menjelaskan Firman Allah:

 

“Bahkan mereka tetap hidup di sisi Tuhan, mereka memperoleh rezeki. Jiwa mereka berupa burung-burung hijau yang asyik makan di surga dengan sebebasnya, kemudian pulang ke sangkarnya di bawah ‘Arasy.

 

Dari Mw’adz Jabal, Nabi  bersabda: Orang yang mengikuti perang sabil, sekalipun hanya selama orang Istirahat (bekerja) memerah susu onta, maka dipastikan surga baginya. Dan orang yang ingin (mohon) mati syahid kepada Allah dengan sepenuh hati (sungguh-sungguh), ternyata ia mati biasa (bukan syahid), maka pahalanya sebagaimana orang yang mati syahid. Dan orang yang terkena luka atau apa saja (penderitaan atau kesakitan) dalam perang sabil, kelak di hari Kiamat ia akan menghadap dengan muka (warnanya) seperti za faran merah dan harum misik baunya.

 

Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda:

 

Artinya:

Setiup muta manusia di hari Kiamat, pasti menangis, kecuali emput, Yaitu:

  1. Mata yang tercukil (keluar) dulam perang sabil.
  2. Mata yang menangis (selalu di dunia), karena tukut Allah.
  3. Mata yang diajak juga mulam (tahajud), karena takut Nluh.
  4. Mata yang diajak jusa (memelihara) pasukan di belakang umat Islam.

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Usman, katanya: Rasulullah  bersabda: “Bertahan di garis terdepan dalam perang sabil, selama 1 hari, adalah lebih unggul pahalanya dibanding dengan puasa dan tahajud (bangun malam) seribu hari.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Makhhul, katanya: Salman Farisy bertemu dengan Syurahbil Samth yang tengah bertahan di benteng negeri Persia (Paris), lalu Salman berkata: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Bertahan di garis terdepan sehari dalam perang sabil, pahalanya melebihi puasa dan tahajud satu bulan, dan yang mati dalam keadaan itu, dilindungi dari cobaan (siksa) kubur, dan pahala amalnya berkesinambungan tiada putus-putusnya, dalam bentuk terbaik, hingga hari Kiamat”.

 

Al Faqih dari ayahnya dengan sanadnya dari Naf’ dari Ibnu Umar, Rasulullah  bersabda: “Orang yang bertakbir 1x sewaktu berperang, maka akan berbentuk batu besar dalam timbangan amalnya kelak di hari Kiamat, beratnya melebihi langit-bumi seisinya. Dan orang yang dengan suara keras membaca: “LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR”, maka diberi keridaan sebesar-besarnya oleh Allah, yang berarti dihimpun dengan Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim serta Nabi-nabi lainnya.

 

Menurut setengah Ulama: RIDLWAANUL AKBAR Artinya Keridaan sebesar-besarnya dari Allah yaitu: Melihat Zat Allah  Tetapi setengah yang lain berpendapat Rida Allah selamanya tiada kemarahanNya.

 

Dari Abu Hurairah, ada orang bertanya kepada beliau Nabi : Ya Rasulullah, cara bagaimana agar aku dapat menyerupai orang yang Perang sabil, dengan harta kekayaanku? Jawab beliau: “Berapa banyak harta kekayaanmu. Jawabnya: 6.000 (enam ribu). Kemudian beliau bersabda: “Jika kau belanjakan (sedekahkan) harta kekayaanmu semua, maka dibandingkan dengan tidurnya (orang perang sabil) saja belum memadai”.

 

Usman dari ayahnya: Ada orang datang kepada Abdurrahman ‘Auf ketika ia di kebun, dia menyatakan disertai rasa bangga:

 

Bahwa telah memerdekakan budak 30 orang, Lalu dijawab: ” Maukah aku tunjukkan amal yang besar, melebihi itu? Ya, Katanya: Terkejutnya pejuang perang sabil, ketika cambuknya jatuh di tengah perjalanan, akibat ia mengantuk, adalah lebih utama dari pada amal yang kau banggakan tadi.

 

Dari Abdullah Mubarrak, Rasulullah  bersabda: “Kelak di hari Kiamat beberapa kaum berjalan melewati shirat seperti angin tanpa hisab dan siksa. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka itu, ya Rasulullah? Jawabnya: “Ya mereka itulah yang mati tengah bertugas (bertahan) di garis terdepan perang sabil”. Dari Abu Umamah Bahily, Nabi  bersabda: “Ada 4 orang yang pahalanya berkesinambungan, sesudah matinya, yaitu:

  1. Yang mati di tengah bertugas (bertahan) di garis terdepan perang sabil.
  2. Yang mati di tengah para santri atau pelajar atau pengangsu ilmu, sedang mengelola pendidikan Islam.
  3. Yang sedekah jariyah.
  4. Yang mati meninggalkan anak salih (yang selalu berdoa untuknya).

 

Al Faqih dari Abu Ja’far dari Abu Qasim, Nashir dari Abu Muthi’, katanya: “Yang dimaksud bertahan di garis depan, yaitu: “Di tengah tengah berkecamuknya pertempuran (dalam keadaan perang), yakni sewaktu-waktu lawan menyerbu kubu pertahanan. (Itulah yang pahalanya sangat besar).

 

Kata Sufyan “Uyainah: “Jika ternyata musuh sudah masuk kubu pertahanan (menyerang), maka bertahan di tempat (yang diserang musuh) itu, pahalanya sama dengan ribath (bertahan di garis terdepan) selama 40 tahun. Bahkan sama dengan ribath hingga hari Kiamat, jika musuh telah menyerang 3x.

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir Zaid, katanya: “Pada suatu hari rekanku berlatih memanah, mencariku, katanya:” Kenapa kau terlambat? Jawabku: “Ada halangan. Lalu ia menawarkan sebuah hadis yang bisa mendorong semangat dalam berlatih memanah, jawabku: Baiklah, Katanya: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Dengan satu panah sekaligus 3 orang dimasukkan ke dalam surga, yaitu:

 

  1. Orang yang memanah (melepaskan panah).
  2. Orang yang memproduk (membuat)nya dengan ikhlas.
  3. Orang yang membantu dalam perjuangan itu.

 

Nabi  bersabda: “Belajarlah kamu memanah dan berkendaraan, memanah Jebih baik dan lebih kusenangi daripada berkendaraan. Karena setiap permainan itu batil, kecuali 3 macam, yaitu:

  1. Belajar melepaskan anak panah (memanah).2. Berlatih mengendarai kuda (berkendaraan).
  2. Bercanda (bergurau) dengan istri.

 

Kesemua itu adalah termasuk hak (perbuatan baik) di dalam agama.

 

Umar memerintahkan masyarakat Syiria (tertulis): “Didiklah para putra-putramu berenang, memanah dan berkendaraan kuda, serta perbaikilah latihan memanahnya (perhatikan sasaran panah). (Demikian mak-khul).

 

Kata Mujahid: “Aku melihat Ibnu Umar, lari cepat di antara dua sasaran panah dengan gamisnya.

 

Demikian pula Hudzaifah, sekalipun bergamis mereka tetap berlatih memanah dengan semangat, hingga kelihatan larinya. Beliau Rasulullah ketika perang Uhud bersabda: “Hai Sa’ad lepaskanlah (anak) panahmu, semoga Allah membantumu”.

 

Al Faqih dalam ulasannya: “Hadis tersebut adalah sebagai landasan (keutamaan) memanah, karena beliau tidak berkata kepada siapapun: “Semoga engkau tertolong, sekalipun dengan ayah dan ibuku sebagai penebusnya”. Hal itu ditujukan kepada Sa’ad, karena waktu itu, dia satusatunya tentara yang pandai memanah. Doa beliau pula kepadanya: “Ya Allah, tepatkanlah lepasan panahnya, dan terimalah doanya (harapannya).

 

Dari Amr Syurahbil, Nabi  bersabda: Onta jadi kemuliaan dan kebanggaan pemiliknya, dan domba itu barakah, serta kuda itu terikat kebaikan hingga hari Kiamat pada ubun-ubunnya”.

 

Dalam lain riwayat: “Kemuliaan itu di ubun-ubun kuda, sedang kehinaan di ekor lembu”. Yakni Jika umat Islam disibukkan dengan berjihad menegakkan agama, pasti Islam tetap jaya tetapi jika mereka sudah taat mengikuti ekor lembu maka terima-lah kehinaan sepanjang masa.

 

Amr Anbasah, dari Nabi  sabdanya: “Orang yang melepas satu panah dalam perang sabil, pahalanya sama dengan memerdekakan Seorang budak”.

 

Ugbah Amir dari Nabi  sabdanya: “Bumi ini akan dibukakan oleh Allah dan dicukupi perongkosanmu, maka kamu jangan malas berlatih memanah”.

 

Kata Umar: “Tempat latihan memanah adalah seperti petamanan Surga, dan yang berlatih seperti (pahala) memanah musuh, sedang yang membantu mengambilkan anak panah yang sudah dilepas, pahala setiap langkahnya sama dengan memerdekakan budak.

 

Dari Ugbah Amir juga, Rasulullah membaca di atas mimbarnya ayat:

 

Artinya:

“Siapkan menurut kemumpuan yang uda untuk menghudupi musuh, ingutlah: “Kekuatan terletak di dulum melepus unuk panah sejauhnya, diulang 3x”. Beliau juga bersabda: ”Orung yang mengabaikan latihan memanah sesudah pandai, berarti telah meningsulkun suatu sunnah yang baik (Suatu nikmat)”.

 

Seharusnya para tokoh masyarakat, raja sekalipun tidak enggan 4 perkara, yaitu:

  1. Berdiri menghormat kedua orang tuanya,
  2. Menghormat atau melayani tamunya,
  3. Berdiri (merawat) kudanya,
  4. Menghormat atau malayani guru atau pendidiknya (yang membimbingnya).

 

WALLAAHU ALAM

 

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Umar, Rasulullah  bersabda: “Jangan tunggu musuh (mengharap) kedatangannya, mohon selamatlah kepada Allah, tetapi jika sudah berhadapan dengan musuh, maka bertahanlah serta berzikir kepada Allah.

 

Dari Auf Malik Asy-ja’i, katanya: “Pejuang harus memperhatikan 10 perkara, yaitu:

 

  1. Jangan berangkat (keluar) kecuali, diizinkan oleh kedua orang tua.
  2. Melaksanakan amanat Allah seperti, salat, puasa, zakat, haji dan tebusan dosa. Lalu amanat terhadap sesamanya, dengan minta ampun atas kesalahan yang diperbuat kepadanya.
  3. Nafkah keluarga harus dicukupi selama ditinggal (berangkat hingga pulang) dari jihad.

4, Nafkah dari harta halal, karena Allah tidak akan menerima kecuali yang baik (halal).

  1. Loyal terhadap pimpinan atau atasannya (taat peraturan).
  2. Setia kawan, ramah dan tersenyum ketika bertemu, membantu keperluannya dan merawatnya ketika sakit.
  3. Jangan mengganggu sesama muslim (rakyat) atau kafir dzimmy, baik di tengah perjalanan atau di mana saja.
  4. Tidak melarikan diri dari medan laga.

9, Jangan mencuri hasil ghanimah (rampasan perang) yang belum dibagi.

10, Tujuan berjihad menegakkan agama dan membantu (mengamankan) umat Islam.

 

Demikian pula 10 sifat harus ada pada pejuang, yaitu:

  1. Berhati singa dan harirfau (keberanian dan kesombongannya).
  2. Keberanian beruang.
  3. Serangan celeng (babi hutan).
  4. Serbuan anjing hutan (serigala).
  5. Kuat menanggung berat seperti semut.
  6. Tabah bagai batu tak bergerak.
  7. Kesabaran seperti himar,
  8. Terpecaya seperti anjing, hingga tidak takut dalam mempertahankan kebenaran.
  9. Dalam menggunakan kesempatan seperti jago (ayam jantan).
  10. Bersiasat kancil, ketika akan mundur.

 

WALLAHU ALAM

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Mugatil Sulaiman, Nabi Musa munajat: Ya Tuhan. Di dalam Al Wah dimuat: Adanya suatu umat yang dapat memberi syafa’at dan diterima syafaatnya, jadikanlah mereka umatku? JawabNya: “Mereka itu adalah umat Muhammad, Ya Tuhan disebut pula umat yang tebusan dosanya cukup dengan salat 5 waktu, jadikanlah mereka umatku, JawabNya: Mereka itu adalah umat Muhammad, Ya Tuhan disebutkan pula umat yang akan memberantas kebatilan, hingga Dajjal dibunuhnya, jadikanlah umatku, JawabNya: Mereka itu umat Muhammad, Ya Tuhan disebutkan pula umat yang bersucinya dengan air atau debu, jadikanlah mereka umatku, JawabNya: Mereka adalah umat Muhammad, Ya Tuhan disebut pula umat yang boleh menerima sedekah dan menikmati (memakan)nya, padahal umat terdahulu harus membakarnya dengan api, jadikanlah mereka umatku, JawabNya: Mereka adalah umat Muhammad, Ya Tuhan disebutkan pula, jika sudah berniat tetapi tidak dilaksanakan, tetap dicatat satu kebaikan, bahkan 10 kebaikan jika dilakukan kebaikan itu, dan ditikelkan hingga 100 lebih, dan jika niat berbuat jahat tidak dianggap berdosa jika tidak terlaksana, dan ditulis hanya satu kejahatan jika telah berbuat, jadikanlah mereka itu umatku, JawabNya: Mereka itu umat Muhammad, Ya Tuhan, disebutkan pula adanya umat yang dimasukkan surga tanpa hisab sebanyak 70.000 orang, jadikanlah umatku, JawabNya: Mereka itu adalah umat Muhammad .

 

Riwayat Ma’mar Qatadah menambahkan: Ya Rabbi, disebut pula mereka sebaik-baik umat, karena amar ma’ruf nahi munkar, jadikanlah mereka umatku, JawabNya: Mereka itu umat Muhammad, Ya Tuhan, mereka akhir masanya, tetapi di hari Kiamat terdahulu, jadikanlah mereka Umatku, JawabNya: Mereka itu umat Muhammad, Ya Tuhan, Kitab Allah lihat dada mereka (mereka hafal di luar kepala), tetapi mereka membacanya dengan melihat (binnadhar), jadikanlah umatku, JawabNya: Mereka itu Umat Muhammad . Bahkan Nabi Musa menginginkan dijadikan umat Muhammad, JawabNya: Hai Musa, Aku telah memilihmu dari semua manusia untuk menerima risalahKu, dan FirmanKu, maka terimalah semua itu, dan bersyukurlah. FirmanNya:

 

Artinya:

“Dari kaum Musa ada orang-orung yung memimpin munusia ke jalan benar, dan dengunnya mereka berlaku adil”.

 

Maka dengan jawaban Tuhan terakhir ini, Musa merasa lega dan puas (rida).

 

Dari Mugatil Hayyan, Nabi  bersabda: “Jibril membawaku (di dalam Isra-Mi’raj) sampai pada dinding besar Sidratil katanya: “Terus maju Muhammad, Jawabku: “Tidak, engkau saja, Lalu: ” Hai Muhammad, siapapun tidak diperkenankan batas ini, kecuali engkau, karena lebih tinggi dan mulia di Allah melebihi aku. Kemudian beliau bergerak maju hingga ke ranjang emas berseprei sutra surga, Seru Jibril: “Hai Muhammad dengarkanlah pujian Tuhan, berbaktilah jangan gentar atas FrimanNya, Beliau segera memuji dengan ucapan:

 

 Artinya:

“Segala kehormatan, rahmat dan kebaikan adalah milik (kepunyaan) Allah”.

 

Lalu dijawab:

 

Artinya:

“Salam sejahtera, rahmat dan barakah, tetaplah kepadamu Muhammud) satu-satunya Nabi terakhir”.

 

Beliau mengucapkan:

 

Artinya:

“Salam sejuhteru semoga tetapkanlah kepadu kami (semua) dun para humba-Mu yang salih”.

 

Kemudian Jibril menyambutnya dengan:

 

Artinya:

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang lain kecuali Nlah, dan Nabi Muhammad hamba dan RasulullahNya”.

 

Kemudian Allah berfirman:

 

Artinya:

“Rasululluh teleh beriman pada agama (Wahyu) yang diturunkan kepudanya”.

 

Beliau  menjawab: “Benar, aku telah beriman ya Tuhan. Lalu FirmanNya pula:

 

Artinya:

“Demikian pula orang-orang mukmin semua teluh beriman kepada Allah. para malaikatNya. Kitab-kitabNya dan para RasulullahNva. tiada dibedakan seorangpun dari Mereka (para Rasulullah).

 

Orang mukmin (Muslim) berpendirian (berkeyakinan) tidak seperti Yahudi dan Kristen yang membeda-bedakan antara Nabi Musa dan Isa.

 

FirmanNya pula:

 

Artinya:

“Allah tidak menekan sescorung. kecuali menurut kemampuan yang uda padu mereka, mereka dibulas (pahala) sesuai dengan umal perbuatannya, atau menanggung resiko (dosa) atas kejuhatan yang diperbuat mereka”.

 

Lalu Allah berfirman: “Mintalah (Wahai Muhammad) pasti dikabulkan, maka Beliau pun lalu berdoa:

 

Artinya:

“Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa kami. dan kepadaMu-lah dikembalikan”.

 

Allah menjawab: “Telah diampunkan bagimu dan umatmu yang beriman kepadamu dan bertauhid kepada Allah. Diserukan pula: ”Mintalah. nasri dikabulkan. Lalu beliau berdoa:

 

Artinya:

“Ya Tuhan, jungun tuntut kami ketika kami lupa atau khilaf”.

 

Lalu dijawab: Lupa dan kekhilafanmu tidak akan Kutuntut atau yang dipaksakan kepadamu (tengah kamu) tidak rela. Lalu mintalah:

 

Artinya:

“Ya Tuhan, jangan dipikulkan kepada kami beban yang beratberat seperti yang teluh Engkau pikulkun umat-umat terdahulu (yakni Bani Israil ketika berbuat pelunggurun, mereku diharamkan memakan yang semula hulul).

 

Beliau  berdoa:

 

Artinya: “Ya Tuhan, jangun dipikulkan (dipuksukan) kepadu kami beban yang sangut berat (Sebub umutku lemah)”.

 

Artinya:

”Dun maafkanlah serta ampunilah kami, berikanlah rahmatMu kepuda kami, Engkau adulah Tuhan kami, menangkanlah kami dulam menghadupi orang-orang kafir”.

 

JawabNya: “Semua doamu Aku kabulkan, hingga jika ada dari kamu 20 orang yang tabah, mampu mengalahkan 200 orang lawan.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda: “Pemberian Allah kepadaku 5 perkara, yang belum pernah diberikan kepada seorangpun, yaitu:

 

Aku diutus kepada semua umat manusia, dengan tidak membedakan wama kulit (baik putih atau berwarna), dan bumi dijadikan sebagai Masjid dan alat pensuci bagiku, dan aku dimenangkan atas musuh (mereka gentar dalam jarak perjalanan 1 bulan) dan hasil ghanimah perang dihalalkan bagiku, dan aku diberi syafaat lalu kusimpan syafaat itu untuk umatku kelak (di akhirat).

 

Al Faqih dari Abu Ja’far, katanya: Umar memberi pinjaman pada orang Yahudi, dan ia sewaktu bertemu di tengah jalan, berkata: “Demi Allah yang memilih Abul Qasim (Muhammad) atas semua manusia, kini kamu tidak akan kulepaskan sebelum membayar hakku. Jawab Yahudi: Tidak, Allah tidak memilih Abul Qasim atas semua manusia, Lalu Yahudi itu dipukul pipinya. Lalu kata Yahudi: “Untuk menyelesaikan antaraku dengan kamu Abdul Qasim. Keduanya pergi menghadap kepada Nabi . Kata Yahudi: “Allah telah memilihmu di atas semua makhluk, benarkah kata Umar ini? Jawabku: Allah tidak memilihmu atas semua manusia. Lalu Umar memukul aku. Kemudian Beliau  bersabda: “Hai Umar, mintalah maaf kepadanya atas pukulanmu dan sabdanya pula: “Benar hai Yahudi, bahwa: Adam adalah Shafi-ullah (pilihan Allah), dan Ibrahim Khalilullah, Musa Nabiyullah, “Isa Ruhullah dan aku Habibullah, Dan memang betul ada dua sebutan (asma) bagi Allah, pegangan umatku, yaitu:

 

  1. Allah disebut dengan “ASSALAAM” sedangkan umatku disebut dengan MUSLIMIIN.
  2. Allah disebut dengan “ALMUKMIN”, sedangkan umatku disebut dengan MUKMININ.

 

Dan memang betul, ada suatu hari yang disimpan Allah untuk kami, yaitu hari ”Jumat”, maka hari ini untuk kami, besok untuk kamu, dan lusa untuk orang kristen. Memang betul, kau datang terdahulu dan kami akhir, tetapi kami kelak di hari Kiamat bahkan terdahulu, Hai Yahudi, surga haram bagi semua Nabi, hingga aku memasukinya (terlebih dahulu). Dan diharamkan surga bagi semua umat manusia, sebelum umatku memasukinya (terlebih dahulu).

 

Kata Ka’bul Akhbar: Allah memuliakan umat (Muhammad) dengan tiga perkara, seperti yang diberikan kepada para nabi terdahulu, yaitu:

  1. Dijadikan saksi atas semua umat manusia, seperti setiap Nabi dijadikan saksi atas umat (kaum)nya.

 

  1. FirmanNya kepada umat Muhammad:

 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman: Mukunlah yang halal dari upu yang teluh Kuberikan padumu”.

Seperti FirmanNya kepada para Rasulullah: –

 

“Hai pura Rasulullah, makanlah dari yang baik-baik (hulul), beramullah yang salih (baik)”.

 

  1. Firman Allah kepada umat ini:

 

Artinya: “Berdoalah kepadoKu, pasti Kukabulkun”. Seperti FirmanNya kepada para Rasulullah, mereka diberi doa Tustajabah”.

 

Dan Allah memberi umat Muhammad 5 kemuliaan, yaitu:

 

  1. Dijadikan lemah, agar tidak sombong.
  2. Dibuat kecil-kecil, agar tidak terlalu berat menanggung beban: “Makan, minum, pakaian dan lain-lain sarana untuk beribadat kepadaNya.
  3. Diperpendek masa hidup (umur)nya, agar tidak terlalu banyak kesempatan berbuat maksiat (dosa).
  4. Dijadikan fakir-miskin, agar tidak terlalu berat tanggungan hisabnya kelak di akhirat.
  5. Dijadikan umat terakhir, agar tidak terlalu lama menunggu di alam kubur (karena pekerjaan paling berat adalah menunggu atau menanti).

 

Nabi Adam dalam pernyataannya: 4 kemuliaan yang diberikan kepada umat Muhammad, tidak kepadaku, yaitu:

 

  1. Bertaubar di tempat mana saja diterima, berbeda dengan aku (ditetapkan) di Makkah.
  2. Tetap diberi pakaian sekalipun bermaksiat dengan telanjang bulat, padahal aku berdosa 1x saja langsung dilukar pakaianku (ditelanjangi).
  3. Sekalipun bermaksiat, tidak dijauhkan (dipisahkan) dari istrinya, sedangkan aku harus merana berpisah dengan istri (Ibu Hawa).
  4. Sekalipun berdosa di luar surga, ketika bertaubat bisa masuk surga, padahal aku berdosa di surga, dengan segera diusir darinya (keluar dari surga).

 

  1. Ali berkata: Kerika beliau duduk bersama sahabat Muhajirin dan Anshar, rombongan Yahudi datang, dan bertanya: “Hai Muhammad, kami akan menanyakan tentang kalimat-kalimat kepada Musa yang hanya diberikan kepada para Rasulullah atau Malaikat Mugarrab (terdekat). Sabdanya: “Bertanyalah, kata mereka: “Terangkan salat lima waktu yang diwajibkan kepada umatmu! Beliau menjawab:

 

  1. Salat Zuhur, saat matahari condong ke barat (tergelincir), segala sesuatu bertasbih kepadaNya.
  2. Salat Ashar, itulah saat Nabi Adam makan buah kuldy.
  3. Salat Magrib, itulah saat Nabi Adam diterima taubatnya oleh Allah ,Maka setiap orang melakukan salat Magrib dengan ikhlas, lalu mohon sesuatu (apa saja) pasti dikabulkan.

4, Salat Isyak, yakni salat yang dilakukan oleh para Rasulullah sebelum aku,

5, Salat Subuh, karena matahari menjelang terbit, terbit di diantara dua tanduk setan, dan di situ orang kafir pada sujud.

 

Kemudian mereka berkata: “Benar engkau Muhammad, lalu bagaimana pahala (upah)nya? Beliau  menjawab:

 

  1. Salat Zuhur, saat jahannam menyala, maka orang yang melakukan salat itu, diharamkan padanya uap Jahannam kelak di hari Kiamat.
  2. Salat Ashar, saat Adam makan buah kuldy, maka orang yang melakukan salat itu, diampuni dosanya seperti bayi baru lahir dari ibunya. Beliau membaca ayat:

 

Artinya:

“Peliharaluh (waktu) sulat, terutama sulat di pertengahan (siang) ”

  1. Salat Magrib, saat Nabi Adam diterima taubatnya, maka orang yang melakukannya dengan ikhlas lalu berdoa, pasti diterima doanya.
  2. Salat Isyak, maka kubur itu kan gelap, lebih dari itu hari Kiamat sangat gelap, oleh karena itu orang yang berjalan dalam gelap malam demi mengikuti jamaah salat Isyak, pasti diharamkan api neraka baginya, dan diberi penerang (cahaya) ketika melewati shirath.

5, Salat Subuh, siapa yang melakukannya secara berjamaah selama 40 hari, pasti dibebaskan dari api neraka dan (sifatnya munafik).

 

Kemudian mereka berkata: “Benar engkau Muhammad lalu kenapa Allah mewajibkan puasa satu bulan pada umatmu? Jawabnya: Adam makan pohon terlarang, dan makanan itu bersemayam di perutnya selama satu bulan, maka bagi anak cucunya diperintah mengosongkan (lapar) perutnya selama satu bulan sedangkan makan di malam harinya adalah (diperkenankan atas) karunia Allah kepada makhlukNya.

 

Kemudian mereka berkata: “Benar engkau Muhammad, lalu coba jelaskan pahalanya (puasa) bagi umatmu! Jawabnya: “Bagi yang melakukannya, diberi 7 perkara, yaitu:

 

  1. Daging haram di tubuhnya, menjadi cair kembali.
  2. Dekat pada rahmat Allah
  3. Diberi amal terbaik oleh Allah.
  4. Diamankan dari lapar dan haus (tiada dasarnya orang mati akibat puasa Ramadan).
  5. Diringankan baginya siksa kubur.
  6. Diberi penerang (cahaya) kelak sewaktu melewati shirat dihari Kiamat.
  7. Ditingkatkan derajat (kemuliaan)nya di surga.

 

Kemudian mereka berkata: “Benar engkau Muhammad, lalu coba jelaskan kelebihanmu atas para Nabi lainnya, Jawabnya: “Setiap Nabi menggunakan doa mustajababnya (ketika menemui jalan buntu), untuk membinasakan kaum (umat)nya, sedangkan aku doa itu tetap disimpan, bahkan akan kumanfaatkan untuk menolong (memberi syafaat) umatku kelak di hari Kiamat. Jawab mereka: “Benar engkau Muhammad, kami mengakui dengan ucapan:

 

Artinya: “Aku bersuksi bahwa tiada Tuhan yang lain, kecuali Alah, dan engkau Rasululluh Allah”. Ka’bul Akhbar menyatakan: “Aku membaca kitab yang diturunkan kepada Musa  Hai Musa, 2 rakaat (salat Subuh) dilaksanakan oleh Muhammad dan umatnya, di pagi hari. Maka Aku memberi ampun kepada mereka semua (dosa) yang dilakukan malam dan siang harinya, dan mereka tetap dalam lindungan Ku.

 

Hai Musa, 4 rakaat (salat Zuhur) bagi pelakunya, pada rakaat pertama diampuni dosanya, dan dengan rakaat kedua, Aku beratkan timbangan amal mereka, dan dengan rakaat ketiga: Aku berikan pahala para malaikat yang bertasbih dan beristighfar kepada mereka, Dan dengan rakaat keempat: “Pintu-pintu langit dibukakan bagi mereka, sampai para bidadari mengintai mereka.

 

Hai Musa 4 rakaat salat Ashar bagi pelakunya, dimintakan ampunan oleh setiap malaikat langit bumi, maka baginya tidak akan disiksa olehKu.

 

Hai Musa, 3 rakaat salat Magrib bagi pelakunya, dibukakan pintu langit, dan baginya dikabulkan segala permintaannya.

 

Hai Musa, 4 rakaat salat ‘Isya bagi pelakunya, lebih baik daripada dunia seisinya, dan diampuni dosanya seperti baru lahir dari perut ibunya.

 

Hai Musa, jika Muhammad dan umatnya berwudu (fardu), maka setiap tetesan airnya dibalas surga seluas langit-bumi.

 

Hai Musa, puasa mereka pada setiap bulan Ramadan, satu kota di surga untuk setiap harinya, dan setiap amal sunah dibalas pahala fardu. Dan malam “Lailatur Oadar” Kuberikan pada mereka, maka beristightar lx di malam itu, dengan sungguh-sungguh dan menyesali perbuatannya, kemudian ia mati dalam malam atau bulan itu, pasti Kuberikan pahala sebesar pahala 30 orang mati syahid.

 

Hai Musa di antara mereka, ada yang berdiri di tempat tinggi mengumandangkan (azan) syahadat “LAA ILAAHA ILLALLAAH”, maka pahalanya seperti pahala para Nabi, dan rahmatKu pasti baginya, sedangkan mereka jauh dari kemarahanKu, pintu tidak akan ditutup bagi mereka, selama mereka tetap mengucapkan LAA ILAAHHA ILLALLAAH?”. Dari Abu Hurairah , Nabi  bersabda: Manusia pertama yang dipanggil, kelak di hari Kiamat, ialah Nabi Nuh  dan umatnya, ditanya: “Apakah kau telah menyampaikan wahyuKu? Jawabnya: “Ya, benar Tuhan, Lalu umatnya ditanya: ” Apakah benar Nuh menyampaikan wahyu (risalah) Allah kepada kalian? Jawab mereka: “Demi Allah, tidak benar, seandainya Tuhan mengutus seorang Rasulullah kepada kami, pasti kami akan mengikuti ayat-ayatMu, dan beriman (menjadi orang mukmin), maka ia tidak menyampaikan risalahMu kepada kami.

 

Lalu Nabi Nuh  diberitahu bahwa: Kaum (masyarakat)nya membantah bahwa: “Kamu tidak pernah menyampaikan risalahKu kepada mereka”. Apakah kau punya saksi untuk mereka (menyanggah bantahannya)? Jawab Nabi Nuh . Ya, punya saksi. Lalu siapa saksi itu? Jawabnya: “Umat Muhammad . Kemudian umat Muhammad dipanggil, dan ditanya: Jawab mereka: “Ya benar, Nabi Nuh  telah menyampaikan risalahMu kepada masyarakatnya. Selanjutnya mereka (kaum Nabi Nuh se) bertanya: “Apakah dasar kalian tentang persaksian ini, padahal kami adalah umat terdahulu (permulaan), sedangkan kalian hidup kemudian (terakhir)? Umat Muhammad menjawab: ”Kami bersaksi bahwa Allah telah mengutus seorang Rasulullah kepada kami, dan Dia menurunkan kepadanya Kitab (Alquran) yang di dalamnya juga (setengahnya) menuturkan sejarah keadaan kalian (umat terdahulu).

 

Abu Hurairah berkata: ”Kami adalah umat terakhir, tetapi di hari Kiamat bahkan umat pertama yang diberi keputusan (penyelesaian), Firman Allah:

 

Artinya: ” Demikianlah Kami jadikan kalian umat pertengahan, menjadi saksi manusia seluruhnya, sedangkan Rasulullah menjadi saksi bagi kalian”. (Al Bagarah 143)

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah, katanya: Ada orang Badwy memohon kepada Nabi  katanya: “Aku telah Islam, lalu perlihatkanlah kepadaku sesuatu yang menambah keyakinanku, Beliau bertanya: “Apa yang kau kehendaki? Jawabnya: “Serulah pohon itu, supaya mendekat kepadamu, sabda beliau: “Pergilah dan seru dia agar mendekat padaku. Lalu ia laksanakan perintah beliau  katanya: “Sambutlah seruan Rasulullah  lalu pohon itu condong ke kanan memutus urat-urat akarnya, dan ke kiri, kemudian condong ke muka dan ke belakang, dan berjalan hingga mendekat kepada Rasulullah , ia mengucap salam kepada beliau . Kata Badwy: Sudah cukup, lalu memohon agar pohon itu kembali ke tempat asalnya, sesudah tegak pohon itu, Badwy berkata: “Ya Rasul, perkenankan aku mencium kepala dan kakimu, dan beliau memperkenankan ia melakukan itu. Lalu perkenankanlah aku sujud kepadamu. Jawab beliau:

 

Artinya:

“Jangan sujud padaku, seseorang tidak diperkenankan sujud kepadu makhluk, dan seandainya aku memperkenankan hal itu, basti aku akun menyuruh seorang istri sujud pada suaminya, untuk memperlihatkan kebesaran hak seorang suami”.

 

‘Atha-k dari Ibnu Umar, katanya: “Seorang wanita bertanya: “Ya Rasulullah, apa hak suami atas istrinya (kewajiban istri suaminya) Jawabnya:

 

  1. Sekali-kali jangan menolak ajakan suami (bersetubuh), sekalipun ia berada di atas punggung kendaraan.
  2. Sekali-kali jangan berpuasa (sunah) tanpa izin suami, kecuali puasa Ramadan. Maka jika istri puasa sunah, pahalanya untuk suaminya, istri malahan berdosa.
  3. Sekali-kali jangan keluar rumah, kecuali atas izin suami, pelanggaran dalam hal ini, akibatnya dikutuk oleh malaikat rahmat dan malaikat azab, hingga ia pulang ke rumah.

 

Dari Qatadah, Ka’ab berkata: “Yang pertama ditanyakan kepada seorang wanita kelak di hari Kiamat, yaitu:

  1. Kewajiban tentang salat 5 waktu.
  2. Kewajiban tentang ketaatannya terhadap suami.

 

Dari Hasan, Nabi  bersabda:” Ketika seorang istri lari meninggalkan suami tanpa alasan nyata (hak), maka selama itu salatnya tidak diterima, hingga ia menyerah kepada suaminya, dan menyatakan: ” Lakukanlah sesuka hatimu kepadaku. Dan seorang istri ketika salat tidak mendoakan suaminya, maka salatnya ditolak hingga mau mendoakannya. Dari Qatadah, Rasulullah  dalam khutbahnya (di Mina) bersabda:

 

Artinya:

“Hai sekalian manusia, kalian ada hak-hak atas istri, dan merekapun uda hak-hak utas kalian. Di antara hak-hak kalian yang harus dipenuhi istri, yaitu:

 

  1. Memelihara tempat tidur, tidak boleh memusukkan seseorang (pria yang tidak disenangi) ke rumahnya.

2 Tidak boleh berbuat kekejian (Yang nyata ataupun sembunyi-sembunyi), pelangsurun atas hal ini, Alah menghalalkan kamu (Suami) memukulnya. Tetapi dengan pukulan yung tiduk membahayakan. 

 

Adapun hak istri (kewajiban suami) yaitu: Mencukupi keperluannya, seperti pakaian, nafkah (lahir-batin) dan lain-lain. Dari Anas bin Malik, Nabi &£ bersabda:

 

Artinya: “Seorang istri, ketika aktif melukukan salat lima waktu,  dan berpuasa di bulan Ramadan, memelihara kehormutan (kemaluan)nya, serta berbakti kepada suaminya, maka diserukan kepudanya musuklah ke dalam surgu melalui pintu surga yang mana saja kau suka”. (Al Hadis)

 

Dari Anas Malik juga, Nabi  bersabda: “Seandainya seorang istri ketika menjilat darah dan nanah yang mengalir dari kedua lubang hidung Suaminya, belum cukup (untuk memenuhi semua hak suaminya)”. (Al Hadis).

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas Malik, katanya: Ditanyakan kepada Rasulullah : “Manakah orang yang lebih sempurna imannya? Jawabnya: “Yang terbaik akhlaknya, terhadap keluarga (istrinya)”. (Al Hadis).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar, Nabi  bersabda: “Kalian adalah pemimpin dan akan dituntut oleh yang dipimpinnya (rakyatnya). Seorang pimpinan masyarakat luas akan dituntut tentang kepemimpinannya terhadap mereka, suami adalah pimpinan rumah tangga, juga akan dituntut keluarga yang ia pimpin, Seorang hamba (pembantu) pemelihara harta tuannya, ia pun akan dituntut bagaimana cara menjaganya. Ingatlah, bahwa kalian adalah pimpinan dan pemimpin pasti dituntut pertanggungjawabannya terhadap bawahan (yang dipimpinnya)”. (Al Hadis).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , Rasulullah  bersabda: “Orang yang kawin dengan wanita dan telah ditentukan mahar (maskawin)nya, lalu ia sengaja (niat) tidak membayarnya, maka ia dianggap berzina. Dan orang yang berhutang dengan tujuan (sengaja) tidak membayarnya, maka ia dianggap pencuri”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abul Qasim Syanandy dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: ”Nasihatilah istrimu (berpesan baiklah) karena mereka tidak kuat apa-apa terhadap dirinya sendiri, kalian mengambil mereka atas nama amanat Allah, dan menghalalkan mereka atas nama kalimatNya pula”. (Al Hadis)

 

Menurut Al Faqih hak istri atas suami 5 perkara, yaitu:

 

  1. Melakukannya di dalam rumah (berdinding) dan jangan dibiarkan keluar, ia adalah aurat, jika keluar di masyarakat umum, menjadi faktor penyebab dosa, lagi pula merusak kesopanan.
  2. Mendidiknya dengan ilmu agama (yang fardu) seperti: “Berwudu, — salat, puasa dan lain-lain”.

3 Memberi nafkah (makanan) halal, karena daging makanan haram menumbuhkan cairan api neraka.

4 Tidak menganiaya (berlaku kejam, bengis atau zalim), karena ia merupakan amanat Allah.

  1. Ketika timbul perasaan tak baik, bersabarlah, sebagai peringatan baginya, jangan sampai terjadi yang lebih membahayakan.

 

Seseorang mengadu istrinya, kepada Umar, saat akan menginjak pintu Umar, ia mendengar istrinya (Umi Kaltsum) tengah membantah Umar, lalu katanya, Aku akan mengadukan istri, akibat ia membantahku, tetapi Umar sendiri mengalami hal yang sama, maka ia akan pulang, tibatiba dipanggil, kata Umar: Ada perlu apa kemari? Jawabnya: “Sebenarnya aku akan mengadukan keberanian istriku, tetapi istrimu juga melakukan hal yang sama, maka sebaiknya aku pulang saja”. Kata Umar: “Kami memaafkannya karena ia punya hak-hak yang harus aku penuhi, yaitu:

 

  1. Karena ia benteng (dinding) bagiku dari api neraka, hingga hariku tentram dan jauh dari haram.
  2. Ia pemelihara rumahku, ketika aku keluar, demikian pula pemelihara hartaku.
  3. Ia setia mencucikan pakaianku.
  4. Ia selaku ibu rumah tangga (dari anak-anakku).
  5. Ia setik memasakkan makananku (dan anakku).

 

Kemudian orang itu berkata: ”Istriku juga seperti itu, maka akupun harus memaafkan istriku”.  Dari Anas, Nabi  bersabda: Ada 4 pengeluaran harta (belanja) yang tidak akan dihisab, di hari Kiamat yaitu:

  1. Belanja untuk kedua orang tua (ayah-ibu).
  2. Belanja untuk berbuka puasa.

3 Belanja untuk makan sahurnya (puasa).

4 Belanja untuk keluarga (anak-istri)nya.

 

Sabda beliau : “Ada 4 macam dinar, yaitu:

  1. Dinar yang dibelanjakan perang sabil,
  2. Dinar untuk fakir miskin,
  3. Dinar untuk memerdekakan budak,
  4. Dinar untuk nafkah (belanja) keluarga.

 

Dari sekian itu, yang terbesar pahalanya, yaitu yang dibuat nafkah (belanja) keluarganya (Al Hadis).

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ayyub Anshary, Rasulullah  bersabda: Tidak boleh (haram) bagi seorang muslim mendendam (tidak menegur) sesama muslimnya, lebih dari 3 hari, hingga ketika berpapasan saling memalingkan mukanya. Sedangkan mendahului mengucapkan salam (di antara keduanya) adalah sangat terpuji (yang terbaik). (Al Hadis).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Janganlah kalian saling mendendam (tidak menyapa), dan jika terpaksa berbuat demikian, maka jangan melebihi 3 hari, dan jika kedua orang muslim (keduanya) mati, masih dalam perdendaman (saling tidak menegur), maka tidak akan berkumpul di surga (tidak bisa masuk surga)”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah  bersabda: “Ada hamba-hamba Allah yang akan diberi mimbar cahaya kelak di hari Kiamat, mereka bukan para Nabi atau syuhadak, bahkan para Nabi dan syuhadak menginginkannya, Tanya sahabat: “Siapakah mereka itu, ya Rasulullah? Jawabnya: “Mereka adalah orang-orang yang saling membina kasih-sayang semata karena Allah”. (Al Hadis)

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Setiap Senin dan Kamis pintu surga dibuka, lalu setiap orang yang tidak syirik diampuni dosanya, kecuali yang tetap berselisih dengan saudara (sesama muslimnya), diserukan: “Tunggulah, hingga keduanya damai, dan ketika amal mereka (yang tetap berselisih) dinaikkan, maka ditolak”. (Al Hadis)

 

Dari Abu Umamah, Nabi  bersabda: ” Ketika malam nishfu Sya’ban ampunah Allah dicurahkan kepada masyarakat bumi, kecuali yang tidak diampuni (yaitu) orang-orang kafir dan yang tengah berselisih (sesama kawan muslim)”.

 

Al Faqih dalam penjelasannya: “Yang dimaksud dengan Allah turun ke bumi, ialah perintahNya, seperti FirmanNya:

 

Artinya:

“Muka Allah datang kepada mercka dari uruh yang tiduk mereka duga (sebelumnya, yakni hukum dan siksuNya menimpa orang kafir)”.

 

Sedangkan yang dimaksud dengan hadis di atas ialah ampunannya dicurahkan kepada masyarakat dunia yang muslim dan tidak dalam keadaan saling mendendam (berselisihan).

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Ada 5 orang yang salatnya tidak diterima, yaitu:

 

  1. Istri yang tengah membuat marah suaminya.
  2. Pembantu (hamba) yang tengah melarikan diri dari tuan (majikan )nya.
  3. Orang yang mendendam (tidak saling sapa tanpa hak) sesama muslimnya melebihi 3 hari.
  4. Peminum tetap minuman keras (selalu minum arak).
  5. Seorang pemimpin yang dibenci masyarakatnya (Imam yang tidak disenangi jamaahnya).

 

Nabi  bersabda:” Suatu amal yang sangat utama melebihi puasa, salat dan sedekah, ialah: Mendamaikan orang-orang yang tengah berselisih, ketika mereka saling memutuskan hubungan (tali persaudaraan).

 

Kata seorang sahabat: “Orang yang tidak mampu melakukan 8 perkara, maka lakukanlah 8 perkara lainnya yang setimpal pahalanya, yaitu:

 

  1. Jika tidak mampu bangun malam (tahajud) karena dikalahkan oleh tidur, maka di siang harinya jangan berbuat maksiat.
  2. Jika tidak berpuasa sunah, maka peliharalah lisannya dari perkataan jorok, keji dan yang menyakitkan orang.

3 Jika tidak mampu berlaku seperti Ulama, maka hendaklah senang berpikir.

4 Jika tidak sanggup berperang sabil, maka hendaklah berperang melawan setan.

5, Jika tidak mampu bersedekah (harta), maka hendaklah mengajarkan ilmu (agama)nya, kepada lain orang.

  1. Jika tidak mampu beribadat Haji, maka hendaklah aktif melakukan salat Jumat secara rutin atau kontinyu.
  2. Jika tidak melakukan ibadat, maka hendaklah mendamaikan perselisihan di antara mereka (yang tengah bersengkera), atau tidak membangkitkan persengkeraan di antara manusia.
  3. Jika mau meraih derajat wali Abdal (dalam beribadat dan beramal), maka tekanlah dadanya dan berlega hatilah kepada kawannya, seperti kepada dirinya sendiri (rela).

 

Kata Ali Husain: Ketika manusia terdahulu dan terakhir sudah berkumpul, maka diseru: “Mana orang-orang yang ahli keutamaan (berbuat amal baik), lalu mereka yang merasa demikian, bangkit menuju surga, para malaikat menyambut kedatangan mereka seraya bertanya: “Mau kemana? Jawabnya: “Menuju surga, Sebelum dihisab? Ya, Lalu: “Siapakah sebenarnya kalian?. Jawabnya: “Kami ahli keutamaan, Apa kelebihan (keutamaan) kalian di dunia? Jawabnya: “Ketika kami disakiti (diganggu) orang, memaafkannya, dan ketika diejek, dihina dan digoblokgoblokkan orang, kami tetap berlaku sabar. Seru malaikat: “Masuklah kalian ke surga, sebaik-baik pahalanya orang yang beramal. Kemudian datang seruan kedua: “Mana orang-orang yang sabar? Mereka yang merasa bersabar bangkit menuju surga, ketika malaikat bertanya: “Mau kemana kalian? Jawabnya: “Menuju surga, “sebelum dihisab? Jawabnya: Ya, Siapakah sebenarnya kalian ini? Jawabnya: Kami adalah orangOrang yang berlaku sabar, Apa bukti kesabaran kalian: Jawabnya: “Kami selalu berbakti atau taat dan sabar manahan nafsu bermaksiat. Seru para malaikat: Masuklah kalian ke surga, sebaik-baik pahalanya orang yang beramal.

 

Kemudian datang seruan ketiga: “Mana para tetangga Allah? Mereka Yang merasa demikian, bangkit menuju surga. Ketika malaikat bertanya:

 

“Mau ke mana? Jawabnya: Menuju surga. Sebelum dihisab? Ya, Siapakah sebenarnya kalian itu? Jawabnya: “Kami para tetangga Allah di dunia, Apa buktinya? Kami hidup saling mencinta (di antara sesama muslim) karena Allah. Seru para malaikat: “Masuklah kalian ke surga, sebaik-baik pahalanya orang yang beramal.

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda: Di hari Kiamat Allah berfirman: Mendekatlah orang-orang yang dulu berkasih sayang dengan sesama muslimnya, semata hanya karena Allah. Demi Keagungan dan KemenanganKu saat ini Aku menaungi mereka di bawah naungan (‘Arasy) Ku, di saat tiada naungan kecuali naungan Ku”.

 

Kata Abu Hurairah: “Berjalanlah (sejauh) satu mil demi menengok orang sakit, atau dua mil, demi mempererat persahabatan (yang) berdasarkan (karena) Allah, atau tiga mil, demi mendamaikan yang tengah berselisih (di antara dua orang)”.

 

Kata Anas: “Orang yang mendamaikan di antara dua orang yang tengah berselisih, maka Allah membalas setiap kalimat yang diucapkan sebesar pahala memerdekakan budak”.

 

Kata Abu Bakar Warrag: “Allah mengutus NabiNya demi menyeru manusia kembali kepada Allah, dan menuntut mereka empat, yaitu: Hati, lidah, anggota badan dan akhlak. Dan setiapnya dituntut melakukan dua hal (pekerjaan ganda) yaitu:

 

  1. Hati, dituntut mengagungkan Allah dan kasih sayang sesama | makhlukNya.
  2. Lidah (mulut), dituntut agar zikir sepanjang hidupnya, dan bersikap ramah terhadap sesamanya.
  3. Anggota badan, dituntut agar beribadat dan menolong sesamanya.
  4. Akhlak (budi), dituntut agar rela menerima hukum Allah, dan bergaul baik dengan sesamanya, serta sabar menghadapi penderitaan (akibat disakiti atau diganggu) mereka”.

 

Sahl Abu Salih dari ‘Atha-k Yazid dari Tamim Darry, Nabi bersabda: “Camkanlah, bahwa agama adalah nasihat, diulang hingga 3x,

 

Untuk siapa ya Rasulullah? Untuk Allah dan RasulullahNya, KitabNya, serta untuk para pemimpin orang beriman dan mereka (yang beriman) pada umumnya”.

 

Al Faqih dalam ulasannya:

1.. Nasihat untuk Allah, maksudnya agar beriman kepada Allah dan tidak syirik kepadaNya, melakukan segala perintah dan menjauhi laranganNya serta menyeru manusia melakukan yang sama.

 

  1. Nasihat untuk RasulullahNya, maksudnya mengikuti dan menyerukan manusia (melakukan) ajaran yang disampaikan olehnya (berupa ajaran Islam).

 

  1. Nasihat untuk KitabNya, maksudnya meyakini dan mempelajari serta mengamalkan isi kandungannya.

 

  1. Nasihat untuk para pemimpin (Ulama), maksudnya menyebar /uaskan ajaran Islam berupa tuntunan Rasulullah l

 

  1. Nasihat untuk orang beriman pada umumnya, maksudnya, mencinta mereka (di antara sesamanya) seperti pada dirinya sendiri, dan menjalin hubungan baik (bergaul) dengan mereka, tidak masa bodoh dan mendendam di antara sesama mereka”.

 

  1. Ali Abu Thalib berkata: “Setengah dari faktor penyebab diampuni oleh Allah, yaitu: Membuat gembira di hati sesama muslimnya.” Nabi bersabda: “Tidak dianggap berdusta orang berkata (dusta) dengan tujuan mendamaikan di antara mereka yang tengah berselisih, hingga berhasil sukses (saling berkata dan berlaku baik).” ,

 

Mendamaikan di antara mereka yang tengah berselisih adalah suatu cabang dari kenabian, dan sebaliknya yang menanam benih permusuhan  atau memporakporandakan persahabatan di antara sesama manusia adalah merupakan cabang sihir.

 

Nabi  bersabda: “Orang yang paling utama di sisi Allah (terbesar pahalanya) kelak di hari Kiamat, ialah: “Yang banyak diambil manfaatnya (memanfaatkan diri) oleh masyarakat dunia dan mugarab (terdekat dengan Allah) ialah: “Orang-orang yang senang mendamaikan di antara Sesama manusia (yang tengah bermusuhan, berselisih atau bersalah tahan)”

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Ulama adalah penerus perjuangan para Rasulullah selama tidak menjilat penguasa. dan tidak terjerumus dalam urusan duniawi semata, tetapi jika mereka berbuat demikian, pasti menyalahi (ajaran) paru Rasulullah (atau setidaknya kurang perhatiannya dalam melaksanakan tugasnya), maka jika demikian keadaannya hindarilah dan berhati-hatilah terhadap mereka”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubaid Rasulullah bersabda:” Orang yang menjilat (mendekat) penguasa, pasti menjauh dari Allah, dan orang yang bertambah banyak pengikutnya, pasti bertambah pula setannya, dan yang bertambah banyak hartanya, pasti bertambah berat hisabnya. Dimaksud dengan menjauh Allah yakni: “Bertambah jauh dari ajaran (Islam yang diridai Allah)”.

 

Nasihat Hudzaifah: “Berhati-hatilah dari tempat fitnah. Apa yang dimaksud dengan itu? Jawabnya: “Pintu-pintu dan kedudukan para penguasa”.

 

Ketika ada orang bertanya: “Kami mendekat penguasa, lalu kami menyetujui pembicaraan yang bertentangan dengan kenyataan di luar (dimasyarakat), maka Ibnu Umar menjawab: “Perbuatan semacam itu adalah termasuk nifak (dan orangnya disebut Munafik)”.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Orang yang (tekun beragama jika) mendekati penguasa, maka keluarnya tidak lagi (tekun atau aktif melakukan) beragama. Kenapa demikian? Jawabnya: Karena yang diharap adalah keridaan penguasa, dengan pengorbanan (membangkitkan kemarahan Allah) akibat fatwanya”.

 

Setengah Ulama menyatakan: ”Jika ada orang ahli (tokoh) agama, mendekat orang kaya, berarti ia berbuat riya (ingin dipuji), dan jika ada Ulama mendekati rumah penguasa (berkali-kali) berarti dia orang goblok (yang tidak lagi sehat otaknya)”.

 

Abu Hurairah berkata: “Tiada bahaya melebihi tiga perkara, yaitu:

 

  1. Cinta dinar (uang mas) atau uang perak.
  2. Ambisi kedudukan (pangkat duniawi).
  3. Menjilat penguasa, padahal Allah telah mengatasi semua itu.

 

Kata Makh-hul: “Orang yang belajar ilmu (agama khususnya Alquran), lalu menjilat para penguasa (loyal kepadanya), maka berarti ia menyelam di Jahannam sedalam-dalamnya”.

 

Dua bahaya akibat berkawan dengan penguasa, (hal ini jika ia tidak mengenalnya, tetapi jika ia mengenalnya maka melebihi 2 bahaya), yaitu:

1, Loyal kepadanya terancam agamanya.

  1. Menentang kepadanya terancam jiwa dan keselamatan keluarganya. (Demikian Maimun Mahran)

 

Kata Fudlail ‘Iyadl: “Orang yang menjauhi penguasa, sekalipun tidak melakukan salat-salat atau amalan yang bersifat sunah lebih utama daripada yang puasa setiap hari, tahajud di malamnya, dan berjihad serta berhaji, tetapi menjadi penjilat penguasa.

 

Buruk tiada terhingga bagi seorang alim (Ulama), ketika dicari orang, tiba-tiba ia berada di tempat para penguasa.

 

Dari Hasan, Nabi  bersabda: “Pertolongan Allah selalu bersama umat Muhammad, selama mereka taat (Ulamanya) tidak menjunjung junjung para pejabat, dan selama orang-orang salih tidak ramah (berlaku lunak) kepada para pejabat, dan selama Ulama Ouran tidak menjilat para penguasa, tetapi jika mereka telah berbuat demikian, maka Allah menghapus barakah dari mereka, dan mendudukkan para penguasa kejam, ketakutan selalu menghantui mereka dan membiarkan mereka dalam penderitaan (kebodohan dan kemiskinan).

 

Nabi Isa dalam nasihatnya:” Hai para Ulama, kalian telah menyimpang dari jalan lurus dan telah rakus (cinta) harta dunia, sebagaimana para penguasa meninggalkan hikmat (kebijaksanaan), maka lepaskanlah dunia ini untuk mereka (yakni karena mereka tidak berhajat pada hikmatmu, maka hendaklah kalian berbuat demikian pula atau jangan berhajat harta dunia mereka”.

 

Kata Syaqiq Salamah, Umar Khathab menugaskan Basyir Ashim Tsaqafy menarik dan mengatur zakat suku Hawazin, ia terlambat. Ketika ditanya Umar: “Kenapa tidak segera kau lakukan perintahku? Apakah beralasan membantah perintahku? Jawabnya: “Benar, aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Orang yang menjadi penguasa seseorang, kelak di hari Kiamat akan dihadapkan, hingga ditegakkan di atas jembatan Jahannam, jika jujur atau adil, maka selamatlah ia, tetapi jika menyimpang dari kebenaran atau keadilan, maka berlobanglah jembatan itu, hingga terjerumus ke dalamnya sepanjang 70 tahun. Lalu Umar mukanya berubah pucat dan sedih, sesudah itu bertemu dengan Abu Dzar dan ditanya: “Kenapa kau Umar? Jawabnya: “Aku susah sesudah mendengar hadis Nabi yang baru saja diungkapkan oleh Basyir. Kata Abu Dzar: “Baru kali ini aku mendengarnya? Ya. Lalu Abu Dzar berkata: “Aku bersaksi akupun telah mendengar hadis semacam itu.

 

Dari ‘Aisyah, Rasulullah  bersabda: “Ketika seorang hakim yang adil dihadapkan kelak di hari Kiamat, ia terasa sangat berat (katanya) “Seandainya aku dulu tidak pernah memutuskan hukum di antara dua orang (pasti tidak demikian beratnya hisabku)”.

 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah  bersabda: “Barangsiapa (diangkat (menjabat) hakim, maka seakan-akan disembelih tanpa menggunakan pisau .

 

Abu Hanifah diminta oleh Abu Ja’far, katanya: Hai Abu Hanifah, pantulah kami dalam pemerintahan ini. Jawabnya: Dalam hal ini aku tidak sepantasnya. Kata Abu Jafar: “Subhanallah, ia mengulangi permohonannya. Jawabnya: ”Hai Amiral-mukminin, jika aku benar-jujur, maka aku sudah memberitahukan padamu, dan jika aku bohong, maka kau jangan menyerahkan suatu urusan padaku (karena jelas bohong)”.

 

Kata Abu Musa Asy’ary: Ketika aku akan ke tempat Rasulullah  dua orang mengikuti dan sesudah sampai di tempat Rasulullah, mereka berkata: “Ya Rasulullah, serahkan tugas pada kami setengah amalmu! Jawab beliau : “Kami tidak memakai petugas-petugas yang ambisi dan melamar pekerjaan kami”.

 

Nabi  bersabda: “Hai Ka’ab, Aku mohonkan perlindungan bagimu, dari para penguasa yang bodoh (diulang hingga 3x), yakni penguasa yang dipegang sepeninggalku, maka orang yang setuju dengan pendapatnya berarti bohong dan yang membantu berbuat aniaya berarti aku bebas dari mereka (dan sebaliknya) mereka bebas dariku.”

 

“Hai Ka’ab, setiap daging dari makanan haram, maka api neraka sepantasnya baginya. Dan puasa itu sebagai perisai, sedekah melenyapkan dosa, dan salat alat pendekat kepada Allah.”

 

“Hai Ka’ab, setiap pagi manusia ada dua macam, yaitu:

  1. Yang menjual dirinya, memenuhi nafsunya akan binasa.

b, Yang menjual dirinya demi rida Allah, berarti bebas dari api neraka.”

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Musa AbdushShamad dari Zadan, katanya: ” Ketika kami bersama Ibn Abbas, kelihatan banyak orang usung-usung (pindah tempat), lalu ia bertanya: Ada apa kalian (apa yang terjadi)? Jawabnya: “Kami lari dari wabah tha’un, lalu Ibnu Abbas berdoa: “Hai tha’un ambillah aku! (2x). Kenapa kamu minta mati (sedangkan kamu termasuk sahabat Nabi) dan beliau  melarang Orang minta mati? Jawabnya: “Karena 6 perkara yang kulihat, bahwa beliau khawatirkan terhadap umatnya, yaitu: 

  1. Penguasa yang terdiri dari para pemuda.
  2. Banyaknya polisi.
  3. Terjadinya suap menyuap dalam hukum.
  4. Renggang (putus)nya ikatan famili.
  5. Mengecilkan (menganggap sepele) amanat janji.
  6. Para pemuda yang menjadikan Alquran hanya sekedar sya’ir (nyanyian), mereka tidak mengetahui isi kandungannya dan tidak pula mengamalkan isinya.

 

Hasan Bashry melihat seorang ahli giraah, lalu bertanya: “Bagaimana perasaanmu hai ahli giraah, ini bukan tempat orang-orang bertakwa. (karena dia berada di tempat orang-orang yang tengah maksiat).

 

Nabi  bersabda: “Awas, hati-hatilah kalian dari 3 macam manusia, yaitu:

 

  1. Bertetangga dengan orang kaya (hartawan).
  2. Ulama pemerintah (yang menjilat-jilat) mereka.
  3. Ahli giraah pasaran (yang selalu berada di tempat orang-orang tengah bermaksiat).

 

Kata Dlahak: “Semalam suntuk aku berbolak-balik di atas ranjangku sambil mencari (memikirkan) satu kalimat yang bisa membuat puas penguasa (raja)ku, tetapi tidak sampai membuat marah Tuhanku, sungguh aku tidak dapat menjumpainya.

 

Ibnu Abbas dalam nasihatnya: ”Hindarkanlah pintu para penguasa, karena jika kau memperoleh harta dunia mereka, pasti kau mengorbankan akhiratmu sebesar-besarnya.

 

Setengah Ulama menyatakan: “Mendekat para penguasa mengakibatkan harus berbuat 3 perkara, yaitu:

 

  1. Berusaha membuat kepuasan mereka.
  2. Mengagungkan harta dunia mereka (kedudukan mereka).
  3. Menyetujui amal perbuatan mereka.

 

WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM.

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Atha-k Yasar, Rasulullah “ bersabda: “Ketika seseorang ditimpa penderitaan sakit), maka Allah mengutus dua orang malaikat kepadanya, Dia berfirman: “Dengarkan apa kata hambaKu ketika ditengok orang-orang. Jika ia mengucap: ALHAMDULILLAH, maka Allah berkata kepada kedua malaikat tersebut: “Sampaikanlah kepadanya: “Jika aku mematikan dia akibat penyakitnya, pasti masuk surga, jika dia Kusembuhkan, pasti dagingnya diganti dengan yang lebih baik daripada asalnya, dan darah yang lebih baik, serta Kujadikan penderitaan (penyakit)nya sebagai penebus dosa-dosanya”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id Wahb, katanya: “Kami (dan) Salman menengok kawan yang tengah menderita sakit, katanya: “Allah menguji orang mukmin dengan bala, kemudian menyembuhkannya dan menjadikannya sebagai penebus dosa terdahulu, dan menjadi peringatan di waktu mendatang, Allah juga menimpakan bala kepada orang kafir, kemudian menyembuhkannya, maka ia seperti onta diikat lalu dilepaskan, tidak tahu kenapa diikat dan dilepas.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibrahim At-Taimy dari Harits Suwaid dan Ibnu Mas’ud, katanya: “Ketika Rasulullah  sakit panas yang sangat, aku menengoknya dan menyentuh badannya teraya berkata: “Panasmu sangat ya Rasulullah, jawabnya: “Benar, seperti panasnya dua orang dari kamu, Kataku: “Karena engkau berpahala lipat tanda (dua kali), Jawabnya: “Benar, Demi Allah, setiap muslim yang litimpa sakit atau musibah bala lainnya di dunia, pasti dosa-dosanya dilenyapkan seperti daun rontok dari dahan (pohonnya).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Salman Farisy, Rasulullah  bersabda: “Ketika penyakit panas menimpa jiwa orang mukmin, ditanya oleh Ruh: ”Hai penyakit, apa tujuanmu datang kepada jiwa yang beriman? Jawabnya: “Hai ruh yang baik, jiwamu dulu suci, lalu dikotori dosa dosa dan segala kesalahan, maka kini aku datang bertujuan: “Mensucikan kembali”. Disambut oleh ruh: “Dekatlah (3x), dan sucikanlah”.

 

Seorang sahabat Muhajirin ketika menengok orang sakit berkata: Empat perkara bagi orang yang tengah ditimpa sakit, yaitu:

 

  1. Diangkat pencatatan galam daripadanya.
  2. Diberi pahala (amal ibadat seperti yang dilakukan) ketika sehat.
  3. Setiap dosa keluar dari ruas persendiannya.
  4. Jika mati diampuni dosanya, demikian pula jika diberi umur panjang.

 

Kata Mu’adz: “Ketika Allah menimpakan cobaan (berupa) penyakit kepada orang mukmin, maka malaikat di sisi kiri (Atid penulis perbuatan buruk) dilarang menulis apa-apa, dan yang sisi kanan (malaikat Ragib penulis amal baik) diseru: “Tulislah sebaik-baik amal perbuatan bagi hambaKu seperti yang dilakukan ketika sehat, karena saat ini ia belum dapat melakukannya.

 

Kata Abu Hurairah: “Penyakit panas (menjelma atau berupa hitam) sewaktu menimpa beliau  ditanya: “Siapakah sebenarnya kau ini? Jawabnya: “Ummuldam. Lalu apa pekerjaanmu? Makan daging dan mengisap darah, dan panasku dari uap jahannam. Katanya memohon: “Ya Rasulullah, tugaskanlah aku kepada kawan-kawan yang kau senangi. Kemudian ia diperintahkan kepada sahabat Anshar, dan menjalarlah selama seminggu, hingga mereka memohon pula kepada Rasulullah, agar beliau  berdoa, maka berdoalah beliau, sampai mereka sembuh. Sesudah itu beliau bersabda: “Selamat datang, jamaah yang telah disucikan Allah (sebaik-baik suci)”.

 

Dari Ibnu Umar, Nabi  bersabda: “Mereka yang tengah sakit, jangan dipaksa makan-minum, sebab Allah memberi makan-minum kepada mereka”.

 

Sabda Beliau pula: “Rintihan orang sakit ditulis sebagai tasbih, jeritannya sebagai tahlil, bernafasnya adalah sedekah, tidurnya adalah ibadat dan berbolak-balik (molak-malik)nya ketika tiduran seperti perang abil, dan ditulis pula baginya sebaik-baik amal yang biasa ia lakukan di waktu sehatnya”.

 

Sabda beliau pula: “Orang yang dapat memperbaharui (mulai kembali) amalnya ada empat, yaitu:

 

  1. Orang sakit ketika sembuh
  2. Muallaf (orang) yang baru masuk agama Islam.

3, Seorang muslim yang habis (pulang) menunaikan salat Jumat dengan iman dan ikhlas.

  1. Orang yang menunaikan ibadat haji dengan bekal dari harta halal.

 

Sabda beliau pula: “Tiga faktor (setengah) perbendaharaan ibadat atau berbakti yaitu:

 

  1. Menyembunyikan (merahasiakan) suatu penyakit.
  2. Merahasiakan sedekah (tidak disiar-siarkan).
  3. Merahasiakan cobaan (musibah bala).

 

Ketika Rasulullah menengok Salman yang sedang menderita sakit, lalu Beliau bersabda: “Bagimu 3 keuntungan, yang diperoleh dari penderitaan ini, yaitu:

 

  1. Peringatan dari Allah.
  2. Pembersih dan penebus dosa-dosa terdahulu.
  3. Dikabulkan doanya (orang sakit), untuk itu berdoalah semaksimal mungkin (sekuat-kuatnya).

 

Al Faqih menjelaskan: “Orang sakit tidak ditulis amal (pahala) baginya, tetapi ditulis apa yang biasa dilakukan sewaktu sehatnya, jika kebiasaannya beribadat atau beramal baik, lalu tidak bisa melakukannya, akibat sakit, dan Allah mengetahui: “Seandainya sehat, pasti ia tetap melakukan ibadat atau amal itu, maka baginya ditulis pahala amal tersebut sedangkan penyakitnya tetap sebagai penebus dosa jika bertaubat tetapi lika niatnya lain (misalnya: “Niat mengulangi laku maksiatnya, nanti jika sembuh) maka sakitnya tidak dapat menebus dosanya.

 

Dari Hasan Bashry, Nabi , bersabda: “Penyakit panas adalah bagian setiap orang mukmin, dari api neraka (yakni) sebagai pengganti api neraka.”

 

Dari Abu Said Khudry, Nabi  bersabda: Tuhanmu berfirman: “Demi Kemenangan dan KeagunganKu, tidak seorangpun dikeluarkan dari dunia, sedang rahmatKu baginya, kecuali segala dosanya disucikan terlebih dahulu (yakni) dengan penderitaan: “Sakit, atau sempit penghidupannya, maka jika masih ada juga dosanya sakaratul maut diberatkan kepadanya, hingga nanti ia menghadap Aku sudah bersih dosanya seperti baru lahir dari ibunya.”

 

”Dan sebaliknya, tidak seorangpun dikeluarkan dari dunia, sedang siksaKu baginya, kecuali dibayar kontan setiap perbuatan baiknya (yakni) dengan berbadan sehat, lapang penghidupannya, dan jika kebaikannya masih ada (belum dilunasi semua), maka sakaratul maut diringankan baginya, hingga nanti ia menghadap Aku tiada sedikitpun kebaikan yang tersisa baginya (yang berarti neraka Hawiyah baginya).”

 

Nabi  bersabda: “Barangsiapa menengok orang sakit berarti telah masuk dalam rahmat, ketika duduk di sampingnya berarti telah menyelam dalam rahmat.”

 

Dari Ibnu Umar, Bersabdalah Nabi : “Orang menengok orang sakit atau mengantarkan mayit (jenazah), bagaikan puasa di tengah perang sabil sehari, perbandingannya dengan hari-hari lainnya adalah 700 (tujuh ratus) hari.

 

Ada orang mengeluh di hadapan Ummu Darda’, akibat kekerasan hatinya, dijawab: “Itu penyakit yang sangat berbahaya, tetapi cobalah kau obati dengan obat sebagai berikut:

 

  1. Menengok (kawan atau saudara) yang tengah sakit.
  2. Mengantarkan mayit (kawan atau saudara) muslim.
  3. Ziarah kubur.

 

Orang itu menaati nasihat tersebut, tidak lama kemudian sembuhlah penyakitnya, dan datang kepada Ummu Darda’ seraya mengucapkan: JAZAAKILLAAHU KHAIRAN”. Mudah-mudahan anda dibalas kebaikan oleh Allah .

 

 

 

 

 

Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan Bashry, Rasulullah 3 bersabda: “Ada 3 keistimewaan bagi pelaku salat, yaitu:

  1. Dikepung para malaikat (melindunginya), mulai dari bawah kakinya hingga ke atas (langit).

2, Rahmat dicurahkan mulai dari langit hingga ke atas kepalanya.

  1. Diseru malaikat: “Seandainya pelaku salat itu tahu dengan siapa ia bicara, pasti tidak rela memutus pembicaraan (berhenti dari salat)nya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar, Nabi  mengirim pasukan berani mati, begitu datang langsung menyerang musuh hingga memperoleh ghanimah sebesarnya, Tanya sahabat: Ya Rasulullah, belum pernah kami saksikan pasukan secepat ini keberanian menyerangnya, dan ghanimah sebesar ini, sabda beliau: “Ada pasukan yang melebihi itu kecepatan dan kebesaran hasilnya, yaitu: “Para pelaku salat Subuh, lalu duduk berzikir hingga terbit matahari, dan dilanjutkan dengan salat dhuha 2 rakaat, baru kemudian pulang ke rumah masingmasing, inilah yang melebihi pasukanku tersebut di atas”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar, Nabi  bersabda: “Setiap hari (pagi) manusia diwajibkan bersedekah bagi Setiap ruas badannya, lalu sabdanya: “Mengajak kebaikan dan mencegah kejahatan adalah sedekah, zikir pada Allah, sedekah, bersetubuh dengan Istrinya, sedekah, Ditanya: “Ya Rasulullah, memuaskan syahwatnya juga dapat pahala sedekah? Jawabnya: “Menurut pandapatmu bagaimana, jika Syahwat dilampiaskan pada yang diharamkan, berdosa? Ya benar, kata Sahabat Maka demikian pula, jika syahwat disalurkan pada yang halal (istrinya sendiri), pasti mendapat pahala sedekah, dan untuk mencukupi Semua itu (ros-ros persendian) dua rakaat salat sunah Dhuha.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Rifa’i, Nabi bersabda: “Hai paman Abbas, Aku akan menghadiahkan suatu amalan yang sangat bermanfaat bagimu, maukah anda? jawabnya: “Tentu, semoga engkau tetap menjadi kesayanganku yang kubela (mati-matian), sekalipun harus mengorbankan kedua orang tuaku, lalu sabda beliau : “Lakukanlah salat (sunah) 4 rakaat, setiap rakaat membaca Fatihah dan surat dan bertasbih 15x (masih dalam keadaan berdiri), kemudian rukuk dan bertasbih, lalu itidal bertasbih 10x, terus sujud dan bertasbih 10x, duduk diantara dua sujud dan bertasbih 10x, lalu sujud lagi dan bertasbih kemudian duduk (sesudah sujud kedua), sebelum berdiri dengan sebutan duduk istirahat dan bertasbih 10x, maka juAllah nya 75x pada setiap rakaat (bertasbihnya), sedangkan 4 berarti berjuAllah 300x bertasbih, maka seandainya dosa-dosamu sebanyak pasir di lautan (‘Alij), pasti dampuni oleh Allah. Sahut Abbas: “Jika tidak mampu melakukannya setiap hari? Jawabnya: “Boleh setiap Jumat sekali, Jika tidak mampu sejumat sekali? Lakukanlah setiap bulan sekali, Jika tidak mampu juga? Jawabnya: “Lakukanlah setiap tahun sekali”. (Al Hadis)

 

Catatan:

Dimaksud dengan: Salat sunah 4 rakaat tersebut dalam hadis, adalah salat sunah Tasbih, yang setiap rakaatnya membaca tasbih sebanyak 75x, jadi keseluruhan juAllah tasbihnya 300x (dalam 4 rakaat).

 

Sedangkan bacaan tasbihnya bisa pilih di antara dua tasbih berikut ini, yaitu:

 

  1. Artinya: “Maha Suci Alah, segala puji bugiNya, tiada Tuhan yang lain, kecuali Allah dan Allah Muhu Agung”.

 

  1. Atau cukup dengan: Tasbih pendek ini digunakan ketika waktu tidak mengizinkan, tetapi jika waktunya lapang, maka sebaiknya menggunakan tasbih yang pertama (sempurna) yang memberati timbangan amal baik, melebihi bumi-langit berikut isinya.

 

Kata Ka’bul Akhbar: “Seandainya orang tahu besarnya pahala salat sunah 2 rakaat, pasti nyata baginya melebihi gunung, sedangkan salat Fardu melebihi itu, sehingga seorangpun tidak sanggup membayangkan besarnya pahala tersebut.

 

Dari Zaid Khalid Juhany, Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Lakukanlah salat (sunah) di rumahmu, jangunlah rumahmu dibuat kuburan (semata hanya dibuat tidur saja) . (Al Hadis)

 

Dari seorang sahabat, Nabi  bersabda: “Salat sunah yang dilakukan di rumah, lebih utama daripada di muka masyarakat umum, seperti keutamaan salat berjamaah dibandingkan dengan sendirian”.

 

Sabda beliau  pula: “Salat sunah di rumah, adalah menjadi penerang, dari itu terangilah rumahmu (dengan melakukan salat sunah). (Al Hadis)

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Orang yang salat sunah 20 rakaat di antara Magrib dengan Isyak, pasti dipelihara (keselamatan) keluarga, harta, agamanya di dunia dan di akhirat. Dan bagi orang yang sesudah salat Subuh duduk (di tempat salat tiada bergeser, sambil zikir), hingga matahari terbit, dilanjutkan dengan salat (sunah Dhuha) 2 rakaat, pasti Allah membuatkan dinding (penutup) api neraka kelak di hari

 

Kiamat (agar tidak sampai terkena api).

 

Zaid Aslam dari Umar, katanya: ”Nasihatilah aku hai paman Abu Dzar. Jawabnya: “Terimalah nasihatku ini dari Nabi  sebagai berikut: “Pelaku salat Dhuha, tidak termasuk golongan manusia yang lupa (sekalipun hanya 2 rakaat saja), dan yang melakukannya 4 rakaat, dimasukkan ahli ibadat, dan yang melakukan 6 rakaat selamat dari laku dosa pada hari tersebut, sedangkan yang melakukan (salat Dhuha) 8 takaat, diberi bangunan gedung di surga”. (Al Hadis)

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Di surga ada pintu yang bernama (BAABUDH-DHUHA), kelak diseru (pelaku salatnya): “Hai orang-orang yang selalu melakukan salat Dhuha inilah pintu kalian, silahkan masuk ke dalam (surga)”.

 

Salat diumpamakan seseorang tengah mengetuk pintu Raja, dan orang yang sering mengetuk, maka tidak lama lagi (mungkin) dibukakan. (Ibnu Mas’ud).

 

Perbandingan antara salat sunah di siang hari dengan malam, adalah seperti sedekah terang-terangan dengan dirahasiakan”.

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Suatu tempat yang dibuat salat atau zikir, merasa bergembira tembus hingga ke lapisan bumi tujuh, ia bangga pada bumi di sekitarnya, dan ketika seseorang salat di tengah hutan, bumi yang dibuat salat itu berhias untuknya”.

 

Kata Khalid Madan: “Tuhan berbangga kepada malaikat dengan 3 macam manusia, yaitu:

 

  1. Yang berada di tengah lapangan luas (hutan), lalu azan, iqomat, kemudian salat sendirian.

Maka Tuhan berfirman: ”Saksikanlah dia (hambaKu) tengah salat sendirian, tiada seorangpun yang melihatnya, Maka turunlah 70.000 malaikat mengikuti salat di belakangnya.

 

  1. Yang tahajud di tengah malam, sujud hingga tertidur.

Maka Allah berfirman: “Hai para malaikat, saksikanlah dia (hambaKu), ruhnya di tanganKu dan jasmani (badannya) sujud kepadaKu.

 

  1. Yang berada di tengah medan laga (perang sabil), ia tetap tegak maju, hingga terbunuh.

Mu’afy Imran menyatakan: “Kemuliaan seorang beriman (mukmin) yaitu: “Ketika tiada berhajat kepada sesama manusia.

 

Dan kehormatannya yaitu: “di dalam tahajudnya di malam hari”.

 

WALLAAHHU ALAM

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dan Salman Farisy, katanya: “Salat itu tidak bedanya seperti timbangan, maka Barangsiapa tepat (salatnya) pasti dipenuhi bagiannya, tetapi bagi yang kurang tepat (menguranginya), tahu sendiri (pasti diancam) dalam surat Al Muthafifin.

 

Berkata Hudzaifah, ketika melihatorangsalat tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya: “Kau jangan sekali-kali mati dalam salat seperti itu, pasti kau mati di luar fithrah yakni (agama Islam).

 

Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Pencuri yang paling jahat adalah orang yang mencuri salatnya. Dimaksud yaitu: “Orang yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya (ketika salat)”. (Al Hadis)

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Orang yang salatnya tidak mampu mendorong beramal kebaikan, dan tidak menghindari kemunkaran, pasti tidak semakin dekat dengan Allah (bahkan menjauh dariNya), Firman Allah:

 

Artinya:

“Tepakkanlah salat, karena salat itu sanggup menghindarkan pelakunya dari laku keji dan munkar”. (An kabut 45) Melakukan salat dengan memperhatikan orang di sekitarnya, maka tidak dianggap salatnya. (Hakam Uyainah) Muslim Yasar dalam menguji ketekunan salatnya berkata kepada keluarga (anak-anak)nya: “Jika aku salat kalian boleh omong-omong, Pasti tidak akan di dengar kata-kata kalian.

 

Di tengah melakukan salat, Yakub Qary sorbannya dicuri orang (pencuri), kawannya tahu bahwa itu adalah sorban Ya’kub, lalu kawanan pencuri itu menasihati agar mengembalikan saja, takut tertimpa musibah (akibat) doanya, Langsung ia mengembalikannya dan Ya’kub tengah salat belum selesai. Setelah salam pencuri itu minta maaf kepadanya dan kata Ya’kub: “Tidak terasa bagiku, siapa yang mengambil dan mengembalikan sorbanku ini”.

 

Di tengah melakukan salat, Rabi’ah ‘Adawiyah tercucuk matanya (vakni ketika sujud), tetapi ia tidak merasakannya, kecuali sesudah salam.

 

Setiap akan berwudu, Hasan Bin Ali berubah wajahnya (pucat), ketika ditanya, ia menjawab: “Karena aku akan mengnadap Penguasa (Raja) Yang Mahakuasa”. Dan setiap akan naik (masuk) masjid, kepalanya diangkat seraya berdoa:

 

Artinya:

“Ya Tuhan, hambaMu berada di pintuMu, hai Zat sangat baik, saat ini telah tiba manusia durhaka, seruanMu: “Yang baik hendaklah memaafkan yang durhaka (bersalah atau berdosa). Engkau adalah Zat Yang baik, dan aku yang penuh dosa, mak maafkanlah segala dosaku dengan kebaikanMu, hai Zat Yang Pemuruh”. Buru kemudian ia musuk ke dulam masjid”.

 

Ketika beliau  melihat orang salat sambil membenahi (meluruskan) jenggotnya, lalu bersabda: “Seandainya hati (orang itu) khusyuk, pasti khusyuk pula anggota badannya”. (Al Hadis)

 

Setiap waktu salat tiba, S. Ali Abu Thalib menjadi bergetar seluruh persendiannya, dan wajahnya berubah (pucat), ketika ditanya, Jawabnya:

 

“Karena telah datang waktunya amanat, yang pernah ditawarkan kepada jangit-bumi dan gunung-gunung (ketika itu mereka semua) menolak amanat tersebut karena takutnya, kemudian manusia berani (sanggup) memikul tanggungan amanat itu, Dan aku tidak.tahu persis: “Apakah dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya atau tidak”. Hal serupa juga dialami oleh Ali Zainal ‘Abidin putra Husain putra Ali Abu Thalib .

 

Kata Sa’id Jubair:”Tbnu Abbas ketika mendengar suara (seruan) azan, ia menangis sampai basah sorbannya, dan merah matanya, ketika ditanya, Jawabnya: “Seandainya manusia tahu persis suara (seruan) mu’adzin, pasti tidak mungkin sempat beristirahat dan tidur”. Apa yang dimaksud? Jawabnya:

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya:

“Hai sekalian manusia yang tengah sibuk mengurusi harta dunia, berhentilah dulu sejenak, sambutlah seruan ini, istirahatkanlah badanmu dun seseralah beramal baik demi keuntungan dirimu”.

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya:

” Aku mohon persuksian semua musvarakat langit-bumi, bagiku di sisi Allah kelak di hari Kiamat, buhwwu: ”Aku telah menyeru kalian”.

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya,

“Aku mohon persaksian dari para Nabi (khususnya) Nabi Muhummad  kelak di hari Kiamat, bahwa aku telah memberitahu kepada kelian setiap harinya 5x.

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya,

“Sungguh. Allah telah menegakkan salat bagi kalian, maka tegakkanlah salat olehmu ”.

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya:

“Masuklah kalian dalam rahmat dan pesanslah petunjuk bagimu”.

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya:

“Segala pekerjaan (urusan duniawi) terlarang bagimu, sebelum melaksanukun salat”.

 

  1. Seruan:

 

Maksudnya:

“Inilah “amanat” tujuh lapisan bumi-langit, sudah berada di pundukmu, muka terserah kepada kalian, akan dilaksanakan atau tidak”.

 

Nabi  bersabda: “Terkadang dua orang sama-sama salat (rukuk dan sujudnya juga sama), tetapi perbandingan di antara keduanya, seperti jauhnya langit dengan bumi (yakni) di dalam kekhusyukannya)”.

 

Isham Yusuf bertanya: Ilai Hatim, apa yang dimaksud dengan menyempurnakan salat? Jawabnya: “Menjelang waktu salat tiba, sudah siap dengan wudu sempurna, lalu berdiri tegak di tempat salat sepenuh jiwa raganya, hingga terbayang seakan-akan Kakbah di depan mara, dan magam tepat di dada, Allah Mengetahui segala isi hati (pelaku salat), kaki seakan di atas shirath, surga di sisi kanannya dan neraka di kirinya, Izrail (malakul Maut) di belakangnya, dan punya perasaan bahwa ”Salat ini yang terakhir dilakukan olehnya”.

 

Kemudian takbir dengan khusyuk, dan hening penuh tafakkur (berpikir), saat membaca Fatihah dan surat, lalu rukuk penuh tawadlw, dan sujud dengan tunduk merendah serta memohon. Terus duduk dengan sesempurnanya, baca tahiyat (tasyahud) dengan penuh harapan, dan takut, akhirnya salam menurut sunnatur Rasulullah.

 

Kemudian semuanya diserahkan secara ikhlas kepada Allah , terus berdiri (sesudah selesai) salat dengan penuh rasa takut jika tidak diterima, dan penuh harap diterimanya oleh Allah . Dan semuanya dipelihara pula dengan penuh rasa sabar. Tanya Isham: “Sejak berapa tahun, anda lakukan salat seperti yang diceriterakan tadi? Jawabnya: “Sejak 30 tahun. Akhirnya ia menangis dan berkata: “AKU SAMA SEKALI BELUM PERNAH MELAKUKAN SALAT SEPERTI YANG ANDA JELASKAN”.

 

Ketika Hatim tertinggal dalam mengikuti salat seorang kawan bertakziah kepadanya, lalu ia menangis, katanya: “Seandainya aku kematian putraku, pasti separuh masyarakat (Balkh) ini, bertakziyah kepadaku”. Tetapi hanya seorang terdekatku yang bertakziyah, akibat aku tertinggal salat berjamaah, padahal bagiku ketinggalan salat berjamaah lebih susah atau sedih daripada ketinggal mati semua putra-putriku”.

 

Kata seorang ahli hikmah: ”Salat diibaratkan seperti hidangan makanan Allah bagi orang-orang beriman, setiap harinya 5x, seperti jamuan tamu yang menghimpun aneka macam makanan yang lezat-lezat, demikian pula salat yang menghimpun aneka gerakan, zikir, setiap gerak berisi hikmah dan pahala serta penebus dosa.

 

Banyak orang salat, tetapi sangat sedikit yang sempurna dalam artian yang sesungguhnya, oleh karena itulah Allah menyebutkan orang mukmin (sifatnya) sebagai orang yang menegakkan salat, sebaliknya menyebut orang munafik sebagai orang yang salat semata-mata, sehingga Dia mengancam dalam ayat:

 

Artinya:

“Orang-orang yang salat diancam dengan neraka wail, yaitu Yang melupukan tujuan salatnva”. Mereka yang salat semata-mata hanya karena manusia dan engsun membuntu kepada lain orang, (yakni) dengan sulat ia tidak sungsup merubuh sifat-sifat yang buruk)”.

 

Sedangkan bagi orang mukmin disebutkan dalam ayat:

 

Artinya:

”Mereka yang menegakkan salat dengan sempurna, dan membelanjukun sebusian (kecil) dari reseki pemberian Kumi demi lain orung”.

 

IQAMATUSH-SHOLAT maksudnya: ”Tetap memelihara waktu salat, pokok-pokok salat dan kesempurnaan rukuk, sujud dan kekhusyukannya.

 

Menurut seorang Ulama hikmah: “Orang tengah melakukan salat itu ada dua, yaitu:

 

  1. Khusus, maksudnya ia merasakan kebesaran salat, tegak dengan penuh keyakinan, penuh rasa takut, dan menunaikann dengan keagungan, setelah selesai penuh dengan rasa takut
  2. Umum, maksudnya: “Melakukan salat penuh dengan lupa, tegak dengan masa bodoh, dan menunaikan dengan penuh was-was (ragu), setelah selesai perasaannya aman.

 

Kata seorang Ulama hikmah dari Faris: “Jika seseorang melakukan Wudu dibayangi dengan was-was tanpa perasaan keagungan salat, yang diingat hanya kesibukan harta dunia, maka salat semacam itu tidak akan diterima.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah Abu Aufa, katanya: Materi pelajaran Nabi  yang disampaikan kepada seorang Badwy tentang sesuatu yang dapat memuaskan dari hafalan Alquran yaitu:

 

Artinya: “Diulang sebanyak 5x. Sahut Badwy: “Semua itu adalah pujian bagi Allah, lain mana bagianku? Seru beliau : “Bacalah!    ALLAAHHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAHHDINII WARZUQNII WA ‘AAFINII. Artinya:

“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, tunjukilah dam beriluh rezeki serta selumatkanlah aku”, sebanyak 5x,dan semua itu dihitung olehnya dengan 10 jari tangannya. Lalu sudah dia pergi, beliau  bersabda: “Sungguh kedua tangan Badwy ini dipenuhi kebaikan, jika melaksanakan “Materi pelajaran” yang buru disumpaikan kepudunya.

 

Al Faqih menjelaskan: “Materi pelajaran yang diterima oleh Badwy  itu adalah “Bacaan di dalam salat” sebagai pengganti “Bacaan Alquran bagi yang sama sekali tidak pandai Alquran dan diharapkan dengan bacaan tersebut dapat memadai bacaan Alquran.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Usman Abu ‘Ash, katanya: “Ketika aku sakit hampir mati, Rasulullah 5g datang berkunjung (menengok) padaku, seraya bersabda: ”Usaplah sakitmu dengan tangan kananmu sambil membaca:   AUUDZU BI ‘IZZATILLAAHHI MIN SYARRIMAA AJIDU WA UHAADZIRU.

 

Artinya:

“Aku berlindung dengun Kemenangan dan Keagungan Alah, dari derita (bahaya) yang kurusukan dan menakutkan”.

 

Kemudian materi pelajaran beliau  aku amalkan, akhirnya lenyaplah rasa sakit bagiku (bi-idznillah)”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Atha-k, katanya: “Orang yang salat (sunah) 12 rakaat, tanpa diselingi (sesudah salam) dengan bicara, lalu membaca surat Fatihah sebanyak 7x, ayat Kursy sebanyak 7x, dan membaca:

 

LAAILAAHAILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR sebanyak 10x, kemudian sujud dan berdoa sebagai berikut:

 

ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BI MAAADIDIL IZZI MIN ‘ARSYIKA WAMUNTAHAR RAHMATI MIN KITAABI WABISMIKAL ‘AZHIIMI WA JADDIKAL ALAA WAKALIMAATIKAT TAAMMATI ….. lalu menyebutkan apa yang dihajatkan), insya Allah terlaksana dan dikabulkan permohonannya, biidznillaah.

 

Pembantu Nabi :. (Maimunah Sa’ad) berkata: “Beliau  bersabda kepada Salman Farisy (ia tengah berdoa): “Hai Salman kau berhajat kepada Tuhan? Jawabnya: Ya, Sabdanya: “Bacalah dulu memuji kepada Tuhan, sifat-sifatNya, dan bertasbih, bertahmid dan tahlil. Para sahabat bertanya: Bagaimana cara memujiNya ya Rasulullah? Jawab beliau : “Bacalah Fatihah 3x, itulah memuji kepada Tuhan, dan baca pula surat Ikhlas 3x (QUL. HUWALLAAHU AHAD) itulah sifat Allah, dan SUBAHAANALLAAH, WALHAMDULILLAAH, WALAAILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR, kemudian panjatkanlah hajatmu”.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Orang yang membaca istighfar (di bawah) ini, sebanyak 3x, sehabis salat, Allah pasti mengampuni dosanya sekalipun besarnya sebanyak buih lautan.

 

Inilah istighfarnya:

 

ASTAGHFIRULLAAHAL ‘AZHIIM, ALLADZII LAAILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL OAYYUUMU WA ATUUBUILAIIH .

 

Saran Al Faqih: Ketika istighfar hendaknya hati merasa menyesal atas perbuatan dosanya, dan mohon ampun dengan sungguh-sungguh, pasti diampuni segala dosanya oleh Allah . Menurut Hasan bin ‘Ali: “Orang yang membaca 20 ayat (dibawah) ini, pasti dijamin selamat dari bahaya, ancaman setan, penganiayaan penguasa yang zalim, dan pencuri yang operasi (mencari sasarannya) serta hewan-hewan buas yang membahayakan.

 

Inilah ayat-ayatnya:

 

Penjelasan: 20 ayat tersebut perinciannya adalah sebagai berikut:

  1. Ayat kursy
  2. Surat Al A’raf 3 ayat, mulai dari:

 

INNA RABBAKUMULLAAHHULLADZII KHALAOAS SAMAAWAATI WAL ARDLI hingga ….. OARIIBUM MINAL MUHSINIIN.

 

  1. Surat Shaffat 10 ayat, mulai dari ayat pertama: hingga SYI HHAABUN TSAAQIB.

 

  1. Surat Rahman 3 ayat, mulai dari:

 

YAA MASYARAL JINNI WAL INSI hingga FALAA TANTASHIRAAN.

 

  1. Akhir surat Hasyr 3 ayat, mulai dari: .

 

HUWALLAAHULLADZII LAAILAAHA ILLAA HUWA hingga akhir surat.

 

Kata Abu Hurairah: Ada orang suku Aslam bertanya: Ya Rasulullah, semalam kami tidak bisa tidur. Kenapa? Disengat kala (serangga), lalu beliau bersabda: “Oleh karena itu setiap sore bacalah kalimat (di bawah) ini, pasti tidak ada sesuatu apapun yang sanggup membahayakan dirimu. Inilah kalimat yang harus dibaca:

 

AUUDZU BIKALIMAA TILLAAHIT TAAMMATII KULIHHAA MIN SYARRI MAA KHALAQ.

 

Artinya:

“Aku berlindung kepada “Kalimat Allah yang sempurnu seluruhnya” duri gangguan (ancaman bahaya) mahkluk upapun duri ciptaanNya”.

 

Said Musayyab dari Mwadz Jabal, katanya: “Pada hari Jumat, Rasulullah  mencariku, lalu aku memenuhi panggilannya sesudah salat, Sabdanya: “Kenapa kau tidak kelihatan? Jawabnya: “Aku punya hutang kepada orang Yahudi dan aku tidak berani pergi ke mana-mana, khawatir ditahan olehnya, Kata beliau : “Hai Mw’adz, bacalah (materi pelajaran) doa ini, dengan doa ini Allah akan membayar lunaskan segala hutangmu, Jawabnya baik ya Rasulullah. Kemudian Mu’adz membacanya sebagai berikut:

 

QULILLAAHUMMA MAALIKAL MULKI TU’KTIL MULKA MAN TASYAA-U WA TANZIUL MULKA MIMMAN TASYAA-U WATUIZZU MAN TASYAA-U WATUDZILLU MAN TASYAA-U BIYADIKAL KHAIIR INNAKA ‘ALAA KULLI SYAI-IN OADIIR TU LIJUL LAILA FINNAHAARI WATUULIJUN NAHARA FIL LAILI WATUKH-RIJUL HAYYA MINAL MAYYITI WATUKHRIJUL MAYYITA MINAL HAYYI WATARZUOU MAN TASYAA-U BIGHAIRI HISAAB. YAARAHMAANAD DUN YAA WAL A AKHIR ATI WA RAHIIMAHUMAA WATUTHII MINHUMAA MAN TASYAAU WATAMNAU MINHUMAA MAN TASYAA-U FARHAMNII RAHMATAN TUGHNINII BIHAA ‘ANRAHMATI MAN SIWAAKA.

 

Dan doa ini jika dibaca oleh orang yang tengah dibui (kurungan penjara), pasti segera dibebaskan.

 

Dari Abu Umamah Bahily, Rasulullah  bersabda: “Orang yang membaca doa (di bawah) ini setiap pagi, jika mati langsung surga tempatnya, demikian pula yang membaca sore hari, maka di malam harinya meninggal dunia, pasti masuk surga. Inilah doa yang harus dibaca:

 

ALLAAHUMMA LAKAL HAMDU LAAILAAHA ILLAA ANTA RABBII WA ANA ‘ABDUKA AAMANTU BIKA MUKHLISHAN LAKA DIINII ASH-BAHTU ‘ALAA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHATU WAATUUBU ILAIKA MIN SAYYI-I ‘AMALII WA ASTAGHFIRUKA LIDZUNUUBII INNAHUU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA.

 

Artinya:

 

“Ya Allah, segala puji bagiMu, tiada Tuhan yang lain kecuali Engkau, Engkaulah sebagai Tuhan dan aku adulah seorang humba, penuh keyakinan padaMu, aku ikhlaskn agama sesempurnanyu pudaMu, Keadaanku di pagi huri (sore) ini menetapi perintuhMu dan semaksimal mungkin hurupanku puda janjiMu, ampunilah segala dosaku, ada yang sunggup mengumpuni kecuali Engkau?

 

Catatan:

 

Lafadh:          untuk pagi sedangkan jika sore hari membacanya (lafadh):    .

 

Aban Usman dari ayahnya, Rasulullah  bersabda: “Orang yang membaca doa (di bawah) ini, sebanyak 3x, di pagi hari, pasti tidak akan tertimpa bala hingga sore harinya. Dan yang membaca di sore hari, pasti dipelihara dari musibah (bala) hingga pagi harinya.

 

Inilah doa yang dibaca:

 

BISMILLAAHILLADZII LAA YADLURRU MAASMIHII SYAIUN FIL ARDLI WALAA FISSAMAAI WAHUWAS SAMIIUL ‘ALIIM 3x.

 

Artinya:

”Dengun menyebut asma Allah, yang dengan menvebut usmuNya itu segala sesuatu (upapun) yang di langit atau bumi, tidak sanggup membuat bahaya (menguncam), Diu Mendengur dun Mengetuhui”.

 

Saat awal penyakit falij (separoh tubuhnya mati, akibat tekanan darah tinggi atau masuk angin) menimpa diri Aban, katanya: “Demi Allah saat itu, aku lupa tidak membaca doa tersebut di atas”.

 

Nafi dari Ibnu Umar, katanya: “Ada orang mengeluh di depan Nabi : “Ya Rasulullah, hidupku selalu kekurangan rezeki (sulit penghidupannya), Jawab beliau : “Dimanakah kamu dari salawatnya malaikat, dan tasbihnya segala makhluk, yang dengan kalimat tersebut mereka diberi rezeki. Ia bertanya: Apa yang dimaksud ya Rasulullah? Sabdanya:

 

SUBAHAANALLAAH WABIHAMDIHII SUBHAANALLAAHIL ‘AZHIIM ASTAGHFIRULLAAH (100x).

 

Waktu membaca yaitu: “Sesudah Azan Subuh, salat sunah Fajr (Qobliyah Subuh) hingga iqamat (jelasnya sebelum Salat Subuh, di antara azan dengan igamat). Dengan demikian, harta dunia pasti merundukrendah datang menghampirimu”. Coba lakukanlah, pasti dikabulkan oleh Allah , dengan penuh keyakinan atas petunjuk Rasulullah Allah .

 

Urwah dari ‘Aisyah, katanya: “Sudah menjadi adat kebiasaan bagi Rasulullah  menjelang tidur mengangkat kedua tangannya (berdoa dengan) bacaan ayat-ayat Alquran (di bawah) ini, sesudah selesai kedua tapak tangannya diusapkan pada wajah, kepala dan semua tubuhnya”.

 

Adapun ayat-ayat Al Ouran yang dibaca beliau yaitu:

 

  1. Surat Ikhlas 1x (QULHUWALLAAHU AHAD sampai akhir surat).
  2. Surat Falaq 1x (QUL AUUDZU BIRABBIL FALAO).
  3. Surat Naas 1x (QUL AVUDZU BIRABBIN NAAS).

 

Ibrahim Hakam dari ayahnya dari Ikrimah, katanya: “Seorang musafir di tengah perjalanan melihat sesosok tubuh tengah tidur, dari jauh nampak dua setan akan mengganggu orang yang tengah tidur itu, Setan pertama datang akan merusak hatinya, tetapi pulang lagi, katanya: “Tidak sanggup aku menganggunya, karena dia punya perisai ayat Alquran, Kemudian datang pula setan kedua, juga mengalami hal yang serupa, katanya: “Benar juga kau. Akhirnya kedua setan itu pergi, tidak jadi mengganggunya. Dan Musafir itu membangunkannya serta menceriterakan peristiwa yang baru terjadi pada dirinya tentang kedua setan tersebut, lalu ia bertanya: “Ayat apakah yang kau baca menjelang tidur? Jawabnya: “Aku tidak pernah tidur, kecuali membaca ayat-ayat sebagai berikut:

 

Imran Jabir dari Abu Mijlaz, katanya: “Jika seseorang takut dianiaya raja, maka bacalah kalimat (di bawah) ini, pasti Allah menyelamatkannya.

 

RADHIITU BILLAAHI RABBA, WABIL ISLAAMI DIINAA WABIMUHAMMADIN  NABIYYAA, WABIL OUR-AANI IMAAMAW WAHUKMAA.

 

Artinya:

“Aku sangat rela bertuhun Allah, dan relu berasuma Islam, terta Muhammad Nabiku, jusu Alquran sebagai pimpinan petunjuk dan hukum ”.

 

Malik dari Yahya Sa’id, katanya: “Khalid Walid mengeluh: “Ya Rasulullah, aku selalu terganggu dan dibayangi rasa takut ketika tidur, Jawab beliau 5£: “Bacalah kalimat di bawah ini!

 

Inilah kalimat yang harus dibaca:

 

AUUDZU BIKALIMATILLAAHIT TAAMMATI MIN GHADHABIHI WAIOAABIHII WA SYARRI IBAADIHII WA MIN HAMAZAATISY-SYAYAATHIINI WA AUVUDZU BIKA RABBIAY-YAHDHURUUN.

 

Artinya:

“Aku berlindung dengan kalimat. Allah yang sempurna dan murka-Nya dan siksa-Nya, dan dari kejahatan hambaNya, serta dari gangguan setan atau kedatangan mereka.

 

Nabi  memegang tangan Mu’adz seraya berpesan: Mu’adz setiap habis salat Fardu jangan lupa berdoa:

 

ALLAAHHUMMA AINNII ‘ALAADZIKRIKA WASYUKRIKA WAHUSNI IBAADATIKA,

 

Artinya:

“Ya Allah, tolonglah uku agar selalu bersikir kepuduMu dan mempelajari peringatanMu, bersyukur kepuduMu, serta menyempurnakan ibadat kepuduMu”.

 

Kata Hudzaifah: “Sudah menjadi kebiasaan bagi Nabi  sesudah bangun tidur membaca:

 

ALHAMDU LILLAAHILLADZII AHYAANAA BATDA MAA AMAATANAA WA ILAIHHIN NUSYUUR.

 

Artinya:

”Sesala puji bagi Allah Yang membangunkan uku dari tidur, kepadaNya-lah (kelak)uku dibungunkan”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: ”Ketika seseorang bermimpi (buruk) menakutkan, maka meludahlah ke sebelah kiri 3x, seraya membaca doa (di bawah ini) pasti tidak akan membahayakan kepadanya.

 

Inilah doanya:

 

A’UUDZU BILLAAHHI MIN SYARRIHHII (3x).

 

Artinya:

“Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan mimpi tersebut”.

 

Dari Malik, katanya: “Ada orang bertanya: “Ya Rasulullah manakah doa yang paling utama? Jawabnya:

 

AN TAS-ALALLAAHA RABBAKA ALAFWA WAL ‘AAFIYATA FIDDUNYAA WAL AAKHIRATI.

 

Artinya:

“Mintalah kepada Allah (Yaitu) Tuhanmu, tentang ampunan dan selamat dunia akhirat”.

 

Lalu pada hari kedua dan ketiga ia datang lagi kepada Nabi  bertanya tentang doa tersebut dan oleh beliau  hingga 3x dijawab sama seperti hari pertama, bahkan akhirnya beliau menegaskan: “Ketika kau memperoleh ampunan dan selamat dari Allah, berarti kau telah beruntung dan berbahagia dunia-akhirat”.

 

Dari Ibnu Mas’ud, katanya: “Doa yang biasa dibaca Nabi  ketika hendak bepergian dan naik kendaraan ialah sebagai berikut:

 

SUBHAANALLADZH SAKH-KHARA LANAA HAADZAA WAMAA KUNNAA LAHUU MUORINIINA WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUNA. ALLAAHUMMA ANTASH-SHAAHIBU FIS-SAFARI WAL KHALIIFATU FIL AHLI. ALLAAHUMMA ATHWI LANAL ARDLA WAHAWWIN ‘ALAINASSAFARA ALLAAHUMMA INNAA NAUUDZU BIKA MIN WATSAAIS SAFARI WAL HAURI BA’DAL KAURI WA KA BATIL MUNOALABI WA SUUIL MANZHARI FIL AHLI WAL MAALI WAL WALADI.

 

Artinya:

“Maha Suci Allah Yang memudahkan kenduraun ini bagi kami, sebenarnya kami tidak layak untuk ini, kami pasti kembali kepada Tuhan, Ya Allah, Engkau Pelindung dalam perjalanan dan pemelihara keluargaku. Ya Allah, lipatlah bumi ini bagi kami dan ringankanlah perjalanan kami ini, Ya Allah selamatkanlah kami duri segala kesulitan dalam perjalanan, dari kekurangan sesudh cukup, dari kebingungan sesudah lurus. Dan duri buruknya pemandangan dan musibah buruk bagi keluarga kami, harta serta anak-anak kami”.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Penganten baru ketika akan bersetubuh, lakukanlah salat 2 rakaat sebelumnya, lalu peganglah kepala (istri)nya seraya membaca:

 

ALLAAHUMMA BAARIKIII FII AHLII WABAARIK LI AHLII FIYYA WARZUQHAA MINNII WARZUQNII MINHAA WAJMA’ BAINANAA MAA JAMATA BIKHAIRIN WA-FARRIQ BAINANAA MAA FARRAQTA BIKHAIRIN.

 

Artinya:

“Ya Allah cukupkun aku bagi keluurgaku, dan berkatilah mereka bagiku, berilah rezeki mereka dariku, dun rezekiku dari mereka, himpunlah dengan baik di antara kami, dan pisahkan pula dengan baik di antara kami”.

 

Jafar Muhammad sangat heran terhadap orang yang ditimpa (musibah) 4 perkara, kenapa tidak menolaknya dengan 4 perkara? Yaitu:

  1. Ditimpa musibah susah (kacau hatinya), kenapa enggan menolaknya dengan membaca:

 

LAAILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINADZ-DZAALIMIIN.

 

Artinya: “Tiada Tuhan yang lain, kecuali Engkuu, bahwasanya aku menganiaya diri”.

Firman Allah:

 

FASTAJABNAA LAHUU WA NAJJAINAAHU MINAL GHAMMI WAKADZAALIKA NUNJIL MU’MINIIN.

 

Artinya:

”Maka Kami kabulkan doanya, dan Kami selumatkun duri kesusahan, demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang beriman (mukmin)”.

 

  1. Ditimpa musibah (perasaan) takut dari kejahatan, kenapa tidak melenyapkannya dengan membaca:

 

HASBIYALLAAHU WANI’MAL WAKIIL.

 

Artinya:

” Allah-lah Yang mencukupi kebutuhanku, dan Dialah sebaikbaik Yang Menjamin”.

 

Firman Allah:

 

FANQALABUU BINIMATIM MINALLAAHI WAFADL-LIL LAM YAMSAS-HUM SUUW WATTABAUU RIDHWAANALLAAHI WALLAAHU DZUU FADL-LIN ‘AZHIIM.

 

Artinya:

“Lalu mereka kembali memperoleh nikmat Alah dan karuniaNva, selamat dari bencana yang menimpa. mereka selalu melakukan hal-hal yang diridai lah. Allah Pemilik karunia besar”.

 

  1. Ditimpa rasa khawatir terkena tipu daya, kenapa tidak menolaknya dengan bacaan:

 

WA-UFAWWIDLU AMRII ILALLAAH, INNALLAAHA BASHIIRUMBIL ‘IBAAD.

 

Artinya:

”Kuseruhkan sesala urusanku kepada Allah, Dia selalu Melihat hambaNya”.

 

FirmanNya:

 

FAWAQAAHULLAAHU SAYYI-AATI MAA MAKARUU WAHAAQABI AALI FIR’AUNA SUAAL ‘ADZAAB.

 

Artinya:

“Lalu Allah menyelamatkan mercka dari rencana jahat musuhnya, dan keluarga Fir’aun dijatuhi hukuman siksa terberat”.

 

  1. Berharap masuk surga, tetapi enggan membaca:

 

MAA S YAA ALLAAHU LAA QUWWATA ILLAA BILL AAH

 

Artinya:

”Sekehendak Allah, sedikipun tidak ada kekuatun, kecuali dengan pertolongunNya”.

 

FirmanNya:

FAASAA RABBII ANY-YU’TIYANII KHAIRAM MIN JANNATIKA.

 

Artinya:

”Muduh-muduhan Tuhanku memberi yang lebih baik daripada kebunmu”.

 

Dari Qatadah: “Ada orang membaca doa sebagai berikut: “Ya Allah siksaku kelak di akhirat, penuhi saja (segerakan) di dunia”. Maka akibat membaca doa tersebut ia sakit keras, Rasulullah  datang menengoknya, dan orang itu menuturkan tentang doa yang dibaca, hingga ia sakit tidak mampu bergerak, kecuali mengangkat kepala saja, Sabda beliau : “Hai anak Adam, kau tidak sanggup menerima siksa Allah, oleh karena itu bacalah doa sebagai berikut:

 

ALLAAHUMMA RABBANAA AATINAA FIDDUNYA HASANAH, WAFIL AAKHIRATI HASANAH, WA QINAA ADZAABAN NAAR.

 

Artinya:

“Ya Allah. beriluh kami kebaikan di dunia dan di akhirat, peliharuluh kami dari api neraka”.

 

Tidak lama sesudah membaca doa tersebut ia sembuh kembali.

 

Ada orang mimpi bertemu dengan Utbah Ghulam sesudah meninggalnya, ia bertanya: “Hai Utbah, apa yang kau peroleh dari Tuhanmu? Jawabnya: “Aku diampuni Tuhan, karena doa-doaku yang biasa dibaca, dan kini doa itu tertulis di dinding. Bangun dari mimpinya, langsung melihat di dinding, ternyata benar ada tulisan doa-doa tersebut (yang ditulis Utbah sendiri, bunyinya sebagai berikut): 

 

ALLAAHUMMA YA HAADIYAL MUDLILLIINA, WAYAA RAAHIMAL MUDZNIBIINA, WAYA MUQIILA ‘ATSRATIL ‘AATSIRIINA IRHAM ‘ABDAKA MIN DZALKHATHARILAZHIIMI WAL MUSLIMIINA AJMATINA. WAPALNAA MINAL AKHYAARIL MARZUUQIINA

 

MA!ALLADZINA AN’AMTA ‘ALAIHIMMINAN NABIYYIINA WASH-SHIDDILOTINA WASY-SYUHADAAI WASHSHAALIHIINA WAHASUNA ULAAIKA RAFIIQAA. BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN.

 

Artinya:

“Ya Allah, Zat Yang menunjuki orang tersesat, Pengusih terhadap yang berdosa. dan Pemaaf bagi orang yang tergelincir pada kesalahan, kasihanilah hamba Mu ini, dari ancaman bahaya besar. demikian pula bugi umat Islam seluruhnya. Judikanlah kami orang yang baik-baik, dan yang selulu memperoleh reseki, bersamuasamu dengun orang-orang yang Kau beri nikmut (vakni) dari para Nabi, sidigin Syuhada dan salihin, mereka itulah sebaik-baik kaszun. Dengan berkat rahmuatMu ya Allah Yang Pengusih”.

 

Catatan:

Doa tersebut di atas jika dibaca setiap habis salat Fardu (5 waktu), insya Allah pembacanya dikumpulkan jamaah Waly Abdal.

 

Inilah doanya:

 

ALLAAHUMMA ASHLIH UMMATA MUHAMMAD, ALLAAHUMMARHAM UMMATA MUHAMMAD, ALLAAHUMMA FARRIJ ‘AN UMMATI MUHAMMAD, ALLAAHUMMAGH-FIR LI-UMMATI MUHAMMAD WALIJAMIPI MAN AAMANA BIKA.

 

Artinya:

“Ya Allah patutkan (damaikan )lah umat Muhammud. kasihanilah mereka dan lapangkanluh mereku, serta berilah ampun nang mereku beserta orang-orang yang beriman kepadaMu.

 

Aban dari Anas Malik, katanya: “Al Hajjaj Yusuf marah-marah, dan berkata: “Seandainya tanpa surat pesan dari Abdul Malik Marwan, pasti kau telah binasa disiksa. Jawab Anas: “Tidak bisa kau lakukan hal itu (tidak semudah itu yang kau ucapkan). Kenapa tidak bisa, siapa yang sanggup merintanginya? Jawab ‘Anas: “Aneka doa-doa yang telah dijazahkan (disahkan) oleh Rasulullah  kepadaku untuk dibaca setiap pagi sore. Balik Al Hajjaj bertanya: “Mana doa-doa tersebut coba ajarkan kepadaku, Anas menolaknya, hingga dipaksa beberapa kali, Anas tetap menolaknya Sampai tidak diajarkan kepada Al Hajjaj.

 

Sahut Aban: “Tengah Anas sakit, aku minta diajari doa tersebut. ia berkenan memberinya.

 

Inilah doanya:

 

BISMILLAAHI ‘ALAA NAFSII WADIINII BISMILLAAHI ALAA AHLII WAMAALI WAWALADII BISMILLAAHI ‘ALAA KULLI SYAI-IN ATHAANIIHI RABBII 3x. ALLAAHU 3x, RABBI LAA USYRIKUBIHII SYAI-AA ALLAAHU 3x, RABBII LAA USYRIKU BIHII SYAI-AA, ALLAAHU AKBAR 3x, WA NAZZU WA AJALLU MIMMAA AKHAAFU WA AHDZARU, ALLAAHUMMA INNII AUUDZU BIKA MIN SYARRI NAFSII WAMIN SYARRI KULLI SYAI-THAAMIN MARIID, WAMIN SYARRI KULLI JABBAARIN ‘ANIID, FA-IN TAWALLAU FAQUL HASBIYALLAAHU LAA-ILAAHA ILLAA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WAH-HUWA RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM. ‘AZZA JAARUKA WA-JALLA TSANAAUKA WALAAILAAHA GHAIRUKA. |

 

Artinya:

“Sebutan Asma Alluh (BISMILLAH) pemelihara diriku, Asma Allah sebagai pemelihara keluarga, harta dan anak-anakku, dan sebagai penjuga seluruh pemberian Tuhanku. Allah 3x, Tuhunku, aku tidak syirik kepadaNya, Allah 3x, Tuhanku, aku tidak syirik kepadaNya, Allaahhu Akbur 3x, lebih agung dan menang duri semua yang kurusukan takut (kutakuti utau dikhawatirkan). Ya Allah, aku berlindung kepudaMu dari ancaman bahaya yang menimpa diriku, dan dari kekejaman (kejahatan) sesalu setan penjahat. Dun dari ancaman segala bahaya besar penganiaya. Muka jika mereka berpaling (telah lalu), katakanlah: ”Allah-lah Yung memenuhi (mencukupi) kebutuhanku, Tiada Tuhan yang lain, kecuali Dia, kepadaNyalah aku berserah diri, Dia Penguasu Arasy Agung. Menang atau Agung pula perlindungunMu dan pujianMu serta tak ada Tuhan Yang lain, kecuali Engkau.

 

WALLAAHU ALAM

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Aisyah, katanya: “Yahudi datang dengan rombongan kepada Nabi  dan mengucapkan kutukan: “ASSAMMU ‘ALAIKA” artinya: ”Binasalah engkau (Muhammad), jawab beliau : Terutama kalian (WA’ALAIKUM). Kemudian ‘Aisyah menjawab (kutukan mereka) WAALAIKUMM SAMMUWALLAWAT” Artinya: “Demikian pula kalian adalah binasa bahkan terkutuk seberat-beratnya”

 

Selanjutnya beliau  bersabda:

 

Artinya:

“Hai “Aisyah, Allah sangat senang kelunakan atau sanuai dalam sebula urusan, Katanya: “Tidakkah anda mendengar mereka? Jawab beliau: “Aku sudah mengembalikannya, dengan ucapan: “MAALAIKUM” yang artinya: “Terutama kalian (xang lebih binasa)”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Aisyah, Nabi  bersabda: “Hai ‘Aisyah orang yang diberi sifat lunak hati, berarti telah diberi kebaikan dunia akhirat. Dan sebaliknya yang tidak berhati lunak berarti tiada kebaikan baginya dunia-akhirat”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id Musayyab, Nabi  bersabda: “Pokok akal, sesudah beriman kepada Allah (ialah) pandai bergaul dengan sesamanya dan saling menjalin rasa kasih, maka tidak akan binasa orang yang bermusyawarah sebaliknya orang yang membangga-banggakan (fanatik) terhadap pandapatnya sendiri tidak akan selamar. Jika Allah akan membinasakan seseorang, maka yang dirubah pertama cara berpikirnya. Dan orang-orang yang baik baik di dunia saat ini, itulah mereka yang baik pula di akhirat kelak, demikian sebaliknya: “Orang yang jahat (berbuat kemungkaran) di dunia, itulah mereka yang binasa atau celaka di akhirat kelak.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: “Allah sangat Pengasih, sangat senang kepada hamba yang lunak (saling berkasih) Dia memberikan keuntungan dari kelunakannya yang tidak mungkin di peroleh dengan kekerasan (amarah).

 

Dari ‘Aisyah, Nabi  bersabda: “Jika Allah akan menghendaki sesuatu keluarga itu (penghuni atau anggota)nya baik-baik maka sifat lunak dan tenang dimasukkan ke dalamnya. Seandainya sifat itu berupa manusia, pasti tiada satupun orang yang cantik (elok) melebihnya, Dan sebaliknya jika sifat keras itu berupa manusia, pasti tiada seorangpun yang buruk melebihinya.

 

Dari ‘Aisyah: “Ketika aku menaiki onta yang seringnya mogok (rewel), maka akupun sering memukulnya, kemudian beliau  bersabda: ”Hai ‘Aisyah, gunakan kelunakan dan kesabaranmu, karena sifat itu tidak bersemayam di suatu tempat, kecuali menambah cantik (indah) pemiliknya, dan sebaliknya jika sifat itu lenyap, maka berubah jeleklah pemilik (orang)nya”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari S. Ali, katanya: “Sejak surat Nashr (IDZAA JAAA NASHRULLAAIH) diturunkan, Rasulullah  menderita sakit, lalu di hari Kamisnya beliau dengan kepala diikat, kemudian naik mimbar, duduk dengan muka pucat, berlinang air matanya, memanggil Bilal agar menyeru masyarakat Madinah berkumpul, demi menerima wasiat terakhir dari beliau. Seluruh masyarakat tidak seorangpun yang tinggal di rumah, besar-kecil, priawanita, bahkan gadis-gadis pingitanpun tidak sampai hati meninggalkan wasiat terakhir beliau . Sabdanya: “Berilah mereka yang di belakang (jalan) untuk “masuk, beliau berdiri dan menangis, mengucapkan: “INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN, lalu memanjatkan puja dan puji syukur kepada Allah . (seperti adatnya), disambung dengan salawat bagi para Nabi terdahulu dan dirinya.

 

Kemudian bersabda: “Aku Muhammad putra Abdullah putra Abdul Muthallib, putra Hasyim berbangsa Arab, kelahiran Tanah Haram (Mekah) yang tiada seorang Nabipun sepeninggalku.

 

Wahai sekalian umat manusia, berita tentang kematian (wafat) bagiku telah sampai yang berarti sebentar lagi aku meninggalkan dunia ini, dan aku telah lama merindukan Tuhanku, terasa sangat sedih bagiku meninggalkan umatku, apa yang akan terjadi (mereka katakan) sepeninggalku? Ya Allah, selamatkan (2x).

 

Wahai sekalian umat manusia, dengarkan baik-baik wasiatku dan ingat-ingatlah, semua yang hadir wajib menyampaikan kepada mercka yang berhalangan hadir, karena ini adalah wasiatku terakhir bagi kalian.

 

Wahai umat manusia, keterangan Allah sudah dimuat dalam KitabNya yang diturunkan pada kalian, tentang halal dan haram yang wajib dilakukan dan ditinggalkan, maka ambillah (gunakan) yang halal dan tinggalkan haram, dan percayalah pada yang samar-samar (mutasyabih), dan lakukanlah yang tegas (muhkam) sedangkan yang berupa contoh-contoh, jadikanlah sebagai peringatan bagi kalian.

 

Kemudian beliau  menengadah ke langit seraya bersabda: “Ya Allah, aku telah menyampaikan (risalahMu), maka saksikanlah!

 

Wahai sekalian umat manusia, hati-hatilah dari hawa nafsu yang sesat-menyesatkan, jauh dari tuntunan rahmat Allah dan surga, bahkan dekatnya dengan neraka. Galang persatuan dan kesatuan jamaah, serta tetap jujur (istIqamah), karena hal ini dekat dengan Allah dan surga, jauh api neraka. Ya Allah aku telah menyampaikannya.

 

Wahai sekalian umat manusia, bertakwalah kepada Allah dalam. memelihara agama dan amanat bagimu, takutlah kepada Allah 2x, dalam memelihara pembantu (budak)mu, berilah mereka makan seperti yang kau makan, pakaian seperti yang kau pakai, jangan memaksa di luar kemampuan mereka, karena mereka juga terdiri seperti kau (daging dan darah), ingat siapa menganiaya mereka, maka Allah-lah lawannya kelak di hari Kiamat sekaligus Dia hakimnya.

 

Takutlah kepada Allah, dalam memelihara istri, tepatilah mahar mereka, jangan menganiayanya, pasti kalian diharamkan dari kebaikanmu di hari Kiamat. Ingatlah aku telah menyampankannya. Wahai sekalian umat manusia, pelihara diri dan keluargamu dari api neraka, didiklah dengan akhlak mulia, karena mereka ditanganmu seperti tawanan dan amanat, ingat telah kusampaikan padamu.

 

Wahai sekalian umat manusia, taatilah pemerintahmu, jangan menentangnya, sekalipun (mereka) dari turunan Habsyi yang terpotong hidungnya, karena taat kepada mereka berarti taat pula kepadaku dan kepada Allah, sebaliknya yang menentang mereka berarti menentang aku yang berarti maksiat kepada Allah, ingat jangan keluar dari mereka, dan jangan pula menyalahi janjimu pada mereka, ingat telah kusampaikan padamu.

 

Wahai sekalian umat manusia, hendaklah kalian mencintai keluargaku dan ahli-ahli (baca) Alquran, serta para Ulama kalian, jangan membenci atau hasud kepada mereka, apalagi menghina mereka, ingatlah, orang yang cinta mereka berarti cinta kepadaku, yang berarti cinta kepada Allah, sebaliknya yang membenci mereka berarti membenci aku dan Allah. Ingatlah telah kusampaikan padamu.

 

Wahai sekalian umat manusia, salat 5 waktu jagalah baik-baik, dengan menyempurnakan, wudu, rukuk dan sujudnya.

 

Wahai sekalian umat manusia, tunaikan zakat harta kalian, ingatlah siapa yang tidak menunaikan zakatnya dianggap tidak salat, yang berarti sama dengan tidak beragama, demikian pula puasa dan haji serta jihadnya tidak dianggap sah semuanya. Ya Allah aku telah menyampaikannya.

 

Wahai sekalian umat manusia, sungguh Allah telah mewajibkan ibadat Haji kepada yang mampu dalam perjalanannya, barangsiapa tidak melaksanakannya, maka hendaklah memilih di antara: “Mati Yahudi, Kristen atau Majusi (penyembah api), kecuali adanya faktor penghalang seperti penyakit, penganiayaan penguasa zalim dan lain-lain. Ingatlah bahwa is tidak akan memperoleh syafaatku, dan tidak akan minum dari telagaku, dan ingat aku telah menyampaikannya.

 

Wahai sekalian umat manusia, Allah akan menghimpun kalian kelak di hari Kiamat, di suatu lapangan terbuka, pada posisi sangat memberatkan, mengerikan, saat itu harta atau anak buah tiada gunanya, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati salim (sucibersih dari syirik), ingat aku telah menyampaikannya.

 

Wahai sekalian umat manusia, peliharalah kata-kata (mulut) kalian, tangiskan mata dan tundukkan hati kalian, berpayah-payahlah badan kalian, berjihad melawan musuh kalian, dan ramaikanlah masjid kalian, bersihkan (ikhlaskan) iman kalian, saling menasihati di antara sesama kawan, berlaku baiklah bagi dirimu, pelihara baik-baik kehormatan kalian, dan bersedekahlah dari harta yang ada, janganlah saling hasudmenghasud, akibatnya kehilangan amalbaikmu, jangan pula menggunjing, akibatnya kalian binasa karenanya, ingatlah telah kusampaikan pada kalian. Wahai sekalian umat manusia, merdekakanlah budakmu, dan berbuatlah baik demi (simpanan) di saat kalian sangat membutuhkan dan berhajat.

 

Wahai sekalian umat manusia, hindarkanlah penganiayaan, karena akan dituntut pelakunya oleh Allah kelak, dan kalian sendiri yang memikul hisabmu, kalian pasti dikembalikan kepada Allah, Dia tidak rela kalian bermaksiat.

 

Wahai sekalian umat manusia, pada dasarnya orang berbuat baik, keuntungannya akan diperoleh (dirasakan) sendiri, sebaliknya orang yang berbuat jahat, kerugiannya (celakanya) dipikul sendiri, sedikitpun Tuhan

 

tidak menganiaya hambaNya. Dan peliharalah dirimu, demi hari kalian menghadap Allah , setiap amal perbuatan, pasti dibalas, sedikitpun tidak dianiaya.

 

Wahai sekalian umat manusia, bahwasanya aku sebentar lagi menghadap kepada Tuhanku, berdasarkan pemberitahuanNya yang telah disampaikan kepadaku (aku akan meninggal).

 

Oleh karena itu aku telah menitipkan kalian kepada Allah, tentang “AGAMA dan AMANATmu.

 

WASSALAAMU’ALAIKUM wahai para sahabatku dan seluruh matku.

 

WASSALAAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.

 

Kemudian beliau turun dari mimbar langsung masuk ke rumah, tidak keluar lagi sesudah itu.

 

SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WA AALIHII WASHAHBIHII WA UMMATIHII WASALLAM.

 

WALLAAHU ALAM

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Malik, Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Sudah kutinggalkan dua pusaka berbobot untuk kalian. pasti kalian tidak akan tersesat (dengan catatan) terus berpesang teguh dengannya (yaitu): “Kitab Allah (Alquran) dan sunnahku (hadishadis Nabi ).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan, Rasulullah  bersabda: “Amalan sedikit adalah sangat baik (ketika sesuai dengan sunnah Rasulullah), daripada banyak (tetapi) bidah, dan setiap bidah (tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah) pasti sesat, dan setiap kesesatan di neraka (tempatnya)”.

 

Hanya ucapan saja tanpa pelaksanaan adalah tidak baik, dan ucapan disertai pelaksanaanpun tidak baik, kecuali disertai dengan niat (tujuan baik), demikian pula “UCAPAN, PELAKSANAAN dan NIAT” masih belum dianggap baik, jika tidak sesuai dengan “SUNNAH Rasulullah” (Demikian kata Hasan). :

 

Dari Maqil Yasar, Rasulullah  bersabda: “Ada dua manusia, yang tidak mungkin memperoleh syafaatku, yaitu:

 

  1. Penguasa (pimpinan) yang memberikan undang-undang (Peraturan) sangat memberatkan rakyatnya (Menganiaya).
  2. Orang yang melampaui batas dalam agama, sampai menyimpang dari SUNNAH Rasulullah”.

 

Ubay Ka’ab dalam nasihatnya sebagai berikut:

 

  1. Tetaplah kalian di atas jalan lurus dan sunnah Rasulullah, karena bagi mereka yang menetapi keduanya hingga berlinangan air mata, karena ingat (zikir) Allah, api neraka selamanya tidak mungkin menyentuhnya.
  2. Mereka yang tetap (beramal) disesuaikan dengan sunnah Rasulullah. zikir hingga gemetar badannya, karena takut kepada Allah, sama seperti daun kering berguguran dari dahannya terkena tiupan angin.
  3. Beramal secara sederhana (sesuai dengan sunah Rasulullah) akan lebih baik daripada menyimpang darinya (sedikit atau banyak).
  4. Mudah-mudahan kalian tetap (beramal) sesuai dengan sunnah Rasulullah dan sunah (jalan) yang telah dirintis para Nabi terdahulu

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

”Bani Israil berpecuh-belah hingga menjadi 70 golongan,’ sedangkan umat ini (ingatlah) akan terpecah sampui 72 golongan, diantaranya 71 musuk neruka, dan yang di surgu hunvulah satu. tereka bertanya: “Siapa kira-kira yang satu itu, ya Rasulullah? Juwubnya: “Mereka adulah “AHLUS SUNNAH WAL Jamaah” yang benar-benar mengerti sunnah Rasulullah (dun melaksanakan dan selalu memelihara kekompakan (persatuan) umut Islam)”.

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

“Manusia yang tetap berpesang tesuh padu sunnuhku (perjulananku), di saat umatku telah rusak, pusti sama puhalanya dengan 100 orang mati syahid”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud katanya: “Bagaimana jika fitnah telah mengepung (membudaya) sampai orang tua mendadak berubah (pikun), para pemuda pemudi semakin rusak, mereka saling berlomba (umumnya manusia), bahkan hal itu dianggap sebagai sunnah, Dan anehnya ketika diluruskan (diingatkan) dengan yang hak, bahkan diputar balikkan (yang hak dinyatakan sebagai hal yang munkar). Ada orang bertanya: “Kapankah kira-kira zaman semacam ini tiba (terjadi)? Hai Ibnu Mas’ud? Jawabnya: ” Yaitu: Ketika langka (jarang) orang yang amanat (terpecaya), banyak penguasa (raja), ahli fiqih (ahli hukum agama) sangat sedikit, yang banyak hanyalah gura’ murahan (pandai baca Alquran, tetapi menyimpang dari ajaran (isi) kandungannya), Dan amal akhirat dijadikan alat penarik harta dunia, menuntut ilmu (tujuan sekolah) bukan untuk mempertebal keyakinan (beragama), para tokoh (pimpinan) masyarakat jika ditaati menyesatkan kalian, tetapi kalian akan dihabisi nyawanya jika berani menentangnya.

 

Ada orang bertanya: “Bagaimana pendapat (nasihat)mu dalam menghadapi masa seperti itu? Jawabnya: Kalian bersikaplah, seperti tikar jelek (tua) dalam rumah kalian, jika tidak demikian, api nerakalah yang layak bagi kalian. Kemudian orang tadi (yang bertanya) meletakkan tangannya di atas pinggang (malang-kerik) katanya: “Engkau telah membunuhku hai Ibnu Mas’ud.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah Amr, bin Ash, katanya: Rasulullah  berkhutbah pada kami, sabdanya: ”Hai sekalian manusia, hormatilah pada sahabatku dan berlaku baiklah terhadap mereka, cintalah kepada mereka, karena mereka adalah sebaik-baik manusia yang akan diutus di tengah-tengah mereka, sehingga kamu beriman kepada Allah dan ajaran-ajaranNya yang aku sampaikan, mau mengikuti dan melaksanakannya.

 

Kemudian dilanjutkan kepada generasi penerus mereka (yaitu para Tabi’in) dan kepada generasi periode berikutnya (yaitu tabi’it tabi’in) dan mereka itulah yang terbaik, mereka beriman dengan penuh keyakinan, sekalipun mereka tidak bertemu denganku, mereka melaksanakan ajaran Allah penuh kemantapan.

 

Akan tetapi sepeninggal mereka (Tabi’it tabi’in), pada periode berikutnya bermunculan generasi penghianat (menganggap kecil urusan . salar) yang dibesar (bangga)kan adalah melampiaskan nafsu, menuruti syahwat nafsu, tenggelam dalam kemungkaran, jauh dari sunahku (mengabaikan perintah-perintahku), jika agama selaras dengan kemauan nafsunya itulah yang dianut, segala amal perbuatan mereka hanya dilandasi dengan riya (mencari muka, dan pujian) orang. Mereka berami “bersumpah” sebelum diminta sumpah, berani menjadi saksi, sebelum diminta, ketika diamanati pasti khianat, seringnya berkata dusta, pandai  menganjuri, tetapi nol pelaksanaannya, di saat itu ”Tlmu lenyap diangkat” kesabaran tidak ada pada mereka. Kebodohan dan perzinahan merajalela, . tidak lagi orang berperasaan (tidak punya malu), dan tiada yang dapat :. amanat (terpercaya). Umumnya manusia berbicara bohong, berani – (durhaka) kepada kedua orang tuanya, memutuskan ikatan persaudaraan : atau famili, senang berhayal, dan harta dunia, hasud dan berlaku kejam,  akhlak manusia rusak, hubungan bertetangga menjadi buruk semuanya. Saat manusia bebas beragama, (melepas agamanya dengan sangat mudah) seperti panah terlepas dari busurnya, dan hari Kiamat tidak akan terjadi – . ftiba), kecuali ketika manusia umumnya jadi penjahat,

 

Oleh karena itu, jika kalian menghendaki surga (dan kesenangannya), “ maka berpegang teguhlah pada SUNNAH Rasulullah dan JAMAAH ‘ “UMAT ISLAM, berhati-hatilah dari hal-hal yang serba dianggap Modern (baru), karena setiap yang baru adalah bidah, sebagian bid’ah . “sesat dan Allah tidak akan menghimpun mempersatukan umat ini dalam kesesaran selamanya (Ingatlah): “Barangsiapa membebaskan  diri (enggan melakukan) kewajiban, dan berpisah dengan jamaah Umat Islam, menyalahi ajaran hukum Allah, maka berarti ia berani berhadapan dengan Allah (kemarahanNya), dan pasti Dia memasukkannya ke dalam neraka”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Irbadl Sariyah Sulamy, katanya: Nasihat Rasulullah  sangat meresap, hingga air mata bercucuran, hati terasa bergetar karenanya, bahkan ada yang mengira bahwa: “Nasihat ini adalah pesan beliau  terakhir, yaitu:

 

Artinya:

”Pesanku kepada kalian: ”Bertakwalah kepuda Allah, dan perhatikan benar-benar serta taat (melaksanakan ajuranNya), karena manusia yang hidup sepeninggulku akan ditimpu musibah uneka pertentangan atau perselisihan, muka hati-hatilah duri hal-hal yang baru, karena itu adalah sesat. Dan barangsiapa hidup di zaman (menangi musa) itu, muka berpegangtesuhluh puda SUNNAHKU dan SUNNAH KHULAFAAUR RAASYIDIIN (merekalah) yang di utas petunjuk, dun gigitlah sunah itu dengun gigi geruhum kalian”.

 

Dari Abu Sa’id Khudry, Nabi  bersabda: “Orang yang makan (barang) halal, dan beramal sesuai sunnahku, serta lain orang merasa aman dari gangguannya, maka ia masuk surga. Ketika ditanya: “Ya Rasulullah banyak manusia yang berbuat demikian itu, jawabnya: “Nanti akan terjadi pada orang-orang sepeninggalku, tetapi kemudian berkurang, dan akhirnya menjadi sedikit”.

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Rasulullah  membuat garis lurus untukku, sabdanya: “Inilah jalan menuju keridaan Allah, lalu membuat lagi garisganis lainnya (di kanan-kirinya) seraya bersabda: “Adapun ini beberapa jalan, yang setiapnya setan mempromosikannya lalu beliau  membaca ayat:

 

Artinya:  “Inilah jalan (usama)Ku yang lurus, ikutilah (berjalanlah di atasnya), jangun menggunakan jalan-jalan lainnya. pasti menvimpang jauh dari jalan (usama) Allah. Demikianlah pesan Mah kepada kalian, asar kalian bertakwa (berhuti-hati)”. (An’am 153)

 

Nabi  bersabda:

 

Artinya:

”Setiap sesuatu ada penyakit (perusak)nya, sedangkan perusak agama adalah hawa nufsu ”.

 

Menurut Sya’by: “Hawa artinya jatuh dari tempat tinggi, disebut ”HAWA,, karena menjerumuskan pengikut (pelaku)nya ke jurang neraka”.

 

Aku tidak tahu pasti, nikmat manakah yang lebih besar bagiku:

  1. Nikmar petunjuk, hingga aku beragama Islam atau,
  2. Nikmat taufik Allah, hingga aku selamat dari pengaruh HAWA NAFSU”. (Mujahid).

 

Dari Abu Dzar Rasulullah  bersabda: “Orang yang menyalahi (keluar) dari jamaah umat Islam, sekalipun hanya sejengkal, berarti lehernya sudah terlepas dari ikatan Islam.” (Al Hadis)

 

Pesan Uways Qarani kepada Haran Hayyan: ”Hati-hati jangan sampai kamu melepaskan diri dari jamaah umat Islam, pasti lepaslah agamamu dengan tiada terasa, kelak di hari Kiamat dimasukkan neraka”. Mudah-mudahan Taufiq Allah senantiasa menyertai kita, dengan karunia dan rahmatNya. (WALLAAHUL MUWAAFIQU BIMAN NIHII WA KARAMIHII).

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar, dalam khutbahnya berkata:

 

Artinya:

”Timbanglah dirimu sebelum ditimbang (oleh orang lain), dan perhitungkanlah dirimu sebelum diperhitungkan (lain, atau diminta pertanggungan jawubnya), bersiaplah menghadapi pengadilan tertinggi, karena di saat itu sesuatu upa saja (yang tersembunyi) tidak akan dirahasiakan”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar, Nabi  bersabda: Allah berfirman:

 

  1. Hai hambaKu penganiayaan telah diharamkan atas diriKu sendiri, demikian pula pada kalian, oleh karena itu kalian jangan menganiaya.
  2. Hai hambaKu kalian tersesat, kecuali yang Kutunjuki, dari itu mohonlah petunjukKu, pasti Aku berkenan menunjuki kalian.
  3. Hai hambaKu kalian-kalian lapar, kecuali yang diberi makan, dari itu mintalah makan padaKu, pasti Aku berkenan memberinya.
  4. Hai hambaKu kalian telanjang, kecuali yang Aku beri pakaian, dari itu mintalah pakaian padaKu, pasti diberi.

5, Hai hambaKu kalian siang-malam berbuat dosa, dan aku Pengampun segala dosa, dari itu mohon ampunlah kepadaKu, pasti Aku memberi ampunan bagi kalian.

  1. Hai hambaKu seandainya seluruh makhluk (manusia jin dan lainlain) mulai pertama hingga terakhir, bertakwa kepadaKu sebaikbaiknya, maka sedikitpun tidak menambah kejayaan (Kerajaan)Ku.
  2. Demikian sebaliknya, hai HambaKu, seandainya seluruh makhluk awal hingga akhir durhaka semua (berdosa) kepadaKu, maka sedikitpun tidak mengurangi Kejayaan (Kerajaan)Ku.
  3. Hai HambaKu, seandainya seluruh makhluk berhimpun di suatu lapangan, lalu masing-masing mohon kepadaKu dan dikabulkan semuanya, maka hal semacam itu, sedikitpun tidak mengurangi KeKayaanKu, kecuali hanya seperti air lautan (samudra) luas dicelupi jarum sekali celupan.
  4. Hai hambaKu, bahwasanya Kami hanya sekedar menulis amal perbuatan kalian, yang nantinya dikembalikan lagi (di hari Kiamat), maka Barangsiapa memperoleh amal baik, hendaklah bersyukur kepada Allah, dan yang tidak baik, maka jangan salahkan lain orang, kecuali dirinya sendiri.

 

Dari Abu Sa’id Khudry, Nabi  bersabda: “Tengoklah orang sakit, iringkan jenazahnya, agar kalian memperoleh peringatan (tentang) akhirat”. (Al Hadis)

 

Maksudnya, agar tidak terlalu jauh melupakan akhirat, akibat pengaruh harta (kehidupan) dunia. Seorang bijak berkata: “Sewaktu ada orang mendoakan orang mati (supaya dapat rahmat), maka ia berkata: “Seandainya kau berdoa demi memenuhi kepentinganmu sendiri, pasti hal itu sangat baik, karena yang mati itu, sudah selamat dari 3 bahaya, Yaitu:

 

  1. Ketika melihat (berhadapan) Malakul Maut.
  2. Penderitaan (sakit-pedihnya) menjelang maut.

3, Perasaan khawatir dari SU-UL KHATIMAH (buruk penghabisnnya atau tidak beriman).

 

Di tengah mengantarkan jenazah ada orang bertanya: “Siapa yang mati, hai Abu Dzar? Jawabnya: “Itulah kamu, jika kau tidak mau akupun mau (yakni) sama-sama akan mati. Firman Allah:

 

Artinya:

“Sungguh kalian ukan mati, dan mereka jugu ukun mati”. (As Zumar 30)

 

Hasan Bashry ketika melihat orang makan di atas kuburan, berkata: ”Itulah orang munafik, maut di kelopak matanya, tetapi ia tetap ingin (menikmati) makan. Oleh karena itu, setiap ia melihat mayit, mukanya pucat-sedih seakan baru menanam jenazah ibu kandungnya sendiri.

 

Ibrahim Taimy: “Orang yang tidak takut, dan sedih (perasaannya) selalu aman, maka dikhawatirkan tidak dapat masuk surga. Alasannya, para penghuni surga ketika ditanya, jawabnya:

 

Artinya: .

“Dulu (ketika hidup di dunia) perasaan takut (khawatir) selalu menghantui kami, di tengah keluarga kumi”. (Ath-Thur 26)

 

Kata Ibnu Mas’ud: “Orang-orang ahli (pandai) Alquran seyogyanya dikenal ahli tahajud, saat kebanyakan orang tengah menikmati tidurnya. Dan berpuasa, di saat kebanyakan orang tidak puasa, serta bersedih di saat kebanyakan orang bersenang-senang menangis di saat kebanyakan orang tertawa, diam di saat kebanyakan orang pada bicara, dan berhati khusyuk di saat kebanyakan orang berbangga. Juga seharusnya berhati tenang, lunak, prihatin, tidak boleh keras, lupa, keras suara dan penasaran.

 

Syaqiq Ibrahim: “Tiada kawan yang baik bagi seseorang, melebihi ”Prihatin memikirkan dosa-dosa terdahulu” dan takut terhadap masa datang (akhirat) yang belum diketahui secara pasti “Apakah yang akan menimpa dirinya”.

 

Kata seorang bijak: “Orang yang prihatin bukan memikirkan tiga | perkara, berarti ia tidak mengenal prihatin (kacau) dan senang, yaitu:

  1. Sedih memikirkan “IMAN” karena tidak tahu pasti, dia akan ikut hingga mati atau terlepas.
  2. Prihatin tentang perintah (kewajibannya terhadap) Allah, apakah bisa melakukan dengan sebaik-baiknya atau sembrono (meremehkannya).
  3. Prihatin tentang tuntutan (mereka yang dilakukan tidak adil selamat atau tidak dari tuntutan mereka itu (karena belum tahu pasti).

 

Dari Anas, Nabi  bersabda: “Tiada mata menangis karena takut Allah, kecuali Allah mengharamkan api neraka membakarnya, dan jika linangan air mata itu ke mukanya, maka kusut atau kehinaan tidak akan meliputinya, Dan setiap amal baik pasti ditentukan pahalanya, kecuali air mata yang sanggup memadamkan luasnya lautan api, dan seandainya seorang manusia menangis, karena takut Allah demi suatu umat, pasti amat itu akan dirahmati Allah, karena tangisnya (manusia tersebut)”. (Al Hadis).

 

Kata Ka’bul Akhbar: “Seandainya aku bisa menangis hingga air mata linangannya ke pipi, karena takut Allah, dan menetes ke tanah, lalu disentuh api neraka, hingga tetesan itu kembali ke langit dan tidak akan kembali untuk selamanya, demikian pula orang yang menangis karena takutnya kepada Allah di dunia ini tidak akan disentuh api untuk selamanya.

 

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi  bersabda: “Tiada seorang melinangkan airmatanya sebesar lalat atau kepalanya, karena takut Allah. hingga menetes ke mukanya, kecuali api neraka tidak sanggup menyentuhnya (untuk) selamanya”.

 

Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Tiada tetesan yang lebih disenangi Allah, kecuali dua, yaitu:

  1. Tetesan air mata di malam gelap (takut Allah).
  2. ‘Tetesan darah perang sabil.

 

Ziyad Numairy: “Firman Allah: “Tiada seorang hamba menangis, karena takut Aku, kecuali diselamatkan dari siksaKu, dan diberi penggantinya tertawa kelak di surgaKu.

 

Umar Abdul Aziz di tengah salat (ketika membaca) ayat (di bawah) ini, diulangi beberapa kali seraya menangis sampai Subuh.

 

Inilah ayat yang dibaca:

 

Artinya:

”Ketiku belengsu di leher mereka, lalu diseret (mereka) ke dalam air mendidih sangat panas, terus dibakar di neraka Jahim”.

 

Demikian pula Tamim Dary, sedangkan ayatnya:

 

Artinya:

”Dikiranya orang-orang durhuka Kami lakukan sumua yang beriman dan beramal salih? Jelas berbedu juuh”. (Jatsiyah 21)

 

Demikian pula Nabi  saat membaca ayat (di bawah) ini beliau mengulanginya beberapa kali, seraya menangis, hingga Subuh. Inilah ayatnya:

 

Artinya:

“Jika Kau siksa, mereka itu adalah hambaMu, tetapi jika Kau mengumpuni mereka, Engkau adalah Mulia lagi Bijaksana”. (Maidah 118)

 

Menurut riwayat: “Nabi Daud  sesudah berbuat kesalahan, maka setiap minum, air matanya bercucuran hingga memenuhi separoh gelasnya.

 

Penuturan Bahz Hakim: ”Zurarah Abu Aufa tengah melakukan salat bersama kami, dan ketika membaca ayat (di bawah ini) langsung mati, hingga yang membawanya ke rumah adalah kami, sesudah matinya. Inilah ayat yang dibaca:

 

 

FA-IDZAA NUQIRA FIN NAAOUUR. Artinya: “Maka apabila ditiup terompet (sangkala)”. WALLAAHUL MUWAAFIQ WALLAAHU ALAM

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid: “Ibnu Umar dalam nasihatnya (kepadaku): “Hai Mujahid: “Di waktu pagi, jangan punya perasaan akan sampai sore, dan sebaliknya di waktu sore jangan kau berperasaan akan (hidup) sampai pagi, gunakanlah kesempatan hidupmu sebelum mati, dan sehatmu sebelum sakit, karena kau tidak tahu pasti, bagaimana namamu kelak di hari Kiamat” (yakni) menjadi manusia baik (abrar) ataukah pendurhaka (fujjar).

 

Ada 4 perkara, persiapan amal seseorang di pagi hari, yaitu:

 

  1. Melaksanakan kewajibannya terhadap Allah
  2. Menyelesaikan (pekerjaan) dengan orang yang berusaha bersama (seperti hubungan dagang dan lain-lain).
  3. Menghindari yang haram (larangan Allah).
  4. Memperbaiki hubungan dengan sesama manusia (baik kawan ataupun lawan).

 

Maka bagi yang punya persiapan semacam tersebut di atas, di waktu pagi, bisa diharap menjadi orang salih yang beruntung”. (Demikian kata seorang Ahli hikmah).

 

Seorang bijak ditanya: “Ketika bangun dari tidur orang harus niat apa? Jawabnya: “Jangan tanya tentang bangunnya, perhatikan dulu bagaimana ia tidur, maka orang yang tidak tahu pasti bagaimana ia tidur, pasti tidak tahu pula bagaimana ia bangun. Katanya: “Sebelum tidur hendaknya seseorang menyelesaikan 4 perkara, yaitu:

 

  1. Jangan tidur selama di atas bumi ada musuh, hingga dihalalkan, sebab memungkinkan adanya tuntutan Tuhan jika mati.

 

  1. Selesaikan dulu semua kewajibannya terhadap Allah.

 

  1. Bertaubatlah kepada Allah atas dosa-dosanya, sebab ia dianggap terus berbuat dosa jika mati sebelum bertaubat.

 

  1. Berwasiatlah (secara tertulis), agar sewaktu dia mati (tengah tidur) dapat meninggalkan pesan (wasiat).

 

Tingkah pola manusia di waktu pagi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

  1. Kesibukan mencari harta, hal ini perlu diingat bahwa: “Ia mungkin makan melebihi rezekinya, sekalipun hartanya bertumpuk-tumpuk.
  2. Kesibukan berbuat dosa, sudah dapat dipastikan idupnya rendahterhina.
  3. Mencari jalan, maka baginya memperoleh dua (yakni),
  4. Rezeki,
  5. Jalan.

 

Yang dimaksud adalah jalan menuju keridaan Allah. Kata seorang bijak: “Orang yang pagi-pagi berperasaan aman dan takut, maka Allah memuliakannya dengan dua macam, yaitu:

 

  1. Diberi rasa gana’ah (terima apa adanya) terhadap pemberian Allah.
  2. Dapat menikmati lezatnya taat (beribadat) kepada Allah.

 

Yang dimaksud “aman dan takut” ialah:

  1. Aman, berarti hatinya merasa tenang (aman) dengan adanya jaminan rezeki dari Allah.
  2. Takut, artinya takut ketika belum bisa menyelesaikan kewajibannya terhadap Allah.

 

Malik Dinar ketika ditanya keadaannya di waktu pagi, ia menjawab: “Seperti layaknya orang pindah (dari suatu) tempat, ke tempat lain, padahal ia tidak tahu dengan pasti “Apakah pindah dari dunia ini ke surga ataukah ke neraka”.

 

Nabi Isa ketika ditanya, tentang keadaannya di waktu pagi, ia menjawab: “Aku tidak memiliki sesuatu (apa) yang kuharap, dan tidak mampu menolak sesuatu yang kutakutkan. dan aku bergantung pada amalku, sedang kebaikan bukan di tanganku, tiada miskin yang melebihi aku (miskinku).

 

Sedang jawaban Amir Oais (tentang pertanyaan tersebut di atas): “Di pagi ini aku banyak berdosa, padahal Allah telah melimpahkan nikmatNya padaku, oleh karena itu, tidak tahu pasti tentang ibadatku ini, apakah untuk menebus dosaku ataukah untuk mensyukuri nikmatnikmat pemberian Allah tersebut.

 

Ibnu Sirin bertanya kepada seseorang: “Bagaimana keadaanmu? Jawabnya: “Demikianiah keadaan orang yang berhutang 500 dirham, ditambah tanggungan keluarga (memberi nafkahnya). Kemudian Ibnu Sirrin masuk rumah dan mengambil uang 1000 dirham diserahkan kepada orang tersebut, seraya berkata: ” Ini 500 dirham untuk melunasi hutangmu, dan yang selebihnya buat nafkah keluargamu. Dan setelah itu, Ibnu Sirin tidak berani lagi menanyakan orang tentang keadaannya, khawatir jika diberitahu (tentang hutang) maka berkewajiban menolongnya.

 

Menurut Ibrahim Ad-ham: “Setiap pagi, manusia wajib bersyukur atas 4 perkara, yaitu:

 

  1. Membaca:

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang menyinari hatiku dengan cahaya petunjuknya, dan mengsolongkan aku orang-orang beriman, bukan yang tersesat”.

 

  1. Membaca:

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah, Yang menjadikan aku umat Muhammad ”.

 

  1. Membaca:

 

Artinya:

“Segala puji bugi Allah Yang tidak menjadi resekiku di tangan orang lain”.

 

  1. Membaca:

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah Yang tidak menjadikan resekiku di tangan orang lain”.

 

Jika orang berumur sampai 200 tahun, tapi tidak mengerti adanya 4 perkara (di bawah) ini, berarti terlalu tidak pantas baginya kecuali masuk neraka, yaitu:

 

  1. Mengenal Allah, maksudnya: “Mengakui bahwa tiada yang memberi dan menolak kecuali Allah.

 

  1. Mengenal Perbuatannya, yakni mengetahui bahwa Allah tidak menerima amal apapun, kecuali dibarengi dengan ikhlas karenaNya.

 

  1. Mengenal diri pribadinya, yakni harus mengetahui kelemahan dirinya, lalu menerima segala ketentuan dan keputusan Allah 46.

 

  1. Mengenal musuh Allah dan musuh diri pribadinya, yakni kejahatan yang harus dijauhkan dan dibekukan (dihentikan). (Demikianlah pernyataan Syaqiq Ibrahim).

 

Bagi Anak adam, setiap harinya diwajibkan 10 perkara yaitu:

 

  1. Zikir (kepada Allah) ketika bangun dari tidur, FirmanNya:

 

Artinya:

”Bertasbih dun bertahmidlah kepada Tuhanmu, ketika kamu bangun (dari tidur)”.

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sikirlah kepada Allah sebanyaknya, dan bertasbihlah setiap pagi dan petang”.

 

  1. Menutup aurat, FirmanNya:

 

Artinya:

“Hai anak Adam, pergunakan hiasanmu (setiap berangkat menuju) masjid”. Paling tidak hiasan itu “Menutup auratny2”.

 

  1. Menyempurnakan wudu, FirmanNya:

 

Artinya:

“Hai orung-orung yang beriman, ketika kamu bungun (akan melukukan) salat, basuhlah muku dan kedua tanganmu hingga siku-siku, dan usuplah kepalamu, serta basuhlah kakimu sumpai dua mata kuki”.

 

  1. Melakukan salat tepat waktunya, Firman Allah:

 

Artinya:

“Bahwasanya salat, bagi orang mukmin merupukan kewajiban tertentu dengan waktunya”.

 

  1. Berperasaan tenang atas jaminan Allah tentang rezeki, FirmanNya:

 

Artinya: “Tiada (suatu hewan) melata di atas bumi kecuali telah dijamin rezekinya oleh Allah”.

 

  1. Qana’ah atas rezeki pemberian Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

“Kami yang membagi di antara mereka tentang urusan reseki penghidupan mereka”.

 

  1. Berserah diri kepada Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

“Kepada Allah-lah kamu harus tawukkal jika kamu memang benar-benar beriman (mukmin)”.

 

  1. Sabar atas takdir dan hukum Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

“Sabarlah menerima hukum Tuhanmu”.

 

  1. Mensyukuri nikmat, FirmanNya:

 

Artinya:

“Bersyukurlah atas nikmat Allah, jika kamu benar-benar beribadat kepadaNya”.

 

  1. Di antaranya nikmat kesehatan badan, dan nikmat terbesar yaitu: “Iman dan Islam”. Nikmat lainnya tidak terhingga banyaknya, FirmanNya:

 

Artinya:

” Jika kamu akan menghitung nikmat Allah, pasti tidak akan mampu”.

 

  1. Makan yang halal, FirmanNya:

 

Artinya: “Makanlah yang halal dari rezeki yang Kuberikan padamu”

 

WALLAAHU ALAM

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Atha-k, katanya: “Kami (Ibnu Umar dan Ubaid dan aku) masuk ke rumah Siti ‘Aisyah, sesudah mengucap salam, ditanya: “Siapakah kalian? Jawab kami: “Ibnu Umar dan Ubaid Umair, lalu katanya: “Kenapa kalian langka ziarah kemari? Jawab Ubaid: “Karena tuntunan,

 

Artinya: ”Ziarahlah jarang-jarang, agar bertambah cinta”.

 

Lalu Ibnu Umar berkata: “Kami hentikan kelakar ini, dan ceriterakan tentang amalan Rasulullah yang sangat berkesan? Jawabnya: “Sebetulnya, semua amalan beliau $£ itu berkesan, tapi ada yang paling berkesan yaitu: “Pada suatu malam beliau masuk ke tempat tidur dan merapatkan badannya dengan badanku, lalu bersabda: “Hai ‘Aisyah, kau mengizinkan aku beribadat kepada Tuhanku? Aisyah menjawab: Sungguh saya sangat senang berdekatan dengan Baginda, tetapi saya tidak bisa menolak kesenangan Baginda. Kemudian beliau bangun ke tempat wudu, tegak sambil menangis hingga air matanya membasahi pangkaannya, setelah selesai salat berbaring miring ke kanan, meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanannya, hingga air matanya membasahi tanah. Sesudah azan Subuh Bilal datang, beliau  tengah menangis, ditanya: “Kenapa ya Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni segala dosamu (terdahulu ataupun mendatang)? Jawabnya: “Tidakkah aku wajib bersyukur dan kenapa tidak menangis, padahal semalam telah diturunkan kepadaku, ayat sebagai berikut:

 

Artinya:

”Bahwasanya dalam kejadian langit-bumi, dun berguntinya malam dengan siang itu suatu bukti Kebesaran dun Kekuasaan Allah bagi manusia yang berpikir (yakni) mereka yang selalu mengingatNya, baik ketika tegak berdiri, duduk, atau berbaring dan selalu memperhatikan kejadian langit-bumi, hingga berdoa, “Hai Tuhan, Engkau tiduk menciptakannya dengun sia-sia, Muha Suci Engkau ya Tuhan, selamatkanlah kami dari siksa neraka”. (Ali Imran 190-191).

 

Kemudian beliau bersabda:

 

Artinya:

”Celaka atau rugilah orang yang membaca ayat ini, tetapi tidak memikirkannya”.

 

Diterangkan bahwa: “Orang yang melihat bintang-bintang dan memikirkan Kebesaran Tuhan selaku Penciptanya, lalu membaca:

 

Artinya:

”YaTuhan, Engkau tiduk sia-sia menjadikan semua itu, Maha Suci Engkau, maka jauhkanluh kami duri siksa neraka”.

 

Maka baginya diberi pahala sebanyak bintang di langit.

 

Amir Qays berkata: “Yang paling senang di akhirat, yaitu: “Orang yang paling lama menderita kesusahan di dunia. Dan yang paling banyak tertawa di akhirat yaitu: “Orang yang banyak menangisnya (di dunia) karena takut Allah. Dan yang paling ikhlas imannya di hari Kiamat, yaitu: “Orang yang sering memikirkan kejadian dunia ini.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Darda-k, Rasulullah  bersabda: “Di antara manusia ada yang menjadi pembuka kebaikan (pemberantas kejahatan), dan dengan itu mereka memperoleh pahala. Sebaliknya di antara. manusia, ada yang menjadi perintis kejahatan (penghalang kebaikan), bagi mereka sangat besar tanggungan dosanya. Maka sangat beruntung orang yang dijadikan ” Perintis kebaikan (pembasmi kemungkaran), dan berpikir sesaat bagiku lebih baik daripada bangun semalam suntuk”.

 

A’masy dari Amr Murrah, katanya: ”Nabi  melewati suatu kaum tengah bertafakkur, lalu beliau bersabda:

 

Artinya:

”Berpikirlah tentang mukhluk, jangun memikirkan Zat Mluh, pasti kalian binasa”.

 

Hisyam Urwah dari ayahnya, Rasulullah  bersabda: “Ketika setansetan menggoda kamu, ia bertanya: “Siapa yang menciptakan langit? Jawabnya: Allah, Lalu: “Yang menjadikan bumi? Dijawab: ”Allah, Kemudian ”Yang menciptakan Allah? Maka ketika merasa demikian, segeralah berkata: “Aku beriman kepada Allah dan RasulullahNya”.

 

Rasulullah  bersabda:

 

Artinya:

”Tufakkur sesaat adalah lebih utama daripada ibadat setahun”. (Al Hadis)

 

AJ Faqih menjelaskan: “Jika seseorang menghendaki keutamaan tafakkur, maka berpikirlah 5 perkara, yaitu,

 

  1. Memikirkan bukti (tanda) Kekuasaan Allah
  2. Memikirkan nikmat pemberianNya.
  3. Memikirkan pahala yang Dia janjikan.
  4. Memikirkan hukuman atau siksaNya.
  5. Memikirkan hal-hal yang diridai dan dimarahi oleh Allah.

 

  1. Yang dimaksud bukti KekuasaanNya, yaitu: “Kekuasaan Allah dalam menciptakan langit-bumi, terbit-terbenamnya matahari, pergantian siang dan malam, dan kejadian manusia itu sendiri. Sebagaimana FirmanNya:

 

Artinya:

”Di bumi (ada) bukti-bukti Kebesaran Kekuasaan Allah bagi yang mevakinkan dan juga dalum dirimu, apakah kamu tidak memperhatikan?”. (Dzurriyat 20-21)

 

Maka dengan memikirkan bukti-bukti tersebut orang semakin bertambah maarifat dan meyakinkanNya.

 

  1. Yang dimaksud nikmat pemberianNya, yaitu: Nikmat lahiriyah dan batiniyah, seperti tangan, kaki dan gerakannya, kecantikan atau ketampanan muka, mulut dan lain-lain. Maka dengan memikirkan nikmat-nikmat tersebut seseorang menjadi (timbul) berperasaan cinta kepada Allah .

 

  1. Yang dimaksud pahala, yaitu: Yang dijanjikan bagi para wali atau kekasihNya, dengan memikirkan seperti ini, mendorong seseorang tekun, rajin dan tangkas melakukan ibadat atau taat kepadaNya.

 

  1. Yang dimaksud hukuman atau siksaNya, yaitu: “Yang telah diancamkan (diperingatkan) pada orang-orang kafir, maka dengan demikian, timbul rasa takut, dan ringan menjauhi segals laranganNya.

 

  1. Yang dimaksud dengan hal-hal yang diridai atau dimarahi olehNya, yaitu:” Ketika dosa-dosanya ditutupi oleh Allah, tidak keburu disiksa, malahan diseru agar bertaubat, maka dengan memikir pada yang demikian ini, timbul rasa malu kepadaNya.

 

Dan jika seseorang (manusia) memikirkan 5 perkara tersebut di atas, maka termasuk manusia-manusia yang disebut dalam hadis Nabi : “Berpikir sesaat, adalah lebih utama daripada ibadat setahun”. Dan perlu diingat: “Jangan memikirkan selain 5 perkara tersebut di atas, karena memikirkan lain-lain, hanya berupa was-was belaka (dari setan).

 

Nasihat seorang bijak (Ahli Hikmah), pikiran jangan dipakai memikirkan 2 perkara, yaitu:

 

  1. Kemiskinan, akibatnya menjadi kacau (sedih) dan membangkitkan kerakusan harta.

 

  1. Perbuatan si penganiaya (pada dirimu), akibatnya hati menjadi keras penuh dengki untuk tinggal di dunia, dan menyenangkan kamu dalam mengumpulkan harta dunia, amalnya ditunda-tunda, sampai melupakan akhirat.

 

Pokok wira’i yaitu: “Memelihara perasaan hati dari memikirkan halhal yang bukan urusan atau kepentingannya sendiri (tidak mencampuri urusan lain). Maka jika akan menyimpang pada yang demikian itu, segera dibelokkan pada urusannya sendiri, hal ini disebut jihad yang utama, dan orang yang tidak mampu melakukan hal seperti ini (di luar salat), maka di dalam salatpun ia tidak mampu mengendalikan perasaannya. (setengah tuntunan Ulama).

 

Menurut seorang bijak: “Sempurnanya ibadat itu berada di dalam kesungguhan niat, sedangkan kebaikkan amal itu di dalam tawadlu’, dan keduanya disempurnakan dalam zuhud, lalu kesempurnaan semua itu dengan prihatin tentang akhirat, akhirat disempurnakan dengan banyak memikirkan dosa-dosa terdahulu.

 

Ada 10 akhlak para wali Abdal, yaitu:

  1. Berhati bersih
  2. Pemurah (loman) dengan harta (uang).
  3. Berkata benar (lisannya tidak pernah dusta).
  4. Sabar dalam menghadapi hidup (penderitaan).
  5. Tawadlu’ (merendahkan diri).
  6. Menangis ketika sunyi (sendirian).
  7. Memberi nasihat kepada semua makhluk.
  8. Kasih-sayang terhadap sesama mukmin.
  9. Memikirkan perubahan (kerusakan) dunia.
  10. Tanggap dan cepat dalam mengambil ibarat dari suatu kejadian (setiap peristiwa).

 

Kata Mak-khul: “Setiap menjelang tidur hendaklah memikirkan perbuatan yang dilakukan di hari itu, jika banyak kebaikannya, maka bersyukurlah dengan mengucap: “ALHAMDULILLAAH”, dan jika banyak laku dosanya, hendaklah istighfar dengan segera. Karena jika tidak, maka tidak bedanya dengan seorang pedagang yang tidak tahu pasti tentang pengeluaran dan pemasukan, akhirnya bangkrut tidak terasa.

 

Menurut ajaran seorang bijak: “Hikmah dapat ditimbulkan dari 4 perkara, yaitu:

 

  1. Jasmani yang bebas dari kesibukan urusan duniawi.
  2. Perut yang lapar (kosong dari makanan).
  3. “Tangan kosong (miskin) dari harta dunia.
  4. Memikirkan (bahaya) akibat harta dunia (yakni) bagaimana kelak nasibnya, karena tidak tahu pasti: “Diterima atau tidak amalnya”. Dan Allah menetapkan, tidak menerima kecuali yang baik, dari jasmani yang baik, dan harta baik (halal).

 

Kata Al Faqih: “Para Ulama hadis meriwayatkan dari Khalid Madan, katanya: “Hai Mu’adz, ceritakanlah suatu hadis Rasulullah yang sangat berkesan bagimu, Lalu ia menangis, dikira tidak akan diam, tetapi tak lama kemudian diam dan katanya: “Ketika aku berkendaraan bersama beliau Nabi , lalu beliau menengadah ke langit seraya bersabda:

 

Artinya:

“Segala puji bagi Allah Yang memutuskan dun menentukan keadaan makhluk seperti yang Dia Kehendaki”.

 

Selanjutnya beliau memanggil:” Hai Mu’adz, aku akan menyampaikan suatu hadis yang belum pernah disampaikan oleh seorang Nabipun kepada umatnya. Jika kau selalu mengingatnya pasti sangat bermanfaat, tetapi jika tidak, maka putuslah hujjahmu kelak di hari Kiamat (di sisi Allah), lalu sabdanya: Sebelum bumi-langit diciptakan, Allah telah mencipta 7 malaikat untuk setiap langit, dan setiap pintu. Mereka bertugas menulis amal mulai pagi sampai sore, lalu (amal tersebut) dinaikkan ke langit nampak bersinar bagai matahari hingga ke langit dunia, (amal itu) diperkirakan cukup baik dan banyak, lalu malaikat berkata: “Berhenti dan lemparkan pada orang (pelaku)nya, katakan padanya: “Semoga engkau tidak diampunkan (aku petugas bagian gunjingan), ia selalu menggunjing orang Islam, dari itu aku melarangnya lewat di tempat ini.

 

Di bagian Lain, malaikat Hafadhah menaikkan amal seorang hamba bersinar terang sampai ke langit kedua, lalu malaikat berkata: “Berhenti dan kembalikan pada pelakunya, katakan padanya: ” Allah tidak mengampuninya, amalnya semata demi kemewahan dunia, (aku adalah petugasnya), tidak akan membiarkan amal tersebut melewatiku. Di bagian lain, malaikat menaikkan amal seorang hamba yang berhias sedekah salat, Hafadhah tertegun kagum melihatnya, setelah sampai langit ketiga, petugasnya berkata: “Berhenti dan kembalikan pada pelakunya, dan katakan padanya: ” Allah tidak mengampuninya, (aku adalah petugasnya). setiap amal yang disertai kesombongan, tidak boleh melewatiku. Di bagian lain, Hafadhah menaikkan amal berkilauan seperti bintang, karena tasbih dan puasanya, hingga langit keempat, lalu petugasnya berkata: “Berhenti dan kembalikan pada pelakunya, katakan padanya:” Allah tidak mengampuninya (aku adalah petugasnya), setiap amal yang disertai ujub, tidak akan dibiarkan melewatiku. Lalu dikembalikan pada pelakunya dibarengi kutukan selama 3 hari.

 

Di bagian lain, Hafadhah menaikkan amal yang dikarak (diiring) seperti penganten, hingga langit kelima, berupa jihad dan salat, tetapi petugasnya berkata: “Berhenti dan kembalikan, lalu dipikulkan pada bahunya, itulah akibat orang menghasud para santri atau pelajar yang beramal karena Allah, lalu dilaknat selama hidupnya.

 

Di bagian lain, Hafadhah menaikkan amal yang sempurna wudusalatnya, sampai langit keenam, lalu petugasnya berkata: “Berhenti dan kembalikan pada pelakunya (aku adalah petugas rahmat, ia tidak punya rasa kasih-sayang kepada siapapun, bahkan mengejek orang yang terjerumus dalam dosa, dan setiap amal yang pelakunya tidak punya rasa rahmat, tidak boleh melewatiku. Di bagian lain, Hafadhah menaikkan amal yang diliputi dengan jujur, tekun dan wira’i bersinar seperti kilat, hingga langit ketujuh, lalu petugasnya berkata: “Berhenti dan kembalikan, serta tutup hatinya, aku adalah petugas bagian hijab menutup jalan tiga amal yang bukan karena Allah, karena ia hanya menginginkan popularitas dan pangkat atau kedudukan di daerah atau kota-kota, dan Tuhan menugaskan aku agar tidak melepaskan amal itu melewatiku.

 

Kemudian di bagian lain, Hafadhah menaikkan amal seorang hamba yang berhias dengan akhlak dan diam serta zikir yang sangat banyak, para malaikat mengantarkan hingga ke bawah ‘Arasy, lalu mereka bersaksi atas semua amal tersebut. Kemudian Allah berfirman: ”Kalian hanya menulis amal hambaKu, dan Akulah yang menyelidiki (tahu pasti tentang) hatinya, ia beramal bukan mencari keridaanKu, dia beramal justru untuk selain Aku, maka laknatKu kepadanya, para malaikat berkata: ”Sepantasnya ia dilaknat dan kamipun melaknatinya, dan disusul oleh seluruh warga (penghuni) langit: “Ta dilaknati oleh Allah dan laknatnya tujuh lapisan langit-bumi serta laknat kami.

 

Akhirnya Mw’adz menangis dan bertanya: “YaRasulullah, bagai mana caraku melakukan (beramal)? Jawab beliau ; Mu’azd ikutilah sunah (perjalanan) nabimu, dan teguhkan keyakinanmu, sekalipun amalmu kurang (sempurna), hentikan lisanmu menggunjing saudaramu, ingatlah selalu akan dosa-dosamu, jangan kau pikulkan pada lain orang (yakni) jika kau yang bersalah jangan lemparkan (tuduhan) terhadap orang lain, dan sekali-kali jangan kau bangga-banggakan diri pribadimu dengan menjerumuskan (memburuk-burukkan) orang lain, dan jangan menyombongkan diri dengan menghina saudara (sesama muslim), dan jangan beramal karena riya (agar dipuji atau disanjung-sanjung) orang”.

 

WALLAAHHUL MUWAAFIQ

WALLAAHU ALAM

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hudzaifah, katanya: “Ada orang bertanya kepada beliau  katanya: “Ya Rasulullah, kapan terjadinya hari Kiamat? Jawabnya: “Yang ditanya belum tentu melebihi (tahunya, daripada) yang bertanya, tetapi ada tanda-tandanya, yaitu: “Banyaknya pasar (hingga masing-masing pasar itu sepi), banyak hujan jarang buah-buahan (tumbuhan), meratanya harta riba, dan banyaknya anak zina, orang kaya dipuja-puja (sangat dimuliakan). Suara orang fasik bebas di masjid, yang benar (hak) selalu dikalahkan oleh yang  batil (mungkar), Lalu ia bertanya: “Wasiat apakah darimu kepadaku, ya ” Rasulullah? Jawabnya: “Larilah, demi keselamatanmu (agamamu), atau jadilah seperti tikar tua di rumahmu”. Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Isa Ashfahanyi katanya: “Sewaktu beliau  ditanya: Ya Rasulullah, kapan terjadinya Kiamat? Jawabnya: “Orang yang ditanya (tentang itu) tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya, tetapi tanda-tandanya ada 10 perkara, yaitu:

  1. Mayoritas tidak jujur di kalangan masyarakat.
  2. Para penjahat dan pelacur terang-terangan dalam operasinya (mencari sasaran mangsanya).
  3. Orang yang jujur dipojokkan (kejujuran dianggap sarang penyakit yang membahayakan mereka).
  4. Salat dipamerkan (dibuat bangga-banggaan).
  5. Zakat disenipakan dengan pajak (sehingga lenyaplah hikmah faedah dan tujuannya).
  6. Titipan orang (amanat) dijadikan suatu keuntungan pribadi yang dihalalkan baginya.
  7. Para pembaca Alquran (Qurra) berlagak sombong, meletakkan tarif (harga) bacaannya, padahal tidak tahu pasti tentang dirinya (sesuai atau tidaknya dengan ajaran yang dikandungnya).
  8. Tapuk pimpinan (penguasa) di tangan para pemuda,
  9. Sedangkan penguasa penuh (kekuasaan) berada di tangan wanita (yang bergelimangan maksiat, menuruti nafsu syahwatnya tanpa rida Allah).
  10. Musyawarah (anggotanya) dikebiri, karena kebanyakan dari para budak-budak wanita (yang cukup dengan kepentingan pribadikeluarganya).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Zar’ah dari Amr, katanya: “Tiga orang duduk mendengarkan Marwan tengah membicarakan tanda-tanda Kiamat, katanya: “Yang pertama yaitu: “Keluarnya Dajjal, lalu mereka bertiga bertanya kepada Ibnu Umar, katanya:” Yang kudengar dari Rasulullah  adalah sebagai berikut:

 

Terbitnya matahari dari barat, atau munculnya hewan ”Dabbah” berturut-turut (beruntun).

 

Sabda beliau : Hal itu, matahari setiap terbenam sujud di bawah ‘Arasy, lalu mohon izin terbit, tetapi tidak diluluskan permohonannya, sampai diseru untuk terbit dari barat, ia sujud di bawah ‘Arasy dan mengajukan lagi permohonan (izin) terbit sampai berulang-ulang, tetap tidak diizinkan, hingga terasa baginya: “Seandainya diperkenankan terbit, tidak mungkin sampai ke tempat terbitnya, ia berkata: “Ya Tuhan, kenapa aku dijauhkan dari manusia? Dan di malamnya ia kembali mengajukan permohonan terbit, lalu diseru:” Terbitlah dari tempatmu!

 

Artinya:

“Di saat setengah bukti Kekuasaan Tuhan tiba (telah jelas) maka tiada guna lagi “iman baru, kalau tidak beriman sejak dahulu (sebelum datangnya tanda tersebut), atau telah berbuat kebaikan dulum imannya yang terdahulu. Serukan: “Tunggulah, kami Menunggu bersama kalian”. (An’am 158).

 

Dari Ubaid Umair, Nabi  bersabda: “Kelak orang-orang akan berkata: “Kami tahu pasti bahwa: ”Dajjal itu pendusta, tetapi terpaksa berkata dengannya, tujuannya agar memperoleh makan dan memelihara ternak dari pepohonan, maka ketika kemarahan (murka) Allah turun, meratalah kepada mereka semua”.

 

Dari Hasan dari Samurah Jundub, Nabi  bersabda: Dajjal akan keluar, mata kanannya buta, tapi ia bisa menyembuhkan orang buta, dan penyakit belang, serta menghidupkan orang mati, ia berkata kepada manusia banyak:” Aku adalah Tuhanmu”, maka Barangsiapa mengakuinya berarti telah tertipu, dan sebaliknya orang yang tetap, berkata: “Tuhanku adalah Allah, hingga aku mati, berarti selamat dari tipuannya. Setelah tinggal di bumi (beberapa saat), maka datanglah Nabi Isa putra Maryam (dari arah barat) membenarkan Islam (syari’at) Muhammad  dan membunuh Dajjal, pada saat itulah datangnya hari Kiamat.

 

Dari Ibnu Umar, katanya: “Hari Kiamat tidak akan tiba, hingga satu keluarga berkumpul di (suatu tempat) hidangan makan, di antara mereka saling mengetahui, mana mukmin dan mana kafir. Ketika ditanya: “Kenapa itu? Jawabnya: ” Dabbah bumi akan muncul dan mengusap setiap manusia (di tempatnya), usapan kepada orang mukmin berupa titik putih di mukanya, dan merata, sedang orang kafir berupa usapan titik hitam dan merata ke mukanya (menjadi hitam seluruh mukanya). Sehingga mereka (ketika jual-beli di pasar) berkata: Kenapa jual seperti ini hai mukmin? Atau sebaliknya: “Kenapa kau ambil itu hai kafir? Di antara mereka tidak saling menegur (yakni tiada penyesalan di katakan seperti itu)”.

 

Ibnu Umar menyebutkan bahwa: ”Dabbah adalah hewan berbulu, bersayap dan berkaki empat, mereka keluar dari suatu lembah Tuhama”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: ”Tidak akan tiba hari Kiamat, hingga matahari terbit dari barat, saat itu, semua masyarakat dunia menyatakan beriman, tetapi tidak berguna imannya (jika sebelumnya tidak beriman), atau beramal baik dalam imannya (yakni setelah itu baru akan beramal baik, maka tiada guna baginya). (Al Hadis)

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Ketika ketentuan Allah telah datang atas mereka, maka Kami keluarkan hewan ”Dabbah” dari bumi, yang mengatakan kepada mereka, buhwa: “Manusia tidak lagi meyakini ayat-ayat Kami”. (Naml 82)

 

Menurut Ibnu Umar: “Yaitu mereka yang tidak lagi melaksanakan kewajiban” Amar ma’ruf, nahi munkar”.

 

Dari Ibnu Abi Aufa, Nabi  bersabda: “Akan terjadi (menimpa kalian), semalam sama dengan tiga malam, setelah ahli tahajud mengetahui secara pasti, maka seorang membaca wiridnya lalu tidur (hal itu berulangulang hingga 3x), baru kemudian masyarakat umum merasakan hal yang aneh, mereka ribut saling menanyakan di antara mereka: ”Ada apa ini? Lalu mereka berduyun-duyun (akan bertaubat) menuju ke Masjid, tetapi tahu-tahu matahari terbit dari barat, dan ketika persis di tengah-tengah langit, ia kembali dan terbit dari timur. Itulah yang dimaksud dengan Firman Allah:

 

Artinya:

”Di saat setengah bukti Kekeuasaan Tuhan tiba (telah jelas maka tiada guna lagi “Iman yang baru”, kalau tidak beriman sejuk dahulu (sebelum datangnya bukti atau tunda tersebut) atau telah berbuat kebuikan dalam imannya yang terdahulu, serukan: “Tunggulah, Kami juga menunggu bersamu kalian”. (An’am 158)

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: ”Para Nabi itu saudara seayah, dan ibunya berbeda, agama mereka satu, sedangkan yang terdekat dengan Nabi Isa putra Maryam, akulah orangnya, di antara dia denganku tidak ada pemisah (tidak diselahi) seorang nabipun, dan ia akan menjadi khalifah bagi umatku, kedatangannya (di bumi) akan memusnahkan babi, membanting salib (menghancurkannya), memberantas cukai, dan mendamaikan masyarakat dunia (menghentikan peperangan dengan segala persenjataannya), setelah itu dunia merasakan damai, keadilan benar-benar ditegakkan kembali sesudah dikibuli penganiayaan, sampaisampai: “Singa hidup rukun (aman) dengan onta, macan dengan sapi (lembu), serigala dengan domba, dan anak kecil merasa aman dari ular (bermain bersamanya)”.

 

Kata Ibnu Umar: Nabi Isa putra Maryam akan turun ke bumi, siap perang menghadapi Dajjal dan pasukannya ( Yahudi), saat berkecamuknya perang di antara mereka, Dajjal melihatnya (Nabi Isa) mencair seperti cairan lemak (gajih), akhirnya dengan demikian Dajjal tewas dalam peperangan melawan Nabi Isa dan pasukan Dajjal (orang-orang Yahudi) hancur berantakan, tunggang langgang melarikan diri, berlindung (bersembunyi) di balik batu-batuan, tetapi batu-batupun tidak rela dibuat perlindungan, akhirnya melaporkannya kepada pasukan muslim, katanya: ” Hai tentara muslim, di balik punggungku bersembunyi pasukan terkutuk (Yahudi), mampuskan mereka”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi 5 bersabda: “Setiap hari (makhluk yang namanya) Ya’juj-Majjuj terus menggerogoti benteng pertahanan (menggali bendungan). Benteng tersebut adalah dibangun oleh raja Dzulgarnain (baca surat Kahfi). Usaha mereka dalam menggerogoti benteng tersebut sampai hampir berhasil (menembus) cahaya sinar matahari, tetapi setiap sampai di situ tokoh-pimpinannya berkata: “Sudahlah kalian pulang, istirahat dulu, besok pagi diteruskan lagi, (di saat mereka istirahat), benteng itu dipugar kembali oleh Allah, utuh seperti aslinya sebelum digali (digerogoti). Keesokan harinya mereka melihatnya benteng telah pulih utuh sebagaimana aslinya, lalu berjuang lagi (menggerogotinya) sampai hampir berhasil (menembus) cahaya sinar matahari, tetapi setiap itu pula pimpinan menyerukan istirahat untuk diteruskan besok paginya, dan setiap itu pula Allah mengembalikan sebagaimana asalnya. Hal seperti itu dilakukan berulang-ulang, hingga pada saat yang telah ditentukan (oleh Allah), mereka keluar dari benteng tersebut mulailah mereka beroperasi menyerbu sasaran mangsanya, setiap tempat yang mereka lewati pasti airnya habis (mengering), karena haus dan besar juAllahnya. Masyarakat dunia (para umat manusia) saling mencari tempat perlindungan yang aman, karena takut kepada mereka (Ya’juj-Ma’juj). Karena Allah Pemurah dan Penyayang, akhirnya mereka dimusnahkan dengan wabah penyakit yang menyerang leher mereka sampai binasa (dan habislah riwayatnya).

 

Kata Abu Sa’id: “Akan tetap rerlaksana para jamaah menunaikan ibadat Haji ke Baitullah dan pepohonan akan ditanam (kembali) sesudah mereka (Ya’juj-Majjuj) binasa dari permukaan (bumi). Sedangkan kebinasaan mereka adalah sesudah menurunkan turunan lebih dari 1000 ekor, dari uslubnya (turunan).

 

Dari Hasan Bashry, Nabi  bersabda: “Bahwasanya menjelang dekatnya hari Kiamat, fitnah terjadi di mana-mana seperti padatnya gelap malam, kebanyakan orang hatinya mati seperti mayat, sewaktu pagi masih beriman (mukmin), tahu-tahu di sore harinya berubah murtad (menjadi kafir secara mendadak), sewaktu sore masih beriman, tahutahu di pagi hari menyatakan kekafirannya. Berbagai hal yang menjadi faktor penyebabnya, namun kebanyakan mereka kafir, akibat pengaruh harta kekayaan (mereka menukar agamanya dengan harta yang sangat sedikit)”.

 

Dari Abu Hurairah, Nabi  bersabda: ”Cepatlah beramal kebaikan, sebelum ditimpa 6 musibah, yaitu:

 

  1. Diterbitkannya matahari dari barat (karena pada waktu itu, iman dan amal yang baru tidak diterima).
  2. Diturunkannya Dajjal (karena di saat itu sangat berat mempertahankan iman, akibat pengaruhnya).
  3. Digelapkan dengan asap atau dukhan, sepenuh permukaan bumi
  4. Turunnya hewan (Dabbah) bumi.
  5. Dicabutnya nyawa (mati perseorangan) oleh Izrail.
  6. Atau dibunuh secara serempak (kolektif) dengan tiupan sengkakala Israfil di hari Kiamat.

 

Dari Abdullah Sabath, Nabi  bersabda: Sungguh gempa bumi akan melanda kalian (hai masyarakat dunia), dan suasana dunia (keadaannya) menjadi berubah secara total, wabah kolera menyerang ganas. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, mereka kebanyakan masih beriman (mengakui bahwa: “Tiada Tuhan yang lain, kecuali Allah)? Jawabnya: “Benar, mereka masih beriman. Tetapi di kalangan masyarakat secara nyata membudayakan 4 perkara, yaitu:

 

  1. Perzinahan (pelacuran) kaum wanita.
  2. Kesenian dengan alat musik, band, nyanyian dan lain-lain.
  3. Penyelenggaraan minum arak atau khamr, baik dalam jamuan pesta, resepsi dan lain-lain.
  4. Pemakaian kain sutra (bagi kaum pria).

 

Tafsiran ayat (di bawah) ini, menurut Ubay Ka’ab, ialah: “Empat macam azab Allah, kepada masyarakat dunia, yang secara pasti dirasakan (terjadi), yakni dua di antaranya telah ditimpakan (dirasakan) deritanya oleh masyarakat yang hidup sepeninggal Rasulullah 25 tahun (sesudah beliau) wafat. Ketika itu manusia terbagi menjadi dua golongan yang berselisih, dan bertempur, masing-masing melampiaskan (menuruti) hawa nafsunya. Dan yang dua lagi, juga pasti terjadi, yaitu: “Adanya gempa bumi yang melanda di berbagai negara dunia, atau bumi longsor, dan lain-lain yang sejenis dengannya.

 

Inilah ayatnya:

 

Artinya:

”Tegaskan kepada mereka, bahwa: “Dia (Allah) Kuasa (sunggup) menurunkan siksa kepada kalian (hai masyarakat dunia). baik dari atas atau dari bawah kuki kalian, atau merubah kerentraman kalian, menjadi bermusuhan, sating mencurigai di antara golongan satu dengan lainnya, yang akhirnya mereka saling menverang setenguhnya”. (An’am 65).

 

Dijelaskan (dalam suatu riwayat), bahwa ketika ayat tersebut diturunkan, lalu beliau  berdoa sampai dimaafkan (dihapus) azab yang dua macam (yakni) kebinasaan dan kehancuran dari alam secara total, sedangkan yang tinggal dua (yakni) perselisihan dan adu kekuatan (perlombaan senjata)”.

 

A’masy dari Abu Dhuhaa dari Masruq, ia mendengar pengajian (keterangan) di masjid tentang Kiamat, katanya: ”Ketika itu, turunlah asap dari langit, lalu masuk telinga dan mata orang munafik, sedangkan orang mukmin, merasakannya hanya seperti influenza (pilek) saja.

 

Selanjutnya Masruq menyampaikan keterangan tersebut kepada Ibnu Mas’ud. Jawabnya: “Orang pandai ketika ditanya, boleh menjawab dengan ilmunya, tetapi jika tidak, maka jawablah dengan: ”Allah lebih Mengetahui”. FirmanNya:

 

Artinya:

 

”Kataukunluh (Muhammad): ”Aku tiduk mengharap imbalan kalian duri materi pelajaran ini, dun pula Aku bukan golongan pemuksa”. (Shad 86)

 

Yaitu ketika masyarakat Quraisy mendustakannya, Rasulullah  berdoa:

 

Artinya:

“Ya Allah Reraskan tekananMu atas mereka, ya Alath tolonglah aku, tundukkan mereka dengun paceklik (laip) 7 tahun, seperti yang melanda masyarukat (Saman) Nabi Yusuf”.

 

Akhirnya doa beliau dikabulkan, sampai mereka terpaksa makan tulang-tulang dan bangkai, akibat kelaparan, dan mereka memandang awan seperti asap (di antara langit-bumi), akibat penderitaan yang mereka rasakan, itulah yang dimaksud Firman Allah,

 

Artinya:

“Tunggulah saat (di hari) langit mengepulkan asap secara nvuta (turun ke permukaan bumi)”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Umar, katanya: “Umar menulis perintah (surat) kepada Saad Abu Wagash di Oadisiyah, agar Nadl-lah Mu’awiyah ditugaskan (dengan pasukannya) di Hulwan. Maka dengan 300 pasukan, Hulwan bertekuk lutut kepada kaum Muslimin. Dan ketika pasukan itu sampai di tepi gunung, Nadllah mengumandangkan suara azan, untuk salat. Seruan pertama: ALLAAHU AKBAR (2x), terdengarlah jawaban (suara) dari balik gunung tersebut: “Engkau telah mengagungkan Yang Besar, hai Nadllah. Dan seruan: “ASY-HADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, dijawab: “Itulah kalimat ikhlas ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH”, dijawab: “Dia (Muhammad) yang beritanya telah disampaikan Nabi Isa, bagi kami. Dan seruan: HAYYA ‘ALASHSHALAAH” dijawab: “Sangat beruntung bagi pelakunya. Dan seruan: HAYYA ‘ALAL FALAAH dijawab: “Sangat untung pula bagi yang menghormat Nabi Muhammad  dan itulah merupakan jaminan kekal umatnya. Dan seruan: ALLAAHU AKBAR (2x), LAAILAAHAA ILLAALLAAH”. dijawab: Sungguh ikhlas kalian (hai Nadl-lah), maka Allah melarang ragamu dari api neraka.

 

Selesai azan Nadl-lah bertanya: “Siapakah kamu, yang telah kudengar suaranya, apakah dari bangsa malaikat, jin ataukah manusia, segeralah menampakkan diri. Tidak lama kemudian datanglah seorang tua berambut dan berjenggot putih, pakaiannya shuf katanya (sesudah uluk salam): ”Aku Zarnab bin Bar’ala pembantu Nabi Isa yang ditugaskan di gunung ini, dan akulah yang didoakan Isa panjang umur hingga dia turun lagi ke bumi. Dan sampaikanlah salamku kepada Umar, katakan kepadanya: “Bersikap sedanglah kamu, mudahkanlah segala urusan, karena Kiamat telah dekat, dan jika ada sesuatu yang menimpa mereka (umat Muhammad), cepatlah lari, pria jangan bercampur bebas dengan wanita, selain istrinya. Pada saat itu (dekatnya Kiamat): Tiada rasa kasih sayang orang tua kepada yang muda, dan sebaliknya yang muda tidak menghormat yang tua, mereka umumnya enggan amar maruf nahi mungkar, mencari ilmu (sekolah) pada umumnya semata tujuannya untuk mencari kerja (menghimpun harta), pangkat dan kedudukan, serta melampiaskan nafsu syahwatnya kepada wanita (tanpa rida Allah), mereka tidak lagi berakhlak mulia (bejat moralnya), mereka berlomba membangun gedung rumahnya, mereka sangat mengecilkan agama, bahkan agama ditukar dengan harta dunia, pertumpahan darah (berperang) dianggap hal yang wajar (biasa), hubungan persaudaraan mudah diputuskan, tempattempat ibadat (Masjid, mushalla) dibangun seindahnya, tetapi moral mereka diterlantarkan bejat, terlihat nyata dengan suap-menyuap dalam hukum (pengadilan), harta riba membudaya di kalangan masyarakat, yang kaya dimuliakan, dan yang miskin dihina, kaum ibu (wanita) banyak yang berkendaraan sendiri. Lalu ia pergi meninggalkan kami. Dan setelah peristiwa ini, Sa’ad Wagash pergi dengan pasukannya sejuAllah 4000 – tentara, ke gunung itu (menetap) selama 40 hari menyelenggarakan azan dan salat, tetapi tidak terdengar jawabannya.

 

WALLAAHUL MUWAAFIQ

WALLAAHU ALAM

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Harits A’war dari Abu Dzar, katanya: “Aku masuk masjid, beliau  tengah duduk menyendiri, kataku: “Beliau tiada duduk menyendiri kecuali tengah menunggu turunnya wahyu atau punya hajat, tiba-tiba beliau memanggilku, lalu aku mendekat seraya bertanya: “Ya Rasulullah, apakah hikmah yang dikandung dalam seruan berwudu? Jawabnya: ”Hikmahnya yaitu:

 

  1. Salat tidak sah tanpa berwudu sebelumnya.
  2. Wudu adalah sebagai penebus dosa-dosa terdahulu.

 

Lalu apa yang dikandung dalam seruan salat, jawabnya: Salat adalah amalan yang sangat utama, maka siapa senang lakukanlah (sedikit atau banyak).

 

Selanjutnya tentang zakat. Jawabnya: “Tiada iman bagi orang yang tidak terpercaya (amanah), dan tidak dianggap sah, bagi orang yang tidak membayar zakatnya, hal ini demi meringankan beban fakir-miskin (dan membersihkan harta dari kotorannya), siapa tidak membayar zakatnya akan dituntut oleh Allah, dan disiksa karenanya. Pada dasarnya pengeluaran zakat tidak hanya sekedar meringankan beban fakir-miskin saja, tetapi lebih dari itu demi keselamatan hartanya dari pemusnahan, pencurian dan penggarongan, baik harta di darat ataupun di laut. Memang pengeluaran zakat adalah berat (susah) kecuali bagi orangorang yang beriman, dan tidak akan menolak untuk memberikan zakat kecuali orang musyrik.

 

Selanjutnya tentang puasa, beliau menjelaskan: “Puasa adalah perisai, yang pahalanya dijamin oleh Allah, dan dua kegembiraan bagi pelakunya, yaitu:”1. Ketika berbuka, dan 2. Ketika bertemu menghadap Tuhannya. Mulutnya (yang tengah puasa) lebih harum di sisi Allah melebihi kasturi, dan kelak di hari Kiamat hidangan yang lezat-lezat siap dinikmati para pelaku puasa.

 

Kemudian ketika ditanya tentang sabar, beliau 3 menjawab: Sabar itu diumpamakan seperti orang membawa minyak kasturi di tengahtengah manusia berkumpul, tentu semuanya menginginkan baunya.

 

Dan ketika ditanya tentang sedekah, jawabnya: “Untung hai Abu Dzar, karena sedekah yang dirahasiakan sanggup memadamkan kemarahan Tuhan, sedangkan yang nyata (sedekah terang-terangan), sanggup menolak 700 ancaman bahaya, disamping juga sebagai penghapus dosa, pemadam api neraka, sedekah adalah amalan yang baik dan mengagumkan (diulang 3x).

 

Adapun memerdekakan budak yang paling utama, yaitu: “Yang tertinggi nilai (harga)nya. Lalu tentang hijrah, beliau jawab: “Yaitu, meninggalkan kejahatan. Dan yang paling benar Islamnya, yaitu: “Orang yang tidak menyakiti (mengganggu) lainnya, baik dengan perbuatan ataupun perkataannya”. Dan yang paling lemah, yaitu: “Manusia yang malas berdoa. Sedangkan yang paling kikir, yaitu: “Orang yang langka salamnya (kikir salam).

 

Dan ketika ditanya tentang pejuang paling utama, jawabnya: ” Yaitu:

 

“Orang yang terbunuh di tengah perang sabil, termasuk kudanya dan ia mengalir darahnya. Menjawab tentang shuhuf Ibrahim yaitu: “Turunnya pada tanggal 1 Ramadan (bagi shuhuf Ibrahim), dan Injil tanggal 12 Ramadan, Zabur tanggal 18 Ramadan, tanggal 8 turunnya Taurat, dan . Alquran pada tanggal 24 Ramadan. Selanjutnya tentang juAllah para Nabi dan Rasulullah, beliau  menjawab: “Para Nabi sejuAllah 124.000 (seratus dua puluh empat ribu) Nabi, dan Rasulullah sejuAllah 313  Rasulullah, mereka itu terkadang semata hanya menjadi Nabi saja, tidak – Rasulullah, dan terkadang ada yang merangkap ”Nabi-Rasulullah”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar (seperti riwayat di atas, hanya saja) ditambah sebagai berikut: “Ketika ditanya  tentang malam yang paling utama, jawabnya: ”Yaitu, tengah malam gelap (separuh malam lewat). Dan ketika ditanya tentang bagaimana Salat yang baik, jawabnya: Yang lama berdiri, dan sedekah paling utama, yaitu: Sedekah yang dikeluarkan sekuatnya dari orang yang belum kecukupan penghidupannya, kepada orang yang lebih menderita. Ketika ditanya Nabi paling utama, jawabnya: Adam, dan Allah menjadikannya dengan tanganNya, serta meniupkan ruh kedalam tubuhnya. Dan 4 orang Nabi Suryani, (yakni) 1. Adam, 2. Syits. 3. Idris, 4. Nuh. Dan 4 orang Nabi bangsa Arab (yakni): 1. Hud, 2. Salih, 3. Syu’aib, 4. Nabimu (Muhammad) .

 

Kemudian ketika ditanya berapa kitab Allah kepada para Nabi? Jawabnya: ”104 (seratus empat) kitab, Nabi Syits 50 Shahifah, Nabi Idris 30 Shahifah, Nabi Ibrahim 10 Shahifah, Nabi Musa (sebelum Taurat) 10 Shahifah, ditambah Taurat, Injil, Zabur dan Furqan (Alquran).

 

Akhirnya ketika dimohon nasihat, beliau  memberi nasihat sebagai berikut: “Peliharalah takwamu kepada Allah, yang merupakan pokok dari segala hajat kepentinganmu. Dan ditambah: “Tetapkan selalu zikrullah, membaca Alquran, yang menjadi penerangan bagimu di langit dan menjadi kemuliaanmu, serta menjadi wiridan (sebutan)mu di bumi. Dan sambutlah panggilan perang sabil yang merupakan pertapaan umatku, pilihlah diam kecuali ucapan yang baik, karena diam dapat mengusir setan, serta menolongmu dalam melaksanakan agama (menegakkannya) secara baik, kurangilah tertawa yang mengakibatkan hatimu mati dan mengurangi kewibawaan (sinar di muka).

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Dzar Ghifary. Ketika aku masuk masjid, beliau tengah duduk menyendiri, semula aku enggan (sungkan) khawatir kalau aku menggangunya, tetapi akhirnya akupun mendekat dan uluk salam kepadanya, dan duduk mendampinginya agak lama tidak bicara, sampai hati kecilku berkata: “Mungkin beliau keberatan duduk denganku, tapi kemudian beliau bersabda: “Hai Abu Dzar, kamu sudah salat (Tahiyyatal Masjid)? Jawabku: ”Belum.” Lalu serunya: “Tegaklah salat, karena setiap sesuatu punya cara penghormatan, dan cara menghormat Masjid itu dengan salat 2 rakaat, kemudian aku salat dan sesudah selesai duduk lagi. Agak lama baru beliau  bersabda: ”Hai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari ancaman setan terkutuk (yang berupa setan manusia atau jin). Selaku: “Apa yang dimaksud setan manusia? Jawabnya: “Kau belum mendengar Firman Allah:

 

SYAYAATHIINAL INSI WAL JIN.

 

Artinya:

“Setan-setan dari manusia dan jin”.

 

Beliau diam sejenak, dan aku bertanya: “Ya Nabiyallah, engkau seru kami salat, maka apakah salat itu? Jawab beliau (sebagaimana jawaban dalam hadis tersebut di atas). Kemudian sesudah itu banyak orang berdatangan, sesudah berkumpul, beliau sz bersabda: “Maukah kalian kuberitahukan orang yang paling kikir? Jawab sahabat: “Baiklah ya Rasulullah. Lalu sabdanya: “Yaitu orang yang mendengar sebutan namaku, tidak membaca salawat padaku”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud, katanya: “Ketika beliau Nabi  berangkat perang Tabuk, ada beberapa munafik yang ikut, seorang di antaranya mengundurkan diri, dan ketika beliau diberitahu, sabdanya: “Biarkanlah, jika memang dia orang baik, pasti menyusul kami, jika tidak maka Allah telah menyelamatkanmu darinya. Lalu sahabat memberitahu bahwa: Abu Dzar tertinggal. Jawabnya: “Biarkanlah, jika baik pasti Allah mengikutkan dia (menyusul) denganmu.” Sedangkan dia tertinggal, akibat kendaraannya yang lambat, sampai-sampai pakaiannya dipikul sendiri (di atas punggungnya) dan berjalan mengikuti Rasulullah pada musim kemarau sangat panas itu, lalu sahabat memberitahu: ” Ya Rasulullah, ada orang jalan kaki sendirian, Jawabnya: “Mudah-mudahan dia itu Abu Dzar, dan setelah dekat ternyata Abu Dzar. Beliau  meneteskan air mata seraya bersabda: “Rahmat Allah tetaplah baginya, ia berjalan dan mati sendiri, serta dibangkitkan juga sendiri.

 

Muhammad Ishak dari Buraidah Sufayan Aslamy, dari Muhammad Ka’ab, katanya: “Ketika Abu Dzar berangkat menuju Ar Rabadzah (periode khalifah Usman) ia berkata kepada istri dan pembantunya: ”Nanti jika aku mati, mandikan dan bungkuslah dengan kafan, kemudian letakkan saja di tengah jalan, dan katakanlah kepada kafilah (rombongan) yang pertama-tama melewati daerah ini: “Inilah mayat Abu Dzar sahabat Rasulullah  maka tolonglah kalian sudi mengubur (menanam nya). Tiba-tiba ia wafat di tempat tersebut tidak lama sesudah berwasiat kepada keluarganya tadi. Dan kafilah pertama yang melewati tempat (daerah) itu adalah Ibnu Mas’ud dengan rombongan dari Irag. Dan sesudah diberitahu tentang wasiatnya (oleh keluarganya), Ibnu Mas’ud mendekatinya seraya menangis, sahutnya dengan suara keras: ”Nyatalah apa yang disabdakan Rasulullah : “Engkau berjalan dan mati sendirian, serta kelak dibangkitkan juga seorang diri, kemudian mereka menguburnya.” Dan Ibnu Masud, memaparkan riwayatnya dalam perang Tabuk, sebagaimana sabda Rasulullah  kepadanya.

 

Ilyas Salamah dari ayahnya, dari Abu Dzar Ghifary, Nabi  bersabda: “Sepeninggal aku kalian akan diuji coba dengan bala karena menegakkan hukum Allah. Kata Abu Dzar: “Selamat datang hukum Allah,” sabdanya: “Patuhilah ia dan dengarkanlah (jangan menentangnya) sekalipun kamu salat sebagai makmum di belakang orang hitam. Maka ketika beliau wafat, Abu bakar menjadi khalifah, Abu Dzar dipanggil. Setelah datang ia berjabat tangan dan menangis. Katanya: “Aku telah mendengar tentang kamu dari Rasulullah . Maka aku berlindung kepada Allah jangan sampai kau mendapat bencana karena aku atau di masaku, atau karena aku atau di masaku ini. Sepeninggal Abu Bakar, khalifah Umar juga memanggil dan memujinya, katanya pula: “Aku telah mendengar tentang kamu dari Rasulullah  dan aku berlindung kepada Allah, jangan sampai kau mendapat bencana karena aku atau di masaku, atau karena aku atau di masaku ini.

 

Dan sepeninggal Umar, khalifah Usman menggantikannya. Ibnu Abbas berkata: “Saat aku di tempat Usman, Abu Dzar darang, lalu aku memberitahukan: “Ya Amiral mukminin, Abu Dzar minta izin.” Jawabnya: “Silahkan masuk”. Sesudah masuk dan duduk, berkaralah Usman: “Hai Abu Dzar, kau mengaku lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar.” Jawabnya: “Tidak, aku tidak mengatakan demikian.” Kata Usman: Bukti ada padaku. Jawabnya: “Mudah-mudahan Allah menyinari wajahmu, dan aku tidak tahu pasti tentang bukti darimu, padahal kau telah mendengar pernyataanku. Tanya Usman: “Apa pernyataanmu? Jawabnya: ”Pernyataanku, Rasulullah  bersabda: “Bahwasannya orang terdekat dan paling cinta padaku, ialah: “Orang yang berpegang teguh pada janji (wasiat) pusakaku hingga bertemu dengan-ku. Sedangkan kalian sudah terpengaruh tentang urusan duniawi, kecuali aku sendiri.” Seru Usman: “Pergilah kau ke Syam, ke (daerah) Mu’awiyah, Dan setelah di Syam, ja membuka pengajian dan banyak sekali jamaah pengajiannya yang menangis mendengarkan pelajaran yang ia ceriterakan. Katanya: “Jangan ada orang tidur (bermalam), dengan menyimpan uang satu dinar atau dirham di rumahnya, kecuali perbekalan perang sabil, atau untuk melunasi hutang, dengan materi pelajaran semacam itu membuat Mu’awiyah dan hadirin lainnya menangis. Lalu Mu’awiyah memberinya uang 1000 dinar, untuk mengujinya (perbedaan kata-kata dan perbuatannya), atau lahir-batinnya, oleh Abu Dzar uang itu diterima dan dibagi-bagikan seluruhnya. Dan keesokan harinya Mu’awiyah menyuruh pembantunya menarik kembali uang sebesar pemberian tersebut (1000 dinar) dari Abu Dzar dengan alasan salah alamat. Sesudah pembantu itu menyampaikan perintah (penarikan uang tersebut), maka Abu Dzar minta tempo 3 hari, dan sampaikan salamku kepada Mu’awiyah. Dan setelah Mu’awiyah memperoleh fakta tentang kesamaan perkataan dan perbuatannya, terus memberitahukan kepada Khalifah Usman, katanya: “Jika kamu ada keperluan di Syam, panggillah Abu Dzar pulang (kembali). Kemudian pulanglah ia ke Madinah, dan ketika itu Usman berada di masjid, setelah mengucapkan salam, Usman bertanya: “Bagaimana? Lalu ia keluar masjid, dan Abu Dzar melakukan salat 2 rakaat. Setelah selesai, ia duduk dan di sampingnya banyak orang menunggunya, dan berkata: “Hai Abu Dzar, ceritalah tentang hadis Rasulullah  Jawabnya: “Kekasihku Rasulullah  bersabda: “Bahwasanya di dalam onta itu dikenakan zakar, demikian pula uang dan domba, bahkan orang yang tidur (bermalam) dia punya dinar atau dirham (di rumahnya), bukan untuk melunasi hutang atau perbekalan perang sabil, maka uang tersebut termasuk timbunan yang akan menggosok badannya di hari Kiamat. Lalu banyak orang menegurnya: “Hai Abu Dzar, takutlah kepada Allah, dan tinjau kembali ucapanmu itu, karena harta ini sudah merata (tersebar luas) di kalangan masyarakat. Jawabnya: “Tidakkah kalian membaca Alquran:

 

Artinya:

 

“Bagi mereka yang menimbun emus-peruk, bukan perbekalan (belanju) perang sabil, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa mereka akan menderita siksa yang pedih”. (Taubat 34)

 

Sesudah istirahat 2 atau 3 malam, ia ditugaskan lagi ke suatu kampung (bernama) Ar-Rabadzah, dan yang menjadi imamnya adalah “Orang hitam” seperti yang disebutkan oleh Rasulullah , dan ketika ditawari untuk menjadi imam, ia menolaknya, ia tetap salat menjadi makmumnya orang hitam. Katanya: “Sungguh nyata kebenaran Allah dan RasulullahNya, beliau wasiat kepadaku: “Patuhilah ia dan dengarkanlah (jangan menentangnya), sekalipun kau salat (menjadi) makmumnya orang hitam”.

 

Maka ia menetap di sana hingga wafatnya, semoga Allah mengasihinya. Dan ia punya istri, berkata: “Ketika Abu Dzar mendekati ajalnya, aku menangis, dan ia berkata: “Kenapa kau menangis, sayangku? Jawabku:” Karena kau akan mati di hutan, dan aku tidak punya kain (kafan) untuk membungkusmu. Jawabnya: “Janganlah kau menangis, terimalah kabar baik dari Rasulullah  (dan berita ini disaksikan oleh banyak sahabat), bahwa: “Salah seorang di antaramu akan mati di tengah hutan, dan akan disaksikan oleh jamaah umat Islam”, dan tiada seorangpun dari mereka yang disebutkan Rasulullah itu kecuali sudah mati (di desa atau di kota) di tengah-tengah jamaah, kecuali aku, Demi Allah, aku tidak berdusta, dan tidak luput bahwa: “Akulah orangnya, dari itu pergilah ke jalan. Jawabku: “Mana ada orang lewat padahal musim haji sudah lewat, jalanan sunyi. Tetapi aku mencoba naik ke atas gunung melihat-lihat, lalu kembali lagi merawat dia, tiba-tiba muncul kafilah berkendaraan (onta), lalu aku beri isyarat kepada mereka dengan lambaian kainku, akhirnya mereka datang juga, dan bertanya: “Ada apa memanggil kami? Jawabku: ”Ada seorang muslim menghadapi ajalnya, maka bungkuslah dengan kafan. Siapa dia? Jawabku: Abu Dzar. Apakah ia sahabat Rasulullah ? Jawabku: “Benar. Mereka masuk ke rumah (kemah) dan mengucapkan salam, Abu Dzar menjawab dan menyambutnya, lalu katanya: “Terimalah kabar baik, bahwa aku mendengar Rasulullah 58 bersabda kepada jamaah beberapa orang sahabat: “Salah seorang di antaramu akan mati di tengah hutan, dan akan disaksikan oleh jamaah umat Islam, dan tiada Seorangpun dari mereka kecuali sudah mati (di desa atau di kota), di tengah-tengah jamaah, kecuali aku, dan akulah orangnya, sedangkan kalian adalah jamaah umat Islam yang disebutkan (Rasulullah tersebut), seandainya aku atau istriku punya kain kafan, pasti aku harus dibungkus dengannya (kainku atau istriku), tetapi aku menuntutmu dengan Asma Allah, jangan memberiku (kafan) manusia yang pernah jadi pejabat (raja, wakilnya atau aparatnya). Dan kebetulan semuanya sudah pernah menjabat (jadi penguasa), kecuali seorang dari Anshar berkata: “Hai pamanku akulah orangnya yang akan memberi kafan (mengafanimu), aku tidak menjadi pejabat pemerintahan, akan kubungkus engkau dengan sorbanku, atau kedua bajuku yang dijahit (dibuat) oleh ibu kandungku sendiri. Jawab Abu Dzar: “Baiklah, berarti engkau yang mengafaniku. Tidak lama kemudian, wafatlah ia, dan sahabat Anshar itulah yang memberinya kafan (membungkusnya). Dan setelah selesai pemakaman, mereka kembali dengah hati gembira mendengar hadis yang diceriterakan oleh Abu Dzar.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Mu’adz, Rasulullah  bersabda: “Hai kutunjukkan padamu tentang pintu-pintu kebaikan, yaitu:

  1. Puasa adalah merupakan perisai.
  2. Sedekah tanda atau bukti pengorbanan.
  3. ‘Tahhajud (salat malam) adalah pelebur dosa.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Ubaidah, Rasulullah bersabda: “Puasa adalah merupakan perisai, sepanjang tidak dirobek (dirusak) oleh pelakunya (yakni) tidak mengungkap keburukan lain orang”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan, katanya: “Ada 4 perkara bekal ke akhirat, yaitu:

 

  1. Puasa, dan dengannya jiwa menjadi sehat.
  2. Sedekah, yang membentengi api neraka.
  3. Salat, dan dengannya seseorang menjadi dekat dengan Tuhannya (merupakan alat menghubung).
  4. Linangan air mata (menangis) karena takut Allah, sebagai pelebur dosa.

 

Ada 3 pokok taat, menurut Al Faqih, yaitu:

1.Perasaan takut, dibuktikan dengan menjauhi segala larangan Allah (hal-hal yang haram).

  1. Raja (berharap), hal ini dibuktikan dengan tekun beribadat atau sungguh-sungguh menjalankan taat.

3, Perasaan cinta, yang dapat dibuktikan dengan rindu dan kembali (khusyuk).

 

Dan selanjutnya Al Faqih, menunjukkan adanya 3 pokok maksiat yang harus dihindarkan, yaitu:

 

  1. Sombong, yang semula dirintis (ditimbulkan) oleh Iblis, sewaktu diseru “Sujud”, lalu sombong akhirnya ia dikutuk.
  2. Rakus, yang pertama dilakukan oleh Adam, dengan melanggar larangan makan buah kuldy, dengan harapan (ingin) kekal, tetapi bahkan sebaliknya, ia diusir dari surga.

3, Hasud, yang pada permulaannya tercetus dalam hati Oabil sampai membunuh saudaranya, dan akhirnya terjerumus dalam neraka. Nabi bersabda:

 

Artinya:

“Orang beribadat secara ikhlas selama 40 huri, muku nampuklah sumbernya hikmah di dalam hati lewat lisunmya”. (Al Hadis)

 

Ada 3 faktor penyebab kebanyakan orang (masyarakat) membenci kepadanya, bahkan sanggup menjatuhkan (merusak) amal, yang selamanya ia aktifkan (dibangun), yaitu:

 

  1. Kesibukan mengoreksi kekurangan atau kesalahan orang lain.
  2. Kesombongan atau membanggakan diri (amal)nya.
  3. Riya (pamer).

 

Dan ada 3 faktor penyebab kebanyakan orang (masyarakat) senang dan segan kepadanya, dan itulah mereka yang selamat dan mulia kedudukannya di (pandangan masyarakat) langit, yaitu:

 

  1. Akhlak mulia (berbudi luhur).
  2. Keikhlasan amal perbuatannya.
  3. Kesopanan (tawadlu atau merendahkan diri) terhadap sesamanya.

 

Penegasan Umar Khathab: Perhitungkanlah dirimu, sebelum diperhitungkan orang lain, karena hal ini lebih ringan dibandingkan dengan hisabmu kelak, demikian pula segala amal perbuatanmu, berkemaslah menghadap Allah Yang Besar, FirmanNya

 

Artinya:

“Pada hari itu, kalian dihadapkan (kepada Allah), dan sedikiupun tidak ada Yang samar (tersembunyi) darimu, sekalipun yang sangat dirahasiakan”. (Haqqah 18)

 

Menurut Yahya Muadz, manusia ada 3 macam, yaitu:

 

  1. Kesibukan akhiratnya mengalahkan urusan duniawinya.
  2. Kesibukan duniawinya melalaikan akhiratnya.
  3. Kedua-duanya seimbang, yakni disibukkan dengan amalan akhirat tetapi tidak meninggalkan urusan dunianya.

 

Dari ketiga macam golongan manusia tersebut di atas, maka yang paling untung, adalah: “Ahli ibadat (tipe pertama), dan sebaliknya binasalah manusia tipe kedua (yang melalaikan urusan akhirat). Sedangkan tipe ketiga, adalah manusia yang bernasib “untung-untungan (spekulasi)”.

 

Empat nilai yang tidak dapat diketahui secara pasti, kecuali oleh 4 macam orang, yaitu:

  1. Nilai muda yang tidak dapat diketahui secara pasti, kecuali oleh orang yang sudah lanjut usia (orang tua).
  2. Nilai sehat (badan) tidak dapat diketahui secara pasti, kecuali oleh orang yang tengah menderita sakit (baru sembuh dari sakit).
  3. Nilai keselamatan tidak akan diketahui secara pasti, kecuali oleh orang yang terkena musibah (bala).
  4. Nilai hidup (nyawa) tidak akan dapat diketahui secara pasti, kecuali oleh orang yang sudah ditanam (mati).

 

Menurut Al Faqih: “Keterangan tersebut adalah berdasarkan (dikutip) dari hadis Nabi

 

Artinya:

“Manfaatkanlah sebaik-baiknya, kesempatan 5 sebelum datangnya 5, yaitu:

  1. Masa remaja (mudu)mu sebelum dewusa (tua).
  2. Waktu kau sehat sebelum jatuh sakit.
  3. Ketiku kau kaya harta, sebelum jatuh miskin.

4 Waktumu yung lapang, sebelum datung kesibukan (kesempitan).

  1. Zaman kau hidup di duniu, sebelum masuk kubur (mati)mu.

 

Dari itu, sebaiknya orang mengetahui dengan pasti (menyadari) atas nilai hidupnya, dan memanfaatkan setiap (waktu, masa periode) saat yang menghampirinya, dan bertanya pada dirinya sendiri: ” Bagaimana keadaan kita nanti di (masa atau saat) mendatang, lalu berpikir: “Mereka yang sudah mati sangat menyesal di sana, kerena ingin kembali hidup hanya sekedar untuk melakukan salat 2 rakaat, atau menggerakkan bibirnya dengan: “LAAILAAHA ILLALLAAH saja tidak bisa. Maka jika kita berpikir sejauh itu, pasti kita akan lebih tekun dan bersungguh-sungguh taat (beribadat) sebelum mengalami hal serupa (penyesalan di kemudian hari).

 

Ketika ditanya tentang landasan atau dasar melakukan amal (beramal), maka Hatim menjawab: “Dasarnya 4 yaitu:

  1. Secara pasti aku tahu, bahwa: “Bagian rezekiku tidak akan terlepas pada lain orang, sebagaimana mereka rezekinya tidak mungkin singgah padaku, maka dengan demikian aku menjadi yakin benar.

 

  1. Secara pasti pula, aku tahu tentang tanggungan kewajiban bagiku, yang tidak dapat dilakukan lain orang, dari itu aku disibukkan olehnya.

 

  1. Secara pasti aku tahu, bahwa: “Allah selalu melihatku (di mana saja aku berada), maka dengan demikian aku merasa malu kepadanya, (jika aku meninggalkan perintah atau melanggar laranganNya).

 

  1. Secara pasti pula aku tahu, bahwa: “Ajal akan datang padaku (dengan mendadak, tanpa informasi sebelumnya), oleh karena itulah aku berusaha (beramal) sebaik-baiknya, sebelum ia datang.

 

Al Faqih dalam ulasannya: ”Mendahului ajal (mengejarnya) yang dimaksud adalah mempersiapkan diri secara matang, sempurna dengan memperbanyak amal salih, dan menghindarkan diri dari larangan Allah serta selalu berharap (memohon) agar Allah menguatkan dan menyampaikan “Khusnul-khatimah” diakhir hayatnya.

 

Kata seorang bijak: “Kenikmatan (rasa manisnya) ibadat tidak mungkin dicapai, kecuali dengan melakukannya dengan (ketulusan) niat, dan mengakui bahwa: Hal itu adalah karunia Allah, maka ia melakukannya dengan penuh ikhlas, penuh rasa takut, pada akhirnya mengakui bahwa: ”Amalannya itu semata taufik Allah, maka selalu bersyukur kepadaNya, dengan harapan diberi tambahan, FirmanNya:

 

Artinya:

“Jika kalian pandai bersyukur, pusti Kami menambuahnna, tetapi jika kufur, ingatlah bahwa: ”SiksaKu sangat pedih”.

 

Dan jika melakukan Ibadah disertai (penuh) rasa takut, pasti Allah menerimanya, FirmanNya:

 

Artinya:

“Sungguh Allah tidak akan melupakan puhalu orang yang beramal (dengan) sebaik-baiknya”.

 

Tentang pahala yang dirasakan di dunia, yaitu: Dapat merasakan nikmat (manis)nya beribadat (taat), dan di akhirat surga. Dan ketika dilakukan dengan ikhlas, pasti diterima, dengan bukti adanya taufik untuk meningkatkannya (yang lebih tinggi lagi).

 

Adapun 3 perkara (di bawah) ini, adalah suatu bukti bahwa orang itu hidup tertipu, yaitu:

 

  1. Berdaya upaya (menghimpun) sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya (kelak di akhirat).
  2. Bertambah berani berbuat dosa (maksiat) hingga membinasakan dirinya (di dunia atau di akhirat).
  3. Menjauhi (berhenti) melakukan amal, yang nyata dirasakan dapat membahagiakan (menyelamatkan) dirinya.

 

Dan bukti menghadap Allah juga ada 3 perkara, yaitu:

 

  1. Hatinya memikirkan bukti Keagungan Allah .
  2. Lisannya selalu berzikir kepadaNya.
  3. Raganya digunakan untuk beramal (beribadat).

 

Dan 3 perkara (di bawah) ini, bukti manusia menipu diri pribadinya, yaitu:

 

  1. Melampiaskan nafsu syahwatnya dibarengi dengan perasaan aman dari dosa (menghalalkan sesuatu yang nyata haramnya).
  2. Menanti-nantikan (menunda) taubat (tidak segera bertaubat) dan banyak berhayal (panjang angan-angan).
  3. Berharap pahala di akhirat tanpa beramal.

 

Seorang bijak menyatakan: “Orang yang mengaku 3 perkara tanpa adanya 3 fakta, pasti ditertawakan setan, yaitu:

 

  1. Mengaku bisa menikmati rasanya (manisnya) taat, tanpa zuhud (meninggalkan) kesenangan dunia (ia tetap mencinta harta dunia).
  2. Mengaku rela atas ketentuan Tuhan, tanpa membenci hawa nafsunya (bahkan masih tetap menurutinya).
  3. Mengaku ikhlas, tanpa benci hatinya jika dipuji orang (bahkan riya (mencari pujian orang).

 

Penegasan Abu Nadlrah: “Orang yang melakukan 4 amalan, tanpa adanya peningkatan amal kebaikan, berarti menunjukkan bukti bahwa: ”Amalnya ditolak”, yaitu:

 

  1. Sepulang dari jihad (perang sabil), tidak mampu meningkatkan amal baiknya.
  2. Sehabis melakukan puasa, tidak menjadi baik amalnya (tidak bisa meningkatkannya).
  3. Sepulang menunaikan ibadat haji, tidak bertambah amal baiknya (bahkan tidak sanggup merubah perbuatan buruk atau pelanggaran terhadap hukum agama).
  4. Sesudah sembuh dari sakitnya, tidak bertambah baik amal perbuatannya, berarti menunjukkan bahwa dosanya belum tertebus (dengan sakitnya).

 

Manusia yang otaknya normal, hendaklah memelihara 4 perkara, demi perbaikan amal, dan mendayagunakannya (tidak sampai sia-sia usahanya), yaitu:

 

  1. Ilmu, agar dapat mendasari segala amalnya.
  2. ‘Tawakkal, agar dapat keleluasan dalam beribadat dan tidak tamak kepada makhluk.
  3. Kesabaran, demi kesempurnaan amal.
  4. Ikhlas, agar diterimanya amal (berpahala).

 

Kata Hasan Bashry: “Orang yang mengharap surga hendaklah tekun beribadat (taat) secara tetap (terus menerus) hingga layu dan kurus, bacalah FirmanNya:

 

Artinya:

“Bahwasanya orang-orang yang menyatukan: “Tuhan kami adalah Allah”, kemudiun Istiqamah (artinya: ”Tetup dalam pelaksanaan ibudat (taat) dan tidak uda perubahan dalam bertakwa)”.

 

Seorang bijak menegaskan: ”Istiqamah hendaklah bagaikan gunung yang punya 4 tanda, yaitu:

 

  1. Tidak lekang (mencair) akibat panas. –
  2. Tidak membeku akibat dingin.
  3. Tidak bergeser akibat angin.
  4. “Tidak berubah akibat banjir (air bah).

 

Demikian pula orang yang istIqamah, hendaklah punya 4 tanda, yaitu:

 

  1. Tidak mudah dipengaruhi budi seseorang dalam menegakkan kebenaran (hak).
  2. Tidak gentar (beku) dalam mengatasi (berhadapan) dengan mereka yang sengaja menyelewengkan kebenaran (hak).
  3. Hawa nafsu harus dikuasai (dikendalikan), jangan sampai menjadi faktor penyebab turunnya (berkurangnya) melakukan perintah Allah.
  4. Harta kekayaan tidak sampai membuat lupa taat (beribadat) kepada Allah .

 

Ada tujuh macam dari perbendaharaan taat, yang keseluruhannya dimuat dalam Alquran, yaitu:

 

  1. Keikhlasan dalam melakukan ibadat, FirmanNya:

 

Artinya:

“Tidaklah mereka diperintah, kecuali hanya untuk menyembah Alluyh secara ikhlas dan lurus tegak”. (Bayyinah 5)

 

  1. Berbakti kepada kedua orang tua, FirmanNya:

 

Artinya: “Hendaklah bersyukur kepudaKu, dan kepada kedua orung tuamu”. (Luqman 124)

 

  1. Silaturrahmi, menyambung persaudaraan, FirmanNya:

 

Artinya:

”Bertakwalah kepada Allah, Yang dengan asmaaNya kami saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrami”. (Nisa 1)

 

  1. Menyampaikan amanat, FirmanNya:

 

Artinya:

“Allah menyuruh kamu asar menyampaikan amanat kepada yang berhak ”. (Nisa  58)

 

  1. Jangan mengikuti siapapun yang mengajak maksiat, FirmanNya:

 

Artinya:

“Manusia jangan menganggap setengah lainnya, sebagai Tuhan, selain Allah”. (Imran 64)

 

  1. Jangan mengikuti nafsu (dalam berbuat sesuatu), FirmanNya:

 

Artinya: ”Dan mengekang diri dari kemauamnya (ajakan nafsu)”. : (Nasi’at 40)

 

  1. Tekun beribadat (taat) disertai rasa takut dan penuh harap kepada Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

”Mereka berdoa kepada Tuhan, penuh rasa khauf (takut), dan penuh harap, serta mereka membelanjakan (sedekah) sebagian dari rezeki yang Kami berikan”. (Sajadah 16)

 

Dengan demikian seorang muslim hendaklah selalu takut dan menangis, sebab yang akan dihadapi kelak sangat berat lagi mengerikan. Di zaman Nabi Isa ada sebuah gunung yang selalu menangis, hal itu telah dibuktikan oleh Nabi Isa dan masyarakat setempat (yang dekat dengannya). Lalu Nabi Isa berdoa: “Ya Tuhan, izinkanlah gunung itu berbicara, katanya: “Hai Nabi Isa, ada perlu apa denganku? Jawabnya: “Kenapa kau selalu menangis dan merintih? Jawabnya: ” Aku gunung batu yang selalu diambil orang (dibuat) patung dan disembah manusia, dari itu aku sangat takut kepada Allah, jika dilemparkan ke neraka Jahannam, FirmanNya:

 

Artinya:

”Takutlah pada api (neraka) yang bahan bakarnya (isinya) dari manusia dan batu-batu”. (Al Baqarah 24)

 

Selanjutnya turunlah wahyu Allah kepada Nabi Isa: “Katakanlah pada gunung tersebut: “Hai gunung diaAllah, Kami telah melindunginya dari api Jahannam.

 

Sekarang marilah kita berpikir sejernihnya, kenapa manusia yang lemah dan miskin dibandingkan dengan makhluklainnya tidak takut Allah (dari siksa api nerakaNya?), padahal batu yang begitu kerasnya takut Allah (dari kobaran api nerakaNya). Maka sudah sepantasnya, yang namanya manusia takut Allah, takut siksa api neraka, dengan cara meninggalkan laku dosa yang membangkitkan kemarahanNya dan siksaNya, yang tidak mungkin manusia sanggup menahan penderitaannya.

 

Kata Anas Malik: “Ketika ayat (di bawah) ini turun, berlinanglah air mata beliau Nabi . Inilah ayat yang diturunkannya:

 

Artinya:

“Demikianlah Kami jadikan kalian (umat Muhammad), umat yang sedang (terbaik), agar menjadi suksi bagi seluruh manusia, dan Rusululluh menjadi saksi atasmu”.

 

Kemudian beliau  bersabda: “Hai umat manusia Allah mengutus aku menjadi Nabi-Rasulullah, dan memilih kalian untukku, aku jadi saksi atasmu, dan kalian jadi penyaksi umat-umat manusia terdahulu. Lalu seorang sahabat Anshar berdiri dan bertanya: “Ya Rasulullah, mana bisa kami jadi penyaksi umat manusia terdahulu, padahal kami tidak tahu dengan pasti tentang wajah mereka (kami tidak hidup bersama mereka)? Jawabnya: “Nanti saat hari Kiamat tiba, bumi ini disalin dengan bumi (lainnya), dan langitpun dilipat seperti map melipat lembaran, semua makhluk berkumpul, dengan aneka bentuk rupa: “Ada yang berwajah hitam, putih, mereka tegak berdiri selama 40 tahun, menunggu panggilan (Tuhan). FirmanNya:

 

Artinya:

“Di hari itu, mereka berjalan menuruti panggilan, tidak mampu menselaknya. dan semua suara tunduk pada Ar-Ruhman. sehinsgu tidak bersuara, hanya serak bibir saja”. (Thaha 108)

 

Dan mereka dihimpun di suatu dataran luas yang tidak pernah dijadikan ajang pertumpahan darah, semua hewan (ternak) menuntut balas akibat penganiayaan mereka dahulu, sesudahnya hewan-hewan itu diseru: “Jadilah tanah, langsung berubah menjadi tanah, saat itulah orang kafir, berhayal:

 

Artinya:

“Seandainya aku saja yang menjadi tanah”. (Naba’ 40)

 

Kemudian setiap Nabi dihadapkan dengan umatnya, untuk menerima keputusan, di antara mereka ke surga dan neraka, Nabi Nuh  dipanggil dan ditanya: “Hai Nuh apakah kau telah menyampaikan risalah dan amanat? Jawabnya: “Benar Tuhan, Lalu kaumnya dipanggil dan ditanya: “Benarkah jawaban Nuh tadi? Jawab mereka: “Tidak Tuhan, tiada seorangpun yang datang pada kami dengan risalah dan amanat. FirmanNya: “Hai Nuh, umatmu membantah jawabanmu, lalu kau punya saksi? Jawabnya: “Ada, yaitu umat Muhammad  Akhirnya dipanggillah umatku dan ditanya: “Hai Umat Muhammad, benarkah kau menjadi saksi bagi Nuh? Jawab mereka: “Benar Tuhan, kami bersaksi atas kebenaran jawaban Nabi Nuh . Lalu disanggah oleh umat Nabi Nuh, kata mereka: ”Nuh adalah Nabi pertama, sedangkan Muhammad Nabi terakhir, mana bisa menjadi saksi Nuh, padahal ketika itu mereka tidak hadir. Dijawab: “Di dalam Alquran (Kitab) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad  tercantum ayat:

 

Artinya:

 

””Bahwasannya Kumi telah mengutus Nuh untuk kaumnya”.

 

Dan kami membacanya. Allah berfirman: “Benar, kalian umat Muhammad, dan sumpahKu tidak akan menyiksa seseorang, kecuali dengan hujjah. Dari itu hai umat Muhammad, hendaklah saling memaafkan di antara kalian, jika terjadi penganiayaan kepada sesamanya. Maka Aku memaafkan dosa kalian kepadaKu.

 

WALLAAHU AALAM

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Shafiyah binti Jahsy, Rasulullah  bersabda:

 

Artinya: ”Setan beroperasi di dalam tubuh manusia, mengikuti aliran peredaran darah”. (Al Hadis)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas. ketika menafsirkan surat An-Nas, sebagai berikut:

 

Artinya:

  1. Katakanlah Aku berlindung kepada Tuhannya manusia.
  2. Rajanya manusia
  3. Tuhan (Pencipta) manusia.
  4. Dari kejahatan was-was
  5. Yang berbisik di hari (perasaan) manusia.
  6. Dari Bangsa (golongan) Jin dan Manusia.

 

Ia bergerak maju (menyerang) ketika sepi zikrullah, tetapi segera mundur teratur, ketika ada zikrullah, bahkan ia keluar dari garis pertahanan (dadanya).

 

Nabi  bersabda: “Aku diutus agar berseru dan menyampaikan (tabligh), tiada daya sedikitpun bagiku untuk “memberi petunjuk”, dan Iblis dicipta untuk merayu, berbisik dan menghias, serta tiada daya sedikitpun baginya untuk menyesatkan. (Al Hadis).

 

Sampai sejauh mana Iblis menggoda? Dia hanya dapat membuat hayalan (membayangkan) kelezatan dan keindahan maksiat (bagi manusia), oleh karena itu kita (manusia) harus mampu menolak bisikan dan rayuannya, dengan zikrullah, Firman Allah:

 

Artinya:

“Setan bugimu benar-benar menjadi musuh, maka nyatakan (hadaplah) ia sebagai musuh”.

 

Dari itu, kalian jangan percaya dan jangan pula menurutinya, sekalipun sumpahnya “memberi nasihat padamu”. Bagi otak normal, sudah dapat membedakan mana kawan dan mana lawan yang harus ditinggalkan (baik pembicaraan dan tingkah lakunya).

 

Untuk itu ketahuilah, 4 hal yang membuktikan otaknya goblok (bodoh), yaitu:

 

  1. Marah-marah tanpa sebab (alasan) nyata benarnya.
  2. Tidak mampu mengendalikan nafsu, ketika mengajak berbuat kesalahan (batil).
  3. Memboroskan harta (membelanjakannya) bukan pada hal-hal penting yang diridai Allah.
  4. Kekurang mampuan dalam membedakan kawan dari lawan, sehingga sering menuruti lawan (yaitu) menuruti setan daripada taat (beribadat) kepada Allah yang menyayanginya.

 

FirmanNya:

 

Artinya:

“Apakah pantas bagi kalian mengangkat setan dan cucunya sebasai pimpinan selain Aku? Padahal mereka adalah musuhmu (jika kuliun demikian hulnya,muka) sungguh sangut buruk bulasan pura penguniaya (salim)”. (Kahfi 50)

 

Dan perlu dimengerti pula 4 hal yang membuktikan kewarasan otak seseorang (manusia), yaitu:

 

  1. Sabar menghadapi kebodohan, dengan tekun (selalu) menimba ilmu, terutama ilmu pengetahuan agama.
  2. Belajar (melatih diri) mengekang nafsu ketika ia mengajak pada kesalahan (kebatilan).
  3. Membelanjakan harta dengan cara yang bijaksana pada hal-hal yang menjadi kepentingannya (yang diridai Allah).
  4. Mampu membedakan antara kawan dengan lawan.

 

Kisah dari Wahb Munabbih: “Nabi Yahya ketika bertemu Iblis, bertanya mengenai sifat atau tabi’at manusia. Jawabnya:

 

  1. Setengahnya ada yang sulit atau tidak dapat dirayu, karena maksum (terpelihara) yaitu golongan para Nabi-Rasulullah, dan kami tidak dapat berbuat banyak.
  2. Setengahnya sudah berada di wilayah (kekuasaan) kami, tidak bedanya seperti bola dipermainkan anak-anak, dan tidak banyak menyulitkan kami, karena nafsunya cukup besar, dan cukup kuat untuk kami sesatkan.
  3. Setengahnya menjadi lawan berat kami, pada awal mulanya upaya (rayuan) kami mendekati berhasil, lalu digagalkan dengan ”ISTIGHFAR-ISTIGHFARnya, sehingga sia-sialah rayuan kami itu, selanjutnya kami mencoba ulang dengan penuh tekad (tidak putus asa), tetapi tetap gagal, tidak berhasil.

 

Seorang bijak (Ahli Hikmah) dalam penelitiannya tentang serangan setan terhadap manusia, telah memperoleh 10 data (jalan terobosan) baginya, yaitu:

 

  1. Diterobos lewat kerakusan dan keburukan prasangkanya. Maka pada posisi yang demikian, hendaklah manusia menangkisnya dengan ”Keyakinan mantap pada janji Allah dan bersikap gana’ah (menerima pemberian apa adanya dari Tuhan), FirmanNya:

 

Artinya:

“Tiada seorang (seekor)pun hewan atau manusia di bumi, kecuali bagian resekinya telah ditentukan oleh Allah”.

 

Maka dengan demikian gagallah serbuan setan, tidak sanggup menembusnya.

 

  1. Diterobos lewat khayalannya (lamunannya), maka jika menghadapi serbuan yang demikian, hendaklah segera memajukan pasukan ”Zikrullah” dan ingat maut, FirmanNya:

 

Artinya:

”Tidak seorangpun mengetahui secara pasti, di mana (di bumi daerah mana) ia dikubur (mati)”.

 

Dengan demikian hancurlah pasukan (serbuan) setan.

 

  1. Diterobos lewat berlagak santai (ayem-ayemanzistirahat) dan kelezatan nikmat, maka dalam menghadapi serangan gencar ini, maka balaslah serangan itu dengan “Menyadari bahwa nikmat itu akan lenyap dan hisab kelak (di hari Kiamat) adalah sangat berat, FirmanNya:

 

Artinya:

“Biarkanlah mereka makan dan bersenang-senang akibat lupa dihanyutkan angan-angan”.

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

“Tidaklah kau memperhatikan, jika mereka Kami beri kesenangan sementara (beberapa tahun) saja, maka datanglah janjiKu pada mereka (maut), sehingga tiada arti (suna)nya kesenangan dan kemewahan bagi mereka”.

 

  1. Diterobos dari rasa bangga (ujub) atas keberhasilan usaha (amal)nya, maka jika demikian halnya, tangkislah serangan itu dengan “Mengingat karunia dan takut akibatnya”, FirmanNya:

 

Artinya:

”Lalu setenguhnya adu yang celaka, dan setengah (manusia) lainnya, beruntung”.

 

Padahal manusia tidak tahu pasti, termasuk yang celaka atau yang beruntung, maka dengan demikian serangan setan dapat dipatahkan.

 

  1. Diterobos dengan mengecilkan kawan dan menghinanya, jika demikian, maka hendaklah saling menghargai dan menghormati mereka, FirmanNya:

 

Artinya:

”Kemenangan (kemuliaan) adalah milik Allah, Rasulullah Nya dan segenap umat Islam (yang beriman)”. Maka dengan inilah terobosan setan menjadi lumpuh.

 

  1. Diserbu dengan “sifat hasud”, kalau terjadi yang demikian, maka hadapilah dengan keyakinan akan Keadilan Allah dalam membagi (rezeki) pada makhlukNya, FirmanNya:

 

Artinya:

“Kamilah yang membugi penghidupan mereka di dunia (ini). Maka dengan demikian lenyaplah sifat hasud tersebut.

 

  1. Dari sifat ingin dipuji (riya) manusia, jika serangan ini terjadi, maka patahkanlah dengan ”Keikhlasan amal”, FirmanNya:

 

Artinya:

“Orang yang ingin (menghurap) bertemu dengun Tuhannya, . maka hendaknya berbuat baik dun tidak syirik kepadaNya dengan sesuatu apapun ”.

 

  1. Diserang dengan sifat kikir, maka hal ini harus berjuang dengan “Mengingat (menyadari) bahwa segala sesuatu (harta dan lain-lain) yang ada di tangan manusia, pasti lepas, binasa”. FirmanNya:

 

Artinya:

”Segala apa saja yang dimilikimu, pasti lenyap binasa, kecuali (amal dan iman) di sisi Allah tidak binasa (tetap kekal)”. Maka dengan ini, lenvaplah serangan sifat kikir.

 

  1. Diterobos dengan sifat sombong, jika terjadi demikian, maka lawanlah dengan ”andap asor, tawadlu’, merendah diri”. FirmanNya:

 

Artinya:

”Kami ciptakan kalian (jenis) pria-wanita, dan dijudikun bersuku-suku, berbangsa-bungsa, agar dapat suling mengenal dengan mudah, ketuhuilah buhwa yang paling muliu di uantura kalian adalah yang paling bertukwa”.

 

Maka dengan inilah, terobosan mereka digagalkan.

 

  1. Ditembus dengan sifat “Tamak”, maka hendaklah ditahan dengan pasukan “Berharap semata kepada Allah, dan setiap harapan pada (yang di tangan) manusia, putuskanlah”. FirmanNya:

 

Artinya:

”Barungsiapa bertukwa kepada Allah, pasti Dia memberi Jalan keluar (untuk mengutusi) kesulitan hidupnya, dan Dia memberi rezeki dari arah yang tiada diduga (oleh manusia)”.

 

Maka dengan demikian, tembusan Iblis dengan sifat tamak, tidak mengena pada sasarannya.

 

Nabi Musa tengah munajat kepada Allah, didatangi Iblis. Lalu malaikat bertanya: “Hai Iblis, apa harapanmu kepada orang tengah munajat kepada Tuhannya? Jawabnya: “Harapanku seperti kepada ayahnya (Adam) dahulu, ketika masih menetap di surga”.

 

Dan ketika masuk waktu salat, maka Iblis segera mengerahkan pasukan tempur (infantri)nya, kepada manusia yang siap melakukan salat, agar mereka melupakan salatnya, terkadang berhasil dengan mengakhirkan salatnya, dan jika serbuan pertama ini gagal, maka ia menerobos lewat khusuknya, sehingga mereka tidak lagi sempurna melakukan rukuk, sujud dan bacaannya, Dan jika serangan kedua ini gagal, maka ia terobos dengan mengalihkan ingatan mereka pada urusan duniawi (di tengah melakukan salat), Dan jika terobosan terakhir (ketiga) ini, tidak berhasil, maka seluruh pasukan infantrinya, dibelenggu (diikat oleh pucuk pimpinan (Panglimanya yakni Iblis) langsung dilemparkan ke laut, sebaliknya jika berhasil, maka memperoleh penghormatan setinggitingginya (dicematkan bintang Satya Lencana).

 

Firman Allah (menceritakan ancaman Iblis):

 

Artinya:

“Pernyataan Iblis: “Aku akan merintangi setiap manusia masuk Islam, dengan jalan membuatkan sarang “keraguan” terhadap janji-janji akhirat, rasa cinta harta dunia terus menerus dipromosikan sehingsu mereka puas dengannya, dan merasa tentram hidup di dunia, Setiap mereka taat (beribadat, pusti tidak lepas dari gangguanku, dan dibidang maksiat aku selalu mendorongnya, sampai akhirnya tiada yang pundai mensvukuri nikmut pemberianMu”. (AL-A’raf 16-17)

 

Juga FirmanNya:

 

Artinya:

“Hai sekalian umat manusia, fitnah bujukan setan jangan sampai merangkap (menjerumuskan) kalian, seperti yang dialami kedua orang tuamu(Adam-Hawu), mereka dikeluarkan duri surga”.

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

””(Ingatlah) setan selalu mengancam kalian dengan bayangan kemiskinan, dan mendukung sepenuhnya jika kalian berbuat serong dan keji”.

 

Dan FirmanNya:

 

Artinya:

”Bahwasanya setan adalah lawanmu, maka nyatakan lah perlawananmu terhadap mereka (hadapilah ia sebagai musuhmu)”.

 

Bagi otak waras pasti dapat membuktikan bahwa setan itu musuhnya, karena ia selalu berusaha menyesatkannya dan menarik ke neraka. Untuk selanjutnya orang berotak waras hendaklah menentangnya, memeranginya atas bisikan dan tipu dayanya, sekalipun berupa nasihat, jika nyata bertentangan dengan tuntunan Allah dan RasulullahNya, karena setan nyata musuh manusia.

 

Dari Anas Malik, Nabi  bersabda: “Orang mukmin itu berada di antara 5 kesulitan, yaitu:

 

  1. Orang mukmin yang hasud padanya.
  2. Orang munafik yang benci padanya.
  3. Musuh yang memeranginya.
  4. Setan yang menyesatkannya
  5. Nafsu yang mempengarui (berbuat atau menyeret pada kesesatan dan kebinasaan) padanya.

 

Salih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdurrahman Ziyad, katanya: “Nabi Musa pernah didatangi Iblis bersongkok aneka warna. Ketika ditanya: “Siapa kau, kenapa datang ke mari? Jawabnya: “Aku Iblis, mengucapkan selamat atas diangkatnya Musa pada kedudukan tinggi. Lalu songkok itu apa gunanya? Jawabnya: “Untuk mengelabui hati anak Adam, Coba ceritakan: “Dosa apa yang diperbuat manusia, dan kau dapat menguasainya? Jawabnya: “Saat manusia ujub (bangga), dan berperasaan banyak amalnya, serta lupa dosanya, disitulah aku berkuasa penuh atas dirinya.

 

Wahb Munabbih menceriterakan: “Iblis datang kepada Nabi Muhammad, menjelma orang tua bertongkat kerika ditanya: ” Siapa kamu dan apa perlunya datang kemari? Jawabnya: “Aku Iblis, siap menjawab segala pertanyaanmu. Lalu beliau  bertanya:

 

  1. Siapa saja musuh-musuhmu (berapa juAllahnya)? Jawabnya: Ada 15 orang, yaitu:
  2. Engkau (Muhammad )
  3. Pimpinan yang adil (bijaksana)
  4. Orang kaya yang tawadlu (merendahkan diri).
  5. Saudagar atau pedagang yang jujur.
  6. Seorang ‘Alim Ulama yang khusyuk.
  7. Orang mukmin yang senang saling menasihati.
  8. Orang mukmin yang pemurah (belas kasihan).
  9. Orang yang bertaubat (dan tetap dalam taubatnya).
  10. Orang yang menjauhi hal-hal yang haram.
  11. Orang mukmin yang berakhlak mulia (luhur).
  12. Orang mukmin banyak sedekahnya.
  13. Orang yang selalu suci dari hadats kecil (tetap punya air wudu sepanjang harinya).
  14. Orang mukmin yang banyak manfaatnya pada masyarakat (manusia lainnya).
  15. Penghafal Alquran yang selalu membacanya setiap saat (malamnya).
  16. Pelaku salat Tahajud, saat kebanyakan manusia enakenaknya tidur.

 

  1. Siapa saja kawan-kawanmu (berapa juAllahnya), jawabnya: Ada 10 orang, yaitu:
  2. Penguasa zalim (penganiaya rakyatnya).
  3. Orang kaya yang sombong.
  4. Saudagar pengkhianat (pedagang tak jujur).
  5. Penggemar arak (khamr, pemabuk).
  6. Pemfitnah (tukang fitnah) dan adu-domba.
  7. Penjahat (pelacur).
  8. Pemakan harta anak yatim.
  9. Pemalas dan melalaikan salatnya.
  10. Orang yang tidak mau mengeluarkan (membayar) zakatnya.
  11. Ahli berkhayal (panjang angan-angannya).

 

Al Kisah, pada zaman Bani Israil, ada seorang ‘Abid, bernama Barshisha dan sangat mustajab doanya, masyarakat sekitarnya banyak yang minta tolong kepadanya, dan setiap orang sakit dibawa kepadanya, pasti sembuh.

 

Lalu Iblis menawarkan kepada pasukannya (yaitu seran-setan), siapa yang bisa menaklukan orang ini, karena dia berbahaya bagi mereka. Di antara mereka Ifritlah yang mendaftarkan pertama kali, ia pergi menggoda seorang putri raja yang sangat cantik, dan dibuatnya seperti orang gila (sakit ingatan). Maka raja itu bingung, dan ikhtiar dilakukan dengan berbagai cara, tetapi belum juga sembuh. Pada saat semacam itu datanglah setan (menjelma manusia), katanya memberi petunjuk: “Jika putrimu ingin segera sembuh, coba bawalah ke rumah Barshisha, pasti cepat sembuh. Lalu dibawalah putri itu ke rumahnya, dan setelah didoakan oleh Barshis, langsung sembuh, tetapi setelah dibawa pulang kambuh (kumat) lagi penyakitnya. Dan setan menyarankan agar disuruh saja mondok di rumah Barsish pasti putrinya akan benar-benar sembuh. Dibawalah putri raja tersebut untuk mondok beberapa hari di rumah Rahib Barshis itu. Ja puasa terus setiap hari dan salat di malam harinya, sampai putri raja tersebut tidak begitu diperhatikan. Tetapi setiap akan makan putri itu dipermainkan dan dibuka auratnya oleh setan di hadapan Barshisha, dan setiap itu pula Rahib Barshisha memalingkan pandangannya. Setan tidak henti-hentinya membangkitkan nafsu birahinya, sehingga pada suatu saat Barshih dapat melihat wajah ayu dari kecantikan wajah putri tersebut, dan tiada seorang wanitapun yang membandingi kecantikannya. Hingga tertariklah ia kepada putri tersebut dan akhirnya menjadi hamil.

 

Sesudah hamil Barshisha mulai bingung, dan setan membisikkan kepadanya: “Kau tidak akan selamat dari hukuman ayahnya (raja tersebut), kecuali jika segera membunuhnya lalu ditanam di biaramu ini, selanjutnya kau memberitahu raja, bahwa: “Putrinya sudah mati, dan sudah dikubur, pasti mereka percaya kepadamu. Tidak lama kemudian datanglah petugas kerajaan menanyakan putri rajanya, dan ia menjawab bahwa: Putrinya sudah mati. Mereka percaya dan pulang ke istana. Tetapi setan menyerupai manusia, memberitahukan bahwa: “Sebetulnya putri raja itu diperkosa oleh Rahib Barshisha sendiri hingga hamil, dan karena ia takut dihukum, maka putri dibunuh dan dikubur. Setelah diberitahu, raja berangkat sendiri ke rumah Barshisha, menggali mayat putrinya, ternyata benar putrinya mati terbunuh, dan Barshisha ditangkap kemudian dihukum gantung. Dan saat ia berada di tiang gantungan, setan berkata: ” Yang mendalangi petualangan ini adalah aku, dan sekarang tiada yang dapat menolongmu kecuali aku, usahaku akan meyakinkan mereka, bahwa: “Yang membunuh bukanlah kamu, pasti mereka percaya padaku, tapi dengan catatan kamu bersujud kepadaku 1x. Jawabnya: “Mana bisa aku sujud, dalam keadaan demikian. Kata setan:

 

”Cukup memberi isyarat saja (dengan menganggukkan kepala). Dan sesudah dilaksanakan perintah setan (ia sujud pada setan), katanya: ”Aku tidak mau tahu urusanmu, aku cuci tangan darimu. Firman Allah:

 

Artinya:

”Misalnya ketidak jujuran (tidak bertanggungjawabnya) seperti: “Tipu daya setan menyuruh manusia agar kafir, dan sesudah manusia itu kafir, maka dengan liciknya ia berkata: “Aku cuci tangan dari (perbuatan)mu itu. aku sangat takut kapuda Alah Penguasa alam. “Lalu akibatnya keduanya masuk neraka, kekal di dalamnya, itulah balasan orang yang zalim ”. (Hasvr 16-17)

 

Nasihat Al Faqih: “Ada 4 musuh manusia, yang setiapnya menuntut perjuangan yang gigih, yaitu:

 

  1. Harta dunia, ia merayu dan membujuk, Firman Allah:

 

Artinya:

”Kehidupan dunia, semata hanyalah hiburan yang membujuk”.

 

Dan ayat:

 

Artinya:

”Lalu janganluh kau tertipu oleh kehidupan dunia (yakni Jangan kau anggup kekal).

 

Dan kau jangan mudah terpengaruh oleh apapun yang menyimpang dari jalan Allah.

 

  1. Hawa nafsumu sendiri, adalah musuh terkuat yang sangat membahayakan.
  2. Setan yang kau tidak bisa melihatnya.
  3. Setan berupa manusia, dan ini lebih jahat daripada setan jin, karena setan jin hanya berbisik, tetapi setan manusia dengan ucapan nyata, harta kekayaan nyata, dan penganiayaan (pemerkosaan) nyata, yang selalu menyimpangkan (membelokkan) kamu dari taat (beribadat) dan beramal baik.

 

Dari Syaddad Aus, Rasulullah  bersabda: “Orang yang akalnya sempurna, yaitu: “Yang dapat memperhitungkan nasibnya sendiri, mempersiapkan diri (bekal matang) demi menghadapi hal-hal yang akan terjadi sesudah mati.”

 

Sedangkan orang yang selalu menuruti hawa nafsunya, dan berharap ampunan dari Allah tanpa beramal, berarti membuktikan otaknya goblok.

 

Kata Nabi Isa putra Maryam: “Bukanlah sesuatu yang dianggap mengherankan, jika ada orang binasa, kenapa sampai terjadi, tetapi yang dianggap mengherankan adalah orang yang selamat, bagaimana ia sampai berhasil (menyelamatkan diri).

 

Karena surga adalah diliputi (dengan penuh) kesulitan, sedangkan neraka diliputi (dipenuhi) dengan sahwat dan kegembiraan (kesenangan). Dan bagi setiap orang didampingi oleh setan yang membisik-bisikan dan merayu-rayu, juga malaikat yang selalu memperingatkan (melarang dan mencegah berbuat buruk). Maka dalam hal ini terserah pada hawa nafsunya (dapat tidaknya dikendalikan), jika mampu mengendalikannya, berarti baik dan taat, tetapi jika tidak berarti buruk dan maksiat”.

 

WALLAAHU ALAM



 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Maimun Mahran: Umar Abdul Aziz mengharap kedatanganku setiap bulan 2x, pada suatu hari ketika aku akan memasuki rumahnya, ia melihat aku dari lotengnya, tidak lama kemudian ia turun dan mempersilahkan aku masuk (sebelum sampai di muka pintunya). Setelah aku masuk dan duduk bersama, dia menanyakan tentang para gubernur, para Walikota, para polisi, para petugas penjara dan tentang perkembangan (syiar) agama, hingga sampai pada urusan pribadiku, Dan aku sempat bertanya, ketika aku akan bangun dari tempat duduk: ”Hai Amirul mukminin: “Dari setengah keluargamu apakah tidak ada yang mampu mewakili urusan ini, dan memenuhi kebutuhanmu? Jawabnya: “Hai Maimun, cukuplah bagimu (dari dunia ini) apa yang dapat mengantarkan kamu ke tujuan, sekarang di sini, kelak di tempat lain, lalu aku keluar meninggalkannya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Qatadah, ketika menjelaskan ayat:

 

Artinya:

“Ketika diberitakan kepada mereka (akan) memperoleh putri. lalu ia bermuram wajahnya, sambil menahan amarah”. (Nahl 58)

 

Qatadah berkata: “Allah mengungkapkan kepada kami, tentang kejahatan hati orang musyrik, berbeda dengan orang mukmin yang selalu rela menerima pemberian Allah, bahkan meyakinkan bahwa: ”Allah memilihkan yang lebih baik, daripada memilih sendiri. Dan pemberian Allah kepada manusia (sekalipun manusia menganggapnya buruk), pada dasarnya lebih baik daripada pilihan manusia itu sendiri, dan begitu pula sebaliknya. Dari itu bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah rida, puas menerima keputusan (hukum) Allah bagi diri dan keluarganya.

 

Hal ini berdasarkan Firman Allah:

 

Artinya:

“Kemungkinan kamu benci pada sesuatu padahal itu lebih baik bagimu, dan sebaliknya kemungkinan kamu mencintainya, padahal itu berbahaya bagimu, Allah Mengetahui dengan pusti sedangkan kumu tidak tahu sama sekali”.

 

Allah tahu pasti, apa yang akan menimpa diri manusia dan akibatnya, yang tidak mudah pikiran seseorang mampu menjangkaunya, akibat kedangkalan dan keterbatasan kemampuannya. Allah Mengetahui secara pasti, tentang kebaikan dan kepentingan manusia di dunia, tentang kebutuhan agama dan akhirat bagi mereka. Padahal pengetahuan manusia, semata hanyalah perkiraan yang kurang tepat, dari itu tidak layak manusia menolak (tidak rela) keputusan Allah, padahal Dia Mengasihi siapa saja dari manusia yang rela menerima keputusan (hukum)Nya.

 

Tempat tinggal manusia, menurut seorang bijak, ada 4, yaitu: Dunia, Kubur, Mahsyar dan tempat kekal surga atau neraka (akhirat).

 

Hidup di dunia ini (umurnya), tidak jauh berbeda dengan “Orang haji yang datang senja hari di Arafah karena sangat singkatnya waktu, barang-barang bawaan tiada berkesempatan dibongkar, karena segera diberangkatkan. Sedangkan tinggal di kubur, tidak bedanya dengan keharusan bermalam (untuk istirahat) diwaktu ibadat haji. Dan hidup di Mahsyar, adalah seperti: “Jamaah haji turun ke Mekkah (merupakan pertemuan akhir), dan sesudah itu mereka pulang ke tempat masingmasing, yaitu ada yang ke surga atau neraka.

 

Lima pertanyaan di bawah ini, jawabannya sudah disepakati oleh 700 “Alim Ulama, setelah diadakan observasi oleh Syaqiq Ibrahim, yaitu:

 

  1. Pikiran yang sehat (sempurna) itu dimiliki oleh manusia yang bagaimana? Jawabnya: “Manusia yang tidak mencintai dunia.
  2. Sampai sejauh mana orang disebut “Cendekiawan”? Jawabnya: “Manusia yang tidak sampai tertipu oleh (kesenangan) dunia.
  3. Sampai sejauh mana pula orang dianggap kaya? Jawabnya: “Manusia yang menerima (rela) atas pemberian Allah (rela menerima keputusanNya).

4, Sampai sejauh mana orang dianggap mengerti tentang agama? Jawabnya: “Manusia yang tidak ingin berlebih-lebihan”.

5, Siapa manusia yang disebut kikir? Jawabnya: “Yaitu: “Manusia yang enggan membayar hak Allah dalam hartanya (menolak memberikan zakat hartanya).

 

Marah Allah akan menimpa kepada 3 macam manusia, yaitu:

 

  1. Ketika meringankan kewajiban (melupakannya).
  2. Manusia yang tidak rela pada keputusanNya.
  3. Manusia yang marah-marah kepada Allah, karena doanya tidak segera dikabulkan.

 

Firman Allah:

 

Artinya:

“Bagi pencuri (pria-wanita), hendaklah diputus tangunnya (keduanya )”.

 

Para ahli fikih dalam penjelasannya ayat diatas: “Orang yang mencuri sebanyak 10 dirham, dipotong tangannya. Hal ini tidak berarti: “Nilai tangan itu disamakan dengan uang 10 dirham, bukan, akan tetapi tindakan itu punya 2 tujuan pokok, yaitu:

 

  1. Karena ia tidak rela (menerima) bagian rezeki pemberian dari Allah, sampai dia berani memaksa hak orang lain (menyerobotnya).

 

  1. Karena melanggar hak kehormatan (sebagai) orang muslim.

 

Dari itulah, Allah menyuruh agar pencuri dipotong tangannya, sebagai balasan dari akibat perbuatannya, dan agar menjadi peringatan bagi manusia lainnya, hendaklah rela menerima hukum (keputusan)Nya.

 

Karena hal itu merupakan sifat dan akhlak para Nabi dan para salihin. Ada 12 macam sifat para Nabi (menurut penuturan Abu Darda-k), yaitu:

 

  1. Meyakinkan adanya janji-janji Allah.
  2. Memutuskan harapan kepada makhluk (tidak tamak kepada manusia).
  3. Tidak punya musuh, kecuali setan.
  4. Tekun pada urusannya (meningkatkan perbaikan).
  5. Kasih sayang terhadap sesamanya (makhluk).
  6. Tahan menderita demi kemaslahatan umum (umat Islam, atau berani menanggung resiko).
  7. Meyakinkan adanya surga dinyatakan dengan memperbanyak amal baik (karena Allah tidak menyia-nyiakan amal seseorang)
  8. Tunduk dan berani membela hak (kebenaran).
  9. Tidak kenal bosan (jemu) dalam menyampaikan kebenaran nasihatnya, sekalipun terhadap musuh.
  10. Tiada simpanan (dari kelebihan) hartanya, karena selalu diberikan kepada fakir-miskin yang sangat memerlukan bantuannya.
  11. Tetap dalam keadaan bersuci (dari hadats), sepanjang harinya (punya wudu terus).
  12. Tidak berlebih-lebihan (gembira), ketika memperoleh harta kekayaan, dan sebaliknya: ” Tidak sedih akibat hilang (kesepian harta).

 

Seorang ‘Alim (Ulama) menyatakan: “Ahli zuhud (seorang zahid) diberi kehormatan (kemuliaan) dalam 10 perkara, yaitu:

 

  1. Wajib bermusuhan dengan setan, Firman Allah:

 

Artinya:

”Sesungguhnya setan itu adaluh musuhmu, maka jadikanlah ia sebagai musuh”.

 

  1. Melakukan suatu amalan (tindakan), pasti dilandasi dengan dalil kuat yang dapat dipertahankan kelak di hari Kiamat. FirmanNya:

 

Artinya:

“Katakanlah (Muhummud). coba buktikan hujjah atau dalilmu jika memang kamu benar”.

 

  1. Siap selalu menghadapi maut, FirmanNya:

 

Artinya: “Setiap jiwa pusti akan merasakan muti?.

 

  1. Saling berkasih sayang terhadap sesamanya hanya karena Allah, demikian pula membencinya juga semata karena Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

“Tidak ukan kau peroleh (temui) suatu masyarakat yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, mencinta manusia penentang Allah dan RasululluhNva, sekalipun uvah (kandung) atau anak dun saudara (kandung) mereka, utau satu rumpun mereka, mereka itulah manusia yang imannya telah terpatri dalam hatinya”.

 

Yakni orang mukmin tidak berkawan atau bekerjasama dengan orang yang menentang (menyalahi) perintah Allah, sekalipun dia itu seorang ayah, anak atau saudaranya (kandung).

 

  1. Melaksanakan kewajiban “Amar ma’ruf nahi mungkar”, FirmanNya:

 

Artinya:

“Serukanlah yang maa’ruf (baik) dan larang (cegah)lah yang munkar dan bersabarlah dalam menghadapi setiap penderitaan (yang menimpa kamu), karena yang demikian itu adalah perbuatan yang sangat terpuji lagi mulia”.

 

  1. Selalu memperhatikan dan memikirkan (bukti) ciptaan Allah atau tafakkur, FirmanNya:

 

Artinya:

“Mereka sangat memperhatikan tentung kejadian langitbumi”.

Dan FirmanNya: ”

 

 Artinya:

”Ambillah ibarat, hai orang-orang yang berpandangan (pikiran)”.

 

  1. Memelihara hati dan pikiran agar tidak sampai memikirkan hal-hal yang di luar rida Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

“Bahwasanya telinga mata dan hati atau pikiran, semuanya akan ditanya (dituntut pertangsungjuwabannya).

 

  1. Tidak merasa aman dari makar Allah (kebalikan dari sesuatu). FirmanNya: –

 

Artinya:

”Tidak merusa aman dari makar Allah (kekuasaanNya membalik sesuatu), kecuali manusia celuka”.

 

  1. Tidak berputus asa (mutung) dari rahmat Allah, FirmanNya:

 

Artinya:

”Kamu jangan sekali-kali berputus asa, (tidak mengharap) rahmat Allah, sungguh Allah mengampuni sesula dosa, Dia Pengampun-Penyayang”.

 

  1. Tidak gembira (berlebih-lebihan) karena memperoleh harta dunia, dan tidak pula sedih jika tidak memperolehnya, FirmanNya:

 

Artinya:

“Agar kamu tidak menyesali (harta milik) yang terlepus dari tangunmu, dan tidak bangga dengan (prestasi, berhimpunnya harta, kehormatan atau kedudukan) yang dicapai.

 

Karena seorangpun tidak tahu pasti, kebaikan dirinya dalam sesuatu yang dicapai itu, atau terlepas dari tangannya. Untuk itu bersikap tenangtenang saja dalam menghadapi keduanya itu. Perumpamaan orang mukmin seperti bunga (aas), yang tiada berubah akibat panas dingin, sedang munafik seperti bunga (mawar), akibat sedikit perubahan hawa mudah rusak. Di saat senang atau susah, seorang mukmin tidak mudah terpengaruh (tidak mudah mengalami perubahan), demikian pula dalam keadaan kaya (cukup keperluan hidupnya) atau miskin serba kekurangan, dan dalam keadaan sehat, atau sakit sama sekali tidak mudah mengalami perubahan, apa sebabnya? Sebab ia sudah rida pada keputusan (hukum dan takdir) Allah .

 

Jauh berbeda dengan orang munafik yang ketika memperoleh nikmat bangga dan berjingkrak girang, tetapi sewaktu diuji dengan bala (penderitaan) berkeluh kesah dan merintih-rintih.

 

Oleh karena itu, bagi orang mukmin sebaiknya (wajib) mengikuti jejak para Nabi dan para salihin, serta pandai-pandai mengambil suri tauladan dari mereka. Dan jangan sekali-kali mencontoh orang-orang kafir dan munafik, juga jangan terpengaruh dengan perbuatan (pola) mereka. Camkan baik-baik, jangan sampai lupa (teledor) sedikitpun.

 

WABILLAHIT TAUFIIQ WAL HIDAAYAH. Hanya kepada Allah-lah kami memohon taufik dan hidayahNya.

 

 

 

 

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Sa’id Khudry,

 

Rasulullah  menyampaikan khutbahnya mulai (habis salat) Asar hingga terbenamnya matahari (waktu Magrib), bagi yang kuat ingatannya mampu menyimpannya, tetapi yang lemah, melupakannya, tentang materi yang disampaikan beliau adalah sebagai berikut:

 

Artinya:

“Kalian harus ingat, buhwasanya: “Dunia ini hijau, cantik dan munis, diserahkan kepada kalian (yang menjadi khalifahnya), Kalian harus berhati-hati, jangan sumpui daput dipengaruhi oleh dunia dun wunita, karena munusia diciptakan bertingkat-tingkat, ada yang lahir mukmin, hidup mukmin tetupi matinya kafir (Na’udzu billah min dzalik), dan sebaliknya ada yang lahir kafir, hidup kafir, tetapi matinya mukmin.

 

Ingatlah bahwa marah merupakan api nyala di hati, manusia, matanya (orangnya) merah dan tesung seluruh uratnya, muka jika ada manusia yang terusa demikian, segeruluh duduk di tunuh atau berbaring, dan ingatlah pula bahwa: ” Ada orang yang marahnya lambat, tetapi lekas reda, dan ada pula orang yung cepat marah juga cepat reda, yung berarti sama saja. Dan perlu diingat, buhwa: ”Sejuhat-jahat manusiaialuh orang yang cepat marah, tupi sangat lambat redanya, muka jika lambat marah lambat reda berarti samu saja.

 

Dan ingatlah, bahwa: “Sebaik-baik pedasans, ialah orang yang baik cara menerima, dan baik pula cara (jika) membayar”. Tetapi jika baik ketika menerima dan sewaktu membuyar buruk, berarti sama saja.

 

Dan hendaklah diingat, bahwa: “Pedagang yang paling buruk ialah Jika dalam menerima dan membayarnya selalu buruk. Maka jika buruk cara menerima tetapi ketika membayarnya baik, masih. dihitung lumayan (Sama-sama).

 

Dan ingatlah, jangan sampai terjadi (ada) di antara kalian, orang yang takut terhudap sesamunyu, hinggu tidak berani mengatakan yang sebenarnya terhadap kenyataan yang adu (diketahui secara pasti) dan dia saksikan, hingga ketika sampai puda musa terbenumnya matahari, lalu ia berkatu: ” Ingatlah, bahwasunya tiadu tinggal dan un vr dunia sejak terdahulu itu, kecuali seperti tinggulnya matahari menjelang terbenam ini”.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah, katanya: ”Kami menyaksikan beliau Nabi  di tengah perang Hunain bersabda kepada orang yang dalam pengakuannya muslim, tapi ahli neraka. Maka berkecamuklah perang, dan orang tersebut ikut berperang sekerasnya, hingga salah seorang sahabat melaporkan kepada beliau  bahwa:” Orang yang disebutkan ahli neraka itu benar-benar berperang sabil, lalu beliau  bersabda: “Ingatlah bahwa ia adalah ahli neraka”. Hingga kebanyakan hampir meragukan penegasan beliau , tiba-tiba ketika ia menderita luka parah, keluarlah ucapan kufurnya dan segera mengeluarkan anakpanahnya -dan membunuh diri sendiri. Sahut para sahabat: ”Ya Rasulullah, Allah membenarkan pernyataanmu itu, si Fulan itu telah mengeluarkan katakata kufur dan bunuh diri. Kemudian beliau bersabda: “Bangunlah hai . Fulan: katakan kepada mereka, bahwa: “Tidak dapat masuk surga, kecuali orang yang beriman”. Sabdanya: “Bahwasanya amal itu ditentukan di akhir penutupannya, bukan ditentukan oleh banyaknya salat, dan puasa, tetapi dilihat dari akhir penutupan (hayat)nya.”

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah  adalah orang benar, wajib dibenarkan segala beritanya, ., beliau bersabda: “Kejadian seorang manusia itu dihimpun dalam – kandungan ibunya selama 40 hari berupa cairan mani (sperma), lalu menjadi segumpal darah selama 40 hari, dan segumpal daging selama 40 hari, lalu Allah mengutus malaikat menulis 4 kalimat, yaitu:

 

  1. Ditulis tentang ajalnya.
  2. Ditulis tentang cita-cita keinginannya (harapannya).
  3. Ditulis tentang (bagian) rezekinya.
  4. Ditulis tentang nasibnya (nasib baik atau buruk).

 

Dan manusia terkadang melakukan amalan ahli surga, hingga jarak antara dia dengan surga hanyalah sehasta, lalu dalam suratan akhir amalnya ditutup dengan amalan penghuni neraka hingga masuklah ia ke neraka. Dan sebaliknya, terkadang manusia melakukan amalan penghuni neraka, hingga jarak antara dia dengan neraka hanya sehasta, lalu dalam suratan amal akhirnya ditutup dengan amalan penghuni surga, maka masuklah ia ke dalam surga”.

 

Hadis ini sesuai dengan hadis sebelumnya, yang menegaskan bahwa setiap amal ditentukan pada akhir penutupnya. Maka bagi seorang muslim, hendaklah selalu berdoa agar amal perbuatan akhirnya ditutup dengan kebaikan oleh Allah  karena kebanyakan lenyapnya iman seseorang itu di saat naza (ketika sakaratul maut atau dicabutnya nyawa seseorang).

 

Doa yang selalu dibaca Yahya Muadz yaitu: Ya Allah, aku sangat gembira dengan karunia iman dariMu, tetapi aku sangat takut jika sampai terlepas, maka selama itu jangan kau cabut iman dariku.

 

Ketika ditanya tentang dosa apakah yang menjadi faktor penyebab dicabutnya iman? Jawab Abu Qasim Hakim ada 3 macam dosa, yaitu:

  1. Ketika melupakan nikmatnya iman (tidak pandai mensyukuri atas pemberian Allah berupa nikmat iman tersebut).
  2. Ketika lenyapnya rasa khawatir (tidak takut) iman terlepas dari dadanya, maka ada kemungkinan besar iman itu dicabut.
  3. Ketika ia melakukan sewenang-wenang (berupa penganiayaan, pemerkosaan hak) terhadap sesama muslimnya (berlaku zalim kepada mereka).

 

Hasan Bashry dalam keterangannya: “Akan disiksa seorang manusia di neraka selama 1000 tahun, lalu dikeluarkan dan dimasukkan ke surga, Sahut Hasan selanjutnya: “Untung sekali jika aku menjadi orang itu. Demikian harapan Hasan itu, karena ia sangat takut mati dalam keadaan “Suul khatimah”. Dan hal ini menunjukkan para salihin terdahulu, benarbenar sangat takut jika mati tidak sampai dalam keadaan beriman (Suul khatimah).

 

WALLAAHU ALAM

 

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas, katanya: “Ada orang bertanya: Ya Rasulullah, hitam dan buruk mukaku ini apakah menjadi faktor penyebab terhalangnya aku masuk surga? Jawab beliau : “Tidak, Demi Allah, sepanjang engkau meyakinkan kepada Tuhanmu dan ajaran RasulullahNya. Lalu katanya: “Demi Allah, aku sudah Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,  delapan bulan sebelum aku datang ke sini, dan aku telah beberapa kali meminang orang-orang yang berada di sekitarmu ini, tetapi seorangpun tidak ada yang mau menerimanya, akibat buruknya wajahku. Dan perlu diketahui bahwa nasabku dari ayah adalah orang-baik-baik, berbeda dengan nasab dari ibuku yang buruk. Beliau  bertanya: “Amr Wahb (seorang suku Tagief) yang belum lama ini masuk Islam, apakah ada di tempat ini? Jawabnya: “Tidak ada”. Lalu orang hitam giliran ditanya: ”Kau tahu pasti rumahnya? Jawabnya: “Ya, aku tahu pasti. Sabdanya: “Pergilah kau ke sana dan ketuklah pintunya pelan-pelan, lalu mengucapkan salam, jika sudah masuk berkatalah kepadanya, bahwa: “Rasulullah  telah mengawinkan aku dengan putrinya (anak putrimu). ‘Atikah nama anak putrinya itu cukup cantik dan cerdik, maka pada mulanya ia disambut baik, tetapi karena buruk wajahnya, maka mereka tidak senang kepadanya, apalagi setelah amanat beliau  disampaikan (yakni telah dikawinkan dengan putrinya), maka mereka menolaknya mentah-mentah (dengan cara sangat kasar), hingga ia cepat-cepat pergi menghadap Rasulullah . Tetapi secara tiba-tiba putrinya berkata: “Hai ayah, carilah selamat 2x, sebelum turun wahyu yang membuka rahasiamu. Dan jika benar Rasulullah telah mengawinkan aku dengannya, maka aku rela atas ketentuan tersebut. Lalu ayahnya segera menyusul ke tempat Rasulullah  dan setelah sampai di majelisnya, ditegur: “Kau orangnya yang berani menolak pinangan Rasulullah ? Jawabnya: “Benar, tetapi kini aku menghadap untuk memohon ampun kepada Allah, yang semula aku mengira ia berdusta, ternyata hal itu benar-benar dari Baginda, maka kini dengan perasaan senang aku menerimanya (dan kukawinkan dia dengan putriku), dan aku berlindung agar tidak sampai ditimpa kemarahan Allah dan RasulullahNya. Lalu dikawinkan dengan maskawin 400 dirham, dan ketika calon suami (yang bernama Sa’ad Sulamy) disuruh masuk kepada istrinya, ia menjawab: “Demi Allah ya Rasulullah, tiada sepeserpun uang bagiku, hingga ia akan berusaha menghimpunnya dari saudara-saudaranya. Kemudian sabdanya: “Maskawin untuk istrimu ditanggung oleh 3 orang mukmin, yaitu Utsman, Abdurrahman Auf dan S. Ali, maka sekarang ambillah. Setelah uang tersebut diambil, ternyata mereka bertiga memberi lebih besar (lebih 400 dirham) dan terus dibawa ke pasar akan dibelikan segala keperluan (lamaran) buat istrinya, mendadak terdengar seruan: ”Hai kuda Allah berkendaraanlah, juga Rasulullah  menyerukan panggilan jihadnya, lalu ia melihat ke langit seraya berdoa: “Ya Allah, Tuhan Pencipta-langit-bumi, Tuhannya Muhammad , aku akan membelanjakan uang ini demi memenuhi sesuatu yang lebih disenangi Allah dan RasulullahNya, akhirnya uang sebesar itu dibelanjakan peralatan dan perlengkapan perang sabil (yakni kuda, pedang, tombak dan perisai), kemudian ikat sorban dan ikat pinggangnya dipererat, memakai topi baja (seluruh anggota tubuhnya tidak kelihatan (berukut-rapat), kecuali bola mata saja), ia tegak berdiri di barisan Muhajirin, hingga mereka saling bertanya: “Siapakah orang itu, kami belum pernah melihatnya? Jawab S. Ali: Biarkanlah, mungkin dia dari Bahrain atau dari Syam, ia sengaja menimba ilmu agama, dari itu ja bertekad (berjuang) demi keselamatan kalian. Benar juga dugaan mereka, ia maju menghadapi lawan, memukul dan menerjang dengan pedang dan tombaknya, hingga kudanya tidak mampu mengimbanginya, lalu ia turun seraya menyingsingkan lengan bajunya, dan pada saat itu diketahui secara pasti oleh Rasulullah  dan ia dipanggil: ” Benarkah kau ini Sa’ad? Jawabnya: “Ya, benar. Lalu sabdanya: “Baik sekali nasibmu, Dan ia terus maju ke depan menghadapi lawannya (orang-orang kafir), hingga ia mati syahid, gugur di medan pertempuran melawan orangorang kafir. Kemudian beliau  mengangkatnya, kepalanya diletakkan di atas pangkuannya, dan debu-debu yang melekat oleh beliau diusapnya, sabdanya: “Harum sekali baumu, Allah dan RasulullahNya sangat kasih kepadamu. Lalu beliau menangis, dan sesudah itu tertawa, lalu memalingkan wajahnya, sabdanya: “Saat ini ia sudah sampai di Haudl (telaga), demi Tuhan Penguasa Kakbah, Abu Lubabah bertanya: “Apa itu Haudl, ya Rasulullah? Jawabnya: “Telaga Allah yang diberikan kepadaku, luasnya antara Yaman sampai Bushra, permata mutiara menghiasi pinggirnya, putihnya air melebihi putihnya susu, dan manis melebihi madu, dan sekali minum airnya maka tidak akan haus selamanya. Lalu kenapa Baginda menangis? Jawabnya: “Karena rindu kepadanya, dan sesudah itu tertawa: “Karena aku gembira dengan pemberian kehormatan Allah kepadanya, dan ketika itu para calon istrinya (para bidadari) saling berebut menyambut kedatangannya sampai terlihat betis-betisnya, oleh karena itulah aku memalingkan wajahku (malu karenanya). Kemudian peralatan perang milik Sa’ad diserahkan kepada istrinya (atas perintah Rasulullah SE), juga diberitahu, bahwa: “Allah telah mengawinkan Sa’ad kepada putri surga (bidadari) yang jauh lebih cantik daripada putri tersebut.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Umar, katanya: “Dulu ada 3 orang berjelajah (berjalan-jalan) di atas bumi, mendaki gunung turun jurang dan masuk hutan belantara, di tengah perjalanan turunlah hujan, dan mereka berteduh (masuk) ke dalam gua di bawah gunung, setelah agak lama ia berada di dalamnya, tiba-tiba batu besar menggelundung (di bawa air) dan tepat menutup pintu gua tersebut. hingga mereka berkata: “Hilanglah bekas dan putuslah dengan dunia luar (tiada berita lagi), dan saat ini bagi kita tiada tempat lagi berlindung, kecuali kepada Allah dan dengan amal baik yang pernah kita lakukan dahulu, maka jalan yang paling tepat adalah memanjatkan doa wasilah amal-amal kita terdahulu (berdoa dengan menyebutkan amal baiknya) berharap sepenuhnya kepada Allah  agar Dia berkenan menyelamatkan kita dari bencana ini. Sesudah ada kesepakatan di antara mereka, maka mulailah memanjatkan doa yaitu: Doa orang pertama: “Ya Allah, Engkau Mengetahui secara pasti, bahwa: “Aku pernah merayu gadis cantik yang sangat menarik (syahwatku), yakni sepupu putri pamanku, untuk bersetubuh di luar ridaMu (sebelum nikah), ketika itu ia menolaknya, sampai menderita kelaparan (dan dalam keadaan seperti itu), ia minta bantuan (harta) kepadaku, dan kesempatan baik bagiku menolak permohonannya, kecuali jika ia mau menyerahkan kehormatannya secara tulus kepadaku, semula ia menolak, tetapi keadaan sangat memaksanya, maka ia menyerahlah kepadaku, katanya: “Terserahlah kepadamu”. Dan ketika aku akan melakukan (zina) terscbut, mendadak berubah, ia gemetar dan berkata: “Perbuatan ini tidak halal bagimu, kecuali jika sudah nikah”. Riwayat lain: ”Bertakwalah kepada Allah, jangan kau teruskan (membuka tutup aurat ini), kecuali jika sudah nikah (halal). Maka seketika itu aku mengurungkannya (tidak jadi berzina) tetapi aku tetap memberi bantuan (harta) kepadanya. Oleh karena itu ya Allah, jika aku mengurungkannya demi mencari ridaMu, maka selamatkan kami dari bencana ini. Dengan demikian bergeserlah batu itu (sedikit longgar), tapi karena besarnya, belum dapat mereka melewatinya.

 

Kemudian orang kedua berdoa: ”Ya Allah, Engkau Mengetahui secara pasti, bahwa: Dulu sewaktu mendiang (almarhum) kedua orang tuaku hidup (di saat lanjut usia) aku setiap hari mendahulukan hidangan air susu bagi mereka, sebelum lainnya. Dan pernah pada suatu hari aku hidangkan air susu buat mereka, tetapi mereka tengah tidur pulas dan aku sangat sayang dan segan membangunkannya, padahal aku harus mengurusi pekerjaanku (khawatir domba-dombaku dimangsa serigala), namun pendirianku saat itu mantap harus menunggunya sampai terbit fajar (mereka berdua baru bangun) dan gelas susu tetap kupegang, Ya Allah seandainya yang demikian itu ikhlas bagiMu, maka tolonglah kami diselamatkan dari bencana ini, maka sedikit bergeser lagi (melebihi longgar geseran pertama), namun karena besarnya, batu belum juga memberi jalan kepada mereka untuk keluar.

 

Akhirnya orang ketiga berdoa: Ya Allah, dulu para pembantu atau karyawanku setiap habis pekerjaannya, langsung aku berikan bayarannya (dua mud makanan), lalu salah seorang dari mereka ada yang mengusulkan bayaran tambahan, karena prestasi kerjanya (lebih baik daripada lainnya), dan ketika usulnya tidak diperhatikan ia marah-marah kepadaku. Menurut riwayat lain: “Salah seorang dari mereka ada yang bekerjanya kurang penuh, akibat terlambat, dan aku membayarnya penuh Sebagaimana biasanya. Tetapi atas kebijakan ini, mengundang pembantu atau karyawan lainnya protes, ketika itu aku menjawab: ”Bayaranmu sedikitpun tidak dikurangi, kenapa kamu protes? Lalu ia marah-marah kepadaku, dan tidak mau mengambil bayarannya itu. Karena bayaran (dua mud) 30x dak diambil, maka diunaAllah (diolah) dalam waktu sekian lama menjadi kekayaan yang cukup besar (dibelikan Jembu, onta dan domba), tidak tabunya setelah sekian Jama pembantu datang lagi dan menuntut haknya, karena ia sangat memerlukannya, dan aku menjawabnya: “Ambillah harta kekayaan sebesar itu (semuanya) karena itu adalah hakmu, yang aku kembang biakkan. Ya Allah, jika hal itu aku lakukan dengan ikhlas semata untukMu, maka selamatkanlah kami dari bahaya ini, maka berpalinglah batu besar tersebut hingga mercka bertiga dengan aman meninggalkan gua yang tertutup batu besar itu. Disamping Ibnu Umar yang meriwayatkan hadis tersebut, juga Nu’man Basyir dari Rasulullah  bahkan ia meriwayatkan hadis Ar-Ragiem (yaitu catatan Ash-habul Kahfi), Sedang beberapa orang sahabat lainnya, meriwayatkannya dengan lafadh yang berbeda.

 

Kisah dari Al Faqih: “Seorang pemuda tampan dari bani Israil (dulu) sangat tekun beribadat, sedang pekerjaan sehari-harinya (untuk mencukupi kebutuhannya), membuat keranjang dari daun kurma, lalu dipasarkan sendiri. Pada suatu hari tengah memasarkan hasil produknya (menjojohkan keranjangnya), kebetulan melewati pintu istana raja, babu permaisuri raja melihatnya, dan ia melaporkannya kepada permaisuri tersebut Sahut permaisuri: “Panggil dia ke mari”. Dan setelah menghadapnya, permaisuri raja (yang tertarik dengan ketampanan orang itu) menyeru: “Letakkan semua keranjangmu itu dan pakailah baju (mantel) ini, dan ia menyuruh babunya membawa minyak harum untuk menyampaikan hajat (kami) hingga berhasil mencapai kepuasan bersama. Kata permaisuri raja: “Kau jangan khawatir, dengan meninggalkan pekerjaanmu (jual keranjang), kami akan mencukupi kebutuhanmu. Jawabnya: “Aku tidak berani melakukan hal itu, dan ia mengulanginya beberapa kali, hingga permaisuri itu berkata: “Jika tidak tidak mau memenuhi kehendak kami, maka jangan harap kau dapat keluar dari tempat ini, kecuali kau turuti kehendak hati kami. Lalu ia menutup pintu-pintu istana, dan orang itu bertanya: “Apakah ada tempat di atas gedung ini? Jawabnya: “Ada, lalu ia dibawa naik ke atas. Setelah sampai di atas, orang itu akan berusaha meloncat menyelamatkan diri (keluar dari istana), tetapi karena dinding temboknya sangat tinggi terpaksa dia tertegun tidak bisa berbuatnya. Ia sangat menyesali dirinya, katanya: “Hai nafsu (jiwa)ku, sclama 70 tahun kau melakukan amal baik, demi rida Allah, Yang Pemurah, setiap hari tidak pernah istirahat apalagi berhenti dari ibadat, tetapi amal baikmu sekian puluh tahun itu akan kau hancurkan hanya dengan (kenikmatan) sejenak saja, Demi Allah, kau berarti khianat, jika mau melakukan hal itu. Lalu timbul lagi semangatnya, berusaha akan keluar dengan meloncati dinding tembok tersebut, maka di saat semacam itu, Allah menyeru Jibril: ”Hai Jibril, itu lihat hambaKu akan bunuh diri, karena takutnya kepada kemarahanKu, dia takut berbuat dosa kepadaKu, dari itu terimalah ia dengan sayapmu, agar tidak binasa, Lalu Jibril turun dan melaksanakan tugas dari Allah dengan sebaik-baiknya, hingga akhirnya abid (penjual keranjang) itu, selamat dan pulang bertemu dengan keluarga (istri)nya, tanpa keranjang (dan saat itu bertepatan matahari terbenam) Istrinya bertanya: “Mana uang penjualan kerajang-keranjangmu itu? Jawabnya: “Aku tidak bawa uang, Lalu apa yang akan di makan nanti malam? Jawabnya: “Semalam ini, kita bersabarlah dulu. Serunya: “Hai istriku, kita sungkan dengan tetangga jika sampai tidak menyalakan api di dapur, oleh karena itu nyalakanlah api dapurmu itu. Istrinya memang wanita baik-baik, dan taat suaminya, maka ia bangun untuk membuat api didapur, lalu ditinggal duduk. Kemudian seorang istri tetangga, datang minta api, dan ia disuruh mengambil sendiri di dapur, lalu masuklah ia mengambilnya, dan ketika hendak keluar ia memberitahu kepada istri penjual keranjang itu: “Kenapa kau duduk-duduk santai saja, tuh lihat masakan rotimu sudah masak sampai hampir gosong. Ia cepat-cepat ke belakang membuktikannya, setelah dilihat ternyata benar roti masak memenuhi tempat (kuali) seperti biasanya, dan ia segera menghidangkannya pada suaminya, seraya berkata: “Allah tidak akan memberi kebaikan sebesar ini, kecuali karena Dia menyayangimu, oleh karena itu kita harus selalu berdoa kepadaNya, agar Dia melapangkan rezekiNya kepada kita, selama sisa umur masih ada pada kita. Jawabnya: “Kami tetap bersabar menghadapi penderitaan ini. Oleh karena desakan kuat istrinya agar memohon kepada Allah kelapangan rezeki, maka di tengah malam bangunlah ia melakukan salat dan berdoa: “Ya Allah, ia mendesakku agar Engkau memberi rezeki yang lapang kepada kami, selama sisa umur kami ini”, Dengan selesainya permohonan yang dipanjatkan itu, maka terbukalah atap rumahnya dan masuklah sebuah tangan yang memberi vakut yang menerangi rumah itu, seperti sinar matahari di siang hari, lalu istrinya ia bangunkan, seraya berkata: ”Duduklah dan terimalah usul permintaanmu itu, Jawabnya: “Jangan terburu-buru, kau bangunkan aku untuk itu? Karena aku barusan mimpi melihat beberapa kursi bertaburan permata vakut-zabarjad, tetapi ada satu yang berlobang, dan ketika ditanyakan: “Mana yakutnya? Jawabnya: “Itulah yang kau terburu-buru memintanya di dunia Lalu kataku: “Saya tidak menginginkan sesuatu yang menjadi berkurangnya bagianmu (tempat dudukmu), dan sekarang kau mintalah kepada Tuhan untuk mengembalikannya. Maka setelah suaminya berdoa, kembalilah tangan dengan yakutnya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah Al Faraj, seorang Abid berkata: “Pada suatu hari aku mencari seorang tukang baru untuk memperbaiki (bikin betul) rumah, di tengah aku mencari, seorang tampan membawa alat dan keranjang aku temui, dan ditanya: “Kau mau kerja di rumahku sehari saja? Jawabnya: “Ya, mau. Lalu berapa aku harus membayar? Jawabnya: ”Satu dirham dan satu kati, dan aku tidak keberatan. Maka ia bekerjasama dalam pekerjaannya 3 orang. Dan pada keesokan harinya, aku mencarinya, belum juga ketemu, setelah kutanyakan, kata orang dia nampak hanya satu kali seminggu, lalu pada hari yang ditentukan orang, aku mencarinya lagi, ia tengah duduk dengan alar dan keranjangnya, aku bertanya: “Kau mau bekerja di tempatku? Jawabnya ya, mau dan tentang bayaran seperti yang disebutkan kemarin hari. Alkisah, ia bekerja seperti pekerjaan 3 orang, dan setelah sore hari selesai pekerjaan aku membayarnya 2 dirham 2 kati, hal itu ada unsur kesengajaan untuk mengetahui sampai sejauh mana dia punya pendirian. Lalu ia bertanya: ” Berapa uang bayaran ini? Jawabku: “Dua dirham 2 kati, Katanya protes: “Kemarin kan sudah disepakati 1 dirham 1 kati, kenapa sekarang lain? Berarti tuan telah menyalahi persetujuan bersama tempo hari, dan jika demikian halnya aku tidak akan menerimanya. Aku berusaha agar ia menerimanya, tetapi ia tetap menolak dan pergi ke luar, Setelah hal itu saya sampaikan kepada istriku, ia marah-marah, katanya:” Kau berdosa menyalahinya, ia bekerja giat untuk 3 hari, ternyata bayarannya dikurangi. Kemudian aku mencarinya lagi dan terdengar berita bahwa ia sakit. Betul juga saat aku temui dia tengah sakit perut (murus-murus, buang air) di sebuah gubuk kosong, yang ada hanya alat dan keranjangnya saja.

 

Sesudah menjawab uluk salamku, maka aku bertanya: “Aku memerlukan kehadiranmu di rumahku, dan selaku seorang muslim, engkau pasti tidak keberatan bukan? Jawabnya: ”Ya baik, tetapi ada 3 persyaratan yang harus kau penuhi, yaitu:

 

  1. Jangan menawarkan makanan selama aku belum minta.
  2. Jika aku mati, maka bungkuslah dengan kain dan jubahku ini (sebagai kain kafan).
  3. Tepat waktu Zuhur aku harus dikembalikan ke rumahku, nanti akan kuberitahu.

 

Dan pada keesokan harinya ia memanggilku: “Hai Abdullah, dan ketika aku datang bertanya: ”Ada perlu apa? Jawabnya: “Kini aku telah mendekati ajal, maka tibalah saatnya aku memberitahukan sesuatu kepadamu. Bukalah kantong lengan bajuku itu, dan setelah dibuka ternyata cincin bermata hijau, katanya: “Jika aku mati dan sudah ditanam, maka sampaikanlah cincin ini kepada raja Harun Rasyid, dan sampaikan pula bahwa, pemiliknya berkata: ”Celaka engkau, jangan teruskan kau mabuk dunia sampai mati, pasti kau akan menyesal.

 

Al kisah, sesudah selesai penanaman jenazahnya, maka aku segera menyampaikan pesan anak muda itu kepada raja Harun Rasyid, lalu katanya: Dari mana kau peroleh cincin ini? Jawabku: “Dari seorang muda tukang batu. Seketika itu raja menangis, deraslah air matanya. Dan sekaligus aku menyampaikan pesan terakhir anak muda (tukang batu) itu, ternyata ia menjatuhkan diri ke permadani dan badannya dibolakbalik kan setelah mendengar pesannya itu. Katanya: “Hai anakku, kau telah mampu menyadarkan ayahmu hidup di dunia ini, agar tidak sampai berkelanjutan mabuk dunia, yang akibatnya rugi sendiri (menyesal tiada batasnya). Raja bertanya:” Kenapa kau sampai bisa mengenalnya, Jawabku: “Mulai dari awal hingga akhir kututurkan secara tuntas kepadanya. Lalu ia menyatakan secara tegas, bahwa: “Itulah anakku yang pertama, ia menceritakan secara detail, mulai dari ketetapan ayahnya (Al Mahdy) untuk menikahkannya dengan Zubaidah hingga ia bertemu dengan Seorang wanita cantik yang sanggup menaklukkan hatinya, hingga ia dikawin secara sembunyi-sembunyi dan memperoleh keturunan Seorang anak muda tersebut. Untuk selanjutnya anak-istri itu dikirim ke Bashrah dan cincin hijau itu kuserahkan sebagai hadiah dan lain-lain kepada mereka berdua, pesanku saat itu agar hal ini dirahasiakan dulu, nanti pada suatu saat aku dilantik (dinobatkan) menjadi raja, kalian datanglah segera ke istana.

 

Al Kisah, setelah aku dinobatkan menggantikan (menjadi khalifah), maka aku bertanya ke sana ke mari, tentang berita anak-istriku itu tidak satupun khabar datang kepadaku, bahkan ada yang mengabarkan bahwa: “Mereka telah tiada (mati). Karena memang aku tidak tahu secara pasti di mana mereka berada, tiba-tiba kau datang menyampaikan khabar positif tentang keadaan anakku, dibuktikan dengan adanya dasar kuat, yaitu: “Cincin bermata hijau, yang dulu kuhadiahkan kepada mereka”. Kemudian aku ingin tahu pasti, di mana ia ditanam? Jawabku: “Di dekat makam Abdullah Mubarrak. Lalu kata raja Harun Rasyid: “Nanti malam habis salat Magrib, hendaklah kau datang ke istana, dan tolong antarkan aku ke tempat pemakaman anakku pertama itu. Lalu tepat sesudah salat Magrib kami (aku dan raja beserta para pengawalnya) berangkat menuju pemakaman anak muda (tukang batu) itu. Di sana semalam suntuk Harun Rasyid menangis, seraya berkata: “Hai anakku engkaulah yang sanggup menyadarkan ayahmu (dengan nasihatmu) sejak hidup hingga mati. Maka terbawa oleh suasana yang memilukan itu, akupun ikut menangis, sebagai unjuk rasa belas-kasihanku kepadanya, hingga masuk waktu Subuh (terbit fajar). Kemudian kami kembali ke istana, dan raja berkata kepadanya: “Aku telah memerintahkan kepada pembantuku, agar memberikan uang sejuAllah 1000 dirham kepadamu, disamping belanja tetap bagimu setiap harinya, bahkan lebih dari itu, aku telah mengadakan perjanjian (wasiat) dengan calon penggantiku, agar memberikan belanja tetap untukmu dan keturunanmu, karena engkau satu-satunya orang yang telah berjasa merawat anakku tengah sakitnya, dan mengurusi jenazahnya (menguburnya). dan saat aku masuk pintu istananya, ia menegaskan kembali tentang wasiatnya: “Perhatikan wasiatku, jika matahari telah terbit. Aku menjawab: “Insya Allah, tetapi setelah pulang ke rumah, aku tidak lagi datang ke istananya.

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari S. Ali, katanya: “Sewaktu beliau Nabi  mengikat perjanjian (persaudaraan) di kalangan umat Islam seluruhnya, lalu Sa’id Abdurrahman memperoleh Tsa’labah Al-Anshary sebagai saudara (menurut ketetapan Nabi ), Dan ketika Said berangkat mengikuti Rasulullah  di perang Tabuk, maka Tsa’labah tinggal menjaga rumah dan mengurusi keluarga Sa’id, ia tidak segan-segan mencarikan kayu bakar dan air, demi memenuhi kebutuhan keluarga Sa’id, hal itu dilakukan semata hanya mengharap pahala dan rida Allah .

 

Tetapi pada suatu hari ketika ia masuk ke rumah, Iblis membisikkan ke dalam hatinya, agar membuka tabir, lalu nampaklah wajah ayu lagi cantik-menarik (istri Sa’id), kepada TIsa’labah. Dan ia tidak lagi tahan mengekang nafsu syahwatnya, hingga terjadilah pelanggaran kehormatan istri Sa’id oleh Tsa’labah. Istri Sa’id berkata: Hai Isa’labah, kau benarbenar tidak dapat memelihara kehormatan istri saudaramu yang tengah perang sabil. Maka dengan teguran ini Isa’labah menyesal dan katanya: ”Celaka Isa’labah dan binasa, lalu ia lari ke gunung dan berdoa: “Ya Tuhan, Engkau dan aku, Engkau Pengampun segala dosa, dan aku yang selalu berdosa.

 

Dan setelah Nabi  dan para sahabat lainnya pulang dari perang Tabuk, maka semua yang telah diikat dalam persaudaraan oleh Nabi, setiapnya menyambut saudara-saudaranya, kecuali Sa’id yang tidak ada penyambutnya. Lalu ia bertanya kepada istrinya: Di mana Tsa’labah yang telah diikat dalam persaudaraan karena Allah itu? Jawabnya: ”Ia telah menjerumuskan diri berbuat dosa, lalu karena menyesalnya ia lari ke puncak gunung. Sa’id mencarinya, dan diketemukan Tsa’labah tersungkur wajahnya seraya memegang kepalanya dan menjerit: Demikian hina dan rendahnya orang berbuat dosa (maksiat) kepada Allah, Kata Sa’id: “Bangunlah hai saudaraku, kenapa kau sampai demikian? Jawabnya:” Aku tidak akan bangun sebelum kau mengikat kedua tanganku ke leherku, lalu kau halau aku seperti tawanan penjara. Dan setelah sampai di rumah ia diserahkan kepada anaknya (putri Kham-shanah), kemudian ia menuntunnya ke rumah Umar, kata TIsa’labah: “Aku telah berzina dengan istri saudaraku yang tengah perang sabil, maka tunjukkanlah padaku jalan untuk bertaubat, Jawabnya: “Cepat keluar dari tempat ini, jika tidak aku cabut rambutmu, dan tiada petunjuk untuk itu. Lalu pergi ke rumah Abu Bakar, dan ia mengatakan seperti yang disebutkan kepada umar (kata pertama), Dan Abu Bakar langsung membentaknya, menjawab seperti Umar. Dan selanjutnya ke rumah Ali, ia mengatakan sebagaimana kata pertama, Jawab Ali tidak berbeda dengan yang disampaikan Umar. Dan pergi ke rumah Rasulullah  belum sempat berkata, didahului dengan sabda beliau : “Kau telah mengingatkan aku rantai-belenggu Jahannam. Lalu ia mengatakan sebagaimana kata pertama kepada Umar, Jawab beliau: “Keluarlah dari tempat ini, dan tiada taubat bagimu untuk selamanya. Setelah keluar dari rumah Nabi, anaknya putri berkata: “Aku bukan lagi anakmu, dan kau bukan ayahku, sebelum Rasulullah dan para sahabatnya rida kepadamu. Lalu ia pergi menuju puncak gunung dan berseru dengan sekerasnya: “Ya Tuhan aku telah pergi ke rumah Umar, Abu Bakar dan S. Ali, semua tiada yang sanggup menunjukkan jalan taubat bagiku. Bahkan aku telah ke rumah Rasulullah  beliaupun malah memutuskan harapanku, maka ya Tuhan hukuman apa yang akan ditimpakan kepadaku ini? Maka turunlah malaikat memberitahu kepada Rasulullah  katanya: “Ya Muhammad, Tuhan tanya kepadamu: “Siapa Pencipta makhluk, Aku apa kamu? Jawabnya: Engkau ya Tuhan, Lalu Tuhan menyuruhmu, agar menyampaikan berita gembira kepada hambaKu (Tsa’labah) bahwa: “Aku sudah mengampuninya. Kemudian beliau  bersabda kepada para sahabat: ”Tolonglah panggilkan Tsa’labah! Maka S..Ali dan Salman diperkenankan untuk memanggilnya, dan ketika bertemu dengan penggembala S. Ali bertanya: “Taukah kamu pada seorang sahabat Nabi? Jawabnya: Yang aku ketahui dengan pasti yaitu: “orang yang lari-lari takut Jahannam, nanti jika tiba waktu malam ia datang ke sini, duduk di bawah pohon ini seraya berseru keras: “Demikian hina dan rendahnya orang yang maksiat (berbuat dosa) terhadap Tuhannya. Lalu mereka berdua menunggu sampai tiba saat yang ditentukan (waktu malam), benar juga Tsa’labah datang menuju ke bawah gunung, ia sujud seraya menangis. Dan ketika ditanya oleh mereka berdua: “Hai Tsa’labah, Tuhan sudah mengampuni kesalahanmu. Jawabnya: “Bagaimana keadaan beliau Nabi ? Jawabnya: “Seperti yang disukai Allah dan yang kau harapkan.

 

Al Kisah setelah dibawa ke masjid, Bilal mengumandangkan igomatnya, ia dibawa masuk dan tegak berdiri di shaf terbelakang, di tengah-tengah salat Nabi  membaca surat ALHAAKUMUT TAKAATSUR, ia menarik nafas berat dan ketika diteruskan bacaan: “HATTAAZURTUMUL MAOAABIR, ia (Tsa’labah) menarik nafas lebih berat lagi hingga sampai datang ajalnya (mati). Dan ketika salat telah selesai, beliau  menyuruh Salman menyiram air padanya, jawab Salman: “Ia telah mati. Maka anak putrinya (Khamshanah) datang dan bertanya: “Bagaimana keadaan ayahku ya Rasulullah, Aku sudah merindukannya. Seru beliau  masuklah ke masjid, dan lihatlah ia sudah mati, lalu ia meletakkan tangannya di atas kepala seraya berkata: “Aku sangat susah, dan sepeninggal engkau (ayah) siapa yang harus aku ikuti? Sahut Nabi  “Hai Khamshanah, tidak relakah jika aku menjadi ayahmu? dan Fatimah sebagai saudaramu? Jawabnya: “Baiklah ya Rasulullah Dan ketika jenazah di bawa ke kubur, beliau  ikut mengantarkannya, dan sewaktu mendekati liang kubur, tiba-tiba beliau  berjalan jinjit. Maka sepulang dari kubur, Umar bertanya: “Kenapa ya Rasulullah Jawabnya: “Karena banyaknya para malaikat yang ikut menghormatinya, maka aku tidak dapat meletakkan kaki secara keseluruhan.

 

Al Faqih dalam komentarnya: “Hadis (cerita) ini telah diriwayatkan dengan lafadh yang berbeda-beda, bahkan ada yang menjelaskan bahwa turunnya ayat (di bawah) ini, adalah berkenaan dengan peristiwa Tsa labah ini. Inilah ayatnya:

 

Artinya:

“Orang-orang yang saat berbuat keji atau menguniaya diri, muka segeru mengingat Allah dun memohon ampun utas dosa. dosa mereka, dan siapakah yang dapat mengumpuni dosa, kecuali hanya Allah. Dan mereka tidak berkehendak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka tahu pasti ( menyadarinya)”. (Ali Imran 135)

 

Artinya:

“Mereka dibalas ampunan Allah, dan surgu yang di bawahnya mengalir suangi-sungai dun mereku kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik pahala bugi yang beramal”. (Ali Imran 136)

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ahnaf Oays, katanya: “Ketika aku ke Madinah hendak menemui Umar, aku sempat singgah di sebuah pengajian, di mana pembicaranya adalah Ka’bul Akhbar, ia tengah berceritera (demikian ceriteranya): “Adam sewaktu akan mati, berkata: “Ya Tuhan musuhku pasti mengejek aku jika aku mati, karena ia dihidupkan hingga hari Kiamat, Lalu dijawab: “Hai Adam, kau langsung menuju surga, sedangkan musuhmu dipanjangkan usianya hingga hari Kiamat agar berat penderitaannya nanti ketika mati, seberat rasa sakitnya semua makhluk mulai awal hingga akhir. Lalu ia bertanya kepada malakul maut: “Coba sebutkan bagaimana rasa sakitnya maut! Dan sesudah dijelaskan, maka Adam berkata: “Ya Tuhan, sudah cukup 2x. Lalu para pengunjungnya gemuruh kata mereka: “Hai Abu Ishak, ceriterakan bagaimana penderitaan (rasanya) maut itu, semula ia menolak, tetapi akibat banyak yang mendesaknya, lalu ia berkata: “Ketika dunia telah menjelang akhir, sengkala menjelang ditiupkan, kebanyakan manusia sibuk dengan perdagangannya (pekerjaannya), lalu terdengar suara yang sangat dahsyat hingga sanggup memingsankan separoh masyarakat dunia, mereka tidak sadar hingga 3 hari, sedangkan lainnya yang tidak pingsan, perasaannya bingung seperti domba ketakutan serigala, sudah sedemikian parahnya penderitaan masyarakat disusul lagi dengan suara kedua bagaikan suara beledek (halilintar) menggelegar, maka dengan demikian matilah seluruh masyarakat dunia, dan sampailah pada saatnya (dunia binasa) tiada satupun makhluk hidup, baik Jin, manusia, setan ataupun hewan apa saja. Dan inilah saat yang ditentukan bagi Iblis, Firman Allah kepada malakul maut: “Aku telah menyiapkan para pembantu bagimu sejuAllah manusia pertama hingga akhir, dan kekuatanmu (sekuat) penghuni langit-bumi, dan pakailah (pakaian) kemurkaan dan kemarahan bagimu, lalu turunlah engkau menimpakan penderitaan yang sangat dahsyat kepada Iblis terkutuk, seberat penderitaan mautnya (yang di rasakan oleh) orangorang pertama hingga akhir, lipatgandakan sakitnya maut kepadanya, dan bawalah 70.000 malaikat yang penuh murka dan amarah untuk menghajarnya, dan setiap malaikat Zabaniyah disuruh membawa rantai neraka ladha, dan cabutlah nyawanya dengan 70.000 pencukit neraka ladha, dan malaikat Malik suruh segera membuka pintu-pintu neraka.

 

Lalu malakul maut turun dengan bentuk sangat menggiriskan, hingga umpama masyarakat langit-bumi menyaksikan, pasti menjadi cairan semua akibat merasakan girisnya bentuk tersebut. Dan ketika mendatangi Iblis, ia membentak sekali bentakan langsung Iblis pingsan sampai mendengkur, dan seandainya dengkuran itu didengar oleh masyarakat dunia, pasti semua ikut pingsan karenanya.

 

Lalu Malakul maut membentak Iblis: “Hai penjahat berhentilah kau, sekarang terimalah penderitaan (sakit) yang dahsyat (sejuAllah penderitaan sakitnya orang yang kau sesatkan sejak berpuluh abad, kau hidup, inilah hari yang telah ditentukan Tuhan untuk menyiksamu, lalu kau mau pergi ke mana, kau lari ke ujung timur aku pasti telah sampai di depanmu, kau menyelam di lautan, aku pasti telah siap di depanmu. Kemudian lautan itu melemparkannya ke daratan, dan ia mengitari bumi, tetapi tiada tempat berlindung baginya, lalu ia berdiri diliputi kebingungan di atas makam Nabi Adam  seraya berkata: “Akibat engkau aku menjadi terkutuk, alangkah baiknya dulu aku tidak diciptakan saja”. Lalu ia bertanya kepada Malakul maut: Aku akan diberi minuman apa olehmu dan siksa seberat apa yang akan kau timpakan padaku? Jawabnya: “Minuman neraka ladha sejenis siksa yang ditimpakan kepada penghuni neraka dilipatgandakan, lalu ia bergulung-gulung di bumi seraya berteriak sekerasnya, kemudian lari-lari dari barat ke timur dan sebaliknya, akhirnya sampailah ke tempat semula ia diturunkan, dan di tempat itu pula Malaikat Zabaniyah telah siap dengan bantolannya, siap ditikamkan kepadanya, hingga terasa dahsyat sekali sakitnya sakaratul maut baginya. Kemudian Adam-Hawa dipanggil agar menyaksikan pedih sakitnya sakaratul maut bagi Iblis terkutuk. Setelah mereka berdua menyaksikannya, maka keduanya memanjatkan doa: “Ya Tuhan, Engkau benar-benar telah menyempurnakan nikmatMu kepada kami.

 

Cerita seorang pemuda yang menjual dirinya:

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdul Wahid Zaid, katanya: “Pada suatu hari ketika kami berada di suatu majelis, tepatnya hari Senen semua pasukan (kawan-kawanku) dipersiapkan untuk berangkat menuju perang sabil, lalu salah seorang dari kami membaca ayat:

 

Artinya:

“Allah telah membeli jiza dan harta dari orang-orang yang beriman, dengan (uang pembayarannya) berupa surga”. (Taubat 111)

 

Lalu ada seorang pemuda usia 15 tahun yang barusan ditinggal mati ayahnya, dan ditinggali harta warisan yang cukup banyak, berkata: “Hai Abdul Wahid, Allah akan membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan dibayar surga? Jawabku: “Benar, Lalu katanya: “Hai Abdul Wahid, saksikanlah bahwa: Aku telah menjualnya (Jiwa dan hartaku) demi memperoleh surga, Jawabku: ”Bahwasannya tajamnya pedang itu berat di hadapi, dan kau belum cukup umur untuk berperang sabil, aku takut nanti kau tidak akan tahan, tidak sabar, dan tidak kuat meneruskan transaksi jual-belinya itu. Kata pemuda itu: “Hai Abdul Wahid, aku menjual diri kepada Allah agar dibayar dengan surga, kemudian lemah? Kau saksikan sekali lagi bahwa: “Aku telah menjual diriku kepada Allah, Maka dengan demikian aku merasa, kenapa anak kecil bisa melakukan hal itu, tetapi aku tidak? Lalu ia menyerahkan semua hartanya, kecuali scekor kuda dan pedangnya, dan sedikit harta untuk keperluan (bekal)nya. Dan sewaktu pasukan akan diberangkatkan, ia datang awal, katanya: Mengucap salam, dan dijawabnya salam itu, kata Abdul Wahid: “Mudah-mudahan Allah memberi keuntungan dalam jual-belimu itu. Di tengah perjalanan pemuda itu selalu berpuasa, dan di malam harinya tahajud (salat lail) dan menjaga kami, serta melayani kebutuhan kami di siang harinya, bahkan ternak kami dialah yang mengurusinya.

 

Kemudian setelah sampai di perbatasan negeri Rumawy (pada suatu hari) ia datang terburu-buru dan berseru: “Aku sangat merindukan “AINUL-MARDLIYYAH”, sampai-sampai kebanyakan orang menduga ia tengah sakit syaraf, lalu aku menyambutnya: Apa itu” AINUL MARDLIYYAH” sayangku? Jawabnya: Aku tadi tertidur sejenak, dan mimpi ada orang datang mengajak aku ke “AINUL MARDLIYYAH” dan aku dibawa ke suatu taman pinggir sungai yang airnya jernih lagi segar sekali, para gadis cantik-cantik lengkap dengan perhiasannya banyak sekali di sana, sewaktu mereka melihat aku, kelihatan sangat gembira, katanya: “Itulah suami AINUL MARDLIYYAH, lalu aku mengucap salam kepada mereka dan bertanya: “Benarkah di sini tempat ‘AINUL MARDIYYAH? Jawabnya: “Kami hanya pembantunya saja, teruslah lewat kedepan. Setelah aku lewati tempat itu, maka aku dapatkan sebuah sungai (airnya berupa) susu yang terletak di tengahtengah taman tersebut dan tidak mengalami perubahan rasa baginya. Di kelilingnya para gadis cantik-cantik, dan sewaktu melihat aku. berkata: “Demi Allah itulah suami ‘AINUL MARDLIYYAH” datang, lalu aku mengucap salam dan bertanya: “Manakah di antara kalian yang bernama ‘AINUL MARDLIYYAH? Jawab mereka: “Kami hanya selaku pembantu-pembantunya, teruslah lewat ke depan, lalu aku mendapatkan sungai di suatu lembah (airnya berupa) anggur, dan dijadikan ajang para gadis cantik-cantik berhibur, hingga melupakan kecantikan para gadis terdahulu (di belakang tadi), Aku uluk salam dan bertanya: ”Siapa di antara kamu yang bernama ‘AINUL MARDLIY YAH? Jawabnya: Tidak ada, kami hanya selaku pembantu yang melayaninya. Lalu aku terus lewat, hingga sampai di suatu sungai (airnya berupa) madu, dan taman yang dipenuhi para gadis cantik, bersinar, melebihi para gadis terdahulu, aku mengucap salam dan bertanya: “Mana di antara kamu yang bernama ‘AINUL MARDLIYYAH? Jawabnya: “Hai Kekasih Allah, kami hanya selaku sahayanya saja, cobalah teruskan ke depan. Dan ketika aku lewat ke depan, maka kudapatkan kemah, permata berlubang, di depannya para gadis menjaga pintu, mereka sangat cantik-cantik dihiasi lengkap dengan perhiasan, dan sewaktu melihat kepadaku, kelihatan sangat gembira dan segera berseru: “Hai AINUL MARDLIYYAH sambutlah kedatangan suamimu ini, aku segera mendekati kemah itu, dan ia tengah duduk di atas ranjang emas bertaburan permata yakut dan berlian, dan saat itu aku melihatnya sungguh tertarik karena cantiknya, ia menyambutku dengan ucapan: “MARHABAN BI WALIYYIR RAHMAN (selamat datang berjumpa dengan kekasih Ar-Rahman), hampir dekat saat pertemuan kami, lalu karena rindunya aku akan mendekapnya, tetapi ia berkata: “Nanti sabar dululah kini belum sampai pada saatnya, karena kau masih hidup di dunia, namun malam ini kau berbuka di sini insya Allah. Kemudian aku bangun dari tidurku itu, Hai Abdul Wahid, dan rasanya tidak sabar lagi. Kata Abdul Wahid: “Maka ia belum sempurna menyampaikan ceritanya itu, dengan tiba-tiba pasukan musuh mendekat, dan ia maju menyerang bersama-sama. Sahut Abdul Wahid pula: “Aku telah melihat pemuda itu, membunuh sebanyak 9 orang kafir (lawannya), dan dengan serangan mendadak dan bertubi-tubi dari orang kafir, maka ia tewas, dan aku segera mendekatinya, ia kelihatan tersenyum dengan bermandikan darah, hingga sampai pada ajalnya. (Semoga Allah mengasihi dia).

 

Cerita tentang Jurajj:

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Yazid Hausyab, dari ayahnya, katanya: “Rasulullah  bersabda: “Seandainya pendeta Juraij itu orang Faqih (pandai tentang agama), pasti ia tahu pasti bahwa: “Menyambut panggilan seorang ibu adalah lebih utama daripada melakukan salat sunah”.

 

Al Kisah: ”Juraij adalah seorang pendeta yang tekun beribadat (di biaranya), pada suatu hari ibunya datang memanggilnya, ia tengah melakukan salat, sehingga tidak sempat ia memenuhi panggilan ibunya, akhirnya sang Ibu marah-marah dan berdoa: “Semoga Allah mencoba kamu dengan wanita pelacur”. Dan persis di sekitar tempat itu ada seorang wanita keluar dari rumahnya ada suatu keperluan, tiba-tiba seorang penggembala menggodanya sampai berbuat zina dengannya. (di dekat biara Juraij), sampai wanita itu mengandung, padahal waktu itu hukum perzinahan sangat berat (berbeda di negri kita, yang dijadikan semacam kebudayaan tertentu bagi masyarakatnya). Jika ingin fakta tanyakan saja kepada para gadis yang duduk di SMTP Klas 3 atau SMTA di seluruh pelosok tanah air, berapa persen dari mereka yang masih asli (suci) keperawanan gadis-gadis tersebut). Belum lagi mereka yang di perguruan tinggi dan yang sudah berumah tangga dan lain-lain. Hal ini faktor penyebabnya adalah tiadanya sanksi (hukuman) yang membuat mereka jera melakukan perzinaan).

 

Al Kisah: “Setelah wanita itu melahirkan seorang bayi, masyarakat langsung melaporkannya kepada penguasa setempat dan dimajukan kepada Raja, Al kisah, setelah diperhatikan laporan masyarakat setempat, raja langsung turun memberi pengadilan kepadanya. Dan ketika raja bertanya: “Siapa bapak anak bayi ini? Jawabnya: “Pendeta Juraij telah berzina denganku”. Kemudian dengan segera raja menugaskan para polisinya untuk menangkap Jurajj, dan ketika ia dipanggil tidak menjawab, karena ia tengah melakukan salat, maka terbawa emosi para petugas merusak dan menghancurkan biaranya, Juraij diikat dan dimajukan kepada pengadilan (raja), Raja bertanya:” Kau lahirnya kelihatan beribadat tetapi secara rahasia kau telah melanggar kehormatan wanita (berbuat serong), Jawabnya: “Aku dituduh berbuat serong yang bagaimana? Kata raja: “Kau telah berzina dengan wanita ini. Jawabnya menyangkal: Bukan aku yang melakukannya, dan tolong aku diantarkan kepada ibuku. Kemudian ia berkata: “Hai ibu, kau tega (sampai hati) memohon kepada Tuhan, sehingga Tuhan mengabulkan doamu, dan sekarang aku mohon kepadamu, agar Allah menyelamatkan aku dari fitnah semacam ini. Maka Ibunya berdoa: Ya Allah, jika Juraij Kau hukum, akibat doaku, maka selamatkanlah ia dari fitnah ini. Selanjutnya Juraij kembali menghadap raja, dan dihadapkan pula wanita pelacur bersama bayinya tersebut. Dan ketika ditanya kedua kalinya oleh raja, ia menjawab seperti semula, katanya: Juraij-lah yang berbuat zina kepadanya, Lalu Juraij meletakkan tangannya di atas kepala bayi tersebut: katanya: “Demi Allah, Yang menciptakan kau, hai bayi, katakanlah siapa sebenarnya bapakmu itu? Jawabnya: “Bapak-ku adalah Fulan seorang penggembala (ternak). Dan hal itu mengingatkan sang ibu pelacur tentang perbuatannya dengan ayah bayi tersebut (yaitu seorang penggembala ternak), dan dia mengakui telah berbuat dusta (memfitnah) Jurajj.

 

Riwayat lain menyebutkan bahwa: Wanita pelacur itu (tengah mengandung) ditanya: “Dimana kau berzina denganku? Jawab wanita itu: Di bawah pohon dekat biaramu. Lalu Juraij minta izin kepada raja untuk menanyakan: ”Hai pohon, demi Allah aku bertanya kepadamu, coba sebutkan siapa yang berzina dengan wanita pelacur ini! Maka setiap dahannya menjawab: “Yaitu penggembala (ternak). Kemudian perut wanita itu ditusuk oleh Juraij dengan telunjuk jarinya, seraya berkata: “Hai bayi, sebenarnya siapakah ayahmu itu? Jawabnya di dalam kandungan wanita tersebut: Bapakku, yaitu: Fulan penggembala domb2”. Dan setelah didengar oleh raja, maka raja mohon maaf kepada Juraij dan katanya: “Perkenankanlah aku membangun kembali biaramu itu dengan emas. Jawabnya: ” Tidak perlu, kalau tidak, maka dengan perak, Jawabnya: “Tidak perlu, dan jika mau mengembalikan sebagaimana aslinya silahkan dengan tanah.

 

Tutur Ibrahim dari Muhajir Mujahid: ” Anak bayi.yang bisa berbicara itu ada 4 yaitu:

  1. Nabi Isa putra Maryam.
  2. Bayi riwayat Ashabul Ukhdud.
  3. Bayi riwayat Juraij
  4. Bayi penyaksi Nabi Yusuf . Firman Allah:

 

Artinya:

“Seorang (bayi) duri keluarga wanita itu, memberi kesaksian”. (Yusuf 26)

 

 

 

 

Hasan putra S. Ali menegaskan: “Aku jamin orang yang (dengan tetap atau kontinyu) membaca 20 ayat, selamat dari segala kejahatan setan dan penguasa zalim, atau dari para perampok dan hewan-hewan buas. Inilah perincian ayat 20 ayat tersebut:

  1. Ayat kursi (satu ayat)
  2. Surat Araf 3 ayat, yaitu ayat 54, 55 dan 56.
  3. Surat Shaffat 10 ayat, yaitu mulai ayat 1 sampai dengan 10.
  4. Surat Ar-Rahman 3 ayat, yaitu: 33, 34, 35.
  5. Surat Hasyr (akhir 3 ayat), yaitu: 22, 23, 24.

 

Ceritera seorang Yahudi masuk Islam:

 

Kata Ibnu Abbas: “Ada seorang Yahudi (di negeri Syiria) pada hari (Sabtu) pertama ia membaca kitab menemukan ayat-ayat yang menerangkan sifat-sifat Nabi Muhammad, sebanyak 4 halaman, lalu dirobek dan dibakar lembaran tersebut. Lalu pada hari (Sabtu) kedua, ia menemukan sebanyak 8 halaman, dan dibakar lagi. Dan pada hari (Sabtu) berikutnya ia dapatkan 12 halaman, kali ini ia tidak merobek dan membakarnya, tidak, bahkan ia berpikir: ”Jika dirobek dan dibakarnya, akhirnya semuanya memuat sifat-sifat Nabi Muhammad. Kemudian ia bertanya kepada kawan-kawannya: “Sebenarnya siapa dia (Nabi Muhammad) itu? Jawaban mereka: ”Ta pendusta, lebih baik kau jangan melihatnya, dan jangan sampai ia melihatmu. Lalu ia berkata: “Demi Taurat Musa, kalian tiada hak melarangku berkunjung kepadanya (Nabi Muhammad), ia bersikeras untuk menemuinya dengan menggunakan kendaraan ke Madinah, setelah sampai ia disambut oleh Salman, dan ia mengira bahwa: Ini dia Nabi Muhammad, orangnya benar-benar tampan. Padahal beliau  telah wafat 3 hari yang lalu, Salman dalam keadaan duka karena ditinggal wafat Nabinya, menyambut kedatangannya dengan menangis, katanya:” Aku adalah hamba sahaya Nabi Muhammad . Lalu dia ke mana? Pikir Salman: “Jika kujawab sudah wafat, mungkin ia akan pulang secepatnya, dan jika disebutkan: masih hidup, pasti aku berdusta. Maka Salman menjawab: “Mari kuantarkan kepada para sahabat beliau di masjid. Lalu ia diajak ke Masjid, sedangkan para sahabat tengah berduka cita atas wafatnya beliau . Tiba-tiba ia masuk ke Masjid dengan mengucapkan salam: “ASSALAAMU ‘ALAIKA YA MUHAMMAD, perkiraannya Nabi Muhammad masih hidup, sehingga menambah beban duka para sahabat semakin mendalam, mereka menjawab salamnya dengan disertai menangis, tanya mereka: “Siapakah kau ini? Kau menambah beban duka kami, mungkin kau orang asing? Tidak taukah bahwa Nabi  sudah wafat tiga hari yang baru lalu? Lalu Yahudi itu menjerit ikut belasungkawa sedalam-dalamnya atas wafatnya beliau  katanya: ”Sia-sialah perjalananku ini, seandainya aku membaca Taurat dan tidak menemukan keterangan sifat-sifat Nabi Muhammad  dan seandainya aku membacanya lalu aku dapat segera melihatnya. Kemudian ia bertanya: ”S. Ali ada di sini, mungkin ia dapat menjelaskannya? S. Ali menjawab: “Ya ada di sini. Tanya S. Ali: Siapa dan dari mana kau ini, Jawabnya: “Aku telah tahu pasti tentang namamu yang di muat dalam kitab Taurat. Lalu S. Ali berkata menjelaskan sifat-sifat Nabi Muhammad  demikian: ” Rasulullah Muhammad  postur tubuh (orangnya) tidak terlalu tinggi dan tidak pula pendek (pertengahan atau sedang-sedang saja), bulat kepalanya, berdahi lebar (lapang), bola matanya, beralis tebal, cahaya dari sela-sela giginya keluar ketika tertawa, dadanya berbulu, telapak tangannya montok, dan telapak kaki cekung, lebar langkahnya, kemudian di antara kedua bahunya (walikatnya) bertanda: KHATAMUN NUBUWWAH. Lalu Yahudy menjawab: “Benar keteranganmu hai S. Ali, demikianlah sifat-sifat Nabi Muhammad yang diterangkan dalam Taurat. Selanjutnya ia bertanya:” Apakah masih ada bekas-bekas bajunya, aku akan menciumnya? Jawab S. Ali: Ada, sebentar akan diambilkan, Lalu S. Ali menyuruh Salman supaya mengambilkannya di rumah Fatimah dan katakan padanya minta jubbah Rasulullah . Setelah Salman dimuka pintu rumah Fatimah, ia berkata: “Wahai tempat kebanggaan para Nabi, dan keindahan para wali, sedangkan cucu beliau  yaitu Hasan dan Husain, masih tengah menangis merasakan duka cita ditinggalkan kakek tercintanya, lalu terdengar ketukan pintu, dan Fatimah bertanya: “Siapakah yang mengetuk pintu anak yatim? Jawabnya: “Aku Salman, akan menyampaikan pesan S. Ali. Setelah disampaikan pesan tersebut. Fatimah menangis dan bertanya: “Siapakah yang akan mengenakan jubah ayah kesayanganku? Salman secara detail menjelaskan kedatangan dan tujuan Yahudi itu, lalu dikeluarkanlah jubah yang sudah ditambal 7 tempat dengan serat kurma, Salman membawanya dan diserahkan kepada S. Ali. Ali sesudah menciumnya, lalu dicium pula oleh para sahabat lainnya, dan Yahudi itu tidak ketinggalan menciumnya pula, seraya berkata: “Harum benar baunya, kemudian ia pergi ke makam Rasulullah , menengadah ke langit dan berdoa: Ya Tuhan aku meyakinkan bahwa Engkau adalah Tunggal, Mahaesa, tiada hajat kepada siapapun, bahkan semuanya berhajat kepadamu, aku meyakinkan sepenuhnya bahwa: Yang ada di makam ini adalah kekasih dan RasulullahMu, aku meyakini segala yang beliau sampaikan. Ya Allah, jika Engkau berkenan menerima Islamku, maka saat ini juga Kau ambil nyawaku. Tiba-tiba ia jatuh pingsan untuk selamanya (alias mati). Lalu diurusi jenazahnya oleh S. Ali, dan dimakamkan di pemakaman umat Islam “Baqi’il gharqad”.

 

Semoga Allah mengasihinya, dan Dia berkenan mengumpulkan kita di perhimpunan para salihin. Amin.